Tampilkan postingan dengan label kudeta 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kudeta 9. Tampilkan semua postingan
Rabu, 14 Desember 2022
kudeta 9
Desember 14, 2022
kudeta 9
Dan demikian juga saya mengetahui dari sukarno , terjadinya political deal mengenai Nasakom.
Dan siapa itu Supeno, teman Pramudji yang aktif memimpin Laskar PESINDO yang tersisa dari
Provokasi Madiun dan mempersiapkan penyambutan di dalam kota Yoyang a akan kedatangan serbuan
Pasukan Kapten Latief pada tanggal 1 Maret 1949 dari Godean itu, Dialah yang di tahun 1930 an
menjadi anggota Pemuda GEMPAR (Gemblengan Pemuda PARTINDO), kadernya sukarno , seperti
Asmara Hadi, Sukarni, Trimurti, Winoto Danuasmoro dan Sudiro. lalu Supeno, Sudiro dan Kakung
Gunadi menjadi guru Taman Siswa yang didirikan oleh M. Ali Chanafiah di Bengkulu, lalu kembali
bertemu dengan sukarno di Bengkulu tahun 1947. Di zaman Revolusi di Yogyakarta, Supeno
mendirikan majalah PESINDO Revolusioner . Keaktifan Supeno dalam perjuangan bersenjata dimulai
dengan mendirikan Laskar Rakyat Mataram di tahun 1947 yang memperoleh kehormatan besar sebab
diresmikan oleh Panglima Besar Sudirman di pelataran Candi Borobudur. saat itu saya masih
memegang komando atas PESINDO Jawa Barat, berkedudukan di Krawang dan Cikampek. namun saya
turut menghadiri peresmian Laskar Rakyat Mataram itu. Tragisnya, Bung Peno ini meninggal dunia
sebagai refugee politik di Amsterdam. Pendiriannya tegas dan tegar di pihak sukarno , oleh sebab itu,
saat sebagai anggota MPRS dia turut dan diundang ke RRT, di situ dia bersama Sukrisno (ex Duta
Besar di Viet Nam) berlawan terhadap mereka yang membabi buta membela G30S/PKI dan
memicu Peking serambi Mekah .
Nah, sekian dahulu buat sementara. Para pembaca sudah saya bawa melihat satu facet, satu bagian dari
pengalaman hidup perjuangan saya sebagai orang kiri di dalam arus perjuangan kemerdekaan nasional
yang bersifat kiri. Sebab hakekatnya, perjuangan pembebasan nasional dari penindasan kolonial,
menentang kolonialisme itu sendiri yaitu kiri. Buat saya di masa itu, cap atau etiket kiri yaitu
kehormatan. Berbagai keaktifan atau kegiatan saya sebagai pemuda kiri yang radikal dan revolusioner
bersenjatakan ideologi Marhaenisme sukarno membuat saya banyak dikenal dan terkenal di
kalangan kaum Nasionalis, kaum Agama, dan kalangan yang beraliran Marxisme (PKI, PSI dan Murba)
sebagai orangnya sukarno . Demi kepentingan praktis politik sebagai kader yang mau bersetia
kepada sukarno , sejak kelahiran R.I. (bahkan sesudah habisnya GERINDO) saya tidak mau berpartai
politik, yang cuma hanya sekedar akan membatasi langkah saya sebagai pembantu sukarno demi kepentingan
persatuan nasional dan marhaenisme sukarno . Namun saya tidak anti partai, saya menjunjung
prinsip demokrasi Pancasila.
namun sekarang, di zaman Orde Baru, di bawah pimpinan kediktatoran Soeharto, segala norma dan
huLum politik dan demokrasi dibuat hantam kromo saja; sak enake dewe . Saya tidak mau memicu
forecast, pralambang seperti Joyoboyo, Raja Kediri! namun di zaman kapitalis modern ini, diktator mana
yang tidak bisa dijatuhkan mencium debu sampai pada kematiannya yang hina, Mussolini (Italia), Hitler
Jerman), GetulioVargas (Brazilia), Marcel Caetano (Portugal), Ferdinand Marcos (Filipina) jika orang
memiliki mata tidak mau melihat, memiliki otak tidak mau belajar, memiliki gerakan gerakan ing tidak mau mendengarkan,
maka sekarang hantu hantu diktator diktator itu saya panggil berbaris membawa bawa segala harta
serakahnya dan pengalamannya yang keji dan hina itu untuk memberi peringatan terakhir kepada Pak
Soeharto.
Flashback kenangan saya kepada Panglima Pahlawan kita Achmad Yani di masa peperang an gerilya
untuk membebaskan Ibu kota Yogyakarta dari pendudukan Belanda pada bulan Maret 1949, dan lain
lainnya ini di atas agar tidak terlalu panjang sampai bisa mencapai brosur tersendiri, jika mau
saya akhiri sampai di sini saja. Maka sekarang saya kembali pada pertemuan yang simbolik singkong
Marhaen , pertemuan kami bertiga: Presiden Sukarno, Letjen Achmad Yani dan saya, A.M. Hanafi, di
Istana Merdeka sebagaimana sudah saya uraikan di atas tadi.
Sesudah ternyata di dalam pertemnan kami bertiga ini , Panglima A.Yani tidak berkeberatan untuk
turut dan didudukkan sebagai anggota Dewan Harian Badan Musyawarah Angkatan 45 sebagai
Panglima Harapan Angkatan 45 , maka secepat kilat menyalalah ide di kepala saya untuk merayakan
Hari Ulang tahun ABRI, 5 Oktober 1945 untuk yang pertama kalinya di Havana Kuba. TNI yaitu
Tentara Rakyat yang lahir dalam Revolusi Kemerdekaan Angkatan 45, dubesnya di Kuba eksponen
Angkatan 45 juga . Oleh sebab itu saya tidak merasaiminder'terhadap El Ejercito Rebeld (Tentara
Revolusioner) Fidel Castro malah yang ada dalam kilatan ide saya yaitu kebangaan saya terhadap
ABRI yang juga memiliki pengalaman gemilang dalam revolusi kemerdekaan. sebetulnya , ada sebab lain
mengapa saya ingin merayakan Hari ABRI di Havana. Saya mau kaulan melepas nazar atas
kebanggaan yang mengeram selama ini di dalam hati saya.
Bukannya maksud menepuk nepuk dada, namun saya yaitu salah seorang yang pertama
mendesak Pemerintah R.I. agar secepatmya melahirkan Tentara Republik di sekitar hari hari
Proklamasi. Tentu saja, mengenai ini tidak saya ceritakan di muka sukarno dan PakYani saat
bersama sama bersantap singkong marhaen.namun untuk para pembaca, akan saya uraikan tersendiri
pada halaman halaman berikutoya dengan judul
Kisah Terpendam
Saya merasa puas, sukarno dan PakYani menyetujui ide saya merayakanHUT ABRI 5 Oktober 1965
yang akan datang itu. Bahkan, mengetahui di KBRI Havana belum ada atase militer, Pak Yani langsung
mengatakan di depan sukarno agar Pak Hanafi diangkat menjadi MayorJendralTituler untuk
melengkapi upacara Perayaan Hari Ulang tahun ABRI di Havana nanti.
sukarno langsung jawab: Setuju, ajukan resmi usul itu! Begitulah hasil puncak konsultasi yang
pertama kali sebagai Duta Besar ke Jakarta pada bulan Januari 1965.
Waktu saya menuliskan baris baris di atas ini, dengan mesin tik tuaku Remington, nafasku terasa sesak
di dalam dada, sebab terharu mengenangkan pertemuan saya dengan sukarno bersama Panglima
Achmad Yani. Sebab ternyata itu yaitu pertemuan yang terakhir dengan Panglima Harapan Angkatan
45 itu. Namun saya harus terus menulis, mengetik kenangan yang amat memilukan hati saya ini, di
samping istriku, Sukendah, yang sudah cukup lama sakit sakitan, sedang saya sendiri sudah bertambah
umur menjadi 80 tahun , terbuang di Paris tak dibolehkan kembali ke tanah air.
Tanggal berapa, saya kira tanggal 20 September 1965, saya menerima kawat sandi dari PanglimaYani,
disampaikan oleh sandiman KBRI, Hartono, kepada saya. Kawat sandi Panglima A. Yani mengatakan:
sebab kesibukan dengan persiapan Perayaan HUT ABRI, pengangkatan Mayjen pada saya akan
dikirimkan sebelum 5 Oktober . Bagi saya, soal kawat pengangkatan itu cuma hanya sekedar soal administrasi saja,
prinsip persetujuan sudah diberikan pada saya, saat saya berada di Jakarta. Kawat sandi PakYani itu
berarti juga bahwa laporan saya mengenai kemajuan persiapan Perayaan HUT ABRI di Havana, sudah
beliau terima. Dalam rangka pengurusan HUT ABRI itu, ada dua kali saya menerima kawat sandi dari
Panglima Yani. Saya percaya , manuscript itu masih bisa ditemukan jika dicari di arsip penting KBRI
Havana. Tadinya disimpan oleh Sandiman, saudara Hartono.
Kisah terpendam ini yaitu seboah pengalaman tiga orang pemuda avant garde revolusi dari
Menteng 31, yaitu A.M. Hanafi, Chaerul Saleh, Pandu Kartawiguna, yang hampir saja mati
sebab menjadi korban perjuangan saat pergi mendesak Pemerintah R.l. agar segera
membentak Tentara Republik Indonesia (TRI) secepat cepatnya, sebab tentara Belanda sudah
mulai mendarat di Tanjung Priok. Segera, secepat cepatnya! Tidak ada sukarnya itu, dengan satu
pengumuman Maklumat Pemerintah Republik Indonesia , sudah jadilah itu TRI. Tidak ada
susahnya. Kamilah yang akan merealisasikannya. Kami, Pemuda Menteng 31 akan memanggil,
menyerokan, mengadakan appel kepada semua bekas PETA, bekas Heiho, bekas Seinendan,
bekas Keibodan dan semua pemuda pemuda yang gagah berani, mengatur semua itu
menjadi mereka itu jadi satu Tentara Republik Indonesia . Material sudah ada, sudah cukup
banyak, besi itu sudah hangat, sudah cukup panas tinggal ditempa saja lagi.
saat itu sudah bulan September, sudah sebulan Proklamasi 17 Agustus lahir ke bumi
negara kita , masa' lé. kita belum memiliki Tentara juga. Dengan apa bayi Republik ini bisa kita bela,
kita pertahankan, Chaerul Saleh yang memiliki temperamennya tersendiri itu, menimpa dengan
gayanya: Ya, ya, dengan apaaa... dengan ini ... saja, ! (Saya tidak perlu tulis di sini apa yang
dikatakan Chaerul Saleh itu) Nanti, Bung Hanafi saja jadi juru bicara kita, dan saya akan
menimpa lagi dengan tegas tegas , kata Chaerul.
Mengapa saya yang ditunjuk menjadi juru bicara. sebab yang akan kami temui yalah Mr. Amir
Sjarifudin, Menteri Penerangan. Dan Amir Sjarifudin yaitu Ketua GERINDO saya dahulu.
Maka berangkatlah kami bertiga dari Markas Menteng 31 memakai mobil yang baru dapat
diserobot dariJepang, menujuJalan Cilacap, Kantor Pemerintah Rl. Sesudah Pemerintah Pusat
kembali dari Yogya ke Jakarta, yaitu sesudah pengakuan Kemerdekaan, gedung itu lalu
menjadi kantor Kementerian P & K (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).namun gedung
itulah Kantor resmi yang pertama dari Republik Indonesia kita.
Pintu masuk gedung itu besar, namun tertutup saja. Kami bertanya tanya di antara kami. Hanya
bendera merah putih terpancang di tiang di luar, tampak lesu terjuntai, tidak berkibar kibar.
Tidak ada angin berhembus di pagi hari itu. Sesudah pintu kami ketok ketok, barulah dibukakan
setengah saja, tidak dibukakan kedua daun pintunya yang besar dan lebar itu. Begitu saya dan
Chaerul Saleh dan Pandu Kartawiguna masuk, di saat itu ... rratataat rratataat rratataat,
tembakan dua atau tiga mitralyur gencar memuntahkan perlurunya dari jeep jeep NICA yang
dilarikan kencang. Kami bertiga serentak, sekejap itu juga menjatuhkan diri ke lantai tengkurap,
sambil berteriak kepada penjaga yang membukakan pintu tadi, yang sedang kebingungan:
Tengkurap! Kedua daun pintu itu pecah pecah berserpihan. Di antara kami tentu saja ada yang
pucat, entah saya, entah siapa, sebab terkejut sekali.
Segera kami bangun berdiri dengan senyum senyum menyeringai sambil memaki maki NICA
keparat itu. Sesudah memperingatkan kepada penjaga, agar pintu yang sudah pecah pecah
namun belum hancur sama sekali, jangan dibuka buka dahulu , siapa mengetahui bangsat NICA itu akan
lewat lagi. Kami naik ke tingkat satu mencari Amir Sjarifudin yang kebetulan ada di kamarnya.
Beliau menyambut kami dengan terseyum senyum bertanya: Ada apa pemuda radikal datang
ada perlu apa, Amir yang dahulu nya agak gemuk, tampak menjadi agak kurus, berkemeja sport,
bercelana pendek sampai ke lutut. Belum berapa lama dia itu dikeluarkan dari penjara di Sragen
di mana dia dihukum seumur hidup olehJepang sebab dituduh memimpin perjuangan PKI
illegal menentang Jepang. Tadinya oleh Jepang mau dijatuhi hukuman mati, namun sebab
diintervensi oleh sukarno dan Bung Hatta menjadi hukuman seumur hidup.
Ada apa, kataku menirukan pertanyaan Bung Amir, Menteri Penerangan kita itu. Dia resmi
Menteri Penerangan, namun sebetulnya dialah yang memperoleh misi urusan keamanan. Kami
bertiga hampir mati semuanya di bawah tadi, apa Bung nggak dengar suara mitraliur tadi,
Pemuda radikal Menteng 31 tidak akan mati mati, akan hidup terus untuk Revolusi , kata Amir
dengan senyumnya yang mengajuk ajuk hati kami. Sesaat lalu dengan bersungguh
sungguh saya menguraikan maksud kedatangan kami seperti di atas tadi. Chaerul Saleh dan
Pandu menguatkan dan menambahi juga menjadi lebih jelas dan tegas. hasil penelitian dari
pertemuan itu Menteri Amir Sjarifudin menyambut dengan gembira desakan Pemuda Menteng
31 agar Pemerintah R.l. dalam beberapa hari ini secepatnya membentuk ketentaraan nasional.
Cocok, cocok, saya setuju sekali, saya akan mengajukan usul saudara saudara itu secepatnya
kepada Sidang Kabinet dalam hari hari ini , Amir berkata. Sesudah itu, langsung kepada saya,
Amir berkata, bahwa saudara Sudisman' Ketua Barisan Pemuda GERINDO Ckakak Surabaya
sudah dikeluarkan juga dari penjara Sragen dan kembali ke Surabaya.
yaitu pemuda Sidik Arselan, anggota Pemuda GERINDO, bekas PETA, dengan sepasukan
Pemuda P.R.I. (yang ketuanya yaitu Sumarsono) yang mendatangi penjara Sragen itu. Selain
sudah membebaskan Amir Sjarifudin dan Sudisman, mereka juga sudah membebaskan semua
tahanan lainnya yang ada di situ.Amir Sjarifudin sengaja menceritakan hal ini , sebab
beliau masih ingat bahwa saya menjabat sebagai Sekretaris Jendral Barisan Pemuda GERINDO
sejak masa di zaman Belanda dan masa pendudukan Jepang.
Selang beberapa hari sesudah terjadinya Rapat Raksasa di lapangan IKADA, tanggal 19
September, kami diberitahu , bahwa pada tanggal 5 Oktober 1945 akan diumumkan Keputusan
Pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (sukarno R). Kami bangga juga, walaupun tidak
begitu puas. Sebab yang kami tuntut yaitu tentara tentara resmi dari Republik Indonesia , bukan
sekadar Badan Keamanan Rakyat yang seakan akan condong meneruskan pekerjaan BPKP
(Badan Penolong Korban perang ) yang dibentuk di zaman Jepang, yang diketuai Jusuf Yahya
(kakak Daan Yahya).
Jelaslah, bahwa antara Pemerintah dengan pemuda radikal Menteng 31 avant garde nya
revolusi itu walaupun sama sama jalur garis perjuangannya, namun tidak selalu sama
gelombang gelombang semangatnya yang menggebu gebu di dada pemuda pemuda itu.
Kami sudah mempersiapkan pembentukan laskar laskar, dimulai terutama oleh pemuda pemuda
di sekitar Jakarta. Baru lalu sukarno R menjelma menjadi TKR (Tentara Keamanan
Rakyat).Yang penting hakekatnya: tentara, misi nya berperang membela Kemerdekaan yang
baru diproklamirkan, bukan Badan Keamanan yang dualis dengan misi sebagai kepolisian.
Namun di hati kami, kami belum merasa lega, belum pas betul. Keamanan Rakyat urusan polisi
di garis belakang, yang penting sekarang yaitu bertempur di garis depan. Untuk mengisi
kekosongan misi nasional pertama ini, maka itulah Pemuda Menteng 31 membentuk Laskar
(People's Army).
Pembentukan laskar laskar dianjurkan ke seluruh daerah daerah, dan disambut di mana mana.
Pada mulanya, laskar laskar itu membentuk diri berdasarkan cita cita membela Proklamasi,
sayang lalu berubah berkembang menjadi membela cita cita aliran politik masing masing
golongan: agama, nasionalis, komunis, sosialis dan kedaerahan. Hal ini yaitu semata mata
akibat perubahan dari atas,berubahnya sistem Pemerintahan dari kabinet presidensil dengan
sistem kabinet parlementer.Terang saja sistem presidensil memang sesuai dengan jiwa Pancasila,
sesuai dengan cita cita semua kaum pergerakan sejak lama, namun sayangnya salah dalam
mengaplikasikan strategi dan taktik perjuangan, yang harus ditentukan oleh penilaian situasi dan
kondisi. Dibolak balik bagaimana pun juga, haruslah diakui kesalahan prinsipal yaitu : kurang
teguh, atau tidak konsekwen pada prinsip perjuangan nasional bersenjata!
Dalam bertabrakannya naluri angkatan muda dengan naluri kaum tua, beruntunglah bangsa
negara kita , sebab ada faktor pengimbangnya yang utama, yaitu statemenship (kenegarawanan)
Tritunggal Sukarno Hatta Sjahrir.Jarumnya neraca pengimbang itu kadang kala nampak saja
rada ke kiri atau ke kanan, namun dalam hakekatnya yaitu mantap tetap pada titik perjuangan
Proklamasi berdasarkan UUD 45 dan menuju pada Pancasila. Sasarannya: kedaulatan nasional.
Saya tidak mau, dan janganlah siapa pun juga menyalah tafsirkan arti penting sejarah Tritunggal
Sukarno Hatta Sjahrir pada masanya secara dialektis. Tidak secara subyektif, jangan! Tukang
emas yang pandai mengetahui caranya menguji antara emas dan loyang.Tidak semua metal kuning
yaitu emas. Dan antara emas dengan emas pun harus diuji karat nya. Sejarah yaitu batu ujian
politik bagi bangsa dan masyarakat.
Bandingkanlah sistem politik di masa sejarah Tritunggal Sukarno Hatta Sjahrir dengan sistem
politik saat orde barunya Presiden Soeharto. Pada zaman Tritunggal, UUD'45 dan Pancasila
dijunjung tinggi, pada zaman orde barunya Soeharto, UUD '45 dan Pancasila dikentuti. Jangan
bicara lagi mengenai hak hak demokrasi dan HAM. ditambah ya zaman Tritunggal Sukarno Hatta
Sjahrir dengan orde barunya Soeharto en grosso modo , seperti bumi dan langit. Tidak ada
persamaannya. Apa pun kekurangan zaman Tritunggal, mereka tidak keluar dari garis demokrasi,
garis kedaulatan rakyat! Zaman orde barunya Soeharto apa pun yang berbau kedaulatan rakyat
dicap komunis. Bila komunisme dan marxisme ditanggapi sebagai ilmu di luar PKI yang sudah
dilarang itu, okelah.namun sekarang nyatanya siapa saja yang menyuarakan Tuntutan Hati
Nurani Rakyat, seperti keterbukaan, keadilan sosial etc. Iangsung dituduh menentang
Pemerintah. Inilah sistem Pemerintah autokratik, istilah yang lebih terkenal yaitu diktatur yang
despotis sekaligus nespotis. Kedaulatan rakyat, demokrasi, sudah digantung, sudah dipancung
oleh absolutisme angkara murka. MPR sejak 1966 dalam fakta bukan lagi suatu lembaga
negara tertinggi, namun sudah menjadi Markas Penipu Rakyat yang mendaulat Presiden Sukarno
dan mengangkat Letnan Jendral Soeharto menjadi Presiden yang menerapkan kediktaturan
represif dengan dalih konstitusional.
Kita kembali ke pangkal acara. Bicara mengenai kekuatan nasional bersenjata hta bangsa
negara kita , laksana bocah yang baru belajar berJalan seJak dilahirkan oleh Proklamasi 17
Agustus 1945, sejak dari Laskar Rakyat (People's Army) dan sukarno R, beranjak menjadi TKR,
sampai ke TRI lalu menjelma menjadi kekuatan bersenjata nasional bernama TNI, yang
kuceritakan dalam Kisah Terpendam ini.
Maafkanlah, jika saya berkata bahwa yang paling bergembira dan bersyukur kepada
bangsanya, yaitu pemuda pemuda radikal dari Menteng 31, terutama tiga orang yang disebut
namanya di atas tadi: A.M. Hanafi, Chaerul Saleh dan Pandu Kartawiguna. orang memuji
Tentara kita, mengenai ketangkasan gerilyanya, kegagahannya dan bintang bintang gemerlapan di
dadanya, tidak lebih dari sewajarnya. namun , namun jangan lupa, haruslah diletakkan pada tempat dan
kondisi nya. Itu yaitu sewajarnya di dalam era Tritunggal Sukarno Hatta Sjahrir.namun
yang paling bersedih hati melihat ABRI kita sekarang yaitu selurnh rakyat segala lapisan, oleh
sebab ABRI kita sekarang terpenjara di dalam hirarki militer Panglima Tertinggi Soeharto yang
mengkentuti UUD '45 dan Pancasila, meng insubordinasi alias mengkhianati Panglima
Tertinggi Sukarno dan memanipulirJendral A.H.Nasution, sesudah sebelumnya merekayasa
pembunuhan Panglima A.Yani dan 5 Jendral lainnya.
Para pembaca yang terhormat,
Kisah Terpendam ini menjadi alasan dalam hati saya sendiri, sebagai Duta Besar untuk
mengambil inisiatif merayakan HUTABRI untuk pertama kali di Kuba Havana yang disebut
sebagai el primo pays libre de America Latina itu. berdasar keterangan saksi hemat saya dalam konteks
kenegaraan, patut diperingati sebagai Hari Besar Nasional R.I. bukan hanya terbatas pada Hari
Proklamasi 17 Agustus 1945 dan HUT ABRI 5 Oktober 1945, namun juga selayaknya HUT
lahirnya lembaga legistatif atau cikal bakal demokrasi kita, yaitu KNIP Komite Nasional
negara kita . Demikian pun HUT lahirnya lembaga yudikatif R.l. dengan segala peralatan dan
atributnya. Lembaga lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif dikenal dengan Trias Politica
Montesqieu yaitu tolok ukur paten dari sebuah negara Republik yang menjalankan sistem
demokrasi dan keadilan sosial.
jika Adam Malik memperoleh misi dari Komite van Aksi untuk membentuk Komite Nasional,
maka A.M. Hanafi, Chaerul Saleh dan Pandu Kartawiguna mengambil bagian misi sendiri,
mempersenjatai pemuda menjadi people's army dan terutama mendesak Pemerintah R.I. untuk
membangun Tentara dengan satu Maklumat pembentukan Tentara Republik Indonesia
secepatnya tanpa ragu ragu lagi. Menteng 31 dan bekas PETA dan Heiho sudah sedia
mempelopori pelaksanaannya. jika saya tadi berniat mengambil inisiatif merayakan HUTABRI
di Havana, ialah sebab secara spiritual saya ingin bayar kaul atas tercapainya cita cita Pemuda
Menteng 31: lahirnyaTentara Nasional Indonesia , walaupun sudah melalui sejarah pengorbanan
selurah rakyat pahit dan getir. Pencetusan prakarsa itu secara spritual yaitu hak dan misi
kesadaran nasional dan patriotisme kami: saya bersama Chaerul Saleh dan Pandu, dan Amir
Sjarifuddin. Mengapa tidak, !
Tonggak tonggak dalam sejarah menegakkan Republik tercinta ini prakarsa dan kedan an dalam
melahirkanTentara R.I. itu, tidak boleh dilupakan, sekalipun para pemrakarsanya sudah jadi
korban dari revolusi di mana mereka turut memeloporinya. Bersyukurlah kita kepadaAllah,
bahwa berkat restuNya revolusi Angkatan 45 berhasil mencapai dan menegakkan kemerdekaan
nasional dari penjajahan asing. (Bila dibandingkan, tidak sesulit dan sesakit bangsaVietnam).
Semua itu yaitu jasa para pelopor pergerakan nasional kita, teristimewa berkat persatuan dan
cita citaTritunggal Sukarno Hatta SJahrir. Para pemuda sebagai harapan bangsa jangan sekali
kali melupakan itu. Perjuangan mencapai muara bahagia masih jauh namun bagaimana pun
sungai tidak mengalir ke hulu untuk sampai lautan Sang Sungai tidak boleh lupa pada sumbernya
di Gunung Cita cita Bangsa.
Rame rame Potong Tebu pada Hari Ulang tahun 26 Juli
Ada lagi yang luar biasa. Setiap tanggal 26 Juli, hari ulang tahun penyerbuan gudang senjata El
Quartel Moncada (1953) oleh satu grup pemuda revolusioner dibawah pimpinan Fidel Castro;
dan setiap tanggal 2 Desember, peringatan hari pendaratan Fidel Castro, Raul Castro, Camilo
Cienfuegos, Che Guevara (selurahnya 78 pejuang) mendarat di pantai Las Colorado di Oriente
Cuba dengan sebuah motorboot Granma dari Mexico (1956) kedua hari ini dirayakan
besar besaran dengan melakokan kerja bakti menebang tebu.
Hari penting yang ketiga, yang diperingati setiap tahun selama tiga hari, 17 18 19 April, yaitu
hari hari pertempuran di Playa Giron selama tiga hari tiga tengah malam menghancurkan pendaratan
tentara bayaran (mercenarios) Amerika, yang terkenal dengan nama Pertempuran di Pantai
Babi (Baya de Cochon).. Sebagian dari mercenarios, tentara bayaran yang tidak mati, menyerah
kalah, menjadi tawanan perang , lalu dikirim kembali ke Amerika. Bahwa kekalahan
tentara bayaran di Pantai Babi itu memalukan Amerika sendiri bukan main, tak usah dikatakan
lagi. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada tahun 1961. Itu kekalahan Amerika yang pertama kali
di lautan Karibia, di samping berarti juga kemenangan pertama rakyat Amerika Latin terhadap
imperialismo yanqui. Bahwa hasil penelitian demikian itu memicu tambah panas hati pihak
Amerika, dapat dimaklumi juga .Jelaslah, mengapa akibatnya Kuba dijatuhi blokade ekonomi
bahkan sampai sekarang dan pengintaian dari laut dan dari udara masih terus dilanjutkan saat
saya tiba di Havana.
Demikianlah mengapa hari hari penting ini diperingati dengan rasa khidmat dan dirayakan
dengan kerja bakti besar besaran secara suka rela, namun meriah dan dengan gembira oleh
seluruh rakyat Kuba.
Kerja bakti itu dengan bersenjatakan golok (machete,) pergi menyerbu peladangan tebu untuk
memotong tebu.Tambah meriah lagi sebab seluruh perwakilan negara negara sosialis turut
meramaikannya.
Tentu saja KBRI Havana tak mau ketinggalan. Bangun kembali dalam hatiku, kebanggaaan akan
pengalaman kerja bakti saat saya sebagai Menteri PETERA, 1957, mengadakan pilot proyek
kerja bakti gotong royong pemboatanjalan Saketi Malimping, di Banten Selatan, satu daerah
yang di anak tiri kan beberapa zaman. Saya pribadi sudah bertemu kembali dengan jiwa manusia
Multatuli dengan Saijah dan Adinda . Rasa hati kemanusiaanku selalu hendak mengulurkan
tanganku kepada makhluk manusia yang di masa bodo kan sistem penjajahan. Di masa itulah
juga penulis pejuang Pramoedya Ananta Toer menggubah karyanya yang dijulukinya Keluarga
Gerilya . Dia juga turut dan dalam kerja bakti pilot proyek Saketi Malimping ini .
KBRI Havana tak mau ketinggalan kerja bakti menyerbu peladangan tebu di Kuba pada hari
peringatan Hari Perjuangan Bersenjata rakyat Kuba ini . Dan juta tak kepalang tanggung .
jika Duta besar Uni Sovyet,Alexander I.Alekseev, hanya beberapa batang saja, sudah. Isyarat
simbolik setiakawan revolusioner itu sajalah. Begitu juga Duta Besar R.R.T., Wang Yu Ping.
namun kalah banyak dengan hasil tebasannya. Duta Besar R.I. yang ditambah dengan semua stabnya.
Rombongan para diplomat dalam kerja bakti itu ditambah oleh Wakil Menteri Luar Negeri Kuba,
Arnold Rodrigues dan Kepala Stafnya Eduardo Delgado, juga turut dan Kapten Osmani
Cienfuegos (adik Pahlawan Martyr Camilo Cienfuegos), Anggota Politbiro Partai Komunis Kuba
yang merangkap Urusan Politik Luar Negeri.
Mereka itu dengan bangga menyampaikan salutnya kepada kami yang mau dengan sukarela
mengintegrasikan diri dengan mereka untuk merayakan kemenangan pertempuran hebat di
Pantai Babi ini . Lalu, sehabis potong tebu, sebagai penutup kemeriahan hari itu, sebelum
pulang ke rumah, diadakan latihan menembak pakai sasaran. Bukan untuk pamer, rasanya Duta
Besar negara kita yang oleh Pak Gatot (Jendral) di Juluki koboy Krawang , tidaklah memalukan
bangsa dalam urusan tembak menembak itu.
Lain lagi dengan Konsul dari Vatican, Mons. Dr. Cesar Zacchi yang amat bersimpati pada saya.
Beliau tidak pernah turut kerja bakti itu, namun saat ketemu dalam Resepsi, menyalami saya
menanyakan berapa ton tebu yang sudah dapat saya potong, dengan senyum yang simpatik yang
tidak dibuat buat.
Memang mungkin sifat hampir semua Pastor Katolik begitulah. Mulainya dekat sama saya
sesudah saya katakan padanya bahwa saya seorang yang beragama Islam, yang menginginkan
orang Islam dan orang Kristen bisa saling menghormati dan bisa bekerja sama turut membangun
dunia baru yang damai buat semua ummat, tanpa penindasan dan tanpa penghisapan. Dan saya
orang yang beruntung, sebab memperoleh kesempatan mengunjungi Citta del Vaticano, Istana Paus
di Roma dan diberi juga kehormatan berziarah ke makam para Paus yang ada di situ, saat saya
turut mengiring Presiden Sukarno dianugerahi Doctor Honoris Causa oleh Bapak Paus di tahun
1956. Itulah asal mulanya Konsul Vatican ini amat bersimpati pada saya.
Berita yang Mengejutkan mengenai Kudeta Dewan Jendral
Pada hari itu tepat tanggal 1 Oktober 1965. Hari itu kurang lebih jam 9 pagi, saya sudah ada di
Kantor KBRI Havana, sebab kami sedang giat giatnya bekerja untuk memper siapkan perayaan
Hari Ulangtahun (HUT) ABRI 5 Oktober 1965. Semua keluarga Staf KBRI dan anak istrinya
giat dalam Panitia Perayaan yangjuga memperoleh bantuan dari pihak Kuba.Acaranya:
mengadakan resepsi ditambah pertunjukan kesenian nyanyian dan tari tarian negara kita ; sedang
diusahakan juga defile persahabatan Angkatan Pemuda Kuba Juventud Rebelde) di lapangan
baris berbaris di mana berdiri patungJendral Antonio Maceo (pemimpin pemberontakan
bersenjata Kuba melawan penjajahan Spanyol). Sayangnya, acara defile ini dikoreksi oleh
Panglima AchmadYani, yang dalam kawatnya mengatakan bahwa hal itu tidak biasa. Maka acara
defile ini dibatalkan. Dalam kawatnya yang kedua dia mengatakan, berhubung dengan
kesibukannya dengan Hari Ulang tahun ABRI di Jakarta, pengangkatan saya menjadi
MayorJendral Tituler TNI baru dapat dilaksanakan sesudah perayaan itu. Saya terima dua buah
kawat sandi Panglima A.Yani itu kira kira tanggal 15 dan 20 September 1965. Memanglah saya
merasa dekat dengan beliau, dan rupanya beliau demikian juga , sebagai yang sudah saya uraikan
terlebih dahulu.
Oleh sebab itu saya amat terkejut dan heran sekali, saat pada tanggal 1 Oktober jam 9 pagi
saat baru saja masuk kantor kedutaan dan berada di ruang kerja, tiba tiba diserbu tanpa bikin
janji terlebih dahulu oleh Capitain Osmani Cienfuegos. Bagaimana tidak akan terkejut , sebab
caranya bukan saja luar biasa, namun mengingat beliau sendiri yaitu seorang tokoh Pemerintah
Kuba yang penting sekali, anggota Politbiro El Partido Comunista de Cuba (PCC), adik
PaKtawan Kuba Camilo Cienfuegos almarhum. saat pintu diketuk sekretaris saya : Ada tamu
penting, Pak , Kapten Osmani itu sudah ada di depan pintu. Segera saya melompat menyalami
dan mempersilakannya duduk. Air mukanya tampak serius, tidak seperti saat bersama sama
potong tebu di ladang. Mula mula saya mengira kedatangannya akan mengabarkan bantuan
Kuba yang sudah saya minta untuk memeriahkan HUT ABRI yang pertama kali di Havana itu.
Excusame, por favor, Señor Embajador, maafkan saya, Tuan Duta Besar, atas kedatangan saya
yang tiba tiba ini ... sebab kami mengharap dan ingin memperoleh kepastian apakan Embajador
sudah menerima juga berita yang sudah sangat mengejutkan kami,
Singkatnya dia mau memeriksa suatu berita mengejutkan yang rupanya dia terima dahulu an
dibandingkan saya. Belum saya tanya apa berita yang mengejutkannya itu, saya langsung menjawab
bahwa berita berita yang masuk biasa biasa saja, tidak ada yang mengejutkan. jika ada yang
abnormal, tentulah saya akan minta konsultasi kepada ustedes, kepada anda anda. Lalu saya
tanyakan, berita apa yang dia terima yang mengejutkan itu,
Ada kudeta Dewan Jendral di Jakarta. Karni terima kawat dari AFP/Prensa Latina. Ini....
Saya ambil kawat itu dari tangannya, memang betul dari AFP/ Prensa Latina kantor berita
Pranci/Kuba. Pendek saja berita itu: sudah TERJADI COUP D'ETAT Dl JAKARTA
TERHADAP PRESIDEN SUKARNO. Saya perhatikan, kawat itu tertanggal 1 Oktober, berarti
terjadinya kemarin, 30 September waktu Kuba.
jika langit dan bumi ini pecah tiga, empat, lima saya tidak akan seterkejut seperti sesudah saya
membaca kawat yang dibawa oleh Kapten Osmani ini .Walapun sekujur badan saya sÅ perti
disengat listrik saking terkejut nya mendengar berita yang tidak enak itu, pikiran dan hati saya tetap
saja tidak mau percaya.
Impossiblé ... yo no puedo crearlo (tidak mungkin saya tidak bisa percaya berita ini) .... I m p
o s s i b l é , tukas saya dalam bahasa Spanyol dengan intonasi panjang.
Saya ceritakan pada Osmani mengenai pertemnan saya dengan Presiden Sukarno dan Panglima
A.Yani bulan Januari 1965 secara singkat. Tidak mungkin pahlawan perang yang
menghancurkan pemberontakan separatis PRRI/Permesta itu, mengkhianati Presiden, Panglima
Tertingginya.
Pembaca yang terhormat,
Saya dengan terpaksa dengan susah payah menahan emosi untuk tidak menumpahkan semua sekaligus
di halaman halaman ini, dan sebe narnya sekarang ini memang sudah terlalu janh menggapai
gapai kejadian sial 1 Oktober 1965 itu. Suatu kejadian yang sama sekali tak terbayangkan
sebelumnya, tak terandai andaikan bahkan sedikit pun pada saat kami bertiga Presiden, Pak
Yani dan saya begitu intimnya menyantap rebusan singkong Marhaen di Istana Merdeka.
Melanjutkan cerita mengenai pertemnan dadakan antara Kapten Osmani dengan saya pada 1
Oktober 1965 pagi itu, Kapten Osmani sebelum pamit masih berkata: Sebaikuya saudara Duta
Besar memeriksa berita itu. sebab persahabatan Kuba yang begitu dekat dengan negara kita , saya
anggap penting berita AFP itu segera diketahui Embajador dan diperiksa sampai di mana
kebenarannya. Kuba mengharapkan berita itu tidak benar. Sekian saja, hasta luego, sampai
nanti. Sesudah menanyakan kondisi keluarga saya, seraya menyatakan salamnya, Kapten
Osmani pamitan pulang .
Sejurus saya termenung memikirkan berita yang sensasional namun sekaligus mengkhawatirkan
yang dibawa tokoh penting Kuba tadi. Masih tetap saja tidak masuk akal pada saya. lalu
saya kumpulkan semua staf KBRI dan memerintahkan agar memeriksa berita itu. Pertama, saya
perintahkan menilpon ke Jakarta. Kedua, menanyakan kepada KBRI Washington apakah mereka
ada mene rima berita mengenai kudeta itu.Ternyata KBRI Washington juga tidak mengetahui apa apa,
mereka hanya menjanjikan akan memberitahokan ke Kuba jika sudah dapat berita resmi dari
Jakarta. Agar pembaca mengetahui , KBRI Havana tidak memiliki hubungan tilpon langsung
denganJakarta.Telex atau tilpon semuanya harus melalui KBRI Washington. Hanya surat
menyurat, diplomatic bag, bisa langsung via Mexico per plane. Pada waktu saya baru tiba di Ha
vana, saya tanyakan kepada chargé d'affair, saudara Raden Ngabehi Sulaiman, yah begitulah
ketentuan Deplu diJakarta.Tentu saja saya mendongkol, namun saya belum bisa berbuat apa apa
untak tidak tergantung kepadaWashington itu. KBRI Havana dalam hal trans komunikasi ke
Jakarta rupanya cuma hanya sekedar tambahan l. Saya pikir pada saatnya kondisi seperti itu harus diubah,
agar saya dari Havana memiliki akses langsung dengan pemerintah pusat di Jakarta.
Pada resepsi di Kedutaan RRC pada hari 1 Oktober 1965 itu, banyak Duta duta Besar asing
menyalami saya, sampai jadi berkerumun. Rupanya mereka sudah memperoleh juga berita semacam yang diberitakan olehAFP itu. Dengan tegas saya membantah, bahwa sama sekali tidak
mungkin terjadi kodeta oleh Dewan Jendral, bahwa saya masih menantikan penjelasan dari
Jakarta.
Mengenai hal ini ada sesuatu yang aneh saya alami. Kira kira dua bulan yang lalu dalam satu
pertemuan dengan Duta Besar Polandia, beliau menanyakan, sampai di mana kekuasaan Presiden
Sukarno di dalam ketentaraan negara kita . Tentu saja saya jawab positif, semua ABRI bulat di
belakang Presidennya. Mestinya dalam hal seperti itu saya, sebagai Duta Besar dan juga sebagai
telinga di pos depan, segera melaporkan kepada Pemerintah. Mengapa sampai muncul
pertanyaan seperti itu, namun apa mau dikata, seperti saya katakan di atas tadi, KBRI Havana
tidak memiliki komunikasi langsung ke Jakarta. Dan saya selalu bersikap hati hati mengenai hal hal
se cret seperti itu. Satu hal pernah saya minta kepada Presiden Sukarno jika saya dikirim ke
Kuba, agar dalam hal hal yang penting dan rahasia saya diperkenankan berhubungan langsung
dengan Presiden. Hanya dalam urusan administrasi dan keuangan saja, saya bertang gungjawab
kepada Menlu dan Deparlu. Beliau mengerti maksud saya dengan baik. saat itu saya belum
mengetahui mengenai peralatan Kedutaan Besar Havana yang sangat minim.
Marsekal Suryadharma tadinya dimisi kan untuk mempersiapkan Kedutaan di Havana itu,
lalu beliau diangkat menjadi Penasihat Militer Presiden Sukarno.Ternyata alat alat
komunikasi langsung antara KBRI Havana dengan Istana di Jakarta tidak ada sama sekali,
mungkin belum terpikir akan arti penting KBRI Ha vana, padahal sebagaimana dikatakan
Presiden Sukarno, Kuba memiliki posisi penting bagi kita dalam kaitan dengan Amerika Latin.
Nanti, nanti di Jakarta saya akan menemui lagi keteledoran, kelalaian Penasihat Militer kita ini,
di dalam rangka penyelamatan Presiden Sukarno dari kepungan malapetaka G30S.
Di dalam resepsi di Kedutaan RRT ini di atas tadi, Duta Besar Polandia itu juga datang
menyalami saya dengan senyumnya yang simpatik itu, namun dengan nada rada sarkastis berkata
sambil lalu: Itu sebabnya dahulu saya mengingatkan Duta Besar agar periksa lagi sampai di
mana kekuatan Presiden Sukarno di dalam ketentaraan negara kita .
Dalam hal ini, kiranya, para pembaca dapat memaklumi bahwa sudah berlaku pada diri saya
pribadi peribahasa sesal dahulu pendapatan, sesal lalu tak berguna . Saya tidak bermaksud
menyalahkan siapa pun mengenai kesulitan alat alat komunikasi itu tadi, namun biarlah diketahui
kekurangan hal hal yang amat penting kita butuhkan di masa itu.
Barulah pada tanggal 5 Oktober kita terima telex dari KBRI Washington yang mengabarkan
bahwa sudah terjadi kudeta oleh Kolonel Untung. Itu saja. Seminggu lalu , oleh saudara
Djuwir Djamal, ex Sekretaris I KBRI Havana yang beberapa bulan yang lalu sudah dipindahkan
Deplu ke Kedutaan R.I. di Argentina, saya dikirimi majalah yang memuat foto Kolonel Untung.
Dalam kondisi tak menentu itu, saya dengan terpaksa memutuskan membatalkan Peringatan Hari
Ulangtahun ABRI yang tadinya sudah direncanakan dengan segala kebesaran dan kemeriahan.
Buat apa, jika hanya akan memalukan nama bangsa, memalukan pemerin tahan Sukarno.
Sebab masih belum ada juga keterangan yang menjelaskan situasi dari Jakarta mengenai kudeta
itu.
Sesudah itu barulah ada telex dari KBRI Washington yang agak jelas, bahwa pada 30 September
sudah terjadi percobaan kudeta oleh Kol.Untung dan Presiden Sukarno dalam kondisi selamat.
Kawat kawat memantau pulang
Tanggal 3 Oktober, saya terima kawat pribadi dari kakak saja, Asmara Hadi, anggota MPRS
yang berada di Peking. lalu baru saya ketahui , baLwa dia sebagai anggota MPRS turut
dan dalam rombongan Ketua MPRS yang diundang menghadiri perayaan Hari Nasional RRC.
Demikian juga Saudara Winoto Danuasmoro ikut da]am rombongan ini .,juga sebagai anggota
MPRS. Kawat ini meminta saya pulang , sebab kondisi di negara kita gawat.Tiga hari
lalu datang juga kawat dari SaudaraWinoto Danuasmoro, mengatakan bahwa saya tidak
usah pulang , sebab sukarno selamat.
Selang beberapa hari lalu , datang juga kawat dari Chaerul Saleh, Ketua MPRS, meminta
jika bisa saya pulang . Kawat itu tertanda dari Kanton. Saya artikan mereka, rombongan MPRS
itu, dalam perjalanan pulang ke Jakarta.
lalu datang juga telex dari Jakarta mengabarkan mengenai percobaan kudeta Kolonel Untung
dari G30S/PKI yang sudah dapat digagalkan, korban beberapa orang Jendral TNI, di antaranya
Panglima A.Yani, dan Presiden Sukarno dalam kondisi selamat.
Barulah kami dapat berita yang agak jelas. Bagaimana kerusuhan di dalam hati saya tak dapat
dijelaskan dengan kata kata. Koq, sampai PKI, yang Ketuanya D.N. Aidit, yang saya kenal sejak
dari muda Anggota Barisan Pemuda GERINDO yang saya pimpin dan yang menjabat sebagai
Menteri Negara juga , sampai mau berbuat makar, sampai bisa dimanipulasi oleh Kolonel Untung
itu. Koq bisanya, Ah, Brutus engkau!
Aduh, kenapa Dr. soebandrio , yang saya anggap sebagai sahabat baik saya itu (jika tidak, mana
saya mau mengajukannya jadi Menlu di dalam Kabinet Karya Djuanda dahulu), yang mengetahui juga
betapa rapat dan setianya saya kepada sukarno , tidak sedikitpun langsung menilpon atau
men telex saya, Apa sebetulnya yang terjadi sampai AchmadYani,Jendral harapan saya
Angkatan 45 itu sampai menjadi korban,
Hati saya resah, gelisah, tidak menentu, tidak mengetahui apa yang bisa saya perbuat untuk membantu
Presiden Sukarno, menyelamatkan negara dari malapetaka yang gawat itu. Saya ingin tabu apa
sebetulnya yang sudah terjadi. Saya bukan seorang Duta Besar tok, amtenar yang bisa kerja cuma hanya sekedar
tunggu petunjuk atasan. Saya patriot pejuang yang turut mendirikan negara ini di barisan paling
depan di zaman revolusi kemerdekaan. Masakan saya harus tengak tengak saja begitu jauh dari
tanah air yang tertimpa bahaya, duduk di Ha vana dari resepsi ke resepsi. Akbirnya saya terima
kawat singkat Chaerul Saleh seperti saya singguh di atas: Kamu harus pulang ; sebentar, penting,
cepat .
Saya ambil keputusan, saya harus pulang cepat untuk mengetabui jelas dan menengok apa yang
terjadi. Saya rundingkan maksud saya itu dengan Sukendah, isteri saya. Dia dapat memaklu~ni
sebab juga khawatir akan kondisi Presiden Sukarno. Saya memiliki kekhawatiran dobel, mengenai
apa yang sedqng terjadi di negara kita dan mengenai ; urusan urusan KBRI dan keluarga yang akan
saya tinggalkan sementara di Kuba.
Saya rundingkan juga dengan semua staf KBRI, agar segala sesuatu yang penting yang
mungkin dihadapi KBR], Ibu Sukendah jangan ditinggal sendiri, harus turut rundingkan
bersamanya sebagai wakil langsung dari saya sebagai Dubes, bukan saja sebab ia seorang isteri.
Saya tidak lupa amanat Presiden Sukarno saat melantik saya di mana beliau meminta istri saya
berdiri di samping saya untuk menenma amanat yang diberikannya. Duta Besar dan sang istri
harus merupakan satu team. Sukendah saya kenal sejak masih gadis, seorang pemuda pergerakan
juga, harus bantu Hanafi, suamimu. Seorang istri yaitu een moedertje, geliefde, en kameraad
tegelijk (seorang ibu, kekasih dan sekaligus kawan seperjuangan), kata sukarno .
Tinggal lagi saya harus pamitan, memberitahu kepada Peme rintah Kuba maksud kepergian
saya itu. Menlu Dr. Raul Roa menyatakan harapan yang terbaik bagi Presiden Sukarno, atas
nama Pemerintah Kuba. namun untuk minta waktu audiensi kepada Commandante Fidel Castro,
Raul Roa menyarankan sebaiknya tunggu selesainya Hari hari Peringatan Desember yang selalu
penting diperingati, dan Fidel sedang sibuk sibuknya waktu itu.
Hari 2 desember 1956 . . . yaitu hari pendaratan satu grup kaum revolusioner Kuba di bawah
pimpinan Fidel Castro (Camilo Cienfuegos, Che Guevara, Raul Castro dan lainnya) di
pantaiOriente (Kuba) dengan kapal motor Granma dari Mexico. Hari itu diperingati setiap tahun .
Dari 87 orang yang bisa sampai ke puncak gunung Pico Turquino, itu hanya 12 orang. sebab
waktu mendekati pantai mereka diserang oleh kapal terbang Batista. Pada waktu mendarat,
langsung bertempur. Peristiwa heroik bersejarah itu terkenal dengan nama Pendaratan Kapal
Motor Granma. Begitulah riwayatnya secara singkat.
Saya sudah mengatakan kepada Menteri Luar Negeri, Raul Roa bahwa saya akan berangkat ke
negara kita sehari sesudah peringatan pendaratan Granma itu, Dus tanggal 3 Desember. Saya
masih me nyempatkan diri menghadiri hari peringatan Pendaratan Granma dengan satu Rapat
Raksana di tengah malam hari. Dengan perasaan agak jengkel, sebab tidak mungkin ketemu
Commandante Fidel Castro, sebab saya tidak mau menunda nunda lagi keberangkatan saya itu.
Commandante Fidel Castro mengunjungi Dubes R.I.
paraksiang 2 Desember 1965
Hari sudah jam satu tengah malam lebih. Setiba di rumah anak isteri sedang mempersiapkan barang
barang keberangkatan saya.Tiba tiba masuk ke pekarangan dua bnah jeep. Beberapa tentara
turun mengetok pintu. sesudah dibuka oleh Tan Joe Hok, koki yang saya bawa dari Jakarta,
tentara tentara itu minta agar lampu lampu yang menerangi pekarangan rumah rumah saya
itu dimatikan semua. Koki itu meneruskan permintaan itu pada saya. Dengan suara keras saya
melaranguya, sebab menyimpan rasa dongkol akan berangkat tanpa bisa pamitan dengan Fidel
dalam soal sepenting ini.Tentara tentara itu entah berapa jumlah mereka masih menunggu di
luar, lalu seorang dari mereka masuk ke dalam sambil mengatakan ada Commandante
Fidel Castro di jeep yang satu lagi, bahwa beliau mau masuk bertemu Duta besar, jika lampu
pekarangan yang terang benderang itu dimatikan dahulu .
Mendengar kata kata tentara itu, segera lampu pekarangan saya suruh padamkan semna dan saya
loncat ke luar menyambut Com mandante Fidel Castro yang sudah sampai di pangkal tangga
masuk. Saya minta maaf, menyalaminya dan beliau juga minta maaf sebab tak memberitahu
lebih dahulu. Saya tuntun Fidel ke ruangan tamu diantar dokter tentara, dokter pribadinya, yang
lainnya berjaga di luar. Hampir satu jam kami berbicara mengenai peristiwa pembe rontakan
Kolonel Untung. Singkatnya, Fidel mengucapkan selamat jalan untuk saya guna misi ku yang
penting itu. lalu dia meminta sehelai kertas untuk menulis surat buat Presiden Sukarno
pribadi, dengan pesan agar diberikan langsung ke tangan sukarno . Saya sambut pesan
kepercayaannya kepada saya dengan hormat dan terimakasih. Sesudah saya jamu dengan
gorengan kripik tempe dariJakarta dan minum kopi dan satu sloki whisky bersama ucapan
kesehatan untuk Commandante Fidel Castro, yang disambut dengan ucapan kesehatan Presiden
Sukarno juga , dan sesudah beliau menghabiskan goreng tempe sepiring itu, beliau pamitan.
Betul betul satu kenangan yang indah terkesan yang ditinggalkannya padaku. Betul betul suatu
persahabatan yang mesra yang diberi kannya itu, dan yang akan saya ceritakan sebulat bulatnya
kepada sukarno . Tidak ada Duta Besar lainnya yang ditanggapinya seperti itu. mungkin
cuma hanya sekedar Dubes Uni Sovyet, namun tentulah ada lainannya, dan tentu tidak akan menggedor pintu di
tengah tengah malam hari seperti dengan saya itu.
Fidel datang dari peringatan PendaratanGranma untuk mem bebaskan Kuba. Keesokan hari
Hanafi berangkat ke negara kita untuk bantu keselamatan Presiden Sukarno. Sungguh suatu
simbolik revolusioner, namun ternyata Fidel memang berhasil mem bebaskan Kuba namun Hanafi
tidak berhasil membebaskan sukarno dari kepungan kontra revolusi bangsanya sendiri. Apa
mau dikata ...
Perjalanan ke Jakarta dibuntuti Maut
Di pagi hari tanggal 3 Desember 1965,oleh anak anak saya, Nurdjaya dan Damayanti, bersama
adiknya Nina Mutianusica yang berumur setahun , dan istri saya Sukendah, saya diantar ke
lapangan terbang Rancho Boyero. Dari staf diplomat KBRI turut mengantar juga Saudara
saudara Moh. Hatta, Hartono dan Rustamadji. Saudara Zuwir Djamal tidak ada, sebab belum
lama berselang pindah ke KBRI Argentina di Buenos Aires. Saya merasa kehilangan dia. Dia itu
masih ponakan dari wartawan kawakan SaudaraAdinegoro yang saya kenal baik, yang bahkan
pernah turut dan dalam rombongan yang mengiring Presiden Sukarno dalam kunjungan
kenegaraannya ke Amerika, Rusia dan Tiongkok, seperti saya. Adinegoro sendiri datang sengaja
ke rumah saya, berbasa basi mau menitipkan Zuwir Djamal pada saya yang akan ditempatkan
oleh Deplu ke Havana, Kuba. Dia berangkat lebih dahulu dibandingkan saya sekeluarga ke Havana,
Kuba. Zuwir Djamal ini Sekretaris I saya yang pertama , orangnya memiliki jiwa lahur dan
memiliki budi baso, kata kami di Sumatra.
Saya lalu menjadi orang buangan , political exile di Paris, namun sebagai seseorang yang
tetap berpendirian putra negara kita , sejak Duta Besar R.I. di Paris Pak Mohamad Nur dan
Athan Willy Kahirupan, pintu KBRI Paris tidak ditutup buat saya. Sekali, pada hari Lebaran,
saat saya ke KBRI turut sembahyang Idulfitri, saya merasa ada seseorang duduk di belakang
saya.Ternyata saudara Zuwir Djamal. Dia tidak takut dan ragu ragu memperkenalkan saya pada
orang KBRI Paris: Ini Pak Hanafi, bekas senior saya . Saya dengar lalu , Zuwir jadi
Duta Besar di Brunai Darussalam. Saya menceritakan hal ini, oleh sebab sejak saya menjadi
orang buangan , hanya Zuwir Djamal itu saja yang kebetulan saya jumpai.
Lapangan terbang Rancho Boyero hanya dipakai oleh Cubana de Aviacion,Aeroflot, CSA
(Cekoslowakia) dan Iberia. Sejak Fidel Castro berkuasa kapal kapal terbang Amerika dan Eropa
tidak ada yang mendarat lagi di sana. Dan yang penting bagi saya, untuk pulang dan pergi ke
Mexico tak ada pesawat selain pesawat Cubana de Aviacion itu.
saat tiba waktu berangkat, saya ulangi amanat saya kepada semua, kepada Sekretaris I Moh.
Hatta: Dalam masalah politik, Ibu Hanafi yaitu wakil saya pribadi, selama saya bepergian
keJakarta, rundingkan masalah masalah sama Ibu,jangan dilupakan .Ternyata lalu , adanya
amanat saya itu memang penting.
Saya cium selamat tinggal anak anak dan istri saya dan salam mesra pada semua yang
mengantar saya, dan naiklah saya ke kapal terbang. Bismillah. Saya latih diriku di dalam hati
untuk selalu dekat denganTuhan dalam hal hal begini. dahulu juga begitu. Saban keluar dari
cacuran atap rumah dengan langkah pertama saya mengucapLan Bismillah . Demikian juga
dahulu saat masih di front Krawang Bekasi. Dari kocil saya dilatih begitu.
saat tiba di Mexico, tidak ada pegawai lokal KBRI Mexico datang menjemput. Apakah KBRI
Havana ada mengabarkan atau tidak kedatangap saya ke Mexico, saya tidak mengetahui . Saya ambil
taxi pergi ke Hotel Del Prado di sana saya biasa menginap jika datang ke Mexico. Saya tilpon
menyalami Duta Besar IsmailThayeb, jika jika ada titipan yang bisa ku bawa untuk familinya
diJakarta. Saya kenal hampir semua keluarga Bapak Teuku Thayeb dan hubungan saya dengan
Dr. Syarif Thayeb pun rapat sejak hari hari Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata Pak Ismail
Thayeb tidak mengetahui sebelumnya akan kedatangan saya ke Mexico itu. Artinya KBRI
Havana memiliki kelalaian.namun saya juga maklum, memang ada pro blem soal komunikasi dengan
Mexico. Ini bersangkutan dengan blokade Amerika terhadap Kuba. Ada kala kita bisa menilpon
ke Havana dari Mexico, kadang kala juga tidak mudah. Maka itu KBRI Havana banyak
tergantung pada hubungan kolegial kita dengan KBRI Washington. Contohnya, saat saya mau
beli mobil Amerika, Duta Besar kita di Washington, Mukarto Notowidigdo, tidak bisa membantu
membelikan, sehingga dia dengan terpaksa membelikan mobil buat KBRI Havana melalui Kanada,
sebab Kansedang ya hubungan diplomatik dengan Kuba, sedang Amerika tidak, bahkan
memblokade Kuba. Sampai sekarang!
Soal pita rekaman Dewan Jendral
Pertama kali saya mendengar cerita tape DewanJendral ialah saat saya menginap di Hotel
Del Prado di Mexico ini, dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Ini terjadi secara kebetulan, namun
sangat menarik.
saat saya hendak pergi makan makanan spesial Mexico, Tacos, di sebuah restoran yang berdiri
sendiri terlepas dari hotel ini , persis di depan pintu kamar saya, saya bertemu dengan Tuan.
J.F. Cardoso. Ternyata dia menginap di sebelah kamar saya. Nama lengkapaya, jika saya tidak
salah, yaitu Jose Francisco Cardoso. Ibunya selalu memangilnya Paco . Dia ini baru datang
kemarin dari Jakarta, hendak pulang ke Havana pada hari itu dengan Cubana de Aviacion.
Dahulu, saat saya berangkat ke Kuba, dialah yang jadi Wakil Kuba, Charge d'Affaires di
Jakarta. Oleh sebab itulah, hubungan pribadi dia dengan saya sekeluarga baik sekali.
Ola, Senor Cardoso. Buenas dias, de donde viene usted, ,1) saya menyapanya dalam nada
terkejut. Dia pun terkejut sekali melihat saya keluar dari kamar yang di sebelah. Dia menjawab
sambil agak tertawa, menyembunyikan terkejut nya: Boenas dias. DariJakarta, baru kemarin tiba,
hari ini akan terus ke Havana. Dan Embajador sendiri, mau ke mana,
Saya mau keJakarta.Ada kabar apa, ... apa yang terjadi di sana, Caramba ... habia una atentat
de coup d'etat par, como se llama, el 'DewanJendral'. 2) Apa iiyya ... apa bukan oleh Kolonel
Untung, Kolonel Untung . mau mencegah kudeta oleh Dewan Jendral itu,namun
gagal.Buktinya ada tape Konferensi DewanJendral, itu sudah ada di tangan Presiden
Sukarno.Jadi jelas, Dewan Jendral mau kudeta. Itu berita dan cerita yang dapat saya ketahui di
Jakarta. Wah, celaka, repot nih , dalam hatiku, mendengar cerita Cardoso. Cepat cepat saya
berkata : Fait atencion, Senor Cardoso, por favor, hati hati tuan Cardoso, tolong, jangan dahulu
dilaporkan cerita itu kepada Pemerintah Kuba sebagai kondisi dan fakta yang pasti, demi
kepentingan bersama negara kita dan Kuba.Tunggu dahulu kabar saya dari Jakarta.
Demikianlah cerita pertemuan singkat saya dengan Tuan J.F. Cardoso saat sama sama
mengunci pintu kamar, dia mau keluar membawa bawa kopornya, dan saya mau keluar cari makan
siang. Kami berpisah sama sama mengucapkan selamat jalan. Di dalam hatiku, belum juga
sampai ke gelanggang , baru dalam perjalanan ke situ, saya sudah ditempur angin berita yang
simpang siur. Untuk menyingkat cerita, agar sampai pada tape Dewan Jendral yang
diceritakan oleh Cardoso di atas tadi, saya sekarang melompati jarak dan waktu sampai pada
saat saya sudah tiba di Jakarta. Ternyata cerita tape Konferensi DewanJendral itu, dan bahwa
tape itu ada di tangan sukarno , sebagaimana diceritakan tadi yaitu tidak betul, omong
kosong, isapan jempol dari pihak GESTAPU saja. Omong kosong itu harafiah ucapan Bung
Karno sendiri pada saya. Saya bawa Brigjen Mohamad Imam Sjafi'i (Bang Piti) untuk menemani
saya ke Istana Bogor menanyakan soal tape ini . sukarno malah bertanya pada Pi'i: Apa
yang kamu ketahui dan di mana adanya tape itu Pi'i, Brigjen Pi'i, jagoan saya ini, jadi
terheran heran menjawab: Lho, Pak, orang kata tape sudah ada di tangan sukarno !
Semuanya itu omong kosong, makanya itu jadinya begini. Demikian ucap sukarno dengan
wajah yang muram. saat saya bersama Brigjen Sjafi'i dipanggil sukarno ke Bogor, sudah
bulan Januari 1966, bulan pertama saya tiba di Indo nesia. Itu terjadi pada tengah malam hari. saat
pulang ke Jakarta, di daerah Kalibata, kami dicegat oleh tentara yang mengaku dari Pasukan
Kujang Siliwangi.
Kembali ke cerita di atas, saat saya masih dalam perjalanan menuju ke negara kita dan masih
berada di Mexico, di hotel Del Prado, sesudah bertemu dengan Tuan Francisco Cardoso. Saya
dengan terpaksa menunggu lima hari untuk bisa berangkat dengan Cana dian Pacific. Dan entah, apa
juga sebabnya, time schedule pesawat itu tertunda dan saya tidak bisa menilpon ke Havana untuk
memberitahu tertundanya keberangkatan saya itu. Tidak boleh ada tilpun partikeliran dari
Mexico ke Havana dan sebaliknya. Saya pun tidak mau minta tolong KBRI Mexico, sebab
semuanya harus per telex lewat KBRI Washington. Sekalipun kita bukan lagi di zaman Doktrin
Monroe (Presiden Amerika yang kelima), namun eksesnya masih mengombak sampai sekarang.
Tanggal 10 Desember 1965, barulah saya sampai ke Tokyo. Saya dijemput oleh Teuku Damrah,
staf Protokol dari KBRI dan anak saya Dias Hanggayudha, mahasiswa Sekolah Perkapalan di
Osaka. Kedatangan Canadian Pacific di lapangan udara Haneda juga agak terlambat. Sebab
sesudah take off dari Vancouver, pesawat harus turun di sebuah landasan lapangan terbang
darurat, berhubung adanya badai salju yang besar sekali. Kira kira tiga jam kami tertahan di
landasan terbang darurat itu. lalu waktu start mau take off, pesawat itu selip juga , dengan terpaksa
ditarik ke tengah landasan lagi. Di situlah saya jumpa dengan seorang Amerika pengusaha
minyak,yang mengaku sahabat baik dari Kolonel Ibnu Sutowo. Ia memberi saya cendera mata,
sebuah vulpen Parker. saat saya sudah berada di kamar di Hotel Imperial,Tokyo, saya melihat
di TV, pesawat Cana dian Pacific yang saya naiki tadi, sesudah kembali dari Hongkong, hancur
menabrak pinggir landasan lapangan terbang, lalu pecah dan sebagian badannya terkulai jatuh ke
laut (lapangan terbang Haneda terletak di pinggir laut). Untung sekali, saat saya masih ada di
dalam pesawat itu pada waktu turun di lapangan terbang Haneda, kapal terbang itu belum
ditangkap kesialan itu.
Saya minta kepada Damrah agar bisa lekas dibook dengan pesawat apa saja yang bisa paling
cepat sampai ke Jakarta, sebab saya ingin bertemu dengan sukarno secepatnya. Ternyata
baru lusa ada pesawat ke Jakarta, yaitu BOAC. Saya suruh anak saya, Dias, agar bersiap siap,
akan saya bawa ke Jakarta. Saya perkirakan, andaikata Istana diblokir dan saya dicurigai,
sehingga tak bisa masuk istana, maka akan saya pergunakan Dias, anak saya itu, sebab dia
yaitu teman Guntur, saat sama sama sekolah di SMP Cikini.
saat saya pergi ke KBRI Tokyo untuk sowan Pak Duta Besar Rukminto Hendraningrat (adik
Latief Hendradiningrat yang saya kenal baik), saya bertemu degan Sekretaris I saudara Moh.
Jusuf. Saya tidak bisa bertemu dengan Duta Besar, sebab beliau sedang pergi ke luar kota.Jusuf
menggerutu, menumpahkan kekesalannya pada saya: Bagaimana, Pak Hanafi, bagaimana kita
tidak akan jadi jengkel jika Bung Aidit itu menikam sukarno dari belakang dengan Dewan
Revolusi GESTAPU itu. Kita khawatir akan kondisi kita semua, bagaimana jadinya nanti negara
kita ini, orang sekarang memiliki isu beragam terhadap sukarno , dia itu Pemimpin
Besar kita, Bapak kita, tidak bisa diganti oleh Bung Aidit atau siapa pun juga.
Jusuf ini yaitu anggota PSII, namun juga Sukarnois. Saya hanya manggut manggut saja, saya
berkata padanya, walau pun saya memaklumi dengan baik perasaannya, namun saya belum bisa
memberikan penilaian apa apa akan kondisi umum, kondisi sebetulnya dan latar belakangnya,
sebelum saya sampai di Jakarta. Jusuf menitipkan,minta dibawakan sebuah mesin tik portable
untuk Menteri Ir. Setiadi yang, katanya, pernah singgah di Tokyo saat pulang dari Kamboja.
Mula mula saya keberatan.Akhirnya saya bawa untuk tidak mengecewakannya yang kena
titipan itu, dan juga mengingat akan Ir. Setiadi dan Dr. Sudarsono yaitu pendiri API yang
pertama , Ckakak Cirebon, di tahun 1945.
Pada keesokan harinya, pagi pagi, saya sudah siap untuk pergi ke lapangan terbang. Makan pagi
ditemani oleh Teuku Damrah dari KBRI. Anak saya, Dias, yang mau saya bawa ke Jakarta itu,
belum datang. Kami tunggu lagi sampai menjelang waktu yang menentukan kepastian sudah
harus berangkat ke lapangan terbang untuk tidak ketinggalan kapal terbang. Dekat jarak ke
lapangan terbang belum tentu bisa dicapai dalam setengah jam, mengingat banyaknya kendaraan
dan sering macet.Tunggu memiliki tunggu, Dias belum datang juga. Saya gelisah bukan main,
sebab ingin secepatnya sampai ke Jakarta. Harapan saya tadinya, jika bisa jam 9 dia sudah ada
bersama saya di hotel. Sebab dari Hotel Imperial ke lapangan terbang Haneda itu bisa memakan
waktu satu jam, jika banyak trafic. Saya menunggu di kamar hotel ditemani oleh Damrah
sampai jam 10, namun Dias, anak saya itu, belum muncul juga. Entah apalah yang diurusnya itu,
saya tidak mengetahui . Saya jadi tidak sabaran. Sementara itu saya mengenangkan percakapan saya
dengan Saudara Jusuf Sekretaris I KBRI kemarin, setibanya saya melapor ke KBRI dan juga
sekadar memperoleh kabar mengenai kondisi di Jakarta sejak 1 Oktober. Saudara Jusuf itu kenal
baik dengan saya, dia itu anggota PSII yang Ketuanya Pak Aruji Kartawinanta. Saya catat dalam
ingatanku kata katanya:
Bagaimana Pak Hanafi, kita sama sama kenal siapa itu Bung Aidit, namun saya tidak mengerti,
koq jadinya begitu. Pak Aidit itu sudah 'gila' mungkin . Jelas bagi saya, maksudnya ia mau
mengatakan bahwa Aidit tersangkut dalam pemberontakan Kolonel Untung. Jusuf tidak mau
banyak bicara lagi. Saya sudah maklum.
Jam 11 sudah, anakku Dias belum datang juga. Saya duduk, berdiri, duduk, berdiri kesal,
dongkol pada si anak itu. Bagaimana nasib sukarno sekarang, kekhawatiran itu memukul mundur
mukul kepada saya ... Eh, jam 11 seperempat, anak itu baru muncul, mukanya jadi pucat kena
ledakan amarah saya: Kenapa kamu terlambat begini, sedang kamu mengetahui Bapak sudah
menunggu sejak pagi , .Ternyata dia terlambat, sebab mencarikan oleh oleh untuk
Budenya.Apa, Benang benang bordiran, yang kuning, merah dan lainnya, beragam warna.
Dia mengetahui , Budenya suka benang benang itu untuk membordir. Aduh, jengkelnya saya bukan
main. Ditambah lagi Damrah berkata: Tidak akan bisa kita sampai ke lapangan terbang sebelum
jam 12, Pak. Banyak trafic, banyak lampu merah. Saya kira dengan terpaksa di cancel saja, Pak.
Bagaimana di cancel, Saya mesti hari ini juga sampai diJakarta, apalagi hal itu sudah
dikawatkan kepada Deputy III Chaerul Saleh dan Sekretariat Negara, namun akhirnya dengan terpaksa
dicancel juga. Saya minta Protokol (via Damrah) agar ngebook saya lagi dengan pesawat
berikumya yang pergi ke Jakarta.
Ada Pak, lusa, dengan Garuda Indonesia Airways. Damrah dan Dias duduk menemani saya di
kamar, mereka akan ajak saya makan sukiyaki nanti. saat itu kira kira jam setengah satu.
Berita dari televisi yang ada di samping saya duduk, mengumumkan bahwa pesawat BOAC,
yang mestinya bakal saya naiki tadi itu, memperoleh kecelakaan menubruk lereng Gunung Fuji
yang dipandang keramat oleh bangsa Jepang: dua puluh musikus dari London yang akan ke
Melbourne, Australia, untuk merayakan Hari Ulang tahun Ratu Elisabeth dari Britania dan
penumpang penumpang lainnya mati semua. Astagafirulllah. jika saya tadi jadi naik pesawat
BOAC itu, bagaimanalah nasib saya dan Dias. mungkin turut mati di Gunung Fuji itu. Saya
merenung mengucap berkali kali Astagafirullah. Dan kedua pemuda di depan saya itu jadi
bengong melihat saya. Damrah mengucap Allabu Akbar beberapa kali, mengucap syukur pada
Tuhan, bahwa saya masih ada di samping mereka di hotel itu sebab tidak jadi naik kapal terbang
yang sudah memperoleh kecelakaan itu. Sesaat saya semedi ... mengucap syukur pada Allah ... aku
yang da'if ini, Engkau tuntun, ya Tuhanku.
Di kanan dan di kiriku Jibrail dan Mikhail, kau surah mengawalku, anakku yang tidak bersalah
itu. Engkau ciptakan menjadi Makna, sehingga aku tak jadi menaiki kapal terbang yang sial
nasibnya itu. Kuucapkan Ayat Kursi dengan khusyuk sepenuh hati. Rupanya sudahTakdir Nya,
aku belum boleh pergi kepadaNya meninggalkan dunia yang fana ini, yang penuh bencana, dunia
yang bergolak terus menerus laksana lautan, lautan kehidupan, di mana Sang Bima yang
diperintah oleh Durna untuk menyelaminya sampai kedasar dasarnya untuk menemukan air suci,
sudah menemukan Dewa Ruci dan mengetahui arti sebetulnya kesaktian hidup yang
dianugerahkan oleh Allah Ta'Alla kepada kita manusia yang dijadikannya .... Aku, Anak
Marhaen Hanafi, yang da'if ini, belum boleh mati, sebab belumlah selesai misi misi hidupku
yang sudah ditentukan oleh Nya, sejak kelahiranku di bunii persada tanah airku ini. Allahu
Akbar!
Pada saat makan siang, saya minta Damrah jangan menyantap dahulu sukiyaki lezat yang sudah
dihidangkan itu, namun membacakan Alfatihah dahulu , kita harus syukuran pada Tuhan. Dua hari
lalu berangkatlah saya bersama Dias dengan Garuda keJakarta, dengan tak lupa membawa bawa
benang bordir untak Budenya,yang memiliki arti atau makna penting dalam hukam kosmos atau
kepercayaan pada kodrat Tuhan bagi saya. Setahun yang lalu saya menempuh jalan ini juga, dari
Mexico ke Vancouver, lalu ke Tokyo dan Jakarta, yaitu saat saya pergi mengadakan konsultasi
yang pertama sambil menjalani refreshing touch pada Revolusi In donesia, seperti kata Bung
Karno. Itu merupakan perjalanan yang menggembirakan dan menyenangkan, walaupun saya
amat menyayangkan, bahwa perjalanan itu tidak saya lakukan bersama sama dengan istriku
Sukendah, yang saya minta untuk jaga rumah (KBRI Havana). Sesudah saya kembali,
beberapa bulan lalu , Sukendah memperoleh giliran memakai haknya, sesuai dengan
amanat sukarno saat kami dilantik bersama sama. mengenai konsultasi pertama ini, akan
saya ceritakan di bagian lain. Ia sangat penting, sebab di situ saya bertemu terakhir kali dengan
Pak Yani.
Ada satu hal lagi yang aneh bagi saya. saat saya sudah akan pulang ke Havana dari konsultasi
pertama itu, sukarno sendiri memesan kepada saya agar dibawakan cangkokan kembang
Kamboja yang berwarna merah, jika Sukendah akan datang ke Jakarta kelak. Pohon itu ada di
Kuba, di negara kita yang ada hanya berwarna putih. Bagi saya hal itu agak aneh, sebab sugesti
kepercayaan orang kampungku (saya kira juga di Jawa), pohon Kamboja hanya diha diahkan
kepada makam orang yang meninggal dunia. yaitu pamali , pantangan jika menghadiahkan
pohon Kamboja pada orang yang masih hidup.namun sebab yang memintanya tu yaitu Bapak,
apa boleh buat, mungkin dia memiliki penangkal terhadap tahayul jelek itu. Bulan dan bumi,
bintang dan matahari, masing masing sama berputar ribuan, jutaan tahun tidak bertabrakan
diatur oleh hukum kosmos, yang bagi theis dipercaya oleh sebab ada yang mengaturnya, yaitu
Tuhan. Saya pun orang beragama! Namun cangkokan kembang Kamboja itu saya bawakanjuga
kepada Sukendah, dan diserahkannya pada sukarno , yang lalu diserahkan juga untuk
diurus kepada saudara Tukimin. Demikianlah cerita Sukendah. saat di udara, selepas
Hongkong, seorang negara kita datang menghampiri saya yang tidak bisa segera saya
mengenalinya: Ah, jika saya tidak salah, ini Pak Hanafi Duta Besar Kuba, Bapak lupa, saya
Marsudi, masakan lupa,
Maaf, Bung, sudah berapa lama tidak bertemu. Dari mana, Bung, Marsudi menceritakan
bahwa dia transit di Hongkong, datang dari Vientiane, Ibu kota Laos. Pangkatnya sekarang
Letnan Kolonel, bekerja sebagai charge d'afaires di Vientiane. Saya mengetahui , saat masih
berpangkat Letnan, dia yaitu salah seorang yang turut dan bersama Kapten Abdul Latief
menyerbu masuk Enam Jam diYogya. lalu sekali saya mengetahui dia bersama Kolonel Dachjar
dari KMKB Jakarta Raya, berhasil mencegat pasukan Djaelani dari D.I. yang mau menyerbu
menangkap kami, saat Sidang Kabinet Karya Djuanda ke I sedang berjalan di Pejambon untuk
menerima penghargaan terima kasih dari Perdana Menteri Djuanda atas jasa mereka itu. Itu di
masa awal pergerakan separatis PRRI/Permesta. Sesudah itu, rasanya, saya tidak pernah lagi
bertemu dengan mereka itu.Yang terakhir saya bertemu dengan Kolonel Dachjar, yalah saat
dia jadi Gubernur di Pakan Baru.
Bagaimana, Pak Hanafi, sampai ada kejadian begini, Tadinya saya tidak menyangka bahwa Pak
Aidit bisa berbuat komplotan begitu dengan Kolonel Untung, jebul nya GESTAPU. Apakah itu
bukan gila, jika bukan gila, ya sinting, sedeng atau edan.... , kataku. namun saya belum mengetahui
jelas yang sebetulnya , maka itu saya ke Jakarta .
Sesudah singgah di Singapura, Garuda langsung terbang menuju Jakarta. Di lapangan terbang
Kemayoran saya dijemput oleh pegawai Protokol dari Deplu dan Sekneg yang saya sekarang
tidak ingat lagi nama namanya, ada Pak Winoto Danuasmoro dari PARTINDO, dan Ajudan
Deputy III Chaerul Saleh, Mayor Utomo dari ALRI yang saya kenal, yaitu putranya Dr. Sukardjo
dari Tasikmalaya (dahulu Koneksi Dr.Wahidin Sudirohusodo) dan sopir/sekretaris pribadi Chaerul
Saleh, Bung Tommy, anak Ambon.
Anak saya Dias sudah ngacir lebih dahulu naik taxi ke tempat tinggal Budenya di Jalan Madiun,
di rumah ipar saya, Pribadi Notowidigdo.
Mayor Utomo berkata: Pak Hanafi, Pak Chaerul minta Bapak turut kami ke rumahnya, ke Jalan
Tengku Umar lebih dahulu,jangan pergi ke mana mana dahulu .
Saya maklum, bahwa sebaiknya memperoleh kabar dari bung Chaerul dahulu . Mobil dilarikan
kencang melalui Jalan Gunung Sahari, Pasar Senen, lalu belok ke Jalan Kwitang, melalui
Prapatan Menteng Menteng Raya, akhirnya sampailah ke Jalan Tengku Umar No. 17. Saudara
Ramli, bekas anggota Pasukan Bambu Runcing yang setia, sekarang pengawal merangkap sopir,
muncul dari balik pohon. Hari kira kira pukul 11 tengah malam . Chaerul dan Zus Jo duduk duduk di
meja makan menanti kedatangan saya.
1). Halo, tuan Cardoso. Selamat siang. Dari mana Anda datang,
2). Celaka ... ada percobaan kudeta oleh apa yang disebut Dewan Jendral.
Diskusi dengan Chaerul Saleh
Assalamutalaikum...
Nah, ini dia siluman Kuba datang, semua orang kira jij sudah di kayangan menari'serampang dua
belas'bersama dewi dewiJepang di Gunung Fuji dengan semua penumpang BOAC yang pecah itu.
Sudah makan apa belum, begitu cara bung Chaerul Saleh menyambut saya.
Belum... racik nasi rames saja, Zus Jo, yes! saya minta pada Zus Jo. Namun saya disuguHi sepiring
nasi, sepiring rendang Padang dan gulai pakis ... la Sumatra dan sayur asem Betawi. Bikin saya ingat
kampung . Sementara saya makan, Zus Jo menanyakan kondisi Kendah dan anak anak saya. Dia dan
Chaerul tak memiliki anak.Yang satu ganteng, yang satu lagi cantik, dua manusia itu saya sukai. Ada sifat
sifat sama dengan saya, mereka umumnya selalu terbuka tidak suka pura pura.
Fi, jij datang sudah agak terlambat. Saya minta jij segera datang untuk bisa mengetahui kondisi yang
sebetulnya dan membantu 'si gaek' itu mengatasi kondisi sulit yang kita hadapi sekarang. Alle hens
aan dek, kerahkan semua tenaga, kita sedang diterjang badai. Chaerul selanjutnya bercerita mengenai
Wikana saat sama sama masih di RRT : Sebelum berangkat pulang , saya nasihatkan Wikana,
sebaiknya dia tak usah pulang dahulu . Begitu sampai di Kemayoran dia segera disauk tentara, sekarang
saya tidak mengetahui , saya tidak dengar lagi bagaimana nasibnya. kakak mu, Asmara Hadi dan Winoto
Danuasmoro, sebab dari PARTINDO, saya angggap tidak ada persoalaan, pulang bersama dengan
saya.
Bagaimana mulanya, maka jadinya begini, tanyaku. Saya dengar jij ke Peking, kenapa sukarno
ditinggal sendirian, 'Pan ada soebandrio dan Oom Jo. Saya harus pergi ke Peking memimpin 100 orang
anggota MPRS yang memperoleh undangan kehormatan dari RRT. Ayo, sekarang saya ngomong dahulu ,
nanti jij bicara.
Waktu di Peking saya belum banyak mengetahui mengenai kejadian ini. Pada waktu 1 Oktober, Hari Perayaan
besar besaran di Tian An Men, saya juga belum mengetahui apa apa, sebab semua orang berada di tengah
perayaan itu. Baru pada tengah malam nya saya dengar desas desus, bahwa di Jakarta terjadi kudeta Dewan
Jendral yang gagal. Desas desus itu muncul dari kalangan rombongan undangan dari Jakarta yang
berada di tengah perayaan di Tian An Men 1 Oktober itu. Saya kontak dengan KBRI, Duta Besar Djawoto
dan Atase Militer, namun anehnya mereka, katanya, tidak atau belum menerima berita apa apa. Baru
lalu , entah tanggal berapa, tanggal 3 Oktober mungkin , saya diberitahu bahwa ada berita'Bung
Karno selamat, namun ada korban enam jendral yang mati terbunuh oleh pemberontak yang dipimpin oleh
Kolonel Untung.
Lega hati saya sebab sukarno selamat, namun hati saya cemas akan akibat pembunuhan enam jendral
itu. Saya minta KBRI mengurus kepulang an kami segera ke Jakarta. Saya minta kakak lu mengirimkan
kawat padamu agar kamu pulang saat kami berangkat pulang tanggal 5 Oktober. Saya terima kawat
itu, tanggal 7 Oktober, dikirim dari Kanton , saya menyela. Jij berkata sukarno ditinggal pada
soebandrio dan Oom Jo, namun jij juga mengetahui siapa soebandrio yang memiliki dua muka, nempel ke sukarno
dan dekat pada PKI. Oom Jo dalam kondisi gempa bumi, dia bisa memimpin sembahyang di Gereja,
namun lebih setia kepada sukarno dibandingkan soebandrio .
Saya tiba diJakarta baru tanggal 10 Oktober, namun situasi sudah bergulir begitu cepat. Sekarang situasi
kita sulit, sebab sukarno kini terjepit antara PKI dan tentara yang melampiaskan kemarahan kepada
PKI akibat kejadian 30 September, di mana Kolonel Untung, dengan membunuh enam jendral dan
membuat Dewan Revolusi itu, mau merebut pemerintahan, yang sekarang sudah disinonimkan dalam
sebutan GESTAPU/PKI. Sekarang kau datang ini, sebetulnya sangat terlambat untuk membantu kita
dan sukarno mengatasi kemelut dalam negara kita ini. Hari ini tanggal 21 Desember, saya dengar
Aidit, yang pergi melarikan diri ke Jawa Tengah, kemarin dahulu sudah dihabisi In korte metten, langsung
tembak tanpa proses enggak banyak cerita! Nyoto dan Lukman sudah lebih dahulu , dihabisi tanpa proses
juga. Padahal sukarno sudah mengadakan Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa). Saya tidak
mengerti, apakah Mahkamah/pengadilan kita sekarang kurang akseptabel, apakah kita sekarang sudah
dalam kondisi perang , perang saudara, Nanti jangan jangan sukarno sendiri dimahmilusukarno an,
Betul, saya ikuti, benar jalan pikiranmu , saya menyela. Fi, saya tidak mengerti, saya heran, kenapa
Aidit jadi begitu, Jij lebih banyak kenal dia dari aku. Tidak juga, sama seperti you, sejak dia jadi orang
penting,Wakil Ketua MPRS, lalu jadi Menteri, lalu saya disurah sukarno pergi ke Kuba, saya
tidak ada kontak sama dia lagi seperti dahulu saat sama sama di DPA. Malah jij mestinya bisa
mengetahui langkah langkahnya dan waspada jika jika akan mencelakakan kita.
Dengan sebetulnya saya mengatakan: Mestinya begitu, namun sejak Aidit mengusulkan Angkatan 45
dibubarkan dan tidak disetujui oleh sukarno , dia sama saya sudah seperti minyak dengan air,
walaupun sama sama dalam satu botol yang namanya Kabinet DWIKORA. Dia jadi lebih dekat dengan
soebandrio , dan jij mengetahui , sejak 1962 orang pada bikin desas desus saya ini dan soebandrio sedang saingan,
rivalan katanya. soebandrio atau saya yang akan jadi Presiden menggantikan sukarno . Padahal jij
mengetahui sendiri, kita sebagai Angkatan 45, dan jij sendiri yang bicara satu tengah malam penuh kepada semua
tokoh Angkatan 45 sebelum Sidang MPRS di Bandung, agar dalam Sidang besoknya
mengusulkan sukarno diangkat menjadi Presiden Seumur Hidup. Kita suruh Kolonel Djuhartono
mencari anggota MPRS dari TNI untuk menjadi jurubicara ide kita itu. Kau mengetahui 'kan latar belakang ide
kita itu. Perlu mengantisipasi pihak pihak mana saja yang berambisi merebut kekuasaan Presiden, baik
dari PKI atau pun dari TNI. Djuhartono ketemu Kolonel Suhardiman, dan dia inilah yang jadi jurubicara.
Aku mengetahui mengapa dia mau jadi jurubicara, dia takut PKI akan menang, jika dilaksanakan Pemilihan
Umum yang seharusoya dilakukan tahun 1963.
Memang betul, saya juga masih ingat. jika Pernilihan Umum jadi dilaksanakan, kemungkinan besar
begitu. Bertolak dari kemenangan PKI pada Pemilihan Dewan Daerah pada tahun 1957, pada Pemilihan
Umum yang akan datang, kemungkinan besar PKI akan mencapai kemenangan mayoritas. Suhardiman
tidak ada pilihan lain, kecuali menyetujui ide kita, walaupun dia mengetahui Jendral Nas memiliki ambisi gede, juga
sebab disanjung sanjung oleh sementara orang yang anti Sukarno sesudah kegagalan Peristiwa 17
Oktober 1952. namun sukarno sebagai demokrat 'kan menolak untuk dijadikan Presiden Seumur
Hidup. Saya tidak lupa, sayalah yang menemani Bung Chaerul mengantar ke Istana Bogor. Putusan
Sidang MPRS itu, bulan Mei 1962. Sebab, jika PKI menang, bisa terjadi perang saudara lebih hebat
dari Peristiwa PRRI/Permesta. Dan dari situ kita bisa menarik hasil penelitian , mengapa Jendral Achmad
Yani yang memperoleh misi untuk menghancurkan Pemberontakan PRRI/ Permesta itu, saat berpamitan
dengan kita di dalam Sidang Kabinet tahun 1958, memperingatkan: 'Sekali ini saya dengan TNI akan
melakukan misi kami sebaik baiknya, namun kami tidak ingin ada kejadian seperti ini berulang lagi '.
Bung masih ingat'kan, namun sukarno menerima Keputusan MPRS itu sebab sudah menjadi
keputusan, untuk jangka waktu sampai Sidang MPRS yang akan datang. Baiklah Bung, itu hal hal masa
lampau, saya minta Bung teruskan mengenai kondisi kita sekarang . Demikian saya katakan, sebab
saya sudah tidak sabar mau dengar mengenai situasi yang sedang berlangsung sekarang. Chaerul Saleh
melanjutkan: saat 1 Oktober di lapangan Tian An Men, sementara golongan dari para anggota
delegasi dari Indo nesia sudah dengan antusias menggulirkan desas desus, bisik bisik, bahwa sudah
terjadi 'kontra aksi'mencegah Dewan Jendral yang mau mengadakan kudeta terhadap Presiden Sukarno.
Susah dan sulit untuk mencari siapa orang yang mulai meniupkan bisik bisik itu, sebab tempat
penginapan mereka terpencar pencar. sedang pihak resmi KBRI belum mengetahui apa apa mengenai apa
yang terjadi di Jakarta. Segera saya mengambil hasil penelitian , bahwa jika terjadi sesuatu di Jakarta
mestilah tidak lain jika bukan dari TNI, tentulah dari PKI, dua kongkuren sejak dari Affair Madiun.
sesudah saya tiba kembali di Jakarta, saya dapati kondisi betul seperti apa yang sudah saya duga itu.
Bagi saya, Aidit dan PKI itu masuk perang kap provokasi, sebab mereka 'mata gelap', takut melihat Bung
Karno sudah sakit sakitan dan itu dukun dukun shinshe Cina itu mengatakan bagaimana gawat sakitnya
sukarno .
Dan jika sukarno tidak kuasa memerintah lagi, mereka akan dilibas habis oleh TNI dan golongan
yang anti komunis. Itulah sebabnya mereka jadi mata gelap, bikin 'putsch' yang fatal, yang akibatnya
bikin sulit kita semua.Yang mestinya'kan tidak boleh begitu. Selama ini bergantung kepada Sukarno,
betul, namun mestinya gantungan yang benar lainnya sebagai kekuatan basisnya mestinya rakyat, yang
menyokongnya sampai menang seperti saat Pemilihan Umum 1955 dan Pemilihan Daerah 1957.
Kenapa harus takut dan jadi mata gelap, Sampai sekarang, sekarang bulan Desember, masih
berlangsung pemburuan liar terhadap rakyat yang dituduh, disangka, ditunjuk sebagai komunis. Balas
dendam. Rumah, harta, anak bini orang komunis atau yang dicurigai komunis jadi sasaran penjarahan.
Polisi, alat keamanan, semua pada kena hasutan segolongan tentara yang balas dendam atas
terbunuhnya DewanJendral oleh tentaranya GESTAPU Biro Khusus/PKI. Fi, saya tanya, apa jij kenal itu
Kolonel Latief, itu orang yang namanya Sjam Kamaruzaman, dan itu Kolonel Untung dari Cakrabirawa
Pengawal Istana, Mereka itulah eksekutor, tokoh tokoh utama tengah malam na'as, parak siang 30 September
yang sudah melangkah ke 1 Oktober 1965. Pihak tentara menyebutnya GESTAPU, sebutan ini cepat
menggulir ramai mensinonimkan dengan GESTAPO untuk menggejolakkan kemarahan orang kepada
PKI.
namun jika mau tepat, kejadian itu ialah pada 1 Oktober, maka itu sukarno menyebutnya pergerakan 1
Oktober, disingkat GESTOK. Sebab pergerakan penangkapan dan pembunahan enam jendral terjadi
sesudah jam 1 parak siang tanggal 1 Oktober 1965. Ada lagi yang hebat, yang jij mesti mengetahui , Fi .... pada
jam 6 pagi tanggal 1 Oktober, sesudah Soeharto diberitahu oleh tetangganya Mashuri,bahwa sudah
terjadi pembunuhan Jendral Yani dan jendral jendral lainnya, dan ini pemberitahuan Mashuri itu
dijadikan alibi penting, walaupun sedang berlangsungnya pemberontakan GESTAPU, dia, Soeharto,
sendiri pergi mengendarai Jeep Toyota sendirian, tanpa pengawal menuju Markas KOSTRAD, melewati
Kebon Sirih,Jalan Merdeka Timur. Kau pikir sendiri, seorang jendral di lapangan, tanpa pengawal, jika
andai kata ada pertempuran benar benar akan 'jibaku' sendirian, ONZIN! Itu yaitu satu pembuktian
bahwa dia, Soeharto, sudah mengetahui lebih dahulu . Terakhir sekali Latief datang dan memberitahukan
Soeharto pada jam 1 tengah malam tanggal 1 Oktober di Rumah Sakit Angkatan Darat itu.namun kabut
prasangka dan kemarahan memicu tentara tidak bisa lagi melihat terang dan tidak sempat lagi
menelusuri kondisi di balik fakta secara jernih.
Apa jij kenal orang itu,
Saya kenal dan mengetahui siapa itu Abdul Latief dan Sjam Kamaruzaman, itu orangnya Soeharto. Kolonel
Untung saya belum lihat orangnya, hanya fotonya. Saya mengetahui dia yang diterjunkan ke Irian Barat, itu
orangnya Soeharto juga. Sekarang saya mau tanya Bung ... dengarkan ... Rul, jika jij andaikata
GESTAPU atau Biro Khusus/PKI, mengapa tujuh Jendral itu saja yang mesti dibunuh mati, yaitu KASAB
Jendral A.H. Nasution, Jendral Achmad Yani, Letnan Jendral Suprapto, Letnan Jendral Haryono M.T.,
Letnan Jendral S. Parman, MayorJendral D.l. Panjaitan, dan MayorJendral Sutoyo Siswomihardjo,
kenapa mereka tujuh orang itu saja. Kenapa Mayor Jendral Soeharto tidak mau dibunuh juga, kau mau
bikin apa dengan dia ini, maka kau reservir dia itu, , Ah, Hanafi, kau jangan begitu, aku bukan
GESTAPU atau Biro Khusus/PKI, dong! Aku hanya berkata jika , andai kata, bukan menuduh.Agar
logika dan daya analisa Bung bisa cepat kerja. Pertanyaan itu muncul di kepala saya selama dalam
perjalanan ke Jakarta ini. sesudah Bung menanyai saya, apa saya kenal dengan tiga orang itu, Sjam
Kamaruzaman, Latief dan Untung itu tadi, langsung ingatan saya melihat tali hubungan mereka itu
dengan Brigjen Soeharto, Komandan KOSTRAD.
Ini keterangan singkat saya mengenai dua orang itu:
Kesatu, Sjam Kamaruzarnan. Itu orang keturunan Arab Pekalongan. Dikenalkan pada saya saat
Konperensi PESINDO di Solo sebagai 'restan' Peristiwa Tiga Daerah, katanya, pernah anggota Laskar
PAI (Partai Arab negara kita Baswedan). Diceritakan, dia pernah bekerja di bawah Komisaris Polisi
Mudigdo di Pati sebagai polisi intel (penyelidik). Sikap dan caranya ngomong seperti orang terpelajar,
pandai bergurau. Sehabis Peristiwa Madiun, kabarnya berada di Jawa Barat, di Bandung,menempatkan
diri sebagai informan Tentara. lalu di Jakarta begitu juga, kontaknya sama Overste Latief, saat
dia menjabat Komandan Brigade Infanteri Kodam JAYA . Saya tidak pernah jumpa lagi dengan orang itu
sesudah kebetulan diperkenalkan di Konperensi PESINDO tahun 1946 itu. namun , kebetulan pada suatu
hari, sesudah terberita bahwa saya akan dikirim menjabat Duta Besar di Kuba, D.N.Aidit sebagai anggota
DPA datang ke rumah saya, mau mengucapkan selamat, dengan membawa bawa seseorang, yang walau pun
badannya sudah agak gemukan, namun saya tidak lupa, itulah dia si Sjam. Saya tidak suka pada orang
yang saya anggap misterius... Aidit saya bentak dengan suara keras: 'Kenapa polisi intel ini kau bawa ke
sini, hah, !' Mendengarkan bentakan saya itu, Aidit terkejut, dan Syam langsung balik ke belakang, masuk
mobil lagi. Aidit pun tidak jadi masuk ke rumah, mengikuti Syam ke mobil, lalu pergi. Rupanya Aidit sudah
'dikili kili' oleh Syam itu.
Kedua, Kolonel Abdul Latief. Dialah orang yang menaikkan nama Overste Soeharto dalam Peristiwa
Enam Jam di Yogya, 1 Maret 1949. Latief saat itu Kapten, Komandan Pasukan yang dari Godean
menyerbu masuk ke dalam kota dan bersama dengan Laskar PESINDO, yang standby illegal di bawah
pimpinan Supeno dan Pramudji, menggempur Belanda.
Ketiga, Kolonel Untung. Seperti sudah saya berkata tadi. Sekali lagi, semua pelaku GESTAPU itu, tokoh
tokohnya, yaitu orang Letjen Soeharto sendiri. Jelas, toh, kenapa Soeharto tidak turut dibunuh.
Gampang sekali jika Latief mau membunahnya, yaitu saat di rumah sakit sebelum GESTAPU
bergerak.Tentunya Latief ketemu Soeharto saat itu untuk minta restunya, bukan mau membunuhnya.
Sebab Soeharto Jendral harapan GESTAPU, seperti kita Angkatan 45 kepada Panglima Achmad Yani,
sebagai Jendral Harapan Angkatan 45. Saya kira betul apa yang kau berkata , rupa rupanya si Aidit itu
sudah 'dikili kili' oleh si Sjam , kata Chaerul Saleh, sampai mau bikin Biro Khusus yang dipercayakan
kepada Sjam bikin rencana Pemberontakan GESTAPU, akhirnya Sjam yang bertindak bebas sendiri,
Aidit tidak bisa mengendalikan pergerakan itu lagi.
Buktinya, saat dia diambil dan mau dibawa ke Pangkalan Udara Halim, dia tanya kepada yang
menjemputnya'mau dibawa ke mana saya ini, '. Dijawab 'mau dibawa ketemu sukarno ', namun tidak
diketemukan pada sukarno . Akhirnya oleh Sjam, katanya, untuk keselamatannya, disuruh pakai kapal
terbang pergi ke Jawa Tengah. Di situlah riwayatnya dihabisi oleh anak buahnya Sarwo Edhie. Tanpa
proses Mahmilub. Coba pikir, jika secara hukum negara, walaupun pemberontak atau pengkhianat, dia
itu Menteri Negara, mesti ditangkap dan diadili secara hukum.
Fi, kita sudah banyak saling memberikan keterangan, dalam diskusi kita ini, baik kita stop dahulu buat
sementara, hari sudah larut tengah malam .namun , bagaimana pendapatmu, kita apakan ini PKI, Pemuda KAMI
dan KAPPI yang kena hasut tentara menuntut pembubaran PKI.
Buat saya, bukan sebab tuntutan pemuda pemuda yang kena hasutan tentara. Partai apa pun yang
bikin pemberontakan harus dibubarkan. dahulu Masyumi dan PSI. Sekarang PKI. Soalnya, problemnya,
ialah waktu, kapan. Itu yaitu Hak dan Kewajiban Kepala Negara yang menentukan sesuai dengan cara
dan Kebijaksanaannya. Masyumi dan PSI dibubarkan, sesudah habisnya Pemberontakan
PRRI/Permesta, melalui masa hampir setabun. Kita harus membantu sukarno ke arah pembubaran
PKI, sesuai dengan Kebijaksanaannya dan Hak Kewajibannya sebagai Kepala Negara.
Seorang Marhaenis Dianggap dan Ditudah Komunis
sesudah pelayan hotel Hotel negara kita memasukkan kopor kopor saya ke dalam kamar, saya
mengunci kamar hendak pergi ke luar lagi, mencari saudara Parjono, bekas anggota Staf saya di
Pepolit yang tinggal di Jalan Dr. Setiabudi. jika tidak salah kamar no. 32. Terkejut saya, di
belakang saya Saudara Adisumarto, Sekretaris II PB PARTINDO. Dia, katanya, sudah lama
menunggu saya di bawah. Dia menyalami saya sambil memeluk erat erat. Di zaman Hindia
Belanda, Adisumarto ini bekerja menjadi Guru Sekolah Desa di Kebumen. sebab menjadi
anggota PARTINDO di tahun 30 an, akibat Volksonderwijs Ordonantie, dia diberhentikan. Saya
baru mengenaloya saat saya mendirikan Mingguan Pancasila di tahun 1949, sebagai hasil
pembicaraan saya dengan Mr. Sumanang (bekas pemimpin redaksi Pemandangan ) dan
Pangeran Bintoro (saudara Pakoalam,Yogya) dan Islan (dahulu anggota Barisan Pemuda
GERINDO di Jakarta. saat itulah saya baru bertemu dengan Adisumarto. Lalu dijadikan
pemegang administrasi. Modal pertama mendirikan Mingguan Pancasila itu saya dapat
sumbangan dari sukarno . Saya ingat, saat saya mengunjungi sukarno di Istana Gedung
Agung,Yogyakarta, saat beliau sedang duduk santai di kamar pavilyun dengan Ibu Fatmawati.
Kuceritakan ide saya mengenai penting adanya satu Mingguan Pancasila yang tegak di atas garis
politik persatuan nasional, yang sudah pecah akibat Peristiwa Madion. saat itu Adisumarto
tidak sedikit pun mengesankan orang yang cenderung pada komunis atau PKI. Begitulah dia
lalu , sesudah saya atas inisiatif Panitia Angkatan 45 mendirikan Kongres Rakyat Selurnh
negara kita Untuk Pembebasan Irian Barat, lalu semua pulang dari pengungsian dari
Yogyakarta ke Jakarta, Adisumarto terus saja bersedia membantu saya. Dia terus membantu saya
sampai saat saya oleh sukarno disuruh mendampingi kakak saya, Asmara Hadi, yang
bersamaWinoto Danuasmoro sedang membangun kembali PARTINDO, di samping PNI. Semula
saya mau menolak, sebab saya sudah mencurahkan aktivitas politik saya kepada organisasi
Angkatan 45, sebab nostalgia pada zaman kami di Menteng 31, di mana segala macam elemen,
aliran, pejuang ada di situ, dan semuanya bermuara pada: Satu negara kita Merdeka.
sukarno berkata: KakakmuAsmara Hadi itu tinggal serumah bersama saya sejak di
Bandung, saya kenal betul semangat dan kesanggupannya sebagai seorang Patriot, namun jangan
disuruh memimpin Partai. Kasih dia uang dan kertas, dia memiliki kecakapan menulis, yang stijle
nya sama seperti cara saya .
Saya tidak suka mendengar kakak saya diberkata i enggak bisa memimpin organisasi, sebab
Asmara Hadi itulah yang turut menempa ide nasionalisme pada saya di samping sukarno .
Demikianlah ceritanya, maka sesudah saya turun dari Kabinet, saya mengurus Angkatan 45 dan
menjadi Wakil Ketua PARTINDO.
Saya yaitu keturunan dari Kepala Marga yang turun temurun. Jadi darah feodalistis tanggung,
feodalistis kampung itu, tidak usah malu diberkata , jika itu ada menitis pada watak dan jiwa
pribadi saya, sehingga dari zaman pergerakan melawan Belanda, sampai ke zaman republik saya
suka disindir sebagai burjuis tanggung .Artinya bukan dari klas proletar . Sebagai pemuda,
saya bangga jika sukarno menambahkan Anak Marhaen pada Hanafi, nama yang
diberikan oleh Ayah dan Ibuku. Sebab Marhaenisme sukarno itu sanggup membuat saya
menjadi seorang nasionalis yang diperlukan zaman, zaman perjuangan untuk mencapai
masyarakat marhaenis: beragama, sosial demokrasi dan sosio nasionalis. Saya pandang, orang
orang yang menggandrungi etiket proletar saat itu tidak berdiri pada fakta , cuma hanya sekedar
mendengarkan detak detik hati dan jantung saja, namun tidak mendengarkan sedikit pun juga
dentaman dan hantaman palu baja di pabrik dan industri seperti di zaman Rusia Tsar sebelum
Revolusi.
Namun kami kaum nasionalis di zaman itu, menganggap orang orang komunis di antaranya ada
yang sok sok proletar sebagai sahabat di jalan perjuangan menentang kolonialisme Belanda,
bisa jalan bersama sarna dengan semna golongan yang ada. Di bidang agama, saya seorang
Muhammadiyah, sejak kecil di Bengkulu, Kepanduan H.W. (Hasbul Wathaon). Orang Bengkulu
yang kolot itu berkata, kamu nanti mati berhantu sebab masuk Muhammadiyah. Begitulah
pendapat kaum tuo terhadap kaum mudo . Moh.Yunus, penerjemah A1 Qur'an ke bahasa
negara kita itu, dikatakan kaum mudo juga, Wahabis, akan mati berhantu juga.namun saya
begeesterd, antusias berapi api pada kemajuan agama Islam, saya tidak suka pada kekolotan .
Di negara kita orang Arab Hadramaut dipandang seperti Said suci keturunan Nabi, walaupun
rentenier (sepuluh/dua puluh). Itulah salah satu bentuk kekolotan. Oleh sebab keaktifan saya
sebagai pemuda radikal di zaman Belanda, zaman pendudukanJepang, zaman Revolusi mencapai
dan membela R.I., saya digolongkan orang sebagai seorang yang radikal kiri. Komandan Laskar
Rakyat di Krawang Bekasi, sebab organisasi PemudaAPI dari Menteng 31 dilebur menjadi
PESINDO di dalam Kongres Pemuda 10 November 1945, saya diusulkan menjadi Komandan
Laskr PESINDOJawa Barat, di samping menjabat Opsir Pepolit T.N.I.,sebelum ditarikke
Kementerian Pertahanan diYogya.
namun , saat udara di langit perjuangan, di zaman revolusi, angin barat dan angin timur sabung
menyabung di bawah kilat Peristiwa Madiun, tanggapan terhadap orang/pejuang kiri menjadi
rincu tak keruan. Orang PESINDO itu orang kiri dirincukan dengan kaum komunis , padahal
tidak semuanya mau jadi komunis, namun pun mereka kena akibat sampingan . contohnya ,
Fatah Jasin, asalnya NU, menjadi GERINDO, lalu PESINDO, lalu Mayor TNI
Pepolit,lalu menjadi Menteri Agama. Jusuf Bakri, seorang pemuda Muhammadiyah,
lalu menjadi PESINDO di Yogyakarta, jadi Komandan Laskar PESINDO Jawa Tengah,
seperti saya menjadi Komandan PESINDO Jawa Barat. Betul kami orang orang kiri, namun kami
bukan komunis. namun toh, para penjilat mengecap saya komunis. Sembarangan! Beda dengan
Sudisman, asal Barisan Pemuda GERINDO yang pernah saya pimpin, dia kadernya Pamudji
yang dibunah Jepang di penjara di Sragen, dia memang jadi anggota PKI. Saya menilai dia
seorang yang mengetahui menghormati kaum Sukarnois.
Adakalanya orang yang tidak mengutak Peristiwa Madiun dianggap pro komunis. Obral
anggapan itu salah. seandainya saja, saya tidak latah turut mengutuk, sebab saya mengetahui Peristiwa
Madian bukan soal ideologi saya sebagai Marhaenis, apalagi saya tabu sejarah asal mulanya,
Peristiwa Madiun itu yaitu Provokasi Red Drive Pro posal yang muncul dari konperensi Merle
Cochran di Sarangan dengan Bung Hatta dan Dr. Sukiman. Sikap saya netral, saya tidak
men1ihak dan tidak mengutuk. Urusan ideologi komunis dan ideologi anti komunis bukan
urusan saya.Yang saya ambil peduli segi politiknya, menguntungkan atau merugikan perjuangan di masa itu. Itu saja.
Demikialah pikiran pikiran saya, saat saudara Adisumarto menyalami sambil memeluk erat
erat diri saya, maka saya pun berkata :
Sudahlah, Pak Adi, saya terima bahagia salam erat Saudara, sudahlah, saya sudah mengetahui semua. Ini bukan jeneral repetisi seperti Pak Adi mau berkata . Ini putsch, sebab tidak ada massa yang bergerak. Ini putsch GESTAPU/PKI. Beberapa tokoh PKI yang katanya kaum marxis, kok munculnya Blanquisme yang memperlakukan pemberontakan sebagai seni. Repetisi repetisi
berulang sebagai repetisi perkumpulan tonil gezelschap. Salah sendiri, membuka peluang
provokasi ke II, sesudah Peristiwa Madiun. jika kami dahulu di Menteng 31 memelopori
Revolusi Kemerdekaan, bukan menyandarkan diri pada komplotan rahasia macam GESTAPU,
namun pada seluruh pejuang yang maju, kaum pemuda pemudi yang berani mati untuk
kemerdekaan bangsanya. Kita, atau kami, berhasil sebab kami tidak menyandarkan diri pada
komplotan rahasia dan juga tidak pada satu partai pun, tidak ilegal ilegal berbisik bisik, namun jelas
dan terang terangan kepada seluruh bangsa yang sadar merasakan tertindas di bawah Belanda
dan Jepang. Singkatnya, rupanya selama saya di Kuba, beberapa tokoh PKI berlagak
main main dengan Revolusi jadi seperti August Blanqui itu revolusioner Prancis, yang
bersemboyan ni dieu, ni maître ( tak ada Tuhan, tak ada Tuan ) dan yang oleh Lenin sendiri
sudah dikutaknya habis habisan. Yang saya sayangkan sekali, kok Aidit jadi kena pèlèt si Syam
Kamaruzaman, informan , intel tentara, mata mata dia itu.
Sayang sekali Bung Hanafi berada di Kuba , kata Pak Adisumarto.
jika di sini juga, saya bisa apa terhadap komplotan, mungkin saya masih bisa bicara sama
Aidit pribadi, namun bagaimana lagi jika dia sudah dikomploti dan berkomplot dengan Syam itu.
Apalagi sementara tokoh PKI itu menganggap saya ini orang burjuis. Apa Aidit mau,
Sudahlah, Pak Adisumarto, sekarang jadinya sudah begini. jika PARTINDO mau bikin
pernyataan :'Semua kaum nasionalis revolusioner bersatu dengan sukarno ! Titik.
Begitulah pertemnan saya dengan saudara Adisumarto yang terakhir. Dia pejuang tanpa pamrih.
Sampai sekarang, saya sekeluarga, 7 orang semuanya, sudah 32 tahun terbuang di luar negeri,
sebagai asyl politik di Prancis. Semula di Kuba sampai tahun 1973. Di masa Letjen Benny
Moerdani menjabat Panglima KOPKAMTIB, beliau sudah mengizinkan saya sekeluarga pulang
ke negara kita .namun pelaksanaannya macet di liku liku birokrasi di Deparlu. lalu di tahun
1979, Wapres Adam Malik, di hadapan saya dan disaksikan oleh Athan KBRI Den Haag,
memerintahkan Sekwapres Ali Alatas S.H., agar mengurus saya sekeluarga agar bisa pulang
ke negara kita . Resultatnya zero. Terakhir, pada tahun 1994, Mayjen Samsir Siregar, Kepala Intel,
secara oral menguraikan,bahwa saya sekeluarga sudah boleh pulang . Resultatnya dubbel zero;
sekali pun Menlu sekarang Ali Alatas S.H. itu juga. Orba tidak memiliki alasan menuduh saya
komunis lagi. Apakah latar belakangnya semua itu diungkapkan oleh Drs Moerdiono Sekneg,
kepada seseorang (saya tidak perlu menyebut namanya): jika Dubes Kuba, Mayjen titulator
itu pulang , dia akan bikin sulit kita semua .
Coba lihat! Yang menggali kuburan mereka, mereka sendiri itu, kan, !
Melapor kepada Presiden di Istana Merdeka
Jadi, tengah malam pertama saya tiba di Jakarta, saya hampir tidak tidur. Jam 9 pagi saya dan Chaerul
Saleh sudah berada di Istana Merdeka. Ajudan Protokol Istana, Mayor T.N.I. Prihatin,
mempersilakan kami segera masuk, sebab Presiden dengan Deputy I Dr. soebandrio dan Deputy
II Dr. Johannes Leimena sudah berada di dalam lebih dahulu. Pertemuan berlangsung di Biro
Kerja Presiden, di mana tergantung sebuah tableau raksasa Dullah Sepasukan Laskar Gerilya
menghiasi dinding.
Kami berdua masuk berbarengan, Chaerul Saleh jalan di depan, tiba tiba saya berhenti tegak
melayangkan pandang pada mereka sekejap, maju dua langkah dengan sikap militer memberi
hormat: Siap. Lapor kepada Bapak Marhaen/Panglima Tertinggi, kemarin tengah malam baru datang
dari Kuba untuk menghadap kepada sukarno . Kutukikkan mataku kepada matanya, Dr.
Leimena dan soebandrio turut berdiri. Mungkin agak keheranan dengan caraku agak pandir yang
kusengaja itu. Dalam hatiku, di dalam situasi begini sikap sepandir itu perlu, penting, menjauhi
sikap kakek kakek yang loyo. Saya menyalami mereka semua. Tampak di wajahnya, Bung
Karno senang melihat kedatangan saya.
Mari silakan duduk, Hanafi kata sukarno . Silakan bicara apa yang engkau mau laporkan .
Terlebih dahulu saya mohon maaf. Sebagai pembukaan ingin saya laporkan, bahwa berita
mengenai Peristiwa GESTAPU itu amat terlambat kami terima di Kuba per telex. Saya agak
bingung, sebab saya anggap kurang jelas. yaitu kawat Bung Chaerul bulan No vember yang
memicu saya mengambil keputusan berangkat ke Jakarta. Artinya tanpa menanti lagi kawat
resmi dari Deparlu, yang saya bisa maklumi sedang berada dalam situasi yang gawat. Saya sudah
berunding dengan Bung Chaerul tadi tengah malam mengenai situasi sekarang dan bagaimana membela
sukarno dan Pemerintahnya. Inilah Laporan saya yang pertama.
Yang kedua, baik saya laporkan, akibat peristiwa GESTAPU, rencana KBRI Havana merayakan
5 Oktober yang baru lalu, dengan amat sedih dengan terpaksa kami batalkan sebab yang akan kami
'bintangkan' yaitu Panglima Achmad Yani, justru beliaulah yang menjadi korban di antara
lainnya. Sebab dan akibat terlambatnya berita kejadian yang sebetulnya yang kami terima
dariJakarta via telex KBRIWash ington sesudah lewat 5 Oktober. sedang berita yang
pertama kami terima ialah dari Pemerintah Kuba, berita dari AFP yang mengatakan sudah terjadi
Kudeta Angkatan Darat kontra Presiden Sukarno. Saya kira Bapak Presiden masih ingat
bagaimana Panglima Yani mengusulkan kepada Bapak Presiden langsung di hadapan saya,
mengenai pengangkatan saya sebagai Mayor Jendral Tituler, saat kita merundingkan
pembaharuan Pimpinan Angkatan 45.
Ya, saya ingat. Teruskan .... , kata sukarno . Maafkan, mengharukan sekali, kataku,
sebab justru tanggal 27 September saya terima kawat sandi dari Panglima Yani bahwa
berhubung dengan kesibukan menghadap 5 Oktober, pengangkatan saya itu baru akan
dilaksanakan sesudahnya.
Laporan saya yang ketiga. Saya membawa bawa surat pribadi Commandante Fidel Castro untuk
disampaikan langsung ke tangan sukarno . Surat ini ditulis tangan sendiri di depan saya
dalam kunjungannya pada saya jam 3 tengah malam tanggal 3 Desember dimana beliau menyampaikan
harapan dan kepercaya an bahwa Presiden Sukarno akan dapat keluar dengan kemenangan yang
gemilang dari kesulitan di dalam negeri. sedang yang menyangkut diri saya, Fidel Castro
mengharapkan saya berada kembali di Havana sebelum tanggal 1 Januari 1966 dengan
membawa bawa Delegasi negara kita untuk menyertai Kongres A A A (Asia Afrika Amerika Latin).
Sekian, laporan selesai .
lalu saya minta permisi buka baju, sebab surat rahasia pribadi dari Fidel Castro saya
simpan dalam sobekan lengan baju saya, yang dibuka dan dijahitkan oleh Sukendah, yang tadi
pagi sudah saya buka lagi.
Hebat laporan Dubes Hanafi ini, terimakasih. Saya ingat beginilah cara kerja rahasia Hanafi
bersama sa,va di zaman Jepang dahulu , demikian kata sukarno .
Surat itu kuserahkan ke tangan sukarno , lalu dibacanya sendiri. Sesudah membacanya, surat
itu dikembalikannya kepadaku untak disimpan baik baik.
jika begitu, baiknya Hanafi kita tahan saja bersama kita di sini , kata Chaerul Saleh.
Nanti dahulu , jawab sukarno . misi nya juga penting di sana untuk kita dalam rangka
Conefo .
Apakah tidak lebih baik Bung Hanafi kita serahi misi untuk mengurusi PKI dahulu di sini, ,
soebandrio berkata.
Ucapan soebandrio yang bernada usul itu, sangat mengagetkan saya. Saya lama menganggap dia
itu seorang tukang intrik yang ambisius. Ada konsepsi apa yang terpikir di kepalanya itu,
Sebentar saya akan bicara, namun belum sempat mereaksi ucapan soebandrio itu, sukarno sudah
bicara lebih dahulu.
Itu sama sekali tidak bisa , kata sukarno . Pimpinan Partai harus dipilih oleh Kongres.
Orang PKI sendiri tidak akan terima Hanafi, sebab dia bukan anggota PKI, dia bukan orang
komunis. Dia Marhaenis, sesuai dengan namanya, Anak Marhaen Hanafi. Kalian belum mengetahui ,
belum kenal Hanafi. Sejak zaman Jepang dia saya beri misi politik terpercaya untuk mendekati
Wikana, orang PKI (saat itu illegal, di bawah tanah) agar jangan menyabot politik saya
kolaborasi dengan Jepang untuk kepentingan politik nasional yang saya gariskan.Wikana hanya
kenal baik beberapa orang saja: Aidit dan Sudisman, sebab mereka dahulu anggota anggota
Barisan Pemuda GERINDO yang dipimpin Hanafi. Kalian mengetahui , sesudah Peristiwa Madiun,
orang PKI memusuhi saya lama sekali. Hanafi saya misi i menetralisir subyektifisme
mereka itu, mengingat Revolusi belum selesai dan perjuangan Pembebasan Irian Barat selalu
menantang nantang. orang PKI wataknya keras, sangat vatbaar gampang sekali kena
penyakit'kokiri kirian'. Saya berhasil menjinakkan mereka, PKI menerima Pancasila. Saya
berterimakasih pada Hanafi, banyak aktivitasnya membantu saya.
Saya sebetulnya mau turut bicara, sebab yang dibicarakan itu mengenai diri saya pribadi, namun
saya bersabar sementara. Di saat itu Chaerul Saleh. Denuty III bicara....
Sebagai dikatakan pada permulaan tadi, saya dengan Bung Hanafi sudah berbicara tengah malam tadi.
Saya sudah menjelaskan seadanya apa yang sudah terjadi sampai sekarang. Saya kira, mungkin
Hanafi sudah memiliki sesuai ide untuk mengatasi situasi yang kita hadapi sekarang ....
Gimana, Fi,
Saya melirik kepada semua Menteri Deputy itu. Saya termenung sesaat, Chaerul Saleh menanya
lagi ... Kutatap wajah sukarno dengan menahan rasa sayangku yang emosional padanya.
Saya mohon lebih dahulu , kataku pada sukarno . Saya mau bertanya kepada sukarno :
Apakah Bung percaya bahwa Aidit itu dan Sudisman, walaupun keduanya itu PKI, begitu busuk
hatinya mau mengkhianati sukarno , Saya TIDAK Dan saya percaya sukarno juga TIDAK.
sukarno mengenal mereka berdua itu dari pandangan politiknya yang kiri bahkan yang
extrem kiri. Saya lebih dari itu, saya kenal riwayat hidupnya dari masa mudanya saat turut
belajar jadi orang pergerakan , sampai sampai pada kehidupan pribadi masing masing, seperti
pengenalan Bung pada diri saya ini.
Namun gara gara sifat Aidit yangrevolusioneristik avonturistik dan sifat ambisiusnya yang
selalu menonjol nonjol, itu bukan sekarang ini saja yang pernah kualami dengan dia, makanya
dia masuk perang kap provokasi kaum Nekolim yang jelas anti komunis, sampai akhirnya
meledaklah 'Provokasi GESTAPU'. Saya bukan seorang pendeta yang bisa melihat hal itu
sebagai suatu 'peristiwa' sederhana, atau nasib. NO! Saya percaya itu Aidit pada mulanya secara
tidak diinsafinya sudah terpancing oleh Syam, seorang informan misterius, masuk ke dalam
perang kap provokasi sesuai dengan konsepsi subversif kaum Nekolim yang bebuyutan anti
komunis. Akibatnya di luar istana ini menderu deru tuntutan 'Bubarkan PKI!'. Sudah kita dengar
juga di sana sini tuntutan 'Retool soebandrio , Haji Pe king!' lalu tentulah akan meningkat
sampai ke tuntutan retool semua Menteri Kabinet, satu indikasi yang jelas sekali, bahwa sasaran
Nekolim terakhir yaitu menbangkrut kan sukarno , Pemimpin Besar Revolusi.Ya, logis,
sebab PKI is reeds in de kom gehakt, sudah habis dilibas.
Slogan subversi Nekolim Bubarkan PKI yang diteriakkan oleh pemuda pemuda dan sementara
elemen tentara kita yang tidak menginsyafi bahwa mereka itu dipakai oleh Nekolim, slogan itu
harus kita rebut. jika kita yang membubarkan PKI Aidit itu, motifnya tentu lain, tidak sama
dengan yang diteriakkan mereka itu. namun untuk membela Republik, menyelamatkan Bung
Karno dari titik sasaran mereka itu, untuk mencegah lebih banyak lagi korban rakyat yang tidak
mengetahui apa apa mengenai GESTAPU atau PKI. Tidak ada gunya mempertahankan PKI, seperti
maunya Mas soebandrio , yaitu agar saya mengurus PKI Aidit. PKI Aidit harus bubar dan
sudah bubar.Tidak ada siapa pun yang berhak membubarkan Partai Politik kecuali Presiden R.I.
Saya tabu kesulitan sukarno jika harus membubarkan PKI, berhubung dengan persoalan
CONEFO yang menjadi test case, batu ujian bagi RRC dan Uni Sovyet dan A A A terhadap
kita, Republik Indonesia . namun di lain pihak, segenap kekuatan Nekolim akan bersatu untuk
menggagalkan CONEFO. Roda situasi berputar cepat, kita harus bertindak sebelum habis tahun
ini. Dan seperti saya katakan tadi, saya harus berada di Ha vana sebelum 1 Januari 1966 untuk
Konferensi A A A, jika diperkenankan Presiden. Dan saya harus mengurus biaya, sebab sudah
tiga bulan remise tidak dikirim buat KBRI Havana.
Sebagai hasil penelitian , saya mengusulkan satu kebijaksanaan suatu konsep pemecahan masalah
politik, suatu political solution yaitu: bubarkan (redress) semua Partai Politik untuk sementara
waktu berdasarkan S.O.B. Untuk sementara, lalu bangunkan kembali tanpa PKI.
Sekian dari saya, sukarno yang kuhormati dan kucintai. Mungkin mungkin saya salah, saya
mohon maaf . Sejurus lalu ... Terimakasih, Hanafi, sukarno berbicara, silakan
tunggu di luar, tunggu saya, jangan pulang dahulu , saya ada pembicaraan dengan para Deputies.
CONEFO untak Pelaksanaan Hak hak Azasi Manusia
Tape Rapat Dewan Jendral Berita Palsu!
Komisi Peneliti melaporkan: Korban Satu Juta. Saya keluar dari kamar. Presiden Sukarno
meneruskan sidangnya dengan para Deputy, Dr. J. Leimena, Dr. soebandrio dan Chaerul Saleh.
Untok menantikan sukarno selesai dengan sidangnya itu, saya menuju ke beranda di
belakang di mana biasanya saban pagi sukarno minum kopi sambil menerima tamu tamu
secara informal .
Saya lihat di sana ada duduk Pak Hardjo (Suhardjo Wardoyo, pensiunan Mayjen TNI, Kepala
Rumah Todgn Prkdenn) edang menemani bercakap cakap dengan Menteri Kolonel
Suprayogi yang menghadap Presiden. Pak Suprayogi saya kenal baik, asal dari T.N.I. Siliwangi,
diangkat menjadi Menteri sejak dari Kabinet Karya ke I dengan P.M. Djuanda. saat itu saya
Menteri PETERA. Kabinet yang langsung dibentuk sendiri oleh sukarno , Presiden, di mana
saya membantu beliau dari belakang layar sebagai formateur Kabinet! Itu terjadi pada tahun
1957, sebelum kita kembali ke UUD '45. Itulah kabinet pertama yang mengikut dan kan orang
orang dari ABRI. Selain Pak Suprayogi dari Angkatan Darat, ikut juga Kolonel Nazir dari
Angkatan Laut.
Saya senang hati bertemu lagi dengan Pak Suprayogi: Oh, Pak Prayogi, kumaha kabarna,
parantos lami henteu tepang .. Salamanku itu menampilkan rasa keakrabanku kepadanya.
Dengan gembira beliau sambut salamku: Nuhun, nuhun, saé waé sadayana , seraya menanyakan
kapan aku datang dari Kuba. Tidak berapa lama lalu sukarno keluar dari kamar sidang
diikuti para deputies. sukarno terus ke kamarnya sendiri untuk mengganti baju. Chaerul
mendekati saya, mengatakan baiknya saya tinggal di sini dahulu di Istana, lalu ia pergi
bersama Oom Jo dan soebandrio .
sesudah sukarno mengganti baju resminya yang berinsinye Presiden dan tanda Panglima
Tertinggi, beliau turun ke beranda mendatangi Menteri Kolonel Suprayogi, yang duduk di
hadapannya. Suprayogi membuka rol blue print yang dibawanya, blue print proyek gedung
bangunan CONEFO. Sesudah beliau mengutarakan beberapa penjelasan mengenai progres
teknik pekerjaan gedung ini , dia mengajukan kekurangan biaya untuk pekerjaan yang masih
tersisa, dan menyatakan sebelum Oktober akan dapat diselesaikan. Dengan memakai
kacamatanya, sukarno memeriksa kertas biru yang disodorkan kepadanya itu. Lalu
menanyakan berapa kekurangan biaya yang masih diperlukan. Saya perhatikan, Suprayogi
mengatakan keperluan untuk bagian itu saja diperlukan sekarang dua ratus ribu dollar (jika
saya tidak salah dengar!). sukarno menjawab: Okay, teruskan saja pekerjaan itu,keperluan
biaya minta kepadaJusuf Muda Dalam (Menteri Bank Sentral). Kolonel mengetahui bagaimana
mengurusnya. jika masih kurang, saya akan minta bantuan Chou En lai. Sesudah selesai Bung
Karno menandatangani sehelai surat yang disodorkan oleh Kolonel Suprayogi, Kolonel
Suprayogi memberi hormat seraya mohon permisi. melihat kejadian itu, saya berfikir, dalam kondisi situasi begini, sukarno tampak tetap
optimis. Saya memang sudah dengar bahwa pembangunan untuk gedung CONEFO itu, RRC
banyak memberi bantuan.namun kok melepas ucap menyebut nama Chou En lai, dalam hatiku
bertanya, apakah itu bluf atau melagak, yang kadang kadang dalam dunia politik itu biasa. Lalu
saya merasa simpati sukarno di saat itu luar biasa.
Akan adanya CONEFO itu amat penting, Hanafi, kata sukarno . Itulah salah satu
pekerjaanmu yang terpenting di Kuba, sebab itu kau saya beri misi di Kuba. CONEFO untuk
mengkon solidasi Dunia Baru, untuk menghadapi Dunia Lama yang mengabaikan Hak hak
Asasi Manusia di atas singgasana 'l'exploitation de la nation par la nation' dan 'l'exploitation de
l'homme par l'homme '.
Apakah itu sesuai dengan Pidato sukarno di PBB tahun 1960: Membangun Dunia
Kembali, tanyaku. Sebab sukarno belum menyinggung apa apa saat itu mengenai
CONEFO. Persis, CONEFO yaitu kelanjutan dari Pidato saya Membangun Dunia Kembali!
Mengenai soal political solution yang saya kemukakan di kamar tadi. Redress semua partai
politik. Bubarkan semua partai politik buat sementara waktu, lalu bangunkan kembali
tanpa PKI. Didasarkan pada strategi dan taktik, tujuannya untuk mengembalikan kebulatan
ABRI yang solid di belakang PanglimaTertinggi Presiden Sukarno berdasarkan UUD'45 yang
menjunjung Pancasila. Pelaksanaannya harus dicapai dalam musyawarah dan mufakat bersama
dengan partai partai politik ABRI Presiden/Panglima Tertinggi sukarno . Pelaksanaan
Dekrit Pembubaran semua partai politik sebaiknya jangan melewati 1 Januari 1966. Redressing
partai politik tanpa PKI paling lama tiga bulan, Maret 1966. jika pembubaran PKI itu sendiri,
sekarang juga.Walaupun kita anggap sudah jelas tersangkut dengan pemberontakan (putsch)
GESTAPU, namun tanpa penjelasan yang obyektif dalam satu pernyataan Kepala Negara, akan
tampak kurang adil, baik ke dalam maupun ke luar negeri, dibandingkan dengan tindakan
Pemerintah dalam hal pembubaran Masyumi dan PSI yang tersangkut dalam pem berontakan
PRRI/Permesta.
contohnya , satu soal harus jernih. mungkin sukarno tidak tabu bahwa di luar negeri sudah
tersiar bahwatape Konferensi Dewan Jendral, yang dipakai sebagai alasan oleh Kolonel Untung
untuk mengantisipasi dengan GESTAPU nya itu, ada di tangan sukarno . Apakah itu betul,
tanyaku kepada sukarno . Oh, begitu, Tidak ada itu, sumpah demi Allah tidak ada itu!
jawab sukarno . Nah, cocok dengan dugaan saya, soal tape itu berita palsu. sebab saya
tidak goyang kepercayaanku pada Jendral Yani yang setia pada sukarno . Kita harus
bertindak cepat, walaupun Bung mengatakan tadi Oom Jo ragu ragu.
Pada saat itu tampak olehku Menteri Mayjen Sumarno dan Menteri Negara Oei Tjoe Tat
mendatangi tempat saya dan sukarno sedang bicara. Beliau beliau yaitu Pimpinan Komisi
Peneliti Korban akibat GESTAPU ke seluruh daerah Republik, terutama Sumatra, Jawa dan Bali.
Kedua Menteri itu melaporkan kepada Presiden Sukarno, bahwa tidak kurang dari satu juta
rakyat yang sudah menjadi korban. Cara cara yang dilakukan dalam pembunuhan massa rakyat
itu berberagam , semuanya amat mengerikan, di luar batas perikemanusiaan. Biadab sekali.
Dan itu terjadi dalam negeri yang bernama negara kita yang terkenal berkeadaban tinggi. Di
pangkal tangga di bawah sudah banyak orang berkerumun. Mereka tidak bisa maju naik ke atas,
sebab ditahan oleh penjaga Cakrabirawa. Presiden menanyakan, siapa orang itu, Oei Tjoe
Tat menjelaskan, bahwa itu yaitu wartawan wartawan dalam negeri dan juga ada wartawan
wartawan luar negeri yang menantikan pemberitaan dari Laporan Komisi kepada Presiden.
Mereka mau tanya berapa jumlah korban. Lalu Presiden menanya lagi kepada Menteri Sumarno
dan Oei Tjoe Tat, berapa jumlah yang akan diberitakan.Ya, jika jumlah korban yang
sebetulnya tidak kurang satu juta, mungkin lebih, dan itu terjadi sejak dari Oktober sampai bulan
Desember ini.Terserah kebijaksanaan Bapak Presiden berapa yang akan kami beritakan. Bung
Karno terdiam sejenak, namun saya, Hanafi, mengeluh: Waduh, jika laporan satu juta korban
itu diberikan kepada wartawan wartawan, saya mati, saya tidak berani pulang ke Kuba, jumlah
itu lebih banyak dari korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang amat mengerikan, atau
lebih banyak dari korban perang Vietnam yang berjalan beberapa tahun . Ini dalam waktu tiga
bulan saja. Satu juta. Akan hancur nama negara kita di dalam Konferensi A A A yang akan
berlangsung I Januari 1966 beberapa hari lagi itu .
Lalu berapa , tanya sukarno , para wartawan tidak akan terima, akan protes, jika tidak
dilaporkan . Kasihkan saja jumlah 78.000 orang akibat GESTAPU, kataku tidak langsung, atas
pertanyaan sukarno . Ya. kata sukarno . Silakan Menteri Oei temui wartawan
wartawan itu dan berikan jumlah korban 78.000 itu saja. berkata juga, Presiden tidak bisa
menemui mereka, sebab sibuk sekali. Menteri Oei Tjoe Tat pergi menemui wartawan
wartawan yang saling berdesak desakan di tangga itu. Dari keterangan ini di atas itulah,
maka disiarkanlah oleh pers bahwa angka resmi 78.000 orang korban akibat GESTAPU,
sebagcuma hanya sekedar na disiarkan oleh Komisi Peneliti. Padahal yang sebetulnya korban itu satu juta
manusia, dengan catatan mungkin lebih . Maka demikianlah, ada koran koran yang
memberitakan 500.000, ada juga yang memberitakan 700.000, namun pihak yang pro Amerika
menawar cuma hanya sekedar 250.000 orang.
Dengan keterangan saya ini, korban yang sebetulnya berdasar keterangan saksi Laporan Komisi Peneliti itu, saya
munculkan kembali di sini.Yang tadinya dibenamkan dengan sengaja demi kepentingan nama
baik bagi bangsa dan Presiden Sukarno, agar jangan sampai malu (!) satu juta atau satu milyun
korban rakyat yang tidak berdosa, saya angkat kembali dari dalam lautan rahasia selama 30
tahun lebih. Sekarang ini satu juta jiwa manusia itu jadi menyatu laksana Sang Bima muncul
kembali dari dalam lautan Tirta Asertamerta sesudah mengalahkan Sang Naga Nemburnawa, bangun
kembali menggunturkan suaranya menuntut keadilan yang sebetulnya kepada bangsa
negara kita , kepada PBB, bahkan kepada Mantan Presiden Jimmy Carter yang pada tahun 1970
sudah memasukkan HakAsasi Manusia menjadi bahagian dari politik luar negeriAmerika Serikat,
dan kepada Presiden Bill Clinton yang saya harapkan akan menjadi simbol the new America
dengan panji panji kebangkitan kembali demokrasi, the revival of democracy.
Sebab, satu juta manusia itu yaitu korban manipulasi yang kotor dari kadeta Letnan Jendral
Soeharto, Maret 1966, sekarang Presiden negara kita . Masih ada saksi langsung tiga pejabat tinggi
pemerintah yang masih hidup: Mantan Menteri/Duta Besar A.M. Hanafi, Mantan Menteri Luar
Negeri/Deputy II Dr. soebandrio dan Kolonel Latief (masih dipenjara sudah tiga puluh tahun
lebih). Dua orang saksi langsung lainnya sudah meninggal dunia: Dr. J. Leimena/ Deputy I dan
Laksamana K.K.O. Hartono (dikabarkan bunuh diri ).
Dengan bantuan dan hanya dengan kolaborasi dengan Amerika, diktator militer Soeharto yang
despot dan nespot itu harus diturunkan dan diadili, diganti dengan seorang Tokoh Nasional yang
didukung penuh oleh rakyat, akseptabel bagi USA, untuk menegakkan demokratisasi dan hak
asasi manusia. Inilah perhitungan politik berdasarkan fakta situasi negara kita kini. Tidak ada
budi baik pihak the big capital atau para punguasa modal dunia di zaman globalisasi ini.
jika tergantung pada diri saya, sekali lagi jika tergantung dari saya, saya akan turunkan
Soeharto itu, tidak dengan jalan pemberontakan rakyat, namun melalui kolaborasi segenap
kekuatan sosial politik masyarakat berdasarkan kepentingan nasional seperti kuuraikan di
atas. Budi baik itu akan kita bayar dengan kolaborasi persahabatan nasional yang berdaulat
(souvereign) demi kepentingan pembangunan ekonomi bangsa negara kita yang mengedepankan
kepentingan rakyat banyak, bukan hanya segelintir golongan elite seperti sekarang ini. yaitu
perbuatan salah urus kaum teknokrat yang tak memiliki nyala api patriotisme dalam jiwanya
itulah, maka di masa pembangunan 30 tahun ini yang diajak bersama duduk di meja kerja dan di
meja makan lebih banyak warganegara baru (keturuan Cina) dibandingkan orang asli
negara kita .Yang terakhir ini jika ada kesempatan hanya beberapa yang sangat terbatas seperti
Rizal Bakrie (Ical) dan Probosutedjo yang saya kenal, berikut anak anak Soeharto sendiri.
sedang pengusaha negara kita lainnya bagian terbesar menjadi anak bawang , dibiarkan
berebutan mengerubuti tètèlan tètèlan dan remah remahnya saja. Inilah jika ditinjau fakta
pada golongan elite kita. Belum lagi ketidak adilan yang ditimpakan kepada masyarakat lapisan
bawah, penggusuran tanah hak milik rakyat, seperti Kedung Ombo dan lain lain. Apakah ini
pembangunan nasional ... la Demokrasi Pancasila, , Nonsens!! Jangan dicari kesalahan pada
kaum kapitalis Amerika atau Eropa Barat yang kasih kredit berjutajuta dan yang harus jadi
beban tanggungan hidup anak cucu sampai dua kali tujuh turunan lagi. Kesalahan atau dosa itu
ada pada bangsa kita sendiri! Terutama pada kita, putera negara kita asli yang bakal mati beberapa
tahun lagi!
Inilah sebagian kecil gemuruhnya suara korban satu juta manusia yang bermetamorfosa, menyatu
bersatu pada sang Bima yang muncul kembali dari lautanTirta Asertamerta (SelatanJawa) yang kebal
tak mati mati suaranya itu, yang menggeledek, mengguntur, membelah angkasa di seluruh
Nusantara negara kita .Yah, jika bukan robot, orang akan mengerti, bisa menyerapi arti penting
filsafat kebatinan Jawa atau Kejawen yang ditinjau oleh Dr. Seno Sastroamidjojo mengenai cerita
Dewa Ruci. Saya anak Sumatera, bukan anak Jawa namun putra negara kita . Bukan robot! Saya suka
belajar memahami yang baik baik.
Di dalam bagian lain di buku ini, akan saya kemukakan lebih jelas bagaimana siasat siasat
kudeta LetnanJendral Soeharto sehingga mencapai titik puncaknya pada 11 Maret 1966, di mana
selembar Surat Perintah yang wajar wajar saja dari Presiden/Panglima Tertinggi kepada
bawahannya, sudah disulap secara licik menjadi surat penyerahan kekuasaan, yang dikenal
bernama SUPERSEMAR. Menteri Olah Raga dan Pemuda, Hayono Isman (sayang sekali,
putranya kawan saya sendiri, bekas Mayor dan Duta Besar Isman), disurah oleh Soeharto
mengadakan seminar Nawaksara. jika semi nar itu terjamin bebas dan demokratis dan jangan
hanya yang pro Pemerintah saja yang boleh hadir pula , boleh, silakan. Dan saya bersedia hadir pula ,
sekalipun untuk menghadiri seminar itu saja sesudah itu dilempar lagi ke pembuangan di luar
negeri seperti sekarang ini. namun sejarah yang sebetulnya harus dibuka.
Di dalam buku Menteng 31 Membangun Jembatan Dua Angkatan , saya sudah memberanikan
diri meriskir segala macam tanggapan yang mungkin ditujukan kepada usul saya agar Presiden
Soeharto dipilih kembali buat masa terakhirnya, namun dengan syarat : rekonsiliasi nasional dan
diberlakukan keterbukaan, demokrasi dan HAM. Saya bersabar menanti sejak Pidato Kenegaraan
17 8 1966 sampai sekarang dalam masa menjelang Pemilihan Umum. Namun rupanya sia sialah
harapan saya itu. Malah tambah jadi lupa daratan dia, menantang nantang mau menggebug siapa
saja.
Oleh sebab itu mulai hari ini, 11 Maret 1997, jika mereka di Jakarta bikin bancakan, slametan
untuk SUPERSEMAR dan GESTAmemiliki yang sialan itu, saya mulai menulis buku ini:
MENGGUGAT: SUPERSEMAR GESTAPU Kudeta Soeharto. Kepada orang yang immoral
tak perlu dialog. Dia akan selalu menggebug gebug kembali.
Gagalnya Konperensi AA di Aljazair dan Konperensi
Tricontinental di Havana 1 Januari 1966
Pada hari ketiga sesudah saya tiba di Jakarta, Presiden Sukarno meminta saya turut menghadiri
penyusunan Delegasi negara kita untuk menghadiri Konperensi Organisasi Setiakawan Asia
Afrika dan Amerika Latin, disingkat AAA yang akan berlangsung pada 2 Januari 1966. Ini
sesuai dengan harapan Fidel Castro dalam pesannya kepada saya agar disampaikan kepada Bung
Karno, hal mana memang sudah saya kemakakan kepada Presiden dalam sidang bersama para
Deputies.
Turut dan hadir pula , selain anggota delegasi yang akan dibe rangkatkan, Ibu Utami Suryadarma,
bekas Panitia KIAPMA (Konperensi Internasional Anti Pangkalan Militer Asing), yang sudah
berlangsung beberapa waktu sebelum pertengahan tahun 1965.
Delegasi itu terdiri dari lima orang diketuai oleh Brigjen Latief Hendraningrat, seorang tokoh
historik yang mengerek naik Merah Putih di PengangsaanTimur 56 pada Hari Proklamasi 17
Agustus 1945. Saya tidak mengetahui persis, apakah empat orang delegasi lainnya, di luar Brigjen
Latief Hendraningrat, akhirnya jadi atau tidak berangkat. Sebab, berdasar keterangan saksi laporan istri saya, Ibu
Sukendah Hanafi, yang saya serahi misi mewakili saya jika saya sedang tidak ada di tempat
itu yang bisa menghadiri Resepsi Penyambutan Konperensi AAA di rumah Duta Besar, yang
nampak hadir pula dari delegasi negara kita hanya Pak Latief itu saja, sedang dari kalangan
diplomatik dan Pemerintah Kuba ada yang hadir pula . Resepsi itu dibintangi oleh SenoraVilma Espin,
isteri Menteri Pertahanan Raul Castro, adik kandung Commandante Fidel Castro. Lama
lalu baru saya ketahui , bahwa keempat orang Delegasi lainnya itu dilarang berangkat oleh
elemen tentara Soeharto yang hari demi hari memperketat kekuasaan de factonya, sekalipun
delegasi ini diperintah oleh Presiden. Hanya Brigjen Latief Hendraningrat, mungkin sebab
ketokohannya yang historik itu bisa pergi, dan yang lainnya nyangkut di lapangan udara
Kemayoran.
Bagaimana dengan saya sendiri, Saya dengan terpaksa tidak bisa menghadiri Konperensi Tricontinental
itu, walaupun Fidel Castro sudah sangat mengharapkan. Presiden Sukarno tegas mengatakan agar
saya jangan pulang ke Kuba dahulu , sebab saya masih sangat diperlukan di Jakarta. Maka saya
minta beliau menjelaskan hal itu tertulis, demi terpeliharanya secara baik hubungan diplomatik
antara kedua negara, negara kita dan Kuba. Beliau memicu surat ini dengan tulisannya
sendiri, di hadapan saya.Tentu saja, beliau tidak lupa menyatakan terima kasih atas surat pribadi
Fidel Castro yang sudah diterimanya dengan rasa persahabatan yang sedalam dalamnya, seraya
menerangkan bahwa saya buat sementara masih sangat diperlukannya di Jakarta. Dan beliau
sangat menyesalkan sekali saya tidak dapat turut dan menghadiri Konperensi Tricontinental
yang bersejarah itu, namun sudah mengutus Delegasi negara kita untuk turut menyertai Konperensi
ini , diketuai Brigjen Latief Hendraningrat, seorang revolusioner juga . Surat Presiden itu
harus dapat diterimakan kepada Commandante Fidel Castro sebelum 1 Januari 1966. sebab itu
saya tidak bisa turut mengurus keberang katan Delegasi ini . Saya tergesa gesa pergi
keTokyo, mengirim anak saya, mahasiswa Dias Hanggayudha, ke Havana untuk membawa bawa surat
penting itu kepada ibunya, agar diserahkan kepada orang penting revolusioner, yaitu Senora
Silya Sanchez, Sekretaris Fidel Castro sejak masa gerilya, agar diserahkan langsung kepada
Commandante.
namun , apa mau dikata, situasi kami kaum Sukarnois, nasionalis revolusioner, sesudah peristiwa
GESTAPU, semua serba salah, seperti peribahasa di Sumatra mengatakan sudah jatuh ditimpa
tangga juga . Sialan!
Ternyata lalu Brigjen Latief Hendraningrat tidak berhasil untuk diterima hadir pula dalam
Konperensi Tricontinental itu, diblokir oleh Panitia Konperensi, sebab sudah datang juga
berbareng dengan orang PKI dari Peking dan dari Mesir yang menyatakan diri mereka
sebagai Delegasi negara kita . Commandante Fidel Castro mengharapkan saya datang dengan
Delegasi, namun justru saya pun tidak datang kembali. Buat Kuba semua itu mengesankan
bagaimana kacaunya kondisi dan situasi negara kita di bawah Presiden Sukarno saat itu. Kuba
memperoleh laporan laporan yang tidak obyektif. Di dalam koran Juventud Rebelde dan di dalam
koran Granma (koran Partai Komunis Kuba) termuatlah pemberitaan yang mendiskre ditkan
Presiden Sukarno, yang antara lain menyatakan: nanti di atas makamnya haruslah ditulis: di sini
sudah dimakamkan seorang Pemimpin yang tidak bisa menghargai kepercayaan rakyat yang
diberikan kepadanya ... Sayang, saya tidak memiliki lagi koran koran ini , dan demi akurasi,
baik dicari lagi koran koran ini , nanti. Mohamad Hatta sebagai Sekretaris I KBRI Havana
tidak juga mengajukan protes kepada Kemlu Kuba atas pemberitaan ini , walaupun sudah
didesak oleh isteri Dubes.
Berhubung dengan hal itu maka saya buru buru lagi pulang ke Kuba pada tanggal 21 Januari
1966. Hal ini akan saya singgung kembali dalam bagian berikut nanti.
Brigjen Latief Hendraningrat sebagai Delegasi resmi dari Indo nesia hanya sempat menghadiri
Resepsi Penyambutan Konperensi Tricontinental di rumah rumah Duta Besar yang
diselenggarakan oleh Sukendah bersama sama Staf KBRI. Resepsi yang memperoleh perhatian
begitu besar dihadiri oleh semua corps diplomatik dan dihadiri oleh Menteri Perdagangan Kuba
dan Senora Vilma Espin, isteri Menteri Pertahanan Commandante Raul Castro. Di situ juga
digelarkan tari tari kesenian negara kita oleh pemuda dan pemudi Kuba yang dipimpin oleh anak
anak saya Nurdjaja dan Damayanti.
Sesudah itu, Brigjen Latief Hendraningrat pulang ke negara kita tanpa sempat berpamitan dahulu
kepada istri saya Sukendah (Latief sekeluarga yaitu tetangga sebelah menyebelah rumah kami
di zaman Jepang). Dia yang mewakili saya sebagai Dubes membela posisi pemerintah R.I. di
masa menghadapi sidang Tricontinental di Havana. Semuanya sudah jadi kacau, gara gara sikap
kekiri kirian perseorangan tokoh komunis yang datang dari Peking dan Mesir itu.
Sehingga Kuba tanpa ragu ragu (sebagai setiateman temanya yang revolusioner, ) menempatkan
artikel di suratkabar Juventud Rebelde dan Granma, tulisan yang mau mendiskreditkan Presiden
Sukarno. Apakah mereka tidak menginsafi bahwa tindak tanduknya yang memusuhi Presiden
Sukarno (sebab kecewa, ) itu bisa ditarik garis lurus dengan pernyataan Dewan Revolusi Kolonel
Untung,
Subyektivisme macam inilah yang menghancurkan PKI dan menjatuhkan Presiden Sukarno.
Selama zaman Jepang dan di zaman revolusi 1945 yang melindungi tokoh PKI (Amir
Sjarifuddin, Wikana dan lain lain) bukan Musso atau Alimin, apalagi bukan Aidit, mereka pada
bergantungan pada ujung bajunya Sukarno. namun sekarang, sesudah PKl kesandung batunya
sendiri, mereka bangkit nafsu sebab Sukarno tidak membantu lagi.
jika saya, saya akan mengetahui , di mana dan kapan harus memakai sikap right or wrong my
country . jika negeri saya brengsek itu urusan saya ke dalam negeri dahulu . Mengapa harus
membnat tanggung rèntèng setiakawan revolusioner atas sesuatu perbuatan yang tidak ada
dalam kamus revolusi, yang mengharamkan putsch itu. Di atas ladang subyektivisme PKI itulah
tumbuh benih diktator Soeharto. Para tokoh bekas PKI bertanggung jawab harus
membuat clear masalah bencana nasional ini, sehingga generasi muda tidak hanya tertarik dari
jauh oleh cantiknya mawar merah, namun tak mengetahui banyak durinya yang tajam dan berbisa!
Berbicara mengenai Konperensi Tricontinental, tak bisa terlepas dari masalah lingkaran
pertikaian dua pola dunia: kapitalisme dan sosialisme, kubu USA versus kubu Uni Sovyet dan
kubu RRC. Sudah sejak tahun 1960, Uni Sovyet dan RRC tidaklah merupakan satu kubu
bersama sama yang bersatu lagi. Kubu sosialisme Uni Sovyet di bawah pimpinan Khrushchev
sejak lahirnya berorientasi baru yang disebut 'peaceful coexistence di tengah tengah situasi
internasional yang sedang terlibat perang Dingin. Khrushchev melansir politik peaceful
coexistence dengan maksud mengcontain RRT yang menempuh garis arm struggle untuk
menghadapi imperalisme dan membebaskan negeri negeri yang masih terjajah. Oleh sebab
itulah perpecahan kubu sosialis itu, sejak dari situ sudah mengacu pada kebangkrutan strategi
dalam menghadapi USA. Sovyet Uni ternyata di pihak yang kalah, walaupun sosialisme sebagai
cita cita sulit dihancurkan atau dimusnahkan dari bumi manusia ini. Namun realitas
perkembangan dunia menyatakan USA mengungguli Uni Sovyet dan RRC, paling paling sampai
ke permukaan abad ke XXI ini.mengenai Uni Sovyet, saya meminjam istilah Fidel Castro: ia
sudah mengadakan bunuh diri . RRC yang dahulu mengutuk Khrushchev sebagai penempah
restorasi kapitalisme , tampaknya sekarang mengancik ke arah jalan itu juga.
Oleh sebab itu saya ingin bertanya, apakah pelajaran sejarah abad ke XX belum cukup keras,
belum cukup jelas, belum cukup pedih bagi bangsa negara kita untuk lebih kuat kembali tegak
berdiri di atas kepribadiannya sendiri yang sudah ditunjukkan oleh sukarno di dalam
Lahirnya Pancasila . Tentu saja bukan secara Politik ..Ã la Orde Baru diktator Soeharto! Tiga
tungku yang prinsipal dari Pancasila dan tujuan R.I.: 1) Berketuhanan yang Maha Esa, 2) Sosio
Nasionalisme, 3) Sosio demokrasi. Menghilangkan salah satu dari ketiga tungkunya itu, berarti:
mengkhianati Pancasila. Di dalam ilmu politik kontemporer, Pancasila itu disebutkan juga sama
dengan Sosialisme negara kita . Tentulah dipahami bahwa sosialisme itu bukan komunisme!
Beberapa negara kapitalis di Eropa dengan sistem demokrasi liberal dan partai sosialisme bisa
juga mencapai nilai nilai sosialisme dalam taraf tertentu, yang spesifik, seperti Swedia, Prancis,
Belanda dan lain lain, walaupun tidaklah mungkin dalam arti sama rata dan sama rasa , namun
rakyat pekerjanya memperoleh haknya, yaitu jaminan sosial.
Sosialisme yaitu satu cita cita, satu ideal. Tuntutan hati nurani rakyat, disingkat TUHANURA.
Ini yaitu Matahari Abadi, yang menghayati sejarah. Panggilan sejarah itu yaitu progres.
Progres atau kemajuan masyarakat berbangsa itu yaitu panggilan atau suruhan Tuhan! Selama
masih ada kekolotan, kemiskinan dan penindasan oleh manusia atas manusia dan oleh bangsa
atas bangsa bangsa, cita cita akan sosialisme itu akan memancar bersinar terus, laksanan
Matahari Abadi yang takkan bisa ditutupi oleh tangan manusia siapa pun juga.
KonperensiAsia Afrika ke I, 18April 1955 yang sudah melahirkan Semangat Bandung itu tidak
berhasil mencapai estafetnya yang ke II, oleh sebab tercegat atau disabot oleh kudeta Kolonel
Boumedienne di Aljazair yang menumbangkan Presiden Ben Bella, Juli 1965. Kolonel
Boumedienne berhasil menunggangi kontradiksi Uni Sovyet RRC. Kabarnya D.N. Aidit
menjadi tersengat fantasinya oleh keberhasilan Boumedienne. namun lupa bahwa posisi Aljazair
lain dari posisi negara kita . Boumedienne, Kolonel tentara dari FLNA, sedang Aidit hanya
Ketua PKI yang dicurigai tentara. Maaf, ini tidak berarti saya setuju kudeta, kudeta dari kiri atau
dari kanan akan saya mengenai .
Dapatlah dipahami, bahwa yang dapat menarik keuntungan dari kudeta Boumedienne yang
mencegat berlangsungnya Konperensi AA ke lI itu, ialah Uni Sovyet dan USA. Ini bisa
dimengerti jika dikaitkan dengan analisa strategi global ketiga negara besar di duni itu.
sebetulnya , saya sudah merasakan firasat akan adanya bahaya yang mengancam Setiakawan
AA. Ini akibat tidak diikutdan kannya Sovyet Uni sejak dari Konperensi AA ke l di Bandung.
Sementara` berjalannya persiapan Konperensi AA ke lI di Aljazair, dan KBRI Havana bersiap
siap juga untuk mengadakan perayaan penyambutan Konperensi AA ke lI di Aljazair ini ,
Dubes Mongolia, Sr. Gundiin Baga, mengunjungi saya di KBRI tiga atau empat kali. Acaranya
yang itu itu juga, menanyakan apakah Jakarta sudah bersedia mengikutdan kan Uni Sovyet
dalam Konperensi AA ke II. Jelas, kudeta Boumedienne bukan hanya perebutan kekuasaan
dalam negeri kontra Ben Bella semata mata, namun juga sebab akibat perebutan pengaruh antara
Uni Sovyet dan RRC. saat saya jumpa Letkol Marsudi sebagaichargé d'affair R.I. di Beirut,
Libanon, saya dikabari bahwa dia menemui Kolonel Boumedienne di Sahara, untuk
mengabarkan sumbangan senjata R.I. kepada Aljazair sedang dilaksanakan melalui segi tiga R.I.
S.U. Mesir. Untuk diketahui , memang sumbangan setiakawan Uni Sovyet dalam persenjataan
yang diperlukan negara kita , yaitu yang terbesar, teristimewa dalam perjuangan untuk
pembebasan Irian Barat. namun dalam Konperensi AA ke lI yang akan diadakan bulan Juli 1965,
Uni Sovyet tidak diikutdan kan dan negara kita tetap lebih condong ke RRT.
Maka dapatlah kiranya dilihat kembali, bahwa puncak kejayaan era Sukarno yaitu Konperensi
AA ke I yang melahirkan Dasa Sila Semangat Bandung, di mana RRC memperoleh kesempatan
historis keluar dari isolasi dan menancapkan panji panji setiakawan revolusioner, teristimewa
terhadap negeri negeri Asia Afrika. namun , namun peristiwa kudeta Kolonel Boumedienne itu
berarti juga dipalunya genderang serangan offensif Nekolim terhadap Indone sia, negeri asalnya
Setiakawan Asia Afrika.
Kejadian itu sebetulnya yaitu suatu prediksi atau lebih tepat peringatan yang harus ditanggapi
oleh segenap elemen kubu sosialis, bahwa kubu kapitalis sudah menancapkan panji panji
ofensifnya mulai dari kudeta Boumedienne di Aljazair itu.namun nyatanya tidak terjadi, jalan dan
caranya Sovyet Uni bertabrakan dengan jalan dan langgam kerjanya RRC. berdasar keterangan saksi cerita
D.N.Aidit pada saya, Mikoyan, tokoh Politbiro PKUS yang terpenting, saat berkunjung ke
Jakarta, datang ke kantor CC PKI di Kramat, dan mengancam bahwa PKI akan dihancurkan
jika terus terusan menggandol ke Cina (RRC). Lalu saya bertanya: Kau jawab apa,
Yah, orang bertamu kok, Mikoyan itu orang penting, kan . Saya tidak mengetahui selanjutnya, apakah
hal itu didiskusikan oleh CC PKI atau tidak, bukan urusan saya. namun bukan hanya selentingan
lagi bahwa CC PKI itu juga pecah di dalam. Ternyata dari pledooi Sudisman di depan
Mahmilub: Sudisman dan Nyoto di satu pihak, D.N.Aidit dan Sjam Kamaruzzaman di pihak
lain.
Saya mau simpulkan tanggapan saya akan arti penting bersejarah dari Konperensi Tricontinental
(AAA) itu, sebagai pancaran cemerlang sinarnya Setiakawan Revolusioner dari Asia Afrika
Amerika Latin yang terakhir dalam siklus sejarah sementara ini. Dan hal itu tidak terlepas dari
putsch GESTAPU yang memicu jatuhnya Presiden Sukarno. lalu Kuba mercusuar
Amerika Latin itu sudah mengalami pukulan juga dari CIA atau Amerika, dengan cemerlangnya
keberhasilan CIA di Jakarta, ia menumbangkan juga Presiden Allende di Chili sampai mati
dengan senjata A.K. di tangannya di istana Santiago.
Maka membahanalah tampik sorak kemenangan kaum anti komunis di seluruh benua, sampai
sampai di Jakarta kaum non komunis pun, bahkan yang tidak bisa baca ABC politik, apalagi
marxisme, diceburkan mati ke laut dan ke sungai sungai, di pulau Buru kan dan dipenjarakan
tanpa proses belasan tahun . Arthur Conte yang mempersunting Konperensi AA begitu indah dan
menariknya, di dalam bukunya CeJour là : 18 Avril 1955: Bandoung Tournant de l'Histoire
( Hari itu: 18 April 1955 Bandung,Titikbalik Sejarah ) hanya meninggalkan mimpi yang indah
pada bangsa In donesia dan segenap bangsa bangsa yang dijajah oleh kolonialisme, yang
mengikat setiakawan revolusioner Koferensi AA yang sudah menjelmakan Semangat Bandung.
namun orang tidak bisa dan tidak boleh bermimpi terus terusan. Satu pagi akan terbangun dan
melihat fakta di hari terang benderang, bahwa hidup manusia di zaman sekarang berasal
dari stratagem (siasat perang ) perang Dingin segi tiga: Amerika Serikat, Uni Sovyet, RRC itu
tadi.namun jangan juga lupa, bahwa Konperensi AA, itu sendiri yaitu manifestasi dari produk
ketegangan segi tiga atau tiga pola kekuatan di dunia itu. Saling baku hantam, kita terjepit.
Mau tidak mau saya teringat kepada Pidato sukarno di Sidang Umum PBB 1960, yang
menawarkan filsafah Pancasila untuk Membangun Dunia Kembali. Pidato ini ingin saya
lampirkan di dalam buku ini di dalam dua bahasa (negara kita dan Inggris), setidak tidaknya untuk
menjadi manuscript tasi yang bagi saya seperti sukarno menganggap Pancasila itu yaitu een
hogere optrekking, satu pengangkatan yang lebih tinggi dan lestari dari Manifesto Komunis dan
Kapitalisme. Untuk mencapai dunia baru tanpa perang dan berkeadilan sosial, sama sama kerja,
sama sama makan. Apakah mungkin tercapai cita cita itu, Mengapa tidak, Sebagai orang yang
beragama Agama Islam, saya menjunjung Al Qur'an Ulkarim di dalam hatiku dengan
kepercaya anku dan tafsir yang dialektis. Bahwa Tuhan menjadi ummatnya bergolong
golongan, berbangsa bangsa agar saling mengenal dengan baik, selanjutnya bahwa Tuhan tidak
akan memperbaiki nasib sesuatu bangsa, jika bangsa itu sendiri tidak mau memperbaiki nasib
bangsanya. Titik beratnya tergantung pada ada tidaknya kemauan. Ada kemauan, pasti ada jalan.
mungkin seperti ungkapan yang mengatakan: Bukan satu jalan menuju ke Roma . mungkin
ada tujuh jalannya menuju ke Roma itu, yang terpenting sampainya, bukan jalannya, dan tentu
saja bukan jalan pintas seperti GESTAPU atau Gestok itu! Dan pasti: bukan jalan dan caranya
D.N.Aidit, apalagi bukan jalan dan caranya kudeta atau kapital dari negeri negeri Barat, Amerika
dan Eropa untuk pembangunan dalam zaman apa yang disebut era globalisasi, namun pasti
bukan jalan dengan caranya Presiden Soeharto yang akibatnya sudah lebih mempertegang
kembali pandangan rakyat negara kita terhadap negara negara penegak demokrasi (sekalipun
demokrasi Barat) yang liberal itu.
10 Januari 1966
Demonstrasi Pemuda Kontra Revolusioner Menyerbu Deparlu
Di bagian di muka sudah saya ceritakan bagaimana kesubukan saya, pergi ke Tokyo mendadak,
untuk mengirimkan surat penting dari Presiden Sukarno yang harus secepatnya disampaikan ke
tangan Fidel Castro di Havana, lalu saya mengirimkan anak saya sendiri, mahasiswa perkapalan
di Tokyo (lalu Osaka), Dias Hanggayudha, ke Havana untuk menyerahkan surat ini
kepada ibunya, Sukendah Hanafi, agar dengan pertolongan Señora Silya Sanchez, disampaikan
langsung ke tangan Fidel Castro. Señora Silya Sanchez yaitu kawan seperjuangan Fidel sejak
zaman puncak gunung Pico Turcuino dan sekarang menjabat Sekretarisnya yang terpercaya.
Saya tidak mau memakai saluran Deparlu untuk kepentingan surat ini . Ada cerita
sampingan yang perlu lebih dahulu diketahui oleh para pembaca yang terhormat.
Di dalam buku yang diberi judul 'Jejak Langkah Pak Harto 1 Oktober 1965 27 Maret 1968
oleh Team manuscript tasi Presiden RI, dengan editor: G. Dwipayana, Nazaruddin Sjamsuddin,
dan penerbit PT Citra Lamtoro Gung Persada, 1991, diuraikan sbb:
Senin, 10 Januari. Pagi ini KAMI mengadakan rapat umum di halaman FK UI, yang juga
dihadiri oleh Komandan RPKAD, Kolonel Sarwo Edhie dan beberapa stafnya. Pada rapat umum
ini untuk pertama kalinya sudah diperkenalkan'Tritura' atau TigaTuntutan Rakyat. Ketiga
Tuntutan Rakyat itu yaitu : 1) Bubarkan PKI; 2) Bersihkan Kabinet dari unsur unsur G30S/PKI;
dan 3). Turunkan harga. Selesai rapat umum, para mahasiswa dengan jaket kuningnya bergerak
menuju Departemen PTIP, dan lalu ke Sekretariat Negara untuk menyampaikan
pernyataan mereka. Sepanjang perjalanan antara kedua tempat ini mereka meneriakkan slo
gan slogan seperti 'Turunkan harga beras!', 'Turunkan harga bensin!', 'Singkirkan menteri
goblok!', dan lain lain.
Lalu, di sini saya mau bertanya kepadaTeam manuscript tasi Presiden RI ini : Mengapa kok
hanya diberkata para mahasiswa dengan jaket kuningnya bergerak menuju Departemen PTIP, dan
lalu ke Sekretariat Negara, namun tidak mau mengatakan bahwa sebelum ke Sekretariat
Negara mereka berbelok dahulu , berdemonstrasi ke Deparlu, memberantaki segala meja dan
lemari lemari dan segala surat surat penting dan kertas kertas kantor Deparlu itu sehingga
bertebaran di jalanan memenuhi Lapangan Pejambon, sebelum sampai bergerak ke Sekretariat
Negara, Malu, sebab biasanya mahasiswa itu orang yang terpelajar, Malu, Apa sebab buku
itu mencatat 'Jejak Langkah Pak Harto dari 1 Otober 1965 27 Maret 1968 ,
Sekarang saya kembali pada pembicaraan subjudul ini di atas. Setibanya di Jakarta kembali
dari Tokyo, esok harinya saya langsung pergi ke Istana Merdeka. Hari itu tanggal l0 Januari
1966. Saya lihat Presiden Sukarno dengan para Deputies: soebandrio , Leimena, Chaerul Saleh,
memberi isyarat kepada saya. Di situ ada juga Duta Besar Pakistan dan Duta Besar Filipina.
Chaerul Saleh yang selalu atent pada saya, langsung berteriak:
Fi, ayo ikut .
Mobil mana, tanyaku.
Mobil mana saja , jawabuya.
Ah , senang hatiku memiliki kawan seperti Chaerul Saleh.
Teringatlah saya, jika tidak lantaran saudara Sidik Kertapati bertemu dengan saya, yang
mengingatkan, jika saya masih sayang sama Chaerul Saleh, jangan biarkan sampai tengah malam ini
di Penjara Gang Tengah itu, sebab kabarnya dia akan di bon oleh Tentara Siliwangi (Kolonel
Kawilarang), dengan alasan akan dipindahkan ke Bandung, akan ditembak mati di tengah jalan.
Saya lalu tidak jadi pergi ke Gang Tengah, semula mau ketemu saudara Setiati Surasto, agen
distributor Mingguan Pancasila yang saya terbithan saat masih diYogyakarta. Saya balik ke
rumah, ambil mobil, terus saya larikan ke istana, bertemu dengan Presiden Presiden Sukarno,
mendesak beliau agar menyelamatkan Chaerul Saleh. Itulah sebabnya mengapa Jaksa Agung
Suprapto segera dipanggil mendadak ke Istana.
Selanjutnya lalu Chaerul Saleh dikirim ke luar negeri untuk studi di Swiss. Ajudan Mayor
Prihatin terheran heran dengan kedatangan saya, dia diperintaLkan untuk membawa bawa Jaksa
Agung Suprapto ke Istana Negara dengan segera. Pikir pikir, untunglah ada jembatan seperti
saya ini, yang menghubungkan sukarno dengan Rakyat Pejuang. peranserta jembatan ini
gerakan gerakan egang sejak zaman Jepang, sampai ke jaman Revolusi, terus sampai sekarang. Lebih baik jadi
kacung Revolusi dibandingkan jadi jendral petak pengkhianat, murtad kepada cita cita bangsaku.
Matahari di Jakarta sama panasnya dengan di Kuba.Tanpa pilih pilih mobil mana yang akan
kunaiki, saya lompat ke dalam sebuah mobil yang paling dekat. Saya tidak tabu mobil siapa, saya
naiki saja. Tak disangka, mobil yang kunaiki yaitu milik Duta Besar Philipina. Mobil Presiden
bersama Menlu soebandrio di dalamnya, Leimena dan Chaerul Saleh, di belakangnya mobil Duta
Besar Pa kistan, dan saya dengan Duta Besar Filipina berada di paling belakang. Saya
memperkenalkan diri, menyalaminya, sambil minta maaf akan kedatangan saya yang
mengganggu itu. No, no, not at all, we are in a situation of a revolution, isn't, , senyumnya
simpatik. Ke mana kami semua pergi, Saya tidak diberitahu tadi akan ke mana,
Ternyata segera lalu semua mobil menuju ke Pejambon, ke Gedung Departemen Luar
Negeri, yang ternyata sudah diserbu, diserang oleh kaum demonstran yang menuntut Gantung
soebandrio , Haji Peking! , sebagaimana nampak pada poster yang tergeletak. namun yang lebih
mengenaskan hati saya, masya'allah, saya lihat isi gedung Deparlu itu diberantaki semoa, meja
meja, lemari lemari, ada yang patah patah dilemparkan di pelataran dan di jalan. manuscript
manuscript , kertas kertas berserakan, bertaburan di mana mana, sampai di seberang jalan, sampai
ke pinggir kali Ciliwung itu.
Kami semua turun dari mobil mengiringi Presiden Sukarno memasuki gedung itu. Tidak bisa lagi
lincah menghindari kertas kertas, surat surat atau manuscript entah apa, dengan terpaksa terinjak di
bawah telapak kaki kami. Malu sekali rasanya, sebab drama itu disaksikan oleh wakil wakil
negeri sahabat, Pakistan dan Filipina dan tentu saja akan segera diketahui oleh wakil wakil
negeri lainnya. Artinya muka Kepala Negara negara kita ditampar tampar secara brutal mentah
mentah di muka dunia oleh pemuda pemuda kesurupan yang tidak menyadari apa sebetulnya
yang mereka lakukan itu.
Tiba tiba Presiden Sukarno memanggil saya, mukanya geram berkata: Hanafi, coba lihat ini,
apa ini jika bukan perbuatan kontra revolusioner,
Tentulah saya tidak bisa lain kecuali menjawab: Ya, betul betul kontra revolusioner . Semua
orang yang menyambut kedatangan kami, umumnya pejabat atau pegawai Deparlu, walaupun
berjarak beberapa langkah, pasti melihat bagaimana wajah Presiden saat itu, dan tentulah
mendengar betul ucapan pertanyaan beliau dan jawaban penegasan saya tadi.
Peristiwa hari itu, ternyata membawa bawa buntut yang panjang, yang melilit dari kaki sampai ke
leher saya.Mulai dari sinilah bisa diketahui mengapa saya secara non konstitusional dan dengan
cara memperkosa aturan dicopot dari jabatan, dan lalu , walaupun jelas ada pihak pihak
yang membolehkan saya pulang dari tempat pembuangan di Paris, ada juga pihak pihak yang
menghambat.
Persis di belakang saya berdiri Kapten Supardjo Rustam. Mataku melirik kepadanya, sesudah
saya berkata Ya , menyambut pertanyaan Presiden tadi. Tampak mukanya geram, mulutnya
mengguman kata kata apa apaan ini . Itu saya ingat sampai sekarang, tidak akan lupa.namun saya
tidak menghiraukan itu. Memang saya tidak terlatih berjiwa mata mata yang mencatat dan
mencurigai segala sesuatu. Sifatku selalu terbuka dan bersangka baik hampir kepada semua
orang. Saya tidak mengetahui apa misi aya Supardjo Rustam di Deparlu. Dahulu, sebelum saya
berangkat ke Kuba, setiap kali saya datang ke istana, saya selalu melihat ada dua orang,
walaupun saya tidak mengetahui apa misi resminya di sana itu. Orang itu Kapten Supardjo Rustam itu,
yang jika menegur, menyapa saya membayangkan sikap samar samar simpatisan Partai Murba,
sebab sepengetahuan saya dia berteman dekat sekali dengan Chaerul Saleh, Sukarni dan Pandu. Yang
seorang lagi yaitu Letnan AURI Moerdiono (sekarang Sekretaris Negara). Kata orang, masih
ada tali hubungan famili dengan sukarno , yaitu kata Pak Hardjowardojo, walaupun saya mengetahui
sifat sukarno mengenai urusan famili itu sekunder . Baginya yang terpenting kebaktian pada
Negara dan Revolusi.Jelas ditambah ya dengan Presiden yang sekarang ini, yang nespotik. Keluarga
nomor satu, negara nomor dua. Terhadap saudara Moerdiono ini saya memiliki sangka baik saja,
saat itu dia masih mahasiswa.
Di sini saya ingin meminjam gurau satirik dari Duta Besar Filipina tadi, kita berada dalam
suasana revolusi . Maaf, saya lupa namanya saat menyalami saya. Dipikir pikir lagi, memang
sungguh tepat ucapannya itu.Walaupun ada saja orang tidak menginsafi tipe apa dan
apakah karakter revolusi yang sedang kita alami itu. Sejak dari masa mudaku, saya hidup
dalam masa revolusi sampai ke puncaknya, Revolusi Nasional Angkatan 45 sampai meningkat
lagi ke Persitiwa 65 dan dari kontra revolusi 1966 sampai ke 1997, sampai sekarang.Yang dahulu
ku alami yalah revolusi dari bawah, meruntuhkan gunung kolonialisme yang menindas rakyat
dan bangsa negara kita tiga setengah abad. namun sejak Oktober 1965 sampai sekarang kontra
revolusinya GESTAPU dan kita berada dalam likunya arus sejarah, yaitu: kontra revolusi dari
atas yang nilai nilai dan cita cita bertolak belakang, langsung bertabrakan dengan nilai nilai
dan cita cita Revolusi Angkatan 45 yang sudah tersimpul dalam Pancasila.
Secara politik di atas pentas sejarah kemerdekaan nasional bangsa negara kita , sudah datang
kembali kolonialisme lama dengan pakaian baru, yang disebut oleh sukarno sebagai neo
kolonialisme, yang arti kongkritnya yaitu penjajahan negara kita oleh bangsa negara kita sendiri.
Sebab kolonialisme tidak mengenal kebangsaan! Itulah feno mena yang paling hakiki dari
naiknya Soeharto di balik kata pem bangunan yang gemerlapan selama 30 tahun itu. Tidak
usahlah saya mencupliki lagi satu per satu bulu bulu raksasanya moneter pembangunan itu
yang laksana Raksasa Dasamuka kelaparan meng hentak hentakkan kakinya dan mengkibas
kibaskan tangannya di seluruh aspek kehidupan dan kekayaan tanah air negara kita . Semna
struktur kepribadian nasional yang memiliki kesaktian hidup tak akan mati, tak akan hancur lebur
selama ada bangsa negara kita di dunia ini.
Undang Undang Dasar 1945 dan Pancasila, itu yaitu hasil puncak yang terpuncak dibandingkan
jeritan manusia selama berabad abad dalam mencari keadilan dan kemakmuran hidup berperi
kemanusian di dunia kita ini. Sejak dari Tiongkok, Mesir dan Babylonia, 50 abad sebelumJesus
Christus (B.C.), sampai ke zaman Yunani (Griek) di abad ke 8 (B.C.), di mana lahir Republik
yang pertama di dunia dengan pujangga pujangganya seperti Herodotus dan Thucydides,
Socrates, Plato dan Aristoteles, sampai ke Roma pada zaman Agustinus yang melahirkan corpus
juris civilis (lembaga hukum civil) 527 565 B.C., hal mana yaitu sumbangan yang terpenting
dari zaman Romawi Raya itu. lalu langkah sejarah berderap terus sampai ke zaman Magna
Carta yang menentang despotisme Inggris di mana King John (1275) yang mencantumkan no
freeman might be arrested, imprisoned or punished in any way, except after a trial by his equals
and in accordance with the Law of the Land (Tidak boleh ada orang (rakyat) bebas dipenjarakan
atau dihukum dalam kondisi bagaimanapun juga, kecuali sesudah melalui Pengadilan yang
dilakukan oleh orang setingkat dengannya dan sesuai dengan Perundang undangan
Negeri). Sejarah lalu menggenggam terus di tangannya Magna Carta itu sampai ke dalam
Parlemen yang pertama di dunia, di zamannya Dinasti Tudor, sekalipun namannya Absolutisme
(1603 1714). Parlemen Inggris dengan Magna Carta itu lalu menjadi lebih maju lagi di
zamannya Revolusi Besar King Charles II (1660 1685), di mana rakyat Inggris menghendaki
tetap adanya Raja, namun menghendaki Rajanya itu memerintah di bawah advisnya Parlemen ,
lahirlah Habeas Corpus pada tahun 1679. Para ahli hukam kita tentulah tidak bisa
mengesampingkan makna Magna Carta dan Habeas Cor pus Act itu, yang intisarinya juga
tertuang di dalam UUD '45 kita. Sebelumnya Pembukaan Declaration of Independence Amerika
4 Juli 1776 menyatakan bahwa gabungan koloni koloni berhak bebas dan menjadi negara
berdaulat. Jiwa Magna Carta dan Habeas Corpus Act itu lalu tertampung juga di dalam
Parole nya Revolusi Prancis: Liberté, Egalité, Fraternité. Sejarah maju terus, namun di negara kita
dibuat munduuuur!
Tuan tuan ahli hukum di negara kita , mengapakah semua orang, semua elemen yang tersangkut
langsung atau tidak langsung dengan Peristiwa G30S (GESTAPU/PKI) tidak diusut dan dibawa
ke Sidang Pengadilan, hanya Presiden Sukarno saja yang dicecer, sedang LetnanJendral
Soeharto yang tersangkut langsung dan tidak langsung tidak diutik utik. Dan satu juta jiwa
rakyat yang tidak bersalah dijadikan korban pembantaian tanpa diusut dan dibawa ke
Pengadilan, Siapa sutradara siapa aktor peranserta utamanya yang pertama tama dari drama
holocaust itu, Akh, wahai, alma mater.... Itukah nasibmu di negara kita , Saya khawatir
harimaunya arwah Montesqieu denganTrias Politicanya akan mengerekah kepala kepala ahli
hukum kita di negara kita . Mudah mudahan tidak, Insya Allah.
Sebab, ilmu dasar negara sojak zaman Renaissance (abad XIV) mengajarkan: Politik yaitu
Panglima. Mulai dari zaman Renais sance feodalisme diruntuhkan, kepalanya Demokrasi mulai
muncul, lahir dari dalam perut gendut penindasan feodalisme, dan bayi Demokrasi itu dibuai
buai dan disayang ditimang oleh rakyat rakyat yang tertindas di bawah kaum feodal: Milan, Pisa,
Genoa, Florence, Venesia dan lain lain bergerak memberontak mencampakkan penindasan
feodalisme yang bertengger di atas bahunya. Ya, itulah yang menandai kelahirannya kembali
Demokrasi, seperti pertam kali ia pernah mahir di zaman Yunani Kuno.
namun , di negara kita , tanahairku, sejak 1965 panglima panglimalah, dalam fakta dan secara
harfiah menguasai politik, bukan lagi kaum ilmuwan dan kaum pergerakan . jika kaum militer
yang berkuasa, senjatanya bukan lagi logika dan dialog, namun senapan dan bayonet. Lembaga
lembaga kenegaraan dari suatu Republik, lembaga lembaga eksekutif, legistatif, yudikatif
ditundukkan kepada senapan dan bayonet. Itulah dia pemerintahan Republik negara kita sejak
tahun 1965 sampai sekarang. Kepada kawan kawanku pejuang Angkatan 45 yang sudah
memberikan pengorbanan penuh pada Republik Proklamasi 17 8 45 dan Angkatan Muda
penerusnya (bukan apa yang disebut Angkatan 66 yang sudah kesasar, sesat di jalan itu!),
baiklah merenungkan kembali semuanya itu.
Peristiwa disebut dan dikacau balaukannya seluruh isi Deparlu (Kementerian Luar Negeri) yang
diceritakan di atas tadi, yang dikatakan oleh sukarno sebagai suatu perbuatan kontra
revolusioner , merupakan tembakan salvo bagi demonstrasi demonstrasi brutal yang
menyusul beberapa hari lalu oleh organisasi pemuda KAMI dan KAPPI.
Sialan banget saya, sebab yang membentuk KAMI/KAPPI itu yaitu Brigjen Dr. Sjarif
Thayeb, Menteri PTIP yang saya kenal baik sejak di sekitar hari hari Proklamasi 17 Agustus
1945. Saya turut mengusulkan dia menjadi anggota KNIP bersama Adam Malik, dan isteri saya
Sukendah, bekas Ketua Lembaga PUTRI, sebagai wakil wakil dari Pemuda Menteng 31. saat
itu dia belum menjadi dokter, masih mahasiswa di Ika Daigaku (sekarang kedokteran U.l.). Saya
mengusulkan Sjarif Thayeb, sebab saya merasa berhutang budi pada ayahnya, Bapak Tengku
Thayeb (Kepala Penjara Bukit Duri) yang membantu kami keluar dari penjara ini . Hal ini
saya uraikan dalam buku Menteng 31: Membangun Jembatan Dua Angkatan .
Saya lanjutkan sedikit cerita kesialan saya tadi. saat saya akan kembali ke Kuba pada akhir
bulan Januari 1966, saya singgah di rumah Dr. Sjarif Thayeb guna berpamitan dan mau
menanyakan jika jika ada sesuatu yang bisa saya bawakan untuk kakaknya , Mr. Ismail
Thayeb, Duta Besar di Mexico. Apalagi mengingat Sjarif itu dokter keluarga saya. namun Sjarif
tidak berani keluar menerima saya. Sesudah agak lama saya menunggu, isterinyalah yang datang
menemui saya, sambil minta maaf, mengatakan bahwa suaminya masih tidur, sebab tadi
tengah malam sampai laat, di rumah itu ramai sekali dengan pemuda pemuda, membentuk organisasi
KAMI dan KAPPI. Jadi sepengetahuan saya, organisasi KAMI dan KAPPI resminya baru dibentuk di
bulan Januari 1966, sedang demonstrasi demonstrasi yang berlangsung sesudah terjadinya
demonstrasi ke Kementerian Luar Negeri itu baru di atas namakan pemuda pemuda dan
mahasiswa saja. Demikian, jika saya tidak salah.
Di dalam buku Bayang bayang PKI yang disusun secara baik dan rinci oleh Goenawan
Mohamad (1995), disebutkan bahwa KAMI dibentuk akhir Oktober 1965. Mungkin juga
itulah yang betul. namun saat itu saya belum datang dari Kuba.
Dr. Sjarif Thayeb dan Kemal Idris memang bersahabat, keduanya saya kenal. Mereka sama sama
TNI dari Divisi Siliwangi. Kemal Idris memang boleh dikata beroepsmiliter, seorang tentara
profesional. Dia berasal dari PETA. sedang Dokter Sjarif Thayeb seorang dokter Tentara, di
samping itu buka praktek partikelir di Jalan Kwitang, sesudah saya kembali dari Yogya.
Andaikata saya seorang Panglima, tanpa ragu ragu saya anggap patut Kemal ini diangkat
menjadi Kepala Staf sebab rasa disiplinnya kuat, bukan saja pada anak buahnya, juga terhadap
dirinya sendiri. Dan dia memiliki watak pemberani. Saya kenal saudara Kemal Idris saat saya
dan Pak Haji Agus Salim bekerja sebagai Penasihat di kantor Gunseikanbu Shidobu, di Jalan
Budi Kemuliaan. Di situ bekerja juga para Shodanco Zulkifli Lubis, Kemal Idris, Daantje Mogot,
dan Otto Djajasuntara. namun saat itu (sebelum Proklamasi) sudah tampak sifat dan watak
militernya memang, dari Kemal Idris dan Daantje Mogot. Mogot korban pertempuran pertama,
betul betul bertempur waktu melucuti Jepang di Tangerang, di sekitar hari hari sesudah
Proklamasi Kemerdekaan. Pada Hari Proklamasi 17 Agustus 1945, saya teringat kepada Kemal
Idris, saya lari ke kantornya dan menyerahkan padanya satu lembar stensilan Proklamasi
kepadanya untuk memberitahukan bahwa kita sudah Merdeka. Kertas itu diterima dengan
terkejut. Ah, ini mesti dilaporkan pada Chudancho , katanya bergegas masuk ke dalam. Tentu
saja saya segera hengkang dari tempat itu. jika itu bukan tandanya kuat berdisiplin pada
bossnya, apalagi itu namanya. Padahal situasi sudah berganti rupa.
Sesudah itu saya tidak bertemu lagi dengan Sjarif Thayeb dan Kemal Idris. Baru saat terjadi
apa yang disebut percobaan kudeta Nasution pada tanggal 17 Oktober 1952 saya lihat dan saya
bertemu dengan mereka berdua itu di Istana Merdeka. Langsung saya menanyakan pada Sjarif:
Sjarif; ini apa apaan ini,
Dia nyengir nyengir tertawa: Mau menegakkan demokrasi, bung .
Tukasku: Apa itu tank tank dengan mulut meriam mengarah ke istana itu maunya demokrasi, .
namun untuk mengetahui hal yang sebetulnya bacalah buku Manai Sophian. sepengetahuan saya, Sjarif Thayeb
dan Kemal Idris pada dasarnya tidak anti Sukarno, namun anti PKI memang. kakak Sjarif,
komunis, sejak dari zaman CPN di negeri Belanda, Ir. Tahir Thayeb. Lainnya tidak. Saya kenal
semua, sampai ke adiknya Muchtar Thayeb. Sekarang, sesudah meledaknya pemberontakan
GESTAPU, mereka berdua (Sjarif Thayeb dan Kemal Idris) itu muncul lagi untuk
bekolaborasi .Yang satu dahulu sebagai Mayor, sekarang sebagai Brigjen, yang satu lagi
mengendalikan pemuda dan mahasiswa sebagai tombak perjuangan. Satu mengendalikan
RPKAD sebagai stoot troop perjuangan Orde Baru yang ternyata sekarang melemparkan
Demokrasi ke tanah mencium debu, walaupun di make up dengan nama Demokrasi Pancasila,
yang lebih koprot (rotte kop!) dari Demokrasi Terpimpin yang diejeknya dahulu itu.
namun jika kita singgung istilah politik Demokrasi itu, maka hukum dialektika berlaku
terhadapnya. Demokrasi dari siapa dan untuk siapa, Demokrasi Terpimpin yaitu demokrasi
dari sukarno , Pemimpin Besar Revolusi untuk cita cita Revolusi Agustus 1945.
sedang Demokrasi Pancasila yaitu demokrasi untuk menjamin investasi kapital asing
demi kelangsungan metode pembangunan ..Ã la Orde Baru, yang memiliki dampak memicu semua
jadi serba semu pura pura. Kenakanlah pada UUD'45, pada Pancasila, pada DPR, pada MPR dan
pada apalagi dan pada apa saja. saat saudara Hasjim Ning (sekarang almarhum) menemui
saya di Paris dengan seakan akan minta maaf, menumpahkan segala penyesalan dan
kekecewaannya sebab atas desakanJendral Soeharto, sudah ambil bagian dalam menjatuhkan
sukarno , ia berkata: Ya, Bung Hanafi, sekarang jadinya sudah begini, seperti ORFAL yang
mengongkosi perjalanan saya ini, semuanya semu, kelir Orfal, pura pura hitam bukan hitam,
pura pura putih bukan putih. Fiat dan General Motor, hasil ambil alih kita dahulu , nasionalisasi kita
dahulu , bukan memiliki saya lagi, semuanya jatuh ke Cina.
Kasihan Hasyim Ning itu, semoga arwahnya diterima baik oleh Tuhan. Hasyim Ning dan
Dasaad, pengusaha nasional kita, apalagi Dasaad, memang pengusaha yang ulet. Ditemani oleh
Dasaad itulah, Hasjim Ning menghadap kepada sukarno beberapa jam sebelum kedatangan
tiga Brigjen:Amir Mahmud, Jusuf dan Basuki Rachmat. Mereka datang untuk mendesak Bung
Karno agar memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada Jendral Soeharto. Hasjim Ning dan
Dasaad sudah dibujuk bujuk oleh Brigjen Alamsjah Ratu Prawira Negara, asal sedaerah dengan
saya, Sumatra Selatan Jemo Baturaje) agar pergi ke Bogor ngelesin sukarno agar
menyerahkan kekuasaan yang lebih besar kepada Letnan Jendral Soeharto. Alamsjah saat itu
menjaba tAsisten Keuangan Angkatan Darat, sejak semula sudah anti Sukarno sebab terbawa
arus Dewan Garuda sampai terbawa bawa ke PRRI/Permesta. saat pada tabun 1957, saya
menjadi Menteri Kabinet Karya Djuanda, Kang Djuanda sebagai Perdana Menteri, menyarankan
agar saya pergi ke Palembang guna memperingatkan Kolonel Barlian (masih kemenakan saya,
sebab kawin dengan kemenakan saya puteri Demang Bachsir dari Manna Bengkulu) agar
jangan terpancing ikut ikutan Dewan Banteng di Sumatra Barat yang mau menentang
Pemerintah Pusat.
Saya peringatkan: Jangan terpancing oleh siasat Kolonel Zulkifli Lubis itu. Zulkifli Lubis itu
orang berdosa, dahulu dia kami tangkap, sekap di Menteng 31 sebab dia menjadi anggota Kipas
Hitam (intel Jepang). Untuk menyelamatkannya saya serahkan pada sukarno di
PengangsaanTimur 56, dan oleh sukarno diserahlc~n kepada Amir Sjarifudin, Menteri
Penerangan yang menyelamatkannya juga dengan mengirimkarmya keYogya untuk mendirikan
P.M.C. (Polisi Militer Chusus). Kok sekarang dia menentang sukarno , ini 'kan berdosa
namanya! Dan Pemerintah Pusat pasti akan meng hancurkan setiap pergerakan separatis, walaupun
memakai nama segala macam binatang! Saya nasihati demikian juga saudara saya Major
Marzaki, yang menjadi Komandan CPM.
Uraian di atas yaitu percakapan saya dengan saudara Hasjim Ning saat dia datang
mengunjungi saya ke Paris. sebetulnya kedatangan Hasjim Ning itu menyatakan penyesalannya
yang tak terhingga kepada saya atas perbuatannya pergi ke Bogor membujuk bujuk sukarno
itu. Dia teman saya, saya mengetahui , saat sukarno di Bengkulu, saya kenal dengan ayahaya, Pak
Ning, yang datang ke rumah sukarno menghadiahkan sebuah sepeda Fongers kepada Bung
Karno. lalu Hasjim Ning diam diam mengeluarkan dua check blok yang masing masing
berisi 10 lembar, sesudah ditekennya, dia menyuruh saya meneken juga .
Apa ini, dan untuk apa ini, tanyaku.
Teken saja. Masa' sudah lupa meneken check, Seluruhnya 10.000 US dollar.
Ini untuk bikin selamatan mendoakan pemimpin kita sukarno , kata Hasjim. Itulah
pertemnan saya dengan Hasjim Ning selama saya dalam pembuangan di Paris yang pertama kali,
namun juga yang terakhir. Dia meninggal lebih dahulu . Inna lillahi wa Inna Ilaihi Roji'un!
Dibanding dengan Sjarif Thayeb dan Kemal Idris, lain lagi Kapten Murtono, yang di awal Orde
Baru menjabat Ketua DPR. Hebat! Kapten, asal PESINDO Madinn ini, turut duduk bersama
kami dalam Dewan Harian Angkatan 45, mewakiliJendral A.H. Nasution. Sekali kami
mengadakan rapat Dewan Harian Angkatan 45 di rumah saya, Jalan Madura No. 5, dalam rangka
mempersiapkan Musyawarah Besar Angkatan 45 (Mubes ke II), 19 Desember 1953. hadir pula di
antara lainnya Chaerul Saleh, A.M. Hanafi, Harjoto Judoatmodjo, Bambang Suprapto, Sudisman,
Pandu Kartawiguna, Moh. Imamsjafi'ie (Bang Piti) dan Amir Murtono. Dia datang lebih dahulu
dari saya. Dalam omong omong dengan saya, tiba tiba nyeletuk: Jangan Bung kira tidak ada
orang lain bisa jadi Presiden . Sekarang saya~terpikir kembali, mestinya saya tanggapi baik baik
ucapan yang loncat dari mulutnya itu, namun saat itu saya terlalu percaya tidak mungkin ada
orang yang bisa menggantikan sukarno dengan segala kwalitasnya sebagai Pemimpin Besar
Revolusi. Ucapan tadi saya anggap angin lalu saja, atau sinting.
Ternyata dia itu yaitu salah satu kapal selam di bawah lautan era Sukarno. Itulah ditambah ya
dengan Sjarif Thayeb dan Kemal Idris, yang gerakan gerakan andang dalam perumpamaan sebagai kapal
penjelajah yang penting, hebat, membukakan pintu gerbang bagi Orde Baru.
sebetulnya nama Orde Baru itu tidak orisinil negara kita , namun jiplakan dari O Estado Novo
dari Getulio Vargas, Presiden/Diktator fasis Brazilia, yang dengan licik dan licin sudah
menegakkan Orde Baru pada tahun 1937. Dia membubarkan Partai Fasis Brazilia, namun
mengangkat dirinya sendiri menjadi Presiden yang fasistis, Presiden yang tidak mau terikat oleh
partai politik. Carilah sendiri di mana persamaannya dalam segala metode dan taktiknya pada
Presiden Soeharto dengan Orde Baru negara kita . Saya mau tutup bagian ini dengan pernyataan bahwa saya tidak memiliki rasa dendam pada mereka
itu, sebab dipimpin oleh kesadaran bahwa di dalam perjalanan hidupnya, manusia bisa kadang
kadang tersesat di jalan tanpa diinsafinya, sebagai akibat bertabrakannya secara immanent dua
pola pandangan hidup yang antagonis antara kerakyatan dan non kerakyatan di ladang
kerezekian hidup masyarakat.
Di Atas Jembatan Gantung
jika badan dan umur sudah menjadi tua, bagaikan matahari yang dari
pantai kelihatan pada sore hari akan terbenam ke lautan, banyaklah kenangan
di masa silam muncul kembali dari dalam ingatan.
Teringat saya akan masa saya masih bocah, belum masuk ke sekolah dasar,
di desa kelahiran saya di Marga Ulu Talo. Di atas sebuah anak sungai,
tergantung sebuah jembatan gantung yang dibuat oleh penduduk dari tali ijuk
dan potongan bambu yang tersusun susun, yang dapat dipakai orang untuk
menyeberangi jurang kecil itu, jika tanpa membawa bawa barang yang berat
berat. namun pernah beberapa kali, di kala hujan lebat beberapa hari tak
berhenti, jembatan itu menjadi terputus dan hanyut oleh air kali kecil yang
berubah menjadi air sungai yang besar dan membanjir. Namun sebab itu
merupakan kebutuhan hidup bersama, orang dusun pun bergotong royong
memicu lagi jembatan gantung yang baru dan lebih diperkuat, walaupun
tidak akan sekuat jembatan model Bailey yang betul betul. jika orang
berjalan di atas jembatan gantung itu, mesti berjalan pelahan lahan,
mengikuti ritme ayunan jembatan agar tidak terjatuh. Saya dengan anak anak
sekampung suka juga bermain main dengan ayunan jembatan itu.
Sesudah terjadi peristiwa demonstrasi pemuda mahasiswa yang merangsek
ke dalam pekarangan Istana Bogor pada l5 Januari 1966, saat sedang
berlangsung Sidang Kabinet yang diperluas, saya jadi sentimental, terkenang
akan jembatan gantung di kampungku di masa kanak kanak. kondisi di
Jakarta tambah kacau, demonstrasi hampir terjadi setiap hari dan bertambah
galak. Aksi aksi penggembosan mobil yang dilakukan di jalanan
menghambat lalu lintas. Polisi penjaga keamanan lalu lintas menjadi
kewalahan, juga menjadi takut, takut dicap GESTAPU, dan GESTAPU itu
di identikkan dengan komunis. Sebuah kabar tersiar, yang mengatakan
sudah ada empat orang Pemuda Rakyat di tanah abang yang ditemukan
orang tergantung mati di pohon . Sudah ada poster yang menuntut Gantung
D.N.Aidit dan konco konconya! , Bubarkan PKI! dan lain sebagainya.
Mewaspadai kondisi situasi yang tambah meningkat hangat dan kacau itu,
saya terkenang kembali pada jembatan gantung dari bambu dan tali ijuk atau
tali akar rambat di kampungku ini di atas. Saya sudah waspada akan ada
bencana banjir datang mengamuk. Saya, sukarno dan Chaerul Saleh dan
semua kaum Sukarnois akan dihanyutkannya ke lautan sejarah, jika tidak
cepat berlalu ke seberang dari jembatan gantung itu. Jembatan gantung itu
dalam fantasiku adakan political solution yang sudah saya usulkan: Redress
semua partai politik, lalu bangunkan kembali, tanpa PKI .Tegasnya
ialah pembubaran PEtI. PKI sudah menjadi kartu mati . Dua sayap dari
Rajawali Nasakom sudah patah, kebrangesan di kuali subversi Nekolim:
golongan A dan Kom.Ternyata A.Yani benar, mestinya jangan nasakom, namun
nasasos! sedang golongan nas terjangkit penyakit anemia, kekurangan
darah.
Saya mewaspadai, bahwa situasi yang kacau itu tidak mungkin terjadi tanpa
dihasut dan dibacking oleh tentara yang de facto sudah kuasai oleh Letjen
Soeharto. sedang Menko Menpangad Jendral A.H. Nasution olehnya
sudah dikepinggirkan sejak kejadian 1 Oktober 1965, een brutale
overrompeling, tindakan dadakan yang kurang ajar.
Dalam ilmu strategi peperang an modern, sebelum serangan umum
dilancarkan, serangan psywar (perang urat syaraf) digerakkan terlebih
dahulu. Psywar itu sudah bertambah luas sejak 1 Oktober 1965, meningkat
ke demonstrasi Depadu, meningkat lagi ke demonstrasi di Istana Bogor dan
dikembangkan, diperluas dengan berbagai isu yang serem serem. sedang
di daerah daerah diJawa Tengah, di Jawa Timur, di Bali dan di Sumatra
Utara dan lain lain di luar Ibu KotaJakarta berlangsung pembunuhan kejam
dan bengis terhadap satu juta rakyat yang dituduh komunis yang dituduh
berinindikasi PKI dan lain sebagainya. Semua itu mengingatkan kita pada
kejadian dan cara cara Nazi Hitler saat melaksanakan pembunuhan kaum
Yahudi di masa perang Dunia ke lI. namun ternyata cara mereka yang kena
hasut anti komunis dan GESTAPU itu lebih biadab dalam melampiaskan
dendam kesumatnya. Offensif psywar menggasak otak dan pikiran orang,
oer instinct orang yang bersifat kebinatangan itu dihidup hidupkan dan
diarahkan ke tujuannya, balas dendam kepada GESTAPU/PKI yang
membunuh jendral jendral DewanJendral, tanpa ada kecurigaan .... Mengapa
masih ada satu jendral yang direservir tidak dibunuh juga,
Pertanyaan inilah yang akan saya berikan jawaban dan penjelasannya di
dalam buku ini.
Sementara itu di dalam beberapa pasal atau bagian saya sudah mulai
singgung ke arah maksud ini . Begitu juga selanjutnya.
Tidak ada sesuatu apapun yang ampuh, yang kebal, yang invul nerable
terhadap serangan, aksi dan kampanye psywar dari politik kaum neo
kolonialisme. Baik partai partai, organisasi organisasi sosial, organisasi
keagamaan, atau pun kebudayaan, sekalipun Angkatan Bersenjata yang solid
hierarkinya, juga tidak bisa tidak ditembus oleh serangan psywar yang
beraksi laksana virus yang tidak kelihatan.Yang hanya bisa bertahan dan
kebal menahan serangan itu hanya senjata ideologi nasional yang tajam dan
setiap waktu diasah oleh pemimpin partainya atau organisasinya yang cakap,
arif dan bijaksana. Dus, jadinya ideologi nasional kontra ideologi kolonial,
kolonial baru atau Nekolim. Dus, soal politik! Persoalan tetap berada di situ,
bergerak namun tidak berubah, itulah fenomena dialektika sejarah sejak dahulu
kala, sojak masyarakat mengenal kebangsaan etc. etc.
Bangsa negara kita beruntung memiliki Pemimpin Nasional seperti Bung
Karno. namun sayangnya tidak semua, tidak banyak yang bisa menginsafi arti
penting beliau itu di dalam perkembangan hidup kebangsaan kita. Sebabnya
kembali pada kurang mendalamnya kesadaran nasional yang larrgsung
bersangkut paut juga dengan kondisi perkembangan internasional. Masing
masing partai politik di negeri kita memiliki kelemahan sendiri sendiri, masing
masing memiliki kelemahan yang berakar jauh di dalam bumi masyarakat kita
sendiri, yang langsung menyangkut masalah pokok: ideologi dan Organisasi.
Hal hal ini di atas merupakan problem problem yang dimintakan
dengan sangat, diharapkan dengan sangat agar menjadi perhatian bagi
generasi penerus perjuangan cita cita Proklamasi!
Dua hari sesudah terjadi Sidang Kabinet di Istana Bogor, yang dikepung oleh
demonstrasi pemuda KAMI dan KAPPI seperti sudah diuraikan di atas, saya
menghadapi dua persoalan penting yang mendesak saya agar kembali ke pos
saya di Kuba.
Pertama, kawat sandi dari Sekretaris KBRI Mohamad Hatta, yang meminta
saya segera pulang oleh sebab Sekretaris II Keuangan, saudara Rustamadji,
tidak bisa mengambil uang dari Bank di Mexico, sebab memerlukan contra
sign dari saya sebagai Duta Besar. Peraturan bahwa Duta Besar sendiri, atau
Sekretaris Keuangan tidak boleh mengambil dan mengeluarkan keuangan
sendiri sendiri itu mulai dikeluarkan di masa Kabinet KaryaJuanda ke I,
saat saya menjadi Menteri. Keputusan itu diambil berdasar pengalaman di
masa Pemberontakan PRRI/Permesta, saat Mr. Rasjid sebagai Duta Besar
R.I. di Roma membawa bawa lari uang untuk pembelian kapal kapal dari
Yugoslavia.
Kedua, saya menerima tilpon dari isteri saya di Havana, mendesak agar saya
segera pulang , sebab sudah terjadi pencemaran nama sukarno di sekitar
hari hari bersidangnya Konferensi Tricontinental, mengenai adanya tulisan
berupa artikel yang dimuat di surat kabar Juventud Rebelde dan Granma.
Mengingat bahwa kedua surat kabar ini berhubungan langsung dengan
Pemerintah Kuba, hal mana berarti sudah merusak keserasian hubungan
diplomatik antara R.l. dengan Republik Kuba yang sudah kita bina dengan
segala usaha persahabatan dari kedua belah pihak selama ini. Hal itu
disambungkan oleh adanya keterangan yang tidak benar, tidak obyektif
mengenai Persitiwa GESTAPU dari orang negara kita yang datang dari
Mesir dan Peking yang menyebut dirinya Delegasi negara kita untuk
Konferensi Tricontinental. sedang Delegasi yang dikirim oleh Bung
Karno langsung dari Jakarta, yang diketuai oleh Brigjen Latief
Hendraningrat, sampai tidak diterima. Hal ini sudah saya uraikan jelas di
bagian yang terdahulu.
Maka pergilah saya menghadap Presiden Sukarno di Istana Merdeka untuk
menjelaskan apa yang sudah terjadi di Havana sementara saya berada di
Jakarta. Saya minta agar sukarno memperkenankan saya pulang dahulu ke
Kuba guna memperbaiki salah pengertian di pihak Kuba atas situasi yang
terjadi,yaitu bahwa Presiden Sukarno, sesuai dengan harapan pribadi Fidel
Castro di dalam suratnya, sudah dan sedang terus berusaha sedapat dapatnya
menegakkan kembali wibawanya, mengatasi kemelut hebat yang sedang
menimpa negara R.T. dan bangsa negara kita . Dan bahwa sukarno
tidaklah berpangku tangan atas pembantaian satu juta rakyat, seperti berita
palsu yang sampai di Havana. sukarno mengizinkan, sebab beliau
memaklumi akan misi kewajiban yang saya pikul, namun minta dengan
sangat agar saya segera kembali ke Jakarta lagi untuk menerima
pengangkatan sebagai MayorJendral Tituler, sesuai dengan Amanat Panglima
AchmadYani sebelum wafat menjadi korban GESTAPU.
Mendengar keputusan sukarno sebagai Presiden/Panglima Tertinggi
ABRI itu, hati saya menjadi sangat terharu.Terasa benar padaku di dalam
hati, bahwa beliau itu kehilangan kawan untuk dijadikan teman dalam
menghadapi situasi yang begitu gawat dan kehilangan Panglima A.Yani, di
mana sebetulnya saya bisa menjadi teman temanya dalam kondisi dan situasi
seperti itu. Apalagi kemarin, hari Minggu 16 Januari, atas desakan Letjen
Soeharto tentu saja, ABRI sudah melarang pembentukan Barisan Sukarno.
Lihatlah, apakah itu bukan tantangan brutal, creeping coup d'etat dari
Soeharto, ! Sebelum sukarno memberikan keputusannya seperti di atas
ini , saya sudah memakai kesempatan mengemakakan kemasyang ulan
saya (jika tidak bisa dikatakan penyesalan atau kejengkelan hati saya)
mengapa beliau di dalam Sidang Kabinet di Istana Bogor pada tanggal 15
Januari, yaitu dua hari yang lalu, tidak juga mengumumkan political solution
beliau sendiri, baik memodulir usul saya itu atau tidak, namun pokoknya,
mengumumkan pemecahan yang bersangkutan dengan pembubaran PKI,
Sebab bagi saya, sebagai seorang Marhaenis revolusioner yang tumbuh dari
pemuda pejuang radikal, melihat pada PKI sebagai satu partai pelopor yang
sudah melakukan kesalahan politik yang amat besar, yang tidak mungkin
diperbaiki oleh dirinya sendiri lagi, jika tidak ada sejarah baru dan angkatan
pemuda yang baru juga . Dengan tidak melupakan GESTAPU sebagai akibat
provokasi Nekolim, PKI itu prakteknya sudah mati bunuh diri, oleh
sebab nya secara formal harus dibubarkan. Bagi saya, efek pembubarannya
itu yang penting, penting bagi sukarno sebagai Kepala Negara, sebagai
Presiden agar bisa melangkah maju ke depan, ke seberang sana, dibandingkan kita
mandek, umpama kata, kita terayun ayun di sebuah jembatan gantung yang
tidak sekuat bailey bridge yang sukarno sendiri pernah ajarkan pada saya
dahulu .
Ya, saya mengerti , kata sukarno , pandangan politik dan siasatmu,
Hanafi. namun sebagaimana sudah saya katakan saya memerlukan kondisi
tenang, stop dahulu rongrongan demonstrasi demonstrasi itu, agar tindakan
kebijaksanaan bisa keluar dari Presidennya sendiri, tidak sebab terdesak
oleh demonstrasi .
Bung ... , saya berkata, jika tergantung sama saya, sekarang juga akan
saya stop. namun yang menggerakkan demonstrasi demonstrasi itu ialah
KOSTRAD, antara lain buktinya demonstrasi yang mau menerjang Sidang
Kabinet di Istana Bogor tanggal 15 Januari, beberapa hari yang lalu. Dan
,KOSTRAD itu ialah Soeharto.
Siapa itu Letjen Soeharto, Dia sebetulnya yaitu orang dari GESTAPU itu
sendiri, yang memberi greenlight kepada Abdul Latief untuk bergerak di
tengah malam hari 30 September untuk membunuh Jendral Yani dan jendral jendral
lainnya, anggota apa yang disebutnya 'Dewan Jendral' itu. Dan yang
kemutlian segera dia 'berlagak' seperti tidak mengetahui apa apa, seperti tidak
campur tangan sama sekali, lalu pagi pagi sekali tanggal 1 Oktober berbalik
menggasak orang GESTAPU itu, padahal yang sebetulnya dia kenali
semua dan mengetahui semua rencananya.Teman temannya orang
GESTAPU, lalu berteriak 'maling teriak maling' siapa lagi yang
dimaksudkannya jika bukan Letjen Soeharto itu, Mereka itu belum berani
atau tidak berani berterus terang menunjuk hidung Soeharto, sebab mengira
dan mengharap bahwa Letjen Soeharto akan masih memiliki moral dan
setiakawan terhadap kawan komplotannya GESTAPU itu. Itulah kegoblokan
mereka itu.Tentu saja sia sia. Nanti jika Latief di Mahmilusukarno an, saya
ingin mengetahui , apakah dia masih memiliki 'nyali', keberanian untuk bicara terus
terang mengenai persekongkolan Letjen Soeharto dengan mereka GESTAPU
itu, Saya kira sekarang cukup jelas bagi sukarno sementara ini. Ataukah
Bung akan masih mengira Soeharto akan tetap setia pada Bung, jika
Soeharto akan tetap menjunjung Presiden dan Panglima Tertingginya, saya
akan bantu dia sepenuhnya. Sikap saya selanjutnya bagaimana sikap
Soeharto terhadap Presiden Sukarno! Bersetia kepada sukarno yaitu
sikap seorang Republiken.
Kembali pada soal pembubaran PKI, saya berpendapat sebaiknyalah Bung
Karno melalui rapat mufakat dengan semua Partai Politik dan ABRI
bersama sama, mempositifkan keputusan itu yang memang yaitu wewenang
Kepala Negara, sesuai dengan UUD'45. Semua partai partai politik
dibubarkan atau lebih tepat dibenahi (redress) untuk beberapa bulan saja,
lalu dibangun kembali, kecuali PKI. Situasi Nasional dan internasional
biasanya tidak memperkenankan lagi adanya PKI. Adanya PKI di
masa ini, oleh sebab Peristiwa GESTAmemiliki itu, memicu sukarno
sudah langsung berhadapan (berkonfrontasi) dengan ABRI. Untuk bisa
keluar dari tragedi yang gawat ini, tidak ada jalan lain keculi melalui
PEMBUBARAN PKI.
sukarno berpendapat: namun kita akan mengadakan CONEFO pada bulan
Oktober 1966 yang akan datang ini. Kamu sudah mendengar laporan Brigjen
Suprayogi, bahwa Gedung CONEFO itu akan segera selesai memerlukan
biaya hanya dua ratus ribu dol lar lagi. Pembubaran PKI sekarang akan
memicu effek politically tidak menguntungkan bagi Republik Indonesia
sebagai tuan rumah .
sukarno tampak masyang ul. Saya pun terdiam. Pikiran di kepalaku cepat
berputar. Dalam hatiku, biar pun sukarno akan menjadi marah pada saya,
namun apa yang terfikir pada saya, harus saya katakan kepadanya sekarang.
sukarno , saya mohon maaf, jika saya ini 'kurang ajar', sebab saya
terfikir bahwa kondisi situasi gawat sekarang ini, sebab pokokuya ialah
subversi Nekolim, yang memicu PKI terjerumus ke dalam provokasinya,
yaitu GESTAPU. Sudah pasti salah satu di antara lain lain tujuan Nekolim
itu mencogah berlangsungnya CONEFO. Oleh sebab itu saya heran betul,
kok Aidit, jika ia masih waras, mengapa menjadi sombong beravontur
dengan Biro Khusus GESTAmemiliki Syam Kamaruzaman. Resikonya begitu
besar! Sebab CONEFO itu berarti bersatunya seluruh dunia progressif
menentang dunia kapitalis, sebelum berlangsung harus dicegah dengan bom
yang bernama GESTAPU. CONEFO di bulan Oktober 1966,
Maafkan lagi, Bung! sukarno masih ingat sejarah di tahun 1948, Musso
mau mengadakan Kongres ke V PKI di bulan Oktober 1948, untuk
mengoreksi PKI yang tidak menyadari bahwa Revolusi kita itu yaitu
Revolusi Nasional di tanah bekas jajahan yang menuntut persatuan nasional,
bukan perpecahan nasional guna menghadapi perang kolonial Belanda
dengan sekutunya. Kongres ke V PKI itu dihambat oleh Peristiwa Madiun.
Saya percaya , sukarno masih ingat, bahwa Peristiwa Madiun itu yaitu
suatu Red Drive (usul membasmi golongan merah/komunis) dari Gerard
Hopkins dan Merle Cochran,Amerika, dalam Konferensi Sarangan.
Sekarang, CONEFO di bulan Oktober yang akan datang itu sudah dihambat
oleh GESTAPU. dahulu Kongres ke V PKI direncanakan oleh Musso pada
bulan Oktober untuk menyatukan kokuatan Persatuan Nasional,
dihambat oleh Peristiwa Madiun. Image PKI itu sudah rusak, dirusak oleh
diri mereka sendiri dengan terpe rangkapnya mereka ke dalam provokasi
Nekolim. Hanya mereka yang dogmatik tidak menyadari hal itu. Image dan
wibawa sukarno juga dirusak oleh GESTAPU lewat cara dan dengan
piranti: lagi lagi provokasi Nekolim. Ini diprofitir oleh Letjen Soeharto untuk
mewujudkan ambisi pribadi berkoasa, selanjutnya dia berpraktek sebagai
'centeng' Nekolim. Saya tidak percaya kata kata manisnya yang memuji
sukarno sebagai 'Presiden/Pemimpin Besar Revolusi/Panglima Tertinggi
yang kita cintai'. jika betul, mengapa demonstrasi kontra revolusioner itu
tidak distopnya,
Saya sudah uraikan fikiran saya kepada sukarno seperti di atas, sampai di
situ saja. Saya pandang wajahnya yang kesal, mungkin mau marah,
matanya besar mendelik pada saya, namun dia diam tidak berkata apa apa.
Syukur, fikirku, ini kali dia tak memarahi saya kurang ajar . Bagiku sudah
to be or not to be! Saya senang, saya hormat, namun ini kali saya tidak boleh
takut takut kepadanya. Saya puas.Apa yang harus kukatakan sudah
kuucapkan, sebagai kadernya yang setia, terus terang, tanpa dédéng aling
aling. Terserahlah. Begitulah, sebagaimana sudah kukatakan di muka, . . .
sukarno tidak memberikan keterangan atas uraian saya itu. Malah
mengizinkan saya untuk pergi pulang ke Kuba guna menyelesaikan urusan
tanggungjawab saya sebagai Duta Besar, yaitu urusan keuangan KBRI
Havana, dan mengoreksi soal pencemaran nama sukarno , yang termuat
di dalam Juventud Rebelde dan Granma. Dan sukarno memerintahkan
agar begitu selesai urusan yang itu, saya kembali secepat cepatnya keJakarta
untuk dilantik menjadi Mayor Jendral Tituler, sesuai dengan Amanat
Panglima Ahmad Yani, sebelum beliau wafat sebagai Pahlawan akibat
korban G 30 S/PKI. Mengenai pengangkatan ini , saya terima kawat
sandi di KBRI Havana dari Panglima A.Yani kira kira tiga hari sebelum 1
Oktober 1965, yaitu berhubung dengan kesibukan persiapan HUT ABRI,
pengangkatan akan dilaksanakan sebelum 5 Oktober 1965). Oleh sebab itu,
sesuai dengan pendapat sukarno , pengangkatan ini akan saya
junjung, mengingat penting arti peristiwa arahnya.
Mengenai persoalan persoalan di Havana yang harus saya selesaikan itu,
sudah saya jelaskan di dalam bagian terdahulu dibandingkan buku ini.
sesudah saya berpisah dengan sukarno , pada tanggal 19 Januari 1966, di
mana saya sudah mengemukakan pendapat dan pandangan saya, seperti
knuraikan ini di atas, saya menyadari lalu bahwa saya telan secara
spontan, secara tak kusengaja, memancangkan tese politik, sebagai pendirian
dan pandangan politikku yang begitu positif dan terus terang. namun di
samping itu muncul juga rasa iba dalam hatiku terhadap Mahaguru dan
Pemimpin Besar saya itu. Saya merasakan bahwa dia kehilangan seorang
kawan seperti saya di dalam kondisi dan situasi yang mencengkam. jika
saya sebagai seorang kader politik saja sudah merasakan bagaimana beratnya
situasi yang mencengkam itu, apalagi beliau yang begitu besar
tanggungjawab dan cita citanya terhadap negara dan bangsanya yang
dicintainya dengan seluruh jiwa raganya.
Alleen eenden zwemmen bijéén, de adelaar vliegt alleen , hanya bebek
yang berenang bergerombol, rajawali terbang sendirian di angkasa! Itu
dincapkan oleh sukarno di masa jayanya. Dalam daya fantasiku,
Rajawali atau Garuda Wisnu itu yaitu NASAKOM yang tak bisa terbang ke
angkasa lagi, sudah patah kedua sayapnya oleh panah subversi Nekolim: satu
di Peristiwa PRRI/Permesta, dan satu lagi di Peristiwa GESTAPU. Hanya
jiwa yang kekeringan fantasi yang tidak melihat tragedi sejarah itu!
namun , mengetahui kah pembaca bagaimana nasibnya Barisan Sukarno, Langsung
esok harinya: Minggu 16 Januari 1966, Menpangad Letjen. Suharto
mengajak Menko Hankam/Kasad Jendral Nasution, Menpangal Laksdya (L)
Martadinata, Menpangau (U) Mulyono Herlambang, dan Menpangak
Komjen (P) Sucipto Judodihardjo, memicu sebuah pernyataan
ABRIÄmelarang pembentukan Barisan Sukarno (dengan èmbèl èmbèl:
dalam arti fisik, sebab membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa ).
Baiklah sampai di sini. Saya sekarang kembali meneruskan cerita kejadian
dalam sidang Kabinet di hari Sabtu 15 Januari 1966 tadi yang tersela oleh
selingan ini di atas.
15 Januari 1966
Sidang Kabinet Dikepung Demonstran
Letjen Soeharto Kasih Unjuk Siapa Dia
Sebelum kita sampai ke Hari yang penting bersejarah ini, 15Januari 1966, saya ingin mengajak
pembaca meninjau kembali kejadian kejadian sebelumnya, contohnya di antara lain, demonstrasi
yang dinamakan sukarno demonstrasi pemuda kontra revolusioner yang menyerbu Deparlu
pada tanggal l0 Januari 1966,yaitu sehari sesudah saya kembali ke Jakarta lagi dari Tokyo.
Sebelum saya ke Tokyo ini , saya sudah menasihatkan kakak saya Asmara Hadi, sebagai
Ketua PARTINDO, agar bersikap low profile terhadap kekuasaan tentara dalam situasi di masa
itu. Sebab hujan bencana sedang menimpa kita semua, kita kaum Sukarnois, kita kaum Marhaen.
jika hujan bencana ini terus menerus saja tidak berhenti, maka Waduk Jatiluhur itu akan bobol,
kita semua akan kebanjiran, umpama kata! Bendung persatuan Nasional yang disebut
NASAKOM itu sudah retak dan akan pecah, gara gara aksi pseudo revolusioner GESTAPU
yang keterlaluan seperti ayam dipotong tanpa kepala.
Maka demikianlah terjadi sementara saya masih diTokyo, Delegasi PARTINDO terdiri dari
Ketua Umum Asmara Hadi,Wakil Ketua K.Werdoyo dan Sekjen. Ismuil, menghadap kepada
Letjen Soeharto, yaitu pada tanggal 5 Januari 1966.Tujuannya untuk menjalin saling pengertian
dan untuk memupuk kolaborasi yang baik.
Saya menyesal sekali, hatiku gemes sekali, namun apa mau dikata, mungkin seperti kata
orang sudah suratan nasib .Andai kata saya tidak pergi jauh ke Kuba, jauh dari sukarno ,
jauh dari Tanah Air, mungkin bencana GESTAPU ini tidak akan bisa terjadi. Sebab D.N.Aidit
(Ketua PKI) itu, saya kenal sojak dari masa mudanya, sebelum dia mengetahui arti pergerakan nasional
yang sebetulnya . Janganlah ada orang yang tergesa gesa menimpa dengan kata kata, sok
politik internasional: Jangan lupa bahwa kita ini yaitu korban saja dari konflik dunia yang
tumpang tindih, antara tiga pola kekuatan USA Uni Sovyet RRC. Seakan akan seseorang
anggotanya tak memiliki arti apa apa.Walaupun saya bukan dan tidak mau menjadi anggota PKI,
namun hubungan pribadi kami selalu erat, mungkin lebih dibandingkan seperti saudara kandung.
Saya mengetahui benar kelebihan dan kelemahan sifat sifat pribadinya. Saya memiliki wibawa, berani
tegas tegas mencela kekeliruannya dan menasihatinya. contohnya , sejak Affair Madiun (Peristiwa
Madiun), hampir semua tokoh PKI sinis, marah, benci kepada sukarno . jika Peringatan
Proklamasi 17 Agustus 45, sikap mereka ekslusif, menyendiri. Sekali Aidit berpidato dalam
rapat umum di Semarang. Untuk menarik massa, lukisan gambar besar sukarno dipasang di
atas podium, saat Aidit naik ke podium untuk berpidato, gambar lukisan yang besar itu
dikesampingkan ke pinggir. lalu Aidit sendiri dengan bangga hati menunjukkan kepada
saya foto di mana dia berpidato itu dan tampak lukisan itu di belakangnya, dikesampingkan.
Saya berkata : Lu goblok,jangan jadi 'Si Maling Kundang, Anak Durhaka, nanti lu jadi batu
etc.etc.... Sejak dari sana sikap mereka mulai berubah, Aidit tidak mau berlagak lagak lagi pada
saya. Mereka mulai sadar, kembali ke pangkuan nasional.
Ada satu peribahasa, peribahasa Sumatra: Sesal dahulu pendapatan, sesal lalu tak
berguna . Peribahasa ini sudah berlaku atas diri saya.
namun oleh sebab itu, di dalam buku ini saya dengan terpaksa membuka cerita apa yang saya ketahui
dan saya alami, maka sampai terjadi hujan bencana nasional , akibat bobolnya bendungan
waduk persatuan nasional yang bermuara ke lautan kudeta .... Letnan Jendral Soeharto. Pada
umumnya bagian terbesar rakyat negara kita dengan memakai segala pancainderanya sudah
bisa meraba dan merasakan mengapa GESTAPU/PKI mereservir Letjen Soeharto tidak dibunuh
mati seperti Panglima AYani dan 5 Jendral lainnya. Hanya saja bukanlah mereka itu tidak berani,
bukan, namun sebab tidak ada jaminan demokrasi, keadilan dan HAM berdasarkan UUD '45 dan
Pancasila. Hal demikian itu akan berakibat ledakan ledakan terhadap Orde Baru, tidak bisa tidak,
sekali pun Presiden Soeharto memakai atau menyalah gunakan 450.000 ABRI di
belakangnya itu. Dengan bermaksud baik saya sudah memberikan peringatan prodeo dengan buku
saya Menteng 31, namun ternyata seperti bicara dengan orang tuli pekak, budeg! Saya sudah
melemparkan pelampung baginya dengan buku itu, agar bertobat kepada Tuhan, kepada
Bangsanya, kepada tumpukan dolarnya, dan keluarganya. namun dia sendiri yang mau kelebu,
tenggelam. Dan bersama dia pasti kelebu juga Orde Baru!
Untuk sampai pada hasil penelitian eksak, bahwa Letjen Soeharto itulah yang memiliki ambisi
mengadakan kudeta dengan memakai GESTAPU, tidak usah dahulu dicari hal hal yang terlalu
jauh ke belakang (sejarah kontaknya dengan kaum kiri) seperti perjum paannya dengan Pak
Musso dan saudara Sumarsono waktu sebermula terjadinya Affair Madian di kota Madiun. Teliti
sajalah dahulu baik baik segala sikap dan langkah langkahnya sekitar hari hari 1 Oktober '65,
waktu terjadi Peristiwa GESTAPU, hingga 11 Maret 1966 yang dimulai dengan
SUPERSEMAR (Surat Perintah tanggal 11 Maret 1966). Periksa dan telitilah juga baik baik
bagaimana terjadinya proses kelicikan Letjen Soeharto untuk memperoleh SUPER SEMAR itu.
Itulah puncak insubordinasi seorang jendral kepada PanglimaTertinggi, satu kudeta! Sesuai tata
tertib dan doktrin militer dia sudah harus dieksekusi. Tegen de muur dengan duabelas peluru!
Para pembaca yang terhormat.
Sebelum kita sampai kepsedang caknya sejarah, kudeta Soeharto yang menyalah gunakan
SUPERSEMAR secara licin dan licik, izinkanlah saya mengajak, menuntut para pembaca
menaiki tingkat tingkat dan liku likunya siasat yang dipakai Letjen Soeharto yang bukan saja
memiliki naEsu, ambisi yang tak terbatas, namun juga sebagai seorang negara kita asal Jawa, tak
memiliki rasa tepo seliro samasekali terhadap Presiden/Panglima Tertingginya, begitu juga terhadap
atasannya yang langsung:Jendral A.H. Nasution, apalagi! Dikibulin mentah mentah! Balas
dendam Peristiwa barter Semarang di mana dia Soeharto, Panglima Jawa Tengah (Divisi
Diponegoro), sebagai hukumannya dicopot sebagai Panglima Diponegoro, dimutasi, lalu
dimasukkan ke SESKOAD di Bandung.
Mari kita ikuti Jejak Langkah Pak Harto, buku yang disusun oleh G. Dwipayana dan Nazaruddin
Sjamsuddin. Di mana perlu akan saya beri keterangan , sebab saya masih ada di Jakarta di hari hari itu.
Senin, 10 Januari 1966. Peristiwa hari ini , sudah saya beri keterangan di halaman terdahulu,
sehubungan dengan Demonstrasi Pemuda Kontra Revolusioner Menyerbu Deparlu .
Selasa, 1l Januari 1966. saat melantik Laksda (U) H. Mohammad Soejono sebagai Duta Besar
RI untuk Syria, hari ini, Presiden Sukarno sudah memerintahkanWaperdam I/ Menlu Dr.
soebandrio untuk mengusir semua wartawan AS dari negara kita .Alasan pengu siran itu yaitu
sebab tulisan tulisan mereka selalu menyakitkan hati kita. lalu soebandrio 1) menjelaskan
bahwa wartawan wartawan yang diusir itu yaitu dari UPI,AP, dan NewYorkTimes, selanjutnya
semua kantor mereka akan ditutup juga .
Rabu, 12Januari 1966. Menko/Ketua DPR GR Arudji Kartawinata sudah menyampaikan sebuah
Resolusi KAMI kepada Presiden Sukarno di Istana Merdeka, tengah malam ini. Resolusi mahasiswa
ini menuntut dibubarkannya PKI yang menjadi dalang dan pelaksana G30S, dan mencabut
keputusan pemerintah mengenai kenaikan harga.
keterangan saya. Seyogyanyalah Pak Arudji sebagai Ketua DPR GR memanggil Sidang DPR GR
lebih dahulu untuk menilai dan mempertimbangkan resolusi mahasiswa itu. Tidaklah seharusnya
menempatkan dirinya sebagai kacung mahasiswa KAMI ini .
Kamis, 13 Januari 1966. Menpangad Letjen Soeharto mengatakan bakwa masalah ekonomi yang
multi kompleks ini tidak mungkin diselesaikan secara ekonomis teknis saja, melainkan juga
dengan mendengarkan suara hati rakyat dan kenyatoan obyektf kehidupan rakyat.2) Hal ini
dikemukakannya dalam amanat tertulisnya pada pekan ceramah di UI hari ini. Pada kesempatan
ini juga Jendral Soeharto menilai demonstrasi mahasiswa sebagai spontanitas dan kontrol sosial
para mahasiswa atas penderitaan rakyat.
1) Waperdam l/Menteri Luar Negeri Dr. soebandrio hari ini membantah berita berita mengenai
adanya pengiriman missi perdamaian ke Malay sia, baik oleh pihak militer maupun sipil.
2) Perhatikan: itu ucapan Soeharto tahun 1966. Pada saat menghadapi krisis ekonomi paling
gawat dalam sejarah tahun 1997/1998 yang masih berjalan sampai sekarang, dia ingkari
ucapannya sendiri. Suara hati rakyat tak perlu didengar! Hanya suara dan pendapatnya yang
harus didengar dan dilaksanakan! Krisis sekarang dianggap masalah moneter semata mata, tidak
ada kaitan sama sekali dengan politiknya untuk memuaskan keserakahannya di bidang ekonomi.
Heil, Führer Soeharto!
Menko/Ketua DPR GR Arudji Kartawinata menjelaskan kepada pers hari ini, bahwa Presiden
Sukarno mengetahui dan mengerti sepenuhnya isi hati dibandingkan tuntutan para mahasiswa.
Dikatakannya juga bahwa Presiden sangat menyesalkan (kursif AMH) cara para mahasiswa
berdemonstrasi yang mengejek dan melontarkan tuduhan kepada para menteri yang sudah bekerja
keras untuk mengatasi kesulitan ekonomi dewasa ini. Sebagaimana diketahui , Ketua DPR GR
menghadap Presiden Sukarno di Istana Merdeka kemarin.
keterangan saya. mengenai ucapan Soeharto bahwa demonstrasi mahasis wa sebagai spontanitas
dan kontrol sosial (kursif dari saya). Kata spontan dalam ilmu hayat (biologi) dipakai untuk
menerangkan ucapan atau tindakan yang muncul dari diri pribadi anggotanya itu sendiri, lepas dari
pengaruh pihak luar anggotanya ini . Dalam ilmu sosial politik, yang membagi masyarakat atas
dua bagian: bagian atas (pemerintah) yang memerintah dan bagian bawah (rakyat) yang
diperintah kata spontanitas dikenakan pada aksi atau pergerakan rakyat, lepas dari hubungan
dengan pihak yang memerintah (Pemerintah).
namun di negara kita sejak 1 Oktober 1965, semua demonstrasi Pemuda dan Mahasiswa yang
terorganisasi di dalam KAMI dan KAPPI, yaitu digerakkan langsung olehTentara di bawah
perintah Letjen Soeharto, yang oleh Presiden Sukarno disebutnya GESTOK. pergerakan SATU
OKTOBER! GESTAPU menjelma menjadi GESTOK. Brigjen Supardjo, Kolonel Untung,
Kolonel (U) Sujono mati, mati, mati, semua sudah mati. namun brainnya, dalang di belakang
layarnya hidup: Letjen Soeharto.Amanat tertulisnya dalam pekan ceramah di UI, salah satu
contohnya menggerakkan demonstrasi pemuda pemuda itu yang sejak semula sama sekali bukan
spontanitas! Perkataan spontanitas dipakainya untok mengesankan tidak ada campur tangan
olehnya pada demonstrasi demonstrasi kontra revolusioner itu. jika mau dibawa kepada soal
kontrol sosial , saluran untuk itu ialah Parlemen (DPR GR) yang memiliki legitimasi. sedang
suatu demonstrasi sebagai salah satu bentuk kemerdekaan menyatakan pendapat, seharusnya
yang berkewajiban menanggapinya di dalam negara hakum yaitu partai atau organisasinya
masing masing yang memiliki perwakilan di dalam DPR GR (Parlemen) itu. BukanTentara!
Sebabnya jelas, Republik Indo nesia bukan negara militer. Begitu, bukan, !