Tampilkan postingan dengan label yahudi menggenggam dunia 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label yahudi menggenggam dunia 6. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

yahudi menggenggam dunia 6





 k mengunjungi pasukan Rusia di medan tempur. Majelis 

Duma menyampaikan kepada Czar tentang perkembangan situasi terakhir yang 

sangat berbahaya, agar Czar segera mengambil langkah-langkah drastis yang 

perlu untuk mengatasinya. Akan tetapi, berita yang disampaikan melalui 

telegram itu berhasil disita oleh kaki-tangan Konspirasi yang bercokol di The 

Grand Eastern Lodge, sehingga berita itu tidak sampai kepada Czar. 

 

Peran Free Masonry bukan hanya sampai di situ. Banyak peran penting lainnya 

yang sangat berbahaya. Di satu sisi, Free Masonry mengawasi dan mengatur 

gerakan dan jaringan terselubung. Di sisi lain, Free Masonry memberikan dana 

besar-besaran kepada kaki-tangan yang menyelusup ke dalam instansi 

pemerintah, angkatan bersenjata, kalangan buruh dan berbagai perkumpulan. 

Ditambah lagi, Konspirasi Yahudi melakukan sejumlah operasi rahasia untuk 

menggoyahkan pasukan Rusia di medan tempur. Contoh operasi terselubung 

seperti itu yaitu  sebuah instruksi palsu yang diberikan oleh seorang komandan 

kaki-tangan Konspirasi kepada pasukannya untuk mengadakan serbuan 

terhadap musuh. Pada saat yang sama, pasukan pelindung yang di garis 

belakang mendapat instruksi untuk segera mundur. Akibatnya, pasukan Rusia 


saat  itu mendapat pukulan hebat dengan korban jiwa dan sejumlah lainnya 

menjadi tawanan musuh. Lebih parah lagi, di sana terjadi pembangkangan dan 

desersi dalam barisan angkatan bersenjata, karena tidak puas terhadap 

komandan yang mengecewakan bawahannya itu. The Grand Eastern Lodge juga 

memakai taktik suap-menyuap kepada para perwira tinggi dan menengah, untuk 

merebut simpati pasukan pengawal kerajaan di San Petersburg. Di samping itu, 

taktik propaganda atheisme dan teori Marxisme juga dipakai, sehingga pada saat 

menjelang pecahnya revolusi pada tanggal 12 Maret 1917 terjadi desersi atau 

pembelotan besar-besaran dalam pasukan pengawal kerajaan di San 

Petersburg, sampai terjadi baku hantam antara mereka sendiri. Menyusul 

kemudian, terjadinya suatu peristiwa di luar dugaan, yaitu dua barak militer 

menyerahkan diri dan bergabung kepada pemberontak revolusioner. Maka 

jatuhlah ibukota San Petersburg ke tangan mereka. Kemudian diumumkan 

berakhirnya sistem kerajaan Czar Rusia oleh pihak pemberontak revolusioner. 

 

Seusai revolusi, secara umum kekuasaan belum jatuh ke tangan Komunis atau 

Bolshevik, seperti yang diduga. Bahkan sebuah komite telah berdiri dengan 

jumlah anggota sebanyak 12 orang dari majelis Duma, untuk membentuk 

pemerintahan sementara di bawah pimpinan Krinsky, segera setelah terjadi 

Revolusi Merah itu. Sementara itu, kelompok Manshevik juga membentuk 

Majelis Sovyet atau juga disebut Majelis Buruh, untuk mengambil kendali 

pemerintahan San Petersburg, sampai Lenin membubarkannya pada tanggal 19 

0ktober 1917. Pada saat revolusi meletus, Lenin masih berada di Swiss. 

Kemudian para sesepuh Yahudi Internasional mengatur perjalanannya kembali 

ke Rusia, setelah terlebih dulu mengatur pertemuan antara Lenin dan 

pemerintah Jerman. Dalam pertemuan itu disepakati, bahwa pemerintah Jerman 

akan membantu kepulangan Lenin dan pembubaran pemerintahan sementara. 

Pemerintahan itu telah bertekad untuk meneruskan perang, dengan imbalan 

Lenin kelak akan menarik pasukan Rusia dari medan tempur. Lenin, Martov dan 

para tokoh Komunis Yahudi kembali ke Rusia dengan menumpang kereta 

khusus yang disediakan oleh pemerintah kerajaan Jerman, setelah sebelumnya 

pemerintahan sementara mengumumkan amnesti umum bagi semua tahanan 

politik, dan memberi izin kepada semua pelarian untuk kembali ke Rusia. 

 

Peristiwa yang terjadi kemudian menunjukkan, bahwa pemerintah sementara 

tidak melakukan kesalahan besar dengan menandatangani keputusan ini, yang 

pada hakikatnya merupakan penyerahan kekuasaan kepada pihak Bolshevik. 

Rusia dibanjiri lebih dari 90.000 anggota revolusioner dan kelompok teroris yang 

kembali ke Rusia. Trotsky juga memanfaatkan keputusan amnesti pemerintah 

itu, untuk kembali ke Rusia beserta orang-orang Yahudi yang telah ia rekrut dan 

dilatih di New York. Sebagian besar dari mereka kemudian bergabung dengan 

partai Bolshevik, yang makin besar dan ganas. Tidak lama kemudian Lenin dan 

Trotsky mulai menyerang pemerintahan sementara. Setelah itu, terjadilah 

peristiwa demi peristiwa, yang akhirnya Lenin dan para pendukungnya berhasil 

menumbangkan pemerintahan sementara di bawah Krinsky. Kemudian ia 


membentuk pemerintahan baru, berdasarkan Komunisme. Sejak itulah berawal 

pemerintahan diktatorisme Lenin di Rusia. 

 

Para tokoh yang tidak sependapat dengan Lenin mendapat perlakuan keji dari 

Lenin. Mereka ini pada umumnya yaitu  pihak yang lebih berjasa 

dalamperjuangan untuk melahirkan revolusi Komunis itu, termasuk di dalamnya 

kelompok Trotsky dan kelompok Yahudinya. Akan tetapi, pemerintahan atheis 

baru menganggap adanya bahaya yang datang dari pihak yang sebelumnya 

merupakan pendukungnya yang lebih gigih. Nasib yang mereka terima 

kebanyakan berakhir di atas tiang gantungan, atau dibuang ke Siberia atau 

dipenjarakan. Nasib para tokoh Yahudi pada masa berikutnya, yaitu pada masa 

pemerintahan Stalin juga tidak jauh berbeda. Sebagian digantung atau dibuang 

ke Siberia, dan sebagian lagi dipenjarakan, seperti nasib Trotsky sendiri, 

Zenoviev, Kaminiev, Martinov, Yarfos, Kslarud, Martov dan tokoh Yahudi lainnya. 

Dengan kata lain, nasib buruk yang mereka terima justru datang dari seorang 

yang paling setia kepada ideologi yang mereka anut,...... Stalin. 


VI. RAHASIA DI BALIK PERANG DUNIA I 

 

A. Persiapan Perang 

 

Perang Dunia I meletus pada tahun 1914. Selama 4 tahun dunia banjir darah 

oleh tumbal peperangan. Peristiwa ini belum pernah terjadi dalam sejarah 

panjang ummat manusia, meskipun akan disusul dengan pertumpahan darah 

yang lebih mengerikan, yaitu terjadinya Perang Dunia II tahun 1945. Apakah 

akan menyusul perang dunia III, yang pasti akan lebih mengerikan? Wallahu 

a'lam. 

 

Tidak ada salahnya untuk menyinggung kembali peristiwa yang telah sama-

sama kita maklumi, yang akan mengawali terjadinya Perang Dunia I. Di sana 

terjadi perlombaan senjata yang belum pernah disaksikan oleh dunia 

sebelumnya. Senjata mematikan telah membanjiri negara di seluruh dunia. 

Kegiatan ini tentu mendatangkan uang besar-besaran bagi para pialang perang. 

Dunia terbelah menjadi berbagai persekutuan, yang saling menghadapkan 

senjata yang mereka miliki satu sama lain. Siapa yang merancang? Tidak lain 

mereka itu yaitu  para sesepuh Yahudi, atau jerat-jerat maut dari balik layar. 

Kenyataannya mereka bisa menentukan suhu situasi dunia pada saat itu. 

 

Dari uraian terdahulu kita bisa menyimak, bagaimana para sesepuh Yahudi 

mempersiapkan diri untuk menyambut abad ke 20. Mereka telah mempersiapkan 

pemerintah negara-negara Erpoa, aliran politik yang dianutnya, dan angkatan 

bersenjatanya telah dipersiapkan untuk menimbulkan terjadinya perang, atau 

minimal untuk menerima pemikiran tentang perang itu. Setelah itu, di satu sisi 

para sesepuh Yahudi membentuk opini umum Eropa dan dunia pada umumnya. 

Lalu di sisi lain, mereka menindas pemimpin yang berani menghadang jalan 

yang sedang ditempuh oleh Konspirasi. Para tokoh itu yaitu  para pembaharu 

yang berpegang pada undang-undang yang sah di negaranya, dan memiliki 

wibawa yang memungkinkan mereka menghalangi program yang telah 

dirancang oleh Konspirasi. Apalagi jika tokoh-tokoh itu secara terbuka 

menyatakan perang terhadap mereka, dan tidak bisa digoyahkan dengan 

propaganda yang menyesatkan. Tokoh-tokoh seperti itulah yang merupakan 

ancaman bagi Konspirasi. 

 

Kita akan menyajikan krisis politik yang besar, dan pertikaian sekitar wilayah 

jajahan pada awal abad ini, yang membuat kita bingung. Dengan adanya krisis 

tersebut, dunia terbelah menjadi berbagai kelompok persekutuan dan blok-blok 

yang memporak-porandakan Eropa. Masing-masing pihak siap menyerang 

lawannya, seperti yang telah ditulis secara rinci oleh sejarah umum, atau yang 

diajarkan di sekolah. Di sini, kita akan mengungkap dari sisi lain, yaitu dari sisi 

analitis. 

 

Sekuensi peristiwa demi peristiwa sejarah sendiri telah menjadi jawaban jelas, 

yang sebelumnya merupakan teka-teki besar yang terjadi awal abad ini, hingga 

pecah perang Dunia I. Secara ringkas peristiwa itu telah mengakibatkan hal-hal 

berikut : 

 

1) Menghilangnya sejumlah pemimpin besar yang berkepribadian reformis 

dari arena percaturan politik Eropa. 

 

2) Dampak kuat yang mewarnai opini umum di Eropa, sehingga menjalar ke 

seluruh dunia. 

 

Adapun peristiwa-peristiwa di atas yaitu  

 

1) Terbunuhnya Raja Austria tahun 1899. 

 

2) Pembunuhan Omirito, Raja Italia tahun 1900. 

 

3) Pembunuhan William McKinley, Presiden Amerika yang ke 25 tahun 1901, 

yang kemudian diganti oleh Theodore Roosevelt dengan bergelar 

Roosevelt I. 

 

4) Pembunuhan Prince Sergey, paman Czar sendiri tahun. 1905. 

 

5) Pembunuhan Raja Portugal dan putra mahkotanya tahun 1908. 

 

6) Peristiwa demi peristiwa itu disusul kemudian dengan pembunuhan putra 

mahkota kerajaan Austria bersama permaisurinya di kota Sarajevo 

Yugoslavia tahun 1914. 

 

Rentetan peristiwa itu sebenarnya mengungkapkan hakikat peristiwa itu sendiri. 

Di sini kita bisa menganalisa sepintas tentang peristiwa itu, dan sekuensi waktu 

kejadiannya, yang jelas tercium berbau rancangan terselubung, serta perbedaan 

lokasi kejadian peristiwa itu secara geografis. Kita tidak akan ragu lagi, bahwa 

peristiwa itu bukan terjadi hanya karena faktor kebetulan. Di sana terdapat ulah 

tangan-tangan dari balik layar, yang bisa dirasakan dengan jelas di berbagai 

tempat. 

 

B. Perang dan Layar Politik 

 

Perdana Menteri Inggris pada saat meletusnya Perang Dunia I yaitu  Herbert 

Henry Asquith. Ia yaitu  seorang politikus Inggris moderat yang disegani, 

lantaran kebijakan politiknya yang ditujukan untuk kepentingan nasional kerajaan 

Inggris. Ia terkenal sebagai Perdana Menteri Inggris yang sangat memusuhi 

gerakan Zionisme. Oleh sebab itu, Konspirasi bertekad untuk 

menumbangkannya, dan menggantinya dengan pasangan tiga serangkai, terdiri 

dari tokoh-tokoh loyal kepada organisasi Zionisme. Mereka yaitu  David Lloyd 


George, Arthur Balfour dan Winston Churchill. Namun untuk menumbangkan 

pemerintahan Asquith ternyata tidak mudah. Inggris masih berada dalam 

keadaan perang, sehingga tidak ada kesempatan yang tepat untuk mengadakan 

manuver politik secara wajar. Di samping itu, mengganti kabinet di saat perang 

akan menimbulkan benturan keras, dan mencemarkan opini umum Inggris yang 

punya semboyan "Do not change your horse during the war" (jangan mengganti 

kudamu di saat perang). pihak Konspirasi tidak hanya bertujuan mengganti 

Asquith beserta pemerintahannya, melainkan mengganti badan-badan terpenting 

dalam struktur negara secara menyeluruh. Ini berarti menghancurkan struktur 

lama dan menggantinya dengan struktur baru. 

 

Roda Konspirasi berputar pelan penuh kewaspadaan. Gerakan di bawah tanah 

diberitahu untuk menghancurkan struktur pemerintahan dan sosial yang ada, 

sesuai dengan program yang diinstruksikan oleh Kekuatan Terselubung. Mereka 

merintis jalan untuk mengantar Churchill, Balfour dan Lloyd George menduduki 

tampuk kekuasaan. Senjata yang mereka pakai yaitu  sama, seperti yang 

dipakai dalam rancangan revolusi Perancis dan Rusia, yaitu serangan 

propaganda yang luas, dan skandal gosip serta demoralisasi besar-besaran. 

 

Rencana ini dilaksanakan dengan sangat hati-hati, sesaat setelah pecahnya 

perang, agar tidak mengundang perhatian. Seorang agen Konspirasi yang 

merupakan salah seorang milyuner Inggris menyewa gedung besar di suatu 

daerah pinggiran London. Gedung ini dengan biaya besar diubah menjadi 

sebuah klub mewah dan megah yang menimbulkan kesan aristokratik. 

Penanggungjawab klub tersebut bisa meyakinkan para pejabat kerajaan, bahwa 

klub itu didirikan dengan tujuan mengungkapkan salah satu bentuk patriotisme, 

dan sebagai penghargaan yang dipersembahkan kepada para perwira angkatan 

bersenjata dari medan tempur, saat  mereka datang ke London untuk berlibur 

dan beristirahat. Pemerintah tidak segan lagi memberi dukungan dan fasilitas 

atas usaha 'mulia' seperti itu. Akan tetapi, dibalik itu semua, yang semula 

dikatakan bahwa anggota klub hanyalah para perwira tinggi, berkembang 

menjadi terbatas pada orang-orang penting dengan lebih dulu disumpah dan 

diketahui identitas pribadinya, sebagai syarat untuk menjadi anggota. 

 

Adapun kehidupan yang beredar dalam klub berkisar pada masalah minuman 

keras, wanita dan perjudian dengan segala bentuk kemaksiatan bagi kalangan 

atas masyarakat Inggris. Para pengelola klub berhasil menjaring sejumlah besar 

wanita dan gadis-gadis kelas atas ke dalam klub dengan berbagai cara. Pada 

suatu senja di bulan November 1916 terjadi suatu peristiwa yang unik. Seorang 

menteri pemerintah Inggris mendapat surat yang isinya memohon, agar ia 

berkenan menghadiri sebuah acara yang akan diadakan oleh klub itu. Sang 

menteri memenuhi undangan itu dengan mobil khusus. Sopirnya disuruh 

menunggu di luar. Seorang penyambut mengantarnya masuk ke dalam, dan 

tibalah ia di sebuah ruangan remang-remang. Ia ditinggal sendirian oleh 

penyambutnya. Sesaat kemudian datanglah seorang wanita muda dengan 

busana sangat minim yang segera menggandeng sang menteri. Betapa terkejut 


wanita itu setelah tahu, bahwa yang digandeng itu yaitu  suaminya sendiri. 

Sementara itu, sang menteri juga sangat terkejut dan marah bukan kepalang. 

 

Seorang pengawas klub segera mendatangi sang menteri dan memperlihatkan 

daftar hitam mengenai istrinya, bahwa istrinya telah lama bergabung dalam klub 

itu. Sang istri pun tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali berusaha menutupi aib 

keluarganya dengan meninggalkan tempat itu dengan penuh kecewa. Sang 

menteri baru menyadari, bahwa klub itu tidak lain yaitu  perangkap yang 

sengaja dipasang oleh kekuatan terselubung. Daftar hitam itu yaitu  kumpulan 

data milik klub dari anggota pria maupun wanita, usaha terselubung dari 

Konspirasi. Tidak jarang hal-hal semacam itu sengaja diangkat dalam media 

massa, disertai komentar provokatif, sehingga opini umum segera menyebar 

luas mengenai kebobrokan kalangan atas di pemerintahan. Sementara itu 

Inggris masih terlibat dalam perang besar yang mengorbankan ribuan putra 

putranya. 

 

Pada bulan November 1916 seorang anggota parlemen mengucapkan pidato 

dengan mengecam keras dan terbuka masalah klub ini. Ia menuntut agar 

pemerintah segera mengambil langkah penyelidikan secara tuntas. Ia mendapat 

informasi lengkap tentang kegiatan klub itu dari tiga orang perwira angkatan 

darat Inggris, yang sebelumnya pernah mendukung berdirinya klub itu, setelah 

mempertimbangkan tujuan baik yang tercantum dalam proposal. Ketiga perwira 

tergiur dan akhirnya terperangkap di dalamnya tanpa sadar. Data-data mengenai 

belang mereka telah tercatat oleh para pengawas klub. pihak klub juga berusaha 

menggali informasi tentang rahasia militer dari ketiga perwira dengan cara 

pemerasan. Namun mereka bertiga tetap tidak menyerah setelah yakin, bahwa 

klub itu merupakan sarang mata-mata musuh. Selain itu, ketiga perwira tersebut 

juga memberitahukan kepada anggota parlemen itu, bahwa di sana terdapat 

seorang wanita terkenal dari Australia yang tidak disebutkan namanya, beserta 

seorang sopir dari London, sejumlah istri dan gadis-gadis anak beberapa tokoh 

politik dan pemerintah, yang terlibat sebagai anggota klub. pihak pemerintah 

tidak segera bisa menjernihkan masalah, karena negara dalam keadaan perang. 

Apalagi beberapa catatan hitam telah sempat bocor ke dalam parlemen, dan 

beberapa surat kabar telah memuat berita hangat tentang skandal yang 

melibatkan beberapa tokoh politik, sehingga membentuk opini umum yang luas. 

Tidak lama kemudian media massa yang dikuasai oleh Konspirasi mulai 

menyerang pemerintah Asquith dan berbagai kementeriannya, dengan memuat 

nama mereka yang dilingkari dengan tanda tanya besar mengarah kepada 

tuduhan. Pribadi Asquith pun tidak luput dari serangan tuduhan. Ia dituduh punya 

hubungan lama dengan beberapa penguasa Jerman, pada masa sebelum 

perang, di samping memberi dukungan kepada Kaisar Jerman Guillaume. 

Sementara itu, gerakan bawah tanah menyebar data-data dan dokumen dari 

daftar hitam tentang kebejatan moral para tokoh politik dan pemerintahan 

Asquith yang telah terjaring dalam klub. Tujuannya tentu saja untuk membentuk 

opini umum, persis seperti yang terjadi menjelang revolusi Perancis. Posisi 

Asquith dan pemerintahannya makin terjepit. Tak ada jalan lain baginya, kecuali 


mengundurkan diri bersama pemerintahan kabinetnya hanya sebulan berselang, 

setelah berita skandal moral diangkat ke atas permukaan, tepatnya pada bulan 

Desember 1916. Kemudian Asquith digantikan oleh pemerintahan tiga serangkai, 

yaitu Lloyd George sebagai perdana menteri, Balfour sebagai menteri luar 

negeri, dan Churchill sebagai menteri pertahanan. 

 

Data seperti di atas juga dialami oleh penulis buku ini (Admiral William Guy Karr), 

yang ia sendiri yaitu  salah satu agen rahasia Inggris berpangkat admiral yang 

memiliki pengalaman khusus dalam dunia rahasia. Ia mengatakan : 

 

"Aku pernah bertugas dalam berbagai operasi sebagai perwira agen rahasia 

selama perang Dunia I. Aku merasa berkewajiban untuk mengatakan hakikat 

yang sebenarnya tentang ekor peristiwa menyedihkan yang menimpa ketiga 

perwira angkatan bersenjata Inggris tadi. Aku sangat terkejut dan hampir tidak 

percaya, saat  aku mendapat sebuah laporan mengenai klub itu dan 

keterlibatan ketiga perwira tersebut dalam sebuah pertikaian tajam. Mereka 

bertiga telah dicantumkan dalam catatan militer Inggris, bahwa mereka bertiga 

telah terbunuh dalam sebuah operasi militer, sedang wanita Australia tadi 

bersama sopirnya ditangkap dan ditahan selama masa perang. Ia dikeluarkan 

setelah perang usai tanpa diajukan ke pengadilan, dengan dalih berdasarkan 

undang-undang darurat perang kerajaan. Anggota parlemen yang telah 

membeberkan rahasia skandal itu tiba-tiba menghilang dari arena politik tanpa 

meninggalkan alasan sedikit pun. Datanglah giliranku pribadi, setelah aku bisa 

mengetahui secara mendalam tentang rahasia itu. Aku ditugaskan oleh 

pemerintah Lloyd George dalam operasi militer di kapal selam. Dengan kata lain, 

aku dimutasikan dari dinas inteligen ke bidang persenjataan kapal selam pada 

jajaran angkatan laut Inggris. Selama operasi, kami kehilangan 33% perwira 

yang bertugas. Aku termasuk salah satu orang yang selamat, berkat keajaiban 

belaka." 

 

Dari pengalaman penulis buku ini sendiri tampak jelas, bagaimana kebijakan 

yang ditempuh oleh pemerintahan tiga serangkai di Inggris waktu itu, dalam 

usahanya membunuh orang-orang yang dianggap membahayakan kepentingan 

kekuasaan terselubung. Sedang kaki-tangan mereka diselamatkan dengan cara 

seolah-olah dipenjarakan, untuk mengelabui masyarakat umum, seperti nasib 

wanita Australia dan sopirnya itu. Ada dalang yang memainkan wayang tiga 

serangkai dari balik layar. 

 

C. Zionisme Mencekik Inggris 

 

1. Rahasia di balik masalah Palestina 

 

Setelah Asquith dan pemerintahannya jatuh, Konspirasi bisa menempatkan Tiga 

Serangkai Lloyd George, Balfour dan Churchill untuk memerintah Inggris. 

Berubahlah perimbangan kekuatan dunia. Amerika tiba-tiba melibatkan diri dan 

memihak Inggris dalam perang melawan Jerman pada pertengahan tahun 1917, 


tiga tahun setelah perang pecah selama masa itu masing-masing pihak dalam 

keadaan seimbang. Amerika sebenarnya tidak punya kepentingan apa-apa 

dalam perang ini, meskipun negara itu harus mengorbankan ribuan putra 

terbaiknya, dan mengeluarkan jutaan dolar. Publik opini Amerika menunjukkan, 

bahwa mayoritas penduduknya menolak keterlibatan negaranya dalam perang 

itu. Sebenarnya bangsa Amerika masih memandang bangsa Eropa, khususnya 

Inggris, dengan mata kebencian dan kewaspadaan. Mereka belum bisa 

melupakan perang melawan penjajah Inggris itu. Akan tetapi, di sana ada faktor 

baru, yaitu gerakan Zionisme yang sepenuhnya mengendalikan pemerintah 

Inggris, dan juga pengaruhnya yang sangat kuat di Amerika. Maka opini publik 

Amerika bukanlah satu-satunya pertimbangan yang menentukan kebijakan 

pemerintahnya. Faktor baru itu didukung oleh adanya berbagai bentuk hubungan 

yang dilakukan dari balik layar. Dan yang paling menonjol yaitu  hubungan 

Rothschild dengan menteri luar negeri Inggris Arthur George Balfour, dan 

hubungan Balfour bersama Lord Reading dari satu sisi dan dari sisi lain dengan 

perusahaan Cohen-Lobe di New York, yang mewakili kelompok pemilik modal 

internasional di Amerika. Hubungan terakhir dilakukan secara resmi, saat  

pemerintah Inggris mengutus menteri luar negerinya Balfour pada 5 April 1917, 

untuk mengadakan pertemuan dengan kelompok Cohen-Lobe beserta para wakil 

perusahaan monopoli yang tergabung dalam Cohen-Lobe itu. Balfour 

menyampaikan secara resmi atas nama pemerintahnya, bahwa pemerintah 

Inggris akan mendukung proyek yang mengacu pada terwujudnya Zionisme 

politik, sebagai imbalan atas kesediaan mereka mendukung keterlibatan Amerika 

ke dalam perang memihak Inggris. Demikianlah kedua belah pihak telah sepakat 

dan kemudian benarbenar melaksanakan. Tepat pada tanggal 7 Juni 1917 

pasukan Amerika pertama tiba di Eropa. Sedang Inggris sesuai dengan 

perjanjian tersebut melaksanakan langkah bagi terwujudnya Zionisme politik. 

 

2. Deklarasi Balfour 

 

Kita kembali kepada masalah hubungan pertama antara Rothschild dan Balfour. 

Tanggal 18 Juli 1917 Lord Rothschild yang mewakili cabang Rothschild and 

Brothers menulis surat kepada Balfour yang isinya : 

 

"Sesuai dengan pernyataan yang anda minta, kami menulis surat ini kepada 

Anda. Kalau Anda sudah mendapat wewenang tertulis dari pemerintah baginda 

Raja yang berisi pemberitahuan tentang pernyataan yang kami maksudkan 

kepada pemerintah, dan Anda sendiri menyambut baik tentang pernyataan itu, 

kami akan menyampaikannya kepada persatuan Gerakan Zionisme dalam 

sebuah pertemuan yang akan diadakan khusus untuk membicarakan masalah 

itu." 

 

Ttd. 

Lord Rothschild 

 


Adapun bunyi teks pernyataan yang diminta oleh Lord Rothschild, yang telah 

disetujui oleh pemerintah kerajaan Inggris yaitu  yang kelak menjadi deklarasi 

Balfour, yang isinya : 

 

1) Pemerintah kerajaan Inggris menyetujui prinsip mengenai berdirinya 

sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di bumi Palestina. 

 

2) Pemerintah kerajaan Inggris akan mengupayakan dengan segala 

kepastian yang dimilikinya untuk mendukung tercapainya tujuan ini. 

Pemerintah kerajaan Inggris juga akan membicarakan cara dan sarana 

yang dibutuhkan oleh organisasi Zionisme untuk mewujudkan tujuan 

tersebut.   

 

Demikianlah sikap pemerintah kerajaan Inggris di bawah Perdana Menteri Lloyd 

George, yang diwakili oleh menteri luar negerinya Arthur George Balfour, yang 

bertekuk lutut tanpa syarat kepada arsiteknya. Bahkan pemerintah Inggris tidak 

menawar sama sekali persyaratan yang diajukan oleh Lord Rothschild dan 

kawan-kawannya dari organisasi Zionis. Bukti lain yang menunjukkan adanya 

hubungan pemerintah Lloyd George dengan tokoh-tokoh Zionis yaitu  

disetujuinya tuntutan mereka yang lain. Yaitu tuntutan untuk memilih Lord 

Reading sebagai kepala perutusan ekonomi Inggris di Amerika Serikat. Padahal, 

Lord Reading itu tidak lain yaitu  seorang Yahudi yang menyamar. Nama 

aslinya yaitu  Sir Roefoss Isac, yaitu orang yang tersangkut skandal Marcony 

yang terkenal itu, sebelum mendapat gelar Lord. Pemerintah Inggris memberi 

gelar itu kepadanya dengan maksud, agar skandal yang telah menjatuhkan 

namanya itu akan terkubur dalam ingatan orang. Dan pemerintah Inggris 

terpaksa memilihnya untuk menduduki posisi rawan itu, karena desakan dari 

Lord Rothschild dan kawannya seperti Sir Herbert Samuel, yang kelak menjadi 

komisioner tertinggi Inggris di Palestina, dan Sir Alfred Mond, yang kelak juga 

mendapat gelar Lord. 

 

Sementara itu, Lord Reading telah mengadakan pembicaraan rahasia dengan 

pemerintah Amerika Serikat mengenai masalah keuangan, yang tidak seorang 

pun bisa mengungkap. Hasil dari pembicaraan itu baru bisa dilihat dari tinjauan 

kembali tentang struktur Bank Inggris, berdasarkan sistem baru setelah tahun 

1919, yang kemudian muncul hubungan keuangan besar-besaran antara kedua 

negara. Di bawah ini yaitu  kutipan beberapa kalimat dari sebuah surat yang 

dikirim oleh Yacob Sheiff, seorang tokoh Yahudi yang mewakili perusahaan 

Cohen-Lobe di New York kepada salah seorang pimpinan organisasi Zionisme 

bernama Freedman pada bulan September 1917 sebagai berikut : 

 

"Saya benar-benar yakin sekarang, bahwa jaminan yang diberikan oleh Inggris, 

Amerika dan Perancis kepada kita telah memungkinkan dimulainya imigrasi 

besar-besaran bagi bangsa kita ke tanah Palestina. Jalan akan terbuka kelak 

untuk menempatkan jaminan dari negara-negara besar mengenai kemerdekaan 

bangsa kita, yaitu saat  bangsa kita di sana telah mencapai jumlah yang cukup 

untuk bisa dijadikan alasan bagi tuntutan seperti itu." 


Bukti-bukti seperti itu rasanya cukup jelas untuk membuka tirai yang menutupi, 

siapa sebenarnya Kekuatan Terselubung yang menguasai perjalanan sejarah 

bangsa-bangsa dari balik layar. Itu memperjelas, bahwa Zionisme bukanlah 

suatu gerakan yang lahir dari 'rahim kebetulan.' Ia merupakan anak dari sebuah 

program jangka panjang, yang dibentuk oleh perkumpulan pemilik modal 

internasional dengan tujuan menguasai seluruh dunia dengan kekayaannya. 

Berikut ini diketengahkan beberapa data lain yang bisa melengkapi bukti-bukti 

yang lalu, yang bisa dijadikan bahan tambahan untuk meneropong beberapa sisi 

misterius dari pengaruh Kekuatan Terselubung dan Zionisme di Inggris. 

 

Pada tanggal 28 Januari 1915 Perdana Menteri Asquith menulis dalam buku 

hariannya beberapa baris catatan berikut : 

 

"Saya menerima catatan khusus dari Herbert Samuel dengan judul Masa Depan 

Palestina. Dia menyangka, bahwa kami mampu menempatkan sebanyak 3 

sampai 4 juta bangsa Yahudi Eropa di bumi Palestina. Gagasan semacam ini 

bagi kami seperti kumpulan cerita mengenai perang salib baru. Saya 

menunjukkan kebencianku terus perang terhadap program dan gagasan yang 

akan menambah beban tanggungjawab kami ..... dan seterusnya." 

 

Catatan tersebut menunjukkan bukti kuat mengenai sikap Asquith terhadap 

Zionisme dan Konspirasi internasional. Tidak bisa diragukan lagi, bahwa sikap 

benci Asquith dan pemerintahannya menyebabkan pihak Konspirasi mengambil 

langkah-langkah baru untuk menumbangkan Asquith. Bahkan juga akan 

mendongkel sistem pemerintahan Inggris yang ada pada saat itu. Memang 

benar, bahwa para pemilik modal sejak lama telah menguasai beberapa pabrik 

senjata di Inggris. Pada saat para perancang program Konspirasi 

mengumumkan perang terhadap Asquith yang menentang Zionisme, Inggris tiba-

tiba dihadapkan pada krisis dahsyat di bidang produksi kimia sebagai bahan 

dasar bagi industri senjata perang dan amunisi. Direktur produksi bahan kimia di 

Inggris saat  itu yaitu  seorang Yahudi bernama Sir Frederick Nathan. Ia 

memberikan tender bahan-bahan kimia kepada perusahaan Browner-Mond 

dengan kredit besar dari pemerintah sebagai bantuan. Sedang pemilik 

perusahaan itu tidak lain yaitu  dua orang pengusaha Yahudi terkenal, yaitu 

Browner dan Mond itu sendiri yang diambil sebagai nama perusahaannya. 

Kemudian perusahaan itu membangun pabrik kimia raksasa di kota Silvertown 

dengan biaya dari bantuan kredit pemerintah itu. saat  pabrik ini mulai 

memproduksi bahan-bahan kimia, kebutuhan bahan kimia pemerintah segera 

bisa diatasi. Pada saat itu media massa yang kebanyakan telah dikuasai oleh 

Konspirasi segera menyanjung keberhasilan Browner dan Mond sebagai patriot 

yang dibanggakan Inggris. Pada saat negara sedang dikepung oleh ancaman 

krisis persenjataan, mereka tampil sebagai juru selamat. Sedang kecaman 

pedas dibebankan kepada pemerintah. Tidak lama kemudian, setelah proyek 

Silvertown beroperasi, terjadi ledakan dahsyat yang menghancurkan pabrik 

tersebut beserta 800 rumah di sekitarnya. Akibatnya, produksi bahan kimia 


macet dan kembali pula krisis mengancam pemerintahan Asquith. Sedang para 

pahlawan palsu beserta para perancangnya telah selamat dari kecaman, dan 

mendapat sanjungan serta pujian. 

 

Sebagai penutup perlu kita ingatkan, bahwa Mond yang bergelar Sir Alfred Mond 

itu, yang kemudian menjabat pengawas produksi bahan kimia Inggris, di 

samping sebagai wakil pemerintah dalam produksi persenjataan di kerajaan itu 

yaitu  kelak menjadi kepala perwakilan Yahudi di Palestina. 

 

Telah kita ketengahkan peristiwa yang terjadi berturut-turut, hingga jatuhnya 

pemerintahan Asquith, yang kemudian digantikan oleh pemerintahan tiga 

serangkai, yaitu Lloyd George, Balfour dan Churchill. Kemudian menyusul 

berbaliknya perimbangan kekuatan dalam Perang Dunia I, setelah Balfour 

mengadakan kunjungan ke New York untuk menghubungi para pemilik modal 

internasional. Mungkin timbul pertanyaan di benak kita mengenai sebab yang 

memaksa menteri luar negeri Inggris harus pergi ke New York untuk 

menghubungi mereka. Padahal, kelompok Rothschild punya pusat kegiatan di 

London, sebagaimana beberapa kali telah kita singgung. Untuk menjawab 

pertanyaan seperti itu, kita bisa melihat Encyclopedia Yahudi mengenai gerakan 

Zionisme sebagai berikut :  

 

"Perang Dunia I telah memaksa pusat organisasi Zionisme di Berlin berpindah ke 

New York. Seluruh kekuasaan dan wewenang diserahkan kepada Komite 

Darurat Zionisme di bawah pimpinan seorang jaksa agung Amerika L.B. 

Brandes." 

 

Dalam kaitan ini, seorang penulis berkebangsaan Inggris mengatakan dalam 

bukunya berjudul Waters Flowing to the East halaman 51 : 

 

"Sejak itu, yaitu perpindahan pusat Zionisme dari Berlin ke Amerika, 

pengaruhnya tampak makin bertambah besar dalam kehidupan politik di Amerika 

dan Eropa. Perwakilan imigrasi Yahudi telah berubah menjadi kekuatan yang 

mampu mengirimkan dana dan informasi penting kepada kelompok sabotase di 

setiap negeri di dunia."  

 

Kemudian seorang pengamat Amerika dalam bidang peperangan M. 

Harrisburger menambahkan dalam bukunya My Experiences in the First World 

War halaman 145-146: 

 

"Perusahaan milik orang Yahudi, Eliyans telah mentransfer uang sebesar 

700.000 Franc Perancis pada 16 Maret 1916 kepada The Grand Eastern Lodge 

di Paris, dan kepada The Grand Eastern Lodge di Roma sebesar 1 juta Lira Italia 

pada tanggal 18 Maret tahun yang sama. Hal ini telah tercatat dalam dokumen 

perkumpulan itu. Tidaklah keliru, kalau kita meragukan, bahwa uang sebesar itu 

hanya untuk dibagikan kepada orang-orang Yahudi miskin. Jumlah itu sangat 

besar waktu itu. Di sana pasti ada tujuan lain." 


 

Kita kembali lagi meneropong peristiwa keji yang mengakibatkan Konspirasi 

Zionisme berhasil menguasai Inggris sepenuhnya. Dalam periode ini 

digambarkan oleh seorang penulis Inggris A.N. Field dalam bukunya That's all 

Things halaman 4 sebagai berikut : 

 

"Demikianlah pengaruh Yahudi tampak jelas setelah Lloyd George memegang 

kendali pemerintahan." 

 

Pertemuan pertama yang diadakan oleh komite politik organisasi Zionisme, 

setelah Lloyd George memegang kendali kekuasaan dilaksanakan 7 Februari 

1917 di kota London. L. Fray dalam bukunya Waters Flowing to the East 

halaman 55 mengatakan : 

 

"Pertemuan pertama yang diadakan oleh Komite politik organisasi Zionisme 

yaitu  tanggal 7 Februari 1917 di rumah kediaman Moshe Gaster di London, 

dihadiri oleh : 

 

1) Lord Rothschild, kepala Rothschild and Brothers cabang London, dan 

James Rothschild putra Edmond De Rothschild, kepala cabang 

Perancis untuk kelompok Rothschild and Brothers, dan kepala Dewan 

Pemukiman Yahudi yang mewakili Rothschild di Palestina. 

 

2) Sir Mark Sykes, yang rumah tinggalnya terletak di distrik Ballingham 

Guinness London, yang merupakan pusat gerakan Zionisme di Inggris, 

 

3) Sir Herbert Samuel, yang kelak menjadi komisioner Tinggi Inggris pertama 

di Palestina dan koordinator imigrasi Yahudi di wilayah itu. 

 

4) Herbert Pantowich, yang kelak menjadi gubernur jenderal di Palestina. 

Dialah orang yang bertanggung jawab dalam bidang hukum dan undang-

undang serta pelaksanaannya di Palestina. 

 

5) Harry Sasheer 

 

6) Joseph Cowen 

 

7) Haim Weisman, seorang ketua Zionisme politik terbesar. 

 

8) Nachom Sokolov, penanggungjawab dalam bidang propaganda yang 

kelak menulis buku The History of Zionisme. 

 

Topik utama yang dibahas dalam pertemuan itu yaitu  strategi yang akan 

dipakai sebagai landasan pijak dalam perundingan resmi, yang akan 

menentukan perjalanan nasib Palestina, Armenia dan Irak. Seorang politikus 

Amerika Jeffrey menambah informasi mengenai pertemuan itu dalam sebuah 

komentarnya yang ia sajikan kepada pihak organisasi Zionis di Amerika Serikat 

sebagai berikut : 

 

"Saya menyampaikan rincian hasil pertemuan ini kepada organisasi Zionisme di 

Amerika. Kemudian sejak itu, mereka mencampuri urusan dalam negeri Inggris, 

dan mengarahkan pemerintahan Lloyd George dalam masalah penting yang 

menjadi bidangnya." 

 

Selanjutnya kita perlu mengukur, sejauh mana penyusupan Zionisme ke dalam 

pemerintahan Inggris pada saat itu diatur. Berikut ini beberapa pengakuan 

seorang tokoh Yahudi Samuel Landman yang dibeberkan sendiri kelak dalam 

bukunya Yahudi Internasional, diterbitkan di London tahun 1926 sebagai berikut : 

 

"Setelah persetujuan ditandatangani oleh Sir Mark Sykes dan Haim Weizman 

serta Sokolov, mereka sepakat untuk mengirim sepucuk surat kepada jaksa 

agung Amerika Serikat L.D. Brandes, yang sekaligus juga kepala Komite 

Organisasi Zionisme di New York, untuk memberitahukan, bahwa pemerintah 

Inggris telah menyetujui untuk membantu orang-orang Yahudi dalam merebut 

Palestina dari tangan bangsa Arab. Imbalannya, persatuan Yahudi internasional 

bersedia bersekutu dengan Inggris, dan Zionisme di Amerika bersedia mendesak 

pemerintah Amerika untuk bergabung dengan sekutu. Pada saat itu, Amerika 

belum melibatkan diri dalam perang. Kemudian gerakan Zionisme di Amerika 

meniupkan arus kuat untuk mendukung dan menekan pemerintah Amerika agar 

terlibat dalam perang memihak Inggris. Ini membuat kekuatan Inggris menjadi 

unggul sesaat ." 

 

"Kami mengirimkan surat serupa kepada jenderal Mac. Donaff, komandan 

angkatan darat Inggris. Dr Weizman sejak itu telah menjadi orang yang punya 

pengaruh besar, sehingga memungkinkan ia mengadakan hubungan langsung 

dengan jenderal Mac. Donaff, dan bisa mencampuri urusan militer. Ia berhasil 

memperoleh hak pembebasan 6 orang pemuda Yahudi dari dinas wajib militer. 

Padahal, negara masih dalam keadaan perang. Dr Weizman berhasil 

memperoleh pembebasan mereka dari dinas wajib militer, karena alasan yang 

ada hubungannya dengan kepentingan utama bagi negara."  

 

"Adapun kepentingan utama yang dimaksud tidak lain yaitu  mendirikan kantor 

khusus untuk gerakan Zionisme, langsung di bawah pimpinan Weizman. Sedang 

ke 6 pemuda itu yaitu  saya sendiri dan 5 kawan lainnya, di antaranya Harry 

Sasheer, seorang anggota Komite politik organisasi Zionisme. Pemerintah baru 

di bawah pimpinan Lloyd George, Balfour dan Churchill menganggap organisasi 

Zionisme sebagai kawan dan sekutunya. Kantor-kantor perwakilan kita 

mendapat perlakuan istimewa dalam pelayanan urusan paspor untuk beberapa 

orang tertentu, transportasi dan pendanaan. Sebagai contoh, kami sendiri bisa 

menguruskan dokumen-dokumen perjalanan untuk seorang Yahudi 

berkebangsaan Turki Utsmani, karena ia yaitu  kawan kami sendiri. 

Kementerian dalam negeri Kerajaan Inggris dengan mudah memberikan 


berbagai fasilitas, meskipun kerajaan Turki pada saat itu sedang berperang 

melawan Inggris. Setiap warga Turki Utsmani dianggap musuh." 

 

Demikianlah sebagai penutup bab ini, kita bertambah yakin, bahwa langkah 

pertama dan paling utama yang ditempuh oleh pemerintah tiga serangkai yaitu , 

bahwa politik negaranya (Inggris) akan mendukung program Rothschild untuk 

mendirikan sebuah negara bagi bangsa Yahudi di bumi Palestina.


 

VII. DI BALIK PANGGUNG PERJANJIAN VERSAILLES 

 

Dalam sejarah sering terjadi kesalahan besar, adanya perjanjian dan pertemuan 

yang sering menimbulkan akibat buruk yang tidak diharapkan oleh berbagai 

negara. Sejarah belum pernah menyaksikan akibat yang lebih buruk daripada 

yang ditimbulkan oleh Perang Dunia I, yaitu perjanjian Versailles, yang buntutnya 

masih dirasakan oleh ummat manusia sampai kini. Perjanjian Versailles yang 

menandai berakhirnya Perang Dunia I sebenarnya merupakan bibit timbulnya 

Perang Dunia II. Perjanjian ini telah mencoreng wajah dunia secara keseluruhan. 

Dunia terkelompok menjadi wilayah jajahan, yang diistilahkan dengan kawasan-

kawasan pengaruh. Perjanjian Versailles juga melahirkan penjajahan baru 

dengan istilah yang menyesatkan, seperti pemerintah perwakilan, perlindungan, 

pendudukan, pembinaan, kawasan pengaruh, dan seterusnya. Timbullah 

berbagai pertikaian, pemberontakan, krisis macam-macam, yang diakibatkan 

oleh pengelompokan bangsa dan negara menjadi berbagai sekutu, yang pada 

akhirnya menumbuhkan bibit kekacauan di mana-mana, dan kecemburuan politik 

tak terhindarkan lagi. 

 

Sebagai akibat dari semua itu, situasi dunia makin buruk, setelah perjanjian 

Versailles dilaksanakan. Opini dunia mulai menyadari keburukan isi perjanjian 

Versailles itu sedikit demi sedikit. Tokoh politisi dunia dibantu oleh para ahli 

strategi terus mengamati perkembangan yang terjadi. Akhirnya mereka 

meletakkan tanda tanya besar di seputar perjanjian itu. Oleh sebab itu, kita akan 

mencoba mengungkap tabir yang menutupi hakikat yang melatarbelakangi 

perjanjian itu, agar kita bisa melihat hal-hal yang selama ini merupakan teka-teki. 

 

A. Kebencian Muncul di Jerman 

 

Para analis netral memberi komentar tentang perjanjian Versailles, bahwa para 

wakil dunia berbudaya sebenarnya tidak menandatangani isi perjanjian yang 

berisi penindasan, sebanyak penindasan yang diderita oleh bangsa Jerman, 

setelah perjanjian itu diberlakukan. Kebenaran ini terlihat dari sikap bangsa 

Jerman terhadap perlakuan yang mereka terima akibat diberlakukannya 

perjanjian itu beberapa hari setelah ditandatangani. Akibatnya, bangsa Jerman 

naik darah dan dendam, yang kelak berkembang menjadi bahan dasar pemikiran 

faham nasionalisme Aryan Jerman. Fenomena kebencian bangsa Jerman ini 

kelak melahirkan Hitler dan Nazisme, yang kemudian menyebabkan pecahnya 

Perang Dunia II. Kita perlu melihat kembali kerancuan bagaimana Perang Dunia 

I berakhir, agar kondisi yang mengelilingi penandatanganan perjanjian Versailles 

tanggal 11 November 1918 menjadi jelas. 

 

Permintaan untuk mengadakan gencatan senjata oleh komandan tertinggi 

angkatan bersenjata Jerman bukan berarti menyerah kalah. Peristiwa ini 

menimbulkan perbedaan pendapat yang sangat besar. Pasukan Jerman masih 

tetap kuat dan masih maju menghadapi musuh. Permintaan komandan tertinggi 


Jerman itu semata-mata disebabkan oleh adanya bahaya yang mengancam dari 

dalam negeri Jerman sendiri, yaitu bahaya pemberontakan Komunis yang timbul 

di bawah pimpinan seorang wanita Yahudi, Roza Luxemburg. 

 

saat  pimpinan pasukan Jerman sedang membicarakan masalah gencatan 

senjata dengan sekutu, ada peristiwa besar yang terjadi, yang perlu dicatat. 

Gerakan pemberontakan Komunis di bawah pimpinan Roza Luxemburg berhasil 

menyusup ke dalam tubuh angkatan bersenjata Jerman, khususnya ke dalam 

jajaran angkatan laut, yang selama itu menjadi incaran mereka. Pada awal tahun 

1918 tiba-tiba tersiar desas-desus di kalangan angkatan laut Jerman, bahwa 

panglima tertinggi angkatan bersenjata akan mengadakan serbuan bunuh diri 

dengan kapal perangnya secara besar-besaran terhadap armada angkatan laut 

Amerika, Inggris dan Perancis. Tujuannya ialah untuk melumpuhkan kapal-kapal 

sekutu, meskipun untuk itu Jerman akan kehilangan sebagian besar kapal 

perangnya. Setelah itu, Jerman akan mengadakan serangan udara di pantai-

pantai Inggris yang tidak terlindung oleh armada sekutu. Para penyebar kabar 

burung itu terus melakukan agitasi kasak-kusuk, dan mengadakan api 

pembangkangan dengan dalih, bahwa rencana serbuan gila seperti itu sama 

saja dengan bunuh diri secara konyol, dan akan mengakibatkan kehancuran 

fatal. Desas-desus itu terutama difokuskan pada bayangan yang mengerikan 

yang akan terjadi, apabila saat itu pesawat sekutu menjatuhkan bom-bom kimia 

paling modern terhadap pasukan Jerman. Maka nasib pasukan Jerman sudah 

bisa dibayangkan. 

 

Desas-desus itu mencapai puncaknya, saat  para agitator mengumumkan 

secara terbuka dari atas kapal Jerman, tentang satu-satunya jalan untuk 

menyelamatkan diri dari nasib yang bakal menimpa, apabila panglima angkatan 

bersenjata meneruskan rencana serbuan itu. Pada tanggal 3 November 

angkatan laut Jerman benar-benar mengeluarkan pernyataan pembangkangan 

terhadap panglima tertinggi angkatan bersenjata. Kemudian disusul oleh 

pembangkangan unit armada kapal selam pada tanggal 7 November, yang 

sedang berada dalam perjalanan menuju arah front Barat. Tiba-tiba tersiar 

desas-desus yang lain, bahwa mereka sedang berjalan pergi untuk melarikan diri 

dari misi serbuan bunuh diri yang didesas-desuskan itu. Pada saat yang sama di 

Jerman terjadi kekacauan besar di berbagai pabrik amunisi dan senjata, yang 

menyebabkan macetnya produksi. Sejumlah orang keluar untuk 

menyebarluaskan tuntutan, agar Jerman menyerah kepada sekutu. 

Perkembangan selanjutnya makin bertambah kacau dan keruh, sehingga Kaisar 

Jerman terpaksa turun tahta pada tanggal 9 November 1918. 

 

Kemudian segera berdiri sebuah pemerintahan Republik Sosialis. Langkah 

pertama yang dilakukan yaitu  menandatangani gencatan senjata, hanya 

beberapa hari berselang kemudian, yaitu pada tanggal 11 November 1918. Akan 

tetapi, kerusuhan itu tidak juga kunjung reda. Bahkan kali ini banyak orang 

bertambah sengit menentang tokoh-tokoh Republik Sosialis. Roza Luxemburg 

telah memainkan kartu pentingnya, saat  ia mengajukan persyaratan kepada 


pemerintahan Republik Sosialis, untuk melepas angkatan bersenjata dan 

menggantikan panglimanya, sebagai imbalan untuk meredakan kerusuhan. 

Namun saat  Jerman tidak lagi mengandalkan pasukan regulernya yang mampu 

menumpas kerusuhan dan kekacauan, Roza Luxemburg beserta kelompoknya 

kembali memihak kaum republik sosialis dan bergabung kedalamnya. Kemudian 

mereka mengeluarkan pengumuman tentang revolusi di kota Berlin pada bulan 

Januari 1919, dan berhasil merebut kekuasaan bersama para pendukungnya, 

yang mayoritas yaitu  orang Yahudi. Namun revolusi ini sempat menimbulkan 

dampak ke luar yang tidak disangka-sangka. 

 

Di Moskow terjadi perpecahan tajam antara dua tokoh revolusi Komunis Rusia, 

yaitu Lenin dan Trotsky. Lenin menolak mentah-mentah membantu Roza 

Luxemburg, sedang Trotsky bersedia membantu dengan segala kekuatan yang 

dimiliki Uni Sovyet Rusia. Penolakan Lenin itu menjadi faktor penentu bagi 

perkembangan selanjutnya. Roza dan kawan-kawan Yahudinya menjadi terisolir. 

Sementara kaum nasionalis Jerman bangkit untuk menyerang Roza dan para 

pendukungnya. Mereka dikejar-kejar, dan terjadilah pembantaian besar-besaran 

atas orang Yahudi. Seorang kolonel muda dari angkatan bersenjata Jerman 

berhasil menangkap Roza beserta pembantu utamanya Karl Lickenht. Kemudian 

mereka berdua ditembak mati. Kebencian terhadap unsur semitik terus 

memuncak, karena mereka merupakan biang kerok yang telah merugikan 

Jerman dalam perang, dan timbulnya kerusuhan besar setelah itu. Rumah-

rumah yang dihuni oleh orang Yahudi dibakar, dan ratusan ribu orang Yahudi 

menemui ajal mereka, akibat dendam mendalam bangsa Jerman terhadap 

mereka. 

 

Sejak itu situasi di Jerman membuka pintu bagi fanatisme ras, dan 

menghidupkan kembali teori superioritas Aryanisme, atau dengan kata lain 

memunculkan Hitler dan Nazismenya. Inilah akibat peran buruk yang dimainkan 

oleh pemilik modal Yahudi internasional bagi bangsa Jerman, mulai dari 

angkatan lautnya, pabrik senjatanya dan perjanjian Versailles yang sangat 

memberatkan Jerman. Lenin sendiri pernah mengatakan, bahwa Roza 

Luxemburg yaitu  orang Yahudi yang bertanggungjawab atas gelombang anti 

semitik yang melanda Jerman. Konspirasi sebenarnya menemukan kondisi yang 

sesuai untuk menyulut api Perang Dunia II, setelah mereka lebih dulu 

merancang dan menciptakan situasi itu. Ini sesuai dengan pernyataan di atas, 

bahwa yang bertanggungjawab atas gelombang anti semitik di Eropa, dan 

perkembangan situasi yang terus memuncak menuju pertikaian senjata secara 

global yaitu  hasil ulah tangan kotor persekongkolan para pemilik modal Yahudi 

internasional sendiri. 

 

B. Masalah Palestina 

 

Setelah Konspirasi berhasil mencapai tujuannya di Jerman, sasaran berikutnya 

ditujukan kepada bumi Palestina. Mereka mengincar Palestina sebagai impian 

lama yang kini hampir tiba di ambang pintu. Sebagaimana telah kita singgung 

terdahulu, bumi Palestina akan dijadikan poros bagi program dan titik pemusatan 


kegiatan internasional bagi Konspirasi. Hal ini bisa dimaklumi, karena Palestina 

yaitu  pusat terpenting wilayah Timur Tengah dan Timur Dekat. Secara 

geografis, Palestina merupakan jalur penghubung antara tiga benua, yaitu Afrika, 

Eropa dan Asia. Di samping itu, kekayaan emas hitam yang terdapat di wilayah 

itu merupakan kebutuhan dunia dalam jumlah melimpah. Dengan demikian, 

politik Zionisme telah meletakkan dua sasaran yang hendak dicapai untuk 

menuju ke Palestina, yaitu : 

 

1) Memaksa negara di dunia untuk mengakui negara nasional bagi bangsa 

Yahudi di Palestina, yang kemudian akan dijadikan pusat kegiatan 

Konspirasi untuk meletakkan memprakarsai Perang Dunia III. 

 

2) Menguasai seluruh sumber kekayaan alam yang terdapat di wilayah itu. 

Berikut ini diketengahkan tahapan program kerja yang akan dijadikan 

landasan bagi pelaksanaannya. Langkah pertama, mereka mengeluarkan 

deklarasi Balfour tahun 1917 yang telah mengikat Inggris, Perancis dan 

Amerika Serikat untuk mendukung berdirinya sebuah negara nasional 

bagi bangsa Yahudi di bumi Palestina. Untuk melaksanakan hal itu, 

jenderal Allenby langsung diberi instruksi untuk memukul mundur pasukan 

Turki Utsmani keluar dari wilayah Timur Tengah dan menduduki 

Yerusalem. Penguasa Inggris sengaja merahasiakan deklarasi Balfour 

selama masa operasi militernya, dengan dukungan pasukan Arab 

nasional, pengkhianat ummat di bawah bendera Syarif Hussein, Amir 

Makkah. Sedang para pemilik modal internasional pada saat operasi 

militer Inggris di wilayah Palestina masih berlangsung, telah mendesak 

pemerintah Inggris untuk menentukan perwakilan Organisasi Zionisme di 

Palestina, dan menentukan anggota politisi Zionis untuk menjadi anggota 

perwakilan itu. Tuntutan itu diajukan kepada penguasa militer Inggris di 

Palestina, jenderal Crayton, dan segera dikabulkan pada bulan Maret 

1915. 

 

Politisi yang menjadi anggota perwakilan itu yaitu  : 

 

 Kolonel Orampsey Rigor, yang kelak menjadi direktur Bank Standard di 

Afrika Selatan, yaitu sebuah bank yang menguasai pertambangan emas 

dan logam mulia lainnya di Afrika Selatan. Dan dia pula yang mendukung 

dana kepada sistem politik Apartheid. 

 

 Haim Weizman yang kelak menjadi perdana menteri Israel pertama.  

 

Komite perwakilan Zionisme ini telah berada di Palestina sebelum diadakan 

perundingan damai, bahkan sebelum Perang Dunia I usai. Hal ini dimaksudkan 

untuk menciptakan momen yang tepat sebelum masalah Palestina dibicarakan di 

forum mendatang, yaitu perjanjian Versailles. Kemudian perundingan damai 

dimulai, dan para pemilik modal internasional membuka kedok. Tampak jelaslah 


pengaruh mereka. Kita tidak perlu memperjelas lagi, tapi cukup dengan 

menyebutkan beberapa analisa singkat. 

 

Dalam perundingan ini, ketua utusan Amerika yaitu  Paul Warburg, yang 

sebelumnya telah kita sebutkan sebagai wakil pemilik modal internasional di 

Amerika Serikat. Ketua utusan Jerman yaitu  saudara kandung Paul sendiri, 

Mark Warburg. Jangan lupa, Mark mewakili negara musuh sekutu yang kalah 

perang. Sementara itu, Paul mewakili negara yang menang perang. 

 

Perundingan damai seperti itu lalu menjadi perundingan pemerasan, yang 

seluruh keputusan yang berbuntut jahat dan mengakibatkan timbulnya bahaya 

itu bisa disetujui. Pada masalah yang berhubungan dengan Palestina, sejumlah 

tokoh Zionis Inggris dalam perundingan itu meletakkan rancangan pemerintahan 

perwakilan Inggris di wilayah itu, di antaranya yaitu  : 

 

 Profesor Philex Frankfurner, yang kelak menjadi penasihat presiden di 

Gedung Putih pada masa pemerintahan Franklin Roosevelt. 

 Sir Herbert Samuel, komisioner tinggi pertama di Palestina setelah 

pendudukan pasukan Inggris. 

 Lushian Wolf, seorang penasihat pribadi perdana menteri Inggris Lloyd 

George. 

 

saat  perundingan pendahuluan dimulai, penasihat khusus bagi perdana 

menteri Perancis Monscour Clemenceau yaitu  Madell. Nama ini yaitu  nama 

samaran. Nama yang sebenarnya yaitu  Rothschild, yaitu salah satu anggota 

keluarga besar Rothschild. Sedang salah satu penasihat presiden Amerika 

Serikat yang menjadi delegasi dalam perundingan itu yaitu  Mr. Morganthow, 

yang putranya kelak memegang kementerian keuangan pada masa 

pemerintahan Roosevelt. Telah kita sebutkan, bahwa para pemilik modal 

internasional tidak segan-segan mencampakkan topeng mereka. Untuk 

membuktikan hal ini, berikut ini dikutipkan beberapa kalimat yang ditulis oleh 

Lushian Wolf dalam bukunya yang berjudul Steadies on The Jewish History 

halaman 408 : 

 

"Sejumlah nama politisi muncul pada perundingan perdamaian, dan yang 

menandatangani perjanjian itu atas nama negara-negara Italia, Perancis dan 

India yaitu  tokoh-tokoh Yahudi yang mewakili negara masing-masing. Mereka 

yaitu  Baron Somito mewakili Italia, Louis Cloudes mewakili Perancis, dan 

Edvin Montagio mewakili India. Mereka semua yaitu  orang Yahudi.” 

 

Sebaiknya baik pula untuk kita simak kata-kata beberapa penulis yang tidak 

perlu kita beri komentar. Seorang sejarawan Inggris terkenal Harold Nicolon 

dalam bukunya "Menciptakan Perdamaian" 1919-1944 (Making Pea