Sekarang ini Jack Ma (Ma Yun) adala sala satu raksasa dalam dunia internet.
Perusaaannya, Alibaba, tela menjadi platform e-commerce terbesar di dunia.
Berkembangnya Jack Ma dan Alibaba merupakan bagian integral dari majunya
perekonomian internet Tiongkok. Buku ini mengisakan pengalaman idup
Jack Ma, kariernya sebagai pengusaa dan proses keseluruan didirikannya
Alibaba. Dengan berada di balik layar, penulis menunjukkan bagaimana Jack Ma
menumbangkan tradisi dan membangun Alibaba ingga menjadi raksasa, yang
memecakan rekor dunia sebagai penawaran saam publik terbesar di dunia
saat IPO Alibaba berlangsung di New York pada taun 2014.
Kebangkitan dan pengaru ekonomi Cina merupakan sala satu
perkembangan terpenting ekonomi global dalam waktu belakangan ini. Seri
“Cina’s Disruptors” menelaa tentang kontribusi penting para pengusaa dan
perusaaan swasta ternama Cina teradap perkembangan ekonomi negeri
ini .
Danau Barat di angzou terkenal di seluru dunia atas kein-daannya.
Reputasi Danau Barat itula yang menginspirasi Jones un-
tuk datang ke sini. Pria Inggris itu berdiri di pintu otelnya, me-
mandang kabut yang menyelimui segalanya seperi awan, atau
mungkin asap. Permukaan danau yang terang seperi cermin, pu-
laupulau kecil yang ijau, paviliunpaviliun tepi danau berwarna
warni, dan poon willow yang berayun melambai di tepiannya,
selurunya terbungkus dalam elaian selimut kabut. Tak ada satu
warna kontras yang mencolok, tak ada keajaiban alam di sini, na-
mun keindaan dari pemandangan itu meresap ke dalam pikiran
dan jiwa Anda. Seola pemandangan ini diukir dengan sa-
ngat cermat ole tangan seorang seniman ali.
Sebua perau kecil muncul di kejauan, tampak seola tak
lebi besar dari selembar daun, membuat seluru danau beriak.
Dengan topi kerucut yang terbuat dari bambu dan jas ujan tra-
disional, para nelayan meluncur di atas permukaan danau dengan
gala bambunya. Pemandangan yang luar biasa ini ibaiba me-
nyadarkan Jones: di sinila tempat terkenal itu, yang diselimui
ujan dan kabut, di selatan Sungai Yangtze, yang banyak dibicara-
kan ole orang-orang Tiongkok. Menyadari al ini, pria Inggris itu
segera merasa bawa perjalanannya idak siasia.
“elo!” Suara lembut itu berbicara dalam logat Inggris. Suara
itu jelas suara seorang anak kecil, tapi di dalamnya jelas terdengar
kepercayaan diri.
Bagaimana mungkin ada pelancong Inggris lain di sini? Jones,
yang tela berdiri lama di bawa anak tangga otel Golden Mount
ain, menole ke ara suara ini . Seorang anak remaja tampak
di adapannya. Anak ini mengenakan kemeja pui dengan
lengan tergulung dan celana panjang itam. Sementara kakinya
memakai sepasang sandal plasik. Sala satu kakinya bertumpu di
tana sementara yang lainnya masi menginjak pedal sepedanya.
Anak ini tersenyum lebar saat menyapa Jones dalam baasa
Inggris. Jones cukup terkejut, sebab idak biasanya ia disapa ole
anakanak Tiongkok dalam cara yang begitu akrab dan antusias.
Merasa tersentu, ia melambaikan tangannya dan menjawab,
“ello, sunsine boy!”
Tidak ada sinar mataari saat itu; bakan ujan rinikrinik ma-
si turun. Namun Jones merasa senyum cera anak ini tela
membawa seberkas keangatan di ari yang berkabut itu.
Anak itu memiliki kepala yang agak besar dari biasanya di atas
tubunya yang bisa dibilang kurus dan pendek. Namun senyumnya
benarbenar mengguga. Matanya berkilat dan giginya sepui sal-
ju. Seiap bagian dari waja tersenyumnya seola memancarkan
kilauan.
“Anda suka Danau Barat? Aku bisa jadi pemandu grais Anda.
Aku bukan pemandu profesional tapi aku pasi bisa mengajarkan
Anda sesuatu yang baru tentang tempat ini.”
Sunsine boy itu bicara dengan jelas dan fasi. Meskipun ia i-
dak menggunakan baasa ungkapan, Jones bisa memaami semua
yang ia katakan. Ia tersenyum gembira. Sebagai seorang penganut
Kristen, menurutnya ini adala pertanda baik bawa ia bertemu
dengan anak muda yang begitu antusias dan menyenangkan di ne-
gara yang misterius ini. Ia menjawab anak itu dengan anggukan.
Senyum sunsine boy semakin lebar. Ia menepuk tempat duduk
belakang sepedanya, menandakan Jones agar ia duduk di sana.
Jones ampir idak percaya bawa ia di sini, di Timur Jau, akan
mengikui tur mengelilingi Danau Barat angzou yang terkenal di
dunia dengan sepeda. Mungkin tur ini akan membuatnya merasa-
kan sentuan Timur legendaris yang ia dengar selama ini.
Dengan cepat, Jones menaiki sepeda anak lakilaki itu. Ekspresi
waja anak itu menunjukkan ketetapan ai. Ia membungkukkan
badannya di atas gagang sepeda dan mengayunya sekuat tenaga,
membawa Jones melintasi pemandangan inda ini .
Sunsine boy mencoba sebaik yang ia bisa dengan baasa Inggris
ingkat dasarnya bercerita pada Jones tentang sepulu tempat
pariwisata terkenal di Danau Barat. Tapi napas anak itu tersengal
sengal, jadi Jones melompat dari sepeda dan bersikeras untuk
bertukar posisi. Saat Jones mengayu, ia mendengarkan anak itu
berbicara. Ia menanyakan karakterisik masingmasing tempat
dan kisa legendaris yang diasosiasikan dengan masing-masing
tempat ini . Dua turis yang idak biasa ini saling mendapat-
kan sesuatu yang isimewa. Jones mendapatkan pemaaman yang
lebi mendalam tentang keindaan Danau Barat, dan bagaimana
rakyat Tiongkok mengargai keindaan. Ia menjadi tergilagila
dengan surga di bumi ini. Setela bercakapcakap dengan Jones,
anak muda itu menjadi lebi memaami pelafalan baasa Inggris.
Ia mengajukan banyak pertanyaan pada Jones, dia sunggu ingin
menjadi lebi fasi dan akurat. Percakapan mereka tertanam lekat
lekat dalam kenangan Jones.
Bertauntaun setelanya, Jones tak sengaja mengambil sebua
majala dan terpana meliat foto pria yang tertampang di ala-
man sampulnya. Ia mencaricari kepingankepingan ingatannya
dan perlaan merangkainya kembali. Foto itu adala sunsine boy
yang bertemu dengannya bertaun-taun silam.
Kepala yang besar, mata yang berkilat, dan senyum lebar yang
memukau. Meskipun tauntaun tela lama berlalu, Jones idak
dapat melupakan pertemuan tak disengaja di Danau Barat itu,
meskipun setelanya Jones banyak mengunjungi tempattempat
terkenal lainnya di dunia. Sambil memandang sampul majala itu,
ia membaca nama dari bintang sampul itu: Jack Ma. Saat mereka
berpisa di pertemuan yang tela lama berlalu itu, Jones memberi-
kan sunsine boy nama ini . Dan sekarang anak muda Tiongkok
yang perna bertemu dengannya secara idak sengaja ini
menjadi bintang sampul majala inansial terkenal Amerika, Fobes.
Tak sembarang orang bisa mendapat keormatan muncul di
alaman sampul Fobes. Kesuksesan apa yang tela dirai anak itu
ingga ia bisa sebesar ini? Jones mau tak mau langsung teringat
kisa Alibaba dari cerita klasik Te Aabian Nigts. Segera setela
Alibaba mengucapakan mantra “Sim salabim” arta yang tak ter-
kira banyaknya muncul di adapannya.
Jones meliat majala itu lagi. Jack Ma suda menjadi cai-
man dan CEO dari grup dewan direksi perusaaan Tiongkok Alibaba.
Saat ia memegang majala itu di tangannya yang besar, ingatan
akan perpisaan mereka di ari itu muncul dalam benaknya.
Mataari mulai tenggelam di barat, dan kabut yang menyeli-
mui Danau Barat seperi cadar akirnya mulai mengilang. Ma-
taari yang bersinar terik menyalakan gelombang-gelombang di
danau yang berwarna ijau seperi batu giok. Mereka berdua ke-
lelaan. Sebua sepeda lain terliat muncul di kejauan. Pengen-
daranya berteriak, “Anak muda, cukup untuk ari ini, waktunya
pulang untuk makan malam.”
Pria itu berusia paru baya. Dia idak terlalu inggi dan sangat
mirip dengan anak muda itu. Jones menyadari ia pasi ayanya.
Dari nada suaranya ia merasakan kasi sayang aya dan anak yang
tela ia amai sejak pertama kali menjejakkan kaki di Timur. Seperi
yang ia duga, anak lakilaki itu menyaut, “Aya!”
Saat itu Jones menyadari bawa ayanya memang mengizin-
kannya datang ke Danau Barat, dan itula sala satu alasan meng-
apa anak itu menawarkan tur grais padanya. Anak itu memberita-
u Jones bawa tujuannya adala berinteraksi dengan turis asing,
berbicara dengan mereka, dan memperbaiki baasa Inggrisnya.
Aya Jack Ma, Laifa Ma, adala seorang pemain seni rakyat
terkenal dan direktur dari asosiasi seni rakyat. sebab memiliki
koneksi yang sangat baik, ia sering membawa Jack Ma menonton
opera. Jack Ma idak terlalu memaami opera Tiongkok, tapi sa-
ngat menyukai adegan perkelaian yang menegangkan antara para
kesatria dalam pertunjukkanpertunjukkan itu.
Ia sama sekali idak tekun belajar di sekola, tapi sangat me-
nyukai seni bela diri. Ia paling pandai bergulat. Tubunya yang
idak inggi ataupun besar idak memengarui kemampuan gulat-
nya. Akibatnya, meskipun banyak temantemannya yang menjadi
pengikutnya, ia sering kali terluka akibat perkelaian. Kejadian
yang paling serius adala keika ia arus dijait dengan 13 jaitan
di ruma sakit. Ia adala ipe anak pembuat onar di sekola. Ibu-
nya perna berkata bawa anaknya idak mau mengikui aturan.
Ia suka membaca novelnovel bela diri yang ditulis ole Jin
Yong. Kegemarannya akan seni bela diri bakan memengarui in-
dakanindakannya saat ia dewasa. Saat mendirikan kantorkantor
pusat Alibaba misalnya, ia menggunakan banyak namanama da-
lam novel Jin Yong untuk menamai berbagai tempat. Untuk ruang
meeing, misalnya, ia memberi nama “Pulau Bunga Persik” dan
“Puncak Terang”, sementara perpustakaan ia beri nama “Senja di
utan Maple”. Namanama ini, termasuk “Perikaian Bersenjata di
Danau Barat”, semuanya diinspirasikan dari periode masa kecilnya.
Selain kecintaannya yang dalam akan seni bela diri, masa re-
maja Jack Ma juga dicirikan ole kesukaannya akan baasa Inggris.
Ayanya sering berkata, “Aku adala sekop yang menggali keca-
kapannya. Setela aku menemukan talentatalentanya, aku meng-
gunakannya untuk mengubur sisasisa sifatsifat negaifnya.”
al pertama yang digali ole ayanya adala potensi baasa
Inggris Jack Ma, namun itu terjadi tanpa disengaja. Di masa muda-
nya, Jack Ma jelas bukan ipe anak penurut. Ayanya sering kali
memarainya saat ia membangkang. Jack Ma menanggapi kema-
raan ayanya dengan idak biasa, ia menanggapi omelan ayanya
dalam baasa Inggris. Ini membuat pertengkaran antara aya dan
anak ini cukup jenaka, sebab ayanya bicara dalam baasa
Mandarin dengan aksen angzou, sementara Jack Ma men-
jawabnya dalam baasa Inggris yang kaku. Ayanya idak menge-
lu soal ini, sebab pertengkaran-pertengkaran inila yang meng-
ungkapkan talenta dan kegemaran Jack Ma akan baasa Inggris.
Di mata ayanya, talenta dan kegemaran adala al pening yang
arus dimiliki seorang anak. sebab itu, kapan pun ia punya waktu,
ayanya mengantar Jack Ma ke Danau Barat untuk mencari orang
asing. Meskipun ayanya kesulitan memaami baasa Inggris, ia
mendukung dan melakukan semua yang ia bisa untuk membantu
anaknya. Ia melakukan yang terbaik memikirkan semua strategi
yang akan lebi mengembangkan talenta si anak.
Jack Ma kadang pergi bersama ayanya, kadang ia pergi sendiri
dengan sepeda usangnya, mengayu pedal di sepanjang tepian
Danau Barat mencari peluang untuk meningkatkan kemampuan-
nya untuk bercakapcakap dalam baasa Inggris.
Selain meningkatkan kemampuan baasa Inggrisnya, perte-
muannya dengan orangorang asing memperluas wawasannya
sebagai seorang anak remaja. Budaya dan nilainilai Barat, impresi
dan apa yang dirasakan orang asing tentang Tiongkok yang ber-
kembang pesat, semuanya berdampak besar pada cara berpikir
Jack Ma. Tentunya, saat itu idak ada yang menyadari apa yang ia
rasakan. Namun, saat Alibaba dimakotai sebagai “merek kelas
dunia yang sesunggunya” ole media, kita bisa meliat kembali
anak remaja dari Danau Barat yang mengayu sepeda usangnya
itu, dan menyadari bawa bakan saat itu ia suda memimpikan
kesuksesan ini.
Pada suatu malam yang gera di angzou, caaya bulan purnama
terpantul di bulirbulir keringat dai aya Jack Ma. Nyala api da-
lam lampu tela meredup ingga sebesar buir kacang polong. Ia
mengipasi dirinya dengan kipas yang terbuat dari daun palem, pan-
dangannya terpaku pada anak muda itu. Jack Ma terduduk di sala
satu ujung tempat idur, terdiam. Ia baru saja gagal mendapatkan
pekerjaan sebagai penjaga keamanan. “Jack Ma muda, kamu pasi
merasa sedi sekarang ini, tapi jika kamu idak bisa menjadi penjaga
keamanan, maka kamu idak ditakdirkan untuk menjadi penjaga ke-
amanan. Tapi semua jalan menuju Roma. Aku suda mengubungi
beberapa penerbit majala. Mulai besok kamu mengantarkan maja-
la untuk mereka. Bagaimana?”
“Benarka?” mata Jack Ma bersinar.
“Aku akan bicara jujur padamu: pekerjaan ini sulit. Kamu arus
mengendarai sepeda roda iga beberapa kilometer seiap arinya.
Kamu arus membuat keputusan sekarang. Kalau kamu takut akan
kerja keras, maka sebaiknya kamu memutuskan untuk idak meng-
ambil pekerjaan ini sekarang daripada menguba keputusanmu
nani.” Ayanya berdiri.
Jack Ma juga berdiri. Ia mengulurkan tangan pada ayanya dan
berkata, “Aku idak takut. Aku masi muda, aku idak takut bekerja
keras. Bukanka pekerjaan itu anya mengayu sepeda roda iga?
Itu anya satu roda lebi banyak daripada sepeda biasa. Waktu
aku biasa mengayu sepedaku dulu, aku bersepeda beberapa kilo-
meter seiap arinya.”
“Bagus. Aku akan mengantarmu untuk mulai bekerja besok.”
Aya Jack Ma menepuk pundaknya sebagai tanda memberinya se-
mangat.
Keesokan arinya, anak lakilaki dari Danau Barat itu menjadi
pria muda dengan sepeda roda iganya. Ia suda bertamba inggi
sekarang. Sepeda roda iga itu idak baru. Ada banyak bekas keru-
sakan pada bannya, rangkanya dipenui noda karat, dan sadelnya
retak. Saat ia mengayu, bunyi ane terdengar dari sepedanya.
Jack Ma tau sepeda tua idak ada bedanya dengan orang tua:
keduanya berjuang dengan beban berat. Apalagi bagian belakang
sepeda ini dibebani dengan tumpukan buku. Buku idak perna
ringan untuk dibawa, apalagi jika membawanya setumpuk.
Aya Jack Ma mendapatkan pekerjaan itu dari kontak priba-
dinya. Jack Ma arus mengayu sepeda roda iga ini , de-
ngan tumpukan majala yang inggi, mengitari angzou dan
mengantarkannya ke semua penjual buku dan penjual majala ke-
liling. Musim panas di angzou panas. Mataari menyinari lapis-
an kerikil dan aspal jalanan dengan terik, membuatnya lebi lunak
daripada spons. Tak ada angin sepoisepoi. Poon willow di tepian
Danau Barat sama sekali idak bergerak. anya terdengar kerikan
cicada (semacam jangkrik) yang tak ada eninya dan mengesal-
kan. Jack Ma menggenjot pedal sepedanya dan meluncur cepat
melewai lalu lintas yang ramai di bawa teriknya mataari.
Keika aya Jack Ma meliatnya pulang ke ruma ari demi
ari, dengan baju tanpa lengan basa kuyup ole keringat, ia am-
pir idak tega meliatnya. Kelelaan tampak jelas di wajanya yang
lebar. Kulit di baunya kering dan terbakar mataari. Meliatnya
seperi itu, aya Jack Ma sering kali merasa iba.
“Bagaimana pekerjaanmu, Jack Ma?” tanya ayanya. “Baik, lu-
mayan,” jawab Jack Ma. Mendengar itu, ayanya idak tau arus
berkata apa. Malam iba. Aya Jack Ma duduk di samping tempat
idurnya, mengelus pundak Jack Ma sambil berkata, “Bersepeda
belasan kilometer seiap ari membuatmu kelelaan seperi ini.
Bagaimana mungkin kamu idak bisa memberikan upaya yang
sama untuk mencoba melamar ke universitas? Apaka itu me-
mang lebi sulit daripada jarak berkilokilo meter yang arus kamu
tempu dengan sepedamu sekarang ini?”
Ayanya bicara dengan pelan, namun katakatanya memekak-
kan Jack Ma. Tenga malam, saat semua suda sepi, Jack Ma ber-
gulingguling di atas tempat idurnya, ia idak bisa idur. Apa yang
ayanya katakan benar! Bukanka anya matemaikanya yang
perlu ia perbaiki? Mengapa anakanak lain berasil dalam ujian
sementara ia idak?
Esok arinya, ia mengumpulkan semua materi dan buku pel
ajaran matemaika yang ia miliki. Seiap malam ia mempelajari per-
samaan-persamaan yang sulit seola idupnya bergantung pada al
itu. Ayanya sangat gembira. Ia melambaikan tangannya pada ang-
gota keluarga lainnya, sebagai tanda untuk idak mengganggunya.
Jack Ma melewai taun itu dengan mengendarai sepedanya di
pagi ari dan belajar di malam ari. Namun kelemaannya dalam
bidang matemaika idak bisa dipecakan dengan belajar menda-
dak seperi itu. Alasil, nilainya anya 19 pada ujian matemaika
untuk masuk ke perguruan inggi. Bakan setela nilai dari semua
mata pelajaran dijumlakan, total nilainya masi kurang 140 poin
dari nilai minimum yang diminta untuk kulia strata satu. Kegagal-
an merai nilai minimum ini membuat keluarganya sangat sedi.
Namun Jack Ma sendiri masi bertegu ai dan berusaa sekeras
mungkin mempersiapkan diri untuk mencoba tes masuk universi-
tas berikutnya.
Keluarganya idak mendukungnya saat ia gagal untuk kedua
kalinya. Satusatunya orang yang mendorongnya adala ayanya,
yang menyerakan surat pengunduran diri dari pekerjaan mengan-
tar majala atas nama Jack dan bakan membayar pengajar mate-
maika nomor satu untuknya.
Reputasi pengajar matemaika itu sangat baik, dan Jack Ma be-
lajar dengannya dua kali seminggu. Cara bicaranya yang umoris
dan gerakgeriknya yang jenaka membuat Jack Ma lebi berminat
pada matemaika—dan, bagi pelajar mana pun, memiliki minat
pada suatu mata pelajaran lebi pening daripada al lainnya.
Rumus aljabar, yang sebelumnya membosankan bagi Jack Ma,
sekarang memiliki ari baru dan ia mulai melaap persamaan
persamaan dengan rakus.
Dengan memupuk dirinya seperi itu, ia bisa meningkatkan ke-
mampuan matemaikanya tanpa batas, sementara baasa Inggris-
nya tetap selalu yang terbaik dibandingkan yang lainnya.
Taun itu, ia memasuki aula ujian masuk universitas angzou
lagi. Ayanya datang bersamanya dan berdiri di luar, idak menga-
takan apa pun. Mataari bulan Juli yang terik menyinari waja dan
rambutrambut pui yang ada di dainya–berkilat terkena terpa-
an caaya mataari. Jack Ma menaru tasnya di lantai dan duduk
di meja yang bertuliskan namanya.
Ini terjadi sekitar taun 1984. Berlokasi di sebela selatan Su-
ngai Yangtze, angzou adala tempat yang dipenui dengan ke-
anggunan dan keelokan yang membuat suasana ai orang men-
jadi riang. Pada pinggiranpinggiran jalan berbaris tempattempat
yang menjual jajananjajanan yang populer di seluru Tiongkok.
Banyak pemandangan canik terliat di manamana dan ritme ke-
idupan di sini idak sibuk namun juga idak lambat. Para pejalan
kaki terliat berjalan dengan santai, seola orangorang angzou
memiliki ketenangan bain dalam diri mereka sejak lair. Mungkin
lingkungan sekitar yang tampak seperi lukisan itula yang mem-
buat mereka selalu tenang, idak perna mara atau terkejut.
sebab itu, saat Jack Ma menerima asil ujiannya, ia seperinya
membacanya dengan santai sebelum menarunya ke atas meja.
Ayanyala yang lebi cemas, dan berkata, “Jadi? Berapa nilai ma-
temaikamu?”
Ini adala iik balik dalam idup Jack Ma. Seidaknya, ini ada-
la iik balik dalam upayanya melamar ke universitas. Mereka
yang sukses dalam ujian akan diterima di universitas tanpa rintang-
an. Tapi mereka yang gagal, sama sekali tak punya arapan. Jarang
sekali ada orang yang mengikui ujian selama iga taun berturut
turut, tapi Jack Ma adala sala satu dari mereka dan semua itu
sebab matemaika!
“Tuju pulu sembilan!” jawab Jack Ma dengan suara datar
tentang keberasilannya, seola itu adala sesuatu yang wajar dan
idak perlu dibesarbesarkan.
Semua kerja keras yang tela ia curakan suda terbayar. Ta-
un yang ia lewatkan untuk belajar itu idak siasia, dan gurunya
benar-benar seorang yang ali. Waktu dan usaa yang dikerakan
baik guru dan murid pada akirnya bermanfaat. anya dalam wak-
tu dua taun nilainya beruba dari 19 menjadi 79, namun asilnya
sunggu berbeda. Dengan meningkatnya nilai matemaikanya, ia
anya butu lima poin lagi untuk mencapai total nilai minimum
yang diminta untuk diterima di universitas.
Namun, siapa pun yang perna mengikui ujian masuk univer-
sitas tau bawa lima poin itu sangat berari. Bagi banyak siswa,
lima poin itu bisa mengalangi mereka mencapai puncak gunung
yang tela susa paya mereka daki dan keilangan kesempatan
untuk memiliki peluang idup yang lebi baik.
sebab itu, nasib baik juga merupakan bagian pening dari
takdir. Kebetulan taun itu kuota untuk maasiswa strata satu
Universitas Normal angzou idak tercukupi dan universitas me-
mutuskan untuk menurunkan nilai minimum ujian masuk sebesar
lima poin. Dan sebab itu, diterimala Jack Ma sebagai maasiswa
strata satu Universitas Normal angzou. Ia idak menutupnutupi
bawa Agustus taun itu ia memasuki menaramenara gading uni-
versitas ini , bagian masyarakat yang disegani.
Saat Laifa Ma memandang anaknya pergi untuk kulia, perasa-
an lega mengalir di seluru tubunya. Taun-taun penu dara,
keringat, dan air mata mencoba mengungkapkan bakat anaknya
idak siasia. ari ini, akirnya ia meliat anaknya meninggalkan
sarang. Malam itu ia terjaga dan idak idur sedikit pun.
Tentunya, momen ini juga sangat pening bagi Jack Ma. Dengan
meninggalkan ruma dan masuk ke universitas impiannya, keper-
cayaan dirinya pun meningkat. Ia tela mengetaui bawa idak
ada al yang idak dapat diatasi di dunia ini. Upaya yang dilaku-
kannya begitu besar untuk memperbaiki nilai matemaikanya dari
19 ke79, tapi sekarang meliat ke belakang semuanya itu seola
terjadi begitu cepat.
Kunci kesuksesannya adala idak perna menyera. Bertaun
taun berikutnya, saat karier Jack Ma suda melambung inggi,
ia menulis ini dalam blognya dalam kenangannya akan ayanya,
“Umurku baru 12 taun saat itu, namun idupku seperi kisa le-
gendaris ‘sim salabim’ dari Buku Seibu Satu Malam. Begitu banyak
perubaan terjadi. Namun aku tak perna memiliki rasa idak per-
caya sebab ayaku tela mengabiskan waktu bertauntaun
dengan sekopnya, mencari ari kesuksesan yang sesunggunya.
Apa yang ia temukan adala bawa Anda arus menemukan apa
yang menjadi minat Anda. Anda arus mengejar minat Anda dan
menjadikannya talenta Anda. Pada akirnya, talentatalenta Anda
akan memainkan peran paling pening dalam kesuksesan Anda.”
Di taun keiganya di Universitas Normal angzou, ia akirnya
dipili menjadi presiden perimpunan maasiswa. Tak lama berse-
lang ia menjadi presiden federasi maasiswa angzou.
Sejak kecil Jack Ma adala ipe orang yang selalu membela
kebenaran. sebab ia bersedia membantu orang lain, dan sebab
sifatnya yang sangat sopan, ia banyak disukai maasiswamaasis-
wa lain.
Pada suatu waktu, seorang maasiswa diambil aknya untuk
mengikui ujian sebab kesalaan sepele yang ia lakukan. Jack Ma
idak mengenal baik anak itu dan mereka idak perna banyak ber-
ubungan. Namun demikian, Jack Ma merasa ia bukan maasiswa
yang idak baik, dan jika ia keilangan kesempatan untuk meng-
ikui ujian, al itu akan memengarui seluru sisa idupnya. Ia i-
dak bisa diam saja: Ia merasa ia bertugas membantu teman di saat
mereka membutukan bantuan. Dengan memanfaatkan posisinya
sebagai presiden perimpunan maasiswa, ia pergi menemui ke-
pala departemen dan fakultas.
Saat itu, Jack Ma suda terkenal di Universitas Normal angzou
sebagai maasiswa yang menonjol. Nilai akademisnya yang sangat
baik, karakter yang berani, dan bakatnya berpidato membuatnya
menjadi pemimpin maasiswa teladan. Setela menelaa kembali
permasalaannya, mereka berpikir apa yang Jack Ma katakan cu-
kup masuk akal: mengancurkan masa depan seorang anak muda
anya sebab masala kecil tak pantas dilakukan ole insitusi pen-
didikan yang sukses. Kepala departemen dan fakultas menguba
keputusan mereka, dan murid ini berasil melewai ujian
kelulusan dengan muda. Jack Ma suda lupa akan kejadian ter-
sebut tak lama selang kejadian itu terjadi; namun sepulu taun
lalu , maasiswa ini mendengar kabar bawa Jack Ma
sedang berada di kota Senzen yang sedang berkembang pesat.
Keika ia menemukan Jack Ma, ia menggenggam tangannya dan
berkata, “Begitu aku mendengar dari teman sekelasku dulu bawa
kamu sedang berada di Senzen, aku segera datang kemari. Aku
akan menyediakan apa pun yang kau butukan.”
Saat itu Jack Ma masi jau dari sukses. Ia begitu teraru
mendapatkan pertemanan yang tulus seperi itu di saatsaat sulit.
Terlebi lagi, maasiswa dari bertauntaun silam ini kini
menjadi manajer cabang pembantu sebua perusaaan asing di
Guangzou.
Saat masi kulia ia disukai ole para dosen dan mendapat
banyak pujian dan diargai ole temantemannya. Bakan berta-
un-taun setela ia lulus, ia masi sering menerima telepon dari
temannya yang menanyakan, “Bagaimana kabarmu? Sedang perlu
apa? Kalau perlu bantuan, kami bisa membantumu.”
Lingkup pertemanannya yang luas dan kemauannya menolong
orang lain membuatnya banyak mendapat dukungan dari teman-
temannya sebagai presiden perimpunan maasiswa, tak anya itu,
reputasinya juga menyebar ke seluru kampus. Ia dipuji ole para
sarjana Universitas Normal angzou. Kepribadiannyala yang men-
jadikannya ketua para maasiswa Universitas Normal angzou,
dan lalu ketua Perimpunan Maasiswa angzou, dan ke-
mudian semua maasiswa universitas di angzou.
Menggeser gunung lebi muda daripada menguba kepriba-
dian seseorang. Jack Ma idak perna bisa menguba kepribadian
yang mengalir dalam nadinya. Saat ia lebi dewasa, ia menyadari
bawa ia selalu dikelilingi temanteman ke mana pun ia pergi. Ba-
kan saat ia tak punya uang sepeser pun, persaabatan selalu mem-
berikan keangatan yang ia perlukan, sama seperi sinar mataari.
al itu membuatnya merasa punya ari. Ia bisa melewai begitu
banyak rintangan saat mengembangkan perusaaan stat-up-nya
sebab memiliki jalinan pertemanan yang kuat yang memberikan-
nya persaabatan tanpa syarat.
idup tak perna bisa diduga, dan saat kita meliat kembali se-
gala yang tela terjadi, selalu ada yang kita sesali. Tapi siapa yang
bisa memperkirakan apa yang arus mereka persiapkan ari ini
untuk ari esok? Di awal kariernya, Jack Ma suda mulai menun-
jukkan kemampuannya memformulasikan pemikiranpemikiran
seperi ini.
Universitas adala relaif tempat yang bebas dibandingkan
tempat lainnya di masyarakat. Di universitas, pemikiran maasiswa
disimulasi ole akumulasi dan ekstensi pengetauan. Ada banyak
event yang diorganisasi ole maasiswa. Jika Jack Ma mengadiri
sala satu event ini , ia pasi menjadi pusat peraian. Para
maasiswa menyukai dan mengormai Jack Ma sebab integritas-
nya. Ia juga pembicara yang bersemangat: begitu ia bicara, yang
lain akan terdiam, terpikat ole kata-katanya. Ia memiliki pandang-
an yang inovaif. Bicaranya cepat tapi jelas, dalam baasa yang da-
pat dimengeri, dan sering kali memberikan sudut pandang alter-
naif dalam meliat masala.
Suatu keika, saat sedang berbicara, Jack Ma secara idak senga-
ja menyapukan pandangannya pada kumpulan maasiswa yang
menjadi pendengarnya. Tibaiba, matanya terpaku pada sepasang
mata yang itam dan cera. Bola mata itu tampak berkilat seper-
i batu permata itam dan penu dengan ketulusan dan cerca
arapan. Jika mata adala jendela jiwa, saat itu Jack Ma meliat
melalui jendela tepat ke ininya. Ia merasakan sebua reaksi, se-
peri aliran listrik, gelora yang tak berbentuk. Seola dua bua
awan bermuatan listrik di langit ibaiba bertemu dan mengan-
tamkan alilintar ke tana. Bagaimana kejadian ini memengarui
nasib kedua awan ini, anya waktu yang bisa menjawabnya.
Jack Ma bukan orang yang raguragu. Seperinya ia terlair
dengan pembawaan yang tegas. Setela selesai bicara, ia mencari
sepasang mata itam yang cera itu tanpa ditundatunda.
“alo, aku Jack Ma. Kuarap ini anya awal dari waktu kita un-
tuk saling mengenal. Kuarap kamu punya waktu untuk bertemu
denganku lagi.” Ia mengulurkan tangannya sambil bicara, dengan
senyum cera di wajanya.
Tangan yang malu-malu perlaan terulur di depannya dan ia
menggenggamnya dengan erat. Keduanya saling memandang mata
satu dengan yang lainnya, kilatan terliat di mata mereka, “Senang
bertemu denganmu. Kuarap aku punya kesempatan untuk me-
ngenalmu.” Suara itu adala suara Zang Ying, seorang gadis yang
tenang dan introvert dan idak banyak bicara namun sangat cer-
das. Mereka segera saling mengenal dan dari yang awalnya teman
kulia, lalu jatu cinta, dan akirnya menjadi suamiistri.
Mereka tampak seperi pasangan biasa, namun di saat yang
sama, ada sesuatu yang tampak berbeda dari pasangan itu. Zang
Ying perna berkata, “Jack Ma bukan pria yang tampan. Tapi aku ter-
tarik padanya sebab ia bisa melakukan alal yang idak bisa pria
tampan lakukan, seperi mendirikan ‘Englis Corner’ di angzou,
bekerja paru waktu sebagai pemandu wisatawan untuk turis asing
untuk mendapatkan mata uang asing, mengambil segala jenis peker-
jaan paru waktu, dan di saat yang sama menjadi profesional muda
paling cemerlang di angzou.”
Sala satu pepata Tiongkok yang paling inda adala, “Suami
dan istri adala sepasang burung yang terbang dari ujung sayap ke
ujung sayap.” Zang Ying bukan anya kekasi dan istri Jack Ma,
namun juga rekan bisnis dan idupnya. Ia selalu berada di sam-
pingnya, baik saat Jack Ma sukses maupun gagal. Kapan pun Jack
Ma membutukannya, ia bersedia mengorbankan ketenaran dan
kebanggaan untuk pulang ke ruma kepadanya.
Bagi sebagian pria, karier mereka adala segalanya dan di mata
mereka pernikaan anya bernilai setenga daripada karier. Jack
Ma beruntung, sebab ia memiliki karier yang sukses dan keluarga
yang baagia, dimana keduanya saling menunjang. Masamasa
kulianya tak anya memberikan pengetauan dan kepercayaan
diri, namun dalam Zang Ying, ia juga mendapatkan partner yang
bijaksana dan dapat diandalkan.
Saat Jack Ma meninggalkan Universitas Normal angzou,
matanya yang bersemangat dan keteguan ai dipenui dengan
arapan akan masa depan. Tentunya, ia idak membayangkan ke-
suksesan seperi apa yang akan ia rai di tauntaun mendatang,
tapi ia percaya bawa meskipun ari ini dan ari esok mungkin pe-
nu dengan kekejaman, ari berikutnya tetap patut dinani.
Setela menyelesaikan program strata satunya, Jack Ma menja-di dosen di sebua sekola inggi teknik listrik. Sebagian besar
orang perlu waktu untuk menyesuaikan diri dari yang sebelumnya
menjadi murid untuk lalu berali menjadi guru. Tapi idak
demikan alnya dengan Jack Ma. Baginya, mengajar begitu ala-
mia ingga ia bisa melakukannya dengan mata terutup. Ia jelas
dikaruniai kefasian berbicara. Tak ada orang lain yang lebi cocok
dengan ungkapan “te git of te gab” (kepandaian berbicara).
Bertauntaun berikutnya, sala satu muridnya mengingat: “Jack
Ma selalu penu semangat saat ia bicara. Ia idak perna memper-
siapkan, tapi selalu bisa mengeluarkan katakata yang bijaksana,
jadi kelaskelasnya selalu menarik. Ia sunggu meningkatkan minat
kami untuk belajar baasa Inggris.”
Selama ada panggung untuk berdiri, ia bisa membicarakan apa
saja tanpa batas. Apalagi ia fasi bicara baasa Inggris. Ia melaku-
kan pekerjaan barunya, sebagai dosen baasa Inggris di Insitut
Teknik Listrik angzou, seperi ikan berenang di air. Seiap kali ia
melangka masuk ke dalam kelas, para murid selalu duduk diam
menunggunya. Seiap anak ingin mendengarkan dosen ini berbica-
ra, dan kelaskelasnya selalu penu. Seiap kali Jack Ma meliat la-
utan mata yang berkilat menatapnya, ia dipenui ole gelombang
emosi dari dalam perutnya. Pandangannya selalu original, nada bi-
caranya riang, dan suaranya enak didengar. Ia tau cara menjelas-
kan konsepkonsep rumit dalam baasa yang sederana. Yang ter-
dengar di kelas anyala suara Jack Ma yang teratur dengan baik,
sementara muridmurid sepenunya terdiam. Di depan kelas, Jack
Ma sepenunya memesona.
Insitut Teknik Listrik ini berlokasi di Xiasa, bagian ping-
giran kota angzou. Kampus ini kampus yang besar dan
mengesankan, tapi sebab merupakan satusatunya insitut sains
dan teknik, insitut ini kekurangan tenaga pengajar untuk
subjeksubjek seperi bisnis, perdagangan, dan baasa asing. Kare-
na itu, dosen berbakat seperi Jack Ma memiliki banyak peluang
untuk mengembangkan kariernya. Apalagi, insitut ini mengizin-
kan Jack Ma untuk mengikui pelaian bisnis internasional sebab
kemampuan baasa Inggrisnya yang luar biasa. sebab itu ia bisa
belajar tentang bisnis internasional secara paru waktu dan di saat
yang sama mengajar baasa Inggris di sana. Saat itu, Tiongkok baru
saja membuka diri pada dunia luar maka bisnis internasional ada-
la subjek yang populer dan idak populer. Bisnis internasional po-
puler sebab semua orang ingin terlibat dalam reformasi ekonomi
Tiongkok, dan idak populer sebab anya sedikit orang yang me-
maami subjek ini , apalagi menjadi spesialis dalam bidang
ini .
Bagaimana kita berinteraksi dengan orang asing? Bagaimana
kita berbisnis dengan mereka? Eika bisnis apa yang mereka miliki?
Aturan bisnis tertulis dan idak tertulis seperi apa yang mereka
ikui? Siapa, dalam negara yang sebelumnya tertutup, yang tau
bagaimana cara bertransaksi dengan para pebisnis yang datang
dari Eropa, Amerika, dan Jepang? Orang Tiongkok manapun yang
pergi ke luar negeri pasi berurusan dengan orang asing, tapi ada-
ka orang yang relaif berpengalaman melakukan al seperi itu?
Berbisnis bukan al muda. Bekerjasama untuk kepeningan ber-
sama, pada akirnya semua orang berbisnis untuk uang. Terlebi
lagi, memfokuskan diri untuk mengasilkan uang perna dianggap
sebagai sesuatu yang memalukan di Tiongkok, meskipun itu adala
subjek rumit yang sulit dikuasai.
Jack Ma juga berparisipasi dalam sebua proses pembelajaran
sementara ia mengajar. Apa yang ia pelajari membuka pintu baru
baginya dalam idup. al itu memperluas imajinasinya dan mem-
buatnya memikirkan alal dalam perspekif jangka panjang.
Saat Tiongkok membuka diri pada dunia luar, pemaamannya
akan adat atau kebiasaan internasional beruba. al-al yang se-
belumnya ditakutkan dan dicemaskan, seperi memiliki keluarga di
negara asing, ong Kong, dan Taiwan, menjadi sumber kebangga-
an dan simbol status.
sebab itu, ubungan internasional menjadi subjek yang se-
makin populer untuk dipelajari, terutama bagi pemiliki usaa kecil
ingga menenga yang dikelola secara pribadi dan perusaaan
perusaaan yang dikontrak. Mereka arus mengambil kelas ekstra
dalam perdagangan internasional. Untuk memenui kebutuan
ini, banyak kelas malam dibuka di angzou. Jack Ma menjadi guru
yang secara kusus ditunjuk untuk mengajar di sala satu sekola
malam ini , di mana ia mengajar baasa Inggris dan perda-
gangan internasional.
Gayanya mengajar, dengan cerama yang diberikan non-stop
dan sepenunya dalam baasa Inggris, memasikan reputasinya
tersebar luas dalam periode di mana pengajar baasa Inggris sa-
ngat dicari. Saat itu terjadi, Jack Ma bukan ipe orang yang berdi-
am diri di masa seperi itu. Di siang ari ia mengajar di universitas
sementara malamnya ia mengajar paru waktu di sekola malam,
mendirikan kelas baasa Inggris informal atau ‘Englis Corner’.
Jack Ma menjadi sangat populer di angzou di awal periode re-
formasi ekonomi. Sebagian orang menyebutnya orang nomor satu
dalam pengajaran baasa Inggris.
Pekerjaannya sebagai dosen di universitas memberinya keun-
tungan sepanjang sisa idupnya. Keika ia lalu menjadi ketua
dewan direksi Alibaba, ia sering memberikan cerama di luar ne-
geri. Ia seperinya bisa mendapatkan katakata dengan muda ka-
pan pun ia perlu; ia idak memerlukan naska, ataupun melakukan
persiapan sebelumnya.
Segera setela ia melangka ke panggung dan meliat audiens
menatapnya–termasuk sepasang mata yang bersinar yang disebut-
kan sebelumnya–pintu air seola terbuka, katakata meluncur dari
mulutnya seperi aliran sungai yang deras. Jack Ma sendiri berkata,
“Sekalinya aku membuka mulut, aku idak bisa menutupnya lagi.”
Bagi pengusaa mana pun yang memerlukan daya tarik bagi
imnya, pening bagi mereka untuk bisa mengekspresikan dirinya
dalam cara yang jelas dan lugas, juga dalam memberikan cerama.
Sambil mengajar baasa Inggris dan perdagangan interna-
sional, menjelaskan pada orang lain cara mengasilkan uang, ia
sendiri juga belajar dari proses itu, dan menerapkan apa yang ia
pelajari. Saat itu, upa ratarata di Tiongkok cukup renda dan tak
ada yang berpikir untuk menaru upa untuk investasi. Sebagian
besar dosen di sekola inggi teknik listrik ini masi inggal
di asrama yang dibiayai ole negara, namun secara mengejutkan
Jack Ma berasil mengumpulkan uang dari berbagai sumber dan
membeli ruma yang cukup besar di dekat kampus.
lalu , barula terungkap ternyata ia tela berinvestasi. Ia
mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari investasinya ter-
sebut sebab kenaikan nilai tana membuat arga ruma mening-
kat pesat. Setela beberapa taun, arga ruma ini menjadi
maal. Tanpa ragu, ia menjual properi ini dan menggunakan
uangnya untuk membeli ruma seluas 200 meter persegi di Jalan
Wenua di sebela Danau Barat.
Danau Barat terkenal, baik di Tiongkok maupun di luar nege-
ri. Apa arinya memiliki ruma seluas 200 meter persegi di Danau
Barat? Saat itu mungkin idak berari apaapa, namun Jack Ma
sedang mempersiapkan kantor pusat untuk perusaaan masa de-
pannya, Alibaba. Tanpa ruma ini, perusaaan yang menggempar-
kan dunia ini idak memiliki alat untuk berdiri. Jack Ma tela
mengambil langka yang sangat cerdas dengan membeli ruma itu
saat arga properi masi renda namun ia masi bekerja sebagai
dosen, bukan pelaku bisnis.
Belakangan Jack Ma bicara tentang investasi eal-estate ini: “Jika
aku akan berinvestasi di bidang properi, aku idak akan memili
tempat yang sedang tren, seperi tempattempat dengan satu atau
dua kamar dan satu ruang keluarga. Jika aku berinvestasi di proper-
i, aku akan memili tempat yang lebi besar dibandingkan aparte-
menapartemen berukuran kecil seperi itu, seperi tempattempat
di tepi danau, yang sedikit lebi besar dari ruma iga kamar. De-
ngan ini aku akan selalu berada di depan tren. Jika peluang datang,
aku akan menjual properiku dan membeli yang lebi baik.”
Sekola Tinggi Teknik Listrik angzou lalu beruba
menjadi Universitas Dianzi angzou. Jack Ma menjadi sala satu
dokter muda terbaik di universitas ini melalui posisinya di
sana. Dan lagi, ia memiliki banyak teman sebab kepribadiannya
yang antusias dan suka menolong.
Ia takkan perna mengira bawa di tauntaun mendatang
teman-teman yang ia dapatkan di sini akan menanggung banyak
cobaan dan kesulitan bersamanya. Mereka selalu berada di sisinya,
dan naninya menjadi tulang punggung dan golongan atas per-
usaaannya saat perusaaan ini berkembang. Contonya,
mantan koleganya Peng Lei menjadi Vice President Alibaba. Murid
muridnya Zou Yueong, an Min, Dai San, dan Jiang Fang tetap
menjadi pengikut seianya ke mana pun ia pergi.
Mereka memuja Jack Ma. Mereka mempercayai Jack Ma. Me-
reka mengagumi talenta, pemikiran, keberanian, dan semangatnya
yang tak perna abis. Mereka mempercayai karakter Jack Ma dan
sifatnya yang idak memeningkan diri sendiri. Ia tak perna me-
ngecewakan mereka.
Bertauntaun berikutnya, saat Jack Ma duduk di ruang siar-
an Cina Central Television, bicara pada jutaan penonton, dengan
bangga ia berkata: “Tak ada seorang pun di dunia ini yang bisa me-
misakan aku dan imku.”
Kepercayaan diri dan kebanggaannya berasal dari keseiaan
imnya, dan keseiaan mereka berasal dari karakter Jack Ma. Kare-
na karakternya itula orang-orang bersedia membantunya di saat
susa. Mereka tertarik ole reputasinya, bersedia melepaskan
kesempatan yang lebi baik agar bisa bekerja bersamanya. al ini
akan dibaas lebi jau nani, tapi untuk sekarang kita bisa katakan
bawa pesona kepribadian Jack Ma suda cukup jelas terliat saat
ia masi menjadi dosen universitas.
Jadi sekarang Jack Ma memiliki pekerjaan, sebua ruma, dan
sekelompok teman. Dan tentu saja, ia memiliki Zang Ying. Meliat
semua ini, Jack Ma searusnya baagia; kebanyakan orang akan
merasa sangat puas menjadi dosen di usia yang begitu muda. Tapi
Jack Ma berbeda. Mungkin ia terlair dengan kecenderungan ter-
lalu banyak berpikir. Orangorang yang dekat dengannya sering kali
berkata: “Anda takkan perna tau kapan ia akan punya ide baru.
Yang idak diketaui banyak orang adala bawa kepala besarnya
penu dengan ide-ide.”
Saat itu, perusaaanperusaaan yang dikelola secara pribadi
mulai berdiri di angzou. Banyak produk-produk “made in Cina”
muncul, seperi arus bawa yang meluap di Sungai Qiantang yang
mengalir di angzou, menandakan datangnya gelombang pasang
musim semi.
Gemuru kedatangan Tiongkok suda mulai dirasakan dunia
internasional. Dunia melirik provinsi Zejiang, yang mana angzou
adala ibu kotanya, mendatangi perusaaan-perusaaan di sana
yang dikelola secara pribadi. Banyak pemilik usaa yang terlibat da-
lam perdagangan internasional kesulitan untuk bertransaksi dalam
baasa asing. sebab itu, sebagai penutur baasa Inggris nomor satu
di angzou, wajar saja jika Jack Ma banyak diminta membantu.
Jack Ma lekas meliat semakin ingginya tuntutan akan baasa
Inggris, dan meliat bawa al itu bisa dijadikan peluang komersil.
Jack Ma, yang lair dengan insing bisnis, tak akan membiarkan pe-
luang ini berlalu begitu saja. Tentunya, orang pertama yang
ia ajak diskusi adala Zang Ying: pertamatama, ia arus menda-
patkan restu dari istrinya daulu.
Zang Ying adala wanita yang angat, baik ai, dan bijaksana.
Ia membuka matanya yang itam lebarlebar dan menatap Jack Ma
tanpa berkedip. Sekali lagi, suaminya yang luar biasa memiliki ide
baru. Jack Ma berjalan bolakbalik sebelum kembali memandang
ZangYing. “Bagaimana, apa pendapatmu?” Tentunya, Zang Ying
bisa meliat kesungguan di matanya. Ia juga tau betul bawa
jika Jack Ma berani mencetuskan sebua ide, ia juga berani mene-
rapkannya dalam indakan. Ying menjawabnya dengan singkat. Ia
menganggukkan kepalanya dan berkata: “Tersera padamu!”
“Bukan tersera aku. Kau juga arus terlibat. Aku membutu-
kan bantuanmu!”
“Aku pasi membantumu!”
Jack Ma lalu membuat keputusan pening untuk membu-
ka biro penerjemaan. Perusaaan itu akan menjadi perusaaan
kecil yang menawarkan jasa penerjemaan profesional dan juga
memecakan masala untuk temanteman dan rekanrekannya.
Setela diperimbangkan masakmasak, Jack Ma memili Jalan
Qingnian nomor 27 di angzou, bersebelaan dengan Young Men’s
Crisian Associaion (YMCA), sebagai tempat untuk mendirikan
Biro Penerjemaan aibo. Biro penerjemaan itu diorganisasi ole
guruguru baasa Inggris yang tela pensiun. Jack Ma masi bekerja
penu waktu sebagai dosen di siang ari dan menerima permintaan
dan mengurusi bisnis penerjemaannya di waktu luang.
Dengan membagi waktunya antara universitas dan aibo ini,
Jack Ma mengambil langka pertamanya memasuki dunia bisnis.
Setela persiapan selesai, di bulan Januari 1994, gedung yang
bersebelaan dengan YMCA di Jalan Qingnian ini bergema
dengan suara kembang api. Di bawa sekumpulan keranjang bunga,
biro penerjemaan ini secara resmi dibuka. Tempat itu ber-
ukuran 30 meter persegi dengan bagian depan yang sederana.
Jack Ma memili nama aibo berdasarkan kata baasa Inggris
‘ope.’ Menurut Jack, aibo menggambarkan lautan arapan yang
luas, sebab dalam baasa Mandarin �ai� berari lautan dan �bo�
berari luas.
Dengan lautan arapan ini, Jack Ma memulai langkanya dalam
dunia bisnis. Bergumul dengan ombak, biro penerjemaan kecil
ini memulai perjalanannya. Awalnya anya ada sedikit staf–lima
orang. Jack Ma berperan sebagai direktur. Ada dua pensiunan do-
sen baasa Inggris, dan dua pekerja muda yang terkesan padanya
saat ia bekerja sebagai guru baasa Inggris paru waktu.
Biro penerjemaan itu searusnya bisa merai sukses dengan
cepat, sebab permintaan akan jasa yang mereka tawarkan. Namun
sebab biro itu adala biro penerjamaan pertama di angzou, ia
idak serta merta diterima baik ole masyarakat maupun pasar di
angzou. Orangorang masi waspada, begitu pula pasar. Di akir
bulan pertama, mereka merai keuntungan bersi sebesar 700
yuan, tak cukup untuk membayar uang sewa sebesar 2000 yuan.
Kenyataan bisa mengenaskan. Dengan tak adanya uang di awal
usaa dan tak adanya pemasukan, sebagian dari staf mulai mun-
dur. Mereka yang tetap inggal mulai ragu. Jack Ma merasa tekan-
annya semakin besar, yang sulit ia tanggung. Diadapkan dengan
masala seperi ini, ia menguba takik bisnisnya. Ia membagi dua
ruangan kecil dan menyewakan separunya pada sebua toko
buku untuk mengurangi biaya sewa. Ia juga mulai menjual bunga
dan adia.
Tidak muda untuk mempromosikan produk berskala kecil se-
peri ini. Jack Ma masi bekerja sebagai dosen penu waktu. Dalam
kondisi seperi itu, masa lalunya berkeliling dengan sepeda seola
kembali lagi. Seiap akir pekan, dengan sepeda motornya Jack Ma
pergi ke Guangzou, memanggul karung besar di pundaknya yang
kurus. Di Guangzou, ia mengisi karungnya itu dengan berbagai
barangbarang kecil, mulai dari bunga segar, kaus kaki, ingga pa-
kaian dalam–barang apa pun yang bisa Anda pikirkan. lalu
ia kembali dengan motornya bersama karung yang penu dengan
barangbarang yang muda dijual dan berkendara sepanjang 137
kilometer untuk kembali ke pasar.
Ia mengenakan jaket dan topi pekerja. Meskipun senyumnya
bersinar, tak akan ada yang menyangka bawa ia adala orang
paling fasi berbaasa Inggris di angzou. Di mata orang biasa,
ia anyala pedagang keliling. Berada di antara banyaknya peda-
gang lainnya di pasar, ia sama sekali idak berbeda dari yang lain.
Tak ada yang tau bawa suatu saat nani ia akan menjadi CEO dari
plaform perdagangan terbesar dunia.
“Enta Anda dari selatan atau sedang menuju utara, ayo datang
dan liatliat! Kalau Anda idak mampir, aku akan pergi dan kalian
akan menyesal naninya!” Cara Jack Ma berteriakteriak menarik
banyak pembeli dan sebelum malam iba semua barang dagang-
annya tela abis terjual.
Ini menjadi tradisi Jack Ma di akir pekan. al ini memberinya
peluang untuk belajar sedikit tentang bisnis dan memberinya
pengalaman menjual barangbarang. Kadang Zang Ying, istrinya
pergi bersamanya, berjalanjalan melewai kioskios di pasar ada-
la pengalaman idup yang baik.
Upa karyawan di biro penerjemaan dibayar per bulan. Jack
Ma idak perna terlambat membayar gaji mereka. Di saat yang
sama, ia mengerakan upaya terbaiknya untuk memengarui
orang-orang dan menarik peluang yang ada dari klien-kliennya
sekarang untuk memperluas pasar dan menarik konsumen. Ia
berjuang mendapatkan pasar dan agar diterima ole konsumen
dengan memberikan layanan dengan kualitas terbaik. Saat itu Jack
Ma benarbenar melakukan segalanya. Ia bakan bersedia menjual
obat-obatan dan peralatan medis ke ruma sakit-ruma sakit demi
mempertaankan bisnis penerjemaannya. Sulit membayangkan
bagaimana Jack Ma memiliki tekad yang begitu kuat untuk terus
maju saat itu.
Mempertaankan biro penerjemaan adala tugas Jack Ma
yang paling pening. Akirnya, kegigian dan pengorbanannya
membuakan asil. Di akir 1994, biro penerjemaan itu akir-
nya kembali modal. Di taun 1996, bisnis ini mengasilkan
keuntungan. Kini, aibo adala biro penerjemaan terbesar di
angzou. Ruangan yang awalnya disewanya sekarang menjadi ru-
ang recepion dan bagian lainnya tela banyak diperluas. Jack Ma
menyerakan pengelolaan biro penerjemaan itu pada muridnya
Zang ong di taun 1999. Ia kini memiliki ide baru, target baru.
Bertauntaun setelanya, Jack Ma kembali ke Biro Penerje-
maan aibo. Ia berdiri di depan pintu perusaaan pertamanya.
Kejadiankejadian masa lalu muncul dengan begitu jelas dalam
benaknya. Ia mengambil pulpen dan menulis iga kata berikut:
“Jangan perna menyera”. Tiga kata ini masi tertulis dalam
website aibo, bakan ingga kini.
Orang bilang Cristoper Columbus idak perna memiliki tuju-
an yang direncanakan untuk perjalanannya: ia anya meliat tem-
pat perenian berikutnya, dan anya keika ia menemukan benua
baru dan pulaupulau barula tempattempat ini menjadi
tempat pembereniannya. lalu ia akan berali ke tempat
berikutnya di mana ia akan menemukan tujuan. Tak perna me-
nyera, tak perna bereni. Inila yang membuat seseorang men-
jadi manusia yang ebat; mungkin awalnya idak terliat, tapi jika
ia tekun dan gigi, maka usaanya akan membuakan asil yang
transformaif.
Bill yang berjanggut tebal adala guru berkebangsaan Amerika
yang dipekerjakan ole sekola inggi teknik mekanik. Ia sangat
menyenangkan untuk diajak bicara, dan akrab dengan Jack Ma.
Mereka pergi minum bersama dan membaas berbagai topik,
mulai dari masa lampau ingga zaman modern, mulai dari alam
semesta ingga samudra. Mereka dari negara yang berbeda, tapi
memiliki kesamaan karakter. Mereka berdua penu semangat dan
imajinasi, selalu mencari dan belajar tentang dunia.
Jack Ma suka minum anggur. Bakan ingga kini gudang penyim-
panan anggur Zang Yu masi menyimpan botolbotol anggur yang
disiapkan kusus untuknya. Namun saat itu ia belum mendapatkan
perlakuan isimewa seperi itu, meskipun ia bisa mendapatkan ang-
gur dengan muda. Ia mengundang Bill ke ruma dan Zang Ying
akan membuatkan beberapa masakan. Ia membuka sebotol anggur
dan aroma yang manis, kaya masuk ke dalam lubang idung mereka
dan pipi Bill akan memera sebab menunggununggu. Ia dan Jack
Ma beranggapan bawa anggur adala minuman terbaik di dunia.
Bill lalu mengernyitkan idungnya. Ia mengacungkan jempol
dan berkata, “Mr. Ma, sempurna. Anggurmu sunggu sempurna,
dan terlebi lagi istrimu.”
Mungkin sebab mereka berasal dari budaya yang berbeda, Bill
berbicara begitu gamblang dan terbuka. Jack tersenyum. Ia mena-
rik Zang Ying yang duduk di sebela mereka mendekat ke ara-
nya.
Saat itu, Jack Ma bukan anya dosen universitas profesional
namun juga guru baasa Inggris yang ditunjuk secara kusus di
banyak sekola malam, penerjema untuk beberapa perusaaan,
dan manajer Biro Penerjemaan aibo. Ia mendapat semakin ba-
nyak tawaran pekerjaan, seingga pendapatannya perlaan sema-
kin inggi dan inggi. Untuk saat itu, sebenarnya pendapatan Jack
Ma suda cukup inggi. Keidupannya stabil dan aman. Mungkin
jika ia tetap seperi ini, ia idak akan menyebabkan pergerakan
yang memengarui dunia. Sebagai penduduk kelas menenga atas
di angzou, dengan banyak pendapatan berlebi, Jack Ma bisa
saja suda merasa cukup puas. Tapi idak demikian sifatnya. Ba-
kan Zang Ying, partner idupnya, berkata: �