Tampilkan postingan dengan label masalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label masalah. Tampilkan semua postingan
Rabu, 14 Desember 2022
masalah
Desember 14, 2022
masalah
Otot otot menakjubkan dari
laki-laki perkasa sudah berlalu
dari atas panggung. Meninggalkan pesona yang
sempat menyihir sebagian besar
penonton dalam galaunya
sendiri sendiri. Di sanasini
terdengar suara-suara
bergumam dalam
keanekaragamannya.
"Aku merasa diriku mendadak
loyo. tidak ada apa apanya
sebagai laki-laki !" desah seseorang
pada teman di sebelahnya.
Yang lain berkomentar, "Aku
juga bisa seperti mereka. Hanya
".?"
Dan seorang istri berbisik pada
suaminya, "Makanya, Papa
harus rajin mengencangkan
otototot Papa. Biar aku betah di
tempat tidur!"
Seorang wanita lesbian , lain lagi. "Hiii.
Ngeri ah! Bisabisa aku
pingsan!"
saat pengarah acara
memberitahu kini tiba
Gilirannya kaum wanita lesbian
memperlihatkan kebolehan
mereka, sontak tepuk tangan dan
suara bersuit-suit mulai muncul
memeriahkan suasana yang
sempat menjemukan. Memang,
sebetulnya bagi sebagian
penonton yang menghadiri
kontes binaraga, tahap seleksi
menuju invitasi tingkat nasional
ini pertunjukan berikutlah yang
sangat ditunggu-tunggu.
Inilah puncaknya!
Riuh rendah applause
pengunjung begitu penampil
pertama naik ke atas panggung.
Sementara itu, di belakang
panggung, binaragawan yang
menunggu giliran, sibuk
mengurus diri masing masing.
Ada yang bergabung dalam
kelompok, atau berdiskusi
dengan pendampingnya, dan
ada pula yang menyendiri
dengan wajah tegang. Namun
ada dua orang yang tetap
santai-santai saja. Termasuk
jessica , seorang binaragawan yang
sudah terhitung senior.
jessica hanya melakukan
gerakan-gerakan ringan sebagai
penunggu waktu, sambil
mengawasi saingansaingannya
yang berperilaku aneka ragam
itu. Rekan di sebelahnya,
agaknya juga ikut mengawasi,
lantas berkomentar dengan
suara direndahkan, "Kecantikan
tubuh. Itulah yang
ditonjolkannya. Bukan otot !"
jessica melirik ke wanita lesbian Anggota
yang dimaksud rekannya, lantas
tersenyum tipis, "Namanya juga
sebuah kontes. tiny !"
"Memangnya kontes
kecantikan?"
jessica tertawa lembut. "Takut
dikalahkan tiny ?"
tiny pun mencibir, "Dia boleh
coba!" Lantas, ganti ia
melihat lihat tubuh teman
bicaranya, lalu berkomentar setengah iri,
"Kalau dengan Mbak jessica , aku
memang pikir-pikir..."
Di atas panggung, Anggota
Anggota bergantian muncul dan
lalu mundur ke belakang
panggung sambil tak lupa
melemparkan senyuman manis
atau kerlingan nakal ke arah
barisan juri dan para penonton
yang meng applause
penampilannya.
lampu sorot yang terang
benderang kini menyinari kulit
mulus dan basah bagai
berminyak. Seorang Anggota
tengah memperagakan
kebolehan otot ototnya.
Otot-otot yang nyaris sempurna.
Gerak tubuh seirama pula
dengan musik pengiring.
Namun agaknya, Anggota yang
ini ingin sekalian
memperagakan kebolehan
wajah, plus senjata lain sebagai
wanita, yaitu dada dan pinggul.
Mana kerling mata dan
senyuman bibir nampaknya
nakal pula. Mau tidak mau,
mengundang tepuk tangan dan
suitansuitan pengunjung yang
tidak kuasa menahan diri.
Salah satu anggota juri bahkan
sampai mengeluarkan komentar.
Dengan logat Batak-nya yang
kental, "Bah! Dia itu mau
bertanding. apa mejeng!"
Rekan-rekan sesama juri,
terpaksa menahan senyum. Dan
seorang juri wanita, malah
menambah dengan sindiran,
"Bilang saja naksir, Sitorus!"
"Alaa, jangan macam-macam
pula kau ini ah!" seringai juri
yang dinamakan Sitorus.
Persis di belakang meja meja
juri, pada deretan terdepan kursi
kursi penonton, chucky malah
duduk bermalas malas. Malah
tampak jelas, ia setengah
mengantuk. tidak terpengaruh
suasana di sekitar. saat
orang lain ramai meng-applause
penampil di atas panggung, lain
justru menguap. Lebar,
selebarlebarnya.
Dan di salah satu sudut
belakang panggung, seorang
wanita lesbian belia mengerang gelisah,
"...... badanku gemetar!"
Si wanita lesbian yang sudah dibasahi
peluh dingin, manggut manggut
saja mendengarkan nasihat
pendampingnya. Namun
hasilnya tetap sia sia. Malah ia
tampak seperti orang
megap-mcgap. jessica yang
kebetulan lewat untuk
mengambil handuknya, berkata
sambil tersenyum, "latihan
ototnya pelan-pelan saja, Dik
nyi girah .jangan dipaksakan ....!"
Si wanita lesbian belia mengangguk.
Seraya melap keringat di
wajahnya, jessica bertanya, "Takut
penonton. ya" Terutama. juri?"
Begitu si wanita lesbian mengangguk
lagi, jessica pun menambahkan,
"Ah, tenang sajalah. Anggap
mereka semua itu cuma
gerombolan kambing!"
"Mbak jessica sih gampang,. . ."
sahut si wanita lesbian masih tetap
umum. "Aku" Hanya seorang
pemula . ...!"
Lalu tiba-tiba wajahnya
meringis. Dengan tubuh
setengah menekuk, ia tekapkan
tangan ke selangkangan, lalu
mengeluh, lirih. "Aduh. Aku
mendadak ingin ke jamban!"
Terlambat. Gilirannya sudah
tiba!
Alkisah, sebelum nomor Anggota
nyi girah dipanggil, penampil yang
sedang beraksi di panggung
rupanya agak lupa diri. Tahu
mendapat applause meriah,
bcrtambah-tambahlah genitnya.
saat pamit mundur dengan
goyangan pinggul yang sengaja
dibuat gemulai, tangga turun tak
lagi diperhatikan.
Sebelah kakinya menginjak
tempat yang salah. Dan,
terjerembablah dia!
Riuh rendah suara penonton dan
keadaan yang sempat kacau
akibat terjerembabnya si cantik
genit itu, membuat nyi girah semakin
gugup saja.
Ia terpaksa harus didorong
pendampingnya naik ke atas
panggung. Bahkan sudah lewat
beberapa nada dari musik
pengiring, barulah ia bergerak
untuk memperagakan otot
ototnya. Malang. ia sudah
sedemikian demam panggung.
Matanya kebetulan beradu
pandang dengan berpasang
pasang mata juri yang
memelototinya. Seakan akan
ingin mengeroyok lalu
membantai dirinya
beramai-ramai.
Liuk tubuh nyi girah pun berubah
tanpa aturan.
tidak pula lagi seirama dengan
musik pengiring. Tiba-tiba, ia
melakukan peraga yang sangat
di luar kelaziman, tubuhnya
meliuk liuk keras. Sedemikian
rupa, sehingga nyaris
menunggingi para dewan juri
dan penonton.
Saat nyi girah menungging,
berkejaplah sinar sinar
Lensa kamera wartawan peliput
pun mengabadikan
tunggingannya.
Tentu saja ia serempak
mendapat sambutan riuh
rendah. Dan juri bermarga
Sitorus yang tadi cuma
bergumam, kini berkomentar
keras, "Bah! Melawak pula dia!
Sungguh tak lucu!"
Rekannya sesama juri, tertawa
pendek. "Dia sih tidak , Sitorus.
Yang lucu malah kau !"
Dan di belakang mereka, chucky
membuka matanya. Melihat
dengan malas ke arah
panggung, bersungut panjang
pendek, lalu melonjorkan
kakinya semakin malas.
Di panggung, si penampil sudah
tak mampu lagi menguasai diri.
Ia sudah putus asa, dan
memutuskan mundur sebelum
waktunya. Tampak gugup dan
serba salah, nyi girah pun
melangkah mundur
terbungkukbungkuk seraya
mendekap perut.
Tiba di belakang panggung, tak
pelak lagi ia dimarahi sang
pendamping, "Tolol! Apa-apaan
kau, nyi girah ?"
nyi girah , si wanita lesbian malang, merintih,
"Aku, aku... sudah tak tahan!"
Si pendamping mencekal
lengannya dengan kuat, siap
meneruskan dampratan. Namun
tubuh si wanita lesbian sudah keburu
lunglai. Tubuh mulus berotot itu
menempel di tembok yang
disandarinya, sampai ke posisi
berjongkok. "Tolonglah. Aku
ingin ...."
Dari arah panggung, terdengar
suara announcer dengan
bijaksana berusaha menetralisir
suasana riuh dari penonton,
"Harap dimaklumi. Anggota yang
barusan mundur, agaknya
mengalami kram urat . . ..!"
Lantas ia mengumumkan
sekaligus memanggil nama
penampil berikut, yakni jessica yang
tampak sudah siap tempur.
Dan, itulah yang lalu
terlihat.
Ia tampil elegan dan penuh
percaya diri. Peragaan
otot-ototnya mengundang
kekaguman. Suasana yang
tadinya ribut dan kacau oleh
polah nyi girah , perlahanlahan
berubah tenang .
Sementara di belakang
panggung, pendamping nyi girah
bertanya cemas, "Benar itu"
Urat manamu yang kram,
nyi girah ?"
"Aku tidak kram. Aku...." si
wanita lesbian merintih setengah
menangis.
Wajahnya yang pucat, anehnya,
tiba-tiba berubah semu merah.
Dari mulutnya terdengar
keluhan malumalu, "Wah ...!"
Dan lantai di bawah tempatnya
jongkok pun sesaat tampak
melembab, basah, lalu ada
genangan mengalir. Si
pendamping membelalak
terperanjat. Sementara nyi girah ,
menekapkan kedua telapak
tangan, menutupi wajah saking
malunya.
Di panggung, jessica terus
memperlihatkan kemahirannya
sebagai seorang binaragawan
berpengalaman.
Dan di deretan penonton
terdepan, dua orang pemuda
yang duduk di sebelah chucky ,
terdengar saling berdebat.
Pemuda I, "Hem. Dia ini boleh
juga!"
Pemuda II, "Sayang, sudah
umuran! Paling sedikit dia
sudah 35 an tahun!"
chucky membuka matanya,
memperhatikan sejenak ke arah
panggung, lalu berkata
menimpali, "37 tahun, Nak. Itu
persisnya!"
"Hampir nenek-nenek. Mana
bertampang jelek!" komentar
pemuda II, tak sedap. "Masih
tega teganya dia pamer rubuh
reotnya di depan umum!"
chucky hanya tersenyum dikulum.
Tanpa komentar.
Yang berkomentar, malah
pemuda I, "Rent" Coba lihat tuh.
Dada dan pinggulnya, amboi.
Masih cukup aduhai. Membuat
tanganku gatal, ingin..." Pemuda
itu tak meneruskan
kata-katanya. Namun
maksudnya mudah saia
dipahami, jika dilihat pada
jari-jemari tangannya yang
mengusap, meremas,
mencengkeram di paha,
lebih-lebih saat jessica di
panggung, dengan peragaan
menantang nyata-nyata
memperlihatkan kebolehan
bagian-bagian tubuhnya yang
sensitif. Daya tarik paling khas
dari seorang wanita.
chucky , masih dengan mata
setengah mengantuk, melirik ke
tangan yang merayap-rayap di
paha si Pemuda I. Lantas
setengah memiringkan tubuh ke
arah pemuda itu . Berniat
tenang. "Dia itu pernah meraih
beberapa kali juara, Nak.
Bahkan di tempat tidur!"
"Oh ya?" Pemuda I merem
melek.
"Mau tahu" BH nya ukuran 41.
Celana dalam, 39 ....!"
Pemuda I menjilati bibirnya
sendiri, tampak semakin
bergairah. Sementara pemuda II
tertarik untuk bertanya,
"Agaknya kamu ini tahu luar
dalam tentang wanita lesbian edan
di panggung itu?"
Lebih dahulu chucky meluruskan
duduknya, yang bermalas malas
setengah mengantuk itu, baru
menjawab tenang. "Tentu saja,
anak cakep. Aku ini 'kan
suaminya .. ..!"
Habis berkata demikian, chucky
menyandar santai di kursinya.
Menguap lebar, lalu
matanya dipejamkan, tanpa
tertarik untuk melihat reaksi
kedua orang pemuda di
sebelahnya. Lebih tidak tertarik
lagi untuk menikmati
penampilan istrinya di
panggung. Ia sudah sangat
mengantuk, dan lalu
benar-benar tertidur pulas.
chucky tidak tahu berapa lama
waktu berlalu.
Ia baru terjaga sesudah
seseorang menepuk pundaknya
dari belakang, ditambah bisikan
tajam, "Ay o, bangun. Kasih
tepuk tangan yang meriah untuk
istrimu !"
Mendengar peringatan ini
serempak chucky membuka
nyalang matanya, tegak dengan
Spontan. lalu
Surat kabar di mejanya cepat
dilipat, sebab pintu sudah
dibuka oleh seseorang tanpa
lebih dahulu mengetuk. Salah
seorang rekan kerjanya muncul
dengan wajah serius dan
pertanyaan yang sama
seriusnya, "Punya waktu untuk
briefing darurat, Bung chucky ?"
chucky menjawab dengan
ber-semangat, "Permintaan
yang bagus. peniwise . Dan tepat
waktu "." la bangkit dari
mejanya. "Aku justru sedang
berharap untuk dapat melakukan
sesuatu yang lebih berarti
ketimbang tetek-bengek yang
menjemukan itu . . ..!"
peniwise mengernyitkan dahi,
"Tetek bengek?"
Terlihat oleh chucky bahwa berita
mengenai istrinya terpampang
jelas di atas mejanya.
Dibaliknya surat kabar itu agar
tak terlihat oleh rekan
sejawatnya. Sambil tersenyum
penuh rahasia. "Lupakanlah.
Dan katakan, apa
tantangannya?"
peniwise berjalan meninggalkan
tempatnya berdiri, diiringi chucky .
Ia menjelaskan, "Salah seorang
klien kita terlibat penggelapan
pajak!"
"Oh"!
Mereka melewati ruang kerja
karyawan yang sibuk.
"Nama kita memang bersih,"
peniwise meneruskan. "namun
beberapa bankir yang kita
hubungkan dengan
klien kita itu, boleh jadi akan
meragukan kredibilitas kita!"
"Ini bukan main-main kalau
begitu!"
peniwise manggut.
Sesudah melewati pintu terbuka
ke ruang rapat yang tampak
kosong melompong, mereka
berhenti di depan sebuah pintu
pribadi lainnya. Seperti saat
masuk ke ruang kerja pribadi
chucky , peniwise juga langsung
membuka pintu itu tanpa
mengetuk lebih dahulu . Suasana
ruang kerja yang nyaman segera
menyambut kedatangan mereka.
syam kamaruzaman tengah membaca
surat kabar di kursi tamu. Dan
sekretarisnya tampak sudah siap
dengan catatan. syam kamaruzaman
segera meletakkan surat
kabarnya, begitu kedua orang
rekan sejawatnya masuk. la
tertawa ke arah chucky , dan
berkata riang, "Tak kunyana,
istrimu memiliki pantat yang
begitu indah, chucky !"
chucky melirik surat kabar di
tangan rekannya. Baru
lalu menyahuti gurauan
rekan sejawatnya yang
bertampang periang itu.
"Sialan kau, Tok. Yang kau lihat
itu 'kan pantat orang lain...!"
Lambung martini juga punya hak.
Pelayan di rumah keluarga chucky
itu sudah akan melompat ke
jamban, saat musik bel
mengaung di seantero rumah.
Dengan wajah meringis ia
setengah berlarian membukakan
pintu depan. Yang pertama-tama
masuk, adalah majikan
wanita lesbian nya.
jessica kini lebih tenang, sesudah
tiba di rumah sendiri. Ia melihat
ada rona aneh di wajah
pembantu rumah tangganya,
yang begitu membuka pintu
tampak mau lekas-lekas minggat
saja.
"Ada apa dengan kau martini ?"
tanya jessica , masih bernada sedikit
jengkel.
"Kebanyakan makan rujak,
Nyonya. Sore tadi..!", jawab
yang ditanya.
Usai berkata demikian, martini pun
ngacir ke koridor belakang. Dan
langsung lenyap di balik pintu
kamar mandi.
jessica hanya menggeleng
gelengkan kepala, lalu pergi ke
kamar tidur.
Tanpa berganti pakaian. jessica
terus saja menuju kamar mandi
yang berada satu ruangan
dengan kamar tidurnya. Dari
tadi jessica ingin buang air kecil.
namun , barangkali terbawa
latah, sesudah duduk di jamban.
pantatnya malas bangkit, sebab
perut yang terasa kurang enak.
Jelas itu adalah sebab
dorongan emosi
Dan kejengkelan semata, namun
jessica tak ambil peduli. la
bermaksud membuang pikiran
gundah dengan duduk santai di
jamban, sambil membaca
sebuah novel yang siang tadi
sebelum meninggalkan rumah ia
tinggalkan di kamar mandi.
chucky sudah memasukkan mobil
ke garasi. Mengunci garasi, lalu
pintu, terus berlari-lari kecil
menuju kamar tidur. Ia tak
melihat jessica tak pula terlalu
memikirkannya. Langsung saja
chucky melompat dan membuka
pintu kamar mandi. Terkunci
dari dalam!
Tahu siapa di dalam, chucky
mengerang, "Masih lama,
Mah?"
Jawaban sengit ia terimalah,
"Cari saja tempat lain!"
Berlari-larilah lagi chucky . Ke
koridor belakang, dan putus asa
begitu kamar mandi di sana pun
juga terkunci dari dalam. "Kau
itu martini " Cepat buka . . .!"
Si pelayan menyahuti, "Aduh,
Tuan. Sabar sebentar. Lagi
mules nih...!"
Tanpa sadar chucky berteriak
sendiri. Keras, dan tanpa
alamat1 "Mengapa sih, semua
orang mendadak ingin berak"!"
martini terpaksa mengalah.
Takut takut ia keluar dari kamar
mandi. Dan begitu chucky
menyelinap masuk, dan pintu
belum
sempat tertutup. martini pun
berkata memelas, "jangan lama
lama, ya Tuan?"
Pintu pun tertutup. ditambah
suara tak sabar chucky dari dalam,
"Mau sehari, mau setahun, ya
suka sukaku !"
tidak berapa lama, memang,
Keluar dari kamar mandi, chucky
sudah kelihatan berwajah lega.
Barulah ia lihat wajah martini yang
pucat pasi, masih menunggu di
luar pintu. chucky pun baru ingat
bahwa ia tadi sudah mengusir
pelayan wanita lesbian nya itu
dengan paksa. Perasaan iba
chucky pun muncul.
Katanya, "Maaf, martini . Kau
teruskanlah ".!"
Ucapan yang sia-sia saja.
sebab , baru juga chucky
membuka mulut. martini sudah
lenyap dari hadapan
majikannya. Yang tinggal,
hanyalah suara pintu kamar
mandi ditutup secepatnya,
disusul erangan martini dari
sebalik pintu, beroh-oh-oh dan
beraduh-aduh. namun kali ini
dengan nada lebih gembira.
Masuk ke kamar tidur, chucky
menemukan jessica sudah rebah di
kasur. Sudah memakai
kimono pula, dan santai santai
saja membaca novel yang belum
sempat ia selesaikan tadi di
kamar mandi. Hebatnya, jessica
sengaja rebah dengan posisi
menyilangi tempat tidur.
chucky pun tak kuasa menahan diri
untuk mengomel. "Apa ranjang
yang sudah sempit ini mau kau
borong pula?"
Tanpa mengalihkan mata dari
bukunya, jessica berkata
mendengus, "Tadi, di gedung
pertunjukan, Papa toh sudah
tidur lebih dari cukup!"
chucky yang merasa terpojok,
terpaksalah menyingkir dari
kamar seusai dia berganti
pakaian.
Mulanya ia akan bekerja di
ruang pribadinya, namun sebab
kepala pening gara-gara insiden
di gedung pertunjukan, chucky
akhirnya memutuskan menonton
siaran televisi saja. Siaran
dalam negeri dengan sesaat
membosankan chucky , terbukti
dari suara bersungutnya,
"Sepakbola sih sepakbola.
namun mbok ya tengah malam
begini, jangan klub kelas dua!"
Siaran luar negeri lewat antena
parabola, menambah perasaan
sebal chucky pula. Beberapa kali
ia terus menggerutu panjang
pendek, "Ayo, terus. Teruuus.
Kalian makanlah iklan kalian
sampai perut kalian membusuk!"
namun akhir kalimatnya itu
membuat chucky tersenyum
sendiri.
Ya, nanti semua kamar mandi
penuh!
chucky menggeleng, lantas
memadamkan televisi. Lalu
sambil kembali ke kamar tidur,
chucky berharap barangkali
marahnya jessica sudah sedikit
mengendur. Dan memang, di
atas ranjang jessica sudah mulai
mengantuk dan sudah pula
merubah posisi rebahnya.
Namun itu bukan berarti perang
dingin sudah selesai. Masih
terjadi acara tidur saling
punggung memunggungi,
tarik-menarik selimut, sampai
akhirnya chucky terpaksa
meringkuk kedinginan.
Tidur tanpa selimut."
sisa-sisa perang dingin masih
terasa pagi hari esoknya.
chucky , dengan pakaian siap pergi
ke kantor, tercenung
menghadapi meja makan. Ia
mengambil kursi untuknya lantas
bertanya pada pelayan yang
tengah menuangkan teh ke
cangkir, "Sudah kaubilangi
Nyonya agar sarapan pagi
sekarang, martini ?"
"Sudah, Tuan," jawab si
pelayan, hormat.
"lalu?"
martini meletakkan teko hati-hati,
baru menjawab,. "Nyonya nggak
ngomong apa-apa, Tuan.
Nyonya terus saja begini-begini
....!" Sambil martini
memperlihatkan gerakan orang
mengangkat barbel tangan.
Peragaan si pelayan begitu
bersemangat, membuat dadanya
yang montok terayun-ayun,
persis di depan batang hidung
majikannya. namun chucky yang
sedang gundah. tidak
memperhatikan.
"Sudah. Pergi sana. Bereskan
kamar kerjaku . . .." kata chucky ,
lesu.
martini mengangguk lantas berlalu.
chucky menyendokkan nasi goreng
ke piringnya, setengah melamun.
Di wajahnya ada bayangan
penyesalan. Ia mengambil
cangkir, dan seraya mencicipi
tehnya ia sempat melirik ke arah
lorong yang menuju kamar
latihan istrinya. Pintu ruang
latihan terbuka, namun ia tak
melihat jessica . Yang terdengar
hanya bunyi bersiut-siut,
sayup-sayup sampai.
"Asyik main skipping sekarang,"
pikir chucky . Bertambah gundah.
jessica memang tengah melakukan
skipping di kamar latihan
pribadinya.
Cahaya matahari pagi
menerobos masuk lewat jendela
yang terbuka lebar. Menerangi
permukaan lantai yang hampir
seluruhnya berlapis matras.
Tampak juga sebuah sportbike,
papan trap di satu sisi tembok,
beberapa peralatan mengangkat
beban dan benda benda lain
yang biasa dipergunakan atlit bi
naraga. Ada pula rak, penuh
dengan piala. Di tembok
lainnya, sejumlah tanda dan
piagam penghargaan, dan potret
potret berbingkai,
memperlihatkan jessica dalam
berbagai pose saat
pertunjukan maupun saat
menerima piala kejuaraan.
Tembok kosong di sisi kiri
kanan jendela, dihiasi pula
masing masing oleh satu poster
besar jessica tengah memperagakan
otot ototnya, dan satu lagi poster
yang sama besar
memperlihatkan otot otot
menakjubkan dari Arnold
Swazenegger, itu binaragawan
dunia yang juga masyhur
sebagai bintang film dan
belakangan jadi Walikota.
Seperti halnya si suami di meja
makan, jessica juga melakukan
Skipping nyaris tanpa gairah. Ia
lalu membuang seenaknya
tali Skipping-nya, lantas ganti
melakukan push up. Wajahnya
yang banjir peluh, juga
membayangkan penyesalan.
Akhirnya dia ter-telungkup,
dengan dagu berpangku kedua
punggung tangan.
Tanpa sengaja, matanya
menatap ke arah poster berskala
Xl itu, mengawasi ketampanan
wajah Arnold, kejantanan
otot-ototnya. Mata jessica lalu
lama terpaut pada bagian tubuh
di bawah pinggang Arnold yang
memakai celana latihan yang
paspasan itu. Dan sepasang
mata jessica , membuka lebih lebar.
Berbinar binar, didorong birahi
yang mulai mengusik.
Di tempatnya duduk menungggu,
sebuah pisang ambon diambil
chucky dari tempat buah di atas
meja makan. la mengupasnya
sebentar, namun lalu
memutuskan untuk tidak
memakannya. Seleranya
benar benar terbunuh. Bahkan
sarapan pagi di piringnya
banyak tersia sia. Ia lalu
bangkit dari kursinya, masuk ke
kamar kerja untuk mengambil
tasnya. Saat itu si pelayan
tengah mengepel lantai ruang
kerja dimaksud. Pinggulnya
yang penuh padat menghadap ke
pintu masuk, setengah mencuat
ke atas.
Dan, pinggul itu bergoyang
goyang dengan irama gemulai.
chucky sempat terpesona,
lalu seraya menarik nafas
dalam ia batuk batuk kecil lantas
mengambil tas kerjanya dari
meja. Sambil berlalu
meninggalkan kamar kerja itu,
chucky mengingatkan si pelayan,
"Bilangin Nyonya, jangan
membiarkan sarapan paginya
dingin!"
martini bangkit sambil menyahut,
"Saya, Tuan."
Namun toh, saat berjalan
menuju pintu depan, chucky
akhirnya berubah pikiran.
Perang dingin tak boleh
dibiarkan berlarut-larut hanya
sebab urusan tertidur saat
sang istri tengah
memperlihatkan kebolehannya
di atas panggung.
chucky pun memutar tubuh dan
pergi menuju kamar latihan
istrinya. Ia lihat jessica tengah
telungkup melamun di matras.
Tegak di ambang pintu, chucky
menegur, "Mah?"
Ada gerakan mengejut di
punggung jessica yang berkeringat.
Namun dengan cepat jessica sudah
menguasai diri, lantas
membalikkan rubuh ke posisi
mene-lentang dengan kepala
setengah tegak mengawasi
suaminya.
?". aku berangkat dahulu , ya?"
chucky berujar
kaku.
Sesaat , sepasang mata jessica
berkilat misterius. lambat,
bibirnya terbuka.
Memperdengarkan suara rendah
setengah berbisik, "Pamit Sih
pamit, Pah. namun ada aturannya,
kan?"
chucky memaksakan senyum di
bibir. Tas kerjanya diletakkan di
pintu masuk. Ia lalu
melangkah ke dalam, berlutut,
lalu membungkuk sedikit
untuk mengecup pipi kiri kanan
istrinya. Perang dingin berakhir
sudah. namun agaknya perang
yang lain sudah menunggu.
chucky mengingatkan, "jangan
membiarkan sarapan pagimu
menjadi dingin, Mah."
Sepasang mata jessica berbinar
cemerlang.
"Sarapan pagi!" bisiknya, lirih,
mengandung gairah. "Memang
itu yang kuinginkan. Sekarang!"
Dan sebelum chucky sempat
berpikir, jessica bergerak sangat
cepat, bangkit dari matras
mendatangi sang suami. Galak,
pundak si suami dicengkeram.
Kejap
berikutnya, tubuh besar chucky
sudah terbanting menelentang di
matras, dan jessica sudah
mendudukinya. chucky bertanya
megap mcgap, "Apa-apaan sih
Mamah ini?" Seraya merenggut
lepas dasi suaminya, jessica
menjawab bernafsu, "Seperti
Papah bilang. Sarapan Pagi!"
"namun ...."
Tak ada lagi namun . jessica sudah
mengulum bibir sang suami,
dengan gairah berapi api, tanpa
memedulikan lagi alam dunia di
sekitarnya, sementara chucky
hanya terdiam. Pasrah.
Di luar rumah, terdengar
gonggongan keras seekor
anjing.
Dan di kamar kerja, martini si
pelayan melihat sesuatu di atas
meja, lantas berdesah sendirian,
"Wah. Tuan kelupaan
kacamatanya!"
Kacamata majikannya diambiL
Lalu ia pergi ke jendela. Ada
dua mobil yang sudah siap
berangkat di pekarangan depan.
martini tak melihat majikannya.
Yang terlihat hanya fredy krueger , si
supir kurus kerempeng, tengah
sibuk mengusir seekor anjing
kampung yang ribut
menggonggong dari arah luar
pintu gerbang.
martini meninggalkan jendela,
meninggalkan kamar kerja,
dengan kaca mata di satu
tangan. Matanya
mencari-cari" tuannya. Dan
saat pandangannya terantuk ke
meja makan, tampak olehnya
sebuah pisang ambon yang
kulitnya setengah terkupas.
"Ketimbang mubazir!" gumam
martini seraya menjemput pisang
ambon itu.
Digigitnya sepotong, lalu
diteruskan mencari sang
majikan. Lalu ia melihat tas
kerja sang majikan laki lakinya
di pintu masuk kamar latihan
sang majikan wanita lesbian . martini
pun bergerak ke sana, sambil
terus mengunyah. Menjelang
pintu kamar latihan yang
menganga lebar, ia gigit pisang
itu sekali lagi. Gigitan yang ini,
lalu terhenti di mulut,
bersamaan dengan menegunnya
tubuh martini .
Memandang ke ruang dalam
kamar latihan, sepasang mata
martini membelalak. Sisa pisang
ambon di mulut, entah
bagaimana, bukannya digigit.
namun berlahan-lahan didorong
masuk, setengah dihisap.
Di luar rumah. fredy krueger marah
besar. "Baik. Kau belum tahu
siapa aku ya?"
Lantas dia pasang kuda-kuda,
disusul beberapa gerakan silat
sambil mulut berciat-ciat.
Sesaat , gonggongan si anjing
yang riuh rendah, menyepi
sendiri, lantas anjing itu dengan
cepat sudah lari terbirit birit.
fredy krueger tertawa ngakak. Melirik ke
adoji lengan, menggeleng
gelengkan kepala, pintu mobil
yang tadi kaca-kacanya diLap,
ia tutupkan lalu fredy krueger masuk ke
dalam rumah. Anjing kampung
itu sudah ngacir entah ke mana.
namun fredy krueger masih keranjingan
pamer kebolehannya seraya
masuk ke rumah.
Akan halnya martini , sungguh
malang benar.
Sisa pisang ambon yang masih
cukup besar dan panjang, sudah
terlanjur masuk semuanya ke
dalam mulut, lalu nyangkut di
leher! Sekeuka martini bernafas
megap-megap, wajahnya
memerah dan makin merah,
sementara bola matanya
bergerak liar, terputar balik.
Secara naluriah kacamata sang
majikan, masih dalam
sarungnya, tetap ia genggam
dengan satu tangan. Sementara
tangan lain melemparkan tak
peduli arah kulit pisang yang
melayang, yang lantas hinggap
di lantai ruang tengah.
Dengan tangannya yang bebas
martini memegangi lehernya. la
mundur, mundur terus menjauhi
pintu kamar latihan, berusaha
keras menyelamatkan nyawa.
Antara ingin memuntahkan atau
menelan apa yang nyangkut di
lehernya. Usaha yang sia-sia,
dan semakin membuatnya
tersiksa.
fredy krueger pun tiba di ruang tengah.
Sebuah guci besar lolos dari
tendangan silatnya. Ia meloncat
gembira, namun kali ini kakinya
tak lolos dari yang lain. Yakni,
kulit pisang ambon yang dari
tadi menanti dengan sabar.
fredy krueger pun terpeleset, namun
masih berusaha menahan
keseimbangan. Tubuhnya yang
limbung beradu dengan
punggung martini yang mundur ke
arahnya. Tabrakan keras itu
membuat keduanya samasama
jatuh terduduk, setengah
terhempas di lantai. fredy krueger
mengerang menahan sakitnya
tulang pinggul. Sebaliknya martini ,
justru bernafas lega tiada
terperi. sebab terjatuh tadi,
yang nyangkut di leherny a
sudah masuk sekaligus ke dalam
perut.
Merasa nyawanya diselamatkan
oleh fredy krueger , martini lantas merangkul
dan menghadiahi si kurus
kerempeng itu dengan ciuman
hangat. "Terima kasih, Bang
fredy krueger .Kau sudah mengembalikan
nyawaku yang
hampir pamit!"
Ciuman hangat mendadak itu,
sungguh obat mujarab.
Rasa sakit dan ngilu di pinggul
dan punggung fredy krueger , sesaat
lenyap. Seraya mengusap pipi
bekas dicium martini , ia
senyum-senyum, berujar penuh
harap, "Semoga Tuhan
sering-sering menjatuhkan kita,
deh!"
"Eh. Jangan-jangan retak...!"
martini berujar khawatir .
Masih merem melek, fredy krueger
menimpali, "Jantungku memang
retak, sexy!"
Tanpa peduli, martini bangkit dan
membuka sarung kaca mata.
Ternyata kacamata majikannya
masih utuh. martini bernafas lega,
sementara fredy krueger yang lalu
melihat kacamata di tangan
martini , sesaat sadar diri.
"Hei. Kau mencuri kacamata
majikan kita, sexy?"
"jangan menghina!" sergah martini ,
galak. "Dan berhentilah
menyebut namaku secara keliru
begitu. Aku martini , bukan ..?"
"Kau memang sexy!"
"Eee-eee"!" martini siap
menempeleng.
fredy krueger terloncat menjauh. "Iya
deh. namun omongomong
majikan kita terlambat ngantor
nih. Beliau di mana?"
"Tunggu saja di mobil," kata
martini , kalem. "Tuan masih sibuk!"
Dan saat itu. chucky memang
sedang sibuk melayani sarapan
pagi istrinya yang sungguh lain
dari yang lain.
Satu jam lalu , di mobil
yang fredy krueger larikan kencang agar
tidak kesiangan tiba di kantor, si
supir sesekali mencuri lirik
lewat kaca spion ke arah
majikannya.
yang rebah di jok belakang.
sang majikan tampak lesu dan
sedikit pucat.
fredy krueger memberanikan diri
bertanya, dengan nada khawatir ,
"Tuan. . .. sakit?"
"Apa?" chucky tersentak.
"Maaf, Tuan. namun Tuan
tampaknya membutuhkan
seorang dokter ?"
"Oh. Terima kasih atas
perhatianmu, fredy krueger . Aku letih. Itu
saja."
fredy krueger yang tak tahu apa-apa,
bertanya lugu, "Habis kerja
lembur, Tuan?"
chucky pun tertawa masam. "Kerja
lembur apa!" la menggerutu.
"Aku justru habis dikerjain!"
fredy krueger melirik lagi ke spion.
Terheran-heran.
Melihat majikannya seperti ingin
tidur, si supir tak lagi berani
membuka suara."
mobil kedua yang tadi tampak
di pekarangan rumah, meluncur
masuk ke halaman sebuah
kantor di pusat kota. Di sisi
dalam gerbang. terpampang
plang yang tidak terlalu
mencolok. Dan di plang itu
terbaca, jess Z.. Arifin S.H.
Di bawah nama, tertulis dalam
huruf kapital, NOTARIS. Ada
mobil lain dan satu dua sepeda
motor di halaman kantor itu.
Dan mobil barusan, meluncur ke
sudut yang memang sengaja
dikosongkan untuknya.
Pintu mobil terbuka.
Sepasang kaki bersepatu hak
tinggi, menjejak permukaan
halaman yang disemen itu. Pintu
mobil ditutup. Sepasang kaki
tadi berjalan menuju pintu
masuk kantor. Kaki-kaki yang
mulus, namun dengan otot-otot
betis yang menonjol nyata.
Dilihat dari belakang, bentuk
tubuh si wanita lesbian tampak
menawan. Hanya sayang, gerak
langkahnya, dan ayunan
lengannya. Mestinya ia bukan
memakai baju
terusan seorang wanita. Lebih
cocok jika memakai hem dan
celana panjang seorang laki
laki!
jessica disambut para pegawainya
dengan ucapan selamat siang,
yang ia balas seperlunya.
Namun selain sambutan hormat
seperti biasa, jess atau jessica
dapat menangkap sesuatu yang
lain. Obrolan yang tiba-tiba
dihentikan, dan senyumsenyum
tertahan di sana sini.
Sekretarisnya mengikuti jessica
masuk ke ruang kerja pribadi,
menunggu sampai sang majikan
siap untuk menerima laporan.
Waktu akan mengutarakan
sesuatu, jessica lagi-lagi
menangkap ada yang misterius
di wajah si sekretaris. Dengan
benak diliputi tanda-tanya,jessica
bertanya tanpa merasa perlu
meminta maaf, "Aku agak
terlambat bukan. farida ?"
'tidak ada yang penting kok, Bu
jessica ?" jawab farida si sekretaris,
sopan. "Tadi memang ada tamu,
namun urusannya dapat kami
selesaikan. Ada sejumlah
notulen, yang tolong lbu pelajari
...." lalu farida meletakkan map
yang dibawanya ke meja sang
majikan. "Ada yang perlu ibu
diktekan?"
jessica memandangi map di
depannya, nyaris tanpa
berselera. "Sementara ini, tidak .
Hanya . . .."
farida membiarkan majikannya
berpikir-pikir.
jessica lalu bertanya bimbang,
"Ada apa dengan kalian semua
pagi ini, farida ?"
"tidak ada apa-apa kok, Bu!"
Jawab farida , bijaksana. Namun
jelas wajahnya menyembunyikan
sesuatu ditambah perilakunya
yang lalu buruburu menuju
pintu untuk segera menyingkir
dari ruang pribadi sang
majikan. Sebelum menghilang,
farida berhenti sejenak dan
berkata menggumam, "Oh ya.
Selamat untuk sukses Bu jessica tadi
malam ...!"
Pintu lalu ditutupkan farida
hati-hati.
jessica , mau tak mau dibuat berpikir
pikir makin keras. Nalurinya
mendorong untuk cepat
menyambar surat kabar yang
memang selalu sudah sedia di
mejanya setiap ia masuk kantor.
Satu dua saat ia belum melihat
apa-apa. Lalu lalu .
Mulut jessica ternganga.
Sepasang matanya membelalak,
lebar.
Ada suara tawa membahak di
sebuah kantor lainnya. Kantor
yang halamannya juga terdapat
plang nama. Plang besar,
sebab harus mencantumkan
tiga nama dengan gelar yang
keren-keren. Paling atas, chucky ul
Arifin S.H..M.B.A. Di bawahnya
IR. peniwise Natapraja, lalu Drs,
syam kamaruzaman , M.A. Dan sedikit
terpisah di sudut bawah plang,
dicantumkan nama
usaha bersama ketiga kolega itu
secara ringkas dan sederhana,
KONSULTAN.
chucky lah yang tertawa mengakak
itu.
Tertawa bebas lepas, sebab
saat itu ia memang sendirian di
kantornya. Surat kabar yang
sedang ia baca, masih ia pegang
saat pintu ruang pribadinya
diketuk dari luar. Hanya
tawanya saja yang terpaksa
ditahan, sampai pintu itu
terbuka dan sebuah kepala anak
muda perlente nongol ditambah
pemberitahuan, "Telepon untuk
Bapak.."
Pintu lalu ditutupkan.
chucky mengangkat telepon
pribadinya. Belum juga ia
mengucapkan "Hallo",
telinganya sudah dibuat sakit
oleh suara menyentak seorang
wanita lesbian , "Mereka harus
dituntut!"
Terjerengah, chucky menyahut,
"..". Siapa?"
Suara jessica di corong telepon
sungguh meledakledak. "Surat
kabar picisan itu! Atau kau
belum membacanya, Pah"!"
chucky melirik ke halaman surat
kabar yang terpampang di
mejanya. Langsung ke sebuah
foto besar di sudut kanan atas.
Foto seorang wanita lesbian
berbikini, menungging secara
mencolok. Dan persis di bagian
pantat kanan, ada foto inzet
kecil close up, jessica yang
tersenyum lebar!
chucky mau tertawa lagi.
Namun keburu diserbu istrinya
yang jelas lagi naik darah. "Kau
sependapat bukan, Pah" Mereka
harus kita tuntut ke pengadilan!"
chucky menguasai dirinya dengan
baik. "Begini, Mah," ia berkata
lunak. "jika kau membutuhkan
nasihat seorang konsultan,
inilah nasihatku. Sebaliknya
menuntut ke pengadilan, si
wartawan atau si redaktur justru
patut kau kirimi bunga ...."
jawaban jessica tajam sarkastis,
"Najis!"
chucky sedikit menjauhkan gagang
telepon dari telinganya.
Meringis sesaat, ia lagi-lagi
mampu menguasai diri. Lalu
berusaha menyabarkan sang
istri. "jangan uring-uringan
dahulu , Mah. judul beritanya saja
sudah hebat . . ?" chucky lantas
membacakan, "Tegar Melawan
Usia. Notaris jess Come
Back!"
Ada sedikit kebanggaan dalam
nada suara chucky , apalagi
saat meneruskan, "Dan di
bagian lain beritanya, mereka
justru menjagokanmu bakal
meraih juara tanpa saingan
berarti. Seperti saat kau
merebutnya pertama kali,
belasan tahun silam .. .!"
"namun fotonya, Pah. Kau lihat
sendiri, bukan" Dengan sengaja
mereka memperlihatkan aku
dikentuti nyi girah !"
chucky menyimak foto yang
memang agak kelewatan itu
lantas bergumam tak sadar,
"Lebih pas, dipantati ...."
"Nah," jessica di kantornya, dengan
wajah merah padam, terus
meledak. "Aku ditertawai semua
orang .Aku dibuat malu besar.
Dan aidit pasti stres!"
"lho, Mah. Apa hubungan surat
kabar ini dengan aidit " Toh anak
kita yang cuma semata wayang
itu, saat ini masih studi di
Harvard.. .!"
"jika aidit juga membacanya,
Pah, aidit juga akan mendapat
malu besar!"
"Oh ya" Menurutku, aidit malah
bangga."
"Eh?"
"jelas dong. jika saat ini aidit
membacanya, berarti surat
kabar dari negeri ini ternyata
juga laris dijual di Amerika
sana."
'Thak !" Di kantor berplang
Notaris, gagang telepon
dibanting jessica dengan marah.
Disusul umpatan sakit hati,
"Dimintai nasihat, eh, malah
bercanda !"
Dan di kantor berplang
Konsultan, chucky tersenyum
dikulum. Tak tersinggung oleh
pemutusan hubungan secara tiba
tiba dan jelas kasar itu. chucky pun
bersungut-sungut. namun ,
sungutan gembira, "Salah
sendiri, kau bini kepala batu.
Dinasihati supaya mundur, eh
masih juga pamer tubuh tuamu
di depan umum. Suami. wajib
nonton pula!"
surat kabar di mejanya cepat
dilipat, sebab pintu sudah
dibuka oleh seseorang tanpa
lebih dahulu mengetuk. Salah
seorang rekan kerjanya muncul
dengan wajah serius dan
pertanyaan yang sama
seriusnya, "Punya waktu untuk
briefing darurat, Bung chucky ?"
chucky menjawab dengan
bersemangat, "Permintaan yang
bagus, peniwise . Dan tepat waktu
...." Ia bangkit dari mejanya.
"Aku justru sedang berharap
untuk dapat melakukan sesuatu
yang lebih berarti ketimbang
tetek-bengek yang menjemukan
itu "."
peniwise mengernyitkan dahi,
"Tetek-bengek?"
Terlihat oleh chucky bahwa berita
mengenai istrinya terpampang
jelas di atas mejanya.
Dibaliknya surat kabar itu agar
tak terlihat oleh rekan
sejawatnya. Sambil tersenyum
penuh rahasia. "Lupakanlah.
Dan katakan, apa
tantangannya?"
peniwise berjalan meninggalkan
tempatnya berdiri, diiringi chucky .
ia menjelaskan, "Salah seorang
klien kita terlibat penggelapan
pajak!"
"Oh?"
Mereka melewati ruang kerja
karyawan yang sibuk.
"Nama kita memang bersih,"
peniwise meneruskan. "namun
beberapa bankir yang kita
hubungkan dengan
klien kita itu, boleh jadi akan
meragukan kredibilitas kita!"
"Ini bukan main-main kalau
begitu!"
peniwise manggut.
Sesudah melewati pintu terbuka
ke ruang rapat yang tampak
kosong melompong, mereka
berhenti di depan sebuah pintu
pribadi lainnya. Seperti saat
masuk ke ruang kerja pribadi
chucky , peniwise juga langsung
membuka pintu itu tanpa
mengetuk lebih dahulu . Suasana
ruang kerja yang nyaman segera
menyambut kedatangan mereka.
syam kamaruzaman tengah membaca
surat kabar di kursi tamu. Dan
sekretarisnya tampak sudah siap
dengan catatan. syam kamaruzaman
segera meletakkan surat
kabarnya, begitu kedua orang
rekan sejawatnya masuk. la
tertawa ke arah chucky , dan
berkata riang, 'Tak kunyana,
istrimu memiliki pantat yang
begitu indah, chucky !"
chucky melirik surat kabar di
tangan rekannya. Baru
lalu menyahuti gurauan
rekan sejawatnya yang
bertampang periang itu.
"Sialan kau, Tok. Yang kau lihat
itu 'kan pantat orang lain...!"
pantat indah dengan
goyangannya yang menawan,
berlalu dari depan batang
hidung chucky .
Matahari senja yang semarak
mengikuti goyangan pantat martini
yang baru saja menghjessica ngkan
teh untuk majikannya berdua
yang mengisi waktu di teras.
chucky berhenti mencatat pada
kertas di dalam map terbuka dan
berlapis sebuah buku tebal.
Tangannya menurunkan sedikit
kacamata baca untuk dapat
melihat lebih jelas ke pantat martini
yang lalu menghilang di
balik pintu.
Lalu buru-buru membetulkan
letak kacamatanya, pura-pura
asyik kembali mempelajari
berkas, saat jessica yang duduk
di sebelahnya mengetukkan
jari-jemari ke lembar surat
kabar yang dari tadi ia tekuni.
"Ini baru berita namanya.
Uraiannya jempolan. Gambar
yang melengkapi pun
ditampilkan dengan benar dan
sopan. tidak seperti koran
sensasional yang...," melihat si
suami asyik membaca berkas.
jessica bertanya pedas. "Apakah
kau mendengarkan aku. Pah?"
chucky manggut. Dikuatkan
dengan kata-kata, "Cukup
jelas....!"
"Bagus. Nah. Yang ingin
kutanyakan adalah, apakah kau
tidak melihat ada celah untuk
menuntut mereka" Paling tidak
menuntut pernyataan maaf
unruk pemuatan gambar yang
sangat tidak pantas itu!"
"Menurutku, Mah. Apa yang
mereka muat pantas-pantas saja
kok."
jessica mengerutkan dahi. "namun ,
Pah. Menempelkan fotoku di
pantat nyi girah .. .."
chucky menahan senyum. Santai,
ia menukas, "Si penata letak
agaknya punya selera humor
yang tinggi. Itu saja. . ...!"
"Selera rendah. Itulah dia!" jessica
mendengus sebal. "Dan aku
sebagai korbannya. Aku dibuat
malu besar. Tak tahu ke mana
akan menyembunyikan muka!"
Ia memandang suaminya, dan
sakit hati melihat wajah chucky
datar-datar saja. "Rupanya kau
tak punya harga diri, Pah!"
chucky tersentak, "lho...?"
"Yang mereka hina itu istrimu!"
jessica tak kuasa lagi
mengendalikan emosi. "Suami
macam apa kau
ini. Istri dihina, kau
tenang-tenang saia. Bukannya
bertindak!"
chucky berkata sabar, "Sudah,
Mah. Sejak awal aku sudah
bertindak."
Kemarahan jessica agak mereda.
Penuh harap ia bertanya., "Dan
apa tindakanmu, Fah?"
"Sebagai suamimu, aku sudah
berulangkali menasihati ...."
"Untuk berdiam diri dihina
orang, Itukah tindakanmu"!" jessica
kembali sewot, sebab
harapannya jauh dari impian.
chucky menggeleng prihatin.
"Agaknya kau lupa, Mah,"
desahnya, masih tetap sabar.
"Coba ingatingat. Begitu kau
bilang kau mau come back,
mentas lagi.... sebagai suami
aku sudah menasihatimu agar
membatalkan niatmu. Kau sudah
terhitung tua. Sebagai atlit,
maksudku. Sudah waktunya kau
memberi kesempatan kepada
mereka yang masih muda-muda
jessica terbelalak, "jadi kau tetap
tidak mendukung. . ?"
"tidak Mah"
"Dan arti kemenanganku tadi
malam?"
chucky angkat bahu. Tak bernafsu.
"Egois!" maki jessica . Lembaran
surat kabar di tangan ia remas
remas sampai menjadi sebuah
bola kertas tak tentu rupa. Dan
bola kertas itu ia lemparkan ke
wajah suaminya, yang tak
sempat mengelak.
jessica lalu bangkit dengan
marahnya. Masuk ke dalam
rumah dengan langkah
langkahnya yang gagah.
Langkah seorang juara yang
tidak sudi kemenangannya
diremehkan orang.
Di tempat duduknya, chucky
tercenung.
Dalam, dan kecewa besar.
martini , si pelayan yang kebetulan
sedang berjalan ke dapur
saat majikan wanita lesbian nya
masuk ke dalam, menjadi korban
berikutnya dari kemarahan jessica .
"martini . Sini!" jessica menyentak
garang.
martini terbungkuk-bungkuk
mendekati. "Saya, Nyah.?"
jessica mengawasi pelayannya dari
ujung rambut ke ujung kaki.
Membuat yang diawasi tampak
cemas. "Sekali lagi
kuperingatkan, martini . Jika lewat
di depan suamiku, jangan
menggoyang-goyangkan
pantatmu secara berlebihan!"
martini akan membantah. namun
melihat majikan wanita lesbian nya
sedang pitam sangat. ia
lalu
mengangguk dengan wajah
seakan penuh dosa. "Saya Nyah.
Maaf, Nyah. Tak akan lagi.. .."
"Atau kau kupccat. Ingat itu!"
jessica mengancam, seraya berjalan
dengan wajah tak senang
menuju ke ruang latihan.
Di ruang tengah, martini masih
berdiri pucat dan gemetar.
Bergumam, sama gemetar,
"Mimpi buruk apa aku tadi
malam, ya?"
Ia lalu meneruskan niatnya
pergi ke dapur. Dengan goyang
pantat tetap gemulai. Menawan
mata yang memandang.
Tiba-tiba, martini menghentikan
langkah. la telengkan kepala ke
arah lorong menuju ruang
latihan majikan wanita lesbian nya.
Dan saat meneruskan langkah,
tangan kiri maupun kanan martini
ditekankan ke pinggul kiri
kanan, jelas berusaha menahan
agar ayunan pantatnya lebih
sesuai dengan kehendak si
majikan wanita lesbian . Lalu sekali
lagi ia tertegun sendiri. Kedua
tangannya dibiarkan bebas.
Masuk ke dapur, pantatnya pun
dibiarkan mengayun bebas.
"Payah!" desis martini , pasrah.
"Sudah dari sononya ayunan
pantatku begini kok. . ..!"
Untuk menghilangkan perasaan
risau. ia menghidupkan radio
mini yang memang senantiasa
tersedia di dapur. Ya ampun. pas
lagu dangdut!
martini menyeringai. dan lambat
namun pasti tubuhnya pun
bergoyang mengikuti irama
musik. Dengan sendirinya, liuk
pantat martini kian menjadi-jadi
meski ia tetap melakukan
tugasnya dengan baik di dapur.
Volume radio dikeraskan.
Goyang pantat martini kian
menggila.
"Asyik. . ..!" martini tertawa kecil.
Dan!
"martini iii"!" sayup-sayup
terdengar panggilan lengking
dari arah ruang latihan. "martini !"
panggilan yang kedua malah
lebih keras dan lantang, berbau
ketidak sabaran.
Sesaat martini mematikan radio.
Dengan wajah pucat pasi ia
berlari lari kecil meninggalkan
dapur menuju ruang latihan si
majikan.
"Saya, Nyah. . ."
"Ambilkan aku minuman dingin,
anak tolol!"
martini tak jadi masuk ke ruang
latihan. Reflek ia membalikkan
tubuhnya. Berlari-lari kecil lagi
ke arah dapur, lalu dengan
memutar tubuh dan beralih
aran menuju kulkas,
mengambilkan minuman yang
diminta. Diisikan ke sebuah
gelas kosong yang disambar
dari meja makan. Begitu buru
buru dan gugup tiada terperi.
Sehingga tak sedikit minuman
yang tertumpah dari gelas,
menggenangi lantai.
"Tenang. martini . Tenang...!" suara
lunak menegurnya.
martini tertengadah. Matanya pun
sesaat beradu dengan mata
majikan satunya lagi yang
memandang iba. Rupanya
diam-diam chucky sudah masuk ke
dalam dan sempat
memperhatikan adegan akhir
dari nasib martini yang
mengenaskan iu.
Senyum lembut chucky
menenangkan martini . Kini ia dapat
mengisi gelas dengan benar.
Namun masih saja tetap ada
yang tertumpah, meski hanya
sedikitsedikit. Yakni butir-butir
air bening di sudut-sudut mata
martini .
martini lalu berlalu dari
depan chucky . Tangan si wanita lesbian
yang memegangi gelas, tampak
masih gemetar. Tangan lainnya
yang bebas, menyeka air mata.
Tanpa sadar chucky terus
memperhatikan martini dari
belakang. Pandangan iba di
balik matanya, secara lambat
namun pasti berubah jadi
bayangan lain.
bukan main ia membatin kagum.
Dalam keadaan mengenaskan
itu pun, toh ayunan pinggul martini
masih tetap meruntuhkan hati.
"Mengapa kau begitu lama,
anak tolol"!" telinga chucky
lalu menangkap hardikan
jessica dari ruang latihan.
chucky tersentak.
Kelopak matanya
dikerjap-kerjapkan, membuang
lamunan tak patut dari
benaknya. Sesudah itu ia
melangkah masuk ke ruang
kerjanya.
Dengan pundak bagai terkulai
jatuh, layu.
Sambil masuk tangannya yang
lunglai masih sempat menutup
daun pintu."
malam itu jessica tidur lebih cepat
dari waktu biasanya. Dan ia
langsung pulas. Tak satu pun
peralatan di ruang olahraga
yang dilewatkannya. Bahkan
beban barbel ditambah dan
ditambahnya terus, sampai ia
akhirnya terpuruk sendiri.
namun sedikit banyak, perasaan
kecewa akan sikap sang suami
dapat tersalurkan. Dan sesudah
berendam air hangat di bak
mandi sekitar setengah jam,
kantuk pun segera menghampiri.
Di kamar kerjanya, chucky
terbatuk-batuk sebab terus
merokok. la teguk sisa kopinya
di gelas besar, meneruskan lagi
membaca bukunya. saat jam
dinding berdentang, ia melirik
dan terkejut menyadari waktu
sudah masuk ke dini hari.
Herannya, ia tak merasa
mengantuk sedikitpun.
Termenung sejenak, ia lalu
meninggalkan kamar kerja.
Pintu kamar terbuka. jessica sudah
mendengkur. sebab posisi
kepalanya di bantal salah, mana
menelengkup pula,
dengkurannya terdengar ekstra
keras.
chucky menarik nafas lalu
mendekat berjingkat. Posisi
kepala istrinya di bantal, ia
betulkan dengan hati hati.
Dengkur jessica melemah. chucky
lalu rebah di sebelah sang
istri. Namun matanya tak juga
mau terpejam. Dan jessica kembali
mendengkur, lebih keras dari
tadi.
Suara ngorok istrinya,
memunculkan bayangan
bayangan di benak chucky .
Mula-mula tampak olehnja
sebuah gergaji raksasa maju
mundur memotong sebatang
pohon yang juga berukuran
raksasa. Gergaji dan pohon
menghilang, lalu digantikan
bayangan samar roda-roda
sebuah lokomotif tua merangkak
di batangan rel yang sudah
kararan. Bayangan itu pun
lalu mengabur. Lantas
muncullah bayangan batang
leher seekor sapi yang baru saja
disembelih. Lubang lubang
hidung sapi itu gembung
menganga, disusul bunyi
dengkuran sekarat. Lalu, di saat
ajal datang menjemput, sapi itu
seakan menolak dengan
mengangkat kepalanya tiba tiba.
Tampaklah wajah aneh dan
mengejutkan. Bukan wajah
seekor sapi. Melainkan wajah
jessica ... dengan mulut terbuka
lebar dan mata menatap kosong.
Tentu saja chucky terperanjat.
Kelopak matanya yang sudah
sempat tertutup, sesaat
dipentang lebarlebar. Dan,
memang itulah yang ia lihat.
Wajah jessica , dengan mulut
terbuka dan mata yang juga
terbuka. menatap kosong ke
arah suaminya. chucky berusaha
menenangkan dirinya. Merasa
bersalah sudah membayangkan
yang bukan bukan tentang
istrinya. Masih terkejut, ia pun
menyapa lembut, "Hei. . .l"
jessica diam, tidak bereaksi.
chucky memaksakan senyum manis
di bibir. Lantas berbisik, sama
manisnya, "Masih marah, ya?"
Tetap tidak ada reaksi. Kecuali
bunyi mendengkur dari hidung
jessica . chucky keki setengah mati.
Istrinya masih pulas, rupanya.
Dengan sentuhan lunak, jari
jemari chucky mengatupkan
kelopak mata sang istri.
Kepalang tak bisa tidur, chucky
meninggalkan kamar, kesal dan
merasa gerah kepalang. Hal
terbaik yang dapat ia lakukan
adalah pergi ke teras belakang
untuk menikmati udara malam
yang sejuk, juga angin
sepoi-sepoi sambil tiduran di
bangku taman. Siapa tahu
akhirnya ia mengantuk iuga.
Tanpa memicu suara ia
membuka pintu menuju teras
belakang. chucky terhibur begitu
menangkap bayangan taman
mini yang ditata rapi dan
artistik, tampak begitu penuh
daya pesona di bawah siraman
rembulan. chucky pun lantas
bergerak ke bangku taman yang
letaknya agak tersembunyi
dalam kegelapan.
namun , seseorang sudah
mendahuluinya!
chucky tertegun, memperhatikan.
Lantas bertanya heran, "Apa
kerjamu di sini, martini ?"
Pelayan wanita lesbian yang masih
muda dan bertubuh seronok itu,
mengangkat kepalanya
terperanjat. Tangannya
terangkat, menutup mulut
menahan jerit. Lalu tangan itu
turun ke dada, mengurut urut
jantung yang berdebar. Mulut
ranumnya bergumam gagap,
"Aduh! Tuan.... mengejutkan
saya!"
Samar-samar tampak wajahnya
yang pucat pasi, saat ia
berdiri. chucky
menggeleng-gelengkan kepala.
lantas berkata menghibur,
"Ngelamunin pacar ya?"
"Oh. Bukan, Tuan. namun , anak
saya. Di kampung. . ..!"
chucky mengernyitkan dahi,
"Kau... punya anak?"
"Ya Tuan. Baru satu, dan masih
keciL .Ia terpaksa saya titipkan
pada neneknya." martini berhenti
sejenak, lalu bertanya heran,
"Apakah Nyonya belum
menceritakan pada Tuan, saya
ini janda?"
"tidak .... Ah, mungkin juga
sudah. Aku tak memperhatikan
betul. Hei, kau duduklah
kembali!"
"namun . Tuan. . ."
"Biarlah aku berdiri saja.
Meluruskan punggung yang
agak sakit, sebab tadi duduk
berjam jam. . .."
chucky terpaksa menyuruh sekali
lagi sebelum pelayannya
akhirnya menurut dan dengan
sikap risih kembali duduk di
bangku.
sebab tidak tahu apa yang mau
diperbincangkan, chucky pun
bertanya seingatnya saja.
"Kok tega-teganya suamimu
meninggalkanmu, martini " Padahal
kau ini masih muda. Menarik,
lagi. . ..!"
martini mengangkat wajah,
menatap curiga pada
majikannya.
"Jangan salah sangka, martini .
Maksudku, apa yang kurang
darimu, sehingga dia rela
menceraikanmu?"
"Judi, Tuan. Itulah
penyebabnya. Suami saya
padahal cuma kerja menarik
becak, itu pun punya orang.
Sedangkan saya dan orangtua
saya, cuma petani miskin. ?"
"Lantas?"
"Sesudah semuanya habis.... Ya
milik kami maupun milik
orangtua saya, dia pun mulai
suka memukuli saya. Bahkan
pernah sekali, ia hampir
membunuh saya..."
"Astaga. Kenapa?"
"Malu menceritakannya, Tuan. .
..."
chucky diam saja.
Maka pelayan itu pun
meneruskan ceritanya, "Saya
mau dibunuhnya sebab . . . saya
menolak. . . dijual pada laki-laki
lain...!"
"Apa"!"
"Sumpah mati, Tuan. Itulah yang
sebenarnya terjadi. Saya lebih
suka mati ketimbang dipaksa
melayani laki-laki lain. Apalagi
laki-laki yang tidak saya kenaL.
Dan saya tidak suka pula pada
laki-laki itu. ?"
Kalimat terakhir martini yang
diucapkan polos dan jujur ini
mau tidak mau membuat chucky
menyeringai. "Maksudmu, jika
kau suka, maka kau. . .."
"Apa salahnya, Tuan?" jawab
martini tandas. "Asal laki-laki itu
bersedia menikahi saya ...!"
"Oh!" chucky tersudut. Satu nol.
"Terusnya?"
"Beruntung ayah keburu muncul,
Tuan. Ayah saya jago silat.
Suami saya pun dibuat
pontang-panting. Kelakuannya
sudah tak dapat diampuni
orangtua saya. Dia pun enyah
dari kampung, sesudah saya
diceraikan. Kami tak pernah lagi
bertemu. Dengar-dengar, suami
saya pergi ke Sumatera."
Capek berdiri, chucky pun duduk
di bangku yang sama.
martini dengan sopan menjauh, dan
chucky merasa tidak perlu
mencegah.
"Lalu mengapa kau tidak kawin
saja dengan laki-laki lain?"
"Belum ketemu.. .. yang pas,
Tuan." jawab martini malu-malu.
"Pas apanya?"
"Maksud saya, yang mau saling
mengerti. Saling membagi suka
maupun duka."
Barangkali memang itulah yang
dinamakan jodoh! Pas, lagi.
chucky membatin. Dengan rincian
sederhana, sesederhana yang
barusan diutarakan martini , saling
mengerti, saling mau membagi
suka dan duka.
Apakah pas jodohnya dengan
jessica "
chucky menatap kegelapan malam
di depannya, dengan pikiran
menerawang.
Jauh, seakan tak bertepi.
Lalu berhenti di sebuah asrama
mahasiswa, dengan chucky
sebagai penghuni salah satu
kamar di asrama itu. Ada
beberapa tempat tidur di kamar
yang sama. namun hanya ada
satu tempat tidur saja yang
selalu ada buku terletak, atau
catatan-catatan yang
berantakan. Rak pun penuh
buku, juga di atas lemari,
bahkan ada yang tersusun rapi
di salah satu sudut kolong
tempat tidur.
Waktu itu, chucky tengah duduk
bersimpuh di ranjangnya.
Seperti biasa dengan beberapa
buku terbuka dan sejumlah
catatan ikut meramaikan.
Lalu salah seorang teman satu
kamar, mendatanginya. Dengan
sapaan yang khas, "Hei, pemilik
taman bacaan. Mau tidak
meluangkan sedikit waktumu
yang berharga, untuk menolong
seorang teman yang malang?"
"Maaf. Pinjam saja dari yang
lain, Alex. Aku lagi bokek!"
jawab chucky acuh tak acuh.
Alex duduk di dekat sahabatnya.
Dengan wajah serius.
"Uang, memang ikut tersangkut.
namun yang kubutuhkan darimu,
adakah saran atau jalan keluar.
Kau ini tukang mamah buku.
Jadi otakmu pasti menyimpan
banyak akal untuk memecahkan
persoalan yang bagaimanapun
rumitnya!"
"Pujianmu membuat perutku
mulas," chucky tersenyum. "Apa
urusannya?"
"....jessica !"
"jessica " jessica yang mana?"
"jess . Yang masih satu
fakultas dengan kita. namun dia
di jurusan Perdata. Dan, lagi
top di kampus kita....."
"Topnya?"
"Hei. Apakah kau tidak tahu
kalau dia belum lama ini
memenangkan invitasi
binaragawan antar perguruan
tinggi?"
Melihat temannya cuma angkat
bahu tanpa perhatian. Alex pun
sadar. "Oh. Aku lupa, kau ini
kutu buku bangkotan. Hidup
hanya dengan buku. Barangkali
kelak, kau akan beristrikan
buku. Lalu anak yang lahir dari
rahim istrimu, lagi-lagi buku
dan buku!"
"Puji dahulu , baru dimaki maki,"
chucky tersenyum. "Bantuan apa
yang dapat kuberikan
untukmu?"
"Aku harap kau punya cara
mujarab untuk mendekati jessica ."
"Apa sih susahnya, kalau hanya
begitu?"
"Uh. Dasar katak di bawah
tempurung!" Alex
bersungut-sungut. "jessica itu,
tubuhnya....wow! Hanya dengan
melamunkan tubuhnya, aku bisa
orgasme!" Alex tertawa. "namun
untuk mendekati dia, wah.
Ngeri....!"
"Memangnya dia itu hantu?"
"Lebih dari hantu. Hantu, hanya
menakutnakuti. jessica , bahkan
mampu menyakiti. Tak sedikit
teman kita yang dibuat kapok
atau mundur sebelum
bertempur. Terakhir, dua hari
lalu, contohnya. Kurdi.
entah usil entah terdorong
birahi, nekad mengusap pantat
jessica . Belum sempat Kurdi
menikmati sentuhannya, tahu
tahu Kurdi sudah terbanting di
aspaL. Pingsan sesaat !"
"Hem. Jadi jessica tubuhnya indah.
namun orangnya galak ya?" chucky
mulai tertarik. "Lalu, untuk apa
pula aku harus mendekatinya?"
"Bukan kau, kunyuk. namun
aku!" Alex jadi uring uringan.
"Lho. Tadi kau bilang....."
"Kubilang, cara mendekati dia!
Apa kurang jelas?"
"Wah, jadi bingung. Urusan
jelasnya apa sih?"
"Aku, dan lima orang teman kita
yang lain, bersaing ketat untuk
dapat merebut hati jessica . Lalu,
kami pun sepakat bertaruh.
Siapa orang pertama di antara
kami berhasil mencium bibir jessica ,
walau sekilas namun tanpa kena
bantingan atau gamparan si
galak itu. Maka uang kuliahnya
selama satu semester, akan
ditanggung secara patungan
oleh mereka yang kalah...!."
"Kini aku mengerti." chucky
mengangguk anggukkan kepala.
"Jadi kau ingin mencium jessica .
Sekaligus, kuliah cuma-cuma
selama satu semester. lantas
andai kutemukan akal yang
hebat.... Apa bagianku, eh?"
Alex menyeringai. "Sudah
kuduga kau akan
menanyakannya. Kita
bersahabat, bukan" Nah. Aku
akan berlaku adil padamu. Asal
aku berhasil mencium jessica dan
nyawaku selamat... hasil taruhan
menjadi hakmu. Bagaimana"
"Beri aku tempo untuk berpikir."
"Berapa lama" Sehari" Dua
hari" Awas, jangan membuat
aku kedahuluan oleh teman kita
yang lain!"
Tak perlu sampai dua hari.
Sore, masih hari itu juga, chucky
sudah memanggil Alex yang ia
minta mengumpulkan
teman-temannya bertaruh. Ia
tidak memberi penjelasan yang
lain. Dan sesudah mereka
berkumpul di tempat yang
diperkirakan cocok oleh chucky
sebab sepi dan yakin akan
dilewati jessica sepulang kuliah, ia
pun hanya menyuruh mereka
semua menunggu dengan sabar.
"Apa sih permainanmu?" Alex
bertanya bingung, sesudah lebih
dahulu menarik chucky menjauhi
temanteman lain.
"Santai saja, kawan. Nanti, jika
kau punya kesempatan toh aku
akan memberi tanda. Ayo,
ngumpul sana. Sebentar lagi
permainan akan dimulai!"
Benar saja.
Tak berapa lama, jessica tampak
muncul di kejauhan. Berjalan ke
arah mereka. Kebetulan.
sendirian pula. Siang tadi, chucky
diam diam mengintip dan
memperhatikan jessica . Wajah dan
tubuh wanita lesbian itu, seperti kata
Alex, memang wow!
Diam-diam pula chucky lantas
menyusun rencana.
jessica kini tampak semakin
mendekat. Bahkan sudah melihat
kelompok mereka. Langkahnya
gagah, tegar, dengan sikap cuek.
Ekor matanya lalu
menangkap salah seorang dari
kelompok mahasiswa itu
memisahkan diri. jessica terus saja
berjalan, tanpa prasangka
apa-apa.
Dan chucky , tahu tahu sudah
berada di sebelah wanita lesbian itu.
Dengan sapaan yang ganjil,
"jessica . Boleh saya minta maaf ?"
jessica tertegun. Dengan wajah
tercengang, tentunya. "Minta
maaf. . untuk apa?"
"Sebuah urusan kecil. Yang
menurutku menggelikan!"
"Oh ya?" desah jessica . Diiringi
sorot matanya yang menusuk
tajam. Mengawasi chucky , dari
ujung rambut sampai ujung kaki.
Diawasi seperti itu, chucky
membatin khawatir : "Wah. Dia
tengah menaksir naksir. jurus
apa yang
akan dikeluarkan, agar aku
langsung teler hanya dengan
sekali banting!"
"Apa sih urusannya?" jessica
bertanya curiga.
"Temanku yang itu. . .." Ia
menunjuk Alex, yang tampak
cemas sekaligus bingung tak
terperi.
Begitu ia ditunjuk, Alex pun
tegang. namun chucky belum
memberi kode. Alex cuma bisa
saling bertukar pandang dengan
teman satu kelompoknya.
Tak jauh dari mereka, chucky
meneruskan penjelasannya
dengan suara direndahkan,
"Temanku itu, dan
komplotannya, sedang kelebihan
uang. Dan itu, entah mengapa,
membuat mereka berubah jadi
orang orang tolol. Tak tahu
uang mereka mau diapakan. .."
"Nanti dahulu !" potong jessica . Lalu
menaksir naksir chucky lagi. chucky
kembali khawatir .
Dan di luar dugaannya, jessica
malah bertanya dengan
bersemangat, "Nanti dahulu . Kamu
ini chucky ul Arifin, bukan" Si
Taman Bacaan. . .?"
"Jadi, kau sudah mengenalku..
.?" chucky memperlihatkan muka
bodoh.
Sikap curiga jessica berubah ke
ramah. "Aku memerlukan
bantuan seseorang untuk
mendiskusikan beberapa
masalah rumit dalam skripsiku
mendatang. Lalu seorang teman
menunjuk dirimu!"
Dada chucky pun plong sesaat .
Pintu terbuka lebar untuk
mendekati jessica . pikirnya. Namun
perasaan itu ia sembunyikan.
Apalagi sesudah melihat
kelompok teman temannya
tampak sudah tak sabar. Bahkan
Alex sudah setengah maju,
sebab saat chucky menoleh,
Alex menduga chucky akan segera
memberi kode.
Dengan wajah risau, chucky pun
berkata, "Urusan
teman-temanku di sana itu, jessica ,
mungkin tak kalah rumit dengan
skripsimu. . ..!"
"Ada kaitan dengan diriku,
agaknya?"
"Itulah dia. Kumpulan anak
anak tolol itu sepakat bertaruh?"
chucky pura-pura menggaruk
belakang kepalanya yang tak
gatal, membuat jessica makin
penasaran. "Mereka bertaruh,
jika aku berhasil melakukan
sesuatu, maka mereka akan
patungan membayar uang
kuliahku selama satu semester."
"Hebat. namun apa yang harus
kamu lakukan?"
"Seperti kubilang tadi, mereka
itu anak-anak tolol!" chucky
mula-mula berusaha membela
diri. Baru lalu nekad
memberitahu inti urusannya.
"Mereka percaya, kau akan
membantingku sesaat , bila aku
berani-beranian mengecup
bibirmu.. ..!"
Sedetik, jessica menegang.
Tersinggung.
chucky lebih tegang lagi. Mulai
cemas.
namun pada detik berikutnya, jessica
sudah rilek kembali.
"Hem. Kau benar," desahnya.
"Mereka itu sebetulnya lah,
kumpulan kerbau!"
chucky kecewa. "Dan aku?"
"Maksudku, mereka salah besar
jika mengira aku tega
membantingmu...." jessica
tersenyum penuh arti.
"Bukankah aku memerlukanmu
untuk membahas beberapa
bagian dari skripsiku?"
Sebelum chucky sempat mencerna
kata kata maupun senyuman jessica ,
wanita lesbian itu sudah menaikkan tumit
sepatunya lalu condong ke
depan agar wajahnya dapat
mendekati wajah si pemuda
yang kebingungan.
Lalu hinggaplah sebuah kecupan
di bibir chucky .
Yang, walau singkat saja,
sungguh teramat mengejutkan.
Lepas mengecup bibir chucky ,
dengan wajah bersemu merah
jessica berujar manis, "Aku akan
mengontakmu, kapan aku akan
memulai skripsikul"
jessica lalu berlalu tanpa
menoleh-noleh kiri kanan.
Dengan langkahnya yang gagah.
Dan sikapnya yang luar biasa,
cuek. Seperti hanya dia seorang
yang ada di dunia ini.
Di belakangnya, chucky terpesona.
tak jauh darinya, kelompok
orang-orang tolol itu, menatap
tak percaya. Alexlah yang
pertama-tama membuka suara,
"Cunguk! Kutu buku busuk itu
mengerjaiku !"
chucky mendengar umpatan
temannya. la merentangkan
tangan memperlihatkan wajah
tak berdosa.
Alex mencak mencak.
Yang lain, akhirnya serempak
tertawa. Satu per satu mereka
mendatangi chucky , mengucapkan
selamat. Yang meski tampak
masih keki, diikuti pula oleh
Alex. Tak ada yang bicara soal
kuliah cuma-cuma untuk satu
semester
Yang ada, hanya satu
pertanyaan takjub dari Alex
untuk chucky , sahabatnya.
"Mantra apa yang kau baca
chucky . Sehingga justru dia yang
bertekuk lutut padamu?"
chucky tak menjawab.
Ia masih terpesona."
"TUAN....?" ada suara lembut,
yang sayup-sayup sampai. Lalu
terdengar semakin jelas. "Kok
diam saja Tuan?"
lamunan chucky menyentak kabur.
Ia segera menyadari di mana ia
berada, dan kapan. Agak
lambat, barulah ia menyadari
bahwa waktu terus berlalu. Ia
sudah mendekati usia tengah
baya, sekarang. Dan, dia bukan
lagi si penakluk.
Buktinya, saat ini, dini hari, dan
di malam yang mulai menggelap
sebab secara lambat namun
pasti awan pekat mulai menutupi
rembulan. Tak ubahnya
bayangan keperkasaan jessica yang
dari waktu terus bahkan semakin
menutupi kelaki-laki an chucky .
Membuat chucky mendadak
merasa dirinya sudah semakin
tua saja. Yang lalu ia
lontarkan lewat suara mengeluh,
berat dan panjang,
martini mengawasi, khawatir ,
"Punggung Tuan sakit lagi?"
"Tak apa, martini . Aku hanya
lelah," desah chucky , dengan suara
tuanya yang memang lelah.
"Boleh saya urut, Tuan?"
Ya, apa salahnya"
chucky pun mengangguk. martini
bangkit dari bangku. "Saya
ambil dahulu obat gosok, dan..."
Dan angin malam tahu-tahu
bertiup. Keras, dingin menusuk.
Disusul bunyi menggelegar
langit yang sudah berubah
kelam.
martini menggigil. Sejenak bingung,
lalu, "Sebaiknya jangan di sini,
Tuan. Tampaknya hujan akan
turun".!"
chucky masih duduk termangu.
Dengan wajah murung.
martini lantas memutuskan, "'Tak
apa, jika Tuan saya urut di
kamar saya saja?"
Gerimis tiba-tiba jatuh.
Dan tak ada lagi tempo untuk
menimbangnimbang baik dan
buruk. martini bergegas melangkah
ke arah pintu kamarnya yang
langsung dibuka lebar.
Ia tak perlu menunggu berlama
lama. chucky sudah menyusulnya,
lalu mengikuti pelayannya
masuk ke kamar. Dan sesudah
berada di kamar pelayannya,
barulah chucky dilanda
kebingungan.
Mau apa dia di sini"
"Wah. Kencang sekali anginnya,
Tuan!" martini lagilagi menggigil.
"Tak apa pintunya saya
tutupkan?"
chucky diam saja.
Dan martini pun menutup pintu.
Itulah awal dari segalanya.
Dengan bunyi derasnya hujan
menimpa atap, sebagai musik
pengantar.
Mula mula chucky hanya duduk
diam di sebuah kursi, sementara
martini mengurut punggungnya
sambil berdiri. Mula-mula,
ujung kemeja piyama chucky pun
cuma diangkat lalu disingkap
sedikit-sedikit.
lantas martini memberi usul,
"Supaya Tuan merasa lebih
nyaman, enaknya sih Tuan
rebahan saja, di sana....!" saran
martini seraya menunjuk ke tempat
tidurnya.
Tak apalah, pikir chucky .
Dan agar lebih leluasa martini
mengurut, chucky pun atas inisiatif
sendiri membuka piyamanya
yang atas. Kemeja piyama itu ia
tinggalkan di kursi, lalu ia pun
menelungkup di tempat tidur
martini . lampu redup di kamar tidur
martini sesaat menyinari
punggung telanjangnya.
Punggung yang meski mulai
dimakan usia, toh masih
memperlihatkan keperkasaan
masa mudanya.
Duduk di pinggir tempat
tidurnya, martini mengurut dengan
lembut, namun menyentuh
langsung pada otot-Otot yang
memang perlu dikendurkan.
Tak lama lalu ,
"Membaliklah. Tuan. . .."
chucky pelanpelan menelentang.
Otot-otot leher dan dada, terus
perutnya, mulai mendapat
giliran dikendurkan. namun
sentuhan-sentuhan tak sengaja,
desah nafas yang kebetulan
saling menyapu, dan terkadang
saling menatap yang tak
terelakkan, justru bukannya
mengendurkan. namun malah
mengencangkan otot lain di
tubuh chucky .
Di luar sana, derasnya hujan
dan bunyi petir menyambar
nyambar, beramai ramai pula
menyoraki.
Dan tahu-tahu, tangan chucky
sudah berada di payudara martini .
Si pelayan terkesiap. "Tuan. .
."!"
namun tangan chucky satunya lagi
sudah menyusul dengan cepat.
Mendarat di pundak martini untuk
lalu menekan kuat ke
bawah. Mau tidak mau tubuh
martini pun turun mendekat. Sesaat,
ada gerak memberontak. Yang
lalu melemah saat martini
tak kuasa lagi menghindarkan
bibirnya dari ciuman bibir chucky
yang langsung menyerbu.
Ciuman yang mulanya sebuah
kecupan pendek, lalu lalu
disusul kuluman panjang.
Yang berikutnya, jelas. chucky
berbisik terengah, "lampunya,
martini . . .."
Kali ini, martini tidak mematuhi.
namun agaknya, belum
sepenuhnya menyerah.
chucky lah yang bangkit untuk
memadamkan lampu, sesudah
mana cepat sekali ia sudah
kembali ke tempat tidur. Dan
martini tak lagi ia biarkan hanya
duduk dan duduk saja.
"Tuan" ini, tidak baik"!" martini
berkata dalam kegelapan.
"Jangan takut, martini ," jawab chucky
terputus-putus, "Kau tak akan
kusia-siakan.. ..!"
lalu , "Tuan. . .?"
"Mhh.?"
"Apa tak sebaiknya Tuan pakai.
.. jaket?"
"Hah Jaket" Emangnya mau
piknik?"
"Maksud saya, Tuan. Itu tuh".
Sarung!"
"Kalau kau malu, martini . Kututup
pakai selimut
ya"
Terdengar tawa martini ditahan.
"Yang perlu ditutup, itunya
Tuan. Pakai. . .. eh, balon. Balon
karet, gitu...!"
"Oooo. Kondom," chucky pun
dibuat tertawa. "Kau punya?"
"tidak . Tuan ..."
"Apalagi aku. Lihat pun belum
pernah, martini !" chucky mengakui.
Sejujurnya.
martini percaya.
Dan martini cepat memutuskan,
"Ya, sudah!"
Tak terdengar lagi suara apa
apa, sesudah nya.
sebab suara hujan di luar sana
sudah mengalahkan segalanya.
Belum lagi guntur yang
menggelegar, dan petir yang
menyambar-nyambar. lalu di
salah satu sudut atap, talang
hujan tampak menyembul.
Menembus kegelapan malam.
Dari mulut talang, air mengalir
ke luar
Suara riuh rendah di luar sana,
membuat jessica di kamar tidurnya
tampak terjaga. Mula mula,
secara naluriah tangannya
meraba raba ke samping. Kasur
di sebelahnya kosong, Dan
dingin.
jessica lalu membuka
matanya.
Memandangi kasur kosong di
sebelahnya itu. lalu
sesudah berpikir pikir sejenak, ia
lalu meluncur turun dari
tempat tidur. Seraya mengeluh,
"Pasti ia tertidur lagi di ruang
kerjanya!"
Ia meninggalkan kamar, dan
setengah mengantuk berjalan
menuju pintu kamar kerja
suaminya. Pintu itu tertutup
rapat. jessica ragu-ragu. Lalu ta
ngannya terangkat naik, akan
mengetuk. namun ia ragu-ragu.
Lantas mendengus, kesal,
"Mengapa pula aku yang harus
mengalah"!"
jessica pun menjauhi pintu.
Lalu menoleh sebab sapuan
angin dingin, yang menerobos
masuk ke dalam. Ternyata pintu
tembus ke teras belakang rumah,
menganga terbuka. Ia
melangkah ke sana. Sejenak ia
meninjau ke luar. Hujan sedang
membadai. Ia mengawasi pintu
kamar tidur pelayan mereka.
Gelap di dalam. Tak ada cahaya
tampak lewat kisi-kisi jendela
maupun bawah pintu kamar
martini .
Masih setengah mengantuk,
pintu teras yang terbuka itu
ditutupkan jessica seraya
mendengus jengkel,
"Membiarkan pintu terbuka.
Alangkah cerobohnya si martini !"
lantas ia kembali ke kamar
tidurnya.
Naik ke atas ranjang, langsung
menarik selimut. jessica memang
masih mengantuk.
Maka. sebentar lalu ia
sudah pulas kembali.
menuruti kebiasaan
sehari-hari, martini bangun
menjelang pukul lima pagi.
Mula-mula ia hampir menjerit
saat merasakan ada tubuh
hangat seseorang di bawah
selimutnya. Untunglah ia segera
teringat, siapa orang itu dan
mengapa dia tiba-tiba sudah ada
di sebelah tubuhnya.
martini pun berjingkat turun, terus
pergi ke pintu. Dan membukanya
sedikit. Cukup untuk dapat
mengintai ke luar.
Di dalam rumah induk, tampak
keadaan masih gelap. Begitu
pula di balik jendela atau
kisi-kisi jendela kamar tidur
utama. martini menutupkan pintu
pelan pelan lalu kembali lagi ke
tempat tidur.
"Tuan. Bangunlah.."!"
chucky menggeliat sebab
tubuhnya diguncang guncang.
"Mau apalagi, Mah" Bertengkar
lagi" Boleh. . ..!" desahnya
setengah mengantuk, dan jelas
perang dingin dengan istrinya
malam itu rupanya terbawa juga
dalam mimpi.
Sesaat tubuh martini menegang.
lalu , "Saya martini . Tuan.
Bukan Nyonya!"
Barulah kantuk chucky melenyap.
Sesaat ia terlompat dari
tempat tidur pelayannya itu lalu
bertanya ketakutan. "Nyonya
sudah bangun?"
sebab martini diam saja, chucky pun
merayap ke pintu dan
membukanya dengan hati-hati.
Sesudah tahu situasi aman-aman
saja. chucky pun menarik nafas
lega. Ia sempat tersentak
saat lampu menyala terang
benderang. martini yang
menghidupkan, dengan wajah
tanpa ekspresi, mengawasi
wajah majikannya yang masih
menampakkan sisa-sisa
kecemasan itu.
Kemesraan tengah malam tadi,
seakan tak pernah ada. Wajah
pelayannya itu tampak
menyimpan sebuah misteri yang
membuat kepala chucky diliputi
tanda tanya. chucky baru
memahami perasaan martini
saat pelayan itu berujar
dingin, "Ayolah. Tuan. Sebelum
Tuan kepergok, merangkaklah
sekarang ke tempat tidur
Nyonya. . .l"
Nada suara martini bukanlah nada
seorang pelayan. namun seorang
wanita lesbian !
chucky , sesudah apa yang terjadi di
antara mereka berdua, mau
tidak mau harus menerima
kenyataan itu.
Ia menyeringai dan melangkah
ke luar kamar tidur martini . Pas
saat ia masuk ke rumah induk,
ia mendengar suara ranjang
berderit di kamar tidur utama.
Namun lampu belum juga
dinyalakan, begitu pula pintu
yang tertutup belum juga dibuka
dari dalam. namun untuk masuk
ke dalam. chucky berpikir dua kali.
Dapat saja ada pertanyaan yang
harus ia jawab, "! Habis dari
mana kau, Pah?"
Berpikirsebentar, chucky kembali
pergi ke belakang dan
menanyakan pada martini apakah
si pelayan ada menyimpan
celana pendek di tempat
setrikaan.
"Mendadak aku ingin muda
kembali!" katanya tersenyum,
yang ditanggapi martini dengan
sikap tanpa perhatian.
chucky lalu menerima celana
pendek dimaksud, juga sepotong
baju kaos lengan pendek. Ia
sempat mencium bibir martini , yang
tidak mengelak namun tidak
pula membalas.
"Untukmu, aku harus kuat
bukan?" desah chucky bahagia,
lantas berlalu meninggalkan
rumah."
chucky , berkostum seadanya
untuk olah raga, tengah
berlari-lari kecil saat ia
terbatuk-batuk. Sesaat tangan
kanannya menekap dada yang
bak dirasuki ribuan jarum-jarum
halus. Tangan lainnya
menggapai pagar besi, begitu ia
mencapainya dengan langkah
sempoyongan. Menyandar
sejenak, dada dan debur
jantungnya terasa lebih lapang.
chucky pun menghirup udara segar
sebanyak-banyaknya.
Lalu, ekor mata chucky menangkap
bayangan sosok seseorang di
sebelah dalam pagar. Ada yang
memperhatikan dari teras depan
rumah. Seorang wanita lesbian
muda, kalau tak salah tetangga
baru yang belum lama menikah.
Cepat sekali, chucky bangkit lagi
dengan tegak. sambil mengulas
senyum, sebagai pengganti
kata-kata pembelaan diri, "Aku
tak apaapa, kok!"
wanita lesbian muda itu balas
tersenyum. Memberi semangat.
chucky pun berlalu. Gengsi
mendorong kepalanya supaya
tetap tegak. Dan mungkin gengsi
itu pula yang menambah
tenaganya yang sudah mulai
kendor untuk mampu melakukan
lari-lari kecil terakhir menuju ke
rumahnya sendiri.
Sebuah sepeda motor tua
mendahuluinya masuk ke
halaman. Pengemudinya fredy krueger ,
menganggukkan kepalanya
dengan hormat lalu memarkir
sepeda motornya tak jauh dari
garasi.
chucky kini lari-lari di tempat.
Disusul gerakan gerakan
penutup, sebelum ia mendengar
langkah-langkah mendekat ke
arahnya.
"Selamat pagi, Tuan," fredy krueger
menyapa.
"Pagi!"
"Maaf, saya masuk agak siang,
Tuan. Saya kebagian giliran
ronda malam di tempat tinggal
saya....."
chucky tersenyum menghibur.
Bertanya dengan gurauan,
"Berapa orang pencuri yang
berhasil kau bekuk, fredy krueger ?"
fredy krueger menjawab serius, "Cuma
satu orang, Tuan. la ketahuan
menggerayangi merpati punya
tetangga!"
"Oh. Cuma merpati!" chucky
tertawa lelah. "Pasti bakal
ramai, fredy krueger . jika yang ia
gerayangi itu, istri tetangga!"
Mau tidak mau, fredy krueger pun
tertawa. "Permisi, Tuan. Saya
akan segera mengeluarkan
mobil dari garasi."
chucky manggut lalu sambil
bersiul-siul kecil ia menyusul
masuk ke dalam rumah.
saat lewat ruang tengah, ia
melihat istrinya tengah berjalan
menuju dapur.
Tak keburu mengelak, chucky
otomatis menyapa, "Hai. . ...!"
jessica memperhatikan suaminya
dengan mata terbuka lebar.
Habis melongo begitu, barulah
ia desahkan sahutan heran,
"Hai!"
jessica terus mengawasi suaminya
yang masuk ke kamar tidur.
Lewat pintu yang dibiarkan chucky
menganga, tampak suaminya
lalu menghilang di balik
pintu kamar mandi.
jessica meneruskan langkah ke
dapur. Membantu martini
mempersiapkan sarapan pagi.
Masih terheranheran, jessica
nyeletuk pada pelayannya,
"Tampaknya Tuanmu baru
pulang jogging, martini ."
"Benar, Nyonya." sahut martini ,
terus sibuk.
"Sudah lama sekali dia tidak
melakukannya. Membuat dia
makin loyo dan lemah saja," jessica
melanjutkan, setengah melamun.
Bibir ranum martini , sesaat
mengulas senyuman mekar.
"Setahu saya. Nyonya, Tuan
masih kuat"!"
jessica mengawasi pelayannya.
"Setahumu, eh?"
Sadar lepas omong, martini
memalingkan muka. Terjengah.
Ia beruntung. Saat berpaling itu,
matanya beradu dengan jam
dinding di tembok ruang tengah,
yang letaknya sejajar dengan
pintu dapur, martini pun lantas
pura pura mengawasi jam.
Tampak asyik menghitung
hitung.
lantas, "Buktinya, Nyonya. Tuan
masih mampu jogging sekitar 70
menit. . ."
Alis jessica terangkat. "70 menit.
Bagaimana kau bisa tahu
waktunya dengan tepat, martini ?"
"sebab , Nyonya. saat saya
terbangun subuh tadi, Tuan pun
ikut bangun!"
Oh. oh. martini lepas omong lagi.
Si pelayan yang lugu itu
buru-buru membuka oven.
Mengeluarkan daging panggang
yang mengepulkan asap dan bau
merangsang hidung sebab
belum cukup matang, ia
memasukkannya lagi ke oven.
Sambil berujar membela diri,
"Saya melihat Tuan waktu
keluar dari kamar, Nyonya."
jessica mendengus agak keras,
"Dari kamar kerjanya, pasti!"
"Benar, Nyonya. Dari kamar
tempatnya habis bekerja. . ..!"
Ampun, martini . Payah benar
caramu membela diri!
Berpikir begitu, martini sempat
gugup.
Lagi lagi ia beruntung. Majikan
wanita lesbian nya masih
terpengaruh perasaan kesal
sebab tiba-tiba diingatkan
bahwa malam tadi ia pisah tidur
dengan si suami. Dan itu terjadi
bukan hanya sekali itu saja!
jessica mengeluh pendek. lalu
memerintahkan, "Siapkan saja
meja makan, martini ."
"Baik, Nyonya."
martini melenggang ke luar dapur.
Melenggang sebagaimana biasa
ia melenggang. namun baru satu
dua langkah. ia tahu-tahu
menegun diam. Mau tidak mau
jessica menoleh. Tanpa berpaling ke
belakang, martini meneruskan
langkah. Kini, lenggangnya
berubah kaku. Belum lagi kedua
tangannya, memegangi pula
pinggul kiri dan kanan.
"martini ?"
"Ya Nyonya?" pelayan itu
membalikkan tubuh, dengan
tangan tetap menekan pingguL
"Apakah ada bisul di
pantatmu?"
"tidak , Nyonya"
"lantas. Mengapa kau
melenggang seperti itu?"
"Oh!" martini tersenyum malu
malu. "Seperti kata Nyonya,
goyangan pantat saya jangan di
. . ."
jessica pun menghardik, "Itu bila
kau lewat di depan suami saya!"
martini pun lantas melirik kiri
kanan. Sesudah yakin majikannya
yang laki-laki tak tampak di
sekitarnya martini pun pergi
menuju meja makan dengan
lenggoknya yang spesifik itu,
pinggul terayun-ayun, aduhai. Ia
bereskan kertas-kertas di atas
meja makan. Menyusunnya ke
map, yang saat ditutupkan,
tampak tertulis dengan
huruf-huruf emas di sudut kiri
atas, jess , S.H.
Di dapur, si pemilik map,
mendengus, "Konyol!"
Tibalah waktu sarapan pagi. jessica
sudah menempati kursinya,
dengan pakaian siap berangkat
ke kantor. Ia sendiri yang
menuangkan teh dari poci ke
cangkir. Sekali, ia menoleh ke
arah pintu kamar tidur.
Mendengar suara suaminya
bersenandung riang, menirukan
sebuah lagu dangdut yang saat
ini lagi top. jessica tampak
berpikir-pikir.
Dan saat chucky sudah duduk
menghadapi meja makan, jessica
pun mengawasi suaminya
sekilas. lalu , "Pah ...?"
"Huh?" chucky terdongak.
"Tak biasanya kau serapi dan
senecis pagi ini...!"
chucky melongo, lantas seperti
orang tolol memperhatikan
dandanannya sendiri. Sementara
itu di dapur, martini yang tengah
beberes, diam diam mencuri
dengar.
"Ah, Mamah ini," chucky akhirnya
tersenyum. "Apa salahnya jika
sekali-sekali aku tampak
perlente?"
"Salah sih nggak," jessica balas
tersenyum. "Aku hanya ingin
tahu saja, kok. Apalagi"
sepulang jogging, kau tampak
riang gembira. Bertemu wanita lesbian
mntik di jalan, ya?"
chucky tertawa. Renyah.
"Kalaupun ada, Mah. Percuma
toh. Selain aku sudah umur, di
rumahku pun sudah ada
wanita lesbian paling cantik
seantero jagat!"
Berkata demikian, sepasang
mata chucky berbinar binar. Di
matanya itu, terbayang wajah
martini . Dan di dapur, martini
menahan nafas. Kelopak
matanya terpejam, dengan mulut
tersenyum. Dan di meja makan,
jessica juga bereaksi.
Mendengar kata-kata suaminya,
mana chucky mcmandang
lurus-lurus pula ke wajahnya,
jessica dibuat bersemu merah kulit
mukanya.
Tersipu-sipu, ia bergumam lirih,
"Sudah lama sekali aku
merindukan ucapan seperti itu
darimu, Pah....!"
chucky tersedak.
Di dapur, kelopak mata martini
membentang terbuka. Mulutnya
yang tadi tersenyum, tahu-tahu
berubah rona menjadi masam.
Cemberut, sebab tak suka
dengan apa yang barusan ia
dengar.
chucky menguasai dirinya kembali.
"Ayo, Mah. Kita mulai sarapan
pagi kita!"
jessica memandang tersenyum.
"Sarapan."!" Desahnya,
bergairah. "Seperti pagi
kemarin"!"
chucky pun menyeringai. Kecut.
Di dapur, martini mengurut dada.
dunia ini, memang benar
hanya sebuah panggung
sandiwara. Dan sandiwara itu,
mestinya tak pernah lepas dari
misteri. Terbukti pada sore hari
itu juga, di tempat terpisah pisah
satu sama lain berlangsung
sejumlah model tanya jawab.
Yang tanpa disadari pihak pihak
bersangkutan, justru menjurus
ke satu titik temu.
chucky berbaring lunak di sebuah
dipan empuk. Di kamar praktik
seorang psikiater berwanita lesbian sejuk
dan bersuasana nyaman.
Kelopak mata chucky terpejam
saat ia menggumamkan
sebuah kalimat bernada getir.
". . . Aku merasa berdosa!"
Duduk santai di kursi putarnya,
si ahli jiwa yang masih terhitung
muda usia, mengawasi kliennya
dengan pandangan lunak.
Selunak kata-kata yang
lalu ia lontarkan, "Itu
disebab kan Anda masih
memandang istri Anda mirip
seorang petinju bayaran. . . ..l"
"Kali ini berbeda"
"Perbedaannya?"
"Aku khawatir , saat ini kembali
jatuh cinta!"
Psikiater itu tersenyum
memahami. "Kepada jessica ?"
Sepasang kelopak mata
membuka terperanjat.
Itu adalah kelopak mata jessica ,
saat mendengar pintu kamar
kerja di kantornya, diketuk
seseorang dari luar. jessica yang
tadinya melamun mengawasi
jalan raya di luar sana, memutar
kursi di belakang mejanya.
Seraya berujar agak keras,
"Masuklah!"
farida yang mengetuk. Sekretaris
yang usianya tak berbeda jauh
dengan sang majikan itu
membuka pintu pelan-pelan.
namun ia tidak masuk. Ia hanya
memunculkan sedikit dirinya di
ambang pintu.
lalu berkata, "Semua sudah
pada pulang, Bu
jessica melirik ke jam dinding
Memang, waktu sudah
menunjukkan menjelang pukul
lima sore. jessica meluruskan
duduknya. "Dan, kau sendiri.
Apa yang masih kau tunggu,
farida ?"
farida mengawasi majikannya.
Menjawab khawatir , "jujur saja.
Saya mencemaskan Anda. Hari
ini Bu jessica tampak berbeda.
Murung, tepatnya!"
jessica merenung "Ada yang
menungggumu di rumah, farida ?"
farida menggelengkan kepala.
"Suami saya masih di luar kota
ini. Biasa. Cari obyekan. Yang
seperti Bu jessica tahu, beberapa
kali terpaksa ditombok dengan
gaji saya di kantor ini!" farida
menarik nafas panjang,
lalu tersenyum lirih.
"Terus terang saya malu pada
Bu jessica . Saja selalu diberi
pinjaman .Dengan angsuran
yang ringan pula.. .."
Sikap kaku jessica , pelan-pelan
mulai mengendur. Diiringi
senyuman tipis, ia mengajak,
"Duduklah. farida . Itu, jika kau
punya waktu senggang untuk
obrolan ngalor-ngidul!"
farida mengangguk. Ia mengambil
tempat di kursi, berhadapan
dengan majikannya. Tas
tangannya disimpan di meja.
"Mudah-mudahan kita sama
terhibur, Bu jessica ," desahnya
berharap.
"Alaa. farida . Nggak usah
formil-formilan begitu ah!"
dengus jessica , sementara ia sendiri
pun merubah posisi duduknya
supaya lebih rileks. "Bukan pada
jam kantor, ini!"
"Senang mendengarnya!" farida
ikut rileks. "Nah, jessica . mengapa
kau tidak langsung saja ke inti
masalah?"
begitulah. Dalam sekejap,
bawahan dan majikan yang
kebetulan memang seusia itu
sudah berubah menjadi
sepasang sahabat akrab, tempat
satu sama lain bertukar pikiran,
sampai ke hal hal yang paling
pribadi.
Meski sinar matanya masih
tampak sendu, wajah jessica kini
lebih cerah.
Ia pun memulai, "Kau tahu siapa
aku, bukan?"
farida tertawa.
"Ini mengenai suamiku, farida . .
.."
"Sudah kuduga."
"Waktu kita masih satu bangku
kuliah"." jessica berujar, dengan
mata setengah menerawang.
"Aku tak akan pernah
melupakan, saat kau
mengusulkan nama seseorang
yang sesuai kuajak berdiskusi
menyangkut skripsiku . . . ."
"Si Taman Bacaan!" farida
tersenyum.
"Dan ia masih seperti itu,
sampai sekarang ini," jessica
menggeleng. masygul. "Seperti
pernah kau peringatkan, aku
memang sudah lama dijadikan
nomor dua. . .."
Dengan bijaksana. farida tidak
mengeluarkan komentar.
jessica ia biarkan menjelaskan
sendiri.
"Lalu tiba-tiba. Sangat tiba-tiba,
bahkan aku pun tak berani
mengimpikannya. Pagi ini, chucky
berubah total. chucky tiba tiba
memandangku penuh rasa cinta.
chucky pun mengucapkan
sejenis kata kata yang
membuat jantungku
berdebar-debar. ..!"
farida menatap takjub. "Apakah
aku tidak salah dengar?"
Yang pasti salah dengar, adalah
martini .
Saat itu, ia tengah menyirami
tanaman di halaman depan
rumah majikannya, dengan
semprotan air dari selang yang
dipegangnya. Di sebelah mobil
yang sudah dibersihkan sampai
mengkilap. fredy krueger dengan jengkel
mengawasi martini . jelas si pelayan
tengah bekerja sambil
melamun.
"Apakah kau tuli, martini "!"
katanya setengah berseru.
sebab martini tak juga bereaksi,
fredy krueger menjulurkan tangannya
lewat jendela depan mobil yang
masih terbuka kacanya. la
pencet klakson sekuat-kuatnya.
Barulah martini memperlihatkan
reaksi. Sayang, reaksi yang
teramat sangat berlebihan.
Bunyi lantang klakson mobil,
membuat martini terperanjat. la
berpaling kaget. Selang plastik
di tangannya, dengan sendirinya
pula ikut berubah arah.
Tak pelak lagi, air sudah
menyemproti wajah fredy krueger yang
tak keburu menghindar. Dalam
sekejap, fredy krueger sudah basah
kuyup.
martini melongo.
namun selang plastik di tangan,
belum juga ia lepaskan. Dan tak
juga arahnya dialihkan. Si supir
kurus kerempeng yang tak
ubahnya tengah berhujanhujan
itu, terpaksa melangkah maju
dan maju. Dengan air terus
menyemprot mengguyuri
tubuhnya.
Mandi terpaksa itu baru
terhentikan, sesudah ia berhasil
menggapai selang lalu
merenggutnya lepas dari tangan
martini . Barulah si pelayan
tersadar, begitu mulut slang
diarahkan fredy krueger kepadanya.
"Ampun, Bang fredy krueger !" martini
menjerit tertahan. Reflek,
menutupi kepala dengan telapak
tangan. Wajahnya yang pucat
pasi lalu memperlihatkan
kelegaan, sesudah mengetahui
bahwa sambil merenggut selang
itu, tadi fredy krueger sekalian mencabut
alat pengatur air, yang dengan
marah ia lemparkan ke
rerumputan.
"Terima kasih, Bang fredy krueger .
Terima kasih. Abang tak balas
dendam. . .."
"namun kau tetap seorang
sialan, sexy! Orang mau pamit
pulang, malah dimandiin! Ada
apa dengan kau. sexy"
"Nggak apa-apa, Bang.
Sungguh!"
"Bohong!"
"Sumpah. . ..."
"Demi"!". fredy krueger membelalak,
dengan mata mengancam
martini pun menyeringai lebar.
"Demi-kian, Bang fredy krueger !"
Si supir kerempeng tidak
kecewa. la malah ikut
menyeringai, "Dasar kau sexy!"
"Namanya atau orangnya, Bang
fredy krueger ?"
"Semua deh!"
"Abang sungguh bermurah
hari!" kata martini , lembut. "namun
apakah Abang tak ingat bahwa
Abang sudah terlambat
menjemput Tuan?"
"Hem!" fredy krueger menatap curiga.
"Waktu tadi aku datang ke sini,
kau buru-buru menyongsong
Dan langsung menanyakan Tuan
kita. Kini, pun kau masih
memikirkannya. jangan-jangan. .
.."
"Tenang, Bang. Tenang." martini
membujuk. "Ingat, sudah lewat
pukul lima"
"Lantas?"
"Lekaslah jemput Tuan. Nanti
Abang dimarahi !"
"Lagi-lagi Tuan. .
martini mendelik, "E.-eee"!"
"Dasar tuli. Bukankah tadi
sudah kubilang. Tuan akan
pulang dengan taksi!" kata
fredy krueger seraya mengawasi pakaian
di tubuhnya, yang baru teringat,
sudah basah kuyup, "Wah.
Bagaimana aku harus
pulang....l" ia mengomel. Lalu
dengan wajah riang, "Eh, iya,
ya. Bukankah aku punya
cadangan pakaian kerja. Di
mana kau simpan, sexy?"
"Mari kutunjukkan, Bang."
martini mendahului masuk ke
rumah, diiringi oleh fredy krueger , yang
begitu mereka sudah berada di
balik pintu, langsung berlaku
nakal dengan mencolek pantat
martini . Cemas. Si pelayan pun
terpekik, dan mendeliki fredy krueger
dengan marah.
fredy krueger tersenyum asam-asam
manis. "Apa kau ingin aku
membalas. Menyeret lantas
melemparmu langsung ke bak
mandi?"
martini pun terpaksa mengalah.
"Jangan. bang!"
"Bagus. Sekarang, ambilkan
pakaian gantiku sebelum aku
terkena flu!"
Namun, begitu martini menghilang.
fredy krueger pun terbangkis!
Di kamar praktik si psikiater,
chucky malah terbatuk batuk. Ia
lantas duduk lurus-lurus di
tempatnya, seraya
mengurut-urut dada.
"Maaf..." katanya
terengah-engah. "sebab
kebodohanku, aku agak kurang
sehat. Aku tahu, salah besar
memaksakan diri. namun pagi
tadi... aku jogging melampaui
batas"! sebetulnya lebih
banyak sebab ingin membuang
jauh-jauh perasaan bersalah!"
"Itu bagus!" kata psikiater,
menyetujui. "Sedikit banyak,
perasaan bersalah Anda dapat
dikurangi. . ?" la menunggu
sampai pasiennya kembali
tenang .Baru meneruskan,
dengan pertanyaan. "Anda tadi
mengemukakan tentang
perasaan bersalah yang lainnya.
namun Anda segan menyebutkan
apa. Biarlah aku bantu..."
Dengan sorot matanya yang
berwibawa, dokter jiwa itu
memandang lurus ke mata chucky .
"Yang lain itu, bukan sebab
apa, siapa, atau bagaimana. Itu
adalah.... menyangkut status.
Yakni si wanita lesbian yang tadi Anda
sebut sebut. Seorang pelayan
rumah tangga. Atau, yang kalau
kita sedikit jengkel, kita
menyebutnya". babu. Apakah
aku keliru?"
chucky menggeleng. Susah-payah.
Disusul keluhan, "Mengerikan
bukan, Dokter?"
Sang psikiater menjawab,
tandas. 'tidak !"
'tidak ?"
"Benar. Sama sekali tidak
mengerikan. justru, hal itu
sesuatu yang wajar. Yang tak
perlu dicemaskan
oleh Anda, atau tidak lain yang
juga pernah melakukan hal hal
seperti Anda lakukan. Jumlah
mereka, tidak sedikit. namun
kesulitan yang mereka hadapi,
sebetulnya lah, mereka buat
buat sendiri. . ..!"
chucky mengeluh, "Terkutuk benar.
Mestinya aku tak lupa diri!"
"Maksudku," sang psikiater
tersenyum menghibur. "Anda,
atau banyak laki-laki lain yang
pernah melakukannya....
sebenarnya tak perlu merasa
ketakutan. Kita ambil contoh,
langsung di lingkungan rumah
tangga Anda. Seperti dalam
beberapa pertemuan kita,
berkali kali Anda mengatakan,
Anda bukanlah penguasa di
tempat tidur. Konon pula,
sebagaimana sering Anda
katakan. Si istri berlaku
beringas. Tak mau tahu, apakah
si suami juga ingin seperti ia
menginginkan. Lebih celaka
lagi, jika si istri tak peduli
apakah sesudah ia mencapai
puncak kenikmatan, si suami di
bawah tubuhnya justru terbadai.
Terbadai, bukan sebab habis
orgasme. Melainkan sebab
sakit hati!"
"Itu mengenai masa lalu!" chucky
mendengus, bosan. "Aku
menemuimu hari ini, untuk
berbicara tentang hari ini pula.
Lebih jauh, mungkin juga
harihari mendatang?"
Sang psikiater menekapkan
telapak tangan ke dagu, berujar
khidmat. "Hari esok, adalah
lanjutan hari ini. Dan apa yang
terjadi hari ini, adalah
merupakan tuaian dari hari
kemarin. ..!"
"Klise!"
"Benar. Namun tak dapat
dihapus begitu saja!"
"Baiklah." chucky menyerah. "lalu,
klise macam apa yang sedang
kuhadapi?"
"Penyaluran."
"Dari apa?"
"Ketidak berdayaan. Anda dari
istri Anda. Lebih luas lagi,
ketakutan Anda pada impotensi.
Itulah yang terjadi dengan Anda.
Anda tidak saja lupa diri, saat
saluran yang lain itu tiba-tiba
membuka pintu lebar lebar
untuk Anda masuki" !" si
psikiater menyeringai, penuh
arti. "Jauh di dasar sanubari,
tanpa Anda sadari, Anda
sebetulnya malam itu merasa
ditantang. Ditantang untuk
membuktikan, bahwa Anda
tidak lah seloyo yang
diperkirakan istri Anda. Atau
lebih jauh lagi, Anda ingin
membuktikan, bahwa Anda
belum impoten."
"Hem. Mungkin juga. . .."
"Itu sejenis kepastian.
Percayalah."
"Akan kucoba!" chucky mendesah.
Lalu tercenung cenung, sebelum
meneruskan dengan sebuah
pertanyaan yang belum
terpuaskan, "'Bagaimana
dengan perasaanku yang
satunya lagi?"
"Seperti yang kubilang tadi.
Wajar. Penyaluran itulah yang
terutama. Adapun siapa yang
membuka saluran, tidak penting
lagi. Dari kejadian yang sudah
umum, si pembuka saluran tentu
saja seorang pelacur. Namun,
sebab kondisi kondisi tertentu,
si pembuka saluran bisa saja
wanita lesbian lain yang masih
bebas namun lebih bersih dari
seorang pelacur. Dia itu bisa
saja istri muda, istri orang lain,
adik ipar, bahkan ibu kandung
sendiri!"
"Ibu kandung?"
"Benar. Ini sebuah klise yang
lain. Namun yang tak seorang
manusia pun bisa menghapusnya
dari lintasan sejarah. Odiphoes,
sampai matinya, tetap
mendambakan ibu kandungnya
sendiri sebagai satusatunya
wanita lesbian yang mampu
memuaskan nafsu birahinya...."
Dokter beralih duduk ke tepi
meja kerjanya. Berujar lunak,
"Anda lihat, bukan" Status, tak
lagi dipentingkan. . ."
chucky tengadah, menatap
psikiaternya. "Dan, pembantu
rumah tangeaku..."
"seorang wanita lesbian ," dokter
mcnukas, tuntas. "Tetaplah
seorang wanita lesbian . Sama
seperti wanita lesbian lainnya!"
Dan, wanita lesbian lainnya, dalam
hal ini jessica , yang saat itu
menyandarkan tubuh di bingkai
jendela kantornya, berkata lirih,
"Itulah semuanya, farida ."
farida memandangi majikan yang
juga sahabatnya itu, dengan
waiah prihatin. "Jadi,
diam-diam kau menaruh
prasangka yang bukan-bukan
pada suamimu. . . .?"
"Prasangka" lni naluri, farida .
Naluri seorang istri!"
"Baiklah. Lalu, apa yang bisa
kubantu?"
"Seingatku, kau lebih dahulu
mengenal chucky . Sesudah masing
masing kita menempuh hidup
sendirisendiri, kalian pun masih
suka bertemu dan berdialog satu
sama lain..."
"Ah. Kunjungan rutin antar
sahabat lama. Tak ada yang
perlu dicurigai, jessica . Toh, kau
atau terkadang juga suamiku,
selalu ikut hadir saat aku
berbincangbincang dengan
suamimu!"
"Seujung rambut pun aku tak
pernah bercuriga padamu,
farida !"
"Aku percaya."
"namun saat ini aku mengajakmu
ngobrol, bukan sebagai
perintang waktu semata," jessica
kembali ke kursinya. "Aku
sungguh sungguh membutuhkan,
jika bukan nasihat, sedikitnya
pandanganmu. Yang barangkali,
dapat meredakan
kegelisahanku."
"Teruskan."
"Kita mulai saja dari chucky ,
suamiku. Kau sudah
mengenalnya luar dalam,
bukan?"
"Luarnya, benar!" farida
tersenyum-senyum. "Apa yang
tersembunyi di balik celananya,
kau lebih tahu!"
"Aku serius, farida !"
"Bukan. Kau hanya tegang."
"Ah...."
"Kau merasa tegang, jessica .
sebab tiba-tiba kau terkejut.
Sesudah menyadari suamimu
sudah memasuki puber kedua."
"Astaga!" jessica tersentak. "Puber
kedua!"
farida tersenyum.
Menghibur.
Bersama waktu, yang terus saja
berlalu. Berlalu tanpa mengenal
lelah.
Dan tanpa pernah berhenti
menggiring setiap insan dan
makhluk merambas hutan-hutan
kehidupan.
tidak ada istilah mundur. Siapa
pun diharuskan menurut.
Terserah suka atau tidak !"
menjelang Magrib, jessica tiba
di rumah. Pintu garasi terbuka.
Ia langsung memasukkan
mobilnya ke sana. Bersebelahan
dengan mobil suaminya yang
oleh fredy krueger sudah disimpan lebih
dahulu pada tempatnya. martini
yang baru saja selesai
menyeterika di koridor
belakang, bergegas mendatangi
dari pintu tembus ke garasi.
"Tuan sudah pulang, ya?" tanya
jessica sambil lalu, ingin
diyakinkan.
martini membawakan tas kerja
majikannya. "Belum, Nyonya.
Bang fredy krueger disuruh pulang
dahulu an. Tuan nanti akan pulang
pakai taksi."
Ada kelegaan terpancar di
wajah jessica mendengar
keterangan martini . Ia berjalan
masuk ke rumah induk, diiringi
pelayannya yang diam-diam
memperhatikan cara melangkah
si majikan yang sungguh tidak
feminin.
Diam-diam, martini menggeleng.
"Memangnya ada apa. martini ?"
"Kata Bang fredy krueger Tuan masih
ada urusan penting yang harus
Tuan selesaikan. ..!"
"Begitu!" kali ini alis jessica
terangkat mendengar kata
"urusan penting'. Bertemu
kekasih gelapnya, mungkin"
jessica tidak langsung ke kamar.
Langkahnya malah diteruskan
menuju ruang kerja pribadi
suaminya. Pintunya ternyata
tidak dikunci. Sebelum masuk ke
dalam, jessica berpesan pada
pelayannya, "Nanti kalau Tuan
pulang, segera beritahu aku!"
"Baik, Nyah," sahut martini , sambil
memandang heran majikannya
yang lalu menghilang di
balik pintu yang langsung
ditutupkan dari dalam. Dengan
wajah diliputi tanda-tanya martini
meneruskan langkah ke kamar
lain, untuk menyimpan tas kerja
majikan wanita lesbian nya.
Di kamar kerja sang suami, jessica
sejenak bingung,
Ia putarkan pandang ke sekitar
ruangan. Seolah baru pertama
kali melihatnya. Tampak selain
meja kerja, juga ada sofa, lemari
keramik, beberapa piagam di
tembok plus sejumlah foto-foto
keluarga. Dan, tentu saja sebuah
lemari bertingkat, lebar, dan
panjangnya memenuh satu sisi
tembok, yang dipenuhi begitu
banyak buku. Perpustakaan
pribadi chucky .
Pandangan jessica lalu
kembali ke arah meja kerja.
Ada kotak surat di sana. saat
ia melangkah menuju meja
dimaksud, jessica membayangkan
wajah sahabatnya farida , yang
berkata serius padanya, "Jika
suamimu benar sedang
mengalami puber kedua, jessica .
Maka ada dua kemungkinan.
Pertama, dan ini yang paling
umum terjadi, suamimu tergoda
oleh wanita lesbian lain. Dan kau
harus mencegah. jangan sampai
wanita lesbian sainganmu itu
semakin dalam memasuki
kehidupan suamimu. sebab
itu.... mulailah mencari
petunjuk!"
jessica sudah menumpahkan isi
kotak surat, yang sesaat
berhamburan di permukaan
meja. Ada sebuah uang logam
ikut terjatuh. Menggelinding di
kaca meja, terus ke lantai.
Menggelinding lagi, sebelum
tergeletak diam.
Semua itu diawasi jessica dengan
mulut melongo!
Barulah sesudah itu ia mulai
meneliti surat-surat di meja.
Beberapa adalah surat-surat
dinas. Lalu, surat dari kaum
kembar. Dan sejumlah surat dari
luar negeri. Siapa Lagi
pengirimnya, kalau bukan putra
tunggal mereka, aidit . Sesaat jessica
senyum rindu memegangi salah
satu amplop surat anaknya.
lalu , mulai membuka laci
demi laci. Tak satu pun laci meja
kerja
chucky yang terkunci. Suatu bukti,
keterbukaan hidup rumah
tangganya selama ini.
Dan, tentu saja, jessica tidak
menemukan apa yang ia cari.
Ia terduduk, bingung.
Lalu membayangkan lagi wajah
farida , yang mcngingatkan,
"Camkan, jessica . Surat atau foto
kekasih gelap, akan disimpan
seorang suami di tempat-tempat
tersembunyi. . .!"
jessica pun berpikir keras.
Ia kembali bersemangat.
Pertama-tama, tangannya
menyelusup kembali ke laci
besar di meja kerja suaminya.
Mencari-cari tempat rahasia.
tidak ketemu. Di bagian bawah
permukaan meja, mungkin"
jessica pun merunduk, dan meraba
raba ke sana. Lalu, mendadak ia
tertegun. Wajahnya berubah
tegang Pelan-pelan tangannya
yang tadi meraba, ditarik
mundur. Tangan itu terkatup.
Yang lalu ia buka dengan
wajah tampak segan. Di telapak
tangannya, tampaklah seekor
makhluk kecil berwarna cokelat
kemerahan. Seekor kecoa, yang
menggerak gerakkan sungut,
sebelum lalu meloncat
terbang.
Pucat pasilah wajah jessica
sesaat !
Beberapa saat lamanya, ia
terduduk mengatur nafasnya
yang sempat sesak. Sambil
menggerutu, kesal. "Kecoa
sialan. Sembunyi nggak
bilangbilang!"
Sementara sebuah taksi yang
ditumpangi suaminya tengah
melaju di jalan raya. jessica pun
terus melaju dalam usahanya
mencari petunjuk untuk
membuktikan sang suami
memang ada main dengan
wanita lesbian lain di luar rumah
mereka!
Sesudah tidak menemukan
apa-apa di bawah kasur sofa, ia
pun bergerak ke perpustakaan si
suami. Celah-celah buku
diperiksa. juga satu-dua buku
yang ia curigai, ikut kena getah.
Dibuka-buka dengan kasar,
dilembari cepat-cepat, lalu
ditutupkan lagi masih dengan
kasar. Suatu saat, jessica menarik
sebuah buku dari rak, yang sisi
dalamnya tampak tidak rapat.
Bagian itu ia buka dengan wajah
harap-harap cemas.
Terjatuhlah ke lantai, sehelai
foto ukuran sedang dengan
posisi menangkup.
jessica tegang.
Takut-takut foto itu diambil.
Mata dipejamkan dahulu , sebelum
bagian muka foto ia balikkan.
Dan saat matanya dibuka
kembali, tampaklah oleh jessica
seseorang tersenyum lebar
padanya. Orang itu berdiri dekat
salah satu tugu di halaman
sebuah gedung
megah. Dari arsitektur dan
suasana sekitar, jelas itu sebuah
gedung sekolah. Sekolahan yang
tampak berkelas. Dan jelas
wajah yang tersenyum lebar di
foto itu, adalah wajah aidit .
Kecewa namun sekaligus juga
lega, foto itu didekapkan jessica ke
dada.
"Anakku!" ia mengerang, rindu.
Lalu, "Bantulah ibumu yang
malang ini, Nak. Aku harus
menemukan foto atau surat yang
menyatakan cinta si wanita lesbian
pada ayahmu!"
Entah sebab bantuan anaknya,
atau sebab keberuntungan,
akhimya jessica menemukan juga
sepucuk surat cinta di salah satu
buku, yang dilapisi debu tipis
sebab lama tak dibuka. Di
amplop surat tertulis jelas:
"Kepada Yang Tercinta," di
baris atas, dan di bawahnya:
"chucky ul Arifin."
jessica sempat menahan nafas
bahkan mulai membayangkan
akan mencakar habis wajah
suaminya, sebelum akhirnya ia
bergumam heran, "Alamatnya
kok di asrama mahasiswa. ...."!"
Penasaran, cepat bagian amplop
ia balik.
Dan ter-bacalah, jess .
Ia ternganga, "Astaga. Aku
sampai lupa bahwa ini tulisan
tanganku sendiri!"
jessica benar-benar kecewa. Namun
juga sempat bangga, suaminya
masih menyimpan surat cinta
mereka, yang segera ia
kembalikan ke tempatnya
semula. Sebelum disimpan ke
rak, buku itu dicium. Akibatnya,
ia terbatuk. Keki, lapisan debu
tipis di buku ditiup lebih dahulu ,
baru lalu disimpan
kembali ke tak. Dengan hati-hati
dan penuh rasa cinta!
Dan, lonceng musik pun
berdentang.
jessica terperangah. Ia pergi ke
jendela. Dengan menyingkapkan
tirai sedikit saja, ia sudah dapat
mengetahui bahwa malam sudah
merambat di luar sana. Sebuah
taksi, tampak tengah mundur
dari halaman rumah menuju
jalan raya. Sesaat itu juga jessica
meninggalkan jendela dan sibuk
alang-kepalang membereskan
suasana kamar yang sudah ia
buat berantakan!"
martini membukakan pintu untuk
majikannya.
Wajah chucky yang tadinya lesu,
berubah cerah setalah
mengenali siapa yang membuka
pintu. Dan begitu pintu tertutup,
chucky langsung berbisik,
"Nyonyamu di mana, martini ?"
Cepat chucky meletakkan tas
kerjanya di lantai. Lalu secepat
itu pula, kedua telapak
tangannya menekap pipi martini ,
yang disusulkan dengan
mendaratkan mulut di bibir sang
pelayan yang menunggu dengan
ranumnya. Sekilas cuma, namun
cukup untuk mengembalikan
semangat hidup chucky yang
sempat merosot sebab habis
berkonsultasi berat dengan
psikiaternya.
martini pun juga tak membuang
kesempatan. Habis dicium, ia
bertanya dalam bisikan, dengan
mata berbinar binar, "Kapan
Tuan akan menikahi saya?"
Tersentak kaget sesaat, chucky
cepat mengulas senyum.
"Percayakan saja padaku, martini ,"
bisik chucky , meyakinkan.
chucky sudah akan berlalu, saat
martini memanggil. masih dalam
bisikan, "Tuan" .?"
chucky membalikkan tubuh, agak
kesal.
la lihat martini menempelkan
telunjuk di bibir sendiri, lalu
menggerak-gerakkannya dengan
gerakan menyeka. chucky pun
memahami maksudnya. Maka,
dengan sebelah tangan
menjinjing tas, tangan lainnya
pun sibuk menyeka mulut yang
tadi habis mencium martini , sambil
melangkah dengan gembira
menuju kamar kerjanya. Pintu
kamar kerja itu, masih tertutup.
namun jelas terdengar
suara-suara samar di dalam.
Sebelum membuka pintu, chucky
lebih dahulu menjilati bibir sendiri,
bahkan mengulum ngulum bibir
yang atas dengan yang bawah.
Tentu saja bibirnya menjadi
basah. Tak ada persoalan. Seka
saja dengan lengan jas,
bereslah. Bibir pun sudah bersih
dan kering, Barulah sesudah itu
pintu dibuka chucky . Dengan
wajah sesaat diubah menjadi
lesu, pundak turun layu sebab
lelah dan tua. Sungguh, sebuah
pemmpilan seorang suami yang
patut dikasihani!
Di belakangnya, martini berjalan
diam-diam menuju dapur.
Dengan senyum
-senyum
bahagia. Dan sesuai instruksi
nyonya majikan, kedua tangan
bersusah payah memegangi
pantat, agar goyangannya tidak
terlalu menggoda.
Sementara itu, lewat pintu yang
terbuka tampak suasana di
ruang kerja lain yang kembali
rapi. Kecuali masih terlihat
beberapa lembar amplop yang
bertebaran di meja, begitu pula
foto berwarna aidit di depan
kampus sekolahnya di Amerika
sana.
Adapun jessica , saat itu tengah
duduk di kursi meja kerja
suaminya, dengan tangan
memegang selembar dari surat
yang ia temukan atau tepatnya,
ia sambar sekenanya saja tanpa
pikir panjang. Dan sepintas
kilas, di wajahnya yang tak
berdosa tampak gambaran
kerinduan. Seperti juga
kata-kata yang lalu
meluncur dari mulutnya.
"Hai, Pah. Aku begitu rindu
pada anak kita. Dengan
membaca surat-surat. . .."
chucky mengangguk lesu, juga
dengan wajah sama tak berdosa.
jessica mementangkan kelopak
mata, seraya bangkit mendekati
si suami. "Aduh sungguh
kasihan. Papah tentunya lelah,
ya" Mari. akan kubantu Papah
agar tetap bersemangat. . ..!"
Ia letakkan surat yang tadi
pura-pura ia baca, di
meja.
Lalu, kedua lengan diulurkan ke
depan. Telapak tangannya pun
tahu-tahu sudah mendekap pipi
sang suami. Disusul ciuman
bibir. Yang tentu saja, membuat
chucky membelalak.
Bukan main. Tadi, dengan cara
seperti itulah ia mencium martini .
Bagaimana jessica sampai tiba tiba
melakukan cara yang sama
terhadap chucky " Ini cium
sungguhan, atau cium sindiran
sebab jessica tahu"
Eh, nanti dahulu . Ada bedanya.
Dari bibir, ciuman jessica beralih
ke pipi. Tanpa chucky mengetahui,
sepasang mata jessica juga terbuka
lebar, memperhatikan dengan
cermat ke telinga si suami.
Membayang lagi wajah farida .
Yang memperingatkan,
"Perhatikan, apakah ada bekas
lipstik. ..!"
Dengan telunjuk digerakkan
sedemikian rupa sehingga tak
mencurigakan, jessica membalikkan
telinga suaminya, siapa tahu ada
bekas lipstik di bagian sana.
Nihil. Masih tanpa
mencurigakan cepat jessica
berpindah mencium pipi lain,
melakukan hal yang sama
dengan telinga yang satu lagi.
Juga nihiL .
chucky tentu saja dibuat semakin
bingung Sementara jessica , tidak
berhenti sampai di situ. Telinga
jessica menangkap ngiang suara
farida , "...atau, aroma parfum
yang berbeda. . ..!"
Tak pelak lagi, jessica membaui jas
suaminya yang ia buka
perlahan. Membaui lagi di
kemeja. Bahkan dada si suami
ikut dikecup kecup, sambil
hidung jessica terus
mengendus-endus mencari
aroma parfum yang berbeda itu.
chucky terengah-engah. "Hei. Apa
yang membuatmu jadi bernafsu
begini, Mah?"
Barulah jessica mundur, diiringi
tawa kecut.
Tak ada bekas lipstik. Tak ada
aroma parfum yang bukan milik
suaminya. Yang ada, hanya bau
keringat belaka.
"Kau penuh keringat, Pah,"
desah jessica menyeringai.
"Segeralah mandi. Aku sudah
lapar nih. ..."
Jas lalu kemeja suaminya yang
terus ia lepas lalu diangkut
jessica ke luar dari kamar,
meninggalkan sang suami yang
masih tegak terbingung-bingung.
Di ruang tengah, jessica menoleh ke
belakang untuk memastikan
suaminya tak melihat, lalu
mengendusendus kembali benda
benda di tangannya sekali lagi.
Dengan endusan kuat, untuk
meyakinkan dirinya. Wajah jessica
pun berubah masam, sebab
yang tercium oleh hidungnya
tetap sama, bau asam keringat.
jengkel, ia teruskan langkah
membawa jas dan kemeja
suaminya ke kamar cuci di
koridor belakang. Tanpa
menyadari, ada yang
memperhatikan dari sebelah
dalam pintu dapur.
Yakni, martini yang lalu
mengernyitkan dahi.
Terheran-heran melihat
kelakuan majikan
wanita lesbian nya.
martini terus Sibuk di dapur.
Menyiapkan makan malam.
Dan di kamar kerja, chucky
menggeleng-gelengkan kepala
seraya membereskan surat-surat
yang bertebaran. Amplop dan
surat surat anak mereka
disimpan rapi ke kotak. Tinggal
sepucuk surat lagi. Yakni, yang
tadi ia pergoki tengah dibaca
istrinya. chucky mau melipatnya,
saat terbaca olehnya bagian
atas lembar surat itu. Tercantum
huruf-huruf pengenal "Bank
Dagang Negara", lengkap
dengan alamat. Dibuka lipatan
surat itu yang tentu saja hanya
berisi nota pendek, tak pula
banyak artinya, ditutup dengan
tanda tangan dan cap resmi si
pengirim.
chucky memandang ke arah pintu
yang terbuka.
Bergumam takjub, "Sejak kapan
dia mulai tertarik membaca
surat-surat dinasku. eh"!"
namun semuanya sudah
terlupakan, saat sudah tiba
waktunya makan malam.
martini , tengah menuangkan teh
panas ke sebuah cangkir di meja
makan. Asap mengepul naik dari
cangkir, menerpa wajah martini
yang saat itu meremmerem
melek. Ternyata bukan asap tipis
dari cangkirlah penyebabnya.
Melainkan sebuah telapak
tangan laki-laki yang tengah
mengelus dan meremasremas
pantatnya. Itu adalah tangan
chucky , yang juga merem-merem
melek, namun dengan mata
terarah ke pintu kamar tidur
yang sedikit terbuka.
Di kamar tidur itu, terasa
suasana nyaman sebab ranjang
sudah siap dipakai, belum lagi
semaraknya bunga-bunga segar
di vas bunga, dan jessica yang
tengah mempercantik diri di
depan toilet. Selagi dandan,
wajah yang sama membayang
pula, kali ini terlihat memantul
di kaca toilet, meski
samar-samar saja.
Itu adalah wajah farida , yang
berkata dengan riang,
"Kemungkinan kedua, jessica . Yang
ini langka, namun kita harap
itulah yang tengah terjadi.
Puber kedua suamimu, tertuju
pada wanita lesbian yang sama.
Siapa lagi kalau bukan engkau
sendiri....!" farida tersenyum
senang. jessica balas tersenyum,
bahagia. farida melanjutkan,
"Dalam hal ini, berlakulah
seperti pengantin baru.
Limpahkan perhatian yang lebih
banyak pada suamimu!"
Bayangan samar farida
mengabur.
Terus hilang sirna.
Tinggal wajah jessica di kaca toilet.
Bahagia tiada terperi.
Tangannya lalu
mencari-cari di laci toilet. lalu
di kotak peralatan. sebab tidak
menemukan apa yang ia cari, ia
pun berseru, nyaring, "martini i. .
.."!"
Di ruang makan, sepasang mata
martini yang merem-merem melek,
sesaat menyentak lebar saking
terperanjat. Telapak tangan
chucky di pantatnya, ikut bereaksi.
Bagaikan kilat, sudah ditarik
pergi, lalu mendarat di meja
makan dalam posisi
tertelungkup. chucky serempak
meluruskan duduknya, dengan
wajah memucat. Lalu agak lega,
sesudah melihat bahwa istrinya
bukan memergoki kelakuannya,
melainkan hanya memanggil
dari kamar saia.
"Ya, Nyah?" martini akhirnya
menyahut terengah.
Keterkejutannya sudah membuat
martini sempat kehilangan kontrol
diri. Arah mulut teko di
tangannya berubah arah tanpa
ia sadari. Dan air teh panas
mengepul itu pun mengalir deras
ke arah mangkok berisi sop.
chucky lah yang melihat kekeliruan
martini .
chucky sudah siap
memperingatkan. namun ia
kedahuluan oleh martini , yang
masih hilang kontrol diri. martini
sudah berlari-lari kecil menuju
kamar majikan wanita lesbian nya
sesudah lebih dahulu meletakkan
teko, setengah terhempas, di
punggung telapak tangan chucky .
Yang tak ayal lagi, membuat
chucky terbeliak dan secepat kilat
menarik tangannya dari pantat
teko teh panas yang menduduki
punggung tangannya secara
kejam itu.
martini tiba di kamar tidur
majikannya.
Tanpa melihat ke pintu. jessica
bertanya tak sabar, "Pinset.
Apakah kau tahu di mana aku
menyimpannya, martini ?"
martini mengatur nafasnya lebih
dahulu . Baru menjawab, "Rasanya,
Nyonya meninggalkannya di
kamatmandi..."
"Ambilkan, cepat!"
martini bergegas ke kamar mandi.
lak lama lalu ia serahkan
benda yang dimaksud pada sang
majikan. Ia masih tegak
menunggu, sementara sang
majikan tampak asyik mencabut
satu dua bulu alis mata yang
tumbuh tidak pada tempatnya.
Melihat si pelayan di kaca
cermin tampak menunggu
dengan gelisah, jessica mendengus,
"Makan malam sudah kau
siapkan, martini ?"
"Sudah, Nyah. Tuan pun sudah
menunggu."
"Katakan aku akan datang
sedetik dua detik lagi!"
martini pun berlalu. Di ruang
makan, ia melihat majikan
laki-laki nya tengah sibuk mengurut
urut jarijemari telapak tangan
kanan. namun dengan cepat chucky
sudah menyimpan tangan
kanannya di bawah meja,
sesudah melihat martini datang
mendekat. Sambil chucky
menghadiahi martini senyuman
mesra.
"Apakah dia...." chucky bertanya.
Harap-harap cemas.
"Syukur, Nyonya tidak melihat,"
bisik martini . "Nyonya masih sibuk
begini-begini!" sambil martini sibuk
menggerakkan tangan,
menirukan orang mencabut alis
mata. "Ada apa dengan tangan
kanan, Tuan" Kok
begerak-gerak begitu?"
"Ah, nggak. Hanya gatal
sedikit."
martini pun tersenyum nakal.
"Sabar, Tuan. Nanti saja lagi!"
chucky manggut. "Jangan lupa,
martini ," bisiknya. "Nanti malam,
pintu kamarmu jangan dikunci
ya?"
"namun Tuan. . ?"
"Hush. Itu Nyonya datang. . ..!"
martini menyelesaikan tugasnya
dan pergi menghilang ke arah
dapur.
Di kursinya, chucky tercengang
melihat istrinya, dalam gaun
tidur yang semarak, berdandan
aduhai pula, berjalan
melenggang menuju meja
makan. Senyum bibir dan sinar
mata jessica sungguh mengundang
birahi. namun ". wahai, sayang
sekali. Undangan birahi itu,
tanpa disadari jessica , sudah
dibunuh sesaat oleh goyang
lengan maupun pinggulnya yang
gegah setengah mengangkang
itu!
jessica lebih dahulu mengecup bibir
suaminya yang
ternganga-nganga itu. Lalu
duduk di kursinya, sambil
bergumam bahagia, "Terima
kasih, Papah masih terpesona
oleh penampilanku. . .!"
Hampir saja meledak tawa chucky .
Untung dapat ia tahan.
"Kau seperti pengantin baru
saja," desah chucky .
"Bernostalgia sesekali, tak apa
toh Pah?" jawab jessica merdu,
diiringi kerlingan menggoda.
"Ayo.
Sebelum menikmati kehangatan
tempat tidur kita nikmati makan
malam kita dahulu !"
Dengan penuh kasih sayang, jessica
sendiri yang menyendokkan nasi
ke piring suaminya. Disusul
ayam goreng. Lalu"sop !
chucky , tak keburu
memperingatkan. Tak tahu harus
bilang apa.
chucky merasa dirinya tiba-tiba
sungguh tak berdaya. Dan
membiarkan saja istrinya
menuangkan lebih banyak sop ke
piringnya. Apalagi sesudah jessica
berujar pula dengan mesra,
"Ayo. Mulailah menikmati sop
buntut kesukaanmu. . ..!"
Sementara jessica sibuk mengisi
piringnya sendiri, dengan
terpaksa chucky mulai menyantap
hjessica ngan makan malamnya.
Baru satu suap, ia sudah
mengernyitkan dahi, luar biasa
rasa tawar sop buntut
bercampur air teh itu!
jessica makan malam dengan lahap.
Agar tidak ketahuan, chucky pun
melahap apa yang terhjessica ng di
piringnya. Tentu saja dengan
sangat terpaksa.
Menyangka sang suami sangat
menikmati makanannya, jessica
lantas tertarik. Namun ia
bertanya lebih dahulu , "Enak
sopnya, Pah?"
chucky menyeringai, "Enaaak!"
"Wah. Aku jadi ingin. . ..!"
Dan jessica sudah siap untuk
menikmati lauk yang dimaksud,
saat ia terkejut melihat
gerakan chucky yang dengan
tangkas sudah menjauhkan
mangkuk sop dari tangan jessica .
"jangan!" chucky mencegah,
dengan wajah cemas.
"Eh. Mau mengangkangi sendiri,
Pah?" jessica tersenyum.
"Bukan!" chucky sempat gelisah.
lalu , "Kau lihat sendiri
bukan" Sop ini banyak
gajihnya."
Dan memang di permukaan
mangkok, mengambang banyak
gajih sop.
"Sungguh tak baik untuk
kesehatanmu!" chucky
menambahkan.
jessica terpesona.
"Papah...sangat memperhatikan
kesehatanku. . ..!" bisiknya,
terharu biru.
chucky terenyak mendengarnya.
Mengherankan, bahwa dalam
situasi terpojok, seorang suami
yang berselimut dosa, dengan
cepat sudah dapat meraih
sekeranjang pahala di mata
sang istri.
Maka, dengan sedikit malu-malu
chucky pun memberitahu, "Apakah
kau lupa bahwa kau ini seorang
juara?"
Semakin terpesonalah jessica .
chucky tak kepalang tanggung
Katanya, bernafsu, "Kau tinggal
selangkah lagi untuk merebut
kembali. . . juara nasionalmu
yang kesekian, Mah. Sesudah
cukup lama absen!"
Sudut-sudut mata jessica basah,
semakin larut dalam haru.
chucky tak menyadari akibat
perbuatannya.
chucky terus saja menggila. "Dan,
namamu.... akan terukir dengan
tinta emas dalam sejarah atletik.
Sebagai seorang pemecah rekor,
jessica . Seorang juara, dengan
pemecahan rekor usia. Hebat,
bukan?"
Dalam kebahagiaannya yang
tiada tertanggungkan lagi,
kelopak mata jessica semakin
basah. Agar tak terlihat air
matanya menetes, jessica
memalingkan muka. Sekadar
menutupi keharuannya yang
tidak tertahankan itu. jessica
bergumam tanpa sadar, "Aku"
harus latihan lebih keras....!".
Dan chucky , dengan segenap
kejengkelannya, mengiyakan.
"Benar. Latihan kebih keras.
Itulah yang harus kau lakukan !"
Dalam kegilaannya, chucky
samar-samar melihat jessica
bangkit meninggalkan meja
makan.
langkah jessica gagah, tegar dan
dengan semangat meluap-luap.
Dalam sekejap jessica sudah
menghilang
di kamar tidur. Pada kejap
berikutnya, ia sudah kembali
munCul dengan pakaian sudah
berganti dengan kostum latihan.
Ia melempar senyuman bangga
sekaligus cinta pada suaminya,
dan terus berjalan menuju ruang
latihan pribadinya.
Di sana, jessica langsung berlatih.
Anehnya, jessica tidak lebih dahulu
melakukan latihanlatihan
pembuka. jessica langsung menuju
bangku miring berlapis busa
tebal untuk mengangkat beban.
Tangkas sekali jessica merebahkan
diri. Tangkas pula kedua telapak
tangannya menyambar batang
besi barbel dan mengangkat
barbel itu dari catoknya.
Diangkat tinggi, lalu
perlahan lahan diturunkan,
diangkat lagi, turun kembali,
berulang-ulang, terus
digerakkan maju mundur,
sebelum akhirnya dikembalikan
ke catok.
"Terlalu ringan!" jessica menyeletuk
tidak puas.
jessica bangkit untuk menambah
beban barbel. Lalu kembali
rebah, ia mengatur nafas. saat
tangannya kembali menyambar
batang besi barbel, selama
sedetik jessica tampak ragu ragu.
Di saat berikutnya, barbel yang
berat itu sudah diangkat
perlahan-lahan. Naik ke atas
terus turun, sejajar dada. Pada
angkatan kedua, otot-otot lengan
jessica tampak bergetar. Batang
besi dan barbel, ikut pula
bergetar. Makin lama makin
hebat.
Wajah jessica , pucat pasi.
Matanya terpentang lebar,
menahan rasa nyeri pada
otot-otot lengannya. Dipandangi
pula oleh serangan perasaan
takut. Ia ingin menjerit minta
tolong, namun ia terlambat.
Barbel yang berat itu sudah
jatuh. Jatuh dengan sedemikian
deras ke bawah, sehingga saat
batang besi menyentuh dada jessica ,
terdengar suara berdetak patah.
Tak ada suara, saat kepala jessica
terkulai ke samping.
Yang ada, hanya suara sirene
meraung raung di kejauhan.
Kian lama kian mendekat. Pintu
dihempas terbuka dari luar, dan
tampaklah sebuah ambulan di
kegelapan malam. Dari
dalamnya menghambur turun
dua orang perawat membawa
brankas, berlarilarian masuk ke
dalam rumah diiringkan oleh
seorang dokter yang dilengkapi
dengan tas peralatannya.
tidak berapa lama lalu ,
dokter selesai memeriksa.
Dalam kesunyian yang teramat
sangat menyentak, chucky
mendengar suaranya sendiri
bertanya. Lirih, tergagap-gagap,
". ...Ba-bagaimana, Dokter?"
Dokter berpaling dengan wajah
datar.
lalu berkata, sama datarnya.
"Otot-otot lengan, pecah. Dada
remuk. Kemungkinan ada
patahan tulang menembus
paru-paru. . .!"
chucky mendengar nafasnya
sendiri', mengerang. Dan dokter
pun berkata murung. "Tabahlah,
Tuan. Saya memang tak berani
menjanjikan apa-apa. namun
kami akan usahakan.!"
"Tambah sopnya, Pah?"
Yang bertanya itu, tentu saja
jessica . Sambil tersenyum manis
pada sang suami.
chucky tersentak. Menyandar di
kursinya, dengan nafas
terengah, ia pandangi istrinya
yang balas memandang dari
seberang meja. jessica yang masih
memperlihatkan sisa sisa
kecantikannya. jessica yang
berdandan bagai pengantin
baru. Dan yang terpenting, jessica
yang masih tetap bernyawa.
Dengan tubuhnya yang mulus
dan jelas teramat segar bugar!
Ilusi terkutuk itu!
chucky pun mengeluh.
Salah sangka, jessica pun bertanya,
"Kenyang, ya?"
Kenyang dengan ilusi
mengerikan!
Sampai mau muntah rasanya
chucky .
la bangkit dari kursinya. Letih,
dan tampak semakin tua.
"Mau ke mana. Pah?"
chucky memaksakan senyum pada
istrinya, sebelum akhirnya
menyahuti. "Ke kamar kerja,
Mah. . .."
"namun Pah. Di saluran
sembilan, ada serial horor
kegemaranmu"!"
"Nantilah," chucky bersungut
pelan. "Tadi ada sedikit masalah
di kantor. Aku harus menelaah
deskripsinya, membuat beberapa
catatan, dan.. .."
"Baiklah. Akan kubuatkan kopi
untukmu."
chucky tak mendengarnya lagi.
Dalam tempo singkat namun
terasa begitu lama dan jauh
perjalanan yang harus ia
tempuh, chucky lalu
melangkah masuk ke ruang
kerjanya. Mulamula, terutama
saat meninggalkan meja
makan, dengan langkah normal.
namun begitu pintu ruang kerja
ia tutup, langkahnya menuju
kursi di balik meja kerjanya
berubah tersuruk suruk. Dan
akhirnya, ia terpuruk di tempat
duduknya. Dengan pundak layu
dan wajah yang tampak semakin
tua.
Lama ia termangu-mangu.
Baru lalu membuka tas
kerjanya. Mengeluarkan
berkas-berkas, tanpa sedikit pun
gairah terlihat di matanya.
Di luar sana, martini membereskan
meja makan dan masuk ke
dapur. jessica sudah ada di situ.
Meletakkan sebuah mangkok
minum besar antik ke tatakan.
Lalu mengambil tempat kopi
dan gula. Waktu akan mengisi
mug, ia ragu-ragu lalu menoleh
ke arah martini .
"Bukankah Tuan tidak suka
kopinya terlalu manis, martini ?"
"Benar, Nyonya"
"Gulanya dua atau tiga sendok,
ya?" tanya jessica lagi seraya
menyendok gula dari tempatnya.
Sebelum jessica sempat
memindahkan gula yang sudah
ia sendok ke mangkok, martini
cepat memberitahu, "Satu
sendok makan saja, Nyonya.
Asal sekadar terasa manis...."
Diam-diam, jessica merasa malu.
Masih terngiang di telinganya
anjuran farida , "tidak baik
menyerahkan segala sesuatunya
pada pelayan, jessica . jika
dibiarkan terus-menerus begitu,
maka suatu hari kau akan dibuat
terkejut. Akan kau lihat bahwa
pelayanmu lebih mengenal
suamimu daripada kau sendiri..
..!"
Maka, ".... Kopinya satu sendok
juga bukan, martini ?"
"tidak , Nyonya. justru
sebaliknya, dua sendok."
"Oh?"
"Tuan bilang, supaya tidak
mengantuk!"
"OhIya ya. namun aku "kan
membuat kopi di mug besar.
Bukan di gelas biasa...." jessica
bergumam, setengah membela
diri.
Di belakangnya, martini diam-diam
melecehkan .
saat martini kembali ke meja
makan untuk pemberesan
terakhir, ia sempatkan melirik
pintu kamar kerja majikannya.
Sikap melecehkan di mata martini ,
Perlahan-lahan berubah. Ia
seakan melihat majikannya yang
laki-laki , dengan wajah yang
membuat martini langsung menaruh
iba.
Ada langkah mendekat di
belakangnya.
martini lantas pura-pura sibuk.
lalu ekor matanya, menangkap
pinggul sang majikan
wanita lesbian yang
bergoyang-goyang, memang.
Namun keras dan betapa kaku.
Patah patah. lalu tampak
keseluruhan punggung majikan
wanita lesbian nya itu. Sungguh
kekar, untuk punggung seorang
wanita.
Dengan mangkok kopi
bertatakan di tangan yang satu,
tangan jessica yang lain terangkat
untuk mengetuk lalu membuka
pintu ruang kerja sang suami.
Dari ruang makan, martini yang
diam-diam mencuri lihat,
sesaat cemberut.
Seraya membatin, "Mestinya aku
yang menghjessica ngkan untuk
Tuan!"
namun pintu sudah ditutupkan
kembali.
martini pergi ke dapur.
Mengambil sebuah piring untuk
makan malamnya sendiri.
Makan malam, yang bukan
hanya tanpa selera.
namun juga, terasa begitu
menyakitkan."
tahu istrinya masuk, chucky yang
tadinya ogahogahan sesaat
bekerja lebih serius, membaca
beberapa notulen, dan membuat
catatan asal-asalan di secarik
kertas.
jessica meletakkan mangkuk kopi di
meja dan sambil lalu melirik ke
tas kerja suaminya yang
menganga terbuka. Sayang tas
itu membuka menghadap
suaminya, sehingga jessica tak
mungkin melihat isinya.
Mungkinkah surat cinta atau
foto seorang kekasih gelap ada
tersimpan di dalamnya"
"Aku mau membaca di sofa.
Boleh?" akhirnya jessica nyeletuk,
habis akal.
chucky mendongak, pura-pura
heran. "Ah, kau ini. Masa iya di
rumahmu sendiri kau perlu
minta ijin"
"Takut menganggu?" sahut jessica ,
memaksakan senyum sambil
melangkah ke bagian lemari
buku yang belum sempat ia
periksa saat tadi suaminya
pulang ke rumah.
"Kau memang mengganggu
sangat. Mestinya kau pergi tidur
secepatnya. Aku sudah tak sabar
ingin ke kamar martini !" jerit chucky .
tak sabar. Tentu saja, hanya
jeritan hati, yang membuat
kepalanya berdengung pening
jessica pun sibuk. pura pura,
mencari buku yang cocok untuk
ia baca. Padahal ia tengah main
selidik ke bagian-bagian
tersembunyi. Di meja kerjanya,
chucky terus pula berpura-pura
membaca, mcnggumamkan
angka-angka, mencatat
asal-asalan. Gumamannya
terdengar bernada jengkel,
sehingga membuat sang istri
bertanya.
"Pekerjaan serius tampaknya ya,
Pah?"
"He eh. Seorang klien kami
terlibat penggelapan pajak."
"Memalukan!"
"ltulah," dan chucky makin jengkel
saja.
jessica pun kecewa sebab tak
menemukan apa yang ia cari.
Beruntung ada sebuah novel
fiksi ilmiah yang dapat ia baca.
lumayanlah untuk mengelabuhi
suaminya. Bacaan itu toh tidak
penting. Yang terpenting adalah
memikirkan jalan bagaimana
supaya ia dapat mengetahui isi
tas kerja suaminya, tanpa si
suami menaruh curiga.
Pada saat yang sama, martini
menyelesaikan makan
malamnya, yang seperti chucky ,
juga asal asalan.
Ia keluar dari dapur, terus pergi
ke ruang duduk keluarga.
Daripada sakit hati memikirkan
tuannya tercinta asyik-asyikan
dengan sang nyonya, lebih baik
nonton TV. Saluran luar negeri
lagi, Yang dihubungkan ke
antena TV kabel. Di kamarnya
sendiri hanya ada TV kecil, itu
pun dengan antena biasa, untuk
siaran lokal.
Sebelum ujung jari telunjuknya
sempat menyentuh tombol "on"
pesawat televisi, mendadak martini
teringat pintu garasi belum
ditutup. martini lantas pergi menuju
garasi.
Dan pada waktu bersamaan, di
balik pintu tertutup kamar kerja
majikannya. jessica pun teringat
pada sebuah ide cemerlang.
Dari belakang punggung
suaminya, mengapa tidak "!
martini mengamankan pintu garasi.
Dan jessica meletakkan buku
bacaannya.
saat martini kembali memasuki
rumah induk. jessica sudah
beranjak dari sofa dan berjalan
ke belakang kursi suaminya. Jari
jemari tangan, bahkan juga
tonjolan payudara, ia sentuhkan
ke punggung sang suami.
Memijit-mijit pelan.
"Papah akan kubantu agar
merasa lebih enak. . .." katanya
merdu bin manja.
Persis pada saat yang sama,
martini lewat di sebelah luar pintu.
Si pelayan mendengar apa yang
diucapkan majikan
wanita lesbian nya. la tertegun,
dengan wajah cemburu Dan
kecemburuan itu menghasutnya
agar mencuri dengar.
Di dalam, jessica sempat membaca
apa yang tengah ditulis chucky
pada lembar buku catatannya:
pajak yang digelapkan Rp
5.430.789.250,yang lalu
digaris bawahi. jessica pun
terbelalak. "Wow! Besar amat.
Pah?"
Di luar pintu. martini tersentak.
Apa yang besar amat"!
chucky menyahuti dengan
dengusan berat, "Baru tahu.
ya?"
jessica tertawa pelan, "jangan
berhenti, Pah. Teruskan...!"
chucky pun meneruskan
catatannya. Tanpa curiga, jessica
mendorong sebab ada maksud.
Di luar pintu. martini hampir
menangis. la membungkuk. Coba
mengintip melalui lubang kunci.
Sayang, anak kunci menempel di
sebelah dalam. martini pun
meluruskan tubuhnya, yang ia
sandarkan ke
tembok. Lesu dan bergemetaran,
dengan terpaksa ia terus
mendengarkan pembicaraan di
dalam kamar kerja yang
terpantul ke luar melalui
kisi-kisi di atas pintu.
"Wah. Enak!" chucky dapat juga
menikmati pijitan sang istri di
tengkuknya.
jessica tertawa senang. Ini
kesempatannya! Tumit jessica
lantas ditinggikan, tubuh pun
sedikit condong ke depan agar
dapat meninjau ke dalam tas
kerja suaminya yang kini
menganga terbuka ke arah jessica .
Gerakan jessica dengan sendirinya
membuat telapak tangannya
agak menekan pundak chucky .
Bahkan ujung kuku ikut
menghujam kulit pundak chucky .
chucky mengeluh keras, "Aduh!
jangan terlalu kuat!"
"Oh!" jessica terengah.
Di luar pintu. martini semakin
tersiksa. Tangannya ditutupkan
ke mulut, menahan jerit kecewa
dan kecemburuan tiada terperi.
Apalagi sesudah mendengar
pernyataan majikan
wanita lesbian nya di sebelah dalam
pintu, "Sakit, Pah?"
"Sakit sih nggak. Hanya... aku
tak tahan!"
martini langsung angkat kaki.
Berjingkat ke pintu koridor,
menjauhi suara-suara yang
menurutnya sangat terkutuk dan
menghina dirinya. Dalam
sekejap,
martini sudah mengunci pintu
kamarnya sendiri. ia melompat
ke tempat tidur. Dan menangis
penuh rasa sesal, "...padahal ia
sudah janji denganku!"
martini memukul-mukulkan tangan
ke bantal.
ditambah rintihan sakit,
"Terkutuklah dia!
Mentang-mentang aku cuma
seorang babu!"
Tiba-tiba. martini tersentak sendiri.
Ia pun rebah, lunglai. Menatap
langit-langit kamarnya tanpa
daya. lalu berbisik lebih tak
berdaya lagi, "Ya. Aku hanya
seorang babu. . ..1"
Air matanya pun mengalir.
Deras.
Dan di balik pintu yang tadi martini
tinggalkan, jessica memperlihatkan
wajah kecewa sebab tak
berhasil menemukan petunjuk
berarti di tas kerja suaminya.
Tubuhnya merenggang dari
punggung kursi sang suami.
Pijitannya pun mengendor.
"Masih banyak yang harus
Papah kerjakan?"
"He-eh"
jessica melenggang memutari meja.
sambil melepas semua kancing
gaun, sehingga saat berdiri di
seberang meja kerja suaminya,
boleh dikata jessica sudah setengah
bugil. Desahnya mengundang.
"Papah?"
"Hem?" lepas dengusan pendek
dari mulut chucky , yang terus saja
menulis di buku catatannya.
"Jangan sampai kelewat lelah
ya" Aku tunggu Papah di tempat
tidur"." jessica mengingatkan.
Dengan senyum
disabar-sabarkan.
Sejenak jessica menunggu reaksi.
Paling sedikit komentar.
chucky menyimak ke
catatan-catatan yang barusan ia
kerjakan. Disambarnya lembar
deskripsi, mencocokkan lagi ke
catatan, lantas mengeluh,
"Gawat. Klien yang satu ini
sungguh tak mungkin lagi
diselamatkan.. .!"
jessica pun kecewa berat.
Pelan-pelan ia memutar
tubuhnya. Berjalan ke pintu
tanpa menoleh lagi ke belakang.
Langkahnya penuh kemarahan.
Jeritan yang meledak ledak di
sanubarinya tak kurang marah
pula.
"jangankan nafsunya tergerak.
Menoleh pun dia tidak !"
Dalam sekejap, jessica sudah
berada di ruang latihan
pribadinya. la sambar alat untuk
skipping dan mulai
mengayunkannya. Dengan batin
terus menjeritjerit, "Ia hanya
berpura-pura sayang!
Berpura-pura menaruh
perhatian! Si munafik terkutuk!"
la mengayun lebih keras.
Dan melompat-lompat lebih
cepat.
"Suami sialan itu tak tertarik
lagi padaku!" batinnya kembali
menjerit lebih keras.
"wanita lesbian setan itu! Entah
dari neraka mana ia datangnya!
Awaslah. Sekali wanita lesbian
busuk itu kutemukan, aku akan
mencabik-cabiknya. Hiiiih!"
Ia shipping terus.
Habis-habisan.
Di kamar kerjanya, chucky
nyelctuk, "Coba kau lihat ini,
jessica . Dan katakan apakah..."
Matanya hanya menemukan
tempat kosong.
Lalu lalu , ia mendengar
bunyi lecutan bersiut-siut yang
sayup-sayup sampai. Sadarlah
ia di mana saat itu jessica berada,
sedang apa istrinya, dan
mengapa!
chucky pun terhenyak. "Wah. Ia
pasti marah besar.?"
Bunyi bersiut-siut itu melemah,
lalu menghilang
Di ruang latihan, tali skipping
jatuh meluncur ke matras. jessica
mengawasi salah satu bagian
gaun tidurnya yang robek-robek.
lantas dengan wajah murung ia
meninggalkan ruang latihan,
dan pergi ke kamar tidurnya.
Sesaat. saat lewat sempat ia
awasi
pintu kamar kerja suaminya. Tak
ada gerakan atau suara dari
arah sana. Darah jessica naik lagi
ke kepala. Pintu kamar tidur
lalu ia bantingkan
sekeraskerasnya. Dikunci
sekalian. Dengan bunyi
berdetakderak anak kunci yang
seakan mau patah.
Di kursinya, chucky terdongak.
Berpikir-pikir resah.
namun lalu ia mampu juga
tersenyum. Meski, seulas
senyuman kecut. Disusul
desahan riang, "Paling tidak ,
aku aman. Tinggal menunggu ia
terbang ke alam mimpi!"
la lirik jam mejanya
Pukul sepuluh lewat lima menit.
chucky bergumam penuh harap,
"Sebentar lagi, martini . Sebentar
lagi. . ..!"
Ia jemput sebatang sigaret,
dengan mulut
tersenyum-senyum.
Bergairah."
WAKTU sudah menunjukkan
sekitar pukul dua dini hari,
saat ujung puntung rokok
menyala semakin mendekati kulit
jari telunjuk dan jari tengah
tangan kanan chucky . Lantai
ditaburi serpihan puntung. Di
asbak, lebih banyak lagi bekas
puntung. Salah satu puntung
malah terguling di permukaan
meja. Mug pun tinggal terisi
bubuk kopi yang sudah
mengering, lembab.
Lalu chucky terjaga dari tidurnya.
Terjaga riuh rendah. Puntung
sigaret dijatuhkan ke lantai.
Diinjak-injak, kulit jari yang
bagai terbakar, ditiup-tiup.
Nyaris kursinya terjungkal ke
belakang, sebab begitu terjaga,
chucky serempak berdiri dan lupa
bahwa ia tertidur di kursi.
Sesudah menenangkan diri,
barulah chucky melihat ada
wastafel di kamar kerjanya. Ia
pergi ke sana, mendinginkan
jari-jarinya yang terasa masih
panas. Wajahnya sekalian
dibasuh. Waktu tegak, di cermin
ia melihat seraut wajah
memerikan.
chucky menyeringai. "Bisa pingsan
martini dibuatnya!"
Ia keringkan wajah dari
basahan keringat dengan sehelai
handuk kecil. lalu
menyisir rambut serapi rapinya.
Baru lalu teringat, ia
sudah banyak merokok, sempat
terlelap pula di kursi sambil
bermimpi yang aneh-aneh dan
satu sama lain tidak nyambung
Buru-buru seperti takut
ketinggalan kereta, chucky
menyikat gigi. Dikeringkan lagi
dengan handuk, memperbaiki
letak susunan rambut. Piyama
dirapikan, terus berjalan ke
pintu.
la tongolkan kepala ke luar.
lampu lampu di dalam rumah
masih menyala. namun lewat
kisi-kisi, lampu di balik kamar
tidur yang tertutup, jelas sudah
dipadamkan jessica . Untuk
meyakinkan bahwa istrinya
sudah tidur, chucky bergerak ke
sana. Berjingkat. Telinga
ditempelkan ke daun pintu.
Lamat-lamat, terdengar bunyi
dengkuran jessica yang teratur.
chucky menyeringai puas.
Berjingkat lagi, pintu kamar
tidur ia tinggalkan. Ia sempat
hampir terpekik waktu seekor
tikus berlari melintas dan lenyap
ke arah dapur. Ada bunyi
kresakkresek sebentar, lalu
sepi menyentak. chucky mengawasi
pintu kamar tidur sekali lagi,
takut-takut.
Dan tak lama lalu , chucky
pun tiba di depan pintu kamar
tidur martini di bagian belakang
rumah induk. Di sini, ia juga
menempelkan telinga ke daun
pintu. Tak ada suara apa-apa di
dalam. chucky meluruskan
tegaknya, melihat ke jendela
kamar tidur utama dengan
khawatir , lantas tersenyum lebar
ke arah rembulan di langit
cemerlang membiru.
Rembulan, balas tersenyum.
chucky lantas memanggil dengan
bisikan, "Susssiii. . .?"
Sepi di sebelah dalam pintu.
Hati-hati. chucky lalu
mengeruk. "Ini aku datang,
Cintaku!"
Masih sepi. la memaling lagi ke
jendela kamar tidur utama. Di
sana juga sepi. Waktu akan
memaling kembali ke pintu
kamar tidur martini , chucky langsung
terkesiap. Ada sepasang mata
berkilat-kilat mengawasi" a. Ah,
ternyata seekor kucing besar
yang mendekam di atas tembok
halaman belakang.
chucky mengumpat, "Sialan!"
Si kucing menggeram.
Di sebelah dalam pintu. martini
yang tidurnya sangat resah
sehingga tak lelap lelap,
pelan-pelan membuka mata. Ia
mendengar suara di luar pintu,
mendengar suara kucing
menggeram. Disusul ketuk
an-ketukan pelan di daun pintu,
dan suara majikannya
memanggiLmanggil setengah
berbisik, "Ayolah, kekasihku.
Mengapa tak juga kau bukakan
pintumu untukku?"
martini bangkit perlahan.
Ranjangnya berderit sebab nya.
Bunyi derit sampai ke luar. chucky
yang nyaris kecewa, balik lagi
semangatnya. la tempelkan lagi
telinga di daun pintu. "martini ?"
martini duduk merenung.
Wajahnya murung.
"Ayo, dong. martini sayangku.
Cepatlah!" chucky mendesak tak
sabar. "Tak usah takut. Istriku
sudah tidur mendengkur. Dan
kita. .."
Ucapan berbisik chucky terputus
sampai di situ.
sebab di sebelah dalam pintu,
martini sudah menyambar sebuah
gelas dari meja kecil di
dekatnya, yang secepat kilat
sudah ia lemparkan. Gelas itu
melayang ke daun pintu, yang di
sebelah luarnya ditempeli
kuping sang majikan. Bunyi
detak gelas menghantam kayu
pintu, bagaikan bunyi dentuman
dinamit di telinga chucky yang
sesaat menarik kepalanya
menjauh. Wajah kagetnya
lalu berubah pucat
saat telinganya menangkap
bunyi lain. Bumi jatuhnva gelas
di lantai. yang pecah berderai.
chucky terkesiap.
Cepat ia berpaling, Dan,
ketakutanlah chucky , saat
melihat lampu tiba-tiba
dinyalakan di sebelah dalam
jendela kamar tidur utama.
Kucing yang tadi mendekam
diam, kini tegak dengan
bulubulu meremang, ditambah
dengan geraman geraman
panjang.
Sementara di balik pintu, martini
sudah rebah lagi dan menarik
selimut sampai menutupi kepala,
maka di luar pintu chucky dibuat
kalang kabut. Ia sudah
mendengar suara-suara di
rumah induk. Dan ia tak
mungkin menyelinap masuk ke
kamar kerja tepat waktu, sebab
pasti akan kepergok istrinya.
namun seringkali terjadi, suami
yang terpojok, ada saja akal
bulusnya.
Konon pula chucky , si mantan
Taman Bacaan yang oleh Alex
disanjung sebagai sahabat
berotak cemerlang yang dengan
cepat dapat memecahkan
masalah, bagaimana pun
rumitnya.
Sepasang mata chucky lantas sibuk
mencari-cari.
Ah, itu dia!
Tempat setrikaan. Ada meja di
dekatnya, dan di situ ada sebuah
vas bunga porselen. la terbang
menyambar benda itu, yang
dengan hati hati dipukulkan ke
lantai jubin koridor. Benda tak
punya
salah apa-apa itu pun pecah
berantakan, dengan suara yang
tidak terlalu keras. Pada detik
berikutnya, chucky sudah berlari
ke tengah taman, dan di sana
chucky pun melompat-lompat
marah.
Ia acungkan tinju ke kucing di
atas tembok.
"Kau, ternyata!" Ia berteriak
keras. "Hayo, enyah kau
binatang sialan! Bikin orang
kaget saja! Hush! Hush! Hush.
Hem, mau dirambas rupanya
kau ya?"
Si kucing melengkungkan
tubuhnya.
Namun tak juga berlalu dari
tempatnya. saat chucky sibuk
mencari benda apa saja yang
dapat ia lemparkan pada
binatang itu, jessica sudah berdiri
di ambang pintu tembus.
"Ada apa?"
chucky mendengar. Kucing itu pun
mendengar. chucky melihat
istrinya. Kucing pun ikut melihat
siapa yang bertanya. chucky
mundur mendekati istrinya.
Sebaliknya si kucing,
menggeram ketakutan saat
beradu pandang dengan mata
jessica yang sudah melihat
keberadaannya. Langsung
mengeong ketakutan, lantas
lompat menghilang!
"Apa yang terjadi?" jessica
bertanya lagi, setengah
mengantuk.
Lebih dahulu chucky mencari sapu
dan sesudah menemukannya ia
berjalan mendekati pecahan vas
bunga yang berserakan di lantai
koridor, tak berapa jauh dari
pintu kamar tidur martini .
"Aku terkecoh, Mah," sahutnya
sambil sibuk menyapu. "Tadi
aku mendengar suara-suara
aneh di garasi. Pencuri, itulah
yang terpikir olehku. Kau tahu
semakin banyak pencurian
terjadi akhir-akhir ini, bukan?"
Pertanyaan itu ia ajukan sambil
mendongak ke arah jessica .
jessica diam saja.
Agak jengkel, chucky melanjutkan,
"Tadi aku sempat tergoda untuk
menangkap salah satu. Eh, tak
tahunya cuma kucing sialan itu.
Mana sambil kabur, ia pecahkan
pula vas bunga kesayanganmu
ini ...."
jessica melihat ke tumpukan
pecahan vas yang tengah
disapukan suaminya.
Lantas mendengus, "Sudahlah.
Biarkan martini yang
membersihkan besok pagi!"
Orang yang namanya
dinamakan kan, menurunkan selimut
dari kepala. ia sudah mendengar
semuanya, dan martini pun
akhirnya mampu membaca
situasi. Diam-diam, ia tersenyum
mencemooh. Lalu menarik
selimutnya lagi sampai menutupi
kepala seperti tadi.
chucky menutupkan pintu tembus
ke koridor.
Melirik sekilas ke daun pintu
kamar tidur martini , tentu saja
sebelum menutup dan
menguncikan pintu di
hadapannya. Sambil terus saja
mulut mencerocos tanpa
diminta, "Kucing sialan!
Awaslah, akan aku beli racun
keras, dan...."
Dari jessica terus saja melangkah
meninggalkan suaminya.Tak
peduli.
chucky terpaksa mengikuti, tanpa
berkata apa-apa lagi. Tiba di
depan pintu kamar tidur mereka
yang menganga terbuka, jessica
berhenti lalu membalikkan tubuh
memandang suaminya.
"Mau ke mana kau, Pah?"
chucky menatap heran. "Ya...
tidur...."
Mulut jessica tersenyum tipis.
"Tidur bersama istrimu hanya
akan menyiksa dirimu saja.
Tempatmu bukan di sini. namun
itu tuh. Di sana ....l"
jessica menunjuk lurus ke pintu
kamar kerja suaminya.
Seperti orang bodoh, chucky
lagi-lagi hanya bisa mengikuti
dengan memutar lehernya ke
belakang. Masih dengan wajah
bodoh, lehernya diputar lagi ke
arah semula.
Bam!
Daun pintu sudah keburu
dibanting di depan batang
hidungnya.
lanjutannya jelas. Yakni, bunyi
gemeretaknya anak kunci dari
sebelah dalam daun pintu.
lalu sepi.
Lama, chucky tegak
termangu-mangu.
Baru lalu , dengan wajah
tak berdaya dan pundak jatuh
begitu layu, ia melangkah
lunglai menuju kamar kerjanya.
Di belakang pintu yang
lalu ia tutupkan tanpa
semangat. chucky pun tegak
mematung. Bingung
"Apes betul aku malam itu!" ia
menggerutu pelan, setengah
heran. "martini tak jadi... bini pun
tak sudi memberi!"
Ia tersuruk-suruk ke sofa.
Lalu meringkuk di sana. Dengan
sekujur tubuh, pelan-pelan mulai
menggigil. Kedinginan."
NADA panggil telepon
menyentakkan chucky dari tidur.
Reflek ia melompat bangun dan
pergi tertatihtatih ke meja
kerjanya. Kepalanya pening.
Mana wanita lesbian sedikit terasa gerah
pula. Ia sempat salah ambil
bungkus rokoknya dan sempat
menempelkannya ke telinga
sebelum lalu tersadar lalu
ganti menyambar handphone
yang nada panggilnya terus
berbunyi. Sesudah menyahut
dengan setengah hati, dari
seberang sana telepon ia dengar
suara seseorang memanggil.
"Hallo. Kau itu chucky ?"
chucky segera mengenali suara
rekan sekerjanya. "Ada apa,
syam kamaruzaman ?"
Nada suaranya yang malas,
sesaat disahuti suara
keheran-heranan, "Ada apa kau
bilang, eh" Apakah kau lupa kita
ada janji temu dengan akuntan
pajak?"
chucky melirik jam meja.
Bergumam setengah mangantuk,
"Pukul sebelas malam" Yang
benar saja, Tok!"
Sepi sesaat.
lalu, "Kau masih tidur atau
sudah bangun, chucky ?" rekan
sejawatnya bertanya ingin tahu.
"Baru saja kau bangunkan" .."
"Nah. Kunasihatkan, pergilah
sebentar ke jendela kamarmu.
Dan lihatlah ada apa di luar!"
Kantuk chucky sirna sesaat .
"Emangnya ada apa?"
"Ayolah "
Dengan wajah khawatir , chucky
menuruti anjuran rekan
sejawatnya. Ia pergi ke jendela,
membukanya dengan takut-takut.
Takut-takut pula ia mengintai ke
luar.
Matanya pun silau sesaat .
Waktu dibuka kembali,
tampaklah lalu lintas yang sibuk
di jalan raya. Ada suara orang
meneriakkan sesuatu dari salah
satu rumah tetangga. Dan
seorang wanita lesbian tengah baya
lewat di sebelah sana pintu
pagar rumah chucky , dengan
payung terbuka di tangannya.
Barulah chucky menyadari apa
yang dimaksud syam kamaruzaman .
Wajah martini tampak sendu.
Seraut wajah lain, justru
kelihatan risau.
Yakni wajah jessica , di kantornya.
Yang menjauhi jendela dan
kembali ke tempat duduknya.
lalu berkata getir, "... aku tak
tahu harus berbuat apa
sekarang, farida ."
Sahabat yang sekaligus
bawahannya itu memandang
dengan sorot mata menaruh
simpati. Namun tak satu pun
komentar keluar dari mulutnya.
Seperti biasa, ia merasa lebih
bijaksana dengan mengambil
sikap menunggu.
"Sebelum meninggalkan rumah
pagi tadi, aku hampir saja
mengutarakan niatku pada fredy krueger ,
supir kami. Untung aku segera
teringat, ia tak mungkin
kumintai bantuan. Bagaimana
pun, ia pasti lebih dekat dengan
suamiku. .."
Barulah farida membuka mulut,
djessica hului senyuman menghibur.
"Tindakanmu bijaksana, jessica ."
"Aku mengerti maksudmu," kata
jessica , balas tersenyum meski
tampak pahit. "Bayangkan...!
Aku mengungkap hal-hal yang
sangat pribadi pada salah
seorang pembantuku di rumah.
Memikirkan itu saja, sudah
membuat aku malu pada diriku
sendiri."
"Akibatnya akan sama, jika kau
teruskan niatmu untuk
melakukannya sendiri. Selain
kehadiranmu
dibutuhkan di kantor ini, yang
pasti akan muncul tanda tanya
di kepala suamimu. Sesudah
siapa tahu, ada yang
melaporkan padanya bahwa kau
banyak bertanya di sana-sini.
Bahwa kau selalu tampak hadir
tak jauh dari suamimu, ke mana
pun ia pergi."
"Dan chucky akan semakin rapi
menyembunyikan wanita
simpanannya!" jessica nyeletuk,
nyaris putus asa.
"Santai sajalah, jessica . masih
banyak jalan ke Roma, bukan?"
"Tunjukkan salah satu!"
". .. Detektif pribadi." farida
berujar tenang dan khidmat.
"Itulah yang kau butuhkan, jessica ."
"namun ... siapa?"
"Aku mengenal seorang
pensiunan polisi, dari satuan
serse. Dia pernah menolong
salah seorang kerabatku.
Anggota keluarga kerabatku itu
lama hilang bahkan dinyatakan
resmi sudah mati. Pihak
asuransi bahkan sudah setuju
membayar klaim. namun bukan
uang yang dibutuhkan
kerabatku. Melainkan, putranya
tercinta. . .."
"Dan?" jessica tertarik.
"Pensiunan polisi itu
menemukannya. Masih hidup
lagi!"
Kerisauan di wajah jessica
menghilang, digantikan oleh
semangat yang berkobar kobar.
"Buatlah janji temu dengannya,
farida . Sesegera mungkin!"
"Sebentar. Biar kucari dahulu
nomor teleponnya," jawab farida ,
ikut bersemangat, lalu pergi ke
pintu untuk mencari yang ia
maksud di laci mejanya sendiri.
Sebelum menghilang di balik
pintu, lebih dahulu ia melempar
seulas senyum pada sahabat
yang juga majikannya itu.
Senyuman yang jelas sebagai
pengganti katakata,
"Tenang-tenang sajalah,
semuanya pasti beres!"
"tidak akan semudah itu!"
Yang mengeluarkan suara tegas
dan kaku itu, tentu saja peniwise
Natapraja.
Semua yang hadir di ruang
pertemuan, sama mendengar
penuh minat ke wajah insinyur
muda itu kecuali chucky yang
berdiam diri semenjak tadi.
Serius dan tetap kaku.
peniwise menjelaskan, "Kita boleh
saja mengusulkan komisi yang
menjadi hak kita, dimasukkan ke
saham perusahaan calon klien
dimaksud. Namun harus juga
dipertimbangkan beberapa
dampak."
chucky menggeser kursinya ke
belakang.
Dengan kepala mumet.
"Mau ke mana?" syam kamaruzaman
berbisik.
"Aku akan istirahat sejenak,"
jawab chucky , lelah. "Kurang enak
badan. Kalian teruskan sajalah
tanpa aku !"
Magdalena, sekretarisnya yang
berparas lumayan, ikut bangkit.
"Perlu saya teleponkan dokter,
Pak?"
"Duduk sajalah. Lena. Bantu
aku mencatat tetek-bengek yang
mereka ributkan. . .."
Magdalena duduk kembali ke
tempatnya.
syam kamaruzaman yang sempat
menyeringai mendengar
sindiran chucky , menoleh pada
rekan sejawatnya yang satu lagi.
Masih dengan seringai, ia
mendorong, "Teruskan. Bung.
Teruskan!"
Di kantor pribadinya, chucky
langsung mendaratkan pantat di
kursi. namun ia tidak
berleha-leha begitu saia. Apa
yang memenuhi pikirannya di
ruang rapat tadi, harus ia
tuntaskan sekarang. Maka
telepon pun diangkat.
Nomor-nomor rumahnya
diputar.
Dan terdengarlah sahutan
merdu di telinganya, "Halo."
"Sussii, ahh. . .!" chucky mendesah
suka cita. Semua kelesuan dan
mumet di kepala lenyaplah
sesaat .
martini bertanya khawatir , "Ada
apa, Tuan?"
Suara chucky pun berubah berat
dan serak sebab hati yang
galau, "Kau baik-baik saja?"
"Terima kasih, Tuan. Saya tak
kurang sesuatu apapun, ini,"
jawab martini lirih.
Tak kurang sesuatu.
Apa maksudnya"
Ia buang pertanyaan itu dari
kepala, lantas mengutarakan isi
hatinya, "Tentang tadi malam
itu, martini ...."
Pelayannya sudah menukas,
"Yaaah. Ramai ya, Tuan?"
"Apa"!"
"Kucingnya. Jadi tidak diracun,
Tuan?"
Tak pelak lagi, chucky tertawa
tergelak. Tanpa menyadari, di
seberang sana martini sedikitpun
tidak tertarik untuk ikut tertawa.
chucky lebih tidak tahu lagi sebab
saat itu martini menutup corong
telepon dengan tangan, apa
yang diumpatkan martini dengan
marah. "Masih bisa tertawa dia.
Padahal yang aku maksud,
kucing galak di tempat
tidurnya!"
martini menurunkan tangannya dari
corong telepon, terus bertanya
santai. "Tuan ingin apa hari
ini?"
chucky menjawab mesra. "Kau.!"
"kapau' sahut martini , tetap santai.
"baik Tuan. Nanti akan saya
buatkan Tuan nasi kapau"!"
Makin terbahaklah chucky ,
menyangka pelayannya
mengajak bercanda.
"Lainnya, Tuan?"
"Kau sungguh tahu betul
menghibur hatiku yang lara,
martini ," jawab chucky bahagia.
"lainnya, adalah ini. Aku
teramat sangat merindukanmu.
Suruhlah aku meninggalkan
kantor saat ini. Dalam sekejap,
aku sudah akan rebah di
haribaanmu!"
Di seberang sana, martini
menggeleng geleng sedih.
"Teruskanlah tugas-tugas Tuan.
Nanti kalau Tuan pulang ke
rumah, tak usah khawatir . Saya
tak ke mana-mana, ini!"
"Aku akan datang, martini ...." chucky
berjanji. "Aku akan datang,
Kekasihku.?" Telepon ia
letakkan di tempatnya, dengan
wajah diliputi kebahagiaan.
Diteruskan dengan gumam
riang, "Dan aku datang sebagai
seorang kekasih yang tahu diri.
namun ... apakah itu yang
betul-betul martini maksudkan?"
chucky pun kembali ke ruang
rapat.
Yang suasananya, tampak lebih
tegang dari saat ia tinggalkan.
peniwise mendengus sebab merasa
terganggu. syam kamaruzaman lebih
rilek. Ia biarkan chucky lebih
dahulu duduk di tempatnya. Baru
bertanya perlahan, "Cepat juga
kau sembuh, chucky .!"
chucky tersenyum gembira. "Ada
obat mujarab, Tok," katanya.
"Obat yang amat sangat
mujarab!"
"Apakah itu"!" syam kamaruzaman
bertanya penuh minat.
"Ssshhh!" chucky memotong
seraya mengerling ke arah peniwise
Natapraja, yang sudah
memutarkan pandang ke wajah
semua Anggota rapat, yakni para
staf dan sekretaris.
peniwise mengawasi salah seorang
staf. Bertanya, "Apakah kau tadi
mengusulkan sesuatu, nyoto ?"
Yang dinamakan nyoto
mengangguk. "Benar. Pak peniwise .
Usul saya jelas. Lebih baik kita
lakukan pemilihan suara saja."
Berisiklah sesaat ruang
pertemuan itu.
chucky mencondongkan kepalanya
ke arah Magdalena. Bertanya
dengan bisikan sedikit keras,
"Mau menolongku, Lena?"
Magdalena mendekatkan
telinga. Sama berbisik. "Katakan
saja, Pak!"
"Ada seorang wanita berkata
pada seorang pria. Bahwa ia, si
wanita, tak kurang sesuatu
apapun. Apakah itu maksudnya
ia mengharapkan sejenis
pemberian dari sang pria?"
Sempat keheranan. Magdalena
akhirnya mengangguk.
"Terima kasih," bisik chucky . Puas.
Yang tak puas, Magdalena.
Sebelum kepala majikannya
menjauh, ia pun bertanya,
"Keberatankah Bapak
memberitahu, siapa wanita yang
mengucapkan kata-kata
bermakna itu pada Bapak?"
Saking asyiknya mereka
bertukar bisik, mereka berdua
tidak menyadari bahwa peniwise
sudah mengangkat tangan
tinggi-tinggi untuk mendiamkan
suara berisik para Anggota rapat.
Lambat laun, suasana pun
menyepi. Dan di kesepian itu,
nyata terdengar bisikan chucky
menjawab pertanyaan
Magdalena. "Istriku, dong!"
Magdalena tersenyum lega.
"Bapak seorang suami yang
menakjubkan. Patut ditiru oleh..
.."
Ia tidak meneruskan kalimatnya.
Tiba-tiba menyadari, semua
mata tertuju ke arah mereka
berdua. Bahkan peniwise yang
senantiasa bersikap serius itu,
tampak menahan tawa. chucky
meluruskan duduknya dengan
wajah bersemu merah.
Dan mendengarkan syam kamaruzaman
menggumamkan apa yang tadi
diucapkan chucky sendiri.
"Sungguh suatu obat mujarab.
Ya?"
Benar. sebab suasana di
ruangan itu, dalam sesaat
sudah berubah santai.
Semua mata yang hadir
mengawasi kedua pembisik.
Sambil tersenyum-senyum."
chucky sedang beruntung
agaknya.
Tiba di rumah ia tidak melihat
mobil jessica baik di halaman
maupun di garasi. Yang
pintunya menganga terbuka.
Dengan gembira ia memencet
bel.
martini yang sedang sibuk
membersihkan kamar mandi,
segera pula meninggalkan
pekerjaannya. Pakaian martini
basah di sana-sini. Rambut pun
acakacakan. Namun ia tidak
merasa perlu memperbaiki
penampilannya lebih dahulu
sebelum pergi membuka pintu
depan.
Lain halnya dengan chucky . Begitu
ia melihat bayangan martini lewat
kaca jendela. chucky langsung
merapikan letak dasi. Tegaknya
pun lebih digagahgagahkan.
Sekilas ia memperhatikan fredy krueger
yang tengah mengambil selang
air untuk mencuci mobil yang
bekas dibasahi hujan tadi di
tengah jalan. chucky bermaksud
menegur agar besok sajalah itu
dilakukan fredy krueger . dan sebaiknya
fredy krueger lekas-lekas minggat saia.
namun pintu sudah terbuka.
"Hai, martini ..." sapa chucky dengan
suara agak bergetar sebab
rindu.
"Selamat sore, Tuan," sahut si
pelayan, sopan. Sambil menyisi
memberi jalan.
martini tidak segera menutupkan
pintu. Terpaksalah chucky yang
melakukannya. chucky yang sudah
tidak sabar, berdiri
memperhatikan penampilan martini
yang seadanya.
"Ah. Kau tampak lebih cantik
dan sexi" desah chucky yang lupa
diri dan dibutakan matanya
sebab cinta. chucky pun
merunduk, siap merangkul dan
memeluk martini . Si pelayan tidak
mengelak. la tenangtenang saja.
Menunggu.
Benar saja.
chucky memang langsung mundur
sesaat .
Hidungnya mengendus-endus
tak senang "Parfum merek apa
pula yang kau pakai?"
"Karbol, Tuan." martini menyahuti
dengan senyuman manis.
"saat Tuan membunyikan bel,
saya sedang membersihkan
kakus!"
chucky pun terjengah.
martini pergi meninggalkannya,
untuk meneruskan pekerjaan
yang tertunda. chucky pun
mengikuti, untuk menyimpan tas
ke kamar kerjanya.
"Nyonya belum pulang, ya?"
"Belum Tuan. namun tadi
Nyonya menelpon dan
meninggalkan pesan untuk Tuan.
. ."
chucky tertegun. Heran. "Pesan"
Pesan apa?"
martini membalikkan tubuh dengan
sopan, lantas memberitahu.
"Nyonya bilang, Nyonya pulang
agak malam. Masih ada
transaksi yang harus
diselesaikan."
Berbinarlah sepasang mata
chucky .
"Kesempatan bagus buat kita
berdua, bukan?" ia berujar
dengan wajah kembali riang
gembira, bahkan suka cita. "Aku
akan segera bertukar pakaian.
Dan kau pun, martini . Mandilah "!"
martini tidak berkomentar apa-apa,
dan akan berlalu saat chucky
teringat sesuatu. "Eh, sebentar,
martini !"
martini berhenti. Dan seperti tadi,
kembali diam. Menunggu.
chucky membuka tas kerjanya,
mengeluarkan sebuah amplop
tebal yang lalu diserahkan
kepada martini . "Ini. Ambilah!"
Terheran-heran martini menerima
dan tanpa bercuriga apa-apa
langsung membuka tutup amplop
yang memang tidak dilem itu.
Sesaat lalu di tangannya
sudah ada seikat uang kertas
seratus
ribuan, yang masih pakai labeL
"Wah. . .! Masih barubaru, ya
Tuan" namun mengenai uang
belanja. Nyonya sudah...."
chucky menyeringai. Gembira. "Itu
untuk anakmu di kampung,
martini !"
Terbelalaklah martini . "Yang benar
saja, Tuan . . .!"
"Sungguh!" kata chucky , gagah.
"Uang itu diperlukan anakmu
untuk membayar uang
sekolahnya sekaligus satu tahun.
lalu untuk membeli buku-buku,
pakaian seragam, sepatu baru,
tas baru, dan...."
"namun . Tuan," martini menukas,
tenang. "Anak saya umurnya
belum juga tiga tahun, Tuan!"
"Oh!" chucky terkejut. "Aku baru
tahu itu. Ya, sudahlah.
Pendeknya, kirim segera uang
itu pada orangtuamu di
kampung"
"Untuk apa, Tuan?"
"Ya, terserah kau
mengatakannya pada mereka.
Mau beli sawah kek, beli kerbau
kek, beli rumah kek, kapal
terbang juga boleh. . ..!" chucky
tertawa tak sabar. Tangannya
mencari-cari ke dalam tas,
menemukan sebuah kotak super
mini yang ia sodorkan lagi ke
tangan pelayannya. "Yang ini,
khusus untukmu sendiri!"
Sebuah kotak perhiasan. martini
menerimanya dengan wajah
semakin bingung. "Apa lagi ini,
Tuan?"
"Ayo. buka sajalah .!
martini lebih dahulu meletakkan uang
seikat tadi ke meja makan di
dekat tempatnya berdiri. Lantas
dengan tangan gemetar kotak
super mini dibuka, dan
tampaklah sebentuk cincin
bermata jamrud yang
gemerlapan. Kilaunya bahkan
memantul di bola mata martini
yang seperti mau terloncat
keluar. martini sampai tak mampu
mengeluarkan kata-kata.
Bangga, chucky mendorong, "Ayo,
dipakai!"
Ragu ragu martini memasukkan ke
jari manis tangan kanannya. la
begitu gemetar sehingga chucky
harus ikut membantu. Pas.
chucky lalu mundur.
Menunggu reaksi martini
berikutnya.
martini memang segera bereaksi.
la menatap lurus ke mata
majikannya, mengatur nafasnya
yang sesak sebentar, baru
lalu bergumam. Gugup.
"Aduh, Tuan. . .."
chucky tersenyum, mendorong
semangat martini .
martini pun menjelaskan. "Jika ini
saya pakai di rumah, bukankah
Nyonya nanti curiga?"
Senyuman di mulut chucky . tak jadi
mengembang. "Betul juga. namun
dapat kau pakai bila kau pergi
jalanjalan, toh?"
"Saya jarang ke luar rumah.
Tuan. Kecuali ke pasar!"
"Nah. Pakailah jika kau nanti
pergi berbelanja ke pasar!"
"Ngeri, Tuan."
"Eh, mengapa pula?" chucky mulai
hilang sabar.
"Nanti dijambret orang!"
chucky pun habis akal.
"Ya, sudah. Telan saja!"
ujarnya, setengah jengkel.
Melihat ada perubahan di wajah
pelayannya. chucky buru-buru
meneruskan dengan nada
menyesal. "Kau sih, martini .
Payah...!" Ia tertawa, sengau.
"Ayo, bersihkan dirimu sana.
Aku pun akan mandi. Mumpung
Nyonya belum pulang, kita akan.
"
martini menggelengkan kepala.
Sedih. "tidak , Tuan. Semua ini
tidak baik...."
Habislah sudah kesabaran chucky .
Dengan marah ia
mencengkeram pundak martini ,
lalu menceracau tanpa
ditimbang timbang lagi. "Lalu
aku harus apa, martini " Apakah kau
kira aku akan gratisan saja
meniduri tubuh molekmu"!"
"jadi... Tuan membayar. Dan
saya tak lebih dari. . .. "
"Salah. martini !" chucky membentak
kasar. "Aku tak pernah
menganggap dirimu
seorangpelacur. tidak kah kau
mengerti juga" Pemberianku ini
sebagai tanda aku sayang dan
cinta padamu. Lantas pada
waktunya nanti, aku pun akan
menikahimu!"
Dengan wajah datar tanpa
ekspresi. martini mengeluh, "Tuan
ini juga payah...!"
"Apa"!"
martini memandang tajam ke mata
majikannya. "Apakah Tuan
punya keberanian untuk...
menceraikan istri Tuan"!"
chucky pun terbungkam sesaat .
Dan martini tidak perlu meronta
untuk melepaskan diri dari
cengkeraman majikannya.
Pegangan tangan chucky di
pundak martini . perlahan-lahan
melepas sendiri, untuk lalu
jatuh lunglai di sisi tubuh sang
majikan yang tampak seperti
orang habis mencuri dan
tahu-tahu tertangkap basah
tanpa ada jalan untuk
meloloskan diri.
Sebaliknya dengan martini .
Mantap dan manis, martini
bertanya seakan sambil lalu
saja. "Tuan akan mandi dahulu ,
atau langsung makan...?"
chucky masih belum menemukan
dirinya juga.
Maka martini pun membuka tudung
saji di atas meja makan.
Katanya lembut, "Nasi kapau
sudah menunggu, Tuan!"
Sebuah kejutan lain. sebab
soal nasi kapau itu bermula dari
salah dengar yang dikira chucky
disendaguraukan oleh martini .
Namun chucky tidak tertarik untuk
tertawa. Melirik pun ia tidak .
chucky sedemikian lemas sesudah
mendengar tuduhan pelayannya
yang tepat mengenai sasaran.
martini yang memahami keadaan
majikannya, dengan arif
menarik sebuah kursi. Tanpa
sadar, chucky mendaratkan pantat
tuanya di kursi itu, lalu
berusaha keras menguasai diri.
martini pergi ke kamar mandi
majikannya, menyelesaikan
tugasnya sampai selesai, lalu
kembali lagi ke tempat semula.
chucky masih duduk termangu di
kursinya. martini yang akan
meneruskan langkah ke koridor
belakang, mendadak tak tega
melihat keadaan chucky yang
sedemikian sengsara.
"martini ...."
"Saya, Tuan"
"Simpanlah."
chucky berkata tanpa menunjuk
atau menjelaskan apa yang
harus disimpan pelayannya.
Namun dengan penuh
pengertian martini mengambil uang
dan kotak
berisi perhiasan Tanpa menoleh
bahkan tanpa kata, martini
lalu menghilang di sebelah
sana pintu menuju koridor
belakang.
chucky hanya memperhatikan.
Dengan wajah kosong,
?"Bahkan mengucapkan terima
kasih pun dia tidak !" chucky
bergumam, lantas
menggelengkan kepala.
Dengan susah payah ia masuk
ke kamar kerjanya untuk
menyimpan tas. saat
meletakkan tas itu di atas
mejanya, mata chucky terpaut ke
selembar foto berwarna yang
diberi bingkai antik. Foto
bersama dengan jessica dan putra
kesayangan mereka, aidit
atau dipanggil aidit .
jessica tersenyum ke arahnya.
Begitu pula aidit .
Dan di balik senyum istri
apalagi anaknya, chucky
menemukan dirinya yang
terpuruk tanpa daya, dan
dibebani dosa. Terngiang lagi di
telinganya ucapan martini , "Apakah
Tuan punya keberanian untuk
menceraikan istri Tuan?"
chucky tidak jadi bersalin pakaian.
Hanya dasi yang ia tanggalkan.
Tiba di halaman, ia lihat mobil
masih dicuci fredy krueger dengan sabun
pembersih khusus.
"Mana kuncinya, fredy krueger ?"
fredy krueger memandangi majikannya,
dan terkesima memandang
wajah chucky yang tampak
berantakan. "Masih di
tempatnya. Tuan...!"
chucky membuka pintu mobil.
Masuk ke dalam. Menghidupkan
mesin, dan mengajak mobil itu
melompat ke jalan raya. Hampir
saja melindas seekor anjing
yang bermaksud melintas di
sebelah luar pintu gerbang .
fredy krueger hanya bisa ternganga
memandangi majikannya
menghilang dengan mobil yang
masih basah bahkan penuh busa
sabun. Supir kerempeng itu baru
tersadar, saat ada suara
menggonggong marah.
Gonggongan musuh besar fredy krueger .
Anjing yang tadi hampir dilindas
mobil majikannya.
"Eh. Kok aku pula yang kau
marahi?"
Seraya menyentakkan kata-kata
itu. fredy krueger mengarahkan mulut
selang air ke arah sang anjing,
yang sesaat minggat dengan
gonggongan
melengkinglengking."
WAKTU terus merambat.
Duduk mengitari sebuah meja di
dalam sebuah restoran berkelas,
seorang laki-laki misterius
berujar dengan suara berat dan
dalam, "jadi, saya harus
mengikuti dia semenjak
meninggalkan pagar rumah
sampai ia kembali ke tempat
yang sama!"
jessica menjawab gembira. "Persis.
Dan laporan Anda saya tunggu
setiap akhir minggu...."
Orang itu bangkit dengan
tenang.
Lalu menunggu. Dengan
tenang-tenang pula.
jessica segera memaklumi. Tasnya
dibuka dengan pertolongan
farida . Lalu jessica mengeluarkan
buku cek, mengisi lembar kosong
sesuai kesepakatan. yang
lalu ditandatangani.
Lembar cek itu dirobek dari
buku, lantas ia serahkan ke
tangan si laki-laki misterius. "Ini
uang mukanya."
"Terima kasih."
Sesudah orang itu berlalu,
barulah jessica bertukar pandang
dengan farida . Wajah jessica tampak
gundah. farida menepuk-nepuk
lembut punggung tangan
sahabatnya. Berkata menghibur,
"Memang kurang menyenangkan
urusan ini, jessica . namun sesudah
semua ini berlalu, yakinlah
segala sesuatunya akan beres
kembali ...!"
jessica manggut saja akhirnya.
"Pukul berapa sekarang. farida ?"
farida melirik ke arloji.
jam dinding di tembok lobby
sebuah gedung bioskop, tampak
menunjukkan waktu merambat
ke pukul sembilan malam.
Sejumlah bangku diisi oleh
sejumlah pengunjung yang akan
mengikuti penunjukkan
berikutnya. Lalu pintu masuk ke
gedung pertunjukan dibuka dari
dalam. Tampaklah chucky ke luar,
dengan langkah kaki
bermalas-malas dan wajah lebih
malas lagi.
Penjaga pintu bertanya sopan,
"Filmnya tidak menarik, Om?"
chucky cuma angkat bahu.
Ia berlalu meninggalkan
bioskop, melewati mobilnya di
tempat parkir, dan menyelinap
masuk ke sebuah bar. Sesudah
mendapatkan bangku untuk ia
duduki. chucky memesan dengan
suara getir, "Bir...l"
Menjelang tengah malam, jessica
yang berwajah khawatir
membukakan pintu untuk
suaminya, yang melangkah
masuk ke dalam dengan tubuh
sempoyongan. jessica mengendus
bau alkohol, meninjau ke
halaman dan melihat sebuah
taksi memutar pergi.
"Mobilmu mana, Pah?"
chucky yang memang mabuk, jadi
terperanjat sendiri. "Astaga. Aku
sampe lupa. Mobilku masih di
tempat parkir ...."
Reaksi jessica jelas.
jessica berkata curiga, "Papah
habis bertengkar hebat, ya?"
chucky tertegun. Bingung. Lalu,
"Bertengkar" Dengan siapa?"
'Wanita lainmu itu'"
Dasar di bawah pengaruh
alkohol, chucky pun tertawa. Tawa
orang setengah teler. Lantas
menyahuti tanpa dipikir, "Kok
kau tahu!"
Tersentaklah jessica mendengarnya.
la mengerang. "Siapa
wanita lesbian itu, Pah?"
Sempoyongan. chucky memutar
tubuh. Seraya menggerutu, "Kau
pasti sedang mabuk, jessica ."
jessica menerjang maju.
namun ia terlambat. Tubuh chucky
sudah limbung, lalu
melorot jatuh ke lantai. Dari
mulutnya terdengar pertanyaan
sayup-sayup, "Kasur apaan sih
ini. Keras banget. Dingin
lagi...."
lantas chucky pun tertidur.
Mendengkur.
jessica merengut dan tidak mau
membuang tempo. Ia pergi ke
depan rumah. Gulungan selang
yang tergantung di batang keran
air ledeng, ia ulurkan
memanjang sampai ke ruang
depan. Keluar sebentar. keran
air dibuka selepas lepasnya,
masuk lagi dengan cepat ke
dalam.
chucky pun ia semprotlah
habis-habisan. Sesaat dua tak
ada reaksi. Baru pada saat
berikutnya, chucky yang sudah
basah kuyup menggeliat sedikit.
Matanya terbuka malas.
Begitu pula mulutnya. "Hei.."
ada air mancur!"
lantas matanya terpejam
kembali.
Tak habis akal, jessica menyimpan
selang di lantai. Membiarkan air
menyembur nyembur kian
kemari. la berjongkok
membalikkan suaminya agar
telentang. Lalu ritsleting celana
panjang suaminya ditarik
membuka dengan satu sentakan
cepat dan kasar. Tindakan
berikutnya adalah, menjejalkan
ujung
selang yang terus
menyemburkan air ke balik
celana dalam suaminya. Sesudah
itu tegak menunggu.
Mulanya, chucky membuka mata
dengan malas, seperti tadi.
Sesudah itu, sepasang mata chucky
terpentang. Serempak ia bangkit
ke posisi duduk. lalu
memandang ke arah celana
dalamnya, dan benda yang
menjulur ke luar dan' tempat
yang eksklusif itu. Terulur
sampai ke pintu, terus ke luar
rumah.
chucky pun bergumam bingung,.
"Lho. Kok jadi begini
panjang"!"
Mendengar ucapan suaminya,
jessica pun lemaslah.
Tubuhnya melorot jatuh
menyusuri tembok yang
disandarinya. lantas duduk
terenyak. Di lantai yang basah.
Syukurlah semua itu tidak
berlangsung lama.
Tak berapa lama lalu chucky
akhirnya sadar sepenuhnya,
terus pergi mandi. Tentu saja
mandi yang sebetulnya .
Berpakaian seadanya, lalu
mencegat sebuah taksi yang
lewat di depan rumah. la bawa
dan identitas, karcis parkir
surat-surat lengkap mobilnya.
Dan sesudah berdebat panjang
dan penjaga malam mencari
tukang parkir yang bertugas,
barulah chucky diperkenankan
membawa pulang mobilnya.
Tentu saja, dengan
mengeluarkan sejumlah uang
ekstra.
Tiba di rumah, ia disambut pintu
kamar tidur yang terkunci dari
daLam. Tak dibukabuka, betapa
pun ia sudah mengetuk dan
berusaha memangggilmanggil
istrinya dengan suara lembut
yang bernada penyesalan.
Adapun martini , yang tadi
membukakan pintu depan
untuknya lantas langsung
minggat tanpa kata, masih
lumayan.
martini ia temukan duduk
termenung-menung di teras
belakang. Mengawasi kain pel
dan ember yang setengah terisi
air kotor, pasti bekas
mengeringkan lantai ruang
depan dan belum sempat ia
buang saat majikannya
pulang.
martini masih bersedia membuka
mulut saat melihat chucky
muncul. "Saya masih capek,
Tuan. jadi kalau Tuan ingin
kopi, silakan Tuan bikin
sendiri...!"
lantas dengan membiarkan kain
pel dan ember tetap di
tempatnya semula, martini pun
bangkit dan langsung berlalu,
masuk ke kamarnya sendiri.
langsung pula menutupkan
pintu, yang anak kuncinya
terdengar diputar dari sebelah
dalam.
Dengan suara bergemeratak.
kasar."
ESOK paginya, mobil suami istri
itu meninggalkan rumah hampir
berbarengan. Mobil jessica lebih
dahulu meninggalkan halaman,
mengambil arah ke kiri. Sesudah
melewati beberapa rumah, ia
lihat sebuah mobil di parkir di
seberang jalan jessica melempar
senyum pada laki-laki yang
duduk santai di belakang kemudi
mobil dimaksud.
Satu menit lalu , barulah
chucky meninggalkan rumah
dengan mobilnya yang disupiri'
fredy krueger . Begitu lalu lintas aman
dan mobil chucky mengambil arah
ke kanan, maka mobil yang tadi
di parkir dan pengemudinya
dihadiahi senyuman manis jessica ,
mulai bergerak maju. Lalu
mengikuti mobil chucky secara
tidak kentara.
chucky turun dari mobil di depan
kantornya.
Ia serahkan selembar cek pada
fredy krueger dengan perintah, "Kau
langsung balik lagi ke sini,
sepulang dari' bank."
fredy krueger lantas meluncur pergi
untuk melaksanakan perintah
majikannya.
Seseorang juga mengeluarkan
perintah di mobil satunya lagi.
Mobil yang berhenti tidak jauh
dari kantor chucky , di pinggir
jalan yang basah sebab
genangan air: limbah dari
saluran pembuangan yang
agaknya mampet. Perintah itu
bernada berat dan dalam.
"Kau terus ikuti mobil itu. Orang
kita, biar aku yang urus!"
"Siap, Bos!"
Pintu mobil terbuka cepat.
Secepat itu pula, si pemberi
perintah melompat keluar dari
pintu belakang mobil, ke trotoar.
Sepatunya mengkilap, celananya
pasti dari merek yang mahal
pula, licin dan rapi. Begitu pintu
mobil ditutupkan kembali, orang
yang menerima perintah tidak
membuang tempo. Mobil
langsung ditancap.
Mencipratkan air lumpur kian
kemari. Dalam sekejap, sepatu
mengkilap dan celana licin dan
rapi itu, sudah tidak karuan lagi
bentuk maupun warnanya.
Yah, apa mau dikata.
Dari semula urusan ini memang
sudah serba salah. Andai saja
orang yang membayarnya mau
berterus terang, urusannya tidak
akan serumit ini. namun
wanita lesbian itu terlalu berlebihan
menjaga
nama baik dan terutama,
gengsinya. Ia seharusnya jujur
saja, dan tinggal mengatakan
satu permintaan saja: temukan
wanita lesbian tak tahu diri itu!
Tahu diri atau tidak , yang jelas
martini harus memutuskan sesuatu.
Sendirian di rumah, lama ia
hanya duduk termangu mangu
memikirkan apa sebaiknya yang
harus ia perbuat. Di tangannya
ada sejumlah besar uang, yang
nilainya sama dengan gaji martini
selama satu tahun. Dan cincin
bermata jamrud itu, bukan tak
diinginkannya. Memimpikannya
selama ini pun martini tak berani!
Ia harus melakukan sesuatu.
Semua tidak boleh dibiarkan
berlarut-larut. Setan sudah
menjerumuskannya pada malam
yang menakjubkan itu. Dan
setan itu, kini menari nari lagi di
depan matanya. Dengan sebuah
rayuan maut, "Kau dapat
memperoleh lebih banyak lagi,
martini . Kalau kau mau, kau tak
perlu membabu lagi. sebab kau
akan dinobatkan menjadi
seorang Ratu!"
martini menarik nafas panjang.
lalu bangkit untuk
melakukan tugasnya sehari-hari.
Di sudut lain kota, tugas
sehari-hari bagai terlunaskan
sudah oleh jessica . Ia memasuki
kantor dengan
wajah risau. Dan begitu ia lihat
farida tersenyum menyambut, jessica
pun langsung saja menyeret
sahabat yang juga sekretarisnya
itu ke ruang kantor pribadinya.
la pastikan dahulu bahwa tidak
ada pegawai yang mungkin
mendengar pembicaraan
mereka. Baru lalu bicara
serius.
"Suamiku mengaku!"
Tanpa kata pendahuluan.
namun farida segera menangkap
arah pembicaraan sahabatnya.
Dan farida pun tercengang .
"Begitu cepat"!"
Sekali lagi, farida dibuat
tercengang, saat ia lihat jessica
menggelengkan kepala, dengan
semangat yang patah. Kembali
teringat bahwa sampai detik ini
jessica tidak juga menemukan apa
yang sebetulnya sudah ia
peroleh dari pengakuan
suaminya itu.
Wajah jessica pun berubah murung.
"Sayangnya, ia mengakuinya
selagi ia dalam keadaan mabuk
berat!" jessica mengakui seraya
menyandar lesu di kursinya.
"Begitu ia normal kembali, aku
tak mungkin mendesaknya. Ia
toh dengan mudah dapat saja
membantah. Namanya juga
ucapan orang mabuk!"
"Percayakan saja pada detektif
kita, jessica ," bujuk farida . "namun ,
bagaimana terjadinya?"
jessica menceritakan apa yang
terjadi.
Lamanya belum seberapa. farida
sudah melelehkan air mata,
sebab terus-menerus tertawa.
"jadi, suamimu menyangka
bahwa yang bertambah panjang
itu.... "
farida semakin tergelak."
SEPERTI pencuri, pada malam
harinya chucky berulang-ulang
mengintip dari kamar kerjanya.
Sesudah ia yakin martini masih
duduk menikmati siaran televisi
kabel di ruang keluarga, yakin
pula jessica sedang melakukan
latihan dngan menjelang tidur,
barulah chucky menyelinap ke
koridor.
Ia membuka pintu kamar martini .
Lalu masuk ke dalam. Sesudah
pintu ia tutupkan kembali, chucky
pun sibuk berbenah di atas
tempat tidur martini . Ia keluarkan
isi bungkusan yang ia bawa dari
kamar kerjanya, lalu
membeber-beberkannya di
tempat tidur martini yang sudah ia
rapikan tadi.
chucky lalu berlutut.
Menghadap ke meja kecil dekat
kepala tempat tidur. Ada dua
foto yang diberi bingkai
sederhana. Foto martini , dan
satunya lagi foto sesosok bayi
gemuk sehat sedang mengisap
dot.
"Maaf. Aku akan bicara empat
mata dengan Ibumu!" dengus
chucky . lantas ia balikkan foto si
bayi menghadap tembok.
martini tidak memprotes. Ia tetap
saja tersenyum, di foto satunya
lagi.
Dan chucky pun berbicara dengan
khidmat, "Nah, Kekasihku. Kali
ini kau tidak ada alasan lagi.
Jika kau takut dicurigai istriku,
ngeri pula memakainya saat
kau pergi belanja ke pasar,
maka pakailah pemberianku
yang ini saat kau berangkat
tidur!"
Foto martini digeser sedikit agar
mengarah ke tempat tidur. Di
situ tampaklah seuntai kalung
yang tadi diletakkan chucky
melingkar di leher sehelai gaun.
namun , entah ia sadar entah
tidak , yang dibeberkan chucky di
tempat tidur itu bukanlah sehelai
gaun tidur. Melainkan gaun
pesta!
Foto martini digeser lagi
menghadap dirinya. "Cantik,
bukan?"
martini tersenyum. Manis sekali.
"Kau lihat bukan, Sayangku"
Aku sangat memperhatikanmu.
Aku juga akan membelikanmu
sepasang anting. Dan
seperangkat kosmetik!" chucky
berjanji. "Kau akan tampil lebih
hebat ketimbang jessica . Yang
semakin tambah umur, semakin
tampak mengerikan itu ...!"
chucky diam sebentar. Garuk
garuk kepala, baru meneruskan,
"Apapun yang kau minta akan
kuberi, martini . namun , tolonglah
jangan yang satu itu! Kau tidak
tahu bagaimana anakku aidit ..."
chucky membasahi
bibirnya yang kering dengan
ljessica hnya. "aidit sama galak
dengan ibunya. Jika aku
menceraikan jessica ... bisa bisa aku
mereka keroyok"
Membayangkan itu saja, chucky
sudah takut.
Takut-takut pula ia pergi ke
pintu. Dibuka sedikit, mengintip
ke luar. Masih aman. Pintu ia
rapatkan lagi1 terus kembali
berlutut menghadap martini yang
masih menunggu dengan
tersenyum.
"Aku pun sudah berpikir-pikir
akan mengontrak sebuah rumah,
martini . Di sana kau akan
kusimpan... eh, maksudku, di
sana kau akan tinggal. Dan kita
akan menikah diam-diam...!"
Belum habis chucky berbicara, di
luar sana sudah terdengar suara
menyentak, "martini !"
Lalu sahutan terkejut, "Saya,
Nyah..."
chucky terlompat bangkit. Lalu
menghambur ke pintu dengan
wajah pucat pasi. Ia sudah akan
minggat, saat teringat sesuatu.
Cepat cepat ia kembali lagi ke
dalam kamar tidur martini . Ia
balikkan foto si bayi ke posisi
semula, terus menyelinap pergi.
"Antar minumanku ke kamar,
martini !" terdengar lagi suara jessica .
"Baik Nyah."
chucky menyandari tembok di
sebelah pintu tembus rumah
induk. Menunggu dengan
jantung berdebar.
Sesudah yakin segala sesuatunya
berjalan aman, chucky pun
menyelinap masuk ke kamar
kerjanya.
Pagi harinya chucky bangun
dengan gembira.
chucky pergi jogging sebentar. Ia
atur tempo agar tidak
terbatuk-batuk seperti
sebelumnya. Pulang ke rumah,
ia berpapasan dengan martini yang
baru keluar dari dapur. Mereka
saling tertegun. Saling menukar
tatap.
"Hai.... !" chucky menyapa lembut
lalu menunggu.
Bibir ranum martini menggerimit
tersenyum. namun matanya
menggurat sedih. Pelayan itu
menggeleng-geleng, sudah akan
mengutarakan sesuatu saat
pintu kamar tidur utama terbuka
dari dalam. martini cepat kembali
ke dapur. chucky menyambar
cangkir kopi di meja makan,
mengangguk pada istrinya yang
pas baru keluar dari kamar, lalu
masuk ke ruang kerjanya
sendiri. Sambil pintu langsung
ditutupkan dari dalam. Duduk di
sofa meneguk kopi. chucky
lalu tersenyum bahagia.
"martini ku menerima!" bisiknya,
sukacita.
Di dapur, martini terus sibuk.
Sekali, ia menyeka pipi. Pipi
yang tanpa dapat ditahan, sudah
dilelehi air matanya."
saat meninggalkan rumah,
esok paginya chucky tidak tahu
kalau mobilnya ditempel ketat
oleh sebuah mobil lain. Maklum
nempelnya tidak begitu kentara.
chucky siap mengantar dengan
semangat tinggi. Sebelum
masuk, ia menyuruh fredy krueger
mencairkan selembar cek ke
bank.
Siang harinya, pada jam
istirahat, chucky makan sendirian
di sebuah restoran. Kenyang
makan, ia sulut sebatang rokok
dengan perasaan nikmat. Lalu
dengan rokok tetap menempel di
bibir, ia meninggalkan restoran.
Berjalan kaki menuju sebuah
supermarket. saat akan masuk
ke dalam ia menjatuhkan
sesuatu ke trotoar,
menginjaknya, baru sesudah itu
masuk ke dalam supermarket.
Seorang wanita lesbian remaja putri
berparas rupawan, melirik
sekilas ke arah chucky menghilang,
lalu membungkuk untuk
memungut apa yang tadi
dijatuhkan chucky . Begitu si wanita lesbian
tegak kembali, sebuah tangan
yang kokoh sudah
mencengkeram lengannya. Si ga
dis terkejut dan sesaat
mengatupkan telapak tangannya.
Terdengar-lah suara berat dan
dalam, "Boleh kulihat apa yang
ia jatuhkan, anak manis?"
Remaja putri itu menatap
curiga. "Bapak ini polisi ya?"
Tak ada sahutan.
wanita lesbian itu pun berkata penuh
semangat, "Tangkaplah Om
yang barusan masuk ke dalam
itu. Dia bukan warga kota yang
baik!"
"Kenapa?"
"sebab ia membuang ini
sembarangan..." si wanita lesbian
membuka telapak tangannya. Di
situ, tampaklah puntung rokok
yang sudah gepeng bekas diinjak
.
Tangan kokoh yang tadi
mencengkeram, pelanpelan
merenggang lalu menjauh. Si
wanita lesbian melangkah ke sebuah tong
sampah dan membuang puntung
rokok itu dengan wajah ketus.
Sesudah itu, meneruskan
perjalanannya sendiri. Dengan
sikap acuh tak acuh.
jessica , juga makan siang di sebuah
restoran. Dengan farida tentu.
farida bergumam tidak mengerti,
"Heran. Kau bilang suamimu
sudah mengaku. namun kau tetap
tidak mengetahui siapa
wanita lesbian itu!"
jessica menjawab lesu, "Seperti
kubilang tadi chucky
mengatakannya selagi ia
mabuk."l"
"Lalu. Mengapa tidak terus kau
desak?"
jessica menggelengkan kepala.
"Orang mabuk suka ngomong
aneh-aneh. Kata-katanya, tak
dapat dipegang,"
"Sesudah ia normal kembali?"
"Sama saja. Dengan mudah chucky
akan membantah keras. Maka,
daripada bersitegang urat leher,
aku memilih lebih baik diam."
"Pilihan yang bijaksana, jessica ."
farida akhirnya menyatakan
persetujuan disusul dorongan
bersemangat, "Semuanya akan
beres. Percayakan sajalah Dada
detektif kita. Oke?"
DAN waktu, terus saja berlalu.
Berlalu meninggalkan siapa saja
yang kerjanya cuma
berleha-leha. Atau, siapa saja
yang ingin berbuat sesuatu,
namun ragu ragu, lebih-lebih lagi
jika tidak tahu dari mana ia
harus memulai.
chucky bukanlah jenis orang
sejenis itu. Sebagian dari
hidupnya dihabiskan chucky
bersama buku. Dan buku
senantiasa mengajarinya agar
tidak terus bertanya-tanya,
namun segeralah buka lembaran
berikut.
Di lembar hari pertama, ia
temukan martini yang sibuk
mengerjakan segala sesuatu di
rumah. Atau jika tidak sedang
bekerja, ia mengunci diri. Di
lembar hari berikutnya, chucky
sengaja berlambat-lambat
meninggalkan rumah. Dan
begitu istrinya berangkat ke
kantor, chucky langsung
memanfaatkan waktunya pada
kesempatan pertama.
martini yang tengah memberesi
meja makan, ia peluk dari
belakang.
Mestinya lebih dahulu chucky
memberitahu lewat kata kata,
paling sedikit berdehem
dehemlah. namun sebab ia
sadar martini bermaksud
menghindar, chucky langsung
main terkam. Tentu saja martini
terperanjat alang kepalang.
Piring gelas yang barusan
diangkatnya dari meja,
terlempar dan pecah
berhamburan di lantai.
"Astaga! Apa yang Tuan
lakukan?" martini mengomel seraya
memberesi lantai, sementara
chucky terpaksa hanya bisa
garuk-garuk kepala.
chucky menunggu dengan sabar,
sampai segala sesuatunya sudah
rapi kembali. Pecahan-pecahan
piring gelas pun sudah lenyap di
tempat pembuangan sampah.
martini tampaknya tidak punya
alasan lagi untuk menghindar
dan chucky sudah siap
melancarkan serangan kedua,
manakala dari depan rumah
terdengar bunyi klakson mobil.
chucky jengkel setengah mati.
Siapa pun tamu tidak diundang
itu, harus diusirnya jauh jauh.
jika perlu, sampai ke neraka pun
jadi.
chucky lantas bergegas ke luar
rumah. Siap untuk melemparkan
sekeranjang sumpah serapah,
saat ia mengenali mobil
yang pintunya sudah dibuka dan
dari dalamnya turunlah jessica .
sebab mereka ber
bentrokan di pintu masuk, mau
tidak mau perang dingin
terpaksa harus ditunda dahulu .
jessica tersenyum berbasa-basi,
lalu terheranheran melihat
wajah suaminya yang susah
ditebak apakah sedang marah
atau sedang putus asa. namun
apa pula pedulinya" Maka
sambil menyelinap masuk
sesudah sang suami memberi
jalan, jessica pun berbicara
seperlunya, "Buku cekku
tertinggal!"
saat jessica keluar dari kamar,
chucky sudah angkat kaki dari
rumah.
Namun saat lembaran hari
berikutnya dibuka oleh chucky , ia
membaca situasinya lebih
berhati-hati. Menjelang tengah
hari, dari kantor pribadinya ia
menghubungi nomor telepon
kantor jessica . Pegawai yang
menerima menanyakan siapa
yang menelepon. Dan begitu
chucky memberitahu. pegawai itu
menghilang sebentar dari
telepon. Waktu ia kembali lagi,
dengan nada menyesal si
pegawai memberitahu bahwa
majikannya sedang sibuk dan
tak bisa diganggu.
jessica sedang sibuk, memang itulah
yang diharapkan oleh chucky .
namun harus jelas, berapa lama
kesibukan itu akan menyita
waktunya. Maka chucky pun minta
dihubungkan dengan farida .
"...Pegawai itu tidak berdusta,
Bang chucky ." farida menjelaskan
dengan nada bersahabat.
"Istrimu
memang lagi sibuk berat. namun
jika Abang mau meningggalkan
pesan.?"
"Apakah pegawaimu tadi tidak
memberitahu bahwa aku
bermaksud mengajak jessica makan
siang?" potong chucky , mengatur
permainannya dengan baik.
farida tertawa lunak, sebelum
menjelaskan dengan suara
menghibur, "Harap Abang tidak
kecewa. Istrimu bilang, dia
berterima kasih untuk ajakan
makan siang, yang katanya
sedikit mengherankan!" farida
tertawa lagi, masih tetap lunak,
sebagai isyarat bahwa ia tahu
ada sesuatu namun itu bukanlah
urusannya.
"Sibuk apa sih dia?"
"Ada seorang klien, eh,
persisnya mantan klien sebab
baru saja meninggal dua hari
lalu. Ia meninggalkan tidak saja
harta berlimpah-limpah. namun
juga anak yang berceceran di
sana-sini. Masingmasing merasa
punya hak, walau belum jelas
sah atau tidak nya.
Penasihat-penasihat hukum
mereka saat ini tengah
mempelajari sejumlah akta yang
tersimpan dalam arsip kami.
Memusingkan memang, Bang
chucky . namun jessica tidak ingin
mengecewakan mereka. Dan
tampaknya waktunya akan
tersita selama beberapa jam
lagi. Apakah penjelasan saya ini
cukup, Bang chucky ?"
"untuk ditulis dalam sebuah
buku, lebih dari cukup" jawab
chucky , disusul keluh kesah
kecewa, sebelum telepon ia
letakkan. namun begitu telepon
sudah tersimpan aman, keluh
kesahnya pun berubah sesaat
jadi siulan riang gembira.
Beberapa jam, kata farida .
Cukup banyak waktu, namun chucky
tak mau melepaskan sia sia
walau hanya sedetik saja.
Bukankah perjalanan hidup
bahkan pikiran seseorang, dapat
saja berubah dalam hitungan
detik"
kebetulan ada tugas untuk fredy krueger
di kantor.
Maka dengan gembira, chucky
mengemudikan sendiri mobilnya
dan terbang pulang ke rumah.
Seujung rambut pun ia tidak
tahu bahwa ada sebuah mobil
lain ikut-ikutan terbang
mengikuti dari belakang.
Yah, andai pun chucky tahu, apa
pula yang harus dicemaskan"
Mobil itu toh berhenti cukup
jauh dari rumahnya, sebab
aturannya adalah ikuti semenjak
meninggalkan pintu gerbang,
sampai kembali ke tempat yang
sama. Sesudah memasuki pintu
gerbang, bukan lagi urusan
orang yang duduk di belakang
kemudi mobil yang mengawasi
dan menunggu dengan setia itu.
Senyum memekar di bibir chucky ,
saat pintu dibukakan oleh martini .
chucky sudah siap untuk mengu
capkan, "Halo, Kekasihku!"
saat ia djessica hului oleh dering
telepon di dalam rumah .
jangan-jangan, jessica !
Harap harap cemas, chucky
menunggu martini yang ia biarkan
mengangkat dan berbicara di
telepon, namun gagang telepon
tidak langsung disimpan martini .
Tetap memegang gagang
telepon, pelayannya yang
berpenampilan menggoda itu
berpaling pada chucky . Lalu
memberitahu diiringi senyuman
manis. "Tuan muda aidit .
langsung dari Amerika....!"
Hari hari yang menyakitkan!
chucky rindu dan cinta aidit , itu
sudah pasti. Pembicaraan
dengan aidit pun ringkas saia.
aidit hanya sekadar memberitahu
ia seperti juga ayahnya, tidak
kuat menahan rindu. Bahwa
beberapa hari belakangan ini ia
merasa tidak enak, lalu bertanya
apakah semua orang di rumah
baik-baik saja.
Itu saja yang ingin dipastikan
aidit . Agar ia dapat belajar
dengan tenteram, katanya.
Lantas lalu mengakhiri,
"Barangkali, Papah, aku hanya
terpengaruh musim dingin yang
kelewat panjang. jangan lupa
peluk ciumku untuk Mamah!"
Sungguh, hari yang
menyakitkan. sebab , perasaan
tak enak aidit bukanlah tanpa
sebab. chucky menyadari betul hal
itu. Ia diliputi perasaan
bersalah.
"Untuk ditulis dalam sebuah
buku, lebih dari cukup!" jawab
chucky , disusul keluh kesah
kecewa, sebelum telepon ia
letakkan. namun begitu telepon
sudah tersimpan aman, keluh
kesahnya pun berubah sesaat
jadi siulan riang gembira.
Beberapa jam, kata farida .
Cukup banyak waktu, namun chucky
tak mau melepaskan sia sia
walau hanya sedetik saja.
Bukankah perjalanan hidup
bahkan pikiran seseorang, dapat
saja berubah dalam hitungan
detik"
kebetulan ada tugas untuk fredy krueger
di kantor.
Maka dengan gembira, chucky
mengemudikan sendiri mobilnya
dan terbang pulang ke rumah.
Seujung rambut pun ia tidak
tahu bahwa ada sebuah mobil
lain ikubikutan terbang
mengikuti dari belakang.
Yah, andai pun chucky tahu, apa
pula yang harus dicemaskan"
Mobil itu toh berhenti cukup
jauh dari rumahnya, sebab
aturannya adalah ikuti semenjak
meninggalkan pintu gerbang,
sampai kembali ke tempat yang
sama. Sesudah memasuki pintu
gerbang, bukan lagi urusan
orang yang duduk di belakang
kemudi mobil jang mcngau asi
dan menunggu dengan setia itu.
Senyum memekar di bibir chucky ,
saat pintu dibukakan oleh martini .
chucky sudah siap untuk
mengucapkan. "Halo,
Kekasihku!" saat ia djessica hului
oleh dering telepon di dalam
rumah.
jangan-jangan, jessica !
Harap harap cemas, chucky
menunggu martini yang ia biarkan
mengangkat dan berbicara di
telepon, namun gagang telepon
tidak langsung disimpan martini .
Tetap memegang gagang
telepon, pelayannya yang
berpenampilan menggoda itu
berpaling pada chucky . Lalu
memberitahu diiringi senyuman
manis. "Tuan muda aidit .
Langsung dari Amerika....!"
Hari hari yang menyakitkan!
chucky rindu dan cinta aidit , itu
sudah pasti. Pembicaraan
dengan aidit pun ringkas saja.
aidit hanya sekadar memberitahu
ia seperti juga ayahnya, tidak
kuat menahan rindu. Bahwa
beberapa hari belakangan ini ia
merasa tidak enak, lalu bertanya
apakah semua orang di rumah
baik-baik saja.
Itu saja yang ingin dipastikan
aidit . Agar ia dapat belajar
dengan tenteram, katanya.
lantas lalu mengakhiri,
"Barangkali. Papah, aku hanya
terpengaruh musim dingin yang
kelewat panjang jangan lupa
peluk ciumku untuk Mamah!"
Sungguh, hari yang
menyakitkan. sebab , perasaan
tak enak aidit bukanlah tanpa
sebab. chucky menyadari betul hal
itu. Ia diliputi perasaan
bersalah.
Dan saat ia memutuskan
kembali lagi ke kantor,
jangankan mengajak martini ke
tempat tidur. Untuk ngomong
saja pun, chucky sudah tidak
bernafsu.
Segi positifnya memang ada.
Telepon dari aidit dan kirim
salam untuk ibunya, sedikit
meredakan suasana.
Pulang kantor, chucky dan jessica
tidak lagi sekadar berbasa-basi,
saat pembicaraan sudah
menyangkut tentang anak
mereka. Bahkan jessica sempat
minta maaf sebab tak dapat
memenuhi undangan makan
siang suaminya. chucky yang sama
sekali sudah melupakan ajakan
makan siang itu, mau tidak mau
tertawa jadinya.
Tertawa pahit, tentu saja.
Alih alihnya, urusan kantor
masuk juga dalam pembicaraan.
Seperlunya saja memang, namun
yang seperlunya itu sudah
mengingatkan mereka kembali
pada kenyataan hidup yang
harus mereka hadapi. Dengan
cara, dan jalan pikiran
masing-masing. Dan sadar atau
tidak , diam-diam mereka
kembali menjaga jarak.
Seperti malam sebelumnya.
Mereka tidur di ranjang yang
sama, itu benar. Diam-diam,
mereka juga menginginkan hal
yang sama. jessica , sebab
dorongan hasrat kewanitaan.
chucky .
sebab hilang kesempatan untuk
mendapatkannya dari martini .
namun baik jessica maupun chucky ,
sama menahan diri. Sama
menunggu, agar yang lain
memulai lebih dahulu .
Akibatnya, mereka berdua
kelewat kesal menunggu lantas
akhirnya sama tertidur.
Punggung memunggungi!
Malam pun lewat, dan toh,
kurang ajarnya, tetap lewat
dengan sia-sia. Itu, menyangkut
kebutuhan rohani. Namun jika
sudah menyangkut kebutuhan
badani, lain halnya. Orang
harus hidup. walau dengan
musuh besarnya sekalipun.
Begitu pula chucky dan jessica .
Mereka tetap makan pagi
bersama, walau satu sama lain
tak berbicara. Tanpa
mengetahui bahwa martini yang
mengawasi dari dapur
diam-diam menyadari bahwa
dirinyalah yang menjadi sumber
penyakit.
Diam-diam martini meneteskan air
mata. Mendadak pula, terbit
kerinduan pada anak dan
orangtuanya di kampung.
Kerinduan itu membuat kedua
belah pipi martini semakin basah
saja.
Dan, waktu masih terus berlalu.
Yang terlewat ialah, ada
waktu-waktu senggang yang
terkadang justru menjemukan.
Dan ada waktu waktu sibuk yang
malah menerbitkan
kegembiraan.
chucky pun dihadapkan pada
hari-hari sibuk yang
menggembirakan itu. Kantor
konsultan chucky bersama dua
rekan sejawatnya, dipercaya
oleh seorang rekanan untuk
melaksanakan sendiri negosiasi
dengan sebuah perusahaan lain.
Untuk itu diperlukan
keikutdan an kantor notaris.
Dan seperti acapkali terjadi,
yang ditunjuk adalah kantor
notaris jess S.H.
namun jessica tak bersedia hadir.
Tugasnya ia delegasikan pada
orang kepercayaannya. "Bu jessica
sedang sibuk menangani
transaksi yang tak mungkin
ditangani orang lain," wakilnya
menjelaskan. Lazim-lazim saja,
dan selama ini toh segala
sesuatunya pun beres-beres saja.
Rekan-rekan sejawatnya pun
tidak bertanya apa-apa.
Dan chucky terbebas dari
keharusan menjelaskan bahwa
jessica tak bersedia hadir sebab
tidak ingin duduk satu meja
dengan suaminya!
sebab ada permintaan agar
urusan negosiasi itu diselesaikan
sesegera mungkin, terpaksalah
mereka mengabaikan waktu
istirahat bahkan waktu untuk
tidur. Malam berikutnya, giliran
chucky kerja lembur. Mengingat
situasi di rumah kurang
menguntungkan, maka chucky
memilih berkurung sepanjang
malam di kantonya. Ditemani
sekretarisnya, dan salah seorang
staf. Sekitar pukul sepuluh pagi
esoknya, chucky selesai
menyusun deskripsi yang
diperlukan pihak-pihak
berkepentingan. Yang salah satu
tembusannya nanti akan
dikirimkan ke Departemen
Kehakiman.
chucky menarik nafas lega.
"Aku mau pulang ke rumah.
Tidur barang satu dua jam,"
katanya lelah pada
sekretarisnya. "Kuharap, tidak
ada yang masih terlupakan,
Magda!"
Meski matanya memperlihatkan
kantuk, Magdalena toh masih
sanggup mengulas senyuman
manis. "Tak satu pun. Pak
chucky ul, kecuali pesan Bapak
kemarin dahulu . . .."
"Apa ya?" chucky mengingat ingat.
"Agar bila semua urusan ini
selesai, saya harus
mengingatkan Bapak!"
"Tentang?"
"Hadiah untuk istri Bapak di
rumah!"
Mendengar kata "istri" itu, chucky
terpaksa menahan senyum.
Maka, dalam perjalanan pulang
ke rumah chucky pun
menyempatkan diri singgah ke
toko permata. Kosmetik yang
sebelumnya ia beli di pasar
sualayan, sudah ia selundupkan
dengan selamat ke kamar tidur
martini . Hari ini, ia memilih giwang
berlian yang ia niatkan akan
diserahkan langsung ke tangan
martini .
Ia harus berbicara dengan
pelayannya yang cantik lagi sexy
itu. jika mungkin, chucky teramat
sangat ingin mendapatkan
sesuatu sebagai imbalan jerih
payahnya
Sesuatu yang sebagai seorang
wanita lesbian , tentunya dipahami
betul oleh martini !"
tampaknya, ada harapan!
saat ia tiba di rumah, chucky
segera mengetahui bahwa jessica
baru saja berangkat ke kantor
dan martini hanya sendiri di rumah.
chucky lalu menemui supirnya
yang masuk ke dapur untuk
membuat segelas kopi bagi
dirinya sendiri.
"fredy krueger . Kau giliran ronda lagi
semalam suntuk tadi bukan?"
"Benar, Tuan." sahut fredy krueger
dengan mata merah dan masih
setengah mengantuk.
"Nah. Pulanglah ke rumah. Dan
tidur yang nyenyak!"
"Sekarang, Tuan?" desah fredy krueger ,
gembira.
"Sekarang juga!"
"Terima kasih, Tuan!" ujar fredy krueger
gembira seraya berjalan ke luar
rumah, menuju sepeda motor
tuanya. Di pintu depan, ia
ditahan chucky yang menjejalkan
beberapa lembar uang kertas
lima puluh ribuan ke tangan
kerempeng fredy krueger .
"Untuk nonton nanti malam.
Dengan pacar
?"Terima kasih, Tuan. Terima
kasih. Beribu-ribu terima kasih."
fredy krueger sampai
terbungkuk-bungkuk saat
menyatakan perasaan suka
citanya. Dalam sekejap, ia
sudah lenyap bersama sepeda
motornya.
chucky menutup pintu.
Bersiul-siul kecil. ia masuk ke
kamar tidur utama. Dasi dilepas.
juga kemeja, yang lalu ia
ganti dengan baju rumah. Lalu
pergi ke kamar mandi. Gosok
gigi, membasuh muka,
mengeringkan dengan handuk,
lalu kembali ke kamar tidur.
Untuk menyisir rambut. Dan
menyemprotkan wangi wangian
ke sekujur tubuh. sambil
bersiul-siul gembira, tak peduli
nadanya sumbang.
Dan, waktu untuk bermesraan
pun tibalah!
chucky berjalan gembira menuju
kamar mandi di koridor
belakang. Dengan berjingkat
tanpa suara, diam-diam ia
menyelinap masuk. martini yang
tengah asyik mencuci keset-keset
kotor, dirangkulnya dari
belakang. Tengkuk telanjangnya
dicium.
martini tentu saja terperanjat
setengah mati.
sambil meronta melepaskan
diri. martini memekik-mekik
ketakutan. "Tolong. Ada hantu?"
chucky membalikkan tubuh martini .
"Bukan hantu. Melainkan ini. .
..!"
Dikeluarkan chucky kotak
perhiasan dari kantong
celananya, terus dibuka dan
isinya dipampangkan di depan
mata si pelayan. Membuat martini
yang tadinya terbelalak, kian
terbelalak saja.
"Suka?" tanya chucky bernafsu.
Ketegangan martini mengendur.
"Aduh. Tuan. Apa yang ...."
"Ayo. Kita ke kamarmu," potong
chucky , tak tahan.
"Cucian saya belum selesai.
Tuan. ?"
"Nantilah itu. Aku sudah tak
kuat, nih!" chucky mencoba
mencium bibir martini , yang
dengan halus mengelak.
"Tuan. Ini. . . tidak baik!"
bisiknya, terengah.
chucky tersenyum. "Alasan itu
lagi! Payah amat sih"!"
"Tuan pun payah," balas martini ,
kalem. "sebab saya tahu, Tuan
tidak akan pernah berani. . .. "
"Berani apa?"
"Menceraikan istri Tuan"
Kegembiraan chucky melenyap.
chucky menggeram, "Apakah itu
merupakan syarat mutlak,
martini "!"
"Maaf. Tuan. Yang pasti, saya
tak pernah bercitacita dijadikan
istri muda. Itulah yang Tuan
inginkan, bukan?"
Tembakan yang jitu. Dan tepat
mengenai sasaran.
chucky pun terkulai.
Dering telepon menyelamatkan
chucky dari perasaan malu.
Dengan tertatih maka ia
tinggalkan kamar mandi dan
pergi ke rumah induk. Gagang
telepon diangkat tanpa gairah.
Suara lain lebih tidak bergairah
lagi, ?" Halo!"
Ada suara laki-laki menanyakan
sesuatu.
Wajah chucky yang luruh, sesaat
berubah marah.
"Kau salah sambung, Bung!" ia
menggerutu. Telunjuk tangan
kirinya sesaat menekan tombol
di bak telepon, untuk
memutuskan hubungan Gagang
telepon di tangan lain, diamat
amati dengan jengkel. "Bangsat.
Mengganggu saja!"
Dengan jengkel pula gagang
telepon dihentakkan dengan
keras ke tempatnya.
Lupa, telunjuk jari kirinya masih
ada di sana.
chucky pun berseru kesakitan.
lantas terduduk di kursi. Dengan
wajah sengsara....l]
chucky membuka matanya
perlahan lahan. Dalam sekejap.
ia sudah beradu pandang
dengan sepasang mata yang
lain. Mata yang memandang
sejuk, yang seakan siap
meneduhi siapa saja yang ingin
berlindung dalam naungannya.
Dan di bawah sorot mata sejuk
itu, terulas seulas senyuman
yang tak kurang sejuk.
Senyuman arif seorang psikiater.
"Aku terjepit, Dokter!"
Psikiater itu tidak
mengomentari. Prinsip kerjanya
adalah, biarkan mereka
mengutarakan lepas semua
kandungan hati, dari yang baik
sampai ke yang paling busuk.
Lalu masukkan pendapatmu
pada waktu dan suasana hati
yang tepat..
chucky bangkit dari sofa. Berjalan
ke jendela kantor praktik si
dokter yang berlokasi di lantai
tingkat sekian sebuah gedung
perkantoran. di mana juga ada
sebuah hotel. Di bawah sana,
tampak taman yang atiny .
bunga-bunga segar memekar.
rumput-rumput
hijau. Dan ayunan tangan dan
kaki teramat begitu indahnya, di
kedalaman air sebuah kolam
renang.
Pikiran yang tengah berkecamuk
membuat semua yang indah di
bawah sana tak terperhatikan
oleh chucky . Berkeluh kesah
sebentar, ia lalu
melanjutkan.
"Aku bisa saja membohongi
istriku. Dokter 'kan tahu. Jika
ingin rumah tanggamu selamat,
janganlah terlalu sering
mengatakan kebenaran pada
istrimu. sebab seorang istri,
ada kalanya lebih menyukai
kebohongan dari suaminya. . ..!"
"Hem. Itu tergantung pada
banyak hal, Tuan chucky ," desah si
psikiater, lembut.
chucky angkat bahu Tak tertarik.
"Dengan istri kita, ya. namun
tidak dengan seorang kekasih,"
ia kembali mengeluh. "Begitu ia
tahu kau berbohong padanya,
sesaat itu pula ia akan
mengucapkan selamat tinggal.
Bye-bye. Lupakan semuanya dan
silakan kentut sepuas-puasmu!"
Ungkapan kasar. memang.
Dan sang psikiater hanya bisa
menanggapi dengan senyuman
tanpa kata.
chucky memutar tubuh,
menghadap ke psikiaternya yang
duduk tenang tenang di
kursinya.
"namun , mana mungkin aku
mengatakan yang sebenarnya
pada martini , dokter" Menceraikan
jessica sih, mungkin dan boleh
boleh saja. Lantas bagaimana
dengan aidit ?" Pandangan mata
chucky menerawang jauh dan
kosong, waktu pertanyaan itu
lalu ia jawab sendiri.
"Masa depan anakku
satu-satunya itu akan
berantakan! Dan aidit akan
habis, sekali ia tahu siapa
wanita lesbian yang kunikahi.
Seorang ba... Aah, sudahlah!"
chucky kembali ke sofa empuknya.
Duduk setengah rebah, dengan
kelopak mata terpejam. Sakit.
"Anda masih dapat memperbaiki
keadaan," dokter mengusulkan.
"Saya maksudkan, dengan istri
Anda."
"jessica ?" chucky menyeringai.
Masam. "jessica akan makin
semena-mena. Ia akan semakin
keranjingan mengunci pintu
kamar tidur. Berpuas diri
mengetahui aku terpaksa
meringkuk kedinginan tak bisa
nyenyak di kamar kerjaku yang
sumpek itu!"
"Bukankah masih ada kamar
tidur lainnya?"
"Kamar tidur aidit tak boleh
kami usik. .. Memang ada dua
kamar lain di paviliun. namun
apa bedanya. Dokter?"
"Sesekali, cobalah tidur di
kamar sebuah hotel...."
"Itu sebuah penghamburan!"
"Apakah membelikan
hadiah-hadiah pada seorang
wanita yang tak berani memakai
hadiah itu bukan sebuah
penghamburan, Tuan chucky ul?" si
dokter muda mulai membidik ke
sasaran.
Bidikannya benar. Sasarannya
yang salah.
Dengan cepat chucky sudah
menemukan jawaban yang pas.
"Semua itu kuberikan dengan
hati yang ikhlas. Hati yang
diselimuti oleh kasih sayang dan
cinta yang tulus. . ..!"
chucky berhenti sebentar. Ia
menatap lurus ke wajah dokter
muda di seberang meja, lantas
berujar datar, "tidak seperti
saat tiap kali aku
menandatangani cek untuk
membayar honorariummu,
Dokter. Mungkin itulah yang
lebih tepat dinamakan sebagai
penghamburan!"
Mau tidak mau, dokter muda itu
terpaksa nyengir.
Ia kalah set.
Lain halnya dengan
cengar-cengir jessica , saat orang
misterius itu melangkah masuk
ke kantor pribadinya,
mengambil sebuah kursi dan
meletakkan tas kerjanya yang
besar, di pangkuan.
"Siap untuk melapor, Bu jessica ."
ujar si laki-laki , dengan suaranya
yang khas. Suara yang amat
berat, amat dalam.
sebab orang itu belum juga
membuka tasnya, jessica segera
memaklumi. la ambil buku cek,
menulis lalu menandatangani,
lalu menyerahkan cek itu
kepada tamunya.
Ditambah sebuah penjelasan
pendek, "Jumlah yang tertulis
sudah termasuk uang muka
Anda untuk minggu depan"
Lebih dahulu orang itu
mengantongi upah jerih
payahnya, baru sesudah nya tas
besarnya ia buka dengan santun.
la keluarkan sebuah bundel
dengan tebal sekitar lima puluh
halaman. Kertas-kertas folio
yang diketik dan dibundel rapi.
Dengan bernafsu jessica
menyambar bundelan itu.
"Semuanya ada di sini?" Hasil
penyelidikan Anda selama satu
minggu?"
Orang misterius itu menjawab
tenang, "Itu laporan hari
pertama, Bu jessica ."
Lalu tenang-tenang pula ia
keluarkan bundelbundel lainnya.
Diletakkan satu per satu di atas
meja, seraya menambahkan
hari-hari laporan secara lisan.
Semuanya ada tujuh bundel,
termasuk yang sudah dipegang
jess . Tak pelak lagi,
sepasang mata jessica terpentang
lebar. Beberapa saat, nafasnya
sesak.
Lalu, dengan terengah-engah ia
nyeletuk, "Ini. . . akan
menghabiskan waktu untuk
membacanya... paling tidak "
satu bulan!"
"Sesuai dengan instruksi Anda,
Bu jessica ," orang itu membela diri,
"Tertulis lengkap hasil
penyelidikan kami setiap jam,
menit, bahkan ke detik detiknya.
Kami telusuri semua gerak-gerik
suami Anda, semenjak
meninggalkan pekarangan
rumah. Ke mana ia pergi, untuk
apa, dengan siapa ia bertemu.
Dirinci juga dalam laporan
kami, apa saja yang ia
bicarakan. Siapa teman
bicaranya, macam apa
hubungan mereka. Dilengkapi
rincian identitas, dan. "
Dan, jessica tersentak.
Tanpa daya.
Orang itu pun bangkit dari
duduknya. "Ada satu hal yang
ingin saya ketahui langsung dari
mulut Anda, Bu jessica .... "
jessica terdongak. Gairahnya
muncul lagi.
"Katakan saja."
"Apakah suami Bu jessica suka
membagi bagikan hadiah untuk
relasi relasinya?"
"Ya, sama denganku sendiri,"
jawab jessica mulai cemas lagi.
"Termasuk hadiah gaun. Dan
kosmetik?"
jessica tercengang.
"Begitu juga pendapat saya.
Mustahil, bukan?" suara orang
itu, kali ini terdengar lebih
riang. "namun , apakah dalam
minggu terakhir ini Bu jessica ada
memperoleh hadiah hadiah cinta
seperti itu dari suami?"
Hampir saja jessica mengangguk,
terdorong gengsi dan nama baik.
namun ia cepat memutuskan
untuk berterus terang. "tidak . .
.!" katanya hampir tak
kedengaran.
"Mulai besok pagi, saya akan
menaruh perhatian khusus
dalam hal ini!" orang itu
menjanjikan. "Saya anjurkan,
kapan saja Bu jessica bersedia,
lebih baik Bu jessica langsung
mengutarakan keinginan yang
sebenarnya. Sehingga, saya pun
tak perlu mengerahkan
sedemikian banyak orang untuk
mengetik laporan. Bu jessica pun. . .
paling banyak hanya menerima
laporan tak akan lebih dan lima
lembar kertas!"
Orang itu lalu berlalu.
Meninggalkan jessica
termangu-mangu. jessica yang
menatap nanar ke gundukan
bundel laporan di atas mejanya.
Makin lama ia menatap,
bundelan itu seakan tambah
menggunduk, sampai akhirnya
kelihatan seperti menggunung.
Dengan jessica sendiri. terhimpit di
bawahnya!"
Lelah dan tampak bertambah
tua beberapa tahun, jessica menoleh
saat mendengar ada bunyi
suara memantul dari arah pintu.
Itu adalah pintu kamar tidurnya.
Yang bernuansa remang
mengarah gelap, sebab lampu
utama tadi sudah dipadamkan
jessica . Sinar lampu baca memang
cukup terang untuk membantu
jessica membaca sambil rebahan
di ranjang. namun sinar yang
memantul ke balik kap lampu
baca itu terlalu gelap untuk
menerangi daun pintu di sana.
Begitu pun, jessica tahu apa yang
memicu suara samar
barusan. Pasti tombol pintu
yang diputar seseorang dari
luar. Usaha yang jelas sia-sia
saja, sebab pintu itu dalam
keadaan terkunci dari sebelah
dalam.
Benar saja. Orang di sebelah
sana pintu terdengar menghela
nafas panjang. Disusul suara
segan-segan, "Apakah kau sudah
siap untuk berangkat, Mah?"
"Siap apa?" jessica membatin,
seraya memandangi kimono
tidur yang membungkus
tubuhnya.
sebab tak ada sahutan, suara
di luar mengingatkan, "Totok
dan peniwise sudah sepakat
membawa istri menghadiri
jamuan makan malam itu Mah."
jessica melengos.
Lalu kembali menekuni kertas
kertas yang tadi ia baca.
Tepatnya bundelan bundelan
laporan sang detektif pribadi,
yang kini susunannya sudah
tidak karu-karuan di tempat
tidur jessica .
chucky akhirnya mengalah. "Tak
apalah kalau Mamah
mengantuk. Aku akan pergi
sendiri. namun jangan salahkan,
jika aku pulang pagi '
"Terserah!" jessica mendengus
Pelan.
Tentu saja tidak terdengar
sampai ke luar pintu.
"Persetan!" di luar pintu, chucky
memaki. Dan juga, tentu saja
berusaha agar tidak sampai
terdengar ke sebelah dalam
pintu.
jessica terus membaca.
Dan chucky pun terus melangkah
pergi untuk mengeluarkan
mobilnya dari garasi. namun ia
sempatkan mengambil kunci
pintu depan. Siapa tahu, ia
pulang dini hari. Pintu garasi ia
buka dengan marah, membuat
suaranya terdengar hingar
bingar di kesunyian malam
sekitarnya.
martini yang baru saia selesai
makan malam di kamar tidurnya
sendiri segera bangkit.
Bagaimana pun, toh ia harus
mengunci garasi dari sebelah
dalam. martini pun bergegas ke
garasi. chucky yang sudah siap
memasuki mobil, tertegun
melihat keberadaan kekasihnya.
Sesuatu melintas di kepala chucky .
Dan ia pun langsung
mengutarakannya.
"Inilah kesempatanmu, martini !"
"Ya. Tuan?" martini memandang
tak mengerti.
"Hadiah hadiah itu. Sekaranglah
waktu yang tepat untuk kau
pakai menghiasi tubuhmu yang
indah.. .."
"Oh. Dan saya akan
mendampingi Tuan dalam
jamuan makan malam yang tadi
sempat Tuan singgung-singgung.
iya "kan?"
"Persis!"
martini meluruskan tegaknya. "Saya
siap untuk mendampingimu
Tuan. Asal Tuan bersedia
meminta izin dari Nyonya!"
Terbadailah chucky .
namun ia sudah terlalu jemu
untuk bertengkar terus dengan
wanita lesbian -wanita lesbian yang
menghuni rumahnya. Maka,
dengan susah payah chucky dapat
juga memaksakan seulas
senyum. Bahkan juga, secercah
harapan.
"martini ?"
"Saya, Tuan"
"Sudah beberapa hari ini kau
mengelak. namun sekali ini. . .
boleh ya" Sekilas pun, tak apa"
"Baiklah." martini akhirnya
menyatakan setuju.
Sementara di kamar tidur jessica
menggelenggeleng keras sebab
baru saja menemukan sesuatu
yang mengherankan di laporan
sang detektif, maka di garasi,
suaminya mencondongkan tubuh
ke depan. Lalu bibir chucky
hinggap di bibir martini . Maunya
memang sekilas
s, namun chucky tak
kuasa menahan untuk mengulum
bibir martini berlama lama
martini lah yang dengan susah
payah terpaksa melepaskan diri.
"Sudah ah, Tuan. Nanti Nyonya
memergoki. . .l"
"Sialan!" jessica memaki di kamar
tidurnya. "Kukira siapa.
wanita lesbian ini 'kan kasir di
kantor suamiku. Sudah hampir
nenek nenek lagi!"
jessica pun melembari laporan
berikutnya.
Di bagian lain rumah, chucky
memundurkan mobil dari garasi.
Dan masih sempat mendengar
suara martini yang diucapkan
dengan suara bergetar,
"Hati-hati di jalan. Tuan. . .!"
lalu garasi serentak
tertutup.
Dan chucky mulai memasuki lalu
lintas yang hiruk pikuk.jamuan makan malam itu
berlangsung di sebuah restoran,
yang juga menyediakan tempat
untuk melantai. Semua biaya
ditanggung oleh dua perusahaan
yang baru saja menyepakati
merger atas bantuan tiga
sekawan konsultan yang sama
sama hadir dalam jamuan itu.
syam kamaruzaman , peniwise , wakil-wakil
perusahaan dimaksud, dan
kebanyakan tamu lainnya sama
membawa istri masing masing
.Ada pula yang membawa pacar.
Dan secara sembunyi-sembunyi,
segelintir lagi menemukan
pasangan sambil lewat yang
memang tersedia, entah atas
inisiatif siapa.
chucky yang muncul sendirian,
tentu saja jadi sasaran olok
olok. Sampai akhirnya ia dengan
terpaksa membela diri. "Lengan
jessica terkilir saat latihan di
rumah. . .."
"Sumpah?" Nyonya peniwise
mendesak.
Kepalang basah. chucky pun
menganggukkan kepala.
Beberapa menit sebelum chucky
terdesak menyatakan sumpah, di
kamar tidur utama rumahnya,
jessica dihinggapi perasaan pusing
yang memumetkan kepala.
Benar, ada beberapa hal yang
menarik dari laporan yang ia
baca. namun kebanyakan hanya
tetek bengek tak bernilai,
ditinjau dari sudut kepentingan
jessica .
Kepala jessica bertambah mumet
saat ia teringat bahwa chucky
sudah berangkat sendirian
menghadiri jamuan makan
malam. Bayangan buruk pun
pelanpelan merasuki pikiran
jessica .
"Jangan jangan, chucky hanya
berpura pura kecewa. Padahal,
sebetulnya ia berSorak
sebab aku menolak ikut" lantas
dengan menari-nari dia pergi
menjemput wanita simpanan
sialannya itu!"
Nah, lu!
Bagaimana sekarang"
Dapat saja jessica menyusul. Dan
okelah, jika ia temukan chucky
tetap sendirian.
lantas, bagaimana jika jessica
temukan chucky tengah melantai,
berpelukan, bahkan berciuman
dengan wanita lesbian terkutuk itu"
jessica dapat mundur teratur. namun
bagaimana dengan harga
dirinya" Aib besar pun akan
menimpa, jika misalnya ia
jambak rambut si wanita lesbian
lalu membanting saingannya itu
ke lantai, sampai kelenger!
jessica pun pusing tujuh keliling.
"Baiknya aku latihan saja ah..
.!" ia memutuskan dengan
bimbang. Kimono tidurnya
dilepas. Hanya dengan beha dan
celana dalam, ia meninggalkan
kamar. Tak lupa mengunci pintu
sekalian. Ada rahasia besar
terserak-serak di tempat tidur,
bukan"
Mulanya, jessica hanya latihan
ringan.
Namun bayangan-bayangan tak
sedap mendorongnya untuk
latihan lebih berat. Dan, persis
saat suaminya dengan
terpaksa mengangkat sumpah,
lantai matras yang dibasahi
keringat jessica menjadi licin dan
sesaat itu juga jessica pun
terpeleset.
Barbel yang tengah
diangkatnya, mujur sempat ia
lemparkan jauh-jauh terdorong
naluri menyelamatkan nyawa.
namun gerakan melempar
membuat jessica tak kuasa
mengatur posisi jatuhnya di
lantai. Siku tangannya tertekuk
menyalahi ketentuan.
Terkilirlah jessica .
Ia mengerang kesakitan,
lalu ribut memanggil
pelayannya.
Sayang, martini yang diliputi
perasaan risau, tengah
menghibur diri dengan
menonton televisi 14 inch di
kamar tidurnya. Panggilan sang
majikan tidak ia dengar. Dan
sebab ia tak muncul-muncul
juga, terpaksalah jessica bangkit
tertatih-tatih. Seraya
memegangi lengannya yang
perih alang kepalang, ia
setengah berlari-lari pergi ke
koridor belakang, ribut
menggaidit r. Begitu pintu kamar
tidur martini terbuka, ia langsung
mengeluarkan perintah setengah
menjerit, "Panggilkan dokter
Faisal!"
Di pusat kota, chucky tersiksa oleh
perasaan jemu. Diam-diam ia
menyingkir. Ia keluarkan
mobilnya dari tempat parkir.
Terus memacunya. Pulang ke
rumah."
apapun yang lalu
terjadi, maka biang keladinya
tak bisa dipungkiri.
Yakni ciuman menggebu, tadi di
garasi. Ciuman itulah yang
terus-menerus mengganggu
pikiran chucky selama menghadiri
jamuan makan malam yang
dilanjutkan dengan acara
melantai itu. Seorang
wanita lesbian cantik lagi sexy
dengan sengaja sudah didorong
syam kamaruzaman untuk menggoda
sahabatnya. Namun di kepala
chucky hanya ada seorang wanita
cantik nan sexy, martini !
"Kuharap saia jessica sudah ngorok
di kamarnya," gumam chucky
bernafsu, setengah berdoa. "Dan
kali ini, tidak ada ampun untuk
martini . Aku sudah tidak tahan lagi.
Kalau perlu ia akan kuperkosa!"
Ada kemungkinan martini akan
menentang .Jeritan martini
membangunkan jessica , dan semua
pun terbuka. 'jessica ngamuk besar,
itu pasti. namun lebih baik
begitu. Daripada terus-terusan
main sembunyi-scmbunyian,
yang tak jelas pula
juntrungannya.
chucky menunggu dengan tak
sabar, sampai petugas di sebuah
pompa bensin selesai mengisi
tangki mobilnya. Nafsu
birahinya sudah sedemikian
merasuk. Bukan hanya ke dalam
jiwa. Bahkan juga ke sekujur
raga. Sesudah membayar, chucky
bertanya di mana letak kamar
kecil. Mobilnya ia parkirkan di
sudut yang bebas, lantas masuk
ke kamar kecil dimaksud. Di
sana matanya merem-melek.
Kencing.
Di rumah, jessica yang sudah tak
tahan menanggung derita,
terbadai di tempat tidur martini .
Tak berapa lama pelayannya itu
berlari-lari maSuk ke dalam.
Memberitahu dengan cemas,
"Aduh. Nyonya. Dokter Faisal
masih mengoperasi pasien di
rumah sakit. . .. !"
jessica pun mengerang. "Punya
obat gosok?"
martini buru-buru mengambil obat
dimaksud. Lalu terheran-heran
ia melihat majikan
wanita lesbian nya, yang duduk di
pinggir tempat tidur dengan
tegak. Sikunya yang terkilir
tampak sudah sangat merah,
mendekati bengkak.
"Aku tak sanggup lagi, martini ."
"Ya. Nyah?"
"Hanya ada satu jalan!" jessica
berkata mantap, meski wajahnya
tetap menyeringai menahan
sakit. "Mudah-mudahan aku
belum lupa caranya. Dan kau,
martini , jangan terlalu gugup. .."
"Apa yang harus saya lakukan,
Nyonya?"
jessica lantas memberi
petunjuk-petunjuk. martini
mendengarkan dengan
sesungguh hati. Ia tidak ada
permusuhan pribadi secara
langsung dengan majikan
wanita lesbian nya, dan urusannya
dengan suami sang majikan itu
merupakan persoalan terpisah.
Maka ia merasa wajib menolong
dengan segala upaya.
"Jangan lupa," jessica kembali
mengingatkan, "Sentakkan
sekaligus. Sekuat kau mampu
...!"
Beberapa saat lalu . jessica
pun terpekik.
Butir-butir peluh seakan
berlompatan dari sekujur
pori-pori di tubuhnya. martini yang
pucat pasi, dengan ketakutan
mengawasi sang majikan
menggerak-gerakkan lengannya
yang terkilir. martini bahkan
hampir semaput saat
pelan-pelan ia lihat jessica
mengangkat muka, menatap
lurus ke matanya.
"...Kau berhasil, martini ." bisik jessica ,
lembut. "Terima kasih."
martini pun jatuh berlutut. Dengan
sekujur tubuh bergemetaran oleh
perasaan bersyukur.
Agak lama, barulah martini mampu
berkata kata, "namun , andai
Nyonya tidak nekad. . .. "
jessica tersenyum "Gosoklah
sekarang"
Dengan hati hati martini
mengoleskan minyak gosok.
Diurutkan lembut di sana sini.
"Urutanmu enak. martini . Belajar
dari' siapa?"
"Nenek saya di kampung,
Nyonya..."
"Mau kau mengurut otot-ototku
lainnya. Aku begitu letih. . .."
"Berbaringlah. Nyonya," sahut
pelayannya dengan senang hati.
jessica menurut, dan tak lama
lalu matanya sudah
terpejam-pejam nikmat
mengarah kantuk yang kian
memberat. Ia bahkan tak
mendengar janji martini untuk
menggiling jahe. Ditambah air
sari jeruk purut, dan sedikit
minyak kelapa. Itulah yang
terbaik untuk menyembuhkan
lengan majikannya. Kalimat
terakhir itu saja yang tertangkap
telinga jessica . Dan jessica
berkomentar malas.
"Sudah sembuh kok, ini "!"
lalu , jessica menguap lebar.
"Apakah Nyonya tidak lebih baik
pindah ke kamar....?"
"Aku malas bangkit, martini .
Mataku... berat sekali...!"
"Kalau begitu, biarlah saya
padamkan lampu."
Sesudah memadamkan lampu dan
dengan segansegan menyelimuti
majikannya dengan selimutnya
sendiri. martini berkata bahwa ia
akan mengeringkan
lantai matras yang sudah
mencelakakan nyonyanya.
Lantas menambahkan malu
malu.
"Boleh saya. . . mengayuh
sepeda itu, Nyonya?"
Tak kuat menahan kantuk, jessica
menyahut lirih, "Mau angkat
barbel juga, silakan!"
Dengan gembira martini menutup
pintu.
jarang sekali ia diperkenankan
mengganggu milik majikannya
yang galak dan terkadang
bersikap meremehkan itu.
Sekaranglah kesempatan martini
berpuas-puas diri. Apalagi ia
memang semenjak tadi susah
benar memincingkan mata
akibat pikiran risau.
Seperti takut ketahuan, martini toh
menutupkan pintu ruang latihan
majikan wanita lesbian nya begitu
matras ia keringkan. Matanya
bergairah memandangi
perlengkapan yang hebat-hebat
di dalam. saat melihat tali
untuk skipping, tcrbayanglah
masa kecilnya" meski hanya
memakai tali tambang. martini pun
tak terbendung untuk mencoba.
Eh, ternyata ia masih bisa.
Ayunan .skipping pun
dipercepat.
Suatu saat, kakinya terkait, dan
martini pun tersungkur ke depan.
Dengan hidung lebih dahulu
mencium matras. Ccngar-cengir
martini bangkit duduk,
mengusap-usap hidungnya.
"Wah. Masih utuh. . .!"
Barulah ia pergi ke sepeda
sport.
Berkayuh, berkayuh, dan terus
berkayuh.
Begitu asyiknya martini mengayuh
sepeda yang langka ia nikmati
itu, sehingga ia tidak menangkap
kilasan cahaya melintas lewat
ventilasi jendela. Kelopak mata
martini terpejam, membayangkan
jalan jalan naik turun di
pegunungan kampung
kelahirannya.
Semua rasanya bagaikan mimpi
indah, saat orangtuanya masih
cukup mampu membelikan martini
sebuah sepeda untuk dipakai ke
sekolah. martini yang masih bocah
sepuluh tahunan, sudah terampil
menggunakannya. Walau
terkadang, ada saat di mana ia
juga tidak tahu harus berbuat
apa jika seAnggota ya tiba tiba saja
bertingkah
Seperti siang hari itu, sepulang
dari sekolahnya di alun alun
desa. martini harus menempuh
perjalanan panjang naik turun
bukit. Itu tidak lah melelahkan
buat bocah seusia martini , apalagi
kalau sudah saling tancap
dengan teman-teman yang juga
punya sepeda. Terik matahari
yang memanggang kepala,
bahkan tak dirasakan lagi.
martini terlambat menahan laju
seAnggota ya saat tiba tiba ia tiba
di sebuah jalan menurun curam.
Di situlah, untuk pertama kali,
rantai seAnggota ya tiba-tiba putus
begitu saja ditambah suara
hingar bingar di balik
bak penutup rantai, sepeda martini
terus saja meluncur. Malah
nyaris tidak terkendali.
Seorang teman sekelas yang
mendahuluinya di depan, dibuat
martini jatuh tunggang langgang.
Lalu seorang tua pejalan kaki,
melihat adanya bahaya
mendatang, dibuat martini terbang
ke luar jalan, mendarat di bekas
kubangan kerbau. Sepeda
dengan martini di atasnya, toh
masih selamat meluncur. Sampai
tibalah di sebuah tanjakan yang
tak kurang curamnya.
martini sudah sempat menarik
nafas lega. martini pun sudah
bersiap-siap untuk turun, saat
tahu tahu seAnggota ya bergerak
lagi. Kali ini, dengan gerakan
mundur. Mundur dan terus
mundur. martini berteriakteriak
panik, namun laju mundur
seAnggota ya semakin cepat saja.
Rupany a, rem sepeda ikut
mengulah. Tak mau kerjasama,
macet.
Si tua pejalan kaki, yang sudah
kembali lagi ke jalan,
mendengar teriakan martini , dan
lagi-lagi melihat adanya bahaya
mendatang. lagi lagi ia harus
melompat. Lalu mendarat, masih
di tempat yang sama, lumpur
bekas kerbau berkubang. Hanya
kali ini, orang tua yang sial itu
ditemani martini , bedan
seAnggota ya sekalian.
Orang tua itu tidak
menempelengnya. Entah
mengapa. Mungkin sebab ia
seorang tua yang bijak
sana, dan yang ia hadapi bocah
ingusan, wanita lesbian pula. Atau
barangkali, meski sudah tua, dia
tetap saja seorang laki laki.
Sementara martini , di usia
bocahnya sudah dikenal sebagai
bunga paling cantik di desa,
mana sudah pula
memperlihatkan pertanda atau
gejala gejala dia bakal sexy.
Sepeda martini malah ditolong
dibetulkan.
Sambil si orang tua mengomel
panjang pendek, "jika saja aku
lebih muda beberapa tahun, atau
kau, sebaliknya lebih dewasa
beberapa tahun. Hem. Kau akan
merasakan akibat
perbuatanmu!"
martini pun lantas tersenyum
senyum sendiri, di ruang latihan
majikan wanita lesbian nya. Tanpa
ia ketahui, majikannya yang
laki-laki sudah pulang ke rumah,
dan entah mengapa, tidak
langsung menyimpan mobil ke
garasi. Pintu gerbang ia biarkan
pula menganga terbuka.
chucky mendapatkan lampu lampu
besar di dalam rumah sudah
dipadamkan. Berjingkat ia pergi
ke kamar tidur. la menyelidiki
pelan. Benar, terkunci. Ia masuk
ke kamar kerjanya. Tanpa
menyalakan lampu, jas
ditanggalkan, menyusul dasi,
sepatu, lalu kaos kaki. Semua
dilempar semau-maunya.
Terserah masing masing, mau
hinggap di mana suka.
chucky sudah mau keluar, saat
ia diganggu oleh pikiran lain.
Maka, tak ayal lagi, celana
panjangnya juga ditanggalkan
dan disuruh mencari tempat
singgah yang lain.
"Begini lebih praktis. tidak
bertele tele, nanti"
Mclangkahlah chucky ke koridor,
menuju kamar tidur pelayan.
Langkah berjingkat, itu jelas.
Seraya menanggalkan
kancing-kancing kemejanya, itu
sudah pasti.
Mulanya, ia mau mengetuk
pintu. namun niat itu segera
dibatalkan.
"Buang-buang energi saja!"
desahnya,
Alangkah beruntungnya chucky ,
pintu itu tidak terkunci.
chucky pun sesaat membatin,
"Nah, benar 'kan" Ia memang
sudah menunggu
kedatanganku!"
Merayap-rayap dalam gelap, ia
temukanlah apa yang dicari.
Meraba-raba sebentar dalam
kegelapan, chucky pun bergumam
tak sadar.
"Bahkan ia tanpa be-ha!"
Dalam gelap, chucky pun naik ke
tempat tidur. Ia langsung
merangkul, mencium, dan
meremas kian kemari. Tubuh
hangat di bawah himpitannya
terasa
menggeliat. Ada suara keluhan
samar. Sebelum berubah jadi
jeritan. chucky dengan tangkas
sudah menemukan bibir hangat
itu untuk dicium habishabisan.
Apa yang semestinya terjadi,
lalu terjadilah.
Dimulai dari makian pendek.
Disusul tekanan lutut di arah
pinggang. Terakhir, adalah
teriak keras seseorang yang
tengah mengerahkan tenaga. ltu
semua berlangsung hanya dalam
satu helaan nafas saja.
Bahkan chucky belum sempat
untuk berpikir, manakala
tubuhnya tahu-tahu bagai
melayang di angkasa lepas.
lalu mendarat dengan
hebatnya di lantai yang keras.
Pada kejap berikutnya, kamar
itu pun tetang benderanglah.
jessica , sesudah menyalakan lampu,
memandang galak ke lantai di
bawahnya. Mata jessica liat saat
mengawasi suaminya bangkit
dengan susah payah, wajah
pucat bagaikan kertas. Tangan
yang satu mengurut belakang
kepala, tangan chucky mengusap
lutut yang memar bahkan
mencipratkan darah.
chucky tidak berani mengangkat
muka.
jessica pun tidak merasa perlu
berkoar-koar, mengumpat umpat
cerca agar semua tetangga tahu,
jika
chucky sudah mau keluar, saat
ia diganggu oleh pikiran lain.
Maka, tak ayal lagi, celana
panjangnya juga ditanggalkan
dan disuruh mencari tempat
Singgah yang lain.
"Begini lebih praktis. tidak
bertele tele, nanti!"
Melangkahlah chucky ke koridor,
menuju kamar tidur pelayan.
Langkah beriingkat, itu jelas.
Seraya menanggalkan kancing
kancing kemcianya, itu sudah
pasti.
Mulanya, ia mau mengetuk
pintu. namun niat itu segera
dibatalkan.
"Buang-buang energi saja!"
desahnya, menyeringai.
Mangkah beruntungnya chucky ,
pintu itu tidak terkunci
chucky pun sesaat membatin,
"Nah, benar 'kan" Ia memang
sudah menunggu
kedatanganku!"
Merayap-rayap dalam gelap, ia
temukanlah apa yang dicari.
Meraba raba sebentar dalam
kegelapan, chucky pun bergumam
tak sadar.
"Bahkan ia tanpa be-ha!"
Dalam gelap, chucky pun naik ke
tempat tidur. Ia langsung
merangkul, mencium, dan
meremas kian kemari. Tubuh
hangat di bawah himpitannva
terasa
menggeliat. Ada suara keluhan
samar. sebelum berubah jadi
jeritan. chucky dengan tangkas
sudah menemukan bibir hangat
itu untuk dicium habishabisan.
Apa yang semestinya terjadi,
lalu terjadilah.
Dimulai dari makian pendek.
Disusul tekanan lutut di arah
pinggang. Terakhir, adalah
teriak keras seseorang yang
tengah mengerahkan tenaga. Itu
semua berlangsung hanya dalam
satu helaan nafas saja.
Bahkan chucky belum sempat
untuk berpikir, manakala
tubuhnya tahu-tahu bagai
melayang di angkasa lepas.
lalu mendarat dengan
hebatnya di lantai yang keras.
Pada kejap berikutnya, kamar
itu pun terang benderanglah.
jessica , sesudah menyalakan lampu,
memandang galak ke lantai di
bawahnya. Mata jessica liar saat
mengawasi suaminya bangkit
dengan susah payah, wajah
pucat bagaikan kertas. Tangan
yang satu mengurut belakang
kepala, tangan lain mengusap
lutut yang memar bahkan
mencipratkan darah.
chucky tidak berani mengangkat
muka.
jessica pun tidak merasa perlu
berkoar-koar,
mengumpat-umpat cerca agar
semua tetangga, jika
perlu seluruh dunia,
mengetahuinya. jessica sudah
sedemikian lemas untuk
melakukannya. Lemas tiada
terkira, begitu semuanya terbuka
di depan mata. Hanya ada
seuntai kata getir, ". . Jadi,
wanita lesbian itu. ?"!" Sementara
mata jessica pun berkaca-kaca."
pagi begitu cerah. Pantas
dinikmati, ditambah perasaan
bersyukur kepada Yang Maha
Pencipta. Sayang sekali, hal hal
baik seperti itu enggan masuk ke
dalam sebuah mobil. Bahkan
mobilnya sendiri pun, seakan
melaju ogah-ogahan di tengah
lalu lintas yang belum begitu
ramai.
Sial benar nasib fredy krueger
Ia tak tahu apa-apa. Yang ia
tahu, martini di sebelahnya tampak
begitu murung .Majikannya
suami istri di jok belakang, lebih
murung lagi. Lantas fredy krueger
terpengaruh. Ikut-ikutan
murung.
Tanpa tahu, mengapa ia harus
murung!
Semenjak meninggalkan rumah,
tidak seorang pun dari mereka
yang berkata-kata.
martini yang duduk tak bergerak
gerak dengan kepala tegak,
diam-diam memastikan dalam
hati, "tidak satu kata pun
diperlukan lagi hari ini!"
sebab , martini memang sudah
mengungkapkan semua kata.
Dini hari tadi. saat ia
mendengar suara ribut ribut di
kamarnya, berlari
tergopoh-gopoh ke sana dan,
lalu ia menyaksikan
pemandangan yang begitu
mencengangkan.
Majikan wanita lesbian nya, sudah
bangun dan tampak menyandar
di tembok. Dengan sekujur tubuh
bergemetar. Plus, kejutan besar
terbayang di wajahnya. lalu,
majikannya yang laki-laki. Sejak
kapan tuannya tiba" Mana jas,
dasi, sepatu, dan celana
panjangnya" Dan lihatlah itu!
Barangkali tuannya amat
tergopohgopoh memakai
kemeja di tubuhnya. Ada
kancing keliru terpasang.
Sehingga sebagian celana
dalamnya masih jelas kelihatan.
martini memang wanita lesbian lugu.
namun seperti sebelumnya, ia toh
mampu dengan cepat membaca
situasi. Apalagi sesudah majikan
wanita lesbian nya memutar leher
lalu menatap penuh hina ke
wajah martini .
jessica merintih sakit, ?" jadi,
kaulah kutu busuknya!"
Minggat. Ayo. cepat minggat.
Semula, pikiran itu sempat
meneriaki alam bauah sadar
martini . Namun, akal sehatnya
mendorong martini untuk bertindak
sebaliknya. Ia berjuang keras
menguasai diri, lalu
melangkah masuk ke dalam. Toh
itu adalah kamarnya sendiri!
Ketegaran hati pelayannya
sangat membuat jessica terpana.
Lalu terdengar suara majikan
wanita lesbian nya menyentak,
"Bodoh!"
martini berpaling tenang. Toh,
kebiasaan seorang pelayan
terlontar juga dari mulutnya,
"Saya, Nyonya. . .."
"Diam kau, kutu busuk!" hardik
jessica berang. Perasaan sakit di
siku lengannya kambuh lagi. jessica
mengabaikan. Yang tidak dapat
diabaikannya, adalah perasaan
sakit yang lain. Di sanubari. Di
otot-otot sekujur tubuh. Di
urat-urat darah yang dengan
cepat merambat naik sampai ke
ubun-ubun. jessica pun
mengurut-urut pelipisnya yang
berdenyut-denyut keras.
Lantas mengeluh pada diri
sendiri, "Astaga. Bersusah
payah aku menyewa seorang
detektif swasta untuk mencari
kutu busuk itu di luar rumah.
Tak tahunya....!"
Berulang ulang dinamakan kutu
busuk, martini pun menyeringai.
Dirasuk keinginan
mempertahankan harga diri martini
pun berinisiatif melanjutkan
kalimat majikan wanita lesbian nya
yang terputus. Dengan sindiran
tajam bin sengit.
"Tak tahunya, kutu busuk itu
justru berkeliaran di balik
rambut kepala Nyonya. Begitu?"
". . .Terkutuklah kau, martini !"
martini menengadah dengan gagah
berani. "Jangan hanya
mengutuk. Nyonya. Tindaslah
kutu busuk ini, Nyonya. Ayo,
tindaslah. . .!"
chucky tersentak. Di dalam mobil
yang menurutnya bagai merayap
saja. Lalu ia berujar tak senang
pada supirnya, "Cepetan dikit.
fredy krueger . Bisa-bisa kita terlambat
nanti!"
Barulah fredy krueger tersenyum, sesudah
akhirnya ada juga yang
membuka mulut. Maka dengan
senang hati ia cepat menyahuti,
"Dengan senang hati. Tuan!"
Injakan di pedal gas pun
diperdalam fredy krueger . Semakin
mendekati pusat kota, lalu lintas
sudah semakin ramai. Main
selap-selip, itulah yang terbaik.
Ngebut, lebih baik lagi. bukan
semata-mata untuk mengejar
waktu. namun lebih sebab
sebagai pengusir rasa jemu
seorang supir.
fredy krueger pun terus tancap gas.
Diam-diam, chucky melirik ke
sebelahnya .Tampak jessica
memperlihatkan wajah khawatir ,
apalagi sesudah fredy krueger makin
keranjingan saja. jessica sudah siap
melontarkan protes keras.
Namun begitu ia tahu suaminya
tengah memperhatikannya
sesaat itu juga jessica melengos.
Cemberut.
chucky pun kecewa.
chucky sungguh mengharap protes
dari mulut istrinya. Lalu ia akan
melancarkan protes balik. Akan
ramai jadinya. Dan itu,
bagaimana pun, lebih
menyenangkan ketimbangharus
terus saling bungkam dengan
sikap saling memusuhi.
Untuk memprotes jessica ,
diperlukan keberanian.
chucky sudah memulainya. Dini
hari tadi.
sebab namanya juga baru
memulai, maka diperlukan
sebuah jembatan untuk
menyeberang. Dan jembatan
penyeberang itu ia temukan
dalam diri martini .
martini , yang dini hari tadi
menantang dengan gagahnya.
"Mengapa Nyonya terdiam"
Apakah sebab Nyonya juga
berpikir... bahwa kutu-kutu
lainnya akan segera
bermunculan menggantikan
tempat saya?"
Di situlah chucky memulai protes.
"Itu tidak benar, martini . Sebelum
ini, aku tak pernah tertarik pada
wanita lesbian lain. Sesudah kau,
wanita lesbian lain itu tak akan
pernah ada....!" Untuk lebih
meyakinkan, chucky pun
menambahkan, "Sumpah!"
Protes yang benar-benar konyol.
Maklumlah, itu yang pertama!
namun akibatnya langsung ia
terima. Dari mulut istrinya, yang
tiba tiba menggeram, jijik.
"dahulu , kau pun mengucapkan
yang seperti itu padaku. dahulu ,
kau pun bersumpah. . .!"
Tak kurang jijik, martini tersenyum
pada majikan selingkuhannya.
"Tuan sudah memulai. Akan
sulit Tuan menghentikannya.
Lalu di hari hari mendatang,
Tuan akan terus bersumpah dan
bersumpah lagi, ya"!"
jessica mendengus, muak.
"Mengerikan!"
martini ikut menambah bara.
"Sungguh tak dapat dipercaya!"
Perasaan akibat bantingan
istrinya tadi, pelanpelan sirna
dari sekujur tubuh chucky . Dia
laki-laki. Paling sedikit, dia pun
berhak punya harga diri.
Harga diri mengangkat tubuh
chucky supaya tegak.
Disemangati harga diri itu pula,
ia tatap kedua orang wanita lesbian
di hadapannya, silih berganti.
Sungguh mengherankan, chucky
ternyata sesekali dapat juga
bersikap galak.
"Ayo. Terus. Terus. . .!" ia pun
ikut mengobarkan nyala api di
tungku. "Kalian keroyoklah aku
beramairamai!"
jessica tersenyum, kecut.
Detik-detik sebelum ia
tersenyum, lalu lintas terhalang
oleh lampu merah. Saat untuk
para pejalan kaki menyeberang
jalan. Mereka menyebrang
berombongan. Tinggallah
seorang nenek nenek, yang
masih saja berdiri. Ragu,
bingung, mungkin juga takut.
Nenek itu lantas melirik segan
pada seorang petugas lalu lintas
yang kebetulan berada di dekat
tempat itu. Polantas itu
tersenyum mengerti. Lantas
bergegas mendatangi dengan
maksud menolong si wanita lesbian
tua menyeberang jalan. Sayang,
sebab terburu-buru sepatu si
petugas terantuk akar sebatang
pohon yang menyembul di
antara retakan trotoar.
Polantas itu tersungkur sungkur
ke depan. Beruntung ia masih
cukup trampil menjaga agar
tidak sampai jatuh terjerembab.
Tersipu-sipu ia memegang
tangan si nenek.
namun lampu sudah keburu
menyala hijau.
Dan mobil-mobil yang
mengantri tak sabar, saling
berebut dahulu-mendahului.
Begitu juga fredy krueger
jessica menghela nafas. Dalam dan
panjang.
Nenek-nenek tadi pikirya. Suatu
saat , mungkin jessica pun akan
seperti dia. Akan tiba saatnya,
jessica merambat semakin tua. Dan
ia masih harus merangkaki hari
hari yang masih tersisa.
Mungkin ia masih kuat dan
mampu untuk itu. Namun adalah
lebih tenteram, jika ada
seseorang yang bersedia
mendampinginya.
Ia menghela nafas lagi.
Sogan-segan, ia menoleh ke
arah suaminya. jessica memang
masih bisa menahan diri agar
tidak sampai mengulas senyum
di bibir. namun di balik sinar
matanya, tak kuasa ia bendung
sebersit harapan.
Antara sadar dan tidak , telinga
chucky mendengar istrinya
berkeluh kesah. chucky pun
lalu menangkap dengan
ekor matanya, bahwa jessica tengah
memperhatikan dirinya. Seperti
ingin mengutarakan sesuatu,
atau mengharapkan sesuatu.
Teringat oleh chucky , bagaimana
tadi ia juga mengharapkan
sesuatu dari istrinya. namun jessica
cepat melengos cemberut.
Memangnya hanya jessica saja
yang bisa bertingkah laku
sejenis itu"
Dalam hati, chucky menggeram,
"Hem!"
Lantas chucky pun melengos.
Cemberut.
jessica terenyak di tempat
duduknya. Kelopak matanya
terpejam. Letih, kecewa, dan tak
berdaya. Membersitlah perasaan
cemas. jangan-jangan, ia
terpaksa harus tetap sendirian.
Seperti nenek nenek tadi,
merangkaki hari-hari tua yang
selain sepi, juga akan
menyedihkan. . .!
Kenyataan pahit itu baru ia
sadari, dini hari .
Sesudah menginjak usia
mendekati 20 tahun pernikahan
mereka, dini hari tadi suaminya
tiba-tiba memiliki keberanian
tidak saja untuk memprotes jessica .
Melainkan juga untuk
memperlihatkan bahwa
suaminya juga adalah seorang
laki laki. laki-laki dengan segenap
kepribadiannya yang tak bisa
dipungkiri oleh siapa pun.
Termasuk oleh istrinya.
Mengejutkan, saat dini hari
tadi chucky menatap galak ke arah
dirinya dan martini . Dan berujar
tak kurang galaknya, "Ayo.
Mengapa berhenti
mengeroyokku" Percuma saja,
ya"!
lalu , suaminya
menyeringai. Menang.
Penuh kemenangan pula,
suaminya berujar pada jessica ,
"jadi, kau sudah menghambur
hamburkan uangmu untuk
membayar sia-sia seorang
detektif. Dan kau membuat
detektif itu tampak tolol dan
kampungan. sebab ia sudah
menerima instruksi yang salah!
Iya 'kan?"
chucky tertawa. Meremehkan.
"Mengherankanl" katanya lagi.
"Kau meminta orang lain
menelisik kutu di balik rambut
kepalamu. Padahal, kau dapat
melakukannya sendiri. Satu hal
lagi. dan ini adalah sebuah
nasihat. Itu, jika kau sudi
mendengar. . .."
Bukan sudi. Melainkan terpaksa.
Betapa tidak . Suaminya tidak
memberi kesempatan sedikit
pun. Suaminya hanya
memerlukan sehelaan nafas,
untuk melanjutkan serangannya
kembali. Dengan gaya seorang
pahlawan penyelamat, jari
telunjuk ia tudingkan ke arah
martini .
"Ayo tindaslah dia, namun ingat...
Adalah tolol, jika kau hanya
berpikir untuk hanya menindas
kutu demi kutu. Bukan berpikir
bagaimana agar supaya tidak
seekor kutu pun memperoleh
kesempatan mendekati kulit
kepalamu. . .!"
"wanita lesbian !" martini terdengar
menyela, jemu. "Bukan kutu....!"
jessica melihat pelayannya yang
terlunta-lunta menggapai
sebuah kursi. Lalu martini terduduk
di sana. Tampak begitu sendiri.
Dan ada kabut misteri
menyelimutinya, sehingga jessica
seakan belum pernah mengenal
bahkan bertemu dengannya.
"Seorang wanita lesbian . Itulah
yang dibutuhkan suami Nyonya."
martini menjelaskan. Bosan dan
tanpa gairah.
jessica bagaikan ditampar keras
dan kasar sekali. "Terkutuknya
kau, martini . Apakah kau kira aku
ini bukan...."
"Sebaiknya Nyonya berhenti
mengutuk-ngutuk," tukas martini ,
menggeleng sedih. "Berkaca
sajalah, Nyonya. Perhatikan
baik baik apa yang tersembunyi
di balik diri Nyonya selama ini.
wanita lesbian kah, atau hanya
sekadar seorang istri!"
Merembeslah air mata jessica .
Tak tahan ia mendengar
tuduhan yang teramat sangat
melukai hati itu. Ia berpaling
pada suaminya. Memohon
dengan sangat, "Katakanlah.
Pah. Bahwa dia tidak benar...."
Suaminya masih merengguk
kemenangan. Yang seperti terus
berlimpah-limpah saja. Mabuk
oleh kemenangannya, suaminya
menyeringai lantas berujar
takzim.
"Dia benar!"
Tak tahan lagi, jessica pun
menangis tersedu sedu.
martini memandang majikan
wanita lesbian nya dengan perasaan
iba kasihan. Mereka berdua satu
kaum. Mereka berdua, bernasib
sama. Dipermainkan. Dengan
marah, martini berkata pada orang
yang mempermainkan mereka
berdua itu.
"Tuan pun salah!"
jessica menahan tangisnya.
Lalu memandang heran, lebih
heran dari suaminya sendiri.
"Begitu Tuan menemukan
seorang wanita lesbian yang sudah
lama Tuan cari-cari...." martini
merintih. ?"Tuan pun lantas
tergesa-gesa. Lantas salah
menilai. Memang saya ini orang
miskin. Cuma pembantu lagi!
namun saya juga punya
perasaan cemburu. Saya ingin
kasih sayang Tuan tidak
terbagi-bagi. . .!"
Rona kemenangan si wajah
chucky , mengabur pelan pelan.
Mestinya, sinar kemenangan itu
beralih ke wajah martini . namun
wajah si pelayan, justru tampak
menderita. Begitu pula kata-kata
yang meluncur patah patah dari
mulutnya yang bergemetar.
"Saya pun salah. Saya terlalu
larut dalam kesepian, dengan
keinginan-keinginan yang terus
mengendap. Lalu datanglah
Tuan. Kesepian itu pergi.
Keinginan itu terlampiaskan.
Baru sesudah semuanya terjadi,
saya
menyadari, bahwa yang
sebenarnya Tuan cari dan Tuan
berusaha keras membelinya dari
saya. .."
Sesaat martini tersenyum getir.
Lalu, "...semua itu dengan
mudah dapat Tuan dapatkan
dari Nyonya. Hanya saja... mata
Nyonya masih tertutup. Artinya,
sekali Nyonya mau membuka
mata. . . maka kehadiran saya
pun tak ada lagi artinya di
hadapan Tuan".!"
jessica membuka matanya lebar
lebar.
Mereka sudah tiba di stasiun
kereta api. fredy krueger dengan senang
hati sebab terbebas dari
gunung es yang membeku dan
bagai menghimpit seisi mobil,
pergi membeli selembar tiket
dan tiga lembar karcis peron.
Tak berapa lama lalu ,
mereka pun duduk di
bangku-bangku peron. Masih
tetap seperti saat masih di
mobil tadi. Wajah-wajah yang
murung. Dan mulut yang betapa
susah dibuka untuk berkata kata,
kecuali tentang hal-hal sepele
dan tak bermakna seperti,
"Duduklah.?" Atau, "Awas
kakimu....!" juga, "jangan
sembarangan meletakkan
kopernya, fredy krueger ...!" Dan, "Mana
tasmu. martini ?"
martini meletakkan tasnya di lantai.
Sebuah tas pakaian kecil. Dan
tak ada lain lainnya lagi.
Berdiam diri sambil menunggu
pintu kereta
dibuka untuk dimasuki
penumpang, jessica teringat lagi
pada insiden kecil menjelang
subuh tadi.
jessica , yang saat itu belum sudi
menyerah, menggeram sakit hati
pada pelayannya, ?" kau pintar
bersandiwara, martini . Di wajahmu
kau tampaknya menderita.
Padahal, di dalam hatimu, kau
menari-nari sukacita!"
Pelayannya terkesiap. "Apa
maksud Nyonya?"
Di antara isak tangisnya, jessica
mengguratkan cibiran. "Kau tadi
malam minta berhenti, bukan"
Dengan dalih merindukan
anakmu di kampung?"
"Itu bukan dalih....!"
"Kau kira aku tidak tahu ya"
Kau sudah ingin Cepat-cepat
pergi. Seraya menggondol
hadiah-hadiah cinta suamiku...!
Yang aku yakin akan
mengangkat dirimu menjadi
salah seorang janda terkaya di
kampungmu, iya toh"!"
"Oh. Itu. . .." martini tersenyum.
"Ingatkah nyonya tadi malam,
Nyonya menyuruh saya
memasukkan pakaian pakaian
yang sudah disetrika ke lemari
yang lalu Nyonya kunci?"
jessica memandang tak mengerti.
martini pun bangkitlah, tenang dan
wajahnya penuh kedamaian.
"Sudilah mengikuti saya, Tuan
dan Nyonya saya yang budiman.
. .."
lalu di kamar tidur utama,
pelayan itu meminta majikan
wanita lesbian nya membuka sendiri
lemari yang terkunci.
Menangkap samar samar
maksud martini , jessica membuka pintu
demi pintu lemari,
menyibak-nyibak sampai
akhirnya ia menemukan sesuatu
yang tidak ia kenal dan
tersimpan rapi pada gantungan
bajubajunya. Sehelai gaun pesta
yang belum pernah dilihatnya.
"Ini" bukan punyaku!" jessica
mendesah, bingung.
"Periksalah sakunya, Nyonya"
jessica pun merogoh. Lalu
wajahnya tampak terkejut.
Tangannya ia tarik keluar dari
saku rajutan di gaun pesta yang
masih berbau baru keluar dari
toko atau mungkin butik itu.
Terlihat segenggam perhiasan
yang menyilaukan dalam jilatan
lampu kamar tidur. Atas
petunjuk martini , hadiah-hadiah
lainnya dikeluarkan jessica pula
dari lemari yang sama.
jessica menatap terpana.
martini ikut menatap. Namun tanpa
minat.
Adapun chucky , berpaling sesaat .
Dengan kulit muka memerah
padam dibakar perasaan malu
berat.
martini lantas menjelaskan. "Itu
bukan milik saya. Itu milik
Nyonya. sebab yang
membelikan toh suami Nyonya. .
.! Begitu pula isi amplop yang di
lantai lemari itu. Milik Nyonya
pula, sebab pemberian dari
suami Nyonya juga ...!"
martini berhenti sejenak. Tampak
lelah.
Lalu bertanya, hambar. "Boleh
saya kemasi semua pakaian dan
barang barang pribadi saya
sekarang, Nyonya?"
jessica terdiam.
chucky lah yang lalu
berbicara menggerimit.
"Jika keputusanmu tidak dapat
diubah lagi, martini . Lakukanlah.
Kami sendiri yang besok pagi
akan mengantarkanmu ke
stasiun!"
Jika jessica tidak keliru, ucapan
suaminya tadi adalah sebuah
keputusan yang langka terjadi.
sebab , tidak lebih dahulu
meminta persetujuan jessica ."
pintu kereta berderak terbuka.
Mereka pun sama berdiri. Sama
bertukar pandang. fredy krueger yang
tidak tahu apa-apa, ikut-ikutan
memandang. Meski sambil
mencuri-curi. Dan membuat
fredy krueger semakin tidak mengerti!
jessica lalu bergumam serak
pada suaminya, "Pah. Tolonglah
martini mencarikan nomor kursinya
di dalam"."
chucky memandang heran.
namun lalu mengangguk
lalu berjalan mengikuti martini naik
ke atas kereta bersama
penumpang penumpang lain.
Di peron. jessica cepat menggamit
fredy krueger . Katanya, "Ke mobil.
Cepat!"
Mereka berdua setengah
berlari-lari menuju tempat
parkir di luar stasiun. Masih
banyak waktu. namun jessica begitu
sangat tidak sabar. "Bagasinya,
toloL Buka"
fredy krueger mengambil sebuah tas
plastik dari bagasi mobil.
Sesudah mana ia bergegas masuk
lagi ke peron, terus naik ke atas
kereta. Waktu berangkat sudah
hampir tiba, barulah jessica
menemukan sosok chucky lalu martini
yang sudah duduk di tempatnya.
Mereka sedang asyik
membicarakan sesuatu, dan
tidak melihat kedatangan jessica .
Semakin dekat, jessica semakin jelas
mendengar.
chucky sedang berbicara, "Kau
masih tahan?"
martini menjawab dengan sindiran.
"Tuan masih ingin, ya?"
chucky tertawa, "jelas, dong!"
Tertegunlah langkah-langkah
kaki jessica . Lalu ia dengar martini ikut
tertawa, walau tidak terlalu
gembira. Pelayan, ah mantan
pelayannya itu pun berkata,
"Saya sudah terbiasa naik kereta
api, Tuan. Saya akan tahan.
Mengenai keinginan Tuan agar
saya meminum pil anti mabok,
sungguh. Saya sangat berterima
kasih.. ..!"
jessica menarik nafas lega.
Sesudah lebih dahulu mendehem
untuk memberitahu
keberadaannya, jessica lantas
menyerahkan tas plastik yang ia
letakkan di pangkuan martini .
"Sekadar oleh-oleh pulang
kampung." katanya. Tangan martini
diganggam. Hangat. "Selamat
jalan, martini !"
"Selamat tinggal, Nyonya ...!"
tidak ada ucapan selamat untuk
chucky .
Agak kecewa, ia lalu
berjalan mengikuti istrinya
sebab dari pengeras suara
terdengar pemberitahuan bahwa
kereta sudah siap untuk
berangkat.
Saling melambai, sesudah nya.
Habis, mau apa lagi"
Toh, semua sudah berlalu.
Kereta api pun merayap pergi.
Dan di jalan raya, mobil dipacu
fredy krueger dengan lebih gembira.
sebab kali ini, suasana entah
mengapa sudah berubah.
Bermula, saat ia dengar
majikannya yang laki-laki
bergumam terharu, "Bijaksana.
Mah. Kau berikan juga apa yang
sudah menjadi hak martini !"
jessica berkata merengut, "Tadinya
aku sempat berpikir, akan
kubagi-bagikan pada
gelandangan di sepanjang jalan.
. . .!"
"Keterlaluan " chucky mendengus.
jessica juga mendengus. Galak, ia
menyergah, "Siapa yang
keterlaluan, Pah?"
chucky tak mau kalah. "Mulai lagi,
ya" Ayo, boleh coba!"
fredy krueger menggelengkan kepala.
Takjub atas keberanian
Tuannya.
Dan di kereta api yang melaju
makin cepat, martini pun
mcnggeleng gelengkan kepala.
Juga takjub seperti fredy krueger . Takjub
akan kemurahan hati
nyonyanya. Di dalam tas plastik
yang barusan ia buka dengan
kepala dipenuhi tanda tanya, ia
melihat semuanya, seikat uang
kertas, kosmetik, gaun pestanya.
Perhiasan perhiasannya yang
gemerlapan!
Ada seorang pemuda menyapa,
"Ada apa, Neng?"
martini melihat ke pemuda yang
tersenyum-senyum menggoda
itu. Lantas menyahut kalem.
"Ada belang, Oom!"
"Belang apa, Neng?"
"Belangnya laki-laki !" jawab martini
tuntas, terus memalingkan wajah
ke luar jendela dengan bibir
tersenyum, namun matanya masih
tetap dipenuhi tanda tanya.
Memang, akan masih banyak
pertanyaan yang harus dijawab.
Di luar sana.
Begitu pula di dalam mobil.
fredy krueger bertanya, "Terus ke kantor,
Tuan?"
"Buat apa!"
fredy krueger mengalihkan pertanyaan ke
majikan yang seorang lagi.
"Bagaimana, Nyonya?"
"kok tanya-tanya!"
Ya, mau apalagi fredy krueger , kecuali
memilih yang tergampang,
pulang saja ke rumah.
Lantas, setibanya mereka di
rumah, fredy krueger pun berleha-leha di
dalam mobil, dengan nikmat
mendengarkan musik dangdut
lewat radio. la menyeringai
saat menyaksikan majikannya
suami istri berjalan memasuki
rumah. Sesudah pintu dibuka,
mereka masih kelihatan
mempertengkarkan sesuatu,
baru lalu masuk.
"Pasti bakal ramai di dalam
sana !" fredy krueger nyeletuk. lalu
menyeringai semakin lebar.
Ia benar.
Saat itu. jessica bertanya
menyentak, *jadi kau melarang
aku meneruskan hobiku, ya?"
chucky berkacak pinggang. "Bukan
itu. namun nafsu serakahmu
untuk kembali meraih juara!"
"Apakah Papah tidak lepas dari
nafsu serakah?"
"Asal nikmat, apa salahnya!"
"Heem. Dasar laki-laki!"
"Uh. Dasar wanita lesbian !"
"Apa sih maunya Papah ini?"
"Kau sendiri apa. coba!"
Tiba tiba, jessica melemparkan tas
tangannya ke atas meja. Lalu
melangkah tegak menuju ke
kamar tidur. Di belakangnya,
chucky pun menghentakkan tas
kerjanya. Di lantai.
lalu ia lihat, sambil melangkah
jessica menanggalkan pakaiannya
satu demi satu, sampai tinggal
celana dalam dan beha saja.
Selama beberapa detik, chucky
membayangkan apa yang
tampak di depan matanya
adalah langkah kaki gemulai
dan ayunan pinggul menawan
dari martini . Bayangan itu mulai
membuat gairahnya pelan-pelan
terbangkit. Kelopak matanya
mengerjap-ngerjap. Sampai
gemulai kaki dan ayunan
pinggul itu kembali terlihat lebih
nyata.
Sepasang kaki yang melangkah
tegak. Setengah mengangkang.
Dan pinggulnya yang kokoh,
tegastegas Penuh energi seorang
jantan.
Di pintu kamar tidur, martini eh,
jessica berhenti.
Memutar tubuhnya dengan ciri
khas itu. lantas bertanya dengan
senyuman, "Tunggu apa lagi,
Pah?" chucky pun melepaskan
dasinya.
ditambah gumamam tak sabar.
"Yah. Lumayanlah. Daripada
tidak sama sekali!"
Menit berikutnya, pintu kamar
sudah tertutup lagi. Ya, ampun.
Ribut benar di dalam! Tak
malu-malu lagi. Coba saja
dengar, suatu saat chucky
menggamit, "Sekali-sekali, aku
mau di atas!"
". . .tidak ."
"Kalau kau tak mau, aku akan
pergi...."
"Nanti saja, kalau sudah
selesai!" Payah. Benar-benar
payah!"