Aidit lahir di kampung Pagaralang,Tanjungpandan, pulau Belitung, dengan nama lengkap Ahmad Aidit. informasi yang didapat dari biografi Aidit di majalah bulanan PKI berbahasa Inggris, Review of negara kita vol 7, dan dari Sobron, adik kandung
Aidit, diketahui Aidit lahir pada 30 Juli 1923. namun informasi ini sukar dikonfirmasi
akurasinya. Itulah sebabnya Jacques Leclerc, dalam esai panjangnya di majalah Prisma edisi Juli 1982, lebih memilih jalan aman dengan menulis: Aidit lahir di awal tahun 20 an.
Nama Aidit diambil dari nama belakang ayahnya, Abdullah Aidit. Abdullah yaitu seorang bekas kuli pelabuhan yang lalu diangkat menjadi mantri kehutanan, pegawai menengah pada Jawatan Kehutanan pemerintah Hindia Belanda. Ia dikenal
sebagai seorang muslim yang taat. Ketaatannya itu tercermin pada dua hal: ia menamai semua anaknya dengan nama yang ke Arab arab an dan keterlibatannya secara aktif sebagai pendiri Perguruan Nurul Islam, sebuah organisasi kemasyarakatan Islam yang kMajelis
ungannya dekat dengan Muhammadiyah. Abdullah memiliki posisi sosial yang terpandang di Tanjungpandan, ibu kota Belitung. Itu juga lah yang membawa bawa Abdullah mampir di parlemen (baik pada masa DPR RIS atau DPRS RI) sebagai utusan daerah Belitung sekaligus mewakili angkatan ‘45. karirnya di parlemen berhenti saat Abdullah
memutuskan untuk mengundurkan diri pada 16 Juni 1954. Aidit yaitu anak pertama dari tujuh bersaudara. Adiknya yang pertama bernama
Rosiah. Dialah wanita satu satunya dari tujuh bersaudara. Rosiah sudah lama meninggal. Ia meninggal di Mekkah saat sedang melaksanakan ibadah haji. Dua anak laki laki lainnya sudah meninggal saat mereka masih kecil. Jadi, hanya lima laki laki anak Abdullah yang sempat merasakan umur panjang. Berturut berturut sesudah Aidit mereka yaitu Ahmad, Basri, Murad, Sobron dan Asahan Sulaiman. Aidit dididik langsung kedua orangtuanya. Seperti teman teman sebayanya yang lain, Aidit juga belajar mengaji. Aidit khatam mengaji sebanyak
tiga kali. diperlukan ketekunan Pertama
kali Aidit khatam, sebuah pesta syukuran diadakan. Semua tetangga dikirimi makanan dan penganan. Ia diarak keliling kampung. Meriah.
Aidit memiliki banyak kelebihan. Secara fisik ia tak terlampau kekar. Di banding adik adiknya, Aidit yang terkecil dan terpendek badannya. namun itu semua ditutupi dengan kebiasaannya berlatih tinju. Seorang anak yang terbiasa mengejeknya pernah merasakan bogem mentah Aidit. Hingga kini, Murad, salah seorang adiknya, masih menyimpan beberapa potret Aidit yang sedang berlatih tinju. Lengkap dengan
atributnya. Sebagai anak, Aidit mengetahui betul apa artinya menjadi anak sulung. Ayahnya memang bukan orang miskin. namun untuk disebut kaya jelas jauh panggang dari api. Itulah
yang membuat Aidit sering berpikir bagaimana caranya agar bisa membantu keuangan orang tuanya, minimal tidak merepotkan mereka. Pilihannya yaitu berjualan, berjualan apa saja. Dari mulai kerupuk hingga buah nanas yang sudah dikerat kerat. Setiap ada pertandingan sepakbola di kampungnya Aidit dipastikan ada di lapangan. Bukan untuk menonton. namun untuk berjualan. Aidit dikenal juga sebagai anak yang pintar. Semua mengetahui ia yaitu kutu buku. Jika menemani ayahnya berjaga di tepi hutan, Aidit memilih di sebuah rumah . Di sanalah ia Tenggelam diantara buku buku bacaan bacaan kelas berat. paling tidak Aidit pernah membaca kelas ringan, terutama Literatur literatur Marxis seringkali dibacanya di sana. Asahan, adik Aidit yang terkecil, memiliki kesaksian ihwal minat belajar kakaknya yang luar biasa. saat pada 1952 pakansi ke rumahnya di Belitung, Asahan menemukan segumpal tumpukan kertas tebal yang diikat. Ikatan karton seberat dua kilogram itu dibukanya. Isinya beragam diploma, beragam piagam yang diperoleh Aidit dari kursus yang ditempuhnya hingga tamat dari berbagai ragam ilmu pengetahuan . Dalam ingatan Asahan, dalam ikatan kertas itu ada piagam kursus bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Jerman, Ilmu Hitung Dagang, Mengetik Cepat hingga Stenografi.
Di Tanjungpandan Aidit menyelesaikan sekolah di HIS dan Sekolah Dagang Menengah Pertama. sebab di Belitung sama sekali belum ada sekolah lanjutan, Aidit memohon kepada ayahnya untuk diijinkan bersekolah ke Batavia. Permohonan dikabulkan. Pada 1936, Aidit berangkat ke Batavia dengan ditemani salah seorang pamannya, A.
Rachman. Di Batavia, Aidit langsung tertarik dengan dunia pergerakan . 1939 Aidit bergabung
dengan Gerindo, sebuah organisasai kepemudaan berhaluan kiri pimpinan Amir Syarifuddin. Selama pendudukan Jepang, Aidit terlibat dalam beberapa aktivitas berbahaya dengan bekerja pada organisasi perlawanan bawah tanah. Pada periode itulah ia berkenalan dengan pemuda pemuda radikal lainnya seperti Chairul Saleh,
Wikana, A.M. Hanafi. Markas mereka ada di sebuah gedung di Menteng 31. Dengan segera, tempat itu menjadi salah satu pusat perlawanan para pemuda radikal yang paling massif di Batavia. beberapa kursus politik diadakan.
Mentornya yaitu pentolan pentolan pergerakan . Dari mulai Soekarno, Hatta hingga Syahrir.
Di awal awal kemerdekaan, Aidit tertangkap oleh tentara Jepang. Bersama beberapa tahanan politik lainnya, Aidit dibuang ke pulau Onrust yang merupakan salah satu pulau dalam gugusan Kepulauan Seribu. Lewat negosiasi yang alot, Aidit bersama tananan lainnnya akhirnya dibebaskan.
Aidit menghabiskan waktunya pada periode 1946 1948 dengan berkutat dalam berbagai aktivitas Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada kongres PKI ke IV, Aidit terpilih menjadi anggota Central Comitee (CC) PKI. Dalam sidang sidang
KNIP, Aidit dipilih sebagai ketua Fraksi Komunis. Menjelang Madiun Affair 1948, Aidit diserahi misi untuk membidangi bidang Agitasi dan Propaganda (Agitprop). Di bawah bimbingan Alimin, Aidit bahu membahu bersama Lukman menerbitkan Bintang Merah, berkala terbitan PKI yang memiliki arti strategis. Aidit sempat juga singgah beberapa lama di Yogyakarta. Di sana ia bisa leluasa menemui kedua orangtuanya yang beberapa tahun sebelumnya memang sudah
menetap di Yogyakarta. Selama di Yogya, Abdullah, ayah Aidit, terlibat dalam beberapa
front pertempuran dengan tentara pendudukan Belanda. Aidit sendiri sibuk dengan kegiatannya di masrkas kelompok sayap kiri di ujaran Gondolayu, Yogyakarta. Di sanalah para pemuda radikal memusatkan aktivitasnya. Salah satu sumber informasi ihwal kegiatan Aidit di Gondolayu bisa dilihat dalam salah satu paragraf dalam catatan penyair Sitor Situmorang berjudul Sitor Situmorang, Seorang Sastrawan 45, Penyair Danau Toba. Di sana, Sitor mengisahkan betapa nama Aidit demikian menonjol dalam kegiatan kegiatan pemuda radikal di Gondolayu. Pada waktu terjadi pembersihan yang dilakukan Kabinet Hatta pada semua tokoh penting PKI akibat persitiwa Madiun Affair 1948, 9 orang dari total 21 orang anggota CC PKI 9 terbunuh. Aidit bersama Lukman, Nyoto dan Sudisman berhasil lolos dari
pembunuhan. Aidit melarikan diri ke Vietnam Utara. Kabar dari PKI menyebutkan, Aidit sempat terlibat dalam peperang an gerilya di Vietnam dan
membantu perjuangan Ho Chi Minh di sana.
Pada pertengahan 1950 Aidit kembali ke negara kita . Pada saat itu PKI sedang menata kembali roda organisasi yang nyaris mati akibat pembersihan sesudah Madiun Affair. Tak
berselang lama ia terpilih menjadi Sekretariat Jenderal CC PKI. Bersama kawan kawan
seangkataannya, Aidit berhasil menghentikan aksi generasi tua PKI yang dianggap terlalu lembek, elitis dan pragmatis. Angkatan tua macam
Tan Ling Djie dan Alimin disingkirkan. saat PKI mengadakan kongresnya pada 1954, PKI betul betul jatuh ke tangan kader dari generasi muda. Pada kongres itulah, Aidit terpilih menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKI. Ia terus menduduki jabatan tertinggi partai itu hingga saat kehancuran PKI pada 1965 terjadi. Aidit yaitu Sekjen PKI yang termuda. Sekaligus juga yang terakhir. Pengaruh dan jasa Aidit terpampang selebar lebarnya. Di tangan Aidit, PKI menjelma
menjadi sebuah partai yang disegani. PKI menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia sesudah Russia dan Cina. Itu artinya, di tangan Aidit, PKI menjadi partai komunis terbesar di negara non komunis. Melebihi tokoh partai lainnya, Aidit muncul sebagai seseorang yang paling
bertanggungjawab dalam mengarahkan penerapan ideologi Marxisme Leninisme dalam
konteks kehidupan di negara kita . Ia juga bertanggungjawab sepenuhnya atas berbagai
tindakan yang ditempuh PKI dalam rangka mengarahkan partai untuk mengambil cara
cara yang dipandang relevan untuk diambil, tentu saja dengan memperkirakan ragam rintangan yang melintang. Ia memiliki kelebihan kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh tokoh penting lain, contohnya Tan Malaka yang dengan terpaksa harus menghabiskan banyak waktu dalam pelarian di luar negeri atau juga Musso yang lama tinggal di Sovyet. fakta betapa Aidit di masa masa akhir penjajahan Belanda, penjajahan Jepang dan awal awal revolusi tetap berada di negara kita , persisnya di Jawa, membuat ia memiliki pembacaan dan pengetahuan yang cukup memadai terhadap situasi dan kondisi tanah air. Aidit juga berhasil membangun sebuah jaringan kerja yang solid dan sistematis dengan beberapa Koneksi , sesuatu yang tentu saja kurang dimiliki oleh Musso dan Tan Malaka.
namun tidak sedikit orang yang menilai Aidit memiliki beberapa cacat dalam memimpin
PKI. Sebuah kritik bersifat antropologis datang dari Peter Edman, penulis buku Communism A La Aidit: The Indonesia Communist Party Under D.N. Aidit 1950 1965. Kritik Edman berporos pada kegagalan Aidit untuk memahami kebudayaan Jawa. Statusnya sebagai orang yang dilahirkan di Sumatera bukan hanya menghalang halangi Aidit untuk menerima cara cara Soekarno yang merupakan seorang Jawa, melainkan juga memicu dirinya gagal memahami persoalan persoalan politik, sosial dan budaya yang dihadapi PKI di tanah Jawa, tempat di mana partai yang dipimpinnya memiliki massa terbesar sekaligus juga tempat di mana gagasan gagasan
dirinya diujicobakan. Kegagalannya untuk mempraktikan secara sempurna ide landreform dimulai saat Aidit gagal memahami kenapa muncul respon yang beragam atas kampanye
landreform yang diusungnya. Reaksi berlebihan dan tidak cerdas dari kader kader PKI
terhadap aksi perlawanan orang Jawa (yang dikomandoi oleh para tuan tanah dan para kyai pemilik pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur), betapa naifnya para pemimpin partai dalam memeluk kepercayaan bahwa kesadaran kelas sudah cukup memadai untuk menyatukan
para petani agar bersama sama melakukan perlawanan terhadap para tuan tanah.Aidit juga dianggap bertanggungjawab atas terjerumusnya PKI ke dalam avonturisme politik yang berbahaya. Dukungan Aidit terhadap kudeta yang dilakukan Kolonel Untung pada akhir September 1965 jelas menjadi blunder yang membuat PKI
mengalami kehancuran untuk selama lamanya. Padahal jelas, partai belum siap melakukan sebuah pertarungan bersenjata. Lain hal jika, contohnya , ide Angkatan ke V yang berisi tuntutan agar para buruh tani dipersenjatai sudah terealisir. Di kalangan internal PKI sendiri ada suara yang menyalahkan Aidit sebagai orang yang lemah hati , Inti dakwaan ini terletak pada ketidakberanian Aidit untuk menyerukan kepada segenap kader dan simpatisan partai untuk melakukan perlawanan total terhadap siapapun yang hendak menghancurkan partai. Aidit dianggap sebagai pemimpin salon. fakta bahwa Aidit yaitu seorang kutu buku dan pecinta musik
musik klasik yang lembut dijadikan salah satu dasar untuk membenarkan dakwaan ini.
Semua kekurangan kekurangan itulah yang menjadi sebab kenapa Jacques Leclerc
pernah menyindir betapa PKI di bawah kepemimpinan Aidit memang berhasil menjadi
raksasa, namun raksasa yang berkaki lempung,
aku mau ke Batavia, kata Achmad Aidit kepada ayahnya, Abdullah. Waktu itu awal 1936.
Achmad berusia 13 tahun , baru lulus Hollandsch Inlandsche School, setingkat sekolah dasar
masa itu. Di Belitung, tempat tinggal keluarga Aidit, sekolah paling tinggi memang hanya itu.
Untuk masuk sekolah menengah dikenal dengan nama Meer Uiebreid Lager Onderwijs (MULO) pemuda pemuda pulau itu harus merantau ke Medan atau Jakarta. Meninggalkan Belitung bukan pilihan yang umum pada masa itu. Pemuda yang merantau sampai tanah Jawa hanya sedikit namun Aidit bisa mempercayakan ayahnya.kakak saya paling jarang meminta sesuatu kepada Bapak,kata Murad Aidit, adik kandung Achmad, . jika sudah sampai meminta sesuatu, kata Murad, itu artinya tekad Aidit sudah benar benar bulat. Adik Aidit yang lain, Sobron, dalam bukunya Aidit: kakak , Sahabat, dan Guru di Masa Pergolakan, menjelaskan bahwa untuk diizinkan merantau, seorang remaja harus memenuhi syarat yaitu sudah khatam mengaji, bisa memasak sendiri, bisa mencuci pakaian sendiri, sudah disunat, syarat itu sudah dipenuhi Aidit. Setibanya di Batavia, Achmad Aidit ditampung di rumah kawan ayahnya, Marto, seorang mantri polisi, di kawasan Cempaka Putih. Sayangnya, pendaftaran MULO sudah ditutup saat Aidit tiba di Jakarta. Dia harus puas bersekolah di Middestand Handel School (MHS), sebuah sekolah dagang di Jalan Skakak , Jakarta Pusat. Bakat kepemimpinan dan idealismenya menonjol, Di sekolahnya yang baru, Aidit mengorganisasi teman temanya melakukan bolos massal untuk mengantar jenazah pejuang kemerdekaan Muhammad Husni Thamrin, yang saat itu akan dimakamkan. sebab terlalu aktif di luar sekolah, Aidit tidak pernah menyelesaikan pendidikan formalnya di MHS. 3 tahun di Cempaka Putih, Aidit pindah ke sebuah rumah di Tanah Tinggi 48, kawasan Senen, Jakarta Pusat. saat kost di sini, Murad datang menyusul dari Belitung, untuk bersekolah di Jakarta. Menyekolahkan 2 anak jauh dari rumah tentu tidak mudah untuk keuangan Abdullah Aidit. Gajinya sebagai mantri kehutanan hanya sekitar 60 gulden sebulan. Dari jumlah itu, 15 25 gulden dikirimnya ke Batavia. Tentu saja jumlah itu juga pas pasan untuk 2 bersaudara Aidit. Apalagi saat masa pendudukan Jepang tiba, pada 1942. Hubungan komunikasi antara Jakarta dan kota sekitarnya terputus total. Saat itu, dari rumah tumpangannya di Tanah Tinggi, Aidit melihat ribuan orang berbondong bondong menjarah gudang gudang perkapalan di Pelabuhan Tanjung Priok. Dari pagi sampai sore, aneka jenis barang diangkut massa ke Pasar Senen, mulai dari ban mobil, mesin ketik, sampai gulungan kain bahan baju. Kiriman uang dari Belitung macet. Untuk bertahan hidup, Achmad dan Murad mau tak mau harus mulai bekerja. Aidit lalu memicu biro pemasaran iklan dan langganan surat kabar bernama Antara. Lama kelamaan, selain biro iklan, Antara juga berjualan buku dan majalah. saat kakaknya sibuk melayani pelanggan, Murad biasanya berjualan pin dan lencana bergambar wajah pahlawan seperti Diponegoro, Kartini, Dr Soetomo, di dekatnya. Berdagang memang bukan pekerjaan baru untuk Aidit. saat masih tinggal di Belitung, setiap kali ada pertandingan sepak bola di Kampung Parit, Aidit selalu berjualan kerupuk dan nanas. Tak puas dengan perkembangan usahanya, Aidit lalu mengajak seorang kawan yang tinggal satu kost dengannya, Mochtar, untuk berkolaborasi . Mochtar ini seorang penjahit yang memiliki toko lumayan besar di Pasar Baru. sebab lokasi usahanya yang strategis, toko Mochtar segera menjadi tempat mangkal para aktivis masa itu, seperti Adam Malik dan Chaerul Saleh. Otomatis, jaringan relasi Aidit meluas. saat Mochtar menikah dan menyewa rumah sendiri di kawasan Kramat Pulo, Aidit dan Murad ikut pindah ke sana. Kondisi ini menguntungkan Aidit, sebab Mochtar sering membiarkan kakak beradik itu tidak membayar sewa. Pakai saja untuk keperluan lain, . namun , jika Mochtar sedang butuh uang , setoran uang sewa Murad akan dimasukkan ke kantong. Biasanya, jika begitu, Aidit akan menggerutu. Kamu sih, terlalu menyodor nyodorkan uangnya, makanya dia terima,katanya memarahi Murad. Namun situasi ekonomi yang terus memburuk memicu Aidit akhirnya angkat tangan. Murad diminta tinggal di sebuah asrama korban perang , sebelum dikirim pulang ke Belitung. situasi politik Ibu Kota yang gemerlap sudah menarik minat Aidit sejak awal. Dia pertama bergabung dengan Persatuan Timur Muda atau Pertimu. komunitas ini diketuai pergerakan Rakyat negara kita (Gerindo), di bawah pimpinan Amir Syariffudin dan Dr Ahmad Kapau Gani. Dalam organisasi inilah persinggungan Aidit dengan politik makin menjadi jadi. Hanya dalam waktu singkat, Aidit diangkat menjadi Ketua Umum Pertimu. Di balik karier politiknya yang mulai menjulang, Aidit seperti mencoba mengibaskan bayang bayang keluarga dan masa lalunya di Belitung. saat Murad berkali kali meminta bantuan keuangan , contohnya , Aidit selalu menolak. Suatu kali Aidit bahkan berkata bahwa persamaan di antara mereka hanyalah faktor kebetulan, sebab dilahirkan dari ibu dan bapak yang sama. Selebihnya, tak ada hubungan apa pun di antara kita,katanya. Sekitar masa masa itulah Achmad Aidit memutuskan berganti nama. Dia memilih memakai nama Dipa Nusantara biasa disingkat DN. berdasar keterangan saksi adik adiknya, pergantian nama itu lebih dipicu perhitungan politik Aidit. Dia mulai membaca risiko . Sejak namanya berubah itu memang tidak banyak orang yang mengetahui asal usul Aidit. Dia sering dikabarkan berdarah Minangkabau, dan DN di depan namanya yaitu singkatan Djafar NawawiProses perubahan nama itu juga tidak mudah. Abdullah, ayah Aidit, tidak bisa dengan segera menerima gagasan anaknya. Di depan anak anaknya, Abdullah mengaku tidak bisa menerima rencana pergantian nama itu sebab nama Achmad Aidit sudah tercetak di slip gajinya
sebagai putra sulung keluarga itu. Akan muncul banyak persoalan jika nama itu mendadak
lenyap dari daftar keluarga. Abdullah dan Aidit bersurat suratan beberapa kali, sebelum akhirnya Abdullah menyerah. Ayah dan anak itu sepakat, nama D.N. Aidit baru akan dipakai jika sudah ada pengesahan dari notaris dan kantor Burgelijske Stand atau catatan sipil. Murad Aidit, adik kandung Aidit, berkata kata Pada tengah malam berdarah itu tak ada tanda atau kesibukan di rumah Aidit. saya dipesan mematikan lampu, kata Murad. Menjelang peristiwa pergerakan 30 September itu, Murad menginap di rumah Aidit di Pegangsaan Barat, Jakarta Pusat. Rumah Aidit sepi, kakaknya yang memerintahkan pembunuhan para jendral. Aidit memulai karier politiknya dari Asrama Menteng 31, asrama yang dinamakan sarang pemuda aliran garis keras pada awal kemerdekaan. Di tempat ini dihuni , antara lain,Adam Malik, Sayuti Melik (pengetik naskah Proklamasi), Anak Marhaen Hanafi (pernah menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Kuba), Para penghuni Menteng 31 sempat menculik Soekarno dan memaksa si Bung memproklamasikan kemerdekaan negara kita sesuatu yang lalu ditolak sukarno . Di kelompok Menteng 31, Aidit pernah dekat dengan Wikana, seorang pemuda sosialis. Aidit dikabarkan juga berperanserta dalam pemberontakan PKI di Madiun pada 1948. sesudah pemberontakan yang gagal itu, ia sempat dijebloskan ke penjara Wirogunan, Yogya. saat terjadi agresi Belanda, ia kabur dari penjara dan tinggal di Vietnam Utara. mengenai kepergiannya ke Vietnam menjadi isu . Ada yang menyebut bahwa sebetulnya ia hanya mondar mandir medan jakarta . Yang pasti, pada pertengahan 1950, Aidit, yang saat itu berusia 27 tahun muncul lagi. Bersama Sudisman, 30 tahun , Njoto, 23,tahun , M.H. Lukman, 30 tahun , ia memindahkan kantor PKI dari Yogyakarta ke Jakarta. boleh dikata , dalam kurun waktu inilah karier politik Aidit sebetulnya dimulai. saat saat konsolidasi partai terjadi saat meletus kerusuhan petani di Tanjung Morawa, Sumatera Utara, 6 Juni 1953. Kerusuhan yang digerakkan kader PKI itu menjatuhkan kabinet Wilopo. Kesuksesan ini mendorong dorong semangat baru ke tubuh partai ini . Bersama kelompok muda partai, Aidit menghentikan aksi tokoh lama partai. Pada Kongres PKI 1954, pengurus PKI beralih ke generasi muda. Tokoh partai seperti Alimin dan Tan Ling Djie disingkirkan. Pada kongres itu, Aidit dikukuhkan menjadi Sekretaris Jenderal PKI. Aidit
lalu menerbitkan manuscript perjuangan partai berjudul Jalan Baru Yang Harus Ditempuh
Untuk Memenangkan Revolusi. Aidit juga membangun aliansi kekuatan dengan Partai Nasional negara kita (PNI) untuk memperkuat PKI. PNI dipilih sebab , selain sama sama anti Barat, juga ada figur Soekarno yang bisa dipakai mengatasi tekanan lawan politik mereka. Puncak kolaborasi terjadi pada masa Sidik Djojosukarto memimpin PNI. Saat itu disetujui bahwa PNI tidak akan mengganggu PKI dalam rangka membangun partai. berdasar keterangan saksi Ganis Harsono, seorang diplomat senior negara kita dalam otobiografinya, Cakrawala Politik Era Soekarno, strategi ini berhasil menyandera sukarno . Ada kesan bahwa sukarno berdiri di depan PKI, sekaligus memberi citra PKI pendukung revolusi sukarno dan Pancasila. usaha Aidit berhasil . Pada Pemilu 1955, PKI masuk 4 besar sesudah Nahdlatul Ulama, PNI, Masyumi . Di masa ini PKI menjadi partai komunis terbesar di negara non komunis dan partai komunis terbesar ketiga di dunia sesudah Rusia dan Cina. PKI terus maju. Pada tahun itu juga partai ini menerbitkan manuscript perjuangan Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan yaitu, perjuangan revolusioner oleh kaum buruh di kota kota, terutama kaum buruh di bidang transportasi. , pembinaan intensif di kalangan kekuatan bersenjata, yaitu TNI perjuangan gerilya di desa desa oleh petani dan kaum buruh, Pada 1964, PKI membentuk Biro Khusus yang langsung dibawahi Aidit sebagai Ketua Committee Central PKI. misi biro ini mematangkan situasi untuk merebut kekuasaan dan infiltrasi ke tubuh TNI. Biro khusus sentral Central dipimpin Sjam Kamaruzzaman. Tak sampai setahun , Biro khusus sentral berhasil menyusup ke dalam TNI, khususnya Angkatan
Darat. Pada Juli 1965, seiring dengan merebaknya kabar kesehatan sukarno memburuk, suhu
politik Tanah Air makin panas juga . Sebuah berita dari dokter RRC yang merawat Presiden datang: sukarno akan lumpuh atau meninggal dunia. Di Jakarta bertiup rumor , muncul Dewan Jenderal yang hendak menggulingkan sukarno .
Dalam Buku Putih G 30 S/PKI yang diterbitkan Sekretariat Negara pada 1994, disebutkan
bahwa Aidit lalu menyatakan, pergerakan merebut kekuasaan harus dimulai jika tak ingin
didahului Dewan Jenderal. pergerakan itu dipimpinnya sendiri. sedang Sjam ditunjuk sebagai pimpinan pelaksana pergerakan .
Saat diadili Mahkamah militer, Sjam mengaku dipanggil Aidit pada 12 Agustus 1965. Dalam
pertemuan itu, ia diberitahu bahwa Presiden sakit dan adanya kemungkinan Dewan Jenderal mengambil tindakan bila sukarno mangkat. berdasar keterangan saksi Sjam, Aidit memerintahkan dia meninjau kekuatan kita.
Sejak 6 September 1965, Sjam lalu menggelar rapat rapat di rumahnya dan di rumah Kolonel
A. Latief (Komandan Brigade Infanteri I Kodam Jaya). Di rapat ini hadir pula Letnan Kolonel Untung (Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa) dan Mayor Udara Sudjono
(Komandan Pasukan Pengawal Pangkalan Halim Perdanakusumah). Rapat terakhir, 29 September 1965, menyetujui pergerakan dimulai 30 September 1965 dengan Untung sebagai
pemimpinnya. Dalam wawancara nya , April 1999, A. Latief menyatakan, pergerakan 30 September dirancang untuk menggagalkan usaha gerakan gerakan Dewan Jenderal. Kami dengar ada pasukan di luar Jakarta yang didatangkan dalam rangka defile Hari Angkatan Bersenjata dengan senjata lengkap. Ini apa, Mau defile saja, kok, membawa bawa peralatan berat, kata Latief. sebab merasa bakal terjadi sesuatu, para perwira ini , yang mengaku terlibat sebab loyal pada Soekarno, memilih menjemput anggota Dewan Jenderal untuk dihadapkan ke Soekarno. berdasar keterangan saksi Latief pergerakan itu diselewengkan oleh Sjam. Rencananya akan dihadapkan hidup hidup untuk menyelesaikan masalah, apakah memang benar ada Dewan Jenderal, katanya. namun , tengah malam hari, saat pasukan Cakrabirawa pimpinan Letnan Dul Arief, anak buah Untung, akan berangkat menuju rumah para jenderal, tiba tiba, kata Latief, Sjam datang. Bagaimana jika para jenderal ini membangkang, menolak diajak menghadap Presiden, kata Dul Arief. Sjam menjawab, para jenderal ditangkap. Hidup atau mati. Keesokan harinya, Dul Arief melaporkan kepada Latief dan Jenderal Soepardjo bahwa semua sudah selesai. Mula mula mereka saya salami semua, namun Dul Arief berkata semua jenderal mati. Saya betul betul terkejut , tidak begitu rencananya, kata Latief yang mengaku tidak kenal dengan Aidit. Aidit belum pernah memberi pernyataan mengenai hal ini. Ia ditangkap di Desa Sambeng, dekat Solo, Jawa Tengah, pada 22 November 1965 tengah malam , dan esok paginya segera ditembak mati. Sebelum ditangkap pasukan pimpinan Kolonel Yasir Hadibroto, Aidit dikabarkan sempat memicu pengakuan sebanyak 50 lembar. Pengakuan itu jatuh ke Risuke Hayashi, koresponden koran berbahasa Inggris yang terbit di Tokyo, Asahi Evening News. berdasar keterangan saksi Asahi, Aidit mengaku sebagai penanggung jawab peristiwa 30 September. Rencana pemberontakan itu sudah memperoleh dukungan pejabat PKI lainnya dan pengurus organisasi rakyat di bawah PKI. Alasan pemberontakan, mereka tak puas dengan sistem yang ada. Rencana gerakan gerakan semula disetujui 1 Mei 1965, namun Nyono, Lukman, Njoto, Sakirman yaitu anggota Committee Central menentang. Alasannya, persiapan belum selesai. Akhirnya, sesudah berdiskusi dengan Letkol Untung dan beberapa pengurus lain pada Juni 1965, disetujui mulai Juli 1965 gerombolan Pemuda Rakyat dan Gerwani dikumpulkan di Pangkalan Halim Perdanakusumah, Pertengahan Agustus, sekembalinya dari perjalanan ke Aljazair dan Peking, Aidit kembali melakukan pertemuan rahasia dengan Letkol Untung, Lukman, Njoto, Brigjen Soepardjo, PKI memperoleh kabar bahwa tentara, atas perintah Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal Achmad Yani, akan memeriksa PKI sebab dicurigai memiliki senjata secara tidak sah. Kami dengan terpaksa mempercepat pelaksanaan coup d'etat, kata Aidit. Akhirnya, dipilih tanggal 30 September. Dalam buku Bayang Bayang PKI yang disusun tim Institut Studi Arus informasi (1999), diduga Aidit mengetahui adanya peristiwa G 30 S sebab ia membentuk dua organisasi: PKI legal dan PKI ilegal. Biro khusus sentral yaitu badan PKI tidak resmi. Sjam bekerja mendekati tentara dan melaporkan hasilnya, khusus hanya kepada Aidit. Hanya, ternyata, tak semua hasil itu dilaporkan Sjam. mengenai besarnya peranserta Aidit dalam peristiwa 30 September ditampik soebandrio . berdasar keterangan saksi bekas Wakil Perdana Menteri era Soekarno ini, G 30 S didalangi tentara dan PKI terseret lewat tangan Sjam. Alasan soebandrio , sejak isu sakitnya sukarno , Aidit termasuk yang mengetahui kabar mengenai kesehatan sukarno itu bohong. , kata soebandrio , Waktu itu Aidit memang membawa bawa seorang dokter Cina yang tinggal di Kebayoran Baru. soebandrio dan Leimena, yang juga sebagai dokter, ikut memeriksa Soekarno. hasil penelitian mereka sama: sukarno cuma hanya sekedar demam .soebandrio dalam bukunya , Kesaksianku mengenai G 30 S, menyesalkan tindakan pengadilan yang tidak memeriksa ulang kesaksian Sjam. berdasar keterangan saksi soebandrio , ada 5 orang yang bisa ditanya: dirinya sendiri, sukarno , Aidit, dokter Cina yang ia lupa namanya ini dan Leimena, berdasar keterangan saksi soebandrio , pada Agustus 1965 kelompok bayangan Soeharto (Ali Moertopo cs) sudah ingin secepatnya memukul mundur PKI. Caranya, mereka melontarkan provokasi provokasi untuk mendorong PKI mendahului memukul mundur Angkatan Darat.
Njoto membantah pernyataan Aidit. berdasar keterangan saksi Njoto, Hubungan PKI dengan pergerakan 30 September dan pembunuhan Jenderal Angkatan Darat tidak ada. Saya tidak mengetahui apa pun, sampai sampai sesudah terjadinya, katanya dalam wawancara dengan Asahi Evening News. Keterangan Njoto sama dengan keterangan Oei Hai Djoen, mantan anggota Comite Central. Kami semua tidak mengetahui apa yang terjadi, kata dia.
Presiden Soekarno sendiri menyatakan Gestok (pergerakan Satu Oktober) istilah sukarno terjadi sebab kesombongan pimpinan PKI, lihainya kekuatan Barat atau kekuatan
Nekolim (Neo Kolonialisme dan Imperialisme), dan adanya oknum yang tidak benar.
Misteri memang masih menyelimuti peristiwa ini. berdasar keterangan saksi kami, PKI memang terlibat, namun terlibat seperti apa, kata Murad. sesudah puluhan tahun misteri tragedi itu berlalu, namun belum menemukan pemecahanya,
peranserta Aidit dalam peristiwa 30 September 1965 memang masih misteri. beberapa sejarawan dan militer, percaya PKI dalang penculikan dan pembunuhan tujuh jendral Angkatan Darat. sebab PKI terlibat, maka Aidit pun, sebagai Ketua Committee Central, dianggap sebagai pelopor .
Dari kesaksian Hersri Setiawan, seorang bekas tahanan Politik pulau buru , saat peluncuran buku berjudul sukarno Menggugat! Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal '65, hingga G30S , karya DR. Baskara T. Wardaya SJ, direktur
PUSdEP. Peluncuran dilangsungkan di Realino Yogyakarta dengan dua pembahas, DR Asvi
Warman Adam, peneliti senior LIPI Jakarta dan Hersri sendiri. Pagi 1 Oktober '65 jam 07:00 saya mendengar siaran RRI Jakarta mengenai
pembentukan Dewan Revolusi (DR) di Jakarta. Sementara kawan mungkin ada yang
menganggapnya sebagai pergerakan kiri. Sore itu saya ke RRI di Jalan Merdeka Barat. Saya melihat tentara tentara yang berjaga jaga di gedung RRI di Istana, dan di kantor telegrap di Merdeka Selatan. Mereka itu tentara DR Dewan Revolusi, dengan tanda pengenal pita hijau kuning di pangkal lengan. Semuanya kelihatan loyo. Markas Kostrad tidak di jaga! namun dalam sidang kabinet pertama sesudah peristiwa ,
mungkin tanggal 6 Oktober, Presiden Sukarno dengan suara marah menyebutnya sebagai putsch ! Revolusi, masih kata Presiden Sukarno , bukan dengan menculik dan membunuh!
Saya lalu teringat peristiwa di Asia Timur dan Asia Selatan sepanjang pertama 1965. Yaitu peristiwa penindasan terhadap pergerakan pemuda dan mahasiswa kiri di Jepang dan Korea Selatan, dan ditumbangkannya secara
konstitusional kekuasaan PM Ny. Sirimavo Bandaranaike. Kekalahan Sirimavo ini
diramaikan dengan pemberitaan bernada insinuasi media massa Ceylon mengenai
dukungan 9 negara Asia Afrika dan Blok Timur dalam kampanye pemilu Sirimavo di mana negara kita disebut. Saya lalu bertanya tanya dalam hati: Apakah G30S 1965 di Jakarta bukan bagian dari grand strategy A.S. saat itu,
Jadi, apakah ini bukan provokasi kaum kanan terhadap PKI, melalui perwira perwira menengah binaan BC , Provokasi untuk kesekian kalinya, dan kali ini berhasil, Pada 2 Oktober editorial HR menyatakan dukungannya kepada Dewan Revolusi , yang diikuti oleh Omar Dhani atas nama MBAU. Pada 5 Oktober Njono, orang pertama (CDR; Comite Djakarta Raja) Komite PKI Jakarta Raya, ditangkap. Pada tanggal 12 Oktober Jendral Soeharto merebut kekuasaan militer. Di bulan Januari tahun 1966 beberapa pakar negara kita di Cornell Univesity, A.S., mempublikasikan untuk pembaca terbatas 'Laporan Sementara' mengenai peristiwa September Oktober 1965 di negara kita . Mereka sangat menyangsikan pemberitaan bahwa peristiwa itu gerakan gerakan komunis, seperti dikatakan penguasa di negara kita dan dunia Barat. Dengan memakai Laporan Cornell sebagai bahan, WF Wertheim menulis karangan di mingguan Belanda De Groene Amsterdammer 19
Februari 1966, dengan judul negara kita beralih ke kanan ini ia mempertanyakan: Mengapa perhatian dunia Barat terhadap pembunuhan massal di negara kita sangat kecil, jika dibanding dengan tragedi tragedi lain di dunia, yang terkadang jauh lebih ringan, mungkin alasannya sebab , masih berdasar keterangan saksi WF Wertheim, pandangan umum melihat bahwa peristiwa itu terjadi oleh kesalahanan
golongan kiri sendiri.yang bersalah. namun dari fakta itu muncul pertanyaan lain: Apakah diamnya dunia Barat bukan sebab mereka sendiri yang mengorganisir pergerakan 30 September, dan yang menggagas pembunuhan terhadap 6 jendral itu, . Selain itu jika melihat pergerakan nya yang dengan penculikan dan pembunuhan, ini bukan ciri pergerakan revolusioner. Ini pergerakan sekelompok militer yang melakukan putsch , seperti dikatakan sukarno . Selain itu juga ganjil jika dikaitkan dengan PKI, oleh sebab partai ini tidak menunjukkan kesiapan dan persiapan untuk berjuang dengan modal senjata. seiring perjalanan waktu, pertengkaran , berulangkali DN. Aidit menegaskan pendirian partainya: jika tergantung kami, kami lebih suka menempuh jalan damai . Begitu juga kita bisa mengacu pada teori dua aspek , yaitu aspek pro Rakyat dan aspek anti Rakyat di dalam tahap revolusi nasional demokratis, yang sejak sekitar 1963 di promosikan oleh PKI. Lebih lebih jika kita perhatikan kata kata Njoto tahun 1964 dalam menjawab pertanyaan W.F. Wertheim, yang
cenderung over estimate pada kekuatan sendiri, namun sekaligus under estimate terhadap kekuatan militer (AD) dan kaum reaksioner di dalam negeri. Lalu, siapakah tokoh Syam Kamaruzzaman, Ketua BC CCPKI, yang di dalam proses Letkol Untung Samsuri dikabarkan sebagai tokoh terkemuka komunis itu, Mengapa ia tidak segera ditangkap, dan sesudah ditangkap tidak segera diadili dan atau langsung ditembak seperti yang berlaku terhadap tokoh terkemuka komunis lainnya, Belakangan Ben Anderson pernah menyebut, dalam salah satu tulisannya, bahwa Syam sudah sejak awal 1950 an bekerja untuk KMKB Jakarta Raya di masa
komandan Kol. Dachyar. Radio Belanda saat memberitakan tertangkapnya Syam, berdasar keterangan saksi WF Wertheim, juga dengan tambahan l keterangan bahwa ia seorang
mata mata kembar . Harian Sinar Harapan 13 Maret 1967, melalui judul pemberitaannya, juga mempertanyakan: Apakah Sjam mata mata kembar , namun sesudah itu media massa negara kita tidak pernah lagi menyebut nyebutnya sebagai mata mata kembar . Dalam setiap proses saat Sjam muncul sebagai saksi atau terdakwa, ia selalu digambarkan sebagai komunis sejati, yang pernah dekat dengan ketua CC PKI DN Aidit. Banyak cerita mengatakan Suharto anggota Pemuda Pathuk walaupun cerita ini dibantah keras Ibu Dayino (isteri Pak Dayino salah seorang pendirinya), dimana Syam salah seorang anggotanya. Itu berarti keduanya sudah saling kenal sejak tahun 1946. bahwa Syam ternyata agen tentara yang disusupkan kedalam PKI, saya lalu bertanya tanya: Mungkinkah Suharto sendiri terlibat dalam permainan Politik ini, Apapun jawabannya, namun jelas Soeharto itulah orang yang paling pandai dan berhasil memanfaatkan segala kejadian yang muncul sesudah kejadian 1
Oktober dini hari itu. WF Wertheim mengatakan, jika semua itu terjadi dalam cerita detektif, segala petunjuk menuju kepada dia. Paling sedikit Soeharto sebagai orang yang sudah memperoleh informasi sebelumnya. Setahun sebelum
peristiwa 1965, Soeharto hadir pula pada pernikahan Letkol Untung di Kebumen. Dalam
bulan Agustus 1965 Soeharto bertemu Jenderal Supardjo di Kalimantan. Soeharto tidak ditangkap oleh pergerakan Untung. Markas Kostrad tidak diduduki dan tidak dijaga pasukan Dewan Revolusiner . Sekitar jam 4 sore ransum nasi bungkus dibagi bagi Kostrad untuk tentara tentara Dewan Revolusiner yang kelaparan di sekeliling Monas. Jam 6 sore mereka mulai mengalir menyerahkan diri ke Kostrad. Pendeknya, Soeharto bertindak sangat efisien dalam menumpas pemberontakan seakan akan
Kartu As sudah di genggaman tangannya, Sementara itu kelompok Untung sangat tidak beruntung. Mereka semua menjadi bingung. Termasuk DN Aidit yang lalu lari (lebih tepat dilarikan Sjam ) ke Halim. Ia masuk perang kap, dari provokasi ke provokasi tahun 1970 terbit buku Arnold Brackman, jurnalis A.S. reaksioner, yang berjudul The Communist Collapse in negara kita . Brackman mewawancarai Soeharto, sekitar pertemuannya dengan Kolonel Latief, tokoh ketiga dalam pimpinan G30S. Isi pokoknya Latief menjenguk anak Soeharto di RSPAD yang sakit ketumpahan sup panas. Berkata Soeharto: Lucu juga jika diingat kembali. Saya ingat Kolonel Latief datang ke rumah sakit tengah malam itu untuk menanyakan kesehatan anak saya. Saya terharu atas keprihatinannya. Lalu: Saya tetap di rumah sakit sampai menjelang tengah tengah malam dan lalu pulang ke rumah . Kol. Latief, tokoh terpenting G30S di samping Letkol Untung dan Brigjen Supardjo, bertemu dengan seseorang hanya 4 jam sebelum pergerakan dimulai, tentu bukan untuk urusan sup panas! Saya setuju dengan Prof. Wertheim, andaikata dalam kisah detektif, peristiwa pertemuan dua orang itu benar benar sebuah the missing link, sebuah mata rantai yang hilang, yang syukur kita temukan melalui pengakuannya sendiri! namun , juga menarik dipertanyakan, mengapa Soeharto menceritakan hal itu pada Brackman, Agaknya ada orang lain yang mengetahui kunjungan Latief di rumah sakit, sehingga Soeharto merasa perlu memberi alasan dan menyatakannya kepada publik. dalam mingguan Jerman Barat Der Spiegel 27 Juni 1970, Soeharto juga menyebut pertemuannya dengan Kolonel Latief di RSPAD. Tentu saja pertemuan yang sama seperti yang diceritakan pada Brackman. namun kali ini ia bercerita dengan menutup diri yang jauh berbeda. Mengapa tuan Soeharto tidak termasuk daftar jenderal jenderal yang harus dibunuh, Tanya wartawan der Spiegel . Jawab Soeharto: Pada jam 11 tengah malam Kolonel Latief, seorang dari komplotan gerakan gerakan itu, datang ke rumah sakit untuk membunuh saya. namun akhirnya ia tidak melaksanakan rencananya, sebab tidak berani melakukannya di tempat umum. Bukan Kolonel Latief, namun Jenderal
Soeharto, yang pamer kebodohan di sini. 4 jam sebelum pergerakan dimulai ia membunuh Soeharto, Ini pasti akan berakibat seluruh rencana pergerakan gagal sebelum dimulai, Dua masalah muncul pada saya: pertama, menutup diri itu sendiri dan kedua, apa alasan menutup diri itu, Apa yang akan disembunyikannya oleh the smiling general ini, Namun senyum jenderal yang satu ini agaknya selain ekspresi bakat juga merupakan kiat menutup diri . sebab dalam otobiografinya ternyata Soeharto lagi lagi menutup diri . Di sana diceritakannya, ia tidak bertemu Latief di RS. Ia hanya melihat dari ruangan tempat anaknya dirawat, dan di situ ia berjaga bersama isterinya. Latief jalan di koridor melalui kamar itu! Kolonel yang empat jam lagi memiliki acara jalan jalan di RS!, Siapa percaya, ucapannya yang berikut ini juga aneh sekali, seandainya ia tidak bohong. berdasar keterangan saksi pengakuannya sendiri, saat pada jam 12 tengah malam ia keluar dari rumah sakit, bukan bergegas memperingatkan jenderal jenderal rekannya yang akan ditimpa nasib malang, melainkan terus pulang ke rumah untuk tidur,
Dari data data di atas, kiranya agak pasti bahwa Soeharto jika bukan dalang, dialah the missing link antara sang dalang dan si pelaku utama. Artinya Soeharto paling tidak terlibat berat dalam Peristiwa '65 . berdasar keterangan saksi pasal 4
Kpts Kepala Kopkamtib 18 Oktober 1968, mengenai klasifikasi tahanan Politik , orang ini
bisa termasuk Golongan A, yaitu semua orang yang terlibat secara langsung. Siapakah orang yang bisa disebut terlibat secara langsung, berdasar keterangan saksi Pasal 4 ini di antaranya, yaitu semua orang yang memiliki pengetahuan lebih dahulu mengenai rencana gerakan gerakan , yang lalu melaporkannya kepada yang berwajib. Jadi, pada tengah malam hari itu Soeharto seharusnya melapor paling sedikit kepada Jenderal Yani dan Jenderal Nasution. Soeharto sejatinya jelas lebih terlibat dibandingkan kami yang Golongan B, atau saya yang Golongan B1/PKI tengah malam , yang sebab terlibat 'tidak langsung' harus diisolasi 13 14 di penjara atau di pulau pengasingan Buru. Lebih lama dari hukum buang 13 tahun , yang harus dijalani keluarga Pandawa dalam lakon Pandhawa Dhadhu . sebab kalah bermain dadu, akibat dicurangi Dursasana yang dengan
sembunyi sembunyi memutar papan dadu 360 derajat, Puntadewa yang jago main dadu
di seluruh penjuru jagad pewayangan itu, harus kalah dari Suyudana si sulung keluarga Kurawa. Akibatnya keluarga Pandawa, termasuk Ibu Kunthi, harus menjalani hukuman pembuangan oleh keluarga Kurawa. Selama 13 tahun dengan harus
menghilangkan identitas mereka. Di tengah hutan pembuangan tiba tiba datang seekor Garangan Putih yang memandu mereka, melalui lorong di bawah tanah, dan muncul di kawasan kerajaan Wiratha. Mereka masing masing lalu berganti nama dan profesi. Puntadewa bernama Dharmaputra, menjadi guru judi Sri Baginda Wiratha. Bima bernama Jagal Abilawa, menjadi tukang potong hewan. Arjuna bernama Kandihawa, menjadi guru tari. Si kembar Nakula Sahadewa sebagai Pinten Tangsen menjadi pustakawan kerajaan Wiratha. Lakon Pandhawa Dhadhu sebuah lakon politik dunia pewayangan yang memang pas untuk pasemon lakon untung untungan Obrus Untung pada awal Oktober 1965.
maka Soeharto dan Syam Kamaruzzaman merupakan orang yang
memiliki pengetahuan lebih dahulu mengenai peristiwa itu. Kedua mereka itu dua provokator bersama terhadap Untung dalam peristiwa ini , atau yang satu (Soeharto) memprovokasi yang lain (Syam), dan pada gilirannya memprovokasi
anak anak yang di bawah binaannya. mungkin masih ada orang lain yang, walaupun sedikit, juga memiliki pengetahuan lebih dahulu . Orang itu ialah Soekarno. namun bisa dipastikan bahwa ia tidak mengingini pembunuhan terhadap para jenderal yang dituduh membentuk Dewan Jenderal, Soekarno orang yang paling takut pertikaian apalagi pertumpahan darah, Maksud Soekarno
mungkin hanya sejauh untuk meminta pertanggung jawaban mereka. Maka sesudah
mendengar ada beberapa jenderal yang mati dibunuh atau terbunuh , ia segera memberi
perintah agar seluruh pergerakan berhenti. Mungkin Untung, Latief dan Supardjo pun tidak menghendaki pembunuhan, melainkan hanya hendak menghadapkan mereka kepada Presiden untuk diminta pertanggungjawaban mereka seperti demikianlah yang banyak terungkap di persidangan. Pada tengah malam 30 September Soekarno dan Aidit agaknya memang percaya mengenai adanya Dewan jenderal , dan bahwa Dewan jenderal berencana merebut kekuasaan pada tanggal 5 Oktober 1965 (Perhatikan Laporan Dubes AS Marshall Green 1 Oktober 1965 pts 2 dan 4). Begitu pula. untung percaya Dewan jenderal memang ada. Dalam prosesnya tahun 1967 juga Sudisman percaya mengenai adanya Dewan jenderal dan rencana mereka. Begitu juga pendapat PKI, seperti nampak dalam manuscript KOK mereka. namun jika Peristiwa '65 memang suatu provokasi, apakah mungkin Dewan jenderal menjadi dalangnya, Agaknya tidak! Keterangan bekas Mayor Rudhito dalam proses Untung mungkin bisa membantu mengurai teka teki ini. Ia memberi keterangan mengenai pita perekam mengenai Dewan jenderal yang didengarnya dan catatan mengenai isinya, yang ia terima pada 26 September 1965 di depan gedung Front Nasional. Ia menerima barang bukti itu dari Nawawi Nasution dan Muchlis Bratanata , keduanya dari NU, dari Agus Herman Simatoepang dan Sumantri Singamenggala keduanya dari IPKI. Mereka mengajak Rudhito membantu pelaksanaan rencana Dewan jenderal Dari pita itu dapat didengar pembicaraan dalam suatu pertemuan yang diadakan pada 21 September di gedung Akademi Hukum Militer di Jakarta. Rudhito ingat, ia mendengar suara Mayjen S. Parman yang mengatakan, juga dari catatan yang Rudhito baca, sebuah daftar tokoh yang akan diangkat sebagai menteri: AH Nasution calon perdana menteri; Suprapto menteri dalam negeri, Yani menteri hankam, Harjono menteri luar negeri, Sutojo menteri kehakiman dan S. Parman sendiri jaksa agung. Nama lain yang disebut, di antaranya Jenderal Sukendro. nama Soeharto tidak dikabarkan, Ternyata tape itu tidak pernah muncul sebagai bahan bukti, baik pada sidang Obrus Untung, maupun pada sidang sidang yang lain. berdasar keterangan saksi Rudhito dan terdakwa Untung, tape itu diserahkan kepada Jenderal Supardjo, yang pada 29 September baru tiba di Jakarta dari Kalimantan, dan Supardjo rupanya memberikan manuscript penting itu pada Presiden Soekarno. berdasar keterangan saksi Rudhito manuscript itu juga ada pada Kejaksaan Agung dan Kotrar (Komando Operasi Tertinggi Retuling Aparatur Negara). hasil penelitian yang bisa ditarik yaitu, kemungkinan besar tape (yang tidak pernah muncul) dan catatan yang diterima Rudhito itu sebuah manuscript palsu sebagai bagian dari operasi intelijen dalam melakukan provokasi mereka. Maksud dan akibatnya yaitu kelompok Untung, pimpinan PKI, dan bahkan Presiden Soekarno
menjadi percaya dan percaya bahwa komplotan Dewan jenderal memang ada, dan rencana untuk
merebut kekuasaan dari Soekarno dan kabinetnya memang benar. Tipu muslihat ini sebetulnya provokasi, untuk memancing baik Soekarno maupun pimpinan PKI (khususnya DN Aidit) agar meneruskan usaha mereka menggagalkan rencana aksi Dewan jenderal , pada tanggal 5 Oktober 1965. Maka muncul dalam proses soebandrio , contohnya , kata kata daripada didahului lebih baik mendahului . Pembunuhan sengaja itu tentu merupakan bagian dari seluruh provokasi terhadap PKI, sukarno dan pergerakan kiri di negara kita umumnya. berdasar keterangan saksi Coen Holtzappel dalang peristiwa berdarah September '65 itu ialah Jenderal Sukendro, kepala intelijen militer, dan Kolonel Supardjo, Sekretaris Kotrar, yang pernah menjadi pembantu Sukendro. mengenai Sukendro Gabriel Kolko memberitahu pada kita, bahwa Jenderal ini pada 5 November 1965 minta bantuan rahasia A.S. agar
mengirim persenjataan kecil dan alat komunikasi, yang akan dipakai oleh pemuda Islam dan nasionalis untuk membasmi PKI. Kedutaan A.S. setuju, dan barang barang itu dijanjikan akan dikirim sebagai obat obatan ( Confronting
The Third: U.S. Foreign Policy 1945 1980 . hal. 181) dan teks telegram dari Kedubes A.S. ke Washington tanggal 5/11, 7/11, dan 11/11 65.
sebab itu saya selalu sangat percaya pada analisa pendek sukarno , saat ia dituntut MPRS pertanggungjawabannya mengenai Peristiwa G30S . Dalam pidatonya untuk Pelengkapan Pidato Nawaksara pada 10 Januari 1967, sukarno mengatakan, bahwa peristiwa G30S muncul oleh pertemuannya tiga sebab:
kesombongan pimpinan PKI, kelihaian subversi Nekolim, dan memang adanya oknum oknum yang tidak benar . Kepanjangan istilah nekolim pada saat itu ialah neokolonialisme, kolonialisme dan imperialisme , dan dengan ini sukarno tentu bermaksud mengatakan, bahwa dalang yang sebetulnya memang ada di luar negeri.
mengenai peran Amerika Serikat dan CIA sudah diuraikan dengan rinci oleh Dr. Baskara dalam bukunya. Juga Peter Dale Scott, eks diplomat yang sekarang guru besar di Universitas California, pernah menulis beberapa karangan penting mengenai campurtangan A.S. tahun 60 an di negara kita , antara lain The
U.S. and the Overthrow of Soekarno (Pacific Affairs 1985), dan Coming To Jakarta (1988; terjemahan saya, Melanda Jakarta , 1995). Sekarang kita juga sudah mengetahui , bahwa dari sejak awal Oktober 1965 baik kedutaan A.S. maupun CIA sangat berlumuran darah rakyat negara kita , yaitu dengan memberi daftar nama 5000 tokoh PKI dan organisasi kiri lainnya pada KOSTRAD agar mereka itu ditangkap, dan jika pun akan dibunuh para diplomat A.S. dan staf CIA tidak peduli namun bagaimana campur tangan AS dan CIA sebelum 1 Oktober 1965, Dr
Baskara juga sudah mengurainya dalam seluruh Bagian II dan setengah pertama Bagian III bukunya. Kecuali itu kita juga bisa membaca buku Gabriel Kolko Confronting the Third: U.S. Foreign Policy 1945 1980 ini di atas. mereka yang aktif di lembaga lembaga HAM, dengan mengatakan: Lembaga KKR kita dukung, namun tidak sampai ke masalah 65 , sebab masalah 65 berdasar keterangan saksi mereka bersifat terlalu politis . Saya tidak merasa di negara kita ada sesuatu yang betul betul berlawanan mati matian seperti di Afrika Selatan. jika masalah masalah Gestapu kan sudah 40 tahun lalu. Apakah ada yang direkonsiliasikan sesudah kita tidak mengetahui lagi siapa yang mesti bertemu, Ini semua gejala dari kambuh dan berjangkitnya kembali komunisto fobia yang sudah sejak akhir tahun belasan terus menerus diperang i oleh sukarno . Kedua, sebab pembunuhan massal sesudah G30S di negara kita terjadi atas tanggung jawab Jenderal Soeharto sejatinya sudah bukan lagi suatu rahasia. namun anehnya, si penanggungjawab ini justru memamerkan dengan bangga perbuatannya itu. Dengan adanya pengakuan pers A.S. bahwa staf kedubes A.S. di Jakarta menyerahkan daftar 5000 nama kader PKI dan ormas yang dekat dengannya kepada
Angkatan Darat negara kita , seperti ini di atas, tidak seorang pun jubir pemerintah Orde Baru yang memungkiri atau mengucapkan penyesalan mereka. Sebaliknya dengan congkak mereka bahkan menegaskan, bahwa militer negara kita
sama sekali tidak perlu menerima daftar seperti itu dari pihak asing, sebab mereka sendiri mengetahui siapa saja kader kader PKI itu! contohnya dalam kisah pengakuan Kolonel Jasir Hadibroto yang sudah membunuh tanpa proses Ketua CC PKI DN Aidit. Kolonel ini justru
dihadiahi Soeharto dengan kedudukan sebagai gubernur Lampung. Bagaimanapun di depan Jenderal Soeharto Kolonel Jasir hanya seorang prajurit. Maka tentu saja Soeharto itulah yang bertanggungjawab. sebab pembunuhan hanya terjadi sesudah Jasir menerima perintah, dalam kata kata: Bereskan itu semua! Dan beres ,
kata Jasir tenang , saya artikan sebagai bunuh .Nyatanya sesudah itu saya tidak ditegor oleh Pak Harto . Sejarah peristiwa 1965 dan lanjutannya, seperti yang tertera didalam tulisan resmi para pendukung Orde Baru, seluruhnya harus ditinjau kembali dan dikoreksi. contohnya mengenai pembunuhan terhadap para anggota PKI atau BTI
(Barisan Tani Indonesia ) yang selalu diberi pembenaran dengan dalih, mereka terlibat dalam Gestapu/PKI 1965 . Tentu saja benar bahwa ada beberapa kader PKI yang ikut memainkan peran dalam peristiwa dini hari 1 Oktober 1965 itu. namun bisakah ratusan ribu kaum tani di Jawa dituduh terlibat dalam peristiwa penyerangan terhadap 7 orang jenderal pada pagi pagi buta 1 Oktober 1965 di Jakarta saat itu, Dari berita The Washington Post 21 Mei 1990 menjadi jelas, bahwa sejak semula Soeharto sudah berketetapan hati untuk membasmi PKI.
Ringkasan Memorandum CIA mengenai G30S, 6 Oktober 1965, dan juga laporan situasi
Indonesia Working Group 6 Oktober 1965 menjadi bukti berita bulan Mei 1990 itu. Dalih umum yang dimamah biak Mahmilub atau pengadilan kanguru seperti nya ialah, semua anggota atau simpatisan PKI 'terlibat dalam peristiwa G30S PKI'. Dalih seperti itu juga yang dipakai pemerintah untuk membenarkan pembuangan tanpa pemeriksaan pengadilan sekitar 10.000 orang ke pulau Buru. Mereka itu
dikatakan sebagai 'terlibat secara tidak langsung dalam Gestapu/PKI'. Lalu, siapakah yang terlibat langsung, Yang betul betul terlibat langsung ialah orang yang paling memperoleh untung dari kejadian itu. Di dunia Barat sekarang muncul
kecenderungan bahwa komunisme, dan sosialisme, sudah gagal sebagai ideologi. hasil penelitian seperti ini salah sama sekali! Yang gagal yaitu beberapa pemerintah yang dikuasai oleh berbagai partai komunis. namun yang
sejatinya terbukti gagal ialah sistem diktatorial, yang tanpa berperanserta kepada rakyat bawah.
Pada tanggal 1 Oktober 1965 tengah malam ,Aidit disuruh oleh Sam untuk segera naik pesawat
yang sudah tersedia untuk terbang ke Yogya hanya bersama pendampingnya Kusno, dan diberi
tahu , bahwa nantinya di Yogya akan dijemput oleh Ketua CDB PKI Yogya. faktanya setiba
di Yogya tidak ada seorangpun yang datang menjemputnya Hanya diantarkan oleh pendamping dan seorang sopir dari AURI, bertiga lalu menuju ke rumah Ketua CDB PKI.Yogya.
Setibanya ditempat yang dikira rumah Ketua CDB, pada waktu diketuk pintunya, ternyata yaitu rumah tokoh NU. Keberadaan Aidit di Yogya maka sudah diketahui fihak lain,
maka untuk menghilangkan jejak, lalu perjalanan diteruskan ke Salatiga. Beberapa hari lalu baru melanjutkan perjalanan ke Solo dengan memperoleh jemputan kendaraan yang dikendarai oleh seorang Cina jago kunthau dari Solo. namun akhirnya tertangkap hidup
hidup sesudah beberapa waktu berada di Solo.
Sesampainya Aidit di Solo, dia terus berpindah pindah. Semula diperkirakan di Lojigandrung rumah resmi Walikota Utomo Ramelan, lalu dipindahkan ke kampung Keparen (sebelah Selatan Pasar Singosaren) dirumah Jupri Prio Wiguno, anggota PKI tengah malam
(jaringan Van der Plas). Beberapa hari Aidit berada di Keparen, lalu dijemput oleh Sri
Harto, penghubung Aidit soebandrio . Dengan menyerahkan tanda bukti berupa sesobek kertas
krep yang bertanda tangan, sedang sobekan yang lainya berada ditangan tuan rumah ialah
Jupri ini . sesudah sobekan ini dicocokan dan memang cocok, maka Aidit diserah terimakan oleh Jupri kepada Sri Harto. sesudah serah terima ini , Aidit dengan diboncengkan scooter, dibawa ke rumah KRT. Sutarwo Hardjomiguno di desa Palur sebuah desa disebelah timur kota Solo. Beberapa hari berada di Palur dia sempat berkeliling kota Solo, bahkan sempat menengok markas CC PKI
Solo. lalu dipindahkan kerumah Sri Harto penghubung ini di kampung Kleco yang
terletak dibelakang Markas Resimen, dirumah ini Aidit tinggal beberapa hari lamanya. sesudah mengambil Aidit dari Keparen Sri Harto melaporkan mengenai keberadaan Aidit, kepada
para senior Pemuda Pelajar (Suhari alm. Dan seorang lagi). berdasar keterangan saksi keteranganya sebab dia merasa ngeri, melihat perkembangan kondisi , batalion TNI AD, K, L dan M di Solo sudah banyak disusupi PKI. Demikian juga dengan CPM, sehingga banyak tahanan tahanan penting dapat lolos, antara lain seperti tokoh PKI anggota Politbiro Ir.Sakirman, sopir Cina penjemput Aidit dari Salatiga . Sri Harto percaya kepada para Pemuda Pelajar dan merasa aman, sebab melihat sepak terjang dan perjuangannya saat bergerilya melawan Belanda, perang menumpas pemberontakan PKI 1948 dan waktu itu dalam menghadapi G 30 S di Solo.
sesudah Sri Harto memberi laporan mengenai keberadaan Aidit ini , siasat segera disusun.
Untuk menambah kepercayaan Aidit, Sri Harto diberi pengawalan oleh dua orang dari para
Pemuda Pelajar, sekaligus untuk mengawasinya, apakah Sri Harto jujur atau tidak dan diberi sepucuk pistol untuk berjaga jaga . Oleh para senior hal ini segera dilaporkan kepada Kol.Yasir yang rupa rupanya kurang percaya bahkan minta apa jaminanya jika bohong. Jawaban Suhari dia bersedia ditembak mati jika laporanya tidak benar, sebab mereka itu pejuang ditembak oleh tiada pamrih demi untuk menegakkan Republik Indonesia yang mereka ikut mendirikanya.. Keberadaan Aidit di Solo, sudah beberapa hari dibuntuti, sesuai kesepakatan dengan Sri Harto. Laporan kepada Kol.Yasir ini rupa rupanya bocor. Rumah dimana Aidit ditempatkan, ternyata digerebeg oleh sepasukan polisi yang selama itu tidak berperanserta aktif, dan penyerbuan ini sama sekali tidak ada koordinasi, dimaksud hanya untuk menciptakan kekacauan belaka, lalu diketahui bahwa Sekretaris Pergerakan dari Kol. Yasir, yaitu Letkol Muklis Ari Sudewo, yaitu seorang komunis yang mempengaruhi polisi untuk melakukan penyergapan, padahal selama kampanye melawan G30S tidak berperanserta . Sergapan ini sebab tanpa koordinasi, hampir memicu bentrokan dengan Pemuda Pelajar yang bekerja untuk memantau Aidit. Beruntung bahwa sebelumnya Aidit sudah dipindahkan ke kampung Sambeng. Letnan Sembiring (terakhir jendral) yang mengejarnya di Pati namun tidak berhasil menangkap, ternyata memergoki Muklis Ari Sudewo di Solo, ia menjadi orang kedua pergerakan . Dalam tubuh AD di Solo masih banyak unsur unsur komunis (bagian operasi, Kapt. Hardijo, CPM a.l Lettu Abu), Kericuhan dalam operasi sering terjadi sebab Pemuda Pelajar sering dijerumuskan jika melakukan patroli terutama di tengah malam hari, rupa rupanya unsur unsur PKI sudah terlebih dahulu
diberitahu . namun berkat pengalaman, dapat mencium gelagat yang tidak baik dan tipuan tipuan ini dapat dihindari. Maka sesudah itu mereka memicu gerak tipu sendiri sehingga dapat
menangkap dan merampas banyak unsur unsur PKI dan persenjataanya. kekacauan di Solo
ditambah dengan sering bentroknya golongan Islam dengan golongan Nasionalis yang juga
banyak dari mereka itu yang diadu domba dan menjadi korban dibunuh oleh komunis,
menjadi kondisi bertambah rawan. Sri Harto yaitu Ketua SBIM (Sarekat Buruh Industri
Metal) di pabrik panci Blima. Bapaknya Sri Harto yaitu seorang dari kalangan atas
Mangkunegaran, KRT. Sutarwo Hardjomiguno, lincah hingga mampu kemana saja
(kemungkinan besar berada dalam jaringan Van der Plas, sebab dapat dihubungi Aidit tanpa
bocor). Kakak Sri Harto menjadi Asisten Wedana (PKI) di Klego daerah Boyolali, yang dinilai
banyak merugikan dan menteror rakyat, maka dihabisi oleh rakyat sendiri. Sri Harto memperoleh kepercayaan untuk menjadi penghubung soebandrio Aidit, namun sebab dia kurang teguh dan ngeri akhirnya membuka kedoknya sendiri, mencari selamat dengan melaporkan mengenai keberadaan Aidit di Solo ini kepada para senior Pemuda Pelajar. Saat rumah dimana Aidit ini ditempatkan digerebeg oleh sepasukan polisi, Aidit sudah dipindahkan ke kampung Sambeng. Sore harinya Kol.Yasir melakukan operasi penggerebegan baik ke rumah dimana Aidit ditempatkan pada waktu siangnya maupun ke seluruh kampung.namun hingga sekitar pukul 22.00 tengah malam , Aidit belum juga dapat diketemukan. lalu operasi dihentikan dan menarik mundur pasukan dari kampung Sambeng, beberapa ditinggalkan untuk memantau . Para senior Pemuda Pelajar yang memberikan laporan
kepada Kol.Yasir merasa sangat terpukul dan kecewa, sebab selain kena tuduhan pembohong
juga sudah memberikan jaminan, jika bohong, bersedia untuk ditembak mati. Mereka
percaya bahwa Aidit pasti masih berada dirumah dimana siangnya ditempatkan atau paling tidak masih dikampung Sambeng ini . Para senior Pemuda Pelajar, lalu mengambil inisiatif untuk menggeledah dan memagar betis kampung dan rumah ini dengan mengerahkan teman temannya, meskipun mereka menanggung risiko sebab
berlakunya jam tengah malam . Terutama rumah yang sudah digeledah ini digeledah lebih intensif
lagi, namun tetap tidak diketemukan Aidit.
Hanya didalam sebuah almari yang kosong dan menempel rapat dengan dinding penyekat
rumah ditemukan sebuah celana dalam, berinitial DA, yang diduga yaitu milik Aidit. Rumah
ini dihuni oleh seorang yang sudah tua, seorang pensiunan pegawai Bea dan Cukai bersama cucunya yang gadis remaja. Sudah susah payah dari pagi sampai tengah tengah malam
belum juga memperoleh hasil, salah seorang senior Pemuda Pelajar menemukan akal, dengan
menggertak orang tua penghuni ini , jika tetap tidak mau mengaku dimana Aidit berada,
cucunya akan dipermalukan didepannya. Dengan gertakan demikian orang tua ini akhirnya mengaku bahwa Aidit berada dibelakang almari kosong ini . saat dibantah mana mungkin, sebab almari ini rapat dengan dinding. memperoleh jawaban, bahwa dinding belakang almari ini merupakan pintu dan dinding sekat rumah ini yang rangkap dengan rongga sekitar 60 cm. Ternyata waktu dinding belakang almari ini
dibuka, Aidit masih berada didalam rongga dinding sekat rumah ini Aidit disilahkan keluar
dan lalu diserahkan kepada Kol.Yasir langsung diLojigandrung. Operasi penggeledahan tahap kedua yang dilakukan oleh para Pemuda Pelajar ini, didampingi oleh Letnan Ning, hingga
merupakan tindakan yang berada dibawah tugas resmi . Tertangkapnya Aidit ini segera dilaporkan ke Jakarta oleh Kolonel Yasir, lalu diperintahkan langsung oleh Jendral Soeharto agar pada kesempatan pertama Aidit dibawa ke Jakarta. Konon lalu didapat kabar bahwa dalam perjalanan ke Jakarta ini ditengah jalan Aidit dihabisi dan tidak diketahui lagi . Hal ini memicu tanda tanya, mengapa seorang
tokoh yang demikian penting, selain Sekjen PKI, juga menyandang jabatan resmi sebagai
Menko dihabisi begitu saja, Mengapa tidak dikorek keteranganya hingga tuntas dan diajukan
ke Pengadilan, mengetahui secara terbuka. Dalam hal ini sangat terasa adanya sesuatu yang disembunyikan dan merupakan misteri besar.
Apakah ada hubunganya dengan kemisteriusan tokoh Aidit, Tertangkapnya Aidit di Solo ini
membuka tabir adanya hubungan Aidit dengan soebandrio dan jaringan Van der Plas (
Jendral Soeharto, yang memerintahkan menghabisi). Suatu konspirasi yang sangat kejam dan sudah memakan korban besar dikalangan rakyat.banyak, Kampung Sambeng dikepung dari 8 penjuru mata angin. ABRI dan pasukan
pasukan bekas Tentara Pelajar dikerahkan. Tampuk komando operasi dipegang langsung
Kolonel Jazir Hadibroto. Mereka percaya , buronan yang mereka cari cari bersembunyi di
kampung itu. Sejak sore tadi Kampung Sambeng, Kelurahan Mangkubumen, Solo, diguyur deras
hujan. saat tengah malam datang, Sambeng tak cuma hanya sekedar terasa dingin melainkan juga mencekam. Lewat sebuah operasi yang cepat, semua laki laki Kampung Sambeng diperintahkan keluar dari rumahnya masing masing. Semua dikumpulkan di lapangan. tengah malam itu, Kampung Sambeng steril dari laki laki . Satu per satu mereka diperiksa. Hasilnya nihil: buronan kelas wahid yang dicari tidak ditemukan, Akhirnya pencarian difokuskan di sebuah rumah di Gang Sidareja. Rumah itu berukuran kecil. Rumahnya memang sangat pas dijadikan tempat sembunyi. Letaknya di ujung gang. Persisnya ada di tepi sebuah sungai dekat sebuah kuburan. Jika buronan yang dicari berhasil selamat hingga ke sungai, alamat ia akan lolos. Bentang alam yang gelap dan penuh dengan alang alang memudahkan siapa pun bakal lolos dari pengintaian dan kejaran. Itulah sebabnya rumah itu dikepung rapat rapat. Saking rapatnya, hampir dipastikan mustahil keluar dari rumah incaran tanpa diketahui . Rumah itu milik seorang wanita tua bernama Mbok Harjo. Selain Mbok Harjo, tinggal juga sepasang suami istri yang sengaja mengontrak. Si suami bernama Kasim. Tak jelas benar sepasang suami istri ini berasal dari mana dan dalam keperluan apa mengontrak rumah kecil di pojokkan gang yang terpencil itu. Penggeledahan dilakukan. Rumah itu diperiksa dengan detail sedetail detailnya. Tak ada sedepa pun yang terlewat. Semua ruangan, kolong tempat tidur, lemari pakaian, hingga lemari makan dibongkar. namun buronan tak juga ditemukan. Mustahil, Tentara percaya betul tak mungkin buronan tak ditemukan sebab pengintaian terhadpa rumah Mbok Harjo sudah dilakukan cukup lama. beberapa intel ditempatkan di Gang Sidaredja. Ada yang menyamar sebagai penjual gula kapas. Ada yang menyamar sebagai penjual sate. Hasilnya: buronan dipastikan ada di rumah Mbok Harjo. informasi yang diberikan Brigif 4 yang melakukan pengintaian dipercaya tak mungkin meleset. Kecurigaan makin membesar saat dalam penggeledahan itu ditemukan benda
mencurigakan: tas ransel, kacamata, radio.
Akhirnya pencarian dimulai kembali. Langkah pertama yaitu menginterogasi habis habisan Pak Kasim yang sudah berkumpul bersama semua laki laki Kampung Sambeng. Lewat mulut Pak Kasim itulah diketahui ada sebuah kamar rahasia di rumah Mbok Hardjo. Kamar itu tak mungkin terdeteksi oleh siapa pun yang memasuki salah satu dari dua kamar utama sebab kamar rahasia terletak di antara dua kamar utama. Pintu masuknya pun bukan di salah satu kamar utama itu melainkan melalui ruang makan. Persisnya dari sebuah lemari makan. namun hanya dengan membuka pintu lemari makan pintu masuk kamar rahasia itu tetap tak akan kelihatan. Pintu masuk baru terlihat jika lemari makan itu digeser. Berdasar informasi itulah penggeledehan dilakukan kembali. Ternyata betul: di balik
lemari makan ada pintu rahasia yang menghubungkan ruang makan dengan sebuah
kamar persegi panjang yang sempit namun masih mencukupi untuk sekadar duduk dan merebahkan badan. sesudah didobrak dari luar dan kamar itu terbuka, seorang laki laki berusia 40 an dengan
paras lusuh dan pucat kedapatan sedang duduk meringkuk . Percarian pun berakhir. Di tengah malam 21 November 1965, Kolonel Jazir Hadibroto lega bukan kepalang. tengah malam itu
akan menjadi pengepungan terakhir. Segera ia kirim kawat kepada atasannya. Isinya: Dipa Nusantara Aidit tertangkap, Dr. Sutanti, dokter spesialis akupultur pertama yang dimiliki negara kita , mematung di balik jendela sebuah rumah. Matanya nanar memandangi pekarangan tak seberapa luas yang ada di seberang jalanan yang sepi. Hari itu tak banyak yang berlalu lalang.
Tanti sudah demikian lama tidak bertemu dengan tiga anak laki laki nya. Ia juga sudah lama
sekali tidak pernah pulang ke rumahnya. Dari tempat tempat persembunyian yang berpindah pindah, ia mendengar sehembusan kabar tidak menyenangkan: rumahnya di Jalan Pegangsaan (Cikini) sudah digerebek tentara. Isi rumah dikeluarkan. Sebagian disita. Sebagiannya lagi dimusnahkan. Sejak 5 Oktober 1965, ia putus kontak dengan semua keluarga terdekatnya. Suami tercinta, Dipa Nusantara Aidit, entah
bagaimana kabarnya. Dari beberapa informasi yang ia dapat di akhir November 1965, sang suami sudah dieksekusi di daerah Jawa Tengah. Mungkin di Boyolali atau Solo. Ada juga yang berkata di Tegal. . tidak begitu jelas kapan Aidit menikahi Sutanti. namun , berdasar informasi yang didapat dari tulisan Kohar Ibrahim, seorang eksil yang menetap di Brusell, Belgia, yang berjudul Aidit Pelita Nusantara, Sebuah Catatan dari Brusell yang dimuat di harian Batam Pos,
Riau, diketahui bahwa keduanya menikah pada 1947. Leclerc menyebut perjumpaan perdana keduanya itu berlangsung saat Aidit sedang memberikan ceramah mengenai Marxisme. saat itu Aidit memang sedang melaksanakan misi nya sebagai anggota CC PKI yang membawa bawahi bidang Agitprop. Sutanti yaitu anak dari pasangan aktivis pergerakan yang cukup radikal. Ayahnya bernama Mudigdio, seorang ningrat keturunan bangsawan Tuban. Mudigdio yaitu seorang pembangkang keluarga. Ia memberontak sikap kolot konservatif keluarganya
dan terutama sikap keluarga besarnya yang sangat pro Belanda. sesudah menyelesaikan HBS nya, Mudigdio segera bekerja sebagai pegawai negeri di Kantor Pajak. saat bekerja di Medan, ia bertemu dengan Siti Aminah yang kemudian menjadi istrinya. saat bekerja di Semarang pada 1927, Mudigdio masuk ke dalam PNI dan lalu bergabung ke Partindo. Akibat aktivisme politik yang ditekuninya, ia dipecat sebagai pegawai negeri sebagaimana dialami semua pegawai pemerintahan Hindia Belanda yang terlibat dalam aktivitas pergerakan nasional. Menjelang penyerbuan Jepang, ia menjadi guru MULO Muhammadiyah di Yogyakarta. saat ia kembali ke Semarang, Mudigdio bekerja untuk PUTERA, dan selanjutnya bekerja di Jawa Hokokai. Sesudah proklamasi, dia masuk dinas kepolisian yang baru. Pada 1948, Mudigdio menjadi anggota Partai Sosialis pimpinan Amir Syarifuddin yang lalu tergabung ke dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang terlibat dalam peristiwa Madiun Affair. Mudigdio tetap berpihak ke kubu Amir. Atas inisiatif sendiri, Mudigdio bahkan berusaha mendirikan Korps Polisi Merah di daerah Pati. Pada 21 November 1948, dia dan pembantu pembantunya ditangkap dan ditembak mati. Siti Aminah, janda Mudigdio, saat itu menjadi anggota KNIP mewakili Partai Sosialis.
Kematian suaminya justru membuat gairahnya untuk berpolitik makin tinggi. Ia berkonsentrasi di bidang pergerakan wanita , sehingga ia terpilih menjadi wakil ketua pergerakan Wanita negara kita (Gerwani), sambil tetap menjadi anggota parlemen sampai lalu ditahan dan diberhentikan sesuai pageblug 1965. Tanti jelas akrab dengan aktivitas politik. Pernikahannya dengan Aidit kian meneguhkan darah aktivis yang ia warisi dari kedua orangtuanya. Ia mengetahui benar resiko menjadi aktivis politik sekaligus menjadi istri pemimpin tertinggi PKI,. Partai komunis terbesar ketiga di dunia. namun peristiwa September 1965 betul betul tak ia duga akan terjadi dengan begitu cepatnya, Tanti harus berpisah dengan orang yang dicintanya. Ia juga dengan terpaksa berpisah dengan tiga anak laki laki nya. Menjelang pelariannya, Tanti dan suaminya masih sempat mengirim Iwan, Ilham dan Irfan ke Bandung. Kabar terakhir, tiga anak laki laki nya itu dipelihara oleh Moeliono, salah seorang kerabat jauh Tanti yang berprofesi sebagai dosen di Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Kabar itu sedikit melegakan Tanti. namun kesedihan tentu saja tak berkurang. Luar biasa sedihnya Tanti membayangkan ketiga anaknya yang masih kecil kecil itu harus menanggung akibat pertarungan politik yang melibatkan ayahnya. Apalagi Ilham dan Irfan. Keduanya lahir di sebuah negeri yang jauh, Rusia, tepatnya di Moskow, pada 18 Mei 1959. Enam bulan lalu barulah si kembar Ilham Irfan merasakan teriknya matahari negara kita . Jadi, saat pecah pageblug 1965, si kembar itu baru berusia 6 tahun . Masih sangat kecil untuk
mengerti pergulatan politik. Mereka tidak mengetahui apa apa. Di puncak rasa rindu yang tidak mungkin lagi dibendungnya, Tanti berhasil mengontak keluarga Moeliono, karabat yang selama ini memelihara tiga anak laki laki nya. Dia sampaikan betapa rindu dan berharap sangat bisa bertemu dengan anak anaknya. Tanti tentu saja sedang tak berniat pergi ke Bandung, dan menyambangi rumah keluarga Moeliono untuk dapat memeluk tiga anak laki laki nya. Itu rencana bunuh diri namanya. Itu sama saja menyerahkan diri untuk ditangkap dan dieksekusi tentara. Tanti sepenuhnya insyaf akan situasi. Dan Tanti memang tak pernah bermimpi bisa memeluk tiga anaknya. Sekedar memandang anak anak dari kejauhan pun rasanya sudah nikmat, Maka disusunlah rencana. Moeliono akan membawa bawa tiga anak laki laki Tanti ke suatu tempat. Di sekitar situ, Tanti sudah menunggu dalam jarak yang cukup jauh yang masih memungkinkannya menatap anak anaknya tanpa harus diketahui orang lain, bahkan juga oleh tiga anak laki laki nya itu. Tanti masih duduk mematung. Matanya memandang pekarangan tak seberapa luas yang dijanjikan menjadi tempat bermain tiga anaknya hari itu. Waktu serasa tak berhenti. Menit seperti enggan beranjak. Tanti masih menanti. Dan ketiga anak kecil yang dirindukannya itu pun akhirnya datang. Mata Tanti nyalang memandang ke depan. Air mata akhirnya tumpah. Detik itu juga Tanti mendadak ingat dua anak wanita nya yang sedang belajar di Moskow. Ibaruri dan Ilya. Apa kabar mereka, Rasa rindu lagi lagi membuncah. Air mata lagi lagi tumpah. Sobron masih ingat kapan, bagaimana, dari mana dan di mana ia pertama kali mendengar kabar kematian kakaknya , D.N. Aidit. saat itu Sobron sedang menetap di Peking. Ia bekerja sebagai tenaga pengajar di IBA, sebuah akademi yang dibiayai Partai Komunis Cina. Sebelum menjadi pengajar, Sobron sempat juga menjadi penerjemah majalah Peking Review yang diterbitkan oleh Penerbitan Pustaka Bahasa
Asing Peking. Selama menjadi tanaga pengajar, Aidit dan beberapa Koneksi nya diinapkan di Hotel Persahabatan, Friendship Hotel. saat itu 1965 sudah sampai akhir . Desember 1965. Sobron dan semua ekspatriat asal negara kita sudah mengetahui banyak ihwal kondisi yang terjadi di tanah air. Mereka mengetahui bagaimana aktivis PKI dan segenap anggota keluarganya dicari cari, ditangkapi, diasingkan dan sebagian lagi dibunuh. Kabar tidak mengenakkan mengenai tanah air terus berseliweran makin kencang. Sobron tidak bisa membayangkan bagaimana nasib keluarganya di Jakarta. Bagaimana kabar Aidit, Murad, Basri, Apa yang menimpa Tanti dan tiga anak laki laki kecilnya: Iwan, Irfan dan Ilham, Di tengah malam bulan Desember Sobron dan Koneksi Koneksi nya keluar dari hotel. Ada pertemuan penting yang harus dihadiri, Ternyata Sobron dipertemukan dengan delegasi Cina yang baru saja menghadiri sebuah Konferensi Internasional di Havana, Kuba. saat delegasi Cina berkesempatan bertemu dengan pemimpin Kuba, Fidel Castro, mereka memperoleh kabar tidak mengenakkan mengenai negara kita , persisnya kabar tertembak matinya Dipa Nusantara Aidit, pemimpin tertinggi PKI. Castro sendiri yang mengatakannya. Awalnya Sobron tidak percaya. Bagaimana bisa kakaknya itu bisa dengan mudahnya tewas , Mungkinkah seorang pemimpin partai besar yang dihuni tiga juta anggota setianya bisa dengan mudah lenyap, Bukankah kakaknya yaitu orang yang sangat
lihai bersembunyi, Reputasi Aidit sebagai seorang yang memiliki intuisi kuat sering membawa bawa nya berhasil lolos dari lubang jarum yang sempit sekalipun. Sobron mengetahui betul bagaimana kakaknya itu berhasil keluar dari kejaran musuh saat peristiwa Madiun Affair 1948 meledak. Ia juga tidak akan melupakan kepandaian kakaknya itu dalam hal menyamar . Dia sendiri pernah menjadi korban dari kelicikan kakaknya itu. saat itu di Jakarta sedang terjadi razia besar besaran terhadap aktivis aktivis PKI yang dilakukan oleh Kabinet Sukiman. Sobron sering menyebutnya sebagai Razia Agustus sebab rentetan razia itu memang berlangsung gigih gigihnya pada bulan Agustus 1951. Di suatu tengah malam saat Sobron sedang berjalan di sekitar Pasar Matraman, ia melihat sesosok tubuh yang lamat lamat ia kenal. laki laki itu tampak tua. Berkacamata. Rambutnya putih penuh dengan uban. Berkopiah. Jalannya agak terbungkuk dan terpincang pincang. laki laki tua itu berjalan dengan memakai tongkat. Dicobanya memanggil ingatan. namun gagal. Sobron tetap lupa di mana dan kapan pernah betemu. Sobron nekat mendekati laki laki tua itu. Begitu jarak makin rapat, laki laki tua itu malah mempercepat jalannya. Makin Sobron mengejar, makin cepat laki laki tua itu menghindar. saat akhirnya laki laki tua itu berhasil didekati oleh Sobron, dia malah berbisik pelan. Sana, mengapa kau mengikutiku. Sana jauh, nanti ketemu hardik laki laki tua itu dengan setengah berbisik sambil tak lupa mengernyitkan kening dan memelototkan
matanya. mengetahui lah Sobron jika laki laki tua itu yaitu kakaknya sendiri, D.N. Aidit, yang
sedang menyamar . Sejak itulah Sobron sadar jika situasi memang sedang gawat. Beberapa kali, lewat kode ketukan pintu yang khas, kakaknya itu datang ke kamarnya. Di tengah malam seperti itulah kedekatan Sobron dengan Aidit terjalin baik. Mereka sering bercerita. Saling memberi kabar. Aidit seringkali menitipkan pesan agar Sobron berhati hati. Aidit biasanya langsung terlelap. Waktu istirahat betul betul ia maksimalkan untuk mengumpulkan tenaga demi kerja kerjanya esok hari. Seringkali Sobron terbangun di pagi hari dan kakaknya itu sudah lennyap tak berbekas. Hampir benar benar tanpa bekas. kakaknya itu mengetahui betul menjaga rahasia. Sekalipun ia Tidak pernah meninggalkan sesuatu yang bisa membuktikan jika dirinya pernah dan sering mampir ke kamar Sobron. Itulah sebabnya penggeledehan yang dilakukan tentara di kamarnya tidak berhasil . Tak ada sedikit pun jejak yang terendus. Nihil. Wajar jika Sobron meragukan informasi mengenai kematian Aidit. namun akhirnya Sobron menerima kebar kematian kakaknya itu dengan ikhlas. Entah bagaimana caranya, Sobron mendadak percaya dan percaya jika kakak sulungnya itu memang sudah tewas . Sobron tak mampu menjelaskannya secara logis. Ia percaya jika kakaknya itu sudah menemui ajal sebab sesuatu yang irrasional: intuisi. Perasaan saya, kedekatan saya selama ini dengan Bang Amat, Hal lain yang menambah kepercaya an Sobron yaitu beberapa media internasional memang sudah melansir berita kematian Aidit di sebuah daerah di Jawa Tengah. Salah satu media yang memberitakan itu yaitu Asahi Shimbun, media dengan reputasi baik dari Jepang. Belum lagi fakta di mana Mao Tse Tung sudah mengucapkan langsung pernyataan
belasungkawa atas kematian Aidit. Dalam perhitungan Sobron, Mao tak mungkin
mengeluarkan pernyataan bohong yang bisa melemahkan semangat perjuangan kaum
komunis sedunia. Sebagai pelengkap pernyataan belasungkawanya, Ketua Mao bahkan menuliskan
sajak yang dimuat di sebuah majalah di Peking. Inilah sajaknya: Belasungkawa Untuk Aidit
(Dalam Irama Pu Suan Zi). Di jendela diringin berdiri reranting jarang beraneka bunga di depan semarak riang apa hendak dikata kegembiraan tiada bertahan lama di musim semi malah jatuh berguguran Kesedihan tiada bandingan
mengapa gerangan diri mencari kerisauan
Bunga sudah berguguran, di musim semi nanti
pasti mekar kembali simpan harum wanginya hingga di tahun mendatang saat Sobron sudah dengan lapang dada menerima kematian Aidit, anehnya, sebagian besar ekspatriat asal negara kita yang tinggal di Beijing justru sangat susah percaya . Mereka percaya D.N. Aidit masih hidup. Salah seorang yang paling sukar menerima kabar kematian itu yaitu Wati, istri Sobron sendiri. Sobron bahkan sempat sedikit bersitegang dengan istrinya itu. Wati memarahi Sobron sebab penerimaan Sobron akan kabar kematian Aidit justru akan melemahkan semangat rekan rekannya. Yang lebih gila, saat Sobron pulang kampung ke Belitung untuk yang keduakalinya pada November 2004 dan berkumpul dengan keluarga besarnya, sebagian besar keluarga besar Aidit, terutama para wanita , masih percaya jika Aidit masih hidup hingga sekarang. Mereka percaya Aidit hidup dengan cara bersembunyi entah di mana. Ada yang menyebut di Malaysia. Sebagian lagi percaya di Filipina. Empat orang tentara berseragam loreng hijau dari Divisi Siliwangi mendatangi sebuah rumah dengan langkah bergegas. Seorang laki laki paruh baya menyambutnya. Baik baik dipersilakan empat tentara itu masuk. namun yang diucapkannya yaitu ancaman kasar. Saudara jangan coba coba menyimpan dan memelihara anak setan. Segera tunjukkan di mana mereka. Akan kami bunuh, laki laki paruh baya itu tampak tidak gusar. Tenang. Ia membalas gertakan itu dengan kata kata pelan: Silakan jika kalian ingin menembak anak anak setan yang kalian sebutkan itu. Saya antar kepada mereka.laki laki paruh baya itu berlalu. Dengan langkah tak kalah cepat, empat tentara mengikuti, lengkap dengan dengusan tak sabar yang terdengar jelas. Mereka menuju sebuah pekarangan yang tanahnya berpasir. Itu anak setan yang hendak kalian bunuh! laki laki paruh baya itu menunjuk keseorang anak laki laki yang masih sangat kecil. Ia terlihat sedang bermain kelereng. Pucatlah wajah 4 tentara berseragam itu. Mereka tak menyangka anak setan yang mereka cari ternyata masih sangat kecil. Anak anak. (masih kecil kecil ternyata) seru salah seorang tentara itu dalam bahasa Sunda. Tak ada yang bisa mereka lakukan. Keempatnya kontan berlalu begitu saja. Moncong senjata yang sudah disiapkan urung menyalak. Anak kecil itu melihat apa yang terjadi. Ia rekam semuanya baik baik. Ia trauma akan moncong senjata api. Anak kecil itu kini sudah dewasa. Sekarang usianya sudah menginjak 46 tahun . Perkawinanya dengan Yuyun, teman saat kuliah di Institut Teknologi Bandung, menghasilkan dua anak wanita yang lucu dan cerdas. Putri pertamanya sudah
duduk di bangku SMA, sedang adiknya masih kelas VI SD. Anak kecil yang hampir ditembak dan kini sudah berputri dua itu bernama Ilham. Lengkapnya Ilham Aidit. Dia yaitu anak keempat pasangan D.N. Aidit Sutanti. Ilham lahir kembar
bersama Irfan, adiknya, pada 18 Mei 1959 di Moskow. saat pecah pegeblug 1965, Ilham, Irfan plus kakaknya , Iwan, sempat dititipkan ibunya ke seorang saudaranya di Bandung. Saudara ibunya itulah yang dikisahkan di awal menghadapi empat tentara Siliwangi yang hendak menghabisi Ilham. Tak lama lalu Iwan, Ilham dan Irfan dipelihara oleh DR. Moeliono hingga dewasa. saat kuliah di ITB, Ilham memilih aktif di kegiatan pecinta alam. Ia tergabung dengan kelompok pecinta alam bergengsi, Wanadri. Pilihan Ilham untuk aktif di kegiatan pecinta alam merupakan konsekuensi logis dari pilihannya untuk menjauhi kegiatan yang berbau politik. Beban sebagai anak D.N. Aidit tidak memungkinkannya mengambil banyak pilihan. Semuanya serba terbatas. Segalanya serba dibatasi. Itu pun Ilham masih sering menerima teror dan makian. saat hendak menyunting Yuyun, Ilham dihadapkan pada sebuah pilihan berat: membuka rahasia kepada keluarga Yuyun ihwal siapa dirinya dengan resiko ia tidak direstui menikahi Yuyun ataukah memilih untuk menyembunyikan rahasia siapa dirinya. Pilihan makin sulit mengingat ayah Yuyun yaitu seorang tentara aktif yang jelas garis politiknya. namun pilihan pertama yang diambilnya. Ilham nekat. Ia temui ayah Yuyun. Sendirian. Tanpa perantara . Om saya ingin cerita siapa saya tutur Ilham memulai perbincangan. Oh ya…yaa.
Om mengetahui PKI, kan, Oh, ya, kata sang calon mertua Saya anak D.N. Aidit! Ayah Yuyun terkejut bukan kepalang. Selama beberapa kerjap waktu ia diam seribu bahasa. Bungkam. Ilham membiarkannya. Ia memberi kesempatan ayah Yuyun untuk berpikir. Ilham, tentu saja, tegang setegang tegangnya. Ia sudah bersiap mengubur impiannya menikahi Yuyun. Akhirnya, Ya sudahlah. Itu kesalahan orang tua kamu. Kamu kan tidak bersalah. Mereka akhirnya menikah. sudah lama sekali, jauh sebelum pageblug 1965, persoalan nama memang sudah menjadi bahan pembicaraan di keluarga Aidit. Kita bisa memulainya dari nama Dipa Nusantara Aidit: nama yang paling masyhur dari serentetan nama Aidit yang lain. Kita mengetahui , nama asli Aidit yaitu Ahmad Aidit. Itulah sebabnya semua adik dan kerabat Aidit memanggilnya Bang Amat. Ada dua versi mengenai muasal nama Dipa Nusantara Aidit. Versi pertama menyebutkan bahwa saat Aidit berada di Batavia dan terlibat
dalam aktivitas politik di Menteng 31, Aidit mengirim surat kepada ayahnya, Abdullah.
Surat itu berisi permohonan agar Abdullah mengijinkan Aidit berganti nama. Abdullah
mengabulkan. Maka bergantilah nama Ahmad Aidit menjadi Dipa Nusantara Aidit. Perubahan nama itu lalu oleh Aidit sendiri disahkan di hadapan notaris. Pada masa itu, perubahan nama bukanlah barang aneh. Beberapa pemuda aktivis
melakukannya. Mungkin untuk menandai perbatasan antara nilai nilai lama dengan
nilai nilai baru. Mengganti nama lama dengan nama baru diharapkan bisa menaikan semangat Nama Dipa Nusantara sendiri dipakai Aidit untuk menghormati jasa pahlawan nasional
Pangeran Diponegoro. Aidit berharap, penggunaan nama Dipa itu bisa memantik
inspirasi dan semangatnya untuk membebaskan Nusantara dari cengkeraman kolonialisme. Persis seperti yang pernah juga diusaha kan Diponegoro. namun tak sedikit yang sinis menanggapi perubahan nama Aidit. Salah satu argumen kelompok ini yaitu : Aidit menghapus nama Ahmad menjadi Dipa Nusantara
sepenuhnya alasan politis. Versi pertama inilah yang hingga kini paling santer terdengar. Salah seorang yang mengedarkan versi ini yaitu adik kandung Aidit sendiri, Sobron Aidit. beberapa
literatur mengenai Aidit yang paling kredibel sekalipun, seperti esai Leclerc atau bukunya
Peter Edman, mempercayai versi inilah yang paling bisa dipercaya. Versi lain yang nyaris tak muncul ke permukaan dikemukakan oleh Asahan Sulaiman Adit, bungsu dari tujuh bersaudara Aidit. Versi ini bisa dijumpai dalam buku Menolak
Menyerah, Menyingkap Tabir Keluarga Aidit (Yogyakarta: Era Publisher, 2005) yang
merupakan sebuah reportoar karya dua penulis muda Budi Kurniawan dan Yani Andriansyah. (Buku itulah yang paling banyak menyumbangkan informasi bagi penulisan esai ini, khususnya untuk bagian bagian mengenai kehidupan keluarga Aidit di luar Sobron dan D.N. Aidit sendiri). Kata Asahan, Ahmad Aidit sudah berubah menjadi Dipa Nusantara Aidit sejak ia
dilahirkan. Sumber yang dipakai Asahan yaitu sebuah akte kelahiran Aidit sendiri. Akte itu bertarikh 1923, tahun kelahiran Aidit, dan ditandatangani langsung oleh Abdullah Aidit langsung. Asahan ingat betul, akte yang berhiaskan lukisan indah itu masih memakai bahasa Melayu agak kuno. Di akte itulah tertulis: Anak dari Abdullah Aidit yang lahir pada 1923 yang saya beri nama Ahmad Aidit, bila dia sudah
menginjak usia dewasa akan memakai nama Dipa Nusantara Aidit. Jadi jelas, tegas Asahan, nama Dipa Nusantara bukanlah ciptaan kakaknya saat ia sudah di Batavia, melainkan nama yang memang diciptakan oleh ayahnya langsung.
Asahan, si bungsu yang mahir menggesek biola ini, juga memiliki sebuah refleksi yang lucu mengenai persoalan nama di keluarganya. Begitu menyadari bahwa nama Dipa Nusantara yaitu ciptaan ayahnya, Asahan langsung berpikir: Kenapa ayahnya tak menamai anaknya yang lain dengan nama segagah Dipa Nusantara, Asahan bertanya tanya, kenapa namanya tidak ditambah menjadi Sulaiman Dian Khatulistiwa saat masih kecil, mengapa saat dewasa namanya tidak berganti menjadi Sulaiman Dian Khatulistiwa Aidit yang disingkat SDK Aidit. sedang Sobron
seandainya menjadi Sobron Penata Persada Aidit dan disingkat SPP Aidit. Lalu Murad, contohnya , berubah menjadi Murad Zamrud Jawa Dwipa Aidit atau MZJD Aidit. sedang Basri menjadi Basri menjadi Basri Sengsara Sepanjang Masa Aidit dan disingkat BSSM Aidit Basri yaitu kakak Asahan yang sepanjang hidupnya selalu
dirundung sengsara hidup sehingga berdasar keterangan saksi Asahan dia itu tak berhak memakai nama yang jaya berbinar binar.
Asahan sendiri akhirnya memang melakukan perubahan nama. Asahan yaitu nama hasil perubahan itu. Aslinya ia bernama Sulaiman. sesudah hidup menggelandang di Eropa, Asahan berpikir untuk mengganti nama. Maka diperolehlah nama Asahan. Lengkapnya Asahan Alham. Alham sendiri merupakan akronim dari kalimat syukur . Nama Aidit dibuang jauh jauh untuk selama lamanya. Murad, adik Aidit yang lain, pernah juga menghapuskan nama Aidit. saat ia baru saja dibebaskan dari pulau Buru pada 1978, Murad langsung melihat beberapa fakta pahit yang jelas diskriminatif. Mereka selalu siap di litsus (akronim dari penelitian khusus , sebuah metode screening yang dipraktikkan orde Baru). Mereka yang tak lulus litsus hampir dipastikan tidak akan pernah bisa memiliki KTP. Mereka juga tak mungkin bisa menjadi pegawai negeri sipil maupun tentara. Mereka dijegal. saat Murad masih tinggal di Cikole, Bandung, Murad nekat tetap memasang nama Aidit. namun saat sedang berwirausaha di berkata an Depok dengan memelihara ternak, atas desakan beberapa kawan kawan dekatnya, Murad akhirnya menyembunyikan identitas Aidit nya. Alasannya cukup bisa diterima Murad: dengan tetap memakai nama Aidit ada kesan jika Murad sedang menantang. Melenyapkan identitas Aidit itu dilakukan Murad hingga waktu yang cukup panjang. saat Murad menikah untuk yang
keduakalinya hingga dianugerahi seorang anak, Murad juga menyembunyikan identitas Aidit nya kepada istri kedua dan anaknya itu. 6 menantu Murad yang menikahi 6 anak Murad dari istri pertama bahkan baru baru ini saja mengetahui rahasia nama Aidit di belakang nama Murad. Beberapa tahun lalu , sesudah Murad berketetapan menyandang kembali nama Aidit, Murad baru menceritakan semuanya. Menyembunyikan nama Aidit memang menjadi pilihan yang paling banyak diambil keluarga Aidit. Selain Asahan dan Murad, Ilham Aidit juga melakukan hal yang serupa. dalam rentang waktu yang cukup lama, ia hanya memakai nama Ilham. Ilham pernah juga menambahkan nama Alam Putera di belakang namanya. Alam Putera yaitu nama samaran yang sering dipakai ayahnya saat sering menulis di media massa pada masa mudanya. Ilham juga memilih tak menerakan nama Aidit di belakang dua puterinya. Ilham tak mau ejekan dan cacian yang biasa dia terima dahulu juga dialami anak anaknya. Ilham juga lama menyembunyikan nama Aidit kepada dua puterinya itu. Baru dua tahun yang lalu Ilham menceritakan kepada dua anaknya itu ihwal siapa nama kakeknya. Kendati beberapa guru anak anaknya di sekolah sudah mengetahui rahasia ini, namun untungnya dua putri Ilham tak mengalami pengalaman pahit dirinya dahulu . Kakak kandung Ilham, Iwan Aidit, yang kini masih bermukim di Kanada, juga melakukan hal yang diambil Ilham kepada anak anaknya. Iwan menghapuskan nama Aidit dari belakang namanya. Iwan kini menyandang nama Iwan Hignasto Legowo. Tak cuma hanya sekedar adik, anak dan cucu Aidit yang memiliki kisah mengenai arti sebuah nama bagi hidup mereka. Moyang dari wangsa Aidit sendiri, Abdullah Aidit, memiliki kisah yang menarik mengenai nama Aidit yang tersampir didirinya itu. ditambah ya, kisah yang menimpa Abdullah bukan kisah sedih, melainkan cerita ringan yang, berdasar keterangan saksi hemat saya, masih relevan dikisahkan di sini semata untuk menegaskan bahwa keluarga Aidit memang memiliki persoalan yang khas dengan sebuah nama, sekaligus untuk meluruskan salah paham yang banyak beredar ihwal identitas dan kiprah Abdullah Aidit. saat pada tahun 1950 Abdullah menjadi anggota parlemen mewakili daerah Belitung, Abdullah saat itu sama sekali belum memiliki rumah sendiri. Akhirnya oleh sekretariat parlemen Abdullah diinapkan di hotel. Uniknya, sesudah diatur sedemikian rupa, Abdullah harus menginap di hotel Centraal di jalan Citadel. Bukan hotelnya yang jadi masalah. Yang jadi pokok perkara yaitu dengan siapa Abdullah menginap, Ternyata, Abdullah Aidit harus menginap dengan anggota parlemen bernama… Abdullah Aidid! Ini kebetulan yang langka. Keduanya memiliki nama persis. Yang membedakan hanya satu huruf, yaitu huruf paling belakang nama masing maing: Aidit dan Aidid. Jika Abdullah Aidit merupakan anggota parlemen non fraksi, sedang Abdullah Aidid
yaitu anggota fraksi Masyumi. mungkin , kebetulan inilah yang memicu beredarnya salah kaprah ihwal jati diri Abdullah Aidit yang pernah santer dikabarkan sebagai anggota Masyumi. Sobron betul betul merasa sepi. Sekaligus malu. Juga terhina. Jauh jauh datang dari Paris, ia sama sekali tak memperoleh sambutan. Genangan rasa rindu akan kampung halaman dan kerabat lindap dengan cara yang aneh sekaligus menyesakkan. Itulah kali pertama Sobron menginjakkan kembali tanah Belitung. Ia datang dengan Laura, cucunya yang baru berusia 10 tahun . tengah malam itu Laura dibawa beberapa kerabat Sobron. Akan dibawa keliling. Begitu katanya. Sobron betul betul merana. tengah malam itu ia sendirian di Hotel Melati. Tak mengetahui hendak ke mana ia. Tak ada tujuan. Tak ada satu pun kerabatnya yang menawarinya menginap. Kerabat kerabat Sobron hanya datang ke hotel. Itu pun tak lama. sesudah dirasa cukup ,
mereka pergi satu per satu. 1996 memang tahun yang masih belum ramah bagi orang seperti Sobron. sebetulnya ia sedikit bisa memaklumi polah kerabat kerabatnya itu. Mereka memiliki alasan yang masuk akal. Sobron sendiri memang tak berniat menyusahkan kerabatnya. Ia datang hanya ingin menuntaskan rasa rindu yang sudah menjompak di ubun ubun. mungkin , rasa sentimentil sudah menyeret Sobron pada situasi emosi yang bergelora, sekaligus juga rapuh. Sobron akhirnya memilih menelusuri garis pantai. Suasana sungguh sepi. Jarang sekali Sobron berpapasan dengan orang lain. Tak pelak suasana hati Sobron kian terbawa sendu. Lama lama, Sobron mensyukuri kondisi itu. Dengan sepinya Tanjungpandan, Sobron merasa ia bisa bebas menghabiskan tengah malam , menuntaskan rasa rindu , merayapi bertumpuk kenangan lama, tanpa harus diimbuhi beragam hiruk pikuk orang lain. Sobron melangkah terus. Ia ingat saat dahulu sering berkumpul dengan kawan kawan lamanya tiap kali ia liburan. Liburan biasanya diisi Sobron dengan berbagai kegiatan. Sekali waktu ia pernah mengadakan beberapa pementasan drama. 2 tahun berturut turut dipentaskan naskahnya Utuy Tatang Sontani, Awal dan Mira dan Bunga Rumah Makan. Sobron pernah juga mementaskan naskah Dosa Tak Berampun, saduran dari naskah Ayahku pulang , sebuah drama Jepang yang disadur oleh Usmar Ismail. Semua pertunjukan itu sangat disukai penduduk Tanjungpandan. Setiap kali pementasan usai, Sobron dan temanya masih disibukkan oleh aktivitas mengemasi segala macam peralatan pementasan. Tak jarang semua baru selesai saat jarum jam sudah menunjukkan angka 24.00. Sekujur badan tentu saja terasa lelah. Dalam kondisi begitu, biasanya mereka pergi menuju pantai Tanjung Pendam. Di sana mereka melepas semua pakaian Berenang dan bermain ombak di bawah temaram sinar bulan purnama. Sobron memercepat langkahnya. Tak ada lagi pantai yang landai. Pasir yang dahulu menghampar putih bak permadani dari sutera telah berganti oleh pasir berwarna hitam yang ditimbun sampah plastik.v Pepohonan nyiur yang dahulu pernah dinaikinya sambil, bermain main kini sudah tak ada lagi, berganti menjadi semak dan alang alang . sangat tak teratur. Sobron melihat sekeliling . Sobron berharap harap cemas. Ah… rumah rumah itu ternyata masih berdiri. Legalah Sobron. Ia pandangi lekat lekat deretan rumah rumah itu. namun Sobron lagi lagi menangguk kecewa. Rumah rumah yang dahulu rapi, indah dan terawat itu kini sudah menjadi berderet bangunan tua yang usang, tak terawat dan reot. Sobron menghela nafas. Ada yang hilang bersama butir butir air matanya yang jatuh bergulir pelan pelan. Sobron tak mengetahui apa yang sebetulnya sudah hilang, datang ya. Ada pertemuan keluarga. Ibaruri datang dari Prancis. Begitulah sebuah undangan Ilham Aidit kepada saya, beberapa pekan silam. Agak terkejut juga menerima undangan seperti itu. Betapa tidak, di antara sekian banyak anggota keluarga besar Dipa Nusantara (DN) Aidit yang selamat dan berhasil mempertahankan hidup sesudah tragedi 30 September 1965, saya menduga hanya saya orang luar yang diundang dalam pertemuan itu.
Minggu siang yang benderang di sebuah pinggiran situ di kawasan Ciputat, Tangerang,
Propinsi Banten, dugaan itu terbukti. Begitu tiba, Ilham Aidit, putra DN Aidit langsung menyambangi dan menjabat erat tangan yang saya ulurkan. Duduk lesehan saya melihat ada
Murad Aidit (adik DN Aidit) bersama beberapa anak dan cucunya, beberapa sepupu dan
ponakan Ilham pun hadir pula . Ada sekitar 50 orang yang hadir pula saat itu. Beberapa saudara jauh DN Aidit yang datang dari pulau Belitung pun terlihat hadir pula . sesudah dikenalkan pada beberapa orang yang belum pernah saya temui, Ilham membimbing saya menemui seorang wanita berkulit bersih, berambut pendek, mengenakan kemeja putih, berwajah bundar dan bertubuh tak terlalu tinggi. Ibaruri, begitu ia mengenalkan dirinya. Baru beberapa hari Iba, begitu ia biasa disapa, tiba di Jakarta. Sudah berpuluh puluh tahun Iba tinggal di Prancis bersama suami dan keluarganya. Di Prancis juga Sobron Aidit, pamannya dan puluhan kaum eksil lainnya tinggal sesudah mereka pergi dari Cina yang sebelumnya sempat menampung mereka. Kedatangan Iba ke Jakarta ini rupanya dimanfaatkan keluarga besar Aidit untuk berkumpul, bercengkrama dan saling bercerita. Saya melihat pertemuan itu berlangsung hangat dan bersahaja. Mereka tak banyak bicara politik. jika pun ada, hanya sekelebat. Murad contohnya ,
bercerita ia sedang menulis buku berjudul DN Aidit Pemimpin PKI Legendaris dan sedang sibuk
bersama teman temannya eks Tahanan Politik (tahanan Politik ) dan kaum kiri lainnya yang diganyang Orde Baru (Orba) melakukan gugatan kepada lima presiden di sebuah pengadilan di Jakarta Pusat. Seorang kerabat DN Aidit dari Belitung menceritakan pengalaman saudaranya yang kesulitan pulang kampung, sebab tak ada angkutan dan sebab bantuan DN Aidit ia bisa
memperoleh angkutan kapal gratis. Keluarga besar Aidit itu juga menyantap beberapa makanan yang dihidangkan dalam pertemuan. Mereka juga berfoto bersama. Kala sore menjelang, pertemuan keluarga besar Aidit itu pun usai. Bagi banyak orang, pertemuan keluarga seperti yang dilakukan keluarga besar Aidit itu bukan hal yang istimewa. Semua orang bisa berkumpul, di mana dan kapan saja, tanpa tembok penghalang apa pun. Namun tak demikian halnya dengan keluarga Aidit. Stigma dan tudingan Orba yang berlangsung berpuluh puluh tahun memicu mereka menjadi keluarga yang dianggap paling berbahaya‘.
Posisi DN Aidit sebagai ketua Centra Committee Partai Komunis Indonesia (PKI) lah yang
menjadi penyebab utamanya. Maka saat Tragedi 30 September 1965 pecah, DN Aidit dan semua yang berhubungan dengannya menjadi sasaran paling utama yang diincar penguasa baru. Seperti yang ditulis dalam teks sejarah versi Orba, DN Aidit dikabarkan tewas ditembak tentara di Boyolali, Jawa Tengah. Hingga kini jenazah dan kuburan ayah lima anak yang saat di tanah kelahirannya, Belitung, dinamakan anak yang taat beribadah dan khatam Alquran berkali kali itu tak pernah diketahui rimbanya. anggota keluarga DN Aidit sebagian ditangkap rezim Orba dan dijebloskan bersama tahanan lainnya ke pulau Buru. Namun sebagian lainnya yang kebetulan berada di luar negeri, selamat. Melalui proses panjang dan berliku, mereka berhasil bertahan hidup di negeri orang hingga kini. Dua putri DN Aidit, Iba dan Ilya, kini bermukim di Prancis. Satu putranya, Iwan Hignasto Legowo, kini bermukim di Kanada. Dua adik DN Aidit, Sobron dan Asahan Aidit (kini mengganti namanya menjadi Asahan Alham kependekan dari lafal syukur ) kini tinggal di Belanda dan Prancis. Bersama mereka juga ada ratusan orang negara kita dengan latar belakang profesi yang beragam ada dokter, sastrawan, insinyur dan mahasiswa yang dikirim rezim Soekarno belajar ke luar negeri tertahan di luar negeri dan tak bisa lagi pulang ke negara kita . Mereka kehilangan seluruh haknya, termasuk status kewarganegaraan. Dengan dengan terpaksa mereka lalu menjadi warga negara di tempat pelarian. kondisi yang muram itu berlangsung berpuluh puluh tahun , hingga pada masa pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, tiba sebuah titik terang. Gus Dur mengembangkan wacana pencabutan Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 yang melarang keberadaan Marxisme Leninisme. Gus Dur yang sejak lama dinamakan sosok yang humanis dan bisa diterima di berbagai kalangan itu, mengutus Menteri Hukum dan Perundang undagan (Menkumdang) Yusril Ihza Mahendra ke luar negeri menemui orang negara kita yang sudah kehilangan hak dan kewarganegaraannya itu. Dalam sebuah pertemuan di Kedutaan Besar negara kita di Den Haag, Belanda, ratusan orang negara kita yang tidak bisa lagi pulang ke negara kita berdatangan dari seluruh Eropa bertemu Yusril. Beberapa orang terharu dan menangis dalam pertemuan itu.
namun pertemuan itu akhirnya tak menghasilkan apa apa. Yusril yang lalu berselisih dengan Gus Dur, mengundurkan diri dari jabatan menteri. Pemerintahan Gus Dur dijatuhkan parlemen melalui Sidang Istimewa Majelis
2
Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 21 Juli 2001. Megawati Soekarnoputri yang sebelumnya menjadi wakil presiden, menggantikan Gus Dur
sebagai presiden. Dalam rentang kekuasaannya, Mega tak banyak berbuat untuk kaum eksil
ini. Lalu nasib kaum eksil ini pun tak berubah hingga kini. Mereka tetap tak bisa pulang dan
menjadi WNI seperti yang diidamkan. Kami memang bisa datang, namun tak bisa pulang , kata Sobron Aidit kepada saya beberapa waktu silam. Presiden datang dan pergi silih berganti. namun tak ada yang merespon dan mengambil kebijakan konstruktif untuk menyelesaikan nasib korban politik di masa silam. Langkah DPR dan
pemerintah yang melahirkan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) untuk menyelesaikan
masalah politik di masa silam pun, tak banyak bergaung. Korban politik pun tak berani berharap
banyak dengan kehadiran KKR ini. Mereka juga relatif kecewa dengan hakikat rekonsiliasi yang diinginkan pemerintah. Dalam sebuah pertemuan dengan Ilham Aidit, saya menangkap kekecewaan itu. Dalam benak korban politik itu, yang dimaksud rekonsiliasi yaitu hadir pula nya sebuah permintaan maaf dari mereka yang bersalah dan lalu ada ganjaran hukuman. sebab sebetulnya pelaku dalam tindakan politik itu jelas sosoknya. Yang tak jelas yaitu hukumannya. Nah, persepsi soal itulah yang hingga kini sepertinya masih belum selaras. Namun demikian pada lapisan atas, antara anak anak korban dan anak anak pelaku dan orang yang berseberangan lainnya, rekonsiliasi terlihat tak jadi masalah. Paling tidak secara fisik. Yang jadi soal yaitu pada lapisan bawah, kata Ilham kepada saya. Ilham sempat berharap besar pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Jusuf Kalla. Dalam sebuah pertemuan dengan Susilo Bambang Yudhoyono sebelum menjadi presiden, Ilham sempat berbicara banyak soal rekonsiliasi itu. Sayangnya sesudah menjabat presiden, Susilo Bambang Yudhoyono masih juga belum mengambil langkah konstruktif untuk menyembuhkan luka sejarah dan politik yang berlangsung lebih dari 34 tahun itu. Sudah lama sebetulnya nama Ibaruri ada dalam ingatan saya. Melalui pamannya, Sobron Aidit, saya mengenal sedikit sosoknya. Iba yaitu anak pertama pasangan DN Aidit dr Tanti. Jauh sebelum Tragedi 30 September 1965 terjadi, Iba dan Ilya disekolahkan DN Aidit ke luar negeri (Moskow, Rusia). saat itu ada seperti naluri politik dalam diri DN Aidit untuk menyekolahkan anak anak wanita nya ke luar negeri sehingga jika ada gejolak politik yang membahayakan, mereka bisa menyelamatkan diri. Sementara yang laki laki seluruhnya bersekolah dan berada di negara kita .
Iba dan Ilya sebetulnya sukses meraih gelar sarjana di Eropa Timur. namun gelar itu menjadi tak bermakna apa apa saat mereka lalu pindah‘ dan dengan terpaksa berpindah pindah dari satu
kota ke kota lain, dari satu negeri ke negeri yang lain. Di Prancis dan beberapa negara Eropa
lainnya, gelar itu tak diakui. Namun seperti kebanyakan korban politik lainnya, Iba tetap tegar. Berbekal berbagai bahasa yang ia kuasai, hingga kini Iba juga keluarga Aidit lainnya mampu bertahan hidup. Iba memang agak menyesal juga sebab tak bisa menjadi WNI. namun semua itu rupanya tak menghilangkan kecintaannya pada negeri ini. Ia juga tak menghiba hiba untuk memperoleh status kewarganegaraan itu.
Tak seperti pamannya Sobron Aidit, Iba termasuk jarang datang ke negara kita . Namun kala
datang, ia benar benar memanfaatkan waktunya. Pada April dan Mei ini ia, contohnya , menemui
keluarganya yang lain di Bandung, Jakarta dan pulau Belitung, tanah kelahiran sang ayah, DN
Aidit. Dalam pertemuan dengan saya, Iba tak banyak bicara. berdasar keterangan saksi Ilham, kakaknya itu masih menyangsikan situasi politik di negara kita , sehingga ia lebih banyak memilih diam. rumah , yang saya kira, hanya bisa disembuhkan dengan langkah pemerintah yang lebih konstruktif untuk menyelesaikan dan menyembuhkan luka sejarah dan luka politik masa silam dan memberikan kepastian hukum di masa kini dan masa datang. Van der Plas Connection yaitu jaringan nyata yang canggih, hanya anggota anggota inti tertentu yang sadar akan keberadaannya sebagai anggota jaringan, lainnya yaitu oknum oknum oportunis tanpa sadar, sekedar sebagai alat saja. Pada tanggal 1 Oktober 1965, terjadi pergerakan militer yang menamakan diri G30S, menculik dan membunuh 7 orang Jendral dan seorang lolos Jend. Nasution sebab keliru dengan Let. Tendean. Para jendral ini yaitu anggota Tim Pengusut MBAD yang dipekerjakan mengusut kriminalitas terorganisasi yang terjadi di Jawa Tengah dalam penggal kedua tahun 50 an .Mereka yaitu Mayjen.Soeprapto ketua Tim dan anggota Mayjen S.Parman, Majen.Harjono MT., Brigjen.Soetojo Siswomihardjo dan Brigjen Pandjaitan dan yang diluar Tim, Letjen A.Yani Menpangad. Drama berdarah subuh . 1 Oktober 1965 yang traumatik, membuka jaringan mega konspirasi yang menelan korban rakyat besar sekali, komunis maupun non komunis dalam abad ini di anegara kita sebab adanya interaksi konflik internal dengan kekuatan kekuatan besar eksternal. Disusul lalu dengan pembentukan Dewan Revolusi yang diketuai oleh Letkol Untung, dengan anggota baik sipil maupun militer, antaralain: tokoh yang menonjol ialah Dr.soebandrio , Waperdam I (Wakil Perdana Menteri), orang kedua sesudah sukarno , Mayjen Amir Mahmud, Pang Kodam Jaya, Brigjen Soepardjo, Panglima Komando Tempur II Kalimantan Barat. ternyata yang mengeluarkan pernyataan mendukung Dewan Revolusi secara spontan dan vokal waktu itu, hanyalah Utomo Ramelan, Walikota Solo, sedang dari CDB (Comite Daerah Besar) PKI tidak ada yang mengeluarkan pernyataan seperti itu. Ini bukan peristiwa yang kebetulan, namun jelas ada merekayasa dibalik semua itu. Para pelaku utama G 30 S yaitu : . Letkol Untung, Komandan Batalion Pasukan Kawal Presiden Cakra Birawa. . Kol.Latief, Komandan Brigade Infantri Kodam Jaya
. Brigjen Soepardjo, Panglima Komando Tempur II Kalbar dalam rangka Ganyang Malaysia . Sam Kamaruszaman, Kepala Biro Khusus CC PKI. Keempat pelaku utama ini berorientasi dan ada hubungan jaringan dengan PKI, sebagai
suatu hasil binaan dan infiltrasi komunis kedalam AD. Dengan Jendral Suharto keempat pelaku utama ini . juga memiliki hubungan erat sejak dahulu . Letkol Untung yaitu mantan anak buah, sebagai komandan kompinya di Solo. Dia
dikawinkan oleh Suharto, dan merasa berhutang budi dan memandangnya sebagai orang tua
sendiri yang dihormati dan dipatuhi, hubunganya baik dan erat. . Kol.Latief yaitu mantan anak buah di Yogya yang sefaham dan sehaluan, berpangkat mayor. pada tanggal 30 September 1965, tengah tengah malam sekitar jam 23.00, dia datang menemui Suharto di R.S. Gatot Subroto, sesudah gagal menemuinya di rumah.
Pertemuan ini oleh Soeharto dinyatakan seolah olah Latief akan membunuh diri Soeharto,
padahal Latief datang ke Rumah Sakit itu, untuk menyampaikan berita penting mengenai rencana
pelaksanaan, G30S yang akan dimulai jam 04.00 tanggal 1 Oktober 1965, besok paginya.
sebetulnya rencana pergerakan militer ini , sudah dibicarakan pada tanggal 28 September
1965 dirumah Soeharto, di Menteng, Jakarta hanya hari dan jam pergerakan belum dibicarakan, masih perlu dikoordinasikan pada waktu itu dengan kesatuan lainya. Latief bersama istri dan seorang perwira lain dari Solo bersama istri berkunjung kerumah rumah Soeharto untuk menyamarkan maksud pertemuan yang sebetulnya , yaitu untuk membicarakan penyingkiran para jaendral anggota Tim Pengusut MBAD. Dengan hadir pula nya para istri justru kelihatan jelas betapa eratnya hubunngan mereka itu, sekaligus membantah bpernyataan Soeharto, bahwa Latief datang ke Rumah Sakit itu akan membunuh diri Soeharto. . Brigjen Soepardjo Panglima Komando Tempur II Kalimantan Barat, mantan ajudan jendral Roekman (komunis) Soepardjo yaitu akrab dan sehaluan dengan Soeharto. . Sam Kamaruszaman,yaitu kader partai sosialisdi Pathuk Yogya, saat PKI Murba
dan PSI masih berada dalam satu wadah.partai ini . sedang Soeharto juga menjadi salah seorang kader juga, keduanya yaitu dari satu kandang, jadi bukan orang lain satu
dengan yang lain. dilihat dari kapasitas dan otoritasnya,urut urutan nama anggota Dewan Revolusi ini . seharusnya dibalik, salah satu tanda jelas adanya konspirasi dan rekayasa pergerakan ini . Dalam penggal kedua tahun 50 an, di Jawa Tengah berpusat di Semarang, terjadi kejahatan
terorganisasi berupa penyelundupan besar besaran,penggelapan barang barang milik perusahaan negara, manipulasi dump kendaraan bermotor milik Divisi Diponegoro dan pungutan liar atas barang barang kebutuhan rakyat. (Pungli terkenal tahun 70 an di Jawa Tengah sudah berjalan 20 tahun lebih dahulu ). Para pelakunya terdiri dari oknum oknum militer dan sipil,terorganisasi baik seperti biasa organisasi gangster . Pelaksana utamanya antaralain: yaitu Liem Siu Liong, Thee Kian Seng (Bob Hasan), Tik Liong (Sutikno pedagang besi tua). Baru baru ini bahkan Bob Hasan berceritera di depan wartawan.mengenai hal ini .sedang dari kejahatan
terorganisasi ini tidak lain yaitu Kol.Soeharto, Panglima Divisi Diponegoro waktu itu..
Adanya kriminalitas terorganisasi ini akhirnya sampai ditangan Jendral Nasution Menteri
Pertahanan atau Ketua PARAN (Badan Pemberantasan Korupsi dan Kejahatan Aparat Negara). Atas laporan dari Kepala Staf Divisi Diponegoro Kol.Pranoto Reksosamodra dan Letkol. Soenarjo, komandan CPM Jawa Tengah yang mendeteksi dan mengamati kejahatan ini .
(Letkol Sunaryo lalu diangkat menjadi Jaksa Agung Muda). Jendral Nasution memerintahkan agar kejahataan ini diusut, yang dilakukan oleh Tim Pengusut MBAD, terdiri dari Majen Soeprapto deputi Pangad sebagai ketua, dengan anggota
Majen.S.Parman, Majen Harjono MT, Brigjen Soetojo dan Brigjen Panjaitan. Dengan teliti dan
usaha , dengan didukung bukti bukti yang sah akhirnya Tim berhasil penelitian , bahwa
terhadap para pelaku, harus diambil tindakan. Pertama Kol.Soeharto yang menjadi pemicu nya
harus dipecat dari kedudukanya selaku Panglima Divisi Diponegoro, dan kedua mereka yang
terlibat diajukan ke depan Pengadilan.
Keputusan yang diambil atasan yaitu , memecat Kol.Soeharto sebagai Panglima Divisi
Diponegoro, namun tidak diajukan kedepan pengadilan.Kol.Soeharto lalu dipindah ke
Jakarta tanpa jabatan. Sedang Tik Liong diusut oleh Kejaksaan negeri Semarang atas printah
Jaksa Tinggi Jawa Tengah Mr.Imam Bardjo yang lalu ternyata meninggal secara misterius.
Dengan pemecatan dirinya sebagai Panglima Divisi Diponegoro ini , Kolonel. Soeharto
sangat marah dan dendam, bersumpah untuk memicu perhitungan dan akan menghabisi,
mereka mereka yang memicu dirinya celaka. Mereka itu tidak lain yaitu para perwira
anggota Tim Pengusut MBAD, dan penanda tangan Surat Keputusan Pemecatan Panglima
Divisi Diponegoro yang tidak lain yaitu Panglima Tertinggi atau Presiden Soekarno . Dengan terjadinya drama berdarah subuh 1 Oktober 1965, ternyata seluruh anggota Tim Pengusut MBAD yaitu, Jendral jendral Soeprapto, S.Parman, Harjono MT, Soetojo dan Panjaitan, dibunuh habis, dengan tambahan Men Pangad Letnan Jendral A.Yani. Peristiwa 65 ini menggocangkan negara kita .dengan hebat, suatu kondisi awal yang diperlukan untuk mengantar penggulingan Presiden Soekarno melalui G30S oleh Van der Plas connection.
Drama berdarah 1 Oktober ini beberapa bulan lalu disusul dengan pengepungan istana oleh pasukan gelap (. 11 Maret 1966 berdasar pengakuan sendiri yang disiarkan dipimpin oleh seorang perwira tinggi Kostrad), Presiden Soekarno waktu itu sedang memimpin Sidang Kabinet, memperoleh laporan bahwa istana dikepung pasukan gelap, segera pimpinan
sidang dialihkan kepada Waperdam III Dr.Leimena dan Presiden Soekarno lalu segera
meninggalkan istana dan terbang ke Bogor, diikuti oleh soebandrio Sikap sukarno ini berbeda dengan saat menghadapi peristiwa 17 Oktober 1952 (waktu istana ditodong meriam yang beliau langsung menghadapinya sendiri). Jendral Soeharto, mengetahui bahwa Presiden Soekarno ke Bogor, segera mengirim tiga orang perwira, yaitu Jendral Basuki Rachmat, Yusuf dan Amir Machmud untuk menusul ke Bogor dengan dibekali pesan untuk Presiden Soekarno. Pesannya yaitu jika ingin terjamin
keselamatan pribadi dan keluarganya dan jalannya pemerintahan, agar Presiden Soekarno
memberikan mandat kepada jendral Soeharto untuk dapat mengambil tindakan yang perlu guna
menyelenggarakan jaminan ketertiban dan keamanan ini .Jika tidak diberi mandat ini , Jendral Soeharto tidak sanggup dan tidak bertanggung jawab jika terjadi kekacauan .
dan kekacauan yang lebih besar , meskipun sudah diangkat menjadi MenPangad. Presiden Soekarno dihadapkan pada tuntutan demikian itu tidak dapat melihat celah lagi untuk menghindar dan sudah terperang kap, sehingga tidak ada jalan lain selain memberikan Supersemar yang terkenal itu. Secara de facto Presiden Soekarno sudah dilucuti kekuasaanya Memang jendral Soeharto berinterpretasi seperti itu, maka dengan Supersemar ini pada tanggal 12 Maret 1966 PKI dibubarkan. Adapun pertanggungan jawab Presiden Soekarno dengan Nawaksara di MPRS hanyalah peristiwa seremonial belaka. Dengan dibunuh nya para jendral anggota Tim Pengusut MBAD yang terdiri dari Majen Soeprapto, Majen Sparman, Majen Harjono MT, Brigjen Soetojo Siswomihardjo dan Brigjen Panjaitan dan masih ditambah dengan Letjen AYani dan dilucutinya kekuasaan Presiden Soekarno, sudah lengkap dan tuntas terlaksana, sumpah Kol.Soeharto yang diucapkan tahun 66, Demikian juga dengan pembubaran PKI tanggal 12 Maret 1966, misi pokok terakhir kolonel Soeharto yang dibebankan padanya oleh induk jaringanya (Van der Plas connection) yang merekrut dia sudah dilaksanakanya dengan tuntas. Amerika bersama sekutunya pada tahun 1958 menerbitkan sebuah projek pemberontakan, dengan tujuan menggulingkan Presiden Soekarno dan memecah negara kita untuk dijadikan beberapa negara dan menghapuskan PKI. Mereka menarik pengalaman dari Cina, yang secara utuh sesudah jatuhnya Chiang Kai Sek, seluruh daratan Cina jatuh ditangan komunis kecuali Taiwan sebab terhalang lautan dan lalu disekat oleh Armada keVII Amerika dengan dalih pakta dengan Cina (Chiang Kai Sek). Di negara kita Sekutu memiliki kepentingan langsung yaitu sumber minyak di Sumatra dan Kalimantan yang merupakan miliknya. Mereka menerbitkan projek pemberontakan ini secara gegabah dan arogan, sebab merasa sudah menjadi pemenang dalam perang Dunia ke II Dengan dibantu koordinasi yang dilakukan oleh agen utamanya (master agent) Prof. Soemitro Djojohadikusumo, Sekutu menyalurkan dana dan senjata lewat Singapura untuk PRRI dan Permesta. Amerika dengan garang menodong Jakarta dengan Armada ke VII, minta jaminan keselamatan warganya dan perusahaan perusahaan miliknya. Jika Republik Indonesia tidak sanggup maka mereka akan menggerakkan Armada ke VII yang sudah siap di laut Jawa. Dengan terjadinya pemberontakan PRRI Permasta, proyek Amerika Inggris ini , Bung
Karno sebagai pemimpin kenamaan dunia, sempat jatuh citra dan martabatnya sampai dititik
terendah dimata dunia. lalu tampil Kolonel A.Yani dengan Operasi 17 Agustus untuk menumpas pemberontakan ini , dibawah ancaman Armada ke VII Amerika yang menang perang melawan Jepang di Pasifik. Bintang terang berada di fihak Yani. Dalam tiga hari berhasil direbut ibukota PRRI Padang dan dalam waktu sekitar satu minggu seluruh PRRI berhasil ditumpas .
Permesta juga mengalami nasib sama, dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat diselesaikan
juga . Di Sulawesi malahan terjadi seorang penerbang berkebangsaan Amerika, Allen Pope,
ditembak jatuh oleh My.Ud. Dewanto, ditawan dan diadili dan memperoleh vonnis hukuman
mati, sebab dia sudah menghancurkan wilayah Republik Indonesia dan juga beberapa kapal
negara kita , sehingga memicu kerusakan dan tewasnya rakyat yang tidak berdosa. Dia
mengaku bahwa operasinya dilakukan dengan terbang dari Pangkalan Angkatan Udara
Amerika di Clark Field, Fillipina , Dengan ditumpasnya pemberontakan projek Amerika Inggris ini dalam waktu yang mengejutkan singkatnya, muka mereka tercoreng dimata dunia internasional dan terbuka kedoknya menyerang kedaulatan negara lain semaunya sendiri. Disamping itu Amerika dengan terpaksa harus menjadi pengemis untuk memohon ampunan keselamatan jiwa Allen Pope, yang oleh sukarno dengan jiwa besar diluluskan. Jika penumpasan berjalan agak lama dan pemerintahan pemerintahan tandingan ini sempat memicu perjanjian dengan Amerika, maka Amerika dapat menggerakkan Armada keVII untuk mendarat di wilayah negara kita . Sikap yang garang dan arogan Sekutu ini dilandasi ego yang kuat sebab sudah menjadi pemenang dalam perang Dunia ke II dan Amerika dibawah pemerintahan Partai Republik ini berbau rasialis. . Wajah dan citra sukarno terangkat kembali dimata dunia dan negara kita tidak dapat dipandang remeh saja oleh negara negara lain, terutama negara bekas kolonialis. sukarno merasa lega dan sangat berterima kasih kepada kolonel A.Yani yang mampu mengangkat kembali citra dan martabatnya dimata dunia internasional.
Presiden Soekarno terpana atas performance Kol.AYani, sesudah selesai bekerja dalam Operasi 17 Agustus di Sumatra Barat, lalu diangkat menjadi Deputi Kasad dengan pangkat Mayor Jendral Pada pertengahan tahun 1963 dengan wafatnya Menteri Pertama Ir.Djuanda, diadakan reshuffle Kabinet, AYani menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat. Dalam kabinet baru ini Dr.soebandrio diangkat menjadi Waperdam I, Chaerul Waperdam II dan Pak Leimena Waperdam III. Disamping para menteri eksekutif ini diangkat juga menteri menteri yang mengkoordinir bidang tertentau antaralain: D.N.Aidit dari PKI ,juga diangkat menjadi Menko,
Jen.Nasution menjadi Menko bidang Pertahanan Keamanan . Meskipun kabinet baru ini sudah mengakomodasi banyak unsur kekuatan termasuk PKI,namun suhu politik bukanya mendingin,namun terasa semakin panas, tuntutan pembagian keuangan untuk daerah masih tetap meningkat dan desakan dari daerah termasuk dari unsur Angkatan Bersenjata, agar dikembalikan kepemimpinan Dwi Tunggal menambah kondisi politik tidak mantap. Lebih lebih dengan intrik dan infiltrasi dari kekuatan luar negeri yang semakin intensif . Dalam kondisi yang tidak menentu ini rupa rupanya sukarno sudah merasa, dan
menyampaikan amanah kepada Jendral AYani jika sampai terjadi apa apa pada diri saya,
engkau Yani agar menggantikan saya . Yani yang merasa belum siap menyarankan,
apakah tidak sebaiknya diambil dari salah seorang Waperdam saja, mas Ban, mas Chaerul
atau pak Leimena, jawaban sukarno , soebandrio is onbetrouwbaar (tidak dapat dipercaya), Chaerul masih suka ngoboy, Pak Leimena cocok jika jadi dominee di greja, yang tepat yaitu engkau .
Dilahirkan sebagai anak seorang B.B ambtenaar (Pangreh Praja zaman Belanda yang suka
menjilat) di Jawa Timur. Memperistri Dr. Hurustiati anggota PSI. Suami istri zaman Jepang
bekerja di bidang kesehatan sebagai dokter dan memiliki status sosial yang terpandang.
Dalam tahun 1945 an Dr.soebandrio membentuk Ontvangst Commitee (Panitia Penyambutan) untuk menyambut kedatangan kembali Belanda (NICA Sekutu) dengan mengajak organisasi organisasi pemuda antaralain: indonesia muda , yang menolak mentah mentah, sebab Belanda datang itu mau menjajah negara kita kembali. maka soebandrio disini membuka kedoknya sendiri dengan bertindak sebagai anggota jaringan intel Sekutu, yang di negara kita dikendalikan oleh Chr.Van der Plas mantan Gubernur Jawa Timur. (Van der Plas connection). Mahkamah Militer Luar Biasa, menjatuhkan vonnis hukuman mati untuk DR soebandrio . Ratu
Elizabeth dari inggris mengajukan permohonan keringanan bagi DR soebandrio . Ada hubungan
apa, soebandrio , memiliki sifat sifat yang licik, plin plan dan sangat ambisius, dengan sifat seperti itu, dibesarkan dalam lingkungan dan suasana keluarga BB Ambtenaar, dengan suka cita masuk jaringan Van der Plas ini .
Pembentukan Panitia Penyambutan kedatangan Sekutu NICA, yang menang perang , Dr.
soebandrio percaya pasti Belanda akan berkuasa kembali (Perjanjian Yalta, Postdam). Dia
memperhitungkan bahwa jika dia tampil, nantinya pasti akan diangkat menjadi pembesar oleh
Belanda. Van der Plas, Gubernur Jawa Timur yang menguasai beberapa bahasa daerah, bahasa Arab, Cina selain bahasa bahasa Barat, dengan licik, berhasil membina keluarga keluarga BB
Ambtenar dan guru guru agama, pesantren pesantren dan organisasi keagamaan hingga
secara lihai mereka dapat dikendalikan untuk kepentingan kolonialis. Dalam masa pendudukan Jepang, Van der Plas, mengendalikan jaringan intel Sekutu di negara kita dari Australia, termasuk dalam jaringanya yaitu orang dari jalur Dr.Van Mook seperti, Mr.Amir Syarifudin (pernah menjadi P.M. memberontak sebagai PKI di Madiun) DR.Soemitro (beberapa kali jadi menteri, master agent Sekutu, koordinator penyalur senjata dan dana dari Singapura untuk PRRI Permesta) dari jalur Van der Plas seperti Dr.soebandrio , beberapa Kyai baik di Jawa, Sumatra maupun di Kalimantan, antaralain: H. Hasan Basri, Kyai I.R. dari jawatimur beberapa Perwira Udara antaralain: Soedj, Roes, juga anak seorang ambtenaar Belanda, Soemarsono (ketua Pesindo, proklamator negara Sovyet di Madiun th.1948 salah satu pemberontakan terhadap Republik Indonesia buatan Van der Plas) , sekarang tinggal di Australia dan menjadi warga negaranya.
Termasuk dalam Van der Plas Connection juga tokoh seperti Walikota Solo, Utomo Ramelan
yang secara nyata dan vokal mendukung Dewan Revolusi G 30 S, hal ini bukan peristiwa yang
tanpa rencana. sedang dari CDB PKI saja waktu itu tidak ada yang mengeluarkan pernyataan dukungannya. Dari sini terlihat benang merah, yang menghubungkan Dr.soebandrio
dengan Utomo Ramelan, dengan jelas. Ramelan, bapaknya Utomo yaitu Ambtenaar PID (polisi rahasia Belanda) yang kerjanya mengkhianati bangsanya saja, Utomo memiliki saudara wanita Utami Ramelan Suryadarma, sekualitas dengan kakak dan bapaknya. soebandrio yang licik dan licin dengan melalui istrinya, yang anggota PSI berhasil menempel pada Sutan Syahrir, hingga berhasil diangkat jadi Duta Besar, lalu Kepala BPI yang terus dirangkap selama jadi Menteri Luar negeri maupun jadi Waperdam I, sesudah Menteri Pertama Djuanda meninggal dunia dalam tahun 1963. merangkap sebagai kepala BPI ini yaitu saran dari Van der Plas Connection ( CIA MI 6 Sekutu ). saat Roeslan Abdulgani menjadi Menteri Luar Negeri, soebandrio yang duta besar di Moskow, ditarik, dijadikan Sekretaris Jendral (dari jabatan politik ke administrasi, sebab antara keduanya ada rivalitas). Justru dari jabatan ini soebandrio ada kesempatan mengkonsolidasi bagian intel dari beberapa instansi yaitu Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan dan Departemen Dalam Negeri (Kepolisian menjadi BPI, Badan Pusat Intelijen, dan dia mengepalainya, tentunya atas nasihat dan arahan Van der Plas) . Dengan kedudukanya sebagai Kepala Badan Pusat Intelejen, Waperdam I dengan otoritas yang ada ditangannya bersamaan dengan dukungan jaringan intel luar negeri (Sekutu) jalan
terbuka baginya guna meraih kedudukan nomer satu di negara kita . Dengan adanya amanah
sukarno kepada Yani, soebandrio harus bekerja lebih keras. Dia mulai memicu manuver
manuver politik yang menyenangkan PKI dan bekerja sama dengan harapan memperoleh
dukungan politik. PKI. Dalam bulan Agustus 1965, datang sebuah Tim Dokter RRC, sesudah mengadakan pemeriksaan kesehatan sukarno , berhasil penelitian penyakit sukarno yaitu serius tak boleh diabaikan. Bagi soebandrio dan PKI berita ini yaitu sangat menyentakkan. Sejak saat itu, mulai terjadi kegiatan dan manuver manuver politik yang luar biasa. soebandrio melancarkan
move move politik dan PKI yang merasa belum siap sangat khawatir akan diterkam oleh AD
(manuscript Gilchrist ). Lebih baik melakukan ofensif revolusioner dibandingkan diam dan defensif. Mereka bergegas untuk memicu persiapan persiapan, guna menghentikan aksi Jend. A.Yani dan para perwira pimpinan Angkatan Darat. sebab mereka sesudah penumpasan pemberontakan lebih terkonsolidasi, perhitungan soebandrio jika hanya Yani yang disingkirkan, kemungkinan Nasution akan dapat dimunculkan, maka Nasution segera dimasukkan juga dalam daftar untuk dihabisi. Dengan persiapan yang tergesa gesa dan kurang cermat dan tidak rapi ini menjadi para pelaksana penculikan tidak mampu membedakan antara Nasution dan Letnan Tendean, yang memicu lolosnya Nasution dari penculikan dan pembunuhan. PKI segera menerbitkan kampanye politiknya, dengan melontarkan tudingan bahwa para perwira Pimpinan AD yaitu fasis yang merencanakan gerakan gerakan ternadap sukarno dengan membentuk Dewan Jendral. Pengertian Fasis yaitu militer (yang ganas dan rakus) yang bekerja sama dengan kaum kapitalis (disini dinamakan cukong, konglomerat). Sepanjang pengetahuan orang banyak, para jenderal Pimpinan AD ini, tidak ada yang dinamakan tukang dagang apalagi memiliki cukong, maka tudingan fasis dari PKI ini jauh meleset dan kurang memperoleh sambutan dari masyarakat bahkan oleh masyarakat mereka dinilai tertib, jujur dan disiplin. Partai yang memberikan dukungan utama kepada sukarno dalam menerbitkan politik penggalangan negara Nefos (New Emerging Forces). Strategi politik ini, mengancam strategi politik Amerika Serikat, yang dalam rangka perang dingin menginginkan hanya ada dua kubu saja, kubu Kapitalis dan kubu Komunis. sukarno ingin menggalang kekuatan negara negara berkembang, menjadi kubu ketiga sebab PKI dalam hal ini merupakan pendukung utama, maka PKI selalu memperoleh dukungan sukarno , jika ada yang mengganggu atau menentangnya. Sejak akhir tahun 1962, sesudah Irian Jaya kembali ke pangkuan RI, PKI mengadakan evaluasi diri, mengapa sejak aktif kembali sudah hampir 15 tahun mulai 1949, belum juga dapat meraih kekuasaan, sedang dalam Pemilu 1955 sudah menjadi salah satu dari empat besar. Diluar negeri partai komunis dengan massa 10% saja sudah dapat meraih kekuasaan dengan mudah. Mereka menemukan kesalahan ini .yaitu PKI sudah menerapkan strategi politik yang keliru, yaitu strategi 'konformisme' menyesuaikan diri dengan garis politik Pemerintahan Nasional Bung Karno. Maka PKI segera mengambil keputusan untuk beralih ke strategi 'konfrontasi' sesuai dengan garis perjoangan kominis yaitu 'Klassen Strijd', pertikaian kelas. Aidit dan Nyoto ke Moskow untuk menyampaikan keputusan ini, namun justru memperoleh marah dari bos Partai Komunis Sovyet, yang tidak dapat menyetujuinya, sebab kolaborasi dengan
pimpinan borjuis nasional seperti sukarno masih diperlukan dalam menghadapi kapitalis
Amerika Serikat. Dengan adanya tokoh seperti sukarno , dapat dipakai menarik negara
negara berkembang disisi komunis. Aidit merupakan tokoh yang misterius, dia dengan alasan untuk melaksanakan alih strategi
politik yaitu konfrontasi dalam rangka mengemban misi dari induk jaringanya lewat Sam Van der Plas connection, guna menyesuaikan agenda waktu yang sudah ditentukan oleh
jaringan ini dalam usaha hendak menggoncang negara kita . Maka baginya tidak ada jalan
lain selain beralih kiblat ke Beijing, yang masih berwawasan nasional atau lokal yang menerapkan doktrin, kekuasaan ada di ujung senapan desa mengepung kota berkonfrontasi dengan penguasa nasional, hal yang tidak dapat dielakkan. Dengan menerapkan strategi politik konfrontasi ini , akan sesuai dengan agenda waktu yang sudah ditentukan Van der Plas connection (Sekutu) untuk menggoncang negara kita dalam rangka menghentikan aksi Presiden Soekarno.
Sebagai realisasi strategi konfrontasi ini , dilancarkan pergerakan Aksi Sefihak, yang
memicu antagonisme dan konflik konflik dengan partai dan golongan lain, seperti antaralain:
Masyumi, PSI, PNI, NU dan AD dan lain lain kelompok. Menciptakan setan setan kota dan
setan desa, kabir (kapitalis birokrat), . yang membuat suasana politik semakin panas,
seperti, Peristiwa Bandar Betsi, Jonggol, Boyolali, Klaten . Kekuatan yang menentang aksi aksi PKI ini . dianggap oleh sukarno sebagai kaum kontrev (kontra revolusioner), komunisto fobi dan reaksioner, sebab tidak berani melakukan kompetisi revolusioner. Terhadap AD, oleh PKI diluncurkan tuduhan bahwa pimpinannya membentuk Dewan Jendral yang mau mengegerakan gerakan sukarno . sukarno secara sistematis dihasut bahwa para jendral ini . tidak dapat dipercaya maka yaitu mendesak untuk dibentuk Angkatan ke V, dengan mempersenjatai buruh dan tani. Hasil Hasutan ini memicu sikap sukarno mendua. RRC politis mendukung usul PKI ini dan bersedia membantu persenjataanya. Sikap mendua sukarno , dimanfaatkan dengan pengiriman senjata secara diam diam dari Beijing ke Jakarta, baik dengan pesawat pesawat Hercules maupun dengan kapal laut, yang dibaurkan dengan pengiriman barang barang untuk Asian Games. Semua usaha ekstra PKI ini dilakukan sebab partainya belum siap dan merasa dirinya berada dalam kondisi kritikal, sejak diketahui sakitnya sukarno yang serius. Menyangkut rencana PKI terhadap Yani, soebandrio terus mendukungnya sepanjang paralel dengan rencana dan keuntungannya sendiri, bahkan mengipas dan mendorongnya, agar PKI segera bertindak. Didepan sidang para menteri bersama para panglima daerah dan para gubernur, (waktu itu unsur PKI sudah ada yang duduk dalam kabinet menjadi menteri) Jendral A Yani secara terus terang atas nama para panglima daerah menyatakan, menolak dibentuknya angkatan ke lima usulan PKI dengan mempersenjatai buruh dan tani. Dengan menarik pelajaran dari pengalaman tahun 45 an, adanya Biro Perjuangan TNI Masyarakat, hanya memicu konflik dan perpecahan yang memperlemah bahkan merusak kekuatan nasional. A Yani juga menyatakan ketidak senangannya PKI diberi posisi di dalam kabinet. Aidit tokoh muda PKI yang misterius. Sejak 1948 (affair Madiun) tertawan di Solo, dapat lolos dari tahanan di Solo, terus meloloskan diri ke luar negeri , lewat Surabaya meskipun Surabaya dan sekitarnya diduduki oleh Inggris Belanda. Aidit yaitu sekelompok dengan Soemarsono (Ketua Pesindo yang melakukan proklamasi negara Sovyet dari Madiun atas suruhan Van der Plas, maka dapat lolos saat tahun 1948 terus ke Australia dan selanjutnya menjadi warga negaranya). Demikian juga Sam Kamaruszaman yaitu sekelompok dengan mereka itu. Dari peristiwa ini sudah jelas, siapa siapa mereka itu ialah agen agen Sekutu Belanda maupun komunis. Tanggal 19 Desember 1948 Belanda melakukan Aksi Militer ke II dengan penyerbuan ke wilayah Republik Indonesia tiga bulan sebelumnya yaitu pada tanggal 18 September 1948,Van der Plas menyuruh PKI berontak di Madiun (dengan proklamasi negara sovyet ini ), guna memperlemah Republik Indonesia . Namun TNI berhasil menumpas pemberontakan PKI, bahkan Mr.Amir Syarifudin anggota jalur Van Mook (pernah jadi Perdana Mentri RI) tertawan didesa Klambu, Purwodadi Jawa Tengah, bersama sama tokoh PKI lainya. Kecurangan Belanda dengan siasat adu domba dapat kita patahkan sebelum Belanda menyerbu wilayah Republik Indonesia pada tanggal 19 Desember 1948 ini . sesudah beberapa tahun di luar negeri , Aidit lalu dapat diselundupkan kembali ke dalam negeri , berkat reka daya Sam Kamaruszaman. Sejak datang kembali, karier politiknya dengan lancar dan cepat terus menanjak seperti diroketkan, hingga menjadi bos partai Sekjen PKI, Ketua Politbiro CC PKI (sebagaimana biasanya seseorang yang diorbitkan, selalu diatur kariernya).
Hubungan khusus antara Aidit dengan Sam ini lalu dibakukan dengan dibentuknya Biro
Khusus yang diketuai oleh Sam yang hanya bertanggung jawab kepada ketua Politbiro/Sekjen
PKI seorang yaitu Aidit (dengan alasan mengingat kerahasiaan yang harus dijaga, membina
anggota Angkatan Bersenjata tidak boleh diketahui oleh orang banyak, cukup dua orang saja). Keputusan dari PKI mengenai G30S hanya diketahui oleh dua orang ini , yang oleh
Sudisman dikritik sebagai keputusan avonturisme. Pada tanggal 1 Oktober 1965 tengah tengah malam ,Aidit disuruh oleh Sam untuk segera naik pesawat yang sudah tersedia untuk terbang ke Yogya hanya bersama pendampingnya Kusno, dan diberitahu , bahwa nantinya di Yogya akan dijemput oleh Ketua CDB PKI Yogya. faktanya setiba di Yogya tidak ada seorangpun yang datang menjemputnya Hanya diantarkan oleh pendamping dan seorang sopir dari AURI, bertiga lalu menuju ke rumah Ketua CDB PKI.Yogya.
Setibanya ditempat yang dikira rumah Ketua CDB, pada waktu diketuk pintunya, ternyata rumah tokoh NU. Keberadaan Aidit di Yogya maka sudah diketahui fihak lain, maka untuk menghilangkan jejak, lalu perjalanan diteruskan ke Salatiga. Beberapa hari lalu baru melanjutkan perjalanan ke Solo dengan memperoleh jemputan kendaraan yang dikendarai oleh seorang Cina jago kunthau dari Solo. namun akhirnya tertangkap hidup hidup sesudah beberapa waktu berada di Solo. Setibanya ditempat yang dikira rumah Ketua CDB, pada waktu diketuk pintunya, ternyata yaitu rumah tokoh NU. Keberadaan Aidit di Yogya maka sudah diketahui fihak lain, maka untuk menghilangkan jejak, lalu perjalanan diteruskan ke Salatiga. Beberapa hari
lalu baru melanjutkan perjalanan ke Solo dengan memperoleh jemputan kendaraan yang dikendarai oleh seorang Cina jago kunthau dari Solo. namun akhirnya tertangkap hidup
hidup sesudah beberapa waktu berada di Solo.
Sesampainya Aidit di Solo, dia ditempatkan secara terus berpindah pindah. Semula diperkirakan di Lojigandrung rumah resmi Walikota Utomo Ramelan, lalu dipindahkan ke kampung Keparen (sebelah Selatan Pasar Singosaren) dirumah Jupri Prio Wiguno, anggota PKI tengah malam (jaringan Van der Plas). Beberapa hari Aidit berada di Keparen, lalu dijemput oleh Sri Harto, penghubung Aidit soebandrio . Dengan menyerahkan tanda bukti berupa sesobek kertas krep yang bertanda tangan, sedang sobekan yang lainya berada ditangan tuan rumah ialah Jupri ini . sesudah sobekan ini dicocokan dan memang cocok, maka Aidit diserah
terimakan oleh Jupri kepada Sri Harto. sesudah serah terima ini , Aidit dengan diboncengkan scooter, dibawa ke rumah KRT. Sutarwo Hardjomiguno di desa Palur sebuah desa disebelah timur kota Solo. Beberapa hari
berada di Palur dia sempat berkeliling kota Solo, bahkan sempat menengok markas CC PKI
Solo. lalu dipindahkan kerumah Sri Harto penghubung ini di kampung Kleco yang
terletak dibelakang Markas Resimen, dirumah ini Aidit tinggal beberapa hari lamanya. sesudah mengambil Aidit dari Keparen Sri Harto melaporkan mengenai keberadaan Aidit, kepada
para senior Pemuda Pelajar (Suhari alm. dan seorang lagi). berdasar keterangan saksi keteranganya sebab dia merasa ngeri, melihat perkembangan kondisi , batalion TNI AD, K, L dan M di Solo sudah banyak disusupi PKI. Demikian juga dengan CPM, sehingga banyak tahanan tahanan penting dapat lolos, antara lain seperti tokoh PKI anggota Politbiro Ir.Sakirman, sopir Cina penjemput Aidit dari Salatiga . Sri Harto percaya kepada para Pemuda Pelajar dan merasa aman, sebab melihat sepak terjang dan perjuangannya saat bergerilya melawan Belanda, perang menumpas pemberontakan PKI 1948 dan waktu itu dalam menghadapi G 30 S di Solo.
sesudah Sri Harto memberi laporan mengenai keberadaan Aidit ini , siasat segera disusun.
Untuk menambah kepercayaan Aidit, Sri Harto diberi pengawalan oleh dua orang dari para
Pemuda Pelajar, sekaligus untuk mengawasinya, apakah Sri Harto jujur atau tidak dan
kepadanya diberi sepucuk pistol untuk berjaga jaga . Oleh para senior hal ini segera dilaporkan kepada Kol.Yasir yang rupa rupanya kurang
percaya bahkan minta apa jaminanya jika bohong. Jawaban Suhari dia bersedia ditembak mati
jika laporanya tidak benar, sebab mereka itu pejuang ditembak ong oleh kepercaya anya tiada
pamrih pribadi demi untuk menegakkan Republik Indonesia yang mereka ikut mendirikanya..
Keberadaan Aidit di Solo, sudah beberapa hari dibuntuti, sesuai kesepakatan dengan Sri Harto.
Laporan kepada Kol.Yasir ini rupa rupanya bocor. Rumah dimana Aidit ditempatkan, ternyata digerebeg oleh sepasukan polisi yang selama itu tidak berperanserta aktif, dan penyerbuan
ini sama sekali tidak ada koordinasi, dimaksud hanya untuk menciptakan kekacauan belaka.
lalu diketahui bahwa Sekretaris pergerakan dari Kol. Yasir, yaitu Letkol Muklis Ari Sudewo,
yaitu seorang komunis yang mempengaruhi polisi untuk melakukan penyergapan, padahal
selama kampanye melawan G30S tidak berperanserta . Sergapan ini sebab tanpa koordinasi, hampir memicu bentrokan dengan Pemuda Pelajar yang bekerja untuk memantau
Aidit. Beruntung bahwa sebelumnya Aidit sudah dipindahkan ke kampung Sambeng. Letnan
Sembiring (terakhir jendral) yang mengejarnya di Pati namun tidak berhasil menangkap, teryata
memergoki Muklis Ari Sudewo di Solo, ia menjadi orang kedua pergerakan . Dalam tubuh AD di
Solo masih banyak unsur unsur komunis (bagian operasi, Kapt. Hardijo, CPM a.l Lettu Abu) .
Kericuhan dalam operasi sering terjadi sebab Pemuda Pelajar sering dijerumuskan jika
melakukan patroli terutama di tengah malam hari, rupa rupanya unsur unsur PKI sudah terlebih dahulu diberitahu . namun berkat pengalaman, dapat mencium gelagat yang tidak baik dan tipuan tipuan ini dapat dihindari. Maka sesudah itu mereka memicu gerak tipu sendiri sehingga dapat
menangkap banyak unsur PKI dan merampas persenjataanya. kekacauan di Solo ditambah
dengan sering bentroknya golongan Islam dengan golongan Nasionalis yang juga banyak dari
mereka itu yang diadu domba dan menjadi korban dibunuh oleh komunis, menjadi kondisi
bertambah rawan. Sri Harto yaitu Ketua SBIM (Sarekat Buruh Industri Metal) di pabrik panci Blima. Bapaknya Sri Harto yaitu seorang dari kalangan atas Mangkunegaran, KRT. Sutarwo Hardjomiguno, lincah luwes hingga mampu kemana saja (kemungkinan besar berada dalam jaringan Van der Plas, sebab dapat ketempatan Aidit tanpa bocor). Kakak Sri Harto menjadi Asisten Wedana (PKI) di Klego daerah Boyolali, yang dinilai banyak merugikan dan menteror rakyat, maka dihabisi oleh rakyat sendiri.
Sri Harto memperoleh kepercayaan untuk menjadi penghubung soebandrio Aidit, namun sebab
dia kurang teguh dan ngeri akhirnya membuka kedoknya sendiri, mencari selamat dengan
melaporkan mengenai keberadaan Aidit di Solo ini kepada para senior Pemuda Pelajar.
Saat rumah dimana Aidit ini ditempatkan digerebeg oleh sepasukan polisi, Aidit sudah
dipindahkan ke kampung Sambeng. Sore harinya Kol.Yasir melakukan operasi penggerebegan
baik ke rumah dimana Aidit ditempatkan pada waktu siangnya maupun ke seluruh kampung.namun hingga sekitar pukul 22.00 tengah malam , Aidit belum juga dapat diketemukan. lalu operasi dihentikan dan pasukan tentara ditarik dari kampung Sambeng, beberapa ditinggalkan untuk memantau . Para senior Pemuda Pelajar yang memberikan laporan kepada Kol.Yasir merasa sangat terpukul dan kecewa, sebab selain kena tuduhan pembohong juga sudah memberikan jaminan, jika bohong, bersedia untuk ditembak mati. Mereka percaya bahwa Aidit pasti masih
berada dirumah dimana siangnya ditempatkan atau paling tidak masih dikampung Sambeng
Para senior Pemuda Pelajar, lalu mengambil inisiatif untuk menggeledah dan memagar
betis kampung dan rumah ini dengan mengerahkan teman temannya, meskipun mereka
menanggung risiko sebab berlakunya jam tengah malam . Terutama rumah yang sudah digeledah
ini digeledah lebih intensif lagi, namun tetap tidak diketemukan Aidit. Hanya didalam sebuah almari yang kosong dan menempel rapat dengan dinding penyekat rumah ditemukan sebuah celana dalam, berinitial DA, yang diduga yaitu milik Aidit. Rumah ini dihuni oleh seorang yang sudah tua, seorang pensiunan pegawai Bea & Cukai bersama cucunya yang gadis remaja. Sudah susah payah dari pagi sampai tengah tengah malam belum juga memperoleh hasil, salah seorang senior Pemuda Pelajar menemukan akal, dengan menggertak orang tua penghuni ini , jika
tetap tidak mau mengaku dimana Aidit berada, cucunya akan dipermalukan didepannya.
Dengan gertakan demikian orang tua ini akhirnya mengaku bahwa Aidit berada dibelakang almari kosong ini . saat dibantah mana mungkin, sebab almari ini rapat dengan dinding. memperoleh jawaban, bahwa dinding belakang almari ini merupakan pintu dan dinding sekat rumah ini yang rangkap dengan rongga sekitar 50 60 cm.
Ternyata waktu dinding belakang almari ini dibuka, Aidit masih berada didalam rongga
dinding sekat rumah ini Aidit disilahkan keluar dan lalu diserahkan kepada Kol.Yasir
langsung di Lojigandrung. Operasi penggeledahan tahap kedua yang dilakukan oleh para
Pemuda Pelajar ini, didampingi oleh Letnan Ning, hingga merupakan tindakan yang berada
dibawah tugas resmi. tertangkapnya Aidit ini segera dilaporkan ke Jakarta oleh Kolonel Yasir, lalu diperintahkan langsung oleh Jendral Soeharto agar pada kesempatan pertama Aidit dibawa ke Jakarta. Konon lalu didapat kabar bahwa dalam perjalanan ke Jakarta ini ditengah
jalan Aidit dihabisi dan tidak diketahui lagi Hal ini memicu tanda tanya, mengapa seorang tokoh yang demikian penting, selain Sekjen PKI, juga menyandang jabatan resmi sebagai Menko dihabisi begitu saja, Mengapa tidak dikorek keteranganya hingga tuntas dan diajukan ke Pengadilan hingga masyarakat umum mengetahui secara terbuka. Dalam hal ini sangat terasa adanya sesuatu yang disembunyikan dan merupakan misteri besar. Apakah ada hubunganya dengan kemisteriusan tokoh Aidit, Tertangkapnya Aidit di Solo ini membuka tabir adanya hubungan Aidit dengan soebandrio dan dengan jaringan Van der Plas ( antaralain:
Jendral Soeharto, yang memerintahkan menghabisi). Suatu konspirasi yang sangat kejam dan sudah memakan korban besar dikalangan rakyat.banyak, baik yang komunis maupun yang non komunis. jika ditelusuri lebih mendalam, dalam rangka untuk lebih menjamin kepentingan Sekutu (politik, ekonomi dan keamanan di negara kita ) Amerika dan sekutunya merasa perlu untuk
menggulingkan Presiden Soekarno dan memecah belah negara kita menjadi beberapa negara,
menghentikan aksi para perwira yang berdedikasi dan menghapus PKI. Kegagalan yang dialami
Amerika dan sekutunya dalam menerbitkan projek pemberontakan PRRI Permesta
memicu nya sadar sesudah memperoleh advis dari Blanda, bahwa pendekatan dari daerah untuk
menghentikan aksi Presiden Soekarno yaitu kesalahan yang fatal dan sulit untuk dapat berhasil. Sekutu mulai melakukan pendekatan ke Pusat. Kepada Jakarta mulai ditawarkan untuk
membeli pesawat angkut raksasa Hercules, negara kita diberi bantuan stasiun komunikasi
ditambah perlengkapanya yang dapat menjangkau seluruh wilayah negara kita (maka
Sekutu dapat menyadap semua perintah perintah dari pusat maupun daerah), kepada para
perwira negara kita diberi kesempatan untuk belajar ke Amerika, diadakan program Civic Mission dan perwira pelaksananya dilatih di Amerika beberapa bulan, juga dikirim ke negara kita Peace Corps. Para sarjana sipil dan mahasiswa diberi bea siswa untuk belajar ke Amerika. Para kader Dr.SoemitroDjojohadikusumo berbondong bondong berangkat belajar ke Amerika dan kembali menggondol gelar gelar akademis yang diperlukan untuk mengajar di Universitas. Hubungan yang semula tegang menjadi cair, tidak ada pesta atau resepsi di Kedutaan Amerikayang tidak mengundang para sarjana yang kira kira berpotensi. Bersamaan dengan dilaksanakanya program program ini diatas,dengan diam diam dilakukan talent scouting (mencari calon jago berbakat) oleh perwira tinggi dari bagian sandi yang ternyata berada dalam jaringan Van der Plas. Calon jago yaitu perwira perwira dengan kriteria, avonturir, berani malu, berani mati, doyan uang , berpengalaman dan berhasil dalam
berpetualang dan sudah menikmatinya.
Ditemukan seorang perwira yang memenuhi kriteria ini ,ialah seorang kolonel asal Jawa
Tengah dan pernah menduduki posisi tertinggi ditempatnya sebagai Panglima Divisi,yaitu Kolonel Soeharto. Malahan padanya ditemukan faktor lain yang sangat penting,yaitu menaruh dendam kesumat kepada para perwira atasannya, terutama anggota Tim Pengusut MBAD dan rival berat A yani juga kepada Presiden Soekarno yang menandatangani Surat Keputusan pemecatanya sebagai Panglima Divisi Diponegoro. Maka terpilihlah Kolonel Soeharto untuk dijadikan jago utamanya. Kepada Kol. Soeharto sesudah selasai pendidikan di SSKAD, diciptakan jabatan yang sebelumnya tidak ada, yaitu suatu Kesatuan baru ialah TJADUAD (Cadangan Umum Angkatan Darat) Kol.Soeharto dijadikan Panglimanya. Beberapa waktu lalu diadakan KOGA (Komando Siaga) dan dia menjadi salah satu anggota pimpinannya.
Beberapa waktu lalu diadakan kampanye untuk menyerbu Irian Barat, Soeharto menjadi
Panglimanya. sesudah selesai kampanye Irian Barat, Soeharto dengan pangkat Mayor Jendral
dijadikan Panglima, KOSTRAD. sesudah Majen Soeharto menduduki pimpinan Kostrad, terjadilah G30S sesuai agenda waktu dari Van der Plas connection (atas pesanan Amerika dan sekutunya). Dari peristiwa G30S ini , terlihat dengan jelas adanya jalur jalur konspirasi kaum ex kolonialis, yang sampai kini, masih merajut dengan jalur jalurnya pada sistem kekuasaan negara kita. Dengan melalui Van der Plas connection, terlihat jalur lewat DR. soebandrio . Dia yang sangat berambisi untuk menggantikan kedudukan Presiden Soekarno (didukung oleh induk jaringanya), namun terhalang oleh Yani dan Nasution.(Dewan Revolusi yang dia sponsori memperoleh dukungan hanya dari Utomo Ramelan yang sejaringan dengan soebandrio dalam Van der Plas Connection). jalur PKI, atas rintisan Sam Kamaruszaman bersama DN Aidit dengan menciptakan kondisi kondisi politik dengan strategi baru sehingga PKI yang belum siap terjebak didalamnya. lewat Jendral Soeharto yang melancarkan operasi intel (menghapus jejak dengan cara menghentikan aksi atau menghabisi orang/organisasi yang sudah berhasil mencapai tujuan atau sasarannya, seperti.G30S yang seminggu sesudah terjadi, dibelakangnya diberi label PKI, meskipun Letkol Untung termasuk jalur PKI, namun juga juga termasuk jalur Jendral Soeharto). Letkol Untung yang sudah berhasil menghabisi para jendral anggota Tim Pengusut MBAD lalu juga dihabisi. Dan Perwira Tinggi yang sudah melakukan mencuci het vuile was
(melaksanakan pekerjaan kotor) masih beruntung hanya disingkirkan keluar negeri, mengingat
dia yaitu orang penting di Kostrad. Dalam bulan Maret 1965 Deputi operasi Angkatan Udara, Laksda Ud Sri Mulyono sesuai instruksi, memerintahkan untuk dilaksanakan latihan militer bagi para sukarelawan Ganyang Malaysia. Perwira pelaksana latihan ini yaitu May.Ud.Soejono, latihan dimulai tanggal 5 Mei 1965. Masih dalam bulan Mei 1965 terjadi serah terima misi ini dari Laksda Ud.Sri Mulyono kepada Komodor Ud. Dewanto. Dewanto mengadakan inspeksi ternyata ditemukan, bahwa yang dilatih ini hanya dari unsur komunis yaitu Pemuda Rakyat dan Gerwani. Oleh Dewanto diperintahkan agar latihan pada awal bulan Juni dihentikan dan digantikan dari unsur unsur Nasionalis dan Agama kepada May.Ud.Soejono.Ternyata perintah atasan ini oleh May.Ud Soejono diabaikan dan kedua organisasi yaitu Pemuda Rakyat dan Gerwani masih berlanjut sampai terjadinya G30S pada awal Oktober.Lokasi latihan yaitu dikebon karet berdekatan dengan bahkan mungkin termasuk wilayah Pangkalan Udara Halim yang ada sumur tuanya. 3 hari lalu sesudah diketemukanya mayat para jendral yang dimasukkan ke dalam sumur tua ini , masyarakat menjadi geger. Dengan tayangan dengan narasi yang lancar dibarengi dengan pernyataan mengenai G30S oleh Jendral Soeharto di lokasi mayat mayat korban diangkat satu persatu. Ini merupakan skenario yang sempurna dan dramatis,berhasil
menggoncangkan psikologi rakyat. Dari tayangan ini dimuncul kan kesan yang menggores hati rakyat banyak,sebab terlihat siapa siapa yang menjadi bandit dan siapa pahlawannya. Suatu rekayasa yang sempurna, maka muncul pertanyaan, bagaimana seorang bawahan (May.Ud.Soejono) berani mengabaikan perintah atasannya, dalam hal ini Komodor Dewanto, jika tidak ada backing yang lebih tinggi dan kuat. maka maka berlanjutlah keberadaan Pemuda Rakyat dan Gerwani di Lobang buaya.Siapa yang berada dibelakang peristiwa peristiwa itu semua, Dari gambaran terjadinya peristiwa peristiwa ini diatas, sangat jelas kelihatan bagaimana kekuatan asing mengaduk aduk kita dan sampai kini kita belum menyadarinya.Sistem
kekuasaan politik, ekonomi, sosial yang simpang siur dan dilandasi mental lemah dan keropos,
sangat rawan dan mudah menjadi mangsa dari para gangster , yang diketahui Soeharto.
Van der Plas Connection yaitu jaringan nyata yang canggih, hanya anggota anggota inti tertentu
yang sadar akan keberadaannya sebagai anggota jaringan, lainnya yaitu oknum oknum
oportunis tanpa sadar, sekedar sebagai alat saja. Jelaslah yang memiliki gawe G30S yaitu :
PKI, Soeharto, soebandrio dan CIA.
Sosok utama pergerakan 30 September yaitu Untung. Namanya singkat, satu kata, seperti
kebiasaan tokoh Partai Komunis Indonesia menyebut diri; Nyoto, Nyono, Pono. Sebagai sosok
utama sekaligus pusat peristiwa, Komandan Dewan Revolusi ini akhirnya diringkus di
kebun tebu sekitar daerah Tegal, Jawa Tengah.
Sesudah sepuluh hari berkelana seusai gagalnya aksi perebutan kekuasaan yang dia pimpin,
Untung mencoba menyelamatkan diri ke Jawa Tengah. Dengan memakai pakaian sipil dia
meninggalkan Jakarta, naik bus tengah malam . Menjelang masuk Tegal, bus berhenti sebab lewat pos pemeriksaan. Mungkin merasa akan dikenali, Untung malahan turun dan berlari. Sebuah langkah fatal sekaligus memancing perhatian. Untung segera dikejar, diringkus, dan lalu diajukan ke Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub). Sesudah melewati persidangan secara maraton, pada Maret 1966 Untung dinyatakan bersalah, dijatuhi hukuman
mati dan dieksekusi oleh regu tembak di daerah Cimahi, Jawa Barat. Pertanyaannya, apakah dia seorang ksatria yang ingin menyelamatkan sukarno dari kudeta Dewan Jenderal, sebagaimana alasan yang dia kemukakan saat membentuk Dewan Revolusi, Apakah Untung seorang pengkhianat yang menculik sekaligus membunuh atasannya, Atau, sekadar boneka yang dimainkan Biro Khusus PKI pimpinan DN Aidit, Senang main bola Nama aslinya Kusman. saat remaja senang main bola, anggota KVC (Keparen Voetball Club) di Kampung Keparen, Kelurahan Jayengan, Solo. Nama ayah angkatnya Sjamsuri, seorang buruh batik. Dia memanggil saya Gus Hardi sebab saya anak juragan tempat Sjamsuri bekerja. Sesudah sekian lama membisu, akhirnya Soehardi bersedia membuka misteri Untung bin Sjamsuri, Letnan Kolonel Infantri NRP 11284 dengan jabatan resmi terakhir Komandan
Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa, kesatuan khusus pengawal Presiden Soekarno. Untung baru setahun bekerja di Tjakrabirawa. Sebelumnya, dia menjabat Dan Yon 454/Para Kodam Diponegoro, pasukan yang populer dengan sebutan Banteng Raider. Kepindahannya ke Jakarta tanpa sengaja sebab sukarno semula mengharapkan Mayor (Inf) Benny Moerdani, Dan Yon II RPKAD, untuk menjadi Tjakrabirawa. Dalam pandangan pribadi sukarno , Benny sosok perwira ideal. Penerima Bintang Sakti, tanda kehormatan tertinggi untuk anggota TNI, dan baru saja berhasil melerai perkelahian massal saat RPKAD menyerbu asrama Kwini di Senen, asrama Yon II Tjakrabirawa eks KKO (kini Marinir) Angkatan Laut. Benny menolak tawaran sukarno sehingga Untung yang lalu diperintahkan ke Tjakrabirawa untuk menggantikan Benny. Meski Markas Banteng Raider di Semarang, pasukan ini slagorde Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Buku sejarah Kostrad melukiskan, Kostrad dimisi kan Angkatan Darat menyiapkan pasukan dalam rangka upacara Hari ABRI 5 Oktober 1965 dengan mendatangkan Yon 530/Para dari Jawa Timur, Yon 454/Para dari Jawa Tengah, Yon 328/Para dari Jawa Barat, Kesatuan Panser dan Tank dari Bandung dan Artileri dari Cimahi. Menjelang tanggal 30 September, Untung bertemu kembali dengan bekas anak buahnya. Maka pada Jumat pagi dia menempatkan Banteng Raider bersama Yon 530/Para di Lapangan
Merdeka depan Istana, dengan dalih menjaga Presiden dari ancaman kudeta Dewan Jenderal.
Pasukan Kostrad lainnya, Yon 328/Para berikut Kesatuan Panser, tank dan artileri tidak diajak
sebab Untung tidak memiliki akses ke sana.
Pada dini hari 1 Oktober 1965, Untung memimpin pergerakan 30 September menculik delapan
jenderal Angkatan Darat, namun pada saat terakhir nama Brigjen Sukendro dicoret.
Tuduhannya, tujuh jenderal tadi anggota Dewan Jenderal yang akan menggulingkan Bung
Karno. Dari tujuh sasaran, enam bisa diculik. Namun sasaran utama, Jenderal AH Nasution,
Kepala Staf Angkatan Bersenjata, justru lolos. Dalam kegelapan tengah malam dan tergesa gesa, para penculik ternyata keliru sasaran. Mereka malah meringkus Letnan I Pierre Tendean,
ajudan Nasution. Melakukan penculikan tentu saja bukan tindakan seorang ksatria, sosok ideal dalam pandangan prajurit TNI. Namun, menculik lawan politik lewat perintah resmi atau tidak, sejak perang kemerdekaan sampai masa pemerintahan Soeharto ternyata bukan hal baru. masalah menonjol,
antara lain penculikan Perdana Menteri Sutan Syahrir di Solo (1947) dan penculikan para
aktivis demokrasi di Jakarta (1988). Maka ancaman yang dikemukakan Presiden Soeharto
untuk menculik anggota MPR demi menyelamatkan UUD 1945 bukan sekadar wacana kosong. Aksi penculikan terbukti bukan sesuatu hal yang tabu, sudah sering terjadi.
Penculikan yang dilakukan Untung berlangsung dini hari tanggal 1 Oktober. Maka sukarno
memberi nama Gestok, pergerakan Satu Oktober. Untung sendiri menyebutnya pergerakan 30 September. sedang Pusat Penerangan ABRI sengaja pakai istilah Gestapu (pergerakan September Tiga Puluh). Meski singkatan seperti ini bertentangan dengan kaidah bahasa negara kita , tetap dilakukan dengan tujuan agar masyarakat terbawa ingatannya kepada kekejaman Gestapo. berdasar keterangan saksi Untung, sesudah anggota Dewan Jenderal ditangkap, akan langsung dihadapkan kepada sukarno . Terserah Bapak Presiden, apa hukuman yang akan dijatuhkan. Skenario ini berantakan sebab tiga sasaran telanjur tertembak dan kendali operasi ternyata tidak sepenuhnya di tangan Untung. Semua sasaran akhirnya ditembak. Siapa memberi perintah, Bukan saya, jawab Untung tegas dalam sidang Mahmilub. Perintah tembak memang bukan datang dari Untung. Perintahnya datang dari warga sipil. Namanya Kamaruzaman, biasa dipanggil Sam, anggota Biro Khusus PKI. Eksekusi ini memicu skenario awal lepas kendali. Menyambar ke segala arah dengan ekses berikut derita, yang sampai sekarang belum terpulihkan. Memicu aksi balas dendam berupa
pembunuhan massal yang dalam taksiran moderat menghabiskan 100 nyawa pengikut
komunis atau mereka yang begitu saja dituduh komunis. saat peristiwa G30S meletus, Soehardi menjabat perwira provost Tjakrabirawa. saat
tahun 1966 pasukan ini dibubarkan dan misi mengawal Presiden digantikan Yon
POMAD/Para, Soehardi tidak ikut dibersihkan sebab memang tidak terlibat. Untung menjabat
Dan Yon I Tjakrabirawa. namun , hanya satu kompi anak buahnya ikut ke Lubang Buaya.
Anggota Tjakrabirawa lain sama sekali tidak mengetahui saat sebagian kecil rekannya meninggalkan , asrama di Jalan tanah abang II (kini Markas Paspampres), mengikuti petualangan Untung. Pertemuan kembali antara Soehardi dan Untung berlangsung awal tahun 1965 di tangga Istana Merdeka. Lho, Gus Hardi inggih tugad wonten mriki, (Lho, Gus Hardi juga kerja di sini, ).
berdasar keterangan saksi Soehardi, Saya jawab sambil menghormat, siap Mayor. Saya lebih dahulu menghormat sebab saya hanya kapten sedang dia mayor. Meski saya bekas juragannya dan sudah bekerja di Istana sejak tahun 1954, sementara Untung orang baru, pindahan dari Semarang. Pengalaman saat kecil, jarak sosial, dan hal hal lain memicu saat di Jakarta antara Soehardi dan Untung tidak akrab. Sebagai pejabat baru di Tjakrabirawa, dia tidak menonjol, tinggal di Jalan Cidurian No 9. Kami tak pernah kontak sebab sejak kecil Untung pendiam. Kusman dilahirkan di Desa Sruni, Kedungbajul, Kebumen, pada 3 Juli 1926. Ayah kandungnya bernama Abdullah, bekerja di toko bahan batik milik warga keturunan Arab di Pasar Kliwon, Solo. Sejak kecil dia diambil anak oleh Sjamsuri, pamannya, buruh batik di rumah orangtua Soehardi. Masuk sekolah dasar di Ketelan, Kusman melanjutkan ke sekolah dagang. Pelajaran belum selesai, Jepang masuk dan Kusman mendaftar jadi Heiho. Sesudah proklamasi, dia menjadi anggota TKR, embrio TNI.
Meloloskan diri ke Madiun saat perang kemerdekaan Kusman bemisi di daerah Wonogiri, sebagai anggota Batalyon Sudigdo. saat September 1948 meletus Peristiwa Madiun, Gubernur Militer Kolonel Gatot Soebroto melihat nformasi , batalyon ini disusupi komunis, Pak Gatot memerintahkan Letnan Kolonel Slamet Rijadi, Komandan Brigade V, membersihkan. Soehardi melukiskan, Slamet Rijadi menggeser Mayor Soedigdo ke Cepogo, lereng Gunung Merbabu. namun Kusman, pada waktu itu sudah sersan mayor, meloloskan diri ke Madiun, ikut memberontak. Mengapa keterlibatan dalam peristiwa Madiun tidak diselesaikan,
Tanggal 19 Desember 1948 Belanda tiba tiba melancarkan Agresi Militer Kedua. Peristiwa
Madiun tidak tuntas. Hanya sebelas tokoh pemberontak, Amir Syariffudin dan , pada tengah tengah malam masih sempat dijatuhi hukuman tembak di Ngalihan, Karanganyar, Solo. Sisanya dengan terpaksa diputihkan sebab semua potensi segera bergerak untuk melawan serbuan
Belanda. Sesudah peristiwa Madiun, Kusman berganti nama jadi Untung, bergabung kembali di TNI, bekerja di Divisi Diponegoro. tahun 1958, dalam operasi penumpasan PRRI, Letnan I Untung
menjabat komandan kompi, bekerja di Bukit Gombak, Batusangkar, Sumatera Barat. Tanggal 14 Agustus 1962, Mayor Untung selaku Dan Yon 454/Para Banteng Raider diterjunkan di daerah Sorong, Irian Barat. Tanggal 25 Agustus 1962, Panglima Mandala Mayor Jenderal Soeharto mengeluarkan perintah gencatan senjata sebab di New York, AS, sudah ditandatangani persetujuan damai antara negara kita dan Belanda. Selama sebelas hari bekerja di Irian, Untung belum sempat bertemu, apalagi bertempur, melawan Belanda. berdasar keterangan saksi Soehardi, Sesudah kembali dari Makassar, selesai menumpas pemberontakan Andi Azis, Pak Harto menjabat Dan Rem Salatiga, Dan Rem Solo, lalu Panglima Diponegoro. Sesudah itu masuk Seskoad di Bandung, sebelum nantinya ditunjuk sebagai Panglima Mandala. Untung dan Soeharto kenalan lama. Akrab atau tidak, hanya mereka berdua bisa menjawab. namun yang jelas, saat akhir tahun 1964 Untung melangsungkan pernikahan di Kebumen, Pak Harto rela naik jip dari Jakarta untuk njagong. Dari luar rumah azan magrib terdengar jernih. Soehardi minta diri untuk shalat, sesudah selesai saya langsung menemaninya berbuka puasa. Kisah sekitar Letnan Kolonel (Inf) Untung bin Sjamsuri untuk sementara dengan terpaksa harus berhenti dahulu . Dia penerima Bintang Sakti, komandan resimen elite Tjakrabirawa. Pada 1 Oktober 1965, dia menculik para jenderal TNI Angkatan Darat. namun bagaimana sebetulnya peranserta tokoh ini masih remang remang. Koran Tempo menulis bahwa beberapa saksi menuturkan, pergerakan 30 September 1965 yang dikendalikan Untung dikabarkan memperoleh restu dari Soeharto
(almarhum). berdasar keterangan saksi saksi, pada dinihari 1 Oktober 1965, saat pasukan Untung bergerak menculik para petinggi Angkatan Darat, Soeharto sempat melintasi di depan kerumunan. Berarti Soeharto sudah mengetahui lebih dahulu mengenai aksi penculikan para jenderal, Dalam bukunya, Soeharto sudah membantah kabar itu. laporan utama Koran Tempo itu. ditulis oleh Erwin Dariyanto dan disunting oleh Seno Joko Suyono.Hari Selasa, akhir tahun 1966. Penjara Militer Cimahi, Bandung, Jawa Barat. Dua laki-laki saling berhadapan. Yang satu bertubuh gempal, potongan cepak berusia 39 tahun . Satunya bertubuh kurus, usia 52 tahun . Mereka yaitu Letnan Kolonel Untung Syamsuri dan soebandrio , Menteri Luar Negeri kabinet Soekarno. Suara Untung bergetar. Pak Ban, selamat tinggal. Jangan sedih, kata Untung kepada soebandrio . Itulah perkataan Untung sesaat sebelum dijemput tugas seperti ditulis soebandrio dalam buku Kesaksianku mengenai G30S. Dalam bukunya, soebandrio menceritakan, selama di penjara, Untung percaya dirinya tidak bakal dieksekusi. Untung mengaku G 30 S atas sepengetahuan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto. Kepercayaan Untung bahwa ia bakal diselamatkan Soeharto yaitu salah satu misteri tragedi September. Kisah pembunuhan para jenderal pada 1965 yaitu peristiwa yang tak habis habisnya dibahas . Salah satu yang jarang diulas yaitu spekulasi kedekatan Untung dan Soeharto. Memperingati tragedi September kali ini, Koran Tempo bermaksud menurunkan edisi khusus yang menguak kehidupan Letkol Untung. Tak banyak informasi mengenai tokoh ini, bahkan dari sejarawan Data mengenai Untung sangat minim, bahkan riwayat hidupnya, kata sejarawan Asvi Warman Adam. Tempo berhasil menemui saksi hidup yang mengenal Letkol Untung. Salah satu saksi yaitu Letkol CPM (Purnawirawan) Suhardi. Umurnya sudah 83 tahun . Ia yaitu sahabat masa kecil Untung di Solo dan bekas anggota Tjakrabirawa. Untung tinggal di Solo sejak umur 10 tahun . Sebelumnya, ia tinggal di Kebumen. Di Solo, ia hidup di rumah pamannya, Samsuri. Samsuri dan istrinya bekerja di pabrik batik Sawo, namun tiap hari membantu kerja di rumah Ibu Wergoe Prajoko, seorang priyayi keturunan trah Kasunan, yang tinggal di daerah Keparen, Solo. Wergoe yaitu orang tua Suhardi. Dia memanggil ibu saya bude dan memanggil saya Gus Hardi, kata Suhardi. Suhardi, yang setahun lebih muda dari Untung, memanggil Untung: Si Kus. Nama asli Untung yaitu Kusman. Suhardi ingat, Untung kecil sering menginap di rumahnya. Tinggi Untung kurang dari
165 sentimeter, namun badannya gempal. Potongannya seperti preman. orang Cina,yang
membuka praktek praktek perawatan gigi di daerah saya takut semua kepadanya, kata
Suhardi tertawa. berdasar keterangan saksi Suhardi, Untung sejak kecil selalu serius, tak pernah tersenyum. Suhardi ingat, pada 1943, saat berumur 18 tahun , Untung masuk Heiho. Saya yang mengantarkan Untung ke kantor Heiho di perempatan Nonongan yang ke arah Sriwedari. sesudah Jepang kalah, berdasar keterangan saksi Suhardi, Untung masuk Batalion Sudigdo, yang markasnya berada di Wonogiri. Batalion ini sangat terkenal di daerah Boyolali. Ini satu satunya batalion yang ikut PKI (Partai Komunis Indonesia ), kata Suhardi. berdasar keterangan saksi Suhardi, batalion ini lalu terlibat pergerakan Madiun sehingga dicari cari oleh Gatot Subroto. Clash yang terjadi pada Desember 1949 antara Republik dan Belanda memicu pengejaran terhadap batalion batalion kiri terhenti. Banyak anggota batalion kiri bisa bebas. Suhardi mengetahui Untung lalu balik ke Solo. Untung lalu masuk Korem Surakarta, katanya. Saat itu, berdasar keterangan saksi Suhardi, Komandan Korem Surakarta yaitu Soeharto. Soeharto sebelumnya yaitu Komandan Resimen Infanteri 14 di Semarang. Mungkin perkenalan awal Untung dan Soeharto di situ, kata Suhardi. Keterangan Suhardi menguatkan banyak tinjauan para analisa . Seperti kita ketahui , Soeharto lalu naik menggantikan Gatot Subroto menjadi Panglima Divisi Diponegoro. Untung lalu pindah ke Divisi Diponegoro, Semarang. Banyak pengamat melihat, kedekatan Soeharto dan Untung bermula di Divisi Diponegoro ini. Keterangan Suhardi menambahkan kemungkinan perkenalan mereka sejak di Solo. Hubungan Soeharto Untung terjalin lagi saat Soeharto menjabat Panglima Kostrad mengepalai operasi pembebasan Irian Barat, 14 Agustus 1962. Untung terlibat dalam operasi yang diberi nama Operasi Mandala itu. Saat itu Untung yaitu anggota Batalion 454 Kodam Diponegoro, yang lebih dikenal dengan Banteng Raiders. Di Irian, Untung memimpin kelompok kecil pasukan yang bertempur di hutan belantara Kaimana. Sebelum Operasi Mandala, Untung sudah berpengalaman di bawah pimpinan Jenderal Ahmad Yani. Ia terlibat operasi penumpasan pemberontakan PRRI atau Permesta di Bukit Gombak, Batusangkar, Sumatera Barat, pada 1958. Di Irian, Untung menunjukkan kelasnya. Bersama Benny Moerdani, ia memperoleh penghargaan Bintang Sakti dari Presiden Soekarno. Dalam sejarah negara kita , hanya beberapa perwira yang memperoleh penghargaan ini. Bahkan Soeharto, selaku panglima saat itu, hanya memperoleh Bintang Dharma, setingkat di bawah Bintang Sakti.
Kedua prestasi inilah yang memicu Untung menjadi anak kesayangan Yani dan Soeharto, kata Kolonel Purnawirawan Maulwi Saelan, mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa, Untung masuk menjadi anggota Tjakrabirawa pada pertengahan 1964. Dua kompi Banteng Raiders saat itu dipilih menjadi anggota Tjakrabirawa. Jabatannya sudah letnan kolonel saat itu. Anggota Tjakrabirawa dipilih melalui seleksi ketat. Pangkostrad, yang kala itu dijabat Soeharto, yang menyarankan batalion mana saja yang diambil menjadi Tjakrabirawa. yaitu menarik mengapa Soeharto menyarankan dua kompi batalion Banteng Raiders masuk Tjakrabirawa, kata Suhardi. Sebab, berdasar keterangan saksi Suhardi, siapa pun yang bekerja di Jawa Tengah mengetahui banyak anggota Raiders saat itu yang eks pergerakan Madiun 1948. Pasti Soeharto
mengetahui itu eks PKI Madiun. Di Tjakrabirawa, Untung menjabat Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa. Batalion ini berada di ring III pengamanan presiden dan tidak langsung berhubungan dengan presiden.
Maulwi, atasan Untung, mengaku tidak banyak mengenal sosok Untung. Untung, berdasar keterangan saksi dia, sosok yang tidak mudah bergaul dan pendiam. Suhardi masuk Tjakrabirawa sebagai anggota Detasemen Pengawal Khusus. Pangkatnya lebih rendah dibanding Untung. Ia letnan dua. pernah sekali waktu mereka bertemu, ia harus menghormati Untung. Suhardi ingat Untung menatapnya. Untung lalu mengucap, Gus, kamu ada di sini…. berdasar keterangan saksi Maulwi, kedekatan Soeharto dengan Untung sudah santer tersiar di kalangan perwira Angkatan Darat pada awal 1965. Para perwira heran mengapa, contohnya , pada Februari 1965, Soeharto yang Panglima Kostrad bersama istri menghadiri pesta pernikahan Untung di desa terpencil di Kebumen, Jawa Tengah. Mengapa perhatian Soeharto terhadap Untung begitu besar, berdasar keterangan saksi Maulwi, tidak ada satu pun anggota Tjakra yang datang ke Kebumen. Kami, dari Tjakra, tidak ada yang hadir pula , kata Maulwi. Dalam bukunya, soebandrio melihat kedatangan seorang komandan dalam pesta pernikahan mantan anak buahnya yaitu wajar. Namun, kehadiran Pangkostrad di desa terpencil yang saat itu transportasinya sulit yaitu pertanyaan besar. Jika tak benar benar sangat penting, tidak mungkin Soeharto bersama istrinya menghadiri pernikahan Untung, tulis soebandrio . Hal itu diiyakan oleh Suhardi. Pasti ada hubungan intim antara Soeharto dan Untung, katanya.
Dari mana Untung percaya adanya Dewan Jenderal, Dalam bukunya, soebandrio menyebut, di penjara, Untung pernah bercerita kepadanya bahwa ia pada 15 September 1965 mendatangi Soeharto untuk melaporkan adanya Dewan Jenderal yang bakal melakukan gerakan gerakan . Untung menyampaikan rencananya menangkap mereka. Bagus jika kamu memiliki rencana begitu. Sikat saja, jangan ragu ragu, demikian kata Soeharto seperti diucapkan Untung kepada soebandrio . Bila kita baca transkrip sidang pengadilan Untung di Mahkamah Militer Luar Biasa pada awal 1966, Untung menjelaskan bahwa ia percaya adanya Dewan Jenderal sebab mendengar kabar beredarnya rekaman rapat Dewan Jenderal di gedung Akademi Hukum Militer Jakarta, yang membicarakan susunan kabinet versi Dewan Jenderal. Maulwi melihat yaitu hal aneh bila Untung begitu percaya adanya informasi kudeta terhadap presiden ini. Sebab, selama menjadi anggota pasukan Tjakrabirawa, Untung jarang masuk ring I atau ring II pengamanan presiden. Artinya ia isu. Dalam catatan Maulwi, hanya dua kali Untung bertemu dengan Soekarno. Pertama kali saat melapor sebagai Komandan Kawal Kehormatan dan kedua saat Idul Fitri 1964. Jadi, ya, sangat aneh jika dia justru yang paling
serius menanggapi isu Dewan Jenderal, kata Maulwi. berdasar keterangan saksi soebandrio , Soeharto memberikan dukungan kepada Untung untuk menangkap Dewan Jenderal dengan mengirim bantuan pasukan. Soeharto memberi perintah per telegram Nomor T.220/9 pada 15 September 1965 dan mengulanginya dengan radiogram Nomor T.239/9 pada 21 September 1965 kepada Yon 530 Brawijaya, Jawa Timur, dan Yon 454 Banteng Raiders Diponegoro, Jawa Tengah. Mereka diperintahkan datang ke Jakarta untuk defile Hari Angkatan Bersenjata pada 5 Oktober. Pasukan itu bertahap tiba di Jakarta sejak 26 September 1965. Yang aneh, pasukan itu
membawa bawa peralatan siap tempur. Memang mencurigakan, seluruh pasukan itu membawa bawa peluru tajam, kata Suhardi. Padahal, berdasar keterangan saksi Suhardi, ada aturan tegas di semua angkatan bila defile tidak memakai peluru tajam. Itu ada petunjuk teknisnya, kata nya. Pasukan dengan perlengkapan siaga I itu lalu bergabung dengan Pasukan Kawal
Kehormatan Tjakrabirawa pimpinan Untung. Mereka berkumpul di dekat Monumen Nasional.
Dinihari, 1 Oktober 1965, seperti kita ketahui , pasukan Untung bergerak menculik tujuh jenderal
Angkatan Darat. tengah malam itu Soeharto syahdan dalam perjalanan pulang dari menunggui anaknya, Tommy, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Soeharto sempat melintasi kerumunan pasukan dengan mengendarai jip. Ia dengan tenangnya melewati pasukan yang beberapa saat lagi berangkat membunuh para jenderal itu. Adapun Untung, berdasar keterangan saksi Maulwi, hingga tengah tengah malam pada 30 September 1965 masih
memimpin pengamanan acara Presiden Soekarno di Senayan. Maulwi masih bisa mengingat
pertemuan mereka terakhir terjadi pada pukul 20.00. Waktu itu Maulwi menegur Untung sebab
ada satu pintu yang luput dari penjagaan pasukan Tjakra. Seusai acara, Maulwi mengaku tidak
mengetahui aktivitas Untung selanjutnya.
Ketegangan hari hari itu bisa dirasakan dari pengalaman Suhardi sendiri. Pada 29 September,
Suhardi menjadi perwira piket di pintu gerbang Istana. Tiba tiba ada anggota Tjakra anak buah
Dul Arief, peleton di bawah Untung, yang bernama Jahuruk hendak masuk Istana. berdasar keterangan saksi Suhardi, itu tidak diperbolehkan sebab misi mereka yaitu di ring luar sehingga tidak boleh masuk. Saya tegur dia. Pada 1 Oktober pukul 07.00, Suhardi sudah tiba di depan Istana. Saya heran, dari sekitar daerah Bank Indonesia , saat itu banyak tentara. Ia langsung mengendarai jip menuju markas Batalion 1 Tjakrabirawa di tanah abang . Yang memicu nya heran lagi, pengawal di pos yang biasanya menghormat kepadanya tidak menghormat lagi. Saya ingat yang jaga saat itu yaitu Kopral Teguh dari Banteng Raiders, kata Suhardi. Begitu masuk markas, ia melihat saat itu di tanah abang semua anggota kompi Banteng Raiders tidak ada.
Begitu mengetahui hari itu ada kudeta dan Untung menyiarkan susunan Dewan Revolusi, Suhardi langsung ingat wajah sahabat masa kecilnya dan sahabat yang sudah dianggap anak oleh ibunya sendiri ini . Teman yang bahkan saat sudah menjabat komandan Tjakrabirawa bila
ke Solo selalu pulang menemui ibunya. Saya tak heran jika Untung terlibat sebab saya
mengetahui sejak tahun 1948 Untung dekat dengan PKI, katanya. Kepada Oditur Militer pada 1966, Untung mengaku hanya memerintahkan menangkap para jenderal guna dihadapkan pada Presiden Soekarno. Semuanya terserah kepada Bapak Presiden, apa tindakan yang akan dijatuhkan kepada mereka, jawab Untung.
Heru Atmodjo, Mantan Wakil Asisten Direktur Intelijen Angkatan Udara, yang namanya
dimasukkan Untung dalam susunan Dewan Revolusi, mengakui Sjam Kamaruzaman lah yang
paling berperanserta dalam pergerakan ini . Kepercaya an itu muncul saat pada Jumat, 1 Oktober 1965, Heru secara tidak sengaja bertemu dengan para pimpinan pergerakan 30 September: Letkol Untung, Kolonel Latief, Mayor Sujono, Sjam Kamaruzaman, dan Pono. Heru melihat justru
Pono dan Sjam lah yang paling banyak bicara dalam pertemuan itu, sementara Untung lebih
banyak diam. Saya tidak melihat peranserta Untung dalam memimpin rangkaian pergerakan atau operasi ini (G 30 S), kata Heru saat ditemui Tempo. Untung yaitu sebuah tragedi sekaligus kisah kepandiran. Perwira penerima Bintang Sakti itu sampai menjelang ditembak pun masih percaya bakal diselamatkan. Letnan Kolonel Untung Samsuri dipercaya ditanam Sjam Kamaruzzaman di Tjakrabirawa melalui Kapten Rochadi. Kapten itu eksil dan meninggal di Swedia. 30 September 1965. Jam menunjuk pukul 7 tengah malam di Istora Senayan, Jakarta. Tamu besar, Presiden Soekarno, sudah datang untuk menutup Musyawarah Kaum Teknisi negara kita . Terasa benar Istora kian bungah. Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel Maulwi Saelan tak ikut larut pada pesta yang berlangsung hingga tengah tengah malam itu. Ia makin waspada. tengah malam itu, dialah yang bertanggung jawab menjaga keselamatan Presiden. Atasannya, Brigadir Jenderal Moch. Saboer, sedang ke Bandung. Sekali lagi ia memeriksa setiap jengkal gedung itu. yaitu ..., satu pintu yang mestinya tertutup dibiarkan ngeblong. Ia berteriak kepada
seorang anak buahnya. Tentara itu kekarnya setanding dengan dia, namun lebih pendek.
Kenapa pintu itu terbuka, Maulwi menghardik.
Yang ditegur menjawab singkat, lalu menjalankan perintah Maulwi. Dialah Letnan Kolonel Untung Samsuri, Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Tjakrabirawa. Kepada Tempo dua pekan lalu, Maulwi menceritakan kembali kisah ini. Inilah pertemuan terakhirnya dengan Untung, sebelum peristiwa penculikan para jenderal beberapa jam lalu . Maulwi mengaku sempat heran atas kelalaian Untung kala itu. Dia itu mengetahui misi nya apa. Saya heran, kenapa tengah malam itu dia bisa sangat ceroboh dan lalai begitu, kata nya. namun ia tak memperpanjang urusan ini . Ia mengetahui Untung sebetulnya dapat diandalkan. Untung memang tentara bermutu kelas satu. Dalam Operasi Mandala di Irian Jaya, ia menerima anugerah Bintang Sakti. Di medan tempur itu, cuma hanya sekedar ada satu orang lagi yang menerima penghargaan tertinggi untuk tentara ini . Dia yaitu L.B. Moerdani, yang juga pernah digadang gadang untuk menjadi Komandan Tjakra di awal berdirinya resimen ini. namun Heru Atmodjo, mantan Asisten Direktur Intelijen Angkatan Udara, menduga bergabungnya
Untung dengan Tjakra tak semata sebab prestasinya. Ia bagian dari strategi Sjam
Kamaruzzaman dari Biro khusus sentral PKI, kata nya. Heru namanya dimasukkan Untung dalam susunan Dewan Revolusi menyatakan penaut Untung dan Sjam yaitu Kapten Sujud Surachman Rochadi. Sjam yang memasukkan Untung ke Tjakrabirawa melalui Rochadi, kata Heru. Dia itu agen yang disusupkan Sjam ke Tjakra. Nama Rochadi juga disebut anggota Provoost Tjakrabirawa, Letkol CPM (Purnawirawan) Suhardi. Ke PKI, Rochadi dibina langsung oleh Sjam, Suhardi mengatakan informasi soal Rochadi Sjam didapatnya dari Kapten Soewarno, komandan kompi lainnya di Batalion I Kawal Kehormatan. Soewarno mengaku kepadanya bahwa ia bersama Rochadi sering bertandang ke mes tentara Jalan Kemiri di berkata an Senen. Di tempat itulah Sjam melakukan pembinaan terhadap keduanya, kata Suhardi.
Rochadi orang penting PKI. Namun, berdasar keterangan saksi Heru, namanya tak pernah disebut dalam berbagai cerita mengenai pergerakan 30 September 1965, sebab pada 26 September ia berangkat ke Peking (sekarang Beijing) untuk menghadiri peringatan Hari Nasional RRC. Ia berangkat bersama Adam Malik dan tak kembali lagi ke negara kita , katanya. Posisinya di Tjakra waktu itu digantikan oleh Dul Arief, yang memimpin operasi penculikan para jenderal. Cerita ini membuat Maulwi heran. Mengaku tak ingat ada anak buahnya yang bernama Rochadi, dia mengatakan keikutsertaan seorang Tjakrabirawa dalam sebuah delegasi tidak umum terjadi. Tjakra hanya bertolak ke mancanegara jika Presiden berangkat ke luar negeri, kata nya. Heru juga menggarisbawahi soal ini. Rochadi, yang cuma hanya sekedar seorang kapten, tidak mungkin ikut delegasi itu jika bukan orang penting resmi maupun tak resmi. Tempo tidak menemukan manuscript yang berkaitan dengan keberangkatan Rochadi saat itu. Namun, soal ini sudah diverifikasi Heru. Dia bahkan sudah menemukan jejaknya di Swedia. Di sana ia sebagai eksil. Namanya sudah berganti menjadi Rafiudin Umar. Heru bercerita, saat ia mengontak Rochadi lewat telepon dan memanggil dengan nama aslinya, Rochadi langsung menutup telepon itu. Ahli sejarah Lembaga Ilmu pengetahuan negara kita , Asvi Warman Adam, juga pernah mencari Rochadi di Swedia sesudah ia mendengar kisah Heru. Gagal. Dari para eksil negara kita di negeri itu diperoleh keterangan bahwa Rochadi tidak pernah bergaul dengan orang yang diasingkan pemerintah Orde Baru. Orangnya dikabarkan agak misterius. Dia juga tidak pernah bercerita alasan sampai ia melarikan diri ke Eropa, kata Asvi. Jejak Rochadi dibaca Asvi dalam sebuah otobiografi di perpustakaan Institut Sejarah Sosial negara kita yang diperoleh sejarawan asal Universitas Columbia, John Roosa, saat menulis buku mengenai G 30 S/PKI. Dalam riwayat hidup setebal 31 halaman bertahun 1995 itu, tertulis Rochadi lahir pada 1927 dari pasangan Umar dan Kartini. Pada usia 17 tahun , ia masuk Heiho. Di masa masa awal kemerdekaan, ia bergabung dengan pasukan Divisi IV/Panembahan Senopati. Menjelang peristiwa Madiun 1948, divisinya sempat bentrok dengan Divisi Siliwangi, yang dikirim pemerintah untuk meredam pergerakan Musso dan Amir Sjarifuddin. Mengacu pada catatan itu, Rochadi tampaknya sejak awal sudah kekiri kirian dan bersimpati pada pergerakan Amir Sjarifuddin. Bagi Rochadi, peristiwa itu bukan pemberontakan PKI, melainkan provokasi dari pemerintah pusat yang didukung oleh Blok Amerika Serikat untuk membasmi PKI. Dalam catatan itu, Rochadi tidak menulis nama kesatuannya di Panembahan. Namun, berdasar keterangan saksi Heru, dia berada di Batalion Mayor Sudigdo. Di sanalah awal pertautan Rochadi dan Untung, . Rochadi berhasil lolos dari pembersihan PKI di tubuh Batalion Sudigdo, yang dilakukan Gatot Subroto, sebab Belanda keburu melakukan agresi yang kedua. Seusai agresi itu, dia ikut operasi penumpasan pergerakan separatis Republik Maluku Selatan pada akhir 1950. Sepuluh tahun lalu , ia menjadi komandan kompi Cadangan Umum (sejak 1963 namanya menjadi Kostrad) Resimen 15, yang lalu digabungkan dalam Batalion Raiders 430 di bawah Komando Daerah Militer VII Diponegoro. Pada Februari 1963, setahun sesudah Tjakrabirawa berdiri, kompinya diboyong ke Jakarta untuk bergabung dalam Resimen Tjakrabirawa. berdasar keterangan saksi buku Himpunan Peraturan peraturan Resimen Tjakrabirawa, Rochadi diangkat sebagai salah satu komandan kompi Batalion I Kawal
Kehormatan pada 3 April tahun itu. Pangkatnya letnan satu. Salah satu bawahan langsungnya
yaitu Boengkoes, yang pada penculikan para jenderal menembak mati Mayjen M.T. Harjono.
Otobiografi Rochadi berhenti pada 1964. sesudah tahun itu, jejaknya di Tjakra tidak jelas. Ia
meninggal 4 tahun lalu di Swedia. Sayang, pada periode itu, ia dikabarkan tengah memainkan peranserta penting sebab ikut menentukan seleksi anggota Tjakra, termasuk memasukkan Untung, kata Asvi. Tempo mencoba memperoleh cerita dari putranya, yang kini tinggal di Swedia. Soalnya, menilik bagian pembukaan otobiografi itu, Rochadi menujukkannya bagi anaknya. Sayangnya, hingga tulisan ini diterbitkan, putranya tak bisa dihubungi. Namun, dari cerita yang didapatkan Asvi dari komunitas eksil di Swedia, putra Rochadi juga tak mengetahui banyak mengenai kehidupan ayahnya. Jadi peranserta Kapten Rochadi ini masih samar samar, kata Asvi. Sungguhpun begitu, kemunculan namanya itu bagus sebab berarti ada banyak hal yang masih bisa diungkap dari peristiwa 30 September.
Dari Maulwi yang tak menampik kemungkinan Tjakra disusupi tentara kiri atau tentara yang
sudah dipengaruhi Sjam ada versi lain soal kedatangan Untung ke Tjakra. Dia mengatakan
Tjakra tak ikut menentukan seleksi anggotanya. Semua keputusan seleksi anggota Tjakra ada
di angkatan masing masing. Jadi kami terima bersih, . Maulwi melihat, yang paling berperanserta atas masuknya Untung ke Tjakrabirawa yaitu para perwira tinggi di Angkatan Darat. Keputusan mengangkat Untung sebagai komandan batalion, diambil pada sebuah rapat di Markas Besar Angkatan Darat. Untung lolos dari sana sebab ia kesayangan (Ahmad) Yani dan Soeharto. Yani, Soeharto, dan Untung juga berasal dari Kodam Diponegoro. namun Maulwi menduga kuat Soehartolah yang paling berperanserta menyarankan Untung masuk Tjakrabirawa. Pasalnya, Batalion Raiders berada di bawah kendali Kostrad. Apalagi Untung dan Soeharto yang sudah saling kenal jauh sebelum Operasi Mandala memang dekat. Terbukti, saat Untung menikah di Kebumen, Jawa Tengah, Soeharto dan istrinya naik jip dari Jakarta ke Kebumen untuk menghadiri resepsinya, Ada kisah dari Boengkoes, yang mendukung cerita Maulwi mengenai peranserta Soeharto. Boengkoes mengatakan, saat mengikuti seleksi Tjakra, dia sudah mengaku menderita wasir dan disentri sehingga langsung meninggalkan rumah sakit militer di Semarang. , besoknya dia diberitahu bahwa dia sehat dan lulus. kata Boengkoes, ada seratusan personel Banteng Raiders yang juga lolos seleksi. Dari Jawa Tengah, jumlah kami yang lolos seleksi cukup untuk membentuk satu kompi, berdasar keterangan saksi Asvi, menyusupkan orang ke Tjakrabirawa yaitu bagian penting dari strategi. sebab pergerakan dijalankan dengan alasan menyelamatkan presiden, yang paling cocok menjalankannya yaitu pasukan pengawal presiden. LETNAN Kolonel Untung membagi tiga pasukannya. Mereka mengenakan tiga pita
tanda: merah untuk tengah malam , kuning untuk siang, dan hijau untuk sore. Untung memimpin
pasukannya dari Gedung Penas, kawasan Cawang, Jakarta Timur. Jalan Medan Merdeka Utara
Istana Satu kompi Cakrabirawa dan sekitar 700 anggota Kodam Brawijaya, Jawa Timur,
mengepung Istana. Istana kosong, sebab Presiden Soekarno meninggalkan tempat ini
sejak pagi. Lepas tengah hari, pasukan ini malah bergabung ke Markas Kostrad. Jalan Medan Merdeka Selatan Juga diduduki oleh pasukan Kodam Brawijaya. Markas Mayor Jenderal Soeharto, perwira tinggi yang tidak menjadi target operasi G30S. Gedung RRI Diduduki 10 jam sejak pagi, antara lain dimanfaatkan untuk pengumuman pembentukan Dewan Revolusi.
Jika terjadi bentrok, inilah kekuatan TNI yang akan dihadapi oleh G30S.
4 kompi (400 orang) Brimob
1 batalion Kavaleri Angkatan Darat
1 batalion Artileri Angkatan Darat
2 batalion Infanteri Kodam, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD),
Pasukan Gerak Cepat Angkatan Udara
1 Batalion Pasukan Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara
3 Batalion Cakrabirawa, KKO (Marinir)
(1 batalion =700 orang)
9 Pasopati
Dipimpin Dul Arif, pasukan ini bekerja menangkap tujuh perwira tinggi TNI Angkatan Darat, yang disebut sebagai anggota Dewan Jenderal . Terdiri atas anggota Resimen Cakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden.
. Bimasakti
Dipimpin Suradi, anggotanya pasukan sukarelawan plus dua batalion dari Kodam Diponegoro dan Kodam Brawijaya. misi nya mengawal kawasan Lapangan Monas dan menjaga beberapa sektor. Juga merebut gedung RRI, stasiun kereta api Gambir, dan pusat telekomunikasi di Jalan M.H. Thamrin. bekerja sebagai pasukan cadangan, dipimpin Gatot Sukrisno. Personelnya diambil dari Pasukan Pengawal Pangkalan Angkatan Udara dan Sukarelawan Bersenjata. Ditempatkan di sekitar Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Inilah kronologi pelaksanaan pergerakan 30 September versi Sjam Kamaruzaman. Hanya
dalam hitungan jam, pergerakan ini gagal dan langsung ditaklukkan. 30 September 1965
24.00 Pengarahan terakhir diberikan di Pondok Gede, Jakarta Timur. hadir pula Sjam, Pono, Latif,
Supardjo, Sujono, Dul Arif, Suradi, Gatot Sukrisna.
1 Oktober 1965
02.00 Central Komando di Gedung Penas mulai bekerja: Sjam, Pono, Latif, Supardjo, Sujono. Mereka menunggu laporan hasil operasi pasukan Pasopati pimpinan Dul Arif.
06.00 Masuk laporan dari Pasopati bahwa Jenderal Abdul Haris Nasution, target utama operasi, lolos. 6 jenderal lainnya ditangkap atau ditembak mati. Mereka yang hidup akhirnya juga ditembak.
10.00 Central Komando pindah ke Halim.
12.00 Presiden Soekarno memerintahkan pergerakan dihentikan. Pasukan dari Batalion 530
Brawijaya sudah menyeberang ke Markas Kostrad. 18.00 Menerima laporan bahwa pasukan Kostrad dan Resimen Pasukan Komando Angkatan
Darat mulai mengepung Halim.
20.00 Sjam Kamaruzaman melapor ke Aidit soal gagalnya pergerakan .
21.00 Sjam memerintahkan Sujono mencari pesawat untuk melarikan Aidit ke Yogyakarta.
22.00 Sjam memimpin rapat membahas pengunduran diri dari Halim ke Pondok Gede.
2 Oktober 1965
01.00 Aidit terbang ke Yogyakarta.
02.00 Sjam dan Supardjo lari ke Pondok Gede dengan jip. Posisi pasukan G30S di Jakarta Kawasan Monas Pasukan Bimasakti Menteng Pasukan Pasopati Pangkalan Halim Perdanakusuma Pasukan Gatotkatja yang terdiri atas sekitar 700 anggota Kodam Diponegoro, Jawa Tengah. Sekitar 700 anggota Pasukan Pengawal Pangkalan Angkatan Udara dan 800 1.000 sukarelawan bersenjata. Hari Selasa, akhir tahun 1966. Penjara Militer Cimahi, Bandung, Jawa Barat. 2 laki-laki berhadapan. Yang satu bertubuh gempal, potongan cepak berusia 39 tahun . Satunya bertubuh kurus, usia 52 tahun . Mereka yaitu Letnan Kolonel Untung Samsuri dan soebandrio , Menteri Luar Negeri kabinet Soekarno. Suara Untung bergetar. Pak Ban, selamat tinggal. Jangan sedih, kata Untung kepada soebandrio . Itulah perkataan Untung sesaat sebelum dijemput tugas seperti ditulis soebandrio dalam buku Kesaksianku mengenai G30S. Dalam bukunya, soebandrio menceritakan, selama di penjara, Untung percaya dirinya tidak bakal dieksekusi. Untung mengaku G 30 S atas sepengetahuan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto. Kepercayaan Untung bahwa ia bakal diselamatkan Soeharto yaitu salah satu misteri tragedi September Oktober. Kisah pembunuhan para jenderal pada 1965 yaitu peristiwa yang tak
habis habisnya dibahas . Salah satu yang jarang diulas yaitu spekulasi kedekatan Untung dengan Soeharto. Memperingati tragedi September kali ini, Koran Tempo bermaksud menurunkan edisi khusus yang menguak kehidupan Letkol Untung. Tak banyak informasi mengenai tokoh ini, bahkan dari sejarawan Data mengenai Untung sangat minim, bahkan riwayat hidupnya, kata sejarawan Asvi Warman Adam. Tempo berhasil menemui saksi hidup yang mengenal Letkol Untung. Salah satu saksi yaitu Letkol CPM (Purnawirawan) Suhardi. Umurnya sudah 83 tahun . Ia yaitu sahabat masa kecil Untung di Solo dan bekas anggota Tjakrabirawa. Untung tinggal di Solo sejak umur 10 tahun . Sebelumnya, ia tinggal di Kebumen. Di Solo, ia hidup di rumah pamannya, Samsuri. Samsuri dan istrinya bekerja di pabrik batik Sawo, namun tiap hari membantu kerja di rumah Ibu Wergoe Prajoko, seorang priyayi keturunan trah Kasunan, yang tinggal di daerah Keparen, Solo. Wergoe yaitu orang tua Suhardi. Dia memanggil ibu saya bude dan memanggil saya Gus Hardi, kata Suhardi. Suhardi, yang setahun lebih muda dari Untung, memanggil Untung: si Kus. Nama asli Untung yaitu Kusman. Suhardi ingat, Untung kecil sering menginap di rumahnya. Tinggi Untung kurang dari 165 sentimeter, namun badannya gempal. Potongannya seperti preman. orang Cina yang membuka praktek praktek perawatan gigi di daerah saya takut semua kepadanya, kata
Suhardi tertawa. berdasar keterangan saksi Suhardi, Untung sejak kecil selalu serius, tak pernah tersenyum. Suhardi ingat, pada 1943, saat berumur 18 tahun , Untung masuk Heiho. Saya yang mengantarkan Untung ke kantor Heiho di perempatan Nonongan yang ke arah Sriwedari. sesudah Jepang kalah, berdasar keterangan saksi Suhardi, Untung masuk Batalion Sudigdo, yang markasnya berada di Wonogiri. Batalion ini sangat terkenal di daerah Boyolali. Ini satu satunya batalion yang ikut PKI (Partai Komunis Indonesia ), kata Suhardi. berdasar keterangan saksi Suhardi, batalion ini lalu terlibat pergerakan Madiun sehingga dicari cari oleh Gatot Subroto. Clash yang terjadi pada 1948 antara Republik dan Belanda memicu pengejaran terhadap batalion batalion kiri terhenti. Banyak anggota batalion kiri bisa bebas. Suhardi mengetahui Untung lalu balik ke Solo. Untung lalu masuk Korem Surakarta, katanya. Saat itu, berdasar keterangan saksi Suhardi, Komandan Korem Surakarta yaitu Soeharto. Soeharto sebelumnya yaitu Komandan Resimen Infanteri 14 di Semarang. Mungkin perkenalan awal Untung dan Soeharto di situ, kata Suhardi. Keterangan Suhardi menguatkan banyak tinjauan para analisa . Seperti kita ketahui , Soeharto lalu naik menggantikan Gatot Subroto menjadi Panglima Divisi Diponegoro. Untung lalu
pindah ke Divisi Diponegoro, Semarang. Banyak pengamat melihat, kedekatan Soeharto dengan Untung bermula di Divisi Diponegoro ini. Keterangan Suhardi menambahkan kemungkinan perkenalan mereka sejak di Solo. Hubungan Soeharto Untung terjalin lagi saat Soeharto menjabat Panglima Kostrad mengepalai operasi pembebasan Irian Barat, 14 Agustus 1962. Untung terlibat dalam operasi yang diberi nama Operasi Mandala itu. Saat itu Untung yaitu anggota Batalion 454 Kodam Diponegoro, yang lebih dikenal dengan Banteng Raiders. Di Irian, Untung memimpin kelompok kecil pasukan yang bertempur di hutan belantara Kaimana. Sebelum Operasi Mandala, Untung sudah berpengalaman di bawah pimpinan Jenderal Ahmad Yani. Ia terlibat operasi penumpasan pemberontakan PRRI atau Permesta di Bukit Gombak, Batusangkar, Sumatera Barat, pada 1958. Di Irian, Untung menunjukkan kelasnya. Bersama Benny Moerdani, ia memperoleh penghargaan Bintang Sakti dari Presiden Soekarno. Dalam sejarah negara kita , hanya beberapa perwira yang memperoleh penghargaan ini. Bahkan Soeharto, selaku panglima saat itu, hanya memperoleh Bintang Dharma, setingkat di bawah Bintang Sakti.
Kedua prestasi inilah yang memicu Untung menjadi anak kesayangan Yani dan Soeharto, kata Kolonel Purnawirawan Maulwi Saelan, mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa, atasan Untung di Tjakrabirawa, kepada Tempo. Untung masuk menjadi anggota Tjakrabirawa pada pertengahan 1964. Dua kompi Banteng
Raiders saat itu dipilih menjadi anggota Tjakrabirawa. Jabatannya sudah letnan kolonel saat itu. Anggota Tjakrabirawa dipilih melalui seleksi ketat. Pangkostrad, yang kala itu dijabat Soeharto, yang menyarankan batalion mana saja yang diambil menjadi Tjakrabirawa. yaitu
menarik mengapa Soeharto menyarankan dua kompi Batalion Banteng Raiders masuk
Tjakrabirawa, kata Suhardi. Sebab, berdasar keterangan saksi Suhardi, siapa pun yang bekerja di Jawa Tengah mengetahui banyak anggota Raiders saat itu yang eks pergerakan Madiun 1948. Pasti Soeharto mengetahui itu eks PKI Madiun. Di Tjakrabirawa, Untung menjabat Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Resimen
Tjakrabirawa. Batalion ini berada di ring III pengamanan presiden dan tidak langsung
berhubungan dengan presiden. Maulwi, atasan Untung, mengaku tidak banyak mengenal sosok Untung. Untung, berdasar keterangan saksi dia,
sosok yang tidak mudah bergaul dan pendiam.
Suhardi masuk Tjakrabirawa sebagai anggota Detasemen Pengawal Khusus. Pangkatnya lebih
rendah dibanding Untung. Ia letnan dua. pernah sekali waktu mereka bertemu, ia harus
menghormat kepada Untung. Suhardi ingat Untung menatapnya. Untung lalu mengucap, Gus,
kamu ada di sini.... berdasar keterangan saksi Maulwi, kedekatan Soeharto dengan Untung sudah santer tersiar di kalangan perwira
Angkatan Darat pada awal 1965. Para perwira heran mengapa, contohnya , pada Februari 1965,
Soeharto yang Panglima Kostrad bersama istri menghadiri pesta pernikahan Untung di desa
terpencil di Kebumen, Jawa Tengah. Mengapa perhatian Soeharto terhadap Untung begitu
besar, berdasar keterangan saksi Maulwi, tidak ada satu pun anggota Tjakra yang datang ke Kebumen. Kami, dari Tjakra, tidak ada yang hadir pula , kata Maulwi. Dalam bukunya, soebandrio melihat kedatangan seorang komandan dalam pesta pernikahan mantan anak buahnya yaitu wajar. Namun, kehadiran Pangkostrad di desa terpencil yang saat itu transportasinya sulit yaitu pertanyaan besar. Jika tak benar benar sangat penting, tidak mungkin Soeharto bersama istrinya menghadiri pernikahan Untung, tulis soebandrio . Hal itu diiyakan oleh Suhardi. Pasti ada hubungan intim antara Soeharto dan Untung, katanya.
Dari mana Untung percaya adanya Dewan Jenderal, Dalam bukunya, soebandrio menyebut, di penjara, Untung pernah bercerita kepadanya bahwa ia pada 15 September 1965 mendatangi Soeharto untuk melaporkan adanya Dewan Jenderal yang bakal melakukan gerakan gerakan . Untung menyampaikan rencananya menangkap mereka. Bagus jika kamu memiliki rencana begitu. Sikat saja, jangan ragu ragu, demikian kata Soeharto seperti diucapkan Untung kepada soebandrio . Bila kita baca transkrip sidang pengadilan Untung di Mahkamah Militer Luar Biasa pada awal 1966, Untung menjelaskan bahwa ia percaya adanya Dewan Jenderal sebab mendengar kabar beredarnya rekaman rapat Dewan Jenderal di gedung Akademi Hukum Militer Jakarta, yang membicarakan susunan kabinet versi Dewan Jenderal. Maulwi melihat yaitu hal aneh bila Untung begitu percaya adanya informasi kudeta terhadap presiden ini. Sebab, selama menjadi anggota pasukan Tjakrabirawa, Untung jarang masuk ring I atau ring II pengamanan presiden. Dalam catatan Maulwi, hanya dua kali Untung bertemu dengan Soekarno. Pertama kali saat melapor sebagai Komandan Kawal Kehormatan dan kedua saat Idul Fitri 1964. Jadi, ya, sangat aneh jika dia justru yang paling serius
menanggapi isu Dewan Jenderal, kata Maulwi.
berdasar keterangan saksi soebandrio , Soeharto memberikan dukungan kepada Untung untuk menangkap Dewan Jenderal dengan mengirim bantuan pasukan. Soeharto memberi perintah per telegram Nomor T.220/9 pada 15 September 1965 dan mengulanginya dengan radiogram Nomor
T.239/9 pada 21 September 1965 kepada Yon 530 Brawijaya, Jawa Timur, dan Yon 454
Banteng Raiders Diponegoro, Jawa Tengah. Mereka diperintahkan datang ke Jakarta untuk
defile Hari Angkatan Bersenjata pada 5 Oktober.
Pasukan itu bertahap tiba di Jakarta sejak 26 September 1965. Yang aneh, pasukan itu
membawa bawa peralatan siap tempur. Memang mencurigakan, seluruh pasukan itu membawa bawa peluru tajam, kata Suhardi. Padahal, berdasar keterangan saksi Suhardi, ada aturan tegas di semua angkatan bila defile tidak memakai peluru tajam. Itu ada petunjuk teknisnya, kata nya. Pasukan dengan perlengkapan siaga I itu lalu bergabung dengan Pasukan Kawal
Kehormatan Tjakrabirawa pimpinan Untung. Mereka berkumpul di dekat Monumen Nasional.
Dinihari, 1 Oktober 1965, seperti kita ketahui , pasukan Untung bergerak menculik tujuh jenderal
Angkatan Darat. tengah malam itu Soeharto , menunggui anaknya, Tommy, yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Di rumah sakit itu Kolonel Latief, seperti pernah
dikatakannya sendiri dalam sebuah wawancara berusaha menemui Soeharto. Dalam perjalanan pulang , Soeharto seperti dipercaya soebandrio dalam bukunya, sempat melintasi kerumunan pasukan dengan mengendarai jip. Ia dengan tenangnya melewati pasukan yang beberapa saat lagi berangkat membunuh para jenderal itu.
Adapun Untung, berdasar keterangan saksi Maulwi, hingga tengah tengah malam pada 30 September 1965 masih memimpin pengamanan acara Presiden Soekarno di Senayan. Maulwi masih bisa mengingat pertemuan mereka terakhir terjadi pada pukul 20.00. Waktu itu Maulwi menegur Untung sebab ada satu pintu yang luput dari penjagaan pasukan Tjakra. Seusai acara, Maulwi mengaku tidak mengetahui aktivitas Untung selanjutnya. Ketegangan hari hari itu bisa dirasakan dari pengalaman Suhardi sendiri. Pada 29 September, Suhardi menjadi perwira piket di pintu gerbang Istana. Tiba tiba ada anggota Tjakra anak buah Dul Arief, peleton di bawah Untung, yang bernama Djahurup hendak masuk Istana. berdasar keterangan saksi Suhardi, tindakan Djahurup itu tidak diperbolehkan sebab misi nya yaitu di ring luar sehingga tidak boleh masuk. Saya tegur dia. Pada 1 Oktober pukul 07.00, Suhardi sudah tiba di depan Istana. Saya heran, dari sekitar daerah Bank Indonesia , saat itu banyak tentara. Ia langsung mengendarai jip menuju markas Batalion 1 Tjakrabirawa di tanah abang . Yang memicu nya heran lagi, pengawal di pos yang biasanya menghormat kepadanya tidak menghormat lagi. Saya ingat yang jaga saat itu yaitu Kopral Teguh dari Banteng Raiders, kata Suhardi. Begitu masuk markas, ia melihat saat itu di tanah abang semua anggota kompi Banteng Raiders tidak ada. Begitu mengetahui hari itu ada kudeta dan Untung menyiarkan susunan Dewan Revolusi, Suhardi langsung ingat wajah sahabat masa kecilnya dan sahabat yang sudah dianggap anak oleh ibunya sendiri ini . Teman yang bahkan saat sudah menjabat komandan Tjakrabirawa bila
ke Solo selalu pulang menemui ibunya. Saya tak heran jika Untung terlibat sebab saya