Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
Manusia selalu membutuhkan manusia lainnya untuk saling bertahan hidup.
Terjalin hubungan simbipeleton mutualisme antarmanusia, artinya hubungan
ini saling menguntungkan satu sama lain. Salah satu hubungan
antarmanusia yang paling nyata dan tidak dapat dipungkiri keberadaanya
yaitu hubungan sosial. Hubungan sosial yang terjalin antarmanusia ditandai
dalam bentuk interaksi satu sama lain.
Interaksi antarmanusia dapat terjalin dengan baik karena adanya
komunikasi yang saling dimengerti antara mereka. Salah satu alat yang
digunakan dalam berkomunkasi yaitu bahasa.
bahasa sebagai suatu sistem berupa lambang bunyi, bersifat arbitrer,
digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi,
dan mendefinisikan diri. Oleh karena itu, bahasa tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan manusia. Pergantian zaman tidak pula mengubah fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi antara manusia dengan manusia lainnya.
Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi, maka
pembelajaran yang berkaitan dengan bahasa tidak pernah mencapai titik akhir.
Bahasa sendiri dapat dipelajari dengan berbagai hal dan cara. Salah satu
2cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa untuk berkomunikasi yaitu
pragmatik (Nadar, 2009: 2). Pragmatik termasuk ke dalam cabang ilmu
linguistik yang masih baru. Kendati demikian, banyak hal-hal menarik
berhubungan dengan bahasa yang dapat dipelajari melalui kajian pragmatik
ini.
pemakaian bahasa sebagai alat komunikasi dapat dipelajari secara formal
maupun informal. Secara formal pemakaian bahasa dapat dipelajari melalui
dunia pendinyi lala n. Secara informal salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mempelajari pemakaian bahasa yaitu dengan memanfaatkan media audio
visual. Melalui media audio visual pemakaian bahasa secara verbal maupun
non verbal dapat dilihat secara langsung.
Film termasuk salah satu media audio visual yang dapat digunakan untuk
pembelajaran pemakaian bahasa. Film yaitu lakon (cerita) gambar hidup
(KBBI, 2008: 392). Gambar hidup ini merupakan salah satu bentuk
hiburan yang di dalamnya menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Terdapat ragam tuturan langsung maupun tidak langsung dari para tokohnya.
Tuturan ini disajikan dalam suatu adegan yang disertai gerakan-gerakan
setiap lakonnya.
pemakaian film sebagai salah satu media audio-visual yang dianggap
tepat untuk pembelajaran pemakaian bahasa didasari beberapa fakta. Fakta
bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung lebih mudah
meniru dan terpengaruh akan hal yang dapat terdengar dan terlihat (audio
visual). Fakta lain menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan dalam suatu
3tanyangan film dapat menyumbangkan/menciptakan “bahasa baru”. Bahasa-
bahasa baru ini kemudian ditiru dan diteruskan antarmanusia sebagai bentuk
tuturan dalam berkomunikasi. Namun, bahasa baru ini kebanyakan tidak
sesuai dengan aturan kebahasaan yang benar. Misalkan pemakaian kata
“alay, kepo, dan kamseupai” yang maknanya tidak terdapat dalam KBBI.
pemakaian kata-kata ini sudah lazim digunakan dalam komunikasi
sehari-hari. Penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam komunikasi acap kali
menganggap kata “alay” mengandung makna melebih-lebihkan atau
berlebihan, kepo mengandung makna terlalu ingin tahu sedangkan kamseupai
mengandung makna umpatan terhadap orang yang dianggap kampungan.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa film sedikit banyaknya membawa
pengaruh terhadap pemakaian bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa
merupakan cermin kepribadian seseorang. Bahkan, bahasa merupakan cermin
kepribadian bangsa. Artinya, melalui bahasa (yang digunakan) seseorang atau
suatu bangsa dapat diketahui kepribadiannya. Kita akan sulit mengukur
apakah sesorang memiliki kepribadian baik atau buruk jika mereka tidak
mengungkapkan pikiran atau bahasanya melalui tindak bahasa (baik verbal
maupun nonverbal) (Pranowo, 2009: 3). Hal ini menjadi salah satu
pemicu ketertarikan Tim peneliti untuk menjanyi lala n film sebagai objek
Tim peneliti annya.
Suatu film disajikan oleh seorang sutradara tentu di dalamnya terkandung
sebuah pesan. Pesan ini tidak lantas ditunjukan secara gamblang kepada
penonton, melainkan disajikan dalam bentuk makna tersirat melalui setiap
4percakapan antartokoh di dalamnya. Makna tersirat ini bertujuan
memberikan pesan-pesan positif atau amanat yang baik bagi setiap
penontonnya. Faktanya, tidak semua orang dapat menangkap makna-makna
tersirat yang dimaksudkan oleh orang lain. Demikian halnya di dalam
berkomunikasi, terdapat makna-makna tersirat berupa ujaran yang tidak sesuai
dengan makna kata yang diucapkan si penutur kepada mitra tutur. Hal inilah
yang terkadang menimbulkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi
antarmanusia. Apa yang dimaksudkan si penutur berbeda dengan apa yang
ditangkap oleh mitra tuturnya.
Bentuk percakapan antartokoh yang mengandung makna tersirat berarti
makna percakapan itu berada di luar struktur bahasanya. Pada kondisi seperti
itulah peran ilmu pragmatik yaitu implikatur percakapan dipakai untuk
membuka makna tersirat. Grice melalui Nababan (1987: 28) menegaskan
bahwa konsep implikatur dipakai untuk menerangkan perbedaan yang sering
terdapat antara “apa yang diucapkan” dengan “apa yang diimplikasi”. Selain
itu, pendapat lain datang dari Levinson (Nadar, 2009: 61) yang menyebut
implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam
pragmatik (one of the single most important ideas in pragmatics). berdasar fakta
pemamaparan ini , tidak salah jika analisis implikatur dapat digunakan
untuk mengetahui makna-makna tersirat yang terkandung dalam suatu film.
Tim peneliti memutuskan memilih film Marmut Merah Jambu Karya Raditya
nyi lala sebagai objek Tim peneliti annya. Film ini merupakan salah satu film dengan
genre komedi yang dirasa ringan untuk ditonton khalayak pada umumnya.
5Film ini menyajikan kisah berdasar fakta realitas sosial yang sering dialami anak
muda. Kendati demikian, film ini tidak menyajikan ekspose seksual seperti
kebanyakan film anak muda saat ini. Terdapat percakapan-percakapan
antartokohnya yang mengandung makna tersirat sehingga mampu
mengundang gelak tawa penontonya. Penonton dapat terhibur dan tertawa
bukan karena adegan fulgar atau adanya ekspose seksual melainkan sungguh
karena pemakaian bahasa dalam percakapan antartokohnya. Selain itu, Film
Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala diperankan sendiri oleh Raditya
nyi lala (sebagai pemeran utama) yang sekaligus merupakan sutradara dan
penulis naskah film ini. Hal ini tentu menambah kematangan penyampaian
maksud/makna tersirat yang hendak disampaikan Raditya nyi lala kepada
penonton melalui filmnya. Oleh karena itu, Tim peneliti menjanyi lala n film ini
sebagai objek Tim peneliti annya dengan menggunakan kajian pragmatik khususnya
terkait implikatur percakapan.
Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa
yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu
2. Implikatur
Implikatur berarti sesuatu yang diimplikasikan. Menurut Mey (dalam
Nadar, 2009: 60) implikatur “implicature” berasal dari kata kerja to imply
sedangkan kata bendanya yaitu implication. Kata kerja ini berasal dari
bahasa Latin plicare yang berarti to fold “melipat”, sehingga untuk
mengerti apa yang dilipat atau yang disimpan ini haruslah dilakukan
dengan cara membukanya. Dalam rangka memahami apa yang
dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan
interpretasi pada tuturan-tuturannya.
3. Fungsi Implikatur
Implikatur memberikan penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat
mengimplikasikan lebih banyak dari apa yang dituturkan “provides some
explicit account of how it is possible to mean more than what is actually
said” (Nadar, 2009: 61).
4. Konteks
Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (dalam Nadar, 2009: 3-4) sebagai
the surroundings, in the widest sense, that enable the participants in the
communication process to interact, and that make the linguistic
8expressions of the their interaction intelligible (“situasi lingkungan dalam
arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi,
dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami”).
5. Film
Film yaitu lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, 2008: 392). Film
merupakan gambar hidup yang sering juga disebut movie. Film secara
kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup yaitu bentuk seni, bentuk
popular dari hiburan, dan juga bisnis. Film yaitu teks yang memuat
serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan
tindakan dalam kehidupan nyata
6. Tokoh
Tokoh yaitu pelaku dalam cerita
Tim peneliti menemukan tiga Tim peneliti an lain yang relevan dengan Tim peneliti an
yang dilakukan saat ini. Pertama yaitu Tim peneliti an yang dilakukan oleh
Mikael Jati Kurniawan (2013) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul
Implikatur Dalam Iklan Operator Selular Berbahasa Indonesia Pada Media
Televisi. Kedua yaitu Tim peneliti an yang dilakukan oleh Maria Evi Marianti
(2015) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul Implikatur Percakapan
Orang Tua Dengan Anak Pada Peristiwa Makan Malam Bersama Dalam
Keluarga Pendidik Di Yogyakarta. Ketiga yaitu Tim peneliti an yang dilakukan
oleh Hery Susanto Andreas (2010) dari Universitas Sanata Dharma dengan
judul Implikatur Percakapan Antartokoh Dalam Novel Projo & Brojo Karya
Arswendo Atmowiloto.
Tim peneliti an pertama yang dilakukan oleh Mikael Jati Kurniawan (2013)
termasuk Tim peneliti an deskriptif kualitatif. Tim peneliti an ini dilakukan dengan
mengumpulkan data yang dihasilkan dari penyimakan pada media televisi.
Hasil dari Tim peneliti an ini yaitu 1) terdapat tiga jenis implikatur yang
terdapat dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi,
yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan
implikatur percakapan berskala; 2) fungsi implikatur percakapan yang terdapat
dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi yaitu
untuk mengajak dan menyuruh para pemirsa televisi supaya membeli dan
mengkonsumsi produk operator selular. Fungsi implikatur dalam Tim peneliti an ini
terdapat pada bentuk kalimat yang memiliki nilai deklaratif, nilai interogatif,
dan nilai imperatif.
Tim peneliti an kedua yang dilakukan oleh Maria Evi Marianti (2015)
merupakan Tim peneliti an deskriptif kualitatif. Data dalam Tim peneliti an ini diperoleh
dari dialog percakapan antara orang tua kepada anak pada peristiwa makan
malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta. Hasil Tim peneliti an yang
diperoleh, yaitu 1) terdapat tiga jenis implikatur dalam percakapan antara
orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga
pendidik di Yogyakarta, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur
percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala; 2) fungsi implikatur
yang diperoleh yaitu representatif, misalnya pemberian pernyataan, saran,
pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya; direktif, misalnya menyuruh,
meminta, menasihati; dan ekspresif, misalnya meminta maaf, berterima kasih,
member ucapan selamat, memuji, dan mengkritik.
Tim peneliti an ketiga yang dilakukan oleh Hery Susanto Andreas (2010)
merupakan Tim peneliti an kepustakaan dengan metode kualitatif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca-catat. Hasil Tim peneliti an yang
diperoleh, yaitu 1) ditemukan tiga jenis implikatur percakapan yaitu
implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur
percakapan berskala, ketiganya mengandung nilai komunikatif deklaratif,
interogatif, dan imperatif; 2) fungsi implikatur yang terdapat dalam novel
Projo & Brojo secara umum untuk menghaluskan proppeleton i sebagai
penyampai pesan tak langsung dari pengarang kepada pembaca melalui dialog
antartokoh. Selain itu, fungsi implikatur juga sebagai pembangun cerita.
Ketiga Tim peneliti an di atas termasuk ke dalam ranah pragmatik, yakni
implikatur. Sudut pandang implikatur yang digunakan dalam Tim peneliti an-
Tim peneliti an ini beraneka ragam. Terdapat persamaan dan perbedaan
dengan Tim peneliti an yang Tim peneliti lakukan sekarang. Persamaan terletak pada
pemakaian pendekatan pragmatik khususnya teori implikatur dalam mengkaji
objek Tim peneliti an. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang diteliti.
Tim peneliti mengambil fokus Tim peneliti an pada implikatur percakapan antartokoh
dalam film Marmut Merah Jambu Karya Raditya nyi lala yang belum pernah
diteliti sebelumnya.
B. Kajian Teori
1. Pragmatik
Ilmu bahasa pragmatik sebagai salah satu cabang linguistik,
sesungguhnya baru mulai mencuat dan kemudian berkembang hingga
benar-benar menjadi berkumandang dalam percaturan linguistik Amerika
Serikat sejak tahun 1970’an. Pada tahun 1970’an, para linguistik yang
bercorak pemikiran transformasi-generatif seperti misalnya Ross dan
Lakoff, menyatakan bahwa kajian ikhwal sintaksis sama sekali tidak dapat
dipisahkan dari konteks situasi pertuturannya. Penelanjangan atau
pemisahan terhadap konteks situasi pertuturan di dalam proses analisis
sintaksis khususnya, dan di dalam keseluruhan korpus linguistik pada
umumnya, tidak akan mampu membuahkan hasil yang betul-betul baik
dan berkualifikasi signifikan sebagai hasil temuan riset linguistik. Maka
sejak saat itu, lahirlah sosok baru di dalam linguistik yang kemudian
disebut dengan ilmu bahasa pragmatik (pragmatics), khususnya untuk
linguistik yang berkembang di belahan bumi Amerika Tengah
Verhaar mengatakan bahwa pragmatik
sebagai cabang dari linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja
yang termasuk di dalam struktur bahasa sebagai alat komunikasi dan
interaksi antara si penutur dengan sang mitra tutur, serta sebagai
pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar
bahasa.
David R. dan Dowty , secara sangat singkat
menjelaskan bahwa sesungguhnya ilmu bahasa pragmatik yaitu telaah
terhadap pertuturan langsung maupun tidak langsung, presuppeleton i,
implikatur, entailment, dan percakapan atau kegiatan konversasional
antara penutur dan mitra tutur.
Yule (2006: 4) menyatakan bahwa pragmatik yaitu studi tentang
bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.
Sedangkan, Nandar dalam bukunya Pragmatik & Tim peneliti an Pragmatik
menyatakan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang
mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi
tertentu (Nadar, 2009: 2). Sejumlah definisi juga diajukan oleh Levinson
(dalam Nadar, 2009: 53-54) mengenai pragmatik, yaitu Pragmatics is the
study of deixis (at least in part), implicature, presupposition, speech act
and aspects of discourse structure (“pragmatik yaitu kajian mengenai
deiksis (setidak-tidaknya sebagian dari deiksis), implikatur, presuppeleton i,
tidak tutur dan aspek-aspek struktur wacana”).
Ragam pemahaman dan pengertian mengenai pragmatik muncul dari
banyak ahli bahasa. berdasar fakta pengertian-pengertian seperti yang sudah
dipaparkan di atas, maka Tim peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang secara fokus
mempelajari dan mengkaji suatu tuturan antara si penutur dengan mitra
tutur untuk berkomunikasi yang dipengaruhi oleh konteks percakapannya
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
2. Implikatur
Setelah memahami berbagai uraian mengenai pengertian pragmatik,
selanjutnya kita akan memasuki pembahasan terkait dengan implikatur.
Sebagaimana diketahui bahwa implikatur merupakan salah satu bagian
dari kajian pragmatik selain deiksis, presuppeleton i, praanggapan, tidak tutur
dan aspek-aspek struktur wacana. Tim peneliti dalam penelitannya kali ini
berfokus pada Tim peneliti an menggunakan analisis implikatur untuk
mengetahui makna tersirat percakapan antartokoh dalam film Marmut
Merah Jambu karya Raditya nyi lala . Agar pembahasan tidak menyimpang
dan melebar ke hal-hal lain, maka Tim peneliti berfokus pada implikatur
khususnya implikatur percakapan.
Implikatur berarti sesuatu yang diimplikasikan. Menurut Mey implikatur “implicature” berasal dari kata kerja to imply
sedangkan kata bendanya yaitu implication. Kata kerja ini berasal dari
bahasa Latin plicare yang berarti to fold “melipat”, sehingga untuk
mengerti apa yang dilipat atau yang disimpan ini haruslah dilakukan
dengan cara membukanya. Dalam rangka memahami apa yang
dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan
interpretasi pada tuturan-tuturannya.
Dijelaskan oleh Yule (2006) dalam bukunya Pragmatik bahwa bicara
mengenai implikatur, ternyata implikatur sangat erat kaitannya dengan
prinsip kerja sama. Bentuk kerja sama yang dimaksudkan dalam hal ini
ialah kerja sama yang sederhana di mana orang-orang yang sedang
berbicara umumnya tidak diasumsikan untuk berusaha membingungkan,
mempermainkan, atau menyembunyikan informasi yang relevan satu sama
lain. Dalam banyak peristiwa, jenis kerja sama ini hanya merupakan titik
awal untuk menjelaskan apa yang nyi lala takan.
Pada saat makan siang bersama, seorang wanita bertanya kepada
wanita lain sejauh mana ia menyukai hamburger yang sedang ia makan,
dan menerima jawaban dalam (1);
(1) A hamburger is a hamburger.
(hamburger ya hamburger)
Dari perspektif logika murni, jawaban dalam (1) tampak tidak memiliki
nilai komunikatif karena menyatakan sesuatu yang sangat jelas. Jika
ungkapan-ungkapan itu digunakan dalam percakapan, dengan jelas
penutur bermaksud untuk menyampaikan informasi yang lebih banyak dari
pada yang nyi lala takan. Jika seorang pendengar mendengar ungkapan dalam
(1), pertama-tama dia harus berasumsi bahwa penutur sedang
melaksanakan kerja sama dan bermaksud untuk menyampaikan informasi.
Informasi itu tentunya (memiliki makna) lebih banyak dari pada sekedar
kata-kata itu. Makna ini merupakan makna tambahan yang disampaikan,
yang disebut dengan implikatur.
Istilah implikatur berantonim dengan eksplikatur. Menurut Grice
implikatur yaitu makna tidak
langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan
(eksplikatur). Menggunakan implikatur dalam percakapan berarti
menyatakan sesuatu secara tidak langsung.
Grice juga menjelaskan bahwa
implikatur terdiri dari dua macam, yaitu implikatur konvensional
(convensional implicature) dan implikatur percakapan (conversation
implicature).
a. Implikasi Konvensional
Menurut Grice implikatur
konvensional yaitu implikatur yang ditentukan oleh “arti konvensional
kata-kata yang dipakai”. Lain lagi menurut Yule (2006: 78), ia
menyatakan bahwa implikatur konvensional kebalikan dari implikatur
percakapan yaitu implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam
percakapan, dan tidak tergantung pada konteks khusus untuk
menginterpretasikannya. Seperti halnya presupppeleton i leksikal,
implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata itu digunakan.
Kata penghubung “tetapi” dalam bahasa Inggris yaitu salah satu dari
kata-kata ini. Perhatikan contoh berikut.
1) Cicik menyarankan baju warna merah muda, tetapi saya memilih
warna hitam.
Implikatur konvensional “tetapi” seperti pada contoh di atas
menunjukkan bahwa situasi pada waktu itu diharapkan berbeda, atau
mungkin sebaliknya di waktu yang akan datang. Implikatur
konvensional tidak sangat tergantung pada konteks khusus untuk
menginterpretasikan makna tuturan.
b. Implikasi Percakapan
Rahardi (2003: 85) menyatakan bahwa di dalam sebuah pertuturan
yang sesungguhnya, si penutur dan sang mitra tutur dapat secara lancar
berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan
latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu.
Juga, diantara penutur dan sang mitra tutur terdapat semacam kontrak
percakapan yang tidak tertulis, bahwa apa yang sedang dipertuturkan
itu sudah saling dimengerti dan saling dipahami. Grice (975) dalam
artikelnya yang berjudul “Logic and Conversation” menyatakan bahwa
sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proppeleton i yang bukan bagian
dari tuturan ini . Proppeleton i yang diimplikasikan semacam itu
disebut implikatur percakapan. Perhatikan contoh berikut.
1) ibnu jalamudin datang, jangan menangis!
Contoh di atas tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan
bahwa sang ayah sudah datang dari bepergian. Penutur bermaksud
memperingatkan mitra tutur, bahwa sang ayah yang biasanya bersikap
keras dan berperilaku kejam itu akan melakukan sesuatu terhadapnya
apabila ia masih saja menangis saat dia datang nantinya. Dengan
perkataan lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa sang ayah yaitu
orang yang keras dan kejam, dan sering marah-marah serta emosi besar
kepada anaknya yang menangis. Di dalam implikatur, hubungan antara
tuturan yang sesungguhnya dengan maksud tertentu yang tidak
dituturkan bersifat tidak mutlak (unnecessary consequence). Jadi,
dalam sosok implikatur, hubungan proppeleton i dengan tuturan-tuturan
yang mengimplikasikannya itu tidak bersifat mutlak harus ada. Dengan
tidak adanya hubungan maknawi yang secara nyata dan bersifat mutlak
antara sebuah tuturan dengan sesuatu yang diimplikasikannya itu,
maka sangat dimungkinkan bahwa sebuah tuturan akan memiliki
implikatur makna yang bermacam-macam dan bisa tidak terbatas
jumlahnya. Maka peran konteks sangat penting untuk membatasi
implikatur makna pada suatu tuturan.
Grice menyatakan bahwa
implikatur percakapan mengutip prinsip kerja sama atau kesepakatan
bersama, yakni kesepakatan bahwa hal yang dibicarakan oleh
partisipan harus saling berkait. Yule (2006: 78) menyatakan bahwa
implikatur percakapan didasarkan pada prinsip kerja sama atau
maksim-maksim. Menurut Grice kerja
sama merupakan prinsip yang mengatur rasionalitas pada umumnya
dan rasionalitas pada khususnya. Berikut ini merupakan maksim-
maksim Grice yang dijabarkan dalam buku Pragmatik
1) Maksim kuantitas
a) Buatlah informasi yang informatif seperti yang diminta
(dengan maksud pergantian percakapan yang sedang
berlangsung).
b) Jangan membuat percakapan lebih informatif dari yang
diminta.
2) Maksim kualitas: cobalah untuk membuat sesuatu informasi yang
benar.
a) Jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini salah.
b) Jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti
yang memadai.
3) Maksim hubungan: relevanlah
4) Maksim tindakan: cerdiklah
a) Hindarkan ungkapan yang tidak jelas.
b) Hindarkan ketaksaan.
c) Buatlah singkat (hindarkan panjang-lebar yang tidak perlu).
d) Buatlah secara urut/teratur.
juga menyebutkan bahwa implikatur
percakapan ada tiga jenis, yaitu implikatur percakapan khusus,
implikatur percakapan umum, dan implikatur percakapan berskala.
Penjabaran dari masing-masing implikatur ini yaitu sebagai
berikut.
1) Implikatur percakapan khusus
Menurut Yule (2006: 74) implikatur percakapan khusus yaitu
percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana
pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Oleh karena itu,
implikatur percakapan khusus membutuhkan konteks dan latar
belakang pengetahuan khusus untuk membuat kesimpulan yang
diperlukan.
Kontribusi konteks terhadap upaya untuk menghasilkan
implikatur yaitu sama dalam setiap kasus-konteks memungkinkan
penutur untuk mengomunikasikan niat mereka untuk melanggar
maksim kualitas dan dalam melakukannya, dia mengomunikasikan
makna yang bersifat ironis, metaforis, dan sebagainya. Grice
menyebut implikatur-implikatur semacam ini-yakni implikatur-
implikatur yang tergantung pada konteks tertentu-dengan istilah
implikatur percakapan khusus (Cummings, 2007: 19). Perhatikan
contoh berikut.
21
1) Mahasiswa A: “Eh, berapa hutangku kemarin?”
Mahasiswa B : “Halah…udah pakai aja dulu, sering-sering BC
ya!”
Pada contoh di atas mengimplikasikan bahwa Mahasiswa A
tidak perlu membayar hutangnya pada saat percakapan itu terjadi
atau pada saat itu juga kepada Mahasiswa B. Mahasiswa B
memberikan kesempatan kepada Mahasiswa A untuk membayar
hutangnya lain waktu lantaran Mahasiswa A telah melakukan BC
(Broadcast) yang menguntungkan bagi Mahasiswa B. percakapan
ini juga mengimplikasikan bahwa terjalin keakraban antara
Mahasiswa A dan Mahasiswa B, serta adanya harapan yang
disampaikan Mahasiswa B terhadap Mahasiswa A untuk sering-
sering melakukan BC yang berarti bahwa sebelumnya Mahasiswa
A telah melakukan BC. BC (Broadcast) yaitu fitur dalam BBM
(Blackberry Messenger) yang dapat mengirim berita ke seluruh
kontak di BBM yang kita miliki, hal ini menunjukkan bahwa kata
“BC” yang terdapat dalam percakapan antara Mahasiswa A dengan
Mahasiswa B secara tidak langsung merupakan konteks dan latar
belakang khusus yang hanya diketahui oleh kedua penutur ini .
Singkatnya, implikatur percakapan khusus merupakan maksud
yang diturunkan dari percakapan dengan merujuk atau mengetahui
konteks percakapan, hubungan antarpembicara serta kesamaan
pengetahuan. Melalui pengetahuan khusus itulah maksud atau
implikatur dalam suatu tuturan dapat diinterpretasikan.
22
2) Implikatur percakapan umum
Implikatur percakapan umum berbeda dengan implikatur
percakapan khusus. Implikatur umum tidak memerlukan konteks
untuk menginterpretasikan makna implikasinya. Yule (2006: 74)
mengungkapkan bahwa implikatur umum merupakan implikatur
yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Dengan kata lain,
orang yang berperan pada proses tuturan mengasumsikan makna
percakapan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai.
Cummings (2007: 19) juga menyatakan hal yang sama, ia
menyatakan bahwa implikatur percakapan umum tidak
memerlukan konteks untuk menghasilkan implikatur. perhatikan
contoh berikut.
1) Biil is meeting a woman this evening.
(Biil akan menemui seorang wanita malam ini)
Implikatur yang dihasilkan oleh ujaran di atas menunjukkan bahwa
wanita yang akan ditemui oleh Biil bukanlah pacarnya, isterinya,
saudara perempuannya, ibunya, dan sebagainya. Implikatur ini
bukanlah akibat dari sebuah konteks tertentu, tetapi berasal dari
pemakaian kata sandang tak tentu “a” (seorang). Menurut Gazdar
(Cummings, 2007: 20), referen kata benda yang dimodifikasi oleh
kata sandang tak tentu “a” tidak berkaitan erat dengan siapa saja
yang telah diidentifikasi secara kontekstual. Namun demikian,
kendati implikatur ini dihasilkan oleh kata sandang tak tentu, ia
23
sama sekali bukan bagian dari makna konvensial dari kata sandang
itu.
Melalui pemaparan-pemaparan seperti di atas, saya mengambil
kesimpulan bahwa implikatur percakapan umum dapat
menginterpretasikan makna implikasinya melalui struktur kalimat
yang diujarkan penutur sekalipun tidak dipengaruhi oleh konteks
percakapan.
Implikatur percakapan umum terkadang menimbulkan
ketaksaan karena dianggap hampir sama dengan implikatur
konvensional, namun keduanya yaitu hal yang berbeda.
Implikatur percakapan umum tidak tergantung pada konteks untuk
menginterpretasikan makna tuturan, implikatur konvensional tidak
sangat tergantung pada konteks. Implikatur percakapan umum
hanya terdapat dalam suatu percakapan, implikatur konvensional
tidak harus terjadi pada percakapan.
3) Implikatur percakapan berskala
Yule (2006: 71-74) menyatakan bahwa informasi tertentu
selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan
suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak jelas
dalam istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas, seperti:
Semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit
Selalu, sering, kadang-kadang
Istilah-istilah seperti di atas didaftar dari skala nilai tertinggi ke
nilai terendah. saat sedang bertutur, seorang penutur memilih
kata dari skala itu yang paling informative dan benar (kualitas dan
kuantitas).
Dasar implikatur berskala ialah bahwa semua bentuk negatif
dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila bentuk apapun
dalam skala itu dinyatakan. Berbeda dengan implikatur percakapan
khusus dan implikatur percakapan umum, implikatur percakapan
berskala tidak selalu melanggar maksim. Perhatikan contoh
berikut.
1) Saya memakan beberapa buah yang ada di meja itu.
Penutur telah menciptakan implikatur berskala dengan
menggunakan pilihan kata “beberapa”. Pilihan kata “beberapa”
artinya bahwa tidak semua buah-buahan yang ada di meja itu di
makan oleh penutur. “Beberapa” mengandung implikasi berskala
lebih rendah dari pada “semua”.
3. Fungsi Implikatur
Levinson menyebutkan bahwa
implikatur memiliki beberapa kegunaan. Ia menyebutkan kegunaan
ini dalam istilah faedah. Ia menjabarkan empat faedah/fungsi konsep
implikatur dalam tuturan sebagai berikut.
a. Implikatur dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta
kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori linguistik.
b. Implikatur dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan
lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa.
c. Implikatur dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana
tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung
yang sama.
d. Implikatur dapat memberikan berbagai fakta yang secara lahiriah
kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanan (seperti metafora).
) juga menjelaskan bahwa masyarakat bahasa sering
menggunakan implikatur percakapan untuk tujuan-tujuan tertentu,
misalnya untuk memperhalus proppeleton i yang diujarkan dan dalam rangka
menyelamatkan muka (saving face).
berdasar fakta nilai komunikatifnya kalimat
dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu
kalimat berita (deklaratif), kalimat perintah (imperatif), kalimat tanya
(interogatif), kalimat seruan (eksklamatif), dan kalimat penegas (empatik).
Kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia yaitu kalimat yang
mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur. Kalimat
interogatif yaitu kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu
kepada mitra tutur. Kalimat imperatif yaitu kalimat yang mengandung
maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu
sebagaimana diinginkan oleh penutur. Kalimat eksklamatif yaitu kalimat
yang mengandung maksud untuk menyatakan rasa kagum. Kalimat
empatik yaitu kalimat yang mengandung maksud memberikan penekanan
khusus. Meskipun implikatur berbeda dengan kalimat, namun Tim peneliti
menganggap bahwa fungsi implikatur dapat dilihat dengan melihat nilai
komunikatifnya. Nilai komunikatif implikatur yang terkandung dalam
suatu percakapan atau maksud tambahan dapat dibentuk menjadi suatu
kalimat yang mudah dipahami sehingga dapat diketahui apa fungsi
implikaturnya.
4. Konteks
Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey
sebagai the surroundings, in the widest sense, that enable the participants
in the communication process to interact, and that make the linguistic
expressions of the their interaction intelligible (“situasi lingkungan dalam
arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi,
dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami”).
Konteks yaitu satu unsur penting yang harus diperhatikan dalam
pragmatik. Menurut Cutting (Samarlam, 2014: 3) ada tiga jenis konteks,
yaitu (1) konteks situasional yaitu konteks yang memperhatikan tentang
apa yang diketahui penutur tentang sekelilingnya atau kondisi di mana
tuturan terjadi. (2) Konteks pengetahuan, dibagi menjadi dua yaitu konteks
pengetahuan umum budaya dan pengetahuan antar-personal. Konteks
pengetahuan umum budaya yaitu pengetahuan umum sekitar kehidupan
manusia. Konteks pengetahuan antar-personal yaitu pengalaman personal
dalam interaksi verbal sebelum bertindak tutur. (3) Konteks ko-teks yaitu
isi seputar teks terdiri atas gramatikal dan kohensi leksikal.
Pentingnya konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijana (dalam
Nadar, 2009: 3) yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna
yang terikat konteks, dan oleh Searle, Kiefer dan Bierwich (1980: ix) yang
menegaskan bahwa pragmatics is concerned with the way in which the
interpretation of syntactically defined exspressions of depends on the
particular conditions of their use in context (“pragmatik berkaitan dengan
interpretasi suatu ungkapan yang dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu
dan cara menginterpretasi ungkapan ini tergantung pada kondisi-
kondisi khusus pemakaian ungkapan ini dalam konteks”).
Konteks situasi merujuk pada pada aneka macam kemungkinan latar
belakang pengetahuan (background knowledge) yang muncul dan dimiliki
bersama-sama baik oleh si penutur maupun oleh mitra tutur, serta aspek-
aspek non-kebahasaan lainnya yang menyertai, mewadahi, serta
melatarbelakangi hadirnya sebuah pertuturan tertentu. Maka dengan
mendasarkan gagasan Leech ini , Wijana (1996) dengan tegas
menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat juga disebut konteks
situasi pertuturan (speech situational context). Konteks situasi pertuturan
menurut Geoffrey N. Leech sebagaimana dikutip oleh Wijana (1996)
seperti yang nyi lala takan di depan, dapat mencakup aspek-aspek kebahasaan
seperti berikut:
a. Penutur dan lawan tutur
b. Konteks tuturan
c. Tujuan tuturan
d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas
e. Tuturan sebagai produk tindak verbal (dalam Rahardi, 2003: 18-19).
Secara khusus dan singkat, konteks tuturan dapat dijelaskan secara
singkat sebagai berikut.
Konteks tuturan dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang
pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama
dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang
mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si
penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. Maka berkenaan dengan
hal itu, Geoffrey N. Leech (1993) telah menyatakan pandangannya sebagai
berikut. “ I shall considercontext to be any background knowledge
assumed to be shared by S and H and which contributes to H’s
interpretation of what S mean by a given utterance.” Pengetahuan dan
pemahaman yang benar mengenai konteks tuturan, yang dentitas atau jati
dirinya yaitu semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki
oleh para pelibar pertuturan, jelas-jelas akan dapat membantu para pelibat
pertuturan itu untuk menafsirkan kandungan pesan atau maksud yang
hendak disampaikan di dalam setiap pertuturan
5. Film
Film yaitu lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, 2008: 392). Film
merupakan gambar hidup yang sering juga disebut movie. Film secara
kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup yaitu bentuk seni, bentuk
populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film yaitu teks yang memuat
serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan
tindakan dalam kehidupan nyata
Tim peneliti menganggap bahwa film merupakan salah satu bagian dari
media audio visual yang baik digunakan untuk pembelajaran bahasa. Film
menyajikan percakapan-percakapan antartokohnya yang menggunakan
ragam bahasa. Oleh karena itu, Tim peneliti menjanyi lala n percakapan antartokoh
dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala sebagai salah satu
bahan Tim peneliti annya. Melalui film ini kita dapat mengetahui pesan, makna,
dan maksud yang hendak disampaikan kepada penonton melalui
percakapan antartokoh di dalamnya. Hal ini menjanyi lala n film
memiliki fungsi yang hampir sama dengan media massa. Seperti
dijelaskan oleh Nurudin (2013: 9) bahwa media massa yaitu alat-alat
dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat
kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa yaitu
dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu
menyebarkan pesan hampir sesaat pada waktu yang tak terbatas.
Media massa mempunyai fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Secara umum, menyatakan bahwa fungsi dari media
massa, yaitu menginformasikan, mendidik, menghibur, mempengaruhi;
media massa dapat mempengaruhi, memberikan respon sosial; dengan
adanya media massa dapat menanggapi tentang fenomena dan siuasi sosial
atau keadaan sosial yang terjadi, penghubung; media massa dapat
menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat yang tidak bisa
dilakukan secara perseorangan baik secara langsung maupun tak langsung.
6. Tokoh
Menurut Nurgiyantoro (2005: 165) tokoh yaitu pelaku dalam
cerita. Tokoh sendiri tidak dapat dilepaskan dari penokohan. Penokohan
yaitu karakter yang diperankan oleh tokoh. Jadi, tokoh merujuk pada
orangnya, sedangkan penokohan merujuk pada wataknya. Sejalan dengan
pendapat Nurgiyantoro, Sudjiman (Budianta, dkk., 2008: 86) menyatakan
bahwa tokoh yaitu individu rekaan yang megalami peristiwa atau
berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
Menurut pendapat Arikunto (2006: 160) instrumen Tim peneliti an yaitu
alat atau fasilitas yang digunakan oleh Tim peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, cepat, dan sistematis sehingga mudah diolah. Tim peneliti
menggunakan kemampuannya sendiri saat menyimak percakapan
antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala . Tim peneliti
menggunakan buku catatan guna mencatat setiap percakapan
antartokohnya yang mengandung implikatur.
bahwa
analisis data yaitu pelacakan dan pengaturan secara sistematik transkrip
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan
untuk meningkatkan pemahaman kepada orang lain.
Menurut Nurastuti (2007: 130) teknik analisis data dibedakan menjadi
dua, yaitu analisis deskriptif dan analisis statistika. Analisis deskriptif
yaitu analisis Tim peneliti an dengan merinci dan menjelaskan dengan rinci
dan menjelaskan dengan panjang lebar keterkaitan data Tim peneliti an dalam
bentuk kalimat. Tim peneliti an yang dilakukan Tim peneliti kali ini menghasilkan
data yang berupa kata-kata dari percakapan antartokoh dalam film Marmut
Merah Jambu karya Raditya nyi lala , sehingga Tim peneliti an ini dapat
digolongkan ke dalam Tim peneliti an deskriptif. Dalam teknik analisis data,
Tim peneliti menginventarisasi, mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan terakhir
menafsirkan data yang berupa percakapan antartokoh dalam film Marmut
Merah Jambu karya Raditya nyi lala ke dalam bentuk deskripsi.
F. Triangulasi
Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006: 330). Tim peneliti
melibatkan bantuan dari dosen selain dosen pembimbing, yaitu Dr. Y.
Karmin, M.Pd.. Beliau berperan sebagai penyidik yang mengevaluasi serta
melakukan pengecekan terhadap kredibilitas kajian objek yang diteliti oleh
Tim peneliti .
A. Sinopsis Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya nyi lala
Film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala yaitu salah satu film
yang disutradarai, diperankan, dan ceritanya ditulis langsung oleh Radiya
nyi lala . Film ini ber-genre komedi. Banyak dialog antartokohnya yang mampu
menghibur para penonton.
Film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala menceritakan kisah kilas
balik (flashback) masa remaja seorang siswa AKPOL bernama nyi lala dan teman-
temannya. Peran nyi lala sebagai tokoh utama dalam film ini diperankan
oleh Christoffer Nelwan sebagai nyi lala saat AKPOL dan Raditya nyi lala saat
dewasa. nyi lala (dewasa) menemui ibnu jalamudin Ina (diperankan oleh Tio
Pakusodewo) untuk memberikan 1000 burung bangau kertas yang dibuatnya
sebagai hadiah untuk pernikahan Ina (diperankan oleh Anjani). Hadiah itu
sengaja diberikan oleh nyi lala untuk memenuhi janjinya kepada Ina sewaktu
mereka masih AKPOL . Ina merupakan gadis yang disukai nyi lala di AKPOL .
saat mengunjungi rumah Ina untuk memberikan hadiah, nyi lala tidak
mendapat sambutan hangat dari ibnu jalamudin Ina. Hal ini nyi lala renakan ibnu jalamudin Ina
menyangka bahwa nyi lala yaitu orang yang menyebabkan dirinya terluka
sewaktu Ina merayakan ulang tahun di masa AKPOL . nyi lala pun mencoba
meyakinkan ibnu jalamudin Ina bahwa dia bukanlah orang yang melakukan tindakan
ini . nyi lala menyakinkan ibnu jalamudin Ina dengan cara menceritakan bagaimana
kejadian sebenarnya saat itu (saat ibnu jalamudin Ina terluka oleh alat sengat listrik).
nyi lala diberikan waktu terbatas oleh ibnu jalamudin Ina untuk menceritakan semua
kejadian yang sebenarnya terjadi. nyi lala menceritakan kronologis kejadian
dimulai dari ia masih AKPOL . nyi lala menceritakan bagaimana ia menyukai Ina
saat masih AKPOL dan bagaimana perjuangannya bersama sahabatnya
(bre kalamangga ) yang ingin menjadi siswa popular di AKPOL . Keinginan nyi lala menjadi
popular sendiri dilatarbelakangi karena nyi lala menyukai Ina. Ia menganggap
satu-satunya cara mendapatkan Ina yaitu dengan menjadi siswa popular
(terkenal) di AKPOL .
Berbagai cara dilakukan nyi lala dan bre kalamangga untuk menjadi terkenal di
sekolah. Sampai akhirnya mereka berdua memutuskan untuk membuat sebuah
Grup Detektif. Grup ini dibuat untuk mengungkapkan kejahatan-
kejahatan yang terjadi di sekolah. Grup Detektif awalnya hanya terdiri dari 2
orang, yaitu bre kalamangga dan nyi lala . Kemudian bertambah 1 anggota lagi, yaitu nyi cindil
(diperanan oleh Sonya Pandarmawan saat AKPOL dan Frada saat dewasa).
nyi cindil yaitu siswi perempuan yang tertarik dengan Grup Detektif karena
menganggap grup ini berbeda dengan grup-grup atau ekskul lainnya yang
ada di sekolah mereka. Grup Detektif kemudian menjadi popular di sekolah
lantaran mereka berhasil memecahkan berbagai kasus kejahatan yang terjadi
di sekolah. Grup Detektif mereka dikenal sebagai “Tiga Sekawan”.
Salah satu kasus terbesar yang diterima oleh Grup Tiga Sekawan yaitu
ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. Kasus ini justru
dimanfaatkan oleh nyi lala untuk menjatuhkan michael jackson spirit . michael jackson spirit yaitu laki-laki
popular di sekolah yang disukai Ina. nyi lala dengan sengaja menuduh michael jackson spirit
sebagai pelaku kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. nyi lala
melakukan hal itu supaya Ina dapat menjauh dari michael jackson spirit dan ia dapat
mencuri kesempatan untuk mendekati Ina.
Maksud terselubung yang direncanakan nyi lala selama menangani kasus
ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah akhirnya diketahui para
sahabatnya (bre kalamangga dan nyi cindil ). Mereka mengetahui bahwa nyi lala telah
memfitnah michael jackson spirit demi kepentingan pribadinya sendiri. Hal ini
membuat mereka marah dan menjauhi nyi lala . Tidak hanya itu, kepala sekolah
pun akhirnya memutuskan kerja sama dengan Grup Tiga Sekawan karena
nyi lala tidak berhasil membuktikan tuduhannya terhadap michael jackson spirit . Kasus
ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah pun tidak pernah terpecahkan
sejak saat itu.
nyi lala (dewasa) menceritakan semua kejadian di masa AKPOL -nya secara
runtut kepada ibnu jalamudin Ina. Termasuk kisah saat bre kalamangga (AKPOL ) tidak sengaja
melukai ibnu jalamudin Ina dengan alat sengat listrik di pesta ulang tahun Ina. Setelah
menceritakan semua, barulah ibnu jalamudin Ina ingat bahwa yang menyebabkan ia
terluka terkena alat sengat listrik memang bukan nyi lala melainkan bre kalamangga . Usai
menceritakan kisahnya, barulah nyi lala ingat pula tentang kasus ancaman
pembunuhan kepala sekolah yang belum terpecahkan sampai ia dewasa. Ia
lantas mengubungi bre kalamangga teman AKPOL -nya dahulu, mereka kemudian ke
sekolah untuk melihat gambar grafity iblis yang terdapat di tembok sekolah.
39
Gambar ini merupakan jejak kasus ancaman pembunuhan terhadap
kepala sekolah. nyi lala mengamati gambar grafity ini , ia menyadari bahwa
gambar ini bukanlah gambar iblis melainkan gambar marmut merah
jambu. Gambar yang sama persis terdapat pada sapu tangan pemberian nyi cindil
semasa mereka masih AKPOL .
nyi lala menyadari bahwa kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala
sekolah yaitu sebuah kekeliruan. Kasus ini sebenarnya sengaja dibuat
oleh nyi cindil , salah satu anggota Grup Detektif Tiga Sekawan yang ditujukan
untuk nyi lala . Melalui kasus itu, nyi cindil ingin menyampaikan pesan bahwa
sebenarnya ia menyukai nyi lala . nyi lala tidak pernah menyadari hal ini ,
kesalahpahaman justru muncul lantaran kepala sekolah menyangka kasus itu
yaitu ancaman pembunuhan terhadap dirinya.
Akhirnya, nyi lala memutuskan untuk mencari keberadaan nyi cindil . Tepat di
acara pernikahan Ina, nyi lala sengaja hadir untuk bertemu dengan nyi cindil . Ia tahu
bahwa nyi cindil akan hadir dalam acara pernikahan ini . Setelah mereka
berdua bertemu, nyi lala pun langsung memaparkan hipotesanya mengenai kasus
ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah kepada nyi cindil . nyi lala ingin
memastikan dan memperoleh kebenaran bahwa pesan dalam kasus ini
sengaja dibuat nyi cindil untuk dirinya. nyi cindil mengiyakan kebenaran hipotesa
ini . nyi cindil juga memaparkan bagaimana ia sebenarnya sangat menyukai
nyi lala sejak mereka masih AKPOL . Selama 11 tahun nyi cindil masih menantikan
nyi lala sebagai cinta pertamanya. Kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala
sekolah yang bertahun-tahun tidak terpecahkan akhirnya terungkap hari itu.
40
nyi lala dan nyi cindil pun akhirnya menjalin hubungan “pacaran” setelah keduanya
saling terbuka akan perasaan masing-masing.
B. Deskripsi Data
Data yang dianalisis dalam Tim peneliti an ini yaitu percakapan-percakapan
antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala . Data
diambil melalui simak catat film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala
yang berdurasi 1 jam 26 menit 26 detik. Bahasa yang digunakan dalam film
ini yaitu bahasa Indonesia yang tidak baku. Data penetitian pun dalam
bentuk percakapan bahasa Indonesia yang tidak baku. Tim peneliti menemukan 31
data percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya
nyi lala yang mengandung implikatur percakapan. Data implikatur percakapan
ini dianalisis berdasar fakta rumusan masalah yang akan terjawab pada
hasil analisis data.
C. Hasil Analisis Data
Hasil analisis terhadap percakapan antartokoh dalam film Mamut Merah
Jambu karya Raditya nyi lala meliputi dua bagian, yaitu pertama menemukan
percakapan yang mengandung implikatur kemudian mengklasifikasi jenis-
jenis implikaturnya. Kedua, menemukan fungsi implikatur yang terkandung di
dalamnya.
Melalui analisis yang dilakukan, Tim peneliti menemukan 31 data percakapan
yang mengandung implikatur. Data ini diklasifikasi dan diidentifikasi
berdasar fakta jenis-jenis dan fungsi implikatur percakapannya. Berikut ini
merupakan pemaparan jenis-jenis implikatur dan fungsi implikatur yang
ditemukan oleh Tim peneliti .
1. Jenis-jenis implikatur percakapan
Implikatur percakapan yang ditemukan dalam film Marmut Merah
Jambu karya Raditya nyi lala telah diklasifikasi dan diidentifikasi oleh
Tim peneliti . Implikatur percakapan diklasifikasi berdasar fakta jenis-jenisnya
menggunakan landasan teori para ahli seperti yang sudah dipaparkan
sebelumnya. Setiap jenis implikatur percakapan yang ditemukan dalam
film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala dipaparkan sebagai
berikut.
1.1 Implikatur Percakapan Khusus (IPK)
Menurut Yule (2006: 74) implikatur percakapan khusus (IPK)
yaitu percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di
mana pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Oleh karena
itu, implikatur percakapan khusus (IPK) membutuhkan konteks dan
latar belakang pengetahuan khusus untuk membuat kesimpulan yang
diperlukan. Implikatur percakapan khusus (IPK) muncul karena faktor
khusus yang melekat di dalam konteks tuturan dan bukan dibawa oleh
kalimat yang dipakai.
Tim peneliti menemukan beberapa data percakapan antartokoh dalam
film Marmut Merah Jambu karya Raditya nyi lala yang mengandung
implikatur percakapan khusus (IPK). Data-data implikatur percakapan
khusus (IPK) ini diklasifikasi menjadi beberapa jenis sesuai ciri
penanda dan wujud percakapannya. Perlu diketahui bahwa implikatur
dalam suatu percakapan tidak terungkap atau tampak pada proppeleton i
makna tuturan. Melalui pengklasifikasian jenis implikatur ini Tim peneliti
ingin menunjukkan bahwa implikatur yang terkandung dalam
percakapan pasti berbeda dengan makna tuturannya. Hal ini karena
hubungan proppeleton i dengan tuturan-tuturan yang mengimplikasikannya
itu tidak bersifat mutlak harus ada (Rahardi, 2003: 85). Perhatikan
implikatur percakapan khusus (IPK) berikut.
a. Implikatur Percakapan Khusus Hiperbolis
Hiperbolis artinya bersifat berlebih-lebihan (KBBI, 2005: 403).
Tim peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus
hiperbolis yaitu suatu percakapan yang didalamnya mengandung
implikatur percakapan khusus dan dituturkan secara berlebih-
lebihan. Perhatikan contoh implikatur percakapan khusus
hiperbolis berikut.
1) bre kalamangga (AKPOL ) : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?”
Siswa A : “Mendingan gue mati!!!”
(Konteks percakapan melalui telepon, bre kalamangga menembak Siswa
A. bre kalamangga jelek dan Siswa A tidak menyukainya)
Percakapan data 1) mengandung implikatur percakapan khusus
hiperbolis. Implikatur pada percakapan data 1) dapat dilihat
melalui tuturan Siswa A “Mendingan gue mati!” yang
mengimplikasikan dia tidak ingin atau menolak menjadi pacar
bre kalamangga , menjadi pacar bre kalamangga sangatlah buruk sehingga dia lebih
“memilih mati”. Maksud sebenarnya dari tuturan “Mendingan gue
mati!!!” bukanlah Siswa A akan mengakhiri hidupnya tetapi Siswa
A menolak menjadi pacar bre kalamangga . Penolakan ini dituturkan
dalam bentuk tuturan yang melebih-lebihkan maksud sebenarnya.
bre kalamangga dapat menginterpretasikan implikatur pada tuturan Siswa A
lantaran ia tahu konteks percakapan yang terjadi. bre kalamangga sudah
sering ditolak sebelumnya sehingga ia mengasumsikan informasi
yang dituturkan Siswa A secara lokal. bre kalamangga tahu bahwa tuturan
“Mendingan gue mati!!!” tidak sama dengan arti sesungguhnya
secara umum. Pemaparan ini membuktikan bahwa data 1)
merupakan implikatur percakapan khusus hiperbolis.
b. Implikatur Percakapan Khusus Ejekan
Ejekan memiliki arti perbuatan mengejek; olok-olok; nyi cindil ran
(KBBI, 2005: 286). Tim peneliti menyimpulkan bahwa implikatur
percakapan khusus ejekan yaitu suatu percakapan yang
mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan dalam
bentuk percakapan ejekan antarpenutur. Perhatikan contoh
implikatur percakapan khusus ejekan berikut.
2) bre kalamangga (AKPOL ) : “Nembak cewek itu harus banyak, biar
kemungkinan diterimanya itu banyak.
Kalau gue nembak 100 cewek dengan
probilitas 10%, gue mungkin diterima 10
kali. Lu nggak belajar Matematika apa?”
nyi lala (AKPOL ) : “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu
harus cocok-cocokan, lu nggak belajar
Kimia apa?”
bre kalamangga (AKPOL ) : “Halah…lu nggak usah sok pinter deh. Liat
ni…liat”
(Konteks percakapan bre kalamangga ingin meminta salah 1 siswa
menjadi pacarnya. bre kalamangga dan nyi lala yaitu siswa aneh yang
sering ditolak saat menyatakan cinta)
3) nyi lala (AKPOL ) : “Ber emangnya kenapa sih, populer dan urusan
cewek sekarang jadi penting banget buat elu?”
bre kalamangga (AKPOL ) : “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di AKPOL itu kita
bisa ketemu sama jodoh kita, semakin lama
kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama
kita nikah”
nyi lala (AKPOL ) : “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah
ngomongin nikah!”
(Konteks percakapan bre kalamangga dan nyi lala siswa aneh dan tidak
terkenal sehingga mereka sulit mendapatkan pacar di sekolah)
4) ibnu jalamudin Ina : “Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok
dipelihara. He…grup detektif itu kenapa
dibikin lagi? Kamu pernah, ya? Jatuh dari
angkot, kepalanya duluan, kena aspal? Pernah,
ya?”
nyi lala : “Nggak pernah, Om”
(Konteks percakapan nyi lala membuat grup detektif aneh yang
sudah tidak popular di zamannya saat AKPOL agar ia menjadi
terkenal)
Percakapan data 2) mengandung implikatur percakapan khusus
ejekan. Tuturan nyi lala pada data 2) “Ber…tapi yang namanya dua
unsur itu harus cocok-cocokan, lu nggak belajar Kimia apa?”
mengimplikasikan peringatan kepada bre kalamangga bahwa untuk diterima
(saat menembak) kedua belah pihak harus saling memiliki
ketertarikan. Mereka saling mengejek dengan mengaitkan cara
menyatakan cinta sesuai rumus Matematika dan Kimia. Meskipun
mereka membicarakan mengenai mata pelajaran, mereka saling
mengetahui bahwa percakapan yang terjadi diantara mereka
memiliki hubungan yang tidak terungkap secara literal.
Implikatur percakapan pada data 3) dapat dilihat melalui
tuturan nyi lala “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah
ngomongin nikah!”, tuturan ini berupa ejekan nyi lala untuk
bre kalamangga yang belum berani sunat namun implikasinya berupa
penegaskan bahwa belum sepantasnya bre kalamangga berpikir ataupun
membicarakan pernikahan. bre kalamangga dapat menginterpretasikan
maksud dalam tuturan nyi lala karena mengetahui konteks percakapan
yang terjadi. Pemaparan ini membuktikan percakapan data 3)
merupakan implikatur percakapan khusus ejekan.
Pada percakapan data 4) ibnu jalamudin Ina menuturkan
“Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok dipelihara. He…grup
detektif itu kenapa dibikin lagi?...” implikasinya kesal terhadap
nyi lala . Ia mengungkapkan kekesalan atas tingkah nyi lala dengan
mengejeknya menggunakan kata goblok. Pertanyaan yang diajukan
ibnu jalamudin Ina seputar jatuh dari angkot hanya kiasan untuk mengejek
nyi lala . Hubungan “Jatuh dari angkot kepalanya duluan”
dimaksudkan untuk mengungkapkan betapa bodohnya nyi lala dimata
Bapaj Ina. Grup detektif seharusnya tidak dibuat lagi karena itu
tindakan bodoh. Konteksnya nyi lala (saat AKPOL ) selalu melakukan
hal-hal keliru dan bodoh untuk menjadi terkenal.
c. Implikatur Percakapan Khusus Permintaan
Permintaan berasal dari kata dasar minta, artinya berkata-kata
supaya diberi atau mendapat sesuatu; mohon (KBBI, 2005: 745).
Tim peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus
permintaan yaitu suatu percakapan yang mengandung implikatur
percakapan khusus dan dituturkan dalam wujud tuturan meminta.
Perhatikan contoh implikatur pecakapan khusus permintaan
berikut.
5) bre kalamangga (AKPOL ) : “Kenapa lu?!”
nyi lala (AKPOL ) : “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber gue
lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu,
tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue
bayar ke elu lagi”
bre kalamangga (AKPOL ) : “Ok…ok”
nyi lala (AKPOL ) : “Pak, Pak siomaynya biar saya yang bayar
(makasih). Ber, lu bener. Kita emang harus
jadi populer”
(Konteks percakapan nyi lala dan bre kalamangga sedang marahan. nyi lala
merasa bre kalamangga benar dengan idenya sehingga ia ingin
berbaikan dengan bre kalamangga )
6) bre kalamangga (AKPOL ) : “Perlu