Tampilkan postingan dengan label peradaban barat 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label peradaban barat 9. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

peradaban barat 9

 



proses sekularisasi

sebagai bagian dari kenyataan. Bahkan, banyak yang berargumen

bahwa sekularisasi yaitu  bagian dari ajaran Kristen ihr sendiri.23

Tiauma Barat terhadap sejarah keagamaan mereka berpengaruh besar terhadap cara pandang mereka terhadap agama. Jika

disebut kata "religion" maka yang teringat dalam benar mereka adalah sejarah agama Kristen, lengkap dengan doktrin, rihral, dan

sejarahnya yang kelam yang diwarnai dengan Inquisisi dan sejarah

penindasan atas para ilmuwan. Seorang psikolog Barat, Scott peck,

menyatakan,

"Sekali kata 'religion' disebutkan di dunia Barat, ini akan membuat orang berpikir tentang: ...Inquisisi, tahyul, lemah semangdt, paham dogmatis, munafik, benar sendiri, kekakuan,

kekasaran, pembakaran buku, pembakaran dukun, laranganlarangan, ketakutan, taat aturan agama, pengakuan dosa, dan

kegilaan. Apakah semua ini yang Thhan lakukan unhrk manrlsia atau apa yang manusia lakukan terhadap Tlrhan. Ini

merupakan bukti kuat bahwa percaya kepada Tuhan sering

menjadi dogma yang menghancurkan."2{

Persepsi tentang agama Kristen semacam ihrlah yang kemudian membenhrk persepsi kolektif tentang perlunya dilakukan "seku-

larisasi" dalam kehidupan masyarakat. Agama (dalam hal ini institusi Gereja) harus dipisahkan dari wilayah politik, karena kekuasaan

Gereja yang absolut sudah terbukti menyelewengkan dan memanipulasi kekuasaan unhrk kepentingan pemuka agama.

Ada kalanya, Gereja mencoba menyatr.rkan masyarakat Kristen

dengan menempatkan sesuahl sebagai " cottlttlot'l e neflty",sebagaimana yang terjadi dalam Cntsade, ketika Paus Urban II mengambarkan

Muslim sebagai musuh Kristen. Instihrsi Inquisisi juga dibenhrk dalam kerangka membasmi musul:r-musu-h Gereja. Apa yang dilakttkan

Gereja di Zarnan Pertengahan dalam menghimpun dan mengkonsentrasikan kekuasaan (pouer) dapatlah dikatakan sebagai suatu

benhrk pemeliharaan hegemoni.

Dalam masalah keilmuan, waktu ihr Gereja meyakini bahwa

bumi yaitu  pusat tata surya. Sampai pada abad ke-17 Gereja dan

jtrga Inquisitor-General-nya, secara terbuka menganut keyakinan,

selumh alam semesta bergerak mengelilingi Mahkota Paus yang

berada di bumi.2s Robert N. Bellah mencatat bahwa "Paus, di awal

abad Pertengahan, hampir mengklaim diri sebagai ketua supernegara internasional, dimana semrla Pen8uasa politik sekuler hams

hrndtrk padanya (The Pope in tlrc early Middle Ages conrcs close to

claiming to be the lrcad of an internstional xryer stnte to zoliclt nll seailar

political authorities lnd to bow)."20 Di abad-abad Pertengahan, Gereja

memang mempakan kekuatan dominan dalam politik. Disamping

memegang kekuatan agama, Gereja juga mengendalikan kekuatan

besar dalam ekonomi. Di abad ke-10, Gereja mempakan pemilik

lahan terbesar di Eropa Barat. Ketika ihr Gereja memiliki hampir sepertiga wilayah Itali dan seiumlah besar kekayaan di wilayah latn-z7

Kedua, Problem Teks Bible

Problem ini berkaitan dengan otentisitas teks Bible dan makna

yang terkandung di dalamnya. Ada sebagian kalangan yang dengan

gegabah mencoba menyamakan antara Al-Qur'an dengan Bible, dengan menyatakan, bahwa semuanya yaitu  Kitab Suci, dan semua-

nya mukjizat. Padahal, kalangan ilmuwan Barat yang jeli, bisa membedakan antara kedua Kitab agama ihr. Teks Al-Qur'an tidak mengalami problema sebagaimana problema teks Bible. Norman Daniel

dalam bukunya, lslam and The West: Tlrc Making of an lntnge., menegaskan: "Al-Qur'an tidak ada bandingannya dengan apapun di

Itrar Islam (Tlrc Qtran lms no pornllel outside lslant)."?s

Hebrew Bible (Kristen menyebutnya Perjanjian Lama), misalnya, hingga kini masih merupakan misteri. Richard Eltiot Friedman,

dalam btrkrlnya, Wlrc Wrote tlrc Bible, menulis, bahwa hingga kini siapa yang sebenarnya menulis Kitab ini masih mempakan misteri. Ia

menulis, "yaitu  sebuah fakta yang mengherankan bahwa kita tak

pemah tahu secara pasti siapa yang telah membuat buku ihr yang

telah menjalankan peran penting dalam peradaban kita (If is a

strange fact tlnt zue lmoe neaer knoron zoith certninty wln prodrtced tlrc

book tlmt lms played a centrnl role in our ciailization)." la mencontohkan,

The Book of Torah, atau The Five Book of Moses, yang diduga ditulis

oleh Moses. Book of lamentation dihrlis Nabi ]eremiah. Sepamh

Mazmur (Psalm) dihrlis King David. Tetapi, kata Friedman, tidak

seorang pun tahu, bagaimana pertjukan penulis ihl memang benar

adanya. The Five Book of Moses, kata Friedman, merupakan tekateki paling hra di dunia (lt is one of the oldest pttzzles in tlrc world).

Tidak ada satr.r ayat pun dalam Torah yang menyebutkan, bahwa

Moses yaitu  penulisnya. Sementara di dalam teksnya dijumpai

banyak kontradiksi.2e

Perjanjian Baru (Ifte Nezu Testnrnent) jtga menghadapi banyak

problem otentisitas teks. Profesor Bruce M. Metzger, grlm besar

bahasa Perjanjian Bart- di Princeton Theological Seminary menulis

beberapa buku tentang teks Perjanjian Bam. sahr bukunya berjudul

"Tlte Text of tlrc Nezu Testarnent: lts Transmission, Corntption, nncl

Restorntion" (Oxford University Press, 1985). Dalam bukunya yang

lain, yang berjudul " A Texhml Conunentary on tlrc Greek Neu Testatnent", (terbitan United Bible Societies, corrected edition tahun 7975), Metzger menulis di pembukaan bukunya, ia menjelaskan ada dua

kondisi yang selalu dihadapi oleh penafsir Bible, yaitu (1) tidak adanya dokumen Bible yang original saat ini, dan (2) bahan-bahan yang

ada pun sekarang ini.bermacam-macam, berbeda satu dengan

lainnya.

Bahasa Yunani (Greek) yaitu  bahasa asal The New Testantent.

Melalui bukunya ini, Metzger menunjukkan, mmitnya problema

kanonifikasi Teks Bible dalam bahasa Greek. Banyaknya ragam teks

dan manuskrip menyebabkan keragaman teks tidak dapat dihindari. Hingga kini, ada sekitar 5.000 manuskrip teks Bible dalam bahasa

Greek, yang berbeda sahr dengan lainnya. Cetakan pertama Tlte Neru

Testanrcnt bahasa Greek terbit di Basel pada 1516, disiapkan oleh

Desiderius Erasmus (Ada yang menyebut tahun 15L4 terbit The New

Testament edisi Greek di Spanyol). Karena tidak ada manuskrip

Greek yang lengkap, Erasmus menggunakan berbagai versi Bible

untuk melengkapinya. Untuk Kitab Wahyu (Revelation) misalnya, ia

gunakan versi Latin srlslrnan Jerome, Vulgate. Padahal, teks Latin ihr

sendiri memiliki keterbatasan dalam mewakili bahasa Greek.30

Dalam bukunya yang lain, The Early Versions of tlte New Testnntents, Metzger mengutip hrlisan Bonifatius Fischer, yang berjudul,

"Linitation of Latin in Representing Greek". Dalam buku itu Fischer

dikutip Metzger menulis, "Meskipun bahasa Latin secara umum

sangat cocok unhrk digunakan menterjemahkan daribahasa Yunani,

tetap saja ada bagian-bagian yang tak bisa diekspresikan dalam

bahasa Latin."31

Thhun 1519, terbit edisi kedua Teks Bible dalam bahasa Yunani.

Teks in digunakan oleh Martin Luther dan William Tyndale untuk

menerjemahkan Bible dalam bahasa Jerman (1.522) dan Inggris

(1525). Tahun-tahun berikutnya banyak terbit Bible bahasa Yunani

yang berbasis pada teks versi Byzantine. Antara tahun 1516 sampai

L633 terbit sekitar 160 versi Bible dalam bahasa Yunani. Dalam edisi

Yunani ini dikenal istilah "Textus Receptus" yang dipopulerkan oleh

Bonavenhrra dan Abraham Elzevier. Namun, edisi ini pun tidak jauh

berbeda dengan 160 versi lainnya.32 Meskipun sekarang telah ada

kanonifikasi, tetapi menurut Prof. Metzgel, yaitu  mungkin unhrk

menghadirkan edisi lain dari The New Testament.33

Jelas, fakta semacam ihr tidak terpikir kaum Muslimin terhadap

Al-Qur'an, hingga kini. Apalagi kaum Muslim juga tidak mengalami problema bahasa Al-Qur'an. Mereka masih membaca AlQur'an dalam bahasa Arab dan beribadah dalam bahasa Arab, sesuahr yang tidak dapat dinikmati oleh kaum Kristiani pada umumnya. MisaLrya, kaum Kristen di Sumatera Utara tidak bernyanyi

puji-pujian dengan bahasa Yunani, bahasa asli Perjanjian Lama.

Bagaimana pun telitinya, sahr terjemahan pasti tidak akan mampu

mengekspresikan bahasa asahrya dengan tepat. Apalagi, jika terjemahan ihr sudah dilakukan ke berbagai bahasa. Ambil satu contoh

ayat dalam Bible, Kitab 1 Raja-raja 11:1 dalam sejumlah versi Bible

ditulis sebagai berikttt.

o Versi LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) terbitan tahun 2000 ditulis: "Ada prm Raja Salomo mencintai banyak peremprlan

asing. Disamping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon, dan Het."

o Dalam Tlrc Liaing Bible di'}llis: "King Salomon married any otlrcr

girls besides tlrc Egyptian princess. Many of tltem cante from nations

ulrcrt: idols were ruorslipped--Moab, Anunon, Edom, Sidon and fronr

tlrc Hittites."

o Sedangkan Bible King innrcs Versiort menulis: Bttt King Solornon

loued nmny strnnge lt)onrcn, togetlrcr zoitlt the daughter of Pnlmrnoh,

luo,flen of Monbites, Anunonites, Edomites, Zidoninns, nnd Hittites."

o Lain pula yang ada dalam versi The Bible Reaised Standnrd Version: "Now Kirtg Solonton loaed many foreign Toonlen; tlrc daughter

of Plnrnolt, and Moabites, Amnronite, E'donite, Sido'niah, nnd

Hittite luotnen."

o Dalam edisi Latin'Vulgate', dihllis: "rex outem Salonton amnuit

nutlieres nlienigenns nuiltns filiarn quoque Plmraonis et Moabitidas et

Antmanitidns Idroneas et Sidonias et Clrcttlrcas."

Perhatikan, bagaimana sejumlah versi Bible menggunakan kata

"mencintai" (loved/ amavit), sedangkan Tlrc Liaing Bible menggtmakan kata "married". Faktanya, Salomon memang mengawini wanita-wanita asing ihr. Keiahatan Salomon versi Bible digambarkan

dalam Kitab 1 Raja-Raja 1l:'1.-9, digambarkan perilaku Salomo yang

tidak patut dilakukan oleh seorang nabi uhrsan Allah-dalam konsepsi [slam. Bagian dalam Bible ini diberi judul "Salomo ]atuh ke

dalam penyembahan berhala".

"(1) Adapun Raja Salomo mencintai banyak Perempuan asing.

Disamping anak Firaun ia mencintai perempuan-PeremPuan

Moab, Amon, Edom, Sidon, dan Het. (2) Padahal tentang bangsabangsa itu Tuhan telah berfirman kepada orang lsrael: "|anganlah

kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlahbergaul

dengan kamLt, sebab sesunggt*rnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka. Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. (3) Ia mempunyai tujuh ratus

istri dan tiga ratus gundik; istri-istrinya itu menarik hatinya dari

pada Tuhan. (4) Sebab pada waktu Salomo sudah tua, istri-istrinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain,

sehingga ia tidak dengan sepenuh hati ber-paut kepada Tuhan,

Allahnya, seperti Daud, ayahnya. (5) Demikianlah, Salomo

mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom,

dewa kejijikan sembahan orang Amon, (6) dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, dan ia tidak dengan sepenuh

hati mengikuti Tuhan, seperti Daud, ayahnya. (7) Pada waktu itu

Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa

kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah Timur

Yentsalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bani

Amon. (8) Demikian jtrga dilakukannya bagi semua istrinya,

orang-orang asing ihr, yang memPersembahkan korban ukupan dan korban sembelihan kepada allah-allah mereka. (9) Sebab

itu T[rhan menunjukkan murkanya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada Ttrhan, Allah Israel, yang telah

dua kali menampakkan diri kepadanya Fakta semacam ini tenhr tidak mudah dipahami, sebab dalam

konsepsi Bible, penyembah berhala harus dijahlhi hukuman mati.

Dalam Alkitab terbitan LAI, Kitab Ulangan 17:2-7 diletakkan di

bawah judul "Hukuman Mati untuk penyembah Berhala",

(2) Apabila di tengah-tengahmu di salah satu tempatmu yang

diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, ada terdapat seorang lakilaki atau perempuan yang melakukan apa yang

jahat di mata Ttrhan, Allahmu, dengan melangkahi perjanjianNya, (3) dan yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud

menyembah kepadan y a, atau kepada matahari, atau bulan a tau

segenap tentara langit, hal yang telah Kularang ihr; (4) dan

apabila hal itu diberitahukan atas terdengar kepadamu, maka

engkau harus memeriksanya baik-baik. likalau temyata benar

dan sudah pasti, bahwa kekejian ihr dilakukan diantara orang

Israel, (5) maka engkau hams membawa laki-laki atau perempuan yang telah melakukan perbuatan;'ahat ihr keluar ke pinhr

gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan ittr harus kau

lempari dengan batr.r sampai mati. (6) Atas keterangan dua atau

tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum

mati; atas keterangan sahr orang saksi saja janganlah ia dihukum mati. (7) Saksi-saksi ihrlah yang pertama-tama menggerakkan tangan mereka unhlk membunuh dia, kemudian

selumh rakyat. Demikianlah hams kauhapuskan yang jahat ihr

dari tengah-tengahmu. "

Ketiga, Problem Teologi Kristen

Dr. C. Croenen Ofm, seorang teolog Belanda, mencatat, "seluruh permasalahan kristologi di dunia Barat berasal dari kenyataan

bahwa di dunia Barat, Tuhan menjadi sahr problem." Setelah membahas perkembangan pemikiran tentang Yesus Kristus (Kristologi)

dari para pemikir dan teolog Kristen yang berpengamh, ia sampai

pada kesimpulan, bahwa kekacauan para pemikir Kristen di dunia

Barat hanya mencerminkan kesimpangsiuran kultural di Barat. "Kesimpangsiuran itr,r merupakan akibat sejarah kebudayaan dunia

Barat," fulis Groenen.Setelah membahas pulul:ran konsep para teolog besar di era

Barat modem, Groenen memang akhirnya "menyerah" dan"lelah",

lalu sampai pada kesimpulan klasik bahwa konsep Kristen tentang

Yesus memang "misteritts" dan tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Sebab ihr, jangan dipikirkan. Kata dia,

"iman tidak terganhrng pada pemikiran dan spekulasi para teo-

1og. Yesus Krishls, relevansi dan kebenaran abadi-Nya, akhirnya hanya tercapai dengan hati yang beriman dan berkasih.

Yesus Kristus, Kebenaran, selalu lebih besar dari otak manttsia,

meski otak ihr sangat cerdas dan tajam sekali plm."as

Sepanjang'sejarah peradaan Barat, terjadi banyak persoalan serius dalam perdebatan teologis. Di zaman pertengahan, rasio harus

disubordinasikan kepada kepercayaan Kristen. Akal dan filosofi di

zamanpertengahan tidak digunakan unfuk mengkritisi atau menentang doktrin-doktrin kepercayaan Kristen, tetapi digunakan untuk

mengklarifikasi, menjelaskan, dan mentrniangnya. Sejumlah ilmttwan seperti Saint Anselm, Abelard, dan Thomas Aquinas mencoba

memadukan antara akal (reason) dan teks Bible (revelation). Sikap

para ilmuwan dan pemikir abad pertengahan digambarkan:

"Mereka tidak menolak berbagai keyakinan Kristen yang berada di luar;'angkauan akal manusia dan karenanya tidak dapat

ditelaah dengan argumen rasional. Sebaliknya, mereka tetap meyakini berbagai keyakinan semacam ihr yang terdapat di ayatayat dan menerimanya dengan iman. Bagi para pemikir di zaman pertengahan, akal tidak memiliki keberadaan yang independen tapi pada akhirnya harus mengakui standar kebenaran

yang bersifat suprarasional dan di luar jangkauan manusia. Me

reka ingin agar pemikiran logis diarahkan oleh batasan-batasan

Kristen dan dituntun oleh otoritas skriptural dan kegamaan."36

Problema yang kemudian muncul ialah ketika para ilmuwan

dan pemikir diminta mensubordinasikan dan menundukkan semtla

pemikirannya kepada teks Bible dan otoritas Gereja, justm pada

kedua hal itr.rlah terletak problem itu sendiri. Di samping menghadapi problema otentisitas, Bible juga memuat hal-hal yang bertentangan dengan akal dan perkembangan ilmu pengetahuan. Sejumlah ilmuwan mengalami benhrran dengan Gereja dalam soal ilmu

pengetahnan, seperti Gelileo Galilei (1546-1642) dan Nicolaus Copernictrs (1473-1543). Bahkan Giordano Bnno (1548-1600), pengagum Nicolaus Copernicus, dibakar hidup-hidup.37

Jika para ilmuwan dipaksa hrnduk kepada doktrin teologis

yang mereka sendiri sulit memahaminya, tenfu muncul benhrran

pemikiran. Padahal, konsepsi teologis Kristen--terutama fakta dan

posisi ketuhanan Yesus--telah menjadi ajang perdebatan ramai di

kalangan Kristen, sepanjang sejarahnya. Kelompok-kelompok yang

tidak menyehrjui doktrin resmi Gereja dicap sebagai heretics dan

banyak di antaranya yang diburu dan dibasmi. Contohnya, yaitu 

sahr kelompok yang bernama Cathary yang hidup di Selatan Prancis. Kelompok Cathary yaitu  penganut

Catharism, satlr kelompok heresy radikal di

Zaman Pertengahan. Cathary percaya karena daging yaitu  jahat, maka Krishrs

tidak mungkin menjelma dalam hrbuh manusia. Karena ihr, Krishrs tidaklah disalib

dan dibangkitkan. Dalam a1'aran Cathary,

Yesus bukanlah Tirhan, tapi Malaikat. Unfuk memperhambakan manusia, tr.rhan

yang jahat menciptakan gereja, yang mempertontonkan "sihirnya" dengan mengejar

kekuasaan dan kekayaan. Ketika kaum ini

tidak dapat disadarkan dengan persuasif,

Paus Innocent III menyerukan kepada rajaraja untuk memusnahkan mereka dengan

senjata, sehingga ribuan orang dibantai. Doktrin teologi Kristen tidaklah tersusttn di masa Yesus, tetapi

beratus tahun sesudahnya, yakni pada tahun 325 dalam Konsili

Nicea. yaitu  Kaisar Konstantin yang mempelopori Konsili Nicea,

yang menyatukan atau memilih teologi resmi Gereja. Konsili menjadikan Roma sebagai pusat resmi Cltristinn ortlrcdoxy. Kepercayaan

yang berbeda dengan yang resmi dipandang sebagai heresy. Dalam

Konsili ini, aspek-aspek Ketuhanan Yesus dipuhrskan melalui

pemungtrtan suara (voting). Buku The Messianic Legncy, yang ditulis

tiga orang pemikir Kristen Michael Baigent, Richard Leigh, Henry

Lincoln, mencatat, bahwa Kristen memang berutang pada Konstantin, tetapi tidak dapat dikatakan Konstantin sebagai seorang Kristen

atau mengkristenkan Romawi. Cerita tentang'konversi' Konstantin

diperdebatkan. Ia tetaplah penganut paganisme. Tuhannya yaitu 

Sol Invictus, dewa matahari kaum pagan. Paganisme juga menjadi

agama resmi Romawi ketika ihr. Buku ini menyebut penganrh

paganisme Constantine terhadap Kristen. Thhun 321,M, keluar Edict

yang menetapkan hari Minggu sebagai hari istirahat. Padahal, sebeIttmnya, Kristen tetap menghormati hari Sabhr. Sampai abad ke-4,

hari kelahiran Yesus diperingati pada 6 Januari. Tapi, pada tradisi

persembahan Sol Invictus, hari terpenting yaitu  25 Desember.3e

The lnterpreter's Dictionnry of the Bible menjelaskan bahwa istiIah'trinitas' (Latin: trinitas, Inggris: trinity) menjuk pada pengertian: the coexistence of Fatlrcr, Son, and Holy Spirit in tlrc Llnity of tlte

Godhend.Istilah ini bukan mempakan istilah Biblical. Thpi, mewakili

kristalisasi dari ajaran Perjanjian Bam. Dalam Matius 3:17 disebutkan: "Maka suahl stlara dari langit mengatakan, 'Inilah anakku yang

ktrkasihi. Kepadanya Aku berkenan."' Juga, Lukas 4:41' menyebutkan bahwa Yesus itu yaitu  Anak Allah. Konsep Tiinitas memang

tidak mungkin dipahami dengan akal. Tokoh pemikir Kristen abad

ke-13, Thomas Aquinas mengungkapkan dengan kata-kata, "Bahwa

Tuhan yaitu  tiga dan sahr hanya bisa dipahami dengan keyakinan,

dan tidaklah mungkin hal ini bisa dibuktikan secara demonstratif

dengan akal (...derrr,, essr trirunn et mlum est solufit creditwn, et nullo

modo potest demonstratiae probari)." a0

Sejak Konsili Nicea, problem serius dan kontroversial memang

masalah "ketuhanan Yesus". Bagaimana menjelaskan kepada akal

yang sehat bahwa Yesus yaitu  'Tirhan' dan sekaligus 'manusia'.

Apa yang disebut kaum Katolik sebagai "Syahadat Nicea", secara

eksplisit mengutuk pemikiran Arius, seorang imam Alexandria yang

lahir tahun 280. Arius-didukung sejumlah Uskup--menyebarkan

pemahaman bahwa Yesus bukanlah Tuhan yang hrnggal, esa, transenden, dan tak tercapai oleh manusia. Yesus yaitu  'Firman Allah"

yang secara metafor boleh disebut "Anak Allah" bukanlah Tuhan,

tetapi makhluk, ciptaan, dan tidak kekal abadi. 'Syahadat Nicea'menyatakan,

"Kami percaya pada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dan

pada safu Tlrhan Yesus Krishrs, Putra Allah, Putra Tirnggal yang

dikandung dari Allah, yar.g berasal dari hakikat Bapa, Allah

dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah Benar,

dilahirkan tetapi tidak diciptakan, sehakikat dengan Bapa, melalui dia segala sesrlatu menjadi ada...." al

Tentang konsep ketuhanan Yesus, buku Tlrc Messianic Legacy

mencatat bahwa Kristen yang dikenal saat ini bukan berasal dari

zaman Yesus, tetapi dari Konsili Nicea, yang dicapai melalui pemtlngtrtan suara (At Nicen lexts's diainity, and tlrc precise nature of ltis diainity, were established by nrcans of a tsote. lt is fair to stnte tlnt Cltristianity

as.We knou lt today deriaes ultinntely not from lesus's tinrc, but from the

Council of Nicen).42

Soal "Syahadat Katolik" juga menjadi perbincangan dan kontroversi hebat dalam sejarah Kristen. Konsili Efesus, tahun 437, rrre-

larang pembahan apa pun pada "SyahadatNicea", dengan ancaman

kuhrkan Gereja (nnntlrcma). Namlrn, Konsili Kalsedon, tahun 451,

mengubah "Syahadat Nicea". Kuhrkan terhadap Arius dihapuskan.

Naskah syahadat Konsili Kalsedon berasal dari konsili lokal di

Konstantinopel tahun 381. Sebab, naskah edisi tahun 325 dianggap

sudah tidak memadai untuk berhadapan dengan sihlasi banr. Kalangan teolog Kristen ada yang menyebut bahwa naskah tahun 381

yaitu  penyempurrraan naskah tahun 325, tanpa mengorbankan disiplin teologisnya. Naskah syahadat itu di kalangan sarjana disebut

"Syahadat dari Nieca dan Konstantinopel" disingkat N-C. Naskah

syahadat N-C ini hingga sekarang masih menjadi naskah syahadat

penting dari kebanyakan Gereja Kristiani. Namlrn, pada Konsili Toledo III di Spanyol tahun 589, Gereja Barat melakukan tambahan

frasa "dan Putra" (Filioque), pada penggal kalimat "dan akan Roh

Kudus ...yang berasal dari Bapa". Penambahan itu dimaksudkan

unhrk menekankan keilahian dan kesetaraan antara Putra dengan

Bapa. Paus, yang mulanya menolak penambahan itu, akhimya menerima dan mendukungnya. Namun, Gereja Timur menolak, karena

melanggar Konsili Efesus. Penambahan ini kemudian menjadi penyebab utama terjadinya skisma--perpecahan--antara dua Gereja

(Barat dan Timur) pada abad ke-11. Konsili Vatikan II juga membuat

pembahan kecil pada Syahadat N-C, dengan mengganti kata pembtrka "Aku percaya" menjadi "Kami percaya".a3

The Passion of the Christ

Hingga 2004, perdebatan seputar konsep teologi yang berpangkal pada konsep "ketuhanan" Yesns masih bisa disimak. Maraknya

kontroversi terhadap film garapan Mel Gibson berjudul Tlrc Passion

of tlrc Cltrist pada awal 2004 menunjukkan, bagaimana konsep seputar masalah teologi Kristen ini masih menjadi kontroversi hebat.

Dalam teologi Kristen, peristiwa "penyaliban" (cnrcifixion) menjadi

faktor mendasar,aa namun perdebatan seputar "siapa yang"rnem-

bunuh Yesus" masih berlangsung hebat. Film Gibson mendasarkan

pada teks Bible, Yahudi-lah yang hams bertanggung jawab terhadap

terbuntrhnya Yesus. Vatikan sendiri membela film Gibson dan menyatakan, film ihr sudah sesuai dengan Perjanjian Baru. Tlrc Pnssion

mengisahkan sebagian kehidupan Yesus. Tetapi film itu dinilai

menggambarkan bangsa Yahudi bertanggung jawab besar terhadap

kematian Yesus. Paus menyatakan film ittl sebagai "lt is ns it loos",

karena ceritanya memang banyak memjuk pada Tlrc Nezu Testnntent.

Namtrn, Nezusueek edisi 16 Februari 2004 menulis bahwa justru Bible

ihr sendiri yang boleh jadi merupakan sumber cerita yang problematis (Brrf tlrc Bible cnn be a problematic source). Jika Paus menyatakan

film ihr sesuai dengan apa adanya, sebagaimana paparan dalam

Bible, justm dalam film itu ditemukan berbagai penyimpangan dari

cerita versi Bible.

Dalam Perjanjian Baru, memang dikatakan bahwa Yahudi bertanggung jawab terhadap pembunuhan Yesus. "Mengenai Injil mereka yaitu  seteru Allah oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan

mereka yaitu  kekasih Allah oleh karena nenek moyang (Roma,

11:28)." Di antara Perjanjian Baru, Matius dan Yohanes dikenal paling bersikap bermusuhan (hostile) terhadap Judaisme. Yahudi secara kolektif dianggap bertanggung jawab terhadap penyaliban Yesus. "Dan seluruh rakyat ihr menjawab: Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami (Matitrs,27:25)." Yahudi juga diidentikkan dengan kekuatan jahat. "Iblislah yang menjadi

bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu

(Yohanes, 8:44)." Sikap-sikap anti-Yahudi yang dikembangkan tokohtokoh Gereja kemudian yaitu  variasi atau perluasan dari tuduhanhrduhan yang tercantr,rm dalam Injil.

Namun, kontroversi seputar penyaliban Yesus itu memang

tems berlangsrlng. |ohn Dominic Crossan, professor dalam Biblical

Studies di DePaul University Chicago, menulis sebuah buku berjudul Wro Killed lexrs? yang isinya membuktikan bahwa pemahaman

tradisional terhadap terbunuhnya Yesus, yang digambarkan sebagai

perbuatan kaum Yahudi, sebagaimana dipaparkan dalam Perjanjian

Barn, bukan hanya salah, tetapi juga berbahaya. Ia juga mempertanyakan berbagai persoalan teologis yang mendasar, seperti "benarkah Yesus mati untuk menebus dosa-dosa mantlsia?" Juga "apakah

keimanan kita sia-sia jika tidak ada kebangkitan hrbuh Yesus?"

"Penyaliban" dan "Kebangkitan" yaitu  doktrin pokok dalam

teologi Kristen. Namun, itrstm di sinilah terjadi perdebatan seru di

kalangan teolog Kristen. John Dominic Crossan, menulis, bahwa cerita tentang kubur Yesus yang kosong yaitu  "satll cerita tentang

Kebangkitan dan bukan kebangkitan itu sendii" (Empty tomb stories

and plrysical appenrance stories are perfectly anlid parables expressing thnt

faith, akin in their ol.ut't tLioy to the Good Samaritan story. Tlwy are, for me,

pnrables of rexrrectiort rtot tlrc resurrection itselfl. Cerita tentang Yesus,

seperti tertera dalam Bible, menurtt Crossan, disusun sesuai dengan

kepentingan misi Kristen ketika itu. Termasuk cerita seputar penyaliban dan kebangkitan Yesus. Ihrtah yang dibuktikan oleh Crossan

melalui brrkunya tersebut.as

Perdebatan seputar Yesus bahkan pernah menyentuh aspek

yang lebih jauh lagi, yakni mempertanyakan, apakah sosok Yesus itu

benar-benar ada atau sekadar tokoh fiktif dan simbolik? Pendapat

seperti ini pernah dikemukakan oleh Arthur Drews (1865-1935) dan

seorang pengikutnya William Benjamin Smith (1850-1934).46 Bahkan,

perdebatan seputar Yesus itu kadangkala sampai menyentuh aspek

moralitas Yesus sendiri dalam aspek seksual. Marthin Luther sendiri

dilaporkan menyebutkan, bahwa Yesus berzina sebanyak tiga kali.

Arnold Lunn, dalam bukunya, The Re.aolt Against Renson, (London:

Eyre & Spottiswoode, L950), hlm. 233, mencatat: "Weimer mengutip

sebuah paragraf daritlrcTnble-Talk, di mana Luther menyatakanbahwa Yesus Kristus berzina sebanyak tiga kali, pertama dengan seorang wanita di sumur, kedua dengan Maria Magdalena, dan ketiga

dengan wanita pezitta," yang dilepasnya begitu saja. Jadi bahkan

Yesus Krishrs yang begitu suci hams melakukan zina sebelum ia

mati."

Bahkan, Tlte Tintes, edisi 28 Jdi 1967, mengutip ncapan Canon

Hugh Montefiore, dalam konferensi tokoh-tokoh Gereja di Oxford

tahrtrn\967:

"Para wanita yaitu  teman-temannya, namrln yang dicintainya

yaitu  para laki-laki. Fakta yang mengejutkan yaitu  ia tidak

menikah, dan laki-laki yang tidak menikah biasanya punya salah sahr dari tiga alasan: mereka tidak mampu melakukannya;

tidak ada perempuan, atau mereka pada dasarnya homoseks.. "{7

Perdebatan seputar Yesus memang tidak berkesudahan. Padahal, di atas landasan'Ketuhanan Yesus'inilah, teologi Kristen ditegakkan. Pada awal-awal kekristenan, mereka ingin menonjolkan aspek ketuhanan Yesus. Tetapi, teolog-teolog modern kemudian i.gi.

menonjolkan aspek kemanusiaan Yesus,. mendekati gagasan Arius

yang dulu dikutuk Gereja. Menyimak perdebatan tentang Yesus

yang tiada henti itu, maka teolog Kristen seperti Groenen membuat

teori "pokokrrya", bahwa meskipun pemikiran kaum Kristen tentang

Yesus Krishrs berbeda-beda, tetapi Yesus tetap tidak berubah. "Yeslls

yang satu dan sama sejak awal diwartakan dan--menurut keyakinan

Kristen harus diwartakan--"sampai ke u;'ung bnmi" (Kis 1:8) dan

"sampai ke akhir zar\an" (Matius 28:20) kepada "segala makhluk"

(Marktrs L6:15)". Menurut Groenen, iman memang membuhlhkan

pemahaman (fides guaerens intellectwrr), tetapi iman mesti mendahului pemahaman dan selalu melampaui pemahaman. Teologi, kristologi, hanyalah sarana. Kristologi tidak membicarakan Yesus Kristus

ifu sendiri, tetapi pikiran orang tentang Yesus.as

Memang, persoalannya bukan pada diri Yesus--yang memang

hakikatnya tidak tergantung pada pemahaman manusia. Tetapi,

yang jadi masalah bagi manusia yaitu  bagaimana memahami

Yesus. Benarkah atau salahkah pemahamannya. Tuhan sendiri pada

hakikatnya yaitu  Tuhan. Tidak bembah hakikat-Nya, apa pun pemahaman manusia tentang Dia. Tetapi, bagaimana manusia mema-

hami Tlrhan, di situlah masalahnya. Jika pemahamannya salah, maka

dia pun menjadi salah, baik dalam pemikiran maupun tindakan.

Argumentasi Groenen semacam ini tenhr sulit dipahami oleh

kalangan teolog yang sejak dahulu kala bemsaha memmuskan pemahaman tentang Yesus, namtln tidak pemah mencapai titik temu.

Kepelikan ihr bisa dipahami, mengingat Yesus sendiri tidak pernah

menyatakan, bahwa dia yaitu  Tuhan. Paul Young mencatat bahwa

selumh penulis Perjanjian Baru menekankan hakikat kemanusiaan

Yesus. Ia lapar, haus, dan lelah, sebagaimana manusia lainnya. Ia

juga punya emosi, bisa sedih dan senang. Tetapi, beratus tahun kemudian, Yesus dirumuskan dan disembah sebagai Ttrhan. "Yesus ini,

seorang manusia asli, menjadi fokus peribadatan Kristen. Benhrk peribadatan yang sangat berbeda dengan agama-agama besar dunia

yang lain," tulis Young. Tentang kepelikan seputar "misteri Yesus",

Mark TWain membuat sindiran: "Bukan bagian-bagian Bible yang

tak bisa ktrpahami yang membuatku resah, melainkan justm bagianbagian Bible yang bisa kupahami."{e

Problem teologis Kristen, problem teks Bible, dan juga pengalaman Barat yang traumatis terhadap hegemoni Gereja selama ratusan tahun telah membenhrk sikap 'traumatis'mereka terhadap Kristen. Cara pandang terhadap agama yang lahir dari peradaban Barat

yaitu  konsep yang traumatis terhadap agama. Dari sinilah muncul

paham sekularisasi--yang meskipun tidak membunuh agama, tetapi

menempatkan agama pada pojok kehidupan yang sempit. Agama

ditempatkan dalam wilayah personal dan membatasi wilayah kekuasaan mereka. Tak hanya itu, mereka juga melakukan proses liberalisasi dan dekonstmksi besar-besaran terhadap berbagai doktrin

Kristen. Dalam bidang sosial-politik mereka lahirkan konsep sekuIarisme yang menemukan aplikasi penting pasca Revolusi Prancis,

1789. Dalam bidang Teologi, mereka mengembangkan konsep Teologi Inklusif dan Pluralis yang menolak klaim Kristen sebagai satusahrnya agama yang benar (extrn ecclesiam ruilla salus). Dalam bidang

organisasi keagamaan, mereka menghantam konsep "formal religion"

dan mengembangkan konsep agama sebagai aktivitas. Dalam

bidang kajian Kitab Suci, mereka mengembangkan'hermeneutika'

yang mendekonstruksi konsep Bible sebagai "Tlrc Word oJ'God" (tlei

uerbwn) dan mengembangkan metode listorical criticistrt terhadap

Bible.

Melalui dominasi dan hegemoninya, Barat berusaha mengglobalkan konsep-konsep keilmuan dalam berbagai bidang, termasuk

dalam bidang pemikiran Islam. Proses liberalisasi dan sekularisasi

di berbagai bidang yang terjadi di dunia Islam tidak lain yaitu  bagian dari globalisasi yang berangkat dari pengalaman dan realitas

Barat dengan berbagai unsur yang membenhrknya, seperti tradisi

Judeo-Christian, tradisi Yunani, dan unsur-unslrr suku-suku bangsa

Eropa. Sebagai sahr peradaban besar yang masih eksis hingga kini,

Islam memiliki banyak perbedaan fundamental dengan peradaban

Barat.

Jika perbedaan konsepsi dan sejarah antara teologi Kristen dengan Islam, benar-benar dikaji secara cermat, seyogyanya tidak perlu

ada kalangan Muslim yang latah menyebarkan paham sekularisme,

pluralisme agama, metode kajian Bible unhrk Al-Qur'an dan sebagainya. Penjiplakan yang membabibuta terhadap tradisi Kristen-Yahudi--hanya karena terpesona oleh kemajuan fisik peradaban Baratbisa dikatakan sama dengan upaya btrnuh diri (masuk ke lubang

biawak) bagi Islam. Jika peradaban Barat kemudian mengembangkan dan memaksakan paham destmktif terhadap agama ini agar

dianut oleh pemeluk agama-agama yang lain, dapatlah dimaklumi.

Sebab, peradaban Barat pada hakikatnya memang "emoh agama"

atatr "anti-agama". Muhammad Asad (Leopold Weiqs) mencatat,

Peradaban Barat modern hanya mengakui penyerahan manusia kepada tunfutan-funtutan ekonomi, sosial, dan kebangsaan. Tirhannya

yang sebenarnya bukanlah kebahagiaan spiritual melainkan keenakan, kenikmatan duniawi. Mereka mewarisi watak nafsu untuk

berkuasa dari peradaban Romawi Kuno. Konsep "keadilan" bagi

Romawi, yaitu  "keadilan" bagi orang-orang Romawi saja. Sikap

semacam itu hanya mungkin terjadi dalam peradaban yang berdasarkan pada konsepsi hidup yang sama sekali materialistik. Asad

menilai, sumbangan agama Kristen terhadap peradaban Barat sangatlah kecil. Bahkan, saripati peradaban Barat ihr sendiri sebenarnya 'irreligious'. Ia menulis, "..jadi karakteristik Peradaban Barat

modem, tidak bisa diterima baik oleh Kristen maupun oleh Islamatau oleh agama lainnya, karena inti sejati peradaban itu bersifat

snngot irreligirts (...so characteristic of modern Western Civilization, is

as unacceptable to Christianity as it is to Islam or any other religion,

because it is irreligious in its very essence)." 50

Karena ihr, sungguh sulit dipahami dengan akal sehat, jika

banyak cendekiawan Muslim yang latah dan ikut-ikutan perilaku

Barat dalam "membunuh agarna" mereka. Jika mereka "masuk ke

Iubang biawak", mengapa kaum Muslim harus mengikuti mereka.


Zionisme dan Penentangnya

Salah satu masalah pelik yang dihadapi dunia internasional

saat ini yaitu  masalah Israel dan Palestina. Mahathir Mohamrnad,

bekas perdana menteri Malaysia, pernah menyatakan batuwa Palestina yaitu  kunci perdamaian dunia. Dewasa ini, politik hubungan

internasional dunia banyak dipengamhi oleh persekuhran Zionis

Yahudi, Kristen fundamentalis, dan intelektr"ral neo-konservatif di

Amerika Serikai dalam memperjuangan dan membela kepentingan

Israel. Negara Israel saat ini yaitu  buah dari perjuangan ideologi

yang disebut sebagai "Zionisme". Sukses Zionisme yaitu  buah persekutuan--lebih tepat disebut sebagai perselingkuhan antara kaum

Zionis Yahudi dengan imperialisme Barat. Kini, muncul kelompok

Kristen fundamentalis di AS yang mendukung pengtlasaan Israel

atas Palestina dengan merujuk pada ayat-ayat Bible.

Zionisme bisa dikatakan satu ideologi sekular yang sangat dramatis dan sukses mencapai tujuannya di abad ke-20. Berangkat dari

rumusan sederhana terhadap kondisi riil fenomena "anti-semitism"

(lebih tepat: Anti-leus)t di Eropa, ideologi ini disusun dengan sasaran jelas: membentrlk sebuah negara Yahudi. Dalam tempo 50 tahun,

sejak Kongres Zionis Pertama, tahun 1897,negara Yahudi--yang diberi nama lsrael--ihr berdiri pada l4Mei 1948. Menghadapi berbagai

penindasan atas Yahudi di Eropa, kalangan Yahudi ketika itu terbelah menjadi dua. Satu berpikiran, "asimilasi" dengan masyarakat

Kristen Eropa-Amerika yaitu  cara yang tepat untuk mengatasi problema itu. Pikiran lain yaitu  Zionisme politik, yang berpendapat

bahwa masalah Yahudi hanya bisa diselesaikan dengan mendirikan

sebuah negara khusus unhrk kaum Yahudi.

Dalam pandangan Yahudi, istilah Zionisme dinisbahkan kepada sebtrah bukit bernama Zion di Jemsalem. Istilah itu kemudian

identik dengan Jerusalem ihr sendiri. Mazmur 9:12, menyebutkan:

"Bernnznlurlah bngi Trlmn yang bersernayam di Sion." Alkitab terbitan

LAI tahun 2000, menggunakan istilah "Sion" untr"rk "Ziott". Dalam

ludaism, Pilkington mencatat, bahwa setelah King David menaklukkan Jemsalem dan menjadikannya sebagai ibu kota kerajaannya,

maka Jemsalem memiliki signifikansi khusus. Sejak itu selunh upacara korban disentralkan di Jerusalem. "Molrnt Zion"--nama salah

satur bukit di Jemsalem--kemudian identik dengan nama Kota ihr

dan juga selumh wilayah yang disebut Yahudi sebagai Eretz Yisrael

(Land of Israel).

Bagi Yahudi, istilah Zion memang mengandung makna religius, dan memiliki akar sejarah yang panjang. Di sinilah nanti akan

terlihat, bagaimana lihainya kaum Zionis yang sebenarnya sekuler,

menggrmakan istilah "Zionisme" untuk menamai gerakan mereka,

sehingga mampu menarik banyak dukungan orang Yahudi. Mazmtrr 137: 1 menyebutkan, "Di tepi stmgai-xmgni Bnbel, di snnnlnlt kita

dttdttk sambil menangis, npnbiln kita mengingat Sion." Ayat Mazmur ini

menggambarkan kerinduan Yahudi yang berada dalam pembuangan di Babylon trnhrk kembali keZiorv ke Jerusalem. Yesaya 51: 3 dan

52:1-3 menggambarkan kerinduan dan semangat untuk kembali ke

Sion. Yesay a 52:'1,-2 menyebutkan,

"Terjagalah, terjagalah! Kenakanlah kekuatarunu seperti pakaian, hai Sionl Kenakanlah pakaian kehormatanmu, hai Yemsalem, kota yang kudus! Sebab tidak seorang pun yang tak bersunat atau yang najis akan masuk lagi ke dalammu. Kebaskanlah

debu dari padamu, bangunlah hai Yemsalem yang tertawan'

Thnggalkanlah ikatan-ikatan dari lehermu hai Puteri Sion yang

tertawan."

Tampak bahwa istilah'Zionisme', digunakan dalam kerangka

kepercayaan dan harapan ini. Orang-orang Yahudi yang sedang diusir dan dianiaya di Eropa, kemudian, diidentikkan dengan kondisi

Yahudi yang berada dalam pengusiran di Babylon, setelah Kota mereka dihancurkan oleh Nebuchadnezzar pada 586 SM.2

Respon keagamaan di kalangan Yahudi terhadap Zionisme dan negara lsrael memiliki

banyak varian. Pertama, kelompok penentang keras Zionisme,

seperti the Haredim Moaement

dan Naturei Knrtn. Kelompok

Haredim memandang bahwa tanah Israel memang dijanjikan

Tuhan buat mereka. Dan tanah

itu dicabut oleh Tuhan dari mereka disebabkan karena ketidakpercayaan Yahudi sendiri terhadap perjanjian dengan Tirhan' Jika

Yahudi menaati Thurat, kata mereka, maka Tuhan akan mengembalikan tanah itu kepada Yahudi. Usaha aPa Pun untuk memPercepat penempatan Yahudi di "tanah yang dijanjikan" yaitu  stlalu

ketidaksabaran atas ianji Tuhan. Kelompok keras lain yang menentang Zionisme yaitu  Nnturei Knrta, yang menganggap negara Israel

sebagai produk dari "Zionisme tak bertuhan" (godless Zionisnt). Narna "Nnturei Knrtn" diambil dari bahasa Aramaic (Inggris: Guardians

of tlrc city), yaitu  kelompok anti-Zionis, ultra-ortodoks, yang tidak

mengakui negara Israel dan secara konsisten menentang negara Yahudi ini. Kelompok ini mendukung perjuangan Palestina dan menyerukan internasionalisasi Kota Jemsalem. Ajaran Naturei Karta

yang menolak negara Israel, didasarkanpada Thlmud (Ketubot 111a),

yang menyebutkan adanya perintah Tuhan untuk tidak: (1) menggunakan kekerasan3 dalam mengembalikan massa ke 'land of Israel' (2)

melakukan pemberontakan terhadap bangsa dimana Yahudi tersebar dan (3) mengambil inisiatif dalam memPercepat datangnya Messiah secara prematur. Intinya, kelompok Yahudi seperti Nahrrei Karta ini memandang bahwa Zionisme telah mengubah konsep orisinal

dari The promised land ke dalam bentuk konsep "nasionalisme", di

mana tanah dan bahasa Hebrew memungkinkan mereka menjadi

Yahudi tanpa Tuhan. (to be lews withottt God).4

Kedua, kutub agama yang berlawanan dengan kelompok Haredim atatr Naturei Karta, seperti Gtrsh Enumim (block of the faithfttl).

Kelompok ini memberikan biaya kepada para pemukim Yahudi di

Tepi Barat, setelah kemenangan Israel dalam Perang tahun 1967.Mereka menyatakan bahwa mereka kembali ke area tertentu unhrk

mempromosikan kehidupan Yahudi. Menumt mereka, cara ini akan

mempercepat kedatangan sang Messiah. Antara kedua kutub ihr

ada kelompok-kelompok Yahudi yang memberikan dukungan kepada negara Israel, tetapi tidak melihatnya dari sudut keagamaan.

Pendirian negara Israel, menumt mereka, bukanlah tanda-tanda

akan datangnya Sang Messiah. Namun, mereka mendukung pemukiman Yahudi dan menentang pengembalian wilayah ihr kepada

Palestina. Di antara kelompok tengah ini yaitu  apa yang disebut

sebagai "mainstream religious Zionists". Salah satu tokohnya, Rabbi

Meimon (1875-1962) menyatakan, "Negara Ibrani harus didirikan

dan dijalankan sesuai prinsip Agama Ibrani, yakni Torah Israel. Keyakinan kita sudah jelas: sejauh yang kita, para penduduk, memahaminya, agama dan negara saling membuhlhkan sahl sama lain."s

Kutub agama lain yang sangat keras dalam klaim keagamaan, misalnya, diwakili oleh kelompok Kach, benhrkan Rabbi Meir Kahane.

Kelompok ini sangat terkenal ketika seorang aktivisnya, Yigal Amir,

membunuh Yitzak Rabin, pada 4 November 1995.6

Pada kenyataannya, istilah "Jewish State" memang menunjukkan, negara Israel merupakan negara yang rasialis. Identifikasi keYahudi-an (leruishness.s) ditentukan tahun 7g5}-1954dalam cara yang

sama dengan definisi Hitler (dan berbagai ideologi atau kelompok

anti-Semitisme) lairurya, yaltrt siapa saja yang memiliki "darah Yahtrdi". Tahun \970, tllre Law of Rehrm diubah, dengan mendefinsikan Yahudi sebagai "orang yang dilahirkan dari ibu Yahudi,

atau yang memeluk agama Yahudi, dan tidak meniadi pemeluk agama lain.7

Di antara cendekiawan Yahudi kemudian, banyak yang menentang negara Israel. Misalnya, Dr. Israel Shahak. Karena sifat-sifat

agresif dan diskriminatifnya, Israel Shahak mencatat: "Dalam pandangan saya, Israel sebagai negara Yahudi membawa bahaya tidak

saja bagi dirinya sendiri dan bagi warganya, tapi juga bagi semua

bangsa dan negara lain baik di Timur Tengah maupun di luarnya."

Shahak menyebut contoh, bagaimana sampai tahun -1,993, partai Likttd menyetujui usul Ariel Sharon agar Israel menentukan perbatasannya berdasarkan Bible. Padahal, bagiZionis maksimalis, wilayah Israel Raya (EretzYizrael) itu melipttti: Palestina, Sinai, Jordan,

Syria, Lebanon, dan sebagian Tlrrki. Shahak juga menguraikan berbagai sikap diskriminatif Israel terhadap warga non-Yahudi.8

Pada tahun 1930, Albert Einstein juga menulis,

"Saya lebih dapat menerima adanya kesepakatan yang adil dengan orang-orang Arab, atas dasar hidup bersama dalam kedamaian, daripada harus membentuk sebuah negara Yahudi. Terlepas dari pertimbangan-pertimbangan praktis, kesadaran saya

akan esensi Judaisme menolak gagasan sebttah negara Yahudi,

dengan garis perbatasan, angkatan bersenjata, dan sebuah tindakan temporal yang berlandaskan kekuatan, bukan kerendahhatian. Saya takut akan terjadi kehancuranYudaisme dari dalam,

temtama akibat hrmbuhnya nasionalisme sempit di kalangan

kita sendiri."e

Roger Friedland dan Richard Hect, dalam bukunya, Tb Rtile

lentsalem, menyebutkan bahwa seiak awahrya, Yahudi memang tidak pernah sepakat terhadap Zionisme. Bahkan, Deklarasi Balfour

yang berisi dukungan Inggris terhadap Zionisme, iuga ditentang

oleh kalangan tokoh-tokohYahudi Inggris sendiri, termasuk Herbert

Samuel--Yahudi pertama yang duduk dalam kabinet Inggris dan kemudian menjadi Komisi Tinggi Inggris unhrk Palestina. Para penen-

tang Zionisme ini beralasan bahwa Judaisme yaitu  agama, dan bukan sattr bangsa (Judnisnr ruas n religiort, ttot o rtotiort). Sebagian besar

Yahtrdi religius yang mengunjungi Jerusalem sebelum para Zionis,

juga memandang, bahwa suahl negara sekular dan demokratis bagi

Yahtrdi yaitu  satu 'anathema', atau barang haram. Pada tahun 1881,

para rabbi Yahudi di Jerusalem mengecam para pendatang Zionis

dan menyebut mereka sebagai "parapendatang agresif yang mencemari tanah ini (transgressors zolto pollute tlrc land)". Para penentang

Zionisme ini juga menyatakan bahrn a negara zionis di Jerusalem

akan men-desakralisasikan kesucian Jemsalem.r0

Theodore Herzl

Idelogi Zionis modern--yang bert.jung pada pendirian negara

Yahudi Israel, tidak dapat dilepaskan dari nama Theodore Herzl.

Tokoh Zionis ini lahir pada2 Mei 1860 di Pesta (tahun 1872, berubah

nama menjadi Budapest), Hungaria dan meninggal 3 Juli 1904 di

Austria. Ia sering dijuluki sebagai "the father of modern Zionisrn".

Ayahnya, Jacob, seorang bankir dan bisnisman yang sukses. Dua

saudaranya pindah menjadi Kristen. Di masa kecilnya, ia sempat

sekolah agama Yahudi. Umur 9 tahun, ia masuk sekolah teknik. Tapi,

selama empat tahun, Herul lebih berminat mempelajari ilmtrilmu

humanitarian. Bakat menulisnya sudah tampak sejak duduk di secondary scltool. Ketika ihr ia sudah menulis artikel tentang politik di

mingguan Leberr, yang terbit di Vienna. Juga menulis sejumlah resensi btrktr trntuk Pest lurnaL Terakhir, ia mengambil kuliah hukum di

Vierutn's lazu of Sclnol dan menyelesaikan sarjana hukumnya tahun

1884. Perkawinannya dengan Julie Naschauer, putri seorang jutawan Yahudi, tidak sukses, dan sempat mempunyai tiga anak. Thhun

7891, ia menerima penugasan dari koran Neue Freie Presse, sebagai

koresponden di Paris. Inilah yang kemudian mengubah sejarah hidtrpnya. Tahun 1-894, Herzl meliput pengadilan terhadap Kapten

Alfred Dreyfus, seorang Yahndi yang dituduh melakukan kegiatan

mata-mata. Di sinilah Herzl melihat merebaknya semangat anti-Yahudi. Kasus Dreyfus ini telah mengubah pendapatnya. Jika sebelum

itu ia percaya pada teori "asimilasi" untuk penyelesaian masalah Yahtrdi, maka sejak ihl, Herzlmemandang perlunya ada sebuah "negara Yahtrdi" unhrk menyelesaikan masalah Yahudi. Tahun 7896, di'

hllisnya gagasannya itu dalam panfletberjudul "DerJudenstaat" (A

leuislt State). Herzl tampaknya sangat agresif. Setahun kemudian,

1897, meskipun menghadapi banyak tantangan, dia sudah menyelenggarakan Kongres Zionis Pertama. Orang ini dikenal sangat aktif.

Selain membenhrk organisasi dan menulis, ia juga aktif melobi pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh politik ketika itu, seperti Kaisar

Jerman Wilhelm II, Menteri-menteri Rusia seperti Count Sergei Yulievich dan Vyacheslav Pleve, Paus Pius X, Menteri-menteri Inggris,

seperti Neville Chamberlain, David Lyord George, Arthur Balfour,

Sultan Abdulhamid II, dan Raja Italia Victor Emanuel III. Catatan

hariannya yang terkenal setelah Kongres Zionis I, yaitu : "..Saya

telah mendirikan negara Yahudi. |ika aku mengatakannya hari ini,

aku akan ditertawakan oleh selumh alam semesta. Dalam waktu lima tahun, mungkin, dan dalam wakhl lima puluh tahun pasti, setiap

orang akan menyaksikannya." Kemudian, negara Israel didirikan 14

Mei 1948, 50 tahun 3 bulan, setelah catatan harian Herzl tersebut.

Thhtrn 1902, ia sempat menulis novel berjudul Altneuland (Old-nezo

Lnnd,1941.), yang membawa pesan, "Jika kau menginginkannya, ihr

btrkan mimpi (If you zoill it, it is rto dreant)."rl

Herzl bisa dikatakan seorang penulis skenario, sutradara, sekaligus aktor penting

dalam gerakan Zionis. Rencananya unfuk menyelenggarakan Kongres Zionis Pertama di

Munich berhasil digagalkan

oleh Yahudi Jerman, tetapi ia

tidak puhls asa, dan memindahkan Kongres ke Basel,

Swiss. Sesaat sebelum Kongres

itu dimulai, para rabbi Yahudi

Ortodoks di Jerman mengeluarkan

pemyataan, "Usaha-usaha dari apa y ang disebut kaum Zionis unhlk

mendirikan sebuah negara bangsa Yahudi di Palestina bertentangan

dengan janji-janji Messiah Judaisme." Namun, meskipun seorang

Yahudi sekular, Herzl mencoba tidak berbenturan dengan Yahudi

religius, agar mendapat dukungan yang lebih luas. Pada Kongres

Zionis kedua dibuatlah keputusan, "Zior:risrtte tidak akan melakukan tindakan apapun yang bertentangan dengan perintah-perintah

agama Yahudi."r2

Namun, fakta di lapangan kemudian lebih berpihak kepada

Zionis. Mereka terbukti lebih mendominasi politik Yahudi dan bekerjasama dengan kekuatan Barat unhrk mendirikan dan mempertahankan negara Israel. Sejak berdirinya, 1948, hingga sekarang, politik Israel tetap didominasi kaum sekuler, baik sekuler kanan (Likud)

mauprln sekuler kiri (Bumh). Sejak pemilu pertama, 1949, kelompok

Bumh yang berideologi kiri-sekularsudah mendominasi perpolitikan Israel. Pada pemilu,7949 itu, dua partai kelompok Buruh, Mapai

dan Mapam, meraih 65 kursi dari 120 kursi yang diperebutkan di

Knesset (Parlemen Israel). Mapai didirikan oleh Ben-Gurion, tokoh

Zionis yang mewarisi kepemimpinan Herzl diWorld Zionist Organization (WZO). Dominasi Buruh itu berlangsung sampaipemllu1977,

setelah dikalahkan oleh Likud.13

Di tangan Yahudi sekuler yang mendominasi pemerintahan

Israel itulah, Israel masih terus menduduki wilayah Palestina dan

melestarikan pengusiran bangsa Palestina dari tanah airnya. Hingga

kini, sekitar 3,9 fifta bangsa Palestina masih tert.s hidup dalam pengungsian. Kondisi ini telah menjadi sumber penting terciptanya

konflik-konflik intemasional, khususnya antara Muslim dengan

Yahudi, apalagi sejak naiknya tokoh Partai sekuler kanan, Likud,

Ariel Sharon ke puncak kekuasaan eksekutif Israel dalam pemilu 6

Februari 200L, Israel memang dipandang oleh banyak pengamat telah mencapai puncak ortodoksinya.

Di tengah arus menguatnya ortodoksi di kalangan Yahudi,

muncul pula dukungan terhadap Zionis Israel dari kalangan kelompok Kristen fundamentalis. Mereka menggunakan legitimasi ayat-

ayat Bible dalam mendukung Israel. Kalangan Kristen ini membenarkan hak historis Israel atas Palestina dengan menggunakan

dalil Bible, Kitab Kejadian 12:3 :

"Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau,

dan menguhrk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmll semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."

Hingga kini, sikap Kristen fundamentalisla ini masih sejalan dengan kepentingan pragmatis-imperidlistik Barat. Kata Roger Garaudy: "Sebenarnya Israel bukan saja mempakan perwakilan bagi kepentingan kolektif kolonialisme Barat di Timur Tengah-khususnya

Amerika Serikat--melainkan juga sebagai keping utama dalam hubungan antarkekuatan pada percaturan politik dunia.15

Respons Utsmani dan Infiltrasi Zionis

Menelaah respon Muslim terhadap Zionisme bisa dilihat dalam

kasus respon Turki Utsmani. Pada periode inilah, Zionisme mencapai saat-saat yang paling menentukan dalam mewujudkan gagasannya. Zionisme yang bertujuan mendirikan negara Yahudi di Palestina, tidak mungkin terwujud tanpa mendapat resfu atau merampas

wilayah itu dari kekuasaan Utsmani. Hubungan Tlrrki Utsmani dan

Yahudi telah mendapat  kajian yang sangat luas di berbagai dunia saat ini. Dalam sejarahnya yang panjang,633 tahun (1289-1922),

Utsmani mencatat sejarah yang manis perlindungan terhadap Yahudi. Selama lebih dari 500 tahun, Utsmani menjadi "sltrga" bagi pengungsi Yahudi yang diusir dan dibantai oleh Kaum Kristen Eropa.

Namun, keharmonisan ifu berakhir menyusul kemunculan gerakan

Zionis Yahudi pada abad ke-19.

Mulanya, gerakan Zionis berharap mendapat  wilayah Palestina secara sukarela dari penguasa Utsmani, yang ketika itu dipimpin Strltan Abdul Hamid II (memerintah:7876-1909). Tak lama

setelah menerbitkan bukunya, Der ludertstnat, Herzl mengunjungi

Istambul, bertemu Perdana Menteri Utsmani dan mempresentasikan

rencana pendirian Palestina sebagai tanah air kaum Yahudi. Ia menawarkan bantuan untuk melunasi utang negara Utsmani. Thk hanya ihr, Herzljtrga melakukan lobi melalui Kaisar Austria Wilhelm

II, yang memiliki hubungan baik dengan Sultan Abdul Hamid II.

Kaisar setuju dengan gagasan Herzl dan merekomendasikan rencana Herzl kepada Sultan. Dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada pamannya, Kaisar menulis,

"Saya percaya pendudukan Thnah Suci oleh orang-orang kaya

dan industrialis akan membawa kesejahteraan dan berkat yang

banyak bagi Thnah Suci, yang juga akan membangkitkan serta

mengembangkan kawasan Asia Kecil. Pendudukan seperti itu

akan membah,a uang berjuta-jtrta ke dompet bangsa Turki....

dan secara bertahap akan menyelamatkan 'Orang Sakit' ihr dari

kebangkmtan."r5

Sultan menolak keras tawaran Herzl. Sultan kemudian menyatakan kepada Newlinsky, seorang wartawan dan teman karib Herzl,

pendiriannya,

"Jika Tuan Herzl yaitu  kawan baik Anda sebagaimana Anda

kawan baik saya, maka nasihati dia unhrk tidak mengambil

langkah apapun lagi dalam masalah ini. Saya tidak bisa menjual bahkan selangkah pun dari tanah ihr, karena ia bukan

milikku tapi milik rakyatku. Rakyatku telah mendirikan kesultanan ini lewat perjuangan dengan darah mereka dan menyuburkan tanah ini dengan darah mereka. Kami juga akan menyelimutinya dengan darah kami sebelum kami membiarkannya

dirampas.... Kesultanan Turki bukan milikku tapi milik rakyat.

Saya tak bisa membiarkan bagian manapun daripadanya hilang

begitu saja. Orang-orang Yahudi bisa memiliki miliaran uang.

Di saat kesultananku terpecah-pecah, tak ada lagi gunanya

mereka mendapat  Palestina."Gerakan Zionis menemPati posisi yang kritis pada era kepemimpinan Sultan Abdul Hamid ll (1876-7909) di Turki Utsmani.

Sebagaimana kebijakan para pendahulunya, Sttltan menjadikan Thrki Utsmani sebagai wilayah aman bagi Yahudi, di saat mereka menjadi korban pembantaian dan penganiayaan di wilayah Kristen

Eropa. Karena itu, banyak pujian yang diberikan oleh Yahudi kepada Sultan Abdul Hamid. Tetapi ketika gerakan Zionis mendapat 

sikap Sultan yang keras terhadap rencana mereka unhrk mendapat  wilayah Palestina, maka Gerakan Zionis ben-rsaha untuk menumbangkan Sultan. Dengan menggunakan jargon-jargon "liberation", "freedom", dan sebagainya, mereka menyebut pemerintahan

Abdul Hamid II sebagai "Hamidian Absolutism", dan sebagainya.

Sebuah situs Yahudi menyebut Sultan Abdtrl Hamid II sebagai "the

damned" (ya.g terkutuk).16 Gerakan Zionis di Turki Utsmani mencapai sukses yang sangat signifikan, menyusul pencopotan Sultan

pada bulan April 1909. Di antara empat perwakilan National Assembly yang menyerahkan surat pencopotan Sultan itu yaitu  Emrnanuel Carasso (Yahudi) dan Aram (Armenia).le

Yang ironis, di tengah kerasnya penolakan Abdul Hamid II terhadap Zionisme,

imigran Yahudi yang datang ke Palestina

justru bertambah secara mencolok. Pada periode 1882-1904, yang dikenal sebagai Firsf

Aliynh (tlrc First lntmigraiiotz), sekitar 30.000

imigran Yahudi dari Eropa Timur datang ke

Palestina dengan dukungan dana dari keluarga Rothschild yang suPerkaya. Aliynh

kedua, yang terjadi tahtrn 1904 sampai

mulainya Perang Dunia I, ditandai dengan

imigrasi sekitar 33.000 orang Yahudi. Imigrasi besar-besaran Yahudi

di |ertsalem dan wilayah Palestina lainnya ini menunjukkan adanya

ketidakefektifan dari kebijakan pemerintahan Utsmani. Hasilnya,

populasi Yahudi di Palestina meningkat secara dramatis pada akhir

abad ke-19 dan awal abad ke-20; dari 24.000 pada tahun L882

menjadi 47.000 pada tahun 1890; 80.000 pada tahun 1908 dan 85.000

pada tahun 1,91,4 (atau meningkat dari 5 persen menjadi sekitar Ll.

persen pada periode yang sama).2o

Kebijakan Sultan Abdul Hamid II terhadap Gerakan Zionis

tidak berjalan efektif, sebab pemerintahannya telah dilumpuhkan

dari dalam. Apalagi, setelah 1908, kekuasaan di Tlrrki praktis berada

di tangan Comndttee and Union Progress (CUP)-organisasi yang

dibenhrk oleh Gerakan Tirrki Muda (Young Trrk Moaement). CIJP

memiliki hubungan dekat dengan para aktivis Zionis, dan tidak terlalu peduli dengan gerakan pemberontakan dan separatisme yang

dilakukan Zionis. Kebijakan Sultan sudah terlalu terlambat. Ibarat

penyakit, hal itu sudah menyerang organ-organ vital di dalam hrbuh

Tirrki Utsmani. Bahkan, akhirnya, Abdul Hamid II sendiri yang tersingkir.

Smsrt Rebellion

Kiprah gerakan Zionis Yahudi di T[rrki Utsmani dapat dikatakan sebagai suahl bentuk "stnart rebellion", yang berbeda dengan

gerakan-gerakan separatis minoritas lainnya-seperti Armenia.

Smart rebellion tidak mengandalkan pada kekuatan senjata dan fisik,

tetapi lebih mengandalkan gerakan bawah tanah alias clandestine.

Mereka menyelubungi gerakan Zionis dengan aktivitas berbenhrk

sosial, ekonomi, kebudayaari, dan pendidikan. Pada periode-periode awal, mereka sama sekali tidak melakukan konfrontasi terbuka

dengan pemerintahan Utsmani.

Tahun 1899, dua tahun setelah Kongres Zionis pertama, beberapa Yahudi di Salonika mendirikan satu asosiasi yang dikenal den