Tampilkan postingan dengan label kudeta 11. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kudeta 11. Tampilkan semua postingan
Rabu, 14 Desember 2022
kudeta 11
Desember 14, 2022
kudeta 11
Soeharto menjawab bahwa dia juga sebelumnya sudah diberi kabar oleh anak buahnya dari
Yogyakarta, yang bernama Subagyo, mengenai Dewan Jendral yang akan mengadakan kudeta.
Kunjungan ini tampaknya saja pertemuan ramah tamah kekeluargaan, bersama Latief turut
Ibu kolonel Sujoto, di pihak Soeharto dan Ibu Tien ada Tommy puteranya yang masih berumur 3
tahun dan ada juga hadir pula orang tuanya lbu Tien. namun yang penting dicatat dari adanya
kunjungan ini, bahwa Latief sudah melaporkan mengenai rencana kudeta apa yang disebut Dewan
Jendral itu, dua hari sebelum kejadian apa yang lalu disebut GESTAPU.
Dan sini harus dipertanyakan, mengapa Jendral Soeharto tidak tegas memperingatkan, artinya
segera memperingatkan para anggota Dewan Jendral, yang nota bene Koneksi sendiri, agar hati
hati dan siap waspada untuk tidak dibuat kambing dan disate oleh konspirator konspirator
kudeta itu, Dua hari itu kesempatan waktu lebih dari cukup untuk mengambil tindakan
preventief(pencegahan) agar tidak kedahuluan.
Itulah yang mesti dia kerjakan, namun tidak dikerjakan. Inilah membuktikan bahwa Soeharto sudah
berencana (voorbedacht) dengan sengaja membiarkan Jendral Ahmad Yani dan lain lain itu
menjadi korban gerakan gerakan yang dia sudah atur.
Malah selanjutnya lebih terbukti lagi pengkhianatan itu terhadap Jendral Panglima A.Yani
dengan lima jendral yang sudah menjadi korban itu. saat Kolonel Latief datang ke RSPAD,
katanya Soeharto untuk menengok anaknya Tommy yang ketumpahan sop panas, sebetulnya
merupakan alasan yang konyol terbanding dengan pengorbanan Panglima A.Yani cs. Kenapa dia
tidak langsung menangkap kolonel Abdul Latief itu, padahal Soeharto sudah mengetahui kerja
komplot Latief itu, namun dia malahan membiarkan kolonel Latief pulang ke sarang GESTAPU
untuk memberi signal gerak kepada Kol.Untung cs menangkap atau di mana perlu membunub
A.Yani cs. Di sinilah terletak tanggung jawab yang kedua dari Letnan Jendral Soeharto yang
paling berat, paling kriminal dan paling khianat dengan sengaja membiarkan Panglima Yani dan
jendral jendral dibunuh.Jadi dialah yang harus diadili lebih dahulu , lalu baru dideretkan itu
anggota komplotan GESTAPU, termasuk Syam dan Aidit. Mestinya begitu, toh!
Baca Lampiran: Mengungkap sejarah yang sebetulnya . manuscript ini saya terima dari
saudara Karna Rajasa (alm.) saat beliau berkesempatan di masa hidupnya mengunjungi saya di
Paris.
Soeharto boleh berkata apa yang dia mau berkata , lidah tidak bertulang, dia tidak mati bersama
A.Yani cs., dia bangun, sekali bangun terus teriak maling , menunjukkan jari ke
GESTAPU/PKI. namun jika kita waras, kita pakai logika dan dialektika, artinya tidak
merancukan urutan fakta, maka jelaslah memang Soeharto memiliki gara gara.
Makanya saya gugat dia. Dan saya percaya sebagian besar Rakyat negara kita sependapat dengan
saya!!!
Di dalam sidang MAHMILUB, rupanya Latief tidak berani bicara terus terang, seperti apa yang
saya uraikan di atas ini. Walaupun fisiknya sudah dibuat invalid oleh tugas yang
menangkapnya. Saya dapat memakluminya. mungkin dia masih mengharap demi keselamatan
nyawanya adanya seujung rambut rasa kemanusiaan pada ex komandannya Soeharto itu.Apakah
ada rasa kemanusiaan,masih ada moral atau sedikit rasa kasihan sang komandan kepada bekas
bawahannya, Latief, itu pejuang Enam jam di Yogya 1 Maret 1949 yang mengangkat nama
Overste Soeharto lebih dikenal, Saya tidak menemukan bayangan moralitas yang saya tanyakan
itu pada Soeharto di dalam bukunya yang dibanggakannya mengenai Enam Jam di Yogya itu.
Mengapa tidak ada satu patah kata pun menyebutkan nama Kapten Latief, apalagi peran Latief
yang memimpin pasukannya masuk menyerang ke dalam kota Yogvakarta di hari 1 Maret 1949
itu.Yang dikenalkannya cuma hanya sekedar nama Letnan Marsudi dan Letnan Amir Murtono bekas pemuda
PESINDO Madiun yang anti Sukarno. Marsudi tidak anti Sukarno sebab itu tidak diberi
kedudukan seperti Amir Murtono yang dijadikannya Ketua DPR yes man yang pertama.
Demokrasi a'la DPR Orde Baru cuma hanya sekedar merek doang, frasiologi demokrasi yang isinya tulang
sumsum autokrasi.
Saya kasihan pada Latief, pada nasibnya. Dia pejuang yang turut berjasa banyak pada
Republik.namun disalah gunakan oleh Soeharto untuk kepentingan pribadi Soeharto sendiri. namun
Tuhan itu Besar, Tuhan belum mau panggil pulang Latief, tentulah ada maknanya rahasia Tuhan.
Wallahu'alam.
Semua harapanku yang terbaik untuk Nusa dan Bangsaku. Sekian, saya cukup kan sampai di sini
seruanku kepada pembaca yang terhormat, agar Kenali Kembali Beberapa Peristiwa dan Tokoh
Tokoh Tentara yang memiliki peran dalam Komplotan GESTAPU.
Saat Bersejarah Jatuhnya Presiden Sukarno
saat umurku masih muda belia, belum dewasa, aku pernah belajar agama Islam pada seorang
guru Muhammadiyah, namanya Mohamad Said asal dari Bintuhan, Bengkulu Selatan. Dia ini
keluaran universitas Al Azhar di Cairo. Berkatalah dia, bahwa berdasar keterangan saksi filsuf Islam, perbedaan
yang menentukan antara insan manusia dengan binatang yaitu oleh sebab seorang manusia itu
memiliki sifat sifat yang mulia, berpengetahuan dan bercita cita tinggi, oleh sebab itulah
manusia itu selalu memikul penderitaan lahir dan batin selama hayatnya, memikul tanggung
jawab pada kedua bahunya selama masih di kandung badan.
Darah romantisme beregelora dalam kalbuku yang masih muda. Kubayangkan penderitaan
penderitaan yang diuraikannya itu sebagai bunga mawar merah yang indah dipandang mata,
melambai lambai di kejauhan. Oh, alangkah besar hikmatnya jiwa pemuda yang dilambai
renungan cita cita. namun , saat usiaku sudah meningkat tinggi, laksana matahari menjelang sore,
sekali sekali kurenungkan dengan rasa damba akan cara cara ustadz Moh. Said menguraikan
persoalan perbedaan antara manusia dan binatang itu, namun sekarang tidak lagi kulihat sebagai
bayangan mawar merah yang melambai lambai di kejauhan, namun sebagai realita yang kurasakan
sendiri keras pedasnya, mawar cita cita yang berduri duri tajam pada tangkainya, yang sudah
menggores gores dan melukai dan membekaskan bakatoya pada tangan tanganku yang kubawa
berlari selama hidup perjuangan cita citaku. Namun, jika kuhubungkan dengan cerita cerita
kenangan dalam memoarku ini, saya tidak bisa lain hanya bersyukur kepadaTuhan, sebab saya
sudah dibuatnya sebagai pelaku sejarah yang bersahaja, sudah dibuatnya menjadi saksi yang
terdekat atas peristiwa yang begitu penting, yaitu saat bersejarah jatuhnya Presiden Sukarno,
yang besar. ]elas, saksi yang tidak berhasil dalam daya usaha membantunya mencegah
kejatuhannya.Tangisku sepanjang jalan...!
Sidang Kabinet 11 Maret 1965
Hari itu yaitu hari Juma't, 11 Maret 1966. Pada pagi pagi hari sekali, kira kira jam 7.00 Wakil
Perdana Menteri (Waperdam) atau biasa juga disebut Deputy III, Chaerul Saleh,menilpon saya di
Hotel negara kita di mana saya selalu bertempat tinggal jika saya datang ke Jakarta dari Kuba
untuk berkonsultasi dengan Presiden, mengatakan bahwa mobilnya sudah dikirimnya untuk
menjemput saya, untuk bersama sama dengan dia, berangkat dari rumahnya ke Istana untuk
menghadiri sidang Kabinet yang akan dipimpin Presiden pada jam 10.00. Anakku Adityo, biasa
dipanggil Dito, terburu buru menyiapkan sarapan pagi untukku. Dia yaitu seorang pemuda
umur 19 tahun , mahasiswa Universitas Respublica. Gedung universitas ini sudah terbakar
dan dihancurkan oleh pemuda KAMI yang kena dihasut oleh segolongan kontra revolusi, sebab
itu dia buat sementara masih menganggur. Agaknya dia itu dalam dirinya memiliki suatu
gave , seperti bakat gaib, sebab dia mengingatkan padaku: Pak, ... Bapak jangan tinggalkan
sukarno , kasihan, dia itu sekarang sendirian, dia tentu memerlukan orang seperti
Bapak, seperti Pak Chaerul, ikuti saja ke mana dia pergi, jangan tinggalkan dia sendirian!
lalu dia berkata lagi, bahwa jika dia dan mobilnya tidak diperlukan lagi, dia akan
menengok rumah kami di Jalan Madura no. 5 (saat itu dipakai oleh Perwakilan FNPVS,
Front Nasional untuk PembebasanVietnam Selatan), dan lalu akan mencari dan
mengumpulkan pemuda pemuda teman temannya untuk bersiap siap, menantikan komando.
Sebelum saya berangkat aku menasihatkan kepadanya apa apa yang patut dikerjakannya, namun
harus waspada dan hati hati, oleh sebab situasi begitu gentingnya dan kondisi kita sedang
berada sementara di pihak yang defensif.
Dan saya harus pergi cepat cepat, sebelum pemuda pemuda yang kena hasutan kaum kontra
revolusi keluar berdemonstrasi memblokade semua jalan yang menuju ke istana. Kita sudah
mengetahui sejak dari kemarin, mereka akan beraksi untuk mencegah jangan sampai sidang
kabinet dapat dilangsungkan. Saya mengenakan uniformku, MayorJendral TNI, sebab kurasa
dengan baju hijau ini aku lebih aman dan bisa lebih leluasa. Dengan menyisipkan pistolku tanpa
holster di pinggangku, aku cepat cepat turun menuju ke mobil Pak Chaerul yang sedang
menunggu. Kulihat mobil itu bukan sedan yang biasa dipakainya, namun sebuah jeep Toyota, di
samping supirnya, seorang bekas anggota Laskar Rakyat Bambu Runcing yang kukenal sejak
masa revolusi bersenjata dahulu, di sampingnya menggeletak sebuah senapan otomatis AK.
Pak Chaerul berkata buruan, Pak, kata supir itu memberi salam, sambil menyengir kelihatan
giginya, sebab mengerti yang mataku tertukik ke senapan otomatis AK itu.
Hotel negara kita terletak tidak jauh dari rumah Chaerul Saleh dan jalan yang terdekat ke
rumahnya itu jika dari Hotel Indone sia, yaitu mengambil ujung Jalan Madura, lalu
sesudah melewat i Bioskop Menteng membelok ke kiri ke Jalan Tengku Umar. namun kami tidak
mengambil jalan itu, sebab di pertemuan ujungnya Jalan Madura dengan Jalan H.Agus Salim
terletak rumah Jendral Soeharto dengan banyak penjagaan militer. Lalu kami mengambil Jalan
Thamrin, Jalan Jawa, Jalan Cemara terus ke Jalan Tengku Umar. Setibanya di rumah Chaerul
Saleh, ia sudah siap beruniform Deputy III, sedang sarapan dihadapi istrinya Zus Jo, sambil
mempersilahkan aku duduk dan menawarkan sarapan jika aku mau. Chaerul lalu
berkata: Sidang Kabinet hari ini penting sekali .... der op ...of der onder1) ........Babé akan
meminta kebulatan sikap dan tekad segenap anggota kabinetnya, bulat bersatu dengan dia untuk
mengatasi krisis yang berlarut larut ini. jika dengan terpaksa 'show down' yah, apa boleh buat ...
mungkin kau tidak akan bisa kembali ke Kuba lagi .
jika harus begitu, apa boleh buat , jawasukarno u dengan tegas. Kulirik Zus Jo di sampingku, diam
saja, namun tampak kekhawatiran di air mukanya. Lalu kataku lagi: Ketegasan sikap itulah
yang saya harap harapkan, bukankah sejak saya datang pertama kali di bulan Desember '65, saya
sudah mendesakkan usulku satu political solution, pegang itu corong radio, serukan seluruh
rakyat bersatu di belakang
1). der op of der onder, sebuah ungkapan Belanda, cuma hanya sekedar satu pilihan: menang atau kalah,
tindakan harus diambil.
sukarno , bubarkan itu semna partai politik, termasuk PKI, termasuk partai ku PARTINDO,
kecuali Front Nasional, lalu bentuk panitia panitia yang ditunjuk oleh sukarno untuk
re dressdan pembangunan kembali partai partai politik dan Front Nasional sesudah mengadakan
selfkoreksi total di atas landasan demokrasi terpimpin, dan stop buat sementara semua koran
kecuali koran pemerintah, dan mutasi di kalangan Angkatan Bersenjata, bentuk Barisan Sukarno,
etc., etc.
Ya, itu betul, namun kau kan mengetahui sudah, dahulu itu belum bisa , Chaerul menimpa.... Di kalangan
kita ada zwakke broeders, Oom Jo (Deputy II, Dr.J.Leimena) takut, soebandrio (Deputy I, Dr.
soebandrio ) plin plan kagak berani, namun bikin konsepsi sendiri yangnoch vis noch vlees....... nah,
nanti dalam sidang, sesudah saya bicara, saya akan minta agar kau juga bicara, saya tidak mau
lagi saya sendiri bicara seperti di sidang Kabinet di Bogor, 15 Januari yang lalu. Nanti kau harus
bicara! ...
Ya, namun suasana sekarang sudah lain dari dahulu , cetusku, situasi harus diperiksa lagi, dahulu Oom
Jo tidak berani, takut PARKINDO nya dibubarkan, soalnya siapa yang membubarkan,
pembubaran partai bukan tujuan namun hanya strategi sementara, cobalah nanti jika kita jatuh dan
tentara berkuasa potong gerakan gerakan ing saya jika semua partai politik tidak dibubarkannya, bagi saya
partai bukan tujuan, partai hanya alat dari idee, idee harus memiliki banyak alat, jika
Sukarno bisa sementara dijadikan alat untuk idee itu, saya tidak takut partai dibubarkan untuk
sementara waktu. Partai bisa illegaal, di bawah tanah, Sukarno tidak, dan ini orang tidak akan
mengkhianati cita citanya, udah terlalu tue untuk gituan .
Fi, jawab Chaerul, sebetulnya dalam hati kecilnya itu orang tua, dia sendiri bimbang jika
harus membubarkan PKI, masa kau tidak mengetahui itu, kau bayangkan bagaimana jika dia harus
mencekik anaknya sendiri, NASAKOM ....
Bukan begitu alasannya, aku segera menyela, bagi saya dia itu bukan takut atau bimbang,
selama ini dia itu ambil kesempatan orientasi, periksa barisan, celakanya barisannya itu nyatanya
kini masih kacau balau, pada ketakutan pada ngumpet. Seorang komandan tempur memang tidak
bisa maju ke front dengan barisan yang kacau, sampai sekarang tidak ada yang datang mèl,
melapor siap misi di belakang Presiden/PanglimaTertinggi, baik dari pihak massa maupun dari
Angkatan Bersenjata, ini perbedaan pokok dengan ciri ciri kita dahulu saat Agustus
1945.......Dari Angkatan Laut, Laksamana Muljadi, dan dari KKO, Brigjen Hartono, dari
Angkatan KepolisianJendral Sucipto dan sebagainya, tidak ada yang datang melapor minea misi
kepada Presiden/Panglima tertinggi, Front Nasional sudah lumpuh, dari massa eidak ada lagi
yang berani keluar di jalanan berdemonstrasi uneuk mengimbangi demonstrasi demonstrasi
kontra revolusioner itu sebagaimana biasanya dilakukan untuk menempa dan kasih unjuk
kebulatan tekadnya, ini pun logis sekali, sebab siapa yang sanggup menantang demonstrasi
pemuda pemuda KAMI/KAPPI yang dipersenjatai dan dibantu anak buah Sarwo Eddhy dan
Kemal Idris RPKAD itu, ... Baiklah, nanti saya akan turut bicara juga dalam sidang Kabinet .
Zus Jo nyeletuk: Sudahlah, berangkat sajalah, nanti kalian terlambat!
Di dalam jeep Toyota yang dikemudikan kencang, Chaerul mengatakan bahwa banyak menteri
menteri sudah diangkut kemarin sore dan tadi tengah malam oleh Cakrabirawa atas perintah Presiden ke
Istana, dan mereka itu disuruh menginap di Guest House Istana, sebab dikhawatirkan mereka
tidak akan sampai di sidang kabinet jika berangkat di pagi hari. Saya dan Chaerul Saleh sudah
bulat hati, bagaimana pun kami harus sampai di istana dan sidang kabinet harus dilangsungkan.
Kami mengambil jalan, yang walaupun agak jauh, namun dapat menghindari stopan penjagaan yang
berada di setiap pojok pojok jalan sekitar lapangan Merdeka yang menuju ke istana. Kami
mengambil Jalan Asem Lama, membelok ke Jalan Sunda melewati rumah Menteri Olah Raga
Maladi, yang kulihat sepi saja semua jendela dan pintunya tertutup lalu kami membelok ke
kiri mengambil Jalan tanah abang Tanjakan, terus ke Jalan tanah abang Barat melewat i
Asrama AURI dan Cakrabirawa, lalu tembus ke Jalan Kesehatan dan Jalan Jaga Monyet,
akhirnya memasuki gapura Istana Negara dengan selamat. Dari mobil yang dilarikan cepat itu,
kami melihat juga dari kejauhan penjagaan penjagaan di sekitar Bank Negara dan Air Mancur di
ujung Jalan Merdeka Barat, dan saat melewati asrama tentara di Jaga Monyet kami lihat
seakan akan sepi saja, namun tampak juga beberapa orang tentara bersembunyi di belakang pintu
dan di belakang pohon pohon di sekitarnya berpakaian full combat, bertopi baja dan beruniform
macan loreng.
namun aku pun sangat heran, sebab apa Cakrabirawa tidak pasang dia memiliki penjagaan keamanan
untuk observasi di pojok dan di sekitar istana itu. lalu ada kudengar bahwa dari kemarin
ada larangan angkatan bersenjata ke luar di jalan tanpa misi tertentu, alasannya untak
menghindari terjadinya sesuatu provokasi, dan larangan ini rupanya dikenakan juga pada
Resimen Cakrabirawa pasukan pengawal Presiden. Memang di dalam ada banyak pasukan
Cakrabirawa, kelihatan serius semuanya, sampai kami pun diperiksa sebelum diperbolehkan
masuk. Saya lihat wajah baru yang belum kukenal.Yang pernah kukenal malah tidak kelihatan.
Kami dikawal diantarkan ke Guest House yang berada di dalam pekarangan Istana itu juga.
Hampir semua menteri menteri sudah ada di sana sejak dari kemarin sore, sebagian sedang
menyelesaikan sarapan pagi. Tidak lama lalu baru datang juga Menteri Mardanus, dia
menceritakan pengalamannya juga yaitu mengambil jalan putar putar untuk menghindari stopan
penjagaan, namun tidak urung dia kena stopan juga, oleh sebab mengambil Jalan tanah abang
Barat menuju ke Jalan Mojopahit, dan di belakang gedung RRI dia kena cegat. namun dia untung
diberi lewat juga. Beberapa menteri datang menghampiri saya, di antaranya Ir. Setiadi, Menteri
Urusan Listerik, dan Sutomo Menteri Perburahan dan Armunanto Menteri Pertambangan,
semuanya datang sejak dari kemarin. Menteri KeamananJendral Mursid datang juga menjabat
tanganku sambil tersenyum lebar di bawah kumisnya ...Ã la Clark Gable itu. Waktu tanganku
sudah melepaskan jabatan tangannya, kuteruskan tanganku menepok pinggangnya yang sudah
mulai gendut itu. Jendral Mursid tersenyum lagi, sebab rupanya mengerti maknanya tepokan
belakang tanganku pada pinggangnya, sebab apa yang kucari ketemu, terasa padaku, bahwa
tersembunyi dalam uniform itu ada tersisip pistol kaliber 38 special, dua buah, di kiri dan di
kanan. Saya teringat jaman kami di tahun 1946 di front pertempuran di daerah Krawang Bekasi,
dia di front KrawangTimur, saat itu dia berpangkat kapten, saya letnan kolonel, dia komandan
Batalyon TNI, saya komandan Laskar Rakyat/PESINDO Jawa Barat, di samping Opsir
Pendidikan Politik Tentara.
Jendral Mursid: jika Bung Hanafi pulang ke Kuba, kirimi saya pistol cowboy, yang besar,
buat tanda mata....
Seguro, mon general , kataku dalam bahasa Spanyol, sebagai bergurau dan untuk menghindari
sejenak suasana yang ria artifisial itu.
Saya akan bawakan sendiri nanti, dua buah, dan jika mau pistol tanda mata dari Fidel Castro,
itu pun dapat saya usahakan. Pokoknya beres, asal di sini kita bereskan dahulu . Terasa dalam
hatiku, keakraban dan solidaritas sesama pejuang revolusi dahulu datang kembali, melonjak
lonjak dalam kalbuku, rasanya mengharukan.
lalu Chaerul Saleh dan saya pergi mencari Menteri Luar Negeri soebandrio , yang juga
sejak dari kemarin sore datangnya, yang berada masih dalam kamar, satu kamar dengan
MayorJendral Sumarno, Gubernur Daerah Jakarta Raya. Pak Marno kami dapati sedang
berpakaian, kebetulan dia sedang mengeluarkan pistolnya dari bawah bantalnya, rupanya FN 32,
1alu disisipkannya di belakang kemejanya.
Apakah semua menteri menteri bersenjata hari ini , tanyaku sambil lalu.
Habis, jika kita tidak mengetahui akan berhadapan dengan siapa, Bung , jawabnya serius. jika
dicomot oleh tentara resmi berpakaian seragam dan bawa surat perintah, itu jelas urusannya dan
bisa diusut... namun jika bukan, gimana ... kan banyak kejadian .
Itu namanya penculikan , sahutku. Bukan sekali itu saja aku mendengar ucapan ucapan serupa
itu, mengenai penculikan penculikan yang dilalcukan oleh orang tentara berpakaian preman,
atau tentara gelap , atau apa lagi sebutannya, ada juga yang menyebutkannya tentara tengah malam .
Chaerul Saleh, soebandrio dan Leimena sudah pergi menjemput sukarno di istana Merdeka.
Sidang kabinet dibuka oleh Presiden di Istana Negara,jam 10.00 tepat. Saya tidak mengetahui presis lagi
berapa jumlahnya menteri menteri kabinet ini, tampaknya banyak sekali, rupanya semua menteri
hadir pula lengkap duduk di sekitar meja besar dan panjang itu. Di sebelah kiri sukarno , duduk
berjejer Deputy I Dr. soebandrio dan Deputy II DrJ. Leimena. Di belakang kursi Presiden berdiri
ajudan ajudan: Komisaris Besar Polisi Sumirat dan Mayor Jendral TNI Moh. Sabur. Agak ke
belakang kulihat Ajudan kolonel Maulwi Saelan, kolonel Mangil dari Cakrabirawa. Saya duduk
di jejeran menghadapi Presiden, agak ke sebelah kanan, di samping saya presis duduk Brigjen
Sukendro, Menteri Negara, dan MayorJendral Mursid, Menteri Keamanan dan Pertahanan.
Dengan membaca Bismilah, palu diketok Presiden ke atas meja, dia mulai berbicara. Pidatonya
tenang dan terang. Mula mula menjelaskan dan meminta perhatian terhadap situasi yang amat
gawat yang menimpa tanah air dan bangsa, lalu menyinggung beberapa peristiwa dan
adanya pikiran pikiran yang salah, yaitu seperti mau membunuh tikus namun seluruh rengkiang
padi itu mau dibakarnya , maka untuk dapat mengatasi situasi yang gawat itu Presiden meminta
seluruh menteri, seluruh alat alat negara, seluruh pemerintahan dan seluruh rakyat bersikap tegas
dan bersatu berdiri di belakang Presiden/Panglima Tertinggi ABRI untuk membela negeri dan
rakyat yang kini sedang terancam oleh Nekolim ......
Baru kira kira belum sepuluh menit Presiden Sukarno berpidato, kulihat Kolonel Saelan masuk
ruangan mendekati Mayjen Sabur. Mereka berdua itu berbisik bisik, mungkin ada dua menit.
lalu Mayjen Sabur mendekati Kombes Sumirat yang berdiri di belakang Presiden yang
sedang berpidato itu. Sabur dan Sumirat berbicara berbisik bisik juga . Sabur memberi isyarat
agar Saelan mendekat. lalu mereka bertiga itu mundur ke belakang, rupanya berunding
berbisik bisik lagi. lalu kulihat Sabur menulis surat pada sepotong kertas kecil, dan oleh
Kombes Sumirat diserahkan kepada Dr. soebandrio , lalu diperlihatkannya kepada Presiden yang
sedang berpidato itu.
Hatiku merasa jengkel melihat adegan bisik bisikan itu, dan semua orang yang melihatnya
tentulah merasa keheranan, ada apa apaan itu, kenapa Sabur menulis surat sepotong itu,
menganggu pidato Presiden saja. Begitulah anggapanku dan kejengkelan hatiku.
Tiba tiba Presiden Sukarno berbisik bisik kepada soebandrio , soebandrio kepada Chaerul Saleh,
lalu Presiden berbisik juga kepada Leimena, lalu dia berdiri dan melangkah hendak pergi,
diikuti oleh soebandrio , Chaerul Saleh dan Kombes Sumirat. Mereka itu pergi keluar
meninggalkan ruangan sidang.
Umumnya semua hadir pula in heran tercengang, satu sama lain bertanya tanya. sedang saya
sendiri, saya mengira mungkin ada persoalan penting di Istana Merdeka, atau mungkin
Perdana Menteri Ali Bhuto dari Pakistan menilpon Presiden lagi seperti terjadi bulan Januari
yang lalu di mana kebetulan saja di saat itu ada bersama Presiden Sukarno, atau mungkin
Jendral Soeharto mohon diterima Presiden menghadap di Istana Merdeka untak sesuatu hal
penting yang khusus ... pokoknya saya mengira, dan semna orang mengira begitu juga bahwa
Presiden men schors sidang sebentar saja, dan dia segera akan datang kembali. Apalagi melihat
Leimena masih tetap ada, duduk menungu.
namun semua dugaan dugaan itu meleset sama sekali. Dr. Leimena lalu berbicara, bahwa
berhubung Presiden ada persoalan yang amat penting di Istana Bogor, maka sidang tidak bisa
dilanjutkan dan sidang ditutup. Semua yang mendengarkan jadi lebih tercengang lagi, dan
menggerutu, bertanya tanya apa yang sebetulnya terjadi. Semua itu terjadi dalam tempo
beberapa menit saja. Pada saat itu, saya dijawil oleh Brigjen Sukendro, dia berkata: Sebaiknya
Pak Hanafi, ikuti Bapak Presiden, jangan lepaskan beliau sendirian, pergilah Pak, pergilah
sekarang juga ...! Suaranya itu bukan hanya menyarankan, rasanya suaranya itu seperti mendesak
kepadaku. Saya terkejut, saya tersadar dari pesona akan kejadian yang begitu cepat. Dalam hati
saya menduga, Sukendro mengetahui sesuatu yang akan terjadi atas diri Presiden, paling sedikit
dia memiliki dugaan tertentu bahwa mungkin Presiden akan menghadapi sesuatu soal yang
berat, di mana orang amat setia kepadanya akan amat diperlukannya. Sukendro bukan tidak
mengetahui hubungan pribadi saya dengan sukarno , dia juga bukan tidak mengetahui
kesanggupan dan sikap saya yang selalu tegas di pihak Presiden Sukarno, dan hubungan saya
yang selamanya baik dengan dia, Sukendro, walaupun tidak sering jumpa.
Saya segera berdiri, keluar ruangan dan berlari mengejar rombongan Presiden tadi. Saya berlari
mengejar sampai di pintu gerbang Istana Merdeka.namun rombongan itu sudah berada di dalam
helicopter, mesinnya sudah menderu, baling baling sudah berputar, gerakan gerakan andangi lalu
terbang di udara menuju Bogor. Aku kecewa, hatiku kesal sekali, kenapa saya terlambat, Apa
boleh buat, Tuhan menentukan, manusia hanya melaksanakan. Saya bertekad akan segera
menyusul ke Bogor dengan mobil, hatiku memuji muji kepada Tuhan moga moga tidak akan
terjadi malapetaka apa atas diri Presiden dan rombongannya. Di saat itu belum sedikit pun juga
terbayang kepadaku, bahwa akan terjadi chantage politik yang amat kotor yang melahirkan apa
yang sekarang disebut Supersemar itu.
Sehabis termenung sejenak,memandangi helicopter yang sudah jauh terbang tinggi, saya kembali
ke dalam pekarangan Istana Merdeka, terus menuju ke pekarangan Istana Negara, di mana
mobil mobil di parkir, sebab maksudku akan segera pulang ke hotel negara kita dan dari sana
dengan mobil anakku Dito terus ke Bogor. Di sana masih saya dapat jumpai Mayjen Mursid,
lainnya sudah pulang . Dia sedang menuju ke mobilnya. Saya tanyakan kepadanya, apa yang
terjadi. Dia menjawab, baginya juga belum jelas apa yang sebetulnya terjadi, ada yang
mengatakan bahwa ada pasukan yang tidak dikenal sudah masuk ke dalam kota, itu tidak
mungkin, dan saya sendiri sudah pergi melihat lihat di sekitar istana, namun tidak saya dapati apa
apa yang mencurigakan, kecuali pasukan yang bekerja keamanan, berkumpul beberapa orang di
beberapa tempat.namun saya akan pulang untuk mengadakan pemeriksaan lagi. Demikian Mayjen
Mursid. Dia yaitu Menteri Pertahanan dan Keamanan, jadi saya pikir dia bisa lebih mengetahui
kondisi , maka saya menjadi agak tenang.
Saya kembali lagi ke dalam pekarangan istana, saya mau menengok, ada siapa di Istana
Merdeka. Di sana kudapati Kepala Rumah Tangga Istana, Letjen (purn.) Hardjowardoyo, dengan
Mayjen Sarbini dan Mayjen Achmadi, masing masing MenteriVe teran dan Menteri
Penerangan. Saya mengambil tempat duduk di kursi rotan dekat mereka, di beranda belakang
Istana Merdeka. Kutanyakan pada Pak Hardjowardoyo, apakah Presiden akan kembali hari itu ke
Jakarta. Dia menyahut tidak mengetahui pasti, mungkin kembali mungkin tidak.
Berceritalah Mayjen Sarbini, agaknya ceritanya itu tadi terputus melihat saya datang: Saya tidak
merasa ada hal hal yang mencurigakan, yang membahayakan keamanan, apalagi keamanan
Presiden. orang ada yang bicara bahwa ada tentara yang tak dikenal sudah memasuki kota,
itu kan desas desus saja; saya sendiri kemarin tengah malam bersama MayjenAchmadi mengadakan
pemeriksaan ke beberapa tempat, pergi ke.Cijantung, tempat di mana anak buahnya Sarwo
Eddhy diasramakan. Kami tidak menemukan hal hal yang mencurigakan, bukankah begitu Pak
Achmadi, namun Achmadi diam saja.
Sarbini meneruskan: Memang beberapa moncong meriam ada yang diarahkan ke Cililitan dan ke
arah Jakarta, namun itu kan tidak apa apa bisa saja kejadian sebab perbuatan anak buah yang iseng
atau gatal tangan.saat kutanyakan kenapa moncong meriam itu diarahkan ke sana, tentara
yang berjaga di sana itu menjawab: tidak mengetahui , pak .
Dalam hatiku berkata kata, ini Pak Sarbini apakah sebab lugu atau bersiasat, Dan
MayjenAchmadi itu kenapa dia diam saja, sebab sudah lewat pukul 11.00 aku diajak turun
pergi ke mesjid di dalam pekarangan Istana itu juga, untuk sembahyang Jum'at. Kami semua
pergi sembahyang, sebagai khatib bertindak Menteri Agama Sjaifuddin Zuhri, dan sebagai
Imam, menteri Wakil Ketua MPRS Idham Chalid. Sehabis sembahyang aku hendak pergi lagi ke
tempat parkir mobil, mungkin saja supirnya Chaerul Saleh akan kembali menjemputku, jika
saja diketahui nya saya masih di istana, tidak turut pergi ke Bogor. Demikian harapanku.Aku
berjalan bersama sama dengan Menteri Sjaifuddin Zuhri dan Menteri Idham Chalid yang akan
pergi pulang ke rumahnya masing masing. Mereka ketawa tawa bercakap cakap berdua itu.
Sjaifuddin Zuhri berkata sinis sambil tersenyam senyum ke arahku: jika orang sabar dikasihi
Allah, sabar, sabar pasti berhasil.. .
Apa yang dimaksudkannya, tidak begitu jelas kepadaku.namun jika kuhubungkan dengan
wajahnya yang gembira ria itu, dalam suasana yang bagiku begitu menegangkan urat saraf itu,
kusimpulkan mungkin dia sudah mengetahui sesuatu yang akan terjadi. namun Idham Chalid
diam saja, berjalan menundukkan kepala, sekali diangkatnya, hanya menanyakan kapan aku
kembali ke Kuba. Kujawab pendek saja, terserah kepada Presiden. Jika kuingat kata kata dan
senyum Sjaifuddin Zuhri yang sinis itu, sekarang ini sesudah sepuluh tahun Jendral Soeharto
berkuasa (uraian mengenai jatuhnya Presiden Sukarno ini saya tulis di tahun 1975), bertanyalah
aku di dalam hati, apakah kesabaran yang dimaksudkannya itu dahulu sebagai pertanda untuk
menyambut kejatuhan Sukarno dan kema tiannya, dan lalu pembubaran partai partai
politik termasuk partainya N.U. dan hancurnya demokrasi di bawah kekuasaan kediktatoran
pemerintah militer Soeharto, Jika demikian, oh,Tuhan, mogaTuhan mengampuni dosanya Kiai
ini!
Sesampainya di tempat parkir mobil, aku tidak melihat jeepToyota yang kuharap harap itu.
Dengan kecewa aku kembali ke Istana Merdeka lagi. Kulihat Pak Sarbini dan Achmadi masih
ada di sana bercakap cakap dengan Pak Hardjowardoyo. Belum sempat aku duduk, kulihat
datang tiga orang Jendral, yaitu Brigjen Amir Machmud, Brigjen Basuki Rachmat dan Brigjen
Jusuf. Rupanya Amir Machmud2 yang bertindak sebagai pemimpin. Sesudah bersalaman, dia
mengajak Pak Sarbini berbicara berdua saja di dalam ruangan yang biasa dia pakai buat resepsi
di Istana Merdeka itu. Sesudah itu mereka duduk kembali, ke tempat kami duduk duduk tadi.
Amir Machmud: ... tidak ada itu gerombolan bersenjata yang tak dikenal itu, ada dilaporkan
bahwa ada orang berpakaian seragam yang agak aneh kelihatan, namun sesudah diperiksa
ternyata tentara tentara yang sedang cuti di Jakarta, bergerombol gerombol Andaikata jika
memang ada yang membahayakan keamanan Presiden, ya buat apa kami anak anaknya ini, kami
kan bertanggung jawab atas keselamatan Bapak Presiden.
Namun, bagiku, kurasa dia itu bukanlah orang yang berjiwa pengkhianat pada mulanya, ternyata
saya keliru gede dia itu sifatnya suka mengabdi kepada orang yang berkuasa, dahulu yang
berkuasa Sukarno, dia tunduk tunduk dan sanjung. Sekarang yang berkuasa Soeharto yang
berbeda seperti bumi dan langit dengan Sukarno, dia tunduk tunduk dan sanjung juga. Apakah
dia itu bisa berbuat lagi nanti buat ketiga kalinya, Wallahualam, hanyaTuhan yang lebih
mengetahui .
lalu Amir Machmud berdiri, untuk menilpon ke Bogor, memakai tilpon yang ada di
dekat situ, lima langkah saja dari tempat kami duduk.
2. Amir Machmud memang salah seorang yang dekat, disayangi dan dipercayai Presiden
Sukarno, itulah salah satu alasan kenapa dia diberi kepercayaan yang begitu besar, yaitu
menjabat komandan militer untuk keamanan daerah istimewa Jakarta Raya, Ibu Kota
Republik.Aku pun mengenalnya dengan baik, orangnya sederhana dalam berpakaian, tidak
berlagak sok gagah, dan pandai mengambil hati dalam bercakap cakap dengan logat Sundanya.
Dia pernah bekerja bersama sama dengan saya, saat saya menjabat Menteri PETERA
merangkap Ketua Komite Penerimaan Kepala Kepala Negara Asing, untuk urusan keamanan
tamu tamu agung itu yang berkunjung ke negara kita . Pengalamanku dengan dia selama itu, tidak
berlebihan jika kukatakan menyenangkan. Dari saat itu kedudukannya meningkat terus, saat
itu dia baru berpangkat Mayor. Sekarang, sesudah sepuluh tahun dia berkuasa, kuingat ingat
kembali kata katanya di beranda belakang istana itu, tanggal 11 Maret 1966
Dia segera dapat sambungan, sebab ada hubungan langsung ke istana Bogor, rupanya diterima
oleh Ajudan Kombes Sumirat. Kudengar dia meminta waktu untuk diperkenankan menghadap
kepada Presiden segera hari itu juga, bertiga dengan Basuki Rachmat dan Jusuf, penting
sehubungan dengan keamanan pribadi Presiden. Sesudah menunggu sejenak, rupanya
permohonannya itu diperkenan kan oleh Presiden. Sebab begitu selesai menilpon, ketiga Brigjen
itu segera berangkat bersama sama.
Saya dan Achmadi minta mobil istana untuk mengantar kami pulang . Pak Sarbini masih tinggal.
Saya bertanya kepada Achmadi, saat kami sudah berada di dalam mobil, apakah dia juga
bermaksud akan ke Bogor, sebab saya mengetahui Achmadi yaitu di pihak sukarno . Dia menjawab
dengan pasti, ya!
Ya, saya harus ke Bogor untuk melaporkan semua pengalaman saya ke Presiden.namun
mungkin saja saya harus lakukan berjalan kaki, sebab jalan ke Bogor sekarang sudah rapat dijaga
tentara, banyak penjagaan dan pemeriksaan.Juga saya mau melihat sendiri, sebab kudengar
lapangan terbang Panasan dekat Bogor sudah diduduki tentara Soeharto.
jika berjalan kaki ke Bogor, aku menyela mana bisa sampai satu hari, dalam satu hari dunia
mungkin sudah terbalik, sekarang ini kita harus menghitung dengan sekon, bukan menit, bukan
jam jaman .
jika saudara berani mencoba pakai mobil, silakan, namun mesti siap resiko, sebab situasi sudah
begini ruwet .
Hatiku menjadi kesel (jengkel), mendengar kata kata Achmadi yang sudah seakan akan tak
berdaya itu, namun saya diam saja. Sebab kebenaran kata katanya itu ada juga terasa pada
hatiku: kami sudah berada dalam kecamuk hantaman psywar yang mengacaukan dan
melumpuhkan segala pikiran dan semangat juang. Ini sebab tak ada sesuatu tindakan, sesuatu
action yang berarti dari pihak kaum Sukarnois dan Sukarno, termasuk kaum komunis yang dahulu
pernah begitu hebatnya menempa keknatan massa di jalan jalan dan berselogan ke gunung, ke
gunung membebaskan kaum tani dengan revolusi bersenjata, etc. etc. Dengan tanpa
mengemukakan masaalah pokoknya,yaitu aksi dan offensifnya kaum kontra revolusi, terutama
sesudah tahun '60 an, maka sejak terjadi GESTOK (biasa disebut G30S/PKI), kaum Sukarnois
dan Sukarno berada terlalu lama dalam pihak yang defensif, semuanya berpegangan pada ujung
bajunya Sukarno, persis seperti anak kecil yang kehilangan ibu bapanya di tengah pasar yang
ramai.
Dari mobil kulayangkan pandangan keluar; saat mobil yang kami naiki itu keluar dari pintu
pekarangan istana dan saat persis melewati Gedung RRI yang dijaga oleh pasukan RPKAD,
tiba tiba melompat tiga orang tentara bersenjata dari tempat persembu nyiannya. Agaknya
sebab melihat mobil itu yaitu yang terakhir keluar dari pintu gerbang muka Istana Merdeka.
Memang tadi supirnya mobil istana itu pernah mengatakan kepadaku bahwa mereka sebetulnya
dinasihatkan lebih baik jangan keluar istana, kecuali pasukan keamanan Cakrabirawa yang
semata mata jika bekerja keluar mengawal Presiden. Agaknya oleh sebab melihat di dalam
yaitu orang yang berbaju hijau semuanya, dan dari topinya dan tanda pangkat di bahunya dapat
dikenali yaitu jendral jendral semuanya, maka tentara tentara itu melongo saja. Dari
pengalaman ini, saya dapat suatu hasil penelitian bahwa istana mulai dari hari itu sudah dikurung
dalam pengawasan yang amat keras. Resimen Cakrabirawa sudah tidak bergigi lagi, bukannya
mereka itu takut, saya mengetahui dari kalangan mereka masih cukup banyak yang sedia mati untuk
Presidennya, jika ada yang memimpinnya, namun secara militer resimen itu setiap waktu dapat
dihancurkan oleh RPKAD jika mereka mau. Maksud saya bisa dihancurkan , sebab resimen
Cakrabirawa tidak menerima komando apa apa dari atasannya Brigjen Sabur untuk berlawan.
Padahal resimen Cakra itu memiliki daya tempur yang tinggi. Bahwa Cakrabirawa belum dilucuti
oleh tentara yang sudah langsung dalam kekuasaan Jendral Soeharto, itu yaitu hanya soal
waktu, waktu jika dia akan membuka kartunya secara terbuka di atas meja.
Aku merasa bahwa kondisi kami seperti macan yang sudah dalam kerangkeng atau seperti
pasukan yang terkurung oleh musuh, dan kami menantikan saat datangnya pukulan coup de
grace .Ya, ini jika bertempur, sekarang apa, Satu pun rencana tempur tak ada yang dapat kami
lakukan, saat aku datang pertama kali di bulan Desember 1965 sesudah terjadinya GESTOK
(ini istilah yang tepat dari Presiden Sukarno) dan sekatang ini yaitu yang kedua kalinya,
didesas desuskan kepadaku, bahwa masih ada 36 batalyon tentara di Jawa Tengah dan Jawa
Timur yang revolusioner, yang setia, yang hanya menunggu komando saja dari Presiden
Sukarno. Saya katakan itu desas desus, oleh sebab fakta nya itu tidak betul, sebab sesudah
saya check batalyon batalyon yang dikatakan itu sudah dibereskan sejak November 1965 sudah
dimutasi pemimpinnya dan sebagian dilucuti. Desas desus itu cuma hanya sekedar memberikan harapan kosong
kepada massa dan rakyat yang memihak Sukarno, merugikan diri sendiri, sebab akibatnya secara
psychologis mendorong pikiran pikiran menggantungkan diri kepada Sukarno, tunggu
komando, tunggu komando Saya mengerti, dan mengetahui , apa sebabnya komando yang
diharapkan oleh sementara orang itu tidak bisa datang dari Presiden Sukarno. Secara
sederhana dan wajar dan secara revolusioner, tidak ada cukup alasan untuk menimpakan
kekecewaan dan kesalahan kepada Presiden Sukarno. Sebab apa, Sebab; apa yang disebut
G30S/PKI itu, sudah kalah sebelum main. Begitu mulai main, sudah ngawur, kehancurannya
sudah ditentukan oleh pembunuhan enam orang jendral jendral itu. Mempersatukan dan
menggerakkan massa rakyat dan tentara untuk membela Sukarno, tidak akan begitu sulit sebab
figuur Sukarno yaitu jaminan nasional, jaminan revolusi.namun membela Sukarno
yang dianggap membela G30S/PKI yang membunuh enam jendral itu ini yaitu pekerjaan
dewa dewa dari kayangan. Orang yang mengenal betul betul psikologi dan kondisi masyarakat
negara kita akan dapat mengerti hal yang kumaksudkan itu.
Kepalaku seakan akan pecah memikirkan dilema itu. Bagiku satu dilema. Sebab, bagiku
membela Sukarno, yaitu misi politik dan moral, misi revolusioner, misi revolusi. Pikiranku
payah mencari cari. Mencari siapa siapa yang bisa aku hubungi, namun hasilnya nol. Menantinya,
sama dengan menanti kuda bertanduk. Harapanku satu satunya lagi, ialah kepada Brigjen
Hartono, Komandan KKO yang masih utuh yang belum dilucuti. Jika Hartono ini sanggup, setia
kata dengan perbuatan, tanpa menunggu nunggu komando Presiden, aku bertekad, apa boleh
buat, biarlah aku tidak lagi bisa kembali ke Kuba, seperti pernah dikatakan Chaerul Saleh
padaku, ........to be or not to be!
Pertanyaan Achmadi menyetop aku terbang dengan pikiranku sendiri itu. Dia bertanya: Nah,
sekarang apa pikiran saudara, apa rencana Bung lagi. namun saya kira rapat seperti yang saudara
dan Chaerul adakan di rumahnya seminggu yang lalu, sekarang tidak bisa lagi. Sudah sulit
dihubungi lagi. Semua berkata siap , namun apa yang disiapkan tidak ada buktinya, semua saling
tunggu, sampai sekarang tidak ada yang maju dahulu an, jika menunggu komando tempur dari
Presiden, itu edan namanya .
Aku menyadari jika tadi Achmadi diam saja, dia bekerja dengan pikirannya sendiri. Aku
menjawab dengan berbisik kepadanya: Sebaiknya, Bung kontaki orang itu, orang
yang saudara hubungi. jika masih bisa. Persoalan kita jelas, sejak semula dan sekarang juga,
bukanlah harus menunggu nunggu 'komando tempur' dari sukarno , itu edan seperti kau
berkata , sebab siapa yang menyerang, siapa yang menyerang dahulu an pasti hancur, hancur betul
betul. sukarno juga mengetahui itu. Persoalannya ialah agar ada satu kekuatan yang berani maju
secara tegas, dengan secaracom bat ready, berani secara terang terangan menyatakan
sikapnyahands off Sukarno, bela dan setia kepada Sukarno dan pemerintahnya. Kekuatan itu
harus dicari di kalangan angkatan bersenjata yang sampai sekarang masih di pihak kita .
Saya tidak mau menyatakan, yang pikiranku tertuju kepada Brigjen Hartono, Komandan KKO.
Bagiku sudah jelas sekali apa yang sebetulnya harus dikerjakan. Itulah yang sebetulnya harus
dikerjakan. Itulah yang sejak semula menjadi garis misi yang memimpin aktivitasku, sejak
pertama kali aku datang dari Kuba (pertama kali pada bulan Desember 1965 kedua kalinya
pada bulan Februari 1966). Dalam kondisi yang sudah kepepet seperti itu, massa dan partai
politik hanya dapat dipakai sebagai basis dukungan politik. PARTINDO bersama dengan PNI,
sudah pernah sekali di bulan Februari mengerahkan massa pemudanya mengadakan demonstrasi
yang besar merupakan Barisan Sukarno dengan poster poster Berdiri di Belakang Bung
Karno , untuk mengim bangi demonstrasi demonstrasi yang diadakan pemuda pemuda
KAMI/KAPPI yang kena hasut menuntut pembubaran kabinet dan pembubaran PKI, dan
bersikap bermusuhan terhadap sukarno ; akibatnya cuma hanya sekedar pertempuran baku hantam seperti
pertempuran jaman Romawi kuno dengan Pemuda KAMI/KAPPI yang dibantu oleh tentara.
Hasilnya cuma hanya sekedar tambah memperknat posisi KAMI/ KAPPI itu saja, mereka lalu memperoleh
bantuan yang lebih banyak dan tambah dihasut oleh pihak kontra revolusi itu. sedang apa
yang diharapkan dari demonstrasi pemuda pemuda marhaenis itu akan disusul oleh sikap yang
serupa dari sesuatu pihak angkatan bersenjata secara tegas dan resmi (bukan secara berbisik bisik
atau didesas desuskan!), tidak kunjung datang juga. Bisik bisikan dan desas desus yang
mengatakan beragam , seperti Kolonel Leo Wattimena (AURI), Brigjen Laksamana
Hartono (KKO), Brigjen Sudirgo (CPM), PGT Kepolisian, dan banyak lain lain lagi sudah siap
dan tetap setia kepada sukarno , itu memicu massa dan rakyat tergantung pada harapan
kosong, memicu sikap saling tunggu menunggu yang sebetulnya passif melemahkan.
Akibatnya bisa lebih mencelakakan lagi, yaitu membahayakan posisi orang orang yang
bersangkutan itu sendiri.
Semua itu sebab pokoknya hanya satu: tak ada dari mereka itu yang berani ambil risiko untuk
menyatakan sikap yang tegas dan resmi: siap, tegas di belakang pemerintah dan sukarno . Itu
saja. Bukanlah harus menunggu nunggu komando bertempur dari sukarno . Seorang buta
politik pun akan mengerti, sukarno tidak akan memberikan komando serupa itu. Andai kata
ada pernyataan tegas dan resmi dari sesuatu pihak Angkatan Bersenjata itu, gerakan gerakan erhitungkan hal
itu akan memberikan landasan politik yang kuat bagi sukarno untuk mencapai satu
penyelesaian politik yang menguntunghan bagi negara dan hangsa. Pernyataan dari satu
kekuatan angkatan bersenjata lebih memiliki bobot dan nilai yang rieel. Saya sudah
perhitungkan bahwa Jendral Soeharto tidak akan berani, memerintahkan menggempur sesuatu
keknatan angkatan bersenjata yang mengeluarkan sikap tegas dan resmi sedemikian itu. jika
dia berani mencoba juga, dia akan kehilangan Sukarno yang masih sangat diperlukan nya itu, dan
Sukarno bersama rakyat yang setia kepadanya akan berada dipihak kekuatan bersenjata yang
tegas membelanya itu. Itu pasti seperti dua kali dua yaitu empat. Pikiran pikiran atau rencana
ini sudah matang dalam pembicaraanku dengan Presiden Sukarno, sesudah kedatanganku yang
kedua kali dari Kuba mengingat konsep penyelesaian politik yang kuajukan pada kedatanganku
yang pertama kali di bulan Desember 1965, tidak dapat dilaksanakan dalam sidang kabinet di
Bogor pada tanggal 15Januari dahulu. Pidato Presiden di dalam sidang kabinet yang tidak selesai
tadi pagi (11 Maret 1966), yaitu sehubungan dengan pikiran pikiran itu.
Saya tidak bisa ke Bogor hari itu, sebab anakku Dito dengan mobilnya belum kembali. Saya
tidak bisa menghubunginya ke mana dia pergi. Sementara saya menantikan dia kembali di Hotel
Indo nesia, saat itu kira kira jam 15.00 sore, kulihat jalan jalan dari segala jurusan di depan
Hotel negara kita itu sudah penuh sesak dengan ratusan truck yang diisi pemuda pemuda
KAMI/KAPPI yang beruniform jacket kuning dan rakyat biasa, dan beca beca yang mau
mengadakan demonstrasi menuju ke arah istana. Beberapa orang yang bercelana hijau tentara,
dengan sangat menyolok kulihat melompat turun dari beberapa truck, mendekati penjual penjual
buah buahan yang berdagang di pinggir jalan itu. Keranjang keranjang buah bnahan itu dengan
semua isinya dengan gesit diang katnya semuanya, dibagi bagikannya kepada pemuda pemuda
dan rakyat di dalam truck itu dengan keranjang bersama pikulannya sekali. Kepada pedagang
pedagang buah itu dikeluarkannya segebok uang kertas dari dalam tasnya, dibagi bagikannya
kepada pedagang pedagang buah itu tanpa dihitung hitungnya lagi.
Aku dengan terpaksa melihat panorama yang mengandung drama politik itu sendirian tidak
berdaya.Ah, itu pedagang pedagang masih baik nasibnya, jika saja tidak dirampok dagangannya
itu, masih dapat bayaran, walaupun keranjang dan pikulannya terbang, turut demonstrasi.
Alangkah banyaknya uang tentara itu. Dari mana uangnya itu.Dan itu begitu saja, demonstrasi di
Jakarta terjadi hampir setiap hari, sudah seminggu itu sejak diketahui Presiden akan mengadakan
sidang kabinet penting tanggal 11 Maret 1966 itu. namun demonstrasi yang terbesar di Jakarta
yaitu hari ini. Rupanya mereka tidak mengetahui bahwa Presiden sudah tidak berada di istana
di Jakarta, sebab lalu esok harinya saya baru mengetahui , bahwa barisan demonstrasi itu
dibelokkan menuju Bogor, sebab Presiden berada di sana.Waktu sidang kabinet di Bogor 15
Januari yang lampau, juga Istana Bogor itu dikurung oleh demonstrasi yang besar besaran, yang
menuntut dibubarkannya PKI dan diretulnya Menteri Luar Negeri soebandrio , yang dikatakannya
haji Peking .
Demonstrasi hari ini poster posternya lebih meningkat lagi isinya, bukan saja menuntut agar
dibubarkannya PKI, namun juga retul kabinet . Walaupun Sukarno belum di attack, namun itu berarti
memencilkan Sukarno. pernah dilaporkan kepada Menteri Bank Sentral, Jusuf Muda Dalam,
yang diberitahu kan Chairul Saleh kepadaku, bahwa pasar uang gelap di Jakarta (di Glodok dan
Pasar Baru, umumnya pedagang pedagang Tionghoa), dalam minggu pertama bulan Maret itu
berhasil membeli 200.000 U.S dollar dari orang yang tidak dikenal yang membutuhkan
rupiah, dengan kurs pukul rata 1 = 500 rupiah; jadi ada kira kira 100 juta rupiah. Untuk apakah
uang sebanyak itu, Apakah uang itu, untuk membayar sewa sewa ratusan truck truck itu, untuk
membiayai dapur umum manusia manusia yang dikerahkan demonstrasi itu, dan segala
keperluan usaha usaha jahat menggoncangkan negara dan untuk menjatuhkan Sukarno,
Sore itu sampai tengah malam nya saya tidak bisa pergi ke mana mana. sebab gelisah sendirian saja di
kamar hotel, saya tilpon Mayjen Sudirgo, Komandan CPM di rumahnya. Kebetulan dia ada.
Tentu saja saya tidak bisa bicara banyak per tilpon. Saya cuma hanya sekedar memberi salam dengan apa
kabar . Dijawabnya sederhana juga kabar baik , namun dia mengatakan jika Pak
Hanafi mendengar kabar sesuatu, agar dia diberitahu . Aku bertanya apa tidak sebaiknya jika
saya datang saja ke rumahaya. Dijawabnya, sebaiknya tidak usah, sebab di rumahnya itu banyak
kesibukan, banyak orang yang pada datang, katanya.
lalu , tiba tiba saya memperoleh tilpon gelap, yang sebetulnya mengancam; dia tidak mau
memberikan namanya. Suaranya saya kenali, suaranya selalu serak seperti suara orang yang baru
bangun dari tidur, si ... orang IPKI dengan ketawa: Ha, ha, haaa, ini koboinya Fidel Castro, ya .
Ada apa, apa kabar, dari mana saudara tilpon kamar saya , aku bertanya, dengan menahan
perasaan. Sebab saya tidak merasa ada hubungan dengan dia. Dia ini pernah jadi tentara, pro
Nasution dan anti Sukarno setengah mati. Sambungnya lagi dengan suara yang congkak dengan
ketawanya yang sinis: Ha, ha, ... dari mana saya mengetahui , itu urusan saya, semua saya mengetahui ; kenapa
saudara tidak pulang saja ke Kuba, apa yang saudara perbuat di sini .
Itu pulau rusan saya, ini negeriku, ini negara saya turut mempe lopori menegakkannya dan
akan saya bela terus, jika saudara mau turut, boleh datang ke kamar saya sekarang, kita bicara
...
Ha, haaa, masih keras juga, huh, suara putus pesawat dibanting rupanya. Saya menduga, pasti
dia itu menilpun saya dari reception desk dari Hotel itu, sebab banyak suara terdengar, orang
orang bicara. jika dia betul datang bergerombolan untuk datang menculik, sudah pasti saya
akan kalah. Saya percaya dia itu tidak akan berani datang jika sendirian, watakaya saya kenal,
watak tukang obat yang suka sesumbar. Bagaimanapun juga saya pindah ke kamar lain, saya
menyewa dua kamar reserve sebagai persiapan diri terhadap hal hal serupa. Sebab pemuda
pemuda PARTINDO, dan dua orang Cakrabirawa yang biasanya mengawal saya tidak datang
pada hari itu. kondisi saya sendirian betul betul. Dua hari lalu , sesudah kejadian itu
kuhubungkan dengan peristiwa 11 Maret , kusimpulkan bahwa itu orang IPKI, sudah
mengetahui terlebih dahulu bahwa akan terjadi apa yang disebut SUPERSEMAR itu, jika tidak
dia tidak akan berlagak sesombong itu terhadap saya yang tidak pernah berhubungan apa apa
dengan dia, orang yang tidak memiliki nyali untuk berkelahi jika satu lawan satu.
Baru saja saya masuk kembali ke kamarku semula, ada yang mengetok pintu. Saya kokang
pistolku, sambil bertanya siapa di luar: Saya, Sudarto, Pak . Pintu kubuka tampak Brigjen
Sudarto, bekas ajudan Presiden, menyeringai kasih unjuk giginya.
Masa, bapak kokang pistol menerima saya, Pak Hanafi .
Maafkan aku jendral, saya tidak mengetahui bahwa saudara yang datang .
sesudah duduk dan kusuguhi minum, Brigjen Sudarto berkata: Pak Hanafi, saya datang
menengok bapak tidak akan lama. Saya diutus teman teman, agar Pak Hanafi mendesak
kepada Bapak Presiden, agar pak soebandrio itu diganti saja, untuk meredakan sedikit suasana.
agar diganti saja, oleh Pak Hanafi, atau Pak Adam Malik. Buat kami sama saja, namun
sementara teman teman mendesak agar Pak Hanafi. namun agar segera, Pak .
Siapa teman teman itu, , tanyaku, agak keheranan.
Mereka sekarang berkumpul di rumah saya, jika tidak percaya saya, tilponlah sekarang. Bapak
kenal Kolonel Mustapa, Komandan pasukan cadangan Sukarelawan Kalimantan Utara, bekas
Overste Singgih, dan lain lain lagi ...
Brigjen Sudarto pulang , sesudah aku sanggupi untuk membicarakan yang dimintanya itu kepada
Presiden, namun dengan perjanjian agar mereka itu aktif setia kepada sukarno . Saya jelaskan
kepadanya, saya tidak keberatan diajukan Adam Malik, asal dia berjanji akan setia dan tegas
membela sukarno dan Chaerul Saleh, dan jika memang pergantian soebandrio itu
merupakan syarat mutlak bagi peredaan ketegangan, saya percaya akan dapat dilakukan dengan
segera oleh Presiden, pun saya percaya juga bahwa soebandrio akan ikhlas meletakkan
jabatannya. Namun dalam hatiku, aku mengetahui sudah bahwa kuncinya persoalan bukan di situ, oleh
sebab itulah saya tekankan kepadanya bahwa kunci peredaan ketegangan itu sejak semula ada
di tangannya Jendral Soeharto. Atas perkataanku yang terakhir ini Brigjen Sudarto menjawab
bahwa persoalan yang dibicarakannya kepadaku itu sudah di tangan Pak Harto .
Saya hanya manggut manggut; tanpa menunjukkan bahwa saya tetap bercadang. Sebab dalam
kehidupan selalu ada kejadian yang tidak bisa dikenali segera apa yang tersembunyi di belakang
kejadian itu. Kenapa Jendral Soeharto sendiri tidak mengajukan langsung kepada Presiden, jika
memang serius itu persoalannya, atau kenapa Jendral Soeharto sendiri tidak langsung memanggil
saya.
Belum berapa lama Brigjen Sudarto pulang , pintu diketok orang lagi. Kuharap anak saya Dito
yang datang. Kubuka pintu, ternyata Menteri Sudibyo (Wakil Ketua Front Nasional), ditemani
seorang sekretarisnya, yaitu Sekjen pemuda PSII yang saya kenal.
Air muka Sudibyo tampak kusut. Dia tidak gembira lagi, seperti biasa kukenal, jika jumpa
dengan ku. Sekarang tampaknya lesu sekali. Tidak jelas apakah dia mau mencari informasi atau
mau memberikan informasi . namun selama dia duduk bercakap cakap, dia lebih banyak
mencurahkan kekecewaannya kepada PKI dan kepada Aidit, dan mengenai Front Nasional yang
sudah lumpuh. Itu yaitu perasaan umum yang sudah banyak kudengar sejak semula aku tiba di
Indo nesia. Dari Sudibyo sebetulnya aku mengharapkan suatu pandangan yang konstruktif, atau
sesuatu idee. Aku mengerti dan dapat memahami jika dia hanya menumpahkan kesesalannya
saja itu, mungkin tak ada teman lain yang dia bisa ajak bicara. namun saya tidak ada waktu untok
menanggapinya, saya cuma hanya sekedar manggut manggut saja, sebab urat syarafku sejak dari pagi sampai
sore itu sudah terlalu tegang.
yaitu biasa dan sudah lumrah, pihak yang kalah dilempari orang dengan penyesalan dan
kutukan, bahkan tidak jarang lebih dari itu. Seperti sekarang ini, orang menyalahkan PKI, orang
marah kepada Aidit, orang walaupun masih segan segan sudah mulai menyesali sukarno ,
namun tidak berani mengecam dan mengeritik Jendral Soeharto yang membiarkan jiwa ratusan
ribu rakyat dalam bahaya. namun , bagaimana pun juga penyesalan penyesalan itu harus
diperhatikan dan diperiksa dari pihak mana datangnya, dari kawan atau lawan. Menteri Sudibyo
jelas bukan musuh rakyat dilihat dari riwayat perjuangannya. Penyesalan walaupun mengalir
seperti air ke laut dari orang seperti dia itu, sepatutnya didengarkan dengan hati yang kasih.
Apakah PKI sebagai partai, Aidit cs sebagai pimpinan tertinggi PKI, dan Sukarno sebagai
Kepala Negara dengan segala kwaliteit yang dipercayakan oleh rakyat kepadanya, bersalah
sehingga terjadinya malapetaka, yaitu pergerakan Tiga Puluh September dan kudeta Soeharto 1965
itu, , Bagiku pertanyaan ini saya jawab: ya dan tidak.
hasil penelitian ini sudah kutetapkan sejak hasil kunjunganku yang pertama ke negara kita (Desember
'65 Januari '66) berdasarkan pengetahuan dan pengalaman secara langsung dan indirect atas
peristiwa itu. Saya berpendapat, tidak ada sesuatu kejadian atau sesuatu hal ikhwal yang berdiri
sendiri, inilah landasan pikiran kenapa saya berhasil penelitian ya dan tidak. Masalah yang
menentukan persoalan pokok, yaitu soal politik, soal kekuasaan negara, persoalan kekuatan
kontra revolusi melawan keknatan revolusi pengertian inilah yang seyogyanya harus dipakai
sebagai lampu yang bisa menerangi untuk memeriksa fakta fakta dan duduk permasalahan yang
sebetulnya . Ini menyangkut langsung masaalah sejarah dan masyarakat, dus soal politik.
sedang pencuri ayam tidak boleh divonnis secara serampangan begitu saja, apalagi persoalan
revolusi yang menyangkutiangsung kedudukan Sukarno sebagai Kepala Negara yang bukan
sembarangan, namun juga pemimpin perjuangan kemerdekaan yang menegakkan Republik
negara kita ini.
Bagiku setiap orang yang berjiwa kerakyatan dalam hatinya, kalah dan menangnya perjuangan
harus disambut dengan senyuman, risikonya dipikul bersama sama janganlah jika sukses saja
datang minta pembagian!
Dalam konteks persoalan ini, soal yang laksana beras dalam intaran (alat untuk memisahkan
beras dengan padi) yang sedang dikocok ke kanan dan ke kiri, orang harus bisa memisahkan
antara beras dengan padi antara padi dengan batunya. Jika sudah dilaksanakan analisa dan
penelitian secara tepat, saya percaya orang akan melihat bahwa Aidit cs dengan PKInya yaitu
mangsa jaringan jaringan provokasi, provokasi mana melahirkan GESTAPU yang menunggangi
Sukarno, dan Soeharto lalu menunggangi GESTAPU itu sebagai kuda pacuannya untak
melancarkan kudetanya. Di samping itu orang akan dapat melihat juga bahwa malapetaka kudeta
Soeharto 1965 itu, yaitu juga sebagai produk bertabrakannya kepentingan politik dan ekonomi
tiga besar, USA RRT UNI SOVIET (botsingen van politieke en ekonomische belangen).
Akhirnya yang beruntung yaitu USA, yang buntung yaitu negara kita , yang gigit jari yaitu
RRT dan Uni Soviet.Bagaimana orang bisa mengadakan retrospeksi diri sendiri, atau sebagai
partai politik mengadakan self koreksi, bila semua masaalah yang saling bersangkutan itu tidak
dianalisa secara tepat, dan berani mengambil sikap mandiri dan berdaulat demi ke pentingan
rakyat, bangsa dan tanah air, Ya, dengan mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa dan tanah
air sendiri terlebih dahulu, lebih dibandingkan pertimbangan pertimbangan lainnya. jika sungguh
sungguh mau menemukan dari mana sumber kesalahan paling pokok yang memicu
malapetaka yang dimahkotai oleh kemenangan coup d'etat Soeharto dengan penyembelihan
sejuta lebih rakyat yang tidak berdosa itu, saya berpendapat pertama bukanlah harus dicari
kepada Sukarno, juga bukan kepada Aidit dan PKI, namun terhadap mereka yang sudah
melacurkan diri kepada Amerika. Mereka itulah yang mengacau dengan menjalin jalin jerat
provokasi dengan apa yang disebut pergerakan Tigapuluh September (GESTAPU).
Dari situlah Soeharto mulai memakai GESTAPU itu sebagai kuda tunggangannya untuk
mencapai puncak kekuasaan, lalu merestorasi neo kolonialisme di negara kita seperti yang
kita alami sekarang. namun jelas, GESTAPU itu bukan PKI, dan PKI bukan GESTAPU!!!
GESTAPU menunggangi Sukarno, Soeharto menunggangi GESTAPU. Bahwa Aidit cs
tersangkut dengan GESTAPU itu jelas. (Sudisman sendiri sudah mengakuinya dengan jantan).
Dus, sebetulnya GESTAPU itulah yang harus diperiksa dan diadili dengan teliti berikut
segala sangkut paut dan latar belakangnya, secara terbuka, adil dan demokratis. Semua itu
memerlukan waktu yang cukup , tidak bisa tergesa gesa atau main tembak tanpa proses, seperti
dialami oleh Aidit, Nyoto, Sakirman, Lukman . Penggabungan nama GESTAPU dengan nama
PKI menjadi G30S/PKI, itu sebetulnya sudah menunjukkan salah satu mata rantai yang
tersembunyi. Siapa siapa dan ke mana kaitan mata rantai mata rantai itu, Jadinya seperti maling
berteriak maling, sebab tidak ada penyidikan yang jujur dan terbuka. Kenapa tidak disebut saja
pergerakan Tiga Puluh September, sebab bukankah begitulah nama sebetulnya yang dinyatakan
oleh kolonel Untung sendiri, jika toh mau dilengkapi kata adjektifnya, yang paling kena
yaitu : GESTAPU/SOEHARTO .
Hari sudah petang, matahari sudah turun, namun udara masih terasa panas. Udara panas tadi siang,
masih belum mengendap, dan aku sendirian dicengkam rasa tidak tentram. Radio yang terus
gerakan gerakan asang membawa bawa kan lagu lagu tidak begitu gerakan gerakan erhatikan. Saya ngelamun, terkenang anak
anakku dan isteriku di Havana, yang juga tidak tentram tentunya, dan tentulah mereka
mengetahui juga kondisi genting yang kudapati.Tiba tiba saya melompat terkejut, kabesarkan
suara radio itu yang mulai menyiarkan siaran pemerintah. Apa yang kudengar yaitu pembacaan
Surat Perintah Sebelas Maret. Sesaat sesudah pembacaan saya masih juga belum cepat menyadari,
di kepalaku muncul segera tanda tanya.
Tidak lama lalu pembacaan SUPERSEMAR itu disusul dengan pembacaan sebuah Surat
Keputusan Jendral Soeharto, yang berdasarkan SUPERSEMAR itu membubarkan PKI di selurah
In donesia, atas nama Sukarno Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/ Pemimpin Besar Revolusi .
Saya menjadi lebih terkejut dan keheranan. Apakah benar Presiden menyetujui atau menyurah
Jendral Soeharto membubarkan PKI, Ini tidak masuk akal pada saya. Automatis pikiranku
tertuju kepada tiga orang brigjen: Amir Machmud, Basuki Rachmat dan Jusuf yang kebetulan
kutemui di Istana Merdeka tadi siang, mereka lalu bertiga pergi ke Bogor. Sekarang
barulah menjadi jelas bagiku, rupanya kepergian mereka ke Bogor itu, diperintahkan oleh Jendral
Soeharto, siap dengan Naskah Surat Perintah 11 Maret 1966 untuk memaksa Presiden
memberikan tanda tangannya. sedang Surat Keputusan pembubaran PKI disiapkan oleh
Jendral Soeharto sesudah mereka itu kembali dari Bogor dengan membawa bawa SUPERSEMAR itu.
Dugaanku ini mengenai SUPERSEMAR itu, esok harinya dibenarkan oleh Chaerul Saleh yang
ada bersama Presiden di Bogor.
Sehabis siaran Pemerintah itu, segera saya menilpon Brigjen Sudirgo, Komandan CPM. Dia
mengatakan dia juga sudah dengar. Kita tunggu saja apa kelanjutannya , katanya. Saya seperti
memperoleh sesuatu yang kosong. Jangan tidak dia tambahkan, bahwa dia sudah
memerintahkan memeriksa apakah anak saya Dito yang tidak pulang itu apakah tertangkap, dia
mengatakan bahwa dilaporkan tidak ada. Sebab waktu saya menilpon dia pertama kali tadi siang,
saya minta pertolongannya.
lalu saya segera menilpon ke Istana Bogor. Saya langsung dikaitkan kepada Ajudan
Kombes Sumirat. saya tanyakan apa kabarnya bagaimana kondisi presiden.
Tadi siang di sini rame sekali, Sumirat menjawab, istana dikurung oleh demonstrasi besar
besaran, tembakan tembakan terdengar rame, tank tank mengurung istana. jika Pak Hanafi
mau datang menengok Presiden, datanglah cepat cepat .
Saya menjawab bahwa saya besok pagi, akan segera ke Bogor, sebab tengah malam itu, walaupun saya
ingin sekali, namun tidak bisa, sebab alasan keamanan. Suaranya Sumirat kudengar dengan nadanya
yang sangat mengharap. Maka kusimpulkan dengan dikeluarkannya surat perintah presiden 11
Maret itu, di Bogor sudah terjadi suatu tragedi besar!
tengah malam itu Dito pulang . Saya marah marah kepadanya. Dia datang dengan Iwan, pemuda
Bengkulu keponakannya Syamsuddin, yang selalu mengantarkan rantang makanan ...Ã la
Bengkulu setiap tengah malam untukku. tengah malam itu datang juga Letnan Andreas dari Cakrabirawa yang
bekerja menjadi ajudan/pengawalku. Datang juga Palti Simatupang teman temanya Dito,yang
biasanya mengikuti Dito ke mana mana. Esok harinya kira kira jam 1 siang, tanggal 12 Maret
1966, diikuti oleh mereka itu, kecuali Iwan, saya berangkat ke Bogor. Sepanjang jalan antara
Jakarta Bogor, di banyak tempat saya melihat regu regu tentara berjaga jaga, di beberapa tempat
tank tank, dan mobil mobil berlapis baja.namun jalan terbuka, walaupun sepi, hampir tidak ada
kendaraan partikelir yang lewat, kecuali kendaraan militer yang dilarikan dengan cepat. Mereka
pada melongo memandang kepada mobil yang kunaiki, agaknya ada keheranan melihat kok ada
jendral di dalamnya, berpakaian dinas militer dan Cakrabirawa, sedang yang lainnya
berpakaian sipil, dan mobil partikelir juga .
Agakya tentara yang melongo itu berspekulasi, mungkin kami itu bekerja rahasia yang penting.
Ini juga memang sudah gerakan gerakan er hitungkan. Saya pesan kepada ajudan jika disetop dan ditanya
dia saja yang menjawab, lainnya diam: panggilan Presiden. jika perlu aku sendiri akan
menjawab: diutus Jendral Soeharto.Jijika sampai disuruh keluar dari mobil, aku sudah sedia
dengan siasat yang lain, aku sendiri akan minta bicara langsung dengan Jendral Soeharto.
Biasanya jika sampai begitu mereka tidak akan berani.saat mobilku memasuki kota Bogor,
di pinggir jalan masih ada tampak kertas bertaburan, sobekan sobekan dari poster poster
rupanya. Kota itu sepi tampaknya, tidak seperti biasanya.Toko roti yang biasa saya singgahi
dahulu saat belum pergi ke Kuba, dibuka pintunya saja, tidak banyak lagi mobil mobil
berderet deret di depannya.
sedang itu yaitu hari Sabtu, jika jaman normal, tempat itu banyak disinggahi orang yang
pulang pergi ke Puncak (daerah pegunungan yang sejuk). Pintu gerbang muka, yang disebut juga
gerbang protokol ditutup dan dijaga Cakra. namun di pojok pada jalan yang menurun ke arah
kali, tampak agak tersembunyi sebuah tank yang lagi nongkrong, saya pastikan itu bukan
tanknya Cakra, sebab saya mengetahui Cakrabirawa tidak memiliki tank. mungkin ada lagi di tempat
lain, namun tidak saya lihat, sebab mobil langsung menuju pintu masuk di samping istana, bukan
gerbang protokol , bukan pintu resmi. Saya langsung mula mula diterima oleh Kombes Sumirat
di pavilyun penerimaan tamu, lalu diantarkannya sendiri ke pavilyun istana tempat yang
dipakai Presiden jika ke Bogor dan yang ditinggali Bu Hartini, yang bersebelahan terpisah
kira kira dua puluh langkah saja dari pavilyun penerimaan tamu tadi. Biasanya tamu tamu
diminta mengisi buku daftar tamu. Rupanya ini kali formalitas itu tidak diwajibkan kepada saya.
sukarno kebetulan sedang berada di beranda muka bersama Bu Hartini memandang
sekumpulan menjangan di kejauhan di dalam peka rangan istana itu. Dia berkemeja sport yang
ujungnya dikeluarkan, biasanya begitulah dia jika waktu beristirahat, dan tidak berpeci. Saya
memberi saluut militer kepadanya, lalu kami bersalaman. Aku tidak biasa mencium tangan
sukarno , namun sekali ini tangannya kucium ... dan tiba tiba terloncat dari mulutku kata kata
yang mendorong hendak keluar: sukarno , kucium tangan ini ... tanpa tangan ini tak ada
Proklamasi Agustus 45 .
Bu Hartini masuk ke dalam rumah. sukarno mengajak saya duduk ke beranda samping. Hari
kira kira jam 11.30 lebih.
Sudah dengar siaran radio kemarin, tanya sukarno
Sudah, ... itulah sebabnya saya datang kemari, sebab saya ingin mendengar dari Presiden
sendiri, pertama, berhubung dengan apa maka sidang kabinet kemarin dengan terpaksa tiba tiba
dihentikan, kedua, bagaimana sikap kita selanjutnya
Ada katebelletje dari Sabur, mengatakan ada pasukan yang tak dikenal masuk Jakarta, sudah
mendekati istana, sebaiknya segera saya berangkat ke Bogor. Nah, Hanafi dengar siaran radio
kemarin, jadi sebetulnya , saya masuk perang kap ke Bogor ini
namun kenapa Sabur , tanyaku. Perlu saya laporkan, bahwa Jendral Mursid sendiri pergi
memeriksa sekitar istana, namun saat itu dia tidak melihat apa apa .
Bukan salah Sabur , kata sukarno . Sebabnya sebab sudah panik. Kemarin, datang Amir
Machmud, Basuki Rachmat dan Jusuf diutus Jendral Soeharto, dengan membawa bawa Naskah Surat
Perintah yang disusunnya. Kemarin, istana dikepung. Hanafi tanya kepada Chaerul Saleh nanti.
Saya dengan terpaksa tandatangani sebab kondisi dan posisi kita sedang sangat terjepit, saya laksana
singa meraung raung sendirian di tengah padang pasir, saya memerlukan waktu Amir Machmud,
Basuki Rachmat dan Jusuf menjamin, yang mereka akan tetap membela Bapak, menjamin yang
Surat Perintah itu tidak akan disalahgunakan, pelaksanaan yang penting penting akan minta izin
saya.namun pembubaran PKI is zonder mijn accoord gedann en niet eens met mij besproken.
Kalimat yang terakhir ini diucapkannya dengan keras. Saya mengetahui sukarno akan marah jika
distop, saya khawatir marahnya itu akan menimpa saya.
Itu bukan tanggung jawab sukarno , bukan salahuya sukarno , kataku.
Pembubaran partai politik, berdasar keterangan saksi konstitusi yaitu hak prerogatif Presiden, dat weet je wel,
itu tidak bisa didelegeer dengan Surat Perintah itu. Soeharto bukan Wakil Presiden, dan saya
tidak uzur. Saya tidak takut membubarkan PKI jika memang PKI yang memberontak, namun
harus jelas dahulu apa itu GESTOK, yang jelas baru Aidit itu yang sombong .
Apa rencanaku selanjutnya, Saya sudah mengutus Pak Leimena membawa bawa Surat Perintahku
kepada Jendral Soeharto, mari kita tunggu reaksinya, apakah dia akan tetap patuh atau
membangkang. Nah, Hanafi, jika dia tetap patuh, kau tetap di sini membantu Presiden, jika
dia membangkang terus, kamu secepatnya kembali ke Kuba en doe je best. Sekarang, pergilah
temui Chaerul Saleh dan soebandrio , bantulah, mereka sedang bekerja di pavilyun sana .
Presiden terus berdiri dan saya pun segera ke pavilyun istana yang lain di mana berada Chaerul
Saleh dan soebandrio . Melihat saya datang, Chaerul segera berdiri menyambut, dan
berkata: Jangan marah marah dahulu , bacalah ini dahulu !
Dia menunjukkan sebuah tembusan Surat Perintah Presiden tertanggal 13 Maret 1966, yang
sedang diketik oleh seorang pegawai administrasi istana dan Dr soebandrio sedang berdiri di
sampingnya. Isi pokok surat perintah itu yaitu sebagai berikut:
a) mengingatkan bahwa Surat Perintah Sebelas Maret 1966 itu sifatnya yaitu
teknis/administratif, tidak politik, semata mata yaitu surat perintah mengenai misi keamanan
bagi rakyat dan pemerintah, untuk keamanan dan kewibawaan presiden/ Panglima
Tertinggi/Mandataris MPRS.
b) bahwa Jendral Soeharto tidak diperkenankan melakukan tindakan tindakan yang melampaui
bidang dan tanggung jawabnya; sebab bidang politik yaitu wewenang langsung Presiden,
pembubaran sesuatu partai politik yaitu hak Presiden semata mata.
c) Jendral Soeharto diminta datang menghadap Presiden di Istana, untuk memberikan
laporannya.
Tembusan.
Surat Perintah akan diperbanyak, distensil, kata Chaerul. Untuk disebarkan,jij dan Achmadi
memiliki misi agar pemuda marhaenis, pemuda pemuda PARTINDO itu menyebarkannya, dan
akan dibagikan kepada orang lain agar turut menyebarkannya.
Apa ini artinya siap untuk show down, saya menyahut. Sebab ini tidak ada artinya lain. jika
begitu kenapa tidak disiarkan segera per radio dari sini,
Manaaa radio, yang ada di sini cuma hanya sekedar (yang diucapkannya itu tidak patut diulangi). Kau cari
Suryadharma apakah dia masih memiliki alat transmisi, atau memiliki apa, jika tidak, misi kita
cuma hanya sekedar sampai di batas ini. orang berkata mau revolusi, kok pakai tunggu komando , setia
kepada sukarno tunggu komando .......tai kucing...Chaerul naik pitam, begitulah temperamennya.Tidak asing lagi bagi yang mengenalnya. Sifat
tegas dan berani sejak dahulu, walaupun ada kalanya tanpa perhitungan yang tenang dan dalam.
Kata katanya yang terakhir saya anggap tepat sekali. jika dahulu kita yang disebut pemuda
proklamasi menunggu nunggu datangnya komando, sudah pasti tidak akan ada itu Proklamsi 17
Agustus 45.
soebandrio , kulihat wajahnya membayangkan kelesuan, namun jangan sampai tidak ngomong
apa apa, dia berkata juga: Jangan putus harapan, Fi, masih ada jalan .
Pada saat itu datang Achmadi. Hatiku yang ingin mengatakan, bahwa jalan tunggu komando itu
jalan kapitulasi , tidak jadi kuucapkan. lalu sudah kurasakan, tidak perlu diperdebatkan
lagi, sebab dalam suasana yang demikian itu sudah jelas soalnya: bertindak dahulu bicara
belakangan!
Kutanyakan pada Achmadi: Dari mana, Bung Achmadi, Achmadi: Dari Jakarta, dari mana
lagi.
Dia menunjuk kepada uniform lengkap yang gerakan gerakan akai, berkata: Kenapa masih pakai pakaian
begini, orang tidak harus pakaian begini lagi...
jika saya tidak berpakaian begini, mungkin juga saya tidak akan sampai di
sini, jawasukarno u. jika ditangkap sebagai jendral itu lebih baik dibandingkan konyol . Achmadi diam.
Dia berpakaian kain sarung, bertopi pandan buatan Tangerang, dan sandalan, uniform jendralnya
entah di mana.
Dia pergi ke meja, membaca surat yang akan diperbanyak itu. Dia menceritakan bahwa, dia dari
kemarin berjalan kaki dari Jakarta, melalui jalan jalan kampung, via daerah Pasar Minggu. Dan
hari itu tadi dia melewati daerah lapangan terbang Panasan di dekat Bogor, lapangan terbang itu
sudah diduduki Angkatan Darat dan bahwa dia akan menghadap Presiden untak melaporkan hal
itu.
sesudah copy Surat Perintah 13 Maret itu selesai diperbanyak di atas mesin stencil Gestetner,
sebanyak lima ribu lembar, maka diaturlah pembagiannya. Sebagian akan dibawa oleh orang
Cakrabirawa yang terpercaya ke Jakarta, sebab maka akan lebih aman, sedang
Achmadi bertanggung jawab akan penyebarannya. namun saya langsung mengambil sebagian
kecil, (dan yang saya ambil ini lalu sesudah di Jakarta saya serahkan kepada Pemuda
Pemuda PARTINDO, yang saya tidak ingat lagi siapa siapa, agar disebarkan). Achmadi
mengambil semua stencilan itu, dikepitnya dibawanya ke kamarnya. Chaerul Saleh mengatakan
bahwa nanti kita semua akan ketemu makan bersama Presiden.Achmadi berkata, bahwa dia tidak
akan turut, jika sudah laporan, dia bersama Achadi (yang sedang menanti di kamar) akan pergi
untuk mengurus penyebaran stencilan stencilan itu. Demikianlah katanya. Bagaimana
selanjutnya stencilan itu, saya tidak mengetahui nya lagi.
Brigadir Jendral KKO Hartono: kita harus mulai baru 3
Sehabis waktu magrib, sesudah sembahyang, saya pergi menuju ke pavilyun Presiden.
Sebelumnya saya menanyakan kepada pengawal istana, ada di mana Dito, Palti dan Andreas,
yang dijawab mereka itu berada di pavilyun, dan diurus makan dan penginapannya. Sebab saya
belum ada kepastian, apakah pulang ke Jakarta atau tidak tengah malam itu.
Di pavilyun Presiden, sudah berada lebih dahulu Dr. soebandrio dengan isterinya Mbakyu
Hurustiati, Chaerul Saleh dengan isterinya Zus Jo, sukarno dan Bu Hartini. Suasana
tampaknya biasa saja. Walaupun masing masing sudah mengetahui bahwa kondisi yaitu
genting sekali, namun berhubung ada hadir pula nya wanita wanita yang amat bijaksana itu, sangat
membantu adanya ketenangan. Begitulah pikiranku.
Bu Hartini: Bung Hanafi, apa kabar, kenapa Jeng Kendah tidak dibawa, Anaknya yang kecil
siapa namanya,
Baik baik saja Bu, namun belum bisa saya bawa bersama sama, saya sedang bekerja di sini, dia
bekerja juga di sana anakku yang kecil itu namanya Nina ... Nina Mutianusica, singkatan dari
pada mutiara Nusantara dan Caribia .
3. Jendral KKO AL Hartono pernah oleh Orba dikirim keluar menjadi Dubes Rl di Pyongyang,
Korea Utara.tahun 1967, saya kirim pesan kepadanya agar jangan pulang ke negara kita
jika selesai periode jabatan Dubes . Pesan saya itu saya titipkan pada Dubes Korea di Ha
vana. saat Dubes Korea ini kembali ke Havana, namun sudah diangkat menjadi Menteri
Pertahanan, beliau datang menemui saya untuk mengabarkan bahwa pesan saya itu sudah
diusahakannya untuk disampaikan kepada Dubes Hartono, namun sayang Dubes Hartono sudah
dipanggil kembali ke negara kita . Beberapa waktu lalu saya mendengar berita Dubes
Hartono itu mati bunuh diri. Saya tidak mengetahui pasti apakah betul Hartono itu bunuh diri,
Wah, bagus sekali namanya, Bung Hanafi pandai sekali memilih nama, ya apa tidak Mas , Bu
Hartini berkata kepada sukarno yang duduk di sebelahnya. sukarno manggut manggut
saja.
Chaerul Saleh: Apakah Bu Hartini mengetahui riwayatnya, ... saat Hanafi baru saja tiba di Kuba,
Kuba diserang dengan bom dari udara, dia matikan semua lampu, lari ke kamarnya minta
dikeloni sama bininya, ha, ha, haa... anaknya Babe ...hi, hi, hi .... Semua tertawa gelak gelak,
mendengar kelakar Chaerul itu. sukarno kulihat juga senang.Aku tidak membantah dijadikan
sasaran seloroh itu. Semua bisa gembira, saya pun juga senang.
Kami makan tengah malam di satu meja bersama sama sukarno . Bagiku itulah yang terakhir makan
bersama sama dengan mereka itu dan dengan sukarno . Sehabis makan kami diajak main
kartu oleh Bu Hartini. Zus Jo dan Mbakyu Hurustiati pandai main dua puluh satuan, Bung
Karno, berganti ganti mereka menang. namun sementara itu kesanku sukarno tidak begitu
antusias, rupanya ada sesuatu yang tetap masih menyangkut di pikirannya. Kami main kartu
cukup lama, diseling kopi dan bercakap cakap. Tiba tiba kedengaran suara helikopter berderu
dari kejauhan mendekat. soebandrio , melihat ke jam di tangannya:
Jam 10.55. Itu Oom Jo dan Hartono datang , dia berkata dan memandang kepada sukarno .
Mendengar kata soebandrio , nyonya nyonya yang bijaksana itu bersiap siap akan pergi dari
tempat itu.Yang tinggal hanya kami yang menanti kedatangan Oom Jo yang diutus Presiden
menyerahkan Surat Perintah 13 Maret kepada Jendral Soeharto.
Dua buah jeep Cakrabirawa kedengaran menderu menuju ke lapangan hijau di muka sebelah
kanan istana untuk menjemputnya, dan tidak lama lalu jeep itu kembali lagi, lalu berhenti
di muka tangga pavilyun Presiden.
Tenang saja wajahnya Dr. Leimena masuk, bersalaman kepada Presiden, dan kepada kami,
diiringi oleh Brigjen Hartono dari KKO. Lalu Presiden mempersilakan kedua orang utusan
penting itu duduk. Pelayan segera keluar menghidangkan kopi, tanpa diperintahkan lagi,
mungkin Bu Hartini yang mengatur di belakang agar kopi itu keluarnya tepat pada
waktunya, atau sudah biasa misi rutine pelayan.
Dr. Leimena: PadukaYang Mulia Presiden, mohon dimaafkan mungkin saya agak terlambat ...
suaranya tenang dan kalimatnya setiap pada koma terhenti sebentar, sedang Presiden dan kami
mendengarkan dengan hening dan penuh perhatian; suara jangkerik yang mengerik ngerik itu
rasanya menambah terkonsentrasinya pikiran menantikan kata kata selanjutnya dari Oom Jo
itu...
misi sudah saya laksanakan ... Dengan diantar oleh Brigadir Jendral Hartono ... Surat Perintah
sudah saya sampaikan kepada LetnanJendral Soeharto ... di tangannya sendiri.Jendral Soeharto
membaca surat perintah itu, ... lalu dia berkata: 'Sampaikan kepada Presiden, semua
tindakan yang saya lakukan yaitu atas tanggung jawab saya sendiri.' Dan bahwa Jendral
Soeharto tidak bisa datang ke Bogor, berhubung besok akan diadakan sidang lengkap semua
Panglima Angkatan Bersenjata di Istana Merdeka ... dan Paduka Yang Mulia Presiden
diharapnya hadir pula jam 11.00 siang'. Sekianlah laporan saya.... mungkin Jendral Hartono perlu
menambah,
Jendral Hartono diam saja. Presiden pun diam, dan kamipun terdiam semnanya. Oom Jo
menunduk melihat ke lantai. Masing masing dengan perasaan terharu ditimpa tragedi yang
sama. Langit pun runtuh!
Saya nantikan sejenak, jika Chaerul Saleh akan bicara sesuatu atau bertanya, saya harap dia
yang bicara, namun tak ada juga. Tiba tiba saya berdiri, saya dekati Jendral Hartono, saya tarik
tangannya mengajak dia keluar sambil berkata pelan pelan: Jendral saya minta kita berdua
bicara sebentar di luar . Sesampai di luar, di beranda samping pavilyun itu, di bawah naungan
pohon beringin rindang, gerakan gerakan andangi sejenak wajah dan biji matanya Hartono di dalam cahaya
samar di tengah malam itu: Mas Hartono, bagaimana, apa yang kita dapat lakukan, Kita berdua bicara
di bawah empat mata .
Pak Hanafi, saya kira mulai dari saat ini kita harus mulai baru sama sekali. Kita tidak bisa
berbuat apa apa lagi sekarang ini. Saya rasa begitu juga teman teman di lain angkatan. Memang
pada saya masih ada satu resimen KKO, namun jika kita bangun sekarang, sama saja kita
menentang arus, kita akan dicap membela GESTAPU yang bertanggungjawab atas pembunuhan
kejam jendral jendral TNI itu walaupun kita hanya bermaksud menyelamatkan Presiden....
walaupun kami sendiri mengherankan mengapa Soeharto tidak berusaha mencegah pembunuhan
itu, sebab dugaanku dia pasti mengetahui komplotan GESTAPU itu sebelumnya, mengingat
hubungannya dengan Kolonel Latief dan Brigjen Supardjo ....
Ya, saya pun memiliki dugaan seperti itu , sahutku. Mataku menembus kegelapan yang
samar samar kena cahaya dari dalam pavilyun itu, memandangi wajah Brigjen Hartono. Tadi
waktu tangannya gerakan gerakan egang, tangannya itu terasa dingin. Sekarang wajahnya itu pun tidak
bernyala, kelam seperti abu yang sudah padam. namun apa yang dikatakannya itu, betul betul
terasa dalam hatiku. Tidak ada lagi pengikut setia Presiden Sukarno di dalam keempat angkatan
bersenjata itu yang berani bangun dan bertindak sekarang ini, untuk membela kebenaran dan
membongkar segala tipu muslihat yang jahat itu. Soeharto pastilah akan segera menghancurkan
segala yang bergerak untuk menghilangkan segala jejak yang akan menunjukan
ketersangkutannya dengan GESTAPU itu.
Kami terhenti bercakap, sebab kami dipanggil masuk. Kami pun masuklah ke dalam
rumah.Waperdam Leimena sudah berdiri untuk pamitan, untuk kembali bersama Brigjen
Hartono tengah malam itu juga dengan helicopter ke Jakarta. Kami semuanya bersalam salaman. Hari
kira kira jam 1.00 tengah malam .
Presiden Sukarno: Besok jam 10.00 pagi harus sudah siap semua untuk ke Jakarta, dengan dua
helicopter, saya akan hadir pula dalam rapat panglima itu , demikian berkata sukarno , seraya
mempersilakan kami semua untuk pergi tidur.
Walaupun badanku letih, namun saya tak bisa lalu tertidur.Teringat saja dalam kepalaku, kata
kata Jendral Hartono tadi jika kita bangun sekarang, sama saja kita menentang arus, kita akan
dicap membela GESTAPU yang bertanggung jawab atas pembunahan kejam Jendraljendral TNI
itu .... walaupun kita hanya mau menyelamatkan Presiden ... walaupun dia sendiri heran sekali
kenapa Soeharto tidak berusaha mencegah pembunuhan itu, sebab dia memiliki dugaan bahwa
Soeharto pasti mengetahui komplotan GESTAPU sebelumnya, mengingat hubungannya dengan
Kolonel Latief dan Brigjen Supardjo ....
Bagiku bukan saja dengan Latief dan Supardjo, namun juga dengan Untung; jika Hartono tidak
menyebut nama Untung tadi, saya percaya sebabnya oleh sebab tidak perlu disebut lagi. Terasa
kepadaku, bagaimana usaha Chaerul Saleh dan saya, yang sia sia untuk mengatasi bahaya yang
mengancam revolusi.Teringat pengalaman yang sudah banyak kualami selama perjuangan ...
mungkin ini sajalah yang dapat menyabarkan hatiku.Jadi, berpegang kepada keterangan
Brigjen Hartono tadi, besar kemungkinan Jendral Soeharto mengetahui adanya komplotan
GESTAPU itu sejak semula, namun dengan tujuan tertentu membiarkan saja Panglima A.Yani
dengan jendral jendral lainnya dibunuh sampai mati. Jadi jika begitu, Jendral Soeharto, main
muka dua, atau memainkan pisau mata dua memotong ke kiri dan menyayat ke kanan.
Soal yang lebih memberatkan masuk akalku apa yang dikatakan Hartono itu, ialah bahwa
Kolonel Latief seorang penting dalam GESTAPU itu, ada bersama sama Jendral Soeharto pada
tengah malam 30 September itu, sebelum pasukan pasukan yang akan menangkapi/ membunuhi jendral
jendral TNI itu. Dikabarkan bahwa Latief itu menemui Jendral Soeharto di Rumah Sakit yang
sedang menengok anaknya yang sedang sakit dirawat di rumah sakit itu.
Bagiku ini bukan pertemuan yang kebetulan ,juga bukan untuk mengambil muka atau untak
kasih unjuk simpati kepada sang ayah dari anak yang tersiram sup panas. Ini tidak logis.
Mengingat Kolonel Latief yaitu seorang anggota braintrust komplotan GESTAPU,
kedatangannya di rumah sakit menemui Jendral Soeharto itu, memiliki maksud satu untuk
melapor/meminta perintah.Ternyata Jendral Soeharto tidak ditangkapnya. Jelas Latief datang
untak melapor, bukan untok menangkap Soeharto.
Bagi orang seperti Latief, Supardjo dan Untung, yang memiliki pengalaman berjuang dan
memiliki pengetahuan kemiliteran, sudah pasti mengetahui mana lawan yang harus ditarik ke
pihaknya, mana yang harus dinetralisir dan mana yang harus dipukul lebih dahulu . Jendral
Soeharto yang langsung memiliki pasukan KOSTRAD, yang markasnya hanya beberapa ratus
meter dari istana mestinya sudah dimasukkan ke dalam tiga scope militer itu. Logika mestilah
mengatakan, tidak ditangkapnya Jendral Soeharto itu yaitu disambungkan oleh sebab dia sudah
dimasukkan ke dalam salah satu dari dua scope militer yang pertama, yaitu sudah ditarik ke
pihaknya, atau sudah di netralisir , yaitu dianggap sudah mengetahui sama mengetahui .
Siapakah Kolonel Latief itu, Dia yaitu anak buahnya Soeharto sejak dari jaman revolusi
bersenjata dahulu.Aku kenal padanya saat dia berada langsung di bawah komandonya
Soeharto yang bekerja mempertahankan dan merebut Yogyakarta kembali. Pangkatnya kapten
saat itu, yang bekerja juga menghubungi dan mengumpul kan kembali Laskar PESINDO
yang masih bersenjata dan bertebaran akibat Provokasi Madiun yang berdarah itu. Bagi kapten
Latief, pekerjaan itu tidak begitu sukar, berhubung dia sendiri yaitu juga di samping anggota
TNI, juga yaitu anggota Laskar PESINDO. Banyak bekas Laskar PESINDO menggabung ke
TNI, ke dalam resimen yang Komandannya Overste Soeharto itu untuk merebut kembali
Yogyakarta dari pendudukan Belanda (perang kolonial kedua 1948/1949). saat itu markas
Komando Resimen Soeharto berada di Godean, di sebelah Barat Yogyakarta, tidak jauh dari kali
Progo. Di sanalah Latief pernah kujumpai, dia denganLetnan Haryadi (pelukis), saat aku dan
bekas Shudanco Pramuji datang dari kampung Demangan ke Godean.
Bekas Shodanco Pramuji, yaitu Komandan Laskar PESINDO JawaTimur, anak buahnya
banyak yang dioperkannya kepada kapten Latief, yang merupakan kekuatan militan sekali
merebutYogyakarta kembali. Kekuatan Laskar PESINDO yang menyerbu masuk ke dalam kota
dari Selatan pada 1 Maret 1949, penyerbuan masuk ke dalam kota Yogya yang terkenal itu,
yaitu langsung berhubungan dengan kapten Latief di bawah komandan Overste Soeharto yang
bermarkas di Godean itulah. Sejak itu hubungan Latief dengan Soeharto tidak pernah putus, dia
pernah dikirim ke Ambon untuk menumpas sisa pasukan KNIL di sana, dia juga pernah dikirim
ke Padang di bawah komandonya Jendral A.Yani untuk menumpas pemberontakan
PRRI/Permesta. Kolonel Latief yaitu seorang opsir yang berani dan cerdas dan berjiwa
revolusioner.namun sekali ini, kecerdasan dan keberaniannya dan jiwanya yang revolusioner itu,
disalah gunakan oleh orang yang dianggapnya sebagai bapaknya, ...Jendral Soeharto.
Itulah hasil penelitian analisaku, jika mengkaji keterangan Brigjen Hartono tadi lebih lanjut.
sukarno disiasati sengaja sendirian dipisahkan dari kami
Esok harinya jam 8 pagi, kami bertiga soebandrio , Chaerul Saleh dan saya sudah siap semua,
untuk menepati order sukarno yang mengatakan, jam 10 pagi berangkat ke Jakarta dengan
dua helikopter, saya akan hadir pula dalam rapat panglima panglima itu di Istana Merdeka . Dapatkah
dipahami oleh para pembaca latar belakangnya rapat para panglima itu, Pertama: rapat itu
diadakan tidak atas perintah Presiden Sukarno/Panglima Tertinggi ABRI. namun ditentukan dan
diatur oleh Letjen Soeharto sendiri, tanpa dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
Presiden/PanglimaTertinggi ABRI. Kedua: itu artinya Letjen Soeharto sudah merampas hak dan
wewenang Presiden/Panglima Tertinggi sukarno , atas seluruh ABRI. Ketiga: Itulah
penegasan arti ucapannya yang sangat brutal, yang diucapkannya kepada Dr. J. Leimena yang
didampingi oleh Brigjen (KKO) Hartono: Sampaikan kepada presiden, semua tindakan yang
saya lakukan, yaitu atas tanggung jawab saya sendiri . berdasar keterangan saksi kamus politik itu artinya coup
d'etat kudeta!!!
Hanya orang gila yang mengatakan itu bukan kudeta. Rupa rupanya sukarno sudah seperti
terbiasa dengan pengalaman kudeta . Sebab ada sementara orang yang suka memancing di air
keruh mengatakan bahwa Maklumat No. X dari Wakil Presiden Hatta, 16 Oktober 1945 dahulu
itu juga disebut kudeta . No! Salah itu.Tindakan Bung Hatta (Wakil Presiden) dahulu itu sama
sekali bertolak belakang dengan tindakan Letjen Soeharto yang sudah dari semula berniat
khianat dengan Gestamemiliki terhadap Presiden Sukarno sekarang, ditambah lagi dengan
menyalah gunakan Supersemar, menjadi satu kudeta yang terang terangan telanjang bulat bulat.
Bung Hatta dan Bung Sjahrir tidak begitu perilakunya, bahkan politis dan historis memperkuat
posisi sukarno sebagai Presiden R.I.
namun mungkin juga di dalam dugaanku sukarno mengira hanya akan seperti yang sudah
dialaminya dengan peristiwa Maklumat No. X Oktober '45 itu. Oleh sebab itulah beliau ambil
keputusan untuk menghadiri rapat para panglima yang direkayasa oleh Soeharto itu.namun , apa
mau dikata, akhirnya beliau cuma hanya sekedar dijadikan presiden tanpa kuasa atau raja tanpa mahkota .
Untuk sementara ternyata lalu hanya untuk sampai ke sidang MPR 1967 hasil rekayasa.
Waktu kami akan berangkat ke Jakarta,sukarno dipersilakan naik ke helikopter sendirian
terlebih dahulu, sedang kami bertiga Dr. soebandrio , Chaerul Saleh dan A.M. Hanafi
dipersilakan naik helikopter yang sebuah lagi. saat helikopter sukarno sudah naik ke
udara, helikopter kami tidak bisa naik, dikatakan motornya tidak bisa hidup sebab accu (battery)
nya decharge , jadi harus diisi dahulu ke Airport Panasan atau ganti battery nya dahulu . Kami
dengan kesal sekali harus menunggu lebih dari satu jam. Mau naik mobil saja, mobil mobil
sudah disuruh dahulu an pulang ke Jakarta. Singkat cerita, akhirnya kami bisa juga diangkut ke
Jakarta dengan helikopter yang segaja dibuat brengsek itu. saat kami tiba di Istana Merdeka,
sidang panglima panglima di bawah pimpinan Letnan Jendral Suharto, sudah selesai. Namun
soebandrio dan Chaerul Saleh langsung juga ke istana, namun saya dinasihatkan Chaerul lebih baik
jangan turut demi keselamatan. Namun saya bersikeras , walaupun tidak turut ke sidang, menunggu
di luar untuk pulang bersama sama. Mulai dari hari itu Dr. soebandrio tidak keluar lagi dari
istana, namun beberapa hari lalu dia diangkut oleh Tentara Soeharto.
Waktu Chaerul dan saya hendak pulang , mobil Jeep Toyota Ramli ex Kepala Pasukan Bambu
Runcing sudah menunggu. Brigjen Hartawan menghampiri Chaerul, entah apa yang
dibicarakannya, lalu Hartawan turut sama kita ke dalam Jeep. Saya diantarkan pulang ke
Hotel negara kita , Chaerul mengatakan akan pergi bersama Brigjen Hartawan itu keluar kota.
Siapa itu Brigjen Hartawan, Saya tidak begitu kenal dia.namun saat kami mengadakan rapat di
rumah Chaerul mempersiapkan barisan jibaku yang dikepalai oleh Kolonel Mustafa, Hartawan
itu turut hadir pula . sebab itulah Brigjen Sapi'i menggerundel pada saya kenapa Hartawan itu
dibolehkan hadir pula , sebab dia itu orangnya Soeharto, katanya. Di rapat itu hadir pula juga Ir.
Surachman, Sekjen PNI. Kelanjutan dari kepergian Chaerul dengan Brigjen Hartawan itu tadi,
akhirnya Chaerul Saleh menjadi tahanan di rumah sendiri. Dan saya tidak bisa mengunjunginya
lagi. Sampai saya pulang ke Kuba tak bisa saya pamitan padanya lagi. Hanya ajudannya saja
secara incognito (dengan membawa bawa anaknya), Sutomo, menemui saya menyampaikan pesan
Chaerul agar lekas lekas pulang ke Kuba. Sebagai sudah saya ceritakan di bagian lain, saya
diantar sampai ke dalam plane didampingi oleh chargé d'affaire Cuba, Jacinto Basques, yang
bertekad jibaku untuk membela saya, jika saya mau ditahan oleh bandit bandit Soeharto.
(Foto sukarno sedang merokok)
Foto ini pernah dimuat dalam Newsweek dengan keterangan gambar Sukarno lights up The
scatter gun charges didn't seem to bother him Caption itu jelas secara kias bermaksud
melecehkan, Sukarno menyalakan api dentuman senjata di mana mana rupanya tak
mengganggunya. Pers Barat memang kesenangan melihat konspirasi pendongkelan mereka
terhadap sukarno sebagai pemimpin Bangsa negara kita yang berdiri paling depan dalam
barisan Asia Afrika dan The New Emerging Forces, mulai menampakkan tanda berhasil.
Namun Pakistan nya Ali Bhuttho sangat menghormati sukarno , sebagai Pemimpin maupun
sebagai Presiden negara kita . Dalam foto tampak Dubes Pakistan di Jakarta pada hari ulang tahun
nasional Pakistan 23 Maret 1966 mengundang Presiden Sukarno di Hotel negara kita . Di tengah
pada latar belakang berdiri A.M. Hanafi yang sengaja meninggalkan posnya di Havana untuk
membantu Presiden Sukarno mencarikan penyelesaian politik akibat pengkhianatan
gestapu/soeharto bulan September 1965.
Keesokan harinya, tanggal 14 Maret, 1966. Saya tidak pergi ke istana. Chaerul Saleh menilpon,
jika ke istana bersama dengan dia, namun dia hari itu tidak akan pergi. Dalam catatanku, hari itu
saya pergi ke rumah Marsekal Suryadharma, yang terletak di Jalan Mendut. sesudah berhenti
sebagai Panglima AURI, kedudukan Suryadharma secara resmi yaitu Penasihat Militer
langsung kepada Presiden/ Panglima Tertinggi.
Dia menolak untuk dijadikan Duta Besar di Cuba, sehingga saya yang jadi ditunjuk oleh
Presiden, untuk pergi ke Cuba. Iparnya: Utomo Ramelan,Walikota Solo, sudah ditangkap sebab
tersangkut GESTAPU. Namun, mengingat Suryadharma yaitu pendiri utama AURI,
kedudukannya tetap terpandang, walaupun tidak menjabat sebagai Panglima AURI lagi, dia
masih memperoleh penjaga keamanan di rumahnya dan pasukan bersenjata AURI.
Saya datang ke Suryadharma untuk membicarakan apakah dia memiliki transmitter untuk
penyiaran Surat Perintah 13 Maret itu. Dia mengatakan, bahwa memang dia pernah memiliki ,
yang bisa dipakai nya langsung dengan pusat penyiaran radio AURI, namun beberapa hari yang
lalu pesawat itu sudah diminta kembali oleh pihak AURI.
Dia menyesalkan kepada pihak istana, kenapa tidak memiliki kewaspadaan sejak dan dahulu.
yaitu sangat lalai,jika istana tidak memiliki alat penyiaran sepenting itu, untuk dipakai
bila dalam kondisi darurat.
namun saya tidak mau menyesali dia, tidak ada gunanya, sebab dalam hatiku saya berpikir, bahwa
dia juga sebetulnya turut bertanggung jawab, mengingat dia secara resmi yaitu Penasihat
Militer langsung kepada Presiden/Panglima Tertinggi.
Jika dia melaksanakan misi nya sepenuhnya, mungkin juga tidak akan kejadian tragedi dengan
GESTAPU itu atau paling kurang bisa diatasi jika situasi memuncak ke suatu krisis yang
gawat. namun ini hanya berandai andai saja. jika Suryadharma, tidak terlalu antusias dengan
kedudukan sebagai Penasihat Presiden/Panglima Tertinggi itu, saya sendiri dapat memahami,
sebab merupakan persoalan sensitive baginya. Presiden jarang sekali memanggilnya untuk
dimintai pendapatnya. Semestinya, diminta atau tidak diminta pendapatnya, dia harus melakukan
misi nya sebagaimana mestinya. namun jika semua hal bisa berjalan semestinya semua persoalan
bisa berjalan lancar ...
Saya berpendapat dalam tiap tiap kondisi yang sulit, sesuatu penyesalan walaupun benar, tidak
banyak berguna, yang perlu yaitu sikap kongkret apa yang harus dilakukan.
Jijika saya sendiri mau mengemukakan penyesalan atas diri saya sendiri, yaitu sebab saya
sesudah menolak, mau juga menerima desakan Presiden untuk pergi menjabat Duta Besar
negara kita di Kuba. jika saya tetap berada di negara kita , mungkin peristiwa GESTAPU itu tidak
akan terjadi, setidak tidaknya saya akan berusaha sekuat kuatnya sehingga Presiden tidak bisa
ditunggangi oleh avontur seperti GESTAPU itu. Ini kedengarannya seakan akan bombasme,
namun saya kira orang yang mengenali hubungan saya baik secara pribadi maupun secara
politik dengan Presiden Sukarno, seperti Winoto Danu Asmoro, Asmara Hadi, dan Chaerul
Saleh, mungkin tidak akan mengejek saya. Setiap penyesalan bisa berakibat menyakitkan hati,
dan hatiku sendiri menjadi sakit jika aku mengenangkan hal ini.
Suryadharma menasihatkan kepadaku, sebaiknya aku tidak lagi sering mondar mandir, sebab ada
kemungkinan yang sekarang saya sudah diawasi. sebab tidak ada hal yang menggembirakan,
saya pulang dengan perasaan lesu.
Tanggal 15 Maret. Pagi pagi hari, saya menilpon Chaerul Saleh. Ajudannya Sutomo, dari ALRI,
menjawab bahwa Pak Chaerul tidak ada di rumah, sedang bepergian; dikatakan bahwa Chaerul
baru akan ada di rumah pada sore hari. lalu saya memperoleh tilpon dari kedutaan Kuba.
Kuasa Usaha kedutaan Kuba, namanya Señor Jacinto Vasques, mengatakan bahwa ada surat dari
isteriku (di Havana) untuk saya, dan mengharap agar saya segera datang ke kedutaannya di
Jalan Teuku Umar, agar saya langsung yang menerima surat itu.
Segera saya bisa menerka bahwa ada sesuatu yang penting sekali yang dia ingin bicarakan
kepada saya. Sebab jika hanya sekadar surat saja, dia cukup menilpon saya, danjika saya ada di
tempat, dia bisa menyuruh sekretarisoya untak mengantarkan surat itu kepada saya. Señor
J.Vasques, yaitu seorang pejuang yang berpengalaman, bukan saja dalam pertempuran gerilya,
namun juga dalam pekerjaan diplomatik, pernah menjabat Kuasa Usaha Kedutaan Kuba di Rio de
Janeiro, Brazilia. lalu , selama saya dalam exile di Kuba, dia menjadi sahabat saya yang
karib.
saat saya sudah berhadapan dengan dia, memang betul ada surat dari isteri saya, yang segera
kubaca, isinya mengabarkan selain mengenai kondisi keluarga, bahwa Señora Silya Sanchez,
Sekretaris Presiden, wanita pejuang kenamaan di samping Fidel Castro, beberapa kali sudah
datang berkunjung ke rumah, untuk mena nyakan bagaimana kondisi dan keselamatan saya di
Jakarta.
Saya mengakui kesalahanku kepada diriku sendiri, saya memang lalai, sudah tiga minggu saya di
Jakarta, saya belum juga mengirim kabar kepada istriku. Kecuali kawat kawat dinas kedutaan.
Saya terlalu sibuk dengan soal soal politik.
Surat isteriku itu mengatakan bahwa, Señora Silya Sanchez itu datang berkunjung sudah dua
kali, atas nama Presiden dan Fidel Castro sendiri, sebab pemerintah Kuba sangat khawatir
mengenai situasi di Jakarta dan mengenai kondisi keselamatan diri saya.
Saya belum mengirim kabar, justru disambungkan sebab belum ada kabar menyenangkan yang
dapat saya kirim.
lalu Señor JacintoVasques, yang dalam pembicaraan tanpa basa basi protokol lebih suka
dipanggil Campanero Jacinto, mengatakan bahwa dia memperoleh perintah langsung dari Silya
Sanchez, untuk menyampaikan rasa khawatir Pemerintah Cuba atas keselamatan diri saya, dan
menyarankan apakah tidak sebaiknya saya segera kembali ke pos saya di Cuba dan dari Cuba
dapat juga berbuat sesuatu untok membantu posisi Presiden Sukarno guna keselamatan rakyat
negara kita . Dia menyatakan hal itu dengan sangat bersungguh sungguh.
Saya tidak mengetahui apakah ada negeri negeri lain yang bersahabat dengan negara kita , yang tadinya
bersimpati kepada Pemerintah Sukarno, menunjukkan rasa prihatinnya, setiateman temanya ,
sedemikian rupa, seperti ditunjukkan Kepala Perwakilan Pemerintah Cuba itu. Saya kira tidak
banyak. Maka hal ini patut dibnat pelajaran yang berharga jika bicara mengenai solidaritas
internasional. contohnya , bagaimana sikap RRT, Korea Utara, Sovyet Uni danVietnam sesudah
kedudukan Soekarno goyah, Yang saya ketahui di samping Cuba, yaitu Pakistannya Ali Bhutto.
saat saya sedang berada bersama Presiden Sukarno di Istana, kira kira pertengahan Januari
1966, yaitu pada kunjunganku yang pertama keJakarta sesudah terjadinya GESTAPU, Perdana
Menteri Ali Bhutto, langsung menilpon Presiden Sukarno dari Islamabad. Aku berdiri
mendengarkan di samping Presiden: Hallo ...yes sukarno speaking, sukarno himself...
How are you Ali, ... me, ... I am allright ... cdon't worry ... I am allright No, I can't do that ... I
have and I want to stay with my people ... nevertheless thanks very much to you and your people
... I appreciate your offer. Your sentiment of brotherhood touched me deeply, very deeply, but I
want to be always and forever with my people; I am doing my utmost now to encounter the
intervention of the Nekolim; do you hear me Ali ... the intervention of the Nekolim ... my warmest
regard to you, thanks you very much ...
Pembicaraan sukarno dengan Perdana Menteri Ali Bhutto itu terjadi, sehari atau dua hari
sesudah sidang kabinet 15 Januari 1966 di Bogor, di mana ratusan ribu demonstran menyerbu
mencoba untuk masuk ke dalam Istana untok mengacaukan sidang kabinet itu, sehingga pasukan
pengawal Cakrabirawa dengan terpaksa melepaskan tembakan gencar ke udara. Namun demonstrasi itu
tidak mau mundur juga. Agaknya sudah direncanakan, biar ada korban yang jatuh untuk
memancing provokasi. saat itu kebetulan saya duduk di samping Jendral Soeharto. Saya
peringatkan kepadanya,jika Jendral tidak turun tangan, maka barisan kedua Cakrabirawa akan
meng arahkan tembakannya horizontal, tidak ke udara lagi seperti barisan yang pertama yang
sudah tenggelam dilampaui demonstran itu. Barulah lalu Jendral Soeharto turun, bersama
panglima panglima semna Angkatan Bersenjata, maka sesudah melihatJendral Soeharto yang
naik ke atas jeep, banjir manusia itu mundurlah dan berangsur angsur berlalu. Bagiku, ini suatu
bukti bahwa demonstrasi demonstrasi itu bukan demonstrasi spontan, namun dibuat oleh pihak
tentara Soeharto sendiri.
Kembali mengenai pembicaraan tilpon. sukarno mengatakan bahwa Ali Bhutto, meminta
dengan sangat, jika kondisi sangat membahayakan dirinya, agar sukarno mau pergi ke
Pakis tan, pintu Pakistan selalu terbuka lebar baginya, dan bahwa Ali Bhutto sudah memberikan
perintah kepada Duta Besar Pakistan di Jakarta. Hubungan Sukarno dengan Ali Bhutto yaitu
sebagai saudara sendiri, comrade in arms, kawan seperjuangan.
Negara yang ketiga, yang menunjukkan simpatinya yang serupa kepada Presiden Sukarno,
yaitu Dios Dadong Macapagal, Presiden Filipina.
Aku Ditangkap di Hotel negara kita
tengah malam hari tanggal 15 Maret 1966. Sepulang nya dari Kedutaan Kuba saya tidak pergi ke mana
mana. Saya cape sekali. Apalagi Chaerul Saleh tidak ada di rumah, dia pergi ke luar kota dengan
Brigjen Hartawan, orangnya ganteng. Saya tidak begitu kenal padanya, namun rupanya Chaerul
menganggap dia orang baik . tengah malam itu saya tinggal saja di kamar saya di hotel. Kepada
reception desk saya minta sebuah kamar lagi tambahan. Sebab anak saya Dito, pengawal letnan
Arnel dari Cakrabirawa, dan keponakan Syamsudin Yaw, namanya Iwan, akan menginap
menemani saya. Iwan membawa bawa kan untuk saya dari rumah Syamsuddin satu rantang masakan
Bengkulu, ada sambel tempuyak, gulai pet‚ dengan ikan teri. Antensi dari isteri Syamsuddin
untuk Pa' Uncu Hanafi yang masih ada sangkut paut famili pada saya.
Sejak pulang dari Kedutaan Kuba tadi siang hati saya merasa kurang enak.namun hati kusabarkan
saja dalam menghadapi situasi di mana saya berada dan mengenai kokhawatiran pihak Pemerintah
Kuba, dari isteriku dan anak anakku yang saya tinggalkan di Kuba mengenai diri saya. Jelas
Kuba sudah dapat mengetabui dari segala saluran bahwa kondisi Presiden Sukarno yaitu gawat
sekali, sesudah Jendral Soeharto dengan menyalaLgunakan SUPERSEMAR rmembubarkan PKI.
Akibatnya luas sekali, berarti Sukarno sudah berada di dalam mulut buaya.
Kira kira jam 12 tengah malam pintu kamar saya diketok ketok seperti oleh orang yang bergegas tidak
sabaran, dengan teriakan: Buka, buka! Pintu saya buka, empat orang tentara menyerbu masuk
dikepalai oleh seorang mayor. Bapak diminta turut kami sekarang , katanya pendek. Ke mana,
tanyaku. Turut saja, nanti Bapak mengetahui , jawabnya kasar sang mayor. Tunggu, saya berpakaian
dahulu , pakaianku ada di kamar sebelah . Saya keluar kamar, diapit rapat oleh mereka. mungkin
dikira saya mau melawan atau lari. Saya tidak sekonyol itu, saya mengetahui apa artinya sergapan itu.
Di kamar sebuah lagi itu saya lihat anak saya Dito, letnan Arnel dan Iwan sudah dijejerkan,
senjata letnan Arnel dirampas. Dan Iwan yang masih di SMP itu nyengir ketakutan. Saya
sabarkan mereka, tidak apa apa, turut saja! Saya minta pakaian militer saya pada Dito.
Sementara saya berpakaian, pistol saya diambil oleh mayor itu yang tidak saya kenal namanya.
Saya diam saja. namun sesudah mereka melihat saya memakai uniform berbintang Mayor Jendral
itu, kelihatan mereka bersikap agak lebih mengetahui adat .
Kami diangkut ke Markas Kodam JAYA. Jadi, markasnya Amir Machmud. Oo, jadinya Pak
Amir Machmud yang suruh menangkap saya, Kutanya pada si mayor, saat turun dari jeep.
Dia diam saja.
Di ruangan di mana kami ditahan ada seorang penjaga saja yang tampak dekat kami.namun di
luar banyak. Dito dan dua temannya itu biasa saja, tidak menampakkan rasa takut. Dan seorang
penjaga itu ngomel ngomel, sebetulnya menyindir. Saya tidak mengetahui apa itu markis , markis,
markisa, namun saya dalam pertandingan ngaji di Malaysia menang . Kami diam saja.Walaupun,
saya pernah tiga kali khatam Qur'an, di Bengkulu. tengah malam itu sampai pagi kami tidak tidur.
saat hari sudah menjelang pagi, saya berkata kepada penjaga yang saya minta ketemu dengan
Brigjen Amir Machmud, ... dan saya minta boleh memakai tilpon, sebab kataku, bahwa saya
harus lapor kepada Bapak Menpangad Jendral Soeharto, bahwa mungkin saya agak terlambat
bersama beliau ke istana di pagi hari itu, sebab saya sekarang masih berada di sini ... dan
memang saya minta tolong disambungkan per tilpon ke rumah Letjen Soeharto, dan dapat bicara
dengan ajudannya nama Sutrisno. (Saya tidak mengetahui apakah ajudan Sutrisno yang bicara pada saya
di tilpon itu, bukan lain dari BapakWapres kita Tri Sutrisno sekarang, saya tidak mengetahui !).
Kepadanya saya minta tolong disampaikan: Saya Dubes Rl di Kuba, MayorJendral Hanafi,
minta tolong disampaikan kepada Pak Harto bahwa saya mungkin agak terlambat datang ke
istana, sebab ini pagi saya masih berurusan dengan Brigjen Amir Machmud di Markas Kodam
JAYA . Saya sengaja tidak minta bicara langsung kepada Menpangad Jendral Soeharto, sebab
saya cuma hanya sekedar mau membluf (menggertak) para pengawal itu saja, agar mereka laporkan kepada
Brigjen Amir Machmud.
Rupanya semua gerak gerik saya segera dilaporkan kepada Amir Machmud. Betul saja. Kira kira
pk. sembilan Amir Machmud masuk kantornya. Saya dan ketiga anak muda (Dito, Arnel dan
Iwan) diminta datang, diantar oleh mayor yang mengangkut saya tadi tengah malam itu. Saya memang
sudah kenal Amir Machmud sejak lama, sejak zaman Kongres Rakyat Untuk Pembebasan Irian
Barat beberapa kali saya ke Bandung mengiring Presiden Sukarno untok berpidato
menggembleng semangat perjuangan Irian Barat di Rapat Raksasa Merah Putih di lapangan
Tegalega. Amir Machmud mengambil kesempatan juga untuk menampilkan simpati.Begitu juga
dengan Bapak GubernurJawa Barat Ipik Gandamana.Tentu saja tidak bisa selalu dapat
kesempatan rariungan dengan presiden, maka sayalah yang selalu didekati. Semuanya pintar,
lihay, cuma hanya sekedar saya yang lugu! saat saya sebagai Menteri Negara menjabat Kepala Panitia
Penyambutan Kepala kepala Negara Asing (PPKN) saya percayakan misi keamanan kepada
Amir Machmud dalam rangka kunjungan Presiden Ho Chi Minh ke negara kita . Bukan main besar
biaya keamanan yang dia minta, namun saya acc. kan saja, asal beres! Jadinya dia tambah dekat
pada saya. Saya tidak sungkan panggil dia pada namanya langsung.
Pak Amir, apa apaan ini, masa begini caranya kita kerja menghadapi GESTAPU, apa ini
perintah Pak Harto, , saya langsung tanya saat saya masuk ke ruang bironya dalam uniform
Mayjen TNI.
Oo, Pak Dubes Hanafi, maaf, maaf sekali lagi maaf, ini kesalahan. Lalu di depan saya dia
memarahi mayor yang menangkap saya tengah malam tadi itu. Kenapa Pak Hanafi ditangkap, beliau
kan Dubes kita di Kuba, kapan tidak ada dalam daftar, kan,
Punten wae Bapak itu mah kesalahan , senyuman pada saya. Mayor disuruh mengantar saya
pulang .
Amir Machmud bertanya: Bapak mau langsung ke istana atau pulang ke rumah, Saya berkata ,
antar pemuda pemuda itu pulang ke Hotel negara kita , dan saya minta diantar ke rumah Pak Adam
Malik. Demikianlah terjadi. Dalam hatiku, ini bluf saya yang kedua.
Untuk menunjukkan pada Amir Machmud keakraban saya dengan si Akoy itu yang sudah saya
ketahui sudah berada di dalam kandang Soeharto.
Di situlah kesempatan saya melabrak Adam Malik, yang secara akrab antara kami selalu
panggil Si Akoy .
Fi, jij itu kena 'akibat sampingan' saja, yang jadi sasaran GESTAPU, bukan orang macam
Bung , kata Adam Malik
Ah, jij yang berkata begitu,pet of untukmu Bung, jika memang sikap sana itu begitu ,
kataku. Secara tidak langsung saya sudah mengusulkan agar Bung diangkat menjadi Menlu
untuk menggantikan soebandrio , sebab sukarno sudah memerintaLkan saya kembali ke pos
saya di Kuba. Saya minta Bung jaga dan selamatkan sukarno dan Chaerul Saleh, kan Bapak
kita itu dan Chaerul itu bukan GESTAPU, toh. Jangan Bung kira saya tidak maklum akan semna
basa basi seremoni ini. namun saya tidak akan menentangnya selama sikap kalian correct
terhadap sukarno dan Chaerul Saleh. Jij kan mengetahui , tanpa Chaerul Saleh dan sukarno ,
tidak bakal kita memiliki Proklamasi 17 Agustus itu pada saatnya .
Adam Malik: Sayang, mestinya dahulu jij tidak pergi ke Kuba, Fi; sejak jij pergi, terjadi
kortsluiting, jadi tambah parah, sebab tidak ada lagi tukang reparasi dari MENTENG 31 lagi.
Saya tidak mau perpanjang percakapan yang intim namun penting dengan Bung Adam ini. Sebab
kekecewaan saya sendiri banyak sekali kepadanya, walaupun dia mengenangkan kembali
semangat Menteng 31. Pada saat ketemu yang terakhir dengan bung Adam di Brussel tahun
1979, barulah dia berani berkata Fi, jij mengetahui sebetulnya saya juga berada dalam tahanan. Buat
saya dia jelas bukan dalam tahanan, namun berada dalam sangkar mas seperti beo, namun saya
sekeluarga dalam pembuangan di luar negeri. Dan si Akoy ini tidak berdaya mencegah tindakan
pegawainya di Deparlu yang phobi komunis, melemparkan saya sekeluarga ke dalam
pembuangan di luar negeri itu.
Tanggal 25 Maret 1966, saya berangkat ke Kuba kembali, sesudah saya menemui Adam Malik
sebagai menlu baru dan sukarno menghadiri Resepsi Hari Nasional Pakistan tanggal 23
Maret tengah malam , di Hotel negara kita . Arti yang sebetulnya , Adam mengajak saya menemaninya
menjadi dekorasi menemui raja tanpa mahkota , Presiden Sukarno tanpa kuasa.
Mayor Jacinto Vasques, chargé d'affair Kuba mengantar saya sampai dalam plane, sampai saya
duduk. Di belakang saya anak saya Dito. Umar Senoadji dan Ibnu Sutowo di jejeran paling
belakang, satu plane sama saya. Mereka berdua itu akan ke Tokyo juga. Baris terakhir ini ialah
renungan hasil penelitian pengalaman kita sekarang, di tahun 1997, bulan Agustus, saat jariku
menari di atas mesin ketik Remington ku yang tua ini. Dahulu di tahun 1966, di bulan Maret itu,
walaupun kita kaum Sukarnois sudah kepepet, namun kita masih bisa main sama waktu,
berspekulasi dengan kondisi di atas faktor kepribadian dan kewibawaan sukarno . Yaitu
selama sukarno masih ada dan massa rakyatnya masih ada walaupun sudah kucar kacir, ada
kemungkinan masih bisa bangun kembali jika hari dan kesempatan itu masih mengikuti
kehendak hati. jika kambing kambing di padang rumput yang insting hidusaha cuma hanya sekedar cari
makan rumput saja, bila hari petang tak ada gembalanya, tidaklah mengetahui jalan pulang ke kandang.
jika datang pemburu jalang (pemburu liar) kambing kambing habis dimakannya atau
mencari selamat sekalipun terjun ke jurang. Ini cuma hanya sekedar kata kiasan dalam mengertikan hukum
sosial masyarakat yang sudah merupakan satu aksioma: Rakyat dengan Pemimpinnya
Pemimpin dengan Rakyatnya. Harap jangan salah terima, ini bukan sindiran kepada bangsaku
negara kita , sebab hokum aksioma itu berlaku pada seluruh Nasion.
Pemimpin yang sebetulnya , lahir dan tumbuh di atas buminya rasa hormat dan kecintaan
rakyat kepadanya. Jalurnya dari bawah ke atas. Normal, wajarnya pohon beringin tumbuh
dengan akarnya membenam ke dalam bumi, akamulasi oxigennya memberikan kerindangan dan
kesejukan alam sekitarnya. Itulah simbolnya Demokrasi, rakyat dan kerakyatan, yang sudah
menjadi kesadaran nasional.
Kecintaan dan penghormatan rakyat kepada sukarno , sebagai manusia biasa dengan segala
kelebihan dan kokurangannya takkan menjadi pudar dan padam, selama matahari bersinar, di
waktu tengah malam dia bersinar laksana bintang. Kebesaran dan kehebatannya, bukan sebab dia
Proklamator (di samping Bung Hatta sebagai co Proklamator), namun sebab dia memiliki ideal dan
wawasan yang lebih hebat dan agung dari segala pemimpin di dunia yang pernah ada, yaitu
Pancasila. Pancasila bukan Kapitalisme bukan Komunisme!
Di dalam buku Menteng 31 Membangun Jembatan Dua Angkatan , saya sudah memakai
kesempatan untok meng ingatkan, bahwa:Versi asli Pancasila mungkin sekarang sudah tidak
pernah atau jarang sekali dibaca lagi. Bung Hatta yang kita semua kenal sebagai orang yang
sangat kritis, nuchter tidak emosional pernah berpendapat: Itu pidato Sukarno terbaik dari
banyak pidato yang pernah diucapkannya .
Mutiara cemerlang yang keluar dari hasil pemikiran sukarno ini, ada baiknya kita baca ulang
untok penyegaran pemikiran politik kita menghadapi erosi nasionalisme dan patriotisme yang
sedang merambak pada sebagian masyarakat kita akibat kejangkitan demam globalisme.
Rasanya tidak salah jika saya katakan, bahwa Pancasila yaitu Anugerah Yang Maha Pengasih
kepada bangsa negara kita lewat makhluk pilihanNya. yang bernama Sukarno.
Di dalam proses pelaksanaannya kita harus berani mempelajari pengalaman pengalaman dan
segi segi yang positifnya dari kedua antipoda ini dan faktor faktor kondisi dan situasi
bangsa In donesia sendiri.namun syaratnya condition sine quanon mutlak harus ada suasana
yang demokratik. Dus harus ada demokrasi yang sesungguhuya, bukan sekadar frasiologi kosong
saja seperti sekarang, di mana DPR dan MPR sejak semulanya diketok dan dicetak berdasar keterangan saksi
matrix kemauanJendral Soeharto dan Jendral Nas.
Walaupun di dalam buku ini dibeberkan sejarah yang sebenar benarnya, seluruhnya menggugat
pertanggungan jawabnya pengkhianatan Jendral Soeharto terhadap Dewan Jendral dan
GESTAPU dan kudeta terhadap Presiden Sukarno, namun di sini pada akhirnya saya dengan terpaksa
menyatakan kekecewaan saya yang sebesar besarnya kepada Jendral Nas juga .Jendral yang kami
kenal sejak dari Bengkulu di tahun 1937, saat dia menjadi Guru Sekolah Partikelir di Anggut
Atas, Bengkulu, yang oleh API Bandung diusulkan untuk menggantikan Daidancho Arudji
Kartawinata dan Mayor KNIL Didi Kartasasmita untuk menjadi Panglima Divisi I Siliwangi di
tahun 1946.
Mengapa, Sebab pukulan decisive, genade slag, yang menjatuhkan Presiden Sukarno yaitu
palu yang diketokkan oleh Jendral Nasution sebagai Ketua MPR Gadungan di tahun 1967, hasil
rekayasa komplotan kaum militeris Soeharto cs. Walaupun saya mengetahui bahwa sebetulnya beliau
hanya dimanipulasi oleh Jendral Soeharto yang sudah mengantongi kekoasaan de facto atas
ABRI.
Kita mohon kepada Tuhan semoga diampuni dosa kedua beliau ini .
Kita sudah sama sama tua semuanya. Kita harus siap menghadap kepada Tuhan. namun
kebenaran sejarah harus ditegakkan. jika tergantung pada pribadi saya saja, bisalah dicukup kan
jika Soeharto dan Nasution mengakui kesalahannya dan memohon maaf kepada bangsanya,
agar pembangunan nasional yang harus dilanjutkan tidak berbau busuk pengkhianatan itu, dan
rekonsiliasi nasional dapat ditegakkan.
jika saya sekeluarga bisa pulang kembali ke tanah air, saya akan mengulurkan tangan saling
memaafkan kepada kedua beliau yang bersejarah itu. Jika tidak, saya pinjam cara Fidel Castro
dalam nada yang sama (yang sudah sakit sakitan juga ): Adios, los traidores au revoir, para
pengkhianat Bangsaku, di hadapan Tuhan kita bertemu !
Biarlah gerakan gerakan ungut mutiara ucapanJose Rizal yang tak terlupakan: Adios, mi eldorato patria !
Selamat tinggal Tanah Airku!
Saya mengetahui pada mulanya kita semua yaitu satu, semua mau mengabdi kepada cita cita, namun
intervensi imperialisme memecah kita. Dan sangat tragis bahwa ada saja orang di antara
kita yang demi kekuasaan dan keuntungan materi, rela menyediakan diri menjadi peralatan
kepentingan imperialisme, di atas pengorbanan Rakyat dan sumber sumber kekayaan bumi
negara kita .
Oleh sebab itu eksistensi agama bertambah penting, untuk menegakkan moral ke dalam hati
manusia.
Lampiran lampiran
Sajak dalam Exile : Right or wrong my country!
Bundaku
Untuk Ibuku : Qamaria
Di langit bertabur bintang
Kususun menjadi namamu,
Di bumi kutabur cinta
Kurangkai pada namamu
Kau bernama Qamaria, oh, Ibuku.
Anak Rakyat letih mencari,
Dalam exile dan penjara,
Di Rusia, Tiongkok dan Manila
Di Belanda, Digul dan Banda Neira
Di Endeh, Bengkulu Nusantara,
Semua tapak kakimu kususun jadi namamu, oh Bundaku,
Kau bernama negara kita Merdeka.
Tawa dan tangis si anak desa
Kudengar sayu merayu pulang ,
Debu dan lumpur pada kakimu, oh Ibu, oh Bundaku,
Kudekap ke dada, ku cium, Sayang .....
Dalam exile dan penjara!
Paris, 17 Oktober 1983
A.M. Hanafi
Presiden Republik Indonesia
PJ.M. Perdana Menteri
Fidel Castro
Havana
Kawanku Fidel yang baik!
Lebih dahulu saya mengucapkan terimakasih atas suratmu yang dibawa oleh Dutabesar Hanafi
kepada saya.
Saya mengerti keprihatinan saudara mengenai pembunuhan pembunuhan di negara kita , terutama
sekali jika dilihat dari jauh memang apa yang terjadi di negara kita , yaitu apa yang saya namakan
Gestok, dan yang lalu diikuti oleh pembunuhan pembunuhan yang dilakukan oleh kaum
kontra revolusioner , yaitu amat merugikan Revolusi negara kita .
namun saya dan pembantu pembantu saya, berjuang keras untuk mengembalikan gengsi
pemerintahan saya; dan gengsi Revolusi negara kita . Perjuangan ini membutahkan waktu dan
kegigihan yang tinggi. Saya harap saudara mengerti apa yang saya maksudkan, dan dengan
pengertian itu membantu perjuangan kami itu.
Dutabesar Hanafi saya kirim ke Havana untuk memberikan penjelasan penjelasan kepada
saudara.
sebetulnya Dutabesar Hanafi masih saya butuhkan di Indo nesia, namun saya berpendapat
bahwa persahabatan yang rapat antara Kuba dan negara kita yaitu amat penting juga untuk
bersama sama menghadapi musuh, yaitu Nekolim.
Sekian dahulu kawanku Fidel!
Salam hangat dari Rakyat negara kita kepada Rakyat Kuba,
dan kepadamu sendiri!
Kawanmu,
Jakarta 26 Januari 1966
ttd
Soekarno
Disalin dari surat asli dalam tulisan tangan Presiden Sukarno yang disampaikan langsung oleh
Dubes A.M. Hanafi kepada PM. Fidel Castro.
Pledoi Kolonel A.Latief
Pembelaan ex Kolonel Latief Nrp.10685 di depan Sidang Mahmilti II Jawa Bagian Barat
dalam kaitan Peristiwa G30S 1965
No.:
Sifat: Sangat penting
Lampiran:
mengenai : Permohonan tambahan saksi
Kepada
Yth. Ketua Mahkamah Militer Tinggi II
Jawa Bagian Barat
di Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan keputusan Hakim Ketua Mahmilti untuk mensahkan sidang Mahkamah
Militer ini, sekalipun putusan ini sudah saya protes, maka untuk selanjutnya demi terciptanya
hukum yang adil dan tidak memihak sesuai dengan UU No.14 tahun 1970 pasal 5. Dengan ini
saya mengajukan saksi saksi tambahan untuk disahkan di hadapan sidang ini.
1. Bapak Jendral Soeharto
2. Ibu Tien Soeharto
3. Bapak RM. Somoharyomo ayah Ibu Tien Soeharto
4. Ibu RM. Somoharyomo
5. Ibu Kolonel Suyoto
6. Ibu Dul tamu Ibu Tien Soeharto
7. Bapak Dul tamu Ibu Tien Soeharto
8. Ny. Soeharto isteri saya pada waktu itu 9. Subagyo anak buah BapakJendral Soeharto asal
Yogyakarta yang melaporkan adanya Dewan Jendral dan pergerakan tanggal 1 Oktober 1965.
10. Tuan Brackman yang pernah mewawancarai i Bapak Presiden Soeharto.
11. Wartawan Der Spiegel Jerman barat yang pernah mewancarai BapakJendral Soeharto.
Sehubungan beliau (Jendral Soeharto) turut tersangkut dalam peristiwa pergerakan G.30.S. pada tahun 1965 sesuai dengan eksepsi yang sudah saya serahkan di hadapan sidang.
Selain itu sesuai dengan surat Oditur No.001/3/1972/II BAR/TUD/X/1976/IV/1978 tanggal 17
April 1978 disebutkan saksi saksi yang sangat saya perlukan, untuk ini agar dihadapkan saksi
saksi:
1. Brigjen Suparjo ex Panglopur II KOSTRAD
2. Letkol. Untung ex Dan Yon Men Cakrabirawa
3. May. Udara Suyono ex Dan Men PPP AU
4. Lettu Ngadimo Staf Yon S30 Brawijaya
5. Lettu Dularif Dan Kie Men Cakrabirawa
Demi keadilan mohon agar oknum oknum yang saya sebutkan di atas untuk dihadapkan pada
sidang Mahkamah Militer Tinggi II Jawa Bagian Barat ini dan dihadlirkan pada pemeriksaan
pertama.
Demikian permohonan saya untuk memperoleh perhatian.
Jakarta, pada hari putus
disahkannya Sidang Mahmilti, 9 Mei 1978,
Hormat kami Tertuduh
ttd
(A.Latief)
Tembusan:
1. Yth.Ketua Mahkamah Agung
2. Yth. Ketua Mahkamah Militer Agung
3. Yth. OMI...(, ) Letkol Sianturi SH
4. Yth. Pembela
5. Yth. Bp. Mr.Yap Thiam, Hien Speed Building Jln.Gajahmada 18,Jakarta
6. Yth. Ketua PERADIN
7. Yth.Panitera Sidang MAHMILTI II Jawa Bagian Barat 8. Berkas.
No.:
Sifat : Penting
Lamp.:
Hal: Pernyataan PROTES dan
pernyataan tidak sahnya
pembacaan dan isi
kesaksian sdr. Pono
tertulis oleh MAHMILTI.
Kepada
Yth. Ket a mahkamah Militer
Tinggi II Jawa Bagian Barat
di TEMPAT
Dengan hormat,
Pada tanggal 20 Mei 1978 dalam sidang Mahmilti II Jawa Bagian Barat, Hakim KetuaYth. sudah
membacakan kesaksian tertulis sdr. Pono (orangnya tidak hadir pula dalam sidang pengadilan)
berdasar keterangan saksi Oditur dan hakim Ketua, alasannya sebab kesulitan tehnis. Selanjutnya dengan
berpegang dengan Undang2 259 ayat(2), maka kesaksian tertulis di atas sumpah yaitu sah
berdasar keterangan saksi hukum katanya.
Saya selaku tertuduh sekali lagi, menolak putusan Mahkamah seperti yang diuraikan ini di
atas, sebab :
a. Pada waktu ini, negara negara kita dalam kondisi aman biasanya dan Ibu Kota Jakarta
pada kbususnya juga dalam kondisi aman, tenteram, situasi kotanya selalu bisa dikendalikan.
Lagi juga ABRI sebagai kekuatan stabilisator dan dinamistor masyarakat sekarang ini sudah kuat
dan mampu menjaga keamanan di segala bidang. Mengingat ini semua alasan kesulitan tehnis
sehingga tak mampu mendatangkan seorang saksi bernama Pono dalam persidangan ini yaitu
sangat tidak masuk akal dan sangat memicu malu atau meremehkan keamananA]BRI dan
aparat Pemerintah lainnya termasuk Mahkamah ini.
b. Sepengetahuan saya (sebab saya diberi bacaan buku HIR/ ) tercantum dalam Undang
undang pasal 260 dan 261 menyatakan bahwa jika saksi tidak datang juga patut disesalkan
dibawa di muka sidang pengadilan. Hal ini saya sampaikan pada sidang yang lalu. namun di
samping Hakim ketua mencap saya sebagai memberi kuliah juga sudah memaksakan kepada
saya agar sidang dilanjutkan dengan tetap membacakan kesaksian tertulis sdr.Pono.
c. Selanjutnya pada sidang yang lalu juga saya sudah meminta kepada Hakim KetuaYth untuk
membacakan pernyatuan saya selaku saksi dalam sidang Mahmilub sdr.Pono pada bulan Januari
1972 yang dibenarkan oleh sdr.Pono sebagai tertuduh pada sidang ini yang isinya pada
pokoknya seperti keterangan saya dalam sidang ini dan yang tidak sesuai sama sekali dengan
kesaksian sdr. Pono tertulis yang dibacakan dalam sidang ini. Permintaan saya inipun ditolak
oleh sdr. Ketua sidang Mahmilti ini.
Berdasarkan fakta fakta di atas, jelas Hakim ketua dalam sidang ini sudah bertindak berat sebelah,
yaitu selalu membela dan menguntungkan oditur dan selalu merugikan tertuduh langsung
maupun tidak langsung.
sebab itu dibagi bagi di hadapan sidang Mahkamah Militer Tinggi ini, saya tertuduh
menyatakan P R O T E S atas keputusan Hakim Ketua sidang ini yang sudah memaksa untuk
meneruskan membacakan kesaksian tertulis sdr.Pono ini tanpa menghiraukan hak hak
tertuduh dan tertuduh mnganggap tidak sah dan tidak fair.
Dan sebagai penutup pernyataan saya ini, saya sekali lagi menuntut di hadapan sidang
Mahkamah ini:
1. agar saksi sdr. Pono tetap didatangkan di hadapan sidang Mahkamah ini untuk memberikan
kesaksian sebetulnya secara lesan dan terbuka.
2. agar pernyataan saya pada sidang Mahmilub saat saya sebagai saksi sdr. Pono pada
bulan Januari 1972 dibacakan di hadapan sidang Mahmilti ini.
3. Saya tertuduh merasa curiga dengan tidak didatangkan saksi sdr.Pono Oditur bisa
memanipulasi kan kesaksian dengan sengaja tidak mendatangkan saksi di hadapan sidang, sebab
dengan kesaksian tertulis yaitu sangat menguntungkan Oditur.
4. jika saksi menolak tidak bersedia datang tanpa alasan, maka tertuduh mencapnya sebagai
pengecut yang perlu dituntut berdasar keterangan saksi undang undang yang berlaku.
5. jika tuntutan saya ini tetap ditolak oleh sidang Mahkamah ini, maka tertuduh menyatakan
tidak terlaksananya fair trial dan bahwa putusan Hakim untuk membacakan kesaksian tertulis
sdr. Pono pada tanggal 20 mei 1978 y.l. tidak sah dan tidak satupun bisa saya benarkan.
Demikian pernya'taan saya di hadapan sidang hari ini dan terima kasih atas perhatiannya.
Jakarta,29 Mei 1978
HORMAT KAMI
TERTUDUH
ttd.
A. L a t i e f
Tembusan:
1. Yth.Ketua Mahkamah Agung
2. Yth.Ketua Mahkamah Militer Agung
3. Yth.OMILTI SR.Sianturi SH.
4. Yth.Team Pembela
5. Yth.Bp.Mr.Yap Thiam Hien
6. Yth.Ketua PERADIN
7. berkas tertuduh
laporan mengenai dewan jendral pada soeharto
Di sini perlu saya ungkapkan di muka Sidang Mahkamah Militer Tinggi ini agar persoalannya
lebih jelas, Dua hari sebelum peristiwa tanggal 1 Oktober 1965, saya ditambah keluarga
mendatangi ke rumah keluarga Bapak Jendral Soeharto di rumah Jalan Haji Agus Salim yang
waktu itu beliau masih menjabat sebagai Panglima KOSTRAD di samping acara kekeluargaan
saya juga bermaksud:
menanyakan dengan adanya kabar dewan jendral sekaligus
melaporkan kepada beliau .
oleh beliau sendiri justru memberitahu kan kepada saya: bahwa sehari sebelum saya
datang ke rumah beliau,ada seorang bekas anak buahnya berasal
dari yogya karta bernama subagyo, memberitahu kan mengenai
adanya kabar dewan jendral ad yang akan mengada kan coup d'etat
terhadap kekuasaan pemerintahan presiden sukarno .
Tanggapan beliau akan diadakan penyelidikan. Oleh sebab di tempat/ruangan ini banyak
sekali tamu, maka pembicaraan dialihkan dalam soal soal lain antara lain soal soal rumah. Saya
datang ke rumah Bapak Jendral Soeharto bersama isteri saya dan tamu isteri saya berasal dari
Sala Ibu Kolonel Suyoto dan dalam perjamuan di ruangan beliau ada ada ibu Tien Soeharto,
Orang tua suami isteri Ibu Tien, Tamu Ibu Tien Soeharto berasal dari Sala bernama Bapak Dul
dan Ibu Dul juga termasuk putera bungsu laki laki Bapak Jendral Soeharto yang lalu
harinya ketumpahan sup panas.
Selain dari pada itu sesuai dengan laporan dari seorang penulis bernama Brackman menulis
mengenai wawancara dengan Jendral Soeharto sesudah peristiwa 1 Oktober 1965 kira kira pada
tahun 1968. Diterangkan bahwa dua hari sebelum 1 Oktober 1965 demikian kata Jendral
Soeharto: Anak laki laki kami yang berusia 3 tahun memperoleh kecelakaan di rumah, ia
ketumpahan sup panas dan cepat cepat dibawa ke rumah sakit.
Banyak kawan kawan datang menjenguk anak saya di tengah malam tanggal 30 september 1965 saya
juga berada di situ. Lucu juga jika diingat kembali. Saya ingat Kolonel Latief datang ke rumah
sakit tengah malam itu untuk menanyakan kesehatan anak saya. Saya terharu atas keprihc#inan
Ada lagi sebuah wawancara dari surat kabar Der Spiegel Jerman Barat pada bulan Juni 1970
yang menanyakan bagaimana Soeharto tidak termasuk daftar Jendral jendral yang harus
dibunuh, Soeharto menjawab: Kira kira jam 11 tengah malam itu Kolonel Latief dari komplotan putsch
datang ke rumah sakit untuk membunuh saya, namun nampaknya ia tidak melaksanakan berhubung
kekhawatirannya melakukan di tempat umum.
Dari dua versi keterangan ini di atas yang saling bertentangan satu sama lain, yaitu yang
satu hanya mencek dan yang satu untuk membunuh, saya kira Hakim Ketua sudah bisa menilai
dari kedua keterangan ini dan akan muncul pertanyaan tentunya: mengapa Latief datang
pada saat yang sepenting itu, Mungkinkah Latief akan membunuh Jendral Soeharto pada tengah malam
itu,
Mungkinkah saya akan berniat jahat kepada orang yang saya hormati saya kenal semenjak
dahulu yang pernah menjadi Komandan saya, Logisnya seandainya benar saya berniat untuk
membunuh Bapak Jendral Soeharto,pasti perbuatan saya itu yaitu merupakan suatu blunder
yang akan menggagalkan pergerakan tanggal 1 Oktober 1965 itu.
Dari dua versi keterangan ini di atas menunjukkan bahwa Bapak Jendral Soeharto berdalih
untuk menghindari tanggungjawabnya dan kebingungan. Yang sebetulnya bahwa saya pada
tengah malam itu di samping memang menengok putranda yang sedang terkena musibah sekaligus
untuk melaporkan akan adanya pergerakan pada besok pagi harinya untuk menggagalkan rencana
Coup D'etat dari Dewan Jendral di mana beliau sudah mengetahui sebelumnya.
Memang saya berpendapat, bahwa satu satunya yaitu beliaulah yang saya anggap loyal
terhadap kepemimpinan Presiden Sukarno dan saya kenal semenjak dari Yogyakarta siapa
sebetulnya Bapak Jendral Soeharto itu. Saya datang yaitu atas persetujuan Brigjen Soeparjo
sendiri bersama sama Letkol Untung saat menemui saya pada tengah malam tanggal 1 Oktober
1965 kira kira jam 21.00 atau lebih di rumah saya dengan tujuan saat waktu akan minta
bantuan dari beliau. sebab itulah saya berkepentingan untuk datang kepada beliau. Letkol
Untung pun ad@
Saya sebagai anak buah sekalipun sudah terlepas dalam ikatan komando dengan Bapak Jendral
Soeharto di manapun beliau berada selalu saya temui. Dengan sendirinya muncul keakraban
secara kekeluargaan di luar dinas. Saya mempercayai kepemimpinan beliau seandainya berhasil
dapat menggagalkan usaha Coup Dewan Jendral beliaulah yang terpilih sebagai tapuk pimpinan
sebagai pembantu setia Presiden Sukarno.namun situasi cepat berubah yang tidak bisa saya
jangkau pada waktu itu. Beliau yang kami harapkan akan menjadi pembantu setia
Presiden/Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi sukarno menjadi berubah memusuhinya.
Mengapa saya dan teman teman saya terutama yang berasal dari Jawa Tengah mempercayai
Jendral Soeharto, sbb:
Memang saya pribadi yaitu bekas anak buah beliau saat menjabat sebagai Dan Kie 100
yang langsung organisatoris dan taktis pada Brigade X pada waktu jaman gerilya. Letkol.Untung
pun juga pernah menjadi anak buah langsung saat di daerah Korem Sala yang lalu
Let.Kol.Untung terpilih sebagai salah seorang pimpinan Gerilyawan yang diterjunkan di
Kaimana saat Trikora. pernah saya dengar dari pembicaraan Let.Kol. Untung sendiri
saat selesai misi Trikora ia dipindahkan ke Resimen Cakrabirawa, ia katakan dengan
peristiwa itu Jendral Soeharto pernah marah marah atas kepindahannya ke Men Cakra itu, sebab
ia akan ditarik sebagai pasukan Kostrad di bawah pimpinan beliau. Selain itu saat Let.Kol.
Untung menjadi temanten di Kebumen Jendral Soeharto juga memerlukan datang untok turut
merayakan pesta perkawinan.
Dengan saya pun demikian, secara dinas berdasar keterangan saksi perasaan saya bahwa saya selalu memperoleh
kepercayaan. saat masa Gerilya di Yogyakarta sering saya memperoleh perintah perintah
penting untuk menggempur kedudukan musuh tentara Belanda dengan menggabungkan pasukan
lain (Brimob) di bawah pimpinan saya. lalu pada penyerangan total kota Yogyakarta yang
terkenal enam jam di Yogyakarta, pasukan saya memperoleh kepercayaan untuk menduduki daerah
sepanjang Malioboro mulai dari Setasiun Tugu sampai Pasar Besar Yogyakarta dan beliau
sendiri mengikuti pasukan saya yang terletak di daerah Kuncen atau desa Sudagaran yang hanya
terletak 500 m dari batas kota Yogyakarta itu (daerah Demakijo). Hal ini sesudah saya dapat
lolos dari kepungan tentara Belanda yang sedang mengadakan counter offensif dan saya dapat
mundur kembali keluar kota dengan meninggalkan korban 12 luka luka, 2 gugur dan 50 orang
pemuda pemuda gerilya kota di bawah pimpinan saya mati terbunuh oleh pembersihan tentara
belanda, pemuda pemuda ini yang sekarang dimakamkan atau dengan nama MAKAM
TAK BERNAMA di daerah BALOKAN di depan Setasian Tugu Yogyakarta. Kira kira pada jam
12.00 siang hari bertamulah saya pada Komandan Wehrkraise Let.Kol.Soeharto di Markas
rumah yang saya tempati sebagai Markas Gerilya, yang saat itu beliau sedang menikmati
makan soto babat bersama sama pengawal dan ajudannya. Kami segera melaporkan atas misi
kewajiban saya.
lalu beliau masih memerintahkan lagi agar menggempur pasukan Belanda yang sedang
berada di kuburan Kumoan Yogyakarta yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari Markas
gerilya saya itu, akhirnya beliau segera kembali ke Markas Besarnya. Hanya saja sayang dalam
sejarah yang sering ditulis dalam peringatan penyerbuan ibu kota Yogyakarta pada 1 Maret
hanya ditulis Bahwa Jendral Soeharto dalam memimpin serangan pada l. 1 Maret di
Yogyakarta mengikuti salah satu pasukan. Di sinilah pentingnya saya ungkapkan demi untuk
melengkapi sejarah dengan ceritera yang sebetulnya . Bagi saya tidak ada ambisi untuk
menonjol nonjolkan agar ditulis dalam sejarah, sekalipun saya sendiri semenjak revolusi Agustus
1945 ikut secara phisik melucuti Jepang menggempur tentara Sekutu dan Belanda sebagai
seorang pejuang kemerdekaan. Di Jawa Timur Surabaya. Bagi saya tidak ada artinya sebab
bukanlah orang penting dan orang besar. Yang penting bagi ahli ahli sejarah harus teliti
menyelidiki dalam tulisan tulisan sejarah yang tepat.
Sesudah Clash ke II saya merasa selalu memperoleh kepercayaan dari Jendral Soeharto yang waktu
itu sebagai komandan saya untuk memimpin pasukan pasukan pada saat yang sulit. Sampai pada
saat TRIKORA pun sekalipun saya secara organisatoris terlepas dari komandonya masih dicari
untuk memimpin pasukan penerjun (para) Task force II ke Irian Barat dan yang dintus waktu itu
yaitu staf beliau let.Kol.Mardanus sekarang anggota MPR/DPR. Mengingat pada waktu itu
saya sendiri memperoleh perintah harus menempah Sekolah Staf Komando (SESKOAD II), maka
perintah untuk misi Irian Barat dibatalkan. lalu pada tahun 1965 kira kira bulan Juni tepat
pada hari ulang tahun CPM (Corp Polisi Militer) Jenderal Soeharto sudah menemui Pangdam V
Jaya Jendral Umar Wirahadikusumah dengan maksud meminta diri saya untuk dimisi kan
sebagai Komandan Task Force di Kalimantan Timur.
Singkatnya oleh Jendral Umar permintaan ini ditolak dengan alasan sebab tenaga saya
dibutuLkan untuk misi keamanan di Ibu Kota RI Kodam V Jaya. Keterangan ini saya dapat dari
Pangdam Jendral sendiri diberitahu kan mengenai hal itu. Jendral Umar menyatakan: Bahwa misi
untuk menjaga keamanan di Ibu Kota RI tidak kalah pentingnya dengan misi di garis depan,
sebab disini terletak pemimpin pemimpin negara terutama Pemimpin Besar Revolusi Bung
Karno jadi secara strategis yaitu penting sekali, sedang bila di garis depan hanya
memiliki arti taktis . Atas dasar penjelasan itulah sayapun sadar dan bersemangat sebab
panglima saya benar benar setia kepada Pemimpin Besar revolusi sependirian dengan saya.
Sekalipun saya sendiri waktu itu mengusulkan agar diijinkan berangkat bekerja dengan maksud
untuk mencari pengalaman dalam perang modern, mentrapkan theori yang saya hasilkan dari
sesudah sekolah SESKOAD II. Selanjutnya kira kira pada permulaan bulanAgustus saya pun
pernah menghadap Jendral Soeharto ke rumah datang atas dasar kekeluargaan biasa, antara lain
juga memberitahukan seperti yang saya terangkan ini di atas dan kemungkinan akan
diajukan ke atasan agar saya bisa bekerja .
Mengenai kekeluargaan di luar dinas pun saya memiliki keakraban semenjak di JawaTengah,
sekalipun beliau sudah terlepas dari komando saya tetap sering saya datangi. Kebiasaan Perwira
perwira bawahan yang sejajar dengan saya (komandan komandan Batalyon) jarang datang
ketempat beliau, terkecuali saya, kata teman teman saya itu banyak yang merasa segan sebab
Jendral Soeharto dianggap terlalu seram. Penilaian saya tidak.
Sebagai bukti lagi saat beliau mengkhitankan puteranya bernama Sigit keluarga saya pun
datang adapun Ibunya tak dapat datang sebab Ibu saya sedang sakit keras di Surabaya.
Sebaliknya pada waktu saya mengkhitankan anak saya beliau dengan Ibu Tien juga datang ke
rumah saya.Jadi hasil penelitian saya denganJendral Soeharto sekeluarga tidak memiliki persoalan
apapun malahan memiliki hubungan secara akrab.
contohnya : saya pernah mengusahakan agar beliau bisa membangun rumah yang agak besar
sedikit, sebab yang saya lihat rumah beliau terlampau kecil. sebab itu saya pernah
mengusahakan tanah lewat bagian kaveling DKI dan lalu memperoleh di daerah
Rawamangun. Di samping itu saat saya pernah memperoleh rumah di jalan Jambu bekas
Kedutaan Inggeris yang kebetulan rumah itu besar, saya berkeinginan untuk mem berikan
rumah itu untuk ditempati oleh Jendral Soeharto sekeluarga dan saya menempati rumah beliau
yang kecil. Dalam soal inilah antara lain yang pernah saya bicarakan di rumah beliau dua hari
sebelum peristiwa.
(Bahan ini diperbanyak oleh Penerbit: GOTONG ROYONG dengan ijin Penyusun)
Di bawah ini yaitu surat terbuka Kolonel (INF) A. Latief yang menuntut diberikannya amnesti
menyeluruh bagi semua narapidana dan tahanan politik, tanpa kecuali. Ia sampai saat ini masih
mendekam dalam penjara yang dihuninya selama tigapuluh dua tahun sebab dianggap sebagai
salah satu pelaku utama pergerakan 30 September. Saat itu ia menjabat sebagai Komandan Brigade
Infanteri I Angkatan Darat.
Tokoh ini menjadi sangat menarik saat dalam kesaksiannya menyebutkan bahwa tengah malam
menjelang pergerakan militer itu dimulai, ia sudah melaporkan rencana ini kepada Mayor Jendral
Soeharto yang saat itu menjabat Panglima KOSTRAD. Tidak adanya reaksi apapun pada saat
kritis itu dari bekas penguasa rejim fasis 32 tahun Orba ini, memicu banyak spekulasi di
kalangan sejarawan politik dan militer. Apakah Soeharto terlibat dalam pergerakan ini, Pengadilan
yang jujur dan transparan akan menjawabnya.
Yang jelas Soeharto yaitu penanggung jawab utama dibunuh nya lebih dari limaratus ribu
rakyat negara kita . Belum lagi para tahanan Politik G 30 S yang mati kelaparan atau disiksa di kamp kamp
konsentrasi Nusa Kambangan, pulau Buru,LP Tangerang, LP Kalisosok dan lain lain.
Sudah saatnya para bekas tahanan Politik atau napol tragedi nasional berdarah 1965 (bahkan keluarga mereka)
memberikan kesaksian/testimoni mengenai penderitaan yang sudah mereka alami. jika toh belum
memungkinkan situasinya untuk bersaksi seperti Pius Lustrilanang cs, media alternatif seperti
mailing list di Internet bisa menjadi sarana yang memungkinkan testimoni mereka bisa dibaca
oleh rekan rekannya sebangsa dan setanah air.
Redaksi SiaR
UNTUK APA AMNESTI DIBERIKAN KEPADA TAHANAN POLITIK DALAM ERA
REFORMASI SEKARANG INI
Pada dasarnya, pemberian amnesti kepada para tahanan politik pada era reformasi sekarang ini
dimaksudkan untuk mengadakan rekonsiliasi atau persatuan nasional dalam gejolak politik pada
waktu ini. Semua pihak bisa diajak bekerja sama dalam suatu pemerintahan untuk persatuan
nasional.
Dalam masa masa lalu sudah sering terjadi diadakan amnesti, abolisi kepada tahanan untuk
mengatasi penyelesaian konflik konflik politik secara menyeluruh. Adapun contoh contohnya
pernah saya lakukan sendiri sebagai pelaku sejarah:
A. 1. Masa muda saya saat masih sekolah di sekolah menengah terjadi perang Dunia Kedua,
sehingga kira kira bulan November 1941 para murid sekolah ini dan sekolah lainnya
dicomoti untuk menjadi tentara Milisi Belanda dan dilatih di Magetan, Madiun sampai bulan
Pebruari 1942.
2. lalu sesudah latihan militer segera dikirim untuk memicu pertahanan di Soreang dan
Ciwidae, Bandung Selatan.
3. Belum sampai terjadi pertempuran Belanda menyerah pada 8 Maret 1942, lalu saya
seteman ditawan di sebuah sekolah di kota Soreang.
4. Beberapa hari lalu kami dipindahkan dari Soreang ke Batu Jajar dengan jalan kaki.
Beberapa hari lalu dipindahkan ke Kamp Tawanan perang Batalyon IV di Cimahi,
berkumpul dengan tawanan lain dari KNIL, bersama antara lain Groot Majoor Urip Sumohardjo
(Letjen, Kepala Staf Panglima ABRI).
5. Beberapa bulan lalu kami dari rombongan milisi terdiri atas para pelajar diberikan
amnesti oleh tentara pendudukan Jepang, lalu berturut turut bagi tentara beroep KNIL.
Kami tidak pernah memperoleh perlakuan kasar dari tentara Jepang. Hanya kurang 1 (satu) hari
dibebaskan, ada tentara Belanda Indo dan Ambon melarikan diri, dan lalu tertangkap 12
orang. Pada pagi harinya didemonstrasikan mereka dihukum mati dengan jalan ditembak mati di
lapangan. Dan kami disuruh semua melihat nya.
6. Pada pagi hari kami dibebaskan tanpa syarat dan kembali ke rumah masing masing,
dibebaskan begitu saja tanpa dikawal. Kami pun segera pulang dengan mengendarai kereta api
bersama ke rumah masing masing tanpa halangan apa pun dan kami dapat menikmati kebebasan
ini bersama orang tua dan saudara saudara kami di rumah.
Pada jaman kemerdekaan kami dihadapkan oleh pemberontakan DI/TII, pemberontakan
Andi Aziz, Kahar Muzakar, Republik Maluku Selatan (RMS), Merapi Merbabu Complex,
Peristiwa 17 Oktober 1952 (dikepungnya Istana Negara Republik Indonesia di Jalan Merdeka
Jakarta). Peristiwa PRRI, PERMESTA di Sumatera dan Sulawesi.
Kami sudah mengalami peristiwa peristiwa ini selaku komandan pasukan:
tahun 1950 menghadapi Andi Aziz di Sulawesi Selatan.
tahun 1950 1951 misi menghadapi DI/TII di Jawa Barat, Tasikmalaya, Garut, Ciamis,
Cijulang Parigi. Selama 8 (delapan) bulan belum lagi kembali ke pangkalan dimisi kan
berangkat ke Ambon, RMS di Serang.
Sekembali dari misi RMS menghadapi DI/TII kembali ke perbatasan Jawa Tengah dan
pada tahun 1952 menghadapi pemberontakan Batalyon 426 di Kudus, dan tanggal 4 Pebruari
1952 pertempuran Batalyon saya dengan Batalyon 426 terjadi dengan sengitnya di Pegunungan
Kandang Samin, Wonosari.
. misi selanjutnya Batalyon saya menghadapi DI/TII di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa
Barat: daerah Bumiayu, Bandarejo, Brebes, daerah Wangon, Majenang terus menerus mulai
tahun 1952 sampai dengan 1958.
2.5. Sehabis sekolah SSKAD (sekarang SESKOAD, red.) pada tahun 1959 (satu setengah tahun )
lalu dimisi kan untuk menumpas pemberontakan PRRI/PERMESTA di Sumatera Barat.
2.6. Pada tahun antara 1960 1961 terjadi pengumuman pemerintah Presiden Soekarno untuk
memberikan amnesti kepada pemberontak PRRI/PERMESTA dan tahun tahun dilanjutkan
perolehan amnesti terhadap TII Kartosoewirjo dan Daud Beurueh. Kesemuanya amnesti ini
berlaku kepada kesemuanya tanpa syarat, malahan Prajurit PRRI/PERMESTA diberikan abolisi.
Saya sendiri pernah bertemu bersama mantan panglima PRRI Sumatera Barat mantan Letkol
Ahmad Husein tennis bersama di Senayan.
2.7. Demikianlah arti dari amnesti untuk kepentingan rekonsiliasi nasional untuk persatuan
bangsa tanpa pandang bulu. Apakah itu aliran DI/TII atau PRRI/PERMESTA tidak menjadi
masalah tanpa mendiskriminasi satu sama lain yang pada pokoknya mereka kembali ke
pangkuan ibu pertiwi secara nasional. Jadi yaitu tidak benar ada perbedaan perlakuan sama
sekali.
PERLAKUAN TERHADAP DIRI SAYA SELAMA DALAM TAHANAN 32 tahun DI
PENJARA SALEMBA, RTM, DAN CIPINANG
1. Pada waktu saya ditembak dan lalu sekedar saya diobati operasi kaki kiri digips sekujur
kaki kiri sampai batas perut, sehingga harus tidur terlentang, tanpa bisa bangun. Pada hari itu
juga dalam masih diinfus harus dibawa ke markas Kodam V Jaya dengan ditambah seorang
perawat. Tidak dirawat inap di RSPAD.
2. Di markas Kodam V Jaya selama satu minggu datang pemeriksaan pemeriksaan, namun saya
tidak mampu menjawab sebab kondisi penyakit luka saya sangat kritis. Pemeriksa mengancam
bahwa saya akan diperiksa oleh prajurit.
3. Pada akhir minggu itu gips (pembalut) kaki saya diganti di RSPAD dengan jalan dibius.
lalu pada suatu hari dipindahkan ke rumah tahanan penjara Salemba di sel dubbel deur
(pintu ganda, red.) dan ruangan 2x3 meter dan cahaya lampu sangat gelap (15 watt) dan saya
ditempatkan di lantai bawah hanya dengan satu tikar.
4. Saya sering mengalami pingsan sebab sakit ginjal dan infeksi pada luka kaki kiri sebab luka
saya selalu mengeluarkan cairan (nanah) sehingga memenuhi pada gips pembungkus
memicu bau busuk. Pada suatu waktu keluar ulat ulat (belatung) yang mengerumuni badan
saya. Bersamaan dengan itu anak saya laki laki yang tertua kena musibah tertubruk mobil
sehingga tewas.
5. Saya sering pingsan sebab saya terkena penyakit ambeien yang terus menerus mengeluarkan
darah dan penyakit ginjal (mungkin kencing batu) sehingga jika kencing juga
mengeluarkan darah.
AKIBAT DARI PENYAKIT PENYAKIT ini SEHINGGA SAYA DIHARUSKAN
DIRAWAT
1. Di RTM Lapangan Banteng menjalani operasi di RSPAD pada kaki sebanyak tiga kali. Dua
kali hemorrhoid (ambeien). Satu kali hernia sebelah kanan (enam kali di RSPAD).
2. Di LP Cipinang menjalani operasi di RS Persahabatan: satu kali hernia sebelah kanan; operasi
ginjal (dua kali di Persahabatan).
3. Di Rumah Sakit POLRI dirawat sebab stroke tanggal 2 Januari 1997, sulit bicara,
kerongkongan menyempit, keluar air liur, kaki kesemutan, tensi tidak normal, dan kena katarak
sehingga sulit membaca.
4. Di RS Sint Carolus operasi hernia sebelah kiri tanggal 7 Juli 1998.
Saya tidur terlentang tanpa bisa bangun selama dua tahun di dalam sel dan saya mengalami disel
isolasi berat dikunci terus menerus tanpa dibuka selama sepuluh tahun (tanggal 11 Oktober
1965 1975) di Penjara Salemba.
PROSES PERSIDANGAN DAN PERMOHONAN PIDANA SEUMUR HIDUP MENJADI
TERBATAS
1. Diputuskan oleh Mahmilti (Mahkaman Militer Tinggi) II Jawa Bagian Barat dengan hukuman
pidana SEUMUR HIDUP tanggal 1 Agustus 1978.
2. OTMILTI (Oditur Militer Tinggi) mengajukan banding dan kami mengajukan kontra banding
ke Mahkamah Militer Agung (MAHMILGUNG) tanggal 7 Agustus 1978.
3. Keputusan MAHMILGUNG menolak banding OTMILTI dengan menguatkan keputusan
MAHMILTI tanggal 18 Januari 1982. Pada tanggal 18 Januari 1983 oleh OTMILTI saya
diserahkan kepada KALAPAS (Kepala Lembaga Pemasyarakatan) Cipinang untuk menjadi
NARAPIDANA. Pada tanggal ini saya mengajukan permohonan PIDANA SEUMUR
HIDUP MENJADI TERBATAS, dan selesai 18 Januari 1988 (seharusnya bebas), namun tidak
terlaksana sebab terhalang Keppres No. 5 tahun 1978, pada bulan Agustus saya hanya tinggal
kurang dari 5 bulan.
4. Bersamaan dengan itu saya, saudara Rewang anggota Polit Biro PKI dan saudara Marto
Suwandi anggota Biro khusus sentral yang sama sama hukumannya SEUMUR HIDUP mengajukan
permohonan SEUMUR HIDUP MENJADI TERBATAS. Pada tahun 1988 kedua orang ini
bisa dibebaskan, namun saya TIDAK DIBEBASKAN.
5. Pada bulan Mei 1994 saya bersama Dr. soebandrio , Omar Dhani, dan Sugeng Sutarto
bersama sama dipanggil KALAPAS untuk menandatangani permohonan grasi dengan nomor
yang sama, tanggal yang sama, pengiriman pada OTMILTI bersama.
6. Pada tanggal 17 Agustus 1995 Dr. soebandrio , Omar Dhani, Sugeng Sutarto memperoleh
amnesti pembebasan oleh pemerintah, sedang saya tidak dibebaskan.
berdasar keterangan saksi keterangan keluarga keluarga mereka yang datang di Sekretarian Negara, mereka
melihat bahwa nama saya ada di meja Menteri Sekretaris Negara.
7. Bahwa kami pada setiap tahun oleh KALAPAS Cipinang semenjak tahun 1991 selalu diajukan
untuk memperoleh PIDANA SEUMUR HIDUP menjadi TERBATAS.
Terakhir tanggal 22 Januari 1998, 2 Pebruari 1998, dan terakhir sekali secara kolektif diajukan
pada tanggal 27 Juli 1998.
Demikianlah keterangan yang saya berikan dengan sebetulnya dan mohon memperoleh
perhatian sepenuhnya mengenai amnesti menyeluruh bagi kami tahanan politik/nara pidana
politik secara keseluruhan.
Di samping itu bahwa teman teman kami yang hanya tersisa 13 orang di seluruh negara kita , pada
umumnya sudah berusia 70 tahun ke atas dan umumnya sudah rapuh dan lumpuh.
sebab itu secara perikemanusiaan mohon perhatian sepenuhnya.
Sekian.
Tanggal 27 Juli 1998
Hormat kami,
A. LATIEF
Kehormatan bagi yang berhak , sukarno tidak terlibat G30S/PKI
(Oleh:Manai Sophiaan)
UNGKAPAN berbagai peneliti mengenai pergerakan 30 September 1965 di negara kita ,
berbeda beda.
Antonie C.A. Dake dalam bukunya In the Spirit of the Red Banteng ,
mengungkapkan tragedi ini dengan banyak mengacu kepada keterlibatan PKI sebagai
perencana, sukarno mengetahui dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebagai
pensuplai senjata untuk persiapan apa yang disebut Angkatan ke V, yang dituduhkan
akan menjadi kekuatan bersenjata PKI.
Ada 22 juta sukarelawan yang sudah mendaftarkan diri di Front Nasional, memenuhi
seruan sukarno mobilisasi kekuatan rakyat untuk mengganyang Malaysia. Mereka
inilah katanya yang akan disaring untuk dimasukkan ke dalam Angkatan ke V.
Pembentukan Federasi Malaysia dirancang oleh Perdana Menteri Inggeris, Harold
McMillan, dan Perdana Menteri Malaya, Tungku Abdul Rahman, dalam perundingan
di London pada bulan Oktober 1961 dan dilanjutkan bulan Juli 1962, itulah yang
memulai provokasi politik dan militer meng contain negara kita .
Ganis Harsono, jurubicara Departemen Luar Negeri R.l. selama 8 tahun di era
Sukarno, menulis dalam bukunya Recollections of an Indonesia Diplomat in the
Sukarno Era yang diterbitkan oleh University of Queensland Press, Australia, tahun
1977 dan lalu pada tahun 1985 diterbitkan edisi negara kita nya oleh Inti Idayu
Press Jakarta dengan judul Cakrawala Politik Era Sukarno , menulis bahwa Inggris
memberitahukan kepada negara kita mengenai rencananya membentuk Federasi
Malaysia. negara kita tidak menentang, sebab dipahami bahwa ide pembentukkannya
ialah untuk memberikan kemerdekaan kepada wilayah wilayah jajahan Inggeris di
Kalimantan Utara.
namun sesudah Presiden Macapagal dari Filipina mengajukan tuntutan agar dalam
proses pemberian kemerdekaan ini , wilayah Sabah dikembalikan kepada
Filipina, sebab memang tadinya yaitu wilayah kekuasaan Kasultanan Sulu di
Filipina Selatan yang dicaplok oleh Inggeris saat menjajah Kalimantan Utara, justru
muncul reaksi keras dari Kuala Lumpur, yang disampaikan oleh Duta Besarnya di
Manila, Zaiton Ibrahim, dengan mengatakan kepada Presiden Macapagal bahwa
situasi akan menjadi gawat, jika Filipina menuntut wilayah Sabah. Malahan
Menteri Pertahanan Malaya, Najib Tun Razak, memberikan reaksi yang lebih keras
lagi: Kami siap pergi berperang mempertahankan Sabah dalam naungan Malaysia .
Tadinya Sabah hanya disewa oleh Inggeris dari Sultan Sulu, Jamal Alam, yang
akhirnya jatuh ke bawah penguasaan The British North Borneo Company.
Waktu itu negara kita tidak memberikan reaksi apa apa, diam saja. namun pada tanggal
8 Desember 1962, sesudah Azhari yang dituduh memberontak di Brunai dan
memproklamasikan kemerdekaan Kalimantan Utara yang terdiri dari Brunai, Serawak
dan Sabah di Manila, di tempat mana ia melarikan diri bersama teman temannya,
dan menyatakan dirinya sebagai Perdana Menteri Negara Kalimantan Utara, cepat
sekali Tungku Abdul Rahman menuding negara kita sebagai biang keladinya.
Padahal duduk persoalannya, Azhari yang memimpin Partai Rakyat Brunai, dalam
Pemilihan Umum Agustus 1962, memenangkan 54 dari 55 kursi di Dewan Distrik dan
16 dari 33 kursi di Dewan Legislatif. 1)
1) JAC Mackie, Konfrontasi, The negara kita Malaysia Dispute 1963 1966
Oxford University Press, Kuala Lumpur London, hal. 37
Apa yang dilakukan oleh Azhari sesudah partainya ditumpas dan dia dikejar kejar
sebagai pemberontak, ialah selalu mengadakan kontak dengan Wakil Presiden
merangkap Menteri Luar Negeri Filipina, Immanuel Pelaez, dan sama sekali bukan
dengan negara kita .
Ketua Umum Partai Nasional negara kita (PNI), Ali Sastroamidjojo, memberikan reaksi
menolak tudingan Tungku.
Tungku pun menjadi marah oleh adanya reaksi dari Ali Sastroamidjojo dan langsung
menyerang secara pribadi kepada sukarno dengan mengatakan: Jangan campuri
urusan Kalimantan Utara!
Serangan ini sebetulnya datang dari Inggeris, namun Tungku yang menjadi jurubicaranya.
Oleh sebab itu, pada bulan April 1963, sukarno di hadapan Konperensi Wartawan
Asia Afrika di Jakarta menjawab ancaman Tungku dengan mengatakan: Perjuangan
rakyat Serawak, Brunai dan Sabah, yaitu bagian dari perjuangan negara negara the
new emerging forces yang membenci penghisapan manusia oleh manusia.
sebab Jepang melihat bahwa proses pembentukan Federasi Malaysia sudah
menjurus pada kecurigaan negara kita sebagai proyek neokolonialisme Inggeris, maka
pada tanggal 3 1 Mei sampai 1 Juni 1963, Tokyo menyediakan tempat pertemuan
antara Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Tungku Abdul Rahman, untuk
mengusahakan pendekatan. Tujuannya ialah untuk menghilangkan kecurigean
mengenai rencana pembentukan Federasi Malaysia, yang terdiri dari Federasi Malaya
sebagai induknya digabungkan dengan Singapura dan tiga wilayah lainnya di
Kalimantan Utara.
Pertemuan Tokyo menyetujui sebuah prinsip, yaitu tetap memelihara Semangat
Perjanjian Persahabatan negara kita Malaya tabun 1959.
Untuk merumuskan lebih lanjut hasil pertemuan Tokyo, diadakan lagi pertemuan para
Menteri Luar Negeri tiga negara, yaitu: negara kita , Malaya dan Filipina, di Manila dari
tanggal 7 sampai 11 Juni 1963.
Ketiga Menteri Luar Negeri itu, semuanya memiliki jabatan rangkap, yaitu:
soebandrio di samping Menteri Luar Negeri, juga Wakil Perdana Menteri I, Tun Abdul
Razak, Menteri Luar Negeri dan Deputy Perdana Menteri dan Immanuel Pelaez,
Menteri Luar Negeri dan sekaligus Wakil Presiden.
Dalam pertemuan Manila, negara kita dan Filipina menyatakan tidak keberatan
dibentuknya Federasi Malaysia, asal hal itu dilakukan atas dasar Hak Menentakan
Nasib Sendiri bagi rakyat di wilayah wilayah yang hendak digabungkan, dan
ditentukan oleh otoritas yang bebas dan tidak berpihak, yaitu Sekretaris Jenderal PBB.
Pertemuan itu juga mengembangkan pemikiran Presiden Filipina, Macapagal, yaitu
pembentukan Konfederasi tiga negara serumpun Melayu yang disebut MAPHILINDO
(Malaysia Philipina lndonesia), gagasan yang langsung dilawan oleh Amerika dan
Inggeris. Ironisnya, dari Peking, Menteri Luar Negeri Chen Yi menuduh MAPHILINDO
sebagai proyek Nekolim.
Pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri ini, diperkuat dengan diadakannya Konperensi
Tingkat Tinggi antara Perdana Menteri Tungku Abdul Rahman, Presiden Macapagal
dan Presiden Sukarno yang dilangsungkan di Manila dari tanggal 31 Juli sampai 1
Agustus 1963, yang hakekatnya hanya mengesahkan hasil hasil yang sudah dicapai
dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri sebelumnya.
Dalam perundingan tersendiri antara Presiden Sukarno dan Presiden Macapagal,
disetujui apa yang dikenal dengan Doktrin Sukarno Macapagal yang menegaskan
bahwa Masalah Asia agar diselesaikan oleh bangsa Asia sendiri.
Doktrin ini dengan dan sertamerta ditolak oleh Amerika Serikat dan Inggeris, sebab
dinilai dapat menggagalkan tujuan pembentukan Federasi Malaysia yang dirancang di
London yang sebetulnya untuk meng contain negara kita .
Hasil KTT Manila ternyata menggelisahkan London dan Kuala Lumpur.
Dengan adanya gagasan Presiden Macapagal yang mengusulkan pembentukan
Konfederasi MAPHILINDO dan doktrin Sukarno Macapagal yang menghendaki
agar masalah Asia diselesaikan oleh bangsa Asia sendiri, maka anasir Inteligen
Inggeris dan Malaysia melansir satu berita bahwa Federasi Malaysia akan dibentuk
pada tanggal 31 Agustus 1963, 2) mendahului pelaksanaan Persetujuan Manila yang
menghendaki agar pembentukan itu dilakukan atas dasar Hak Penentuan Nasib
Sendiri dari rakyat bersangkutan, yang akan diatur oleh Sekretaris Jenderal PBB,
waktu itu U Thant.
Dr. Hidayat Mukmin, TNI dalam politik luar negeri Studi masalah penyelesaian konfrontasi negara kita Malaysia, hal. 95.
Dilansirnya berita itu, makin mempercayakan negara kita bahwa memang ada udang di
balik batu dengan pembentukan Federasi Malaysia yang dirasakan sebagai sangat
tergesa gesa.
Oleh sebab nya, Sekjen PBB segera mengirimkan Misi PBB ke Serawak dan Sabah
untuk meneliti sejauh mana rakyat Kalimantan Utara bersedia bergabung dalam
Federasi Malaysia, seperti yang dituntut oleh KTT Manila. namun Misi sudah distel
demikian rupa, dengan ketuanya diambilkan dari Amerika yaitu Laurence
Michaelmore, dibantu oleh delapan anggota yang diambilkan dari berbagai negara.
negara kita , Malaya dan Filipina menyertakan juga wakil wakilnya sebagai peninjau.
sebab Misi sedang bekerja, maka Kuala Lumpur berusaha meredakan kemarahan
negara kita dan mengumumkan penundaan pembentukan Federasi Malaysia sampai
tanggal 16 September 1963, yaitu tanggal yang diperkirakan Misi PBB sudah
menyelesaikan misi nya dengan hasil yang menguntungkan London dan Kuala
Lumpur. Penundaan tanggal, dianggap oleh negara kita sebagai proforma belaka,
sebab hasilnya sudah ditentukan sesuai dengan keinginan Kuala Lumpur dan London.
Memang sebelum itu, Inggeris sudah mengadakan penjajagan di Kalimantan Utara
dengan sebuah komisi yang diketuai oleh Lord Cobbold dan anggotanya terdiri dari:
Sir Anthony Abell, Sir David Watherston, Dato Wong Po Nee dan Enche Gazali bin
Sofie.
Hasil penjajagan ini diumumkan dalam Report of the Commission of Inquiry North
Borneo and Serawak 1962 yang menyebutkan:
1. Sepertiga penduduk menyetujui tanpa syarat, merdeka dalam
Federasi Malaysia.
2. Sepertiga menyetujui dengan syarat agar kepentingan daerah
mereka terjamin.
3. Sisa yang lain, ingin memperoleh kemerdekaannya dahulu , sebelum
bergabung dalam Federasi Malaysia.
namun ini semua yaitu versi Komisi Cobbold. Sebelum itu sudah ditentukan agar
diadakan Pakta Pertahanan antara Inggeris dan Federasi Malaysia.
maka , dari segi pertahanan, Federasi Malaysia dianggap oleh Inggeris
lebih sederhana, sebab Federasi dapat dikelola bersama sebagai satu unit strategik.
sebab Federasi berada dalam lingkungan Persemakmuran Inggeris, maka Inggeris
berkewajiban tetap memberikan perlindungan militer. saat Malaya baru merdeka, di
sana hanya ada 2000 tentara Inggeris dan Australia. namun sesudah Federasi Malaysia
dibentuk, kekuatan Militer itu cepat ditambah menjadi 50.000.
Strategi pertahanan ini mencemaskan negara kita , sebab perlindungan militer Inggeris
yang begitu besar, merupakan ancaman serius bagi keamanan negara kita . Apalagi
dalam mempertahankan Malaysia, sudah tersiar berita bahwa Inggeris akan
memperoleh dukungan dari Pakta Pertahanan ANZUS (Australia New Zealand United
States), untuk menghadapi Sukarno yang sudah lama dicap sebagai trouble maker
di Asia, yang kegiatannya harus dicegah jangan sampai merembet mempengaruhi
negara negara Afrika dan Amerika Latin.
sebetulnya di Malaysia, Singapura dan British North Borneo (Kalimantan Utara),
ada kekuatan kekuatan politik yang menentang pembentukan Federasi Malaysia
berdasar keterangan saksi konsep McMillan Tungku Abdul Rahman, namun mereka ditindas sehingga
tidak bisa berbuat banyak.
Kekuatan menentang pembentukan Federasi Malaysia di Malaya ialah: Front Sosialis
Malaya yang terdiri dari Partai Rakyat Malaya dan Partai Buruh, dan Partai Islam
se Malaya. Di Singapura: Barisan Sosialis, Partai Pekerja dan Partai Rakyat. Di
Kalimantan Utara: Partai Rakyat Brunai dan Serawak United People's Party. Partai
Rakyat Brunai sejak 1956 di bawah pimpinan Azhari, sudah memiliki program
hendak mengusir Inggeris dari Kalimantan Utara.
Dan apa yang terjadi lalu ,
Misi PBB yang dipimpin oleh Michaelmore, tanpa penyelidikan seksama, langsung
menyatakan bahwa rakyat Kalimantan Utara (Serawak dan Sabah) menyetujui
merdeka dalam Federasi Malaysia. Hasil Kerja Misi PBB ini segera disahkan oleh
Sekjen PBB.
Sebaliknya negara kita , sesudah mendengarkan laporan dari peninjau peninjaunya yang
menyertai penyelidikan Misi PBB, menuduh adanya kecurangan kecurangan yang
menyolok, sehingga laporan Misi PBB itu tidak bisa dianggap sah.
Akibatnya, mudah dipahami. sebab negara kita menolak hasil penyelidikan Misi PBB
yang disahkan oleh Sekjen PBB, ditambah lagi tersiar berita bahwa sesudah
Federasi Malaysia diresmikan pada tanggal 16 September 1963, negara federasi baru
itu segera akan diterima menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, maka
Jakarta langsung memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuala Lumpur.
Oleh perkembangan yang sangat cepat, dan usaha diplomatik untuk mencoba
meredamnya mengalami kegagalan, maka konfrontasi negara kita Malaysia tidak
terhindarkan lagi. Dr. soebandrio dalam kedudukannya sebagai Wakil Panglima Besar
KOTI (Komando Tertinggi negara kita ) dan Kepala Badan Pusat Inteligen (BPI), mulai
menerjunkan gerilyawan di Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara, untuk
memberikan tekanan kepada Kuala Lumpur agar mau merubah sikapnya dengan
mengemukakan aproach baru yang bisa mengatasi deadlock.
Malaysia didirikan tanpa ikut dan nya Brunai, sedang Singapura yang tadinya. ikut
bergabung, lalu memisahkan diri dan menyatakan dirinya merdeka sendiri.
namun tindakan Dr. soebandrio itu, justru memberikan alasan kepada Inggeris dan
sekutunya Pakta ANZUS untuk bersiap siap menyerang negara kita , kemungkinan
yang sebetulnya sudah lebih awal diperkirakan oleh sukarno .
Sebelum itu, dalam bulan Oktober 1963, Presiden Kennedy dari Amerika,
mengirimkan surat kepada Presiden Sukarno yang menganggap sikap negara kita
terhadap Malaysia, menempatkannya pada posisi yang amat sulit untuk mewujudkan
keinginannya membantu usaha usaha negara kita ke arah pembangunan dan
pemulihan ekonominya.
sesudah menerima surat ini , Presiden Sukarno langsung mengadakan
pertemuan dengan 10 orang menteri seniornya, yaitu: Ir. Djuanda, Dr. soebandrio ,
Chaerul Saleh, Dr. J. Leimena, Sudibyo, ditambah dengan menteri menteri militer yaitu:
A.H. Nasution, A. Yani, E. Martadinata, Omar Dhani dan Sucipto. Pertemuan
merumuskan jawaban yang paling tepat untuk Surat Presiden Kennedy dengan
sebuah kalimat yang tegas: Go to hell with American aid . Ganis Harsono, Cakrawala Politik Era Sukarno, hal. 160, 161
Dengan surat Presiden Kennedy ini , makin menjadi jelas bahwa bukan saja
Inggeris, melainkan juga Amerika ikut ambil bagian dalam merekayasa pembentukan
Federasi Malaysia.
namun cara mengelola ketegangan akibat pembentukan Federasi Malaysia, akhirnya
menggiring negara kita terjaring masuk perang kap konfrontasi militer yang sudah
dipasang oleh Inggeris dan Amerika. sukarno segera melihat bahaya akan makin
meningkatnya eskalasi konfrontasi, maka berusaha mencari usaha
mengendorkannya dengan mengusulkan segera diselenggarakannya KTT 3 negara
yang terkait.
usaha sukarno terlambat, sebab segera sesudah itu, bom waktu yang sudah
lama dipasang oleh persekutuan Nekolim di negara kita , tidak bisa ditangkal lagi.
Meletuslah pergerakan 30 September 1965 , yang mengundang Amerika makin
terang terangan berkiprah melaksanakan rencana menghancurkan revolusi negara kita
dan kepemimpinan sukarno yang dijuluki oleh Barat sebagai Hitler Baru seusai
perang Dunia II.
Itulah lihainya Nekolim yang tidak secara dini bisa diantisipasi.
Meski pun demikian, pada bulan Februari 1966 Presiden Sukarno masih menugaskan
Duta Besar Keliling R.l., Supeni, pergi ke Manila membicarakan dengan Presiden
Ferdinand Marcos yang sudah menggantikan Macapagal, mengenai perlunya segera
diadakan KTT MAPHILINDO dan minta agar Filipina jangan dahulu memberikan
pengakuan kepada Federasi Malaysia. Tujuan sukarno untuk segera
menyelenggarakan KTT MAPHILINDO, ialah mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia
dan menyelesaikan dispute Sabah yang di claim oleh Filipina, atas dasar semangat
MAPHILINDO.
namun rencana sukarno ini, sebelum bisa dilaksanakan, sudah kedahuluan dicegat
oleh keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR), yang berakibat
kekuasaan berpindah ke tangan Letnan Jenderal Soeharto sebagai pengemban
SUPERSEMAR yang segera saja melakukan penahanan terhadap menteri menteri
yang penting, sehingga Presiden Sukarno kehilangan pembantu pembantunya dan
Kabinet Baru harus dibentuk bersama Pengemban SUPERSEMAR. Praktis Bung
Karno sudah kehilangan kekuasaannya.
Dr. Suharto, dokter pribadi sukarno , dalam bukunya Saksi Sejarah memastikan
bahwa konfrontasi dengan Malaysia tidak termasuk dalam calender of event Bung
Karno 6). mungkin Komando Dwikora (konfrontasi dengan Malaysia) yaitu
imposed (desakan) pihak lain, mungkin musuh dalam selimut yang mengetahui
psycho emosional sukarno . Dengan memakai metode psycho analisa,
dilakukan berbagai tipu muslihat, yang bertujuan mempengaruhi sukarno dalam
mengambil keputusan melakukan suatu tindakan. Dr. Suharto, SaksiSejarah, hal. 135.
Ibid, hal. 189
sesudah Malaysia diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB,
negara kita memberikan reaksi yang sangat keras dan langsung menyatakan keluar
dari keanggotaan PBB, meski pun disadari bahwa putusan ini yaitu satu imbalan
yang sangat mahal. Putusan ini diumumkan oleh sukarno pada 7 Januari 1965
dalam rapat umum Anti Pangkalan Militer Asing, di ISTORA Jakarta.
Pada awal Bab ini, sudah disinggung adanya 22 juta sukarelawan yang mendaftarkan
diri untuk melawan serbuan Inggeris dan sekutunya ke negara kita , jika konfrontasi
mencapai puncaknya. Tujuan seruan sukarno mengadakan mobilisasi kekuatan
rakyat, sangat jelas yaitu untuk apa yang dirumuskan secara populer: Ganyang
Malaysia!. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan tuduhan sebagai persiapan untuk
pembentukan Angkatan ke V. Prosedur yang harus dipenuhi untuk pembentukan
Lembaga seperti itu, bukan saja belum pernah ditempuh, bahkan dibicarakan saja
dalam sidang Kabinet sebagai Lembaga kekuasaan eksekutif, DPRGR sebagai
Lembaga kekuasaan Legislatif, maupun dimintakan pertimbangan dari Dewan
Pertimbangan Agung, sebagai Lembaga Tinggi Negara, belum pernah .
Untuk membentuk Angkatan ke V yang begitu prinsipil, tidak mungkin dilakukan
tanpa disetujui oleh ketiga Lembaga Tinggi Negara seperti yang disebutkan di atas.
Gagasan Angkatan ke V sebetulnya hanya move politik yang dilontarkan oleh Bung
Karno, yang ide pokoknya bertolak dari ketentuan UUD 1945 pasal 30 mengenai bela
negara, dikaitkan dengan pergerakan ganyang Malaysia . Hanya pihak pers tertentu
yang membesarbesarkannya dan meminta reaksi dari Menteri/ Panglima Angkatan
Darat yang tentu saja menentangnya. maka , move politik ini segera di
ekspos seolah olah sukarno sudah memerintahkan pembentukan Angkatan ke V,
yang lalu dianggap sebagai salah satu alasan keterlibatan sukarno dalam
G30S/PKI.
Rekayasa lain untuk mencoba membuktikan keterlibatan sukarno dalam
G30S/PKI, ialah keterangan Brigadir Jenderal H.R. Sugandhi, (ajudan Presiden
19481962) yang memberikan pengakuan kepada Team Pemeriksa Pusat (TEPERPU)
di bawah sumpah, bahwa ia sudah berbicara langsung dengan ketua CC PKI, D.N.
Aidit, dan sekretaris CC, Sudisman, pada tanggal 27 September 1965, di mana
kedua tokoh PKI itu katanya memberitahukan kepadanya bahwa PKI akan
melakukan coup d'état atau tindakan untuk membenahi revolusi negara kita yang
dirongrong oleh Dewan Jenderal . Rencana itu hendak dilaksanakan dalam tempo
satu dua tiga hari lagi. Sugandhi diajak ikut bergabung, sebab kata Aidit, rencana ini
sudah diberitahu kan kepada sukarno . Sugandhi, katanya menolak ajakan itu.
Dalam pengakuannya, ia mengatakan bahwa pada tanggal 30 September 1965, yaitu
sesudah tiga hari pembicaraannya dengan Aidit dan Sudisman, dilaporkannyalah
berita ini kepada Presiden Sukarno di Istana Merdeka. berdasar keterangan saksi pengakuan Sugandhi,
sukarno tidak mau percaya pada laporan itu, bahkan sukarno menuduhnya
PKI phobi .
Dikatakan dalam pengakuan itu, pada tanggal yang sama, ia melaporkan juga
pembicaraannya dengan Aidit dan Sudisman, kepada Menteri/Panglima Angkatan
Darat Letnan Jenderal A. Yani. Namun tidak dijelaskan bagaimarra jawaban atau
perintah A. Yani sebagai reaksi atas laporan ini .
berdasar keterangan saksi Sugandhi, pada tanggal 1 Oktober 1965, ia melaporkan juga kepada Menteri
Koordinator Pertahanan dan Keamanan Jenderal A.H. Nasution. Juga tidak dijelaskan
apa reaksi Jenderal Nasution.
Bila diteliti dengan seksama, pengakuan di bawah sumpah Brigadir Jenderal H.R.
Sugandhi ini , terasa sangat aneh dan mengandung tanda tanya. Dia diketahui
sebagai seorang prajurit pilihan sehingga diangkat menjadi Jenderal, di samping juga
ia orang terhormat sebagai anggota MPRS/DPRGR.
Mengapa dikatakan sangat aneh dan mengandung tanda tanya, sebab pertama,
berdasar keterangan saksi akal sehat, tidak mungkin seseorang, apalagi seorang ketua CC PKI dan
sekretaris CC, begitu saja membicarakan suatu rencana yang kadar kerahasiaannya
paling tinggi, kepada seseorang, apalagi dari jajaran pihak lawannya. Kedua, sudah
begitu rapuhkah semangat Sapta Marga dan Sumpah Prajurit dalam diri seorang
prajurit pilihan, sehingga suatu informasi yang kadar nilainya sangat tinggi, dan
diperoleh secara langsung dari pimpinan PKI yang paling kompeten, harus disimpan
sendiri selama tiga kali 24 jam baru disampaikan kepada atasannya, di mana suhu
politik dalam negeri waktu itu sedang panas, Apakah ini suatu kelalaian atau suatu
kesengajaan, Ketiga, makna apa yang tersirat dalam sentuhan hubungan antara
Brigjen Sugandhi dengan Aidit dan Sudisman, yang masingmasing sebagai ketua CC
PKI dan Sekretaris Jenderal CC,
Dapat dimengerti bahwa pada tahun tahun awal sesudah terjadinya G30S/PKI,
suasana masih dalam serba emosional, sehingga pertimbangan kelayakan satu
informasi kadang kadang subyektivitasnya lebih menonjol. Apa lagi tidak dibentuk
satu Komisi yang dimisi kan untuk memeriksa benar tidaknya pengakuan Sugandhi
ini , yang akhirnya pengakuan ini dipakai untuk memvonis Sukarno terlibat
G30S/PKI. Sebaliknya, Sugandhi memperoleh nama baik.
Sidang Istimewa MPRS 7 Maret 1967 yang anggotaanggotanya banyak dipecat dan
diganti dan ditambah dengan orang yang menguntungkan, termasuk pimpinan
lama diganti dengan Jenderal A.H. Nasution sebagai ketua baru, itulah yang
mencabut mandat Ir. Sukarno sebagai Presiden, dan melarangnya melakukan
kegiatan politik.
Dan apa yang terbukti lalu ,
Sesudah nasi menjadi bubur, komandan Detasemen Kawal Pribadi Presiden
Sukarno, Letnan kolonel polisi H. Mangil Martowidjojo, baru mengungkapkan dengan
mengemukakan bukti bukti bahwa keterangan Sugandhi di bawah sumpah itu,
sepenuhnya menutup diri dan fitnah. 8)
8 ) Majalah PETA, edisi September/Oktober 1992, Jakarta, hal. 3 6.
Baca juga: Soegiarso Soerojo, Siapa menabur angin akan menuai
badai, hal. 236 237, yang mengutip dialog antara Sugandhi dengan
Aidit Sudisman dan dialog antara Bung Kamo dengan Sugandhi
berdasar keterangan saksi versi yang diceritakan oleh Sugandhi.
Memang sayang sekali Mangil tidak segera menyampaikan menutup diri Sugandhi
kepada sukarno , padahal ia sudah mendengar Geruchten (desas desus)nya,
jauh sebelum Sukarno dijatuhkan oleh MPRS.
Mangil mengatakan, sebab ia penasaran, maka tanggal yang disebutkan oleh
Sugandhi melaporkan hasil pembicaraannya dengan Aidit dan Sudisman kepada
Presiden, yaitu tanggal 30 September 1965, diperiksanya kembali buku catatan tamu
Istana, apakah betul waktu itu Sugandhi datang. Ternyata tidak ada nama Sugandhi
masuk Istana pada hari itu. Bukan saja Mangil yang selalu mengawal sukarno
tidak melihat Sugandhi menemui Presiden hari itu, juga di buku catatan tamu yang
harus diisi oleh setiap tamu yang masuk Istana, baik ia tamu dipanggil atau tamu
yang mendadak datang, nama Sugandhi tidak ada. Di wachtrooster (buku jaga)
yang harus diisi oleh setiap tamu sesuai dengan peraturan yang ditentukan oleh
ajudan, mau pun dalam buku Detasemen Kawal Pribadi yang selalu memasukkan
dalam catatan semua tamu yang masuk Istana, tidak ada nama Sugandhi pada 30
September 1965 masuk Istana.
Beberapa hari sesudah meletusnya pergerakan 30 September, melalui Menteri
Penerangan Ahmadi, sukarno berpesan agar Sugandhi datang ke Istana
Bogor, sebab sukarno memerlukan masukan mengenai pergerakan ini , namun ia
tidak mau datang. Bahkan berkata kepada Ahmadi agar menyampaikan kepada
sukarno jika ia tidak berhasil menemuinya.
Sesudah penolakan Sugandhi atas panggilan sukarno , pada suatu hari ia datang
ke Istana Jakarta, saat sukarno sedang berolahraga pagi jalan kaki mengelilingi
Istana diikuti oleh beberapa anggota staf Istana dan para pengawal. Sugandhi terus
bergabung dengan rombongan dan dari belakang sukarno , ia melaporkan
kehadir pula annya. namun mengetahui kedatangan Sugandhi ini, sukarno malah
langsung memerintahkannya agar keluar. Deruit, deruit perintah sukarno .
sebab Sugandhi belum juga keluar dan masih terus mengikuti dari belakang, sekali
lagi sukarno memerintahkannya agar keluar. Barulah Sugandhi keluar.
Kata Mangil: Rasanya koq tidak masuk akal dan tidak logis Aidit dan Sudisman
sembarangan begitu saja memberitahukan rencananya yang begitu rahasia kepada
orang yang tidak sepaham. Kecuali jika Sugandhi itu memang orang PKI .
Meski pun Mangil terlambat mengungkapkan fitnah terhadap sukarno ini, namun
ungkapan itu sama sekali tidak berkurang arti pentingnya, sebab ia menambah satu
bukti lagi dari sekian banyak bukti yang sudah ada, bahwa sukarno digulingkan
melalui rakayasa yang skenarionya sudah dirancang demikian rupa.
Keterangan lain yang menarik, dikemukakan oleh Prof. Peter Dale Scott, seorang
diplomat Kanada, Guru Besar dan Doctor dalam ilmu politik, saat ia diundang pada
bulan Desember 1984 untuk mengemukakan manuscript nya dalam sebuah forum di
University of California , Berkeley, yang dihadiri juga oleh tokoh terkemuka
antaranya ada bekas direktur CIA periode 1962 1966 untuk bagian Timur Jauh,
di mana ia membahas sebuah judul The United States and the Overthrow of
Sukarno, 19651967 Amerika Serikat dan penggulingan Sukarno, 19651 967.
la memulai uraiannya dengan mengatakan bahwa subjek yang akan dibahasnya,
yaitu subjek besar namun menjengkelkan, sebab kisah yang lengkap mengenai
periode yang rumit dan kurang dimengerti ini, akan tetap berada di luar jangkauan
analisa tertulis yang paling lengkap sekali pun. Banyak yang sudah terjadi, tidak
mungkin bisa dimanuscript tasi, sedang catatan catatan yang bisa diselamatkan,
banyak hal yang bersifat kontroversial yang tak mungkin diverifikasi.
Namun demikian, sesudah pertimbangan pertimbangan ini dikemukakan, maka
intisari kisah yang rumit dan bermakna ganda itu, mengenai suatu tragedi yang
berdarah. sesudah mempelajari referensi referensi yang ada, sebetulnya bersifat
sederhana saja dan lebih mudah dimengerti dibandingkan keterangan keterangan
akademis dari sumber sumber negara kita mau pun Amerika Serikat. hasil penelitian dari
keterangan keterangan mereka yang bersifat problematis itu, hanya mengatakan
bahwa pada musim gugur 1965, golongan kiri di negara kita sudah menyerang pihak
kanan yang memicu diadakannya restorasi kekuasaan dan pembantaian
golongan kiri oleh golongan tengah.
Peter Dale Scott memberikan catatan betapa sukarnya melakukan analisa yang
pada pokoknya hanya bersandar pada apa yang dinamakan bukti bukti yang disajikan
dalam sidang sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (MAHMILLUB) yang bertentangan
dengan studi CIA 1968, yang agak kurang bersifat khayalan. 9)
9) Termuat dalam Pacific Affair': Summer 1985, hal. 239.
Juga H. W. Brands menulis dalam Journal of American History bahwa waktu
pengaruhnya tengah memuncak di Asia Tenggara, Amerika sudah ambil bagian dalam
gerakan gerakan yang gagal terhadap Sukarno di tahun 1958. Pemerintah Johnson tidak
menyembunyi kan kecemasannya bahwa Sukarno dapat mengantar negara kita pada
suatu posisi yang penting, sementara Amerika Serikat sendiri sedang berusaha
menyelamatkan Vietnam Selatan.
Maka pada waktu Amerika Serikat di tahun 1966 sudah memperoleh kepercaya an bahwa
Soeharto sudah berhasil mengesampingkan Sukarno dan menghancurkan PKI,
pemerintah Amerika secara menonjol memberi selamat kepada penguasa baru,
sebab sudah melakukan suatu misi dengan baik sekali.
Meski pun demikian, Brands mengatakan bahwa penggulingan Sukarno, tidak ada
hubungannya dengan Amerika Serikat, padahal diakuinya bahwa selama beberapa
bulan, pejabat pejabat Amerika Serikat sudah mendesak pihak Tentara di negara kita
agar bertindak, namun tidak berhasil. Pada musim panas 1965 (sebelum G30S),
kelihatan Pemerintah Johnson sudah putus asa.
Selama satu dekade lebih, Sukarno dapat mengatasi beberapa tantangan, termasuk
affair 17 Oktober 1952, satu gerakan gerakan yang tidak langsung, di mana A.H. Nasution hendak
memaksa Sukarno mem bubarkan kekuasaan Eksekutif dengan jalan membubarkan
kekuatan nya di Parlemen, untuk memberikan peluang bagi Tentara agar bisa
tampil. Sukarno berhasil menggagalkan pemberontakan di Sumatera (PRRI) yang
dibantu oleh CIA dengan 300 orang tentara Amerika, Filipina dan Tiongkok
Nasionalis, lengkap dengan pesawat udara transport dan Bomber B 26. Baca: H. W. Brands dalam Journal of American History , The
Organization of Historians, vol. 76, No. 3, Desember 1989.
Geoffrey Robinson (Boston, Massuchusetts) dalam manuscript nya (1990) yang berjudul
Some Arguments Concerning U. S. Influence and Complicity in the Indonesia Coup
of October 1, 1965 Beberapa argumen mengenai keterlibatan A.S. dalam kudeta 1
Oktober 1965 di negara kita , mengatakan bahwa sejak dari awal, pergerakan 30
September itu kelihatannya seperti sebuah gerakan gerakan yang direncanakan untuk gagal,
kudeta itu di disain sedemikian rupa sehingga mampu menyimpan sebush dalih
untak mengadakan suatu pameran kekuatan dan meraih kekuasaan.
Kata Geoffrey Robinson, laporan CIA yang menyatakan PKI lah penanggungjawab
tunggal atas gerakan gerakan , yaitu hal yang sukar didukung. namun logika argumentasi yang
dikemukakannya, tidak membuang sama sekali kemungkinan adanya peranserta PKI.
Dikatakan, baik strategi yang dipakai maupun bukti dorongan yang membawa bawa PKI
ke dalam peristiwa ini , semuanya menunjukkan kecenderungan bahwa
keikut dan an PKI, tidak lebih dari sesuatu yang marginal, lebih banyak ditembak ong
oleh kesalahan informasi mengenai rencana coup d'état Dewan Jenderal . Dengan
mengutip Mortimer, ia menyimpulkan bahwa asal usul pergerakan 30 September
hendaklah dicari dalam kegiatan kelompok perwira dissident (berpendapat lain) Divisi
Diponegoro. Bukan suatu koinsidensi (kebetulan) bahwa hasil kudeta itu ialah
kehancuran PKI, jatuhnya Sukarno dan tampilnya Angkaran Darat sebagai pelaku
politik kunci, pembukaan kembali pintu negara kita bagi investasi modal asing dan
reorientasi politik luar negeri negara kita persis seperti apa yang selama beberapa
tahun direncanakan dalam berbagai macam skenario kebijaksanaan, berbagai
prospektus politik dan berbagai laporan situasi yang disiapkan oleh National
Security Council, State Department dan country team Kedutaan Besar
Amerika di Jakarta.
Kembali mengenai pembicaraan tilpon. sukarno mengatakan bahwa Ali Bhutto, meminta
dengan sangat, jika kondisi sangat membahayakan dirinya, agar sukarno mau pergi ke
Pakis tan, pintu Pakistan selalu terbuka lebar baginya, dan bahwa Ali Bhutto sudah memberikan
perintah kepada Duta Besar Pakistan di Jakarta. Hubungan Sukarno dengan Ali Bhutto yaitu
sebagai saudara sendiri, comrade in arms, kawan seperjuangan.
Negara yang ketiga, yang menunjukkan simpatinya yang serupa kepada Presiden Sukarno,
yaitu Dios Dadong Macapagal, Presiden Filipina.
Aku Ditangkap di Hotel negara kita
tengah malam hari tanggal 15 Maret 1966. Sepulang nya dari Kedutaan Kuba saya tidak pergi ke mana
mana. Saya cape sekali. Apalagi Chaerul Saleh tidak ada di rumah, dia pergi ke luar kota dengan
Brigjen Hartawan, orangnya ganteng. Saya tidak begitu kenal padanya, namun rupanya Chaerul
menganggap dia orang baik . tengah malam itu saya tinggal saja di kamar saya di hotel. Kepada
reception desk saya minta sebuah kamar lagi tambahan. Sebab anak saya Dito, pengawal letnan
Arnel dari Cakrabirawa, dan keponakan Syamsudin Yaw, namanya Iwan, akan menginap
menemani saya. Iwan membawa bawa kan untuk saya dari rumah Syamsuddin satu rantang masakan
Bengkulu, ada sambel tempuyak, gulai pet‚ dengan ikan teri. Antensi dari isteri Syamsuddin
untuk Pa' Uncu Hanafi yang masih ada sangkut paut famili pada saya.
Sejak pulang dari Kedutaan Kuba tadi siang hati saya merasa kurang enak.namun hati kusabarkan
saja dalam menghadapi situasi di mana saya berada dan mengenai kokhawatiran pihak Pemerintah
Kuba, dari isteriku dan anak anakku yang saya tinggalkan di Kuba mengenai diri saya. Jelas
Kuba sudah dapat mengetabui dari segala saluran bahwa kondisi Presiden Sukarno yaitu gawat
sekali, sesudah Jendral Soeharto dengan menyalaLgunakan SUPERSEMAR rmembubarkan PKI.
Akibatnya luas sekali, berarti Sukarno sudah berada di dalam mulut buaya.
Kira kira jam 12 tengah malam pintu kamar saya diketok ketok seperti oleh orang yang bergegas tidak
sabaran, dengan teriakan: Buka, buka! Pintu saya buka, empat orang tentara menyerbu masuk
dikepalai oleh seorang mayor. Bapak diminta turut kami sekarang , katanya pendek. Ke mana,
tanyaku. Turut saja, nanti Bapak mengetahui , jawabnya kasar sang mayor. Tunggu, saya berpakaian
dahulu , pakaianku ada di kamar sebelah . Saya keluar kamar, diapit rapat oleh mereka. mungkin
dikira saya mau melawan atau lari. Saya tidak sekonyol itu, saya mengetahui apa artinya sergapan itu.
Di kamar sebuah lagi itu saya lihat anak saya Dito, letnan Arnel dan Iwan sudah dijejerkan,
senjata letnan Arnel dirampas. Dan Iwan yang masih di SMP itu nyengir ketakutan. Saya
sabarkan mereka, tidak apa apa, turut saja! Saya minta pakaian militer saya pada Dito.
Sementara saya berpakaian, pistol saya diambil oleh mayor itu yang tidak saya kenal namanya.
Saya diam saja. namun sesudah mereka melihat saya memakai uniform berbintang Mayor Jendral
itu, kelihatan mereka bersikap agak lebih mengetahui adat .
Kami diangkut ke Markas Kodam JAYA. Jadi, markasnya Amir Machmud. Oo, jadinya Pak
Amir Machmud yang suruh menangkap saya, Kutanya pada si mayor, saat turun dari jeep.
Dia diam saja.
Di ruangan di mana kami ditahan ada seorang penjaga saja yang tampak dekat kami.namun di
luar banyak. Dito dan dua temannya itu biasa saja, tidak menampakkan rasa takut. Dan seorang
penjaga itu ngomel ngomel, sebetulnya menyindir. Saya tidak mengetahui apa itu markis , markis,
markisa, namun saya dalam pertandingan ngaji di Malaysia menang . Kami diam saja.Walaupun,
saya pernah tiga kali khatam Qur'an, di Bengkulu. tengah malam itu sampai pagi kami tidak tidur.
saat hari sudah menjelang pagi, saya berkata kepada penjaga yang saya minta ketemu dengan
Brigjen Amir Machmud, ... dan saya minta boleh memakai tilpon, sebab kataku, bahwa saya
harus lapor kepada Bapak Menpangad Jendral Soeharto, bahwa mungkin saya agak terlambat
bersama beliau ke istana di pagi hari itu, sebab saya sekarang masih berada di sini ... dan
memang saya minta tolong disambungkan per tilpon ke rumah Letjen Soeharto, dan dapat bicara
dengan ajudannya nama Sutrisno. (Saya tidak mengetahui apakah ajudan Sutrisno yang bicara pada saya
di tilpon itu, bukan lain dari BapakWapres kita Tri Sutrisno sekarang, saya tidak mengetahui !).
Kepadanya saya minta tolong disampaikan: Saya Dubes Rl di Kuba, MayorJendral Hanafi,
minta tolong disampaikan kepada Pak Harto bahwa saya mungkin agak terlambat datang ke
istana, sebab ini pagi saya masih berurusan dengan Brigjen Amir Machmud di Markas Kodam
JAYA . Saya sengaja tidak minta bicara langsung kepada Menpangad Jendral Soeharto, sebab
saya cuma hanya sekedar mau membluf (menggertak) para pengawal itu saja, agar mereka laporkan kepada
Brigjen Amir Machmud.
Rupanya semua gerak gerik saya segera dilaporkan kepada Amir Machmud. Betul saja. Kira kira
pk. sembilan Amir Machmud masuk kantornya. Saya dan ketiga anak muda (Dito, Arnel dan
Iwan) diminta datang, diantar oleh mayor yang mengangkut saya tadi tengah malam itu. Saya memang
sudah kenal Amir Machmud sejak lama, sejak zaman Kongres Rakyat Untuk Pembebasan Irian
Barat beberapa kali saya ke Bandung mengiring Presiden Sukarno untok berpidato
menggembleng semangat perjuangan Irian Barat di Rapat Raksasa Merah Putih di lapangan
Tegalega. Amir Machmud mengambil kesempatan juga untuk menampilkan simpati.Begitu juga
dengan Bapak GubernurJawa Barat Ipik Gandamana.Tentu saja tidak bisa selalu dapat
kesempatan rariungan dengan presiden, maka sayalah yang selalu didekati. Semuanya pintar,
lihay, cuma hanya sekedar saya yang lugu! saat saya sebagai Menteri Negara menjabat Kepala Panitia
Penyambutan Kepala kepala Negara Asing (PPKN) saya percayakan misi keamanan kepada
Amir Machmud dalam rangka kunjungan Presiden Ho Chi Minh ke negara kita . Bukan main besar
biaya keamanan yang dia minta, namun saya acc. kan saja, asal beres! Jadinya dia tambah dekat
pada saya. Saya tidak sungkan panggil dia pada namanya langsung.
Pak Amir, apa apaan ini, masa begini caranya kita kerja menghadapi GESTAPU, apa ini
perintah Pak Harto, , saya langsung tanya saat saya masuk ke ruang bironya dalam uniform
Mayjen TNI.
Oo, Pak Dubes Hanafi, maaf, maaf sekali lagi maaf, ini kesalahan. Lalu di depan saya dia
memarahi mayor yang menangkap saya tengah malam tadi itu. Kenapa Pak Hanafi ditangkap, beliau
kan Dubes kita di Kuba, kapan tidak ada dalam daftar, kan,
Punten wae Bapak itu mah kesalahan , senyuman pada saya. Mayor disuruh mengantar saya
pulang .
Amir Machmud bertanya: Bapak mau langsung ke istana atau pulang ke rumah, Saya berkata ,
antar pemuda pemuda itu pulang ke Hotel negara kita , dan saya minta diantar ke rumah Pak Adam
Malik. Demikianlah terjadi. Dalam hatiku, ini bluf saya yang kedua.
Untuk menunjukkan pada Amir Machmud keakraban saya dengan si Akoy itu yang sudah saya
ketahui sudah berada di dalam kandang Soeharto.
Di situlah kesempatan saya melabrak Adam Malik, yang secara akrab antara kami selalu
panggil Si Akoy .
Fi, jij itu kena 'akibat sampingan' saja, yang jadi sasaran GESTAPU, bukan orang macam
Bung , kata Adam Malik
Ah, jij yang berkata begitu,pet of untukmu Bung, jika memang sikap sana itu begitu ,
kataku. Secara tidak langsung saya sudah mengusulkan agar Bung diangkat menjadi Menlu
untuk menggantikan soebandrio , sebab sukarno sudah memerintaLkan saya kembali ke pos
saya di Kuba. Saya minta Bung jaga dan selamatkan sukarno dan Chaerul Saleh, kan Bapak
kita itu dan Chaerul itu bukan GESTAPU, toh. Jangan Bung kira saya tidak maklum akan semna
basa basi seremoni ini. namun saya tidak akan menentangnya selama sikap kalian correct
terhadap sukarno dan Chaerul Saleh. Jij kan mengetahui , tanpa Chaerul Saleh dan sukarno ,
tidak bakal kita memiliki Proklamasi 17 Agustus itu pada saatnya .
Adam Malik: Sayang, mestinya dahulu jij tidak pergi ke Kuba, Fi; sejak jij pergi, terjadi
kortsluiting, jadi tambah parah, sebab tidak ada lagi tukang reparasi dari MENTENG 31 lagi.
Saya tidak mau perpanjang percakapan yang intim namun penting dengan Bung Adam ini. Sebab
kekecewaan saya sendiri banyak sekali kepadanya, walaupun dia mengenangkan kembali
semangat Menteng 31. Pada saat ketemu yang terakhir dengan bung Adam di Brussel tahun
1979, barulah dia berani berkata Fi, jij mengetahui sebetulnya saya juga berada dalam tahanan. Buat
saya dia jelas bukan dalam tahanan, namun berada dalam sangkar mas seperti beo, namun saya
sekeluarga dalam pembuangan di luar negeri. Dan si Akoy ini tidak berdaya mencegah tindakan
pegawainya di Deparlu yang phobi komunis, melemparkan saya sekeluarga ke dalam
pembuangan di luar negeri itu.
Tanggal 25 Maret 1966, saya berangkat ke Kuba kembali, sesudah saya menemui Adam Malik
sebagai menlu baru dan sukarno menghadiri Resepsi Hari Nasional Pakistan tanggal 23
Maret tengah malam , di Hotel negara kita . Arti yang sebetulnya , Adam mengajak saya menemaninya
menjadi dekorasi menemui raja tanpa mahkota , Presiden Sukarno tanpa kuasa.
Mayor Jacinto Vasques, chargé d'affair Kuba mengantar saya sampai dalam plane, sampai saya
duduk. Di belakang saya anak saya Dito. Umar Senoadji dan Ibnu Sutowo di jejeran paling
belakang, satu plane sama saya. Mereka berdua itu akan ke Tokyo juga. Baris terakhir ini ialah
renungan hasil penelitian pengalaman kita sekarang, di tahun 1997, bulan Agustus, saat jariku
menari di atas mesin ketik Remington ku yang tua ini. Dahulu di tahun 1966, di bulan Maret itu,
walaupun kita kaum Sukarnois sudah kepepet, namun kita masih bisa main sama waktu,
berspekulasi dengan kondisi di atas faktor kepribadian dan kewibawaan sukarno . Yaitu
selama sukarno masih ada dan massa rakyatnya masih ada walaupun sudah kucar kacir, ada
kemungkinan masih bisa bangun kembali jika hari dan kesempatan itu masih mengikuti
kehendak hati. jika kambing kambing di padang rumput yang insting hidusaha cuma hanya sekedar cari
makan rumput saja, bila hari petang tak ada gembalanya, tidaklah mengetahui jalan pulang ke kandang.
jika datang pemburu jalang (pemburu liar) kambing kambing habis dimakannya atau
mencari selamat sekalipun terjun ke jurang. Ini cuma hanya sekedar kata kiasan dalam mengertikan hukum
sosial masyarakat yang sudah merupakan satu aksioma: Rakyat dengan Pemimpinnya
Pemimpin dengan Rakyatnya. Harap jangan salah terima, ini bukan sindiran kepada bangsaku
negara kita , sebab hokum aksioma itu berlaku pada seluruh Nasion.
Pemimpin yang sebetulnya , lahir dan tumbuh di atas buminya rasa hormat dan kecintaan
rakyat kepadanya. Jalurnya dari bawah ke atas. Normal, wajarnya pohon beringin tumbuh
dengan akarnya membenam ke dalam bumi, akamulasi oxigennya memberikan kerindangan dan
kesejukan alam sekitarnya. Itulah simbolnya Demokrasi, rakyat dan kerakyatan, yang sudah
menjadi kesadaran nasional.
Kecintaan dan penghormatan rakyat kepada sukarno , sebagai manusia biasa dengan segala
kelebihan dan kokurangannya takkan menjadi pudar dan padam, selama matahari bersinar, di
waktu tengah malam dia bersinar laksana bintang. Kebesaran dan kehebatannya, bukan sebab dia
Proklamator (di samping Bung Hatta sebagai co Proklamator), namun sebab dia memiliki ideal dan
wawasan yang lebih hebat dan agung dari segala pemimpin di dunia yang pernah ada, yaitu
Pancasila. Pancasila bukan Kapitalisme bukan Komunisme!
Di dalam buku Menteng 31 Membangun Jembatan Dua Angkatan , saya sudah memakai
kesempatan untok meng ingatkan, bahwa:Versi asli Pancasila mungkin sekarang sudah tidak
pernah atau jarang sekali dibaca lagi. Bung Hatta yang kita semua kenal sebagai orang yang
sangat kritis, nuchter tidak emosional pernah berpendapat: Itu pidato Sukarno terbaik dari
banyak pidato yang pernah diucapkannya .
Mutiara cemerlang yang keluar dari hasil pemikiran sukarno ini, ada baiknya kita baca ulang
untok penyegaran pemikiran politik kita menghadapi erosi nasionalisme dan patriotisme yang
sedang merambak pada sebagian masyarakat kita akibat kejangkitan demam globalisme.
Rasanya tidak salah jika saya katakan, bahwa Pancasila yaitu Anugerah Yang Maha Pengasih
kepada bangsa negara kita lewat makhluk pilihanNya. yang bernama Sukarno.
Di dalam proses pelaksanaannya kita harus berani mempelajari pengalaman pengalaman dan
segi segi yang positifnya dari kedua antipoda ini dan faktor faktor kondisi dan situasi
bangsa In donesia sendiri.namun syaratnya condition sine quanon mutlak harus ada suasana
yang demokratik. Dus harus ada demokrasi yang sesungguhuya, bukan sekadar frasiologi kosong
saja seperti sekarang, di mana DPR dan MPR sejak semulanya diketok dan dicetak berdasar keterangan saksi
matrix kemauanJendral Soeharto dan Jendral Nas.
Walaupun di dalam buku ini dibeberkan sejarah yang sebenar benarnya, seluruhnya menggugat
pertanggungan jawabnya pengkhianatan Jendral Soeharto terhadap Dewan Jendral dan
GESTAPU dan kudeta terhadap Presiden Sukarno, namun di sini pada akhirnya saya dengan terpaksa
menyatakan kekecewaan saya yang sebesar besarnya kepada Jendral Nas juga .Jendral yang kami
kenal sejak dari Bengkulu di tahun 1937, saat dia menjadi Guru Sekolah Partikelir di Anggut
Atas, Bengkulu, yang oleh API Bandung diusulkan untuk menggantikan Daidancho Arudji
Kartawinata dan Mayor KNIL Didi Kartasasmita untuk menjadi Panglima Divisi I Siliwangi di
tahun 1946.
Mengapa, Sebab pukulan decisive, genade slag, yang menjatuhkan Presiden Sukarno yaitu
palu yang diketokkan oleh Jendral Nasution sebagai Ketua MPR Gadungan di tahun 1967, hasil
rekayasa komplotan kaum militeris Soeharto cs. Walaupun saya mengetahui bahwa sebetulnya beliau
hanya dimanipulasi oleh Jendral Soeharto yang sudah mengantongi kekoasaan de facto atas
ABRI.
Kita mohon kepada Tuhan semoga diampuni dosa kedua beliau ini .
Kita sudah sama sama tua semuanya. Kita harus siap menghadap kepada Tuhan. namun
kebenaran sejarah harus ditegakkan. jika tergantung pada pribadi saya saja, bisalah dicukup kan
jika Soeharto dan Nasution mengakui kesalahannya dan memohon maaf kepada bangsanya,
agar pembangunan nasional yang harus dilanjutkan tidak berbau busuk pengkhianatan itu, dan
rekonsiliasi nasional dapat ditegakkan.
jika saya sekeluarga bisa pulang kembali ke tanah air, saya akan mengulurkan tangan saling
memaafkan kepada kedua beliau yang bersejarah itu. Jika tidak, saya pinjam cara Fidel Castro
dalam nada yang sama (yang sudah sakit sakitan juga ): Adios, los traidores au revoir, para
pengkhianat Bangsaku, di hadapan Tuhan kita bertemu !
Biarlah gerakan gerakan ungut mutiara ucapanJose Rizal yang tak terlupakan: Adios, mi eldorato patria !
Selamat tinggal Tanah Airku!
Saya mengetahui pada mulanya kita semua yaitu satu, semua mau mengabdi kepada cita cita, namun
intervensi imperialisme memecah kita. Dan sangat tragis bahwa ada saja orang di antara
kita yang demi kekuasaan dan keuntungan materi, rela menyediakan diri menjadi peralatan
kepentingan imperialisme, di atas pengorbanan Rakyat dan sumber sumber kekayaan bumi
negara kita .
Oleh sebab itu eksistensi agama bertambah penting, untuk menegakkan moral ke dalam hati
manusia.
Lampiran lampiran
Sajak dalam Exile : Right or wrong my country!
Bundaku
Untuk Ibuku : Qamaria
Di langit bertabur bintang
Kususun menjadi namamu,
Di bumi kutabur cinta
Kurangkai pada namamu
Kau bernama Qamaria, oh, Ibuku.
Anak Rakyat letih mencari,
Dalam exile dan penjara,
Di Rusia, Tiongkok dan Manila
Di Belanda, Digul dan Banda Neira
Di Endeh, Bengkulu Nusantara,
Semua tapak kakimu kususun jadi namamu, oh Bundaku,
Kau bernama negara kita Merdeka.
Tawa dan tangis si anak desa
Kudengar sayu merayu pulang ,
Debu dan lumpur pada kakimu, oh Ibu, oh Bundaku,
Kudekap ke dada, ku cium, Sayang .....
Dalam exile dan penjara!
Paris, 17 Oktober 1983
A.M. Hanafi
Presiden Republik Indonesia
PJ.M. Perdana Menteri
Fidel Castro
Havana
Kawanku Fidel yang baik!
Lebih dahulu saya mengucapkan terimakasih atas suratmu yang dibawa oleh Dutabesar Hanafi
kepada saya.
Saya mengerti keprihatinan saudara mengenai pembunuhan pembunuhan di negara kita , terutama
sekali jika dilihat dari jauh memang apa yang terjadi di negara kita , yaitu apa yang saya namakan
Gestok, dan yang lalu diikuti oleh pembunuhan pembunuhan yang dilakukan oleh kaum
kontra revolusioner , yaitu amat merugikan Revolusi negara kita .
namun saya dan pembantu pembantu saya, berjuang keras untuk mengembalikan gengsi
pemerintahan saya; dan gengsi Revolusi negara kita . Perjuangan ini membutahkan waktu dan
kegigihan yang tinggi. Saya harap saudara mengerti apa yang saya maksudkan, dan dengan
pengertian itu membantu perjuangan kami itu.
Dutabesar Hanafi saya kirim ke Havana untuk memberikan penjelasan penjelasan kepada
saudara.
sebetulnya Dutabesar Hanafi masih saya butuhkan di Indo nesia, namun saya berpendapat
bahwa persahabatan yang rapat antara Kuba dan negara kita yaitu amat penting juga untuk
bersama sama menghadapi musuh, yaitu Nekolim.
Sekian dahulu kawanku Fidel!
Salam hangat dari Rakyat negara kita kepada Rakyat Kuba,
dan kepadamu sendiri!
Kawanmu,
Jakarta 26 Januari 1966
ttd
Soekarno
Disalin dari surat asli dalam tulisan tangan Presiden Sukarno yang disampaikan langsung oleh
Dubes A.M. Hanafi kepada PM. Fidel Castro.
Pledoi Kolonel A.Latief
Pembelaan ex Kolonel Latief Nrp.10685 di depan Sidang Mahmilti II Jawa Bagian Barat
dalam kaitan Peristiwa G30S 1965
No.:
Sifat: Sangat penting
Lampiran:
mengenai : Permohonan tambahan saksi
Kepada
Yth. Ketua Mahkamah Militer Tinggi II
Jawa Bagian Barat
di Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan keputusan Hakim Ketua Mahmilti untuk mensahkan sidang Mahkamah
Militer ini, sekalipun putusan ini sudah saya protes, maka untuk selanjutnya demi terciptanya
hukum yang adil dan tidak memihak sesuai dengan UU No.14 tahun 1970 pasal 5. Dengan ini
saya mengajukan saksi saksi tambahan untuk disahkan di hadapan sidang ini.
1. Bapak Jendral Soeharto
2. Ibu Tien Soeharto
3. Bapak RM. Somoharyomo ayah Ibu Tien Soeharto
4. Ibu RM. Somoharyomo
5. Ibu Kolonel Suyoto
6. Ibu Dul tamu Ibu Tien Soeharto
7. Bapak Dul tamu Ibu Tien Soeharto
8. Ny. Soeharto isteri saya pada waktu itu 9. Subagyo anak buah BapakJendral Soeharto asal
Yogyakarta yang melaporkan adanya Dewan Jendral dan pergerakan tanggal 1 Oktober 1965.
10. Tuan Brackman yang pernah mewawancarai i Bapak Presiden Soeharto.
11. Wartawan Der Spiegel Jerman barat yang pernah mewancarai BapakJendral Soeharto.
Sehubungan beliau (Jendral Soeharto) turut tersangkut dalam peristiwa pergerakan G.30.S. pada tahun 1965 sesuai dengan eksepsi yang sudah saya serahkan di hadapan sidang.
Selain itu sesuai dengan surat Oditur No.001/3/1972/II BAR/TUD/X/1976/IV/1978 tanggal 17
April 1978 disebutkan saksi saksi yang sangat saya perlukan, untuk ini agar dihadapkan saksi
saksi:
1. Brigjen Suparjo ex Panglopur II KOSTRAD
2. Letkol. Untung ex Dan Yon Men Cakrabirawa
3. May. Udara Suyono ex Dan Men PPP AU
4. Lettu Ngadimo Staf Yon S30 Brawijaya
5. Lettu Dularif Dan Kie Men Cakrabirawa
Demi keadilan mohon agar oknum oknum yang saya sebutkan di atas untuk dihadapkan pada
sidang Mahkamah Militer Tinggi II Jawa Bagian Barat ini dan dihadlirkan pada pemeriksaan
pertama.
Demikian permohonan saya untuk memperoleh perhatian.
Jakarta, pada hari putus
disahkannya Sidang Mahmilti, 9 Mei 1978,
Hormat kami Tertuduh
ttd
(A.Latief)
Tembusan:
1. Yth.Ketua Mahkamah Agung
2. Yth. Ketua Mahkamah Militer Agung
3. Yth. OMI...(, ) Letkol Sianturi SH
4. Yth. Pembela
5. Yth. Bp. Mr.Yap Thiam, Hien Speed Building Jln.Gajahmada 18,Jakarta
6. Yth. Ketua PERADIN
7. Yth.Panitera Sidang MAHMILTI II Jawa Bagian Barat 8. Berkas.
No.:
Sifat : Penting
Lamp.:
Hal: Pernyataan PROTES dan
pernyataan tidak sahnya
pembacaan dan isi
kesaksian sdr. Pono
tertulis oleh MAHMILTI.
Kepada
Yth. Ket a mahkamah Militer
Tinggi II Jawa Bagian Barat
di TEMPAT
Dengan hormat,
Pada tanggal 20 Mei 1978 dalam sidang Mahmilti II Jawa Bagian Barat, Hakim KetuaYth. sudah
membacakan kesaksian tertulis sdr. Pono (orangnya tidak hadir pula dalam sidang pengadilan)
berdasar keterangan saksi Oditur dan hakim Ketua, alasannya sebab kesulitan tehnis. Selanjutnya dengan
berpegang dengan Undang2 259 ayat(2), maka kesaksian tertulis di atas sumpah yaitu sah
berdasar keterangan saksi hukum katanya.
Saya selaku tertuduh sekali lagi, menolak putusan Mahkamah seperti yang diuraikan ini di
atas, sebab :
a. Pada waktu ini, negara negara kita dalam kondisi aman biasanya dan Ibu Kota Jakarta
pada kbususnya juga dalam kondisi aman, tenteram, situasi kotanya selalu bisa dikendalikan.
Lagi juga ABRI sebagai kekuatan stabilisator dan dinamistor masyarakat sekarang ini sudah kuat
dan mampu menjaga keamanan di segala bidang. Mengingat ini semua alasan kesulitan tehnis
sehingga tak mampu mendatangkan seorang saksi bernama Pono dalam persidangan ini yaitu
sangat tidak masuk akal dan sangat memicu malu atau meremehkan keamananA]BRI dan
aparat Pemerintah lainnya termasuk Mahkamah ini.
b. Sepengetahuan saya (sebab saya diberi bacaan buku HIR/ ) tercantum dalam Undang
undang pasal 260 dan 261 menyatakan bahwa jika saksi tidak datang juga patut disesalkan
dibawa di muka sidang pengadilan. Hal ini saya sampaikan pada sidang yang lalu. namun di
samping Hakim ketua mencap saya sebagai memberi kuliah juga sudah memaksakan kepada
saya agar sidang dilanjutkan dengan tetap membacakan kesaksian tertulis sdr.Pono.
c. Selanjutnya pada sidang yang lalu juga saya sudah meminta kepada Hakim KetuaYth untuk
membacakan pernyatuan saya selaku saksi dalam sidang Mahmilub sdr.Pono pada bulan Januari
1972 yang dibenarkan oleh sdr.Pono sebagai tertuduh pada sidang ini yang isinya pada
pokoknya seperti keterangan saya dalam sidang ini dan yang tidak sesuai sama sekali dengan
kesaksian sdr. Pono tertulis yang dibacakan dalam sidang ini. Permintaan saya inipun ditolak
oleh sdr. Ketua sidang Mahmilti ini.
Berdasarkan fakta fakta di atas, jelas Hakim ketua dalam sidang ini sudah bertindak berat sebelah,
yaitu selalu membela dan menguntungkan oditur dan selalu merugikan tertuduh langsung
maupun tidak langsung.
sebab itu dibagi bagi di hadapan sidang Mahkamah Militer Tinggi ini, saya tertuduh
menyatakan P R O T E S atas keputusan Hakim Ketua sidang ini yang sudah memaksa untuk
meneruskan membacakan kesaksian tertulis sdr.Pono ini tanpa menghiraukan hak hak
tertuduh dan tertuduh mnganggap tidak sah dan tidak fair.
Dan sebagai penutup pernyataan saya ini, saya sekali lagi menuntut di hadapan sidang
Mahkamah ini:
1. agar saksi sdr. Pono tetap didatangkan di hadapan sidang Mahkamah ini untuk memberikan
kesaksian sebetulnya secara lesan dan terbuka.
2. agar pernyataan saya pada sidang Mahmilub saat saya sebagai saksi sdr. Pono pada
bulan Januari 1972 dibacakan di hadapan sidang Mahmilti ini.
3. Saya tertuduh merasa curiga dengan tidak didatangkan saksi sdr.Pono Oditur bisa
memanipulasi kan kesaksian dengan sengaja tidak mendatangkan saksi di hadapan sidang, sebab
dengan kesaksian tertulis yaitu sangat menguntungkan Oditur.
4. jika saksi menolak tidak bersedia datang tanpa alasan, maka tertuduh mencapnya sebagai
pengecut yang perlu dituntut berdasar keterangan saksi undang undang yang berlaku.
5. jika tuntutan saya ini tetap ditolak oleh sidang Mahkamah ini, maka tertuduh menyatakan
tidak terlaksananya fair trial dan bahwa putusan Hakim untuk membacakan kesaksian tertulis
sdr. Pono pada tanggal 20 mei 1978 y.l. tidak sah dan tidak satupun bisa saya benarkan.
Demikian pernya'taan saya di hadapan sidang hari ini dan terima kasih atas perhatiannya.
Jakarta,29 Mei 1978
HORMAT KAMI
TERTUDUH
ttd.
A. L a t i e f
Tembusan:
1. Yth.Ketua Mahkamah Agung
2. Yth.Ketua Mahkamah Militer Agung
3. Yth.OMILTI SR.Sianturi SH.
4. Yth.Team Pembela
5. Yth.Bp.Mr.Yap Thiam Hien
6. Yth.Ketua PERADIN
7. berkas tertuduh
laporan mengenai dewan jendral pada soeharto
Di sini perlu saya ungkapkan di muka Sidang Mahkamah Militer Tinggi ini agar persoalannya
lebih jelas, Dua hari sebelum peristiwa tanggal 1 Oktober 1965, saya ditambah keluarga
mendatangi ke rumah keluarga Bapak Jendral Soeharto di rumah Jalan Haji Agus Salim yang
waktu itu beliau masih menjabat sebagai Panglima KOSTRAD di samping acara kekeluargaan
saya juga bermaksud:
menanyakan dengan adanya kabar dewan jendral sekaligus
melaporkan kepada beliau .
oleh beliau sendiri justru memberitahu kan kepada saya: bahwa sehari sebelum saya
datang ke rumah beliau,ada seorang bekas anak buahnya berasal
dari yogya karta bernama subagyo, memberitahu kan mengenai
adanya kabar dewan jendral ad yang akan mengada kan coup d'etat
terhadap kekuasaan pemerintahan presiden sukarno .
Tanggapan beliau akan diadakan penyelidikan. Oleh sebab di tempat/ruangan ini banyak
sekali tamu, maka pembicaraan dialihkan dalam soal soal lain antara lain soal soal rumah. Saya
datang ke rumah Bapak Jendral Soeharto bersama isteri saya dan tamu isteri saya berasal dari
Sala Ibu Kolonel Suyoto dan dalam perjamuan di ruangan beliau ada ada ibu Tien Soeharto,
Orang tua suami isteri Ibu Tien, Tamu Ibu Tien Soeharto berasal dari Sala bernama Bapak Dul
dan Ibu Dul juga termasuk putera bungsu laki laki Bapak Jendral Soeharto yang lalu
harinya ketumpahan sup panas.
Selain dari pada itu sesuai dengan laporan dari seorang penulis bernama Brackman menulis
mengenai wawancara dengan Jendral Soeharto sesudah peristiwa 1 Oktober 1965 kira kira pada
tahun 1968. Diterangkan bahwa dua hari sebelum 1 Oktober 1965 demikian kata Jendral
Soeharto: Anak laki laki kami yang berusia 3 tahun memperoleh kecelakaan di rumah, ia
ketumpahan sup panas dan cepat cepat dibawa ke rumah sakit.
Banyak kawan kawan datang menjenguk anak saya di tengah malam tanggal 30 september 1965 saya
juga berada di situ. Lucu juga jika diingat kembali. Saya ingat Kolonel Latief datang ke rumah
sakit tengah malam itu untuk menanyakan kesehatan anak saya. Saya terharu atas keprihc#inan
Ada lagi sebuah wawancara dari surat kabar Der Spiegel Jerman Barat pada bulan Juni 1970
yang menanyakan bagaimana Soeharto tidak termasuk daftar Jendral jendral yang harus
dibunuh, Soeharto menjawab: Kira kira jam 11 tengah malam itu Kolonel Latief dari komplotan putsch
datang ke rumah sakit untuk membunuh saya, namun nampaknya ia tidak melaksanakan berhubung
kekhawatirannya melakukan di tempat umum.
Dari dua versi keterangan ini di atas yang saling bertentangan satu sama lain, yaitu yang
satu hanya mencek dan yang satu untuk membunuh, saya kira Hakim Ketua sudah bisa menilai
dari kedua keterangan ini dan akan muncul pertanyaan tentunya: mengapa Latief datang
pada saat yang sepenting itu, Mungkinkah Latief akan membunuh Jendral Soeharto pada tengah malam
itu,
Mungkinkah saya akan berniat jahat kepada orang yang saya hormati saya kenal semenjak
dahulu yang pernah menjadi Komandan saya, Logisnya seandainya benar saya berniat untuk
membunuh Bapak Jendral Soeharto,pasti perbuatan saya itu yaitu merupakan suatu blunder
yang akan menggagalkan pergerakan tanggal 1 Oktober 1965 itu.
Dari dua versi keterangan ini di atas menunjukkan bahwa Bapak Jendral Soeharto berdalih
untuk menghindari tanggungjawabnya dan kebingungan. Yang sebetulnya bahwa saya pada
tengah malam itu di samping memang menengok putranda yang sedang terkena musibah sekaligus
untuk melaporkan akan adanya pergerakan pada besok pagi harinya untuk menggagalkan rencana
Coup D'etat dari Dewan Jendral di mana beliau sudah mengetahui sebelumnya.
Memang saya berpendapat, bahwa satu satunya yaitu beliaulah yang saya anggap loyal
terhadap kepemimpinan Presiden Sukarno dan saya kenal semenjak dari Yogyakarta siapa
sebetulnya Bapak Jendral Soeharto itu. Saya datang yaitu atas persetujuan Brigjen Soeparjo
sendiri bersama sama Letkol Untung saat menemui saya pada tengah malam tanggal 1 Oktober
1965 kira kira jam 21.00 atau lebih di rumah saya dengan tujuan saat waktu akan minta
bantuan dari beliau. sebab itulah saya berkepentingan untuk datang kepada beliau. Letkol
Untung pun ad@
Saya sebagai anak buah sekalipun sudah terlepas dalam ikatan komando dengan Bapak Jendral
Soeharto di manapun beliau berada selalu saya temui. Dengan sendirinya muncul keakraban
secara kekeluargaan di luar dinas. Saya mempercayai kepemimpinan beliau seandainya berhasil
dapat menggagalkan usaha Coup Dewan Jendral beliaulah yang terpilih sebagai tapuk pimpinan
sebagai pembantu setia Presiden Sukarno.namun situasi cepat berubah yang tidak bisa saya
jangkau pada waktu itu. Beliau yang kami harapkan akan menjadi pembantu setia
Presiden/Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi sukarno menjadi berubah memusuhinya.
Mengapa saya dan teman teman saya terutama yang berasal dari Jawa Tengah mempercayai
Jendral Soeharto, sbb:
Memang saya pribadi yaitu bekas anak buah beliau saat menjabat sebagai Dan Kie 100
yang langsung organisatoris dan taktis pada Brigade X pada waktu jaman gerilya. Letkol.Untung
pun juga pernah menjadi anak buah langsung saat di daerah Korem Sala yang lalu
Let.Kol.Untung terpilih sebagai salah seorang pimpinan Gerilyawan yang diterjunkan di
Kaimana saat Trikora. pernah saya dengar dari pembicaraan Let.Kol. Untung sendiri
saat selesai misi Trikora ia dipindahkan ke Resimen Cakrabirawa, ia katakan dengan
peristiwa itu Jendral Soeharto pernah marah marah atas kepindahannya ke Men Cakra itu, sebab
ia akan ditarik sebagai pasukan Kostrad di bawah pimpinan beliau. Selain itu saat Let.Kol.
Untung menjadi temanten di Kebumen Jendral Soeharto juga memerlukan datang untok turut
merayakan pesta perkawinan.
Dengan saya pun demikian, secara dinas berdasar keterangan saksi perasaan saya bahwa saya selalu memperoleh
kepercayaan. saat masa Gerilya di Yogyakarta sering saya memperoleh perintah perintah
penting untuk menggempur kedudukan musuh tentara Belanda dengan menggabungkan pasukan
lain (Brimob) di bawah pimpinan saya. lalu pada penyerangan total kota Yogyakarta yang
terkenal enam jam di Yogyakarta, pasukan saya memperoleh kepercayaan untuk menduduki daerah
sepanjang Malioboro mulai dari Setasiun Tugu sampai Pasar Besar Yogyakarta dan beliau
sendiri mengikuti pasukan saya yang terletak di daerah Kuncen atau desa Sudagaran yang hanya
terletak 500 m dari batas kota Yogyakarta itu (daerah Demakijo). Hal ini sesudah saya dapat
lolos dari kepungan tentara Belanda yang sedang mengadakan counter offensif dan saya dapat
mundur kembali keluar kota dengan meninggalkan korban 12 luka luka, 2 gugur dan 50 orang
pemuda pemuda gerilya kota di bawah pimpinan saya mati terbunuh oleh pembersihan tentara
belanda, pemuda pemuda ini yang sekarang dimakamkan atau dengan nama MAKAM
TAK BERNAMA di daerah BALOKAN di depan Setasian Tugu Yogyakarta. Kira kira pada jam
12.00 siang hari bertamulah saya pada Komandan Wehrkraise Let.Kol.Soeharto di Markas
rumah yang saya tempati sebagai Markas Gerilya, yang saat itu beliau sedang menikmati
makan soto babat bersama sama pengawal dan ajudannya. Kami segera melaporkan atas misi
kewajiban saya.
lalu beliau masih memerintahkan lagi agar menggempur pasukan Belanda yang sedang
berada di kuburan Kumoan Yogyakarta yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari Markas
gerilya saya itu, akhirnya beliau segera kembali ke Markas Besarnya. Hanya saja sayang dalam
sejarah yang sering ditulis dalam peringatan penyerbuan ibu kota Yogyakarta pada 1 Maret
hanya ditulis Bahwa Jendral Soeharto dalam memimpin serangan pada l. 1 Maret di
Yogyakarta mengikuti salah satu pasukan. Di sinilah pentingnya saya ungkapkan demi untuk
melengkapi sejarah dengan ceritera yang sebetulnya . Bagi saya tidak ada ambisi untuk
menonjol nonjolkan agar ditulis dalam sejarah, sekalipun saya sendiri semenjak revolusi Agustus
1945 ikut secara phisik melucuti Jepang menggempur tentara Sekutu dan Belanda sebagai
seorang pejuang kemerdekaan. Di Jawa Timur Surabaya. Bagi saya tidak ada artinya sebab
bukanlah orang penting dan orang besar. Yang penting bagi ahli ahli sejarah harus teliti
menyelidiki dalam tulisan tulisan sejarah yang tepat.
Sesudah Clash ke II saya merasa selalu memperoleh kepercayaan dari Jendral Soeharto yang waktu
itu sebagai komandan saya untuk memimpin pasukan pasukan pada saat yang sulit. Sampai pada
saat TRIKORA pun sekalipun saya secara organisatoris terlepas dari komandonya masih dicari
untuk memimpin pasukan penerjun (para) Task force II ke Irian Barat dan yang dintus waktu itu
yaitu staf beliau let.Kol.Mardanus sekarang anggota MPR/DPR. Mengingat pada waktu itu
saya sendiri memperoleh perintah harus menempah Sekolah Staf Komando (SESKOAD II), maka
perintah untuk misi Irian Barat dibatalkan. lalu pada tahun 1965 kira kira bulan Juni tepat
pada hari ulang tahun CPM (Corp Polisi Militer) Jenderal Soeharto sudah menemui Pangdam V
Jaya Jendral Umar Wirahadikusumah dengan maksud meminta diri saya untuk dimisi kan
sebagai Komandan Task Force di Kalimantan Timur.
Singkatnya oleh Jendral Umar permintaan ini ditolak dengan alasan sebab tenaga saya
dibutuLkan untuk misi keamanan di Ibu Kota RI Kodam V Jaya. Keterangan ini saya dapat dari
Pangdam Jendral sendiri diberitahu kan mengenai hal itu. Jendral Umar menyatakan: Bahwa misi
untuk menjaga keamanan di Ibu Kota RI tidak kalah pentingnya dengan misi di garis depan,
sebab disini terletak pemimpin pemimpin negara terutama Pemimpin Besar Revolusi Bung
Karno jadi secara strategis yaitu penting sekali, sedang bila di garis depan hanya
memiliki arti taktis . Atas dasar penjelasan itulah sayapun sadar dan bersemangat sebab
panglima saya benar benar setia kepada Pemimpin Besar revolusi sependirian dengan saya.
Sekalipun saya sendiri waktu itu mengusulkan agar diijinkan berangkat bekerja dengan maksud
untuk mencari pengalaman dalam perang modern, mentrapkan theori yang saya hasilkan dari
sesudah sekolah SESKOAD II. Selanjutnya kira kira pada permulaan bulanAgustus saya pun
pernah menghadap Jendral Soeharto ke rumah datang atas dasar kekeluargaan biasa, antara lain
juga memberitahukan seperti yang saya terangkan ini di atas dan kemungkinan akan
diajukan ke atasan agar saya bisa bekerja .
Mengenai kekeluargaan di luar dinas pun saya memiliki keakraban semenjak di JawaTengah,
sekalipun beliau sudah terlepas dari komando saya tetap sering saya datangi. Kebiasaan Perwira
perwira bawahan yang sejajar dengan saya (komandan komandan Batalyon) jarang datang
ketempat beliau, terkecuali saya, kata teman teman saya itu banyak yang merasa segan sebab
Jendral Soeharto dianggap terlalu seram. Penilaian saya tidak.
Sebagai bukti lagi saat beliau mengkhitankan puteranya bernama Sigit keluarga saya pun
datang adapun Ibunya tak dapat datang sebab Ibu saya sedang sakit keras di Surabaya.
Sebaliknya pada waktu saya mengkhitankan anak saya beliau dengan Ibu Tien juga datang ke
rumah saya.Jadi hasil penelitian saya denganJendral Soeharto sekeluarga tidak memiliki persoalan
apapun malahan memiliki hubungan secara akrab.
contohnya : saya pernah mengusahakan agar beliau bisa membangun rumah yang agak besar
sedikit, sebab yang saya lihat rumah beliau terlampau kecil. sebab itu saya pernah
mengusahakan tanah lewat bagian kaveling DKI dan lalu memperoleh di daerah
Rawamangun. Di samping itu saat saya pernah memperoleh rumah di jalan Jambu bekas
Kedutaan Inggeris yang kebetulan rumah itu besar, saya berkeinginan untuk mem berikan
rumah itu untuk ditempati oleh Jendral Soeharto sekeluarga dan saya menempati rumah beliau
yang kecil. Dalam soal inilah antara lain yang pernah saya bicarakan di rumah beliau dua hari
sebelum peristiwa.
(Bahan ini diperbanyak oleh Penerbit: GOTONG ROYONG dengan ijin Penyusun)
Di bawah ini yaitu surat terbuka Kolonel (INF) A. Latief yang menuntut diberikannya amnesti
menyeluruh bagi semua narapidana dan tahanan politik, tanpa kecuali. Ia sampai saat ini masih
mendekam dalam penjara yang dihuninya selama tigapuluh dua tahun sebab dianggap sebagai
salah satu pelaku utama pergerakan 30 September. Saat itu ia menjabat sebagai Komandan Brigade
Infanteri I Angkatan Darat.
Tokoh ini menjadi sangat menarik saat dalam kesaksiannya menyebutkan bahwa tengah malam
menjelang pergerakan militer itu dimulai, ia sudah melaporkan rencana ini kepada Mayor Jendral
Soeharto yang saat itu menjabat Panglima KOSTRAD. Tidak adanya reaksi apapun pada saat
kritis itu dari bekas penguasa rejim fasis 32 tahun Orba ini, memicu banyak spekulasi di
kalangan sejarawan politik dan militer. Apakah Soeharto terlibat dalam pergerakan ini, Pengadilan
yang jujur dan transparan akan menjawabnya.
Yang jelas Soeharto yaitu penanggung jawab utama dibunuh nya lebih dari limaratus ribu
rakyat negara kita . Belum lagi para tahanan Politik G 30 S yang mati kelaparan atau disiksa di kamp kamp
konsentrasi Nusa Kambangan, pulau Buru,LP Tangerang, LP Kalisosok dan lain lain.
Sudah saatnya para bekas tahanan Politik atau napol tragedi nasional berdarah 1965 (bahkan keluarga mereka)
memberikan kesaksian/testimoni mengenai penderitaan yang sudah mereka alami. jika toh belum
memungkinkan situasinya untuk bersaksi seperti Pius Lustrilanang cs, media alternatif seperti
mailing list di Internet bisa menjadi sarana yang memungkinkan testimoni mereka bisa dibaca
oleh rekan rekannya sebangsa dan setanah air.
Redaksi SiaR
UNTUK APA AMNESTI DIBERIKAN KEPADA TAHANAN POLITIK DALAM ERA
REFORMASI SEKARANG INI
Pada dasarnya, pemberian amnesti kepada para tahanan politik pada era reformasi sekarang ini
dimaksudkan untuk mengadakan rekonsiliasi atau persatuan nasional dalam gejolak politik pada
waktu ini. Semua pihak bisa diajak bekerja sama dalam suatu pemerintahan untuk persatuan
nasional.
Dalam masa masa lalu sudah sering terjadi diadakan amnesti, abolisi kepada tahanan untuk
mengatasi penyelesaian konflik konflik politik secara menyeluruh. Adapun contoh contohnya
pernah saya lakukan sendiri sebagai pelaku sejarah:
A. 1. Masa muda saya saat masih sekolah di sekolah menengah terjadi perang Dunia Kedua,
sehingga kira kira bulan November 1941 para murid sekolah ini dan sekolah lainnya
dicomoti untuk menjadi tentara Milisi Belanda dan dilatih di Magetan, Madiun sampai bulan
Pebruari 1942.
2. lalu sesudah latihan militer segera dikirim untuk memicu pertahanan di Soreang dan
Ciwidae, Bandung Selatan.
3. Belum sampai terjadi pertempuran Belanda menyerah pada 8 Maret 1942, lalu saya
seteman ditawan di sebuah sekolah di kota Soreang.
4. Beberapa hari lalu kami dipindahkan dari Soreang ke Batu Jajar dengan jalan kaki.
Beberapa hari lalu dipindahkan ke Kamp Tawanan perang Batalyon IV di Cimahi,
berkumpul dengan tawanan lain dari KNIL, bersama antara lain Groot Majoor Urip Sumohardjo
(Letjen, Kepala Staf Panglima ABRI).
5. Beberapa bulan lalu kami dari rombongan milisi terdiri atas para pelajar diberikan
amnesti oleh tentara pendudukan Jepang, lalu berturut turut bagi tentara beroep KNIL.
Kami tidak pernah memperoleh perlakuan kasar dari tentara Jepang. Hanya kurang 1 (satu) hari
dibebaskan, ada tentara Belanda Indo dan Ambon melarikan diri, dan lalu tertangkap 12
orang. Pada pagi harinya didemonstrasikan mereka dihukum mati dengan jalan ditembak mati di
lapangan. Dan kami disuruh semua melihat nya.
6. Pada pagi hari kami dibebaskan tanpa syarat dan kembali ke rumah masing masing,
dibebaskan begitu saja tanpa dikawal. Kami pun segera pulang dengan mengendarai kereta api
bersama ke rumah masing masing tanpa halangan apa pun dan kami dapat menikmati kebebasan
ini bersama orang tua dan saudara saudara kami di rumah.
Pada jaman kemerdekaan kami dihadapkan oleh pemberontakan DI/TII, pemberontakan
Andi Aziz, Kahar Muzakar, Republik Maluku Selatan (RMS), Merapi Merbabu Complex,
Peristiwa 17 Oktober 1952 (dikepungnya Istana Negara Republik Indonesia di Jalan Merdeka
Jakarta). Peristiwa PRRI, PERMESTA di Sumatera dan Sulawesi.
Kami sudah mengalami peristiwa peristiwa ini selaku komandan pasukan:
tahun 1950 menghadapi Andi Aziz di Sulawesi Selatan.
tahun 1950 1951 misi menghadapi DI/TII di Jawa Barat, Tasikmalaya, Garut, Ciamis,
Cijulang Parigi. Selama 8 (delapan) bulan belum lagi kembali ke pangkalan dimisi kan
berangkat ke Ambon, RMS di Serang.
Sekembali dari misi RMS menghadapi DI/TII kembali ke perbatasan Jawa Tengah dan
pada tahun 1952 menghadapi pemberontakan Batalyon 426 di Kudus, dan tanggal 4 Pebruari
1952 pertempuran Batalyon saya dengan Batalyon 426 terjadi dengan sengitnya di Pegunungan
Kandang Samin, Wonosari.
. misi selanjutnya Batalyon saya menghadapi DI/TII di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa
Barat: daerah Bumiayu, Bandarejo, Brebes, daerah Wangon, Majenang terus menerus mulai
tahun 1952 sampai dengan 1958.
2.5. Sehabis sekolah SSKAD (sekarang SESKOAD, red.) pada tahun 1959 (satu setengah tahun )
lalu dimisi kan untuk menumpas pemberontakan PRRI/PERMESTA di Sumatera Barat.
2.6. Pada tahun antara 1960 1961 terjadi pengumuman pemerintah Presiden Soekarno untuk
memberikan amnesti kepada pemberontak PRRI/PERMESTA dan tahun tahun dilanjutkan
perolehan amnesti terhadap TII Kartosoewirjo dan Daud Beurueh. Kesemuanya amnesti ini
berlaku kepada kesemuanya tanpa syarat, malahan Prajurit PRRI/PERMESTA diberikan abolisi.
Saya sendiri pernah bertemu bersama mantan panglima PRRI Sumatera Barat mantan Letkol
Ahmad Husein tennis bersama di Senayan.
2.7. Demikianlah arti dari amnesti untuk kepentingan rekonsiliasi nasional untuk persatuan
bangsa tanpa pandang bulu. Apakah itu aliran DI/TII atau PRRI/PERMESTA tidak menjadi
masalah tanpa mendiskriminasi satu sama lain yang pada pokoknya mereka kembali ke
pangkuan ibu pertiwi secara nasional. Jadi yaitu tidak benar ada perbedaan perlakuan sama
sekali.
PERLAKUAN TERHADAP DIRI SAYA SELAMA DALAM TAHANAN 32 tahun DI
PENJARA SALEMBA, RTM, DAN CIPINANG
1. Pada waktu saya ditembak dan lalu sekedar saya diobati operasi kaki kiri digips sekujur
kaki kiri sampai batas perut, sehingga harus tidur terlentang, tanpa bisa bangun. Pada hari itu
juga dalam masih diinfus harus dibawa ke markas Kodam V Jaya dengan ditambah seorang
perawat. Tidak dirawat inap di RSPAD.
2. Di markas Kodam V Jaya selama satu minggu datang pemeriksaan pemeriksaan, namun saya
tidak mampu menjawab sebab kondisi penyakit luka saya sangat kritis. Pemeriksa mengancam
bahwa saya akan diperiksa oleh prajurit.
3. Pada akhir minggu itu gips (pembalut) kaki saya diganti di RSPAD dengan jalan dibius.
lalu pada suatu hari dipindahkan ke rumah tahanan penjara Salemba di sel dubbel deur
(pintu ganda, red.) dan ruangan 2x3 meter dan cahaya lampu sangat gelap (15 watt) dan saya
ditempatkan di lantai bawah hanya dengan satu tikar.
4. Saya sering mengalami pingsan sebab sakit ginjal dan infeksi pada luka kaki kiri sebab luka
saya selalu mengeluarkan cairan (nanah) sehingga memenuhi pada gips pembungkus
memicu bau busuk. Pada suatu waktu keluar ulat ulat (belatung) yang mengerumuni badan
saya. Bersamaan dengan itu anak saya laki laki yang tertua kena musibah tertubruk mobil
sehingga tewas.
5. Saya sering pingsan sebab saya terkena penyakit ambeien yang terus menerus mengeluarkan
darah dan penyakit ginjal (mungkin kencing batu) sehingga jika kencing juga
mengeluarkan darah.
AKIBAT DARI PENYAKIT PENYAKIT ini SEHINGGA SAYA DIHARUSKAN
DIRAWAT
1. Di RTM Lapangan Banteng menjalani operasi di RSPAD pada kaki sebanyak tiga kali. Dua
kali hemorrhoid (ambeien). Satu kali hernia sebelah kanan (enam kali di RSPAD).
2. Di LP Cipinang menjalani operasi di RS Persahabatan: satu kali hernia sebelah kanan; operasi
ginjal (dua kali di Persahabatan).
3. Di Rumah Sakit POLRI dirawat sebab stroke tanggal 2 Januari 1997, sulit bicara,
kerongkongan menyempit, keluar air liur, kaki kesemutan, tensi tidak normal, dan kena katarak
sehingga sulit membaca.
4. Di RS Sint Carolus operasi hernia sebelah kiri tanggal 7 Juli 1998.
Saya tidur terlentang tanpa bisa bangun selama dua tahun di dalam sel dan saya mengalami disel
isolasi berat dikunci terus menerus tanpa dibuka selama sepuluh tahun (tanggal 11 Oktober
1965 1975) di Penjara Salemba.
PROSES PERSIDANGAN DAN PERMOHONAN PIDANA SEUMUR HIDUP MENJADI
TERBATAS
1. Diputuskan oleh Mahmilti (Mahkaman Militer Tinggi) II Jawa Bagian Barat dengan hukuman
pidana SEUMUR HIDUP tanggal 1 Agustus 1978.
2. OTMILTI (Oditur Militer Tinggi) mengajukan banding dan kami mengajukan kontra banding
ke Mahkamah Militer Agung (MAHMILGUNG) tanggal 7 Agustus 1978.
3. Keputusan MAHMILGUNG menolak banding OTMILTI dengan menguatkan keputusan
MAHMILTI tanggal 18 Januari 1982. Pada tanggal 18 Januari 1983 oleh OTMILTI saya
diserahkan kepada KALAPAS (Kepala Lembaga Pemasyarakatan) Cipinang untuk menjadi
NARAPIDANA. Pada tanggal ini saya mengajukan permohonan PIDANA SEUMUR
HIDUP MENJADI TERBATAS, dan selesai 18 Januari 1988 (seharusnya bebas), namun tidak
terlaksana sebab terhalang Keppres No. 5 tahun 1978, pada bulan Agustus saya hanya tinggal
kurang dari 5 bulan.
4. Bersamaan dengan itu saya, saudara Rewang anggota Polit Biro PKI dan saudara Marto
Suwandi anggota Biro khusus sentral yang sama sama hukumannya SEUMUR HIDUP mengajukan
permohonan SEUMUR HIDUP MENJADI TERBATAS. Pada tahun 1988 kedua orang ini
bisa dibebaskan, namun saya TIDAK DIBEBASKAN.
5. Pada bulan Mei 1994 saya bersama Dr. soebandrio , Omar Dhani, dan Sugeng Sutarto
bersama sama dipanggil KALAPAS untuk menandatangani permohonan grasi dengan nomor
yang sama, tanggal yang sama, pengiriman pada OTMILTI bersama.
6. Pada tanggal 17 Agustus 1995 Dr. soebandrio , Omar Dhani, Sugeng Sutarto memperoleh
amnesti pembebasan oleh pemerintah, sedang saya tidak dibebaskan.
berdasar keterangan saksi keterangan keluarga keluarga mereka yang datang di Sekretarian Negara, mereka
melihat bahwa nama saya ada di meja Menteri Sekretaris Negara.
7. Bahwa kami pada setiap tahun oleh KALAPAS Cipinang semenjak tahun 1991 selalu diajukan
untuk memperoleh PIDANA SEUMUR HIDUP menjadi TERBATAS.
Terakhir tanggal 22 Januari 1998, 2 Pebruari 1998, dan terakhir sekali secara kolektif diajukan
pada tanggal 27 Juli 1998.
Demikianlah keterangan yang saya berikan dengan sebetulnya dan mohon memperoleh
perhatian sepenuhnya mengenai amnesti menyeluruh bagi kami tahanan politik/nara pidana
politik secara keseluruhan.
Di samping itu bahwa teman teman kami yang hanya tersisa 13 orang di seluruh negara kita , pada
umumnya sudah berusia 70 tahun ke atas dan umumnya sudah rapuh dan lumpuh.
sebab itu secara perikemanusiaan mohon perhatian sepenuhnya.
Sekian.
Tanggal 27 Juli 1998
Hormat kami,
A. LATIEF
Kehormatan bagi yang berhak , sukarno tidak terlibat G30S/PKI
(Oleh:Manai Sophiaan)
UNGKAPAN berbagai peneliti mengenai pergerakan 30 September 1965 di negara kita ,
berbeda beda.
Antonie C.A. Dake dalam bukunya In the Spirit of the Red Banteng ,
mengungkapkan tragedi ini dengan banyak mengacu kepada keterlibatan PKI sebagai
perencana, sukarno mengetahui dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebagai
pensuplai senjata untuk persiapan apa yang disebut Angkatan ke V, yang dituduhkan
akan menjadi kekuatan bersenjata PKI.
Ada 22 juta sukarelawan yang sudah mendaftarkan diri di Front Nasional, memenuhi
seruan sukarno mobilisasi kekuatan rakyat untuk mengganyang Malaysia. Mereka
inilah katanya yang akan disaring untuk dimasukkan ke dalam Angkatan ke V.
Pembentukan Federasi Malaysia dirancang oleh Perdana Menteri Inggeris, Harold
McMillan, dan Perdana Menteri Malaya, Tungku Abdul Rahman, dalam perundingan
di London pada bulan Oktober 1961 dan dilanjutkan bulan Juli 1962, itulah yang
memulai provokasi politik dan militer meng contain negara kita .
Ganis Harsono, jurubicara Departemen Luar Negeri R.l. selama 8 tahun di era
Sukarno, menulis dalam bukunya Recollections of an Indonesia Diplomat in the
Sukarno Era yang diterbitkan oleh University of Queensland Press, Australia, tahun
1977 dan lalu pada tahun 1985 diterbitkan edisi negara kita nya oleh Inti Idayu
Press Jakarta dengan judul Cakrawala Politik Era Sukarno , menulis bahwa Inggris
memberitahukan kepada negara kita mengenai rencananya membentuk Federasi
Malaysia. negara kita tidak menentang, sebab dipahami bahwa ide pembentukkannya
ialah untuk memberikan kemerdekaan kepada wilayah wilayah jajahan Inggeris di
Kalimantan Utara.
namun sesudah Presiden Macapagal dari Filipina mengajukan tuntutan agar dalam
proses pemberian kemerdekaan ini , wilayah Sabah dikembalikan kepada
Filipina, sebab memang tadinya yaitu wilayah kekuasaan Kasultanan Sulu di
Filipina Selatan yang dicaplok oleh Inggeris saat menjajah Kalimantan Utara, justru
muncul reaksi keras dari Kuala Lumpur, yang disampaikan oleh Duta Besarnya di
Manila, Zaiton Ibrahim, dengan mengatakan kepada Presiden Macapagal bahwa
situasi akan menjadi gawat, jika Filipina menuntut wilayah Sabah. Malahan
Menteri Pertahanan Malaya, Najib Tun Razak, memberikan reaksi yang lebih keras
lagi: Kami siap pergi berperang mempertahankan Sabah dalam naungan Malaysia .
Tadinya Sabah hanya disewa oleh Inggeris dari Sultan Sulu, Jamal Alam, yang
akhirnya jatuh ke bawah penguasaan The British North Borneo Company.
Waktu itu negara kita tidak memberikan reaksi apa apa, diam saja. namun pada tanggal
8 Desember 1962, sesudah Azhari yang dituduh memberontak di Brunai dan
memproklamasikan kemerdekaan Kalimantan Utara yang terdiri dari Brunai, Serawak
dan Sabah di Manila, di tempat mana ia melarikan diri bersama teman temannya,
dan menyatakan dirinya sebagai Perdana Menteri Negara Kalimantan Utara, cepat
sekali Tungku Abdul Rahman menuding negara kita sebagai biang keladinya.
Padahal duduk persoalannya, Azhari yang memimpin Partai Rakyat Brunai, dalam
Pemilihan Umum Agustus 1962, memenangkan 54 dari 55 kursi di Dewan Distrik dan
16 dari 33 kursi di Dewan Legislatif. 1)
1) JAC Mackie, Konfrontasi, The negara kita Malaysia Dispute 1963 1966
Oxford University Press, Kuala Lumpur London, hal. 37
Apa yang dilakukan oleh Azhari sesudah partainya ditumpas dan dia dikejar kejar
sebagai pemberontak, ialah selalu mengadakan kontak dengan Wakil Presiden
merangkap Menteri Luar Negeri Filipina, Immanuel Pelaez, dan sama sekali bukan
dengan negara kita .
Ketua Umum Partai Nasional negara kita (PNI), Ali Sastroamidjojo, memberikan reaksi
menolak tudingan Tungku.
Tungku pun menjadi marah oleh adanya reaksi dari Ali Sastroamidjojo dan langsung
menyerang secara pribadi kepada sukarno dengan mengatakan: Jangan campuri
urusan Kalimantan Utara!
Serangan ini sebetulnya datang dari Inggeris, namun Tungku yang menjadi jurubicaranya.
Oleh sebab itu, pada bulan April 1963, sukarno di hadapan Konperensi Wartawan
Asia Afrika di Jakarta menjawab ancaman Tungku dengan mengatakan: Perjuangan
rakyat Serawak, Brunai dan Sabah, yaitu bagian dari perjuangan negara negara the
new emerging forces yang membenci penghisapan manusia oleh manusia.
sebab Jepang melihat bahwa proses pembentukan Federasi Malaysia sudah
menjurus pada kecurigaan negara kita sebagai proyek neokolonialisme Inggeris, maka
pada tanggal 3 1 Mei sampai 1 Juni 1963, Tokyo menyediakan tempat pertemuan
antara Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Tungku Abdul Rahman, untuk
mengusahakan pendekatan. Tujuannya ialah untuk menghilangkan kecurigean
mengenai rencana pembentukan Federasi Malaysia, yang terdiri dari Federasi Malaya
sebagai induknya digabungkan dengan Singapura dan tiga wilayah lainnya di
Kalimantan Utara.
Pertemuan Tokyo menyetujui sebuah prinsip, yaitu tetap memelihara Semangat
Perjanjian Persahabatan negara kita Malaya tabun 1959.
Untuk merumuskan lebih lanjut hasil pertemuan Tokyo, diadakan lagi pertemuan para
Menteri Luar Negeri tiga negara, yaitu: negara kita , Malaya dan Filipina, di Manila dari
tanggal 7 sampai 11 Juni 1963.
Ketiga Menteri Luar Negeri itu, semuanya memiliki jabatan rangkap, yaitu:
soebandrio di samping Menteri Luar Negeri, juga Wakil Perdana Menteri I, Tun Abdul
Razak, Menteri Luar Negeri dan Deputy Perdana Menteri dan Immanuel Pelaez,
Menteri Luar Negeri dan sekaligus Wakil Presiden.
Dalam pertemuan Manila, negara kita dan Filipina menyatakan tidak keberatan
dibentuknya Federasi Malaysia, asal hal itu dilakukan atas dasar Hak Menentakan
Nasib Sendiri bagi rakyat di wilayah wilayah yang hendak digabungkan, dan
ditentukan oleh otoritas yang bebas dan tidak berpihak, yaitu Sekretaris Jenderal PBB.
Pertemuan itu juga mengembangkan pemikiran Presiden Filipina, Macapagal, yaitu
pembentukan Konfederasi tiga negara serumpun Melayu yang disebut MAPHILINDO
(Malaysia Philipina lndonesia), gagasan yang langsung dilawan oleh Amerika dan
Inggeris. Ironisnya, dari Peking, Menteri Luar Negeri Chen Yi menuduh MAPHILINDO
sebagai proyek Nekolim.
Pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri ini, diperkuat dengan diadakannya Konperensi
Tingkat Tinggi antara Perdana Menteri Tungku Abdul Rahman, Presiden Macapagal
dan Presiden Sukarno yang dilangsungkan di Manila dari tanggal 31 Juli sampai 1
Agustus 1963, yang hakekatnya hanya mengesahkan hasil hasil yang sudah dicapai
dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri sebelumnya.
Dalam perundingan tersendiri antara Presiden Sukarno dan Presiden Macapagal,
disetujui apa yang dikenal dengan Doktrin Sukarno Macapagal yang menegaskan
bahwa Masalah Asia agar diselesaikan oleh bangsa Asia sendiri.
Doktrin ini dengan dan sertamerta ditolak oleh Amerika Serikat dan Inggeris, sebab
dinilai dapat menggagalkan tujuan pembentukan Federasi Malaysia yang dirancang di
London yang sebetulnya untuk meng contain negara kita .
Hasil KTT Manila ternyata menggelisahkan London dan Kuala Lumpur.
Dengan adanya gagasan Presiden Macapagal yang mengusulkan pembentukan
Konfederasi MAPHILINDO dan doktrin Sukarno Macapagal yang menghendaki
agar masalah Asia diselesaikan oleh bangsa Asia sendiri, maka anasir Inteligen
Inggeris dan Malaysia melansir satu berita bahwa Federasi Malaysia akan dibentuk
pada tanggal 31 Agustus 1963, 2) mendahului pelaksanaan Persetujuan Manila yang
menghendaki agar pembentukan itu dilakukan atas dasar Hak Penentuan Nasib
Sendiri dari rakyat bersangkutan, yang akan diatur oleh Sekretaris Jenderal PBB,
waktu itu U Thant.
Dr. Hidayat Mukmin, TNI dalam politik luar negeri Studi masalah penyelesaian konfrontasi negara kita Malaysia, hal. 95.
Dilansirnya berita itu, makin mempercayakan negara kita bahwa memang ada udang di
balik batu dengan pembentukan Federasi Malaysia yang dirasakan sebagai sangat
tergesa gesa.
Oleh sebab nya, Sekjen PBB segera mengirimkan Misi PBB ke Serawak dan Sabah
untuk meneliti sejauh mana rakyat Kalimantan Utara bersedia bergabung dalam
Federasi Malaysia, seperti yang dituntut oleh KTT Manila. namun Misi sudah distel
demikian rupa, dengan ketuanya diambilkan dari Amerika yaitu Laurence
Michaelmore, dibantu oleh delapan anggota yang diambilkan dari berbagai negara.
negara kita , Malaya dan Filipina menyertakan juga wakil wakilnya sebagai peninjau.
sebab Misi sedang bekerja, maka Kuala Lumpur berusaha meredakan kemarahan
negara kita dan mengumumkan penundaan pembentukan Federasi Malaysia sampai
tanggal 16 September 1963, yaitu tanggal yang diperkirakan Misi PBB sudah
menyelesaikan misi nya dengan hasil yang menguntungkan London dan Kuala
Lumpur. Penundaan tanggal, dianggap oleh negara kita sebagai proforma belaka,
sebab hasilnya sudah ditentukan sesuai dengan keinginan Kuala Lumpur dan London.
Memang sebelum itu, Inggeris sudah mengadakan penjajagan di Kalimantan Utara
dengan sebuah komisi yang diketuai oleh Lord Cobbold dan anggotanya terdiri dari:
Sir Anthony Abell, Sir David Watherston, Dato Wong Po Nee dan Enche Gazali bin
Sofie.
Hasil penjajagan ini diumumkan dalam Report of the Commission of Inquiry North
Borneo and Serawak 1962 yang menyebutkan:
1. Sepertiga penduduk menyetujui tanpa syarat, merdeka dalam
Federasi Malaysia.
2. Sepertiga menyetujui dengan syarat agar kepentingan daerah
mereka terjamin.
3. Sisa yang lain, ingin memperoleh kemerdekaannya dahulu , sebelum
bergabung dalam Federasi Malaysia.
namun ini semua yaitu versi Komisi Cobbold. Sebelum itu sudah ditentukan agar
diadakan Pakta Pertahanan antara Inggeris dan Federasi Malaysia.
maka , dari segi pertahanan, Federasi Malaysia dianggap oleh Inggeris
lebih sederhana, sebab Federasi dapat dikelola bersama sebagai satu unit strategik.
sebab Federasi berada dalam lingkungan Persemakmuran Inggeris, maka Inggeris
berkewajiban tetap memberikan perlindungan militer. saat Malaya baru merdeka, di
sana hanya ada 2000 tentara Inggeris dan Australia. namun sesudah Federasi Malaysia
dibentuk, kekuatan Militer itu cepat ditambah menjadi 50.000.
Strategi pertahanan ini mencemaskan negara kita , sebab perlindungan militer Inggeris
yang begitu besar, merupakan ancaman serius bagi keamanan negara kita . Apalagi
dalam mempertahankan Malaysia, sudah tersiar berita bahwa Inggeris akan
memperoleh dukungan dari Pakta Pertahanan ANZUS (Australia New Zealand United
States), untuk menghadapi Sukarno yang sudah lama dicap sebagai trouble maker
di Asia, yang kegiatannya harus dicegah jangan sampai merembet mempengaruhi
negara negara Afrika dan Amerika Latin.
sebetulnya di Malaysia, Singapura dan British North Borneo (Kalimantan Utara),
ada kekuatan kekuatan politik yang menentang pembentukan Federasi Malaysia
berdasar keterangan saksi konsep McMillan Tungku Abdul Rahman, namun mereka ditindas sehingga
tidak bisa berbuat banyak.
Kekuatan menentang pembentukan Federasi Malaysia di Malaya ialah: Front Sosialis
Malaya yang terdiri dari Partai Rakyat Malaya dan Partai Buruh, dan Partai Islam
se Malaya. Di Singapura: Barisan Sosialis, Partai Pekerja dan Partai Rakyat. Di
Kalimantan Utara: Partai Rakyat Brunai dan Serawak United People's Party. Partai
Rakyat Brunai sejak 1956 di bawah pimpinan Azhari, sudah memiliki program
hendak mengusir Inggeris dari Kalimantan Utara.
Dan apa yang terjadi lalu ,
Misi PBB yang dipimpin oleh Michaelmore, tanpa penyelidikan seksama, langsung
menyatakan bahwa rakyat Kalimantan Utara (Serawak dan Sabah) menyetujui
merdeka dalam Federasi Malaysia. Hasil Kerja Misi PBB ini segera disahkan oleh
Sekjen PBB.
Sebaliknya negara kita , sesudah mendengarkan laporan dari peninjau peninjaunya yang
menyertai penyelidikan Misi PBB, menuduh adanya kecurangan kecurangan yang
menyolok, sehingga laporan Misi PBB itu tidak bisa dianggap sah.
Akibatnya, mudah dipahami. sebab negara kita menolak hasil penyelidikan Misi PBB
yang disahkan oleh Sekjen PBB, ditambah lagi tersiar berita bahwa sesudah
Federasi Malaysia diresmikan pada tanggal 16 September 1963, negara federasi baru
itu segera akan diterima menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, maka
Jakarta langsung memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuala Lumpur.
Oleh perkembangan yang sangat cepat, dan usaha diplomatik untuk mencoba
meredamnya mengalami kegagalan, maka konfrontasi negara kita Malaysia tidak
terhindarkan lagi. Dr. soebandrio dalam kedudukannya sebagai Wakil Panglima Besar
KOTI (Komando Tertinggi negara kita ) dan Kepala Badan Pusat Inteligen (BPI), mulai
menerjunkan gerilyawan di Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara, untuk
memberikan tekanan kepada Kuala Lumpur agar mau merubah sikapnya dengan
mengemukakan aproach baru yang bisa mengatasi deadlock.
Malaysia didirikan tanpa ikut dan nya Brunai, sedang Singapura yang tadinya. ikut
bergabung, lalu memisahkan diri dan menyatakan dirinya merdeka sendiri.
namun tindakan Dr. soebandrio itu, justru memberikan alasan kepada Inggeris dan
sekutunya Pakta ANZUS untuk bersiap siap menyerang negara kita , kemungkinan
yang sebetulnya sudah lebih awal diperkirakan oleh sukarno .
Sebelum itu, dalam bulan Oktober 1963, Presiden Kennedy dari Amerika,
mengirimkan surat kepada Presiden Sukarno yang menganggap sikap negara kita
terhadap Malaysia, menempatkannya pada posisi yang amat sulit untuk mewujudkan
keinginannya membantu usaha usaha negara kita ke arah pembangunan dan
pemulihan ekonominya.
sesudah menerima surat ini , Presiden Sukarno langsung mengadakan
pertemuan dengan 10 orang menteri seniornya, yaitu: Ir. Djuanda, Dr. soebandrio ,
Chaerul Saleh, Dr. J. Leimena, Sudibyo, ditambah dengan menteri menteri militer yaitu:
A.H. Nasution, A. Yani, E. Martadinata, Omar Dhani dan Sucipto. Pertemuan
merumuskan jawaban yang paling tepat untuk Surat Presiden Kennedy dengan
sebuah kalimat yang tegas: Go to hell with American aid . Ganis Harsono, Cakrawala Politik Era Sukarno, hal. 160, 161
Dengan surat Presiden Kennedy ini , makin menjadi jelas bahwa bukan saja
Inggeris, melainkan juga Amerika ikut ambil bagian dalam merekayasa pembentukan
Federasi Malaysia.
namun cara mengelola ketegangan akibat pembentukan Federasi Malaysia, akhirnya
menggiring negara kita terjaring masuk perang kap konfrontasi militer yang sudah
dipasang oleh Inggeris dan Amerika. sukarno segera melihat bahaya akan makin
meningkatnya eskalasi konfrontasi, maka berusaha mencari usaha
mengendorkannya dengan mengusulkan segera diselenggarakannya KTT 3 negara
yang terkait.
usaha sukarno terlambat, sebab segera sesudah itu, bom waktu yang sudah
lama dipasang oleh persekutuan Nekolim di negara kita , tidak bisa ditangkal lagi.
Meletuslah pergerakan 30 September 1965 , yang mengundang Amerika makin
terang terangan berkiprah melaksanakan rencana menghancurkan revolusi negara kita
dan kepemimpinan sukarno yang dijuluki oleh Barat sebagai Hitler Baru seusai
perang Dunia II.
Itulah lihainya Nekolim yang tidak secara dini bisa diantisipasi.
Meski pun demikian, pada bulan Februari 1966 Presiden Sukarno masih menugaskan
Duta Besar Keliling R.l., Supeni, pergi ke Manila membicarakan dengan Presiden
Ferdinand Marcos yang sudah menggantikan Macapagal, mengenai perlunya segera
diadakan KTT MAPHILINDO dan minta agar Filipina jangan dahulu memberikan
pengakuan kepada Federasi Malaysia. Tujuan sukarno untuk segera
menyelenggarakan KTT MAPHILINDO, ialah mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia
dan menyelesaikan dispute Sabah yang di claim oleh Filipina, atas dasar semangat
MAPHILINDO.
namun rencana sukarno ini, sebelum bisa dilaksanakan, sudah kedahuluan dicegat
oleh keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR), yang berakibat
kekuasaan berpindah ke tangan Letnan Jenderal Soeharto sebagai pengemban
SUPERSEMAR yang segera saja melakukan penahanan terhadap menteri menteri
yang penting, sehingga Presiden Sukarno kehilangan pembantu pembantunya dan
Kabinet Baru harus dibentuk bersama Pengemban SUPERSEMAR. Praktis Bung
Karno sudah kehilangan kekuasaannya.
Dr. Suharto, dokter pribadi sukarno , dalam bukunya Saksi Sejarah memastikan
bahwa konfrontasi dengan Malaysia tidak termasuk dalam calender of event Bung
Karno 6). mungkin Komando Dwikora (konfrontasi dengan Malaysia) yaitu
imposed (desakan) pihak lain, mungkin musuh dalam selimut yang mengetahui
psycho emosional sukarno . Dengan memakai metode psycho analisa,
dilakukan berbagai tipu muslihat, yang bertujuan mempengaruhi sukarno dalam
mengambil keputusan melakukan suatu tindakan. Dr. Suharto, SaksiSejarah, hal. 135.
Ibid, hal. 189
sesudah Malaysia diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB,
negara kita memberikan reaksi yang sangat keras dan langsung menyatakan keluar
dari keanggotaan PBB, meski pun disadari bahwa putusan ini yaitu satu imbalan
yang sangat mahal. Putusan ini diumumkan oleh sukarno pada 7 Januari 1965
dalam rapat umum Anti Pangkalan Militer Asing, di ISTORA Jakarta.
Pada awal Bab ini, sudah disinggung adanya 22 juta sukarelawan yang mendaftarkan
diri untuk melawan serbuan Inggeris dan sekutunya ke negara kita , jika konfrontasi
mencapai puncaknya. Tujuan seruan sukarno mengadakan mobilisasi kekuatan
rakyat, sangat jelas yaitu untuk apa yang dirumuskan secara populer: Ganyang
Malaysia!. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan tuduhan sebagai persiapan untuk
pembentukan Angkatan ke V. Prosedur yang harus dipenuhi untuk pembentukan
Lembaga seperti itu, bukan saja belum pernah ditempuh, bahkan dibicarakan saja
dalam sidang Kabinet sebagai Lembaga kekuasaan eksekutif, DPRGR sebagai
Lembaga kekuasaan Legislatif, maupun dimintakan pertimbangan dari Dewan
Pertimbangan Agung, sebagai Lembaga Tinggi Negara, belum pernah .
Untuk membentuk Angkatan ke V yang begitu prinsipil, tidak mungkin dilakukan
tanpa disetujui oleh ketiga Lembaga Tinggi Negara seperti yang disebutkan di atas.
Gagasan Angkatan ke V sebetulnya hanya move politik yang dilontarkan oleh Bung
Karno, yang ide pokoknya bertolak dari ketentuan UUD 1945 pasal 30 mengenai bela
negara, dikaitkan dengan pergerakan ganyang Malaysia . Hanya pihak pers tertentu
yang membesarbesarkannya dan meminta reaksi dari Menteri/ Panglima Angkatan
Darat yang tentu saja menentangnya. maka , move politik ini segera di
ekspos seolah olah sukarno sudah memerintahkan pembentukan Angkatan ke V,
yang lalu dianggap sebagai salah satu alasan keterlibatan sukarno dalam
G30S/PKI.
Rekayasa lain untuk mencoba membuktikan keterlibatan sukarno dalam
G30S/PKI, ialah keterangan Brigadir Jenderal H.R. Sugandhi, (ajudan Presiden
19481962) yang memberikan pengakuan kepada Team Pemeriksa Pusat (TEPERPU)
di bawah sumpah, bahwa ia sudah berbicara langsung dengan ketua CC PKI, D.N.
Aidit, dan sekretaris CC, Sudisman, pada tanggal 27 September 1965, di mana
kedua tokoh PKI itu katanya memberitahukan kepadanya bahwa PKI akan
melakukan coup d'état atau tindakan untuk membenahi revolusi negara kita yang
dirongrong oleh Dewan Jenderal . Rencana itu hendak dilaksanakan dalam tempo
satu dua tiga hari lagi. Sugandhi diajak ikut bergabung, sebab kata Aidit, rencana ini
sudah diberitahu kan kepada sukarno . Sugandhi, katanya menolak ajakan itu.
Dalam pengakuannya, ia mengatakan bahwa pada tanggal 30 September 1965, yaitu
sesudah tiga hari pembicaraannya dengan Aidit dan Sudisman, dilaporkannyalah
berita ini kepada Presiden Sukarno di Istana Merdeka. berdasar keterangan saksi pengakuan Sugandhi,
sukarno tidak mau percaya pada laporan itu, bahkan sukarno menuduhnya
PKI phobi .
Dikatakan dalam pengakuan itu, pada tanggal yang sama, ia melaporkan juga
pembicaraannya dengan Aidit dan Sudisman, kepada Menteri/Panglima Angkatan
Darat Letnan Jenderal A. Yani. Namun tidak dijelaskan bagaimarra jawaban atau
perintah A. Yani sebagai reaksi atas laporan ini .
berdasar keterangan saksi Sugandhi, pada tanggal 1 Oktober 1965, ia melaporkan juga kepada Menteri
Koordinator Pertahanan dan Keamanan Jenderal A.H. Nasution. Juga tidak dijelaskan
apa reaksi Jenderal Nasution.
Bila diteliti dengan seksama, pengakuan di bawah sumpah Brigadir Jenderal H.R.
Sugandhi ini , terasa sangat aneh dan mengandung tanda tanya. Dia diketahui
sebagai seorang prajurit pilihan sehingga diangkat menjadi Jenderal, di samping juga
ia orang terhormat sebagai anggota MPRS/DPRGR.
Mengapa dikatakan sangat aneh dan mengandung tanda tanya, sebab pertama,
berdasar keterangan saksi akal sehat, tidak mungkin seseorang, apalagi seorang ketua CC PKI dan
sekretaris CC, begitu saja membicarakan suatu rencana yang kadar kerahasiaannya
paling tinggi, kepada seseorang, apalagi dari jajaran pihak lawannya. Kedua, sudah
begitu rapuhkah semangat Sapta Marga dan Sumpah Prajurit dalam diri seorang
prajurit pilihan, sehingga suatu informasi yang kadar nilainya sangat tinggi, dan
diperoleh secara langsung dari pimpinan PKI yang paling kompeten, harus disimpan
sendiri selama tiga kali 24 jam baru disampaikan kepada atasannya, di mana suhu
politik dalam negeri waktu itu sedang panas, Apakah ini suatu kelalaian atau suatu
kesengajaan, Ketiga, makna apa yang tersirat dalam sentuhan hubungan antara
Brigjen Sugandhi dengan Aidit dan Sudisman, yang masingmasing sebagai ketua CC
PKI dan Sekretaris Jenderal CC,
Dapat dimengerti bahwa pada tahun tahun awal sesudah terjadinya G30S/PKI,
suasana masih dalam serba emosional, sehingga pertimbangan kelayakan satu
informasi kadang kadang subyektivitasnya lebih menonjol. Apa lagi tidak dibentuk
satu Komisi yang dimisi kan untuk memeriksa benar tidaknya pengakuan Sugandhi
ini , yang akhirnya pengakuan ini dipakai untuk memvonis Sukarno terlibat
G30S/PKI. Sebaliknya, Sugandhi memperoleh nama baik.
Sidang Istimewa MPRS 7 Maret 1967 yang anggotaanggotanya banyak dipecat dan
diganti dan ditambah dengan orang yang menguntungkan, termasuk pimpinan
lama diganti dengan Jenderal A.H. Nasution sebagai ketua baru, itulah yang
mencabut mandat Ir. Sukarno sebagai Presiden, dan melarangnya melakukan
kegiatan politik.
Dan apa yang terbukti lalu ,
Sesudah nasi menjadi bubur, komandan Detasemen Kawal Pribadi Presiden
Sukarno, Letnan kolonel polisi H. Mangil Martowidjojo, baru mengungkapkan dengan
mengemukakan bukti bukti bahwa keterangan Sugandhi di bawah sumpah itu,
sepenuhnya menutup diri dan fitnah. 8)
8 ) Majalah PETA, edisi September/Oktober 1992, Jakarta, hal. 3 6.
Baca juga: Soegiarso Soerojo, Siapa menabur angin akan menuai
badai, hal. 236 237, yang mengutip dialog antara Sugandhi dengan
Aidit Sudisman dan dialog antara Bung Kamo dengan Sugandhi
berdasar keterangan saksi versi yang diceritakan oleh Sugandhi.
Memang sayang sekali Mangil tidak segera menyampaikan menutup diri Sugandhi
kepada sukarno , padahal ia sudah mendengar Geruchten (desas desus)nya,
jauh sebelum Sukarno dijatuhkan oleh MPRS.
Mangil mengatakan, sebab ia penasaran, maka tanggal yang disebutkan oleh
Sugandhi melaporkan hasil pembicaraannya dengan Aidit dan Sudisman kepada
Presiden, yaitu tanggal 30 September 1965, diperiksanya kembali buku catatan tamu
Istana, apakah betul waktu itu Sugandhi datang. Ternyata tidak ada nama Sugandhi
masuk Istana pada hari itu. Bukan saja Mangil yang selalu mengawal sukarno
tidak melihat Sugandhi menemui Presiden hari itu, juga di buku catatan tamu yang
harus diisi oleh setiap tamu yang masuk Istana, baik ia tamu dipanggil atau tamu
yang mendadak datang, nama Sugandhi tidak ada. Di wachtrooster (buku jaga)
yang harus diisi oleh setiap tamu sesuai dengan peraturan yang ditentukan oleh
ajudan, mau pun dalam buku Detasemen Kawal Pribadi yang selalu memasukkan
dalam catatan semua tamu yang masuk Istana, tidak ada nama Sugandhi pada 30
September 1965 masuk Istana.
Beberapa hari sesudah meletusnya pergerakan 30 September, melalui Menteri
Penerangan Ahmadi, sukarno berpesan agar Sugandhi datang ke Istana
Bogor, sebab sukarno memerlukan masukan mengenai pergerakan ini , namun ia
tidak mau datang. Bahkan berkata kepada Ahmadi agar menyampaikan kepada
sukarno jika ia tidak berhasil menemuinya.
Sesudah penolakan Sugandhi atas panggilan sukarno , pada suatu hari ia datang
ke Istana Jakarta, saat sukarno sedang berolahraga pagi jalan kaki mengelilingi
Istana diikuti oleh beberapa anggota staf Istana dan para pengawal. Sugandhi terus
bergabung dengan rombongan dan dari belakang sukarno , ia melaporkan
kehadir pula annya. namun mengetahui kedatangan Sugandhi ini, sukarno malah
langsung memerintahkannya agar keluar. Deruit, deruit perintah sukarno .
sebab Sugandhi belum juga keluar dan masih terus mengikuti dari belakang, sekali
lagi sukarno memerintahkannya agar keluar. Barulah Sugandhi keluar.
Kata Mangil: Rasanya koq tidak masuk akal dan tidak logis Aidit dan Sudisman
sembarangan begitu saja memberitahukan rencananya yang begitu rahasia kepada
orang yang tidak sepaham. Kecuali jika Sugandhi itu memang orang PKI .
Meski pun Mangil terlambat mengungkapkan fitnah terhadap sukarno ini, namun
ungkapan itu sama sekali tidak berkurang arti pentingnya, sebab ia menambah satu
bukti lagi dari sekian banyak bukti yang sudah ada, bahwa sukarno digulingkan
melalui rakayasa yang skenarionya sudah dirancang demikian rupa.
Keterangan lain yang menarik, dikemukakan oleh Prof. Peter Dale Scott, seorang
diplomat Kanada, Guru Besar dan Doctor dalam ilmu politik, saat ia diundang pada
bulan Desember 1984 untuk mengemukakan manuscript nya dalam sebuah forum di
University of California , Berkeley, yang dihadiri juga oleh tokoh terkemuka
antaranya ada bekas direktur CIA periode 1962 1966 untuk bagian Timur Jauh,
di mana ia membahas sebuah judul The United States and the Overthrow of
Sukarno, 19651967 Amerika Serikat dan penggulingan Sukarno, 19651 967.
la memulai uraiannya dengan mengatakan bahwa subjek yang akan dibahasnya,
yaitu subjek besar namun menjengkelkan, sebab kisah yang lengkap mengenai
periode yang rumit dan kurang dimengerti ini, akan tetap berada di luar jangkauan
analisa tertulis yang paling lengkap sekali pun. Banyak yang sudah terjadi, tidak
mungkin bisa dimanuscript tasi, sedang catatan catatan yang bisa diselamatkan,
banyak hal yang bersifat kontroversial yang tak mungkin diverifikasi.
Namun demikian, sesudah pertimbangan pertimbangan ini dikemukakan, maka
intisari kisah yang rumit dan bermakna ganda itu, mengenai suatu tragedi yang
berdarah. sesudah mempelajari referensi referensi yang ada, sebetulnya bersifat
sederhana saja dan lebih mudah dimengerti dibandingkan keterangan keterangan
akademis dari sumber sumber negara kita mau pun Amerika Serikat. hasil penelitian dari
keterangan keterangan mereka yang bersifat problematis itu, hanya mengatakan
bahwa pada musim gugur 1965, golongan kiri di negara kita sudah menyerang pihak
kanan yang memicu diadakannya restorasi kekuasaan dan pembantaian
golongan kiri oleh golongan tengah.
Peter Dale Scott memberikan catatan betapa sukarnya melakukan analisa yang
pada pokoknya hanya bersandar pada apa yang dinamakan bukti bukti yang disajikan
dalam sidang sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (MAHMILLUB) yang bertentangan
dengan studi CIA 1968, yang agak kurang bersifat khayalan. 9)
9) Termuat dalam Pacific Affair': Summer 1985, hal. 239.
Juga H. W. Brands menulis dalam Journal of American History bahwa waktu
pengaruhnya tengah memuncak di Asia Tenggara, Amerika sudah ambil bagian dalam
gerakan gerakan yang gagal terhadap Sukarno di tahun 1958. Pemerintah Johnson tidak
menyembunyi kan kecemasannya bahwa Sukarno dapat mengantar negara kita pada
suatu posisi yang penting, sementara Amerika Serikat sendiri sedang berusaha
menyelamatkan Vietnam Selatan.
Maka pada waktu Amerika Serikat di tahun 1966 sudah memperoleh kepercaya an bahwa
Soeharto sudah berhasil mengesampingkan Sukarno dan menghancurkan PKI,
pemerintah Amerika secara menonjol memberi selamat kepada penguasa baru,
sebab sudah melakukan suatu misi dengan baik sekali.
Meski pun demikian, Brands mengatakan bahwa penggulingan Sukarno, tidak ada
hubungannya dengan Amerika Serikat, padahal diakuinya bahwa selama beberapa
bulan, pejabat pejabat Amerika Serikat sudah mendesak pihak Tentara di negara kita
agar bertindak, namun tidak berhasil. Pada musim panas 1965 (sebelum G30S),
kelihatan Pemerintah Johnson sudah putus asa.
Selama satu dekade lebih, Sukarno dapat mengatasi beberapa tantangan, termasuk
affair 17 Oktober 1952, satu gerakan gerakan yang tidak langsung, di mana A.H. Nasution hendak
memaksa Sukarno mem bubarkan kekuasaan Eksekutif dengan jalan membubarkan
kekuatan nya di Parlemen, untuk memberikan peluang bagi Tentara agar bisa
tampil. Sukarno berhasil menggagalkan pemberontakan di Sumatera (PRRI) yang
dibantu oleh CIA dengan 300 orang tentara Amerika, Filipina dan Tiongkok
Nasionalis, lengkap dengan pesawat udara transport dan Bomber B 26. Baca: H. W. Brands dalam Journal of American History , The
Organization of Historians, vol. 76, No. 3, Desember 1989.
Geoffrey Robinson (Boston, Massuchusetts) dalam manuscript nya (1990) yang berjudul
Some Arguments Concerning U. S. Influence and Complicity in the Indonesia Coup
of October 1, 1965 Beberapa argumen mengenai keterlibatan A.S. dalam kudeta 1
Oktober 1965 di negara kita , mengatakan bahwa sejak dari awal, pergerakan 30
September itu kelihatannya seperti sebuah gerakan gerakan yang direncanakan untuk gagal,
kudeta itu di disain sedemikian rupa sehingga mampu menyimpan sebush dalih
untak mengadakan suatu pameran kekuatan dan meraih kekuasaan.
Kata Geoffrey Robinson, laporan CIA yang menyatakan PKI lah penanggungjawab
tunggal atas gerakan gerakan , yaitu hal yang sukar didukung. namun logika argumentasi yang
dikemukakannya, tidak membuang sama sekali kemungkinan adanya peranserta PKI.
Dikatakan, baik strategi yang dipakai maupun bukti dorongan yang membawa bawa PKI
ke dalam peristiwa ini , semuanya menunjukkan kecenderungan bahwa
keikut dan an PKI, tidak lebih dari sesuatu yang marginal, lebih banyak ditembak ong
oleh kesalahan informasi mengenai rencana coup d'état Dewan Jenderal . Dengan
mengutip Mortimer, ia menyimpulkan bahwa asal usul pergerakan 30 September
hendaklah dicari dalam kegiatan kelompok perwira dissident (berpendapat lain) Divisi
Diponegoro. Bukan suatu koinsidensi (kebetulan) bahwa hasil kudeta itu ialah
kehancuran PKI, jatuhnya Sukarno dan tampilnya Angkaran Darat sebagai pelaku
politik kunci, pembukaan kembali pintu negara kita bagi investasi modal asing dan
reorientasi politik luar negeri negara kita persis seperti apa yang selama beberapa
tahun direncanakan dalam berbagai macam skenario kebijaksanaan, berbagai
prospektus politik dan berbagai laporan situasi yang disiapkan oleh National
Security Council, State Department dan country team Kedutaan Besar
Amerika di Jakarta.