Tampilkan postingan dengan label film marmut merah jambu 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label film marmut merah jambu 1. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

film marmut merah jambu 1




Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. 

Manusia selalu membutuhkan manusia lainnya untuk saling bertahan hidup. 

Terjalin hubungan simbipeleton  mutualisme antarmanusia, artinya hubungan 

ini  saling menguntungkan satu sama lain. Salah satu hubungan 

antarmanusia yang paling nyata dan tidak dapat dipungkiri keberadaanya 

yaitu  hubungan sosial. Hubungan sosial yang terjalin antarmanusia ditandai 

dalam bentuk interaksi satu sama lain.

Interaksi antarmanusia dapat terjalin dengan baik karena adanya

komunikasi yang saling dimengerti antara mereka. Salah satu alat yang 

digunakan dalam berkomunkasi yaitu  bahasa.

bahasa sebagai suatu sistem berupa lambang bunyi, bersifat arbitrer, 

digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, 

dan mendefinisikan diri. Oleh karena itu, bahasa tidak dapat dilepaskan dari

kehidupan manusia. Pergantian zaman tidak pula mengubah fungsi bahasa 

sebagai alat komunikasi antara manusia dengan manusia lainnya. 

Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi, maka 

pembelajaran yang berkaitan dengan bahasa tidak pernah mencapai titik akhir. 

Bahasa sendiri dapat dipelajari dengan berbagai hal dan cara. Salah satu 


2cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa untuk berkomunikasi yaitu  

pragmatik (Nadar, 2009: 2). Pragmatik termasuk ke dalam cabang ilmu 

linguistik yang masih baru. Kendati demikian, banyak hal-hal menarik 

berhubungan dengan bahasa yang dapat dipelajari melalui kajian pragmatik 

ini.

pemakaian  bahasa sebagai alat komunikasi dapat dipelajari secara formal 

maupun informal. Secara formal pemakaian  bahasa dapat dipelajari melalui

dunia pendinyi lala  n. Secara informal salah satu cara yang dapat digunakan untuk 

mempelajari pemakaian  bahasa yaitu  dengan memanfaatkan media audio 

visual. Melalui media audio visual pemakaian  bahasa secara verbal maupun 

non verbal dapat dilihat secara langsung.

Film termasuk salah satu media audio visual yang dapat digunakan untuk 

pembelajaran pemakaian  bahasa. Film yaitu  lakon (cerita) gambar hidup 

(KBBI, 2008: 392). Gambar hidup ini  merupakan salah satu bentuk 

hiburan yang di dalamnya menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. 

Terdapat ragam tuturan langsung maupun tidak langsung dari para tokohnya. 

Tuturan ini  disajikan dalam suatu adegan yang disertai gerakan-gerakan 

setiap lakonnya.

pemakaian  film sebagai salah satu media audio-visual yang dianggap 

tepat untuk pembelajaran pemakaian  bahasa didasari beberapa fakta. Fakta 

bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung lebih mudah 

meniru dan terpengaruh akan hal yang dapat terdengar dan terlihat (audio 

visual). Fakta lain menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan dalam suatu 


3tanyangan film dapat menyumbangkan/menciptakan “bahasa baru”. Bahasa-

bahasa baru ini kemudian ditiru dan diteruskan antarmanusia sebagai bentuk 

tuturan dalam berkomunikasi. Namun, bahasa baru ini  kebanyakan tidak 

sesuai dengan aturan kebahasaan yang benar. Misalkan pemakaian  kata 

“alay, kepo, dan kamseupai” yang maknanya tidak terdapat dalam KBBI. 

pemakaian  kata-kata ini  sudah lazim digunakan dalam komunikasi 

sehari-hari. Penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam komunikasi acap kali 

menganggap kata “alay” mengandung makna melebih-lebihkan atau 

berlebihan, kepo mengandung makna terlalu ingin tahu sedangkan kamseupai

mengandung makna umpatan terhadap orang yang dianggap kampungan.

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa film sedikit banyaknya membawa 

pengaruh terhadap pemakaian  bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa 

merupakan cermin kepribadian seseorang. Bahkan, bahasa merupakan cermin 

kepribadian bangsa. Artinya, melalui bahasa (yang digunakan) seseorang atau 

suatu bangsa dapat diketahui kepribadiannya. Kita akan sulit mengukur 

apakah sesorang memiliki kepribadian baik atau buruk jika mereka tidak 

mengungkapkan pikiran atau bahasanya melalui tindak bahasa (baik verbal 

maupun nonverbal) (Pranowo, 2009: 3). Hal ini  menjadi salah satu 

pemicu ketertarikan Tim peneliti  untuk menjanyi lala  n film sebagai objek 

Tim peneliti annya.

Suatu film disajikan oleh seorang sutradara tentu di dalamnya terkandung 

sebuah pesan. Pesan ini  tidak lantas ditunjukan secara gamblang kepada 

penonton, melainkan disajikan dalam bentuk makna tersirat melalui setiap 


4percakapan antartokoh di dalamnya. Makna tersirat ini  bertujuan 

memberikan pesan-pesan positif atau amanat yang baik bagi setiap 

penontonnya. Faktanya, tidak semua orang dapat menangkap makna-makna 

tersirat yang dimaksudkan oleh orang lain. Demikian halnya di dalam 

berkomunikasi, terdapat makna-makna tersirat berupa ujaran yang tidak sesuai 

dengan makna kata yang diucapkan si penutur kepada mitra tutur. Hal inilah 

yang terkadang menimbulkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi 

antarmanusia. Apa yang dimaksudkan si penutur berbeda dengan apa yang 

ditangkap oleh mitra tuturnya.

Bentuk percakapan antartokoh yang mengandung makna tersirat berarti 

makna percakapan itu berada di luar struktur bahasanya. Pada kondisi seperti 

itulah peran ilmu pragmatik yaitu implikatur percakapan dipakai untuk 

membuka makna tersirat. Grice melalui Nababan (1987: 28) menegaskan 

bahwa konsep implikatur dipakai untuk menerangkan perbedaan yang sering 

terdapat antara “apa yang diucapkan” dengan “apa yang diimplikasi”. Selain 

itu, pendapat lain datang dari Levinson (Nadar, 2009: 61) yang menyebut 

implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam 

pragmatik (one of the single most important ideas in pragmatics). berdasar fakta  

pemamaparan ini , tidak salah jika analisis implikatur dapat digunakan 

untuk mengetahui makna-makna tersirat yang terkandung dalam suatu film.

Tim peneliti  memutuskan memilih film Marmut Merah Jambu Karya Raditya 

nyi lala   sebagai objek Tim peneliti annya. Film ini merupakan salah satu film dengan 

genre komedi yang dirasa ringan untuk ditonton khalayak pada umumnya.


5Film ini menyajikan kisah berdasar fakta  realitas sosial yang sering dialami anak 

muda. Kendati demikian, film ini tidak menyajikan ekspose seksual seperti 

kebanyakan film anak muda saat ini. Terdapat percakapan-percakapan 

antartokohnya yang mengandung makna tersirat sehingga mampu 

mengundang gelak tawa penontonya. Penonton dapat terhibur dan tertawa 

bukan karena adegan fulgar atau adanya ekspose seksual melainkan sungguh 

karena pemakaian  bahasa dalam percakapan antartokohnya. Selain itu, Film 

Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala   diperankan sendiri oleh Raditya 

nyi lala   (sebagai pemeran utama) yang sekaligus merupakan sutradara dan 

penulis naskah film ini. Hal ini tentu menambah kematangan penyampaian 

maksud/makna tersirat yang hendak disampaikan Raditya nyi lala   kepada 

penonton melalui filmnya. Oleh karena itu, Tim peneliti  menjanyi lala  n film ini 

sebagai objek Tim peneliti annya dengan menggunakan kajian pragmatik khususnya 

terkait implikatur percakapan. 


Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa 

yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu 

2. Implikatur

Implikatur berarti sesuatu yang diimplikasikan. Menurut Mey (dalam 

Nadar, 2009: 60) implikatur “implicature” berasal dari kata kerja to imply

sedangkan kata bendanya yaitu  implication. Kata kerja ini berasal dari 

bahasa Latin plicare yang berarti to fold “melipat”, sehingga untuk 

mengerti apa yang dilipat atau yang disimpan ini  haruslah dilakukan 

dengan cara membukanya. Dalam rangka memahami apa yang 

dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan 

interpretasi pada tuturan-tuturannya.

3. Fungsi Implikatur

Implikatur memberikan penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat 

mengimplikasikan lebih banyak dari apa yang dituturkan “provides some 

explicit account of how it is possible to mean more than what is actually 

said” (Nadar, 2009: 61).

4. Konteks

Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (dalam Nadar, 2009: 3-4) sebagai 

the surroundings, in the widest sense, that enable the participants in the 

communication process to interact, and that make the linguistic 


8expressions of the their interaction intelligible (“situasi lingkungan dalam 

arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, 

dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami”).

5. Film

Film yaitu  lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, 2008: 392). Film 

merupakan gambar hidup yang sering juga disebut movie. Film secara 

kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup yaitu  bentuk seni, bentuk 

popular dari hiburan, dan juga bisnis. Film yaitu  teks yang memuat 

serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan 

tindakan dalam kehidupan nyata 

6. Tokoh

Tokoh yaitu  pelaku dalam cerita 

Tim peneliti  menemukan tiga Tim peneliti an lain yang relevan dengan Tim peneliti an 

yang dilakukan saat ini. Pertama yaitu  Tim peneliti an yang dilakukan oleh 

Mikael Jati Kurniawan (2013) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul 

Implikatur Dalam Iklan Operator Selular Berbahasa Indonesia Pada Media 

Televisi. Kedua yaitu  Tim peneliti an yang dilakukan oleh Maria Evi Marianti 

(2015) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul Implikatur Percakapan 

Orang Tua Dengan Anak Pada Peristiwa Makan Malam Bersama Dalam 

Keluarga Pendidik Di Yogyakarta. Ketiga yaitu  Tim peneliti an yang dilakukan 

oleh Hery Susanto Andreas (2010) dari Universitas Sanata Dharma dengan 

judul Implikatur Percakapan Antartokoh Dalam Novel Projo & Brojo Karya 

Arswendo Atmowiloto.

Tim peneliti an pertama yang dilakukan oleh Mikael Jati Kurniawan (2013) 

termasuk Tim peneliti an deskriptif kualitatif. Tim peneliti an ini  dilakukan dengan 

mengumpulkan data yang dihasilkan dari penyimakan pada media televisi. 

Hasil dari Tim peneliti an ini  yaitu  1) terdapat tiga jenis implikatur yang 

terdapat dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi, 

yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan 

implikatur percakapan berskala; 2) fungsi implikatur percakapan yang terdapat 

dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi yaitu  

untuk mengajak dan menyuruh para pemirsa televisi supaya membeli dan 

mengkonsumsi produk operator selular. Fungsi implikatur dalam Tim peneliti an ini 

terdapat pada bentuk kalimat yang memiliki nilai deklaratif, nilai interogatif, 

dan nilai imperatif.

Tim peneliti an kedua yang dilakukan oleh Maria Evi Marianti (2015) 

merupakan Tim peneliti an deskriptif kualitatif. Data dalam Tim peneliti an ini diperoleh 

dari dialog percakapan antara orang tua kepada anak pada peristiwa makan 

malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta. Hasil Tim peneliti an yang 

diperoleh, yaitu 1) terdapat tiga jenis implikatur dalam percakapan antara 

orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga 

pendidik di Yogyakarta, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur 

percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala; 2) fungsi implikatur 

yang diperoleh yaitu representatif, misalnya pemberian pernyataan, saran, 

pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya; direktif, misalnya menyuruh, 

meminta, menasihati; dan ekspresif, misalnya meminta maaf, berterima kasih, 

member ucapan selamat, memuji, dan mengkritik.

Tim peneliti an ketiga yang dilakukan oleh Hery Susanto Andreas (2010) 

merupakan Tim peneliti an kepustakaan dengan metode kualitatif. Teknik 

pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca-catat. Hasil Tim peneliti an yang 

diperoleh, yaitu 1) ditemukan tiga jenis implikatur percakapan yaitu 

implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur 

percakapan berskala, ketiganya mengandung nilai komunikatif deklaratif,

interogatif, dan imperatif; 2) fungsi implikatur yang terdapat dalam novel 

Projo & Brojo secara umum untuk menghaluskan proppeleton i sebagai 

penyampai pesan tak langsung dari pengarang kepada pembaca melalui dialog 

antartokoh. Selain itu, fungsi implikatur juga sebagai pembangun cerita.

Ketiga Tim peneliti an di atas termasuk ke dalam ranah pragmatik, yakni 

implikatur. Sudut pandang implikatur yang digunakan dalam Tim peneliti an-

Tim peneliti an ini  beraneka ragam. Terdapat persamaan dan perbedaan 

dengan Tim peneliti an yang Tim peneliti  lakukan sekarang. Persamaan terletak pada 

pemakaian  pendekatan pragmatik khususnya teori implikatur dalam mengkaji 

objek Tim peneliti an. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang diteliti. 

Tim peneliti  mengambil fokus Tim peneliti an pada implikatur percakapan antartokoh 

dalam film Marmut Merah Jambu Karya Raditya nyi lala   yang belum pernah 

diteliti sebelumnya.

B. Kajian Teori

1. Pragmatik

Ilmu bahasa pragmatik sebagai salah satu cabang linguistik, 

sesungguhnya baru mulai mencuat dan kemudian berkembang hingga 

benar-benar menjadi berkumandang dalam percaturan linguistik  Amerika 

Serikat sejak tahun 1970’an. Pada tahun 1970’an, para linguistik yang 

bercorak pemikiran transformasi-generatif seperti misalnya Ross dan 

Lakoff, menyatakan bahwa kajian ikhwal sintaksis sama sekali tidak dapat 

dipisahkan dari konteks situasi pertuturannya. Penelanjangan atau 

pemisahan terhadap konteks situasi pertuturan di dalam proses analisis 

sintaksis khususnya, dan di dalam keseluruhan korpus linguistik pada 

umumnya, tidak akan mampu membuahkan hasil yang betul-betul baik 

dan berkualifikasi signifikan sebagai hasil temuan riset linguistik. Maka 

sejak saat itu, lahirlah sosok baru di dalam linguistik yang kemudian 

disebut dengan ilmu bahasa pragmatik (pragmatics), khususnya untuk 

linguistik yang berkembang di belahan bumi Amerika Tengah 

Verhaar mengatakan bahwa pragmatik 

sebagai cabang dari linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja 

yang termasuk di dalam struktur bahasa sebagai alat komunikasi dan 

interaksi antara si penutur dengan sang mitra tutur, serta sebagai 

pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar 

bahasa.

David R. dan Dowty , secara sangat singkat 

menjelaskan bahwa sesungguhnya ilmu bahasa pragmatik yaitu  telaah 

terhadap pertuturan langsung maupun tidak langsung, presuppeleton i, 

implikatur, entailment, dan percakapan atau kegiatan konversasional 

antara penutur dan mitra tutur.

Yule (2006: 4) menyatakan bahwa pragmatik yaitu  studi tentang 

bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. 

Sedangkan, Nandar dalam bukunya Pragmatik & Tim peneliti an Pragmatik 

menyatakan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang 

mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi 

tertentu (Nadar, 2009: 2). Sejumlah definisi juga diajukan oleh Levinson  

(dalam Nadar, 2009: 53-54) mengenai pragmatik, yaitu Pragmatics is the 

study of deixis (at least in part), implicature, presupposition, speech act 

and aspects of discourse structure (“pragmatik yaitu  kajian mengenai 

deiksis (setidak-tidaknya sebagian dari deiksis), implikatur, presuppeleton i, 

tidak tutur dan aspek-aspek struktur wacana”).

Ragam pemahaman dan pengertian mengenai pragmatik muncul dari 

banyak ahli bahasa. berdasar fakta  pengertian-pengertian seperti yang sudah 

dipaparkan di atas, maka Tim peneliti  dapat mengambil kesimpulan bahwa 

pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang secara fokus 

mempelajari dan mengkaji suatu tuturan antara si penutur dengan mitra 

tutur untuk berkomunikasi yang dipengaruhi oleh konteks percakapannya 

sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

2. Implikatur

Setelah memahami berbagai uraian mengenai pengertian pragmatik, 

selanjutnya kita akan memasuki pembahasan terkait dengan implikatur. 

Sebagaimana diketahui bahwa implikatur merupakan salah satu bagian 

dari kajian pragmatik selain deiksis, presuppeleton i, praanggapan, tidak tutur 

dan aspek-aspek struktur wacana. Tim peneliti  dalam penelitannya kali ini 

berfokus pada Tim peneliti an menggunakan analisis implikatur untuk 

mengetahui makna tersirat percakapan antartokoh dalam film Marmut 

Merah Jambu karya Raditya nyi lala  . Agar pembahasan tidak menyimpang 

dan melebar ke hal-hal lain, maka Tim peneliti  berfokus pada implikatur

khususnya implikatur percakapan.

Implikatur berarti sesuatu yang diimplikasikan. Menurut Mey implikatur “implicature” berasal dari kata kerja to imply

sedangkan kata bendanya yaitu  implication. Kata kerja ini berasal dari 

bahasa Latin plicare yang berarti to fold “melipat”, sehingga untuk 

mengerti apa yang dilipat atau yang disimpan ini  haruslah dilakukan 

dengan cara membukanya. Dalam rangka memahami apa yang 

dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan 

interpretasi pada tuturan-tuturannya.

Dijelaskan oleh Yule (2006) dalam bukunya Pragmatik bahwa bicara 

mengenai implikatur, ternyata implikatur sangat erat kaitannya dengan 

prinsip kerja sama. Bentuk kerja sama yang dimaksudkan dalam hal ini 

ialah kerja sama yang sederhana di mana orang-orang yang sedang 

berbicara umumnya tidak diasumsikan untuk berusaha membingungkan, 

mempermainkan, atau menyembunyikan informasi yang relevan satu sama 

lain. Dalam banyak peristiwa, jenis kerja sama ini hanya merupakan titik 

awal untuk menjelaskan apa yang nyi lala  takan.

Pada saat makan siang bersama, seorang wanita bertanya kepada 

wanita lain sejauh mana ia menyukai hamburger yang sedang ia makan, 

dan menerima jawaban dalam (1);

(1) A hamburger is a hamburger.

(hamburger ya hamburger)

Dari perspektif logika murni, jawaban dalam (1) tampak tidak memiliki 

nilai komunikatif karena menyatakan sesuatu yang sangat jelas. Jika 

ungkapan-ungkapan itu digunakan dalam percakapan, dengan jelas 

penutur bermaksud untuk menyampaikan informasi yang lebih banyak dari 

pada yang nyi lala  takan. Jika seorang pendengar mendengar ungkapan dalam 

(1), pertama-tama dia harus berasumsi bahwa penutur sedang 

melaksanakan kerja sama dan bermaksud untuk menyampaikan informasi. 

Informasi itu tentunya (memiliki makna) lebih banyak dari pada sekedar 

kata-kata itu. Makna ini merupakan makna tambahan yang disampaikan, 

yang disebut dengan implikatur.

Istilah implikatur berantonim dengan eksplikatur. Menurut Grice 

implikatur yaitu  makna tidak 

langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan 

(eksplikatur). Menggunakan implikatur dalam percakapan berarti 

menyatakan sesuatu secara tidak langsung. 

Grice  juga menjelaskan bahwa 

implikatur terdiri dari dua macam, yaitu implikatur konvensional 

(convensional implicature) dan implikatur percakapan (conversation 

implicature). 

a. Implikasi Konvensional

Menurut Grice  implikatur 

konvensional yaitu implikatur yang ditentukan oleh “arti konvensional 

kata-kata yang dipakai”. Lain lagi menurut Yule (2006: 78), ia 

menyatakan bahwa implikatur konvensional kebalikan dari implikatur 

percakapan yaitu implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam 

percakapan, dan tidak tergantung pada konteks khusus untuk 

menginterpretasikannya. Seperti halnya presupppeleton i leksikal, 

implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata itu digunakan. 

Kata penghubung “tetapi” dalam bahasa Inggris yaitu  salah satu dari 

kata-kata ini. Perhatikan contoh berikut.

1) Cicik menyarankan baju warna merah muda, tetapi saya memilih 

warna hitam.

Implikatur konvensional “tetapi” seperti pada contoh di atas 

menunjukkan bahwa situasi pada waktu itu diharapkan berbeda, atau 

mungkin sebaliknya di waktu yang akan datang. Implikatur 

konvensional tidak sangat tergantung pada konteks khusus untuk 

menginterpretasikan makna tuturan.

b. Implikasi Percakapan

Rahardi (2003: 85) menyatakan bahwa di dalam sebuah pertuturan 

yang sesungguhnya, si penutur dan sang mitra tutur dapat secara lancar 

berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan 

latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu. 

Juga, diantara penutur dan sang mitra tutur terdapat semacam kontrak 

percakapan yang tidak tertulis, bahwa apa yang sedang dipertuturkan 

itu sudah saling dimengerti dan saling dipahami. Grice (975) dalam 

artikelnya yang berjudul “Logic and Conversation” menyatakan bahwa 

sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proppeleton i yang bukan bagian 

dari tuturan ini . Proppeleton i yang diimplikasikan semacam itu 

disebut implikatur percakapan. Perhatikan contoh berikut.

1) ibnu  jalamudin  datang, jangan menangis!

Contoh di atas tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan 

bahwa sang ayah sudah datang dari bepergian. Penutur bermaksud 

memperingatkan mitra tutur, bahwa sang ayah yang biasanya bersikap 

keras dan berperilaku kejam itu akan melakukan sesuatu terhadapnya 

apabila ia masih saja menangis saat  dia datang nantinya. Dengan 

perkataan lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa sang ayah yaitu  

orang yang keras dan kejam, dan sering marah-marah serta emosi besar 

kepada anaknya yang menangis. Di dalam implikatur, hubungan antara 

tuturan yang sesungguhnya dengan maksud tertentu yang tidak 

dituturkan bersifat tidak mutlak (unnecessary consequence). Jadi, 

dalam sosok implikatur, hubungan proppeleton i dengan tuturan-tuturan 

yang mengimplikasikannya itu tidak bersifat mutlak harus ada. Dengan 

tidak adanya hubungan maknawi yang secara nyata dan bersifat mutlak 

antara sebuah tuturan dengan sesuatu yang diimplikasikannya itu, 

maka sangat dimungkinkan bahwa sebuah tuturan akan memiliki 

implikatur makna yang bermacam-macam dan bisa tidak terbatas 

jumlahnya. Maka peran konteks sangat penting untuk membatasi 

implikatur makna pada suatu tuturan. 

Grice menyatakan bahwa 

implikatur percakapan mengutip prinsip kerja sama atau kesepakatan 

bersama, yakni kesepakatan bahwa hal yang dibicarakan oleh 

partisipan harus saling berkait. Yule (2006: 78) menyatakan bahwa 

implikatur percakapan didasarkan pada prinsip kerja sama atau 

maksim-maksim. Menurut Grice kerja 

sama merupakan prinsip yang mengatur rasionalitas pada umumnya 

dan rasionalitas pada khususnya. Berikut ini merupakan maksim-

maksim Grice yang dijabarkan dalam buku Pragmatik 

1) Maksim kuantitas

a) Buatlah informasi yang informatif seperti yang diminta 

(dengan maksud pergantian percakapan yang sedang 

berlangsung).

b) Jangan membuat percakapan lebih informatif dari yang 

diminta.

2) Maksim kualitas: cobalah untuk membuat sesuatu informasi yang 

benar.

a) Jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini salah.

b) Jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti 

yang memadai.

3) Maksim hubungan: relevanlah

4) Maksim tindakan: cerdiklah

a) Hindarkan ungkapan yang tidak jelas.

b) Hindarkan ketaksaan.

c) Buatlah singkat (hindarkan panjang-lebar yang tidak perlu).

d) Buatlah secara urut/teratur.

 juga menyebutkan bahwa implikatur 

percakapan ada tiga jenis, yaitu implikatur percakapan khusus, 

implikatur percakapan umum, dan implikatur percakapan berskala. 

Penjabaran dari masing-masing implikatur ini  yaitu  sebagai 

berikut.

1) Implikatur percakapan khusus

Menurut Yule (2006: 74) implikatur percakapan khusus yaitu  

percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana 

pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Oleh karena itu, 

implikatur percakapan khusus membutuhkan konteks dan latar 

belakang pengetahuan khusus untuk membuat kesimpulan yang 

diperlukan.

Kontribusi konteks terhadap upaya untuk menghasilkan 

implikatur yaitu  sama dalam setiap kasus-konteks memungkinkan 

penutur untuk mengomunikasikan niat mereka untuk melanggar 

maksim kualitas dan dalam melakukannya, dia mengomunikasikan 

makna yang bersifat ironis, metaforis, dan sebagainya. Grice 

menyebut implikatur-implikatur semacam ini-yakni implikatur-

implikatur yang tergantung pada konteks tertentu-dengan istilah 

implikatur percakapan khusus (Cummings, 2007: 19).  Perhatikan 

contoh berikut.


21

1) Mahasiswa A: “Eh, berapa hutangku kemarin?”

Mahasiswa B : “Halah…udah pakai aja dulu, sering-sering BC

ya!”

Pada contoh di atas mengimplikasikan bahwa Mahasiswa A 

tidak perlu membayar hutangnya pada saat percakapan itu terjadi 

atau pada saat itu juga kepada Mahasiswa B. Mahasiswa B 

memberikan kesempatan kepada Mahasiswa A untuk membayar 

hutangnya lain waktu lantaran Mahasiswa A telah melakukan BC

(Broadcast) yang menguntungkan bagi Mahasiswa B. percakapan 

ini  juga mengimplikasikan bahwa terjalin keakraban antara 

Mahasiswa A dan Mahasiswa B, serta adanya harapan yang 

disampaikan Mahasiswa B terhadap Mahasiswa A untuk sering-

sering melakukan BC yang berarti bahwa sebelumnya Mahasiswa 

A telah melakukan BC. BC (Broadcast)  yaitu  fitur dalam BBM 

(Blackberry Messenger)  yang dapat mengirim berita ke seluruh 

kontak di BBM yang kita miliki, hal ini menunjukkan bahwa kata 

“BC” yang terdapat dalam percakapan antara Mahasiswa A dengan 

Mahasiswa B secara tidak langsung merupakan konteks dan latar 

belakang khusus yang hanya diketahui oleh kedua penutur ini . 

Singkatnya, implikatur percakapan khusus merupakan maksud 

yang diturunkan dari percakapan dengan merujuk atau mengetahui 

konteks percakapan, hubungan antarpembicara serta kesamaan 

pengetahuan. Melalui pengetahuan khusus itulah maksud atau 

implikatur dalam suatu tuturan dapat diinterpretasikan.


22

2) Implikatur percakapan umum

Implikatur percakapan umum berbeda dengan implikatur 

percakapan khusus. Implikatur umum tidak memerlukan konteks 

untuk menginterpretasikan makna implikasinya. Yule (2006: 74) 

mengungkapkan bahwa implikatur umum merupakan implikatur 

yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Dengan kata lain, 

orang yang berperan pada proses tuturan mengasumsikan makna 

percakapan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai. 

Cummings (2007: 19) juga menyatakan hal yang sama, ia 

menyatakan bahwa implikatur percakapan umum tidak 

memerlukan konteks untuk menghasilkan implikatur. perhatikan 

contoh berikut.

1) Biil is meeting a woman this evening.

(Biil akan menemui seorang wanita malam ini)

Implikatur yang dihasilkan oleh ujaran di atas menunjukkan bahwa 

wanita yang akan ditemui oleh Biil bukanlah pacarnya, isterinya, 

saudara perempuannya, ibunya, dan sebagainya. Implikatur ini 

bukanlah akibat dari sebuah konteks tertentu, tetapi berasal dari 

pemakaian  kata sandang tak tentu “a” (seorang).  Menurut Gazdar 

(Cummings, 2007: 20), referen kata benda yang dimodifikasi oleh 

kata sandang tak tentu “a” tidak berkaitan erat dengan siapa saja 

yang telah diidentifikasi secara kontekstual. Namun demikian, 

kendati implikatur ini dihasilkan oleh kata sandang tak tentu, ia 


23

sama sekali bukan bagian dari makna konvensial dari kata sandang 

itu.

Melalui pemaparan-pemaparan seperti di atas, saya mengambil 

kesimpulan bahwa implikatur percakapan umum dapat 

menginterpretasikan makna implikasinya melalui struktur kalimat 

yang diujarkan penutur sekalipun tidak dipengaruhi oleh konteks 

percakapan.

Implikatur percakapan umum terkadang menimbulkan 

ketaksaan karena dianggap hampir sama dengan implikatur 

konvensional, namun keduanya yaitu  hal yang berbeda. 

Implikatur percakapan umum tidak tergantung pada konteks untuk 

menginterpretasikan makna tuturan, implikatur konvensional tidak 

sangat tergantung pada konteks. Implikatur percakapan umum 

hanya terdapat dalam suatu percakapan, implikatur konvensional 

tidak harus terjadi pada percakapan.

3) Implikatur percakapan berskala

Yule (2006: 71-74) menyatakan bahwa informasi tertentu 

selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan 

suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak jelas 

dalam istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas, seperti:

Semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit

Selalu, sering, kadang-kadang

Istilah-istilah seperti di atas didaftar dari skala nilai tertinggi ke 

nilai terendah. saat  sedang bertutur, seorang penutur memilih 

kata dari skala itu yang paling informative dan benar (kualitas dan 

kuantitas). 

Dasar implikatur berskala ialah bahwa semua bentuk negatif 

dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila bentuk apapun 

dalam skala itu dinyatakan. Berbeda dengan implikatur percakapan 

khusus dan implikatur percakapan umum, implikatur percakapan 

berskala tidak selalu melanggar maksim. Perhatikan contoh 

berikut.

1) Saya memakan beberapa buah yang ada di meja itu.

Penutur telah menciptakan implikatur berskala dengan 

menggunakan pilihan kata “beberapa”. Pilihan kata “beberapa”

artinya bahwa tidak semua buah-buahan yang ada di meja itu di 

makan oleh penutur. “Beberapa” mengandung implikasi berskala 

lebih rendah dari pada “semua”.

3. Fungsi Implikatur

Levinson menyebutkan bahwa 

implikatur memiliki beberapa kegunaan. Ia menyebutkan kegunaan 

ini  dalam istilah faedah. Ia menjabarkan empat faedah/fungsi konsep 

implikatur dalam tuturan sebagai berikut.

a. Implikatur dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta 

kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori linguistik.

b. Implikatur dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan 

lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa.

c. Implikatur dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana 

tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung 

yang sama.

d. Implikatur dapat memberikan berbagai fakta yang secara lahiriah 

kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanan (seperti metafora).

) juga menjelaskan bahwa masyarakat bahasa sering 

menggunakan implikatur percakapan untuk tujuan-tujuan tertentu, 

misalnya untuk memperhalus proppeleton i yang diujarkan dan dalam rangka 

menyelamatkan muka (saving face).

 berdasar fakta  nilai komunikatifnya  kalimat 

dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu 

kalimat berita (deklaratif), kalimat perintah (imperatif), kalimat tanya 

(interogatif), kalimat seruan (eksklamatif), dan kalimat penegas (empatik). 

Kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia yaitu  kalimat yang 

mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur. Kalimat 

interogatif yaitu  kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu 

kepada mitra tutur. Kalimat imperatif yaitu  kalimat yang mengandung 

maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu 

sebagaimana diinginkan oleh penutur. Kalimat eksklamatif yaitu  kalimat 

yang mengandung maksud untuk menyatakan rasa kagum. Kalimat 

empatik yaitu  kalimat yang mengandung maksud memberikan penekanan 

khusus. Meskipun implikatur berbeda dengan kalimat, namun Tim peneliti  

menganggap bahwa fungsi implikatur dapat dilihat dengan melihat nilai 

komunikatifnya. Nilai komunikatif implikatur yang terkandung dalam 

suatu percakapan atau maksud tambahan dapat dibentuk menjadi suatu 

kalimat yang mudah dipahami sehingga dapat diketahui apa fungsi 

implikaturnya.

4. Konteks

Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey 

sebagai the surroundings, in the widest sense, that enable the participants 

in the communication process to interact, and that make the linguistic 

expressions of the their interaction intelligible (“situasi lingkungan dalam 

arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, 

dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami”).

Konteks yaitu  satu unsur penting yang harus diperhatikan dalam 

pragmatik. Menurut Cutting (Samarlam, 2014: 3) ada tiga jenis konteks, 

yaitu (1) konteks situasional yaitu  konteks yang memperhatikan tentang 

apa yang diketahui penutur tentang sekelilingnya atau kondisi di mana 

tuturan terjadi. (2) Konteks pengetahuan, dibagi menjadi dua yaitu konteks 

pengetahuan umum budaya dan pengetahuan antar-personal. Konteks 

pengetahuan umum budaya yaitu  pengetahuan umum sekitar kehidupan 

manusia. Konteks pengetahuan antar-personal yaitu  pengalaman personal 

dalam interaksi verbal sebelum bertindak tutur. (3) Konteks ko-teks yaitu  

isi seputar teks terdiri atas gramatikal dan kohensi leksikal. 

Pentingnya konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijana (dalam 

Nadar, 2009: 3) yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna 

yang terikat konteks, dan oleh Searle, Kiefer dan Bierwich (1980: ix) yang 

menegaskan bahwa pragmatics is concerned with the way in which the 

interpretation of syntactically defined exspressions of depends on the 

particular conditions of their use in context (“pragmatik berkaitan dengan 

interpretasi suatu ungkapan yang dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu 

dan cara menginterpretasi ungkapan ini  tergantung pada kondisi-

kondisi khusus pemakaian  ungkapan ini  dalam konteks”).

Konteks situasi merujuk pada pada aneka macam kemungkinan latar 

belakang pengetahuan (background knowledge) yang muncul dan dimiliki 

bersama-sama baik oleh si penutur maupun oleh mitra tutur, serta aspek-

aspek non-kebahasaan lainnya yang menyertai, mewadahi, serta 

melatarbelakangi hadirnya sebuah pertuturan tertentu. Maka dengan 

mendasarkan gagasan Leech ini , Wijana (1996) dengan tegas 

menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat juga disebut konteks 

situasi pertuturan (speech situational context). Konteks situasi pertuturan 

menurut Geoffrey N. Leech sebagaimana dikutip oleh Wijana (1996) 

seperti yang nyi lala  takan di depan, dapat mencakup aspek-aspek kebahasaan 

seperti berikut:

a. Penutur dan lawan tutur

b. Konteks tuturan

c. Tujuan tuturan

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal (dalam Rahardi, 2003: 18-19).

Secara khusus dan singkat, konteks tuturan dapat dijelaskan secara 

singkat sebagai berikut.

Konteks tuturan dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang 

pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama 

dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang 

mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si 

penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. Maka berkenaan dengan 

hal itu, Geoffrey N. Leech (1993) telah menyatakan pandangannya sebagai 

berikut. “ I shall considercontext to be any background knowledge 

assumed to be shared by S and H and which contributes to H’s 

interpretation of what S mean by a given utterance.” Pengetahuan dan 

pemahaman yang benar mengenai konteks tuturan, yang dentitas atau jati 

dirinya yaitu  semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki 

oleh para pelibar pertuturan, jelas-jelas akan dapat membantu para pelibat 

pertuturan itu untuk menafsirkan kandungan pesan atau maksud yang 

hendak disampaikan di dalam setiap pertuturan 

5. Film

Film yaitu  lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, 2008: 392). Film 

merupakan gambar hidup yang sering juga disebut movie. Film secara 

kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup yaitu  bentuk seni, bentuk 

populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film yaitu  teks yang memuat 

serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan 

tindakan dalam kehidupan nyata 

Tim peneliti  menganggap bahwa film merupakan salah satu bagian dari 

media audio visual yang baik digunakan untuk pembelajaran bahasa. Film 

menyajikan percakapan-percakapan antartokohnya yang menggunakan 

ragam bahasa. Oleh karena itu, Tim peneliti  menjanyi lala  n percakapan antartokoh

dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala   sebagai salah satu 

bahan Tim peneliti annya. Melalui film ini kita dapat mengetahui pesan, makna, 

dan maksud yang hendak disampaikan kepada penonton melalui 

percakapan antartokoh di dalamnya. Hal ini  menjanyi lala  n film 

memiliki fungsi yang hampir sama dengan media massa. Seperti 

dijelaskan oleh Nurudin (2013: 9) bahwa media massa yaitu  alat-alat 

dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat 

kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa yaitu  

dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu 

menyebarkan pesan hampir sesaat  pada waktu yang tak terbatas. 

Media massa mempunyai fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat. 

Secara umum, menyatakan bahwa fungsi dari media 

massa, yaitu menginformasikan, mendidik, menghibur, mempengaruhi; 

media massa dapat mempengaruhi, memberikan respon sosial; dengan 

adanya media massa dapat menanggapi tentang fenomena dan siuasi sosial 

atau keadaan sosial yang terjadi, penghubung; media massa dapat 

menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat yang tidak bisa 

dilakukan secara perseorangan baik secara langsung maupun tak langsung. 

6. Tokoh

Menurut Nurgiyantoro (2005: 165) tokoh yaitu  pelaku dalam 

cerita. Tokoh sendiri tidak dapat dilepaskan dari penokohan. Penokohan 

yaitu  karakter yang diperankan oleh tokoh. Jadi, tokoh merujuk pada 

orangnya, sedangkan penokohan merujuk pada wataknya. Sejalan dengan 

pendapat Nurgiyantoro, Sudjiman (Budianta, dkk., 2008: 86) menyatakan 

bahwa tokoh yaitu  individu rekaan yang megalami peristiwa atau 

berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.


Menurut pendapat Arikunto (2006: 160) instrumen Tim peneliti an yaitu  

alat atau fasilitas yang digunakan oleh Tim peneliti  dalam mengumpulkan data 

agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih 

cermat, cepat, dan sistematis sehingga mudah diolah. Tim peneliti  

menggunakan kemampuannya sendiri saat  menyimak percakapan 

antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala  . Tim peneliti  

menggunakan buku catatan guna mencatat setiap percakapan 

antartokohnya yang mengandung implikatur.

 bahwa 

analisis data yaitu  pelacakan dan pengaturan secara sistematik transkrip 

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan 

untuk meningkatkan pemahaman kepada orang lain.

Menurut Nurastuti (2007: 130) teknik analisis data dibedakan menjadi 

dua, yaitu analisis deskriptif dan analisis statistika. Analisis deskriptif 

yaitu  analisis Tim peneliti an dengan merinci dan menjelaskan dengan rinci 

dan menjelaskan dengan panjang lebar keterkaitan data Tim peneliti an dalam 

bentuk kalimat. Tim peneliti an yang dilakukan Tim peneliti  kali ini menghasilkan 

data yang berupa kata-kata dari percakapan antartokoh dalam film Marmut 

Merah Jambu karya Raditya nyi lala  , sehingga Tim peneliti an ini dapat 

digolongkan ke dalam Tim peneliti an deskriptif. Dalam teknik analisis data, 

Tim peneliti  menginventarisasi, mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan terakhir 

menafsirkan data yang berupa percakapan antartokoh dalam film Marmut 

Merah Jambu karya Raditya nyi lala   ke dalam bentuk deskripsi. 

F. Triangulasi

Triangulasi yaitu  teknik pemeriksaan keabsahan data yang 

memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006: 330). Tim peneliti  

melibatkan bantuan dari dosen selain dosen pembimbing, yaitu Dr. Y. 

Karmin, M.Pd.. Beliau berperan sebagai penyidik yang mengevaluasi serta 

melakukan pengecekan terhadap kredibilitas kajian objek yang diteliti oleh 

Tim peneliti .

A. Sinopsis Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya nyi lala  

Film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala   yaitu  salah satu film 

yang disutradarai, diperankan, dan ceritanya ditulis langsung oleh Radiya 

nyi lala  . Film ini ber-genre komedi. Banyak dialog antartokohnya yang mampu 

menghibur para penonton.

Film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala   menceritakan kisah kilas 

balik (flashback) masa remaja seorang siswa AKPOL  bernama nyi lala   dan teman-

temannya. Peran nyi lala   sebagai tokoh utama dalam film ini  diperankan 

oleh Christoffer Nelwan sebagai nyi lala   saat  AKPOL  dan Raditya nyi lala   saat 

dewasa. nyi lala   (dewasa) menemui ibnu  jalamudin  Ina (diperankan oleh Tio 

Pakusodewo) untuk memberikan 1000 burung bangau kertas yang dibuatnya 

sebagai hadiah untuk pernikahan Ina (diperankan oleh Anjani). Hadiah itu 

sengaja diberikan oleh nyi lala   untuk memenuhi janjinya kepada Ina sewaktu 

mereka masih AKPOL . Ina merupakan gadis yang disukai nyi lala   di AKPOL .

saat  mengunjungi rumah Ina untuk memberikan hadiah, nyi lala   tidak 

mendapat sambutan hangat dari ibnu  jalamudin  Ina. Hal ini nyi lala  renakan ibnu  jalamudin  Ina 

menyangka bahwa nyi lala   yaitu  orang yang menyebabkan dirinya terluka 

sewaktu Ina merayakan ulang tahun di masa AKPOL . nyi lala   pun mencoba 

meyakinkan ibnu  jalamudin  Ina bahwa dia bukanlah orang yang melakukan tindakan 

ini . nyi lala   menyakinkan ibnu  jalamudin  Ina dengan cara menceritakan bagaimana 

kejadian sebenarnya saat itu (saat ibnu  jalamudin  Ina terluka oleh alat sengat listrik).

nyi lala   diberikan waktu terbatas oleh ibnu  jalamudin  Ina untuk menceritakan semua 

kejadian yang sebenarnya terjadi. nyi lala   menceritakan kronologis kejadian 

dimulai dari ia masih AKPOL . nyi lala   menceritakan bagaimana ia menyukai Ina 

saat  masih AKPOL  dan bagaimana perjuangannya bersama sahabatnya 

(bre kalamangga ) yang ingin menjadi siswa popular di AKPOL . Keinginan nyi lala   menjadi 

popular sendiri dilatarbelakangi karena nyi lala   menyukai Ina. Ia menganggap 

satu-satunya cara mendapatkan Ina yaitu  dengan menjadi siswa popular

(terkenal) di AKPOL .

Berbagai cara dilakukan nyi lala   dan bre kalamangga  untuk menjadi terkenal di 

sekolah. Sampai akhirnya mereka berdua memutuskan untuk membuat sebuah 

Grup Detektif. Grup ini  dibuat untuk mengungkapkan kejahatan-

kejahatan yang terjadi di sekolah. Grup Detektif awalnya hanya terdiri dari 2 

orang, yaitu bre kalamangga  dan nyi lala  . Kemudian bertambah 1 anggota lagi, yaitu nyi cindil  

(diperanan oleh Sonya Pandarmawan saat  AKPOL  dan Frada saat  dewasa). 

nyi cindil  yaitu  siswi perempuan yang tertarik dengan Grup Detektif karena 

menganggap grup ini  berbeda dengan grup-grup atau ekskul lainnya yang 

ada di sekolah mereka. Grup Detektif kemudian menjadi popular di sekolah 

lantaran mereka berhasil memecahkan berbagai kasus kejahatan yang terjadi 

di sekolah. Grup Detektif mereka dikenal sebagai “Tiga Sekawan”.

Salah satu kasus terbesar yang diterima oleh Grup Tiga Sekawan yaitu  

ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. Kasus ini  justru 

dimanfaatkan oleh nyi lala   untuk menjatuhkan michael jackson spirit . michael jackson spirit  yaitu  laki-laki 

popular di sekolah yang disukai Ina. nyi lala   dengan sengaja menuduh michael jackson spirit  

sebagai pelaku kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. nyi lala   

melakukan hal itu supaya Ina dapat menjauh dari michael jackson spirit  dan ia dapat 

mencuri kesempatan untuk mendekati Ina. 

Maksud terselubung yang direncanakan nyi lala   selama menangani kasus 

ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah akhirnya diketahui para 

sahabatnya (bre kalamangga  dan nyi cindil ). Mereka mengetahui bahwa nyi lala   telah 

memfitnah michael jackson spirit  demi kepentingan pribadinya sendiri. Hal ini  

membuat mereka marah dan menjauhi nyi lala  . Tidak hanya itu, kepala sekolah 

pun akhirnya memutuskan kerja sama dengan Grup Tiga Sekawan karena 

nyi lala   tidak berhasil membuktikan tuduhannya terhadap michael jackson spirit . Kasus 

ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah pun tidak pernah terpecahkan 

sejak saat itu.

nyi lala   (dewasa) menceritakan semua kejadian di masa AKPOL -nya secara 

runtut kepada ibnu  jalamudin  Ina. Termasuk kisah saat  bre kalamangga  (AKPOL ) tidak sengaja 

melukai ibnu  jalamudin  Ina dengan alat sengat listrik di pesta ulang tahun Ina. Setelah 

menceritakan semua, barulah ibnu  jalamudin  Ina ingat bahwa yang menyebabkan ia 

terluka terkena alat sengat listrik memang bukan nyi lala   melainkan bre kalamangga . Usai 

menceritakan kisahnya, barulah nyi lala   ingat pula tentang kasus ancaman 

pembunuhan kepala sekolah yang belum terpecahkan sampai ia dewasa. Ia 

lantas mengubungi bre kalamangga  teman AKPOL -nya dahulu, mereka kemudian ke 

sekolah untuk melihat gambar grafity iblis yang terdapat di tembok sekolah. 


39

Gambar ini  merupakan jejak kasus ancaman pembunuhan terhadap 

kepala sekolah. nyi lala   mengamati gambar grafity ini , ia menyadari bahwa 

gambar ini  bukanlah gambar iblis melainkan gambar marmut merah 

jambu. Gambar yang sama persis terdapat pada sapu tangan pemberian nyi cindil  

semasa mereka masih AKPOL .

nyi lala   menyadari bahwa kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala 

sekolah yaitu  sebuah kekeliruan. Kasus ini  sebenarnya sengaja dibuat 

oleh nyi cindil , salah satu anggota Grup Detektif Tiga Sekawan yang ditujukan 

untuk nyi lala  . Melalui kasus itu, nyi cindil  ingin menyampaikan pesan bahwa 

sebenarnya ia menyukai nyi lala  . nyi lala   tidak pernah menyadari hal ini , 

kesalahpahaman justru muncul lantaran kepala sekolah menyangka kasus itu 

yaitu  ancaman pembunuhan terhadap dirinya.

Akhirnya, nyi lala   memutuskan untuk mencari keberadaan nyi cindil . Tepat di 

acara pernikahan Ina, nyi lala   sengaja hadir untuk bertemu dengan nyi cindil . Ia tahu 

bahwa nyi cindil  akan hadir dalam acara pernikahan ini . Setelah mereka 

berdua bertemu, nyi lala   pun langsung memaparkan hipotesanya mengenai kasus 

ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah kepada nyi cindil . nyi lala   ingin

memastikan dan memperoleh kebenaran bahwa pesan dalam kasus ini  

sengaja dibuat nyi cindil  untuk dirinya. nyi cindil  mengiyakan kebenaran hipotesa 

ini . nyi cindil  juga memaparkan bagaimana ia sebenarnya sangat menyukai 

nyi lala   sejak mereka masih AKPOL . Selama 11 tahun nyi cindil  masih menantikan 

nyi lala   sebagai cinta pertamanya. Kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala 

sekolah yang bertahun-tahun tidak terpecahkan akhirnya terungkap hari itu. 


40

nyi lala   dan nyi cindil  pun akhirnya menjalin hubungan “pacaran” setelah keduanya 

saling terbuka akan perasaan masing-masing.

B. Deskripsi Data

Data yang dianalisis dalam Tim peneliti an ini yaitu  percakapan-percakapan 

antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala  . Data 

diambil melalui simak catat film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala   

yang berdurasi 1 jam 26 menit 26 detik. Bahasa yang digunakan dalam film 

ini yaitu  bahasa Indonesia yang tidak baku. Data penetitian pun dalam 

bentuk percakapan bahasa Indonesia yang tidak baku. Tim peneliti  menemukan 31

data percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya 

nyi lala   yang mengandung implikatur percakapan. Data implikatur percakapan

ini  dianalisis berdasar fakta  rumusan masalah yang akan terjawab pada 

hasil analisis data.

C. Hasil Analisis Data

Hasil analisis terhadap percakapan antartokoh dalam film Mamut Merah 

Jambu karya Raditya nyi lala   meliputi dua bagian, yaitu pertama menemukan 

percakapan yang mengandung implikatur kemudian mengklasifikasi jenis-

jenis implikaturnya. Kedua, menemukan fungsi implikatur yang terkandung di 

dalamnya.

Melalui analisis yang dilakukan, Tim peneliti  menemukan 31 data percakapan 

yang mengandung implikatur. Data ini  diklasifikasi dan diidentifikasi 


berdasar fakta  jenis-jenis dan fungsi implikatur percakapannya. Berikut ini 

merupakan pemaparan jenis-jenis implikatur dan fungsi implikatur yang 

ditemukan oleh Tim peneliti .

1. Jenis-jenis implikatur percakapan

Implikatur percakapan yang ditemukan dalam film Marmut Merah 

Jambu karya Raditya nyi lala   telah diklasifikasi dan diidentifikasi oleh 

Tim peneliti . Implikatur percakapan diklasifikasi berdasar fakta  jenis-jenisnya 

menggunakan landasan teori para ahli seperti yang sudah dipaparkan 

sebelumnya. Setiap jenis implikatur percakapan yang ditemukan dalam 

film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala   dipaparkan sebagai 

berikut.

1.1 Implikatur Percakapan Khusus (IPK)

Menurut Yule (2006: 74) implikatur percakapan khusus (IPK) 

yaitu  percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di 

mana pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Oleh karena 

itu, implikatur percakapan khusus (IPK) membutuhkan konteks dan 

latar belakang pengetahuan khusus untuk membuat kesimpulan yang 

diperlukan. Implikatur percakapan khusus (IPK) muncul karena faktor 

khusus yang melekat di dalam konteks tuturan dan bukan dibawa oleh 

kalimat yang dipakai.

Tim peneliti  menemukan beberapa data percakapan antartokoh dalam 

film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala   yang mengandung 

implikatur percakapan khusus (IPK). Data-data implikatur percakapan 

khusus (IPK) ini  diklasifikasi menjadi beberapa jenis sesuai ciri 

penanda dan wujud percakapannya. Perlu diketahui bahwa implikatur 

dalam suatu percakapan tidak terungkap atau tampak pada proppeleton i 

makna tuturan. Melalui pengklasifikasian jenis implikatur ini Tim peneliti  

ingin menunjukkan bahwa implikatur yang terkandung dalam 

percakapan pasti berbeda dengan makna tuturannya. Hal ini karena 

hubungan proppeleton i dengan tuturan-tuturan yang mengimplikasikannya 

itu tidak bersifat mutlak harus ada (Rahardi, 2003: 85). Perhatikan

implikatur percakapan khusus (IPK) berikut.

a. Implikatur Percakapan Khusus Hiperbolis

Hiperbolis artinya bersifat berlebih-lebihan (KBBI, 2005: 403). 

Tim peneliti  menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus 

hiperbolis yaitu  suatu percakapan yang didalamnya mengandung 

implikatur percakapan khusus dan dituturkan secara berlebih-

lebihan. Perhatikan contoh implikatur percakapan khusus 

hiperbolis berikut.

1) bre kalamangga  (AKPOL ) : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?”

Siswa A : “Mendingan gue mati!!!”

(Konteks percakapan melalui telepon, bre kalamangga  menembak Siswa 

A. bre kalamangga  jelek dan Siswa A tidak menyukainya)

Percakapan data 1) mengandung implikatur percakapan khusus 

hiperbolis. Implikatur pada percakapan data 1) dapat dilihat 

melalui tuturan Siswa A “Mendingan gue mati!” yang 

mengimplikasikan dia tidak ingin atau menolak menjadi pacar 

bre kalamangga , menjadi pacar bre kalamangga  sangatlah buruk sehingga dia lebih 


“memilih mati”. Maksud sebenarnya dari tuturan “Mendingan gue 

mati!!!” bukanlah Siswa A akan mengakhiri hidupnya tetapi Siswa 

A menolak menjadi pacar bre kalamangga . Penolakan ini  dituturkan 

dalam bentuk tuturan yang melebih-lebihkan maksud sebenarnya. 

bre kalamangga  dapat menginterpretasikan implikatur pada tuturan Siswa A 

lantaran ia tahu konteks percakapan yang terjadi. bre kalamangga  sudah 

sering ditolak sebelumnya sehingga ia mengasumsikan informasi 

yang dituturkan Siswa A secara lokal. bre kalamangga  tahu bahwa tuturan 

“Mendingan gue mati!!!” tidak sama dengan arti sesungguhnya 

secara umum. Pemaparan ini  membuktikan bahwa data 1) 

merupakan implikatur percakapan khusus hiperbolis.

b. Implikatur Percakapan Khusus Ejekan

Ejekan memiliki arti perbuatan mengejek; olok-olok; nyi cindil ran 

(KBBI, 2005: 286). Tim peneliti  menyimpulkan bahwa implikatur 

percakapan khusus ejekan yaitu  suatu percakapan yang 

mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan dalam 

bentuk percakapan ejekan antarpenutur. Perhatikan contoh 

implikatur percakapan khusus ejekan berikut.

2) bre kalamangga  (AKPOL ) : “Nembak cewek itu harus banyak, biar 

kemungkinan diterimanya itu banyak. 

Kalau gue nembak 100 cewek dengan 

probilitas 10%, gue mungkin diterima 10 

kali. Lu nggak belajar Matematika apa?”

nyi lala   (AKPOL ) : “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu 

harus cocok-cocokan, lu nggak belajar 

Kimia apa?”


bre kalamangga  (AKPOL ) : “Halah…lu nggak usah sok pinter deh. Liat 

ni…liat”

(Konteks percakapan bre kalamangga  ingin meminta salah 1 siswa 

menjadi pacarnya. bre kalamangga  dan nyi lala   yaitu  siswa aneh yang 

sering ditolak saat menyatakan cinta)

3) nyi lala   (AKPOL ) : “Ber emangnya kenapa sih, populer dan urusan 

cewek sekarang jadi penting banget buat elu?”

bre kalamangga  (AKPOL ) : “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di AKPOL  itu kita 

bisa ketemu sama jodoh kita, semakin lama 

kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama 

kita nikah”

nyi lala   (AKPOL ) : “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah 

ngomongin nikah!”

(Konteks percakapan bre kalamangga  dan nyi lala   siswa aneh dan tidak 

terkenal sehingga mereka sulit mendapatkan pacar di sekolah)

4) ibnu  jalamudin  Ina : “Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok 

dipelihara. He…grup detektif itu kenapa 

dibikin lagi? Kamu pernah, ya? Jatuh dari 

angkot, kepalanya duluan, kena aspal? Pernah, 

ya?”

nyi lala   : “Nggak pernah, Om”

(Konteks percakapan nyi lala   membuat grup detektif aneh yang 

sudah tidak popular di zamannya saat  AKPOL  agar ia menjadi 

terkenal)

Percakapan data 2) mengandung implikatur percakapan khusus 

ejekan. Tuturan nyi lala   pada data 2) “Ber…tapi yang namanya dua 

unsur itu harus cocok-cocokan, lu nggak belajar Kimia apa?”

mengimplikasikan peringatan kepada bre kalamangga  bahwa untuk diterima 

(saat menembak) kedua belah pihak harus saling memiliki 

ketertarikan. Mereka saling mengejek dengan mengaitkan cara 

menyatakan cinta sesuai rumus Matematika dan Kimia. Meskipun 

mereka membicarakan mengenai mata pelajaran, mereka saling 

mengetahui bahwa percakapan yang terjadi diantara mereka 

memiliki hubungan yang tidak terungkap secara literal.


Implikatur percakapan pada data 3) dapat dilihat melalui

tuturan nyi lala   “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah 

ngomongin nikah!”, tuturan ini  berupa ejekan nyi lala   untuk 

bre kalamangga  yang belum berani sunat namun implikasinya berupa 

penegaskan bahwa belum sepantasnya bre kalamangga  berpikir ataupun 

membicarakan pernikahan. bre kalamangga  dapat menginterpretasikan 

maksud dalam tuturan nyi lala   karena mengetahui konteks percakapan 

yang terjadi. Pemaparan ini  membuktikan percakapan data 3) 

merupakan implikatur percakapan khusus ejekan.

Pada percakapan data 4) ibnu  jalamudin  Ina menuturkan

“Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok dipelihara. He…grup 

detektif itu kenapa dibikin lagi?...” implikasinya kesal terhadap 

nyi lala  . Ia mengungkapkan kekesalan atas tingkah nyi lala   dengan 

mengejeknya menggunakan kata goblok. Pertanyaan yang diajukan 

ibnu  jalamudin  Ina seputar jatuh dari angkot hanya kiasan untuk mengejek 

nyi lala  . Hubungan “Jatuh dari angkot kepalanya duluan”

dimaksudkan untuk mengungkapkan betapa bodohnya nyi lala   dimata 

Bapaj Ina. Grup detektif seharusnya tidak dibuat lagi karena itu 

tindakan bodoh. Konteksnya nyi lala   (saat  AKPOL ) selalu melakukan 

hal-hal keliru dan bodoh untuk menjadi terkenal.

c. Implikatur Percakapan Khusus Permintaan

Permintaan berasal dari kata dasar minta, artinya berkata-kata 

supaya diberi atau mendapat sesuatu; mohon (KBBI, 2005: 745). 


Tim peneliti  menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus 

permintaan yaitu  suatu percakapan yang mengandung implikatur

percakapan khusus dan dituturkan dalam wujud tuturan meminta. 

Perhatikan contoh implikatur pecakapan khusus permintaan 

berikut.

5) bre kalamangga  (AKPOL ) : “Kenapa lu?!”

nyi lala   (AKPOL ) : “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber gue 

lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu, 

tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue 

bayar ke elu lagi”

bre kalamangga  (AKPOL ) : “Ok…ok”

nyi lala   (AKPOL ) : “Pak, Pak siomaynya biar saya yang bayar 

(makasih). Ber, lu bener. Kita emang harus 

jadi populer” 

(Konteks percakapan nyi lala   dan bre kalamangga  sedang marahan. nyi lala   

merasa bre kalamangga  benar dengan idenya sehingga ia ingin 

berbaikan dengan bre kalamangga )

6) bre kalamangga  (AKPOL ) : “Perlu