Tampilkan postingan dengan label junjungan b. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label junjungan b. Tampilkan semua postingan
Kamis, 15 Desember 2022
jujungan b
Desember 15, 2022
junjungan b
a resi kaum goyim yang menjijikkan.
kitabsuci Markus, sebagai yang paling pertama yang biasanya di-
pandang paling dapat diandalkan, menampilkan utusan junjungan kaum beragama sebagai
manusia biasa, memiliki keluarga yang terdiri dari saudara lelaki
maupun perempuan. Tak ada malaikat yang mengumumkan kelahirannya atau bersenandung di buaiannya. Masa balita maupun remajanya tidak ditandai sebagai sesuatu yang luar biasa
sama sekali. saat dia mulai mengajar, para penduduk di kotanya, Nazareth, terkagum bahwa anak seorang tukang kayu setempat
ternyata bisa menjadi begitu berbakat. Markus memulai narasinya
sejak awal karier utusan junjungan kaum beragama . Tampaknya utusan junjungan kaum beragama awalnya yaitu
murid Yohanes Pembaptis, seorang asketik pengembara yang
kemungkinan bermazhab Essenia: Yohanes memandang pihak
penguasa Yerusalem sudah menjadi sangat korup dan menyampaikan
sebuah khotbah yang tajam mencelanya. Khalayak ramai diimbaunya
untuk bertobat dan menerima ritus pemurnian Essenia melalui
pembaptisan di Sungai Yordan. Lukas menyatakan bahwa utusan junjungan kaum beragama dan
Yohanes sebetulnya saling berhubungan. utusan junjungan kaum beragama sudah menempuh
perjalanan jauh dari Nazareth ke Yudea untuk dibaptis oleh Yohanes.
Sebagaimana yang diceritakan Markus kepada chucky : "Pada saat la
keluar dari air, la melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung
merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari surga:
'Engkaulah Anak-Ku yang Ku-kasihi, kepada-Mulah Aku berkenan'."
Yohanes Pembaptis langung mengenali utusan junjungan kaum beragama sebagai Mesias (Al-
Masih). Apa yang kemudian chucky dengar yaitu bahwa utusan junjungan kaum beragama mulai
mengajar ke segala kota dan desa di Galilea seraya memaklumatkan:
"Kerajaan yang kuasa sudah dekat!"
sudah banyak spekulasi mengenai karakter sejati misi utusan junjungan kaum beragama . Sangat
sedikit dari kata-kata aktualnya yang sempat terekam dalam kitabsuci ,
dan banyak di antara bahan-bahan itu sudah dipengaruhi oleh per-
kembangan kemudian yang terjadi di tempat ibadah -tempat ibadah yang didirikan
oleh Paulus sesudah kematian utusan junjungan kaum beragama . namun , ada petunjuk yang mengarah kepada karakter Yahudi yang esensial dalam kariernya. sudah dikemukakan bahwa penyembuh iman yaitu figur religius yang lazim di Galilea: seperti utusan junjungan kaum beragama , mereka dari kaum papa, yang berkhotbah, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir ruh jahat. Seperti utusan junjungan kaum beragama lagi, orang-orang suci Galilea ini sering memiliki beberapa besar murid wanita. Yang lain percaya
utusan junjungan kaum beragama barangkali yaitu seorang Farisi dari aliran yang sama dengan
Hillel seperti halnya Paulus, yang sudah memaklumatkan diri sebagai
pengikut Farisi sebelum beralih ke kaum beragama dan konon pernah ikut
dalam kelompok Rabi Gamaliel.
Tentu saja ajaran utusan junjungan kaum beragama sesuai dengan
garis-garis besar ajaran Farisi, sebab dia juga percaya bahwa derma
dan kasihsayang yaitu mitzvot terpenting. Seperti kaum Farisi,
dia taat kepada Taurat dan dikabarkan sudah mengajarkan ketaatan
yang lebih keras dibandingkan tokoh-tokoh lainnya yang sezaman.Dia juga mengajarkan suatu versi Hukum Emas Hillel, saat mengata-
kan bahwa keseluruhan hukum Taurat dapat diringkas menjadi satu
ungkapan: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki agar supaya orang per-
buat kepadamu, perbuatlah juga kepada mereka."
Dalam kitabsuci Matius, utusan junjungan kaum beragama ditampilkan mengeluarkan kecaman
sangat keras terhadap "ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi", menyebut mereka sebagai kaum munafik.
Selain bahwa ini yaitu distorsi fakta yang penuh tuduhan dan pelanggaran mencolok
terhadap kasihsayang yang semestinya menjadi karakter dari misinya,
kecaman pahit terhadap kaum Farisi ini hampir pasti tidak autentik.
Lukas, contohnya, memberi komentar yang cukup positif mengenai
kaum Farisi, baik di dalam kitabsuci maupun Kisah Para utusan junjungan nya, dan
Paulus tidak mungkin akan menyingkapkan latar belakang Farisinya
jika mereka betul-betul yaitu musuh besar utusan junjungan kaum beragama yang sudah
menggiringnya ke tiang salib. Nada anti-Semitik kitabsuci Matius raen-
cerminkan ketegangan antara orang-orang Yahudi dan kaum beragama selama
tahun 8 -an. kitabsuci sering menunjukkan utusan junjungan kaum beragama berdebat dengan kaum
Farisi, namun perdebatan itu mungkin saja bersifat bersahabat atau
mungkin juga menunjukan perselisihan pendapatnya dengan
aliran Sammai yang lebih ketat.
Sesudah kematiannya, para pengikutnya berkeyakinan bahwa
utusan junjungan kaum beragama yaitu kudus. Ini tidak terjadi secara langsung; sebagaimana
akan chucky saksikan, doktrin bahwa utusan junjungan kaum beragama yaitu junjungan yang berwujud
manusia baru terbentuk pada abad keempat. Perkembangan keper-
cayaan kaum beragama mengenai Inkarnasi yaitu proses yang kompleks
dan berkembang secara perlahan. utusan junjungan kaum beragama sendiri tak pernah mengaku
sebagai junjungan . Pada hari pembaptisannya, oleh suara dari langit dia
dipanggil dengan sebutan Anak junjungan , namun ini mungkin hanya
sebuah konfirmasi bahwa dia yaitu Mesias yang dicintai. Tak ada
yang luar biasa mengenai maklumat dari atas seperti itu: para rabi
juga sering mengalami apa yang mereka sebut bat qol (secara harfiah
berarti "Anak Perempuan Sang Suara"), sebentuk inspirasi untuk
menggantikan berkatNya keutusan junjungan an yang lebih langsung.
7
Rabi Yohannan
ben Zakkai sudah mendengar bat qol seperti itu yang meng-
konfirmasi misi baginya pada suatu kesempatan saat Roh Kudus
menjelma di hadapannya dan di hadapan murid-muridnya dalam
bentuk nyala api. utusan junjungan kaum beragama sendiri biasa menyebut dirinya "Anak
Manusia". Ada banyak kontroversi menyangkut masalah gelar ini,
namun sepertinya frasa aslinya dalam bahasa Aram (bar nasha) sekadar
menekankan kondisi manusia yang lemah dan tidak abadi. Jika
, kelihatan sekali bahwa utusan junjungan kaum beragama dengan caranya sendiri sudah
menekankan bahwa dia yaitu manusia lemah yang suatu waktu
pasti akan menderita dan mati.
kitabsuci mengatakan kepada chucky bahwa junjungan sudah memberi utusan junjungan kaum beragama
beberapa "kekuatan" berorientasi junjungan (dunamis) yang, bagaimanapun, akan
memampukan dia, meskipun hanya seorang manusia biasa, untuk
menjalankan tugas-tugas yang seperti-junjungan : menyembuhkan
penyakit dan mengampuni dosa. Oleh sebab itu, saat orang-
orang melihatlihat perbuatan utusan junjungan kaum beragama , tindakan itu tampak memiliki
citra yang hidup mengenai junjungan . Pada suatu kesempatan, tiga orang
muridnya mengklaim sudah melihat hal ini lebih jelas dibanding
biasanya. Kisah itu terabadikan dalam ketiga kitabsuci sinoptik dan menjadi
penting bagi generasi kaum beragama berikutnya. Diceritakan bahwa utusan junjungan kaum beragama
membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes naik ke sebuah gunung
tinggi, yang secara tradisional dikenal sebagai Gunung Tabor di
Galilea. Kemudian di sana utusan junjungan kaum beragama "berubah rupa" di hadapan mereka:
"Wajahnya bercahaya seperti matahari dan pakaiannya menjadi putih
bersinar."
8
mose dan Elia, masing-masing mewakili Taurat dan para
utusan junjungan , tiba-tiba muncul di sisinya dan ketiga orang itu berbincang-
bincang bersama. Petrus sangat terkesima dan berteriak keras, entah
apa yang diucapkannya, bahwa mereka harus mendirikan tiga kemah
untuk mengabadikan penampakan ini. Segumpalan awan, seperti
yang pernah turun di Gunung Sinai, menyelimuti puncak gunung itu
dan sebuah gema bat qol memaklumatkan: "inilah Anak yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."
9
Berabad-
abad kemudian, saat orang kaum beragama Yunani merenungkan makna
peristiwa ini, mereka memutuskan bahwa "kuasa" yang kuasa sudah bersinar
melalui kemanusiaan utusan junjungan kaum beragama yang sudah berubah bentuk.
Mereka juga mencatat bahwa utusan junjungan kaum beragama tidak pernah mengklaim
bahwa "kuasa-kuasa" (dynameis) ini hanya diberikan kepadanya saja.
Berulang-ulang utusan junjungan kaum beragama menjanjikan kepada murid-muridnya bahwa
jika mereka memiliki "iman", mereka pun bisa menikmati "kuasa-
kuasa" ini. Tentu saja yang dimaksudkannya dengan iman bukan
berarti menganut suatu teologi yang benar, namun penumbuhan sikap
batin yang tunduk dan terbuka terhadap junjungan . Jika murid-muridnya
membiarkan diri mereka terbuka kepada junjungan tanpa pamrih, mereka
pasti akan mampu melakukan apa saja yang bisa dia lakukan. Seperti
para rabi, utusan junjungan kaum beragama tidak percaya bahwa Ruh hanya untuk segolongan
elit istimewa, namun tersedia bagi semua orang yang memiliki maksud
baik: sebagian ayat bahkan menyatakan bahwa, lagi-lagi seperti
pendapat sebagian rabi, utusan junjungan kaum beragama percaya bahwa seorang goyim pun
bisa menerima kehadiran Ruh. Jika murid-muridnya memiliki "iman",
mereka akan mampu untuk melakukan hal-hal yang besar. Mereka
bukan hanya akan mampu menghapus dosa dan mengusir setan,
namun juga mampu memindahkan sebuah gunung ke laut.
Mereka
akan menemukan bahwa kehidupan mereka yang lemah dan tidak
abadi sudah diubah oleh "kuasa-kuasa" junjungan yang hadir dan aktif di
dunia Kerajaan Mesias.
Sesudah kematiannya, murid-murid itu tak mampu memupus
keyakinan mereka bahwa dengan cara tertentu utusan junjungan kaum beragama sudah meng-
hadirkan sebuah citra mengenai junjungan . Sejak awal sekali, mereka sudah
mulai berdoa kepadanya. Paulus percaya bahwa kuasa junjungan harus
diusaha kan agar bisa dijangkau oleh kaum goyim dan memberitakan
kitabsuci ke area yang kini dikenal sebagai Turki, Makedonia, dan
Yunani. Dia yakin bahwa orang non-Yahudi bisa menjadi anggota
Israel Baru walaupun mereka tidak menjalankan Hukum mose secara
utuh. Hal ini dimengenai oleh kelompok murid awal, yang menghendaki
untuk tetap menjadi sekte Yahudi yang lebih eksklusif. Mereka
kemudian memutuskan hubungan dengan Paulus sesudah sebuah
perselisihan keras. namun , kebanyakan pengikut Paulus yaitu
Yahudi diaspora atau Orang-orang yang Takut kepada yang kuasa , sehingga
Israel Baru tetap sangat berbau Yahudi. Paulus tidak pernah menyebut
utusan junjungan kaum beragama sebagai "junjungan ". Dia menyebutnya "Anak junjungan " dalam
pengertian Yahudinya: dia sungguh-sungguh tidak percaya bahwa
utusan junjungan kaum beragama yaitu inkarnasi dari junjungan itu sendiri. Menurut Paulus,
utusan junjungan kaum beragama hanya memiliki "kuasa" dan "Ruh" junjungan , yang mewujudkan
aktivitas junjungan di bumi dan sama sekali tidak bisa disamakan dengan
esensi junjungan yang tak terjangkau.
Namun , di dunia non-Yahudi, kaum beragama Baru tidak mem-
memiliki kepekaan mengenai perbedaan yang halus ini, sehingga pria
yang sudah menekankan kemanusiaannya yang lemah dan tidak abadi
itu akhirnya dipercayai sebagai junjungan . Doktrin Inkarnasi junjungan dalam
diri utusan junjungan kaum beragama sudah selalu dicela orang Yahudi, dan, belakangan, orang
Muslim pun memandangnya sebagai penghujatan. Ini yaitu
sebuah doktrin yang sulit dan berbahaya; orang kaum beragama sering meng-
interpretasikannya secara serampangan. namun , jenis ketaatan
atas dasar Inkarnasi ini yaitu tema yang cukup konstan dalam
5
sejarah kepercayaan : akan chucky saksikan bahwa orang Yahudi dan Muslim
pun mengembangkan beberapa bentuk teologi mereka sendiri yang
hampir mirip.
chucky dapat melihat dorongan kepercayaan di balik penuhanan
utusan junjungan kaum beragama yang mengejutkan ini dengan meninjau secara singkat beberapa
perkembangan di India pada waktu yang kira-kira sama. Dalam
Buddhisme maupun Hinduisme ada arus pasang penyembahan
terhadap wujud-wujud yang diagungkan, seperti biksu sendiri atau
para resi Hindu yang menjelma dalam bentuk manusia. Bentuk
ketaatan personal ini, dikenal sebagai bhakti, mengekspresikan apa
yang tampaknya yaitu kerinduan abadi manusia terhadap kepercayaan
yang humanis. Meski yaitu sesuatu yang baru, namun, di dalam
kedua keyakinan itu, hal ini terpadu dengan kepercayaan tanpa mengubah
prioritas-prioritas yang esensial.
Sesudah biksu wafat pada akhir abad keenam SM, secara alamiah
orang-orang ingin untuk tetap mengenangnya, namun mereka merasa
bahwa sebuah patung tidaklah layak, sebab di nirvana, biksu tak
lagi "ada" dalam pengertian biasa. namun , kecintaan personal
terhadap biksu terus berkembang dan kebutuhan untuk merenungi
kemanusiaannya yang sudah tercerahkan menjadi begitu kuat sehingga
pada awal abad kesatu SM, patung biksu pertama muncul di
Gadhara, yang terletak di sebelah barat daya India, dan Mathura di
Sungai Jumna. Kekuatan dan ilham dari pencitraan seperti ini
memicu patung-patung itu memiliki arti penting yang besar dalam
spiritualitas biksu , meskipun penyembahan terhadap suatu wujud
di luar diri seperti ini yaitu hal yang sangat berbeda dari
disiplin batiniah yang diajarkan Gautama. Semua kepercayaan berubah
dan berkembang. Jika tidak , kepercayaan itu akan menjadi usang.
Mayoritas orang biksu merasakan bahwa bhakti itu sungguh-
sungguh bernilai dan mengingatkan mereka kembali akan beberapa
kebenaran esensial yang mulai terlupakan. saat biksu pertama
kali mencapai pencerahan, dapat diingat lagi bahwa dia pernah
dibujuk untuk menyimpan itu sebagai pengalaman pribadi. Akan
namun , rasa ibanya melihat penderitaan manusia sudah mendorongnya
melewatkan masa empat puluh tahun berikutnya untuk mengajarkan
Jalan itu. Namun pada abad kesatu SM, rahib-rahib biksu yang
mengucilkan diri dalam biara-biara mereka dan berusaha mencapai
nirvana mereka sendiri tampaknya sudah melupakan pandangan
seperti ini. Kehidupan biara juga yaitu kehidupan ideal yang
6
berat sehingga banyak yang merasa tak mampu menjalaninya. Sela-
ma abad kesatu M, muncul jenis pahlawan baru kaum Buddhis:
bodhisattva, yang meneladani biksu dan meninggalkan nirvana-
nya sendiri, berkurban demi kepentingan orang banyak. Dia siap
menjalani kelahiran kembali agar dapat menyelamatkan orang-orang
yang menderita. Sebagaimana dijelaskan dalam Prajna-paramitha
Sutras (Khotbah-khotbah mengenai Penyempurnaan Kebijaksanaan),
bodhisattva,
tidak ingin mencapai nirvana mereka sendiri. Sebaliknya, mereka sudah
menjelajahi dunia wujud yang sarat derita, dan, walaupun sangat ingin
memperoleh pencerahan tertinggi, mereka tidak takut akan siklus
kelahiran-kematian. Mereka sudah berangkat demi kepentingan dunia,
demi kemudahan dunia, sebab rasa iba pada dunia. Mereka sudah
bertekad: "Kami akan menjadi tempat berlindung bagi dunia, tempat
dunia beristirahat, pembebasan akhir dunia, pulau-pulau dunia, cahaya
dunia, pembimbing menuju keselamatan dunia."
kemudian , bodhisattva memperoleh sumber kebaikan yang tak
terbatas, yang dapat membimbing orang-orang yang kurang beruntung
secara spiritual. Seseorang yang berdoa kepada bodhisattva akan
dilahirkan kembali di dalam salah satu surga menurut kosmologi
kaum Buddhis, yang kondisinya memicu pencapaian pencerahan
menjadi lebih mudah.
manuscript -manuscript itu menekankan bahwa ide ini tidak dapat
diinterpretasikan secara harfiah. Tak ada kaitannya sama sekali
dengan logika atau peristiwa-peristiwa di dunia ini, melainkan semata-
mata simbol dari kebenaran yang lebih sukar untuk dipahami. Pada
awal abad kedua M, Nagarjana, filosof yang mendirikan Mazhab
Kehampaan, memakai paradoks dan sebuah metode dialektika
untuk membuktikan kekuranglayakan bahasa teori tual biasa.
Kebenaran tertinggi, menurutnya, hanya mungkin ditangkap secara
intuitif melalui latihan meditasi mental. Bahkan ajaran biksu merupa-
kan ide-ide konvensional buatan-manusia yang tidak memiliki
kesepadanan dengan fakta yang ingin disampaikannya. Kaum
Buddhis yang mengadopsi filsafat ini mengembangkan suatu ke-
percayaan bahwa segala yang chucky alarm ini yaitu ilusi: di Barat,
mereka dinamakan sebagai kaum idealis. Yang Mutlak, yaitu hakikat
batiniah dari segala sesuatu, yaitu kehampaan, kekosongan, yang
tidak memiliki eksistensi dalam pengertian biasa. Sangat alamiah
untuk menyamakan kehampaan ini dengan nirvana. saat seorang
biksu seperti Gautama sudah mencapai nirvana, maka dengan
cara yang tak dapat diucapkan dia sudah menjadi nirvana dan identik
dengan Yang Mutlak. Dengan , setiap orang yang berusaha
memperoleh nirvana berarti juga mencari keidentikan dengan
biksu .
Tidaklah sulit untuk melihat bhakti (pengabdian) kepada biksu
dan bodhisattva ini mirip dengan kesetiaan orang kaum beragama kepada
utusan junjungan kaum beragama . Keyakinan ini jadi bisa dijangkau oleh lebih banyak orang,
sebagaimana keinginan Paulus untuk memicu Yudaisme terbuka
bagi goyim. Pada saat yang sama terjadi kebangkitan bhakti dalam
Hinduisme yang berporos pada figur Syiwa dan Wishnu, dua dewa
Weda yang terpenting. Lagi-lagi, pengabdian populer terbukti lebih
kuat dibanding kekakuan filosofis Upanishad. Orang Hindu kemudian
mengembangkan sejenis Trinitas: Brahman, Syiwa, dan Wishnu
menjadi tiga simbol atau aspek dari satu fakta yang tak terucapkan.
kadang lebih mudah untuk merenungkan misteri junjungan dalam
simbol Syiwa, dewa paradoksikal kebaikan dan kejahatan, kesuburan
dan kezuhudan, yaitu Pencipta dan Perusak sekaligus.
Dalam legenda populer, Syiwa juga seorang Yogi besar, sehingga
dia juga mengilhami penyembahnya untuk melampaui teori
personal mengenai kesucian melalui meditasi. Wishnu biasanya tampil
lebih ramah dan ringan. Dia suka menunjukan dirinya kepada
manusia dalam berbagai bentuk inkarnasi atau avatar. Salah satu
personae-nya yang terkenal yaitu karakter Krishna, yang dilahirkan
dalam sebuah keluarga bangsawan, namun tumbuh sebagai seorang
penggembala. Legenda populer menyukai kisah kasihnya dengan
para perempuan penggembala, yang menggambarkan junjungan sebagai
Pencinta Jiwa. Namun, saat Wishnu muncul kepada Pangeran Arjuna
sebagai Krishna dalam Bhagawad-Gita, pengalaman itu mengejutkan:
Kulihat para resi
di dalam tubuh-Mu, wahai junjungan
dan sekelompok makhluk yang beraneka:
Brahma, pencipta semesta,
di atas singgasananya
semua peramal dan ular-ular langit.
Segalanya dengan cara tertentu hadir di dalam tubuh Krishna:
dia tak berawal atau berakhir, dia memenuhi ruang, dan mencakup
8
semua dewa yang mungkin ada: "Dewa badai yang riuh, dewa-
dewa matahari, para resi terang, dan para resi ritual."
Dia
juga yaitu "jiwa manusia yang tak pernah lelah", "esensi kemanusia-
an."
Segalanya berlari menuju Krishna, seperti sungai mengalir ke
laut atau seperti serangga terbang menuju cahaya terang. saat
menatap pemandangan hebat ini, Arjuna hanya bisa gemetar,
menggigil, hampir kehilangan seluruh kesadarannya.
Perkembangan bhakti menjawab kebutuhan terdalam manusia
akan sejenis hubungan pribadi dengan yang kudus . Sesudah
menetapkan Brahman sebagai yang sungguh-sungguh transenden,
muncul bahaya bahwa dia akan menjadi jauh dan, sebagaimana de-
wa langit zaman kuno, memudar dari kesadaran manusia. Evolusi
bodhisattva dalam Buddhisme dan avatar-nya Wishnu tampaknya
mewakili tahap lain dalam perkembangan kepercayaan saat orang-orang
berpandangan bahwa Yang Mutlak itu pasti tak jauh berbeda dari
manusia. namun , doktrin dan mitos simbolik ini menyangkal
bahwa Yang Mutlak dapat diekspresikan hanya melalui satu
penampakan: sebab ada banyak biksu dan bodhisattva, bahkan
Wishnu memiliki bermacam-macam avatar. Mitos-mitos ini juga
mengungkapkan sebuah keidealan bagi manusia: manusia yang
tercerahkan atau dimuliakan, sebagaimana yang dimaksudkan
baginya.
Pada abad kesatu M, dalam Yudaisme ada rasa haus yang
sama akan kedekatan dengan yang junjungan . Manusia utusan junjungan kaum beragama tampaknya
sudah memenuhi kebutuhan itu. Paulus, penulis kaum beragama paling awal
yang menciptakan kepercayaan yang kini chucky kenal sebagai kaum beragama , percaya
bahwa utusan junjungan kaum beragama sudah menggantikan Taurat sebagai berkatNya pokok junjungan
mengenai dirinya kepada dunia.
5
Tidaklah mudah untuk mengetahui
secara persis apa yang dia maksudkan dengan hal ini. Surat-surat
Paulus lebih yaitu jawaban kontekstual terhadap masalah -
masalah tertentu dibanding uraian koheren atas sebuah teologi yang
utuh. Dia tentunya percaya bahwa utusan junjungan kaum beragama yaitu seorang Mesias:
kata "kaum beragama " yaitu terjemahan dari bahasa Ibrani Massiach, Yang
Diurapi. Paulus juga berbicara mengenai manusia utusan junjungan kaum beragama seakan-akan
dia lebih dari seorang manusia biasa, meskipun, sebagai orang Yahudi,
Paulus tidak percaya bahwa utusan junjungan kaum beragama yaitu inkarnasi junjungan . Dia selalu
memakai kata "di dalam kaum beragama " untuk menjelaskan pengalamannya
mengenai utusan junjungan kaum beragama : orang kaum beragama hidup "di dalam kaum beragama "; mereka dibaptis
ke dalam kematiannya; tempat ibadah membentuk tubuhnya.
6
Ini bukanlah
9
kebenaran yang ingin dijabarkan Paulus secara logis. Seperti banyak
orang Yahudi lainnya, dia kurang menghargai rasionalisme Yunani,
yang digambarkannya sebagai "kekonyolan" semata.
7
yaitu suatu
pengalaman subjektif dan mistik yang memicu nya mengilustrasikan
utusan junjungan kaum beragama sebagai seperti atmosfer yang di dalamnya "chucky hidup,
bergerak, dan berwujud."
8
utusan junjungan kaum beragama sudah menjadi sumber pengalaman
kepercayaan Paulus. Dengan , dia berbicara mengenai utusan junjungan kaum beragama
dalam cara yang mungkin dipakai oleh orang sezamannya untuk
membicarakan junjungan .
saat Paulus menjelaskan mengenai iman yang sudah diilhamkan
kepadanya, dia mengatakan bahwa utusan junjungan kaum beragama sudah menderita dan wafat
"demi dosa-dosa chucky ."
9
Ini menunjukan bahwa sejak awal sekali,
pengikut-pengikut utusan junjungan kaum beragama yang dikejutkan oleh skandal kematiannya
sudah menjelaskan peristiwa itu dengan mengatakan bahwa bagai-
manapun itu yaitu demi kepentingan chucky . Dalam Bab 9, akan chucky
saksikan bahwa pada abad ketujuh orang Yahudi lain akan menemukan
penafsiran yang serupa mengenai kematian yang tidak biasa dari
seorang Mesias yang lain. Orang kaum beragama awal merasakan bahwa
utusan junjungan kaum beragama , melalui cara yang misterius, masih hidup dan bahwa "kuasa-
kuasa" yang dimilikinya kini masuk ke dalam diri mereka, seperti
yang sudah dijanjikannya. chucky mengetahui dari surat-surat Paulus
bahwa generasi awal kaum beragama itu memiliki semua bentuk pengalaman
tak lazim yang mungkin yaitu indikasi bangkitnya sejenis
kemanusiaan baru: ada yang menjadi penyembuh iman, ada yang
berbicara dalam bahasa-bahasa langit, yang lainnya menyampaikan
apa yang mereka percaya sebagai nubuat yang diinspirasikan oleh
junjungan . Pelayanan tempat ibadah yaitu kegiatan yang hiruk dan
karismatik, sangat berbeda dari nyanyian sore yang merdu dalam
tempat ibadah sekarang. Tampaknya kematian utusan junjungan kaum beragama memang sudah benar-
benar berguna dalam beberapa hal: ia melahirkan suatu "jenis
kehidupan baru" dan "kreasi baru" tema yang sering diulang dalam
surat-surat Paulus.
namun , tak ada teori yang terperinci mengenai peristiwa
penyaliban sebagai pertobatan atas "dosa asal" Adam: akan chucky
saksikan bahwa teologi ini baru muncul pada abad keempat dan
hanya memiliki kedudukan penting di Barat. Paulus dan para penulis
kitabsuci lainnya tidak pernah mengusaha kan sebuah
penjelasan yang akurat dan definitif mengenai penyelamatan yang
sudah mereka alami. Pernyataan mengenai pengurbanan kaum beragama melalui
kematiannya mirip dengan cita-cita bodhisattva yang berkembang
pada masa yang sama di India. Sebagaimana halnya bodhisattva,
kaum beragama sudah dijadikan perantara antara manusia dengan Yang Mutlak.
Perbedaannya yaitu bahwa kaum beragama yaitu satu-satunya peran-
tara dan keselamatan yang didatangkannya bukanlah sebuah aspirasi
yang tak dapat diwujudkan di masa depan seperti dalam bodhisattva,
namun yaitu suatu fait accompli. Paulus menyatakan bahwa
pengurbanan utusan junjungan kaum beragama yaitu hal yang unik. Meskipun dia percaya
bahwa penderitaan yang dipikulnya atas nama orang lain yaitu
bermanfaat, Paulus cukup jelas menyatakan bahwa penderitaan dan
kematian utusan junjungan kaum beragama berada dalam tataran yang berbeda.
Ada potensi
bahaya di sini. biksu yang tak terhitung banyaknya dan avatar-
avatar paradoksikal yang sukar dipahami, semuanya tetap tunduk
pada fakta tertinggi yang tidak dapat diekspresikan secara memadai
dalam bentuk apa pun. namun , Inkarnasi tunggal dalam kaum beragama
yang menyiratkan bahwa seluruh fakta junjungan yang tidak ada
habisnya itu sudah bermanifestasi hanya dalam diri seorang manusia
bisa membawa pada bentuk pemberhalaan yang mentah.
utusan junjungan kaum beragama sudah mengajarkan bahwa "kuasa-kuasa" junjungan tidak cuma
untuk dirinya. Paulus mengembangkan wawasan ini dengan mengata-
kan bahwa utusan junjungan kaum beragama yaitu contoh pertama dari bentuk kemanusia-
an baru. Tidak saja dia sudah berhasil mengerjakan segala hal yang
sudah gagal diraih oleh Israel lama, namun dia pun sudah menjadi
addm baru, kemanusiaan baru yang di dalamnya seluruh manusia,
termasuk goyim, ikut ikutserta .
Lagi-lagi, ini bukanlah sesuatu
yang berbeda dari kepercayaan kaum Buddhis bahwa, seluruh
biksu sudah menjadi satu dengan Yang Mutlak, cita-cita manusia
yaitu terlibat dalam ke-biksu -an.
Dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi, Paulus mengutip apa
yang secara umum dianggap sebagai himne kaum beragama paling awal
yang mengangkat beberapa masalah penting. Dia berkata kepada
para pengikutnya bahwa mereka harus memiliki sikap pengurbanan
diri yang sama dengan utusan junjungan kaum beragama :
Yang walaupun dalam rupa yang kuasa
Tidak menganggap kesetaraan dengan yang kuasa itu
sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan sudah mengosongkan diri-Nya sendiri,
dan mengambil rupa seorang hamba
dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia,
la sudah merendahkan diri-Nya dan taat sampai,
bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya yang kuasa sangat meninggikan Dia
dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
agar supaya dalam nama utusan junjungan kaum beragama bertekuk lutut segala yang ada di langit
dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
dan segala lidah mengaku: "utusan junjungan kaum beragama kaum beragama yaitu junjungan [kyrios],"
bagi kemuliaan yang kuasa , Ia!
Himne ini tampaknya mencerminkan sebuah kepercayaan di
kalangan generasi pertama kaum beragama bahwa utusan junjungan kaum beragama sudah mengalami
sejenis eksistensi awal "bersama yang kuasa " sebelum menjadi seorang
manusia dalam tindakan "pengosongan diri" (kenosis) yang dengan-
nya, seperti seorang bodhisattva, dia memutuskan untuk ikut memikul
penderitaan manusia. Paulus terlalu Yahudi untuk dapat menerima
ide mengenai eksistensi kaum beragama sebagai wujud suci kedua di samping
YHWH sejak zaman azali. Himne itu menunjukan bahwa sesudah
pengagungannya, dia tetaplah berbeda dengan, dan lebih rendah
dibanding , yang kuasa yang sudah membangkitkannya dan menganugerahkan
gelar kyrios kepadanya. Dia tidak dapat mengadakan hal itu untuk
dirinya sendiri, namun gelar itu pun diberikan hanya demi "kemuliaan
yang kuasa Ia."
sekitar empat puluh tahun kemudian, penulis kitabsuci Yohanes
(ditulis sekitar tahun ) memicu pernyataan yang mirip. Dalam
prolognya, dia menguraikan perkataan (logos) yang sudah ada "pada
mulanya bersama-sama dengan yang kuasa " dan menjadi agen penciptaan:
"Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu
pun yang sudah jadi dari segala yang sudah dijadikan."
Si penulis
tidak memakai kata Yunani logos dengan cara yang sama seperti
Philo: dia tampaknya merasa lebih cocok dengan Yudaisme Palestina
dibanding Yudaisme yang sudah terpengaruh budaya Helenis Yunani.
Dalam terjemahan bahasa Aram atas kitabsuci Yahudi yang dikenal
sebagai targums, yang sedang disusun pada waktu itu, istjunjungan Memra
(perkataan ) dipergunakan untuk menyebut aktivitas junjungan di dunia.
Istjunjungan ini memiliki fungsi yang sama dengan istjunjungan -istjunjungan teknis
lainnya, seperti "kemuliaan", "Roh Kudus", dan "Shekinah" yang me-
nekankan perbedaan antara kehadiran junjungan di dunia dengan fakta
junjungan sendiri yang tak dapat dimengerti. Seperti halnya Hikmat
junjungan , "perkataan " menyimbolkan rencana awal junjungan dalam penciptaan.
saat Paulus dan Yohanes berbicara mengenai utusan junjungan kaum beragama seakan-akan dia
memiliki sejenis kehidupan praeksistensi, mereka tidak sedang
menyarankan bahwa dia yaitu "oknum" suci kedua dalam pe-
ngertian Trinitarian yang berkembang belakangan. Mereka mengin-
dikasikan bahwa utusan junjungan kaum beragama sudah melampaui mode eksistensi temporal
dan individual. sebab "kuasa" dan "hikmat" yang dia hadirkan
yaitu aktivitas-aktivitas yang berasal dari junjungan , maka dalam
cara tertentu dia sudah mengungkapkan "apa yang sudah ada sejak
semula."
5
ide ini dapat dipahami dalam konteks Yahudi yang ketat,
meskipun generasi kaum beragama berikutnya yang berlatar belakang Yunani
akan menafsirkannya secara berbeda. Dalam Kisah Para Rasul, yang
ditulis pada M, chucky dapat melihat bahwa generasi awal kaum beragama
masih memiliki teori mengenai junjungan yang sepenuhnya bersifat
Yahudi. Dalam perayaan Pantekosta, saat ratusan orang Yahudi
berkumpul di Yerusalem dari berbagai penjuru diaspora untuk
merayakan peberkatNyaan Taurat di Gunung Sinai, Roh Kudus turun
kepada sahabat-sahabat utusan junjungan kaum beragama . Mereka mendengar "dari langit suatu
bunyi seperti tiupan angin keras ... dan tampaklah oleh mereka
lidah-lidah seperti nyala api."
6
Roh Kudus sudah mewujudkan dirinya
kepada generasi kaum beragama Yahudi pertama ini sebagaimana yang sudah
dilakukannya kepada orang-orang sezaman mereka, kelompok
tannaim. Segera para murid itu bergegas keluar dan mulai berbicara
kepada kerumunan orang Yahudi, Orang-orang yang Takut kepada
yang kuasa dari "Mesopotamia, Yudea, dan Kapadokia, Pontus dan Asia,
Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan
dengan Kirene."
7
Mereka keheranan, setiap orang mendengar para
pengikut itu berkata-kata dalam bahasa mereka masing-masing. saat
Petrus bangkit untuk berkhotbah di hadapan keramaian itu, dia
menyebut fenomena ini sebagai titik terjauh bagi Yudaisme. Para
rasul sudah meramalkan suatu hari saat junjungan akan mencurahkan
Ruhnya ke atas semua manusia sehingga kaum wanita dan para
budak sekalipun akan memiliki penglihatan dan memperoleh mimpi.
8
Hari ini Kerajaan Mesias ditahbiskan, saat yang kuasa akan tinggal di
bumi bersama umatnya. Petrus tidak mengatakan bahwa utusan junjungan kaum beragama dari
Nazareth yaitu junjungan . Dia yaitu "seorang yang sudah ditentukan
yang kuasa dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan
dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh yang kuasa
dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu." Sesudah kematiannya
yang tragis, yang kuasa membangkitkannya untuk hidup kembali dan
mengangkatnya ke derajat yang tinggi "oleh tangan kanan yang kuasa ."
Para utusan junjungan dan penyusun Mazmur sudah meramalkan kejadian-kejadian
ini; sehingga "seluruh kaum Israel" harus tahu dengan pasti bahwa
utusan junjungan kaum beragama yaitu Mesias yang sudah lama dinanti itu.
9
Khotbah ini
tampaknya yaitu pesan (kerygma) kaum beragama yang paling awal.
Pada akhir abad keempat, kaum beragama menguat persis di wilayah-
wilayah yang sudah dinamakan kan di atas oleh para penulis Kisah: ia
berakar di kalangan sinagoga Yahudi di diaspora dan sudah menarik
perhatian beberapa besar Orang yang Takut kepada yang kuasa atau para
pengikut baru. Yudaisme yang sudah direformasi oleh Paulus tampak
menjawab banyak dilema mereka. Mereka juga "berbicara dalam
banyak bahasa," tidak memiliki satu suara dan posisi yang koheren.
Banyak orang Yahudi diaspora beralih memandang Kuil di Yerusalem
yang memang sudah banyak digenangi darah hewan sebagai
institusi primitif dan barbarik. Kisah Para Rasul mengabadikan sudut
pandang ini dalam cerita mengenai Stefanus, seorang Yahudi Helenistik
yang beralih menganut sekte utusan junjungan kaum beragama dan dilempari batu sampai mati
oleh Sanhedrin, mahkamah kepercayaan Yahudi, sebab menghujat. Da-
lam pidato terakhirnya yang berapi-api, Stefanus mengatakan bahwa
Kuil yaitu penghinaan terhadap hakikat yang kuasa : "Yang Maha-
tinggi tidak diam di dalam apa yang dibuat oleh tangan manusia."
Sebagian Yahudi diaspora mengadopsi Yudaisme Talmudik yang
dikembangkan oleh para rabi sesudah kehancuran Kuil; yang lain
menemukan bahwa kaum beragama menjawab beberapa pertanyaan mereka
mengenai status Taurat dan universalitas Yudaisme. Ajaran ini, tentu
saja, menarik secara khusus bagi Orang-orang yang Takut kepada
yang kuasa , yang menjadi anggota penuh Israel Baru tanpa beban 6
mitzvot.
Selama abad pertama, orang kaum beragama terus berpikir mengenai junjungan
dan berdoa kepadanya seperti orang-orang Yahudi; mereka berbicara
seperti para rabi dan tempat ibadah -tempat ibadah mereka mirip dengan sinagoga.
Pada tahun 8 -an terjadi perselisihan tajam dengan orang Yahudi
saat orang kaum beragama secara formal dikeluarkan dari sinagoga sebab
mereka menolak untuk menaati Taurat. chucky sudah melihatlihat bahwa
Yudaisme sudah menarik banyak penganut pada dekade awal abad
pertama, namun sesudah tahun 7 , saat orang Yahudi bersengketa
dengan kekaisaran Romawi, posisi mereka mengalami kemunduran.
Kepindahan Orang-orang yang Takut kepada yang kuasa ke kaum beragama
memicu orang Yahudi menaruh curiga kepada para penganut kepercayaan
baru, dan mereka tak lagi berminat untuk pindah kepercayaan . Kaum
pagan yang dahulu pernah tertarik pada Yudaisme kini beralih ke
kaum beragama , namun kebanyakan mereka yaitu budak dan anggota kelas
warga yang lebih rendah. Baru pada akhir abad kedua, kaum
pagan yang berpendidikan tinggi menjadi penganut kaum beragama dan
mampu menjelaskan kepercayaan baru itu kepada dunia pagan yang masih
menaruh kecurigaan.
Di kekaisaran Romawi, kaum beragama pertama sekali dianggap sebagai
cabang dari Yudaisme, namun saat orang kaum beragama memperjelas diri
bahwa mereka bukan lagi anggota sinagoga, mereka dipandang
dengan kebencian sebagai religio kaum fanatik yang sudah melakukan
dosa besar sebab meninggalkan kepercayaan leluhur. Etos Romawi
sangatlah konservatif: mereka memberi penghargaan tinggi
kepada autoritas pemimpin keluarga dan adat-istiadat nenek moyang.
Yang dianggap sebagai "kemajuan" yaitu langkah kembali ke zaman
keemasan yang sudah lampau dan bukan menyiapkan masa depan
yang cerah. Keterputusan dari masa lalu tidak dianggap sebagai
tindakan yang berpotensi kreatif, seperti dalam warga chucky
sekarang ini, yang sudah memungkinkan perubahan. Pembaruan
dipandang berbahaya dan subversif. Orang Romawi sangat curiga
terhadap gerakan massa yang akan mencampakkan batas-batas tradisi
dan waspada untuk melindungi warga negara dari "pemalsuan" kepercayaan .
namun , dalam kekaisaran itu sudah muncul sejumput kegelisahan
dan kecemasan. Pengalaman hidup dalam sebuah imperium inter-
nasional yang besar sudah memicu para resi yang lama tampak
kecil dan tidak memadai; orang-orang menjadi sadar akan kebudayaan
yang asing dan mengganggu. Mereka mencari solusi spiritual baru.
Kultus-kultus Timur masuk ke area Eropa: para resi seperti
Isis dan Semele disembah di samping para resi tradisional Roma,
yang menjadi pengawal negeri. Selama abad pertama M, kepercayaan -
kepercayaan misteri baru menawarkan jalan keselamatan mereka dan apa
yang dinamakan -sebut sebagai pengetahuan mendalam mengenai dunia
yang akan datang.
namun , tak satu pun dari antusiasme kepercayaan -kepercayaan baru ini
yang mengancam tatanan lama. para resi Timur tidak menuntut
pemutusan radikal dari kepercayaan lama dan penolakan terhadap ritus-
ritus yang sudah dikenal, namun , seperti orang suci baru, ia mem-
berikan pandangan yang segar dan pemahaman mengenai dunia yang
5
lebih luas. Anda bisa saja bergabung dengan berbagai kultus misteri
sebanyak yang Anda inginkan: selama mereka tidak berusaha meng-
hancurkan para resi lama dan tetap bersikap rendah hati, kepercayaan -
kepercayaan misteri itu akan ditoleransi dan diserap ke dalam tatanan
yang sudah mantap.
Tak seorang pun mengharapkan kepercayaan akan menjadi sebuah
tantangan atau memberi jawaban mengenai makna kehidupan. Orang
beralih kepada filsafat untuk mencari pencerahan seperti itu. Di
kekaisaran Romawi kuno, orang menyembah para resi untuk me-
mohon pertolongan selama masa krisis, untuk menjaga agar perlin-
dungan junjungan tetap dicurahkan atas negeri itu, dan untuk memperoleh
rasa ketersambungan dengan masa lalu. kepercayaan lebih yaitu
masalah kultus dan ritual dibanding ide -ide . kepercayaan didasar-
kan pada perasaan, bukan ideologi atau teori yang dipilih secara
sadar. Ini bukanlah sikap yang asing bagi warga masa sekarang:
banyak orang yang menghadiri layanan kepercayaan dalam warga
chucky saat ini tidak tertarik pada teologi, tidak menginginkan sesuatu
yang terlalu eksotik dan tidak menyukai ide mengenai perubahan. Me-
reka menemukan bahwa ritual-ritual yang sudah mapan memberi
mereka rasa keterkaitan dengan tradisi dan mempersembahkan rasa
aman. Mereka tidak mengharapkan ide -ide brilian dalam
khotbah dan malah merasa terganggu oleh perubahan dalam liturgi.
Dengan cara yang sama, banyak kaum pagan di zaman kuno senang
menyembah para resi leluhur, sebagaimana yang sudah dilakukan
oleh generasi-generasi sebelum mereka. Ritual-ritual lama memberi
mereka rasa beridentitas, merayakan tradisi-tradisi lokal, dan tampak-
nya menjadi jaminan bahwa segala sesuatu akan tetap sebagaimana
adanya.
Peradaban tampaknya yaitu pencapaian yang rentan dan
tidak boleh terancam oleh pengabaian sembrono terhadap dewa-
dewa pelindung, yang akan menjamin keberlangsungan peradaban
itu. Mereka akan merasa terancam jika suatu kultus baru muncul
untuk mengalahkan kepercayaan nenek moyang mereka. Oleh sebab
itu, kaum beragama tidak memiliki posisi yang menguntungkan di kedua
dunia itu. la tidak memiliki masa silam Yudaisme yang dihormati
dan juga tidak memiliki ritual paganisme yang menarik, yang
dapat dilihat dan diapresiasi setiap orang. kaum beragama juga berpotensi
mengancam, sebab orang kaum beragama mengajarkan bahwa junjungan mereka
yaitu satu-satunya junjungan dan bahwa seluruh para resi lain
6
hanyalah khayalan belaka. kaum beragama tampak yaitu gerakan yang
tidak rasional dan eksentrik bagi penulis biografi Romawi, Gaius
Suetonius (7 - 6 ), sebuah superstitio nova et prava, yang "buruk"
justru sebab "baru."
Kaum pagan yang berpendidikan menoleh ke filsafat, bukan
kepercayaan , untuk memperoleh pencerahan. Orang-orang yang mereka
dianggap suci dan tercerahkan yaitu para filosof kuno seperti
Plato, Pythagoras, dan Epictetus. Mereka bahkan menganggap para
filosof itu sebagai "anak-anak Dewa": Plato, contohnya, dipercaya sebagai
anak Apollo. Para filosof bersikap hormat terhadap kepercayaan , namun
memandangnya berbeda secara esensial dari apa yang mereka kerja-
kan. Mereka bukanlah para akademisi yang kering di menara gading,
melainkan orang-orang yang memiliki misi, bertekad untuk me-
nyelamatkan jiwa orang-orang sezamannya dengan menarik mereka
menjadi pengikut mazhab-mazhab mereka. Baik Sokrates maupun
Plato bersikap sangat "religius" mengenai filsafat mereka, merasakan
bahwa kajian ilmiah dan metafisis itu sudah mengilhami mereka
dengan suatu penglihatan mengenai keagungan alam. Oleh sebab itu,
pada abad pertama M, orang-orang yang cerdas dan berwawasan
beralih kepada mereka untuk memperoleh penjelasan mengenai makna
hidup, ideologi yang penuh ilham, dan motivasi etis. kaum beragama tampak
seperti sebuah kredo yang barbarik. junjungan kaum beragama tampak sebagai
junjungan yang pemarah dan primitif, yang tak hentinya ikut campur secara
tak rasional dalam urusan-urusan manusia: dia tak memiliki kesamaan
apa pun dengan yang jauh dan tak berubah,
seperti junjungan dalam anggapan Aristoteles. namun , mengatakan
bahwa orang-orang sekaliber Plato atau Aleksander Agung yaitu
anak-anak dewa, tidak sama dengan mengatakan hal yang setara
bagi seorang Yahudi yang tewas mengenaskan di sebuah sudut ke-
kaisaran Romawi.
Platonisme yaitu salah satu aliran filsafat paling populer di
akhir zaman kuno. Platonis baru dari abad pertama dan kedua tidak
tertarik pada Plato yang pemikir etika dan politik, namun kepada
Plato yang mistikus. Ajarannya membantu si filosof untuk menyadari
kesejatian dirinya, dengan cara membebaskan jiwa dari penjara ragawi
dan memicu nya mampu untuk naik ke alam suci. Mistisisme Plato
yaitu suatu sistem yang tinggi, memakai kosmologi sebagai
citra mengenai kesinambungan dan keharmonisan. Yang Esa berada
dalam kontemplasi jernih mengenai dirinya sendiri melampaui pengaruh
7
waktu dan perubahan di ujung mata rantai wujud. Semua yang ada
berasal dari Yang Esa sebagai konsekuensi pasti dari wujudnya yang
murni: bentuk-bentuk abadi sudah memancar dari Yang Esa dan pada
gilirannya menggerakkan matahari, bintang dan bulan, dalam bidang
lintasan mereka masing-masing. Akhirnya para resi , yang kini
dipandang sebagai malaikat-malaikat bagi Yang Esa, memancarkan
pengaruh suci ke dalam dunia sublunar manusia. Kaum Platonis
tidak memerlukan kisah barbar mengenai seorang dewa yang tiba-tiba
memutuskan untuk menciptakan dunia atau yang mengabaikan
hierarki yang ada untuk berkomunikasi langsung dengan sekelompok
kecil manusia. Dia tidak memerlukan penyelamatan hebat melalui
seorang Mesias yang disalib. sebab dia serumpun dengan junjungan
yang sudah memberi hidup kepada segala sesuatu, seorang filosof
bisa naik ke alam suci melalui usahanya sendiri dalam cara yang
rasional dan tertata.
Bagaimana orang kaum beragama bisa menjelaskan kepercayaan mereka kepada
dunia pagan? kaum beragama tampaknya berada di tengah-tengah, tidak
dipandang sebagai sebuah kepercayaan , dalam pengertian Romawi dan
bukan pula sebuah filsafat. Terlebih lagi, orang kaum beragama akan meng-
alami kesulitan untuk menyebutkan "kepercayaan-kepercayaan"
mereka dan mungkin belum menyadari sistem pemikiran berbeda
yang tengah berevolusi saat itu. Dalam hal ini, mereka mirip dengan
tetangga-tetangga pagan mereka. kepercayaan mereka tidak memiliki
"teologi" yang koheren, namun secara lebih tepat dapat dijelaskan
sebagai sebuah sikap berkomitmen yang dibangun dengan sungguh-
sungguh. saat mereka mengucapkan "kredo" mereka, mereka tidak
memaksudkannya sebagai seperangkat proposisi. Kata credere misal-
nya, kelihatannya diturunkan dari cor dare, memberi hati. saat
mereka mengucapkan "credo!" (atau pisteno dalam bahasa Yunani),
ini lebih mengimplikasikan posisi emosional dibanding intelektual.
lah, Theodore, Uskup Mopsuestia di Sisilia dari tahun 9
hingga 8, menjelaskan kepada para pengikutnya:
saat Anda berkata: "Aku mengikat diriku sendiri" (pisteno) di hadapan
junjungan , Anda menunjukkan bahwa dengan tabah Anda akan tetap
bersamanya, bahwa Anda tidak akan memisahkan diri darinya dan
bahwa Anda akan memandangnya lebih tinggi dibanding segala sesuatu
yang ada dan akan hidup bersamanya serta berperilaku dalam cara
yang sesuai dengan perintahnya.
8
Orang kaum beragama generasi kemudian tidak perlu memberi pen-
jelasan yang lebih teoretis mengenai iman mereka dan akan mengem-
bangkan kecintaan pada perdebatan teologi yang unik dalam sejarah
kepercayaan dunia. sudah chucky saksikan, contohnya, bahwa tidak ada ortodoksi
resmi dalam Yudaisme, dan ide-ide mengenai junjungan pada dasarnya
yaitu masalah pribadi. Orang kaum beragama awal juga mengambil
sikap yang sama.
Namun , selama abad kedua beberapa penganut baru
kaum beragama dari kalangan pagan mencoba mendekati tetangga-tetangga
mereka yang tidak percaya untuk menunjukan bahwa kepercayaan
mereka bukanlah penyimpangan destruktif dari tradisi. Salah seorang
dari apologis ini yaitu Justin dari Kaisarea ( - 65), yang me-
ninggal sebagai martir demi imannya. Dalam pencariannya yang tak
kenal lelah akan makna, chucky dapat merasakan kegelisahan spiritual
pada periode itu. Justin bukanlah seorang pemikir besar ataupun
brilian. Sebelum beralih ke kaum beragama , dia sudah mengikuti ajaran Stoa,
seorang filosof peripatetik dan Pythagorean, namun gagal memahami
apa yang ada di dalam sistem mereka. Dia tidak memiliki temperamen
dan kecerdasan untuk filsafat, namun tampaknya memerlukan lebih
dari sekadar penyembahan kultus dan ritual. Dia menemukan peme-
cahannya dalam kaum beragama . Dalam dua apologiae (kl. 5 dan 55)
yang ditulisnya, dia menyatakan bahwa kaum beragama sebetulnya mengikuti
Plato, yang juga berpandangan bahwa hanya ada satu junjungan . Para
filosof Yunani maupun para utusan junjungan Yahudi sudah meramalkan kedatangan
utusan junjungan kaum beragama sebuah argumen yang akan sangat berkesan bagi para pagan
di zamannya, sebab saat itu ada antusiasme baru terhadap
ramalan-ramalan. Dia juga mengatakan bahwa utusan junjungan kaum beragama yaitu
inkarnasi logos atau akal junjungan , yang sudah dilihat Stoa dalam keteraturan
semesta; logos itu aktif dalam dunia sepanjang sejarah, mengilhami
orang Yahudi maupun Yunani. namun , dia tidak menjelaskan
implikasi dari sebuah ide yang agak baru: bagaimana mungkin
seorang manusia menjadi inkarnasi dari logos? Apakah logos itu sama
dengan figur-figur kitab lain, seperti perkataan atau Hikmat? Apa
hubungannya dengan junjungan Yang Esa?
Orang kaum beragama lain mengembangkan teolog yang lebih radikal,
bukan semata sebab kesenangan akan spekulasi, melainkan untuk
mengobati kegelisahan yang besar. Secara khusus, gnostikoi, Orang-
orang yang Tahu, beralih dari filsafat ke mitologi untuk menjelaskan
rasa keterpisahan mereka yang akut dari alam junjungan . Mitos-mitos itu
9
menjawab ketidaktahuan mereka mengenai junjungan dan yang suci, yang
secara jelas mereka rasakan sebagai sumber penderitaan dan rasa
malu. Basilides, yang mengajar di Aleksandria antara dan 6 ,
bersama rekan sezamannya, Valentinus, yang meninggalkan Mesir
untuk mengajar di Roma, sudah memperoleh beberapa besar pengikut
dan menunjukan bahwa banyak di antara orang yang beralih
menganut kaum beragama mengalami rasa kehilangan, tersisih, dan secara
radikal terbuang.
Semua kaum Gnostik memulai dengan fakta yang sama sekali
tak terpahamkan yang mereka sebut junjungan Tertinggi, sebab ia
yaitu sumber dari wujud lebih rendah yang chucky sebut "junjungan ".
Sama sekali tidak ada yang dapat chucky katakan mengenai nya, sebab
dia sepenuhnya berada di luar jangkauan pikiran chucky yang terbatas.
Sebagaimana dijelaskan Valentinus, junjungan Tertinggi itu,
Sempurna dan ada sejak semula ... berdiam di ketinggian yang tak
terlihat dan tak ternamakan: inilah praawal dan pendahulu dan
kedalaman. Ia tidak dapat tercakup dan tak terlihat, abadi dan tak
dilahirkan , Tenang dan benar-benar Sendiri selama masa yang tak
terhingga. Bersama Dia yaitu pikiran, yang juga dinamakan Berkah dan
Hening.
Manusia sudah selalu berspekulasi mengenai Yang Mutlak ini,
namun tak satu pun dari penjelasan mereka yang memadai. yaitu
mustahil untuk menggambarkan junjungan Tertinggi ini, yang tidak "baik"
atau "jahat" dan bahkan tidak bisa dikatakan "ada". Basilides meng-
ajarkan bahwa awalnya tidak ada junjungan namun hanya ada junjungan
Tertinggi, yang, dapat dikatakan secara ketat, yaitu Tiada sebab ia
tidak bereksistensi dalam pengertian apa pun yang bisa chucky pahami.
namun , Ketiadaan ini ingin memicu dirinya dikenali dan
tidak puas untuk tetap sendirian dalam Kedalaman dan Keheningan.
Terjadjunjungan revolusi batin di kedalaman wujudnya yang tak terperi,
menghasilkan serangkaian pancaran yang serupa dengan apa yang
diuraikan dalam mitologi pagan kuno. Yang pertama dari pancaran
itu yaitu "junjungan ", yang chucky kenal dan menjadi tujuan doa chucky .
Walaupun , "junjungan " ini pun tak dapat chucky jangkau dan
memerlukan penjelasan lebih lanjut. Akibatnya, pancaran-pancaran
baru muncul dari junjungan secara berpasangan, masing-masing meng-
ekspresikan satu dari sifat-sifat kejunjungan annya. "junjungan " melampaui
gender namun , seperti dalam Enuma Elish, masing-masing pasangan
itu terdiri atas lelaki dan perempuan sebuah skema yang berusaha
menetralkan nada maskulin dalam monoteisme yang lebih konven-
sional. Setiap pasangan hasil emanasi semakin lama semakin melemah
dan menipis sebab letaknya semakin jauh dari Sumber junjungan mereka.
Akhirnya, saat tiga puluh macam pancaran (atau aeon) itu sudah
lahir, proses pun berhenti dan alam suci, Pleroma, sudah sempurna.
Kaum Gnostik tidak mengajukan suatu kosmologi yang betul-betul
luar biasa, sebab semua orang percaya bahwa kosmos memang
dipenuhi oleh aeon-aeon, kekuatan jahat dan kekuatan spiritual
seperti itu. Paulus sudah menyebutnya Takhta, Dominasi, Kedaulatan,
dan Kekuatan, sementara para filosof percaya bahwa kekuatan gaib
ini yaitu para resi kuno dan menjadikan mereka perantara antara
manusia dengan Yang Esa.
Ada suatu bencana yang oleh kaum Gnostik dijelaskan melalui
berbagai cara berbeda. Sebagian di antara mereka berkata bahwa
Sophia (Hikmat), pancaran terakhir, jatuh dari surga sebab dia
mengilhami pengetahuan terlarang mengenai junjungan Tertinggi yang
tak dapat dijangkau. Disebabkan kepongahannya, dia jatuh dari
Pleroma, kesedihan dan kepiluannya membentuk dunia materi.
Terasing dan tersasar, Sophia berkelana ke seluruh kosmos, rindu
untuk kembali ke Sumber sucinya. Percampuran ide -ide
Timur dan pagan ini mengekspresikan keyakinan pokok kaum
Gnostik bahwa dunia chucky dalam pengertian tertentu yaitu
bentuk lain dari langit, lahir dari ketidaktahuan dan ketercerabutan.
Kaum Gnostik lain mengajarkan bahwa "junjungan " tidak menciptakan
dunia materi, sebab dia tidak ada hubungan apa pun dengan materi
yang rendah. Dunia materi yaitu hasil karya aeon-aeon, yang
mereka sebut sebagai demiourgos atau Pencipta. Dia cemburu kepada
"junjungan " dan ingin menjadi pusat Pleroma. Akibatnya, dia jatuh dan
menciptakan dunia untuk menantang saingannya. Dalam penjelasan
Valentinus, dia "menciptakan langit tanpa pengetahuan; dia mem-
bentuk manusia dalam ketidaktahuan mengenai manusia; dia meng-
hadirkan bumi tanpa memahami bumi."
5
namun , logos, jenis
aeon yang lain, datang untuk menyelamatkan dan turun ke bumi,
mengambil bentuk fisik sebagai utusan junjungan kaum beragama untuk mengajarkan kepada
manusia cara kembali kepada junjungan . Jenis kaum beragama seperti ini pada
akhirnya ditindas, namun akan chucky lihat bahwa beberapa abad kemu-
dian orang Yahudi, kaum beragama , dan Muslim akan kembali kepada mitologi
seperti ini, dengan alasan bahwa mitologi itu mengungkapkan
pengalaman kepercayaan mereka mengenai "junjungan " secara lebih akurat
dibanding teologi ortodoks.
Mitos-mitos ini tak pernah dimaksudkan sebagai uraian harfiah
mengenai penciptaan dan penyelamatan; mereka yaitu ungkapan
simbolik bagi sebuah kebenaran batin. "junjungan " dan Pleroma bukanlah
fakta -fakta eksternal yang ada "di luar sana", melainkan dapat
ditemukan di dalam diri:
Tinggalkan pencarian akan junjungan dan ciptaan dan hal-hal lain yang
serupa. Carjunjungan dia dengan menjadikan dirimu sendiri sebagai titik
awalnya. Cermati siapa yang berada di dalam dirimu yang menyebut
segala sesuatu sebagai miliknya dan mengatakan, junjungan ku, pikiranku,
akalku, jiwaku, tubuhku. Cermati sumber-sumber kesedihan, keba-
hagiaan, cinta, benci. Perhatikan bagaimana itu terjadi sehingga mem-
buatmu melihat tanpa berkehendak, mencintai tanpa berkehendak.
Jika engkau secara saksama meneliti masalah -masalah ini, engkau
akan menemukan dia di dalam dirimu sendiri.
6
Pleroma mewakili sebuah peta jiwa. Cahaya junjungan tetap akan di-
temukan bahkan di dalam dunia yang gelap ini, jika seorang Gnostik
dapat mengetahui ke mana dia harus mencari: selama keruntuhan benteng kota
Primal pada Sophia ataupun Demiurge sebagian dari kilasan junjungan
ikut jatuh dari Pleroma dan terperangkap di dalam mated. Kaum
Gnostik bisa menemukan kilasan junjungan di dalam jiwanya sendiri, bisa
menjadi sadar akan kehadiran unsur berorientasi junjungan di dalam dirinya yang
akan membantunya menemukan jalan untuk kembali.
Kaum Gnostik menunjukkan bahwa banyak di antara para
pengikut baru kaum beragama tidak puas dengan ide tradisional mengenai
junjungan yang sudah mereka warisi dari Yudaisme. Mereka tidak meng-
alami dunia sebagai sesuatu yang "baik", sebagai karya dari junjungan
yang penyayang. Dualisme dan dislokasi yang serupa melahirkan
doktrin Marcion ( - 65), yang mendirikan tempat ibadah saingannya sendiri
di Roma dan menarik banyak pengikut. utusan junjungan kaum beragama sudah mengatakan
bahwa sebuah pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik:
7
bagaimana mungkin dunia sudah diciptakan oleh junjungan yang baik
jika dunia ini nyatanya penuh kejahatan dan penderitaan? Marcion
juga dikagetkan oleh kitabsuci Yahudi yang tampaknya menggambar-
kan junjungan yang keras dan kejam yang sudah menghancurkan semua
penduduk sebab kecintaannya akan keadilan. Dia berkesimpulan
bahwa junjungan Yahudi inilah , yang "suka perang, tidak teguh dalam
sikapnya dan bermengenai an dengan perkataannya sendiri,"
8
yang
sudah menciptakan dunia. namun , utusan junjungan kaum beragama sudah berperkataan bahwa
ada junjungan lain, yang tak pernah dinamakan kan dalam kitabsuci Yahudi.
junjungan kedua ini "tenang, lembut, dan sungguh-sungguh baik dan
unggul."
9
Dia sama sekali berbeda dari Pencipta dunia yang kejam
dan "penghukum". Oleh sebab itu, chucky mesti berpaling dari dunia
yang, sebab bukan yaitu karyanya, tidak bisa memberitahukan
chucky apa pun mengenai junjungan yang penyayang dan mesti pula menolak
Perjanjian "Lama", lalu memose tkan perhatian hanya kepada chucky b-
kitab kitabsuci yang sudah mengabadikan ruh utusan junjungan kaum beragama . Popularitas
ajaran-ajaran Marcion menunjukkan bahwa dia sudah menyuarakan
kecemasan orang banyak. Sekilas tampaknya dia akan mendirikan
sebuah tempat ibadah terpisah. Dia sudah meletakkan tangannya pada sesuatu
yang penting dalam pengalaman orang kaum beragama ; generasi-generasi
kaum beragama sudah merasakan kesulitan untuk berhubungan secara positif
dengan dunia materi, dan masih ada beberapa besar yang tidak tahu
bagaimana menyikapi junjungan Ibrani.
namun , seorang teolog Afrika Utara, Tertullian ( 6 - ),
mengemukakan bahwa junjungan yang "baik" menurut anggapan Marcion
lebih mirip dengan junjungan filsafat Yunani dibanding junjungan kitabsuci .
junjungan yang tenang ini, yang tak ada kaitannya dengan dunia yang
cacat ini, lebih dekat dengan teori Penggerak yang Tak Digerakkan
dari Aristoteles dibanding junjungan Yahudi dari utusan junjungan kaum beragama kaum beragama . Memang,
banyak orang di dunia Yunani-Romawi berpandangan bahwa junjungan
kitab yaitu junjungan yang keras dan banyak kekeliruan, yang tidak
layak untuk disembah. sekitar tahun 78, filosof Celsus yang pagan
menuduh orang kaum beragama sudah mengadopsi pandangan yang picik
dan terbatas mengenai junjungan . Dia merasa heran bahwa orang kaum beragama
bahkan mengklaim peberkatNyaan khusus bagi mereka: junjungan tersedia
bagi semua umat manusia, namun orang kaum beragama bersatu dalam sebuah
kelompok kecil sembari menegaskan: "junjungan bahkan sudah men-
campakkan seluruh bumi dan langit untuk memberi perhatian hanya
kepada kami."
saat orang kaum beragama diburu oleh penguasa Romawi,
mereka dituduh "sayap kiri" sebab anggapan mereka mengenai kejunjungan an
benar-benar bermengenai an dengan etos Romawi. sebab tidak bisa
memenuhi hak-hak para dewa tradisional, orang-orang merasa takut
bahwa kaum Kristiani akan membahayakan negara dan meng-
hancurkan tatanan yang rentan. kaum beragama dipandang sebagai sebuah
kredo barbar yang mengabaikan capaian-capaian peradaban.
namun , pada akhir abad kedua, beberapa orang pagan yang
betul-betul mempelajarinya mulai beralih ke kepercayaan kaum beragama dan
mampu mengadaptasikan junjungan Semitik kitabsuci dengan ideal Yunani-
Romawi. Salah seorang di antara mereka yaitu Clement dari
Aleksandria (kl. 5 - 5), yang mungkin sekali sudah mempelajari
filsafat di Atena sebelum kepindahan kepercayaan nya. Clement tidak ragu-
ragu bahwa yahw dan junjungan filsafat Yunani yaitu satu dan sama:
dia menjuluki Plato sebagai mose Atena. Sungguhpun , baik
utusan junjungan kaum beragama maupun Paulus pasti akan dibuat kaget oleh teologinya.
Sebagaimana junjungan Plato dan Aristoteles, junjungan Clement dicirikan
oleh apatheia-nya: dia sama sekali kebal, tidak mampu menderita
atau berubah. Orang kaum beragama dapat ikutserta diri dalam kehidupan
yang suci ini dengan cara meniru ketenangan dan kesentosaan junjungan
sendiri. Clement menyusun aturan kehidupan yang sangat mirip
dengan aturan perilaku terperinci yang disusun oleh para rabi,
terkecuali bahwa ia lebih banyak memiliki kesamaan dengan cita-
cita kaum Stoa. Seorang kaum beragama wajib meniru ketenangan junjungan di
dalam setiap bagian terkecil kehidupannya: dia mesti duduk dengan
benar, berbicara perlahan, menahan diri dari kekerasan dan tertawa
terbahak-bahak, bahkan harus bersendawa dengan halus. Melalui
latihan ketenangan ini, seorang kaum beragama akan menjadi sadar akan
Ketenangan luas di dalam diri, yaitu citra junjungan yang
terpahat dalam wujud mereka sendiri. Tak ada jurang pemisah antara
junjungan dan manusia. Begitu orang kaum beragama berhasil menyesuaikan
diri dengan cita-cita junjungan , niscaya mereka akan menemukan bahwa
mereka memiliki seorang Sahabat junjungan "yang tinggal bersama di
rumah chucky , duduk bersama, dan ikut dalam seluruh usaha moral hidup chucky ."
Namun, Clement juga percaya bahwa utusan junjungan kaum beragama yaitu junjungan , "junjungan
Mahahidup yang menderita dan disembah."
Dialah yang sudah
"mencuci kaki mereka, membungkus dengan handuk," dialah "junjungan
yang tidak sombong dan Penguasa Semesta."
Jika orang kaum beragama
meneladani kaum beragama , mereka juga akan menjadi seperti junjungan : suci,
tak bisa rusak, dan tak berubah. sebetulnya , kaum beragama yaitu logos
suci yang sudah menjadi manusia "agar kalian bisa belajar dari seorang
manusia bagaimana cara menjadi junjungan ."
Di Barat, Irenaeus, Uskup
Lyons ( - ), sudah mengajarkan doktrin yang serupa. utusan junjungan kaum beragama yaitu
inkarnasi logos, akal junjungan . saat menjadi manusia, dia sudah me-
nyucikan setiap derajat perkembangan manusia dan menjadi model bagi orang kaum beragama . Mereka harus meniru dia dengan cara yang kurang
lebih sama seperti seorang aktor dipercaya menjadi satu dengan karakter
yang dia perankan, dan dengan , memenuhi potensi kemanusiaan mereka.
Clement maupun Irenaeus mengadaptasi junjungan
Yahudi ke dalam ide yang khas bagi zaman dan budaya mereka.
Meskipun anggapan itu tak banyak kesamaannya dengan junjungan para
utusan junjungan , yang terutama dicirikan oleh rasa iba dan kepeduliannya, doktrin
aphatheia Clement akan menjadi fundamental bagi anggapan kaum beragama
mengenai junjungan . Di dalam dunia Yunani, orang-orang rindu untuk
bangkit dari kekacauan emosi dan perubahan, rindu untuk meraih
keheningan supramanusiawi. Cita-cita ini tetap ada, meski dengan
segala paradoks yang melekat dalam dirinya.
Teologi Clement menyisakan beberapa pertanyaan krusial yang
tak terjawab. Bagaimana mungkin seorang manusia biasa bisa menjadi
Logos atau akal junjungan ? Apa sebetulnya makna ucapan bahwa utusan junjungan kaum beragama
itu suci? Apakah Logos sama dengan "Anak junjungan ," dan apa makna
gelar Yahudi ini di dunia Helenik? Bagaimana mungkin junjungan yang
kebal bisa menderita di dalam utusan junjungan kaum beragama ? Bagaimana mungkin orang
kaum beragama bisa percaya bahwa utusan junjungan kaum beragama yaitu wujud junjungan sementara,
pada saat yang sama, mereka menyatakan bahwa hanya ada satu
junjungan ? Orang kaum beragama jadi semakin sadar akan masalah ini selama
abad ketiga. Pada tahun-tahun pertama abad itu di Roma, seorang
Sabellius, figur yang agak samar-samar, mengatakan bahwa istjunjungan -
istjunjungan kitab , seperti "Ia", "Anak" dan "Ruh" dapat dibandingkan
topeng {personae) yang dipakai oleh aktor-aktor untuk memainkan
suatu peran dramatik dan untuk memicu suara mereka dapat didengar
oleh hadirin. junjungan Yang Esa dengan sudah memakai
personae yang berbeda saat berurusan dengan dunia. Sabellius
berhasil menarik beberapa pengikut, namun kebanyakan orang kaum beragama
keberatan atas teorinya: teori itu menyarankan bahwa junjungan yang
apofatik itu ternyata dalam pengertian tertentu sudah menderita saat
memainkan peranan Anak, ide yang mereka rasa agak sulit
untuk dapat diterima. Sungguhpun , saat Paulus dari
Samosata, Uskup Antiokhia dari tahun 6 hingga 7 , sudah menyatakan bahwa sebetulnya utusan junjungan kaum beragama yaitu seorang manusia biasa, yang di
dalam dirinya perkataan dan Hikmat junjungan menghuni sebagaimana
dalam sebuah kuil. Pandangan ini juga dianggap tidak ortodoks.
Teologi Paulus dikutuk dalam sebuah sinode di Antiokhia pada tahun
6 , meskipun dia berhasil mempertahankan keuskupannya atas
sokongan dari Ratu Zenobea di Palmira. Sungguh menjadi sangat
rumit untuk menemukan cara mengakomodasi keyakinan kaum beragama
bahwa utusan junjungan kaum beragama itu junjungan dengan kepercayaan yang sama kuatnya
bahwa junjungan itu Satu.
saat Clement meninggalkan Aleksandria pada tahun untuk
menjadi pendeta di bawah keuskupan Yerusalem, kedudukannya di
sekolah kateketik diambil alih oleh murid mudanya yang brilian,
Origen, yang pada saat itu berusia dua puluh tahun. Sebagai seorang
pemuda, Origen sudah memiliki keyakinan kuat bahwa mati sebagai
martir yaitu jalan menuju surga. Ayahnya, Leonides, mati di
arena empat tahun silam dan Origen berusaha untuk mengikuti
jejaknya. namun , ibunya menyelamatkannya dengan menyem-
bunyikan pakaiannya. Origen awalnya berkeyakinan bahwa
hidup sebagai seorang kaum beragama berarti harus berpaling dari dunia, te-
tapi kemudian dia meninggalkan pandangan ini dan mengembangkan
sebentuk Platonisme kaum beragama . Alih-alih melihat ada jurang lebar antara
junjungan dan dunia, yang hanya mungkin dijembatani oleh dislokasi
radikal melalui pengurbanan nyawa, Origen mengembangkan sebuah
teologi yang menekankan kontinuitas antara junjungan dengan dunia.
Teologinya yaitu spiritualitas yang terang, bercahaya, optimis,
dan gembira. Selangkah demi selangkah, seorang kaum beragama dapat
mendaki mata rantai itu hingga dia mencapai junjungan , unsur alamiah
dan kampung halamannya.
Sebagai seorang Platonis, Origen yakin akan keserumpunan
junjungan dan jiwa: pengetahuan mengenai yang junjungan yaitu alamiah bagi
manusia. Pengetahuan itu dapat "diingat kembali" dan dibangkitkan
melalui latihan-latihan khusus. Untuk menyesuaikan pandangan filsafat
Platoniknya dengan kitabsuci Semitik, Origen mengembangkan
sebuah metode simbolik untuk membaca kitabsuci . Dengan ,
kelahiran kaum beragama dari rahim perawan Maria pada dasarnya tidak
untuk dipahami sebagai suatu kejadian harfiah, melainkan harus dilihat
sebagai kelahiran Hikmat junjungan di dalam jiwa. Dia juga mengambil
beberapa ide kaum Gnostik. awalnya , semua wujud di
dalam dunia spiritual berkontemplasi mengenai junjungan yang sudah
mengungkapkan sendiri di dalam Logos, perkataan , dan Hikmat suci.
namun , mereka menjadi bosan dengan aktivitas kontemplasi
sempurna ini dan jatuh ke dalam dunia materi yang segera meme-
rangkap mereka. namun , tidak semuanya gagal. Jiwa berhasil
mencapai junjungan melalui perjalanan panjang yang akan terus
berlangsung sesudah kematian. Lambat laun jiwa akan meninggalkan
tubuh dan naik menjadi ruh murni. Melalui kontemplasi (theoria),
jiwa akan memperoleh pengetahuan (gnosis) mengenai junjungan , yang
akan mentransformasinya hingga, seperti yang diajarkan Plato, ia
akan menjadi suci. junjungan sangatlah misterius dan tak ada ucapan
atau teori chucky sebagai manusia yang mampu mengungkapkannya,
namun jiwa memiliki kapasitas untuk mengenai junjungan sebab ia
ikut memiliki watak kekuasaan nya. Kontemplasi mengenai Logos me-
rupakan sesuatu yang alamiah bagi chucky , sebab semua makhluk
spiritual (logikoi) pada dasarnya setara satu sama lain. saat semua
sudah gagal, hanya jiwa manusia utusan junjungan kaum beragama kaum beragama yang tetap bisa bertahan
di alam suci seraya berkontemplasi mengenai perkataan junjungan , dan jiwa
chucky sendiri setara dengan jiwanya. Kepercayaan pada kesucian ma-
nusia utusan junjungan kaum beragama hanya yaitu sebuah fase; ia akan membantu
perjalanan chucky , namun pada akhirnya akan lepas saat chucky sudah
bertemu muka langsung dengan junjungan .
Pada abad kesembilan, tempat ibadah mencela beberapa ide Origen
sebagai bid'ah. Baik Origen maupun Clement tidak percaya bahwa
junjungan sudah menciptakan alam dari ketiadaan (ex nihilo), yang dalam
perkembangan kemudian akan menjadi doktrin kaum beragama ortodoks.
Pandangan Origen mengenai kekuasaan utusan junjungan kaum beragama dan penyelamatan umat
manusia jelas tidak sejalan dengan ajaran resmi kaum beragama : dia tidak
percaya bahwa chucky sudah "diselamatkan" oleh kematian kaum beragama , namun
mempercayai bahwa chucky dapat naik menuju junjungan atas usaha chucky sendiri.
masalah nya yaitu , saat Origen dan Clement menulis dan meng-
ajarkan Platonisme kaum beragama mereka, belum ada doktrin resmi. Tak
seorang pun betul-betul mengetahui apakah junjungan sudah mencipta-
kan alam atau apakah seorang manusia bisa menjadi junjungan . Peristiwa-
peristiwa yang bergejolak pada abad keempat dan kelima membawa
pada sebuah definisi mengenai kepercayaan ortodoks hanya sesudah
melewati suatu pertarungan yang mengenaskan.
Mungkin Origen paling dikenal sebab tindakannya mengebiri
diri sendiri. Di dalam kitabsuci , utusan junjungan kaum beragama mengatakan bahwa beberapa orang
sudah mengebiri diri mereka sendiri demi Kerajaan Langit, dan Origen
menelan perkataan itu mentah-mentah. Pengebirian yaitu perilaku yang
umum di akhir zaman kuno; Origen tidak langsung menyerang diri-
nya dengan sebjunjungan pisau, keputusannya pun tidak diilhami oleh
sejenis kebencian neurotik terhadap ritual ualitas sebagaimana yang
sudah menjadi karakter sebagian teolog Barat seperti Santo Jerome
( - ). Sarjana Inggris Peter Brown memperkirakan bahwa tindakan
itu diambil sebagai usaha untuk mendemonstrasikan doktrinnya
mengenai ketidakpastian kondisi manusia, yang pasti akan ditinggal-
kan oleh jiwa. Rupanya faktor-faktor yang tak dapat diubah seperti
gender akan ditinggalkan dalam proses panjang penyucian diri, sebab
di sisi junjungan tak akan ada lelaki atau perempuan. Pada zaman saat
filosof ditandai oleh jenggotnya yang panjang (simbol kebijaksanaan),
pipi Origen yang halus dan nada suaranya yang tinggi yaitu
pemandangan yang mengherankan.
Plotinus ( 5- 7 ) sudah belajar di Aleksandria di bawah bimbingan
guru senior Origen, Ammonius Saccus, dan kemudian bergabung
dengan tentara Romawi. Dia berharap akan dikirim ke India, tempat
yang sangat ingin dipelajarinya. chucky ngnya ekspedisi itu gagal dan
Plotinus pindah ke Antiokia. Belakangan dia mendirikan sebuah
sekolah filsafat yang prestisius di Roma. chucky tidak begitu mengenal-
nya sebab dia yaitu seorang laki-laki yang sangat pendiam dan
tidak pernah bercerita mengenai dirinya sendiri, bahkan juga tidak
pernah merayakan hari ulang tahunnya sendiri. Seperti Celsus, Plo-
tinus memandang kaum beragama sebagai sebuah kredo yang sama sekali
tidak bisa diterima, namun dia berpengaruh terhadap
generasi-generasi monoteis masa depan dalam ketiga kepercayaan yang kuasa .
Oleh sebab itulah, dirasakan penting untuk mengetengahkan uraian
terperinci mengenai pandangannya mengenai junjungan . Plotinus digambar-
kan sebagai garis batas yang penting: dia sudah menyerap aliran-
aliran pemikiran utama dari 8 tahun pemikiran spekulatif Yunani
dan mentransmisikannya dalam sebuah bentuk yang mempengaruhi
tokoh-tokoh terkemuka pada abad chucky , seperti T.S. Eliot dan Henri
Bergson. Berpijak pada ide -ide Plato, Plotinus mengem-
bangkan suatu sistem yang dirancang untuk mencapai pemahaman
mengenai diri. Dia sama sekali tidak tertarik untuk menemukan pen-
jelasan ilmiah atas alam semesta atau berusaha menjelaskan asal
usul fisik kehidupan; bukannya mencari penjelasan objektif dari dunia
luar, Plotinus justru mengajak murid-muridnya untuk surut ke dalam
diri mereka sendiri dan memulai eksplorasi mereka dari kedalaman
jiwa.
Manusia sadar bahwa ada sesuatu yang tak beres dengan kondisi
mereka; mereka merasakan kejanggalan dengan diri sendiri dan orang
lain, tak terhubungkan dengan hakikat batin mereka dan kehilangan
arah. Konflik dan hilangnya kesederhanaan tampak sudah menjadi
ciri eksistensi chucky . Meskipun chucky tak henti-hentinya ber-
usaha untuk memadukan fenomena yang beragam itu dan mereduk-
sinya menjadi seperti keujunjungan yang tertata. saat secara sepintas
chucky melihat seseorang, chucky tidak hanya melihat sebuah kaki, tangan,
dan kepala, namun secara automatis chucky mengorganisasikan unsur-
unsur ini menjadi sesosok manusia utuh. Dorongan ke arah keujunjungan
ini bersifat fundamental bagi cara bekerja akal chucky dan dipercaya
Plotinus pasti juga mencerminkan esensi sesuatu secara umum. Untuk
menemukan kebenaran mendasar fakta , jiwa mesti menata ulang
dirinya, menjalani periode penyucian (katharsis) dan tenggelam dalam
kontemplasi (theoria), seperti yang disarankan Plato. Jiwa perlu
melihat melampaui kosmos, melampaui dunia indriawi, dan bahkan
melampaui keterbatasan akal untuk menyelami inti fakta . Namun
, ini bukanlah pendakian ke puncak fakta yang berada di
luar diri chucky , melainkan turun menyelam ke dalam lubuk hati. Pendek
kata, sebuah pendakian ke dalam batin.
fakta tertinggi yaitu sebuah kesatuan primal yang oleh
Plotinus dinamakan sebagai Yang Esa. Segala sesuatu meminjam eksistensi
mereka dari fakta potensial ini. sebab Yang Esa yaitu kese-
derhanaan itu sendiri, tak ada yang bisa diceritakan mengenainya:
tak ada padanya suatu kualitas yang berbeda dari esensinya, yang
dapat memungkinkan deskripsi dalam cara biasa. Dia ada begitu
saja. Akibatnya, Yang Esa itu tidak bernama: "Jika chucky berpikir positif
mengenai Yang Esa," jelas Plotinus, "kebenaran akan lebih banyak ada dalam Hening."
chucky bahkan tak bisa mengatakan bahwa
dia ada, sebab sebagai Wujud itu sendiri, dia "bukanlah sesuatu namun berbeda dari segala sesuatu."
sebetulnya , Plotinus menjelas-
kan, dia "yaitu Segala Sesuatu dan Bukan Sesuatu; dia bukanlah
salah satu dari apa yang ada, namun dia yaitu semuanya."
8
chucky akan melihatlihat bahwa persepsi ini akan menjadi sebuah
tema yang konstan dalam sejarah junjungan .
namun , Hening bukanlah keseluruhan kebenaran, kata
Plotinus, sebab chucky mampu untuk tiba pada pengetahuan tertentu
mengenai yang junjungan . yaitu mustahil jika Yang Esa itu tetap terbungkus
dalam rahasia yang tak bisa ditembus. Yang Esa mesti sudah melampaui
dirinya sendiri, melampaui Kesederhanaannya dengan tujuan men-
jadikan dirinya bisa dipahami oleh wujud-wujud tak sempurna seperti
chucky . Transendensi junjungan ini bisa digambarkan apa yang dinamakan
"ekstasi", sebab yaitu peristiwa "keluar dari diri sendiri" dalam
kebaikan murni: "Tak mencari apa-apa, tak memiliki apa-apa,
tak kehilangan apa-apa. Yang Esa itu sempurna dan, secara metaforis,
sudah melimpah, dan kelimpahannya sudah menghasilkan yang baru."
Tak ada sesuatu yang bersifat personal di dalam semua ini; Plotinus
memandang Yang Esa berada di atas semua kategori manusia, ter-
masuk kategori personalitas. Plotinus kembali ke mitos emanasi kuno
untuk menjelaskan pemancaran semua yang wujud dari Sumber yang
sangat sederhana ini, memakai beberapa analogi untuk meng-
gambarkan prosesnya: seperti pancaran sinar matahari atau panas
yang memancar dari sebuah nyala api dan semakin Anda mendekat
ke inti api itu, semakin panas terasa. Salah satu kiasan yang paling
disukai oleh Plotinus yaitu perbandingan antara Yang Esa dengan
titik pusat sebuah lingkaran, yang mengandung kemungkinan muncul-
nya seluruh lingkaran lain yang berasal darinya. Ini mirip pula dengan
efek gelombang yang ditimbulkan oleh jatuhnya sebuah batu ke
dalam kolam. Berbeda dengan pemancaran yang dijelaskan dalam
mitos seperti Enuma Elish, di mana masing-masing pasangan dewa
yang berevolusi dari pasangan lain menjadi lebih sempurna dan
efektif, yang ada dalam skema Plotinus justru kebalikannya. Se-
bagaimana dalam mitos-mitos Gnostik, semakin jauh suatu wujud
dari Yang Esa, semakin lemahlah ia.
Plotinus memandang dua emanasi pertama yang memancar dari
Yang Esa sebagai sesuatu yang berorientasi junjungan , sebab keduanya memicu
chucky mampu mengetahui dan terlibat dalam kehidupan junjungan . Bersama
dengan Yang Esa, keduanya membentuk sebuah Segitiga berorientasi junjungan
yang dalam cara tertentu mirip dengan Trinitas dalam kaum beragama . Pikiran
(nous), emanasi pertama, dalam skema Plotinus bersesuaian dengan
alam ide Plato: pikiran bisa memicu kesederhanaan Yang Esa menjadi
terpahami, namun pengetahuan di sini bersifat intuitif dan langsung.
Ia tidak dengan susah payah diperoleh melalui penelitian dan proses
penalaran, namun diserap melalui cara yang sama seperti saat indra
chucky menyerap objek-objek yang dipersepsikan. Jiwa (psyche), yang
beremanasi dari Pikiran dalam cara yang sama seperti emanasi Pikiran
dari Yang Esa, yaitu sesuatu yang sedikit lebih jauh dari
kesempurnaan, dan di tingkat ini, pengetahuan hanya dapat diperoleh
secara diskursif sehingga ia tidak memiliki simplisitas dan koherensi
absolut. Jiwa bersesuaian dengan fakta yang biasa chucky alami:
seluruh sisa eksistensi fisik dan spiritual memancar dari Jiwa, yang
memberi kepada dunia chucky semua kesatuan dan koherensi yang
dimilikinya. Lagi-lagi, mesti ditekankan bahwa Plotinus tidak membayangkan tiga serangkai Yang Esa, Pikiran, dan Jiwa ini sebagai
suatu junjungan "di luar sana". kekuasaan melingkupi seluruh eksistensi.
junjungan yaitu semua di dalam semua, dan wujud-wujud yang lebih
rendah hanya ada selama mereka menjadi bagian dalam wujud absolut Yang Esa.
Aliran emanasi ke arah luar diserap oleh gerakan kembali kepada
Yang Esa. Sebagaimana chucky tahu dari cara kerja pikiran chucky sendiri
dan dari ketidakpuasan chucky terhadap konflik dan kemajemukan,
semua wujud merindukan kesatuan; mereka rindu untuk kembali
kepada Yang Esa. Lagi, ini bukanlah pendakian menuju suatu fakta
yang ada di luar diri, melainkan jalan menurun menuju kedalaman
pikiran chucky . Jiwa mesti mengingat kembali simplisitas yang sudah
dilupakannya dan kembali kepada kesejatian dirinya. sebab semua
jiwa dihidupkan oleh fakta yang sama, kemanusiaan mungkin
dapat diperbandingkan dengan sekelompok paduan suara yang
berdiri mengelilingi seorang konduktor. Jika ada seseorang yang
melantur, maka akan timbul ketidakpaduan dan ketidakselarasan.
Namun, jika semua memperhatikan konduktor dan berkonsentrasi
kepadanya, keseluruhan komunitas akan diuntungkan sebab "mereka
akan menyanyi sebagaimana mestinya, dan sungguh-sungguh berada
bersamanya."
5
Yang Esa sangat impersonal; tidak bergender dan sama sekali
tidak menyadari chucky . pula, Pikiran (nous) secara gramatikal
yaitu maskulin dan Jiwa (psyche) yaitu feminin. Ini menunjukkan
suatu keinginan dari Plotinus sendiri untuk mempertahankan visi
kuno pagan mengenai keseimbangan dan harmoni ritual ual. Tidak seperti
junjungan kitab , Yang Esa tidak datang untuk menemui chucky dan mem-
bimbing chucky pulang. Dia tidak merindukan chucky , atau mencintai chucky ,
atau mengungkapkan dirinya kepada chucky . Dia tidak memiliki penge-
tahuan mengenai sesuatu di luar dirinya.
5
Namun , jiwa manusia
kadang tergetar dalam pengenalan memabukkan mengenai Yang Esa.
Filsafat Plotinus bukan yaitu sebuah proses berlogika, melain-
kan sebuah pencarian spiritual:
chucky di sini, demi tujuan chucky , mesti mengesampingkan segala sesuatu
yang lain dan menyediakan diri untuk Ini saja, menjadi Ini saja,
meninggalkan semua beban; chucky mesti bersegera keluar dari sini, tak
sabar akan ikatan duniawi chucky , untuk merangkul junjungan dengan
5
segenap keberadaan chucky sehingga tak ada bagian chucky yang tidak
tergantung kepada junjungan . Di sana chucky bisa melihat junjungan dan diri
chucky sendiri terungkap: diri chucky dalam kemegahan, dipenuhi cahaya
Akal, atau tepatnya, cahaya itu sendiri, murni, mengapung, terbang,
menjadi pada faktanya , yaitu junjungan .
5
junjungan ini bukanlah suatu objek asing, melainkan diri chucky yang
terbaik. la timbul "bukan dengan cara mengetahui, bukan pula dengan
Pemikiran yang menemukan wujud-wujud Akal [di dalam Pikiran
atau nous], namun melalui suatu kehadiran (parousid) yang melampaui
semua pengetahuan."
5
kaum beragama menemukan dirinya berada dalam sebuah dunia yang
didominasi ide-ide Platonis. Semenjak itu, saat para pemikir kaum beragama
mencoba menjelaskan pengalaman religius mereka sendiri, secara
alamiah mereka beralih kepada visi Neoplatonis dari Plotinus dan
pengikut-pengikut pagannya di kemudian hari. ide mengenai
pencerahan yang impersonal, di luar kategori-kategori manusia, dan
alamiah bagi kemanusiaan juga dekat dengan cita-cita Hindu dan
kaum biksu di India, tempat yang begitu ingin dipelajari Plotinus.
Dengan , meski ada beberapa perbedaan yang lebih
superfisial, ada kemiripan nyata antara monoteisme dan visi-
visi lain mengenai fakta . Tampaknya saat manusia berkontemplasi
mengenai yang mutlak, mereka tiba pada ide dan pengalaman
yang sangat mirip. Rasa kehadiran, mabuk, dan gentar dalam kehadiran
sebuah fakta yang dinamakan nirvana, Yang Esa, Brahman, atau
junjungan sepertinya yaitu keadaan pikiran dan persepsi yang
alamiah dan tak henti-hentinya dicari manusia.
Sebagian orang kaum beragama memutuskan untuk menjalin hubungan
persahabatan dengan dunia Yunani. Yang lainnya tidak menginginkan
hubungan apa pun dengan mereka. Selama masa merebaknya penyik-
saan terhadap kaum beragama di kekaisaran Romawi pada tahun 7 -an,
seorang utusan junjungan bafu bernama Montanus muncul di Phyrgia di wilayah
Turki modern, yang mengaku sebagai avatar junjungan : "Akulah junjungan
yang Mahakuasa, yang turun kepada seorang manusia," begitu pernah
diucapkannya; "Aku yaitu Ia, putra, dan Perantara." Sahabat-
sahabatnya Priscilla dan Maximilla juga memicu klaim serupa.
55
Montanisme yaitu kredo apokaliptik keras yang melukiskan
gambaran menakutkan mengenai junjungan . Para pengikutnya bukan hanya
diwajibkan berpaling dari dunia dan harus menjalani kehidupan
membujang, mereka juga diajarkan bahwa mati sebagai martir
yaitu satu-satunya jalan menuju junjungan . Kematian mereka yang
mengenaskan demi iman akan mempercepat kedatangan kaum beragama :
para martir yaitu prajurit-prajurit junjungan yang terlibat dalam pertem-
puran melawan kejahatan. Kredo yang mengerikan ini menarik hati
ekstremisme laten dalam semangat kaum beragama : Montanisme menjalar
seperti kobaran api di Phyrgia, Thrace, Siria, dan Gaul. Aliran ini
menjadi kuat secara khusus di Afrika Utara, yang penduduknya pernah
menyembah para resi yang menuntut pengurbanan manusia.
Pemujaan mereka terhadap Baal, yang mencakup pengurbanan anak
sulung, baru ditumpas oleh Kaisar pada abad kedua. Segera bid'ah
itu pun menarik bagi pribadi sekaliber Tertullian, teolog terkemuka
tempat ibadah Latin. Di Timur, Clement dan Origen mengajarkan cara yang
damai dan bahagia untuk kembali kepada junjungan , namun di tempat ibadah
Barat ada junjungan yang lebih menakutkan yang menuntut kematian
tragis sebagai syarat kesetiaan. Pada tahapan ini, kaum beragama yaitu
kepercayaan yang berjuang untuk tumbuh di Eropa Barat dan Afrika Utara,
dan sejak awal sudah ada kecenderungan ke arah ekstremisme
dan kekerasan.
namun , kaum beragama di Timur sedang memicu langkah besar,
dan menjadi salah satu kepercayaan terpenting di kekaisaran Romawi pada
tahun 5. Orang-orang kaum beragama kini berbicara mengenai sebuah tempat ibadah
Agung dengan satu aturan loyalitas yang jauh dari sikap ekstrem
dan eksentrik. Para teolog ortodoks ini sudah meninggalkan visi-visi
pesimistik kaum Gnostik, Marcionis, dan Montanisme, dan mengambil
jalan tengah. kaum beragama menjadi kredo perkotaan yang menghindari
kompleksitas kultus-kultus misteri dan aksetisme yang tidak fleksibel.
la mulai memikat orang-orang berkecerdasan tinggi yang mampu
mengembangkan loyalitas dalam garis yang bisa dipahami oleh
dunia Yunani-Romawi. kepercayaan baru itu juga memikat kaum wanita:
kitabsuci nya mengajarkan bahwa di dalam kaum beragama tak ada istjunjungan
lelaki atau perempuan dan mengajarkan agar kaum pria menghargai
istri-istri mereka sebagaimana kaum beragama menghargai tempat ibadah nya. kaum beragama
memiliki semua keuntungan yang dahulu pernah memicu Yudaisme
menjadi sebuah loyalitas yang menarik, dikurangi keharusan
bersunat dan Hukum yang terasa asing. Orang-orang pagan terkesan
oleh sistem kesejahteraan yang dikembangkan tempat ibadah -tempat ibadah dan sikap
kasihsayang yang diamalkan orang kaum beragama satu sama lain. Dalam
perjuangan panjangnya untuk selamat dari penyiksaan dari luar dan
perselisihan dari dalam, tempat ibadah juga sudah mengembangkan organisasi
yang efisien, yang memicu nya nyaris seperti mikrokosmos ke-
kaisaran itu sendiri: multirasial, meluas, internasional, ekumenikal,
dan dijalankan oleh birokrasi yang efisien.
Begitu ia menjadi sebuah kekuatan bagi stabilitas dan memikat
Kaisar Konstantin, yang menjadi penganut kaum beragama sesudah pertempuran
di Jembatan Milvian pada tahun , kaum beragama dilegalisasi pada tahun
berikutnya. Orang kaum beragama kini bisa memiliki rumah, bebas beribadah,
dan memberi sumbangsih yang nyata bagi kehidupan warga .
Meskipun paganisme masih berkembang selama dua abad berikutnya,
kaum beragama menjadi kepercayaan resmi kerajaan dan mulai menarik minat
pengikut-pengikut baru yang datang bergabung ke tempat ibadah demi
memperoleh kesejahteraan material. Tak lama kemudian tempat ibadah
yang mengawali kehidupan sebagai sebuah sekte terlarang yang
memohon toleransi juga menuntut kesesuaian dengan hukum dan
kredonya sendiri. Alasan kemenangan kaum beragama tidak jelas; namun pasti
ia tidak akan berhasil tanpa dukungan kekaisaran Romawi, meskipun
ini juga tak pelak memicu masalah sendiri. Pada puncaknya
yaitu kepercayaan yang selalu dirundung malang, kaum beragama tak pernah
benar-benar tiba pada suatu masa keemasan. Salah satu masalah
utama yang mesti dipecahkannya yaitu doktrin mengenai junjungan : tak
lama sesudah Konstantin membawa kedamaian kepada tempat ibadah , bahaya
baru pun muncul dari dalam yang memecah kaum beragama menjadi kubu-
kubu yang saling bermusuhan.
sekitar tahun , gairah teologis yang membara merasuki
tempat ibadah -tempat ibadah di Mesir, Siria, dan Asia kecil. Para pelaut dan
pelancong melantunkan senandung masyhur yang menyata-
kan junjungan yang sejati hanyalah sang Ia, yang tidak dapat dijangkau
dan unik, namun sang Putra tidaklah abadi dan bukannya tidak
diciptakan, sebab dia memperoleh kehidupan dan wujud dari sang
Ia. chucky mendengar mengenai penjaga tempat pemandian yang men-
ceramahi para pengunjung bahwa sang Putra berasal dari ketiadaan;
mengenai seorang penukar uang yang, saat ditanya mengenai nilai
tukar, malah memberi pengantar jawabannya dengan uraian panjang
mengenai perbedaan antara tatanan yang diciptakan dengan junjungan
yang tidak diciptakan; juga seorang tukang roti yang memberitahukan
pelanggannya bahwa Ia lebih agung dibanding sang Putra. Mereka
mendiskusikan masalah pelik ini dengan semangat yang sama
seperti orang-orang memperbincangkan sepakbola di masa sekarang.
Kontroversi ini disulut oleh Arius, seorang pemuka tempat ibadah yang
tampan dan karismatik dari Aleksandria, yang memiliki suara lembut,
menawan, dan wajah yang sangat melankolis. Dia melemparkan
sebuah tantangan yang oleh uskupnya, Aleksander, tidak mungkin
diabaikan, namun akan lebih sulit lagi untuk dijawab: bagaimana
mungkin utusan junjungan kaum beragama kaum beragama menjadi junjungan dalam cara yang sama dengan
junjungan Ia? Arius tidak menyangkal kejunjungan an kaum beragama ; bahkan, dia
menyebut utusan junjungan kaum beragama "junjungan kuat" dan "junjungan sepenuhnya,"
namun
percaya mempercayai dia itu berorientasi junjungan secara hakikinya
yaitu suatu penghujatan: utusan junjungan kaum beragama sendiri secara khusus sudah
mengatakan bahwa junjungan Ia itu lebih agung dibanding dirinya.
Aleksander dan asistennya yang brilian, Athanasius, segera menyadari
bahwa ini tidak lebih dari pernik-pernik teologis semata. Arius sudah
mengajukan masalah vital menyangkut hakikat junjungan . Sementara
itu, Arius, seorang propagandis yang mahir, sudah meramu ide nya
ke dalam bentuk yang populer, dan tak lama kemudian kaum awam
pun memperdebatkan isu tersebut dengan tak kalah hangatnya
dibandingkan uskup-uskup mereka.
Kontroversi itu menjadi begitu memanas sehingga Kaisar Kons-
tantin sendiri turun tangan dan mengimbau penyelenggaraan sebuah
sinode di Nicaea, di area Turki modern, Untuk membahas masalah
ini. Pada masa sekarang, nama Arius menjadi kata lain untuk bid'ah,
namun pada saat konflik itu merebak belum ada posisi ortodoks yang
resmi dan sama sekali tak bisa dipastikan mengapa, atau bahkan
apakah, Arius salah. Sebetulnya tak ada yang baru dalam klaimnya:
Origen, orang yang dihormati oleh kedua pihak yang berseberangan,
pernah mengajarkan doktrin yang mirip. namun , iklim intelektual
di Aleksandria sudah berubah sejak masa Origen dan orang-orang
tidak lagi yakin bahwa junjungan Plato dapat berhasil disandingkan
dengan junjungan kitabsuci . Arius, Aleksander, dan Athanasius, contohnya,
mempercayai sebuah doktrin yang pasti mengejutkan setiap orang
yang penganut Platonis: mereka beranggapan bahwa junjungan sudah
menciptakan alam dari ketiadaan (ex nihilo) dengan mendasarkan
pendapat mereka pada kitabsuci . Pada faktanya , kitab Kejadian
tidak memuat klaim seperti ini. Penulis tradisi Para Imam pernah
menyiratkan bahwa junjungan sudah menciptakan alam dari kekacauan
primordial, namun ajaran bahwa junjungan menghadirkan seluruh alam
dari sebuah kehampaan absolut sepenuhnya yaitu pendapat
yang baru. ide ini asing bagi pemikiran Yunani dan tak pernah
diajarkan oleh para teolog seperti Clement dan Origen, yang
berpegang pada skema emanasi Platonis. Namun pada abad keempat,
orang kaum beragama mulai sependapat dengan kaum Gnostis bahwa dunia
ini secara inheren rentan, tak sempurna, dan terpisah dari junjungan
oleh suatu jurang yang sangat lebar. Doktrin baru penciptaan ex
nihilo ini menekankan pandangan mengenai kosmos yang pada
dasarnya lemah dan sepenuhnya bergantung kepada junjungan untuk
mewujud dan hidup. junjungan dan kemanusiaan tak lagi serumpun,
sebagaimana dalam pemikiran Yunani. junjungan menciptakan setiap
satu wujud dari ketiadaan tak bertepi, dan kapan pun dia bisa menarik
kembali tangannya yang memberi sokongan. Tak ada lagi mata rantai
wujud yang secara abadi beremanasi dari junjungan . Tak ada lagi perantara
alam wujud-wujud spiritual yang mengalirkan kekuatan mana junjungan
kepada dunia. Manusia tak dapat lagi mendaki mata rantai wujud
menuju junjungan dengan usaha mereka sendiri. Hanya junjungan , yang
sudah menarik mereka dari ketiadaan awalnya dan menjaga
mereka agar terus mewujud, yang bisa menjamin keselamatan abadi
mereka.
Orang kaum beragama mengetahui bahwa utusan junjungan kaum beragama kaum beragama sudah menye-
lamatkan mereka melalui kematian dan kebangkitan nya; mereka sudah
diselamatkan dari kebinasaan dan pada suatu masa akan ikut dalam
eksistensi junjungan , yang Ada dan Hidup dengan sendirinya. Lewat
suatu cara kaum beragama sudah memicu mereka mampu menyeberangi
jurang lebar yang memisahkan junjungan dari manusia. Pertanyaannya
yaitu , bagaimana cara dia melakukan hal itu? Pada sisi mana dari
Jurang Lebar itu dia berada? Kini tak ada lagi Pleroma, tempat yang
berisikan para perantara dan aeon-aeon. Apakah kaum beragama , sang perkataan ,
tergolong ke dalam alam suci (yang kini yaitu wilayah junjungan
sendirian) atau tergolong ke dalam tatanan ciptaan yang rentan. Arius
dan Athanasius meletakkannya pada sisi yang berseberangan:
Athanasius pada alam suci sedangkan Arius memilih tatanan makhluk.
Arius bermaksud menekankan perbedaan esensial antara junjungan
yang unik dengan semua makhluk ciptaannya. Seperti tertulis dalam
suratnya kepada Uskup Aleksander, junjungan yaitu "satu-satunya yang
tidak memperanakkan, satu-satunya yang abadi, satu-satunya yang
tak berawal, satu-satunya kebenaran, satu-satunya yang memiliki
keabadian, satu-satunya yang bijak, satu-satunya yang baik, dan satu-
satunya yang kuasa."
Arius menguasai isi kitabsuci dengan baik
dan dia mempersenjatai argumennya dengan teks-teks kitabsuci
untuk mendukung klaimnya bahwa kaum beragama sang perkataan tak lain yaitu
makhluk seperti chucky semua. Sebuah ayat kunci yaitu deskripsi
mengenai Hikmat suci dalam kitab Amsal, yang menyatakan secara
eksplisit bahwa junjungan sudah menciptakan Hikmat sejak dahulu kala.
Teks itu juga menyatakan bahwa Hikmat yaitu sarana
penciptaan, sebuah ide yang diulang lagi dalam prolog kitabsuci
Yohanes. perkataan itu sudah ada bersama yang kuasa sejak semula: segala sesuatu dijadikan oleh Dia, Dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang sudah jadi.
Logos yaitu instrumen yang dipakai junjungan untuk
memicu segala ciptaan menjadi ada. Oleh sebab itu, ia sepenuhnya
berbeda dari wujud-wujud lain dan memiliki status sangat tinggi.
Namun sebab diciptakan oleh junjungan , logos secara esensial berbeda
dari junjungan itu sendiri.
Yohanes mempertegas bahwa utusan junjungan kaum beragama yaitu logos; dia juga
mengatakan bahwa logos itu yaitu yang kuasa .
6
Sungguhpun ,
menurut Arius, utusan junjungan kaum beragama bukanlah junjungan dalam hakikatnya, namun
diangkat junjungan ke status berorientasi junjungan . Dia berbeda dengan chucky semua
sebab junjungan sudah menciptakannya secara langsung sedangkan
makhluk-makhluk lain diciptakan melalui dia. junjungan sudah mengetahui
bahwa jika logos menjadi manusia, dia akan mematuhi junjungan secara
sempurna. Oleh sebab itu, junjungan sudah , bisa dikatakan ,
menganugerahkan kesucian kepada utusan junjungan kaum beragama sejak semula. namun ,
kesucian utusan junjungan kaum beragama bukanlah alamiah baginya: itu hanyalah sebuah
pemberian atau karunia. Lagi-lagi, Arius dapat menampilkan banyak
teks yang tampaknya menopang pandangan ini. Kenyataan bahwa
utusan junjungan kaum beragama sudah menyebut yang kuasa sebagai "Ia-"nya mengimplikasikan
sebuah perbedaan; keIakan pada dasarnya menyiratkan eksistensi
yang lebih dahulu dan menunjukkan superioritas terhadap anak.
Arius juga mengetengahkan ayat-ayat kitab yang menekankan
kerendahan hati dan kerentanan kaum beragama .
Arius tak bermaksud merendahkan utusan junjungan kaum beragama , sebagaimana dituduh-
kan oleh musuh-musuhnya. Dia memiliki pandangan luhur mengenai
keutamaan dan kerelaan pengurbanan utusan junjungan kaum beragama , yang dipercaya menjadi
jaminan keselamatan manusia. junjungan Arius menyerupai junjungan para
filosof Yunani, yang jauh dan sangat transenden terhadap dunia;
sebab itu pula dia menganut teori Yunani mengenai penyelamatan.
Kaum Stoa, contohnya, selalu mengajarkan bahwa yaitu mungkin
bagi manusia yang baik untuk menjadi kudus. Ini juga yaitu
hal yang esensial dalam pandangan Platonis. Arius secara antusias
percaya bahwa orang kaum beragama sudah diselamatkan dan dijadikan suci,
ikut memiliki hakikat junjungan . Ini hanya mungkin sebab utusan junjungan kaum beragama sudah
merintiskan sebuah jalan bagi manusia. Dia sudah menjalani kehidupan
seorang manusia sempurna; dia sudah mematuhi yang kuasa bahkan hingga
kematian di kayu salib; seperti dikatakan oleh Paulus, yaitu sebab
58
kepajunjungan nya hingga mati maka yang kuasa sangat meninggikannya dan
mengaruniakan kepadanya gelar junjungan (kyrios).
7
Andaikata utusan junjungan kaum beragama
bukan seorang manusia, takkan ada harapan buat chucky . Tak ada yang
bisa chucky teladani dari hidupnya jika dia memang yaitu junjungan secara
hakiki. Justru dengan merenungkan kehidupan kaum beragama yang sarat
dengan nilai-nilai kepajunjungan seorang anak maka orang kaum beragama dapat
menjadikan diri mereka pun berorientasi junjungan . Dengan meneladani kaum beragama ,
makhluk yang sempuma, mereka juga bisa menjadi "makhluk ciptaan
yang kuasa dengan kesempurnaan yang tak dapat diubah dan tak dapat
berubah."
8
Namun, Athanasius memiliki pandangan yang kurang optimis
terhadap kapasitas manusia di hadapan junjungan . Dia memandang
kemanusiaan secara inheren yaitu sesuatu yang rapuh: chucky
berasal dari ketiadaan dan akan kembali ke dalam ketiadaan jika chucky
berdosa. Oleh sebab itu, saat merenungkan makhluknya, junjungan ,
melihat bahwa seluruh alam ciptaan, jika dibiarkan berjalan dengan
sendirinya, akan berubah dan bisa mengalami kehancuran. Untuk
mencegah ini dan menjaga agar alam semesta tidak kembali menjadi
tiada, dia ciptakan segala sesuatu dengan logos-nya sendiri yang abadi
dan mengaruniakan wujud kepada ciptaan.
9
Hanya dengan cara turut serta dalam junjungan , melalui logos-nya.,
manusia bisa terhindar dari ketiadaan sebab junjungan sajalah yang
yaitu Wujud sempurna. Jika logos pun yaitu makhluk
biasa, dia tak akan mampu menyelamatkan manusia dari kebinasaan.
Logos dibuat menjadi daging untuk memberi hidup kepada chucky . Dia
sudah turun ke alam manusia yang tidak abadi untuk memberi chucky
bagian dalam ketidakberubahan dan keabadian junjungan . Namun,
pembebasan ini mustahil adanya jika logos sendiri yaitu makhluk
rentan, yang juga dapat jatuh ke dalam ketiadaan. Hanya dia yang
sudah menciptakan dunialah yang mampu menyelamatkannya, dan
itu berarti bahwa kaum beragama , logos yang mendaging, pastjunjungan berhakikat
sama dengan junjungan Ia. Sebagaimana dikatakan Athanasius, perkataan
dibuat menjadi manusia dengan tujuan agar chucky bisa menjadi kudus.
saat para uskup berkumpul di Nicaea pada Mei 5, untuk
mengatasi krisis ini, sedikit sekali yang mendukung pandangan Atha-
nasius mengenai kaum beragama . Kebanyakannya berpegang pada posisi mene-
ngah antara Athanasius dan Arius. Meskipun , Athanasius
59
berhasil mendesakkan teologinya kepada para delegasi dan, di bawah
ancaman kaisar, hanya Arius dan dua orang sahabatnya yang berani
menolak untuk menyetujui Kredo Athanasius. Dengan ini maka creatio
ex nihilo pun menjadi doktrin resmi kaum beragama untuk pertama kalinya,
menegaskan bahwa kaum beragama bukanlah sekadar makhluk atau aeon.
Sang Pencipta dan Penebus itu yaitu satu.
Kami beroyalitas kepada yang kuasa Yang Esa,
junjungan Ia yang Mahakuasa,
pencipta segala sesuatu, yang dapat dilihat dan tak dapat dilihat,
dan kepada satu junjungan , utusan junjungan kaum beragama kaum beragama ,
Anak yang kuasa ,
satu-satunya anak junjungan Ia,
yang berasal dari substansi (ousid) junjungan Ia,
junjungan dari junjungan ,
cahaya dari cahaya,
junjungan sejati dari junjungan sejati,
diperanakkan, tidak diciptakan
dari satu substansi (homoousion) dengan junjungan Ia,
yang melaluinya segala sesuatu diciptakan,
segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi,
yang demi chucky dan keselamatan chucky ,
turun dan dijadikan manusia,
yang menderita, bangkit kembali pada hari ketiga,
naik ke langit
dan akan datang untuk menjadi hakim bagi yang hidup dan yang mati
dan kami beroyalitas kepada Roh Kudus.
Tercapainya kesepakatan itu menyenangkan hati Konstantin yang
tidak memiliki pemahaman mengenai isu-isu teologis. namun , sebetulnya
tidak ada sebuah kesepakatan pun di Nicaea. Sesudah konsili itu,
para uskup terus mengajar sebagaimana biasanya, dan krisis Arian
pun terus berlanjut selama enam puluh tahun berikutnya. Arius dan
pengikutnya terus melawan dan berhasil memperoleh dukungan
kekaisaran. Athanasius diasingkan tak kurang dari lima kali. Sangat
sulit untuk memegang kredonya. Khususnya, istjunjungan homoousion
(secara harfiah berarti "dibuat dari bahan yang sama") sangat
kontroversial sebab tidak berlandaskan kitabsuci dan memiliki
asosiasi materialistik. Dua uang logam, contohnya, bisa dikatakan
homoousion sebab keduanya dibuat dari substansi yang sama.
6
Lebih jauh lagi, kredo Athanasius memicu banyak per-
tanyaan penting. Dinyatakannya bahwa utusan junjungan kaum beragama itu berorientasi junjungan , namun tidak
dijelaskan bagaimana logos bisa berasal "dari bahan yang sama"
dengan junjungan Ia tanpa menjadi junjungan kedua. Pada tahun 9,
Marcellus, Uskup Ankira teman setia dan kolega Athanasius, yang
bahkan pernah ikut ke pengasingan bersamanya suatu kali berpen-
dapat bahwa logos tidak mungkin yaitu sebuah wujud suci
yang abadi. la hanyalah sebuah kualitas atau potensi yang inheren
di dalam junjungan : secara apa adanya, rumose n Nicene dapat dituduh
sebagai triteisme, kepercayaan bahwa ada tiga junjungan : junjungan Ia,
Putra, dan Roh Kudus. Sebagai pengganti homoousion yang kontro-
versial, Marcellus mengusulkan istjunjungan yang kompromistis, yaitu
homoiousion, dari hakikat yang sama atau serupa. Perdebatan yang
berliku-liku ini sering menjadi bahan olok-olok, terutama oleh Gibbon,
yang merasa yaitu tak masuk akal jika kesatuan kaum beragama mesti ter-
ancam hanya oleh sebuah diftong. namun , yang menarik yaitu
kegigihan yang terus dipertahankan oleh orang kaum beragama terhadap
perasaan mereka bahwa kekuasaan utusan junjungan kaum beragama yaitu hal yang esen-
sial, meski sangat sulit untuk merumuskannya dalam terma-terma
yang nyata Seperti Marcellus, banyak orang kaum beragama merasa
terusik oleh ancaman terhadap kesatuan junjungan . Marcellus kelihatan-
nya percaya bahwa logos hanyalah sebuah fase sementara: ia mun-
cul dari junjungan pada saat penciptaan, berinkarnasi dalam diri utusan junjungan kaum beragama
dan, saat penebusan sudah sempurna, ia akan kembali larut ke
dalam alam suci. Dengan , junjungan Yang Esa tetap mencakup
segalanya.
Akhirnya, Athanasius mampu meyakinkan Marcellus dan para
pengikutnya bahwa mereka mesti menggalang kekuatan, sebab
mereka memiliki lebih banyak kesamaan dibanding dengan sekte
Arius. Dengan , siapa yang mengatakan bahwa logos
berhakikat sama dengan junjungan Ia dan yang mengatakan bahwa
ia berhakikat mirip dengan junjungan Ia yaitu "bersaudara, yang
memaksudkan apa yang chucky maksudkan dan hanya berselisih dalam soal terminologi."
Yang jadi prioritas seharusnya yaitu menentang
Arius, yang menyatakan bahwa sang Putra secara keseluruhan berbeda
dari junjungan dan secara mendasar memiliki hakikat yang berbeda.
Bagi orang luar, tak pelak lagi bahwa argumen-argumen teologis
seperti ini tampak hanya membuang-buang waktu saja: toh tak
ada pihak yang mungkin memberi bukti secara definitif, dengan
cara apa pun, dan perselisihan itu sendiri justru terbukti sudah memecah
belah. namun , bagi orang yang terlibat di dalamnya, ini bukanlah
perdebatan yang kering, namun menyangkut esensi pengalaman
kaum beragama . Arius, Athanasius, dan Marcellus yakin bahwa sesuatu yang
baru sudah menyusup ke dunia bersama utusan junjungan kaum beragama , dan mereka berusaha
untuk mengartikulasikan pengalaman ini ke dalam simbol-simbol
teori tual untuk menjelaskannya kepada diri mereka sendiri dan
kepada orang lain. Kata-kata itu sendiri hanya mungkin bersifat
simbolik, sebab fakta yang ingin mereka tunjukkan memang tak
terucapkan. Namun chucky ngnya, sebuah intoleransi dogmatik sudah
merayap ke dalam kepercayaan kaum beragama , yang akhirnya menetapkan peng-
adopsian simbol-simbol yang "benar" atau ortodoks sebagai sesuatu
yang penting dan wajib. Obsesi doktrinal ini, yang khas bagi kaum beragama ,
dapat dengan mudah menggiring kepada pencampuradukan simbol
manusia dengan fakta junjungan . kaum beragama sudah selalu yaitu
sebuah loyalitas yang bersifat paradoks: pengalaman kepercayaan
generasi awal kaum beragama yang kuat sudah mengalahkan keberatan ideo-
logis mereka terhadap skandal seorang Mesias yang disalib. Kini di
Nicaea, tempat ibadah sudah memilih paradoks Inkarnasi, meskipun dengan
ketidaksesuaiannya yang terang-terangan dengan monoteisme.
Dalam karyanya yang berjudul Life of Anthony, mengenai seorang
asketik padang pasir yang masyhur, Athanasius berusaha memper-
lihatkan bagaimana doktrin barunya akan berpengaruh terhadap
spiritualitas kaum beragama . Antonius, yang dikenal sebagai Iak monastisis-
me, sudah menjalani kehidupan yang penuh keagar supaya n di padang
sahara Mesir. Dalam The Sayings of The Fathers, sebuah antologi
anonim mengenai ujar-ujar para pendeta padang pasir, dia ditampilkan
sebagai manusia biasa yang rentan, terusik juga oleh rasa bosan, ikut
menderita sebab problem-problem kemanusiaan, dan memberi
nasihat langsung yang sederhana. namun , dalam biografinya,
Athanasius menghadirkan Antonius dengan cara yang sepenuhnya
berbeda. contohnya, dia berubah menjadi tokoh yang sangat keras me-
nentang Arianisme; dia sudah mulai mencicipi pengangkatannya ke
status berorientasi junjungan di masa depan, sebab berhasil meraih apatheia junjungan
hingga tingkat yang cukup tinggi. saat , contohnya, dia bangkit dari
pusara tempat dia menghabiskan waktu selama dua puluh tahun untuk
bertarung melawan setan-setan, Athanasius mengatakan bahwa tubuh
Antonius tidak menunjukan tanda-tanda menua. Dia yaitu seorang
kaum beragama yang sempurna, yang ketenangannya sudah membedakannya
dari manusia lain: "jiwanya tak terusik, dan dengan penampilan luarnya tampak damai."
Dia sudah dengan sempurna meneladani kaum beragama : seperti logos yang sudah mendaging, turun ke dunia
fana dan memerangi kekuatan jahat, Antonius pun turun ke tempat-
tempat hunian setan. Athanasius tak pernah menyebutkan kontemplasi,
yang oleh kaum Platonis kaum beragama , seperti Clement atau Origen diang-
gap sebagai sarana menuju kejunjungan an dan pensucian. Makhluk yang
tak abadi tidak lagi dipandang mungkin untuk naik ke hadirat junjungan
melalui kontemplasi dengan memakai kekuatan alamiah mereka
sendiri. Alih-alih, orang kaum beragama harus meniru turunnya perkataan yang
mendaging ke dalam alam material yang fana.
namun , orang-orang kaum beragama masih kebingungan: Jika hanya
ada satu junjungan , bagaimana bisa logos itu juga menjadi junjungan ? Akhirnya
tiga teolog terkemuka dari Kapadokia di Turki Timur muncul dengan
sebuah solusi yang memuaskan bagi tempat ibadah Ortodoks Timur. Mereka
yaitu Basil, Uskup Caesarea (kl. 9-79), adiknya Gregory, Uskup
Nyssa ( 5-95), dan sahabatnya Gregory dari Nazianzus ( 9-9 ).
Kapadokian, begitu mereka sering dinamakan , yaitu orang-orang yang
sangat spiritualis. Mereka sangat gandrung akan spekulasi dan filsafat,
namun berkeyakinan bahwa hanya pengalaman kepercayaan lah yang
mampu memberi kunci pemecahan atas masalah -masalah
kejunjungan an. Dengan latar belakang filsafat Yunani yang kuat, mereka
semua sadar akan perbedaan penting antara kandungan kebenaran
faktual dengan aspek-aspeknya yang lebih sukar dipahami. Kaum
rasionalis Yunani terdahulu sudah memberi perhatian kepada masalah
ini: Plato sudah mempermengenai kan filsafat (yang diungkapkan lewat
istjunjungan -istjunjungan logika dan dengan dapat dibuktikan) dengan
ajaran-ajaran yang tak kalah pentingnya yang diwarisi melalui mitologi,
yang mengelak dari pembuktian ilmiah. chucky sudah melihatlihat
bahwa Aristoteles sudah memicu pembedaan serupa saat menga-
takan bahwa orang-orang mendatangi misteri kepercayaan -kepercayaan bukan
untuk mempelajari (matbein) sesuatu, melainkan untuk mengalami
(pathein) sesuatu. Basil mengungkapkan pandangan yang sama dalam
pengertian Kristiani saat dia membedakan antara dogma dan
kerygma. Kedua ajaran Kristiani ini esensial bagi kepercayaan . Kerygma
yaitu pengajaran umum tempat ibadah yang didasarkan pada kitab kitab suci
namun dogma mewakili makna kebenaran kitab yang lebih dalam,
yang hanya dapat dipahami melalui pengalaman kepercayaan dan
diungkapkan dalam bentuk simbolik. Di samping pesan-pesan kitabsuci
yang jelas, ada tradisi rahasia dan esoterik yang diwarisi "dalam
sebuah misteri" dari para rasul; ini yaitu "pengajaran yang
pribadi dan rahasia,"
yang sudah diabadikan Ia-Ia suci chucky dalam keheningan yang
menjauhkan kecemasan dan keingintahuan... agar dengan keheningan
ini karakter suci misteri itu tetap terjaga. Orang awam tidak diizinkan
untuk berpegang pada hal-hal seperti ini: maknanya tidak boleh
diungkap dengan cara menuliskannya.
Di balik simbol-simbol liturgikal dan ajaran-ajaran utusan junjungan kaum beragama yang
jelas, ada dogma rahasia yang ditujukan bagi tingkat pemahaman
iman yang lebih lanjut.
Pembedaan antara kebenaran esoterik dan eksoterik yaitu
hal yang sangat penting dalam sejarah junjungan . Ini tidak terbatas kepada
kaum beragama Yunani, orang Yahudi dan Muslim juga mengembangkan tradisi
esoterik. ide mengenai adanya doktrin "rahasia" tidak dimaksudkan
untuk memjunjungan -mjunjungan orang. Basil tidaklah berbicara mengenai bentuk
awal Freemansory. Dia sekadar mengetengahkan imbauan untuk
memose tkan perhatian kepada fakta bahwa tidak semua kebenaran
kepercayaan bisa diungkapkan dan didefinisikan dengan jelas dan logis.
Beberapa ajaran kepercayaan memiliki resonansi batin yang hanya mungkin
dipahami oleh setiap individu pada waktunya masing-masing saat
melakukan apa yang oleh Plato dinamakan theoria, kontemplasi. sebab
semua kepercayaan diarahkan kepada fakta tak terucapkan yang melam-
paui teori dan kategori rasional, maka ucapan pun jadi membatasi
dan membingungkan. Jika mereka tidak "melihat" kebenaran ini
dengan mata batin, orang yang belum sangat berpengalaman bisa
jadi akan memperoleh ide yang keliru. Oleh sebab itu, di
samping makna harfiahnya, kitabsuci juga memiliki signifikansi
spiritual yang tidak selalu mungkin diartikulasikan. biksu juga sudah
menyatakan bahwa ada pertanyaan yang "tidak memadai" dan tidak
layak buat dijawab, sebab pertanyaan itu merujuk kepada fakta
yang berada di luar jangkauan kata-kata. Anda hanya dapat menemu-
kannya dengan menjalani teknik kontemplasi introspektif: dalam
pengertian tertentu Anda harus menciptakannya bagi diri Anda sendiri.
usaha menggambarkannya dalam kata-kata akan tak kurang sulitnya
dengan uraian verbal atas salah satu kuartet terakhir Beethoven. Se-
bagaimana dikatakan Basil, fakta kepercayaan yang licin ini hanya
mungkin didekati dengan isyarat liturgi yang simbolik atau, akan
lebih baik, dengan diam.
kaum beragama Barat akan menjadi sebuah kepercayaan sangat riuh berbicara
dan memose tkan diri pada kerygma:. ini akan menjadi salah satu
masalah terbesarnya dalam soal kejunjungan an. namun , dalam tempat ibadah
Ortodoks Yunani, semua teologi yang baik akan mengambil sikap
diam atau apofatik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Gregory dari
Nyssa, setiap teori mengenai junjungan hanyalah sebuah simulakrum,
kemiripan yang menyesatkan, sebuah berhala: ia tak bisa mengung-
kapkan junjungan itu sendiri.
Orang kaum beragama harus menjadi seperti
Abraham, yang, dalam sejarah hidupnya versi Gregory, menyingkirkan
semua ide mengenai junjungan dan berpegang teguh pada sebuah
loyalitas yang "murni dan tidak bercampur dengan teori apa
pun."
Dalam Life of Moses, Gregory menekankan bahwa "visi sejati
dan pengetahuan mengenai apa yang chucky cari justru ada pada
sikap tidak melihat, dalam kesadaran bahwa tujuan chucky melampaui
semua pengetahuan dan terpisah dari chucky oleh kegelapan ketidak-
tahuan."
chucky tak dapat "melihat" junjungan secara intelektual, namun
seandainya chucky membiarkan diri chucky terbungkus dalam kabut yang
pernah turun di Gunung Sinai, chucky akan merasakan kehadirannya.
Basil memakai perbedaan yang sudah dibuat oleh Philo antara
esensi (ousia) dan aktivitas (energeiai) junjungan di dunia: "chucky mengenal
junjungan chucky hanya melalui perbuatannya (energeiai), namun chucky tak
berdaya untuk mendekati esensinya."
9
inilah kata kunci dari semua
teologi masa depan di tempat ibadah Timur.
Kapadokian juga ingin sekali untuk mengembangkan ajaran
mengenai Roh Kudus, yang mereka rasakan tidak ditelaah secara
sungguh-sungguh di Nicaea: "Dan kami beroyalitas kepada Roh Kudus"
kelihatannya hanya ditambahkan begitu saja kepada kredo Athanasius.
Orang-orang kebingungan mengenai Roh Kudus. Apakah ia bersinonim
dengan junjungan atau yaitu sesuatu yang lebih? "Ada yang
memahami [Roh itu] sebagai sebuah aktivitas," ujar Gregory dari
Nazianzus, "ada pula sebagai makhluk, sebagai junjungan , dan sebagian
lagi tak yakin harus menyebutnya apa."
Paulus berbicara mengenai
Roh Kudus sebagai usaha pembaruan, penciptaan, dan penyucian,
namun aktivitas-aktivitas ini hanya mungkin dikerjakan oleh junjungan .
Oleh sebab itu, akibatnya, Roh Kudus, yang kehadirannya di dalam
diri chucky dipandang sebagai penyelamat chucky , pastjunjungan berorientasi junjungan dan
bukan sekadar makhluk ciptaan. Kapadokian memakai rumose n
65
yang pernah dipakai Athanasius dalam perselisihannya dengan Arius:
junjungan memiliki satu esensi (ousia) yang tak dapat chucky pahami
namun tiga bentuk ekspresi (hypostases) yang memicu dia diketahui.
Alih-alih mengawali penjelasan mereka mengenai junjungan dengan
ousia-nya yang tak dapat dikenali, Kapadokian memulai dengan
pengalaman manusia mengenai hypostases junjungan . sebab ousia junjungan
itu tak terpahamkan, maka chucky hanya dapat mengenalnya melalui
manifestasi-manifestasi yang sudah dianugerahkan kepada chucky sebagai
Ia, Putra, dan Roh. Namun , ini tidak berarti bahwa
Kapadokian percaya kepada tiga wujud junjungan , sebagaimana dibayang-
kan oleh para teolog Barat. Kata hypostasis membingungkan bagi
kebanyakan orang yang tidak mengenal bahasa Yunani, sebab kata
itu memiliki banyak makna: sebagian sarjana Latin, seperti St. Jerome
percaya bahwa kata hypostasis memiliki arti yang sama dengan ousia
dan berpikir bahwa orang-orang Yunani mempercayai adanya tiga
esensi junjungan . Namun, Kapadokian menegaskan ada satu perbedaan
penting antara ousia dengan hypostasis yang harus betul-betul diingat.
Ousia sebuah objek yaitu yang menjadikan objek itu sebagaimana
adanya; ousia biasanya diterapkan pada objek sebagaimana adanya
di dalam dirinya sendiri. Sedangkan hypostasis dipakai untuk meng-
ungkapkan suatu objek dilihat dari luar. kadang , Kapadokian
suka memakai kata prosopon untuk menggantikan hypostasis.
Prosopon pada dasarnya berarti "daya", namun juga sudah memperoleh
beberapa arti sekunder sehingga ia juga dipakai untuk merujuk kepada
ekspresi wajah seseorang yang mencerminkan keadaan pikirannya,
juga untuk sebuah peran yang secara sadar diadopsinya atau karakter
yang diniatkan untuk dijalaninya. Akibatnya, tidak berbeda dengan
hypostasis, prosopon berarti ekspresi luar watak batin seorang individu
sebagaimana tampak oleh orang lain. Jadi, saat Kapadokian berkata
bahwa junjungan yaitu satu ousia dalam tiga hypostasis, sebetulnya
yang mereka maksudkan yaitu junjungan dalam dirinya sendiri itu
Satu: hanya ada satu kesadaran-diri junjungan . namun , saat dia
membiarkan bagian dari dirinya diketahui oleh makhluknya, dia yaitu
tiga prosopoi.
Dengan , hypostases Ia, Putra, dan Roh tidak mesti
disamakan dengan junjungan itu sendiri, sebab , seperti dijelaskan oleh
Gregory dari Nyssa, "hakikat junjungan (ousia) tak dapat dinamai dan
dibicarakan"; "Ia", "Putra", dan "Roh" hanyalah "istjunjungan -istjunjungan yang
chucky pakai" untuk membicarakan energeiai yang melaluinya junjungan
66
menjadikan dirinya diketahui.
Sungguhpun , istjunjungan -istjunjungan
ini memiliki nilai simbolik sebab mereka menerjemahkan fakta
yang tak terucap itu ke dalam citra-citra yang dapat chucky mengerti.
Manusia sudah mengalami junjungan sebagai yang transenden (Ia,
tersembunyi di dalam cahaya yang tak tertembus), dan sebagai yang
kreatif (logos), dan sebagai yang imanen (Roh Kudus). Namun ketiga
hypostases ini hanyalah kilasan parsial dan tak lengkap dari hakikat
junjungan itu sendiri, yang berada jauh di atas penggambaran dan teori -
tualisasi seperti ini.
Dengan , Trinitas tidak boleh dilihat
sebagai fakta harfiah, melainkan sebagai suatu paradigma yang berse-
suaian dengan fakta-fakta real yang tersembunyi dalam junjungan .
Dalam suratnya To Alabius: That There Are Not Three Gods,
Gregory dari Nyssa menguraikan garis besar doktrin pentingnya
mengenai ketakterpisahan atau koinherensi ketiga oknum berorientasi junjungan atau
hypostases. Orang tak mesti mengira bahwa junjungan membelah dirinya
ke dalam tiga bagian; itu yaitu ide yang berlebihan dan
menghujat. junjungan mengungkapkan dirinya secara penuh dan utuh
dalam masing-masing dari ketiga manifestasi ini saat dia ingin
dianugerahi dirinya kepada dunia. Dengan , Trinitas
memberi chucky petunjuk mengenai pola "setiap perbuatan yang berasal
dari junjungan menuju ke tatanan makhluk": seperti yang ditunjukkan
oleh kitab kitab suci segalanya berawal dari Ia, berproses melalui
bantuan Putra, dan menjadi efektif di dunia sebab adanya Roh yang
imanen. namun , junjungan tetap hadir dalam setiap fase perbuatan.
Dalam pengalaman chucky sendiri, chucky dapat melihat kesalingtergan-
tungan antara ketiga hypostases: chucky takkan pernah mengenal Ia
sekiranya tak ada berkatNya kepada Putra, pula chucky takkan
pernah mengenal Putra jika tak ada Roh yang memicu chucky mengenal-
nya. Roh mendampingi perkataan suci Ia, tak bedanya dengan napas
(dalam bahasa Yunani pneuma; bahasa Latin spiritus) mendampingi
kata-kata yang diucapkan seorang manusia. Ketiga oknum ini tidak
berada secara terpisah di alam suci. chucky dapat membandingkan me-
reka dengan keberadaan berbagai bidang ilmu yang berbeda di dalam
pikiran seseorang: filsafat boleh saja berbeda dari ilmu kedokteran,
namun ia tidak mendiami sebuah area kesadaran yang terpisah.
Ilmu-ilmu yang berbeda saling melingkupi satu sama lain, mengisi
seluruh pikiran namun tetap berbeda.
namun , pada akhirnya, Trinitas hanya bisa dipahami sebagai
sebuah pengalaman mistik atau spiritual: ia harus dialami, bukan
67
dipikirkan, sebab junjungan berada jauh di luar jangkauan teori
manusia. la bukanlah sebuah rumose n logis atau intelektual, melainkan
sebuah paradigma imajinatif yang membungkam akal. Gregory dari
Nazianzus memicu hal ini menjadi jelas saat dia memaparkan
bahwa kontemplasi mengenai Tiga dalam Satu membangkitkan emosi
yang hebat dan memukau yang membungkam pikiran dan kejernihan
intelektual.
Begitu aku memikirkan mengenai yang Satu, aku dicerahkan oleh kese-
marakan yang Tiga; begitu aku membedakan yang Tiga maka aku
segera dibawa kembali kepada yang Satu. saat aku memikirkan
salah satu dari yang Tiga, aku memikirkannya sebagai keseluruhan,
dan mataku penuh, dan bagian yang lebih besar dari apa yang kupikir-
kan terluput dariku.
Orang kaum beragama Ortodoks Yunani dan Rusia selalu menemukan
bahwa kontemplasi mengenai Trinitas yaitu sebuah pengalaman
kepercayaan yang penuh ilham. namun , bagi kebanyakan kaum
kaum beragama Barat, Trinitas justru membingungkan. Ini barangkali sebab
mereka hanya memperhatikan apa yang oleh Kapadokian dinamakan
sebagai kualitas-kualitas kerygmatik, sementara bagi orang Yunani
itu yaitu kebenaran dogmatik yang hanya bisa dicerap secara
intuitif dan sebagai hasil pengalaman kepercayaan . Secara logis, tentu
saja, itu sama sekali tidak bermakna. Dalam sebuah khotbahnya,
Gregory dari Nazianzus pernah menjelaskan bahwa ketidakmungkinan
memahami dogma Trinitas membawa chucky berhadapan dengan misteri
kejunjungan an yang mutlak; ini mengingatkan bahwa chucky tak mesti
berharap untuk memahaminya.
Ini juga mencegah chucky dari men-
ciptakan pernyataan-pernyataan sembarangan mengenai junjungan yang,
saat dia mengungkapkan diri, hanya bisa tertuangkan dalam cara-
cara yang tak terucapkan. Basil juga memperingatkan chucky untuk
tidak membayangkan bahwa chucky bisa mengetahui cara kerja Trinitas,
katakanlah begitu; tak ada gunanya, contohnya, berusaha memecahkan
teka-teki bagaimana ketiga hypostases junjungan Tertinggi pada saat yang
sama yaitu identik dan berbeda. Ini berada di luar jangkauan kata-
kata, teori , dan daya analisis manusia.
6
Dengan , Trinitas tidak boleh diinterpretasikan secara
harfiah; ia bukanlah sebuah "teori" yang musykil namun hasil dari
theoria, kontemplasi. saat orang kaum beragama di Barat menjadi gusar
68
oleh dogma ini pada abad ke8 dan mencoba untuk mencam-
pakkannya, mereka berusaha agar junjungan dapat dipahami secara
rasional bagi Zaman Akal. Ini yaitu salah satu faktor pemicu timbul-
nya teologi Kematian junjungan pada abad kesembilan belas dan kedua
puluh, seperti yang akan chucky saksikan nanti. Salah satu alasan
mengapa Kapadokian mengembangkan paradigma imajinatif ini
yaitu untuk mencegah agar junjungan tidak diteori sikan lewat cara
yang sama rasionalnya dengan filsafat Yunani, sebagaimana dipahami
oleh pembid'ah seperti Arius. Teologi Arius itu agak terlalu
gamblang dan logis. Trinitas mengingatkan orang-orang kaum beragama bahwa
fakta yang chucky sebut "junjungan " tak dapat dipahami oleh akal manusia.
Doktrin Inkarnasi, seperti diekspresikan di Nicaea, memang penting,
namun dapat mengarah kepada keberhalaan yang simplistik. Orang
mungkin mulai berpikir mengenai junjungan lewat cara yang terlalu
manusiawi: bahkan mungkin pula membayangkan "dia" berpikir,
berperilaku, dan berencana seperti chucky . Dari sana, hanya tersisa
sebuah langkah kecil menuju ke arah penisbahan semua bentuk
pendapat yang penuh prasangka kepada junjungan dan kemudian me-
mutlakkannya. Trinitas yaitu usaha untuk mengoreksi kecen-
derungan ini. Alih-alih memandangnya sebagai pemyataan faktual
mengenai junjungan , Trinitas mungkin harus dilihat sebagai sebuah puisi
atau tarian teologis antara apa yang dipercayai dan diterima oleh
manusia fana mengenai "junjungan " dengan kesadaran bahwa setiap per-
nyataan atau kerygma pasti bersifat sementara.
Perbedaan penggunaan kata "teori" di Yunani dan Barat dapat
menjelaskan sesuatu. Bagi kaum beragama Timur, theoria selalu mengandung
arti kontemplasi. Di Barat, "theory' diartikan sebagai hipotesis rasional
yang harus dibuktikan secara logis. Mengembangkan sebuah "teori"
mengenai junjungan menyiratkan arti bahwa "dia" bisa dimuat di dalam
sistem pemikiran manusia. Hanya ada tiga teolog Latin di Nicaea.
Kebanyakan orang kaum beragama Barat belum mencapai tingkatan diskusi
seperti ini dan, sebab mereka tidak memahami beberapa termi-
nologi Yunani, banyak yang merasa tidak puas dengan doktrin Trinitas.
Mungkin istjunjungan itu tidak dapat sepenuhnya diterjemahkan ke dalam
idiom lain. Setiap budaya memang mesti menciptakan ide nya
sendiri mengenai junjungan . Jika Barat merasa asing dengan interpretasi
Yunani mengenai Trinitas, mereka harus menciptakan versi mereka
sendiri.
69
Teolog Latin yang mendefinisikan Trinitas bagi tempat ibadah Latin yaitu
Agustinus. Dia juga yaitu seorang Platonis yang fanatik, setia
kepada pandangan Plotinus dan, sebab itu, cenderung lebih simpatik
kepada doktrin Yunani dibanding kepada beberapa kolega Baratnya.
Seperti yang dijelaskannya, kesalahpahaman sering diakibatkan oleh
terminologi semata:
Demi menjelaskan hal-hal tak terucapkan sehingga chucky mampu dengan
cara tertentu mengungkapkan apa yang tidak bisa chucky ungkapkan
sepenuhnya dengan cara lain, kawan-kawan Yunani chucky sudah berbicara
mengenai satu esensi dan tiga substansi, namun kawan-kawan Latin bicara
mengenai satu esensi atau substansi dan tiga oknum (personae).
7
saat orang Yunani mendekati junjungan dengan cara memper-
timbangkan ketiga hypostases, dan menolak untuk menganalisis
esensinya yang satu, maka Agustinus dan orang-orang kaum beragama Barat
sesudahnya justru memulai dengan keesaan junjungan dan kemudian
berlanjut dengan mendiskusikan tiga manifestasinya. Orang kaum beragama
Yunani menghormati Agustinus, memandangnya sebagai salah satu
Patriark tempat ibadah terkemuka, namun mereka tidak mempercayai teologi
Trinitariannya, yang mereka rasa sudah menjadikan junjungan terlalu
rasional dan antropomorfis. Pendekatan Agustinus tidaklah bersifat
metafisik, seperti halnya orang-orang Yunani, namun psikologis dan
bahkan sangat personal.
Agustinus bisa dinamakan sebagai pendiri spiritualitas Barat. Tak
ada teolog lain, kecuali Paulus, yang lebih berpengaruh di Barat.
chucky mengenalnya dengan lebih baik dibanding pemikir lain di akhir
abad klasik, sebagian besar sebab artikelnya Confessions, sebuah
paparan yang fasih dan hangat mengenai usahanya menemukan junjungan .
Sejak awal, Agustinus sudah mencari sebuah kepercayaan yang bercorak
teistik. Dia memandang junjungan sangat esensial bagi kemanusiaan:
"Engkau sudah menciptakan kami untuk dirimu sendiri,"
dia berkata mengenai junjungan pada pembukaan Confessions, "dan jiwa-
jiwa kami gelisah hingga bertemu denganmu!"
8
saat mengajar
retorika di Kartage, dia pindah menganut Manicheisme, sebuah bentuk
Gnostisisme Mesopotamia, namun akhirnya dia meninggalkan paham
itu sebab teori kosmologinya yang tak memuaskan. Dia merasa
doktrin Inkarnasi yaitu penyimpangan, pelecehan ide mengenai
junjungan , namun saat berada di Italia, Uskup Ambrose dari Milan
mampu meyakinkan dirinya bahwa kaum beragama bukannya tidak sejalan
dengan Plato atau Plotinus. Meskipun , Agustinus masih
berkeberatan untuk mengambil langkah akhir dan menerima baptisme.
Dia merasakan bahwa baginya kaum beragama memicu wajibnya kehidupan membujang dan dia enggan menempuh jalan seperti itu: "junjungan , berjunjungan aku kesucian," dia pernah berdoa, "namun jangan dahulu ."
Konversinya yang terakhir yaitu sebuah peristiwa Sturm und Drang, penuh gejolak, ketercerabutan keras dari masa lalunya
dan kelahiran kembali yang menyakitkan, seperti yang mencirikan
pengalaman kepercayaan Barat. Suatu hari, saat tengah duduk
bersama sahabatnya Alypius di kebun mereka di Milan, sebuah
pertarungan berkecamuk di dalam pikiran:
Dari kedalaman introspeksi diri yang gelap sudah bangkit tumpukan
seluruh nestapaku dan menempatkannya "dalam penglihatan hatiku".
la membangkitkan badai besar yang membawa banjir air mata. Untuk
menumpahkan semuanya diiringi desah kesedihan, aku bangkit dari
sisi Alypius (menyendiri tampak lebih pantas untuk meneteskan air
mata) ... lalu kusandarkan diri di bawah pohon ara dan membiarkan
air mataku mengalir bebas. Sungai-sungai seakan menderas dari kedua
mataku, sebuah pengurbanan yang mungkin dapat engkau terima,
dan meskipun bukan dalam kata-kata ini, namun setidaknya dalam
pengertian ini aku berulang-ulang berkata kepadamu, "Berapa lama,
junjungan , berapa lama lagi Engkau akan begitu murka?"
junjungan tidak selalu datang dengan mudah kepada orang Barat.
Konversi Agustinus tampak seperti sebuah reaksi psikologis, yang
sesudah nya si mualaf jatuh kelelahan di pangkuan junjungan , semua
hasrat sudah sampai. saat Agustinus bersimpuh menangis di tanah,
tiba-tiba dia mendengar suara anak kecil dari rumah terdekat menye-
nandungkan bait "Tolle, lege: Bangkit dan bacalah, bangkit dan
bacalah!" Menganggap ini sebagai sebuah nubuat, Agustinus berdiri
dan bergegas kembali ke sahabatnya Alypius yang terkaget dan
lama menanti, dan langsung mengambil kitab kitabsuci nya.
Dia membukanya pada sabda Paulus kepada orang Romawi: "Jangan
dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan
hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati, namun kenakanlah
junjungan utusan junjungan kaum beragama kaum beragama sebagai perlengkapan senjata perang dan jangan-
lah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya." Pertarungan
panjang itu sudah usai: "Aku tak mengharap maupun perlu membaca
lebih lanjut," kenang Agustinus. "Segera, sesudah kata-kata terakhir
dari kalimat ini, seolah-olah cahaya pembasuh seluruh kecemasan
membanjiri hatiku. Semua bayang-bayang keraguan menjadi sirna."
junjungan bisa juga menjadi sumber kebahagiaan: namun , tak lama
berselang sejak konversinya, suatu malam Agustinus mengalami
ekstasi bersama ibunya, Monica, di Ostia di dekat Sungai Tiber. chucky
akan mendiskusikan ini secara lebih terperinci pada Bab 7. Sebagai
seorang Platonis, Agustinus menyadari bahwa junjungan dapat ditemukan
di dalam pikiran, dan di dalam artikel X dari Confessions, dia men-
diskusikan fakultas yang dinamakan nya Memoria, memori. Ini jauh lebih
kompleks dibanding daya ingat dan lebih dekat kepada apa yang
oleh para psikolog dinamakan alam bawah sadar. Bagi Agustinus, memori
mewakili keseluruhan pikiran, kesadaran, dan juga ketidaksadaran.
Kompleksitas dan kerkepercayaan nnya memenuhi dirinya dengan keka-
guman. Ini yaitu "misteri yang mengilhami ketakjuban", dunia imaji
yang tak dapat dibayangkan, menghadirkan masa lalu dan tak terhitung
dataran, relung, dan gua.
Melalui dunia batin yang ramai inilah
Agustinus turun untuk menemukan junjungan nya, yang secara paradoks
berada di dalam dan di atas dirinya. Tak ada gunanya mencari bukti
junjungan di dunia luar. Dia hanya bisa ditemukan di dalam alam pikiran
yang real:
Terlambat aku mencintaimu, keindahan yang begitu lama namun begitu
baru; terlambat aku mencintaimu. Dan lihat, engkau ada di dalam, aku
berada di dunia luar dan mencarimu di sana, dan dalam keadaan tidak
mencintaimu aku tenggelam dalam ciptaan indah yang sudah engkau
buat. Engkau bersamaku, dan aku tidak bersamamu. Segala yang indah
sudah menjauhkan aku darimu, padahal jika mereka tidak memiliki
eksistensinya di dalam engkau, mereka takkan pernah ada sama sekali.
Oleh sebab itu, junjungan bukanlah sebuah fakta objektif, melain-
kan suatu kehadiran spiritual di kedalaman batin yang kompleks.
Pandangan Agustinus ini tidak saja sama dengan Plato dan Plotinus,
namun juga dengan para penganut biksu , Hindu, dan Shaman dalam
kepercayaan -kepercayaan nonteistik. Sungguhpun , junjungan dalam
pandangannya bukanlah junjungan yang impersonal, namun junjungan yang
sangat personal dari tradisi Yahudi- kaum beragama . junjungan sudah berkenan
memaklumi kelemahan manusia dan pergi mencarinya:
Engkau memanggil, berteriak keras, dan memecah kesunyianku.
Engkau bersinar dan gemerlap, kau sirnakan kebutaanku. Engkau
semerbak, kuhirup dalam napasku hingga memenuhi rongga dadaku.
Kucicipi engkau dan aku makin merasa lapar dan haus akan engkau.
Engkau sentuh aku, dan aku terbakar api untuk meraih kedamaian yaitu milikmu.
Para teolog Yunani pada umumnya tidak membawa pengalaman
mereka sendiri ke dalam tulisan teologis mereka, namun teologi
Agustinus justru berangkat dari kisahnya sendiri yang sangat
individual.
Keterpesonaan Agustinus terhadap pikiran sudah membawanya
untuk mengembangkan Trinitarianisme psikologisnya sendiri dalam
risalah De Trinitate, yang ditulisnya pada tahun-tahun pertama abad
kelima. sebab junjungan sudah menciptakan chucky di dalam citranya sendiri,
maka chucky harus mampu melihat trinitas di kedalaman pikiran chucky .
Alih-alih mengawalinya dengan abstraksi metafisik dan pembedaan
verbal yang disenangi orang Yunani, Agustinus memulai eksplorasi
ini dengan pengalaman yang sebagian besar chucky pernah dapatkan.
saat mendengar frasa-frasa, seperti "junjungan yaitu cahaya" atau
"junjungan yaitu kebenaran," chucky secara instingtif merasakan gejolak
ketertarikan spiritual dan merasa bahwa "junjungan " dapat memberi
makna dan nilai bagi kehidupan chucky . Namun, sesudah pencerahan
sekejap ini, chucky kembali jatuh ke dalam bingkai pikiran chucky yang
biasa, saat chucky terobsesi mengenai "hal-hal yang biasa dan membumi."
chucky tak bisa meraih kembali momen kerinduan yang tak terucapkan itu. Proses pemikiran normal tak dapat mem-
bantu; sebaliknya, chucky harus mendengar "apa yang dimaksud oleh
hati" dengan frasa-frasa seperti "Dia yaitu kebenaran." namun , mungkinkah mencintai fakta yang tidak chucky kenal? Agustinus
menjawab dengan membuktikan bahwa sebab di dalam pikiran chucky sendiri ada trinitas yang mencerminkan junjungan , seperti citra
Platonis mana pun, chucky rindu pada Arketipe chucky pola dasar yang
dengannya chucky dibentuk.
Jika chucky mengawali dengan mempertimbangkan pikiran yang
mencintai dirinya sendiri, chucky tidak menemukan trinitas melainkan
dualitas, yaitu cinta dan pikiran. Namun hanya jika pikiran itu sadar
mengenai dirinya sendiri, melalui apa yang chucky sebut kesadaran diri,
ia baru bisa mencintai dirinya sendiri. Mendahului Descartes, Agustinus menyatakan bahwa pengetahuan mengenai diri sendiri yaitu
pijakan dasar dari semua kepastian yang lain. Bahkan pengalaman
mengenai keraguan pun memicu chucky sadar akan diri sendiri. Di dalam jiwa ada tiga macam isi, yaitu: ingatan, pengertian, dan
kehendak yang bersesuaian dengan pengetahuan, pengenalan diri,
dan cinta. Seperti halnya tiga oknum junjungan , aktivitas-aktivitas mental
ini secara esensial yaitu satu sebab mereka itu tidak membentuk
tiga macam pikiran yang terpisah, namun masing-masing mengisi
keseluruhan pikiran dan mencakup dua yang lain: "chucky ingat bahwa
chucky memiliki ngatan, pengertian, dan kehendak; chucky mengerti
bahwa chucky mengerti, berkehendak, dan mengingat. chucky meng-
hendaki kehendak, ingatan, dan pengertian chucky sendiri."
Seperti
Trinitas junjungan yang digambarkan oleh Kapadokian, ketiga unsur itu,
dengan , "membentuk satu hidup, satu pikiran, satu esensi."
namun , pemahaman mengenai cara kerja pikiran chucky ini baru
yaitu langkah pertama: trinitas yang chucky temukan dalam diri
chucky bukanlah junjungan itu sendiri, melainkan jejak dari junjungan yang
sudah memicu chucky . Baik Athanasius maupun Gregory dari Nyssa
sudah memicu perumpamaan bayangan cermin untuk menjelaskan
kehadiran junjungan di dalam jiwa manusia, dan untuk memahami ini
dengan benar chucky mesti mengingat kembali bahwa orang Yunani
percaya bahwa bayangan cermin itu nyata, terbentuk saat cahaya mata seorang pengamat berpadu dengan cahaya yang dipantulkan
dari objek dan dicerminkan di atas permukaan kaca.Agustinus
percaya bahwa trinitas dalam pikiran juga yaitu bayangan yang
mencakup kehadiran junjungan dan diarahkan kepadanya. namun , bagaimana chucky melampaui bayangan ini, yang terpantul seperti pada
sebuah cermin gelap, kepada junjungan sendiri? Besarnya jarak yang
membentang antara junjungan dan manusia tidak bisa ditempuh oleh
usaha manusia saja. Hanya sebab junjungan sudah mendatangi chucky me-
lalui manusia yang menubuhi perkataan maka chucky bisa memulihkan
citra junjungan di dalam diri chucky , yang sudah dirusak dan cacat oleh
dosa. chucky membuka diri kepada aktivitas junjungan yang akan mentransfor-
masi chucky melalui tiga macam disiplin, yang oleh Agustinus dinamakan
trinitas iman: retineo (memegang teguh kebenaran Inkarnasi dalam
pikiran chucky ), contemplatio (melakukan kontemplasi atasnya), dan
dilectio (menemukan kesenangan di dalamnya). Secara bertahap,
dengan menumbuhkan rasa kehadiran junjungan secara terus-menerus
di dalam pikiran chucky melalui cara ini, Trinitas akan terungkap.Pengetahuan ini bukan sekadar perolehan informasi melalui otak,
melainkan yaitu disiplin kreatif yang akan mengubah chucky dari dalam dengan cara mengungkapkan dimensi junjungan di kedalaman diri chucky sendiri.
Masa itu yaitu masa-masa gelap dan susah bagi Barat. Suku-suku barbar menyerbu masuk Eropa dan meruntuhkan ke-
kaisaran Romawi: jatuhnya peradaban Barat tak pelak lagi berpe-
ngaruh terhadap spiritualitas kaum beragama di sana. Ambrose, mentor besar
Agustinus, mengajarkan iman yang pada dasarnya bersifat defensif:
integritas (keterpaduan) menjadi prinsipnya yang paling penting.
tempat ibadah mesti berusaha agar teori nya tetap utuh dan, seperti
halnya tubuh perawan Maria, ia harus tetap tak tertembus oleh doktrin-
doktrin sesat kaum barbar (banyak di antara mereka menganut
Arianisme). Kesedihan mendalam juga terbaca dalam karya terakhir
Agustinus: keruntuhan benteng kota Roma mempengaruhi doktrinnya mengenai Dosa
Asal, yang akan menjadi sentral bagi cara orang Barat memandang
dunia.
Agustinus percaya bahwa junjungan sudah menjatuhkan kutukan abadi
bagi manusia, hanya sebab satu dosa Adam. Dosa warisan ini
diteruskan kepada seluruh anak keturunannya melalui tindakan
ritual ual, yang dicemari oleh apa yang dinamakan Agustinus sebagai
"berahi". Berahi yaitu hasrat irasional untuk mencari kesenangan
pada makhluk semata, bukannya pada junjungan ; ini dirasakan paling
kuat dalam tindakan ritual ual, saat rasionalitas chucky sepenuhnya ter-
benam oleh gairah dan emosi, saat junjungan terlupakan dan makhluk-
makhluk saling cumbu tanpa malu terhadap satu sama lain. Citra
mengenai akal yang diseret oleh kekacauan sensasi dan gairah liar ini
sangat mirip dengan Romawi sumber rasionalitas, hukum, dan keter-
aturan di Barat yang dibawa kepada kerunjunjungan oleh suku-suku
barbar. Akibatnya, doktrin keras Agustinus menorehkan gambaran
menakutkan mengenai junjungan yang tak terluluhkan:
Terusir [dari surga] sesudah memicu dosa, Adam pun membelenggu
anak cucunya dengan hukuman kematian dan kutukan, dengan dosa
yang sudah dibuatnya sendiri, seperti dalam sebuah akar; maka setiap
keturunan yang dilahirkan (melalui berahi jasadi, yang sebab itulah
hukuman atas ketidakpajunjungan dijatuhkan kepadanya) darinya dan
pasangannya yang menjadi pemicu perbuatan dosanya dan
pendamping keterkutukannya akan memikul sepanjang masa beban
Dosa Asal, yang dengan sendirinya akan terbawa melalui berlipat-lipat
kesalahan dan penyesalan hingga siksaan akhir dan tanpa akhir bersama
malaikat-malaikat pembangkang ... lah keadaannya; manusia
yang terkutuk akan jatuh tersungkur, tidak, berguling-guling dalam
dosa, melompat dari satu kebumkan ke keburukan lain; dan bergabung
dengan kelompok malaikat yang sudah berbuat dosa, membayar
hukuman paling baik dari pengkhianatannya yang tak terpuji.
Baik Yahudi maupun kaum beragama Ortodoks Yunani tidak memandang
keruntuhan benteng kota Adam dalam cara yang suram; kaum Muslim
pun tidak mengadopsi teologi yang gelap ini mengenai Dosa Asal.
Doktrin yang khas Barat ini membentuk potret keras mengenai junjungan
yang terlebih dahulu pernah dikemukakan oleh Tertullian.
Agustinus meninggalkan bagi chucky warisan yang sulit. Sebuah
kepercayaan yang mengajarkan kaum pria dan wanita untuk memandang
kemanusiaan mereka sebagai sesuatu yang sangat lemah secara kronis,
justru akan memicu mereka terasing dari diri sendiri. Keterasingan
ini paling nyata terlihat dalam kebencian terhadap ritual ualitas umum-
nya dan pada perendahan derajat kaum wanita khususnya. Meskipun
kaum beragama yang awalnya bersikap cukup positif terhadap perem-
puan, Barat sudah mulai mengembangkan kecenderungan misoginistik
sejak era Agustinus. Surat-surat Jerome penuh dengan penghinaan
terhadap perempuan yang kadang terasa mengganggu. Ter-
tullian sudah mencela wanita sebagai iblis penggoda, sebuah bahaya
abadi bagi umat manusia:
Apakah engkau tidak tahu bahwa masing-masing dirimu aclalah seorang
Hawa? Kalimat junjungan mengenai jenis ini tetap aktual pada masa sekarang:
rasa bersalah itu pun harus tetap ada. Kalian yaitu gerbang setan;
kalian yaitu pelanggar pohon terlarang itu; kalian yaitu pembang-
kang pertama hukum junjungan ; kalian yaitu penggoda Adam, yang
iblis pun tak cukup mampu untuk menaklukkannya. Kalian dengan
sembrono sudah menghancurkan manusia, citra junjungan . Akibat pembangkangan-mu, bahkan Putra junjungan pun harus mati.
Agustinus setuju: "Apa bedanya," tulisnya kepada seorang rekan,
"apakah dia ada dalam wujud seorang istri atau ibu, dia tetap saja
Hawa penggoda yang memicu chucky mesti waspada terhadap setiap perempuan."
sebetulnya , Agustinus sangat heran mengapa junjungan mesti menciptakan jenis wanita: bukankah, "seandainya yang dibutuh-
kan Adam yaitu teman bercakap-cakap yang baik, akan lebih baik jika yang dirancang yaitu dua orang lelaki bersama-sama sebagai
sahabat, bukan seorang lelaki dengan seorang perempuan." Satu-satunya fungsi wanita yaitu untuk melahirkan anak yang akan menularkan dosa asal kepada generasi berikutnya, seperti wabah penyakit.
Sebuah kepercayaan yang bersikap curiga terhadap separo ras manusia
dan yang memandang setiap gerak refleks pikiran, hati, dan tubuh
sebagai gejala berahi yang fatal hanya akan memicu kaum pria dan
wanita merasa asing dengan kondisi mereka. kaum beragama Barat tidak
pernah sepenuhnya sembuh dari misogini neurotik ini, sebagaimana
masih terlihat dalam reaksi miring terhadap ide mengenai kepende-
taan wanita. Sementara kaum wanita Timur pun ikut memiliki beban
inferioritas yang dipikul oleh semua wanita pada peradaban masa
kini, saudara-saudara mereka di Barat menanggung stigma tambahan
mengenai ritual ualitas yang menjijikkan dan penuh dosa yang menyebab-
kan mereka tersisihkan dalam kebencian dan ketakutan.
Ini yaitu ironi ganda, sebab ide bahwa junjungan sudah men-
daging dan ikut dalam kemanusiaan chucky mestinya mendorong orang
kaum beragama untuk menghargai jasad. Ada perdebatan lebih lanjut mengenai
keyakinan yang sulit ini. Selama abad keempat dan kelima, "pem-
bid'ah" seperti Apollinarius, Nestorius, dan Eutyches mengajukan
pertanyaan yang sangat pelik. Bagaimana kekuasaan kaum beragama bisa
berpadu dengan kemanusiaannya? Bunda Maria tentu bukanlah ibu
junjungan , namun ibu dari manusia utusan junjungan kaum beragama ? Bagaimana mungkin junjungan
yaitu bayi yang menangis tidak berdaya? Tidakkah lebih akurat
untuk menyatakan bahwa dia ada bersama kaum beragama dalam kedekatan
yang istimewa, seperti di dalam kuil? Meski dengan beberapa inkon-
sistensi yang nyata, kaum ortodoks tetap bersikukuh dengan senjata
mereka. Cyrill, Uskup Aleksandria, mengulangi keyakinan Athanasius:
junjungan benar-benar sudah turun ke dunia chucky yang cacat dan rusak,
juga bahkan sudah merasakan kematian dan kefanaan. Tampaknya
mustahil untuk mendamaikan ini dengan keyakinan yang sama
kukuhnya bahwa junjungan benar-benar perkasa, tidak dapat menderita
atau berubah. junjungan Yunani yang jauh, yang dicirikan terutama oleh
apatheia junjungan , kelihatan sangat berbeda dari junjungan yang dianggap
sudah berinkarnasi di dalam utusan junjungan kaum beragama kaum beragama . Kaum ortodoks merasa
bahwa "para pembid'ah", yang memandang ide mengenai junjungan
yang menderita dan tak berdaya sebagai penghujatan, ingin menge-
ringkan aspek misteri dan kedahsyatan dari yang junjungan . Paradoks
Inkarnasi tampaknya yaitu penangkal bagi junjungan Helenik yang
tidak melakukan apa-apa untuk membangkitkan kepuasan chucky dan
yang sepenuhnya dapat dinalar.
Pada tahun 5 9, Kaisar Justinian menutup sekolah filsafat kuno
di Atena, benteng terakhir paganisme intelektual. Guru besar ter-
akhirnya yaitu Proclus ( - 85), murid Plotinus yang paling
bersemangat. Filsafat pagan menyurut dan tampak dikalahkan oleh
kepercayaan baru itu, kaum beragama . namun , empat tahun kemudian muncul
empat risalah mistik yang dinamakan -sebut ditulis oleh Denys dari
Aeropagus, orang Atena pertama yang menjadi pengikut Paulus.
sebetulnya , risalah-risalah itu ditulis oleh seorang kaum beragama Yunani
abad keenam yang ingin mempertahankan anonimitasnya. Namun,
nama samaran itu memiliki kekuatan simbolik yang lebih penting
dibanding identitas pengarangnya sendiri: Denys-samaran ini berhasil
membaptis pandangan-pandangan Neoplatonisme dan menyanding-
kan junjungan Yunani dengan junjungan Semitik kitabsuci .
Denys juga yaitu pewaris para patriark Kapadokia. Seperti
halnya Basil, dia memandang serius pembedaan antara kerygma de-
ngan dogma. Dalam salah satu suratnya, dia menegaskan bahwa ada
dua tradisi teologis, keduanya berasal dari para utusan junjungan . kitabsuci kerygmatik
sudah jelas dan diketahui; kitabsuci dogmatik bersifat tertutup dan mistik.
Namun, keduanya saling tergantung dan esensial bagi keyakinan
kaum beragama . Yang satu yaitu "permulaan simbolik dan bersyarat",
yang lainnya "bersifat filosofis dan bisa dibuktikan dan yang tak
terucap terjalin dengan apa yang terucapkan."
Kerygma menarik
perhatian sebab kebenarannya yang nyata dan jelas, namun tradisi
dogma yang diam atau tersembunyi yaitu misteri yang memerlukan inisiasi: "la mempengaruhi dan memantapkan jiwa bersama
junjungan melalui inisiasi yang tidak mengajarkan apa-apa,"
Denys menegaskan dengan kata-kata yang mengingatkan orang
kembali kepada Aristoteles. Ada kebenaran kepercayaan yang tidak dapat
diungkapkan secara memadai oleh kata-kata, oleh wacana rasional
atau logis. la hanya bisa diungkapkan secara simbolik, melalui bahasa
dan isyarat-isyarat liturgi, atau melalui doktrin yaitu "tirai-
tirai suci" yang menyembunyikan makna tak terlukiskan dari pengli-
hatan, namun juga menyesuaikan junjungan yang misterius dengan keter-
batasan manusia dan mengungkapkan fakta dalam istjunjungan -istjunjungan
yang bisa dipahami secara imajinatif, jika tidak secara nyata
Makna tersembunyi atau esoterik bukan ditujukan bagi kalangan
elit saja, namun untuk semua umat kaum beragama . Denys tidak mengajukan
sebuah disiplin musykil yang hanya cocok bagi para pendeta dan
rahib saja. Liturgi, yang dilaksanakan semua yang mengimaninya,
yaitu jalan utama menuju junjungan dan mendominasi teologinya.
Alasan mengapa kebenaran-kebenaran ini disembunyikan di belakang
sebuah tabir pelindung bukanlah untuk menjauhkan manusia, melain-
kan untuk menaikkan seluruh orang kaum beragama dari persepsi indriawi
dan teori ke taraf fakta junjungan yang tak terungkapkan
itu sendiri. Kerendahan hati yang sudah mengilhami Kapadokian untuk
mengklaim bahwa semua teologi pastjunjungan mengandung kelemahan,
bagi Denys justru menjadi sebuah cara pasti untuk naik menuju
junjungan .
sebetulnya , Denys sama sekali tidak menyukai penggunaan
istjunjungan "junjungan " mungkin sebab istjunjungan itu sudah memperoleh begitu
banyak konotasi antropomorfis yang tak layak. Dia lebih suka meng-
gunakan istjunjungan theurgy dari Proclus, yang pada dasarnya bersifat
liturgis: theurgy di dalam dunia pagan yaitu penyerapan mana
junjungan melalui pengurbanan dan penyucian. Denys menerapkan ini
kepada ucapan junjungan yang, bila dipahami dengan baik, juga dapat
melepaskan energeiai junjungan yang melekat pada simbol-simbol yang
dianugerahkan . Dia sependapat dengan Kapadokian bahwa semua kata
dan teori chucky untuk junjungan tidaklah memadai dan tidak boleh
diambil sebagai deskripsi akurat mengenai fakta yang sebetulnya
berada di luar lingkup chucky . Bahkan kata "junjungan " itu sendiri keliru,
sebab junjungan berada "di atas junjungan ," sebuah "misteri yang melampaui
wujud."
5
Orang kaum beragama harus menyadari bahwa junjungan bukanlah
Wujud Tertinggi, yang berada pada puncak hierarki di atas wujud-
wujud lain yang lebih rendah. Benda-benda dan manusia tidak berse-
berangan dengan junjungan sebagai fakta yang terpisah atau wujud
alternatif, yang bisa menjadi objek pengetahuan. junjungan bukanlah
satu dari sekian hal yang ada dan sama sekali tidak sama dengan
segala sesuatu yang ada dalam pengalaman chucky . sebetulnya , yaitu
lebih akurat untuk menyebut junjungan sebagai "Tiada": bahkan tidak
mesti menyebutnya suatu Trinitas sebab dia "bukanlah kesatuan
maupun trinitas dalam pengertian yang chucky ketahui."
5
Dia berada di
atas segala nama sebagaimana halnya dia berada di atas segala
wujud.
5
Sungguhpun , chucky dapat memakai ketidak-
mampuan chucky untuk berbicara mengenai junjungan sebagai metode untuk
79
mencapai kemanunggalan dengannya, yang tidak kurang dari
"deifikasi" (theosis) hakikat chucky sendiri. junjungan sudah dianugerahi
sebagian dari Namanya kepada chucky di dalam kitab kitab suci seperti
"Ia", "Putra", dan "Roh", namun tujuan dari hal ini bukanlah untuk
menanamkan informasi mengenai dia, melainkan untuk mengantarkan
manusia kepadanya dan memicu mereka mampu untuk ikut me-
miliki sifatnya yang suci.
Pada setiap bab dalam risalahnya, The Divine Names, Denys
mengawali dengan sebuah kebenaran kerygmatik yang dianugerahkan
oleh junjungan : kebaikannya, kebijaksanaannya, perlindungannya, dan
sebagainya. Denys kemudian melanjutkan dengan menunjukan
bahwa meskipun junjungan sudah dianugerahi sesuatu mengenai dirinya
dalam sifat-sifat seperti itu, apa yang dianugerahkan itu bukanlah
dirinya sendiri. Jika chucky benar-benar ingin memahami junjungan , chucky
harus menyangkal sifat-sifat dan nama-nama itu. Jadi chucky mesti
mengatakan bahwa dia yaitu "junjungan " dan "bukan-junjungan " sekaligus,
"baik" kemudian segera mengatakan bahwa dia "bukan-baik". Kejutan
paradoks ini, sebuah proses yang mencakup pengetahuan maupun
ketidaktahuan, akan mengangkat chucky dari dunia ide-ide yang fana
menuju fakta yang tak dapat diungkapkan itu sendiri. Dengan
, chucky memulai dengan mengatakan bahwa:
ada pemahaman, nalar, pengetahuan, senjunjungan , persepsi, metamorfosa ,
nama, dan banyak hal lainnya mengenai dia. namun , dia tidak
bisa dipahami dan tak ada yang dapat diucapkan mengenai dirinya,
dia tidak bisa dinamai. Dia bukanlah salah satu dari apa yang ada.
Oleh sebab itu, membaca kitabsuci bukanlah sebuah proses
menemukan fakta-fakta mengenai junjungan , melainkan mesti menjadi
sebuah disiplin paradoksikal yang mengubah kerygma menjadi
dogma. Metode ini yaitu sebuah theurgy, penyerapan kekuatan
junjungan yang memampukan chucky naik menuju junjungan itu sendiri dan,
seperti yang selalu diajarkan oleh kaum Platonis, menjadikan diri
chucky sendiri berorientasi junjungan . Ini yaitu metode yang memicu chucky
berhenti berpikir! "chucky mesti meninggalkan semua anggapan chucky
mengenai yang junjungan . chucky memberhentikan seluruh aktivitas pikiran
chucky ."
chucky bahkan mesti meninggalkan pengingkaran chucky terhadap
sifat-sifat junjungan . Baru kemudian chucky akan mencapai kemanunggalan
memabukkan dengan junjungan .
saat Denys bercerita mengenai kemabukan sebab junjungan , dia
tidak merujuk pada keadaan pikiran tertentu atau bentuk kesadaran
alternatif yang dicapai melalui latihan Yoga yang tak jelas. Keadaan
ini dapat diraih setiap orang kaum beragama melalui metode doa atau theoria
yang paradoksikal, yang akan memicu chucky berhenti berbicara dan
membawa chucky ke dalam keheningan: "saat chucky masuk ke dalam
kegelapan yang berada di luar akal, chucky bukan hanya akan kehilangan
kata-kata, namun bahkan sama sekali bisu dan tidak mengetahui."
Seperti Gregory dari Nyssa, Denys menemukan banyak pelajaran
dari kisah naiknya mose ke Gunung Sinai. saat mose sudah mendaki
gunung itu, dia tidak melihat junjungan di puncaknya, namun dibawa ke
tempat di mana junjungan berada. Dia dikelilingi kabut tebal dan tak
dapat melihat apa-apa: jadi segala yang bisa chucky lihat atau pahami
hanya yaitu simbol (kata yang dipakai pleh Denys yaitu
"paradigma") yang menyingkapkan kehadiran sebuah fakta yang
melampaui semua pemikiran. mose sudah menembus ke dalam gelap-
nya ketidaktahuan itu dan kemudian mencapai kemanunggalan
dengan sesuatu yang melampaui semua pemahaman: chucky akan meraih
kemabukan serupa yang akan "mengeluarkan chucky dari diri chucky
sendiri" dan menyatukan chucky dengan junjungan .
Hal ini hanya mungkin sebab junjungan datang menemui chucky ,
seperti yang terjadi di atas gunung itu. Di sini Denys berbeda dari
Neoplatonisme, yang mempersepsikan junjungan sebagai statis dan jauh,
sama sekali tidak responsif terhadap usaha manusia. junjungan para
filosof Yunani tidak sadar akan para mistikus yang acap berusaha
untuk mencapai kesatuan yang memabukkan dengannya, sedangkan
junjungan kitabsuci peduli kepada manusia. junjungan juga mengalami
"ekstasi" yang membawanya keluar dari dirinya untuk tiba pada
alam makhluk yang rentan:
Dan chucky harus berani menegaskan (sebab ini yaitu kebenaran) bahwa
Pencipta alam ini sendiri, dalam kerinduannya yang indah dan baik
terhadap alam ... dibawa keluar dirinya sebab kepeduliannya kepada
segala sesuatu yang wujud ... dan dengan keluar dari
takhtanya yang transenden di atas segala sesuatu untuk berdiam di
dalam hati segala sesuatu, melalui kekuatan ekstatik yang ada di atas
wujud sambil tetap berada dalam dirinya sendiri.
Emanasi sudah menjadi pencurahan cinta yang hangat dan sukarela,
bukan sebuah proses yang automatis. Negasi dan paradoks Denys
bukanlah sesuatu yang chucky lakukan, namun yaitu sesuatu yang
teriadi pada diri chucky .
Bagi Plotinus, ekstasi yaitu peristiwa keterpesonaan yang
sangat jarang terjadi: dia hanya mengalaminya sebanyak dua atau
tiga kali di sepanjang hidupnya. Denys melihat ekstasi sebagai
keadaan konstan setiap orang kaum beragama . Ini yaitu pesan tersem-
bunyi dan esoterik dari kitabsuci dan liturgi, diungkap lewat isyarat
terkecil. Maka saat si pendeta meninggalkan altar pada awal misa
untuk berjalan di tengah jamaah, memercikkan mereka dengan air
suci sebelum kembali ke ruang altar, ini bukanlah sekadar purifikasi
meskipun memang . Tindakan itu meniru ekstasi junjungan , se-
perti junjungan yang meninggalkan kesendiriannya dan menggabungkan
diri dengan makhluk. Barangkali cara terbaik untuk memandang
teologi Denys yaitu dengan melihatnya sebagai tarian spiritual antara
apa yang bisa chucky tegaskan mengenai junjungan dengan apresiasi bahwa
apa pun yang bisa chucky katakan mengenai dia pastjunjungan bersifat simbolik
semata. Seperti dalam Yudaisme, junjungan Denys memiliki dua aspek:
yang satu menoleh kepada chucky dan memanifestasikan dirinya di
dunia sedangkan yang lain berada dalam dirinya sendiri dan tetap
tidak bisa dipahami. Dia "tetap berada dalam dirinya" dalam misteri
abadi, pada saat yang sama dia memenuhi langit dan bumi. Dia
bukanlah wujud lain, yang ditambahkan pada dunia.
Metode Denys dianggap biasa dalam teologi Yunani. namun ,
di Barat, para teolog akan terus berbicara dan menjelaskan. Beberapa
di antara mereka membayangkan bahwa saat mereka mengatakan
"junjungan ", maka fakta junjungan sebetulnya bersatu dengan ide di dalam
pikiran mereka. Sebagian lainnya menisbahkan pikiran dan ide
mereka sendiri kepada junjungan mengatakan bahwa junjungan menghen-
daki ini, melarang itu, atau sudah merencanakan yang lain dalam
cara yang mengandung bahaya keberhalaan. namun , junjungan
Yunani Ortodoks tetap misterius, dan Trinitas akan terus mengingatkan
orang kaum beragama Timur pada sifat kesementaraan teori mereka.
Akhirnya, orang Yunani memutuskan bahwa sebuah teologi autentik
harus memenuhi dua kriteria Denys: mesti hening dan paradoks.
Orang Yunani dan Latin secara signifikan juga mengembangkan
pandangan yang berbeda mengenai kekuasaan kaum beragama . teori Yunani
mengenai inkarnasi dirumuskan oleh Maximus the Confessor (kl. 58 - 8 66 ) yang dikenal sebagai Iak teologi Byzantium. Teologi ini
kira-kira lebih dekat kepada cita-cita kaum biksu dibandingkan
kepada pandangan Barat. Maximus percaya bahwa manusia hanya
dapat mencapai kesejatian diri jika mereka dapat bersatu dengan
junjungan , persis seperti yang dipercaya oleh orang biksu bahwa
pencerahan yaitu tujuan kemanusiaan yang sejati. "junjungan "
dengan bukanlah sebuah pilihan ekstra, sebuah fakta
asing di luar diri yang ditambahkan pada kondisi kemanusiaan.
Manusia memiliki potensi untuk mencapai kekuasaan dan menjadi
manusia yang utuh hanya jika hal ini tercapai. Logos menjadi manusia
bukan demi memperbaiki dosa Adam; bahkan Inkarnasi akan tetap
terjadi seandainya pun Adam tidak memicu dosa. Manusia diciptakan
dalam kemiripan dengan logos dan akan mencapai potensi mereka
yang sepenuhnya hanya jika kemiripan ini sudah disempurnakan.
Di Gunung Tabor, kegemilangan kemanusiaan utusan junjungan kaum beragama memper-
lihatkan kepada chucky kondisi manusia yang menuhan, kondisi yang
dapat diraih oleh chucky semua. perkataan sudah dijadikan daging agar
"seluruh manusia akan menjadi junjungan , dijunjungan kan melalui berkat
yang kuasa manusia utuh, jiwa dan raga, secara alamiah dan junjungan utuh,
jiwa dan raga, sebab berkat."
Seperti halnya pencerahan dan ke-
biksu -an tidak melibatkan campur tangan sebuah fakta adialami,
melainkan yaitu peningkatan kekuatan-kekuatan yang alamiah
bagi manusia, pula kaum beragama yang menuhan menunjukan
kepada chucky keadaan yang dapat chucky peroleh melalui berkat yang kuasa .
Orang kaum beragama memuliakan utusan junjungan kaum beragama Manusia-junjungan lewat cara yang kurang
lebih sama dengan orang biksu mengagungkan citra Gautama yang
tercerahkan: dia menjadi contoh pertama kemanusiaan yang benar-
benar penuh dan dimuliakan.
Kalau pandangan Yunani mengenai Inkarnasi membawa kaum beragama
menjadi lebih dekat kepada tradisi Timur, pandangan Barat mengenai
utusan junjungan kaum beragama menempuh jalan yang lebih eksentrik. Teologi klasik dipapar-
kan oleh Uskup Anselm dari Canterbury ( - 9), dalam risalahnya
Why God Became Man. Menurutnya, dosa yaitu kesalahan yang
amat besar sehingga pertobatan menjadi penting agar rencana-rencana
junjungan terhadap manusia tidak terhalangi. perkataan sudah dijadikan
daging untuk melakukan perbaikan atas nama chucky . Keadilan junjungan
menuntut pelunasan utang oleh seseorang yang memiliki pribadi
kejunjungan an dan kemanusiaan sekaligus: akibat besarnya pelanggaran
itu maka hanya seorang Anak junjungan saja yang bisa memberi penyelamatan bagi kita . namun , sebab yang bertanggung jawab
yaitu seorang manusia, sang penebus juga harus bagi anggota
ras manusia. inilah skema legalistik dan rapi yang melukiskan pikiran
junjungan , memutuskan dan menimbang keadaan seakan-akan dia yaitu
manusia biasa. Skema ini juga memperkuat citra mengenai junjungan yang
keras, yang hanya dapat dipuaskan melalui kematian diam-diam
anaknya sendiri, yang ditawarkan sebagai sejenis pengurbanan
manusia.
Doktrin Trinitas sudah sering disalahpahami di dunia Barat. Orang-
orang cenderung membayangkan adanya tiga figur suci atau sama
sekali mengabaikan doktrin itu dan mengidentifikasikan "yang kuasa " dengan
junjungan Ia dan memandang utusan junjungan kaum beragama sebagai pendamping junjungan
tidak lagi dalam peringkat yang setara. orang timurtengah dan Yahudi
menganggap doktrin itu membingungkan dan bahkan menghujat.
Sungguhpun , akan chucky lihat nanti bahwa ternyata baik
mistik Yudaisme maupun muslim sudah mengembangkan anggapan
kekuasaan yang teramat mirip. ide mengenai kenosis, ekstasi
pengosongan diri, contohnya, akan menjadi krusial dalam Kabbalah
maupun guru sme. Dalam Trinitas, Ia menyalurkan segala yang
ada pada dirinya kepada Putra, menyerahkan segala sesuatu bahkan
kemungkinan untuk mengungkapkan diri dalam perkataan yang lain.
Begitu perkataan sudah diucapkan, junjungan Ia menjadi hening: tak
ada yang bisa chucky katakan mengenai dia sebab satu-satunya junjungan
yang bisa chucky ketahui hanyalah logos atau Putra. sebab itu, Ia
tidak memiliki dentitas, tak ada "Aku" dalam pengertian biasa, dan
membingungkan pengertian chucky mengenai kepribadian. Sumber asal
Ada yaitu Tiada yang sudah diungkap tidak hanya oleh Denys,
namun juga oleh Plotinus, Philo, dan bahkan biksu . sebab Ia
biasanya ditampilkan sebagai pencarian Akhir dari kaum beragama , perjalanan
kaum beragama menjadi gerakan maju yang tak bertujuan. ide mengenai
suatu junjungan yang personal atau personalisasi Yang Mutlak sudah
menjadi bagian penting dari umat manusia: orang Hindu dan biksu
sudah memberi konsesi kepada peribadatan bhakti yang bersifat
personalistik. Namun, paradigma atau simbol Trinitas menyarankan
bahwa personalisme mesti ditransendensikan dan bahwa tidaklah
cukup untuk membayangkan junjungan sebagai manusia yang diperluas,
berperilaku dan bereaksi dengan cara yang sama seperti chucky .
Doktrin Inkarnasi dapat dipandang sebagai usaha lain untuk
menetralkan bahaya keberhalaan. Begitu "junjungan " dilihat sebagai
fakta yang sama sekali lain "di luar sana", dia dengan mudah akan
menjadi sekadar berhala dan proyeksi, yang memicu manusia
mengeksternalisasi dan menyembah praduga dan hasrat mereka
sendiri. Tradisi-tradisi kepercayaan yang lain sudah berusaha mencegah
hal ini dengan menekankan bahwa Yang Mutlak itu bagaimanapun
terjalin dengan kondisi manusia, seperti dalam paradigma Brahman-
Atman. Arius kemudian Nestorius dan Eutyches kesemuanya ingin
memicu utusan junjungan kaum beragama entah manusia atau junjungan , dan mereka berkeras
sebagiannya sebab kecenderungan untuk tetap memisahkan ke-
manusiaan dan kekuasaan dalam tataran terpisah. Benar, jalan keluar
yang mereka tempuh lebih bersifat rasional, namun dogma sebagai
lawan dari kerygma tidak mesti terbatas pada apa-apa yang bisa
diungkapkan sepenuhnya, seperti puisi atau musik. Doktrin Inkar-
nasi seperti yang secara serampangan dikemukakan oleh Athanasius
dan Maximus yaitu usaha mengartikulasikan pandangan
universal bahwa "junjungan " dan manusia haruslah tak terpisah. Di Barat,
di mana Inkarnasi tidak diformulasikan dengan cara ini, ada
kecenderungan untuk memandang junjungan tetap bersifat eksternal
terhadap manusia dan sebagai fakta alternatif bagi dunia yang chucky
kenal. Akibatnya, sangat mudah untuk menjadikan "junjungan " ini sekadar
sebagai sebuah proyeksi yang belakangan malah sudah ditinggalkan.
Namun dengan memicu utusan junjungan kaum beragama sebagai satu-satunya avatar, chucky
sudah melihatlihat bahwa orang kaum beragama sudah mengambil pandangan
eksklusif mengenai kebenaran kepercayaan : utusan junjungan kaum beragama yaitu perkataan junjungan yang
Pertama dan Terakhir bagi umat manusia, memicu masa depan tak diperlukan lagi. Akibatnya, sebagaimana juga orang
Yahudi, mereka guncang saat pada abad ketujuh di timurtengah ia, muncul
seorang utusan junjungan yang mengklaim sudah menerima langsung berkatNya dari
junjungan mereka dan membawa kitabsuci baru bagi umatnya. Sungguh-
pun , versi baru monoteisme itu, yang akhirnya dikenal se-
bagai "muslim ", menyebar dengan kecepatan yang sangat mengagum-
kan ke seantero Timur Tengah dan Afrika Utara. Banyak dari pengikut
barunya yang antusias di area -area ini dengan lega melepas
Trinitarianisme Yunani, yang mengungkapkan misteri junjungan dalam
idiom yang asing bagi mereka, dan menganut pandangan yang lebih
Semitik mengenai fakta junjungan .
sekitar tahun 6 , seorang pedagang timurtengah dari kota jazirah arab
yang ramai di Hijaz, yang tak pernah membaca kitabsuci dan
mungkin tak pernah mendengar mengenai yesya , yrmia ,
dan yhekiel , mengalami suatu kejadian ajaib yang sangat mirip
dengan pengalaman mereka. Setiap tahun utusan junjungan ibn Abdullah,
anggota suku pedagang timurtengah di jazirah arab , biasa mengajak istrinya
ke Gua Hira yang tidak jauh dari kota itu untuk melaksanakan
penyendirian spiritual selama bulan Ramadhan. Ini yaitu praktik
yang lazim dilakukan di kalangan penduduk jazirah timurtengah . utusan junjungan
menghabiskan waktu untuk berdoa kepada junjungan serta membagikan
makanan dan sedekah kepada fakir miskin yang mengunjunginya
selama periode suci itu. Dia mungkin juga banyak melewatkan waktu
dengan beban pikiran yang menggelisahkan. chucky mengetahui dari
kariernya di belakang hari bahwa utusan junjungan sangat prihatin akan
kerunjunjungan moral yang mengkhawatirkan di jazirah arab , di tengah
keberhasilan spektakuler yang belum lama diraih kota itu.
Dalam dua generasi terdahulu, kaum timurtengah masih menjalani
kehidupan nomadik yang keras di tanah timurtengah , seperti suku-suku
Badui yang lain: setiap hari dilalui dengan perjuangan untuk memper-
tahankan diri. namun , selama tahun-tahun terakhir abad keenam,
mereka sudah meraih keberhasilan besar dalam perdagangan dan
menjadikan jazirah arab area pemukiman paling penting di timurtengah .
Kini jumlah kekayaan mereka sudah melampaui impian-impian mereka
yang paling liar. Namun, gaya hidup mereka yang berubah drastis
ini mengimplikasikan bahwa nilai-nilai kesukuan lama sudah tergeser
oleh kapitalisme tak berperasaan yang merajalela. Orang-orang mera-
sa kehilangan orientasi. utusan junjungan tahu bahwa kaum timurtengah berada
dalam arah yang berbahaya dan perlu menemukan ideologi yang
dapat membantu mereka menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru.
Pada masa itu, setiap pemecahan politik cenderung bersifat
kepercayaan . utusan junjungan sadar bahwa kaum timurtengah sedang men-
jadikan uang sebagai kepercayaan baru. Hal ini tidak mengherankan, sebab
mereka tentu merasakan bahwa kemakmuran baru itu sudah "me-
nyelamatkan" mereka dari kehidupan nomadik yang penuh risiko,
melindungi mereka dari kekurangan gizi dan wabah pertikaian antar-
suku di area semenanjung timurtengah ia yang memicu orang-orang
Badui setiap hari berhadapan dengan bahaya kepunahan. Kini, mere-
ka hampir selalu memiliki persediaan pangan yang cukup. jazirah arab
kini menjadi pusat perdagangan dan keuangan internasional. Mereka
merasa sudah menjadi penentu nasib mereka sendiri, dan sebagiannya
bahkan mempercayai bahwa kemakmuran itu akan memberi mereka
kehidupan yang abadi. Namun, utusan junjungan merasa bahwa kultus
baru keswasembadaan (istaqa) ini akan memicu perpecahan
suku.
Pada masa-masa nomadik yang lalu, kepentingan suku selalu
harus didahulukan dibanding kepentingan pribadi: setiap anggota suku
mengetahui bahwa mereka saling bergantung satu sama lain untuk
mempertahankan hidup. Akibatnya mereka memiliki kewajiban
untuk memperhatikan orang miskin dan lemah dalam kelompok
etnik mereka. Kini, individualisme sudah menggantikan nilai-nilai
komunal dan persaingan berkembang menjadi norma. Masing-masing
individu mulai mengumpulkan kekayaan pribadi dan tidak peduli
kepada orang-orang timurtengah yang lemah. Setiap klan, atau kelompok
keluarga suku yang lebih kecil, saling bertikai untuk memperoleh bagian
dalam kemakmuran jazirah arab , dan sebagian dari klan yang kurang
beruntung (seperti klan utusan junjungan sendiri, yaitu klan Bani Hasyim)
merasa bahwa kelangsungan hidup mereka tengah terancam.
utusan junjungan yakin bahwa jika kaum timurtengah tidak meletakkan nilai
transenden lain di pusat kehidupan mereka dan menaklukkan egoisme
dan ketamakan mereka, maka suku itu akan terpecah belah secara
moral dan politik akibat perselisihan yang keras.
87
Situasi di bagian lain jazirah timurtengah ia juga suram. Selama berabad-
abad, suku-suku Badui di area Hijaz dan Nejed sudah hidup
dalam persaingan tajam satu sama lain demi memperebutkan
kebutuhan -kebutuhan pokok. Untuk membantu warga menanam-
kan semangat komunal yang esensial bagi pertahanan hidup, orang
timurtengah sudah mengembangkan sebuah ideologi yang dinamakan muruwah,
suatu teori etik yang banyak mengandung fungsi kepercayaan . Dalam
pengertian konvensional, orang timurtengah hanya memiliki sedikit waktu
bagi kepercayaan . Mereka memiliki sekumpulan para resi pagan
dan beribadat di tempat-tempat suci para dewa itu, namun tidak
mengembangkan mitologi yang menjelaskan relevansi para resi
dan tempat-tempat suci ini bagi kehidupan ruhani. Mereka tak
memiliki pandangan mengenai kehidupan sesudah mati, namun percaya
bahwa dahr, yang dapat diterjemahkan sebagai "waktu" dan "nasib",
sangatlah penting sebuah sikap yang barangkali esensial dalam
warga yang angka kematiannya begitu tinggi.
Para sarjana Barat sering menerjemahkan muruwah sebagai
"kejantanan", namun kata itu memiliki cakupan pengertian yang
jauh lebih luas: muruwah bisa berarti keberanian dalam peperangan,
kesabaran dan ketabahan dalam penderitaan, dan kesetiaan mutlak
kepada suku. Nilai-nilai muruwah menuntut seorang timurtengah untuk
mematuhi sayyid atau pemimpinnya setiap saat, tanpa peduli
keselamatan dirinya sendiri: dia harus mendedikasikan diri kepada
tugas-tugas mulia melawan semua kejahatan yang dilakukan terhadap
suku dan melindungi anggota-anggotanya yang lemah. Untuk men-
jamin kelangsungan hidup suku, sayyid membagi kekayaan dan harta
miliknya secara merata dan membalas kematian satu anggotanya de-
ngan membunuh satu anggota suku si pelaku pembunuhan. Di sini
chucky dapat melihat etika komunal secara sangat jelas: tak ada kewajiban
untuk menghukum pembunuh itu sendiri sebab seorang individu
bisa hilang tanpa jejak dalam komunitas, seperti warga timurtengah
sebelum datangnya muslim . Sebagai gantinya, satu anggota suku musuh
dipandang setara saja dengan yang lainnya untuk menegakkan
maksud seperti itu. Balas dendam atau utang nyawa balas nyawa
yaitu satu-satunya cara untuk menjamin sedikit keamanan sosial
di wilayah yang tak mengenal kekuasaan sentral ini, di mana setiap
kelompok suku yaitu hukum bagi dirinya sendiri dan tak terda-
pat sesuatu yang bisa dipersamakan dengan angkatan kepolisian za-
man sekarang. Jika seorang pemimpin suku gagal membalas dendam,
88
sukunya akan kehilangan martabat sehingga suku-suku lain akan
merasa bebas untuk membunuh anggota sukunya tanpa dihukum.
Hukum balas, dengan sudah menjadi bentuk keadilan yang
lazim. Ini berarti bahwa tak ada satu suku pun yang dengan gampang
dapat memperoleh yang derajat lebih tinggi dibanding yang lain. Ini
juga berarti bahwa berbagai suku dapat dengan mudah terlibat dalam
lingkaran kekerasan tanpa akhir, di mana satu penuntutan balas akan
memicu pembalasan yang lain jika orang-orang merasa bahwa
balas dendam itu dilakukan secara tidak proporsional terhadap ke-
salahan asalnya.
Meskipun tak diragukan lagi kebrutalannya, muruwah tetap me-
miliki banyak kelebihan. Muruwah sangat menekankan egalitaria-
nisme dan ketidakpedulian pada materi, yang, lagi-lagi, barangkali
esensial dalam wilayah yang tidak memiliki persediaan kebutuhan
pokok dalam jumlah yang memadai: kedermawanan yaitu ke-
bajikan yang penting dan mengajarkan orang-orang timurtengah untuk tidak
mengkhawatirkan hari esok. Sifat-sifat ini, sebagaimana akan chucky
saksikan, penting maknanya bagi muslim . Muruwah sudah berdampak
baik bagi orang timurtengah selama berabad-abad, namun sejak abad keenam
teori itu tak lagi mampu menjawab kondisi modemitas. Selama
fase terakhir periode pra-muslim , yang oleh kaum Muslim dinamakan
periode jahiliyyah (masa kebodohan), ketidakpuasan dan kekosongan
spiritual sudah menyebar luas. Orang timurtengah dikepung dari semua sisi
oleh dua imperium besar, Persia Sassanian dan Byzantium. Ide-ide
modern mulai menembus masuk ke timurtengah dari wilayah-wilayah yang
berpenghuni; para saudagar yang bepergian ke Suriah atau Irak
membawa pulang kisah-kisah hebat mengenai kehebatan
peradaban.
Namun, tampaknya mereka ditakdirkan untuk terus hidup dalam
barbarisme. Peperangan antarsuku yang tak henti-hentinya terjadi
memicu mereka tak mampu mengumpulkan sumber daya mereka
yang hanya sedikit itu dan menjadi orang timurtengah bersatu. Mereka tak
dapat menentukan nasib sendiri dan mendirikan sebuah peradaban
sendiri. Sebaliknya mereka justru selalu terbuka untuk dieks-
ploitasi oleh kekuatan-kekuatan besar: buktinya, wilayah yang lebih
subur dan canggih di timurtengah Selatan yang kini dikenal sebagai Yaman
(yang memiliki keuntungan dari hujan muson) sudah menjadi seka-
dar satu provinsi dalam wilayah kekuasaan Persia. Pada saat yang
sama, ide-ide baru yang menembus area itu memperkenalkan
89
individualisme yang meruntuhkan etos komunal lama. Doktrin kaum beragama
mengenai kehidupan sesudah mati, contohnya, memicu nasib abadi
setiap individu menjadi nilai yang suci: bagaimana ini bisa dicocokkan
dengan idealisme kesukuan yang menempatkan individu di bawah
kepentingan kelompok dan mengajarkan bahwa satu-satunya
keabadian manusia terletak pada keberlangsungan hidup suku?
utusan junjungan yaitu seorang jenius yang sangat luar biasa. saat
wafat pada tahun 6 , dia sudah berhasil menyatukan hampir semua
suku timurtengah menjadi sebuah komunitas baru, atau ummah. Dia sudah
mempersembahkan kepada orang-orang timurtengah sebuah spiritualitas
yang secara unik sesuai dengan tradisi mereka dan yang membukakan
kunci bagi sumber kekuatan yang besar sehingga dalam waktu seratus
tahun mereka sudah mendirikan imperium sendiri yang luas memben-
tang dari Himalaya hingga Pirenia, dan membangun sebuah peradaban
yang unik. Namun, saat utusan junjungan duduk berdoa di gua kecil
Hira selama masa ibadahnya pada bulan Ramadhan tahun 6 , dia
tidak membayangkan kesuksesan fenomenal seperti itu. Sebagaimana
kebanyakan orang timurtengah , utusan junjungan percaya bahwa yang kuasa , junjungan
Tertinggi dalam keyakinan timurtengah kuno, yang namanya secara seder-
hana berarti "junjungan '
!
, identik dengan junjungan yang disembah oleh
orang-orang Yahudi dan kaum beragama . Dia juga percaya bahwa hanya
seorang utusan junjungan dari junjungan ini yang akan mampu memecahkan masalah
warga nya, namun tak sedikit pun terbetik dalam pikirannya bahwa
dirinyalah yang akan menjadi utusan junjungan itu. Orang timurtengah pun secara prihatin
sadar bahwa yang kuasa belum pernah mengutus kepada mereka seorang
utusan junjungan atau menurunkan kitabsuci bagi mereka, meski tempat suci
baginya sudah ada di tengah-tengah mereka sejak masa yang sudah
tak dapat diingat lagi. Pada abad ketujuh, kebanyakan orang timurtengah
percaya bahwa tempat ibadah , bangunan sangat tua berbentuk kubus besar
yang terletak di jantung jazirah arab , awalnya didirikan demi
pengabdian kepada yang kuasa , walaupun pada saat itu tempat tersebut
diisi oleh dewa Hubal orang Nabatea. Semua penduduk jazirah arab
sangat bangga akan tempat ibadah yaitu tempat suci paling
penting di timurtengah ia. Setiap tahun orang-orang timurtengah dari segala penjuru
semenanjung melaksanakan ziarah ke jazirah arab , untuk menyeleng-
garakan ritus-ritus tradisional selama beberapa hari. Semua kekerasan
dilarang di sekeliling tempat suci tempat ibadah , sehingga mereka dapat
berdagang dengan damai satu sama lain di sana, sebab mengetahui
bahwa permusuhan-permusuhan lama untuk sementara harus ditunda.
9
Kaum timurtengah menyadari bahwa tanpa tempat suci itu mereka tak
akan meraih kesuksesan berniaga dan bahwa sebagian besar prestise
mereka di kalangan suku-suku bergantung pada penjagaan terhadap
tempat ibadah dan pada pelestarian kesuciannya yang ada di bawah tanggung
jawab mereka. Namun meski yang kuasa jelas-jelas sudah mengistimewakan
kaum timurtengah untuk tugas ini, dia tidak pernah mengirim kepada
mereka seorang utusan, seperti Ibrahim, mose , atau Isa, dan orang
timurtengah tak memiliki kitabsuci dalam bahasa mereka sendiri.
Oleh sebab itu, tersebar luas rasa inferioritas spiritual di antara
mereka. Orang Yahudi dan kaum beragama , mitra dagang yang sering ber-
hubungan dengan orang-orang timurtengah , acap mencela mereka sebagai
orang barbar yang tidak memperoleh berkatNya dari junjungan . Orang
timurtengah merasakan campuran rasa benci dan hormat kepada orang-
orang yang memiliki pengetahuan yang tak mereka memiliki ini.
Yudaisme dan kaum beragama tidak memperoleh banyak kemajuan di area
itu, meskipun orang timurtengah mengakui bahwa bentuk kepercayaan yang
progresif ini sebetulnya lebih unggul dibanding paganisme tradisional
mereka. Ada beberapa suku Yahudi yang tidak jelas asal usulnya di
pemukiman Yatsrib (kemudian menjadi Madinah) dan Fadak, hingga
ke utara jazirah arab , serta beberapa suku utara di perbatasan antara
imperium Persia dan Byzantium yang sudah beralih menganut aliran
Monofisit atau kaum beragama Nestorian. namun , orang Badui sangat
independen, mereka bertekad untuk tidak jatuh ke bawah salah satu
kekuatan adidaya seperti saudara-saudara mereka di Yaman dan sangat
menyadari bahwa baik orang Persia maupun Byzantium sudah meng-
gunakan kepercayaan Yahudi dan kaum beragama untuk mengembangkan pola-
pola imperial mereka di area itu. Mereka barangkali juga menya-
dari secara instingtif bahwa mereka sudah mengalami dislokasi kultural
yang cukup parah, seiring erosi tradisi-tradisi mereka sendiri. Mereka
sama sekali tak merasa menginginkan sebuah ideologi baru, apalagi
yang terungkap dalam bahasa dan tradisi asing.
Sebagian orang timurtengah tampaknya sudah berusaha menemukan
bentuk monoteisme yang lebih netral dan tidak ternoda kaitan impe-
rialistik. Sejarahwan kaum beragama Palestina, Sozomenos, mengemukakan
kepada chucky bahwa pada awal abad kelima beberapa orang timurtengah di
Suriah sudah menemukan kembali apa yang mereka sebut kepercayaan asli
Ibrahim, yang berkembang sebelum junjungan menurunkan Taurat atau
kitabsuci dan, dengan , bukan Yahudi atau kaum beragama . Tidak lama
sebelum utusan junjungan menerima panggilan keutusan junjungan annya sendiri,
9
penulis biografinya yang pertama, utusan junjungan ibn Ishaq (w. 767),
menjelaskan kepada chucky bahwa empat orang tokoh timurtengah jazirah arab
memutuskan untuk mencari hanifiyyah, kepercayaan asli Ibrahim. Sebagian
sarjana Barat sudah menyatakan bahwa sekte hanifiyyah yang kecil
ini yaitu sebuah fiksi kepercayaan yang menyimbolkan kegelisahan
spiritual zaman jahiliah, namun pasti memiliki dasar pijakan yang
faktual: Tiga di antara keempat hanif itu cukup dikenal oleh generasi
pertama Muslim: Ubaidillah ibn Jahsy, keponakan utusan junjungan ;
Waraqah bin Naufal, yang akhirnya berkepercayaan kaum beragama ; dan Zaid ibn
Amr, paman Umar bin Khattab, salah seorang sahabat dekat utusan junjungan
dan khalifah kedua dalam pemerintahan muslim . Ada sebuah kisah
bahwa pada suatu hari, sebelum meninggalkan jazirah arab menuju Suriah
dan Irak untuk mencari kepercayaan Ibrahim, Zaid berdiri di sisi tempat ibadah ,
bersandar ke bangunan suci itu dan berkata kepada orang timurtengah
yang sedang melakukan ritus mengelilinginya dalam cara yang sudah
dilakukan sejak lama: "Wahai timurtengah , demi yang jiwa Zaid berada
di tangannya, tak ada seorang pun dari kalian yang mengikuti kepercayaan
Ibrahim kecuali aku." Kemudian dengan sedih dia menambahkan,
"Ya junjungan , andaikan aku tahu bagaimana engkau ingin disembah,
niscaya aku akan menyembahmu dengan cara itu; namun aku tidak tahu."
Kerinduan Zaid terhadap berkatNya junjungan akhirnya terpenuhi di Gua
Hira pada tahun 6 di malam ketujuh belas bulan Ramadhan, saat
utusan junjungan dibangunkan dari tidur dan merasakan dirinya didekap
oleh kehadiran berorientasi junjungan yang dahsyat. Belakangan dia menceritakan
pengalaman luar biasa ini dalam istjunjungan -istjunjungan khas timurtengah . Dia berkata
bahwa satu malaikat menampakkan diri kepadanya dan memberinya
sebuah perintah singkat: "Bacalah!" Seperti halnya utusan junjungan -utusan junjungan
Ibrani yang sering merasa berat mengucapkan perkataan junjungan ,
utusan junjungan menolak dan memprotes, "Aku bukan seorang pembaca!"
Dia bukanlah seorang kahin, seorang peramal ekstatik timurtengah yang
mengaku fasih membaca nubuat-nubuat yang diilhamkan. namun ,
utusan junjungan berkata, malaikat itu kemudian mendekapnya semakin
kuat, sehingga dia merasa seolah-olah napasnya akan meninggalkan
tubuhnya. Persis pada saat utusan junjungan merasa seakan tak mampu
lagi bertahan, malaikat itu melepaskannya dan kembali memerintahkan,
"Bacalah!" (iqra'!). utusan junjungan lagi-lagi menolak dan malaikat itu
pun mendekapnya lagi hingga dia merasa sudah mencapai batas
daya tahannya. Akhirnya, di akhir dekapan dahsyat yang ketiga,
utusan junjungan merasakan kata-kata pertama dari sebuah kitabsuci baru
mengalir keluar dari mulutnya:
Bacalah dengan nama junjungan mu, yang sudah menciptakan
menciptakan manusia dari segumpal darah! Bacalah, dan
junjungan mulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar [manusia] dengan
perantaraan kalam Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
perkataan junjungan sudah diucapkan untuk pertama kalinya dalam
bahasa timurtengah , dan kitabsuci ini akhirnya akan dinamakan kitab muslim Bacaan.
utusan junjungan merasa dirinya berada dalam ketakutan dan
perubahan, bergidik memikirkan bahwa dia mungkin sudah menjadi
sekadar seorang kahin tak terhormat yang dimintakan pendapatnya
oleh orang-orang saat mereka kehilangan unta. Seorang kabin
diduga dikuasai oleh jin, sejenis makhluk halus yang dipercayai
menghuni daratan timurtengah , yang bisa berubah-ubah wujud dan menyesat-
kan manusia. Para penyair juga percaya bahwa diri mereka dikuasai
oleh jin-jin pribadi mereka. Hasan ibn Tsabit, seorang penyair Yatsrib
yang kemudian masuk muslim , berkata bahwa saat dia pertama kali
memperoleh dorongan untuk menjadi penyair, jinnya menampakkan
diri kepadanya, mengempaskannya ke tanah, dan mendorong kata-
kata ilham keluar dari mulutnya. Hanya inilah bentuk pengilhaman
yang dikenal oleh utusan junjungan . Bayangan bahwa dia mungkin sudah
menjadi majnun, dikuasai jin, memenuhi dirinya dengan rasa putus
asa seakan-akan keinginannya untuk hidup pupus sudah. Dia sangat
tidak menyenangi para kabin itu, yang biasanya mengeluarkan nubuat
berupa kata-kata kosong yang tak masuk akal, dan dia pun sangat
berhati-hati untuk membedakan kitab muslim dari syair-syair timurtengah kon-
vensional. Kini, sembari bergegas keluar dari gua, utusan junjungan merasa
seakan ingin mengempaskan dirinya dari puncak bukit. Namun, di
sisi bukit dia kembali melihat sesosok makhluk yang, kemudian, diketahui sebagai malaikat :
saat aku berada di tengah jalan pegunungan , aku mendengar suara
dari langit berkata: "Hai utusan junjungan ! Engkau yaitu utusan junjungan dan
aku yaitu malaikat ." Aku menengadahkan kepala ke arah langit untuk
melihat siapa yang berbicara, dan, kulihat malaikat dalam rupa seorang
manusia dengan kaki di kedua sisi ufuk ... aku berdiri memandangnya,
tak bergerak surut atau maju; kemudian aku memalingkan wajah darinya, namun ke bagian langit mana pun kulayangkan pandangan,
dia tetap terlihat.
Di dalam muslim , malaikat sering diidentifikasikan sebaga Ruh Suci
pembawa berkatNya, perantara yang melaluinya junjungan berkomunikasi
dengan manusia. Dia bukanlah malaikat naturalistik, namun hadir di
mana-mana sehingga mustahil bisa melarikan din darinya. utusan junjungan
sudah memperoleh pemahaman luar biasa mengenai fakta junjungan , yang
oleh utusan junjungan -utusan junjungan Ibrani dinamakan kaddosh, kesucian, keberbedaan junjungan
dan segala sesuatu. saat mengalaminya, mereka juga sudah merasa
begitu dekat dengan kematian dan berada dalam ketegangan fisik
dan mental. namun , tidak seperti yesya atau yrmia , utusan junjungan
tidak memiliki penghibur berupa tradisi yang sudah mapan untuk
menyokongnya. Pengalaman yang menakutkan itu seolah-olah jatuh
menimpanya secara tiba-tiba dan meninggalkannya dalam keadaan
tercekam. Dalam deritanya, secara instingtif dia berpaling kepada
istrinya, sahabat junjungan .
Berjalan tertatih sambil gemetaran hebat, utusan junjungan menjatuhkan
diri ke pangkuan istrinya, "Selimuti aku, selimuti aku!" serunya,
memohon istrinya untuk melindungi dirinya. saat rasa takut mulai
menghilang, utusan junjungan bertanya kepada sahabat junjungan apakah dirinya
betul-betul sudah menjadi majnun. sahabat junjungan bersegera memberi kete-
gasan: "Engkau yaitu orang yang baik dan penuh perhatian kepada
sanak saudaramu. Engkau menolong fakir miskin dan orang yang
kesulitan, dan ikut memikul beban mereka. Engkau berusaha me-
ngembalikan akhlak mulia yang nyaris hilang dari kaummu. Engkau
menghormati tamu dan membantu orang-orang yang susah. Tak
mungkin engkau (majnun)."
junjungan tidak bertindak dengan sewe-
nang-wenang. sahabat junjungan menganjurkan agar mereka berkonsultasi
dengan keponakanya , Waraqah, yang saat itu penganut kaum beragama dan mempelajari kitabsuci . Waraqah sama sekali tidak sangsi: utusan junjungan sudah menerima berkatNya dari junjungan mose dan utusan junjungan -utusan junjungan lain, dan
sudah menjadi utusan junjungan bagi bangsa timurtengah . Akhirnya, sesudah melalui
periode beberapa tahun, utusan junjungan menjadi yakin bahwa memang
lah halnya dan mulai mendakwahi kaum timurtengah , menghadir-
kan bagi mereka sebuah kitabsuci dalam bahasa mereka sendiri.
Namun, tidak seperti Taurat yang menurut kisah kitab diberkatNya-
kan kepada mose dalam satu waktu secara sekaligus di Gunung Sinai,
kitab muslim dianugerahkan kepada utusan junjungan secara sepenggal-sepenggal,
sebaris demi sebaris dan seayat demi seayat dalam kurun waktu dua
puluh tiga tahun. PeberkatNyaan itu terus terjadi dalam pengalaman
yang memberatkan. "Tak pernah aku menerima berkatNya tanpa pera-
saan bahwa jiwaku seolah-olah akan tercerabut dari diriku," ujar
utusan junjungan beberapa tahun kemudian.
Dia hams menyimak perkataan -
perkataan suci itu dengan penuh perhatian, berusaha memperoleh visi
dan arti penting yang tidak selalu sampai kepadanya dalam bentuk
verbal yang jelas. kadang , katanya, kandungan pesan junjungan
itu sangat jelas: dia seolah-olah melihat malaikat dan mendengar apa
yang diucapkannya. namun , pada waktu lain, berkatNya itu sangat
sulit diartikulasikan: "kadang ia datang kepadaku bagaikan gema
sebuah genta, dan itulah yang paling sulit; gema itu menyurut saat
aku sudah sadar akan pesan yang disampaikan."
Para penulis biografi
pertama pada periode klasik sering menunjukan utusan junjungan
menyimak secara tekun apa yang mungkin mesti chucky sebut ungkapan
alam bawah sadar dengan autoritas dan integritas yang secara misterius
bukan yaitu bagian dari dirinya persis seperti seorang penyair
menjelaskan proses "penyimakan" sebuah puisi yang secara perlahan
muncul dari ruang pikiran yang tersembunyi. Di dalam kitab muslim ,
junjungan memerintahkan utusan junjungan untuk mendengarkan makna yang
tidak koheren itu dengan saksama dan dengan apa yang dinamakan
oleh Wordsworth sebagai "kepasifan yang bijaksana."
Dia tidak boleh
tergesa-gesa memaksakan kata atau makna teori tual tertentu pada berkatNya itu sebelum maknanya yang sejati terungkap pada saat yang
tepat:
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) kitab muslim
sebab hendak cepat-cepat (menguasai)-nya. sebetulnya atas
tanggungan Kamjunjungan mengumpulkannya (di dadamu) dan (mem-
buatmu pandai) membacanya. Apabila Kami sudah selesai membaca-
kannya maka ikutjunjungan bacaannya itu. Kemudian, sebetulnya atas tanggungan Kamjunjungan penjelasannya.
Sebagaimana semua bentuk kreativitas, ini juga yaitu proses
yang sulit. utusan junjungan sering masuk ke keadaan trans dan kadang-
kadang seakan kehilangan kesadaran: dia sering jadi berkeringat,
bahkan di hari yang dingin, dan merasakan beban batin yang berat
seperti duka yang mendorongnya untuk merunduk meletakkan kepala
di antara kedua lututnya, sebuah posisi yang diambil oleh sebagian
mistikus Yahudi kontemporer saat mereka masuk ke keadaan
kesadaran yang berubah meskipun utusan junjungan tentunya tidak
mengetahui hal ini.
Tidak mengherankan jika utusan junjungan merasakan berkatNya sebagai
ketegangan yang begitu besar: dia bukan hanya sedang mengusaha -
kan sebuah solusi politik yang sama sekali baru bagi umatnya, melain-
kan juga sedang menyusun salah satu karya sastra dan spiritual klasik
terbesar sepanjang zaman. Dia yakin bahwa dia tengah menyusun
perkataan junjungan yang tak terucapkan ke dalam bahasa timurtengah , sebab
kitab muslim bersifat sentral bagi spiritualitas muslim sebagaimana halnya
utusan junjungan kaum beragama , sang logos, bagi kaum beragama . chucky mengetahui lebih banyak mengenai
utusan junjungan dibanding para pendiri kepercayaan besar lainnya, dan, di
dalam kitab muslim , yang waktu turun berbagai surah atau bagiannya
dapat diketahui dengan tingkat akurasi yang masuk akal, chucky dapat
melihat bagaimana visi utusan junjungan berevolusi secara perlahan dan
menjadi semakin universal dalam cakupannya. awalnya dia
tidak melihat lingkup tugas yang harus dipikulnya, sebab hal itu
diperlihatkan kepadanya sedikit demi sedikit, seiring responsnya
terhadap logika batin peristiwa-peristiwa yang terjadi. Di dalam Al-
kitabmuslim, chucky bisa menemukan komentar orang-orang sezaman mengenai
awal kedatangan muslim yang unik dalam sejarah kepercayaan . Di dalam
kitabsuci ini, junjungan tampaknya menjelaskan mengenai perkembangan
situasi: dia menjawab para pengkritik utusan junjungan , menguraikan mak-
na suatu peperangan atau konflik yang terjadi di dalam warga
muslim generasi pertama, dan menunjukkan dimensi berorientasi junjungan kehidupan
manusia.
kitab muslim tidak turun kepada utusan junjungan dalam susunan seperti
yang chucky jumpai pada masa sekarang, namun dalam susunan yang
lebih acak, sesuai peristiwa-peristiwa yang datang dan penyimakannya
atas makna yang lebih dalam. Setiap kali bagian baru dianugerahkan ,
utusan junjungan , yang tidak bisa membaca atau menulis, akan mengucap-
kannya keras-keras. Kaum Muslim pun menghafalnya sedangkan
beberapa sahabat yang bisa baca-tulis menyalinnya. sekitar dua puluh
tahun sesudah wafatnya utusan junjungan , kompilasi resmi pertama atas
berkatNya ini diselesaikan. Para editor meletakkan surah-surah terpanjang
pada bagian awal dan yang tersingkat di bagian akhir. Susunan seperti
ini tidaklah seacak kelihatannya, sebab kitab muslim bukanlah sebuah
narasi atau argumen yang memerlukan tatanan berurutan. Susunan
itu merefleksikan berbagai tema: kehadiran junjungan di dunia, kehidupan
para utusan junjungan , atau Hari Akhir. Bagi orang yang tidak bisa mengapresiasi
keindahan bahasa timurtengah yang luar biasa, kitab muslim tampak membosan-
kan dan bertele-tele sebab sering mengulang-ulang tema yang sama.
Namun, kitab muslim tidak dimaksudkan untuk menjadi bahan kajian
secara pribadi, melainkan untuk pembacaan liturgis. saat kaum
Muslim mendengar sebuah surah dibacakan di dalam tempat ibadah , mereka
diingatkan kembali kepada semua ajaran inti loyalitas mereka.
saat mulai berdakwah di jazirah arab , utusan junjungan hanya memiliki
teori yang sangat sederhana mengenai perannya. Dia tidak berpikir
bahwa dirinya tengah membangun sebuah kepercayaan universal, melain-
kan keyakinan kuno yang mengajarkan keesaan junjungan kepada orang-
orang timurtengah . awalnya dia bahkan tak pernah mengira harus berdakwah kepada suku-suku timurtengah selain penduduk jazirah arab dan
sekitarnya.
Dia tak pernah bermimpi akan membangun sebuah teo-
krasi dan mungkin sama sekali tidak mengetahui apa teokrasi itu:
dia sendiri tak mesti memiliki fungsi politik di dalam pemerintahan,
kecuali sebagai seorang nadzir, pemberi peringatan.
yang kuasa sudah
mengutusnya untuk memperingatkan kaum timurtengah mengenai situasi
berbahaya yang tengah mereka hadapi. namun , pesan awal
yang disampaikannya bukanlah mengenai musibah dan bencana, melain-
kan mengenai harapan yang membahagiakan. utusan junjungan tidak harus
membuktikan eksistensi junjungan kepada kaum timurtengah . Mereka secara
implisit sudah beroyalitas kepada yang kuasa , yang menciptakan langit dan
bumi, dan kebanyakan dari mereka mempercayai nya sebagai junjungan yang
disembah oleh orang Yahudi maupun kaum beragama . Keberadaannya sudah
diterima begitu saja. Sebagaimana perkataan junjungan kepada utusan junjungan
pada sebuah surah awal di dalam kitab muslim :
Dan sebetulnya jika kamu tanyakan kepada mereka-. "Siapakah
yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan
bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "yang kuasa , "maka betapakab mere-
ka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).
Dan sebetulnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah
yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu
bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "yang kuasa , "namun
kebanyakan mereka tidak memahami-(nya).
masalah nya yaitu , kaum timurtengah tidak memikirkan implikasi
kepercayaan mereka itu. junjungan sudah menciptakan mereka dari setetes
air mani, seperti dijelaskan oleh berkatNya yang pertama diturunkan;
mereka bergantung kepada rezeki dan perlindungan dari junjungan ,
namun mereka masih menganggap diri sebagai pusat jagat raya
berdasarkan praduga yang tidak realistis (yatqa) dan rasa sombong
berlebihan (istaghna)
tanpa memedulikan tanggung jawab mereka
sebagai anggota warga timurtengah yang terhormat.
Oleh sebab itu, semua ayat pertama kitab muslim menganjurkan
kaum timurtengah agar menyadari rahmat junjungan yang dapat mereka
lihat ke mana pun mata mereka memandang. Mereka akan sadar
betapa banyak mereka masih berutang kepada junjungan di tengah
kesuksesan besar yang sudah mereka capai, dan akan mengapresiasi
kebergantungan mutlak mereka kepada Pencipta tatanan alam:
Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya!
Dari apakah yang kuasa menciptakannya?
Dari setetes mani, yang kuasa menciptakannya lalu menentukannya. Kemu-
dian Dia memudahkan jalannya, kemudian Dia mematikannya dan
memasukkannya ke dalam kubur, kemudian bila Dia menghendaki,
Dia membangkitkannya kembali.
Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang
diperintahkan yang kuasa kepadanya.
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesung-
guhnya Kami sudah benar-benar mencurahkan air (dari langit), kemu-
dian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan
biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun danpohon
kurma, kebun-kebun yang lebat, dan buah-buahan serta rumput-
rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang
ternakmu.
Oleh sebab itu, yang jadi masalah bukanlah pengakuan atas
keberadaan junjungan . Di dalam kitab muslim , "orang yang ingkar" (kafir bi
ni'mah yang kuasa ) bukanlah orang sayap kiri dalam pengertian yang lazim
chucky pahami atas kata tersebut, yaitu orang yang tidak percaya kepada
junjungan , melainkan orang yang tidak bersyukur kepadanya, yang mam-
pu melihat dengan jelas apa yang sudah dilimpahkan yang kuasa kepadanya,
namun menolak untuk mengagungkannya dengan semangat pembang-
kangan yang tak berterima kasih.
kitab muslim tidak mengajarkan sesuatu yang baru kepada kaum
Quraish. Bahkan, kitab itu dengan teguh mengklaim sebagai "peng-
ingat" akan hal-hal yang sudah diketahui, yang diungkapkannya dengan
lebih jelas. kadang kitab muslim membuka suatu topik dengan
anak kalimat: "Apakah kalian tidak melihat ...?" atau "Apakah kalian
tidak berpikir ...?" perkataan junjungan tidak sekadar mengeluarkan perintah-
perintah yang arbitrer dari atas, namun mengajak orang-orang timurtengah
untuk berdialog. kitab muslim , contohnya, memperingatkan mereka bahwa
tempat ibadah , rumah yang kuasa , sangat berpengaruh terhadap keberhasilan mere-
ka yang pada hakikatnya yaitu karunia junjungan . Kaum timurtengah
senang menyelenggarakan thawaf mengelilingi tempat suci itu, namun
saat mereka meletakkan diri dan keberhasilan material mereka
sendiri di pusat kehidupan, mereka lupa akan makna ritus-ritus kuno
ini. Mereka harus melihat "tanda-tanda" (ayat) rahmat dan kekuasaan
junjungan di alam semesta. Jika mereka gagal mewujudkan kembali
rahmat junjungan dalam warga mereka sendiri, mereka takkan dapat
menangkap hakikat dari segala sesuatu. Oleh sebab itu, para peng-
ikut utusan junjungan diperintahkan untuk menunaikan ibadah shalat.
Gerakan-gerakan eksternal ini akan membantu seorang timurtengah mena-
namkan sikap batin dan menetapkan kembali arah kehidupan mereka.
kepercayaan utusan junjungan dikenal dengan nama muslim , kepasrahan eksis-
tensial yang diharapkan untuk diberikan setiap Muslim kepada yang kuasa :
seorang timurtengah yaitu seseorang yang menyerahkan segenap dirinya
kepada Sang Pencipta. Kaum timurtengah terkejut saat melihat umat
Muslim generasi pertama melakukan shalat: mereka tidak bisa
menerima bahwa anggota suku timurtengah yang selama berabad-abad
sudah membanggakan independensi Badui harus tersungkur bersujud
di atas tanah seperti seorang budak. Hal ini memicu kaum
Muslim harus menarik diri ke lembah-lembah kecil tersembunyi di
sekitar kota untuk melaksanakan shalat secara rahasia. Reaksi kaum
timurtengah menunjukan bahwa utusan junjungan sudah mendiagnosis spirit
mereka dengan sangat tepat.
Dalam praktiknya, muslim berarti bahwa kaum Muslim memiliki
kewajiban untuk menciptakan warga yang adil dan setara di
mana orang-orang miskin dan lemah diperlakukan secara layak. Pesan
moral kitab muslim yang pertama sederhana saja: janganlah menimbun
kekayaan dan mencari keuntungan bagi diri sendiri, namun bagjunjungan
kemakmuran secara merata dengan menyedekahkan sebagian harta
kepada fakir miskin.
sangat mewaspadai spekulasi teologis, mengesampingkannya sebagai
zhanna, yaitu menduga-duga mengenai sesuatu yang tak mungkin
diketahui atau dibuktikan oleh siapa pun. Doktrin kaum beragama mengenai
Inkarnasi dan Trinitas tampaknya yaitu contoh pertama zhanna
dan tidak mengherankan jika orang timurtengah memandang ajaran-ajaran
itu sebagai penghujatan. Sebaliknya, sebagaimana di dalam Yudaisme,
junjungan dialami sebagai dorongan untuk menegakkan moral. Meskipun
hampir tak pernah berhubungan dengan orang Yahudi atau kaum beragama
maupun kitab kitabsuci mereka, utusan junjungan sudah langsung menero-
bos ke dalam inti monoteisme historis.
namun , di dalam kitab muslim , yang kuasa tampil lebih impersonal
dibanding YHWH. Dia tidak dicirikan oleh sedih dan senang seperti
junjungan kitab . chucky hanya mungkin memahami sesuatu mengenai
junjungan melalui "tanda-tanda" alam, dan begitu transendennya junjungan
sehingga chucky hanya bisa membicarakannya melalui "perumpamaan."
Oleh sebab itu, kitab muslim berulang-ulang mengimbau kaum Muslim
untuk melihat alam sebagai penampakan junjungan (epiphany); mereka
harus memakai usaha imajinatif untuk melihat melalui dunia
yang beraneka ini wujud asal yang utuh, fakta transenden yang
menapasi segala sesuatu. Kaum Muslim diajak untuk menumbuhkan
sikap sakramental atau simbolik:
sebetulnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayardi laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang yang kuasa turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya, dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; sungguh (ada ) tanda-tanda [ayat] (keesaan dan kebesaran
yang kuasa ) bagi kaum yang memikirkan.
kitab muslim selalu menekankan perlunya penggunaan akal dalam
menguraikan "tanda" atau "pesan" dari junjungan . Kaum Muslim tidak
boleh merendahkan akal mereka, namun harus mengamati alam de-
ngan penuh perhatian dan keingintahuan. Sikap inilah yang memicu
orang timurtengah generasi berikutnya mampu membangun tradisi ilmu
pengetahuan alam yang baik, yang tak pernah dianggap sebagai
ancaman terhadap kepercayaan sebagaimana yang terjadi di dunia kaum beragama .
Kajian mengenai sistem kerja alam menunjukkan bahwa alam ini memiliki
dimensi dan sumber transenden, yang hanya dapat chucky bicarakan
melalui tanda-tanda dan simbol-simbol: bahkan kisah para utusan junjungan , ajaran
mengenai Hari Kiamat, dan kesenangan-kesenangan surgawi tidak boleh
diinterpretasikan secara harfiah, namun sebagai perumpamaan mengenai
fakta yang lebih tinggi dan tak terlukiskan.
Namun, yang paling besar dari semua tanda yaitu kitab muslim itu
sendiri: bahkan bagian-bagian terkecilnya yang dinamakan ayat. Orang
Barat memandang kitab muslim sebagai kitab yang sulit, dan ini terutama
berkaitan dengan masalah penerjemahan. Bahasa timurtengah memang sulit
dan terasa janggal saat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Kaum Muslim sering mengatakan bahwa saat mereka
membaca terjemahan kitab muslim , mereka merasa seperti membaca
kitab yang berbeda sebab tak ada lagi kandungan keindahan bahasa
timurtengah nya yang tersampaikan. Sebagaimana tersirat dari namanya, Al-
kitabmuslim ditujukan untuk dibaca dengan suara keras, dan pengaruh
yang timbul dari bunyi bahasa itu yaitu bagian penting dari
kitabsuci ini. Kaum Muslim mengatakan bahwa saat mereka
mendengar kitab muslim dibacakan di tempat ibadah , mereka merasa dilingkupi
oleh suara yang berdimensi berorientasi junjungan , nyaris seperti utusan junjungan saat
didekap oleh malaikat di Gua Hira atau saat dia melihat malaikat me-
menuhi seluruh penjuru ufuk. kitab muslim bukanlah sebuah kitab yang
dibaca sekadar untuk memperoleh informasi. Membaca kitab muslim
dimaksudkan untuk memetik rasa mengenai yang junjungan , dan sebab nya
tidak untuk dibaca dengan tergesa-gesa:
Dan lah Kami menurunkan kitab muslim dalam bahasa timurtengah ,
dan Kami telab menerangkan dengan berulang-ulang di dalamnya
sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) kitab muslim
itu memicu pengajaran bagi mereka.
Maka kudus yang kuasa Raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah
kamu tergesa-gesa membaca kitab muslim sebelum disempurnakan
dianugerahi nya kepadamu, dan katakanlah: "Ya junjungan ku, tambah-
kanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
7
Dengan mendekati kitab muslim dalam cara yang benar, kaum Muslim
mengakui bahwa mereka betul-betul mengalami rasa transendensi,
mengenai fakta dan kekuatan tertinggi di balik fenomena dunia fana
yang rentan dan sementara. Oleh sebab itu, membaca kitab muslim
yaitu latihan spiritual yang sukar dipahami oleh orang kaum beragama
sebab mereka tak memiliki bahasa sakral seperti halnya orang-
orang Yahudi, Hindu, dan Muslim. utusan junjungan kaum beragama lah yang menjadi perkataan
junjungan , dan tak ada yang suci dalam kitabsuci yang berbahasa
Yunani itu. namun , orang Yahudi memiliki sikap yang sama
terhadap Taurat. saat mereka mengkaji lima kitab pertama dari
kitabsuci , mereka tidak sekadar melayangkan pandangan ke halaman
demi halaman. Mereka sering melantunkan perkataan -perkataan itu dengan
suara keras, menikmati kata-kata yang dipercaya sudah diucapkan oleh
junjungan sendiri saat dia menunjukan dirinya kepada mose di
Sinai. kadang mereka berayun ke belakang dan ke depan, seperti
nyala api di depan embusan napas sang Ruh. Tak diragukan lagi
bahwa orang Yahudi yang membaca kitabsuci mereka dengan cara
seperti ini memperoleh pengalaman yang berbeda mengenai kitab
suci dibanding orang kaum beragama yang memandang Lima kitab mose
sebagai bagian yang membosankan dan tak jelas.
Para penulis biografi awal utusan junjungan sering menggambarkan
ketakjuban dan keterkejutan yang dialami orang-orang timurtengah saat
mereka pertama kali mendengarkan kitab muslim . Banyak yang berpindah
kepercayaan sesaat itu juga, sebab percaya bahwa hanya junjungan lah
yang bisa menyusun langgam bahasa dengan keindahan yang
menakjubkan itu. Sering pula seorang penganut baru menggambarkan
pengalaman itu sebagai rasukan junjungan yang mengalirkan kerinduan
terpendam dan membebaskan desakan-desakan perasaan. -
lah pengakuan pemuda timurtengah , seperti Umar ibn Khattab yang
pernah menjadi musuh paling berbahaya bagi utusan junjungan ; dia dahulu-
nya penyembah setia para resi paganisme kuno dan siap untuk
membunuh utusan junjungan . namun , tokoh Muslim yang bisa diibaratkan
sebagai Saulus dari Tarsus ini beralih kepercayaan bukan sebab melihat
utusan junjungan kaum beragama sang perkataan , melainkan sebab kitab muslim . Ada dua versi mengenai
kisah konversi Umar, keduanya berharga untuk dicatat. Versi pertama
mengisahkan Umar memperoleh i saudara perempuannya, yang sudah
masuk muslim secara diam-diam, tengah menyimak pembacaan sebuah
surah baru. "Omong kosong apa itu?" dia membentak dengan keras
sembari menyerbu masuk ke dalam rumah, dan mengempaskan
Fatimah yang malang ke tanah. Namun saat dia melihat saudara
perempuannya berdarah, Umar mungkin merasa bersalah, raut wajah-
nya berubah. Dia memungut manuscript yang tak sengaja terjatuh sebab
takut dari tangan pembaca kitab muslim yang didatangkan Fatimah ke
rumah itu. sebab Umar termasuk di antara sedikit orang timurtengah
yang bisa baca-tulis, dia pun mulai membacanya. Umar diakui me-
miliki autoritas dalam soal syair lisan bahasa timurtengah dan sering dimintai
pendapat oleh para penyair mengenai makna yang tepat dari bahasa
itu, namun Umar belum pernah menjumpai sesuatu yang serupa de-
ngan kitab muslim . "Betapa agung dan indahnya kalimat ini!" dia berkata
dengan penuh rasa takjub, dan pada saat itu juga dia berpindah
menganut kepercayaan yang kuasa .
8
Keindahan kata-kata kitab muslim sudah menembus kebencian dan
prasangka Umar ibn Khattab menuju pusat ketundukan yang belum
pernah disadarinya. chucky semua sudah memiliki pengalaman yang
mirip, saat sebuah puisi menyentuh rasa pengakuan yang berada
pada tingkat yang lebih dalam dibanding akal. Dalam versi lain mengenai
masuk muslim nya Umar, dikisahkan bahwa pada suatu malam dia
bertemu utusan junjungan di tempat ibadah , yang tengah melantunkan kitab muslim
dengan suara perlahan di depan tempat suci itu. sebab merasa
ingin mendengarkan perkataan -perkataan itu, Umar menyelinap ke bawah
tirai yang menutupi bangunan kubus besar itu dan berjalan menyelinap
hingga akhirnya tiba persis di depan utusan junjungan . Seperti yang dikatakannya,
"Tak ada sesuatu pun di antara kami berdua kecuali tirai penutup
tempat ibadah " tak ada yang melindungi dirinya kecuali satu itu. Kemudian
kekuatan gaib dari bahasa timurtengah itu mulai berpengaruh: "saat aku
mendengar kitab muslim , hatiku menjadi lembut sehingga aku menangis
dan kubiarkan muslim menyelinap memasuki jiwaku."
9
kitab muslim
menjadikan junjungan bukan sebuah fakta mahaperkasa yang berada
"jauh di luar sana". kitab muslim menghadirkan junjungan di dalam pikiran,
hati, dan wujud setiap orang yang beroyalitas (mukmin).
Pengalaman Umar dan orang timurtengah lainnya yang tergugah untuk
menganut muslim sebab kitab muslim mungkin bisa diperbandingkan
dengan pengalaman seni seperti yang diketengahkan oleh George
Steiner dalam artikelnya Real Presences: Is There Anything in What We
Say? Steiner berbicara mengenai apa yang dinamakan nya "penjalaran seni,
sastra, dan musik serius" yang "mempertanyakan privasi terjauh eksis-
tensi chucky ," invasi atau pewartaan yang menerobos ke dalam "relung
kecil wujud chucky " dan memerintahkan chucky "ubahlah kehidupanmu!"
Sesudah panggilan itu, relung tersebut "tak lagi dapat dihuni dalam
cara yang sama seperti sebelumnya."
Muslim seperti Umar tampak-
nya memperoleh pengalaman guncangan perasaan yang serupa, desakan
yang membangunkan dan mengusik, yang memampukan mereka
menjalani keterputusan yang menyakitkan dengan tradisi masa lalu.
Bahkan orang-orang timurtengah yang sudah menolak muslim tak luput
terguncang oleh kitab muslim dan menemukannya berada di luar semua
kategori yang sudah mereka kenal: tak ada sama sekali bagian kitab muslim
yang mirip dengan inspirasi kahin atau penyair; juga sama sekali
berbeda dari jampi tukang sihir. Beberapa kisah menunjukkan orang-
orang kuat timurtengah yang tetap bersikukuh dalam sikap menentang
tampak gemetar saat mendengar pembacaan sebuah surah. utusan junjungan
seakan-akan sudah menciptakan bentuk sastra baru yang belum siap
diterima oleh sebagian orang namun mengguncangkan sebagian lain-
nya. Tanpa pengalaman mengenai kitab muslim ini, hampir tidak mungkin
bagi muslim untuk dapat mengakar. chucky sudah melihatlihat bahwa
orang Israel kuno memerlukan waktu sekitar 7 tahun untuk me-
mutuskan keterikatan dengan keyakinan lama mereka dan menerima
monoteisme, namun utusan junjungan berhasil membantu orang timurtengah untuk
melalui transisi yang sulit ini hanya dalam waktu dua puluh tiga
tahun. utusan junjungan sebagai penyair dan utusan junjungan , dan kitab muslim sebagai
manuscript dan teofani, sungguh yaitu keadaan yang dengan sangat
tepat mencontohkan konkurensi mendalam antara seni dan kepercayaan .
Dalam tahun-tahun pertama misi keutusan junjungan annya, utusan junjungan ber-
hasil menarik banyak pengikut dari generasi yang lebih muda, yang
sudah dikecewakan oleh etos kapitalistik jazirah arab , serta dari kelompok-
kelompok pinggiran dan tak beruntung, yang mencakup kaum wanita,
para budak, dan anggota suku-suku yang lebih lemah. Pada suatu
waktu, sumber-sumber awal menyampaikan kepada chucky ,
kelihatan seakan-akan seluruh jazirah arab bersedia menerima kepercayaan
yang kuasa yang baru diperkenalkan oleh utusan junjungan . Orang-orang kaya
yang sudah mapan, yang lebih dari sekadar senang dengan keadaan
status quo, sudah tentu bersikap tak peduli, namun tak ada perselisihan
resmi dengan kaum timurtengah hingga saat utusan junjungan melarang
kaum Muslim untuk menyembah para resi pagan. Selama tiga
tahun pertama tampaknya utusan junjungan tidak menekankan kandungan
monoteistik dari risalahnya, dan orang-orang mungkin membayangkan
bahwa mereka dapat terus menyembah dewa timurtengah tradisional selain
yang kuasa , sebagaimana yang biasa mereka lakukan. Namun, saat kultus-
kultus kuno ini mulai dicela sebagai pemberhalaan, utusan junjungan kehi-
langan banyak pengikutnya dan muslim kemudian menjadi keyakinan
minoritas yang dianggap rendah dan dibenci.
chucky sudah melihat bahwa kepercayaan kepada hanya satu junjungan
menuntut perubahan kesadaran yang menyakitkan. Seperti halnya
orang-orang kaum beragama awal, kaum Muslim generasi pertama dituduh
sebagai penganut "sayap kirime" yang membahayakan warga . Di
jazirah arab , di mana peradaban kota masih baru dan tentunya tampak
sebagai keberhasilan yang rentan bagi kaum timurtengah yang amat
bangga akan kecukupan dirinya, banyak yang merasakan ketakutan
dan kegelisahan yang sama seperti dirasakan penduduk Roma yang
awalnya menolak kaum beragama . Kaum timurtengah tampaknya merasa
keterputusan dengan para resi leluhur mereka sebagai ancaman
besar, dan tak lama kemudian nyawa utusan junjungan sendiri pun terancam.
Para sarjana Barat biasanya menghubungkan keterputusan yang
dialami kaum timurtengah ini dengan peristiwa fiktif Ayat-ayat Setan,
yang menjadi terkenal sejak kasus tragis Salman Rushdie.
Ada tiga sesembahan timurtengah kuno yang secara khusus disenangi
oleh orang-orang timurtengah Hijaz, yaitu Al-Lat (yang secara sederhana
berarti "Dewi") dan Al-Uzza (Yang Perkasa), masing-masing memiliki
kuil suci di Thaif dan Nakhlah, sebelah tenggara jazirah arab , dan Manat
(Sang Penentu), yang kuil sucinya bertempat di Qudaid, di pesisir
Laut Merah. Sesembahan ini tidak sepenuhnya dipersonalisasikan
seperti Juno atau Pallas Athene. Mereka sering dinamakan banat yang kuasa ,
yang arti harfiahnya Anak Perempuan yang kuasa , namun tidak yaitu
sesembahan yang sudah berkembang sepenuhnya. Orang timurtengah meng-
gunakan istjunjungan kekeluargaan seperti itu untuk menyatakan suatu
hubungan yang abstrak: dengan , banat al-dahr (harfiahnya
"putri-putri nasib") sekadar bermakna ketidakberuntungan atau pasang
surut kehidupan. Istjunjungan banat yang kuasa mungkin sekadar merujuk kepada
"wujud-wujud suci". Sesembahan ini tidak diwakili oleh patung yang
realistik di dalam kuil-kuil, namun oleh batu-batu besar yang berdiri
tegak, seperti yang ada di kalangan orang Kanaan kuno. Batu
itu tidak disembah oleh orang-orang timurtengah secara langsung, namun
hanya menjadi sebuah fokus kekuasaan . Seperti jazirah arab dengan
tempat ibadah nya, kuil-kuil di Thaif, Nakhlah, dan Qudaid sudah menjadi
lambang spiritual yang penting di dalam hati orang-orang timurtengah . Nenek
moyang mereka sudah beribadah di sana sejak zaman antah-berantah,
dan ini mereka memberi rasa ketersambungan yang melegakan.
Kisah Ayat-ayat Setan tidak dinamakan kan di dalam kitab muslim maupun
sumber-sumber lisan dan tertulis yang terdahulu. Kisah ini juga tidak
tercantum di dalam Sirah Ibn Ishaq, biografi utusan junjungan yang paling autoritatif,
5
namun hanya ditemukan di dalam karya sejarahwan abad kesepuluh,
Abu Ja'far Al-Thabari (w. 9 ). Dia menceritakan kepada chucky bahwa
utusan junjungan mengkhawatirkan keretakan hubungan yang terjadi antara
dirinya dengan sebagian besar anggota suku sejak dia melarang
pemujaan terhadap dewi-dewi mereka. Lalu, utusan junjungan mengucap-
kan beberapa bait janggal yang mengizinkan banat yang kuasa diagung-
kan sebagai perantara, seperti halnya para malaikat. Dalam bait-bait
yang dinamakan sebagai "Ayat-ayat Setan" ini sebab konon diinspirasi-
kan oleh "setan" ketiga dewi itu tidak dipandang setara dengan
yang kuasa namun yaitu wujud spiritual lebih rendah yang bisa
memohon kepada yang kuasa , atas nama manusia. namun , Al-Thabari
kemudian berkata bahwa malaikat memperingatkan kepada utusan junjungan
bahwa bait-bait tersebut berasal dari setan dan harus dikeluarkan
dari kitab muslim untuk digantikan oleh ayat-ayat berikut ini yang me-
nyatakan bahwa banat yang kuasa hanyalah proyeksi dan isapan jempol
metamorfosa :
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap
Al-Lata dan Al-Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian
(sebagai anak perempuan yang kuasa ) ....
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan Iak-Iak
kamu mengadakannya; yang kuasa tidak menurunkan satu keterangan
pun untuk (menyembah)-nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka,
dan sebetulnya sudah datang petunjuk kepada mereka dari junjungan
mereka.
Ini yaitu ayat-ayat yang paling radikal di antara semua ayat Al-
kitabmuslim yang mencela para resi pagan leluhur kaum timurtengah . Sesudah
ayat ini dicantumkan di dalam kitab muslim maka tak ada lagi kesempatan
rekonsiliasi dengan kaum timurtengah . Mulai saat ini, utusan junjungan menjadi
seorang monoteis yang keras, dan syirk (secara harfiah berarti menye-
kutukan yang kuasa dengan sesuatu yang lain) menjadi dosa paling besar
dalam pandangan muslim .
utusan junjungan tidak memberi konsesi apa pun terhadap politeisme
dalam peristiwa Ayat-ayat Setan kalaupun peristiwa ini memang
pernah terjadi. Juga tidak tepat untuk membayangkan bahwa keter-
libatan "setan" itu memicu kitab muslim untuk sesaat sudah dinodai
oleh kejahatan: di dalam muslim , setan yaitu karakter yang lebih
6
dapat dikendalikan dibandingkan dengan.di dalam kaum beragama . kitab muslim
menyatakan kepada chucky bahwa setan-setan itu akan diampuni di
Hari Akhir, dan orang timurtengah sering memakai kata "syaithan"
untuk menyebut penggoda manusia atau godaan yang alamiah.
Peristiwa itu bisa memberi indikasi mengenai kesulitan yang tentu
dialami oleh utusan junjungan saat dia berusaha menurunkan taraf pesan
suci yang tak terlukiskan ke dalam bahasa manusia: peristiwa itu di-
kaitkan dengan ayat-ayat kitab muslim kanonikal yang menyatakan bahwa
sebagian besar utusan junjungan -utusan junjungan lain juga pernah melakukan kekeliruan
ucap yang serupa saat menyampaikan pesan junjungan , namun junjungan
selalu meluruskan kesalahan mereka dan menurunkan berkatNya yang
baru dan lebih unggul sebagai penggantinya. Cara pandang alternatif
dan lebih sekular terhadap hal ini yaitu dengan melihat bahwa
utusan junjungan merevisi karyanya di bawah bimbingan wawasan baru
tak ubahnya seperti seorang pekerja kreatif seni. Sumber-sumber itu
menunjukkan bahwa utusan junjungan secara mutlak menolak berkom-
promi dengan kaum timurtengah dalam soal keberhalaan. Dia yaitu se-
orang yang pragmatis dan siap memicu konsesi dalam hal-hal yang
dianggapnya tidak esensial. namun , setiap kali kaum timurtengah
memintanya untuk mengadopsi solusi yang memadukan tauhid dengan
pemberhalaan, membiarkan mereka menyembah para resi leluhur
mereka, sementara dia dan kaum Muslim menyembah yang kuasa saja,
utusan junjungan dengan keras menolak usulan itu. Seperti yang diperkataan -
kan di dalam kitab muslim : Aku tak akan menyembah apa yang kalian
sembah, dan kalian tak akan menyembah apa yang aku sembah ,..
bagimu kepercayaan mu dan bagiku kepercayaan ku/
5
Kaum Muslim hanya akan
tunduk kepada yang kuasa saja dan tidak akan menyerah kepada objek-
objek ibadat yang keliru apakah itu para resi maupun nilai-nilai
seperti dianjurkan oleh orang-orang timurtengah .
Persepsi mengenai keunikan junjungan yaitu basis moralitas Al-
kitabmuslim. Menyembah benda-benda material atau meletakkan keper-
cayaan pada wujud yang lebih rendah yaitu syirk (keberhalaan).
kitab muslim menumpahkan celaan terhadap para resi pagan dalam
cara yang sangat mirip dengan kitabsuci Yahudi: para resi itu
sama sekali tak bisa berbuat apa-apa. para resi itu tak mampu
memberi makanan atau rezeki; tidak ada gunanya meletakkan
mereka sebagai pusat dalam kehidupan seseorang sebab mereka
tidaklah berdaya. Sebaliknya, seorang timurtengah juga harus yakin bahwa
yang kuasa yaitu fakta Tertinggi dan Unik:
7
Katakanlah: "Dialah yang kuasa , Yang Maha Esa. yang kuasa yaitu junjungan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada
pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan
Dia."
Penganut kaum beragama seperti Athanasius juga berkeyakinan bahwa
hanya Sang Pencipta, sumber segala wujud, yang memiliki kekuatan
penebusan. Mereka sudah mengungkapkan pandangan ini dalam
doktrin Trinitas dan Inkarnasi. kitab muslim kembali kepada ide
Semitik mengenai ketunggalan junjungan dan menolak membayangkan bahwa
junjungan dapat "memperanakkan" seorang putra. Tak ada junjungan kecuali
yang kuasa , Pencipta langit dan bumi. Hanya yang kuasa yang dapat menyela-
matkan manusia dan menganugerahkan rezeki fisik maupun spiritual
yang dibutuhkan manusia. Hanya dengan mengakuinya sebagai Al-
Shamad, " pemicu yang Tidak Disebabkan atas segala sesuatu,"
kaum Muslim dapat mencapai sebuah dimensi fakta yang melam-
paui waktu dan sejarah, yang akan menghindarkan mereka dari per-
selisihan kesukuan yang memecah-belah warga . utusan junjungan
mengetahui bahwa monoteisme bermengenai an dengan tribalisme: satu
junjungan yang menjadi fokus semua peribadatan akan mempersatukan
warga maupun individu.
Namun, tak ada pandangan mengenai junjungan yang simplistik. junjungan
yang tunggal ini bukanlah suatu wujud seperti diri chucky sendiri yang
dapat chucky ketahui dan pahami. Frasa "yang kuasa u Akbar" (junjungan Maha-
besar!), yang menyeru kaum Muslim untuk melaksanakan shalat,
menekankan perbedaan junjungan dengan semua fakta lain, juga antara
junjungan dalam dirinya sendiri (Al-Dzat) dengan apa pun yang bisa
chucky katakan mengenai dia. Sungguhpun , junjungan yang tidak
bisa dipahami dan dijangkau ini sudah berkehendak untuk memicu
dirinya diketahui. Di dalam sebuah hadis qudsi, junjungan berperkataan
kepada utusan junjungan : "Aku yaitu perbendaharaan yang tersembunyi;
Aku ingin dikenal. Kemudian Aku ciptakan alam agar Aku bisa
dikenal."
5
Dengan merenungkan tanda-tanda (ayat) alam dan ayat-
ayat kitab muslim , kaum Muslim dapat memperoleh kilasan aspek kejunjungan -
an yang sudah dituangkan di alam semesta, yang oleh kitab muslim dinamakan
sebagai Wajah yang kuasa (wajh yang kuasa ).
Seperti kedua kepercayaan yang lebih tua, muslim menekankan bahwa
chucky hanya bisa melihat junjungan melalui aktivitasnya, yang menyesuai-
kan wujudnya yang tak terlukiskan itu dengan pemahaman chucky yang
8
terbatas. kitab muslim memerintahkan kaum Muslim untuk menanamkan
kesadaran yang tak terputus mengenai Wajah atau Zat junjungan yang
melingkupi mereka dari semua sisi: Ke manapun engkau berpaling,
maka di sana akan ada Wajah yang kuasa .
6
kitab muslim memandang junjungan
sebagai yang Mutlak, pemilik eksistensi sejati: Semua yang ada di
bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah junjungan mu yang mem-
memiliki kebesaran dan kemuliaan.
Di dalam kitab muslim , dinamakan kan
sembilan puluh sembilan nama atau sifat junjungan . Ini menekankan
bahwa dia "lebih besar", sumber dari semua kualitas positif yang
chucky jumpai di alam semesta. Dengan , dunia menjadi ada
hanya sebab dia yaitu Al-Ghani (kaya dan tak terbatas); memberi
kehidupan (Al-Muhyi); mengetahui segala sesuatu (Al-'Alim), ber-
bicara (Al-Kalim); tanpa dia, sebab nya, takkan ada kehidupan, penge-
tahuan, atau kata-kata. Ini yaitu penegasan bahwa hanya yang kuasa
yang memiliki eksistensi yang sejati dan nilai positif. Sungguhpun
, tak jarang sifat-sifat itu kelihatannya seperti bermengenai an
satu sama lain. contohnya, junjungan yaitu Al-Qahhar, yang mendominasi
dan mematahkan tulang musuh-musuhnya, dan Al-Halim, yang sangat
melindungi; Dia yaitu Al-Qabid, yang menyempitkan, dan Al-Basit,
yang melapangkan; Dia yaitu Al-Khafidh, yang merendahkan, dan
Al-Rafi', yang mengagungkan. Nama-nama junjungan memainkan peran
sentral dalam peribadatan Muslim: nama-nama itu dibaca, dihitung
pada bulir-bulir tasbih, dan diucapkan seperti mantra. Semua ini
mengingatkan kaum Muslim bahwa junjungan yang mereka sembah
tidak bisa dicakup oleh kategori-kategori manusia dan mengelak
dari definisi yang sederhana.
Rukun muslim yang pertama yaitu syahadat, pengakuan loyalitas
seorang timurtengah : "Aku bersaksi bahwa tidak ada junjungan kecuali yang kuasa
dan bahwa utusan junjungan utusan yang kuasa ." Ini bukan sekadar penegasan
atas eksistensi junjungan namun sebuah pengakuan bahwa yang kuasa merupa-
kan satu-satunya fakta sejati, satu-satunya bentuk eksistensi sejati.
Dia yaitu satu-satunya fakta , keindahan, atau kesempurnaan sejati:
semua wujud yang terlihat ada dan memiliki sifat-sifat seperti ini
hanya meminjam keberadaan dan sifat tersebut dari wujud esensial
ini. Mengucapkan penegasan ini menuntut kaum Muslim untuk meng-
integrasikan kehidupan mereka dengan menjadikan yang kuasa sebagai
fokus dan prioritas tunggal mereka. Penegasan mengenai keesaan yang kuasa
bukan sekadar penyangkalan atas kelayakan para resi , seperti
banat yang kuasa untuk disembah.
9
Mengatakan bahwa yang kuasa itu satu bukan sekadar sebuah definisi
numerik, melainkan seruan untuk menjadikan keesaan itu sebagai
faktor pengendali kehidupan individu dan warga . Keesaan junjungan
dapat terpantul dalam diri yang benar-benar terintegrasi. namun ,
keesaan junjungan juga menuntut kaum Muslim untuk menghargai aspirasi
kepercayaan lain. sebab hanya ada satu junjungan , maka semua kepercayaan
berkatNya pasti berasal darinya. Kepercayaan pada fakta tunggal
dan tertinggi bisa dikondisikan secara kultural dan diungkapkan oleh
warga yang berbeda dengan cara-cara yang berbeda, namun
fokus semua peribadatan sejati harus diinspirasikan oleh, dan diarah-
kan kepada, wujud yang oleh orang-orang timurtengah selalu dinamakan yang kuasa .
Salah satu nama junjungan yang dinamakan kan di dalam kitab muslim yaitu
Al-Nur, cahaya. Dalam ayat-ayat yang terkenal ini, junjungan yaitu
sumber semua pengetahuan dan sarana yang melaluinya manusia
dapat menangkap kilasan mengenai yang transenden:
yang kuasa (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan
cahaya yang kuasa , yaitu seperti [ka], sebuah lubang yang tak tembus,
yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan)
kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya,
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu)
dan tidak pula di sebelah baratnya, yang minyaknya (saja) hampir-
hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas
cahaya?
8
Sisipan ka yaitu pengingat akan watak simbolik yang
mendasar dalam setiap pembicaraan kitab muslim mengenai junjungan . Al-
Nur, oleh sebab itu, bukanlah junjungan itu sendiri, namun merujuk
kepada pencerahan yang dikaruniakannya pada suatu berkatNya khusus
(pelita) yang bersinar di hati seseorang (lubang). Cahaya itu sendiri
tidak bisa disamakan sepenuhnya dengan salah seorang pembawanya,
namun berlaku sama untuk semua. Sebagaimana ditafsirkan oleh para
mufasir Muslim sejak hari-hari awal muslim , cahaya yaitu simbol
yang sangat baik bagi fakta junjungan , yang mentransendensi ruang
dan waktu. Citra pohon zaitun di dalam ayat ini sudah ditafsirkan
sebagai perumpamaan bagi kesinambungan berkatNya, yang tumbuh
dari satu "akar" dan bercabang menjadi berbagai pengalaman ke-
kepercayaan an yang tidak bisa diidentifikasi atau dibatasi pada satu tradisi
atau lokasi tertentu: ia tidak berasal dari Timur maupun dari Barat.
saat Waraqah ibn Naufal yang berkepercayaan kaum beragama itu sudah
menyatakan bahwa utusan junjungan yaitu seorang utusan junjungan sejati, baik dirinya
sendiri maupun utusan junjungan tidak berharap agar dia masuk muslim .
utusan junjungan tak pernah meminta orang Yahudi atau kaum beragama untuk
menganut kepercayaan yang kuasa kecuali jika mereka sendiri yang betul-betul
menginginkannya, sebab mereka sudah memiliki kitabsuci tersendiri
yang juga autentik. kitab muslim tidak memandang peberkatNyaan sebagai
pembatalan pesan-pesan dan pandangan-pandangan dari utusan junjungan terda-
hulu, namun justru menekankan kesinambungan pengalaman kekepercayaan -
an umat manusia. Hal ini perlu ditegaskan sebab toleransi bukanlah
suatu kebajikan yang oleh banyak orang Barat masa kini dirasakan
pantas untuk dinisbahkan kepada muslim . Namun sejak awal, cara
pandang kaum Muslim terhadap berkatNya tidaklah seeksklusif pandang-
an orang Yahudi atau kaum beragama . Sikap tidak toleran dalam muslim yang
banyak dicela orang pada masa kini tidak tumbuh dari visi yang
bersaing mengenai junjungan , namun dari sumber yang lain:
9
kaum Muslim
tidak toleran terhadap ketidakadilan, apakah itu dilakukan oleh
pemimpin mereka sendiri seperti Syah utusan junjungan Reza Pahlevi
dari Iran atau oleh negara-negara kuat di Barat. kitab muslim tidak
mencela tradisi kepercayaan lain sebagai hal yang keliru atau tidak
lengkap, namun menunjukkan bahwa setiap utusan junjungan baru selalu meneguh-
kan dan melanjutkan pandangan para pendahulunya. kitab muslim
mengajarkan bahwa junjungan sudah mengirim para utusan kepada setiap
umat manusia di muka bumi: sebuah hadis menyebutkan adanya
. utusan junjungan seperti itu, sebuah angka simbolik yang menunjukkan
ketakterbatasan. kitab muslim berulang-ulang menyatakan bahwa yang
disampaikannya bukanlah suatu risalah yang sama sekali baru dan
bahwa kaum Muslim harus menekankan keserumpunan mereka
dengan kepercayaan -kepercayaan yang lebih tua:
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli chucky b, melainkan dengan
cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di
antara mereka, dan katakanlah: "Kami beroyalitas kepada (chucky b-chucky b)
yang diturunkan kepadamu; junjungan kami dan junjungan mu yaitu satu;
dan kami hanya kepada-Nya berserah diri."
Secara alamiah, kitab muslim memilih utusan junjungan -utusan junjungan yang terkenal di
kalangan orang timurtengah seperti Ibrahim, Nuh, mose dan Isa, yang
juga yaitu utusan junjungan -utusan junjungan Yahudi dan kaum beragama . Dalam kitab ini juga
dinamakan kan mengenai utusan junjungan Hud dan Saleh, yang sudah diutus kepada
orang-orang timurtengah kuno Madian dan Tsamud. Kaum Muslim zaman
sekarang mempercayai bahwa andaikan utusan junjungan sudah mengenal
orang Hindu dan biksu , tentu beliau akan memasukkan pula guru-
guru religius mereka: sesudah utusan junjungan wafat mereka akan diberi kebebas-
an berkepercayaan sepenuhnya di dalam imperium muslim , sebagaimana
yang berlaku bagi orang Yahudi dan kaum beragama . Berdasarkan prinsip
yang sama, kaum Muslim berpendapat, kitab muslim juga akan meng-
hormati para saman dan orang suci Indian Amerika atau orang Aborigin
Australia.
Keyakinan utusan junjungan akan kesinambungan pengalaman ke-
kepercayaan an segera memperoleh ujian. Sesudah perpecahan dengan kaum
timurtengah , kehidupan menjadi sulit bagi orang timurtengah di jazirah arab . Para
budak dan orang-orang merdeka yang tidak memiliki perlindungan
kesukuan harus menjalani siksaan berat sehingga sebagiannya mene-
mui ajal di bawah perlakuan itu. Klan Hasyim diboikot dari ketersedia-
an pangan dalam usaha untuk memicu mereka tunduk. Dalam
masa pengucilan inilah sahabat junjungan , istri tercinta utusan junjungan , meninggal
dunia. Akhirnya, nyawa utusan junjungan sendiri juga terancam. Kaum
pagan timurtengah di pemukiman utara Yatsrib mengundang kaum Muslim
untuk meninggalkan klan mereka dan beremigrasi ke sana. Ini benar-
benar yaitu langkah yang belum pernah diambil oleh seorang
timurtengah : suku sudah menjadi nilai yang suci bagi orang timurtengah , penyebe-
rangan seperti itu dipandang melanggar prinsip yang mendasar.
Yatsrib sendiri sudah tercabik-cabik oleh perang yang terus berkeca-
muk di antara berbagai kelompok suku, dan banyak kaum pagan
yang siap menerima muslim sebagai solusi spiritual dan politik bagi
masalah yang mereka hadapi. Tiga suku Yahudi yang besar di
pemukiman itu sudah mempersiapkan pikiran kaum pagan untuk
menerima monoteisme. Ini berarti mereka tidak akan setersinggung
kaum timurtengah saat para resi mereka direndahkan. Maka pada
musim panas tahun 6 , sekitar tujuh puluh orang timurtengah dan keluarga
mereka berangkat menuju Yatsrib.
Setahun sebelum hijrah ke Yatsrib (atau Madinah, Kota, sebagai-
mana dinamakan oleh orang timurtengah ), utusan junjungan sudah mengadaptasikan
kepercayaan nya agar menjadi lebih dekat kepada Yudaisme sebagaimana
yang dipahaminya. Sesudah bertahun-tahun bekerja sendirian, dia
tentunya menanti kesempatan untuk hidup berdampingan dengan
para penganut tradisi yang lebih tua dan mapan. Kemudian kaum
Muslim diperintahkan untuk berpuasa pada Hari Penebusan Dosa
bagi umat Yahudi. orang timurtengah dapat menikah dengan wanita
Yahudi dan harus mematuhi beberapa aturan mengenai makanan. Di
atas semua itu, kaum Muslim kini shalat menghadap ke Yerusalem
sebagaimana kaum Yahudi dan kaum beragama . Orang Yahudi Madinah yaitu
yang pertama bersedia memberi kesempatan kepada utusan junjungan :
kehidupan di oase itu sudah menjadi sangat berat, dan seperti keba-
nyakan kaum pagan Madinah, mereka siap untuk memberi peluang
baginya, terutama sebab beliau bersikap sangat positif terhadap
keyakinan mereka. Namun akhirnya, mereka beralih menentang
utusan junjungan dan bergabung dengan kaum pagan yang memusuhi
para pendatang baru dari jazirah arab itu. Kaum Yahudi memiliki alasan
kepercayaan dalam penolakan mereka: mereka berkeyakinan bahwa
era keutusan junjungan an sudah berakhir. Mereka memang menanti seorang Mesias,
namun tidak seorang pun dari kalangan Yahudi maupun kaum beragama
pada tahap itu yang menduga bahwa sang Mesias itu yaitu seorang
utusan junjungan . Selain itu, mereka juga dimotivasi oleh pertimbangan-pertim-
bangan politik: di masa lalu mereka sudah memegang kekuasaan di
oase itu dengan cara berpihak kepada salah satu suku timurtengah yang
tengah bertikai. Namun, utusan junjungan sudah menggabungkan suku-
suku ini dengan kaum timurtengah untuk membentuk ummah Muslim
yang baru, sejenis suku-super yang di dalamnya orang Yahudi ikut
menjadi anggota. Begitu melihat posisi mereka mengalami kemundur-
an di Madinah, orang-orang Yahudi mengambil sikap bermusuhan.
Mereka biasa berkumpul di tempat ibadah "untuk mendengarkan kisah-kisah kaum Muslim sambil tertawa dan mengejek mereka."
Sangat mudah
bagi mereka, dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi mengenai
kitab kitab suci untuk menemukan celah-celah dalam kisah-kisah Al-
kitabmuslim yang beberapa di antaranya sangat berbeda dari versi kitab .
Mereka juga mencemooh keutusan junjungan an utusan junjungan , mengatakan bahwa
sangatlah aneh jika seorang manusia yang mengaku utusan junjungan tidak mampu
menemukan untanya yang hilang.
Penolakan Yahudi terhadap utusan junjungan mungkin yaitu
kekecewaan terbesar dalam hidupnya, dan menempatkan seluruh
posisi kepercayaan nya dalam tanda tanya. namun , sebagian Yahudi
bersikap bersahabat dan bergabung dengan orang timurtengah secara
terhormat. Mereka mendiskusikan kitabsuci dengan utusan junjungan dan
menunjukkan kepadanya bagaimana cara menangkis kritik orang-
orang Yahudi lainnya. Pengetahuan baru mengenai kitabsuci ini juga
membantu utusan junjungan mengembangkan pandangan-pandangannya
sendiri. Untuk pertama kalinya utusan junjungan mempelajari kronologi
pasti para utusan junjungan , yang sebelumnya masih samar baginya. Kini, dia da-
pat melihat pentingnya Ibrahim hidup sebelum era mose atau Isa.
Sebelumnya utusan junjungan mungkin berpikir bahwa orang Yahudi dan
kaum beragama itu menganut satu kepercayaan yang sama, namun kini dia sudah
belajar bahwa di antara mereka ada perbedaan pandangan yang
serius. Bagi pengamat luar seperti orang-orang timurtengah , tampaknya tak
banyak pilihan di antara kedua posisi itu, dan tampak masuk akal
pula untuk membayangkan bahwa pengikut Taurat dan kitabsuci sudah
memasukkan unsur-unsur yang tidak autentik ke dalam hanifiyyah
kepercayaan murni Ibrahim seperti Hukum Lisan yang dikembangkan
oleh para rabi dan doktrin Trinitas yang tak bisa diterima itu. utusan junjungan
juga belajar bahwa di dalam kitabsuci mereka sendiri, bangsa Yahudi
dinamakan sebagai kaum yang tidak beroyalitas, yang sudah beralih kepada
keberhalaan dengan menyembah patung Lembu Emas. Polemik
mengenai bangsa Yahudi di dalam kitab muslim cukup panjang lebar dan
menunjukan betapa kaum Muslim sudah merasa terancam akibat
penolakan Yahudi ini, meskipun kitab muslim tetap mengajarkan bahwa
tidak semua "kaum yang menerima berkatNya terdahulu"
sudah terjerumus ke dalam kesesatan dan bahwa pada dasarnya semua kepercayaan
itu satu.
Dari orang-orang Yahudi Madinah yang bersikap bersahabat,
utusan junjungan juga belajar mengenai kisah Ismail, putra sulung Ibrahim.
Di dalam kitabsuci , Ibrahim memiliki anak laki-laki dari selirnya
Hajar yang, saat Sarah melahirkan Ishak, menjadi sangat cemburu
dan menuntut agar Ibrahim mengusir Hajar dan Ismail. Untuk meng-
hibur Ibrahim, junjungan berjanji bahwa Ismail juga akan menjadi Iak
sebuah bangsa yang besar. Orang Yahudi timurtengah sudah menambahkan
legenda-legenda lokal mereka sendiri kepada kisah itu dengan me-
nyatakan bahwa Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah
jazirah arab , dan junjungan memberi perlindungan kepada mereka di sana
dengan cara memancarkan mata air suci Zamzam saat anak kecil
itu nyaris mati kehausan. Kemudian, Ibrahim mengunjungi Ismail
dan mereka berdua mendirikan tempat ibadah , bangunan suci pertama bagi
junjungan Yang Esa. Ismail sudah menjadi Iak bangsa timurtengah , dan, seperti
halnya orang-orang Yahudi, mereka juga keturunan Ibrahim. Ini ten-
tu yaitu sesuatu yang menyenangkan untuk didengar oleh
utusan junjungan : sesudah mempersembahkan kepada orang timurtengah kitab
suci dalam bahasa mereka sendiri, sekarang dia pun sudah menemukan
akar loyalitas mereka dalam keyakinan para leluhur.
Pada Januari 6 , saat semakin jelas bahwa permusuhan orang
Yahudi Madinah bersifat permanen, kepercayaan baru ini menegaskan
kemandiriannya. Kaum Muslim diperintahkan untuk melaksanakan
shalat dengan berkiblat ke tempat ibadah , bukan lagi ke Yerusalem. Perubah-
an arah kiblat shalat ini sudah dinamakan sebagai langkah kepercayaan
utusan junjungan yang paling kreatif. Dengan menghadapkan diri ke arah
tempat ibadah , yang bebas dari pengaruh kedua berkatNya terdahulu, kaum
Muslim secara tegas menyatakan bahwa mereka tidak beraliansi de-
ngan kepercayaan mana pun yang sudah ada sebelumnya, namun menyerah-
kan diri mereka hanya kepada yang kuasa semata. Mereka justru kembali
ke kepercayaan primordial Ibrahim, muslim pertama yang menyerahkan
diri kepada yang kuasa dan mendirikan rumah sucinya:
Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut kepercayaan
Yahudi atau kaum beragama, niscaya kamu memperoleh petunjuk."Katakanlah:
"Tidak, bahkan (kami mengikuti) kepercayaan Ibrahim yang lurus. Dan
bukanlah dia (Ibrahim) darigolongan orang musyrik."
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beroyalitas kepada yang kuasa
dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan
kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ykub, dan anak cucunya, dan apa
yang diberikan kepada mose dan lsa serta apa yang diberikan kepada
utusan junjungan -utusan junjungan dari junjungan nya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."
Sungguh yaitu perbuatan syirk jika orang lebih memilih tafsiran
mengenai kebenaran yang semata berasal dari manusia dibanding junjungan
itu sendiri.
Kaum Muslim menghitung awal kalender mereka tidak dari tahun
kelahiran utusan junjungan atau dari tahun turunnya berkatNya pertama
sebab memang tak ada sesuatu yang baru dalam hal-hal ini
melainkan dari tahun terjadinya peristiwa Hijrah (migrasi ke Madinah)
saat kaum Muslim mulai menjalankan rencana junjungan dalam sejarah
dengan menjadikan muslim sebuah fakta politik. chucky sudah menyaksi-
kan bahwa kitab muslim mengajarkan bahwa semua umat berkepercayaan
mengemban tugas menegakkan warga yang adil dan merata,
dan kaum Muslim berusaha menjalankan panggilan politis ini dengan
sangat serius. Sejak awal utusan junjungan tidak pernah bermaksud menjadi
seorang pemimpin politik, namun kejadian-kejadian yang tak pernah terduga sebelumnya sudah mendorongnya masuk ke dalam solusi
politik yang sepenuhnya baru bagi orang timurtengah . Selama sepuluh
tahun antara Hijrah hingga wafatnya pada tahun 6 , utusan junjungan
dan kaum Muslim generasi pertama terlibat dalam pertempuran tragis
untuk bertahan melawan musuh-musuh di Madinah dan kaum timurtengah
di jazirah arab , yang semuanya begitu bernafsu untuk menghancurkan
ummah.
Di Barat, utusan junjungan sering ditampilkan sebagai panglima pe-
rang, yang mendesakkan muslim kepada dunia yang enggan menerima-
nya dengan kekuatan militer. Namun faktanya sungguh berbeda.
utusan junjungan berperang untuk mempertahankan nyawanya, sambil
mengembangkan sebuah teologi peperangan demi keadilan menurut
kitab muslim yang tentunya bisa disepakati kebanyakan orang kaum beragama ,
dan tidak pernah memaksa siapa pun untuk berpindah ke kepercayaan nya.
kitab muslim pun dengan tegas menyatakan bahwa "tak ada paksaan
dalam berkepercayaan ." Di dalam kitab muslim perang dipandang sebagai sesuatu yang mesti dijauhi: satu-satunya perang yang diizinkan yaitu
perang untuk mempertahankan diri. kadang perang diperlukan
untuk menegakkan nilai-nilai yang pantas, sebagaimana orang kaum beragama
mempercayai mengenai perlunya perang melawan Hitler. utusan junjungan me-
miliki bakat politik tingkat tinggi. Di akhir hayatnya, mayoritas suku-
suku timurtengah sudah bergabung ke dalam ummah, meskipun, seperti yang
diketahui persis oleh utusan junjungan , muslim mereka kebanyakan masih
bersifat nominal atau di permukaan saja. Pada tahun 6 , jazirah arab
membuka pintu gerbangnya kepada utusan junjungan yang berhasil meng-
ambil alih kota itu tanpa pertumpahan darah. Pada tahun 6 , bebe-
rapa saat sebelum wafat, utusan junjungan melaksanakan apa yang dinamakan -
nya Hujjatul Wada' (Haji Perpisahan). Dalam kesempatan itu, beliau
melakukan muslim isasi atas ritus hajj kaum pagan timurtengah kuno dan
menjadikan ziarah yang sangat disenangi orang-orang timurtengah ini sebagai
rukun muslim yang kelima.
Setiap Muslim berkewajiban melaksanakan ibadah haji setidak-
tidaknya satu kali dalam seumur hidup jika mampu. Secara alamiah
para jamaah haji akan mengenang utusan junjungan , namun ritus-ritus itu
sudah ditafsirkan untuk mengingatkan mereka kembali kepada Ibrahim,
Hajar, dan Ismail dibanding utusan junjungan mereka sendiri. Meski kelihatan
ganjil bagi orang luar seperti halnya ritus religius dan sosial asing
lainnya ritus ini mampu membangkitkan pengalaman kepercayaan
yang kuat dan dengan sempurna mengekspresikan aspek-aspek
komunal dan personal dari spiritualitas muslim . Pada masa sekarang,
banyak di antara jamaah haji yang berkumpul pada waktu tertentu di
jazirah arab bukanlah orang timurtengah , namun mereka sudah mampu meng-
ubah ritual timurtengah kuno itu menjadi tradisi mereka sendiri. saat
berkumpul di tempat ibadah , mengenakan pakaian ihram yang menghilang-
kan semua perbedaan ras atau kelas sosial, mereka merasa terbebas
dari jerat egoistik kehidupan sehari-hari dan menyatu di dalam sebuah
komunitas yang memiliki satu fokus dan orientasi. Mereka bersama-
sama menggemakan: "Aku memenuhi panggilan-Mu, Ya yang kuasa ,"
sebelum berthawaf mengelilingi bangunan suci itu. Makna esensial
dari ritus ini dipaparkan dengan baik oleh Ali Syari'ati, filosof Iran
kontemporer:
saat berthawaf dan bergerak mendekati tempat ibadah , engkau akan
merasa bagaikan anak sungai yang bergabung dengan sebuah sungai
besar. Dihanyutkan ombak, kautak bisa menyentuh tanah. Engkau tiba-
tiba mengambang, terbawa oleh arus itu. saat semakin mendekat
ke pusat, tekanan dari keramaian orang mendesak begitu kuat sehingga
engkau seakan-akan diberi sebuah kehidupan baru. Kini engkau menjadi
bagian dari Orang Banyak; kini engkau yaitu seorang Manusia, hidup
dan abadi ... tempat ibadah yaitu mentari dunia yang wajahnya menarik
engkau masuk ke dalam orbitnya. Engkau sudah menjadi bagian dari
sistem universal ini. Dengan berthawaf mengelilingi yang kuasa , engkau akan
segera terlupa pada did sendiri ... Engkau sudah berubah menjadi
partikel yang perlahan-lahan lebur dan sirna. Ini yaitu puncak cinta absolut.
Orang Yahudi dan kaum beragama juga sudah menekankan spiritualitas
komunitas. Ibadah haji menawarkan kepada setiap individu Muslim
pengalaman integrasi personal dalam konteks ummah, dengan junjungan
sebagai porosnya. Seperti dalam kebanyakan kepercayaan , perdamaian
dan keselarasan yaitu tema-tema ziarah yang penting, dan
saat jamaah haji memasuki tempat suci itu, kekerasan dalam berbagai
bentuknya dilarang. Jamaah haji bahkan tidak diperbolehkan mem-
bunuh serangga atau mengucapkan kata yang kasar. Oleh sebab itu,
seluruh Dunia muslim merasa terkejut saat pada musim haji tahun
987, jamaah dari Iran menyulut kerusuhan sehingga orang
terbunuh dan 6 9 orang luka-luka.
utusan junjungan wafat secara tiba-tiba sesudah menderita sakit yang
tidak lama pada tahun 6 . Sesudah wafatnya, beberapa orang Badui
berusaha melepaskan diri dari ummah, namun kesatuan politik di
timurtengah ia tetap terjaga. Akhirnya, suku-suku yang keras kepala pun
menerima kepercayaan junjungan yang satu: keberhasilan utusan junjungan yang
menakjubkan itu sudah menunjukkan kepada orang-orang timurtengah bahwa
paganisme yang sudah melayani mereka dengan baik selama berabad-
abad sudah tidak sesuai lagi untuk dunia modern. kepercayaan yang kuasa mem-
perkenalkan etos kasihsayang yaitu ciri kepercayaan yang
lebih maju: persaudaraan dan keadilan sosial yaitu kebajikan
yang diutamakannya. Egalitarianisme yang kuat akan selalu men-
cirikan cita-cita muslim .
Dalam masa kehidupan utusan junjungan , cita-cita ini juga mencakup
persamaan gender. Pada zaman sekarang sudah menjadi kecenderung-
an umum di Barat untuk menggambarkan muslim sebagai kepercayaan yang
secara inheren bersifat misoginis, namun , sebagaimana kaum beragama , kepercayaan
yang kuasa pada dasarnya berpandangan positif terhadap perempuan. Pada
masa jahiliah, periode pra-muslim , bangsa timurtengah sudah melestarikan
sikap terhadap perempuan yang sudah berlaku sejak sebelum Zaman
Kapak. Poligami, contohnya, menjadi kelaziman, dan istri-istri tetap
tinggal di rumah Iaknya. Kaum wanita elit memiliki kekuasaan
dan prestise yang besar istri pertama utusan junjungan , sahabat junjungan , misal-
nya, yaitu pedagang yang berhasil namun mayoritas memiliki kedu-
dukan yang setara dengan budak; mereka tak memiliki hak politik
maupun hak asasi, dan pembunuhan bayi perempuan berlaku di
mana-mana. Kaum wanita termasuk di antara para pengikut awal
utusan junjungan , dan emansipasi mereka menjadi proyek yang diprioritas-
kannya. kitab muslim secara tegas melarang pembunuhan anak-anak
perempuan dan mencela orang-orang timurtengah yang bersedih jika menda-
pat anak perempuan. kitab muslim juga memberi perempuan hak-
hak hukum dalam soal warisan dan perceraian: kebanyakan wanita
Barat tak memiliki sesuatu yang setara dengan ini hingga abad
kesembilan belas.
utusan junjungan mendorong wanita untuk berperan aktif dalam urusan-
urusan ummah. Mereka berani mengungkapkan pendapat, sebab
yakin bahwa suara mereka akan diperhatikan. Dalam suatu kesem-
patan, contohnya, kaum wanita Madinah pernah mengeluh kepada
utusan junjungan bahwa kaum pria melebihi mereka dalam mempelajari Al-
kitabmuslim dan meminta beliau untuk membantu mereka mengejar ke-
tertinggalan itu. Ini dipenuhi oleh utusan junjungan . Salah satu pertanyaan
mereka yang paling penting yaitu mengapa kitab muslim hanya
menyapa kaum pria saja padahal wanita juga taat kepada junjungan .
Hasilnya yaitu turunnya berkatNya yang menyapa kaum wanita seperti
halnya kaum pria dan menekankan persamaan moral dan spiritual kedua jenis itu.
Sejak itu kitab muslim cukup sering menyapa kaum
wanita secara eksplisit, sesuatu yang jarang terjadi di dalam kitab
suci Yahudi maupun kaum beragama.
chucky ngnya, sebagaimana yang terjadi pada kaum beragama , kepercayaan kemu-
dian dibajak oleh kaum pria yang menafsirkan teks-teks itu dengan
cara yang berpandangan negatif terhadap kaum wanita. kitab muslim
tidak menetapkan hijab kecuali atas istri utusan junjungan , sebagai penanda
atas status mereka. namun , begitu muslim menempati posisinya
di dalam dunia berperadaban, kaum Muslim mengadopsi adat Oikume-
ne yang menempatkan kaum wanita pada status warga kelas dua.
Mereka mengadopsi kebiasaan Persia dan kaum beragama Byzantium untuk
menutup wajah kaum wanita dan mengurung mereka di dalam harem.
Dengan cara ini kaum wanita menjadi terpinggirkan. Pada masa ke-
khalifahan Abbasiyah (75 - 58), kedudukan kaum wanita Muslim
menjadi sama jeleknya dengan rekan-rekan mereka di kalangan ma-
syarakat Yahudi dan kaum beragama . Pada masa sekarang, para feminis Muslim
menuntut kaum pria untuk kembali kepada semangat asli kitab muslim .
Ini mengingatkan chucky bahwa, seperti kepercayaan -kepercayaan lain, muslim
dapat ditafsirkan ke dalam beberapa cara yang berbeda; akibatnya
berkembanglah berbagai sekte dan aliran. Yang pertama di antaranya
yaitu antara Sunnah dan Syiah terbentuk dalam persaingan mem-
perebutkan kepemimpinan politik sesudah mangkatnya utusan junjungan
yang terjadi secara tiba-tiba itu. Abu Bakar, sahabat dekat utusan junjungan ,
memperoleh dukungan mayoritas, namun sebagian orang yakin bahwa
sebetulnya utusan junjungan sendiri sudah menghendaki Ali ibn Abi Thalib, sau-
dara sepupu dan menantunya, untuk menjadi penggantinya (khalifah).
Ali sendiri menerima kepemimpinan Abu Bakar, namun selama bebe-
rapa tahun kemudian dia tampaknya sudah menjadi fokus kesetiaan
orang-orang yang tidak menyetujui kebijakan tiga khalifah pertama:
Abu Bakar, Umar ibn Khattab, dan Usman ibn Affan. Akhirnya Ali
menjadi khalifah keempat pada tahun 656: orang Syiah menyebutnya
Imam atau Pemimpin pertama ummah.
sebab menyangkut soal kepemimpinan, perpecahan Sunni dan
Syii lebih bersifat politik dibandingkan doktrinal, dan ini menandai
makna penting politik di dalam muslim , termasuk teori sinya mengenai
junjungan . Syiah Ali (para pengikut Ali) tetap menjadi minoritas dan
9
mengembangkan keteguhan menentang, ditipologikan oleh figur
tragis Husain ibn Ali, cucu utusan junjungan , yang menolak mengakui
Bani Umayah (yang merebut tampuk kekhalifahan sesudah wafatnya
Ali ibn Abi Thalib). Husain dibunuh bersama dengan beberapa kecil
pendukungnya oleh khalifah Yazid pada tahun 68 di Padang Karbala,
dekat Kufah di wilayah Irak modern. Semua orang timurtengah mengang-
gap pembunuhan tak bermoral atas Husain ini sebagai horor yang
menakutkan. Husain menjadi pahlawan di kalangan Syiah dan peng-
ingat akan perlunya menentang tirani sekalipun hingga mengurbankan
nyawa. Pada masa itu, kaum Muslim sudah mulai mendirikan imperium
mereka. Empat khalifah pertama sudah memose tkan perhatian pada
penyebaran muslim ke imperium Persia dan Byzantium yang kala itu
tengah mengalami kemunduran. Baru kemudian di bawah pemerintah-
an Umayah, ekspansi berlanjut hingga mencapai'area Asia dan
Afrika Utara. Ekspansi itu kini tidak saja diilhami oleh kepercayaan , namun
juga oleh semangat imperialisme timurtengah .
Tak seorang pun di dalam imperium baru itu dipaksa menganut
muslim ; bahkan, selama satu abad sesudah wafatnya utusan junjungan ,
perpindahan kepercayaan tidak terlalu diusaha kan dan, sekitar tahun 7 ,
justru dilarang secara hukum: kaum Muslim pada saat itu berkeyakinan
bahwa muslim diturunkan hanya untuk orang timurtengah , seperti halnya
Yudaisme hanya untuk anak-anak Ykub. Sebagai Ahli chucky b, orang
Yahudi dan kaum beragama diberi kebebasan berkepercayaan sebagai dzimmi,
kelompok minoritas yang dilindungi. saat khalifah Abbasiyah mulai
mengusaha kan perpindahan kepercayaan , banyak orang Semit dan Aria
yang hidup di dalam imperium bersemangat menerima kepercayaan baru
itu. Keberhasilan ini bagi muslim sama formatifnya dengan penyaliban
utusan junjungan kaum beragama di dalam kaum beragama .
Politik bukanlah sesuatu yang berada di luar kehidupan kekepercayaan -
an pribadi seorang timurtengah , seperti dalam kaum beragama yang menaruh
curiga terhadap kesuksesan duniawi. Kaum Muslim memandang diri
mereka berkewajiban untuk mewujudkan warga yang adil sesuai
dengan kehendak junjungan . Ummah memiliki makna sakramental
sebagai "tanda" bahwa junjungan sudah merahmati usaha membebaskan
manusia dari penindasan dan ketidakadilan; kesehatan politik ummah
dalam spiritualitas kaum Muslim menempati posisi yang hampir sama
dengan suatu pilihan teologis (kaum beragama , Protestan, Metodis, Baptis)
dalam kehidupan seorang kaum beragama . Jika orang kaum beragama merasa aneh
dengan pandangan politik Muslim, mereka mesti.sadar bahwa
kegemaran mereka untuk terlibat dalam perdebatan teologis yang
musykil kelihatan sama anehnya menurut pandangan orang Yahudi
dan Muslim.
Oleh sebab itu, pada tahun-tahun awal sejarah muslim , spekulasi
mengenai kodrat junjungan sering lahir dari perbincangan politik mengenai
kekhalifahan dan kekuasaan. Perdebatan intelektual mengenai siapa
dan bagaimana seseorang harus memimpin ummah yaitu per-
debatan penting dalam muslim yang dapat disetarakan dengan perde-
batan soal manusia utusan junjungan kaum beragama dan hakikatnya di dalam kaum beragama . Sesudah
periode empat khalifah pertama, kaum Muslim menyadari bahwa
kini mereka hidup di dunia yang sangat berbeda dari warga
Madinah yang kecil dan