Rabu, 14 Desember 2022
kudeta 7
Desember 14, 2022
kudeta 7
ditangguhkannya political solution yang dijanjikan sukarno , maka terjadilah pembunuhan
besar besaran di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan tempat tempat lain di negara kita .
Perlu dicatat bahwa sesudah terjadinya Peristiwa 30 September 1965, harian harian milik tentara
dan atau dipengaruhi tentara, seperti Berita Yudha dan Angkatan Bersendjata, sangat berperan
dalam mengkampanyekan kekejaman PKI, terutama mengenai kekejaman di Lubang Buaya.
Brigadir Jenderal Sunardi DM mengakui adanya kampanye seperti itu, untuk membangkitkan
perlawanan‘ rakyat terhadap PKI dalam suatu percakapan dengan Rum Aly (penulis catatan ini).
Penggambaran mereka terhadap kekejaman yang dilakukan terhadap enam jenderal dan seorang
perwira pertama Angkatan Darat betul betul berhasil menyulut kemarahan massal di seluruh
negara kita , dengan dampak yang luar biasa dahsyat. Baru belakangan diketahui bahwa banyak berita yang dilansir amat dilebih lebihkan. Mingguan Mahasiswa Indonesia sendiri, kendatipun merupakan media yang menonjol sikap anti komunisnya, tetap mampu memisahkan masalah kejahatan kemanusian dan pelanggaran hak azasi dari dimensi subjektivitas politik, termasuk yang menimpa anggota anggota PKI.
Mingguan itu memberi tempat kepada berbagai berita ekses, termasuk mengenai masalah
tahanan politik seperti pengungkapan angka oleh Herbert Feith dan lalu bahasan bahasan
ilmiah‘ Pater MAW Brouwer mengenai Marxisme dan mengenai nasib orang PKI. Teguran
teguran per telepon yang disampaikan oleh pihak aparat militer, diabaikan. Pada tahun 1968
1969, Harian Sinar Harapan dan Harian negara kita Raya, juga pernah memperoleh sedikit
kesulitan‘ dari pihak tentara sebab pemberitaannya mengenai pembunuhan atas diri orang orang PKI di Purwodadi yang dilakukan oleh kesatuan teritorial TNI AD di daerah itu.
Diolah kembali dari buku Rum Aly, Titik Silang Jalan Kekuasaan tahun 1966, Kata Hasta
Pustaka, 2006 “Berbeda dengan Angkatan Darat, sumber dana politik PKI sedikit lebih terselubung dan nyaris tak terbuktikan, sebab tak ada pihak yang betul betul memiliki bukti bukti hitam
putih aliran dana PKI”. yaitu menarik bahwa dalam kurun waktu Nasakom, PKI yang menempatkan perjuangan kelas sebagai kegiatan politik ideologisnya, boleh dikatakan tak pernah menyentuh wilayah persoalan kesenjangan sosial yang terkait dengan kelompok etnis Cina. Hubungan PKI di bawah Aidit dengan Cina Komunis Aidit dianggap sebagai kelompok sayap Peking dan keberadaan Baperki sebagai organisasi kaum peranserta akan Cina di negara kita yang berkiblat kiri, dapat menjelaskan mengapa PKI relatif menjauhi masalah kesenjangan sosial dan ekonomi yang
terkait dengan etnis Cina di negara kita . ada juga unsur pragmatis dalam hal ini. Secara umum, sumber dana untuk segala kegiatan politik PKI tak banyak disinggung. Ini berbeda dengan kelompok jenderal yang memegang kendali Angkatan Darat yang berhadapan dalam pertarungan politik dan kekuasaan dengan PKI. Sumber dana non budgetair’ para jenderal saat itu senantiasa dikaitkan dengan perilaku korupsi, terutama sebab posisi beberapa jenderal atau perwira tentara dalam berbagai badan usaha milik negara, yang sebagian yaitu bekas perusahaan Belanda yang dinasionalisir pada tahun 1957. Termasuk di sini yaitu Pertamin dan Permina yang lalu hari dilebur menjadi Pertamina, dan diserahkan
penanganannya kepada seorang dokter yang juga yaitu perwira Angkatan Darat, Ibnu Sutowo,
yang berpangkat kolonel lalu naik ke jenjang jenderal. Beberapa posisi penting di
bawahnya umumnya juga dipegang kalangan tentara. Konsesi di perusahaan perminyakan ini
diberikan sebagai bagian dari seperti deal politik maupun saling pengertian yang mungkin
saja tak pernah diucapkan dengan cara yang betul betul terus terang antara Presiden Soekarno
dengan pihak militer di bawah Mayor Jenderal Nasution sebelum Dekrit 1959.
Berbeda dengan Angkatan Darat, sumber dana politik PKI sedikit lebih terselubung dan nyaris
tak terbuktikan, sebab tak ada pihak yang betul betul memiliki bukti bukti hitam putih aliran
dana PKI. Sumber dana utama PKI di masa masa awal sebelum Pemilihan Umum 1955 yaitu
dari pergerakan dan jaringan komunis internasional. Selanjutnya, sumber dana itu bergeser yang mulanya terutama datang dari Moskow menjadi lebih banyak berasal dari Peking, saat Aidit secara kasat mata membawa bawa PKI lebih berkiblat ke Peking. Namun Moskow tak pernah sepenuhnya menghentikan bantuan keuangan, sebab pemimpin blok Timur itu masih tetap mengalirkan dana ke kelompok PKI sayap Moskow yang masih eksis sebagai faksi urutan
kedua‘ di tubuh partai ini . Apalagi, di balik yang terlihat, ada gambaran bahwa Aidit tidak
pernah betul betul meninggalkan Moskow. berdasar keterangan saksi Muhammad Achadi Menteri Transmigrasi dan Koperasi pada Kabinet Soekarno hingga dekat dekat saat terjadinya Peristiwa 30 September 1965, Aidit tetap menjalin hubungan dengan Moskow. Aidit pun tanpa banyak diketahui pihak lain berkali kali datang ke Moskow sekitar waktu ini . Sumber dana dalam negeri PKI, termobilisasi melalui Jusuf Muda Dalam yang memegang kendali Bank Sentral. namun sumber keuangan PKI lainnya yang tak kecil juga berasal dari kelompok kelompok pengusaha bidang perdagangan dan industri beretnis Cina yang berhaluan kiri dan atau memiliki alasan ataupun kepentingan lain. Bandingkan dengan Masjumi, yang sebelum menjadi partai terlarang memperoleh aliran dananya antara lain dari satu dua pengusaha‘ anggota Masjumi yang memperoleh fasilitas lisensi di zaman bermunculannya pengusaha aktentas yang sekedar memperjualbelikan lisensi ini melalui suatu program yang sebetulnya dimaksudkan untuk membantu pengusaha nasional‘ pada masa tokoh PSI Soemitro Djojohadikoesoemo menjadi Menteri Perdagangan dalam kabinet Natsir di tahun 1950 1951. Suatu ladang‘ yang sempit dan ringkas. Pengusaha aktentas memang bukan jenis yang
bisa sepenuhnya diandalkan. Sebaliknya, pada tahun lima puluhan, menteri menteri yang berasal dari Masjumi juga banyak membantu pengusaha nasional. Jusuf Wibisono, Menteri Keuangan dalam Kabinet Sukiman Suwirjo (1951 1952) dan Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956 1957) selama setahun setahun , pernah antara lain membantu TD Pardede, pengusaha asal Sumatera Utara beragama Kristen dan anggota PNI. Hal serupa dilakukan juga sebelumnya oleh Sjafruddin Prawiranegara yang menjadi Menteri Keuangan dalam Kabinet Natsir (1950 1951) dan pada dua kabinet lain pada masa masa sebelumnya. berdasar keterangan saksi ucapan Pardede (kepada Professor Deliar Noer), suatu kali
saat usahanya menjadi besar dan sukses ia mendatangi keduanya, dan M. Sanusi tokoh
Masjumi yang juga seorang pejabat di Departemen Perindustrian, untuk memberikan amplop‘
sebagai tanda terima kasih. Dengan cara yang baik baik dan menyenangkan, ketiga tokoh
Masjumi itu menolak menerimanya. Selain sebab faktor militansi tinggi yang dimiliki massa PKI, kelancaran aliran dana yang dikelola lebih efektif dan efisien dan harus diakui relatif tak tergigit‘ oleh pengelola partai, seperti yang terjadi pada beberapa partai politik lain waktu itu menjadi manuver manuver politik PKI lebih mobile dan efektif juga . Maka PKI muncul menonjol di berbagai lini medan pertarungan politik dan kekuasaan. Hanya satu obsesi PKI yang belum juga tercapai, yaitu keberhasilan menciptakan sayap bersenjata yang tangguh, yang dengan gemilang dicapai oleh Partai Komunis Tjina di bawah Mao Zedong (Mao Tsetung) masih sejak tahun tahun awal sejak kelahirannya. Sebagai ganti dari belum terpenuhinya obsesi ini yaitu keberhasilan dalam kadar tertentu dari PKI
menginfiltrasi dan menyusupkan pengaruhnya ke tubuh militer, khususnya Angkatan Darat, yang
menjadi lebih intensif sesudah terbentuknya Biro Khusus PKI di tahun 1964. Kelak akan ternyata
bahwa pada saat diperlukan sayap PKI dalam militer, meskipun mencapai tingkat yang cukup
signifikan, tidaklah bisa mencapai hasil optimum.
Partai Komunis Tjina yang lahir tahun 1921, meskipun lebih muda setahun dari PKI, dalam
banyak hal dijadikan PKI sebagai percontohan dari waktu ke waktu, termasuk dalam obsesi
memiliki sayap bersenjata yang andal. Pintu masuk untuk memenuhi obsesi ini , di luar
dugaan dibuka oleh Dr Sun Yat sen pemimpin Republik (Nasionalis) Cina yang pada sekitar
tahun 1920 mengalami akumulasi kekecewaan terhadap pihak barat. Melihat keberhasilan
Revolusi Bolsjewik dan berbagai keberhasilan Lenin sesudah nya, Sun Yat sen yang memiliki
sikap dan pandangan yang sosialistis, terangsang untuk berhubungan dengan Uni Sovjet dan
berharap bahwa dari hubungan itu nantinya ia bisa memperoleh apa yang tidak didapatnya dari
barat sekaligus bisa mengakhiri beberapa perlakuan buruk pihak barat pada Cina. Lenin,
pemimpin Sovjet, ternyata tanggap dan segera mengalirkan banyak bantuan kepada Cina yang
dipandangnya dapat bergeser ke kiri di bawah Sun Yat sen yang juga memahami Marxisme dan
Sosialisme dengan baik. Salah satunya yaitu pengiriman beberapa penasehat politik dan militer. Satu di antara program prioritas Sun Yat sen kala itu yaitu memperbesar militer Kuomintang
dengan bantuan para penasehat militer Sovjet itu. Memperbesar militer menjadi kebutuhan
objektif bagi Sun Yat sen, sebab pada masa itu sebagian besar panglima militer di berbagai
wilayah cenderung menciptakan diri sebagai warlord di daerah kekuasaannya masing masing
dan banyak menunjukkan ketidakpatuhan kepada pemerintah pusat. Sun Yat sen mendengar
banyak laporan mengenai perilaku seenaknya dari para panglima wilayah itu, yang bekolaborasi
dengan tuan tuan tanah dan orang kaya setempat, memeras dan menindas rakyat dengan
berbagai tindak kekerasan. Mereka pun mengorganisir kegiatan kriminal dan premanisme untuk tujuan komersial‘ dan pengumjuga n keuntungan materil, mulai dari pelacuran, permadatan hingga berbagai macam pemerasan. Kelompok kriminal‘ ini juga bersenjata dan berlaku sewenang wenang. Para panglima dan perwira perwiranya, bahkan sampai prajurit lapisan
bawah, sangat koruptif. Situasi ini dianggap Sun Yat sen sangat melemahkan Cina dan bisa membawa bawa Cina ke ambang
kehancuran. Untuk mengatasinya, Sun Yat sen membutuhkan militer Kuomintang yang
diperbarui dan diperbesar, sehingga akan lebih disegani dan mampu menundukkan para warlords
itu. Sun Yat sen bertindak radikal‘ dengan membuka pintu bagi Partai Komunis Tjina turut dan sebagai sumber daya manusia baru‘ dalam pengembangan militer itu dan mengakomodir para kader partai komunis ke dalam institusi institusi pemerintahan. beberapa besar kader Partai Komunis mengalir ke sekolah militer baru yang didirikan dan ditopang instruktur instruktur
militer dari Rusia (negara induk‘ Uni Sovjet). Ia mengangkat seorang perwira kepercayaannya,
Chiang Kai shek, sebagai pimpinan sekolah militer itu. Suatu program lain, yang menyenangkan bagi Partai Komunis Tjina dipimpin Mao Zedong
yaitu program penataan ulang tanah land reform bagi para petani kecil di daratan Cina yang
pada masa itu menjadi salah satu kelompok masyarakat sasaran pemerasan dan penindasan fisik dari para tuan tanah yang bekerja di bawah topangan dan lindungan para tentara korup. Para
petani dijadikan sebagai kuda‘ yang diperas tenaganya, sementara anak anak gadis mereka
dijadikan sebagai objek seks bagi lapisan berkuasa ditambah para kaki tangan mereka dan sesudah puas menikmatinya dijadikan pelacur di rumah rumah hiburan. Program land reform diharapkan Sun Yat sen menjadi jalan menyelamatkan petani dan sebab nya akan memperoleh dukungan petani sebagai lapisan akar rumput guna menundukkan para warlord
“Inisiatif politik Aidit, melontarkan gagasan Angkatan Kelima, sebetulnya yaitu seperti take over atas suatu gagasan yang muncul sebelumnya pada kwartal terakhir tahun 1964”. “Terkesan pada mulanya Soekarno tertarik sedikit saja meskipun
memperlihatkan sikap cukup menyambut baik gagasan itu dan untuk seberapa lama
belum menunjukkan sikap persetujuan yang jelas”.
sebab meninggal dunia di tahun 1925, Dr Sun Yat sen tak berhasil melihat rencana rencananya rampung terwujud. Ia meninggalkan dua kelompok kekuatan di belakangnya, yaitu Chiang Kai shek bersama sayap kanan Kuomintang nya dengan tentara yang sudah lebih kuat di satu sisi dan pada sisi lain Partai Komunis Tjina yang juga sudah memiliki beberapa besar manusia yang terlatih sebagai militer. Pada dasarnya sejak awal kedua kelompok ini tak pernah cocok, dan dengan terpaksa bersatu‘ dalam satu belanga hanya sebab mengikuti kemauan Dr Sun Yat
sen. sesudah Sun Yat sen meninggal dunia, Jenderal Chiang Kai shek agaknya sudah
merencanakan untuk pada waktunya mengusir para instruktur Rusia kembali ke negerinya dan
membersihkan militer dan pemerintahan dari unsur unsur komunis. Namun sebelum itu, ia
memanfaatkan pasukan tentara termasuk orang komunis di dalam tentara untuk suatu
operasi militer penaklukan, tidak sekedar mengertak seperti rencana semula almarhum Sun Yat sen, terhadap para panglima militer terutama di bagian utara daratan Cina, satu persatu.
Chiang Kai shek berhasil sebab masing masing warlord itu berdiri sendiri, tidak memiliki
hubungan satu sama lain. Chiang pun menundukkan yang terkuat, rezim Shih kai yang
menguasai Peking dan sekitarnya. Chiang lalu menjadi yang paling kuat untuk saat itu, sebab
selain menguasai militer dan sudah mempersatukan seluruh kekuatan militer se Cina melalui penaklukan, ia pun seperti halnya Sun Yat sen mengawini seorang puteri keluarga Soong dari
Shanghai, keluarga pedagang amat kaya dan memiliki akar pengaruh yang kuat di Cina pada
masa itu. sesudah berhasil mengkonsolidasikan kekuasaannya, yang mulai terpetakan sejak 1928
dan menuntaskannya di sekitar tahun 1930, Chiang lalu mulai menjalankan rencananya sejak
lama, mengusir orang Rusia dan melakukan pembersihan terhadap orang Partai Komunis Tjina. Kaum komunis ini dengan terpaksa mengundurkan diri ke bagian tengah dan selatan. Dari daerah daerah terpencil di sana mereka melancarkan perlawanan dengan pasukan gerilya, dan itulah cikal bakal Tentara Merah. tahun 1931, Mao Zedong, salah satu pendiri Partai Komunis Tjina dan lalu menjadi pemimpinnya, dari provinsi Kiangshi memproklamirkan berdirinya Republik
Sovjet Cina. Di wilayah wilayah yang dikuasainya Partai menata ulang tanah tanah pertanian.
Mereka merampas tanah milik para tuan tanah, membagikannya kepada para petani untuk
digarap sebagai sumber penghasilan partai. namun Chiang Kai shek yang tak mau mengambil
risiko lebih besar kelak di hari berikutnya , pada tahun 1935 segera menyerang wilayah yang
dikuasai kaum komunis. Mao dan pengikutnya terpukul dan lari ke arah barat untuk lalu
berputar ke utara menuju pangkalan yang mereka sudah bangun beberapa tahun sebelumnya di
Cina Utara sebelum perang ‘.
Mao dan lebih dari 300.000 ribu Tentara Merah dan beberapa kader partai dan pengikut,
menempuh hampir dua puluh ribu kilometer pada daerah daerah yang sulit dan berbahaya
kondisi alamnya. Berkali kali berhadapan juga dengan suku suku terpencil yang curiga
sehingga tak jarang melakukan serangan bersenjata yang menewaskan banyak dari mereka. Bahkan menghadapi serangan gabungan di wilayah Tibet dan Mantzu. Dihujani batu dari lereng lereng gunung, dan tersiksa oleh serangan serangan tengah malam yang mendadak dan mematikan, saat kebanyakan dari mereka lelap sebab keletihan. Selain sebab pertempuran sepanjang jalan, korban korban di kalangan Tentara Merah berjatuhan juga sebab keganasan alam, pemangsaan khewan liar hingga pada kematian tertelan rawa dan kubangan lumpur hisap. namun mereka akhirnya berhasil tiba di tujuan. Peristiwa perjalanan panjang menempuh belasan ribu kilometer dan memakan waktu berbulan bulan yang penuh penderitaan dan kematian inilah yang dinamakan Peristiwa Long March yang bersejarah. Di tempat tujuan, mereka langsung menghadapi juga babak baru perang Saudara Cina, yang sempat jeda di tahun 1937, sebab harus ikut menghadapi serbuan tentara Jepang ke daratan Cina. sesudah jeda, perang saudara diteruskan dan dimenangkan kaum komunis. Chiang Kai shek bersama pengikutnya lalu melarikan diri menyeberang laut ke arah Timur ke pulau pulau Taiwan. Pengalaman Cina Komunis dan Tentara Merah, menjadi salah satu sumber inspirasi kaum komunis di Asia, termasuk bagi Partai Komunis Indonesia . Peristiwa Madiun tahun 1948, memakai model perjuangan Cina Komunis dengan Tentara Merah nya. Di Madiun, PKI memakai kekuatan militer bersenjata dan memproklamirkan suatu Republik Sovjet Madiun.
namun tak berusia panjang. Model Tentara Merah sebagai sayap militer partai, menjadi seperti obsesi bagi para tokoh PKI yang menguasai kendali partai. saat sudah berada di atas angin pada tahun 1964 1965 gagasan sayap militer kembali dikembangkan, melalui infiltrasi ke tubuh tentara. cukup memadai namun belum mencukup i untuk suatu orientasi kekuasaan. Dan pada awal 1965, Aidit melontarkan gagasan pembentukan Angkatan Kelima. Gagasan itu pertama kali dilontarkan oleh Dipa
Nusantara Aidit, Kamis pagi 14 Januari, saat akan dan saat menghadap Presiden Soekarno
di Istana Merdeka. Inisiatif politik Aidit, melontarkan gagasan Angkatan Kelima, sebetulnya yaitu seperti take over atas suatu gagasan yang muncul sebelumnya pada kwartal terakhir tahun 1964. saat Soekarno berkunjung ke Cina, dalam suatu percakapan, Mao Zedong dan lalu Chou En lai, mengusulkan agar Soekarno mempersenjatai buruh dan tani bila ingin memperkokoh diri dan
memenangkan perjuangan melawan kaum imperialis, khususnya dalam konfrontasi terhadap
Malaysia. Mao yang merasa memiliki pengalaman historis dengan Tentara Merah yang revolusioner
yang menopang berdirinya Republik Rakyat Tjina (RRT), berkata tak cukup bila Soekarno hanya
mengandalkan tentaranya yang sekarang. Percakapan yang lebih terperinci terjadi antara
Soekarno dengan Perdana menteri Chou En lai. Sang perdana menteri menyampaikan
pendapatnya dengan ungkapan ungkapan terus terang kepada Soekarno, bahwa Soekarno tak
bisa seratus persen mempercayai tentaranya, terutama Angkatan Darat, sebab banyak
perwiranya yang pernah dididik di Amerika Serikat sampai sekarang masih memiliki hubungan
hubungan khusus dengan Amerika Serikat. Banyak pimpinan tentara negara kita yaitu termasuk
kaum reaksioner, bukan kaum progresif revolusioner yang bisa diandalkan melawan kaum
imperialis. Maka kaum buruh dan tani yang dipersenjatai itu, harus dibentuk di luar koordinasi
tentara, sebagai Angkatan Kelima yang berdiri sendiri. Sejak awal juga , Chou En lai sudah membayangkan kesediaan RRT membantu bila gagasan itu mau diwujudkan. Belakangan muncul angka bantuan awal yang akan diberikan dan katanya disetujui Mao, berupa 1000.000 pucuk senjata Tjung, sejenis senapan ringan buatan RRT. Dengan jumlah senjata itu saja, setidaknya bisa terbentuk sedikitnya 10 divisi bersenjata. Terkesan pada mulanya Soekarno tertarik sedikit saja meskipun memperlihatkan sikap cukup menyambut baik gagasan itu dan untuk seberapa lama belum menunjukkan sikap persetujuan yang jelas. Agaknya, Presiden Soekarno masih memperhitungkan juga faktor reaksi dan sikap Angkatan Darat nantinya. yaitu Aidit yang dengan gesit mengambil alih gagasan itu dan merubahnya menjadi suatu inisiatif politik. Dan sebetulnya , saat pembicaraan Soekarno dengan para pimpinan Cina itu terjadi, Aidit pun dengan cepat pada waktu yang hampir bersamaan sudah diinformasi kan oleh Duta Besar RRT di Jakarta mengenai adanya pembicaraan mengenai gagasan Angkatan Kelima ini . Aidit pun tampil dengan gagasan itu. saat tampil terbuka pertama kali dengan gagasan itu, bersama Aidit pada 14 Januari 1965 di Istana Merdeka itu hadir pula Ketua Umum Barisan Tani Indonesia (BTI) Asmu dan dua tokoh unsur Nasakom lainnya, yaitu Idham Chalid Ketua Umum NU dan Hardi SH Ketua I PNI/Front Marhaenis. Masih sebelum menghadap kepada Presiden, Aidit dicegat oleh Bernhard Kalb wartawan Columbia Broadcasting System, Amerika Serikat. Saya akan mengusulkan kepada Presiden
Soekarno agar kaum buruh dan tani segera dipersenjatai , kata Aidit kepada Bernhard.
Seluruhnya lima belas juta orang, siap dipersenjatai ! . Sepuluh juta buruh, lima juta petani. namun sempat terjadi pertukaran kata yang keras antara sang wartawan dengan sang
pemimpin partai, sesudah Kalb melontarkan beberapa pertanyaan yang tampaknya dianggap
menyebalkan oleh Aidit. sesudah pertemuan dengan Soekarno, Aidit menegaskan kembali kepada para wartawan, bahwa ia memang mengajukan tuntutan kepada Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata RI, kaum buruh dan kaum tani yang merupakan sokoguru revolusi, segera
dipersenjatai. berdasar keterangan saksi Aidit, Soekarno menyambut baik tuntutan PKI itu. Maka pada petang harinya, Harian Warta Bhakti, organ pers Baperki, menurunkan berita dengan judul besar PKI usulkan 15 djuta massa tani dan buruh dipersendjatai . Selang tiga hari, agaknya PKI berhasil menciptakan kesan bahwa tuntutan itu sudah menjadi tuntutan seluruh kekuatan politik yang ada. Lembaga Kantor Berita Nasional Antara’
menurunkan berita mengenai adanya kebulatan tekad bersama yang menuntut agar sokoguru
sokoguru revolusi segera dilatih dan dipersenjatai. berdasar keterangan saksi berita bertanggal 18 Januari 1965 itu, Sidang bersama Pengurus Besar Front Nasional dan Pucuk Pimpinan Partai partai Politik, Organisasi Massa, Golongan Karya dan lembaga lembaga persahabatan, hari Minggu tengah malam (17 Januari) dalam kebulatan tekad dan instruksi bersamanya, mendesak kepada pemerintah dan alat alatnya yang berwenang untuk segera melatih dan mempersenjatai sokoguru sokoguru revolusi, sebagai jaminan utama guna mencegah dan mengalahkan tiap bentuk agresi Inggeris dan agresi Nekolim biasanya . Sidang bersama berdasar keterangan saksi berita itu lebih jauh, berlangsung di Gedung BPI (Badan Pusat Intelejen) dipimpin Wakil Sekertaris Jenderal PB Front Nasional AM Rachman. Berita itu
menyebutkan secara jelas beberapa nama yang berperanserta dan turut dan dalam sidang yang
mengambil keputusan mengenai Kebulatan Tekad. Nama nama itu, yang yaitu tokoh kelompok komunis, antara lain Anwar Sanusi, Mohammad Munir, dan Ir Surachman yang dinamakan Sekertaris Jenderal PNI. Satu nama lain yang disebutkan yaitu Menteri Koordinator/Ketua DPRGR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong) Arudji Kartawinata seorang tokoh unsur A dalam Nasakom. kehadiran beberapa nama tokoh partai politik, organisasi organisasi massa dan Golongan Karya disebutkan dalam berita, namun tanpa pencantuman nama orang dengan jelas. Dan memang, belakangan beberapa pihak menyangkal keikutsertaan nya dalam kebulatan tekad. namun ada juga yang tak terberitakan lagi pembenaran atau sangkalan keterlibatannya di media mana pun. Selain tuntutan mempersenjatai para sokoguru revolusi, kebulatan tekad itu menyatakan juga
mendukung sepenuhnya kebijaksanaan dan keputusan Presiden/Pemimpin Besar Revolusi untuk keluar dari PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa). Sepuluh hari sebelumnya, Soekarno memang mengambil tindakan drastis menyatakan negara kita keluar dari PBB. Keluarnya negara kita ini yaitu sebagai reaksi atas terpilihnya Malaysia yang justru menjadi sasaran konfrontasi
negara kita kala itu sebagai anggota Dewan Keamanan PBB. Bagi Soekarno, tentu saja
keberhasilan Malaysia menduduki kursi dalam Dewan Keamanan PBB dan kegagalan negara kita “Pergeseran dari perseteruan politik di antara para „penopang‟ struktur Nasakom di bawah selimut „bendera revolusi‟ menuju pertarungan kekuasaan sebetulnya pada wilayah konspirasi yang akan segera berakhir sebagai satu tragedi baru dalam sejarah negara kita modern”.
SEBELUM lontaran gagasan mengenai Angkatan Kelima, lebih awal di bulan Januari 1965 itu
soebandrio melontarkan seperti teka teki politik yang mengundang bermacam tafsir, sebab
menyodorkan insinuasi akan terjadinya suatu persilangan jalan politik. Senin 4 Januari,
soebandrio menyampaikan seperti perkiraan‘ politik, dan dikutip pers menyatakan bahwa
dalam tahun 1965 ini mungkin akan terjadi di mana kawan seperjuangan akan menjadi lawan .
Apa yang sekarang revolusioner, kata sang Wakil Perdana Menteri I, akan menjadi kontra
revolusi dan reaksioner. Kita mungkin akan dengan terpaksa berpisah dengan sahabat sahabat pribadi
dan comrades in arms .
sebab soebandrio yaitu juga membawa bawa hi Badan Pusat Intelejen yang sehari hari dipimpin
oleh Brigadir Jenderal Polisi Sutarto, tentu saja pernyataannya menjadi perhatian dan bahan
spekulasi mengenai apa sebetulnya yang sudah dan akan terjadi, apalagi ia menyampaikannya
dengan suatu gaya yang dramatis mengenai akan adanya pisah jalan sekaligus situasi konfrontatif.
Jangan terkejut, jika saya katakan bahwa mungkin dalam tahun 1965 ini kawan kawan
seperjuangan kita dengan terpaksa ada yang rontok dan kita tinggalkan sebab tak bisa lagi mengikuti
jalannya revolusi , lanjutnya. Menghadapi kemungkinan ini, kita sebagai manusia sudah barang
tentu merasa sedih. namun sebagai abdi revolusi kita tak bisa berbuat lain, hal itu dengan terpaksa
kita lakukan demi keselamatan revolusi kita , seraya mengingatkan juga bahwa revolusi kita
belum selesai.
Bila penggunaan istilah comrades in arms’ yaitu dalam konteks keumum an hubungan di antara
golongan kiri, semestinya yang dimaksud yaitu kawan seperjuangan satu ideologi. namun
bilamana comrades in arms’ dipakai di sini secara artifisial dan sekedar basa basi, dengan
segera dapat ditafsirkan bahwa yang dimaksudkan yaitu kalangan tentara yang tak berhaluan
kiri, baik kelompok Jenderal Abdul Harris Nasution maupun kelompok Letnan Jenderal Ahmad
Yani yang pada awalnya dinyatakan sebagai tangan kanan‘ rechter hand Soekarno. Dan
sebab soebandrio selama beberapa lama dinamakan tangan kiri‘ Soekarno dalam politik
dan kekuasaan, maka pernyataan itu dianggap datang dari Soekarno sendiri yang kala itu makin
condong ke kiri.
Belakangan, sesudah terjadinya peristiwa di akhir September 1965, semua itu dikaitkan sebagai
isyarat dini dari Soekarno mengenai suatu rencana pembersihan antas Angkatan Darat. Perlu
dicatat, di akhir 1964 dan awal 1965 itu, BPI sudah mulai mencium adanya kegiatan beberapa
perwira Angkatan Darat menjalankan misi khusus untuk menghentikan konfrontasi terhadap
Malaysia. Lebih dari itu, pada sekitar waktu yang sama BPI menyampaikan juga seperti pra
analisa untuk kalangan terbatas secara internal, yang dibahas di tingkat pimpinan, mengenai
kemungkinan sudah berkembangnya satu rencana di kalangan perwira Angkatan Darat yang
berkonotasi pengambilalihan kekuasaan.
saat Aidit melontarkan tuntutan mengenai Angkatan Kelima dan Letnan Jenderal Ahmad
Yani dan beberapa kalangan tentara lainnya memberi reaksi penolakan, yang mulanya bernada
diplomatis sebelum menjadi keras sehingga disebut Soekarno sebagai sikap koppig’, perkiraan
awal tahun soebandrio seakan memperoleh pembenarannya. Silang kata mengenai Angkatan
Kelima berlangsung eskalatif, selama berbulan bulan. Pada bulan kelima 1965, isu dan polemik
keras mengenai Angkatan Kelima, tambah menajam sebab muncul lagi satu isu baru
menyangkut penemuan‘ manuscript Gilchrist mengenai suatu konspirasi Barat dengan beberapa
jenderal Angkatan Darat. Bahwa di tubuh Angkatan Darat ada sebuah Dewan Djenderal yang
merencanakan suatu pengambilalihan dari tangan Soekarno. Dua pokok soal, Angkatan Kelima
dan Dewan Jenderal, memicu terjadi pemanasan politik dan penajaman perseteruan politik
menjadi pertarungan politik dan kekuasaan yang sebetulnya di dalam tubuh segitiga kekuasaan.
Dalam masalah penemuan‘ manuscript Gilchrist dan isu Dewan Jenderal, Angkatan Darat
ditempatkan dalam posisi tertuduh dalam serangan gencar oleh soebandrio dan PKI, sebagai
perencana suatu usaha pengambilalihan kekuasaan. namun di tahun sebelumnya, 1964, PKI lah
yang menjadi tertuduh selaku perencana suatu perebutan kekuasaan negara. Sebuah manuscript ‘
rahasia berisi Rencana 4 tahun PKI yang berisi pokok perjuangan PKI yang menuju perebutan
kekuasaan, ditemukan‘ pada awal tahun ini . Dalam suatu pertemuan di Istana Bogor, di
depan Soekarno, yaitu tokoh Partai Murba (Musyawarah Rakyat Berjuang) yang juga yaitu
Waperdam III Chairul Saleh yang mengungkapkannya. Soekarno yang mendengar laporan itu,
langsung menanyakannya secara terbuka kepada Aidit. Dengan sengit, seraya menoleh ke arah
Chairul, Aidit membantahnya sebagai manuscript palsu, yang dimaksudkan untuk memfitnah PKI.
Dalam salah satu versi peristiwa, dalam rapat di Istana Bogor itu, yang dipercaya kebenarannya,
terjadi debat sengit antara Chairul dengan Aidit. Itu manuscript palsu ! , kata Aidit keras. Tak
kalah kerasnya, Chairul membentak jika manuscript ini dikatakan palsu, tunjukkan mana
aslinya ! , agar bisa diperbandingkan. saat Aidit hendak mendebat lagi, Chairul maju
dengan cepat dan melayangkan satu pukulan ke bagian wajah Aidit. Soekarno yang berada tak
jauh dari mereka, segera melerainya lalu mendamaikan keduanya. Para Anggota rapat, di bawah
arahan Soekarno lalu melahirkan Deklarasi Bogor‘ untuk mengakhiri dan mencegah persoalan
berlanjut.
namun agaknya, PKI tetap menyimpan dendam dan melancarkan serangan politik dengan
menyebutkan pimpinan Murba sebagai penyebar manuscript palsu dan tukang fitnah .
Berikutnya, serangan itu meningkat dengan aksi aksi demonstrasi yang menuntut pembubaran
Murba. Pada akhirnya Murba memang betul betul dibubarkan oleh Soekarno, 21 September
1965. Namun, dalam salah satu rapat menjelang Peristiwa 30 September 1965, setahun lebih
sesudah insiden di Istana Bogor, saat Sjam Kamaruzzaman mengusulkan kepada Aidit, agar
menculik Chairul Saleh dan eks Wakil Presiden Mohammad Hatta, Aidit dengan wajah tampak
heran balik bertanya, Untuk apa , . Sjam memberi alasan, bahwa kedua orang itu, khususnya
Hatta, sering berhubungan dengan Jenderal Nasution, dan banyak mengetahui mengenai Dewan
Jenderal dari sang Jenderal, sehingga dari keduanya bisa dikorek keterangan mengenai hal itu.
Aidit menolak menculik Hatta maupun Chairul Saleh, tokoh yang pernah bermasalah dengannya
di tahun sebelumnya (Pengakuan Sjam Kamaruzzaman dalam persidangan Mahmilub 1968 di
Gedung Merdeka Bandung). Pembubaran Murba hanya sembilan hari menjelang 30 September
sejauh perkembangan yang terjadi tidaklah memicu Chairul Saleh tergeser dari posisinya di kabinet maupun dari sisi Soekarno dan ikut bersama sang pemimpin memasuki tahun 1966 yang bergolak. masalah manuscript rahasia‘ Rencana 4 tahun PKI 1964 untuk
pengambilalihan kekuasaan politik
dan negara, penemuan‘ manuscript Gilchrist ditambah isu Dewan Jenderal yang akan merebut
kekuasaan dari Soekarno, gagasan pembentukan Angkatan Kelima yang didahului ramalan
soebandrio mengenai perpisahan dengan comrade in arms yang akan berubah dari kawan
seperjuangan menjadi lawan, berpadu dalam akumulasi tanda pergeseran tingkat situasi.
Pergeseran dari perseteruan politik di antara para penopang‘ struktur Nasakom di bawah selimut
bendera revolusi‘ menuju pertarungan kekuasaan sebetulnya pada wilayah konspirasi yang
akan segera berakhir sebagai satu tragedi baru dalam sejarah negara kita modern. Dalam dua
puluh tahun negara kita merdeka, sudah terjadi setidaknya delapan pemberontakan berskala cukup
besar, terdiri dari satu pemberontakan komunis di Madiun, empat pemberontakan DI TII di
empat daerah, pemberontakan RMS, pemberontakan PRRI di Sumatera dan pemberontakan
Permesta di Sulawesi Utara. Artinya, satu pemberontakan setiap dua setengah tahun . Selain itu,
tak kurang dari sepuluh pemberontakan atau insiden skala lebih kecil juga terjadi dalam kurun
waktu ini , ditambah sepuluh pemberontakan atau benturan dan peristiwa berdarah lainnya
di antara sesama bangsa sendiri maupun usaha pemisahan diri yang semuanya terkait dengan
provokasi Belanda. Secara keseluruhan, ini berarti ada dua atau tiga peristiwa per tahun , hingga
saat itu. Sungguh meletihkan.
Dan akan terjadi satu lagi, di saat tingkat pertarungan politik dan kekuasaan sekali lagi
melangkah memasuki wilayah konspirasi: Peristiwa 30 September 1965. Selesai.
Bagian dari buku Rum Aly, Titik Silang Jalan Kekuasaan tahun 1966, Kata Hasta Pustaka,
Jakarta 2006 PIDATO PRESIDEN SUKARNO NAWAKSARA Di depan Sidang Umum ke IV Saudara saudara sekalian,
Dengan mengucap Syukur syukur , maka pagi ini saya berada di muka Sidang Umum MPRS yang ke lV. Sesuai dengan Ketetapan MPRS No.I/1960 yang memberikan kepada diri saya, sukarno , gelar Pemimpin Besar Revolusi dan kekuasaan penuh untuk melaksanakan Ketetapan ketetapan ini , maka dalam Amanat saya hari ini saya ingin mengulangi lebih dahulu apa yang pernah saya kemukakan dalam Amanat saya di muka Sidang Umum ke ll MPRS pada tanggal 15 Mei 1963, berjudul Ambeg Parama
Arta mengenai hal ini: .
Dalam pidato saya Ambeg Parama Arta itu, saya berkata: MPRS sudah memberikan
kekuasaan penuh kepada saya untuk melaksanakannya, dan dalam memberi
kekuasaan penuh kepada saya itu, MPRS menamakan saya bukan saja Presiden, bukan
saja Panglima Tertinggi Angkatan perang , namun mengangkat saya juga menjadi:
pemimpin besar revolusi negara kita .
Saya menerima pengangkatan itu dengan sungguh rasa terharu, sebab MPRS sebagai
Perwakilan Rakyat yang tertinggi di dalam Republik Indonesia , menyatakan dengan
tegas dan jelas bahwa saya yaitu Pemimpin Besar Revolusi negara kita , yaitu:
pemimpin besar republik rakyat negara kita !
Dalam pada itu, saya sadar, bahwa hal ini bagi saya membawa bawa konsekuensi yang amat
besar! Oleh sebab seperti Saudara saudara juga mengetahui , PEMIMPIN membawa bawa
pertanggungan jawab yang amat berat sekali!!
Memimpin yaitu lebih berat dibandingkan sekedar Melaksanakan . Memimpin yaitu
lebih berat dibandingkan sekedar menyuruh melaksanakan ! Saya sadar, lebih dibandingkan yang sudah sudah, sesudah MPRS mengangkat saya menjadi Pemimpin Besar Revolusi , bahwa kewajiban saya yaitu amat berat sekali, namun
Insya Allah S.W.T. saya terima
pengangkatan sebagai Pemimpin Besar Revolusi itu dengan rasa tanggung jawab yang
setinggi tingginya!
Saya Insya Allah, akan beri pimpinan kepada negara kita , kepada Rakyat negara kita ,
kepada Saudara saudara sekalian, secara maksimal di bidang pertanggungan jawab dan
kemampuan saya. Moga moga Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Murah, dan Maha
Asih, selalu memberikan bantuan kepada saya secukup cukup nya!
Sebaliknya, kepada MPRS dan kepada Rakyat negara kita sendiri, hal ini pun membawa bawa
konsekuensi! Tempohari saya berkata: Jijika benar dan jijika demikianlah
Keputusan MPRS, yang saya diangkat menjadi Pemimpin Revolusi Besar negara kita ,
Revolusi Rakyat negara kita , maka saya mengharap seluruh Rakyat, termasuk juga
segenap Anggota MPRS, untuk selalu mengikuti, melaksanakan, menfi'ilkan segala apa
yang saya berikan dalam pimpinan itu! Pertanggungan jawab yang MPRS, sebagai
Lembaga Tertinggi Republik Indonesia letakkan di atas pundak saya, yaitu suatu
pertanggungan jawab yang berat sekali, namun denganridha Allah S.W.T. dan dengan
bantuan seluruh Rak yat negara kita , termasuk di dalanlnya juga Saudara saudara para
Anggota MPRS sendiri, saya percaya, bahwa Insya Allah, apa yang digariskan oleh Pola
Pembangunan itu dalam 8 tahun akan terlaksana!
Demikianlah Saudara saudara sekalian beberapa kutipan dibandingkan Amanat Ambeg
Parama Arta . Saudara saudara sekalian,
Dari Amanat Ambeg Parama Arta ini , dapatlah Saudara ketahui , bagaimana visi dan interpretasi saya mengenai predikat Pemimpin Besar Revolusi yang Saudara saudara berikan kepada saya. Saya menginsyafi, bahwa predikat itu yaitu sekedar gelar, namun saya pun dan dengan saya semua ketentuan ketentuan progresif revolusioner di dalam masyarakat kita yang tak pernah absen dalam kancahnya Revolusi kita saya pun percaya sepercaya percaya nya, bahwa tiap Revolusi mensyarat mutlakkan adanya Pimpinan Nasional. Lebih lebih lagi Revolusi Nasional kita yang multi kompleks sekarang ini, dan yang berhari depan Sosialisme Panca Sila. Revolusi demikian ta' mungkin tanpa adanya pimpinan. Dan pimpinan itu jelas tercermin dalam tri kesatuannya Re So Pim, yaitu Revolusi, Sosialisme, dan Pimpinan Nasional. .
sebab itulah, maka pimpinan yang saya berikan itu yaitu pimpinan di segala bidang.
Dan sesuai dengan pertanggungan jawab saya terhadap MPRS, pimpinan itu terutarna
menyangkut garis garis besarnya. Ini pun yaitu sesuai dan sejalan dengan kemurnian
bunyi aksara dan jiwa Undang Undang Dasar '45, yang menugaskan kepada MPRS
untuk menetapkan garis garis besar haluan Negara. Saya tekankan garis garis besarnya
saja dari haluan Negara. yaitu tidak sesuai dengan jiwa dan aksara kemurnian
Undang Undang Dasar '45, jika MPRS jatuh terpelanting kembali ke dalam alam
Liberale democratie, dengan beradu debat dengan bertele tele mengenai garis garis kecil,
di mana masing masing golongan beradu untuk memenangkan kepentingan
kepentingan golongan dan mengalahkan kepentingan nasional, kepentingan Rakyat
banyak, kepentingan Revolusi kita!
Pimpinan itu pun saya dasarkan kepada jiwa Panca Sila, yang sudah kita pancarkan
bersama dalam Manipol Usdek sebagai garis garis besar haluan Negara. Dan lebih
lebih mendalam lagi, maka saya sudah mendasarkan pimpinan itu kepada Sabda
Rasulullah S.A.W.: Kamu sekalian yaitu Pemimpin, dan setiap pemimpin akan
diminta pertanggungan jawabnya mengenai kepemimpinan itu di hari lalu .
Saudara saudara sekalian,
Itulah jiwa dibandingkan pimpinan saya, seperti yang sudah saya nyatakan dalam Amanat
Ambeg Parama Arta ini tadi. Dan Saudarasaudara sudah membenarkan amanat
itu, terbukti dengan Ketetapan MPRS No.IV/1963, yang menjadi Resopim dan
Ambeg Parama Arta masing masing sebagai pedoman pelaksanaan garis garis besar
haluan Negara, dan sebagai landasan kerja dalam melaksanakan Konsepsi
Pembangunan seperti terkandung dalam Ketetapan MPRS No.l dan 11 tahun 1960.
Pengertian Presiden seumur hidup
Malahan dalam Sidang Umum MPRS ke ll pada bulan Mei tahun 1963 itu Saudara
saudara sekalian sudah menetapkan saya menjadi Presiden se umur hidup. Dan pada
waktu itu pun saya sudah menjawab keputusan Saudara saudara itu dengan kata kata:
Alangkah baiknya jijika nanti MPR, yaitu MPR hasil pemilihan umum, masih meninjau soal ini kembali. Dan sekarang ini pun saya masih tetap berpendapat demikian! Kembali sekarang sebentar kepada Amanat Ambeg Parama Arta ini tadi itu. Amanat itu lalu disusul dengan amanat saya Berdikari pada pembukaan Sidang
Umum MPRS ke lll pada tanggal 11 April 1965, di mana dengan tegas saya tekankan tiga hal:
bahwa Revolusi kita mengejar suatu Idee Besar, yaitu melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat; Amanat Penderitaan Rakyat seluruhnya, seluruh rakyat sebulat bulatnya. bahwa Revolusi kita pejuang mengemban Amanat Penderitaan Rakyat itu dalam persatuan dan kesatuan yang bulat menyeluruh dan hendaknya jangan sampai watak
Agung Revolusi kita, diselewengkan sehingga mengalami dekadensi yang hanya mementingkan golongann ya sendiri saja, atau hanya sebagian dari Ampera saja! bahwa kita dalam melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat itu tetap dan tegap berpijak dengan kokoh kuat atas landasan Trisakti, yaitu berdaulat dan bebas dalam politik, berkepribadian dalam kebudayaan dan berdikari dalam ekonomi; sekali lagi
berdikari dalam ekonomi!
Saya sangat gembira sekali, bahwa Amanat amanat saya itu dahulu , baik Ambeg Parama
Arta , maupun Berdikari telaK Saudara saudara tetapkan sebagai landasan kerja dan
pedoman pelaksanaan Pembangunan Nasional Semesta Berencana untukmasa 3 tahun
yang akan datang, yaitu sisa jangka waktu tahapan pertama mulai tahun 1966 s/d 1968
dengan landasan Berdikari di atas Kaki Sendiri dalam ekonomi. Ini berarti, bahwa
Lembaga Tertinggi dalam Negara kita, Lembaga Tertinggi dari Revolusi kita, Lembaga
Negara Tertinggi yang berdasar keterangan saksi kemurnian jiwa dan aksaranya UUD Proklamasi kita yaitu penjelmaan kedaulatan Rakyat, membenarkan Amanat amanat saya itu. Dan
tidak hanya membenarkan saja, melainkan juga menjadi nya sebagai landasan kerja dan pedoman bagi kita semua, ya bagi Presiden/Mandataris MPRS/Perdana Menteri ya, bagi MPRS sendiri, ya bagi DPA, ya bagi DPR, ya bagi Kabinet, ya bagi parpol parpol dan ormas ormas, ya bagi ABRI, dan bagi seluruh Rakyat kita dari Skakak sampai Merauke, dalam mengemban bersama Amanat Penderitaan Rakyat.
Memang, di dalam situasi nasional dan internasional dewasa ini, maka Trisakti kita,
yaitu berdaulat dan bebas dalam politik, berkepribadian dalam kebudayaan, berdikari di
bidang ekonomi, yaitu senjata yang paling ampuh di tangan seluruh rakyat kita, di tangan prajuritprajurit Revolusi kita, untuk menyelesaikan Revolusi Nasional kita yang maha dahsyat sekarang ini.
Terutama prinsip Berdikari di bidang ekonomi! Sebab dalam kondisi perekonomian
bagaimanapun sulitnya, saya minta jangan dilepaskan jiwa self reliance ini, jiwa
percaya kepada kekuatan diri sendiri, jiwa self help atau jiwa berdikari. sebab nya, maka dalam melaksanakan Ketetapan ketetapan MPRS No.V dan Vl tahun 1965 yang lalu, saya sudah meminta Bappenas dengan bantuan dan kerja sama dengan Muppenas, untuk menyusun garis garis lebih lanjut dibandingkan Pola Ekonomi Perjoar gan seperti yang sudah saya canangkan dalam Amanat Berdikari tahun yang lalu.
Garis garis Ekonomi Perjoeangan ini sudah selesai, dan saya lampirkan bersama ini
Ikhtisar tahun an mengenai pelaksanaan Ketetapan MPRS No.II/MPRS/1960. Di
dalamnya Saudara saudara akan memperoleh gambaran mengenai Strategi Umum
Pembangunan 2 tahun 1966 1968, yaitu Pra syarat Pembangunan, dan pola Pembiayaan tahun 1966 s/d 1968 melalui Rencana Anggaran 3 tahun Khusus mengenai Prinsip Berdikari ingin saya tekankan apa yang sudah saya nyatakan
dalam pidato Proklamasi 17 Agustus 1965, yaitu pidato Takari, bahwa berdikari tidak berarti mengurangi, melainkan memperluas kolaborasi internasional, terutama antara semua negara yang baru merdeka. Yang ditolak oleh Berdikari yaitu ketergantungan kepada imperialis, bukan kerja sama yang saling menguntungkan. Dan di dalam Rencana Ekonomi Perjoangan yang saya sampaikan bersama ini, maka Saudara saudara dapat membaca bahwa: Berdikari bukan saja tujuan, namun yang tidak kurang pentingnya harus merupakan prinsip dari cara kita mencapai tujuan itu, prinsip untuk melaksanakan Pembangunan dengan tidak menyandarkan diri kepada bantuan negara atau bangsa lain. yaitu jelas, bahwa tidak menyandarkan diri tidak berarti
bahwa kita tidak mau kerja sama berdasarkan sama derajat dan saling menguntungkan.
Dalam rangka pengertian politik Berdikari demikian inilah, kita harus menanggulangi
kesulitan kesulitan di bidang Ekubang kita dewasa ini, baik yang hubungan dengan inflasi maupun yang hubungan dengan pembayaran hutang hutang luar negeri kita. Masalah Ekubang tidak dapat dilepaskan dari masalah politik, malahan harus didasarkan atas Manifesto Politik kita.
Dekon kita pun yaitu Manipohdi bidang ekonomi, atau dengan lain perkataan political economy nya pembangunan kita. Dekon merupakan strategi umum, dan strategi umum di bidang pembangunan 3 tahun di depan kita, yaitu tahun 1966 1968, didasarkan atas pemeliharaan hubungan yang tepat antara keperluan untuk
melaksanakan misi politik dan misi ekonomi. Demikianlah misi politik keamanan kita, politik pertahanan kita, politik dalam negeri kita, politik luar negeri kita dan sebagainya. Detail dari misi misi ini kiranya tidak perlu diperbincangkana dalam Sidang Umum MPRS, sebab misi MPRS ialah menyangkut garisgaris besarnya saja. Detailnya seyogyanya ditentukan oleh Pemerintah bersama sama dengan DPR, dalam rangka
pemurnian pelaksanaan Undang Undang Dasar 1945. meski begitu perlu saya peringatkan di sini, bahwa UndangUndang Dasar 1945 memungkinkan Mandataris MPRS bertindak lekas dan tepat dalam kondisi darurat demi keselamatan Negara, Rakyat dan Revolusi kita.
Dan sejak Dekrit 5 Juli 1959 dahulu itu, Revolusi kita terus meningkat dan bergerak cepat,
yang mau tidak mau mengharuskan semua Lembaga lembaga Demokrasi kita untuk
bergerak cepat juga tanpa menyelewengkan Demokrasi Terpimpin kita ke arah
Demokrasi Liberal. Dalam rangka merintis jalan ke arah kemurnian pelaksanaan Undang Undang Dasar 1945 itulah, saya dengan surat saya tertanggal 4 Mei 1966 kepada Pimpinan DPRGR
memajukan:
a. RUU Penyusunan MPR, DPR dan DPRD.
b. RUU Pemilihan Umum.
c. Penetapan Presiden No.3 tahun 1959 jo. Penetapan Presiden No.3 tahun 1966 untuk
diubah menjadi Undang Undang agar DPA dapat ditetapkan berdasar keterangan saksi pasal 16 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945.
Tidak lain harapan saya ialah hendaknya MPRS dalam rangka pemurnian pelaksanaan
Undang Undang Dasar 1945 itu menyadari apa misi dan fungsinya, juga dalam hubungan persamaan dan perbedaannya dengan MPR hasil pemilihan umum nanti.
Wewenang MPR selaku pelaksanaan kedaulatan Rakyat yaitu menetapkan Undang Undang Dasar dan garis garis besar dibandingkan haluan Negara (pasal 3 UUD), dan memilih Presiden dan Wakil Presiden (pasal 6 UUD ayat 2).
Undang Undang Dasar dan garis garis besar haluan Negara sudah kita tentukan bersama, yaitu Undang Undang Dasar Proklamasi 1945 dan Manipol/Usdek.
Undang Undang Dasar 1945 itu menyebut pemilihan jabatan Presiden dan Wakil Presiden, masa jabatannya dan isi sumpahnya dalam satu nafas, yang tegas bertujuan agar terjamin kesatuan pandangan, kesatuan pendapat, kesatuan pikiran dan kesatuan tindak antara Presiden dan Wakil Presiden, yang membantu Presiden (pasal 4 ayat 2 UUD).
Dalam pada itu, Presiden memegang dan menjalankan misi , wewenang dan kekuasaan
Negara dan Pemerintahan. (pasal 4, 5, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, ayat 2). Jiwa kesatuan antara kedua pejabat Negara ini, dan pembagian misi dan wewenang seperti yang ditentukan dalam Undang Undang Dasar 1945 hendaknya kita sadari sepenuhnya. Demikian juga hendaknya kita semua, di luar dan di dalam MPRS menyadari
sepenuhnya perbedaan dan persamaannya antara MPRS sekarang, dengan MPR hasil pemilihan umum yang akan datang, agar agar benar benar kemurnian pelaksanaan Undang Undang Dasar 1945 dapat kita rintis bersama, sambil membuka lembaran baru dalam sejarah kelanjutan Revolusi Panca Sila kita. Demikianlah Saudara saudara, teks laporan progress saya kepadaMPRS. lzinkanlah saya sekarang mengucapkan beberapa patah kata pribadi kepada Saudara saudara, terutama sekali mengenai pribadi saya.
Lebih dahulu mengenai hal laporan progress ini.
Laporan progress itu saya simpulkan dalam 9 pasal, 9 golongan, 9 punt. Maka oleh sebab itu saya ingin memberi judul kepada amanat saya tadi itu. Sebagaimana biasa saya memberi judul kepada pidato pidato saya, ada yang bernama Resopim, ada yang bernama Gesuri dan lain lain sebagainya. Amanat saya ini, saya beri judul apa, Sembilan perkara, pokok, pokok, pokok, pokok, saya tuliskan di dalam Amanat ini. sebab itu saya ingin memberi nama kepada Amanat ini, kepada
pidato ini Pidato Sembilan Pokok . Sembilan, ya sembilan apa, Kita itu biasa memakai bahasa Sanskrit jika memberi nama kepada amanat amanat, bahkan kita sering memakai perkataan Dwi, Tri, Tri Sakti, dua duanya perkataan Sanskrit. Catur Pra Setia, catur empat setia, kesetiaan, Panca Azimat, Panca yaitu lima. Ini sembilan pokok; ini saya namakan apa, 9 di dalam bahasa Sanskrit yaitu Nawa . Eka, Dwi, Tri, Catur, Panca, enam yam, tujuh sapta, delapan hasta, sembilan nawa, sepuluh dasa. Jadi saya mau beri
nama dengan perkataan Nawa . Nawa apa, Ya, sebab saya tulis, saya mau beri nama
NAWA AKSARA , dus NAWA iAKSARA atau jika mau disingkatkan NAWAKSARA . Tadinya ada orang yang mengusulkan diberi nama Sembilan Ucapan Presiden . NAWA SABDA . Nanti jika saya kasih nama Nawa Sabda, ada saja yang
salah salah berkata: Uh, uh, Presiden berkata . Sabda itu seperti raja berkata . Tidak, saya tidak mau memakai perkataan sabda itu, saya mau memakai perkataan Aksara ; bukan dalam arti tulisan, jadi ada aksara latin, ada aksara Belanda dan sebagainya. NAWA AKSARA atau NAWAKSARA, itu judul yang saya berikan kepada
pidato ini. Saya minta wartawan wartawan mengumumkan hal ini, bahwa pidato Presiden dinamakan oleh Presiden NAWAKSARA . lalu saya mau menyampaikan beberapa patah kata mengenai diri saya sendiri. Saudara saudara semua mengetahui , bahwa saat saya masih muda, masih amat muda sekali, bahwa saya miskin dan oleh sebab saya miskin, maka demikianlah saya sering ucapkan: Saya tinggalkan this material world. Dunia jasmani sekarang ini laksana saya tinggalkan, sebab dunia jasmani ini tidak memberi hiburan dan kepuasan kepada saya, oleh sebab saya miskin.
Maka saya meninggalkan dunia jasmani ini dan saya masuk katagori dalam pidato dan
keterangan keterangan yang sering masuk ke dalam world of the mind. Saya meninggalkan dunia yang material ini, saya masuk di dalam world of the mind. Dunianya alam cipta, dunia khayal, dunia pikiran. Dan sudah sering saya katakan, bahwa di dalam wolrd of the mind itu, di situ saya bertemu dengan orang besar dari
segala bangsa dan segala negara. Di dalam world of the mind itu saya bertemu dengan nabi nabi besar; di dalam world of the mind itusaya bertemu dengan ahli falsafah, ahli falsafah besar. Di dalam world of the mind itu saya bertemu dengan pemimpin pemimpin bangsa yang besar, dan di dalam world of the mind itu saya bertemu dengan
pejuang pejuang kemerdekaan yang berkaliber besar. Saya bertemu dengan orang besar ini, tegasnya, jelasnya dari membaca buku buku. Salah satu pemimpin besar dibandingkan sesuatu bangsa yang berjuang untuk kemerdekaan, ia mengucapkan kalimat sebagai berikut: The cause of freedom is a deathless cause. The cause of freedom is a deathless cause. Perjuangan untuk
kemerdekaan yaitu satu perjuangan yang tidak mengenal mati. The cause of freedom is a deathless cause.
Sesudah saya baca kalimat itu dan renungkan kalimat itu, bukan saja saya tertarik kepada cause of freedom dibandingkan bangsa saya sendiri dan bukan saja saya tertarik pada cause of freedom dibandingkan seluruh umat manusia di dunia ini, namun saya, sebab tertarik kepada cause of freedom ini saya menyumbangkan diriku kepada deathless cause ini, deathless cause of my own people, deathless cause of all people on this. Dan
lalu saya memperoleh kepercaya an, bukan saja the cause of freedom is a deathless cause,
namun juga the service of freedom is a deathless service. Pengabdian kepada perjuangan
kemerdekaan, pengabdian kepada kemerdekaan itupun tidak mengenal maut, tidak mengenal habis. Pengabdian yang sungguh sungguh pengabdian, bukan service yang hanya lip service, namun service yang betul betul masuk di dalam jiwa, service yang betul betul pengabdian, service yang demikian itu yaitu satu deathless service.
Dan saya tertarik oeh saya memiliki pendapat sendiri, pendapat pemimpin besar dibandingkan
bangsa yang saya sitir itu tadi, yang berkata the cause of freedom is deathless cause .
Saya berkata not only the cause of freedom is deathless cause, but also the service of
freedom is a deatheless service .
Dan saya, Saudara saudara, sudah memberikan, menyumbangkan atau menawarkan diri
saya sendiri, dengan segala apa yang ada pada saya ini, kepada service of freedom, dan
saya sadar sampai sekarang: the service of freedom is deathless service, yang tidak
mengenal akhir, yang tidak mengenal mati. Itu yaitu tulisan isi hati. Badan manusia
bisa hancur, badan manusia bisa dimasukkan di dalam kerangkeng, badan manusia bisa
dimasukkan di dalam penjara, badan manusia bisa ditembak mati, badan manusia bisa
dibuang ke tanah pengasingan yang jauh dari tempat kelahirannya, namun ia memiliki
service of freedom tidak bisa ditembak mati, tidak bisa dikerangkeng, tidak bisa dibuang
di tempat pengasingan, tidak bisa ditembak mati.
Dan saya berimengetahui kepada Saudara saudara, berdasar keterangan saksi perasaanku sendiri, saya, Saudara saudara, sudah lebih dibandingkan tiga puluh lima tahun , hampir empat tahun dedicate myself to this service of freedom. Yang saya menghendaki agar
seluruh, seluruh, seluruh rakyat negara kita masing masing juga dedicate jiwa raganya
kepada service of freedom ini, oleh sebab memang service of freedom ini is a deathless
service. namun akhirnya segala sesuatu yaitu di tangannya
Inilah Saudara saudara yang saya hendak katakan kepadamu;dalam saya pada hari
sekarang ini memberi laporan kepadamu. Moga moga Tuhan selalu memimpin saya,
moga moga Tuhan selalu memimpin Saudara saudara sekalian. Sekianlah
Menguraikan Simpul Simpul Rumit (Oleh : Ignas Legowo)
Bandit besar dalam gambar besar
Bukankah seharusnya tragedi 65 juga dilihat dalam konteks 'gambar besar'nya, itu
keterangan dari Wisconsin. Dia memberi contoh, Dalam konteks perang Dingin, pada
awal tahun 60 an di kawasan Asia Tenggara terjadi dua peristiwa besar. Yaitu
terbentuknya Malaysia, September 1963, dan Peristiwa Teluk Tonkin, Agustus 1964.
Pertanyaannya, Apa arti gambar besar itu dalam mengolah jiwa bangsa,
Saya setuju bahwa untuk memahami tragedi 65 kita harus memahami juga konteks
global atau 'gambar besar' itu. sebab dalam perang Dingin baik Blok Barat maupun
Blok Timur berkepentingan dengan apa yang terjadi di negara kita . Hasil studi atau
pustaka mengenai Apa maunya Uni Soviet , itu memang belum muncul.
Mungkin sesudah perang Dingin selesai, akan banyak arsip di Kremlin yang bisa
dipelajari. sedang mengenai Apa maunya AS, itu sudah ada beberapa studi yang
bagi saya cukup mempercayakan . Dua buku yang terbit tahun 1995 ini akan saya pakai
sebagai pustaka utama:
Subversion As Foreign Policy , oleh Audrey R. Kahin dan George McT. Kahin (selanjutnya disingkat K&K), dan To Have And Not To Have , oleh Jonathan Marshall (disingkat JM).
Ada enam pokok pikiran yang saya dapat sesudah membaca kedua buku itu: Industri AS dan juga Inggris, sekutunya di Eropa, butuh suplai bahan baku dari Asia Tenggara; sesudah perang Dunia 2 nasionalisme di Asia Tenggara dan komunisme yang berkembang di RRC menjadi ancaman besar bagi kekuasaan AS di Asia; Hubungan AS dengan Jepang berkembang di tahun 50 an. Secara militer Jepang dikebiri, namun secara ekonomi harus diperkuat. Untuk itu bahan baku Asia Tenggara diperlukan ; Untuk menjaga suplai bahan baku jika perlu dilakukan intervensi militer;
Intervensi militer itu ditutupi dengan ideologi anti komunis yang bisa menandingi nasionalisme;
Untuk menerapkan ideologi tandingan itu diperlukan partner lokal. Kira kira seperti
itulah gambar besar yang bisa saya lihat saat tragedi 65 terjadi. Tulisan bagian 4 ini akan mencoba menceritakan gambar besar sejauh saya bisa memahaminya. Bahan baku
Sejak permulaan abad 20 kebutuhan AS akan bahan baku dari Asia Tenggara terus
meningkat akibat proses industrialisasi di AS.
jika tahun 1910 hanya 10% bahan baku didapat dari Asia Tenggara, maka tahun
1939 sudah mencapai 30% (JM, h x). Pada tahun 1940, suatu studi dari Army and
Navy Munitions Board al menyimpulkan bahwa bahan baku ini memiliki nilai strategis
sebab , So closely knit into our modern industrial structure that the whole trend of modern life would be disorganized without them (JM, 18).
Ada 14 bahan baku yang dianggap strategis: antimonium, chromium, coconut shell char, mangan, serat manila, merkuri, mika, nikel, kristal kwarsa, kina, karet, sutra, timah dan tungsten.
Daerah Timur Jauh, khususnya Asia Tenggara dan India yaitu pemasok utama dari bahan bahan baku yang strategis itu (JM, 10). Berikut ini beberapa kutipan dari hasil studi lembaga risetnya AD dan AL Amerika Serikat itu. Chromium diperlukan untuk memproduksi baja kualitas tinggi yang menjadi tulang punggung dari industri tinggi. Sebagian besar bahan bakunya didapat d ari Pilipina dan Kaledonia Baru. Mangan juga bahan baku penting untuk memicu baja kualitas tinggi. AS mengimport seperempat kebutuhan mangan dari India dan Asia Tenggara. Mika dianggap strategis sebab menjadi bahan insulator yang diperlukan oleh semua industri elektronika.
Serat manila penting sebagai bahan pembuat tali untuk kebutuhan pelayaran, industri minyak, . Seluruh dunia memperoleh suplai serat manila dari Pilipina. Kina mutlak perlu sebagai obat anti malaria, dan seluruh kebutuhan AS disuplai dari Hindia Belanda. Tungsten juga diperlukan AL(Angkatan Laut) dalam industri baja dan sebagian besar didapat dari Timur Jauh, terutama Cina, Birma dan Malaya. Dan tak ada yang lebih memusingkan dari pada kebutuhan industri akan timah. sebab bahan ini diperlukan dalam bermacam industri seperti pipa, elektronika, dan berbagai mesin. Pemasok terbesar dari timah yaitu Malaya (jajahan Inggris) dan Hindia Belanda. Selain timah, bahan baku yang paling penting yaitu karet yang dianggap sama
pentingnya dengan mesiu. Apalagi sebab karet mutlak perlu untuk industri non militer seperti mobil. Pada tahun 1940 an itu, 90% kebutuhan karet AS disuplai dari Malaya dan Hindia Belanda. Studi itu dibuat pada saat perang Dunia 2 baru mulai di Eropa.
Sebagai contoh bagaimana strategisnya kebutuhan bahan baku ini, untuk memicu 100
buah tank diperlukan 1 juta pound karet, 66 ribu pound chromium, 53 ribu pound mangan, 3,5 ribu pound timah. hasil penelitian studi itu jelas, suplai bahan baku tidak boleh terputus baik untuk kebutuhan militer maupun untuk industri non militer. hasil penelitian lain dari studi itu yaitu daerah penghasil bahan baku yang strategis itu
harus diamankan. Begitu juga jalur pengangkutan bahan bahan ini dari sumbernya ke Inggris dan AS. Armada ke 7 AS di Pilipina yang menjamin keamanan jalur pengangkutan itu yaitu Laut Cina Selatan dan Selat Malaka. Dalam buku Jonathan Marshal, perang Dunia 2 di Pasifik bisa dilihat sebagai akibat rebutan bahan baku antara blok Barat melawan Jepang yang juga membutuhkan bahan bahan baku yang sama untuk kebutuhan industrinya. Walaupun belum ada studi mengenai kebutuhan bahan baku Jepang, namun sudah umum kita ketahui bahwa Jepang sangat miskin dengan bahan baku. Dan Jepang juga mengetahui bahwa sumber bahan baku yaitu Asia Tenggara. namun Armada 7 jadi hambatannya. Itu sebabnya dalam perang Dunia 2, yang pertama di gempur oleh Jepang yaitu Pearl Harbour, pangkalan Armada 7, lalu
pangkalan AS di Filipina. sesudah itu baru armada dan pasukannya menyerbu ke selatan, mengusir Amerika, peranserta cis, Inggris dan Belanda sekaligus. Lalu mengajak bangsa bangsa Asia untuk menciptakan, Asia Timur Raya . Maksud sebetulnya mudah ditebak sebab daerah
Hindia Belanda yang pertama direbut Jepang yaitu lapangan minyak Tarakan dan Bunyu. Kebutuhan bahan baku itu selalu merupakan faktor penting, namun kadar pentingnya berbeda beda dari masa ke masa.
sesudah perang Dunia 2 selesai, praktis AS menjadi adi kuasa yang tak ada tandingannya di dunia. Dia bisa dapat bahan baku dari mana saja, kecuali dari Blok komunis. Pentingnya bahan baku Asia Tenggara jadi agak berbeda. Sejak Jepang,
Korea Selatan dan Taiwan masuk dalam orbit blok Barat, maka bahan baku Asia Tenggara, terutama minyak dan gas negara kita , diperlukan untuk mengembangkan industri di ketiga negara itu.
Ringkasnya, ada tiga hal yang berkaitan dengan kebutuhan akan bahan baku ini. Daerah sumbernya, nilai strategisnya, dan jalur suplainya. sesudah perang Dunia 2 selesai menteri luar negeri AS George Marshall memberi peringatan mengenai , Bahaya nasionalisme yang bisa menggangu daerah yang sangat vital untuk kepentingan ekonomi AS. Nasionalisme itu memang arus jaman yang pada tahun 40 an dan 50 an sedang melanda Asia Tenggara. Sehingga AS harus memberi Perhatian khusus untu k
masa depan Asia Tenggara (JM, 186). Perhatian khusus mulai diberikan sejak Perjanjian Postdam. Membendung nasionalisme dan komunisme
Dalam Perjanjian Postdam pada bulan Juni 1945, saat PD 2 hampir selesai, diputuskan bahwa AS akan memimpin penyerbuan ke Jepang dipimpin oleh jendral Mc Arthur, sedang Asia Tenggara diserahkan kepada laksamana Mountbattten dari
Inggris. Filipina bukan masalah bagi AS sebab lalu diduduki. Walaupun miskin sumber alam, Pilipina sangat strategis sebagai pangkalan militer. l 15 Agustus 1945 Jepang takluk, negara kita memproklamirkan kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945 dan Vietnam pada tanggal 7 September 1945. Di dua negara
itu nasionalisme sedang menghebat. Bulan September tentara Inggris mendarat di
Jawa untuk memulihkan kekuasaan Belanda. Dan bulan Oktober November terjadi
pertempuran Surab aya, bagian awal dari revolusi kemerdekaan kita. sedang di Vietnam tentara Inggris membawa bawa pasukan peranserta cis, dan pertempuran meletus di awal 1946. Tubrukan antara nasionalisme dan kepentingan Barat ini tak terhindarkan. Selama di negara kita dan Vietnam terjadi revolusi kemerdekaan melawan Belanda dan peranserta cis, di Eropa perang Dingin sudah mulai. AS memberi bantuan ekonomi besar
besaran kepada kedua negara itu, yang dikenal dengan nama Marshall Plan. Usaha Belanda untuk memperoleh kembali Hindia Belanda dan pulau saha peranserta cis untuk memperoleh kembali Vietnam tidak mungkin dilaksanakan tanpa Marshall Plan. It was evident to the negara kita ns that the United States was providing crucial support to the Netherlands. Any peasant could see that the Dutch were using weapons supplied by the United States, for many of the tanks, trucks and planes still bore U.S insignia, and, at
least as late as January 1949, some members of the Netherlands' crack Marine Brigade
wore combat fatigues clearly marked (above the breast pocket) 'U.S. Marines.' ..... It
was widely believed too that the United States was also financially underwriting the
Netherlands effort to reconquest (K&K, 30).
Di negara kita , Agresi 1 (20 Juli 1947) dan Agresi 2 (18 Desember 1948) itu bisa
dilakukan sebab di belakangnya ada uang dan senapan nya AS. Pada akhir 1949
kemenangan Mao melawan Chiang Kai Shek, yang didukung dan dipersenjatai oleh
AS, merubah seluruh kekuatan di Asia. AS dan sekutunya bukan hanya harus menghadapi nasionalisme di negara kita dan Vietnam, namun juga bahaya komunisme di Cina. Pemerintahan presiden Truman waktu itu, More readily accepted the colonial powers' contention that their conflicts were fundamentally aimed at containment of the
spread of communism rather than reestablishment of colonial rule (K&K, 31). Belanda kurang mujur dengan propaganda mengenai bahaya komunis itu. sebab sesudah komunis ditumpas dan para pemimpinnya dibunuh dalam Peristiwa Madiun bulan September 1948, terbukti pemerintahan Sukarno Hatta bukan komunis. Kebutuhan Blok Barat termasuk sekutunya di Asia seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan, terhadap bahan
baku dari Asia Tenggara sekarang memperoleh tantangan baru, yaitu nasionalisme. Dengan ideologi nasionalisme itu negara baru seperti negara kita dan Vietnam ingin mengolah kekayaan alam mereka untuk melayani kepentingan rakyatnya. namun Blok Barat sudah menemukan suatu tabir baru untuk menutupi maksud mereka sebetulnya , yaitu politik 'containment', politik membendung komunisme.
Politik ini lalu berkembang menjadi seperti ideologi dengan banyak teori pendukungnya seperti teori 'domino' yang termashur itu, dan sederetan lagi teori mengenai modernisasi, pembangunan ekonomi, kestabilan, . Ideologi anti komunis inilah yang lalu dipakai untuk melawan nasionalisme. Ampuhnya ideologi anti komunis ini sangat terlihat dalam intervensi AS dalam
pemberontakan PRRI/Permesta di akhir tahun 50 an. lalu dilanjutkan dengan pembinaan intensif pada Angkatan Darat. Terlihat jelas dalam tragedi 65, terlihat juga dalam paham pembangunan Orde Baru, dalam konsep kestabilan, bahaya laten, .
Ideologi anti komunis, partner lokal dan intervensi militer Pangkalan militer AS di kawasan Pasifik sudah lama ada di Pearl Harbour, Pilipina
(Subic dan Clark), Guam dan sesudah PD 2 bertambah dengan pangkalan baru di Okinawa, Taiwan, Korea Selatan dan Vietnam Selatan. sedang kekuatan militer Inggris berkuasa di Singapura. Dengan sederetan pangkalan itu jalur ekonomi Selat Malaka dan Laut Cina Selatan dikuasai. Kekuatan militer itu sudah berada dalam suatu komando yaitu Pakta Pertahanan Asia Tenggara (SEATO). Kekuasaan ekonomi juga kokoh sebab hampir seluruh perdagangan Asia Timur dan Tenggara yaitu dengan Blok Barat. Lautan memang dikuasai namun di daratan banyak masalah. Rakyat Vietnam bangkit melawan peranserta cis dan mereka menang sesudah benteng Dien Bien Phu berhasil digempur (1954). Dari pemain di belakang layar AS mulai turun sendiri ke gelanggang. Di negara kita , Pemilu 55 menghasilkan empat besar (PNI, Masyumi, NU dan PKI). Yang lebih mengkhawatirkan AS yaitu hasil Pemilu Daerah 1957. Di P. Jawa yang memilih PKI meningkat pesat, dari 19,8% dalam Pemilu 55 menjadi 30,5% dalam Pemilu Daerah 1957. Sementara itu ketegangan antara pusat dan daerah mulai meningkat, baik di kalangan sipil maupun militer. Hubungan antara pimpinan militer pusat, Nasution
dan stafnya, dengan para kolonel di Sumatra dan Sulawesi sudah tegang. Penyelundupan kopra dan karet menjadi sumber pendapatan para kolonel daerah. Dengan sumber dana sendiri, mereka mau lebih otonom, mau lebih bebas dari kontrol pusat. Nasution didukung sepenuhnya oleh Sukarno Hatta untuk menegakkan kontrol pusat.
Lalu dia memindahkan para panglima daerah itu. Warouw, panglima negara kita Timur, diberi misi baru sebagai atase militer di Peking. namun beberapa kolonel Sumatra yang tidak setuju dengan rencana Nasution lalu mendirikan Dewan Banteng dipimpin oleh kolonel Ahmad Huse in, panglima Sumatra Barat. l 20 Desember 56,
Husein mengambil kekuasaan sipil di Bukit Tinggi atas nama Dewan Banteng. Simbolon, panglima Sumatra Utara coba merebut kekuasaan sipil di Medan, namun gagal. Kolonel Barlian, Panglima Sumatra Selatan meresmikan berdirinya Dewan
Garuda yang tidak mengambil alih kekuasaan sipil di Palembang namun bertindak sebagai 'penasehat'. Kolonel Sumual, panglima negara kita Timur yang baru saja menggantikan Warouw, memproklamirkan kondisi darurat di wilayahnya dan mengambil alih kekuasaan sipil di Makasar.
Tanggal 2 Maret 1957 dibacakan Piagam Perjuangan Semesta Alam (Permesta) yang
menuntut: otonomi daerah yang lebih besar, kontrol terhadap pendapatan daerah desentralisasi dan kembalinya dwitunggal Sukarno Hatta. Menyusul proklamasi
Permesta, kolonel Barlian di Sumatra Selatan juga mendirikan pemerintahan militer dan
menghentikan aksi gubernur sipil. Para panglima daerah memperoleh dukungan juga dari tokoh sipil. Bantuan terbesar diperoleh dari profesor Sumitro. Bekas menteri keuangan itu oleh militer dituduh korupsi, lalu dia diperiksa. In March, the army had summoned Sumitro for questioning because of his association with a Chinese
businessman who had been arrested on charges of fraud, bribery and subversion. After two interrogations regarding his financial ties with the businessman, Sumitro refused to comply with a third summons on May 8, 1957, and instead fled Jakarta (K&K, 70 71). Sumitro kabur ke Sumatra dan bergabung dengan para kolonel. Bersama Simbolon, Sumitro menjadi jurubicara para kolonel di luar negeri. Di Singapura Sumitro
menghubungi agen CIA yang sudah dikenalnya di Jakarta (K&K, 71). Tanggal 7 8 September, Sumitro bertemu dengan para kolonel pembakang di Palembang. Pertemuan itu mencetuskan Piagam Palembang yang mengajukan enam tuntutan ke pusat: kembalinya dwitunggal, menyingkirnya Nasution, desentralisasi dan otonomi daerah, pembentukan senat, penyegaran pemerintahan pusat dan pelarangan komunis.
Ketegangan pusat daerah memuncak dengan rangkaian peristiwa tadi. Mulai dengan
didirikannya Dewan Banteng, proklamasi Permesta, berdirinya Dewan Garuda dan
dipelopori nya Piagam Palembang. Pemerintah pusat lalu mengundang seluruh pimpinan sipil dan militer daerah dalam Musyawarah Nasional (Munas) pada tanggal 10 12 September 57. sesudah Munas, Hatta mengadakan perjalanan keliling Sumatra untuk meredakan suasana. namun baik Munas maupun usaha keras dari Hatta itu tidak berhasil meredakan ketegangan. Bulan Januari 1958 kolonel Barlian, panglima
Sumatra Selatan, mengusulkan pertemuan para kolonel di Sungai Dareh (9 10 Januari). Dalam pertemuan itu lalu ikut dan tiga orang tokoh Partai Masyumi: Burhanuddin Harahap, Natsir (keduanya bekas Perdana Menteri) dan Sjafruddin
Prawiranegara (beliau yang pernah memimpin pemerintahan RI dala m pengasingan sesudah Sukarno Hatta ditawan dalam Agresi 2). Dalam pertemuan Sungai Dareh itu, ketiga pemimpin Masyumi terperang kap dalam persekongkolan dengan AS yang sudah digarap oleh Sumitro, Simbolon dan Sumual. They discovered that the colonels already had well developed contacts and sources of funding and supply abroad, especially with the CIA, and had been promised more, including air cover. (K&K, 128). berdasar keterangan saksi Sjafruddin, mereka tidak mengetahui sebelumnya mengenai kontak kontak kolonel Husein dengan CIA, dan We were left completely in the dark with respect to his daily
telegraphic contact with Singapore, the CIA's major headquarters for covert U.S., operations in the area. Para tokoh Masjumi berusaha agar para kolonel tidak membentuk pemerintahan yang
terpisah dari RI. berdasar keterangan saksi James Bell, wartawan majalah Time yang meliput pertemuan Sungai Dareh itu, tokoh Masyumi berpikir, Civil war must be prevented and
nothing rush should be done untill all possible steps have been taken to replace Juanda
with Hatta. (K&K, 129). namun mereka terdesak oleh para kolonel yang hadir pula , yaitu
Simbolon, Husein, Sumual, Barlian, Dahlan Jambek dan Zulkifli Lubis. Pertemuan Sungai Dareh membentuk Dewan Perjuangan dengan Hussein sebagai komandannya dan Padang sebagai markas besarnya. Dewan itu yang mengkoordinir Dewan Banteng, Dewan Garuda dan Permesta di Sulawesi. Meskipun peranserta mereka di Sungai Dareh itu terbatas, The three Masyumi leaders realized that by participating in
the conference they had crossed a Rubicon and that it would not be possible to return to Jakarta (K&K, 129). Pimpinan Masyumi terjebak dalam persekongkolan para kolonel dan AS. sesudah PRRI/Permesta kalah maka Masyumi lalu dibubarkan oleh Bung Karno. Padahal Masyumi yaitu partai nomor dua terkuat di seluruh negara kita , 50% di Jawa dan 50% di luar Jawa, sehingga Masyumi yang sebetulnya bisa mewakili aspirasi
pusat maupun daerah. Para kolonel terus menjalin hubungan dengan AS dan Inggris. Piagam Palembang membuktikan para kolonel itu anti komunis. Sumitro memberi banyak nasehat pada para kolonel daerah untuk sering sering menyanyikan lagu anti komunis ini. By the time of the February ultimatum to Jakarta anticommunism dominated the interviews given by most rebel leaders to visiting Western journalists. berdasar keterangan saksi salah satu pimpinan PRRI, kolonel Dahlan Jambek, We must win American support by emphasizing the communist danger, dan it was important to stress the anti communist danger in the argument 'so as to interest the Americans'. Naturally our
appeal must be made to fit our audience. For the Western powers we stress the very real danger of communism (K&K, 147). Ketegangan hubungan antara Pusat dengan Daerah (Medan, Padang, Palembang dan Makasar) pada akhir tahun 50 an memang dimonitor betul oleh pemerintahan Eise nhower. saat John Allison diangkat sebagai dubes baru AS untuk negara kita (21 Februari
1957), pesan pemerintah Eisenhower tegas sekali, Don't let Sukarno get tied up with the communists. Don't let him use force against the Dutch. Don't encourage his extremism...Above all, do what you can to make sure that Sumatra (the oil production
island) doesn't fall to the communists, (K&K, 84).
Bulan Mei 1957, Dewan Keamanan Nasional AS (NSC) menugaskan seorang staf ahlinya, Gordon Mein, untuk menjajaki the possible break up of negara kita (K&K, 85). Dari studinya Mein menulis memorandum panjang yang al menyatakan bahwa, It would be advantageous to have the sources of such commodities (rubber, oil,
petroleum, tin) under more reliable political control... Sumatra, with the Malay peninsula, dominates the Staits of Malacca, and is of great strategic importance. Sebagai hasil penelitian , Mein menyatakan pecahnya negara kita , Could succeed only with substansial mater ial assistance from the United States, (K&K, 88 89).
Dalam pergolakan daerah di negara kita ini tiga unsur menyatu, yaitu partner lokal, ideologi anti komunis dan intervensi militer. Sejak bulan Oktober 1957 CIA sudah mulai menyalurkan dana kepada kolonel Simbolon, eks panglima Sumatra Utara, yang dianggap pimpinan para kolonel. Tabir anti komunis itu dipakai efektif sekali oleh para kolonel. berdasar keterangan saksi tugas CIA, Simbolon itu, Played up the anti communist act because they knew we were interested in that. Dengan ideologi anti komunis ini para
pemberontak segera memperoleh senjata untuk 8000 orang yang diselundupkan sebagai
perlengkapan perusahaan minyak Caltex, dan sebagian lagi dikirim melalui pesawat
udara dan juga melalui kapal selam yang muncul di pelabuhan Painan, 20 mil selatannya Padang.
Kapal selam juga mengangkut pasukan Simbolon untuk berlatih di fasilitas militer AS di Okinawa, Saipan dan Guam. Persiapan militer untuk pe mberontakan itu terus berlangsung selama akhir tahun 1957 (K&K, 120 121). Pada tanggal 15 Februari 1958 PRRI memproklamirkan diri. Untuk membuktikan anti komunisnya PRRI menangkap
dan memenjarakan sekitar 650 orang PKI. The anti communist theme had by this time
assumed major importance in the rebel propaganda, particularly to their overseas
backers. (K&K, 147). Dukungan kepada para pemberontak PRRI diwujudkan dengan intervensi militer AS. It was now evident that not merely were U.S. arms being channeled to the rebels via
Taiwan and the Philippines but that military personnel form both the United States and
the government of Chiang Kai shek were directly supporting the rebels and that Philippine government personnel were also giving them significant assistance (K&K, 168). Di lautan PRRI dibantu penuh. Komandan Armada 7 AS membentuk Task Force 75 yang terdiri atas satu cruiser, dua destroyer dan satu kapal induk (aircraft carrier) berisi 2 batalion marinir untuk bergerak ke Singapura. Tujuan akhirnya yaitu menduduki lapangan minyak Minas dan Duri di Riau. jika lapangan minyak itu dibom oleh RI
maka Allen Dulles berpikir itulah alasan terbaik untuk mengadakan intervensi militer langsung dengan alasan Melindungi warga AS di Caltex (K&K,149). Kolonel George Benson, atase militer AS di Jakarta berkata , The U.S was anxious to have pretext to send marines. Dan 2 batalion marinir itu sudah, fully equipped and ready for battle were prepared to be helicoptered within twelve hours notice to the Sumatran oil fields (K&K, 150). Akhir dari pemberontakan PRRI kita semua sudah mengetahui . ABRI bertindak cepat dan sangat berani. Dengan 5 batalion marinir dan dua kompi RPKAD lapangan minyak Caltex direbut sehingga tidak ada lagi alasan AS untuk mendaratkan pasukannya di Sumatra. Task Force 75 dengan terpaksa kembali ke pangkala n Subic di Pilipina. Tanggal 17 April Padang direbut kembali. Di Sulawesi ceritanya agak lain. Bantuan AS memicu Permesta berjaya di udara.
Selama bulan April Mei 1958, Angkatan Udara Permesta (AUREV) mengadakan pengeboman di Banjarmasin, Balikpapan, Palu, Selat Makasar, Kendari, Makasar, Ambon, Ternate dan Jailolo (di Halmahera) dan Morotai. Lapangan terbang yang
mensuplai pemberontakan PRRI/Permesta al: Bangkok, Singapura, Saigon, Subic dan
Clark dan Taiwan (K&K, peta halaman 171). Pilotnya berasal dari Amerika, Pilipina dan
Taiwan. Morotai yaitu lapangan terbang yang landasannya cukup panjang untuk
mendaratnya pembom B 29. Dengan B 29 berpangkal di Morotai maka Permesta
memiliki kemampuan untuk membom Surabaya, Bandung dan Jakarta. Dengan menguasai udara, sekaligus berarti juga menguasai lautan, pimpinan militer Permesta, kolonel Vence Sumual, sudah merencanakan untuk menyerbu Jakarta
sesudah menguasai Balikpapan dan Banjarmasin (K&K, 172). namun bulan Mei itu juga AURI mengadakan serbuan besar besaran ke lapangan terbang Menado, Morotai dan Jailolo, yang dibarengi dengan serbuan darat. Tanggal 26 Juni Menado direbut. Pada bulan Juni, tulang punggung pemberontakan Permesta sudah dipatahkan. Intervensi militer AS selama pemerintahan Eisenhower ini gagal total. Memang
petualangan politik militer ini hampir tidak tercatat dalam sejarah dunia. Baru studi Audrey Kahin dan George Kahin pada tahun 1995 ini yang membentangkan intervensi politik militer AS dengan detail. Petualangan AS di negara kita jauh lebih besar dari pada Peristiwa Teluk Babi dalam pemerintahan Kennedy (untuk menjatuhkan Fidel Castro di Kuba pada tahun 1961). Di negara kita operasi rahasia AS ini tidak hanya dilakukan oleh
CIA, namun juga melibatkan Angkatan Laut (Armada 7), Angkatan Udara AS, dan
berlangsung dalam waktu yang jauh lebih lama dari pada Peristiwa Teluk Babi. Dibandingkan dengan Peristiwa Teluk Babi, The intervention in negara kita was by far the most destructive in human terms, had a heavier and more lasting political impact, and with respect to the U.S. objectives, was the most counterproductive (K&K,3). Lalu apa artinya intervensi AS di negara kita pada tahun 50 an ini untuk menjelaskan tragedi 65,
Membina Angkatan Darat
sesudah berhasil memadamkan pemberontakan PRRI/Permesta, dua tokoh menjulang
tinggi. Yaitu presiden Sukarno dan jendral Nasutio n. sesudah para kolonel pemberontak
di Sumatra dan Sulawesi dikalahkan, maka ABRI menjadi utuh dibawah pimpinan
Nasution. Untuk menegakkan kekuasaan pemerintah pusat diberlakukan Undang
Undang kondisi perang (14 Maret 1957).
Dengan Undang undang itu militer memperoleh dasar hukum untuk mengatur
pemerintahan dari daerah sampai ke pusat. saat konflik RI Belanda mengenai Irian
Barat memuncak pada tahun 1957, negara kita mengadakan kampanye sita modal asing
yang mulai pada bulan Desember 1957. Perusahaan asing yang disita lalu
dikelola oleh pimpinan militer. Dengan menguasai perusahaan asing itu pimpinan militer
memiliki sumber dana sendiri.
Dengan dekrit 5 Juli 1959, Kembali Ke UUD 45 , Presiden Sukarno memperoleh
kekuasaan yang sangat besar. Konstituante dibubarkan dan lalu Parlemen juga
dibubarkan. sebab pemilih PKI dari Pemilu 55 ke Pemilu Daerah 57 meningkat pesat,
maka partai partai lain tidak ingin pemilu dia dakan lagi. Pada l 22 September 1959
perdana menteri Juanda mengumumkan pemilu 1959 ditunda, A move about which the
four major non communist political parties (PNI, Masyumi, NU and PSI) on Java were in
either tacit agreement or unwilling to contest, for they were convinced that if elections
were held then the communist PKI would easily emerge the strongest party, with an
increase plurality and stronger credentials for insisting on participating in a coalition
government (K&K, 194).
Tanpa pemilu dan tanpa sistim parlementer maka kekuasaan militer meningkat.
Meningkatnya kekuasaan militer memicu Sukarno harus mengimbangi dengan
dukungan dari PKI, partai yang paling berdisiplin pada waktu itu. Sementara itu AS
sudah merubah politiknya. Nasution had become the linchpin of the new policy, and
American officials put their faith in his assurance that his major aim was to restrict the
power of the communist party. Pada l 29 Septem ber 1958, Dubes AS di Jakarta
mengirimkan telgram, With the postponement of elections formerly scheduled for 1959,
Indonesia government has arrived at a kind of plateau in which there is a change of
political stability for a minimum of two years.... General Nasution has stated he intends
to maintain status quo for five years. This situation provides US and free world with
excellent opportunity for removing negara kita for good from danger communist take over
if promptly exploit available possibilities
'Excellent opportunity' itu dijajaki dengan menjalin hubungan baik dengan Angkatan
Darat. Langkah pertamanya dengan membuka kesempatan sekolah di AS bagi para
perwira Angkatan Darat.
Studi mengenai pengaruh AS pada Angkatan Darat sudah dilakukan oleh Bryan Evans,
seorang perwira AD dari AS. Studinya diterbitkan dalam majalah negara kita no. 47 (April
1989), berjudul The influence of the United States Army on the development of the
Indonesi an Army (1954 1964). Program pertama yaitu Military Assistant Program
(MAP). Pada tahun 1959, ABRI mengirim 41 orang perwira untuk sekolah di AS.
Jumlah itu terus meningkat. tahun 1960 dikirim 201 orang, 1961 (498), 1962 (1017),
1963 (568), 1964 (313), 1965 (3). Total hampir 2800 perwira AD dididik di Barat sampai
tahun 1965. berdasar keterangan saksi Evans, The impact of US/Western training was extensive. US
military manuals and texts were being used widely, and POIs (Programs of Instruction)
in Indonesia Army branch schools were nearly identical with their US counterparts,
(Evans, 40).
Disamping pendidikan di AS dengan program MAP itu pemerintah AS juga memberi
dana, perlengkapan dan training untuk Civic Action Program (CAP) atau Operasi Karya.
Operasi Karya yaitu pengembangan lanjut dari Operasi Bakti yang terbukti sukses
saat Siliwangi menghadapi DI di Jawa Barat. Siliwangi berusaha mendekati ma
syarakat desa dengan memimpin kerja bakti sosial seperti berternak, usaha perikanan,
penggergajian kayu, membetulkan jalan, mesjid, sekolah, . Dengan berbekal
pengalaman itu Angkatan Darat lalu mengembangkan Operasi Karya atau CAP
yang dibiayai dan diberi perlengkapan oleh AS.
Training untuk CAP, memakai alat alat besar atau alat alat konstruksi, diadakan di
Medan, Malang, Bogor dan Jakarta. Di Sumatra, Operasi Karya ini bantu merintis jalan
Lintas Sumatra. Para perwira yang mengelola Operasi Karya ini diberi kesempatan
kursus management di Harvard, Syracuse atau Pitini urg (Evans, 37). Melalui program
pendidikan (MAP) pengaruh AS juga terlihat dalam perkembangan RPKAD. Resimen
khusus ini dirintis oleh Alex Kawilarang, waktu menjadi panglima Siliwangi, pada tahun
1952, dan komandannya yang pertama yaitu seorang perwira bekas KNIL, Ijon Jambi
(nama aslinya Visser).
namun yang lalu sangat mempengaruhi perkem bangan RPKAD yaitu Sarwo
Edhie, lulusan Sekolah Infantri Fort Benning di Georgia.
Selain pendidikan tempur, pasukan elite ini juga dilatih dalam bidang intelijen (Evans,
42). Dengan program Civic Action (CAP) AS juga sudah membantu Angkatan Darat
mengembangkan doktrin Jalan Tengah yang dirumuskan Nasution tahun 1958.
Dengan doktrin itu ABRI menyatakan dirinya sebagai kekuatan hankam sekaligus
kekuatan sospol. Bantuan AS untuk Operasi Karya, dalam bentuk dana, perlengkapan
dan latihan tadi, sudah memberi wujud nyata dari Doktrin Jalan Tengah itu. Disamping
mendekati ABRI, kelompok sipil juga didekati. Beberapa ekonom UI diberi beasiswa
oleh Yayasan Ford untuk melanjutkan studi paska sarjana di AS, sebagian besar di
Universitas Berkeley.
Kelompok ini getol mempelajari 'Ilmu Pembangunan' yang dalam dekade 50 60an itu
sedang populer, al ilmu ekonominya Profesor Rostow, 5 Stages of Economic Growth .
berdasar keterangan saksi ilmu ekonomi ini, ada 5 tahap pertumbuhan ekonomi: tahap tradisional,
persiapan untuk tinggal landas, tinggal landas, tahap matang, dan tahap konsumsi
massal.
Ilmu ekonomi pembangunan ini lalu disebarkan oleh ekonom UI lulusan AS yang
lalu dikenal dengan nama Mafia Berkeley. Dari ilmu inilah lalu kita sering
mendengar kata 'tinggal landas'. Paham ekonomi pembangunan ini memang
diperlukan untuk menandingi paham sosialisme dalam berbagai versinya yang sudah
merasuki pergerakan nasionalis di Asia Afrika. Tokoh seperti Sukarno, Hatta, Syahrir,
Sartono, Amir Syarifuddin, Natsir, Moh. Roem, di negara kita itu diilhami oleh
sosialisme walaupun dengan kadar atau penekanan yang berbeda.
Begitu juga tokoh seangkatan mereka seperti Nasser dari Mesir, Nehru dari India, Tito
dari Yugo, Ho Chi Minh dari Vietnam dan Nkrumah dari Ghana. Mereka semua diilhami
oleh sosialisme yang berakar dalam ajaran Karl Marx. Paham ekonomi pembangunan
profesor Ros tow, dan teori teori lain mengenai modernisasi, pertumbuhan ekonomi, ,
itu tidak mengenal konsep kolonialisme, imperialisme, neokolonialisme, . Itu konsep
konsep yang sangat populer di kalangan pemimpin pergerakan kebangsaan. Jadi
kemajuan ekonomi AS ataupun Eropa harus dilihat sebagai konsekuensi dari tahap
perkembangan ekonomi mereka. Dan itu tidak berhubungan dengan penghisapan
kemakmuran, dalam bentuk bahan baku dan tenaga kerja, dari tanah jajahan selama
ratusan tahun jaman penjajahan Barat.
Menjelang 1965
Pergolakan daerah di Sumatra dan Sulawesi, dan juga DI TII di Jawa Barat baru
berakhir sekitar tahun 1961. Sukarno langsung mengeluarkan amnesti umum pada l
17 Agustus 1961. Dalam selang waktu antara 1961 sampai 1965 terjadi dua peristiwa
besar di negara kita , operasi pembebasan Irian Barat (Trikora) dan konfrontasi melawan
Malaysia (Dwikora). Di Vietnam AS mulai b abak belur. Mula mula AS melancarkan
operasi rahasia, namun pada awal tahun 60 an tidak bisa lagi ditutupi. sebab itu
direkayasa penyerbuan Angkatan Laut Vietnam Utara ke kapal patroli AS yang
lalu dikenal dengan nama Peristiwa Teluk Tonkin (Agustus 1964).
Dalam Trikora maupun Dwikora baik ABRI maupun PKI memperoleh kemajuan politik
yang besar. namun PKI belum berhasil masuk dalam pemerintahan. berdasar keterangan saksi catatan
Kahin, sampai bulan April 1965, dalam kabinet dengan 79 menteri, PKI memperoleh 3
posisi menteri (tanpa portofolio), sedang ABRI memperoleh 23 kementerian termasuk
hankam, dalam negeri, penerangan dan kehakiman. Dari 24 gubernur, ada 12 gubernur
dari ABRI, tidak ada gubernur PKI (K&K, 224). Untuk mencari pendukungnya di dalam
militer, PKI membentuk Biro Khusus yang bekerja membina perwira yang bersimpati
pada perjuangan PKI. Disamping itu, persaingan antara AD AL AU juga mulai muncul.
Selama Trik ora maupun Dwikora, Uni Soviet berusaha menandingi pengaruh AS dalam
Angkatan Darat dengan merangkul AL dan AU dengan memberi perlengkapan dan
latihan.
PKI memiliki jutaan pendukung di kalangan buruh dan tani. Sejak tahun 1963 mereka
mengganyang yang disebut 'Tujuh Setan Desa'. saat Undang Undang Pokok Agraria
(UUPA) dikeluarkan, PKI paling giat memperjuangkan pelaksanaan undang undang itu,
dengan program yang disebut 'Aksi Sepihak'. Konflik antara para petani dan tuan tanah
sering terjadi. Begitu juga konflik kekerasan antara petani dan tentara yang dikenal
dengan nama Peristiwa Bandar Betsi, Peristiwa Indramayu dan Peristiwa Boyolali. Dan
banyak lagi bentrokan kekerasan lainnya.
Ketegangan dirasakan sampai ke desa desa. Pada tahun 1964 65 itu kondisi ekonomi
sudah sangat bobrok. Tidak ada yang becus mengurus ekonomi dan korupsi menyebar
luas. Di mana mana orang hidupnya susah. Dan orang yang hidup susah paling
gampang dibuat mata gela p.
Baik PKI maupun ABRI sudah mulai mempersiapkan diri untuk menjaga kemungkinan
sukarno meninggal. saat sukarno diberitakan sakit pada pertengahan tahun
65, semua pihak mengambil ancang ancang. Angkatan Darat sudah siap dengan 2800
perwira didikan AS yang orientasi politiknya cendrung berpihak ke AS. Sudah ada juga
para perwira yang mulai paham konsep pembangunan, stabilitas, . Konsep konsep
itu diajarkan oleh para doktor lulusan AS kepada para perwira dalam Seskoad.
Selama tahun 1964 65 ketegangan politik di dalam dan di luar negeri semakin
memuncak dan ekonomi semakin bobrok. Lalu terjadilah pergerakan 30 September. Studi
yang tuntas mengenai G 30 S sampai saat ini belum diterbitkan oleh pusat pusat studi
negara kita seperti Cornell, Ohio, Leiden, Monash, Kyoto, . Bagaimana persisnya
peran AS menjelang pembunuhan besar besaran di tahun 65 itu belum jelas. Studi
dari Fred Bunnel ( 1990) menyimpulkan, Conclusive judgment must therefore await the
US government release of relevant classified documents, such as the complete file of
the CIA's Jakarta station.. (K&K, 228). Dan sampai tahun ini file itu belum dikeluarkan
untuk umum. Bahwa file itu masih ditahan, lebih dari 30 tahun sesudah peristiwa terjadi,
mengisyaratkan adanya hal hal yang betul betul busuk dan harus disembunyikan. namun
dengan memakai beberapa hasil studi yang sudah ada mungkin gambar besar dalam
tragedi 65 bisa mulai terbayang.
Selama 10 tahun , sejak Pemilu 1955 sampai tragedi 65, AS sudah mencoba banyak
cara. Mereka mulai dengan intervensi politik militer yang gagal total pada tahun 1957
58. lalu AS membina hubungan dengan Angkatan Darat dengan cara mendidik
perwira perwiranya (MAP) dan membiayai program sosial politik mereka (CAP).
berdasar keterangan saksi Evans, It is US Army training that has been primarily responsible for the
orientation of the Indonesia o fficers corps developing in a pro American/Western
direction, (Evans, 44). Dalam saat kritis para perwira itu mengambil tindakan yang
sesuai dengan keinginan AS
Strategi AS untuk membina Angkatan Darat terbukti sukses besar. sesudah Orde Baru
berdiri para perwira Angkatan Darat memainkan peran kunci. Konfrontasi melawan
Barat dihentikan.
Musuh besar AS di negara kita , sukarno dan PKI, disingkirkan. Politik negara kita
menjadi sangat pro AS. Sumber sumber alam negara kita terbuka lebar untuk
dimanfaatkan oleh Barat dan sekutu sekutunya (Jepang, Korea dan Taiwan). Jalur laut
Selat Malaka dan Laut Cina Selatan sepenuhnya dibawah pengawasan Armada 7.
Minyak dan gas negara kita ditambang oleh perusahaan perusahaan AS. Selama 30
tahun ini Caltex sudah menambang dua lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara,
lapangan Minas dan Duri di Riau yang pernah diselamatkan oleh marinir dan RPKAD
pada tahun 1958. Mobil Oil sudah hampir menghabiskan lapangan gas Arun di Aceh.
Perusahaan migas Total dari peranserta cis menambang di Delta Mahakam. Lebih dari 90%
produksi minyak dan gas negara kita dilakukan oleh perusahaan asing. Migas itu
lalu dieksport, sebagian besar ke Jepang, Korea dan Taiwan. Pada tahun 90 an
ini keuntungan bersih perusahan migas mencapai sekitar 5 juta dolar per hari. Minyak
dan gas negara kita , sebagian besar dari P. Sumatra, sudah berhasil dipakai
mengembangkan industri Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.
tahun 2000 nanti, minyak negara kita tidak bisa lagi di eksport sebab hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. namun gas negara kita di dekat P. Natuna,
sudah mulai dikerjakan oleh Exxon. Kontrak pengembangan lapangan gas Natuna
ditandatangani saat presiden Clinton berkunjung dalam rangka APEC tahun lalu.
Keuntungan dari penggalian barang tambang seperti di Freeport contohnya , dan dari
penebangan hutan Kalimantan juga sudah mengalir ke perusahaan perusahaan AS,
Jepang, Korea atau Taiwan. Tenaga buruh negara kita dipakai untuk mendatangkan
keuntungan bagi konglomerat Barat dan partner lokal mereka. Memang selalu ada
bandit bandit kecil yang jadi partner lokal bandit besar yang sukses besar itu. Dan
seperti juga di tahun 50 an, peranserta mereka sangat menentukan.
Gambar besar ini memang rumit sebab banyak hal yang saling berkaitan, jalin berjalin.
namun sudah mulai dipahami banyak orang, contohnya oleh Ali Sadikin. Dalam wawancara
dengan mingguan Swadesi (14/8/95) Ali Sadikin mengenang, dahulu sukarno dan Bung Hatta berkata neo kapitalisme, neo imperialisme dan neo kolonialisme. Kadang kadang saya bosan mendengarnya dan tidak mengerti sama sekali. Ternyata mereka berpikir 40 50 tahun ke depan. Kita baru mengerti sekarang sukarno dan
Bung Hatta itu benar. Mengolah gambar besar
Apa arti gambar besar itu dalam mengolah jiwa bangsa, Itu pertanyaan yang sangat sukar. Mungkin teman teman lain dalam jaringan komputer ini bisa menjawab dengan
lebih baik. namun saya akan coba menjawab semammemiliki . Dan saya mengetahui jawaban ini tidak akan bisa memuaskan. Ada empat hal yang saya renungkan.. mengenai kelakuan Bandit Besar, pentingnya sejarah, kualitas elite dan tent ang pengalaman rakyat biasa.
Pertama, mengenai kelakuan Bandit Besar yang sangat berkuasa. jika mengingat apa
yang lalu terjadi di Vietnam, 30 tahun (1945 75) tidak berhenti perang , maka apa
yang terjadi di negara kita akibat kelakuan Bandit Besar ini relatif ringan. Hampir 4 juta
rakyat yang mati di Vietnam, Laos dan Kamboja.
beberapa itu juga yang jadi cacat. Seluruh prasarana ekonomi negeri itu hancur. Lalu
jutaan orang yang masih menderita akibat Agent Orange dan bahan bahan kimia lain
yang pernah dipakai AS dalam perang Vietnam. Dan ribuan bayi yang cacat waktu
dilahirkan akibat racun kimia itu.
Semua korban itu jadi beban bagi bangsanya, yang lalu masih di'hukum' lagi
dengan blokade ekonomi selama 20 tahun . Seperti itulah keganasan Bandit Besar ini.
Tidak heran jika Khomeini memberi julukan The Great Satan ! namun dia harus
beraksi dengan bantuan bandit bandit lokal. Dan ini sering kita abaikan. Padahal ini
seperti versi baru dari politik Indirect Rule selama jaman penjajahan. Belanda
berkuasa di negara kita dengan memakai para bangsawan dan cukong Tionghoa.
Bangsawan dipakai untuk mengatur masyarakat, menjadi hambatan politik bagi mereka
yang melawan penjajahan. Pedagang pedagang Tionghoa diperalat untuk memeras
rakyat jajahan, menjadi hambatan munculnya kelas menengah pribumi yang lebih
mandiri. Rakyat jajahan jarang sekali melihat Orang Belanda dalam hidup sehari hari
mereka.
Selama ratusan tahun dijajah yang mereka hadapi setiap hari yaitu pembesar
pembesar pribumi. Yang dimisi kan Belanda untuk memungut pajak, diberi monopoli
candu atau jadi pemborong yaitu cukong cukong Tionghoa.
Dalam perggolakan tahun 50 an, dan juga dalam pembunuhan besar tahun 60 an, kita
mengetahui bahwa prajurit yang bertempur lalu mati atau cacat, dan rakyat yang berkorban,
yang rumahnya dibakar, orang y ang mati, dipenjara, disiksa, itu yaitu bangsa
kita sendiri.
Dan yang melakukan kekejaman itu, atau paling tidak yang saling curiga, saling memaki
dan membenci juga bangsa kita sendiri. Padahal di balik itu semua selalu ada Bandit
Besar yang memiliki rencana besar lalu sukses besar dan untung besar!
Kedua, sesudah tamat membaca bukunya Audrey dan George Kahin mengenai perang
Saudara di akhir tahun 50 an, saya semakin sadar betapa pentingnya sejarah.
Betapa pentingnya bangsa kita mengetahui duduk perkara yang sebetulnya . Lepas dari
pandangan politik, cita cita ataupun ambisi kita masing masing, kita sama sama perlu
belajar dari sejarah. Dan sejarah terbaik yaitu sejarah yang ditulis tanpa pesan politik
oleh mereka yang tidak memiliki pamrih pribadi, kecuali pamrihnya sebagai ilmuwan.
jika anda sempat membaca buku Kahin & Kahin itu, saya kira beberapa pandangan
anda, mengenai pergolakan daerah tahun 50 an, akan berubah. Lepas dari
kalah/menangnya mereka yang waktu itu bertarung, ada tuntutan yang diperjuangkan
oleh tokoh tokoh daerah yang sampai sekarang tetap relevan. contohnya mengenai
keadilan dalam mengatur politik dan ekonomi antara pusat dan daerah. Sekarang kita
semua mengetahui bahwa daerah daerah yang paling kaya tetap tidak berkembang sebab
peran pusat yang begitu dominan.
Seandainya ada buku sejarah tragedi 65, yang ditulis oleh sejarawan ulung sekualitas
Kahin & Kahin itu, mungkin beberapa pandangan kita juga akan berubah. Mungkin kita
bisa lebih memahami apa yang sebetulnya diperjuangkan oleh sukarno dan PKI.
Ketiga, sedikit renungan mengenai kualitas elite. Dua pemimpin muncul sebagai bintang
sesudah berhasil memadamkan pergolakan daerah tahun 50 an. Yaitu sukarno dan Nasution.
Dengan segera sukarno memberi amnesti pada para pemberontak (17 Agustus 1961).
Padahal yang sudah terjadi yaitu pemberontakan yang betul betul serius, dengan d
ukungan kekuatan militer AS.
Pemberontakan yang bukan hanya bisa memicu negara kita pecah berantakan, seperti
yang diharapkan Bandit Besar, namun juga bisa memicu seluruh bangsa negara kita
menderita belasan tahun akibat perang yang berkepanjangan seperti Vietnam. Tidak
kita lihat usaha sukarno maupun Nasution untuk terus mengejar ngejar dan memicu susah
kehidupan mereka yang pernah berontak. Mereka diterima kembali tanpa banyak
cingcong.
sesudah G 30 S ditumpas, Suharto menjadi pucuk pimpinan militer sekaligus pimpinan
politik. Nasution dia geser. Suharto yang lalu memegang peran sukarno sekaligus
juga Nasution. Berbeda dengan dengan sukarno dan Nasution, Suharto bukan seorang
pemikir walaupun dia seorang politikus jagoan. sukarno mewariskan kumpulan karya tulis
dalam tiga jilid Di Bawah Bendera Revolusi yang setebal bantal itu.
sesudah disingkirkan, Nasution tidak berhenti menulis. Puluhan karya tulis dia hasilkan
dalam Memenuhi Panggilan misi . DBR maupun MPT itu, bagi saya menunjukkan baik
sukarno maupun Nasution yaitu pemimpin yang betul betul serius memikirkan bangsanya.
Di kalangan elite bangsa selama 50 tahun ini, mungkin Pramoedya yang lebih serius
dari mereka berdua, namun dalam bidang sastra. Sebagai pimpinan militer Nasution bukan seorang jendral yang haus darah. Bukan juga
seorang Rambo yang mengandalkan otot. Dia Jenderal ulung yang penuh perhitungan.
saat menghadapi PRRI/Permesta lawannya yaitu jago jago perang seperti
Kawilarang, Warouw, Hussein, Simbolon dan Sumual yang memimpin beribu ribu
pasukan dan didukung Armada 7 dan Angkatan Udara AS. Nasution memicu strategi
yang cemerlang. Korbannya begitu sedikit untuk suatu operasi militer yang sangat
besar. Bahkan jumlah korban itupun dia catat. Di pihak RI tewas 10.150 orang (2.499
prajurit, 956 anggota OPR (hansip), 274 polisi dan 5.592 penduduk sipil). Memang tidak
dia catat korban di kal angan Angkatan Laut dan Angkatan Udara. sedang di pihak
PRRI/Permesta, 22.174 yang tewas (K&K, catatan kaki 83, h 305, dikutip dari
Memenuhi Panggilan misi 4, h 383).
Berbeda sekali dengan Suharto yang tidak pernah peduli berapa korban yang jatuh
saat dia memimpin operasi menumpas G 30 S/PKI.
Padahal yang dihadapi yaitu rakyat yang tidak bersenjata. Dibandingkan Suharto,
sebagai jendral sukar kita bayangkan Nasution bisa merancang operasi militer yang
kacau balau seperti penyerbuan Dilli atau operasi intelijen yang gagal selama 20 tahun
di Timtim.
saat Nasution bentrok dengan PKI di tahun 1960, semua pimpinan PKI dia tangkap.
Ratusan jumlahnya. Kita juga tidak mendengar mereka diperlakukan dengan sadis.
sesudah itu semuanya dibebaskan kembali. belum pernah kita dengar Nasution sibuk
dengan menyiksa lawan nya. Berbeda sekali dengan Suharto yang khusus
memakai Ali Murtopo dan lalu Benny Murdani untuk membunuh dan menteror
lawannya.
Selain bukan orang ganas, Nasution juga bukan orang yang gila harta. Sukar kita bayangkan Nasution akan bekolaborasi dengan para cukong atau membiarkan anak anaknya jadi konglomerat.
Dengan mengatakan ini tidak berarti saya setuju dengan pikiran politik Nasution yang pernah mendesak sukarno untuk membubarkan Parlemen (1952) dan lalu Konstituante (1959). Yang saya renungkan yaitu kualitas pribadi dia sebagai elit
bangsanya. Dan bagaimana kualitas itu sudah menghindari banyak sekali korban di kalangan rakyat biasa atau prajurit yang dia pimpin. Elit politik dengan kualitas seperti sukarno dan elit militer seperti Nasution itu sekarang tidak ada lagi. Tokoh sipil sekarang seperti Gus Dur, Harmoko, Habibie, Sarwono, itu belum ada karyanya yang bisa menunjukkan sejauh mana mereka sungnguh sungguh memikirkan persoalan persoalan yang dihadapi bangsanya. Tokoh militer yang lebih muda seperti Ali Sadikin, Ali Murtopo, Sudomo, Sumitro atau Benny Murdani tidak ada satupun karyanya yang mendekati kualitas pemikiran
Nasution. Apalagi sebagai jendral, mengenai pengalaman orang kecil, pengalaman jutaan orang biasa. Baik dalam pergolakan darah tahun 50 an maupun dalam tragedi 65, pengalaman mereka
jarang sekali kita dengar. Gadis yang pendiam, namun diam diam selalu berpikir dan
merenung itu, sealu ada sepanjang sejarah bangsa kita. bukan hanya dalam tragedi 65. Pada awal abad ini dia yaitu Kartini. Bangsa kita beruntung sekali sebab Kartini rajin menulis surat. Sehingga renungannya, kesedihannya, harapan dan cita citanya akan selalu bisa dibaca kembali oleh anak anak muda generasi berikutnya. Kita belum
pernah membaca apa yang sebetulnya terjadi dalam hidup orang biasa saat pergolakan daerah, atau lebih tepat lagi perang Saudara, melanda desa desa di Sumatra Barat, Sulawesi Utara atau jawa Barat. Ya, apa yang terjadi dengan mereka yang sama sekali tidak paham dengan ambisi
kelompok elit politik ataupun elit militer. namun tiba tiba saja langit seperti runtuh. Rumahnya hancur, kampungnya dibom dan seluruh keluarganya porak poranda. Bagaimana mereka bisa terus menyambung hidup, berkumpul kembali dengan orang orang yang mereka cintai dan membangun lagi harapannya untuk masa depan yang lebih baik. Kita tidak peranserta h mengetahui pengalaman mereka. Bukan hanya orang biasa yang tidak pernah mengolah kekayaan batin itu.
Bahkan para pemimpin dan juga para guru bangsa itupun tidak mengolahnya. Multatuli sedikit bercerita mengenai Saija dan Adinda. Pramoedya juga bercerita tentan Keluarga Gerilya, Gadis Pantai atau mengenai anak anak muda Di Tepi Kali Bekasi. Yang lain mana, Padahal pengalaman hidup seperti itulah yang bisa diwariskan pada generasi
berikutnya. Itu yaitu kekayaan yang tidak ternilai harganya. (Ignas Legowo untuk 'Apakabar', Oktober 1995). Demi mengenang Oei Tjoe Tat (alm.), maka melalui media ini kami merilis ulang wawancara
yang pernah dilakukan Wandy Nicodemus (Ketua Divisi informasi PIJAR negara kita ) dan
dibantu Nadya dan Shanty (dari FISIP Univ. Nasional). Wawancara ini dilakukan sekitar bulan
Juli 1995 di rumah Almarhum, Jl. Blitar 10, Jakarta. Sebetulnya, saat itu Pak Oei sudah berada
dalam kondisi yang kurang sehat. namun begitu semangatnya ia 'meladeni', hingga tanpa terasa
bincang bincang sudah berlangsung lebih dari 3 jam. Konteks situasi pembicaraan waktu itu,
lebih pada pembahasan buku beliau yang berjudul Memoar OEI TJOE TAT Pembantu Presiden
Soekarno yang kini sudah dilarang beredar pemerintah. sebab bentuknya dialog, maka posting ini akan sangat panjang. namun tak apalah demi mengenang almarhum. Dialog dengan Saksi dan Pelaku Sejarah Oei Tjoe Tat Tinggalkan Warisan Pengalaman bagi Generasi Muda
Ia seorang Menteri Negara di jaman Demokrasi Terpimpin. Sebuah jabatan strategis dalam
pemerintahan Soekarno. Dalam kariernya sebagai menteri sering diserahkan misi misi yang
teramat penting. Seperti dalam Konfrontasi dengan Malaysia, ia memegang posisi kunci yang
menjalankan silent mission untuk menghubungi orang di Negeri Jiran itu yang bisa
bersekutu dengan negara kita . Sebagai seorang intelektual keturunan Tionghoa yang berpikir
lurus, Soekarno tak khawatir akan dikhianati. Sebab tak mungkin orang ini memiliki potensi
massa untuk melakukan kudeta. Kata Soekarno suatu kali,
...kamulah yang saya pilih, terutama sebab kamu keturunan Tionghoa. Tidak ada satu jenderal
pun akan menuduh kamu ngimpi jadi presiden menggantikan saya. AD juga tidak akan
mencurigai kamu... Wajar juga , jika Soekarno menampilkan sisi politis paling banyak di mata
dia, dibandingkan di hadapan pembantu pembantu yang lain. Ia memahami betul tindakan tindakan
politik Soekarno. Soekarno memang dekat dengannya. Mungkin sebab itulah, ia harus
mendekam selama sebelas tahun dalam penjara Orde Baru. Ia, mengetahui cukup banyak...
Beruntung sekali, orang ini amat mudah dihubungi. Di rumahnya yang sederhana di
kawasan Menteng, kami mewawancarai inya selama lebih dari 3 jam sampai ludes semua
suguhan cemilan dan sirup yang disediakan buat kami. Hanya dengan modal membaca
otobiografinya Oei Tjoe Tat Pembantu Presiden Soekarno yang baru baru ini digugat oleh
Fosko '66 kami melakukan dialog yang cukup seru. Kami seolah olah masuk kembali dalam
situasi 'ramainya' Orde Lama melalui tuturannya. Ia jelaskan betapa sulitnya pemerintah
Soekarno harus mengambil keputusan dari berbagai situasi 'luar' dan dalam' negeri' yang selalu
mendesak. Ia cerita mengenai apa yang didengar dan dilihatnya. mengenai G30S, mengenai CIA, juga
mengenai bukunya itu. Sebagai orang yang hidup dalam dua periode besar pemerintahan Orla
dan Orba ia memang seorang saksi sekaligus bagian dari sejarah. Mengikuti ceritanya, tidak
memicu kita merasa harus mengutuk sejarah. namun mendorong kami untuk mencari lebih
banyak lagi potret potret sejarah yang hilang, mendorong kami untuk belajar arif sesudah melihat
situasi situasi khas, sejenak ke belakang dan, mendorong kami untuk juga menjadi pelaku
sejarah. Demi melengkapi proses panjang sejarah pembentukan bangsa ini yang belum selesai.
Yang takkan pernah selesai. Namun, yang justru memberi kesempatan yang sama bagi semua
generasi untuk terlibat dalam proses panjang ini. Hal yang berat memang, terlebih bila melihat
potret diri bangsa kita saat ini. Prihatin. namun , kita harus segera mulai. Baiklah, sebelum
melangkah kita berdialog dahulu dengan Oei Tjoe Tat. Berdialog dengan sejarah.
Belakangan ini gejala de Soekarnoisasi tampaknya mulai mencuat lagi. Bagaimana Pak
Oei melihat ini,
Oei Tjoe Tat (OTT): Yah, saya kira kalo itu sengaja dilakukan, itu kan politis. Wajar dalam
sejarah orang/kelompok yang duduk dalam kekuasaan itu tidak rela melepaskan kekuasaan. Kalo
bisa terus menerus kuasa. Saya sendiri juga, saya kira bila memiliki kelompok lalu (ingin) berkuasa
selama mungkin. Tentunya segala yang katakanlah tidak sesuai diantara kita, kita cegah. De
sukarnoisasi juga begitu dong. namun kenapa harus dengan mendiskreditkan Sukarno 'kan bisa saja
Orba menunjukkan bukti kelebihannya dalam pengadaan beras, ...
OTT: Ini yang saya tidak setuju. Cara caranya yang saya ndak mengerti.
Ada pendapat yang berkata , usaha usaha untuk mengangkat kembali nama Soekarno
hanyalah usaha politicking dari kelompok tertentu. Seperti bertemunya Gus Dur Mega
dalam haul ke makam sukarno contohnya .
OTT: (Katanya pengerahan massa, ya, ) Ya itu, masing masing memiliki pendapat. Sayapun memiliki
pendapat lain sama sekali. Saya pikir jika seorang memiliki keluarga, harus dihormati. namun jika
seorang pemimpin bangsa lebih harus dihormati. Dan orang tak pantas mencari hal hal di
luar itu. Itu memang betul seperti yang diucapkan Gubernur jawatimur (Basofi Sudirman red.),
Sukarno untuk bangsa. namun kita jangan pake kata kata itu untuk mengecilkan Sukarno, untuk
de Sukarnoisasi, untuk menghilangkan Sukarno. Kok, takut sama orang sudah mati. Pake poster
segala ndak boleh. Saya ndak ngerti itu. Cara cara itu saya ndak ngerti.
Ada yang berkata sebab kepemimpinan Orba sekarang orientasinya sangat elitis, sehingga
masyarakat yang tidak lagi dijadikan 'subyek' dalam pembangunan, lalu mencari
figur yang lain. Ternyata figur yang terdekat yaitu Sukarno, sebab dia cukup populis.
OTT: Bahwa orang membandingkan Orba Orla saya kira wajar. Apakah perbandingannya itu
tepat atau tidak penilaiannya, itu soal lain. Orang yang duduk dalam kursi yang enak tentunya
akan berkata ini lebih bagus dari dahulu . Sangat subyektif. Tentunya saya sendiri akan berkata saya
juga sangat subyektif. Makanya, saya berkata buku ini sangat subyektif (sambil mengacungkan
buku otobiografinya).
namun begini Pak Oei, sampai sekarang orang melihat Orla itu dengan berbagai pendapat,
versi dan interpretasi. Ada yang berkata pada saat Orla, realitas sosial ekonomi katanya
kacau. Sementara ada yang berkata ini yaitu konsekuensi logis dari program program
politik ekonomi yang dipilih oleh Sukarno saat kita sedang menghadapi Nekolim .
Nah, Pak Oei sebagai seorang yang pada saat itu menjabat sebagai menteri tentunya mengetahui
bagaimana sebetulnya saat itu.
OTT: Begini ya. Saya ini pernah menjadi pelaku politik. Di luar kemampuan saya. namun
ditakdirkan pernah menjadi pelaku politik. Disamping pelaku politik kita mengenal pengamat
politik. Pengamat politik melihat segala sesuatu itu dari... Mungkin lebih obyektif, dari agak
jauhan... Jarak jauh dalam arti fisik atau dalam arti waktu. Sehingga pengamat politik itu secara
emosial tidak terikat. Maka waktu orang ini, antara lain, memicu buku Siapa Menabur
Angin Akan Menuai Badai dan beragam lagi, saya pernah menulis surat pembaca ke
Tempo. namun sebab saya menulis itu, Tempo segera memperoleh teguran keras. Saya menulis
begini: sebaiknya semua orang negara kita , jika menulis mengenai Soekarno itu, harus menahan
diri, tidak boleh memaki maki, tidak terlalu memuji. jika mau menulis Soekarno, lebih baik
kita membaca karya pakar pakar luar negeri, dari pada orang kita. Seperti saya sendiri,
emosional. sebab saya terlibat langsung dan saya merasakan langsung segalanya. Mungkin saya
memuja muja sukarno atau apa. namun , jika seorang Prof. Daniel S. Lev, atau Ben
Anderson, Wertheim atau siapa saja di luar negeri, negara kita 'kan sebagai negara asing bagi
mereka. Mereka tidak involve, mereka lebih baik. Saya berkata begitu... Lha, jika orang
negara kita mau menulis mengenai Sukarno secara obyektif, 50 tahun lagi. sebab surat itu, segera
Tempo ditegur keras. Padahal saya pernah empat kali mengirim surat pembaca pada Tempo, namun
tidak ditegur. Saya memuji Hatta tidak ditegor. Saya cerita mengenai Marshall Green tidak ditegor.
saat saya tidak membela sukarno , namun cuma hanya sekedar membela obyektifitas, itu ditegor... Jadi beda antara
pengamat politik dan pelaku politik. Contoh, Arief Budiman yang sekarang pernah dekat dengan
saya (Prof. Lev pernah meminta Arief untuk menyunting buku Pak Oei. Hal yang mengejutkan
bagi Pak Oei. Setahun ya, Arief yaitu orang yang membantu 'terdongkelnya' Soekarno.
sedang ia sendiri yaitu pendukung Soekarno. Jadi memang ndak bisa ketemu. ). Ternyata,
Arief sebelum berangkat ke Amerika dan sesudah datang dari Amerika, itu berubah. sesudah dia
memicu desersi mengenai Allende, berubah ( desersi ini yang memaparkan keterlibatan CIA
dalam penggulingan Presiden Chilli Salvador Allende, kini sudah diterbitkan dalam bentuk
buku red.). Saya mau katakan, orang bisa berubah.
Pak Oei pun menceritakan bagaimana ia lalu bertemu dengan Arief Budiman.
Sekembalinya dari AS, Arief menelpon Pak Oei dan memperkenalkan dirinya. berdasar keterangan saksi Arief ia
disuruh oleh Prof. Lev untuk menghubungi Oei Tjoe Tat. namun , saat baru bertemu dengan Pak
Oei, Arief langsung 'menyerang', Pak Oei ini sebagai seorang intelektual, kok mem bebek pada
Soekarno yang otoriter, Dikasih salvo begitu, saya malah senang, kata Pak Oei. Baginya
memang lebih baik orang jangan terlalu memuji muji, namun berdialog. Dan, belum lama ini,
kebetulan Pak Oei diundang dalam kegiatan diskusi di Jawa Tengah yang juga dihadiri oleh
Arief Budiman. Pada waktu itu, Arief kembali menanyakan mengapa saat di Yogya dahulu ,
sukarno lebih memilih ditawan oleh Belanda dibandingkan ikut ke hutan seperti yang dilakukan
oleh Sudirman. Juga saat istana dikepung suatu saat , berdasar keterangan saksi sumber yang dipercaya Arief,
Soekarno saat itu malah melarikan diri. Untuk peristiwa di istana, hal ini dijawab oleh Pak Oei,
yang melihat sendiri peristiwa di istana itu, saya tidak memperoleh kesan mataku lho Soekarno
sama sekali ndak gugup. Pak Oei lalu menanyakan pada Arief, jika ia mengenal Zulkifli
Lubis. Orang ini Zulkfili yaitu soerang tentara yang dinamakan salah satu 'bapak' intel
di negara kita , pernah ditahan Soekarno dan yang dikatakan menjadi otak pelemparan granat
terhadap Soekarno di Cikini dahulu . Beberapa bulan sebelum dia meninggal, sempat bercerita
mengenai Soerkarno. Dia berkata pada Pak Oei, jika orang berkata bahwa Soekarno dan Hatta
sebetulnya takut ikut gerilya, namun lebih senang ditahan Belanda, itu tidak fair. sebab dalam
cerita Zulkifli, saat itu Soekarno dan Hatta bertanya pada pimpinan gerilya, ini kondisi
darurat, jadi keselamatan RI ini dalam tangan anda semua. Kalian memutuskan saya dan Hatta
ikut kalian ke hutan, apa kita harus tetap di istana, Hal yang dijawab oleh TB Simatupang
(alm.), Bapak Presiden dan Wakil Presiden harus tinggal di istana. Namun, oleh Zulkifli Lubis,
pendapat Simatupang ini dilawan . sebab Lubis sudah menyiapkan pasukan untuk
mengamankan Presiden dan Wakil Presiden. Akhirnya, sebab Simatupang berpangkat lebih
tinggi, pendapatnyalah yang dijalankan. Dengan cerita ini, Pak Oei menyatakan kepada Arief
Budiman, bila tidak mengenal data ini, jangan mengatakan Soekarno dan Hatta itu pengecut.
Ada hal menarik yang juga diceritakan mengenai Arief oleh Pak Oei. Dalam diskusi di
atas, Pak Oei menyatakan salutnya kepada orang seperti Arief yang penuh idealisme
dalam demonstrasi di awal tahun naiknya Orde Baru. Mereka yang berpikir bahwa Orla
yaitu jelek dan harus diganti dengan pemerintahan baru. Mereka ini, berani berkorban.
sebab itu Pak Oei berkata pada Arief, kamu semua pahlawan, berani bergerak sendiri.
Ndak. Kami ini dihasut tentara, jawab Arief.
Ada lagi. Ini mungkin takdir Allah, katanya. Sebab semua orang
mengetahui ,Soe Hok Gie, adiknya Arief Budiman yang memimpin demonstrasi dan pembakaran di
rumah Oei.Hal yang juga diketerangan i oleh Arief, Iya,itu adik saya belum berpengalaman,
belum mengetahui siapa Pak Oei. (Grrr...)
Arief Budiman itu memang orangnya fair, jujur, tambah Oei menetralisir.
Mengenai kondisi ekonomi seputar Orla...
OTT: Jelas, saya bukan ekonom. Saya menulis buku ini (bukunya red.), sebetulnya tidak
dengan rela. namun sebab Romo Mangunwijaya dan Kyai Abdurrahman Wahid. Dua orang ini
berkata pada saya: sebab Pak Oei sudah tua jadi jelas sudah tidak bisa mengabdi lagi kepada
negara. Satu satunya yang harus diperbuat yaitu menulis mengenai pengalaman. Pengalaman tak
boleh dibawa ke liang kubur, biar tinggalkan sebagai warisan bagi generasi muda. Bagaimana
generasi muda menilainya, itu bukan urusan Pak Oei. Itu kata Romo Mangun. Gus Dur, lain kata.
Dia berkata pada saya: Takdir itu menempatkan Pak Oei sebagai bagian dari sejarah bangsa ini.
Jadi, semua pengalaman itu tidak milik pribadi. namun , milik seluruh bangsa. Akhirnya segala
sesuatu itu saya tulis. Artinya yang saya tulis itu betul. Apa itu enak atau tidak enak, jika saya
pandang itu betul, saya tulis. Dengan catatan, tidak semua pengalaman saya, saya tulis... Kembali
pada pertanyaan tadi. kondisi ekonomi dahulu sama sekarang itu bagaimana, Saya anggap
pertanyaan itu tidak bisa dijawab. sebab situasi dan kondisinya lain. Bahwa, hari hari terakhir
Orla, inflasi gila gilaan. Dan kita selalu defisit. Semua betul. Dan, Soekarno pribadi sangat
kurang pengertiannya dan pekanya akan soal soal ekonomi keuangan, itu betul. Secara pribadi.
Bukan berarti Soekarno pribadi tidak mau memperhatikan soal soal itu. Memang. Dia tidak
memiliki satu 'PT' pun. Lain dari pada presiden kita sekarang... Kembali ke soal tadi. Ini, Chaerul
Saleh. Dia menteri koordinator bidang keuangan ekonomi . Ia mengatakan berkali kali, 80%
dari budget negara itu diperuntukkan untuk ABRI. Untuk perjuangan politik. Perebutan Irian
Barat. Memadamkan pemberontakan pemberontakan. Bagaimana jika hanya 20% dari budget
kita dipakai untuk pembangunan dan lain lain. Tidak bisa disamakan dengan kondisi
sekarang. Dan, dahulu sebab Soekarno dalam perang dingin antara Sovyet dan Amerika, dianggap
sebagai anak yang bengal, beda dengan sekarang yang dianggap good boy , jika bisa kedua
negara itu mau 'menyentik' Soekarno. Soekarno ini paling menjengkelkan, bandel. Dia tidak mau
ke sana, tidak mau ke sini. Padahal, Amerika minta jika bisa negara kita ini memihak. Kaya raya
alamnya. Lokasinya luar biasa strategis. Siapa yang menguasai negara kita menguasai Asia. Siapa
yang menguasai Asia, menguasai dunia. Mereka cari akal bagaimana caranya bisa 'menyentik'
Soekarno. Jadi, soal ekonomi, betul apa yang dikatakan... (Pak Oei, ingin menjelaskan situasi
dimana dua raksasa dunia, yang sebab posisi negara kita benar benar non blok , tidak mau
memberikan bantuan ekonomi bagi negara kita .) ditambah ya dengan sekarang. Kita lihat lapangan
lapangan golf. namun saya tanya, apakah lapangan golf itu berarti pembangunan, Padahal petani
petani diusir dari lahan lahannya. Lalu pembangunan itu artinya apa, jika kita membangun
jalan tol, membangun apa, tidak, Ya, membangun dong. namun bagi saya yang memiliki mobil. Buat
pedagang asongan, apa itu membangun, Bagi mereka pakai tol atau tidak, sama saja toh, Jadi
tergantung 'pembangunan' itu bagi siapa. ...jika kita berbicara dengan bahasa negara kita ini,
hati hati. Seperti 'pengamanan'. Saya 'diamankan'. namun , kok telpon saya diputusin. Revolver
saya kok dicabut. Sehingga saya tepaksa 'nulis pada 'Harto. Ada loh itu. Jadi, bahasa negara kita
ini saya ndak 'ngerti. 'Pengamanan' itu apa. 'Pembangunan' itu apa. 'Pancasila' itu apa, saya juga
nggak ngerti.
Mengenai anggapan bahwa Soekarno itu totaliter, bagaimana, Bukankah ia pernah
membubarkan konstituante, yang memicu kesan seolah olah kekuasaan ini
tersentralisir di tangannya,
OTT: Kita sementara, kembali kepada pembubaran konstituante. Saya sementara ini sependapat,
kurang lebih, dengan Adnan Buyung Nasution bahwa pembubaran konstituante itu merupakan
set back bagi perkembangan sejarah demokrasi di negara kita . Saya setuju dengan pendapat itu.
namun , saya tidak setuju bila dikatakan bahwa pembubaran konstituante itu dilakukan Soekarno
sebab kehendaknya untuk berkuasa. Seperti dikemukakan antara lain oleh Arief Budiman pada
waktu itu. Arief Budiman mengatakan Soekarno itu juga sama otoriter, sebab dia membubarkan
konstituante hasil pemilihan rakyat. Dan berdasar keterangan saksi keterangan yang dia dapat, Soekarno dan
Nasution 'AD'lah yang mendesak agar konstituante dibubarkan. Dia tanya pada saya, Pak
Oei, betul apa ndak itu, Saya berkata saya ndak mengetahui . namun , bahwa konstituante dibubarkan, ini
sampai memicu clash di kalangan BAPERKI suatu ormas yang saya sendiri memiliki
kedudukan penting. namun , sebab itulah Yap Thiam Hien berang. Dia mengundurkan diri dari
pengurus pusat sebab tidak bisa menyetujui pembubaran konstituante. Yap Thiam Hien ini
advocaat dalam kantor saya. Satu dompet dengan saya. Dia juga kawan seperjuangan di Sin
Ming Hui dan di BAPERKI. namun waktu di BAPERKI, kita 'pecah' dalam soal konstituante. Saya
berpendapat seorang demokrat, seorang juriist, sehingga dia cenderung pada formalisme. Saya
juga seorang juriist, seorang demokrat. namun , jika kita duduk dalam konstituante, kita juga
orang politik. Nah, fakta nya pada saat sampai kepada penentuan negara ini dasarnya apa,
Islam atau Pancasila, tidak ada satu pihakpun yang bisa meraih 2/3 suara yang diperlukan
berdasar keterangan saksi UU agar bisa 'gol'. Jadi, mau negara Islam tidak bisa, mau negara Pancasila tidak
bisa. Meskipun, lebih dari separuhnya mendukung Pancasila. Yang mendukung Pancasila yaitu
partai partai besar. PNI paling gede, PKI, lalu IPKI, Partai Katholik, Partai Kristen
negara kita , MURBA, BAPERKI sendiri dan banyak lagi. Yang Islam, didukung yaitu NU,
MASYUMI, PSII, . lalu , Perdana Menteri Juanda (alm.) mengusulkan kembali ke
UUD '45. Juanda dan tentara lho. Dan, sukarno setuju. Itu lalu ditolak juga oleh
seluruh konstituante. Jadi, bagaimana ini. Padahal, di sekitar kita, pemberontakan
pemberontakan, PRRI PERMESTA di mana mana. Dan, kita ketahui armada Inggris dan
Amerika itu berkeliaran. Jadi ini kondisi darurat. lalu , partai partai yang pro Pancasila itu
mengatakan, sebab ini macet dan kita tidak mau terima uang buta, pendeknya mulai besok kita
tidak datang lagi ke sidang kita, tidak mau terima gaji. (Seandainya DPR kita juga begitu, ck, ck,
ck... Tentu nggak banyak pemborosan) Artinya, sebab lebih dari separuh tidak ada di
konstituante, tidak bisa sidang. Jadi, pemerintah dipojokkan dalam situasi itu. jika Soekarno
ndak bubarkan itu bagaimana, Wong itu, orang nggak mau datang. Seperti BAPERKI,
semua tidak datang. Saya pulang gak mau. Hanya Yap Thiam Hien mau datang. Nah, kondisi
ini kan harus ada suatu akhir toh. lalu Soekarno membubarkan. Ini 'pelakunya' Soekarno.
Kita yang hidup sekarang, bisa berkata , wah ini keliru. namun , jika ndak dibubarkan bagaimana,
Apa uang negara itu mesti dihabiskan, Sampai kapan itu saya tidak mengetahui . Pemberontakan bisa
memakai situasi itu. Dan yang penting itu (ancaman) Amerika. Di jaman itu we have to
fight, kita mesti berjuang untuk to be or not to be. Bukan soal kemakmuran saja. namun , untuk 'ada
republik' atau 'tidak'. Ada negara kita atau tidak.
Jadi persoalan di jaman itu jelas, ya,
OTT: Ya. Akhirnya golongan Islam juga setuju untuk kembali ke UUD '45. Bagi saya, Oei Tjoe
Tat dan orang BAPERKI, mengakui UUD '45 lebih primitif dari UUDS tahun '50. Jadi
jika kita kembali ke UUD '45, kita mundur. namun dalam hati kecil, biarlah kita muncur yang
penting (negara kita ) eksis. Soal hak asasi dan sebagainya, lain kali deh. jika Pancasila sudah
dikukuhkan, (yang lainnya) gampang. Pilihan yang memang sulit. ... Pecah BAPERKI sebab
itu. Yap Thiam Hien memang jujur. namun , saya berkata , you duduk di kursi sini (konstituante
red.) tidak sebagai juriist, sebagai orang politik. Itu ditambah ya dengan saya. Makanya saya setuju
dengan Adnan Buyung Nasution. Ia memahami bahwa kondisi itu memaksa Soekarno dan
teman teman lain membubarkan konstituante. namun berdasar keterangan saksi dia, tetap hal itu disesalkan, sebab
ini set back bagi demokrasi.
Mengenai MANIPOL USDEK, bukankah ini merupakan doktrin yang sepertinya terlalu
dipaksakan ke benak rakyat. Mengapa hal ini mesti dilakukan Soekarno,
OTT: Saya tidak akan langsung menjawabnya. jika sekarang diadakan penataran Pancasila
berkali kali dan orang keterangan nya akan muncul, itu pasti. Jaman dahulu , Roeslan Abdulgani itu
juru bicara MANIPOL USDEK. dahulu , ada sementara orang yang mengejek itu, dibandingkan indoktrinasi, mbok disediakan saja ndok sama terasi. Soekarno ndak marah, dia ketawa.
Roeslan juga ketawa. Mereka semua masih 'ngerti humor. Nah, di mana ada humor di situ ada
soal kemanusiaannya. Ada setitik demokrasi. Sekarang kamu coba berkata , wah penataran itu
hanya buang buang uang saja. boleh dikata mau jadi komunis nanti. dahulu , suasananya agak
rileks. jika kita menteri menteri tiap Kamis datang di gedung BI Pancuran, apa ada orang pake
dasi, Tidak. Pake sandal jepit malah. (Beda dengan sekarang yang berdasar keterangan saksi Pak Oei serba
serem, serba angkuh. dahulu jika Soekarno datang sebelum sidang dimulai, menteri menteri
ditaboki, hey ke mana saja koe, Suasananya lain. Dalam konstituante pun, bila sedang
memasuki sidang, maka akan muncul perdebatan yang hebat. Sampai melotot melotot
matanya. namun , pada saat sidang bubar, masing masing orang PKI rangkul rangkulan dengan
orang MASYUMI. Orang NU dengan PNI, orang PARTINDO dengan orang NU . Jadi di luar
sidang, semua saudara, Pak Oei menyimpulkan.)
Mengenai konfrontasi dengan Malaysia. Dalam memoar Pak Oei, peranserta Bapak cukup
besar dalam menjalankan silent mission ke kelompok kelompok di Malaysia yang
menentang Tengku Abdul Rahman. Bisa diceritakan lebih banyak lagi seputar konfrontasi
ini,
OTT: jika obyektif, kita diganggu oleh Inggris lebih dahulu dari pada kita konfrontasi dengan
Malaysia. Itu betul. Bahwa Inggris sebagai pion Amerika memakai taktik untuk
mengganggu negara kita . Ada seorang jenderal yang entah masih hidup atau sudah nggak bisa
bicara , Jenderal Darto dan Pak Hario. Di jaman militer mereka mengetahui , bahwa penduduk di
Kalimantan Utara tidak mengenal Merah Putih. Mereka mengenal lagunya God Save The King.
namun kita tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk sampai ke sana. Bagian bagian itu secara de
facto dikuasai oleh Inggris. Jadi, tanpa konfrontasi kita ini sudah diganggu oleh Inggris. mengenai
pembentukan Malaysia dan diberikannya tempat pada Malaysia dalam Dewan Keamanan PBB,
bagi Soekarno ini tidak bisa. Tengku Abdul Rahman itu juga memang suka menyinggung
martabat Soekarno. sedang Soekarno orangnya tidak bisa diremehkan. (Di bukunya berdasar keterangan saksi
Pak Oei hal ini belum dia tuliskan, memang ada hal yang tidak bisa dikemukakan dahulu , ada
banyak pertimbangan. ) ...(Kembali ke soal kebijakan konfrontasi) waktu saya mau diangkat jadi
menteri, saya mendekati beberapa menteri. Leimena yang paling banyak. Beliau dinamakan
seorang Kristen yang jujur dan setia. Saya anggap beliau sebagai kakak yang lebih tua. Sebagai
manusia yang baik dalam hal moral bukan politis. Saya tanya sama dia, Om Yo, jika saya
jadi menteri itu, misi nya apa dan bagaimana saya mesti berlaku, Saya ini kan menteri negara
tidak memiliki departemen. Bos saya langsung Soekarno. Om Yo berkata , Rasio saya sangsi apakah
rasional kita konfrontasi dengan Malaysia. Sebab Malaysia itu berarti England. Dan england,
always rules the better, always rules the world. Padahal RI ini kondisi nya kacau balau. sebab
saya mempercayakan diri pada political sense Soekarno yang sangat tajam, insting saya
mengatakan, namun otak saya tidak bisa menerima. namun jika kamu ada sesuatu yang secara
prinsip tidak setuju, lebih baik tidak ikut dan mengundurkan diri. Dari pada seperti banyak
menteri yang diam diam namun 'nyabot dari dalam. Om Yo sendiri sangsi. Saya sendiri tadinya
kurang jelas. namun , I did my best. Saya lihat bila kita melakukan sesuatu di atas Malaysia, mereka
sudah mengetahui lebih dahulu. Sehingga penerjun penerjun yang kita drop, itu ditangkapi. Jadi,
jelas di dalam kompi ada pengkhianatan. (Mengenai konfrontasi ini, Pak Oei mengakui bahwa, terlepas dari berbagai argumen yang dikemukakan Soekarno mengenai pentingnya konfrontasi
dengan Malaysia, kita memang tidak cukup siap. ) Waktu saya sering ke luar negeri dalam
rangka konfrontasi, saya persiapkan itu. Dan, saya memiliki bukti bukti yang saya laporkan kepada
saat bahwa intel intel yang ada sekarang (di jaman Orba red.) sebetulnya harus
menghormatinya. Anggaplah sebagai saudara tua. Ia mengetahui misi intelejen itu apa, termasuk
untuk mencari cari kesalahan orang. Dalam pengalamannya, peranserta pemuda negara kita yang
belajar di luar negeri, seringkali lebih efektif sebagai 'intelejen' baginya, saat ia berkunjung ke
luar negeri. Ia rasakan itu, terutama saat era konfrontasi sedang berlangsung.)
Silent Mission selain itu, apa,
OTT: Saya dipekerjakan untuk, antara lain, mencegah buruh buruh Jepang mengangkut senjata
senjata ke Malaysia. Saya harus mempercayakan mereka. Akhirnya, mereka menolak mengangkut
senjata dari Jepang ke Malaysia. namun , saya diam diam waktu itu. agar pemerintah Jepang
tidak mengetahui . Makanya saat terjadi G30S dan nama saya dicoret coret di tembok, Oei
Tjoe Tat menjual negara kita kepada Malaysia. Marah saya. lalu saya telpon Jenderal
Soegiharto, intel dari Jaksa Agung dan AD. Saya berkata padanya, bagaimana nih,
menjelaskannya, Dia Jawab, ndak bisa dong. Pak Oei tidak boleh menjelaskan sebab itu
resiko dari misi dan jabatan. Saya berkata , clear kan dong. agar rakyat mengetahui . Kasih
keterangan pada pers. namun tetap ndak bisa.
[Meskipun bakal menghadapi resiko seperti di atas, Pak Oei tetap tidak 'buka
mulut' terhadap misi yang dibebankan oleh Soekarno padanya. Soekarno
memang tidak salah memilih Pak Oei dalam menjalankan silent diplomatic
mission ini, sebab seperti dikemukakan oleh Ong Hok Ham, Soekarno mengetahui
bahwa loyalitas Oei Tjoe Tat pada partai akan berakhir bila negara sudah
memintanya. Soekarno memang pandai, ungkap Pak Oei. Di jaman itu,
memang sulit mencari orang partai yang loyal kepada negara.
Biasanya orang lebih ingin memajukan kepentingan partainya masing
masing.
Jadi, tindakan Pak Oei yang juga tidak memberitahu PARTINDO dan
BAPERKI akan misi rahasianya, memang sesuatu yang langka. Pak Oei
sendiri menyebut dirinya 'apolitis' sebab sikapnya itu. namun bukan berarti
lugu politik 'kan, begitu pancing kami.
Ada sebuah pengalaman lagi yang menunjukkan betapa Pak Oei amat
memahami tindakan dan situasi yang menyertai setiap keputusan politik
Soekarno. Dalam resepsi di kedutaan besar Mesir, Aidit pernah mendekati
Pak Oei. Ia bertanya, Nasakom (kabinetnya) itu kapan, 'Kan presidennya
Pak Oei itu sudah berkali kali berkaok kaok. namun kok cuma hanya sekedar bernyanyi
nyanyi meninabobokan rakyat negara kita . Ini memicu marah Pak Oei. Apa
itu bukan juga presidennya Aidit, Ia katakan, Aidit cuma hanya sekedar bisa mengkritik
dari luar, meminta PKI duduk dalam kabinet. namun Soekarno yang duduk
dikursi yaitu pelaku. Dia harus memperhitungkan betul betul. jika PKI
dimasukkan, tentara berontak. jika tentara berontak, menang mana, 'Kan
lain.. . Pelaku itu memang lain posisinya. sebab situasinya beda dengan
pengamat yang mengambil jarak dari situasi. Seorang pelaku, harus
memperhitungkan betul betul segala sesuatunya secara teliti. Lebih
kompleks. Baginya Aidit sebagai seorang anggota parlemen, saat itu yaitu
semata mata pengamat. ditambah nya, Pengamat mungkin obyektif, namun
kami yang menghayati situasi, mohon diberi pengertian... ]
Sekarang soal G30S/PKI. Adakah RRC memiliki hubungan dengan
peristiwa ini,
OTT: Banyak orang selalu menyatakan bahwa G30S didalangi atau direstui
oleh RRC. Konfrontasi pun dikatakan demikian. Saya tidak mengerti seluk
beluk yang persis. namun dalam konfrontasi, pernah . Pak Karno berkata pada
saya (agar RRC diminta bantuannya dalam konfrontasi). Pada suatu resepsi
di kedutaan besar RRC, saya mendekati salah satu menteri yang pada waktu
itu datang. Saya berkata , RRC sama kita seperti kawan seperjuangan. namun
dalam konfrontasi ini, nampaknya RRC kok seperti hanya melihat saja.
Apakah tidak bisa memberi tanda simpati. Paling tidak memberi senjata. Dia
jawab begini yang berdasar keterangan saksi saya merupakan petunjuk RRC tidak
mendukung kebijakan konfrontasi , jelas kita tetap kawan seperjuangan.
jika negara kita perlu senjata, kita kasih. namun negara kita harus mengambil
sendiri senjata itu. Dan kita cuma hanya sekedar bisa memberi senjata ringan. Kenapa, Kita
tidak setuju cara konfrontasi negara kita yang dititikberatkan di Malaya, di
mana infrastrukturnya sudah sempurna. Dan tidak mungkin negara kita bisa
menguasainya. jika negara kita sungguh sungguh mau konfrontasi, harus
gerilya di hutan hutan Kalimantan. Dan untuk perang di hutan ini, kami
bersedia memberikan senjata ringan dan silakan ambil sendiri. Jadi nadanya,
nada sinis. Bagi saya ini bukti bahwa RRC tidak setuju.
...Sekarang mengenai G30S. Logikanya, RRC melihat Soekarno sebagai
kawan seperjuangan. Meskipun RRC kuat dan sebagainya, namun adanya
Soekarno itu melindungi sebelah Selatan RRC. jika tidak ada Soekarno, itu
Amerika yang menguasai. Jadi melihat negara kita sebagai partner, paling
sedikit. Buat apa RRC ikut mendongkel Soekarno. Dia butuh Soekarno. Ini
kita hitung dengan logika saja. Motifnya bukan sebab dia cinta sama
Soekarno atau negara kita .
namun untuk kepentingan negaranya sendiri, mereka tidak mau menghilangkan
kekuasaan Soekarno. Kedua. Saya dengar dari Ali Ihram (, ), intel. Dia
diberitahu waktu Chen Yi Menteri Luar Negeri RRC datang di sini, dia
menegur Aidit, kalian mesti sadar, PKI ada sebab toleransi Soekarno.
sebab Soekarno membutuhkan kalian untuk mengimbangi golongan
golongan kanan. Maka saya minta, PKI tidak boleh berbuat sesuatu tanpa
memberitahu Soekarno. Kamu sendiri saja, tidak bisa enyelesaikan. Jadi,
garis besarnya, ia tidak setuju jika PKI mengganjal Soekarno. Ada beberapa
petunjuk bahwa RRC tidak terlibat dalam G30S. Bahwa mereka seolah olah
sudah mengetahui lebih dahulu beberapa jam sebelum aksi meletus, itu saya bisa
mengerti. Sebab mereka juga memiliki intel.
[Bahwa Soekarno merasa diperlukan oleh RRC, disadari betul olehnya. Jika
seorang menteri koordinator seperti Pak Marno harus dengan ulet dan bersikeras
mencari pinjaman pada menteri keuangan RRC, maka Soekarno hanya
dengan menepuk bahu Chou En Lai, dan berkata, hey, masa' ndak 'ngerti
kesulitan negara kita . Kami ndak usah meminjam lah, namun tolong hutang kita
dihapus semua. Dan, Chou En lai memang tidak bisa berkutik lagi. Sampai
sampai Pak Marno, merasa bahwa mestinya Soekarno tidak perlu lagi
menteri keuangan.]
Apa yang anda ketahui mengenai skenario G30S ini, Siapa sebetulnya yang
harus bertanggung jawab,
OTT: Perlu kalian mengetahui lebih dahulu, bahwa saya mengetahui sedikit
mengenai banyak sekali masalah. namun , saya tidak mengetahui cukup mengenai
satu masalah pun. sebab misi saya itu begitu. Saya tidak ada waktu cukup ,
tidak ada staf cukup untuk mengetahui satu masalah dengan cukup . misi
saya hanya membantu empat orang (Soekarno, soebandrio , Leimena dan
Chaerul Saleh sebagai Perdana Menteri dan wakil wakil Perdana Menteri
red.). Saya ini diharuskan mengikuti segala sidang. 'Kan nggak mungkin.
Bahkan jika Chaerul Saleh harus meninjau daerah, saya harus ikut. Nah,
jika pertanyaannya bagaimana mengenai G30S, ...istri saya yang (mungkin)
lebih mengetahui . Tanggal 27 sampai 28 September, saya misi di Hongkong.
Duapuluhdelapan September tengah malam saya baru tiba. Dan berdasar keterangan saksi aturan,
jika saya dari luar negeri, esok harinya harus lapor pada presiden. Jam tujuh
tengah malam itu saya menelpon istana dan minta audiensi pada tanggal 29. Dijawab
bahwa tanggal 29 itu sudah full, Pak Oei agar datang pada tanggal 30 saja.
Istri saya pada 28 September, rapat di gedung Sin Ming Hui Sin Ming Hui
anggotanya pribumi juga ada. Nah, di situ, ada seorang Gerwani, seorang
dokter. Dia tanya pada istri saya, tengah malam ini Pak Oei 'nginap di mana, Istri
saya 'kan ndak 'ngerti. Ya, 'nginap di jalan Blitar. Pertanyaan itu terus
diulang ulang. Baru sesudah berbulan bulan sesudah peristiwa (G30S) itu istri
saya berpikir, jika begitu mungkin Gerwani sudah mengetahui sebelumnya.
...Saya pernah ditanyai oleh Pak Harto mengenai kapan sukarno
mengomandokan rakyat oleh sebab Pak Karno selalu berkata agar rakyat
tetap tenang sambil dia nanti akan memberi keputusan. Saya berkata pada Pak
Harto, tanpa Pak Harto tanyai, saya sudah berkali kali tanya sama Bung
Karno. Kapan itu diberikan kepada rakyat. Sebab rakyat itu gelisah. Mereka
tidak mengetahui apa dan siapa yang salah, apa yang mereka harus perbuat dan
sebagainya. Pak Harto mengatakan, selama belum ada komando dari
presiden, anak buah saya masih terus dibunuh oleh PKI. lalu Pak
Harto bertanya lagi, kenapa Pak Karno tidak membubarkan PKI ini, PKI ini
sudah menusuk kita dua kali. Satu kali saat kita melawan Belanda,
peristiwa Madiun. Yang kedua kalinya ini. Apa belum cukup korban, Saya
katakan begini, saya tidak mengetahui kenapa kok Pak Karno masih menunda
nunda. Lalu dia berkata , jika pak Oei sendiri setuju nggak, PKI
dibubarkan, Saya berkata , sebab saya ini pembantu presiden tidak bisa
menyuarakan sendiri. Pak Karno dan Jenderal Soeharto masing masing
memiliki staf. Juga intel. Staf saya hanya 8, bagaimana saya mau mengetahui
PKI salah atau tidak. jika Pak Harto dan Pak Karno berkata PKI salah, saya
berkata salah. jika Pak Harto dan Pak Karno berkata tidak salah, saya berkata
tidak salah. ...Kembali ke pertanyaan tadi. Sementara, sampai detik ini,
jika tidak ada lain bukti lagi, saya masih berpegang pada pendirian
Soekarno. Soekarno yang saya kenal sebagai orang yang emosional, itu
dalam sidang sidang kabinet sesudah G30S, selalu marah dan mengatakan
gara gara semua ini. kita mundur. namun , selalu dia menyalahkan tiga unsur.
Unsur unsur luar negeri, terutama CIA Amerika, lalu unsur unsur
dalam negeri terutama oknum oknum angkatan darat yang tidak betul,
lalu dia berkata ada orang PKI yang sombong .
Sampai detik ini pun saya masih berpegang pada itu kecuali ada bukti bukti
baru. Dan Soekarno tidak hanya begitu saja, dia bisa menunjukkan dalam
sidang kabinet, kuitansi dari beberapa ratus ribu... yang diberi oleh Amerika
kepada 'seseorang' dari kita. Dan dia memakai kata kata latin yang
artinya. uang itu tidak berbau busuk. Artinya, uang itu enak. Orang
negara kita yang dikasih sekian untuk menjual negaranya, mau saja. (Lagi)
...dan ada seorang yang berkata sama Ny. soebandrio , jangan mengira
Soekarno itu akan selalu menguasai negara kita . Mungkin dalam beberapa
minggu akan... Nah, Soekarno dalam kabinet berkata , ini orang kok bisa
predict, bisa meramalkan begitu kenapa, ...Sudah baca The Troyan Horse,
...Bahwa Amerika ini, bukan hanya satu dua tahun , sudah belasan tahun
menyiapkan segala sesuatunya. Di bidang budaya, perguruan tinggi, segala
galanya.
Tadi dikatakan Soekarno memberi peluang kepada PKI untuk tetap eksis.
Apakah ini sebab PKI dan Soekarno memiliki paham yang sama,
OTT: Dalam hal anti kapitalis, ya sama. namun tidak semua sama. sukarno
orang yang religius, PKI tidak. sukarno anti kekerasan. PKI jelas tidak.
Saya bukan memusuhi PKI, Marxisme atau Leninisme. Saya kagum. namun
PKI dalam beberapa praktek, saya ndak bisa setuju. Di mana dia kuasa
sedikit, dia akan memaksa. Contoh... Saya dekat lho dengan Nyoto dengan
Aidit kurang. Waktu di Bali diadakan Pemilihan Umum DPRD pada waktu
itu yang berkuasa di Bali: PKI, PNI, NU , mereka mengatakan NASAKOM
haruslah Nas nya PNI, A nya hanya NU, lalu Kom nya harus PKI.
lalu ada PARTINDO partai saya. namun , tidak boleh masuk. Wah ini
bertentangan dengan penafsiran sukarno . Waktu itu saya kasih mengetahui
Nyoto. Sekarang saya minta kepada Pak Nyoto untuk kasih pengertian pada
PKI di sana. Dia tanya apa betul terjadi begitu. Saya berkata betul. Saya kasih
tempo. Bila tidak ada juga jawaban memuaskan, saya akan kasih mengetahui Pak
Karno. sebab ia yang paling pandai menafsirkan apa yang dimaksud
NASAKOM. sesudah satu minggu, saya ke sukarno . Saya ceritakan pada
sukarno . Ia berkata , Nyoto itu orang intelektuil, apa dia ndak pura pura,
Saya berkata belum tentu. Dua hari lalu Nyoto menelpon, Pak Oei,
ndak usah dong berbicara sama Pak Karno. Saya sudah tegor
temen temen di Bali. Ini contoh bahwa PKI kadang kadang... wajar. namun ,
jangan begitu. Juga di Bali, PNI paling
berkuasa. Pamong praja yang dikuasai oleh mereka. Dan seperti saya
katakan, jika saya apolitis, PNI itu sangat politis. Semua kebutuhan pokok
pamong praja dikuasai, juga fasilitasnya. jika perlu pedagangnya. Tidak
beda dengan Golkar sekarang. PNI juga seperti itu. Nah, PKI yang nomor
dua di sana. Dia (PKI) mengejek, meremehkan, menyinggung perasaan
orang Bali yang bukan Islam. Seperti mengejek sesajennya orang Bali.
Apakah mereka mau menyembah patung, (seharusnya) itu bukan urusan kita
dong. Itu pengalaman saya dengan PKI. Dengan (tidak mengurangi) catatan
bahwa PKI sangat berjasa bagai kemerdekaan negara kita . Dan orang
orangnya brilyan. Serius. Dalam keseriusan pada urusan partai, kita kalah.
cuma hanya sekedar saya nggak senangnya, mereka suka memaksa. Bagi mereka hanya ada
'lawan' atau 'kawan'.
Ada yang menarik disini (memoar red.), yaitu adanya peranserta seorang CIA
bernama Pater Beek di sekitar peristiwa G30S. Sebetulnya apa peranserta dia saat
itu,
OTT : Pater Beek itu , saya lihat pertama kali sesudah saya dibebaskan.
Saya di dalam tahanan mendengar dari orang PNI, BAPERKI, PKI,
dan sebagainya bahwa Pater Beek ini yaitu seorang agen CIA. Dia
membina pemuda pemuda Katolik, terutama pemuda pemuda keturunan
Tionghoa Katolik, untuk antara lain membakar gedung Kedubesan RRT,
membakar gedung Universitas Res Publika dan menghancurkan semua
gedung gedung PKI atau rumah rumah orang PKI. Ini dianggap ultra
kanan. Selama saya mendengarkan itu, saya di RTM. Bagaimanapun saya
Katolik. Jadi, ada seorang pastor Katolik begitu, saya diam. namun pada waktu
saya diperkenalkan dengan Pater Beek dan dia datang kesini (RTM Red)
lalu , dia mengaku. Dia berkata begini pada saya, jika pak Oei perlu
sesuatu dari (..., ), saya bisa. Ali Moertopo, semua jenderal. ...Saya dengar
dia ini membantu Liem Bian Koen dan Liem Bian Khie. Sumarlin. Semua ini
dibawah dia. Dia juga kuat di PMKRI. namun anehnya, waktu saya minta
seorang pastur Belanda lain untuk mengumpulkan ikatan pastur 'bule', untuk
makan tengah malam , dia (pastur Belanda itu red.) berkata , wah nggak bisa Pak Oei.
Bisa terjadi perang saudara nanti. Jadi di dalam dunia Katolik, dia (Pater
Beek red.) merupakan satu tokoh kontroversial. Waktu saya pertama kali
ketemu dia, saya menyindir dia. Saya ini Oei Tjoe Tat yang paling jahat
(selama Orde Lama red.). Rumahnya, gede dari kayu. Yang melayani semua
laki laki, yang ternyata student. ...(Singkat cerita, dalam sebuah acara di
Solo, Pak Oei bertemu dengan seorang mahasiswa Katolik yang mengaku
pernah dibina oleh Pater Beek. Semua dengan maksud untuk membina
kader kader yang dijadikan kelompok pelopor untuk barisannya Beek, kata
Pak Oei. orang yang bersedia dibina itu, sebab mereka masih
muda muda, mereka idealis dan ingin menjadi hero. Dalam pembinaan itu,
konon, para pemuda didoktrin untuk mempersiapkan dirinya bak seorang
martir, masuk ke dunia politik dan 'berjuang' untuk kepentingan Katolik
terutama terhadap kalangan komunis. Mereka ini, disiapkan secara mental
dan fisik untuk menderita paling hebat. ). Dia lalu ,mati di Singapore.
Orang berkata , dia gila. Saya bisa
mengerti jika dia gila. Pasti dari dahulu dia memang agak tidak normal.
Mungkin sebab dia memiliki rasa bersalah (sebab ikut membantu dalam
kejatuhan pemerintah Soekarno red.). (Sampai sebelum bertemu dengan
seorang mahasiswa di Solo tadi, saya itu masih membela lho. namun sesudah
saya dengar di Solo, jika saya bikin kedua, saya akan rubah sedikit. )
Kembali ke soal Soekarno. Masih ada suara suara yang kami dengar dari
beberapa orang, tokoh yang merasa, pada jaman Orde Lama, mereka itu
ditindas. namun , sebaliknya dari cerita orang yang dekat dengan
Soekarno seperti Pak Oei sendiri Soekarno bukan tipe yang demikian.
Nah, sebetulnya, penindasan yang dikabarkan pada jaman Orla itu produk
dari mana,
OTT: Saya tidak akan jawab langsung. Begini. Saya selalu mengatakan,
menulis buku ini, bukan uraian politik. Bukan buku sejarah. namun hanya
rekaman belaka dari apa yang saya lihat dan saya dengar, dengan telinga saya
dan mata saya. Dus, sangat subyektif. Apalagi dengan memori saya.
jika saya menulis mengenai Soekarno, saya menulis seperti dia
'memperlihatkan' kepada saya. Apa yang saya dengar dari dia, apa yang saya
lihat. Saya tidak bisa menulis mengenai Soekarno, apa yang tidak saya lihat.
Seandainya dia jual negara ini, mungkin saja. Di luar pengetahuan saya.
jika dia contohnya mencuri, mungkin. Ini aku nggak mengetahui . Juga jika saya
menulis mengenai Beek. Seperti saya juga menulis mengenai Harto, saya juga
melihat Harto dari (cara) ini. Saya menulis apa adanya berdasar keterangan saksi penglihatan
dan pendengaran saya. namun jika berdasar keterangan saksi orang dan kejadian
kejadian itu ternyata lain, mungkin benar. ...mengenai Soekarno. Saya melihat
Soekarno dalam berbagai dimensi. Sebagai pemimpin, sebagai manusia.
Totaliter, Apa dia totaliter, Waktu dia mendesak saya sebagai menteri, the
first peristiwa t saya berbicara empat mata dengan dia, saat itu mungkin dia
bisa otoriter. namun , selama saya dekat dengan beliau, mungkin saya satu
satunya orang negara kita yang bisa omong mengenai segala hal, yang enak,
yang tidak enak, yang mungkin menyinggung. Dia tak pernah marah. Satu
hal. Dengan Soekarno, kita bisa berdebat mengenai segala hal, asal tidak mau
diketahui bahwa dia kalah dari kita. jika empat mata dia mau. namun , jika
ada lain orang, dia mintanya mau menang. Dia ndak mau dipermalukan di
depan orang lain. jika sendiri dia sangat demokratis. jika kita berani, dia
akan menghormat kita. Dia seperti psikolog. Maunya menguji jiwa orang.
Dan ternyata, saat dia keras, otoriter terhadap saya, saya pikir, oh dia ini
mau menguji. agar dari sejak semula, sudah ditanamkan dalam benak
saya, I'm your boss. namun , jika dia totaliter dalam soal lain, saya tidak
mengetahui . Nyamuk, dia ndak mau dimatikan. Dia tidak mau melihat life itu
dimatikan. Seperti orang Budha. Dia ndak rela darah negara kita mengalir.
Lebih baik turun sebagai presiden. jika kita untuk mendesak dia, dia hanya
menggigiti kukunya. Dan saya tidak tega mendesak dia lebih jauh. Totaliter,
...Prof. Lev menulis pada saya, Pak Oei selalu berbicara tahanan Politik atau napol,
seolah olah di jamannya Soekarno tidak ada tahanan Politik . Saya jawab, ada. tahanan Politik
Soekarno dengan tahanan Politik Orde Baru, lain. Saya belum pernah ditahan Orla.
namun , Almarhum Mayor Soemardjo, komandan Kam di Nirbaya, komandan
Kam Sarangan, dia cerita pada saya, tahanan Politik Soekarno itu seperti Mohtar
Lubis boleh keluar dasn dipilah pilah, lux. Hawanya enak, lalu makanannya
semua dari restoran. Rokoknya Dunhill, Lucky Strike. Soemardjo, setiap
sepuluh hari harus lapor ke Jakarta. Tiap kali dia ke istana, dia digertak oleh
Soekarno, kamu apakan orang itu, Makanannya bagaimana, Awas,
ini orang bukan penjahat. orang ini, jika terjadi perubahan
perubahan politik, ini pemimpin pemimpinmu. Yang kuasa itu mereka.
Mereka kami tahan sebab menyabot politik kita. Mereka cuma hanya sekedar berbeda
paham politik. Jadi kamu mesti hormat pada mereka. jika kita di Nirbaya,
radio, koran semua nggak boleh masuk. Bahkan, permulaannya hanya
Al'quran dan Injil yang boleh masuk. Buku buku teologi muslim tidak.
Teologi Kristen tidak. Di Sarangan, Anak Agung Gede Agung jadi sarjana,
sebab buku buku pengetahuan dimasukkan berpeti peti. Mereka boleh naik
kuda dengan radius 10 km, asal tidak mempengaruhi penduduk di sana. Saya
tulis pada Lev, lain, dong.
cukup . cukup sampai di sini. Masih banyak sebetulnya yang perlukami gali
dari orang ini. Memang seperti yang dikatakannya sendiri, pengalamannya
yaitu sangat subyektif untuk kami jadikan bahan rekonstruksi sejarah. T api,
kami memang tidak berpretensi untuk merekonstruksi sejarah. Sejarah memiliki
ceritanya sendiri, memiliki jalannya sendiri yang jauh lebih kompleks dari
sekedar data data statistik dan peristiwa peristiwa tertentu yang setiap saat
diperingati. Tak peduli ada pihak pihak yang ingin merekayasa dan
menafsirkannya secara sepihak. Kami justru ingin melihat, semangat jaman
dari masing masing subyek yang 'hadir pula ' dan ikut andil dalam pembentukan
sejarah itu. Kami butuh 'rasa' tak ada sejarah yang bergerak tanpa rasa
untuk mewarnai kusamnya sejarah kita kini yang serba materialistis, instant
dan teknokratis. Yang tidak mungkin kami peroleh dari 'obyektifitas' namun
justru dari dialog tanpa henti dengan berbagai macam 'subyektifitas'.
Mungkin saja, dari berbagai dialog ini akan muncul tersamar wajah
obyektifitas. Mungkin.]
Kesaksian Keluarga Pahlawan Revolusi
Jumat, dini hari, 30 September 1965. Rangkaian adegan itu masih bergerak perlahan di
kepala mereka. Itulah terakhir kali mereka melihat ayahanda masing masing:
meninggalkan rumah, bersama pasukan berseragam Cakrabirawa.
Mereka, anak anak Pahlawan Revolusi, masih remaja. namun , empat puluh dua tahun
berselang, trauma belum juga pergi. Mereka merasa D.N. Aidit bertanggung jawab atas
kejadian berdarah di tengah malam mengerikan itu, namun mereka sepakat tidak membalas
dendam. Sebaliknya, mereka membentuk Forum Silaturahmi Anak Bangsa, guna mencari
kebenaran di balik peristiwa itu. Berikut ini tanggapan anak anak Pahlawan Revolusi
mengenai kejadian itu, juga mengenai D.N. Aidit.
Amelia Achmad Yani
Amelia, putri ketiga Letnan Jenderal Achmad Yani, masih berusia 16 tahun . Ia
melihat beberapa tentara Cakrabirawa bersenjata lengkap menghabisi nyawa
ayahnya pada pagi buta di rumah mereka di Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat.
Amelia, kini 58 tahun , semula tidak mengetahui persis siapa dalang pembunuhan ayahnya.
Belakangan, dia mengetahui pelakunya yaitu G 30 S/PKI pimpinan Dipa Nusantara Aidit.
Aidit ingin merebut kekuasaan dan menganggap Yani dan jenderal lainnya sebagai
penghalang, kata Amelia, yang sekarang jadi pengusaha di Yogyakarta.
Perseteruan dengan Aidit, kata Amelia, bermula dari ketidaksetujuan Yani dengan
keinginan PKI mengganti ideologi Pancasila menjadi komunis. Hal ini sudah disampaikan
beberapa kali oleh Yani kepada Presiden Soekarno. Namun kedekatan Aidit dengan
Soekarno memicu PKI tidak bisa disingkirkan begitu saja.
Mereka melihat Angkatan Darat sebagai penghalang mereka, kata Amelia. Sehingga
diam diam mereka melancarkan serangan propaganda untuk menghabisi TNI Angkatan
Darat, terutama Yani dan jenderal jenderal lain yang pernah bersekolah di Amerika.
Dalam pidato di depan taruna TNI Angkatan Laut pada 1964, Aidit menyebut jenderal
lulusan Amerika sebagai jenderal Pentagon berkulit sawo matang yang berbahaya.
Mereka diisukan akan berkhianat.
Tidak hanya itu, kata Amelia, yang sering mendengar percakapan politik antarjenderal di
rumahnya, PKI juga menyebarkan isu Angkatan Darat sudah membentuk Dewan Jenderal
untuk melancarkan usaha kudetanya terhadap Presiden. Puncaknya, PKI membunuh
beberapa prajurit TNI di beberapa daerah, di antaranya Pembantu Letnan Satu Sudjono di
Bandar Betsi, Sumatera Utara.
Amelia mengaku tidak banyak mengetahui soal Aidit. Ia hanya melihat Aidit sebagai ahli
propaganda ulung yang sangat berambisi untuk berkuasa. Dia sudah hitung hitungan
siapa yang berkuasa jika Presiden Soekarno meninggal. Yang jelas, bapak saya tidak
boleh hidup sebab akan menghalanginya, kata Amelia.
Kekuatan PKI saat itu luar biasa. Tukang jahit kami saja ikut baris berbaris di siang
bolong mengikuti rapat raksasa PKI, kata Amelia. Sayang, kata Amelia, PKI tidak cerdik
dalam strategi. Jadinya pontang panting sesudah pembunuhan itu, kata nya. Dengan
kekalahan dalam waktu singkat itu, Amelia menilai PKI sebetulnya tidak memiliki
kekuatan apa apa. Mereka hanya berlindung (di belakang Soekarno Red.) dan
memakai Soekarno, katanya.
Salomo Pandjaitan
Suara tembakannya saja masih terngiang sampai sekarang, kata Salomo Pandjaitan,
kini 55 tahun , putra ketiga Brigadir Jenderal Donald Ishak Pandjaitan.
Pembunuhan D.I. Pandjaitan memang paling tragis. Waktu itu Salomo masih 13 tahun .
Pasukan Cakrabirawa, yang datang di pagi buta ke rumah mereka, melesakkan peluru ke
kepala Pandjaitan saat jenderal bintang satu itu berdoa. Pandjaitan baru saja melipat
tangan saat senapan meletus. Bagaimana saya tidak benci dia, Di depan kepala saya,
otak ayah saya berhamburan, dihantam peluru panas pasukan Cakrabirawa, kata Salomo.
Ada 360 peluru ditemukan di rumah kami, yang luasnya 700 meter persegi.
Bagi pensiunan karyawan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ini, Aidit yaitu
pengkhianat, yang ingin membelokkan ideologi negara. Salah satunya dengan mendekati
dan mempengaruhi Presiden Soekarno. Aidit, di mata Salomo, yaitu dalang pergerakan
30 September.
Semua berawal dari perseteruan TNI Angkatan Darat dengan PKI. Tidak mudah
menghentikan aksi kekuatan politik Angkatan Darat saat itu. Apalagi Achmad Yani,
pemimpin Angkatan Darat, kesayangan Soekarno. sebab itu, cara terbaik yaitu
membunuh mereka. Satu satunya cara, ya, dengan kekerasan, kata Salomo.
D.N. Aidit akhirnya berhasil menjalankan rencananya, sebab waktu itu PKI merupakan
partai paling kuat dengan anggota yang sangat militan, kata Salomo. Dalam ingatan
Salomo, Aidit selalu mencari pengaruh, pandai mengobarkan semangat anggota
anggotanya. Ia juga berpidato seperti Soekarno, selalu berapi api. PKI juga kuat sebab
didukung Soekarno dan negara luar seperti Cina dan Rusia.
Waktu itu, saya belum merasakan pengaruh PKI pada diri saya. Justru pembunuhan
terhadap para jenderal yang memacu saya jadi antikomunis. katanya. Meski begitu,
Salomo membatasi kebenciannya hanya kepada Aidit, Bukan kepada anak atau
keluarganya.
Rianto Nurhadi Harjono
Saya trauma bahkan masuk rumah sakit selama empat hari sesudah peristiwa itu, kenang
Rianto Nurhadi, yang kini pengusaha.
Saat itu Rianto Nurhadi, dipanggil Riri, baru sembilan tahun . Ia terbangun saat
mendengar tembakan menghantam kamar ayahnya. Ia sempat mendatangi ayahnya, namun
sang ayah memberi kode agar ia berlindung bersama ibu dan saudaranya di kamar lain.
Selang beberapa menit, ayahnya sudah terkapar bersimbah darah dan diseret ke atas truk.
Riri putra ketiga Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Harjono. Walau orang tuanya menjadi
korban, Riri tidak bisa memastikan apakah PKI satu satunya dalang pembunuhan itu.
Namun Riri mengakui peranserta politik PKI pada 1965 cukup besar, sehingga kelompok lain,
di antaranya TNI Angkatan Darat, menjadi khawatir. Apalagi saat itu PKI hendak
memaksakan sistem komunis di negara kita . Inilah yang lalu memicu perseteruan
antara PKI dan TNI Angkatan Darat.
Namun PKI di bawah pimpinan Aidit saat itu sangat kuat. Ia dekat dengan Presiden
Soekarno, sehingga tidak mudah dilumpuhkan. Aidit sosok yang berambisi besar untuk
berkuasa, kata Riri. sebab itu, Aidit berhasil menjalankan rencananya, membunuh para
jenderal, agar bisa berkuasa.
Sampai saat ini, Kebencian kepada Aidit dan PKI tetap ada, kata Riri. Namun ia tidak
mau memendam kebencian itu, apalagi menyalahkan anak anak dan keluarga Aidit.
Kami tidak mau benci dan dendam itu berlarut larut. Kami keluarga Pahlawan Revolusi
dan keluarga PKI sama sama jadi korban, kata nya.
Agus Widjojo
Agus Widjojo sedang lelap tidur saat peristiwa berdarah itu terjadi. Ia terbangun sesudah
mendengar derap sepatu lars dan kegaduhan di rumahnya. Tidak ada suara tembakan, namun
beberapa menit lalu ia melihat ayahnya dibawa segerombolan orang berbaret
merah. Itulah terakhir kali ia melihat sang ayah.
di hari berikutnya , ia baru mengetahui bahwa ayahnya diculik dan dibunuh PKI. Agus putra
pertama Brigadir Jenderal Soetojo Siswomihardjo. Saat itu saya tidak mengetahui jelas
perseteruan politik antara TNI Angkatan Darat dan PKI dan kenapa ayah saya dibunuh,
kata Agus. Lama ia baru menyadari bahwa ayahnya menjadi salah satu sasaran PKI
sebab dianggap sebagai batu penghalang PKI untuk berkuasa.
Saya mengetahui Aidit dalang pembunuhan itu sesudah mencari mengetahui , kata pensiunan jenderal
ini. Selama ini, ia memandang Aidit sebagai orang yang percaya betul pada ideologi yang
diperjuangkannya.
berdasar keterangan saksi Agus, kini 60 tahun , perseteruan antara Angkatan Darat dan PKI bermula dari
tersiarnya kabar bahwa Presiden Soekarno sakit keras. PKI berambisi ingin berkuasa,
namun dihalangi Angkatan Darat, kata Agus.
Walau merasa kehilangan sesudah peristiwa itu, Agus tidak dendam kepada PKI, apalagi
kepada anak anak D.N. Aidit. Kita kan harus tetap berjalan ke masa depan, tidak hanya
terpuruk dengan masa lalu, katanya. Untuk menghindari rasa dendam antara keluarga
Pahlawan Revolusi dan keluarga Aidit, ia bahkan mempelopori pembentukan Forum
Silaturahmi Anak Bangsa. Kami mencoba mengambil pelajaran dan berusaha
mengungkap kebenaran, apa yang sebetulnya terjadi, kata nya walaupun, kata Agus, hal
itu tidak mudah dilakukan.
Agus menilai pembunuhan terhadap ayahnya lebih sebab alasan politik, sehingga dia
tidak merasa trauma.
Ratna Purwati Soeprapto
Ratna Purwati sudah berumur 18 tahun saat peristiwa yang merenggut nyawa ayahnya,
Mayor Jenderal R. Soeprapto, terjadi. Saat penculikan itu, rumahnya tidak dijaga oleh
seorang prajurit pun, sehingga pasukan Cakrabirawa bisa leluasa membawa bawa ayahnya.
Baru sesudah Pak Umar Wirahadikusumah (Panglima Kodam V/Jaya waktu itu) datang
ke rumah, kami mengetahui Ayah diculik gerombolan PKI, kata Ratna, pensiunan Pertamina.
Meski tidak mengetahui pasti apakah PKI pelaku tunggal penculikan itu, Ratna, kini 60
tahun , melihat PKI dan Aidit tidak lebih dari sosok pengecut. Dia tidak berani datang
sendiri, namun memakai dan memperalat orang bawah untuk mencapai
tujuannya, kata Ratna.
Dia tidak bisa menyimpulkan PKI sebagai pelaku utamanya, sebab saat itu Aidit sangat
dekat dengan Presiden Soekarno. Ratna sering melihat Aidit berpidato di samping
Soekarno. Tidak hanya itu, Soekarno bahkan merangkul PKI menjadi salah satu kekuatan
dengan mengembangkan sistem Nasakom: Nasionalis, Agama, dan Komunis.
sebab sejak awal mengetahui bahwa paham komunis tidak mengenal agama, Ratna
tidak terlalu peduli dengan pertumbuhan pesat partai pimpinan Aidit itu. Apalagi melihat
Aidit sebagai sosok yang heroik. Yang menyakitkan para jenderal dibunuh oleh bangsa
sendiri, bukan oleh bangsa lain, kata nya.
I discussed with the American Ambassador the questions set out in your No.:67786/65.
The Ambassador agreed in principal [sic] with our position but asked for time to
investigate certain aspects of the matter.
To my question on the possible influence of Bunker's visit, to Jakarta, the Ambassador
state [sic] that he saw no reason for changing our joint plans. On the contrary, the visit of
the US. President's personal envoy would give us more time to prepare the operation the
utmost detail [sic]. The Ambassador felt that further measures were necessary to bring
our efforts into closer alignment. In this connection, he said that it would be useful to
impress again on our local army friends that extreme care discipline [sic] and
coordination of action were essential for the success of our enterprise.
I promised to take all necessary measures. I will report my own views personally in due
course.
Terjemahan dalam bahasa negara kita
Saya mendiskusikan dengan Duta Besar Amerika Serikat mengenai pertanyaan yang tertera
pada No: 67786/65. Pada dasarnya Duta Besar setuju dengan posisi kita, namun meminta
waktu untuk menyelidiki aspek aspek tertentu dari masalah ini.
Menjawab pertanyaan saya mengenai kemungkinan pengaruh kunjungan Bunker ke Jakarta,
Duta Besar tidak melihat alasan untuk mengubah rencana bersama kita. Sebaliknya,
kunjungan utusan pribadi Presiden Amerika Serikat akan memberi kita lebih banyak
waktu untuk mempersiapkan operasi yang sangat detail. Duta Besar merasa bahwa
diperlukan langkah langkah lebih lanjut untuk membawa bawa usaha kita menjadi lebih
selaras. Dalam hubungan ini, ia mengatakan bahwa akan berguna [bagi kita] untuk
memberitahukan lagi kepada sahabat tentara lokal kita bahwa disiplin dan koordinasi
tindakan sangat penting bagi keberhasilan rencana kita.
Saya berjanji untuk mengambil semua langkah yang diperlukan. Saya akan melaporkan
pandangan pribadi saya pada waktunya nanti.
Mengapa sukarno Tak Mau memukul mundur Soeharto,
Oleh:Teguh Santosa
TINDAKAN Soeharto menyelewengkan Surat Perintah 11 Maret 1966 sangat menyakiti
perasaan sukarno . beberapa petinggi militer yang masih setia pada Sukarno saat itu pun
merasa geram. Mereka meminta agar Sukarno bertindak tegas dengan memukul mundur Soeharto dan
pasukannya. namun Sukarno menolak.
Sukarno tak mau terjadi huru hara, apalagi sampai melibatkan tentara. perang saudara, berdasar keterangan saksi
Sukarno, yaitu hal yang ditunggu tunggu pihak asing kaum kolonial yang mengincar
negara kita sejak lama. Begitu perang saudara meletus, pihak asing, terutama Amerika Serikat
dan Inggris akan mengirimkan pasukan mereka ke negara kita dengan alasan menyelamatkan
fasilitas negara mereka, mulai dari para diplomat kedutaanbesar sampai perusahaan perusahaan
asing milik mereka.
Kesaksian mengenai keengganan Sukarno memakai cara cara kekerasan dalam menghadapi
manuver Soeharto disampaikan salah seorang menteri Kabinet Dwikora, Muhammad Achadi.
Saya bertemu Achadi, mantan menteri transmigrasi dan rektor Universitas sukarno itu dua
pekan lalu di Jalan Taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat. Achadi bercerita dengan lancar kepada
saya dan beberapa teman. Air putih dan pisang rebus menemani pembicaraan kami sore itu.
Komandan Korps Komando (KKO) Letjen Hartono termasuk salah seorang petinggi militer yang
menyatakan siap menunggu perintah pukul dari Sukarno. KKO sejak lama memang dikenal
sebagai barisan pendukung utama Soekarno. Kalimat Hartono: hitam kata sukarno , hitam
kata KKo yang populer di masa masa itu masih sering terdengar hingga kini.
Suatu hari di pertengahan Maret 1966, Hartono yang saat itu menjabat sebagai Menteri/Wakil
Panglima Angkatan Laut itu datang ke Istana Merdeka menemui sukarno . saat itu Achadi
sedang memberikan laporan pada Sukarno mengenai penahanan beberapa menteri yang dilakukan
oleh pasukan yang loyal pada Soeharto.
Mendengar laporan itu, berdasar keterangan saksi Achadi, sukarno berkata (kira kira), Kemarin sore Harto
datang ke sini. Dia minta izin melakukan pengawalan kepada para menteri yang berdasar keterangan saksi
informasi akan didemo oleh mahasiswa.
namun itu bukan pengawalan, kata Achadi. Untuk membuktikan laporannya, Achadi
memerintahkan ajudannya menghubungi menteri penerangan Achmadi. Seperti Achadi,
Achmadi juga duduk di Tim Epilog yang bekerja menghentikan ekses buruk sesudah pembunuhan
enam jenderal dan perwira muda Angkatan Darat dinihari 1 Oktober 1965. Soeharto juga berada
di dalam tim itu.
namun sesudah beberapa kali dicoba, Achmadi tidak dapat dihubungi. Tidak jelas dimana
keberadaannya.
Saat itulah Hartono minta izin untuk menghadapi Soeharto dan pasukannya. namun sukarno
menggelengkan kepala, melarang.
Padahal masih kata Achadi, selain KKO, Panglima Kodam Jaya Amir Machmud, Panglima
Kodam Siliwangi Ibrahim Adji, dan beberapa panglima kodam lainnya juga bersedia
menghadapi Soeharto.
sukarno tetap menggelengkan kepala. Dia sama sekali tidak mau terjadi pertumpahan
darah, dan perang saudara.
jika begitu apa yang harus kami lakukan, tanya Achadi dan Hartono.
sukarno memerintahkan Hartono untuk menghalang halangi usaha Soeharto agar jangan
sampai berkembang lebih jauh. Hanya itu misi nya, Hartono diminta menjabarkan sendiri.
Yang jelas jangan sampai ada perang saudara, kata Achadi.
Adapun Achadi yang tak bisa kembali ke rumahnya di kawasan Pancoran yang sedang diduduki
pasukan Soeharto diperintahkan sukarno bertengah malam di guest house Istana. sukarno juga
mengatakan akan menggelar rapat kabinet keesokan harinya. Dalam rapat yang juga akan
dihadiri Soeharto itu, Achadi diminta untuk menyampaikan laporan mengenai penahanan beberapa
menteri.
Kamu berani bicara di depan Soeharto, tanya sukarno pada Achadi.
Siap, jawab Achadi.
Untuk Kedua Kalinya Istana Merdeka Dikepung Pasukan Soeharto
Oleh:Teguh Santosa
RENCANA Sukarno menggelar sidang Komando Operasi Tertinggi (KOTI) tanggal 14 Maret
1966 gagal total. Seperti beberapa hari sebelumnya, tanggal 11 Maret 1965, Istana Merdeka
kembali dikepung oleh pasukan pendukung Soeharto dari Resimen Para Komando Angkatan
Darat (RPKAD) yang sekarang dikenal dengan nama Kopassus.
Tadinya dalam rapat yang urung digelar itu Sukarno bermaksud menjelaskan posisi dan arti
Surat Perintah 11 Maret 1966 yang diberikannya kepada Soeharto. Dia juga bermaksud
mengklarifikasi kabar yang menyebutkan pasukan Soeharto, dengan memakai SP 11 Maret,
sudah melakukan penangkapan terhadap beberapa menteri. Laporan mengenai penangkapan menteri
ini disampaikan oleh menteri transmigrasi yang juga rektor Universitas sukarno (Usukarno ) dan
anggota Tim Epilog, Muhammad Achadi.
Begitu mengetahui rumahnya juga diduduki oleh pasukan pendukung Soeharto, Achadi yang
sehari hari dikawal oleh Resimen Pelopor (Menpor) Polri, mendatangi rumah menteri/panglima
angkatan kepolisian Irjen Sutjipto Judodihardjo untuk memperoleh penjelasan mengenai apa
yang terjadi.
Mendengar laporan mengenai penangkapan menteri, Sutjipto Judodihardjo lalu menyarankan agar
Achadi menemui Sukarno keesokan harinya di Istana Merdeka.
Begitulah, kata Achadi pada suatu sore dua pekan lalu di Taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat.
Dia pun mengikuti saran Sutjipto dan melaporkan penangkapan penangkapan itu kepada
Sukarno keesokan harinya.
Sukarno yang sehari sebelum itu memperoleh laporan berbeda dari Soeharto, meminta agar
Achadi tidur di guest house Istana Merdeka. Dia juga meminta agar Achadi memberikan laporan
dalam rapat KOTI keesokan hari. Kata sukarno , Soeharto pun akan hadir pula dalam rapat itu.
namun , seperti yang sudah diceritakan di atas, rapat itu gagal digelar. Istana Merdeka kembali
dikepung oleh pasukan pro Suharto. Sementara sukarno , merasa dirinya berada dalam
ancaman, meminta Komandan KKO Mayjen Hartono mengawalnya ke Istana Bogor.
berdasar keterangan saksi cerita Achadi, Soeharto sempat mendatangi sukarno dan meminta agar sukarno
tetap tinggal di Istana Merdeka. kondisi di luar tidak aman, begitu kata Soeharto seperti ditiru
Achadi.
namun sukarno yang sudah curiga dengan kondisi tak menggubris kata kata Soeharto. Dia
tetap melangkah ke luar menuju mobil yang akan membawa bawa nya ke Bogor.
Di halaman Istana Merdeka, berdasar keterangan saksi informasi yang diperoleh Achadi lalu dari Pak Parto,
supir sukarno , hampir saja terjadi bentrokan antara pasukan KKO dengan RPKAD.
Begitu melihat mobil Sukarno hendak meninggalkan halaman, sekelompok tentara pro Soeharto
dengan senjata dalam posisi siaga mendekat hendak menghentikan laju mobil. Namun mereka
memilih mundur sesudah mengetahui bahwa Komandan KKO Hartono juga ikut mengawal sukarno .
jika sukarno disikat, Hartono pasti akan melakukan action. Dia memiliki satu kompi yang
bersiaga di silang Monas, cerita Achadi.
Sementara itu, melihat sukarno meninggalkan Istana Merdeka, Achadi juga tak mau tinggal
berlama lama di Istana yang sudah terkepung. Dia memilih segera menghindar.
Dengan pengawalan Menpor, Achadi mengikuti rombongan sukarno ke Bogor. namun
sebab Istana Bogor juga dikepung tentara, Achadi memilih melanjutkan perjalanan ke markas
Menpor di kawasan puncak.
Di tempat itu saya menunggu langkah Hartono menghalang halangi gerak pasukan Soeharto,
seperti yang diperintahkan sukarno . namun kan kita akhirnya tidak bisa ngapa ngapain, kata
Achadi lagi.
Keesokan harinya, 15 Maret 1966, Soeharto resmi mengumumkan penangkapan menteri menteri
yang dianggap terlibat dalam peristiwa pembunuhan enam jenderal dan seorang perwira muda
Angkatan Darat, dinihari 1 Oktober 1965.
Pidato Pertama pergerakan Letkol Untung
Disiarkan RRI, tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 7.15 pagi.
ON Thursday, September 30, 1965, a military move took place within the Army in the capital
city of Djakarta, which was aided by troops from other branches of the Armed Forces. The
September 30th Movement which is led by Lieutenant Colonel Untung, Commandant of a
Battalion of the Tjakrabirawa, the personal bodyang uard of President Sukarno, is directed against
Generals who were members of the self styled Council of Generals.
A number of Generals have been arrested and important communications media and other vital
installations have been placed under the control of the September 30th Movement, while
President Sukarno is safe under its protection. Also a number of other prominent leaders in
society, who had become targets of the action by the Council of Generals, are under the
protection of the September 30th Movement.
The Council of Generals is a subversive movement sponsored by the CIA and has been very
active lately, especially since President Sukarno was seriously ill in the first week of August of
this year. Their hope that President Sukarno would die of his illness has not materialized.
Therefore, in order to attain its goal the Council of Generals had planned to conduct a show of
force (machtvertoon) on Armed Forces Day, October 5 this year, by bringing troops from East,
Central and West Java.
With this large concentration of military power the Council of Generals had even planned to
carry out a counter revolutionary coup prior to October 5, 1965. It was to prevent such a counter
revolutionary coup that Lieutenant Colonel Untung launched the September 30th Movement,
which has proved a great success. According to a pernyataan obtained from Lieutenant Colonel
Untung, the Commandant of the September 30th Movement, this movement is solely a
movement within the Array directed against the Council of Generals which has stained the name
of the Army and harbored evil designs against the Republic of negara kita and President Sukarno.
Lieutenant Colonel Untung personally considers this movement as an obligation for him as a
member of the Tjakrabirawa, which has the duty to protect the President and the Republic of
negara kita .
The Commandant of the September 30th Movement further explained that the action already
taken against the Council of Generals in Djakarta will be followed by actions throughout
negara kita against agents and sympathizers of the Council of Generals in the regions. According
to the pernyataan of the Commandant of the September 30th Movement, as a follow up action, an
Indonesia Revolution Council will be established in the capital, while in the regions Provincial,
District, Sub District, and Village Revolution Councils will be established. Members of the
Revolution Council will be composed of civilians and military personnel who fully support the
September 30th Movement. Political parties, mass organizations, newspapers, and periodicals
may continue functioning, provided that within a time period which will be specified later they
declare their loyalty to the Indonesia Revolution Council.
The Indonesia Revolution Council which will be established by the September 30th Movement
will consistently carry out the Panca Azimat Revolusi, the decisions of the MPRS, the decisions
of the DPR GR, and the decisions of the DPA. The Indonesia Revolution Council will not
change the Indonesia foreign policy, which is free and active and antinekolim, for the sake of
peace in Southeast Asia and in the world. Also there will be no change of policy with regard to
the Second Afro Asian Conference and Conefo, as well as the confrontation against Malaysia;
and KIAPMA, along with other international activities which have been scheduled to take place
in negara kita ,will be held as planned.
As Commandant of the September 30th Movement, Lt. Colonel Untung called on the entire
Indonesia people to continue to increase vigilance and fully assist the September 30th
Movement in order to safeguard the Indonesia Republic from the wicked deeds of the Council
of Generals and its agents so that the Message of the Peopleâs Suffering can be fulfilled in the
true sense of the word.
Lt. Colonel Untung appealed to all Army officers, non commissioned officers and soldiers to be
resolute and to act to eradicate completely the influence of the Council of Generals and its agents
in the Army.
Power mad Generals and officers who have neglected the lot of their men and who above the
accumulated sufferings of their men have lived in luxury, led a gay life, insulted our women and
wasted government funds, must be kicked out of the Army and punished accordingly. The Army
is not for generals, but is the possession of all the soldiers of the Army who are loyal to the ideals
of the revolution of August 1945. Lt. Colonel Untung thanked all troops of the Armed Forces
outside the Army for their assistance in the purging of the Army and hoped that purges also will
be carried out in the other branches of the Armed Forces against agents and sympathizers of the
Council of Generals. Within a short time Commandant Lt. Colonel Untung will announce the
First Decree concerning the Indonesia Revolution Council; other decrees will follow.
Djakarta, September 30, 1965
kabar rmation Section of the September 30th Movement as broadcast over the Indonesia Radio in
Djakarta
Bukti bukti keterlibatan CIA Dengan Tragedi G30SPKI
Document DDRS
DDRS yaitu singkatan dari Declassified Docum Reference System dari AS, manuscript rahasia resmi.
Dalam kaitan dengan tragedi G30S 1965, ada enam manuscript yang merekam keterlibatan aktif
tentara, khususnya beberapa Jendral Angkatan Darat RI. manuscript manuscript ini tersimpan dalam
Lyndon B Johnson Library.
DOCUMENT 1
INCOMING TELEGRAM Department of State DOCUMENT 1
Declassified Docum
Reference System
(Her after DDRS) 1975:1
Control: 4223
Roc'd: MARCH 6, 1964
FROM: DJAKARTA 8:36 A.M.
ACTION: SECSTATE 1854 IMMEDIATE
kabar : KUALA LUMPUR 676 IMMEDIATE
DATE: MARCH 6, 6 P.M.
LIMDIS
DEPTEL 946
during hour and ten minute conversation with gen nasution this
morning, i made major points in reftel. i said i came in spirit of
friend of negara kita who saw storm clouds on horizon and who believed
in old adage, an ounce of prvention is worth pound of cure. nasution
listened soberly for half an hour as i painted picture of critical
economic situation, collision course on which go i, seriousness of
situation that might develop if bangkok talks pailed and obvious fact
that situation appeared to be playing into hands of pki threatening
his own stated objectives for negara kita and leading to possible
serious breach with free world and specifically us. intent down the
line reminding nasution amendments of aid legislation might soon force
us to cancel all aid to negara kita as well as anzus treaty obligations
which would apply if australian and new zealand forces became
involved.
nasution said he did not disagree with my analysis of the situation
which internally and externally he regarded as most serious. he
reminded me that months ago he had stated his pessimistic outlook over
the malaysia problem and his conviction that the manila tokyo talks
could not rpt not actually solve problem. he admitted frankly
confrontation was hurting
comment: my impression was that nasution was impressed and sobered
though not surprised by serious view we were taking of current
situation. although he carefully avoided comment on effect
developments might have on us indo relations, he obviously fully
517
grasped implications and i am confident this part of conversation will
be passed on.
nasution demonstrated complete familiarity with seriousness of
economic and food situation (volunteered ten per cent of japanese
going hungry) and made no attempt to gloss over its implication.
i emerged with following conclusions: 1. short of political
settlement, indo military are determined to continue confrontation but
will handle with gloves to prevent escalation into large scale
conflict and will place increasing emphasis on political
indoctrination of freedom fighters as against jungle warfare.
2. nasution at least was alert to pki dangers internally and placing
great emphasis on indoctrination of officers and men to ensure
military will be ready to meet challenge when it came. indo army
still anti communist in outlook, he insisted.
3. indo military apprently had no plans to deal with economic
problems of nation but only threat to nation's independence which such
problems might bring in their wake.
he avoided like the plague any discussion of possible military
takeover, even though this hovered in air thoroughout talk, and at no
time did he pick up obvious hints of us support in time of crisis.
i intend continue this type of conversation with other military
leaders, first with gen yani.
at opening of conversation i presented autographed photograph of
nasution on meeting pres johnson for which nasution expressed deep
appreciation. gp 3.
jones
mv
note: passed white house 3/6/64, 9:20 am.
advance copy to s/s 0, 3/6/64, 8:41 am.
reproduction from this copy is
probibited unless unclassified
lyndon baines johnson library
manuscript pertama, nomor kontrol 4223. Direkam 6 Maret 1964. Dari Jakarta
pukul 8:36 AM. Isi pokoknya, Jones berbincang sekitar satu jam sepuluh
menit dengan Nasution mengenai situasi krusial di negara kita . Nasution
bicara mengenai ancaman PKI, tentara siap menghadapi PKI, dan menandaskan tentara
negara kita masih tetap anti komunis.
document 2
incoming telegram department of state document 2
lyndon b. johnson
library. national
security file, in
donesia count file,
file, vol.3, box 246
control: 16687
recd: jan 21, 1965, 9:48 pm
from: djakarta
action: secstate 1435 priority
kabar : d.cd unnumbered
cinpac 342
date: jan 22, 8 am.
told me today in strict confidence army is developing specific
plans for takeover of governement peristiwa t sukarno steps off stage. had
just come from meeting with general parman who had discussed plans
with him. said that although planning was being done on
contigency bases with an eye to post sukarno era strong sentiment
existed among important segment top military command for takeover
prior demise sukarno. whether this happened would depend upon events
of next few weeks conflicting pressures were building up to such a
pitch that in his own opinion army might be forced to take action
within next 30 to 60 days to offset pki moves. communists were
building up paramilitary forces and beginning to arm these forces, he
said. army intelligence was aware of these locations, however, and
plans contemplated immediate isolation of these centers when peristiwa t
for action arrived.
there was no repeat no sentiment among any of military leadership to
move against sukarno, however emphasized if
military were forced to move in near future, while they might present
sukarno with fait accompli, coup would be handled in such a way as to
preserve sukarno's leadership intact even those who were criticizing
sukarno's leadership, said, were convinced that there was no
possibility of any coup succeeding against sukarno. he was still
beloved of the masses.
reproduction from this copy is
prohibited unless unclassified Copy
manuscript kedua, nomor kontrol 16687, negara kita Count file, file vol: 3, box 246. Direkam dari
Jakarta pada 21 Januari 1965. Isi pokoknya yang terpenting: , .. (titik titik, pen.) mengatakan
padaku hari ini dengan strict confidence bahwa tentara sedang memperkembangkan
rancangan rancangan khusus untuk mengambil alih kekuasaan begitu Soekarno tersingkir. , ,
(titik titik, pen.) baru saja berunding dengan Jendral Parman mengenai rencana ini .
DOCUMENT 3
DOCUMENT 3
DDRS 1981:274C
CENTRAL INTELLIGENCE AGENCY
26 January 1965
SUBJECT: Principal problems and Prospects in negara kita
SUMMARY
We are now faced not only with known and growing danger from Sukarno,
but with the uncertainties of possible negara kita without Sukarno. If
this ailing dictator abould indeed die in the near future, his bequart
to negara kita would be international outlawry, economic near chaos, and
to Communist domination. 'Yet if Sukarno lives on for acces time to
the chance of the Communist Party (PKI) to assume power will probably
continue to improve. We do not believe that a Communist negara kita is
imminent, or that Sukarno will initiate war. In our view however,
there is sufficient chaos of such developments over the next year or
two warrant especial intelligence and planning attention.
The beginnings of a scramble for succession to Sukarno are already
evident. Should Sukarno leave the in the near future, we
believe that the initial struggle to replace him would be won by Army
and non Communist. ; though Communists would continue to
play an important role. Such a governement would probably continue to
be anti US , and a threat to peace. Furthermore, unless
the non Communist leaders displayed more back ,
effectiveness, and than they have to date the charces of
eventual PKI of negara kita would quickly mount.
Copy
Lyndon B. Johnson Library
manuscript ketiga, manuscript CIA. Kodenya: document 3, DDRS 1981:274C, 26 Januari 1965. Ia
juga penuh titik titik. Di antaranya tertulis: Awal perjuangan memperebutkan menggantikan
Soekarno sudah kian jelas. Begitu Soekarno meninggalkan , .. (titik titik, pen. ) pada masa
dekat, kami percaya perjuangan awal untuk menggantikannya akan dimenangkan oleh tentara dan
para non komunis.
DOCUMENT 4
DOCUMENT 4
DDRS Retrospective
Collection (herafter R)
597C
THE UNDER SECRETARY OF STATE
WASHINGTON
SECRET
March 18, 1965
MEMORANDUM FOR THE PRESIDENT
Subject: Proposed Mission for Ellsworth
Bunker to negara kita
Our relations with negara kita are on the verge of falling apart.
Sukarno is turning more and more toward the Communist PKI. The Army,
which has been the traditional countervailing force, has its own
problems of internal cohesion.
Within the past few days the situation has grown increasingly more
ominous. Not only has the management of the American rubber plants
been taken over, but there are dangers of an imminent seizure of the
American oil companies.
Under these circumstances, Secretary Rusk and I feel it essential to
get a clear, objective reading of the situation.
Ambassador Jones has been in Djakarta for seven years. He is tired
and worried. He has done everything possible to advance American
interests through his close personal relations with Sukarno, but that
line seems pretty well played out.
Before we recommend to you some of the hard decisions that may be
required over the next few weeks we think it would be valuable to have
Ellsworth Bunker make a fresh and objective reading of the situation.
After he had reported his conclusions we would be in a better position
to advise whether
a. You should send Bunker to Djakarta as Ambassador;
b. You should send someone less prestigious; or
c. The post should be left vacant as an expression of our
dissatisfaction pending an improvement in relations.
We recommend, therefore, that Ambassador Bunker be asked to pay a
brief visit to Djakarta. He is prepared to leave next Wednesday. His
521
mission would have the following objectives:
1. He could carry a letter from you to Sukarno. Because of
Sukarno's respect for you this might be the means of temporarily
stabilizing the situation.
2. He could make use of his own prestige with the negara kita ns (you
will recall he was the man who nogotiated the West New Guinea
settlement) to try to get a commitment from Sukarno to take a
more moderate course.
3. He would be able to recommend the decisions we may be forced to
make regarding the further evacuation of personnel; the handling of
the problem of the oil companies, etc.
If you think well of this idea, we will prepare a draft letter from
you to Sukarno which Ambassador Bunker could deliver. Meanwhile, the
mere fact that Sukarno knew that Ambassador Bunker was proposing to
visit Djakarta on your behalf could have a stabilizing effect.
George W. Ball
Copy
Lyndon B. Johnson Library
manuscript keempat, kode: DDRS Retrospective Collection, 597C. Ditulis oleh George W. Ball
dari The Under Secretary of State, Washington kepada
presiden AS. Sifat: rahasia. Tanggal: 18 Maret 1965. Isinya mengenai
kecemasan AS akan kemungkinan keretakan hubungan AS RI sebab Soekarno makin dekat
dengan PKI dan Angkatan Darat yang secara tradisional jadi lawan PKI, terpuruk dalam
problem internal sendiri. Dalam sepuluh hari terakhir situasi makin gawat. Manajemen
perkebunan karet AS terancam diambil alih dan juga ancaman bagi perusahaan perusahaan
minyak AS. Dubes Jones sudah kewalahan. Maka pihak Sekretaris Negara AS mengajukan tiga
usulan: (1) mengirim Ellsworth Bunker ke negara kita sebagai dubes, (2) atau mengirim
seseorang yang berpengaruh, (3) atau membiarkan pos dubes kosong sebagai tanda
kekecewaan AS pada RI.
DOCUMENT 5
DOCUMENT 5
DDRS R: 26 F
CENTRAL INTELLIGENCE AGENCY
Intelligence kabar rmation Cable
COUNTRY negara kita
DATE OF 14 MAY 1965
atau belief of senior indonesia diplomat that negara kita will
sever diplomatic relations with united states by august
1965
1. the indonesia government will probably sever diplomatic relations
with the united states within three months, despite the
alleviation of strain between the two countries resulting from the
mission of ambassador ellsworth bunker. the rupture will be preceded
by further deterioration in overall relations. the indonesia
communist party, which is rapidly increasing in strength, will bring
continual pressure to bear on indonesia president sukarno to break
relations, and in the absence of us support for his malaysian policy
sukarno will probably yield to this pressure.
manuscript kelima, manuscript CIA. Kode DDRS R: 26F, tanggal 14 Mei 1965. Isi pokok:
mempercayai seorang diplomat senior negara kita bahwa negara kita akan memutuskan
hubungan diplomatik dengan AS dalam tiga bulan mendatang. Pemutusan hubungan diplomatik
itu akan d iikuti dengan pemutusan di segala sektor. PKI akan makin menekan Soekarno demi
tercapainya pemutusan hubungan ini .
DOCUMENT 6
INCOMING TELEGRAM Department of State DOCUMENT 6
DDRS R: 608E
SECRET
PP RUEHCR
DE RUMJBT 373A 2611735
ZNY SSSSS
P 081415Z
PM AMEMBASSY DJAKARTA
TO RUEKER/SECSTATE WASHDC PRIORITY 923
kabar RUERDA/DOC UNN
RUMPAG/AMEMBASSY CANBERRA 88
RUMTsukarno atau AMEMBASSY BANGKOK 55
RUMJDH/AMCONSUL HONG KONG 92
RUMJKL/AMEMBASSY KUALA LUMPUR 152
RUFHDN/AMEMBASSY LONDON 97
RUMJMA/AMEMBASSY MANILA 265
HUALOT/AMEMBASSY TOKYO 99
STATE GRNC
BT
SECRET OCT 8
CINCPAC FOR POLAD
1. ONE WEEK HAS PASSED SINCE MASSACRE TOP ARMY LEADERSHIP IN OCT 1
PRE DAWN COUP. IT NOW INCREASINGLY CLEAR THAT PKI AND AIR FORCE LEADERSHIP
CLEARLY IMPLICATED AND THAT SUKARNO HIMSELF PROBABLY AT LEAST AWARE OF
ACTIONS PLANNED BY 30 SEPT MOVEMENT. SITUATION STILL FLUID, BUT FOLLOWING
SEEK TO US MOST ENCOURAGING DEVELOPMENTS TO DATE:
A. COMMUNISTS ARE NOW ON THE RUN FOR THE FIRST TIME IN MANY YEARS IN
negara kita . AIDIT S WHEREABOUT NOT RPT NOT KNOWN AND RALLYING CALL TODAY
AMONG NON COMMUNIST
PAGE TWO RUMJBT 373A SECRET
ELEMENTS IS HANG AIDIT . AT LEAST ONE TOP PKI LEADER TAKEN INTO CUSTODY
(NJONO) AND THERE UNCONFIRMED REPORTS THAT ANOTHER (NJOTO) HAS BEEN
SEIZED. PKI ORGANIZATIONAL APPARATUS HAS BEEN DISRUPTED AND PARTY
DOCUMENTS DISPERSED. THIS CAPPED TODAY WITH BURNING OF PKI HEADQUARTERS IN
DJAKARTA.
B. AT SAME TIME, VIRTUALLY ALL MUSLIM AND CHRISTIAN ORGANIZATIONS HAVE
RALLIED BEHIND ARMY, AND EVEN PNI, WHICH LONG
FACTOR IS EXISTENCE OF GOOD PKI UNDERGROUND NETWORK WHICH COULD IN ANY
EVENT CONTINUE CAUSE TROUBLE FOR ARMY.
3. WHILE KIAPMA (ANTI FOREIGN MILITARY BASES CONFERECE SCREDULED OPEN
OCT ) MIGHT PROVIDE MEANS FOR SUKARNO ATTEMPT RALLY NEKOLIM SPIRIT AND
DROWN INTERNAL DISAGREEMENT IN BIGGER INTERNATIONAL CAMPAIGN, CONDITIONS IN
CITY, INCLUDING STRICT 12 HOUR CURFEW, ARE NOT CONDUCIVE TO ENTERTAINING
FOREIGN VISITORS OR HOLDING INTERNATIONAL CONFERENCE.
INDICATIONS ARE THAT SUKARNO AND soebandrio ARE TRYING TO PIN INTERNAL AFFAIR
524
ON NEKOLIM , AND MAY BE EXPECTED TO COME OUT WITH SPECIFIC CHARGES
AGAINST US AND PROBABLY CIA. ALTHOUGH KIAPMA WOULD PROVIDE EXCELLENT
SOUNDING BOARD FOR THIS THEME, WE THINK IT HIGHLY UNLIKELY THAT SUCCESSFUL
CONFERENCE CAN BE HELD ON SCREDULE.
4. ARMY NOW HAS DECIDED EDGE. QUESTION IS, WHAT WILL ARMY DO WITH ITS
ADVANTAGE, IT LIKELY ARMY WILL COLLECT EVIDENCE OF INVOLVEMENT PKI AND ITS
OTHER ENEMIES IN 30 SEPT AFFAIR. IT MAY WELL FIND EVIDENCE THAT SUKARNO
INVOLVED, AND IF SO THIS MIGHT FORCE LESS OBSTINATE LINE.
PAGE FIVE RUMJBT 373A SECRET
FROM PRESIDENT. IF ARMY LEADERS REALIZE THAT THIS IS peristiwa T OF TRUTH AND
HAVE DETERMINATION TO STAND UP TO SUKARNO THEY CAN WIN. ARMY NOW SHOWS
NO INTENTION OF OPENLY DITCHING SUKARNO AND WILL PROBABLY FEEL NEED TO USE
HIS NAME FOR SOME TIME. IF ARMY CAMPAIGN LOSES saat saat AND POWER IS
ALLOWED TO SLIP BACK TO SUKARNO, LATTER LIKELY EVENTUALLY TO RETALIATE BY
RESORTING TO EVEN MORE VIOLENT TACTICS AGAINST INTERNAL OPPOSITION.
HOWEVER, EVEN IF THIS HAPPENS, SUKARNO CAN NEVER AGAIN RULE AS HE ONCE DID.
THE IMAGE OF THE GREAT LEADER IS TARNISHED ALTHOUGH IN THE SHORT RUN HE
CAN CERTAINLY CAUSE THIS COUNTRY S NON COMMUNIST ELEMENTS, AND THE UNITED
STATES, A GREAT DEAL OF DIFFICULTY.
GP 3. GREEN
BT
Note: Advance Copy to S/S O at 1:20 a.m., October 9
Passed NSA, USIA, USUN at 1:30 a.m., October 9
copy
Lyndon B. Johnson Library