Tampilkan postingan dengan label pendidikan israel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan israel. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

pendidikan israel

 



Bangsa Israel yaitu  bangsa atau umat pilihan Allah, yang secara pemerintahan 

bangsa langsung dipimpin oleh Allah; dalam sistem pemerintahan disebut pemerintahan 

“teokrasi,” dimana pucuk kepemimpinan yaitu  di tangan Tuhan semesta alam (ALLAH).  

Dan dalam perjalanan waktu saat bangsa Israel menjadi sebuah bangsa yang besar tradisi-

tradisi kehidupan dipimpin TUHAN menjadi bagian yang harus dituturkan kepada anak-cucu 

secara terus menerus agar tidak kehilangan jejak, apalagi saat akhirnya Israel memilih untuk 

dipimpin oleh “raja” dan tidak lagi memakai pemerintahan teokrasi. 

 Akhirnya kita menemukan fakta ada pendidikan bagi orang-orang Israel di 

“sinagoge,” yang secara sejarah sangat susah menemukan kapan mulai ada pendidikan di 

sinagoge-sinagoge;  tetapi faktanya kita menemukan dalam Perjanjian Baru bahwa Yesus 

juga para rasul sering datang dan mengajar di sinagoge.  Biasanya pada hari sabat orang 

Yahudi akan berkumpul di sinagoge untuk mendengar guru Yahudi (rabi) membaca Kitab 

Suci dan Taurat.  Juga dalam hari-hari lain anak-anak lelaki Yahudi di ajar di sinagoge-

sinagoge untuk memperdalam pendidikan agama, selain di rumah setiap anak-anak mendapat 

pengajaran dari orang tua mereka.  Daud yaitu  salah satu contoh hasil pendidikan Yahudi 

dengan pendidikan agama yang baik, tetapi juga pelajaran tata krama, musik juga latihan 

keprajuritan (1 Samuel 16:18). 

 

 

 

Dalam tradisi Yahudi pendidikan agama merupakan tanggung jawab orang tua, tanpa 

terkecuali apakah orang tua mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya.  Orang tua harus 

mengajar anak-anak mereka; bahkan orang tua mengajar sampai kepada cucu mereka, karena 

memang kebanyakan keluarga Yahudi tinggal dalam satu rumah dalam keluarga besar. 

Nenek moyang kaum Israel, Abraham, Ishak dan Yakub menjadi guru bagi seluruh 

keluarganya.  Sebagai bapak-bapak dari bangsanya, mereka bukan saja menjadi imam 

yang merupakan pengantara antara Tuhan dengan umat-Nya, tetapi juga menjadi guru 

yang mengajarkan tentang perbuatan-perbuatan Tuhan yang mulia itu dengan segala 

janji Tuhan yang embawa berkat kepada Israel turun-temurun.  Tuhan telah memilih 

dan memanggil Abraham dari jauh untuk melayani kehendak-Nya yang agung itu 

guna keselamatan seluruh umat manusia.  Bimbingan dan maksud Tuhan itu perlu 

dijelaskan kepada segala anak cucunya.2 

 Ulangan 4:9; 11:19; 32:46, memberitahukan kepada kita bagaimana Allah 

memerintahkan kepada setiap orangtua Yahudi untuk mengajar tentang Allah kepada anak-

anak dan cucu mereka. 

Tetapi waspyaitu  dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang 

dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari 

ingatanmu seumur hidupmu.  Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu 

cicitmu semuanya itu...(Ulangan 4:9)     

Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila 

engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila 

engkau berbaring dan apabila engkau bangun (Ulangan 11:19) 

Setelah Musa selesaimenyampaikan segala perkataan itu kepada seluruh orang Israel, 

berkatalah ia kepada mereka:  “Perhatikanlah segala perkataan yang keperingakan 

kepadamu pada hari ini, supaya kamu memerintahkannya kepada anak-anakmu untuk 

melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini, (Ulangan 32:46) 

 Orangtua di dalam rumah tangga Yahudi sangat berperan dalam mendidik anak-

anaknya, orangtua mengajar langsung tentang kebiasaan, tatakrama dan kepercayaan kepada 

Allah; orangtua membawa anak-anak mereka ke Bait Allah.  Kita bisa melihat bagaimana 

Yusuf dan Maria membawa Yesus pada waktu berumur 12 tahun ke Bait Allah (Lukas 2:41) 

 Asaf sang pemazmur dalam Mazmur 78 menuliskan bait-bait nyanyian tentang 

pentingnya memberitahukan atau mengajar kepada anak-anak agar takut akan Tuhan, 

memegang perintah Allah dan tidak seperti kegagalan nenek moyang mereka yang jatuh 

bangun bahkan gagal mengikuti kehendak Allah. 

 

 

 

 

Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sedengkanlah telingamu kepada 

ucapan mulutku. Aku akan membuka mulut mengatakan amsal,aku mau 

mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala. Yang telah kami dengar dami ketahui, 

dan yang diceritakankepada kami oleh nenek moyang kami.kami tidak hendak 

menyembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan menceritakan 

kepadaangkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan 

perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya.Telah ditetapkan-Nya peringatan 

di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel, nenek moyang kita diperintahkan-

Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, supaya dikenal oleh 

angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan 

menceritakannya kepada anak-anak mereka,supaya mereka menaruh kepercayaan 

kepada Allah dan tidak melupakanperbuatan-perbuatan Allah, tetapi 

memegangperintah-perintah-Nya. 

 Jadi sangat jelas bahwa bagaimana warna tingkah laku dan iman anak-anak dan 

generasi berikutnya merupakan gambaran seperti orang tua sesungguhnya mendidik mereka; 

itu sebabnya Allah menaruh kepedulian kepada anak-anak, karena mereka generasi yang akan 

meneruskan sejarah kehidupan iman nenek moyang mereka. 

Anak-anak mutlak menempati posisi khusus dalam gereja.  Mereka yaitu  benih 

gereja, harapan masa depan.  Tuhan sendiri memberi tempat khusus bagi mereka.  Ia 

mendatangkan kerajaan-Nya turun temurun, dari orang tua kepada anak-anak.  “Lahir 

dalam rumah Kristen” bukanlah kebetulan, melainkan karunia dan pimpinan Tuhan 

yang tak dapat di sangkal.  Baptisan yaitu  tanda dan materai yang indah dari 

kenyataan ini .  Tapi baptisan itu juga mewajibkan orangtua dan gereja menjaga 

kualitas pendidikan ajaran Kristen, baik di rumah tangga, di sekolah maupun dalam 

katekisasi3 

Berkaca dengan sejarah Israel bagaimana pentingnya keluarga (oikos) yang terdiri 

dari Ayah, Ibu, Anak-anak dan setiap orang yang ada dalam satu rumah/kemah, menjadi 

bagian dalam mewariskan ajaran Iman dan segala pembelajaran hidup, maka pendidikan di 

dalam keluarga tidak bisa dikesampingkan, walaupun sesibuk apapun orang tua dalam 

pekerjaan.  Karena kalau tidak mendidik anak-anak sejak dini dalam keluarga, maka suatu 

generasi bisa menjadi generasi yang “terhilang,” dalam artian generasi yang tidak takut 

TUHAN dan bahkan tidak mengenal TUHAN. 

Sering orangtua menyerahkan pendidikan anak-anak termasuk pendidikan agama 

(iman) kepada sekolah dan gereja;  orangtua merasa sudah memberikan yang dibutuhkan 

untuk kebaikan masa depan anak.  Itu sesungguhnya hanya sebagian dari keutuhan 

pendidikan bagi anak; karena anak-anak Kristen (orang percaya) membangun pendidikan 

bagi anak secara bersama, yaitu: Keluarga, Sekolah dan Gereja. 

 

 

Di Israel Purba, perbuatan-perbuatan Allah (Yahwe) yang tercatat dalam kitab Taurat 

ditanamkan oleh para rabi ke dalam hati sanubari murid-muridnya. Segala pengajaran 

dilakukan secara lisan dari generasi ke generasi, baik melalui orang tua maupun oleh para 

guru (rabi). 

 

 

 

Beth-ha-sefer 

 

 

Pada abat-abad pertama masehi, bangsa Yahudi mengadakan semacam sekolah dasar 

yang disebut “beth-ha-sefer”(beth=rumah, sefer=kitab); yang artinya “rumah sang kitab”.  

Di sekolah inilah pengetahuan tentang Taurat diajarkan kepada anak-anak Yahudi.  Taurat 

dibaca berulang-ulang dan anak-anak wajib menghafalkan secara seksama dan harafiah.  

Sejak umur 6 atau 7 tahun anak-anak yahudi sudah di bawa oleh orang tuanya ke pengajaran 

rabi di sekolah ini; dengan tujuan untuk mendapat pengetahuan tentang Taurat.  Dalam 

kehidupan agama Islam kebiasaan ini masih terus dilestarikan, yaitu anak-anak sejak dini 

belajar membaca dan menghafal Kitab Suci, tanpa harus mengerti arti dan maksud dari 

bacaan dan hafalan ini . 

 

 

 

Beth-ha-midrash 

 

 

Tingkat yang lebih tinggi untuk pengajaran hukum di beth-ha-sefer diberikan di 

“beth-ha-midrashy” (beth=rumah, midrash=pengajaran) yang memiliki arti “rumah 

pengajaran.” Di sekolah ini bukan hanya siswa dituntut untuk menghafal Taurat secara literal, 

melainkan sudah diajarkan tentang manfaat dan makna Taurat itu.  Pada usia 12-13 tahun 

anak-anak yahudi dituntut sudah bisa sepenuhnya menaati dan melaksanakan hukum Yahudi, 

yaitu “mitswoth,” dan pada tahap ini anak lelaki Yahudi telah dianggap sebagai “bar-

mitswa,” yang artinya “anak-anak hukum taurat.” 

 

 

 

Kurikulum dan Bahan Pengajaran 

 

 

Berbicara tentang pendidikan atau pengajaran, tentu juga harus mengerti tentang 

bahan dan kurikulum yang dipakai dalam belajar; termasuk juga  dalam pengajaran Yahudi.  

Pengajaran anak-anak yahudi mulai dari usia dini yang mendapat pendidikan langsung oleh 

orang tua mereka di rumah, tentang tatakrama, dan iman kepada Allah, beserta ritual 

keagamaan Israel. 

Umur 5 tahun; anak-anak mulai diberi pelajaran dasar membaca Taurat.  Pada umur 

ini anak-anak mulai membaca dan menulis, terutama membaca dan menghafalkan Taurat. 

P o l a  P e n d i d i k a n   B a n g s a  I s r a e l  S e b a g a i  M o d e l  D a l a m  

P e n a n a m a n  I m a n  K e p a d a  G e n e r a s i  B a r u  | 63 

 

Umur 10 tahun; mulai dengan mitswa (pengajaran);  pada tataran ini anak-anak sudah 

diajar tentang makna dan arti dari hukum Taurat, bukan lagi hanya menghafal, tetapi sudah 

tahu maknanya. 

Umur 12-13 tahun; menjalani sebagai bar-mitswa, (menjalankan peraturan/hukum 

Yahudi.  Mereka sudah dianggap mumpuni dalam hal hukum taurat dan melaksanakannya, 

sehingga anak-anak di taraf ini disebut juga anak syariat atau anak Torah (The son of law). 

Ada bukti bahwa pelajaran menghafal Taurat ini merupakan dasar keimanan anak-anak 

Yahudi yang akhirnya anak-anak Yahudi sangat tahu identitasnya, keyakinannya dan sangat 

militan dengan imannya kepada Allah (Yahwe).  Bagaimana dengan orang percaya saat ini? 

Apakah orang tua dan guru-guru agama baik di sekolah umum maupun di gereja mengajar 

anak-anak akan pentingnya menghafal firman Tuhan?   

Pendidikan Taurat Yahudi bisa terlaksana dengan baik karena adanya komunitas 

(jemaat) yang beriman teguh.  Pendidikan itu dilaksanakan di sinagoge, sebagai tempat 

berkumpul, belajar agama dan beribadah, karena mereka mau mengajar kepada anak-anak 

agar kelak menjadi dewasa dalam segala aspek kehidupan dan menjadi bagian dari umat di 

sinaoge.  Ini sangat penting bagi kita untuk membawa anak-anak ke rumah Tuhan (gereja 

sekarang) agar anak-anak tumbuh dewasa dalam segala aspek kehidupan termasuk imannya 

sehingga akan menjadi bagian dan meneruskan komunitas orang percaya dalam gereja.  

Sesungguhnya antara orangtua di rumah, guru di sekolah umum dan guru sekolah minggu di 

gereja, bias duduk bersama dalam komunitas pengajaran yang saling bergandengtangan 

dalam keberhasilan pengajaran kepada anak-anak, sebagai generasi penerus.Ada empat 

pelajaran utama di Sinagoge, yaitu: 

 

 

Syema Yisrael 

  

 

Syema Yisrael artinya: “Dengarlah hai orang Israel,” yang merupakan kredo atau 

pengakuan iman dan pengucapan syukur yang dibaca tiap hari pada waktu pagi dan malam  

dalam ibadah di sinagoge. 

Dengarlah, hai orang Israel:  TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa.  Kasihilah 

TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap kekuatanmu.  Apa 

yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah 

engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada nak-anakmu dan membicarakannya 

apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila 

engkau berbaring dan apabila engkau bangun.  Haruslah juga engkau mengikatkannya 

sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah menjadi lambang di dahimu, dan haruslah 

engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. 

(Ulangan 6:4-9) 

Dengarlah, hai orang Israel; yaitu  bagian yang sebut sebagai Syema/Shema (ibrani: 

Shama=mendengar).  Bagian ini sangat di kenal oleh orang Yahudi pada zaman Yesus 

karena diucapkan setiap hari oleh orang Yahudi yang saleh dan secara tetap di ibadah 

sinagoge.  Shema ini merupakan pernyataan terbaik tentang kodrat monotheisme 

Allah;  pernyataan ini diikuti dengan perintah ganda kepada bangsa Israel; Untuk 

mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan, dan untuk mengajarkan 

iman mereka dengan tekun kepada anak-anak mereka.



Syemone Esre 

  

Syemone Esre yaitu  doa yang terdiri dari 18 pengucapan, yang diucapkan setiap 

hari; pagi, sore dan malam dalam ibadah di sinagoge.  Doa ini mengndung ucapan syukur dan 

puji-pujian terhadap Allah Abraham, Ishak dan Yakub, serta doa akan pemulihan Yerusalem 

dan Tahta Daud.  Sampai sekarang ini menjadi bagian penting dalam doa bagi orang Yahudi. 

 

 

 

Tehillah 

 

 

Tehillah yaitu  pembacaan Taurat dengan di lagukan/dilantunkan; seperti orang 

moslem membaca Al’Quran (tahlil).  Pembcaan Taurat menduduki psoisi penting, karena 

Taurat yaitu  bagian Kitab Suci yang sentral bagi orang Yahudi.  Iman dan kehidupan orang 

Yahudi seluruhnya didasarkan atas Taurat.  Pengajaran dengan cara dibacakan dan dijelaskan 

dalam ibadah di sinagoge, dan ini merupakan tradisi paling tua dalam kehidupan orang 

Yahudi. 

 

 

 

Hari-hari Raya 

 

 

Anak-anak Yahudi diajar untuk memelihara hari raya dan peringatan hari besar yang 

lain; ada beberapa hari raya penting yang selalu menjadi bagian perayaan kehidupan orang 

Yahudi, yaitu:Sabath (Keluaran 23; Ulangan 5:2)Hari Raya Tujuh Minggu (Kel.34:22; 

Ul.16:10) ; Hari raya Roti Tak Beragi (Kel.23:15; 34:18; Mat.26:17) ; Hari Raya Pondok 

Daun (Im.23:34; Ul.16:13; Yoh.7:2) ; Hari raya Pentakosta (KPR.2:1; 20:16; 1 Kor.16:8) ; 

Hari Raya Pentabisan bait Allah/ Hanukah (Yoh.10:22) ; Hari Raya Pengumpulan Hasil 

(Kel.23:16; 34:22) ; Hari raya Pendamaian/Yon Kippur (Im.23:26; 35:9) ; Hari Raya Purim 

(Kitab Ester) ; Hari raya Paskah (Kel.12:11; Im.23:5; Mat.26:2) 

 

 

 

Tempat dan Sistem Pembelajaran 

 

 

Dalam tradisi Israel kuno, kita bisa melihat bagaimana orang-orang Israel 

diperintahkan dan dibagi-bagi oleh Daud (I Tawarikh 25) di bawah ayah mereka anak-anak 

Israel didik dan dilatih melaksanakan tugas pelayanan di Bait Allah.  Ada indikasi bahwa 

anak-anak Israel didik oleh ayahnya di rumah mereka masing-masing. 

Di Israel segala sesuatu harus saling membantu dan bekerjasama untuk mendidik 

anak-anak dan orang dewasa agar menjadi anggota-anggota persekutuan agama itu, 

yang insaf akan panggilannya dan dengan segenap hatinya ingin mengabdi kepada 

Tuhan dalam segala gerak-gerik hidup mereka.  Untuk itu juga dipergunakan masa-

masa raya yang memperingakan kaum Israel akan peristiwa-peristiwa yang besar 

yang dialami nenk moyang mereka zaman dulu, misalnya perayaan pesta Paskah.  

Berhubung dengan hari-hari raya itu bapa-bapa menceritakan kepada anak-anaknya 

P o l a  P e n d i d i k a n   B a n g s a  I s r a e l  S e b a g a i  M o d e l  D a l a m  

P e n a n a m a n  I m a n  K e p a d a  G e n e r a s i  B a r u  | 65 

 

tentang segala pimpinan dan berkat Tuhan pada masa lampau, supaya menjadi 

pelajaran dan penghiburan bagi merka sekalian pada masa kini.5 

Pengajaran atau bimbingan dalam rumah pengajaran (beth-ha-midrasy) erat kaitanya 

dengan rumah ibadat (sinagoge) orang yahudi.  Di sisni anak-anak duduk di kaki guru-guru 

Torah dan menerima pengajaran.  Dalam kenyataannya tidak semua anak-anak Yahudi 

mendapat kesempatan atau bisa mengikuti jenjang beth-ha-midrash; kebanyakan dari anak-

anak Yahudi hanya dapat mengikuti pengajaran dalam pembacaan Torah di rumah ibadah 

(sinagoge) seminggu sekali pada hari Sabath. 

Kita tidak bisa mengetahui dengan tepat kapan pertama kalinya sekolah-sekolah 

sinagoge didirikan;  ada pendapat itu sejak pada masa pembuangan di Babel, saat orang 

Israel/Yahudi tidak bisa datang ke Bait Allah, mereka berkumpul dan berdoa di sinagoge.  

Kapanpun sekolah ini dimulai, akhirnya sampai sekarang menjadi bagian penting dari 

pendidikan orang Yahudi.  Terlebih sinagoge itu menjadi ikon Yudaisme. 

Selama masa pembuangan ke Babel, kaum Yahudi itu makin lama makin sadar lagi 

akan amanat dan panggilannya.  Para katib mereka banyak mencurahkan perhatian 

kepada kitab-kitab suci bangsanya.  Dibangunlah rumah-rumah sembahyang dan 

sekolah-sekolah agama, tempat diajarkannya kepada jemaat Yahudi itu segala tradisi 

agama yang telah diserahkan nenek moyangnya berabad-abad lamanya.  Dan 

sekembalinya kaum yahudi itu ke tanah airnya, maka pembacaan taurat mulai 

memegang peranan yang amat penting di pusat hidup keagamaan mereka.  Ilmu 

ketuhanan bertambah-tambah diutamakan; banyak sarjana yahudi yang menyelidiki 

dan menafsirkan kitab-kitab suci dengan teliti.  Sekolah-sekolah dan mazhab rabbi 

yang masyur itu mulai muncul, berkembang dan berkuasa.6  

 

Dalam ruang kelas itu terdapat sebuah podium kecil yang tinggi letaknya tempat guru 

(rabi) duduk bersilang kaki.  Di depan guru terdapat sebuah rak pendek dengan gulungan-

gulungan naskah yang berisi bagian-bagian pilihan dari Perjanjian Lama.  Buku-buku 

pelajaran tidak ada; murid-murid duduk di lantai dekat kaki guru ini .  Kelas-kelas tidak 

digolongkan menurut usia; semua murid belajar bersama-sama dalam ruangan yang sama.  

Dalam praktek di kelas, guru akan menyalin sebuah ayat untuk dibaca keras-keras oleh para 

siswa yang lebih kecil sampai mereka menguasai ayat ini ; sementara itu guru membantu 

anak-anak yang lebih tua untuk membaca satu perikop dari Kitab Imamat.  Bagi kita mungkin 

situasi kelas dan kebisingannya akan mengganggu, tetapi tidak untuk mereka.Butuh 

konsentrasi tinggi dan focus yang jelas akan tugas pembelajaran masing-masing anak untuk 

bisa menyerap pembelajaran dalam suasana hiruk pikuk kebersamaan ini; malah saya 

membayangkan mungkin ini akan menjadi kebersamaan yang saling menolong, misalnya ada 

yang membaca dan melantunkan Taurat tidak tepat, maka yang lain atau murid yang lebih 

besar akan menolong membetulkan; dan kebersamaan komunitas ini justru semakin 

memperkuat rasa kebersamaan dan loyalitas sebagai satu bangsa, satu agama dan 

kepercayaan. 

                                                          

 

Kita bisa melihat benang merah yang tak terputus 

dalam model pembelajaran tentang keimanan 

kaum Yahudi atau orang Israel, yaitu bahwa anak-

anak ada di bawah tanggung jawab orang tua 

untuk memperkenalkan Allah yang Esa dalam 

hidup mereka dalam keseharian, dari zaman Israel 

kuno sampai Israel/yahudi masa sekarang; juga 

secara komunitas (bangsa) bagaimana mereka 

menjaga generasi penerus dengan tetap 

mengajarkan tentang Allah dan tradisi yang harus diikuti. 

Tuhan menggunakan orangtua yang takut akan Tuhan (saleh) untuk memimpin 

keluarga yaitu anak-anak dan seluruh kaum yang ada dalam keluarganya, untuk hidup benar 

di dalam Tuhan; sehingga akan mucul generasi yang takut akan Tuhan.  Dengan kata lain kita 

bisa belajar tentang kualitas iman anak-anak dan kaitannya dengan kesalehan orangtua;  ada 

banyak contoh di dalam alkitab yang bisa kita pelajari berkaitan pengaruh Orangtua dalam 

menjaga iman kepercayaan anak-anak kepada Allah. 

Dalam kesimpulan tulisan ini, ijinkanlah penulis menceritakan ulang tentang 

keluarga-keluarga saleh yang sangat mempengaruhi generasi berikutnya, yang ada dalam 

Alkitab. 

 

 

 

Orangtua Samuel 

 

 

Sauel yaitu  anak dari Elkana dan Hana.  Elkana yaitu  orang yang saleh dan taat 

pada Tuhan, bukti kesalehan Elkana bisa kita lihat dari ketekunannya pergi ke syilo untuk 

beribadah; dimana ia juga membawa seluruh keluarganya untuk beribadah.  Elkana 

menunjukkan bahwa ia yaitu  seorang imam yang baik untuk keluarganya.  Sedangkan 

istrinya Hana yaitu  seorang pendoa;  Ia berdoa memohon kepada Tuhan agar diberi anak, Ia 

juga dengan tulus dan berani mengembalikan anak pemberian Tuhan itu kepada Tuhan; ini 

menunjukkan bahwa Hana sangat dekat dan percaya ddengan Tuhan. 

Kesalehan Elkana dan hana mendatangkan berkat yang luar biasa yaitu lahirnya 

Samuel; dan akhirnya Samuel menjadi hamba Tuhan yang luar biasa bagi umat Israel, 

 

Orangtua Simson 

 

 

Simson yaitu  anak dari Manoakh, ibunya bahkan tidak disebutkan dalam Alkitab.  

Sebelum Simson dilahirkan, Ia telah ditetapkan menjadi Nazir Allah seumur hidupnya.  

Manoakh tahu dan sadar akan kehendak Tuhan itu, maka ia berdoa meminta hikmat untuk 

menjaga hidup anaknya.  Simson kemudian tumbuh menjadi pahlawan Israel yang kuat dan 

gagah perkasa pada zamannya dan mengalahkan musuh Israel. 

 

 

 

Orangtua Yohanes Pembaptis 

 

 

Yohanes pembaptis lahir bagi satu keluarga yang telah lanjut usia, yaitu Imam 

Zakharia dan Elisabet.  Allah mendengar doa Elisabet yang sudah tua dan mandul yang telah 

kehilangan harapan, Allah menunjukkan kasih setia-Nya dengan mengirimkan seorang 

putera.  Seakan tidak percaya Zakharia berlutut dan memuji Allah-nya atas perbuatan-Nya 

itu.  Nama anak itu Yohanes, sudah menjadi tanda ajaib bagi orang-orang disekitarnya 

sehingga mulai mempercayai harapan baru datang dari Allah yang telah lama hilang.  Pada 

akhirnya Yohanes Pembaptis menjadi nabi yang membuka jalan bagi kedatangan Juru 

Selamat. 

Melalui orangtua-orangtua dalam kisah di atas kita dapat menyadari betapa 

pentingnya kesalehan orangtua dalam membina generasi berikutnya.  Oleh karena itu marilah 

kita sebagai orang tua atau orang-orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-

anak/generasi ini, dengan terus menunjukkan kesalehan di dalam Tuhan dan dihadapan anak-

anak generasi ini, sehingga mereka boleh percaya dan hidup berkenan dimata Tuhan.