ce 1919
1944) halaman 44 mengatakan, bahwa Lushian Wolf minta secara pribadi
kepadanya, agar ia mau menunjukkan pendapatnya tentang orang-orang Yahudi
yang harus diberi perlindungan internasional. Dalam waktu yang sama mereka
juga harus diberi hak seperti layaknya warga negara lain, di mana pun mereka
berada.
Seorang penulis Perancis George Pateau dalam bukunya yang diberi judul
"Masalah Yahudi" (The Problem of the Jews) halaman 38 mengatakan :
"Tanggungjawab diberikan kepada orang Yahudi yang telah mengelilingi
presiden Amerika Serikat Wilson, perdana menteri Perancis Clemenceau dan
perdana menteri Inggris Lloyd George, dalam menyulap perundingan damai
menjadi perundingan Yahudi."
Selanjutnya perlu juga disinggung mengenai peristiwa yang terjadi pada saat
perundingan berlangsung di Paris tahun 1919, saat presiden Wilson pada
mulanya mengajukan pendapatnya yang sangat jitu. Akan tetapi sayang, tiba-
tiba ia mendapat telegram tertanggal 28 Maret 1919 terdiri dari 2000 kata, yang
dikirim kepadanya secara pribadi oleh Yacob Sheiff, wakil pemilik modal
internasional di Amerika, yang telah kita sebutkan berulang kali. Telegram itu
berisi gagasan pihak yang diwakili Yacob Sheiff mengenai 5 masalah
internasional, yaitu masalah Palestina, pampasan perang yang harus dibayar
oleh Jerman, masalah Sisilia, Terusan Danring dan wilayah Sarre (Jerman).
Telegram ini telah mempengaruhi pendirian presiden Wilson, dan membuatnya
berubah pendirian, sehingga jalan perundingan dibuatnya berputar haluan. Duta
besar Perancis untuk Inggris, pada waktu itu De San O'clear melukiskan
peristiwa itu dalam bukunya mengenai politik yang kelak ia tulis, berjudul
"Jenewa menuju Perdamaian" (Jeneve Towards Peace) menyebutkan, bahwa isi
teks yang terkandung dalam perjanjian Versailles berkenaan dengan 5 masalah
itu yaitu hasil rancangan Yacob Sheiff dan orang-orang sedarahnya.
Masalah Palestina merupakan agenda pembicaraan yang paling banyak
difokuskan oleh para peserta. Sebelum gerakan Yahudi terselubung selesai
menentukan pemerintahan perwakilan Inggris di Palestina dalam perundingan
damai itu, mereka telah mengalihkan program mengenai point yang lain, yaitu
persiapan untuk merancang pecahnya Perang Dunia II. Maka isi rumusan
perundingan damai yang dibebankan kepada Jerman sangat tidak adil dan
memberatkan. Hal ini merupakan bibit-bibit ketidakpuasan di kalangan bangsa
Jerman yang kelak menimbulkan dendam nasional. Begitulah kenyataan yang
terjadi dalam peristiwa berikutnya.
Konspirasi tidak lupa untuk menoleh kepada usul mengenai pembentukan Liga
Bangsa-Bangsa (Nations League) Yang telah disahkan dalam perjanjian
Versailles. Maka tidak mengherankan kalau forum internasional ini kelak menjadi
ladang subur bagi penanaman berbagai rancangan yang dibuat oleh Konspirasi,
sekaligus menjadi kuda tunggangan bagi para pemilik modal internasional. Oleh
sebab itu, kelak tokoh Zionis kenamaan Nachom Sokolov, kepala Komite
Eksekutif Konferensi Zionisme menjadi berbangga diri dalam badan internasional
ini. Pada tanggal 25 Agustus 1952 ia mengatakan, bahwa Liga Bangsa-Bangsa
yaitu hasil buah pikiran orang-orang Yahudi. Pernyataan ini dikutip secara
harfiah oleh kolonel M.H. Seen dari Amerika, dalam bukunya "Tangan Kotor"
(The Filty Hand), yang sengaja ia tulis untuk memperingatkan bangsa Amerika
mengenai bahaya Zionisme. Juga perlu kita perhatikan pernyataan Weekham
Syde, seorang pakar dalam masalah internasional dan pimpinan redaksi harian
besar berbahasa Inggris The Tunes. la berkali-kali menyinggung adanya
pengaruh terselubung yang dilakukan oleh para pemilik modal Yahudi
internasional. la menulis buku besar dengan judul "Selama 30 Tahun" (In the
past 30 Years). Dalam halaman 301-302 ia mengatakan: saat Winston
Churchill mengadakan kunjungan ke tanah Palestina tahun 1921, delegasi Arab
datang untuk menyambutnya. Mereka menjelaskan kepadanya tentang
ketidakadilan dan kekejaman langkah-langkah kebijakan yang ditempuh
pemerintah Inggris untuk memenuhi cita-cita Zionisme, yaitu menguasai bumi
Palestina. Mereka mengemukakan, bahwa bangsa Arab telah mendiami bumi itu
sejak ribuan tahun yang silam. Mereka minta agar Churchill sudi mengusahakan
adanya penyelesaian mengenai ketidakadilan ini. Akan tetapi Churchill
menjawab:
"Masalah itu di luar wewenang kekuasaanku, di samping aku sendiri juga tidak
setuju. Bahkan kami yakin, bahwa yang telah digariskan dalam deklarasi Balfour
ini akan lebih baik bagi kemaslahatan dunia, bagi kerajaan Inggris dan bagi
bangsa Arab sendiri. Kami akan tetap mewujudkan rencana itu."
Tidak seorang pun bisa membayangkan, bagaimana perasaan delegasi Arab
yang mendengar jawaban Churchill itu, yang terus terang menunjukkan
keterlibatan Churchill dengan program terselubung Zionisme. Bahkan kami
pribadi (penulis) baru tahu masalah ini setelah tahun 1954, pada saat Churchill
mengadakan kunjungan ke Amerika Serikat dalam suatu pertemuan dengan
Bernard Baruch, seorang Yahudi yang memainkan pecan penting dalam politik
Amerika Serikat dari balik layar selama bertahun-tahun, pada masa
pemerintahan Roosevelt yang menjabat sebagai kepala penasihat presiden di
Gedung Putih. Pada pertemuan itu Churchill menyatakan, bahwa dia yaitu
seorang Zionis, dan akan tetap sebagai orang Zionis. Mungkin saat menjawab
delegasi Arab, Churchill masih teringat ancaman terbuka kepada Inggris, yang
dikeluarkan oleh tokoh Zionis terbesar, Haim Weizman yang dimuat dalam
majalah Gudesha edisi ke 4 tahun 1920, yang bunyinya secara harfiah sebagai
berikut :
"Kami akan tetap hidup berdiam di tanah Palestina, baik Anda mau atau tidak.
Maka langkah yang paling baik untuk Anda lakukan sekarang yaitu
mempercepat proses imigrasi bangsa Yahudi ke Palestina atau memperlambat
sedikit. Namun yang paling baik bagi Anda yaitu membantu kami supaya
kekuatan kami tidak berbalik menentang Anda. Kami sekarang berada dalam
barisan bersama Anda. Dan Anda semua tahu, bahwa kami punya kekuatan di
setiap penjuru dunia."
Ancaman seperti itu bukan satu-satunya. Dalam konferensi Zionisme yang
diadakan di kota Budapest ibukota Hunggaria tahun 1919, para tokoh Zionis
peserta konferensi mengeluarkan ancaman terbuka kepada dunia. Pernyataan
yang bernada mengancam seperti itu juga datang dari Hain Weizman sendiri. Ia
mengatakan :
"Organisasi Zionisme kita akan memainkan perannya dalam mengatur dunia
baru pada masa pasca perang. Kitalah yang menciptakan Liga Bangsa-Bangsa,
dan kita akan berjalan di belakang program yang telah kita buat. Tujuan dan
kepentingan yang kita inginkan telah kita tentukan sebelumnya."
Kami (penulis) menyelesaikan penulisan bab ini tahun 1944, setelah mempelajari
dokumen dan data-data yang sebelumnya kami kumpulkan. Akan tetapi, setelah
8 tahun kemudian sesuai dengan jabatan kami dalam pemerintah sebagai
perwira inteligen rahasia, kami mendapatkan sebuah dokumen rahasia
berbahaya. Kami merasa wajib untuk menyertakan beberapa bagian dari
dokumen itu dalam bab ini, mengingat masalah ini punya arti tersendiri, yaitu
yang berhubungan dengan konferensi puncak Sidang Darurat Para Pendeta
Yahudi se-Eropa, yang diadakan di Budapest tanggal 22 Januari 1952. Berikut
ini yaitu ringkasan dari dokumen tersebut yang mengandung beberapa
paragraf harfiah, yang memungkinkan kami memuatnya, yaitu: Laporan dari
Eropa tentang konferensi puncak Sidang Darurat Pendeta Yahudi se-Eropa,
pidato rahasia yang disampaikan oleh pendeta tertinggi Yahudi Emanuel
Robinovich tertanggal 12 Januari 1952.
Selamat berbahagia putra-putraku . . .
Kalian telah terpanggil untuk mengadakan pertemuan istimewa ini untuk
mengkaji masalah dan rancangan pokok bagi program kita yang baru, yaitu
program yang berkaitan dengan perang yang akan datang, sebagaimana yang
kalian telah ketahui. Rancangan kita semula membutuhkan tenggang waktu 20
tahun, sehingga kita mendapatkan seluruh keuntungan yang dihasilkan dari
Perang Dunia II. Akan tetapi, beberapa pertimbangan baru mengharuskan
adanya pengurangan jangka waktu 5 tahun lebih dini. Langkah-langkah yang
masih kita lakukan demi tujuan kita, sejak 3000 tahun yang lalu sekarang telah
berada dalam jangkauan tangan kita. Sebentar lagi kita pasti akan bisa memetik
buahnya, dengan syarat kita harus melipat gandakan usaha keras dengan
menggunakan pikiran dan pengalaman apa saja yang kita miliki. Kami bisa
meyakinkan Anda sekalian, bahwa beberapa tahun lagi bangsa kita akan bisa
mengembalikan posisinya di tempat paling atas di dunia. Ini merupakan hak
alami yang telah dirampas semenjak kurun waktu yang sangat panjang. Dan hal
ini akan kembali kepada kita seperti semula, sehingga setiap orang Yahudi akan
menjadi tuan, dan setiap gentile atau non-Yahudi akan menjadi budak ... (aplaus
besar). Sekarang ini, kami akan menawarkan pemikiran tentang perang
mendatang. Kalian tentu ingat keberhasilan besar mengenai program yang kita
laksanakan sejak tahun 1930. Propaganda besar-besaran yang kita
sebarluaskan telah berhasil meniupkan api kebencian di Jerman terhadap dunia
Barat dan terhadap unsur semitik. Kemudian kita juga meniupkan rasa
kebencian bangsa Barat terhadap bangsa Jerman, yang disebabkan oleh sikap
permusuhan Jerman terhadap unsur semitik. Inilah program pokok yang
sekarang sedang kita laksanakan untuk meniupkan rasa kebencian Timur
terhadap Barat, dan di Barat terhadap Timur. Kita akan memerangi bangsa-
bangsa yang bersikap netral untuk memaksa mereka bergabung dengan blok ini
atau blok itu. Kita tidak akan membiarkan seseorang menghalangi jalan yang kita
tempuh. Untuk mencapai tujuan awal dari program ini, kita akan menanamkan
orientasi militerisme dan naluri perang di Amerika. Akan tetapi, rancangan
undang-undang yang kita ajukan kepada kongres Amerika dengan dukungan
dari jaksa agung mengenai wajib militer bagi setiap warga Amerika ternyata
ditolak. Kita mengalami kegagalan sementara. Kita akan mulai usaha baru lagi
dengan bekerja keras, untuk melemparkan tuduhan kepada pihak Uni Sovyet,
bahwa negara itu melakukan kebijakan anti semitik, meskipun terdapat
hubungan erat antara kita dan Komunisme. Kita akan mendukung dengan dana
dan pengaruh bagi organisasi yang membela unsur semitik, khususnya di
Amerika. Tujuan terakhir program ini yaitu menciptakan Perang Dunia III, yang
akan mengakibatkan kehancuran total, dan pengaruh yang jauh lebih besar dari
pada seluruh peperangan yang pernah terjadi. Kita akan membuat Israel tetap
netral dalam perang ini, sehingga terhindar dari kehancuran. Setelah itu, Israel
akan menjadi tempat sidang-sidang perundingan, pengawasan dan lain-lain,
yang saat itu akan diserahi tugas untuk mengawasi bangsa-bangsa yang tersisa.
Perang inilah yang akan merupakan pertikaian terakhir dalam sejarah melawan
kaum gentiles. Kita kelak akan membuka kedok yang menutupi wajah identitas
kita yang sebenarnya di hadapan mata dunia. Ada sebuah pertanyaan diajukan
oleh salah seorang pendeta Yahudi. Saya mohon yang mulia pendeta
Robinovich menjawab pertanyaan berikut ini, 'Bagaimanakah nasib agama-
agama setelah Perang Dunia III berakhir?' Robinovich menjawab, "Di sana tidak
akan ada lagi agama setelah Perang Dunia III, dan tidak ada pula tokoh-tokoh
agama. Keberadaan agama dan tokohnya merupakan ancaman bagi kita, karena
agamalah yang mampu membuat ancaman bagi kita untuk menguasai dunia.
Kekuatan jiwa yang ditimbulkan dari iman pemeluk agama akan melahirkan
sikap berani untuk menghadapi kekuatan kita. Akan tetapi, kita akan tetap
memelihara sebagian dari ajaran agama yang bersifat lahiriah saja. Sedang
agama Yahudi akan tetap merupakan pegangan bagi setiap bangsa Yahudi,
dengan satu tujuan untuk menjaga tali pengikat antar-bangsa kita, dan sekaligus
sebagai tameng untuk menghalangi orang non-Yahudi tidak masuk ke dalam
barisan kita melalui perkawinan atau lainnya.”
“Untuk mencapai tujuan akhir, bisa saja kita memerlukan cara yang
menyedihkan, seperti pernah kita lakukan pada masa Hitler, yaitu kita sendiri
yang mengatur terjadinya peristiwa penindasan terhadap sebagian bangsa kita
sendiri. Dengan kata lain, kita akan menumbalkan sebagian putra bangsa kita
sendiri pada suatu peristiwa yang akan kita atur dari belakang layar. Kita bisa
mendapatkan alasan yang cukup untuk menarik simpati dan dukungan bangsa
Eropa dan Amerika, serta dunia pada umumnya dari satu sisi. Sedang dari sisi
lain, para tokoh militer yang terlibat perang, seperti pernah kita lakukan dalam
pengadilan Nurenburg (Jerman) setelah Perang Dunia II. Tumbal itu mungkin
mencapai ribuan nyawa bangsa kita, dan kita sendiri yang akan melakukan
pembunuhan terhadap mereka, agar kita bisa melemparkan tuduhan terhadap
pihak lain. Meskipun tumbal itu besar, namun kita tidak perlu mengukur besar-
kecilnya tumbal demi tujuan kita yang terakhir, yaitu menguasai dunia. Anda
sekalian sekarang melihat kemenangan terakhir dengan jelas, seperti melihat
gajah di pelupuk mata. Kalian akan kembali ke negara masing-masing setelah
konferensi ini untuk mengajak bangsa kita bekerja keras, sehingga akhirnya
akan sampai pada suatu saat, di mana Israel akan membuka hakikat diri yang
sebenarnya kepada dunia, sebagai tempat memancarnya cahaya yang akan
menerangi seluruh jagad."
Sampai di sini Robinovich mengakhiri pidatonya. Komentar tidak diperlukan lagi.
Satu hal yang perlu kita singgung yaitu , bahwa kongres itu menguatkan hasil
analisa kita sebelumnya, sehubungan dengan masalah anti semitik dan Nazisme
dan seterusnya, yang bisa meyakinkan kita, bahwa kekuatan di balik layar yang
diatur oleh Zionisme pada hakikatnya yaitu kekuatan yang mengeksploitasi
gerakan anti semitik dengan memperalat Hitler dan Nazismenya. Kekuatan itu
pula yang sedang merancang dan mendalangi untuk menjerumuskan dunia ke
dalam Perang Dunia III. Hitler dan Nazisme bagi orang awam belum banyak
dikenal.
Banyak yang tidak memperhatikan adanya tangan-tangan terselubung di balik
peristiwa yang terjadi di Jerman, yaitu saat para pemilik modal Yahudi
internasional mempersenjatai Nazisme, dan membangun perindustrian Jerman
setelah perjanjian Versailles. Pada saat itu Hitler menggalakkan anti Yahudi. Di
sini timbul pertanyaan, mengapa Stalin dan dunia Barat tutup mulut, saat
melihat Jerman bangkit dan membangun militernya kembali secara
besarbesaran, yang bisa mengancam dunia Barat dan Rusia? Menurut
pengamatan yang cermat, justru Stalin sendiri telah mengadakan perjanjian
kerja-sama rahasia dengan penguasa militer di Jerman, bahkan sebelum militer
berkuasa untuk melatih dan mempersenjatai angkatan perang Jerman. Dan lagi,
beberapa lembaga keuangan Barat menyalurkan dana-dananya untuk
membiayai pembangunan industri persenjataan Jerman. Tokoh-tokoh Barat
bukan tidak tahu apa yang terjadi di balik layar di Jerman pada waktu itu, dan
kebangkitan kekuatan militernya. Kami (penulis) secara pribadi tahu akan hal itu
dengan yakin, saat kami menghadiri konferensi perlucutan senjata yang
diadakan di London tahun 1930. Hasil studi analitis mengenai periode 1920-
1938 dalam sejarah modern yang kami lakukan menunjukkan, bahwa pemilik
modal Yahudi internasional telah memusatkan kegiatannya dalam periode ini
untuk meraih tujuan-tujuan sebagai berikut :
1) Menyalakan api Perang Dunia II, sesuai dengan program asli semenjak
dulu. Mereka berhasil.
2) Memerangi pemerintahan dan pergerakan yang memusuhi mereka di
Eropa dengan segala cara dan sarana. Dalam hal ini, mereka juga telah
berhasil dengan gemilang, seperti penyingkiran pemerintahan Asquith di
Inggris pada masa Perang Dunia I.
3) Memaksa Inggris, Perancis, kemudian Amerika Serikat untuk menyetujui
berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina. Pada
masa Perang Dunia I Inggris telah menjanjikan para pemilik modal Yahudi
internasional untuk mendesak Amerika Serikat lewat organisasi Yahudi di
Amerika, agar negara itu terlibat dalam perang bersama sekutu dengan
imbalan, bahwa Inggris akan membela cita-cita Zionisme. Data-data
inteligen angkatan laut menunjukkan, bahwa peristiwa penyerbuan
Jerman terhadap kapal perang Amerika, Lusiana, kemudian tenggelam
yaitu sebuah peristiwa yang sengaja dirancang sebelumnya sebagai
preteks agar Amerika Serikat melibatkan dirinya dalam Perang itu, persis
penyerbuan Pearl Harbour oleh angkatan udara Jepang tahun 1941,
sehingga Amerika-Serikat saat itu bisa terjun dalam kancah Perang
Dunia II.
Adapun naskah asli dalam perjanjian Versailles tentang nasib tanah Palestina di
bawah kekuasaan pendudukan Inggris disebutkan dalam rumusan berikut ...
yaitu untuk mengubah tanah Palestina menjadi sebuah negara nasional bagi
bangsa Yahudi. 'mengubah" menjadi "mendirikan", dengan maksud menutupi
niat buruk bangsa Yahudi sebenarnya di seluruh wilayah itu. Maka rumusan
menjadi sebagai berikut21
:
"His Majesty's government view with favor the establishment in Palestine of a
national home for the Jewish people, and will use their best endeavors to
facilitate the achievement of this object, it being clearly understood that nothing
shall be done which might prejudice the civil and religious rights of existing non-
Jewish communities in Palestine, of the right and political status enjoyed by Jews
in any other country." (Pemerintah baginda raja melihat dengan tatapan belas
kasih mengenai berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di
Palestina, dan akan mengusahakan dengan segala kemampuan pemerintah
kerajaan Baginda untuk mewujudkan cita-cita ini. Sebagaimana sama-sama
dimaklumi, tidak ada langkah yang akan diambil yang kira-kira bisa menyinggung
hak sipil atau agama bagi masyarakat non-Yahudi yang ada di Palestina, atau
hak dan status politik yang dimiliki oleh Yahudi di negara lain manapun).
Dalam ulasan terdahulu telah kita bicarakan, bagaimana kekuatan Konspirasi
bisa menaklukkan arah politik seluruh negara Eropa pada masa antara Perang
Dunia I dan Perang Dunia II, yaitu politik yang ditandai dengan ketamakan
imperialisme dunia Barat dan pemerasan kekayaan terhadap bangsa lainnya di
Dunia. Begitu pula periode itu ditandai oleh adanya perpecahan blok militer yang
21 Compton Pictured Encyclopedia, Compton & Company Chicago tahun 1959 halaman 80
saling berhadapan, hingga pecahnya Perang Dunia II. Oleh karena itu, kita tidak
perlu heran, bahwa tujuan paling utama Konspirasi dari Perang Dunia itu yaitu
mendirikan negara yang akan menjadi pusat kegiatan konspirasi Yahudi
terhadap bangsa lain di dunia.
"Kami telah berkali-kali mengatakan, bahwa yang menguasai wajah perjalanan
dunia yaitu para pemilik modal Yahudi Internasional. Dan yang menggerakan
khususnya perundingan damai itu yaitu Yacob Sheiff dan kelompok Warburg
serta para pemilik modal Yahudi internasional lainnya. Satu-satunya tujuan yang
hendak mereka capai yaitu menguasai Eropa, khususnya Jerman."
C. Stalin dan Yahudi
Stalin dilahirkan di desa Gory, wilayah Georgia Rusia. Ibunya seorang pemeluk
agama Kristen Ortodoks bernama E. Catherina Gelades, dan kakeknya seorang
petani kecil. Ayahnya mula-mula bekerja di ladang, dan kemudian berpindah
profesi sebagai tukang sepatu di kota kecil Adilchanov. Meskipun ibunya
pemeluk agama yang taat, tapi ayahnya peminum minuman keras. Ibunya
terpaksa bekerja keras sebagai pencuci pakaian, agar ia bisa membiayai
anaknya mengenyam pendidikan dan menjadi pendeta. Stalin sendiri yaitu
anak yang cerdas di kelas, dan akhirnya ia mendapat bea siswa dari sebuah
seminary di kota Tiflis. Namun Stalin terpaksa tidak bisa meneruskan studinya
karena sering terjadi perdebatan sengit dengan guru-gurunya. Akhirnya ia diusir
dari sekolahnya, setelah 4 tahun belajar di sana. Kemudian ia bergabung dengan
sebuah kelompok yang kala itu telah tersebar luas di seluruh Rusia. Stalin
menikah dengan Catherine Shnaindes dan mendapat seorang putra yang diberi
nama Yasha. Kelak Yasha hidup sebagai seorang mekanik listrik sampai masa
kejayaan ayahnya berakhir. Selain itu, Stalin juga punya seorang istri lain
bernama Nadia Baliova, dikaruniai seorang putra bernama Fasili dan seorang
putri lagi bernama Sevitlana. Fasili kelak menjadi marsekal udara dalam jajaran
angkatan bersenjata Rusia pada masa kejayaan Stalin. Namun sepeninggal
Stalin, Fasili termasuk orang yang disingkirkan dari arena politik oleh Nikiti
Khrouchtchev. Kemudian Fasili menghilang tanpa jejak.
Perkawinan Stalin dengan istri keduanya tidak berumur lama. Sebab, Stalin jatuh
cinta kepada seorang wanita Yahudi jelita bernama Roza Kaganovich, yang
kemudian hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan. Nasib Nadia (istri
pertama) berakhir dengan bunuh diri. Tindakannya yang nekad ini bukan karena
skandal asmara suaminya dengan wanita Yahudi itu, melakukan ia menderita
karena melihat suaminya melakukan kekejaman terhadap musuh politiknya,
yang sebagian besar merupakan saudara seagama Nadia, yaitu Kristen
Ortodoks, yang berbeda dari agama yang dianut oleh wanita Yahudi, pacar gelap
Stalin itu. Adapun Roza Kaganovich tidak lain yaitu saudara kandung Lazar
Kaganovich, seorang tokoh Komunis terkemuka pada masa pemerintahan Stalin,
yang menjadi anggota politbiro partai Komunis Rusia, di samping menjadi kepala
pengawas industri berat. Lazer yaitu orang yang paling dekat dengan Stalin,
sampai Stalin mati. Setelah Stalin mati, pemerintahan Khrouchtchev
mengadakan pembersihan besar-besaran untuk mencampakkan sisa-sisa
popularitas Stalin dan para pendukungnya dari arena politik Rusia dengan cara
kejam, seperti pernah dilakukan oleh pendahulunya, Stalin terhadap lawan
politiknya. Lazer Kaganovich juga berhasil mengawinkan putranya Mikhail
dengan putri Stalin Sevitlana pada tanggal 15 Juli 1951. Padahal, Sevitlana
saat itu masih berstatus istri dari salah seorang yang konon telah menghilang
beberapa hari berselang, tanpa diketahui ke mana ia pergi. Sedang Stalin sendiri
kemudian mengawini Roza, setelah istrinya mati bunuh diri. Dengan demikian,
Stalin telah hidup dalam lingkungan keluarga Yahudi. Sebab, istrinya yaitu
Yahudi, menantu lakilakinya yaitu Yahudi, dan saudara kandung istrinya yang
sekaligus sahabat karib Stalin yaitu juga Yahudi. Bukan hanya sampai di sini.
Wakil perdana menteri dalam pemerintahan Stalin yang merangkap menteri luar
negeri, yaitu Molotov juga beristrikan wanita Yahudi. Istri Molotov ini yaitu adik
kandung pemilik modal Yahudi internasional di Amerika Sam Carb, yang
mewakili perusahaan impor-ekspor, berpusat di negara bagian Connecticut.
Sedang putri Molotov yaitu tunangan putra Stalin sendiri, Fasili.
Demikianlah yang kita lihat. Politbiro akhirnya dipegang oleh tangan-tangan satu
keluarga. Ini merupakan akibat wajar dari filsafat atheisme dalam bentuk
komunisme, yang pada dasarnya merupakan anak yang lahir dari kandungan
kehidupan lingkungan ghetto Yahudi di Eropa Timur. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan kalau kenyataan ini merupakan sisi gelap dari perkembangan
mendasar yang terjadi di Rusia, dan dunia komunisme umumnya, sampai Stalin
meninggal dunia. Perkembangan ini ditandai dengan publikasi tentang kejahatan
Stalin, dan pembantaian kaum tani yang dilakukannya. Mesin propaganda
Komunis sebelumnya telah berusaha menggambarkan, bahwa kaum tani yaitu
pendukung terkuat sistem Komunisme. Dan faham Komunisme masih akan terus
berubah dan berkembang di seluruh dunia. Pada mulanya Stalin yaitu sosok
yang dilahirkan oleh situasi. la muncul menjelang pecah revolusi Oktober 1917,
pada saat tokoh-tokoh senior masih terkungkung dalam sel-sel penjara Czar.
Pada masa pemerintahan Lenin, Stalin belum memainkan peran berarti dalam
partai Komunis Rusia, kecuali hanya beberapa saat saat Lenin dalam keadaan
sakit. Stalin maju ke barisan terdepan setelah terjadi perselisihan tajam antara
dia dan Trotsky. Maka sejak Trotsky bisa disingkirkan, Stalin terus berkuasa
sebagai diktator Rusia tanpa tertandingi sampai matinya. Tahap kenaikan
bintang Stalin dalam kepemimpinan Komunis Rusia dimulai saat Lenin jatuh
sakit bulan Mei 1922, yaitu saat sebuah dewan yang terdiri dari Stalin,
Zenoviev, Kaminiev, Trotsky dan Bochorin meneruskan kepemimpinan Komunis
Rusia. Kemudian penyakit Lenin tidak bisa disembuhkan, yang akhirnya
menyebabkan kematiannya. Zenoviev dan Kaminiev merupakan tangan kanan
Lenin sejak awal kekuasaan Lenin, sehingga mereka berdua memandang dirinya
sebagai pewaris yang paling layak untuk meneruskan kepemimpinan Lenin.
Trotsky dalam bukunya yang berjudul Lenin pada halaman 37 dan 48
menyebutkan, bahwa Zenoviev diperlakukan oleh Stalin seperti budak, sedang
Kaminiev sering dihina. Trotsky memandang Zenoviev dan Kaminiev sebagai
saingan yang mengancam kedudukannya, setelah Lenin meninggal dunia.
Sementara itu, Stalin memandang Trotsky dengan pandangan curiga, karena
sikapnya yang meragukan terhadap Stalin.
Zenoviev bagi kalangan atas partai Komunis Rusia dipandang sebagai calon
kuat untuk menggantikan Lenin. Pada kongres partai Komunis ke 12 ia diminta
menyampaikan pidato pembukaan menggantikan Lenin yang sedang sakit. Lenin
sendiri sudah menyatakan tidak mampu menyampaikan pidato sambutan seperti
biasanya. Kesempatan emas ini dimanfaatkan oleh Stalin dan bukan Zenoviev
yang menggantikan Lenin. Setelah sidang ditutup, Stalin meraih kekuasaan dan
kedudukan tinggi atas partai Komunis bersama kawankawannya, hingga pada
saat Lenin meninggal dunia tahun 1924. Pada bulan April 1925 Stalin berhasil
menyingkirkan Trotsky dari jabatannya sebagai komisioner rakyat dalam urusan
penahanan atau kementerian penahanan. Setelah itu, Zenoviev disingkirkan pula
dan digantikan oleh Bovadin, Rikov dan Tomsky. Sedang Zenoviev dan
Kaminiev saat itu bergabung dengan Trotsky untuk membentuk gerakan
oposisi menentang Stalin. Akan tetapi, langkah ini datangnya terlambat,
sehingga mereka mendapat pukulan balik dari Stalin. Pada bulan Februari 1926
Stalin berhasil menyingkirkan Zenoviev dari politbiro, kemudian dari
kepemimpinan Rusia di Leningrad, dan terakhir dari kepemimpinan rakyat. Lalu
datanglah giliran bagi Kaminiev dan Trotsky pada bulan Oktober 1926. Mereka
berdua disingkirkan dari politbiro oleh Stalin. Pada tahun berikutnya Stalin benar-
benar telah menyingkirkan lawanlawan politiknya dari komite sentral partai
Komunis Rusia. Tahun 1927 Trotsky berusaha mengadakan pembangkangan
yang terakhir kalinya dengan melemparkan tuduhan, bahwa Stalin telah
menyalahi garis ideologi Marxisme yang benar, dan menciptakan diktatorisme
keluarga di Rusia. Stalin membalas tuduhan itu dengan tindakan sangat kejam,
dengan mengadakan pembersihan besar-besaran yang menumbalkan ratusan
ribu orang mati, dan ribuan lainnya dibuang ke Siberia. Ini diungkapkan oleh
Khrouchtchev di kemudian hari. Stalin telah melakukan pembersihan terhadap
para tokoh Komunis senior Yahudi dan para tokoh proletar generasi pertama
yang mencetuskan revolusi Komunis. Di antara mereka yang terkenal tindakan
Stalin itu yang berupa penahanan, pembuangan dan hukuman mati yaitu
Trotsky, Zenoviev, Kaminiev, Martinov, Zalolich, Martov dan lain-lain. Dengan
demikian, secara langsung Stalin telah bebas dari lingkungan orang-orang
Yahudi senior pada akhir hayatnya, kecuali istrinya Roza Kaganovich dan kakak
iparnya Lazar Kaganovich. Hasil studi analitis menunjukkan, bahwa dalam
pembersihan yang dilakukan Stalin pada akhir masa hidupnya terdapat adanya
hubungan rahasia dengan kekuatan terselubung, yang di dalamnya terdapat
para tokoh senior Yahudi Komunis Rusia. Ini menunjukkan, bahwa kekuatan
terselubung itu tidak mempertimbangkan adanya tumbal orang Yahudi atau
bukan, selama semua itu akan mendatangkan keuntungan materi bagi mereka.
Peristiwa demi peristiwa itu sebenarnya merupakan rancangan untuk membuka
jalan timbulnya perang ekonomi global, dengan menjadikan dunia sebagai arena
pertarungan pada masa sebelum Perang Dunia II. Perang ekonomi itu
memberikan bukti nyata, yang menunjukkan adanya hubungan konspirasi antara
Stalin dengan kekuatan terselubung. Tujuan yang hendak dicapai oleh kekuatan
terselubung sejak Perang Dunia I usai yaitu :
1) Mempersiapkan pecahnya Perang Dunia II, seperti telah kita bahas.
2) Menguasai sumber kekayaan bangsa-bangsa gentiles, yang merupakan
tujuan mereka sejak dulu.
Jelaslah kiranya, bahwa untuk menopang tujuan pertama, Konspirasi dituntut
untuk mencapai dua faktor utama. Pertama yaitu faktor psikologis dengan
membawa dunia dan Eropa kepada perang, dan meniupkan rasa permusuhan
dan kebencian antar-bangsa, seperti telah kita bicarakan terdahulu. Faktor kedua
yaitu menciptakan perimbangan antara blok militer yang salin berhadapan
dalam perang. Ini merupakan jalan pokok menuju pecahnya perang, karena
negara sekutu yang keluar sebagai pemenang dalam Perang Dunia I, yaitu
Amerika, Perancis dan Inggris jauh lebih kuat dibanding dengan Jerman yang
kalah perang, dan menderita luka parah luar-dalam. Maka sebagai pijakan logis
untuk mewujudkan perimbangan kekuatan yang ada, lebih dulu harus
mempersenjatai dan membangun Jerman kembali beserta negara yang akan
dijadikan sekutu oleh para pemilik modal Yahudi internasional. Pada saat yang
sama, negara sekutu yang lebih kuat lebih dulu harus dilemahkan pada tingkat
yang diperlukan. Di samping itu, para pemilik modal Yahudi internasional
mencurahkan dananya dalam bidang industri persenjataan, agar bisa
mengalihkan potensi ekonomi negara yang bersangkutan kepada produksi
senjata, sampai pada masa yang diperlukan. Tidak mengherankan kalau setelah
Perang Dunia I, negara Barat yang tergabung dalam sekutu bersama Stalin
menutup mulut atas kebangkitan militer Jerman dan pembangunan kembali
negara itu, sehingga melahirkan Hitler dan Nazismenya. Sebagai kekuatan besar
dan makin kuat, Jerman mampu menaklukkan dan menduduki Swedia dan
Austria, serta beberapa negara Eropa lainnya. Sementara itu, Konspirasi terus
mencurahkan perhatiannya untuk mengeruk keuntungan dari bangsabangsa
yang bertikai, sebagai pelaksana dari perang ekonomi global yang dirancang
oleh Konspirasi.
Perang ekonomi global ini dimulai dari tahap percobaan antara tahun 1922
sampai 1925 dengan taktik tradisional. Para pemilik modal Yahudi internasional
membanjiri pasar modal negara-negara yang menang perang dan negara-
negara netral dengan saham, kredit dan investasi secara besar-besaran,
sehingga menimbulkan kenaikan harga barang dan meningkatkan produksi serta
kegiatan bisnis. Setelah itu, dana, saham dan investasi yang ada dalam bursa
internasional tiba-tiba ditarik kembali, sehingga menimbulkan krisis ekonomi
drastis dan dahsyat pada tahun 1925. Nilai mata uang merosot sesaat ,
Selanjutnya saham yang telah ditarik itu dilempar kembali ke pasar modal dalam
bentuk pinjaman dan transaksi, dan nilai mata uang kembali normal. Dan para
pemilik modal Yahudi internasional meraih keuntungan besar. Para pemilik
modal Yahudi Internasional merasa yakin akan keberhasilan percobaan perang
ekonomi tersebut di atas. Dengan berpijak pada percobaan itu, mereka
mengambil langkah penting dalam perang ekonomi besar tahun 1930, yang
mengakibatkan krisis ekonomi yang melanda hampir seluruh dunia, yang dikenal
dalam sejarah dengan sebutan Krisis Ekonomi Dunia. Perang ekonomi ini bisa
terlaksana berkat bantuan Stalin, sesuai dengan kesepakatan rahasia. Maka
jelaslah bukti yang menunjukkan adanya persekongkolan antara Stalin dengan
para pemilik modal Yahudi internasional. Operasi perang ekonomi ini dimulai
dengan penolakan para pemilik modal memberikan dana kepada perusahaan
perkapalan dan pelayaran Amerika dan Eropa Barat pada umumnya. Sedang
perusahaan perkapalan dan pelayaran Jerman, Jepang dan Italia mendapat
dana besar-besaran dan fasilitas dari mereka. Di tiga negara itu tumbuh industri
perkapalan, dan banyak orang memonopoli dan merajai pelayaran Taut di
seluruh dunia. Dan yang menjadi perhatian khusus bagi para pemilik modal
Yahudi internasional yaitu kapal-kapal barang pengangkut peti daging yang
dieskan, dan biji-bijian Amerika dan Eropa Barat menjadi terbengkalai tanpa bisa
dioperasikan. Sementara itu, kapal Jepang, Jerman dan Italia berlayar dengan
leluasa mengangkat berbagai jenis muatan.
Operasi berikutnya yaitu lembaga keuangan dan bank-bank besar beserta
cabang-cabangnya menolak untuk memberikan kredit dan pinjaman bagi
pemasaran biji-bijian dan daging yang telah dieskan atau kalengan dan asuransi
produksinya di Amerika dan Eropa pada umumnya. Barang-barang tersebut
menumpuk dalam gudang tanpa bisa dipasarkan. Pada saat yang sama, di
negara yang dibanjiri barang-barang itu oleh para pemilik modal internasional,
harga barang turun drastis. Daging-daging itu berasal dari Australia dan
Argentina, sedang biji-bijian Rusia dijual kepada para pemilik modal internasional
dengan harga sangat murah, sehingga para petani Rusia dengan sistem kolektif
mengalami beban berat, khususnya para petani Republik Ukraina di Uni Sovyet.
Hal inilah yang menimbulkan kerusuhan berdarah dan bahaya kelaparan yang
melanda seluruh wilayah Republik Ukraina.
Kenyataan di atas merupakan bukti yang kelak secara terbuka diakui sendiri oleh
Nikita Khrouchtchev dalam konferensi umum partai Komunis Rusia, dimana
Nikita dengan sengit menyerang politik Stalin, dan membeberkan kebijakannya
atas penjualan hasil biji-bijian Rusia kepada lembaga keuangan internasional
dengan harga sangat rendah, sehingga para petani Rusia mengalami kerugian
besar dan dilanda kelaparan. Kecuali itu, Nikita juga berbicara tentang
pembantaian yang dilakukan oleh Stalin pada masa pemerintahannya.
Akibatnya, perekonomian Amerika dan Eropa ambruk, khususnya dibidang
produksi pertanian dan peternakan. Barangkali Stalin mengharapkan pecahnya
revolusi Komunis di Eropa Barat yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi perubahan
sosial dan gejolak politik. Namun peristiwa berikutnya menunjukkan kesalahan
dan keluguan perhitungan Stalin, sebagaimana dilukiskan oleh Nikita. Sedang
para pemilik modal internasional yaitu pihak yang berhasil mencapai
tujuannya, yaitu menciptakan krisis ekonomi global di Amerika, Eropa dan dunia
penghasil biji-bijian dan daging.
Dengan demikian, krisis ekonomi, sosial dan politik berkembang mewarnai
kehidupan dunia secara umum. Kredit bank, sertifikat tanah, nota bank dan lain-
lain yang dijadikan jaminan pada lembaga keuangan segera berpindah tangan
kepada para pemilik modal internasional. Semua itu berkat kebijakan yang
ditempuh Stalin dalam konspirasinya bersama mereka.
Selanjutnya kondisi mencekam seperti itu menyebabkan lembaga keuangan
kecil terpaksa gulung tikar, di samping mengakibatkan timbulnya kerusuhan dan
dekadensi moral di mana-mana. Masalah ini tidak menjadi pertimbangan bagi
para pemilik modal selama mereka mendapat keuntungan besar. Stalin telah
berspekulasi dengan permainan berbahaya, dan menghancurkan nilainilai
manusiawi di kalangan rakyatnya sendiri.
Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang langkah-langkah setan yang
merancang krisis ekonomi dunia, kita perlu menengok kembali peristiwa
menjelang meledaknya krisis besar ini pada tahun 1929 sampai 1930. Amerika,
Eropa dan negara lain penghasil biji-bijian dan ternak mengalami kelesuan
ekonomi yang sangat parah. Barang hasil produksinya terpaksa tertimbun dalam
gudang, atau terbengkalai dalam kapal, tanpa bisa dikirim ke luar negeri untuk
dipasarkan. Pada saat yang sama bahaya kelaparan melanda berbagai negara,
termasuk negara penghasil biji-bijian dan daging itu sendiri. Sedangkan Jerman,
Jepang dan Italia telah mendapat kesempatan emas untuk mengeruk
keuntungan besar dari krisis ekonomi itu. Kapal mereka bisa leluasa mengangkut
ke pasaran bebas. Orang bisa bebas membeli dan menjual barang-barang
Jepang dengan harga yang bersaing. Dalam waktu relatif singkat ketiga negara
tersebut telah kembali berotot dan bisa membusungkan dadanya di hadapan
bangsa lain di dunia.
Akibat dari krisis besar dunia ini macam-macam. Franklin Roosevelt di Amerika
muncul dengan politiknya yang terkenal itu, yaitu beranjak dari pengalihan
investasi modal nasional Amerika ke dalam bidang industri, dan membiarkan
sebagian tanah pertanian tidak digarap dengan imbalan ganti rugi yang diberikan
kepada para pemiliknya. Roosevelt berhasil dengan rencana politiknya itu,
sehingga ia memenangkan pemilihan umum di Amerika. Krisis ekonomi yang
melanda Amerika bisa diakhiri dari satu sisi. Dari sisi lain, investasi modal
nasional Amerika bisa dialihkan ke dalam industri yang segera berubah lagi
menjadi industri persenjataan perang sejak meletusnya Perang Dunia II.
Sebagaimana kita lihat, tujuan pokok para pemilik modal internasional yaitu ,
pertama mewujudkan perimbangan ekonomi antara Eropa dan Amerika di satu
pihak, dan Jerman, Italia dan Jepang di pihak lain. Masing-masing pihak dipacu
untuk mengalihkan industrinya ke bidang produksi persenjataan, untuk
mempersiapkan perang yang benar-benar akan menjadi kenyataan. Sedang
tujuan kedua yaitu untuk sedapat mungkin menguasai kekayaan lain bangsa.
Hal ini sudah mereka capai.
Krisis besar ini tampak mereda antara tahun 1931-1932, dan muncul lagi tahun
1933. Hal ini terjadi, karena para pemilik modal internasional melemparkan
modalnya secara besar-besaran ke pasaran internasional yang memungkinkan
lahirnya transaksi baru. Pemasaran dan barter barang diborong oleh para pemilik
modal itu dengan harga sangat rendah. Adapun Stalin, ia telah gagal
menyalakan api revolusi Komunis di Eropa Barat. Stalin sendiri akhirnya
mengakui, bahwa ia yaitu pihak yang dirugikan dalam persekutuan rahasianya
dengan para pemilik modal internasional. Mungkin inilah yang menyebabkan
timbulnya perselisihan terselubung antara keduanya, yang tanda-tandanya
tampak jelas pada tahun 1936. Dunia saat itu belum menyadari, bahwa krisis
ekonomi besar itu pada hakikatnya yaitu awal dari rancangan menuju Perang
Dunia II. Juga tidak banyak orang menyadari, bahwa semua itu terjadi karena
ulah Konspirasi Internasional dengan jerat-jerat perangkap yang sengaja
dipasang.
VIII. HITLER DAN PERISTIWA YANG MENYEBABKAN PECAHNYA PERANG
DUNIA II
Kita sampai pada tahap baru dalam sejarah umat manusia yang punya anti
tersendiri bagi generasi sekarang. Tahap ini merupakan lembaran dunia baru
dari akibat yang langsung kita rasakan. Yaitu tahapan yang dimulai sejak pra
Perang Dunia I sampai Perang Dunia II.
Pada bab terdahulu sudah kita bicarakan tentang kondisi dunia dan tentang sisi
gelap politik Eropa. Telah diketengahkan, bagaimana para pemilik modal
internasional mengembalikan kekuatan militer dan industri Jerman, tanpa ada
reaksi dari Stalin dan dunia Barat di tengah-tengah bahaya yang terus
meningkat. Kita jelaskan pula sebab dan latar belakang yang membuat Stalin
mengambil kebijakan untuk melatih dan mempersenjatai para perwira angkatan
bersenjata Jerman mendatang. Data-data itu telah lama diketahui oleh agen-
agen rahasia di seluruh dunia. Juga kegiatan lembaga keuangan besar di Eropa
dan Amerika yang telah memberikan kredit besar-besaran kepada industri
Jerman yang Sedang bangkit itu, untuk membuka jalan bagi lahirnya militerisme
Jerman di bawah pimpinan Hitler. Namun kita harus tahu, bahwa faktor yang
sebenarnya menaikkan bintang Hitler dan suhu kondisi Eropa yaitu sisi gelap
dari kondisi politik yang ada antara tahun 1924-1934.
Bangsa Jerman keluar dari perang penuh dengan kepahitan, dan perjanjian
Versailles menjerat Jerman dengan rantai berupa kewajiban negara yang kalah
perang dan kekacauan sosial melanda negara itu, serta sistem pemerintahannya
runtuh berkeping-keping, betapa pun bangsa Jerman dikenal sebagai bangsa
yang ulet dan rajin bekerja. Kepedihan itu makin bertambah dengan
meningkatnya kekacauan dan penghinaan yang dilontarkan oleh negaranegara
sekutu yang Jerman tidak mampu membalasnya. Marah dan dendam terus
ditahan, sambil melihat dengan berat kenyataan yang ada di hadapannya.
Mayoritas bangsa Jerman tahu, bahwa angkatan bersenjatanya belum kalah
perang. Jerman belum menyerah, bahkan bisa dikatakan lebih mendekati
kemenangan. Jerman lah yang melakukan penyerbuan dari segala penjuru tahun
1918, yaitu pada akhir Perang Dunia I. Dengan kata lain, Jerman pada masa
akhir perang itu masih tetap merupakan pihak yang mengambil prakarsa. Akan
tetapi, Jerman ditikam dari belakang oleh kelompok Yahudi, yang membuat onar
dan kekacauan dalam jajaran angkatan bersenjata Jerman, dan bergabungnya
Amerika ke dalam barisan sekutu dari faktor luar.
Kepemimpinan Roza Luxemburg beserta para pendukung Yahudinya dari partai
Komunis Jerman, peran kaum Komunis yang membuat kekacauan di Jerman,
disusul dengan pemberontakan Komunis, semua itu merupakan kenangan abadi
yang pahit bagi Jerman, bahwa orang Yahudi di mata mereka yaitu sekutu
musuh Jerman. Perjanjian Versailles muncul pada saat kondisi psikologis, politik
dan sosia dalam keadaan tidak menentu, penuh dengan dendam kesumat yang
dieksploitasi oleh para pemilik modal internasional, yang akhirnya semua itu
dapat terungkap. Semangat anti Yahudi tumbuh subur mewarnai aspirasi
nasional bangsa Jerman secara menyeluruh.
A. Faktor Ekonomi
Bukan hanya rakyat jelata Jerman yang mengalami perasaan seperti itu. Para
cendekiawan khususnya di kalangan pemerintahan, dan para ahli ekonomi itu
juga merasakan hal itu. Akan tetapi, perhatian mereka dicurahkan ke masalah
vital lainnya, yaitu masalah ekonomi. Mereka menyadari adanya jurang yang
membuat Jerman terperosok kedalamnya, setelah para pemilik modal
internasional menguasai perekonomian negara itu, sehingga Jerman secara
ekonomi menggantungkan diri kepada kredit luar negeri, yang ada hubungannya
secara langsung dengan lembaga keuangan internasional lewat bank negara-
negara besar. Para cendekiawan dan politisi Jerman bukan tidak tahu adanya
bahaya hutang-piutang semacam itu yang mencekik leher, ibarat tangan ikan
gurita yang melilit mangsanya sedikit demi sedikit yang akhirnya bisa mematikan
itu. Bunga kredit itu, dan bunga dari bunganya senantiasa bertambah terus
menerus, yang akhirnya berkembang menjadi berlipat ganda dari kredit semula.
Untuk membayar kredit itu pemerintah terpaksa menaikkan pajak yang
dikenakan pada rakyatnya dari hasil pertanian, industri, perdagangan dan
income nasional. Dengan kata lain, arti kredit itu tidak lain yaitu perbudakan
nasional bagi seluruh rakyat.
Melihat kenyataan seperti itu, para cendekiawan dan politisi Jerman menyadari
bahaya cekikan perekonomian negara. Mereka segera mengadakan
kesepakatan untuk mencari jalan keluar, yang bisa menyelamatkan Jerman dari
ancaman bahaya di atas. Dengan demikian, iklim pembebasan krisis ekonomi
telah lahir untuk menyambut setiap langkah yang bisa menyelamatkan Jerman
bersama rakyatnya. Muncullah Hitler dengan Nazismenya yang menyerukan
kebangkitan Jerman dalam segala aspek kehidupan termasuk membebaskan diri
dari ikatan pihak asing, dan mencetak mata uang sendiri, tanpa bergantung pada
kredit. Ia segera mendapat dukungan penuh dari bangsa Jerman. Langkah
pertama yang dilakukan yaitu mengatur income nasional, sumber daya alam
Jerman, industri, pertanian dan kekayaan alam untuk kepentingan bangsa, demi
terwujudnya self-reliance atau berdikari.
Langkah ini pada dasarnya merupakan ungkapan nyata yang mewakili aspirasi
bangsa Jerman, dan tuntutan mereka. Oleh sebab itu, sambutan mereka ibarat
api yang menyambut bensin. Nazisme naik pada tingkat kekuatan politik paling
atas yang terorganisir dengan baik. Pendukungnya terdiri dari unsur pemuda,
para tokoh intelektual dan para politisi, yang secara serentak menghendaki
Jerman muncul kembali sebagai kekuatan dunia yang harus diperhitungkan.
Kehadiran Adolf Hitler di atas pentas percaturan politik Jerman merupakan
tokoh penuh dinamika, yang mampu merebut simpati segenap lapisan
masyarakat Jerman. Ditambah dengan keberhasilan Mussolini dan Fasismenya
di Italia yang terus berjaya menunjukkan kekuatannya, dan munculnya beberapa
tokoh diktator di Eropa merupakan faktor yang mendorong Hitler dan
Nazismenya bangkit dan menguasai Eropa.
Melihat perkembangan di Jerman, para pemilik modal internasional mengatur
siasat setan. Meskipun sasaran Hitler ditujukan kepada orang Yahudi, namun
para pemilik modal internasional justru mendorong seruan nasionalisme ekstrem
Nazi dan pembangunan ekonomi, yang digalakan oleh Hitler. Dan lagi, setelah
Hitler naik daun, para pemilik modal internasional bersedia menarik beban kredit
yang memberatkan Jerman, dan merelakan hutang pampasan perang yang
ditolak oleh Hitler. Bahkan mereka memberikan pinjaman lunak kepada Hitler
untuk proyek industri dan perdagangan Jerman. Mereka kemudian mendesak
Stalin dan dunia Barat untuk tutup mulut atas kebangkitan militer Jerman secara
besar-besaran dari waktu ke waktu. Dalam masalah ini, banyak pengamat
sejarah dunia belum menemukan jawaban, mengapa Stalin dan dunia Barat
tinggal diam di hadapan Fuhrer Adolf Hitler, yang pada awal perjalanannya
masih sangat lemah, yang bisa di hancurkan cukup hanya dengan kekuatan
militer Perancis atau Inggris sendiri.
Kegelapan politik saat itu, kenapa para analis, para sejarawan dan para penulis
tidak mempersoalkan perjalanan sejarah, yang membuat Eropa tidak mengambil
tindakan terhadap langkah agresif Hitler, mulai dari pembatalan perjanjian
Versailles, penolakan untuk membayar pampasan perang, membangun kembali
militer Jerman, pendudukan atas wilayah Ruhr untuk dijadikan kawasan industri
persenjataan Jerman, pendudukan Swedia, penyerbuan terhadap
Czekoslovakia, aneksasi Austria ke dalam wilayah Jerman, dan seterusnya?
Keberanian Hitler telah menaikkan namanya dan Nazisme, baik di dalam
maupun di luar Jerman. Hitler telah keluar sebagai kekuatan yang membuat bulu
Roma negara-negara besar berdiri. Sementara itu, para pemilik modal Yahudi
internasional terus membukakan peluang bagi Hitler, dan mengeluarkan dana
besar-besaran secara terselubung, serta merancang pembunuhan terhadap
sejumlah besar putra-putra Yahudi dengan meminjam tangan Hitler sebagai
kambing tebusan (scape goat). Peristiwa ini kelak dijadikan propaganda untuk
menuntut ganti rugi atas kematian mereka. Ini yaitu bagian dari program
jangka panjang, untuk membuka jalan bagi pecahnya Perang Dunia II.
Hitler mendapat kenangan gemilang pada saat Jerman sebenarnya masih dalam
keadaan lemah, belum memiliki kekuatan militer yang memadai. Baru kemudian
Hitler membangun angkatan bersenjatanya yang bisa diandalkan. Ia terpaksa
membuka hubungan dengan golongan aristokrat militer Jerman golongan Arya',
yang dikenal oleh dunia dengan sebutan Junkers. Mereka inilah golongan yang
memegang kendali kekuatan militer Jerman sejak beberapa generasi yang lalu.
Maka timbullah Perselisihan intern di kalangan Nazi sendiri, antara golongan
moderat yang ingin membangun Jerman dengan memperkuat sendi-sendinya,
dan golongan ekstrim yang punya hubungan dengan golongan aristokrat militer,
penganut faham Karl Reiter yang ingin mendirikan negara Jerman Tulen yang
berdasarkan faham supremasi ras Arya, untuk menguasai seluruh Eropa dengan
kekuatan tangan besi.
Banyak analis sejarah yang membahas masalah pertikaian intern dalam tubuh
Nazi. Begitu pula media massa dan pergerakan politik sering membicarakannya,
namun mereka tidak menyinggung sebab-sebab mendasar yang
melatarbelakangi pertikaian ini. Hitler sendiri sebenarnya tidak memihak kepada
golongan ekstrim, seperti sering disebut oleh beberapa penulis. Ia tetap bersikap
netral tanpa memihak kepada golongan ekstrem, seperti sering disebut oleh
beberapa penulis. Ia tetap bersikap netral tanpa memihak kepada salah satu
pihak yang berselisih sampai tahun 1936, saat peristiwa demi peristiwa yang
terjadi akhirnya menempatkan Hitler menganut garis moderat. Ini terlihat jelas
dari usaha yang dilakukan untuk mencoba mengadakan persahabatan dengan
Inggris, dan berusaha menjauhi benturan dengan pihak gereja dan para
penganut Kristen secara umum. Tindakan Hitler yang sangat berani yaitu
menutup The Grand Eastern Lodge di Jerman, yang merupakan sarang Free
Masonry, mirip dengan The Grand Eastern Lodge yang terdapat di kota besar
Eropa lainnya yang dikuasai oleh para pemilik modal internasional. Meskipun
perkumpulan The Grand Eastern Lodge di Jerman melarang orang Yahudi
menjadi anggotanya, namun faham atheisme yang terdapat dalam perkumpulan
itu bukan tidak lebih berbahaya daripada prinsip para pemilik modal Yahudi
internasional. Nazisme merupakan salah satu bentuk atheisme yang
mentuhankan negara Jerman. Seluruh dunia harus tunduk kepada Jerman
dengan kekuatan, dan membangun kebudayaan supremasi ras Arya Jerman.
Di tengah-tengah perselisihan antar-kelompok dalam Nazi, pribadi Hitler bagi
kelompok moderat merupakan sosok pimpinan baru dan bapak pembangunan
Jerman. Bagi kelompok ekstrem, Hitler yaitu seorang Fuhrer bagi Jerman, dan
seorang pimpinan bangsa Arya. Sedang Hitler sendiri berusaha menjauhkan diri
dari pelukan golongan aristokrat militer Aryan, yang bagi Hitler sendiri tidak
dibutuhkan, karena ia mampu membangun militer Jerman tanpa harus minta
bantuan mereka. Hitler yakin, bahwa satu-satunya jalan untuk mewujudkan
perdamaian, dan memberikan pukulan mematikan kepada para pemilik modal
Yahudi internasional itu yaitu mengadakan persekutuan dengan negara super
power di Eropa pada saat itu, yaitu Inggris. Maka, arah politik Hitler ditujukan
kepada persekutuan sejenis itu. Antara tahun 1933-1936 Hitler selalu berusaha
mengadakan hubungan dengan Inggris, agar bisa membentuk persekutuan
bersama. la mempunyai tekad seperti itu sejak masih dalam bukunya yang diberi
judul Perjuanganku. Katanya, "S