Rabu, 14 Desember 2022
kudeta 13
Desember 14, 2022
kudeta 13
Ke tidak senangan Amerika terhadap sukarno dan Republik Indonesia yang
dipimpinnya, sudah muncul saat kunjungannya yang pertama ke negara Uncle Sam
pada bulan Mei 1956 Waktu itu sukarno menjelaskan kepada Menteri Luar Negeri
A.S., John Foster Dulles, dasar politik negara kita Kami tidak memiliki hasrat
untuk meniru Uni Sovyet, juga tidak mau mengikuti dengan membabi buta jalan yang
direntangkan oleh Amerika untuk kami. Kami tidak akan menjadi satelit dari salah
satu blok, kata sukarno kepada Menlu Dulles.
namun politik seperti ini mudah sekali disalah artikan oleh Amerika. Amerika hanya
menyukai jika kita memilih pihak seperti yang dikehendakinya. jika tidak
sependirian dengan dia, secara otomatis dianggapnya tergolong dalam blok Uni
Sovyet.
Jawaban yang tajam datang dari John Foster Dulles: Politik Amerika Serikat bersifat
global. Suatu negara harus memilih salah satu pihak. Aliran yang netral yaitu
immoral (tidak bermoral), katanya.
Ini dialog antara sukarno dengan Dulles :
lalu sukarno menyampaikan isi hatinya kepada Presiden Eisenhower yang
mengaku kesenangannya nonton film koboi, yang dilakukannya tiap tengah malam .
Lebih dahulu sukarno mengatakan bahwa ia menonton film hanya 3 kali seminggu
dan yang disukainya ialah film film yang menceriterakan pengalaman sejarah dan
biografi.
Di antara adegan adegan dalam film Amerika, menunjukkan bahwa A.S. tidak dapat
memahami masalah Asia. Benua Asia sekarang sedang dimabuk kemerdekaan.
Seluruh benua itu merasakan kemerdekaan dengan kegembiraan yang amat sangat.
Jadi, tolonglah sampaikan kepada rakyat Amerika agar memahami, bahwa jijika
suatu bangsa selama hidupnya menderita kepahitan hidup; kutukan, laknatan dan
penindasan terhadap hasrat untuk merdeka, maka ia tidak akan melepaskan
kemerdekaan itu lagi, jika sekali sudah berhasil merebutnya.
Sebagai sahabat yang bijaksana dan lebih tua, jika Amerika memberi kami nasehat,
itu bisa! namun mencampuri persoalan kami, jangan! Kami sudah melihat
kapitalisme dan demokrasi Barat pada orang Belanda. Kami tidak mernmemiliki i
keinginan untuk memakai sistim itu. Kami akan menumbuhkan suatu cara baru yang
hanya cocok dengan kepribadian kami. Ia bukanlah barang yang bisa diekspor ke
luar, namun sebaliknya juga kami tidak bisa menerima bararig impor berupa
ajaran yang mengikat . Demikian sukarno .
sukarno Penyambung Lidah Rakyat negara kita , hal. 409 410
Lama sebelum itu kekhawatiran Amerika terhadap kepemimpinan Sukarno di
negara kita , sudah nampak. Mulamula Amerika terkejut, begitu cepat persetujuan KMB
yang arsiteknya Amerika, dibatalkan begitu saja oleh negara kita secara sepihak.
Peter Dale Scott mengatakan, nampaknya sudah sejak 1953, Amerika
berkepentingan untuk membantu mencetuskan krisis regional di negara kita , yang
sudah diakui sebagai penyebab langsung yang merangsang Sukarno untuk pada
tanggal 14 Maret 1957 meniadakan sistem Parlementer di negara kita dan menyatakan
berlakunya kondisi darurat militer, dan memasukkan korps perwira secara legal ke
dalam kehidupan politik.
Pada tahun 1953, Menteri Luar Negeri John Foster Dulles sudah mengatakan kepada
Duta Besar Amerika di Jakarta, Hugh S. Cumming Jr, supayà dia jangan berbicara
tidak bisa menarik kembali politik keterikatan Amerika memelihara persatuan
negara kita . Dipeliharanya persatuan sesuatu bangsa bisa memicu bahaya,
sebagai contohnya: Cina. 33)
Program aksi politik khusus yang mendukung pemberontakan regional, secara resmi
sudah disetujui di Washington pada bulan Nopember 1957. namun perwiraperwira dan
agen agen CIA sudah melakukan kegiatan di kalangan kaum pembangkang, jauh
sebelum itu.
Keputusan NSC (National Scurity Counsil) 171/1 20 Nopember 1953, sudah
mempertimbangkan latihan latihan militer sebagai suatu cara meningkatkan pengaruh
Amerika Serikat, walau pun usaha usaha utama CIA ditujukan kepada partai partai
politik moderat sayap kanan, khususnya MASYUMI dan PSI (Partai Sosialis
negara kita ). Jutaan dollar yang sudah dituangkan oleh CIA kepada kedua partai itu
dalam pertengahan 1950, merupakan faktor yang berpengaruh atas peristiwa 1965, di
mana seorang bekas kader PSI, Syam (Kamaruzzaman) didalihkan sebagai pelopor
G30S/PKI.
Slanjutnya Peter Dale Scott mengatakan bahwa di tahun 1957 1958, CIA sudah
menginfiltrasikan senjata senjata dan personil dalarn mendukung pemberontakan
regional PRRI/PERMESTA melawan Sukarno. Sebuah pesawat terbang militer A.S.
(B25) ditembak jatuh oleh APRI di Ambon dan pilotnya seorang penerbang Amerika,
Allan Pope, ditangkap. Usaha usaha CIA ini didukung oleh sebuah task force lepas
pantai dari Armada ke VII (AL A.S.)
Peter Dale Scott mengutip Mosley (1978) hal. 437.
Memorandum 7 April 1961 dari Direktur CIA, Allen W. Dulles, Hal.
1: negara kita 22 (Oktober 1976) hal. 168.
Peter Dale Scott mengutip studi CIA hal. 107 dan Wertheim (1979) hal. 203.
Dalam tahun 1957, suatu Komisi Khusus Senat yang mempelajari kegiatan CIA, sudah
menemukan apa yang dinamakanya beberapa bukti mengenai keterlibatan CIA dalam
rencana hendak membunuh Presiden Sukarno . namun sesudah melakukan suatu
pemeriksaan awal atas usaha pembunuhan itu, komisi memilih sikap untuk
menghentikan pemeriksaanya.
sebetulnya sukarno mengetahui semua rencana ini meski pun tidak terperinci
dari laporan laporan Intelligen dan membacanya dari surat surat kabar Amerika yang
sering membocorkan rahasia, contohnya majalah US World and News Report sering
disebut oleh sukarno sebagai salah satu sumber informasi nya. Memang sukarno sering memperoleh pertanyaan, apakah sikapnya anti Amerika, sukarno menjawab: Bertahun tahun lamanya aku sangat ingin menjadi sahabat
Amerika, namun sia sia .
manuscript manuscript yang di deklasifikasi, 1982, 002386, seperti yang dikutip oleh Peter Dale Scott sukarno Penyambung Lidah Rakyat negara kita , hal. 430.
Puncak penghinaan Amerika terhadap sukarno terjadi pada tahun 1960, saat ia
diundang mengunjungi Washington oleh Presiden Dwight Eisenhower. Pertama sudah
terasa, saat sukarno mendarat di lapangan terbang Washington, Presiden
Eisenhower tidak datang menyambutnya seperti yang menjadi keumum an protokol
kenegaraan yang berlakù waktu itu. Dengan kejadian ini, sukarno belum berkata
apa apa. lalu ia menuju Gedung Putih dan mengira bahwa Eisenhower akan
menyambutnya di pintu Gedung Putih. namun ternyata tidak juga. Terhadap periakuan
ini pun sukarno masih sabar, sebab mungkin Eisenhower terlalu sibuk dan tidak
bisa meninggalkan tempatnya.
namun saat Eisenhower membiarkan sukarno menunggu di luar, di ruang tunggu,
sukarno merasa, ini sudah keterlaluan. sesudah menunggu hampir satu jam, dengan tajam ia menyampaikan kepada protokol: Apakah saya harus menunggu lebih lama lagi, jika harus begitu, saya akan berangkat sekarang juga . Orang itu
pucat mukanya dan berkata: Saya mohon dengan sangat kiranya tuan dapat
menunggu barang satu menit , dan dengan gugup ia berlari ke dalam. lalu
keluarlah Eisenhower, dia tidak minta maaf.
sukarno menceritakan lalu bahwa hanya Presiden Kennedy pada tahun
1961 yang berjanji akan datang ke negara kita di musim semi 1964. Aku begitu
gembira , kata sukarno , sehingga aku membentuk satu team arsitek dan
insinyur untuk membangun Gedung Tamu Agung, siap menyambut kedatangannya,
terletak dalam lingkungan pekarangan Istana .
namun , kata sukarno , secara umum memang Amerika memperhatikan
negara negara Asia yang terbelakang, sebab dua alasan. Pertama, negara negara itu
merupakan pasar yang baik untuk melemparkan barang barang hasil industrinya.
Kedua, Amerika takut negara negara itu menjadi komunis. Oleh sebab itu, ia
mencoba membeli kesetiaan negara negara ini kepadanya, dengan
membagi bagikan pinjaman ditambah peringatan bahwa pinjaman tidak akan diteruskan
lagi, kecuali si penerima pinjaman tetap berkelakuan baik .
Menanggapi sikap Amerika yang demikian itu, sukarno mengutip ucapan Manuel
Quezon dari Filipina yang mengatakan: Lebih baik pergi ke neraka tanpa
Amerika, dari pada pergi ke sorga bersama dia .
Anthonie A.C. Dake yang anti Sukarno, mengatakan bahwa pertemuan 4 mata antara
Sukarno dengan Perdana Menteri RRT, Chou Enlay, bulan Nopember 1964, sesudah
RRT meledakkan bom atomnya yang pertama, negara kita dijanjikan akan memperoleh
Atom Device dalam tahun 1965. Kunjungan Menteri Luar Negeri Chen Yi ke negara kita
sesudah pertemuan Nopember antara Sukarno dan Chou Enlay (di Shanghai, dalam
perjalanan dari Korea Utara), juga membicarakan soal ini. Brigjen Hartono, Kepala
Logistik Angkatan Darat, dikutip oleh Dake, mengatakan bahwa semuanya
tergantung dari Sukarno, sebab negara kita sudah memiliki ahli ahli untuk
memicu atom.
Bahkan dikatakannya dengan mengutip sumber kantor berita Antara bahwa 200 ahli
negara kita bekerja untuk memproduksi bom atom dan akan terjadi surprise pada 5
Oktober 1965 (Hari Angkatan perang ).
Dake mengatakan mengutip dari Indonesia Observer 23
Desember 1964.
Dikatakannya sebuah delegasi di bawah pimpinan Wu Heng, wakil ketua Komisi
Atom RRT, tiba di Jakarta berunding dengan Prof. Soedjono Djuned Pusponegoro
sebagai Menteri Riset Nasional.
berdasar keterangan saksi pendapat saya, cerita mengenai bom atom dari RRT ini, bertentangan dengan
fakta lain, di mana saya waktu itu sebagai Duta Besar negara kita di Moskow,
dipekerjakan menandatangani atas nama Pemerintah Rl, Perjanjian Sedunia mengenai
Non Proliferation Nuclear (tidak mengembang biakkan senjata nuklir).
Jadi tuduhan Dake bahwa negara kita akan mengadakan percobaan bom atom di pulau 8
Mentawai, 40) tidak benar, meski pun katanya persetujuan itu sudah ikut
ditandatangani oleh Prof. Soedjono.
In the Spirit of the Red Benteng, hal. 335.
Ibid, hal. 328.
Ini semua tujuannya untuk dijadikan dalih agar Amerika Serikat segera bertindak
terhadap Sukarno, sebab rencana rencananya dianggap sudah terlalu berbahaya.
Rencana penyelenggaraan Konperensi Asia Afrika kedua di Aljazair, bulan Juni 1965,
juga dikacau oleh CIA, dimana bertepatan dengan saat saat persiapan akhir, tibatiba
terjadi ledakan di gedung konperensi.
Guy Pauker, yang dipercaya sebagai tokoh CIA, yaitu orang Amerika yang di setiap
peristiwa internasional penting selalu muncul, tepat waktu itu berada di Aljir dan
memerlukan mengunjungi Ny Supeni, Duta Besar Keliling Rl yang waktu itu sudah
berada di Aljir untuk ambil bagian dalam konperensi sebagai anggota delegasi Rl.
Pauker mengatakan, keberadaannya di Aljir untuk memantau KAA II secara
langsung, sebab peristiwa ini penting bagi Amerika.
Supeni Wanita Utusan Negara, hal. 220.
sesudah terjadi ledakan bom di gedung konperensi, Menteri Luar Negeri RRT, Chen
Yi, yang memimpin delegasi negaranya dan sudah lebih awal tiba di Aljir, langsung
mengusulkan agar konperensi ditunda saja, sebab katanya, mereka datang ke
Aljazair bukan untuk dibunuh. Usul ini disetujui oleh Aljazair dan negara negara
Anggota lainnya, yang lalu disetujui juga oleh 3 kepala Negara/Pemerintahan
yang sedang menunggu di Kairo, yaitu Presiden Sukarno, Perdana Menteri Chou
Enlay dan Presiden Gamal Abdel Nasser.
jika KAA II jadi dilangsungkan, Menteri Luar Negeri negara kita , Dr. soebandrio , sudah
siap dengan satu pengumuman yang akan disampaikan dalam konperensi itu, bahwa
negara kita memiliki bukti adanya satu plot Amerika lnggeris akan mengadakan
serangan militer terhadap negara kita . sebab konperensi tidak jadi diadakan, oleh
soebandrio hanya diberikan interview kepada wartawan harian terbesar di Kairo,
Al Ahram (dipimpin Heykal), mengenai rencana Amerika lnggeris ini . Semenjak
itu ketegangan makin terasa mencekam.
Presiden Sukarno dalam pidatonya di depan rapat Panglima TNI Angkatan Darat
seluruh negara kita bertempat di Markas Besar GANEFO Senayan 28 Mei 1965, sudah
memperingatkan kemungkinan yang bakal terjadi.
la menunjuk kepada makin meningkatnya kegiatan Nekolim (Neo
kolonialisme/imperialisme) untuk memukul mundur revolusi negara kita , sambil
memperingatkan bahwa dalam negeri pun sudah ada kaki tangan yang mereka
tanam. Beberapa bagian pidato itu kutipannya sebagai berikut:
Kaum imperialis sejak mereka bisa mengadakan peacefull coexistence dengan
Moskow, mereka memiliki anggapan bahwa yang menjadi musuh bukan lagi
Moskow, melainkan kita: Indonesia Revolution, Sesudah the Indonesia Revolution
naik aktivitas dan gengsinya, bahkan sesudah revolusi negara kita benar benar
universal, suaranya memperoleh resonansi di bangsa bangsa lain.
Sesudah mereka melihat bahwa negara kita yaitu salah satu pokok dalam kesatuan
Asia Afrika, sesudah mereka melihat bahwa di dalam Dasa Warsa AA. (18 april 1965)
negara kita tidak tenggelam kedudukannya di dunia AA, malahan naik, malahan
negara kita oleh beberapa negara AA dianggap sebagai mercu suarnya, sesudah
negara kita menyarankan agar agar Konperensi AA II di Aljazair lekas diadakan,
sesudah negara kita mengambil inisiatif untuk mengadakan CONEFO (Conference of
the New Emerging Forces) dan ternyata inisiatif negara kita ini memperoleh sambutan
yang hebat dari negara negara AsiaAfrika, Amerika Latin dan negara negara komunis,
sesudah itu maka pihak imperialis boleh dikatakan terbuka matanya dan
mengatakan: Here in negara kita lies the danger. Revolusi negara kita ini harus
di contain.
dahulu mereka mencoba menghancurkan revolusi komunis di Rusia, sebab Sovyetlah
yang pertama memberontak terhadap sistim kapitalisme dan sistim kolonial. Pada
waktu itu segala usaha diadakan oleh mereka untuk menghancurkan Sovyet Uni.
Ini in geuren en kleuren (panjang lebar) diceritakan oleh Leon Trotzky dalam bukunya
Mein Leben . Bagaimana Trotzky sendiri memimpin ketahanan terhadap gempuran
dari lima jurusan. Trotzky sebagai Panglima Besar tentara Sovyet mondar mandir ke
lima front itu dalam Markas Besarnya di gerbong Kereta Api.
Sejak usaha itu gagal untuk menghancur lemburkan Sovyet Uni, mulailah mereka
mengadakan international campaign terhadap komunis. Maka tiap usaha dari bangsa
apa pun yang anti imperialis, dicap komunis.
Bahkan Petrus Bloemberger dalam bukunya De Communistische Beweging In
Nederlandsch Indie , Dr. Cipto Mangunkusumo dan Ir. Sukarno juga dikatakan: Ze
Zijn communisten mereka komunis. Dan sampai sekarang masih saja the
communist danger in negara kita
Baca bukunya Arnold Brackman, wartawan Amerika dahulu tinggal di Jakarta dan kawin
dengan noni Jakarta, bukunya tebal, Communism in negara kita , kita semua
dikatakannya komunis, di samping PKI.
Sebutan komunis itu bagi kita sudah oude koek (basi). Kita sebetulnya sekedar
mempertahankan tanahair kita, mempertahankan kemerdekaan kita dan
mempertahankan revolusi kita. Oleh sebab revolusi kita anti imperialisme, ; mereka
sebut komunis. Dijual oleh mereka omongan bahwa negara kita yang paling berbahaya,
oleh sebab negara kita is going communist. Padahal tidak. negara kita hanya ingin
mempertahankan kemerdekaannya, hanya ingin menggabungkan semua tenaga anti
imperialis di 3 dunia menjadi satu barisan yang berhasrat menentang imperialisme.
sebab revolusi kita dianggap sebagai yang paling berbahaya, enemy number one
musuh nomor satu, . maka segala usaha mereka sebetulnya ditumpahkan kepada
menghancurkan kita, revolusi kita. Itulah yang penting harus kita pahami. We are in
the centre kita berada di pusat aktivitas mereka untuk menghancurkan. Kita yang
akan dihancurkan, dengan beragam jalan.
Panglima Angkatan Darat sudah disclose (menyingkap) bahwa ada plan yang nyata
bisa dibuktikan zwart op wit dari mereka untok menghantam kita. Ada plan yang
nyata en jullie moet het weten (kalian harus mengetahui ). Bukah sekedar plan yang nyata
ada untuk mengadakan propaganda per radio dan surat kabar anti kita, tidak! Dan
Jenderal Yani pun sudah berkata: Kita tidak gentar! jika ; mereka serang kita,
sekaligus kita hancur leburkan Singapura. Ya, memang sebab Singapura yaitu
pokok, mile stone di dalam life line of imperialism.
Sebetulnya selain plan plan itu, kita mengetahui juga beragam plan dari
mereka untuk menghancurkan revolusi negara kita , Salah satu plan itu untuk
membunuh beberapa pemimpin negara kita : Sukarno, Yani dan soebandrio . Itu yang
pertama harus dibunuh, malah jika bisa, sebelum Konperensi AA II di
Alzajair (April 1965).
jika tidak bisa, sesudah Konperensi di Aljazair, diadakan limited attack on
negara kita gempuran terbatas terhadap negara kita . Dan pada waktu itu sedang ada
limited attack, maka seperti disebutkan dalam mereka memiliki plan, kawan kawan
mereka (di dalam negeri) akan bertindak membantu menggulingkan Sukarno, Yani
dan soebandrio .
jika ini gagal juga, mereka akan berikhtiar lain untuk menggulingkan Sukarno, Yani
dan soebandrio , yaitu membuka segala rahasia mereka terutama yang mengenai
personal life (rahasia hidup pribadi), sehingga rakyat akan bertindak memberontak
terhadap Sukarno, Yani dan soebandrio .
Kita mengetahui : They are preparing an attack of negara kita . They are going to try to
kill Sukarno, Yani and soebandrio . They are going to make a limited attack on
negara kita . They have the* friends here mereka mempersiapkan serangan terhadap
negara kita . Mereka mencoba hendak membunuh Sukarno, Yani dan soebandrio .
Mereka akan melakukan serangan terbatas terhadap negara kita . Dan mereka
memiliki teman teman di sini
Demikian kutipan sebagian dari isi pidato sukarno yang rekamannya sesudah
ditranskrip terdiri dari 14 halaman folio tik tikan (2 spasi).
Apa yang diuraikan oleh sukarno , ada kemiripannya dengan manuscript manuscript
State Department dan CIA yang diumumkan di Amerika dan dikutip oleh berbagai
peneliti sejarah seperti Prof. Peter Dale Scott dan Gabriel Kolko yang sudah dicatat
di atas.
Dengan memperhatikan pidato sukarno di depan rapat Panglima Angkatan Darat
seluruh negara kita 28 Mei 1965, dipérkuat oleh manuscript manuscript State Department
dan CIA yang diumumkan di Amerika dan proses di pengadilan yang mengadili
tokoh G30S/PKI, membantu kita memahami konstatasi sukarno mengenai
terjadinya G30S/PKI dalam pidato Pelengkap Nawaksara yang disampaikan kepada
MPRS pada 10 Januari 1967 yang mengatakan bahwa berdasarkan penyelidikannya
yang seksama, peristiwa G30S/PKI itu dimuncul kan oleh pertemuannya 3 sebab:
1. Kebelingernya pemimpin pemimpin PKI.
2. Kelihaian subversi Nekolim.
3. Memang adanya oknum oknum yang tidak benar. Namun jauh sebelum sukarno mengucapkan pidatonya itu, Wakil Perdana
Menteri/Menteri Luar Negeri Dr. soebandrio yang juga Kepala Badan Pusat Inteligen
(BPI) dan sebab nya tentu lebih banyak mengetahui detail situasi dari laporan laporan
Intel, pada tanggai 3 Januari 1965 dalam resepsi peringatan harian Duta Masyarakat
sudah menyatakan bahwa tahun 1965, memang merupakan tahun gawat. Gawat
bukan saja sebab kaum Nekolim terus menambah gencarnya sorangan dan
rongrongan terhadap revolusi negara kita namun juga berbagai macam hal lainnya,
sebagai akibat keluarnya negara kita dari keanggotaan PBB, sebab PBB menjadi
Malaysia anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang dilawan keras oleh
negara kita .
tahun 1965 juga gawat sebab kita dalam tahun ini akan berusaha memperbaiki
perekonomian kita, sedang kaum Nekolim sudah. pasti tidak senang terhadap
perbaikan ekonomi negara kita itu dan akan terus menghalang halanginya.
Dikatakannya juga bahwa tahun 1965 yaitu tahun kristalisasi dari
kekuatan kekuatan dalam revolusi negara kita . Jangan terkejut jika saya katakan
bahwa mungkin dalam tahun 1965 ini kawan kawan seperjuangan kita dengan terpaksa ada
yang rontok dan kita tinggalkan, sebab tidak lagi dapat mengikuti jalannya revolusi.
Untuk meninggalkan kawan kawan yang tadinya merupakan kawan kawan
seperjuangan itu, memang hati kita menangis, namun hal itu dengan terpaksa kita lakukan, demi
keselamatan revolusi kita , kata soebandrio .
Mengenai usaha Pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi dikatakannya
selain usaha kaum Nekolim merongrong, juga dari kalangan bangsa kita sendiri ada
tanda ke arah itu. Pada saat ini tidak saja ada multimilyuner, namun sudah
terdengar juga adanya rnulti milyarder yang hanya memakai ludah, lidah dan
dengkul sebagai modalnya.
Dr soebandrio kemudian divonis hukuman mati oleh MAHMILLUB, namun
lalu dirubah menjadi hukuman seumur hidup.
Juga Menteri Penerangan Achmadi dalam sambutannya mengatakan bahwa bagi
revolusi negara kita , tahun 1965 yaitu tahun to be or not to be, sebab negara kita
berhadapan dengan kaum Nekolim yang merongrong kita. Rongrongan itu tidak saja
dari luar, namun sudah di dalam tubuh kita sendiri, sebab sadar atau tidak, di tengah
tengah kita ada saudara saudara yang ikut dan membantu rongrongan kaum
Nekolim itu.
Berita negara kita , Jakarta, 5 Januari 1965.
Juga Achmadi divonis 10 tahun penjara.
Kecurigaan sukarno atas keterlibatan CIA di negara kita , memuncak pada bulan
Juni 1965, sesudah menerima pemberitahuan dari Washington bahwa Marshall Green
diangkat menjadi Duta Besar AS yang baru untu k negara kita , menggantikan Howard
Jones yang sudah 7 tahun bekerja .
Pers negara kita diinstruksikannya melalui ketua umum PWI Pusat, A. Karim DP,
agar menggerakkan public opinion untuk menolak kehadiran Marshall Green. Bung
Karno mengatakan, sudah mempelajari riwayat hidup ; Marshall Green yang berperanserta
dalam penggulingan Perdana Menteri Mohammed Mossadegh dari Iran yang
menasionalisasi perusahaan minyak Abadan pada tahun 1956 Juga ia yang berperanserta
dalam penggulingan Presiden Syngman Rhee di Korea Selatan pada tahun 1960.
namun instruksi sukarno ini dilawan oleh soebandrio dan berusaha membujuk Bung
Karno agar melunakkan sikapnya dan jangan menolak Marshall Green, sebab ia
khawatir akibatnya yang tidak bisa terduga, contohnya Armada ke VII AS tiba tiba
menampakkan diri di Teluk Jakarta.
Akhirnya sukarno mengalah, namun sikapnya tetap tidak sreg dengan kehadiran
Marshall Green di negara kita . Howard Jones juga ikut mendesak sukarno agar
tidak menolak Marshall Green.
Gabriel Kolko mengungkapkan adanya sebuah laporan dari Duta Besar Howard Jones
di Jakarta kepada Gedung Putih yang diterima tanggal 3 Juni 1964 pukul 09.20 waktu
Washington, menjelaskan adanya pembicaraan antara Duta Besar Jones dengan
Jendral A.H. Nasution selama 1 jam 10 menit. Jones mula mula mengatakan bahwa
ia datang membawa bawa semangat yang bersahabat dengan negara kita , namun katanya, ia melihat badai sedang nampak di cakrawala dan oleh sebab nya baik diperhatikan
peribahasa lama: Secercah persiapan pencegahan lebih baik dari mengharapkan
sekali penyembuhan.
43) Gabriel Kolko: manuscript manuscript State Department dan CIA
mengenai debat mengenai peran Amerika Serikat di lndonesia 1965,
13 Agustus 1990 mengutip dari copy Lyndon B. Johnson Library.
Nasution mendengarkan dengan sabar selama setengah jam uraian Jones mengenai
situasi ekonomi negara kita yang sangat kritis. Situasi akan menjadi lebih serius
jika pembicaraan Bangkok (mengenai sengketa Rl dengan Malaysia), gagal.
kondisi yang demikian akan berkembang menguntungkan PKI dengan me ngambil
langkah langkah yang bisa berakibat putusnya hubungan negara kita dengan Dunia
Bebas , tèrutama Amerika.
Jones mengingatkan kepada Nasution bahwa bantuan kepada negara kita akan
dengan terpaksa dihentikan dan kewajiban kewajiban Amerika terhadap Pakta ANZUS
{Australia, New Zealand dan Amerika Serikat) akan diberlakukan, jika Australia dan
Selandia Baru terlibat di dalamnya.
Nasution menjawab bahwa ia membenarkan analisa itu sebab ia juga menilai
kondisi dalam dan luar negeri sangat gawat. Ia ingatkan bahwa beberapa bulan lalu
ia sudah menyatakan pandangannya yang sangat pesimistis mengenai masalah
Malaysia dan kemungkinan bahwa pembicaraan di Manila dan Tokyo tidak bisa
menyelesaikan masalahnya. Ia mengakui dengan jujur bahwa konfrontasi dengan
Malaysia, menyakitkan.
Jones mengatakan bahwa ia sampai kepada satu hasil penelitian : sebab tidak ada
penyelesaian politik (mengenai Malaysia), militer negara kita bertekad melanjutkan
konfrontasi, namun dengan hati hati akan mencegah eskalasi menjadi sengketa besar.
Bagaimana pun akan diusahakan lewat penyelesaian politik. Nasution setidaknya
sadar akan bahaya komunis dan sebab nya mementingkan pembinaan ke dalam,
agar militer negara kita sudah siap jika tantangan datang. Tentara negara kita
dipercaya, masih anti kominis. Meski pun demikian, ia menghindari dengan keras
mengenai kemungkinan tentara ambil alih kekuasaan, sekali pun masalah ini sudah
menjadi issue .
Jones menganggap pembicaraan ini konstruktif dan tidak pernah sekali pun Nasution
menyatakan permintaan bantuan, jika krisis datang. Saya rencanakan , kata Jones, untuk menghubungi lain lain Jenderal dan yang
pertama dengan Jenderal Yani
Jones melaporkan bahwa, Nasution menyatakan kepada saya, kata laporan Jones,
secara rahasia Angkatan Darat sedang mengembangkan suatu rencana
istimewa untuk mengambil alih kekuasasn, yaitu pada saat Sukarno turun .
Catatan lain dari H. W. Brands (The Journal of American History) mengatakan, 2
minggu lalu Jones bertemu lagi dengan Nasution yang mempercayakan kepadanya
bahwa militer negara kita tetap pro Amerika dan anti PKI.
Jones melaporkan juga bahwa dalam satu pertemuan seorang stafnya dengan
Jenderal Parman, ia sudah mendiskusikan suatu rencana dengannya. Dikatakan,
sekali pun sudah ada rencana sehubungan dengan era post Sukarno, sentimen kuat
memang tumbuh di antara golongan penting pimpinan puncak tentara, untuk ambil
alih kekuasaan sebelum Sukarno meninggal. Kapan hal ini terjadi, tergantung dari
perkembangan beberapa minggu mendatang. Tekanan tekanan yang saling
bertentangan tumbuh dengan cepat dan berdasar keterangan saksi pendapat Parman, Angkatan Darat
mungkin akan mengambil tindakan dalam waktu 30 sampai 60 hari, untuk
menghalangi kegiatan PKI.
Kaum komunis sedang membangun kekuatan para militer dan mulai mempersenjatai
kekuatan itu. Inte I tentara sudah mengetahui lokasinya dan merencanakan sesuatu
untuk menjalankan isolasi segera terhadap pusat kekuatan itu, jika detik detik
bertindak sudah tiba.
namun dikatakan, tidak ada sentimen di antara kepemimpinan militer untuk bergerak
terhadap Sukarno. jika tentara bergerak, mungkin melakukan fait a acompli, coup
akan dilakukan sedemikian rupa untuk mempertahankan kepemimpinan Sukarno.
Mereka yang mengeritik kepemimpinan Sukarno sekali pun, berpendapat bahwa
tidak ada kemungkinan akan berhasilnya sesuatu coup terhadap Sukarno. Ia masih
dicintai oleh rakyat.
Demikian laporan Jones yang disampaikan ke Gedung Putih di Washington pada
tanggal 3 Juni 1964.
Jones menyatakan kesannya: Dalam pembicaraan itu Nasution menyadari, bahwa ia
tidak perlu terkejut, oleh pandangan yang saya kemukakan kepadanya .
berdasar keterangan saksi buku negara kita Crisis and Transformation 1965 1868 yang ditulis oleh
Marshall Green sesudah ia bekerja sebagai Duta Besar AS di Jakarta,44) rasa anti
Amerika yang dikobarkan oleh Sukarno mencapai puncaknya pada bulan Mei 1965.
Sebelumnya, pada awal tahun 1965, Rl menyatakan keluar dari keanggotaan PBB.
Selain itu negara kita juga makin dekat dengan RRT, Korea Utara dan Vietnam Utara.
Di luar negeri Sukarno juga sedang hebat hebatnya meng galang persatuan
negaranegara berkembang Asia dan Afrika guna menentang kaum imperialis.
Ringkasan dan resensi buku itu dimuat dalam harian Suara
Pembaruan Jakarta berturut turut tanggal 15, 16, 17 dan 18 Juni 1991
yang ditulis oleh wartawannya di Amerika Albert Kuhon. lalu
terjemahan buku itu dalam bahasa negara kita diterbitkan oleh Grafiti .
Jakarta, 1992.
Di dalam negeri, Sukarno menolak bantuan Amerika yang disalurkan lewat program
USAID (United State Aid), dan mengisyaratkan kemungkinan pengambil alihan
perusahaan Amerika Serikat seperti Calltex, Stanvac, Good Year dan Union Carbide.
Pada saat saat seperti itulah Marshall Green ditawari jabatan Duta Besar di
negara kita , menggantikan Howard Jones yang pensiun. Waktu itu ia menjabat Deputy
Asisten Menteri luar negeri AS untuk Wilayah Timur Jauh, mendampingi sahabatnya
sejak kecil, William Bundy, yang menjabat Asisten Menteri Luar Negeri untuk wilayah
Tirnur Jauh. .
Waktu itu Presiden Amerika Serikat dijabat oleh Lyndon Johnson. Dalam banyak hal
langkah Duta Besar Howard Jones dinilai terlalu membela Sukarno. Bahkan
hubungan Jones dengan Sukarno dianggap terlalu dekat, sehingga menutupi
buruknya hubungan antara Rl dengan Pemerintah AS. Jones juga yang membujuk
Sukarno agar bersedia menerima Marshall Green sebagai Duta Besar AS untuk
negara kita . Walau pun saat itu Sukarno tegas tegas mengatakan kepada pers
bahwa Green yang dicalonkan menggantikan Jones, bukan NEFOS (New Emerging
Forces), bahkan disebutnya Green yaitu tokoh yang amat dekat dengan CIA.
sesudah ada isyarat bisa diterima oleh Jakarta, maka Marshall Green diambil
sumpahnya di Gedung Putih sebagai Duta Besar, pada tanggal 11 Juni 1965.
Marshall Green dan Lisa, istrinya, dan putera bungsu mereka Grampton (14),
berangkat ke Jakarta 13 Juli 1965. Mereka terbang melalui Honolulu dan Hongkong.
Wakil Dubes AS di Jakarta, Frank Gilbraith, saat itu mengirim kabar ke
Washington, agar keberangkatan Green ditunda. Situasi agak keruh sebab di Jakarta
sedang berlangsung demonstrasi besar besaran menentang kehadiran Marshall
Green. Kabar itu diterima oleh Green di perjalanan. Akibatnya, Green rnenunggu
sekitar seminggu di Hongkong, baru lalu melanjutkan perjalanan ke Jakarta.
Mereka beruntung sebab pesawatnya tertunda lagi di Singapura selama 2 jam.
Pesawat ini baru tiba di Jakarta larut tengah malam dan para demonstran yang
menunggunya sudah menghilang. Bandar Udara saat itu dijaga ketat, rombongan
Marshall Green dikawal sampai rumah Duta Besar AS di daerah Menteng.
Poster poster, menentang kehadiran Green masih tampak di berbagai tempat dalam
perjalanan dari Bandar Udara Kemayoran ke tempat rumah nya di Jakarta Pusat
rumah nya di Jakarta Pusat.
Sebagai layaknya pendatang baru, Green mengunjungi 3 Menteri untuk berkenalan,
yaitu Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Dr. soebandrio , Menteri Koordinator
Pertahanan/Keamanan Jenderal A.H. Nasution dan Menteri Negara Adam Malik.
Green menilai soebandrio sebagai pelaksana politik yang cerdik dan merasa
berpeluang besar menggantikan Presiden Sukarno. Jenderal Nasution dicatatnya
sebagai pejuang yang menentang komunisme. Sedang Adam Malik merupakan
politisi dan diplomat pendukung Sukarno, namun melihat betapa PKI
menyelewengkan semua keputusan dan pendapat Sukarno.
Marshall Green menuturkan betapa Duta Besar Jepang di Jakarta, Shizo Saito
memiliki jalur khusus ke Istana Merdeka, berkat bantuan Dewi, istri (wanita
Jepang) ketiga Sukarno, Saito sempat membantu Green pada awal penugasannya
sebagai Duta Besar AS di negara kita .
Tulis Green: Setidaknya ada beberapa kesan yang menggores sangat dalam ke
hatinya. Pertama, waktu ia membacakan dan menyerahkan Surat Kepercayaan dari
Presiden AS kepada Presiden Sukarno dalam upacara resmi di Istana Merdeka 26
Juli 1965, lima hari sesudah rombongannya tiba di Jakarta. Sukarno dalam pidato
sambutannya menyerang kebijaksanaan politik luar negeri Pemerintah
AS, sehingga ia merasa amat tersinggung. sebetulnya ia ingin meninggalkan begitu
saja upacara itu, namun tak berani melakukannya, sebab takut dikenai persona non
grata.
Green secara diplomatis membalas dengan menggoda Ny. Supeni, seorang pejabat
tinggi Departemen Luar Negeri Rl yang hadir pula dalam upacara itu. Dubes Green
mengatakan betapa Ny. Supeni yang mengenakan kebaya hijau itu (green) memiliki
daya tarik yang sangat hebat, sehingga ia tak sempat menangkap kalimat kalimat
terakhir yang diucapkan oleh Sukarno. Maksudnya, bagian yang menyerang
kebijaksanaan luar negeri AS. Godaan itu diucapkan dengan suara yang sangat
keras, sehingga tertangkap oleh mikrofon dan terdengar oleh seluruh hadir pula in. Tentu
saja suasana jadi tegang.
Tindakan Green ini ternyata berbuntut. Beberapa jam lalu , ribuan demonstran
berkumpul di dekat rumah Duta Besar Green. Wakil demonstran yang diterima
oleh Green mengemukakan banyak hal mengenai imperialise Amerika Serikat, CIA
dan berbagai hal lainnya yang mengecam Amerika Serikat.
Kesan kedua yang diterima oleh Green dari Sukarno yaitu betapa seringnya ia
dikata katai sebagai orang yang menolak sebutan sebagai Marshall of Air Force
(Marsekal Udara). sebab nya Sukarno di hadapan orang banyak beberapa kali
menyebut Green sebagai Marshall of CIA (Marsekal Intelligen AS).
Bulan September 1965, hubungan Rl dengan beberapa negara tertentu memburuk,
terutama dengan AS. Green segera mengirim telegram kepada Menteri Luar Negeri
Dean Rusk di Washington meminta, agar menyampaikan ultimatum kepada
negara kita . Isi ultimatum dirancang oleh Green sendiri. Bunyinya: Segala bentuk
pengrusakan terhadap harta diplomatik dan konsuler AS, akan memicu
ditutupnya Konsulat Jenderal Rl di New York dan tempat tempat lainnya di Amerika
Serikat. Green sengaja menekankan penutupan Konsulat Jenderal Rl di New York,
sebab ia mengetahui , Menlu soebandrio dan sebagian besar anggota Kabinet negara kita
saat itu, mengharapkan peranserta khusus Konjen Rl di New York dalam bidang
keuangan. Ultimatum yang diharapkan, didapat dari Washington dalam waktu kurang
dari 24 jam. Green menyampaikannya kepada Dr. soebandrio tanggal 13 September
1965.
Ternyata soebandrio tidak marah menerima ultimatum itu. Bahkan menanyakan
hal hal apa yang bisa dibantu oleh Pemerintah negara kita .
Sejak itu tidak pernah ada lagi demonstrasi terhadap Kedutaan AS sampai akhir
1965.
Menyinggung peristiwa G30S/PKI, analisa pertama dari Kedutaan Besar AS di
Jakarta mengatakan, pergerakan itu dilakukan oleh PKI sebab khawatir mengenai
kesehatan Sukarno yang memburuk. sebab nya, PKI buru buru bertindak menghabisi
lawan nya di lingkungan Angkatan Darat, selama Sukarno masih bisa
melindungi PKI. Jika Sukarno harus turun dari kepemimpinan negara, PKI berasumsi
bahwa Angkatan Darat tak memiliki lagi kesempatan untuk menyaingi komunis.
analisa kedua dari pihak Kedutaan Besar, yaitu kecurigaan mereka terhadap peranserta
Sukarno dalam coup d'état. Green menyatakan, kecurigaan itu antara lain disambungkan
oleh munculnya Sukarno di Halim Perdanakusumah, di mana berada para perencana
coup d'état. Green menambahkan, keterlibatan Sukarno dalam pembunuhan para
perwira tinggi AD, dimungkinkan sebab merekalah yang sejauh ini menghalangi
Sukarno mencapai tujuan NASAKOM.
analisa ke tiga, berdasar keterangan saksi Green, yang lebih dicurigai lagi yaitu pihak Cina Komunis. Pihak Cina mengetahui daftar nama para Jenderal yang terbunuh pada pukul 11 siang 1
Oktober 1965, satu jam sebelum daftar itu diumumkan di Jakarta. Dalam daftar yang
diperoleh Cina, ada nama Jenderal A.H. Nasution sebagai yang terbunuh,
sehingga muncul dugaan daftar Jenderal yang akan dijadikan sasaran, sebetulnya
sudah ada di tangan pihak Cina sebelum G30S/PKI meletus.
Dua hari sesudah Marshall Green kembali dari Washington berkonsultasi dengan
Presiden Lyndon Johnson, wakil Presiden Hubert Humprey dan Menlu Dean Rusk,
tepatnya 7 Maret 1966, Presiden Sukarno berpidato di muka umum yang menyatakan
Marshall Green akan di usir dari negara kita . Tanggal 8 Maret 1966, kedutaan Besar
AS di jalan Merdeka Selatan diserbu demonstran yang pro Sukarno.
Dikatakan oleh Green, International Governmental Group on negara kita (IGGI)
merupakan realisasi dari rencana Deputy Asisten Menteri Luar Negeri AS, Robert
Barnett pada awal tahun 1966.
Dalam resepsi memperkenalkan bukunya negara kita Crisis and Transformation
1965 1968 di Gedung Asia Society Washington awal Juni 1991, Marshall Green
mengatakan bahwa tujuannya menulis buku itu, terang terangan ia sebutkan untuk
membantah tuduhan sebagian pihak mengenai keterlibatan AS dalam pembantaian
kaum komunis di negara kita . Amerika sama sekali tidak ikut campur dalam soal itu.
negara kita menyelesaikan kemelutnya dengan kemampuannya sendiri , kata Green.
Marshall Green menunjukkan ketersinggungannya sebab dituduh sebagai pihak yang
bekerja untuk CIA. namun sebaliknya dalam kata sambutan di bagian awal buku karya
Green itu, seorang rekan sejak kecilnya yang lalu menjadi atasan Green,
Asisten Menlu AS, William P. Bundy, mengakui bahwa Green pernah bekerja di
lingkungan CIA.
Wartawan Suara Pembaruan menutup resensinya sehubungan dengan apa yang
dituliskan dalam buku itu, Green sama sekali tidak menyebut nama George Benson.
Disekitar meletusnya G30S/PKI tahun 1965, Benson yaitu seorang atase di
lingkungan Kedutaan Besar AS yang memiliki hubungan khusus dengan beberapa
tokoh militer negara kita . Green cuma hanya sekedar mengatakan, salah seorang atasenya yang bernama Willis Ethel, memiliki hubungan istimewa dengan ajudan Jenderal A.H.
Nasution.
Buku Green ini bisa menjadi pelengkap khazanah sejarah negara kita , namun tentu saja
diperlukan kepastian akan kebenaran dan keruntutan urainnya, kata Albert Kuhon
(Wartawan Suara Pembaruan ), menutup tulisannya.
Apa yang dikutip di sini hanya bagian bagian yang terpenting saja.
Pengakuan Marshall Green di atas, membuktikan betapa beralasannya kecurigaan
sukarno bahwa Amerika memang campur tangan mengenai persoalan dalam
negeri negara kita dengan tujuan akhirnya menggulingkan Presiden Sukarno yang
terlalu anti imperialisme dan kapitalisme yang justru menjadi strategi dasar politik
global Amerika Serikat.
sukarno yang tadinya sudah bulat sikapnya menolak kehadiran Marshall Green,
lalu merubah sendiri sikap itu sesudah dicairkan oleh soebandrio . Memang
dilalu hari memicu pertanyaan juga, apa yang tersembunyi di balik peranserta
soebandrio itu, yang sangat kuat mendesak sukarno agar jangan. menolak
Marshall Green,
Kelemahan sukarno , sebab ia sendiri ambivalent (mendua) dalam sikapnya,
biasanya orang yang bernaung di bawah bintang Gemini, dan
masih berpikir dapat merubah sikap agresif Amerika Serikat, jika saja ia memberikan
konsesi. Padahal konsesi itu terbukti tidak menolong apa apa.
Cerita mengenai penerbang Amerika, Allan Pope yang disewa oleh kaum pemberontak
PRRI/PERMESTA dan dalam satu kali serangan saja sudah mernbunuh 700 rakyat di
Ambon, akhirnya di ampuni oleh sukarno dengan memakai hak
prerogatipnya sebagai Presiden, meski pun dengan imbalan yang tidak seimbang
dengan subversi AS di negara kita , yaitu sebuah contoh. Juga kemurahan hati Bung
Karno ini, sama sekali tidak merubah politik Amerika Serikat terhadap negara kita .
Tentu maksud sukarno hendak menunjukkan bahwa ia ingin nunjukkan bahwa ia
ingin bersahabat dengan Amerika, tanpa memahami lebih jauh strategi politik
Amerika yang justru hendak meruntuhkan kepemimpinannya.
Ada baiknya kita kaji kembali kisah kebaikan hati sukarno menyelesaikan masalah
Allan Pope.
Di satu pagi hari Minggu bulan April 1958 kata sukarno , penerbang Amerika,
Allan Pope, yang disewa oleh kaum pemberontak PRRI/PERMESTA, melakukan
serangan terhadap pulau Ambon, menyerang sebuah Gereja dan gedung itu hancur,
yang di dalamnya jama'at sedang melakukan kebaktian dan terbunuh semua. Juga
ditenggelamkannya sebuah kapal Republik dan semua awak kapal mengalami nasib
yang malang. Serangan pagi itu sudah membunuh 700 rakyat yang tak berdosa.
Prajurit prajurit kita yang memakai meriam penangkis serangan udara yang
sudah tua menembak jatuh pesawat B 25 dan penerbangnya, Allan Pope, jatuh di
pohon kelapa. Sebelah kaki dan tulang pahanya patah. Ia harus bersyukur sebab
jiwanya diselamatkan oleh Republik, ia diangkut ke rumah sakit.
sukarno menanyakan kepada Duta Besar Amerika Serikat, mengapa penerbang
itu memerangi kami,
Jawab sang Duta Besar: Oleh sebab dia dengar tuan komunis dan dia hendak
menyumbangkan tenaga dalam perjuangan melawan komunisme .
Surat surat Pope yang ditemukan di tempat dia jatuh, menyatakan bahwa ia seorang
penerbang yang diberi ijin untuk angkutan udara sipil dengan menjelaskan haknya
untuk memakai lapangan terbang Clark di pangkalan Amerika dekat Manila.
sukarno percaya , Allan Pope seorang agen CIA, meski pun tidak ditemukan bukti
yang tertulis. Tentu ia tidak ; sebodoh itu untuk membawa bawa bukti bukti yang dapat
memberatkan dirinya.
Di setiap negara yang baru berkembang, orang akan melihat agen agen Amerika
banyak berkeliaran. Kami pun melihat mereka berkeliaran di Jakarta, kata Bung
Karno.
Isteri Allan Pope, bekas pramugari pada perusahaan penerbangan PAN American
Airways datang kepada sukarno dan menerimanya Dia menangis mencurahkan,
seluruh kesedihannya dan memohon agar suaminya diampuni. sukarno tidak
dapat memandangi air mata seorang wanita , sekali pun dia seorang asing.
lalu ibu dan saudara wanita nya juga datang dengan sedu sedan yang
melebihi dari perasaan yang dapat ditahankan oleh sukarno .
Saat itu Allan Pope sudah keluar dari rumah sakit sesudah dokter dokter negara kita
menyelamatkan jiwanya tanpa memotong kakinya. Ia sedang berada dalam tahanan
rumah menunggu pemindahannya ke penjara tentara untuk dihukum mati.
namun sukarno menyampaikan kepadanya: Atas kemurahan hati Presiden
Republik Indonesia , engkau diberi ampun. Putusan ini dilakukan secara diam diam.
Saya tidak menghendaki propaganda mengenai hal ini. Pergilah dan sembunyikan
dirimu di Amerika Serikat dengan diamdiam. Jangan bikin cerita cerita sensasi di
surat surat dan sembunyikan dirimu di Amerika Serikat dengan diam diam. Jangan
bikin cerita cerita sensasi di surat surat kabar. Jangan buat pernyataan pernyataan.
pulang lah, sembunyikan dirimu, kami akan melupakan semua yang sudah terjadi .
sukarno Penyambung Lidah Rakyat negara kita , hal. 400 402
Begitu besar kemurahan hati sukarno , sampai sampai ia memakai hak
prerogatipnya mengampuni agen CIA yang sudah membunuh ratusan mungkin ribuan
rakyat negara kita dan menenggelamkan banyak kapal Republik.
Tergerakkah hati Pemerintah Amerika Serikat untuk membalas budi baik sukarno
dengan menghentikan subversinya di negara kita , Tidak! Justru Amerika meningkatkan
kegiatannya hendak menggulingkan sukarno .
Namun cukup mengejutkan pengakuan Ladislav Bittman, bekas kepala Departemen
VIII Dinas Intelligen Cekoslowakia dalam bukunya The Deception Game permainan
curang yang lalu disadur ke dalam bahasa negara kita oleh Oejeng Soewargana.
46) Digambarkannya bahwa Dinas Intelligen Cekoslowakia dan KGB (Dinas Intelligen
Uni Sovyet), pada saat saat pengganyangan Amerika di negara kita , nimbrung
memancing di air keruh.
46) Diterbitkan oleh PT. Tjandrasertamerta , Jakarta, 1973.
Pengakuan itu mengatakan, Mayor Louda seorang perwira senior intel Ceko yang
beroperasi di negara kita , menyampaikan manuscript manuscript palsu kepada
pejabatpejabat negara kita , pimpinan partai partai politik dan pers, yang langsung
memper cayainya. Adegan dimulai dengan menyampaikan informasi palsu kepada
Duta Besar Rl di Praha (yang tidak disebut namanya), mengenai apa yang
dinamakannya Operasi Palmer . Sang Duta Besar yang katanya juga seorang
perwira intelligen BPI (Badan Pusat Intelligen), percaya kepada informasi itu dan
meneruskannya ke Jakarta, sebab memang pesan Mayor Louda, harus diketahui
oleh soebandrio dan sukarno .
Akibatnya, bukan Bill Palmer saja yang menghadapi kesulitan, juga Peace Corps
Amerika yang banyak melatih di bidang olah raga, dituduh menjadi mata mata CIA,
diusir dà ri negara kita .
Pada akhir bulan Maret 1965, Presiden Lyndon B. Johnson mengirim wakil khusus ke
negara kita , Ellsworth Bunker, untuk mengusahakan peredaan ketegangan antara
Amerika dengan negara kita . Misi Bunker gagal dan sesudah ia pulang , permusuhan
terhadap AS makin menjadi jadi.
Pada bulan April 1965 datang di Jakarta seorang Armenia yang tinggi langsing,
dengan rambut dan kumis yang sudah mulai ubanan, sikapnya aristokratis dan tidak
banyak menarik perhatian orang. Padahal dia sebetulnya Jenderal Agayant, kepala
Departemen Berita berita Palsu KGB yang bekerja sama dengan Dinas Rahasia
Cekoslowakia. Dia merasa puas melihat hasil hasil yang dicapai oleh Operasi
Palmer . Hasilnya, hubungan negara kita Amerika sudah mencapai taraf yang sangat
kritis.
Tanpa takut kemungkinan akan diketahui bahwa sumber kampanye anti Amerika
didapat dari Dinas Berita Palsu Blok Sovyet, Jenderal Agayant memerintahkan siaran
luar negeri Radio Moskow yang ditujukan ke negara kita , meningkatkan
siaran siarannya dengan keterangan keterangan yang sebelumnya sudah terbukti sangat
berhasil. Salah satu keterangan yang disiarkan 3 Juni 1965, merupakan contoh yang
dinilai baik.
Kutipannya sebagai berikut:
Pendengar pendengar yang terhormat! Anda tentu banyak mengetahui mengenai
kegiatan keg atan subversif yang dilakukan oleh United States Intelligence Agency
(Dinas Intelligen AS). beberapa besar agen agen rahasianya ditempatkan di seluruh
dunia Dalam mempekerjakan agen agen yang dapat digambarkan sebagai
pembunuh pembunuh tersembunyi (the knights of cloak and dagger), ahli ahli
subversi Amerika Serikat mengarahkan perhatian khusus mereka ke negara negara
Asia dan Afrika. Mereka sedang berusaha keras untuk mengubah suasana politik di
negara negara ini dengan subversi.
Sebagai biasa, agen agen rahasia CIA memperoleh dukungan pasukan pasukan AS di
seluruh duriia. Hal ini dapat dibuktikan dengan kejahatan kejahatan AS di Vietnam,
Laos dan Konggo.
sudah diketahui , bahwa sejak lama CIA merencanakan kejahatan kejahatan yang
sama di negara kita . Belum lama berselang seorang agen rahasia CIA yang
kerkemuka, Bill Palmer, sudah tertangkap basah. Ia mengatur sebuah jaringan
komplotan baru Palmer yaitu seorang agen rahasia kawakan la menyamar sebagai
wakil dari AMPAI (American Motion Picture Association in negara kita ). Selama 19
tahun ia melakukan kegiatan kegiatan subversi di negara kita . berdasar keterangan saksi berita berita
pers, Palmer memelihara hubungan hubungan yang luas di negara kita la
memakai dana yang di sediakan oleh CIA dan iuran yang dikumpulkan dari
pemutaran film film Amerika di negara kita , yaitu film film yang mempropagandakan
imperialisme dan aspek aspek penghidupan Amerika, untok menyogok agen agen
rahasia negara kita dan Amerika dan untuk membiayai unsur unsur anti revolusioner
yang merencanakan komplotan komplotan.
misi Palmer yang paling penting ialah merencanakan pemberontakan
pemberontakan di negara kita antara tabun 1957 dan 1959, yang memicu
hilangnya banyak harta benda dan ribuan jiwa orang negara kita
Palmer sudah mengadakan kontak dengan pemimpin pemimpin pemberontak seperti
Simbolon, Kawilarang dan lain lain di Bungalawnya di Puncak Palmer sudah
menyerahkan uang kepada mereka dan memberi nasehat Palmer di Bungalawnya
juga sudah mengatur sebuah pertemuan antara pimpinan CIA, Allen Dulles, dan
pemimpin pemimpin jaringan spionase, di mana mereka merencanakan komplotan
untuk membunuh Presiden Sukarno dalam tabun 1957.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, Palmer giat sekali mengumpulkan
orang kontra revolisioner di negara kita untuk merencanakan
petualangan petualangan baru. Disamping itu ia merongrong perkembangan ekonomi
negara kita dengan pergerakan subversi dan sabotase. Memang tepat, jika negara kita
menuduh CIA dan Palmer sebagai negara kita dengan pergerakan subversi dan
sabotase. Memang tepat, jika negara kita menuduh CIA dan Palmer sebagai otak
subversi pada kedudukan kedudukan militer di Jawa dan Sumatera akhir bulan Maret
dan awal bulan April yang baru lalu, yang memicu banyak korban jiwa.
Kegiatan kegiatan subversi di Jawa dan Sumatera dilaksanakan pada saat utusan
Gedung Putih, Michael Forrestal, berada di negara kita . Kantor berita peranserta cis AFP
(Agency France Press) menghubung hubungkan subversi di Jawa dan Sumatera itu
dengan kunjungan Forrestal. Sangat besar kemungkinannya, Forrestal
mengharapkan akan dapat memakai subversi itu sebagai alasan untuk
melakukan tekanan tekanan pada Pemerintah negara kita dan memaksa Presiden
Sukarrio agar membatalkan maksudnya menasionalisasi perusahaan perusahaan
asing, termasuk perusahaan perusahaan AS di negara kita .
Pembukaan kedok Palmer mengungkapkan juga kegiatan kegiatan yang tidak
pantas, yang di lakukan oleh Duta Besar Howard Jones di negara kita . Seperti
diketahui , Howard Jones sudah dipanggil pulang beberapa waktu yang Ialu untuk
menghapus kegiatan kegiatannya yang ilegal Jones sudah menterapkan kolonialisme
AS di negara kita selama kira kira 7 tahun la sendiri sudah ikut dan mengorganisasi
pemberontakan pemberontakan terhadap pemerintah negara kita dan memelihara
kontak dengan agen agen CIA dan memimpin kegiatan kegiatan subversif mereka
Seperti ditulis oleh wartawan wartawan Ross dan Wise dalam buku mereka The
Invisible Government (Pemerintahan yang tidak nampak), Jones sudah mengambil
bagian dalam komplotan komplotan CIA di negara kita . Ia mengetahui perincian siasat
C/A untuk memberikan senjata kepada kaum pemberontak di Sumatera dan Jawa.
Ia sendiri juga terlibat dalam pemberian senjata itu. beberapa besar kegiatan
subversif yang dilakukan agenagen C/A di bawah pimpinan Palmer, yang
berlangsung di negara kita dalam beberapa tahun belakangan ini, sudah memperoleh
persetujuan Jones Pers International sudah memuat artikel artikel mengenai
keterlibatan Jones dalam komplotan untuk membunuh Presiden Sukarno di Teluk
Sulawesi
Duta Besar Amerika, Howard Jones, menyerahkan jabatannya kepada Marshall
Green. Jones akan mengepalai apa yang dinamakan East West Center di Hawai.
Palmer sudah meninggalkan negara kita sebab takut akan pembalasan. Jones juga
akan meninggalkan negara kita , namun jaringan CIA tetap tinggal di negara kita . Rakyat
negara kita selalu menuntut, agar pengaruh modal AS dan kegiatan kegiatan CIA di
negara kita di hentikan
Demikian siaran radio Moskow.
Buku The deception game juga mengatakan bahwa manuscript Gillchrist, Duta Besar
Inggris di Jakarta, yang terkenal itu, katanya diproduksi oleh Dinas Rahasia Blok
Sovyet, berupa sebuah surat kepada Kementerian Luar Negeri di London, yang
dialamatkan kepada Sir Harold Cassia, Sekertaris Muda Kementrian Luar Negeri di
London bertanggal 24 Maret 1965.
manuscript itu katanya, diteruskan kepada Wakil Perdana Menteri/ Menteri Luar Negeri
Dr. soebandrio dan Presiden Sukarno. Antara lain isinya seperti yang dikutip oleh
Ladislav Bittman sebagai berikut:
Saya sudah mengadakan pembicaraan pembicaraan dengan Duta Besar Jones
mengenai masalah yang ini dalam surat No. 67785/65. Duta Besar Jones pada
pokoknya sepakat dengan pendirian kita. namun ia meminta lebih banyak waktu untuk mempelajari persoalan itu dari berbagai segi.
Menjawab sebuah pertanyaan, pengaruh apa yang akan muncul dari kunjungan Bunker, utusan istimewa Presiden Johnson ke Jakarta untuk membicarakan masalah perbaikan hubungan Amerika lndonesia, Duta Besar Jones mengatakan,
bahwa ia tidak melihat suatu kemungkinan untuk memperbaiki kondisi , dan bahwa hal itu akan memberikan waktu kepada kita untuk memicu persiapanpersiapan yang lebih mantap. Duta Besar Jones juga mengingatkan perlunya mengambil langkah langkah baru untuk menciptakan koordinasi yang lebih baik dan ia
mengatakan, tidak perlu menekankan keharusan memicu rencana itu menjadi sukses. Saya sudah berjanji akan memicu persiapan persiapan yang diperlukan dan saya akan melaporkan pendapat saya mengenai masalah ini dalam waktu yang tidak begitu lama. Yang dimaksud ialah serangan bersama terhadap negara kita dari pangkalan pangkalan di Malaysia. Surat itu disangkal oleh Inggris. Dari pengakuan Ladislav Bittman, menunjukkan bahwa Dinas Rahasia Cekoslowakia
dan KGB (Sovyet) juga ikut terlibat mendorong meletusnya G30S/PKI, meski pun diakui lalu bahwa tindakan itu menjadi bumerang, sebab akibatnya melampaui apa yang direncanakan. Rencana mereka hanyalah hendak menunggangi situasi anti Amerika yang meningkat di negara kita untuk menghancurkan sama sekali pengaruh
AS di negara ini . Akibat yang tidak mereka perhitungkan, justru yang hancur Partai Komunis Indonesia (PKI). namun seorang cendekiawan Inggris, Neville Haxwell, menemukan sepucuk surat dari seorang Duta Besar Pakistan di Paris yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri
Pakistan waktu itu, Zulfikar Ali Bhuttho, yang melaporkan ucapan seorang pejabat Belanda di Nato pada bulan Desember 1964 yang mengatakan bahwa negara kita akan jatuh ke tangan Barat seperti apel busuk. Agen agen intelligen Barat memiliki rencana untuk mengorganisasi premature communist coup (gerakan gerakan komunis pradini), untuk
memberi peluang kepada Angkatan Darat menumpas PKI dan menjadi Sukarno
sebagai sandera. New York Review of Books, Juni 1978 Seorang peneliti, Geofrey Robinson (Boston, AS) dalam manuscript nya Some Arguments Concerning S. Influence and Complicity in Indonesia coup of October 1, 1965 (1990) mencatat bahwa surat Gillchrist yang kesohor itu terlihat sebagai manuscript yang tidak mengherankan dan akibat akibatnya sama sekali bukan tak masuk akal. Apa yang dinamakan surat Duta Besar Inggris di Jakarta, Sir Andrew Gillchrist kepada Departemen Luar Negerinya, dilaporkan berisi alinea: ..Akan baik untuk menekankan sekali lagi kepada para sahabat kita di dalam Angkatan Darat, (our local army friends, pen.) bahwa kehati hatian yang paling seksama, disiplin dan koordinasi, yaitu esensial dari suksesnya usaha. New York Review of Books, Mei 1978 orang Inggris dan Amerika menyatakan bahwa surat ini palsu dan memang mungkin begitu. namun siapa yang memalsunya, biasanya diperkirakan bahwa surat ini dimasak oleh jaringan Intelligen soebandrio yang akan dipakai dalam pertarungan politik di dalam negeri menghadapi Angkatan Darat dan sudah tentu juga menghadapi Inggris (dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia). namun surat itu juga
berguna (meski pun dikatakan palsu) untuk mempolarisasi politik negara kita dan memicu PKI waspada terhadap desas desus kemungkinan kudeta tentara. Sampai sejauh itu, ia juga agak berguna bagi tujuan tujuan politik AS dalam menenangkan krisis politik ke arah yang tak terhindarkannya bentrokan antara Angkatan Darat dan PKI. namun jika manuscript Gillchrist itu di balik menjadi pemalsuan CIA dan sengaja
diedarkan untuk menghasut PKI dan Sukarno, kita akan memiliki bukti yang mempercayakan bahwa usul usul pemerintah AS dan CIA, sudah benar benar dilaksanakan dengan atau melalui manuscript itu. Nyatanya, kita tidak memiliki bukti bahwa manuscript Gillchrist yaitu produk CIA. Yang ada hanya bukti bukti lingkungan kondisi dari usaha usaha intelligen luar negeri
untuk menggerakkan polarisasi dan saling curiga mencurigai di kalangan pengomplot pengomplot kudeta, bulan dimana surat Duta Besar Pakistan beredar, Chaerul Saleh dianggap taruhan anti komunis yang baik oleh CIA, sebab ia membongkar manuscript adanya rencana kudeta PKI, Ruth McVey, Korespondensi pribadi dengan George Kahin, Benedict Anderson dan Prederick Bunnel. Namun Harian Rakyat (harian PKI 2 Januari 1965, mengatakan bahwa manuscript yang dimaksud yaitu palsu. Ini dapat dimengerti sebab kerjaan Chaerul Saleh itu, dianggap sebagai gerak awal dari Intelligen Barat untuk mengembangkan suasana curiga mencurigai sehubungan dengan tanda bahaya dari kiri yang direncanakan untuk membangkitkan dan
mempercepat reaksi Angkatan Darat. Surat Gillchrist dan lalu desas desus mengenai akan adanya gerakan gerakan Dewan Jenderal , kedua duanya sudah sengaja diedarkan untuk menghasut PKI masuk ke dalam komplotan mengadakan gerakan gerakan pradini atau
apa yang dikenal dengan gerakan gerakan Untung . Apa pun nilainya, suratsurat ini bersama
sama dengan bukti bukti yang menyangkut CIA dan usul usul pemerintah AS mengenai ancaman komunis, sudah memberikan beberapa kepercayaan kepada interpretasi yang memasukkan kegiatan AS dan asing lainnya, sebagai kegiatan sengaja menghasut atau memprovokasi suatu pertarungan terbuka antara kiri dan kanan dengan asumsi bahwa yang kanan dapat menang. Ralp McGehee mengatakan, strategi ini sudah menjadi seperti trade mark dari CIA semenjak 1965. Ralp McGehee, wawancara pribadi dengan Geofrey Robinson, Nop. 1983 Namun perlu dicatat bahwa bertahun tahun sebelum itu, AS dengan ClA nya sudah berusaha untuk menggulingkan Sukarno, seperti secara terperinci diuraikan di atas.
Amerika Serikat memang sudah lama menghendaki agar negara kita mengikuti
petunjuknya, jangan anti imperialis mau pun kapitalis. Bahkan pemberontakkan PRRI/ PERMESTA yang dibantu oleh Amerika Serikat, yaitu untuk menggulingkan Pemerintah Pusat di Jakarta yang dianggap radikal bersama dengan Sukarno yang anti imperialis dan anti kapitalis.
Sesudah itu masih bertahun tahun lagi Amerika Serikat memamerkan dukungannya terhadap Belanda di PBB, dengan menolak Irian Barat dikembalikan kepada negara kita . sesudah negara kita mulai menerjunkan gerilyawannya di daratan Irian Barat, dibantu kapal kapal selam yang bertebaran diperairan sekitarnya dan bomber bomber jarak jauh menyerang sasaran tertentu di Irian Barat, barulah Amerika Serikat mendesak
Belanda agar menyerahkan saja Irian Barat kepada negara kita , sebab khawatir sengketa itu akan meluas menjadi konflik internasional.
sebab terlampau kasarnya campur tangan Amerika Serikat terhadap persoalan dalam negeri negara kita , maka Pemerintah negara kita merasa perlu membalas dengan menasionalisasi perusahaan perusahaan minyak dan perusahaan perusahaan Amerika lainnya. Alasan Amerika Serikat bahwa Sosialisme negara kita yang dicanangkan oleh Bung Karno, dikhawatirkan akan merubah negara kita menjadi komunis, sangat tidak realistis. Syarat syarat untuk menjadi negara sosialis, sama sekali tidak tersedia.
Disamping itu meski pun PKI dikatakan makin kuat dan makin agresif, namun kekuatan yang anti PKI jauh lebih besar dan lebih kuat, termasuk ABRI. Seperti yang ditulis oleh Gabriel Kolko, kontroversi mengenai peranserta CIA dalam
pergolakan politik di negara kita Oktober 1965, sudah memicu perhatian yang lebih mendalam oleh adanya manuscript manuscript rahasia yang terungkap di Amerika yang memastikan bahwa memang Amerika campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara kita . Hanya tuduhan Letnan Kolonel Untung mengenai adanya Dewan Jenderal yang disponsori oleh CIA yang akan meng gerakan gerakan Presiden Sukarno, yaitu tuduhan yang tidak bisa dibuktikan di muka persidangan MAHMILLUB. Juga PKI yang menuduh seperti itu, tidak bisa membuktikan kebenaran tuduhannya. namun 20 Januari 1965, CIA sudah menyampaikan sebuah memorandum kepada Pemerintahannya, yang menyatakan bahwa kita sekarang menghadapi bukan saja
bahaya dari Sukarno, namun juga ketidak pastian suatu kemungkinan negara kita tanpa Sukarno .
Apa yang dicatat diatas, hanyalah untuk membuktikan bahwa Amerika Serikat dengan ClA nya memang selalu terlibat dalam setiap pergolakan dan mencampuri persoalan dalam negeri negara kita . Namun yang cukup menarik bahwa di luar negeri, terus saja terbit banyak buku atau manuscript mengenai G30S/PKI dan hubungannya dengan pergerakan menggulingkan Sukarno, bahkan sesudah seperempat abad peristiwa itu, pembahasannya masih berjalan terus. Sementara di negara kita sendiri hal ini malah menjadi tabu, kecuali jika sekedar mencaci maki PKI dan mendiskreditkan sukarno tanpa me ngaitkannya dengan ulasan yang berpandangan lain. Terakhir ada lagi manuscript yang terbit di luar negeri (1990) mengenai G30S/PKI dan
Keterlibatan Amerika dalam kudeta 1 Oktober 1965 di negara kita , sebagian besarnya
memuat pembahasan seberapa jauh keterlibatan PKI dalam apa yang dinamakan kudeta Untung. Masalah ini tetap penting, sebab adanya pembenaran yang bersandar pada penerimaan kalangan politik yang menganggap PKI sebagai partai terlibat, dan anggapan keterlibatan PKI ini dipakai sebagai dalih membasmi kaum
komunis, bahkan pendukung Sukarno, dan semua anggota organisasi yang berafiliasi dengan PKI. Dalam waktu kurang lebih 6 bulan sesudah kudeta Untung, antara 500.000 sampai 1.000.000 orang dibunuh dan mendekati 75.000 yang ditangkap dan ditahan, Angka yang dikutip di sini berasal dari Amnesti Internasional Report, The New York Review of Books, 24 Nopember 1977. Isu keterlibatan PKI ternyata memiliki arti lebih luas, sebab tampaknya dijadikan tameng agar orang tidak melihat keterlibatan pelaku lain yang lebih penting, yaitu Pemerintah A.S. dan berbagai agennya. manuscript ini dimaksudkan untuk membuka dengan sebuah gambaran singkat
mengenai bukti bukti domestik dan internal yang mendukung berbagai penjelasan alternatif dari kudeta itu. Dengan bahan bahan ini akan tampak lebih terang pengaruh dari pasang surutnya hubungan AS RI. Pendekatan yang demikian diharapkan akan memberikan gambaran yang lebih lengkap, sebab akan menarik perhatian kita kepada akibat akibat komplementer dari beberapa faktor dalam negeri
dan internasional, yang memungkinkan kita lebih baik menilai watak dan seberapa jauh keterlibatan AS dalam peristiwa itu. Lebih lebih jika hal ini dikaitkan dengan bantuan militer dan ekonomi dari CIA dalam pemberontakan PRRI/PERMESTA 1958, sudah lama ada usaha AS menggulingkan Pemerintahan Sukarno.
Pemberontakan daerah daerah di luar Jawa merupakan hal yang penting bagi Amerika untuk menetapkan kembali politik dan strateginya terhadap komunisme di negara kita . Beberapa Departemen melihat dalam pemberontakan itu, terbuka kesempatan baik untuk menjatuhkan Pemerintahan Sukarno dan dengan begitu,
menghancurkan komunisme di negara kita .
Satu catatan lain yang dimuat dalam The Journal of American History , tulisan H.W. Brands, dikatakan bahwa dalam pemberontakan di Sumatera (maksudnya: PRRI/PERMESTA, PEN.), CIA membantu sekitar 300 serdadu yang terdiri dari orang Amerika, Filipina dan Cina Taiwan, dan beberapa pesawat terbang transport dan beberapa bomber B 26. 53)
H.W. Brands, The Limits of Manijuga tion: How the United States Didn't Topple Sukarno, The Journal of American History, published by
The Organisation of Historians, Vol. 76 No.3, Des. 1989, hal. 790. tahun berbahaya, berdasar keterangan saksi Geofrey Robinson, ialah tahun terakhir sebelum kudeta Untung ditandai oleh mengentalnya tiga kecenderungan politik negara kita yang kait mengait. Pertama, politik luar negeri Sukarno yang makin bergeser ke kiri ini
mencerminkan pertumbuhan polarisasi kekuatan politik di negeri itu. Kedua, perjuangan politik yang semakin berlangsung di luar lembaga dan jalur politik normal . Ini sebagian besar sebab reaksi atas kegiatan Sukarno dan PKI. Ketiga,
selaku musuh utama, Sukarno dan PKI sudah semakin menjadi titik peradikalan dan polarisasi pertarungan politik dalam negeri. AS disini menjadi seperti wakil dari negara asing lainnya, termasuk Inggris. Ia juga menjadi sasaran ancaman kekerasan politik yang serius dari kaum kiri. Suasana ini digambarkan oleh Mortimer sebagai satu krisis dan histeria dan sikap kekerasan yang sudah dipolarisasi dari segmen
penduduk yang sudah dipolarisasikan,
Serangan langsung terhadap Amerika, dimulai oleh Sukarno saat mengeritik politik Amerika di Vietnam dan Malaysia dalam pidato 17 Agustus 1964. Kritik kritik Sukarno ini sudah membuka tutup bendungan banjir dan sikap anti Amerika menjadi pusat logika politik dalam negeri negara kita . contohnya AS dituduh terlibat dalam
komplotan hendak membunuh Sukarno. Nasehat yang disampaikan oleh Washington kepada Kedutaan Besar AS di Jakarta sehubungan dengan tuduhan itu berbunyi: Hasil yang baik mungkin akan tumbuh dengan sangkalan formal terhadap keterlibatan AS dalam komplotan pembunuhan. Bagaimana pun juga, kita ingin
menghindar dari tuduhan berat yang tak pantas diucapkan oleh seorang Presiden . Duta Besar Howard Palfrey Jones diinstruksikan agar mengemukakan kepada Sukarno reaksi Presiden Johnson dengan mengatakan bahwa Presiden Johnson merasa terganggu oleh tuduhan itu dan bahwa ada unsur unsur jahat yang sengaja
berusaha meracuni suasana kemajuan hubungan antara negara kita Amerika yang sudah ditegakkan oleh Kominike Bersama Sukarno dengan Duta Besar Keliling, Bunker.
Dalam konteks pertarungan politik yang demikian, harus dinilai arti penting berbagai macam desas desus akan adanya kudeta militer yang didukung AS, CIA dan Inggris dengan dibantu intervensi militer langsung terhadap negara kita . Departement of State: Telegram kepada Kedutaan Besar AS . di Jakarta, 3 Juni 1965, National Security Files, negara kita , jilid III. Politik anti Amerika yang langsung dan keras sudah memaksa pembuat politik di Amerika mempertimbangkan atau menilai kembali tujuan dan caranya Arnerika bertindak. Sebuah manuscript CIA bertanggal 26 Januari 1965, terang terangan mengatakan bahwa kepentingan Amerika dan Sukarno bertabrakan di hampir setiap lapangan. ClA Office of National Estimates Special Memorandum No. 4 65 Principle Problems and Prospects in negara kita , 26 Januari 1965 (Jones File) Walau pun ada perbedaan mengenai usul berbagai Departemen dan agen agen, ada pengakuan yang meningkat sepanjang tahun 1965, mengenai sudah
waktunya untuk mengurangi kepercayaan mengenai kemungkinan mempengaruhi Sukarno dan agar memulai perencanaan yang serius bagi pemecahan krisis untuk keuntungan kekuatan kekuatan anti komunis dan anti konfrontasi.
namun sebuah telaah CIA yang lain (Office of National Estimates, 26 Januari 1965),
memberikan perhatian yang lebih besar pada kurangnya persatuan di kalangan kekuatan non komunis yang diharapkan bisa menjadi sekutu Amerika. Sedang manuscript CIA lainnya menyimpulkan satu perkiraan yang suram terhadap alternatif dari krisis yang ada bahwa saat saat dan arah yang sudah ditanam
Sukarno pada kecenderungan kecenderungan yang ada sekarang, sudah membawa bawa nya ke arah kemungkinan perang dengan Inggris dan Amerika Serikat di mana Sukarno mengharapkan bantuan Cina (RRT) atau pengambil alihan kekuasaan oleh PKI. Geofrey Robinson mengatakan bahwa fakta intervensi AS sesudah kudeta 1 Oktober 1965, dapat dibenarkan menjadi subjek studi yang terpisah dan berjilid jilid, sambil
menyimpulkan, ia di sini hanya memicu sketsa kasar, mengenai kemungkinan keterlibatan AS.
Dikatakannya, tindakan AS mengambil tiga bentuk. Pertama, pengakuan politik langsung kepada pihak yang menumpas kudeta Untung, tanpa intervensi langsung. Kedua, memberikan bantuan militer dan ekonomi terselubung, sesuai dengan
kebutuhan mendesak, untuk menghindari penampilan mencampuri urusan dalam
negeri negara kita . Ketiga, bantuan propaganda mengenai perkembangan negara kita ,di luar negeri.
Mengutip: Van Langenberg (1967) hal 8
Jadi, Amerika Serikat berkepentingan menjauhkan diri dari setiap campur tangan terang terangan atas peristiwa yang terjadi di negara kita . Segala bantuan harus disalurkan melalui saluran tertutup. Bulan bulan sesudah kudeta Untung, walau pun Sukarno masih tetap Presiden, Amerika secara efektif menggeser pangakuan politiknya dari de jure Kepala Negara, kepada yang de facto berkuasa, politik yang memberikan keuntungan luar biasa bagi penentang Presiden Sukarno di tengah tengah satu perubahan politik yang terus
menerus. Secara publik, Administrasi Johnson jarang menyatakan kegirangannya atas
perubahan di negara kita , bahkan ia membentuk satu citra toleran non intervensi, terhadap masalah dalam negeri negeri itu. Sebuah manuscript DOS (Department of State) menyatakan: Sampai akhir Maret 1966, politik kita atas perkembangan di negara kita , yaitu diam, Department of State: Post Mortem dari Kudeta, 1966, (D.D.1981). namun sambil melanjutkan posisi ini di hadapan umum, seluruhnya sudah jelas bahwa pada waktu yang tepat, Amerika Serikat siap memberikan sumbangan materi untuk membantu tegaknya kepemimpinan baru.. Inilah satu penyamaran yang mulia, liberal dan efektif, kata Geofrey Robinson. Para pejabat Kedutaan Besat AS tampil menyerupai tokoh dalam lukisan goa goa Romawi, di mana mereka mengamati pertarungan di pinggir ring sambil mencatat kemajuan perkembangan sebagai berikut:
1) PKI sekarang sudah melarikan diri untuk pertama kalinya dan Aidit bersembunyi, organisasi Partai rontok, manuscript manuscript bertebaran dan Markas Besar nya dibakar.
2) Angkatan Darat sudah memegang saat saat pembasmiannya terhadap PKI dan menangkap beberapa ribu aktivis Partai.Department of State: Laporan Situasi Kelompok Kerja negara kita , 9
Oktober 1965. Geofrey Robinson menutup manuscript nya dengan mengatakan bahwa atas dasar fakta yang dikemukakan, kita sungguh dapat memastikan bahwa Amerika Serikat sudah
berbuat apa yang dapat dilakukannya untuk memiliki kekuatan kekuatan ditambah
peluang yang menguntungkan untuk bertindak (di negara kita ) dengan jaminan bahwa mereka dapat berbuat begitu dengan bebas dari hukuman. sepuluh tahun lamanya Amerika mengusaha kan penggulingan Sukarno. Hitung saja sejak suksesnya Konperensi Asia Afrika April 1955 di Bandung, yang berhasil rnenjadikan sukarno pemimpin dunia, setidaktidaknya dunia Asia Afrika, hal yang mengkhawatirkan Amerika. usaha Amerika ini akhirnya menjadi sempurna sesudah ketua MPRS Jenderal A.H. Nasution menandatangani Ketetapan MPRS No.XXXIII/MPRS11967, yang mencabut semua kekuasaan pemerintahan negara dari tangan Presiden Sukarno, bahkan melarangnya melakukan kegiatan politik untuk akhirnya dijebloskan ke dalam tahanan. sukarno dituduh terlibat G30S/PKI. Penyelesaian hukum berdasar keterangan saksi ketentuan hukum dalam rangka menegakkan hukum dan keadilan, sebagaimana tercantum dalam pasal 6 dari Ketetapan MPRS XXXIII, tidak diindahkan lagi, sebab jika prosedur hukum ini ditempuh, dikhawatirkan akan
mencairkan kembali sasaran pokok Ketetapan ini , yaitu membenarkan pencabutan semua kekuasaan pemerintahan negara dan larangan melakukan kegiatan politik terhadap diri sukarno . Belakangan muncul pendapat yang meragukan mengenai prosedur yang ditempuh oleh MPRS menggulingkan Sukarno dengan alasan terlibat pergerakan 30 September 1965, sebab alasan alasan yang dikemukakan tidak didukung oleh pembuktian yang sah di muka sidang pengadilan.
Sebagai contoh, keberadaan Presiden Sukarno di Kompleks Halim Perdana Kusumah contohnya , daerah yang dinyatakan sebagai sarang G30S/PKI, dianggap sebagai salah satu bukti keterlibatannya. mengenai tuduhan ini, Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa, kolonel Maulwi Saelan, yang membawa bawa sukarno ke Halim, memberikan kesaksiannya bahwa tindakan itu
diambil sesuai dengan ketentuan Operating Standing Procedure (OSP) Tjakrabirawa, yaitu dalam kondisi darurat, Presiden harus diselamatkan melalui cara yang paling mungkin. Dalam masalah ini sesudah dipertimbangkan dengan seksama, diputuskan Presiden dibawa ke Halim, sebab di sana selalu standby pesawat
terbang Kepresidenan Jet Star yang setiap saat dapat menerbangkan Presiden ke tempat lain yang lebih aman. Tuduhan lain di samping keterangan Brigjen Sugandhi, mantan Ajudan Presiden, seperti yang sudah diuraikan juga ada keterangan dalam 14 Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) setebal 90 halaman, hasil interrogasi Team Pemeriksa Pusat (TEPERPU) atas diri mantan Ajudan Presiden Sukarno yang lain, letnan kolonel (KKO) Bambang Setyono Widjanarko yang menerangkan bahwa Presiden Sukarno pada tengah malam 30 September menerima surat dari letnan kolonel Untung Samsuri, komandan batalyon I Resimen Tjakrabirawa yang memimpin pergerakan 30 September, di tengah tengah penyelenggaraan acara penutupan Musyawarah Besar Teknik yang
dihadiri oleh Presiden di ISTORA Senayan.
Keterangan Widjanarko ini dibantah keras oleh Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa, kolonel Maulwi Saelan, yang tengah malam itu bertanggungjawab atas pengawalan dan keselamatan Presiden, yang memastikan bahwa sama sekali tidak ada adegan seperti yang dikatakan oleh Widjanarko. Maulwi Saelan selama acara berlangsung di ISTORA Senayan, selalu berada di dekat Presiden. di hari berikutnya , keterangar keterangan yang dinyatakan sebagai bukti keterlibatan
sukarno dalam pergerakan 30 September, dinilai oleh Jaksa Agung Singgih, SH.,
bersifat audita, artinya sekedar didengar atau diketahui dari orang lain, tanpa
dikonfimmasikan atau dikuatkan oleh alat bukti lain, sehingga pembuktiannya
mengambang. Manai Sophiaan, Apa yang masih teringat, Bisa dimengerti bahwa penilaian Bung Kamo dalam Pelengkap Nawaksara mengenai
adanya oknum oknum yang tidak benar bisa saja dirasakan oleh Jenderal A.H.
Nasution sebagai sindiran atas dirinya, mengingat adanya desas desus negatif
mengenai sikapnya. Hubungan sukarno dengan Nasution waktu itu memang
kurang baik, sehingga dalam menentukan sikap, emosi masing masing dimungkinkan
sekali ikut berperanserta .
Ini terbukti sesudah kondisi menjadi lebih tenang, 25 tahun lalu Nasution
memberikan keterangan sambil mengutip pengakuan ajudan Presiden Sukarno,
kolonel (KKO) Bambang Widjanarko, yang menyatakan bahwa Presiden Sukarno
sudah memerintahkan agar Jenderal A. Yani datang menghadap ke Istana pada 1
Oktober 1965, memberi petunjuk bahwa Presiden Sukarno tidak mengetahui
sebelumnya akan terjadi pergerakan 30 September, dan maka tidak
mengetahui juga akan terjadinya pembunuhan atas 6 Jenderal di Lubang Buaya.62)
62) Ibid, hal. 455.
Bahkan Presiden Sukarno mempertanyakan dalam Pelengkap Nawaksara, mengapa
dia saja yang diminta pertanggungjawaban atas peristiwa G30S/PKI dan justru bukan
Menteri Koordinator Pertahanan/Keamanan yang waktu itu dijabat oleh Jenderal A.H.
Nasution,
Lalu Presiden Sukarno bertanya:
Siapa yang bertanggungjawab atas usaha hendak membunuhnya dalam peristiwa
Idul Adha di halaman Istana Jakarta,
Siapakah yang bertanggungjawab atas pemberondongan dari pesawat udara atas
dirinya (di Istana Jakarta) oleh Maukar,
Siapakah yang bertanggungjawab atas pericegatan bersenjata atas dirinya di dekat
gedung Stanvac (Jakarta) ,
Siapakah yang bertanggungjawab atas pencegatan bersenjata atas dirinya di
Selatan Cisalak (antara Jakarta Bogor) ,
Presiden Sukarno menyebut 7 peristiwa usaha hendak membunuhnya dan siapa
yang harus dimintai tanggungjawab atas semua kejadian itu, namun masih ada bukti
lain mengenai adanya oknumoknum yang tidak benar .
Geofrey Robinson yang sudah banyak dikutip dalam Bab terdahulu, mengutip sebuah
telegram dari Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta, 21 Januari 1965, kepada
Department of State (DOS) di Washington, di mana dilaporkan pertemuan yang baru
saja diadakan antara seorang pejabat Kedutaan Besar dengan Jenderal S. Parman,
yang mengungkapkan kuatnya perasaan dalam Angkatan Darat terhadap
pengambilan alih kekuasaan sebelum meninggalnya Sukarno.
Angkatan Darat, berdasar keterangan saksi telegram itu, sangat prihatin terhadap pergerakan PKI untuk
membangun Angkatan ke V, sebab itu merasa perlu mengambil tindakan langsung
untuk mengimbangi pergerakan PKI . Angkatan Darat menyadari bahwa bagaimana
pun, tidak ada gerakan gerakan terhadap Sukarno yang akan berhasil. Oleh sebab itu dianjurkan
agar gerakan gerakan dilakukan demikian rupa, seakan akan menjaga kepemimpinan Sukarno
tetap utuh.63)
63) Geofrey Robinson mengutip Departmenr of Defence, telegram dari
Kedutaan Besar Amerika di Jakarta, 21 Januari 1965 (dari Jones File).
Seperti diuraikan dalam Bab Vl, Gabriel Kolko yang menulis mengenai negara kita
dengan mengutip manuscript manuscript Kementerian Luar Negeri AS dan CIA yang tidak
dirahasiakan lagi mengenai debat mengenai peranserta Amerika Serikat di negara kita 1965,
mengatakan mengenai adanya telegram dari Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta,
Howard Jones 22 Januari 1965. Dengan menghilangkan nama orangnya dalam
telegram, orang itu menerangkan kepada saya (Duta Besar) berita yang sangat
rahasia, bahwa tentara mengembangkan rencana spesifik untuk megambil alih
kekuasaan pada saat Sukarno akan turun tahta. Orang itu baru datang dari
pertemuan dengan Jenderal Parman yang mendiskusikan rencana itu dengannya. Ia
berkata, sekali pun sudah ada rencanarencana mengenai contingency (kemungkinan)
basis dengan perhatian kepada post Sukarno era, ada satu sentimen kuat di
antara segment top military command untuk mengambil kekuasaan sebelum Sukarno
turun.
Dapat dipercaya, bagaimana pun dirahasiakannya, Presiden Sukarno menerima
laporan mengenai kegiatankegiatan ini melalui jalur khusus, sehingga cukup alasan
baginya untuk mengatakan bahwa salah satu sebab terjadinya pergerakan 30
September, sebab adanya oknum oknum yang tidak benar .
Pada tahun 1957 saat seorang wartawan Belanda Willem Oltmans, beraudiensi
ke Istana (dikatakannya sudah diulas dalam 2 bukunya, pen.), ia mengatakan kepada
sukarno agar tidak sepenuhnya mem percayai Dr. soebandrio , namun sukarno
meneruskan saja percaya kepadanya. William Oltmans mengatakan bahwa
soebandrio lah yang membakar bakar sukarno mengenai konfrontasi terhadap
Malaysia.
William Oltmans menceritakan juga bahwa di dalam Tentara ada Jenderal Jenderal
yang menyuruh orang seperti Oejeng Soewargana pergi ke Den Haag dan
Washington untuk mempercayakan orang Belanda dan Washington agar
menaruhkan kartunya pada Tentara, sebab Jenderal A.H. Nasution siap menjadi
Presiden dan sukarno akan diturunkan. Dikatakan, pergerakan internasional dari
Panjaitan dan Parman, sudah dimulai sejak 1961. Permainan ini berjalan terus dan
Jenderal Parman pernah menemui saya di New York. Kolonel Sutikno yang
mengatur pertemuan itu. Ia menghubungi saya dan seorang bekas agen CIA bernama
Werner Verrips. Ternyata maksudnya, kami berdua harus dilenyapkan. Saya tetap
hidup dan Verrips terbunuh .64)
64) Resensi Willem Oltmans atas buku Otobiografi Soeharto , edisi
bahasa Belanda. Amsterdam 24 Maret 1991.
Demikian tulis Willem Oltmans, yang Mei 1994 kembali berkunjung ke negara kita
dalam rombongan Perdana Menteri Belanda, Lubbers.
Mengapa Willem Oltmans dan Warner Verrips harus dilenyapkan, sebab keduanya
sudah mengetahui adanya kegiatan mencari dukungan dari Belanda dan Washington
atas rencana hendak menggulingkan Sukarno, rencana yang mereka tidak setujui
dan dikhawatirkan akan melaporkannya kepada Sukarno.
Mudah untuk dimengerti bahwa rencana ini akhirnya disampaikan oleh Willem
Oltmans kepada sukarno . maka , sukarno tidak asal menuduh
begitu saja tanpa alasan yang kuat mengenai adanya oknumoknum yang tidak benar .
sedang mengenai Dr. soebandrio , saat ia sebagai Menteri Luar Negeri menyelesaikan
sengketa Irian Barat dengan Belanda lewat Dewan Keamanan PBB dengan bantuan
wakil Amerika di PBB, E. Buncker, pada 16 Agustus 1962, sehingga negara kita tidak
perlu lagi membebaskan Irian Barat dengan kekuatan militer, secara serius ia
berbicara dengan seseorang yang dipercayainya, bahwa dengan prestasinya itu,
pantaslah memicu dirinya diangkat menjadi Wakil Presiden, yang waktu itu memang lowong.
Analisa CIA juga mengatakan bahwa jika Sukarno tidak lagi mampu menjalankan misi nya, maka Dr. soebandrio lah yang berambisi menggantikannya.
namun pergerakan 30 September 1965 yang gagal, memicu harapan Dr. soebandrio
manjadi buyar. manuscript Amerika mengungkapkan bahwa sebelum keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 yang memicu banyak Menteri dari Kabinet 103 Menteri yang
ditahan, ABRI sudah merencanakan hendak menangkap Dr. soebandrio , sebab menganggap dia termasuk biang keladi peristiwa pergerakan 30 September 1965. Sebuah telegram dari Kedutaan Besar Amerika di Jakarta tanggal 26 Pebruari (1966) ditujukan kepada Menteri Luar Negeri di Washington menyatakan sebagai berikut:
1. Minta perhatian Departemen Luar Negeri dan Duta Besar Green untuk .... sedang kita sudah tentu tidak dalam kedudukan untuk mengatakan apakah kegiatan kita sebetulnya harus di ambil terhadap soebandrio . Sumber laporan ini dapat dipercaya dan saya anggap harus diperhatikan dengan sungguh sungguh.
2. Sudah ada laporan terdahulu, paling sedikit tanggal 10 Nopember yang lalu (1965) bahwa Tentara akan mengambil soebandrio . Ini
ternyata palsu. namun Tentara sekarang merasa lebih putus asa.
Kelompok berhaluan keras memperbesar tekanan mereka untuk
sesuatu bentuk tindakan dan Tentara memiliki risiko untuk
memperoleh nama buruk, jika gagal melakukan tindakan lanjut dengan
kesempatan baik yang sudah diciptakan mahasiwa. Tambahan juga
laporan menunjukkan bahwa pimpinan tertinggi Tentara jauh lebih
bersatu dari pada sebelumnya dalam keputusan untuk menghentikan aksi
soebandrio . Ia menempel bagai lem pada Istana. namun Tentara
pasti memiliki kekuatan untuk memperoleh dengan salah satu
cara, jika memang memiliki kemauan untuk melakukannya.
3. Penyingkiran soebandrio tidak akan seluruhnya mengubah
kecenderungan sekarang di negara kita . Tentara masih harus
menghadapi Sukarno dan tujuannya tidak akan berubah. namun ,
tanpa soebandrio sebagai wakilnya, Sukarno akan memiliki jauh lebih
banyak kesulitan untuk memaksakan rencananya (CONEFO, Poros
Peking, kebangkitan neo PKI). Lagi juga fakta tentara bertindak
terhadap anteknya, akan memiliki pengaruh yang menenangkan
kepadanya dan dia mungkin akan lebih mudah dikendalikan. Bahkan
jika ia akan mencoba menyerang tentara sebagai pembalasan,
fakta bahwa tentara sudah melakukan langkah pertama, akan
memudahkan langkah kedua terhadap Sukarno sendiri.
4. Kami tidak mengetahui sifat atau penentuan waktu untuk bergerak, akan
namun berdasar keterangan saksi perkiraan pendahuluan kami, Tentara memiliki
kemampuan untuk melakukannya tanpa me nimbulkan perang saudara
atau kerusuhan lokal yang serius. pergerakan cepat dan efektif terhadap
soebandrio , mungkin tidak akan berulang, tidak akan dilawan oleh
unit unit militer yang lain, teristimewa jika Sukarno tidak cedera. Akan
namun selalu ada kemungkinan perkembangan yang tidak diduga atau
ceroboh. Oleh sebab itu kami mengulangi peringatan kepada orang
orang Amerika untuk sedapat mungkin dihuni diri dan kami akan
mengambil tindakan selanjutnya untuk memperketat keamanan
perwakilan. Kami merasa tidak perlu mengulang, tidak perlu ada
tindakan lebih lanjut pada waktu ini.
CP 1
Lydman
BT
Catatan:
Advance copy ke S/S o pukul 1:27 pagi, 26/2/66 melewati Gedung Putih pukul 1:37
pagi, 2612166. Gedung Putih menasehatkan staf Kedutaan Besar Amerika untuk
dihuni diri jika Tentara negara kita mengambil soebandrio , The Declassified Documents Respective Collection, 1977, # 129 D,
26 Pebruari 1966. Disunting oleh William L Bradley dan Mochtar Lubis
dalam manuscript manuscript pilihan mengenai politik luar negeri Amerika
Serikat di Asia ,
Pada tanggal 4 Maret 1966, Pak Harto minta izin kepada Presiden Sukarno hendak
menangkap beberapa Menteri yang dianggap terlibat G30S/PKI, namun Presiden
menolaknya. berdasar keterangan saksi Jenderal Soemitro dalam bukunya (disunting oleh Ramadhan
K.H.) Soemitro, Dari PANGDAM Mulawarman Sampai PANGKOPKAMTIB (terbit
April 1994), Sebelum 11 Maret 1966, ada rapat staf SUAD yang dipimpin oleh Pak
Harto. Rapat itu mendengarkan briefing dari Pak Harto, dan sampai pada keputusan
hendak memisahkan sukarno dari apa yang disebut Durno durno nya.
Diputuskan, beberapa Menteri akan ditangkap, yang harus dilakukan oleh RPKAD
pada saat ada sidang Kabinet di Istana Merdeka, 11 Maret 1966.
Yang dipekerjakan memicu Surat Penangkapan, Jenderal Soemitro selaku Asisten
Operasi MEN/PANGAD, lalu meneruskan kepada KOSTRAD dan RPKAD
untuk pelaksanaannya.
Namun sebelum penangkapan dilaksanakan, tiba tiba datang perintah lagi dari Pak
Harto kepada Jenderal Soemitro melalui Asisten Vll, Alamsyah, agar Surat
Perintah Penangkapan dicabut kembali. Jenderal Soemitro menyatakan, pencabutan
tidak mungkin dilaksanakan, sebab pasukan sudah bergerak.
Sebelum itu, Panglima KOSTRAD Umar Wirahadikusumah sudah memerintahkan
Kepala Stafnya, Kemal Idris, agar membatalkan perintah menangkap soebandrio ,
namun ditolaknya, dengan alasan perintah sudah jalan dan Istana sudah dikepung sehari
sebelum sidang Kabinet.
Meski pun demikian penangkapan soebandrio tidak berhasil dilaksanakan hari itu.
Sesudah keluarnya Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR) 1966, soebandrio baru
ditangkap di Wisma Negara dalam komplek Istana Jakarta, yang dilakukan sesudah
Presiden Sukarno lebih dahulu disingkirkan oleh Tjakrabirawa , dibawa ke Istana
Bogor. Tjakrabirawa menolak penangkapan soebandrio dilakukan, selagi Presiden
berada di Istana Jakarta. Ternyata Presiden Sukarno sendiri tidak berusaha
menyelamatkan soebandrio dari penangkapan.
mengenai usaha hendak menangkap soebandrio , dilalu hari diceritakan oleh
Letnan Jederal (purn.) Achmad Kemal Idris kepada mingguan Tempo (20 Oktober
1990) bahwa sehari sebelum sidang Kabinet 103 Menteri di Istana Merdeka, ia dalam
statusnya sebagai Kepala Staf KOSTRAD, menempatkan pasukan RPKAD tanpa
inisial mengelilingi Istana, dengan misi untuk menangkap soebandrio yang dianggap
salah satu tokoh G30S. Dikatakannya bahwa Pak Harto lah yang memerintahkan
penangkapan itu, bagaimana caranya, terserah.
namun saat sidang Kabinet sedang berjalan (11 Maret 1966) Ajudan Senior Presiden,
Brigadir Jenderal Moh. Sabur, melapor kepada Presiden bahwa ada pasukan yang
tidak dikenal me ngelilingi Istana dan ada kekhawatiran pasukan ini akan menyerbu.
Oleh sebab itu Presiden Sukarno segera diamankan ke Istana Bogor dengan
Helicopter yang tersedia di halaman depan Istana. soebandrio yang menjadi sasaran
hendak ditangkap, ikut dengan sukarno ke Bogor. Hari itu usaha menangkap
soebandrio , gagal.
Pada tahun 1993, Kemal Idris menceritakan lagi kepada wartawan Forum Keadilan
66) bahwa Amirmachmud sebagai Panglima KODAM V/Jaya mengetahui dialah yang
menempatkan pasukan tanpa tanda pengenal di sekeliling Istana. namun kata
Kemal Idris, dia memang yang bertanggungjawab mengenai pengpergerakan pasukan,
sedang Amirmachmud sebagai Panglima KODAM, hanya melaksanakan misi
teritorialnya.
Forum Keadilan , 22 Juni 1993
Waktu berkumpul di KOSTRAD, Kemal Idris dapat perintah agar menarik pasukan
itu. Yang memerintahkan penarikan pasukan, ialah Letnen Jenderal Maraden
Panggabean (Pejabat Panglima Angkatan Darat) melalui Amirmachmud, Panglima
KODAM V/jaya. Kemal Idris tidak mau melaksanakannya. jika pasukan saya
tarik, apa SUPERSEMAR akan jadi, , kata Kemal Idris.
berdasar keterangan saksi Kemal Idris, sebab pasukan tetap berada di sekitar Istana, maka Bung
Karno kabur ke Bogor. sesudah sukarno pergi, Pak Harto menulis surat kepada
sukarno yang dibawa oleh 3 Jenderal (Basuki Rachmat, M. Yusuf dan
Amirmachmud), isinya kira kira menyatakan tidak bisa bertanggungjawab mengenai
keamanan, jika tidak diberikan lebih banyak kekuasaan untuk menumpas
G30S/PKI dan mempertanggungjawabkan keamanan.
saat ditanya, sesudah keamanan pulih, haruskah kewenangan itu dikembalikan
kepada sukarno , , Kemal Idris menjawab: Iya, cuma hanya sekedar sampai di situ saja, tidak
berarti dia (Soeharto) me ngambil alih kekuasaan. Jadi, sesudah keamanan bisa
dipulihkan, kekuasaan itu harus dikembalikan kepada sukarno . namun MPRS
menghendaki lain .
Sebelum sidang Kabinet dimulai, Presiden Sukarno bertanya kepada Amirmachmud,
apakah situasi keamanan memungkinkan Sidang Kabinet diadakan, , yang dijawab
bisa , sambil memberikan jaminan: AMAN!
Itulah sebabnya saat 3 Jenderal yang diutus oleh Pak Harto menemui sukarno
di Bogor, sekali lagi sukarno bertanya kepada Amirmachmud, bagaimana situasi
sebetulnya , yang dijawab oleh Amirmachmud bahwa kondisi AMAN. Waktu itu ia
dibentak oleh sukarno sambil mengatakan Kau berkata aman, aman, namun
demonstrasi jalan terus .
H. Amirmachmud Menjawab,
Kedatangan 3 Jenderal ke Bogor yang berdasar keterangan saksi Kemal Idris membawa bawa surat Pak
Harto memicu lahirnya Surat Perintah 11 Maret. namun mantan Asisten Operasi
MEN/ PANGAD Jenderal Soemitro mengatakan, bukan 3 Jenderal yang
memicu SUPERSEMAR keluar, melainkan sebab RPKAD mengepung Istana.
saat membaca teks SUPERSEMAR dalam perjalanan dari Bogor ke Jakarta untuk
disampaikan kepada Pak Harto, Amirmachmud mengatakan: Koq ini penyerahan
kekuasaan .
Akhirnya sesudah pemegang SUPERSEMAR melaksanakan perintah itu,
pertama dilakukannya membubarkan PKI, disusul dengan penahanan 15
Menteri. Tindakan ini sangat mengejutkan sukarno , sebab tidak dikonsultasikan
dahulu dengan Prèsiden/Panglima Tertinggi ABRI, seperti yang dimaksud dalam Surat
Perintah ini . Langkah pun dipercepat dengan memanggil Sidang Umum IV
MPRS 25 Juli 1966, lalu membubarkan Kabinet Dwikora yang menteri menterinya
sudah ditangkap lebih dahulu 15 orang, sesudah mana Jenderal Soeharto lalu
membentuk Kabinet AMPERA dengan ia sendiri sebagai ketua Presidium Kabinet itu.
Klimaksnya, diselenggarakan Sidang Istimewa MPRS dari tanggal 7 s/d 12 Maret
1967, yang mengangkat Jenderal Soeharto menjadi Pejabat Presiden, sebab
Presiden Sukarno sudah divonis oleh Sidang Istimewa MPRS dengan Ketetapan
No.XXXIII/1967 yang mencabut semua kekuasaannya dari Pemerintahan Negara.
Semua itu kata Amirmachmud, berhulu dari SUPERSEMAR.70)
70) H. Amirmachmud Menjawab, hal. 61.
Sejak SUPERSEMAR diluncurkan, sebetulnya sukarno tidak mampu lagi
mengantisipasi situasi secara tepat.
Berikut ini kutipan penilaian sukarno yang meleset mengenai perkembangan
situasi yang diucapkannya dalam Amanat Proklamasi 7 Agustus 1966. sukarno
berkata:
.......tahun 1966 ini, kata mereka , ha, eindelijk, eindelijk at long last, Presiden
Sukarno sudah dijambret oleh rakyatnya sendiri; Presiden Sukarno sudah digerakan gerakan ;
Presiden Sukarno sudah dipreteli segala kekuasannya; Presiden Sukarno sudah
ditelikung oleh satu triumvirat yang terdiri dari Jenderal Soeharto, Sultan Hamengku
Buwono dan Adam Malik. Dan Perintah 11 Maret kata mereka: Bukankah itu
penyerahan pemerintahan kepada Jenderal Soeharto,
Dan tidakkah pada waktu sidang MPRS yang lalu, mereka reaksi musuh musuh kita
mengharapkan, bahkan menghasut hasut, bahkan menujumkan, bahwa sidang
MPRS itu sedikitnya akan menjinakkan Sukarno, atau akan mencukur Sukarno
sampai gundul sama sekali, atau akan mengdongkel Presiden Sukarno dari
kedudukannya semula,
Kata mereka dalam bahasa mereka, The MPRS session will be the final setlement
with Sukarno , artinya sidang MPRS ini akan menjadi perhitungan terakhir laatste
afrekening terhadap Sukarno. Surat Perintah 11 Maret itu mula mula, dan memang
sejurus waktu, memicu mereka bertampik sorak sorai kesenangan. Dikiranya Surat
Perintah 11 Maret yaitu satu penyerahan pemerintahan. Dikiranya Surat Perintah 11
Maret itu satu transfer of authority . Padahal tidak! Surat Perintah 11 Maret yaitu
satu perintah pengamanan .......bukan penyerahan pemerintahan. Bukan transfer of
authority.
Mereka, musuh, sekarang kecele sama sekali, dan sekarang pun, pada hari
Proklamasi sekarang ini, mereka kecele lagi: Lho, Sukarno masih Presiden, masih
Pemimpin Besar Revolusi, masih Mandataris MPRS, masih Perdana Menteri: Lho,
Sukarno masih berdiri lagi di mimbar ini! Presiden Sukarno, Amanat Proklamasi IV 1961 1966, Inti Idayu Press bekolaborasi dengan Yayasan Pendidikan Soekarno, hal. 199 200.
Demikian Cuplikan pidato sukarno yang mengevaluasi situasi waktu itu, penilaian
mana meleset sama sekali. Yang benar justru penilaian musuh, yang diejek oleh
sukarno .
Urut urutan kejadian yang mengikuti Surat Perintah 11 Maret, sama sekali tidak
membuktikan kecelenya musuh, seperti yang digambarkan oleh sukarno .
Baru belakangan, 10 Januari 1967, sukarno memberikan penilaian yang benar
mengenai sebab musabab terjadinya pergerakan 30 September 1965, antara lain sebab
ada oknum oknum yang tidak benar dalam tubuh kita sendiri.
PADA bulan Mei 1978, KOPKAMTIB di bawah Panglima Sudomo, pernah
menerbitkan seperti BUKU PUTIH mengenai G30S/PKI, yang isinya memastikan
PKI sebagai dalang, juga menuduh sukarno sebagai pihak yang terlibat. Satu
tuduhan yang sungguh mengandung risiko tinggi. sebab seperti sudah diuraikan
pada bagian lain, tidak ada pengadilan yang pernah memastikan sukarno terlibat,
padahal pengadilanlah satu satunya instansi yang kompeten untuk pemastian itu.
Apa lagi persyaratan ini dicantumkan dalam Ketetapan MPRS No. XXXIII 1967,
menyebutkan bahwa penyelesaian persoalan hukum selanjutnya yang menyangkut
diri Dr. Ir. Sukarno, dilakukan berdasar keterangan saksi ketentuan ketentuan hukum dalam rangka
menegakkan hukum dan keadilan .
Mantan Jasa Agung dan Menteri Kehakiman, Ismail Saleh, S.H., dalam wawancara
dengan mingguan Detik 16 Pebruari 1994 menanggapi tuduhan keterlibatan Bung
Karno dalam G30S/PKI menyatakan bahwa kita harus membedakan antara sekedar
memihak PKI dengan memihak dalam arti pemberontakan. jika memihak PKI
sebagai Presiden untuk tujuan mempersatukan, dapat dipahami, sebab semuanya
harus dirangkul. Dan merangkul seperti itu, memang biasa dilakukan oleh pimpinan
dan ini tidak berarti terlibat. Orang ingin mengatakan bahwa sukarno memihak
(PKI). Ini sesuatu yang simplistik. Tidak demikian! Kita kan sudah bisa menilai peranserta
sukarno dalam sejarah kita. Tidak patut dan meria turut menghakimi bakwa
beliau terlibat, kata Ismail Saleh.
Juga Mantan Panglima KOPKAMTIB Soemitro, menyatakan kepada wartawan
Amanah 21 Maret 1 994, bahwa meski pun ABRI kecewa atas sikap sukarno
yang tidak mau membubarkan PKI, namun tidak terlintas sedikit pun menuduh Bung
Karno terlibat G30S/PKI. Sama sekali tidak!
Jadi, penyidik hukum mana yang sudah memastikan bahwa sukarno terlibat
G30S/PKI, sehingga ketua MPRS waktu itu Jenderal A.H. Nasution berusaha keras
menggiring MPRS agar mengadakan Sidang Istimewa yang dibuka pada 7 Maret
1967 untuk menggulingkan Presiden Sukarno dengan alasan keterlibatan itu,
Banyak yang berpendapat bahwa Jenderal A. H. Nasution meng harapkan, sesudah
Presiden Sukarno digulingkan, dialah yang berpeluang dipilih menggantikannya,
sesuai dengan apa yang ditulis oleh wartawan Belanda, William Oltmans, bahwa
rencana ini jauh hari sebélumnya, sudah dipolakan dan dikampanyekan di luar negeri.
namun pada saat saat yang menentukan, justru ia tidak berani mengambil inisiatif untuk
tampil, sedang waktu itu yang diperlukan, di samping kemampuan, juga keberanian.
Syarat ini dinilai ada pada Pak Harto. Itulah sebabnya yang diusulkan dan dipilih oleh
MPRS untuk menggantikan Presiden Sukarno yang digulingkan, Jenderal Soeharto
dan bukan Jenderal A.H. Nasution.
Dengan tangkas Jenderal Soeharto pada 13 Maret 1967 mengucapkan pidato dalam
rangka mengamankan pelaksanaan proses penggantian Presiden, dengan
mengatakan:
Kedudukan Presiden Sukarno sudah ditegaskan oleh MPRS, oleh pemegang
kekuasaan tertinggi, oleh pemegang kedaulatan rakyat yang merupakan penjelmaan
seluruh rakyat negara kita , yang akan kami laksanakan sebaik baiknya dengan
bantuan dan kepercayaan dari seluruh rakyat.
Marilah kita semua tidak lagi mempersoalkan kedudukan sukarno !
Tidak terduga, sesudah sukarno terguling, Jenderal A. H. Nasution tidak lagi bisa
melanjutkan kiprahnya, sebab ia pun segera tersingkir dan di hari tuanya
sakit sakitan.
sedang bekas tahanan politik (tahanan Politik ) G30S/PKI, sesudah melalui masa seperempat
abad, tetap saja dinyatakan sebagai bahaya laten dan komunisme meski pun sudah
dilarang masih saja dinyatakan sebagai ancaman di negara kita . Sebuah buku
berjudul Sekitar Padnas, Bahaya Laten & tahanan Politik G30S/PKI diterbitkan oleh
Lembaga Pertahanan Nasional, memuat 16 tulisan yang menyoroti bahaya laten
komunis dan sisa sisa kekuatannya.
Buku ini menjelaskan bahwa keruntuhan komunisme, tidaklah dengan sendirinya
membawa bawa kelumpuhan pada kekuatan sosial yang berorientasi kepada Marxisme,
sebab adanya 4 faktor pendukung:
1. Masalah sosial ekonomi yang diidentifikasi dan dideskripsikan oleh
analis Marxis sebagai kritik sosial, tetap menarik, seperti kesenjangan
sosial, kemiskinan dan eksploatasi tenaga manusia.
2. Janji kesanggupan Marxisme untuk mengubah nasib hidup menuju
emansipasi.
3. peralatan teori Marxisme sebagai disiplin ilmu dan metodologi
yang mendukungnya, sudah berkembang dan menjadi daya tarik
tersendiri, terutama di Barat.
4. Komunisme sebagai sistim, ajaran, metode dan pergerakan , tetap
menarik dan dapat saja dimanfaatkan oleh siapa pun dalam mencapai
tujuannya, tanpa yang bersangkutan menjadi komunis.
Marxisme sebagai filsafat dan teori sosial, tidak menghilang dengan runtuhnya sistim
komunisme.
Itulah sebabnya mengapa G30S/PKI tetap bahaya laten dan berbagai hak azasi ratusan ribu orang
yang pernah ditahan sebab masalah itu, direnggut dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 32/1981 , dimana ditetapkan banyak ketentuan yang harus ditaati. Untuk menyebutkan sebagian kecil saja dari padanya, antara lain:
1. Keharusan mencantumkan kode ET (Eks tahanan Politik ) pada Kartu Tanda Penduduk.
Pencantuman kode ET ini memicu dihambatnya yang bersangkutan mencari pekerjaan dan semua pasar kerja akan takut menerimanya.
2. Melakukan pembatasan pekerjaan bagi mereka untuk menjadi dosen/guru, wartawan, lembaga bantuan hukum, pendeta dan sebagainya yang tidak diperinci, sehingga sangat elastis.
3. Mencegah mereka memasuki kegiatan kemasyarakatan yang dianggap mungkin
memicu kerawanan di bidang sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya dan
KAMTIBMAS.
4. Untuk bepergian dalam negeri meninggalkan kelurahan/desa tempat domisilinya lebih dari 7 hari, harus dengan izin khusus. Warganegara biasa, tidak memerlukan izin itu.
5. Untuk bepergian ke luar negeri atau melakukan ibadah Haji, harus memiliki reputasi baik dan ada jaminan tertulis dari seseorang/instansi yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa yang bersangkutan akan kembali ke daerah domisili
semula, dan sudah memperoleh santiaji dari pejabat atau tugas setempat.
Meski pun Panglima ABRI Jenderal Faisal Tanjung dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR 13 Desember 1993 sudah menyatakan tidak keberatan atas penghapusan kode ET yang terkesan tidak manusiawi itu, mengingat tidak ada lagi masalah dari segi keamanan, namun Departemen Dalam Negeri tetap mempertahankan sistim hukuman tanpa putusan pengadilan itu, berlaku bagi orang bekas tahanan politik. Berbagai lembaga yang bergerak di bidang Hak Azasi Manusia sudah mengajukan persoalan ini kepada Komisi Nasioanal Hak Azasi Manusia untuk diperhatikan. Hukuman kolektif seperti ini, tidak memiliki dasar hukum dalam sistim UUD 1945 dan bertentangan dengan Deklarasi Sedunia mengenai Hak Azasi Manusia yang diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB 10 Desember 1948. Dalam Mukaddimah Deklarasi itu antara lain dikatakan: Bahwa sikap tidak memperdulikan dan sikap menghina hak hak azasi manusia, memicu tindakan biadab yang mendatangkan amarah pada hati nurani manusia.
Bahwa penting sekali hak hak azasi manusia dilindungi oleh hukum, agar manusia tidak
mengambil jalan lain yang terakhir, dengan pemberontakan terhadap tirani dan penindasan.
Pasal 13:
Setiap orang berhak untuk bergerak dan memilih tempat tinggalnya secara bebas dalam batas wilayah setiap negara.
Pasal 23:
Setiap orang berhak untuk bekerja, untuk memilih pekerjaan yang bebas, untuk memperoleh syarat bekerja yang menguntungkan dan perlindungan terhadap pengangguran. Oleh sebab itu apa yang diterapkan dengan instruksi Menteri Dalam Negeri No. 32/1981, tidak lain dari usaha untuk mempertahankan agar G30S/PKI tetap menjadi issue bahaya laten. Bahwa PKI yang menggerakkan coup d'état yang gagal itu, tidak terbantahkan lagi. Hanya masalahnya tidak sederhana dan selesai sampai di situ, sebab ternyata banyak juga jaringan lain yang dikabarkan ikut terkait di dalamnya. Jika masalah ini tidak segera ditutup, akan makin
merebak saja dan makin banyak lubang lubang yang selama ini seolah olah tertutup, potensial
berpeluang terbuka.
Yang jelas makin terungkap: Bahwa sukarno ternyata tidak terlibat masalah G30S/PKI, seperti
tuduhan bertubi tubi sebelumnya.
masalah G30S/PKI sendiri seperti yang disimpulkan MPRS dan dituduhkan kepada sukarno ,
tidak pernah dimasukkan dalam GBHN yang disampaikan kepada Mandataris agar
dipertanggung jawasukarno an. Yang disampaikan kepada Presiden/ Mandataris, hanya NOTA PIMPINAN MPRS No. 2/1966 yang minta melengkapi Laporan Pertanggungjawaban Presiden yang dikenal dengan Pelengkap Nawaksara , yang isinya dengan mudah saja ditolak oleh MPRS. Waktu menyampaikan Pelengkap Nawaksara itu, Presiden Sukarno sudah menegaskan bahwa sesuai dengan bunyi pasal 3 UUD 1945 dan penjelasannya, hanyalah Keputusan MPR mengenai GBHN yang harus dipertanggungjawabkan dan bukan mengenai hal hal yang lain. Sedang masalah G30S/PKI tidak masuk GBHN. Alasan bahwa Presiden sebagai Mandataris MPRS tidak dapat memenuhi pertanggungjawaban Konstitusionalnya (mengenai masalah G30S/PKI), menjadi tidak jelas, bahkan absurd. Apa lagi alasan yang dicantumkan dalam TAP MPRS No. XXXIII 1967 yang menuduh Presiden/Mandataris tidak dapat memenuhi pertanggungjawaban Konstitusionalnya, sangat sumir, tidak dijelaskan apa bentuk konkrit pelanggaran yang dilakukan, padahal Ketetapan itu menyangkut perubahan ke tata negaraan yang sangat fundamental, yaitu menjatuhkan seorang Presiden Konstitusional.
Ketetapan MPRS No. XXXIII/1967 itu, lebih dirasakan sebagai ketetapan emosional atau balas dendam. Oleh sebab itu alasan keterlibatan sukarno dalam G30S/PKI yang diangkat oleh MPRS untuk menggulingkannya sebagai Presiden dan mencabut semua hak politiknya, dengan mengatas namakan wewenang Konstitusi, landasannya sangat rapuh.
Ketetapan MPRS No. XXXIII 1967, mengandung kekurang cermatan Konstitusional yang
memerlukan koreksi. segera sesudah Presiden Sukarno diturunkan dari tahta kekuasaan dan mencabut semua hak politiknya, ia pun dikenakan tahanan, resminya diumumkan .1968 namun
sebelumnya sudah dilakukan sampai wafatnya, 21 Juli 1970. Begitu ketatnya penahanan ini, sehingga jenazahnya pun tidak boleh dibawa ke rumah keluarganya (Ibu Fatmawati), namun harus dibawa kembali ke tempat tahanannya di Wisma Yaso, sebelum dimakamkan. Banyak waktu untuk mengusut dan menyusun Berita Acara Pemeriksaan (BAP) bagi sukarno sebelum wafatnya, jika ia memang dianggap bersalah, untuk memenuhi ketentuan pasal 6 Ketetapan MPRS No. XXXIII/1967 yang berbunyi:
Menetapkan penyelesaian persoalan hukum selanjutnya yang menyangkut Dr. Ir. Sukarno, dilakukan berdasar keterangan saksi ketentuan ketentuan hukum dalam rangka menegakkan
hukum dan keadilan, dan menyerahkan pelaksanaannya kepada Pj. Presiden.
namun ketentuan ini tidak pernah dilaksanakan, sedang vonnis sudah jatuh mendahului
penyidikan hukum yang seharusnya dilakukan. Azas praduga tak bersalah yang dianut dalam sistim hukuom Republik Indonesia , tidak berlaku untuk masalah sukarno . Sesudah sukarno digulingkan, histeria atas semua yang berbau Sukarno, dikobarkan. Juli 1967 lahir apa yang dikenal dengan Tekad Yogya , yaitu tekad para
Panglima KODAM se Jawa mengenai de Sukarnoisasi . Jenderal A. H. Nasution dalam bukunya Dari gerakan gerakan 1 Oktober 1965 ke Sidang Istimewa MPRS 1967 , menyambut Tekad Yogya dengan mengatakan bahwa sikap
TNI dalam persoalan ini, dapat dimengerti
De Sukarnoisasi cepat sekali merebak seperti epidemic yang menyerang ke mana mana. Semua ajaran sukarno dinyatakan: Dilarang! Sampai sampai Dasar Negara, Pancasila yang dirumuskan oleh sukarno dalam pidato 1 Juni 1945, harus diperlakukan sebagai bukan hasil pemikiran sukarno . saat jajaran Pembina Politik di Departemen Dalam Negeri berusaha menahan
desakan arus bawah yang murni, bukan direkayasa, (di lingkungan GOLKAR katanya
ada arus bawah yang direkayasa, Pen.), yang mendukung tampilnya Megawati Sukarnoputri memimpin Partai Demokrasi negara kita (PDI) yang sedang mengalami krisis kepemimpinan dalam kongres ke V (Kongres Luar Biasa) di Surabaya (26 Desember 1993), dianggap lah Mega sebagai pewaris Sukarnoisme akan
menghidupkan kembali ajaran Sukarno yang selama ini tabu. Terutama yang paling
ditakuti, dihidupkannya kembali NASAKOM.
Ketakutan terhadap NASAKOM yang dianggap masih gentayangan, sangat tidak logis, sebab KOM (komunis) dalam fakta sudah dibasmi dan tidak ada lagi. Bukan saja Pemerintah sudah membasminya, namun juga golongan Agama dan Nasionalis sudah menolaknya, sehingga persekutuan itu tidak lagi terkondisi untuk
direalisasi dan oleh sebab nya tidak mungkin juga dimaterialisasikan. NASAKOM bukan suatu pandangan hidup yang memiliki peralatan teori. Di masa hidupnya, hanya dipakai oleh masyarakat negara kita waktu itu untuk satu tujuan tertentu: bersatu. saat kebutuhan itu sudah lewat dan kondisinya berubah, maka
dasar hidupnya pun menjadi absurd. Istilah Sukarnoisme juga memiliki sejarah yang berada di luar keinginan Bung Karno, bahkan ditolaknya.
Rupanya orang pura pura melupakan siapa yang merekayasa lahirnya istilah Sukarnoisme' sebagai penamuan atas ajaran sukarno . jika para pembenci ajaran Sukarno waspada, mereka tidak akan memakai Sukarnoisme sebagai senjata mengintimidasi Megawati, sebab bisa menampar muka sendiri. Mengapa, sebab bukan saja sejak diperkenalkannya istilah Sukarnoisme , sudah memperoleh dukungan dari Angkatan Darat, juga Sukarnoisme yaitu 1 ajaran yang dimanfaatkan oleh satu pergerakan yang bernama Badan Pendukung Sukarnoisme (BPS), menjelang kelahiran Orde Baru . Organisasi ini bergerak di lingkungan pers, radio dan televisi. tokoh nya antara lain B.M. Diah, Adam Malik, Sayuti Melik,
J.K. Tumakaka, Harmoko, Sukowati, Djoehartono dan beberapa tokoh Angkatan Darat lainnya.
Yang diterima menjadi anggota: surat kabar, majalah, wartawan profesional, orang yang mengaku wartawan, atau yang baru diangkat menjadi wartawan dengan memenuhi syarat: Anti PKI. Mereka memperkenalkan diri sebagai organisasi persurat kabaran, sama dengan Serikat Penerbit Suratkabar (SPS). Ini untuk
menghindarkan agar tidak dituduh sebagai organisasi tandingan PWI (Persatuan Wartawan negara kita ). namun SPS sama sekali tidak menerima keanggotaan wartawan atau orang yang baru diangkat menjadi wartawan seperti yang dilakukan oleh BPS. Anggota SPS hanyalah perusahaan suratkabar, bukan perorangan. Organisasi ini bergerak di bidang bisnis.
BPS didirikan pada 1 September 1964, setahun mendahului G30S dengan mempopulerkan Sukarnoisme sebagai senjata untuk mendukung penyelesaian revolusi dan terbentuknya masyarakat Sosialisme negara kita berdasarkan Pancasila dan berpedoman MANIPOL/ USDEK.
berdasar keterangan saksi siaran BPS, simpati langsung diperolehnya dari Jenderal A.H. Nasution, di samping sejak awal juga sudah menerima dukungan dari Amerika Serikat. namun dukungan Washington dikritik oleh pers Amerika sendiri sebagai satu kekeliruan, sebab terlalu cepat memberikan dukungan, sehingga memicu kecurigaan rakyat negara kita . Presiden Sukarno dalam Pidato Kenegaraan 17 Agustus 1965 mengatakan, tujuan BPS yang sebetulnya ialah memecah persatuan nasional dengan
mengacau balaukan pengertian NASAKOM. BPS malah dikatakan terlibat satu . BPS malah dikatakan terlibat satu rencana jahat. Organisasi ini melakukan kriminalitas politik dan kriminalitas biasa. Sebelum pidato ini, pada 17 Desember 1964 Presiden sudah membubarkan BPS dan
pada 23 Pebruari 1965 memerintahkan agar semua atribut BPS ditutup dan dihentikan kegiatannya. Sukarnoisme yang dimaksudkan sebagai ajaran Bung Karno, di tangan BPS menjadi lain artinya, yaitu menunggu saat saat untuk menghancurkan ajaran itu. misi BPS sebetulnya , dinyatakan dalam program perjuangannya yaitu berperanserta sebagai champion social dengan melakukan economic reform dan political reform, satu tatanan baru yang menolak tatanan ekonomi dan politik yang sedang operasional, seperti yang digariskan oleh sukarno dan sudah disahkan menjadi
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) oleh MPRS.
Oleh tindakan sukarno di atas, BPS merasa dirinya sudah menjadi martir dari satu
perjuangan. Maka pada 13 Nopember 1982, bertempat di kantor PWI (waktu itu
beralamat jalan Veteran 7 C), diadakan pertemuan sehari yang dipimpin oleh ketua PWI (tokoh BPS) Harmoko (lalu Menteri Penerangan 3 periode berturut turut), dihadiri kurang lebih 50 wartawan bekas anggota BPS. Pertemuan ini mengangkat sejarah kepahlawanan orang BPS melawan
komunis dan sekutu sekutunya, yang berhasil meruntuhkan PKI dan lahirlah ORDE BARU.
Sepuluh tokoh BPS yaitu: 1. Sumantoro, 2. Asnawi Idris, 3. Suhartono, 4. Sutomo Sutiman, 5. Sumantri Martodipuro, 6. Tengku Sjahril, 7. H.A. Dahlan, 8. Arif Lubis, 9. Sayuti Melik dan 10. Zein Efendi, dianugerahi Piagam Penghargaan Satya Penegak Pers .
Di samping itu pada 1983, diterbitkan buku yang berjudul Perlawanan Pers negara kita BPS terhadap pergerakan PKI , ditulis oleh Tribuana Said dan D.S. Muljanto. Buku ini sangat menarik, sebab membuka baju penyamaran BPS dan memakai baju aslinya sambil mengakui adanya hubungan BPS dengan unsur unsur Angkatan Darat dan beberapa partai politik MURBA, NU, IPKI dan PSII. Tipu muslihat lain yang menyesatkan, ditampilkannya program ikut membantu, membela, memberikan penerangan dan mendukung kebijaksanaan Pemerintah Pusat
(Orde Lama) sebagai konsekwensi berdirinya BPS di belakang Pemimpin Besar Revolusi sukarno , untuk menyelesaikan revolusi dan sebagai pengemban Sukarnoisme . Untuk mencapai semua ini, dijanjikan langkah menjaga pelaksanaan Sukarnoisme dengan seksama, berusaha mengumpulkan buku buku ajaran sukarno sejak zaman perjuangan di masa penjajahan, sampai pada zaman kemerdekaan, guna disebar luaskan dan dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. Berusaha mengumpulkan ucapan ucapan sukarno , baik yang tertulis mau pun tidak, dahulu dan sekarang sampai pidato TAVIP dan ajaran ajaran pada waktu waktu selanjutnya namun dalam fakta , semua itu hanyalah jargon. Terbukti sesudah sukarno
ditumbangkan, semua ajaran sukarno disapu bersih. Oleh sebab itu sukarno tidak keliru menilai BPS sebagai pergerakan to kill
Sukarnoisme hendak mematikan ajaran Sukarno. saat memerintahkan pelarangan seluruh atribut BPS dalam rapat umum PWI Maju Tak Gentar , sukarno menegaskan lagi, BPS itu anti NASAKOM. NASAKOM yaitu wadah yang diciptakan oleh sukarno untuk mempersatukan kekuatan
nasional melawan neokolonialisme/imperialisme dan membangun tanah air. NASAKOM disetujui oleh 10 partai politik yang ada di negara kita dalam pertemuan di Istana Bogor 12 Desember 1964: PNI, NU, PKI, PERTI, PARTINDO, PSII, MURBA, IPKI, Partai Kristen dan Partai Katolik yang melahirkan Ikrar 4 pasal:
1. Mendukung politik konfrontasi dengan Malaysia. 2. Memelihara persatuan nasional yang progresif revolusioner berporoskan NASAKOM.
3. Menempuh musyawarah dalam menyelesaikan sengketa tanah.
4. Membantah issue bahwa sukarno akan meletakkan jabatan.
Tinggal seorang B.M. Diah dengan suratkabarnya Merdeka , mantan pemimpin tertinggi BPS, sesudah ia tidak lagi menjadi Menteri Penerangan dalam Kabinet I Orde Baru, tampil membela sukarno dan ajarannya dari gilasan bekas
kawan kawan seperjuangannya yang dahulu berjuang bersama sama dalam BPS. Ia dahulu menjadi BPS sebagai senjata untuk melawan komunis dan bukan rnelawan Sukarno, seperti yang dilakukan teman temannya yang lain.
Sementara BPS sendiri semakin berterus terang membuka rahasia, dengan mengakui bahwa organisasinya memang pergerakan kewartawanan dan bukan seperti SPS yang hanya mengurus masalah bisnis persurat kabaran.
Hal ini sudah diantisipasi oleh PWI sejak semula dan mengambil langkah langkah untuk ditaatinya ketentuan Peraturan Dasar PWI, yang tidak membenarkan anggotanya rnerangkap menjadi anggota organisasi kewartawanan nasional selain PWI. Itulah sebabnya, pada waktu itu PWI menjatuhkan skorsing terhadap semua
anggotanya yang menjadi anggota BPS. Untuk selanjutnya BPS tidak perlu lagi berbicara banyak, sebab tinggal menggaris bawahi apa yang ditulis pendukung mereka di luar negeri, seperti Ricklefs
yang menyambut bahwa BPS dibentuk oleh sekelompok wartawan yang anti PKI, Van der Kroef mencatatnya sebagai organisasi anti PKI yang dilarang. Sedang Legge mengatakan, BPS yaitu salah satu langkah dalam membangun tirai asap ideologis dari mana suatu kampanye anti PKI dapat diluncurkan. Semua pengakuan ini dapat dibaca dalam buku Perlawanan Pers negara kita BPS Terhadap pergerakan PKI .
BPS lah yang menciptakan Sukarnoisme dan sekarang menjelma menjadi hantu untuk menakut nakuti orang. sebuah film manuscript ter yang diproduksi oleh ABC melukiskan kegiatan CIA di
berbagai negara, dengan sasaran pokoknya menghancurkan komunis, bukan saja di
negara negara sosialis Eropa Timur dan Cina, namun juga dinegara negara bukan komunis yang kuat partai komunisnya, seperti Italia dan negara kita . Mengenai negara kita , film ini merekam ulang kunjungan sukarno ke Uni Sovyet
dan Cina pada tahun 1956, di mana digambarkan sukarno bermesraan dengan komunis. Tentu saja gerak gerik sukarno dibayangi terus oleh CIA, bahkan merupakan obsesi yang makin lama makin memuncak dan akhirnya bermuara pada
pergerakan 30 September yang membawa bawa CIA kepada kemenangan sempurna di negara kita . Untuk kemenangan itu, Presiden Richard Nixon (AS) menilai bahwa perubahan politik di negara kita tahun 1966, merupakan kemenangan terbesar bagi Amerika di Asia Tenggara, sesudah sebelumnya mengalami kekalahan yang
memalukan di Vietnam. Tampil sebagai salah satu narrator pada bagian mengenai negara kita , Dewi Ratnasari (istri sukarno wanita Jepang) yang berpindah pindah tinggal di Amerika, peranserta CIS dan Jepang. Ia mengemukakan bagaimana kegiatan CIA menggulingkan Sukarno
sambil mengemukakan juga bahwa dalam penumpasan pergerakan 30 September 1965,
dua juta rakyat negara kita dibunuh . Mengenai pembantaian ini, pers atau penulis penulis Barat hanya mencatat angka 500.000, meski pun angka yang lebih kecil ini, sudah lebih dari cukup untuk mendirikan bulu roma, namun tidak terlalu
diributkan. Hardi, SH., salah satu ketua PNI dalam periode 19631966, bercerita bahwa pada bulan Mei 1965 ia merasa sangat gelisah melihat pesta peringatan 45 tahun berdirinya PKI. Waktu itu sinarnya sang surya mulai galak menggarang warga ibukota. namun sekali sekali tampak langit kelabu sebagai tanda peralihan ke musim
kemarau. Dalam pikirannya, suatu kekeringan dalam politik pun akan datang, kegersangan politik akan muncul, di mana PKI akan melancarkan perebutan kekuasaan. Ia berpikir dan berpikir terus. Satu firasat semakin merasuk pikirannya, apakah ini sekedar bayangan atau impian tanpa sadar. namun yang mendorong muncul nya firasat itu, ialah keinginannya memperoleh kesempatan bertemu muka dengan sukarno . Pada 18 Mei 1965, ia diterima oleh sukarno , katanya di kamar tidurnya di Istana
Merdeka. Maka disampaikanlah perhitungan politiknya bahwa PKI akan merebut kekuasaan dengan mengemukakan sebagai alasan, terjadinya peristiwa Bandar Betsi di mana seorang Pembantu Letnan dibunuh oleh BTI sebab sengketa tanah, aksi sepihak yang dilancarkan oleh BTI di Klaten (Jawa Tengah) dan Banyuwangi (Jawa Timur) melawan pemilik tanah anggota anggota PNI. Semua itu yaitu senamsenam revolusioner yang merupakan persiapan menuju perebutan kekuasaan. Kita semua khawatir negara Rl atir negara Rl yang Pancasila, mau dirubah menjadi negara
komunis, maka kita pasti akan yang Pancasila, mau dirubah menjadi negara komunis, maka kita pasti akan mengalami malapetaka dan perang saudara , kata Hardi kepada sukarno .
Lalu sukarno minta, agar ia berjuang terus dan baik juga sekali sekali datang ke mari berbicara dengan saya . kata sukarno kepadanya berdasar keterangan saksi Hardi. Hardi mengatakan, sukarno tidak mengoreksi atau menyanggah pendapat ini. Malah kata sukarno berdasar keterangan saksi Hardi , Ya, jika begitu, saya dapat mengikuti dan mengerti perasaanmu .
Dengan terjadinya peristiwa G30S/PKI sebagai perwujudan nyata firasat yang dikemukakan dalam pembicaraan dengan sukarno pada tanggal 18 Mei 1965, sering memicu rasa penyesalan yang tidak habis habisnya, sebab sukarno ternyata melupakan warning voice yang tersirat dalam firasat seorang muridnya .
Hardi mengatakan bahwa ia yaitu murid sukarno . Pada tahun 1968, saat sukarno sudah dikenakan karantina politik di Istana Bogor, Hardi bersama istrinya diundang nonton wayang kulit di Istana Bogor dan kebetulan memperoleh tempat duduk persis di kursi belakang sukarno . sukarno
berbisik kepadanya, Mas Hardi, achteraf heb je gelijk (Mas Hardi, ternyata engkau benar). Hardi mengatakan, andaikata pikirannya diperhatikan oleh sukarno , G30S/PKI dapat dicegah.
Dalam masalah ini, Hardi juga perlu disesali, mengapa perhitungan politiknya yang
begitu penting tidak disampaikan kepada aparat keamanan, padahal aparat keamananlah yang harus bertindak jika ada sesuatu yang membahayakan negara . namun berbeda dengan Hardi, Mayor Jenderal Alamsyah Ratu Prawiranegara, mantan Sekretaris Negara dan pernah Menteri Agama Rl, justru memiliki penilaian, G30S/PKI tidak mungkin terjadi jika PNI tidak menjalankan politik yang mendekatkan
diri kepada PKI.Hardi, Bung Kamo Dalam Kenangan, hal. 32 38, disajikan dalam
peringatan Hari Wafat Bung Kamo 21 Juni 1991 yang diselenggarakan oleh Yayasan MARINDA Jakarta. Nazaruddin Sjamsuddin, PNI dan Kepolitikannya, hal. 142 Kedua penilaian yang berbeda itu, hakekatnya penilaian hitam putih yang sederhana tanpa mempertimbangkan relasinya dengan aspek lain seperti peranserta Amerika, terutama CIA, yang berprespektif terjadinya tragedi nasional dan berakhir dengan
digulingkannya Presiden Sukarno, yang bagi Amerika Serikat menjadi tujuan pokok. PNI yang memiliki keterkaitan historis ideologis dengan sukarno , yang seharusnya tampil melindungi pada saat saat yang paling kritis dalam sejarah
kepemimpinannya, justru bersikap Politik . saat sukarno dinista oleh komponen Orde Baru dan menuntutnya agar di MAHMILLUsukarno AN, PNI tidak membelanya. Pemimpin pemimpin PNI yang bekerja sama dengan Orde Baru, dengan cara kasar mengambil alih kepemimpinan Partai dalam Kongres Pemersatuan yang dipenuhi intrig dan ancaman, dengan melibatkan unsur luar partai. Kongres Pemersatuan di Bandung dari tanggal 24 sampai 28 April 1966 itu,
mengingkari komitmen PNI terhadap sukarno sebagai pendiri PNI dan Bapak Marhaenisme yang disahkan dalam 2 kali kongres, dengan klimaksnya mengeluarkan Pernyataan Kebulatan Tekad 21 Desember 1967. Pernyaratan kebulatan Tekad menegaskan bahwa di bidang ideologi, Marhaenisme bukan lagi ditafsirkan seperti rumusan penciptanya, yaitu sebagai Marxisme yang diterapkan sesuai dengan kondisi negara kita dan alat persatuan anti imperialisme,
kapitalisme dan feodalisme, melainkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Sosio Nasionalisme dan Sosio Demokrasi. sedang di bidang politik dengan tegas PNI menyatakan melaksanakan ketetapan MPRS No. XXXIII/1967 yang tidak menghendaki lagi kembalinya kepemimpinan politik Sukarno dan menyatakan PNI tidak terikat pada pemikiran pemikiran politik Sukarno Prediksi Bapak Marhaenisme yang selama ini melekat pada diri sukarno , ditiadakan.Nazaruddin Sjamsuddin, PNI dan Kepolitikannya, hal. 197. Sebelum Pernyataan Kebulatan Tekad diambil, pada tanggal 11 Desember 1967, Dewan Pimpinan PNI yang diwakili oleh Hardi, SH., Mh. Isnaeni dan Gde Djaksa, SH., menghadap Soeharto. Mereka minta agar Pak Harto membantu PNI mempercepat proses konsolidasi dan kristalisasi Partai. Soeharto mengatakan bahwa sikapnya terhadap PNI, akan tergantung bagaimana sikap Angkatan Darat. Oleh sebab itu pada tangal 14 Desember 1967, Osa Maliki, Mh. Isnaeni dan Gde
Djaksa menemui pejabat Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Maraden Panggabean, untuk menanyakan bagaimana sikap Angkatan Darat terhadap PNI. Jika PNI memang tidak diperlukan, maka partai ini segera dibubarkan. Panggabean menjawab bahwa dengan segala kejujuran dan keikhlasan, Angkatan Darat ingin
memberikan bantuan kepada PNI dalam usahanya melakukan konsolidasi dan
kristalisasi. Penegasan Panggabean ini, oleh PNI disampaikan lagi kepada Pak Harto dan pada
tanggal 21 Desember 1967, datanglah Osa Maliki, Mh. Isnaeni dan Gde Djaksa menghadap Pak Harto dan menyerahkan Pernyataan Kebulatan Tekad. Sejak itu, sukarno sudah ditempatkan oleh PNI pada satu posisi yang tidak lagi didukung. namun sejak itu juga PNI mencatat bagaimana massanya berbondong bondong
meninggalkan partainya dan dalam Pemilihan Umum I yang diselenggarakan~oleh Orde Baru 1971, partai yang bertanda gambar Banteng dalam segi tiga ini mangalami kekalahan tragis dengan hanya kebagian 8% suara, untuk lalu
mengumumkan kematiannya dengan memasuki fusi ke dalam Partai Demokrasi negara kita (PDI) tanpa melalui putusan Kongres, bergabung dengan partai partai kecil:
MURBA, IPKI, Partai Katolik dan Partai Kristen. PNI mengakhiri eksis tensinya sebagai partai terbesar simbul nasionalisme negara kita yang pernah menjadi partai nomor I dalam Pemilihan Umum I 1955. Sebetulnya PNI dibangun oleh sukarno bersama teman teman sepahamnya,
untuk mewadahi berbagai aliran politik yang ada di negara kita , dipersatukan dalam satu ideologi baru yaitu MARHAENISME. Marhaenisme dirumuskan sebagai satu ajaran yang memiliki konsep dasar perjuangan baru melawan penjajahan, kapitalisme dan feodalisme, sesudah sukarno melihat terpecah belahnya tiga aliran
politik besar yang ada, yaitu: Budi Utomo yang nasionalistis namun Jawa sentris, Serikat Dagang Islam yang menekankan kesetiaan kepada agama, dan Partai Komunis Indonesia yang kebarat baratan sebab menganut paham sosialisme Barat dan Marxisme. Usaha sukarno mempersatukan aliran aliran politik dalam
Permufakatan Perhimpunan Perhimpunan Politik Kebangsaan negara kita (PPPKI), mengalami kegagalan. PNI dengan Marhaenismenya diharapkan bisa menjadi Partai Pelopor mepersatukan semua kekuatan politik yang ada. Tiga aliran besar yang merupakan realitas kekuatan politik di negara kita , diperhitungkan akan mampu menumbangkan penjajahan, jika berjuang bersama sama dalam satu koordinasi
yang baik. Program ini memperoleh rumusan yang lebih sempurna dalam Pidato 1 Juni 1945
yang dikenal dengan Pidato Lahirnya Pancasila , yang kembali menekankan mutlaknya persatuan seluruh kekuatan rakyat untuk menopang kemerdekaan. 29 Mei sampai 1 Juni 1945, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
negara kita (BPUPKI) atau yang dalam bahasa Jepangnya disebut Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai , bersidang di Jakarta di bawah pimpinan ketuanya, dr. K.R.T. Radyiman
Wediodiningrat. Sidang diminta oleh ketua agar mengemukakan dasar bagi Negara negara kita Merdeka. sukarno sebagai pembicara terakhir, mengemukakan secara terperinci mengenai
dasar yang dimaksud, diucapkan tanpa teks dan isi pidatonya dicatat dalam suatu stenografische verslag secara lengkap. Radjiman Wediodiningrat saat memberikan Kata Pengantar untuk penerbitan buku pidato yang bersejarah itu tertanggal Walikukun 1 Juli 1947 menulis:
Selama fasisme Jepang berkuasa di negeri kita,
Democratische Idee tak pernah dilepaskan oleh sukarno , selalu dipegangnya teguh teguh dan senantiasa dicarikannya jalan untuk mewujudkannya. Sukamo, Pancasila sebagai Dasar Negara, Inti Idayu Press Yayasan Pendidikan Sukamo, Jakarta, 1986.
Democratische Idee yang dimaksud ialah Pidato Lahirnya Pancasila yang dikatakan oleh sukarno sebagai Philosofische grondslag dibandingkan negara kita Merdeka atau satu Weltanschauung di atas mana kita mendirikan negara negara kita .
Weltanschauung ini, Kata sukarno , harus kita bulatkan di dalam hati dan pikiran kita, sebelum negara kita Merdeka datang. Kita bersama sama mencari persatuan Philosofische grondslag, mencari Weltanschauung yang kita semua setujui.
Ini berarti kita harus mendirikan suatu negara semua buat semua . Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan mau pun golongan yang kaya, namun semua buat semua . Pendek kata, bangsa negara kita , natie negara kita bukanlah satu golongan yang hidup dengan le desir d'etre ensemble seperti yang dikatakan oleh Ernest Renan, di atas daerah yang kecil seperti Minangkabau, Madura, Jawa, Sunda atau Bugis, namun bangsa negara kita yaitu seluruh manusia manusia yang berdasar keterangan saksi geopolitik tinggal di kesatuannya semua pulau pulau negara kita dari ujung utara Sumatera sampai Irian. Seluruhnya, sebab antara manusia 1000.000 sudah ada le desir d'etre ensemble : sudah jadi Karakter gemeinschaft , Natie negara kita , bangsa negara kita jumiah orangnya 1000.000, namun 1000.000 yang menjadi satu.
Yayasan Pendidikan Sukarno, Jakarta 1986.
Pidato ini diterima oleh sidang dengan aklamasi dan lalu dirumuskan menjadi Pancasila yaitu 5 dasar Negara Republik Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dasar negaranya dahulu yang dirumuskan, barulah di atas dasar itu didirikan Negara Republik Indonesia .
Itulah sebabnya 1 Juni disebut sebagai hari lahirnya Pancasila yang menjadi dasar
lahirnya Republik Indonesia . Namun sukarno dilawan oleh kekuatan besar dan dengan dibantu G30S/PKI yang sayap militernya dipimpin oleh kolonel A. Latief (Komandan Brigade Infantri I Kodam V Jaya) dan letnan kolonel Untung Samsuri (Komandan Batalyon I Resimen
Tjakrabirawa) dan seorang tokoh sipil misterius yang bernama Kamaruzzaman, berhasil menciptakan saat saat yang menentukan bagi terjungkirnya kekuasaan Sukarno. Ide besar yang diperjuangkan oleh sukarno , dipaksa mengubah nilai seperti dirumuskan oleh PNI gaya baru, dan kali ini sukarno tidak mampu lagi banting stir.
Tragisnya, dengan sikap pimpinan PNI yang ikut mendiskreditkan sukarno , tokoh tidak berhasil tampil sebagai juru selamat bagi PNI, meski pun sudah begitu banyak memberikan konsesi politik. Sikap Orde Baru terhadap PNI, tetap mencurigainya memiliki keterkaitan ideologis dengan Sukarno. Oleh sebab itu, untuk
memastikan kehancuran Sukarno, PNI juga harus dihancurkan, sebab bagaimana pun tetap ada kekhawatiran bahwa dalam tubuh PNI masih mengendap kekuatan Sukarno yang pada saatnya yang tepat, berusaha bangkit kembali. Dr. Elisio Rocamora dari University of Phylippines dalam thesisnya untuk meraih gelar Doctor di Cornell Univesity (AS), menulis bahwa pada tahun 1966 dan 1967 Angkatan Darat melakukan pembersihan terhadap PNI dengan alasan yang dicari cari bahwa PKI sudah melakukan penyusupan ke dalam pimpinan PNI. Kalangan pimpinan Orde Baru yang melihat Sukarno sebagai bajingan besar, membayangkan PNI
sebagai salah satu alat utamanya. berdasar keterangan saksi tema propaganda ini, pimpinan PNI membiarkan dirinya diperalat Presiden Sukarno dan PKI, agar dapat memetik
keuntungan dari dominasi keduanya, dalam politik Demokrasi Terpimpin sesudah 1963.
Memang mudah menangkis tuduhan ini dengan menyebutnya sebagai propaganda pemerintah yang seenaknya sendiri. namun sampai taraf tertentu, hal ini mencerminkan ke tidak percayaan yang mendalam terhadap PNI dan ke tidak sediaan untuk mempercayai bahwa partai ini sudah banyak berubah dan bukan lagi PNI yang
terombang ambing dan oportunistik.
Bukan saja terus menerus dipompakan kepada masyarakat dengan sangat melebih lebihkan kekuatan PKI sebagai bahaya laten dan potensial, namun sejak kembali ke UUD 1945 dan diberlakukannya UU Darurat (SOB), kegiatan partai partai dibatasi dengan sangat ketat. Tokohtokoh partai yang duduk dalam Kabinet, harus menyatakan keluar dari partainya masing masing, sehingga menutup kemungkinan
bagi partai partai memicu keputusan besar di tingkat nasional. Dalam sistim Demokrasi Terpimpin, yang mengendalikan kegiatan politik yaitu Presiden. Dan sebab berlakunya UU SOB, maka dalam prakteknya Angkatan Darat yang
menjalankan kekuasaan, berperanserta membatasi kegiatan partai partai politik.
Dengan memakai UU SOB itu juga, Konstituante yang memang macet, terus dibubarkan dan diganti dengan MPRS yang anggota anggotanya diangkat oleh Presiden. DPR hasil Pemilihan Umum 1955, diganti dengan DPR Gotong Royong
yang anggota anggotanya meski pun sebagian besar masih terdiri dari hasil PEMILU (1955), namun semuanya diangkat oleh Presiden. Anggota anggota MASYUMI dan PSI tidak dimasukkan lagi baik dalam DPR mau pun MPRS sebab kedua partai itu dianggap terlibat pemberontakan PRRI/PERMESTA, maka kedudukan mereka digantikan oleh wakil wakil golongan fungsional, contohnya fungsional politik, fungsional sarjana, fungsional Angkatan Bersenjata, fungsional buruh, fungsional tani,
fungsional pemuda, fungsional wanita, fungsional wartawan dan sebagainya. Meski pun peranserta partai lalu berangsur angsur dilonggarkan, namun PNI sudah cukup menjadi lemah, terutama sebab adanya Peraturan Presiden No. 2/1959 yang melarang semua pegawai negeri golongan F 1 ke atas menjadi anggota sesuatu partai. Di sini PNI sangat dirugikan, sebab anggota anggotanya banyak yang menduduki jabatan tinggi di jajaran birokrasi. sedang PKI tidak terlalu dirugikan, sebab anggotaanggota mereka tidak banyak
yang menduduki jabatan atas di birokrasi.
Dengan pelonggaran itu, PNI bisa bangkit. Di samping bisa menduduki jabatan Gubernur di Jawa Tengah. (Mochtar), juga berhasil merebut 23 dari 34 Kepala Daerah. Dalam kondisi SOB, memang terasa pihak militer berusaha merebut pengaruh politik, sebab wakil wakil mereka duduk di DPRGR dan MPRS. Usaha ini dilakukan
lewat Badan kolaborasi dengan militer dan Front Nasional. Namun kedua duanya gagal, sebab baik sukarno mau pun partai partai enggan bekerja sama.Dalam laporan DPP PNI pada sidang Badan Pekerja Kongres (1961 ) dikatakan
bahwa selama periode 1960 1961 , kegiatan anti partai Angkatan Darat merupakan satu satunya rintangan paling penting bagi usaha PNI membangun kembali dirinya untuk memperoleh pengaruhnya yang dahulu , terutama di daerah daerah. Larangan kegiatan politik yang mula mula diumumkan Juni 1959, diperpanjang masa
berlakunya pada bulan September 1960 dan sekali lagi diperpanjang Januari 1961. Dengan kewenangan peraturan ini, Panglima Daerah Militer menghalangi PNI dan partai partai lainnya menggelar rapat raksasa dan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk memperoleh dukungan masyarakat. Suluh negara kita , 8 September 1960 dan 18 Januari 1961. Pada waktu itu PNI berusaha memperkecil kekuasaan politik militer yang terasa makin besar. Pada 16 September 1960 DPP PNI mengirimkan telegram kepada
Presiden/Panglima Tertinggi, memprotes Peraturan Penguasa perang Tertinggi
Tahun 1965 yaitu puncak pergolakan ideologi dan politik di Indonesia. Partai Komunis Indonesia (PKI) yaitu salah satu partai yang ada di Indonesia waktu itu. Namun dalam perjalanannya PKI pernah menapakkan jejak hitam. sudah dua kali PKI dituduh mendalangi pemberontakan: pertama,
pemberontakan di Madiun pada tahun 1948; kedua, pemberontakan 30 September 1965 di Jakarta (G 30S). PKI diduga melakukan pembunuhan tujuh jenderal yang sangat disegani ditahun 1965. PKI dianggap hendak menggulingkan dan merebut
kekuasaan dari pemerintah Republik Indonesia yang sah.Pasca 30 September 1965, Mayor Jenderal Soeharto membentuk dan memimpin sendiri pemulihan keamanan yang dikenal dengan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Kopkamtib mendapatkan
pijakan hukum sesudah Sukarno meneken Surat Keputusan Presiden/Panglima Tertinggi/Komando Operasi Tertinggi ABRI pada 1 November 1965, yang berisi antara lain tentang pemulihan keamanan dan ketertiban pasca 30 September.2
Sesudah turun Surat Keputusan, terjadi pembunuhan terhadap orang-orang PKI atau mereka yang dianggap PKI. Militer, santri, dan Gerakan Pemuda Anshor sebagai Algojo tergerak membunuhi simpatisan PKI. Surat Keputusan ini
dijadikan legalitas membunuh untuk alasan dendam sebab konflik yang sudah terpendam lama. Sebelum 1965,PKI juga membunuh orang-orang NU. Monumen Pancasila Jaya di Dusun Cemethuk, kecamatan Cluring, Banyuwangi sebagai
saksi yang cukup popular, ditempat ini sekelompok Pemuda Anshor juga dibunuh oleh orang-orang PKI. Setengah abad sudah berlalu. Buku, penelitian, jurnal hingga media massa
berlomba mengurai konflik yang terjadi di tahun 65. Hasilnya seolah membuka luka lama, menggambarkan rumitnya pergolakan yang terjadi saat itu. Ada yang menyatakan G30S bukanlah sebuah peristiwa. 7 perwira tinggi yang hilang
tidak dibunuh di tanggal 30 September tahun 1965. G30S hanya sebuah nama dari kelompok militer yang melancarkan operasi penculikan dan pembunuhan, sebab operasi tidak sesuai rencana lalu dibubarkan.Media massa tidak luput mengambil bagian dengan membangun opini
publik dengan mengisahkan kembali tragedi berdarah yang terjadi. Salah satu media ini yaitu Tempo, media nasional yang konsisten menghadirkan konflik masa lampau sebagai isu menariknya. Beberapa kali majalah Tempo
konsisten mengawal isu 65, seperti “Pengakuan Algojo 65” pada tahun 2012, “Lekra” pada tahun 2013, dan “keterlibatan CIA dalam kasus 65” pada tahun 2015. Konflik selalu dianggap memiliki nilai berita yang tinggi. majalah Tempo dengan narasinya yang khas menerbitkan peliputan khusus “Pengakuan Algojo 65” edisi 1-7 Oktober 2012. Tempo menarasikan alur cerita yang menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa
yang lain, ada pemberitaaan teks yang mengambil sudut pandang sepeti ini sebelumnya, yaitu dengan menghadirkan para pelaku pembunuhan sebagai narasumber. negara ini memerlukan solusi, bukan provokasi untuk mencapai rekonsiliasi. saat isu kebangkitan PKI kini muncul kembali, media harus bijak menyikapi polemik yang terjadi. Jurnalisme damai bisa hadir sebagai solusi dalam
pemberitaan media. Tempo memiliki peran dan pilihan di dalam pemberitaan konflik ini . Perannya sebagai jurnalisme dan pilihan apakah lebih memilih sebagai jurnalisme damai atau provokasi.
apakahTempo sudah memakai jurnalisme damai, atau justru lebih memilih sebagai media
provokasi, dalam kaitanya dengan konflik 65 ini . pemberitaan konflik sara lurah Susan. Kompas lebih banyak memberikan ruang kepada salah satu pihak sementara tempo lebih fokus pada kejadian di lapangan. Tempo lebih berhati-hati dalam menulis pernyataan yang dianggap bias dan
berbahaya. bahwa, framing Kompas dan Republika ternyata berbeda. Kompas lebih menonjolkan Israel yang menyerang Palestina dalam pemberitaan, sementara kesulitan warga
palestina tidak ditonjolkan. Sedangkan framing Republika dalam pemberitaan sudah melibatkan warga Palestina tanpa menghilangkan usaha Israel
menyerang Palestina Megawati menyimpulkan bahwa, dalam pemberitaan hilangnya pesawat Malaysia pada narasi surat kabar Kedaulatan Rakyat, banyak peristiwa yang tidak disajikan
secara kronologis. Banyak struktur narasi yang tidak lengkap. Ada bagian yang ditonjolkan dan dikaburkan demi menarik perhatian pembaca.
bagaimana suatu teks berita bercerita, bagaimana alur dan sudut penggambaranya, dan penokohan dalam suatu teks untuk menarik pembaca.
Narasi berasal dari kata narre yang berarti membuat tahu. Artinya, narasi yaitu informasi, usaha menyampaikan suatu peristiwa. Tapi, tidak semua informasi bisa dibilang narasi. contoh , papan petunjuk larangan parkir atau larangan merokok, itu bukan sebuah narasi meski menyampaikan informasi. Narasi yaitu representasi dari peristiwa-peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Sebuah teks bisa dikatakan narasi saat ada beberapa peristiwa
atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa.8
Dengan demikian satu peristiwa yang disampaikan juga belum layak dikatakan narasi. membagi menjadi tiga karakteristik tentang peristiwa dikatakan narasi. Pertama, narasi yaitu rangkaian dari peristiwa. Sebuah narasi terdiri atas lebih dari dua peristiwa yang dirangkai.9 contoh ,
militer, santri, Anshor dan Militer membantai orang-orang PKI. Itu belum layak dikatakan sebuah narasi sebab hanya ada satu peristiwa, membantai orang PKI. Peristiwa ini bisa dikatakan sebuah narasi jika ada peristiwa lanjutanya.
Kedua, peristiwa yang dituliskan tidak berdasarkan acakan, melainkan mengikuti logika tertentu, runtut membuahkan sebab akibat. Meski peristiwa
dirangkai namun tidak megikuti logika dan runtut, maka tidak bisa dikatakan narasi sebab tidak mewakili maksud dan makna tertentu. Contoh, peristiwa “PKI dibantai” disambung dengan peristiwa “Santri mengaji” belum layak dinamakan
narasi. Alasanya, antara kedua peristiwa ini belum ada hubungan yang logis, kecuali ada peristiwa peristiwa lainya yang membuat logis peristiwa ini .
contoh , “PKI dibantai sebab sudah melecehkan agama Islam”. Kedua peristiwa ada hubungan logis, “PKI dibantai” dan “PKI melecehkan agama Islam”.
, tidak semua peristiwa dituliskan dalam sebuah teks cerita. Ada bagian-bagian yang sengaja di tonjolkan untuk mendominasi informasi dan ada
peristiwa yang sengaja dikaburkan. Sebuah narasi hanya akan menyampaikan apa yang dimaksud oleh si pembuat cerita dan jalan pikirnya.
Sebuah peristiwa yang diceritakan bukanlah cerita (story) yang seutuhnya. sebab cerita dan diceritakan berbeda. Di dalam cara bertutur atau bercerita wartawan melalui tulisan ada struktur bercerita, alur/plot, penokohan dan karakter layaknya sebuah novel dan cerpen. Penjelasan mengenai berita sebagai sebuah peristiwa yang dinarasikan seperti dimaksud oleh Eriyanto yaitu sebagai berikut:
. Cerita (story) dan alur (plot)
Cerita berbeda dengan alur, cerita yaitu urutan kronologis dari suatu peristiwa, di mana peristiwa ini bisa ditampilkan dalam teks dan bisa juga
tidak ditampilkan. Sedangkan alur yaitu bagian yang ditampilkan secara eksplisit kedalam sebuah teks. Cerita yaitu peristiwa yang utuh, yang sebetulnya , dari awal hingga akhir. Sementara alur yaitu peristiwa yang secara eksplisit
ditampilkan dalam suatu teks. Alur peristiwa bisa dibolak-balik oleh pembuat berita.
Struktur narasi
Sebuah narasi memili struktur bercerita. Jika sebuah narasi dipotong-
potong, maka narasi memiliki beberapa bagian (sub) di mana di masing-masing
bagian saling terhubung. Dalam narasi, peristiwa tidak datar (flat), sebaliknya
terdiri atas berbagai bagian. Narasi tidak mesti identik dengan peristiwa
sebenarnya, sebab narator tidak hanya memilih peristiwa yang pentingbaginya
namun juga menyusun peristiwa ini ke dalam tahapan tertentu, memiliki
awal dan akhir. Dalam peristiwa sebetulnya , tahapan itu tidak selalu
ditemukan sebab tahapan ini yaitu cara pembuat narasi dalam
menampilkan peristiwa kepada pembaca. Berbeda dengan fiksi, narasi berita biasanya tidak semua struktur ditulis
semua oleh narator. Seringkali narasi berita dituliskan dengan tidak menyertakan
sebuah penyelesaian. Berita juaga biasa hanya mengambil beberapa tahap saja
struktur narasi, misalnya tahap 1-3 atau 1-4, di mana pengarang hanya mengambil
bagian saat muncul gangguan (konflik) dan ganngguan mencapai puncak saja.
. Karakter dalam narasi: Vladimir Propp
Di dalam narasi (cerita) ada karakter, yakni orang atau tokoh yang
memiliki sifat atau perilaku tertentu. Karakter-karakter ini , masing-masing
memiliki fungsi di dalam narasi, sehingga narasi menjadi koheren (menyatu).
Setidaknya Propp membaginya menjadi 31 fungsi narasi yaitu sebagai berikut:
situasi awal, ketidakhadiran, pelarangan, kekerasan, pengintaian, pengiriman, tipu
daya, keterlibatan, kejahatan atau kekurangan, mediasi, tindakan balasan,
keberangkatan, fungsi pertama seorang penolong, reaksi dari pahlawan, resep dari
dukun atau paranormal, pemindahan ruang, perjuangan, cap, kemenangan,
pembubaran, kembali, pengejaran, pertolongan, kedatangan tidak dikenal, tidak
bisa mengklaim, tugas berat, solusi, pengenalan, pemaparan, perubahan rupa,
hukuman, dan pernikahan.
Dari ke-31 fungsi dalam narasi ini , tidak semua ada dalam cerita.
Yang dikemukakan oleh Propp yaitu cerita yang sempurna. Biasanya, dalam
cerita tidak semua fungsi dan karakter ada pada narasi. Hanya ada beberapa
saja dari karakter dan fungsi narasi yang dikemukakan oleh Propp. Artinya,
peneliti tidak perlu membuktikan semua narasi yang ditulis oleh Propp ini .
Dari 31 fungsi narasi ini , setidaknya ada tujuh karakter yang
dimaksud oleh Propp. Karakter menjalankan funsi tertentu di dalam bagian narasi
atau cerita yang ditulis oleh narator, di antaranya: penjahat, penderma (donor),
penolong (helper), putrid (princess), pengirim (dispatcher), pahlawan (hero), dan
pahlawan palsu (false hero).
. Posisi narator
Narator yaitu bagian penting dari sebuah narasi, posisinya sebagai
pembuat berita (wartawan). Lewat narator, peristiwa atau disajikan kepada
khalayak. Wartawan bisa saja menempatkan dirinya sebagai orang pertama (kata
ganti “aku”), orang yang melihat peristiwa dan melaporkanya kepada khalayak.
Wartawan juga bisa menempatkan dirinya sebagai orang ketiga, memberikan
kesempatan kepada narasumber yang diwawancarai untuk melaporkan peristiwa.
Pengarang bisa menempatkan dirinya sebagai narator dan bersifat dramatis
dan juga bisa menempatkan dirinya sebagai narator tidak dramatis. Perbedaan
keduanya terletak pada apakah pengarang (author) memiliki keterkaitan
langsung dengan cerita dan apakah pengarang bertindak sebagai narator atau
tidak. Jenis yang pertama termasuk kedalam narator tidak dramatis, sebab
pengarang tidak memiliki keterkaitang dengan cerita.
Narasi dramatis berbeda dengan narasi tidak dramatis. Pada jenis ini,
pengarang masuk ke dalam bagian cerita yang diceritakan. Pengarang bisa
mengambil dua bentuk penceritaan, bisa menjadi narator atau bisa narator
diposisikan pada karakter lain yang ada di dalam narasi. Pertama, pengarang
mengambil bagian sebagai narator, pengarang menjadi narator atas kisah
hidupnya sendiri. Kedua, pengarang menceritakan kehidupanya dalam narasi, tapi
Peristiwa
tidak dituliskan langsung menjadi narator. Narator memakai karakter atau
orang lain dalam narasi.
Oposisi binner
Oposisi Binner yaitu aspek paling penting yang bisa menyingkap tentang
bagaiman manusia berfikir, bagaimana manusia memproduksi makna dan
memahami realitas. Oposisi binner sendiri setidaknya memiliki dua pengertian,
oposisi binner yang bersifat eksklusif dan oposisi binner yang tidak eksklusif.
Oposisi binner dalam narasi ini bisa mengungkapkan makna-makna di balik
cerita, logika dibalik cerita, Memberikan petunjuk atas bekerjanya nalar manusia,
bagaimana nalar manusia bekerja.
Ada beberapa tahapan penting untuk menemukan oposisi binner. Pertama,
mencari (mytheme) atau unsur terkecil seperti kata, kalimat dan sebagainya.
Kedua, mencari relasi antara miteme-miteme yang sudah ditemukan. Ketiga,
menyusun miteme-miteme ini secara sintagmatik dan paradigmatik.
3. Konflik dan Media Massa
Konflik yaitu suatu yang melahirkan ketegangan sosial sebab
perebutan oleh pihak yang bertikai. Sehingga pertikaian ini mengeras pada
Narator aku
(pengarang) Karakter orang lain
peristiwa peristiwa
suatu pertikaian bersenjata atau kekerasan untuk menyelesaikan konflik.
Terjadinya pembantaian terhadap orang-orang PKI pada tahun 1965 yaitu
sebuah konflik. Pertikaian itu nyata, mengeras dan memakai senjata untuk
menyelesaikan konflik. Konflik belum selesai, sebab hingga sekarang, antara
pihak yang bertikai masih melahirkan ketegangan.
Konflik selalu memiliki nilai berita yang tinggi. Namun, posisi media
selain sebagai sarana informasi juga sebagai kontrol sosial. Jurnalis harus pandai
menempatkan diri sebelum melakukan peliputan yang berbau konflik. Wartawan
harus mampu menjadi mediator pihak yang berkonflik. Jangan sampai
menimbulkan wacana pemicu konflik. sebab berita yaitu hasil dari
pertarungan wacana antara berbagai kekuatan yang ada di dalam masyarakat yang
selalu melibatkan pandangan wartawan, yang biasanya dimenangkan oleh
kelompok dominan.12 Jika wacana yang dibangun mengedepankan jurnalisme
damai maka konflik akan teredam, begitu sebaliknya.
Idealnya, nilai dan hal-hal di luar objek dihilangkan dalam proses
pembuatan berita oleh seorang jurnalis. Artinya, pertimbangan moral yang ada
dalam banyak hal selalu bisa diterjemahkan sebagai bentuk keberpihakan haruslah
disingkirkan.13 Setidaknya ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan
wartawan dalam meliput konflik, di antaranya yaitu sebagai berikut:1. Semangat jurnalis yaitu untuk mendorong terwujudnya perdamaian,
menghentikan konflik, berdasarkan rasa saling menghargai perbedaan yang
ada di dalam masyarakat
2. Dalam peliputan, hindari cara peliputan yang bisa diartikan memihak salah
satu kelompok yang bertikai.
3. Dalam penulisan, jurnalis menghindari gaya bahasa atau penggunaan kata
yang justru bisa makin mengobarkan konflik.
4. Jurnalis harus berhati-hati untuk tak gampang menyebut salah satu atau lebih
figur tertentu sebagai mewakili pandangan masyarakatnya yang sedang
bertikai
4. Jurnalisme Damai
Jurnalisme damai berangkat dari pertanyaan kritis seorang wartawan
tentang manfaat dari sebuah konflik, pertikaian yang menuju pada kekerasan
untuk menyelesaikanya. Jurnalisme damai lebih mengedepankan perdamaian
daripada provokasi yang dapat meningkatkan konflik. Pendekatan jurnalisme
damai pertamakali dikenalkan oleh John Galtung seorang Veteran asal Norwegia
pada tahun 1959.15
Pada perjalananya, jurnalisme damai mendapat sambutan baik dikalangan
jurnalis yang bekerja dalam situasi di mana mereka tidak mungkin untuk tidak
memikirkan akibat atas laporan yang mereka susun. Artinya, jurnalisme damai
sangat penting kehadirannya agar seorang jurnalis tidak semakin ikut memperkeruh konflik.
Jurnalisme damai berusaha meminimalisir celah antara pihak yang terlibat
pertikaian dengan tidak mengulangi “fakta” yang dapat memperparah terjadinya
konflik. Oleh sebab itu, pertanyaan mendasar yang harusnya diajukan oleh
jurnalis damai sebelum menarasikan ceritanya yaitu : “Apa yang bisa saya
lakukan agar pihak yang bertikai dapat segera mencapai perdamaian?”
Beberapa poin yang diperjuangkan oleh jurnalisme damai diantaranya sebagai
berikut.
1. Hindari penggambaran konflik sebagai dua pihak yang memeperebutkan satu
tujuan. sebab hal ini akan menghasilkan pihak yang menang dan pihak
kalah. Sebaliknya, jurnalisme damai akan memecah kedua pihak yang bertikai
menjadi beberapa kelompok kecil, mengejar beberapa tujuan, membuka
selang hasil yang lebih kreatif dan potensial.
2. Hindari menerima perbedaan antara diri sendiri dan orang lain. Hal ini dapat
dipakai untuk membangun rasa bahwa pihak lain yaitu ancaman atau
memiliki sikap yang di luar batas: keduanya yaitu justifikasi untuk
kekerasan. Sebaliknya cari “orang lain” dalam “diri sendiri”, begitu
sebaliknya.
3. Hindari memperlakukan konflik sebagai sesuatu yang hanya terjadi di tempat
dan waktu di mana kekerasan terjadi. Sebaliknya coba untuk menelusuri
hubungan dan konsekuensi bagi orang di tempat lain pada saat itu dan di masa
depan. Ajukan pertanyaan: Siapa saja orang-orang yang dipertaruhkan?; apa
yang akan terjadi jika?; apa manfaatnya bagi orang menyaksikan konflik
ini ?; dan sebagainya.
Secara luas, ada pendekatan terhadap konflik, kompetitif dan kooperatif.
Pendekatan kompetitif: berbagai pihak saling melawan, ada hubungan lemah
antar setiap pihak, ada derajat kepercayaan yang rendah, memberikan hasil
nol, berakhir dengan penyelesaian antar pihak. Pendekatan kooperatif: setiap
pihak bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah, menciptakan komunikasi
untuk memperbaiki hubungan, menghasilkan kepercayaan yang meningkat, kedua
belah pihak mendapat hasil positif, mengarah pada hasil resolusi dan transformasi.
Kedua pendekatan ini tidak terlepas dari diri seorang jurnalis saat
meliput konflik. Banyak variabel yang mungkin akan menggoda seorang jurnalis
untuk memilih pendekatan ini , seperti latar belakang wartawan, kepentingan,
pasar dan sebagainya. Namun, mengingat fungsi media dan kepentingan publik,
seorang jurnalis juga harus mempertimbangkan untuk memilih pendekataan
kooperatif. Konsep Jurnalisme damai akan berjalan saat wartawan dibekali
dengan keahlian resolusi konflik, sebab hal ini lebih memungkinkan
seorang wartawan menjadi profesional dan lebih efektif. Berikut indikator untuk
memberi gambaran jurnalisme damai.
a. Perdamaian diorientasikan.
Orientasi perdamaian bisa dilakukan dengan memberikan suara kepada semua
pihak, empati dan pengertian, menjadikan konflik transparan, melihat konflik
sebagai suatu masalah, dan proaktif melakukan pencegahan sebelum terjadi
kekerasan.
b. Kebenaran diorientasikan
Orientasi kebenaran bisa dilakukan dengan membeberikan semua
ketidakbenaran dari semua sisi yang ditutup-tutupi. c. Masyarakat diorientasikan
Orientasi masyarakat bisa dilakukan dengan fokus pada penderitaan semua
pihak dan fokus pada orang-orang yang membawa perdamaian.
d. Penyelesaian diorientasikan
Orientasi penyelesaian bisa dilakukan degan fokus kepada struktur budaya
masyarakat yang tentram, memikirkan resolusi, dan rekonsiliasi.
pemberitaan Tempo edisi 1-7 Oktober 2012 yang membahas
Pengakuan Algojo 65, di antaranya:
a. Tentara, Santri, dan Tragedi Kediri
b. Kalau Saya Mati, Saya Mati Syahid
c. Sesudah ‘Tuhan mati’ di Mlancu
Sumber data primer yang akan dipakai dalam penelitian ini yaitu
majalah Tempo liputan khusus Pengakuan Algojo 65 edisi 1-7 Oktober. Adapun
data sekunder yang dipakai berupa buku, jurnal, skripsi, dan artikel yang
berhubungan dengan jurnalisme damai, narasi pemberitaan, dan algojo 65.
Sesudah melakukan analisis naratif dan jurnalisme damai terhadap pemberitaan
Tempo yang berjudul Pengakuan Algojo 65, peneliti bisa menarik kesimpulan
mengenai rumusan masalah seperti yang diuraikan pada BAB I, apakah prinsip
jurnalisme damai sudah diterapkan dalam narasi pemberitaan majalah Tempo edisi
khusus Pengakuan Algojo 65 (1-7 Oktober 2012)?. Maka sudah terjawab bahwa
Tempo lebih memilih sebagai media provokatif daripada menerapkan jurnalisme
damai dalam pemberitaan pengakuan Algojo 65 sebab kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada orientasi perdamaian: Tempo melihat konflik sebagai masalah yang belum
ada kejelasan solusi dan memakai kekerasan. Hal ini bisa dibuktikan pada
analisis naratif, cerita yang ditulis tidak ada usaha menuju keseimbangan. Dari
judul berita yang dianalisis, ketiganya masih pada level kesadaran akan adanya
konflik/gangguan.
2. Pada orientasi kebenaran dan masyarakat: banyak sekali ditemukan dalam
pemberitaan Tempo ada diksi-diksi yang bias untuk memprovokasi pembaca.
Selain itu, Tempo sangat minim menampilkan tokoh untuk menuju perdamaian
sebagai narasumber.
3. Pada orientasi penyelesaian: pada pemberitaan ini, Tempo tidak menawarkan
solusi atau penyelesaian. Sebaliknya Tempo lebih fokus pada pemberitaan konflik
yang terjadi pada tahun 1965. Tempo tidak berusaha untuk melakukan inisiatif
dan menggali informasi mengenai usaha rekonsiliasi alami yang dilakukan oleh
warga NU dengan PKI di Kediri.
Sesudah melakukan analisis terhadap pemberitaan Tempo tentang pengakuan
Algojo 65, peneliti memiliki keinginan untuk memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Untuk media
Kebebasan pers yang diberikan paska runtuhnya orde baru tidak diperuntukan
kepada suatu kepentingan golongan tertentu. Sebaliknya, Kepentingan suatu
golongan hendaknya ditanggalkan oleh media massa agar negara ini bisa belajar dari
sejarah dan tidak mengulang kembali sejarahnya yang kelam.
Peneliti berharap kepada media massa di Indonesia dan Tempo secara khusus,
bisa memberikan pengarahan kepada wartawan dalam meliput suatu konflik.
Pemahaman ini sangat berarti agar narator tidak mencampurkan fakta dengan
opini yang bisa melebarkan konflik. Pun demikian, dengan pengarahan wartawan
akan bisa lebih bijak menyikapi konflik horizontal yang terjadi. Selanjutnya, sikap
media yang bisa menawarkan solusi dalam konflik juga sangat penulis harapkan,
bukan sebagai media provokasi.
2. Untuk pembaca berita
Literasi media sangat penting dipahami sebagai penangkal informasi yang kita
cerna dari media setiap hari. Maka, masyarakat harus memiliki kecerdasan dalam
menelaah sebuah informasi dari media massa. Peneliti berharap kepada khalayak agar
tidak mudah percaya kepada pemberitaan media, sebab semua media pasti memiliki
kepentingan di balik pemberitaan.