sanya yang besar
dalam pengembangan bidang "contparstiue plilosoplry". Presiden
Pakistan Zia-ul-Haqmemberikan pengharg aan " lqbal Me dal" tahun
1979.Sejak tahun l974,Marquis'Who's Who in the World telah memasukkan al-Attas ke dalam daftar nama orang-orang yang menunjukkan prestasi istimewa dalam bidangnya.
Al-Attas dikenal sebagai pelopor konseptualisasi Universitas
Islam, yang ia formulasikan pertama kalinya pada saat acara'First
World Conference on Muslim Education', di Mekah (L977). Thhun 1987,
ia mewu;'udkan gagasannya dengan mendirikan Tlu Internntional
lnstitute of Islamic Tltought and Cioilization (ISTAC). Ia merancang dan
membuat sendiri arsitekfur komplek bangunan ISTAC, merancangkurikulum, dan membangrm perpustakaan ISTAC yang kini tercatat
salah satu perpustakaan terbaik di dunia dalam Islnmic Sttdies.
Pribadi dan perjalanan keilmuan Naquib al-Attas membawa
keyakinan, bahwa martabat keilmuan di Barat mauptin di Timur
dapat diraih dan disegani tanpa dirinya hart.s mengkompromikan
kebenaran dan keagungan akidah Islam. Apalagi jika kompromi itu
dilakukan dengan peradaban Barat yang merupakan campur aduk
berbagai peradaban dan budaya termasuk paganisme.
Bagi banyak kaum Kristen, sekularisasi tampaknya kini
menjadi sahr kehamsan yang tidak dapat ditolak. Harvey
Cox membtrka buku terkenahrya, Tlrc Seciilar City, dengan
bab "Tlte Biblicol Source of Seailnrizatiort", yang diawali kutipan pendapat teolog Jerman Friedrich Gogarten, "Secularizatiort is tlrc legitinnte consequence of tltc intpnct of biblicnl fnitlt on history. " Bahwa sekularisasi yaitu akibat logis dari dampak kepercayaan Bible terhadap
sejarah. Menurut Cox, ada tiga komponen penting dalam Bible yang
menjadi kerangka asas menuju sekularisasi, yaihl, "disencltnntrnent of
nahffe" yang dikaitkan dengan pencipta an (Creation), " ciesacrdization
of politics" dengan migrasi besar-besaran (Exodtts) kaum Yahudi dari
Mesir, dan "deconsecratiort of aalues" dengan Perjanjian Snai (Sinai
Coaenant).1
Jadi, menurut Cox, sekularisasi yaitu pembebasan manusia
dari asuhan agama dan metafisika, pengalihan perhatiannya dari
'dtrnia lain' menuju dunia kini (Secrrlarizntiott is the liberation of man
from religious nnd ntetnplrysical tuteloge, tlrc turuing of his attention nuay
frorn otlter uorlds mrd touards tltis one). Karena sudah menjadi sahr kehamsan, kata Cox, maka kaum Kristen tidak seyogyanya menolak
sekularisasi. Sebab sekularisasi mempakan konsekuensi otentik dari
kepercayaan Bible. Maka, hrgas kaum Kristen yaitu menyokong
dan memelihara sekularisasi.2
Dari segi pandangan teologis, buku "The Seailar City" termasuk
buku yang luar biasa. Edisi pertama buku ini dicetak tahun 1965. Buktr Cox ini mencehrskan cnrrse cilibre agama diluar jangkaan pengarang dan penerbitnya sendiri. Waktu ihr, buku ini mempakan'besfseller'di Amerika dengan lebih 200 ribu naskah terjual dalam masa
kurang dari setahun. Buku ini juga yaitu karya utama yang menarik perhatian masyarakat kepada isu sekularisasi. Menurut Martin E.
Marty, salah sahr kontributor dalam buku Tlrc Grent ldeas Today,beberapa kalangan menjadikan buku tersebut sebagai buku panduan,
manual untuk bebas lepas dari sembarang dongeng mitos dan
agama.3
Pengamh buku ini ternyata juga melintasi batas negara dan
agama. Di Yogyakarta, sekelompok aktivis yang tergabung dalam
Lingkaran Diskusi Limited Group di bawah bimbingan Prof. Mukti
Ali, sangat terpengaruh oleh "Tlte Seailnr City"-nya Harvey Cox.
Diantara sejumlah aktivis dalam diskusi itr"r yaitu M. Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, dan Ahmad Wahib.{ Tetapi, gagasan Cox
ketika itu belum terlalu berkembang. Ahmad wahib hanya menulis
catatan harian yang kemudian dikumpulkan dalam sebuah buku selepas meninggalnya. Djohan Effendi pun tidak terlalu kuat pengamhnya. Pengamh Cox bam tampak jelas pada pemikiran Nurcholish
Madjid yang ketika ihr menjadi kehla ,mum pengums Besar Himpnnan Mahasiswa Islam. Pada tanggal 2 |anuari 1970 Nurcholish
Madjid secara resmi meluncurkan gagasan sekularisasinya dalam
diskusi di Jalan Menteng Raya 58. Ketika itu, Nurcholish meluncurkan makalah berjudul "Kehantsan Pentbahnruan penikirnn Islnm dan
Masnlnlt lntegrasi Llntat". Dua puluh tahun kemudian, gagasan ihl
kemudian diperkuat lagi dengan pidatonya di rhman Ismail Marzuki Jakarta, pada tanggal2l Oktober 1992, yang dia beri judul ,,Bebernpn Renungan tentang Keltidupan Kengamaon di Indonesia". setelah ihl,
berjubellah para propagandis sekularisasi di Indonesia.
Jika dicermati, pengamh "The Seailar City,, jelas sekali tampak
pada pemikiran Nurcholish Madjid tentang sekularisasi. Misalnya,
tentang etimologi sekularisasi, Nurcholish berpendapat,
"Kata-kata sekriler dan sektilarisnsi berasal dari bahasa Barat
(Inggris, Belanda dan lain-lain). sedangkan asal kata-kata ihr,
sebenarnya, dari bahasa Latin, yaitu saecttlum yang artinya
zaln:.ar. sekarang ini. Dan kata-kata saeailum itu sebenamya
yaitu salah sahl dari dua kata Latin yang berarti dunia. Kata
lainnya ialah numdrrs. Tetapi, jika sneculu rr yaitu kata wakhr,
maka mwtdus yaitu kata mang."s
Mari kita bandingkan ungkapan Nurcholish Madjid ihr dengan
kata-kata Harvey Cox:
"The English uord seailnr deriues from the Lotin uord sfieailturr,
ntenning "this presertt nge".... Bnsicnlly saeathnn is one of tlrc tuo
Intin words denoting "worJd" (tlrc otlrcr is mundts).... sneutlum is a
tinrc word, used frequerttly to translate tlrc Greek zuord aeon, wlriclt
also ntenns age or epoclt. Mtutdrrs, o, the other lmnd, is a space
word."
Nurcholish tidak berterus terang menyatakan bahwa gagasannya tentang sekularisasi diadopsi dari pemikiran Harvey Cox.
Namun penjiplakan yang dilakukan Nurcholish terhadap ide Cox
menjadi nampak jelas pada upayanya untuk membedakan antara
"sekularisasi" dan "sekularisme", sebagaimana dilakukan oleh Cox.
Menurut Nurcholish, pembedaan antara "sekularisasi" dan "sekularisme" semakin jelas jika dianalogikan dengan pembedaan antara
rasionalisasi dan rasionalisme. Jika Cox mencari legitimasi sekularisasi dalam agama Kristen, maka Nurcholish mencoba mengadopsi
dan menyesuaikan gagasan Cox dengan mencari legitimasi dalam
ajaran Islam.
Menurut Nurcholish, seorang Muslim hams bersikap rasional,
tetapi tidak boleh menjadi pendukung rasionalisme. Rasionalitas
yaitu suatu metode gnna memperoleh pengertian dan penilaian
yang tepat tentang suahr masalah dan pemecahannya. fbsionalisasi
yaitu proses penggunaan metode itu. Analoginya, lanjut Nurcholish, sekularisasi tanpa sekularisme, yaihr proses penduniawian tanpa paham keduniawian, btrkan saja mungkin, bahkan telah terjadi
dan tems akan terjadi dalam sejarah. Sekularisasi tanpa sekularisme
yaitu sekularisasi terbatas dan dengan koreksi. Pembatasan dan
koreksi itur diberikan oleh kepercayaan akan adanya [Iari Kemudian
dan prinsip KetuJranan. Sekularisasi yaitu keharusan bagi setiap
umat beragama, khususnya umat Islam.T
Bandingkan pendapat Nurcholish lvladjid ihr dengan ungkapan Harvey Cox berikut ini.
" ..it should be cnreftilly distirtguislted from seuilnrism. Seudarizntion
intplies a listoricnl process, ahnost certninly irreuersible, in uliclt so-
ciety and ctLlhffe are deliacred from tutelage to religiotts control and
closed nrctaplrysicnl uorld aieus. We lmae argued tlnt it is basically a
liberating deaelopment. Seuiloristrt, on tlrc otlrcr hnnd, is the nantefor
nn ideology, o neu, closed uorld aiew zuiclt ftmctions aery nntclr like n
neu religion. Wltile secularization finds its roots in the biblicnl faitlr
itself ard is to sonrc extent on autlrcntic otttconrc of tlte inrpact of biblical faitlt on Westent history, tltis is rtot the cose uitlt seailnrism. It is a
closed ism."8
yaitu menarik, melihat gaya Nurcholish dalam mengembangkan ide sekularisasi Harvey Cox. Ketika Cox menyatakan sekularisasi yaitu kehamsan bagi kaum Kristen, maka Nurcholish meIanjutkan bahwa "sekularisasi yaitu kehamsan bagi setiap umat
beragama, khususnya umrnat Islam". Jika Cox mencari landasan
sekularisasi dalam Bible, maka Nurcholish mencari justifikasi dari
ajaran-ajaran Islam. Ia, misalnya, menyatakan, gagasan sekularisasi
dapat dijustifikasi dari dua kalimat syahadat, yang mengandung negasi dan afirmasi. Menumt tafsirannya, kalimat syahadat menunjukkan bahwa manusia bebas dari berbagai jenis kepercayaan kepada tuhan-tuhan yang selama ini dianut, kemudian mengukuhkan
kepercayaan kepada T[han yang sebenamya. Dan Islam dengan
ajaran Thr*Lidnya yang tidak kenal kompromi ihr, telah mengikis
habis kepercayaan animisme. Ini bermakna dengan tauhid, terjadi
proses sekularisasi besar-besaran pada diri seorang Animis. Manusia ditunjuk sebagai khalifah T[rhan di bumi karena manusia memiIiki intelektualitas, akal pikiran, atau rasion. Dengan rasio inilah,
manusia mengembangkan diri dan kehidupannya di dunia ini. Oleh
karena itu terdapat konsistensi antara sekularisasi dan rasionalisasi.
Kemudian, terdapat pula konsistensi antara rasionalisasi dan desakralisasi.
Bahkan, kata Nurcholish, kalimat Basnmllah, juga menunjukkan
bahwa manusia yaitu Khalifah Tuhan di atas bumi. Selain itu, nlRnlnnan menunjukkan sifat kasih Tlrhan di dunia ini (rnenumt ukuran-trktrran duniawi), sedangkan al-Rnlim menunjukkan sifat Kasih
itu di akhirat (menumt norrna-nolrna ukhrawi). Penghayatan nilai/
spiritual keagamaan bukanlah hasil kegiatan yang serba rasionalis-
tis. Demikian pula sebaliknya, masalah-masalah duniawi tidak dapat didekati dengan metode spirihralistis. Keduanya mempunyaibidang yang berbeda, meskipun antara iman dan ilmtt itu terdapat
pertalian yang erat.e
Jika membaca sepintas, argrunentasi Nurcholish tampak seolaholah logis. Namun, jika dicermati lebih jauh, akan tampak bahwa ia
sebenarnya juga tidak terlepas dari hegemoni pemikiran Barat dalambidang pemikiran keagamaan. Ia mengadopsi gagasan sekularisasi Cox dengan menafikan bahwa terdapat perbedaan besar dalam
sejarah peradaban dan pemikiran Kristen dan Islam. pengalaman sejarah dan trauma Barat terhadap hegemoni Gereja Kristen menghartrskan dilakukannya sekularisasi di Barat, sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya. Tetapi, Islam tidak mengalami hal
semacam itu. Islam tidak mengenal instihlsi lnquisisi.Islam tidak
mengalami problema teks Kitab suci dan teologis sebagaimana dialami oleh Kristen. Bernard Lewis cukup jeli dalam memandang hal
ini, dengan menyatakan,
"Alasan sebenarnya kenapa umat Islam tidak mengembangkan
gerakan sekularisnya sendiri, dan bereaksi tajam terhadap usaha-usaha unhrk memperkenalkan gerakan sekularis dari luar,
terlihat jelas dari perbedaan-perbedaan mencolok antara sejarah
dan pengalaman umat Kristen dan Islam. Sejak awalnya, umat
Kristen diajari lewat dua hal anggapan dan praktik untuk membedakan antara Tirhan dan Kaisar serta antara hlgas-hlgas berbeda pada masing-masing dari kedua pihak ihr. Umat Islam
tidak pernah menerima perintah seperti itu.-10
Juga, seperti disebutkan sebelumnya, dalam bukunya, Clristinnity in world History,Arend rheodor van Leeuwen, mencatat, bahwa penyebaran Kristen di Eropa membawa pesan sekularisasi. Kata
Leeuwen, "Kristenisasi dan sekularisasi terlibat bersama dalam sebuah hubungan dialektik." Maka, menumtnya, persentuhan antara
kulhrr sekular Barat dengan kulhrr tradisional religius di rimur Tengah dan Asia, yaitu bermulanya babak bam dalam sejarah sekula-
risasi. Sebab, kulhrr sekular yaitu hadiah Kristen kepada dunia
(Clristianity's gift to tlrc zuorld).11
Ide sekularisasi ihr sendiri sangat kontroversial di kalangan
Kristen. Sebab, mereka melihat, ide ini dapat menghancurkan agama Kristen. Namun, mereka hanrs menerima ide ihl, karena hegemoni Barat yang sangat kuat dan trauma Barat terhadap hegemoni
Gereja Kristen di masa lalu. Sejumlah teolog Kristen seperti Dietrich
Bonhoeffer dan Paul Tillich memahami akan datangnya krisis aga-.
ma dan teologis akibat proses sekularisasi yang dilihat oleh banyak
orang sebagai proses yang tidak terelakkan (kehamsan), dan menyebar ke selumh dunia seperti penularan yang cepat (raging contagion).
Karena tidak mampu menghadapi "penyakit menular"--yakni sekularisasi--yang hebat itulah, maka yang terjadi hakikatnya bukanlah
peng-Kristen-an Barat, melainkan "pem-Barat-an" Kristen. Hakiki
nya, btrkan Cltristinnized Westenr, tetapi, Westernized Clristinn. E.L.
Mascall, dalam bukunya, Tlrc Seailnrization of Clfistinnity, menyatakan, "...bahwa bukannya memasukkan dunia kedalam Kristen mereka malah memasukkan Kristen kedalam dunia."l2
Berbeda dengan Nurcholish Madjid yang menelan dan menyebarluaskan gagasan sekularisasi, khususnya dari Harvey Cox, Naquib al-Attas melakukan perlawanan yang sengit terhadap penyebaran "penyakit mennlar" tersebut. Pada awal tahun 1973, al-Attas
sudah menulis sebuah buku yang mengkritik gagasan sekularisasi.
Gagasan di dalam buku ini dikembangkan menjadi beberapa
karya monograf. Pada tahun 1978, al-Attas telah menerbitkan lslnnr
and Seculnrism, yang sudah diterjemahkan ke bahasa Arab, Turki,
Persia, Urdu, India, Malaysia, Indonesia, Bosnia dan Albania.
Menurut al-Attas, klaim bahwa akar sekularisasi terdapat dalam kepercayaan Bible yaitu keliru. Bagi al-Attas, akar sekularisasi
btrkan terdapat dalam Bible, tetapi terdapat dalam pennfsirnn orang
Barat terhadap Bible. Sekr"rlarisasi bukanlah <iihasilkan oleh Bible,
namun ia dihasilkan oleh konflik lama antara akal dan Bible cli dalam pandangan hidup orang Barat. Disebabkan tid.ak kuatnya dogma dan ajaran Kristen dalam menghadapi Barat yang sekuler,
makanya Kristen terbaratkan. Kata al-Attas,
"Tlte cloirn tlt,tt seuilnrizntiort hns its roots in biblicnl fnitlt nrd tlmt it
is tlte fruit of tlr Gospel lns rro sttbstonce in listoricnl fnct. Seuilnrizotion lms its roots rtot itt biblical fnitlt, but in tlrc interpretntion of
Ltiblical fnitlt Lty Westertl ,non; it is rrot tlw fruit of tlrc Gospel, but is tlrc
fruit of tlrc long listory of ytlilosiplticnl ond ntetnpltysical cortflict irt
tlrc religiotts and purely rationolistic ruorldaiezo of Western n'tan."73
Al-Attas juga mengkritik pembedaan makna istilah sekularisasi
dan sekularisme. Sekularisme dikatakan sebagai "blrkan suatu proses" tetapi "kristalisasi". Dan setiap "isme" yaitu sahl "ideologi".
Jika ideologi diartikan sebagai "seperangkat ide-ide nmnm" atan
satu "program filosofis", maka sekularisasi juga mempakan sahl
ideologi. Pada akhirnya, sekularisasi ini juga akan menjadi sekularisasisme (seuilarizotiottistrt). Sekularisme dan sekularisasi memiliki
persamaan yaihr relativisme sejarah yang sekular.l{
Banyak sarjana Muslim yang memberikan kritik tajam terhadap ide sekularisme dan sekularisasi. Tapi, karena sekularisme memang menjadi program global dari peradaban Barat--sebagai prasyarat demokrasi--maka dunia Islam juga mendapat tantangan serius. Sepanjang sejarahnya, kaum Muslim sudah terbelah dalam menyikapi soal ini. Ada yang pro, ada yang kontra. Secara politis, kaum
Muslim biasanya terbelah dua: golongan Islam dan golongan seku-
lar. Namun, masalahnya meniadi serius, ketika golongan agama sendiri, justm kemudian mempromosikan sekularisme, dan-- sebagaimana yang dilakukan sebagian teolog Kristen--juga bemsaha mencari legitimasi dan justifikasi ide sekularisasi dalam ajaran dan sejarah Islam. Ini menjadi semacam ironi, tetapi itulah yang terjadi dalam
realitas kehidupan kaum Muslim dewasa ini.15
Nurcholish sendiri sebenarnya sempat ragu unhlk rnelanjutkan
penggunaan istilah sekularisasi, setelah mendapat kritik tajam dari
berbagai cendekiawan dan tokoh Islam. Jika dicermati, pendapatpendapat Nurcholish tentang sekularisme dan sekularisasi memang
tidak jelas acuan berpikirnya, dan inkonsisten. Dalam banyak hal, ia
lebih mencerminkan figur politisi, yang berdiplomasi dengan katakata. Bicara di sahr tempat lain dengan di lain tempat. Belum ada satu buku utuh yang dihrlisnya tentang 'sekuiarisme dan sekularisasi'.
Meskipun pada akhirnya, apa yang dilakukannya dengan Yayasan
Paramadina yaitu melakukan dekonstmksi terhadap berbagai
prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti penyebaran paham Pluralisme
Agama.
Pada tahap-tahap awal penyebaran idenya, yang banyak diserang oleh Nurcholish yaitu aspek-aspek politik. Misalnya, konsep
tentang negara Islam dan partai Islam. Ia katakan:
"Dari tinjauan yang lebih- prinsipil, konsep Negara Islam yaitu
suahl distorsi hubungan proporsional antara agama dan negara. Negara yaitu salah sahr segi kehidupan duniawi yangdimensinya yaitu rasional dan kolektif, sedangkan agama
yaitu aspek kehidupan yang dimensinya spirihlal dan pribadi."
Terhadap pikiran Nurcholish tersebut, Prof. Rasyidi berkomentar,
"Kata-kata tersebut bukan kata-kata orang yang percaya kepada Qur'an, akan tetapi merupakan kata orang yang pemah
membaca Injil. Dalam Matheus 22-27 disebutkan: Render tuio
Cnesnr tlrc tlirtgs tohich orc coasor' and utto God tlrc thing uhich nre
Cod's."
Tahir Azhary juga menilai gagasan pembahaman Nurcholih
mengarah kepada sekularisasi Islam, selain mengecewakan umat Islam, mentrrtrt Azhary, Nurcholish juga tidak berhasil memahami bagaimana sesungguhnya hubungan antara Agama Islam dan kehidupan kenegaraan dan masyarakatl6
Pada tahun 7970-andan 1980-an, Nurcholish belum menyenhrh
aspek-aspek teologis, seperti gagasan Teologi Inklusif dan pluralis.
Thhtrn 7992, ia mulai menyenhr_h aspek teologis dengan membongkar konsep Ahlul Kitab. Thhun 2000-an, ia mulai aktif memasuki aspek teologis. Dengan keluamya buku Fiqih Lintas Aganm (terbitan
Paramadina dan Tlrc Asia Fomtdatiorr) yang membongkar akidah dan
fiqih Islam, maka gagasan sekularisasi Nurcholish Madjid menemlrkan benhrknya yang uhrh sebagaimana terjadi dalam Dunia Kristen,
dan sebagaimana yang didefinisikan oleh Harvey Cox, bahwa ,,sekularisasi yaitu pembebasan manusia dari asuhan agama dan metafisika, pengalihan perhatiannya dari "dunia lain" menuju dnnia
kini." Dengan definisi ini, maka pada akhimya, sekularisasi Islam
yaitu pembebasan kaum muslim dari asuhan Islam. Akidah Islam
yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. dibongkaq, diganti dengan
teologi ba.u .t.musan tokoh-tokoh Kristen yang diposisikan sebagai
"nabi", seperti Wilfred Cantwell Smith dan John Hick, yang disebut
sebagai reologi Pluralis atau paham Pluralisme Agama. Masalah ini
akan dibahas lebih luas pada bagian berikutnya. Dalam mempromo-
sikan pendapat-pendapatnya, Nurcholish Madjid banyak mengutip
pendapat Ibnu Thimiyah. sayangnya, sejumlah kutipan tidak tepat,
dan mernotong bagian-bagian penting.lT
Dalam Kitab NInjmil ul F ntaawa,Jilid XXXII, h. lTg,pembahasan
masalah Ahli Kitab diletakkan di bawah ju d:ul "Niknhttl Kttffar,' . Kaum
Yahtrdi dan Nasrani melakukan tindakan syirik (bil firi) tetapi Al
Qtrr'an tidak menyebut mereka sebagai kaum musyrik (bit iani).
Namun,Ibnu Thimiyah menegaskan, mereka tetap golongan kafir.
Pilihan Nurcholish Madjid unhrk menulis Disertasi di Chicago
Llniuersity tentang filsafat dan kalam Ibnu Thimiyah sangatlah strategis unhrk memberikan citra bahwa Nurcholish sangat otoritatif
dalam soal Ibnu Taimiyah, tokoh yang dijuluki sebagai "syaikhul
Islam". Padahal, banyak pendapatnya sangat berseberangan dengan
Ibnu Thimiyah sendiri. Nurcholish hidup di lingkungan Masyumi
yang sangat menghormati Ibnu Thimiyah. Ia pernah dijuluki sebagai
Natsir Muda. Bisa dipahami, semasa tokoh-tokoh Masyumi hidup,
Nurcholish belum mengeluarkan pendapatnya yang "terlalu kontroversial" dalam bidang akidah Islam, seperti paham pluralisme
Agama. Ia ketika ihr, bam menyentuh aspek-aspek sosial-politik.
Dalam makalah yang dibacakan tanggal 2 Januari 1g7O di
Menteng Raya 58, Nurcholish Madjid menulis,
"...dengan sekularisasi tidaklah dimaksudkan penerapan sekuIarisme dan merobah kaum muslimin menjadi kaum sekularis.
Thpi dimaksudkan unhrk menduniakan nilai-nilai yang sudah
semestinya bersifat duniawi dan melepaskan ummat Islam dari
kecendemngan unhlk mengukhrowikairnya."
Dalam wawancara dengan harian Kontpas tanggal 1 Aprll 1970,
ia mengatakan,
"Orang yang menolak sekularisasi lebih baik mati saja. Karena
sekularisasi yaitu inherent dengan kehidupan manusia sekarang di dunia ini (sneailurl berarti jaman atau keadaan sekarang, juga berarti dunia ini)."
Dalam makalahnya yang lain, "Sekali Lagi tentang Sekularisasi", Nurcholish juga memaparkan pengertian sekularisasi. Agama
Islam, kata Cak Nur, bila diteliti benar-benar dimulai dari proses
sekularisasi terlebih dahulu. Justm ajaran Tauhid ihr mempakan
pangkal tolak proses sekularisasi secara besar-besaran.
Setelah melalui perdebatan yang panjang dan memancing reaksi keras berbagai pihak, ia menulis kembali makalah dengan judul
"Sekularisasi Ditinjau Kembali". Kesimpulannya, menuru..t Nurcholish, terdapat perbedaan mendasar antara pengertian sekularisasi
secara sosiologis dan secara filosofis. Dan karena begihr kontroversialrrya istilah "sekular", "sekularisme", dart "sekularisasi", maka ia
menyarankan agar istilah-istilah itu tidak digunakan lagi dalam
konteks pemikiran yang diajukannya. Lebih baik digunakan istilahistilah teknis lain yang lebih tepat dan netral.
Prof. HM Rasjidi mengritik keras cara-cara Nurcholish dalam
menggunakan istilah yang dapat menimbulkan pengertian yang
menyesatkan di kalangan Muslim. Dengan mengampanyekan "sekularisasi", Menumt Rasjidi, Nurcholish Madjid melukiskan seolaholah Islam memerintahkan sekularisasi dalam arti Thuhid. "Kalalr
soalnya seperti yang dihrhrrkan Saudara Nurcholish, maka segala
sestratu telah menjadi arbitrer atau senffiu glte. Secara ekstrim boleh
saja kata sekularisasi tersebut diganti dengan pisang goreng, atau
kopi jahe atau es jahe dan sebagainya dengan tidak ada konsekuensi
apa-apa. Kalau saya berkata, "Yang saya maksud dengan pisang goreng yaitu sikap manusia yang mengesakan Tuhan dan menganggap benda-benda lain tidak layak dipuja, maka tak seorang pun berhak melarang saya berbuat demikian. Mereka hanya ketawa dalam
hati mereka, karena keanehan istilah tersebut," kata Rasjidi.
Endang Saiftiddin Anshari, pengritik Nurcholish lainnya, menyatakan bahwa berbicara tentang sekularisasi, mau tidak mau mesti mengacu pada sekularisme. Historis, sekularisme timbul di Barat
sebagai reaksi terhadap Kristianisme pada akhir abad pertengahan.
Sekularisme yaitu paham yang menyingkirkan nilai-nilai Ilahi
(agama wahyu) dalam persoalan dunia, negara, dan masyarakat.
"Baik sekularisasi (menurut rumusan sdr. Nurcholish dan yang
dianjtrrkannya itu) maupun sekularisme (yang ditentangnya itu)
sama-sama mau membebaskan diri dari'tutelage' (asuJran) agama,kata Endang Saiftiddin Anshari (alm.).18
Dalam Knmus Besar Bahttsa lndonesin disebutkan bahwa sekularisme yaitu "paham atau pandangan filsafat yang berpendirian
bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama." Sedangkan sekularisasi yaitu "hal-hal yang membawa kearah
kehidupan yang tidak didasarkan pada ajaran agama." Dan sekularis yaitu "penganut aliran filsafat yang menghendaki agar
kesusilaan atau budi pekerti tidak didasarkan pada ajaran agama,,.
Sekuler yaitu bersifat duniawi atau kebendaan.
Pemisahan antara sekularisme dengan sekularisasi yaitu hal
yang naif. Sebab, istilah "sekularisasi,,, ,,sekularisme,,, yaitu istilah
yang khas yang muncul dalam dunia Kristen, sehingga perlu dipahami sesuai dengan latar belakang munculnya istilah tersebut. Tenhr
saja, bisa dengan mudah dipahami, bahwa sekularisasi yaitu proses menuju "sekularisme". Ketika, proses itu sendiri dikatakan sebagai sesuatu yang abadi, dan tidak pemah sampai pada ,,sekularisme", maka proses ihl sendiri--sebagaimana dikatakan al-Attas--
sudah menjadi sahr ideologi. Kasus serupa, yaitu proses Islamisasi, se!:agai proses menuju lslam. Kristenisasi, bisa berarti proses menuju Kristen atau pengkristenan. Rasionalisasi, bisa berarti proses
berpikia bisa juga berarti pemuhrsan hubungan kerja (pHK). Jika
istilah ini digunakan secara arbitrer, maka dampaknya tidak akan
dapat memahami akar masalahnya secara mendalam dan tidak akan
membangun sahl konsep ilmu.
Dalam desertasinya di Fakultas Hukum universitas Indonesia
yang berjudti Negarn Hukum, Muhammad rahir Azhary, mendefinisikan sekulerisme sebagai "paham yang ingin memisahkan atau
menetralisir semua bidang kehidupan seperti politik dan kenegaraan, ekonomi, hukum, sosial budaya dan ilmu pengetahuan teknologi dari pengaruh agama atau hal-hal yang gaib. sedangkan
sekularisasi, menumt Thhir, yaitu usaha usaha atau proses yang
menuju kepada keadaan sekuler atatt proses netralisasi dari setiap
pengaruh agama dan hal-hal yang gaib. Sekuler yaitu sifat-sifat
yang menunjuk kepada suahr keadaan yang telah memisahkan kehidupan duniawi dari pengamh agama atau hal-hal yang gaib.
Negara sekuler yaitu negara yang tidak memberikan peran pada
agama dalam kehidupan bernegara. Agama telah diasingkan dari
kehidupan negara dalam berbagai sektomya. Ciri negara sekular
yang paling menonjol yaitu hapusnya pendidikan beragama disekolah-sekolah rlmrm.Eksperimen Sekularisme: Kasus Turki
Secara manusiawi, sebagaimana kata-kata terkenal Ibnu Khaldun, memang ada kecendemngan orang-orang yang kalah unhlk
menjiplak pemenang. Sepanjang sejarah, fenomena itubanyak terjadi. Termasuk di kalangan Muslim. Kekaguman yang berlebihan terhadap kemajuan fisik peradaban Barat, menyebabkan hilangnya
daya kritis trnhlk melihat perbedaan dan mutiara terpendam yang
tinggi nilainya dalam peradaban Islam sendiri. Kekaguman itu kemudian diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan, dengan
asumsi, bahwa jalan satu-sahrnya kaum Muslim untr.rk bangkit dan
maju yaitu menjiplak Barat. Eksperimen yang dilakukan di Tirrki
yaitu contoh yang paling menarik untr.rk dikaji dalam soal ini.
Abdullah Cevdet, seorang tokoh Gerakan Tlrrki Muda, misalnya, menyatakan: "Yang ada hanya satu peradaban, dan ihl yaitu
peradaban Eropa. Karena ihr, kita hams meminjamperadaban Barat,
baik btrnga mawarnya mau pun durinya sekaligus." (There is only one
ciailizntiott, nnd tlmt is Europenn ciailization. Tlrcrefore, zue nntst borrow
uestern ciailiznton zuith botlt its rose nnd its thorn).20
Pimpinan Tirrki Muda lainnya, Sabahuddin Bey, menulis, bahwa "Sejak kami membangun hubungan dengan peradaban Barat,
satu kebangkitan intelektual telah terjadi; sebelum htrbungan ini,
masyarakat kami kurang kehidupan intelekhrabrya."
Sahr organ CUP (Corrrtittee nnd Llnion Progress--organisasi yang
dibentr"rk oleh Gerakan Ttrrki Muda pelawan khilafah Utsmani) yang
bernama Osntnnli, mengkontraskan antara Eropa dengan Timur dalam kata-katanya, "Orang-orang Eropa selalu berjalan di jalan-jalan
dengan kepala tegak; sementara orang-orang Timurberjalan dengan
kepala mereka tertekan absolutisme, melihat ke tanah dan hampir
terseret. "21
Mustafa Kemal Atahlrk, tanpa segan-segan menyatakan, hanya
dengan melakukan Westernisasi, maka sahl negara akan selamat.
Dalam acara pembukaan Fakultas Hukum di Ankara, tahun 1925,ia
menyatakan, revolusi rurki telah menyebabkan terjadinya pembahan besar, yakni menggantikan kesahran politik lama yang berrandaskan pada agama dengan landasan nasionalisme. Bangsa T[rrki,
kata Atahrrk, telah menerima prinsip bahwa satu-satunya carauntuk
selamat dan eksis dalam percahlran dunia internasional saat ini
yaitu kesediaan unfuk rnenerima peradaban Barat kontemporer.22
Ttrrki kemudian dikenal sebagai negara yang mencoba semaksimal mungkin menjiplak Barat dalam berbagai aspek kehidupan.
setelah hrmbangnya Khilafah Utsmaniyah, rg23,laju imitasi Barat
semakin kencang. Mereka berpikia dengan menjiplak Barat dan meninggalkan Islam, T[rrki akan menjadi negara kuat dan besar. Ttrrki
secara tegas menyebut dirinya sebagai negara sekuler. uuD Tirrki
pasal 1 menegaskan, Ttrrki yaitu negara (1) Republik, (2) Nasionaris,
(3) Kerayatan, (4) Kenegaraan, (5) Sekularis, (6) Revolusioneris.
Penjiplakan T'rki terhadap Barat justm dimulai dari pandangan hidup dan sistem kemasyarakatary dengan merakukan proses
sekularisasi secara besar-besaran. Proses sekularisasi rlrrki secara
resmi dimulai dengan proklamasi negara Republik rirrki pada
tanggal 29 oktober 1923. Mustafa Kemal telpilih sebagai presiden
pertama. Ia lalu mengganti nama menjadi Kemal Atahrrk (Bapak
bangsa Turki). Ataturk i.gi. menjadikan negara Turki modem yang
berdasarkan kebudayaan Barat. setelah berkuasa, ia melakukan
reformasi agama. Sejak awal, meskipun dilakukan dengan paksa,
tidak semua keinginannya berhasil. Upaya unhrk mengganti bacaan
salat dengan bahasa Turki gagal diwujudkan. Hanya azan unhlk
pertama kalinya secara resmi dikumandangkan dalam bahasa T[rrki
pada bulan Januari 1932. Fakultas Teologi dituhrp dan diganti dengan Instihrt Riset Islam pada tahun ihl juga. Tahun 1935, libur
mingguan hari Jumat diganti dengan libur mingguan mulai puk'-rl
01.00 hari Sabtu sampai hari Senin pagi. Para pemimpin sekular
Turki modern selalu menerangkan bahwa reformasi yang mereka
lakukan tidaktah dihrjukan untuk melawan Islam, tetapi hanya ingin
mengakhiri kekuasaan para ulama. Menempatkan Islam sebagai
subordinasi terhadap negara juga menunjukkan kepercayaan yang
mendalam dari orang-orang sekularis bahwa Islam bertanggung
jawab terhadap kemunduran dan keterbelakangan bangsa Turki'
Jika reformasi agama tahun 1928 itu berhasil, maka akan
lahirlah versi modern dari Islam yang didasarkan pada nasionalisme,
filsafat, dan sains. Ia akan mempakan Islam lain di luar batas-batas
Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Para refortnis
Turki menolak ciri universal Islam. Kesultanan atau kekhilafahan
yang universal diganti dengan negara nasionalis Turki. Pada mulanya, mereka juga bermaksud mengubah masjid menjadi gereja Islam
modern, tetapi temyata rnustahil dilaksanakan, sebagaimana halnya
usaha unhrk menjadikan bahasa T[rrki sebagai bacaan salat. Masyarakat menentang keras upaya tersebut. Yang kemudian berhasil
yaitu pembahan Aya Sofya (Hagia Sophia), gereja Byzantium,
menjadi mrrseum. Gereja ini telah dijadikan masjid oleh Su1tan
Muhammad II. "Sukses" sekularisasi lainnya yaitu Penggunaan
bahasa Trrrki unhrk azan, tahun 7932. Azanversi Tlrrki ini disiapkan
oleh Himpunan Linguistik dan disiarkan oleh Kantor Kepresidenan
Umsan Agama. Melodi azan versi Tirrki disehrjtri oleh Konservatori
Musik Nasional, Ankara. Tahun 1933, keiuar keptthlsan pemerintah
yang menyatakan bahwa azan dalam bahasa Arab mempakan pelanggaran hukum.23
Gagasan sekularisme Atahrrk dalam bidang kenegaraan pada
dasamya bempa pemisahan agama dari negara. Menumt Atahtrk,apabila agama dipergunakan unhlk memerintah masyarakat, ia senantiasa dipergunakan sebagai alat dalam tangan raja di tangan
diktator untuk menghukum. pemisahan agama dengannegara akan
menyelamatkan bangsa dari malapetaka. pemisahan agama dari negara dimulai tahun 1928 dengan menghapus artikel 2dariKonstihrsi
Turki yang menyebutkan bahwa agama negara yaitu Islam.
sebeltrmnya, tahun 1924, Biro syaikh Al Isram dihapuskan. Begitu
juga Kementerian syariat dan Mahkamah syariat. proses ini dimaksudkan untuk menggusur otoritas syariat dan meletakkan
kedaulatan rakyat secara mutlak. Negara tidak ada lagi hubungannya dengan agama. sembilan tahun kemudian, 1937, prinsip sekularisme dimasukkan ke dalam Kosntitusi rurki, sehingga resmilah
T[rrki menjadi negara Republik sekular.
Dalam soal perkawinan, hukum perkawinan tidak lagi dilakukan sesuai dengan syariat Islam, tetapi dilakukan sesuai hukum
sipil yang diadopsi dari sr,r,iss (szuiss ciail code). wanita mendapat
hak cerai sama dengan laki-laki. poligami dilarang. secara hukum,
wanita Muslimah mendapat hak unfuk menikah dengan pria nonMuslim. Hak untuk pindah agama juga dijamin undang-undang.
Me-numt James A. Bill dan Carl Leiden, benhrk serangan Atahrrk
terhadap agama yang penting yaitu politik nasionalis-revolusioner
yang diterapkannya melalui semboyan 'Thrki yaitu unhrk bangsa
Ttrrki'.2{
Thhtrn 1.924, dlkeluarkan UU penyat,an pendidikan yang mewajibkan selumh sekolah berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan. Madrasah-madrasah dihrhrp dan digantikan
dengan sekolah yang membina imam dan khatib. selanjutnya pendidikan agama ditiadakan di sekolah-sekolah perkotaan pada tahun
1930, dan di sekolah-sekolah perdesaan pada tahun L933. pelajaran
Bahasa Arab dan Persia dihapuskan pada tahun 792g.pad.atahun ini
juga tr.rlisan Arab diganti dengan tulisan Latin. Di bidang budaya,
proses sekularisasi--juga westernisasi--dilakukan antara lain dengan
pelarangan penggunaan topi adat T[rrki, Torbus, tahun 1925. sebagai
gantinya dianjurkan pemakaian topi Barat. pakaian keagarnaan juga
dilarang dan rakyat Tirrki, baik pria maupun wanita, diharuskanmengenakan pakaian Barat.2s
Di lndonesia, sejak awal-awal zarnarl pequangan kemerdekaan, pemikiran unhrk menjiplak Barat, dengan menjadikan Indonesia
sebagai negara sekular juga sudah muncul. yaitu Soekarno,26
tokoh yang dikenal banyak melontarkan ide unttrk menjiplak pengalaman Ttrrki. Soekarno, tercatat sebagai pengagum berat Kemal
Atahrrk. Dalam Majalah "Pandji Islam"--yang dipimpin tokoh
Masyumi ZainalAbidin Ahmad--nomor 12 dan 13 tahun 1940, Bung
Karno menulis sebuah artikel berjudul "Memudakan Islam". Dalam
hrlisannya,Bung Kamo memuji langkah-Iangkah sekularisasi yang
dijalankan Atahrrk di Turki.
Bung Karno menyebut langkah pemisahan agama dari negara
oleh Ataturk sebagai langkah "paling modern" dan "paling radikal".
Kata Bung Karno, "Agama dijadikan Llrlrsan perorangan. Bukan Islam ihr dihapuskan oleh Turki, tetapi Islam itu diserahkan kepada
manusia-manusia Tlrrki sendiri, dan tidak kepada negara. Maka oleh
karena ihr, salahlah kita kalau kita mengatakan bahwa T[rrki yaitu
anti-agama, anti-Islam. Salahlah kita, kalau kita samakan Turki ihr
dengan, misahrya, Rusia."
Mengutip Frances Woodsmall, Bung Karno mencatat,
"Tirrki modern yaitu anti-kekolotan, anti-eklesiastikal (model
kekuasaan gereja/ulama), tetapi tidak anti-agama. Islam sebagai kepercayaan individual tidak ditolak. Sembahyang di
masjid tidak dilarang, malahan ketaatan pada agama pun tidak
dilarang."
Menumt Soekarno, apa yang dilakukan Turki sama dengan
yang dilakukan negara-negara Barat. Di negara-negara seperti
Inggris, Prancis, Belanda, Belgia, Jerman, dan lain-lain, urusan
atama diserahkan kepada individu pemeluknya, agama menjadi
urusan pribadi, dan tidak dijadikan sebagai LlrLrsan negara, tidak
dijadikan sebagai agama resmi negara. Unhrk memperkuat pendapatnya, Soekamo juga mengutip pendapat Halide Edib Hanoum
dalam btrkunya Turkey Faces West,
"Kalau lslam terancambahaya kehilangan pengamhnya di atas
rakyat Tirrki, maka itu bukanlah karena tidak diunrs oleh
pemerintah, tetapi ialah karena diums oleh pemerintah.... Umat
Islam terikat kaki tangannya dengan rantai kepada politiknya
pemerintah itu. Hal ini yaitu suahr halangan yang besar sekali
buat kesuburan Islam di Ttrrki.... Dan bukan saja di Turki, tetapi
di mana saja, di mana pemerintah campur tangan di dalam
LlrLrsan agama, di sihr ia menjadi satu halangan besar yang tak
dapat dienyahkan...."
"Maka oleh karena ihl, menumt pemimpin-pemimpin Ttrrki,
justm buat kesuburan Islam itu, maka Islam dimerdekakan dari
pemeliharaan pemerintah.. Justm buat kesuburan Islam, maka
khalifat dihapuskan, kantor komisariat Syariat dihlhrp. Kode
(Undang-undang) Swiss sama sekali diambil oper buat mengganti hukum famili yang tua, bahasa Arab dan humf Arab yang
tidak dimengerti oleh kebanyakan rakyat Tbrki diganti dengan
bahasa Tirrki dan humf Latin. Selumh pergaulan hidup, terutama kedudukan perempuan, dipermodern oleh negara, oleh
karena negara tidak menanya lagi, "Diperbolehkan atau tidak,
ahrran ini oleh Syariat?" Umat, yang tidak lagi takut-takut bertabrakan dengan negara ditentang rlrusan agama--oleh karena
negara memang tidak campur tangan tagi di dalam Lrrusan
agama--lantas mempermodempula agamanya itu. Azankini ia
dengungkan dengan bahasa Turki. Qur'an sama sekali diTtrrkikary sebagaimana Bijbel dibelandakan atau diinggris-kan,
kedudukan perempuan dimerdekakan juga dari ikatan-ikatan
kekolotan," kata Soekarno, memuji langkah-langkah sekularisasi Turki."
Mengutip pendapai Mahmud Essey Bey, Menteri Kehakiman
Ttrrki saat pengoperan Ciaiele Code Sztiss, Soekarno menyebutkan,"Manakala agama dipakai buat memerintah masyarakat-masyarakat manusia, ia selah.r dipakai sebagai alat penghukum
ditangannya raja-raja, orang-orang zalim dan orang-orang
tangan besi. Manakala zaman modern memisahkan dunia dari
banyak kebencanaan, dan ia memberikan kepada agama ihr
sahl singgasana yang mahakttat di dalam kalbu kaum yang
percaya."
Jadi, simpul Soekarno, buat keselamatan dunia dan buat
kesuburan agama--bukan untuk mematikan agama itu--urusan dunia diberikan kepada pemerintah, dan umsan agama diberikan kepada yang mengerjakan agama. "Geef den Keizer wat des Keizers is,
en God wat Godes is," kata Soekarno mengutip Bijbel.27
Ataturk dan Soekarno yaitu contoh sebagian kecil dari kalangan masyarakat Muslim yang berpikir, sekularisme dan sekularisasi Barat yaitu jalan menuju kebangkitan. Meskipun gagasan
mereka gagal mengangkat Ttrrki dan Indonesia meniadi negara
besar dan berjaya, sejajar dengan negara-negara Barat, namun
gagasan dan pemikiran agar kaum Muslim menfiplak Barat sekuler
terts berkembang dan bahkan semakin iauJr merambah ke berbagai
sektor kehidupan. Apalagi, setelah hancurnya rival Barat, Komunisme, pada awal dekade 1990. Kalangan Barat dan pendukung
sekularisme menyokong sekularisme di Turki dan memberikan
perhatian besar, sebab Turki memang menyimpan seiarah yang
gemilang. dan mempakan momok bagi Barat.
Kasus yang menimpa Dr. Necmetiin Erbakan menarik untuk
disimak sebagai kasus, bagaimana para pendukung sekularisme
resah, ketika Erbakan mencoba sedikit mengurangi cengkeraman
sektrlarisme di Ttrrki. Di Indonesia, misalnya, harian Kompas, dalam
tajnknya, 1 Mei \997, termasuk yang memberikan perhatian besar
terhadap perkembangan politik di T[rki--berkenaan dengan naiknya
Dr. Nlecmettin Erbakan dari Partai Refah sebagai Perdana Menteri
Ttrrki. Tajuk rencana rencana pada edisi 1 Mei 1997 iatberjudul "PM
Erbakan Dinilai Melakukan Siasat Politik Berbahaya bagi Turki".Kontpas mengungkapkan kekhawatirannya terhadap masa depan
negara sekular dan proses sekularisasi di Turki.
Kompas memuji Mustafa Kemal Atahrrk yang telah mem_
benhrk Republik sekular Tlrrki dan pro-Barat. Dihrlis olehKontpas,
"sebelum meninggal tahun 193g, Atahrrk melakukan reformasi
dalam berbagai bidang. pengadilan Agama dib,barkan tahun
7924, dan Klausul Islam sebagai agama resmi negara dicabut
dari konstitusi tahun 1928. Hak kaum perempuan dijamin dan
dilindungi, termasuk cara berpakaian ala Barat. Tirrki pun
praktis menjadi bagian dari Barat dengan bergabung ke NATo
dan Uni Eropa.
Prinsip negara sekuler (bukan sekularisme ) yang diletakkan
Atahlrk hanyalah bertujuan untuk pemilahan jelas antara urusan agama dan negara. Dengan prinsip sekuler, kemandirian
agama justnr hendak dijamin, sehingga tidak dimanipulasi oleh
Lrrusan politik dan keamanan.
Dengan prinsip sekuler atau sekularisasi, masalah pembangunan dunia sangat ditekankan, tanpa hams meninggalkan agama.
Bahkan agama mendapat tempat khusus dan istimewa karena
harus menjaga jarak dari,rusan politik dan kekuasaan. Thnpa
ada jarak, agama akan mudah dimanipulasi unhrk kepentingan
politik dan kekuasaan. Agama dipolitisasi atau politik diagamakan.
Kiranya unhrk mencegah resiko imbas balik dari hubungan
agama negara yang terlalu dekat, Atahlrk dengan tegas memilih
prinsip negara sekuler. Tetapi sebagai seorang religius, Ataturk
plln menolak dengan tegas sekularisme, paham yang hanya
mengakui keberadaan dunia dan menolak keberadaan agama
serta segala nilai transendental.,,
Pujian Kompns terhadap langkah-langkah sekularisasi Atahrrk
di rurki yang ditunrnkan melalui rajuk Rencana menunjukkan sikap
resmi surat kabar ini. Karena itulah, Kontpas melakukan kritik terhadap langkah-langkah Erbakan yang dianggapnya akan dapat
menggoyahkan sendi-sendi negara sekular Tirrki. "Dosa Erbakan,,,
menurut Kompas, diantaranya yaitu tidak bemsaha membendung
gerakan anti-sekular, terlalu memberi angin kepada kaum ftrnda-mentalis agama, dan semakin jatrJr meninggalkan prinsip negara sektrlar. Padahal, tt.Jis Konrpas dalam tajuknya:
"Aktivisme kaum fanatisme dalam kehidupan ptrblik dinilai
sudah semakin mencolok seperti terlihat dalam cara berpakaian dan sistem pendidikan. Sekiranya kecendemngan ini dibiarkan, lambat laun prinsip sekuler yang ditanamkan pahlawan
kenamaan Musthafa Kemal Atahrrk, akan terdesak."
Langkah-langkah Erbakan di Tirrki tampaknya sangat membuat gerah berbagai kalangan. Tidak hanya kaum sekularis di Ttrrki,
tetapi juga di berbagai belahan dunia lainnya. Negara-negara Barat
prln merasa perlu tumt campur tangan terhadap urusan "terancamnya sekularisme di T[rrki". Dukungan pemerintah Amerika Serikat
terhadap penerapan sekularisme di Thrki oleh pengganti Erbakan,
PM Mesut Yllmaz, menunjukkan betapa besar perhatiqn negara adi
kuasa ihl terhadap T[rrki. Bisa jadi, perhatian besar negara-negara
Barat terhadap Turki disebabkan karena Tlrrki merupakan salah sahr
anggota NATO yang memiliki hubungan erat dengan Israel. Disamping ihr, faktor historis Turki yang selama berabad-abad "mengtrasai Eropa" juga tenhrnya menjadi perhatian yang tak terlewatkan dari Barat. Sebagai bagian dari "Barat", selama ini Turki telah
menempatkan dirinya dengan baik dalam mengakomodasi kepentingan-kepentingan Barat. Setidaknya, Tirrki tidak menjadi ancaman
bagi Eropa sebagaimana di masa lalu.
Ttrrki yaitu salah safu "trallma" masa lalu bagi Barat, di samping "Tiauma Perang Salib". Sebagaimana diketahui, Pasukan Islam
di bawah kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mengusir
Pasukan Salib pada pertengahan abad ke-12 dan merebut Yerusalem
pada tahun 1'1,87. "Trattma" Barat terhadap Islam ittl masih berlanjut
pada tahun 1453, saat pasttkan Utsmaniyah dibawah pimpinan
Muhammad Al Fatih berhasil merebut ibu kota Byzantium, Kosntantinopel, dan menggantinya dengan mama Istanbul--sebuah obsesi
kaum Muslim sejak abad ke-7. Sejak itu, menumt Esposito, ketakutan kaum Kristen terhadap Islam semakin menguat. Mengutip C.E.
Bosworth, Esposito mencatat, orang Turki Utsmani telah menimbulkan ketakutan di hati Eropa Kristen, sehingga Richard Knollys,
ahli sejarah T[rrki di masa Elizabeth menyebut Turki Utsmani dimasa ihl sebagai "teror dunia zaman ini".
Setelah merebut Konstantinopel, LJtsmani menjadi negara besar
--dua kali lebih besar dari Eropa--dan menjadi pusat kekuasaan dan
kebudayaan intemasional. Utsmaniyah pun menjadi kerajaan dunia
yang meliputi pusat Muslim yang utama seperti Kairo, baghdad,
Dar,askus, Mekah, dan Madinah. Selama hampir dua abad, mereka
menjadi ancaman bagi Eropa.26
Babak-babak kolonialisme Eropa (Barat) terhadap Dunia Islarn
dan usaha unhrk melestarikannya--hingga kini--telah memunculkan
pola hubungan yang tidak sehat. lJnsur ketakutan yang berlebihan
terhadap trslam (lslamofobia), apalagi setelah komunisme runhrh,
seringkali dieksploitasi oleh sebagian pemimpin Barat dalam mencari popularitas dan dukungan politik. Pola-pola penggalangan solidaritas Kristen ala al.ad pertengahan masih sering terdengar. Islam
seringka.li ditempatkan sebagai faktor ancamarr bagi kelestarian
dominasi Barai. Stereotip semacam inilah (Islamofobia) yang seringkali mewarnai pola pikir dan sikap Barat--juga para simpatisan dan
pendukungn).a-dalam memandang Islam. Apu yang terjadi di
Ttrrki, Aljazair, Sudan, Libya, bahkan Indonesia, pun tak lepas dari
kacamata sernacam ihr. Bahkan, unhlk menghadapi Islam, Barat
menghalalkan segala cara, meskipun bertentangan dengan jargonjargon Hak Asasi Manusia, dan demokrasi yang mereka gembargemborkan. Kasus yang menimpa Front Islamique du salute (FIS)di
Aljazair menunjukkan bagairnana sebuah proses demokrasi dihancurkan oleh kediktatoran militer yang disokong Barat. Eksploitasi
istr-isu terorisme dan ftrndamentalisme Islam menjadi sangat lazim
dalam percahrran isu internasional.
Kasus yang menimpa Erbakan dan Partai Refah di Tirrki sulit
dilepaskan dari perspektif Islamofobia. Belum genap dua bulan setelah tajuk rencana Kontpns itu keluar, Necmettin Erbakan jatuh. Pada
Hari llabu, 18 juni 1997, ia mundur sebagai Perdana Menteri Turki.
Rival utamanya, Mesut Yilmaz dari Partai Ibu Pertiwi, segera menyodorkan diri kepada Presiden Sulayman Demirel agar bisa diangkat sebagai Perdana Menteri Ttrrki. "Negara ini butuh pemerintahan yang kuat yang mampu mempertahankan sistem sekular,"
kata Yilmaz. Presiden Demirel akhirnya menunjuk Yilmaz sebagai
Perdana Menteri Tlrrki, menggantikan Erbakan. Amerika Serikat
ptln segera mendukung penggantian itu. Para pejabat Amerika
Serikat mengingatkan agar Tlrrki tetap mempertahankan demokrasi
sekular.2e
Babak-babak berikutnya yaitu kehidupan yang penuh represif terhadap kaum Mttslim Turki. Di bawah iargon "mempertahankan sistem sekttlar", pemerintahan sekuler Yilmaz yang disokong penuJr oleh militer dan Barat bertindak tidak demokratis
(otoriter). setelah Erbakan ditumnkan, Partai Refah dilarang. sekuIarisasi diberlakukan dengan ketat. Wanita-wanita Muslimah dilarang--sekali lagi, dilarang--mengenakan iilbab di kantor-kantor
pemerintah dan di kampus. Sekolah-sekolah agama dituhrp. |am
siaran agama di TV dipangkas. Tirmnnya Erbakan dapat dikatakan
sebagai jalan terbaik untuk menghindari terjadinya kudeta militer,
sebagaimana terjadi pada tahun L960.
Kasus tahun 1960 itu hampir sama dengan kastts yang menimpa Erbakan. Pada pemilihan Lrmtlm tahun 7950, Partai Demokrasi
pimpinan Adnan Mandaris unggul atas Partai Republik bentukan
Musthafa Kemal Atahrrk, Bapak Sekularis Turki. Selama 10 tahun
berkuasa, Adnan Mandaris bemsaha menempatkan Islam kembali
dalam masyarakat Ttrki, dengan cara yang sangat halus- Di masa
Mandaris, azan kembali dikumandangkan dalam bahasa Arab (sebeltrmnya dilakukan dalam bahasa Tirrki; Lafazh Allalru Akbar
diganti dengan Allalui Btryuk), masiid-masjid yang telah dihancurkan direnovasi, fakttltas teologi dibuka kembali, dan seiumlah
lembaga tahfidzul Qur'an mturcul kembali. Meskipun yang dilakukan oleh Mandaris yaitu sangat manusiawi dan jatih dari sikap
radikal, akan tetapi kebijakan-kebijakan Mandaris dianggap sebagai
kejahatan oleh kaurn Sekuler Ttrrki, temtama kelompok militer yang
bertindak sebagai penjaga Sawang sekulerisme. Di Tirrki, salah satu
ftrngsi militer yaitu sebagai national searity guarul (NSC). Mandaris
dituduh menciptakan pemerintahan yang primitif, statis, berkhianat
terhadap ajaran Kemal Atafurk, mengancam demokrasi, merusak
struktur hukum, dan lain sebagainya. Sebagai "hukuman" terhadapMandaris, pada tahun 1960, terjadi kudeta militer dan Mandaris
bersama Ketura Parlemen Bulahrqan dan Menteri Luar Negeri Fatin
Zattrli dihukum ma ti. 30
Nasib Erbakan lebih bemnhrng. padahal, dimata kaum sekularis Turki, dosa "Erbakan" sejenis-bahkan lebih berat--ketimbang
dosa Mandaris. Inilah diantara daftar "dosa" Erbakan menumt kaum
sekularis T[rrki: mencabut UU yang melarang wanita Ttrrki berkerudung dikantor pemerintahan dan universitas, menambah jam siaran
agama di rv, merencanakan pembangunan masjid di lapangan Thkzim Istambul, menentang rencana penutupan sekolah-sekolah Islam,
dan membawa T[rrki berpating ke poros Dunia Islam melalui kelompok D-8, yang antara lain beranggotakan Indonesia, Malaysia, Iran,
Malaysia, dan Mesir. Jahrhnya Erbakan belum menyelesaikan masalah mendasar dalam kehidupan politik di rurki masih menyisakan
sebuah diskusi tentang tema klasik yang belum juga hrntas, khususnya di dunia Islam, yaihr sekularisme. Diyakini jahrhnya Erbakan
yaitu puncak pergulatannya dengan kalangan militer, penjaga
sekularisme di rlrrki. Dengan kata lain, pergulatan antara sekularisme disatu pihak, dengan Islam dipihak lain, berum berakhir. Bahkan
dirtrrki, pergulatan ittr masih menampilkan sosok yang keras, dibawah bayang-bayang senjata.
setelah sekitar 8 dekade sekularisme dipaksakan dir[rrki, negara trerpenduduk 60 juta jiwa ini belum juga sejajar dengan negara
Barat. Turki memang telah menjadi anggota organisasi pertahanan
NATO- Dalam Perang Teluk 1991, Tirrki juga merelakan negaranya
dil'adikan pangkalan perang pasukan multinasionar untuk menggempur Irak.
Meskipun telah "mati-matian" menjadi ,,Barat,,, namun pada
bulan Maret lggT,larnarannya untr,rk menjadi masyarakat Eropa dan
Uni Eropa ditolak lagi.The Econonist,8 Maret rggT,rnenggambarkan
pandangan negara -negara Barat (Uni Eropa) saat ini terhadap Turki,
"Mereka (negara-negara Eropa lain) memandang Bangsa Ttrrki
terlalu miskin, terlalu banyak jumlahnya, dan terralu muslim." ladi,
meskipun Tlrrki sudah disektrlerkan habis-habisan, tetap saja dia dianggap "terlalu muslim".Kasus sekularisasi di Turki--sebagaimana di dunia Islam--telah
menimbulkan ketegangan tiada henti. Eksperimen Ataturk pada
faktanya, bukan hanya bempa pemisahan agama dari negara, tetapi
juga mempakan penindasan terhadap Islam. Hingga sekarang pun,
rakyat Ttrrki hams mengungkapkan secara hati-hati ikatan mereka
dengan Islam. Mengucapkan salam dan shalat lima waktu di fomm
dan tempat resmi menjadi indikator "keislaman seseorang" sebab
semua ihr dijalankan dengan perjuangan yang tidak mudah. Eksperimen sekularisasi di Turki gagal membuahkan hasil optimal, meskipun paham ini dipaksakan kepada rakyat Turki oleh penguasanya.
Sepeninggal Ataturk, penguasa-penguasa Thrki berangsur-angsur
memberikan keleluasaan terbatas kepada kaum Muslim untuk melakukan aktivitas ibadahnya. Kaum Muslim sendiri selalu bempaya
keras melawan sekularisasi dan penindasan terhadap hak-hak mereka unhrk melakukan ibadah.
Di tahun 1980-an misalnya, Perdana Menteri Ttrki Tlrrgut Ozal
melakukan strategi ganda unhrk mengakomodasi Islam dan Eropa,
yaihr men;'adikan Ttrrki sebagai jembatan bagi pihak Eropa sekaligus
bemsaha menempatkan kembali posisi kehormatan Tirrki di dunia
Islam. "Ada sebuah kelompok besar negara Islam. Mereka pernah
menganggap Utsmaniyah sebagai pemimpin dunia Islam. Kita hams
memimpin kelompok-kelompok negara ini dan hal ini akan membuat kita lebih penting di mata Barat. Secara fisik maupun moral,
kita yaitu jembatan dari Barat," kata Ozal.
Di tengah gencarnya arrs sekularisasi, kebangkitan Islam di
Turki justm mempakan fenomena yang tak terelakkan. Fenomena
kebangkitan Islam itu pun mulai memasuki arena yang sensitif bagi
kaum sekularis, yaihr wilayah politik dan kenegaraan. Thhun 1991,
Partai Refah menempatkan 16 wakilnya di parlemen. Pada November 1992, partai ini memenangkan hampir sepertiga suara dalam
pemilu lokal di Istambul. Refah menghendaki hubungan yang lebih
erat dengan dunia Islam dan cendemng menolak Barat. Sebuah survei yang dilakukan pada awal 1990-an menyebutkan: dari sekitar 55
jtrta penduduk, 70 7o mengaku sebagai Muslim yang taat, 20 %
mengaku menjalankan salat lima waktu,20 persen penduduk menyatakan dengan bangga sebagai Muslim kemudian baru sebagai
rakyat Tnrki. Tetapi, hanya 3 o/" yang menginginkan diberlakukan-nya syariat Islam menggantikan UU sekuler. Thnda-tanda kebangkitan Islam juga mudah dilihat. Di Istambul, sekitar 3.000 masjid
telah berdiri dan tems bertambah jumlahnya. Delapan sekolah
Teologia di Ttrrki kini memiliki lebih dari L0.000 mahasiswa.
Semakin banyak wanita mengenakan jilbab unhlk menguatkan
identitas keislaman mereka. Direktorat Urusan Agama mencatat,
kini terdapat sekitar 57.000 masjid di Tttrki.
Fehrni Kom, seorang kolumnis utama jurnal Zantan, menceritakan, yang dihadapi oleh Tirrki saat ini yaitu semacam krisis identitas. "Jika kami Muslim, kami harus menemukan akar kami dalam
Islam, tetapi kami sendiri belum berdamai dengan Islam. Jika kami
Tlrrki, mengapa kami terasing dari berbagai masalah di NagornoKarabakh dan Nishavand? Jika kami sekuler, mengapa kami hams
memiliki Direktorat Urusan Agama yang mengurusi setiap aspek
kehidtrpan agama? Jadi kami hams menemukan identitas kami
sendiri," ujarnya kepada penulis Muslim Inggris, Akbar S. Ahmed.
Ada sejumlah alasan munculnya kebangkitan Islam di Turki.
Pertama, Islam tidak lenyap begitu saja di masa pemerintahan Ataturk--sebagaimana diduga banyak orang. Islam tetap bergerak di
bawah permukaan, menunggu iklim yang lebih baik. Masyarakat
pedesaan hampir tidak terpengaruh oleh gerakan sekularisasi. Mereka tetap memegang Islam secara kokoh. Selain itu, upaya-upaya
westernisasi yang drastis ternyata tidak menyelesaikan masalah
bangsa Tlrrki. Kemiskinan dan keterbelakangan belum juga punah.
Banyak rakyat Tlrrki merasa bahwa sekalipun ada kemajuan ekonomi, tetapi pengorbanan yang mereka berikan terlalu besar, tidak
seimbang dengan hasil yang mereka peroleh. Kedua, arus besar
kebangkitan Islam tahun 1970-an dan 1980-an di berbagai belahan
dunia Islam, tr"rmt memberikan dorongan cukup berarti bagi rakyat
Turki. Banyak rakyat Turki yang merasakan kebanggaan sebagai
Muslim dan mulai mengalihkan pandangan mereka ke dunia Islam.
Ketiga, perkembangan sosial politik di Eropa sendiri. Meskipun
Tirrki selama ini bemsaha mati-matian unhrk menjadi "Barat" dan
menjadi "Eropa", mereka tetap "orang luar" bagi Eropa. Anggota ras
yang pernah menguasai dunia ini telah meniadi imigran kelas bawah
di beberapa negara Eropa. Mereka dibenci dan menjadi sasaran teror
kelompok neo-Nazi Jerman. Kisah-kisah horor serangan-seranganrasial terhadap ras Turki tumt memicu kebangkitan kesadaran rasial
dan keagamaan rakyat Tlrrki. Banyak yang merasakan bahwa kebanggaan menjadi Eropa terlalu tinggi nilainya; dan banyak yang
kemudian bahkan menentang kebijakan resmi unhrk bergabung dengan Masyarakat Eropa.
Sebaliknya dengan terjadi di Eropa-di mana Turki tetap diwaspadai sebagai ancaman potensial--di kawasan Asia Tengah, Turki
dipandang sebagai bangsa pemimpin yang terhormat. Beberapa
penguasa terkemuka di kawasan Asia Tengah yaitu orang-orang
Turki, dan beberapa suku terkemuka di wilayah itrr dengan bangga
menyebut dirinya sebagai suku ketumnan Turki. Wilayah ini pemah
dikenal dengan sebutan "Turkistan"--Thnah Turki. Bagi banyak republik di Asia Tengah, bekas Uni Soviet, Tlrrki mempakan model
yang sesuai. Thrki merupakan pewaris Utsmaniyah yang menjadi
penghubung mereka, tanah induk dan tempat asal identitas seiarah
mereka. Mereka memandang Turki sebagai ilham budaya dan menuntut Turki berperan kembali. Akan tetapi, hal ini tidak mudah,
mengingat masih banyaknya rakyat T[rrki dan rakyat di Asia Tengah
yang masih terikat dengan ideologi sekular. Faktor sosiologis berupa
ketirnpangan sosial juga turut memicu tampilnya kesadaran beragama di kalangan rakyat Ttrrki. Para pemuda, kalangan urban, dan
kaum yang lebih miskin mulai menemukan kedamaian dalam agama
Islam. Bagi banyak orang Turki, elit penguasa menjadi terasa asing,
komp, dan terlalu kebarat-baratan.31
Dahulu eksperimen sekularisasi Ataturk telah mengilhami
banyak pengagumnya untuk rnenciptakan negara sekular, modem,
ter-Baratkan (tut'sterrtized). Shah Irary Reza Pahlevi, termasttk pengagum Ataturk. Menumt Juergensmeyer, diilhami oleh eksperimen
sekularisasi Atahrrk di Tlrrki, Pahlevi bemsaha melakukan pembaman-pembartlan serlrpa, seperti mengganti sebagian hukum Islam
dengan undang-undang sekular yang diambil dari Perancis. Meskipun ia mencoba tampil sebagai muslim yang baik, Pahlevi tetap
dianggap memsak sekolah dan madrasah Islam tradisional, melakukan rarest