Rabu, 29 Januari 2025

peradaban barat 10



 gan nama Kadimah. Anggotanya yaitu  para intelekhlal, wartawan, pedagang, dan sebagainya. Tujuannya, menghidupkan dan

menyebarkan pelajaran bahasa Ibrani (Hebrew); mencerahkan, dan

memperkuat kepercayaan agama dengan memajukan shrdi Yahudi.

Aktivitas mereka beragam, seperti peminjaman buku, pengajaran,

diskusi, dan kursus-kursus bahasa Ibrani, sejarah Yahudi, dan shldi

Ibrani secara rlmllm. Kelompok ini juga mendirikan satu perpustakaan yang memiliki buku-buku berbahasa Ibrani maupun bahasa

lainnya. Thpi, faktanya, berbeda dengan asosiasi-asosiasi Yahudi

lainnya di Utsmani, Kadimah bukan hanya meruPakan satu perkumpulan agama. Kelompok ini bahkan tidak disukai oleh Kepala

Rabbi Salonika, sebab anggota-anggotanya tidak tampak melakukan

aktivitas keagamaan sebagaimana layaknya. Karena itu, Esther Benbassa menyebut Kadimah sebagai "a clandestine Zionist association".2l

Avigdor Levy juga mencatat, bahwa Revolusi Turki Muda

(Young Trrk Reaoltttion)bersama dengan CUP dan sejumlah kelompok politik, berjuang untuk mengakhiri apa yang mereka sebut sebagai Abdrtlhandd's despotism dan mendirikan satu rezim konstihrsional, dengan tujuan unhrk menyelamatkan imperium Utsmani

dari keruntuhan. Menyusul Revolusi L908, CUP mendukung elemenelemen nasionalis Thrki. Sampai pada tahap ini Yahudi menempati

posisi yang penting dalam gerakan Turki Muda atau CUP. Di antara

semrla kelompok minoritas Tirrki lJtsmani, hanya Yahudi yang menempatkan tokoh-tokohnya pada iaiaran pimpinan CUI seperti

Emmanuel Carasso (Karasu) dan seorang ideolog penting gerakan

ihr, yaitu Moise Cohen Tekinalp. Semua wakil Yahudi di parlemen

pada tahun 1908-1918 yaitu  anggota CIJP-22

CUP yaitu  penguasa T[rki yang sebenarnya setelah Revolusi

1908. Dasar-dasar pendirian gerakan Zionis di Turki Utsmani menSambil saat-saat ini. Gerakan ini dimulai dengan pendirian cabang

dari World Zionist Organizatiorz di Istambul tahun L908, di bawah

selrrbtrng instihrsi perbankan, "Tlrc Anglo Leaantine Banking Contpany". Karena sikap dan kebijakanAbdul Hamid II terhadap Zionis,

maka asosiasi Zionis mengambil benhrk gerakan klendestin dengan

menggunakan berbagai selubung.23

Jika dicermati strategi dan taktik gerakan Zionis di Utsmani,

mereka tampak dengan cerdik memposisikan diri. Walaupun me-

nempati posisi-posisi penting di CUP dan parlemen Utsmani, mereka sama sekali tidak mengajukan usulan unhrk memisahkan diri

dari Utsmani, sebagaimana gerakan minoritas lainnya. Mereka menyokong apa yang mereka sebut sebagai " ottonnnistn" ataLr "Turkislt

nntionalism", fantg dipromosikan oleh CUP. Ketika CUP mempromosikan bahasa Turki kepada masyarakat, Gerakan Zionis juga

membuat asosiasi-asosiasi yanE menEajarkan bahasa Turki, sebagai

taktik mereka. Tetapi, pada saat yang sama, mereka juga mengadakan pengajaran bahasa Ibrani. Faktanya, sampai Perang Dunia I,

aktivitas gerakan Zionis terfokus utamanya pada penghidupan bahasa dan kultr.rr Ibrani, setidaknya yang tampak di permukaan. Sampai Deklarasi Balfour (1,917), gerakan Zionis dan asosiasi-asosiasinya

pada tingkat daerah tetap memberikan dukungan kepada prinsipprinsip integritas wilayah Utsmani.2{ Contoh lain, dari cerdiknya

gerakan Zionis dalam menyelubungi misi mereka, dapat dilihat pada sejumlah perdebatan yang terjadi di parlemen Utsmani selama

tahun 1911. Ismail Hakki, seorang tokoh oposisi, menyatakan, bahwa tujuan Zionis yaitu  untuk mendirikan negara Yahudi yang

wilayahnya membentang dari Palestina ke Mesopotamia (Iraq). Nissim Masliyah, seorang Yahudi pengacara dan anggota parlemen,

menjawab bahwa ide mendirikan negara Yahudi yaitu  ilusi. Emmanuel Carasso, Yahudi anggota parlemen lainnya, juga memainkan peranan sebagai orang yang "anti-Zionism". Pada sesi persidangan berikutnya, anggota parlemen Utsmani yang berasal dari

Jerusalem, yaitu Ruhi al-Khalidi, juga mengangkat kembali masalah

Zionisme.Ia membacakan ayat-ayat Bible yang menyebutkan Palestina sebagai tanah yang dijanjikan unhrk Yahudi. Respons Masliyah

terhadap Khalidi yaitu , ayat-ayat Bible itu tidak berarti apa-apa,

setelah Kitab-kitab Yahudi digantikan oleh Al-Qur'an. Masliyah

bahkan menantang, "Kalan dia (Khalidi) berkeinginan, biarkan pemerintah membakar kitab Torah.25

Sebenarnya, ketika kecurigaan terhadap gerakan Zionis mulai

menguat di sebagian kalangan, posisi Zionis sudah sangat kuat di

kalangan elit Utsmani. Sebab, mereka telah menjalin hubungan erat

dengan kelompok Tirrki Muda atau CUP. Gerakan Tlrrki Muda menerima dtrkungan dari "tlrc Donmes of Salonica", yang dalam pemahaman banyak Muslim ketika ihl, memang identik dengan nama

Yahudi. Sejumlah Yahudi yang aktif dalam organisasi ini yaitu 

Avram Galante dan Emmanuel Carasso. Carasso yaitu  kehla sebuah loji Freemason di Salonika, dan ia mengizinkan lojinya unhrk

dipakai pertemuan-pertemuan gerakan Turki Muda. Kedekatan hubungan Gerakan Turki Muda dan Yahudi bisa ditelusuri sejak awal

berdirinya CUP tahun L889, yang ketika itur iuga mempakan suatu

"masyarakat rahasia". CUP menjadi penguasa penting di Tlrrki

Utsmani pada periode 1908-1918. Pendiri Turki modern dan juga

tiga presiden pertama Turki yaitu  anggota CUP. Hanioglu menyebut bahwa "CUP merupakan sebuah organisasi bawah tanah sejak

pembenhrkan inti pertamanya di tahun L889 sampai revolusi tahun

1908".26

Hanioglu juga menyebutkan bahwa tanpa diragukan, Freemason yaitu  salah sahr gerakan oposisi yang aktif melawan pemerintahan Utsmani dalam periode 1876-7908. Kaum Freemason memiliki

hubungan sangat dekat dengan Gerakan Tirrki Muda. Bahkan, bisa

dikatakan, ia memiliki pengaruh besar dalam pembentukan idelogi

dan pemikiran Ttrki Muda. Ketika itu, aktivis Freemason memiliki

htrbtrngan erat dengan kelompok Osmanli Htrriyet Cemiyati (The

Ottomnn Freedom Society) yang dibenhrk tahun L906. Tokoh Freemason ittr yaitu  Cleanthi Scalieri, pendiri loii "Tlrc Lights of tlrc East"

(Envar-I Sarkiye), yang keanggotaarrnya meliputi sejumlah politisi,

jurnalis, dan agamawan terkemuka (seperti Ali Sefkati, pemimpin

redaksi koran Istiqbal dan Pangeran Muhammad Ali Halim, pemimpin Free Masonry Mesir). Scalieri memiliki kedekatan hubungan dengan para pejabat penting Utsmani. Dari sinilah, nucleus

Gerakan Tirrki Muda dilahirkan. Fakta-fakta ini menunjukkan, bahwa kepemimpinan Scalieri menenttrkan sejumlah elemen Gerakan

Thrki Muda. Sampai sekitar 1895, loji-loji Freemason sebagian besar

"bermain" dalam benhrk klendestine dan menghindari kontaklangsung dengan kelompok-kelompok Tirrki Muda. Tetapi, faktanya, anggota-anggota loji Freemason memainkan peranan penting

dalam proses liberalisasi dan oposisi terhadap Sultan Abdulhamid

II. Sebagai contoh, anggota loji Scalieri yang bernama Ali Sefkati. Ia

yaitu  editor Koran lstikbal. Ia mempunyai kontak dan aktivitas

yang luas di berbagai kota di Eropa. Aktivitas politik Scalieri juga

didukung oleh kekuatan-kekuatan besar, temtama Inggris. Pentingnya Ali Sefkati bagi Freemason sejalan dengan hubungan dekatnya

dengan pemimpin CUP, Atrmed Riza. Bahkan,lingkaran pimpinan

CUP sekitar Ahmed Riza, juga mencakup sejumlah tokoh Freemason, seperti Pangeran Muhammad'Ali Halim, pimpinan Freemason

Mesir, yang telah diketahui oleh Sultan sejak pertengahan 1890-an.

Juga, diantara aktivis kelompok ini yaitu  Talat Bey, yang bergabung

dengan loji Macedonia Risorta, tahun 1903.27

Yang pasti, dampak dari aktivitas kaum Freemason dan gerakangerakan liberal lainnya yaitu  pemsakan terhadap pemerintahan

Utsmani pimpinan Sultan. Karena itu, tidaklah mengherankan, jika

gerakan-gerakan seperti ini mendapat dukungan dari kekuatan

Kristen Eropa yang sejak lama memandang Ttrrki Utsmani sebagai

ancaman terhadap mereka. Gerakan pembebasan dan liberalisasi beItrm lama mencapai sukses di Amerika Serikat (1776) dan Prancis

(1789). Gerakan itu dilakukan dengan melakukan perlawanan terhadap kekuatan kolonial dan penindas. Maka, jika ditelaah dalam pertamngan antara Sultan Abdul Hamid dengan Gerakan Ttrrki Muda,

ada trnstrr "clash of ideology". Secara politis, sebenamya ada perbedaan antara kondisi Prancis dan pemerintahan Utsmani. Di Prancis,

kekuasaan raja yang absolut menindas rakyat, didukung oleh kektratan elit bangsawan dan agamawan (clergy). Seorang penulis Turki, Fnver ZiyaKaral,yangbiasanya tidak suka terhadap figur Abdul

Hamid II mencatat tentang Sultan ini, "Inti segala masalah bagi

Sultan yaitu  Islam, yang merupakan sahr-sahrnya ikatan kuat yang

menyambung umat Islam satu sama lain di dalam kekuasaan

Utsmani (Tlrc crux of the nmtter for him uns Islam, tlrc only strong tie

zulich connected tlrc Muslints to each otlrcr in tlte Osntanli Dealet)."

Sultan Abdul Hamid II memandang, kebebasan yang digalakkan

oleh Ttrki Muda yaitu  suatrl seniata penghancur bagi Turki Utsmani(a destructiae weaponfor the Ottoman Empire). [a menuturkan dalam

kata-katanya: "Memberikan kebebasan sama halnya memberikan

senjata kepada seseorang yang tak tahu bagaimana menggunakannya. Dengan senjata tersebut orang itu bisa sa;'a membunuh ayahnya, ibunya, bahkan dirinya sendiri."28

Sementara itu, bagi para pemimpin CUP, Barat yaitu  segalagalanya. Dalam kata-kata Abdullah Cevdet, seorang pendiri CUP:

"Han:rya ada satu peradaban, dan itu yaitu  peradaban Eropa. Karenanya, kita hams meminjam dari peradaban Barat baik mawarnya

malrpun durinya." Abdullah Cevdet juga dikenal sebagai simpatisan Judaisme dan gerakan Zionis.2e Pimpinan Tirrki Muda lainnya,

Sabahuddin Bey, menulis, "Sejak kita membangun hubungan dengan peradaban Barat, kebangkitan intelekhral telah terjadi; sebelum hubungan ini terjadi masyarakat kita miskin kehidupan intelekhral." Satu organ CUP yang bernama Osmanli, mengkontraskan antara Eropa dengan Timur dalam kata-katanya, "Bangsa Eropa selalu

melangkah di jalan-jalan dengan kepala terangkat, sedangkan Bangsa Timur berjalan dengan kepada menunduk di bawah tekanan

absolutisme, terbungkuk ke arah tanah dan nyaris merangkak."30

Ideologi penting dari kelompok Turki Muda yaitu  positivism,

materialism, dannatiormlism. Ahmed Riza, yang memimpin gerakan

ini antara tahun 1895 sampai 1908, yaitu  mahasiswa dari Pierre

Laffitte dan belakangan menjadi aktivis positivisme internasional.3l

Fokus dari nasionalisme Thrki Muda berbasis pada nasionalisme

berbasis ras. Hal ini muncul tidak lama setelah kemenangan ]epang

melawan Rusia tahun 1904. Agenda nasionalisme Turki ini jelas, "Sebuah pemerintah yang kuat, peran dominan yang dimainkan elit

intelektual, anti-imperialisme, sebuah masyarakat di mana Islam

tidak memerankan apa-apa, dan sebuah nasionalisme Tirrki yang

akan bersemi kemudian." Dengan mencerrnati secara serius Weltansclmung Tirrki Muda antara 1889-L902, Hanioglu sampai pada kesim-

pulan bahwa ideologi negara Turki modern memang dibangun di

atas dasar "materialis-positivis dan nasionalisme".32

Dengan ideologi scmacam ihl, dan cara pandang yang terBarat-kan (westernized) tenhr tidak mengherankan, jika Turki Muda

memiliki hrrbungan khusus dengan gerakan Freemasonry atauZionis. Itr.r bisa dilihat dalam cara pandang aktivis Turki Muda terhadap

Zionisme. Selama periode 7902-1908, Gerakan Zionis men;'adi topik

pada jtrrnal-jurnal Turki Muda. Pertama, pada bulan Agushrs 1902,

di Jtrrnal Anadolu yang terbit di Kairo. Tulisan ini memberikan pandangan yang netral tentang sejarah gerakan Zionis, organisasi, dan

ttrjtrannya. Kedua, hrlisan tentang Zionisme--terjemahan dari koran

Perancis--muncul pada bulan |anuari tahun 1904 di jtrrn aLTurk, yang

jtrga terbit di Kairo. Ketiga, artikel yang ditulis Max Nordau, muncul

di Jtrrnal lctilnd yang berbasis di Jenewa. Publikasi terhadap Zionisme dalam posisi netral ini sangatlah mengherankan, mengingat tujuan Zionisme yaitu  merebut wilayah Palestina dari T[rrki Utsmani. Pada bulan Desember 1903, jumal Turk, juga mempublikasikan

sahr artikel berjudtrl " APolitical Sunrmatiort: Ttrks nnd leus" . Disebutkan dalam artikel ihr: "Diantara penduduk dtrnia yang telah mengalami penderitaan, ketidakadilan, dan penindasan, bangsa Yahudi

mungkin yang nomor satu. Ketidakadilan dan perlakuan tidak manrrsiawi ihl berasal dari fanatisme dan kebencian agama. Seantero

dunia Kristen memiliki rasa perrnusuhan yang dalam dan kuat terhadap bangsa yang malang ini."33

Fakta-fakta ihr menunjukkan bahwa gerakan Tlrrki Muda memang telah terinfiltrasi atau terpengaruh oleh ide-ide Gerakan

Zionis. Mereka tidak memandang pemisahan Palestina dari Turki

Utsmani sebagai ancaman terhadap kedaulatan negara mereka. Padahal, Zionisme yaitu benhrk nyata dari pemberontakan dan separatisme. Ini bisa dikatakan sebagai bentuk ketidakpedulian atau

mungkin satlr "konspirasi" antara Turki Muda dengan Gerakan

Zionis. Misahrya, bisa dilihat pada pidato Kemal Attatr-rrk terhadap

Yahtrdi T[rrki pada2 Februari 1923:

Ada sebagian orang kita yang beriman yang nasibnya telah

menyatu dengan bangsa TLrrki yang menSuasai mereka, khuslrsnya kaum Yahudi, yang karena kesetiaannya pada bangsa

ini dan tanah air ini telah temji, menialani hidup mereka dalam

kenyamanan dan keseiahteraan hingga sekarang, dan akan

menjalani kehidupan berikutnya juga dalam kenyamanan dan

kebahagiaan."3{

Pidato Attahrrk ihr menuniukkan adanya semacam kolaborasi

antara gerakan Zionis dengan musuh-musuh Utsmani dalam memisahkan Palestina dari Utsmani. yaitu  sangat mengherankan, sebagai tokoh nasionalis, Attaturk bersikap longgar terhadap pemisahan

wilayah Palestina. Namun, pada sisi lain, ini justrL bisa dirnengerti

mengingat nasionalisme Thrki memang berbasis ras Tlrrki, sehingga

palestina yang dihuni oleh penduduk Arab dipandang sudah selayaknya lepas dari Ttrrki. Di sini tampak, tidak ada pertimbangan

agama dalam sikap pelepasan Palestina. Pada sisi lain, sikap Turki

yang melepaskan Palestina bisa iuga dilihat dari kondisi politik riil

ketika itLl, di mana kekalahan Utsmani pada Perang Dunia I telah

memaksanya untuk melepaskan wilayah-wilayah yang didudukinya. Pada bulan Desember l9l7,Jertsalem ditaklukkan oleh pasukan Sekuhr di bawah pimpinan Lord Allenby. Bersama pasukan ini

masuk iuga tiga legiun Yahudi yang beranggotakan ribuan sukarelawan Yahudi. Zionis mencatat bahwa penaklukan Jerusalem oleh

Tentara Sekutu telah mengakhiri 400 tahun pemerintahan Utsmani

di Palestina.35

Merebut kembali Palestina?

Fenomena gerakan Zionis di Turki Utsmani ini menunjukkan,

kekuatan imperium yang telah bertahan selama 600 tahun ini bisa

digulung--utamanya dari dalam--oleh kelompok Turki Muda (The

Yotmg Tttrks) yang berkolaborasi dengan kekuatan Zionis dan Barat.

Turki Muda yang berpikiran sekular-liberal dan berorientasi Barat

mengusung ideologi liberalisme, bersekutu dengan Gerakan Freemasonry yang juga mengusung jargon liberty, egnlity, fraternity.

Proses ini memakan waktu yang panjang. Kelemahan internal Turki

Utsmani juga menjadi faktor kondusif merebaknya gagasan westernisasi di rurki Utsmani, khususnya di kalangan kaum elit politik

dan intelektuahrya. sejarah kemudian menyaksikan nasib tragis sebuah kekuatan besar runtuh dan takluk terhadap kemauan Barat

dan Zionis Yahudi.

Fenomena yang terus berkecamuk di palestina belakangan ini

perlu dilihat dalam kerangka sejarah panjang perjalanan yahudi,

Kristen, Zionisme, dan kepentingan imperialis Barat. pemetaan masalah ini dengan tepat-baik berdasarkan nash-nash Al-eur'an dan

hadits, maupun fakta-fakta sejarah--akan memlrngkinkan kaum

Muslim mengambil sikap dan tindakan yang tepat. Bagaimana?

Apakah "bom syahadah" (pers Barat menyebut sebagai ,,stticide

bonfuing") merupakan jalan yang tepat? Atau, harus berdamai dan

bernegosiasi untuk mendapat 20"/" wilayah palestina (Tepi Barat

dan Jalur Ghaza) dengan zionis Israel--dengan konsekuensi mengakui eksistensi negara Zionis itu? wajibkah kaum Muslim merebut

kembali semua wilayah Palestina yang diduduki Israel saat ini dan

sudah disahkan oleh PBB? Ini masalah besar, yang perlu didiskusikan bersama oleh para pemimpin dan cendekiawan Muslim intemasional, untuk segera diambil tindakan-tindakan jangka panjang

yang istiqannh.


Setelah memenangkan pertamngan "kecil-kecilan" melawan

Komunisme di abad ke-20 (ya.g disebut Huntington sebagai

konflik yang bersifat fleeting nnd xryerficiall), Barat menjadi

penguasa hrnggal. Di puncak piramida kekuasaan, duduk suPerpower Amerika serikat, yang memegang kunci-kunci kekuasaan dunia. Dengan segala kehebatannya it:u, ada yang kemudian berpikir,

bahwa setelah era dominasi peradaban Barat, maka tidak ada lagi

peradaban lain, dengan sistem pemikiran dan kehidupan yang berbeda dengan peradaban Barat, yang akan menggantikan peradaban

Barat. Ketika itulah manusia sudah bersepakat untuk menerapkan

Demokrasi Liberal. Era ini merupakan akhir sejarah (The End of

History). Ungkapan Tlrc End of History ihrlah yang sangat populer di

pengujung abad ke-20, yartg menempatkan nama Francis Fukuyama sebagai ilmuwan terpopuler bersama Huntington, selama deka-

de 1990. Huntington populer dengan bukunya Clnsh of Ciuilizntiort

and The Rennking of World Order dan Fukuyama populer dengan

btrkunya Tlrc End of History nnd The Last Mnn. Segera, setelah penerbitannya, buku Fukuyama mendapat  banyak pujian.2

Sebagaimana Huntington, yang menulis bukunya setelah perdebatan panjang tentang artikehrya Tlrc Clash of Ciailizations' di lurnal Foreign Affairs (summer 7993), buku Fukuyama juga mempakan

pengembangan dari artikelnya The End of History? di jurnal Tlrc National Interesf (summer L989). Dalam makalahnya itu, Fukuyama,

mencatat, bahwa setelah Barat menaklukkan rival ideologisnya, monarkhi herediter, fasisme, dan komunisme, dunia telah mencapai satu konsensus yang luarbiasa terhadap demokrasi liberal. Ia berasumsi bahwa demokrasi liberal yaitu  semacam titik akhir dari evolusi

ideologi atau bentuk final dari bentuk pemerintahan. Dan ini sekaligtrs sebuah 'akhir sejarah' (tlrc end of history).3

Dalam bukunya, Fukuyama memasang sederet negara yang

pada tahun 1990-an memilih sistem demokrasi-liberal, sehingga ini

seolah-olah menjadi indikasi, bahwa--sesuai Ramalan Hegel--maka

akhir sejarah umat manusia yaitu  kesepakatan mereka untuk menerima Demokrasi Liberal. Thhun 1790,hanya tiga negara, AS, Swiss,

dan Prancis, yang memilih demokrasi liberal. Thhun 1848, jumlahnya menjadi 5 negara; tahun 7900,13 negara; tahun 1919, 25 negara,

tahtrn 1940,13 negara; tahun 1960,36 negara; tahun 1975,90 negara;

dan tahun L990,6I negara.a

Pada "akhir sejarah", kata Fukuyama, tak ada lagi tantangan

ideologis yang serius terhadap Demokrasi Liberal. Di masa lalu, manusia menolak Demokrasi Liberal sebab mereka percaya bahwa

Demokrasi Liberal yaitu  inferior terhadap berbagai ideologi dan

sistem lainnya, seperti monarki, teokrasi, fasisme, komunisme, to-

talitarianisme, atau apaPtm. Tetapi, sekarang, katanya, sudah meniadi konsensus tlmat mantlsia, kecuali dunia Islam, untuk menerapkan Demokrasi Liberal sebagai benhrk Pemerintahan yang paling

rasional.s

Pernyataan Fukuyama bukan saia sangat debntable tapi juga

terbukti kontradiktif dengan sikap Barat sendiri. Dalam memandang'demokrasi', Fukuyama mengadopsi pendapat Huntington,

tentang perlunya proses sekularisasi sebagai prasyarat dari demokratisasi. Karena ihr, ketika Islam dipandang'tidak compatible' dengan

demokrasi, maka dunia Islam juga tidak kondusif bagi penerapan

demokrasi yang bersifat sekular sekaligus liberal. Dalam kaiiannya

tentang "Gelombang Demokratisasi Ketiga", Huntington mengungkap penelitian yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara

Islam dan demokratisasi. Sebaliknya, ada korelasi yang tinggi antara

agama Kristen Barat dengan demokrasi. Di tahun L988, agama Katolik dan Protestan merupakan agama dominan pada 39 dari 46 negara demokratis. Ke-39 negara demokratis itu merupakan 57 persen

dari 68 negara dimana Kristen Barat mempakan agama dominan.

Sebaliknya ,papar Httntington, dari 58 negara yang agama dominannya bukan Kristen Barat, hanya ada7 negara (12 persen) yang dapat

dikategorikan negara demokratis. Jadi, simpul Huntington, demokrasi sangat jarang terdapat di negeri-negeri di mana mayoritas besar

penduduknya beragama Islam, Budha, atau Konftisius. Diaktti oleh

Huntington, korelasi ihr bukan mempakan hubungan sebab akibat.

Huntington memaparkan,

"Namlm, agama Kristen Barat menekankan martabat individu

dan pemisahan antara gereia dan negata (sekuler). Di banyak

negeri, pemimpin-pemimpin Sereia Protestan dan Katolik telah

lama merupakan sosok utama dalam perjuangan menentang

negeri-negeri represif . Tampaknya masuk akal menghipotesakanbahusa meluasnya agama Kristen mendorong perkembangan demokrAsi."6

Tentang htrbungan agama dengan sekrtlarisasi, Fukuyama

mencatat bahwa liberalisme tidak akan muncnl, jika Kristen tidakmelakukan sekularisasi. Dan ihr sudah dilakukan oleh Protestanisme di Barat, yang telah membuang adanya kelas khusus pemuka

agama dan menjauhkan diri dari intervensi terhadap politik. Tulis

Fukuyama,

"Kristen dalam arti tertenfu harus membenfuk dirinya melalui

sekularisasi tujuan-tujuannya sebelum liberalisme bisa lahir.

Agen sekularisasi yang umurmya segera bisa diterima di Barat

yaitu  Protestanisme. Dengan menempatkan agama sebagai

masalah pribadi antara Kristen dan Ttrhan, Protestanisme telah

menghilangkan kebuhrhan akan kelas pendeta yang terpisah,

lebih luas lagi tidak ada juga kebuhr-han akan intervensi agama

ke dalam politik."T

Fukuyama menyorot dua kelompok agama yang menurutnya

sangat sulit menerima demokrasi, yaitu Yahudi Ortodoks dan Islam

fnndamentalis. Keduanya dia sebut sebagai "totnlistic religions" yang

i^gi. mengahrr semua aspek kehidupan manlrsia, baik yang bersifat

publik maupun pribadi, termasuk wilayah politik. Meskipun agamaagama ihl bisa menerima demokrasi, tetapi sangat sulit menerima

liberalisme, khususnya tentang kebebasan beragama. Karena itulah,

menumt Fukuyama, tidak mengherankan, jika satu-sahrnya negara

Demokrasi Liberal di dunia Islam yaitu  T[rrki, yang secara tegas

menolak warisan tradisi Islam dan memilih bentuk negara sekular

di awal abad ke-20.8

Klaim-klaim Fukuyama sebenamya sangatlah lemah. Tidaklah

benar, saat ini tidak ada tantangan serius secara ideologis terhadap

Demokrasi Liberal. Faktanya, pasca Perang Dingin, Islam masih

dianggap sebagai tantangan ideologis yang serius, sehingga negaranegara Barat sangat khawatir terhadap muncuhrya negara yang menerapkan ideologi Islam. Sebab, menumt Huntington,Islam yaitu 

satu-satunya peradaban yang pernah membuat Barat tidak merasa

aman. Kasus dukungan Barat terhadap pembatalan Pemilu di Aljazair yang dimenangkan oleh FIS menuniukkan bahwa Barat menganggap ada tantangan serius terhadap ideologi mereka. MenurutChristoper Ogden (dalam artikel "View from Waslrington", Times, 3

Febrtrari 1992), tindakan AS yang mendukung permainan kekuasaan antidemokrasi merupakan suahr tindakan yang sangat keliru.

sikap As dan Prancis yang menyatakan bahwa kudeta Allazait

"konstihrsional", tidak tain merupakan gejala penyakit gila paranoid (ketakutan tanpa dasar) terhadap Muslim Fundamentalis.

Ogden menulis, anggapan bahwa AS tidak dapat mempengaruhi

penrbahan di Aljazair yaitu  nonsenseSesudah peristiwa serangan terhadap menara kembar World

Trade Centre di New York dan gedung departemen pertahanan AS

Pentagon di Virginia, jenis paranoid Barat--khususnya Amerika

Serikat-terhadap Islam semakin beragam. Dari yang benhrknya

paling sederhana dalam kehidupan sehari-hari sampai di tingkat

legislasi pemerintahan. Hanya karena namanya berbau Islam, atau

wajahnya bercorak Arab, maka seseorang yang memasuki negaranegara Barat dapat menerima perlakuan yang tidak manusiawi.

Harian New Straits Times edisi 15 September 2004, memuat

berita berfudul "Turkish uomert denotmce plans to criminalise ndultary

(Kaum wanita Tirrki mengecam rencana menjadikan zina sebagai

perbtratan kriminal)". Diberitakan, bahwa parlemen Turki sedang

mendisktrsikan satu Rancangan Undang-undang yang diajukan

pemerintah yang isinya akan menetapkan perzinaan sebagai satu

bentuk kejahatan kriminal. Menurut PM Turki, Recep Tayyip Erdogan, Undang-undang itu dimaksudkan unhtk melindungi keluarga

dan istri-istri dari perselingkuhan/perzinahan suaminya. RUU itu

kemudian menimbulkan kontroversi hebat. Yang menarik, bukan

kalangan dalam Turki saja yang ribut, tetapi juga pejabat-pejabat

Uni Eropa. Pejabat perluasan Uni Eropa, Gttenter Verheugen/ menyatakan bahwa sikap anti perzinaan dapat menciptakan citra bahwa Undang-undang di Turki mulai mendekati hukum Islam. Bahkan,

Menteri Luar Negeri Inggris, Jack Straw menyatakan bahwa jika

proposal ittr disahkan sebagai Undang-trndang, maka akan "menciptakan kesulitan bagi Tirrki".

Kasus di Ttrrki ini menarik untuk disimak, bagaimana masalah

moral yang menjadi urusan internal dalam negeri satu negeri

Muslim temyata mendapat perhatian besar dari tokoh-tokoh Barat.

Bahkan, dapat berdampak pada masalah politik yang serius. Mengapa orang-orang Barat (Eropa) itu begitu khawatir jika rakyat Ttrrki,

melalui parlemen mereka, memuhtskan bahwa perzinaan yaitu  satu benhrk kejahatan? Ada apa dibalik semua ini? Apakah karena

mereka merupakan pelanggan tetap pelacur-pelacur Tirrki, sehingga

dengan diundangkannya larangan perzinaan, maka mereka akan

kehilangan kesempatan untuk melampiaskan syahwat mereka? Mengapa mereka tidak membiarkan saja, sesuai jargon demokrasi liberal mereka, rakyat Turki unhrk menenhrkan apa yang baik dan buruk

untuk mereka? Mengapa langsung saja mereka mengingatkan, bahwa undang-undang itu akan mendekatkan Tlrrki kepada Islam?

Kasus Turki ini sekaligus menjadi bukti bahwa Barat bersikap

begifu paranoid terhadap penerapan "hukum Islam", dan sekaligus

mematahkan tesis Fukuyama tentang tidak adanya tantangan ideologis yang serius terhadap Demokrasi Liberal pasca Perang Dingin.

Karena ifu, klaim Fukuyama bahwa telah terjadi konsensus umat

manusia untuk memeluk "Demokrasi Liberal" juga bisa dianggap

berlebihan. Klaim ini terlalu dini dan mendapat  banyak kritik.

Kemajuan dan kemenangan, serta apa yang disebut oleh Fukuyama

sebagai'konsensus' dunia internasional--suka atau terpaksa--unfuk

mengambil dan menerapkan nilai dan sistem Barat memang sebuah

fakta yang tidak dapat diingkari. Namun, dimana telah terjadi konsensus umat manusia? Pada sisi ini, sikap Barat juga paradoks. Di

safu sisi mengkampanyekan'pluralisme' sebagai salah sahr elemen

dasar Demokrasi Liberal, tetapi pada sisi lain juga memaksakan

'uniformitas' tentang keharusan menerapkan standar Barat dalam

berbagai aspek kehidupan umat manusia, seperti yang terjadi di

T[rrki. Dukungan Barat terhadap rezirnotoriter yang anti-demokrasi

di dunia Islam--hanya karena rezim-rezim menjamin kepentingan

bisnis dan ekonomi Barat--menambah pekatnya kadar paradoksi

Barat.

Juga, perlu dicatat, bahwa di samping menawarkanbanyak kemudahan dan nilai-nilai positif terhadap umat manusia, seperti nilai

keterbukaan dan pertanggungjawaban (accountibility) dalam sistem

pemerintahan, sistem Demokrasi Liberal Barat pun tidak kurang

mendapat  kritik tajam, sepanjang sejarah peradaban Barat sendiri. Demokrasi Liberal bukan hanya memiliki nilai positif, tapi juga

menyimpan kelemahan-kelemahan internal yang ftrndamental. Da-lam sistem inilah, ilmu pengetahuan tidak dihargai. Orang pintar

disamakan haknya dengan orang bodoh. Seorang profesor ilmu

politik memiliki hak suara yang sama dengan seorang pemabuk dan

pezina. Seorang yang taat beragama disamakan hak suaranya dengan seorang preman, pengangguran, atau oportunis.

Kelemahan dan bahaya internal demokrasi ihr pernah diingatkan Plato, filosof Yunani Kuno. Plato (429-347 Sl|l{) menyebut empat

kelemahan demokrasi. Salah sahrnya, pemimpin biasanya dipilih

dan diikuti karena faktor-faktor nonesensial, seperti kepintaran

pidato, kekayaan, dan latar belakang keluarga' Plato memimpikan

munculnya "orang-orang paling bijak (the wisest people)" sebagai

pemimpin ideal di suatu negara, "Orang-orang paling bijak dalam

negara, akan menangani persoalan-persoalan manusia dengan akal

dan kearifan yang dihasilkan dari dunia gagasan yang kekal dan

sempurna." Penyair terkenal Muhammad Iqbal juga banyak memberikan kritik terhadap konsep pemerintahan yang menyerahkan

keputusannya kepada massa yang berpikiran rendah. Kata Iqbal,

bagaimana ptln, para semut tidak akan mampu melampui kepintaran seorang Sulaiman. Ia mengajak meninggalkan metode demokrasi, sebab pemikiran manusia tidak akan keluar dari 200 'keledai'. Demikian dihrlisnya dalam syair Payam-e-Masyriq,

"Do yott seek tlw uenlth of meaningfrom low nntured men? From ants

cnrutot proceed the brilliance of a Solonton. Flee from tlrc methods of

democracy because lunnnn thinking can not issue out of the brains of

two lumdred asses."e

Sebenarnya, Barat pun sadar benar, Demokrasi Liberal tidak

dapat diterapkan pada semua aspek kehidupan umat manusia,khususnya di dunia internasional. Mereka tidak percaya, bahwa

umat manusia yang mayoritas dapat menghasilkan keputusan yang

baik buat dunia internasional, jika bertentangan dengan kemauan

mereka. Karena itu, sejak awal berdirinya pBB, 24 Oktober 1945,

Barat memaksakan sistem "aristokratik", dimana kekuasaan pBB

diberikan kepada beberapa buah negara yang dikenal sebagai ,,The

Big Five" (AS, Rusia, Prancis, Inggris, Cina). Kelima negara inilah

yang mendapat  hak istimewa berupa hak'Veto'(dari bahasa

Latin: aeto, artinya: saya melarang). Lima negara ini mempakan anggota tetap dari L5 anggota Dewan Keamanan pBB. Sisanya,lO negara, dipilih setiap dua tahun oleh Majelis umum pBB. pasal Z4piagam

PBB menyebutkan, bahwa Dewan ini mempunyai tugas yang sangat

vital yaifu "bertanggung jawab unfuk memelihara perdamaian dan

keamanan intemasional". Jika sahl resolusi diveto oleh salah safu

anggota tetap Dewan Keamanan PBB, maka resolusi itu tidak dapat

diterapkan. Dalam pasal 29 PiagarnPBB dikatakan,

"Decision of the security Council on all other matters shail be

made by an affirmative vote of nine members including the

concurring votes of the permanent members.,,lo

Falsafah PBB yang meletakkan sistem aristokratis ini menunjukkan bahwa Demokrasi Liberal yaitu  sebuah pilihan yang tidak

selalu didukung oleh Barat. Jika percaya pada falsafah demokrasi,

bahwa "suara rakyat yaitu  suara Tuhan" (oox popttli aox dei),mengapa Barat selalu menolak melakukan restrukfurisasi pBB, yang sudah puluJran tahun dituntut oleh mayoritas negara di dunia? Dunia

seringkali disuguhi tontonan ironis di PBB, ketika mayoritas anggo-

ta PBB di Majelis Umum menyetuiui sahr resolusi, tetapi hanya karena sahr negara anggota tetap Dewan Keamanan tidak setuju, maka

keputusan PBB itu menjadi tidak bergigi. Dewan Keamanan PBB

juga tidak pernah berhasil mengeluarkan resolusi yang mengecam

berbagai tindakanAS. Sebab, dalam falsafah dan sistem PBB terkandtrng kesepakatan yang tidak tertulis, bahwa Amerika Serikat 'can do

no wrong'. Dalam kasus penyerbuan AS ke Panama, misalnya, ada

dua draft resolusi yang diveto oleh AS. Bagaimana r4ungkin dalam

siturasi seperti ini, Fukuyama menyatakan adanya s remarknble consensus terhadap Demokrasi Liberal? Dimana ada kesepakatan umat

manusia untuk menerima Demokrasi Liberal, sebagaimana diklaim

oleh Fukuyama?

Pada satu sisi, Barat sendiri terbukti tidak konsisten dalam menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, yang konon memberikan ruang

dan hak yang sama kepada setiap manusia, sesuai prinsip "equality". Namun, pada sisi lain, apa yang dilakukan Barat, juga merupakan realita Demokrasi Liberal itu sendiri, yarrg pada praktiknya

memiliki asumsi-asumsi ideologis mirip dengan Marxisme-Leninisme, yang mengenal diskriminasi kelas sosial. yaitu  pakar komunikasi Walter Lipmann yang mengajtrkan teori A Progressiae Theory of

Liberal Democratic Tlrcught. Dalam teori 'demokrasi progresif', disebutkan, bahwa untuk menjalankan demokrasi secara lebih baik,

maka masyarakat dibagi dalam kelas-kelas.

Satu, yaitu  kelas khusus, jumlahnya sedikit dalam masyarakat. Kelas ini aktif menjalankan urusan-urusan umum kemasyarakatan. Mereka mempakan orang-orang yang aktif dalam analisis,

pelaksanaan, dan pembuatan keputusan di bidang politik, ekonomi,

dan sistem ideologi. Kelas lain, di luar kelas khusus, yaitu  jumlah

mayoritas dalam masyarakat, yang oleh Lipmann disebut "tlrc bewildered herd" (golongan manusia yang bingung). Dalam teori Demokrasi Liberal progresif, kedua kelas, yaitu 'kelas khusus' dan

'kelas bingung' sama-sama memiliki fungsi. Fungsi kelas khsusus

jelas, yaitu menentukan berbagai kebijakan dalam masyarakat. Sedangkan fungsi tlrc bewildered herd dalam Demokrasi Liberal Progresif yaitu  sebagai 'penonton' (spectators). Tetapi, karena dalam

sistem demokrasi--dan bukan sistem totaliter--maka kelas bingung

jtrga kadang diberi hak untuk menyuarakan pendapatnya, untukmemilih salah satu anggota 'kelas khusus'sebagai pemimpin mereka.

Itulah yang disebut sebagai election (pemilihan umum). Tetapi, jika

mereka selesai memilih, maka mereka kembali ke posisi semula, sebagai spectntor, sebagai penonton, dan bukan 'pemain'. Ihllah yang

disebut sebagai fungsi demokrasi yang tepat dan baik. Dalam teori

ini juga ada asumsi ideologis bahwa yaitu  sahr kebodohan jika

membiarkan kelas bingung mengahlr urLrsan mereka sendiri. Karena itu, tidak tepat dan tidak bermoral, membiarkan mereka melakukan hal itu. sama hahrya membiarkan anak umur tiga tahun unhrk

menyebarangi jalan sendirian. Anak seusia ini tidak akan tahu bagaimana menggrmakan kebebasan yang diberikan kepadanya. 11

Paradoks Demokrasi di Barat

Fenomena teori Demokrasi Liberal Progresif versi Lipmann ihr

tampak mencolok dalam pemilihan Presiden AS tahun 2000. Jika gabungan kata'demos' dan'kratos' diartikan sebagai "pemerintahan

oleh rakyat" (goaernment by tlrc people), maka biasanya pemerintahan

yang demokratis diindikasikan dengan dukungan mayoritas rakyat

terhadap pemerintah terpilih. Namun, ihrlah yang justru terl'adi pada kasus pemilihan Presiden AS tahun 2000. Pada 5 Desember 2000,

Mahkamah Agung AS (LfS Supreme Court),memenangkan George W.

Bush atas calon Demokrat, Al-Gore. Kasus ini telah memunculkan

perdebatan sengit di AS. Vincent Bugliosi, misalnya, menulis sebuah

buktr berjtrdul rhe Betrayal of Anrerica: How The supreme Cotrt LlnderminedTlrc Constittttion and Chose our Presidenf. Bugliosi mengungkap

sebuah realitas ironis tentang demokrasi: 'Pengkhianatan Amerika'.

Bagaimana sebuah pemilihan kepala negara terkuat dan negara demokrasi terbesar di dunia, akhimya justru diserahkan keputusannya kepada lima orang hakim di sebuah lembaga tinggi negara.

Padahal, popular aote, sttara rakyat, lebih banyak berpihak kepada

Gore. Dengan jumlah pemilih kurang dari 60 persen dari rakyat AS,

maka faktanya, Presiden AS juga hanya didukung oleh minoritas

rakyatnya. Pemenangan Bush oleh Mahkamah Agt-g AS ittr digam-

barkan Btrgliosi sebagai "like the dny of Kennedy nssassirntion" -12

Setelah Bush memangku jabatan Presiden AS, kontroversi demi

kontroversi terus merebak ke selumh penjtrm dunia. Apalagi, setelah Bush memerintahkan tentaranya menduduki Irak, Maret 2003.

Belum pernah dalam sejarah, dunia menyaksikan gelombang aksi

unjuk rasa anti-AS yang begihr ramai di berbagai penjuru dunia seperti pada tahrrn 2003. Sampai-sampai ribuan orang warga AS sendiri harus ditahan, menyusul aksi mereka menentang serangan Irak,

di berbagai kota di AS. Kantor berita Associated Press, (21 Maret 2003)

melaporkan, lagu kebangsaan AS, Tlrc Star-Spangled Banner, sudah

dijadikan olok-olokan di Kanada, menyusul merebaknya aksi puIuhan ribu orang di negara tetangga AS ihl.

Semua ihr berpangkal dari otak dan lidah seorang PresidenAS,

bemama George W. Bush. Kamis (20 Maret 2003) Presiden Bush mengumumkan Perang terhadap Irak, setelah sebelumnya menempatkan ratusan ribu tentaranya di sekitar Irak. Negara yang sudah dilumpuhkan sistem persenjataanya, dan diembargo selama 12 tahun

itr.r segera dihajar habis-habisan dengan peluru-peluru kendali Tomahawk. Ribuan korban berjahrhan. AS akhirnya berhasil menduduki Irak dan menempatkan pemerintahan baru, sesuai yang dikehendakinya, menggantikan pemerintahan Saddam Hussein yang

memang sangat otoriter dan kejam terhadap rakyatnya. Namun,

sukses AS di Irak secara militer, terus-menerus memunculkan badai

kecaman dan gugatan terhadap AS. Bagaimana pun, AS menyerang

Irak tanpa persettrjuan dan mandat Dewan Keamanan PBB--satu

tata aturan yang telah ditetapkan sendiri oleh AS dan sekutu-sekutu

Perang Dunia II.13

Maka, serangan AS terhadap Irak, tanpa mandat PBB, secara

jelas menunjukkan, akhir dari tata dunia yang diahrr oleh AS. Hu-

kum internasional diabaikan, demi kepentingan AS. Kekuatan adaIah kebenaran. Migltt is riglrt. Kontroversi merebak di selunrh dunia.

Bahkan, demonstrasi terbesar yang dihadiri jutaan orang menentang tindakan AS-Inggris justm dilakukan masyarakat Barat. Barat

terbelah. Barat tidak sahr lagi. Barat, yang sahl, seperti saat menghadapi komunisme, di era Perang Dingin (Cold War),sudah berakhir.

Barat seperti itu sudah menjadi masa lalu. Dunia internasional sebenarnya secara mayoritas sering berseberangan dengan AS dan tata

dunia yang dipimpinnya. Hanya karena faktor kekuatan dan pengaruh AS yang masih begitu kuat, maka muncul pikiran pragmatis untuk mengikuti saja apa kehendak dan perintah AS. Di dunia Islam,

berbagai kasus semacam ini terlihat begitu mencolok, seperti dalam

kasus Pakistan dan Thliban. Jika di masa Perang Dingin sampai tahun 1996, Pakistan yaitu  pendukung kuat Thliban, maka situasi ihr

berubah total setelah AS menetapkan Taliban sebagai musuhnya.

Mengapa Taliban yang dulunya sahabat dan mendapat dukungan

AS-juga Pakistan, Arab Saudi--kemudian dihabisi? Tidak terlalu sulit untuk membaca misi AS di Afghan. Dari dulu, AS sudah tahu

siapa Taliban. Seperti diungkap Mackenzie (1999), beberapa jam

setelah Thliban menaklukkan Kabul, September 1996, Glyn Davies,

pejabat pembantu ]uru Bicara Deplu AS, menyatakan bahwa AS

tidak punya keberatan penerapan hukum Islam versi Thliban di wilayah-wilayah yang dikuasainya. Mulanya, banyak harapan AS pada Thliban. Di antaranya, AS mengharapkan Taliban sebagai "satparrt" untuk mengamankan proyek pipanisasi minyak dari negaranegara eks-Soviet yang melalui Afghan menuju Pakistan. Bemlang  kali pejabat-pejabat AS melakukan pertemuan dengan pejabat Tali

ban. Data kebuhrhan minyak AS yang dikeluarkan Energy Information Administrntion, menunjukkan, pada tahun 2020, AS harus mengimpor minyak sekitar 18,8 juta barrel per hari. John I. Maresca, Vice

President International Relations UNOCAL Corporation, pada 12

Februari 1998, memaparkan alternatif rencana pipanisasi minyak sepanjang 440 mil melalui Afghanistan. Jalur pipanisasi inilah yang

paling menguntungkan. Ia mengakui, UNOCAL telah melakukan

kontak dengan semua faksi di Afghanistan untuk memuluskan rencana tersebut. Ketika semua kesepakatan dengan Taliban gagal dan

kepentingan AS tidak dapat dipelihara oleh Taliban, maka muncullah sihrasi dan kebijakan bam. Apakah karena Thliban merupakan

militan Islam, sehingga hams dimusuhi dan dijadikan sebagai musuh utama oleh Barat, sebagaimana dikatakan Huntington dan

Bernard Lewis? ]ika itu dasamya, bagaimana dengan rezim Saudi

yang I'uga dianggap sebagai militan Islam? Mengapa rezim Saudi

masih dipertahankan dan masih tetap didukung oleh AS, padahal

rezim ini jelas-jelas tidak demokratis? Bagaimana dengan berbagai

rezirn diktator dan pelanggar HAM yang banyak mendapat dukungan dari AS dan negara-negara Barat lainnya?

Sebtrah pepatah Arab menyatakan: "Mtrkhthi'un, man thanna

yaluman anna li-asysya'labi diinna." yaitu  keliru, orang yang menyatakan bahwa serigala ihr punya agama. Pepatah ini menarik untuk

direnungkan, setidaknya jika membaca sebuah artikel di International Herald Tribune (3 Januari 2002), berjudul "Atnerica's Empire

Rtiles an Unbalanced World", yang ditulis Prof. Robert Hunter Wade,

gunr besar ekonomi politik di London Sclrcol of Econontics. Dalam

tulisannya itu, Wade menyamakan posisiAS di dunia saat ini, seperti posisi Kekaisaran Romawi (Romnn Emperor) yang berlaku sewenang-wenang terhadap dunia. Benarkah posisi Amerika Serikat (AS)

saat ini identik dengan posisi Kekaisaran Romawi?

Legenda pembentukan kota Roma menyebutkan bahwa kota

ini dulunya didirikan oleh kakak beradik Romulus dan Remus. Kedtranya merupakan cucu Askanius, Raja Lavinikum,yang dibuang

ke Sungai Tiber oleh saudaranya sendiri, bernama Amulius. RomuIus dan Remus konon diselamatkan dan dirawat oleh seekor serigala

betina. Pada sekitar tahun 753 SM, kedua saudara ihr mendirikansebuah kota baru di bukit Palatine, yang berlokasi di Kota Roma saat

ini. Tetapi, keduanya terus-menems bertengkar, dan akhirnya Romulus membunuh saudaranya sendiri. Kota ihrlah yang kemudian

dinamakan Roma, mengambil nama Romulus.

Apakah "darah serigala" itu yang kemudian mengalir di tubuh

peradaban Romawi dan pewarisnya? Sejarah per;'alanan peradaban

Barat sendiri jauJr dari nilai-nilai demokrasi dan pluralisme. sejarah

menunjtrkkan, bagaimana sebuah peradaban yang bernart:ra "Barat"

melakukan berbagai tindakan yang sulit dibayangkan oleh akal

sehat. Ketika mereka mulai bangkit, mereka melakukan berbagai penindasan dan pemusnahan terhadap berbagai kelompok dan suku

umat manusia: suku Indian, suku Inca, Aborigin, dan sebagainya.

Mereka juga mengangkut dan memperjualbelikan budak-budak dari Afrika. Dalam lintasan sejarah Afrika, tidak ada yang lebih kontroversial selain kasus perdagangan budak trans-atlantik dari Afrika ke

negara-negara Barat. J.D. Fage, dalam bukunya, A History of Africa

(1988), menyebutkan bahwa dalam tempo 220 tahun (1650-1870), sekitar 10 juta manusia, diekspor sebagai budak dari Afrika ke 'Dunia

Baru'.14

Bartolome de Las Casas (1474-7567), seorang pastor dari ordo

Dominikan, menceritakan perilaku tentara Kristen Spanyol terhadap penduduk asli Amerika. Mereka membantai siapa saja yang

ditemui, tanpa peduliwanita, anak-anak atau orang hra. Dibuat juga

peraturan, jika ada seorang Kristen terbunuh, maka sebagai balasannya, 100 orang Indian juga hans dibunuh. Las Casas menulis,

"Orang-orang Kristen, dengan kuda, pedang, dan tombak,

membantai dan melakukan kebnrtalan yang mengherankan.

Mereka menerobos ke sebuah negeri dan tidak menyisakan

anak-anak maupun kaum lanjut usia, tidak peduli wanita

hamil, anak yang baru lahiq, fubuh-tubuh mereka semua ditabrak dan dihajar habis-habisan, seumpama mereka sedang

membantai segerombolan domba... dan dikarenakan, sekali

dua kali orang-orang Indian membunuh beberapa orang

Kristen sekadar unfuk membalas, mereka membuat hukum

sendiri di antara mereka tmluk setiap orang Kristen yang dibtrnuh Indian, maka harus dibtrnuh seratLrs orang Indian."15

Sejarah perlakuan peradaban Barat terhadap Yahudi, misahrya,

juga tercatat dengan tinta hitam. Kebencian terhadap Yahudi memiliki landasan teologis yang kuat dalam Bible. "Mengenai Injil mereka

yaitu  seteru Allah oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan

mereka yaitu  kekasih Allah oleh karena nenek moyang." (Roma,

11:28). Di antara Neru Testanterf, Matius dan Yohanes dikenal paling

'hostile' terhadap )udaisme. Yahudi secara kolektif dianggap bertanggung jawab terhadap penyaliban Jesus. "Dan selumh rakyat itu

menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas

anak-anak kami." (Matius, 27:25). Yahudi juga diidentikkan dengan

kektratan jahat. "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamtt." (Yohanes, 8:44). Sikap-sikap

anti-Yahudi yang dikembangkan tokoh-tokoh Gereja kemudian,

yaitu  variasi atau perluasan dari tuduhan-tuduhan yang tercantum

dalam Injil.16

Persekusi terhadap Yahudi di Eropa bahkan tems berlanjut

sampai abad ke-20 digambarkan sebagai kebencian Kristen Eropa

terhadap Yahudi. Marvin Perry mencatat masalah ini,

"Anti-Semitisme di Eropa memptlnyai sejarah yang panjang

dan berlumuran darah. Itu berasal dari dua hal: ketakutan yang

tidak masuk akal dan kebencian terhadap 'orang luar' dengan

berbagai cara yang ielas, dan mitos yang diterima secara umtlm

bahwa Yahudi yaitu  bangsa terkutuk secara kolektif dan abadi karena menolak Krishrs. Kaum Kristen melihat Yahudi sebagai pembunuh Krishrs--sahr gambaran yang telah mendorong

muncuhrya kemarahan dan kebencian yang mengerikan. Seca-

ra periodik, massa melakukan penistaan, penyiksaan, dan pembantaian terhadap Yahudi. sedangkan para penguasa Kristen

mengusir Yahudi dari negara-negara mereka. Karena sering

dilarang memiliki tanah dan dikeluarkan dari lapangan kerja

manufakhrr, Yahudi di abad pertengahan mengkonsentrasikan

diri pada usaha perdagangan dan peminjaman uang--jenis pekerjaan yang seringkali menyebabkan kondisi mereka semakin

membumk. Pada abad ke-16, Yahudi di berbagai wilayah dipaksa unhrk tinggal di tempat terpisah dari penduduk kota,

yang dikenal sebagaig/rctto. Anti-Semitisme kaum Kristen pada

abad pertengahan, yang menggambarkan yahudi yaitu  jahat

dan Judaisme yaitu  (agama) yang menjijikkan, telah menyuburkan lahan bagi Anti-Semitisme di masa modem).rz

Dalam buku Western Ciailizntion A Brief History, Marvin perry

mengutip seorang tokoh anti-Yahudi Jerman yang menggambarkan

kadar rendahnya kualitas ras Yahudi dan menyamakan mereka sebagai parasit atau kuman kolera. "Jika seseorang membuat gambaran atas selumh bangsa Yahudi, maka ia akan memahami bahwa

kualitas rasial dari bangsa ini sedemikian bahwa dalam perjalanannya nanti, mereka tidak dapat bersesuaian dengan kualitas rasial

dari masyarakat Jerman; dan bahwa setiap yahudi yang sekarang

tidak melakukan sahl pun hal yang bumk, mungkin nantinya pada

kondisi yang tepat akan melakukan hal ihr, sebab kualitas rasialnya

memang mendorongnya unhrk melakukan hal itu.... (yahudi ...

beroperasi seperti parasit ....Yahudi yaitu  kuman kolera).,,1s

Pandangan Barat terhadap kaum Yahudi yang berdasarkan

unsllr keagamaan dan diskriminasi rasial itu mewarnai sejarah peradaban Barat dalam kurt.n waktu yang amat panjang, sejak awalawal Kekristenan pada abad ke-4 M sampai abad ke-20. Dampak ihl

masih berlangsung hingga kini, dan ironisnya,;'ustru penduduk palestina--yang tidak ikut apa-apa dalam pembantaian yahudi-yang

kemudian menanggung derita akibat dukungan Barat terhadap Zio-

nisme modern yang berhasil mendirikan negara Yahudi di Palestina

dan mengusir penduduk aslinya. Dukungan Barat yang terus-menems terhadap Israel telah menjadi salah sahr pangkal masalah kemmitan dan kekacauan dunia internasional. Dtrkungan Barat terhadap Israel ini sekaligus juga mempakan paradoks demokrasi pada

tingkat global, dimana tirani minoritas yang kuat menghegemoni

dan memaksakan pendapat dan kekuasannya kepada dunia intemasional. Sebab, dalam masalah Israel, mayoritas anggota PBB lebih

mendukung perjuangan rakyat Palestina, tetapi suara mereka dikalahkan oleh kelompok minoritas--temtama AS--yang duduk di

Dewan Keamanan.le

Nicholas Lash, seorang gum besar di Uniaersity of Cambridge,

mentrlis sahr bab berjudul 'Beyond Tlrc End of History? dalam bukunya, The Beginning and The End of Religion. Lash menyebut gagasan

Ftrkrryama tentang 'Tlrc End of History' sebagai 'lelucon gila tentang

akhir sejarah' (tltc nnd joke of tlrc end of history).Ia mencatat,

"Sayangnya, terlepas dari hasil renungannya bahwa 'akhir sejarah akan menjadi masa-masa vant menyedihkan'karena yang

tersisa bagi urnat manusia (atau mungkin maksudnya, bagi

kaum lelaki kulit putih Amerika) hanyalah peran sebagai penjaga 'museum sejarah', Fukuyama masih menduga bahwa tak ada

lagi alternatif yang terpikirkan oleh seorang sejarawan bahwa

memahami sejarah yaitu  memahami hikayat tentang'progres',

sebuah'evolusi dari masa primitif ke masa modenr'."20

Kritik terhadap tesis Fukuyama bisa disimak dari basis filosofis

yang digunakannya. Tesis Fukuyama yang didasarkan pada basis

asumsi unilinier listorical progress yaitu  mempkan elemen umrlm

dalam filsafat Marxis dan Hegel. Pada perspektif ini, teori Fukuyama hanyalah reformulasi dari poshrlat-postulat dasar abad ke-19.

Maka, keruntuhan komunisme, seharnsnya juga diikuti dengan pengujian kembali terhadap postulat-poshrlat tersebut yang diasumsikan memproduksi Demokrasi-Liberal dan Tiadisi Sosialis. Kosmologi mekanik Newtonian, epistemologi anthroposentris, dan rasionalitas moral yang merupakan elemen-elemen dasar dari paradigma

Barat pada zarnan perrcerahan (tlte Age of Enliglienntent), telah menciptakan atmosfir bagi hrmbuJrnya ide tentang 'unilinier progress/.

Dernokrasi [,iberal dan Marxisme yaitu  produk dari atmosfir zaman itu. Karena itu, runtuhnya Komunisme bukan hanya merupakan kerunhrhan satu sistem ekonomi dan instihrsi politik tertentu,

tetapi juga mempakan kemntuhan dari basis filosofisnya.2l

The End of the West?

Gagasan Fukuyama semakin tidak menarik ketika dunia Barat

sendiri terbelah sikapnya dalam bebagai masalah, sehingga memunctrlkan gagasan tentang Tlrc End of Tlrc Wesf, Akhir Sejarah Barat atau

Akhir Peradaban Barat. Benarkah 'Tlrc West'telah berakhir? Thomas

[.. Fricdman, menulis satu kolom di lrttt'rrntionnl Hernld Tribwrc (3

November 2003), berjudul " ls tlis tlur hd of tlrc West? " Barat memang

telah pecah. AS dan Eropa, khususnya Jerman dan Prancis, telah

berbeda dalam banyak hal prinsip. Carl Bildt, mantan PM Swedia,

menyatakan, bahwa selama satu generasi, Amerika dan Eropa bersepakat dalam satr.r hal (tahun): 1945. Selama puluJran tahun, Aliansi

Atlantik Utara membangun komitmen bersama untuk menciptakan

pemerintahan demokratis, pasar bebas, dan rnenangkal pengaruh

komunisme Uni Soviet. Namun, kini, semua ittr sudah bembah. Bagi

Eropa, tahun penting adaiah 1989 (kerunhrhan Soviet), sedang bagi

AS yaitu  2001 (Tragedi WTC). Eropa dan AS juga gagal unhrk

membangtrn visi bersama dalam menghadapi isu-isu global. "Kita

juga gagal mengembangkan visi yang sama tentang hendak kemana

kita dalam menghadapi istr-isu global yang menghadang kita," kata

Bildt.

Thhtur 2003 (akhir musim semi 2003), dunia internasional disuguhi perdebatan menarik antara Samuel l{untington (I{arvarrl University) dan Anthony Giddens (Tlrc Lotdort School of Econornics) yang

diselenggarakan oleh Ih. Asltt'rt ltrstitute ltnlia. Diskusi kedua tokoh

terkenal itu diekspos dengan judul "Tzuo Wests" (Dua Barat). Salah

satu hal menarik yang dikemukakan Giddens tentang problem yang

tersisa pasca Perang Dingin adala^h "tlrc nrcanhtg of tlrc Wesf"--disamping "the identity of Europe" dan "IJS military power in relation to

Europe". Kedua pakar ini banyak mendiskusikan tentang perbedaan

masyarakat AS dan Eropa, temtama dari segi sikap keagamaan mereka. Huntington menyebtrt bahwa masyarakat AS yaitu  masyarakat religius, dibandingkan masyarakat Eropa yang lebih sekular.

Bahkan, agama di AS telah mengalarrri politisasi. Ia katakan,

"Apakah agama di AS telah terpolitisasi? Ya. Ia telah menjadi

sangat politis. Pada tahurr 2000, setiap calon presiden--kecuali

loe Lieberman--harus menyatakan secara terbuka akan ketnanannya kepada Yesus Krishrs. Hal ihr tak pernah terjadi sebeIumnya di clalam politik Amerika."

Huntington juga mengakui, meskipun Barat saat ini memiliki

kekuatan, tetapi mereka menghadapi problem legitimasi. AS, meskipun merniliki kekuatan hebat, tetapi di mata sebagian besar dunia internasional, kekurangan dalam legitimasi. Ia mengatakan,

"...tetapi Barat memiliki masalah legitimasi. Lebih tepatnya:

dunia menghadapi masalah berupa jurang antara kekuasaan

dan legitimasi. Pemerintahan yang efektif dan otoritatif hanya

bisa berjalan jika kedua hal itu ada. saat ini, AS punya kekuasaan/ namlln di mata hampir selumh dunia, ia kekurangan

legitimasi."

Artinya, kekuatan dan superioritas Barat tidakrah direshri oreh

umat manusia. Demokrasi pada level global tidak berjalan. pada level ini, demokrasi lebih mempakan jargon. Bahkan, se;'ak berdirinya,

PBB mempertahankan stmkhrmya yang tidak demokratis. DK pBB

yang merllpakan inti PBB, didominasi oleh lima negara--AS,Inggris,

Prancis, Rusia, Cina-yang memiliki hak istimewa bempa veto.

Meskipun realitas dan peta kekuatan politik ekonomi sudah bembah setelah lebih dari setengah abad umur PBB, tetapi strukhrr yang

tidak adil itu tetap dipertahankan. Kasus Palestina menunjukkan,

bagaimana bemlangkali Majelis Umum PBB mengeluarkan berbagai

resolusi yang mengutuk Israel, tetapi tidak dapat direalisasikan karena dimentahkan di DK-PBB. Namun, meskipun tanpa resolusi

DK-PBB, AS dapat menjalankan mesin perangnya ke berbagai belahan bumi. Kecaman demi kecaman silakan dilakukan. Tetapi, perhrnjukan tetap berlangsung. Dunia boleh teriak apa saja tentang ketidakadilan, tentang dottble standard, tentang ketimpangan distribusi

kekayaan, tentang tatanan perdagangan internasional yang tidak

adil, tentang ketidakdilan utang luar negeri .Tlrc shoru must go on.Bertrlangkali negara-neg ar a N on-Al igned Moaement (Ger akan Non-Blok)

menyerukan pembahan struktur (restrukturisasi) pBB, tetapi tidak

digubris. Thta hubungan internasional ini yaitu  bentuk nyata bahwa Barat sendiri sebenarnya tidak menghendaki demokrasi, jika demokrasi akan memgikan kepentingannya.Di PBB, jumlah terbesar

anggotanya berkumpul di Majelis Umum PBB. Tetapi, justru Majelis

Umum ini tidak memiliki kekuasaan sebesar Dewan Keamanan.2Karena itu, ketika Fukuyama melontarkan pendapah:rya tentang Tlrc End of History dengan kemenangan akhir di pihak

Demokrasi-Liberal Barat, banyak yang menggugat benarkah? Akhir

sejarah yang bagaimana? Pasca serangan terhadap Irak tahun 2003,

jtrstenr mtrlai bermunculan wacana "Tlrc End of tlrc West" ataLr "The

End of Americn".Dalam pidatonya pada Pembukaan Sidang negaranegara Non Align Movement (NAM), 24 Febrtari 2003, Perdana

Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyampaikan kritik-kritik

keras terhadap kebijakan negara-negara kuasa besar, khususnya

Amerika Serikat (AS). Mahathir menyebut negara superpower ihr

telah melakukan politik yang "blntnnt dotfule standard" . AS bersikap

lembut terhadap Korea Utara yang jelas-jelas memiliki senjata nuklir.

Tetapi, bersikap ganas terhadap Irak, yang tidak memiliki senjata

ntrklir. Pada Desember 1999, Aidn Parker Newsletter, menyebarkan

sahr artikel melalui internet berjudul "END OF AMERICA"S EMPIRE?"yang memaparkan kondisi Imperium Romawi menjelang kejahrhannya. Dihrlis dalam artikel ihr bahwa sebelum kemnhrhannya,

seorang orator Romawi, Cicero, memberikan nasehat, agar Romawi

menyeimbangkan anggarannya, mengurangi utang publik, mengontrol keangkuhannya, dan mengurangi banhran terhadap wilayah-wilayah asing. Nasihat Cicero ihr tidak dilaksanakan. Dan pada

476 M, Romawi mntuh. Seperti kata Bemard Shaw, "Romawi rt.ntuh, Babylon rtnhrh, dan akan tiba giliran Amerika."23

Sebagai kekuatan hegemonik, Barat dalam hal ini AS memang

tidak mau disaingi. Ia ingin menjadi kekuatan hrnggal. Berbagai intervensi AS dilakukan dalam rangka memelihara hegemoni atas dunia internasional. William Blum, mantan pejabat Deplu AS, menyebutkan, ada empat tujuan invasi-invasiAS, yaitu: (1) membuat dtmia

terbuka dan nyaman unhrk globalisasi, temtama unhlk pemsahaanperusahaan multinasional milik AS; (2) meningkatkan pendapatan

kontraktor-kontraktor pertahanan yang telah banyak "bermurah

hati" kepada anggota Kongres dan penghuni Gedung Putih; (3)

mencegah munculnya masyarakat mana pun yang dapat memunculkan contoh altematif bagi model kapitalis; (4) memperluas hegemoni politik, ekonomi, dan m