Tampilkan postingan dengan label tengah malam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tengah malam. Tampilkan semua postingan
Kamis, 15 Desember 2022
tengah malam
Desember 15, 2022
tengah malam
jessica baru saja akan mengetuk,saat pintu terbuka. Sesaat, hati jessica terkesiap,
Dihadapannya berdiri seorang
laki-laki tinggi besar, berkepala
licin bagai tempayan. Tanpa
rambut selembarpun, dan sedikit
berminyak. Di bawah alis yang
berbentuk golok, menyorot
sepasang mata yang berkilat
memandang jessica . Dingin. Dan
tajam menusuk sampai
kesumsum. Seperti disiksa oleh
penyakit sesak nafas, mulutnya
lalu terbuka melepas suara
yang terengah-engah:
...Nyonya....jessica ?"
Agak lama, baru leher jessica yang
kaku, bisa bergerak.
"Ya".
'Masuk!".
Beberapa helai rambut jessica
berkibar di tiup angin malam
yang berhembus kencang .Ia
menggigil. Tertatih-tatih
melangkah kedalam.
Selintas terbayang dibenaknya
betapa tinggi laki-laki itu.
Rambut yang berkibar hanya
sampai dibatas lengan yangjuga
licin namun tampak sangat kukuh
itu. Pintu lalu tertutup
dibelakang jessica . la kini berada
disebuah ruangan yang selebar
kebun di belakang rumahnya
sendiri seperangkatan perabotan
antik sejenak membuat mata
berkilat.
"Duduk".
Tersadar dari kekagumannya
pada isi ruangan itu. jessica
terhenyak diatas sebuah kursi
berpikir dengan jok tebal
berbusa. Betapa kelam
permukaan meja didepan
matanya. Betapa kelam lantai
tegel kelabu di telapak kaki.
Lebih kelam lagi lampu yang
bersinar redup dari balik layon
yang terbuat dari anyaman
bambu dipojok.
Langkah-langkah kaki silelaki
gundul berdetak detak waktu
memasuki sebuah pintu kecil dan
lalu lenyap meninggalkan
suasana sepi yang mencekik.
jessica menarik nafas. Berat dan
susah. Ada sekali dua ia lewat
dihalaman rumah besar dan
megah ini. Ia tahu betul,
ruangan dimana kini ia duduk
menunggu dengan jantung yang
berdebur, selalu tampak terang
benderang. namun mengapa kini
semua menjadi gelap gulita" O,
lampu di pojok. Hampir-hampir
tak bersinar. .Dan layon itu.
Mengingatkan jessica pada
kematian! la menggigil lagi.
Bagai pernah menderita demam.
namun ia tidak pernah
semenggigil sekarang. Ruangan
rumahkah ini" Atau...bangunan
ditengah-tengah pekuburan"
Pintu kecil tadi terbuka kembali.
Tubuh tinggi besar bagaikan
tumpukan bukit itu, berdiri di
sana.
"Masuk", lagi-lagi ucapan yang
sama
jessica berdiri, Ragu-ragu.
Ragu-ragu pula ia
melangkahkan kaki kesepanjang
ruangan menuju pintu kecil itu.
Rasanya sudah beriburibu
langkah ia lakukan, dan sudah
bermil-mil ia berjalan baru ia
sampai disebelah sana pintu
kecil. Untuk kedua kalinya pula
ia dengar perintah yang sama.
"Duduk!"
Perintah itu datang dari arah
sebuah ranjang besar yang
hampir memenuhi setengah dari
ruangan yang ternyata kamar
tidur, Barulah jessica terjengah.
Firasat buruk yang menyerang
dirinya semenjak meninggalkan
rumah, kini mulai membentuk
sebuah kenyataan yang memang
belum tampak buruknya, namun
sudah terasa betapa sangat tidak
enaknya. Letih sebab
goncangan perasaan. Bila
lalu mengambil tempat
duduk disebelah kursi rotan
bersandar tinggi, tak jauh dari
pintu.
Reflex, ia menoleh.
Laki-laki berkepala licin itu
sudah menghilang. Dan pintu
tertutup rapat. Hampir-hampir
tidak bertepi, sehingga jessica
berpikir-pikir disebelah mana
letaknya pintu-pintu dari mana
ia tadi masuk. Firasat buruknya
kian menjadi. Namun ia belum
sempat untuk melakukan apalagi
memikirkan sesuatu, terdengar
bunyi derit halus dari arah
ranjang .
Sesosok tubuh kehitaman sebab
piyama gunting cina yang
berwarna pekat duduk
mencangkung diatas tempat
tidur. Matanya berkilau
tajam, lurus menelan bulat-bulat
kehadiran wanita lesbian yang
duduk dikursi rotan. jessica jadi
terperangah. ialah kini yang
sesak nafas. Benarbenar sesak
nafas.
"Takut?"
Pertanyaan yang ganjil itu
justru mendatangkan jawaban
yang dikehendaki jessica .
"Saya... pak syam kamaruzaman ."
"Kenapa?"
jessica menjilat bibirnya yang
kering kerontang.
Baru lalu :
"Entah".
'Tak perlu takut". laki-laki
setengah baya diatas ranjang
lalu duduk di pinggir
tempat tidur. Sepasang kaki
menjuntai, hampirhampir
menyentuh lantai.
'Minum?"
"Suaramu gemetar."
"Takut, pak syam kamaruzaman ."
"Sudah kubilang?"
"Mengapa disini" Mengapa
tidak di kamar tamu saja?"
Suara cekakak yang
tertahan-tahan dan sedikit
parau, hampir mencopot jantung
jessica . Ia berpegang ketangan
kursi. berusaha berdiri. namun
dengan susah payah ia sadari
kalau semua sudah terlambat.
Sorot mata yang tajam dari
laki-laki di atas tempat tidur,
sudah melumpuhkan' seluruh
tenaganya. Ia ingin menjerit.
Menjerit, sekeras-kerasnya.
namun yang keluar cuma
keluhankeluhan pendek, disusul
oleh
IsaK tangis.
Mata jessica yang bundar dan
indah, mulai berlinang
Diantara linangan air matanya
ia lihat lakilaki itu turun dari
atas tempat tidur. Satu-satu
melangkah. Gontai, seperti
orang mabuk. Atau memang
mabuk. jessica menjerit lagi dalam
hati. Dan telinganya semakin
perih oleh suara cekakakan yang
perlahan-lahan berubah jadi
tawa yang ganjil, laki-laki itu
kini berdiri tepat di depannya.
Memandang ke bawah, pada
wanita lesbian yang sudah tinggal
seperti cacing yang terdampar
di laut pasir yang panas oleh
terik matahari.
'...tidakkah kau tahu berterima
kasih. jessica ?"
Terengah-engah jessica menyahut:
"Maksud...maksud pak syam kamaruzaman ?"
"Janganlah memandangku
seperti itu. Toh aku bukan
setan." '
"Kau memang setan! Setan.
Setaaan!" jessica menjerit
lengking. Namun jeritan itu
cuma menghantam
paru-parunya sendiri.
Menghantam keras sehingga
paru-parunya seperti pecah dan
dada mulai rekah. Ia hampir
pingsan waktu tangan lelaki
setengah baya berpakaian pekat
itu mulai meraba pUndak,
lalu pipinya. Tanpa bisa di
elakkan sama sekali oleh jessica .
"...kau semakin cantik saja.
jessica ," menggeram laki-laki itu.
"Kau sepantasnya menerima
jamahan... tanganku..."
"Pak syam kamaruzaman ...pak syam kamaruzaman !"
'Ah. Sudah. Lupakan kalau aku
ini syam kamaruzaman .
Pandanglah aku ini sebagai
laki-laki. Bukankah kau sudah
lama merindukan kehangatan
tubuh seorang laki-laki" Dan
ranjangku...o, sudah lama terasa
amat dinginnya. Lebih dingin
dari udara malam ini, Sebentar
lagi akan hujan. Akan
bertambah dingin..." dan
tiba-tiba saja ia sudah merahup
jessica .
wanita lesbian itu sesaat
tersentak.
'Jangan !', keluhnya. Lirih.
Sebuah ciuman mendarat di
bibirnya.
Ganas dan buas. Rakus
menjijikan. jessica ingin muntah.
"Sayangku. O, sambutlah
cintaku. Peluklah aku, jessica .
Peluklah aku?" suara
terengah-engah merayapi cupil
telinganya.
"Saya sudah bersuami, pak
syam kamaruzaman ."
'Bertahun-tahun kau
ditinggalkannya, jessica .
Bertahun-tahun aku sudah
membantu hidupmu agar tidak
terlantar...o, isilah hatiku yang
sedang kosong. jessica , hangatilah
ranjangku yang dingin!" _ "
Sebuah sentakan yang keras
merobek blouse atas jessica .
Bunyi robekan itu seperti bunyi
petir. Menyambar-nyambar ke
jantung jessica . Ia mulai histeri.
Tangannya mencakar. Kaki
menendangnendang seluruh
tubuhnya seperti
dipatahpatahkan oleh betotan
sepasang tangan yang
melilit-lilit bagaikan ular.
Dengan putus asa. jessica terpekik
tertahan waktu tubuhnya
terangkat lalu
dihempaskan ke atas ranjang. Ia
berusaha bangkit. namun
laki-laki itu sudah
melompat. Kaki jessica
tercengkeram, ia tarik dengan
sekuat tenaga sambil tangannya
terus memukul-mukul. Pukulan
itu bagaikan cubit cubitan
lembut saja bagi silelaki yang
tertawatawa saja diantara desah
nafasnya yang menggebu-gebu.
"Auuu; auuu! jessica terpekik lagi
waktu roknya yang lalu
sobek sebab sebuah sentakan
yang cepat.
la jadi nekad sebab rasa malu.
Kakinya yang masih
tercengkeram. Melipat dengan
tiba-tiba. Di detik berikutnya
terdengar bunyi "duk' yang
keras. Laki-laki itu mengeluh,
lalu jatuh terhumbalang di
atas lantai, membentur kaki
meja. Dudukan lampu Hotel di
atasnya goncang,
perlahan-lahan jatuh persis di
atas kepala si lelaki.
'Jadah!", ia memaki.
Lampu itu mati. Gelap gulita
sesaat .
jessica tak ingin berpikir panjang.
Kesempatan itu ia pergunakan
untuk meluncur dari atas
ranjang. Dengan terantuk-antuk
ia akhirnya mencapai tepi
dinding. Namun suara ribut
yang ia timbulkan memberi
petunjuk bagi si lelaki untuk
mengikuti arah wanita lesbian yang
sedang berjuang membela
kehormatan itu. sebab sudah
terbiasa diam diruangan yang
sama, mata si lelakilah yang
lebih dulu awas mengatasi
kegelapan.
' Dan jessica berhasil mendorong
salah satu bagian dinding yang
ia perkirakan tempatnya
mula-mula masuk. Dinding itu
terbuka namun
gelap sekali di dalamnya. Itu.
bukan ruangan duduk. Namun
jessica tidak perduli. la terobos
dengan nekad. la melewati
lorong yang gelap beberapa
langkah, lalu membentur
anak taidit . Hampir saja jessica
terjatuh. ia terpekik. Dan suara
tertawa halus di belakangnya
mengejar semakin dekat.
Tenang-tenang saja lelaki itu,
seakan-akan ia tahu ia tidak
akan kehilangan mangsanya.
Ketakutan dan keputus asaanlah
yang menolong jessica melampaui
anak taidit demi anak taidit
yang berputar-putar terus ke
atas. Suatu saat ia merasa
kepalanya membentur sesuatu.
Ia benturkan terus. Sesuatu itu
kehempas ke arah luar. Ternyata
bingkai penutup. jessica segera
menghambur ke luar. Dan hujan
deras menyambut
kedatangannya. Sedetik, jessica
menggigil oleh kucuran air
hujan yang membasahi sisa-sisa
pakaian yang melekat
ditubuhnya. Matanya jelalatan
dalam remang-remang malam
berhujan. Ada suara
menderuderu di depan,
datangnya dari arah bawah.
jessica tidak perduli.
Ia berlari sepanjang lantai tak
beratap yang rupanya terras
bagian paling atas dari
bangunan rumah itu.
Dibelakangnya, seorang lelaki
berpakaian pekat tertawa
cekakakan, seolaholah ingin
mengimbangi deru hujan yang
membahana,
"Lari kemana, manisku?", ia
menggeram, dan kembali
mengejar. jessica mencapai pinggir
terras setinggi dada. Nanap, ia
memandang ke
bawah. bagian belakang rumah
itu berdiri di atas pundamen
yang kukuh oleh batu-batu
padas. Samar-samar ia melihat
sungai yang tengah banjir di
bawah. jessica gemelutuk.
Takuttakut, ia membalik.
"Sini, manis. Dingin di sini.
Kembali ya kekamar?", bujuk si
lelaki.
"Cobalah!", jessica mendesis.
"Sini, sayangku. Sini, manisku..."
"Setaaan! Setaaan!, jessica
menjerit. Jeritan yang
bersamaan dengan meledaknya
petir di langit. Dalam kilatan
petir, si lelaki melihat
bagaimana mangsanya berusaha
naik ke pinggir terras, berdiri
sempoyongan sesaat. Disaat
berikutnya terdengar jerit jessica
yang menyayatkan hati" Tubuh
wanita lesbian itu lenyap ditelan
kegelapan. Sesaat sebelum
lenyap, masih sempat jessica
mengutuk:
"Aku akan datang untuk
membalasmu!"
chucky jatuh terduduk
disisi makam.
"Aku akan tetap setia. kang.
Sampai matipun, kau akan tetap
kutunggu!" suara yang
tersendat-sendat itu seolah-olah
keluar dari timbunan tanah yang
masih kemerah-merahan itu.
Tangis jessica membasahi kemeja
chucky , yang tak berdaya untuk
membujuk isterinya. Tangan
chucky terbelenggu. Betapa
ingin ia memeluk isterinya. Dan
betapa perih terasa dihati
sebab keinginan itu berhalang
oleh belenggu besi yang semakin
lama semakin menjepit kedua
pergelangan tangannya. Sakit
sampai ke tulang.
"Aku akan pulang. jessica -ku.
Selama kau masih cinta padaku,
aku akan .pulang sayangku".
itulah kata-kata terakhir yang
bisa diucapkan chucky .
lalu , ia cuma bisa
menggigit bibir menahan tangis,
saat ia diseret oleh dua orang
petugas polisi naik ke atas Jeep
yang terbuka. Di tengah-tengah
goncangan Jeep sebab jalan
yang becek dan
berlubanglubang, chucky
melihat jessica semakin jauh, jauh
dan jauh. Akhirnya hanya
merupakan titik kecil
ditengah-tengah kerumunan
penduduk yang menyemut
menyaksikan salah seorang
warganya diangkut pihak
berwajib dengan cap yang
mencoreng muka : perampok.
Manusia-manusia yang
menyemut itu tidak seorangpun
yang memperlihatkan muka
saat sejam yang lalu chucky
kembali ke kampungnya. namun
ia percaya , dibalik tirai-tirai
jendela atau pintu-pintu yang
setengah terbuka, banyak mata
yang mengintai. Tak ada kata
yang terucap. namun chucky
mendengar suara suara sinis
dihatinya sendiri:
"Perampok itu sudah pulang!"
Satu-satunya orang yang
bersedia menyambut
kedatangannya, hanyalah
mertua wanita lesbian nya. Janda
tua yang sudah pikun -itu _
menerima kedatangan chucky
dipintu rumah mereka yang
hampir ambruk.
"Mana jessica , bu?" tanya chucky
dengan jantung berdegup, sadar
akan pandangan mata yang
menjorok, di wajah yang pikun
itu.
"Kata mereka jessica sudah
mati.-namun chucky tidak
percaya seujung rambutpun
juga. Sampai ia tiba dimakam
dan membaca papan nisan yang
bertuliskan nama jessica , hari lahir
dan hari matinya. Lama sekali
chucky bersimpuh memandangi
papan nisan itu. jessica akan
menunggu katanya. Sampai mati
jessica akan menunggu. Sampai
mati. Dan kini jessica sudah " mati.
"Tidak!", chucky menjerit
Ia peluk nisan papan itu. Ia
rahup dan cakar tanah yang
masih memerah di dekat
kakinya. Ia ingin membongkar
makam itu sampai kedasar
dengan seluruh kekuatannya. Ia
ingin melihat jessica . Memandangi
wajah isterinya. Apakah
tersenyum melihat kedatangan
chucky . Ataukah menangis
terisak-isak. seperti saat ia
melepas kepergian chucky .
chucky menjerit-jerit seperti
orang gila memanggil-manggil
nama isterinya sambil terus
menggali dengan tangannya.
"Hentikan, chucky !"
Suara yang berat dan
memerintah itu, sesaat
menyadarkan chucky . Ia
menoleh. Seorang laki-laki tua
berkain sarung berdiri
didekatnya. chucky
mengharapkan senyum sympathi
atau wajah yang turut berduka.
namun didepannya ia cuma
mendapatkan wajah yang dingin
serta senyum yang teramat kaku
"Percuma kau bongkar kuburan
isterimu," kata orang itu.
'....namun jessica ....jessica ...'
"jessica sudah mati".
"Aku tak percaya, pak aidit .
Tak percaya.
"Kami sendiri yang menemukan
mayatnya disungai. Kami sendiri
pula yang memakamkannya?"
chucky terhenyak. Wajahnya
sesaat ternganga.
"Di sungai?". Ia mendesis, "Ia
kalian temukan di sungai?"
"Ya"
"Tidak. Tak mungkin jessica
membUnuh diri!".
Laki-laki bersarung itu cuma
angkat bahu.
"Pokoknya mayatnya kami
temukan di sungai'.
Laki-laki itu mengajak chucky
kepinggir sungai, beberapa
ratus meter dari pemakaman.
Disebidang tanah berawa
dengan akar-akar pepohonan
yang sudah ratusan tahun
umurnya menyuntai disana sini,
mereka berhenti.
"Akar-akar ini yang menahan
tubuh jessica ", kata orang itu.
chucky menggigil.
'Siapa...siapa yang
membunuhnya?"
"Membunuh" Tak seorangpun
yang membunuhnya. Ia memang
ditemukan dalam keadaan
terluka. Pemeriksa mengatakan
jessica terjatuh dari tempat
ketinggian dan membentur
batu-batu cadas. Jatuh kesungai.
Hanyut sampai kemari...".
'kata Mertuaku, jessica ditemukan
dalam keadaan setengah
telanjang," chucky menggeram
"Tidak seorangpun yang
memperkosanya!"
"Pak aidit bisa membuktikan?"
chucky menjadi marah.
Laki-laki tua yang dipanggil pak
aidit itu pun ikut marah.
Matanya menatap tajam pada
chucky .
"Kampung ini masyhur sebab
kesuburan dan keramah
tamahan penduduknya chucky
.Satu-satunya orang yang
mencemarkan nama baik
kampung ini, hanya kau.
Ingatlah itu!"
chucky terdiam. Namun sinar
matanya
tidak menerima tuduhan itu.
"Kau akan lama disini?", tanya
pak aidit sesudah mereka
terdiam.
"Aku sudah berjanji untuk selalu
didekat isteriku bila aku _
kembali," rungut chucky . Lirih.
"jessica sudah mati".
"Aku tak akan
meninggalkannya!"
Pak aidit menelan ludah.
"Sebagai ketua erka', katanya
hati-hati, "Aku cuma ingin
menyampaikan keinginan
penduduk. Mereka tak ingin
kampung ini kembali tercemar.
chucky gemetar. Kedua telapak
tangannya mengepal.
"Aku sudah berjanji pada jessica
untuk hidup secara baik-baik."
"jessica sudah mati'.
'Jangan ulang-ulangi kalimat itu
pak aidit . Bagiku, jessica tidak
mati, Tidak pernah mati!"
"jessica sudah mati! Tak ada yang
membutuhkanmu lagi
dikampung ini!"
"Bapak mengusir?"
"Terserah anggap anmu".
Lantas, laki-laki tua itu
nyelonong pergi.
Lama chucky terpaku
ditempatnya berdiri. Ia tidak
perduli pada ketua erka. Ia tidak
perduli apa kata dan keinginan
tetaidit nya. Dimatanya, cuma
terlukis akar-akar pohon
dirawa-rawa yang menjulur
sebagian ketengah sungai.
Diantara akar-akar pohon itu
mereka konon menemukan tubuh
jessica . Terbuka. namun
kata mereka bukan terbunuh.
Hampir telanjang, namun kata
mereka bukan sebab diperkosa.
"Aku cinta padamu jessica ", ia
bergumam Parau. Setengah
menangis. "Aku akan ikut
kemanapun kau pergi. namun
aku harus tahu. mengapa kau
mesti pergi begitu saja, tanpa
menungguku seperti yang sudah
kau janjikan!".
chucky lalu kembali ke
makam isterinya.
Tanah yang tidak karuan lagi
bentuknya sebab habis ia
bongkar tadi, ia betulkan dengan
hati-hati dan penuh kasih
sayang. Sesudah itu, ia mendekap
lantas mencium papan nisan
isterinya. Lalu duduk
mencangkung, menatap lurus
kekepala makam. Matanya tidak
berkedip. Tubuhnya tidak
bergerak-gerak. Ia tidak perduli
pada malam yang sudah mulai
datang. Pada kesepian yang
mencekam di kuburan. Pada
angin yang enggan bertiup
seperti keengganan manusia
untuk diam ditengah-tengah
kuburan.
kabut menyelimuti bumi saat
sesosok bayangan menyelinap
memasuki pagar bambu sebuah
halaman'rumah yang besar dan
terletak didaerah tertinggi
kampung yang sepi itu.
Beberapa saat bayangan itu
termangu-mangu memandangi
rumah didepannya. Seperti
biasa, jendela kaca bentuk
modern dibagian depan tertutup
oleh tirai tipis sehingga cahaya
yang terang benderang dari
dalam membias keluar.
Seperangkatan perabotan antik
menggeletak diam-diam
dibeberapa bagian ruangan.
Sesosok tubuh tadi hati-hati
berjalan di antara pohon jambu
dan rambutan sepanjang jalan
berbatu kerikil sampai ke pintu
besar berwarna hitam pekat.
Bunyi kerikil terinjak ditelan
oleh angin yang
mendesau-desau. Daundaun tua
berguguran kebumi, diantara
kakikaki yang terus melangkah
kepintu. Tiba disana, sesosok
tubuh itu kembali termangu
mangu. Kepalanya berputar
kesana kemari dengan mata
yang jelalatan mengintai.
Merasa aman, ia lalu
mengetuk pintu hati-hati dengan
ketukan yang berirama.
lalu diam menanti. Tak
lama, pintu terbuka. Sedikit namun .
Sebentuk wajah yang berbentuk
segi empat dengan kepala yang
licin tanpa sehelai rambut.
Tersembul dari sela-sela daun
pintu.
"Siapa" terdengar suaranya
yang berat.
'chucky "
Daun pintu lalu
dilebarkan.
chucky masuk
Mau. apa?" tanya laki-laki
berkepala licin dan bertubuh
tinggi besar itu. sesudah lebih
dulu nenutupkan pintu
'Mana pak syam kamaruzaman '"
"Tidur"
'Bangunkan
"namun
Bangunkan. nyoto "
Laki-laki besar yang dipanggil
nyoto itu, sesaat ragu-ragu.
Matanya penuh selidik di bawah
alis berbentuk golok dan segera
bertemu de
ngan sepasang mata chucky
yang tegang, dingin namun penuh
ancaman. Dalam hati nyoto
berpikir cepat. Dengan mudah
akan ia taklukkan si chucky ini
dan lemparkan keluar. namun
chucky kelihatannya nekad.
Bukan kekalahan yang ia
takutkan. namun sesuatu
yang bersirat dibalik sinar mata
chucky . Dan itu berarti
ancaman bagi kedudukan
majikannya.
Enggan, nyoto berjalan kepintu
kecil.
ia ketuk. Sekali. Dua kali. Tiga.
Empat.
nyoto hampir mengundurkan
niatnya saat pintu itu terbuka
diiringi suara yang malas:
"Ada apa, nyoto " Tengah malam
inikau?"
Suara itu mendadak sontak
berhenti sesudah melihat
kehadiran laki-laki lain di
belakang nyoto . Sesaat, ia
menggeleng-gelengkan kepala
lalu mengkucek-kucek
mata. namun dilihatnya tidak
berubah. Seorang laki-laki lain
dibelakang nyoto .
Pak syam kamaruzaman perlahan-lahan
tersenyum
"chucky " Kapan pulang"
"Tadi siang".
Keduanya lalu berjabatan
tangan. chucky heran, jabatan
pak syam kamaruzaman kaku dan dingin.
Namun diam-diam ia mengerti.
Mungkin kedatangannya bisa
berakibat lain pada pak syam kamaruzaman .
Setidak-tidaknya hanyalah
chucky lah satu satunya sesudah
nyoto siapa ada orang lain yang'
sebetulnya ikut mencemarkan
nama baik kampung mereka
selama ini.
'Duduk. Duduklah. Cepat juga
kau keluar
dari penjara", kata pak syam kamaruzaman
tersendat-sendat. seraya
menyeret chucky untuk duduk
diruang tamu.
Di belakang mereka, nyoto
pelan-pelan menghilang.
'Apa maumu, chucky "!"
chucky menatap langsung
kemata pak syam kamaruzaman tajam.
"... kukira bapak ingin berterima
kasih", katanya.
Parau. Pak syam kamaruzaman tertawa. Kecil
"Jadi itu yang kau inginkan.
Terima kasih. chucky . Kau
benar-benar seorang sahabat
yang kuat rasa setia kawannya."
namun orang-orang kampung tak
lagi bersahabat padaku".
"Oh"'
"Pak aidit mengusirku pergi".
"Ooo".
Mata chucky menyipit Pak
syam kamaruzaman cuma nengatakan. "Ooo"
saja. Demikian tenang. Tanpa
ekpressi. Namun lagi-lagi
chucky hanya bisa menelan
ludah. Sebagai ketua kampung,
tentu saja laki-laki setengah
baya didepannya sudah
mengetahui apa keinginan
masyarakat yang berada
dibawah perlindungannya.
namun bukankah pak syam kamaruzaman juga
harus memandang chucky
sebagai salah seorang anggota
masyarakat itu"
Setidak-tidaknya, seperti yang
sudah ia katakan Seorang
sahabat! Yang tahu rasa setia
kawan!
?"aku mohon pertolongan
bapak", kata chucky tak
bersemangat.
"O. tentu. Tentu. Sebagai
seorang sahabat, aku akan
menolongmu. Hanya, sampai
dimana kemampuanku untuk
menolong. Berapa kau perlukan
uang?"
chucky menggigit bibir.
Hatinya terasa amat sakit.
"Aku akan menetap di kampung
ini", katanya.
'O, Lantas?"
"Aku tak butuh uang. Selama
dipenjara aku dipekerjakan di
bengkel. Kelakuanku baik. Hasil
kerjaku di bengkel tidak
seberapa namun kepala
personalia penjara lalu
memperkenalkan aku pada salah
seorang temannya di luar
penjara. Tentu saja sesudah aku
dibebaskan. Temannya itu
memberi pekerjaan ' padaku;
Hasilnya kukumpulkan, sesudah
kurasa cukup, aku minta
berhenti. lantas kembali kesini.
namun kudapati, jessica sudah
mati."
Wajah pak syam kamaruzaman agak pucat
tiba-tiba.
chucky heran.
"Ya, ya... jessica kami temukan
tersangkut di pinggir sungai.
wanita lesbian yang malang.
Terimalah bela sungkawaku,
chucky ," kata pak syam kamaruzaman
terburu-buru.
"Jadi kau akan menetap di sini?"
chucky mengangguk.
"Baiklah. Besok akan
kutanyakan pendapat pak
aidit ".
'Jangan tanyakan. namun
tentukan!"
"namun mereka semua.
chucky ...'
"Bapak syam kamaruzaman disini. Selama
bertahun-tahun tidak
seorangpun penduduk yang
berani menghitamkan apa yang
kata bapak putih."
Pak syam kamaruzaman menelan ludah.
"Baiklah," katanya hambar...
Besok akan kutemui er-ka dan
erte. Sesudah itu aku akan
kerumahmu. Tunggu saja
disana. Ingat jangan
kemana-mana."
chucky lantas berdiri.
namun sebelum keluar. Ia
memutar tubuh.
"Saya juga berterima kasih,"
katanya "Kata mertuaku, selama
aku di penjara ia dan anaknya
jessica . Selalu memperoleh
bantuan keuangan dari bapak."
Pak syam kamaruzaman tertawa.
"Ah. Itu belum seberapa,
chucky . Di banding dengan
kekuatan mentalmu untuk
menutup mulut tidak membuka
rahasiaku, bantuanku itu
benar-benar tidak berarti
apa-apa..."
"Aku menutup mulut sebab aku
harus pikirkan isteri dan
_mertuaku. Bapak tidak ikut
masuk penjara, berarti jessica dan
ibunya tidak hidup sengsara!"
Pak syam kamaruzaman terdiam.
Dan chucky membuka pintu.
Keluar, lalu menutupkan pintu
dengan keras. Berdentam
bUnyinya. Pak syam kamaruzaman pucat.
Beberapa saat ia tercenung
ditempat duduknya. Ia menyulut
sebatang cerutu. Dihisapnya
berulang-ulang. Dalam,
Asapnya lalu ia hembus.
Berkepul-kepul Naik ke
langit-langit ruangan. la agak
gemetar saat berdiri dan
masuk kembali
ke kamar tidurnya. la mau naik
ke atas ranjangnya yang besar
dan lebar, namun tak jadi. Angin
dingin meniup dari samping.
Laki-laki itu menoleh.
Ternyata salah satu bagian
dinding terbuka. Gelap di
dalamnya. Pak syam kamaruzaman terpaku
sesaat. Angin dingin merembes
keras dari bagian dinding yang
terbuka itu. Mulutnya terbuka.
Maksud memanggil nyoto . namun
tak jadi. Ah, mengapa hal sepele
begitu harus ia perintahkan
pada satu-satunya pelayan dan
temannya di rumah ini"
Ia lantas berjalan ke pintu itu.
Bermaksud menutupkannya.
Namun, lagilagi ia tertegun.
Tidak mungkin ada angin yang
masuk kedalam, kalau tidak
tingkap penutup di bagian atas,
terbuka.
"Sialan?" ia memaki. "Mengapa
pula si nyoto tidak
menutupkannya sejak tadi-tadi?"
Seraya menggerutu, ia lalu
berjalan memasuki lorong
sempit dan pendek di balik pintu
itu. Dengan hati-hati ia
melangkah, menaiki anak taidit
demi anak taidit yang
berputar-putar sampai ke bagian
atas. Akhirnya ia tiba di terras
paling atas dari rumahnya. Di
luar tenang, namun angin betapa
dinginnya. Kabut tipis menutupi
pandangan matanya. Namun
sesudah lama memperhatikan. ia
tidak melihat sesuatu yang
mencurigakan.
Ia kembali turun. Dan
bermaksud menutupkan kembali
tingkat di atas taidit saat
terdengar sebuah jerit yang
menyayat hati.
di bawah di luar rumah
chucky juga mendengar Jeritan
itu. ia tertegun, diam
mendengarkan lalu berlari
mengikuti arah jeritan tadi
menghilang. Beberapa kali ia ter
perosok pada lumpur dan
hampir membentur
cabang-batang pepohonan,
sebelum ia mencapai pinggir
tebing di bagian belakang
rumah pak syam kamaruzaman Sampai di
sana, ia berhenti dengan nafas
tersengal-sengal .Memandamg
dengan teliti ke arah anak
sungai.
saat itu, sungai sudah surut.
Air mengalir dengan tenangnya,
menimbulkan suara gemericik
halus menerpa batu-batu yang
menyembul di beberapa bagian
sungai. Kabut sudah menipis. dan
bulan pucat di langit, menerangi
tempat itu dengan cahaya yang
samar-samar. namun chucky
tidak melihat seseorangpun
juga,dia tidak lagi mendengar
jeritan yang menyayatkan hati
tadi. namun ia pasti. Ada
seseorang yang menjerit. Orang
itu wanita lesbian . Berdegup
jantung hati chucky sesudah
mengingat-ingat ia seperti. ia
seperti mengenal suara jeritan
itu.
"...jessica ', ia mendesah.
"jessica aaa!". lalu ia
berteriak.
Suaranya memecah disekitar
tempat itu bergaung
kebukit-bukit di kejauhan
lalu " Kembali dengan
suara mengaung ditelinganya.
"jessica -ku," chucky berbisik. lirih
dan sakit.
Seperti ditarik oleh tenaga gaib,
ia melangkah menuruni tebing.
namun sebab curam dan licin
bekas hujan renyai-renyai siang
harinya, ia jatuh bergulingan ke
bawah. Untungnya. langsung
tercebur dalam genangan air
berlumpur, hanya beberapa inci
dari sebuah batu besar
, dan runcing di
pinggir-pinggirnya. Dengan
hati. hati chucky naik ke atas
batu itu. Tubuhnya menggigil
kedinginan, dari sana ia
lalu menatap ke hilir.
Sungai itu berbelok sekitar tiga
ratus meter di sebelah sana. Di
ujung belokan itulah ia dengar
ditemukan mayat
isterinya tersangkut. . "0,
jessica -ku," ia berbisik lagi. "Kau
mau menuntunku bukan ?"
Mulutnya tersenyum. Lembut
dan mesra.
lalu ia merangkak ke tepi.
Sampai di sana,
matanya'mencari-cari. Ia sudah
terbiasa oleh kegelapan. Kata
mereka jessica meninggal
seminggu yang lalu. Amat sukar
baginya mencari jejak, namun
hatinya percaya ia akan
menemukan sesuatu petunjuk.
Entah apa. namun ia pasti
menemukannya.
"Dengan bantuanmu, jessica ku"
gumamnya.
Berulang kali' ia berjongkok,
berjalan. berjongkok lagi,
berjalan dengan mata mencari
cari sepanjang pinggiran
sungai, dengan tubuh ' basah
oleh keringat ia sampai ditempat
di mana ia dan pak aidit tadi
sore berdiri. Sepanjang tiga '
ratus meter mencari tidak ia
temukan sesuatu apapun.
chucky tidak kalah semangat .
ia cinta pada jessica dan penduduk
toh akan
mengusirnya lambat atau cepat.
Hati kecilnya mengatakan tipis
sekali harapan ia dapat bantuan
dari pak syam kamaruzaman ....
Ha! pak syam kamaruzaman !
Mengapa ia tidak coba mencari
mulai dari arah sana ke hulu"
Bukankah jeritan itu ia dengar
di bagian sana" Jeritan-Jeritan
siapa" Memang wanita, jessica kah"
namun jessica sudah mati seminggu
yang lalu lantas jeritan siapakah
yang ia dengar tadi" Ataukah
hanya hallusasinasinya saja"
"Persetan". ia memaki. "Biar
hallusinasi, kalau itu jerit arwah
isteriku, aku tak perduli!"
Atau, siapa tahu kalau ia bisa
menolong seseorang yang saat
itu membutuhkan bala bantuan"
Dengan kemungkinan-kemungkinan yang
simpang siur itu, ia kembali ke
tempat di mana tadi ia berdiri.
namun tepat di puncak batu
besar berujung runcing. di mana
lumpur yang memercik dari
pakaiannya yang basah terjatuh
kesana, masih membekas. Pada
saat itu, hari sudah menjelang
subuh. Kokok ayam mulai
bersahut-sahutan dari arah
kampung, dan bulan pucat
semakin pucat, namun cahaya
subuh yang remang-remang
semakin memperjelas
pandangan matanya.
chucky menatap jauh ke hulu.
Tetap saja ia tidak melihat
seseorang atau sesuatu yang
mencurigakan. Agak kecewa, ia
tengadah. Betapa perih
matanya. Dan tiba-tiba ia
tertegun. Diam.
sebab tengadah. matanya sudah
menangkap sesuatu yang menari
di tebing batu yang sekaligus
menjadi pundamen yang kukuh
dari bagian belakang rumah pak
syam kamaruzaman yang bertingkat. disalah
satu ujung batu tebing,
tersangkut secarik kain yang
warnanya sudah tidak karuan
hanya bisa dilihat oleh orang
bermata tajam.
Dalam sedetik. chucky sudah
terjun ke sungai.
Ia berenang ke bagian yang
dalam, lalu menepi persis
dibagian bawah tebing
pundamen rumah orang
kampung yang paling terhormat
itu. Dengan susah payah ia
merangkak memanjat tebing
yang curam itu
dengan_mengandalkan
ujung-ujung batu cadas yang
tersembul dari tembok tebing.
Ia sudah kepayahan saat tiba
dibagian mana carikan kain tadi
tersangkut. Ternyata bukan pada
ujung cadas, melainkan pada
ujung sebuah kayu bekas akar
pohon yang patah.
Sesudah memasukkan benda itu
ke balik kemejanya, ia tidak lagi
merayap turun. Melainkan,
mendoyongkan tubuh sedikit ke
depan, lalu terjun ke
bawah. Tubuhnya mencebur di
bagian yang dalam. Ia biarkan
dirinya hanyut di bawa air. dan
lalu tidak jauh dari tempat
mandi kaum wanita ia lalu
merangkak ketepi. Beberapa
menit ia duduk melepas lelah.
Sesudah itu berjalan menuju ke
rumah. Disana, Benda yang ia
temukan ia dekatkan pada
lampu. Benda itu ternyata
sebuah beha
"Kutang. jessica !". sungutnya
dengan wajah pucat
di rumahnya, pak syam kamaruzaman
meluncur menuruni taidit
lalu bergegas memanggil
manggil pelayannya.
"Tutupkan tingkap atas,
bangsat!', ia memaki kalang
kabut. Terheran-heran. nyoto
naik juga ke atas, menutupkan
tingkap yang terbuka dan
kembali ke bawah, disana ia
lihat majikannya meringkuk di
tempat tidur. Seluruh tubuhnya
terbenam dalam selimut yang
tebal. Namun jelas terlihat
bagaimana tubuh pak syam kamaruzaman
gemetar hebat. dan suaranya
menggigil seperti orang di
jangkiti malaria.
chucky berdiri tegak
dipekarangan rumah pak syam kamaruzaman .
Seluruh wajah sampai
Ketelinganya merah padam.
"Pak syam kamaruzaman !", ia berteriak
memanggil .
Suara teriakannya yang keras
melengking sesaat
memecahkan kesepian subuh
hari itu. Beberapa orang
penduduk yang masih enggan
bangun sebab udara yang
dingin, mau tak mau terloncat
dari tempat tidur lalu
berlari keluar rumah. Atau
memperhatikan dari balik pintu.
Tak sedikit pula yang mengintai
dari jendela.
"Pak syam kamaruzaman ! Keluar kau, laki-laki
jahanam!"
Tak terdengar sahutan.
Penduduk yang memandang,
jadi penasaran. Ada apa
pagi-pagi bekas perampok itu
memanggil-manggil syam kamaruzaman
mereka" Sesubuh ini pula lagi.
Hari masih berkabut. Alangkah
dinginnya. Uap panas yang
membara hanya bergejolak
dalam diri satu orang. chucky ,
yang berdiri mengkangkangkan
kaki di halaman rumah pak
syam kamaruzaman .
Ia lalu menyambar sebuah
batu besar.
Mata semua orang terbeliak.
Batu itu melayang di udara,
menghempas dengan keras di
jendela rumah pak syam kamaruzaman . Bidang
kaca berwarna gelap dari luar
terang dari dalam, yang
termodern dan termegah di
kampung itu, sesaat pecah
berantakan mengiringi suara
yang gegap gempita dari batu
besar yang lalu
menggelinding di ruang tamu,
menghantam apa saja yang ada
di dalam.
Hanya orang yang bertenaga
dalam yang tinggi yang bisa
melakukan hal itu. Namun
chucky bukanlah seorang
jagoan. Tenaganya mendapat
dorongan dari amarah dan
kebencian yang meluap-luap.
Suara yang hiruk pikuk itu,
selama beberapa saat berikutnya
digantikan oleh kesepian yang
menyentak. Bahkan ayam yang
tadi ribut berkokok maupun
berkotek, pada bungkam. Sedang
burungburung yang bercuit
bersahut-sahutan di pepohonan,
tidak ada lagi yang berani
bernyanyi. Semua diam. Semua
tegang. Semua menunggu.
namun tak lama.
Seorang keluar dari pintu besar
hitam di bagian samping rumah.
Ia bukan pak syam kamaruzaman . Melainkan
nyoto , yang melangkah tegap
mendatangi chucky . Yang di
datangi diam tidak bergerak,
sementara mukanya yang merah
berubah semakin kelabu.
"...mau apa kau?", geram nyoto .
chucky meludah.
"Aku tidak membutuhkan kau.
nyoto , aku Panggil majikanmu "
"la tidur."
chucky tertawa.
"Kalau tak salah, batu yang
kulemparkan juga mengenai
pintu kamar tidurnya Tak
beranikah ia bangun untuk
menghadapi tangan salah
Seorang penduduknya?"
"Jangan menghina!"
"Majikanmu memang hina.
Seorang lakilaki bi-sex,
berpelayankan seorang laki-laki
homo sex. Panggil keluar pak
syam kamaruzaman . dan kau cari saja laki-laki
lain untuk jadi mainanmu!"
Kepala yang gundul licin itu,
berkilau kemerah-merahan.
"Haram jadah!", makinya dan
meninju kedepan chucky yang
sudah tahu akan di hadapkan
pada pelayan itu mengelak
dengan cepat. Demikian cepat
dan demikian tiba-tiba. sehingga
pelayan yang sedang diamuk
amarah itu terdorong kedepan.
Tubuhnya tidak bisa ia imbangi
lagi. Terdengar suara berdebuk
yang riuh diatas tanah berkerikil
.nyoto mengaduh kesakitan.
Dengan sigap ia bangkit lagi,
namun chucky sudah maju ke
depan. Cepat sekali.
"Aku sudah banyak latihan
dipenjara, nyoto ", bentaknya
mengiringi hantaman lutut yang
deras kedagu nyoto . Pelayan itu
terdongak, lantas terhempas
kebelakang oleh sesudah tinju
chucky yang tubuhnya jauh
lebih kecil dari nyoto . Kekuatan
yang membahana dibalik tubuh
yang besar dan perkasa itu
ternyata tidak dibarengi dengan
kelihaian otak dan pengalaman.
Selama bertahun-tahun bekerja
dengan
pak syam kamaruzaman , tidak seorangpun
yang pernah menjamah tubuh
nyoto . sebab tidak punya
urusan. Kalaupun ada, sebab
tidak punya keberanian!
Sekali dua ia dapat pula
menyarangkan pukulannya
ketubuh chucky sehingga
pembuat gaduh disubuh itu
beberapa kali sempat
terbanting-banting. namun
pengalaman sebagai seorang
perampok dan bekas narapidana
menguntungkan baginya. Ia
hanya perlu mengelak dan
mengelak sambil melayangkan
pukulanpukulan berbahaya
sehingga nyoto akhirnya
terhempas kandas kelelahan.
Tidak ada luka-luka atau biru
lembam bekas pukulan di wajah
maupun tubuhnya. Sebaliknya
dengan chucky . Ia masih bisa
tegak memandangi lawannya
yang menggeliat di tanah.
Namun hidung chucky
berdarah, dan sebelah matanya
membiru.
"Sudah", maki chucky .
Tersenggal senggal. "Sekarang
panggil! keluar majikanmu yang
berkutuk itu!"
nyoto mengumpat-umpat. Namun
tidak kuasa berdiri.
Terdengar tawa parau dari
mulut chucky . Lantas ia
berjalan tertatih-tatih kearah
pintu rumah yang terbuka. Ia
baru saja menginjak lantai
terras saat beberapa orang
penduduk meloncat keluar dari
rumah dan berlari memasuki
halaman rumah pak syam kamaruzaman .
"Tahan, dia!" seseorang
berseru.
chucky tertegun.
Waktu ia membalikkan tubuh. ia
lihat belasan orang sudah
mengepungnya. Ia menyeringai
Kesal dan marah.
"Mau apa kalian?"
pak aidit yang berdiri paling
depan. meludah.
"Jangan sekali-kali kau jamah
tubuh pak syam kamaruzaman !" umpatnya.
Mata chucky menyipit.
"Kenapa pula ia harus kalian
bela?"
"Terkutuk. Sudah tahu diri bekas
perampok, masih menghina
orang-orang terhormat"
"Terhormat?", chucky tertawa
berkakakan. "Pak syam kamaruzaman yang
pengecut dan tidak berani
memperlihatkan muka itu. kalian
katakan terhormat?"
Pantas, sambil mencerca begitu
chucky mengeluarkan kutang
wanita lesbian yang lusuh dari balik
kemejanya yang basah oleh
keringat.
"Kalian lihat!", ia menggeram.
Matanya berkilat memandangi
orang-orang yang pernah
menjadi tetaidit -tetaidit
baiknya namun kini mengepung
untuk mengeroyoknya
"...ini kutang isteriku. Kutang
jessica ' Kalian dengar" ini kutang
jessica !
Semua orang terdiam sesaat
Semua mata, membulet melihat
kutang lusuh ditangan chucky .
Pak aidit batuk-batuk kecil
"Apa hubungan kutang itu
dengan kegaduhan yang kau
buat " "tanyanya
"Kutang ini tersangkut ditebing
belakang mmah ini!".
"Lantas?"
Mata chucky merah menahan
marah dan kesal.
"Bodoh!". gerutunya. Tak
sabar... ltu artinya, isteriku jatuh
atau dijatuhkan orang dari
terras belakang dibagian atas
rumah ini"
"Tak mungkin.". beberapa mulut
menggumam.
"Mengapa tidak" Apa kalian
pikir jessica merangkak dulu dari
sungai, naik ketebing baru
menjatuhkan diri?"
"Kau menghasut!"
"Aku mengemukakan fakta!"
"Kau menghasut. sebab kau
mau di usir dari kampung ini
dan pak syam kamaruzaman tidak berdaya
menghadapi keinginan seluruh
penduduk, kau lantas
menghasutnya. Orang haram.
Perampok. Buangan. Mana kami
mau percaya pada
ucapan-ucapan kotor seseorang
yang menggerutu tak
berkeputusan. "Kau hina orang
paling terhormat dan dul latief man
dikampung ini. Bertahun tahun
ia jadi syam kamaruzaman disini. Tanpa cacat
tanpa cela.
Bertahun-tahun ia
mengeluarkan uang untuk
mendirikan sekolah.
Membangun madrasah.
Memperbesar mesjid.
Menyumbang penduduk yang
tidak mampu. Orang'sebaik itu,
kau tuduh pembunuh dan
pemerkosa?"
Suara-suara mengumpat
berkecamuk di sekeliling
chucky .
"Kekayaan pak syam kamaruzaman didapat
dari merampok!", ia berteriak
mengatasi suara berkecamuk itu.
"Ia yang membiayaiku kesana
kemari dari
tahun ketahun. hasil usahaku
sebagian besar ia ambil untuk
dirinya sendiri. Apa yang ia
sumbangkan pada kalian, hanya
satu dua sen dari kerja sama
kami!",
"Puih !", pak aidit meludah.
Mukanya merah padam pula.
"Ia sudah semakin menghasut.
anak-anak. Usir dia dari
kampung ini!"
Hanya dalam beberapa menit
kekacauan itu menjadi reda.
Perlawanan chucky yang sudah
gelap mata, toh tidak sebanding
dengan amukan belasan laki-laki
yang ganti berganti menghantam
serta menghambat langkah
tubuhnya kesana kemari.
Pakaiannya sudah robekrobek
dan disana sini berlumur darah
sementara mukanya sudah mulai
tidak berbentuk. Dalam hati ia
memangggil nama isterinya
Mengeluh:
"Akan matikah aku sekarang.
jessica ?".
chucky tidak mati. Ia hanya
hampir mati, saat terdengar
suara pak syam kamaruzaman yang keras
namun lembut berwibawa:
"Sudahlah, saudara-saudara!"
Terdengar suara-suara nafas
lelah. Semua mata memandang
ke pintu. Di sana, pak syam kamaruzaman
berdiri tenang. Bersandar ke
bendul pintu .Wajahnya pucat,
namun mulutnya tersenyum. Ia
mengenakan kain sarung dan
berpeci.
"...aku sedang sembahyang
subuh saat
ribut-ribut ini terjadi," katanya
dengan tenang Tenang sekali.
"Barusan sempat kudengar apa
yang dikatakan oleh chucky .
Percayakah kalian?"
"Tidak. Tidak. Tak mungkin," ia
dengar suara-suara bergumam.
Aku tahu kalian tidak percaya.
Kasihan anak malang itu.
Mungkin sebab dipenjara, ia
shock. Dan sesudah isterinya
mati. pikirannya jadi engga
karuan. Ia mengatakan yang
bukan-bukan. Harap kalian
maklumi hal itu,
saudara-saudara. Hentikan
kegaduhan ini. Aku tak mau
salah seorang pendudukpun
tangannya dikotori oleh darah.
Kalian tidak boleh jadi
pembunuh!"
Semua diam. Terpekur. Bahkan
ada yang menjadi malu.
Banyak orang sudah keluar dari
rumah.
Berkerumun di depan pagar pak
syam kamaruzaman . Ayam-ayam sudah
bertaburan di sana sini. Burung
sudah kembali bernyanyi. Seekor
kambing mengembik. Dan
beberapa ekor kerbau melenguh
di gelandang oleh seorang anak
kecil.
"Sekarang begini," melanjutkan
pak syam kamaruzaman . "Keinginan kalian
untuk mengusir chucky , apa
boleh buat Terpaksa dengan
berat hati kukabulkan. namun
tidak dengan cara yang kalian
lakukan. Sayang, aku terlambat
menengahi .namun sudahlah.
Apa guna menyesal. Aku maklum
luapan kemarahan kalian..." ia
berhenti sebentar.
Menarik nafas panjang. Lantas:
"Kalian bawalah chucky ke
klinik. Bila
besok ia cukup kuat kalian antar
ke batas desa dan katakan
jangan ia coba-coba kembali ke
sini. Pergilah. Akan kuberikan
sejumlah uang untuk biaya
pengobatan anak yang malang
itu...!"
Sambil mendorong tubuh
chucky yang babak belur dan
pingsan ke klinik, pak aidit
mengeluh:
'Apa kubilang" pak syam kamaruzaman tidak
akan ada tandingan dalam soal
berderma dan soal dul latief di
kampung ini. Mungkin juga di
kampungkampung lain. Apalagi
di kota. Hem, anak ini," ia
menggeleng-gelengkan kepala
memandangi tubuh chucky .
"Benar tak tahu diuntung!"
Di rumahnya, pak syam kamaruzaman
termangu-mangu.
nyoto berjongkok kelelahan
disebelahnya.
"Tahukah kau apa keinginanku,
nyoto ?"
tanya pak syam kamaruzaman . .
nyoto memandang, lalu
menggeleng pak syam kamaruzaman
tersenyum. Dingin. Katanya:
"Pergilah nanti malam ke klinik.
Jangan sampai ada yang lihat.
Dan bunuh si chucky !"
chucky terlonjak kaget.
la mengerang sesaat diserang
rasa perih yang teramat sangat
sekujur tubuh terutama diwajah
yang penuh pembalut. Nanap, ia
memandang ke jendela. Ia
sempat tersadar tadi siang,
lalu pingsan lagi. Ia sadar
kembali sore harinya. sebab
ingin tahu di mana ia berada,
chucky ingat betul jendela
kamar klinik di mana ia rawat,
tetap tertutup. Rapat.
Kini, jendela itu terbuka.
Mengapa lebar.
Bunyi jendela yang menghempas
ke dinding itulah yang
menyadarkan chucky dari
serangan kantuk yang luar
biasa-dan kelelahan yang
mengesalkan. Mata chucky
mencari-cari. Liar. Namun ia
tidak melihat kehadiran
seseorangpun.
Baik di dalam kamar maupun di
luar jendela. Ia terengah dan
menggigil waktu angin yang
keras menampar wajahnya.
Dengan susah payah, chucky
turun dari dipan.
Sakit sekali sekujur tubuhnya.
"Terkutuk mereka semua," ia
memaki-maki sendiri, "Hampir
saja tulang-tulangku mereka
remukkan!"
Seraya memaki ia terus
merangkak ke pinggir jendela.
Bermaksud menutupkannya Dan'
?"kang!"
chucky terdongak.
"Kang chucky !"
Sesaat itu juga, chucky
menghambur ke
jendela. Berpegangan
dibendulnya. Memandang keluar
dengan mata membesar. Gelap
sekali. Mula-mula ia hanya
melihat kabut tipis yang
bergerak perlahan-lahan. Ia
juga melihat dedaunan
berguguran dari cabang-cabang
pohon yang bergerak
lambat-lambat. Lantas. dari
tengah kabut yang tipis itu,
menjelma kabut lain Yang lebih
tebal. Mata chucky kian melotot
Dan kabut itupun kian tebal. _
"Kang?"
chucky menggeleng-gelengkan
kepala. Keras-keras. Sakit bukan
alang-kepalang namun ia tidak
perduli.
"Mungkinkah?", ia berbisik.
Dan kabut menebal tadi berjalan
kearah tepi jendela. Semakin
lama semakin dekat. semakin
jelas. Tidak. chucky tidak
bermimpi. Di depan biji
matanya, ia melihat jessica muncul
dari tengah-tengah kabut.
Isterinya yang malang itu
hampir-hampir tidak berpakaian
sama sekali. Blusenya tinggal
setengah, sedangkan salah satu
tali kutangnya lepas.
Payudaranya jessica agak
menyembul ke luar .Sebelah
payudara itu membiru. Jelas
terlihat sebab kulit jessica yang
putih gemerlap.
"Jahanam itu menggigit dadaku
kang "
bisikan yang hilang timbul.
Hilang timbul itu seperti helaan
nafas yang menyapu telingga
chucky ." "Balaskan sakit
hatiku, kang. Balaskan sakit
hatiku!"
Lantas bayangan jessica menjauh.
Menjauh dan menjauh.
Barulah chucky tersadar.
"jessica !", ingin ia menjerit.
Memanggilmanggil isterinya.
Namun lidah chucky kelu.
Hanya keluhan pendek saja yang
keluar.
'Jangan...", ia mengerang.
"Jangan kau tinggalkan aku,
jessica ...!" _
lalu , dengan mengerahkan
sisa-sisa tenaganya ia
merangkak memanjat jendela.
Malang, kekuatan chucky
belum pulih.
Tiba di tepi jendela, ia jatuh
terhumbalang ke bawah.
Berguling-guling diantara
barangbatang pohon
buah-buahan di atas rerumputan
bertanah lembut yang menurun.
Beberapa kali chucky mengeluh
dan merintih kesakitan. Salah
satu rusuknya membangkitkan
kengiluan yang amat sangat
waktu membentur sebatang
pohon.
chucky terhenyak. Lama.
Ia kira ia kembali pingsan.
namun tidak. Suara
mendesau-desau dari balik
pohon memaksanya membuka
mata. chucky merangkak
sedikit, berpegangan ke pohon
itu.
Dan tiba-tiba ia membalik,
berguling kembali ketempat
semula. Ternyata disebelah sana
pohon, terdapat jurang yang
menganga diantara semak
belukar yang rimbun. Untunglah
ia mengenali sungai yang
mengalir di bawah sana. Kalau
tidak ia tentu akan terus
mengejar bayangan jessica yang
menghilang ke arah semak
belukar itu.
"Ya Tuhan!", ia mengucap.
Lalu berusaha bangkit. Ia harus
kembali ke klinik, sebab salah
satu luka di kakinya
mengucurkan darah.
Kepalanyapun berdenyutdenyut.
Mungkin pukulan orang-orang
kampung itu sudah merekahkan
batok kepalanya.
chucky memaki dan memaki
lagi. Tak berkeputusan. Kaki
kanannya yang luka berat itu
membuat ia tidak bisa berdiri.
Mau tidak mau ia merangkak
kearah klinik dimana ia bisa
membangunkan salah seorang
perawat jaga di sana untuk
menolongnya dari kematian
sebab kehabisan darah.
Belikatnya lagi aduh!
"Krasak!"
chucky tertegun.
Liar, matanya mencari lagi.
Suara itu datang dari arah
jendela klinik. Seperti ranting
terpijak. lalu sepi. Hanya
deru angin malam saja yang
menyambar-nyambar ribut.
Tampaknya akan badai.
jessica -kah. Dengan penuh harap,
chucky kembali merangkak.
Hatihati. Ia tidak boleh
kehilangan jessica untuk kedua
kalinya malam ini.
Ia harus mencapai jendela,
melihat istrinya itu. memeluk
dan menangis diharibaannya,
menanyakan mengapa ia begitu
cepat mati dan siapa yang
menyebabkan kematiannya!
namun niat chucky tidak
kesampaian.
Yang ia lihat didepan matanya,
bukan bayangan jessica yang
berpakaian tidak karuan dan
setengah telanjang. Melainkan
bayangan sesosok tubuh tinggi
besar. Mengenakan pakaian
hitam pekat. Sesosok itu
mendempet sepanjang dinding
klinik menuju jendela kamar
chucky . Dengan kecut, chucky
memandang ke jendela itu.
Matanya berbelalak. Aneh.
Jendela kamar chucky sudah
terbuka kembali. Mungkin
sebab dihempaskan angin.
la alihkan lagi pandangan
matanya ke arah sesosok tubuh
tadi, sambil meringkukkan tubuh
dibalik bayang-bayang semak
belukar. Orang misterius itu
sudah mencapai jendela. Lantas
mengintai ke dalam. Percuma,
tentu saja. sebab kaca jendela
kabur dibasah kabut. Hatihati,
orang tadi mulai mencukil
pinggir jendela. Berderik-derik
bunyinya. Tak lama lalu
jendela terbuka. Didorong
perlahan-lahan. lalu
diam. Menunggu.
Tidak ada reaksi.
Sesosok tubuh tadi lantas
merangkak menaiki jendela
masuk kedalam.
Ditempatnya bersembunyi.
chucky terhenyak. Menunggu
dengan tegang. Apa yang akan
dilakukan orang itu" Siapa dia"
Mengapa harus ke kamar
chucky " Sembunyi-sembunyi
pula lagi" Dan tengah malam
buta begini, selagi
petugas-petugas klinik dan
semua penduduk kampung
terlelap dalam buaian tidur yang
nyenyak diserang hawa dingin"
tak lama ia dengar suara ribut
di dalam, disusul oleh caci maki:
"Jadah! anak jadah si chucky
itu!"
chucky tersenyum.
nyoto ! gumamnya sendirian.
"Tentu di suruh pak syam kamaruzaman !"
nyoto cepat-cepat keluar dari
kamar chucky dan sesaat
menyalangkan mata disekitar
halaman belakang klinik. Namun
ia tidak melihat apa-apa, kecuali
kegelapan dan kabut
menyelimut. Sambil
menghentak-hentakkan kaki ke
tanah menimbulkan suara
berdebum-debum ditelinga
chucky yang diam tergeletak
dipersembunyiannya, nyoto
mengumpat-umpat:
"Dimakan setanlah hendaknya si
jadah itu!"
Sesudah mengumpat kesal
demikian. nyoto lalu
menghilang disamping klinik.
chucky menarik nafas.
"Kau menolongku lagi, jessica -ku
sayang' ucapnya dengan nafas
lega.
Beberapa saat lamanya, ia
terbaring di atas rerumputan
yang basah oleh embun.
Otaknya berputar cepat. Sesudah
itu, ia berusaha berdiri Susah
sekali. Udara yang beku
mungkin sudah menghentikan
darah keluar dari kaki
kanannya. Terpaksa chucky
berjalan menyeret-nyeret se
belah kaki, kadang-kadang
merangkak, istirahat sebentar,
merangkak lagi, berjalan
menyeretnyeret kaki. "Begitu
terus. Semakin lama semakin
jauh ia dari arah klinik .
"kemana ia tadi ?"
nyoto panik dan panik.
Wajahnya yang basah oleh
keringat, merunduk lesu.
"Jadi chucky lari" celetuk
majikannya seraya menekan
puntung serutu ke asbak. Abunya
bertebaran dan asapnya
menyapu hidung nyoto .
"Ada yang melihat kau?"
"Tidak," sungut nyoto .
"Hem. Jadi si chucky lari" Ia
sudah menduga ada yang akan
kita lakukan atas dirinya. Setan
benar. Coba tadi pagi kubiarkan
saja orang-orang kampung
mengeroyoknya sampai mati
seperti cacing!
Lelaki setengah baya itu
lalu berdiri. Ia melangkah
ke arah kamar tidur. namun di
depan pintu kecil, ia tertegun.
Lantas membalik. Memandang
tajam pada pelayannya yang
bertubuh kekar itu.
"nyoto !"
"Ya?"
"Sudah kau dengar bagaimana
perkembangan bayi anak Nyi
Saodah yang sakit itu?"
"Semakin payah. Pak syam kamaruzaman ," .
"Ada harapan hidup?"
"Kata mantri, tak mungkin lagi
di tolong Kemungkinan besar
malam ini sudah mati!"
Sepasang mata pak syam kamaruzaman
berkilat. la bertepuk-tepuk.
Puas.
"Malam apa ini, nyoto "
"Jum'at, pak syam kamaruzaman ."
"jum'at apa"
"Kliwon, pak syam kamaruzaman ."
Pak syam kamaruzaman manggut-manggut.
Puas. Bayangan kekesalan
sebab kehilangan chucky sudah
lenyap sama sekali dari
wajahnya. Ia tersenyum.
Gembira. Matanya menatap
memandangi pelayanannya yang
masih berdiri terpekur-pekur
ditempatnya semenjak tadi. Ia
pandangi tubuh nyoto dengan
mata liar, menjelajahi dari
ujung rambut ke ujung kaki,
berhenti di beberapa bagian
tubuh yang kukuh itu, lalu
menjilat ludah.
"...nyoto ?" suara pak syam kamaruzaman
berubah parau.
"Ya?"
"Masuklah ke kamar tidurku."
Sesaat . kemasgulan di Wajah
nyoto sebab gagal
melaksanakan perintah
majikannya, ikut pula lenyap. Ia
memandang tubuh pak syam kamaruzaman
yang berjalan melenggang ke
kamar tidur. Seperti yang
dilakukan majikannya itu, nyoto
pun memandangi pak syam kamaruzaman dari
ujung rambut ke ujung kaki
menjilat bibir waktu memandang
lenggang punggung pak syam kamaruzaman
sebelum hilang di dalam kamar.
nyoto dengan cepat berjalan
kesebelah kanan ruangan. Dari
dalam sebuah rak ia keluarkan
sebuah botol besar. Etiketnya
menandakan botol itu berisi
bier. Dengan giginya. nyoto
melepaskan tutup botol.
Meneguk isinya dengan leher
meleguk-leguk. lsi botol itu habis
hanya dalam sekali teguk. nyoto
menutupkan rak, meletakkan
botol bier yang sudah kosong
seenaknya di atas sebuah kursi
lalu ia
memandang ke pintu kamar
tidur majikannya. Matanya
berkilat, sedikit
kemerah-merahan.
"Malam yang dingin ya, pak
syam kamaruzaman ?" ia tersenyum.
lalu tertawa cekakakan.
Lantas berjalan ke arah pintu
kamar tidur majikannya, seraya
melepaskan kemeja . lalu
celananya. Tiba di kamar tidur
majikannya ia lihat laki-laki
setengah kaya itu sudah
berbaring di atas ranjang. Pak,
syam kamaruzaman memakai selimut tebal,
nyoto percaya majikannya'itu tidak
mengenakan pakaian sama
sekali. Mereka berpandangan
beberapa lama. tanpa berkedip
Pak syam kamaruzaman gemetar waktu nyoto
pelan-pelan naik ke atas tempat
tidur dan menarik selimut yang
dipakainya.
ibu nyi girah mendengar suara
ketukan halus dipintu disusul
suara berdebum benda berat
terjatuh. wanita lesbian itu terkejut,
dan dengan hati-hati ia
melangkah kepintu. Sesaat ia
mendengarkan, tak ada suara
apa-apa.
saat pintu ia buka,
dihadapannya tergeletak sesosok
tubuh. Berpakaian
compangcamping, kotor lumpur
bercampur darah kering. Wajah
dan kepala hampir tertutup
seluruhnya oleh pembalut
sesudah berjongkok baru ia
kenali siapa orang itu.
"chucky !" serunya kaget.
Mata chucky tertutup rapat
namun mulutnya menganga. Ia
bernafas tersengal-sengal. Ibu
nyi girah segera menyeret tubuh
chucky masuk ke dalam rumah.
lalu ia berlari lagi
kepintu. Memandang keluar
sesaat. Lantas menutupkan pintu
cepat-cepat. Lantas berlari lagi
kearah chucky yang tengah
berusaha untuk duduk dengan
susah payah.
"chucky . Apa yang terjadi"
Mengapa kau sampai begini?",
tanya ibu nyi girah bcrtubi-tubi
seraya membantu chucky
berdiri, membim
bingnya kekamar dan lalu
menidurkan laki-laki itu diatas
tempat tidurnya sendiri.
Lambat-lambat chucky
mengucapkan terima kasih.
lalu jatuh tertidur. Ibu
nyi girah memandangi tamunya
yang datang secara aneh
sesubuh begini. Masih dengan
mata tidak percaya. Waktu tadi
ia mendengar suara benda berat
jatuh didepan rumahnya ia kira
maling mula-mula. Sampai ia
dengar suara patah-patah
meminta tolong.
"chucky , chucky !", gumamnya.
Lantas geleng-geleng kepala.
Cuma itu yang bisa ia perbuat.
Waktu chucky membuka
matanya, hari sudah siang.
Menoleh kejendela yang
terbuka, ia lihat ibu nyi girah
tengah membalikkan sebuah
kasur diatas jemuran yang
disusun dari dua buah kursi.
chucky menoleh lagi. Tempat
tidur dimana ia terbaring
rupanya berkasur dua. Salah
satu kasur berada dibawah
punggungnya yang masih-masih
sakit-sakit. Yang lainnya tengah
di jemur ibu nyi girah . Dilantai,
chucky melihat sehelai tikar
terhampar Ibu nyi girah dilantai
pada malam itu.
chucky menghela nafas. Tidak
mengerti.
"Mengapa ibu syam kamaruzaman tidur
dilantai?", tanyanya saat
wanita lesbian setengah baya itu tak
lama lalu masuk seraya
membawakan segelas kopi susu
panas untuk chucky .
Ibu nyi girah tersenyum. Ramah.
'"minum, chucky . Itu lebih baik
bagimu. dari pada mengajukan
pertanyaan yang tidak perlu".
"Mengapa tak sama-sama
diranjang?"
"Kau mau minum apa tidak?",
ancam ibu nyi girah dengan mata
ancaman, namun melihat
pandangan mata wanita lesbian itu
akhirnya ia mengalah. Ia
lalu meneguk minuman
yang disodorkan siwanita lesbian
langsung kemulutnya. Ia hidup
dengan kenikmatan yang tidak
tiada tara, tersenyum puas
sebab minuman itu serasa
menghilangkan seluruh rasa
nyeri disekujur tubuhnya.
"Melihat keadaanmu, chucky ,
kau bukan datang dari rumah
sakit dikota. Kau tentu baru dari
klinik. sebab agak berlumpur,
bukan,-pula klinik didesa ini!" _
"Aku dari kampung kita tadi
malam".
"Siapa yang memukulimu
disana?"
'Orang kampung, siapa lagi".
"namun mengapa?".
".,..sebab mereka tahu aku
seorang perampok".
"Kudengar kau sudah masuk
penjara. Kapan kau keluar?".
"Baru".
"lantas mereka pukuli kau.
Merampok lagi?".
"Kata mereka, menghina".
"Siapa?".
chucky memandangi wajah
siwanita lesbian sejenak, lantas:
"Pak syam kamaruzaman ".
Namun tidak ada reaksi apa apa
diwajah wanita lesbian itu.
"Mengapa tak kau katakan saja
ia yang paling banyak makan
uang hasil rampokan mu?".
chucky tertawa.
"Ibu tahu, mereka tak akan
percaya".
Ibu nyi girah tersenyum. Lirih.
lalu angkat bahu.
"Makan ya?".
"Kebetulan. Sejak kemaren aku
cuma makan Tinju dan
tendangan orang orang
kampung".
Ibu nyi girah membantu
menyodorkan nasi kemulut
chucky tidak sampai lima menit
berikutnya. Selama itu mereka
diam. Hanya mata chucky yang
tidak mau diam. Sepasang
matanya liar, menjelajahi
sekujur tubuh ibu nyi girah . Usia
wanita lesbian itu lebih tua sepuluh
tahun diatas umurnya sendiri,
namun masih tampak berisi.
Tiada kerut merut kedukaan
diwajahnya, sehingga chucky
berpikir pikir apa yang kira kita
bisa membahagiakan
.siwanita lesbian semenjak ia
menetap didesa ini, setengah
jam perjalanan dengan jalan
kaki dari kampung asal mereka
bersama.
"Ku lap dengan air hangat ya?",
tanya ibu nyi girah selesai
menyuapi chucky . Selama pe
rempuan itu melap tubuhnya,
chucky tidak mengeluh sama
sekali. Ia memang merasa
kesakitan, namun matanya yang
menjilati payu dara wanita lesbian
itu dibalik kebaya yang
kancing bagian atasnya terlepas,
benar-benar pemandangan yang
merupakan impian semata
selama ia mendekam dibalik
jeruji besi. Dada lbu nyi girah
masih penuh dan chucky
merasakan betapa hangatnya
dada itu. Dulu.
saat itu chucky masih
bujangan.
Ia belum menikah dengan jessica .
Malah belum pernah
memikirkan seorang wanita lesbian
secara serius. satu satunya
wanita lesbian yang pernah jadi
pikirannya, hanyalah ibunya.
namun ibu chucky sudah
meninggal diserang malaria
saat chucky baru saja
menginjak usia remaja. Ayahnya
menyusul tiga tahun berikutnya.
sebab kanker di dada jatuh
melarat sebab harta habis di
pakai membayar biaya
perawatan sang ayah selama
menderita kanker yang ternyata
sia-sia sebab toh ayahnya
akhirnya mati juga, chucky
lalu bekerja sebagai
pelayan di rumah syam kamaruzaman .
Baru sebulan bekerja ia sudah
digoda.
Bukan oleh ibu nyi girah , isteri
syam kamaruzaman . namun oleh pak
syam kamaruzaman sendiri. Seorang laki-laki
seperti chucky . ia tak mengerti
mengapa suatu hari pak syam kamaruzaman
menyuruh berjongkok diatas
tempat tidur sesudah lebih dulu
diharuskan pula membuka
celana. Baru saat pak syam kamaruzaman
membuka celananya sendiri dan
lalu naik ketempat tidur,
chucky mulai curiga. la berlari
keluar dan bersembunyi
didapur.
la sembunyi sampai tengah
malam di dapur itu. sampai ibu
nyi girah menemukannya dan
lalu menyuruh chucky
kembali kekamar
nya sendiri. namun ibu nyi girah
bukan sekedar menyuruh saja. Ia
juga mengantarkan chucky .
Sampai kedalam kamar.
Bahkan menutupkan pintu
sekalian. Lantas membuka
pakaian yang melekat
ditubuhnya seraya menciumi
wajah dan mulut chucky
bertubi-tubi. Alangkah jauh
perbedaan pengaruh antara
tubuh pak syam kamaruzaman dan ibu syam kamaruzaman
yang sama-sama telanjang, atas
diri chucky .
Ibu nyi girah tersentak
Dengan wajah merah ia tepiskan
cepat-cepat tangan chucky
yang meraba pahanya yang
tersembul dari balik kain saat
berjongkok untuk meremas air
hangat pada lap.
'Jangan begitu, chucky . Tak
baik' gerutunya.
Mata chucky yang kelopaknya
masih membiru, terbelalak
heran.
"Kau sudah beristeri. chucky "
menjelaskan ibu nyi girah .
Sesaat , chucky menjadi pucat.
Matanya kuyu.
"jessica sudah mati', bisiknya,
parau.
"Aku juga dengar. Aku ikut
berduka cita, chucky . namun
kematian isterimu tidak lantas
berarti kau boleh menjamah
tubuhku".
"Maafkan aku bu syam kamaruzaman ..."
wanita lesbian itu tersenyum.
Menghibur.
'Jangan sebut-sebut lagi aku ibu
syam kamaruzaman .
Kau tahu, kami, sudah bertahun
bercerai! Itupun tidak berani
sembarang lelaki boleh
menjamah tubuhku sebab aku
sudah menjanda?"
Lesu, chucky menyela:
"Sudah ada laki-laki tertentu, bu
Las?"
'Tak lama lagi".
"Boleh aku tahu, siapa?"
"Ah. malu. Nanti saja. Yang
jelas, ia bukan seorang
perampok seperti suami yang
pertama. Pula bukan seorang
laki-laki yang tidak saja
menyukai wanita lesbian namun
tak kuat menahan nafsu melihat
kaum sejenisnya sendiri...",
wajah ibu nyi girah keruh.
"Kalau kuingat semua itu
chucky , aku benar-benar takut
sama laki-laki. Ketakutan itulah
yang mendorongku untuk pernah
merayumu. Lantas bersetubuh
denganmu di rumah suamiku
sendiri, benar-benar
pelampiasan kebencian yang
ditimbulkan suamiku sebab
memergoki dia bersetubuh.
Bukan saja dirumahku, akan
namun terutama sebab lawan
bersetubuhnya justru laki-laki
seperti kau".
Lantas ia menggeleng-gelengkan
kepala. Susah.
"namun yah. Sudahlah", ia
tersenyum lagi. 'Semua sudah
berlalu, bukan" Nah. chucky
Gantilah pakaianmu. Dirumah
ini banyak pakaian. Punya
suamiku yang akan datang,
Mudah-mudahan ia tidak
kecewa kalau sepasang
pakaiannya kukenakan ketubuh
seorang laki-laki lain'.
"Ia orang kampung ini juga?"
"Bukan. namun sebab sering
urusan jual beli keluar masuk
kampung dari tempat tinggal
nya dikota, ia sering mampir
diwarung nasi yang kubuka.
Mula-mula tertarik pada
masakanku, lalu pada
anak wanita lesbian ku yang masih
kecil. lama kelamaan, ia tertarik
padaku. Anak wanita lesbian ku ia
bawa kekota, ia sekolahkan
disana dan tinggal bersamanya
menanti aku benar-benar
melupakan masa laluku dan
mulai kembali menyukai seorang
laki-laki...".
"Ibu wanita lesbian yang
beruntung".
Ibu nyi girah berdiri. Katanya:
"Luka lukamu lumayan.
Terutama itu yang dikaki kanan.
Kebetulan hari ini suamiku
biasanya singgah disini sebelum
pulang kekota. Kau ikut
dengannya ya?".
"Untuk disekolahkan?"
'Kerumah sakit, tolol!"
chucky menggeleng kepala!"
"Kau memerlukan perawatan
kusus" rungut ibu nyi girah .
"jessica juga memerlukannya".
"Isterimu sudah mati. chucky ."
"namun arwahnya memerlukan
perhatian yang khusus. Aku
tidak bisa meninggalkannya. Ia
bahkan sempat datang tadi
malam kekamarku diklinik'.
"Omong kosong!"
"Sungguh, bu Las. sebab ia
datang, aku selamat dari maut
yang datang bersama si nyoto '.
"nyoto "'. bu nyi girah terpana.
"nyoto ?" Atas suruhan syam kamaruzaman ,
tentu saja"
Ibu nyi girah terdiam lama. Lantas
berkata serius:
"Kalau begitu, kau harus kekota.
Pak syam kamaruzaman akan terus
mengejarmu. Pasti bukan
sematamata sebab kau
satu-satunya orang lain yang
tahu siapa ia sebetulnya . Entah
persoalan apa, namun kau harus
lari".
"Tidak. Pak syam kamaruzaman tak akan tahu
aku bersembunyi dirumah ini.''
"namun calon suamiku nanti...",
ibu nyi girah kebingungan.
"Berikan alasan apa saja, bu
Las. Atau akan kuceritakan
padanya siapa pertama yang
memperkenalkan kehangatan
tubuh wanita lesbian padaku!",
rungut chucky . Kasar.
seorang wanita lesbian tua
berjongkok didepan makam jessica .
Diam. Mematung. '
Tak terdengar suara apa-apa.
Kecuali berisik dedaunan dan
keresek batang-batang bambu
ditiup angin. Bulan pucat di
langit lalu menerangi
sesosok tubuh keluar dari balik
timbunan bambu. Ia
menyeret-nyeret sebelah kaki
dengan bantuan tongkat kayu.
Lama ia tegak dibelakang
wanita lesbian itu. Baru
membungkuk. Hatihati pundak
siwanita lesbian ia jamah.
Yang dijamah menoleh.
Tengadah. Tiada kejutan
diwajahnya.
"Pulanglah, bu. Sudah larut
malam...!'.
wanita lesbian itu memandang
makam lagi. Tanpa kata-kata.
Kalau saja ia tidak pikun tentu
ia akan meratap.
"Mengapa, nak" Mengapa kau
mendahului ibu" Padahal kau
masih muda Cantik. Punya
suamiPunya masa depan..."
namun ia cuma menatap makam
tanpa
berkedip. Hanya itu yang bisa ia
sadari. Datang kemakam, duduk
didekatnya: sebab ia tahu.
anak wanita lesbian nya sudah
disemayamkan di sana. Tidak
pernah lagi kembali kerumah .Ia
kini tinggal sendirian didunia
ini, seperti chucky . Bedanya,
chucky ditinggaLkan kedua
orang tuanya. wanita lesbian itu
ditinggalkan anak satu-satunya.
Namun bagaimanapun mereka
sama-sama sudah kehilangan
orang-orang yang mereka cintai.
Suami si wanita lesbian . Dan istri
chucky .
"Pulanglah!" ulang chucky
seraya membantu si wanita lesbian
berdiri.
Lalu ia tuntun wanita lesbian itu
keluar di antara
gundukan-gundukan makam:
Sesudah dekat ke rumah salah
seorang penduduk, ia baru
lepaskan wanita lesbian itu yang
berjalan terbungkuk-bungkuk ke
rumahnya sendiri. Lama
chucky memperhatikan
siwanita lesbian berjalan di
tengah-tengah kesepian malam
yang mencekik. Lampu-lampu
minyak di pintu-pintu gerbang
rumah menimbulkan
bayangan-bayangan memanjang
tiap kali terlewati oleh
siwanita lesbian . Akhirnya hilang
dibalik tembok sebuah rumah.
chucky menghela nafas. Berat.
Seekor kelelawar terbang
menggelepar dari balik daun
pisang saat chucky berjalan
kembali kearah makam istrinya.
Tiba disana. bulan persis
tenggelam-dibalik awan. Gelap
sekali. chucky membungkuk,
seperti yang di lakukan ibu
mertuanya tadi. memandangi
makam. Dan berbisik
perlahan-lahan.
"Nyenyak tidurmu, sayang?".
Seakan-akan ia mendengar
suara jessica : "Engga".
"Mengapa?".
"Kau belum menciumku'.
chucky mencium batu nisan
dikepala makam.
"Tidurlah ya?"
Biasanya, jessica akan merajuk:
"Selimuti aku".
Awan kian tebal juga
menyelimuti langit,
chucky terkejut sebab seekor
tupai tibatiba terjatuh didekat
kakinya. Tupai itu tergelak
sesaat, bergerak-gerak disaat
berikutnya lantas lari
cepat-cepat kebalik
semak-semak. Bunyi
kelepak-kelepak di udara
menarik hati chucky . Ia
tengadah. Terbiasa oleh cahaya
gelap, lalu lihat
banyak'sekali kelelawar. Lari
serabutan. Beberapa
diantaranya mengeluarkan
jeritan nyaring. Naluri chucky
mengatakan sesuatu.
Hati-hati, ia merangkak dari
makam kebalik serimbunan
bambu.
Di sana, ia diam menunggu.
Ia tidak melihat apa-apa.
namun lalu telinganya
menangkap suara melucut-lucut
halus. Seperti ada orang
memacul tanah. Ah, siapa pula
manusia yang datang untuk
memacul tengah malam buta
begini di kuburan" Penasaran,
chucky mendorong
batang-batang bambu di
depannya kekiri dan kanan. Dari
celah-celah yang terkoyah
itu ia lalu mengintai.
Sosok tubuh tinggi besar sedang
menggali sebuah kuburan. Ia
bekerja dengan buru-buru: tiap
kali awan meninggalkan bulan,
orang itu menoleh kelangit.
Menyeka keringat. Sesekali ia
menggerutu tiap kali paculnya
menyentuh batu. chucky jelas
mendengar salah satu gerutuan.
"Sialan! Mereka tanam bayi itu
diantara cadas!"
Benturan besi pacul kebatu-batu
cadas berulang-ulang mengiris
telinga. Tampaknya orang yang
sibuk menggali itu tidak perduli
pada suara-suara ribut yang ia
timbulkan. Toh orang kampung
sudah pada lenyap tertidur.
Kalaupun ada yang mendengar
suara berisik, tak akan ada yang
berani keluar. Siapa yang berani
coba-coba menyelidik suara
berbisik di tengah malam,
apabila ia tahu suara itu berasal
dari tengah-tengah kuburan"
namun chucky di luar
perhitungan orang itu.
Takut kakinya yang
terseret-seret terbentur
benda-benda yang bisa membuat
gaduh. chucky berjongkok di
atas tanah, lalu merayap
diantara gundukan-gundukan
makam.
Bila bulan pucat dilangit
muncul, ia rapatkan tubuh ke
tanah. Diam tak bergerak. Kalau
sudah gelap oleh gumpalan
awan, ia teruskan merayap.
Sampai akhirnya ia berada
hanya dua meter dari arah
orang yang tengah sibuk
Menggali makam. Penggali
kuburan itu sudah terbenam
setengah dari tubuhnya dalam
lubang
yang ia buat. chucky
memperhatikan dengan teliti.
Lantas mengenali tanah makam
yang tengah digali. Ternyata
masih kemerahan. Sebuah
kuburan baru. Dan mayat bayi
di dalamnya!
chucky menahan nafas waktu
tak lama lalu orang itu
keluar dari dalam lubang seraya
mengapit benda bungkusan kain
kafan. Melihat bentuknya
tentulah mayat bayi yang
dimaksud orang tadi. Sesudah
menginjakan kaki di permukaan
bumi, orang tadi menatap ke
langit. Mulutnya melepas
senyum, sementara kepalanya
yang licin berkilau oleh
kubangan kermgat.
"Mudah-mudahan Nyi Saodah
tak semaput kalau tahu kuburan
anaknya dibongkar maling?".
orang itu berkata pada diri
sendiri.
"Pak syam kamaruzaman tentu akan ikut ribut
sana ribut sini..." orang itu
tertawa. Dengan kakinya ia
dorongkan pacul masuk
kelobang yang lalu ia
tutupi dengan tanah. Juga
dilakukan oleh kaki yang sama.
"nyoto terkutuk!" chucky
menyumpah nyumpah dalam hati
seraya mengikuti pelayan pak
syam kamaruzaman itu keluar dari
pemakaman. sebab orang itu
merasa gembira dengan hasil
kerjanya, ia sama sekali tidak
mendengar suara berisik yang
ditimbulkan oleh kaki chucky
yang terseret-seret dan tongkat
kayunya yang kadang-kadang
mengenal batu. Kaki kanan
chucky berdenyut-denyut
dibagian tulang kering sebab ia
terpaksa setengah berlari-lari
mengejar dari belakang.
nyoto tidak masuk dari halaman
depan rumah pak syam kamaruzaman .
Ia bergerak kesamping
belakang. Dipinggir tebing, ia
merayap turun kebawah Lebih
dulu ia letakkan bungkusan
mayat bayi diatas. lalu
baru menggapainya dari bawah.
chucky lebih mendekat. la lihat
nyoto memindahkan beberapa
bungkalan batu dari balik
serimbunan semak belukar
didinding tebing. Riak-riak
sungai dibawah memecah di
batubatu besar menelan suara
ribut sebab gerakan nyoto .
chucky tersenyum dibalik
persembunyian
nya.
"Awas kau, syam kamaruzaman bejat!"
desisnya.
Sesudah melepaskan lelah selama
lebih dari satu jam. chucky
lalu menuruni bibir tebing
yang sama. Selama ini ia
melakukan hal itu hanya dalam
beberapa detik. namun pembalut
tulang kering kaki kanannya
mengeluarkan darah. Berulang
kali ia merintih. ia bongkar
batu-batu dibalik semak-semak
yang sudah disusun kembali oleh
nyoto sebelum menghilang ke
dalam:
Kegelapan yang meremangkan
bulu kuduk, membuat chucky
tertegun sesaat sesudah berada
didalam.
Baru pengap menyerang
hidungnya: Ia tahu ia berada
dalam lorong tanah yang
disaidit kayu-kayu balok dikiri
kanan dan papan tebal melapisi
bagian atas sebab lorong itu
rendah.
ia lantas merayap seperti yang
tadi Ia lakukan dikuburan. Kaki
kanannya semakin terasa sakit.
Mudah-mudahan saja perban itu
cukup tebal sehingga bisa
menyerap darah yang keluar.
Kalau tidak, darah dari kaki
chucky akan menetes
disepanjang lorong. Sehingga
pak syam kamaruzaman akan tahu kalau sudah
ada orang lain yang mengetahui
jalan rahasia yang sudah mereka
pakai selama bertahun-tahun.
Seingat, chucky , lorong itu
menuju ke satu rumah. Yakni
ruang gudang di tengah rumah,
dari mana orang bisa menaiki
taidit ke ruang tengah atau
langsung ke terras di tingkat
atas. namun didepan pintu yang
sudah dikenal baik chucky ,
ternyata ia menemukan sebuah
lorong yang lain. Uap hangat
menerobos dari ujung lorong
kedua ini chucky mengikutinya
dengan hati-hati. Makin lama ia
makin percaya lorong itu berakhir
disebuah ruangan lain yang
tidak begitu besar dan biasanya
dipakai menyimpan
barang-barang hasil rampokan
selama berminggu-minggu
sebelum dikeluarkan kembali
untuk dijual kepada para
penadah.
namun kenapa dari arah
ruangan yang ia duga tempat
penyimpanan barang-barang itu
keluar uap hangat dan bau api
perdiangan. Sambil menahan
rasa sakit dibelikat dan kaki
kanannya, ia terus merayap.
Dalam keadaan demikian
rasanya jauh dan lama sekali
jarak yang ia tempuh. Sampai ia
tiba dihadapan sebuah pintu
yang masih menganga. Cahaya
lampu samar-samar membias
lewat pintu. Par
man memepetkan tubuh ke
dinding. Lantas diam. Menunggu
dengan tubuh dan dada tegang.
"... rasanya kok bayi yang
mungil ini masih hangat " ia
dengar suara pak syam kamaruzaman .
"Ah. Yang benar," rungut nyoto .
"Kau kepit kuat-kuat ya" Lihat
sampai tulang lututnya patah.
Coba kalau Nyi Saodah tahu
lutut anaknya sudah patah.".
nyoto tertawa mendengarnya.
"Besar api, nyoto ".
chucky dengan hati-hati
mengintai.
Ia lihat pak syam kamaruzaman
membelakanginya. Lakilaki itu
memangku sesuatu. Tentu mayat
bayi itu. Didekat kakinya,
bertumpuk kain kafan yang sudah
dilepaskan dari tubuh mayat.
nyoto menyorongkan beberapa
batang kayu-kayu besar dan
kering kedalam sebuah tungku.
Diatas tungku, tidak terdapat
periuk atau belanga seperti
biasanya.
Yang ada ialah batang-batang
pohon pisang yang dipotong
pendek-pendek lalu
disatu-satukan dengan kayu
seperti sebuah rakit kecil.
Batang-batang pisang itu
menahan kobaran api agar tidak
menjilat pada sebidang bambu
yang tersusun rapih. Biasanya
diatas bidang belahan-belahan
bambu yang selebar satu meter
persegi itu, didiangkan ikan atau
ayam untuk disalei. namun yang
dilihat chucky untuk disate
adalah bayi yang oleh pak syam kamaruzaman
digantungkan di atas para
bambu itu, pada seutas tali
jerami yang ujungnya membelit
pada bahu langit-langit
ruangan. Kepala bayi kebawah.
Kaki-kakinya terikat pada ujung
tali yang lain.
saat pak syam kamaruzaman
melepaskannya, mayat bayi itu
berputar-putar sesaat mengikuti
gerakan tali yang mendapat
beban, lalu diam.
Batang-batang pohon pisang
mulai mengerut, membubungkan
uap yang tebal kepara bambu.
Uap itu menerobos lewat
sela-sela bambu menimbulkan
garis-garis melingkar disekitar
tubuh mayat si bayi. chucky
menutup mata. tak tahu melihat
pemandangan buruk
didepannya. Ia baru membuka
matanya ia dengar suara pak
syam kamaruzaman :
"Siapkan bunga-bunga rampai,
nyoto "
Si nyoto menjadi sibuk
mencampur bau sejumlah
akar-akar dan
dedaunan-dedaunan jeruk purut
ketan hitam yang ia aduk dalam
sebuah baskom berisi air. Pak
syam kamaruzaman memperhatikan pekerjaan
pelayannya itu seraya
bergumam lambat-lambat.
?"semenjak chucky dipercaya,
sudah kupikirkan untuk mencari
jimat. nyoto . namun jarang sekali
bayi yang mati pada malam
jum'at Kliwon. Siapa nyana,
kalau bayi pertama yang akan
kita jadikan percobaan, justru
baru beberapa hari yang lalu
ikut kuhadiri selamatan puput
pusarnya...!
Sesudah nyoto selesai mengaduk
ramuan.pak syam kamaruzaman mendesah:
'Tutup pintU' lorong. Dan
marilah kita masuk kekamar
tidur, nyoto . Aku lelah sekali..."
chucky buru-buru merapatkan
tubuh ketembok lorong. Detik
berikutnya, pintu di depannya
tertutup rapat. chucky
membuang nafas yang terasa
kering berdebu.
subuh hari itu kembali ibu
nyi girah menemukan tubuh
chucky terkapar diambang
pintu rumahnya. Seraya
menyeret laki-laki ketempat
tidur. siwanita lesbian tidak
habis-habisnya menggerutu.
'Apa sudah kubilang. Jangan
pergi lagi kesana. Mana
malam-malam. Mana jauh.
Mana sakit. Belum lagi ada yang
lihat, kau di keroyok lagi dan..."
"Bayi itu... bayi itu, hiii!"
Ibu nyi girah terhenyak.
Memandangi chucky yang
matanya melotot terbuka, namun
kelihatan pudar
"Bayi itu. Pak syam kamaruzaman
memaidit ngnya. Bayi itu...0,
jangan! Jangan dekatkan
"padaku! Tidak! Aku tak sudi
menyentuhnya. Tidak Tidak!
Tidaaaak!" sambil berkata
begitu chucky memberontak di
tempat tidur seraya kedua
tangannya menggapai-gapai
seperti mendorongkan sesuatu
agar menjauh dari depannya.
'chucky ' chucky ! sadarlah...',
sungut ibu nyi girah . Pucat.
Seorang laki-laki setengah umur
keluar mandi. Masih
mengenakan handuk. Tergopoh
gopoh mendekati ibu nyi girah .
Ada apa, Las" Siapa dia"
'.... bekas pelayan kami dulu,
kata siwanita lesbian tanpa berpikir
lagi. Matanya mulai berkilau
oleh linangan butir-butir air. Ia
sesenggukan, berulang-ulang
menggoyangkan kepala dan
menceracau tidak karuan.
lstigfar, Las Istigfar, laki-laki itu
menggoyang-goyangkan
bahunya.
lbu nyi girah istifar. Lantas menjadi
tenang kembali.
Kasihan, katanya memandangi
chucky . Ia mengigaukan
sesuatu yang menggoncangkan
syarafnya..."
Beri dia air hangat.
Ibu nyi girah lari kedapur dan tak
lama kembali membawa apa
yang diperintahkan silakilaki.
namun saat gelas berisi air
hangat itu didekatkan kemulut
chucky . tangan chucky cepat
menepiskannya. Keras sekali.
seraya memekik.
'Jangaaan !'
Gelas itu melayang di udara.
membentur tembok. pecah lantas
berderai diatas lantai. Suara
berisik itu justru membuat
chucky semakin histeris. Ia mau
bangkit dan matanya menjadi
buas.
'Apa boleh buat," ucap laki-laki
disamping ibu nyi girah yang
terpukau tak tahu mau berbuat
apa. Lantas dengan sekali tinju
chucky ter
baring kembali di atas ranjang.
Tidak sadarkan diri
Kau apakan dia, kak" ibu nyi girah
panik.
Cuma sekedar menyadarkannya
dari histeris.
'namun .namun ... ia pingsan.
Kalau-kalau
Diam las. Orang ini cuma
tertidur. Mandilah. Siapkan
Sarapan pagi. Aku harus
kembali kekota hari ini. Kasihan
anakmu, ia tentu kasihan
dirumah"
Ibu nyi girah menarik nafas.
Memandang lakilaki
disebelahnya dengan lembut.
Kak"
Ngh"
Gimana Siti"
Laki-laki itu tertawa. .
Masih memanggil Oom padaku.
Sahutnya lalu .
"Belum mau panggil bapak?"
'Perlahan-lahan, Las,
perlahan-lahan. Kita harus
bersabar. Lagi pula...", ia balas
menatap mata siwanita lesbian .
"Kau sendiri, sudahkah kau
putuskan?"
Ibu nyi girah teringat pada
jamahan chucky tadi malam
pada pahanya.
Wajah wanita lesbian itu jadi
bersemu merah.
Seraya merunduk ia
mengangguk
'Alaaa, kayak perawan saja,"
kata si lakilaki tertawa. 'Sudah,
pergi mandi sana. Lantas kita
makan pagi bersama,
sebagaimana layaknya suami
isteri. Sayang, ada orang ini di
atas
tempat tidurmu. Kalau tidak, kau
yang kutidurkan di atasnya.
Tidak perduli sudah mandi apa
belum..."
'Idiih. si kakak!" Tersipu-sipu, ibu nyi girah kabur
dari kamar
pernah, suatu malam yang
gerah dan menyesakkan nafas,
ibu nyi girah terbirit-birit lari dari
kamar chucky saat sang
suami tiba-tiba muncul
diambang pintu. chucky
menduga majikannya
laki-lakinya akan marah besar.
Ia sudah merungkut di pojok
tempat tidur, pucat dan
ketakutan.
Dengan gemetar ia lihat
bagaimana pak syam kamaruzaman masuk ke
dalam kamar. Lantas duduk di
pinggir dipan chucky yang
barusan di tinggal isterinya .
Diluar dugaan chucky , pak
syam kamaruzaman berbicara dengan tenang:
?" aku tahu nyi girah toh akan
melakukannya."
chucky terdiam. Masih gemetar
sebab takut memandang mata
majikannya.
"Sudah sering. ya?"
Enggan, chucky mengangguk.
"Hem. Biarlah. Mungkin
salahku. namun , chucky ,"
ditatapnya chucky dengan
tajam. "... lain kali kuncilah
pintu kamarmu. Jangan coba
coba dekati isteriku.
Sekali kau laidit r, akan
kusuruh si nyoto melemparkanmu
ke sungai dari tingkat atas
rumah ini...!"
chucky terbungkuk-bungkuk
mengangguk.
'namun bukan cuma itu. Kau
harus lakukan sesuatu untukku!"
Mendengar itu, chucky pucat
kembali. Haruslah ia
menelanjangi tubuhnya di kamar
pak syam kamaruzaman , dan melakukan apa
yang sudah ia lakukan pada
laki-laki itu seperti apa yang ia
lakukan bersama isteri laki ski
itu" chucky menggigil, dan
semakin menciut di pojok
ranjang.
Sini kau..!"
chucky buru-buru mengenakan
pakaian seadanya. Sesudah itu.
terbungkuk-bungkuk ia
mengikuti majikannya ke luar
dari kamar. Mereka langsung
menuju kamar tidur pak syam kamaruzaman .
Bayangan saat pertama kali ia
disuruh telanjang oleh pak
syam kamaruzaman , membuat chucky mau
lari saja dari tempat itu. namun
bayangan tubuhnya
terhumbalang dari tingkat atas,
jatuh ke sungai dengan lebih
dulu membentur batu-batu cadas
pada tebing, memaksa chucky
untuk diam saja dan patuh pada
apapun yang dikehendaki
majikan darinya.
Sesudah berada dalam kamar,
pak syam kamaruzaman bergerak ke sebuah
peti empat persegi yang terletak
di atas lemari pakaian pak
syam kamaruzaman . Tidak seorangpun yang
diperbolehkan menyentuh peti
itu. Biar ibu nyi girah sendiri.
Apalagi chucky . namun kini pak
syam kamaruzaman menyodorkan peti
kecil itu kehadapannya seraya
memerintah.
"...buka!"
chucky memandang majikannya
dengan ragu.
"Buka tutupnya chucky ."
Dengan tangan gemetar dan
tubuh basah oleh keringat
dingin, chucky membuka tutup
peti itu: la sampai gagal dua
kali.
Pada kali yang ketiga ia berhasil
menyentakkan tutup peti sampai
menganga terbuka sebagai
seorang pelayan, ia cepat-cepat
mengalihkan wajah, agar tidak
melihat isi peti yang pasti
merupakan rahasia pribadi
majikannya. Namun pak syam kamaruzaman
segera mendengus:
"Pegang isinya!"
Tanpa melihat. chucky
merogohkan tangannya kedalam
peti.
Hatinya berdetak saat ia
meraba sesuatu benda kira-kira
sebesar lengan kanannya
sendiri. Lembut dan hangat,
namun chucky merasakan suatu
aliran yang dahsyat dari benda
itu ke tubuhnya. Ia sampai
gemetar, tidak kuat menjaga
keseimbangan badan. Dalam
sekejap, chucky sudah terjatuh
di lantai dengan wajah biru
kepucatan dan basah kuyup oleh
peluh. Di tangannya ia
menggenggam benda yang
berasal dari dalam peti.
"Tatap, chucky . Tatap !'.
dengus pak syam kamaruzaman .
Takut takut, chucky menatap
benda itu.
Ia dekatkan ke muka. Segera
hidungnya mencium bau anyir di
antara bau ramuan yang sangit.
Namun bukan bau-bauan itu
yang
membuatnya hampir pingsan
dan perutnya mulas mau muntah
.Benda yang di pegangnya, jelas
bukan patung sebab terdiri dari
daging, tulang dan tengkorak
yang berbalut kulit manusia.
Dengan mata melotot lebar.
chucky melihat sesosok tubuh
bayi yang sudah mati, diciutkan
sampai sebesar lengan!
"...tidaaak!", chucky terpekik,
lantas melemparkan benda itu
jauh-jauh.
Pak syam kamaruzaman memungutnya
tenang-tenang, memasukkan ke
peti lantas menyimpannya
kembali di tempat semula.
Sesudah itu ia berdiri di hadapan
chucky yang masih meringkuk
di lantai, antara sadar dan tidak.
Antara dengar dan tidak pula
chucky menangkap suara berat
majikannya:
"Kau sudah memegangnya,
chucky . Itu sudah cukup!"
'namun ...namun ...benda itu..."
"Bayi, chucky . Mayat bayi yang
sudah kuselei selama
berbulan-bulan! Keampuhannya
sudah tersalur ketubuhmu begitu
kau memegang dan lalu
menatapnya. Kau akan jadi
orang kaya. chucky . Kau dan
aku akan jadi orang terkaya
dikampung ini, lalu paling
kaya di seluruh kecamatan. Tak
perlu lagi kau susah-susah
memikirkan uang maupun
kebutuhan sehari-hari.
Gampang sekali. chucky .
Gampang sekali kau
memperolehnya Berkat bantuan
ajimat itu!"
Masih ingat chucky , bagaimana
pertama kali ia mendapat contoh
praktek memperoleh
uang secara gampang. la
disuruh pak syam kamaruzaman memilih salah
satu rumah penduduk untuk
dijadikan percobaan sasaran.
chucky memilih rumah pak
Baria. yang menolak keras anak
wanita lesbian nya bernama jessica
berkasih-kasihan dengan
chucky . saat itu, baru saja
lepas magrib. jessica berserta
kedua orang tuanya sedang
berseloro di kamar depan.
chucky masuk, namun tidak
seorangpun yang melihat.
Dengan kagum. chucky terus ke
kamar orang tua jessica ,
menyambar sebuah tas besar
berisi uang hasil penjualan
panen ayah jessica .
Ketiga orang penghuni rumah
terkejut dan pucat melihat
bagaimana tas milik mereka
melayang-layang di udara
seperti di pegang oleh seseorang
yang tidak kelihatan saking
terpukau, mereka cuma diam
memperhatikan. Baru sesudah
chucky bersama tas hilang di
telan kegelapan malam yang
mulai turun di luar mereka
tersadar. Dari kejauhan chucky
tertawa-tawa mendengar
bagaimana ayah kekasihnya
berteriak-teriak dengan panik.
'Tasku! Tasku! Uangku! Dicuri
setan! Tolooooong!" '
Lewat kekasihnya, chucky
sehari lalu mengembalikan
tas itu.
"Kutemukan ditengah-tengah
kuburan," katanya memberi
alasan.
namun ayah jessica sudah kelewat
shock oleh apa yang dilihatnya.
la terkena serangan jantung
.Mati. Seminggu jessica menangis.
Seminggu
berikutnya, ia juga menangis.
namun tangisnya lain dari tangis
yang pertama. Tangis jessica yang
kedua, adalah tangis
kebahagiaan sebab chucky
melamarnya untuk diperisteri,
dan ibu jessica yang selama ini
bertengkar saja soal jodoh anak
mereka dengan ayah jessica ,
dengan gembira memberi restu.
chucky termenung di hadapan
ibu nyi girah dan calon suaminya.
Lama ia dalam keadaan
demikian, sementara kedua
orang lainnya cuma diam
memperhatikan. Sesudah menarik
nafas panjang, chucky berkata:
?" mustahil, memang. namun
nyatanya, semenjak itu dengan
mudah aku memasuki rumah
orang-orang kaya tanpa
dicurigai. Mereka menyangka
setan yang meludeskan
barangbarang berharga yang
ada di rumah mereka."
"Aku benar-benar tak percaya,"
gumam calon suami ibu nyi girah .
"lantas mengapa akhirnya kau
tertangkap?"
"Kena tangkal."
"Tangkal?"
"He-eh. Suatu malam di kota,
sebelum beroperasi aku tidur di
rumah seorang pelacur. Aku tak
tahu kalau rambut pelacur itu
melekat di sela-sela kuku.
Pengaruh jimat itu hilang
apabila bersentuhan dengan
rambut manusia di ."
saat beroperasi. Aku ketahuan,
lari ke kampung. sebab
terbiasa leluasa, aku kurang
teliti menghilangkan jejak.
Kasihan jessica . Ia baru tahu aku
perampok. Sesudah polisi datang
menangkapku ke rumah"!"
Calon suami ibu nyi girah angkat
bahu. Lelah. Lantas berdiri.
"Sebentar lagi bus menuju kota
akan lewat. Nah. chucky .
Siap-siaplah."
Di kota, kita akan ke rumah
sakit. Tulang kering kaki
kananmu harus segera di
operasi, kalau tidak bisa
menimbulkan kelumpuhan total
pada tubuhmu!"
sore hari ituchucky
terbangun sebab serangan
ngilu di lutut kanan. la kira ia
sudah tertidur selama
berabad-abad. Merasa lebih tua
bertahun-tahun. Lemah. Tidak
bersemangat. Dadanya dipenuhi
perasaan ganjil yang
membingungkan. Beberapa saat
ia geleng-gelengkan kepala.
Juga menggosok-gosok mata.
Namun perasaan ganjil itu kian
menghebat.
"Lekas sembuh ya?" ia dengar
suara seseorang.
chucky menoleh.
Disampingnya, di atas tempat
tidur yang sama dengan tempat
tidurnya sendiri, ia lihat seorang
pasien tengah bersalaman
dengan seseorang yang lain.
Pasti tamu. Kedua orang itu
bertatapan selama tiga helaan
nafas. Baru sang tamu memutar
tubuh mengangguk halus pada
chucky lalu berjalan
menuju kepintu. Rupanya ia
adalah tamu terakhir yang
keluar sore hari itu chucky
lantas mengerti, ia sudah
dipindahkan dari kamar operasi
kedalam sal ini.
Rasa ngilu menyentak lagi
dilutut kanan.
chucky tiba-tiba gemetar. Aneh.
Ya.
Keganjilan itu datang dari ' kaki
kanannya. sudah berhasilkah
dokter mengOperasi tulang
kering chucky " Kata mereka,
tulang keringnya sudah borok.
Infeksi sudah menjalar sampai
kesum-sum. Pantas ia sampai
pingsan dalam perjalanan bus
menuju ke kota ini. Ia ingat. Ibu
nyi girah mengantar mereka
sampai ke pintu pagar. Bus
merangkak menuju kota:
Membawa chucky . Dan calon
suami ibu nyi girah . la ingat lagi,
keringat sebesar-besar jagung
memercik hampir dari semua
pori-pori kulit. Lantas hentakan
yang keras ditulang kering
membuat ia terpekik bersakitan.
Ia pingsan sesaat .
Baru kini ia terbangun.
Kedua kalinya. Yang pertama,
setiba ia di kamar bedah.
Waktu itu, ia menjerit-jerit
menahan rasa sakit. Sekarang
rasa sakit itu sudah hilang.
Diganti perasaan ganjil. Kaki
kanannya kok seolah olah lebih
ringan. chucky tak habis
mengerti. Perlahan-lahan,
dengan jantung dagdig-duk ia
balik selimut yang menutupi kaki
kanannya. Dan ia melihatnya.
Kaki kanan chucky terbalut
oleh perban tebal. Sampai batas
lutut. Dari lutut ke bawah, ia
cuma melihat sprei yang putih
dan sedikit bercak-bercak darah.
"Kakiku...". chucky mendesis.
"Kemana kakiku?"
"Kemanapun ia cari, ia tidak
akan menemukan tulang
keringnya yang borok. Juga
betis. Juga telapak. Dan
jari-jemari. Yang bersisa
hanya dari lutut ke atas. chucky
terkesiap. Darah memancar dari
kepala kebagian bawah
tubuhnya sehingga wajah
chucky sesaat jadi pucat pasi.
Keringat dingin membasahi
ketiak. Menetes. Terus. Terus.
Terus. Juga darah di pembuluh.
Menetes. Terus Terus. Terus.
chucky terbelalak.
Dan tiba-tiba:
'Kakiku!" ia berteriak lantang.
Pasien-pasien lain dalam sal
yang sama. tersentak dan semua
memperhatikan bagaimana
chucky berusaha duduk lantas
memegangi lutut kanannya
seraya memekik-mekik dan
menangis. Tak ada yang buka
suara. Semua ikut terharu.
Bahkan lupa pada penyakit yang
diderita masing-masing .Sal
yang beberapa saat sebelumnya
tenang dan diam, meledak oleh
jerit tangis chucky .
Hanya dalam beberapa detik,
terdengar langkah-langkah
sepatu berlari. Seorang perawat
laki-laki buru-buru masuk
kedalam. mendekati chucky dan
berusaha membujuknya.
"Tidurlah. Nanti lututnya
terganggu.'
chucky meraung:
"namun kakiku" ke mana kakiku".
Kemana?"
"Terpaksa dipotong. bung...".
Dipotong! Ya Tuhan.
Bagaimana aku akan berjalan.
Bagaimana?" 'Kakimu yang lain
masih sempurna. bung. Kalau
yang kanan tak di potong,
mungkin yang kiri' akan
terjangkit. Bahkan sampai
kepinggang. Ah, sudahlah.
Tidur, bung. Usahakan untuk
tidur. Perjalanan darah
mu harus normal kembali. Biar
kau lekas sembuh..."
"Sembuh!" jerit chucky . "Tanpa
kaki!"
"Kau bisa pakai tongkat":
"Tongkat ?", mata chucky
terbelalak." jessica akan marah
kalau ia lihat aku pakai
tongkat!"
Perawat itu... dan pasien-pasien
lainnya tidak tahu siapa jessica :
Yang ia tahu menyabarkan
chucky . Namun ia justru
mendapat X Perlawanan.
Sehingga terjadi dorong
mendorong. Perawat itu
berusaha mendorong bahu
chucky agar ia berbaring
kembali. Sebaliknya. chucky
berusaha melemparkan perawat
itu agar menjauhi dirinya.
Dokter yang dipanggil oleh
seorang pasien yang agak kuat
tubuhnya segera datang dan
menyuntikkan obat penenang ke
tubuh chucky .
Perlawanan chucky mulai
melemah.
lalu , sepasang matanya
yang basah. mulai redup. Ia
lalu terbaring. Lesu.
Namun masih sempat
mengerang:
"Kakiku mereka potong: jessica .
Mereka potong"."
Dokter dan perawat juga
pasien-pasien lain menyangka
chucky mulai tertidur. namun
proses dari kehilangan
kesadaran itu memerlukan waktu
itu dimanfaatkan oleh ingatan
chucky kembali pada
orang-orang yang
mengeroyoknya dihadapan
rumah pak syam kamaruzaman . ingatannya
semakin tertuju pada syam kamaruzaman itu.
chucky menggeram. Dan
tiba-tiba menjerit.
"Aku akan membalasmu, syam kamaruzaman
keparat."
Lalu, iapun jatuh tertidur
dalam tidurnya chucky
melihat dirinya berjalan dengan
mempergunakan tongkat kayu.
Biasanya ia menempuh
perjalanan lima menit dari
mulut desa sampai ke depan
pintu rumah. namun dengan
tongkat kayu itu ia memerlukan
waktu yang lebih lama.
Demikian lama dan melelahkan.
Sehingga tiba di depan pintu
tangannya sampai tidak bisa
terangkat untuk mengetuk. Lama
ia tersandar disana. Sampai jessica
sendiri membukakan pintu
untuknya.
Tidak ada suara yang keluar
dari mulutnya.
chucky ingin menangis. Ia
peluk jessica .Isterinyapun
menangis.
"Mereka potong kakiku,
sayang", chucky mengadu.
jessica masih tak menyahut. Ia
cuma membimbing tangan
suaminya masuk kedalam kamar
lalu membaringkan
chucky diatas tempat tidur.
Sesudah itu. ia duduk diatas
sebuah kursi. Memandangi
suaminya dengan sorot mata
penuh belas kasihan:
"Kau tak malu bersuamikan
laki-laki cacat, jessica ?"
Isterinya menggelengkan
kepala:
"Aku tak akan bisa
kemana-mana lagi, jessica . Aku
terpaksa harus diam di rumah
saja.
Tidak bisa lagi cari uang"
jessica mengangguk pula.
"mengapa kau cuma
mengangguk" bicaralah".
jessica tidak bicara. Tubuhnya
malah mengabur. Lama-lama
berubah jadi kabut. Dari
tengah-tengah kabut itu ia
dengar suara isterinya yang
menghiba:
"Sanggupkah kau kini
membalaskan sakit hatiku,
akang?"
chucky terkejut Bangun.
"jessica ..." gumamnya. "jessica . jessica .
jessica aaaa!"
suaranya kian keras. Pasien
disampingnya terbangun. Juga
satu dua orang pasien lainnya.
Ada yang menggerutu. Hanya
pasien di samping chucky yang
berusaha tersenyum. Dan
sebelum membalikkan tubuh di
bawah selimut, sempat nyeletuk:
"Tidurlah bung!"
"Siapa kau?": tegur chucky .
Laki-laki dibawah selimut itu tak
bergerak. namun menyahut:
"untung !"
"Siapa kau?" ulang chucky .
"Namaku untung kerjaanku
pegawai toko..."
"Siapa kau?"
Orang itu membuka selimutnya.
Memandang chucky . Dan
berkata jengkel
'Tak bisakah kau diam bung."
chucky menelan liur. Seluruh
tubuhnya basah oleh keringat.
"jessica ku..." ia bersungut-sungut.
Pasien di sebelahnya tak jadi
tidur kembali Ia agak berminat
rupanya. "Dari tadi kau
menyebut-nyebut nama jessica .
Siapa jessica -mu itu?"
" .isteriku'
Kejengkelan di bawah pasien
sebelah chucky mereda.
"Aku juga punya isteri",
katanya. "Yang bertemu tadi
sore. namun ia tak lagi sayang
padaku. Dua hari yang lalu
kutemukan ia menelungkup di
atas tubuh keponakanku. Di
kamar tidur kami. Isteriku
kupukul.
Keponakanku.membelanya.
Kami berkelahi. Pinggangku
kena ditusuk. Ini..." ia
memperlihatkan bagian
pinggangnya yang berbalut
perban. "Kau tahu betapa sakit
rasanya?"
"Kakiku sakit sekali..." chucky
bergumam tak karuan:
Pasien disebelahnya tak perduli.
Ia terus ngomong:
"Bukan pinggangku: Berapalah
rasa sakit tusukan pisau Yang
lebih sakit adalah tusukan
sembilu pada hati. Aduhai, tak
ada duanya. Untung aku masih
ingat pada anak-anak.
Keponakanku tak kuadukan
polisi. Cuma kuusir. isteriku
meratap-ratap Minta maaf.
Sebagai suami yang sudah
hidup belasan tahun denganku.
aku memaafkan dia Dengan
syarat. agar
ia tak mengulanginya lagi.
Kubilang padanya. sangat
memalukan kalau ...
lelaki itu berhenti bicara
Menoleh kesamping, ia lihat
chucky sudah terbaring dengan
mata setengah terbuka. Dari
mulut chucky lepas dengkur
yang tersentaksentak. Mungkin
mengiringi irama rasa ngeri dan
ngilu dikaki. Atau mungkin juga
dihati. Orang yang menamakan
dirinya untung , seorang
pegawai toko yang ditusuk oleh
ponakannya sendiri serta
dihianati sang isteri itu, angkat
bahu. Lantas kembali menarik
selimut, menutupi seluruh
tubuhnya. Iapun lelah seperti
chucky lelah jasmani. Lelah
rohani. Dan dalam sekejap,
untung tertidur pulas.
namun mana bisa chucky tidur
pulas seperti untung .
Ingatan pada kaki kanannya
yang tidak lengkap lagi:
membuat tidurnya tak nyenyak.
ingatan pada jessica , membuat
perasaannya tetap tergoncang.
Dinihari. la terbangun lagi
sebab mimpi buruk melihat
isterinya terapung-apung
ditengah sungai dalam keadaan
setengah telanjang dan tubuhnya
berlumur darah. chucky
berusaha terjun kesungai. Mau
menolong. namun kakinya
terantuk akar pohon.
Dengan suara berbisik. chucky
terguling
Bukan diatas akar-akar pohon
namun diatasjubin.
Malangnya, justru lutut kanan
chucky yang lebih dulu
menyentuh lantai. "Aduh '.ia
rewel"lantas merangkak
menggapai tepi tempat tidur
Sudah payah, ia berhasil
berdiri-. Namun susah sekali
naik kembali keatas kasur.
Dengan putus asa. chucky
menyadari kalau lutut kanannya
kembali mengucurkan darah.
Pembalutnya sudah merah
sebab kuyup oleh darah. Ia
menahan rasa sakit yang amat
sangat, lantas melakukan usaha
terakhir. Ia tekankan tumit
kuat-kuat kelantai lantas
melambungkan tubuh diudara.
Detik berikutnya, tubuhnya
chucky terbaring di atas
ranjang.
'Lututku...lututku...", Ia
mengerang.
Teringat pada ucapan perawat
sore harinya, ia menggeram.
'Tidak. Kaki yang lain tak boleh
di potong".
Lantas ia gapaikan tangan
kebesi kepala tempat tidur.
Darah semakin banyak juga
mengucur. Juga keringat.
chucky benar-benar hanya
memiliki sisa-sisa terakhir untuk
menggerakkan anggota badan,
pada tombol kecil berwarna
kuning yang bersambung pada
seutas kabel dinding. Ia tekan
kuat-kuat tombol itu, lantas
tangannya lalu menggapai
disebelahnya. Lunglai. Tak
berdaya.
Lama ia menunggu. '
Matanya menatap kearah pintu
sal. Lama sekali. Lalu, pintu sal
terbuka. Muncul seorang.
Berpakaian seragam putih-putih.
Gerakan kakinya lamban.
Namun toh makin lama makin
dekat ketempat tidur chucky :
Dari samarsamar, chucky
lalu melihat jelas siapa
orang itu. Seorang wanita lesbian
dengan sepasang mata bundar,
hidung berbentuk manis mulut,
mungil yang kemerahan, dagu
yang melekuk lembut, leher yang
jenjang Tak sadar mulut chucky
melepas seruan terlepas seruan
tertahan. "jessica , kau!"
suster jaga pada malam itu
bengong sesaat .
la sama sekali tidak mengerti
apa yang dimaksud oleh pasien
bernama chucky itu.
namun kebengongan suster
segera lenyap sesudah melihat
warna merah samar-samar
membasahi lantai. Sprei lebih
merah lagi oleh bercak-bercak
darah.
Terkejut, ia bergumam:
"Perdarahan!"
Sesaat ia memutar tubuh.
bermaksud panggil dokter. ia
hampir terpekik saking kaget
waktu lengannya tiba-tiba
dicekal oleh pasien yang
tampaknya sedang histeris itu.
"jessica ! Jangan pergi!"
Suster terpana. Lalu:
"Kau perlu pertolongan, bung!"
"Akang, begitu: Jangan main
bung-bungan segala... kata
mereka kau sudah mati?"
"Mati", suster bergidik.
Mendengar dan melihat orang
mati sudah tidak asing baginya
sebagai seorang petugas rumah
sakit. namun , orang itu
menyebut dirinya jessica . dan
menganggap dirinya sudah...
'Tidak!" ujarnya tergopoh-gopoh
"Namaku tiny ".
"Kau jessica ! jessica !. Suara chucky
tiba-tiba berubah jadi keras.
lalu agak menghiba waktu
ia melanjutkan: "Sayangku.
Jangan pergi. Jangan lagi ya"
Jangan?" dan ia berusaha
menarik wanita lesbian itu ke atas
tempat tidur. Suster mulai panik.
Ia berusaha melepaskan
cengkeraman tangan chucky .
Namun tenaga laki-laki yang
dalam keadaan luka payah itu
masih kuat sekali. Suster jadi
ingin menangis. Ingin menjerit.
kalau saja ia tidak ingat sebuah
pekikan akan membangunkan
seisi rumah sakit yang sedang
tertidur nyenyak. Ia akan malu
besar. Akan ditegor oleh atasan.
Akan...
"Lepaskan, bung", katanya
tergopoh-gopoh. "Kau perlu
pertolongan dokter".
"Dokter" Aku memerlukanmu,
jessica . Bukan dokter".
"Bung, lepaskan. Demi Tuhan!".
Mengapa. sayangku" Mengapa
kau panik dijamah oleh suamimu
sendiri?"
"Bung... bung mengigau".
"Tidak. Aku sadar seperti kau.
jessica ".
"Namaku tiny . tiny !'.
"Kau jessica ! Dan kau masih
hidup! Ini. Lenganmu hangat.
Bisa kugenggam. Berarti kau
bukan hantunya jessica . Kata
mereka kau sudah mati. Ditanam
dipekuburan kampung kita. Lalu
siapa yang mereka tanam dalam
kuburan itu, jessica " Siapa"
bukankah, kau jessica !"
Rentetan kata-kata yang berbau
kematian itu membuat suster
semakin panik. Pikirannya
berkecamuk. Yang ia hadapi
laki-laki. Tidak pernah ia takut
terhadap laki-laki. Yang ia
takutkan laki-laki ini berbicara
tentang seseorang bernama jessica
yang sudah mati. Yang sudah
dikubur. Pasien ini berbicara
tentang
orang mati. Dan.. dan hantu,
Tengah malam buta begini..
Dalam keadaan putus asa
sebab tekanan bathin yang
menegangkan sebelah
tangannya yang bebas
menggapai-gapai, berusaha
mencari tombol berwarna merah
dikepala tempat tidur. Ia tekan
terus, terus dan terus sambil
terus pula berusaha melepaskan
tangan yang lain dari betotan
pasien yang sudah setengah gila
dipengaruhi
bayangan-bayangannya yang
jauh lebih gila itu. Hanya dalam
beberapa detik seorang laki-laki
bertubuh tinggi besar sudah
muncul di dalam sal, berlari
kearah kedua orang yang
sedang bergumul itu dan
membantu melepaskan betotan
chucky dilengan suster.
"Siapa orang ini, jessica " Kenapa
kau panggil dia" Siapa dia"
chucky tiba-tiba membentak"
Satu dua orang pasien
disekitarnya terbangun. Lantas
menggerutu. "Kau lelah, bung?"
bersungut-sungut perawat
laki-laki yang datang
belakangan. Dan pada suster
yang berdiri kebingungan
sesudah lengannya lepas dari
cekalan chucky , ia bergumam.
"Obat penenang. Cepat!"
"Tidak!" jerit chucky saat
melihat suster berlari keluar
"Aku butuhkan dia. Dia isteriku.
Lepaskan, lepaskan aku. Biarkan
aku bertemu dengan jessica .
Biarkan!"
"Bung, kau bermimpi!"
"Tidak! Tidak! Tidaaaak!"
"Siapa kau" Mengapa turut
campur urusan rumah taidit
orang?"
"Bung ini rumah sakit!"
"Aku tahu. Aku tahu. namun
istriku?"
"Ia suster. Tenanglah. Kami
akan menolong bung"
chucky terus berteriak-teriak
sehingga seisi sal terbangun.
Semua memperhatikan
bagaimana seorang petugas
sudah memegangi chucky .
Beberapa orang
menyumpah-nyumpah, lalu
tidur seraya menekankan bantal
guling ketelinga. Yang lain
duduk mencangkung. Ada pula
yang tetap berbaring, seraya
menghela nafas. Seorang pasien
yang sudah lama ngendon disal
itu sebab tekanan darah tinggi
berteriak lantang:
"Suruh diam dia! Suruh diam!"
namun orang itulah yang
lalu disuruh diam seorang
petugas lain yang segera datang
bersama dengan munculnya
suster bersama tiny . Suster
itu tidak berani dekat-dekat
ketempat tidur chucky ia hanya
memperhatikan dari jauh kedua
orang rekannya berusaha
menekan chucky agar terbaring
seperti biasa, lantas
menyuntikan 'obat penenang
kelengan kirinya .chucky sesaat
masih menuding-nuding kearah
tiny seraya
berteriak-teriak:
"Tolonglah aku, jessica !
Tolonglah! Mereka akan
membunuhku. Kawan-kawanmu
ini anak buah pak syam kamaruzaman . Mereka
akan membunuhku. jessica ,
kasihanilah suamimu.
Kasihanilah sayangku,
kasihanilah... mereka... mereka
akan..." dan kepalanya
lalu terkulai!" Sepasang
matanya terkatup. Lesu. Tak
lama lalu nafasnya yang
kembang kempis, mulai bergerak
"
teratur. la sama sekali tidak
sadar bagaimana dokter yang
segera datang sesudah dipanggil,
memperbaiki gips di lututnya,
membedah beberapa bagian
kecil secara kilat ditempat itu
juga sesudah pasien-pasien lain
disuruh tidur oleh tiny
menarik nafas. Ia tatap wajah
pasien yang pucat pasi itu.
Ia kira, ia sendiri sama
pucatnya. Tak heran, suaranya
bergetar:
"la bilang aku jessica . Isterinya.
Yang sudah mati..." dan ia
menggigil kembali lalu
tersuruk-suruk mengikuti
rekan-rekannya yang keluar dari
dalam sal. saat chucky terbangun,
hari sudah siang.
Lutut kanannya
berdenyut-denyut, namun tidak
lagi sesakit tadi malam. Tadi
malam! Rasa-rasanya tadi
malam ia mengalami sesuatu.
Seperti ia melihat jessica masuk ke
dalam sal, namun bukan
untuk memeluknya dengan
penuh rasa kasih sayang
seorang isteri, melainkan malah
berusaha melarikan diri sesudah
mendatangkan beberapa orang
laki-laki. Bermimpikah ia"
Dan pada pasien disebelahnya,
yang rupanya terus
memperhatikan chucky
semenjak terbangun, ia
mengulangi pertanyaan yang
tersirat di benak.
"Bermimpikah aku, saudara
untung ?"
untung , pegawai toko yang
masuk rumah sakit sebab
ditusuk pakai pisau oleh
ponakan yang meniduri
isterinya, manggut-manggut.
Seraya manggut-manggut ia
menegaskan:
"Ya. Kata mereka kau
bermimpi."
"Oh...!" chucky terkulai.
Betapapun mengerikan
impiannya tadi malam, ia lebih
suka kalau
kejadian itu adalah kenyataan.
Betapa ingin ia melihat
isterinya, jessica masih hidup,
meski jessica sudah tidak menyukai
dia lagi. Ya, siapa tahu jessica
masih hidup" Toh chucky
sendiri belum membongkar
kuburan isterinya" Hanya
orangorang kampung yang
mengatakan isterinya sudah mati.
Dan mertua wanita lesbian nya yang
sudah benar-benar pikun itu!
Kalau saja.. kalau saja jessica
masih hidup... ah, akan sudikah
jessica lagi mencintai chucky yang
sudah tak punya masa depan
sama sekali" Dan sudah tidak
punya sebelah kaki" Lalu, lalu
apa yang harus dilakukan
chucky , kalaupun toh ia sembuh
tanpa sebelah kaki" Untuk apa
ia hidup"
'... kau tentunya sangat
mencintai isterimu, bukan?"
pegawai toko bernama untung
itu tiba-tiba bertanya.
"Ya," sahut chucky .
"Diapun mencintaimu?"
"Ya, suara chucky ragu-ragu."
"'Kenapa kau ragu?"
'.. kaki kananku sudau dipotong
Mana mungkin jessica mencintaiku
lagi?"
"Mencintaimu lagi" namun kau
katakan, isterimu sudah mati!"
chucky menghela nafas. Berat.
"Yah. Kata mereka isteriku sudah
mati
Orang-orang kampung itu. Dan
syam kamaruzaman . Yang sudah mengusir
bahkan ingin melenyapkan aku
dari muka bumi ini?"
"Melenyapkan kau"'
chucky manggut-manggut.
"Mungkin juga mereka pula
yang sudah melenyapkan
isteriku," gerutunya dengan
suara tersendat. Ya. Pasti
mereka, kalau jessica benarbenar
sudah mati. Bukankah chucky
sudah menemukan kutang
isterinya tersangkut dipinggir
cadas yang membatasi bagian
belakang rumah syam kamaruzaman dengan
sungai di bawahnya" Pasti!
Pasti! Pasti syam kamaruzaman itu yang sudah
membunuh isterinya. Bahkan
tidak saja membunuh. Sebelum
jessica mati, syam kamaruzaman sudah " terkutuk.
Terkutuklah syam kamaruzaman keparat itu.
Sesudah chucky membelanya
mati-matian sehingga tidak ikut
terpenjara demi hidup isteri dan
mertua chucky , tak tahunya
orang bermuka manis namun
berhati bejat itu jadi pagar
makan tanaman.
"Hem! Untuk dialah aku harus
tetap hidup," chucky
menggeram. "Dia" Dia siapa?"
tukas untung .
"syam kamaruzaman itu."
"Ah. Saudara chucky ," pegawai
toko untung itu angkat bahu.
"Tak baik membalas dendam.
Aku tahu apa yang diperbuat
syam kamaruzaman terhadap almarhumah
isterimu. Ataupun pada kau
namun . kau lihat bukan"
Ponakanku tidak kuadukan ke
polisi. Isteriku kumaafkan. Demi
anak-anak kami. Demi masa
depan kami...."
"Kau punya anak. Punya isteri.
Punya masa depan . Aku ?"."
sungut chucky lalu ia
membalikkan tubuh Berusaha
mengatupkan mata memikirkan
cara apa yang ia lakukan untuk
membunuh syam kamaruzaman sebagai
pembalas sakit
hatinya. serta kematian isterinya
sanggupkah niat itu ia
laksanakan dengan kaki
kanannya buntung" Lalu
bagaimana dengan orang-orang
kampung" Mereka akan
bertempur untuk membela syam kamaruzaman
yang mereka anggap sangat
terhormat hidupnya. Dan masih
ada nyoto Lakilaki homosex yang
bertubuh besar itu, sudah
dilumpuhkan chucky sebelum ia
lari dari kampung. namun ,
dengan kaki buntung, masih
sanggupkah chucky mengulangi
hal yang sama terhadap laki-laki
berkekuatan raksasa meski
tanpa mempergunakan otak
kalau berkelahi itu"
Pikiran kacau serta
keragu-raguan akan kemampuan
dirinya hampir saja membuat
chucky putus asa. Kalau saja
tidak ingat pada tekad saat
berjanji di depan makam
Isterinya serta pada saat-saat
dimana bayangan jessica muncul
diantara kabut yang menyelimuti
klinik tempat chucky di rawat
pertama kali, maulah ia
hantam-hantamkan saja lututnya
yang buntung kelantai atau
mencabut tombol bel dan
menempelkan ujung kabel
ketubuh sehingga ia mati sebab
dihisap stroom listrik.
"Tidak, jessica sayangku,"
seringkali ia bergumam tiap kali
pikiran nekad hampir
mempengaruhi rasa putus
asanya. "Kau sudah menolongku
malam itu di klinik. Aku tahu
matimu penasaran. Aku akan
menolongmu menyempurnakan
kematian. Semoga kau tabah.
sayangku dan..."
Dan terngiang-ngiang ucapan
isterinya dua
tahun yang lalu, saat ia diseret
polisi sebab terlibat
perampokan-perampokan:
"Kau akan kutunggu sampai
mati, kang chucky !"
Sampai mati! Waktu itu, ucapan
jessica ia anggap hanyalah ucapan
seorang isteri yang ingin
menunjukkan kesetiaannya yang
murni, siapapun dan apapun
juga pekerjaan suaminya. Itulah
cinta. Demi cinta chucky
bekerja sama dengan syam kamaruzaman
untuk mengumpulkan harta yang
bisa ia persembahkan bagi
isterinya. Demi cinta ia masuk
penjara. Demi cinta isterinya
menunggu sampai ia keluar dari
penjara. la percaya demi cinta
pulalah isterinya sampai mati
penasaran. jessica tetap akan
menunggu chucky . Sampai
matinya. Untuk bertemu
kembali. Biarpun di alam baka.
namun tidak. Sebelum chucky
membalaskan dendam mereka
bersama!
Dengan tekad yang bulat itu
chucky berusaha untuk tetap
hidup. Hari demi hari ia
berangsur sembuh. lalu ia
dituntun oleh beberapa suster
atau perawat laki-laki seraya
bergantian. Mula-mula
disepanjang gang dalam sal.
Terus ke kebun bunga. Lama
kelamaan mereka melepaskan
chucky bergerak sendirian.
Dengan tongkat yang tercapit di
ketiak kanannya. Ibu nyi girah .
Bekas isteri syam kamaruzaman sekali dua
berkunjung bersama calon
suami dan anaknya.
Mereka pulalah yang membayar
segala biaya perawatan chucky
selama di rumah sakit. Pada
mereka, chucky berjanji dalam
hati,
kalau diizinkan Tuhan, ingin
membalas jasa. Tidak dengan
harta, paling dengan do'a.
lubang hidung chucky
mengembung. Udara segera
menerobos masuk lewat jendela
sal yang baru saja dibuka oleh
seorang suster. Dihirupnya
dalam-dalam. Sesaat ia
berusaha duduk tenang-tenang
di pinggir tempat tidur.
lalu ia sambar tongkat
kayu yang tersandar ke tembok.
Ia lekatkan di bawah ketiak
kanan, dengan bantuan tongkat
itu ia berjalan ketepi jendela.
Memandang ke luar.
Kepekarangan samping yang
dihiasi segelintir bunga-bunga
ros dan tulip. Ke rerumputan
hijau yang di basahi embun.
Setetes'air jatuh dari ujung
sehelai daun ceri. Jatuh di atas
jalan aSpal di luar pagar. Jalan
yang tenang.
"0, pagi yang cerah," ia
bergumam sendirian. "Bantulah
aku keluar dari masa depanku
yang pudar ini!"
Tersuruk-suruk ia lalu
berjalan ke arah pintu.
Seorang petugas laki-laki
tersenyum padanya. Ramah,
"Selamat pagi," kata orang itu.
"Pagi."
"Enak tidurnya semalam?"
"Ya. Seenak enaknya tidur di
rumah sakit dengan pikiran tak
lepas dari bayangan sebelah
kaki yang hilang."
"Sabarlah. Nanti juga terbiasa
pakai tongkat"
"Terima kasih."
"Tidak mandi dulu?"
"Ah. Seminggu terbaring di
tempat tidur, saya sudah
terbiasa di-lap. Nanti sajalah
lagi .."
Lantas ia meninggalkan petugas
yang cuma bisa memandang
laki-laki yang malang itu dengan
mata bersimpati. Suara ketukan
tongkat kayu diketiak chucky
bergema sepanjang korridor.
Seorang dua suster menoleh.
lalu mengangguk seraya
tersenyum. Seorang pasien ia
lihat sedang berlari-lari kecil
dikorridor. Nafasnya
terengah-engah. Keluar dari
mulut yang kering sesudah
melewati leher yang tipis. Wajah
pasien itu juga tipis. Setipis
tubuh yang tersembunyi dibalik
piyama tidur yang tampaknya
sudah beberapa hari tak diganti.
Sering chucky melihat lelaki
kurus itu melakukan olah raga
kecil, pagi, sore. Kata seorang
suster, terkena rheumatik yang
akut sudah sering berlaidit nan
dengan rumah sakit. Tiap
keluar, selalu tak lama lagi pasti
kembali.
"Pantas matanya begitu layu,"
bisik chucky dalam hati, saat
berpapasan dengan pasien itu.
Dan saat mata si pasien
terpaut pada kaki kanan chucky
yang buntung. chucky
mengeluh, juga dalam hati:
"Namun ia lebih beruntung. Bisa
berjalan bisa berlari. Dengan
kedua kakinya.?"
chucky melangkah terus.
Tersuruk-suruk. Dengan tongkat
berdetuk-detuk.
Dan bergumam lagi:
"Bisakah kubalaskan dendamku
dengan kaki yang buntung
begini?"
Pikiran chucky melambung ke
masa silam. saat kedua orang
tuanya meninggal sebab
dimakan kolera, ia tidak
berputus asa. Mungkin sebab
waktu itu ia masih berumur
belasan tahun, belum mengenal
bagaimana sebetulnya susah
hidup ini. Lebih-lebih sesudah ia
diangkat sebagai pembantu di
rumah pak syam kamaruzaman . Tidur cukup.
Makan cukup. Dimanja bagai
anak sendiri. Bahkan lalu
lebih dari itu, saat suatu
malam isteri syam kamaruzaman ibu nyi girah
masuk ke kamar tidur lalu
mencium bibirnya. Harihari
berikutnya, tak saja mencium.
Juga menggelut. Dan
melampiaskan chucky ke
sebuah penghidupan lain. Yang
indah. Yang bergairah. Panas.
Membara.
Ia juga tidak begitu berputus asa
saat pada saat lain, bukan ibu
nyi girah saja yang dengan
setengah paksa menggelut
tubuhnya. namun juga,
suami wanita lesbian itu.
Mengerikan memang Laki-laki.
Dengan lakilaki. la cuma
terkaget. Panik. Dan takut.
Mulamula. Lama-lama terbiasa.
Lebih-lebih kebutuhan hidupnya
semakin dipenuhi. Sampai benda
lembut yang mengerikan yang
selalu tersimpan dalam kotak
hitam di kamar pak syam kamaruzaman , ter
genggam di tangannya. Mayat
bayi yang tidak saja di awetkan.
namun lalu juga diciutkan.
Dengan itu. chucky leluasa
pergi kedesadesa lain. Juga ke
kota. Mengambil harta milik
orang lain dengan leluasa, tanpa
sekalipun ketahuan.
saat kekebalan mayat bayi
yang menciut itu punah sebab
selembar rambut wanita lesbian
lacur terselip di kuku chucky
sehingga rahasianya terbongkar,
iapun tidak merasa berputus
asa. Betapa tidak. saat
ditangkap polisi, jessica cuma
menangis tersedu, namun
tidak menyesali perbuatan
suaminya. sebab semua itu
demi rumah taidit mereka,
perkawinan yang tanpa modal.
"Kau akan kutunggu".
terngiang-ngiang ucapan jessica .
"Sampai mati. akan kutunggu
dengan janji setia itu. chucky
bisa melampaui hidup yang
sengsara selama terpenjara.
Terjauh dari dunia luar, terjauh
dari cinta dan tubuh isterinya
sempat membuat chucky
kehilangan gairah untuk hidup.
Namun tak sempat sampai
berputus asa Dengan harapan
keluar dari penjara, ia masih
memiliki sesuatu yang paling
berharga di dunia ini: jessica .
namun kini jessica sudah tiada.
Juga sebelah kakinya.
"Tidak!" mulutnya berdecip.
"Aku tak boleh berputus asa.
Demi jessica !"
Detuk-detuk tongkatnya
bergema lagi sepahjang
korridor.
Entah sudah berapa puluh meter
ia berjalan. Tubuhnya lelah.
Terutama pUndak kanan
yang menahan tekanan tongkat.
Lengan. apalagi. namun ia tidak
mau berhenti. Ia harus terus.
Terus. Dan terus. Ia harus kuat.
Ia tidak boleh menyerah. Dokter
bilang, beberapa hari lagi
luka-luka bedah di lutut
kanannya akan mengering. Lalu
ia boleh pulang.
"Kemana !", sesaat ia teringat.
"Ya. Ke mana?"
"Pintu rumah kami terbuka lebar
untuk kamu, chucky ,"
terngiang-ngiang pula ucapan
bu nyi girah tiap kali datang bezuk.
Bibir chucky kering. Memang.
la percaya bu nyi girah tidak akan
menutup pintu baginya. namun
pantaskah" Bu nyi girah akan
segera menikah, sesudah cukup
lama bertahan jadi janda. Ia tak
lagi akan sendiri di rumahnya.
Ia akan ditemani suaminya yang
kedua. Suami yang tampaknya
bertanggung jawab. Dan tidak
bisex seperti suami pertama bu
nyi girah syam kamaruzaman terkutuk itu. Yang
menyebabkan chucky mengenal
hangatnya tubuh wanita lesbian
sebelum waktunya. Bisakah
kehangatan tubuh wanita lesbian itu
ia tekan dan buang jauh-jauh
selama ia tinggal bersama ibu
nyi girah nanti" .
"O, andai saja," keluhnya halus.
"Andai saja ' jessica masih hidup?"
Dan tiba-tiba. hatinya yang
terkoyak berdenyut. Keras.
Seorang wanita lesbian berpakaian
seragam putih-putih, keluar dari
pintu sebuah kamar.
Detuk-detuk tongkat kayu yang
terhenti tibatiba menarik
perhatian siwanita lesbian . Ia meno
leh. Hati chucky semakin
berdenyut. Jantungnya, apalagi.
Ia ternganga, wanita lesbian itu
juga ternganga. Sepasang bola
matanya yang bundar sesaat
membesar. Mulutnya tergagap.
Seperti mau berkata sesuatu.
namun tertahan di tenggorokan.
Dan chucky mendahului:
"... jessica ," ia setengah berbisik.
Lalu, setengah berseru: 'jessica !".
Tongkatnya berdetuk detuk
kencang. la setengah berlari
wanita lesbian itu menjadi pucat
waiahnya. Lalu bergerak
mundur. "jessica ! jessica ! jessica !
Belasan pasang mata petugas
dan pasien yang sedang berada
di luar, terpusat pada chucky
yang menyeret-nyeret sebelah
kakinya dengan tongkat kayu
yang seperti menggapai gapai.
Keheningan pagi, dipecahkan
oleh detuk-detuk tongkat dan
suara chucky yang
memanggil-manggil. Semua
terpukau. Tak mengerti. Dan tak
tahu mau berbuat apa-apa.
Sampai disebuah lorong yang
bersudut empat, chucky
tertegun dengan mata liar
mencaricari. lorong itu sepi.
Salah satu, berakhir di pintu
kamar mati. chucky membasahi
bibirnya yang kering.
lalu , tersuruk-suruk
berjalan lurus ke kamar mati. '
"jessica ?" suaranya setengah
menangis. "Mengapa kau lari?"
Mengapa kau lari?"
Tiba di pintu kamar mati. ia
coba membukanya. Terkunci.
Dengan sekuat suara. chucky
berteriak:
"jessica , bukalah pintu. Bukalah!"
Sepi. Diam.
"Bencikah kau padaku, jessica "
Bencikah" sebab aku cacad?"
Sepi lagi. Diam lagi. Mencekam,
sesepi dan sediam pintu kamar
mati yang tetap tertutup.
Akhirnya, kesabaran chucky
habis. Ia menjadi marah.
Merasa dipermainkan. Merasa
terhina. Oleh isterinya sendiri.
Yang ia cintai, dan katanya
mencintai dirinya. Yang akan
setia menunggunya. Sampai
mati, dengan kemarahan yang
bergumpal-gumpal di dada,
chucky memukul-mukul pintu
kamar mati. lalu
menghantamnya berulang-ulang
dengan tongkat kayunya.
Berdentam-dentam. Suara
hingar bingar segera memenuhi
sekitar tempat itu. Tidak lagi
berbelas-belas. namun sudah
berpuluh-puluh bahkan mungkin
beratus-"ratus pasang mata
memperhatikan kejadian di
depan pintu kamar mati yang
terkunci rapat itu.
'Buka! Buka! Buka! jessica , buka.
jessica aaaa!".
Beberapa orang petugas
laki-laki mendekat dari belakang
chucky . Sesudah saling
pandang, seseorang berkata
hati-hati.
"Bung, tak ada apa-apa di
dalam."
chucky membalikkan tubuh.
Wajahnya merah padam.
Matanya kelabu, "Tak ada?" ia
bersungut-sungut. "Isteriku.
Isteriku ada di dalam". _
'Isterimu?"
Petugas-petugas itu kembali
saling berpandangan.
"lsteriku! Isteriku, dengar" Ia
lari dariku.
dan bersembunyi di dalam.
Mana: kunci pintu" Mana?"
Seraya menelan ludah, laki-laki
tadi berkata: .
"Itu pintu kamar mati, bung".
chucky menghentak hentakkan
tongkat kayunya kelantai lorong.
Berteriak-teriak:
"lsteriku memang sudah mati.
Sudah mati.
Seorang diantara perawat
laki-laki itu bergidik. Yang
seorang bergerak maju.
Tersenyum dibibir, namun cemas
dihati. Dalam hati kecilnya
orang itu menggelinding
dugaan-dugaan: 'Pasien ini
sudah gila. Benar-benar gila!"
Dan kedua lengannya
terkembang kedepan. Berusaha
memegang tangan chucky .
Yang mau dipegang, bergerak
mundur, dan bertahan ke pintu
kamar mati.
"Mau apa kau?". suaranya
serak. "Mana kunci?" '
"Kemarilah, bung, Kau harus
kembali ke tempatmu".
"Kembali?" mata chucky
membesar.
'Tidak Aku tak sudi. Tanpa jessica ".
"Bung', kata petugas dengan
sabar "Kau bilang, istrimu
sudah mati. Berarti ia tak ada
disini, bukan?"
"Di dalam! Ia ada di dalam'"
"Bung. tak ada apa-apa Kamar
mati itu kosong'.
"Tidak. Tidak! Tidaaaak!"
"Petugas-petugas lainjuga mulai
mendekat mengitari chucky .
Tongkat kayu ditangm chucky
segera teracung ke udara.
"Mengapa kalian mengepungku"
tanyanya dengan suara tak puas.
"Kalian mau melarang aku
bertemu dengan isteriku, eh"
kalian mau menyembunyikannya
dikamar mati'! Membiarkan ia
sepi sendiri" kalian
menyiksanya. Kalian
membunuhnya. Kalian
antek-antek syam kamaruzaman . Kalian pasti
anak buahnya".
Dan tongkat kayu chucky
melayang diudara. Petugas yang
terdekat segera membungkuk,
lalu menyambar kaki kiri
chucky yang masih utuh.
chucky terhenyak. Tongkat
kayu ditangannya mau ia
hujamkan kebawah. namun ,
petugas lain segera bertindak.
Seorang menyambar ayunan
tongkat, seorang lagi
memegangi lengannya. dan yang
lain berusaha memeluk
pinggangnya, chucky
meronta-ronta.
"Lepaskan! Lepaskan aku!
Kubunuh kalian! Kubunuh
kalian". _
Ditonton banyak orang. chucky
berhasil diringkus. Ia menangis
sesudah kedua lengannya dibetot
kebelakang punggung, dan
tubuhnya diangkat oleh
petugas-petugas itu. Ia menangis
tersedu-sedu.
'".O. kakiku. Kakiku !'.
lalu perlawanannya
terhenti. Ia menangis.
"jessica , mengapa kau tega"
Mengapa, sayangku?"
Petugas-petugas yang
membopongnya sa
ling berpandangan lalu
saling mengangguk Mengerti
Sama-sama sependapat: pasien
ini histeris. Atau bermimpi
waktu tidur. Dan sesudah
bangun, terpengaruh oleh
impian pada isterinya. namun
kekamar mati" hi! Mungkin
pasien ini sudah rusak jiwanya.
Mungkin. Lakilaki malang!
"Kasihan..." seorang pasien
wanita lesbian ber
ucap.
"Ya. Kasihan" kata orang lain
didekat.
Dengan perasaan kasihan,
kedua pasien itu masuk kembali
kekamarnya. Sesaat. Mereka
tertegun dan pucat saking kaget,
saat sesosok tuouh berpakaian
putih-putih dan berwajah pucat
pasi muncul dari-balik pintu.
Ingatan mereka lari pada pasien
aneh tadi.
Dan.. kamar mati! Namun
sesudah mengenal wanita lesbian
cantik yang tersenyum ramah
dihadapan mereka, kedua pasien
tadi menjadi lega. Seorang
diantaranya bergumam:
"Ah suster tiny , Kirain" apa"
tiny , tetap tersenyum kaku.
lalu melangkah. Kaku.
masih dengan wajah pucat.
tiny masuk keruangan
kantor di sebelah utara rumah
sakit. Seorang petugas yang
sedang membereskan sejumlah
arsip di atas meja menoleh
sekilas. lalu meneruskan
pekerjaannya. Biasa, kalau
sepagi itu sudah ada suster
muncul dengan wajah pucat.
Apalagi, suster yang baru
bertugasjuga malam. namun ...
"... he, tiny . Kau tak tugas
malam tadi bukan?"
tiny duduk disebuah kursi.
Tubuhnya menggigil. "Tidak",
katanya. Antara terdengar dan
tidak:
"Kok: Wajahmu pucat. Sakit?"
tiny menggeleng
"Baru lihat pasien yang mati?"
Mendengar itu, wajah tiny
terdongak. Makin pucat.
Pasien mati" Apa anehnya"
lalu kepalanya terkulai
lagi. Layu, diatas leher yang
manis. Jenjang... mati,
gumamnya. Laki-laki itu bidara
soal isterinya yang mati lagi.
Kali ini... didepan kamar mati"
Temannya yang sedang
memberes-bereskan arsip,
memandang penuh perhatian.
"Naa, apa kubilang," katanya.
"Jangan percaya laki-laki?"
"Engga usah meledek Nur."
"Habis. Marah main laki
didepan kamar mati! Apaan?"
"Siapa bilang!"
"Lho. Tadi kau bilang..."
"Ah. Kau. Mengada-ada saja.
Aku cuma bilang laki-laki itu
bicara soal isterinya yang sudah
mati!" .
"Tentu saja. Supaya kau
bersedia menerima cintanya. Eh.
omong-omong. laki-laki pasien
atau... Ha. Pasti dokter Nata,
ya?"
'Nata?" rungut tiny . Tak
bersemangat.
"lyalah. Dokter Nata. Ia kan
sudah duda"
"Yang benar saja", tiny
tersenyum. Wajahnya mulai
memerah kembali. Laki-laki tua
renta begitu" Huh"
"Tua-tua sih, kalau sedang jatuh
cinta. Coba. Kalau kasih kuliah,
apa engga sering matanya
melirik-lirik kau?"
"Tak pernah kuperhatikan,
sungut tiny seraya angkat
bahu. Lagi pula, yang benar saja
kau. Dokter kan harus jaga
gengsi. Masa pacaran didepan
kamar mati. Pagi begini?"
Gengsi ya tinggal gengsi. namun
kalau cinta bicara...
SUdah, Sudah Bosan!
Nur tertawa. Katanya:
Kalau begitu, fredy krueger ya"
fredy krueger "
Alaa. Yang paling rajin
menyalinkan hasil kuliah kebuku
Catatanmu, tiap kali kau absen...
Jangan mengada-ada Nur!
Khawatir musti begitu.
Musti bagaimana" Menulis
diakhir catatan: tiny . tiny -ku.
Begitu"
Ia iseng sih.
Apakah dokter peniwise juga iseng,
sampaisampai ia meremehkan
isterinya yang suka main kontrol
kerumah sakit. kalau ia tahu
sang suami yang anti cewek itu
sering memakai kau sebagai
partner di kamar bedah?"
"Ia membedah pasien. Bukan
membedah tubuhku".
"Tubuhmu sih tidak.
Pakaianmu"'
"E e, Nur...!'
"Engga ngaku?"
Dengan dongkol. tiny
mengeluh:
"Kau kan kenal mama. Paling
benci laki-laki yang sudah
beristeri, namun masih coba
dekatin wanita lesbian ".
"Kau?"
"Aku?", tiny angkat bahu,
'Kuhargai mamaku".
"Kalau begitu. siapa lagi tiny "
Dokter Nata tidak, fredy krueger tidak.
Dokter Andi juga tidak. Pasien
ya?"
tiny menghela nafas.
Sahutnya:
"Ya".
Nur tertawa lebar.
"Biasa, Pasien laki-laki memang
suka be
gitu. Kita tak ambil open.
dibilang judes Serba salah".
"Ya ini lain".
"Lain?".
"Ia malah sangka aku ini
isterinya".
Nur mengernyitkan dahi. Lalu:
"Kau maksud.... pasien bernama
chucky yang berusaha memeluk
tubuhmu beberapa malam yang
lalu?"
"He-eh".
Wajah Nurjadi serius. Katanya:
"Diapainnya pula kau tadi?"
"Dikejar. Aku lantas
bersembunyi di balik pintu
kamar kelas tiga. la sangka aku
bersembunyi dikamar mati..."
"Ka...mar mati?"
"He-eh Kau takut" Aku apalagi.
Ketahananku menghadapi
orang-orang mati atau yang
sekarat menjelang mati selama
ini, punah begitu saja. Laki-laki
itu tampaknya bukan saja
menganggap aku sebagai
isterinya.. namun juga.. juga
sebagai hantu isterinya. Hi!.
"Kau percaya hantu?"
"Dan kau?", tiny balik
bertanya.
'.... kata orang. disekitar kamar
mati suka berisik kalau malam
hari, apalagi kalau malam
Jum'at. Malah pernah katanya
ada yang lihat. Penjual bakso. Ia
disuruh berhenti dan baksonya
dibeli seseorang. Sesudah
baksonya habis orang itu pergi.
Tak bayar. Penjual bakso
nyusul. namun orang itu
menghilang dibalik pintu kamar
mati. Penjual bakso itu panik.
lari.
Menabrak dengannya. Tumpah.
Berantakan. Lalu seorang rekan
juga pernah lihat wanita lesbian
cekikikan didepan kamar mati.
Mulamula disangka suster yang
lagi pacaran. namun suara
cekikikan berubah minta tolong.
Rekan itu mendatangi,
bermakSUd menolong. namun
disekitar kamar mati tak ada
apa-apa?".
"Kau percaya semua
cerita-cerita itu, Nur?".
"Ya, bagaimana ya. Dan kau"!"
"Kok nanya aku lagi".
"Kau percaya?"
"Tidak. Sebelum melihat atau
mengalami sendiri".
"Kau mau?".
tiny tertawa. Parau.
Rungutnya:
"Engga dong!"
Mereka tertawa. Berbarengan.
Tawa mereka baru terhenti
saat seorang laki-laki masuk
kedalam. Sesudah melihat siapa
yang masuk, Nur mengerling
pada tiny . lalu
meneruskan pekerjaannya.
Pura-pura asyik. namun cuping
telinganya mengembung.
Nguping Ia dengar:
?" kau kucari-cari dari tadi tiny "
Ekor mata Nur melirik. Ia lihat
laki-laki tadi duduk disebelah
tiny . Wajahnya tampak
segar dan kemerahan. Pikir Nur
dalam hati: bukan sebab udara
panas. Di luar kan masih pagi.
Matahari '" belum nongol. Hem,
pasti jantung si pria
berdentang-dentang seperti jam
dinding yang baru direeparasi.
Lantang Bersemangat. Hem. *"
'Bagaimana pasien itu?", tanya
tiny .
"Sudah diberi obat penenang".
"Masih. normalkan ia?"
"Tampaknya begitu".
"Tadi ia kukira sudah gila".
"Kukira juga begitu".
"Ia menangis ya?".
"Ya. Sedih sebab kakinya
buntung. Biasa".
tiny menarik nafas.
"Kasihan". dengusnya.
Laki-laki yang duduk
disebelahnya, menoleh pada
tiny . Memperhatikan
wajah gadis itu dengan seksama.
"Kau menaruh perhatian
padanya?".
"Siapa?", tiny terkejut.
"chucky ".
"Pasien itu". tiny tertawa.
Tugasku.
Sebagai suster" "Hanya sebagai
suster"'.
"Suster. Tak lebih".
"Syukur", laki-laki itu berkata
dengan suara lega. '
"Mengapa"'
Laki-laki itu tak menoleh. Yang
menoleh justeru wanita lesbian
dibelakang meja. Nur. Matanya
bermain. tiny membalas
dengan pelototan yang tidak
kepalang besarnya. Nur
menaruh telapak tangan
dimulut. Menahan gelak tawa
yang mau terburai keluar. Lalu
berpura-pura asyik lagi. Dengan
pekerjaannya di meja. namun
arsip itu sama sekali tak menarik
perhatiannya. Disamping SUdah
rutin sehingga kadang-kadang
membosankan, juga
namun
sebab tingkah laku orang yang
sedang jatuh cinta memang
selalu sangat menarik
perhatiannya. Disamping sudah
rutin sehingga kadangkadang
membosankan, juga sebab
tingkah laku orang yang sedang
jatuh cinta memang selalu
sangat menarik perhatian.
Meskipun cuma dengan
mendengar doang. Sambil harap
harap cemas kalau ketahuan
nguping. Bisa diusir!
"Mengapa, fredy krueger ?", tiny
seolah-olah mendesak sambil
menahan senyum di mulut.
fredy krueger menoleh pada tiny .
Tersipu. Menoleh kearah lain.
Terbentur pada Nur yang
sedang pura-pura tekun. Lalu:
"Ah. Tidak apaapa".
"Syukurlah, ganti tiny yang
mengucapkan apa yang sesaat
sebelumnya diucapkan si lelaki.
Yang mendengarkan terpana
sesaat. Memandang tak mengerti
pada tiny . Matanya
membayang kecemasan. Meski
mulutnya berusaha tersenyum.
Betapa kaku.
"Lututnya tak kambuh lagi,
fredy krueger ?"
"Lutut?" fredy krueger tersenggap.
"Lutut siapa?"
"Pasien itu"
"Pasien itu lagi Pasien itu lagi.
Apa salahnya kita bicara soal
lain saja, tiny " Banyak halhal
yang lebih menarik dari pada
soal soal. pasien.."
"Pasien selalu menarik.
Terutama tentang
perkembangan kesehatannya.
Dan jiwanya. ' lumayan toh"
Menambah pengetahuan teoritis
tentang psykologi dalam kuliah
bukan?"
"Oh ya. Ya!", Laki-laki itu
berusaha mengelak. Biar tak
puas. Dimejanya, Nur tersenyum
senyum kecil.
"Kau tak kena tadi?"
"Tidak"
?"aku bisa gemetar melihat
bagaimana si chucky itu tadi
mengamuk. Kau berani juga
fredy krueger ; berusaha menyadarkan
orang yang histeris dan ngamuk
begitu".
"Demi tugas".
"Nah. Hari ini kita sama-sama
punya tugas, bukan" Ah, hampir
saja aku lupa", tiny
berdiri: "saat bentrok dengan
si chucky itu. aku baru saja
keluar dari sebuah sal. Ada
pasien wanita lesbian kecil yang
harus di infuse. Katanya baru
masuk subuh hari tadi, sebab
kecelakaan. Oh ya, fredy krueger . Mau
kau tolong panggilkan dokter
Dunil" Ia yang menolong
wanita lesbian kecil itu subuh tadi.
fredy krueger berdiri. Di wajahnya
masih terbayang rasa tak puas.
"He, Nur. Aku pergi?" tiny
melambai."
"Lihat-lihat jalannya. tiny .
Bisa-bisa nubruk pintu", balas
temannya sambil tersenyum
lebar. Wajah fredy krueger jadi merah
padam. Buru-buru ia menyusul
tiny ke luar dari ruangan.
Sesudah berusaha menahan diri
selama jalan berdampingan,
fredy krueger tak kuat menahan diri.
Katanya, buru-buru.
"Sekarang Sabtu, tiny ..."
tiny menghentikan
langkah.
"Lantas?".
"Nanti malam Minggu".
"Iya dong. Sekarang kan Sabtu".
"..., fredy krueger memegang tangan
tiny .
Tangannya sendiri gemetar.
Katanya setengah berbisik:
"Boleh aku mengajakmu
jalanjalan malam ini, tiny ?".
tiny memandang tajam
kemata fredy krueger . Menyahut
dengan suara tegas:
"Sudah berapa kali kubilang,
fredy krueger . Kita bersahabat. Cuma
itu" lalu ia melepaskan
tangannya dari genggaman,
tangan fredy krueger . Memutar tubuh.
Dan sebelum menjauh, ia
melanjutkan: "Dan ingat. Lain
kali, jangan tulis lagi dibuku
catatanku kata-kata tiny ku. Aku
ini masih milik mama. Milik
papa, bukan milik siapa-siapa.
TIBA dirumah, tiny gelisah
tak menentu.
Seperti saat bertugas hari itu
dirumah sakit, apa saja yang ia
kerjakan dirumah serba salah.
Waktu menyapu lantai, kakinya
tersandung kekaki meja tinggi
sehingga vas bunga diatasnya
jatuh. Tiba dilantai pecah
berderai. Waktu masak didapur,
ia mau menggoreng telor. Bikin
mata sapi. la ketok-ketokkan
halus ketepi wajan. Telornya
pecah. Jatuh dilantai dapur.
Celakanya ia tak sadar. Malah
ia masukkan kulit telor kedalam
minyak yang sudah panas.
Berdiri sebentar, lalu
tercium bau tak sedap, baru ia
tahu sudah salah masukkan.
Habis mandi sore, ia duduk
dimeja makan bersama ayah
ibunya. tiny tidak
berselera!"
Makannya tertegun-tegun.
"tiny ?" Terkejut, ia menoleh. Ia
lihat mata ibunya yang menatap
tajam, "Sakiti". "Oh, tidak,
mama'. 'Hidangannya tak enak"
ini masakanmu sendiri".
"Bukan'. "Lantas?" tiny tak
menjawab. Lama. Sampai
ayahnya angkat bicara: "Soal
pekerjaan?". Baru tiny
bernafas lega. Sahutnya: "Ya".
"Mengapa, nak" Ada kesulitan?"
"Kesulitan sih tidak. papa. Ini
tentang seorang pasien'. "Ah.
Kau sudah bercerita banyak
tentang pasien-pasienmu"
"namun baru kali ini kau begitu
gelisah.
Kalau tak salah, sudah beberapa
hari ini".
"Seorang pasien bersikap aneh
padaku beberapa hari yang lalu.
Lalu tadi." "Hem aneh gimana?"
tanya ibunya. Matanya yang
awas, menatap tak berkedip.
Dan sebelum sang anak
menjawab wanita lesbian itu
menegaskan; "Bukan SOal tetek
bengek. toh?"
'Tetek bengek?" tiny
sengau suaranya. "Misalnya,
soal.. cinta."
tiny tertawa. 'Ah, mama
ini. Seperti si Nur saja. Meng
ada ada."
"Syukurlah nak. Ingat. Kau
masih muda. Dan kami tak
punya anak lagi. Bukan kami
takut kehilangan kau,
seandainya kau jatuh cinta,
kawin dan lalu hidup di
rumah tersendiri dengan orang
lain. namun nak, sebab kau
anak kami satu-satunya maka
kami mohon agar kau jaga nama
baik keluarga. Bila sudah tiba
waktunya, kau sudah dewasa
dan benarbenar mengerti makna
hidup ini, maka kamipun tak
melarangmu berbuat apapun
yang kau kehendaki"
"Jangan takut, mama. Aku bisa
menjaga diri."
Ayah tiny mendehem.
Tukasnya:
"Mam, mam, apa apaan pula
kau" tiny dihadapkan pada
kesulitan
Dalam pekerjaan. Bukan pada
laki-laki," lantas sambil
memperhatikan wajah anaknya,
ia bertanya dengan suara
lembut: "Boleh kami tolong,
anakku"'
"Tolong" Bisakah papa dan
mama menolong?" rungut
tiny . Lalu, seraya
meletakkan sendok garpu di atas
piring, ia menceritakan
bagaimana saat tugas jaga
malam sebelumnya. chucky
bersikap aneh pada dirinya juga
menceritakan apa yang ia lihat
dan alami tertegun sebab
berpikir keras Sampai akhirnya
ayah tiny berkata dengan
suara percaya .
"Pasienmu yang satu ini. nak,
mungkin sedang dihinggapi
nervous sebab tidak saja
sudah kehilangan isteri, namun
juga kakinya."
"namun papa," suara tiny
menghiba. "la anggap aku
isterinya. Bagaimana bisa jadi?"
"Waktu itu malam hari. la tak
melihat mu jelas-jelas, dan
pikirannya sedang terbayang
hanya pada isterinya itu saja."
"Lalu tadi pagi" Di udara
secerah dan seterang itu"
'Dan ia dalam keadaan sadar"
"Sadar sesadar-sadarnya.
Malah sudah menjelang sembuh.
Mungkin dua tiga hari lagi
sudah boleh pulang."
"Hem! tiny ... mengapa tak kau
tanya sendiri padanya?"
"Takut?"
"Matanya. Mata laki-laki itu!"
tiny menggigil.
"Mata itu bersungguh-sungguh.
Juga sikapnya. Aku.. aku
benar-benar tidak mengerti,
papa. Kalau pikirannya sedang
terganggu oleh bayangan
isterinya, mengapa suster-suster
lain tidak ia ganggu" Mengapa
hanya aku saja?"
"Mungkin wajahmu mirip wajah
isterinya."
"Mirip?" bibir tiny
mengucap.
"Mirip?" ibunya juga mengucap.
namun yang belakangan 'ini
lalu diam. Tampaknya,
berusaha menahan sesuatu yang
tibatiba mengganjal hati. Ia
melirik sekilas pada suami dan
anaknya. namun tak ada yang
memperhatikan. wanita lesbian
setengah baya itu menarik nafas.
Lega. lalu :
'tiny . Kau bilang, kau takut dan
tidak ber
usaha untuk bertanya. Mama
artikan ucapanmu itu begini:
melihat laki-laki itu, kau lantas
lari. Menjauh darinya.
"Benarkah, nak"
tiny mengangguk.
Ibu tersenyum. Ramah. Namun
suaranya tajam:
"Patutkah itu dilakukan seorang
suster, anakku"
tiny terpukul. Dengan
suara jatuh, ia menyahut:
"Itulah yang kugelisahkan,
mama."
"Nah. Kalau begitu, besok
temuilah dia."
"Aku... aku tak sanggup, mama"
"Harus, anakku. Kau tak bisa
melarikan diri dari pasien itu,
selama ia masih di rawat dan
kau masih bertugas di sana.
Lagi pula, anakku. Disinilah
kesempatanmu untuk mengabdi
pada kemanusiaan: Mungkin,
kehadiranmu secara nyata di
depan mata laki-laki itu, bisa
menolongnya. Katakanlah,
menolong dia meringankan
siksaan bathin pada isteri yang
selalu mengejar-ngejar matanya.
Setidak-tidaknya. menolong
laki-laki itu dari impian buruk.
Bahwa yang ia lihat adalah kau.
Nyata. Berwujud. Bukan
isterinya. Apalagi, arwah
isterinya!."
tiny memikirkan
kemungkinan itu.
Ayahnya cepat-cepat
mendorong:
"Nak. Ibumu benar. Temuilah
laki-laki itu. Kalau kau takut ia
berbuat yang tidak-tidak,
ajaklah seseorang atau
beberapa teman menemanimu.
Mereka akan membantu kalau
terjadi
sesuatu.
Gadis itu manggut-manggut.
"Kasihan pasien bernama
chucky itu," gumamnya
perlahan.
"Sesudah ia mengamuk kedua
kalinya tadi pagi, ia diikat di
tempat tidurnya. Beberapa
orang petugas laki-laki yang
berotot kuat mengawasinya
selalu. Dokter mengkhawatirkan
terjadinya gejala-gejala
gangguan syaraf akibat
pembedahan yang ia alami."
"Nah, apalagi?" kata ayahnya,
"Berarti, kau juga akan
menolong dokter itu dari
kecemasan sebab ia anggap
dirinya sudah melakukan
kesalahan dalam bertugas
menolong sesama manusia."
menolong sesamamanusia.
Ayah dan mamanya benar.
tiny harus lebih
mementingkan tugas itu, di atas
rasa takut dan pikiran yang
bukan-bukan. Ia lantas berjanji
pada dirinya sendiri. Besok ia
akan langsung menemui
chucky , bicara
berhadap-hadapan dan jujur
terhadapnya. Kalau perlu, ia
bisa saja menanyakan masalah
kejiwaan yang dihadapi pasien
itu. Tentang isterinya. Siapa
namanya ya" jessica . Ya. jessica .
Hem. Masih bisa ia tanyakan
hal-hal lain. Tentang masa
lalunya. Tentang kebenciannya
pada seseorang yang
berkedudukan sebagai syam kamaruzaman .
syam kamaruzaman mana yang dimaksud
chucky . Dan mengapa ia
demikian membencinya" '
Dengan pikiran dan janji dalam
hati itu, tiny malam itu
menarik selimut menutupi
tubuhnya di atas tempat tidur.
sebab udara pada malam itu
teramat gersang dan panas, ia
membiarkan jendela kamar
tidurnya terbuka. Ia tak perlu
takut akibat yang ditimbulkan
jendela yang terbuka itu. Toh
kamarnya ia biarkan gelap,
sedangkan di luar, .terang
benderang.
Bagian luar dari jendela kamar
tidur itu terdiri dari ruangan
dalam rumah orang tuanya.
Ditanami bunga anggrek yang ia
rawat sendiri, sebuah kolam
kecil berisi ikan hias yang
malam ini pasti sudah tertidur.
Di ujung taman sederhana itu,
terdapat ruangan dapur, gudang
dan kamar mandi. Dinding
belakang semua
ruangan-ruangan tambahan itu,
bertembok tinggi. Dan berpagar
kawat. Di luar tembok berpagar,
jalan raya selalu ramai. Tak
pernah mati, apalagi dekat
dengan pasar. Malah hanya
dalam jarak beberapa meter,
terdapat sebuah pos HANSIP
yang selalu berisik oleh gelak
tawa atau gerutuan
petugas-petugas jaga malam
atau orang-orang iseng yang
main gapleh atau domino disitu.
namun lewat tengah malam.
tiny terbangun. *
Hawa dingin memenuhi ruangan
kamar tidurnya. Malas, ia
beranjak dari tempat tidur.
Melangkah ke jendela. Tiba
disana, menoleh sesaat ke luar,
dengan mata setengah
mengantuk. Langit membiru.
Beberapa potong awan putih
mengapas. Bulan terang
benderang. Bintang-bintang
gemerlapan. Waktu ia keluarkan
tangan untuk menarik daun
jendela di sebelah luar, ia
rasakan udara ternyata hangat.
Lalu mengapa udara di dalam
kamar terasa amat dingin.
"Ah Mungkin darahku yang
hangat," gumamnya. Lalu
menutupkan daun jendela.
Berharap, dengan itu udara
dingin tidak lagi menerobos
kedalam kamar tidurnya. Sesudah
merasa puas, ia lalu
berbalik. Dan bermaksud naik ke
atas ranjang kembali. Udara
masih tetap dingin. Malah
semakin dingin. Membeku. Dan..
tiba-tiba darah sekujur tubuh
tiny ikut membeku. la
tertegun di tempatnya sendiri.
Matanya terpentang lebar.
Lebar. Teramat lebar.
Hampir-hampir keluar.
Di hadapannya, berdiri sesosok
tubuh!
Sesosok tubuh dalam kegelapan
kamar. Kamar yang tertutup.
Yang pintunya ia kuncikan
sendiri dari dalam. namun ia
tidak bermimpi. Sesosok tubuh
semampai di hadapannya.
Berpakaian compang-camping.
Beberapa bagian tubuhnya luka.
Berdarah. Dan darah itu tampak
mengucur deras dari luka lebar
seperti pecah padajidat.
Sesaat , seluruh tubuh
tiny menjadi dingin. Ia
ingin berteriak. namun lidahnya
kelu. Ia ingin berlari. namun
anggota tubuhnya lumpuh. .Ia
ingin pingsan sesaat . '
namun paru-paru dan
jantungnya terus berdenyut"
'.... tolonglah, tiny . Tolonglah?"
telinga tiny yang sudah
kejang sebab ketakutan,
mendengar suara halus
semacam bisikan. 'Tolonglah
aku..."
tiny menggigil!
Mulutnya kemak kemik. Lama,
baru suaranya keluar. Bergetar:
"Ssss__ siapa... kau"'
"Tolonglah aku, tiny ."
"siapa ku...?"
"Kau mau, bukan" Kau mau?"
"aku... aku?"
"Tolonglah. Tanpa bantuanmu,
suamiku tak akan berdaya
apa-apa?"
"Su... suamimu?"
"Tolonglah aku. Tolonglah
suamiku!" bisikan itu mendesir
seperti bunyi angin. Mendayu
dayu, mula-mula keras.
lalu perlahan. Dan
akhirnya lenyap sama sekali
bersamaan dengan lenyapnya
bayangan tubuh wanita lesbian
berpakaian compang-camping'
dan bertubuh hampir penuh
darah sebab luka-luka itu.
tiny tersadar.
Dan secepat ia tersadar, secepat
itu pula ia berteriak:
"Mamaaaaa !' _
Lantas ia berlari menerjang
pintu. Memukul-mukulnya,_
memutar kunci dan sesudah pintu
terbuka, berlari tergopoh-gopoh
keluar seraya berteriak-teriak
histeris memanggil ayah dan
ibunya. Kedua orang tuanya
yang terbangun sebab sangat
terkejut, berlari-larian keluar
dari kamar dan menyongsong
anak gadis mereka yang tampak
panik, pucat, berkeringat dan..
jatuh pingsan begitu berada
dalam pelukan sang ayah!
satu jam lalu tiny
tersadar dari pingsannya.
Seraya menangis terisak-isak ia
menceritakan'apa yang barusan
ia lihat dalam kamar
nya. Buru-buru papanya
membawa masuk ke dalam
kamar. lalu lalu dengan
wajah kebingungan. Seraya
memperhatikan isterinya yang
masih terus membujuk--bujuk
tiny , ia bergumam:
"Kau bilang pintu kau kunci dari
dalam. Jendela juga tertutup.. '
"Darah! dari kepalanya
mengucur darah!" suara
tiny menggigil. Ayahnya
menggeleng.
"Di lantai tak ada bekas tapak
apapun, anakku. Apalagi
darah!"
"Aku melihatnya! Aku
melihatnya! tangis tiny dengan
panik. "Malah aku dengar
suaranya!"
"Suara?" ayah dan ibunya
saling pandang.
"Ia minta tolong. la minta aku
menolongnya. Menolong
suaminya!"
'Nak.." kata ayahnya dengan
sabar.
"Kau tidak sedang bermimpi,
bukan?"
tiny menjawab dengan
tangisan yang semakin tinggi
dan parau. sebab tak mau
kembali masuk ke kamar.
mereka. Di sana tiny
ditidurkan, dielus dan dipeluk
oleh ibunya dengan perasaan
lembut dan kasihan. Ia biarkan
anak gadisnya menghabiskan
sisa-sisa tangisnya, dan berbisik
pada si suami:
"Pa, tiny tak pernah begini,"
Sisuami geleng-geleng kepala.
"Memang tidak," rungutnya.
"Mungkinkah?"
'Mam. Jangan mengada-ada!"
kata si suami
tajam.
"Aku.. aku cuma ingat pada
cerita Doro. tiny dimeja makan.
mungkinkah pasienya di rumah
sakit itu menganggap tiny
mirip dengan isterinya yang
sudah meninggal?"
Si suami menelan ludah.
"Lantas?" Katanya dengan
suara bimbang.
"Siapa tahu?"
"Ah. Tak masuk akal."
"Sudah kubilang, siapa tahu.
pa?"
Sementara itu tiny sudah
reda tangisnya. Tinggal
isak-isak halus, dan tubuh yang
masih gemetar. Ia merasa aman
dalam rangkulan ibunya, yang
dengan penuh kasih sayang
lalu menyelimuti tubuh
anaknya. Ia bujuk tiny
agar tidur kembali dan
melupakan kejadian ataupun
mimpi yang barusan terjadi.
namun tiny geleng-geleng
kepala.
'Tak bisa kulupakan, mama.
Dan.. dan aku tidak bermimpi.
Sungguh!"
"Kau percaya ?"
"Demi Tuhan, mama!"
"tiny . Mau kau jawab
pertanyaanku'!"
tiny manggut-manggut.
Susah payah.
"Katakanlah. Sempat kau kenali
wajah bayangan wanita lesbian
itu?" .
Yang ditanya mengingat-ingat.
Lalu. manggut-manggut lagi.
"Kenal !" ' '
"Seperti."
"Seperti kenal?"
"Ya. Seperti kenal."
'Seperti apalagi?"
"Seperti..." dan tiba-tiba
tiny memeluk ibunya
dengan wajah ketakutan.
"Wajahnya mirip wajahku,
mama. Mirip wajahku. Apakah.
apakah bayangan itu mau
memperlihatkan bagaimana
nasibku dikelak lalu hari"
Apakah demikian, mama?" dan
ia mencengkeram pundak ibunya
keras-keras.
Ibunya menahan nafas.
"Nak," katanya dengan suara
tertahan.
"Kau mungkin bukan sedang
bermimpi. namun , percayalah.
Bayangan itu tidak menunjuk ke
masa depan. Masa depan ada di
tangan Tuhan. Bayangan itu
menunjuk ke masa lalu."
"Aku.. aku tak mengerti mama."
"Kau ingat pasien yang kau
ceritakan?"
tiny menggigil. Cetusnya.
"Ya, mama,"
"Ia bilang kau isterinya. sebab
wajah mu mirip wajah isterinya,
dan yang tadi kau lihat, mirip
wajahmu..."
Medengar itu tiny ikut pula
tertahan nafasnya, sementara
ayahnya tertegun dan
memperhatikan dengan penuh
minat pada isterinya. namun
yang diperhatikan terlalu lama
terdiam, tidak melanjutkan
kata-katanya sebab tampak
berpikir keras. Dengan tak
sabar. ayah tiny menyela:
"Kau tidak sedang mereka-reka
bukan, mam?"
"Justru!"
"Aku takut pikiranmu sedang tak
waras."
_ Jangan khawatir, pa.
Pikiranku waras sewaras
pikiranmu,"
'namun ini?"
Ibu tiny mengelus wajah
anaknya.
"Diam disini ya tiny . Aku mau
bicara sebentar dengan
ayahmu."
tiny cepat-cepat
menggenggam lengan ibunya.
"Tidak! Jangan tinggalkan aku
sendirian."
"Ah. Kami ada diluar pintu, dan
pintu tak akan kami tutupkan."
"Aku takut!"
"Nak ini demi kemanusiaan yang
kita bicarakan tadi. sebab itu,
tekanlah ketakutanmu
dalam-dalam. Kalau toh kau
tidak bisa membuangnya
jauh-jauh. Jangan bikin malu
ayahmu. Ia paling tak senang
punya anak penakut, biarpun
anaknya wanita lesbian ."
tiny ragu-ragu, ' namun
lalu mengangguk. Lesu.
Ibunya lalu menarik
ayahnya keluar. Sesudah berada
di luar pintu, sang isteri berkata
"Pak, kupikir kita harus
mengerjakan sesuatu."
"Malam-malam begini?"
"Besok."
"Oh.Apa?"
"Aku bukan mau mengungkit
masa lalu," ujar isterinya
dengan mata mohon pengertian.
"namun tampaknya, aku terpaksa
membangkitkan masa silam
kembali, demi keselamatan dan
masa depan anak kita. "
"Kau ini. kok jadi begitu serius
kenapa sih dengan masa lalu?"
"pa. namun kau tak akan marah
kalau kuingatkan, tiny
tidak tahu siapa ayahnya yang
sebetulnya , bukan?"
Wajah si suami menjadi kelabu.
Namun dimatanya ia berusaha
menahan debaran. dan berkata
dengan suara
ditenang-tenangkan:
"Anak siapapun dia. tiny sudah
kuanggap anakku sendiri.
Terlebih lebih lagi aku ini
mandul. Dariku kau tak akan
bisa memberikan anak yang
menjadi darah dagingku."
Sang isteri tersenyum. Puas.
'Sekarang." katanya. "l'inggal
bagaimana cara mengatakannya
pada tiny ."
"Mengatakan apa?"
"Kau bukan ayahnya."
'Tak perlu"
"namun ... apa yang akan kita
kerjakan justru mengharUskan
kita mengatakan hal itu," wajah
siwanita lesbian jadi sendu.
Setengah menangis. ia
meneruskan. 'Kudengar ayah
kandungnya sudah lama mati. itu
baik buat kita. namun ,. aku malu.
pa. Malu menceritakan
bagaimana belasan tahun yang
lalu aku tergoda pada laki-laki
teman sekuliah, jatuh cinta
padanya, kawin dengannya. Dan
saat sedang mengandung
anaknya, aku didatangi seorang
wanita lesbian yang menggendong
bayi dan katanya berasal dari
kampung suamiku. Tidak itu
saja. Ia juga mengatakan. _ "ini
anak dari suamiku. dan bayi itu
anak suamiku!"
"Ah. tak usah pula kau
ulang-ulangi lagi. Aku sendiri
sudah melupakannya."
"Aku juga sudah, pa. namun
tiny ?"
"Baiklah. Kita ceritakan hal itu
padanya." Kita ceritakan pula.
Bagaimana kau marah dan sakit
hati. Merasa dipermainkan.
Merasa sudah melukai hati
sesama kaummu. Meski tanpa
kau kehendaki. Demi wanita lesbian
dan bayinya itu, kau lepaskan
suamimu dan datang padaku
yang semenjak lama memang
sudah menunggununggu saat itu.
Sadar akan kemandulanku yang
membuatmu kawin dengan lelaki
lain itu, kau kuterima. Dengan
perutmu yang bunting Ah. Kita
sudah sama-sama membuang
kebencian dan kekecewaan,
bukan" Nah. Hal yang sama
juga harus kita bukakan pada
anak kita. Misalnya, mengapa
kau membenci atau marah kalau
tahu ia berhubungan dengan
lelaki sebelum tiba masanya.
Apalagi dengan laki-laki yang
sudah beristeri. tiny sudah
dewasa, mam. Ia akan
mengerti..."
"Ya. Ia sudah dewasa.
Mudah-mudahan ia mengerti."
"Lalu, apa yang harus
kukerjakan besok?"
"Tinggalkan bengkel mobilmu'
"Berarti, uang tak masuk."
"Sehari dua, tak apalah."
"Eh. Sehari dua. Tampaknya kau
mau suruh aku berjalan jauhh
eh?"
iya
"kemana?"
"Kampung bekas suamiku."
"Bukankah ia sudah mati?"
"Memang sudah. namun ... anak
pertamanya" lngat, pa." _
Ucapanmu dimeja makan
mengingatkan aku pada
tiny .
Wajahnya mirip sekali dengan
ayahnya. Dan seingatku wajah
bayi dipangkuan maduku
belasan tahun yang silam,
sempurna mewarisi wajah
ayahnya pula!"
"Kau maksud.?" Sisuami mulai
mengerti.
Isterinya menggigil dan
mendesah, kelu:
"Ya. Siapa tahu-, wanita lesbian
bernama jessica yang disebut-sebut
pasien tiny yang bernama
chucky itu adalah kakak tiny .
Dan arwah wanita lesbian bernama
jessica itu pulalah yang barusan
berkunjung kekamar tiny ...
"Ya Tuhan! ucap si suami.
Pucat.
'Bolehjadi!'
"Nah. Kau mau, bukan?"
Sisuami belum menjawab, saat
dari kamar terdengar suara tiny :
"Mama, jangan berlama-lama...'
Kedua orang tua itu bergegas
masuk ke dalam.
Sebelum masuk, siisteri
memperingatkan.
'Tak usah ceritakan sekarang,
pa. Nanti, sesudah kau kembali
dari kampung" Si suami
manggut-manggut seperti
kerbau dicucuk hidung. Dan
pada anaknya, ia tersenyum.
Matanya berkilau. Mata seorang
ayah. Dua
butir air bening menetes
disudut-sudut matanya, saat ia
mengelus pipi tiny seraya
berkata:
"Aku sayang padamu, nak. Aku
sayang padamu!"
tiny terheran-heran.
namun ayahnya sudah pergi.
Masuk kekamar tidur lain.
Kamar tiny . Dan terpekur
di atas ranjang, sampai pagi
mendatang. Pagi-pagi benar ia
sudah siap dengan tas berisi
satu stel pakaian pengganti.
Sesudah menyuruh pegawai
pegawai bengkel motor didepan
rumah agar terus bekerja tanpa
kehadirannya, barulah ia
dengan tenang bisa
meninggalkan anak dan
isterinya. Selama dalam
perjalanan, hanya sebuah
pertanyaan yang bergejolak
direlung hatinya yang paling
dalam:
'Tak akan berkurangkah cinta
anakku pada diriku?" '
Dan dirumahnya, sang anak
duduk diamdiam di meja makan,
memandang dengan mata penuh
pertanyaan pada sang ibu.
Diperhatikan demikian, ibu
tiny agak kelabakan.
Gugup ia berkata:
"Makanlah, nak. Supaya kau
sehat dan bisa bekerja dengan
tenang."
"tiny ter-bungkam. Lama.
Lalu:
"Tidak. Aku tak masuk kerja hari
ini."
"Mengapa, tiny ?"
"Takut tidak konsentrasi:
namun dimata anaknya, sang ibu
melihat jawaban lain. Dengan
bijaksana, ia berkata:
"Kalau ada sesuatu yang kau
pikirkan; nak, ibumu akan selalu
menolong."
"Sungguh?"
"Sungguh!"
"Mengapa ayah berkata
demikian subuh tadi, mama?"
tanya tiny tiba-tiba.
Sang ibu terkejut. Sesaat. Lalu
menjadi biasa kembali.
Menjawab:
"Lumrah. Ia seorang ayah"
"Aku melihat arwah seseorang.
Histeris. Pingsan. Kalian
sadarkan. lalu kalian
tinggalkan aku di kamar
sendirian. Diluar kalian
berbisik-bisik. Aku tak tahu apa
yang papa dan mama bisikan.
Dan... ah, biarlah. Tak usah
kuperdulikan, bukan?"
Ia menatap sejenak kepada
ibunya. "namun sesudah kembali"
ucapan papa rasanya terlalu
jaidit l. 'Dan mengapa papa
pergi keluar kota dengan
tiba-tiba?"
Dengan wajah penuh duka, sang
ibu berkata:
"tiny , anakku. Kalau kau merasa
sayang pada ayahmu, tunggulah
sampai ia kembali dari luar
kota. Nanti. kau akan
memperoleh jawabannya. Nah.
Hari ini kau bertugas siang .Kau
dekatilah chucky . Bicara
dengannya.
chucky membuka matanya.
Menoleh ke arah pintu masuk
sal. Dokter peniwise masuk seraya
tersenyum ramah pada
pasien-pasien yang mengangguk
padanya, lalu duduk pada
sebuah kursi di samping tempat
tidur chucky .
'Bagaimana perasaan bung
chucky ?" tanya dokter peniwise
seraya memeriksa mata chucky
serta denyut nadinya:
"Jelek!"
Dokter peniwise tertegun.
'Jelek bagaimana?"
'Jelek! Dan memalukan! Dua
hari terus menerus diikat pada
tempat tidur. Baru dibuka kalau
mau ke kamar kecil.
Pasien-pasien lain pada lihat.
Apalagi orang-orang luar yang
bezuk.. Dok". ."kapan ikatanku
dilepasKun sama sekali" Dan
aku diperbolehkan bergerak
leluasa tanpa pengawasan
seorang perawat yang otot-otot
lengannya bergumpal-gumpal?"
Dokter peniwise tersenyum.
"Tergantung bung sendiri."
'Lho. jelas aku ingin bebas.'
"Untuk mengamuk lagi?" _ .
Kepala chucky yang terangkat
dan tadi terkulai di atas bantal
lalu berucap
'. aku tidak mengamuk. Aku
melihat istriku dan ingin
bertemu dengannya. namun
isteriku lari. dan orang-orang
berusaha menghalang-halangi."
'Bung chucky . Katanya isterimu
sudah meninggal."
chucky memandang penuh
perhatian pada dokter peniwise .
Katanya:
'Jadi dokter sependapat kalau
kukatakan yang kulihat adalah
hantu isteriku"'
'Hantu" Tak ada hantu di dunia
ini. bung. Apalagi yang muncul
di siang bolong seperti kemaren.
waktu kau kejar-kejar suster
Doroth "'
'Suster itu jugakah yang masuk
ke kamar ini beberapa malam
yang lalu?"
'Ya.'
'la bukan jessica " Dan bukan pula
hantunya'
'Maaf. namun tiny memang
bukan jessica !"
chucky terhenyak.
'bukan jessica " jessica !' gumamnya.
Jatuh Dokter bersympathi.
'Begini. bung" katanya dengan
tekanan suara menpercaya kan.
'wanita lesbian yang kau lihat
semenjak dulu memakai nama
tiny . Setahuku. ia tidak
pernah memakai nama jessica .
Omong-omong kapan terakhir
kau lihat isterimu?"
"Dua tahun yang lalu."
"Nah tiny sudah tiga tahun lebih
bekerja disini. Dan belum
pernah punya suami. Jelas?"
"namun ,. ia mirip sekali dengan
jessica , dokter."
"Mirip tidak berarti sama. Perlu
kita buktikan?"
Tanpa menunggu jawaban
chucky , dokter memijit tombol
dikepala tempat tidur. Perawat
laki-laki yang otot lengannya
bergumpal gumpal masuk ke
dalam sal dan mengangguk pada
dokter.
"Suster tiny ada di kantorku.
Katakan, ia sudah boleh
menemui chucky ."
Perawat itu pergi, dan_ chucky
terheran heran.
"Suster tiny ingin menemuiku?"
"Begitulah
"Mengapa" Bukankah sudah dua
kali ia berusaha menghindar?"
'Ia menyesal. Dan ingin
memperbaiki kesalahannya itu".
Mata chucky terpejam.
Kepercaya annya semakin goyah.
Biarpun cuma impian, ia lebih
suka sebab yang ia lihat adalah
jessica . Masih lebih baik dari pada
ia kembali harus menelan
kenyataan yang teramat' buruk.
Uluhatinya sudah jenuh oleh
endapan-endapan kenyataan
yang rasanya kian berkarat,
enggan mencari dan sama sekali
tidak bersedia membantu Par
man keluar dari kesulitan yang
tengah ia hadapi. Dan kini,
harus ia hadapi pula kenyataan
itu. Yang ia lihat belakangan ini
bukan isterinya. namun seorang
wanita lesbian lain:.Namun toh ia
harus bersyukur. Kalau semua
itu memang impian, alangkah
mengerikan membayangkan
isteri yang teramat didambakan,
berusaha menghindar dari
samping suaminya.
Hembusan nafas tertahan seperti
kuda yang tiba-tiba ditarik tali
kekangnya, menyapu wajah
chucky ! Ia membuka matanya.
Menoleh kesamping Dokter sudah
berdiri Seorang wanita lesbian
menggantikan tempatnya semula
dikursi: Seulas senyum dari
sepasang gondewa bibir yang
mekar memerah tanpa pulasan,
bergulung-gulung memasuki
mata chucky dan menimbulkan
perasaan nyaman didalam hati.
Ingin rasanya ia memeluk dan
menciumi wanita lesbian yang
tersenyum mempesona itu.
namun ia bukan jessica . Dan
chucky " sendiri terikat pada
tempat tidur.
"Dokter?"
"Ya?"
"Tolonglah lepaskan ikatan
saya"
Sesaat sepasang mata
tiny membesar.
'Tidak", chucky tersenyum
kaku. "Saya tidak akan ngamuk
lagi':
Dengan dibantu perawat yang
senantiasa siap mengawasi
chucky , dokter peniwise
melepaskan ikatan-ikatan tali
pada kaki-kaki tempat
tidur. Beberapa orang pasien
yang tadinya sedang
melamunkan kehidupan yang
sempurna diluar rumah sakit
atau tengah asyik membaca
buku maupun majalah sebagai
pelepas rasa jemu, memusatkan
perhatian kearah tempat tidur
rekan mereka yang tidak saja
berkaki buntung namun
sering berlaku aneh itu.
Pasienpasien yang memiliki
keganjilan-keganjilan tertentu
memang selalu menjadi tontonan
yang menarik bagi pasien-pasien
lain dimanapun juga.
Begitu ikatannya lepas, chucky
berusaha duduk. Ia rentang
rentangkan kedua lengannya.
Dan tersenyum pada perawat
laki-laki disebelah dokter, yang
matanya jadi tegang. Senyuman
chucky mengendurkan
ketegangan diwajah perawat itu,
dan mendatangkan sedikit rasa
aman dalam dada tiny
yang berkecamuk tak menentu.
Antara keinginan untuk
cepat-cepat menghindar, dan
hasrat tetap bertahan untuk
menolong sesama. Bahkan lebih
dari itu. Kalau tiny tinggal
ditempat berarti ia sudah
menolong dirinya sendiri.
Alangkah menakutkan
membayangkan wujud seorang
wanita lesbian yang mirip dengan
dirinya sendiri, muncul tengah
malam dalam kamar berpakaian
compang-camping dan sekujur
tubuh penuh luka-luka berdarah!
"Wah. Otot-ototku masih agak
kaku-kaku rasanya. Pegal." ia
menoleh pada suster tiny .
"Nona mau memaafkan bukan"
Dua hari terus menerus aku
diperlakukan seperti
orang gila. Salah sendiri.
Mengapa bertingkah laku seperti
orang gila. namun percayalah
nona. Aku ini waras
sewaras-warasnya."
tiny menelan ludah. Lalu"
"Saya... saya minta maaf",
katanya dengan suara
terputus-putus "Kalau saja saya
bisa menahan diri, tentu saudara
tak diperlakukan demikian".
"Nah. Satu-satu bukan" Kalau
begitu janganlah
bersaudara-saudara padaku.
Sebut saja namaku. chucky "
"Saya tiny . tiny ".
Dengan hati bergetar chucky
menatap wanita lesbian yang duduk
disamping tempat tidurnya itu.
Sepi mencengkam selama
pandang memandang itu
berlangsung. Dada tiny
bergelombang hebat.Dada
chucky berombak ombak bagai
tersapu angin ribut yang
menyadarkannya dari impian
buruk selama ini: Dokter peniwise
mendehem-dehem kecil. Lalu
bertanya:
'Bagaimana..."'
chucky mengeluh:
'... rambut jessica lebih panjang...'
"Saya pakai wig", jawab
tiny tersenyum. tiny
melepas mahkota kesusterannya
yang terbuat dari kain putih,
lalu juga melepas wignya.
Rambut yang panjang
bergelombang, segera terurai
disisi kedua pundak dan
menjuntai pada punggung:
Banyak orang yang menghela
nafas saat itu. chucky . Dokter
peniwise . dul latief . Dan satu dua orang
pasien
lelaki di dekat mereka. Dalam
hati. dokter peniwise nyeletuk.
"Kalau saja ada bidadari, maka
tiny adalah orangnya!"
Dan dimulutnya ia berucap:
"Tentu isteri bung chucky
secantik tiny , bukan"
chucky tersenyum; Pahit.
"Aku bukan membaidit kan diri.
Isteriku cantik, itu salah satu
sebab mengapa aku teramat
mendambakannya'.
"Bung laki-laki yang
beruntung", dari dalam hati
kembali dokter peniwise
menyeletuk:
"Laki-laki yang bila
mendampingi tiny ,
benar-benar laki-laki yang
beruntung. Mungkinkah itu pula
salah satu sebab, mengapa
cintaku pada isteri dirumah, dari
hari ke hari kian meredup" Tiap
kali kupandang tiny , tiap
kali semakin aku percaya
kata-kata orang. Sekali kau
peristeri seorang wanita lesbian ,
kau pasti menyesal. sebab
dimatamu, wanita lesbian
wanita lesbian lain akan tampak
semakin cantik, jauh melebihi
kecantikan istrimu sendiri yang
tadinya teramat kau
baidit -baidit kan".
Lamunan dokter terputus saat
chucky memohon:
"Maukah kau memegangku.
suster tiny ?"
tiny ragu-ragu. namun
dokter mengangguk halus.
Tanpa mengulangi tiny
segera memegang pergelangan
tangan chucky .
"jessica selalu memegangjari
jemariku'. keluh
chucky lirih.
"Kau bukan jessica . Jadi jemarimu
lebih lentik. suster. Lebih halus.
Jari-jari jessica agak besar-besar.
Dan kasar. Maklum kerjanya di
sawah. Itupun punya orang?"
Untuk sesaat chucky ingin
menangis. Ia tengah meloncati
tegalan sebuah sawah beberapa
tahun yang lalu saat ia dengar
ucapan marah yang lengking :
"Longsor. Biar longsor tegalan
itu, Man!"
chucky buru-buru berpindah
ketengah yang lebih kering
"Kayak punya sendiri", ia
bersungut-sungut.
"Biarpun bukan, namun kan aku
yang kerjain?"
"Ia deh Iya deh!" chucky segera
membetulkan longsoran tegalan
bekas injakannya "Biar kau
puas".
"Nah, begitu. Awas ya, lain
kali?"
'Lain kali yang kupegang bukan
lumpur" brengsek ini. jessica namun
tubuhmu!"
"Eh..!" dan gadis yang tadinya
tengah menyiangi rerumputan
halus diantara batangbatang
padi yang baru jadi itu, menyiuk
segumpal rumput dengan kedua
telapak tangannya dan seperti
mau semburkan ke arah
chucky . namun chucky tidak
menghindari; Ia malah
menantang:
"Cobalah!"
' jessica tak berani mencobanya.
"Nah. Begitu namanya seorang
kekasih.Marahnya cuma
pura-pura", dan chucky
bergelak tertawa. Wajah jessica
bersemu merah. Ter
sipu.
Wajah chucky pun bersemu
merah. Ia agak tersipu saat
untuk melengkapi kepuasan
hatinya yang kecewa, ia kembali
memohon:
'Jangan tersinggung, tiny . namun
sungguh mati, kuingin lihat
pahamu". Wajah tiny
merah padam sampai ketelinga
.dul latief menggerutu. Dokter
tersenyum-senyum. Katanya:
"tiny , anak baik: Kau
harus percaya kan pasien kita
bahwa di dunia ini tidak ada
hantu, kita sudah berhasil,
mungkin. Setidaktidaknya
berhasil menpercaya kan pasien ini,
hantu isterinya tidak
gentayangan di rumah sakit kita.
Masalahnya sekarang,
percaya kanlah ia bahwa kau
tiny , bukan isterinya!
tiny sudah terbiasa dalam
soal bukamembuka pakaian.
Baik dirumah maupun sebagai
seorang suster. namun kali ini, ia
benar benar kikuk '
"Bukalah, tiny ", desah dokter
peniwise .
"Malu....malu ah".
"Eh. Kok lucu", dan dokter
peniwise tertawa:
"Kalau di ruang praktek sih:
dokter... namun , dihadapan
orang ini!"
"anggap saja sedang
berpraktek!"
"Maka: tiny menarik tepi
roknya sedikit keatas sangat
sedikit!
"lebih tinggi, suster", pinta
chucky .
tiny menariknya lebih
tinggi,
"lagi:..."
"Ech..." tiny jadi dongkol.
"Maaf, suster tiny . Sewaktu
gadisnya. jessica
mengalami kecelakaan. la
terpeleset dijalan licin menuju
kesungai dan pangkal paha jessica
sebelah kiri tersangkut cabang
pohon yang rendah. Luka itu
menciptakan cacat tetap..."
Namun tidak ada bekas luka di
pangkal paha sebelah kiri
maupun sebelah kanan
tiny , saat ia tarik roknya
tinggi-tinggi. Waktu ia tutupkan
kembali seraya mengalihkan
Wajahnya kearah lain, ia
mengeram dengan suara keras:
"Lihat apa, kalian semua?"
Dokter, dul latief dan chucky
menoleh. Beberapa orang pasien
yang kesemuanya lakilaki
buru-buru membalikkan tubuh
dan menutupkan selimut dari
ujung kaki sampai ujung kepala.
Dokter tertawa kecil. Sedangkan
tiny tak habis-habis
menggerutu. dul latief pun
ikut-ikutan tertawa. Gerutuan
tiny semakin menjadi.
namun lalu ia sendiripun
tertawa, waktu ia lihat
chucky pun ikut tertawa.
Laki-laki yang selama ini
baginya menakutkan itu,
tiba-tiba tampak mulai menarik.
kilasan sinar yang sesaat
bermain di bola mata tiny
waktu memandang chucky ,
bukan tidak diperhatikan oleh
peniwise . Sebagai seorang dokter,
cepat ia maklumi arti kilasan
sinar itu, dan sebagai seorang
laki-laki. diam-diam ulu hatinya
dibelit oleh perasaan
cemburu yang merasuk-rasuk
dengan tusukan menyakitkan.
Tawa dimulut peniwise jadi
hambar Ia coba melebur
kehambaran itu dengan menoleh
pada pembantunya seraya
bergumam
"Okey, dul latief , Banyak pekerjaan
lain yang harus diselesaikan,
bukan?" dul latief mengangguk
lalu berjalan keluar
.Dokter peniwise mengikut seraya
dalam hati ia berharap
tiny juga melakukan hal
yang sama. Namun dengan
kecewa ia lihat bagaimana gadis
itu menyeret kursi lebih dekat ke
tempat tidur chucky , lantas
duduk dengan santai. Santai
pula tiny berkata:
'". bagaimana kakimu. Baikan?"
Semakin tercurah perhatian
seorang wanita lesbian terhadap
seorang lelaki, semakin
tertumpah pula harapan lelaki
lain yang justru mengharapkan
perhatian itu ditujukan hanya
pada dirinya seorang. Perasaan
dokter peniwise kosong melompong
waktu berjalan terteguntegun ke
pintu keluar. Anggukan satu dua
pasien yang ia lewati sama
sekali tidak ia gubris, seorang
dokterpun toh punya emosi.
Emosi tidak saja menghilangkan
kemarahan yang senantiasa
bermain di mulut, namun
lebih-lebih menghilangkan
ketenangan yang dengan sekuat
tenaga ia coba pertahankan
direlung dada.
Gelisah, dokter peniwise
mundar-mandlr setiba di ruang
kerjanya. Setumpuk catatan dan
foto-foto negatif paru-paru
seorang pasien yang baru saja
ia bedah tadi malam dan tengah
ia analisa dengan tekun waktu
tiny datang padanya pagi
itu untuk meminta tolong. tidak
menarik hatinya lagi. tiny
cuma berkata kasihan pada
pasien bernama chucky itu,
diikat ketempat tidur sepanjang
hari dan malam gara-gara ia
takut pada tingkah laku yang
aneh dari si pasien. tiny
tidak mengatakan sama sekali,
bahwa ia lalu akan tinggal
beberapa lama dengan pasien
itu di sal, bahkan menjadi intim:
Akhirnya dokter peniwise tidak
kuat menahan gumpalan emosi
yang kian menumpuk. Ia sambar
telephone dan putar nomor
telephone dimana chucky di
rawat.
Sesudah dapat sambungan, ia
berusaha berkata dengan
tenang:
"dul latief ?"
"Ya, dokter."
"Tolong panggilkan tiny ."
Rasanya lama sekali menunggu.
Sampai:
"Ada apa, dokter?" terdengar
suara lembut mendayu-dayu di
rongga telinganya mengalir ke
leher terus ke ulu hati. Sejuk dan
agak mendinginkan emosinya
yang terus bergolak seperti
kawah gunung yang tidak mau
diam.
"Ah. Bukan apa-apa." dokter
peniwise nyeletuk. Seolah-olah
tidak serius. ia melanjutkan:..."
Bagaimana dengan ajakan
tadi?"
"Ajakan?"
"Makan siang di Grand."
Sesaat tak ada jawaban.
Kepundan di dada dokter peniwise
jadi merekah-rekah. Ia takut
kepundan itu meledak.
Benar-benar meledak.
Untung tiny lalu
mengajukan usul:
'Bagaimana kalau lain kali,
dokter?"
"Lain kali?"
"Ah, dokter. Pasien berpenyakit
paru-paru itu memerlukan
perhatian serius dari dokter.
Lagi pula.. ah. Pasien di sal ini
tampaknya baru saja
menemukan hidupnya yang
sempat hampir hilang. Kasihan
kalau..."
"Kasihan. Hanya kasihan toh.
tiny ?"
"Ya, dokter?"
'Ah. Engga. Cuma" okey deh.
Lain kali. Kapan?"
"Kapan saja, dok. Asal jangan
sekarang"
'Dan dancing di kelab nanti
malam?"
"Dok. Beberapa hari, saya tak
bisa tidur. Bagaimana kalau lain
kali pula?"
Dengan perasaan terpukuL
dokter peniwise meletakkan
telephone kembali di tempatnya.
Ia semakin terpukul, waktu siang
hari itu lewat jendela kaca
ruang kerjanya, ia lihat
dikejauhan tiny keluar dari
sal dimana chucky dirawat.
Gadis itu tidak sendirian.
Disebelahnya, dengan bantuan
tongkat pasien yang buntung
sebelah kakinya itu berjalan
tersuruk suruk, pasien yang
memang patut dikasihani. namun
dengan tiny
mendampinginya... dokter peniwise
diam-diam terus memperhatikan.
Waktu kedua orang itu
menghilang dibalik tembok
sebuah gang, dokter peniwise
keluar dari ruang kerja dan
mengintai dari jauh tiny
dan chucky masuk ke kantin
rumah sakit, dan dokter peniwise
berkata Dada diri sediri:
"Lain kali, katanya. Lain kali
yang tak akan pernah ada!"
la menghela nafas. Lalu masuk
kembali ke ruang kerjanya,
duduk dibelakang meja, ia
singkirkan catatan-catatan dan
foto-foto negatif di depannya.
Terjepit diantara kaca dan
beludru hijau yang melapisi
meja, terpampang potret
seorang wanita lesbian . Cantik
sebetulnya . namun tampak
jadi jelek kalau sudah ngomel
minta perhatian yang lebih
banyak dari dirinya dan sering
mengeluh sebab selalu kesepian
di rumah sebab waktu sang
suami terlalu banyak disita oleh
urusan kemanusiaan di rumah
sakit, namun mengabaikan
kebutuhan manusia lain di
rumah sendiri.
Setengah berbisik, Dokter peniwise
bergumam:
"Ros, isteriku yang malang.
Kapankah kau sendiri bisa
mengorbankan kepentinganmu,
demi keselamatan banyak jiwa
yang tergantung ditanganku?"
Dan di kantin, seraya makan
siang dengan penuh kenikmatan.
tiny berkata dengan suara
lembut pada chucky :
"Ceritakanlah padaku tentang
almarhumah isterimu."
chucky terdiam sebentar. Lalu:
"Kau mau bersabar sampai aku
selesai makan, tiny " lngatanku
pada jessica . menyebabkan
bayangan pak syam kamaruzaman keparat itu
bermain pula dimata."
"Ceritakan jugalah tenang pak
syam kamaruzaman itu nanti. ya?"
PAK syam kamaruzaman keluar dari ruang
bawah tanah rumahnya yang
besar itu dengan wajah muram
serta rambut kusut masai.
Warna gelap disepanjang mata
tuanya membayangkan perasaan
lelah dan kecewa yang tak bisa
ia bendung. Keringat-keringat
jagung membercik dijidatnya
waktu masuk ke kamar dan
melihat nyoto masih meringkuk
telanjang di atas tempat tidur
itu. Ia tendang pantat laki-laki
yang bertubuh tinggi besar itu
keras-keras. Sikepala gundul
terloncat bangun dengan kaget,
dan merunduk sesaat sesudah
menyadari perasaan apa yang
tengah berkecamuk di mata
pudar pak syam kamaruzaman .
"Buang barang busuk itu
jauh-jauh. nyoto !', rungut pak
syam kamaruzaman jengkel. lalu melemparkan
tubuhnya di bekas dimana
barusan tubuh nyoto
tertelungkup.
?"barang busuk?"
"Yang di gudang, kunyuk! Kau
kemanakan otakmu" Disimpan
di dengkul"
Tanpa berkata lagi nyoto
mengenakan celana dan sebab
pak syam kamaruzaman terus memandangnya .
dengan mata jengkel, ia tak
sempat lagi memakai kemeja.
Tersuruk-suruk setengah
mengantuk ia berjalan
sepanjang lorong yang gelap
menuju ke ruang bawah tanah,
pintunya masih terbuka. Ada
cahaya samar-samar dari
dalam. Lalu bau bangkai. nyoto
meludah. Terus masuk seraya
berusaha menahan perut mual
yang rasanya mau terburai saja
keluar, dari pada diatas tungku
api yang baranya masih hidup ia
genggam segumpal daging
berbentuk bayi manusia yang
besarnya sudah menciut menjadi
sebesar pergelangan tangan
nyoto sendiri.
Sesaat, dalam kesamaran bara
perapian ia perhatikan mayat
bayi yang malang itu. Orok yang
masih merah waktu ditanam
oleh keluarganya dipekuburan
kampung matanya tak pernah
terkatup, penyakit yang
dideritanya semasih hidup
rupanya tak tertanggungkan
mahluk kecil itu sehingga ia mati
seperti orang yang penasaran.
Mata yang melotot itu tidak
pernah berhasil ditutupkan pak
syam kamaruzaman biarpun majikan nyoto itu
sudah memasukkan berbagai
ramuan dan membacakan
bermacam-macam mantera;
Usaha pak syam kamaruzaman semakin kacau
kemana tadi sore nyoto
tergopoh-gopoh masuk
keruangan itu seraya
melaporkan adanya orang asing
yang baru datang kekampung
mereka dan langsung menuju ke
rumah mertua chucky yang
sudah semakin pikun itu. "Setan.
Siapa orang itu" Polisi?" maki
pak syam kamaruzaman sore tadi. "Entah.
Katanya tamu biasa".
namun . Mengapa mesti kerumah
itu?"
"Entah".
"Entah! Entah! Hanya itukah
yang bisa kau jawab" Tak
adakah pikiranmu untuk
menanyakan sendiri. Dan tidak
mengusik pekerjaanku, eh" Tak
kau lihatkah, mata jimatku ini
mulai berair?"
Mata mayat bayi yang sedang
diramu apabila berair
menandakan usaha
menciutkannya lebih kecil
lalu mengawetkannya
sebagai jimat akan gagal. Dan
kini, berada dalam
genggamannya, nyoto lihat
sepasang mata mayat bayi itu
tidak saja berair, namun mulai
bernanah dan mengeluarkan bau
busuk. Hampir-hampir ia
muntah, kalau tak cepat-cepat
menyambar pedupaan dari dekat
tungku. Pedupaan itu masih
mengepul-ngepulkan bau
kemenyan. Ia hirup bau menyan
itu sebanyakbanyaknya, dalam
usaha menekan bau busuk yang
hanyir pada tubuh mahluk kecil
digenggamnya. lalu
berjalan kepintu, naik kelorong
yang semakin lama semakin
sempit sehingga ia terpaksa
membungkuk dan akhirnya
merayap. Ditengah perjalanan
akhirnya ia tidak kuat lagi.
sebab merayap, mau tidak mau
mahluk digenggammannya
seringkali terluka dekat
kehidung. Perutnya membuncah,
melesak kekerongkongan dan
lalu terburailah isi
perutnya keluar melalui mulut
yang pucat kebiruan. ,
Ia kembali muntah sesudah
berada dibagian luar gedung
milik majikannya dan berdiri
dipinggir tebing sungai. Udara
malam yang di
ngin menusuk-nusuk kulit
tubuhnya yang setengah
telanjang. Kabut tebal menutupi
pandangan matanya kebawah. la
tidak-melihat sungai. Ia cuma
mendengar suara air mengalir
deras dibawah. Seraya menahan
rasa pusing di kepala dan mual
yang membelit belit usus,
dengan cepat ia lontarkan
mahluk kecil yang sudah
membusuk itu kebawah.
Terdengar suara tercebur yang
lembut. Barulah nyoto menghela
nafas. Lega. Dan merangkak
kembali masuk lubang ditanah,
dan menutupkannya pakai semak
belukar dari luar lebih dulu
sebelum menyusun batu-batuan
besar dibagian dalam. Tiba di
kamar majikannya, ia langsung
naik ke tempat tidur. Pak syam kamaruzaman
bersungut-sungut:
"Sudah?"
"Kau buang ke mana?"
"Kesungai?"
Pak syam kamaruzaman terduduk. Pucat.
"Ke sungai" tolol Mengapa tak
di tanam?"
"Aku pusing. Dan mual!"
"Bodoh! Bodoh! Bodoh ! Babi
benar kau!" pak syam kamaruzaman
memaki-maki lalu :
"Tak kau berati dengan batu
sebelum dibuang?"
".."tidak!"
"Plak!" sebuah tamparan yang
deras hinggap dipipi nyoto , la
tersenggap, namun lalu
menunduk, kaku. Dan gemetar.
Tadinya sesudah membUang
mahluk busuk itu ia masuk ke
kamar tidur pak syam kamaruzaman dengan
maksud bergelut dengan kawan
jenisnya itu sekedar melenyap
Kan rasa mual, pusing dan
tubuh yang menggigil
kedinginan. Namun yang ia
peroleh dari majikan sekaligus
teman tidurnya semenjak
bertahun-tahun, adalah sebuah
tamparan yang tidak saja
menyakitkan pipi, namun .
Lebih-lebih lagi menyakitkan
hati. Namun ia tidak pernah
berani memprotes. Mata pak
syam kamaruzaman sudah memukaunya
semenjak ia bekerja di rumah ini
dan akan terus memukau selama
ia masih berada di bawah
naungan atau rumah yang sama.
'...bagaimana kalau mayat itu
hanyut lalu tersungkut
dipinggir sungai seperti halnya
mayat isteri si chucky dulu?"
"Maafkan saya pak syam kamaruzaman ".
'Maaf. Maaf nenek moyangmu!"
pak syam kamaruzaman menarik selimut,
lalu merungkut di
dalamnya. Samar-samar telinga
nyoto mendengar lanjutan
gerutuan majikan yang tidak
saja ia segani, namun juga cintai
ini"... kau harus cari akal kalau
mayat itu ditemukan!
Seolah-olah mayat itu dibuang
oleh siapa lagi, kalau bukan
wanita lesbian tua yang sudah
pikun itu.
nyoto mengangguk-angguk
sendirian, meskipun ia tahu
anggukannya tak akan dilihat
oleh majikannya. Ia bermaksud
mau tidur pula seperti pak syam kamaruzaman
saat tiba-tiba pak syam kamaruzaman
memukul pantatnya lagi seraya
menyentak:
"Mulai besok kau
dengar-dengarlah kalau ada
orok yang mati dimalam Jum'at.
LIMA BELAS
SUbandrio TERBANGUN oleh
suara hingar bingar di luar
rumah. Sejak semalaman ia
memang tidak bisa tidur.
Gelisah. Tak sedikitpun
keterangan yang bisa ia peroleh
dari wanita lesbian yang menghuni
rumah reot dan hampir ambruk
itu. Umur wanita lesbian itu
sebetulnya baru sekitar tiga
puluh limaan. Demikian kata
tetaidit sebelah tadi malam.
namun penderitaan yang
membuatnya pikun, menjadikan
siwanita lesbian tampak seperti
nenek-nenek yang tinggal satu
dua tarikan nafas saja lagi untuk
sampai keliang kubur. Kerjanya
cuma kemak-kemik. Tak menentu
kadang tertawa-tawa sendirian.
Kadang-kadang menangis.
Tanpa air mata: Bahkan tak ada
sinar sama sekali dimata yang
cekung itu.
Suhar-ja-merasa, wanita lesbian itu
tak perduli pada kehadirannya
dirumah itu. Bahkan seperti tak
sadar, kalau ada Orang lain
bertamu dirumahnya. Tengah
malam wanita lesbian itu keluar
rumah. Diikuti Subandrio
diam-diam. Ternyata pergi
kekuburan. Duduk mencangkung
didepan dari onggokan tanah.
Kemak-kemik
disitu. Tertawa lagi. Atau
menangis.
"Itu saja kerjanya setiap saat",
kata tetaidit sebelah sore hari
seblumnya. "Kuburan itu tempat
dimakamkan suami dan anak
wanita lesbian nya. Mereka tempat
bergantung perginya selama ini.
Sesudah keduanya mati,
wanita lesbian itu seperti tak betah
hidup didunia, namun tak tahu
bagaimana caranya untuk
mengikuti jejak suami dan anak
wanita lesbian nya.
Nasibnya tak akan seburuk itu,
kalau saja menantunya masih
ada dikampung ini?"
"Siapa nama menantu
wanita lesbian itu?" tanya Subandrio
berminat. "chucky ", jawab yang
ditanya dengan suara tak sedap.
"Seorang bekas perampok yang
sudah keluar dari penjara.
Penduduk. yang mengusirnya
dari kampung ini beberapa
waktu yang lalu?"
Perampok! Lepasan penjara!
Subandrio semakin tak enak
tidurnya malam itu. Teringat
pada anak gadisnya dikota,
tiny . Tahukah gadis itu
kalau pasien yang begitu
menaruh perhatiannya dirumah
sakit, adalah seorang lakilaki
yang berbahaya" Mau rasanya
Subandrio kembali saja kekota.
namun sudah terlalu malam
untuk bisa mengharapkan
lewatnya bus di jalan raya yang
lima kilo meter jauhnya dari
kampung ini. Lagipula, ia ingin
memperoleh keterangan yang
lebih banyak. Apa yang
menyebabkan kematian jessica "
Mengapa arwahnya muncul
dengan wujud mengerikan
dikamar tidur tiny " Apa
hubungan kematian itu dengan
chucky "
Dan yang paling membuatnya
harus bersabar sampai hari
berikutnya adalah wanita lesbian
malang itu. Selama ini ia hanya
diurus oleh tetaidit -tetaidit
yang jatuh kasihan padanya.
Kalau tetaidit -tetaidit sedang
kesulitan, siwanita lesbian sering
harus puasa berharihari
lamanya. Anehnya ia tetap
bertahan untuk tetap hidup.
"Konon wanita lesbian itu pernah
bersumpah didepan makam anak
wanita lesbian nya ia baru mau
mati, kalau kematian anaknya
ada yang membalaskan", begitu
desas-desus diantara penduduk
yang diceritakan oleh tetaidit
sebelah pada Subandrio .
"Kalau begitu kematian jessica
kematian yang misterius"
"Mati wajar. Terjun kesungai
sebab putus asa. Tubuhnya
menghantam batu cadas sebelum
hanyut ditelan arus sungai yang
sedang banjir..."
Semalaman Subandrio memikirkan
cerita tetaidit itu. Ia dengar
bagaimana jessica menunggu
dengan setia "suaminya pulang
dari penjara. Bagaimana
lalu mayatnya ditemukan
tersangkut diakar pohon bakau
dipinggir sungai.
Dan bagaimana lalu
chucky pulang kekampung,
mendatangi dan menuduh syam kamaruzaman
serta pembantu-pembantunya
menjadi penyebab kematian
isterinya. chucky lalu
diusir, dan kematian istrinya tak
pernah berhasil diungkapkan.
Mengapa harus ribut-ribut: Toh
jessica sudah mati. Dan chucky
seorang
bekas penjahat. Bisa saja
menuduh yang tidaktidak pada
pak syam kamaruzaman yang begitu dihormati
dan disegani penduduk
kampung: Sampai-sampai polisi
desa pun tak berminat untuk
membuka tabir kematian jessica .
"Akan kubawa wanita lesbian
malang ini kekota', pikir Subandrio
dimalam yang dingin menusuk
sampai ketulang itu. "Kawanku
si Parta, si Kiartris itu tentu mau
menolong. Dan si soebandrio , pasti
akan bersedia meluangkan
sedikit waktunya untuk mengusut
peristiwa aneh yang melingkupi
keluarga muda isteriku itu.
soebandrio seorang Kapten polisi
yang sangat berperasaan..."
Niat itu sudah membulat
dihatinya, saat ia terbangun
pagi itu.
Suara hingar bingar diluar
rumah membuat ia tercengkat
sesaat , meloncat turun dari
dipan beralas tikar yang sudah
retas-retas, dan langsung
mendorong jendela kamar yang
kuncinya sudah lama tak pernah
dipakai.
Darahnya tersirap melihat
suasana di luar rumah.
wanita lesbian pikun itu duduk
mencangkung diatas kursi
bambu dipekarangan. Mulutnya
mengunyah-ngunyah sirih.
Warna merah berlepotan
dikedua belah pipi dan jari
jemarinya. Ia menatap dengan
liar pada kerumunan beberapa
orang penduduk yang seperti
mengepung rumah itu seraya
berteriak-ternak riuh. Beberapa
diantara membawa benda-benda
yang bisa berbahaya melihat
suasana itu. Dari mulai parang,
kampak, pacul sampai
potonganpotongan kayu.
Seorang wanita lesbian muda yang
berada paling depan, seraya
menujuk kearah ibunya jessica ,
berteriak-teriak histeris.
"...bunuh kalian dia! Bunuh!"
Beberapa yang lain ikut
memberi semangat:
"Ya. Bunuh! bunuh!"
Dan mereka merangksek maju.
Persis pada saat itu, Subandrio
membuka jendela kamarnya,
yang langsung berhadapan
dengan pekarangan. Sesaat ,
suara hiruk-pikuk itu terenggut
diam. Senyap menyentak, semua
mata memandang kejendela.
Subandrio menghela nafas.
Bingung sesaat.
"... ada apa" Ujarnya susah
payah sesudah berusaha
menenangkan detak-detak hati.
wanita lesbian muda tadi yang
berkata lebih dulu:
"Ia penyihir. Ia curi mayat
anakku dari kuburan!" _
Yang lain ikut meneriaki:
"Si tua itu cuma berpura-pura
pikun. la mahluk jahat yang tega
menjadikan bayi orang sebagai
jimat. ia harus mati!"
Agak terkesiap Subandrio
mendengarnya.
"Curi mayat" dari kuburan"
dijadikan jimat?", tanyanya
seperti pada diri sendiri.
wanita lesbian muda tadi berkata
setengah menangis:
"Pagi tadi si Dul sedang
mengail disungai. Tahu apa
yang ia temukan" Ini"!" dan
perem
puan itu membuka bungkusan
yang dari tadi dipegangnya.
Subandrio mencondongkan
tubuhnya lebih keluar dari
jendela, dan ia benarbenar
terperanjat melihat apa yang
berada ditangan wanita lesbian itu.
Hampir-hampir ia tidak percaya
pada pandangan matanya.
Mulamula ia kira boneka. namun
demikian dekatnya jendela
dengan tempat siwanita lesbian
berdiri sehingga lalu ia
bisa mengenali benda itu.
Sesosok tubuh bayi yang tidak
saja sudah busuk, namun ?"
"Mengapa... begitu kecil?",
tanya Subandrio . seraya menahan
rasa mual sebab bau busuk dari
mayat bayi itu.
"Diramu! dijampe! diciutkan
untuk jadi jimat memperoleh
kekayaan!" tangis siwanita lesbian
lalu memeluk mayat itu
dengan erat, seperti memeluk
bayi yang masih hidup.
"Anakku! Anakku yang malang
ia menangis menghiba-hiba.
Lalu tiba-tiba:
"He! Mengapa semua diam"
Mengapa tak kalian bunuh si
penyihir itu?"
Sama sekali tak masuk diakal
Subandrio apa yang ia lihat dan ia
dengar. Nalurinyalah yang lebih
cepat bekerja. Ia berteriak.
"Tunggu!"
Orang-orang yang sudah
merangsek maju lebih dekat dan
sudah siap mengeroyok
wanita lesbian pikun yang
tampaknya diam saja tak
bergerak, serentak terhenti.
Suara mereka yang riuh
rendahpun ikut berhenti.
Mereka memperhatikan
bagaimana Subandrio
menghilang sejenak, dan saat
muncul di pintu rumah, sebuah
pestol sudah tergenggam
ditangannya.
'Tak seorangpun boleh
menyentuh wanita lesbian tua ini. Ia
dibawah perlindunganku."
Sesaat, semua orang
berpandang-pandangan tak
mengerti. Lalu tibatiba seorang
lelaki bertubuh tinggi besar dan
berkepala botak, maju kedepan.
Sesudah memperhatikan sekilas
pestol! ditangan Subandrio , ia
bersungut-sungut:
"Bapak cuma tamu disini.
Mengapa turut campur?"
"Kau siapa?" Subandrio tak kalah
gertak.
"nyoto . Wakil syam kamaruzaman ."
"Nah. Kebetulan. Mana syam kamaruzaman
kalian?"
'Kudengar kabar-kabar menarik
tentang dirinya dikota..." kata
Subandrio sekenanya teringat pada
cerita tiny tentang
mimpi-mimpi dan sikap-sikap
aneh pasiennya bernama
chucky . "Panggillah syam kamaruzaman
kuingin bicara."
"Ia sakit," sungut nyoto , agak
gugup. Lalu ia menoleh pada
seorang laki-laki setengah baya
disebelahnya. Tampaknya minta
bantuan. Lakilaki yang dilirik
mengerti. Ia berkata dengan
suara perlahan:
"Aku ketua erka disini. Aku bisa
mewakili pak syam kamaruzaman ."
Subandrio menatap sebentar pada
orang itu. lalu
mengangguk.
"Suruh orang-orang itu pulang
semua," katanya. "Kita bicara
didalam."
"namun ..."
"Aku polisi dari kota. Dengar!
Kuperintahkan, agar semua
orang bubar. Cepat' Kalau
tidak, moncong pestolku akan
menggantikanku untuk berbicara
pada kalian semua!"
Meskipun seraya menggerutu.
kerumunan orang itu akhirnya
pada bubar lebih-lebih sesudah
pak aidit mengangguk pada
mereka. Ketua erka itu tersedikit
melotot pada nyoto yang enggan
untuk angkat kaki, dan pada Nyi
Saodah yang masih menangis
tersedu-sedu seraya memeluk
mayat anaknya yang berbentuk
aneh itu, ia bergumam lembut:
"Pulanglah, Nyi. Entar kita
makamkan lagi anakmu
sebagaimana mestinya," dan
pada nyoto ia bertitah: "Kau
bawakanlah anak itu, nyoto !"
nyoto menjadi pucat. la
buru-buru memapah Nyi Saodah
menjauhi rumah ibunya jessica ,
namun tak bermaksud sama
sekali untuk mengambil mayat
bayi Nyi Saodah.
Diam-diam ia mengumpat
sendirian. Ia sudah gagal
menimpakan kesalahan pada
wanita lesbian pikun yang dianggap
pak syam kamaruzaman sebagai duri dalam
daging itu. Malah ia disuruh
membawakan benda busuk yang
mengerikan itu. Padahal ia yang
sudah membuangnya subuh tadi
kesungai. la pula yang sudah
membongkarnya dari kuburan
beberapa waktu sebelumnya.
Celaka benar!
Dan dalam rumah, Subandrio
menjelaskan pada pak aidit :
'.. dikota banyak kami dengar
kabar-kabar aneh tentang
kampung ini. Pencurian mayat
mayat bayi, tempat perampokan
berkumpul, kematian-kematian
yang ganjil..."
"Baru mayat Nyi Saodah yang
tercuri. dan perampok tak
pernah berkumpul di sini,
palingpaling si chucky jadah
itu, dan tentang kematian jessica ..."
"Jangan potong bicaraku!" tukas
Subandrio bernada jengkel, dalam
hati ia sendiri menggerutu:
"Mana aku tahu semua itu. Aku
cuma menerka nerka, berlagak
sebagai polisi pula. Pak soebandrio
pasti marah besar nanti.
Lebihlebih surat ijin pestolku
sudah lama habis waktunya..."
lalu ia meneruskan:
"Sayang, polisi desa disini tak
pernah melapor ke kota."
"Pak syam kamaruzaman menyelesaikan
segala sesuatu dengan baik."
sungut pak aidit .
"Perkataan syam kamaruzaman bukan hukum.
Tindakannyapun. belum tentu
semua sesuai dengan hukum?"
"Kami menghormatinya."
'Dan tak pernah bercuriga
padanya, ya" Kami dengar, ia
orang terkaya diseantero daerah
ini?"
'Bapak menuduh..."
"Ah. Kami polisi selalu hati-hati
terhadap setiap seorang. namun
yah. Sudahlah. Aku dapat
perintah membawa ibunya jessica
kekota. Mungkin ada keterangan
yang menarik bisa kami peroleh.
bila saja ia berhasil
disembuhkan psikiater. Hal ini
juga mengingat hal-hal
misterius disekitar kehidupan
menantunya, si chucky itu..."
"chucky menghilang dari
kampung ini. Jadi ia sudah
ditemukan polisi di kota, eh"
"Itu tak penting. Nah. Boleh
minta tolong mencarikan sebuah
andong untuk membawa kami
kejalan besar?"
Mendapat perintah halus itu,
ketua erka tak senang hatinya.
Namun lagak lagu tamu itu,
tentulah ia polisi dari kota
seperti pengakuannya. sebab
itu aidit harus berhati-hati.
Lagi pula apa perdulinya"
Dibawanya wanita lesbian pikun itu
berarti lebih menenangkan hati
masyarakat dari perasaan
waswas yang tidaktidak. Mereka
lebih senang wanita lesbian itu mati
saja. Sesudah kini ada yang
bermaksud membawanya pergi,
mengapa harus ditolak" Tanpa
membantah Dak Amma keluar
dari rumah.
seringai, lebar bermain
dibibir soebandrio .
'Bung!", sungutnya lalu ".
Kau bisa ditahan sebab
mencatat nama corpsku. namun
tak apalah. Sebagai polisi
gadungan tindakanmu cukup
berhasil menyelamatkan seorang
wanita lesbian tua dari kematian
yang mengerikan. Namun soal
mayat bayi yang diciutkan untuk
jadi jimat...", kapten polisi itu
gelenggeleng kepala." Kau bikin
perutku sakit. Sejak kapan kau
percaya omong kosong semacam
itu, bandrio ?".
'Jangan menghina, soebandrio . Kalau
tak kulihat dengan mata kepala
sendiri."
"Mungkin bayi itu lahir
prematur."
"Ia lahir sempurna. Dengan
wujut yang sempurna pula. Itu
yang kudengar. Banyak saksi.
Jangan pula lupa, mayat itu
dicuri dari kubur. Kau pikir
untuk apa" Dan mengapa
sesudah sekian lama, yang
membusuk cuma bagian
matanya saja?"
"Hem, soebandrio tercenung".
Sayang tak kau bawa Untuk kita
autopsi dilaboratorium. namun
eh, bukan itu maksudmu yang
utama datang menemuiku toh?"
"Terus terang, ini menyangkut
tiny . Anak itu sudah mulai
dekat pada pasiennya yang
bersama chucky itu. Kau
tahu?", Subandrio bertanya
dengan dongkol. Tanya yang ia
jawab sendiri:, Ia sudah
berani-beranian membawa si
chucky itu kerumah. Malah
nekad membawanya nonton
biaskop. Tak perduli laki-laki itu
berkaki satu..."
"Kaki satu tak jadi ukuran
perasaan. bandrio ". Mestinya kau
katakan pada anak gadismu,
siapa sebetulnya laki-laki itu'.
"Aku tak sampai hati. Lagi pula
itu menyangkut masa lalu"
"Maksudmu?"
"Terserah apa maunya tiny
laki-laki yang boleh menjamah
hatinya, haruslah laki-laki yang
bersih masa depannya."
"Eh, bagaimana kau tahu
tiny punya hati sama
chucky ?"
"Aku ayahnya. Kau sendiri tahu,
tiny tak pernah rapat dengan
seorang laki-laki..."
"Kita orang tua sebaiknya tak
terlalu banyak ikut campur
urusan anak-anak bandrio .
Banyak kusaksikan akibatnya
yang negatif. namun yah,
sudahlah. Demi seorang
sahabat. Aku akan memberikan
jalan keluar. Bisa kau atur
kapan aku dapat
berbincang-bincang dengan
laki-laki misterius itu?"
Laki-laki itu. chucky , tegak
dengan bahu bertahan dibendul
pintu. Belakangan ini kerut
merut harus mulai bermunculan
didahinya. Ia merasa lelah
sesudah mengenakan tongkat
kayu untuk membantunya
berjalan. Lebih lagi-lagi hati
dan jiwanya sesudah mengalami
penderitaan beruntun yang terus
menimpa. Ia merasa sudah
berdosa pernah jadi pengganggu
ketentraman orang lain dengan
mengambil hartanya secara
tidak syah. Ia juga tahu,
hubungan zinah yang ia lakukan
dengan ibu nyi girah dimasa ia
masih perjaka. sudah merupakan
dosa-dosa yang harus ia pikul.
namun mengapa begini berat
hukuman Tuhan yang harus ia
tahankan"
Perasaan lelah itulah yang
membuat chucky lama terdiam
seraya memandang gadis yang
berdiri resah didekatnya. Gadis
itu merundukkan muka,
ujung-ujung sepatunya bermain
dilantai teras. Malam sudah
semakin larut. Gadis itu
seharusnya sudah pergi, namun
chucky ingin tiny lebih
baik tetap berada disampingnya.
Keinginan yang sama pulakah
yang bermukim dihati tiny
sehingga ia berdiri sedemikian
resah, sementara jarijemarinya
masih berada dalam genggaman
chucky "
"... bagaimana aku harus
membalas dul latief baikmu, tiny ?",
akhirnya chucky memecah
kesepian yang menggelitik
mereka.
tiny tengadah. Balas
menatap mata chucky . Senyum
lembut bermain dibibirnya yang
mungil dan kemerahan, tanpa
polesan lipstik.
'Tidak" Kau sudah
membangkitkan sema
ngatku untuk tetap hidup. Dan
perbuatan gila apa yang kau
lakukan ini" Mentraktirku
minum, nonton bioskop dan
menghirup udara sore yang baru
sekarang kutahu, betapa
cerahnya, sebagai seorang
laki-laki seharusnya aku malu
pada diri sendiri"
"Kau membuat wajahku merah,
chucky ". tiny tersipu
"Sudah ya; aku pulang" Nanti
papa dan mama mencari..."
namun ia tak juga menarik
tangannya dari genggam
chucky .
"Ingin kuantar kau pulang,
tiny "
"Kapan-kapan, chucky .
Sesudah fisikmu betul-betul
sehat dan kau terbiasa jalan
sendirian...", lalu
tiny kembali menatap mata
chucky . Tajam namun alangkah
lembut sinar mata yang bundar
itu"
Sudah ya", ulangnya. setengah
berbisik .Bersamaan dengan itu,
tumitnya terangkat keatas, dan
sebuah kecupan hangat dari
bibirnya singgah sekilas dimulut
chucky . Ada kejutan diwajah
dilelaki sehingga ia tak sadar
sama sekali kalau tiny
sudah menarik tangannya dan
lalu berjalan cepat-cepat
kejalan besar dan naik kesebuah
becak.
Kejutan itu terus menerpa wajah
chucky .
Ia terpukau ditempatnya berdiri,
menatap kekejauhan dengan
wajah yang pucat. Ia tidak
melihat tiny pergi. Tidak
melihat gadis itu naik kesebuah
becak. Dan tidak melihat becak
itupun lalu menghilang
ditelan kegelapan malam.
Kecupan bibir tiny yang
panas membakar, di bibir chucky
terasa dingin menusuk. Mata
chucky tak berkedip. Benarkah
apa yang ia lihat dan rasakan"
saat bibir tiny mampir
dibibir chucky , laki-laki itu
melihat wajahnya yang sudah
merupakan bagian dari
hidupnya selama
bertahun-tahun. Memang wajah
tiny mirip dengan wajah
jessica , namun ... yang ia
rasakan mengecup bibirnya
"saat itu bukan tiny ,
melainkan jessica . Sampai
tiny menghilang, jessica tetap
tak berada didepan mata
chucky yang masih terpana
oleh kejutan yang tiba-tiba
melecut jantungnya itu.
'...mengapa. Sayang" Takutkan
kau?"
Angin malam menerpa-nerpa
wajah chucky . Angin malam
yang dingin itu. Ya teramat
menusuk itu. Dan suara yang
seperti sayup sayup datang dari
jarak yang teramat jauh itu,
bergema dan bergema kembali:
"Takutkah kau, chucky ku
sayang'?"
'Ti-dak...tidak", mulut chucky
menceracau.
Tersenyum bayangan yang
berdiri di depan chucky . Mesra.
namun kucuran darah dari
keningnya yang pucat... ia
goyangkan kepala sedikit
sehingga rambut tergerai yang
menutupi pipinya berkibar
kebelakang, ditiup angin malam
yang berhembus semakin keras.
Desau pepohonan dihalaman
rumah itu seperti jeritjerit yang
menyayat tulang ditelinga
chucky . Ia tahan.
"Katakan, jessica ...", mulut
chucky kemakkemik.
Tangannya mau menggapai,
namun tak
ada kekuatan sama sekali. la
cuma tegak Diam. Beku seperti
patung yang ingin melepaskan
diri dari kekakuan yang
memakunya rapat kebendul
pintu"... mereka membunuhmu,
bukan?"
Desau angin didaun-daun pohon
melejit lejit lengking:
"Ya. chucky . Mereka
membunuhku. Mereka
membunuhku" .
"syam kamaruzaman " syam kamaruzaman " syam kamaruzaman ...?"
"Kau sudah tahu, chucky .
Mengapa tak kau balaskan sakit
hatiku" Mengapa kau bercumbu
dengan wanita lesbian lain" Sudah
matikah bersama dengan
matinya diriku" chucky ,
chucky . aku terus menangis
dikubur...menangis, chucky ,
menangis menunggu kau
balaskan sakit hatiku yang kian
menggelora" menunggu... kau
datang padaku... o, chucky . tak
tahukah kau betapa rinduku"
Dekaplah aku, sayang, dekaplah
aku kekasih.
"namun " tanganku.. kelu...
tubuhku..."
"Kau akan bisa, chucky . Kau
akan bisa. Kutunggu, sayang.
Kutunggu...!"
"jessica ...!'
"Kutunggu, chucky .
KutUnggu...!'
"jessica ! jessica ! jessica !, dan chucky
bagai tercekat dari tegaknya,
menggapai kedepan semakin
kedepan... tak ingat Untuk
mempergunakan tongkat yang
dari tadi melekat d'bawah
ketiaknya. Lalu dengan suara
berdebuk yang keras. tubuh
chucky jatuh terjerembab
dilantai teras. Benturan yang
keras dari bibir tembok dengan
dagunya membuat
chucky mengaduh. Ribuan
bintang-bintang dilangit seperti
turun kebumi, bermain dan
menari-nari dengan irama liar
dikepala chucky .
Ibu nyi girah dan suaminya berlari
larian keluar dari kamar dan
dengan terkejut melihat apa
yang terjadi.
"Nak chucky , mengapa kau"
tanya ibu Las cemas seraya
menolong chucky berdiri
dibantu suaminya.
"Mana... kemana dia", chucky
bersungutsungut. Matanya
berkunangkunang.
"Dia" Dia siapa?"
"jessica . Istriku..."
'Ibu nyi girah memandang
suaminya dengan dahi berkerut.
Seraya memapah laki-laki
malang itu kedalam, suami Ibu
nyi girah berkata dengan lembut:
'Yang. mengantar kau tadi
pulang, tiny , nak. Bukan
jessica ?"
"Ia jessica ! jessica . aku... aku sudah
berbicara padanya... ia..."
tiba-tiba chucky membentot
lengan wanita lesbian setengah
baya disebelahnya." Tolonglah
aku. pak syam kamaruzaman yang membunuh
Lil" masih tak percayakah kau,
bu nyi girah .
Sesudah berkata begitu, chucky
jatuh tak sadarkan diri.
Bersusah payah ibu nyi girah dan
suaminya menyadarkan chucky ,
lalu memberikan pel tidur
yang disediakan tiny untuk
diminum chucky . Laki-laki itu
masih terus mencercau dan
berkumat-kamit tak karuan
sebelum ia lalu berbaring
dengan
mata terpejam rapat dan
bernafas dengan teratur. Ibu
nyi girah menghela nafas dengan
teratur. Ibu nyi girah menghela
nafas lega menoleh suaminya.
'Apa yang harus kita lakukan,
Pak?"
"Menghubungi polisi. Itu
satu-satunya jalan."
"namun ... siapa yang mau
percaya?"
"ltulah. Harus kita buktikan
bersama-sama. Sesudah
mendengar cerita chucky
selama ini dan pengakuanmu
sendiri tentang kehidupan bekas
suamimu yang pertama itu,
kupikir sudah waktunya kita
melakukan sesuatu. Kasihan
chucky . Arwah istrinya terus
mengganggu dia.
. Padahal keadaan chucky
sudah agak baikan semenjak
bertemu tiny . He!" suami
ibu nyi girah tiba-tiba bercahaya
matanya. "Kau begitu kaget
saat mula-mula bertemu tiny .
Tak salahkah penglihatan mu,
bu?"
Tak mengerti, ibu nyi girah
bergumam:
"Demi Tuhan, pak. tiny dan
jessica . bagai pinang di belah
dua!"
"Hem," suami ibu nyi girah berpikir
sesaat. lantas: Bekas Suamimu
percaya dan hidup didunia
tahayul. Takutlah ia kalau
bertemu dengan hantu" ,
"Hantu?" ibu nyi girah gemetar.
'Ya. Hantu korban
kebiadabannya!"
Ibu nyi girah tiba-tiba tertawa.
Katanya:
"Kau bukan dukun. Bagaimana
kau bisa memanggil arwah dari
alam kubur"'
"Nanti juga akan kau ketahui,
bu. Kalau
besok chucky bangun,
katakanlah agar ia membujuk
hantu yang kumaksudkan. Aku
percaya , hantu tersebut pasti
bersedia membantu"!"
HUJAN sudah mulai turun
saat tiny menginjak pintu
rumahnya.
"Maafkan, -aku kemalaman,
mama," ia memelas pada
wanita lesbian setengah baya yang
membukakan pintu.
Begitu pintu tertutup
dibelakangnya, tiny
mendengar suara ayahnya:
"Wajahmu berseri-seri. Bersemu
merah kulihat. Bolehkah kami
minta kau duduk dulu sebentar.
tiny ?"
Dengan heran, tiny duduk
dihadapan ayah dan ibunya. .
'Bagaimana chucky " Lebih
baik?"
Tiba-tiba saja, wajah tiny
kembali memerah. Ia merunduk
waktu menyahut:
"Mudah-mudahan. papa."
"Syukurlah. Ia sudah
menceritakan siapa dan
bagaimana masa lalunya?".
"tiny menghela nafas.
Berat lalu mengangguk.
Perlahan.
"Pentingkah itu, papa?"
"Kami bukan mau turut campur
nak. namun syukurlah kau sudah
tahu siapa chucky . Biarpun
pengetahuan itu tidak merubah
sikapmu terhadapnya. Mungkin
sebab semula kau begitu takut
dan setengah mati berusaha
menjaUhinYa, sehinga kau
lalu .. jatuh hati padanya.
Ah. nak. Tak usah mengelak.
Kami
sudah maklum. bisa pulakah kau
maklumi,
kalau misalnya kami katakan
mungkin perasaan
cintamu menjelma sebab
hubungan batin " de
ngan saudaramu yang bernama
jessica ?" tiny tertengadah.
Takjub.
TUJUH BELAS
HARI-HARI yang datang susul
menyusul bagi nyoto tak ubahnya
siksaan yang terus menerus
menyakiti tidak saja badannya
namun terutama hatinya.
Meskipun ia sudah berhasil
mencuri mayat baru dari
kampung yang belasan kilometer
jauhnya dari desa mereka, pak
syam kamaruzaman masih saja bersikap tak
bersahabat pada nyoto . Tiap kali
ia akan naik ketempat tidur pak
syam kamaruzaman disertai kerinduan dan
nafsu yang meluap-luap, ia
selalu memperoleh sentakan:
"Pergi sana! Jangan usik
tidurku."
nyoto terpaksa menyingkir
kekamarnya sendiri dibagian
belakang rumah. Kamar yang
terasa kian hari kian sempit,
kian pengap dan kian menyiksa.
Kadang-kadang ia heran
mengapa dulu chucky betah
tinggal belasan tahun di kamar
ini. namun sesudah ingat si
chucky itu terpaksa saja mau
digeluti pak syam kamaruzaman , keheranan
nyoto hilang dengan sendirinya.
Lebihlebih kamar yang sempit
itu bersebelahan dengan sebuah
kamar besar dimana dulunya ibu
nyi girah tidur. Bah! Kamar yang
besarpun belum tentu
menyenangkan, buktinya ibu
nyi girah sering pindah dengan
diam-diam kekamar sempit
disebelahnya. Dikamar sempit
itulah ibu nyi girah memperoleh
kesenangan dan kehangatan dari
tubuh seorang perjaka yang
belum pernah mengenal
wanita lesbian : chucky .
sebab sering tak tahan oleh
udara pengap dikamarnya
sendiri sedangkan pintu kamar
tidur pak syam kamaruzaman tertutup buat
nyoto , ia lalu sering pindah
kebekas kamar ibu nyi girah itu.
Suasananya lebih leluasa, dan
rasanya sisa-sisa kerapihan ibu
nyi girah , bau tubuh dan parfum
wanita lesbian itu masih bergantung
dikamar. nyoto senang bau
harum itu, namun ia sama sekali
tidak senang pada tubuh yang
menimbulkan bau
menggairahkan itu Betapa tidak.
Tubuh itu cuma tubuh
wanita lesbian , bukan tubuh
seorang laki-laki yang bagi nyoto
lebih menarik seleranya.
Kehangatan yang jauh berbeda.
Kegairahan yang ganjil, 'namun
tetap mengesankan.
Namun kamar besar itu pun
lama-lama toh membosankan.
Seperti dulu ibu nyi girah bosan
sebab kamarnya jarang
dimasuki kamar pak syam kamaruzaman .
nyoto pun kini merasakan hal
yang serupa. Lantas datanglah
hasrat gilanya. sebab pintu
kamar tidur pak syam kamaruzaman selalu
terkunci, ia lantas senang
mengintai, kalau kebetulan hawa
sedang gersang sekali pak syam kamaruzaman
biasanya tidur bertelanjang.
Pemandangan itu sedikit
menghibur kelelakian nyoto .
Sayang. hiburan yang tidak
pernah sempurna sehingga ia
bosan sendiri akhirnya untuk
mengintip lewat lubang kunci
pak
syam kamaruzaman keparat itu benar-benar
tak bisa lagi didekati. Bila tidak
sedang tidur, ia sibuk dengan
mayat bayi yang baru dikamar
rahasia. Biasanya nyoto diminta
membantu membuat ramuan
ramuan dikamar tersebut, namun
kini pak syam kamaruzaman lebih senang
bekerja sendirian.
"Kau sudah merusak meditasiku
saat meramu bayi Nyi Saodah,
sekarang aku mau kerja sendiri.
Aku tak ingin gagal kali ini
kalau tidak, celakalah yang
bakal menimpa?"
Agak takut-takut, nyoto pernah
coba menukas:
"Celaka bagaimana, pak syam kamaruzaman ?"
Yang ditanya mendelik pada
nyoto . Katanya tak senang:
"Tak mengertikah kau, kunyuk?"
Otak nyoto yang bekerja lebih
lamban dari tubuhnya yang
tinggi besar, sebetulnya
memang tidak menangkap
maksud pak syam kamaruzaman . Ia malu
mengakuinya, namun ia pun
penasaran untuk mengetahui
bahaya apa yang mengincar
jiwa pak syam kamaruzaman . sebab bagi
nyoto , bahaya buat majikannya
berarti bahaya pula bagi dirinya
sendiri.
"Kerbo!" pak syam kamaruzaman
bersungut-sungut melihat
pelayan rumah taidit yang '
sekaligus merangkap pelayan
nafsunya ditempat tidur itu,
cuma diam terbengong-bengong.
Sedikit rasa kasihan timbul juga
dihati laki-laki tua itu.
Betapapun, nyoto toh sering
memberi kepuasan dan sudah
banyak membantu, siapa tahu
nyoto dapat pula membantu,
melepaskan mereka dari
kesulitan yang tengah mereka
hadapi_ Oleh sebab itu dengan
malas pak syam kamaruzaman menerangkan:
"Kau masih ingat jimat yang
gagal itu?"
"Masih, pak."
"Akhirnya mayat yang dicuri itu
kembali ditemukan Nyi Saodah."
"Kembali ditemukan Nyi
Saodah, pak."
"Waktu itu, kita hampir celaka."
"Hampir celaka..."
"Latah!" pak syam kamaruzaman
mencak-mencak. Tak ingatkah
kau semua itu terjadi sebab kau
sembarangan saja membuang
mayat bayi yang sudah busuk itu
kesunyian?"
nyoto merungkut ketakutan.
Ia cuma diam saat pak syam kamaruzaman
melanjutkan omelannya:
"... untung masih bisa kita
tudingkan kesalahan pada
mertua si chucky . Sekarang
pada siapa kesalahan kita
tudingkan kalau terulang
kesalahan yang sama, he?"
nyoto tak menjawab.
Pak syam kamaruzaman memang tak
memerlukan jawab dari
pelayannya itu, Sungutnya:
"Tidak pada siapa-siapa.
sebab kali ini aku tak akan
gagal"."
"Kalau begitu. tak ada dong
bahayanya..."
'Nenekmu! Kakekmu!
Moyangmu! kau tak maklum
bahaya yang mengintai
semenjak mertua si chucky itu
diangkut polisi kekota?"
"wanita lesbian itu sudah pikun,
pak syam kamaruzaman ," nyoto bergumam
dengan suara gemetar.
"Seorang pikun belum berarti
seorang yang bisu. Mulutnya
masih bisa berkata tolol!"
"Masih bisa, pak..."
"Masih bisa masih bisa
bapakmu!, pak syam kamaruzaman
membanting-banting tinjunya
yang tak begitu besar kedaun
pintu itu berdengardengar, dan
nyoto tak heran mengapa pak
syam kamaruzaman tidak kesakitan biarpun
tulang-tulang tangannya yang
kurus begitu keras membentur
daun pintu. Betapa tidak.
Bukankah majikannya punya
ilmu" llmu itu pulalah yang
memukau nyoto , sehingga
biarpun ia bisa membunuh
majikannya hanya dengan sekali
banting namun toh tak pernah
bisa terlaksana betapapun pak
syam kamaruzaman sangat menyakiti
perasaannya. Kekuatan nyoto
selalu luntur setiap matanya
terbentur kemata pak syam kamaruzaman .
Mata yang gelap seperti lorong
yang dalam namun menyebarkan
bau yang ganas seperti gas
mematikan dari dalam
kegelapan itu, kini
bernyala-nyala menakutkan.
Bila sudah demikian hilanglah
nafsu nyoto untuk melepas
bajunya sendiri lalu
melepas pak syam kamaruzaman .
Itulah sebabnya mengapa nyoto
hari ini teramat bersuka cita.
Seorang tamu laki-laki sudah
datang kerumah pak syam kamaruzaman . ia
membawa sepucuk surat yang
ditujukan pada nyoto . Namun toh
sikap bercuriga pak syam kamaruzaman
akhirakhir ini menyebabkan
majikannya penasaran untuk
sama-sama membaca isi surat:
"Nak nyoto . Pulanglah segera
Ayahmu dalam keadaan sakit
yang gawat. Ia menyesal berlaku
sepele padamu selama ini, dan
kini ia bermak
sud membicarakan harta
warisan denganmu. Ttd. Ibu".
"Dibawah kalimat itu dibubuhi
nota."
"Pembawa surat ini Kardi. la
butuh pekerjaan. Selama kau
pulang kekampung kita,
bicarakan dengan majikanmu
supaya Kardi bisa
menggantikan".
Pak syam kamaruzaman menatap sekilas pada
nyoto . Sempat berkata:
"Kau ketiban rejeki. eh?"
Dikilas berikutnya, pak syam kamaruzaman
sudah menoleh pada tamu
mereka. Ia memperkenalkan diri
dengan nama Kardi. Sesuai
dengan bunyi surat. Bagi nyoto
itu tak penting. Yang penting
adalah tatap mata pak syam kamaruzaman
yang ganjil pada Kardi:
Laki-laki tua itu memandang
dengan mata tak berkedip
keseluruh tubuh Kardi,
lalu tangannya hinggap
dipaha Kardi. menyapunya
dengan lembut. Suara pak syam kamaruzaman
gemetar seperti juga tubuhnya.
"Aku senang padamu. Kau
kuterima"
Darah disekujur tubuh nyoto rasa
meluap. Telinganya merah
padam. Dan mulutnya tidak bisa
menahan rasa cemburu:
"... belum tentu ia sebaik saya,
pak syam kamaruzaman ".
Dahi pak syam kamaruzaman mengernyit. Tak
senang. Gerutunya:
"Kenapa kau tak segera pergi?"
lalu pak syam kamaruzaman masuk
kedalam. Sesaat nyoto menoleh
pada Kardi. Laki-laki itu
tersenyum: Memang manis.
Seperti wanita lesbian . Kalau saja
tak ada pak syam kamaruzaman nyoto pun ada
minat. Rasa cemburu nyoto akan
menjadi. lngin rasanya ia
membanting saja laki-laki yang
katanya berasal dari kampung
nyoto itu. Mungkin pencari kerja
baru disana, sebab nyoto belum
pernah melihat laki-laki ini,
berkenalan dengan keluarganya,
bersahabat dan lalu
memperoleh kepercayaan
membawakan surat buat nyoto .
Tak lama pak syam kamaruzaman keluar: Ia
membawa sebuah koper yang ia
buka dihadapan nyoto . Isinya
seperangkatan pakaian yang
bagus-bagus malah ada mantel
bulu segala. Kedalam koper itu
dilemparkan pak syam kamaruzaman
setumpukan uang yang sesaat
membuat tidak saja mata Kardi
namun terutama mata nyoto
bekilat.
"Semua ini untukmu. Bekal
pulang..", kata pak syam kamaruzaman lembut
pada nyoto .
Mendengar ucapan pak syam kamaruzaman .
nyoto bukannya bergembira.
Didahinya tiba-tiba timbul
beberapa kerutan. Mata nyoto
mengecil waktu berkata dengan
suara datar:
"Semua ini... untuk pesangon
saya?"
"Yal" jawab pak syam kamaruzaman
bersemangat.
"Berarti saya dipecat".
"Tepat sekali"
Tubuh nyoto menegang. Ia
memandang pak syam kamaruzaman dengan
marah. Sang majikan terlalu
bergembira dengan suasana
yang tengah ia hadapi, atau
memang tidak perduli lagi nyoto
mau apa, sehingga tidak
berusaha menaklukkan nyoto
dengan kekuatan sorot matanya.
Sadar akan hal itu. kemarahan
nyoto kian memuncak.
"Kau tahu, laki laki busuk?",
nyoto memaki: "Kau sudah
semakin peot, namun toh aku
masih senang melakukan apa
saja yang kau kehendaki: Asal
kau bahagia dan puas. Semua
kulakukan sebab aku senang
dan puas pula hidup
bersamamu..."
Pak syam kamaruzaman senyumsenyum saja,
sementara Kardi terheran heran.
Dan nyoto kian bergelombang
gelombang.
"Persetanlah dengan kau, syam kamaruzaman
terkutuk .Haram jadah semua
pemberianmu, Seharam jadah
dirimu!"
Lalu nyoto meninggalkan rumah
itu dengan perasaan terhina.
Pak syam kamaruzaman geleng geleng kepala.
"Anak yang sombong. Mentang
mentang mau dapat warisan.",
ia bersungut sungut. Kardi diam
saja. Tak menyahut.
"Coba. Pakaian begini bagus
bagus, mana ada yang sanggup
memberikan kecuali aku" Dan
setumpuk uang...", pak syam kamaruzaman
geleng geleng kepala, tak
mengerti.
Masih juga laki laki bernama
Kardi itu diam.
Pak syam kamaruzaman jadi tertarik"
Tanyanya:
"Salahkah apa yang kukatakan
Kardi?"
Kardi geleng geleng kepala.
Untuk menguatkan, katanya.
"Benar, pak syam kamaruzaman , benar sekali
apa yang
kau katakan".
Pak syam kamaruzaman tesrsenyum. Senang.
la sapu lagi
Paha Kardi "dengan
tangan-tangan gemetar...
Malah sempat pula ia
cengkeram pantat Kardi yang
tebal. empuk dan panas.
"Kau anak manis, Kardi. Dan
kalau kau berlaku manis. semua
ini untukmu kata, Pak syam kamaruzaman ".
"Saya akan berusaha, pak syam kamaruzaman "
"Kalau begitu, kau bantulah aku
mulai dari sekarang"
"Ya pak syam kamaruzaman ?"
"Aku kesepian" Temani aku
kekamar tidur, ya?"
Diatas andong, nyoto
membayangkan pak syam kamaruzaman tentu
tengah bergumul dengan Kardi
diatas tempat tidur. Tipe tamu
laki laki itu tampaknya memang
tipe lembut, biarpun pandangan
matanya tajam. Pak syam kamaruzaman akan
dengan mudah bisa
menaklukkan si Kardi keparat
yang sudah mengusir nyoto dari
sisi majikan kesayangannya itu.
Beberapa kali nyoto bersungut su
ngut sendirian sehingga kusir
andong jadi penasaran. namun
tahu siapa nyoto , kusir itu tak
berani bertanya. Juga tak berani
berkata apalagi mengajukan
protes biarpun nyoto angkat kaki
begitu saja menuju
kepemberhentian bus tanpa
membayar sewa andong.
Tak lama nyoto menanti. Bus dari
kota yang menuju kekampung
halamannya, segera tiba. Ia lalu
naik mencari tempat duduk.
Dapat dipinggirjendela.
saat bus akan berangkat,
tanpa sengaja nyoto melihat
keluar jendela. Kedalam sebuah
warung. "Terkejut ia sesaat
seSeorang dida
lam warung juga tengah
memandanginya. Seseorang
yang sebelah kakinya buntung. '
"chucky !" nyoto berbisik parau.
Dan bus kian melaju.
DELAPAN BELAS
namun KARDI ternyata bukan
laki-laki yang mudah didekati.
Waktu pak syam kamaruzaman coba
memeluknya begitu
pintu kamar tidur ditutup, Kardi
tiba-tiba . berusaha melepaskan
diri seraya berkata kecut:
"Koper. Dan uang itu. Masih
diluar!"
Kardi lalu membuka pintu.
Pak syam kamaruzaman dengan kesal berseru
dari dalam kamar.
'Biarin saja. Tak kan ada yang
beraniberanian masuk
kerumahku'
Kardi tak perduli. Ia terus saja
keluar menyimpan tas beserta
isinya keruangan dalam. Lama
pak syam kamaruzaman ' menanti. namun Kardi
tak masuk-masuk lagi. Sampai
hari jatuh senja ia terus sibuk
melakukan apa saja yang bisa ia
kerjakan dirumah sesuai dengan
tugas utamanya melamar
pekerjaan ditempat itu.
Memompa air dari sumur.
Menyapu. Didalam. Dan diluar
rumah mengumpulkan pakaian
pakaian kotor yang pada jam
tertentu diambil oleh seorang
wanita lesbian yang bisa mencuci
dan menyetrikakan
pakaian-pakaian
tetaidit -tetaidit dengan upah
yang memadai. Mengambil 184
makanan dari yang pada
waktunya sudah mempersiapkan
masakan kesukaan pak syam kamaruzaman .
sebab jengkel pak syam kamaruzaman
lalu keluar rumah. Ia pergi
kerumah pak aidit
Berbincung-bincang tentang
suasana desa mereka. Pergi
kemadrasah. Melihat anak-anak
bersekolah dan bersenda gurau
dengan guru-guru mereka,
waktu magrib masuk ke masjid
ikut bersembahyang dengan
penduduk. Namun pikirannya
tidak tertuju pada Tuhan.
Melainkan pada pelayan
barunya dirumah. Kardi itu
tidak setinggi dan sebesar nyoto .
namun wajahnya kelimat. Halus.
Dandanannya senantiasa rapih.
Gerak geriknya lembut malah
agak gemulai. Kardi
benar-benar "laki-laki yang lain'
dan sesuai dengan seleranya.
nyi girah memang cantik. Dan
masih banyak wanita lesbian
wanita lesbian cantik didesa.
namun mereka benar-benar tidak
semenarik chucky dulu, nyoto
lalu kini Kardi.
Tanpa ikut berdoa dengan
penduduk lainnya, syam kamaruzaman
lalu buruburu pulang.
Ia benar-benar sudah tidak
sabar. Akhirakhir ini awan
mendung selalu memberati
langit. Hujan turun sesekali.
Dinginnya. Ampun. GERIMIS
JATUH MEMBINTANGI BUMI
saat pak syam kamaruzaman TIBA
DIRUMAH. KARDI
MEMBUKAKAN PINTU
UNTUKNYA.
"Sudah kau sediakan makan,
Kardi?" tanya pak syam kamaruzaman seraya
matanya menatap Kardi
dalam-dalam.
"Sudah. pak syam kamaruzaman ".
"Kau makan bersamaku ya?"
"Terima kasih pak syam kamaruzaman .
Belakangan saja".
'Tidak. Kita makan
bersama-sama."
Selama makan pak syam kamaruzaman
bertanya asal usul Kardi.
Pelayan itu menceritakan ia
sudah tidak punya orang tua.
Juga tidak sanak saudara.
Kerjanya berkelana. Ia katanya
ingin mengenal dunia ini lebih
banyak. Bukan cuma selembar
tanah pertanian digunung
tempat kelahirannya. Di mana ia
tiba, ia bekerja apa saja untuk
dapat mengisi perut. Ia belum
kawin. Bahkan belum pernah
memikirkan wanita lesbian .
Rumah tak punya; tanah tak
punya.
Apa-apa tak punya. Mana saya
berani berumah taidit ?"
"Pernah punya kekasih?", tanya
pak syam kamaruzaman hati-hati. '
"Ah. Saya bukan orang yang
mudah di dekati wanita lesbian ."
"Mengapa?".
"Mungkin sebab saya tak
berani jatuh cinta. Mungkin
juga...". Kardi menatap mata
pak syam kamaruzaman . Tajam. "Mungkin
juga sebab saya memang tidak
pernah merasa tertarik pada
wanita lesbian , bagaimana cantik
dan montoknya!"
Pak syam kamaruzaman tersenyum. Puas. Lalu
tertawa Puas.
"Kau tak pernah kesepian,
Kardi?"
_ "Tidak. Saya sudah terbiasa
hidup sentrian."
'Tak pernah... kedinginan?"
"Kedinginan "'.
"Maksudku... ditempat tidur"
"Saya senang pakai selimut yang
tebal pak syam kamaruzaman . Kalau perlu,
berlapis-lapis...".
'Tak pernah ingin selimut yang
lain?"
"Selimut lain?", Kardi
memandang tak mengerti.
Dimata pak syam kamaruzaman , Kardi cuma
purapura tidak mengerti.
sebab itu dengan bersemangat
pak syam kamaruzaman berdesah:
"Malam ini pasti hujan turun.
Dingin sekali disini dan sepi.
Sepi sekali. Aku tak senang
udara yang dingin. Benci rasa
sepi. Di rumah ini banyak
kamar-kamar. Kau boleh pilih
yang mana saja untuk kau pakai
tidur. Kecuali kamar tersendiri
disebelah gudang. Kau. bisa
pakai bekas kamar nyoto . Atau
kamar bekas nyi girah ...".
'nyi girah ?"
"la bekas isteriku..." pak syam kamaruzaman
tiba-tiba meludah. "Ah,
wanita lesbian . Mereka tahunya
dipuasi sendiri. Tak perduli
pada kepuasan laki-laki..." ia
melirik dengan ekor matanya
kearah Kardi. Berkata setengah
mengajak:
"Kalau kau merasa kedinginan
dan kesepian seperti aku,
datanglah ke kamarku. Kardi.
tidur bersama lebih enak"
Kardi cuma tersenyum. Ia
bersihkan meja makan. Angkat
perabotan kekamar cuci.
Membersihkannya disana.
Menyimpannya hati-hati di rak
dapur. Ia lalu
menjerangkan air. Pak syam kamaruzaman
yang tercenung diruang makan,
agak terkejut saat Kardi
muncul dari dapur seraya
bertanya.
"Bapak senang kopi atau
dicampur susu?"
"Kopi saja jangan pakai gula.
Gula membuat gigi rontok dan
ulu semakin cepat tua".
Dan kopi tanpa gula bisa
menahan kantuk datang lebih
lama!
Pak syam kamaruzaman gelisah dikamarnya.
Tak bisa tidur. Kepalanya jadi
pusing menjelang tengah malam.
Persetan benar, ia memaki diri
sendiri. Lalu keluar dari kamar.
Dari pada mati-matian
menyuruh mata terpejam, lebih
baik ia masuk kekamar kerja
pribadinya. Mayat bayi yang
sudah dicuri nyoto beberapa hari
yang lalu dari kampung lain
sudah berubah warnanya
kemaren malam. Dari pucat
kewarna merah kembali. Seperti
bayi segar. Mati tidak, hidupun
tidak. Tak akan ia ciutkan mayat
bayi itu: sebab ia sekarang
tidak butuh jimat. Hartanya
masih banyak. Sawah
berhektar-hektar: Uang
bertumpuk dilemari besi. Dari
sejumlah rumah yang disewakan
pada penduduk. Sewa yang
sangat murah sehingga
sipenyewa menganggap memilih
rumah dermawan. Padahal
kalau dikumpul-kumpul sewa
semua rumah, dalam setahun
bisa membangun sebuah rumah
baru. Untuk disewakan lagi.
Begitu terus.
Kalau saja ia hidup dijaman
nenek moyangnya, ia sudah bisa
merajakan diri. Namun dengan
kedudukannya yang sekarang. la
sudah merasa puas. Apalagi yang
ia cari. Harta sudah bertumpuk
.lsteri" buat apa. Ia cuma
sesekali berhasrat menggauli!
wanita lesbian . Ia bisa pergi
kedesa yang berjauhan. Atau
kekota. Melacur. namun
wanita lesbian -wanita lesbian selalu
rewel. Dan sentimentil.
Kadang-kadang suka menutup
sebelah mata kalau melihat
laki-laki yang menggaulinya
sudah tua renta, biarpun
ketuaan itu belum berarti lebih
lemah kejantanannya dari
laki-laki yang lebih muda. Ah,
kalau saja si Kardi ini mudah
dikuasai seperti si chucky dulu.
Atau si nyoto . Ah. Mungkin masih
jinakjinak merpati. Apa kata si
Kardi" Ia tak begitu senang
wanita lesbian ... tak ada arti yang
lain lagi dari kalimat itu
kecuali"
Pak syam kamaruzaman tertegun di depan
pintu kamar Kardi.
Pintu itu tidak terkunci. Malah
sedikit menganga,
"Apakah Kardi mau bercumbu
dikamar ini saja?" bisik pak
syam kamaruzaman dengan jantung berdebur
kencang.
Ia dorongkan daun pintu
hati-hati. Meninjau kedalam.
Gelap. Gelap sekali.
"Kardi?" pak syam kamaruzaman berbisik.
Tak ada sahutan.
"Kardi?" ia memanggil lebih
keras.
namun sepi, mencekik.
Pak syam kamaruzaman mulai curiga. Ia
masuk kedalam. Cahaya lampu
yang samar-samar dari luar
memberi penerangan yang
suram didalam. Tempat tidur
kosong. Diraba oleh pak syam kamaruzaman .
Dingin. Jadi Kardi belum
menidurinya. Kemana dia" Pak
syam kamaruzaman cepat-cepat keluar. Ia
masuk
kekamar sebelah. bekas kamar
nyi girah lampu didalam masih
menyala. Dan tempat tidur jelas
kosong melompong. Kecurigaan
pak syam kamaruzaman meningkat jadi
perasaan cemas.
Bergegas ia menuju anak taidit
kamar rahasia.
Dan ia terkejut sendiri, saat di
persimpangan tangan menuju
keteras bagian atas rumah.
terdengar langkah kaki yang
halus. Pak syam kamaruzaman merapat ke
tembok. Matanya berhatihati.
Langkah-langkah itu kian jelas,
semakin dekat. Dan ia mulai
melihatnya. Kaki yang berkuku
lebar, berdaging tebal.
lalu celana panjang yang
ujungnya berlipat. Pak syam kamaruzaman
menghela nafas. Lega: Menyeka
keringat yang sempat membercik
dijidat. _
"Dari mana kau?" ia
bersungut-sungut begitu
siempunya kaki sudah berdiri
dihadapannya.
"Menutup pintu tingkap, pak
syam kamaruzaman . Diluar hujan deras. Ada
angin merebes kedalam. Lalu
aku naik. Pintu tingkap ternyata
terbuka."
"Oh?" pak syam kamaruzaman menggerutu
dan mengurut
dada.
'Saya senang kegelapan, pak
syam kamaruzaman . Saya berdiri diteras.
Dibawah atap. Kutekuri alam
yang tampaknya seram.
Menakutkan. Aneh. Saya
merasakan sesuatu yang ganjil
dan asing begitu mendengar
suara sungai mengalir di
bawah?"
"Sudah. Nanti kau juga terbiasa.
Dan mulai besok, Kardi. Pintu
tingkap itu dipaku saja
biarin tertutup selamanya"
"Mengapa pak syam kamaruzaman ?"
'Jangan banyak tanya, turut saja
perintahku!"
"namun memandang waktu Siang
disana, pasti menarik sekali, pak
syam kamaruzaman . ."
"Kau bisa keluar rumah kapan
kau suka. Disana banyak tempat
kau bisa menikmati panorama
yang indah. Sekarang pergilah
tidur. Dan begitu kau bangun
besok, paku tingkap itu!"
Kardi memandang lama ke
wajah pak syam kamaruzaman . Yang
dipandang tak senang .Bertanya
penasaran:
"Mengapa kau pandangi aku
begitu?"
Kardi bergumam. Habis:
"Mata pak syam kamaruzaman membayangkan
ketakutan"
Pak syam kamaruzaman gemetar: Tiba-tiba ia
menjadi marah.
"Kau tahu apa ha?"
"Maaf, pak syam kamaruzaman . namun . diatas
sana tadi, saya juga tiba-tiba
didatangi rasa takut yang aneh"
"Kubilang tidur! Tidur! Tidur!"
Lantas tanpa menunggu Kardi
melakukan perintahnya, pak
syam kamaruzaman berlari-lari kecil kekamar
tidumya sendiri. Ia menutup
pintu rapatrapat. Menguncinya.
la periksa dinding samping yang
langsung menuju keteras. Juga
terkunci. Rapat. Malah sudah
diberi engsel penguat oleh nyoto
beberapa hari yang lalu.
Sambil berbaring. pak syam kamaruzaman
bersungut-sungut sendiri:
"Ramuan bayi itu harus segera
disempurnakan. Aku sudah tak
tahan. Bayi itu akan menambah
kekuatan jasmani dan jiwaku: O
mengapa aku ini" Belum pernah
aku begini sebelum peristiwa itu
terjadi..."
Ia benar. Semalam ia bermaksud
memperkosa jessica sehingga
wanita lesbian itu terjun dari teras
diatas langsung keanak sungai
dibawah tebing yang curam
dibelakang rumah .pak syam kamaruzaman
tidak pernah mengenal rasa
takut sepanjang hidupnya,
kakeknya, ayahnya. pamannya,
semua dukun dukun terkemuka
semasa hidupnya. Hidup di
dunia magis. Terbiasa dengan
misteri-misteri magis.
namun , oh.. teriakan jessica yang
menyayatkan hati itu. Sebelum
jessica lenyap ditelan hujan lebat
dan kegelapan malam yang
menyentak:
"Aku akan membalasmu! Akan
membalasmu!"
Berhari-hari sesudah peristiwa
itu, teriakan histeris itu sering
bergema dari arah jatuhnya jessica
sebelum mati. Dan ia anggap
semua itu illusi. Sisa gaung
suara. namun saat chucky
melarikan diri dari klinik
sebelum sempat dibunuh oleh
nyoto . tidak saja suara jessica yang
ia dengar. namun wanita lesbian itu
muncul dikamarnya. Mengulangi
ancamannya. lalu
menghilang. Pak syam kamaruzaman
hampir-hampir menganggap nya
sebagai sebuah impian. Mimpi
yang buruk.
Teramat buruk. la menggigil
lagi. Lagi. Lagi dan lagi...
"Hem!" rungut nyoto sendirian.
"Heran juga Mengapa bapak
tiba-tiba jadi berbaik hati
padaku!"
Mengapa" Pertanyaan itu selalu
mengaung ditelinga nyoto selama
berpegal pegal tulang diatas bus
dalam perjalanan yang
memakan waktu belasan jam itu.
Kini pertanyaan itu Semakin
meminta jawaban sesudah ia
semakin dekat pula ke kampung
halamannya. Semakin dekat
pada orang tua yang semenjak
ia kenal, selalu membenci dan
tak henti-hentinya menyiksa.
Padahal nyoto anak kandung
mereka sendiri. Malah anak
laki-laki satu-satunya. Mendapat
cacimaki, sepak terjang dan
cubitan yang menyakitkan
disekujur tubuh semasa kecil,
oleh nyoto cuma ditanggap i:
bapak dan ibu kejam. Lalu
semakin ia dewasa, semakin ia
mengerti arti tatap mata orang
tua padanya mengapa begitu
benci mereka berdua
terhadapku"
Neneknya yang menceritakan
pada nyoto . Kampung mereka
pernah diserang perampok.
Sambil merampok bajingan itu
juga memperkosa. Seorang
gadis di kampungjadi korban.
Padahal gadis itu sudah mau di
nikahkan beberapa hari
lalu nya. Untung calon
suaminya sabar dan pasrah.
Gadis itu diterima terus sebagai
isterinya. Sesudah mereka kawin,
anak yang terlahir akibat
perbuatan perampok yang
memperkosa si isteri. mereka
beri nama nyoto . Bayangan
siperampok selalu tampak di
mata suami isteri itu. Bayangan
penuh keben
cian dan dendam kesumat yang
tidak kesampaian. Anak itulah
yang jadi korban. Begitu benci
dan mendendamnya suami isteri
itu, sehingga anak-anak mereka
yang lahir dari perkawinan itu
turut membenci, nyoto . Anakanak
lain itu ada tiga orang. Semua
wanita lesbian .
Sesudah neneknya mati nyoto tak
tahan tinggal di kampung. la
mengembara. Masuk kampung
keluar kampung. Sampai
akhirnya ia diterima bekerja
oleh pak syam kamaruzaman yang bertindak
tanduk aneh itu. Dukun yang
tidak saja senang mencuri mayat
bayi untuk dijadikan jimat
pengumpul harta. namun juga
senang pada laki-laki sejenis
disamping senang pada
wanita lesbian . nyoto yang sudah
lama membenci wanita lesbian
sebab perbuatan ibu dan
saudara-saudaranya, merasakan
gelora nafsu pak syam kamaruzaman sebagai
gairah yang sangat
menyenangkan dan
mengesankan. namun kini ia
diusir. Sesudah kemaren laki-laki
yang lebih muda dan gemulai
dari nyoto muncul. Kardi siharam
jadah itu!
'Aem!" rungut nyoto . Untung aku
kini sudah kaya raya!"
namun bayangan kekayaan itu
lenyap sesaat , sesudah nyoto
menginjak pintu rumah orang
tuanya. Bukan orang sakit apa
lagi yang hampir mati yang ia
temui melainkan orang yang
masih sehat walafiat, kuat dan
kekar. Mata orang-orang itu
menatap tanpa bersahabat pada
nyoto , disusul oleh suara
menghardik:
"Kupikir kau sudah mati!"
lbu nyoto yang datang
lalu , pucat pasi. nyoto
berharap ia akan dipeluk dan di
rangkul penuh kerinduan.
Betapapun, toh wanita lesbian itu
adalah manusia yang
melahirkannya kedunia ini.
"Pergilah dari hadapanku.
Pergi. Aku benci melihat
mukamu!
nyoto menelan ludah. la
mengerti. Wajahnya konon
menurut neneknya, sama dengan
wajah perampok yang
memperkosa ibunya. nyoto
teringat lagi caci maki, sepak
terjang dan cubitan yang
menyakitkan yang ia terima
selama belasan tahun berselang.
Bila adik-adik wanita lesbian nya
muncul disaat ini, maka
cemoohan akan ditujukan pada
diri nyoto : anak jadah. Anak
perampok. Anak terkutuk!
Semua itu terbayang dan
mengaung di telinga nyoto .
Ia tak tahan.
Lalu berteriak:
"Dimakan setanlah kalian
semuanya!"
lalu ia berlari. Jauh. Ia
tinggalkan kampung itu. Ia
berlari seraya menagis. Ia tak
perduli ia laki-laki atau bukan.
Ia memang lakilaki. namun apa
yang ia perbuat dengan pak
syam kamaruzaman , bisa pula berarti ia
wanita lesbian . Dan kini ia
menangis. nyoto sudah jadi
seorang wanita lesbian !"
"Setan! Haram jadah! Setan!"
isaknya di pinggir jalan. saat
ia sudah naik kesebuah bus yang
akan membawanya ketempat ia
mulamula datang. barulah
pikiran sehat nyoto bekerja.
la lupa menanyakan. kalau
mereka tak menghendaki
kehadirannya, mengapa ia
terima surat dari... Ha! Ibunya
buta huruf. Baru sekarang
diingat nyoto ! ibunya buta huruf!
Juga saudara-saudaranya yang
lebih senang bersolek itu!" Tak
seorangpun yang bersekolah,
sebab kata ibunya biar saja.
Toh mereka kaya Tanpa
bersekolah mereka juga banyak
yang akan mau mengawini.
Lagipula wanita lesbian akan
kedapur pula jatuhnya. Lalu
siapa yang menulis itu"
Ayahnya" nyoto tahu betul tulisan
tangan ayah yang tak pernah
mengakuinya sebagai anak itu.
Jadi"
Tiba-tiba dimata nyoto terbayang
wajah seorang laki-laki
menatapnya dari dalam sebuah
warung. Wajah yang
menampakkan kekerasan hati.
Orang yang tak pernah kenal
menyerah, biarpun kini kakinya
sudah buntung sebelah. chucky .
Si chucky kah yang menulis
surat itu" Atau orang lain yang
punya sangkut paut dengan
chucky " Pasti. Pasti si chucky .
Atau orangorang si chucky .
Kalau tidak, untuk apa ia
memperlihatkan batang hidung
disekitar desa mereka" Toh ia
dibenci. la pernah di usir.
Disiksa. Bahkan kalau tak
keburu minggat dari klinik yang
merawatnya. ia sudah mati
ditangan nyoto . Tak mungkin
kehadiran chucky kembali
tanpa sesuatu sebab. namun , apa
tujuan chucky memancing nyoto
keluar. Tiba-tiba ia ingat pada
Kardi. .
Laki-laki itu tak pernah
dikenalnya. Lalu dari mana
chucky atau Kardi tahu alamat
kampung nyoto " Di desa itu cuma
tiga orang yang tahu tempat asal
nyoto . Ia tidak pernah
menceritakan pada siapa-siapa.
Malu kalau ada yang tahu ia
dibenci oleh orang tua dan
saudara-saudaranya sendiri. Aib
pasti tercoreng dimuka nyoto
kalau di daerah yang jauh dari
kampung kelahirannya, orang
tahu terlahir ke dunia ini akibat
perbuatan durjana dari seorang
perampok. Hanya kepada pak
syam kamaruzaman semua itu ia ceritakan
sebab toh pak syam kamaruzaman dengan
jimatnya itu bekerja juga
sebagai perampok. Biarpun
perampokan yang ia lakukan
melalui tangan orang lain. Si
chucky .
Pak syam kamaruzaman tak mungkin pula
menceritakan tentang asal usul
nyoto pada si chucky . Ia tahu
betul, sebab pak syam kamaruzaman sudah
berjanji merahasiakan riwayat
hidup nyoto pada orang lain.
Kecuali pada isterinya waktu itu.
Ibu nyi girah . ltupun sebab
terpaksa. Suatu saat lbu nyi girah
memergoki nyoto bersetubuh
dengan suami ibu nyi girah .
wanita lesbian itu pingsan. Lalu
minta cerai. Pak syam kamaruzaman memelas:
'... jangan kasihani aku. namun
kasihanilah si nyoto . Ia muak di
dekati wanita lesbian . namun ia
butuh penyaluran. Apa salahnya
ia kutolong"
Namun saat ibu nyi girah tahu
juga kalau chucky dijadikan
sasaran pemuasaan nafsu aneh
dari suaminya, ia lalu
minta cerai juga akhirnya. Ia
bisa mengerti masa lalu nyoto ,
dan mau mengerti arti
pertolongan suaminya. Ia cuma
_tak mau mengerti mengapa
chucky juga harus dijadikan
sasaran, sampai pak syam kamaruzaman ikut
juga mengerti chucky sudah
dijadikan gendak oleh ibu
nyi girah . Perceraian itupun
terjadi.
Ibu nyi girah pergi sudah. chucky
lalu menyusul, walau yang
terakhir ini perginya ke penjara.
Nah, ibu nyi girah tak punya
kepentingan dengan nyoto . namun
nyoto tahu betul. Ibu nyi girah
punya, setidak-tidaknya pernah
punya kepentingan dengan
chucky .
"Celaka!" ia mulai mengerti.
Suaranya demikian keras,
sehingga penumpang bus yang
lain pada menoleh. nyoto agak
kemerah-merahan mukanya.
Namun teriakan kaget itu ia
teruskan juga, meskipun dalam
hati: "Pak syam kamaruzaman dalam bahaya.
Aku harus segera
menolongnya!"
SEMBILAN BELAS
PERTOLONGAN itu tak pernah
bisa diberikan oleh nyoto .
Begitu masuk ke desa pak syam kamaruzaman ,
beberapa orang laki-laki sudah
menghadangnya.
'Jangan melawan. Kami polisi!"
Saking terkejutnya, nyoto tak
sempat lari. Keinginan itu baru
timbul sesudah kedua tangannya
terbelenggu. Percuma saja.
Dalam kegelapan malam dan di
bawah hujan yang turun
renyai-renyai ia lalu
digiring kesebuah rumah. Ia
tahu betul itu rumah pak aidit .
nyoto tersenyum. Pak aidit pasti
akan menolongnya, bila pak
aidit tahu nyoto ditangkap,
bukankah pak aidit teramat
mengabdi pada majikan nyoto "
Namun harapan nyoto buyar
berantakan, begitu di rumah pak
aidit ia lihat orang yang sudah
tak asing lagi baginya: lbu
nyi girah , bekas isteri pak syam kamaruzaman .
Sesudah orang-orang yang
menangkap nyoto melapor pada
seorang lakilaki setengah baya
bertampang keren dan lalu
dikenal nyoto sebagai petugas
kepolisian berpangkat Kapten,
nyoto lalu
dibawa pergi. Orang-orang
yang menangkapnya
membawanya kembali kemulut
desa dibawah hujan yang
semakin deras turun, berjalan
dikegelapan malam yang dingin
menusuk tulang. Agak jauh
diluar desa, ia di bawa
kepinggir jalan. Dibalik
rimbunan bambu, terdapat
sebuah jeep polisi. Moncong
sebuah stengun diarahkan
keperut nyoto begitu ia
diperintahkan naik. Dan terus
terarah ketempat yang sama,
selama ia duduk dalam jeep
dengan tubuh gemetar dan
perasaan takut yang hampir
membuatnya gila.
Di rumah pak aidit , ibu nyi girah
mendesah:
"... aku malu menceritakan
semua ini. namun apa boleh
buat, belang bekas suamiku
harus diketahui oleh orang
kampung ini juga akhirnya."
soebandrio melirik pada arloji
tangannya. Lalu berkata: .
"Persis tengah malam. Beberapa
menit lagi mobil yang membawa
tiny dan ayahnya akan
segera tiba. Marilah pak aidit .
Giliran kita untuk masuk,
kasihan si Kardi. la tentu
menghadapi situasi gawat bila
kita terlambat masuk..."
Dibawah hujan deras yang
menimbulkan suara ribut seperti
topan, kedua orang laki-laki itu
menerobos keluar dari rumah
dengan diamdiam. Tak seorang
penduduk pun tahu operasi yang
akan dilancarkan terhadap syam kamaruzaman
mereka. Dengan tubuh basah
kuyup dan tubuh menggigil
kedinginan, akhirnya mereka
tiba
dihalaman rumah pak syam kamaruzaman . Pak
aidit mengajak Kapten polisi
soebandrio masuk dari halaman
samping.
"Kerikil dari depan bisa
menimbulkan suara," ia
menjelaskan. Mereka
mengendap endap ke pintu
masuk. Gelap di dalam.
Dengan dada berdebar, soebandrio
mendorong pintu masuk.
Terbuka. la tersenyum. Kardi
sudah bekerja sesuai dengan
rencana. Sesudah berada di
dalam pintu dibiarkan tetap
terbuka, lalu mereka
berpencar mencari tempat
persembunyian. Di
persembunyiannya, soebandrio
memikirkan nasib chucky ,
Laki-laki bertongkat kayu itu tak
mungkin masuk dari pintu
depan. Ia sendiri yang
mengusulkan untuk masuk dari
jalan rahasia dibagian tebing
sungai
"Mudahan-mudahan rencana
chucky berjalan sesuai dengan
rencana maupun ceritanya yang
hampir-hampir tak masuk akal
itu," doa soebandrio dalam hati:
"Kalau semua ini tak benar,
kedudukanku di kantor
benar-benar berada di ujung
tanduk..."
Di kamar tidurnya, pak syam kamaruzaman
juga menyadari adanya bahaya
yang mengancam, bahaya apa ia
tidak tahu sama sekali. Namun
ia merasa sangat ketakutan. la
meringkuk dalam selimut.
Menggigil kedinginan biarpun
selimut itu tebal dan kamarnya
terang dan hangat. Suara topan
badai menerpa lewat jendela
kaca. Sesekali petir menyambar,
menimbulkan kilatan-kilatan
mengejutkan di luar rumah. Pak
syam kamaruzaman menggerutu. Ia lupa
menutupkan bagian depan
jendela. namun untuk turun dari
tempat tidur, ia sama sekali tak
berani. Satu jam yang lalu, ia
dengar Kardi berlari-lari turun
dari taidit atas seraya
berteriak-teriak ketakutan:
"Tingkap terbuka. Pakunya
lepas! namun tak ada orang...!"
Sedang meringkuk ketakutan
pulakah si Kardi di kamarnya"
Sialan! Ia seharusnya
menemaniku, pikir pak syam kamaruzaman .
Lalu ia beraniberanikan dirinya
turun dari tempat tidur. Lututnya
gemetar. Ia paksakan berjalan.
Gontai.
DUA PULUH
ANGIN DlNGlN berbau hujan
menerpa wajah Pak syam kamaruzaman saat
pintu kamar tidur ia buka.
Untuk sesaat, ia tertegun.
Lalu:
"... Kardi." suaranya lepas.
Gemetar.
Angin dingin menerpa lagi. Bau
hujan kian keras. Ada suara
rintikrintik air di lantai ruangan
depan. Pak syam kamaruzaman segera sadar,
kalau pintu depan ternganga.
Diantara rasa takutnya, segera
timbul rasa marah. la berteriak:
"Kardi keparat! kupecat kau!
Kardi! Kardi! dimana kau?"
Petir menyambar diluar dengan
tiba-tiba, seolah menjawab
teriakan pak syam kamaruzaman . Cahaya yang
sekilas menyambar ke dalam
memberikan suasana yang kelam
dan pengap. Topan mengguruh
di luar. Tak pernah hujan
sederas ini, pasti sungai di
belakang rumah banjir kembali.
Sawah-sawah akan tergenang
air Termasuk sawah... ah ia tak
perduli apakah sawahnya yang
padinya sudah mulai menguning
akan dilanda air sungai. Yang ia
inginkan
sekarang ialah menutup pintu
depan yang menyebabkan air
hujan masuk ke dalam rumah.
Sesudah itu ia akan memutar
tombol lampu ruangan itu.
Sialan benar, mengapa tombol
itu berada di dekat pintu masuk,
bukan di dekat pintu kamar
tidurnya!
Pak syam kamaruzaman berjingkat-jingkat
dengan hati hati.
Angin dingin kian menerpa.
Malah air hujanpun mulai
menamparnampar tubuhnya.
Ia menggigil, dan menggigil
terus.
Dan tiba-tiba pak syam kamaruzaman terpaku
ditempatnya berdiri. Dengan
mata terbeliak, ia menatap
kearah pintu masuk. Petir yang
menyambar sekilas
memperlihatkan bayangan
sesosok tubuh diambang pintu.
Mata pak syam kamaruzaman yang tajam
segera mengenali bayangan
tubuh itu. Bukan Kardi. Sebab
lekak-lekuk tubuh yang sekilas
diterangi kilat itu
memperlihatkan bentuk tubuh
wanita lesbian .
"Sia" siapa.. kau?" pak syam kamaruzaman
bertanya Serak.
Sebagai jawaban, petir
menyambar lagi.
Pak syam kamaruzaman menutup mulut
menahan teriakan kaget yang
mau keluar. Bayangan itu,
biarpun membelakangi cahaya
kilat yang menyambar cuma
beberapa detik, namun ia bisa
melihat pakaiannya yang
compang-camping. Setengah
telanjang. Rambutnya tergerai
ditiup angin, berkilau-kilauan
sebab basah oleh air hujan, di
matanya pak syam kamaruzaman
membayangkan tidak saja
wanita lesbian itu bertubuh
setengah
telanjang serta berpukaian
compang camping kehujanan.
namun " luka memar disana sini.
Ada darah. Ya darah. Pak syam kamaruzaman
mencium bau darah!
Tiba-tiba ia ingin lari. Ingin
menjerit minta tolong. _
namun seluruh tubuhnya lumpuh.
Lidahnya
kelu.
Bayangan itu mulai melangkah.
Masuk.
Pak syam kamaruzaman mengumpulkan semua
tenangnya. Apa daya, cuma
suara gemetar yang ia peroleh
dan lalu lepas dari
bibirnya:
'" kau itu" jessica "
Disalah satu sudut ruangan itu,
seorang laki-laki yang lain juga
merasakan getar yang amat
_sangat disekujur tubuhnya,
sehingga ia sendiri hampir
berteriak ketakutan.
Ia adalah pak aidit . Yang
segera bisa menguasai diri.
Benar, ia pernah melihat tubuh
seperti itu sudah menjadi mayat,
yang rusak mengerikan. Tubuh
jessica .
"Ah!" Pak aidit
bersungut-sungut sendirian.
Dalam hati, menekan rasa takut.
'Bodoh bener aku ini. Bukankah
itu tubuh wanita lesbian lain" siapa
namanya kata mereka" jessica Ria"
tiny . Oh. Ya. Aku ingat sekarang.
tiny ! Seorang juru rawat
rumah sakit. Dikota. Saudara
wanita lesbian jessica dari ibu yang
lain. 0, alangkah miripnya jessica
dan tiny . Jadi ia sudah
datang tepat pada waktunya,
sesuai dengan yang dijanjikan.
namun mana si Subandrio yang
pernah mengaku sebagai polisi
itu" Oh.
205
Ya tentu berdiri diluar. Siap
siaga menjaga halhal yang bisa
merusak rencana. Hem pak
syam kamaruzaman . Tak kusangka kau
sebetulnya seorang bajingan
tengik, manusia berjiwa iblis!"
Dengan dada berdebar, ia
menanti apa yang selanjutnya
akan terjadi. Bayangan tubuh itu
bergerak terus ke depan, mulai
membuka mulut.
'Mengapa, pak syam kamaruzaman " Takut
padaku?"
"namun :... namun ..."
Terdengar suara mengikik.
Halus Lalu:
"Aku sudah mati" Ya. Aku
memang sudah mati.. kau ingat,
pak syam kamaruzaman " Kau ingin" Kau yang
sudah membunuhnya!"
Pak syam kamaruzaman ingin pingsan
rasanya. namun tak bisa: la
memprotes dengan keras:
"Tidak. Tidak benar!"
"Kau.. kau yang membunuhku!'
"jessica , aku.. aku tidak bermaksud
membunuhmu. Aku... aku.. "
"Kau Memperkosaku. eh" Mau
minta balas jasa atas kebaikan
kebaikanmu selama suamiku di
penjara eh"'
"Itu.... salahnya. Mengapa ia
melaidit r pantangan jimat,
Sehingga ia tertangkap!"
Bayangan itu terkikik lagi.
Lengking dan keras, Badai
diluar menyambutnya. Petir.
Guntur. Derai hujan.
"Kau selalu menuduhkan
kesalahan pada orang bukan,
pak syam kamaruzaman " Padahal hasil
rampokan chucky , kau yang
memakannya. Ia berada
dibaWah perintahmu: DibaWah
pengaruh sinar matamu yang
busuk dan berbau iblis
itu. Sudah kau biarkan ia
menderita dibalik jeruji besi.
mau kau diperkosaiku pula aku.
Isterinya. Manusia apa kau ini,
pak syam kamaruzaman '!" Tak puaskah kau
dengan mencuri mayat-mayat
bayi untuk kau jadikan jimat
pengumpul harta dan.. eh, pak
syam kamaruzaman . Katanya jimat itu bisa
menangkal bahaya. Kini..
kenapa kau takut" Sudah tak
berhasilkah kekuatan jimat dan
pengaruh matamu menolong
dirimu sendiri" Ayo pak syam kamaruzaman .
Tangkaplah aku. Perkosalah aku
seperti dulu kau pernah
mencobanya..."'
"Tidak.. tidak. Jangan dekati
aku..jangan!"
'Kok malu-malu. Bukankah kau
yang seratus malam yang lalu
ingin mencicipi kehangatan
tubuhku" Masih ingatkah kau,
pak syam kamaruzaman " Ini malam yang
keseratus. Aku akan membalas
dendam. Sudah kubilang, aku
akan membalaskan sakit hati..."
'Jangan. Jangan kau ganggu
aku. 0, jessica Jangan! Ampunilah
dosaku. Aku.. aku toh tak jadi
memperkosa kau. Kau lari
keatas. Kau lari. jessica . Kau
lari..."
"namun kau terus mengejarku!"
ancam Suara bayangan itu
ketus. Lantas ia mengikik" Kau
kejar, bukan" Kau kejar?"
"Aku bermaksud baik. jessica . Agar
kau... o, salahmu. Mengapa kau
tak mau menuruti kehendakku,
padahal aku ingin
membahagiakanmu. Salahmu
mengapa kau terjun kebawah
sehingga tubuhmu hancur oleh
batu cadas dan kau hanyut
dibawah sungai yang banjir...'
"Lagi-lagi kau menyalahkan
orang seenak
perutmu. Kini, terimalah
pembalasanku, pak syam kamaruzaman ..."
Lalu, bersamaan dengan
ancaman itu, bayangan tadi
bergerak lebih dekat Pak syam kamaruzaman
jatuh. Berlutut. Menyembah ;
"Maafkan aku. Ampuni
dosa-dosaku, jessica Maafkan
aku!"
Dan tiba-tiba pak syam kamaruzaman
berteriak dengan kaget. la
menengadah muka lampu
ruangan itu menyala tiba-tiba.
Terang benderang. Namun
bayangan tubuh yang
mengerikan itu tetap berada
dihadapannya. Setengah
telanjang Rambut basah kuyup
seperti tubuhnya, dari dahi dan
mulutnya mengucur darah
memerah. wanita lesbian itu
menyeringai... Pak syam kamaruzaman
menggigil, dan kembali
memohon ampun seraya
menyembah.
"Jangan bunuh aku. jessica Jangan
bunuh aku..."
'Tak ada yang akan
membunuhmu, pak syam kamaruzaman . Kau
ditangkap!"
Suara yang sangat asing itu
mengejutkan laki-laki tua renta
yang masih bersimpuh di lantai.
Ia menatap liar kesekelilingnya.
Lalu ia lihat dari balik daun
pintu muncul seorang lakilaki
berseragam kepolisian dengan
pangkat Kapten. Dari balik rak
hias muncul pak aidit dan dari
ruangan dalam ia lihat Kardi
melangkah seraya
tersenyum-senyum. Sesudah dekat
dengan petugas berseragam itu,
Kardi menggerutu:
"Bajingan ini hampir-hampir
saja mem
perkosaku. Hiiiii, bisa menjerit
isteriku dirumah bila
kuceritakan..."
Suara mereka terputus saat
mendengar detak-detak tongkat
kayu. Mereka menoleh kearah
ruangan dalam: chucky
melangkah terseok seok dengan
kaki sebelah dibantu tongkat
kayu. Mendekati wanita lesbian
yang perlahan lahan tanpa
mereka sadari sudah menjauh.
saat mereka yang ada
diruangan itu menoleh, mereka
lihat wanita lesbian yang
sebetulnya bertubuh montok
dan berwajah cantik namun kini
tampak mengerikan itu, sudah
berdiri diundakan anak taidit
menuju ketingkat atas.
"... kemarilah, kekasih.
Kemarilah" terdengar suara
berbisik dari mulutnya: Parau,
namun mesra:
chucky bergerak ke arah
wanita lesbian itu. Menaiki undakan
anak taidit .
Semua yang ada diruangan itu
merasa heran. Peristiwa yang
mereka lihat, berada diluar
rencana. namun siwanita lesbian
tidak bermain main. Ia terus
naik, diikuti oleh chucky .
"Sudah kubilang" aku tetap
menunggumu bukan, chucky
sayang'.
"Ya, sayangku: Kau isteriku
yang setia. Aku datang padamu,
kasih. Datang beserta segenap
cintaku?"
soebandrio lah yang mula-mula
tersadar.
Sementara Kardi membelenggu
tangan-tangan pak syam kamaruzaman ,
soebandrio berseru memanggil:
'tiny .. apa.. Ha. chucky .
Kesinilah kalian!"
namun baik bayangan tubuh itu
maupun
chucky sudah menghilang. Yang
terdengar hanya detak-detak
tongkat kayu chucky , menaiki
anak taidit demi anak taidit
dengan susah payah. Semua
yang melihat tak mengerti, dan
tiba-tiba menjadi sangat terkejut
waktu mendengar suara orang
berlari-lari dari luar. Mereka
semua menoleh. Pak soebandrio
berseru ta'jub:
"tiny !"
Gadis itu berlarian masuk.
Bertanya heran:
"... apa yang terjadi" Mengapa
suasana yang kutemui tidak
sesuai dengan rencana?"
soebandrio mengerdip-ngerdipkan
mata. Juga Kardi. Juga pak
aidit . Bahkan syam kamaruzaman .
"Bukankah kau..." soebandrio
bersungut-sungut tak mengerti.
"Maafkan, pak soebandrio . Pakaian
yang compang-camping dan
make up untuk darah tertinggal,
sehingga kami kembali kekota
dulu untuk mengambilnya. Tak
kusangka kalau keterlambatan
kami akan..."
"Sudahlah". Sahut soebandrio ."
Semua berhasil sesuai dengan
rencana. namun siapa
wanita lesbian yang tadi muncul di
sini?"
"wanita lesbian ?" tiny
mengernyitkan dahi.
"Ia... jessica ?" pak syam kamaruzaman
bersungut-sungut tiba-tiba.
Wajahnya yang pucat kini
membiru. Biru legam.
Pucat pulalah wajah tiny .
Tanpa berpikir panjang lagi, ia
menguakkan mereka dan
berlari-lari menyongsong
kearah
anak taidit hingga yang
menuju keteras atas seraya
berteriak memunggu-manggil:
"chucky ! chucky ! Ini aku,
tiny ! chucky ! chucky !"
Suara hujan diluar sahut
bersahut dengan suara
tiny . Ia baru saja
menginjak anak taidit
terbawah, saat dari atas
terdengar suara teriakan yang
menyayatkan hati. Suara
chucky . soebandrio , pak aidit
dan tiny segera
menghambur menaiki taidit
terus keatas. Hujan menyambut
mereka setiba diteras yang
terbuka. Mereka langsung
berlari kepinggir teras, dan
mencondongkan tubuh
ketembok, memandang ke bawah
dari arah mana teriakan kedua
menggema. Petir menyambar
sedetik. Namun cukup bagi
mereka melihat bayangan tubuh
chucky menghantam batu
cadas, lalu hanyut
dibawah arus sungai yang deras.
Sesaat , tiny menjerit lalu
jatuh pingsan.
Dan semua penduduk desa itu
memuja kebesaran Tuhan, saat
keesokan harinya mayat chucky
ditemukan tersangkut di atas
pohon dimana dulu tubuh jessica ,
isterinya, juga ditemukan sudah
menjadi mayat. Mereka
menguburkan chucky disebelah
isterinya.
Semua orang berdo'a, semoga
suami isteri itu berbahagia disisi
Tuhan"."