seandainya aku diminta untuk membela kerajaan
Inggris dengan kekuatan, pastilah permintaan itu akan kukabulkan dengan
senang hati". Hitler kurang jeli, bahwa usaha untuk mencapai keinginan seperti
itu terhalang oleh dua kendala besar, yaitu :
1) Para pemilik modal internasional tahu, bahwa dukungan bagi kebangkitan
dan militerisasi Jerman yang digalakan oleh Hitler akan membuka jalan
bagi pecahnya perang yang mereka rancang sebelumnya. Di lain pihak,
Hitler punya beberapa sasaran utama yang akan dituju dalam
persekutuannya dengan Inggris, di antaranya mengenyahkan orang-orang
Yahudi sampai ke akar-akarnya.
2) Golongan aristokrat militer Aryan di Jerman, yang dari para sejarawan
mendapat julukan "Para Pialang Perang Nazi", tidak mau berkompromi,
kecuali demi kekuasaan Jerman atas seluruh Eropa, dan membangun
kebudayaan yang berpijak pada supremasi bangsa Arya Jerman.
Dengan demikian, kedua kekuatan itu telah sepakat dalam satu hal, yaitu
mencegah Hitler untuk mengadakan perjanjian persekutuan dengan Inggris, dan
mencegah Jerman dari setiap upaya untuk tidak terlibat dalam perang yang akan
datang. Oleh karena itu, usaha Hitler untuk mengadakan hubungan dengan
Inggris berkali-kali mengalami kegagalan. Pihak golongan Nazi ekstrem menjadi
jengkel melihat Hitler selalu berusaha berjalan melawan arus yang ditempuh oleh
golongan aristokrat militer Jerman. Akhirnya sebuah persekongkolan berusaha
untuk membunuh Hitler, tetapi gagal. Usaha pembunuhan kedua terjadi tahun
1936, karena Hitler berusaha lagi mengadakan perjanjian persekutuan dengan
Inggris. Tujuannya untuk menghadapi kekuatan para pemilik modal Yahudi
internasional, bahaya Komunisme di Eropa dan untuk menghindari perang yang
sudah terasa segera akan pecah. Usaha Hitler untuk mengadakan perjanjian
persahabatan dengan Inggris yang terakhir dilakukan bulan Januari 1936 di
Berlin, ibukota Jerman. Inggris diwakili oleh Lord Lowend, sedang Jerman oleh
Hitler sendiri dan tangan kanannya Goering dan menteri luar negerinya Von
Reintrop. Kita perlu mengetahui masalah ini lebih luas, karena ini merupakan titik
perubahan sikap Hitler yang menyentuh perkembangan kondisi Jerman secara
keseluruhan.
Untuk itu, kita perlu menelaah buku karya Lord Lowend yang diberi judul Kita dan
Jerman (We are and Germany), dan menengok kembali artikel yang dimuat oleh
harian The Evening Standard berbahasa Inggris edisi 23 April 1936. Hitler
membeberkan kepada Lord Lowend tentang sikap Jerman terhadap masalah
internasional yang dihadapi oleh dunia, khususnya tentang bahaya Komunisme
dan bahaya organisasi para pemilik kapital besar. Hitler menjelaskan sebab-
sebab yang melatarbelakangi sikap kerasnya terhadap kelompok Yahudi
internasional, dan keprihatinan Jerman atas penyusupan organisasi Zionisme
yang masuk ke Eropa dan Amerika Serikat. Hitler berpendapat, bahwa untuk
menghindari bahaya itu harus lebih dulu menyingkirkan kelompok pemilik modal
Yahudi internasional sampai ke akarakarnya, dengan mengingatkan kembali apa
yang diucapkan oleh Disraeli, perdana menteri Inggris kenamaan berdarah
Yahudi akhir abad ke 19 dalam catatan diarynya, "Sesungguhnya yang
memerintah dunia yaitu segelintir orang yang jauh berbeda dari apa yang
dibayangkan oleh orang yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di balik
layar". Reintrop menandaskan kata-kata Hitler. Lord Lowend kemudian
menyebutkan laporan komite kerajaan Inggris yang diberi tugas menyelidiki
skandal percukaian Kanada di bawah pimpinan Mr. Stevens pada tahun 1927-
1928. Von Reintrop sendiri saat itu berada di Kanada. Dalam laporan itu
dijelaskan, bahwa sindikat penyelundupan yang punya hubungan dengan para
pemilik modal Yahudi internasional bisa mengeruk uang setiap tahunnya lebih
dari 100 juta dolar Amerika. Jumlah itu sangat besar waktu itu, yang diperoleh
lewat sogokan, pemerasan dan sebagainya, sehingga timbulgoncangan
kehidupan sosial dan politik di Kanada. Untuk memperkuat laporan pemerintah
Inggris itu, Von Reintrop menambahkan, bahwa kebobrokan seperti itu, lebih
dulu harus disingkirkan sumbernya, yaitu kelompok pemilik modal internasional.
Pembicaraan itu berakhir setelah Von Reintrop dan Goering memaparkan
pemikiran dan pandangan profesor Karl Reiter dan para ideolog Nazi kepada
Lord Lowend. Hitler menutup pertemuan itu dengan meminta, agar menteri
Inggris itu menyampaikan kepada pemerintahnya tentang sikap dan pandangan
Hitler, dan menawarkan untuk mempertimbangkan kemungkinan terbentuknya
persekutuan bersama antara Jerman dan Inggris. Setelah tiba di Inggris, Lord
Lowend menyampaikan gagasan dan pandangan Hitler kepada pemerintah
Inggris, tetapi ditolak mentah-mentah. Lord Lowend diberi tugas kembali untuk
menjelaskan penolakan tersebut. Pada tanggal 21 Februari 1936 Lord Lowend
kirim surat kepada Von Reintrop yang berisi penolakan pemerintah Inggris atas
gagasan dan tawaran Hitler, dan menerangkan faktor-faktor penyebabnya. Hitler
kemudian sepenuhnya berpaling kepada golongan aristokrat militer Jerman,
dengan mengambil prinsip dan rancangan mereka. Sejak itu Hitler berkeyakinan,
bahwa satu-satunya jalan untuk mewujudkan cita-cita bangsa Jerman dan
membinasakan musuh-musuhnya yaitu perang.
Sejak tahun 1936 tahap kedua masa pemerintahan Hitler dimulai. Prinsip
Nazisme berhaluan keras telah mewarnai sepak-terjangnya untuk
mempersiapkan diri menghadapi perang. Sementara itu, apa yang terjadi di Italia
mirip dengan apa yang terjadi di Jerman. Akibatnya yang wajar, Hitler tertarik
untuk mendekati Mussolini, yang akhirnya keduanya membentuk poros Berlin-
Roma. Spanyol merupakan medan percobaan bagi kekuatan yang bertikai di
Eropa, yaitu Hitler dan Mussolini berpihak kepada kaum nasionalis. Perang
saudara tersebut berakhir pada bulan Juli 1936 dengan kemenangan di pihak
jenderal Franco kemudian tampil sebagai pemimpin baru di Spanyol.
B. Pertikaian antara Nazisme dan Kristen
Kaum nasionalis di Spanyol yang didukung oleh Hitler dan golongan Kristen tidak
bisa mengelakkan permusuhan antara Hitler dan gereja Katolik, sejak Hitler
memihak dan bergandengan tangan dengan golongan aristokrasi militer Jerman.
Kasta ini berpegang pada faham atheisme dalam sepak terjangnya, yaitu
menjadikan negara Jerman dan prinsip supremasi ras Arya sebagai Tuhan. Para
tokoh Protestan bergabung dengan gereja Katolik untuk menghadapi langkah-
langkah Hitler. Gabungan ini terjadi karena terpanggil untuk menentang faham
atheisme yang dijadikan pegangan oleh golongan Nazi ekstrem itu.
Pertentangan antara Hitler dan gereja makin tampak jelas menjelang akhir tahun
1936, dan mencapai puncaknya saat Paus Pius XI menulis surat kepausannya
kepada gereja di seluruh dunia tanggal 14 Maret 1937. Isinya, Sri Paus
menyerang Nazisme secara terbuka, khususnya sehubungan dengan prinsip
ketuhanan nasional bagi suatu bangsa dengan menjelaskan, bahwa Allah yaitu
Tuhan bagi semesta alam, bukan hanya bagi makhluk atau ras tertentu.
Tanggal 19 Agustus 1938 para tokoh gereja Protestan Jerman mengedarkan
surat berisi kecaman keras terhadap prinsip atheisme yang dianut oleh Nazi.
Disebutkan tentang sikap para tokoh Nazi di Jerman terhadap agama Kristen
secara terbuka, disertai dengan pernyataan fuehrer tentang nasionalisme Aryan
Jerman yang di-Tuhan-kan itu. Gereja Protestan bersama Katolik mengambil
sikap melawan dan menentang Hitler dan Nazismenya. Berikut ini yaitu
cuplikan isi surat tersebut :
"Tujuan para tokoh Nazi bukan saja menghancurkan gereja Katolik atau gereja
Protestan, melainkan juga ingin menghancurkan ajaran Kristen yang
berlandaskan Tuhan semesta alam, untuk diganti secara praktis dengan Tuhan
Ras Jerman. Apakah yang dimaksud dengan Tuhan Ras Jerman itu ? Apakah
ada bedanya dari Tuhan bangsa lain? Kalau demikian, setiap bangsa punya
Tuhan sendiri, yang berarti tidak ada Tuhan' sama sekali".
Para tokoh Nazi menanggapi sikap gereja itu dengan sikap keras. Suhu politik di
Jerman hampir mirip dengan situasi perang sipil yang disebabkan oleh pertikaian
kepercayaan agama. Untuk menghadapi perkembangan situasi dalam negeri,
Hitler mengeluarkan undang-undang tegas dengan sangsi hukuman yang berat
bagi setiap ancaman terhadap kekuasaan politik mutlak negara Nazi. Sejak itu
situasi tegang yang terjadi di Jerman tampak mereda. Akan tetapi, pertengkaran
mendasar antara Nazi dan gereja tetap tidak bisa berkurang.
Perkembangan situasi di Italia tidak jauh berbeda secara umum dari situasi di
Jerman. Akan tetapi, pertikaian yang ada di Italia berasal dari persengketaan
tentang perebutan tanah jajahan antara Italia di satu pihak serta Inggris dan
Perancis di pihak lain. Kesamaan Mussolini di Italia dengan Hitler di Jerman
merupakan sekutu alami dalam menghadapi setiap tantangan musuh.
Persekutuan poros Nazi-Fasisme terungkap dengan jelas saat Italia dan
Jerman terlibat dalam perang saudara di Spanyol, yang keduanya memihak
jenderal Franco, yang akhirnya Francolah yang menang. Demikianlah awal
wajah poros Berlin-Roma. Pada mulanya Hitler dan Mussolini mengira, bahwa
jenderal Franco segera akan bergabung ke dalam persekutuan mereka setelah
menang perang itu. Namun pandangan politik Franco yang lebih banyak
dipengaruhi oleh keyakinan ajaran agama Kristen yang dianutnya, telah menjadi
penghalang untuk bergabung bersama. Franco tetap bersikap seperti ini,
meskipun berkali-kali mendapat tekanan dari Hitler dan Mussolini. Dengan
demikian, kepercayaan yang dipegang teguh telah menjauhkan negerinya dari
kancah perang yang menghancurkan.
Kemudian poros Berlin-Roma mengalihkan perhatiannya ke Timur Jauh. Di sini
mereka mendapatkan sekutu saat tanpa kesulitan, karena perang ekonomi
yang telah mencapai puncaknya antara Jepang dan Dunia Barat. Barang-barang
produksi Jepang sudah dikenal oleh seluruh dunia dengan ragam dan modelnya
serta harganya yang murah. Hal ini merupakan ancaman bagi barang-barang
produksi Eropa. Pihak Barat mengumumkan perang terhadap perdagangan dan
industri Jepang yang akan menghancurkan perekonomiannya. Maka wajarlah
kalau Jepang mencari kawan yang bisa dijadikan sekutu, dan menyambut baik
pendekatan yang dilakukan oleh poros Berlin-Roma, yang juga memusuhi Dunia
Barat. Dengan demikian, terbentuklah poros Berlin-Roma-Tokyo. terbukalah
sekarang jalan bagi program para pemilik modal Yahudi internasional. Mereka
mengantar dunia menuju perang yang tidak bisa di hindarkan lagi. Mereka
segera bersiap siap untuk menyambut kedatangan perang itu.
Tokoh yang dipersiapkan untuk memimpin perang dari Inggris yaitu Winston
Churchill. Dari Amerika tampil Franklin Roosevelt, yang punya hubungan dekat
dengan Baruch, seorang kapitalis kelas dunia. Lebih berbahaya lagi, karena ia
yaitu salah seorang tokoh yang menggerakan organisasi Zionisme
internasional dan Kongres Yahudi internasional selama hampir setengah abad.
Selama hidupnya ia melakukan pengkhianatan terhadap bangsa Amerika
Serikat. Hubungan gelapnya dengan Churchill bukan merupakan rahasia lagi.
Keduanya sering mengadakan pertemuan dan kunjungan secara teratur sejak
beberapa tahun lamanya. Dan yang paling menonjol yaitu , kunjungan Churchill
kepada Baruch pada tahun 1954, saat Churchill menyampaikan terus terang
hubungannya dengan organisasi Zionisme, yang telah terjalin sejak lama.
Namun ini tidak berarti, bahwa para pemilik modal Yahudi internasional
menemukan jalan mulus untuk mencapai cita-citanya di Inggris, meskipun
Churchill telah membantu proyek yang dicanangkan.
Di Inggris sendiri terdapat benturan keras dengan sebuah tantangan
terorganisasi yang digerakkan oleh kalangan intelektual kelas atas. Kalangan ini
telah lama menyadari bahaya yang mengancam Inggris yang datang dari
Kongres Yahudi dan para pemilik modal Yahudi internasional. Orang yang
mengingatkan kalangan intelektual tentang bahaya yang mengancam inggris dari
balik layar yaitu seorang wartawan bernama Victor Marsedan , yang bertugas
di Rusia untuk harian The Morning Past berbahasa Inggris yang terbit di London.
la menyaksikan berbagai peristiwa yang terjadi di Rusia saat itu. Ia juga
mendapatkan satu eksemplar buku yang ditulis oleh Sergay Niloss berjudul
"Bahaya Yahudi" yang terbit tahun 1905. Dalam buku itu profesor Niloss memuat
dokumen rahasia yang ia peroleh dari seorang wanita kaya di Paris yang
berhasil mencuri dari kekasihnya, seorang kapitalis Yahudi terkemuka pada saat
itu, yang baru saja kembali dari pertemuan rahasia yang diadakan oleh para
tokoh The Grand Eastern Lodge Perancis.
Setelah mengkaji dan menganalisa buku profesor Niloss itu, Victor Marsedan
segera berniat mengingatkan bangsanya tentang bahaya yang sedang
mengancam negerinya. Sebenarnya ia sudah berniat segera kembali ke London,
tapi situasi dan peristiwa besar yang terjadi di Rusia memaksa ia untuk
menangguhkan kepulangannya hingga tahun 1921. Setelah tiba di Inggris,
Marsedan segera menerjemahkan buku itu ke dalam bahasa Inggris, dan
mengedarkannya dengan judul The Protocols of Learned Elderly of Zion.
Marsedan menyadari, bahwa dengan menerjemahkan dan mengedarkan buku
itu berarti is meletakkan diri dalam posisi berbahaya. Namun ia tetap tidak mau
mundur dari tekadnya. Setelah buku itu beredar, terjadilah goncangan besar di
Inggris, yang kemudian menjalar ke seluruh dunia. Para pemilik modal Yahudi
segera melangkah mengadakan propaganda besar-besaran dengan
melemparkan tuduhan klasik, seperti biasa mereka lakukan, bahwa dokumen
yang terdapat dalam buku Niloss itu palsu, yang bertujuan hendak meniupkan
gelombang anti semitik.
Kami (penulis) menjadikan buku Niloss ini sebagai rujukan utama. Setelah
mengadakan kajian dan analisa mendalam selama beberapa tahun, akhirnya
kami sampai pada kesimpulan yang meyakinkan, bahwa dokumen Niloss, atau
yang dikenal dengan Protocols of learned elderly of Zion tidak lain yaitu
ucapan asli yang disampaikan dalam Kongres yang diadakan oleh Amschel
Rothschild tahun 1773 di Frankfurt, yang telah kami kutipkan selengkapnya
pada bab terdahulu. Perlu kami tambahkan di sini, bahwa kekuatan setan itu
sejak lama telah membentuk organisasi yang memiliki jaringan internasional,
dengan tujuan menghancurkan masyarakat dunia. Organisasi ini tidak lain
yaitu faham Zionisme dan Komunisme sebagai kedok yang membungkus
gurita busuk. Para pemilik modal internasional tidak bisa memukul Marsedan
secara terbuka. Banyak kawan Marsedan justru akan membuka rahasia lebih
luas lagi. Marsedan tetap bekerja pada harian The Morning Post sampai tahun
1927. Saat itu, golongan yang berpengaruh di Inggris yang menyadari bahaya
Yahudi internasional bisa membujuk pemerintah Inggris untuk mengangkat
Marsedan sebagai orang kepercayaan putra mahkota Inggris, Duke of Wales.
Waktu putra mahkota akan mengadakan lawatan panjang keliling wilayah
kerajaan Inggris, Marsedan diminta untuk mendampingi sang pangeran.
Sepulang dari lawatan itu, sang pangeran tidak lagi bergaya hidup mewah dan
boros, tapi berubah menjadi orang yang berpandangan jauh. Selama dalam
perjalanan, Marsedan sengaja menunjukkan semua dokumen dan bukti yang
ada padanya tentang seluk-beluk Konspirasi internasional, dan peran yang
dimainkan oleh para pemilik modal Yahudi internasional dari balik layar. Setelah
beberapa saat pulang dari lawatannya berkeliling bersama sang pangeran,
Marsedan meninggal dunia secara mengejutkan. Ini jelas bukan peristiwa
kebetulan.
Di sisi lain, Setelah kembali dari perjalanannya, sang pangeran mengalihkan
pola hidupnya dari hidup pesta-pora dan bersenang-senang kepada hidup serius
untuk memanfaatkan peluang baik dalam memikirkan politik dan ekonomi. Ia
suka membaur dengan berbagai kalangan rakyat. Sang pangeran telah
meninggalkan adat kebiasaan turun temurun, yang melarang seorang pangeran
campur tangan dalam masalah umum. Ia menentang setiap langkah politik yang
telah ia ketahui berasal dari prakarsa para pemilik modal Yahudi. Jelaslah
kiranya, pangeran telah masuk ke dalam pertikaian melawan kekuatan
terselubung yang sedang memerintah Inggris. Hal ini benar-benar terjadi saat
ia menaiki tahta kerajaan Inggris bulan Mei 1936 dengan gelar Raja Edward
Para pemilik modal Yahudi internasional segera tahu, bahwa pertikaiannya
melawan raja baru Inggris itu yaitu perang yang menentukan. Mereka tidak
mau membuang-buang kesempatan dalam penyerangannya kepada Raja
Edward VIII, sejak raja naik tahta. Mereka amat berpengalaman sejak berabad
abad lamanya dalam menghadapi masalah seperti ini, dan banyak belajar untuk
mempersiapkan segalanya dalam rangka operasinya. Mereka mulai menyerbu
dengan propaganda gosip yang terkenal itu. Ini ternyata tidak mudah. Sebab,
Raja Edward diketahui hidup bersih sejak ia kembali dari lawatannya itu. Namun
mereka tidak kehilangan akal. Mereka segera menemukan sasaran yang dicari
pada diri wanita terkenal bernama Willy Simpson. Ia yaitu seorang janda jelita
berkebangsaan Amerika, yang hendak dikawin oleh Edward. Segeralah mesin
propaganda besar-besaran diarahkan kepada masalah ini untuk membentuk
opini umum di Inggris menentang wanita itu. Masalah ini menjadi isu paling
hangat di Inggris, dan memaksa Edward memilih salah satu alternatif, turun tahta
atau kawin dengan Willy Simpson. Edward diperingatkan oleh perdana menteri
Inggris Mr. Boldwin agar menentukan sikap. Akhirnya Edward memilih turun
tahta, dan melanjutkan pernikahannya dengan Willy Simpson. Inggris mengalami
masa peralihan baru sejak Edward VIII turun tahta. Pertikaian terjadi antara para
pemilik modal Yahudi internasional melawan para pendukung mantan Raja
Edward yang masih bertahan merintangi gerak-gerik mereka. Para pemilik modal
Yahudi internasional bertekad akan mengalahkan para pendukung Edward,
berapa pun harga yang harus dibayar, demi menaikkan seorang pendukung
Zionisme kawakan Winston Churchill ke tampuk kekuasaan sebagai perdana
menteri.
Kami pribadi (penulis) bertanya-tanya tentang sebab munculnya dokumen ini,
yaitu The Protocols of Learned Elderly of Zion, saat ditemukan oleh profesor
Niloss setelah berapa di alam rahasia sejak tahun 1773, yaitu lebih dari satu
seperempat abad lamanya. Jawaban ini kemudian terungkap dalam analisa kami
mengenai periode itu yang punya arti lebih penting daripada yang pernah
mereka alami dalam sejarah mereka. Dunia telah dipersiapkan untuk menerjuni
Perang Dunia I, setelah semua jalan yang menuju perang itu terbuka lebar.
Mereka dituntut mengadakan pertemuan penting dalam rangka menjajaki
masalah perang itu dan rancangannya. Bukan hanya ini saja keistimewaan
periode tersebut. Di sana terdapat peristiwa demi peristiwa berbahaya yang telah
dipersiapkan oleh pihak Konspirasi secara serentak terhadap umat manusia.
Peristiwa itu belum pernah disaksikan dalam sejarah dunia, yang menyebabkan
para tokoh Konspirasi sendiri terpaksa berbondong-bondong membanjiri kota
London pada tahun 1893 dengan membawa serta dokumen-dokumen, berbagai
program dan hasil kajian penting mereka.
Berbagai pertemuan rahasia yang mereka adakan terus berlangsung di London
saat itu. Sebagian dokumen rahasia itu disimpan oleh para tokoh Konspirasi
yang berdiam di London, sampai mereka meninggal dunia dan setelah itu. Pada
waktu para tokoh The Grand Eastern Lodge mengadakan pertemuan di Paris
tahun 1901, salah seorang peserta kapitalis Yahudi membawa dokumen itu ke
London, langsung setelah pertemuan itu usai. Pada saat ia menginap di rumah
seorang wanita kaya kekasihnya, dokumen itu lenyap.
Peristiwa yang membuat kekuatan Konspirasi terpaksa mengadakan berbagai
pertemuan dimulai tahun 1896, saat terjadi perang Boer yang berkobar di
Afrika Selatan. Para pemilik modal internasional berhasil menguasai tambang
emas di sana. Lalu disusul dengan sejumlah peristiwa pembunuhan terkenal
yang telah kita bicarakan terlebih dahulu. Di samping itu, di belahan bumi lain
terjadi pula perang antara Spanyol dan Amerika tahun 1896. Ada indikasi kuat,
bahwa Winston Churchill muncul pertama kali saat terjadi perang Boer itu. Saat
itu ia bekerja sebagai koresponden perang di Afrika Selatan. Hubungannya
dengan Zionisme telah terjalin sejak masa mudanya, seperti diakuinya sendiri
pada tahun 1954. Churchill sangat bangga sebagai tokoh Zionis, dan bekerja
sesuai dengan program terselubung berjangka panjang, yang diawasi oleh
Zionisme internasional, yang bertujuan menguasai dunia.
IX. RAHASIA DI BALIK PERANG DUNIA II
(Sebuah Tinjauan Analitis Sejarah)
Setiap peristiwa yang terjadi di Inggris meninggalkan tanda tanya besar bagi
sekelompok kalangan dalam masyarakat Inggris, karena telah lama menyadari
bahaya yang mengancam negeri itu sesuai Perang Dunia I. Media massa yang
kebanyakan dikuasai oleh para pemilik modal internasional mampu menguasai
pendapat umum, dan jalan pemikiran, serta perasaan kelas menengah dan
bawah di Inggris. Lain halnya dengan kalangan intelektual dan golongan atas
lainnya. Mereka ini tidak mudah terpengaruh oleh propaganda media massa.
Para pemuka Inggris yang berpikiran jernih makin merasakan adanya kekuatan
terselubung. Mereka ini mengatur dan mengendalikan peristiwa dari balik layar,
menciptakan tokoh-tokoh yang bisa dijadikan kaki-tangan, sesuai dengan
program teratur dan terarah, dan berjangka panjang. Peristiwa turunnya Edward
dari singgasana kerajaan Inggris, dan peristiwa yang melatarbelakangi punya
akibat tertentu, sesuai dengan rancangan yang telah digariskan. Para tokoh
terkemuka Inggris menyadari bahaya itu, dan tahu pula dari mana datangnya
bahaya itu. Mereka tahu secara pasti, bahwa para pemilik modal Yahudi
internasional yaitu pihak yang membentuk kekuatan terselubung itu, atau
setidaknya yang mewakilinya. Jadi, merekalah yang bertanggungjawab atas
perjalanan sejarah yang terjadi di Eropa, atau bahkan di dunia pada umumnya.
Diyakini pula, bahwa Zionisme bukanlah sebuah organisasi politik yang punya
tujuan dan sasaran biasa. Zionisme yaitu organisasi utama yang
melaksanakan program Konspirasi internasional secara umum.
Tokoh Inggris yang mengetahui hakikat dan seluk-beluk Konspirasi yaitu
admiral Sir Barry Dumvell, seorang perwira yang pernah memegang jabatan
tinggi berkali-kali pada angkatan laut kerajaan Inggris selama 40 tahun berturut-
turut. la dikenal dengan kedahsyatannya dalam pasukan meriam angkatan laut
Inggris pada Perang Dunia I, dan juga seorang direktur Akademi Angkatan Laut
Kerajaan (Royal Navy Academy). Kemudian ia menjabat sebagai kepala badan
inteligen angkatan laut selama beberapa tahun. Tidak diragukan lagi, data-data
berbahaya yang ia peroleh selama melaksanakan tugas inteligen itulah yang
membuat ia mengetahui secara detail tentang apa yang terjadi di balik layar.
Apalagi ia sering mewakili pemerintahnya dalam berbagai kesempatan, terutama
dalam konferensi yang ada hubungannya dengan keamanan laut. Adapun
kolonel Ramsey yaitu tokoh kedua yang mengetahui seluk-beluk Konspirasi,
setelah Sir Barry Dumvell. Ia seorang alumnus Akademi Militer Saint Horse
(Saint Horse Military Academy), dan pernah mengabdi sebagai pasukan
pengawal kerajaan Inggris (The Royal British Guard) selama masa Perang Dunia
I. Kemudian ia berpindah tugas sebagai komandan angkatan laut kerajaan
Inggris. Setelah terjun ke dunia politik, ia terpilih sebagai anggota Majelis Umum
(House of Common) pada tahun 1931. Ia duduk dalam parlemen itu sampai
tahun 1940, saat ia meninggalkan kehidupan politik.
Admiral Dumvell dan Ramsey keduanya merupakan orang terdepan dalam
barisan pasukan yang mengetahui hakikat bahaya yang datang dan para tokoh
Yahudi internasional, yang bergabung pada kelompok pemilik modal
internasional. Masalah ini menjadi perhatian khusus bagi mereka berdua sejak
tahun 1938. Mereka berdua menyampaikan peringatan kepada pemerintah
Inggris tentang hakikat bahaya itu. Keduanya mengetahui tujuan langsung yang
dijadikan sasaran pada waktu itu, yaitu menyalakan api perang yang akan
menyeret bangsa lain untuk saling menghantam. Seusai perang pasti akan
muncul kondisi baru yang penuh kecemasan dan kelelahan, yang
memungkinkan Konspirasi melangkah ke tahap berikutnya, yaitu mendirikan
negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina. Dari tempat inilah kegiatan
Konspirasi selanjutnya akan diatur untuk mengejar mimpi-mimpi gila mereka.
Kami pribadi (penulis) sampai tahun 1937-1938 belum merasa yakin tentang
tujuan akhir Konspirasi dan sejauh mana pengaruh mereka yang menyelusup
masuk ke dalam bangsa-bangsa di dunia. Setelah mempelajari catatan Dumvell
dan Ramsey yang berhubungan dengan masalah Yahudi sejak tahun 1939
sampai tahun 1950, kami meyakini semua itu, khususnya tentang kenyataan
yang mengerikan, dan hakikat apa yang disebut dengan penindasan terhadap
Yahudi. Semua itu memberikan image secara jelas mengenai propaganda
beracun yang menelanjangi mereka sendiri dari sifat kemanusiaan. Setiap orang
Yahudi dan para korban propaganda Komunisme dan atheisme wajib menelaah
ulasan berikut dengan pikiran jernih, agar selamat dan marabahaya. Stalin
mengadakan langkah pembersihan umum secara besar-besaran pada tahun
1939 terhadap unsur-unsur Yahudi yang didalangi oleh jaringan revolusioner
terselubung. Setelah beberapa waktu berlalu diketahui, bahwa mereka itu
ternyata hanya menjadi kuda tunggangan belaka. Para tokoh Konspirasi Yahudi
internasional tidak memperdulikan untuk menjerumuskan saudara-saudaranya
sebangsa Yahudi sebagai tumbal. Bahkan mereka memberikan bantuan besar-
besaran kepada Stalin selama dalam perang. Dan kami (penulis) yaitu salah
seorang yang memimpin pengawasan pengiriman bantuan itu dari Eropa dan
Amerika ke Rusia melewati teluk Arab. Mengenai perang itu sendiri, para pemilik
modal Yahudi internasional yaitu pihak yang mendalangi dan membiayainya.
Para tokoh Yahudi mengklaim, bahwa mereka meniupkan api perang itu untuk
menyelamatkan bangsa Yahudi dari kekejaman Nazisme. Demikian pula yang
diklaim oleh sekutu mereka dalam perang tersebut, termasuk di dalamnya
Winston Churchill dan Roosevelt, serta tokoh-tokoh dunia lainnya. Dengan
demikian, pendapat yang beredar dan yang terus diungkit-ungkit hingga kini
yaitu , bahwa Jerman di bawah Hitler telah bertekad untuk memusnahkan
orang Yahudi. Dan Perang Dunia II telah menyelamatkan nasib mereka dari
penderitaan yang mereka alami selama ini. Akibatnya, orang Yahudi yang pada
umumnya menganut faham Zionisme bekerja untuk mencari dukungan dari
bangsa Eropa dan Amerika terhadap penindasan Hitler di masa lalu.
Siapakah gerangan orang-orang Yahudi yang tertindas itu?
Apa sebenarnya hakikat penindasan Hitler itu?
Dan apa hakikat Zionisme itu?
Kita perlu berhenti sejenak untuk meninjau secara analitis, sehingga kita akan
sampai pada titik yang bisa memberikan gambaran jelas. Sejarah telah berbicara
sendiri, bahwa Jerman pada masa Nazi memang memusuhi Yahudi, atau anti
semitisme menurut istilah orang Yahudi. Akan tetapi, permusuhan itu belum
sampai di luar batas Jerman. Memang benar mereka diperlakukan kejam oleh
Hitler dan para tokoh Nazi. Akan tetapi, orang Yahudi di luar perbatasan Jerman
tidak mendapat perlakuan keji dari Nazi. Bahkan orang Yahudi di Eropa masih
tetap bisa hidup dengan aman. Hanya sebagian kecil orang Yahudi yang
melarikan diri dari Jerman. Serbuan Hitler bersama pasukan Nazinya ke wilayah
Polandia terjadi pada bulan September 1939, disusul dengan pecahnya Perang
Dunia II. Keadaan orang-orang Yahudi berbalik sama sekali. Perang tersebut
membuat seluruh Eropa dalam cengkeraman Jerman Hitler. Kebencian bangsa
Jerman ditumpahkan kepada orang Yahudi di Polandia, Belgia, Perancis,
Belanda dan negara Eropa lainnya, yang sebelum pecah perang mereka hidup
aman. Perang itu sendiri direncanakan oleh para tokoh Yahudi sejak berakhirnya
Perang Dunia I. Sikap anti Yahudi bangsa Jerman sebelum pecah Perang Dunia
II sudah tampak dan terungkap dalam bentuk kebencian, pemenjaraan dan
pembuangan pada saat-saat tertentu. Setelah pecah perang, sikap orang Yahudi
di seluruh dunia menentang Jerman, sedang kebencian bangsa Jerman
terhadap Yahudi berubah menjadi tindakan kejam. Jerman menganggap orang
Yahudi sudah memihak kepada sekutu musuh Jerman. Wajarlah kalau Jerman
juga memerangi Yahudi, sehingga tumbal perang bertambah banyak.
Bagi kita masalahnya bertambah jelas, bahwa para tokoh Yahudi internasional
lah yang mengatur kondisi buruk seperti itu. Contoh yang jelas yaitu kondisi di
Polandia, yang karena perjanjian Versailles telah menimbulkan perselisihan
tajam antara Jerman dan Polandia tentang pemisahan Prusia Timur sebagai
wilayah Jerman yang dipersengketakan oleh Polandia. Prusia Timur dengan
Jerman dibatasi oleh terusan yang memanjang sampai di kota Danzig, sesuai
dengan perjanjian Versailles sebagai kota internasional. Propaganda yang
dilancarkan oleh para pemilik modal Yahudi internasional menghujani berita
palsu yang membentuk opini umum, bahwa Hitler telah bertekad menyelesaikan
kota Danzig dan terusan Polandia dengan jalan kekerasan. Padahal masalahnya
tidaklah demikian. Nota Hitler yang dikirim kepada pemerintah Polandia bulan
Maret 1939 menjelaskan, agar masalah itu bisa diselesaikan dengan jalan
damai. Usaha damai ini sudah berulang kali ditempuh, namun tidak membawa
hasil. Nota Hitler yang terakhir itu tidak mendapat jawaban selama berbulan-
bulan. Pemerintah Polandia berlagak tidak tahu-menahu, yang membuat Hitler
kehabisan kesabaran. Propaganda Yahudi sendirilah yang mengipas-kipas untuk
mendorong Hitler mengambil tindakan militer terhadap Polandia. Dan terjadilah
serbuan Nazi ke Polandia, September 1939.
Masalah yang menyebabkan Polandia bersikap tidak tahu-menahu tentang nota
Hitler itu ialah, karena adanya jaminan dari Inggris untuk membela Polandia bila
diserang oleh Jerman. Untuk ini, Polandia menandatangani sebuah perjanjian
dengan Inggris. Jaminan Inggris ini disahkan oleh pemerintah Inggris atas
desakan dan prakarsa para pemilik modal Yahudi internasional dan
kakitangannya. Mungkin ada anggapan, bahwa Inggris sudah melaksanakan
janjinya itu, saat Inggris mengumumkan perang terhadap Jerman, setelah
Jerman menyerbu Polandia. Akan tetapi, kenyataannya Inggris sendiri sangat
lemah. Pemerintah Inggris sendiri menyadari ketidakmampuannya untuk
mengulurkan bantuan, baik dari laut, udara atau pun darat. Jaminan Inggris
kepada Polandia menyulitkan posisi pemerintah Inggris sendiri. Di sisi lain, para
pemilik modal Yahudi internasional telah mengetahui lika-liku sebelumnya
tentang apa yang akan terjadi, dan mendesak Inggris untuk mengeluarkan
jaminan, dan sekaligus juga mendesak Polandia untuk memegang jaminan itu.
Mereka juga mendorong orang-orang Yahudi Polandia untuk mengadakan
perlawanan sengit kepada pasukan Jerman. saat Polandia dikejutkan oleh
serbuan Nazi, dan ternyata Inggris tidak mengulurkan bantuan apa pun, rakyat
Polandia mengalami nasib buruk. Jelaslah bagi kita akibat dari semua peristiwa
itu. Para tokoh Yahudi internasional telah merancang dan menyebabkan nasib
bangsa mereka sendiri di Polandia kepada pasukan Nazi. Mereka sebelumnya
berhasil memaksa Hitler membanting haluan untuk berpihak kepada Nazi
ekstrem. Dan kebencian Nazi ekstrem yang telah mendarah daging terhadap
bangsa Yahudi justru menambah keruh suasana di Jerman setelah Perang
Dunia I. Ini satu bukti lagi, bahwa para tokoh Yahudi internasional yaitu dalang
setiap kejahatan internasional dengan program setan, yang bertujuan menguasai
dunia demi kepentingan mereka sendiri. Setiap orang Yahudi patut menyadari,
bahwa para tokoh mereka yaitu pihak yang paling bertanggungjawab atas
setiap peristiwa yang menimpa mereka dan bangsa lain di dunia. Para tokoh
Yahudi atau para sesepuh Zion (The Learned Elderly of Zion) atau kaum Nurani
tidak pernah menganut ajaran suatu agama mana pun, sampai kini. Mereka tidak
punya aqidah tertentu, kecuali 'aqidah' tamak dan gila turun-menurun, yang
selalu membuat onar dan bencana dalam mewujudkan impiannya. Seandainya
mereka benar-benar hendak membela orang Yahudi Polandia seperti yang
mereka klaim, niscaya mereka tidak akan menjerumuskan negara itu ke dalam
perang. Perang itu berarti orang Yahudi sendiri yang mendapat perlakuan kejam
dari pasukan Nazi.
Mengapa orang Yahudi yang konon tertindas, lewat organisasi Zionisme dan
jaringan-jaringannya berhasil masuk ke Amerika, Eropa dan Palestina? Orang
Yahudi kelas bawah sebenarnya hanya melaksanakan perintah dan program
para tokoh mereka sendiri. Mereka terkejut oleh perang yang berkecamuk,
karena mereka sebelumnya tidak menyangka. Para tokoh Yahudi, para agen
mereka, dan kaki-tangan mereka yaitu orang-orang yang mengatur jaringan
Konspirasi di mana-mana dan mempersiapkan perang. Mereka inilah yang
sebenarnya menyelusup ke Eropa, Amerika dan Palestina. Mereka ini pula yang
datang kepada bangsa Barat dengan mengenakan 'pakaian hamil' dengan
mengaku menjadi mangsa perkosaan Hitler dan Nazismenya. Padahal, mereka
sendirilah yang sengaja merancang dan mengatur perkosaan itu. Mereka datang
atas nama Zionisme untuk membela apa yang dinamakan dengan bangsa
Yahudi. Kalau bangsa di dunia hendak membela orang Yahudi, mestinya para
sesepuh Yahudilah yang harus dibinasakan, untuk menyelamatkan mereka dari
kejahatan setan.
X. SISI GELAP POLITIK PERANG DUNIA II
Sudah kita bahas terdahulu, bahwa sekelompok tokoh terkemuka Inggris,
terutama Dumvell dan kolonel Ramsey menyampaikan peringatan kepada
pemerintah Inggris tentang bahaya Yahudi internasional. saat Chamberlain
menjadi perdana menteri Inggris, Dumvell dan Ramsey menjelaskan adanya
bahaya Yahudi, dan bahwa para pemilik modal Yahudi internasional yaitu
pihak yang akan menyalakan api perang antara Inggris dan Jerman. Tujuan yang
hendak dicapai di balik perang itu juga dijelaskan. Mereka berdua mencari bukti-
bukti yang kuat untuk mendesak, agar Chamberlain mengambil langkah yang
tepat. Chamberlain akhirnya yakin akan adanya bahaya itu. Pemerintahnya
segera mengambil langkah dan sikap hati-hati dan waspada dalam masalah
internasional, dengan mengabaikan isyarat yang digerakkan oleh para pemilik
modal Yahudi internasional. Chamberlain tahu tentang kebusukan perjanjian
Versailles yang menjerat leher Jerman. Maka, ia akan menyelesaikan masalah
internasional yang timbul oleh adanya perjanjian tersebut. Akibatnya, pihak
kelompok pemilik modal internasional mulai memandang Chamberlain dengan
mata permusuhan dari hari ke hari. Mereka bertekad untuk menyingkirkan
Chamberlain dari kedudukannya.
Waktu krisis Swedia mencapai puncaknya karena invasi pasukan Nazi ke negeri
itu, yang sebelumnya Swedia telah digabungkan dengan Czekoslovakia sesuai
dengan perjanjian Versailles, Chamberlain enggan mengumumkan perang
terhadap Jerman. la lebih mengutamakan langkah damai dengan mengusulkan
diadakannya konferensi untuk membicarakan penyelesaian damai mengenai
krisis tersebut. Lebih-lebih setelah Dumvell dan Ramsey membeberkan seluk-
beluk kekuatan terselubung itu, ia lebih waspada menghadapi para tokoh
Yahudi. pihak Jerman sendiri setelah melihat isyarat baik dari Inggris, Hitler
melihat secercah harapan untuk menjalin hubungan persahabatan dengan
Inggris. Hitler masih tetap menuntut, agar semua beban ketidakadilan perjanjian
Versailles terhadap Jerman segera dicabut. Seluruh akibat yang ditimbulkan oleh
isi perjanjian itu harus diganti rugi. Pertemuan yang diprakarsai Chamberlain ini
diadakan di kota Munich (Munchen) Jerman. Kemudian Chamberlain kembali ke
Inggris dengan membawa berita besar tentang perdamaian. Para pemilik modal
Yahudi internasional melihat gelagat yang tidak menyenangkan, yang akan
menghalangi mereka disebabkan oleh sikap Chamberlain. Mereka tidak akan
berhasil menyalakan api Perang Dunia II, kecuali apabila mereka bisa
menyingkirkan jalan yang menuju perang itu. Mereka juga menyadari, bahwa
Chamberlain sedikit demi sedikit berbalik memusuhi mereka. Untuk menghadapi
Chamberlain, para pemilik modal Yahudi internasional mengandalkan taktik
efektif, seperti yang biasanya mereka pakai dalam memukul musuhnya. Mereka
memakai senjata media massa dan propaganda besar-besaran yang mereka
kuasai, termasuk surat kabar, majalah dan siaran. Semuanya itu memusatkan
serangan terhadap Chamberlain, dengan melemparkan tuduhan sebagai antek
dan kaki tangan Hitler. Bahkan Chamberlain sempat dituduh sebagai agen
Fasisme. Tuduhan itu disebarluaskan sampai ke seluruh Eropa. Nama
Chamberlain menjadi identik dengan Fasisme. Sampai sekarang literatur
internasional yang membahas pembicaraan Chamberlain dan Hitler di Munich
melukiskannya sebagai tidak membawa hasil positif. Padahal, pertemuan itulah
yang mencegah pecahnya perang, dan menjaga perdamaian internasional.
Dalam rangka mengumpulkan bukti-bukti, Dumvell dan Ramsey menemukan
seorang yang bisa memberikan bantuan dalam melakukan usaha menghindari
perang, yaitu Tailor Kant, seorang perwira dari Amerika yang bertugas menerima
dan mengirim teleks kepada jaringan badan inteligen di kedutaan Amerika di
London. Tailor Kant dibantu oleh seorang wanita bernama Anna Woofkov.
Keduanya telah lama mengetahui data-data berbahaya yang terdapat dalam
dokumen rahasia yang sampai kepada kedutaan besar Amerika itu. Mereka pun
tahu, bahwa perang sudah sampai di ambang pintu, tanpa ada yang menyadari.
Akhirnya lubuk hati kedua orang itu berontak, saat mengetahui bahwa di
belakang perang itu terdapat perancang dan pengatur yang akan mendapat
keuntungan sendiri. Mereka merupakan komplotan internasional terselubung
yang punya hubungan langsung dengan kalangan pemilik modal Yahudi
internasional. Mereka berdua mulai berpikir dalam-dalam untuk menemukan cara
yang bisa mencegah terjadinya perang itu. Mereka mempelajari isi dokumen
pertukaran informasi lewat antara Churchill dan Presiden Roosevelt, yang jelas-
jelas membuka kedok para tokoh Yahudi internasional yang sebenarnya
memegang kendali pemerintah Inggris dan Amerika dari punggung Churchill dan
Roosevelt sendiri.
Tailor Kant tahu, bahwa admiral Dumvell dan kolonel Ramsey sedang berusaha
memerangi tokoh-tokoh Yahudi internasional, serta menghindari pecahnya
perang. Akhirnya Taylor menemui kolonel Ramsey di rumahnya di Gloster
Square 47 London, dan minta agar Ramsey sudi menunjukkan dokumen asli
kepadanya. Setelah diperlihatkan, Taylor terkejut sekaligus lebih yakin dan bisa
lebih banyak membantu usaha pencegahan perang dengan memperlihatkan
dokumen itu kepada Chamberlain. Sementara itu, di Jerman terjadi pertikaian
intern antara Hitler dan para tokoh Nazi berhaluan ekstrem, yang mewakili
kalangan elit Jerman. Meskipun Hitler telah berganti haluan dan memihak
mereka sejak tahun 1936, namun dalam benak Hitler masih terdapat keyakinan
mengenai keharusan adanya persahabatan dan perdamaian dengan Inggris dan
Eropa. Hitler berharap agar tuntutan Jerman berkenaan dengan perjanjian
Versailles bisa dipenuhi, khususnya pencabutan konsekuensi tersebut. Sedang
para tokoh Nazi berhaluan keras bertekad untuk mewujudkan supremasi ras
Jerman dengan menguasai Eropa dan dunia pada umumnya dengan kekuatan
militer. Di sisi lain, Hitler telah merasa puas setelah bertemu Chamberlain. Sebab
perdana menteri Inggris ini tahu benar seluk-beluk bahaya laten Yahudi
internasional, dan bertekad untuk tidak tunduk pada ketamakan para pemilik
modal Yahudi internasional. Itulah sebabnya, Hitler berusaha menghindari
benturan dengan Inggris, namun ternyata tidak mampu mencegah pecahnya
perang. Ketegangan politik terus meningkat oleh propaganda dan desas-desus
santer yang tersebar luas di Eropa, yaitu suatu taktik untuk membakar suasana.
Di samping itu, tekanan kelompok Nazi berhaluan keras di Jerman terhadap
Hitler menyebabkan meletusnya perang pada awal September 1939, saat
Jerman menyerbu Polandia.
Hitler yaitu tipe orang yang punya sifat tidak mundur dari pendiriannya, kalau
hal itu telah terlanjur diucapkan. saat mengumumkan perang kepada Inggris
dan sekutu, ia memandang bahwa satu-satunya penyelesaian yaitu dengan
perang, meskipun ia masih ingin berdamai dengan Inggris. Namun ia ingin
mengenyahkan para pemilik modal internasional dengan satu pukulan yang
mematikan. Para tokoh Yahudi internasional menyadari, bahwa mereka sedang
mempertaruhkan nasib dalam sebuah permainan konspirasi terbesar yang
pernah mereka lakukan sepanjang sejarah. Untuk itu, mereka bertekad
menyalakan api perang lebih besar lagi, dengan menjadikan Nazisme sebagai
kekuatan yang mampu membakar api perang global, yang dalam perang itu
pasukan Nazi muncul sebagai salah satu super power. Sementara itu, mereka
mendapatkan Chamberlain sebagai batu penghalang di tengah jalan yang
mengganggu, sampai perang berkobar. Chamberlain diketahui punya niat untuk
secepatnya mengakhiri perang, dan mengadakan perdamaian, atau menerima
syarat yang diajukan oleh Hitler sebelumnya.
Pasukan Jerman menyerbu bagaikan angin topan dan menduduki Polandia, lalu
melalap Perancis dan Eropa Barat. Pasukan lapis baja Jerman yang dilengkapi
dengan tank jenis panser yang terkenal itu, mampu menumbangkan pasukan
Inggris, atau memaksa mereka menyerah dalam sekejap mata. Namun saat itu
tiba-tiba Hitler mengeluarkan perintah tertanggal 22 Mei 1940, agar pasukannya
berhenti menyerang. Perintah yang ditujukan kepada komandan pasukan lapis
baja Jerman, jenderal Von Klaist itu berbunyi sebagai berikut, "Seluruh divisi
lapis baja supaya menghentikan operasinya dengan mengambil jarak yang
cukup dari battery meriam kota Dankert, yang memungkinkan bisa melakukan
gerakan defensif atau berjaga-jaga". Sudah tentu, jenderal Von Klaist sangat
terkejut adanya perintah itu. Sebab, pasukannya saat itu mampu
menghancurkan pasukan Inggris sama sekali kalau dikehendaki. Ia lebih terkejut
lagi saat mendapat perintah yang kedua yang lebih membingungkan lagi. Hitler
memberi instruksi untuk menarik mundur pasukannya ke belakang garis front
pertempuran di dekat kota itu, setelah pasukan lapis baja Jerman berhasil
menyeberang masuk melewati garis tersebut. Pasukan Jerman itu terpaksa
berhenti selama tiga hari dalam keadaan tidak menentu.
Dalam bukunya berjudul "Ujung Lembah yang Lain" (Another End of the Plain),
seorang kapten dalam pasukan Von Klaist bernama Liddle Hart menulis, bahwa
dua perwira tinggi jenderal Ronchidt dan Von Klaist menghadap Hitler untuk
menyampaikan protes atas instruksi Hitler yang membingungkan. Namun kedua
perwira itu lebih terkejut lagi setelah mendengar jawaban sang Fuhrer yang
menjelaskan, bahwa perintahnya itu bermaksud memberikan kesempatan
pasukan Inggris untuk menarik mundur pasukannya, tanpa memerlukan jatuhnya
korban, dan untuk menjaga wibawa angkatan bersenjata Inggris yang telah
dikenal oleh dunia itu. Hitler punya keyakinan, bahwa kelestarian kerajaan
Inggris masih sangat diperlukan. Di samping itu, Hitler mengharapkan agar
terbuka kesempatan untuk mengadakan pembicaraan damai dengan Inggris,
yang berarti akan mengakhiri perang melawan Inggris, dengan syarat Inggris
harus memenuhi tuntutan Jerman.
Ada bukti lain, bahwa angkatan udara Jerman menolak untuk melakukan
serangan udara selama bulan-bulan pertama perang itu, yaitu selama
Chamberlain masih menduduki tampuk kepemimpinan pemerintah Inggris.
Pasukan Inggris jugs menolak untuk menyerang kota-kota Jerman yang akan
membawa korban penduduk sipil. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikeluarkan oleh Chamberlain tanggal 2 September 1939, tepatnya pada hari
pecahnya perang. Chamberlain berkata, bahwa pasukannya hanya akan
menyerang sasaran militer. Perang itu berlangsung hingga pasukan Inggris
ditarik mundur dalam kondisi lebih mirip damai daripada perang yang
sebenarnya, dari kota Dankert. Pasukan Jerman tidak mengadakan serbuan
lebih jauh masuk ke wilayah Inggris, kecuali melakukan manuver militer kecil
kecilan.
Situasi ini ditentang keras oleh tokoh-tokoh Nazi di Jerman, dan para pemilik
modal Yahudi internasional di Inggris. Setelah itu, seperti biasanya media massa
di Inggris menyerang Chamberlain dengan gencar, dibarengi dengan tekanan
berat terhadap pemerintahnya. Chamberlain terpaksa meletakkan jabatan dalam
kondisi seperti dialami oleh Asquith dan pemerintahnya dalam Perang Dunia I.
Kemudian digantikan oleh wajah yang sama pernah menggantikan Lord Asquith
sendiri, yaitu Winston Churchill menduduki kursi perdana menteri tanggal 11 Mei
1940, langsung ia mengeluarkan perintah kepada angkatan udara Inggris untuk
mengadakan serangan udara terhadap sasaran di kota-kota Jerman untuk
pertama kalinya. Inilah awal pengeboman atas kota-kota penduduk sipil di
seluruh dunia. Perkembangan seperti itulah yang ditunggu-tunggu oleh para
tokoh Nazi berhaluan keras. Ini berarti, mereka telah melihat saat yang tepat
untuk mengadakan penyerbuan besar-besaran ke arah Timur dan Barat. Lebih-
lebih setelah diketahui ternyata pasukan Nazi dengan mudah bisa merebut
beberapa kemenangan sebelumnya. Mereka segera mengadakan pertemuan
puncak yang dihadiri oleh eselon satu tokoh-tokoh Nazi untuk membahas
perkembangan yang terjadi. Mereka sepakat memanfaatkan politik Hitler yang
condong kepada Inggris untuk membentengi jalannya perang. Dengan segera
mereka mengutus orang kepercayaannya yang mewakili mereka ke Inggris untuk
mendesak, agar Inggris bersedia mengadakan perjanjian damai dengan Jerman.
Dengan demikian, kekuatan pasukan Jerman bisa difokuskan ke Uni Sovyet dan
menghancurkan Komunisme, kalau Inggris bersikap netral. Utusan yang dikirim
itu yaitu Rudolf Heiss, yang saat itu dipandang sebagai tangan kanan Hitler.
Seluruh dunia dikejutkan oleh berita tentang pembelotan Rudolf Heiss yang
melarikan diri, dan minta suaka politik di Inggris. la melarikan diri dengan
pesawat tempur terbang ke London. Di antara orang yang paling terkejut yaitu
Hitler sendiri. Ia tidak habis berfikir, kenapa orang kepercayaannya sampai
melarikan diri. Di Inggris, Rudolf Heiss mengadakan pembicaraan penting
dengan Churchill dan Lord Hamilton. Heiss membeberkan gagasan dari
sejumlah perwira tinggi Jerman yang ingin mengadakan perdamaian dengan
Inggris. Setelah itu, Hitler akan memutuskan perhatian militernya untuk
memerangi komunisme di Uni Sovyet. Churchill ternyata menolak. Gejala ini juga
menunjukkan, bahwa Hitler dan Heiss sebenarnya menentang kelompok Nazi
yang berhaluan keras. Dan benar juga, kelompok Nazi berhaluan keras
mendesak Hitler untuk segera menyerbu Rusia, tanpa memperhitungkan
terbukanya wilayah Jerman dari perlindungan militer, apabila pasukan Jerman
dikerahkan ke arah Rusia. Tidak ada jalan lain bagi Hitler selain menyerah
kepada kehendak mereka. Tepat tanggal 22 Juni 1941 pasukan Jerman
menyerbu Rusia secara besar-besaran. Perang global menjadi kenyataan
setelah Presiden Amerika Roosevelt mengumumkan perang kepada Jerman.
Churchill muncul menjadi tokoh sekutu terkemuka dan pemimpin kuat di Inggris.
Langkah pertamanya ialah mengadakan penangkapan terhadap semua lawan
politiknya, dan menjebloskan mereka ke penjara sampai batas yang tidak
ditentukan tanpa diadili. Sebagian tetap meringkuk dalam penjara, meskipun
perang telah selesai. Hal ini bertentangan dengan kebiasaan yang dikenal dalam
sejarah Inggris. Bagi Churchill, orang yang memusuhi Yahudi internasional atau
Zionisme, dan orang yang mencoba menghalangi berlanjutnya perang yaitu
musuhnya. Di antara orang yang ditahan yaitu Dumvell dan kolonel Ramsey
beserta istri mereka, serta kawan-kawan dan para pendukung mereka. Faktor
yang menyebabkan bangsa Inggris tutup mulut yaitu propaganda yang
tersebar luas, yang dikuasai oleh para pemilik modal Yahudi internasional. Berita
ini mengatakan, bahwa di Inggris terdapat perkumpulan terbesar kelima yang
berkolaborasi dengan Hitler, yang para anggotanya harus segera diamankan.
Kebohongan propaganda itu dibuktikan oleh hasil penyelidikan mahkamah dan
agen rahasia Inggris, bahwa tuduhan yang dilontarkan kepada para tahanan
mengenai kolaborasi mereka dengan Hitler yaitu tidak benar. Kekuatan
terselubung juga mencoba melontarkan tuduhan yang sama kepada Lady
Nicholson, istri admiral Nicholson. Namun pengadilan Inggris kemudian
membebaskannya, setelah terbukti ia tidak bersalah. Churchill mengambil
tindakan lain dengan menahannya tanpa diajukan ke pengadilan, hanya karena
ia pernah menentang keterlibatan Inggris dalam perang. Semua perintah
penangkapan itu dikeluarkan oleh menteri dalam negeri pemerintah Churchill,
Herbert Morrison. Morrison ini tampil kembali dengan wajah aslinya pada tahun
1954 di Kanada, saat ia melakukan kegiatan pengumpulan dana bantuan untuk
gerakan Zionisme internasional. Dengan demikian, hubungan Churchill dengan
kelompok Yahudi internasional tampak makin jelas. Ternyata, penjara bukanlah
penghalang bagi suara lantang admiral Dumvell. Ia terus tetap berusaha
membeberkan seluk-beluk kekuatan terselubung itu. Beberapa saat setelah
keluar dari penjara, karya tulisnya segera beredar dengan judul From Admiral to
Young Marine (Dari Admiral menjadi Marinir Muda). Dalam buku itu ia membuka
rahasia peristiwa yang menyebabkan timbulnya Perang Dunia II, dan
mengingatkan bangsa Inggris akan adanya ancaman bahaya Zionisme. Kolonel
Ramsey juga tidak ketinggalan. la menulis buku berjudul War without Name
(Perang tanpa Nama). Anehnya kedua buku itu segera lenyap dari peredaran.
Diduga keras, kedua buku itu diborong oleh kelompok Yahudi untuk
dimusnahkan. Namun demikian, mata sebagian bangsa Inggris dan Eropa
sempat pula terbuka tentang hal-ikhwal rahasia Zionisme.
Sedang mantan perdana menteri Inggris Chamberlain sangat terenyuh melihat
negerinya diseret ke pembantaian global, demi membela kepentingan kelompok
pemilik modal Yahudi internasional. Kepedihan Chamberlain bertambah pahit
oleh adanya propaganda yang memusatkan sasarannya kepada dirinya, sampai
akhir hayatnya. Bahkan dalam buku sejarah hingga kini masih tertulis, bahwa
Chamberlain yaitu kaki tangan Hitler. Sementara itu, Churchill ditulis sebagai
pahlawan terbesar penuh dengan jasa bagi kemanusiaan dan bintang
kehormatan. Ia dianggap berjasa, karena telah menghindarkan umat manusia
dari malapetaka Nazisme. Sejarah telah menjadi kumpulan kebohongan yang
dibukukan.
Xl. DUNIA MASA KINI
Kita telah melemparkan jejak langkah Konspirasi internasional dalam sejarah
berabad-abad lamanya, sampai periode Perang Dunia II, yang lebih ganas
daripada Perang Dunia I. Kita masih bisa menyaksikan reruntuhan puingpuing
peninggalan perang tersebut. Atau minimal kita masih ingat kekacauan dan
kehancuran yang ditimbulkan. Saksi hidup masih banyak jumlahnya. Perang itu
selayaknya menjadi pelajaran bagi umat manusia. Segala kemampuan perlu
dihimpun untuk menghindari malapetaka yang timbul dari perang yang tidak
perlu terulang lagi. Jalan terbaik yaitu bersikap waspada terhadap setiap
kekuatan setan, yang suka menimbulkan gejala kekacauan dunia dari balik layar.
Setiap krisis perekonomian dan kekacauan yang timbul perlu diwaspadai siapa
biang keladinya. Terulangnya sejarah pahit perlu dicegah.
Sukar orang mengetahui ke mana dunia kita ini sedang berjalan. Kita hanya bisa
membandingkan antara masa lalu dengan fenomena masa kini, dengan berpijak
pada apa yang telah kita ketahui mengenai program-program besar yang
dicanangkan oleh konferensi Malta tahun 1943, dan 1946 oleh tiga tokoh
berpengaruh dunia, yaitu Churchill, Roosevelt dan Stalin. Peran Roosevelt
kemudian digantikan oleh Truman. Tidak banyak pihak yang tahu tentang hakikat
yang berhubungan dengan kesepakatan tinggi tokoh tersebut, kecuali beberapa
orang dalam kalangan atas saja, pihak umum sukar hendak mengetahui, kecuali
hanya melihat indikatornya lewat peristiwa yang terjadi kemudian. Mereka
merancang perjalanan yang sedang kita alami sekarang ini, sebagaimana
pengakuan Stalin dan Truman atas berdirinya negara Zionis di tanah Palestina,
sebelum negara lain mana pun memberikan pengakuannya. Ketiga tokoh di atas
sebenarnya bukan merupakan satu kesatuan. Stalin sendiri telah berbalik
kepada pihak pemilik modal internasional sejak sebelum perang, dan
memperkokoh kedudukan dengan langkah pembersihan terhadap lawan
politiknya, terutama para tokoh Komunis senior. Berbaliknya Stalin karena ada
tekanan berat dari para pemilik modal internasional, untuk bersama-sama
menghadapi musuh, yaitu Nazisme golongan aristokrat militer rasialis Jerman.
XII. SISI GELAP JATUHNYA BOM ATOM DI
HIROSHIMA DAN NAGASAKI
Para pemilik modal Yahudi internasional melihat tanda-tanda akan berakhirnya
Perang Dunia II. Negara yang terlibat di dalamnya telah lumpuh, dan Stalin
bertekad untuk mengadakan serbuan besar-besaran ke Eropa Barat sendiri, dan
akan menyerbu Amerika untuk menghancurkan musuh dan memperluas sayap
pengaruh Komunisme ke seluruh dunia. Para tokoh militer dan sipil Amerika dan
Eropa menyadari ancaman bahaya ini. Mereka memandang, bahwa untuk
menghalangi jejak langkah Stalin, pertama-tama perang dengan Jepang harus di
akhiri. Hal ini harus dibicarakan secara terbuka dengan Stalin. Akan tetapi,
penyelesaian seperti itu dikhawatirkan akan merugikan pihak Konspirasi
internasional. Akhirnya kekuatan terselubung ini mengambil jalan pintas, untuk
menunjukkan kekuatan Barat yang mengerikan kepada Stalin, agar Stalin tidak
berani mengadakan serbuan kepada Dunia Barat. Pilihan mereka jatuh pada
Jepang untuk dijadikan kambing tebusan atau medan percobaan, tanpa
memperhitungkan akibat dari senjata membinasakan yang baru pertama kali
akan muncul saat itu, yaitu bom atom.
Protes beberapa perwira tinggi Amerika tentang penyelesaian masalah dengan
cara barbar seperti itu untuk mencegah malapetaka tidak mendapat perhatian
sama sekali. Bernard Baruch dan para pemilik modal Yahudi internasional telah
berhasil menekan Presiden Roosevelt untuk menggunakan bom atom, meskipun
jenderal Mac Arthur dan para tokoh nasional lainnya menentang penggunaan
senjata itu. Maka tidak bisa dihindari lagi senjata jahanam itu jatuh yang pertama
kali di kota Hiroshima, dan bom kedua jatuh di kota Nagasaki. Jepang segera
menyerah kepada sekutu beberapa hari setelah jatuhnya bom atom itu. Setelah
itu, propaganda besar-besaran segera beredar untuk memberikan justifikasi atas
peristiwa biadab tersebut. Kekalahan Jepang sebenarnya sudah tercium
sebelum bom atom itu dijatuhkan Ini dikemukakan oleh jenderal Mac Arthur
sendiri, sebagai panglima tertinggi pasukan Amerika Serikat di Timur Jauh. Hal
yang sama juga diucapkan oleh para perwira tinggi Amerika lainnya. Sumber
inteligen yang lain menunjukkan adanya gejala, bahwa Jepang sudah mencoba
berkali-kali untuk menyerah, dan bersedia memasuki meja perundingan damai,
tetapi ditolak oleh pihak yang berniat menjatuhkan bom atom tersebut.
Jatuhnya bom atom telah mengakhiri Perang Dunia II. Dunia terbelah menjadi
dua blok, yaitu Stalin dan dunia Barat, sesuai dengan perjanjian Teheran, Malta
dan Potsdam. Dalam perjanjian itu, dunia dibagi menjadi wilayah pengaruh yang
saling berhadapan, seperti yang terjadi akibat dari perjanjian Versailles. Namun
masalahnya tidak hanya berhenti di sini. Di samping itu ada pembicaraan rahasia
antara para wakil pemilik modal internasional dan Stalin untuk mengungkapkan
kondisi masing-masing pihak. Stalin saat itu sedang berada pada akhir masa
kekuasaannya. Kekuatan atheisme yang diwakili oleh Komunisme belum tentu
akan bisa terus berperan sebagai alat, setelah Stalin meninggal dunia. Di sisi
lain, sendi-sendi yang telah dimasuki oleh agen-agen kekuatan terselubung bisa
menjadi jalan mudah untuk menguasai negara itu beserta satelit-satelitnya. Ada
pun bahaya yang mungkin datang dari Stalin sendiri terbatas pada masa usia
Stalin yang telah lanjut tersebut. Maka harus dihindari jangan sampai Stalin
melangkah ke kebinasaannya sendiri, sekaligus membinasakan harapan para
pemilik modal internasional, di samping kehancuran global.
Stalin menganggap Komunisme Cina yang dipimpin oleh Mao Tse Tung sebagai
sahabat alaminya, yang bisa membantu untuk mewujudkan ketamakan
hegemoni internasionalnya. Apa lagi Cina punya potensi sangat besar dengan
memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Demikianlah kepentingan kedua
belah pihak antara Stalin dan para pemilik modal internasional telah
bersekongkol terhadap musuh bersama mereka, yaitu pemerintahan nasional
Chiang Kai Sek yang berusaha membangun kembali negeri Cina, dan
membendung musuh yang datang dari dalam dan luar. Dengan terompet
propaganda internasional yang ditiup oleh Konspirasi terhadap pemerintah
Chiang Kai Sek, disertai dengan penyusupan kaki tangan asing ke dalam
jaringan politik, pemerintah berhasil menyingkirkan tokoh nasional tersebut.
Presiden Amerika sendiri, Truman telah bersikap membiarkan Cina jatuh ke
tangan Komunis. Pada saat yang sama Stalin memberikan dukungan dan dana
besar-besaran untuk kemenangan revolusi Komunis Cina.
Masalahnya berbeda dari situasi di mana-mana sebelumnya. Kesadaran
bangsa-bangsa tentang bahaya kekuatan terselubung makin meningkat di
berbagai negeri. Para tokoh internasional mulai memikirkan dan menyusun
barisan untuk membendung laju tipu daya Konspirasi internasional. Dengan
demikian, Konspirasi internasional akan mendapatkan kesulitan untuk
melakukan langkah provokatif dan agitatif seperti terhadap bangsa, lalu, yang
tidak berdaya menghadapinya. Maka berdirilah Perserikatan Bangsa-Bangsa
(United Nations) sebagai lembaga internasional untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh dunia secara damai, dengan prinsip moral yang bisa diterima.
Sayangnya, kekuatan terselubung juga bisa menyelusup ke dalamnya,
sebagaimana yang biasa dilakukan di masa-masa sebelumnya. Sejak berdirinya,
PBB sering mengecewakan. Ini bisa dilihat dengan jelas tentang resolusi yang
dikeluarkan, yang justru sering mendapat tantangan dari negara anggotanya
sendiri, atau sering tidak mampu melaksanakan resolusi yang telah diputuskan
secara adil.
Masyarakat internasional seharusnya menyadari apa yang sedang berjalan di
PBB, dan segera berusaha menghentikan ulah kekuatan terselubung itu.
Sulitnya ialah, bahwa PBB itu bukanlah segalanya bagi Konspirasi internasional.
Timur Tengah, Timur Jauh, Amerika Latin dan negara-negara blok Barat dan
Timur telah menjadi kancah pertikaian regional, dan dihadapkan kepada
berbagai krisis yang tak terpecahkan. Untuk itu, propaganda yang serba
menyesatkan diarahkan kepada mereka, agar pola pikir mereka dilayani oleh
informasi yang keliru. Dunia kita saat ini sedang menyaksikan perkembangan
mendasar dan menyeluruh di seluruh dunia, yang belum pernah terjadi dalam
sejarah umat manusia. Gelombang kedzaliman dan atheisme telah meluas
sampai ke negara kecil mana pun di belahan bumi ini. Kekuatan Konspirasi terus
bermain dalam usahanya mengeksploitasi kemiskinan dan pengalaman bangsa-
bangsa kecil itu, yang akhirnya akan di kuasai, baik secara langsung atau pun
tidak langsung. Perubahan mendasar secara mencolok telah terjadi di Rusia
sejak wafatnya Stalin. Negara-negara bagian berusaha keras untuk melepaskan
diri dari cengkeraman Komunisme, setelah rahasia politik dan taktik kotor yang
dipakai Stalin terungkap oleh bangsa Rusia sendiri. Di Amerika pun terjadi
perkembangan untuk memahami masalah yang dihadapi oleh bangsa sedunia,
yaitu menghindari perang, memperbaiki kondisi politik Amerika, mencari jalan
penyelesaian tentang diskriminasi rasial, dan meningkatkan kewaspadaan umum
tentang bahaya Konspirasi internasional. Perkembangan itu masih terus
berlanjut dalam kehidupan bangsa Amerika.
Tidak diragukan lagi, dunia tengah bertanya-tanpa mengenai peran Konspirasi
dalam perkembangan yang bakal terjadi di masa mendatang. Kita pun yakin,
bahwa nasib hari esok bukanlah berada di tangan makhluk tertentu, melainkan
milik Tuhan sendiri. Kita perlu membandingkan masa lalu dan sekarang, lalu
menarik kesimpulan umum berdasarkan studi sejarah. Mungkin pada tahuntahun
mendatang akan terungkap hakikat Konspirasi lewat berbagai peristiwa yang
terjadi. Kemungkinan besar berbagai peristiwa itu akan bisa mengalihkan
orientasi dunia yang sekarang sedang kita hadapi, dan hakikat Konspirasi tidak
lagi merupakan realitas asing bagi setiap orang, dan akan menunjukkan sebagai
kekuatan yang punya tujuan menghancurkan bangsa-bangsa, baik dari dalam
maupun dari luar. Kita harus berusaha menguasai mereka sedikit demi sedikit
secara ideologis, sosial dan ekonomis. Saat itu kekuatan Konspirasi akan terang-
terangan menghantam keyakinan agama samawi, di samping menghancurkan
para tokoh agama dan pembela moral yang berdiri tegak menghadang jejak
langkah Konspirasi.
Mudah-mudahan sajian buku ini menjadi peringatan tentang bahaya Konspirasi
Zionisme internasional yang tanpa henti melakukan persekongkolan terhadap
umat manusia di balik kedok yang bermacammacam. Informasi dan bukti-bukti
yang disajikan buku ini telah membuka rahasia tentang propaganda atheisme
materialis atau faham yang sejalan dengannya, di samping juga membeberkan
para tokoh dan kaki tangan yang dipakai untuk mengeruhkan situasi, dan
merusak serta memerangi ajaran agama samawi. Dunia harus menyadari,
bahwa kekuatan terselubung sedang mempersiapkan diri untuk menyalakan api
Perang Dunia III. Perang ini seandainya benar-benar terjadi akan merupakan
malapetaka yang paling dahsyat bagi umat manusia sepanjang sejarah, dan
merupakan akhir tujuan Konspirasi. Maka tidak ada kekuatan lagi yang berani
melawannya, kecuali kekuatan yang berlandaskan aqidah yang membaja.
Bangsa sedunia wajib memusatkan perhatian kepada bahaya yang mengancam.
Kita harus mewaspadai setiap gejala yang bisa menyeret dunia menuju
meletusnya Perang Dunia III. Kita harus punya sikap konsisten untuk menentang
siapa saja yang menimbulkan perang dan pergolakan. Penyebarluasan
propaganda atheisme harus dicegah dan ditangkal secara frontal. Umat manusia
harus ingat, bahwa kehancuran dan malapetaka yaitu akibat benturan-
benturan yang menyulut perang dan pergolakan. Sedang sejarah telah
berbicara, bahwa satu-satunya pihak yang bertanggung jawab yaitu para
pialang perang atau dengan kata lain, para tokoh Yahudi internasional.