Rabu, 29 Januari 2025

peradaban barat 11



 iliter seluas mungkin di muka bumi,

dan untuk mencegah munculnya kekuatan regional yang dapat menandingi supremasi AS serta menciptakan sahl tatanan internasional dalam citra Amerika sebagai sahl-satunya xtperpozuer.2t

Dalam rencana Departemen Pertahanan AS, tahun 1992,

disebutkan,

"Tlrjuan pertama kita yaitu  mencegah bangkitnya kembali kekuatan baru yang akan menjadi batu ujian.... kita hams tetap

memelihara mekanisme yang bisa mengancam setiap kompetitor agar tidak melebarkan pengamhnya ke wilayah yang lebih

Iuas atau mendunia."25

Keinginan unhrk menjadi pengnasa hrnggal atau hegemonik

pada sisi lain juga mengindikasikan, bahwa Barat atau khususnya

AS memang sedang mengalami proses'decline', sehingfa tidak yakin dengan kekuatarurya sendiri, atau merasa selalu berada dalam

keadaan terancam eksistensinya. Kejumudan sudah melanda. Kebunhran akan;'alan keluar dari berbagai masalah yang melilit umat

manusia, belum juga berhasil ditembus. Karena ihrlah, sejak lama,

sejumlah ilmuwan Barat melihat tanda-tanda kejumudan dan keruntuhan Barat. Tahun 1961., sejarawan Amold J. Toynbee menulis

tentang posisi dan sikap AS yang tidak adil, dan hanya mementingkan kekuatan-kekuatan besar, kaya, dan minoritas umat manlrsia, sebagaimana yang dultt dilakukan imperium Romawi. Ttrlis

Toynbee,"Dewasa ini Amerika yaitu  PemimPin Serakan anti-revolusi

dunia dalam rangka mempertahankan berbagai kepentingan

yang tersembrrnyi. Amerika kini membela sesuatu yang dulu

dibela oleh Roma. Roma dahulu secara konsisten mendukung

kaum kaya menghadapi kaum miskin di semua komunitas asing

yang jahrh'di bawah penaklukamya; dan, karena kaum miskin,

sejauh ini, kapan dan dirnanapun jumlahnya selalu jat*r lebih

banyak daripada kaum kaya, kebijakan Roma selalu bersifat tidak seimbang,, zalim, dan menimbulkan kesengsaraan atas sebagian besar orang."26

Huntington mengaktti Barat sebagai "the declining power", sehingga ia mencatat bahwa tanggung jawab utama para pemimpin

Barat bukanlah membentttk peradaban-peradaban lain dalam pola

Barat, tetapi lebih unhrk menjaga, melindungi, dan memperbami

kembali keunggulan-keunggulan unik dari peradaban Barat.27

Btrktr populer "Tlrc Rise and Foll of tlrc Great Pouers", diturhrp

Patrl Kennedy dengan bab berjudul "Tlrc Llnited states: tlte Problem of

Ntnnber One in Relntioe Decline" . Thnda-tanda kemundtrran AS sudah

banyak dipaparkan. Tahun 1985, utangnya sudah mencapai 7.823

milyar USD. Defisit neracanya2}2,8 milyar USD. Tahun 2002 defisit

neracanya diperkirakan telah mencapai lebih dari 400 miliar dolar

AS. Meskipun begitu, AS tetaplah negara kuat dan penting dalam

setiap istr. Dalam kata-kata Paul Kennedy, "Walalrpun secara ekonomi dan militer mengalami kemunduran, dunia yang disebut oleh

Pierre Ilassner tetaplah ada, 'aktor penentu di setiap ienis perimbangan dan isu.... karena ia memiliki kekuatan besar apakah itu

unhlk kebaikan mauptm kejahatan."26

Dengan politik tmilateralnya, beban yang ditanggung AS makin

besar. Duit ditebar untuk menaklukkan negara-negara lain. AS mengalami apa yang dialami ole}.Great Pouers sebelumnya,yar.g dikatakan Patrl Kennedy sebagai "intperiol oaerstretch". Perang atas Irak,

2003, memang tidak disukai oleh dunia intemasional. AS dimakidimana-mana. Thpi, lagi-lagi, karena AS kuat, maka makian ihr hanya sebatas kata-kata. Thk ada yang berani dan mampu memberikan

sanksi ekonomi terhadap AS. Malah, menyusul seranganAS atas Irak,

negara-negara lain sibuk mengamankan kedutaan AS dan mengingatkan bahaya terorisme (anti-AS).

Bena1, faktanya, AS memang masih dominan dalam berbagai

bidang, dan merupakan peradaban besar yang menghegemoni d*-

nia hingga kini. Tetapi, peradaban ini terbukti bersifat paradoks. Ia

membawa berbagai kemajuan, tetapi sekarigus juga penghancuran

umat manusia. Marvin Perry dengan tepat menggambarkan paradoks peradaban Barat ini dengan ungkapan,

"Peradaban Barat yaitu  sebuah drama besar namun tragis. Barat telah melupakan instmmen-instmmen akal yang memungkinkan terjadinya keselarasan rasional antara alam fisik dan

budaya man,sia, menawarkan gagasan tentang kebebasan

politik, dan mengakui nilai-nilai intrinsik setiap individu. Barat

modem, walaupun telah berhasil menyingkap berbagai misteri

alam, namlrn gagal menemukan pemecahan rasional bagi pe_

nyakit-penyakit sosial serta konflik antarbangsa. sains, sebagai

pencapaian besar para intelektr,ral Barat, sembari memperbaiki

berbagai kondisi kehidupan, telah pula menghasilkan senjata

pemusnah massal. walaupun Barat telah menjadi pionir bagi

perlindungan hak-hak asasi manusia, ia juga telah menghasilkan rezim-rezim totaliter yang menginjak-injak kebebasan individu dan martabat manusia. Dan walaupun Barat telah menunjukkan komitmen akan kesetaraan manusia, ia telah pula mempraktikkan rasisme yang bmtal.,,2e

Dalam soal pengembangan "mesin perang,, Barat memang ter_

bukti sangat canggih. Dunia tanpa tentara, dunia tanpa perang, dunia yang penuh perdamaian, dunia yang harmonis, masih tems

menjadi impian umat mantsia. pepata'h Latin yang menyatakan, "si

ais pncis para bellmrt" (lika anda meinginkan perdamaian, maka

siapkanlah perang), tampaknya begihr menjadi inspirasi peradaban

Barat dalam mengembangkan dan terus memproduksi mesin-mesin

canggih pembunuh manusia. Unhrk memProduksi senjata dalam

Perang Bintang (Star Wnrs), tahun 1999, AS mengeluarkan dana 6,6

milyar USD. Unhrk menghadapi siapa Perang Bintang disiapkan?

Menumt Menteri Pertahanan ketika ihr, William Coheru senjata amptrh ihr disiapkan unturk menghadapi Korea Utara, sebuah negara

miskin yang unhrk memberi makan rakyatnya saja tidak mampu.30

Dan dalam soal senjata pemusnah massal ini, Barat tidak mau bersikap jujur dan adil. Artinya, hanya kelompok mereka saja yang boleh memproduksi senjata pemusnah massal, seperti seniata nuklir.

Negara-negara yang dicap sebagai musuhnya, atatt negara yang mereka juluki sebagai negara "poros setan", seperti Korea {Jtara, Iran,

Llbya, Suriah dan lain-lain, diharamkan memiliki senjata pemusnah

massal. Tetapi, negara-negara sekutunya, sePerti Israel, tidak dilarang memiliki senjata yang sangatberbahaya bagi umat manusia itu.

Bahkan, dalam, konsep pembunuhan terhadap umat manusia pun

dibeda-bedakan. Kalau yang membtmuh orang atau negara lain, dan

yang menjadi korban yaitu  masyarakat Barat, maka pembunuhnya

dikatakan teroris. Kalau mereka yang melakukannya, maka dikatakan sebagai "menegakkan perdamaian" .

HegemoniAS secara politis memang telah mengakhiri apa yang

dultr disebut sebagai 'Barat'. Dalam ser.rngan ke Irak, tahun 2003,

tampak bagaimana dua kekuatan besar di Barat, yaitu Jerman dan

Prancis, menolak bergabung dengan AS dan Inggris. Isu perpecahan

Barat ihr dicoba untuk dihrhrp-hrhrpi oleh AS. Dalam artikelnya di

Harian Kompas (29-30 Januari 2004), Menlu AS Colin Powell menyatakan: "PRIORITAS kami yang tak kalah penting yaitu  determinasi

untuk mengembangkan hubungan kooperatif di antara kekuatankektratanbesar di dunia (nmjor powers)." Kata-kata Powell ini seolaholah ingin membantah analisis yang menyatakan bahwa Barat sebenarnya sudah berakhir. Pada sisi lain, kata-kata Powell ini juga menunjukkan bahwa AS masih mengulang sejarah lama, dimana Imperium Romawi, hanya mementingkan persekuhlan dengan kekuatan-kekuatan besar unhlk mempertahankan superioritasnya.

Sebagai superpower dan jagoan, AS telah banyak menunjukkan

kekuatan ototnya (rakyat California pun lebih percaya "Sang Termi-

nator" untuk memimpin mereka). Kini, yang perlu dibuktikan AS

yaitu  menundukkan hati dan akal umat manusia, bahwa AS bukan

hanya jagoan dan mampu berb,at apa saja untuk memenuhi kepentingannya, tetapi AS juga menjadi negara dan bangsa yang dicintai

darr dihormati umat manusia. Ideal sekali kata-kata penuhrp Colin

Powell bahwa, "Reputasi AS dalarn hal kejujuran dan kepedulian

akan terus berlangsung... Namun, seraya kami memelihara, mempertahankan, dan memperluas perdamaian yang climenangi manusia-marrusia bebas di abad ke-z-0; kebenaran akan terbukti di abad

ke-21,. Karni senantiasa mengejar kepenti.gan rakyat AS yang mengedepankan kebenaran marrpun dalam prinsip serta tujuan kami

yang benar.... Kepentingan kami yang mengedepankan kebenaran

telah menjadikan kami mitra bagi siapa pun yang menghargai kebebasan, martaba t kemantr-siaan, dan perdamaian.,,

Powell berbicara tentang kebenaran, kebebasan, martabat manusia, dan perdamaian! Bisakah kata-kata powell itu dipertanggungjawabkan dan dibtrktikan? Dalam wawancara dengan Harian Kontpas (77 November 2002), Prof. Johan Galhl.rg menyatakan, ,,Diban_

dingkan dengan serangan vang pernah dilakukan teroris, terorisme

negara yang dilakukan AS jauJr lebih berbahaya karena menggabungkan fundamentalisme agama dan fundamentalisme pasar.,,

Galhrng, perumus teori dependensia dan stmkhlralisrne, mengaku

telah berkirim surat kepada Presiden Bush yang meminta agar AS

mengubah politik luar negerinya, mengakui negara palestina, meminta maaf karena sering mencampuri umsan negara lain, melanggar hukum internasional, dan tidak menghormati Islam. "Saya tidak

tahu apakah Bush membaca surat ihr, tetapi yang dilakukan justm

sebaliknya," kata Galhrng. Tentang peristiwa 11 september yang banyak dijadikan pijakan kebijakan luar negeri AS dewasa ini, Galhrng

memberi saran, "Thngkap pelakunya dan ubah kebijakarr luar negeri

AS!

ubah kebijakan luar negeri AS! suara semacam ihr begihl banyak dilantunkan oleh para pemikir dan pemimpin dunia. wahai AS,

ubahlah kebijakan luar negerimu! Di tanganmu, kini terletak tanggung jawab besar menyelamatkan dunia! Namun, AS seperti belurn

memandang penting berbagai seman dan imbauan semacam jtu.

Logika kekuatan, migltt is right, masih begitu banyak digunakan clalam menangani berbagai masalah. Kadang terlihat tidak sabar. Serbuan ke Irak telah meluluhlantakkan halapan umat manusia akan

pentingnya peran "hukttm internasional". ]utaan mantlsia di AS dan

negara-negara Barat berdemonstrasi menentang tindakan AS itLr.

Sampai-sampai pialang dan investor intemasional George Soros menyerukan untuk mengakhiri pemerintahan "ekstrimis Bush". Namun,

seruan Soros tidak berhasil. Bush malah memimpin dunia lagi unhrk

kali kedua pada pemilihan Presiden AS, Noverr'.ber 2004. Maka, kemenangan Presiden Goerge W. Btrsh atas saingannya John I". Kerry

memunculkan protes keras lagi dari sebagian rakyatnya. Berbagai

aksi protes digelar di AS, dengan membentangkan poster-poster antiBush dan anti-perang. Bahkan, karena kecewa dengan kemenangan

Btrsh, Andrew Veal (25), datang ke Ground Zero--bekas lokasi Gedung WTC--dan melakukan aksi bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri. Di Malaysia, mantan Perdana Menteri Mahathir Mohammad menyatakan rasa duka cita atas kemenangan Bush. "Saya

sungguh duka cita dengan perkara ini dan sudah tenhr Bush akan

membawa malapetaka kepada Islam dalam tempo empat tahun akan

datang," kata Mahathir, seperti dikutip koran Berita Hnrian (8/ll/

2004).

Penulis terkenal Chile Luis Sepulveda mengecam invasi pimpinan AS ke Irak, dengan menyebutkan tindakan ihr sebagai ulah

sekelompok "orang-orang fanatik yang berbahaya" yung berkttasa

di Washington. "AS yaitu  bangsa teroris pelopor," katanya dalam

sattr wawancara yang diterbitkan mingguan berita Porhrgal VisaoSuara-suara seperti ini sudah tak terhihrng lagi banyaknya. Kritik

dan sentimen anti-AS bermtmculan dan hlmbuh subur di manamana. Bahkan, dalam sebuah pollittg di Eropa, awal Nopember 2003,

AS menduduki posisi keenam sebagai negara yang mengancam Perdamaian dunia, setelah Israel, Korea lJtara, Iran, Afghanistan dan

Irak. Namun, sebagai penguasa, tindakan AS yang paradoks dengan

nilai-nilai yang dikampanyekan, frarlrs selalu dibenarkan. Karena, itu

demi kepentingan nasionalnya. Thhun 7997, Senat AS meluluskan

trndang-trndang yang meratifikasi implementasi "Conztention of the

Prohibitiott of tlrc Deoelopntent, Productiort, Stockpiling nnd LIse o-f Clrcmicnl Weapons nnd on tlrcir Destnrctiort". Namun, itr"r dengan syarat:

Presiden AS berhak menolak permintaan inspeksi fasilitas persenia-taan kimia di dalam negeri AS, jika presiden menganggap inspeksi

tersebtrt akan mengancam kepentingan pertahanan nasional (the national security interests) AS.

william Blum dalam bukuThe Rottge stnte menyimpulkan, bahwa secara klinis selama lebih dari 50 tahun politik luar Amerika boleh dikatakan gila. Blum meletakkan kesimpularurya ihl di bawah

strbjtrdul "tlrc madmnn philosoplty" (filosofi orang gila). Ia menunjukkan dokumen "LIS strategic Cotnrnand" tentang "Essentinls of postCold war Deterrence". Dikatakannya, tindakan Amerika yang terkadang kelih atan ' out of control' , irasional, dan pendendam, boleh jadi

menguntungkan unhlk menciptakan rasa takut dan keraguan pada

musuh-musuJrnya.

Powell boleh bicara seideal mungkin sebagai diplomat. Namrur,

samuel P. Huntington (1996)--penasihat utama politik luar negeri AS

--menulis panduan dalam menjalankan politik luar negeri, "yaitu 

manusiawi untuk membenci. Unhrk menenhrkan jati diri dan sebagai motivasi orang membutr-rhkan musuh: kompetitor dalam bisnis,

rival dalam pencapaian, dan lawan dalam politik." Dan kini, di zaman ultramodem, AS--negara superhebat yang belum pernah ada

dalam sejarah manusia sebelumnya--telah menenhlkan musuh utamanya/ mitra tandingnya, yang sangat tidak seimbang, yaitu seorang kakek bernama "osama bin Laden". Hal semacam ini tenhl

saja belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. Inikah sejarah bar.t.? Dan inikah akhir sejarah Barat? Wnllahtr a,lam.





Berbagai kemajuan teknologi telah dicapai, dan dalam ,I:'iriii:! -rl:!:t!!!;

3u.{.#,i^"''' banyak hal di zarnart-zaman belakangan ini Barat banyak

. a,*'*iitilu'diikuti bangsa-bangsa lain di dunia. Tragisnya, Barat sendiri sekaligus menciptakan mekanisme dan mesin penghancur untr.rk dirinya sendiri. Barat telah menciptakan begitu banyak jalan untrlk bunuh diri, jalan kematian bagi umat manusia. Umat manlrsia,

dari berbagai kalangan, tak henti-hentinya melakukan protes. Dalam soal penyelamatan lingkungan hidup, paradoksi itr.r pun dapat

dilihat dengan sangat jelas. Kasus Protokol Kyoto, 200L, sangat baik

untuk disimak. Barat, khususnya AS, yang menjadikan lingkungan

hidup sebagai salah sahr isu penting dalam politik internasional, justrt merupakan pemsak alam terbesar diantara umat manusia. Ironisnya, AS yang mempakan penyumbang terbesar emisi gas CO2,

;'ustru menolak untuk menandatangani Protokol Kyoto. Sikap AS ihl

telah memicu protes keras dari berbagai lembaga swadaya masyarakat.

Berikut ini, misalnya, Pemyataan Bersama Lembaga SwadayaMasyarakat (LSM) Indonesia yang menjawab Pernyataan Presiden

Amerika Serikat, George W. Bush tentang Kyoto Protokol Kyoto

(Maret, 2001). Surat ini dimuat secara utuh unhrk lebih memahami

persoalan emisi gas CO2 yang memberikan danrpak peningkatan

temperatur global. Meskipun merupakan negara penyumbang emisi

CO2 yang terbesar, tetapi AS menolak protokol Kyoto ini.

Yang Terhormat Presiden Bush.

Kami kecewa dengan surat Anda kepada anggota Senat Amerika Serikat yang menyatakan bahwa Anda "menentang Kyoto

Protokol". Tentangan Anda yang sangat eksplisit ini melawan

standar perilaku diplomasi internasional yang dapat diterima,

serta mengancam langkah awal yang telah diambil oleh masyara kat intemasional tmtuk menghin dari dampak-dampak perLrbahan iklim yang terjadi di negara anda dan negara-negara lain.

Dampak dari perubahan iklim sangatlah mencengangkan. SeIurth dampak ini, menumt United Nations Environment Program (2001), akan memgikan dunia sebesar kuranp; lebih g300

juta per tahun, sebanding dengan sekitar 15 persen total pendapatan di negara-negara sedang berkembang. Tahun 1990 merupakan dekade yang paling panas semenjak pertengahan 1800-

an, sampai pada puncaknya pada 1998 (IPCC Second Assessment Report, 7995). Nilai dari bencana alam yang diakibatkan

oleh perubahan iklim pada tahun 1998 sendiri melampaui nilai

keseluruhan bencana-bencana di dekade 1880-an (Milenium

Report Sekjen PBB).

Di Indonesia, pada tahun 2000 saja telah terjadi 33 kasus banjir,

kebakaran hutan, paceklik, dan 6 tradai yang telah mendatangkan krisis ekonomi senilai Rp. 1.5 triliun ($ tSO juta) dan memakan korban jir,va lebih dari 690 orang. Jumlah kerugian ini setara

dengan sepuluh persen total pendapatan di Indonesia. Sesungguhnya, hampir semua biaya atas ketidakpedulianAnda terhadap rnasalah perubahan iklirn akan terjadi di 80 persen negara

di seluruh dturia. Ketidakpedulian Anda sendiri yaitu  bagian

dari biaya tersebut. Kami menghimbau agar Anda mempertimbangkan kembali tentangan Anda dan mengambil tanggung jar.vab unhlk mengurangi emisi gas rumah kaca, termasuk didalamnya karbon dioksida secara serius.Protokol Kyoto ittr adil, inklusif, dan bersifat global. Pemyataan Anda sesungguhnya tidak benar bahwa Protokol ini "mengesampingkan 80 persen gas mmah kaca di selumh dunia,

termasuk di pusat populasi besar seperti Cina dan India, terhadap ketaatan atas Protokol ini", sebagaimana yang diuraikan

dibawah ini.

Pertama-tama, Protokol Kyoto tahun 1997,United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) atau Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim

tahun 1992, dan Mandat Berlin pada tahun L995 telah dinegosiasikan secara adil, termasuk di dalamnya oleh delegasi Anda

sendiri secara aktif. UNFCCC tahun L992rnenyebutkan bahwa

negara Anda akan "mengadopsi kebijakan nasional dan mengambil tindakan yang terkait dalam memerangi pembahan iklim,

dengan mengurangi emisi gas-gas mmah kaca yang dibuat oleh

manusia (antropogenik) dan melindungi serta meningkatkan

penyerap danpenampung gas-gas mmah kaca". MandatBerlin

tahtrn 1995 menyebutkan bahwa tidak ada komitmen-komitmen bam bagi negara-negara berkembang dalam Protokol

(selanjutnya Protokol yang dimaksud yaitu  Protokol Kyoto

tahtrn 1997).

Kedua, ratifikasi oleh negara Anda, sebagaimana dilakukan

oleh negara-negara industri dan berkembang lainnya atas

UNFCCC, telah menandai pemyataan akan prinsip comnton but

differentiated. Prinsip ini berasal dari kenyataan bahwa 80 persen

penduduk dunia yang hidup di negara berkembang yang

miskin, hanya bertanggung jawab atas sepertiga emisi-emisi

gas rumah kaca pada tahun 1990, dan bahkan kurang dari ihl

bila dihitung secara emisi per kapita. Amerika Serikat sendiri

berkontribusi seperempat dari emisi seluruh dunia di tahun

1990. Sektor transportasi di negara Anda saja menyumbang

emisi lebih besar dari total emisi selumh dunia kecuali empat

negara. Gas-gas rumah kaca, bukan populasi, yar.g menyebabkan pemanasan global.

Ketiga, bertentangan dengan keberatan Anda, pengurangan

emisi yang paling signifikan terjadi di Cina. Departemen Energi

Anda sendiri membuktikan bahwa ketika ekonomi berkem-bang dalam kecepatan dua digit yang cepat, Cina mampu mengurangi emisi karbon dioksidanya sebesar 17 persen selama

tahtrn L997 hngga1999, dan sekarang ini bahkan telah mencapai tingkat emisi yang sama pada tahun 1992; dlbandingkan

dengan Amerika Serikat yang tetap menaikkan emisinya lebih

dari 17 juta ton dalam periode yang sama (USDOE, 2001).

Antara tahun 1990 dan 1996, keselumhan subsidi bahan bakar

fosil di 14 negara sedang berkembang yang mencatat 25 persen

dari emisi karbon global dari pusat-pusat, industri turun 45

persen, dari $ 60 juta menjadi hingga $ 33 juta. Meskipun emisi

karbon tahunan naik sebesar 228 juta ton karbon antara 1980

dan 1990, emisi akan menjadi 155 juta ton lebih besar dari tahun

1990 tanpa adanya efisiensi energi yang diperoleh pada masa

ini karena adanya pemotongan subsidi yang besar. Pada periode yang sama, subsidi di negara-negara OECD tumnhanya 20.5

persen/ dari $ 12.5 juta menjadi $ 9.9 juta. Pengurangan subsidi

di Cina akan mengarah ke harga minyak yang lebih tinggi sehingga akibatnya konsumsi menurLrn dan berdampak pada pengurangan emisi gas mmah kaca yang mencolok.

Kepernimpinan Cina dalam mengurangi emisi seperti inilah

yang diharapkan dunia dari Anda. Akan tetapi emisi Amerika

Serikat, yang merupakan negara pengemisi terbesar di dunia,

tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan. Di belahan dunia

yang lain, negara-negara berkembang terus memajukan pembangunan berkelanjutannya yang juga memberikan kontribusi

pada usaha-usaha keseluruhan dalam menstabilkan iklim.

Pengetahuan akan Pemanasan Global dan Dampaknya yang tidak dipertanyakan lagi. Bertentangan dengan usul Anda bahwa "ilmu pengetahuan yang tidak lengkap akan penyebab dan

solusi pada perubahan iklim, dan kurangnya teknologi komersial yang ada untuk memindahkan dan menyimpan karbondioksida", ribuan ilmuwan yang tergabung dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) telah sepakat bahwa

bukan hanya "aktivitas manusia yang secara nyata berpengaruh pada stabilitas iklim", (IPPC Second Assesment Report,

1995) akan tetapi, jauJr lebih hebat lagi bahwa "emisi gas mmah

kaca dan aerosol yang diakibatkan oleh aktivitas manusia terus mengubah atmosfer dengan cara yang diharapkan berpengamh pada iklim" (Ringkasan IPCC Third Assesment Report for

Policymakers, 2001).

Menaikkan harga energi di Amerika Serikat tidak akan mengurangi ekonomi negara Anda yang bersaing di dunia internasional. Tidak kurang dari lima negara bagian Amerika Serikat

yang memiliki laboratorium nasional menyimpulkan bahwa

Amerika Serikat dapat memenuhi separo target Protokol Kyoto

dengan pilihan-pilihan biaya yang rendah atau bahkan tanpa

biaya sama sekali. Diantara negara-negara OECD, harga

minyak di Amerika Serikat sudah merupakan yang terendah.

- Di Eropa, hanya Rusia dan Belams yang harga minyaknya lebih

murah daripada Amerika Serikat. Bahkan di Afrika, hanya 8 negara yang harga minyaknya lebih murah dari Amerika Serikat.

India, salah satu sentra populasi, menjual minyaknya 56 sen setiap liter ($Z.ZE setiap galon).

Demikian pernyataan Lembagalembaga Swadaya Masyarakat

di Indonesia yang memprotes sikap AS terhadap Protokol Kyoto.

Karbondioksida (CO2) bersama gas-gas mmah kaca (greenhouse

gases) lain seperti uap aiq, metan, nitrogen oksida, ozo:n, dan CFC's,

menimbulkan dampak peningkatan temperahlr global, sebab gasgas ini memudahkan radiasi matahari sampai ke permukaan bumi,

menembus atmosfer, dan pada saat yang sama gas-gas rumah kaca

ini menahan menyerap energi yang dipancarkan dari permukaan

bumi. Akibatnya, banyak energi terperangkap dalam atmosfer dan

karena itu temperatur global meningkat. Dampak peningkatan temperatur global diantaranya yaitu  meningkatnya permukaan laut,

meningkatnya intensitas dan frekuensi badai tropis, kekeringan, dan

;'uga pada kesehatan manusia. Sebelum Protokol Kyoto, sejumlah

konferensi dan kesepakatan telah diadakan unhrk menekan laju peningkatan emisi gas CO2. Thhun 1989, misalnya, diadakan Hague

Swnmit yang menghasilkan kesepakatan unhlk mengurangi tingkat

emisi CO2 sebesar 20 persen pada akhir 2005. Ketika itu, AS, Inggris,

Cina, dan Uni Soviet menolak menandatanganinya, padahal negaranegara ihr menyumbang 60 persen gas CO2. Dampak gas rumah kaca dan juga kemsakan ozon yaitu  nyata. Pada awal 1990-an, tem-perahrr bumi sudah meningkat 0,5" C dan pada 2030 diperkirakan

meningkat 2" C.1

Tidak hanya mengumsi soal lingkungan hidup, berbagai LSM

juga m.enyoroti hegemoni paham neo-liberalisme yang dikembangkan Kapitalis Barat saat ini. Sebagai rnisal, situs Wahana Lingkungan

Hidup Indonesia (Walhi) menyiarkan kampanye melawan apa yang

mereka sebut sebagai 'neo-liberalisrne' yang mengancam umat rnamrsia. Bunyi seruan ihl menarik unhlk ditelaah, karena menyangkut

begitu banyak rnasalah yang menimpa umat manusia. Seman ini

mengatasnamakan "Forum Sosial Dunia: Seruan Untuk Gerakan

Sosial", dan dibuka dengan kalimat "Perlawanan terhadap neo-liberalisme, perang dan militerisme unhrk perdamaian dan keadilan

sosial". Beberapa poin seruan tersebut yaitu  sebagai berikut,

1. Menghadapi makin membumknya kondisi kehidupan rakyat,

kami gerakan sosial dari berbagai belahan dunia, berbilang puIuhan ribu hadir dalam Fomm Sosial Dunia di Porto Alegre.

Kami disini mencoba membangun solidaritas. Kami hadir kembali rlnhrk melanjutkan perjuangan melawan neo-liberalisme

dan perang, untuk menegaskan kesepakatan pada pertemuan

sebelumnya dan meyakinkan kembali bahwa sebuah dunia

yang berbeda dapat diwujudkan.

2. Kami--perempuan dan laki-laki, hra-muda, masyarakat adat,

kota dan desa, pekerja dan penganggur, tllna wisma, pelajar,

kaum migran, profesional, masyarakat dari berbagai kepercayaan, warna kulit dan orientasi seksual. Keberagaman ini

yaitu  mempakan kekuatan kami danbasis persekuhran kami.

Kami gerakan solidaritas global, bersatu melawan konsentrasi

kemakrnuran, peningkatan kemiskinan, ketimpangan dan penghancuran bumi. Kami menghidupi dan membangun sistem alternatif dan secara kreatif mempromosikannya. Kami membangun aliansi yang luas yang disatukan oleh perjuangan dan

perlawanan terhadap sistem dominan yang didasari nilai-nilai

seksis, rasis dan kekerasan, yang mengutamakan kepentingan

modal dan patriarki diatas kepentingan dan aspirasi rakyat.Sistem ini setiap hari menciptakan drama kematian peremprlan, anak-anak, manula karena kelaparan, minimnya kesehatan

dan penyakit yang sesungguJrnya dapat dicegah. Keluarga-keIuarga dipaksa untuk meninggalkan mmah mereka karena

peperangan, dampak mega proyek pembangunan, tuna lahan

dan bencana lingkungan, pengangguran, perampasan jasa-jasa

publik, dan penghancrrran solidaritas sosial. Baik di selatan

maupun utara, gaung perjuangan dan perlawanan untuk mengangkat derajat kemanusian terus berhlmbuh.

Peristiwa 11 September telah melahirkan perubahan dramatis.

Setelah serangan teroris, yang secara mutlak kami kuhrk, seperti jtrga kuhrkan kami atas serangan terhadap waga sipil di

selumh dunia, pemerintah Amerika dan sekutunya melakukan

operasi militer masif. Serangan terhadap hak-hak sipil dan politik atas nama 'perang melawan terorisme'berlangsung di selumh dunia. Perang melawan Afganistan, menggunakan metode

yang sama dengan para teroris, yang dilakukan dalam front

yang lebih luas. Ini yaitu  ar,r,al perang global permanen unhrk

meneguhkan dominasi pemerintah Amerika dan sekutunya.

Perang ini yaitu  wajah lain dari neo-liberalisme, dengan wajah

yang lebih bmtal dan dan tidak bisa diterima. Islam telah dipersetankan, sementara rasisme dan xenopobia dipropagandakan.

Media massa secara aktif mengambil bagian dalam perang

kampanye yang membagi dunia, baik dan jahat. Oposisi terhadap perang yaitu  juga nurani gerakan kami.

Situasi peperangan telah menimbulkan destabilitas di Timur

Tengah, menciptakan alasan yang dicari-cari unhlk merepresi

rakyat Palestina. TLgas mendesak gerakan kami yaitu  membangun solidaritas untuk rakyat Palestina clan perjuangan mereka unhrk berdaulat penuh seperti hahrya perjuangan menghadapi kebmtalan Israel.

Beberapa peristiwa mendatang juga menegaskan mendesaknya

perjuangan kami. Di Argentina krisis keuangan dan ekonomi

akibat ulah IMF dengan penyesuaian stmkturalnya (SAP) dan

menggtmulgnya utang yang mempercepat terjadinya krisis sosial dan politik. Krisis menyebabkan protes spontan dari

kalangan kelas menengah dan kelas pekerja (represi oleh

pemerintah Argentina menyebabkan sejumlah korban tewas),

kegagalan pemerintah dan aliansi sosial antara berbagai kelompok sosial yang berbeda. Mobilisasi rakyat yang didukung

para penganggur dan kaum miskin kota menunhlt pemenuhan

hak-hak mendasar seperti makanan, pekerjaan dan pemmahan. Kami menolak kriminalisasi gerakan sosial di Argentina dan

serangan terhadap hak-hak demokrasi dan kebebasan. Kami juga mengufuk keserakahan dan pemerasan oleh korporasi multinasional yang didukung oleh pemerintah negara-negara kaya.

Kolapsnya multinasional Enron2 membuktikan bangkmtnya

ekonomi kasino dan gilanya kompsi di kalangan pelaku bisnis

dan politisi, yang merampas pekerjaan dan pensiun pekerja. Di

negara maju konpirasi multinasional dalam aktivitas dan proyek-proyeknya telah pula merampas tanah-tanah rakyat dan

meningkatkan harga air dan listrik.

Pemerintah Amerika Serikat, dalam upaya melindungi kepentingan perusahaan besa{, secara arogan meninggalkan proses

negosiasi pemanasan global, perjanjian rudal antibalistik, Konvensi Keanekaragaman Hayati, Konferensi PBB tentang rasisme dan intoleransi dan dialog untr,rk membatasi pasokan senjata ringan, membuktikan ketidakperdulian Amerika untuk menemukan solusi bersama unhrk persoalan global.

Di Genoa negara-negara G8 telah gagal menciptakan pemerintahan (penguasaan) global. Menghadapi mobilisasi dan perlawanan, mereka menggunakan kekerasan dan represi, serta kriminalisasi pemrotes. Tetapi mereka gagal mengintimidasi gerakan kami.

Semua ini terjadi dalam konteks resesi global. Model ekonomi

neoliberal menghancurkan hak-hak, kondisi kesejahteraan dan

kehidupan rakyat. Dengan memakai berbagai sarana unfuk

melindungi nilai saham mereka, pemsahaan multinasional memangkas jumlah bumh, menekan gaji dan menuhlp pabrik,memeras dollar terakhir milik bumh. Pemerintah-pemerintah

menjawab krisis ekonomi ini dengan privatisasi, pemangkasan

pengeluaran sektor sosial dan secara perrnanen mereduksi hakhak bumh. Resesi ini menegaskan fakta bahwa janji-janji neoliberal akan perhrmbuhan dan kemakmuran yaitu  omong

kosong belaka.

Gerakan global unhrk keadilan sosial dan solidaritas menghadapi tantangan yang berat: ia berjuang unhrk perdamaian

termaksud pula melawan kemiskinan, diskriminasi, dominasi

dan pencip taan alterna tif masyarakat yang berkelanjutan.

Gerakan sosial menguhlk keras kekerasan dan militerisme sebagai sarana penyelesaian konflik; promosi peredaan konflik

dan operasi militer dalam rencana Kolombia sebagai bagian

inisiatif regional Andes, rencana Puebla Panama, perdagangan

senjata dan peningkatan anggaran militer, blokade ekonomi

terhadap rakyat di berbagai negara, dan meningkatnya represi

melawan serikat pekerja, gerakan sosial dan aktivis.

Kami mendukung perjuangan serikat kerja dan pekerja sektor

informal sebagai hal mendasar bagi perlindungan kondisi kerja

dan kehidupan, hak untuk berorganisasi, unfuk mogok, unfuk

menegosiasikan kesepakatan kerja, dan untuk memperoleh gaji

dan kondisi kerja yang adil antara perempuan dan laki-laki.

Kami menolak perbudakan dan eksploitasi burt.h anak. Kami

mendukung perjuangan bumh dan serikat bumh melawan sistem subkontrak dan PHK dan aturan intemasional atas hakhak bumh pada pemsahaan multinasional dan afiliasinya,

temtama hak untuk unhlk berserikat dan mang untuk posisi

tawar kolektif. Sama pula kami mendukung perjuangan petani

dan organisasi rakyat atas hak-hak penghidupan, tanah, hutan

dan sumber air.

Kebijakan neoliberal menimbulkan penderitaan dan ketidakamanan yang luar biasa. Secara dramatis sistem ini mendorong

perdagangan dan eksploitasi perempuan dan anak-anak. Kemiskinan dan ancaman keamanan menimbulkan jutaan kaum

migran yang disangkal harkatnya, kebebasan dan hak-haknya.

Kami menuntut kebebasan pergerakan lintas negara; serta hak

atas integritas fisik dan hukum kaum migran. Kami mendu-

kung hak-hak masyarakat adat dan menttntut pemenuhan artikel ILO 169 dalam kerangka hukum nasional.

Utang luar negeri negara-negara Selatan telah dibayarkan kembali/dilunasi berulang kali. Utang luar negeri telah dijadikan

instrumen dominasi, yang mencampakan hak-hak asasi ftrndamental demi kepentingan hrnggal riba intemasional. Kami menunhrt penghapusan (pembatalan) utang dan sebaliknya memulihkan utang sejarah, sosial dan ekologi. Negara-negara

yang menunhrt pembayaran utang, secara tidak langsung telah

mengeksploitasi sumber daya alam dan pengetahuan tradisional di Selatan.

Air, tanah, makanan, hutan, biji-bijian, kulhrr dan identitas rakyat yaitu  aset bersama kemanusiaan unhlk generasi sekarang

dan generasi mendatang. Ini sangat mendasar unhlk melindungi keanekaragaman hayati. Rakyat memiliki hak unhrk menyimpan keanekaragaman hayatinya dan bebas dari makanan

hasil rekayasa genetik (GMO). Kedaulatan pangan di tingkat

lokal, nasional, regional yaitu  hak asasi mendasar; untuk ihr

reformasi agraria yang demokratis dan akses petani atas tanah

menjadi persyarakat fundamental.

Pertemuan Doha menegaskan tidak adanya legitimasi WTO.

Adopsi agenda pembangunan hanya kedok unhrk melindungi

kepentingan korporasi. Dengan menerima ptttaran baru, WTO

telah bergerak semakin dekat dengan sasaran menjadikan semua hal sebagai komoditi. Bagi kami, pangary pelayanan publik, pertanian, kesehatan dan pendidikan tidak untr.rk diperdagangkan. Pematenan tidakboleh digunakan sebagai senjata unfuk melawan negara dan masyarakat miskin. Kami menolak

paten dan perdagangan substansi kehidupan. Agenda WTO

secara pararel terjadi pula di tingkat kawasan oleh rezim-rezim

regional perjanjian perdagangan bebas dan investasi. Dengan

mengorganisir protes seperti demonstrasi akbar dan plebisit

menentang FTAA (di Amerika Latin), rakyat menolak semtla

kesepakatan yang hanya merepresentasikan proses rekolonialisasi dan penghancuran hak-hak sosial, ekonomi, budaya dan

lingkungan hidup serta nilai yang fundamental.

Kami akan memperkttat gerakan kami melalui aksi bersama

dan mobilisasi untuk keadilan sosial, penghormatan atas HAM

dan kebebasan, kualitas hidup, kesenjangan, kemanusian dan

perdamaian. (8 Febmari 2002, Porto Allegre) (http://ama.

walhi.or.id).

Protes-protes berbagai kalangan terhadap ketidakadilan'kuasa

besar' atau'penguasa dunia' ifu sejatinya menunjukkan, bagaimana

watak peradaban Barat yang dimainkan oleh AS, yang begitu mementingkan dirinya sendiri, meskipun hams menghancurkan bumi,

alam semesta dan umat manusia. Padahal, lingkungan hidup termasuk salah satu isu utama dalam politik luar negeri AS, di samping

demokratisasi dan Hak Asasi Manusia. Setelah peristiwa 11 September 2001, isu terorisme intemasional mengalahkan isu-isu tersebut.

Padahal, kemsakan demi kemsakan dalam sektor lingkungan hidtrp

terus berlangsung. Penduduk AS, yang hanya 6 persen penduduk

bumi, mengkonsumsi 40 persen sumber-sumber energi dunia. Bahkan, warga negara-negara Barat, yang hanya sekitar 20 persen dari

total penduduk bumi, kini mengkonsumsi 80 persen minyak dunia.

Ironisnya, 65 persen sumber minyak itu kini ada di negara-negara

Teluk. Di Barat sendiri, sumber minyak hanya akan bertahan 20 tahun lagi. Sementara di negara-negara Teluk (Muslim) sumber itu

masih bertahan sekitar 100 tahun lagi, dengan jumlah eksploitasi

seperti sekarang ini. Dengan kondisi seperti ihr, bisa dipahami, jika

AS begihr serius dalam membum sumber-sumber minyak, terutama

di Timur Tengah dan Asia Tengah, karena AS memang negara yang

sangat haus minyak.3

Tentang tanda-tanda kehancuran AS, Frederic F. Clairmont juga

memptrblikasikan sahr risalah berjudul "L[SA: The Crumbling of Empire" ,yang menyorot pemborosan dan pembekakan utang AS. Clairmont menyebut AS sebagai "an imperialist empire" , yar.g pada tahun

2003 saja menghabiskan dana 400 milyar USD hanya unhrk berperang dan persiapan perang. Menurut Congressional Budget Office

(CBO), anggaran bidang militer akan meningkat lebih dari 100 milyar USD pada akhir dekade ini.a Ziauddin Sardar dan Merryl Wyn

Davies, dalam buku, Anterican Dreant, Global Nightnmre (2004), menyebutkan, bahwa As memang sebuah negara yang industrinya cliabdikan unhrk kepentingan militer. Sepanjang abad ke-20, sains AS

dibentuk dan diarahkan unhrk kepentingan militer. Instihrsi-instihrsi pendidikan tinggi dan resenrclr diarahkan terutama unhrk melayani industri militer. Thhun 1950-an, sekitar 70 persen sains AS dibiayai dan disponsori oleh militer, baik di sektor industri maupun

universitas. Itu bisa dipahami, mengingat besarnya anggaran yang

dikucurkan untuk sektor militer AS. Thhun 2001, misalnya, anggaran militer dipatok 289 rnllyar USD. Tetapi, realisasinya mencapai 315

milyar USD. Thhun 2002, anggaran militer mencapai 328 milyar USD.

Tetapi, akibat dorongan peristiwa 11 September, realisasi anggarannya mencapai 351 milyar USD. Tahun 2003, anggaran militer sudah

mencapai 379 rnilyar USD. Ini berarti, dalam dua tahun saja, terjadi

peningkatan anggaran militer sebesar 64 milyar USD-sahr jumlah

yang sama dengan dua kali lipat seluruh anggaran militer Inggris. s

Dalam bukunya, A New Democracy: Alternatiaes to a Bnnknryt

World Order, Hurry Shutt, menulis bab berjud:ul "Cnpitalist Crisis and

TlrcThre.at to US Hegenlony". Shutt mengungkap berbagai krisis yang

kini menimpa dunia pasca Perang Dingin berakhir, yang ditandai

dengan runtuhnya tembok Berlin tahun L989. Krisis ekonomi, nlntuhnya kekuasaan sipil di berbagai negara, meningkatnya angka

pengangguran, dan kemiskinan, telah menjungkirkan optimisme

yang sempat merebak beberapa tahun pada awal dekade l99}-an.6

Peradaban Barat memang terbukti tidak membawa nyamanbagi sebagian besar umat manusia. Ketidakditan (kezaliman) menyahr

dalam sistem yang dikembangkannya. Ketimpangan, kesenjangan,

menjadi bagian yang tak terpisahkan. Sebagaimana dijelaskan pada

bagian sebelumnya, ketidakadilan itu terus dipertahankan melalui

sebuah proses yang dikenal dengan nama 'Globalisasi'. Sejak 1"980-

an, globalisasi telah dikembangkan berbasis pada kebijakan neoliberal yang mempromosikan liberalisasi dan deregulasi. Mitos yangingin dicapai yaitu  pertumbuhan ekonomi, kemakmuran, kebebasan, dan perdamaian. Tetapi, 20 tahun kemudian, kebijakan neoliberal justm telah menciptakan krisis politik dan ekonomi di banyak negara, meningkatkan kemiskinan dan menimpakan penderitaan kepada rahlsan juta umat manusia. Kesenjangan antara negaranegara kaya dan negara-negara miskin semakin melebar. Data

UNDP (United Natiott Deiseloptnent Program), menunjukkan, saat ini,

lebih dari 80 negara memiliki pendapatan per kapita lebih rendah

dibandingkan satu dekade sebelumnya. Thhun 1960, perbandingan

pendapatan per kapita antara seperlima penduduk bumi di negaranegara terkaya dengan seperlima penduduk bumi di negara-negara

termiskin yaitu  30:1. Thhun 1990, kesenjangan itu meningkat menjadi 60:1; dan tahun 1997 rr.enjadiT(:l. Seperlima pendudukbumi di

negara-negara kaya kini menikmati 86 persen GDP (Gross Domestic

Profurct) dunia, 82 persen nilai ekspor dunia, dan 68 persen investasi

asing secara langsung (foreign direct inaestment/FDD. Sementara seperlima penduduk bumi di negara-negara termiskin hanya menikmati 1 persen CDP dunia, L persen dari nilai ekspor dunia, dan L

persen FDI. Keadaan kemiskinan negara-negara di bagian Selatan

dunia pada dekade 1990-an digambarkan oleh lames Gustaae Speth,

Presiden World Resources lnstitute, bahwa di negara-negara berkembang, sekitar 13-L8 juta manusia, hampir seluruhnya anak-anak, mati

akibat kelaparan dan kemiskinan.

40.000 Orang Mati per Hari

Ini berarti, di negara-negara tersebut, yang mati yaitu  sekitar

40.000 orang per hari, atau 1700 orang per jam. Sekitar 85-90 persen

dari kelaparan itu bersumber dari kemiskinan. furang kesenjangan

antara Utara dan Selatan memang semakin menganga. Negara-negarakaya di Utara, rata-rata memiliki pendapatan per kapita 12.510

USD, sedangkan pendapatan rata-rata per kapita di Selatan yaitu 

710 USD. Menurut UNDP, 77 persen penduduk bumi hanya menikmati 15 persen dari pendapatan total dunia. Globalisasi terbukti semakin mengunhlngkan negara-negara kaya. Karena ifu, tokoh aktivis LSM di Malaysia, yangjuga Presid en Consunter Assscintion of Penang (CAP), S.M. Idris, dalam bukunya, Globalization and tlrc lslamic

Clnllen ge, menyimpulkan, bahwa Globalisasi merupakan ancamanyang sangat serius terhadap kaum Muslimin. Ttrlisnya, "Ia tidak hanya membawa eksploitasi dan kesengsaraan ekonomi, tapi juga pengikisan serius terhadap keimanan, nilai-nilai, kebudayaan, dan

tradisi umat Islam." Kapitalisme global mempromosikan nilai-nilai

individualisme, materialisme, konsumerisme, dan hedonisrne. Paham-paham itu jelas langsung rnenusuk janhrng umat Islam. Pasca

Perang Dingin, menurut Idris, satu-satunya kekuatan yang tersisa

yang mampu memberikan tantangan teriradap proyek Globalisasi

yaitu  dunia Islam. Ekonomi Cina dan Hindu, tampaknya cenderung mengasimilasi diri ke dalam ekonomi global, walaupun hat ihr

akhimya akan menghancurkan identitas peradaban mereka.T

Ketidakdilan global terhadap dunia ketiga dapat dilihat

dalam kasus utang Iuar negeri

yang kini banyak menjerat negara-negara miskin. Jeratan utarrg

Iuar negeri, dalam banyak sisi,

bisa dikatakan sebuah penindasan dan ketidakdilan.

Joseph Hanlon mencatat

bahwa kebanyakan utang luar

negeri di negara-negara rniskin

terkait dengan Perang Dingin,

ketika kedua pihak, Kapitalis dan

Komunis, mengucuri uang bagi

para pendukungnya. Penguasa

Zaire, Mobuhr Sese Seko, yaitu 

salah satu pemimpin paling korup di drmia, namun ia jtrga salah satu pemimpin terkaya di

dunia, derrgan jumlah kekayaan derrgan jumlah kekayaan

istana-istana di Eropa danZaire.

sebagai sekutur setia di masa Pe-

rang Dingin. Thhun 1978,IIll{F menuniuk orangnya sendiri, Edwin

Blumenthal, untuk jabatan penting di Bank Sentral di sana. Thpi, dua

tahun kemudian, ia berhenti, dan mengeluhkan terjadinya kompsi

yang kotor dan jahat. "lfdak mungkin, saya ulangi tidak mungkin,

para debitor Zaire akan dapat mengembalikan utang-utangya,"

kata Blumenthal.

Namun, tak lama setelah adanya laporan Blumenthal,IIr,{F justnr membu at Zaire sebagai penerima pinjaman terbesar dinegara Afrika. Ketika Bltrmenthal nrenulis laporannya, utang Zaire nrencapai

5 milyar USD. Pada saat Mobuhr jahrh dan mati pada tahun 1988,

utangnya telah lebih dari 13 nrilyar USD. Enam tahun setelah laporan Bltrmenthal, IMF memberi pinjaman pada Zaire sebesar 600 juta

USD dan Bank Dunia 650 juta USD. Dalam enam tahun ihr pula pemerintahan Barat memberi pinjaman pada Mobuhr hampir 3 trilyun

USD. Patricia Adam, dalam bukunya Odiorrs Debt (trtangnajis), memperkirakan bahwa penguasa Filipina, Ferdinand Marcos dan istrinya, Imelda, menguasai sepertiga dari seluruh pinjaman Filipina.

Kekayaan pribadinya ketika digulingkan mencapai 10 milyar USD.

Kepeniingan politik dari pemberian pinjaman dapat terlihat di

Afrika Selatan. Pada tahun 1976, hanya beberapa bulan setelah

Soweto menjelaskan sistem apartlrcid di seluruh layar televisi dunia,

IMF--dengan dukungan AS dan Inggris--memberikan Afrika,Selatan

pinjaman yang sangat besar. Utang Afrika Selatan di tahun 1990 tercatat sebesar 14 milyar USD kepada bank-bank intemasional, termasuk di dalamnya 3,8 milyar USD kepada bank Inggris, 2,6 rnllyarUSf)

kepacia bank-bank Jerman dan2,3 milyar kepada bank Prancis.s

Dalam teori de1>endensia, "negara-negara pusat" yang dulu

merupakan negara kolonialis, tetap saja memainkan peran imperialnya, pasca kolonialisme klasik. Michael Barratt-Brown, dalam prakata trnttrk edisi kedua tahun 1970 dari karyanya After lmperinlism

(1963), mengatakan,

"...imperialisme tak diragukan lagi masih merupakan suatu kekuatan paling besar dalam kaitan-kaitan ekonomi, politik, dan

militer yang dengannya negeri-negeri yang secara ekonomi

kurang berkembang hlnduk pada mereka yang secara ekonomi

lebih berkembang."e

Salah sahl aktor penting dalam imperialisme modern yaitu 

yang dimainkan oleh IMF (lnternatiottal Monetnry Fund), dengan

menggunakan perangkat utang luar negeri sebagai salah sahr alat

unhrk melestarikan kekuasaan imperial mereka. Negara-negara berkembang yang telah masuk ke dalam "perangkap utang" (debt

trap), dengan mudah didekte kebijakan ekonomi dan monetemya--

bahkan kebijakan politik, militer, dan sektor-sektor lain--oleh negara

pengutang (donor). Indonesia termastrk negara yang sudah terjebak

ke dalam perangkap utang ini, sehingga kehilangan kemerdekaannya untuk mengahrr rumah tangga ekonominya sendiri. Letter of

Intent (LoI) yang ditandatangani oleh Soeharto di masa krisis ekonomi, dan dilanjutkan olehpenguasa sesudahnya telah menggadaikan

kemerdekaan Indonesia. Dalam banyak hal, pemerintah RI di Jakarta,

tak lebih dari sekadar kepanjangan tangan para petinggi IMF di Washington. Ekonom Faisal H. Basri memberikan komentar seputar peran IMF di Indonesia,

"Tak pelak lagi, kehadiran IMF sejak krisis ekonomi 1997lbarat

"duri dalam daging" bagi pemerintah Indonesia. Masih melekat dalam ingatan kita menyaksikan Camdessus, Managing Director IMF, bersedekap ketika menyaksikan Soeharto "bertekuk

lutut" dengan menandatangani Letter of Intent (LoI) untuk

memperoleh "iming-iming" dana bagi penyelamatan ekonomi

Indonesia."lo

Ekonom lain, seperti Hartojo Wignjowijoto, juga memiliki pandangan yang tegas terhadap IMF,

"IMF sudah saya juluki sebagai'I aM Finished'di setiap IMF/

World Bank Annual Meeting, terakhir pada wakhr di Washington DC. Dalam Cocktail Farewell Party unhrk Camdesus, di

kantor pusat IMF, saya tulis di Buku Kenang-kenangan Camdesus di IMF: 'Mr. Camdesus, yoLrr name and your famous

picture with the Former President Soeharto, has been printed in

the Indonesian Contemporary History of Neo-Colonialism'."11

Peran IMF di dunia berkembang sudahbanyak dikritik oleh para ekonom dunia. Ibrahim Lawson mencatat bahwa dengan menggunakan instmmen utang, IMF kini berada pada posisi mendiktekan kebijakan pemerintahan bangsa-bangsa pengutang, dan tidak

terbatas pada dunia ketiga. Imperialisme ekonomi, kata Lawson, didasarkan pada pilar kembar: uang fiat (uang tanpa jaminan logam

mulia) dan kredit intemasional dengan bunga.12 Kritik baru terhadap IMF datang dari Presiden dan Chief Exectiiae Officer (CEO)

Forbes, Steve Forbes. Ia katakan bahwa "Kesalahan terbesar IMF

yaitu  melakukan econontic mnlpractice (malapraktik kebijakan ekonomi) di berbagai negara." IMF memberikan resep yang sama kepada sejumlah negara yang terkena krisis ekonomi, yaitu memperketat

likuiditas, dengan menaikkan suku bunga dan mendesak agar pemerintah menaikkan pajak. Resep ini menyebabkan larinya investasi

modal di suahr negara (capital {light) dan menaikkan harga-harga

(inflasi). "Bahkan di sejumlah negara hal ini mengakibatkanpolitical

turntoil (krisis politik)," kata Forbes dalam acara "Forbes Global CEO

Conference" di Singapura, September 2001.13

Dalam menjalankan perannya sebagai penjajah, AS yang menguasai 18 persen saham di IMF, menggunakan lembaga ekonomi

internasional seperti IMF dan Bank Dunia ini sebagai instrumen untr"rk menguasai negara lain. Bank Dunia yang didirikan tahun 1944

telah banyak menuai kecaman dan kritik. Pan Africa Group menamakan Bank Dunia dan IMF sebagai "New Colonial Masters".

Menyongsong ulang tahunnya ke-50, tahun 1994, para demonstran

telah menduduki kantor Bank Dunia di New Zealand House, demikian juga di Sydney Australia.ll

Protes terhadap IME, Bank Dunia masih tems berlangsung di

berbagai belahan dunia. Pada April2000, sekitar L0.000 demonstran

berusaha menggagalkan Pertemuan Musim Semi IMF dan Bank Dunia di Washington DC. Sebagian besar mereka yaitu  kelompok

aktivis LSM yang membentuk sahr gerakan dengan nama "Mobilizatton for Global Justice". Berbagai kelompok dan organisasi bersepakat menentang'globalisasi' dan'kapitalisme', dan'global violance'. Mereka juga secara khusus melakukan penentangan terhadap

tiga lembaga yang mereka katakan sebagai unholy trinity of rurdemocratic instittttions, yaihr IMF, World Bank, dan World Tiade

Organizatiort yang berjasa memelihara kemiskinan, degradasi lingkungan hidup, dan sebagainya. Para demonstran itu dihadapi dengan kekerasan oleh polisi, dengan pepper sprnyt gas air mata, dan

semprotan air.

Menjelang Ulang Tahun ke-60 Bank Dunia (22Jdi2004), koalisi

organisasi non-pemerintah (ornop) mendesak pemerintah Indonesia

untuk segera memutuskan hubungan dengan Bank Dunia (World

B ank). Dalam paparan bersama di Jakarta, Rabu (2 1 l:uli 2004), koalisi

ornop yang terdiri dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Koalisi Anti Utang (KAU), Forum Serikat Petani lndonesia

(FSPI), Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) dan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) menilai, Bank Dunia sudah menyebabkan kegagalan kebijakan, penyalahgrlnaan dan peningkatan

utang negara, sehingga hams bertanggungjawab terhadap proyekproyek pembangunan yang meragukan dan mengorbankan lingkungan, perempuan, masyarakat adat dan kelompok marginal lain

di seluruh dunia.ls

Sebagairnana disebutkan Prof. Naquib al-Attas, belum pernah

ada peradaban manusia yang membahayakan umat manusia, binatang, fumbuhan, dan bahan mineral, seperti peradaban Barat. Pandangan semacam ini juga bisa disimak pada sebuah tulisan yang

diluncurkan oleh John Mohawk, seorang tokoh Indian Amerika terkemuka, yang berjudtrl "A Btrsic Call to Consciot$ness: Indigenous

People's Address to the Western World." Mohawk mencatat bahwa peradaban Barat telah melakukan eksploitasi yang mengerikan terhadap

alam. Sejak kedatangan bangsa Eropa ke Amerika, 140 species

burung dan binatang lainnya dihancurkan, sebab mereka pandang

tidak ada gunanya. Hutan-hutan mereka babat, sumber air dicemari,

dan penduduk asli dimusnakan. Mohawk akhirnya sampai pada

kesimpulan bahwa jalan yang ditemptrh oleh peradaban Barat adalah jalan kematian bagi umat manttsia ihr sendiri. Ia mencatat:

"Dewasa ini berbagai spesis manusia menghadapi pertanyaan penting tentang kelanjutan hidup dirinya sendiri. ]alan hidup yang dikenal sebagai peradaban Barat kini berada di atas jalan kematian

dimana mereka kebudayaan mereka sendiri tak memiliki jawaban

yang jelas."16

Bagi Mohawk, jalan hidup yang dipilih dan dikampanyekan peradaban Barat,

sebenarnya yaitu  jalan kematian bagi umat mantsia.

Belum pernah ada peradaban yang memproduksi senjata pemusnah massal seperti di era sekarang ini. Ilmu

pengetahuan dikembangkan

tanpa arah yang jelas, sehingga berpotensi besar menghancurkan

peradaban manusia ihr sendiri. Pengembangan teknologi kloning,

antariksa, dan persenjataan Barat, sudah mengarah kepada ekstrimitas. Merambah bidang-bidang yang sebenarnya tidak bermanfaat

bagi manusia, melainkan sekadar hobi dan "iseng". Ilmu dilepaskan

dari nilai agama, sehingga berkembang ke arah liar. Maka, seperti

dinyatakan oleh al-Attas, sumber bencana ittr memang ada pada

konsep keilmuan Barat. Keilmuan yang salah akan melahirkan pandangan hidup yang salah, ilmuwan yang salah, pemimpin yang

salah, dan akhirnya masyarakat yang berpikir salah. Sumber bencana ihr sebenamya berawal dari proses sekularisasi, yang berkembang pesat di Barat, sejak zamanRenaissance. Namun, jika dicermati,

sekularisasi dan liberalisasi di Barat memang merupakan jalan yang

logis, jika disimak dari sejarah peradaban dan karakter dari agama

Kristen, yang dianut oleh mayoritas masyarakat Barat. Akar dari se-

mua masalah ini yaitu  cara pandang terhadap alam atau pandangan hidup yang melepaskan diri dari Rrhan. Namun, bagaimana

mungkin Barat akan kembali kepada agama, sementara mereka sudah mengalami trauma yang begihl mendalam terhadap agama

Kristen?

Ketika mereka melepaskan pedoman wahyu Thhary atau mengakali wahyu agar sesuai dengan keinginan hawa nafsu mereka, maka mereka akan masuk ke dalam lingkaran setan relativitas nilai. sebuah jalan tiada ujung. Tidak tahu mana yang benar dan mana yang

salah, sebab mereka tidak lagi mengakui kebenaran yang mutlak,

yang tetap sepanjang zaman. semua dipandang relatif, nisbi. semua

hanyalah soal kesepakatan belaka.

Menyusul kemudian bubarnya Uni Soviet pada 25 Desember

L991. Pada |anuari 1992, Gorbachev membuat pemyataan,,,saya tidak menganggap berakhimya Perang Dingin sebagai kemenangan

salah sahr pihak... berakhirnya Perang Dingin yaitu  kemenangan

kita bersama." Namnn, klaim Gorbachev ini dibantah oleh presiden

AS George H.W. Bush ,yangpada wakhr hampir bersamaan, mengumumkan berakhirnya Perang Dingin dan keluarnya As sebagai pemenang. Dia katakan, "Selama lebih dari 40 tahun, Amerika Serikat

telah memimpin Barat dalam perjuangan melawan komunisme dan

ancaman tersebut diarahkan tepat ke nilai-nilai kita. Konfrontasi ihr

kini berakhir."17

Namun, kemenangan Barat dalam perang Dingin juga bukan

merupakan babak-babak yang manis dalam sejarah umat manusia.

Sebab, ongkos yang ditanggung sangatlah mahal. perang Dingin

yaitu  perang antara kekuatan-kekuatan militer raksasa.

Jeremy Isaacs dan Thylor Downing, dalam bukunya, Cold War,

mencatat, "Perang Dingin mempakan konfrontasi antara raksasaraksasa dunia. Keseimbangan teror telah memelihara perdamaian

dunia." Tetapi, keseimbangan terror antara kedua kekuatan besar ihr

menyedot biaya yang luar biasa besar, kususnya di bidang persenjataan,lebih dari apa yang dibutuhkan unhlk mempertahankan diri.

Antara tahun 7945-1996, diperkirakan sekitar 8 trilyun usD ($ 9,000,

000,000,000) biaya dikeluarkan unhlk persenjataan di selu.lh dunia.


Ptrncaknya, persediaan nuklir mencapai 18 mega ton. Kini, (1996),

jumlah itu menurun menjadi 8 megaton. Ihl bam senjata nuklimya

saja. Bandingkan dengan jumlah selumh bom yang diledakkan pada

Perang Dunia II yang jumlahnya 'hanya' 6 megaton, dalam Perang

Korea 0,8 megaton, dan dalam Perang Vietnam 4,1 megaton. Perang

Dingin-meskipun distilahkan dengan'Dingin'--telah menelan begihr banyak korban nyawa manusia. Jutaan orang terbunuh di Vietnam, Korea, dan Afghanistan. Rahlsan ribu mati di Angola, rahlsan

ribu di Nicaragua, Elsalvador, dan Etiopia, dan belahan dunia lainnya. Penduduk sipil di negara-negara miskin lebih banyak yang

mati sebagai korban perang ketimbang tentara negara-negara besar

yang sesungguJrnya mengendalikan perang itu.18

Penguasaan tems dilakukan AS meskipun Perang Dingin telah

berakhir. Thhun 2003, hanya dalam beberapa hari saja, mereka sanggup mengganti penguasa di Irak. Sebehrrrnya, rezirn Thliban juga

didongkel dengan relatif mudah. Tentara AS juga merajalela di berbagai negara. Kini, AS memiliki sekitar 1.700 instalasi militer yang

tersebar di 100 negara--sahr gambaran yang menumt Chalmers

Johnson, mencerminkan safu bentuk bam imperialisme.le

"Pandangan hidup peradaban Barat yaitu  sebuah jalan kematiat:.," John Mohawk telah mengingatkan dunia. Wallalru a'lnnt.



Begitu komunisme dianggap runtuh, dengan tempo yang

cepat diskusi-diskusi tentang 'ancaman Islam' atau 'bahaya Islam' (lslanic Thrent) bermunculan di media massa.

Para ilmuwan Barat sendiri berdebat keras tentang wacana ini. Hanya saja, pada awal dekade 1990-an, seorang ilmuwan politik dari

Harvard, Samuel P. Huntington menjadi sangat terkenal dengan

mempopulerkan wacana "tlrc clash of ciailizntions" (benhlran antar

peradaban). Melalui bukunya, The Clash of Civilizations and the

Remaking of World Order (1996), Huntington mengarahkan Barat

untuk memberikan perhatian khusus kepada Islam. Menumtnya,

diantara berbagai peradaban besar yang masih eksis hingga kini,

hanya Islamlah satu-satunya peradaban yang berpotensi besar menggoncang peradaban Barat, sebagaimana dibuktikan dalam sejarah.

Diantara berbagai tawaran alternatif hubungan Islam-Barat, tema

claslt of ciailizations kemudian menjadi yang paling populer dan

menjadi kenyataan dalam kebijakan politik internasional.

Thhtrn 1996, Perdana Menteri Tlrrki Necmettin Erbakan dalammakalahnya untuk konferensi IIFTIHAR (International Institute for

Technology and Human Resource Development) di Jakarta mengajtrkan tema "dialog peradaban" (dinlogue onnng ciuilizntiorts) ketimbang " clnsh nmong ciailizntions" . Tetapi, gagasan altematif yang juga

dikembangkan oleh pemimpin dunia Islam lainnya seperti Anwar

Ibrahim dan B.] Habibie ini kemudian memudar menyrlsul terjadinya peristiwa WTC L1 September 2001. Lalu, menyusul kemudian

serangan AS atas