Tampilkan postingan dengan label yahudi menggenggam dunia 7. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label yahudi menggenggam dunia 7. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

yahudi menggenggam dunia 7



 ce 1919 

1944) halaman 44 mengatakan, bahwa Lushian Wolf minta secara pribadi 

kepadanya, agar ia mau menunjukkan pendapatnya tentang orang-orang Yahudi 

yang harus diberi perlindungan internasional. Dalam waktu yang sama mereka 


juga harus diberi hak seperti layaknya warga negara lain, di mana pun mereka 

berada. 

 

Seorang penulis Perancis George Pateau dalam bukunya yang diberi judul 

"Masalah Yahudi" (The Problem of the Jews) halaman 38 mengatakan : 

 

"Tanggungjawab diberikan kepada orang Yahudi yang telah mengelilingi 

presiden Amerika Serikat Wilson, perdana menteri Perancis Clemenceau dan 

perdana menteri Inggris Lloyd George, dalam menyulap perundingan damai 

menjadi perundingan Yahudi." 

 

Selanjutnya perlu juga disinggung mengenai peristiwa yang terjadi pada saat 

perundingan berlangsung di Paris tahun 1919, saat presiden Wilson pada 

mulanya mengajukan pendapatnya yang sangat jitu. Akan tetapi sayang, tiba-

tiba ia mendapat telegram tertanggal 28 Maret 1919 terdiri dari 2000 kata, yang 

dikirim kepadanya secara pribadi oleh Yacob Sheiff, wakil pemilik modal 

internasional di Amerika, yang telah kita sebutkan berulang kali. Telegram itu 

berisi gagasan pihak yang diwakili Yacob Sheiff mengenai 5 masalah 

internasional, yaitu masalah Palestina, pampasan perang yang harus dibayar 

oleh Jerman, masalah Sisilia, Terusan Danring dan wilayah Sarre (Jerman). 

Telegram ini telah mempengaruhi pendirian presiden Wilson, dan membuatnya 

berubah pendirian, sehingga jalan perundingan dibuatnya berputar haluan. Duta 

besar Perancis untuk Inggris, pada waktu itu De San O'clear melukiskan 

peristiwa itu dalam bukunya mengenai politik yang kelak ia tulis, berjudul 

"Jenewa menuju Perdamaian" (Jeneve Towards Peace) menyebutkan, bahwa isi 

teks yang terkandung dalam perjanjian Versailles berkenaan dengan 5 masalah 

itu yaitu  hasil rancangan Yacob Sheiff dan orang-orang sedarahnya. 

 

Masalah Palestina merupakan agenda pembicaraan yang paling banyak 

difokuskan oleh para peserta. Sebelum gerakan Yahudi terselubung selesai 

menentukan pemerintahan perwakilan Inggris di Palestina dalam perundingan 

damai itu, mereka telah mengalihkan program mengenai point yang lain, yaitu 

persiapan untuk merancang pecahnya Perang Dunia II. Maka isi rumusan 

perundingan damai yang dibebankan kepada Jerman sangat tidak adil dan 

memberatkan. Hal ini merupakan bibit-bibit ketidakpuasan di kalangan bangsa 

Jerman yang kelak menimbulkan dendam nasional. Begitulah kenyataan yang 

terjadi dalam peristiwa berikutnya. 

 

Konspirasi tidak lupa untuk menoleh kepada usul mengenai pembentukan Liga 

Bangsa-Bangsa (Nations League) Yang telah disahkan dalam perjanjian 

Versailles. Maka tidak mengherankan kalau forum internasional ini kelak menjadi 

ladang subur bagi penanaman berbagai rancangan yang dibuat oleh Konspirasi, 

sekaligus menjadi kuda tunggangan bagi para pemilik modal internasional. Oleh 

sebab itu, kelak tokoh Zionis kenamaan Nachom Sokolov, kepala Komite 

Eksekutif Konferensi Zionisme menjadi berbangga diri dalam badan internasional 

ini. Pada tanggal 25 Agustus 1952 ia mengatakan, bahwa Liga Bangsa-Bangsa 


yaitu  hasil buah pikiran orang-orang Yahudi. Pernyataan ini dikutip secara 

harfiah oleh kolonel M.H. Seen dari Amerika, dalam bukunya "Tangan Kotor" 

(The Filty Hand), yang sengaja ia tulis untuk memperingatkan bangsa Amerika 

mengenai bahaya Zionisme. Juga perlu kita perhatikan pernyataan Weekham 

Syde, seorang pakar dalam masalah internasional dan pimpinan redaksi harian 

besar berbahasa Inggris The Tunes. la berkali-kali menyinggung adanya 

pengaruh terselubung yang dilakukan oleh para pemilik modal Yahudi 

internasional. la menulis buku besar dengan judul "Selama 30 Tahun" (In the 

past 30 Years). Dalam halaman 301-302 ia mengatakan: saat  Winston 

Churchill mengadakan kunjungan ke tanah Palestina tahun 1921, delegasi Arab 

datang untuk menyambutnya. Mereka menjelaskan kepadanya tentang 

ketidakadilan dan kekejaman langkah-langkah kebijakan yang ditempuh 

pemerintah Inggris untuk memenuhi cita-cita Zionisme, yaitu menguasai bumi 

Palestina. Mereka mengemukakan, bahwa bangsa Arab telah mendiami bumi itu 

sejak ribuan tahun yang silam. Mereka minta agar Churchill sudi mengusahakan 

adanya penyelesaian mengenai ketidakadilan ini. Akan tetapi Churchill 

menjawab: 

 

"Masalah itu di luar wewenang kekuasaanku, di samping aku sendiri juga tidak 

setuju. Bahkan kami yakin, bahwa yang telah digariskan dalam deklarasi Balfour 

ini akan lebih baik bagi kemaslahatan dunia, bagi kerajaan Inggris dan bagi 

bangsa Arab sendiri. Kami akan tetap mewujudkan rencana itu." 

 

Tidak seorang pun bisa membayangkan, bagaimana perasaan delegasi Arab 

yang mendengar jawaban Churchill itu, yang terus terang menunjukkan 

keterlibatan Churchill dengan program terselubung Zionisme. Bahkan kami 

pribadi (penulis) baru tahu masalah ini setelah tahun 1954, pada saat Churchill 

mengadakan kunjungan ke Amerika Serikat dalam suatu pertemuan dengan 

Bernard Baruch, seorang Yahudi yang memainkan pecan penting dalam politik 

Amerika Serikat dari balik layar selama bertahun-tahun, pada masa 

pemerintahan Roosevelt yang menjabat sebagai kepala penasihat presiden di 

Gedung Putih. Pada pertemuan itu Churchill menyatakan, bahwa dia yaitu  

seorang Zionis, dan akan tetap sebagai orang Zionis. Mungkin saat  menjawab 

delegasi Arab, Churchill masih teringat ancaman terbuka kepada Inggris, yang 

dikeluarkan oleh tokoh Zionis terbesar, Haim Weizman yang dimuat dalam 

majalah Gudesha edisi ke 4 tahun 1920, yang bunyinya secara harfiah sebagai 

berikut : 

 

"Kami akan tetap hidup berdiam di tanah Palestina, baik Anda mau atau tidak. 

Maka langkah yang paling baik untuk Anda lakukan sekarang yaitu  

mempercepat proses imigrasi bangsa Yahudi ke Palestina atau memperlambat 

sedikit. Namun yang paling baik bagi Anda yaitu  membantu kami supaya 

kekuatan kami tidak berbalik menentang Anda. Kami sekarang berada dalam 

barisan bersama Anda. Dan Anda semua tahu, bahwa kami punya kekuatan di 

setiap penjuru dunia." 

 


Ancaman seperti itu bukan satu-satunya. Dalam konferensi Zionisme yang 

diadakan di kota Budapest ibukota Hunggaria tahun 1919, para tokoh Zionis 

peserta konferensi mengeluarkan ancaman terbuka kepada dunia. Pernyataan 

yang bernada mengancam seperti itu juga datang dari Hain Weizman sendiri. Ia 

mengatakan : 

 

"Organisasi Zionisme kita akan memainkan perannya dalam mengatur dunia 

baru pada masa pasca perang. Kitalah yang menciptakan Liga Bangsa-Bangsa, 

dan kita akan berjalan di belakang program yang telah kita buat. Tujuan dan 

kepentingan yang kita inginkan telah kita tentukan sebelumnya." 

 

Kami (penulis) menyelesaikan penulisan bab ini tahun 1944, setelah mempelajari 

dokumen dan data-data yang sebelumnya kami kumpulkan. Akan tetapi, setelah 

8 tahun kemudian sesuai dengan jabatan kami dalam pemerintah sebagai 

perwira inteligen rahasia, kami mendapatkan sebuah dokumen rahasia 

berbahaya. Kami merasa wajib untuk menyertakan beberapa bagian dari 

dokumen itu dalam bab ini, mengingat masalah ini punya arti tersendiri, yaitu 

yang berhubungan dengan konferensi puncak Sidang Darurat Para Pendeta 

Yahudi se-Eropa, yang diadakan di Budapest tanggal 22 Januari 1952. Berikut 

ini yaitu  ringkasan dari dokumen tersebut yang mengandung beberapa 

paragraf harfiah, yang memungkinkan kami memuatnya, yaitu: Laporan dari 

Eropa tentang konferensi puncak Sidang Darurat Pendeta Yahudi se-Eropa, 

pidato rahasia yang disampaikan oleh pendeta tertinggi Yahudi Emanuel 

Robinovich tertanggal 12 Januari 1952. 

 

Selamat berbahagia putra-putraku . . . 

Kalian telah terpanggil untuk mengadakan pertemuan istimewa ini untuk 

mengkaji masalah dan rancangan pokok bagi program kita yang baru, yaitu 

program yang berkaitan dengan perang yang akan datang, sebagaimana yang 

kalian telah ketahui. Rancangan kita semula membutuhkan tenggang waktu 20 

tahun, sehingga kita mendapatkan seluruh keuntungan yang dihasilkan dari 

Perang Dunia II. Akan tetapi, beberapa pertimbangan baru mengharuskan 

adanya pengurangan jangka waktu 5 tahun lebih dini. Langkah-langkah yang 

masih kita lakukan demi tujuan kita, sejak 3000 tahun yang lalu sekarang telah 

berada dalam jangkauan tangan kita. Sebentar lagi kita pasti akan bisa memetik 

buahnya, dengan syarat kita harus melipat gandakan usaha keras dengan 

menggunakan pikiran dan pengalaman apa saja yang kita miliki. Kami bisa 

meyakinkan Anda sekalian, bahwa beberapa tahun lagi bangsa kita akan bisa 

mengembalikan posisinya di tempat paling atas di dunia. Ini merupakan hak 

alami yang telah dirampas semenjak kurun waktu yang sangat panjang. Dan hal 

ini akan kembali kepada kita seperti semula, sehingga setiap orang Yahudi akan 

menjadi tuan, dan setiap gentile atau non-Yahudi akan menjadi budak ... (aplaus 

besar). Sekarang ini, kami akan menawarkan pemikiran tentang perang 

mendatang. Kalian tentu ingat keberhasilan besar mengenai program yang kita 

laksanakan sejak tahun 1930. Propaganda besar-besaran yang kita 

sebarluaskan telah berhasil meniupkan api kebencian di Jerman terhadap dunia 


Barat dan terhadap unsur semitik. Kemudian kita juga meniupkan rasa 

kebencian bangsa Barat terhadap bangsa Jerman, yang disebabkan oleh sikap 

permusuhan Jerman terhadap unsur semitik. Inilah program pokok yang 

sekarang sedang kita laksanakan untuk meniupkan rasa kebencian Timur 

terhadap Barat, dan di Barat terhadap Timur. Kita akan memerangi bangsa-

bangsa yang bersikap netral untuk memaksa mereka bergabung dengan blok ini 

atau blok itu. Kita tidak akan membiarkan seseorang menghalangi jalan yang kita 

tempuh. Untuk mencapai tujuan awal dari program ini, kita akan menanamkan 

orientasi militerisme dan naluri perang di Amerika. Akan tetapi, rancangan 

undang-undang yang kita ajukan kepada kongres Amerika dengan dukungan 

dari jaksa agung mengenai wajib militer bagi setiap warga Amerika ternyata 

ditolak. Kita mengalami kegagalan sementara. Kita akan mulai usaha baru lagi 

dengan bekerja keras, untuk melemparkan tuduhan kepada pihak Uni Sovyet, 

bahwa negara itu melakukan kebijakan anti semitik, meskipun terdapat 

hubungan erat antara kita dan Komunisme. Kita akan mendukung dengan dana 

dan pengaruh bagi organisasi yang membela unsur semitik, khususnya di 

Amerika. Tujuan terakhir program ini yaitu  menciptakan Perang Dunia III, yang 

akan mengakibatkan kehancuran total, dan pengaruh yang jauh lebih besar dari 

pada seluruh peperangan yang pernah terjadi. Kita akan membuat Israel tetap 

netral dalam perang ini, sehingga terhindar dari kehancuran. Setelah itu, Israel 

akan menjadi tempat sidang-sidang perundingan, pengawasan dan lain-lain, 

yang saat itu akan diserahi tugas untuk mengawasi bangsa-bangsa yang tersisa. 

Perang inilah yang akan merupakan pertikaian terakhir dalam sejarah melawan 

kaum gentiles. Kita kelak akan membuka kedok yang menutupi wajah identitas 

kita yang sebenarnya di hadapan mata dunia. Ada sebuah pertanyaan diajukan 

oleh salah seorang pendeta Yahudi. Saya mohon yang mulia pendeta 

Robinovich menjawab pertanyaan berikut ini, 'Bagaimanakah nasib agama-

agama setelah Perang Dunia III berakhir?' Robinovich menjawab, "Di sana tidak 

akan ada lagi agama setelah Perang Dunia III, dan tidak ada pula tokoh-tokoh 

agama. Keberadaan agama dan tokohnya merupakan ancaman bagi kita, karena 

agamalah yang mampu membuat ancaman bagi kita untuk menguasai dunia. 

Kekuatan jiwa yang ditimbulkan dari iman pemeluk agama akan melahirkan 

sikap berani untuk menghadapi kekuatan kita. Akan tetapi, kita akan tetap 

memelihara sebagian dari ajaran agama yang bersifat lahiriah saja. Sedang 

agama Yahudi akan tetap merupakan pegangan bagi setiap bangsa Yahudi, 

dengan satu tujuan untuk menjaga tali pengikat antar-bangsa kita, dan sekaligus 

sebagai tameng untuk menghalangi orang non-Yahudi tidak masuk ke dalam 

barisan kita melalui perkawinan atau lainnya.” 

 

 “Untuk mencapai tujuan akhir, bisa saja kita memerlukan cara yang 

menyedihkan, seperti pernah kita lakukan pada masa Hitler, yaitu kita sendiri 

yang mengatur terjadinya peristiwa penindasan terhadap sebagian bangsa kita 

sendiri. Dengan kata lain, kita akan menumbalkan sebagian putra bangsa kita 

sendiri pada suatu peristiwa yang akan kita atur dari belakang layar. Kita bisa 

mendapatkan alasan yang cukup untuk menarik simpati dan dukungan bangsa 

Eropa dan Amerika, serta dunia pada umumnya dari satu sisi. Sedang dari sisi 


lain, para tokoh militer yang terlibat perang, seperti pernah kita lakukan dalam 

pengadilan Nurenburg (Jerman) setelah Perang Dunia II. Tumbal itu mungkin 

mencapai ribuan nyawa bangsa kita, dan kita sendiri yang akan melakukan 

pembunuhan terhadap mereka, agar kita bisa melemparkan tuduhan terhadap 

pihak lain. Meskipun tumbal itu besar, namun kita tidak perlu mengukur besar-

kecilnya tumbal demi tujuan kita yang terakhir, yaitu menguasai dunia. Anda 

sekalian sekarang melihat kemenangan terakhir dengan jelas, seperti melihat 

gajah di pelupuk mata. Kalian akan kembali ke negara masing-masing setelah 

konferensi ini untuk mengajak bangsa kita bekerja keras, sehingga akhirnya 

akan sampai pada suatu saat, di mana Israel akan membuka hakikat diri yang 

sebenarnya kepada dunia, sebagai tempat memancarnya cahaya yang akan 

menerangi seluruh jagad." 

 

Sampai di sini Robinovich mengakhiri pidatonya. Komentar tidak diperlukan lagi. 

Satu hal yang perlu kita singgung yaitu , bahwa kongres itu menguatkan hasil 

analisa kita sebelumnya, sehubungan dengan masalah anti semitik dan Nazisme 

dan seterusnya, yang bisa meyakinkan kita, bahwa kekuatan di balik layar yang 

diatur oleh Zionisme pada hakikatnya yaitu  kekuatan yang mengeksploitasi 

gerakan anti semitik dengan memperalat Hitler dan Nazismenya. Kekuatan itu 

pula yang sedang merancang dan mendalangi untuk menjerumuskan dunia ke 

dalam Perang Dunia III. Hitler dan Nazisme bagi orang awam belum banyak 

dikenal. 

 

Banyak yang tidak memperhatikan adanya tangan-tangan terselubung di balik 

peristiwa yang terjadi di Jerman, yaitu saat  para pemilik modal Yahudi 

internasional mempersenjatai Nazisme, dan membangun perindustrian Jerman 

setelah perjanjian Versailles. Pada saat itu Hitler menggalakkan anti Yahudi. Di 

sini timbul pertanyaan, mengapa Stalin dan dunia Barat tutup mulut, saat  

melihat Jerman bangkit dan membangun militernya kembali secara 

besarbesaran, yang bisa mengancam dunia Barat dan Rusia? Menurut 

pengamatan yang cermat, justru Stalin sendiri telah mengadakan perjanjian 

kerja-sama rahasia dengan penguasa militer di Jerman, bahkan sebelum militer 

berkuasa untuk melatih dan mempersenjatai angkatan perang Jerman. Dan lagi, 

beberapa lembaga keuangan Barat menyalurkan dana-dananya untuk 

membiayai pembangunan industri persenjataan Jerman. Tokoh-tokoh Barat 

bukan tidak tahu apa yang terjadi di balik layar di Jerman pada waktu itu, dan 

kebangkitan kekuatan militernya. Kami (penulis) secara pribadi tahu akan hal itu 

dengan yakin, saat  kami menghadiri konferensi perlucutan senjata yang 

diadakan di London tahun 1930. Hasil studi analitis mengenai periode 1920- 

1938 dalam sejarah modern yang kami lakukan menunjukkan, bahwa pemilik 

modal Yahudi internasional telah memusatkan kegiatannya dalam periode ini 

untuk meraih tujuan-tujuan sebagai berikut : 

 

1) Menyalakan api Perang Dunia II, sesuai dengan program asli semenjak 

dulu. Mereka berhasil. 

 


2) Memerangi pemerintahan dan pergerakan yang memusuhi mereka di 

Eropa dengan segala cara dan sarana. Dalam hal ini, mereka juga telah 

berhasil dengan gemilang, seperti penyingkiran pemerintahan Asquith di 

Inggris pada masa Perang Dunia I. 

 

3) Memaksa Inggris, Perancis, kemudian Amerika Serikat untuk menyetujui 

berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina. Pada 

masa Perang Dunia I Inggris telah menjanjikan para pemilik modal Yahudi 

internasional untuk mendesak Amerika Serikat lewat organisasi Yahudi di 

Amerika, agar negara itu terlibat dalam perang bersama sekutu dengan 

imbalan, bahwa Inggris akan membela cita-cita Zionisme. Data-data 

inteligen angkatan laut menunjukkan, bahwa peristiwa penyerbuan 

Jerman terhadap kapal perang Amerika, Lusiana, kemudian tenggelam 

yaitu  sebuah peristiwa yang sengaja dirancang sebelumnya sebagai 

preteks agar Amerika Serikat melibatkan dirinya dalam Perang itu, persis 

penyerbuan Pearl Harbour oleh angkatan udara Jepang tahun 1941, 

sehingga Amerika-Serikat saat  itu bisa terjun dalam kancah Perang 

Dunia II. 

 

Adapun naskah asli dalam perjanjian Versailles tentang nasib tanah Palestina di 

bawah kekuasaan pendudukan Inggris disebutkan dalam rumusan berikut ... 

yaitu untuk mengubah tanah Palestina menjadi sebuah negara nasional bagi 

bangsa Yahudi. 'mengubah" menjadi "mendirikan", dengan maksud menutupi 

niat buruk bangsa Yahudi sebenarnya di seluruh wilayah itu. Maka rumusan 

menjadi sebagai berikut21

 : 

 

"His Majesty's government view with favor the establishment in Palestine of a 

national home for the Jewish people, and will use their best endeavors to 

facilitate the achievement of this object, it being clearly understood that nothing 

shall be done which might prejudice the civil and religious rights of existing non-

Jewish communities in Palestine, of the right and political status enjoyed by Jews 

in any other country." (Pemerintah baginda raja melihat dengan tatapan belas 

kasih mengenai berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di 

Palestina, dan akan mengusahakan dengan segala kemampuan pemerintah 

kerajaan Baginda untuk mewujudkan cita-cita ini. Sebagaimana sama-sama 

dimaklumi, tidak ada langkah yang akan diambil yang kira-kira bisa menyinggung 

hak sipil atau agama bagi masyarakat non-Yahudi yang ada di Palestina, atau 

hak dan status politik yang dimiliki oleh Yahudi di negara lain manapun). 

 

Dalam ulasan terdahulu telah kita bicarakan, bagaimana kekuatan Konspirasi 

bisa menaklukkan arah politik seluruh negara Eropa pada masa antara Perang 

Dunia I dan Perang Dunia II, yaitu politik yang ditandai dengan ketamakan 

imperialisme dunia Barat dan pemerasan kekayaan terhadap bangsa lainnya di 

Dunia. Begitu pula periode itu ditandai oleh adanya perpecahan blok militer yang 

                                               

21 Compton Pictured Encyclopedia, Compton & Company Chicago tahun 1959 halaman 80 

 


saling berhadapan, hingga pecahnya Perang Dunia II. Oleh karena itu, kita tidak 

perlu heran, bahwa tujuan paling utama Konspirasi dari Perang Dunia itu yaitu  

mendirikan negara yang akan menjadi pusat kegiatan konspirasi Yahudi 

terhadap bangsa lain di dunia. 

 

"Kami telah berkali-kali mengatakan, bahwa yang menguasai wajah perjalanan 

dunia yaitu  para pemilik modal Yahudi Internasional. Dan yang menggerakan 

khususnya perundingan damai itu yaitu  Yacob Sheiff dan kelompok Warburg 

serta para pemilik modal Yahudi internasional lainnya. Satu-satunya tujuan yang 

hendak mereka capai yaitu  menguasai Eropa, khususnya Jerman." 

 

C. Stalin dan Yahudi 

 

Stalin dilahirkan di desa Gory, wilayah Georgia Rusia. Ibunya seorang pemeluk 

agama Kristen Ortodoks bernama E. Catherina Gelades, dan kakeknya seorang 

petani kecil. Ayahnya mula-mula bekerja di ladang, dan kemudian berpindah 

profesi sebagai tukang sepatu di kota kecil Adilchanov. Meskipun ibunya 

pemeluk agama yang taat, tapi ayahnya peminum minuman keras. Ibunya 

terpaksa bekerja keras sebagai pencuci pakaian, agar ia bisa membiayai 

anaknya mengenyam pendidikan dan menjadi pendeta. Stalin sendiri yaitu  

anak yang cerdas di kelas, dan akhirnya ia mendapat bea siswa dari sebuah 

seminary di kota Tiflis. Namun Stalin terpaksa tidak bisa meneruskan studinya 

karena sering terjadi perdebatan sengit dengan guru-gurunya. Akhirnya ia diusir 

dari sekolahnya, setelah 4 tahun belajar di sana. Kemudian ia bergabung dengan 

sebuah kelompok yang kala itu telah tersebar luas di seluruh Rusia. Stalin 

menikah dengan Catherine Shnaindes dan mendapat seorang putra yang diberi 

nama Yasha. Kelak Yasha hidup sebagai seorang mekanik listrik sampai masa 

kejayaan ayahnya berakhir. Selain itu, Stalin juga punya seorang istri lain 

bernama Nadia Baliova, dikaruniai seorang putra bernama Fasili dan seorang 

putri lagi bernama Sevitlana. Fasili kelak menjadi marsekal udara dalam jajaran 

angkatan bersenjata Rusia pada masa kejayaan Stalin. Namun sepeninggal 

Stalin, Fasili termasuk orang yang disingkirkan dari arena politik oleh Nikiti 

Khrouchtchev. Kemudian Fasili menghilang tanpa jejak. 

 

Perkawinan Stalin dengan istri keduanya tidak berumur lama. Sebab, Stalin jatuh 

cinta kepada seorang wanita Yahudi jelita bernama Roza Kaganovich, yang 

kemudian hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan. Nasib Nadia (istri 

pertama) berakhir dengan bunuh diri. Tindakannya yang nekad ini bukan karena 

skandal asmara suaminya dengan wanita Yahudi itu, melakukan ia menderita 

karena melihat suaminya melakukan kekejaman terhadap musuh politiknya, 

yang sebagian besar merupakan saudara seagama Nadia, yaitu Kristen 

Ortodoks, yang berbeda dari agama yang dianut oleh wanita Yahudi, pacar gelap 

Stalin itu. Adapun Roza Kaganovich tidak lain yaitu  saudara kandung Lazar 

Kaganovich, seorang tokoh Komunis terkemuka pada masa pemerintahan Stalin, 

yang menjadi anggota politbiro partai Komunis Rusia, di samping menjadi kepala 

pengawas industri berat. Lazer yaitu  orang yang paling dekat dengan Stalin, 


sampai Stalin mati. Setelah Stalin mati, pemerintahan Khrouchtchev 

mengadakan pembersihan besar-besaran untuk mencampakkan sisa-sisa 

popularitas Stalin dan para pendukungnya dari arena politik Rusia dengan cara 

kejam, seperti pernah dilakukan oleh pendahulunya, Stalin terhadap lawan 

politiknya. Lazer Kaganovich juga berhasil mengawinkan putranya Mikhail 

dengan putri Stalin Sevitlana pada tanggal 15 Juli 1951. Padahal, Sevitlana 

saat  itu masih berstatus istri dari salah seorang yang konon telah menghilang 

beberapa hari berselang, tanpa diketahui ke mana ia pergi. Sedang Stalin sendiri 

kemudian mengawini Roza, setelah istrinya mati bunuh diri. Dengan demikian, 

Stalin telah hidup dalam lingkungan keluarga Yahudi. Sebab, istrinya yaitu  

Yahudi, menantu lakilakinya yaitu  Yahudi, dan saudara kandung istrinya yang 

sekaligus sahabat karib Stalin yaitu  juga Yahudi. Bukan hanya sampai di sini. 

Wakil perdana menteri dalam pemerintahan Stalin yang merangkap menteri luar 

negeri, yaitu Molotov juga beristrikan wanita Yahudi. Istri Molotov ini yaitu  adik 

kandung pemilik modal Yahudi internasional di Amerika Sam Carb, yang 

mewakili perusahaan impor-ekspor, berpusat di negara bagian Connecticut. 

Sedang putri Molotov yaitu  tunangan putra Stalin sendiri, Fasili. 

 

Demikianlah yang kita lihat. Politbiro akhirnya dipegang oleh tangan-tangan satu 

keluarga. Ini merupakan akibat wajar dari filsafat atheisme dalam bentuk 

komunisme, yang pada dasarnya merupakan anak yang lahir dari kandungan 

kehidupan lingkungan ghetto Yahudi di Eropa Timur. Oleh karena itu, tidaklah 

mengherankan kalau kenyataan ini merupakan sisi gelap dari perkembangan 

mendasar yang terjadi di Rusia, dan dunia komunisme umumnya, sampai Stalin 

meninggal dunia. Perkembangan ini ditandai dengan publikasi tentang kejahatan 

Stalin, dan pembantaian kaum tani yang dilakukannya. Mesin propaganda 

Komunis sebelumnya telah berusaha menggambarkan, bahwa kaum tani yaitu  

pendukung terkuat sistem Komunisme. Dan faham Komunisme masih akan terus 

berubah dan berkembang di seluruh dunia. Pada mulanya Stalin yaitu  sosok 

yang dilahirkan oleh situasi. la muncul menjelang pecah revolusi Oktober 1917, 

pada saat tokoh-tokoh senior masih terkungkung dalam sel-sel penjara Czar. 

Pada masa pemerintahan Lenin, Stalin belum memainkan peran berarti dalam 

partai Komunis Rusia, kecuali hanya beberapa saat saat  Lenin dalam keadaan 

sakit. Stalin maju ke barisan terdepan setelah terjadi perselisihan tajam antara 

dia dan Trotsky. Maka sejak Trotsky bisa disingkirkan, Stalin terus berkuasa 

sebagai diktator Rusia tanpa tertandingi sampai matinya. Tahap kenaikan 

bintang Stalin dalam kepemimpinan Komunis Rusia dimulai saat  Lenin jatuh 

sakit bulan Mei 1922, yaitu saat  sebuah dewan yang terdiri dari Stalin, 

Zenoviev, Kaminiev, Trotsky dan Bochorin meneruskan kepemimpinan Komunis 

Rusia. Kemudian penyakit Lenin tidak bisa disembuhkan, yang akhirnya 

menyebabkan kematiannya. Zenoviev dan Kaminiev merupakan tangan kanan 

Lenin sejak awal kekuasaan Lenin, sehingga mereka berdua memandang dirinya 

sebagai pewaris yang paling layak untuk meneruskan kepemimpinan Lenin. 

Trotsky dalam bukunya yang berjudul Lenin pada halaman 37 dan 48 

menyebutkan, bahwa Zenoviev diperlakukan oleh Stalin seperti budak, sedang 

Kaminiev sering dihina. Trotsky memandang Zenoviev dan Kaminiev sebagai 


saingan yang mengancam kedudukannya, setelah Lenin meninggal dunia. 

Sementara itu, Stalin memandang Trotsky dengan pandangan curiga, karena 

sikapnya yang meragukan terhadap Stalin. 

 

Zenoviev bagi kalangan atas partai Komunis Rusia dipandang sebagai calon 

kuat untuk menggantikan Lenin. Pada kongres partai Komunis ke 12 ia diminta 

menyampaikan pidato pembukaan menggantikan Lenin yang sedang sakit. Lenin 

sendiri sudah menyatakan tidak mampu menyampaikan pidato sambutan seperti 

biasanya. Kesempatan emas ini dimanfaatkan oleh Stalin dan bukan Zenoviev 

yang menggantikan Lenin. Setelah sidang ditutup, Stalin meraih kekuasaan dan 

kedudukan tinggi atas partai Komunis bersama kawankawannya, hingga pada 

saat Lenin meninggal dunia tahun 1924. Pada bulan April 1925 Stalin berhasil 

menyingkirkan Trotsky dari jabatannya sebagai komisioner rakyat dalam urusan 

penahanan atau kementerian penahanan. Setelah itu, Zenoviev disingkirkan pula 

dan digantikan oleh Bovadin, Rikov dan Tomsky. Sedang Zenoviev dan 

Kaminiev saat  itu bergabung dengan Trotsky untuk membentuk gerakan 

oposisi menentang Stalin. Akan tetapi, langkah ini datangnya terlambat, 

sehingga mereka mendapat pukulan balik dari Stalin. Pada bulan Februari 1926 

Stalin berhasil menyingkirkan Zenoviev dari politbiro, kemudian dari 

kepemimpinan Rusia di Leningrad, dan terakhir dari kepemimpinan rakyat. Lalu 

datanglah giliran bagi Kaminiev dan Trotsky pada bulan Oktober 1926. Mereka 

berdua disingkirkan dari politbiro oleh Stalin. Pada tahun berikutnya Stalin benar-

benar telah menyingkirkan lawanlawan politiknya dari komite sentral partai 

Komunis Rusia. Tahun 1927 Trotsky berusaha mengadakan pembangkangan 

yang terakhir kalinya dengan melemparkan tuduhan, bahwa Stalin telah 

menyalahi garis ideologi Marxisme yang benar, dan menciptakan diktatorisme 

keluarga di Rusia. Stalin membalas tuduhan itu dengan tindakan sangat kejam, 

dengan mengadakan pembersihan besar-besaran yang menumbalkan ratusan 

ribu orang mati, dan ribuan lainnya dibuang ke Siberia. Ini diungkapkan oleh 

Khrouchtchev di kemudian hari. Stalin telah melakukan pembersihan terhadap 

para tokoh Komunis senior Yahudi dan para tokoh proletar generasi pertama 

yang mencetuskan revolusi Komunis. Di antara mereka yang terkenal tindakan 

Stalin itu yang berupa penahanan, pembuangan dan hukuman mati yaitu  

Trotsky, Zenoviev, Kaminiev, Martinov, Zalolich, Martov dan lain-lain. Dengan 

demikian, secara langsung Stalin telah bebas dari lingkungan orang-orang 

Yahudi senior pada akhir hayatnya, kecuali istrinya Roza Kaganovich dan kakak 

iparnya Lazar Kaganovich. Hasil studi analitis menunjukkan, bahwa dalam 

pembersihan yang dilakukan Stalin pada akhir masa hidupnya terdapat adanya 

hubungan rahasia dengan kekuatan terselubung, yang di dalamnya terdapat 

para tokoh senior Yahudi Komunis Rusia. Ini menunjukkan, bahwa kekuatan 

terselubung itu tidak mempertimbangkan adanya tumbal orang Yahudi atau 

bukan, selama semua itu akan mendatangkan keuntungan materi bagi mereka. 

Peristiwa demi peristiwa itu sebenarnya merupakan rancangan untuk membuka 

jalan timbulnya perang ekonomi global, dengan menjadikan dunia sebagai arena 

pertarungan pada masa sebelum Perang Dunia II. Perang ekonomi itu 

memberikan bukti nyata, yang menunjukkan adanya hubungan konspirasi antara 


Stalin dengan kekuatan terselubung. Tujuan yang hendak dicapai oleh kekuatan 

terselubung sejak Perang Dunia I usai yaitu  : 

 

1) Mempersiapkan pecahnya Perang Dunia II, seperti telah kita bahas. 

 

2) Menguasai sumber kekayaan bangsa-bangsa gentiles, yang merupakan 

tujuan mereka sejak dulu. 

 

Jelaslah kiranya, bahwa untuk menopang tujuan pertama, Konspirasi dituntut 

untuk mencapai dua faktor utama. Pertama yaitu  faktor psikologis dengan 

membawa dunia dan Eropa kepada perang, dan meniupkan rasa permusuhan 

dan kebencian antar-bangsa, seperti telah kita bicarakan terdahulu. Faktor kedua 

yaitu  menciptakan perimbangan antara blok militer yang salin berhadapan 

dalam perang. Ini merupakan jalan pokok menuju pecahnya perang, karena 

negara sekutu yang keluar sebagai pemenang dalam Perang Dunia I, yaitu 

Amerika, Perancis dan Inggris jauh lebih kuat dibanding dengan Jerman yang 

kalah perang, dan menderita luka parah luar-dalam. Maka sebagai pijakan logis 

untuk mewujudkan perimbangan kekuatan yang ada, lebih dulu harus 

mempersenjatai dan membangun Jerman kembali beserta negara yang akan 

dijadikan sekutu oleh para pemilik modal Yahudi internasional. Pada saat yang 

sama, negara sekutu yang lebih kuat lebih dulu harus dilemahkan pada tingkat 

yang diperlukan. Di samping itu, para pemilik modal Yahudi internasional 

mencurahkan dananya dalam bidang industri persenjataan, agar bisa 

mengalihkan potensi ekonomi negara yang bersangkutan kepada produksi 

senjata, sampai pada masa yang diperlukan. Tidak mengherankan kalau setelah 

Perang Dunia I, negara Barat yang tergabung dalam sekutu bersama Stalin 

menutup mulut atas kebangkitan militer Jerman dan pembangunan kembali 

negara itu, sehingga melahirkan Hitler dan Nazismenya. Sebagai kekuatan besar 

dan makin kuat, Jerman mampu menaklukkan dan menduduki Swedia dan 

Austria, serta beberapa negara Eropa lainnya. Sementara itu, Konspirasi terus 

mencurahkan perhatiannya untuk mengeruk keuntungan dari bangsabangsa 

yang bertikai, sebagai pelaksana dari perang ekonomi global yang dirancang 

oleh Konspirasi. 

 

Perang ekonomi global ini dimulai dari tahap percobaan antara tahun 1922 

sampai 1925 dengan taktik tradisional. Para pemilik modal Yahudi internasional 

membanjiri pasar modal negara-negara yang menang perang dan negara-

negara netral dengan saham, kredit dan investasi secara besar-besaran, 

sehingga menimbulkan kenaikan harga barang dan meningkatkan produksi serta 

kegiatan bisnis. Setelah itu, dana, saham dan investasi yang ada dalam bursa 

internasional tiba-tiba ditarik kembali, sehingga menimbulkan krisis ekonomi 

drastis dan dahsyat pada tahun 1925. Nilai mata uang merosot sesaat , 

Selanjutnya saham yang telah ditarik itu dilempar kembali ke pasar modal dalam 

bentuk pinjaman dan transaksi, dan nilai mata uang kembali normal. Dan para 

pemilik modal Yahudi internasional meraih keuntungan besar. Para pemilik 

modal Yahudi Internasional merasa yakin akan keberhasilan percobaan perang 


ekonomi tersebut di atas. Dengan berpijak pada percobaan itu, mereka 

mengambil langkah penting dalam perang ekonomi besar tahun 1930, yang 

mengakibatkan krisis ekonomi yang melanda hampir seluruh dunia, yang dikenal 

dalam sejarah dengan sebutan Krisis Ekonomi Dunia. Perang ekonomi ini bisa 

terlaksana berkat bantuan Stalin, sesuai dengan kesepakatan rahasia. Maka 

jelaslah bukti yang menunjukkan adanya persekongkolan antara Stalin dengan 

para pemilik modal Yahudi internasional. Operasi perang ekonomi ini dimulai 

dengan penolakan para pemilik modal memberikan dana kepada perusahaan 

perkapalan dan pelayaran Amerika dan Eropa Barat pada umumnya. Sedang 

perusahaan perkapalan dan pelayaran Jerman, Jepang dan Italia mendapat 

dana besar-besaran dan fasilitas dari mereka. Di tiga negara itu tumbuh industri 

perkapalan, dan banyak orang memonopoli dan merajai pelayaran Taut di 

seluruh dunia. Dan yang menjadi perhatian khusus bagi para pemilik modal 

Yahudi internasional yaitu  kapal-kapal barang pengangkut peti daging yang 

dieskan, dan biji-bijian Amerika dan Eropa Barat menjadi terbengkalai tanpa bisa 

dioperasikan. Sementara itu, kapal Jepang, Jerman dan Italia berlayar dengan 

leluasa mengangkat berbagai jenis muatan. 

 

Operasi berikutnya yaitu  lembaga keuangan dan bank-bank besar beserta 

cabang-cabangnya menolak untuk memberikan kredit dan pinjaman bagi 

pemasaran biji-bijian dan daging yang telah dieskan atau kalengan dan asuransi 

produksinya di Amerika dan Eropa pada umumnya. Barang-barang tersebut 

menumpuk dalam gudang tanpa bisa dipasarkan. Pada saat yang sama, di 

negara yang dibanjiri barang-barang itu oleh para pemilik modal internasional, 

harga barang turun drastis. Daging-daging itu berasal dari Australia dan 

Argentina, sedang biji-bijian Rusia dijual kepada para pemilik modal internasional 

dengan harga sangat murah, sehingga para petani Rusia dengan sistem kolektif 

mengalami beban berat, khususnya para petani Republik Ukraina di Uni Sovyet. 

Hal inilah yang menimbulkan kerusuhan berdarah dan bahaya kelaparan yang 

melanda seluruh wilayah Republik Ukraina. 

 

Kenyataan di atas merupakan bukti yang kelak secara terbuka diakui sendiri oleh 

Nikita Khrouchtchev dalam konferensi umum partai Komunis Rusia, dimana 

Nikita dengan sengit menyerang politik Stalin, dan membeberkan kebijakannya 

atas penjualan hasil biji-bijian Rusia kepada lembaga keuangan internasional 

dengan harga sangat rendah, sehingga para petani Rusia mengalami kerugian 

besar dan dilanda kelaparan. Kecuali itu, Nikita juga berbicara tentang 

pembantaian yang dilakukan oleh Stalin pada masa pemerintahannya. 

Akibatnya, perekonomian Amerika dan Eropa ambruk, khususnya dibidang 

produksi pertanian dan peternakan. Barangkali Stalin mengharapkan pecahnya 

revolusi Komunis di Eropa Barat yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi perubahan 

sosial dan gejolak politik. Namun peristiwa berikutnya menunjukkan kesalahan 

dan keluguan perhitungan Stalin, sebagaimana dilukiskan oleh Nikita. Sedang 

para pemilik modal internasional yaitu  pihak yang berhasil mencapai 

tujuannya, yaitu menciptakan krisis ekonomi global di Amerika, Eropa dan dunia 

penghasil biji-bijian dan daging. 


 

Dengan demikian, krisis ekonomi, sosial dan politik berkembang mewarnai 

kehidupan dunia secara umum. Kredit bank, sertifikat tanah, nota bank dan lain-

lain yang dijadikan jaminan pada lembaga keuangan segera berpindah tangan 

kepada para pemilik modal internasional. Semua itu berkat kebijakan yang 

ditempuh Stalin dalam konspirasinya bersama mereka. 

 

Selanjutnya kondisi mencekam seperti itu menyebabkan lembaga keuangan 

kecil terpaksa gulung tikar, di samping mengakibatkan timbulnya kerusuhan dan 

dekadensi moral di mana-mana. Masalah ini tidak menjadi pertimbangan bagi 

para pemilik modal selama mereka mendapat keuntungan besar. Stalin telah 

berspekulasi dengan permainan berbahaya, dan menghancurkan nilainilai 

manusiawi di kalangan rakyatnya sendiri. 

 

Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang langkah-langkah setan yang 

merancang krisis ekonomi dunia, kita perlu menengok kembali peristiwa 

menjelang meledaknya krisis besar ini pada tahun 1929 sampai 1930. Amerika, 

Eropa dan negara lain penghasil biji-bijian dan ternak mengalami kelesuan 

ekonomi yang sangat parah. Barang hasil produksinya terpaksa tertimbun dalam 

gudang, atau terbengkalai dalam kapal, tanpa bisa dikirim ke luar negeri untuk 

dipasarkan. Pada saat yang sama bahaya kelaparan melanda berbagai negara, 

termasuk negara penghasil biji-bijian dan daging itu sendiri. Sedangkan Jerman, 

Jepang dan Italia telah mendapat kesempatan emas untuk mengeruk 

keuntungan besar dari krisis ekonomi itu. Kapal mereka bisa leluasa mengangkut 

ke pasaran bebas. Orang bisa bebas membeli dan menjual barang-barang 

Jepang dengan harga yang bersaing. Dalam waktu relatif singkat ketiga negara 

tersebut telah kembali berotot dan bisa membusungkan dadanya di hadapan 

bangsa lain di dunia. 

 

Akibat dari krisis besar dunia ini macam-macam. Franklin Roosevelt di Amerika 

muncul dengan politiknya yang terkenal itu, yaitu beranjak dari pengalihan 

investasi modal nasional Amerika ke dalam bidang industri, dan membiarkan 

sebagian tanah pertanian tidak digarap dengan imbalan ganti rugi yang diberikan 

kepada para pemiliknya. Roosevelt berhasil dengan rencana politiknya itu, 

sehingga ia memenangkan pemilihan umum di Amerika. Krisis ekonomi yang 

melanda Amerika bisa diakhiri dari satu sisi. Dari sisi lain, investasi modal 

nasional Amerika bisa dialihkan ke dalam industri yang segera berubah lagi 

menjadi industri persenjataan perang sejak meletusnya Perang Dunia II. 

 

Sebagaimana kita lihat, tujuan pokok para pemilik modal internasional yaitu , 

pertama mewujudkan perimbangan ekonomi antara Eropa dan Amerika di satu 

pihak, dan Jerman, Italia dan Jepang di pihak lain. Masing-masing pihak dipacu 

untuk mengalihkan industrinya ke bidang produksi persenjataan, untuk 

mempersiapkan perang yang benar-benar akan menjadi kenyataan. Sedang 

tujuan kedua yaitu  untuk sedapat mungkin menguasai kekayaan lain bangsa. 

Hal ini sudah mereka capai. 


 

Krisis besar ini tampak mereda antara tahun 1931-1932, dan muncul lagi tahun 

1933. Hal ini terjadi, karena para pemilik modal internasional melemparkan 

modalnya secara besar-besaran ke pasaran internasional yang memungkinkan 

lahirnya transaksi baru. Pemasaran dan barter barang diborong oleh para pemilik 

modal itu dengan harga sangat rendah. Adapun Stalin, ia telah gagal 

menyalakan api revolusi Komunis di Eropa Barat. Stalin sendiri akhirnya 

mengakui, bahwa ia yaitu  pihak yang dirugikan dalam persekutuan rahasianya 

dengan para pemilik modal internasional. Mungkin inilah yang menyebabkan 

timbulnya perselisihan terselubung antara keduanya, yang tanda-tandanya 

tampak jelas pada tahun 1936. Dunia saat itu belum menyadari, bahwa krisis 

ekonomi besar itu pada hakikatnya yaitu  awal dari rancangan menuju Perang 

Dunia II. Juga tidak banyak orang menyadari, bahwa semua itu terjadi karena 

ulah Konspirasi Internasional dengan jerat-jerat perangkap yang sengaja 

dipasang.  


VIII. HITLER DAN PERISTIWA YANG MENYEBABKAN PECAHNYA PERANG 

DUNIA II 

 

Kita sampai pada tahap baru dalam sejarah umat manusia yang punya anti 

tersendiri bagi generasi sekarang. Tahap ini merupakan lembaran dunia baru 

dari akibat yang langsung kita rasakan. Yaitu tahapan yang dimulai sejak pra 

Perang Dunia I sampai Perang Dunia II. 

 

Pada bab terdahulu sudah kita bicarakan tentang kondisi dunia dan tentang sisi 

gelap politik Eropa. Telah diketengahkan, bagaimana para pemilik modal 

internasional mengembalikan kekuatan militer dan industri Jerman, tanpa ada 

reaksi dari Stalin dan dunia Barat di tengah-tengah bahaya yang terus 

meningkat. Kita jelaskan pula sebab dan latar belakang yang membuat Stalin 

mengambil kebijakan untuk melatih dan mempersenjatai para perwira angkatan 

bersenjata Jerman mendatang. Data-data itu telah lama diketahui oleh agen-

agen rahasia di seluruh dunia. Juga kegiatan lembaga keuangan besar di Eropa 

dan Amerika yang telah memberikan kredit besar-besaran kepada industri 

Jerman yang Sedang bangkit itu, untuk membuka jalan bagi lahirnya militerisme 

Jerman di bawah pimpinan Hitler. Namun kita harus tahu, bahwa faktor yang 

sebenarnya menaikkan bintang Hitler dan suhu kondisi Eropa yaitu  sisi gelap 

dari kondisi politik yang ada antara tahun 1924-1934. 

 

Bangsa Jerman keluar dari perang penuh dengan kepahitan, dan perjanjian 

Versailles menjerat Jerman dengan rantai berupa kewajiban negara yang kalah 

perang dan kekacauan sosial melanda negara itu, serta sistem pemerintahannya 

runtuh berkeping-keping, betapa pun bangsa Jerman dikenal sebagai bangsa 

yang ulet dan rajin bekerja. Kepedihan itu makin bertambah dengan 

meningkatnya kekacauan dan penghinaan yang dilontarkan oleh negaranegara 

sekutu yang Jerman tidak mampu membalasnya. Marah dan dendam terus 

ditahan, sambil melihat dengan berat kenyataan yang ada di hadapannya. 

Mayoritas bangsa Jerman tahu, bahwa angkatan bersenjatanya belum kalah 

perang. Jerman belum menyerah, bahkan bisa dikatakan lebih mendekati 

kemenangan. Jerman lah yang melakukan penyerbuan dari segala penjuru tahun 

1918, yaitu pada akhir Perang Dunia I. Dengan kata lain, Jerman pada masa 

akhir perang itu masih tetap merupakan pihak yang mengambil prakarsa. Akan 

tetapi, Jerman ditikam dari belakang oleh kelompok Yahudi, yang membuat onar 

dan kekacauan dalam jajaran angkatan bersenjata Jerman, dan bergabungnya 

Amerika ke dalam barisan sekutu dari faktor luar. 

 

Kepemimpinan Roza Luxemburg beserta para pendukung Yahudinya dari partai 

Komunis Jerman, peran kaum Komunis yang membuat kekacauan di Jerman, 

disusul dengan pemberontakan Komunis, semua itu merupakan kenangan abadi 

yang pahit bagi Jerman, bahwa orang Yahudi di mata mereka yaitu  sekutu 

musuh Jerman. Perjanjian Versailles muncul pada saat kondisi psikologis, politik 

dan sosia dalam keadaan tidak menentu, penuh dengan dendam kesumat yang 

dieksploitasi oleh para pemilik modal internasional, yang akhirnya semua itu 


dapat terungkap. Semangat anti Yahudi tumbuh subur mewarnai aspirasi 

nasional bangsa Jerman secara menyeluruh. 

 

A. Faktor Ekonomi 

 

Bukan hanya rakyat jelata Jerman yang mengalami perasaan seperti itu. Para 

cendekiawan khususnya di kalangan pemerintahan, dan para ahli ekonomi itu 

juga merasakan hal itu. Akan tetapi, perhatian mereka dicurahkan ke masalah 

vital lainnya, yaitu masalah ekonomi. Mereka menyadari adanya jurang yang 

membuat Jerman terperosok kedalamnya, setelah para pemilik modal 

internasional menguasai perekonomian negara itu, sehingga Jerman secara 

ekonomi menggantungkan diri kepada kredit luar negeri, yang ada hubungannya 

secara langsung dengan lembaga keuangan internasional lewat bank negara-

negara besar. Para cendekiawan dan politisi Jerman bukan tidak tahu adanya 

bahaya hutang-piutang semacam itu yang mencekik leher, ibarat tangan ikan 

gurita yang melilit mangsanya sedikit demi sedikit yang akhirnya bisa mematikan 

itu. Bunga kredit itu, dan bunga dari bunganya senantiasa bertambah terus 

menerus, yang akhirnya berkembang menjadi berlipat ganda dari kredit semula. 

Untuk membayar kredit itu pemerintah terpaksa menaikkan pajak yang 

dikenakan pada rakyatnya dari hasil pertanian, industri, perdagangan dan 

income nasional. Dengan kata lain, arti kredit itu tidak lain yaitu  perbudakan 

nasional bagi seluruh rakyat. 

 

Melihat kenyataan seperti itu, para cendekiawan dan politisi Jerman menyadari 

bahaya cekikan perekonomian negara. Mereka segera mengadakan 

kesepakatan untuk mencari jalan keluar, yang bisa menyelamatkan Jerman dari 

ancaman bahaya di atas. Dengan demikian, iklim pembebasan krisis ekonomi 

telah lahir untuk menyambut setiap langkah yang bisa menyelamatkan Jerman 

bersama rakyatnya. Muncullah Hitler dengan Nazismenya yang menyerukan 

kebangkitan Jerman dalam segala aspek kehidupan termasuk membebaskan diri 

dari ikatan pihak asing, dan mencetak mata uang sendiri, tanpa bergantung pada 

kredit. Ia segera mendapat dukungan penuh dari bangsa Jerman. Langkah 

pertama yang dilakukan yaitu  mengatur income nasional, sumber daya alam 

Jerman, industri, pertanian dan kekayaan alam untuk kepentingan bangsa, demi 

terwujudnya self-reliance atau berdikari. 

 

Langkah ini pada dasarnya merupakan ungkapan nyata yang mewakili aspirasi 

bangsa Jerman, dan tuntutan mereka. Oleh sebab itu, sambutan mereka ibarat 

api yang menyambut bensin. Nazisme naik pada tingkat kekuatan politik paling 

atas yang terorganisir dengan baik. Pendukungnya terdiri dari unsur pemuda, 

para tokoh intelektual dan para politisi, yang secara serentak menghendaki 

Jerman muncul kembali sebagai kekuatan dunia yang harus diperhitungkan. 

Kehadiran Adolf Hitler di atas pentas percaturan politik Jerman merupakan 

tokoh penuh dinamika, yang mampu merebut simpati segenap lapisan 

masyarakat Jerman. Ditambah dengan keberhasilan Mussolini dan Fasismenya 

di Italia yang terus berjaya menunjukkan kekuatannya, dan munculnya beberapa 


tokoh diktator di Eropa merupakan faktor yang mendorong Hitler dan 

Nazismenya bangkit dan menguasai Eropa. 

 

Melihat perkembangan di Jerman, para pemilik modal internasional mengatur 

siasat setan. Meskipun sasaran Hitler ditujukan kepada orang Yahudi, namun 

para pemilik modal internasional justru mendorong seruan nasionalisme ekstrem 

Nazi dan pembangunan ekonomi, yang digalakan oleh Hitler. Dan lagi, setelah 

Hitler naik daun, para pemilik modal internasional bersedia menarik beban kredit 

yang memberatkan Jerman, dan merelakan hutang pampasan perang yang 

ditolak oleh Hitler. Bahkan mereka memberikan pinjaman lunak kepada Hitler 

untuk proyek industri dan perdagangan Jerman. Mereka kemudian mendesak 

Stalin dan dunia Barat untuk tutup mulut atas kebangkitan militer Jerman secara 

besar-besaran dari waktu ke waktu. Dalam masalah ini, banyak pengamat 

sejarah dunia belum menemukan jawaban, mengapa Stalin dan dunia Barat 

tinggal diam di hadapan Fuhrer Adolf Hitler, yang pada awal perjalanannya 

masih sangat lemah, yang bisa di hancurkan cukup hanya dengan kekuatan 

militer Perancis atau Inggris sendiri. 

 

Kegelapan politik saat itu, kenapa para analis, para sejarawan dan para penulis 

tidak mempersoalkan perjalanan sejarah, yang membuat Eropa tidak mengambil 

tindakan terhadap langkah agresif Hitler, mulai dari pembatalan perjanjian 

Versailles, penolakan untuk membayar pampasan perang, membangun kembali 

militer Jerman, pendudukan atas wilayah Ruhr untuk dijadikan kawasan industri 

persenjataan Jerman, pendudukan Swedia, penyerbuan terhadap 

Czekoslovakia, aneksasi Austria ke dalam wilayah Jerman, dan seterusnya? 

Keberanian Hitler telah menaikkan namanya dan Nazisme, baik di dalam 

maupun di luar Jerman. Hitler telah keluar sebagai kekuatan yang membuat bulu 

Roma negara-negara besar berdiri. Sementara itu, para pemilik modal Yahudi 

internasional terus membukakan peluang bagi Hitler, dan mengeluarkan dana 

besar-besaran secara terselubung, serta merancang pembunuhan terhadap 

sejumlah besar putra-putra Yahudi dengan meminjam tangan Hitler sebagai 

kambing tebusan (scape goat). Peristiwa ini kelak dijadikan propaganda untuk 

menuntut ganti rugi atas kematian mereka. Ini yaitu  bagian dari program 

jangka panjang, untuk membuka jalan bagi pecahnya Perang Dunia II. 

 

Hitler mendapat kenangan gemilang pada saat Jerman sebenarnya masih dalam 

keadaan lemah, belum memiliki kekuatan militer yang memadai. Baru kemudian 

Hitler membangun angkatan bersenjatanya yang bisa diandalkan. Ia terpaksa 

membuka hubungan dengan golongan aristokrat militer Jerman golongan Arya', 

yang dikenal oleh dunia dengan sebutan Junkers. Mereka inilah golongan yang 

memegang kendali kekuatan militer Jerman sejak beberapa generasi yang lalu. 

Maka timbullah Perselisihan intern di kalangan Nazi sendiri, antara golongan 

moderat yang ingin membangun Jerman dengan memperkuat sendi-sendinya, 

dan golongan ekstrim yang punya hubungan dengan golongan aristokrat militer, 

penganut faham Karl Reiter yang ingin mendirikan negara Jerman Tulen yang 


berdasarkan faham supremasi ras Arya, untuk menguasai seluruh Eropa dengan 

kekuatan tangan besi. 

 

Banyak analis sejarah yang membahas masalah pertikaian intern dalam tubuh 

Nazi. Begitu pula media massa dan pergerakan politik sering membicarakannya, 

namun mereka tidak menyinggung sebab-sebab mendasar yang 

melatarbelakangi pertikaian ini. Hitler sendiri sebenarnya tidak memihak kepada 

golongan ekstrim, seperti sering disebut oleh beberapa penulis. Ia tetap bersikap 

netral tanpa memihak kepada golongan ekstrem, seperti sering disebut oleh 

beberapa penulis. Ia tetap bersikap netral tanpa memihak kepada salah satu 

pihak yang berselisih sampai tahun 1936, saat  peristiwa demi peristiwa yang 

terjadi akhirnya menempatkan Hitler menganut garis moderat. Ini terlihat jelas 

dari usaha yang dilakukan untuk mencoba mengadakan persahabatan dengan 

Inggris, dan berusaha menjauhi benturan dengan pihak gereja dan para 

penganut Kristen secara umum. Tindakan Hitler yang sangat berani yaitu  

menutup The Grand Eastern Lodge di Jerman, yang merupakan sarang Free 

Masonry, mirip dengan The Grand Eastern Lodge yang terdapat di kota besar 

Eropa lainnya yang dikuasai oleh para pemilik modal internasional. Meskipun 

perkumpulan The Grand Eastern Lodge di Jerman melarang orang Yahudi 

menjadi anggotanya, namun faham atheisme yang terdapat dalam perkumpulan 

itu bukan tidak lebih berbahaya daripada prinsip para pemilik modal Yahudi 

internasional. Nazisme merupakan salah satu bentuk atheisme yang 

mentuhankan negara Jerman. Seluruh dunia harus tunduk kepada Jerman 

dengan kekuatan, dan membangun kebudayaan supremasi ras Arya Jerman. 

 

Di tengah-tengah perselisihan antar-kelompok dalam Nazi, pribadi Hitler bagi 

kelompok moderat merupakan sosok pimpinan baru dan bapak pembangunan 

Jerman. Bagi kelompok ekstrem, Hitler yaitu  seorang Fuhrer bagi Jerman, dan 

seorang pimpinan bangsa Arya. Sedang Hitler sendiri berusaha menjauhkan diri 

dari pelukan golongan aristokrat militer Aryan, yang bagi Hitler sendiri tidak 

dibutuhkan, karena ia mampu membangun militer Jerman tanpa harus minta 

bantuan mereka. Hitler yakin, bahwa satu-satunya jalan untuk mewujudkan 

perdamaian, dan memberikan pukulan mematikan kepada para pemilik modal 

Yahudi internasional itu yaitu  mengadakan persekutuan dengan negara super 

power di Eropa pada saat itu, yaitu Inggris. Maka, arah politik Hitler ditujukan 

kepada persekutuan sejenis itu. Antara tahun 1933-1936 Hitler selalu berusaha 

mengadakan hubungan dengan Inggris, agar bisa membentuk persekutuan 

bersama. la mempunyai tekad seperti itu sejak masih dalam bukunya yang diberi 

judul Perjuanganku. Katanya, "S