ngan munculnya surat palsu lagi atas nama ratu, yang
ditujukan kepada seorang bangsawan Perancis, yaitu seorang Kardinal bernama
De Rohand. Dalam surat itu disebutkan, bahwa ratu minta agar sang Kardinal
menemuinya pada tengah malam di sebuah tempat peristirahatan di taman
Palais Royal, untuk membicarakan masalah isu kalung permata di atas.
Sementara itu, seorang dayang kerajaan yang telah dipersiapkan oleh
Konspirasi menemui Kardinal di tempat yang telah ditentukan itu dengan
berpakaian menyamar seperti ratu layaknya di tengah malam itu. saat itulah
fitnah berbau gosip itu disebarluaskan untuk menjatuhkan nama baik sekaligus
juga mencemarkan nama baik tokoh gereja. Sejarah telah mengungkap,
bagaimana kalung permata hasil fitnahan itu dipindah dan disembunyikan di
London. Diduga permata mahal yang terdapat pada kalung itu disimpan oleh
jutawan Yahudi di London bernama Elyason.
Di London masih terdapat bukti-bukti yang menguatkan keterlibatan tokohtokoh
Yahudi Inggris dengan persekongkolan yang merancang meletusnya Revolusi
Perancis. Bukti-bukti itu merupakan rahasia selama beberapa tahun lamanya,
dan terbongkar oleh Lady Queensburgh, permaisuri Lord Queensburgh. Dalam
bukunya yang berjudul 'Pemerintahan Gereja Terselubung', Lady Queensburgh
mencatat bukti-bukti yang pernah ditemukan dalam sebuah manuskrip lama
yang berjudul 'Permusuhan terhadap Unsur Semitik', ditulis oleh seorang Yahudi
Benjamin Gold Smidt pada tahun 1849.
Berkat wawasannya yang luas, Lady Queensburgh berhasil mempelajari
manuskrip tersebut dan menganalisanya, yang pada akhirnya mendapat bukti-
bukti kuat yang menunjukkan, bahwa Benjamin Gold Smidt dan saudaranya
Abraham Gold Smidt serta kawannya Sir Moshe Montifor, yang ketiganya yaitu
pemilik modal keuangan di Inggris, merupakan anggota jaringan Konspirasi
Yahudi di seluruh Eropa yang telah merancang revolusi Perancis itu. Juga
terdapat bukti lain yang menguatkan pernyataan Lady Queensburgh di atas
manuskrip yang lama, yaitu seorang konglomerat Yahudi berasal dari kota Berlin
Jerman, bernama David Erend Lander dan seorang konglomerat Yahudi lainnya
bernama Henzegerber yaitu anggota jaringan Konspirasi yang bekerja di
bawah pimpinan langsung Rothschild.
Demikianlah tabir-tabir itu terungkap oleh kita, sehingga para tokoh di balik tabir
itu tampak dengan jelas. Dan itulah para anggota kekuatan Konspirasi. Kita tidak
banyak membicarakan masalah sarana yang dipakai oleh para tokoh Yahudi itu
dalam kegiatan mereka untuk menjatuhkan ekonomi pemerintah kerajaan
Perancis. Kita bisa melihat data-data sejarah, lalu menganalisanya untuk
mengambil kesimpulan dari sarana-sarana yang dipakai oleh kekuatan
Konspirasi, seperti yang terjadi di Rusia, Spanyol dan Amerika. Tentang sarana
yang dipakai Konspirasi berkenaan dengan situasi revolusi Perancis, seorang
sejarawan Inggris bernama Sir Walter Scott mengatakan,
"Para pemilik modal itu memperlakukan pemerintah kerajaan Perancis seperti
rentenir yang siap mewarisi harta kekayaan milik yang berhutang dengan boros
dan mewah. Mereka mengulurkan hutang besar-besaran dengan satu tangan,
dan tangan lainnya menerima bunga hutang tersebut yang berlipat ganda
jumlahnya. Maka tidak mengherankan kalau kas negara menjadi kosong dalam
waktu singkat. Sebagai akibatnya, para pemberi hutang itu mendapat fasilitas
dan hak-hak istimewa di negeri itu, sebagai jaminan timbal balik atas hutang-
hutang tersebut. Dengan begitu lengkaplah jeratan yang mengikat leher
pemerintah Perancis."
Setelah Perancis mengalami krisis ekonomi yang parah, yang mendorong
pemerintah terus mencari pinjaman dengan bunga sangat tinggi untuk
membiayai perang dan pergolakan, para pemilik modal dengan senang hati
mengulurkan pinjaman yang dibutuhkan itu, dengan syarat mereka diberi
wewenang mencetak mata uang Perancis dengan leluasa. Syarat itu pada
awalnya tidak terasa begitu berat. Namun pada hakikatnya itu tidak berbeda
dengan peribahasa Perancis yang mengatakan 'Memasukkan seekor ular
berbisa ke dalam kamar'. Maksudnya yaitu memasukkan wakil pihak pemilik
modal dalam keuangan rumah tangga kerajaan Perancis. pihak pemberi
pinjaman itu tidak lain yaitu Jacques Necker, yang kemudian dipilih oleh raja
sebagai menteri keuangan Perancis. Setelah para pemilik modal berhasil
mengorbitkan Necker, mereka memujinya lewat berbagai sarana propaganda
yang mereka kuasai, bahwa Necker yaitu seorang pakar ekonomi kelas kakap,
dan satu-satunya orang yang mampu menyelamatkan perekonomian Perancis
dari krisis yang sedang berjalan. Padahal, setelah 4 tahun Necker berkuasa
memegang kementerian keuangan, kondisi perekonomian Perancis makin
bertambah buruk, sejajar dengan naiknya hutang-hutang yang dibuatnya.
Seorang sejarawan Inggris Captain A. Romsey melukiskan kondisi ekonomi
Perancis kala itu dalam bukunya yang berjudul 'Sebuah Perang Tanpa Nama' (A
War Without a Name) sebagai berikut :
"Revolusi Perancis merupakan pukulan maut bagi orang yang sedang sakit,
karena kuku-kuku hutang yang menancap, disusul dengan dikuasainya media
massa dan kegiatan politik oleh para tokoh Yahudi. Tidak luput pula para tokoh
lapisan masyarakat bawah juga mereka kuasai. Panggung massal telah siap
menyajikan pertunjukan drama revolusi. Dengan segala cara para perancang
Konspirasi menggerakan revolusi, dan dengan cengkeraman kukunya yang kuat
mereka membuat raja tidak berdaya."
Waktu itu Palsemo menghujani dengan selebaran-selebaran gelap. Sambil
melaknat tokoh-tokoh istana dan gereja, para kaki tangan Konspirasi terus
mengatur langkah dan strategi, dan melatih kader-kader yang kelak dijadikan
pemimpin setelah sistem kerajaan runtuh. Di antara tokoh yang berhasil
dipersiapkan oleh Konspirasi yaitu Robespierre, Danton dan lain-lain. Ada pula
yang secara khusus dipilih orang-orang yang bertugas menyerbu penjara
Bastilles dengan maksud membebaskan para narapidana, agar narapidana ini
melampiaskan kebenciannya kepada istana, sehingga seluruh kota Paris diliputi
oleh iklim pergolakan. Di antara pusat penataran itu yaitu biara Saint Yacob di
Paris. Jadi, rancangan berdarah itu disusun dari balik tembok tempat suci untuk
beribadah. Di biara Saint Yacob itu pula dicatat daftar nama bangsawan dan
pendukung kerajaan yang bakal dienyahkan dari muka bumi oleh para aktivis
revolusi. Mereka ini juga memperalat orang-orang yang sakit jiwa dan para
pejabat agar melakukan tindakan kriminal, sehingga situasi akan makin kacau.
Tujuan kekuatan Konspirasi di balik revolusi Perancis yaitu untuk menguasai
Perancis dari balik layar, dan dari sini melangkah lagi untuk menguasai dunia
secara keseluruhan. Peristiwa demi peristiwa terjadi berturut-turut seperti telah
kita ketengahkan sebelumnya. Konspirasi telah memperalat Duke Durlian
sebagai kuda tunggangan. Mereka minta agar Durlian menghukum mati anak
pamannya sendiri, raja Louis XVI, dan dia pula yang mengemban
tanggungjawab atas kematian raja dan permaisurinya. Sesungguhnya pihak
Konspirasi lah yang bertanggungjawab atas semua peristiwa itu tapi para
tokohnya bersembunyi dari balik kegelapan. Instruksi dari konspirasi kepada
kalangan revolusioner untuk membunuh beberapa orang istana ternyata terulang
kembali. Kali ini yang harus dibunuh yaitu Durlian sendiri. Tokoh tunggangan
ini difitnah melalui media massa, seperti pernah dialami oleh Marie Antoinette
sebelumnya. Dalam waktu sekejap tuduhan keji dari publik Perancis dilontarkan
kepada Durlian, yang akhirnya mengalami nasib sama seperti Marie Antoinette.
Durlian digiring ke Guilotin. Sementara itu terdengar pula cemoohan dari para
hadirin yang menyaksikan pertunjukan yang mengerikan itu. Ini merupakan
cemoohan ulang seperti pernah terjadi pada kematian Antoniette dan raja Louis
XVI.
Adapun Mirabeau, setelah merasa dirinya terancam oleh bahaya, dan menyadari
dijadikan alat permainan oleh kelompok Konspirasi dari balik layar, segera
menyadari adanya kebejatan moral yang digerakkan oleh para penggerak
revolusi. Sebenarnya Mirabeau menentang perlakuan sadis terhadap raja Louis
XVI. Dia tahu pula, bahwa mendiang raja sebenarnya orang yang lugu, baik hati
dan berkemauan lemah, sehingga kurang waspada menanggapi kejadian di
sekitarnya. Mirabeau hanya menghendaki untuk menyingkirkan kekuasaan
mutlak yang ada pada raja, untuk digantikan dengan raja yang memerintah
berdasarkan konstitusi. Kemudian Mirabeau sendiri akan tampil sebagai
penasihat raja. Oleh karena itu, saat ia menyaksikan kekuatan Konspirasi
bermaksud membunuh raja Louis XVI, Mirabeau berusaha untuk melarikan raja
dari penjara Paris, dan memindahkan ke markas pasukan yang masih setia
kepada raja. Usaha Mirabeau ini gagal dan bahkan akan dibunuh oleh kekuatan
Konspirasi. Berbagai fitnah dilancarkan untuk mencari alasan bisa menuntut
Mirabeau ke pengadilan. Akhirnya pihak Konspirasi memakai cara dengan
meracun Mirabeau, dengan kesan seolah-olah Mirabeau mati bunuh diri.
Setelah peristiwa demi peristiwa mengantar meletusnya revolusi Perancis,
tibalah saatnya sebuah periode dikenal dalam sejarah Perancis dengan sebutan
"Pemerintahan Teror". Pada masa itu, para mangsa pergolakan digiring ke
tempat pembantaian dalam jumlah ribuan setiap hari seperti ternak. Sebagai
algojo telah ditunjuk Robespierre (1758-1794) dan Danton (1759-1794). Setelah
kedua algojo ini menyelesaikan tugasnya, mereka berdua juga dibantai dalam
usia yang relatif muda.
Seorang sejarawan Inggris Walter Scott mengetahui dengan pasti peran yang
dimainkan oleh kekuatan terselubung, yang mendalangi peristiwa yang terjadi di
Perancis. Dalam karya tulisnya berjudul 'Kehidupan Napoleon' kita bisa
menemukan data-data yang cukup tentang keterlibatan Konspirasi Yahudi dalam
revolusi Perancis itu, dan peristiwa besar lainnya di Eropa. Walter Scott
memaparkan bukti-bukti yang bisa menimbulkan tanda tanya dengan
mengungkapkan, bahwa kebanyakan wajah yang tampil dalam revolusi Perancis
tampak asing bagi alam Perancis. Lebih lanjut ia mengungkapkan secara khas,
bagaimana seorang majhul bernama Manuelle muncul sesaat di permukaan
umum, dan sesaat itu pula bisa menempati posisi sebagai jaksa Agung di
Paris. Padahal Manuelle yaitu orang yang bertanggung jawab atas
penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang yang dikirim ke tempat-
tempat hukuman mati di seluruh Perancis pada bulan September 1792. Dalam
penjara Paris saja ditemukan 7.000 orang menemui ajalnya. Manuelle
didampingi oleh seorang Yahudi lainnya bernama David, seorang eksekutif
Komite Keamanan Nasional di Paris, yang dikenal sebagai penjagal maut
selama perjalanan revolusi berlangsung. David pula yang memasukkan faham
Naturalisme ke dalam pemerintahan pada masa pasca revolusi, untuk
menggantikan agama Kristen.
Karya besar Sir Walter Scott The Life of Napoleon sebanyak 9 jilid sudah lama
tidak beredar. Diduga kuat karena pihak Konspirasi telah mengupayakan, agar
buku itu lenyap dari peredaran umum. Perlu juga kita simak sebuah karya lain
yang ditulis oleh Renoult dengan judul 'Kehidupan Robespierre' (The Life of
Robespierre). Buku ini menampilkan fakta-fakta penting, antara lain ucapan-
ucapan Robespierre, saat revolusi sedang panas-panasnya. Pemerintahan
Teror mencapai puncaknya antara tanggal 27 April-27 Juli 1794. Pada saat itu
Robespierre berbicara panjang lebar di depan Majelis Nasional. Ia menyerang
sengit apa yang dinamakan dengan kelompok teroris ekstrimis. Dia menuduh
adanya suatu pihak yang berada di belakang tindakan teror itu. Namun dia tidak
menyebutkan siapa pihak yang dimaksud. Kata-kata asli yang diucapkan
Robespierre yaitu : "Aku tidak berani menyebut nama mereka di tempat ini dan
di saat ini pula. Aku juga tidak bisa membuka tirai yang menutupi kelompok ini
sejak awal peristiwa revolusi. Akan tetapi, aku bisa meyakinkan Anda sekalian,
dan aku percaya sepenuhnya, bahwa di antara penggerak revolusi ini terdapat
kaki tangan yang diperalat dan melakukan kegiatan amoral dan penyuapan
besar-besaran. Kedua sarana itu merupakan taktik yang paling efektif untuk
memporak-porandakan negeri ini."
Renoult memberikan komentar, seandainya Robespierre tidak mengucapkan
kata-katanya di atas, nasib yang dialami akan lain. Ia telah mengucapkan kata
kata melewati batas yang dibolehkan. Kata-kata pedas meluncur dari mulutnya,
sehingga hari berikutnya ia digiring ke tempat hukuman mati. Demikianlah nasib
seorang Free Mason yang telah diberi kesempatan untuk mengetahui gerakan
Free Masonry lebih dari apa yang seharusnya. Hanya sedikit orang yang tahu,
bahwa Robespierre, Danton dan tokoh-tokoh revolusi Perancis lainnya yang
muncul pada periode pemerintahan teror merupakan alat yang digenggam oleh
komplotan 13 Sesepuh Yahudi. Setelah bonekaboneka yang diperalat oleh
Konspirasi satu per satu lenyap dari bumi, mereka mulai dengan tahap baru lagi
dalam persekongkolan internasional selanjutnya. Esleim Mayer Rothschild
mengirimkan putranya Nathan Mayer ke Inggris untuk membuka cabang
perusahaan raksasa milik mereka di kota London. Tujuannya untuk
mempermudah hubungan antar-sesepuh Yahudi Internasional di seluruh kota
Eropa, dan untuk menancapkan kuku mereka dalam bidang politik dan ekonomi
lebih dalam lagi. Tujuannya yang lebih khusus lagi ialah, agar mereka bisa
mengadakan hubungan lebih mudah antar konglomerat yang menguasai bank
Inggris, Belanda, Perancis dan Jerman. Untuk itu, Rothschild telah
mempersiapkan Nathan selama 26 tahun, yang sekaligus ini menunjukkan
kehebatan Rothschild dalam pembinaan kader Konspirasi, sejak Nathan masih
belia.
F. Kekuatan Konspirasi dan Napoleon
Setelah tahap di atas selesai, kekuatan Konspirasi mengincar seorang yang
sedang naik daun, yaitu Napoleon Bonaparte. Mulailah sejak itu kekuatan
Konspirasi mengulurkan dana besar-besaran kepada Napoleon untuk membiayai
perang yang kondang itu, dengan tujuan untuk menyingkirkan sistem kerajaan di
seluruh negara Eropa. Napoleon mengerahkan pasukannya besar-besaran ke
berbagai negara Eropa. Puncak pengerahan pasukan itu terjadi pada tahun
1804, saat ia mengangkat dirinya sebagai Kaisar Perancis, dan mengangkat
saudara-saudaranya menjadi raja di negara-negara Eropa yang ditaklukkan.
Joseph dijadikan raja Napoli, Louis raja Belanda, dan Jerume raja Lostvalia
(salah satu wilayah Jerman saat itu). Nathan Rothschild juga dengan diam-
diam mengangkat keempat saudaranya menjadi raja uang di keempat kerajaan
Eropa itu. Dengan demikian, merekalah penguasa yang sebenarnya di balik
tahta kerajaan keluarga Napoleon.
Selanjutnya, pihak Konspirasi memilih negara Swiss sebagai pusat lembaga
keuangan yang aman. Mereka berusaha menyelamatkan negara ini dari perang
dan pertikaian umum. Dengan kata lain, Swiss akan dijadikan negara netral
untuk selamanya. Setelah itu, kekuatan Konspirasi melangkah lagi kepada bisnis
baru yang banyak memberi keuntungan, yaitu perdagangan 'perang'. Untuk
mencapai tujuan ini mereka harus menguasai pabrik-pabrik senjata, amunisi dan
kapal perang, dan menguasai industri-industri baja, besi, kimia dan pabrik yang
memproduksi alat perang lainnya. Dengan strategi ini, kekuatan Konspirasi
mempersiapkan dana besar-besaran yang membanjiri berbagai proyek itu, yang
kemudian produknya dialirkan kepada pihak yang bersengketa tanpa kecuali.
Akan tetapi muncul kendala bagi mereka, yang datang dari Napoleon sendiri.
Awal mulanya Napoleon merasa puas terhadap para sesepuh Yahudi yang
mengulurkan pinjaman uang besar-besaran kepadanya, untuk membiayai
perlengkapan pasukannya sebesar itu. Akan tetapi, lama-kelamaan Napoleon
menyadari, bahwa dibalik itu ada kekuatan terselubung yang menggerakan
tangannya. Napoleon mengambil langkah lebih hati-hati dan waspada, di
samping berusaha untuk memukul kekuatan terselubung itu, apabila telah cukup
bukti-bukti dan saat yang tepat telah tiba. Namun sebelum Napoleon bisa
melaksanakan niatnya karena ia dan pasukannya masih mati-matian berperang
melawan Rusia, kekuatan Konspirasi telah memergoki gelagat yang tidak
menyenangkan dari Napoleon.
Di sela-sela kesibukan Napoleon itulah pihak Konspirasi melihat adanya
kesempatan yang tepat untuk memukul Napoleon, sehingga pasukan Napoleon
menjadi kacau dan dipukul roboh oleh pasukan Rusia. Dalam lembaran sejarah
pada umumnya disebutkan, bahwa kekalahan Napoleon oleh Rusia disebabkan
oleh adanya kesulitan cuaca dingin dan salju tebal yang menghalangi laju
pasukannya. Padahal, penyebab yang sebenarnya yaitu karena jalur
penghubung yang menuju pasukan Napoleon diputus oleh tangan-tangan
terselubung, sehingga senjata dan amunisi yang dikirim untuk pasukannya tidak
bisa sampai. Sementara itu, amunisi pasukan Rusia terus mengalir dengan
deras. Langkah kekuatan Konspirasi yang dilakukan untuk menghancurkan
pasukan Napoleon kemudian memaksa Napoleon turun tahta. Langkah ini oleh
Konspirasi Internasional dijadikan tradisi untuk melangkah dan mengadakan
kegiatan di masa-masa selanjutnya. pihak Konspirasi dalam melakukan taktik itu
menggunakan kaki tangan orang-orang Serbia untuk menyelusup ke jajaran
penting dalam industri, transportasi, logistik dan posisi rawan lainnya. saat
itulah negara-negara yang telah dimasuki oleh mereka jatuh di bawah pengaruh
kekuatan terselubung. Posisi kunci yang dikendalikan mereka memungkinkan
mereka melaksanakan kegiatan yang bisa menimbulkan kekacauan dalam suplai
pasukan yang sedang bertempur di medan laga. Taktik Konspirasi yang dipakai
untuk menghancurkan pasukan Napoleon dipakai lagi di kemudian hari untuk
menghancurkan pasukan Czar Rusia pada tahun 1904 dalam menghadapi
pasukan Jepang.
Sejarah telah mencatat, bagaimana peristiwa berikutnya terjadi setelah
kekalahan Napoleon, disusul dengan peristiwa penurunan Napoleon dari tahta
dan dibuang ke pulau Elba. saat Napoleon melarikan diri sebagai usaha untuk
kembali, segera ditangkap kembali oleh jaringan yang telah dipasang oleh
Konspirasi. Pertempuran Waterloo merupakan perang terakhir bagi Napoleon.
Adapun Nathan Rothschild, nasibnya justru sebaliknya. Ia telah berhasil
menguasai keuangan di seluruh Eropa, setelah berakhirnya masa kejayaan
Napoleon. Rothschild pada waktu itu telah membangun istana yang letaknya
menghadap langsung dengan istana raja Louis XVIII, pewaris tahta kerajaan
Perancis. Dari lokasi di seputar istana raja, Nathan bisa memantau gerak-gerik
yang ada di sana dari jendela istananya sendiri itu. Para mata-mata Konspirasi
dalam istana raja Louis lebih mudah mengadakan hubungan dengan Nathan,
khususnya mengenai perkembangan perang Waterloo yang hampir berakhir.
Pada waktu yang sama, Nathan mengadakan jaringan lain untuk menguak
informasi tentang perang tersebut, untuk kemudian dikirim ke Inggris. Pada saat
datangnya berita mengenai keunggulan pasukan Wellington (panglima pasukan
Inggris) atas Napoleon, dan dipastikan Wellington akan tampil sebagai
pemenang perang, Nathan mengirimkan berita kebalikannya ke Inggris lewat
utusannya. Dikatakan, bahwa Napoleon lah yang menang atas Wellington. Tak
ayal lagi, berita itu membuat rakyat Inggris cemas, dan harga bursa uang anjlok
sesaat . Kemudian Nathan berangkat secepatnya ke Inggris dengan kapal
khusus. Begitu Nathan menginjakkan kakinya ke London, segera saja ia
memerintahkan anak buahnya untuk memborong seluruh penjualan modal,
saham, uang dan apa saja yang bisa dibeli. Peristiwa ini sangat mengejutkan
semua pihak, setelah pada hari berikutnya tersiar berita yang sebenarnya, yaitu
kemenangan Wellington atas Napoleon. Setelah pasar modal kembali normal,
para pemilik modal Yahudi, khususnya Nathan telah memboyong keuntungan
yang sangat besar. Tidak seorang pun membicarakan bagaimana Rothschild
membungkam kemarahan pemerintah Inggris dan rakyatnya, akibat kerugian
jutaan poundsterling dalam pasar modal London itu dalam waktu hanya satu
hari. Dan jelas pula tercatat dalam sejarah, bahwa
Rothschild setelah itu mengeluarkan bantuan kepada Inggris uang sebesar £ 18
juta, dan kepada Rusia £ 5 juta, karena negeri ini telah berjasa membantu
Konspirasi menghancurkan Napoleon. saat Nathan meninggal dunia tahun
1836, Bank Inggris benar-benar telah berada di tangannya. Dan hutang nasional
Inggris kala itu telah mencapai £ 885 juta, akibat penjagalan ekonomi
besarbesaran dalam pasar modal. Sedikit sekali orang yang bisa menemukan
tokoh Free Mason Eropa yang bisa menyingkap, bagaimana The Grand Free
Mason Lodge bisa menyusup ke posisi penting di negara-negara Eropa. Paus
Paulus Pius IX termasuk orang yang mengetahui gerakan yang dilakukan oleh
Free Masonry itu, sehingga dia mengharamkan umat Kristen Katolik memasuki
perkumpulan itu.
Kalau masih ada orang yang meragukan peran Konspirasi dalam peristiwa
revolusi Perancis, bisa ditunjukkan bukti-bukti yang lebih jelas, yaitu saat terjadi
diskusi dalam Majelis Nasional Perancis yang diadakan pada tahun 1904. Kita
bisa mengutip sebuah ucapan yang dilontarkan oleh De Rosanbe, seorang wakil
anggota Majelis. Dia mengatakan "Kita telah yakin benar tentang masalah ini,
yaitu bahwa Free Masonry yaitu satu-satunya pihak yang merancang
timbulnya revolusi Perancis. Dan sambutan serta tanggapan yang kita
dengarkan dalam Majelis ini menunjukkan, bahwa sebagian kita tahu seperti
yang saya ketahui." Kemudian seorang anggota lain bernama Gommel, yang
juga termasuk anggota perkumpulan The Grand Eastern Lodge Perancis berdiri
mengatakan : "Kita bukan hanya mengetahui hal itu, melainkan kita akan
mengumumkan kepada khalayak ramai."
Pada acara makan malam besar-besaran yang diadakan di Paris pada tahun
1923, yang dihadiri oleh para politisi dan wakil-wakil dari Liga Bangsa-Bangsa
(Nations-League) yang kelak menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United
Nations), seorang tokoh The Grand Eastern Lodge bangkit seraya mengatakan
dengan penuh kebanggaan :
"Perancang Pemerintahan Perancis yaitu putra Free Masonry Nasional
Perancis. Dan perancang Republik Dunia besok yaitu putri Free Masonry
Internasional."
Demikian kita melihat kekuatan Konspirasi yang sampai tahun 1923 telah berani
berbangga-bangga di tengah-tengah Pemerintahan Republik Perancis sebagai
ayah Revolusi Perancis, yang diberi sebutan akbar itu. Dan mereka berani pula
mengumumkan niatnya tentang program yang akan dilaksanakan di masa
mendatang, seperti mendirikan Republik Dunia, yang dikatakannya sebagai anak
putri kandung Free Masonry Internasional. Fenomena ini tidak perlu
mengherankan, sebagai akibat keberhasilan mereka dalam perjanjian Versailles
dan dalam perang dunia I. Sebelum itu mereka telah berhasil menghancurkan
sistem kerajaan Perancis, dan peristiwa yang terjadi pada abad ke 19 atas ulah
tangan-tangan tersembunyi mereka.
Setelah tahun 1923, Kekuatan Konspirasi telah bisa mempersiapkan
kakitangannya untuk menduduki posisi penting dalam pemerintahan Perancis.
Monseour Edouard Herriot yaitu seorang antek Konspirasi yang pertama kali
bisa menduduki kursi Perdana Menteri Perancis pada tahun 1924. Sejak itu pula
pengaruh Konspirasi sangat menentukan untuk mempersiapkan orang-orang
yang akan menduduki jabatan penting. Herriot telah berhasil memelopori
gerakan sekulerisasi total di Perancis, menggantikan agama Kristen yang telah
menjadi agama negara sejak berabad-abad lamanya.
Seorang anggota kawakan dari The Grand Eastern Lodge bernama Leon Bluem
yaitu seorang Yahudi, dan seorang politikus Perancis terkemuka yang
memainkan peran penting dalam kebijakan politik Perancis sampai setelah
perang dunia II. Ia berkali-kali menduduki jabatan menteri dan wakil perdana
menteri. Tahun 1936 ia menjadi perdana menteri. Setelah itu, ia menjadi utusan
Perancis untuk Liga Bangsa-Bangsa (Nations League) pada masa antara perang
dunia I dan perang dunia II, yang bermarkas di Jerman. Sampai sekarang
Konspirasi juga ingin menguasai Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations),
dengan memanfaatkan keluguan negara-negara anggota yang berkumpul dalam
satu badan internasional itu. Dengan demikian, negara-negara itu akan mudah
menjadi mangsa bagi Konspirasi. Setelah Liga Bangsa-Bangsa dibubarkan,
Konspirasi Yahudi Internasional berusaha menyelusup ke dalam Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Ada bukti nyata yang tidak boleh kita abaikan tentang usaha itu,
yaitu saat Badan Internasional itu menyetujui berdirinya negara Israel, dan
memberikan negeri Palestina kepada Zionisme Politik. Amerika dan Uni Sovyet
ikut mendukung berdirinya negara Israel itu. Kedua negara adidaya itu telah
lama dipengaruhi oleh lobi Yahudi. Dengan demikian, tercapailah salah satu cita-
cita Konspirasi, yang lebih dari setengah abad lamanya diperjuangkan.
Jelaslah bagi kita, sejauh mana perjalanan yang telah ditempuh oleh kekuatan
Konspirasi, setelah jatuhnya Napoleon Bonaparte.
IV. KONSPIRASI BERCOKOL DI AMERIKA
A. Menancapkan Kuku Sedikit Demi Sedikit
Kalau kita menyimak sejarah Amerika modern, kita akan mengetahui asal-usul
masuknya Yahudi, berawal sejak sejarah Amerika itu sendiri. Bahkan orang-
orang Yahudi telah berusaha mengembangkan sayap pengaruhnya di bumi itu
sebelum Amerika Serikat lahir sebagai negara, yaitu saat Amerika masih terdiri
dari 13 wilayah koloni Inggris. Mata para pemilik modal mulaimengincar koloni
Inggris di Amerika setelah Benjamin Franklin, seorang tokohAmerika terbesar
tiba di London ia disambut oleh para pemilik modal Yahudiyang telah menguasai
perekonomian Inggris, seperti telah kita jelaskan
sebelumnya.
Dalam dokumen Senat Amerika halaman 98 butir 33 terdapat laporan yang
ditulis oleh Robert L.Owen, mantan kepala komisi bank dan keuangan dalam
Kongres Amerika tentang pertemuan antara wakil-wakil perusahaan Rothschild
dan Benjamin Franklin. Disebutkan antara lain, bagaimana para utusan
Rothschild minta keterangan tentang sebab yang menurut hematnya bisa
membuat perekonomian di koloni Amerika maju. Franklin menjawab pertanyaan
itu dengan kata-kata sebagai berikut :
"Masalah itu tidak sulit. Kita akan mencetak mata uang kita sendiri, sesuai
dengan kebutuhan yang dihajatkan oleh industri yang kita miliki."
Menurut pengamatan Robert L. Owen, jawaban Franklin itu langsung membuat
kelompok Rothschild tertarik untuk memanfaatkan kesempatan itu, untuk
memetik keuntungan besar. Itulah yang tampak pada awal mulanya, bahwa
mencetak mata uang sendiri bagi koloni Inggris di Amerika merupakan larangan
hukum, agar koloni itu tetap menggantungkan sistem keuangannya pada bank
Inggris.
Sementara itu, Amschel Mayer Rothschild masih tinggal di Jerman mengurusi
perusahaannya. Ia merekrut tentara profesional sewaan di Jerman, dan
mengirimnya kepada Pemerintah Inggris dengan imbalan sebesar $ 8 untuk
setiap orang. Pengaruh Rothschild dan kondisi Pemerintah Inggris telah
memungkinkan untuk meluluskan tuntutan koloni Amerika mencetak mata
uangnya sendiri. Undang-undang itu lahir, dan Pemerintah Inggris di Amerika
segera melaksanakan undang-undang itu. Pemerintah Inggris menyerahkan
kembali seluruh aset milik Amerika yang disimpan di bank Inggris, sebagai
pengembalian deposito sekaligus dengan bunganya yang segera akan dibayar
dengan mata uang baru. Apa akibat dari langkah tersebut? Kita serahkan
jawabnya kepada Benjamin Franklin sendiri, yang sampai sekarang masih
tersimpan dalam dokumen Kongres nomor 23, berbunyi sebagai berikut :
"Perkembangan situasi berbalik 100% dalam jangka waktu hanya satu tahun,
setelah disahkannya undang-undang itu. Masa-masa makmur telah berakhir, dan
berubah menjadi krisis ekonomi yang parah, sehingga jalan-jalan di koloni itu
penuh dengan gangguan. Bank Inggris telah menolak menerima pembayaran
lebih dari 50% dari nilai mata uang Amerika, seperti yang berlaku sesuai dengan
undang-undang baru. Dengan kata lain, mata uang Amerika anjlok sampai 50%
nilainya."
Para analis sejarah sepakat mengambil kesimpulan, bahwa sebab timbulnya
revolusi Amerika untuk menentang Pemerintah Inggris yaitu menyangkut
masalah 'Pajak Teh' yang terkenal itu. Sedang Benjamin Franklin yaitu salah
satu figur terkemuka dalam revolusi Amerika. Para analis memberikan komentar
mengenai sebab-sebab itu sebagai berikut :
"Sesungguhnya Amerika Serikat bersedia sepenuhnya untuk menerima beban
pajak tambahan itu, atau yang sejenisnya, seandainya Inggris tidak mencabut
undang-undang tentang hak untuk mencetak mata uang bagi koloni Inggris di
Amerika, yang menyebabkan timbulnya pengangguran dan resesi ekonomi
seluruh koloni. Orang tidak tahu, bahwa sebenarnya lahirnya beban pajak baru
yang mengeruhkan ekonomi Amerika oleh Inggris disebabkan oleh adanya
pemeras internasional yang mencekik perekonomian Inggris. Sedang revolusi
pada waktu itu belum pecah. Perlawanan bersenjata yang pertama antara
pasukan revolusi melawan pasukan Inggris baru dimulai pada 19 April 1775.
Kemudian timbul peristiwa lain yang tidak perlu kita ceritakan di sini, hingga
terpilihnya George Washington sebagai panglima pasukan revolusi. Kongres
mengeluarkan deklarasi kemerdekaan pada tahun 1776."
Setelah usai perang revolusi, para pemilik modal internasional tetap berusaha
lewat perwakilan mereka, untuk memperjuangkan lahirnya undang-undang
tentang hak mencetak mata uang. Para tokoh kemerdekaan Amerika menyadari
bahaya yang mengancam, dan bersikap waspada terhadap persekongkolan para
pemilik modal itu. Masalah ini bisa diketahui dari dokumen mengenai suasana
pertemuan yang diadakan di kota Philadelphia tahun 1787, yang dikenal dengan
"Pertemuan para bapak pendiri Amerika Serikat". Teks ke 5 bagian ke 8 pada
butir pertama undang-undang Amerika berbunyi :
"Kongres yaitu satu-satunya lembaga yang punya wewenang mencetak mata
uang, dan mengeluarkan undang-undang yang bertalian dengan peraturan
mengenai nilainya."
Langkah yang diandalkan oleh para pemilik modal internasional yaitu taktik
konservatif mereka, yaitu menggunakan perusahaan terselubung. Para direktur
Bank Inggris telah memilih wakil mereka di Amerika pada tahun 1780, yaitu
seorang tokoh penting bernama Alexander Hamilton, yang muncul berkat
propaganda Yahudi, sehingga namanya bisa mengorbit sebagai salah satu
pejuang kemerdekaan. Ia mengusulkan gagasan untuk mendirikan Bank terpadu
yang punya wewenang untuk mencetak mata uang, dan sekaligus berwenang
mengawasi itu, sebagai ganti wewenang pemerintah. Di samping masalah bank
itu, ia juga mengajukan usul, agar lembaga dikelola oleh swasta. Untuk modal
bank itu dibutuhkan uang sebesar 12 juta US Dolar, 10 juta dolar di antaranya
akan diambilkan dari bank Inggris, sedang sisanya ditawarkan kepada para
investor Amerika sendiri.
Menjelang akhir tahun 1783 Hamilton dan partnernya Robert Morris berhasil
mendirikan Bank Amerika yang dimaksud. Morris, seorang analis keuangan
dalam Kongres Amerika telah berhasil mengawasi keuangan dan perbelanjaan
pemerintah Amerika, sehingga membuat kas negara jatuh dalam keadaan krisis
keuangan yang parah pada saat perang kemerdekaan usai. Masalah ini
membuktikan dengan jelas, bahwa taktik yang dipakai oleh kekuatan terselubung
yaitu dengan memanfaatkan perang dan kaki-tangan. Morris melangkah lebih
jauh lagi. Ia mengeluarkan uang kas negara yang masih tersisa sebanyak $ 250
ribu untuk didepositokan dalam Bank Amerika, karena para direktur Bank
Amerika merupakan orang-orang wakil Bank Inggris yang konsekuensi logisnya
yaitu , bahwa kelompok pemilik modal Yahudi yang telah menguasai Bank
Inggris berarti juga menguasai Bank Amerika.
Melihat adanya bahaya kelompok Konspirasi Yahudi terhadap Amerika, para
tokoh revolusi kemerdekaan, terutama Benjamin Franklin sendiri terpanggil untuk
ikut campur dalam Kongres, dan mereka berhasil membatalkan wewenang Bank
Amerika untuk mencetak mata uang. Bank Inggris yang telah menguasai Bank
Amerika yaitu pihak yang telah menyebabkan timbulnya krisis keuangan di
bawah pengawasan Robert Morris itu. Para pemilik modal tidak putus-asa atas
kegagalan sementara ini. Bahkan mereka mengeluarkan instruksi kepada kaki-
tangan mereka agar melipatgandakan usaha dengan menunggu saat yang tepat.
Mereka akhirnya berhasil mengorbitkan Alexander Hamilton sampai pada
kedudukan Menteri Keuangan Amerika. Kedudukan itu memungkinkan Hamilton
mendapatkan persetujuan Pemerintah Amerika untuk memberikan wewenang
mencetak mata uang berdasarkan jumlah nilai pinjaman negara dan swasta.
Hamilton mengungkapkan alasan kepada pemerintah, bahwa mata uang yang
dikeluarkan oleh kongres dan nota jaminan pinjaman nasional tidak akan ada
harganya di luar negeri. Sedang nota jaminan pinjaman nasional dan swasta
yang dikeluarkan oleh bank bisa dipergunakan dalam berbagai bentuk transaksi
dengan pihak luar negeri. Modal baru telah ditetapkan bagi bank sebesar $ 35
juta, dengan catatan yang $ 28 juta diambil dari investor Eropa. Padahal,
keuangan Eropa berada di tangan kelompok Rothschild.
Kini tiba saatnya Hamilton memetik buah sebagai balasan setimpal atas ulah dan
perbuatannya. Ibarat domba yang dipelihara, dan setelah gemuk dipotong.
Menurut dugaan, Hamilton telah mengetahui lika-liku Konspirasi lebih banyak
daripada yang dikehendaki mereka. Terjadilah persaingan keras antara Hamilton
dan seorang Yahudi profesional bernama Aron Pour, sehingga Hamilton
mendapat giliran yang menyedihkan.
B. Merebut Perekonomian
Manuver untuk bisa mengontrol pencetakan mata uang Amerika mengakhiri satu
tahap kegiatan Konspirasi di Amerika. Langkah berikutnya yang ditempuh oleh
para pemilik modal internasional yaitu bagaimana menguasai perekonomian
Amerika. Tahap ini dimulai dengan gerakan manuver amat meluas, yang
dilakukan oleh kelompok Rothschild dengan mengeluarkan instruksi kepada
agen-agen mereka di Amerika, agar mereka menggalakkan propaganda besar-
besaran mengenai kemakmuran dan kesejahteraan bagi prospek bangsa
Amerika. Instruksi itu juga ditujukan kepada para direktur Bank Amerika untuk
memberikan pinjaman lunak, agar bangsa Amerika tergiur untuk memanfaatkan
tawaran itu. Tidak ayal lagi, bangsa Amerika segera memanfaatkan pinjaman itu
untuk membiayai proyek-proyek baru yang tumbuh seperti jamur di musim hujan.
Setelah perkembangan mencapai titik tertentu, kelompok Rothschild
mengeluarkan instruksi rahasia, agar tawaran pinjaman itu segera dihentikan,
dan agar jumlah uang yang beredar di pasaran dibatasi. Tentu saja ini
menyebabkan krisis ekonomi yang parah, dan mengakibatkan lumpuhnya
perekonomian Amerika. Proyek yang dibangun atas biaya pinjaman dari bank itu.
Peristiwa ini bukan tidak mendapat tantangan dari rakyat Amerika. Tiga tokoh
Amerika, yaitu John Adams, Thomas Jefferson dan Andrew Jackson, yang kelak
menjadi presiden Amerika merupakan tokoh-tokoh terkemuka yang
mempermasalahkan krisis ekonomi tadi. Berikut ini yaitu beberapa kalimat
yang ditulis oleh Jefferson kepada Adams :
"Saya yakin sepenuhnya, bahwa lembaga-lembaga keuangan ini lebih
berbahaya bagi kemerdekaan kita daripada serbuan pasukan musuh. Lembaga
keuangan itu juga telah melahirkan sekelompok aristokrat kaya yang
kekuatannya mengancam pemerintah. Menurut hemat saya, kita wajib meninjau
hak mencetak mata uang bagi lembaga keuangan ini, dan mengembalikan
wewenang itu kepada rakyat Amerika sebagai pihak yang paling berhak."
Kritik terbuka seperti itu membuat para pemilik modal menjadi barang, dan
mengingatkan kepada mereka tentang masa suram yang akan segera datang,
berkenan dengan masa perpanjangan wewenang Bank Amerika pada tahun
1811, apabila hal itu dibatalkan. Nathan Rothschild kemudian segera
mengambil sikap dengan mengancam presiden Amerika secara pribadi, yang
saat itu dipegang oleh Andrew Jackson, yang isinya sebagai berikut :
"Hanya ada dua pilihan, yaitu memperpanjang wewenang atau menolak. Dan
saat itu Anda akan melihat Amerika Serikat terperosok ke dalam kancah
peperangan yang dahsyat."
Kekuatan Konspirasi telah lama menggunakan taktik busuk dengan meniupkan
api perang untuk menghancurkan para pemimpin dan kepala negara yang
menentang para pemilik modal yang menghadang perjalanan Konspirasi. Akan
tetapi Presiden Jackson tidak memperdulikan gerakan tersebut bahkan berganti
menentang utusan itu. Kemudian utusan itu kembali dengan jawaban :
"Anda sekalian tidak lain yaitu kawanan perampok dan ular. Kami akan
menghancurkan kalian, dan bersumpah akan menghancurkan kalian."
Rupanya para pemilik modal benar-benar akan melaksanakan ancaman mereka.
Tidak lama kemudian mereka mendesak pemerintah Inggris dengan menekan
lewat Bank Inggris untuk menyerbu Amerika pada tahun 1812. Tujuan Nathan
Rothschild yang paling utama yaitu menguras kas pemerintah Amerika, akibat
biaya perang yang dibutuhkan, sehingga tidak ada jalan lain kecuali mencari
dana dari pinjaman luar negeri. Sedang tumbal manusia dan kehancuran akibat
perang bukanlah harus dipikul oleh Nathan Rothschild. Program ini benar-
benar terlaksana, dan akhirnya kongres mengesahkan perpanjangan wewenang
Bank Amerika itu tahun 1816.
C. Peperangan Sipil Amerika (1861-1866) dan Terbunuhnya Abraham
Lincoln
Perang sipil Amerika merupakan peristiwa sejarah terpenting bagi negara itu.
Kita tidak akan membahas deskripsi mengenai perang yang terkenal itu. Buku
sejarah sudah banyak mengungkapnya. Hanya saja, dalam peristiwa itu ada hal-
hal yang tersembunyi bagi pandangan umum, yaitu perang yang dimainkan oleh
para pemilik modal internasional, dan akibat yang ditimbulkan oleh perang itu.
Pada tahun 1857 di London, Princess Leonara, putri direktur perusahaan
Rothschild and Brothers cabang Inggris punya hajad mengawinkan anak
putrinya bernama Louica Rothschild dengan seorang pria kerabat dekat dari
Perancis bernama Alfonso Rothschild. Sejumlah pemilik modal dari berbagai
negeri berkumpul dalam upacara pernikahan itu, di samping beberapa politisi,
antara lain Benjamin Disraeli, seorang politikus jempolan Yahudi, yang kelak
menjadi perdana menteri Inggris sampai beberapa kali. Dalam upacara itu
Disraeli menyampaikan sambutan, antara lain :
"Saat ini para pemuka keluarga besar Rothschild yang ketenarannya meluas di
seluruh Eropa dan di setiap ujung dunia berkumpul di tempat ini." Kemudian ia
melanjutkan kata-katanya yang ditujukan kepada keluarga Rothschild cabang
Paris dan London : "Kalau Anda berdua berminat, kita akan membagi Amerika
Serikat menjadi dua bagian. Satu bagian untuk James (pimpinan cabang
Perancis) dan bagian lainnya untuk Leonnel (cabang Inggris). Adapun Napoleon
.... adapun Napoleon III, Kaisar Perancis, kita akan memberikan wilayah yang
akan kita tentukan kemudian. Mengenai Bismarck, Kanselir Jerman, jatah
nasibnya yaitu yang telah kita sediakan untuknya, yaitu sebesar pijakan kaki,
yang kita akan mengenyahkannya."
Sejarah telah menjelaskan kepada kita, bagaimana keluarga Rothschild memilih
Yahuda Benjamin, seorang kerabat Rothschild sendiri, sebagai pimpinan yang
mewakili perusahaan keluarga itu di Amerika. Bagaimana peristiwa demi
peristiwa terjadi kemudian, hingga pecahnya perang sipil Amerika bisa meletus?
Para pemilik modal melaksanakan program yang telah disinggung oleh Disraeli
tadi. Ia mendesak Napoleon III untuk menduduki Meksiko, lalu mencaplok negeri
itu ke dalam kekuasaan imperiumnya.
Pemerintah Britania Raya kembali menduduki Amerika Utara. Dalam perang ini,
para tokoh pemilik modal Yahudi punya dua ujung tombak sasaran, yaitu
pertama menciptakan kesempatan emas yang bisa dieksploitasi untuk
mengeluarkan pinjaman dan penjualan senjata kepada Napoleon III, untuk
mempersenjatai diri di Meksiko, di samping untuk mengulurkan persenjataan di
Amerika Selatan yang masih muda itu. Sedang sasaran kedua yaitu , bahwa
wilayah ini akan jatah ke tangan para pemilik modal internasional secara
langsung. Lebih dari itu, mereka akan menghalangi presiden besar Abraham
Lincoln dengan perang ini, agar dia tidak membebaskan perbudakan di Amerika.
Mereka menyadari, bahwa perbudakan yang berkelanjutan tentu akan
menyebabkan kehancuran bangsa Amerika itu sendiri. Presiden Lincoln sendiri
telah mengetahui masalah ini, sehingga ia pernah mengucapkan kata-kata yang
populer : "Tidak mungkin suatu bangsa akan bertahan hidup, kalau setengah dari
jumlah warganya terdiri dari warga yang berstatus merdeka, sedang setengah
lainnya hidup dalam ikatan perbudakan."
Perang itu tidak sejalan dengan harapan para pemilik modal internasional.
Setelah perang berjalan 2 tahun, pasukan Selatan tampak mengalami
kemunduran dan membutuhkan bantuan. Para pemilik modal menoleh kepada
Napoleon III, dan mendesaknya agar tetap maju perang. Mereka menyanggupi
memberi tambahan bantuan materi kepada Napoleon dengan target, bahwa
mereka kelak akan bisa menguasai Louisiana dan Texas. Czar Rusia
mendengar berita ini, dan menjadi marah karenanya. Czar kemudian
mengancam Inggris dan Perancis, bahwa penyerbuan dalam bentuk apa pun
terhadap Amerika Serikat berarti menyerbu wilayah Rusia sendiri. Ancaman itu
bukan hanya gertak sambal. Czar mengirim pasukan angkatan lautnya menuju
sepanjang pantai kota New York dan San Francisco, dan menyerahkan komando
pasukan laut ini kepada presiden Abraham Lincoln sendiri.
Manuver keras para pemilik modal untuk merebut perekonomian Amerika Serikat
mengalami kendala besar, karena adanya tantangan gigih dari presiden Lincoln.
Abraham Lincoln bekerja keras untuk melepaskan rantai yang mengikat erat
leher Amerika dalam sektor perekonomian. Untuk mencapai perjuangan, Lincoln
berpegang pada undang-undang Amerika teks ke 5 bagian ke 8 butir 1, yang
isinya memberikan wewenang kepada Kongres untuk mengeluarkan mata uang
di samping hak untuk mengeluarkan nota Bank senilai 450 juta dolar yang jumlah
hutang nasional akan dijadikan penutupnya.
Para pemilik modal Yahudi Internasional saat itu mengerahkan segala
kekuatannya untuk menghadapi Lincoln yang mengancam kedudukan mereka.
Mereka mulai mengadakan manuver dan kegiatan terselubung, dengan tujuan
menjatuhkan Lincoln. Manuver pertama bisa mereka capai melalui Kongres agar
Kongres mengesahkan undang-undang baru yang bisa mencegah pembatasan
bunga pinjaman nasional atas harga barang-barang impor dengan mata uang
tersebut. Di samping itu, mereka juga mengumumkan perang kepada mata uang
baru itu di pasaran internasional dan bank-bank asing, sehingga nilainya turun
sampai tingkat rendah, yaitu sepertiga dari nilai normal. Setelah itu mereka
memborong mata uang tersebut yang masih beredar, untuk membeli nota bank
simpan-pinjam negara dengan harga penuh menurut nilai dolar. Dengan
demikian, para pemilik modal telah berhasil melempar batu dan sekaligus
mendapat dua ekor burung, yang mengakibatkan anjloknya nilai mata uang
negara dari satu sisi, dan mereka mengeruk keuntungan besar-besaran di sisi
lain. Berikut ini petikan beberapa kalimat dari surat instruksi para pemilik modal
di Eropa kepada lembaga keuangan di Amerika Serikat :
"Kami tidak bisa menerima beredarnya mata uang baru Amerika, kecuali kalau
itu berpindah di bawah kekuasaan kami. Kami bisa mencapai tujuan ini lewat
nota bank pinjaman nasional, yang pada akhirnya bisa menguasai mata uang
pemerintah."
Para pemilik modal telah berhasil menanamkan pengaruh mereka di kalangan
sejumlah anggota Kongres dan Senat. Dengan mudah mereka bisa
menundukkan Kongres dan membungkam suaranya, untuk mendukung
disahkannya undang-undang keuangan pada tahun 1863, yang menguntungkan
para pemilik modal itu, meskipun ditentang oleh presiden Lincoln. Dengan
demikian, tertancaplah kuku baru Yahudi dalam memperebutkan perekonomian
Amerika Serikat. Berikut ini kutipan sebuah surat dari Konglomerat Rothschild
kepada sebuah lembaga keuangan raksasa di London yang terletak di Wall
Street, yang kondang sampai sekarang, yaitu lembaga keuangan Eickhaimer,
Morton dan Van der Gold. Surat itu tertanggal 25 Juni 1863, berbunyi :
"Mr. John Shirman menulis surat kepada kami dari negara bagian Ohio Amerika
Serikat, untuk memberikan informasi mengenai spekulasi keuntungan besar
yang akan bisa diperoleh, setelah undang-undang baru yang disahkan oleh
Kongres mengenai perbankan. Mr. Shirman mengatakan, bahwa ini merupakan
kesempatan yang belum pernah ditemukan oleh para pemilik modal internasional
selama ini untuk mengeruk keuntungan besar. Tampaknya undang-undang ini
akan menjamin Bank Amerika untuk menguasai perekonomian Amerika."
Rothschild berbicara panjang lebar dalam suratnya itu, yang pada akhirnya ia
mengemukakan pandangannya sebagai berikut :
"Hanya beberapa orang yang tahu hakikat undang-undang baru mengenai
keuangan. Mereka akan menghadapi dua pilihan, dan tidak ada lainnya, yaitu
apakah mereka akan mengikuti di belakang kita untuk mendapat beberapa
keuntungan, ataukah akan menentang kita, sedang mereka telah terikat oleh
undang-undang itu. Oleh karena itu, sikap oposisi yang menentang undang-
undang itu akan sia-sia. Kebanyakan orang Amerika yaitu golongan yang tidak
bisa berfikir tentang keuntungan apa yang diperoleh oleh para pemilik modal
internasional dari undang-undang ini. Mereka tidak akan berfikir, bahwa undang-
undang ini sebenarnya merupakan musuh bagi kepentingan mereka sendiri."
Hormat kami
ttd.
(Rothschild & Brothers)
Di bawah ini yaitu kutipan surat balasan yang dikirim oleh perusahaan
perusahaan Eickhaimer, Morton dan Van der Gold kepada Rothschild
bersaudara :
"Tuan-tuan yang mulia, kami telah menerima surat tuan. Tampaknya Mr. John
Shirman yaitu seorang yang memiliki sifat kecerdikan, seperti yang dimiliki oleh
seorang konglomerat berbakat dan bisa mengantisipasi perkembangan yang
akan mendatangkan keuntungan besar. Padahal umurnya masih sangat muda.
Di samping itu, ia mengidamkan untuk bisa menduduki kursi kepresidenan
Amerika Serikat. Sekarang ia anggota Kongres. Fikiran sehat telah membuatnya
sadar, bahwa untuk memperoleh keuntungan besar yaitu dengan mengadakan
persahabatan dengan tokoh-tokoh dan lembaga-lembaga yang memiliki sumber
dana keuangan besar, yang menurut dia bukan saja menggunakan uang sebagai
alat untuk mencari dukungan pemerintah, melainkan juga untuk memukul pihak
yang menentang kepentingan mereka."
Selanjutnya butir undang-undang tentang keuangan yang baru itu disebut
berulang-ulang oleh Rothschild, dan menyinggung keuntungan yang bakal
diperoleh dari upaya itu. Setelah itu, baru kata-kata berikut ini mengakhiri surat di
atas :
"pihak Bank telah mendapat wewenang bukan untuk mengurangi atau
menambah mata uang yang beredar, sesuai dengan kebutuhan. Di samping itu,
bank juga mendapat wewenang hukum untuk memberi pinjaman atau
menariknya kembali bila dianggap perlu. Mengingat bahwa bank yaitu lembaga
paling penting dalam suatu negara, maka pihaknya bisa bekerja dalam lingkup
satu strategi, dan menentukan pasaran uang, sebagaimana yang dikehendaki.
Kalau mau misalnya, mengurangi seluruh jenis produksi nasional dalam satu
minggu, atau bahkan satu hari pun, hal itu akan bisa terlaksana. Oleh karenanya,
lembaga-lembaga keuangan mendapat eksepsi hukum dari kewajiban
membayar pajak atas pinjamannya, sahamnya, depositonya dan seluruh
asetnya. Kami yakin, bahwa surat ini akan tuan anggap sebagai catatan
istimewa."
Hormat kami
ttd
(Eickhaimer, Morton dan Van der Gold)
Surat di atas tidak memerlukan komentar lagi. Hanya sebagai tambahan saja
perlu ditandaskan di sini, bahwa dengan adanya undang-undang baru tersebut,
para pemilik modal internasional berhasil menguasai perekonomian Amerika
Serikat, dan bukan pemerintah yang menguasainya. Bank-bank itu pada
hakikatnya yaitu lembaga keuangan Yahudi, khususnya saat modal nasional
dalam keadaan lemah. Sedang pemerintah menggantungkan pada income besar
dan tetap. Negara terpaksa akan bergantung pada para pemilik modal
internasional tersebut, yang menguasai kebanyakan lembaga keuangan dan
bank-bank internasional.
Dalam menghadapi persekongkolan seperti itu, tidak ada jalan lain bagi Abraham
Lincoln, kecuali mengingatkan seluruh rakyat Amerika secara terbuka. Kali ini
bangsa Amerika akan mendengarkan suara akal dan peringatan dari presiden
mereka. Lincoln tidak segan-segan lagi menyerang secara terbuka para pemilik
modal internasional dengan ucapan provokatif, antara lain :
"Saya melihat dengan jelas sebuah ancaman krisis sedang datang mendekati
kita sedikit demi sedikit, yaitu sebuah krisis yang membuat bulu-kudukku berdiri,
karena cemas apa yang bakal menimpa negeri ini. Siasat suap-menyuap telah
menjadi cara yang selalu dijadikan pegangan. Pada gilirannya, kelak akan terjadi
kerusuhan dan kehancuran besar-besaran, sebagaimana seluruh kekayaan
negara pada akhirnya akan jatuh ke tangan sekelompok kecil orang yang tidak
segan-segan lagi menelan dan sekaligus menghancurkan bangsa ini."
Peringatan Lincoln itu disampaikan menjelang habis masa jabatannya sebagai
presiden Amerika Serikat. Akan tetapi, dalam pemilihan berikutnya ia terpilih
sebagai presiden untuk kedua kalinya. Kali ini ia bertekad akan memperjuangkan
sebuah undang-undang yang bisa menyingkirkan cengkeraman kuku Konspirasi
dari Amerika. Hal inilah yang membuat mereka segera mempersiapkan diri untuk
mencegah datangnya bahaya dari Lincoln. Maka, pada malam 14 April 1865,
presiden Lincoln dibunuh oleh seorang Yahudi bernama John Dickles Booth.
Mayoritas rakyat Amerika tidak tahu sebab-sebab tindakan kriminil ini. Begitu
pula catatan sejarah tidak mengupas peristiwa pembunuhan tersebut secara
jelas. Hanya para penyelidik yang mendapat bukti-bukti kuat mengenai adanya
hubungan nyata si pembunuh, John Dickles Booth dengan Yahuda B. Benjamin,
yang telah kita singgung sebelumnya, bahwa ia yaitu agen Rothschild di
Amerika. Namun para pemilik modal Yahudi internasional kali ini juga tetap
berada di balik layar dengan selamat. Sementara itu, si pembunuh harus
mengha