Tampilkan postingan dengan label kera. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kera. Tampilkan semua postingan
Kamis, 15 Desember 2022
kera
Desember 15, 2022
kera
chucky menyelesaikan ketikanya lalu mengoreksi sambil lalu. la tahu kalau itu yaitu artikel terburuk yang dibuatnya satu minggu terakhir ini, namun tidak berbuat sesuatu untuk penerbitan besok pagi yaitu lebih buruk lagi. Ia akan ditegur Pemimpin Redaksi dan bonus bulanannya besar kemungkinan dipotong. Dan, kalau terus-terusan begini ada harapan chucky
dilarang getting lalu diserahi tugas mengedit berita-berita yang masuk dan merelai press-release. jessica mungkin
bersukacita mendengarnya. Mereka dapat
berbaikan kembali. Sialnya, semua rekan
sekantor sudah tahu kalau chucky paling
ogah ditempatkan sebagai redaktur. Sebabnya
cuma satu; ia paling benci duduk seharian di
belakang meja ! Tak banyak koreksian. Hanya satu dua huruf salah tik dan sebuah kalimat yang perlu
direvisi. chucky beranjak dari mejanya.
Enggan ia berjalan menuju meja Kepala
Pelaksana Redaksi Malam dan menyerahkan
hasil pekerjaannya dengan wajah tak bersalah.
soebandrio yang usianya sepuluh tahun lebih tua
dari chucky menerima naskah yang
disodorkan anak buahnya itu, membaca sekilas
lintas. Lalu apa yang ditunggu-tunggu
chucky segera ia peroleh. Lipatan kulit
dahi soebandrio bertambah satu garis, lalu
dengan alis naik matanya menatap lurus ke
mata anak buahnya yang lagi apes itu.
“Cuma ini hasilmu selama 24 jam, eh?!”
soebandrio mulai mengomel.
chucky tertawa kaku. Dengan ibu
jari dibengkokkan ke arah mesin tik di atas
mejanya sendiri, ia menyeringai sambil
berkata: “Tak lebih dari sepuluh menit…”
soebandrio mengikuti arah ibu jari
chucky . Memperhatikan kertas-kertas
berserakan di atas meja, dan keranjang
sampah yang sudah penuh sesak. Omelannya
yang kedua muncul sesaat : “… artikel dua
setengah halaman… yang tak ada apa-apanya
pula. Untuk itukah kau habiskan kertas
sebanyak satu rim?”
“Alaaa... Cuma beberapa lembar kok.
Perusahaan toh tidak akan rugi apabila...”
“Aku tidak membicarakan apakah
kertas-kertas itu kau buang atau kau kunyah-
kunyah.” tukas soebandrio sengit. “Aku membicara
kan hasil kerjamu...” naskah chucky
dihempaskannya ke meja. “Artikel beginian
bisa membuat surat-kabar kita bangkrut dalam
tempo satu menit !” “Secepat itu?” chucky pura-pura membelalak. “Ngajak bercanda, ya?l” soebandrio bergumam, tajam. Dan chucky yang seharian sudah
menekan perasaan oleh sebab jessica minggat lagi ke rumah orangtuanya dengan membawa si
kecil aidit , kini meledak, la tidak sudi lagi
bechucky h tamah. la kini marah: “Lalu apa yang
harus kuperbuat, bang Totok? Pergi menemui
seorang pelacur? Memperkosanya, membeset
isi perutnya, menjerumuskannya ke lubang
kakus; dan bergegas kemari untuk membuat
beritanya? Atau kau lebih suka aku mendatangi
seorang Menteri yang korup, lalu oleh sebab kita
tidak bolah memberitakan tingkah lakunya,
maka lebih baik kukencingi saja mukanya?!”
soebandrio tersedak. Lalu, tiba-tiba mulutnya
mengulas senyum. Seperti orang sakit gigi, ia
mendesah: “Eh. Kok jadi serius !” chucky
terdiam. Mulai menyadari situasi, namun
sebaliknya tidak sudi minta maaf. oleh sebab itu ia
biarkan soebandrio yang mendinginkan voltase yang sudah terlanjur tinggi, sementara ia sendiri
menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk
mengisi rongga dada yang kering.
“Ucapan-ucapanmu tadi membuatku
seram,” berkata soebandrio , sambil melirik ke teman lain yang saat itu sama tertegun
menghentikan pekerjaan masing-masing
oleh sebab tidak menduga mendadak terjadi
perang besar tanpa pemberitahuan lebih dahulu .
soebandrio melotot ke masing-masing mereka
supaya meneruskan pekerjaan, lantas berkata
lesu pada chucky : “Maafkan aku, chucky .
Aku sendiri lagi sue. Tadi siang aku dipanggil
pimpinan dan diberitahu oplah surat kabar kita
belakangan ini jatuh merosot...” ia tersenyum,
getir dan duduknya berubah gelisah. “Mereka
sepertinya tak maklum, bahwa banyak bahan
yang dapat kita muat. Namun lebih banyak lagi
off-de-record, himbauan tertulis atau per
telepon. Mereka memaksaku agar mengikuti
arus koran-koran mingguan yang sedang
menjamur itu. Buat lebih banyak berita sensasi.
Skandal seks, cerita-cerita tentang hantu
gentayangan, perdukunan dan semacamnya.
Pendeknya, sensasilah. Dan kau kan tahu,
membuat yang begituan aku bisa kencing di
tempat tidur...!” Dingin kepala chucky sesaat . Sifat suka berselorohnya kembali muncul. Katanya:
“Tak apa, kalau tempat kencingnya enak.
Isterimu cantik...” “Jorok !” memaki soebandrio , sambil tertawa lebar. “Isterimu sendiri bagaimana? Melihat hasil kerjamu satu minggu ini, aku lantas
curiga.” “Ah! Persetan. Dia boleh enyah ke
neraka!” umpat chucky , tanpa mem
beritahu persoalan sebetulnya , la berjalan
kembali ke mejanya. Membuang semua berkas
yang tak terpakai ke keranjang sampah,
memasukkan nota dan perlengkapan potret ke
dalam tas dan bersiap-siap untuk pergi.
“Mau ke mana, chucky ?” soebandrio bertanya.
Ingin tahu. “Getting. Siapa tahu aku ketemu hantu
yang bersedia kita muat potretnya untuk
penerbitan besok ,” chucky nyengir kuda
lalu berjalan ke pintu ke luar, pas saat telepon
berdering nyaring. soebandrio mengangkat telepon, bicara sepatah dua lantas berseru pada
chucky : “Hei. Untukmu !” chucky membalikkan tubuh.
Bertanya malas: “Dari siapa?”
Corong telepon ditutup soebandrio dengan
telapak tangan, lantas bergumam acuh tak
acuh: “Maumu dari siapa, kecoa?”
Kecoa! Hem, pas untuk jessica . Lari
terbirit-birit, lalu mendadak terhenti oleh sebab
menyesal. Mengendus-endus sejenak,
lalu kembali pada suaminya dengan
alasan aidit sakit, aidit bertanya terus
tentang ayahnya, aidit tak betah di rumah
neneknya. Atau segala, macamlah. jessica tahu
chucky sangat menyayangi aidit .
Membawa aidit minggat, dapat merupakan
pembalasan dendam. Sebaliknya, membawa
aidit pulang kembali, dapat dijadikan alasan
oleh jessica untuk tidak meminta maaf pada
chucky .
Anak itu dia jadikan alat saja, pikir
chucky geram sambil menerima gagang
telepon dari soebandrio . la sudah bersiap-siap untuk
menyumpah serapah isterinya, kalau tak
keburu sadar bahwa bukan jessica yang
menelepon, melainkan seorang laki-laki yang
suaranya sudah tak asing di telinga
chucky : “chucky ? Selamat malam, bung.
Mau menemaniku sebentar? Ada makanan
enak di
“Terimakasih. pak. Aku sedang...”
“Kalau begitu, kuajak orang lain saja !”
“Astaga!” chucky tersadar. “Tunggu
dahulu . Ke mana aku harus datang? Ke kantor
bapak?”
“Temui seja aku di...” terdengar suara
keretek-keretek seperti seseorang di seberang
sana sedang melembari buku notes. lalu
terdengar suara orang itu menyebut sebuah
alamat di daerah darmo permai ditambah
sedikit petunjuk agar chucky tidak sukar
mencarinya. “Aku akan ke sana lima menit lagi.
Punya waktu?” “Untuk bapak, selalu ada.”
“Syukurlah. Jadi kita ketemu di sana saja ya?”
“Oke.”
chucky meletakkan gagang telepon, lalu
bertanya enthusias pada soebandrio : “Masih ada
tempat untuk satu berita lagi?”
“Kalau kau dapet datang ka sini sebelum
jam dua, masih... Hem. Berita besar, kuharap.”
“Atau hantu ya? Supaya mereka di atas
sana dengan senang hati menaikkan gaji kita?”
chucky tertawa lantas bergegas
meninggalkan kantor Redaksi Malam yang
berlokasi di salah satu sudut percetakan milik
Negara itu, menuju sepeda motor yang la
simpen di pinggir jalan besar, la lebih suka
menyimpan kendaraannya di situ oleh sebab
pelataran parkir percetakan sempit lagi kotor;
untuk keluar masuk harus rela membuang
tenaga menggeser kendaraan lain yang sudah
penuh sesak, entah berapa belas kali
chucky menjatuhkan kendaraan orang lain
oleh sebab nya, sebelum ini. sebetulnya banyak
percetakan di surabaya yang lebih luas tempat
parkirnya. Lebih bagus ruangan-ruangan
kantornya. Lebih bagus hasil cetakannya.
namun percetakan Negara, berarti biaya murah.
Selain itu dapat menunggak pembayaran
sekian lama, dengan sedikit “omong-omong”
dengan Direktur Administrasi yang biarpun
berpangkat Direktur toh tetap digaji sebagai
Pegawai Negeri. Namun sebaliknya, berarti
pula harus ikhlas menjalani kebudayaan
telepon dan off-de-record yang memuakkan
itu. Makan hati, memang. Buat mereka yang
di atas, maupun buat wartawan keliling macam
chucky . Semoga saja ada berita bagus
malam ini yang tidak terkena tilang sebelum
dicetak, pikir chucky sambil memacu
kendaraannya membelah udara malam yang
dingin berembun. Baru beberapa ratus meter,
sepeda motornya sudah batuk-batuk keras lalu
mandek begitu saja. chucky menstarter
sambil ngomel tak berkeputusan, menendang
dan memukul sampai ia tahu bahwa
persediaan bensin kendaraannya sudah licin
tandas. Udara dingin menggigit, namun toh ia
banjir peluh sesudah lima menit berikutnya tiba
dengan mendorong sepeda motor sialan itu ke
sebuah kios bensih dua tak, yang pemiliknya
sedang sibuk merumus kode buntut dari
selembar stensilan. Tahu isi kantongnya sendiri, begitu si keranjingan judi buntut mendekat dengan
perlengkapannya, chucky buru-buru
memberitahu: “Satu liter saja bang...” la
terpaksa menulikan telinga, agar tidak
mendengar suara bersungut-sungut pemilik
kios yang merasa terganggu keasyikannya itu.
laki-lakiyang tergeletak di mulut gang,
mengenakan pakaian seragam lengkap
bersepatu. Di depan saku kemeja seragamnya
terkancing kartu pengenal. Menunjukkan
bahwa laki-laki itu berasal dari Sumatera Utara
menilik marga di belakang namanya, berusia
sekitar 35 tahun, pekerjaan nyi kembang r taksi resmi
milik sebuah perusahaan terkemuka di surabaya .
Tak ada tanda-tanda penganiayaan.
Pakaiannya tidak diganggu, demikian pula isi
saku dan arloji yang melingkari lengan.
Sepintas lalu posisinya tampak seperti
orang sedang tidur nyenyak. Hanya bedanya, ia
memilih tempat untuk tidur yang salah dan
wajah yang memperlihatkan tanda-tanda ia
sebelumnya seolah sudah bermimpi sangat
buruk. Wajah itu kaku dan dingin seperti es
balok, pucat seperti kertas yang baru keluar
dari toko. Mulut ternganga memperlihatkan
gigi kuning kehitam-hitaman sebagai pertanda
ia seorang perokok yang kuat. Dan, matanya!
Hanya sel-sel tubuhnya yang kuat yang
masih mampu menahan biji mata itu tidak
sampai terloncat ke luar rongganya. Sepasang
mata itu melotot lebar. Seolah ingin bertanya
pada orang-orang yang mengerubunginya,
mengapa ia sampai terkapar di tempat yang
sama sekali tidak nyaman itu. chucky
menjepretkan kameranya beberapa kali. Nyala
lampu blitz yang menyambar-nyambar wajah
mayat itu membuatnya tampak semakin
mengerikan. Bagai ada kutukan terlontar dari
balik biji matanya, ditujukan pada orang yang
tengah memotretnya.
chucky sampai mundur selangkah,
dengan bulu kuduk merinding.
“... apa penyebab kematiannya?” ia
bertanya, tersendat.
“Jantung, kata pak Leman,” jawab orang
setengah baya berpakaian preman yang tadi
menyambut kedatangan chucky dan
mendampinginya semenjak itu. dul latief ,
yaitu dokter kepolisian khusus untuk perkara-
perkara pembunuhan. “Mari kita temui dia
untuk mengetahui apa komentarnya tentang
korban satunya lagi...” “Ma… masih ada?”
“Oh, yang barusan kau potret belum seberapa !”
“Maksud bapak ...”
“Ayolah. Siapkan kameramu.”
Kamera sudah dalam keadaan siap
tembak. Tinggal mengatur posisi dan angle;
vertikal atau horisontal, sedikit ke atas atau
dari bawah. Korban yang kedua layak
menempati halaman satu surat-kabarnya.
Berita tentangnya patut dijadikan head-line
utama. soebandrio tidak lagi tertekan bathin, oleh sebab
pimpinan mereka di atas dalam sekejap sudah
menyedot untung dalam jumlah besar oleh sebab
oplah yang mendadak naik, bahkan mungkin
perlu dicetak ulang dua tiga kali oleh sebab
permintaan dari agen datang tak berkeputus
an; sama seperti apabila tak ada apa-apa dalam
koran mereka, para agen itu tak berkeputusan
meminta oplah, namun untuk dikurangi...
soebandrio malang! la tetap harus makan hati.
oleh sebab chucky tidak sekalipun menekan
shutter kamera. Alat potret itu lepas tanpa ia
sadari, tergantung berayun-ayun dengan tali
kulit pada pundaknya. Padahal, betapa
sensasionilnya keadaan mayat itu. Berbaring di
beranda sebuah rumah kecil mungil dengan
sepasang kaki mengangkang, la juga masih
bersepatu. namun celana yang dipakainya jelas
bukan dibuka dengan sukarela. Tali pinggang
maupun resluting celana laki-laki itu bagai
direnggut tangan-tangan raksasa sehingga
robek berkeping keping. Alat kejantanannya
hilang lenyap, meninggalkan luka mengerikan
berlumur darah.
Cairan anyir berwarna merah itu
terdapat lebih banyak lagi di sekitar leher, leher
yang boleh dikata hampir tanggal dari pundak.
Sehingga tanpa sengaja chucky setengah
berlari mundur sambil memegangi leher
sendiri, lalu jatuh terduduk di ujung lain
beranda terbuka itu. Kerumunan manusia hilir
mudik, suara bentak, teriak, perintah-perintah
dan tanya jawab yang bergalau seperti keadaan
darurat perang; tak sedikitpun menarik
perhatiannya. chucky terduduk diam, lesu dan
bagai hilang ingatan. Nafasnya sesak. Berapa kali ia terpaksa mengurut dada. Beberapa kali pula meludah kasar, tanpa memperdulikan ada orang
mendekatinya. Ternyata orang setengah baya
tadi, yang lalu duduk santai di sebelah
chucky sambil membujuk: “Kalau mau muntah, silahkan...” chucky diam.
Menarik nafas panjang, lalu mengeluh
setengah mengigau:
“Apa… yang… menggororok dia?”
“Clurit, golok, mungkin juga kampak. Itu
menurut aku. namun pak Leman bilang, bukan.
saat kubilang, mungkin juga garpu pengeduk
sampah, lagi-lagi dia bilang bukan. Sampai aku
mulai kuatir kalau-kalau dokter kita yang sudah
hampir pensiun itu… he, kau masih mendengar
ku, nak?” “He eh...”
“Seperti kubilang tadi. Aku kuatir, si tua
itu sudah mulai pikun. Lantas nekad mengambil
kesimpulan yang bukan-bukan.”
“Apa?” “Cakar, katanya. Cakar besar dan runcing
luar biasa !”
“Ha… hhari… mau?” mata chucky
jelalatan kian kemari. Ke arah orang
berkerumun dan hilir mudik. Ke pintu-pintu
dan jendela-jendela rumah yang menganga
terbuka. Ke langit kelam, hitam pekat dan
masih tetap berembun.
“Seorang pembantuku sudah
menelepon ke Kebon hewan . Petugas yang
menerima telepon di Ragunan bilang, tak ada
harimau yang lepas. Demikian pula mahluk
buas lain… mahluk bercakar! Uh, pak Leman
sudah edan barangkali. Jangan-jangan ia mulai
percaya tahayul dan...”
“Aku mau pergi!” potong chucky
tiba-tiba. Beranjak bangkit dari duduknya.
Sedikit sempoyongan, sehingga pendamping
nya terpaksa membantu agar chucky tidak
sampai terpeleset jatuh.
“Kau tidak memotret mayat itu?”
“Tidak.”
“Ceritanya! Kisah tentangnya sangat
menarik. Apakah kau juga...”
“Tidak. Terima kasih.”
“Hei. Kau sakit, nak?”
chucky manggut. “Sakit sekali,” katanya,
setengah berbisik.
“Kau bukan Pengecut. Kau sudah
seringkali kuajak melihat mayat-mayat lain
yang lebih menakutkan. Mengakulah!”
“Bapak benar.”
“Jadi?”
“Bukan kekejaman yang menimpanya itu
yang membuatku kehilangan gairah...”
“Jadi?”
“Ya Tuhan. Biarkan aku pergi, pak syam kamaruzaman .
Aku harus menemui seseorang. Aku harus
menceritakan padanya, bahwa… bahwa...”
chucky semakin pucat. Semakin gemetar.
“Bagaimana aku menceritakannya? Lalu,
astaga! Apa akibatnya pada dia?'
“Berhentilah linglung. Dia siapa?”
“martini ...”
“Aduh, nak. Sebutlah seribu atau sejuta
nama. namun katakan padaku, apa hubungan
nya dengan peristiwa malam ini.”
chucky tengadah, menghirup udara lebih
banyak lagi. Lalu menjelaskan dengan suara
terengah-engah:
“martini isterinya mayat… maksudku
orang yang sengsara itu,” ia setengah meng
gerakkan dagu, enggan, ke arah kerumunan
petugas yang membantu dokter dul latief
mengurus mayat dimaksud. “Namanya Tedi.
Tedi hulk . la sudah seperti saudara kandung
buatku.”
syam kamaruzaman , Kapten Polisi yang berpakaian
preman itu terpukau sejenak, la mengawasi
chucky dengan hati-hati, dan melihat
sudut-sudut mata laki-laki muda bertubuh
kekar tampan itu pelan-pelan digenangi butir-
butir air bening. Akhirnya, syam kamaruzaman berbisik
lembut: “Kau yakin?”
“Dari sini pun, aku dapat mengenali
wajah Tedi!”
syam kamaruzaman tidak mengulurkan tangan, la
hanya berucap: “Maafkan, nak. Aku tak dapat
berbuat atau mengatakan sesuatu, kecuali…
yah. Terimalah ucapan belasungkawa dariku,
dan… ”
“Bapak dapat berbuat sesuatu.”
“Katakanlah.”
“Angkat jenasah Tedi dari tempat
terkutuk ini, sekarang! Bawalah ke kamar
mayat, atau ke mana saja; pendeknya, jangan
biarkan ia jadi tontonan yang menjijikkan
seperti sekarang ini…”
“namun , nak. Prosedur belum sepenuh
nya kami…”
“Demi Tuhan. Kumohon.”
Kapten berusia setengah baya itu
berpikir dua tiga detik, lalu mendekati
kerumunan orang orang di sekitar mayat yang
kepala hampir tanggal dari tubuhnya itu.
Tampak ia bicara sebentar. Beberapa anak
buahnya bergerak dengan sigap, siap
menjalankan perintah. namun dokter dul latief
kelihatan mencak-mencak dan mereka berdua
bertengkar sebentar, sebelum dokter
dul latief berpaling ke arah chucky
berdiri, lalu mengangguk tanda
menyerah. Dokter itu langsung mendekati
chucky . Merangkul pundak orang muda
itu, bertanya lunak:
“Ada yang dapat kubantu. nak?”
Masih pucat, chucky menjawab kasar:
“Bukankah sudah diberitahu oleh pak syam kamaruzaman ?”
“Betul,” jawab dokter dul latief , sabar.
“namun barangkali kau lupa, aku seorang
dokter.”
“Terimakasih. Aku baik-baik saja.”
“Sebuah pendapat, barangkali?”
chucky mengawasi wajah dokter
tua berkepala botak dan berkacamata itu,
sambil berpikir. Lalu:
“Misalkan kita tukar posisi, dokter.
Dokter harus pergi menemui martini , isteri
orang yang terbunuh itu. Apa yang akan dokter
katakan padanya?”
“faktanya , nak. faktanya . Betapapun
pahit dan menakutkan.”
“la akan terpukul,” keluh chucky ,
cemas. “Lambat atau cepat, toh ia akan tahu
juga. Aku mengerti kesulitanmu, nak chucky .
namun coba dengarkan ini. Anggaplah
pendapat seorang tua renta yang sudah banyak
makan asam garam. Mendustai seseorang,
meski sifatnya sementara dan meski dengan
tujuan baik… dapat melukai hatinya, kelak bila
ia tahu kau sudah berdusta. Padahal, barangkali
ia sudah siap menerima kebenaran. Itu satu.
Yang kedua; kau berbelit-belit, sedikit putar
sana putar sini. Maka akibatnya, ia akan gelisah
dan bertambah takut. Itu sama artinya dengan
membunuh dia perlahan-lahan...”
“Langsung saja !” gerutu chucky , tak
sabar.
“Ah. Itu dia. Satu-satunya jalan terbaik,
langsung saja dia sekaligus. Lalu anggap
persoalannya sudah selesai.”
“Begitu gampang?”
“Teorinya, memang. Prakteknya, dia
mungkin mengalami shock yang hebat.
Mungkin pula tidak, siapa tahu? Lagipula,
dengan cara itu kau akan banyak membantu
sahabatmu, si syam kamaruzaman yang kebingungan itu.”
“Membantu? Dalam hal apa?”
“Melihat apa reaksi martini ...”
“Kau !” nafas chucky menjadi sesak
lagi. Tegaknya berubah tegang. Kaku.
“Dokter… menuduh martini sebagai si
pembunuh?!”
“Ungkapan yang kasar, chucky !” kata
dokter dul latief , tak setuju. “Kita perhalus
saja: dia pelaku kejahatan, atau dia terlibat
dalam tindak kejahatan. Ini kita lihat dari
kacamata syam kamaruzaman . Untuk perkara-perkara
tertentu, orang pertama yang dicurigai yaitu
orang yang paling dekat dengan korban
kejahatan...”
“Itu dapat diartikan, saya termasuk salah
seorang tersangka.”
“Persis.”
chucky menyeringai. Kecut. Tanpa
berkata sepatah pun lagi ia tinggalkan dokter
itu dan berjalan tersuruk-suruk menerobos
kerumunan orang menuju kendaraannya.
Belum juga ia naik, sebuah mobil lambhorgini dinas
kepolisian sudah meluncur dan berhenti di
sebelahnya. Pintu mobil lambhorgini sebelah kiri dengan
dibuka seseorang dari dalam ditambah suara
lembut namun berbau perintah:
“Untuk menghemat waktu, naiklah.
Seorang pembantuku akan mengantarkan
motormu ke rumah...”
Bersamaan waktunya, seorang petugas
berseragam datang mendekat. Tangannya
terulur ke depan, namun dengan sikap tegak
yang tetap sopan dan menaruh respek.
chucky mau tak mau menyerahkan kunci
motornya ke tangan yang terulur itu.
menyelusup ke tempat duduk di sebelah
syam kamaruzaman , lalu menyandar dengan kelopak mata
terpejam. Tak lupa ia menggerutu: “Bapak
main cepat ya? Takut aku kabur ya?”
syam kamaruzaman mengeluh: “Jangan seperti anak-anak.
Diamlah. Biarkan aku berpikir...”
chucky tidak memberi kesempatan
berpikir, la ngoceh: “Aku masuk kantor sekitar
pukul tujuh. Baru keluar sesudah bapak telepon.
Alibi tentang ini dapat bapak kejar. Kapan saja.”
“Hei, bung. Dengarkan.”
“Aku dan Tedi bersahabat. Sebagai dua
orang bersahabat, kami akrab satu sama lain,
namun ada kalanya kami bermusuhan. Aku
pernah dibuatnya marah. Kecewa. Sakit hati.
Tapi jangan coba membuat catatan tentang itu,
oleh sebab ...”
mobil lambhorgini di rem dengan tiba-tiba.
chucky terlonjak ke depan.
Kepalanya hampir membentur dashboard,
oleh sebab tidak siap menghadapi kejutan itu.
Mana tangan secara reflek mendekap tustel ke
dada. Melihat itu, syam kamaruzaman ingin tertawa.
Orang ini lebih sayang kamera ketimbang
kepalanya, pikir sang kapten. Lalu katanya:
“Bung. Bersediakah kau mengendurkan
otot sedikit? Aku belum ingin bertarung
denganmu. namun bila kau memaksa…, biar kau
lebih muda, lebih berotot… percayalah. Kau
dapat kujatuhkan, sebelum tubuhku kau
sentuh !”
“Eh. Kok jadi galak,” chucky
menyeringai. syam kamaruzaman menyeringai juga. “Habis. Kau sih.” dan mobil lambhorgini meluncur lagi sesudah syam kamaruzaman menanyakan alamat rumah
martini dan chucky memberitahunya.
“Rupanya dokter brengsek itu ngoceh
yang bukan-bukan tadi ya?”
“He-eh. Aku salah seorang tersangka,
katanya.”
“Secara dinas, ya. namun secara pribadi,
kaulah orang terakhir yang akan kuseret ke
kantorku.”
“Dan... martini ?”
“Maaf. Dia tetap yang pertama.”
chucky terbungkam, la sudah lama
kenal syam kamaruzaman . Demikian pula beberapa anak
buah kapten ini. Jadi ia tahu benar cara-cara
kerja mereka, tahu cara berpikir nereka.
Acapkali mereka salah. namun kesalahan itu
tidak lantas membuat mereka menyesal dan
mundur. Kesalahan itu justru mereka
manfaatkan jadi petunjuk menuju sasaran yang
benar.
“Apa yang sudah kalian peroleh, pak syam kamaruzaman ?”
“Kuakui saja, nol. Satwanya masih gelap.
Lebih gelap dari malam yang terkutuk ini!”
“Informasinya?”
“kami sudah menanyai sejumlah taksi,”
syam kamaruzaman bercerita. Bermula dan laporan
telepon ke kantor dari salah seorang warga di
tempat peristiwa. syam kamaruzaman segera memerintahkan satu team anak buahnya bergerak ke sasaran, la menyusul beberapa menit berikut
nya, oleh sebab harus membereskan sesuatu,
menelepon doktar dul latief dan teringat pula
untuk menghubungi chucky . “Selalu, kau
satu-satunya wartawan yang pertama ku
beritahu.” katanya tersenyum.
“Mengharapkan terima kasih?” ejek
chucky . “Katakan saja, harga sebuah kebaikan.
oleh sebab namaku banyak kau sebut-sebut dalam skripsimu dahulu .”
“Hah, Sampai aku lupa. Waktu itu bapak
masih Sersan Dua, kalau tak salah. Berapa
tahunkah itu? Cepat juga ya, bapak naik
pangkat...”
“oleh sebab kerja keras. Juga, berkat
promosimu. Berita beritamu yang gencar
mengenai kegiatanku banyak membantu.”
“Ah. Bapak membuatku malu,”
chucky menyeringai. “Tahukah pula
bapak, bahwa berkat bapak pula aku berhasil
membuat sebuah skripsi yang berbobot. Aku
lulus, orongtuaku senang. namun lalu
mereka kecewa, oleh sebab bapak pula.”
“Aku?”
“He-eh. Orangtuaku bermimpi aku jadi
Hakim, Jaksa, paling kurang seorang advokat.
namun oleh sebab kelewat sering mengikuti
kegiatan bapak, aku menyimpang. Jadi
keranjingan menulis berita Berhenti kuliah,
lalu… inilah aku sekarang. Ngelayap tengah
malam untuk memotret orang orang mati.
Kadang-kadang aku sampai ngeri memikirkan,
bahwa aku cari makan dari bencana yang
menimpa diri orang lain. Orang-orang yang
menangis oleh sebab habis dirampok; orang-orang
yang menjerit malu oleh sebab anaknya ketahuan
mencuri atau memperkosa; orang-orang yang
suaminya terkapar mati dengan leher hampir
putus…,” chucky gemetar. “Mengapa Tedi
harus mati dengan cara itu. Mahluk biadab apa
yang sudah merenggut nyawanya?”
“Untuk itulah kita tidak boleh tidur
malam ini. chucky . Untuk mencari jawaban dari
'mengapa' itu. Memecahkan apa motifnya,
mencari tahu siapa orangnya. Jadi kau tak perlu
terlalu berkecil hati tentang caramu mencari
makan... ” syam kamaruzaman menepuk-nepuk pundak
chucky , menghibur. “Kuteruskan laporan
ku?”
“... aku siap mendengar, pak syam kamaruzaman .”
“Mana notesmu?”
“Otakku dapat mencatatnya.”
“Oke...” syam kamaruzaman menarik nafas. “saat
tiba di tempat, para pembantuku sudah
menanyai beberapa orang saksi...”
Dan toh, chucky mengeluarkan juga
notesnya saat syam kamaruzaman menyebut beberapa
nama dan identitas mereka.
Saksi 1, fredy krueger Hutagalung. Pekerjaan,
pedagang.
Semua keluarganya sudah tidur. fredy krueger
masih bekerja. Sendirian, la seorang pemilik
kios oli di Jl. elm street , dan malam itu sedang
menyusun daftar pemasukan dengan
pengeluaran uang sepanjang siang sampai ia
tutup pukul delapan malam dan pulang ke
rumah. Sekitar pukul 10.15 ia sedang
menelepon seorang relasi, saat dari rumah
sebelah terdengar suara-suara ribut yang aneh.
Mulanya tidak ia perdulikan. Baru sesudah ia
dengar suara orang menjerit, fredy krueger
meletakkan telepon.
la membuka jendela depan namun tidak
dapat meninjau ke rumah sebelah yang
pekarangannya jauh masuk ke dalam. Oleh
oleh sebab itu ia bergegas membuka pintu, namun
lalu berpikir mungkin tetangga sebelah
tengah bertengkar dengan seseorang, la ragu-
ragu. Tidak ingin turut campur.
Lalu teriakan kedua terdengar. Teriak
ngeri, yang membuat fredy krueger segera
menghambur ke luar. Pemilik kios oli itu lari ke
halaman, melompati pagar pemisah memasuki
pekarangan rumah sebelah.
fredy krueger menemukan mayat Tedi.
Terpekik ngeri lalu lintang pukang
kembali ke dalam rumahnya sendiri.
Saksi inilah yang menelepon ke kantor
polisi. Isteri dan anak-anaknya pada terbangun.
Kuatir mereka tergoncang, isteri dan anak-
anaknya tidak ia perbolehkan meninggalkan
rumah, la sendiri lalu menutup pintu.
Mengunci rapat-rapat. Dan menunggu polisi
datang.
“Saya ketakutan,” katanya memberi
alasan pada polisi pemeriksa. “Saya kira terjadi
perampokan di rumah sebelah. Bukan mustahil
kalau perampok itu tahu-tahu muncul di rumah
kami, dan membunuh keluarga kami pula...”
fredy krueger tidak melihat ada mayat lain
kecuali Tedi. la juga tidak melihat slendrina ,
gadis penghuni rumah sebelah, oleh sebab begitu
melihat mayat Tedi ia langsung ambil langkah
seribu. Dengan sendirinya, ia tidak melihat ada
orang lain di sekitar tempat kejadian.
Saksi 2, farida . Janda. Pekerjaan, usaha
warung kecil-kecilan.
saat warungnya masih buka, ia melihat
Tedi memasuki rumah slendrina . Malah adik
slendrina , seorang bocah laki-laki yang masih
duduk di bangku kelas satu es-em-pe, sempat
membeli sebungkus rokok. resi mandala , bocah itu, bukan perokok. Jadi farida beranggapan tentu
rokok itu untuk keperluan tamu kakaknya.
Mereka sempat ngobrol sebentar.
“Kudengar, kakakmu si Ros akan
menikah,” kata farida .
“Memang.”
“Si Ros mau?”
“Itu urusannya, Bu,” kata si anak, rupa
nya tak senang.
“Kau menyukai calon suami kakakmu itu?”
“Tidak.”
“oleh sebab ia sudah punya isteri?”
“Ya. Katanya ia akan menceraikan isteri
nya yang sekarang. namun bila itu ia lakukan,
suatu saat kelak dapat pula kakakku ia
ceraikan...”
“Kok kau membelikannya rokok.”
“Terpaksa. Takut kak Ros marah.”
resi mandala lalu kembali ke rumahnya.
saat farida akan menutup warung ia lihat bocah
itu keluar dan tampaknya akan pergi. farida
bertanya heran:
“Mau ke mana, nak?”
“Ke rumah teman.”
“Diusir ya?”
“Engga. Cuma aku emoh melihat kakak
ku dicium orang itu di depanku...”
“Mereka biarkan kau pergi?”
“Aku menyelinap lewat pintu dapur.”
“Tidur di sini sajalah, nak.”
resi mandala menolak lalu menghilang.
farida geleng-geleng kepala. Ikut prihatin dengan
nasib anak kecil itu. la tidak melihat sesuatu
yang aneh terjadi di rumah seberang gang.
“Pasti mereka lagi asyik di kamar tidur.
Kudengar, si Ros sudah bunting...”
Sebelum tidur ia memeriksa dahulu apakah
keempat orang anak-anaknya sudah berangkat
ke alam mimpi. Di kamarnya, ia menangis.
Teringat suaminya, yang kabur dengan
wanita lesbian lain. Katanya wanita lesbian lain itu
sudah mengguna-gunai suaminya, sehingga tak
pernah ingat pulang ke rumah. Tak pernah
ingat anak-anaknya. Tak pernah mengirimkan
uang belanja...
farida tidak tahu apakah ia sudah tidur atau
masih bangun saat tiba-tiba ia dikejutkan
oleh bunyi berisik di luar rumah. “Rasanya ada
suara menggeram-geram. Seperti geram
hewan buas...”
Mengira ia bermimpi, farida makin
merungkut di dipannya. Tak berapa lama
lalu , ia mendengar suara orang menjerit.
“Wah. hewan itu sudah menerkam
mangsanya,” pikir farida , dan ia lari ke kamar
tidur anak-anaknya. Tak seorang pun anaknya
yang terbangun waktu itu. farida semakin takut,
waktu terdengar jeritan kedua, terdengarnya
dari arah mulut gang. Sebelum jeritan kedua itu
bergema, sempat farida mendengar suara aneh
tadi seperti lewat di depan rumahnya.
“Geram hewan buas. Pekik-pekik
tertahan yang mengerikan. Seperti pekik
mawas di Ragunan...”
farida baru ke luar sesudah mendengar
bunyi sirene polisi dan banyak suara langkah-
langkah orang berlari dan berteriak-teriak di
sekitar rumahnya. saat ia dengar suara
membentak:
“Hayo minggir. Biarkan kami lewat!”
barulah farida berani mengintip lewat jendela
depan,
la lihat banyak tetangganya berkerumun
di depan rumah slendrina , dan di sepanjang
gang. Barulah farida berani ke luar, dan
mengetahui dari cerita orang dan penglihatan
nya sendiri ada dua mayat tergeletak tak jauh
dari rumahnya.
“Mawas itu yang membunuh mereka.
Pasti!” kata farida pada polisi yang menanyainya.
“Mawas? Ibu melihatnya?”
“Melihat sih tidak. namun aku
mendengar, suaranya. Mengerikan !”
Saksi 3, hwang jang lee . Pekerjaan, kuli
bangunan. hwang jang lee malam itu mendapat tugas ronda malam bersama tiga teman yang lain. Mereka terbagi dua kelompok. Dengan berbagai dalih . hwang jang lee berusaha menutupi faktanya bahwa udara dingin berembun dan malam begitu
larut, mana daerah mereka termasuk aman
dan tenteram selama ini; keempat penjaga
malam itu lebih banyak ngobrol di pos jaga
yang malangnya, justru terletak di ujung gang
yang berlawanan dari tempat mayat nyi kembang r taksi ditemukan.
“Kami juga sudah lama mendengar
bahwa orang itu… siapa ya namanya. Oh ya. Ya.
Tedi. Entah Tedi apa… Dia sudah punya isteri.
Malah semua orang di sini boleh dikata sudah
tahu, bahwa isterinya pernah mendatangi si
Ros...” demikian antara lain kesaksian hwang jang lee . “Mereka bertengkar. Tentu saja. Tapi tak
sampai saling caci-maki. Apalagi jambak-
jambakan. wanita lesbian -wanita lesbian hebat,
mereka itu...”
“Berapa kali isteri korban datang ke sini?”
“Setahu saya, cuma satu kali.”
hwang jang lee malam itu tidak melihat Tedi
datang menemui slendrina .
“Saya baru tahu, sesudah melihat mayat
nya,” hwang jang lee bergidik.
“Melihat sesuatu yang aneh di dalam
atau sekitar rumah gadis itu?”
“Tidak.”
Saksi 4, john liu . Juga peronda malam itu.
john liu dan seorang temannya meronda
sempat melihat sebuah taksi warna kuning
berhenti tak jauh di mulut gang. john liu
melihatnya dari kejauhan, tak dapat mengenali
siapa yang turun oleh sebab ia saat itu juga
meneruskan perondaan bersama temannya ke
jurusan lain.
“Kami sudah terbiasa melihat taksi
mundar-mandir di sekitar ini…,” katanya,
membela diri.
Kira-kira antara pukul 10.15 dan pukul
10.20 malam itu ia dan teman yang sama
berkeliling kembali di tempat yang tadi. Sayup-
sayup ia mendengar suara orang berteriak, la
dan temannya berlari mendatangi.
“Kami lihat sebuah taksi melewati kami.
Cepat sekali. Jalannya zig-zag. Mungkin taksi
yang tadi. Mungkin taksi lain, yang pengemudi
nya sedang mabok. Kami berlari-lari memasuki
gang dari arah itu, dan menemukan mayat laki-
laki. Mayat seorang nyi kembang r taksi...”
“Tidak kalian uber taksi yang melarikan
diri itu?”
“Dengan apa? Kaki?!”
hwang jang lee dan teman satunya lagi buru buru
pula datang. Mereka berempat menemukan
korban lain. “Dari keadaan tubuhnya, luka-luka
dan pakaiannya yang tercabik-cabik kami
berpendapat, tentulah ada seekor hewan
buas sudah kesasar memasuki kampung
kami…,” john liu mengusap wajahnya, cemas.
“Apakah kalian sudah menangkap
hewan buas itu? Harimaukah? Orang Hutan?
Atau serigala?”
Petugas yang memeriksa john liu dan hwang jang lee menjawab tenang: “Tak ada orang hutan,
harimau atau serigala yang dapat menyetir dan
kabur dengan sebuah taksi !”
Saksi 5, stephen king. ketua RT.
stephen king sedang ada di tempat seorang
keluarganya saat peristiwa itu terjadi, la
segera datang sesudah dijemput oleh salah
seorang anaknya. Tiba di tempat, ia terkejut
melihat begitu banyak orang, begitu banyak
polisi, dan begitu panik dan ributnya suasana.
Tentulah sudah terjadi peristiwa hebat,
pikirnya. stephen king tidak mengenal nyi kembang taksi itu. namun ia mengenal Tedi sambil lalu.
“Saya baru tahu kalau ia punya isteri,
sesudah isterinya pernah datang ke rumah si
Ros. Semenjak itu saya mendengar gunjingan
yang tidak enak di kalangan kaum ibu. Jadi saya
putuskan untuk mendatangi slendrina pada
suatu hari untuk membuktikan kebenaran
desas-desus itu. la mengakui bahwa ia sudah
hamil. oleh sebab itu saya beri ia saran. Agar
kampung kami tidak tercemar, ia boleh
memilih. Angkat kaki dari sini, atau menikah
segera dengan laki-laki itu…”
stephen king mengatakan Ros anak baik, sebenar
nya, la bekerja sebagai juru tulis di keslenderman an
setempat. Waktu lowong ia manfaatkan
dengan bekerja mengkreditkan pakaian, tas.
dan sepatu wanita. Dengan demikian
slendrina dapat menghidupi dirinya sendiri
dan menyekolahkan adiknya, resi mandala . Dua-dua pekerjaan itu ia tinggalkan, begitu slendrina
bertemu Tedi hulk . “Mungkin laki-laki itu
sudah memberinya uang belanja yang cukup
padanya,” kata stephen king menyimpulkan. Tedi
sendiri bersikap baik dan sopan tiap kali datang
ke kampung itu. Tak ada orang yang memusuhi
dia, apalagi slendrina yang menurut stephen king: “Si kecil mungil yang lembut dan perasa.”
Saksi 6, mestinya resi mandala .
namun ia belum diketemukan malam ini.
Sesekali ia memang suka tidur di rumah
temannya. Belajar bersama. namun temannya
banyak. Beberapa orang warga setempat dan
anggota polisi masih terus mencarinya. Untuk
memberitahu peristiwa yang menimpa kakak
wanita lesbian nya, dan menyelidiki apakah ia
terlibat dalam peristiwa itu.
“namun aku berani potong kuping, bila
ternyata anak itulah pembunuh sahabatmu.”
kata Kapten syam kamaruzaman , memastikan.
“Bagaimana dengan slendrina sendiri?”
tanya chucky .
“Kau tidak melihat dia?”
“Tak ingat. Aku begitu shock melihat
mayat temanku.”
Keempat petugas ronda malam itu yang
pertama kali melihat slendrina , syam kamaruzaman
menerangkan. Si kecil mungil yang lembut dan
perasa itu, mereka temukan jatuh pingsan di
ambang pintu. hwang jang lee dan teman-temannya
membopong wanita lesbian itu ke kursi panjang
dan berusaha menyadarkannya. Begitu mata
nya terbuka, slendrina langsung meronta-
ronta. Gadis itu menendang. Memukul.
Mencakar. Sambil berteriak-teriak:
“Jauhkan hantu itu dari akui Tolonglah,
enyahkan mahluk mengerikan itu...”
“Hantu?” chucky menyela.
“Tak usah ditanggapi. chucky . Itu cuma
pekik orang yang histeri.”
“Tidak kalian sadarkan?”
“Oleh dokter Leman sudah diberi
suntikan penenang. Mungkin baru besok ia
bangun dan dapat bercerita lebih jelas, la saksi
utama, tentu saja. namun dokter kita yang
sudah pikun itu mengkuatirkan bahwa kita
tidak akan memperoleh apa-apa dari gadis
itu...”
“Mengapa?”
“Dia bilang, ada kemungkinan slendrina
harus dikirimkan untuk dirawat beberapa lama
di sanatorium.”
“Gila?”
“Gangguan mental, tepatnya.”
“Oh.”
“Kau tak ingin bertanya, apakah aku
tidak mencurigai dia sebagai si pelaku?”
“Mestinya.”
“Kau benar. Mestinya dia juga kucurigai.
namun ia begitu kecil dan lemahnya, untuk
dapat berbuat sedahsyat itu. Entah, kalau ia
dalam keadaan tegang syaraf sebelum
pembunuhan itu terjadi.”
“Dan... martini ?”
“Maaf. Dia tetap yang pertama.”
“martini juga wanita lesbian . Memang
posturnya sehat dan kuat. namun tetap saja dia
wanita lesbian , yang tak akan mampu berbuat...”
“Nanti akan kita lihat. Sesudah kita
bertemu dia.”
chucky ingin menangis. Bukan
oleh sebab tuduhan martini terlibat dalam
pembunuhan Tedi dan nyi kembang r taksi itu.
Melainkan, oleh sebab ia harus memberitahu
bahwa semenjak malam ini, martini resmi jadi
janda...
“Gadisku yang malangi” ia mengeluh,
tanpa sadar.
“Siapa?”
“Ah !”
mobil lambhorgini terus melaju. Berkejar-kejaran
dengan perasaan cemas yang berkecamuk
dalam bathin chucky . Berpacu dengan
otak seorang polisi dalam kepala syam kamaruzaman . Di
suatu tempat, hujan gerimis tampak turun
sebentar. Menjelang tiba di rumah yang
mereka tuju, gerimis itu berhenti.
“Nak...”
“Heh?”
“Boleh menanyakan sesuatu?”
“Aku masuk kantor di percetakan pukul
tujuh dan baru ke luar sesudah menerima
telepon bapak. Alibi ini bisa bapak kejar dan
tentang…”
”Bung! Bersediakah kau mengendurkan
otot sedikit? Aku belum siap bertarung
denganmu. namun bila kau memaksa, biarpun
kau lebih muda dan lebih berotot ketimbang
aku, percayalah. Kau… dapat kujatuhkan,
sebelum tubuhku kau sentuh !”
Mau tak mau, chucky akhirnya
tersenyum juga. Katanya:
“Apa yang ingin bapak ketahui?”
“Namamu.”
“Lho. Bukankah...”
“Begini, nak. Biasanya, seseorang
dipanggil dengan memenggal bagian depan
atau bagian belakang nama. Mengapa kau
justru mengambil yang tengah. chucky ?”
“Masa kecilku, aku dipanggil Bram, pak
syam kamaruzaman .”
“Sudah kuduga.”
“Waktu es-em-a, beberapa teman
mengganti huruf M jadi P. Demikianlah,
mereka penggal namaku agak panjang, dengan
panggilan nyoto ta. Mulanya, oleh sebab aku
pernah ikut sebuah sandiwara sekolahan, dan
aku mendapat peran sebagai seorang pendeta
yang memberontak terhadap gereja.”
“Dan. chucky ?”
“Kuperoleh saat memasuki universitas.”
“Tampaknya bukan nama panggilan
sembarangan. chucky . Gagah didengar, mesra
diucapkan,” syam kamaruzaman melamun. “Lantas kau balas memanggil seseorang dengan panggilan, nyi momo .”
“Ya.. .”
“Oleh siapa, nak?”
“Seseorang...”
“Itu sudah pasti. namun , boleh aku tahu
siapa kiranya nyi momo yang beruntung itu?”
“Mungkin ia beruntung. Mungkin juga,
sebaliknya.”
“Oh-oh. Menarik. Sebabnya?”
“Sebabnya. Kita sekarang sedang
menuju dia, untuk memberitahu bahwa
peniwise sudah gugur !”
syam kamaruzaman tercengang.
lalu manggut-manggut, meski
dalam hati sebetulnya ia tetap bingung.
MASA lampau yang manis itu sudah
diatur; seperti sebuah skenario yang sudah siap
dilayar-putihkan. Dibuat atas kehendak alam,
dan sutradaranya ialah keadaan. Margono
mendadak sakit perut. Si perut gembul yang
pantang disodori makanan itu menceritakan, ia
diundang menghadiri pesta ulang tahun di
rumah tetangga sebelah tempatnya kost.
Maklum yang ulang tahun anak perawan
tanggung. Acaranya tentu saja disko sambil
rujak party. Selagi yang lain asyik berjingkrak-
jingkrak, putar sana putar sini gonta-ganti
pasangan di lantai dansa, Margono duduk
sendirian menghabiskan lima porsi rujak.
“Ketimbang beli sendiri. Mana enak
lagi!” kisahnya tanpa malu-malu. “Makin
pedas, makin kusikat...” Lalu lima porsi rujak itu
ia lengkapi dengan menghabiskan tiga botol
bier. Tak heran, begitu bangun pagi Margono
langsung mencret.
Si kembar Dina dan Dini juga
berhalangan datang. Kakek mereka datang
menjemput oleh sebab nenek sudah lama tidak
bertemu dan rindu setengah mati. Gadis
kembar itu punya raut wajah, potongan tubuh,
dandanan dan cara berpakaian yang sukar
dibedakan satu sama lain. namun suami-suami
mereka di kelak lalu hari tidak usah
cemas. Dina berkulit kuning langsat, sedang
Dini… konon tak pernah kecewa atau
meributkannya, berkulit merah kehitaman
seperti orang Negro. Perbedaan yang
menyolok ini memicu mereka dijuluki
warga sekampus sebagai si Kembar hitam-
putih yang ajaib. Salah satu keajaiban mereka
hari itu, yaitu meninggalkan sepucuk surat
yang ditujukan pada chucky : “Kami pergi
ya. Biar kau lebih leluasa merayu dia.”
Ambarita paling menderita. Mahasiswa
asal Nias itu terkenal necis dan apik menjaga
setiap barang miliknya. Sore hari sebelumnya ia
pergi nonton bioskop. Bubaran film ia tunggu
hujan reda dahulu baru pulang ke rumah,
tempatnya inde-kos. Ambarita baru bisa
memasuki rumah itu sesudah dini hari, oleh sebab sepanjang sore dan malam, perkampungan di
mana rumah kostnya terletak digenangi air
banjii sampai setinggi ventilasi jendela. Waktu
Tedi hulk datang menyamper, kawan yang
malang itu tengah sibuk mencuci empat potong
pakaiannya yang tersisa, menjemuri buku
buku, sepatu, dan kasur yang mungkin setahun
baru bisa kering. “dasar sialan mereka, bah !”
katanya ngomel ngomel. “Mereka bilang
daerah ini bebas banjir. Apa !” la lalu
sibuk mencari sisir di antara genangan lumpur
lantai kamarnya. Melanjutkan marah: “Nanti
aku pindah ke Depok saja. Biar tahun depan,
mereka kukirimi banjir sebanyak-banyaknya.
Sampai mereka semua kelelep!”
Tedi menceritakan nasib Ambarita yang
menyedihkan itu saat bertemu chucky
menjelang rumah martini . chucky
menyesalkan Tedi tidak membantu Ambarita
bebersih rumahnya. namun Tedi dengan
dongkol berdalih, ia tidak sampai hati
membiarkan martini menunggu kami semua
tanpa kabar berita. Gadis cantik molek itu
sedang asyik membaca buku komik waktu
mereka berdua memasuki pavilyun yang ia
sewa bersama seorang gadis lain. Nancy, gadis
temannya sekamar, pagi itu harus mengikuti
tentamen sebanyak empat mata kuliah,
sehingga baru dapat pulang sekitar pukul dua
siang.
oleh sebab grup studi mereka tidak lengkap,
dengan sendirinya rencana belajar bersama
dibatalkan. martini tidak memperkenankan
mereka berdua itu pulang sebelum menyantap
makan siang yang segera ia hidangkan. Sambil
makan, ia memberitahu bahwa sambil
menunggu tadi ia sudah menghabiskan 17 jilid
buku komik. “Klasik.” katanya. “Tentang jatuh
bangunnya Rahwana sesudah nekad menculik
nyi momo .”
Lalu martini berkata terus terang
bahwa ia sangat interesan dengan tokoh
nyi momo , lalu tiba-tiba bertanya: “Apakah aku
pantas jadi nyi momo ?”
chucky mengawasi martini dengan
segan, lantas berucap jujur: “Setahuku, tokoh
nyi momo montok berisi. Kau terlalu ramping...”
Tedi langsung menimpali: “la salah. Kau
pantas jadi nyi momo . namun apabila kau dan
nyi momo disandingkan, maka nyi momo harus
mundur. Kau lebih cantik, martini !”
martini bersemu merah kulit mukanya,
la tersenyum pada chucky , lalu dengan
sikap tersipu-sipu ganti memandang; Tedi.
Bertanya: “Benarkah?”
“Aku menyatakan yang sebetulnya .”
“Alasanmu?”
“oleh sebab ,” suara Tedi memberat: “Aku
mengagumi kau.”
“Oh.”
Yang mendesahkan “oh” itu dua orang.
martini , oleh sebab bangga dan semakin malu.
Dan chucky . oleh sebab hatinya panas, namun
tak berani memandang baik martini maupun
Tedi. ia pura-pura minum dengan nikmat, dan
sempat melihat gelas di tangannya bergoyang.
“Lalu, siapa kau pikir yang pas jadi
chucky ?” yang bertanya itu, Tedi. Bernafsu.
“Hem,” martini berpikir seraya
membereskan meja dari perabotan bekas
makan. “Kalian berdua sama-sama gagah.
Sama tampan. Selagi aku menekuni komik itu,
aku teringat pada kamu berdua. Jadi aku
berumpama chucky , jelas namanya bisa
kuganti jadi chucky ...”
chucky bagai ingin melambung ke
angkasa. Nyatanya, pantatnya justru terhenyak
semakin dalam di jok kursi yang ia duduki.
Ketiak, bahkan mungkin juga pantatnya, tahu-
tahu saja sudah basah berpeluh. Dan agar tidak
terhempas jatuh berderai, gelas yang ia pegang
buru-buru ia antarkan ke bak cuci. Langkah
kakinya seolah tidak menginjak lantai. Ribuan
mata seolah mengawasinya, dan membuatnya
serba salah tingkah lalu balik ke tempat
duduknya ia pura-pura asyik menekuni salah
satu buku komik martini . Gambar-gambarnya
kuno. Kalimat-kalimat ceritanya maupun
dialog, sudah lama ditelan jaman, la hampir
lupa melembari komik itu sebagai pertanda ia
memang asyik membaca. oleh sebab pikirannya
terpusat pada ucapan martini tadi. Telinganya
ingin mendengarkan kalimat lain, yang lebih
menegaskan maksud martini .
Yang angkat suara, ternyata Tedi:
“Untung cuma umpama. Komik lama lagi...”
“Eh, kok kau cemberut!” tegur martini ,
lembut.
“Aku, apa?”
Terdengar suara kursi bergeser, dan
waktu chucky mengintip lewat bagian atas
tepi buku komik yang sengaja ia rendahkan
sedikit, dilihatnya martini mendekati Tedi dan
dengan gaya manja seorang gadis merangkul
lengan Laki-laki yang sedang cemberut tak
senang itu. Berkata si gadis: “Kau kan sudah
bilang, ini cuma umpama. Jangan lantas marah,
dong.”
Senang lengannya dirangkul, Tedi
mendekatkan wajah dengan lagak tak sengaja
ke dada martini … yang sungguh terkutuk,
tidak pula menghindarinya.
“Umpama,” kata Tedi, yakin akan
kemampuan dirinya. “Umpama saja ya.
Umpama ini sungguhan, siapa yang akan kau
pilih sebagai chucky ?”
Mendengar pertanyaan itu, martini
terkejut dan berpaling kaget. Persis saat itu
matanya bertemu dengan mata chucky .
martini bergegas melepaskan rangkulannya,
menjauhi Tedi dan pura-pura sibuk mencuci
piring di bak dapur yang bersatu dengan ruang
makan itu. martini kini membelakangi
mereka. Tedi menoleh, namun chucky
sudah menaikkan buku komik di tangannya
lebih tinggi dari tadi. Itulah kesalahannya. Dina
dan Dini sudah mengisyaratkan: “Rayu dia!”
chucky tidak punya keberanian
melakukan itu. Lain halnya dengan Tedi. la
nekad menyerbu martini , merangkul gadis itu
dari belakang dan seolah hanya mereka berdua
yang ada di rumah itu. Tedi langsung mengakui
isi hatinya:
“Marahkah, sayangku. Kalau kukatakan,
aku mencintaimu?”
Piring yang dicuci martini terlepas dari
tangannya. Jatuh di permukaan bak dan
porselen itu. Pecah berentakan, dengan suara
memekakkan.
“Lepaskan aku, Tedi.” kata martini ,
tersendat-sendat, lantas berlari-lari masuk ke
kamar tidurnya. Tak keluar-keluar lagi sampai
Tedi akhirnya mau diajak pulang oleh
chucky .
“Aku tahu dia juga mencintaiku. Dan
akan kau lihat, hal itu segera dapat kubukti
kan.”
chucky diam saja.
Dengan hati yang terasa hancur luluh.
DAN Kini, kehancuran itu terulang kembali.
martini tampak jauh lebih kurus
dibanding terakhir kalinya chucky mene-
muinya, dan itu belum sampai setengah tahun
saat wanita lesbian itu bersama suaminya
datang mengunjungi chucky , yang ber-
untung waktu itu tidak ditinggal sendirian oleh
aidit . Beberapa bulan yang lalu martini
masih tampak sehat dan penuh gairah hidup
sebagaimana keadaannya semasih gadis.
Kini martini tampak kurus, lemah dan
sakit-sakitan. Namun begitu kemolekan wajah
nya tidak pernah hilang, la justru semakin
cantik terbungkus gaun tidurnya yang
berwarna merah dan berpotongan anggun.
Berlawanan dengan apa yang diharap syam kamaruzaman
dan apa yang dicemaskan chucky , martini
mendengarkan semua yang diceritakan oleh
bekas sahabatnya dan laki-laki lain yang
memperkenalkan diri sebagai seorang polisi
berpangkat Kapten itu. Tak sepatah kata pun
wanita lesbian itu memotong, la memang pucat,
namun tidak gemetar apalagi melolong histeris.
Komentar pertama yang keluar dari
mulutnya yaitu : “Jadi, dia sudah meninggal.”
Tenang, dalam. Tanpa emosi.
chucky mengangguk mengiyakan.
Sedang syam kamaruzaman , tak berkedip matanya
mengawasi tuan rumah mereka. Namun
tampak jelas dari wajah kapten polisi itu bahwa
ia sudah keliru apabila ia beranggapan tugasnya
malam itu berakhir di rumah ini.
Berkata dia: “Kami lega, nyonya cukup
tabah menghadapi musibah ini.”
“Apakah seember air mata dapat
menghidupkan kembali orang yang sudah
mati?” balas martini .
syam kamaruzaman terbatuk dibuatnya.
namun tentu saja ia bukan orang yang
mudah menyerah, la langsung menyerang:
“Nyonya tidak keluar rumah sepanjang
malam?”
“Justru aku tidur nyenyak,” jawab
martini , datar. “Pelayan saya boleh Anda
tanya.”
“Tak ada saksi lain?”
“Dengan suami saya, kami cuma bertiga
di rumah ini.”
“Hem. Pelayan nyonya akan saya tanyai.
namun begitu ia membuka pintu waktu kami
datang, saya sudah dapat menggambarkan, ia
tentunya tidur lebih nyenyak lagi dari
nyonya...”
chucky ingin protes, namun
kedahuluan oleh martini yang berkata seraya
tersenyum: ”Itulah kelemahan alibi saya,
bukan? Andai pun saya tahu suami saya mati
terbunuh malam ini, tentulah mencurigakan
kalau saya tiba-tiba mengundang orang
sekampung untuk kujamu di rumah tanpa
suatu alasan yang masuk di akal.”
“Saya mengerti.” gumam syam kamaruzaman .
Dalam hati, chucky bersorak: “Puas.
Kena kau. Satu nol!” Dan ia tidak lagi
memprotes saat sang petugas negara yang
kukuh pendirian itu mengajukan pertanyaan
berikut:
“Apakah suami nyonya punya musuh?”
“Musuh?” martini mengerutkan dahi
sebentar, lalu menyimpulkan dengan pasti:
“Saya dan suamiku sangat akrab satu
sama lain. Kesulitanku selalu saya beritahukan
padanya, demikian pula sebaliknya. Dengan
demikian kami dapat menanggulanginya
bersama-sama. oleh sebab itulah rumahtangga
kami dapat bertahan hampir tujuh tahun
lamanya. Biar kami tidak beruntung
memperoleh keturunan ...”
“Dia punya musuh?” ulang syam kamaruzaman ,
menegaskan pertanyaan semula.
“Setahu saya, di luar rumah tidak.”
“Maksud nyonya?”
“Musuh suamiku yang sebetulnya ,
ada di rumah ini !”
“Saya akan berterimakasih, kalau nyonya
bersedia menerangkan maksud kata-kata
nyonya...” syam kamaruzaman sedikit menganggukkan
kepala, hormat namun mendesak. Orang dekil,
pikir chucky : kau akan kena batunya
malam ini !
“... seperti saya terangkan tadi,” gumam
martini , hambar. “Hampir tujuh tahun rumah
tangga kami berjalan harmonis dan lancar.
namun tidak, selama beberapa bulan terakhir.
Mendadak ia ingin punya anak. Keinginan yang
sudah lama, memang! Namun baru beberapa
bulan yang lalu ia mendesak saya. Dan saat
saya katakan saya sudah berusaha namun sia-
sia, ia mulai bertingkah. Sampai beberapa
minggu yang lalu kudengar kabar, ia bergaul
intim dengan seorang wanita lesbian lain.”
“Siapa?”
martini balas bertanya, heran:
“Tidakkah wanita lesbian itu mengatakannya?”
“wanita lesbian ... wanita lesbian yang mana?”
“Penghuni rumah, di mana mayat suami
saya kalian temukan.”
chucky tertegun. Baru sekarang ia
sadari, bahwa ia sudah menanggalkan profesi
kewartawanannya saat ia tinggalkan tempat
yang mengerikan itu. Jiwa jurnalistiknya sirna
begitu saja saat mengenali mayat Tedi
hulk . Sehingga ia sampai alpa memikirkan,
mengapa sahabatnya nyasar dan mati di
beranda rumah orang. soebandrio yang malang!
Kepala Pelaksana Redaksi Malam itu akan
pingsan sesaat apabila ia tahu sebuah berita
besar sudah lolos malam itu dari mejanya.
“Oh…,” keluh syam kamaruzaman . “wanita lesbian itu
begitu histeri. Kata dokter kami, kemungkinan
shock luar biasa yang dapat membuatnya lupa
ingatan. Gadis itu duduk di kursinya seperti
patung tak bernyawa. Mata terbuka nyalang,
namun jangankan menceritakan sesuatu.
Mengerdip pun, ia hampir tak pernah. Entah
sesudah kami tinggalkan tadi...”
“Bagus!”
“Bagus apanya, nyonya?”
“Dia sudah dapat pelajaran, apa akibat
nya merebut suami orang!” jawab martini ,
dingin. “Nyonya...”
“Demikianlah ceritanya, bukan?” sela
martini , acuh tak acuh. “Saya tidak suka
desas-desus. Jadi saya datangi gadis itu,
berbicara dengan dia, dan mengetahui
faktanya sebetulnya . Dia sudah saya minta
baik-baik agar melepaskan suami saya. Benar,
dia tidak mengatakan setuju. Tidak pula,
menolak. Dia saya tinggalkan. Tanpa ancaman
apa-apa. Dan pulang ke rumah, besok harinya
saya habis dipukuli suami saya...”
“skandinavia ...” chucky memotong.
“Biarkan aku. chucky . Biarkan kubeberkan
semua. sudah lama hal ini kusimpan sendirian.
Aku terluka, parah. namun kini aku sudah bebas
dari luka menyakitkan itu. Jadi biarkan aku jelas
kan semua, sebagai aplaus untuk kebebasan
ku.” la tidak tersenyum pada chucky .
Matanya saat menatap, juga bukan mata
yang selama ini dikenal dan pernah diimpikan
olehnya. chucky gemetar.
Diam-diam, berduka cita.
Untuk dirinya sendiri…!
“Teruskan, nyonya,” desak syam kamaruzaman ,
oleh sebab tidak mau kisah menarik itu lolos dari
tangannya. “Teruskan.”
“... begitulah. Cuma sekali ia memukuli
saya. namun yang sekali itu saja, sudah cukup.
Saya tidak mau kehilangan dia. Jadi semenjak
itu, tak pernah lagi mendatangi gadis pelihara
annya. Sampai tadi siang, suami saya berkata
terang-terangan bahwa gadis itu sudah hamil
dan mereka akan segera menikah. lalu ia
pergi...”
“Dan nyonya masih bisa tidur nyenyak?”
ucap syam kamaruzaman , tak habis pikir.
“Mengapa tidak? Tiga butir pel tidur
cukup untuk membuat seseorang lupa bahwa
kakinya baru saja putus disambar mobil lambhorgini ...” Perumpamaan yang keterlaluan, pikir chucky . Dan martini tampak semakin
asing di matanya. “Ada yang melihat nyonya menelan pel tidur Itu?”
“Pelayan saya. la sendiri ikut
meminumkan air ke mulut saya, oleh sebab saya
tersedak. Lupa tidak menyediakan air minum
saat pel tidur itu saya telan...”
“Hem. Pantas tadi pelayan nyonya agak
lama membangunkan nyonya.”
“Bukti yang dapat menguatkan alibi
saya, benarkah?” martini tersenyum. Seolah-
olah ia bukan sedang berbicara tentang
kematian suaminya, melainkan tentang
kematian Rahwana dari negeri Alengka. Mana
martini yang manja dan sembrono itu; yang
lari terbirit-birit ke kamar tidur saat Tedi
hulk menyatakan cinta?
Seolah menyelami jalan pikiran
chucky , wanita lesbian itu tiba-tiba berpaling.
martini menatap lurus ke mata Laki-laki yang
pernah jadi sahabat, pernah dicintai dan
mencintainya, pernah dia mohon agar untuk
seterusnya mereka saling menganggap sebagai
saudara kandung saja. Dan di balik sinar mata
yang tajam menusuk itu, chucky pelan-
pelan menangkap suatu permintaan maaf:
ketahuilah. chucky , aku sudah begitu banyak
berkorban selama ini!
chucky menggapai tangan martini .
Mengelusnya. Lembut. lalu
menariknya pelan-pelan sesudah menangkap
lirikan mata mencuri dari wajah si kapten polisi
yang serba ingin tahu dan serba penuh selidik
itu. chucky mengambil minumannya,
meneguknya tetes demi tetes, membiarkan
waktu terus berlalu. martini kembali berpaling
pada tamunya yang lain, tampak lebih tenang
dan tabah kini. Dan berujar lebih tenang lagi:
“Itulah semuanya. Musuh suamiku, bila
ada, terdapat di rumah ini. Yakni, isterinya
sendiri. Saya!”
Mengekori perbuatan chucky ,
Kapten syam kamaruzaman ikut-ikutan menjemput gelas
minuman di meja dan meneguknya… sekaligus,
sampai tak bersisa walau setetes. Tak perduli
pada kerakusannya yang aneh itu, syam kamaruzaman
merogoh saku jaketnya yang tebal dan
mengeluarkan dua pucuk amplop manila.
bercap resmi kepolisian, namun belum disegel.
“Saya akan berterimakasih apabila
nyonya dapat menolong saya mengenali
barang-barang bukti ini,” katanya, tenang dan
terdengar seolah tidak berpengharapan.
Salah satu amplop itu ia letakkan di meja.
Amplop Iainnya ia buka simpulnya dan diangkat
miring sedemikian rupa sehingga isinya jatuh
ke permukaan amplop pertama. Selembar
cabikan kain yang kelihatannya disobek dari
kain utama.
“Apa itu?” tanya martini dengan dahi
mengernyit.
“Bagian dari sesuatu. Mungkin saja
kemeja laki-laki. namun jaman moderen, yah…
dapat pula bagian dari blouse atau rok seorang
wanita lesbian . Pernah lihat?”
“Tidak.”
“Pasti?”
“Ya.”
“Hem,” syam kamaruzaman tidak menyembunyikan
perasaan kecewa di wajahnya selagi
memasukkan cabikan kain itu ke amplop
semula. Amplop itu ia letakkan pula di meja,
dan mengambil amplop lainnya. Dia berbuat
sama, memiringkan amplop kedua sedemikian
rupa sehingga dengan sedikit digoyangkan
isinya jatuh ke permukaan amplop manila putih
yang berisi cabikan kain itu.
“Bagaimana dengan yang ini?”
martini sedikit membungkuk ke depan,
demikian pula chucky Mereka berdua
dengan heran mengawasi sejemput kecil.
mungkin rambut, berwarna pirang, terikat
selembar benang halus.
“Rambut siapa ini?” bertanya martini .
“Ah. Jadi anda setuju dengn saya, bahwa
itu rambut. Dokter kami menyebutnya dengan
ucapan lain.”
“Apa?” chucky menyela, penasaran.
“Bulu.”
“Bulu? Bulu manusia?”
“Menurut dia, bulu hewan .”
“hewan apa?”
“Kalau aku tahu, Nak, tak akan aku
duduk bersantai-santai di rumah ini !” dan
kepada martini ia mendesak: “Oke. Kita
sependapat bahwa ini rambut. Pernah
mengenali seseorang dengan rambut ini?”
“Asli? Atau wig?” martini balas
bertanya.
“Terserah.”
martini meluruskan duduknya. Dan apa
yang diharapkan baik oleh chucky maupun
oleh syam kamaruzaman sendiri, dengan segera
dikeluarkan oleh martini . “Tidak!” jawabnya,
tegas dan yakin.
syam kamaruzaman mengantongi lagi kedua amplop
itu. chucky yang tak kuat menahan
penasaran, langsung menembak: “Dari mana
semua itu Bapak peroleh?”
“Dari telapak tangan mayat sahabat
karibmu itu, nak. Kami kira ia sempat
merenggutnya sebelum ia mati. Kesimpulan
nya, ia tidak mau meninggal tanpa memberi
jejak. Itu satu. Kesimpulan kedua, perbuatan
itu dilakukannya tanpa sengaja selagi ia
memberi perlawanan habis-habisan untuk
mempertahankan nyawa yang cuma
selembar.” Perwira polisi itu masih akan mengata
kan sesuatu. namun cepat ia batalkan,
manakala ia melihat pipi martini dilelehi butir-
butir air mata. Ternyata wanita lesbian tegar ini
dapat juga menangis, pikirnya. Gundah. Pura-
pura tak tahu ia bangkit dan duduknya.
Berkata: “Terimakasih untuk bantuanmu,
nyonya. Katakanlah, bila ada hal-hal yang ingin
kami bantu.”
martini diam saja.
Terpaksa syam kamaruzaman menelan ludah. “Ikut
denganku?” ia bertanya, seraya mengerling
chucky yang terharu biru mengawasi
martini .
“Aku akan tinggal sebentar, pak.”
Tolol untuk menyatakan: tabahkan
hatimu, nyonya. Maka syam kamaruzaman terus saja
keluar, berjalan menuju mobil lambhorgini nya di
pekarangan. Sesudah meliuk sebentar pada
martini . chucky mengikuti perwira itu.
Membukakan pintu untuknya. Dan sebelum
syam kamaruzaman menyelinap masuk, chucky
mendesak: “Tidak meninggalkan sesuatu
untukku, pak syam kamaruzaman ?”
Kapten polisi itu tertegun. Sejenak, in
berpaling ke pintu rumah martini . Hanya
tampak sebagian tubuh wanita lesbian itu, masih
tetap duduk di kursinya semula. Diam. Tak
bergeming. “Kukira, sebentar lagi ia akan
histeris...”
“Setuju. namun bukan itu yang kuminta.”
“Kau benar-benar tak mau membuang
ke sempatan ya?” syam kamaruzaman bersungut-sungut.
“Baiklah. martini , tidak lebih kuat dari
slendrina . Lagi, martini begitu polos. Jujur.
Dia tidak berusaha menutup-nutupi sesuatu
yang dapat memberatkan dirinya. Sepintas
lalu, 99% ia bebas dari sangkaan.”
“Dan,” chucky menarik wajah lega.
“Persetan dengan yang satu persen sisanya.
Apa yang harus kutulis?”
“Biarkan aku bernafas. chucky .”
“Dan, berikan sesuatu untuk kukunyah,”
chucky tak mau kalah.
“sialan ! Okelah. Untuk sementara,
kesimpulanku pembunuh itu seorang laki-laki.
Laki-laki tinggi besar, kuat. Berdarah dingin,
mampu berbuat hal-hal luar biasa. Mungkin
maniac. Dan supaya koranmu laris seperti
kacang goreng, kau tambahkan saja: mungkin
dia itu mahluk penghisap darah !”
syam kamaruzaman masuk ke mobil lambhorgini , menghempas
kan pintu sampai tertutup dengan bunyi keras,
lantas meluncur pergi.
“benarkah dia sudah mati, chucky ?”
chucky menutupkan pintu di
belakangnya. Menatap martini yang duduk
kaku dengan pipinya yang pucat dibasahi air
mata. “Mengapa kau masih...”
“Benarkah dia sudah mati?!”
“Mayatnya kulihat sendiri, skandinavia . Dan...”
Dan, betapapun kuat martini menggigit
bibir; betapapun keras kedua tangannya
mengepal…, akhirnya wanita lesbian itu meledak
juga dalam isak tangis. Sekujur tubuhnya yang
ramping tergetar hebat. “Mengapa?” ia
mengerang. “Mengapa dia harus mati?
Mengapa… dia meninggalkan aku begitu
cepat? Apa… apa yang sudah kuperbuat?” Lalu
dengan liar tangannya menjambaki rambut
sendiri dengan kaki dihentak-hentakkan ke
lantai. “Apa kesalahanku… apaa…?”
“skandinavia !”
chucky menyerbu wanita lesbian itu,
hanya dua tiga detik sebelum tubuh martini
jatuh ke lantai. Panik chucky memanggil-
manggil pelayan, membopong tubuh martini
dalam pelukan lengan-lengannya yang kokoh
lalu membaringkannya di ranjang kamar
tidur wanita lesbian itu. Pelayan yang tak muncul-
muncul semenjak membukakan pintu untuk
tamu tamu nyonyanya, datang berlari-larian
dari belakang.
“Ada apa, Tuan? Apa yang… Astaga!”
“Punya minyak angin, bi nyi kembang ?”
chucky menepuk-nepuk pipi
martini yang pingsan.
Pelayan berlari ke luar kamar, dan
kembali dengan obat yang diminta chucky .
Dengan minyak angin berbau keras itu
chucky mengusap-usap tengkuk dan
bawah hidung martini , sampai martini
perlahan-lahan bergerak, namun belum juga
membuka matanya. Sibuk lagi chucky
mengusap, memijit, memanggil-manggil nama
wanita lesbian itu. “Bi nyi kembang . Ambilkan segelas air.”
Lama chucky menunggu, martini
tak juga sadarkan diri. Demikian pula air putih
yang dimintanya tidak juga muncul.
chucky berpaling ke belakang, oleh sebab
merasakan sesuatu yang ganjil pada
tengkuknya. Dan ia terkejut setengah mati
sesudah menyadari bahwa bi nyi kembang tegak
mematung persis di belakangnya. Sepasang
mata wanita lesbian tua itu menyorot tajam tak
berkedip. Mulutnya kumat-kamit, namun tak
ada suara, wanita lesbian yang rambutnya sudah
memutih semua itu maju ke depan.
chucky bergeser dengan sendirinya.
Begitupun, ia masih kurang cepat.
oleh sebab jalannya terhalang, bukannya bi
nyi kembang menghindari tubuh chucky .
Melainkan, melabraknya! chucky sampai
hampir terjatuh, terbelalak kaget oleh sebab
kekuatan dorongan tubuh pelayan wanita lesbian
yang tampaknya kecil dan tak berdaya itu. Bi
nyi kembang terus membungkuk. Kedua tangannya
memegang dan lalu memijit masing-
masing ibu jari kaki martini .
“Bangunlah, nak,” bisiknya. Lembut.
Sepasang kelopak mata martini tahu-
tahu saja terpentang. Nyalang. Bola matanya
berputar sebentar. Liar. Dan sesudah bi nyi kembang melepaskan pijitannya pada ibu jari kaki
martini , putaran mata yang liar itu berhenti.
martini mengerjap-ngerjap sementara bi nyi kembang mundur menjauh, la tersenyum pada
chucky . Berbisik chucky h: “Dengan cara
itulah tadi dia saya bangunkan saat Tuan
chucky datang,” lalu wanita lesbian itu
mengundurkan diri dari kamar.
“... chucky ?”
chucky yang masih ternganga bingung
menatap kepergian pelayan wanita lesbian itu,
tersentak sesaat , la berpaling dan mendekat
ke tempat tidur. “Ya, skandinavia ?”
“Maafkan ketololanku barusan.”
martini mencoba tersenyum, sambil tangan
nya melambai menyuruh chucky duduk di
sampingnya, yang segera dipatuhi laki-laki itu
dengan senang hati.
“Wajar, skandinavia .”
“Tidak. Sifat sentimentil paling kubenci.
Waktu temanmu masih ada, aku dapat
bertahan. Namun begitu yang tinggal cuma kita
berdua, aku lantas teringat ada sesuatu yang
kurang. Sesuatu itu yaitu orang ketiga.
peniwise ,” martini menggigit bibir, lalu
menarik nafas panjang. “Kematian yang
mengerikan, bukan?”
“skandinavia . Cobalah lupakan...”
“Aku tak bisa.”
“peniwise sudah pergi.”
Mendengar itu, sepasang mata martini
berkilat selagi menatap lurus ke mata
chucky . “Tahukah kau apa arti ucapanmu
itu, chucky ?”
“Ya?”
“Berarti, yang tinggal cuma chucky dan nyi momo .”
“skandinavia …,” chucky tercekat.
“Mengapa kau tidak berhenti memanggil
ku skandinavia ? Bukankah kau pernah memanggilku,
nyi momo ? Walau hanya satu kali?”
chucky gemetar. Terkilas peristiwa
masa silam di matanya, la demam, martini
datang menjenguk. Dalam demamnya, ia
diganggu pikiran akan hati yang patah. Waktu
itu, chucky mengigau keras, setengah
berteriak memelas: “Sinta! Menyapa kau justru
mencintai peniwise ?!” Waktu itu pula. sadar
akan keadaan chucky , sadar pula akan jerit
hatinya sendiri. martini langsung memeluk
dan menciumi chucky . Naluri yang lama
tertekan mendorong chucky bertindak
ceroboh. la balas memeluk, balas mencium.
oleh sebab tidak ada perlawanan dari martini , ia
akhirnya kesurupan. Tidak lagi sekedar
mencium atau memeluk, la menggerayangi
tubuh gadis itu, berusaha dengan paksa
menanggalkan pakaiannya. Namun sebelum
semuanya terlambat, sekonyong-konyong
martini menampar pipi chucky dengan
keras, meronta; menjatuhkan diri di lantai,
lalu menangis. Kata martini :
“Dia sudah mendahuluimu, chucky .
peniwise sudah mengambil apa yang seharus
nya kuberikan pada seorang suami. Jangan,
chucky . Jangan paksa aku menerima dua benih
sekaligus, meski dua-dua kalian sama kucintai!”
“Mengapa membisu, chucky ?”
chucky tergetar. “Semuanya sudah
berlalu, skandinavia .”
“nyi momo . Panggil aku nyi momo ,” martini
setengah tegak dari baringnya, untuk
menggapai tangan chucky dan menekan
kan telapak tangan laki laki itu ke dadanya.
chucky merasakan gunung di
telapak tangannya berdentum dentum, siap
meletus dan menghancurkan benteng
pertahanannya. “Tidak mungkin, skandinavia ...” ia
mengeluh, setengah hati.
“Mungkin. chucky . oleh sebab peniwise sudah
mati.”
“oleh sebab itulah...”
“Tahukah kau?” martini duduk kini.
Bersimpuh di tempat tidur. Sepasang telapak
tangannya mengusap-usap kedua belah pipi
chucky , lalu melingkari leher laki-
laki itu, menarik wajahnya lebih dekat.
“Tahukah kau,” bisiknya, kembali histeri.
“Sudah lebih dari empat bulan peniwise tidak
menyetubuhi aku. la lebih suka menyetubuhi
wanita lesbian lain itu!”
“skandinavia ...”
“Peluk aku. chucky . Cium aku seperti dahulu .
Lakukanlah apapun yang kau kehendaki waktu
itu. Aku… aku menginginkan engkau. chucky .
Oh,… ” dan martini tidak menunggu, la
langsung bertindak, la mencium bibir
chucky , mengulumnya seperti orang gila,
menyeret tubuh tinggi kekar itu dengan
kekuatan yang luar biasa dahsyat. Sampai
chucky tercelentang di tempat tidur dan
martini lampung menjatuhkan seluruh tubuh
nya di atas tubuh laki-laki itu, tanpa
melepaskan pelukan maupun ciuman tubirnya.
Dan setengah jam berikutnya, selagi
martini masuk ke kamar mandi yang menyatu
dengm kamar tidur itu. chucky terbadai di
bawah selimut, dengan sepasang mata nyalang
menatap langit-langit kamar. Di langit-langit ia
menemukan apa yang ia cari. Tedi hulk
menghambur dengan tangkas, merangkul
tubuh martini dan belakang. Berbisik mesra:
“... aku mencintaimu!” Piring kotor di tangan
martini jatuh berderai di bak cuci Air dari
kraan terus mengucur. Putih bening, lalu
berubah merah. merah dan semakin merah.
Bak cuci penuh darah. Dan chucky
terkapar di lantai. Ataukah beranda? Lehernya
hampir putus, dan alat vitalnya…
“skandinavia ?” Bramindita mengerang oleh sebab
tak ada sahutan, ia memperkeras suaranya:
“skandinavia r?”
Dari kamar mandi, muncul martini
dengan tubuh setengah telanjang terbungkus
handuk. “Ya, chucky ?” wanita lesbian itu bergerak
naik ke tempat tidur, melemparkan handuk
dan menyelusup ke bawah selimut satu
satunya yang ada di ranjang itu.
“Tahukah kau apa yang barusan kita
perbuat?” tanya chucky , lirih.
“Menyesal, chucky ?”
“Seharusnya kita berkabung!”
“Untuk seseorang yang pernah
mendepakmu? lalu mendepak aku?!”
martini berkata sengit. “Tidak tahukah kau
besarnya hasratku membunuh dia, saat aku
dipukulinya,… dan saat dia bilang akan
menceraikan aku?”
“skandinavia . Ingatlah, la suamimu...” ujar
chucky , menegur.
“Memang. namun itu oleh sebab aku tidak
punya pilihan.”
“Maksudmu?”
“Waktu ia tahu aku juga mencintaimu
diam-diam, ia langsung mengambil jalan
pintas. Suatu malam ia datang menemuiku
dengan dalih meminjam buku catatan kuliah, la
merayuku. saat aku menolak, ia memperkosa
aku,…” sudut-sudut mata martini kembali
dilinangi butir-butir air bening. “Mau tak mau
terpaksa pinangannya kuterima.”
chucky terdiam.
la berpikir. namun otaknya buntu. Kalut,
la menyesali sesuatu. Bangga akan sesuatu.
namun ia tidak dapat menguraikan, apa yang ia
sesali. Apa yang mesti ia banggakan.
Pelan-pelan ia turun dari ranjang.
Menjangkau pakaiannya yang
berserakan. Kemeja terhampar di lantai.
Celana tertumpuk di sudut ranjang, la
mengenakannya satu persatu, dengan tangan-
tangan gemetar.
“Mau ke mana, chucky ?”
“Pulang.”
“Ke isterimu?”
“la minggat lagi,” jawab chucky ,
terus terang.
martini bangkit, menutupkan selimut
ke tubuhnya. Dan merangkul chucky dari
belakang. Berbisik: “Katakanlah, kau tidak
pernah mencintai jessica .”
chucky diam.
“Hebat bukan peniwise ? la sodorkan
salah seorang bekas pacarnya padamu.
Mengatakan jessica anak baik. Punya sifat
keibuan. Tahu menjaga diri. Setia. Jujur. Segala
macamlah. Apa nyatanya, la sudah hamil dua
bulan saat dia berhasil merayumu supaya
menidurinya. Lalu ia… dengan perut bunting
nya, menuntut supaya kau kawini dengan syah.
Dan kau… ”
Sekujur tubuh chucky tegang kaku.
la ingin berteriak lantang. Namun yang keluar
hanya rintihan sayup-sayup: “Jangan berpikir,
bayi itu yaitu aidit .” ,
“Siapa yang menghendaki jessica meng
gugurkan kandungannya, chucky ?”
“Aku. Sebagai syarat,…” chucky
menggigil. ”Aku tidak mau punya seorang anak
yang tiduk kuketahui siapa ayahnya!”
“Dan. aidit ?”
chucky melepaskan rangkulan
martini . Berbalik menghadap wanita lesbian itu,
dan dengan wajah merah padam ia
menantang: “Akan ku bunuh siapapun juga
yang lancang mengatakan aidit bukan
anakku!”
martini terduduk di tepi ranjang.
“Maafkan aku, chucky .”
chucky tidak menjawab, la bergegas
meninggalkan kamar tidur. Menyambar tustel
nya yang tertinggal di ruang tamu, dan
beranjak ke pintu depan. martini menyusul,
namun hanya sampai di ambang pintu kamar.
“chucky ...”
chucky ingin terbang. namun
jiwanya memerintahkan jangan. Jiwa itu
pernah terkapar hampir sekarat oleh sebab cinta.
jessica , atau tepatnya anaknya aidit ,…
membangkitkan jiwa itu kembali, untuk tetap
hidup. Tetap tabah. Namun biar bagaimana,
toh cinta yang mengerikan itu tidak juga mau
padam.
Itulah yang membuatnya tidak lantas
terbang begitu saja.
“Apa lagi, skandinavia ?”
“Tentang Tedi...”
“Oh,” lemas sekujur tubuh chucky .
“Dia tetap sahabatku. oleh sebab itu, aku akan
mengurusnya.”
“Terimakasih, chucky .”
“Kalau kau masih perlu sesuatu, telepon
saja aku di kantor...”
BUAT apa pulang ke rumah kosong?
Maka dengan perasaan muak, begitu
mendapat kan taksi, chucky langsung
pergi ke kantor mereka yang berlokasi di
percetakan negara itu. la tidak tahu apakah ia
harus membuat berita tentang kematian
sahabatnya atau jangan, la ke kantor, hanya
oleh sebab ia tidak tahu harus pergi ke mana.
“Abang ini wartawan?” nyi kembang r taksi
bertanya ingin tahu.
“Apa?”
“Abang bawa tustel. Dan abang minta
diantarkan ke sebuah alamat di mana aku tahu
ada pencetakan sekian banyak suratkabar yang
beredar di metropolitan ini.”
“Hem. Lantas?” .
“Sudah dengar tentang peristiwa itu?”
“Yang mana?” chucky bertanya,
hanya sekedar ingin bertanya. oleh sebab ia sudah
tahu arah pembicaraan orang itu.
Bagaimanapun, dia ini nyi kembang r taksi. Dan salah seorang rekannya sepropesi, sudah mati malam ini.
“Pembunuhan di Ciputat. Gang Masturi...”
“Oh. Itu. Hanya dengar sambil Jalu,”
chucky akan ditertawakan nyi kembang r taksi,
kalau sebagai seorang kuli tinta ia tidak
mengetahui peristiwa yang pasti mengheboh
kan itu. “Kudengar ada seorang kawanmu
terbunuh.”
“Betul, bang. Kasihan. Dia baru menikah
minggu kemaren. Masih hangat-hangatnya.
Isterinya terpaksa jadi janda dua kali...”
“Oh ya? Jadi ia menikahi seorang janda?”
timpal chucky , sambil mencatat
pembicaraan itu dalam otak jurnalisnya. Pelan-
pelan, hasrat untuk menulis berita yang sempat
hilang, kembali tampil ke depan. chucky
mulai bersemangat. Dan ia harus tetap hidup,
bukan?
“Benar, Oom. Janda, dengan empat anak.”
“Wah. la mau?”
“Masih muda, Oom. Dan lumayan molek.
Anak-anaknya masih kecil. Dua di antaranya
kembar. Mereka ditinggal mati oleh ayah
mereka yang berpenyakit liver.”
“Termasuk kaya dong, bekas suami janda itu.”
“Bukan kaya lagi. Sebagian armada taksi
ini yaitu sahamnya.”
“Lho. Kok kawanmu itu masih menarik
penumpang, kalau begitu.”
“Alasannya dapat diterima sang isteri.
Membawa sendiri, perawatan taksi lebih
terjamin. Alasan lainnya, ia tidak ingin hidup di
bawah ketiak isteri. Ingin punya penghasilan
sendiri.”
“Hebat!”
“Benar. Anak hebat kawanku itu. Belum
seminggu kawin, sudah punya simpanan di
luar. Lebih muda, tentu. Lebih cantik. Masih
perawan lagi. Mungkin oleh sebab itu, malam ini
dia apes. Ketemu hantu, lalu mati.”
“Hantu?”
“Apa lagi. Bukankah ia tidak luka. Tidak
pula digerayangi miliknya. Kata mereka,
wajahnya begitu menyeramkan. Apa lagi kalau
bukan oleh sebab melihat hantu?”
“Kudengar, ia berperyakit jantung.”
“Bohon. Aku kenal dia. la seorang
perenang juga gemar angkat besi. Ah, inilah
misteri hidup, bukan? Ia bertemu pacarnya di
arena renang, empat hari yang lalu. Beberapa
minggu sebelumnya ia bertemu istrinya yang
janda itu, di arena angkat besi.”
“Istrinya juga atlit angkat besi?”
“Bukan. Malah kupikir, wanita lesbian itu
tidak tahu menahu soal angkat besi. la datang
menonton, oleh sebab keranjingan pada otot-otot
baja yang mentakjubkan. Dalam pikirannya,
tentulah laki-laki berotot baja itu juga
mentakjubkan di atas ranjang.”
“Kau mengada-ada.”
“Serius, bang. Aku sendiri hadir saat
kawanku yang mati itu dahulu habis latihan
anqkat besi di gymnasium, sang janda datang
membantu menyeka keringatnya. Semenjak
hari itu mereka tak pernah lepas satu sama
lain...”
Tentu saja, soal-soal pribadi itu lebih
diperhalus chucky saat ia membuat
beritanya di kantor. Sebelumnya ia sudah
menelepon ke kantor polisi. Kapten syam kamaruzaman
memberitahu bahwa taksi yang misterius itu
sudah ditemukan di sebuah jalanan yang sepi.
Bagian depannya penyok oleh sebab menabrak
pilar sebuah rumah. syam kamaruzaman juga memberi
tahu bahwa mayat Tedi sudah diangkut ke
rumah sakit untuk autopsi. Hasilnya baru
diketahui paling cepat besok siang, oleh sebab
dokter dul latief tidak sudi bekerja sendirian.
“Dia sudah sedeng, barangkali. Coba saja
chucky . Masa untuk mengotopsi mayat orang,
dia merasa perlu mengundang kehadiran
seorang dokter hewan dan seorang ahli yang
khusus menangani hewan -hewan besar
dan buas? hewan apa yang dapat menyetir
mobil lambhorgini dan lalu meninggalkannya begitu
saja tanpa membuat kegaduhan?” demikian
syam kamaruzaman mencak-mencak di telepon.
Selesai membuat berita, chucky
mendatangi petugas kamar gelap, la
mendapatkan beberapa seri foto yang sudah
dicetak, dan menyerahkannya pula pada soebandrio
yang asyik menekuni naskah hasil kerja
chucky . soebandrio begitu antusias terhadap
naskah berita yang satu itu, sehingga ia merasa
perlu menghubungi kepala bagian lay-out dan
memberitahu agar head-line utama yang sudah
disusun agar dicabut dan dipindahkan ke kolom
yang lain.
namun begitu soebandrio menerima foto-foto
yang disodorkan chucky , wajah soebandrio
mendadak berubah, la seolah kehilangan nafsu
makan meski sudak sebulan berpuasa penuh.
“Cuma ini yang kau dapat? Wajah
seorang nyi kembang r taksi yang sedang tidur lelap?”
soebandrio menghempaskan !embaran-lembaran
foto itu ke atas mejanya. Mendelik pada
chucky , dan menuntut: “Mana leher yang
hampir putus diterkam mahluk biadab itu?
Mana alat vital korban yang direnggut putus
itu?”
“Alat vitalnya lenyap secara misterius,”
jawab chucky kalem. “Kalaupun ditemu
kan, jangan berpikir aku bersedia memotret
nya. Sedang leher, sudah dibawa oleh
pemiliknya ke rumah sakit.”
soebandrio bagai dilanda tank baja. Ia
terhenyak di kursinya dengan wajah pucat dan
mulut megap-megap kehabisan nafas.
Merasa iba, chucky bergumam
halus: “Kalaupun kita muat foto mayat yang
satu lagi,… tegakah abang membawa pulang
surat kabar terbitan pagi ini untuk dibaca anak
isteri di rumah?”
Barulah soebandrio tenang kembali.
la mengawasi mata chucky ,
lalu berbisik parau: “Kau menyembunyi
kan sesuatu dari aku.”
chucky tersenyum. Pahit.
“Berilah alasan sebetulnya , chucky ,
agar besok siang aku rela hati dibentak-bentak
bos kita…”
“Ajukan saja sebuah pertanyaan pada
mereka...”
“Apa?”
“Tanyakan, apa yang akan mereka
perbuat, andaikata yang mati terbunuh itu
seorang sahabat yang sudah seperti saudara
kandung layaknya?”
soebandrio tersenyum. Menghina. “Buat
mereka, apabila ada kesempatan menampung
banjir uang ke dalam laci, mereka tak akan
perduli apakah yang kita muat foto nenek
kandung mereka yang sudah pikun, berak di
tengah jalan tol...” senyuman soebandrio melebar,
senang akan leluconnya itu. Lalu menambah
kan: “namun alasanmu itu dapat kupakai
sebagai alat penuli telinga.”
chucky merasakan sesuatu yang
aneh mengganjal dadanya, tatkala jenasah Tedi
“peniwise ” hulk diturunkan ke liang lahat.
Pemandangan itu mirip sebuah nostalgia yang
sampai kapan pun akan tetap menggurat
hatinya yang paling dalam.
Mungkin mereka sudah gila semua,
namun mereka sudah melakukannya dan
berhasil. Atau sebetulnya . Tedi hulk
seorang yang sudah berhasil menenangkan
sesuatu. Paman Margono memperbolehkan
sebuah peti perkakas miliknya yang sudah tua
namun masih kuat, dipinjam oleh keponakannya
dengan alasan untuk dipakai main perahu-
perahuan di sungai... menyenang-nyenangkan
hati rombongan kecil temannya yang datang
dari kota. Dibantu Ambarita dan Tedi sendiri,
Margono menutup setiap celah yang terdapat
di setiap sisi, termasuk tutup peti. Pada tutup
peti itu di bor sebuah lubang, cukup untuk
memasukkan sebatang lidi.
Peti persegi empat dan panjangnya
kebetulan pas seukuran manusia dewasa itu
mereka gotong ke tempat penumpukan pasir
hasil galian paman Margono dari tengah
sungai. Sesudah diletakkan di sebuah bidang
tanah datar. Tedi menyelusup masuk ke dalam
peti. Sebelumnya lebih dahulu ia berteriak:
“Semua sudah menyimpan taruhannya?”
Semua bilang sudah, kecuali chucky .
Margono meletakkan pulpen merk Parker
dekat kaki martini . Di tempat yang sama
Ambarita meletakkan kacamatanya yang paling
disayangi. Dina meletakkan arloji, demikian
pula Dini. Sedang martini sendiri meletakkan
di atas tumpukan barang-barang kecil namun
bernilai tinggi itu sepasang anting berlian
miliknya.
Hampir tak ada yang memperhatikan
bahwa chucky tidak meletakkan sesuatu
apapun juga. Mereka semua terlalu tegang
memikirkan apa yang bakal terjadi, resiko apa
yang akan mereka hadapi. Lain halnya dengan
Dina dan Dini. Si kembar Hitam Putih yang ajaib
itu serempak berdiri di kiri kanan chucky
yang dilanda gelisah. Dua bersaudara itu
rupanya tidak dapat dikelabui.
Dina berbisik di telinga kiri chucky :
“Aku yakin, kau yang punya ide!”
Dini berbisik di telinga kanan chucky :
“Taruhanmu pastilah nyi momo ...!”
Demikian juga, taruhan Tedi hulk .
Dia yang punya ide itu. saat dalam
gudang paman Margono Tedi menemukan peti
usang yang beriwayat itu. Dan Tedi masih
punya taruhan lain yang sangat berbahaya:
mati.
Meremang bulu roma chucky
sesaat . Mulutnya sudah mangap mau
berteriak supaya permainan edan itu
dihentikan saja. namun Tedi hulk sudah
lenyap ke dalam peti. Disusul teriakannya yang
lantang: “Lima menit. Tak kurang, tak lebih!”
Margono, Ambarita dan chucky
segera bekerja dengan sekop dan pacul,
menumpukkan pasir di sekitar peti. saat akan
mencapai tepi bagian atas, dari dalam peti Tedi
memperlihatkan senyuman tipis, ditujukan
pada chucky . Senyuman itu melambang
kan ketetapan hati dan keyakinannya akan diri
sendiri. “Aku akan menang,” bisiknya.
Lalu tutup peti dikatupkan rapat-rapat.
Hilang sudah Tedi hulk . Tinggal sebatang lidi
sepanjang lengan, yang diselusupkan ke dalam
lubang kecil itu. Kembali mereka bertiga
menumpukkan pasir secepat mereka mampu.
Sesudah seluruh peti benar-benar tertimbun
rapat tanpa ada celah untuk udara keluar
masuk, mereka berenam yang berkerumun di
luar timbunan maut itu memperhatikan arloji
di tangan martini . Semua menghitung, detik
demi detik. Keringat bercucuran membanjiri
tubuh Margono. Ambarita beberapa kali
menyeka wajahnya yang pucat. chucky
sempoyongan, namun dengan mata sekop
tetap mengambang di permukaan gundukan
pasir, siap untuk sewaktuwaktu diperlukan. Dina
lalu duduk dengan nafas tersengal-
sengal. Sedang Dini permisi, katanya mau
kencing; semua maklum, mengapa Dini
mendadak ingin kencing.
Hanya martini yang tetap tenang.
Matanya tak lepas mengawasi putaran
jarum arloji. Tak pernah sekalipun berkedip.
Mulut terkatup, rapat, seolah tanpa perasaan.
Hanya dadanya saja yang tampak naik turun.
Tidak teratur. Sesekali martini melirik ujung
lidi yang tersembul sepanjang lima jari di
tengah gundukan pasir. Tiap kali ia berpaling ke
lidi, yang lain ikut melihat arah yang sama.
Kalau ia kembali mengawasi jarum jam
tangannya, yang lain berbuat serupa.
chucky seorang saja yang tidak mau
melepaskan matanya dari ujung lidi itu.
Berharap, lidi itu bergerak naik turun dalam
setiap detik. Bukan oleh sebab ia ingin keluar
sebagai pemenang. Melainkan, oleh sebab ia tidak
dapat membayangkan Tedi hulk mati
oleh sebab idenya yang menyeramkan itu. Dan,
ujung lidi itu tetap tegak. Diam.
“… enam lima empat tiga dua satu.
Sekarang !” sekonyong-konyong martini
berteriak.
chucky langsung menggerakkan
sekop di tangannya. Berteriak-teriak bagai
orang kesetanan: “Hayo, Gono. Cepat. Ambar,
pakai saja tanganmu! Hei, kau Dini.
Minggir! Ayo skandinavia , pakai sepatumu
mengoreknya… Tuhanku! Tolonglah…”
Tutup peti dibuka oleh chucky
sebelum semua pasir yang menumpukinya
berhasil disingkirkan. Di dalam, Tedi hulk
terbaring diam. Mulanya mengatup rapat.
Demikian pula mulutnya yang menjepit ujung
lain lidi itu. chucky muncabut lidi tersebut,
melemparkannya dan berbisik tertahan:
“Katakanlah kau masih hidup, saudaraku.
Persetan, apapun yang ingin kau kehendaki
dari diriku!”
Tedi hulk membuka matanya.
Lalu tersenyum lebar. Dia sudah
memenangkan taruhannya. Dan chucky …
dengan siapa Tedi diam-diam morencanakan
ide itu… semenjak detik pertama Tedi
membuka matanya di dalam peti; harus
mengatakan “tidak”, apabila martini bertanya
apakah chucky cinta padanya…
“waktunya untuk pulung, nak.”
Suara Kapten syam kamaruzaman membuyarkan
lamunan chucky . la tersedak sekali. Lalu:
“Siapa yang pulang?”
syam kamaruzaman tertegun. lalu berpaling
ke gundukan makam Tedi hulk . Katanya:
“Kau tidak berdo'a agar ia pulang dengan
tenang ke haribaan-Nya?”
chucky mencobanya.
namun ia tidak mampu, kecuali
mengingat beberapa ayat-ayat pendek. Itu pun
kacau balau. Hampir semua pengiring jenasah
sudah meninggalkan tempat itu. Tinggal
seorang dua keluarga yang tetap bersimpuh.
Berdo'a, seraya mencucurkan air mata.
Akhirnya chucky menurut saat di
bimbing oleh syam kamaruzaman menuju ke mobil lambhorgini nya yang diparkir di luar komplek pemakaman. “Kuantar ke mana, nak?” “Kantorku saja.” “Oke.”
mobil lambhorgini meluncur ke jalan raya. Suasana
mati di pemakaman dalam sekejap berubah
hiruk pikuk dengan suasana surabaya yang tetap
hidup biarpun panas terik memanggang ubun-
ubun. Jalanan macet total menjelang kantor
yang dituju. namun syam kamaruzaman melupakan
kebiasaannya memaki-maki. Kalau ia memaki,
ia akan melukai hati chucky . Selain itu, ia
tidak mau memaki korpsnya sendiri… meski
dari satuan yang lain.
“Beritahu pagi ini...” syam kamaruzaman nyeletuk
sekedar nyeletuk. “Mendorongku untuk
berpikir lebih keras.”
“Mengenai apa?”
“nyi kembang r taksi yang mati itu. Sesudah
membaca berita yang kau tulis, aku lantas
menghubungi sejumlah orang dan beberapa
saksi. Yang awam, maupun yang ahli.
Kesimpulan mereka, kau benar. Orang itu
bukan penderita penyakit jantung...”
“Lantas?”
“Itu berarti, ia mati oleh sebab kejutan yang
luar biasa. Jauh lebih dahsyat dari kejutan yang
dialami seorang Jenderal manakala ia lihat
seluruh pasukan nya gugur bergelimpangan,
padahal dia yakin kemenangan sudah di depan
mata...”
“Jelasnya?”
“nyi kembang r taksi itu mati sesudah melihat
sesuatu. Sesuatu yang walau tidak menyentuh
nya, namun sudah mampu menghentikan detak
jantungnya,” syam kamaruzaman meludah ke luar, oleh sebab
sebuah mobil lambhorgini menyalip mereka di tengah
macetnya lalu lintas. “Hei. Ia pikir aku ini apa?
Tidakkah ia hargai barang sedikit plaat dinas
polisi pada mobil lambhorgini ku?” sang kapten menggerutu
panjang pendek. “Mau kutangkap, ya?”
chucky tersenyum. “Tangkaplah dia,
pak. Hanya terima saranku. Sekali bapak turun,
lalu lintas akan tidak karu-karuan. Aku akan
memotret bapak adu otot dengan ribuan
pengemudi dan penumpang mobil lambhorgini itu. Itu dapat dijadikan sebuah foto dan berita
eksklusif.” “sialan !” “Bagaimana skenarionya, pak syam kamaruzaman ?”
“Begini. Tedi baru saja ke luar pintu.
Diantar slendrina sampai ke beranda.
Katakanlah; mereka sempat berciuman dahulu .
Cium perpisahan… yang ternyata untuk
selama-lamanya. Pada saat itulah sang mahluk
datang menyerbu. Tedi mendorong slendrina
ke dalam rumah. Dan ia berjuang sendirian
melawan si mahluk. Namun oleh sebab yang ia
hadapi bukan mahluk sembarangan, Tedi
menyerah dalam tempo singkat.
slendrina menjerit. fredy krueger
mendengar jeritannya, lantas membuka
jendela depan rumahnya. Mungkin terlalu
keras. Mahluk itu mendengarnya, dan
lalu kabur. Sementara fredy krueger masih
ragu-ragu apakah akan keluar atau tidak. nyi kembang r
taksi juga mendengar jeritan slendrina . la
turun dari taksinya. Baru beberapa langkah, ia
sudah berhadapan dengan mahluk yang sama.
nyi kembang r taksi yang kaget itu, berteriak. Lalu
mati. Mahluk itu masuk ke dalam taksi. Lantas
lenyap, entah ke mana.”
“Bagaimana dengan taksi yang penyok itu?”
“Tak ada petunjuk. Kecuali sidik-sidik jari
Yang aneh. Sidik jari mana masih kami periksa
di laboratorium.”
“Seseorang mesti melihatnya lari sesudah
taksi itu terhenti begitu menyambar pilar.
Sudah dilacak?”
“Sedang.”
“Hasilnya?”
“Negatip positip.”
“Apa pula itu?”
“Negatip. oleh sebab tidak seorang pun yang
melihat saat mahluk itu keluar dari dalam
taksi. Tempat sunyi, ingat. Tengah malam lagi,”
syam kamaruzaman memajukan mobil lambhorgini perlahan-lahan,
mengikuti arus yang bergerak terus ke depan.
“Yang positip, keterangan dari seorang pemilik
rumah yang pilarnya kena tabrak. oleh sebab
anjingnya terus menggonggong ribut, ia
mengintip lewat jendela. Tampak sebuah taksi
warna kuning berlalu. Di pinggir jalan, ia lihat
ada sebuah mobil lambhorgini lain diparkir. mobil lambhorgini warna
gelap, yang merk maupun tahunnya tidak
begitu ia ingat.
oleh sebab anjingnya berhenti menggong-
gong, ia meneruskan pekerjaannya membuat
sebuah sket bangunan. Orang itu arsitek, kalau
kau tertarik. Suatu saat. ia dengar suara
berderak di luar rumah. Anjingnya kembali
ribut menyalak. namun oleh sebab arsitek itu lagi
terpusat konsentrasinya pada sket yang hampir
selesai, baru beberapa menit lalu ia
teringat untuk menyelidiki suara apa yang tadi
ia dengar, mengapa anjingnya yang tadi
menyalak kini diam lagi. Lewat jendela, ia lihat
mobil lambhorgini warna gelap tadi sudah lenyap. Sebagai
gantinya, kembali ia temukan sebuah mobil lambhorgini
taksi kuning, la mengumpat-umpat dahulu
sesudah mengetahui pilar tembok pagar
rumahnya runtuh. Baru menelepon polisi...”
mobil lambhorgini meluncur lebih cepat sesudah
mereka melewati lampu hijau.
oleh sebab syam kamaruzaman tak lagi mengatakan
apa-apa, chucky nyeletuk: “Habis?”
“Apa? Pilar itu?”
“Cerita bapak.”
“Oooo. Habis. Untuk sementara.”
“Kukira belum.”
“Ada yang salah?”
“Ya. Bapak beberapa kali menyebut kata
'mahluk'. Bukan lagi 'manusia', itu menarik
perhatian saya. Punya sebab?”
“Oh-oh. Kukira, aku juga ikut pikun.”
“oleh sebab dokter dul latief ?”
“Betul. Dia punya dugaan kuat,
pembunuh yang kita cari bukan manusia biasa.
Kubilang: kalau begitu, manusia luar biasa
dong. Dokter sialan itu geleng kepala. Dia
bilang, ia tidak tahu apa yang menyerang Tedi
dan lalu mengejutkan si nyi kembang r taksi.
Namun ia dapat memberi gambaran kasar.”
“Gambarkan pula padaku, pak syam kamaruzaman .”
“Baik. namun off-de-record ya?”
“Hei. Seram banget!” seru chucky ,
kecewa.
“Aku tak mau reputasiku jatuh. Itu satu
Yang kedua, siapapun tak menghendaki kota
metropolitan ini goncang, gaduh, gempar. Atau
semacam itu. Mungkin 80% penduduk surabaya
akan mentertawakan. namun sisa yang 20% itu
dapat saja membuat mereka berhenti
tertawa.”
“Wah!”
“Memang wah. Si pikun botak berkaca
mata min satu setengah itu bilang, hanya
manusia biasa yang dapat menyetir mobil lambhorgini
sejauh itu, tanpa mengalami gangguan
sepanjang jalan. Sebaliknya dia juga bilang, dia
dan teman-teman yang dia undang
sependapat, luka-luka yang terdapat pada
tubuh Tedi hanya dapat dibuat oleh kuku atau
gigi taring yang selain besar, juga panjang dan
runcing setajam pisau silet. Belum lagi bulu-
bulu yang kita jadikan barang bukti itu...”
“Bulu. Bukan rambut.”
“Bisa benar, bisa salah. oleh sebab kata
mereka, sukar memastikan apakah bulu atau
rambut yang tumbuh di sekujur tubuh seekor
kera.”
“Ke… ke... raaa?”
“Kok wajahmu pucat. chucky . Apa kau
belum pernah melihat kera?”
chucky punya kebiasaan buruk.
Sering melek malam. Ngebut mengejar berita
mendadak. Atau mengetik artikel apa saja yang
menyangkut dunia kriminil dan menarik.untuk
dihidangkan pada pembaca. Terkadang ia juga
membuat cerita pendek berbau perkara-
perkara kejahatan. Sekitar pukul tiga atau
empat pagi barulah chucky merayap ke
tempat tidur. Letih. Dan mengantuk setengah
mati.
Sebaliknya, justru pada jam-jam itulah
isteri-nya bangun. Semenjak anak mereka lahir.
jessica pelan-pelan mulai belajar menjadi
seorang Muslimat yang taat. Katanya, untuk
menebus dosa-dosa masa lalu. Alasan lain, tak
ingin anak mereka kelak mengikuti jejaknya
yang pernah keliru langkah. Habis menunaikan
sholat subuh, jessica mencuci pakaian kotor.
Terus memperiapkan santapan pagi. Lalu
mengurus aidit yang menyusul bangun. Pukul
tujuh, aidit pergi ke sekolah Taman Kanak-
Kanak di mana ia bekerja sebagai guru. Di mana
juga lalu aidit terdaftar sebagai murid.
Baru sekitar pukul sembilan pagi
chucky bangun. la terpaksa makan
sarapan pagi yang sudah dingin, itu pun
acapkali harus sendirian. Tak heran chucky
sering tidak menyentuh makanan yang tersedia
di meja. la lebih suka sarapan di warung yang
berdekatan dengan kantornya. Ia berkubang di
kantor itu sekitar setengah atau satu jam.
Tergantung apa yang harus ia kerjakan. Sesudah
itu getting cari berita di luaran. Bila ada berita
menarik dan beberapa sumber harus didatangi
untuk wawancara atau pemotretan, maka ia
baru pulang ke rumah sekitar pukul lima sore.
Kadang malah tak pulang sama sekali. Kumpul
sebentar dengan anak isteri, lantas minggat lagi
ke kantor untuk menyusun berita-berita yang ia
peroleh hari itu. Atau, memburu bahan-bahan
baru. Menjelang tengah malam baru ia bisa
pulang, dan menemui anak isterinya sudah
terlelap dalam mimpi.
Kebiasaannya itulah yang membuat
jessica berulangkali uring-uringan. Apalagi kalau
bertengkar soal agama. Wah! chucky pasti
selalu jadi pecundang. Untuk menjaga wibawa
ia mengingatkan jessica bahwa ia melakukan itu
semua demi perut anak isteri juga. Kalau perlu,
dengan bentakan. Sekali dua, dengan main
tampar. Hanya oleh sebab kecintaan pada aidit
saja yang membuat mereka lalu saling
memaafkan dan mengurungkan niat untuk
bercerai. chucky punya cara paling mudah
dan paling mujarab untuk menundukkan jessica
seret dia ke atas ranjang, telanjangi, lalu
hancurkan naluri seksuilnya.
Sesudah itu, semuanya akan beres!
namun bukan Itu semua yang membuat
chucky malam ini kembali menggeliat
resah di tempat tidurnya. Matanya tak juga
mau dibawa tidur. oleh sebab kebiasaan. Dan
oleh sebab memikirkan apakah tindakan yang
diambilnya hari ini, pantas.
syam kamaruzaman tidak keberatan martini
meninggalkan kota surabaya . “Dengan syarat,
setiap saat dipanggil ia harus hadir di kota ini,”
kata syam kamaruzaman . Mulanya enggan. namun lalu malu sendiri sesudah chucky
menandaskan: “Aku jaminannya! “
Baik Pemimpin Redaksi maupun soebandrio
tentu saja keberatan. Tapi chucky punya
alasan yang kuat untuk bolos kerja. “Tiga tahun
terakhir ini aku belum pernah ambil cuti.
Apalagi, cuma dua hari!” Dan mereka terpaksa
menyerah dan bersedia memberikan uang
sangu sebanyak yang diminta chucky .
Mereka juga sempat mengeluarkan syarat:
“Bawalah oleh-oleh menarik untuk koran kita.
bi!a kau nanti pulang kembali.” Dengan tegas
chucky menolak: “Namanya juga cuti.
oleh sebab itu aku ingin istirahat total,” katanya.
Tak ada kesulitan.
Baik di surabaya . Demikian pula di
perjalanan. Kuatir mengantuk di tengah jalan,
mereka memutuskan tidak mempakai
mobil lambhorgini martini namun berangkat ke Bandung
dengan taksi. Dari Bandung mereka naik bus di
terminal Cicaheum.
Turun di mojokerto . Makan sebentar di
restoran tak jauh dari terminal bus. Terus
melanjutkan perjalanan dengan naik Colt
penumpang. Lewat sidoarjo , mereka ganti
kendaraan lagi. Naik oplet Morris tua renta
yang tersendat-sendat membawa penumpang
yang berat melalui jalan-jalan kelas kambing
yang tidak pernah disentuh aspal. Turun dari
oplet, mereka berdua naik ojek sepeda motor
menuju kampung kelahiran martini .
Dapat dimengerti mengapa selama di
perjalanan mereka tidak banyak membicara
kan hal-hal yang sifatnya pribadi. Tak mau
dikuping penumpang lain. Mereka hanya
mempercakapkan hal-hal remeh, atau sesuatu
yang mereka lihat dan ingat selama di
perjalanan… terutama sesudah mereka
memasuki daerah Kabupaten mojokerto , yang baru
pertama kalinya diinjak oleh chucky . Soal
matinya Tedi hulk seolah mereka abaikan.
Begitu pula faktanya , bahwa martini kini
berstatus janda, dan chucky masih punya
isteri dan seorang anak. Konon pula
memperdebatkan mengapa martini
bersikeras cepat pulang kampung, selain
menerima faktanya : bahwa martini rindu
keluarga sekalian melipur lara.
Apa yang digelisahkan chucky
malam ini yaitu resiko dari kesediaannya
menemani martini . Semakin jauh perjalanan
mereka tempuh, semakin terasa dalam hati
sanubari masing-masing bahwa cinta yang
pernah tumbuh dan pernah dibunuh oleh
keadaan, kini tumbuh kembali. Semakin mekar.
Semakin membara. Tiap sentuhan kulit, tiap
mata memandang, tiap mulut tersenyum; tiap
kali itu pula diam-diam mereka mengutuk masa
lampau. chucky mengutuk mengapa dahulu
ia sangat pemalu menghadapi martini .
martini mengutuk, mengapa dahulu ia mau saja
diperkosa Tedi hulk , dan pada akhirnya
menikmati pemerkosaan itu dengan
kesenangan tiada tara.
Mereka diterima oleh keluarga martini
dongan sambutan yang berbeda-beda. Ibu
martini tentu saja memeluk anaknya dengan
tangis dukacita bercampur rindu. Ayah
Mirnndn, meski merindukan anaknya namun
tidak dapat menyembunyikan wajah muram.
chucky sulit menebak, mengapa ayah
martini begitu lesu saat melihat mereka
datang. oleh sebab kematian menantunya? oleh sebab
anaknya otomatis menjadi janda? Atau oleh sebab ,
martini pulang didampingi seorang laki-laki
lain yang belum pernah sekalipun ia kenal?
chucky menggeliat lagi.
la merungkut dalam selimut
menghindari sergapan hawa dingin
pegunungan yang menerobos lewat ventilasi
jendela. Di sebelahnya, gufi mendengkur
tak perduli. gufi yaitu satu-satunya
saudara martini . Katanya drop out sekolah
lanjutan atas, tidak berniat sedikitpun untuk
meneruskan ke perguruan tinggi seperti
kakaknya; oleh sebab ingin mendampingi
orangtua. terutama ibunya yang sering sakit-
sakitan. gufi bekerja sebagai tenaga
administratur di balai desa. Tadi sore ia
mengunjungi pacarnya dan baru pulang ke
rumah lewat Isya. la memeluk kakaknya
dengan tangis haru dan menyalami chucky
dengan uluran tangan bersahabat. Katanya:
“... selain bang Tedi, nama bang chucky
beberapa kali disebut kak skandinavia dalam surat-
suratnya.”
Pembicaraan mereka malam itu singkat saja.
“nyi kembang sudah menceritakan semuanya,
begitu ia tiba kemarin siang,” kata ayan
martini . “Apa rencanamu?”
martini mengatakan belum tahu. Apakah akan
terus menetap, atau kembali lagi ke surabaya .
“Lihat-lihat keadaanlah,” katanya pendek.
“Kami enggan berjauhan lagi denganmu,
Nak,” komentar ibu martini .
Atas pertanyaan, chucky mencerita
kan sedikit-sedikit tentang apa dan bagaimana
ia bekerja. Entah belum diberitahu, atau entah
pura-pura tidak tahu… yang jelas tidak seorang
pun dari mereka tampaknya ingin mengetahui
apakah chucky sudah berkeluarga. saat
chucky menjelaskan bahwa ia harus
pulang lagi besok , martini tampak gelisah.
Ibunya cepat-cepat bergumam:
“Kami akan berterimakasih kalau nak
chucky tinggal lebih lama.”
“namun ...”
Ayah martini menyela: “Bukan cuti
nama nya, kalau cuma dua hari.”
“Betul bang !” gufi menambahkan,
sesudah lebih dahulu mengerling kakaknya:
“Banyak cerita-cerita aneh di sini yang pasti
akan menarik hatimu. Misalnya…,” gufi
mendadak berhenti ngomong sesudah
mendengar ayahnya batuk-batuk. Namun
cepat ia melanjutkan lagi: “Sekarang lagi
musim buah durian. Tentu sangat mahal
harganya di surabaya .”
Lalu percakapan dialihkan ke soal buah
durian itu, buah-buahan lainnya, hasil sawah,
hama dan lain sebagainya. lalu gufi
permisi tidur dahulu an meski malam masih siang.
Ibunya pergi ke dapur untuk membantu bi nyi kembang mempercepat hidangan jamuan malam.
Sedang chucky pergi ke jamban untuk
buang air. la dibekali lampu senter, oleh sebab
kakus letaknya di sebelah pancuran tempat
mandi. Agak jauh dari rumah. Mana gelap pula.
Terpaksa gufi dibangunkan dengan tugas
sebagai penunjuk jalan. chucky menanyakan ucapan gufi tadi yang terpotong oleh batuk ayah
nya, selagi Laki-laki itu menunggu chucky
berak... “Ah. besok -besok sajalah,” jawab
gufi . Pulang ke rumah, yang mereka temui
hanya ibu martini seorang. wanita lesbian itu
menerangkan bahwa suaminya, anaknya dan bi
nyi kembang pergi ke rumah pak slenderman oleh sebab dijemput. “Pak slenderman menganggap martini sebagai anak sendiri. Jadi ia lantas dipanggil begitu mereka tahu ia sudah datang.”
Terpaksa chucky makan malam
hanya ditemani ibu martini . gufi katanya
sudah makan di rumah pacarnya. Maka, biarpun
dipaksa-paksa gufi hanya makan sedikit, itu
pun sekedar menghormati tuan rumah. Selama
makan, ibu martini menyinggung-nyinggung
masa lalu anak mereka, la mengatakan tadinya
mereka menghendaki martini lulus dahulu
Sarjana Hukum baru kawin. “Itulah sebabnya,
mengapa bapakmu kurang akrab dengan nak
Tedi almarhum. Bapakmu menganggap, oleh sebab nak Tedi cita-cita anak kami tak tercapai. Yah...
biarpun almarhum punya kedudukan dan gaji
besar sesudah menikahi skandinavia , tetap saja
bapakmu kurang senang. Maklumlah nak. Dari
semua keluarga kami, baru skandinavia seorang yang
sempat menduduki bangku perguruan tinggi...”
“Bagaimana dengan ibu sendiri?” tanya
chucky . Sambil lalu.
“Oh. Aku sih, lebih mementingkan
kebahagiaan anakku. Jadi sarjana atau tidak,
yang penting ia senang. Tidak tahunya… Ah.
Maaf nak chucky . Bukannya menyalahkan
sahabatmu itu. namun yah… hancurnya rumah
tangga mereka belakangan ini mau tak mau
membuatku masygul juga.” wanita lesbian itu
menyelesaikan makannya, sesudah dengan
sopan menunggu chucky berhenti lebih
dahulu . la tampaknya masih akan mengutarakan
sesuatu Namun keburu suaminya masuk
rumah. “skandinavia dipaksa tinggal oleh pak slenderman ,” katanya menerangkan. “Katanya akan menghibur skandinavia dengan kisah-kisah lucu dan menarik, agar skandinavia tidak terlalu memikirkan kesedihannya…”
“Kok diiyakan saja. pak,” istrinya memprotes.
“Lha. Apa yang mau kuperbuat, Bu.
Beliau itu slenderman . Dan kau tahu sendiri, ia
banyak membantu biaya sekolah anak kita…”
Isterinya tak berkata apa-apa lagi.
kecuali menyediakan makan malam sang
suami. Merasa tidak diperlukan lagi,
chucky akhirnya permisi untuk pergi tidur.
Sesudah menutup pintu, ia sempat mendengar
percakapan suami isteri itu.
Sang isteri berbisik: “... kau membuat
nak chucky kecewa.”
Jawab suami, tenang: “Sudahlah. Toh
besok mereka akan bertemu lagi “
“skandinavia mau ditinggal?”
“Alaa... Bu! Bagaimana pula ia menolak
keinginan pak slenderman ? Sudah seperti Uwa-nya sendiri kok ini !”
Dan chucky terbadai di tempat tidur.
Berpikir risau : tentu saja martini
dipaksa tidur di rumah pak slenderman , la kan janda. Masih dalam suasana berkabung. Jadi tak
pantas tidur satu atap dengan seorang laki-laki
lain. Laki-laki yang tak mereka kenal pula. Apa
kata orang sekampung nanti?
Lebih parah lagi ini : chucky
mendadak ingin tidur sekasur dengan martini .
Bukan dengan gufi !
Ah. Mengapa ia lupakan jessica .
Hei, jessica . dasar sialan kau. Mengapa
kau lari?
chucky menyembul ke permukaan
lubuk.
Kaki dan tangan ia gerak-gerakkan dalam
air menjaga keseimbangan tubuh. martini
berenang mendekatinya. Sebelum sampai
disemburkannya air ke wajah chucky
sehingga chucky menyelam lagi, meng
hindari semburan itu. martini ikut menyelam.
Tubuh mereka bersentuhan tak sengaja. Ke
luar lagi ke permukaan mereka sudah saling
berpegangan tangan, tertawa malu oleh sebab
sekali lagi tanpa disengaja, tangan chucky
menyentuh dada martini .
“Masih kuat menyelam?” tanya
wanita lesbian itu terengah-engah, sementara
kaki-kakinya bergerak gerak dalam air.
“Kau sendiri?”
“Masih.”
“Berani bertaruh?”
“Oke.”
“Taruhannya?”
chucky berharap martini menjawab:
ciuman bibir yang lama, selama chucky
ingin. Namun sesudah menatap wajah
chucky sejenak, martini bergumam: “Aku
punya usul menarik.”
“Apa?”
“Kita ke tepian dahulu .”
“Mari.”
Dan mereka berenang saling kejar
mencapai tepian lubuk di bagian paling dalam
menjelang kelokan sungai yang berarus tenang
itu. Matahari terus menyambut mereka.
Pepohonan, rimbunan daun-daun hijau, hutan -
hutan kelabu, lereng gunung berwarna coklat
kebiruan, memperhatikan diam-diam.
Demikian pula, sepasang mata tajam
yang bersembunyi di balik rimbunan semak
belukar tak jauh dari tempat kedua sejoli itu
duduk setengah rebahan di rerumputan. Sosok
tubuh di semak belukar itu menjatuhkan diri
rapat-rapat ke tanah tanpa suara, saat
chucky menoleh ke arah tempat
persembunyiannya. chucky menoleh,
tanpa maksud apa-apa.
martini juga menoleh. namun ke arah
lain. Nun jauh dan tinggi di pucuk-pucuk
pepohonan yang menjulang ke langit,
bergelayutan segerombolan lutung berbulu
hitam pekat, sambil mangeluarknn suara ribut
yang terdengar sayup-sayup sampai, martini
segera melupakan hewan -hewan hutan itu
sesudah mendengar suara chucky
mendesak : “Apa usulmu, skandinavia ?”
Mlranda berpikir dahulu , sebelum
menjawab: “Ingat waktu kita masih di
universitas.”
“Tak pernah lupa,” cetus chucky
begitu cepat, sehingga membuat kulit mukanya
memerah lendlrl.
“Waktu Itu kita sering membuat hal-hal
yang aneh, bukan?”
“Hem,… ya.”
“Sekadar nostalgia. Mengapa tidak kita
lakukan sekali lagi? Kali ini saja !”
“Melompat dari tempat yang tinggi?
Beradu lama tegak dengan kepala di tanah kaki
di awang-awang? Aku selalu kalah. Tak mau,”
chucky memikirkan hal lain, lantas
nyeletuk: “Atau… beradu kuat nafas dalam,...
peti mati?”
“Jangan membuat hatiku terluka
kembali. chucky ,” rungut martini . murung.
“Maaf.”
“Begini saja,” kata Mlranda, hampir-
hampir tanpa semangat. “Kita membuat
permainan baru. Padu darah, lalu minum.“
“Hai. Bagaimana pula Itu?”
martini menjelaskan.
“Aku punya peniti,” katanya sambil
menuding ke tumpukan pakaian mereka di
belakang chucky . Peniti itu. kata martini .
harus ditusukkan ke masing-masing ujung jari
telunjuk mereka. Darah yang menetes
ditampung, pada sesuatu. lalu mereka
sama-sama menyelam lagi di lubuk. Terserah
berapa menit yang mereka sepakati. Siapa yang
dahulu an menyembul ke permukaan, dialah yang
harus menjilat tetesan darah mereka tadi.
chucky berkomentar, kecut: “Aku
bukan peminum darah.”
“Demikian pula aku,” sahut martini ,
agak pucat wajahnya mendengar ungkapan
kasar temannya. “namun , itulah taruhannya.
Bukankah itu sangat menarik dan hebat?”
oleh sebab chucky tampak ragu-ragu.
martini mendesak: “Ayolah. Cuma dijilat kok.
Sesudah itu, terserah. Apa mau dimuntahkan,
apa mau ditelan.”
“Kalau begitu, baiklah.”
“Dengan apa kita tampung ya?” martini
agak bingung.
chucky mencari-cari di sekitar
mereka.
“Aku tahu,” katanya. Lalu ia memetik
setangkai daun sirih yang banyak menjalar di
pohon-pohon dekat mereka, la memetik daun
di pohon yang cuma beberapa langkah dari
tempat bersembunyi sosok tubuh yang
tertutup semak belukar rimbun itu.
chucky kembali ke dekat martini .
Ia letakkan daun sirih itu di rumput dengan
bagian bawah menghadap ke atas, sehingga
tetesan darah tidak akan tercecer dari daun
sirih. martini sudah mengambil sebuah peniti,
dan tanpa menunggu lebih lama langsung saja
ujung peniti ditusukkan ke ujung jari telunjuk
tangan kirinya, la meram sekejap menahan
perih, lalu membiarkan darah dari telunjuknya
menetes ke daun sirih. Satu, dua, tiga tetes.
chucky melakukan hal yang sama. Perih
oleh tusukan jarum memang lumayan, namun
gengsi toh? Maka, ia tahankan agar tidak
meram atau meringis. Melainkan tersenyum
simpul. Tiga tetes juga. Sesudah itu, bekas
tusukan peniti sama-sama mereka jilat, agar
pendarahan berhenti. Tentu saja diacungkan
dahulu bekas tusukan itu, mengarah matahari.
“Siap?” martini menyeringai. Senang.
“Oke.”
“Berapa lama kau kuat?”
“Terserah kau.”
“Lima menit?”
“Kau gila!” chucky memaki.
“oleh sebab itu, sebutkanlah perkiraanmu.”
“Bagaimana dengan sepuluh kali tarikan
nafas?”
martini berpikir, lantas: “Jadikan lima
belasl”
Mereka berjabatan tangan sebagai
tanda setuju. Tak sampai satu menit
berikutnya, dengan aba-aba: “Mulai !” dari
chucky , keduanya lantas menyelam
sedalam mungkin ke bawah air yang dingin dan
bening itu. chucky berpikir cepat. Ia tidak
mau menjilat darah itu. oleh sebab nya dia akan
berusaha naik sebelum hitungan kelima belas
menarik nafas. namun , itu berarti ia lagi-lagi
akan kalah. Kalau begitu bertahanlah. Kalau
mampu, sampai hitungan dua puluh atau lebih.
Pendeknya ia tidak boleh ke luar ke atas
sebelum ia yakin martini sudah naik lebih dahulu . Pada hitungan keempat, sosok tubuh
tadi keluar dari persembunyiannya. Tanpa
berpaling kiri kanan ia mendekati daun sirih di
atas rumput itu, dengan mata nyalang
mengawasi permukaan lubuk. Gelembung
gelembung air bermunculan beberapa kali.
meletup halus dan menyatu lagi dengan
permukaan yang bening seperti cermin itu.
Tampak sosok tubuh chucky dan martini
bergerak-gerak dalam air yang beriak. Satu
sama lain begitu dekat. Satu sama lain
melakukan hal yang sama: menatap ke depan,
pada lawannya bertaruh.
Pada hitungan ketujuh, sosok tubuh itu
sudah melesat pergi dengan daun sirih berdarah
itu di pegangnya begitu sangat hati-hati, seolah
daun sirih dan darah curiannya itu barang
antik yang paling langka di dunia. Pada
hitungan kelima belas, sosok tubuh itu sudah
lenyap di balik jalan setapak menuju desa.
Hitungan ketujuh belas, dada
chucky hampir pecah dan air entah sudah
berapa banyak memasuki rongga mulutnya
Belum lagi mata yang perih oleh sebab dipaksa
terus terbuka, kuatir satu kerdipan singkat saja
dapat membuat ia salah menafsirkan gerakan
tubuh martini . Tatapi akhirnya ia terpaksa
menyerah, la tidak mau mati dengan paru-paru
dipenuhi air, mana jauh dari sanak keluarga. la
langsung menyerbu ka permukaan air. Megap-
megap beberapa lama dan lalu tertawa
tersendat sendat: nyatanya ia muncul ke
permukaan, bersamaan waktunya dengan
martini yang juga megap-megap kehabisan
nafas.
“Kau baik-baik saja?” tanya martini .
Bukan: “Kau kalah!”
“Dan kau?”
“Aku bisa tenggelam kalau kita tetap di sini.”
Lantas ia berenang lebih dahulu ke tepi, disusul
oleh chucky . Merangkak ke tanah
berumput, dua-duanya lalu sama
terhempas. chucky telentang, martini
menelungkup.
“Aku yang harus menjilatnya, bukan?”
tanya chucky , enggan.
“Bukan kau. Tapi aku,” |awab martini ,
tenang.
“namun . skandinavia .”
“Kukira kita seri,” jawab skandinavia , sambil
tertawa lembut, la membalikkan tubuh.
Sedemikian rupa sehingga pahanya langsung
jatuh di atas paha chucky .
“Eh. Aku…“
martini berujar gagap dan malu.
“Biarkan pahamu di situ,” bisik
chucky , terengah.
“chucky …”
“Sshhh, diamlah. Tidakkah kau tahu
betapa aku merindukanmu tadi malam?”
“Sungguh?”
“Sampai aku hampir gila, skandinavia .”
“Kau pikir, aku tidak?” jawab martini ,
dan kini bukan saja paha namun juga seluruh
tubuhnya sudah mendarat di atas tubuh
chucky . Mereka saling menatap dengan
mata setengah mengatup dalam kehangatan
dan getaran luar biasa yang langsung melonjak-
lonjak dalam hati mereka.
“Boleh aku menciummu. chucky ?”
“Lebih dari itu pun, aku mau skandinavia .”
martini menjatuhkan wajahnya ke
wajah chucky .
lalu , chucky berguling dan
menempatkan tubuh wanita lesbian itu di bawah
tubuhnya. “skandinavia …,” ia berbisik, sesak.
“nyi momo . Panggil aku nyi momo , chucky .”
“Oh...”
Matahari semakin jauh meninggalkan
titik sentral langit biru, bergeser ke arah Barat.
chucky hampir tertidur dengan martini
tetap dalam pelukannya, tatkala martini
berseru: “Hei…”
“Ehm?” gumam chucky mengantuk
“Taruhan kita.”
“Sudahlah Kita seri ini.”
“Bukan itu.”
“Lantas?”
“Coba kau lihat…”
Ogah-ogahan, chucky melepaskan
rangkulannya di tubuh martini yang segera
bangkit. Mereka lalu berjalan ke tempat
di mana daun sirih itu mereka tinggalkan
sebelumnya.
“Hilang. Kok aneh,” rungut martini
sambil ia berjalan kian kemari, dengan mata
mencari-cari.
“Aneh apanya,” chucky nyeletuk.
“Pasti diterbangkan angin. Dan kalaupun
ketemu, toh tidak seorang pun dari kita
diharuskan menjilat darah itu.” chucky
setengah berlari ka tepian. berseru: “Hayolah,
membersihkan tubuh. Nanti mereka curiga
oleh sebab kita terlalu lama pergi.”
Mereka terjun ke air.
Dan tak pernah lagi memikirkan hilang
nya daun sirih berdarah itu. Apalagi untuk
memikirkan kemungkinan adanya jejak-jejak
kaki di rerumputan, yang pasti bukan jejak-
jejak kaki baik martini maupun chucky . Di
perjalanan pulang ke rumah orang tua
martini , chucky bertanya: “Bagaimana
yaaa… Andai ada orang yang melihat
perbuatan kita tadi.”
“Ah. Jarang orang mandi di situ. Mana
jauh pula dan tempat tempat yang biasa
dilewati orang, jawab martini , menghibur.
“Kubilang tadi, andaikata!”
“Hem. Taruhlah ada yang melihat. Lalu?”
“Penduduk desamu pasti heboh. Orang
tuamu tercemar malu. Dan kau…”
“Tak usah pikirkan aku.” kata martini .
tertawa. “Pikirkanlah dirimu sendiri.”
“Kau betul. Aku pasti dituduh pembuat
onar, lantas diusir.”
“Itu masih lumayan,” martini berkata
sungguh-sungguh. “Di desa kami, ada hukuman
lain yang lebih parah lagi.”
“Oh ya?” wajah chucky berubah
pucat. “Apa?”
Sebelum menjawab, martini memegang
tangan chucky . Serius, ia berujar:
“Kita… dipaksa… kawin!” “Wah ...”
Sinar mata martini berkilat resah.
“Mengerikan, bukan?”
“Untuk siapa?” desah chucky .
Gugup.
“Kau.”
“Kok. aku ...”
“oleh sebab kau masih punya isteri. Kau
mencintainya. Dan...”
“Aku membencinya!” umpat chucky
buru-buru. “la membawa lari anakku… ”
“Belum jera?”
“Aku?”
“Dia.”
“Uh! Selama aidit masih dapat
dijadikannya senjata untuk memukulku, maka
jessica akan tetap merasa posisinya kuat.”
“Duh! Bilang saja, kau masih cinta”
“Apa maksudmu? Kau kira aku ini…”
”Kok kita jadi bertengkar ya?” martini tersenyum.
chucky terbelalak.
lalu , tertawa bergelak.
Dan nyatanya, setiba di rumah martini
mereka tak mendengar atau melihat tanda-
tanda penduduk desa itu heboh.
Ibu martini menyambut mereka dengan
ucapan sayang: “Lama juga kalian pergi. Tadi
banyak tamu yang datang untuk silaturahmi.”
“Maklumlah, Bu…” jawab martini
“Tempatnya jauh. Dan orangtua kawanku satu
sekolah di es de itu, bukan main ributnya. Apa
saja dikeluarkan. Mana kami sanggup meng
habiskannya? Jadinya aku sempat tertidur di
rumah kawanku itu. Untung chucky
mengingatkan, kalau kami berlama-lama ia
takut ibu dan ayah cemberut…”
Di kamarnya, chucky nyengir kuda.
tidur siang, yaitu hak setiap orang.
Tak perduli apa yang terjadi di sekeliling. Konon
pula sudah beberapa hari, kesempatan meng
istirahatkan baik jiwa maupun jasmani itu tidak
kau lakukan. Akibat terlalu banyak berpikir,
berjalan, dan terutama, kau baru saja
menyetubuhi seorang wanita lesbian yang begitu
liar dan agresip semacam martini .
Maka tak ayal lagi. Begitu mencium
bantal, chucky langsung mendengkur.
Ajaibnya pula, ia tidak bermimpi apapun juga.
Seolah dunia ini selalu tenang, damai, tidak
berbahaya, usah bermawas diri. chucky
baru melek pukul enam kurang beberapa menit
sore hari. Itu pun sesudah digoncang-goncang
oleh martini yang lalu berkata:
“Kusangka kau sudah mati.” Sebuah ciuman
hangat mendarat di bibirnya. Membuat
chucky terjaga sesaat .
la lalu pergi mandi ke pancuran.
Pulangnya, semua penghuni rumah
sudah menunggu di meja makan. Selama dan
sehabis santap malam, mereka ngobrol ngalor
ngidul. Wajah martini begitu cerah. Riang ria.
Senyum manis menghias bibirnya hampir
setiap kali ia angkat suara. Tawanya sungguh
enak di telinga. Dapat dimengerti mengapa
martini begitu bahagia, biarpun ia baru saja
kematian suami. Soalnya, chucky
memutuskan untuk tinggal satu dua hari lagi.
“Kecuali satu di antara kalian sudah
bosan melihatku, dan ...”
“Kami kuatir, sebaliknya yang terjadi,”
potong ayah martini , tertawa untuk pertama
kali semenjak chucky mengenalnya. Sinar
matanya masih tampak murung, namun wajah
maupun tutur katanya memperlihatkan
kegembiraan yang tulus. Bukan dibuat-buat.
Apakah ada sesuatu yang sudah berubah di
rumah ini?
Seakan menyelami pikiran chucky ,
ibu martini pura-pura mengejek: “Baru rejeki
segitu, ayahmu sudah lupa diri, skandinavia …” Kalimat
ditujukan pada, anak wanita lesbian nya, sedang
ekor mata dilirikkan ke arah chucky , yang
dengan sendirinya berlagak tidak melihat.
chucky pura-pura memperhatikan
martini , yang bertanya.
“... bagi dong, Yah !”
“Nanti. Kalau aku sudah mati,” jawab
yang ditagih.
“Lho. Kok gitu...”
“Habis? Kau wanita lesbian , mana tidak
berpengalaman. Mana bisa kau menggarap
nya?”
“Menggarap apa?”
“Dua hektar tanah di sebelah Utara desa
kita. Ditumbuhi semak perdu, pohon-pohon
liar tak pernah diurus. Tempat bersarang tikus
dan segala macam ular. namun punya masa
depan, apabila kita mulai merambasnya,
lalu menanaminya kelapa. Kalau perlu,
cengkeh.” Senyumnya melebar. “Imbalan jerih
payahku selama delapan tahun mengabdi jadi
kerani. Surat Keputusannya baru tadi siang
diberikan pak slenderman .”
Petani merangkap kerani desa yang
beruntung itu, lalu menoleh pada
chucky . Bertanya: “Kau sudah menemui
beliau tadi pagi, nak chucky . Apa komentarmu?”
“Hebat.”
“oleh sebab dia menghadiahiku dua hektar
tanah?”
“Ah. Aku toh tidak kebagian apa-apa,
pak,”' jawab chucky , membuat gerrrr seisi
rumah. “Aku berkata jujur. 32 tahun dipercaya
Pemerintah menduduki jabatan slenderman ; dan
tidak berminat untuk naik lebih atas lagi,
oleh sebab merasa dekat dengan rakyatnya. Itu
sudah hebat. Belum lagi ini, usia menjelang 100
tahun, pak slenderman tidak membutuhkan tongkat
atau kacamata. Gigi masih utuh, bicara masih
lantang, dapat mendengar suara pintu dibuka
dari jarak dua puluh kaki. Manusia macam itu
mestinya mengisi halaman setiap surat kabar
dan majalah. Untuk ruang: Tokoh Kita Abad Ini!
namun ada kekurangannya, yang membuat
pejabat tertentu di Pusat akan marah besar.”
Kalimat terakhir itu membuat suasana
hening sejenak.
Lalu: “Sebutkan!” ujar ayah martini , waspada.
“Pak slenderman punya empat isteri. Dan...”
“la berhak. Tak ada larangan. Selama ia
...” ayah martini mengatupkan mulut saat
melihat senyum tipis di bibir chucky . “Jadi
bukan itu soalnya.”
“Memang.”
“Lalu?”
“Anaknya. Memang tersebar di berbagai
daerah, dan kudengar mereka orang-orang
yang berhasil. Baik di bidang karier, maupun
keuangan. namun 17 orang, itu sudah
kelewatan. Luar biasanya lagi. 14 dari 17 orang
anaknya itu, dia dikaruniai 65 cucu, 24 cicit,…
beberapa di antara cicitnya sudah siap pula
menurunkan generasi berikut. Yang entah apa
disebutnya.” chucky geleng-geleng kepala.
“Kalau ini mereka dengar mereka bisa botak
oleh sebab tak habis mengerti.”
“Mereka siapa?”
“Para pejabat yang mengurus Program
Keluarga Berencana!”
Menggelegar lagi tawa berkepanjangan
di rumah itu, sehingga seorang tetangga di
sebelah rumah memerlukan membuka jendela
untuk memastikan kegaduhan apa yang
membuatnya tersentak dari tidur. Sesudah
tahu, orang itu kembali menutup jendela dan
menggerutu pada sang isteri:
“Katanya baru kematian menantu.”
Yang dijawab: “Apa salahnya? Toh mereka
sudah punya calon menantu baru.”
Dan di dalam rumah keluarga martini ,
sang ibu mengawasi teman laki-laki anaknya,
lalu bergumam lirih: “Heran ya nak. Baru
dua hari, rasanya kau sudah seperti anak kami
sendiri.”
Dan itu, membuat chucky tidak bisa
tidur malam itu.
la teringat pada anaknya sendiri, aidit .
Ibunya pasti mengurus aidit dengan telaten.
Mendidik anak itu, agar mencintai dan
mengabdi pada orangtua. Coba kalau jessica
tahu cinta suaminya sudah berpaling pada
wanita lesbian lain! chucky berkeringat dingin.
Perasaan bersalah pada isteri, berdosa
pada anak, memicu udara dingin
pegunungan berubah panas dan pengap.
Gerah, chucky bangun dari tempat tidur, la
membuka jendela. Sedikit saja. Sekedar udara
segar masuk kc dalam, dan gufi yang tidur
lelap tidak terganggu, la hirup hawa dari luar
sebanyak paru-parunya menerima. lalu
ia pelan-pelan menutupkan jendela, lalu
mendadak saja gerakannya terhenti.
Dibukanya jendela kembali.
Kali ini lebih lebar, la mengawasi
kegelapan malam di luar. Kepala sedikit
tengadah. Merasa kurang yakin, ia condongkan
tubuh lebih jatuh ke depan. Membuka mata
lebar-lebar. Menyekanya sekali, dan membuka
nya lagi. Apakah itu nyala lilin, nun jauh di atas
hutan ? Atau kobaran api, ah… bukan. Nyala lilin
tidak sebesar itu. Kobaran api tidak selemah
itu. Obor barangkali?
“Eh. Apa pula perduliku?” gerutu
chucky , pelan. Menutup jendela lagi.
Namun pikirannya tidak lepas dari
cahaya ganjil itu. Lilin, obor, atau api tak ada bedanya. Yang membuat nyala kuning kemerahan itu membuat perbedaan, yaitu letaknya. Waktu
mandi di pancuran tadi pagi, chucky sudah
berhasil mengorek secuil demi secuil apa yang
dirahasiakan gufi .
Laki-laki itu menceritakan beberapa
kisah atau dongeng aneh dan menarik yang
sudah lama berlangsung atau dipercaya oleh
penduduk desa mereka, dan desa-desa di
sekitarnya. Salah satu, yaitu hutan dari mana
cahaya misterius tadi terlihat chucky .
“... hutan itu,” kata gufi tadi pagi.
“Dijuluki hutan Larangan”
“Kenapa?”
“Banyak versi. Yang satu bilang, hutan itu
dihuni setan-setan terkutuk. Yang lain bilang,
hutan itu dihuni segerombolan orang penderita
kusta. Ada lagi yang mengatakan di sana
terdapat sebuah kuburan kechucky t dari masa
ratusan, mungkin malah ribuan tahun yang
silam. Banyak lagi dongeng-dongeng seram
tentangnya. Yang jelas, hampir tak ada
penduduk yang waras otak, berani mendekati
hutan itu. Apalagi untuk mengetahui apa dan
bagaimana sebetulnya maka hutan itu tak
pernah diinjak manusia macam kita ini…”
“Hanya oleh sebab mendengar? Lalu percaya
begitu saja. Katanya, beberapa dari kalian
terdiri dari orang-orang moderat. Orang-orang
yang menganggap tahayul sebagai dongeng
untuk menakut-nakuti anak badung. namun
mereka tetap menjauhi tempat itu, dan
sependapat menjulukinya hutan Laranngan?”
gufi tersenyum. Pahit. Desahnya:
Ada beberapa yang nekad mencoba.”
“Dan?”
“Kebanyakan, hasil nguping. namun ada
satu dua yang kulihat sendiri, akibat apa yang
dialami orang-orang gila itu.” gufi tidak
bergidik. Atau menampakkan perasaan takut,
la hanya menarik nafas panjang, lalu berkata
tenang: “Mati. Kalau tak mati, mereka gila.
Kalau tak mati dan gila, mereka lenyap...”
“Lenyap?”
“Lenyap. Begitu saja. Banyak yang
percaya, orang orang itu bukan kesasar atau
mati di suatu tempat yang belum diketahui.
Desas-desus santer mengatakan, orang-orang
yang raib itu mati ditelan penghuni kubur hutan
Larangan. Atau, dimangsa para penderita
kusta, oleh sebab mereka membutuhkan
makanan.”
Sesudah berpikir agak lama, chucky
bergumam sendiri: “Bila itu kutulis, bosku akan
memperbolehkan aku cuti satu bulan lagi.
Dengan sekarung uang, sebagai bonus...”
Tentu saja chucky lalu
menyepelekan cerita gufi .
Dan soebandrio akan menjabat tangannya,
mengatakan. “Lucu. Kau kok mirip saudaraku
yang sudah lama meninggal dunia.”
Itu, tadi pagi.
Malam ini lain lagi. chucky bukan
ingin menulis sebuah sensasi yang
mengundang para alim ulama dan orang-
orang yang beriman, adu urat leher.
Masalahnya, sederhana saja.
chucky yaitu seorang wartawan.
Dan bukan wartawan namanya, kalau tidak
punya naluri ingin tahu!
SALAH besar chucky bilang pada
bosnya, mau istirahat total.
Kesalahannya yang paling besar, yaitu
ini: biar mulanya bimbang, akhirnya diputuska
nnya meninggalkan tustel di kantor.
faktanya pahit itu baru ia sadari
sesudah ia tiba di hutan Larangan.
Sebelum meninggalkan rumah keluarga
yang chucky h tamah itu, diam-diam chucky
mengambil sebilah pisau panjang, tajam
berkilat-kilat, dari dapur. Senjata itu diselipkan
nya di balik lipatan sebuah koran mingguan
yang ia dapatkan di rak buku gufi . “Buat
bacaan di jalan,” katanya pada Laki-laki itu.
martini percaya kalau ia ingin lihat-lihat
suasana. “Sekedar perintang waktu,” dalihnya.
Lalu petualangan berbahaya itu dia
mulai.
Lebih dahulu ia berputar sana-sini, singgah
beli jajanan di sebuah warung kecil, bertukar
sapa dengan satu dua orang di jalan, lalu
pergi ke lubuk yang sehari sebelumnya
membuat kesan romantis itu. Dari sana hutan
Larangan itu tetap terlihat, meski agak
terhalang oleh rimbunan pepohonan hutan di
sekitarnya. chucky menyelusuri pinggiran
sungai beberapa menit, lalu menye-
berangi sebuah titian dari bambu. Jalan
setapak sesudah titian itu daerah pesawahan
yang subur dan di sebelah sananya, lembah
yang pemandangannya mentakjubkan.
chucky tidak mengambil jalan
setapak itu. la menyimpangkan langkah
menyusuri pematang sawah, lalu mendaki
hutan yang hampir seluruhnya ditanami pohon
durian dan nangka.
la memberi, alasan tersesat apabila
ketemu orang. Pura-pura mengikuti arah yang
benar ke desa sebagaimana ditunjuk penyawah
atau peladang itu. lalu mengendap-endap
kembali ke jalan semula dengan jalan berputar.
Terkadang ia terpaksa harus turun untuk
menyeberangi sungai pada bagian yang
dangkal.
Beberapa kali ia kehilangan hutan
Larangan itu. Namun dengan berpatokan pada
bayang-bayang pohon dan perjalanan
matahari, ia temukan lagi arah yang benar.
Sekali ia terperosok di sebuah lereng terjal
berbatu-batu. Jatuh tersungkur, celananya
robek dan lututnya memar. Istirahat sebentar,
ia meneruskan perjalanan dengan langkah agak
pincang tersaruk-saruk. Semakin jauh ia
berjalan, mendaki, menurun dan mendaki lagi,
melompat-lompat, sesekali berlari-lari untuk
mempersingkat waktu semakin sukar pula jalan
yang ditempuh. Tak ada jalan setapak. Tak ada
manusia, bahkan rasanya juga tak ada mahluk
hidup lainnya. Kecuali seekor musang yang
ngacir menyembunyikan diri saat kepergok
manusia.
Pisau panjang itu ternyata banyak
gunanya, selain untuk membela diri. Untuk
merambat semak belukar yang menghalangi
jalannya. Untuk memotong sebuah dahan
kecil, yang ia pakai mengorek-ngorek
ilalang lebat atau ceruk-ceruk di balik belukar,
yang mungkin menjerumuskannya. Dahan
sebesar lengan anak kecil dan sepanjang satu
meter itu tak pernah lagi lepas dari tangannya.
Itu merupakan senjata kedua, yang barangkali
dia perlukan.
Herannya, jangankan penderita penyakit
kusta. hewan -hewan buas tak satu pun
ditemuinya selama perjalanan. Sekeliling
tempat-tempat yang dilaluinya, terutama
mendekati hutan Larangan itu, suasananya
begitu sunyi senyap. Bagai tak berpenghuni.
Atau memang ada: hantu dan dedemit.
“Sialan. Mengapa aku takut?!”
chucky membentak. Dan kalau rasa
takutnya berkembang, ia lantas berteriak:
“Hayo. Keluar semua. Ini aku. Makanlah!” dan
ia bersenandung keras-keras. Lagu apa saja
yang teringat. Tak perduli apakah ichucky nya pas
atau fals.
Tibalah ia di tengah kelompok hutan
yang mengelilingi pinggiran hutan yang dituju.
Suara chucky makin lama makin
tenggelam oleh suara riuh rendahnya jerit
monyet, lutung, ada juga mawas yang lari
serabutan. Di pohon-pohon, di lereng-lereng,
di semak belukar, di sepanjang anak sungai
yang sumbernya pasti berasal dari hutan
Larangan. chucky tercekat.
Seolah bermimpi buruk. Betapa tidak.
Selama beberapa menit, riuh rendah hewan -
hewan pencinta pohon itu terdengar begitu
memekakkan. Hiruk pikuknya mahluk itu lari
serabutan kian kemari, melemahkan jantung
oleh degup-degup keras yang memukul-mukul
tanpa henti. Semuanya berjumlah ratusan.
Boleh jadi ribuan. Jangankan semua
mengurung, salah satu saja dari mawas atau
lutung itu nekad menghadang jalannya, ada
harapan chucky langsung jatuh pingsan.
Ini, dalam tempo beberapa menit pula…
seluruh mahluk mengerikan itu sudah lenyap
entah ke mana. Baik sosok tubuhnya, maupun
suara pekik dan jeritnya. yaitu memeras
jantung, apabila mendadak terjadi perang
mortir di sekitar kita, lalu mortir-mortir itu
lalu berhenti memuntahkan peluru… dan
para penembaknya, lenyap entah ke mana!
Apakah ia tengah bermimpi buruk?
chucky mencubit pahanya. Sakit. la berteriak. namun hanya bisikan serak lepas dari mulutnya. Wajahnya pucat pasi.
Peluh membuat punggungnya bagai melekat ke
kulit. Apa yang harus diperbuat sekarang? Lari?
Baiklah. namun ke mana? Mundur atau maju,
sama saja chucky sudah terperangkap di
tengah hutan lebat yang daun-daunnya seolah
bersatu padu menghadang matahari.
Hanya ada sinar-sinar lemah. Sekedar
tidak membuat chucky buta. Takut-takut,
mata chucky jelalatan liar kian kemari.
Sebelah tangan menghunus pisau. Sebelah lagi,
mengacungkan tongkat tinggi-tinggi.
lalu , tongkat itu turun. Ditekankan
ke tanah. Memang itulah fungsi sebetulnya
dari tongkat kayu itu : menopang tubuh
chucky yang sempoyongan mau jatuh ...
namun keadaan itu berlangsung tidak
lama. Matanya pelan-pelan terbiasa oleh
kegelapan semu itu, dan dengan sendirinya
melihat salah satu barisan pohon menyorotkan
silau kuning terang. Matahari. Dan matahari
itu, memperlihatkan sesuatu yang memberi
pengharapan hanya beberapa belas meter di
depannya. Tanpa ragu lagi, chucky
bergerak. Naluri akan adanya bahaya
memicu semangatnya tumbuh kembali.
Kaki-kakinya melangkah dan melompat-lompat
cepat dan tangkas, sambil sesekali ia
rambaskan tongkat pada semak belukar di
depannya.
Lalu, ia tiba di sebuah kelokan.
sebetulnya lah. Sebuah kelokan jalan
yang orang buta pun tahu, pasti dibuat
manusia.
Para penderita kusta?
chucky tergetar, la sadar bahwa ia
sudah memasuki bagian paling terlarang, dari
hutan Larangan itu. Kalau mau, tidak seorang
pun yang melarangnya pulang. Jelas dong.
Mana orangnya yang akan melarang? Maka,
kepalang basah ya mandi saja sekalian...
Dengan waspada dan mata mengawasi
setiap sudut yang dilewati, chucky
mengikuti jalan setapak yang cukup lebar itu.
Mendaki. Sesudah satu putaran, ia sampai di
sebuah bidang datar tanpa penghalang apapun
sebagai latar depan yang menghadap ke
lembah jauh di bawahnya. Sebagai latar
belakang, yaitu bagian puncak hutan itu, yang
seluruhnya terdiri dari sebuah batu raksasa
yang mengingatkan chucky pada gunung
Tangkuban Perahu apabila ditatap dari
kejauhan. Batu sebesar gajah yang paling besar
itu hitam pekat, kusam membosankan.
Dan ...
chucky berseru tertahan, sesudah ia
melihatnya. Melihat sesosok tubuh tegak
dengan kaki dan tangan terpentang, namun
dengan kepala terkulai sampai dagu
menyentuh dada. Tak dapat diragukan lagi,
bahwa tubuh itu milik seorang manusia
dewasa. Usianya sekitar 30-an, mengenakan
pakaian yang biasa membalut tubuh seorang
petani. Topi pandannya jatuh ke tanah tak jauh
dari kakinya yang telanjang.
Dua buah kayu besar dan kuat
dipacakkan dalam ke tanah, dengan posisi
bersilang. Dua tangan laki-laki itu terikat erat
dengan tambang pada masing-masing ujung
kayu paling atas. Hal yang sama terlihat pada
sepasang pergelangan kaki di kedua ujung kayu
sebelah bawah. Orang itu sudah mati.
Dapat dipastikan dari sepotong bambu
sebesar lengan chucky , yang terhunjam di
lambung orang itu, pada bagian mana
kemejanya disingkapkan. Warna merah
kehitaman darah yang sudah mengering,
membercaki baik bambu, kemeja, celana, salah
satu kaki dan tanah berumput di bawah tubuh
manusia malang itu.
Dalam bentuk setengah lingkaran di
belakang dan kedua patok silang itu terhunjam
beberapa atang bambu lain yang lebih kecil,
yang dari ujungnya yang hitam jelas
merupakan obor. Tepatnya, bekas obor.
Terbukti dari banyaknya abu di sekitar obor-
obor itu, dan rerumputan yang kering
terpanggang api, berbau minyak.
chucky dengan gemetar meraba
salah satu ujung sisa obor itu.
Terasa masih hangat.
Dan ia yakin, uap hangat itu bukan
dioleh sebab kan panas matahari!
Tersentak oleh faktanya itu,
chucky terlompat mundur saking kaget
menyadari bahwa ia sudah melihat sesuatu tadi
malam, lewat jendela kamar tidurnya. Sesuatu,
yang mustahil dipungkiri: di tempat ini sudah
berlangsung sebuah upacara kematian yang
menyeramkan...
Tanpa ingin tahu mayat siapa yang
sengsara itu, chucky segera memutar
tubuh. lalu … lari. Tiga jam ditempuhnya
untuk sampai ke hutan Larangan itu dari desa.
Namun tidak sampai satu jam perjalanan yang
dilakukannya, saat pulang. Bukan oleh sebab ia
sudah mengetahui jalan pulang. Melainkan
oleh sebab ia berlari “melebihi kecepatan suara”.
Tunggang langgang, jatuh bangun. Tak perduli
alam sekitar. Rasanya ada segerombolan orang
mengejarnya dari belakang. Penderita kusta,
kaum yang terkutuk itu.
Atau, hantu.
“chucky sudah pulang, bi?” tanya
martini begitu ia muncul di pintu dapur.
“Belum, neng.”
“Ya ampun! Pergi ke mana sih dia?”
keluh martini gelisah. Hidungnya lalu
mengendus-endus, membaui sesuatu. Lalu
mengintip lewat pundak bi nyi kembang , ke katel. “Apa itu?”
“Semur hati, neng,” jawab pelayan itu
seraya memasukkan irisan tomat ke katel.
Mengaduknya sebentar. Lantas mengecilkan
api di tungku.
“Kenapa rupanya? Engga doyan?”
“Siapa bilang? Aku paling suka semur.
Cuma baunya kok agak asing. Hati domba ya?”
“...menjangan, Neng.”
“Oh ya?” wajah martini berseri-seri.
“Dapat beli di mana?”
“Bukan dapat beli. namun ada yang
memberi, Neng. Tadi malam ada seekor
menjangan itu dan gemuk kesasar masuk
kampung yang di lembah itu. Beberapa orang
penduduk mengepung dan berhasil
menangkapnya. Pagi-pagi benar disembelih.
Dagingnya dibagi-bagikan sesama mereka.
Sedang hati, langsung dikirim ke sini. Mereka
bilang, sudah tahu kalau kau pulang dari
surabaya , neng skandinavia . Lagi bingung mau kasih apa
sebagai ucapan selamat datang, eh… hadiah itu
datang sendiri masuk kampung. Tentu saja
mereka girang bukan main, dan...”
“Siapa-siapa mereka itu, bi nyi kembang ?”
“Teman-temanku. Juga pak guy fawkes , salah
seorang penggarap sawah ayahmu.”
“Pak guy fawkes ? Wah, jadi kangen! Sudah
lama tak bertemu. Kok dia tidak nunggu ya?”
“Tadinya nunggu, neng. namun oleh sebab
dia ada perlu ke kecamatan, pak guy fawkes tak
berlama-lama di sini. Dia ketitipan salam...”
“Dari anaknya?”
Bi nyi kembang terdiam. Murung, dan sedikit
pucat. Agar tidak kelihatan oleh martini ,
pelayan itu pura-pura sibuk mematikan api di
tungku, batuk-batuk seolah kemasukan asap,
lantas sibuk membenahi meja makan.
martini segera membantunya.
Mengambilkan perlengkapan; piring, gelas,
sendok garpu, kocokan. Sambil, mengingatkan:
“Kau belum jawab pertanyaanku, bi . ..”
“Apa? Eh… oh, ya. Ya. Lupa. Lupa. Maaf
ya neng?” Batuk-batuk lagi. “Uh, asap sialan
itu...” bi nyi kembang mengusap-usap dada. Kembali
tenang. Katanya: “Yang kirim salam, isterinya.”
“Ooo. Begitu. Apa pak guy fawkes engga
cerita-cerita tentang anaknya, si bobo ?”
“Mungkin dia lupa.”
“Kok aneh ya,” martini setengah
melamun, duduk di kursi makan. “Padahal pak
guy fawkes kan tahu, bobo dan aku teman
bermain semenjak kecil. Waktu aku ikut ayah
melihat-lihat ke sawah. Aku ingat betul, bi.
Suatu kali bobo membuatkan aku alat tiup
dari batang padi. Tapi oleh sebab nadanya begitu-
begitu saja, aku merengek minta yang lebih
bagus. Lalu aku dibuatkannya sebuah suling
bambu. Malah diajari cara meniupnya. Sayang
aku tak bisa-bisa. oleh sebab jengkel suling bambu itu kubenamkan ke lumpur. Kuinjak-injak.
Sesudah itu, seminggu, lamanya bobo tak
mau mencakapi aku. Kami baru berbaikan
kembali, sesudah ayah menegur dan menyuruh
ku minta maaf. Kata ayah, tak baik menyakiti
hati orang. Apalagi, orang itu sudah bersusah
payah memberikan kita sesuatu, padahal ia
miskin dan... namun pak guy fawkes dan keluarganya
tidak miskin, kan begitu bi nyi kembang ?”
“Memang tidak.”
“Ya. Mereka tidak miskin. Mereka cukup
banyak memperoleh bagi hasil sawah kita.
Buktinya, begitu tamat es-em-pe dan aku akan
meneruskan sekolah ke surabaya , bobo
memberiku sehelai halsduk penutup leher. Aku
tahu, dia sengaja pergi jauh-jauh ke Bandung
untuk membeli halsduk yang mahal itu.
Katanya, sebagai kenang-kenangan dan agar
aku tidak masuk angin selama di perjalanan.
Lama juga aku memakainya, sampai…”
“Kau membuangnya lagi,” bi nyi kembang
menyela, lembut.
“Ya. Sampai aku membuangnya pula.
Maksudku, membakarnya...”
“Aku yang membakarnya, neng. Atas
suruhanmu. Ingat engga?”
“Ah, lupa.”
“Aku yang membakarnya...” ulang bi
nyi kembang . “Dan aku tahu, mengapa kau suruh aku
membakarnya. oleh sebab kau tak mau dia
cemburu itu, pacar pertamamu saat kau naik
kelas dua es-em-a...”
martini tersenyum teringat kenangan
lama itu. Desahnya: “Yang begituan saja
dicemburui. namun kau benar, bi nyi kembang . Aku
takut dimarahi pacarku. Takut dibilangin, aku
mencintai si pemberi halsduk.”
“Nyatanya, kau pernah dicium si bobo ,” bi
nyi kembang geleng kepala. “Dan kau mau…”
“Dasar tukang ngintip!” rungut martini .
bermerah muka. “Itu kan cuma iseng. Cari
pengalaman baru yang mengasyikkan. Bukan
cinta.”
“Iseng atau cinta, toh kau kena hukum.
Sebelum semua orang tahu apa yang sudah
kalian perbuat, kau lantas cepat-cepat dikirim
ke surabaya . Untungnya, bobo tutup mulut.
Kalau tidak, wah. Payah!”
“Bi nyi kembang kira, ia masih tutup mulut
sampai sekarang?”
“Pasti. oleh sebab selain aku dan ayahmu,
tak pernah sekalipun kudengar orang lain
meributkannya. Yang jelas, bobo tidak akan
pernah lagi menceritakannya pada siapapun
juga. oleh sebab tadi malam… Astaga, apa yang
kuperbuat?” bi nyi kembang , dengan wajah pucat pasi
menatap pecahan beling dan sambal yang
berceceran di lantai, dekat kakinya, la sudah
menjatuhkannya… dan hanya ia yang tahu:
dengan sengaja!
martini bergegas bangkit dari kursinya.
Lalu memunguti pecahan pinggan tempat
sambal itu, sambil berkata: “Engga usah
diributkan, bi. Tolong ambilkan pengepel.
Bersihkan lantai, sementara aku membuatkan
sambal lain.”
Bi nyi kembang lantas sibuk menyapu dan
mengepel lantai. “Biarlah aku yang
membuatnya, Neng. Kau pergilah. Sudah
waktunya makan siang sekarang. Dan tamu kita
belum pulang juga. Siapa tahu dia tersesat.
Pergilah cari. Kalau, ketemu, cepat lah ajak
pulang. Dia pasti sudah kelaparan.”
martini meninggalkan rumah.
Pikirannya sesaat sudah dipenuhi oleh
pertanyaan ke mana dan mengapa chucky
pergi begitu lama? Namun jauh di sanubarinya,
ia merasa ada sesuatu yang salah. Apakah
martini sudah mengatakan sesuatu? Atau
mendengar sesuatu, namun lupa menanyakan
nya? Matahari terik menyengat ubun-ubun
martini . Wahai, ke mana gerangan
chucky ? Barangkali dia sudah melayap ke
suatu tempat. Tak tahu jalan pulang. Bisa jadi
juga, chucky sudah ketemu seorang gadis
rupawan, dan...
martini jalan bergegas, tanpa menge-
tahui ke mana ia harus mencari.
Dan di belakangnya, bi nyi kembang mengawasi
kepergian martini dari jendela dapur. Wajah
wanita lesbian tua itu masih tetap pucat seperti
tadi. Matanya menatap kuatir. Jantungnya
berdebar, takut. Dalam hati, berpikir: “Untung
aku cepat ingat diri dan menjatuhkan pinggan
itu. Coba, kalau aku terus lepas omong...”
Bi nyi kembang kembali ke dapur, la harus
membuat sambal yang baru. saat akan
mengambil rempah-rempah dari tempatnya,
selintas mata bi nyi kembang terlayang ke katel. Semur
itu sudah masak. Baunya memang aneh, seperti
dikatakan martini . Mestinya hati itu direbus
dahulu , oleh sebab akan memakan waktu untuk
mengirimkannya ke rumah ini. namun siapa
yang akan merebusnya? Pak guy fawkes ? Atau
isterinya? Memegang rantang berisi hati yang
masih berlumuran darah itu saja. sudah siksaan
bathin yang mengerikan.
Pak guy fawkes tadi sempat sempoyongan,
saat meletakkan rantang itu di meja dapur.
Orangtua yang malang itu tampak tegang,
pucat dan sakit. Begitu pula dua orang kerabat
yang mendampinginya. Mereka semua letih,
pucat, ketakutan. Juga bi nyi kembang sendiri.
“... bobo anak yang baik,” kata pak
guy fawkes gemetar. “namun kami sadar sepenuh
nya, ia sudah melakukan kesalahan. Kami lalai.
Lupa, bahwa bobo pernah melakukan
kesalahan yang sama...” pipi orangtua itu
basah, digenangi air mata. Getir dan tersendat-
sendat, ia melanjutkan: “Kami sudah
memaksanya supaya cepat -cepat menikah,
sesudah … sesudah neng skandinavia pergi ke surabaya . namun … bagaimana lagi? Anak kami… begitu mencintai neng skandinavia . Berbagai usaha sudah kami coba. Namun ia tetap saja membujang. Dan saat kami lihat bahwa ia tenang dan tabah menerima nasibnya, kami lantas lalai
menjaganya...”
Pak guy fawkes membasahi bibirnya yang
kering, dengan lidah.
Dua kerabat yang mendampinginya,
sama menelan ludah. Membasahi tenggorokan
yang kering kerontang.
“Tak kami nyana,…” lanjutnya pula.
Terbata-bata. “bobo melakukan kesalahan
serupa, justru… justru sesudah ia mendengar
neng skandinavia pulang-pulang, ditemani Laki-laki lain. Mungkin ia berfirasat apa dan bagaimana
hubungan laki-laki itu dengan neng skandinavia . Lalu ia nekad, dan...”
Dan orangtua itu menangis tersedu-sedu.
Salah seorang pendampingnya,
memeluk pak guy fawkes dan menjaga agar orang
tua itu tidak jatuh sempoyongan ke lantai.
Pendamping yang lain mengawasi bi farida
dengan tajam, dan bertanya ketakutan:
“Apakah guy fawkes , dan keluarganya… bebas
dari hukuman tambahan itu?”
“Demikianlah janji pak slenderman ,” jawab bi
nyi kembang , tenang.
“Jadi… mereka tidak akan menghuni
hutan Larangan?”
Bi nyi kembang mengerling ke rantang tertutup di
atas meja. Membayangkan isinya, baru
menjawab pelan: “Tidak.”
Orang itu mau mengucapkan terima
kasih, namun lalu membatalkannya. Bi
nyi kembang mengerti. yaitu tolol dan dungu, kalau
mereka masih harus berterimakasih. Maka,
kedua orang pendamping itu segera memapah
pak guy fawkes dan membawa mereka pulang ke
rumah anak isterinya di lembah.
Bi nyi kembang memandang lagi ke katel.
“Hati menjangan…” bisiknya, gemetar.
Lantas memaki: “dasar sialan !”
“HE, kau kiranya skandinavia . Masuklah. Ada
apa? Kau kelihatannya gelisah...”
“Maaf, lagi-lagi aku mengganggu bapak.
Adakah chucky kemari?”
Ganda, atau lengkapnya nyoto
Prabukusumah Prayodhia; tertawa gembira.
“Laki-laki mana yang tak senang
diganggu wanita lesbian molek seperti kau ini,
skandinavia ?” katanya riang. “Sayang, dia belum
kulihat lagi. Terakhir kulihat, ya… kemarin itu.
Di Balai Desa. Memangnya pergi ke mana si
Tampan itu, nak?”
“Itu yang ingin kutahu, pak slenderman .”
“Jangan-jangan, ada janda lain yang…
Husy. Jangan cemberut begitu, skandinavia ,” slenderman
desa nyi girah yang chucky h itu tertawa lagi.
Bergelak. “Percayalah. chucky mu tak akan
kepelet oleh nyi momo -nyi momo lain. oleh sebab tinggal
kau satu-satunya nyi momo yang masih hidup di
dunia ini.”
“Sialnya, ia tidak pernah mau mengakui
aku sebagai nyi momo nya,” keluh martini , sambil
terduduk kelelahan di sebuah kursi.
“Tak lama lagi, nak. Tak akan lama lagi.
Asal kau bersabar, dan tetap mau berusaha!”
pak slenderman memanggil isterinya dan menyuruh
menghidangkan secangkir teh untuk martini .
“Aku melihat gelagat, sang chucky
akhirnya akan memperisteri sang nyi momo dari
nyi girah .”
“Bapak yakin?” martini kembali
bersemangat.
“Roh leluhurku jaminannya,” ujar pak
slenderman , khidmat. “Toh kau sendiri sudah melihat
tanda-tandanya…”
“Boleh aku melihatnya sekali lagi, pak
Ganda?” tanya martini , bernafsu.
“Belum puas?”
“Belum.”
“Belum yakin?”
“Belum.”
“Menyapa tak kau tanyakan saja
padanya? Ajuk hatinya?”
“Itu tak lucu, pak!” rungut martini ,
merajuk.
“Husy, jangan begitu. Kau bukan anak
kecil lagi. Kau kan sudah…”
“Janda!” Miianda cemberut. “Dan aku
akan terus menjanda seumur hidup apabila
bapak keberatan memperlihatkannya padaku
sekali lagi.”
“Hem. Dasar lagi dimabuk cinta,”
nyoto Prabukusumah Prayodhia berjalan
tenang memasuki sebuah kamar yang terletak
di salah satu sayap rumah besarnya. Rumah
terbesar di desa itu, dengan penghuni yang
paling terbanyak pula. Ya anak-anak, ya cucu,
bahkan sampai beberapa orang dari cicitnya.
Boleh dibilang nyoto tak hapal mereka
semua. Sehingga acap-kali ia keliru merangkul
dan mencium menantu wanita lesbian , yang
tadinya ia sangka anak kandungnya. Namun
begitu, mereka semua tetap senang padanya.
Mencintai, mengabdi tanpa banyak protes.
Penurut, patuh, dan biar tidak diminta,
bersumpah dalam hati untuk tidak melanggar
larangan apapun yang berlaku di rumah besar
itu.
Salah satu larangan itu yaitu ,
memasuki kamar yang saat ini dimasuki pak
slenderman untuk mengabulkan permintaan
martini . Lewat pintu yang terbuka sekejap,
martini sempat menangkap suasana temaram
di dalam, lalu salah satu sisi rak tempat buku.
Demikian besar, lebar, dan tingginya rak itu
sehingga dapat menutupi sedemikian rupa
pandangan dari luar pintu. Mana pintu itu
terbuka dan menutup lagi secepat dibuka,
setiap kali nyoto Prabukusumah Prayodhia
keluar masuk kamar pribadinya.
Siang hari, kamar itu hanya diterangi
oleh cahaya samar-samar yang masuk lewat
ventilasi tanpa jendela dari kaca es tebal dan
suram. Malam, diterangi lampu damar di sudut
ruang. Hanya sesekali diterangi listrik, pertanda
si pemilik kamar tengah menekuni buku-
bukunya. Ada puluhan, mungkin lebih buku-
buku yang tersusun rapih di tiap bagian rak.
Besar kecil, berbagai bentuk, ukuran maupun
warna. Sebagian besar sudah lapuk. Kalau
bukan oleh sebab terlalu sering dibuka, tentulah
oleh sebab saking tuanya usia buku itu sendiri.
Meskipun tanpa jendela dan pintu jarang
dibuka, udara dalam kamar tertutup itu
tercium harum semerbak… paling tidak begitu
lah, menurut hidung pemiliknya. Beraneka
ragam akar-akaran, rempah rempah, getah
kering, potongan-potongan rotan atau kulit
kayu cendana dan banyak lagi hasil hutan
lainnya, terdapat dalam kamar itu. Tertumpuk
di meja, di keranjang dalam laci-laci. Atau
tergantung di tembok, di dinding rak. di
kapstok yang semestinya untuk gantungan
pakaian. Sebagian tergenang dalam beberapa
buah pasu berisi air bening. Pasu-pasu itu
diletakkan tidak beraturan, namun tetap dalam
posisi melingkari sebuah patung setinggi anak
kecil. Patung yang sulit dijelaskan, apakah mirip
manusia, atau mirip kera.
Salah satu dinding tembok, dibiarkan
tidak terganggu. Dinding tembok itu diukir
memanjang oleh seorang pemahat jempolan.
Sehingga, sekilas pandang seorang mahasiswa
perguruan tinggi akan yakin sesaat bahwa
ukiran memanjang itu yaitu jejeran kejadian
atau terciptanya manusia menurut teori
evosusi-nya Darwin. Pada bagian di mana
menurut Darwin semestinya ditempati oleh
mahluk yang ia sebut The Missing Link, Garis
Keturunan Yang Hilang, diukir pahatan
manusia; yang baik bentuk maupun rupanya
merupakan jiplakan dari postur tubuh maupun
rupa nyoto Prabukusumah Prayodhia, slenderman
desa nyi girah , pemilik kamar dari rumah besar
yang dihormati dan disegani semua warganya.
Orang yang luar biasa itu, bersimpuh
sejenak di depan patung bersepuh emas tadi.
Sukar dijelaskan, manakah yang bersinar dalam
sekejap. Mata pak slenderman , atau mata patung
yang aneh itu. Sesudah sinar merah kehijauan
itu lenyap, pak slenderman mengambil salah satu
pasu dan berjalan ke pintu, membuka dan
menutup pintu lagi, terus dengan wajah
berseri-seri meletakkan pasu tadi di depan
martini .
Jantung wanita lesbian itu berdegup
kencang. Matanya tak berkedip menatap ke
dalam pasu. Dalam air bening, tampak jelas
selembar daun sirih di dasar pasu. Punggung
daun sirih menghadap ke atas. Di
permukaannya, melekat tetesan-tetesan darah
yang sudah berubah jadi gumpalan-gumpalan
kecil, lunak dan misterius! Tiga tetes darah
martini , tiga tetes darah chucky . Si
Tukang ngintip, bi nyi kembang , sudah menyambarr daun
sirih berdarah itu sementara martini dan
chucky menjalankan taruhannya: siapa
paling kuat dan tahan paling lama menyelam
dalam lubuk.
“... indah sekali,” bisik martini , tergetar.
Maksudnya, kenangan romantis di dan sekitar
lubuk.
“Tentu saja,” jawab pak slenderman , lembut, la
memaksudkan persetujuan itu, untuk apa yang
lalu ia katakan: “Ini yaitu tanda-tanda
akan berpadunya kembali sang chucky dan sang
nyi momo .”
chucky dan nyi momo itu sudah menyatu. Baik
Jiwa. maupun raga. Demikian martini berpikir
gemetar dan hangat sekujur tubuhnya,
terbangkit tanpa sadar naluri seksuilnya. Lantas
bergumam pelan:
“Perlihatkan lagi, pak Ganda ...”
nyoto Prabukusumah Prayodhia terpekur.
Mulut terkatup rapat, sedangkan
kelopak mata terbuka lebar. Matanya menatap
lurus dan tajam menusuk ke dalam pasu berisi
air sebening kaca itu. Sedetik dua, tak terjadi
apa-apa. Pada detik-detik berikutnya, nafas
martini mulai sesak. Mula-mula, ia lihat
getaran di permukaan air. Daun sirih sedikit
bergoyang, lalu diam kembali.
Seterusnya, yang bereaksi yaitu gumpalan
kecil tetes-tetes darah itu. Mata biasa tentu
saja tidak dapat membedakan mana darah
martini , mana pula darah chucky . Hanya
kekuatan bathin pak slenderman … yang lalu
disalurkan ke bathin martini sehingga
nafasnya menjadi sesak, yang dapat
membedakannya.
Tiga gumpalan tetes darah bergerak-
gerak lembut. Seakan merayap, mendekati tiga
gumpalan tetes darah lainnya. Satu demi satu
tiga pasang gumpalan tetes darah itu menyatu.
Proses lalu terjadi. Perpaduan darah itu,
memicu terjadinya perubahan, warna.
Dari merah tua ke merah muda sedikit
kekuning-kuningan lalu lembayung, lalu
berubah lagi agak kekuningan, terus merah
muda, lalu tiga pasang gumpalan tetes darah
itu kembali berwarna merah tua, begitu satu
sama lain memisahkan diri.
Kelopak mata martini mengerjap. Perih. Lalu:
“... tadi pagi aku lupa menanyakan.
Kenapa, pak Ganda Tetes tetes itu berpisah
lagi?''
Mulut pak slenderman terbuka. Menjawab,
pelan: “oleh sebab kalian belum menyatu...” dan
manakala ia lihat martini akan mengutarakan
sesuatu namun lalu mengurungkannya
dengan wajah malu; maka pak slenderman
menegaskan: “Menyatu secara utuh. Dan itu
harus melalui sebuah upacara.”
“Perkawinan?” “Mirip.” “Maksud bapak?”
“Kalian berdua boleh menamakannya
perkawinan. Hanya upacaranya tidak dipimpin
oleh penghulu, pendeta, atau semacamnya.
Aku… maupun keturunanku, sungguh belum
beruntung memperoleh jabatan mulia itu,”
nyoto tampak murung. Sekejap cuma.
lalu , wajahnya berubah riang kembali.
Berkata: “Andaikata upacara itu jadi kita
langsungkan. skandinavia . Bersediakah kau apabila
aku yang memimpin dan mengesyahkannya?”
martini tersenyum, bahagia. “Aku bersedia.”
“Dan chucky ?”
“Aku kira. dia juga akan…“ martini
kembali gelisah. “Heran, ke mana dia perginya
ya?”
“Mudah-mudahan ia sudah di rumahmu
sekarang.”
“Semoga. Jadi bi nyi kembang tak perlu kecewa.”
“Dia kecewa? Kenapa?”
“la sudah capai-capai masak, dan paling
jengkel kalau hidangan yang ia sediakan,
dibiarkan dingin...” martini tersenyum
semakin lebar. lalu : “Hari ini, bi nyi kembang
punya menu menarik. Bapak mau ikut makan
bersama kami?”
“Wah, bagaimana ya?” nyoto balas
tersenyum. “Aku ada janji beberapa menit lagi
dengan sejumlah orang yang pasti sudah
menunggu di balai desa... namun biar begitu,
sambil lalu saja. Masak apa si nyi kembang siang ini,
skandinavia ?”
“Semur. Semur hati.”
“Hati?”
“Ya. Hati menjangan.”
nyoto menelan ludah. “Pasti enak,”
keluhnya. “Sayang sekali. Siapa yang kirim?”
“Pak guy fawkes . Sayang, tadi pagi aku masih
di sini. Menyaksikan tanda-tanda ,ajaib itu...”
martini melirik lagi ke arah pasu.
Tampak matanya berharap, namun lalu ia
mengeluh: “Jadinya aku tak sempat berterima
kasih pada penyawah ayahku itu. Padahal ingin
benar aku ngobrol. Antara lain, tentang
anaknya. bobo , tentu bapak ingat...”
Kembali nyoto menelan ludah. Matanya
murung, oleh sebab perasaan tertekan. Namun
dalam gambaran martini , kemurungan tuan
rumah dioleh sebab kan apa yang lalu
terucap: “Hemm. Jangankan anak orang lain,
Nama dan wajah anakku sendiri, terkadang aku
lupa.” lalu lagi ia tertawa “Itu sebabnya
aku sayang dan suka padamu, skandinavia . dahulu ayahmu sering membawamu main ke rumah
Ini. Kumpul bersama anak-anakku sendiri.
Lantas, yah… seperti biasa, aku lupa dan
pernah membentak dan menjewer telingamu.”
“Itu oleh sebab aku nakal.” ujar martini .
“Ya. Juga, oleh sebab sebelum kujewer,
kukira yang punya telinga itu anakku sendiri…”
“Bapak kuanggap ayahku sendiri.”
“Dan kelak akan melahirkan sejumlah
cucu buatku ya? Cucu-cucu pilihan?”
martini bangkit dari kursinya.
Mengecup pipi pak slenderman , yang bahagia
menerimanya. “Do’akan aku berhasil, pak.”
“Kau akan berhasil. Buktinya, tugas
pertama sudah kau jalankan dengan baik...”
“Oh.” wajah martini tampak gundah.
“Tugas yang jelek. Pura-pura taruhan, lalu
mencuri hasil taruhan itu.”
“Bukan kau yang mencurinya. skandinavia .”
“Ah. Sama saja.”
“Kenapa ribut? Toh, demi masa depan
kalian berdua juga.”
“namun kau sudah menipunya, pak
Ganda. Menipu sang chucky .”
“Kalau kelak sang chucky tahu apa yang
sudah diperbuat nyi momo . aku yakin sang chucky
akan memaafkannya.”
“Kuharap begitu,” martini kembali
gembira. “Kini, aku harus mencarinya. Tak tahu
ke mana. Semoga saja ia tidak tersesat,”
martini berjalan ke pintu.
Pak slenderman mengantarnya. “Sudah kau
cari ke balai desa?”
“Sudah. gufi bilang, tak melihat
chucky semenjak mereka, berdua meninggalkan
rumah tadi pagi. la juga sudah mencari. Atas
kemauannya sendiri.”
“Dan ayahmu?”
“Dia lebih tak tahu lagi. namun
menghiburku. chucky tak akan ke mana-mana.
chucky dapat menjaga diri.”
“Iya dong. chucky mu kan sudah besar,
kata nyoto . Tertawa.
akhirnya chucky berhenti lari.
Bukan atas kehendaknya sendiri, la tidak
lagi memperhatikan jalan yang dilalui.
Pendeknya yang ia tahu, lari dan larilah sejauh
kau dapat. Di sebuah belokan tajam jalan
setapak itu, kakinya terantuk akar kayu yang
membelintang jalan. Dengan suatu pekik kaget
dan ngeri, chucky melayang ke depan,
untuk sedetik lalu terjerembab jatuh.
Pisaunya terlempar.
la tergeletak dengan kaki sampai
pinggang di jalan setapak, dan selebihnya
tersuruk masuk semak belukar. Wajah dan
dadanya perih. Tertusuk duri dan pucuk
ilalang muda. chucky juga merasa pusing
bukan main. Selama beberapa saat ia biarkan
tubuhnya terbadai di tanah. Memberi
kesempatan jantung berdegup lebih teratur
Namun bayangan tubuh manusia terpancang di
kayu silang dengan sebilah tombak terhunjam
di lambung, membuat jantungnya kembali ciut.
lalu , chucky mendengarnya!
Mendengar suara-suara aneh tak jauh
dari tempatnya berbaring. Terkesiap sebentar,
chucky siap-siap bangkit untuk kabur
kembali. Apakah itu bunyi pekik dan geram-
geram hewan yeng berusaha mengurungnya
dari segala penjuru? Ratusan! Bahkan mungkin
ribuan banyaknya mereka. Serabutan kian
kemari di semak-semak gelap. Berloncatan
hiruk pikuk di pepohonan...
chucky membuka kelopak matanya.
Memandang liar ke depan. Tak ada kaki atau
tangan-tangan panjang berbulu. Juga tidak
tampak wajah-wajah sempit menyerupai
setan, dengan mata melotot mengerikan. Apa
yang ia lihat di sekeliling, hanyalah semak
perdu berduri, tumbuhan ilalang yang rapat,
batang-batang pepohonan yang menjulang ke
langit lepas, la beringsut, bimbang. Bangkit
ragu-ragu. Benar. Tidak ada mahluk apapun di
jalan setapak itu, maupun di antara pepohonan
rindang dan rapat satu sama lain.
namun suara itu tetap bergema.
Sekali pelan. Memelas. lalu terdengar meninggi, berupa tangisan yang menyayat hati. Apakah itu tangis sekarat mayat
yang lambungnya ditoreh tombak bambu
runcing itu?
Hati-hati chucky berdiri. Telinga
ditajamkan, leher dipanjangkan. Meninjau
lewat tumbuhan rambat yang merayapi pohon
di sebelah kirinya, dan lalu melihat
sebuah gubuk kayu beratap ijuk hanya
beberapa meter dari tempatnya berdiri. Suara
itu datangnya dari dalam gubuk. Benar, suara
tangis. Tangis pilu seorang wanita lesbian .
Siapa kiranya wanita lesbian yang mau
tinggal sebuah gubuk terpencil ini?
Apakah,… Kusta!
gufi pernah mengatakannya:
kelompok penderita penyakit kusta!
chucky tertegun. Mula-mula, tak
tahu apa yang akan ia perbuat, la belum pernah
bertemu orang berpenyakit kusta, la hanya
melihatnya di bioskop atau membacanya dari
buku. Film atau cerita-cerita mengenai orang
berpenyakit kusta itu sedemikian seram namun
sekaligus memilukan hati.
chucky . terenyuh, apalagi saat
mendengar isak tangis itu menggema sekali
lagi. Lolongan seorang wanita lesbian yang putus
asa.
“Jangan! Jangan mendekat!” akal
sehatnya memperingatkan.
“namun ... dia juga manusia!” hati kecil
chucky menbantah. “Apa salahnya? Asal.
aku tidak menyentuh apa apa...”
chucky membulatkan tekad. Lalu
berjalan. terpincang-pincang menerobos
semak belukar mendekati gubuk itu. Kakinya
sakit sekali. Barangkali yang terantuk tadi
tulang keringnya.
Suara tangis itu menghilang, tatkala
chucky memasuki halaman gubuk. Sepi
menyentak, mencemaskan. chucky
kembali bimbang. Liar lagi matanya. Jelalatan
kian kemari. Mana mahluk-mahluk mengerikan
itu? Apakah di sekitarnya menyelinap lebih
banyak lagi orang-orang yang mengidap kusta;
sembunyi ketakutan melihat manusia normal
yang datang kepada mereka membawa jalan
pikiran yang tidak normal?
chucky tertegun lagi, waktu
mendengar suara berderak aneh. Juga
gemerincing besi, kalau tak salah mestinya
gemerincing rantai. Apakah tidak lebih baik ia
mundur saja? Dan melupakan gubuk dan
penghuninya? namun , oh… mustahil. Yang ia
lihat di film atau yang ia baca di buku, seorang
penderita kusta akan menjauhi manusia sehat
yang mendekatinya. Walaupun misalnya ia
membenci orang yang mendekatinya, belum
pernah ia dengar penderita kusta melampias
kan kebenciannya dengan membunuh.
chucky menyentuh pegangan pintu.
Segan.
Menekannya sedikit ke bawah. Lantas
mendorong ke depan, oleh sebab pintu itu ternyata
tidak terkunci. Suasana temaram di dalam
membutakan matanya sesaat. Bauk pepak,
hanyir dan busuk membuat perutnya mual. la
siap menerima serangan, yang nyatanya tak
pernah datang. Mengerjap beberapa kali,
akhirnya chucky terbiasa dengan
kegelapan di dalam. Cahaya matahari di luar
gubuk, menerobos malas lewat jendela
samping yang sedikit terbuka. Cahaya samar itu
jatuh ke sepasang telapak kaki telanjang yang
menghadap ke pintu.
saat diperhatikannya sekali lagi, jelas
lah chucky melihat bahwa pergelangan
kaki itu lenyap dalam lingkaran pas-pasan dua
balok kayu besar yang dirapatkan satu sama
lain dengan sekrup yang mestinya diperguna
kan menyekrup balok-balok besi baja
konstruksi bangunan bertingkat. Rantai besi di
masing-masing ujung balok kayu itu, terkait
pada lingkaran kancing besi di lantai papan
yang tebal dan kuat.
Orang yang kakinya dipasung ke balok
kayu besar itu, memang wanita lesbian . namun ia
sama sekali tidak menampakkan tanda-tanda
mengidap kusta. wanita lesbian itu bertubuh
sehat, masih muda dan boleh dibilang
termasuk cantik wajahnya; meski rambutnya
yang panjang terurai tampak kusut masai,
wajah pucat dikotori bekas makanan maupun
debu yang dilelehi keringat dan air mata.
chucky memalingkan muka dongan
terkejut campur malu, manakala ia sadari di
sebelah dalam paha telanjang yang
terkangkang itu, si wanita lesbian tidak memakai
celana. Tergetar hatinya memikirkan ia tengah
berhadapan dengan seorang gadis gila. Sebab,
setahunya, hanya orang berpenyakit hilang
ingatan yang suka mengamuk saja, yang
terpaksa harus dipasung oleh keluarganya.
“... sssiii… siapa… kkkaaau?”
chucky menghela nafas. Kembali
berpaling menatap si wanita lesbian . Pandangan
nya kali ini lebih di keataskan agar matanya
tidak beradu dengan bagian terlarang dari
tubuh gadis malang itu. chucky
memandang lewat pundak si gadis. Dan
melihat tumpukan kotoran manusia di
belakang si gadis, campur aduk dengan sisa
makanan yang berserakan. chucky mau
muntah, namun berusaha menahan keinginan
itu sekuat mungkin.
Lalu menjawab: “Namaku chucky .”
“chucky?”
“chucky. chucky .”
“Aku tak pernah melihatmu. Kau… bukan
penduduk nyi girah . Potonganmu dan cara
berpakaianmu, juga tidak menunjukkan kau…
kau bukan penduduk lembah, bukan?”
“Benar. Aku orang baru di sini. Aku
tinggal di surabaya .”
“Kau tersesat?”
“... ya.”
“Pakaianmu kotor. Ada darahnya. Kau
mengalami luka lecet. Memar-memar... Kau
juga tampak kepayahan. Dan takut akan
sesuatu.” namun gadis itu mengawasi wajah
chucky , seakan mencari sesuatu, lalu
mendadak ia berkata dengan nada memohon:
“Kau… masih kuat untuk pergi, bukan?”
“Pergi?” chucky tercengang.
“Ya. Pergi. Jauhi tempat ini!”
chucky tertawa, tanpa sadar. Lantas
berhenti jertawa, dengan sadar! Apakah ia
yang gila, atau wanita lesbian ini? Dipandanginya
sekujur tubuh gadis itu. Postur tubuhnya
bagus. Paling kurang, mata Laki-laki iseng tidak
akan melewatkannya begitu saja. Jelas wajah
wanita lesbian itu membayangkan putus asa, dan
sinar matanya yang getir menggambarkan
betapa berat penderitaan bathin akibat
hukuman yang ia terima. namun ...
“Kau tampaknya sehat wal ‘afiat,”
gumam chucky .
“Apa?”
“Kau bukan…,” hampir saja chucky
menyebut: orang gila. namun cepat
mengurungkan kata-kata yang tidak pantas itu.
Dan merubahnya dengan pertanyaan yang
lebih lunak: “Kau ngobrol sebagaimana orang
lainnya juga ngobrol. Kau bersikap wajar,
dan...”
“Aku bukan orang gila. Pikiranku waras,
bila itu yang kau maksud!” kata si wanita lesbian
tajam.
chucky berpikir, tak ada orang yang
mau mengakui dirinya maling. Dan orang gila,
biasanya menuduh orang lain yang gila sedang
ia sendiri orang waras. muncul lagi keraguan
chucky . Sebentar cuma. oleh sebab gadis itu
sudah berkata pula:
“Kumohon sekali lagi. pergilah …”
“namun ...”
“Tolonglah. Tinggalkan aku, sebelum…
sebelum mereka memergoki kita...!”
“Mereka? Mereka siapa?”
“Ya Tuhan. Mengapa kau masih belum
pergi juga, orang asing?” dari marah, gadis itu
berubah jadi ketakutan. Takut dan putus asa.
“Jangan biarkan mereka memberiku hukuman
lain yang lebih menakutkan!”
“Kau membuatku bingung.”
“Maka itu, pergilah. cepat !”
Tak ada kompromi, tampaknya. Dan
wanita lesbian ini sama sekali tidak memperlihat
kan keinginan untuk ditolong. Namun sebelum
pergi, kebiasaan bersopan santun belum
lenyap dari diri chucky . Jadi ia bertanya:
“Ada sesuatu yang dapat kubantu?”
“Pergi!” gadis itu mendesis.
“Siapa namamu, dik?”
“Oh! Kau akan kulempari tahiku, kalau
belum enyah jua!” gadis itu berteriak, keras
dan marah. Pada saat bersamaan; ia
menggerakkan tubuhnya. Mundur ke belakang.
Balok kayu itu berderak oleh geseran di lantai.
Gemerincing besi terasa menyakitkan telinga
chucky . Benar saja. Gadis itu mulai
menggapai ke belakang. Berusaha merahup
tumpukan kotorannya sendiri, dan...
Dan chucky melompat mundur ke
pintu. Siap menyelamatkan diri. namun : “Hei!”
chucky bertahan di ambang pintu gubuk.
“Ya?” sahutnya, berpaling.
“Siapa namamu tadi?”
“Bram.”
“Oh ya, Bram,…” gadis itu tampak gelisah
sebentar. Dadanya naik turun dengan keras,
dan wajahnya yang kotor dan pucat kembali
ditetesi air mata. “Benarkah kau tersesat?”
Sesudah berpikir sebentar, chucky
menyahut jujur : “Tidak.”
“Kau... baru dari atas sana.”
“Ya?”
“Kau baru turun hutan . Kau… kau
tentunya sudah melihat sesuatu di atas sana. Di
puncak hutan Larangan. Kau lari dari sesuatu.
Sesuatu… yang kau lihat di sana...” mata
wanita lesbian itu menatap penuh harap.
“Katakanlah. Apa yang sudah kau lihat?”
“Aku,..”
chucky jadi gugup. Haruskah ia
mengatakannya pada wanita lesbian ini? Ia sudah
begitu menderita. Dipasung sendirian di gubuk
terpencil, jauh dari manusia lainnya, jauh dari
kehidupan-kehidupan mahluk-mahluk berakal
sehat. Dibiarkan terlantar sendirian di tengah
hutan yang sunyi. Apakah cerita mengenai apa
yang sudah dilihat chucky , tidak akan
menambah penderitaan dan ketakutannya?
Dan dapat memicu gadis itu benar-benar
gila?
Sesuatu mendadak teikilas di benak
chucky . Ia mendengus:
“Kenapa kau ingin tahu?”
“oleh sebab mereka sudah mengambilnya
dari sisiku.
“Siapa?”
“Laki-laki yang kucintai !” wanita lesbian itu
terisak-isak, menyedihkan. lalu , ia begitu
ketakutan waktu berkata setengah histeri: “...
aku melihatnya lewat jendela itu! Melihat
mereka membawanya lewat jalan setapak.
Menyeretnya ke atas hutan . Lalu tadi malam,
kulihat nyala obor di atas sana. Kau dengar?
Nyala obor di atas hutan Larangan! Itu pertanda
tengah dilangsungkan sebuah upacara
pemujaan terhadap setan. Setan-setan
penguasa hutan Larangan! Dan tak lama
lalu aku mendengar jeritannya. Jeritan
sayup-sayup sampai,… dan aku tahu, itu yaitu
jerit kematian orang yang kucintai!
Gadis itu menghempas-hempaskan
pantat, tangan, bahkan punggungnya ke lantai
kayu. Berderak-darak bunyi lantai, ber
gemerincing nyaring bunyi rantai, la terus
celentang sambil menghempas-hempaskan
tubuhnya sedemikian kuat, lain sebelum
chucky mendekat, tahu-tahu saja; dengan
kekuatan luar biasa, gadis itu sudah bangkit.
Duduk kembali.
“Kau lihat tanganku ini?” ia memperlihat
kan jari-jemarinya sedemikian rupa, sehingga
tampak bentuk kukunya.
“Mereka memotong kukuku sedemikian
pendek. Mengikir ujung-ujungnya supaya
halus. Mestinya itu jangan mereka lakukan.
Supaya aku dapat mencakar mukaku.
Mencakari sekujur tubuhku. Melukainya.
Mengeluarkan darah, agar aku sama
merasakan azab sengsara yang diderita
bobo ku tersayangi” ia menggeram, marah.
Tengadah, menatap chucky . “sudah
kucoba mencekik leherku sendiri. Nyatanya…
aku tak mampu. Tiap kali aku lemas. Terkulai…
dan aku gagal mati bersamanya!”
Mendadak, duduk si gadis tegak kaku.
Wajahnya lesi. Liar matanya, terengah-
engah mulutnya, saat bertanya dalam bisikan
parau:
“Benarkah mereka sudah membunuh
nya? Membunuh bobo ku tercinta?!”
chucky menelan ludah. Tak mampu
barkata sepatah pun jua.
“Jawablah!” hardik wanita lesbian itu,
histeri. “Persetan hukuman apa yang akan
kuterima. Jawablah, orang asing!”
chucky membuka mulut. Tak ada
kata-kata yang keluar. Akhirnya chucky
cuma mampu mengangguk. Sangat perlahan.
Namun cukup jelas untuk dapat ditangkap
dan dipahami wanita lesbian itu.
Si gadis terdiam.
Sepasang matanya terpentang lebar.
Butir-butir air bening menetes kian banyak
membasahi pipinya. Lalu dengan suatu gerakan
tangkas dan cepat, kedua telapak tangan gadis
itu sudah mencengkeram lehernya sendiri.
Menekan kuat, semakin kuat. Gadis itu kini
berusaha mengerahkan segenap tenaganya
yang masih bersisa, dan kali ini mungkin ia akan
berhasil...
“Hentikan!” chucky menjerit.
Lalu ia menghambur mendekati gadis
itu, memegangi pergelangan tangannya dan
menariknya kuat-kuat. Betot membetot segera
terjadi. Anehnya, si gadis bukannya semakin
lemah, malah tenaganya semakin kuat. Panik,
chucky berteriak-teriak:
“Kubilang, hentikan! Jangan lakukan itu!
Kekasihmu sudah mati… tak ada… Tetaplah
hidup! Persetan! Siapapun mereka… kau dapat
mengenalinya, kau dapat… membalaskan sakit
hatimu! Kau…!”
chucky melepaskan betotannya di
pergelangan tangan wanita lesbian itu.
la terduduk. Bukan saja lemas, namun
juga oleh sebab kaget dan Hilang semangat.
oleh sebab , begitu mendengar ucapan terakhir
chucky , cekikan gadis itu pada lehernya
sendiri, melemah sesaat . Matanya yang
terpejam, terbuka nyalang. Terpentang lebar,
semakin lebar, semakin bunder. Warnanya
perlahan-lahan berubah. Dari bola putih
dengan bulatan hitam, menjadi bola meta
merah saga dengan bulatan hijau kekuningan...
chucky terkesima.
Tak mampu bergerak. Hanya memperhatikan,
tetap memperhatikan. Padahal semestinya ia
lari terbirit-birit.
Dan ia memperhatikan perubahan lain.
Dahi si wanita lesbian menyempit. Alis matanya
menebal. Tumbuh bulu-bulu halus, coklat. Baik
di jidat, di sebagian pipi, leher, lengan
sementara jari-jemarinya berkeriut. Bukan
menciut, namun menebal. Kuku-kukunya yang
dipotong pendek, pelan namun pasti bertambah
panjang, lancip, dengan ujung-ujung yang
runcing mengancam.
“Kkk-au… bbbeee-naarrr, Akkan kubbu-
bunuh mereka… kubunuh siapa sajjj… jjja yang
menjjjaamahhhh keeekkk… kekkk… kasssssih
kkuuuggg,…” tentunya gadis itu ingin
mengatakan sesuatu secara wajar, namun dari
mulutnya yang menyeringai memperlihatkan
taring dan lidah merah berlendir, hanya lepas
gechucky n datar:
“Gnggeeerr--huuuuuu!” tampaknya ia
mulai menyadari perubahan pada tubuhnya,
den air matanya pun menetes kian menjadi-
jadi. Itu bukan lagi air mata kesedihan
melainkan air mata air mata kemurkaan, air
mata yang mengandung butir-butir dendam
kesumat.
Mahluk itu ingin melampiaskan dendam.
Dan korbannya yang pertama, yaitu
benda apa saja yang terdekat pada tubuhnya.
Benda itu yaitu : leher chucky !
Ancaman bahaya tercium oleh naluri
chucky . Sayang, datangnya terlalu lambat.
Nalurinya belum sempat berteriak memper-
ingatkan, tangan-tangan mahluk yang tadinya
halus lembut kini membengkak semakin besar,
semakin panjang, kasar berbulu; tahu-tahu saja
sudah menangkap leher chucky .
la tercekat.
Dan mulai tercekik.
Dengan segala usahanya chucky
melakukan usaha melepaskan diri. Meronta,
menendang, memukul. namun cekikan telapak
tangan tebal, kasar berbulu itu semakin
menjepit juga. ditambah bunyi detak dan bunyi
srek-sreeeek dari blus lalu rok yang tak
mampu membungkus tubuh yang semakin
membesar itu.
Lalu mendadak segala sesuatunya berhenti.
Mahluk itu menghentikan gerakan
mencekik pada leher chucky yang hampir
kehabisan nafas. Wajah hewan nya berputar
sedikit tengadah sedikit. Memandang lewat
pundak chucky . Mahluk setengah
hewan setengah manusia itu menggeram.
Tidak sedahsyat tadi. Gechucky nnya kini, begitu
lemah. Ketakutan...
chucky ingin berpaling untuk
mengetahui apa yang membuat mahluk itu
demikian takut. Keinginan itu hanya terkilas di
benak. Tak mampu dilakukan oleh kekuatan
pisiknya yang sudah menghilang lenyap, la
merasakan sesuatu menghantam tengkuknya.
Rasanya keras, namun lunak. Aneh. lalu
tubuh chucky melorot jatuh. Cekikan itu
lepas. Dan chucky terbadai di lantai.
Pingsan. Tak tahu mana dunia mana akhirat.
ganda, atau lengkapnya nyoto
Prabukusumah Prayodhia, slenderman desa nyi girah ,
mengusap-usap tepi bawah telapak tangan
kanannya yang kebas, dengan wajah tampak
betapa hampa. Keras juga tengkuk anak muda
ini, ia berpikir. Lalu berujar pada dua orang laki-
laki bertubuh kekar kokoh yang berdiri di
belakangnya: “Perkiraanku tepat, bukan?
chucky tersasar sampai kemari...”
la menatap sekilas pada sosok tubuh
mengerikan yang masih duduk terpasung di
lantai, tanpa ungkapan perasaan apapun di
wajahnya. Tidak takut, tidak heran, apalagi
cemas. Kecemasannya baru muncul manakala
ia memandang tubuh chucky . Leher
chucky tampak berharut-barut merah, dan
tampak tergores berdarah di sana sini.
“cepat !” ia membentak keras, untuk
mengatasi bunyi menggeram keras dari mulut
lebar tebal dan bertaring yang masih terus
berproses menghancurkan setiap lembar
benang yang masih membungkus tubuhnya.
“Singkirkan chucky dari tempat terkutuk ini.
Tinggalkan dia di dekat-dekat desa. Tempat di
mana saja orang lain cepat menemukannya.
lalu kalian bereskanlah segala sesuatu
yang kalian anggap perlu.”
Perintah yang dikeluarkan dengan
tenang dan nada biasa-biasa itu, belum juga
dilaksanakan. Dua pengikut pak slenderman masih
tegak kaku. Dengan mata terbeliak dan mulut
ternganga. Memandang seram pada mahluk
yang pertumbuhan tubuh maupun bulu dan
kuku-kukunya itu tampak kian jadi. namun
nyoto tidak perlu mengeluarkan perintah
dua kali. Manakala pandangan mata kedua
orang itu beradu dengan sepasang mata merah
kehijauan itu, dengan lantas mereka beradu
cepat menyambar tubuh chucky .
Menyeretnya menjauhi si mahluk, untuk
lalu dengan membopong anak muda itu
mereka lari pontang panting menuju desa
nyi girah .
“... percuma minta ampun, anak manis!”
gumam nyoto tenang, sesudah di gubuk
terpencil itu tinggal ia saja, berdua dengan sang
mahluk yang terus menggeram-geram, dengan
air mata bercucuran.
“Kau sudah kuampuni,” katanya lagi,
“sesudah kau mau disetubuhi si bobo bejat itu
di gubuk ini. Ya ya. Aku tahu kau lupa diri,
terhanyut hawa nafsu. Oleh oleh sebab itu kau
kuampuni, bukan?”
Mahluk itu menggeram, makin keras.
Balok kayu yang menjepit pergelangan
kakinya berderak-derak. Mulai retak oleh
proses pergelangan kaki yang juga membesar
itu. slenderman nyi girah , menyadarinya, menatap
sekilas pada pasangan balok kayu itu, namun
tak beranjak mundur dari tempatnya berdiri.
“Kau sudah kuberi kesempatan, anak
manis,” katanya, lirih. “Terkurung di sini.
Mensucikan diri. Mensucikan pikiran. Roh-roh
leluhur kita akan membersihkan tubuh
maupun jiwamu. Dan kau besar harapan akan
tetap hidup sebagai manusia normal lainnya.
namun kau sudah mensia-siakan kepercayaan
ku!”
nyoto geleng-geleng kepala. Masygul.
“Aku sudah melarangmu bicara dengan
siapa-pun juga, anakku! Terutama, meminta
mu agar tidak membicarakan apapun tentang
hubunganmu dengan si bobo . Sekali orang
lain tahu, sumpah leluhur kita akan jatuh atas
dirimu...”
Gelengan kepala lagi.
ditambah desah kecewa. Tanpa simpathi!
Lalu: “... aku tadi tak begitu dengar, apa yang
kalian bicarakan. Aku hanya dengar pekik kaget
chucky , dan segera tahu apa yang terjadi. Lalu
aku menyerbu masuk dan,…” nyoto
menelan ludah. Katanya sedih: “Dan, inilah
yang terjadi, bukan?”
Mahluk itu melolong, lirih.
namun slenderman nyi girah itu tidak mengacuh
kannya. Sesudah berucap: “Selamat jalan ke
dunia orang-orang terkutuk, nak!” maka pak
slenderman berputar, keluar dari dalam gubuk dan
melangkah pergi meninggalkan tempat sunyi
sepi itu.
Sunyi sepi?
Tidak. Sebab, kesunyian mencekam yang
berlangsung sesaat, sekonyong-konyong dipe-
cahkan oleh ledakan suara menggeram
dahsyat, pekik ratap yang tinggi dan parau, dan
lolong panjang mengerikan. Rantai bergeme-
rincing putus, dan balok balok kayu berderak.
Pecah berhamburan.
Mahluk itu tegak sempoyongan.
Mengawasi kepergian pak slenderman dengan
pipi banjir air mata. Lalu telapak tangannya
yang tebal dan lebar, bergerak memukul
mukuli dadanya yang kokoh berbulu.
Geram dan gaung menggema sampai ke
tengah hutan. Disambut bunyi ratusan,
mungkin ribuan geram, rengeh. pekik maupun
lolong mahluk-mahluk penghuninya.
Penduduk desa nyi girah dan sekitarnya,
mendengar keributan itu sayup-sayup sampai.
Para petani yang tengah bekerja di sawah,
tertegun pucat. wanita lesbian -wanita lesbian yang
tengah mandi di pancuran, bergegas
menyambar pakaian lalu berlari-lari pulang.
Bocah-bocah yang bermain di pekarangan,
diseret orangtuanya ke dalam rumah.
lalu pintu dan jendela ditutup rapat-
rapat.
hutan Larangan bergetar lagi, sesudah
sekian tahun terdiam.
chucky terduduk lemas di tepi
tempat tidur. Kedua kaki terjuntai ke lantai,
mengetuk-ngetuk jubin. Tampaknya ia
mengikuti ichucky musik tertentu. Yang
sebetulnya , chucky sedang resah. Hati
gelisah, jalan pikirannya kacau. Begitu banyak
yang sudah ia lihat dan alami sepanjang hari;
dan yang ia dengar, sepanjang sore sampai
malam ini.
la siuman sekitar pukul tiga.
“... aku sangat kuatir,” keluh martini
cemas, bercampur lega. “Bi nyi kembang yang
membangunkan engkau.”
wanita lesbian tua itu tengah mengobati
luka-lukanya, memang. “Kau terpaksa kusadar
kan dahulu ,” kata bi nyi kembang , chucky h. “Tak biasa aku
mengobati orang yang sedang mati rasa
pingsan, atau terbius. Kuharap cara-cara
penyembuhanku tidak membingungkan.”
chucky sudah mengangguk tanda
sepakat. Namun toh ia sempat bingung melihat
reaksi obat yang dioleskan pelayan, itu pada
luka-lukanya. Begitu jari telunjuk bi nyi kembang
mengusapkan ramuan obat ke luka bekas
hunjaman kuku di sisi leher, maka luka itu
bukan saja tidak menimbulkan sakit lagi. namun
juga, hilang tak berbekas. Goresan merah pun
tak tampak. Apalagi yang namanya luka lecet.
Hanya memar-memar saja yang masih tampak
bengkak memerah.
“Kalau kau bangun besok pagi, memar-
memar itupun akan hilang,” kata bi nyi kembang , yakin.
Bchucky dita nyeletuk: “Memang sudah
sejak di surabaya aku curiga.”
“Curiga?” bi nyi kembang terkejut.
“Bahwa kau dukun!”
Bi nyi kembang tertawa. Katanya: “Anggapanmu
wajar. Yang sebetulnya , aku punya bakat
alami. Dan banyak dokter-dokter sekarang ini
yang diam-diam mempelajari bahkan mem-
praktekkan pengobatan tradisionil, bukan?”
“Terkun,” rungut chucky . “Dokter-
dukun, hem...” la lalu mengawasi
wanita lesbian tua itu sibuk membenahi peralatan
dan ramuan-ramuan obatnya.
“Baunya sungguh tak sedap. Dari mana
kau dapatkan?”
“Banyak terdapat di sekitar sini. Dengan
sedikit masuk ke hutan, apapun yang kau
perlukan akan segera kau peroleh,” jawab bi
nyi kembang bijaksana. Dalam hati si wanita lesbian
berharap pak slenderman akan setuju dengan
jawabannya ini. Toh benda-benda yang
bertumpuk di kamar nyoto dan sebagian
kecil diberikan lalu pada nyi kembang untuk
mengobati chucky , memang diperoleh
dari tempat-tempat yang ia sebutkan. Bi nyi kembang
lalu beranjak ke pintu. “Sekarang,
istirahatlah. Akan banyak tamu nanti.”
Sesudah wanita lesbian tua itu lenyap di
balik pintu, chucky bergumam: “Tamu?”
“Aku yang menyuruh mereka datang.
Harap kau mengerti, chucky . Aku begitu panik
dan ketakutan melihat kau digotong orang
dalam keadaan pingsan. Sebelum sadar betul,
kau lebih dahulu meronta-ronta pula. Mengigau.
Dan berteriak-teriak tidak karuan. Untung ada
bi nyi kembang , dan...”
“Polisi. Aku perlu bertemu dengan
polisi.” ujar chucky , tersedak.
“Itu juga sudah kulaksanakan.”
“Apa?” chucky terperanjat.
“Aku segera menyuruh gufi
memanggil polisi, begitu dalam igauanmu kau
menyebut-nyebut ada orang mati dibunuh. Kau
juga menyebut-nyebut tentang api,… tentang
lutung, mawas dan segala macam kera...”
martini tampak pucat. Katanya: “Kami kira kau
sudah tersesat. Masuk ke hutan Larangan, atau
hutan-hutan di sekitarnya...”
“hutan Setan!” chucky memaki, ngeri.
“Husy, Jangan keras-keras,” martini
semakin pucat. “Tak seorang pun diperkenan
kan menyebut istilah itu. Kualat, katanya.”
“Kata siapa?”
“Semua orang di sini. Peraturan tak
tertulis. chucky . Petuah lama, yang ditinggalkan
nenek moyang kami, dan tetap dijaga
penduduk sampai hari ini.”
“Heem!”
“Kau boleh percaya atau tidak. Namun,
cobalah mengerti. Atau sedikitnya, meng-
hormati kepercayaan orang lain,” martini
berkata keras. Membuat chucky terdiam,
tanpa daya. Pikirnya: kau boleh membantah
bahwa sebuah kuburan itu kchucky t, namun
janganlah mengencinginya.
“Aku ingin minum,” katanya, lesu.
martini memberinya minum. Bahkan
lalu juga menyediakan makan sore
untuknya. “sebetulnya ini untuk santapan
siang. namun sudah kuhangatkan. Cobalah ini.
Enak sekali rasanya,” martini menyendokkan
sekerat semur hati ke mulut chucky , yang
mengunyah dan lalu menelannya malu-
malu.
“Gurih benar,” ia bergumam.
“Hati menjangan. Belum pernah makan?”
“Rasanya pernah. Tapi tak segurih dan
selezat ini.”
“Bi nyi kembang yang memasaknya,” kata
martini , segan. Tadinya dia bilang,
diperuntukkan hanya buat aku seorang. namun
kan engga lucu kalau aku menikmatinya
sendirian. Lagipula, dia bilang hati menjangan
baik buat obat jiwa tertekan. Jadi tak ada
salahnya kuberikan padamu, bukan? Mau
lagi?”
“Boleh juga,” jawab chucky , muncul
seleranya, dan lalu terjengah makin malu
sesudah menyadari bahwa setiap kerat semur
hati itu sudah ia telan, tanpa martini sendiri
sempat mencicipinya...!
Tak lama lalu , tamu-tamu datang
silih ganti. Mula-mula pak slenderman .
“Bagaimana perasaanmu, nak?” ia
bertanya, riang gembira.
“Luar biasa, pak slenderman ,” jawab
chucky , sama gembiranya. “Bi nyi kembang itu
hebat!”
“Oh ya. Barusan ia mengadu. Katanya,
kau sebut ia dukun.” “Ah…”
“Mengapa tak kau perhalus, nak? Sebut
misalnya, tabib atau… Uh, benar juga. Hanya
soal istilah. Dan bi nyi kembang biar cemberut, akan
cepat lupa lagi. la orang baik, kau tahu?”
lalu wajahnya berubah serius, saat
bertanya: “Benarkah kau memasuki hutan
Larangan?”
chucky mengangguk, enggan.
“Bila aku sudah melanggar pantangan…”
“Bukan salahmu, nak. Mestinya sejak
kemarin-kemarin sudah kami beritahu. namun
siapa nyana?”
“Aku harus melaporkan sesuatu pada bapak.”
“Silahkan, nak chucky .”
Merasa kisah yang dialaminya kelewat
seram, chucky melirik pada martini yang
segera paham dan lalu menyingkir dari
kamar itu. Bimbang apakah martini benar-
benar pergi atau nguping di balik pintu,
chucky bercerita dengan suara direndah
kan. Beberapa kali emosi dan ketakutannya
muncul, sehingga ceritanya sering terputus dan
tak tentu ujung pangkalnya.
Tak sekalipun nyoto memotong.
slenderman desa nyi girah itu mendengarkan
dengan sikap tenang, mulut tersenyum
mengerti, dan mata iba, mengasihani.
Pantaslah ia diangkat sebagai slenderman abadi oleh
warga desanya, pikir chucky , sebelum
lalu bertanya hati-hati:
“Bapak akan bertindak?”
“Bertindak? Terhadap apa, anakku?”
“Astaga. Bukankah sudah kuceritakan…”
lalu chucky sadar akan sesuatu, la
menatap lurus ke mata nyoto , lalu
berbisik parau:
“Apakah aku juga akan dianggap gila,
oleh sebab sudah melanggar pantangan?”
“Aku tidak mengatakan begitu. Lagipula,
nak chucky . Siapa yang akan berani pergi ke
sana, untuk membuktikannya. Jangankan
mendaki ke atas hutan . Mendekakati hutan-
hutan gelap dibawahnya saja, tak seorangpun
bersedia bersedia. Biar diupah sawah
berhektar-hektar.”
“Bapak percaya desas-desus itu?” chucky
tercengang.
“Desas-desus?”
“gufi pernuh menceritakan padaku
tentang...”
“Oh, jadi sudah ia ceritakan. Bagus. Jadi
kau boleh tanya pada semua penduduk desa.
maupun penduduk lembah, benar atau tidak
akibat-akibat apa yang muncul apabila ada
orang berpikiran tak waras, nekad memasuki
hutan Larangan...” nyoto menghela nafas
panjang. “Kuakui, aku sebetulnya heran bahwa
kau tetap hidup, tetap sehat dan tampak tetap
waras sesudah kau terperangkap di hutan itu.
Atau, di dekat-dekatnya. namun aku ragu. Apa
yang nanti terjadi dalam jiwamu, apabila kau
selesai melakukan penyelidikan pada semua
penduduk, tanpa kecuali. Lebih kuragukan lagi,
anggapan mereka terhadapmu, apabila kau
ceritakan pula apa yang barusan kau ceritakan
padaku!”
Polisi desa, buktinya.
la datang dengan pakaian seragam,
lengkap dengan sepucuk pestol tersarung di
pinggangnya. Tak lupa ia membawa dua orang
rekan yang ia perkenalkan sebagai Banpol.
namun begitu ia dengar dari chucky
bahwa orang yang mati dibunuh itu adanya di
puncak hutan Larangan, polisi desa itu dengan
tegas berkata: “Maafkan, bung. namun aku
sudah acapkali terkecoh orang lain sebelum
engkau!”
chucky hampir putus asa. “Bapak
tak akan melakukan pengusutan?” tanyanya,
hampir menjerit.
“Tentu saja harus, bung chucky . Pertama-
tama, akan kuselidiki apakah ada orang hilang.
Baik di desa nyi girah , maupun di kampung para
penyawah yang tinggal di lembah. Aku juga
akan bertanya-tanya ke desa sekitar. Baru
sesudah aku yakin, benar ada orang hilang tanpa
sebab tanpa tujuan, aku rela menghadapi
semua resiko dengan naik sampai ke puncak
hutan larangan.”
“Dan selama bapak kasak-kusuk kian
kemari, mayat itu sudah mereka singkirkan!”
“Mereka?”
Terngiang ucapan-ucapan gadis yang dipasung
dalam gubuk terpencil itu, chucky
mendengus:
“Ya. Mereka. Kaum pemuja setan!”
Wajah polisi desa sesaat berubah keruh.
Menarik nafas sebentar, lalu berkata datar:
“Kunasihatkan, bung chucky .
Sebagian terbesar penduduk desa nyi girah
mempercayai sesuatu, yang tidak dipercayai
oleh segelintir lainnya. namun segelintir yang
lain itu, tidak pernah mengganggu-gugat
kepercayaan kelompok terbesar. Dengan
demikian, kehidupan di desa ini dapat berjalan
lancar, tanpa terjadi bentrokan antar kelompok
itu. Jadi, sekali lagi kunasihatkan. Bual gila-
gilaan itu, dapat menimbulkan kegemparan.
Warga desa akan terpecah belah, dan itu tak
kukehendaki. Aku, sebagai pelaksana
Kamtibmas di sini!”
Lantas tanpa pamit, polisi desa itu
menghilang bersama dua temannya.
Tinggal chucky . Terbadai dalam
ketakutan. Takut, bahwa ia sudah bermimpi
buruk dan mengerikan, lantas menganggap
mimpi buruk itu sebagai faktanya . martini
memandangnya dengan gundah, cemas dan
iba. Ibu martini , menjauh tanpa terlihat
lalu menangis diam-diam di dapur. Bi
nyi kembang pergi ke luar rumah dengan wajah masam.
Hanya ayah martini yang tetap tampak
tenang.
Orangtua itu tidak beranjak dari kursi
yang didudukinya. oleh sebab masih akan datang
beberapa tamu lain. Tamu-tamu itu, seorang
dikenali chucky sebagai pemilik warung
yang ia singgahi sebelum pergi ke telaga tadi
pagi. Dua yang lain, yaitu petani dengan siapa
ia berpapasan dan lalu pura-pura
tersesat saat akan menyelinap ke hutan
Larangan. Empat orang lainnya tidak ia kenal
sama sekali, kecuali merasakan betapa mereka
itu kaku, tak senang terpaksa ikut campur, dan
lebih tak senang lagi oleh sebab kepercayaan
mereka yang sudah mendarah daging,
diremehkan oleh chucky ; seorang tamu
asing. Tamu dari surabaya , yang begitu muncul,
begitu menimbulkan kegemparan di desa
mereka yang selama ini tenteram damai.
Mereka semua didampingi pak slenderman .
Memang ia yang memanggil mereka, dengan
maksud menjelaskan situasi pada chucky .
Pemilik warung mengiyakan kalau ia melihat
chucky pergi ke arah telaga. Dua petani itu
membenarkan, bahwa mereka menunjukkan
jalan yang seharusnya ditempuh chucky
yang mereka duga sudah tersesat. Empat orang
yang lain menceritakan bahwa mereka sedang
beristirahat di sawah waktu melihat ada orang
jatuh terguling-guling dari tebing curam dekat
sungai tempat mereka biasa mandi.
“Anak muda ini tergelincir, itu pasti,”
kata yang seorang.
“la berada di arah berlawanan dengan
hutan Larangan...” ujar yang lain, meyakinkan.
“Jaraknya terlalu jauh, dan mustahil
mencapai dua tempat itu sekaligus dalam
tempo dua hari, apalagi hanya beberapa jam
saja!”
Dua lainnya menyetujui keterangan
teman mereka, sambil memberikan gambaran
lokasi di mana chucky mereka temukan
jatuh dan pingsan. Tempat itu, menurut
mereka mengarah ke lembah, tempat menetap
kaum penyawah.
slenderman nyi girah , sependapat dengan keempat
orang itu, bahwa chucky mungkin tertarik
melihat pemandangan sawah dan perkampung
an nun jauh di bawah. Bermaksud pergi ke sana
lalu oleh sebab jalan licin atau apa, tiba-tiba jatuh
tergelincir.
“…untung salah seorang dari kami
mengenalinya. Maka kami gotong ia ke rumah
ini.” kata tamu yang bertubuh paling besar,
dengan wajah yang agak janggal untuk seorang
petani. Wajah itu lebih mirip wajah seorang
tukang pukul, atau seorang bekas perampok
yang terpaksa tobat untuk menghindari
hukuman gantung.
“Mustahil. Semuanya terlalu ganjil,”
desah chucky , sesudah keempat tamu-
tamu itu pergi, disusul oleh dua petani lainnya,
dan si pemilik warung yang ngobrol dahulu
dengan martini , oleh sebab kangen. “Rasanya
mayat yang terpancang di tiang kayu itu…”
“Mungkin pikiranmu masih dipengaruhi
ke-matian sahabatmu,” kata pak slenderman . “Kau
pernah menceritakan bagaimana caranya Tedi
hulk meninggal. Cara yang terlalu seram,
sehingga dapat hadir dalam mimpi buruk,
dengan berbagai bentuk.”
“Dan luka bekas kuku di leherku?” tanya
chucky . sengit, la sudah mengabaikan
martini . Sehingga tidak ia sadari betapa janda
sahabatnya itu pucat pasi dan gemetar
mendengar pembicaraan mereka.
“Lukamu sudah hilang,” kata nyoto ,
tenang. “Tapi pernah ada!”
“Itu benar...”
“Apa yang memicu nya? Duri?
Batu-batu tajam? Ranting patah?”
“nyi kembang bilang, memang seperti bekas
cakaran kuku-kuku tajam dan runcing.”
“Lantas, kuku apa kiranya pak slenderman ?”
“Hem,…” nyoto Prabukusumah
Prayodhia tampak bosan. “Di sekitar tempat
kau tergelincir, memang banyak pula ber-
keliaran lutung dan kera. Coba kita gambarkan
kejadiannya. Merasa aman, kau berjalan
tenang-tenang. Dari balik rimbunan belukar,
mendadak muncul salah seekor hewan hutan
itu. Kau kaget. hewan itu lebih lagi. Katamu,
kau membawa pisau. hewan itu menyangka
kau bermaksud melukai, atau mau membunuh
nya. Lalu dia menyerang, terdorong instink
untuk menyelamatkan diri… atau anak-
anaknya, siapa tahu? Dalam pergulatan itulah,
kau lalu tergelincir. Luka dan pingsan,
namun nyawamu tetap kau miliki.”
nyoto lalu bangkit.
“Kau sakit, nak?” desahnya, sesudah
melihat martini terengah-engah.
Yang ditanya diam saja. lalu
geleng kepala. Kak slenderman lalu pamit.
Pergi meninggalkan rumah bersama ayah
martini , dengan dalih ada urusan yang harus
mereka kerjakan di balai desa.
“Apakah aku... gila?” chucky mengeluh.
martini terperanjat. “Sayangku. Kau
sehat, dan aku yakin kau juga tabah ...”
Sayangku! Hati chucky luluh, mencair.
“Aku mau tidur,” katanya.
Dan sebelum ia tidur, martini meng-
hadiahinya sebuah ciuman hangat. Ciuman
kasih sayang. Malam kian larut. chucky rebah lagi di ranjang.
Menggeliat, resah dengan mata perih tak mau
dipaksa terpejam. Mestinya ia keliling saat-saat
beginian. Dengan sepeda motornya, dengan
tustel tercantel di pinggang, la harus menemui
beberapa orang, bertanya pada mereka
mengenai sesuatu, atau memberitahu sesuatu
dan meminta reaksinya, la harus memotret
orang yang kira-kira penting. Lalu pergi ke
percetakan. Membuat berita untuk terbitan
besok pagi. Lalu... “Bang?”
chucky membalikkan tubuh. Lampu
kamar sudah dipadamkan. namun dapat juga ia
lihat gerakan seseorang di dipan sebelahnya.
“Ada apa, gufi ?”
Laki-laki yang tidur satu kamar
dengannya itu, diam sebentar. Lalu: “Kupikir-
pikir... tak ada salahnya kita mencoba.”
“Mencoba apa?”
“Menyelidikinya sendiri.”
“Hai. Kau...”
“Aku sudah mendengar semuanya. Meng
gabung-gabungkan kejadian-kejadian jauh
sebelum ini dengan apa yang bang chucky alami.
Lalu...”
“Tak seorang pun percaya!” keluh
chucky .
“Aku juga tidak.”
“Lantas?”
“Sudah kubilang tadi. Apa salahnya mencoba?”
“namun kau pernah mengisahkan
kejadian-kejadian aneh mengenai hutan Setan
itu. Kau…”
“Shhhttt! hutan Larangan, bang chucky .”
gufi berbisik, memperingatkan. “Misalkan,
abang memang sudah pergi ke sana. Melihat,
mengalami sesuatu, lalu kembali pulang.
Abang luka-luka, bahkan pingsan. namun
seperti kata kak skandinavia , kau tetap sehat. Tetap
tabah. Yang lebih penting lagi, apa yang
dikatakan pak slenderman . Abang tetap hidup!”
gufi menelan ludah. “... barangkali, abang
ini punya ilmu.”
“Ilmu?”
“He-eh. Penangkal set… eh, kekuatan
gaib yang jahat. Ilmu pengusir roh-roh jahat
yang gentayangan...”
“Ahhh… yang benar!” chucky
nyengir sendiri.
“Kita anggap saja, abang punya tapi tak
abang sadari. Itu memang sering terjadi. Abang
tak tahu. Tak mempelajarinya. Tak mendalami
nya. Namun tatap saja, abang memiliki
semacam kekuatan gaib dalam tubuh abang.
oleh sebab itu abang terlindungi. Dan… yah, aku
berharap, dapat melindungi aku juga,” gufi
menyeringai, kecut. “Bagaimana? Setuju?”
“Kau tidak takut?” semangat chucky
kembali muncul .
“Takut sih, yaa… takut.”
“Kalau begitu,… lupakan sajalah,”
chucky menggoda.
“Biar aku takut, kan ada abang yang
melindungi aku?”
Melindungi gufi . Artinya, melindungi
adik martini .
Wah, hebat!
“Bangunkan aku pagi-pagi benar ya bang
chucky ?” bisik gufi , pelan.
“Oke!”
Di kamar tidurnya, martini tengah
menelan segelas air putih yang diberikan oleh
bi nyi kembang sesudah lebih dahulu dijampe.
“Mestinya kau tidak nekad mendengar
omongan mereka,” kata pelayan tua itu,
menyesalkan.
“Aku ingin tahu,” keluh martini , memprotes.
“Hasilnya? Jiwamu terguncang kembali!
Padahal sekembali di kampung ini, kau sudah
jauh lebih baik. namun sudahlah. Air yang kau
minum akan membuatmu tenang dan dapat
tertidur nyenyak.”
“Terimakasih, Bi.”
“Omong-omong. Sudahkah kau lihat
hasil pemeriksaan darah kalian berdua?”
“Sudah.”
“Bagaimana?”
“Positip.”
“Syukur.”
“Anehnya, bi nyi kembang . Kenapa dari Tedi aku
tidak memperolehnya? Padahal kami sudah
bertahun-tahun berumah tangga.”
“Bukankah sudah kubilang, neng skandinavia .
sudah kutanyakan pak slenderman dan ia bilang
barangkali letak peranakanmu tidak pas. besok
pagi aku akan memeriksanya.”
“Kau bisa, bi nyi kembang ?”
“Jelek-jelek begini, sebelum kau lahir aku
sempat jadi paraji,” pelayan itu tersenyum.
“Aku percaya.”
“Nah, tidurlah,” wanita lesbian tua itu
mempef. baiki letak selimut martini ,
lalu terjalan ke pintu. Sebelum ke luar, ia
teringat sesuatu. Bertanya perlahan:
“Semur hati itu, neng skandinavia . Kau habiskan
semua, bukan?”
“Oh. Maaf. Tak kusisakan untuk bi nyi kembang .”
“Lupakanlah. Yang ingin kutahu, semur
hati itu apakah cocok dengan perutmu?”
“Bagaimana aku tahu, bi nyi kembang ? Dia yang
menghabiskannya.”
“… dia?”
“Benar. chucky -ku tersayang.” martini
tersenyum, bahagia. Bi nyi kembang membalas
senyumnya, lalu cepat-cepat ke luar.
Begitu pintu tertutup di belakangnya,
senyuman di bibir pelayan itu lenyap sesaat .
Wajahnya pucat. Kaki-kakinya gemetar.
“Astaga!” ia merintih. Ketakutan.
tonggak maut itu masih tetap berdiri
di tempatnya semula. Tegak kukuh dalam
posisi silang di permukaan tanah keras padat.
Demikian pula sisa-sisa gagang obor. Masih
tetap terhunjam di antara rerumputan tebal
mengitari tonggak berbentuk setengah
lingkaran. Di latar belakang, batu raksasa yang
ganjil itu juga masih menjulang. Angkuh, Tidak
ada yang berubah.
Kecuali, mayat yang terikat di tonggak.
Belitan tambang kelihatan lebih longgar.
oleh sebab baik pergelangan tangan maupun
pergelangan kaki yang dibelit tambang-
tambang itu begitu kecil dan lemah. Mayat itu
tidak sampai melorot jatuh, hanya dioleh sebab kan
sudah keras kaku; mana posisi kaki dan lengan
mayat terpentang lebar pula. Mayat itu boleh
dikatakan telanjang bulat, oleh sebab tidak
selembar pakaian pun melekat pada tubuhnya.
Namun jangan berharap kau akan melihat kulit
halus tipis sebagaimana kulit manusia.
Sebab, hampir sekujur tubuh mayat itu
ditumbuhi bulu-bulu tebal, kasar, berwarna
hitam pekat. Dan manusia, tidak memiliki bulu-bulu semacam itu.
“... aa… abang bilang… abang melihat
mayat seorang petani!” gufi yang pertama-
tama membuka mulut, la berdiri gemetar di
belakang chucky yang kebingungan.
“Lutung!” bisiknya, lirih. “Bagaimana
mungkin?”
Menelan ludah sebentar, lalu
gufi tertawa. Serak. Katanya: “Kukira ada
segerombolan orang yang membuat permainan
di sini. Orang-orang aneh, dengan selera humor
yang mengerikan...”
“namun , siapa?” tanya gufi , semakin
bingung seraya berjalan lambat-lambat
mendekati tonggak itu.
“Jangan tanya padaku,” rungut gufi ,
sambil buru-buru nguntit di belakang
chucky . Rapat di punggungnya. “Tanya
saja pada mayat lutung itu.”
“Hem,” gufi mengusap dagunya,
resah. la mengawasi batang bambu runcing
yang terhunjam di lambung bangkai lutung itu.
“Tempat yang sama. Tusukan langsung
ke jantung...” ia mengingat-ingat, dan
bergumam gemetar: “Bambu ini terlalu besar
untuk si lutung malang. Rasanya, sama besar
dengan bambu yang kulihat terhunjam di
lambung petani itu. Tidak mustahil, ini bambu
yang itu-itu juga.”
“Apa yang harus kita perbuat?” bisik
gufi , dengan mata jelalatan, mengawasi
dengan cemas ke sekitar hutan . Sepi lengang
belaka. Seolah tidak ada mahluk hidup
menghuni tempat menakutkan itu. Sedang
beberapa menit sebelumnya, mereka sudah
berpapasan dengan demikian banyak lutung,
mawas dan segala macam kera yang lari
serabutan menyelamatkan diri. Ke mana
semua mahluk menyeramkan itu?
Bersembunyi jauh-jauh, atau kini tengah
mengintip dari balik semak belukar, dari celah-
celah dedaunan pohon yang rimbun?
gufi semakin merapat ke punggung
chucky , dan terpekik kaget tatkala tanpa ia
lihat, chucky menepuk pundaknya. “Uh.
Bilang-bilang dong, kalau mau menepuk
pundak orang!” ia memberengut. Pucat.
“Sudah. Jangan ngomel. Bantu aku
menurunkan bangkai ini,” kata chucky .
“Kau lepaskan tali-tali yang mengikatnya,
sementara tombak ini kucabut.”
Bambu pembunuh itu tercabut dengan
mudah oleh sebab letaknya sudah agak miring mau
jatuh. chucky lalu melepaskan tali
tambang di pergelangan kaki lalu tangan
bangkai lutung itu, sebab gufi hanya berdiri
bengong sambil sesekali menoleh ke belakang.
“Rasanya, kok ada yang mengintai
perbuatan kita,” rungut Laki-laki itu.
“Kalau memang ada, biarkan dia keluar
menemui kita,” sahut chucky kesal.
Bangkai lutung ia biarkan melorot, jatuh
tergelimpang di tanah dengan bunyi berdebuk
keras oleh sebab bangkai itu sudah sedemikian
kakunya. Kaki-kaki maupun tangan-tangan
lutung itu tetap saja terpentang mengerikan,
sebagaimana keadaannya selagi terikat di
tonggak tadi. Masih kesal, ia menggerutu:
“Jadi, kita terlambat. Mereka sudah
menukar mayat si petani malang itu, dengan
bangkai lutung Ini.”
“Maksud abang?”
“Mestinya aku tidak banyak omong. Kuat
dugaanku, ada seseorang di desa yang
mendengarnya, lalu buru-buru kemari untuk
melenyapkan bukti-bukti bahwa di sini pernah
terjadi pembunuhan.”
“Pembunuhan itu memang sudah
terjadi,” tambah gufi . Suaranya lebih
tenang kini. Tak ada tanda-tanda bahaya
mengancam di sekeliling mereka. Dan sesudah
terkapar di tanah, bangkai lutung itu tidak
semenyeramkan selagi terikat pada tonggak.
“Yang abang lihat, bukan mayat
manusia. namun bangkai lutung. Dan lutung ini
sudah mereka bunuh secara biadab. Eh, bang.
Mengapa lubang di lambungnya sedemikian
besar. Kelihatannya tidak semata-mata
ditusukkan… namun , ujung bambu itu juga
ditorehkan. Aku pernah melakukan hal serupa.
Dengan pisau. Mengeluarkan seekor ulat dari
buah mangga, tanpa melukai ulat sehingga
tidak mengotori daging buah yang ranum itu...”
gufi tercenung sejenak. Lalu: “Apa
kiranya yang mereka ambil dari dalam tubuh
bangkai lutung ini?”
Tertarik oleh penjelasan gufi , maka
chucky membungkuk, la amati dengan
seksama lubang besar dan kosong di bagian
dalam lambung mayat lutung, la menutup
hidung dengan sebelah tangan, menghindari
bau busuk yang demikian sengit memualkan.
lalu , sebelah tangannya yang lain
menekan-nekan di bagian lambung yang tidak
tertoreh, di pinggang, di dada kiri dan kanan.
saat merasakan ada rongga lembut kosong di
salah satu sisi lambung tepat di bawah tulang
dada, tanpa berpikir panjang lagi chucky
menyimpulkan:
“Mereka mengambil hatinya...”
“Hatinya? Hem. Mungkin juga. Aku
pernah dengar, hati kera bagus untuk orang
lemah syahwat !” gufi tertawa kecil. “Eh,
abang mau apa?”
chucky berjalan kian kemari.
Menginjak-injak tanah di beberapa tempat.
“Kita harus menguburkan bangkai itu,”
katanya. “Dan oleh sebab kita tidak punya sekop
atau pacul, aku harus menemukan tanah yang
lembek atau gembur supaya mudah
mengoreknya.”
“Mengapa susah-susah? Buang saja ke
tebing itu !'“ gufi mengusulkan, seraya
menuding dengan telunjuk ke bibir tebing hutan
yang langsung menghadap ke lembah di
bawahnya. “Tak usah mengasihaninya. Cuma
bangkai kok ini!”
“Benar juga,” chucky setuju.
“namun abang seretlah sendiri ya? Aku
tak tahan baunya,” keluh gufi enggan, la
lantas menjauh dan lalu menyandar di
batu besar yang menjulang di sebelah lain
puncak hutan itu. oleh sebab letih, ia lalu
terkulai. Duduk terbadai di rerumputan,
dengan punggung menyandar di batu raksasa
itu. Selagi tubuhnya melorot ke tanah, sebelah
tangan gufi tanpa sengaja menggaruk batu
di belakangnya, la meringis sakit saat telapak
tangannya terkait pada sesuatu.
gufi menoleh.
Dan mengetahui apa yang sudah mengiris
telapak tangannya. Di antara serpihan pasir
berdebu yang berleleran dari salah satu bidang
permukaan batu yang pecah, Laki-laki itu
melihat sesuatu tersembul. Mencuat ke luar.
saat disimaknya, ia segera menyadari kalau
benda tajam yang mencuat itu yaitu ujung
kawat besar yang hitam berkarat. gufi
keheranan. Mengapa ada kawat di batu ini?
Dari mana asalnya? Atau tepatnya, siapa yang
menanamnya ke dalam batu?
gufi baru saja akan membetot ke luar
kawat berkarat itu. manakala ia dengar suara
chucky memanggil: “Juki. Kemarilah!”
gufi berpaling, la lihat chucky
tegak kaku di pinggir tebing. Dekat kakinya,
masih tergoler bangkai lutung itu. Rupanya,
belum sempat dibuang waktu chucky
melihat sesuatu di bawah tebing. Dengan
minat tertarik. gufi bangkit lalu mendekati
chucky . “Ada apa, bang chucky ?”
“Katakanlah padaku, Juki. Benda apa itu
gerangan?”
gufi mengikuti arah telunjuk
chucky . Melihat ke lereng tebing yang
penuh batu-batuan di antara semak belukar.
Sesudah agak lama mencari-cari ia lalu
melihat apa yang sudah dilihat chucky .
gufi bergumam: “Topi.”
“Benar. Topi. namun , topi apa?”
“Topi pandan.”
“Katakanlah lagi padaku. gufi . Siapa
kiranya yang biasa memakai topi pandan
macam itu di daerah ini?”
“Yaaa… tukang sayur. Tukang gali pasir
juga memakainya. namun biasanya dipakai
oleh para ...”
“Petani!” potong chucky , tercekat.
“Nah. Abang mulai lagi mengada-ada.
Bukankah yang kita temukan itu bangkai
lutung? Tuh, masih ada dekat kaki abang.
Kecuali kalau abang sudah gila. Sudah kena
kutukan hutan Larangan. Lantas menganggap
bangkai itu sebagai mayat manusia.”
“Diamlah,” sungut chucky , dongkol.
“Biarkan aku berpikir...” dan ia memang
berpikir sebentar, lalu mengutarakan
apa yang dipikirkannya. “Mereka sudah
menyingkirkan mayat petani itu. Lalu
membunuh seekor lutung sebagai gantinya.
Bila ternyata ada beberapa orang yang
pemberani nekad datang kemari untuk
membuktikan kisahku, maka dengan mudah
aku lantas dituduh edan, sinting dan segala
macam. Malah barangkali, akulah yang akan
dicap sebagai pembunuh gila, yang sudah
berbuat kejam terhadap lutung ini. Pengaruh
gaib hutan Larangan, bukankah begitu?”
chucky tersenyum, namun matanya
bersinar marah. “namun mereka melupakan
sesuatu. Aku melihat sebuah topi pandan di
bawah tubuh mayat petani itu, yang pastilah
miliknya. Waktu mereka datang ke sini untuk
menyingkirkan mayat itu, angin sudah
menerbangkan topi pandan tadi. Melayang dan
jatuh ke bawah sana. Mereka membiarkannya.
Atau mereka tidak ingat mengenai topi itu!”
“Bang chucky ,” gufi mendesah, pahit.
“Berpikirlah lebih tenang. Umpamakan, yang
mereka bunuh cuma lutung belaka. Dan itu
sudah kita buktikan sendiri hari ini. Nah. Salah
seorang dari mereka tanpa sengaja sudah
menjatuhkan topinya sendiri. Bagaimana?”
chucky menarik nafas panjang.
Katanya, masih marah: “Akan kutanya, siapa
kiranya yang nekad melanggar pantangan.
Datang ke hutan Larangan.”
“Tahu apa jawab mereka?” sela gufi .
“Mereka hanya menuding seorang saja.”
“Bagus. Tapi, siapa kiranya?”
“Bang chucky .”
“Aku tanya,..” chucky mengatupkan
mulut tiba-tiba. Wajahnya berubah muram.
“Hem. Kau benar. Mereka justru akan
menuding diriku,” ia geleng-geleng kepala,
kembali dilanda kebingungan. Lantas memaki:
“Setan!”
Makian bertuah! Gaung makian itu
belum lenyap, setan yang tidak mereka harap
tahu-tahu saja sudah menyeruak rimbunan
semak belukar di antara pepohonan di sebelah
kanan mereka. gufi dan chucky segera
berpaling. Tampak sesosok tubuh menakutkan
berjalan memasuki tempat terbuka. Sesosok
mahluk besar dan tinggi tegak mengangkang
memperhatikan kedua orang di depannya.
Mahluk itu sejenis kera berbulu coklat. namun
tentunya kera yang ini kera yang belum pernah
dicantumkan para ahli di buku-buku tentang
fauna, oleh sebab demikian besar dan demikian
mengerikan penampilannya. Kera besar itu
menggeram, menyeringai memperlihatkan
taring-taring yang dahsyat, air liurnya
berleleran kian kemari.
Geramnya membuat gufi kaku sesaat .
chucky terkesiap, namun belum
semua semangatnya terbang dari tubuhnya.
Maka, saat mahluk itu kembali menggeram-
geram ditambah bunyi mengik lalu pekik tinggi
menyayat jantung yang mendengar,
chucky segera menyambar lengan gufi
dan menyeret Laki-laki itu mundur. Pada waktu
mahluk itu melompat ke depan, tanpa berpikir
panjang lagi chucky berteriak: “Lari!”
Dan mereka lari dahulu mendahului
memasuki jalan setapak di arah berlawanan
dari tempat mahluk itu datang. Jalan setapak,
yang pernah dilalui chucky saat berbuat
hal serupa saking ketakutan melihat mayat
manusia terpacak di tonggak kayu, dengan
bambu runcing terhunjam di lambungnya.
Kera besar berbulu coklat itu tidak
mengejar dua manusia yang kabur terbirit-birit
melanda segala apa yang menghalangi jalan
mereka itu. Sang mahluk hanya tegak
memperhatikan, menepuk-nepuk dada dengan
pukulan-pukulan dahsyat. Dada, yang bentuk
nya menandakan bahwa kera itu dari jenis
betina.
Habis menepuki dada dan memekik-
mekik seram disahuti kera-kera lain di seantero
hutan hutan Larangan, mahluk itu mendekati
bangkai lutung di pinggir tebing. Sesaat, ia
cuma mengawasi. Saat berikutnya, kera betina
itu jatuh bersimpuh di tanah. Lutung berbulu
hitam dengan lambung menganga itu dirahup
nya dalam rangkulan erat. Dirapatkannya ke
dada, tanpa memperdulikan bau busuk dari
lambung bangkai. Wajah lutung mati itu
diciuminya bertubi-tubi.
lalu , dengan kepala tengadah,
mahluk berupa kera betina itu bangkit tegak.
Tetap memeluk bangkai lutung di dadanya.
Pekik-pekik dahsyat lepas dari mulutnya. Kali
ini tanpa sambutan apa-apa dari seantero
hutan yang terdiam, sepi.
Sudut-sudut mata kera betina itu
dilinangi butir-butir air bening, yang pelan-
pelan melelehi pipi-pipinya. Lalu dengan
gechucky n panjang, mahluk itu memboyong
bangkai lutung. Lari menyelinap ke tempat dari
mana tadi ia muncul. Puncak hutan kian menyepi.
Kian mati. “STOP, gufi !”
Laki-laki itu masih serabutan sebentar,
sebelum mengerem larinya. Terengah-engah,
ia berpaling. Dan melihat chucky tengah
bertelekan ke sebatang pohon, dengan tangan
menguruti dada. Keringat membanjir di wajah
chucky yang kemerah-merahan, demikian
pula di wajah gufi yang sepucat kertas.
“... kita berhenti dahulu sebentar.”
“namun , bang...”
“Ahhhh!” chucky mengibaskan
tangannya. “Jangan bodoh. Setan itu tidak
mengejar kita.”
“Abang yakin?”
“Cuma menduga.”
“Menduga?”
“Ya. Ingat apa yang kuceritakan
semalam? Aku terperangkap dalam gubuk,
dengan gadis terpasung yang lalu
berubah rupa itu. Sambil ngibrit tadi sempat
kupikirkan, apakah bukan mustahil mahluk tadi
yaitu jelmaan si gadis.” “Oh !”
“Jangan memandangiku seperti itu, Juki.
Boleh kau anggap aku sudah begini...”
chucky menempatkan jari telunjuk, miring
di depan jidatnya. “namun paling tidak, kau
sudah melihat sendiri kebenaran sebagian dari
ceritaku,… meski yang kau lihat ternyata cuma
bangkai lutung…”
chucky mengulai ke tanah. Duduk
kelelahan. Menyeka keringat di wajah, telinga
dan leher. Mengerpis-ngerpiskannya, menyeka
lagi. Lantas bersungut gemetar: “Andaikata
saja begini. Yang kusaksikan bukan pula gadis
terpasung, melainkan mahluk tadi. Apa
komentarmu?”
gufi merenung sebentar. Lalu:
“Nol,”, jawabnya. “Nol besar. Otakku sudah
kaku diajak lari sejauh ini. Abang saja yang
kemukakan apa yang ada dalam pikiran
abang.”
“Bagus,” chucky menyeringai.
Sesaat, ia melirik ke jalan setapak menanjak
yang barusan mereka lalui. “Tak ada tanda-
tanda mahluk jtu mengejar kita, bukan? Jadi
kesimpulanku begini. Mahluk itu tidak
menginginkan kita. la menginginkan yang lain.”
“Apa?”
“Lutung itu.”
“Bangkai lutung itu?” gufi tercekat.
“Mau diapakannya? Direncah? Dikunyah-
kunyah? Dibagi beberapa kerat pada mahluk-
mahluk lainnya… yang sejenis, dan mungkin
banyak terdapat di sekitar ini?” jelalatan lagi
mata gufi . Mengawasi takut-takut ke
semak belukar, ke atas pepohonan.
“... oleh sebab sesuatu hal,” kata chucky
lagi. “la takut datang sendirian ke Puncak hutan
Larangan tadi. la hanya mengintai dari jauh.
Mengawasi lutung yang diinginkannya.
Barangkali sambil meratap semoga lutung itu
hidup kembali. namun besar kemungkinan,
mahluk itu tidak berani mendekat, sebelum ia
yakin ada orang atau mahluk lain mendekat.
tanpa orang atau mahluk lain itu mengalami
sesuatu sebagai akibat melanggar pantangan
menginjakkan kaki di puncak hutan . Entah
bagaimana, ia lalu melihat kita. Tak
terjadi apa apa. Lantas saat ia lihat aku akan
membuang bangkai lutung itu ke bawah tebing,
mahluk itu lalu nekad keluar.”
“Untuk?”
“Merebut bangkai lutung itu. Dan
menguburkannya di suatu tempat, dengan cara
penguburan yang lebih pantas.”
“Hebat!” gufi duduk di sebelah
chucky . “Abang maksudkan, mahluk itu
berpikir sebagaimana kita manusia juga
berpikir, ya?”
“Tepat.”
“namun … bagaimana mungkin?”
“oleh sebab mahluk kera itu, tadinya yaitu
manusia juga seperti kita.”
“Abang menakut-nakuti aku.” gufi
gemetaran.
“Aku lebih takut lagi.”
“Apa yang abang takutkan?”
“Misteri alam. Dunia gaib. Roh-roh yang
berkeliaran dalam kegelapan, oleh sebab raga
mereka yang sudah mati, ditolak bumi.”
“Uh-uh...” gufi bergidik. Seram. “Dan
kera mengerikan tadi. yaitu salah satu roh
gentayangan itu?”
“Ya. Gentayangan menangisi nasib.
Meratapi cinta yang tidak diperbolehkan ia
miliki.”
“Abang tampak aneh.”
“Ha?”
“Eh, salah. Maksudku, kata-kata abang
terdengar makin aneh. Seolah abang dapat
menyelami hati mahluk-mahluk menakutkan
itu. Jangan-jangan, abang ini… salah seorang
dari merekal”
chucky membelalak.
lalu , tertawa bergelak.
“Eh. Kok malah ketawal”
“Iya ya. Mestinya aku menangis,”
chucky terdiam dan wajahnya berubah
haru. Haru yang sangat dalam.
Melihat itu, gufi menjadi cemas.
Sampai tadi malam, ia masih tetap percaya
bahwa teman kakaknya ini sehat jasmani sehat
rohani, meski sudah terperangkap di hutan
Larangan. Tadi, sesudah melihat ternyata cuma
bangkai lutung yang terikat di. tonggak,
kepercayaannya mulai goyah. Apalagi
sekarang. Orang ini bercerita semakin aneh.
Tertawa bergelak. Lantas terdiam, dengan
wajah bersedih. Apakah kutuk turun temurun
di desa mereka, mulai memperlihatkan
kekuasaannya?
“Memilukan.”
Ia dengar chucky ngoceh.
“Gadis itu katanya melihat sendiri
kekasihnya diseret orang ke atas hutan . Gadis
itu mendengar jerit kematian. la yakin,
kekasihnya sudah mati, dan ia menangis
menghiba-hiba, menyayat hatiku, la
merenggut kerah bajuku, meratap tak
berkeputusan. bobo ku tercinta, jeritnya.
Mereka sudah membunuh bobo ku, kekasih
ku. Lalu tiba-tiba wajahnya berubah. Dan
cengkechucky nnya ...”
“Hei. Tunggu!” gufi hampir berseru.
“Apa? Kau melihat sesuatu?”
chucky menjadi waspada.
“Tidak. Tapi aku mendengar abang
menyebut nama seseorang. Sampai tadi
malam, abang tak dapat mengingat-ingat nama
yang diratapi gadis itu. Kini… mentakjubkan.
Abang mengingatnya lagi. namun ,…” gufi
ragu-ragu sebentar. Lalu: “bobo . Benarkah ia
menyebut nama bobo ?”
“Mudah-mudahan aku tak salah.
Mengapa rupanya?”
“bobo itu anak penyawah ayahku!”
“Apa? Kau kenal si bobo ?”
“Lebih dari kenal. Aku malah tahu, diam-
diam ia mencintai dan tetap merindukan kak
skandinavia . la sudah bujang tua sekarang. Tak kawin-
kawin. Kalau benar dia orangnya... Ah!”
gufi patah semangat lagi. “Masih ada
empat orang lain di desa yang bernama
bobo . Kalau di lembah tempat tinggal kaum
penyawah sih, memang cuma dia seorang. Jadi,
belum tentu dia.”
“Tak apa. Kita selidiki seorang demi
seorang.”
“Selidiki apanya?”
“Orangnya. Masih ada. atau tidak. Lebih
jelas lagi, masih hidup atau sudah mati. Kapan,
mengapa, dan di mana dikuburkan. Aku punya
firasat. Penyelidikan itu kita mulai saja dari
penduduk lembah. Anak penyawah ayahmu
itu...”
“Wah.”
“Kok, wah?”
“Wah, kalau benar dia. Itu berarti, ia
sudah melupakan kak skandinavia dan berpaling pada
gadis lain. Ayahku pasti senang mendengarnya.
Ayah paling tak senang melukai hati orang,
apalagi membiarkan luka itu terus
memborok...” gufi menelan ludah. “Lantas,
siapa gadisnya itu?”
“Nanti juga kita akan tahu,” jawab
chucky , bernafsu. Cepat ia bangkit berdiri.
“Ayolah. Kita teruskan perjalanan...”
gufi bergegas pula bangkit, dan
cepat -cepat berjalan di depan chucky .
“Pulang ke rumah,” katanya. Riang.
“Betapa menyenangkan. Aku sudah lapar ...”
“Kau bukan lapar. Kau takut.”
“Alaaa, bang.”
“Benar, bukan?”
“Iya deh!”
“Kalau begitu, kau saja yang pulang. Biar
aku sendiri yang ke sana. Asal tunjuki aku
jalannya.”
“Jalan ke mana?”
“Ke lembah.”
“Terserah abang. Lagipula, he... apa ini?”
gufi berhenti, lalu memungut sebuah
benda dari bawah akar sebatang pohon yang
menghalangi jalan di depan mereka.
“Oh, oh… bukankah ini, pisau dapur
punya ibuku?”
chucky mengambil, pisau itu dari
tangan gufi . Mengamati sebentar, lantas
bergumam tersendat. “Benar. Ini pisau yang
kucuri dari dapur ibumu. Tentunya jatuh di
tempat ini saat aku...” ia melihat ke bawah.
“Hem. Pasti akar ini yang membuatku
terserandung.” gufi terengah. Pucat, la memegang lengan chucky , mencari perlindungan. Bisiknya,
kelu: “Jadi gubuk itu...” “Dekat-dekat sini,” sambung chucky . Yakin. Dan ia benar.
GUBUK kecil terpencil itu tampak tenang
damai bila dilihat dari jalan setapak. Asap
mengepul dari pekarangan samping. Rupanya
seseorang baru saja membakar sampah. Orang
itu sedang membelah kayu bakar saat ia
mendengar langkah kaki lalu bunyi
dehem salah seorang dari dua laki-laki yang
dengan bimbang memasuki halaman.
“Ah. Kiranya den Juki. Dan oh, bung
chucky kalau tak salah?” orang itu menyambut
mereka dengan wajah terhias senyum chucky h.
Mereka bertiga saling jabat tangan, bergantian.
“Tumben mau melongok tempatku yang buruk
ini. Ada perlu apa kiranya?”
“Jalan jalan saja, nelson mandela ,” gufi
yang menyahuti.
Mat Dolim, Laki-laki tinggi kekar ber
tampang kriminil, yang tadi malam mengaku
sudah melihat chucky tergelincir dari
sebuah tebing; terkejut. Yang sebetulnya ,
dalam hati ia sama sekali tidak merasa terkejut.
“Sejauh ini? Di kaki hutan Larangan pula?!”
“Kami tadi menyelusuri sungai. Cari
udang. Eh, taunya kami lihat ada gubuk. Lantas
kami pikir, apa salahnya singgah sebentar,”
kata gufi lagi.
“Aduh! Coba bilang mau datang. Kan aku
bisa hidangkan apa-apa...” ia melirik ke arah
tanaman ubi kayu yang tumbuh subur di
sebagian halaman itu, lantas berkata: “Kalau
kalian berdua suka singkong bakar...”
“Tak usah repot-repot. Mang,” sela
chucky . “Terimakasih. namun kami akan
segera pergi lagi...” ia melirik sana sini, pura-
pura heran, lalu bertanya takjub:
“Tinggal sendirian? Dekat hutan kechucky t pula?
nelson mandela tentunya pemberani!”
“Oh. Apa boleh buat, bung chucky . Aku ini
Pengawas Hutan. Sesuai tugas, yaitu patut
kalau aku memilih tinggal di dalam hutan itu
sendiri, bukan?” ia tersenyum lebar. Soal hutan
yang kau sebut angker yah… aku termasuk
salah seorang dari sedikit orang lainnya yang
tidak percaya akan segala macam tahayul yang
menggelikan itu. Namun, ah. Terus terang saja.
Agar tidak kualat, aku selalu menekan hasrat
untuk sesekali mendaki sampai ke atas sana.
Selain itu, untuk berjaga-jaga aku punya
jimat...”
“Jimat?” mata gufi berbinar-binar.
“Wah, den Juki. Maaf deh. Bila ku
perlihatkan pada orang lain, keampuhan jimat
itu bisa hilang.”
“Kudengar juga begitu,” chucky
menyela lagi, pura-pura sependapat. “Resik
juga kebunmu, nelson mandela . Tentu nyaman
tinggal di sini. Kami di surabaya suka berangan-
angan menetap seminggu dua di tempat sunyi,
jauh dari hiruk-pikuknya manusia, jauh dari
polusi. Punya gubuk kecil seperti… He, kok
seperti rusak. Mang?”
“Apa?”
chucky tidak langsung menjawab, la
berjalan santai ke pintu gubuk yang tertutup.
Salah satu sisi pintu itu pecah berantakan.
Letak daun pintu sedikit goyang, seolah habis
didobrak orang.
“Kenapa tak diperbaiki, mang? Kelihatan
nya kok seperti merusak pemandangan...”
lantas pintu ia dorongkan sedikit, sampai
terbuka dengan suara berkeriut yang nyaring.
gufi terjengah oleh kelakuan
chucky . Akan halnya Mat Dolim, tampak
tenang. Tidak merasa dilangkahi. Sambil
tertawa-tawa senang ia mendekati pintu yang
dipercakapkan. Dengan gaya seorang badut
menceritakan peristiwa lucu, Mat-Dolim
berkisah bahwa beberapa hari yang lalu
seorang temannya datang membawa berbotol-
botol minuman keras. Mereka minum sampai
mabuk, lalu dalam keadaan mabuk itu
mereka berselisih menyangkut seorang
wanita lesbian . Lalu berkelahi.
“Bayangkan, la lebih besar dari aku.
namun tubuhnya begitu ringan waktu kuangkat,
la kulemparkan ke luar gubuk. Lupa, kalau pintu
masih tertutup,…” tawanya membahana lagi.
“Sayang,” chucky mendecip-
decipkan mulut, menyayangkan 'keteledoran'
pemilik gubuk. “Tentunya nelson mandela
menuntut ganti rugi.”
“Untuk pintu reot begini?”
“Harus diperbaiki, toh?”
“Aiaa. Biar saja begitu. Kuanggap
kenangan manis dari seorang teman lama.
Lagipula, toh tak ada orang yang mau nekad
datang kemari. Apa pula yang harus dicuri? Aku
tak punya apa-apa yang berharga kok ini...” dan
dengan senyuman tipis menyembunyikan
ejekan, ia membuka pintu semakin lebar.
Berkata, setengah mencemooh:
“Lihatlah sendiri.”
chucky merasakan ejekan dan
cemooh itu. namun ia berlagak pilon. Pura-pura
tak berminat pula, ia hanya melirik sekilas ke
dalam lantas mundur dari pintu. “Kalau ada
nona manis di dalam, tanpa disuruh pun aku
akan menyerbu,” katanya, berseloro. Seloro
yang sekaligus mengandung sindiran.
“Tak ingin melihat-lihat? Membuktikan
sesuatu?” Mat Dolim berlagak kecewa. Tapi
kata-katanya begitu tajam.
“Terimakasih, mang. Lain kali saja. Sudah
terlalu lama kami pergi. Nanti orang kecarian
...” chucky berkata cepat, lantas menyeret
gufi buru-buru meninggalkan gubuk itu.
Tanpa melupakan sopan santun: “Eh mang
Dolim. Kalau lain waktu kami nyelonong lagi ke
gubukmu, nelson mandela ingin dibawakan
sesuatu engga?”
“Kau baik sekali, bung chucky .
Terimakasih,” Mat Dolim tertawa senang.
“Kalian mau datang, sudah lebih dari cukup.”
“Selamat siang, Mang,” seru gufi .
“Siang, den.”
gufi jalan di depan, mengikuti jalan
setapak yang semakin lama semakin jelek.
Beberapa kali mereka harus -melompati
selokan, menyisi tegalan, menyusuri pinggiran
tebing sungai yang terjal dan berbahaya. Di
belakangnya, chucky menguntit dengan
benak bergalau.
“Dia sudah rnempersilahkan. Kok abang
tak masuk?” gumam gufi , tak mengerti.
“Percuma, Juki. Dia… Hem, benarkah
orang itu pengawas hutan?”
“Ya.”
“Nah. Kalaupun kita masuk, tentulah kita
tidak akan melihat balok berlapis dua dengan
rantai besi itu. Paling-paling kita hanya
menemukan tikar digelar. Mungkin dengan
ekstra sebuah kasur butut. Rak atau bakul
tempat pakaian. Kompor untuk masak. Lampu
petromak, mungkin juga lampu baterai.
Beberapa bilah golok, sangkur dan sebuah
bedil panjang di dinding. Semuanya bersih,
rapih. Tak ada bekas, apalagi petunjuk bahwa
seorang gadis pernah dipasung dalam gubuk
itu.”
“Seperti juga mereka menukar mayat
petani dengan bangkai lutung?”
Lama chucky tidak menyahut. lalu :
“Kalau benar mereka memang menukarnya!”
ia bersungut sungut misterius.
gufi mau mengutarakan sesuatu.
namun membatalkannya, oleh sebab tahu-tahu
mereka menemui jalan yang lebih patah lagi.
Tebing licin berlumpur, menurun curam ke
bawah. Hanya orang-orang yang sudah
terbiasa yang mampu melaluinya dengan
mudah. Buktinya chucky sempat
terperosok, sedang gufi sendiri hampir
terguling ke tengah sungai. Menyusuri lagi
tanah becek di tepian sungai, kembali mereka
harus mendaki jalan berputar ke atas,
mengikuti tegalan sawah yang terhampar luas
dan akhirnya tiba di lubuk tempat semula
mereka datang.
“Kita mandi?” tanya gufi .
“Kau mandilah. Aku akan terus ke
kampung di lembah itu.”
“Abang akan kutunjuki jalan. Dan... hem
kukira tak ada ruginya aku ikut. Ada beberapa
cewek cantik di sana.”
Sepeninggal tamu-tamunya, Mat Dolim
masih berdiri di tempat ketinggian.
la mengawasi sampai kedua orang itu
mendekati lubuk. Baru ia memutar, berjalan
memasuki halaman gubuk. Pada saat
bersamaan, seorang laki-laki lain menyelinap
keluar dari belakang gubuk ke halaman.
“Orang pintar dia itu,” kata laki-laki yang
dari tadi bersembunyi di belakang gubuk.
“Lebih tepat lagi, kalau kukatakan, ia sangat
dan semakin berbahaya!”
“Laki-laki kota itu tampaknya tidak usah
terlalu kita kuatirkan, pak slenderman .”
nyoto Prabukusumah Prayodhia,
slenderman desa nyi girah , menggelengkan kepala.
Gundah.
“Aku kenal orang macam dia, Dolim.
Jangan memandang enteng seorang warta-
wan!”
“Oh. Aku tak berpikir sejauh itu. Tadinya,
yang kukuatirkan justru den Juki. la sudah edan
rupanya, nekad menemani chucky .
Dikiranya ia sudah menolong orang yang syok
tahu itu, membuktikan sesuatu. Tidak sadar,
kalau ia justru menjerumuskan kakak
wanita lesbian nya.”
“Hem.” nyoto mengelus jenggotnya.
Berpikir. lalu berjalan ke luar pagar
halaman “Aku harus kembali ke desa. Kita
harus merubah rencana.”
Lalu ia menyusuri jalan yang tadi dilalui
kedua tamu tak diundang itu. Langkahnya
begitu ringan. Hampir-hampir tak meninggal
kan jejak di tanah. Apalagi, sampai tergelincir.
Turunan curam dan licin itu ia lompati tanpa
ragu-ragu sedikitpun juga.
Semakin jauh ia berjalan, semakin wajahnya
menyuram.
martini mengawasi laki-laki tua yang
terbaring sakit di dipan. “Kapan dia pergi?”
tanyanya dengan wajah kecewa.
guy fawkes , penyawah keluarganya menjawab lirih: “Sudah beberapa hari lalu, neng skandinavia .”
“Kapan, tepatnya? Dan ke mana?”
“Kau mendesak aku, neng skandinavia .”
“Mestinya ia pamit!”
“Maaf.”
“Dan mestinya aku tidak sia-sia
membawakan oleh-oleh baju hangat yang
sengaja kubawa dari surabaya . Untuk dia, pak.
Untuk anakmu. Jadi beritahukanlah apa yang
terjadi sebetulnya . Supaya aku tahu, apakah
aku tetap harus mengirimkan baju hangat ini,
atau menyimpannya saja. Dengan harapan,
suatu hari kelak dapat menjumpainya, lalu
menyerahkannya.”
Laki-laki tua bermata murung dan wajah
pucat menahan sakit, katanya gangguan pada
otot punggung itu, akhirnya menyerah.
“Baiklah. Kutahu, neng skandinavia akan
bertanya juga pada orang lain. bobo
memang sudah pergi. Tepatnya, tiga hari yang
lalu. Kami bertengkar hebat tentang sesuatu.
Masalah keluarga, kuharap neng skandinavia maklum.
Lalu yah, bobo mengumpulkan semua
pakaian dan ijasah yang dimilikinya. Katanya, ia
mau mencoba nasib di mojokerto . Mungkin juga, di
Bandung.”
“Tak meninggalkan alamat?”
“Dia bilang, akan menulis surat kelak.”
“Oh.”
“Minumlah, neng skandinavia .” ujar isteri laki-
laki itu, yang tampak jauh lebih tua dari
suaminya.
Wajahnya membayangkan penderitaan
yang techucky t sangat. Matanya barut, tentulah
bekas menangisi nasib malang ditinggalkan
anak sulung yang dicintainya.
martini menyesap teh sedikit. Lalu berdiri.
“Benar tak perlu kupanggilkan bi nyi kembang
untuk merawatmu, pak guy fawkes ?”
Terimakasih, neng skandinavia . Biasa aku
begini. Tidur sejam dua, lantas sembuh dengan
sendirinya.”
“Kudo'akan semoga bapak cepat sembuh.”
Isteri pak guy fawkes mengantar skandinavia sampai
ke pintu. Berterimakasih untuk kesekian
kalinya, sudah dibawakan oleh-oleh penganan
berupa kueh-kueh, ikan kalengan, mantel
panjang untuk suaminya dan selendang batik
untuk dirinya sendiri. Basa basi itu membuat
martini kaku sendiri dan sesudah pamit,
bergegas ia tinggalkan rumah penyawah
ayahnya yang tinggal di lembah itu.
Di jalan mendaki menjelang desa nyi girah ,
martini melihat dua orang laki-laki
mendatangi dari arah berlawanan. Masih jauh,
namun ia segera mengenali keduanya. martini
mempercepat langkah. Begitu pula kedua laki-
laki itu.
“Mau ke mana kalian?” tanya martini ,
sesudah mereka bertemu.
“Ke rumah pak guy fawkes ,” jawab gufi .
“Aku justru baru dari sana,” martini
memperhatikan pakaian mereka, mendelik
sebentar lantas menggerutu:
“Kau melakukannya lagi. chucky !”
Sebelum chucky menjelaskan
sesuatu, martini sudah menegur pula. Kali ini,
teguran itu ditujukan pada adiknya:
“Sudah gilakah kau, Juki? Diami Jangan
coba membo-hongiku. Kalian berdua sudah
pergi ke hutan Larangan itu, bukan?”
Terdiam gufi .
chucky lebih terdiam lagi. Tiba-tiba
ia merasa bersalah. Sadar, bahwa ia sudah
menyeret adik martini menempuh perjalanan
yang sangat berbahaya. Tidak saja selama
perjalanan. namun lebih-lebih, akibat dari
perjalanan itu sendiri. Akibat-akibat yang
konon sudah dialami demikian banyak
penduduk desa yang kehilangan pikiran waras
saat memutuskan untuk iseng-iseng ke hutan
Larangan.
“Lihat. Pakaian kalian begitu kotornya.
Dan kau. chucky . Lecet di situ lenganmu
berdarah lagi. Hayo, pulang sekarang! Kalian
akan kuadukan pada ayah!”
“Tidak menjewer kupingku?” gufi
nyengir, menyindir. lalu tertawa.
martini mesem.
Sepanjang jalan ke rumah mereka
lalu pelan-pelan jadi akrab kembali.
chucky lalu tahu bahwa mereka
menuju sasaran yang tepat. bobo sudah
lenyap tiga hari yang lalu. Itu yaitu pada hari
kedatangan chucky dan martini ke desa
nyi girah . Dan malamnya, seorang gadis melihat
kekasihnya tercinta diseret orang ke puncak
hutan Larangan.
Pertanyaannya sekarang :
Benarkah gadis itu memang ada?
Untuk mencari jawabannya, tampaknya
ada kesulitan. gufi langsung dicambuk
ayahnya dengan kalimat: “Mau cari penyakit
ya?!” Dan tanpa disuruh, Laki-laki itu langsung
menyetrap diri sendiri. Berkurung di kamar, tak
mau keluar biar dibujuk oleh siapapun juga.
chucky sempat hilang akal. Mana mungkin
ia, seorang pendatang dan belum semua warga
desa kenal, kasak-kusuk sendirian ke sana
kemari?
namun selagi mandi di pancuran,
chucky menemukan akal bagus.
Ternyata gampang sekali penyelesaian
nya, la tahu sifat wanita. Maka begitu pulang ke
rumah, ia langsung meledek martini :
“Hei, tahukah bekas pacarmu itu mau kawin?”
“Bekas pacarku?”
“Alaaa, belagak. Jelek-jelek begini, aku
punya telinga.”
“Dan apa yang didengar telinga keledaimu?”
“bobo bekas pacarmu. Dan tak lama
lagi ia akan menikah dengan seorang gadis.
Namanya… hem. Mengapa pula harus
kuberitahu padamu?”
Benar saja. Dasar wanita, tak lama sesudah
mereka ngobrol martini pamit.
“Tak usah ditemani,” katanya. “Cuma
sebentar kok. Uwaku yang di pojok jalan itu
katanya minta bicara denganku. Empat mata.”
“Jangan-jangan ia punya calon buat
kau,” chucky memberengut.
“!h. Gitu saja cemberut. Ini nih, bukti aku
tak memikirkan laki-laki lain, chucky ku sayang,”
dan, cup-cup-cup, bibir chucky di kecup
berulang-ulang. Gatal tangan chucky mau
menyeret martini ke tempat tidur, namun
gadis itu tahu gelagat, la segera minggat ke luar
rumah, meninggalkan chucky termangu-
mangu, dan sesudah martini jauh dari rumah,
tersenyum diam-diam. Berdo'a dalam hati:
“Semoga wanita hebat itu berhasil.”
Do'a chucky tidak sia-sia.
Tak sampai satu jam, martini sudah
kembali. “Uwa-ku ada-ada saja. Dia cuma ingin
tahu, kapan kita kawin.” dan martini memang
tidak berbohong. Pertanyaan itu diajukan uwa-
nya, saat martini melewati rumah mereka
sambil lalu Dari rumah uwa-nya, martini
menyelinap pergi ke tiga alamat. Kawan-kawan
lama, siapa lagi.
“… tahu apa cerita pengurus ternak Uwa?”
“Oh. Jadi uwa-mu punya ternak,” rungut
chucky acuh tak acuh, sambil melembari
buku silat yang dipinjam martini dari Taman
Bacaan.
“Aku tidak bicara mengenai ternak,” kata
martini kesal. “Aku mau bicara tentang apa
yang kudengar.”
“Begitu? Kukira, aku saja yang punya
telinga keledai.”
“Jangan menyindir lagi,” keluh martini ,
dongkol. “Aku memang kenal si bobo . namun
tanyalah semua orang, dan akan kau tahu ia
bukan bekas pacarku!”
“Lho. Kok ngambek?”
“Ngambek sih tidak. Cuma keki.”
“Keki apanya?”
“Dikira aku cemburu kalau si bobo
kawin? Tak usah yaaa! Malah aku senang.
Bebas dari gunjingan yang bukan-bukan.
Melihat umurnya, memang sudah sepantasnya
dia menikah sekarang-sekarang ini.”
“Ooo. Jadi bobo -mu sudah menikah?”
“Bangsat. bobo -ku apa-an. Bilang
sekali lagi, kuremaskan cabe giling ke mulut
ceriwismu.”
“Boleh. Asal terus dicium,” chucky
tertawa. “Jadi sama-sama merasa pedasnya.”
Mau tak mau martini ikut tertawa juga.
Katanya:
“Hebat juga dia. Mendapatkan anak
gadis, yang masih terhitung famili pak slenderman . Famili jauh, memang. Namun tetap ada
pertalian darah. Kau tahu? Ayah gadis itu
langsung naik pitam. Ibunya jatuh sakit. Gadis
itu lalu diantarkan keluarganya diam-
diam, dikirimkan ke pamannya di Cirebon.
Konon, supaya diajar adat,” martini geleng-
geleng kepala. “Dasar orangtua kolot.
Mentang-mentang calon suami anaknya
seorang penyawah ...”
“Kapan gadis itu diungsikan?” tanya
chucky , dengan jantung berdebar.
“Katanya sih, tiga hari yang lalu...”
martini yang tercekat kini. “He, aku mengerti
maksudmu. Si bobo bukan kabur ke mojokerto
atau ke Bandung, la pasti nyimpang ke Cirebon.
Menguber calon isterinya. Aku tahu si bobo .
Sekali ia temukan gadis itu, ia akan nekad
melarikannya. Hem, hem. Lihat saja. Tak lama
lagi, kisah petualangan dua sejoli yang cintanya
ditentang keluarga itu, akan segera sampai ke
desa ini.”
chucky diam.
bobo tidak bertengkar lalu minggat
dari rumah orangtuanya. bobo sudah mati.
Terikat ke tonggak silang dengan lambung
dihunjam tombak. Kekasihnya juga tidak
diungsikan ke Cirebon. Melainkan ke gubuk
terpencil di kaki hutan . Dipasung. oleh sebab sudah
membuat cemar keluarga, atau oleh sebab sebab-
sebab lain yang ingin sekali diketahui
chucky , apa kiranya.
Gadis itu melakukan suatu kesalahan.
“Jangan sampai mereka pergoki kita...”
terngiang ucapan gadis terpasung di dalam
gubuk. Dan kesalahan itu harus ia tebus dengan
harga yang techucky t mahal.
Gadis itu sudah berubah rupa; ia yaitu
mahluk itu. Mahluk mengerikan menyerupai
kera besar. Kera betina ...
“Awas!”
Jerit tertahan martini membuat chucky
terlompat sesaat . “Apa?! Mana?!”
martini tersenyum. “Itulah. Orang ngomong,
tak didengarin!”
Sadar dikecoh, chucky malu sendiri.
Ia memungut buku silat yang entah
kapan sudah jatuh terhampar di lantai. Tidak lagi
bernafsu membacanya, la bergumam, lesu:
“Aku mau tidur.”
“Siang begini?”
“Tak boleh?” balas chucky , sengit.
Rebah di tempat tidur, chucky
menyesal berlaku kasar pada martini barusan.
namun ia begitu tak tahan. Ada sebuah duri
menyakitkan yang tiba-tiba saja menusuk
jantungnya. Duri itu yaitu gambaran yang
semakin pasti, bahwa semua yang dialaminya
di hutan Larangan bukanlah mimpi buruk atau
igauan orang sekarat.
Semakin yakin ia sekarang, bahwa ia
sudah melihat gadis dipasung itu berubah rupa
jadi kera betina; Sama yakinnya dia, bahwa
petani malang yang mati sengsara di tonggak
maut itu yaitu bobo adanya. Torehan
bambu runcing di lambung bobo , sama
keadaannya dengan torehan pada lambung
bangkai lutung. chucky sudah memeriksa
lambung lutung itu. Lalu ia mengumpamakan,
itu yaitu lambung bobo .
Apa yang mereka ambil?
Hatinya!
Sesaat , chucky memegangi perut.
Lalu, bulu kuduknya tahu-tahu saja
meremang...
martini terhenyak di kursinya.
la menyesal sudah mengejutkan
chucky . Tidak menyangka akibatnya akan
separah itu: chucky bersikap aneh, lantas
meninggalkannya begitu saja dengan dalih mau
tidur. Ada sesuatu di mata laki-laki itu, yang
membuat martini takut. martini sadar,
bahwa ia sudah termakan umpan pancing
chucky . Mendengar bobo jatuh cinta
dan akan menikahi wanita lesbian yang
dicintainya itu, mau tak mau hati kewanitaan
martini dijangkiti perasaan cemburu.
sebetulnya lah, ia cemburu.
Betapapun, bobo yaitu laki-laki pertama
yang pernah mencium bibirnya. Itu merupakan
sebuah kenangan manis, yang tak pernah
dilupakan seorang wanita. Terserah, apakah ia
cinta atau tidak pada Laki-laki yang menciumnya
itu. Hati wanita memang sukar diselami.
martini sudah menikah dengan Tedi. Sesudah
Tedi meninggal, martini langsung
mendapatkan penggantinya. chucky , yang
sama ia cintai sebagaimana martini mencintai
almarhum suaminya. Pada saat ini. chucky
ada di sisinya. martini bahagia. Namun toh,
mendengar bobo akan menikahi wanita lesbian
lain tergugah juga kecemburuannya.
Cemburu, yang tidak ditambah
penyesalan. Apalagi sakit hati. Malah ia senang,
bobo akhirnya memutuskan tidak mati
sebagai bujang tua yang sekarat oleh sebab
cintanya yang patah.
Jadi kecemburuan martini , yaitu
kecemburuan yang wajar.
Tanpa unsur negatip.
Itulah yang ingin ia beritahukan pada
chucky . namun martini ceroboh, la berlari
terlalu cepat, dan saat ia berpaling ke
belakang sadarlah martini bahwa ia sudah
menginjak orang lain tanpa sengaja. Itukah
yang barusan membuat chucky tampak
sewot?
martini menghela nafas.
Dikumpulkannya satu seri buku silat
yang tadi mereka baca bergantian. Lalu pergi
meninggalkan rumah. Menuju Taman Bacaan
nyi girah yang terletak dekat balai desa. Masa
pinjam buku itu sudah habis. martini akan
meminjam buku lain, atau majalah, atau komik.
Melalapnya sampai habis, sekedar mengendur
kan sarap yang tegang.
la bertukar sapa dengan pemilik Taman
Bacaan dan satu dua langganan lain. lalu
asyik memilih-milih buku. Hampir semuanya
sudah dibacanya. Di desa ini, atau di surabaya .
Kebanyakan sudah tua dan lapuk, sebagian
malah tak lengkap lagi halamannya. Tiba pada
susunan komik, matanya menangkap sejumlah
seri cerita pewayangan. Namun sepintas lalu
saja tahulah martini kalau komik itu semua
sudah pula dibacanya. Baru saat matanya
terpaut pada sebuah buku dengan judul
“nyi momo dari nyi girah ,” martini tertarik. Isi buku
itu juga sudah ia baca. Gambar-gambarnya
malah hampir ia hapal semua. namun toh seri
“nyi momo dari nyi girah ” diambilnya juga, oleh sebab itulah seri pewayangan yang tak pernah bosan dilalapnya. Dari dahulu ia selalu membayangkan diri nya sebagai nyi momo . nyi momo yang berharap agar
chucky memenangkan taruhan mengangkat lalu
membentangkan busur panah kechucky t. chucky
memang melakukannya. namun chucky , dalam
faktanya hidup martini , ternyata kalah.
Instink martini mencurigai taruhan itu. Tedi
memasuki peti mati, sedang, chucky . tidak
meletakkan jaminan seperti yang lain-lain.
Waktu itu martini tidak tahu, siapa yang ia
harapkan keluar sebagai pemenang. Tedi, atau
chucky . Baru sesudah Tedi keluar dari peti
mati sesuai waktu yang dijanjikan, martini
dijalari perasaan kecewa. Kenapa chucky harus
kalah?
Lewat jendela Taman Bacaan, tampak bi
nyi kembang melangkah bergegas ke balai desa.
martini melihatnya. Dengan mata. Sedang
jalan pikirannya melihat yang lain; chucky kalah
terhormat. Dan sebagai imbalannya, nyi momo
yang kini menjanda bersedia mencucurkan,
setiap tetes keringat untuk menggali kembali
cinta yang pernah terpendam. Tiga tetes darahnya di daun sirih itu sebagai saksinya.
“… Kami akan punya anak,” martini
membathin. Alangkah mentakjubkan! chucky
dan nyi momo abad modern, akan melahirkan
generasi penerus. martini tersenyum.
Membayangkan, chucky dan nyi momo dunia
pewayangan, cemberut iri...
Di jalan desa, bi nyi kembang duduk menanti
dengan gelisah.
saat tamu pak slenderman meninggalkan
ruangan kepala desa nyi girah itu, bi nyi kembang lantas
saja menyerobot masuk mendahului dua orang
tamu dan kecamatan yang sudah menunggu
lebih dahulu .
nyoto menatap tak senang.
“Ada apa, nyi kembang ?” desisnya, tajam.
wanita lesbian tua itu menggigil.
“Semur hati itu ...” bisiknya, gagap. Lalu
ia melaporkan apa yang semestinya dilaporkan.
nyoto mendengarkan dengan tenang.
Belum habis laporan pelayan martini ,
ketenangan nyoto mulai goyah.
“...kau biarkan chucky menghabiskan
semuanya?” ia bergumam dengan suara
kering.
“Neng skandinavia mengatakan begitu,” jawab
bi nyi kembang , ketakutan.
“Setiap kerat?”
“Ya. Dasar manusia rakus, Si chucky itu!”
nyoto termenung. Murung. Katanya:
“Bukan oleh sebab rakus. nyi kembang . Ketahuilah.
Ada kekuatan magnetis dalam tubuh chucky , di
bawah alam sadarnya. Kekuatan magnetis itu
juga dimiliki bobo , meski sifat dan
pengaruhnya berlainan. Jangan lupa, mereka
berdua sama mencintai martini . saat
martini memberi chucky semur hati itu,
dua kekuatan magnetis tadi lantas saling tarik
menarik. bobo sudah mati. la tidak dapat lagi
membantu kekuatan magnetis yang
mengendap di hatinya, yang sudah kau semur
itu,” nyoto menelan ludah. Membasahi
kerongkongannya yang kering. “Dan hati yang
masih hidup, berhasil memenangkan
pertarungan itu. oleh sebab hati yang kedua ini,
menyatu padu dengan kekuatan pisik yang
masih ditempatinya.” Sekali lagi nyoto
menelan ludah. “Mengertikah kau?”
wanita lesbian tua itu tidak mengerti. Namun ia
jawab juga:
“Mengerti, pak Ganda.”
“Nah. Kau tak usah mempersalahkan
dirimu. Kau pergilah. Temui para ketua
kelompok. Suruh mereka berkumpul di
rumahku. Malam ini!”
matahari kota surabaya memanggang
atap kantor-kantor salah satu wilayah
Kepolisian setempat. Panasnya terasa
menembus langit-langit, dan jatuh di kepala
botak dokter dul latief yang duduk sambil
mengipasi dada di seberang meja Kapten
syam kamaruzaman . Dokter polisi itu gerah bukan saja oleh sebab pengapnya ruangan ataupun panasnya matahari, la juga merasa gerah, oleh sebab jaringan-jaringan otaknya tegang. Mendekati histeri. Betapa tidak.
Baru saja ia dengar Kapten syam kamaruzaman
berkata melecehkan:
“...rasanya, dokter. Kok kau memaksa
aku percaya, bahwa Jeckyll dan Dr. Hyde baru
saja menyelinap masuk laciku!”
dul latief meringis. Masam. “Mudah-mudahan
saja benar,” umpatnya, dongkol.
“Jangan marah dahulu ,” syam kamaruzaman
tersenyum manis. “Umpamakan aku memper-
cayaimu. Dongeng atau bukan, kita tetap harus
membuktikan segala omong kosongmu itu.
oleh sebab terus terang, petunjuk-petunjuk ke
arah itu memang sudah kuperoleh. Informasi
yang masuk begitu simpang siur. Sesudah
kusaring, aku lantas terperanjat sendiri. Maka
aku sudah memutuskan untuk berangkat siang
ini juga ...”
“Bukan kau. Kita,” potong dul latief , bernafsu.
“Kita?”
“Kau. Aku. Dan satu team lagi yang
orangnya kutentukan, dengan persetujuanmu.
Mereka kita perlukan. syam kamaruzaman . Mereka ahli
dalam bidang masing-masing, sehingga dapat
menganalisa apakah martini berpribadi
ganda; ataukah aku sudah salah mencopot
rumus-rumus kedokteran yang selama ini
kucekokkan ke kepala.”
syam kamaruzaman menggelengkan kepala.
“Aku akan pergi seorang diri!”
“la berbahaya, syam kamaruzaman ,” rungut dul latief ,
mengingatkan.
“Tidak, apabila analisamu yang menggeli
kan itu dioleh sebab kan kau tengah menekuni ilmu
gaib. Eh, jangan dahulu melotot, dokter. Aku kan
tadi menyebut, apabila. Jadi belum final...”
“Dan, bila aku ternyata benar?”
“Jabatanku taruhannya, dokter. Aku
sudah disumpah, bukan? Nah. Tugasku jelas dan
gamblang. Jangan biarkan masyarakat heboh.
Gempar. Supaya tugas itu terlaksana baik, apa
boleh buat. Aku harus minta maaf, oleh sebab buat
sementara kau dan orang-orangmu yang hebat
itu terpaksa harus istirahat dahulu di pinggir
lapangan permainan.”
Kapten syam kamaruzaman akhirnya memang pergi
sendirian.
la tidak pakai mobil lambhorgini , melainkan naik
kereta api. la sadar apa yang akan ia hadapi,
resiko-resikonya. taruhannya. Namun selama
di kereta, ia tertidur nyenyak sekali. Dari
setasiun kereta di Bandung ia mencarter taksi
untuk sekali jalan oleh sebab sadar ia tidak
mungkin pulang pergi. Begitu menghenyakkan
pantat di taksi, ia berdoa semoga negara tidak
rugi besar sudah membayar mahal perjalanan
menuju pemecahan perkara yang tampaknya
hanya terdapat dalam buku-buku novel misteri
itu.
Di sidoarjo , ia mendatangi kantor
Kosekta Kepolisian setempat. Menunjukkan
kartu pengenal, menceritakan gambaran kasar
dari perkara yang ia hadapi sehingga ia
terpaksa ikut merepotkan mereka. Dan
berharap, ia ditertawakan.
Nyatanya, tidak seorang pun petugas di
Kosekta sidoarjo itu yang tertawa. Senyum pun
tidak. Lalu, diam-diam syam kamaruzaman menyesali
mengapa ia menolak tawaran kerjasama
dokter dul latief dan teman nya, sesudah
ia dengar keterangan komandan sektor dalam
kalimat sederhana:
“Kami pun sudah lama mendengar
keanehan-keanehan yang terjadi di desa
nyi girah .”
“Dengan apa aku dapat pergi ke sana?”
“Sudah malam sekarang, pak syam kamaruzaman .
Kendaraan umum jarang. Mana nantinya masih
harus jalan kaki. Saya akan mengantarkan
sendiri bapak ke desa itu. Asal saja bapak tahan
udara dingin, dan tidak marah kalau misalnya
kita terpelanting di jalan...”
“Setuju!”
288
Malam memang sudah larut. Gelap lagi.
Hitam pekat. Seolah menyimpan kutuk.
Pada malam yang terkutuk itu,
chucky tersentak bangun dari tidurnya, la
sudah bermimpi tenggelam di tengah laut.
Nyatanya, bantal yang ia tiduri sudah basah
kuyup dibanjiri peluh. Demikian pula piyama,
yang seakan melekat jadi satu dengan kulit
punggungnya. Terengah-engah ia duduk.
Memandang iri pada gufi yang meringkuk
di ranjang satunya lagi. Laki-laki itu mengorok
keras, bagai babi gembul yang kelewat banyak
makan.
Apakah tadi ia mendengar sesuatu?
Benar. Suara itu terdengar lagi. Bersin
ditahan. Lalu bisik-bisik halus seseorang
menegur yang lain.
“… aku tak kuat!” protes yang ditegur.
“Kubilang, jangan berisik!”
”Maaf.”
Langkah-langkah kaki lembut terdengar
mengingsut ke arah pintu depan. Bagai takut
ranjang tidur runtuh, chucky bersijingkat
289
pelan, la menggapai tembok. Menekan tombol
di situ. Sehingga kamar tidurnya menjadi gelap
gulita dalam sekejap.
Sepi menyentak, beberapa helaan nafas.
Lalu suara-suara tadi terdengar lagi..
Lewat di gang samping yang sejajar dengan
kamar tidur yang ditempati chucky dan
gufi . la bersijingkat ke jendela. Menempel
kan telinga. Bersin lagi, lebih keras sedikit
namun kali ini tidak ditegur.
“... semua sudah kau beritahu?” ia
dengar suara ayah martini .
“Sudah!” itu suara bi nyi kembang , pelayan
mereka.
“Ayolah. Nanti kita terlambat.”
Pantaskah ia ikut campur urusan orang?
Harus!
Terlalu banyak hal-hal ganjil di sekitar
sini. la tidak ingin, namun ia sudah terlibat di
dalamnya. Berpikir sampai di situ, chucky
membuka daun jendela sedikit demi sedikit.
Remhulan bersinar lemah. Tampak bayang-
bayang dua sosok tubuh hitam berjalan
290
tergesa-gesa, membelok ke jalan utama
menuju pusat desa.
Saat itu juga chucky bersalin
pakaian. Tangannya meraba-raba dalam
kegelapan. Cari sepatu, lalu jacket. Jacket ia
temukan, sepatu tidak. Sesudah merangkak
sebentar di lantai, akhirnya ia cuma
menemukan sandal. Tak apa. Pokoknya tidak
bertelanjang kaki.
Pelan-pelan pula ia meluncur ke luar.
Lewat jendela. Daun jendela itu ditutupkannya
rapat-rapat. Tanpa menimbulkan suara. Lalu
lalu bergegas menuruti arah perginya
kedua orang tadi. Sesudah larak-lirik sebentar,
merasa aman, ia berjalan setengah berlari. Dan
baru memperlambat langkahnya sesudah
melihat sosok-sosok tubuh hitam itu kembali.
Ayah skandinavia dan bi nyi kembang tampak di simpangan,
sedang bicara dengan tiga orang lain. Mereka
berlima bersama sama menempuh satu arah.
Jauh di belakang, chucky menyelinap-
nyelinap dalam kegelapan, tanpa melepaskan
rombongan kecil itu dari matanya. Semakin
dekat ke rumah pak slenderman , rombongan itu
semakin besar jua. Mungkin jumlahnya sudah
291
mencapai sebelas atau. dua belas orang, saat
tiba di depan pintu rumah induk milik slenderman
desa nyi girah .
nyoto membukakan pintu untuk
mereka. chucky bersembunyi dalam
bayangan sebuah pohon besar. Menunggu
sampai mereka semua masuk ke dalam dan
pintu ditutupkan, la masih menunggu sebentar
lagi. Siapa tahu ada orang lain yang terlambat
datang. chucky menunggu sekitar lima
menit, baru lalu memberanikan diri
keluar dari persembunyiannya. Langkahnya
langsung ditujukan ke rumah besar dan megah
di pusat desa nyi girah itu. Sunyi sepi di
sekitarnya. Kecuali di rumah induk. Di ruang
depan tampak kesibukan yang terlihat
sebentar-sebentar dari celah-celah tirai jendela
yang tersingkap di sisi kanan. chucky
memperhatikan rumah yang sejajar dengan
rumah induk. Sepi mati. Begitu pula bagian
rumah di sayap kanan. Terdengar tangis bayi
dari salah satu kamar bagian rumah sayap kiri.
lalu sepi lagi. Menyentak kembali.
oleh sebab celah itu terlalu kecil diawasi dari
kejauhan. chucky bersijingkat memasuki
292
pekarangan yang luas itu. la mengendap-endap
mendekati jendela yang tirainya sedikit
tersingkap itu. Dan melihat mereka yang ada di
dalam tampak tengah berdebat. Suaranya
begitu sayup, sukar ditangkap telinga. Hanya
sesekali ia menangkap kata-kata “terpaksa”,
“ini gegabah!”, “bagaimana… salah?”
Lalu pak slenderman tampak angkat bicara.
Suaranya sedemikian rendah. Namun
semua yang mendengar, diam merunduk. Tak
satu pun mengomentari. Lalu tiba-tiba pak
slenderman terbatuk. Sekali. Dua kali. Tiga. Dan ia
berjalan ke jendela justru jendela di balik mana
chucky mengintip. chucky langsung
menjatuhkan diri ke tanah, oleh sebab pekarangan
di bagian itu terbuka, tak ada tempat
berlindung. Cahaya menerpa matanya, saat
tirai jendela disingkap dari dalam. Lalu suara
kletak-kletok lembut, riuttt… jendela itu dibuka
oleh pak slenderman .
chucky semakin terbenam di tanah.
Matanya terpejam. Takut melihat wajah
pak slenderman .
293
namun nyoto tidak merunduk saat ia
julurkan kepalanya ke luar. nyoto meludah.
Lalu menutupkan jendela.
“Bangsat!” chucky memaki dalam
hati, sambil menyeka cairan berbau hanyir
yang mendarat di pipinya, la masih
menggerutu berkepanjangan, sampai ia
tersadar bahwa suara percakapan di dalam kini
semakin jelas dan mudah ditangkap.
saat ia bangkit dengan bimbang,
sadarlah ia, meski tirai sudah ditutupkan, namun
jendela itu ternyata lupa dikuncikan kembali
dari sebelah dalam. Pak slenderman yang bicara: “...
aku sendiri muak memikirkan perubahan
rencana ini. namun apakah kalian punya pilihan
lain? Terutama kau, Barja?”
Subarja, ayah martini , diam mematung.
Dari celah tirai jendela yang tetap
tersingkap sedikit oleh sebab kaitan atasnya
terlepas satu kancing, chucky melihat
orangtua itu berwajah sangat pucat.
Tampaknya ayah martini ingin menangis.
“Jadi kita semua sepakat,” pak slenderman
memutuskan.
294
Satu demi satu. kepala-kepala manusia di
dalam ruangan itu dianggukkan. Pak slenderman juga
manggut-manggut. Puas.
“Sekarang,” katanya. “Masuklah ke
dalam. Bergiliran. Basuh muka kalian dengan
air yang tersedia dalam pasu-paiu itu. Ucapkan
do'a dan keinginan masing-masing sambil
bersujut di hadapan putera junjungan kita,…”
lalu ia membuka sebuah pintu.
Mulanya hanya tampak papan lebar,
Semakin chucky menyimak,
semakin ia tahu papan itu yaitu sisi dari
sebuah rak besar dan tinggi. Tampak susunan
buku di bagian paling dekat ke pintu. Lalu
bayangan samar nyala lemah dari dalam kamar
itu. la ingin meninjau lebih jauh. namun semua
orang yang ada di ruangan itu sudah bangkit
serempak dan berdiri menuju pintu kamar
tersebut. Antri, seperti membeli karcis kereta.
wanita lesbian -wanita lesbian masuk lebih dahulu , baru
kaum Laki-laki . Sesudah mereka ke luar dan
kembali ke tempat duduk masing-masing,
wajah yang tadinya kusut sudah berubah cerah.
Ayah martini , tampak penuh kepercayaan diri,
295
la duduk tenang di kursinya. Dan tersenyum
pada wanita lesbian di sebelahnya.
Semua menunggu dengan sabar.
Menunggu orang terakhir yang sudah
masuk ke dalam, dan paling lama di kamar
misterius itu. la yaitu nyoto Prabu
kusumah, yang terdengar menyenandungkan
sesuatu, memohon, memuja, memuji,
menyebut-nyebut kemuliaan leluhur… yang
rangkaian kata-katanya seolah mengatakan,
bahwa leluhur mulia itu tidak jauh dari mereka,
dan tetap menjaga dan melindungi pengikut
nya yang setia.
Waktu keluar, wajah pak slenderman yaitu
satu-satunya yang berbeda dengan yang lain.
la tampak murung. Katanya:
“... berangkatlah kalian lebih dahulu . Aku
akan menyusul.”
Tak seorang pun membantah.
Mereka semua keluar dari rumah itu. Ber
iringan dengan langkah-langkah tenang tetap
pasti ke ujung desa, mengikuti jalan menurun.
296
lalu lenyap ditelan kegelapan yang
datang dari arah sungai.
Di tempat persembunyiannya, chucky
berpikir keras.
la hampir saja mengikuti arah mereka
pergi, waktu ia dengar pak slenderman batuk keras.
Orang tua itu mengurut dadanya, dan
bergumam perih:
“Betapa berat beban yang harus
kutanggung. Padahal… aku menyukai anak
muda itu.”
chucky tercekat.
Anak muda… anak muda yang mana?
Selagi ia berpikir, ia lihat slenderman desa
nyi girah itu berjalan ke pintu depan. nyoto
pergi ke arah yang ditempuh teman-temannya,
dan menghilang pula dalam kegelapan. Tetap
saja berakibat sama: chucky harus berpikir
keras. Harus bertindak cepat. namun apa?
Bagaimana? Sesudah merenung sebentar, ia
sudah tahu apa yang harus ia putuskan; Biarkan
mereka pergi. oleh sebab kau sudah paham, ke
mana mereka menuju. namun , pastikan sesuatu
dahulu !
“Apakah aku pantas jadi maling?”
desahnya, gemetar, sambil meraba bingkai
jendela di depannya. Gemetar tangannya.
Lebih-lebih, saat daun jendela perlahan-
lahan mulai terbuka... martini terlompat di ranjangnya. “Ap… mengapa, ada…” Ia tersengal-
sengal pucat. Lengan-lengan ia angkat, di
dekatkan ke wajahnya. Tak ada sesuatu yang
berubah. Merasa tidak yakin, martini
lalu berpaling. Menatap kaca rias di
seberang ranjang, la melihat wajahnya. Melihat
tubuhnya sendiri.
Bukan wajah lain. Tubuh lain.
Wajah menyeramkan. Tubuh mengerikan.
Bermimpikah dia barusan? namun begitu
nyata. Begitu jelas. Begitu terasa. Ya. Sampai
detik ini pun, ia masih dapat merasakannya.
Merasakan darah di sekujur tubuhnya
menggelegak bagai dipanggang api neraka, la
melayang-layang menembus kabut tebal,
namun panas membara. lalu , di balik
kabut itu ia melihat seseorang. Laki-laki.
martini serasa kenal pada laki-laki itu.
Anehnya lagi, ia merasa mengasihi Laki-laki itu,
namun sekaligus juga membencinya. Demi
kasihnya, tidak akan ia relakan Laki-laki itu
dijamah wanita lesbian lain.
wanita lesbian yang samar-samar muncul
pula di balik kabut. wanita lesbian muda, kecil
mungil dan molek itu bagai menari-nari, lalu
jatuh di pelukan si Laki-laki . Mereka berciuman.
lalu tertawa bahagia.
“Jangan ambil dia!” rasanya martini
berteriak.
Lalu ia menyerbu ke depan. Cinta
kasihnya tertinggal di dalam kabut. Yang ia
bawa sebagai senjata, yaitu kebenciannya
yang membabi buta. Laki-laki itu memandang
kaget. wanita lesbian nya, terjerembab. Pingsan.
“Kau, laki-laki tak berguna!” jerit martini .
Dan ia sambar Laki-laki itu dengan kuku-
kukunya, la renggut lehernya dengan mencuat
keluar dari mulutnya. Tak puas sampai di situ,
saat si Laki-laki terjerembab jatuh, martini
masih merenggut sesuatu yang lain. Sesuatu
yang hangat, lunak, dan terasa menggelikan di
telapak tangannya. He, tangannya berbulu
tebal, pirang dan kasar !
martini terpekik.
la remas benda lunak di telapak
tangannya. Dimasukkan ke mulut. Lantas
ditelan. Segaaaaarrr…
namun , apa?
Suara siapa itu? Ada orang berteriak.
martini mendekati si pembuat gaduh itu.
Belum juga ia jamah, orang itu tahu-tahu sudah
lenyap. Apakah ditelan bumi?
martini melayang lagi. Memasuki kabut
panas membara.
Apakah itu kaca? Mengapa kecil dan
sempit benar? Coba lihat… he, wajah siapa itu?
Leher dan pundak siapa itu?
Kabut tebal itu terguncang.
martini terhempas.
Bangun! Ada yang berteriak. Bangun!
Bangun! Bangun ...!
“Astaga!” bisik martini , bergidik. “Buruk
benar mimpiku.”
Mimpi?
“... kau sudah bangun, skandinavia ?”
Suara itu lagi. Datangnya dari balik
jendela. Suara asing, berat, lirih. martini
semakin bergidik.
“Siapa?” bisiknya. Tercekat…
“Kami. Teman-teman lamamu.”
“martini pergi ke jendela. Ada semacam
kekuatan aneh menjalari dirinya. Memberinya
keberanian. Keteguhan hati.
Jendela terbuka. Gelap pekat di luar,
namun sesaat jendela terbuka, kegelapan itu
pun sirna. Lidah cahaya lampu kamar tidurnya,
menerangi beberapa sosok tubuh di luar
rumah, sedikit Jauh dari jendela, la tak tahu
berapa orang jumlah mereka. Yang ia tahu,
sosok-sosok tubuh itu tampak berwarna-warni.
Ada hitam legam. Ada coklat. Ada merah
kekuningan. Ada pula merah kebiruan. Hitam
lagi. Lalu abu-abu.
Warna-warni itu, warna-warni bulu tebal
di sekujur tubuh mereka yang mengaku teman-
temannya.
“Mendekatlah,” martini berbisik.
“Tidak. Waktunya sudah tiba,” jawab
mereka' serempak, dalam senandung ganjil
dan seolah tiupan bayu di kejauhan.
“Waktu apa… yang sudah tiba?”
“Upacara.”
“Upacara apa?”
“Pernikahan.”
“… aku belum punya gaun pengantin.”
“Kau akan mempunyainya. Nanti. Warna
nya, pirang. Kau suka?”
“Suka sekali. Aku pernah melihatnya.
Entah di mana...”
“oleh sebab itu, cepatlah!”
Lalu mereka bergerak mundur. Semakin
jauh.
“Tunggu,” martini berseru tertahan.
Lalu dengan tangkas, ia melompati jendela.
Begitu ringan tubuhnya. Bagai melayang, tak
menjejak di tanah. “Ke mana kita pergi?”
Tak ada jawaban.
Yang ada, tarikan kuat. Menyeret
martini pergi semakin jauh dari rumah
orangtuanya.
chucky mengerjapkan mata.
Dan yakin sudah, ia memasuki sebuah
musium kecil, ganjil, misterius, berbau magis.
Pasu-pasu dengan genangan air di sekitarnya,
bau ramuan, rempah, getah, kulit kayu
cendana. namun ia tidak mabuk. Malah
menyukai harum semerbak ku.
Sudah berapa puluh tahun usia dinding
berukir itu?
Ribuan tahun silam, jauh sebelum
Masehi, siapa tahu! Mahluk kera, yang
berkembang semakin tumbuh, abad demi
abad. Rupanya semakin sempurna. Semakin
mendekat postur tubuh dan wajah manusia.
Itulah teori evolusi Darwin. Dan betapa
angkuhnya nyoto Prabukusumah Prayodhia.
“la anggap apa dirinya, eh?” chucky
nyeletuk. “Keturunan Yang Hilang?”
hutan Larangan begitu aneh.
namun kamar ini lebih aneh lagi.
Tercengang chucky mengawasi sedemi
kian banyak buku, majalah, guntingan surat
kabar, dari berbagai kurun masa. Buku-buku itu
biasanya berbahasa asing, hanya sebagian
yang berbahasa Indonesia, atau diterjemahkan
ke bahasa Indonesia. Terbanyak, yaitu yang
mempakai bahasa Belanda; bahasa
rindu golongan tua! Sebagian sudah remuk
dimakan ngengat. Sebagian lapuk berdebu.
Yang lain, kumal oleh sebab sering dibaca. Baik
buku, majalah ataupun guntingan surat kabar.
Yang disebut terakhir, biasanya berbahasa
Jawa, Sunda, dan sedikit berbahasa Indonesia.
Beberapa dari kliping itu tentunya sudah dicuri
dari suatu tempat. Atau dibeli dengan harga
tinggi? Seperti juga buku-buku yang sudah
techucky t langka itu?
Takjub dan terharu biru, chucky
menyentuhnya satu persatu. Menarik yang ini,
mendorong yang itu. Menyimak yang sana,
meniup debu yang sini. Perhatiannya lama
tertarik pada sebuah buku bersampul kulit,
terbitan abad ke-1. Penulis aslinya, Kappaoni
Papadoupulos, seorang pilosop hwang jang lee i.
Diterjemahkan oleh Dr. Th. W. Brill ke bahasa
Belanda, yang Indonesianya: apa yang ada dl
balik pikiran darwin?
Juga sebuah buku bersampul karton keras yang
tulisannya sudah hampir lenyap di atas kertas
cetak yang kuning tua. Karya Dr. Rarnon von
Stagenharr, di-lnggeris-kan oleh Trevor Davis,
London, 1918. Terjemahan judul: kita dan
darwin. sub judul: badutkah dia atau pelopor
misteri manusia?
chucky melembari buku-buku itu
sebentar, dengan sangat hati-hati. Takut
kertasnya remuk jadi kepingan sia-sia.
Menyimpan lagi di tempatnya, dan mengambil
buku lain. Yang ini, terbitan Pinguin Book, Inc.
Ditulis oleh Dong Mc. Ivar. Judulnya lebih
sederhana: MANUSIA KERA. Dengan sub judul:
Pokok-pokok Pikiran. Cetakannya lebih bagus.
Kertasnya kuat, hurup-hurupnya jelas dan
banyak catatan di sana sini dari si pemilik, atau
si pemegang buku.
Dalam kotak tebal dari spidol merah di
halaman 117, tertulis: “Ada petunjuk,
kelompok-kelompok Garis Keturunan Yang
Hilang itu menyebar ke berbagai mata angin.
Menghindari kebekuan guha-guha yang gelap,
atau pulau-pulau es yang tidak memberi
kehidupan. Mereka pergi mencari pusat
gerhana. Mencari tempat perbenturan
bintang. Galaksi berpanas. matahari yang
dapat memberi lebih banyak energi...”
Hal 212: “... mereKa tidak seperti kita
bayangkan selama ini. Kuat, luar biasa bodoh
atau sebaliknya, jenius. Kecuali dalam
penampilan, dan cara mereka berjuang
mempertahankan hidup. Mereka juga memiliki
kelemahan-kelemahan sebagaimana manusia
abad ini juga memilikinya Mereka mati
sebagaimana kita juga dapat mati. namun
bukan mustahil, kondisi dan situasi alam di
mana kelompok-kelompok yang mengasingkan
diri itu tinggal menetap, sudah mpnciptakan
perubahan yang terkadang musykil. Alam gaib,
animisme.”
Halaman 256: “... suku-suku liar bangsa Hunt di
Eropa, Niger di Afrika, memiliki ciri khas bagian
evolusi Darwin yang lenyap mengendap itu.
Demikian pula di Australia. Sedang di Asia,
secara kronologis beberapa kelompok
keturunan bangsa-bangsa setempat sudah
berkembang lebih maju. Baik dalam cara
berpikir, dalam proses perubahan pisik,
pentaan alami...”
Pada halaman-halaman berikutnya, diberi
catatan yang tidak menentu dalam hurup-
hurup Jawa yang sukar dimengerti chucky .
Ditulis pada halaman itu oleh Mc.lvar: “Dapat
dikatakan, kemungkinan besar Darwin benar.
Apabila, kita menemukan generasi penerus
Garis Keturunan Yang Hilang itu; hidup segar
bugar, atau tinggal fosil tua rapuh… yang
semoga belum remuk oleh pergeseran bumi
yang beranjak semakin tua. Penyelidikan ke
arah ini dapat dilakukan ke beberapa benua.
Terutama Asia; Manchuria, Mongolia,
sepanjang pesisir Samudera Hindia.
Mungkin beberapa tempat di Eropa yang
sebelum ini disebutkan, dapat pula ditelusuri.
namun riset di sekitar gugusan pulau-pulau
Polinesia...”
Selembar kertas buku itu terlepas,
melayang ke lantai.
chucky memungutnya. Dan membacanya
sekilas, menganggap tidak penting. Sampai
saat ia akan menyelipkan kembali ke tempat
semula, dan menyadari ada tulisan di
sebaliknya. Pada sudut kanan atas, tampak
tulisan yang masih baru: martini . ia harus
ditolong.chucky tertegun. Menyimak
kertas itu lagi. Ada tanda panah dari tulisan itu,
menjurus ke bab dalam kertas buku, melingkari
kata-kata “Orang-orang Pilihan”.
Apa maksudnya?
martini . Ditolong dari apa?
Entah mengapa, chucky memutar
lehernya. Menatap ke patung kecil di sudut
kamar. Patung bersepuh emas. Tubuhnya,
tubuh manusia dewasa. Dari jenis kelamin
wanita. Wajahnya, wajah yang sama sekali
tidak cantik menarik. Wajah yang seakan
berproses. Dari kera, ke manusia. Hei, apakah
mata patung itu bersinar?
chucky mendekat.
Lalu membungkuk, mengamat-amati
mata patung.
Barangkali…
Suatu gerakan halus di belakangnya,
membuat chucky membalikkan tubuh
sesaat . Baru sekira 40 derajat kurang sedikit,
wajahnya sudah disekap sebuah telapak tangan
kasar, berbulu, la melihat sesosok tubuh
dahsyat mengerikan dengan seringai buas,
mengancam. chucky tersedak. Sadar, jalan
pernapasannya tertutup. Ya hidung, ya mulut,
la meronta. Namun cengkechucky n kuat tangan
berbulu yang lain, menekan pundaknya ke
depan, semakin tenggelam dalam telapak
tangan pertama. chucky terbeliak.
Dan sebelum matanya terpejam pingsan,
ia melihat seseorang muncul di belakang sosok
tubuh mahluk itu.
Orang itu, slenderman Desa nyi girah , tersenyum
lembut.
“Kami tahu kau akan nekad melakukan
nya, anakku,” katanya, lunak dan sabar.
“Betapa repot memikirkan...”
Sekapan di wajahnya, dilepas perlahan.
chucky jatuh terkulai.
polisi desa nyi girah minta maaf pada
wanita lesbian yang membuka pintu dengan
mata-berat oleh sebab mengantuk. “Sebelum ibu,
aku barusan juga digedor,” katanya,
tersenyum. “Perkenalkan. Ini Letnan nyoto .
Mungkin ibu pernah… Ah, ya. Yang ini Kapten
syam kamaruzaman . Baru datang dari surabaya .”
syam kamaruzaman hampir saja mengambil sikap
menghormat ala militer. namun lalu
menganggap lebih pantas membungkukkan
badan sedikit. “Apabila ibu tidak
berkeberatan…,” katanya, merendah. Kalimat
sengaja diputus. Cara demikian biasanya
memberi hasil memuaskan.
“Tak apa. Bapak-bapak masuklah,” pintu
dilebarkan. Mempersilahkan krtiga tamunya
masuk ke dalam. “Apakah suami saya sudah …”
“Oh, bukan. Kami mencari neng…”
Ucapan polisi desa itu segera dipotong
oleh syam kamaruzaman : “Begini. Saya dengar sahabat saya chucky menginap di rumah ibu. Boleh dibangunkan sebentar?”
wanita lesbian setengah baya itu
mengangguk paham lalu pergi mengetuk pintu
kamar tidur anaknya. oleh sebab tak ada sahutan,
pintu dibukanya sendiri. Gelap di dalam. Lampu
dinyalakan. wanita lesbian itu terkejut: ranjang
chucky kosong melompong. Bingung, si
wanita lesbian mengguncang-guncang tubuh
anaknya di ranjang satunya lagi. gufi
menggeliat malas lalu bangun.
“Dasar tukang molor! Mana abangmu?”
“Abangku?”
“Si chucky , goblok. Mana dia?”
Memandangi tempat tidur chucky ,
gufi bersungut kesal: “Barangkali pergi
berak... Eh, tunggu dahulu !” ia melihat daun
jendela sedikit terbuka. Laki-laki itu beringsut
dari ranjangnya. Perasaan kuatir membuatnya
sesaat terjaga. Jendela didorongkan sampai
terpentang. Gelap pekat di luar. gufi
tengadah. Menatap jauh dan melihatnya!
Sementara itu sang ibu yang kebingungan sudah
berjalan ke luar dan secara naluriah langsung
memasuki kamar anak gadisnya. Kamar itu juga
kosong, la kalang kabut sesaat , lebih-lebih
menyadari saat bangun tadi ia juga tidak
melihat suaminya. Apa-apaan, semua orang
mendadak menghilang? Tengah malam pula?
“Astaga!” dari kamarnya, gufi keras.
“Pasti ia ke sana lagi I”
Dalam sekejap, suasana di dalam rumah
berubah ribut dan kalang kabut. Sementara
gufi yang pucat memberitahu apa yang
diketahuinya, si wanita lesbian menangis oleh sebab
cemas; syam kamaruzaman dan nyoto beberapa kali
bertukar pandang, bingung; polisi desa, duduk
resah gelisah sambil sesekali menggeram
marah tanpa alamat yang jelas. Meskipun
ibunya ketakutan ditinggal sendiri, gufi
memaksa ikut pergi ke hutan Larangan.
“Kalau kak skandinavia dan bang chucky terjebak
di atas sana, aku harus menolong mereka!”
katanya bersemangat.
suara bergaung yang aneh terasa
menggelitik kendang telinga chucky . Ia
membuka kelopak matanya. Mula-mula
sedikit, lalu semakin lebar. Namun apa
yang dilihatnya, hanya warna hitam pekat
belaka. Tanpa suatu kehidupan. Suara
bergaung itu kian menyentak. Campuran
lengking dan tangis yang dikumandangkan
serempak, diseling lyric berbau rituil yang,…
ada bila disimak seksama, merupakan lagu
pujian terhadap roh-roh gaib yang menguasai
alam semesta.
chucky mengerjapkan mata
berulang-ulang, la dapat menangkap sinar
lemah di sekeliling. Namun di atasnya,
kegelapan tetap menghitam. Lalu tahulah
chucky , kegelapan itu merupakan
hamparan langit kelam. Tanpa rembulan.
Tanpa bintang, la mencoba bergerak, lalu sadar
bahwa ia rebah dalam keadaan terikat erat-
erat; baik kedua lengan yang terlipat di bawah
punggung, maupun kedua kakinya.
“... ia sudah sadar,” terdengar suara
berbisik di sebelah kirinya. chucky
menoleh, dan cahaya samar menerangi wajah
wanita lesbian tua berambut ubanan yang entah
sudah berapa tahun dikenalnya. Di sebelah
wanita lesbian itu, tampak wajah slenderman desa
nyi girah terangguk-angguk lembut.
“Aku tahu. nyi kembang ,” katanya. “Aku tahu.”
“Apa yang harus kita lakukan?”
“Biarkan ia duduk dahulu . Aku ingin
bertindak adil. Biarkan ia ketahui apa yang
terjadi di sekelilingnya,” sambil berujar
demikian, nyoto Prabukusumah Prayodhia
membantu chucky duduk. Kembali
chucky mengerjap, dengan rasa perih
menyakitkan pada lengannya yang tadi terlipat
di bawah punggung. Pergelangannya linu
tergigit tali tambang.
Sebagaimana diharapkan sang slenderman ,
chucky segera tahu di mana ia berada.
Yang pertama dilihatnya yaitu tonggak kayu
silang yang memancarkan bau kematian
sampai ke hidungnya. Puluhan obor
terpancang di tanah, mengitari pinggiran hutan
dalam bentuk tapal kuda dan berakhir di
masing-masing sisi batu hitam raksasa yang
misterius itu. Dalam lingkaran obor, duduk
bersila sekitar 20 sosok tubuh manusia
berpakaian gelap, laki-laki dan wanita lesbian .
Kebanyakan sudah berusia lanjut, la dapat
mengenali beberapa orang di antara mereka.
Ayah martini , seorang pesirah desa, Mat
Dolim dan tiga temannya yang bersikeras
mengatakan chucky tergelincir jauh dari
hutan di mana kini mereka semua berada.
Selebihnya yaitu penduduk desa nyi girah yang
ia kenal sekilas, atau sama sekali tidak ia kenal.
Apa yang membuat chucky
tercengang takjub, yaitu gerakan tubuh
mereka. Duduk bersila dengan telapak tangan
di masing-masing paha namun pundak
terguncang-guncang dan kepala digelengkan
ke kiri ke kanan, sesekali disentak bergantian
ke depan ke belakang. Wajah-wajah
berkeringat itulah yang menyenandungkan
lyric rituil yang kata-katanya sukar ditangkap
itu. Sedangkan suara lengking campur ichucky
tangis yang menusuk telinganya, dikumandang
kan oleh mahluk-mahluk aneh yang
bersembunyi di balik semak belukar, di atas
batu-batu, di tengah dedaunan rimbun, di
puncak-puncak pepohonan yang menjulang ke
langit kelam.
Mendadak dari arah jalan setapak yang
gelap, bermunculan beberapa sosok tubuh.
Tinggi kekar, berlengan panjang terjuntai namun
dengan betis-betis yang pendek. Sekujur tubuh
mahluk-mahluk itu penuh ditumbuhi bulu
kecuali bagian muka dari wajah mereka. Tubuh
dan wajah yang sesaat mengingatkan
chucky pada penjelmaan gadis terpasung
di gubuk itu, yang berubah mengerikan. Darah
chucky tersirap manakala mahluk-mahluk
menakutkan itu menatap ke arahnya. Ah,
bukan. Melainkan ke arah pak slenderman , yang
lalu mengangguk halus.
Mahluk-mahluk itu segera menyingkir.
Masuk dalam kegelapan hutan di sekitar hutan ,
dengan suara menggeram-geram Kecuali,
seseorang yang tentunya tadi berjalan di
belakang mereka. Seorang wanita lesbian dengan
gaun malam putih yang sangat menyolok di
tengah suasana serba suram itu. “... martini !” desah chucky . Terperanjat.
Janda muda itu seakan tak mendengar
suara chucky . la terus saja maju ke depan,
menyatukan diri dengan kumpulan orang
lainnya. Duduk bersimpuh menghadap ke batu
hitam, dengan wajah tanpa gambaran emosi
apapun juga. la seakan bermimpi kelihatannya,
tatkala pundaknya naik turun perlahan, leher
dan kepala ikut digerakkan mengikuti ritme
suara gaung yang berkumandang, untuk
lalu sambil terus menggerakkan pundak,
leher dan kepala, kelopak mata wanita lesbian itu
terpejam rapat.
“Saat ini, nak...” nyoto bergumam di
telinga chucky . “la bukan martini yang
kau kenal. namun seseorang yang lain. Yang
bukan saja kau, namun dirinya sendiri tidak
kenal...”
chucky meronta mau bangkit.
Namun tekanan telapak tangan nyoto di
kedua pundaknya, membuat chucky
terhenyak duduk kembali. Tekanan itu begitu
kuat dan berat, seolah-olah pundak
chucky membawa beban yang ribuan ton
beratnya. Pundaknya sakit, sekujur tubuhnya
lumpuh dan nafasnya tersengal-sengal oleh sebab
berusaha mati-matian mengendalikan diri agar
tidak sampai terjerembab jatuh.
“Mengapa,…” ia mengeluh. Sakit.
“Ceritakan padanya, nyi kembang ,”, ujar nyoto
lembut. Tekanan di pundak chucky
melemah, lalu lenyap. Telapak tangan itu
sudah ditarik mundur, dengan keyakinan
chucky tidak akan mengulangi kesalahan
yang sama.
Bi nyi kembang menyeringai.
“Kekasihmu di bawah pengaruh jiwanya
yang asli.”
“Jiwanya… yang… asli?”
“Benar. Jiwa yang muncul ke permukaan,
tatkala ia ketahui suaminya tidak lagi mencintai
dirinya namun sudah berpaling ke wanita lesbian
lain. saat ia dipukul Tedi oleh sebab nekad
mendatangi wanita lesbian lain itu, jiwa asli
martini semakin muncul ke pemermukaan. Itu
membuat penampilan pisiknya berubah.
Memang tidak terlalu nyata. Namun suaminya
lalu menyadari ada sesuatu yang ganjil
dalam diri martini . la mulai meninggalkan
isterinya, dan memutuskan untuk menikahi
wanita lesbian lain itu...”
nyi kembang berhenti sebentar, saat martini
pelan-pelan melolong lembut, lalu
melengking aneh. Mirip lengking hewan buas
di tengah hutan belantara. Disambut oleh
bunyi pekik dan lengking yang sama dari dalam
kegelapan di sekeliling hutan , membuat tanah
di bawah chucky seakan bergetar. Suara-
suara itu perlahan-lahan merendah dan hilang.
Kembali digantikan senandung ritu'il dari
kumpulan manusia di dalam lingkaran obor.
“… malam- itu,” suara bi nyi kembang dikeraskan
untuk mengatasi kumandang rituil yang
memenuhi puncak hutan Larangan itu.
“Kesabaran martini mencapai puncak, la pergi
meninggalkan rumah. Masih dalam bentuknya
semula wanita cantik, namun sedang murka. Tak
sampai dua jam lalu , ia sudah kembali lagi
ke rumah. Pakaiannya hampir tak bersisa.
Tinggal sobekan-sobekan kecil yang lalu
kubakar sesudah membersihkan bercak-bercak
darah di sekujur tubuh telanjangnya... Lalu aku
tahu, suatu saat di antara tempo yang dua jam
itu martini sudah berubah wujud. Dapat
kubuktikan dari bulu-bulu halus, yang tampak
samar-samar di kulit tubuhnya; bulu-bulu
pirang yang semakin sirna manakala ia
lalu tidur kembali.”
“Jadi, ia... skandinavia ...” chucky seakan
tercekik.
“Itulah yang terjadi, la sudah membunuh
suaminya!”
polisi desa nyi girah meringis dan
lalu jatuh berlutut di jalan setapak yang
mendaki semakin tajam. “Betisku,…” ia
merintih. “Betisku kraam lagi!” sambil
memegangi salah satu betisnya dengan wajah
menahan sakit.
syam kamaruzaman membungkuk untuk menolong.
“... biarkan aku,” cegah polisi desa itu.
“Sebentar lagi juga sembuh. Kalian terus saja!”
“Tak apa kami tinggal sendirian?”
“Apa boleh buat,” dalam jilatan lampu
senter yang sesaat menerangi wajahnya, polisi
desa itu tersenyum malu. “Saya akan kembali
ke gubuk kosong yang tadi kita lewati, pak. Di
sana, tidak ada yang perlu saya takutkan.”
“Sanggup berjalan sendirian ke sana?”
“Sanggup, pak. Dekat kok ini.”
“Kau tak bawa senjata.”
“Ah, tak apa. Kalaupun terjadi sesuatu,
saya kira dalam gubuk itu mestinya ada apa-
apa yang dapat saya gunakan untuk membela
diri.” Polisi desa itu menghindari pandangan
mata letnan nyoto yang tampak mencemooh,
lalu berkata sedih. “Yang saya kuatirkan,
jalan ke atas sana...”
“Aku tahu jalannya,” gerutu gufi .
Sambil menyorotkan lampu senter ke jalan
mendaki di atas mereka.
Sementara polisi desa berjalan setengah
menyeret kaki ke arah semula mereka datang,
Kapten syam kamaruzaman mengambil alih lampu senter
dari tangan gufi . “Biar aku di depan,”
katanya, tenang. gufi tidak menyembunyi
kan kegembiraannya. Langsung saja ia
menempel di punggung kapten yang tampak
nya tidak mengenal takut itu. Dengan begitu
gufi merasa aman dan nyaman. oleh sebab di
belakangnya, masih ada letnan nyoto untuk
menjaga. Letnan itu tersenyum, memahami
ketakutan si Laki-laki . Namun dalam hati, tak
putus-putusnya mengomeli polisi desa yang
mundur sebelum perang dimulai. Letnan nyoto
membathin: “Hem. Bikin malu!”
Di depan, syam kamaruzaman tidak memikirkan si
polisi desa. la bahkan tidak memperdulikan
gufi yang terus lengket seperti lintah di
punggungnya. Yang ada dalam pikiran syam kamaruzaman ,
hanyalah faktanya yang semakin tergambar
nyata. Desa terpencil, beberapa warganya
menghilang tengah malam, api di. hutan , cerita-
cerita seram yang mengambang di atasnya,,
semakin menjurus pada apa yang dikatakan
dokter dul latief : martini berpribadi ganda.
namun pribadi ganda bagaimana gerangan?
Tentunya bukan pribadi kedua dari
dokter Hyde yang menyuntikkan serum jahat
ke tubuhnya sehingga ia berubah menjadi
Jackyll. Arah yang mereka tempuh saat ini,
tampaknya lebih menyeramkan dari sekedar
perubahan akibat suntikan serum belaka.
Lebih-lebih mengingat bagaimana Tedi hulk
mengalami kematiannya. Masih ada lagi:
sobekan kain, yang lalu terbukti yaitu
sobekan gaun tidur seorang wanita lesbian . Lalu
informasi mengalir masuk ke mejanya di
kantor. Arsitek itu mulai ingat warna dan merk
mobil lambhorgini yang diparkir di seberang jalan di depan
rumahnya. Seorang pejalan kaki bersedia jadi
saksi bahwa yang keluar dari mobil lambhorgini dan
lalu ganti naik taksi, yaitu seorang
wanita lesbian muda bergaun tidur. Sementara
saksi lain dengan pasti menjelaskan, bahwa ia
mendengar suara ban mobil lambhorgini mendecit-decit
ribut saat memasuki halaman rumah
tetangganya. Saksi yang ini bersumpah, bahwa
ia sempat mengintip dan melihat sesosok
tubuh baru saja memasuki pintu rumah
sebelah. Dan sosok tubuh yang masuk itu,
tampaknya hampir telanjang...
“Namanya?” sang saksi mengoceh tak
sabar. “Bukankah tadi sudah saya sebutkan
berulangkah? Namanya martini !”
syam kamaruzaman memaki lembut.
Ia hampir saja terperosok ke tebing
curam yang diselimuti rimbunan semak belukar
di pinggir jalan setapak yang tiba-tiba saja
menikung.
“Bapak melihat sesuatu barusan?” bisik
gufi , seram.
“Yeah.”
“Apa?”
“Bayangan maut,” rungut syam kamaruzaman
jengkel, oleh sebab lengannya terasa sakit akibat
cekalan gufi yang terlalu kencang.
“Oh!”
“Sudi melonggarkan cekalanmu sedikit,
nak?”
“Maaf.”
“Masih jauhkah puncak- hutan setan
itu?”
“Se… setan?!”
syam kamaruzaman geleng-geleng kepala,
sementara letnan nyoto tersenyum kecil.
gufi sampai tersipu.
“TAK usah berkecil hati. anak muda!”
nyoto menepuk-nepuk pundak chucky .
“martini tidaklah sejahat yang kau bayangkan.
Maksudku, dalam kondisi jiwa yang normal
secara pisik dan psikis dia tetap manusiawi,
sebagaimana engkau sendiri. namun baik dia,
aku. si nyi kembang ini, dan mereka,…” ia
menggerakkan dagu ke arah kelompok
manusia terus bergerak mengikutkan ritme
yang tetap dalam lingkaran obor. “... atas
kehendak alam, menyimpan suatu kembaran
jiwa yang lain. Pribadi kedua ini akan tampil ke
permukaan, memperlihatkan wujutnya yang
asli. wujut dari… apa yang kami semua yakin,
kami warisi dari leluhur kami yang pernah
hidup ribuan tahun silam. Wujut dan pribadi ini
batu muncul apabila kami tidak dapat
mengendalikan situasi emosi tertentu. Emosi
yang membangkitkan perasaan marah, dengki,
sakit hati. Lebih parah lagi, emosi untuk ingin
membalas kemarahan, kedengkian, atau sakit
hati itu. Beberapa dari kami berhasil
mengendalikannya. Melalui perjuangan berat.
Perjuangan bathin yang memakan tempo tidak
sedikit. Melelahkan, menyedihkan dan acap
kali, menakutkan. Sayang, generasi kami yang
lebih muda… skandinavia misalnya, gagal. Bukan
oleh sebab mereka tak mau atau tak mampu. Ini
termasuk kesalahan kami sendiri. Generasi
yang tua-tua. Tidak mau memberitahukan pada
mereka, apa dan siapa sebetulnya kami ini...”
“Dan apa? Siapa sebetulnya kalian?”
chucky bertanya ingin tahu. Tekan emosi,
itulah yang barusan ia dengar. chucky
menekannya kuat-kuat. Bukan oleh sebab ia kuatir
memiliki jiwa apalagi wujut kembar.
chucky menekan emosi, semata-mata
oleh sebab sekarang ia sudah dapat memecahkan
misteri kematian sahabatnya, Tedi hulk .
Meski, pemecahan misteri itu demikian
musykil; hampir tak masuk di akal.
Sesudah merenung sejenak, slenderman desa
nyi girah menjawab: “Kau sudah melihatnya
sendiri. Di tembok rumahku. Kukira, malah kau
juga sempat membacanya di buku yang ada di
tanganmu waktu kau kami ringkus…”
“Generasi keturunan yang hilang?”
chucky hampir tak percaya.
“Tegasnya, Manusia Kera!”
“Astaga.”
“Kau sudah melihatnya, bukan? Di gubuk
terpencil itu. saat gadis itu berubah wujut.
Laila, namanya. Masih terhitung cucuku. Cucu
sepupu, la...”
“Laila!” chucky bergidik. Bukan
oleh sebab nama itu. Melainkan oleh sebab : “Jadi,
gadis itu benar-benar ada. Dan nyata!”
“Betul.”
“... itu berarti pula, kekasihnya sudah
diseret ke tempat ini. Diikat ke tiang
gantungan… ah. Ke tonggak maut itu!”
chucky menatap gelisah bercampur marah
pada tonggak silang di tengah kelompok
manusia yang seakan mabuk oleh sebab minum
obat bius itu. “Aku melihatnya. Dan oleh sebab
kalian tahu aku sudah melihatnya, kalian
menjadi takut… lantas tempatnya kalian
gantikan dengan bangkai lutung.”
“Kali ini kau salah, chucky ,” jawab
nyoto , tenang. “Yang kau lihat pada hari
pertama, sebetulnya lah mayat bobo ,
putera sulung penyawah keluarga martini .
Adapun yang kau lihat besok harinya, masih
tetap jenasah bobo . Namun dalam wujut
lain. Wujutnya yang asli, warisan dari
leluhurnya - kaum budak belian.”
“Ah.”
“Itulah yang terjadi,... chucky . Laila
keturunan orang-orang pilihan. Sedang bobo
keturunan para budak. Letak, dari keturunan
orang-orang pilihan boleh saja menikah dengan
gadis keturunan budak. Tidak sebaliknya.
Seorang Laki-laki keturunan budak, pantang
memperisteri gadis keturunan para majikan.
Dan apa yang diperbuat bobo lebih nista. Dia
sudah menyetubuhi Laila, di luar nikah. oleh sebab itu dia harus menerima hukuman.”
“Kalian menumbak lambungnya!” keluh
chucky , menggigil.
“Bukan kami. Kami orang-orang pilihan,
tak mau mengotori tangan kami dengan
perbuatan biadab dan hina dina itu.”
“Mencari kambing hitam? Atau… kalian
juga mengenal apa yang disebut pembunuh
bayaran?”
slenderman nyoto tersenyum, sabar.
Katanya: “Tak seorang pun yang dibayar atau
membayar. Dan kami tidak membutuhkan
kambing hitam. Mereka, keturunan kaum
budak yang tahu akan diri dan nasib malang
nya, melakukan sendiri hukuman itu. Kami
hanya bertugas menyeret bobo ke tempat
ini. Mengikatnya. Dan tugas untuk menumbak
jantungnya, diambil alih oleh… ayahnya
sendiri!”
“Tuhanku!”
“Tak usah heran, anak muda. Itu
merupakan suatu kehormatan. Suatu upacara
pensucian diri. Pembersihan noda. Dan
tebusan kutuk.”
“Kutuk?”
“Ya. Yang apabila tidak dilaksanakan,
kutuk itu akan jatuh. Orangtua, saudara dan
semua famili sedarah bobo akan beralih rupa
dalam wujut kera. Dari jenis paling hina. Jenis
yang oleh kalian manusia, selalu dijadikan
tontonan. Di tempat, sirkus, di kebon-kebon
hewan , di halaman-halaman rumah. Monyet
monyet kecil, lemah, tak berdaya. Masih
beruntung, apabila berubah wujut dalam jenis
yang lebih baik: mawas, atau lutung.”
Meremang bulu punduk chucky .
Teringat saat ia memeriksa lambung
bangkai lutung itu, ia berbisik seram:
“Benarkah hatinya kalian keluarkan?”
“Benar.”
“Untuk persembahan terhadap leluhur?”
“Bukan. namun untuk memuliakan roh
pemilik hati itu, dan roh seluruh keluarganya.
Sederhana saja. Gumpalan hati yang masih
segar berlumur darah itu, harus dipersembah
kan kepada keluarga para majikan yang
membutuhkannya.”
“... dan skandinavia membutuhkannya,” desah
chucky , kering.
“Dugaanmu tepat. Memang skandinavia mem-
butuhkannya. Untuk menetralisir pengaruh
jahat dari kembaran jiwanya. Bagaimana kau
tahu?”
“Aku punya otak. martini tidak akan
sudi menelan mentah-mentah gumpalan hati
berlumur darah itu. Apalagi kalau ia tahu itu
berasal dari tubuh seorang laki-laki… yang
kuperkirakan pernah mencintainya.”
chucky menelan ludah, membasahi
kerongkongannya yang terasa kering. “Jadi hati
itu lalu disemur oleh bi nyi kembang .”
“Anak muda yang pintar. Aku semakin
menyukaimu. Jadi ketahuilah, betapa
perasaanku sangat masygul, saat kudengar
apa yang terjadi dengan hati… eh, semur hati
itu!”
Tiba-tiba chucky ingin muntah.
Namun yang termuntahkan oleh mulut
nya, hanyalah sepatah ucapan pendek:
“Naudzubillah !”
slenderman desa nyi girah agak tergetar den pucat
mendengar ucapan chucky yang terlontar
tanpa sadar itu. Wajahnya semakin murung.
Seperti juga suaranya, yang semakin masygul:
“yaitu kesalahan kami, anakku. Bahwa kau
sendiri yang menghabiskan semur hati itu.
Bukan martini . Dan itu menimbulkan akibat,
yang terlalu berat untuk kau, bahkan kami
tanggungkan. Hati yang salah alamat itu,
terpaksa harus diganti.”
“Budak yang mana, kali ini?” chucky
menggeram, muak.
“Oh. Sayang sekali. Tak ada budak saat
ini yang harus mengorbankan nyawa. Jadi
bukan kesalahan kami pula, anakku. Bahwa,
dengan berat kukatakan… kaulah yang harus
menggantinya!”
Rasanya seperti bermimpi.
namun semua itu nyata. chucky
sudah mengerjapkan mata berulangkali. sudah
pula mencubiti punggung, dengan tangannya
yang terikat. Simpul tambang itu malah
menjepit, semakin kuat. Semakin menyakitkan.
Baik di pergelangan tangan, maupun kakinya.
Dan, ia tidak sedang bermimpi.
“Kakiku kebas!” ia mengeluh, pelan. Dan
heran, mengapa justru ia mengeluh, padahal
panik memenuhi dada maupun kepalanya.
Ataukah, ia memang cuma bermimpi belaka?
Baiklah. Andaikata semua ini tak lebih dari
mimpi buruk, chucky tidak mau kepalang
tanggung. Muak campur marah, ia mendengus:
“Apakah aku akan digantung… atau
diikat pula ke tonggak terkutuk itu?”
“Oh. Tidak. Tonggak itu khusus untuk
menghukum para budak. Sedang kau… Kau
bukan saja dari kelompok orang-orang pilihan.
Kelompok para majikan. Kau, jauh lebih mulia
dari siapapun juga yang hadir di tempat ini,
sekarang. Jauh lebih mulia, dari diriku sendiri,”
ujar nyoto polos, jujur, campur kagum atas
ketenangan chucky .
“Jangan harap aku tertawa,” rungut
chucky .
“Hakmu untuk tertawa atau tidak.
Namun apa yang kuucapkan barusan, yaitu
mutlak benar. Kami yaitu keturunan dari
generasi yang pernah hilang. Kami masih
memiliki sifat-sifat leluhur kami. Manusia Kera.
Sedang kau, yaitu keturunan generasi sesudah
nya. Generasi, yang sempurna manusia...”
nyoto menghela nafas panjang. “Oleh
oleh sebab itu, kami harus tetap menghormati dan
memuliakan engkau. Kau akan ditempatkan di
altar pengorbanan yang khusus. Istimewa, dan
langka kami lakukan sejak nenek moyang kami
dahulu kala. Selain itu, sebagai tanda hormat
kami padamu… kau diberi kesempatan untuk
meloloskan dirimu dari keharusan mengorban
kan nyawa.”
“Melalui pertarungan?” chucky
tersenyum. Mengejek. “Tangan kosong, atau
bersenjata?''
“Kau membuatku bingung, anak muda.”
“Kau, orang pilihan, dengan para budak
belianmu yang terkutuk. Semua itu merupakan
dongeng lama. Kisah purbakala, di jaman
kekaisaran Nero atau Fir'aun. Kalian buat
sebuah gelanggang. Di mana aku harus
menjatuhkan kau, tukang-tukang pukulmu,
jagoan-jagoan dari orang-orang pilihan. Aku
sudah menyadari nasibku. Tak mungkin aku
mengelak. Kecuali melalui pertarungan mati-
matian itu. Harapanku, terus terang kuakui,
setipis dan selemah benang basah. namun aku
akan mencobanya,” dan dalam hati,
chucky memikirkan kemungkinan untuk
lolos, tanpa melalui pertarungan mati-matian
yang dibayangkannya, la tertawa, parau. Lantas
menentang… bukan oleh sebab ia nekad dan
pemberani. Melainkan, oleh sebab ia takut. Dan
ketakutan itu, membuatnya marah. “Siapa
lawanku yang pertama? Ataukah, kalian maju
berbarengan, mengeroyokku?”
“Manusia, dengan segala kepicikannya,”
nyoto Prabukusumah Prayodhia, meng-
gelengkan kepala. Prihatin. “Kau tidak akan
melawan lebih dari satu orang. Dan lawanmu,
boleh dikata tidak berarti. oleh sebab dia...”
“Persetan. Dia siapa?”
“martini !”
“martini !” chucky berteriak,
marah… atau putus asa? Teriakan keras itu
memecahkan lagu puja-puji bernada rituil di
puncak hutan . Semua yang berkumpul dalam
lingkaran obor sama terdiam. Bahkan hewan -
hewan mengerikan dalam kegelapan semak
belukar dan pepohonan di hutan-hutan
sekitarnya, ikut terperanjat. Namun anehnya,
meski dikejutkan oleh teriakan lantang
membahana itu, semua kepala tetap menekuri
paha. Kecuali, satu orang.
martini berpaling ke arah suara
berteriak Itu. la menatap chucky . Dengan
sinar mata kosong. lalu kembali
berpaling, merunduk menekuri pahanya pula.
Namun dalam tempo sekejap sebelum ia
berpaling, chucky menangkap bentuk
wajah martini dalam jilatan cahaya obor.
Masih tetap cantik, masih tetap menawan.
Namun pipinya tidak sehalus pipi martini yang
ia kenal selama ini. Pipi wanita lesbian itu,
ditumbuhi bulu-bulu halus. Bulu pirang, di
bawah dahinya yang tampak berkerut.
Menyempit...
Mendadak, chucky ingin memberontak.
Tangan dan kakinya yang terikat ia
gerakkan, seraya menerjang bangkit. Hasilnya
gampang ditebak: chucky langsung jatuh
terjerembab, dengan wajah mencium tanah!
Dua sosok tubuh tinggi besar dan hitam
oleh sebab seluruh tubuhnya boleh dikata penuh
ditumbuhi bulu-bulu kesat dan kasar, sesaat
membangunkan chucky dari tanah, la
dipaksa berdiri, dengan kaki dan tangan tetap
terikat. Oh. Bukan berdiri lagi. Telapak tangan
yang lebar tebal dengan lengan-lengan kekar
berbulu itu mengangkat chucky terlalu
tinggi, sehingga ia tak lagi menjejakkan kaki di
tanah.
“Jauhkan semua obor!” nyoto berseru
lantang di sebelahnya.
Seruan itu bagaikan magnit yang kuat.
Mengangkat semua tubuh yang bersila di
tanah, kecuali martini seorang yang masih
tetap menekuri tangan dan pahanya. Obor-
obor dicabuti dari tanah, dibawa sejauh
mungkin. Beberapa di antaranya malah
dipadamkan. Bi nyi kembang lalu berlari ke
tengah lapangan terbuka itu, menyentuh
pundak martini dan lalu menariknya
menjauh. Berkumpul dengan semua orang
lainnya yang kelihatan pucat dan gemetar,
saling merapat satu sama lain di sudut
lapangan terbuka yang berlawanan dengan
mulut jalan setapak.
Apakah ada mahluk lain, yang akan
muncul dari jalan setapak itu?
Mahluk dahsyat, yang lebih mengerikan?
chucky menunggu dengan cemas,
panik dan takut. lalu ia merasakan ada
sesuatu yang bergerak di lereng-lereng gunung
sebelah kiri hutan Larangan. Beberapa sosok
bayangan hitam mendekati batu hitam raksasa,
berkumpul di salah satu sudutnya, untuk
lalu mulai mendorong sekuat tenaga.
Suara kaki-kaki mereka menjompak keras
seperti kaki-kaki gajah menghentak bumi tiap
kali mereka berhasil menggeser sudut batu itu.
Menimbulkan suara berderak, dan getaran
aneh di permukaan bumi.
Batu misterius yang hampir setinggi
rumah itu, perlahan-lahan tampak berubah
letak. Di mulai dengan gugurnya semak belukar
di bagian batu yang bersatu dengan lereng
gunung. Tanah longsor, batu-batu bergelinding
an jatuh ke lembah, dan debu bertebaran
sampai ke lapangan terbuka yang sudah kosong
itu. Bunyi geseran yang ganjil terasa dan
terdengar semakin kuat di permukaan tanah.
Batu hitam itu terus bergerak ke depan,
mengikuti gerakan mahluk-mahluk besar
menyeramkan yang mendorong sudut
terendah dari batu raksasa itu. Mahluk-mahluk
itu menggeram, melengking, mendengus-
dengus buas selama mengerahkan tenaganya.
Batu sebesar dan setinggi rumah itu
semakin bergeser ke depan.
Demikian pula wujut mahluk-mahluk
pendorongnya, tampak semakin nyata dalam
jilatan obor. Semuanya ada dua belas sosok
tubuh tinggi masing-masing sosok tubuh itu
hampir mencapai dua meter. Berlengan
panjang penuh otot yang bersembulan di balik
bulu-bulu tebal kasar, berkaki pendek kekar.
Wajah-wajah mereka juga hampir dipenuhi
bulu, namun wajah-wajah itu masih
menampakkan ciri-ciri wajah manusia.
Manusia yang dahinya selalu berkerut, apabila
tengah memikirkan sesuatu yang techucky t
rumit. Hidungnya senormal hidung manusia,
tidak sepesek hidung kera. Namun dari mulut
mereka yang menyeringai selagi mengerahkan
segenap kekuatan yang tersimpan dalam tubuh
yang kokoh itu, tampak memperlihatkan
taring-taring panjang, runcing, melambangkan
kebuasan.
chucky diam-diam melirik ke sosok-
sosok tubuh yang mengangkat badannya
sampai tak berjejak di tanah, la lantas bergidik
seram saat menyadari sosok-sosok tubuh ini
sama dengan sosok-sosok tubuh yang
mendorong batu. Hanya lebih kecil, lebih
pendek, dengan dada lebih besar,
menggelembung. Mahluk-mahluk jenis betina!
Dan jantan-jantan yang perkasa itu,
terus mendorong sambil mulut dan hidung
mengeluarkan suara-suara geram, lengking
dan dengus-dengus yang seichucky , seolah
mereka menyanyikan lagu rambate-rata-hayo.
Batu hitam misterius itu terus saja bergerak
pada sudut yang mereka dorong, sementara
sudut lainnya terus berputar dalam satu poros.
Lebih banyak lagi tanah, pasir, debu
beterbangan.
Obor-obor yang masih menyala, diturun
kan semakin rendah...
Namun cahayanya masih cukup jelas
untuk memperlihatkan bentuk dari batu
raksasa itu. Ternyata sebuah kubah yang
selama ini menutupi apa yang tersimpan di
dalamnya. chucky melihat sebentuk
kerangka yang utuh dengan tengkorak yang
techucky t besar, jauh lebih besar dari sosok
jantan-jantan perkasa yang dahsyat itu. Tulang
kerangka yang tetap utuh secara ajaib itu,
duduk di sebuah batu besar yang lengket, ke
bagian belakang sebelah dalam kubah. Tulang-
belulang kakinya berjuntai ke bawah, menjejak.
sebuah altar hitam. Batu tebal pipih berbentuk
bundar. Sebuah altar persembahan korban!
Rongga kosong di tengkorak yang besar
itu, seolah menatap lurus ke mata chucky .
Membuat yang ditatap bergidik, seolah
jantungnya lolos. Sekujur tubuh chucky
lemah, layu, terkulai. lalu segala sesuatu
lantas berlangsung cepat dan serempak.
Dua sosok tubuh mahluk betina yang
memegangi chucky , sesaat melepaskan
cengkerarnannya. lalu menjatuhkan diri,
rebah menelungkup mencium tanah dengan
posisi mengarah ke arah mahluk yang tinggal
kerangka mengerikan itu. Tanpa mengacuhkan,
bagaimana chucky bagai terhempas ke
tanah. Lututnya terlipat, menyakitkan. Namun
secara naluriah chucky berusaha menahan
agar tubuhnya tidak sampai terjerembab,
rebah mencium tanah seperti dua mahluk di
sampingnya. Seperti juga, semua kelompok
manusia tadi melakukan hal yang sama. Rebah
menelungkup, dengan lengan-lengan terulur
ke depan, ditautkan telapak tangan dalam
posisi menyembah kerangka di seberang altar.
Sekonyong-konyong, chucky me-
rasakan getaran yang hebat di permukaan
tanah tempatnya berpijak. Seakan lapisan bumi
nun jauh di bawah, berguncang keras.
Guncangan itu semakin terasa, manakala altar
batu itu bergerak semakin jauh dari tempatnya
semula, mengikuti tarikan kubah yang pelan-
pelan menutup jalan setapak. Mula-mula
tampak sesuatu yang hitam di bawah altar,
yang kian lama kian lebar. Ternyata sebuah
lubang, yang sebelum terbuka seluruhnya,
sudah menimbulkan letupan dahsyat. Sesuatu
mendesis gegap gempita, menimbulkan.
goncangan luar biasa di sekitar hutan . Sesuatu
yang tidak terlihat itu menebarkan bau yang
tak asing di hidung chucky , namun tak
dapat dijelaskan jaringan otaknya yang saat itu
kacau balau. Desis itu terus meletup-letup
selama dua tiga detik, untuk lalu
berubah menjadi desis panjang dan tetap.
Mengarah ke langit kelam, dengan warna
kebiru-biruan.
“Apakah itu….”
Belum habis ucapan chucky ,
nyoto sudah menarik tubuhnya agar rebah di
tanah. “Berbaringlah. Atau kau mati!”
Perut chucky memang mulai mual.
Dan nafasnya sesak.
Beberapa detik masih berlangsung. Sepi
mencengkam. Yang terdengar hanya bunyi
desis panjang dan tinggi itu saja. Jaringan otak
chucky pelan-pelan mulai bereaksi. Itu
yaitu tiupan angin keras dari dasar bumi,
pikirnya. Dan oleh sebab angin itu berwarna biru
yang samar, tentulah angin keras itu meniup
kan sesuatu yang umum dikenal sebagai...
“Terpujilah, para leluhur!” slenderman desa
nyi girah mendadak berseru lantang. Seraya
bangkit perlahan-lahan.
“Terpujilah, para leluhur! Terpujilah,
para leluhur! Terpujilah...” sosok-sosok tubuh
manusia dan mahluk-mahluk yang rebah di
tanah itu ikut berseru, serempak dalam koor
bergemuruh lalu disusul senandung lyric
rituil pemujaan seperti tadi. Kembali duduk
bersila di tengah lapangan terbuka, kembali
dalam bentuk tapal kuda, kali ini menghadap ke
arah kubah yang terbuka itu. Hanya gerakan-
gerakan mereka saja yang semakin liar. Tangan
tidak lagi bersetumpu di paha, melainkan
digerakkan serempak dan teratur tinggi di
udara, lalu turun serempak sampai ke
tanah, ditambah koor yang menghentak-hentak.
Mengingatkan chucky pada tari kecak dari
Bali, dikombinasikan dengan gerakan rituil
bangsa Niger yang menghempas-hempaskan
tubuh bagian atas kemuka dan ke belakang
pada upacara pesta pernikahan.
Dua obor besar ditempatkan di dua
sudut kubah. Letaknya tetap dibuat sejauh
mungkin dari lubang yang terus berdesis-desis
itu. Nyala obor meliuk-liuk liar menyinari
wajah-wajah manusia dan mahluk-mahluk
aneh yang saling menyatukan diri di lapangan
terbuka. Dan juga, menyinari wajah martini .
Wajah yang semakin banyak ditumbuhi bulu.
Wajah yang kini pelan-pelan memperlihatkan
senyuman lebar… tepatnya, seringai lebar.
“Lihatlah, betapa bahagianya kekasih
mu,” desah nyoto yang berdiri disebelah
chucky . “la membayangkan, inilah pesta
pernikahannya. Dan sebetulnya lah anak
muda, memang pesta demikian yang tadinya
kami rencanakan. Pesta pernikahanmu dengan
martini … Sayang, kau bergerak terlalu cepat.
Keingin-tahuanmu terlalu berlebihan. Obat
penetralisir jiwa jahat yang seharusnya
dimakan martini , kau makan pula. Rencana
terpaksa kami rubah, anak muda.”
Masih terus menatap kerangka ajaib di
dalam kubah, chucky bergumam antara
sadar dan tidak: “Aku tak akan sudi mengadu
otot dengan martini .”
“Memang tidak, anakku,” kata nyoto ,
tenang. “Tugasmu, yaitu mengadu kekuatan
bathin dengan bathim martini .”
“Pertarungan apa pula itu?”
“Pertarungan hidup dan mati. Juga,
mempertaruhkan kehormatan, kemuliaan.
Terutama dari pihakmu, sebagai generasi
manusia yang utuh dan sempurna!”
“Dan, disaksikan fosil murahan itu?”
“Fosil, ah ya! Kau mengingatkan aku
pada sesuatu yang hampir saja kulupakan. Itu
memang fosil, namun nilainya… Nilainya akan
membuat semua ahli sejarah purbakala di
seluruh dunia, bersedia saling bunuh untuk
dapat memilikinya. Hem. Sifat manusia, yang
masih tetap mewarisi sifat-sifat generasi
sebelum mereka, bukan? Generasi kami, dan
generasi sebelum kami. Manusia Kera!”
chucky hampir tertawa. “Kau
maksud, pak tua! Fosil di depan sana, yaitu
fosil Garis Keturunan Yang Hilang dalam teori
Darwin. Begitukah?”
“Salah satu, anakku. Salah satu dari garis
keturunan itu!”
lalu , slenderman desa nyi girah mencerita
kan sejarah leluhur mereka. Tidak saja kepada
chucky , namun kepada semua yang hadir di
puncak hutan Larangan itu. Semua diam
mendengarkan, oleh sebab apa yang dikisahkan
nyoto Prabukusumah Prayodhia, sebenar
nyalah, sebuah dongeng mentakjubkan yang
tak akan pernah mereka temui dalam buku
manapun juga di dunia ini.
“Kaumku!” seru slenderman nyi girah , lantang.
“Satu dua orang di antara kalian sudah
beruntung mengetahui apa yang akan
kukisahkan. namun marilah kita bagi
keberuntungan itu secara adil, kepada mereka-
mereka yang belum memperolehnya selama
ini...”
Lalu ia menceritakan tentang kejadian
umat manusia menurut teori Darwin. Begitu
lengkap dan mendetail, meskipun hanya dalam
garis besarnya saja,… namun membuat setiap
pendengar yakin dan percaya penuh apa yang
keluar dari mulutnya, yaitu gambaran hidup
nenek moyang mereka di jaman dahulu kala.
“Kakekku, salah seorang Panglima
Kerajaan Prabu sailendra yang terpercaya,…
menemukan peninggalan salah satu dari
leluhur kita yang hidup ribuan tahun sebelum
abad Masehi. Kakekku, memiliki kembaran jiwa
sebagaimana kita pernah atau masih memiliki
nya, la membuat suatu kesalahan dengan
kembaran jiwanya. Sehingga ia dengan
semena-mena dibuang oleh Paduka Sinuhun
sailendra ke sebuah wilayah yang belum
pernah di jamah manusia.”
Prayodhia Kusumah, kakek nyoto
Prabukusumah Prayodhia begitu marahnya
saat salah seorang sanak keluarga raja
mencemoohkan wajah sang Panglima, yang
katanya mirip wajah kera. Orang yang sial itu
dengan lancang mengatakan penuh penghina
an: “Heran. Paduka Raja mengangkat seekor
kera sebagai Panglimanya yang terpercaya.”
Prayodhia Kusumah murka sesaat .
la menggeram marah, mengamuk selagi
tubuhnya berubah wujut dan membunuh
sanak keluarga raja itu, dan beberapa perajurit
Raja yang menghalangi perbuatannya. Patih
terpaksa turun tangan. Prayodhia ditundukkan,
dan oleh Sinuhun lalu dibuang ke tempat
di mana banyak terdapat “dedemit semacam
engkau!” Dalam pembuangannya itulah bekas
panglima kepercayaan Raja yang terbuang itu
menemukan api abadi yang tak henti-hentinya
keluar dari perut bumi.
“Api abadi itu dijaga oleh sebongkah
batu raksasa. Kemungkinan besar, muntahan
dari letusan gunung. Kakekku, dengan mata
bathinnya melihat ada sesuatu yang aneh dan
menakjubkan tersembunyi di dalam
bongkahan batu besar itu. Dengan kekuatan
bathinnya pula, sebagian bongkahan batu
dihancurkan tanpa menciderai isinya...” slenderman
desa nyi girah menceritakan dengan bangga, dan
semangat berapi-api. la lalu tahu, apa
yang ia kumpulkan yaitu tengkorak dan
tulang belulang yang sudah berusia jutaan
tahun. Dengan tekun dan khusuk, ia mentaut-
tautkan setiap tulang. Membuatnya tampak
utuh. Sempurna, dengan merekat setiap
sambungan tulang maupun tengkorak... Dan
tiba-tiba ia melihat adanya persamaan
mahluk… atau kita sekarang menamakannya
fosil, dengan perwujutan dirinya sendiri. Tak
dapat lagi diragukan, dia sudah menemukan
leluhur kami,… bahkan bukan mustahil, kau
sendiri !”
Dengan perasaan terharu biru, demikian
lah yang terjadi menurut cerita slenderman desa
nyi girah , Prayodhia Kusumah si bekas panglima
yang sudah dibuang Sinuhun Prabu sailendra
membuatkan singgasana dari sisa batu untuk
ditempati penemuannya yang luhur dan mulia
itu. Dari bahan yang sama, ia buatkan juga
sebuah altar persembahan. Diberkati dengan
tetesan air mata dan darahnya sendiri...
“Roh gaib membisikkan, kau yaitu
leluhurku,” kata bekas panglima itu, terharu
biru. “Lindungi aku, beri aku kekuatan dan
ketenangan jiwa. Jadikan aku, dan keturunanku
kelak, berkembang biak dalam wujut yang lebih
utuh. Wujut sempurna, sebagai manusia!”
Bekas panglima itu lalu bermimpi
dalam tapanya, bahwa ia harus menaklukkan
api abadi, dan bila itu berhasil ia akan
menemukan jodoh yang akan melahirkan
keturunan yang akan meneruskan generasi
mereka, sebagaimana ia inginkan.
“Dengan bantuan dan lindunganmu!”
teriak Prayodhia, seraya menarik seluruh
singgasana dan altar batu itu, mengerahkan
segenap ilmu yang dimilikinya. Singgasana dan
altar batu itu berhasil ia dudukkan di mulut
lubang darimana api abadi itu menyembur ke
angkasa. lalu ia sendiri duduk di altar itu.
Duduk dengan segenap bobot tenaga dalam
dikerahkan untuk menekan getaran
mendorong dari perut bumi, sampai getaran
itu berhenti dengan sendirinya.
Prayodhia tak pernah beranjak dari altar,
selama ratusan hari ratusan malam. Lalu ia
memperoleh mimpi, akan datang seseorang
kepadanya, merawatnya, dan apabila ia ingin
tapanya berakhir sempurna, harus menikahi si
pendatang itu, bagaimanapun wujut si
pendatang adanya. Pada hari ke 371, Prayodhia
membuka kelopak matanya dan melihat
sesosok tubuh tengah membalur dirinya yang
terkulai lemah di altar batu; dengan ramu-
ramuan hutan. Bekas panglima itu dengan
cepat sembuh dan sehat kembali.
Tapanya berakhir.
Dan ia menikahi pendatang yang me-
rawatnya. Meskipun ia sadar, pendatang itu
berwujut bukan manusia, melainkan sesosok
mahluk kera yang sama besar dan tinggi
dengan si pertapa sendiri.
“Mereka melahirkan beberapa orang
keturunan,” slenderman desa nyi girah berseru dengan
semangat tinggi dan meluap-luap bahkan
takjub. “Kakekku, kakek kalian semua… empat
bersaudara yang lalu menyebar ke
berbagai penjuru kerajaan. Mereka lahir dan
tumbuh dewasa dalam wujut manusia
sempurna. Sempurna sebagaimana ayah
mereka, namun malangnya juga mewarisi sifat-
sifat ibu yang melahirkan mereka. Begitulah
mengapa kita semua pernah, atau masih
memiliki jiwa kembar. Memiliki, apa yang oleh
orang sekarang disebut pribadi ganda.”
Pribadi sebagai manusia sempurna tetap
mengabdi raja-raja di setiap tempat mereka
pergi merantau. namun pribadi-pribadi yang
lalu dipengaruhi kembaran jiwanya,
menimbulkan kekacauan, kepanikan,
ketakutan. Mereka, dan keturunan-keturunan
mereka lalu terpaksa melarikan diri dan
kembali ke tempat asal mereka. Keturunan
yang asli lalu mendirikan desa yang
mereka sebut nyi girah , mengambil nama ibu
yang melahirkan mereka. Namun para
pengikut mereka, lalu ada yang
melakukan pemberontakan, pengkhianatan,
permusuhan. Mereka yang ingkar itu naik ke
hutan Larangan dan berusaha menguasai
kerangka abadi yang duduk di singgasananya,
mengharapkan roh yang menguasai kerangka
itu dapat menurunkan ilmu-ilmu gaib yang
mereka miliki. Namun untuk itu mereka harus
lebih dahulu menjatuhkan bekas panglima raja
dan isterinya. Manusia Kera bernama nyi girah
itu. Beberapa dari pemberontak itu mati
binasa. Sisanya dibiarkan hidup.
Dengan sumpah: tetap mengabdi pada
turunan orang-orang pilihan. Setia selama
hayat dikandung badan. Sedia berkorban
sebagai tanda pengabdian. Sebagai bukti
pengabdian yang pertama, mereka yang tetap
dibiarkan hidup harus mengalirkan darah
setiap anak sulung mereka. Yang bersedia
melakukan upacara pengorbanan itu, akan
tetap hidup sebagai manusia. Namun yang
membangkang, akan menerima hukumannya:
lahir sebagai manusia, lalu lalu mati
sebagai kera. “... menyedihkan,” keluh nyoto , slenderman
desa nyi girah , kecewa. “Selagi kaum budak
belian itu melaksanakan sumpahnya dengan
setia dan patuh, justru sebaliknya beberapa di
antara kita melakukan perbuatan-perbuatan
hina. Pribadi mareka sebagai manusia,
dilunturkan oleh apa yang merupakan sifat
abadi manusia pula: mudah jatuh cinta, tanpa
memperdulikan apa dan siapa yang
dicintainya.”
Ia lalu menatap salah satu mahluk
aneh di tengah kumpulan pemuja roh leluhur
itu: “Dia, Laila. semoga yaitu orang terakhir di
desa ini yang melakukannya.”
Yang disebut Laila, melengking lirih, me
mukuli dadanya yang berbulu, menangis dalam
ratapan menyayat hati.
“Lebih menyedihkan lagi.” lanjut slenderman
desa nyi girah , tak mengacuhkan ratap tangis
dalam bunyi geram dan lengking mendengus
itu. “Pengorbanan kekasihnya ternyata tiba di
alamat yang salah,” nyoto mengurut dada.
“Itulah sebabnya, mengapa jasad bobo tidak
hidup kembali, meski menyerupai lutung
namun roh leluhur tetap dapat membangkit
kannya untuk mendampingi Laila. Hati yang
dipersembahkan keluarganya untuk salah
seorang dari kita, seperti sudah kuberi tahu
pada kalian semua… lenyap memasuki jasad
orang lain. Bukan jasad martini .
slenderman desa nyi girah menatap lurus ke
wajah chucky . chucky tergetar. Kecut.
“Ini pengadilan di neraka. Cuma mimpi
belaka. Bangunlah, chucky . He. kau
bangun dan bangkitlah. Cuci muka. Makan
sarapanmu yang dingin dan pergilah mencari
bahan berita. Sekali kau terlambat, bos akan
memotong gajimu!”
Namun nyatanya. chucky tidak
terbangun di rumahnya. Jauh di pelosok
surabaya yang hiruk pikuk. Ia bangun dan sadar,
di sini. Di puncak hutan Setan, dikelilingi
manusia dan mahluk-mahluk aneh, yang lebih
pantas menghuni neraka jahanam.
Dalam paniknya, chucky berteriak
lantang: “Mau kalian apakah aku, he? Mau
direbus?!” lalu ia tertawa. Histeri.
Jaringan otak maupun sarapnya yang tegang,
membuat jalan pikirannya seakan berkembang
menuju kegilaan. “Siapa yang akan melahap
dagingku nanti. Kau, slenderman bejat terkutuk? Atau
kau… martini ?”
martini menggeram.
Bukan gechucky n manusia. Melainkan,
gechucky n kera.
“Angkat dia ke altar!” nyoto
membentak. Wajahnya dingin, tanpa emosi.
Dua sosok tubuh tadi segera mendekati
chucky . Dalam histerinya, chucky
menjerit-jerit tidak karuan, sambil
menggulingkan tubuhnya kian kemari. Namun
seberapa jauhlah tubuh terikat itu dapat
melarikan diri. Dalam sekejap mata saja, tahu-
tahu tubuhnya sudah tergeletak di altar batu,
dengan wajah menghadap ke tulang belulang
jari jemari dan kaki fosil yang menakutkan itu.
Hal itu, membuat roh chucky seakan
minggat sesaat .
Biarpun lalu , atas perintah slenderman
nyi girah , ikatan tangan dan ikatan kakinya
dilepaskan; toh jangankan usaha. Niatan untuk
melarikan diri pun sudah lenyap dari benak
chucky .
“chucky !”
chucky tetap menatap tungkai
kerangka itu. Tungkai yang seolah akan
menginjak tubuhnya, sampai melesak ke dalam
altar batu, terus ke perut bumi. Itu yaitu lebih
baik! Daripada…
“chucky !”
la berpaling, dan melihat slenderman desa
nyi girah berdiri tak jauh dari altar... Wajahnya
keras. Namun berubah lunak dan penuh belas
kasihan, melihat keadaan chucky yang
memilukan.
“... dengarkan aku, anak muda,” katanya,
lirih.“Teguhkan jiwa. Kembalikan semangatmu.
Dan kalau kau punya… meski aku yakin kau tak
punya, tebalkan imanmu. Imanmu sebagai
manusia. Kau punya Tuhan, bukan? oleh sebab itu,
berdo'alah menurut caramu...”
chucky mencoba bergerak. Uh.
Persendiannya kaku seluruhnya. Apakah ia
sudah mulai lumpuh?
“... kami tetap menghormatimu, anak-
ku!'' ujar nyoto lagi. Lembut, bersahabat.
“Mungkin aku ini setan. namun dalam diriku,
kuanggap aku ini tetap manusia. Seperti diri-
mu. Hanya, sekali lagi, kau lebih mulia dari aku.
Dari kami semua. oleh sebab itu, kami tidak ingin
memperhinakan dirimu begitu saja. Kau tidak
terikat, sekarang ini. Kau bebas melawan
martini … Kuingatkan kau, nak chucky . Pisikmu
tak berguna. Biar wanita lesbian jangan anggap
enteng martini . Bathinmu, anakku. Bathinmu
yang harus kau kerah…”
slenderman menggapaikan tangan ke belakang.
Pelan-pelan, martini bangkit dari duduk
nya. Berjalan mendekati altar, dengan mata
nyalang dan jalang mengawasi chucky
yang duduk terhenyak di atas altar. Mulut
martini melontarkan seringai. Taring-
taringnya sudah muncul. Dari lubang-lubang
hidungnya yang tetap mancung, mengembang-
kempis terlontar suara dengus-dengus buas,
sambil pelan-pelan menggeram. Kejam.
“... kau dengar aku, chucky ?” kata
nyoto , keras dan kuatir. “Gagal diobati
dengan semur hati itu, wujut martini dari
bentuk kembaran pribadinya yang kedua, tak
dapat kami elakkan lagi. Jangan melawan
jelmaan pribadinya yang kedua itu, chucky .
Lawanlah kembaran jiwanya yang lain. Pribadi
nya yang tetap baik, lemah tak berdaya sebagai
manusia, sebagai wanita.”
chucky tak mendengarnya.
Panik, takut, tak bertenaga walau untuk
bernafas saja ia terus saja menatap wujut
martini yang terus berubah semakin nyata.
Robekan gaun tidur. Pertumbuhan bulu-bulu
pirang yang semakin panjang, semakin banyak.
Dah yang kian menyempit. Mata yang semakin
memerah saga...
Taring-taringnya mencuat keluar dari
sudut-sudut mulut yang melebar dalam
seringai menakutkan.
Gaun tidurnya tertanggal sudah.
Dalam kepingan-kepingan yang tercabik-
cabik, bertaburan ditiup angin. Sebagian
terbang ke arah lubang menganga dekat altar.
Bersatu dengan warna biru yang samar.
Melambung tinggi ke angkasa, ditambah bunyi
yang terus mendesus-desus dari perut bumi.
nyoto Prabukusumah Prayodhia
pelan-pelan menjauhi altar. Matanya menatap
martini dengan cemas, lalu ganti
menatap chucky . Lebih cemas lagi. Sambil
mundur, ia terus membentak-bentak dan
suaranya mulai terdengar marah.
“Manusia tolol. Kau sudah kami beri
pilihan. Perlihatkan siapa kau sebetulnya ,
chucky . Sekali martini mengambil hatimu
kau mati. namun bila ia gagal, kau tetap hidup.
Kau dengarkah? Kau tetap hidup… meski untuk
itu, martini tidak akan kembali pada wujutnya
semula sebagai manusiai Kau dengarkah?
chucky ! chucky ! chucky !”
chucky mendengarnya.
Bukan ucapan-ucapan slenderman desa nyi girah
yang memperingatkan dirinya panjang lebar
dan putus asa. Melainkan, nama panggilan itu:
chucky ! chucky ! chucky ! Adakah sesuatu yang lain,
yang menyerupai, mirip, atau mendekati nama
itu? chucky ! chucky ! chucky !
la bergerak mundur di altar, menyentuh
tungkai belulang di singgasana batu. Terdengar
suara berderak. Tungkai itu lepas. Jatuh ke
altar. Hancur. Jadi debu, berserakan.
martini sudah melompat ke atas altar.
“Jangan,…” chucky menjerit
tertahan. Kerongkongannya sudah tercekik,
meski lengan-lengan berbulu yang terulur di
depannya, masih terlalu jauh untuk
menyentuh.
martini menggeram.
Lidahnya sampai terjuiur ke luar. Merah,
basah berlendir. Haus darah.
chucky terkulai ngeri. Tangannya
menggapai mencari pegangan. Teraba sesuatu.
Lengan kerangka. Dibetotnya. Lengan kerangka
itu pun hancur jadi debu. Panik dan putus asa,
chucky melolong: “Ini aku… chucky , mu.
martini , ini aku !”
Tak ada reaksi apa-apa.
Dan saat pundaknya disentuh oleh jari-
jemari tebal berbulu dan berkuku runcing,
merasakan sakit oleh sebab jepitannya, dan nyeri
yang diakibatkan luka-luka pada kulitnya yang
dihunjami kuku-kuku runcing panjang itu,
kegilaan chucky meledak dalam perlawan-
an yang membabi buta. la menendang.
Memukul. Mencakar. Sambil terus berteriak-
teriak:
“Jangan! Ini aku… chucky . Aku, chucky . Kau
dengarkan aku? nyi momo , ini aku aku chucky .
nyi momo aaaaa!”
Sebuah jerit pekik tak sadar. namun
terdorong oleh ingatan secara naluriah.
“Mengapa tidak kau panggil aku nyi momo ,
chucky . Sekali saja!” dan ucapan itu dilontarkan
martini lama tahun berselang, saat gadis itu
datang ke kamar kost-nya, dan cinta mereka
sempat membuat chucky dan martini
hampir lupa daratan.
Ya. Hanya pekik tak sadar.
namun cengkechucky n tangan berbulu di
pundaknya, sesaat ditarik mundur. Demikian
juga ujung jari jemari runcing yang tadinya
sudah siap menusuk dalam, ke lambungnya.
Dan mulut lebar bertaring mengerikan yang
sudah sedemikian dekat ke lehernya, pelan-
pelan pula menjauh.
Kelopak mata tebal berkerut di depan
chucky , mengerjap-ngerjap.
Terdengar bunyi rengeh yang aneh dari
mulutnya yang kejam.
Rengeh yang lembut.
Kali Ini, dengan kesadaran bathin yang
penuh. chucky bangkit tegak, la
memegangi tangan-tangan berbulu yang
menjauh itu, dan berkata getir: “nyi momo .
Sayangku. Mereka apakan kau, nyi momo ku?”
Rengeh tengeh itu semakin lembut.
Dan sudut-sudut mata yang mengerikan
itu. berubah lunak, lalu bersinar lembut,
sampai akhirnya berlinangkan butir-butir, air
bening.
“... kau akan kembali dalam wujutmu
semula, nyi momo . Kita akan pulang. Menikah.
Dan…”
DAN, kapten syam kamaruzaman yang semula putus
asa menemui jalan buntu di ujung setapak;
namun lalu kembali bergelora semangat
nya sesudah mendengar jerit pekik histeri
chucky … merayapi batu itu sampai ke
atasnya, dan melihat ke bawah.
Melihat chucky berhadapan dengan
sesosok tubuh mahluk yang membuat syam kamaruzaman
hampir melorot jatuh oleh sebab kaget dan ngeri.
Pemunculannya yang tiba-tiba dilihat pula oleh
beberapa orang manusia jauh di bawahnya.
Dari mereka tidak tampak akan ada kesulitan.
namun dari beberapa mahluk yang sama
dengan sosok tubuh di depan chucky ,
mulai menggeram. Marah.
syam kamaruzaman mengacungkan senjatanya.
Dan secara naluriah, korban pertama
dari peluru senjatanya yang tahu-sehu sudah
meledak, yaitu sasaran yang paling dekat dan
paling pasti untuk menyelamatkan jiwa
sahabatnya.
Satu kali tembakan cuma.
martini tersentak ke belakang. Dengan
dada berlubang. Mengeluarkan darah, la
menggeram lemah. namun tembakan berikut
nya, tepat mengenai jidat di antara dua
matanya. martini tersungkur jatuh.
“nyi momo aaa!” chucky menjerit dan
bersimpuh memeluki sosok tubuh yang terkulai
sekarat itu.
Tembakan tembakan berikut lalu
merubah suasana jadi hiruk pikuk. syam kamaruzaman
yang terpesona memandang apa yang
diperbuat chucky , sudah menjatuhkan
senjatanya tanpa sengaja. namun letnan nyoto
yang menyusul naik, ganti melepaskan
tembakan beruntun dan membabi buta.
muncul panik sesaat .
Kelompok manusia di lapangan terbuka, lari
kian kemari, menghindari peluru. Dan mahluk-
mahluk buas lainnya, tumbang ke tanah satu
persatu. Yang selamat dari sasaran peluru
berusaha memanjat dinding kubah. syam kamaruzaman
menyadari keadaan gawat itu dalam sekejap
mata. Senjatanya dipungut, dan secepat ada
dalam genggamannya, peluru demi peluru
kembali menyembur-nyembur.
Beberapa dari peluru itu menyambar
warna kebiruan yang samar yang keluar dari
lubang dekat altar. Terdengar bunyi letup-letup
keras, dan cahaya-cahaya berkilauan
menyambar kian kemari, untuk lalu
hilang dan kembali tinggal tiupan angin
mendesis ke angkasa yang kelam pekat.
chucky menangis.
“... ia sudah mati, chucky !” teriak kapten
syam kamaruzaman yang terjun ke bawah lalu
menarik sahabatnya itu menjauh. Kelompok-
kelompok yang tadinya berwujut manusia
berpakaian serba gelap, dengan bentakan
keras dari slenderman desa mereka, kini bersatu padu
mengepung. Tak ada emosi yang bisa
dikendalikan, saat seperti itu.
Dan manusia-manusia itu berubah rupa
pribadi ganda mereka.
chucky yang masih terharu biru,
terkejut menyadari siapa orang yang tengah
menyeretnya menjauhi tempat itu,… tertegun
oleh suara geram, dengus dan lengking
membahana dari hutan-hutan gelap di
sekeliling mereka. Satu tembakan peringatan
dari letnan nyoto , jatuh di depan kelompok
manusia yang tengah berproses wujutnya itu.
syam kamaruzaman ikut pula menembak.
namun oleh sebab ia terlalu kaget oleh
pemandangan mentakjubkan dari proses para
Manusia Kera itu, tembakannya melantur.
Melayang tinggi, menembus warna biru samar
yang tetap mendesis itu. Terdengar lagi bunyi
letupan lemah. Percikan api yang dimuncul
kannya selama sepersekian sekon, tertangkap
oleh sudut mata chucky .
“Api abadi,” gumamnya.
Teringat bau asing namun serasa ia kenal
itu, tanpa berpikir panjang lagi chucky
menyambar sebuah obor terdekat.
“Lari!” teriak chucky .
la lalu lari dengan obor di
tangannya, mengitari kubah, mendaki lereng
gunung. syam kamaruzaman dan nyoto mengikutinya,
disusul oleh gufi yang semenjak tadi
sembunyi terkencing-kencing di balik kubah.
Dari tempat ketinggian itu, chucky
lalu melontarkan obor besar di
tangannya. Dengan lemparan sekuat tenaga,
obor itu melayang-layang lalu
menembus desis berwarna biru itu. Obor itu
tidak tembus ke arah berlawanan. Melainkan,
lenyap dalam ledakan dahsyat dan kobaran api
yang membumbung ke angkasa.
Di bawah kobaran api itu, tampak jilatan
api menyerupai batang pohon raksasa, turun
dalam tempo sesekon ke bawah, terus ke
dalam lubang dekat altar. Ledakan bergemuruh
melemparkan semua sosok tubuh di sekitar
altar, memporak-porandakan belukar dan
pepohonan di sekitar hutan . Meruntuhkan
lereng gunung, lembah...
Ledakan-ledakan bergemuruh terus bergema.
Kobaran api kian melebar. Lidah-lidah
merah kebiruan menjilat-jilat kian kemari.
Menerangi seluruh hutan , menerangi hutan-
hutan di sekitarnya… hutan yang lalu
mulai terbakar dengan hebat.
Ribuan sosok tubuh mahluk menjerit-
jerit gegap gempita oleh sebab terperangkap api.
Sementara empat sosok tubuh yang jauh
sebelumnya sudah lari terbirit-birit menuruni
lereng gunung, beberapa kali jatuh tunggang
langgang. Yang terjatuh, diangkat oleh yang
lain. Yang terluka dibopong, dan yang berkaki
kuat terus lari menerobos semak belukar ke
arah berlawanan dari jalan setapak yang
terdekat menuju desa nyi girah .
gufi jatuh pingsan dalam bopongan
Letnan nyoto . Sedang syam kamaruzaman tersuruk-suruk
menyeret chucky yang menderita luka di
sana-sini. Hari sudah terang-terang subuh
saat secara ajaib mereka sudah memutari
lubuk dan tiba di mulut jalan menuju desa.
Di situ sudah menanti seseorang
Polisi desa.
la tidak menyongsong mereka, la tidak
pula mengacungkan senjatanya, la tetap saja
tegak di tempatnya berdiri. Dengan wajah
menyeringai buas, pakaian tersobek-sobek
oleh perkembangan tubuhnya yang semakin
besar dan tinggi.
“Kaa… lian… tak aaaa-kan per… giii
kemana-manaaahhh… !” polisi desa itu berkata
terputus-putus dengan nafas mendengus-
dengus. Bulu-bulu di sekujur tubuhnya tumbuh
secepat tubuhnya itu membesar. Dari
mulutnya lalu terdengar bunyi
menggeram buas.
Lengannya tahu-tahu menyambar ke depan.
Letnan nyoto yaitu orang yang terdekat
dan tidak keburu menghindar oleh sebab tidak
menyangka bahwa polisi desa itu yaitu salah
satu dari kelompok mahluk-mahluk mengeri
kan yang sebelumnya mereka hadapi. Reflek,
letnan nyoto menjatuhkan gufi dari
pundaknya. Dengan teriakan marah, ia
menerjang maju. Namun dua lengan yang
kokoh sudah merangkul pinggangnya, memutar
nya sedemikian rupa sampai terdengar bunyi
berderak tulang-belulang yang patah. Letnan
nyoto jatuh dengan mulut, mata, hidung dan
telinga mengeluarkan cairan darah. Sekarat
sebentar, lalu diam. Tak bergerak lagi.
“Geeerrrrr - aaaakkkhhhhh!”
Mahluk itu menepuk-nepuk dada tanda
kemenangan. Tepukannya lalu
melemah, sementara dadanya itu berlubang.
Merah. Hanya sebutir peluru yang tersisa
dalam pestol kapten syam kamaruzaman . namun yang sebutir itu, ternyata cukup.
Mahluk itu terhempas jatuh. Menimpa
mayat letnan nyoto dengan bunyi berdebum
yang dahsyat. lalu , orang-orang dari desa mulai
berdatangan. Itu pun, sesudah matahari terbit. Tidak
sebelumnya. Mereka sudah menyaksikan
kobaran api di sekitar hutan Larangan. Tentunya
roh-roh jahat yang menghuninya tengah
berpesta pora lebih meriah dari biasa. Dengan
korban, yang tentunya pula, lebih banyak...
Belakangan, chucky sempat berpikir
: apakah penduduk desa nyi girah tahu dan
sadar, siapa korban-korban yang sudah jatuh
itu? Dan, apakah mereka tahu dan sadar pula,
siapa atau apa mereka sendiri, sebetulnya ?
Apapun jawabannya, yang pasti yaitu :
chucky paling enggan diajak piknik ke
Kebun hewan ...
“MASA kau sudah lupa?”
Yang bertanya heran itu, jessica . la
tengah melipat telekungnya, selesai menunai
kan sholat subuh.
chucky bergumam malu: “Manusia
itu bersifat lupa.”
“Masih membela diri ya?”
“Jangan mengajak bertengkar, jessica .”
“Maaf, sayang.”
“Jadi, siapa yang menyerahkan
pengurbanan sebagai tanda pengabdiannya
kepada Tuhan itu?”
“Ibrahim.”
“Yang dikorbankan?”
“Anaknya. Ismail.”
“Lalu darah pun mengalir...”
“Benar. namun bukan darah Nabi Ismail
Melainkan, darah kibas. Yang diturunkan
Tuhan sebagai pengganti Ismail. Anak beranak
itu sudah membuktikan kepatuhannya atas
perintah Tuhan,” jessica mengawasi suaminya
yang tampak murung. “Mengapa kau tanyakan
semua itu?”
“oleh sebab aku, rasanya pernah bermimpi.”
“Mimpi apa?”
“Seorang ayah, mengurbankan anak
sulungnya. Darah dan hati anaknya itu
dipersembahkan. Bukan kepada Tuhan. Melain
kan, kepada… kalau tak salah, mereka sebut
dirinya, Orang-orang Pilihan.”
jessica tertawa.
“Aku tahu,” katanya. “Kau tengah
merancang sebuah novel.”
“Barangkali. Itu sebuah ide menarik juga.”
“Dan, siapa Orang Pilihan itu?”
“... hem. Apakah nyi momo , sebuah nama
yang bagus?”
“Eh. Nanti dahulu . Rasanya, aku pernah
mendengar nama-itu kau sebut-sebut...”
“Kapan?”
“saat kau mengigau.”
“Oh ya?”
“Pacar, ya?!” jessica cemberut.
“Nah. Mulai lagi,” chucky balas
cemberut. lalu tertawa bergelak. aidit ,
anak mereka, sampai terbangun kaget.
Keliling lagi chucky , pagi dan siang
itu. Sorenya pulang kembali ke rumah. “Aku
sudah mengerjakan apa yang perlu. Jadi aku tak
ingin keluar malam, kali ini.”
“Kenapa tidak seterusnya?” bujuk jessica .
“Itulah yang sedang kupikirkan,” jawab
chucky , tersenyum.
Namun senyumnya lalu lenyap,
tatkala anak mereka datang berlari-lari dari
pintu depan.
“Papa. Papa!” seru aidit , dengan wajah
merah berkeringat.
“Ada apa, Nak?”
“Hebat, papa !”
“Hebat apanya?”
“Bapaknya si Onong.”
“Apa sih hebatnya dia?”
“Temanku si Onong, dibelikan ayahnya
seekor kera. Kera kecil dan lucu, papa.
Wajahnya mirip wajah pengawas sekolah...”
“Husy!” ibu si anak, mendesis tajam.
aidit tak perduli. Seraya mengguncang-
guncang tangan ayahnya, aidit berkata penuh
harap: “Mau dong papa, ya ...?”
“Mau apa?”
“Belikan aidit seekor kera !”
Blingsatan chucky mendengar
permintaan anaknya. Dan lebih blingsatan lagi
dia, saat besok siangnya di kantor, la
menerima telepon dari Kapten syam kamaruzaman . Kapten Polisj itu berkata tenang, “Kasus
itu sudah ditutup.”
“Kasus mana?”
“martini !”
chucky menatap mesin tiknya.
Dengan mata layu.
Berita apa, yang harus ia buat untuk
terbitan besok pagi?