Rabu, 14 Desember 2022
kudeta 10
Desember 14, 2022
kudeta 10
Selanjutnya, sampailah kita sekarang kepada tanggal 15 Januari 1966. Hari Sabtu. Sidang
Kabinet yang diperluas di Istana Bogor, yang juga dikepung oleh demonstrasi pemuda pemuda
dan mahasiswa yang datang diorganisasi bukan saja dari Ibukota, namun juga dari berbagai kota di
Jawa Barat.
Saya hadir pula pada Sidang Kabinet itu, ikut melihat apa yang terjadi. Beginilah ceritanya: Hari
itu (15 Januari 1966) pagi pagi sekali saya ditilpon oleh saudara Chaerul Saleh,Waperdam
/Deputy III, agar datang ke Istana Bogor berhubung akan ada Sidang Kabinet diperluas hari
itu. Dikatakan diperluas sebab hadir pula juga wakil pemuda dan mahasiswa dalam sidang Kabinet
itu, katanya. Chaerul pesan kepada saya agar naik helikopter bersama sama dengan Dr. J.
Leimena (Oom Jo) dari Markas Besar Polisi Jakarta Raya (KAPOLDA) di J1. Jendral Sudirman.
Chaerul Saleh dan soebandrio sudah di Bogor sejak kemarin sore.
saat akan naik ke` helikopter saya bertanya pada Oom Jo: Apa belum selesai juga Revolusi
kita ini, OomJo dengan senyum yang spesifik itu menjawab: Ohoo, nog lang niet, nog lang
niet (Ohooi, belum, masih jauh, masih lama).
Mestinya saya menanyakan atau dia menanyakan kepada saya, mengenai sikap sukarno yang
meragakan political solution yang pernah saya usulkan kepadanya.namun saya merasakan tak ada
suasana untuk menyinggung hal ini di saat itu. Namun saya terpancang pada harapan yang
dikemukakan sukarno dengan mengumumkan sesuatu langkah untuk mencegah atau untok
membelokkan banjir bencana yang akan menimpa, mungkin di dalam sidang kabinet diperluas
hari ini. Nah, jika tidak juga, apa gunanya saya ditahan, tunggu dahulu jangan pulang ke Kuba
dahulu , sampai saya tidak sempat menghadiri Sidang Tricontinental, sampai tersiar tulisan di koran
Juventud Rebelde dan Granma, tulisan yang mencemarkan nama sukarno . Demikianlah
fikiran yang merasuk ke dalam otakku sementara helikopter melayang di udara menuju Bogor.
Saya berdua dengan Oom Jo saja dengan pilotnya di heli itu. Indah sekali letaknya geografis kota
Bogor ini tampak dari Udara. Coba, jika dahulu jadi dilaksanakan ide sukarno untuk
memindahkan Ibu kota ke Bogor ini, dan Jakarta hanya dijadikan kota pelabuhan samudra saja!
Saya terkenang saat saya diikutkan dalam flying tour di masa ide ini sedang difikirkan.
Waktu helikopter turun mendarat, sebuah jeep sudah menunggu kedatangan kami. Saya melihat
di dalam ruang sidang semua Menteri dan Kepala Staf ABRI sudah lengkap hadir pula :Jendral A.H.
Nasution Letjen Soeharto dari Angkatan Darat; Laksamana Martadinata Laksamana Ali Sadikin
dari Angkatan Laut; Komjen Sutjipto Yudodihardjo dari Kepolisian dan dari AURI saya belum
kenal. Juga yang dikatakan Chaerul wakil pemuda dan mahasiswa itu saya belum kenal.
Sebagai biasa, saya selalu mengambil tempat menghadapi sukarno . Di kiri dan di kanannya
duduk semua Waperdam dan semua Kepala Staf ABRI. Saya terharu melihat wajahnya Jendral
A.H. Nasution yang mengalami musibah cedera kakinya, saat lari menyelamatkan diri, juga
sebab kehilangan putrinya, si bocah Ida Suryani. Haru kemanusiaan mengimbau rasa kasihan di
dalam hatiku.
saat saya menuliskan baris baris ini dengan mesin ketikku yang sudah tua juga , kenanganku
kembali pada jendral saya A.H. Nasution ini yang secara amikal saya panggil Pak Nas (jangan
lupa, saya pernah di bawah komandonya langsung saat saya Letkol PEPOLIT di Jawa Barat,
1946 1947, sebelum saya ditarik ke Kementerian Perta hanan di Yogyakarta). Terbayang
kembali saat kita sama sama bergerilya. Sekarang ini, bulan Mei 1997, di negara kita di sana
sedang bergolak udara panas permainan sandiwara Pemilihan Umum Presiden Soeharto,
tentara kontra pemuda dan rakyat pendukung Megawati Sukarnoputri.Walaupun saya mengetahui , dahulu ,
pada waktu 1967 di Bandung, skenario sandiwara Pemilihan Umum itu yaitu kreasi MPR
yang diketuai oleh Jendral Nas, sehingga saya menyebut di dalam brosur saya yang diterbitkan
oleh YAWF (Youth Against War and Fascisme) di NewYork yang berjudul Dikmilfas Nasuh &
Co. (Diktatur Militer Fasis Nasution Soeharto & Co.) namun sekarang, sesudah 30 tahun
berlalu, dengan ini saya sampaikan kontrak perdamaian yang tulus dari lubuk hatiku kepada
beliau, Pak Nas Sebab saya sudah menginsafi, bahwa beliau itu, sejak 1 Oktober 1965 hanya
dijadikan korban manipulasi Letjen Soeharto yang amat licik dan licin.
Sebelum saya berangkat ke Kuba, saya dibawa mutar oleh Ketua PARTINDO Sumatra Utara
oleh Pak Jacob Siregar (Paman Amir Sjarifuddin) ke daerah Sumatra Utara dan Tapanuli. Saya
sempat menyinggahi rumah ayah Pak Nas itu, sebuah rumah yang amat sederhana, seperti
kebanyakan rumah kami di Sumatra biasanya , di Pematang Siantar, yang amat terkenal
dengan buah salak yang manis, namun kontrak damai seperti itu tidak akan aku buat untuk
Soeharto. Never and never! Pembunuhan satu juta manusia yang tidak berdosa dan ngegerakan gerakan
Presiden Sukarno, sebagaimana dilakukan oleh Soeharto itu tidak ada pintu maaf baginya,
kecuali Pintu Gerbang Revolusi Massa Pemuda dan Rakyat Total. Hatiku selalu di pihak mereka
yang didera derita ketidakadilan. Lagi sebuah peribahasa kami di Sumatra: Raja adil raja
disembah Raja murka raja disanggah . Ini dia prinsip keadilan dan demokrasi di zaman
purbakala! Sekarang negara kita dibuat oleh Soeharto seperti zaman Jahiliah Kafir Raja Fir'aun di
Mesir sebelum dunia kita bertarich! Apakah manusia yang bisa berfikir harus diam saja, No!
sedang Amerika yang dijuluki jagonya dunia kapitalis itu, sudah begitu panas dan benci
melihat praktek praktek kediktatoran Presiden Soeharto. Buktinya, bacalah Laporan
negara kita HUMAN RIGHTS PRACTICES, 1995 1997 yang dibuat oleh U.S. Depart
ment of State mengenai negara kita .
Selanjutnya, marilah kita saksikan apa yang terjadi di dalam Sidang Kabinet di Istana Bogor di
hari itu.
Saya hidangkan terlebih dahulu apa yang sudah dicatat oleh Dwipayana dan Sjamsuddin di dalam
buku Jejak Langkah Pak Harto: Sabtu, 15 Januari 1966. Pagi iniPresiden Sukarno memimpin
sidang paripuna Kabinet Dwikora di Istana Bogor, dan mengundang tokoh tokoh mahasiswa
untuk menghadiri nya. Oleh sebab itu, hari ini kota Bogor tidak hanya didatangi oleh sebuah
delegasi mahasiswa, melainkan ribuan mahasiswa yang bergabung dalam KAMI. Mereka ingin
mengikuti dari dekat sidang Kabinet Dwikora ini , sebab berdasar keterangan saksi rencana, Presiden
Sukarno akan memberikan keterangan dan jawabannya secara langsung kepada rakyat.
Sementara sidang berlangsung, di luar istana sudah terjadi keributan antara massa KAMI dengan
anggota anggota Cakrabirawa pengawal Istana Bogor sehingga yang terakhir ini melepaskan
tembakan. Situasi baru dapat ditenangkan sesudah Letjen Soeharto, yang didampingi oleh Pangal
Laksdya (L) Martadinata dan Pangak Komjen (P) Sutjipto Judodihardjo, datang melerai.
Sementara itu di dalam sidang, Presiden Sukarno mengatakan bahwa siapa yang sanggup
menurunkan harga harga dalam waktu 3 bulan, akan diangkatnya menjadi menteri, namun
jijika gagal, maka orang ini akan ditembak mati. Presiden juga mengatakan bahwa
persoalan harga ini sangat sulit, sehingga ia tidak menyetujui cara cara mahasiswa
mengemukakan tuntutan mereka dengan men caci maki dan malah mengatakan bahwa menteri
menteri itu goblok.
Selanjutnya Presiden Sukarno menyerukan kepada para pengikutaya agar menyusun barisan, dan
berdirilah di belakang Sukarno. Sehubungan dengan itu Mayjen (Tituler) Achmadi diperintahkan
untuk membentak barisan itu. Komando inilah yang lalu diistilahkan oleh soebandrio
sebagai 'Barisan Soekarno '.
Sekianlah kutipan, catatan yang sebetulnya terjadi di hari itu yaitu : Sidang Kabinet Dwikora
kali ini bukanlah untuk bertukar pikiran, bukan juga untuk menyusun suatu konsepsi dan
hasil penelitian mengenai situasi politik yang sedang berlangsung melainkan untuk mendengarkan
sikap sukarno yang tegas tidak mau menyerah dan mundur terhadap intimidasi kaum
demonstran pemuda, mahasiswa KAMI yang dihasut dan digerakkan oleh Tentara yang direstui
oleh Letjen Soeharto.
sukarno sudah melihat dan menyadari,bahwa persatuan nasio nal yang sudah disemangatinya
dengan seluruh jiwanya yang anti kolonialis sejak usianya yang muda belia di tahun 1926,
persatuan nasional itu kini sudah pecah berderai oleh hantaman Peristiwa GESTAPU. Di tahun
1926 itu, dengan keberaniannya sebagai Demosthenes orator, Plato, bersama Socrates dan
Aristoteles, para ahli filsafat dari zaman republik pertama diYunani Kuno, dan dengan
kepandaian seninya yang bernilai tinggi keindahannya, sepan dai Praxiteles dan Phidias di zamanYunani ini sukarno di tahun 1926 itu sudah membangun berdirinya sebuah
Tugu Persatuan Nasional dari batu padas penderitaan bangsanya sejak berabad abad,yang
terdiri dari elemen elemen, zat zat nasionalisme agama marxisme. Maka dengan keberanian
jiwa persatuan nasional ini ,Angkatan 45 berhasil memutuskan rantai belenggu penja jahan
Belanda tiga setengah abad, dan mendirikan Republik Indo nesia dari Skakak hingga ke
Merauke, teguh tegap di atas UUD '45 dan Pancasila.
Begitulah mata khayalku melihat sukarno di dalam Sidang Kabinet di hari itu. Hatiku
bangga dan terharu, namun juga gemes (kesal) mendengarkan pidatonya itu. Mengapa, Sebab,
sukarno tidak juga mau mengambil keputusan mengenai political solution yang saya sudah
usulkan kepadanya. Saya kira tadi di Sidang Kabinet hari inilah kesempatan yang sebaik baiknya
untuk mengeluarkan dia memiliki solution untuk mencegah atau membelokkan banjir intimidasi
politik neo kolonialisme yang saban hari kian meningkat mau menenggelamkannya.
Ternyata kemasyang ulan saya itu dibenarkan oleh fakta . Selang dua bulan berikut, yaitu pada
tanggal 11 Maret 1966, membrojol itu SUPERSEMAR yang oleh Letjen Soeharto secara licin
dan licik dibuatnya menjadi linggis konsitusional untuk secara anti konstitusional mendongkel
sukarno dari kekuasaannya yang sah sebagai Presiden R.l. untuk mencari dasar legitimasi
bagi tindakan tindakannya yang non konstitusional itu. DPR GR dan MPRS dibubarkannya dan
diganti dengan DPR dan MPR yang baru tanpa pemilihan umum demokratis. Katanya,
berdasarkan konsensus nasional yang dicabutnya dari kantong celananya sendiri, tidak melalui
pemilihan umum, sebagaimana seharusnya berdasar keterangan saksi UUD '45. Konsensus Nasional yang betul,
yaitu yang dengan lain perkataan yaitu kerukunan atau kemufakatan nasional yang betul,
haruslah dicapai secara demokratis, dan bukan konsensus nasional yang palsu yang dicapai di
bawah todongan bayonet tentara dan demonstrasi pemuda KAMI yang diperalatnya. Di dalam
hal inilah saya melihat dan saya sayangkan Jendral A.H. Nasution dibuat menjadi figur tragis,
dibuat korban manipulasi politik oleh Letjen Soeharto di dalam rencana kudetanya untok
memperoleh stempel konstitusional dari MPR yang diketuai oleh Jendral Nas itu.Tragis,
kukatakan, sebab saya mengetahui betul dan semna orang mengetahui , bahwa Pak Nas itu lebih politics
conscious, lebih sadar politik. Pak Nas yaitu seorang jendral yang correct dalam sikap, tidak
sekotor Soeharto dalam sejarah kemiliteran Republik kita ini, secara politik, sosial maupun
material dan keuangan .
Saudara saudara, kita semua sekarang sedang berada di dalam situasi yang amat sulit, sebagai
akibat perbuatan subversi kaum Nekolim yang tidak berhenti sejak kita mendirikan Negara
Republik Indo nesia kita ini. Kita menghadapi persoalan persoalan di bidang politik, ekonomi;
kouangan, keamanan dalam negeri, akibat perbuatan subversi kaum Nekolim yang sudah
meningkatkan serangan serangannya sampai terjadilah apa yang disebut GESTAPU atau
GESTOK. sebab itu Saudara saudara, kita semua di dalam situasi sedemikian itu,
hendaknyalah, seharusnya bersikap tenang. sukarno mohon, minta, kepada Saudara saudara
bersikap tenang jangan kehilangan kepala, saya memerlukan kondisi tenang untuk bisa
mengambil dan melaksanakan keputusan politik, political solution. Sekah lagi, saya minta
agar jangan sampai terjadi 'menguber tikus sampai rengkiang padi jadi terbakar'. Berdirilah
semua bangsa dan rakyat kita di belakang sukarno , sebagai satu Barisan Sukarno. Saya
t~dak akan mundur selangkah pun, saya tidak akan mundur setapak pun menghadapi perbuatan
subversi Nekolim itu. Insya Allah.
Demikianlah uraian isi pidato sukarno di dalam Sidang Kabinet pada hari Sabtu, 15 Januari
1966 yang dapat saya ingat ingat sampai sekarang.
sesudah sukarno selesai menguraikan pidatonya itu, beliau mempersilahkan Ketua
MPRS/Waperdam III Chaerul Saleh untuk berbicara. Bagaimana uraian Chaerul Saleh, Dengan
bersemangat Angkatan 45 beliau memperkoat dukungan nya terhadap pidato sukarno , dengan
kata penutup semna bersatu ke dalam Barisan Sukarno. Soeharto kasih unjuk siapa Dia...
Sehabis pidatonya Chaerul Saleh, sidang Kabinet diistirahatkan untuk makan siang bersama di
Istana. Makan secara prasmanan semua. Waktu saya sedang makan, datang Menteri
Pertambangan Armunanto menghampiri dan duduk di sebelah kiri saya. Sebagai sama sama
wakil ketua Partindo, dia rupanya ingin membicarakan sesuatu yang penting pada saya.namun ,
tiba tiba datang juga Letjen Soeharto langsung duduk di samping kanan saya dengan sepiring
nasi di tangannya. Sambil makan bersama beliau segera mengajukan pertanyaan: Apakah Pak
Hanafi, sudah pergi meninjau ke daerah daerah, Ada baiknya untuk mengetahui kondisi yang
sebetulnya apa yang terjadi. Bukan kami tentara, yang melakukan pembunuhan pembunuhan
rakyat itu .
Dalam hatiku segera terlintas kesan sungguh tipikal seorang tokoh militer Pak Soeharto ini. Siap
selalu dengan strategi sivis pacum parabellum, serang dahulu untuk bertahan! Saya agak terkejut
tadi melihat kedatangannya tiba tiba itu dan langsung duduk di sebelah kanan saya. Saya kira,dia
sudah sejak dari sidang kabinet tadi memperhatikan saya.Artinya saya diincar! Saya letakkan
sendok dan saya pandangi dia dengan senyumku saya menjawab: Belum, Pak Harto, memang
ada maksud saya begitu, nanti saya ingin dapatkan bantuan jendral, untuk kemudahan perjalanan
saya .
Soeharto: Silahkan datang saja ke MBAD .
Hanafi: Tentu, tentu, Pak Harto, terima kasih lebih dahulu .
lalu beliau dengan sopan permisi untuk kembali ke tempat semula dari mana dia datang
tadi. Cobalah lihat, dan renungkan. Jendral Soeharto yang sepenting itu, pemegang kunci rahasia
di belakang layar Gestapu dengan cara yang cerdik sekali datang sendiri menyalami saya
menawarkan simpatinya. Andaikata, kewaspadaan politik saya tetap tumpul saja walaupun
sudah diasah dan dikikir oleh baja pengalaman langsung atau yang tak langsung yang saya alami
sendiri sejak saya datang dari Kuba ke Jakarta, lalu bersorak gembira masuk ke dalam pintu
gerbang yang dibukakan oleh Jendral Soeharto itu ke dalam dunia pengkhianatannya itu....
tentulah dan pastilah saya tidak akan mampu lagi menuliskan sejarah seperti buku Menggugat
ini! Sekarang berbanggalah Ayah dan Bundaku dan anak anakku yang tercinta dan kawan
kawan seperjuanganku Angkatan 45, bahwa saya tidak menjadi pengkhianat bersama dengan
sementara mereka itu di dalam zaman Orde Baru ini.
Dalam buku saya Menteng 31; Membangun Jembatan Dua Angkatan ada saya singgung
sekadarnya mengenai pembunuhan rakyat satu juta di daerah daerah itu, namun belum mengetahui jelas
bahwa pihak tentara melakukan pembunuhan itu pakai sarung tangan Banser dari Ki Achmad
Sjaichu dan Ki H. Subchan.
Saya tidak bisa menghabiskan makan saya, sebab saya lihat di beranda belakang Istana Bogor
itu, tampak banyak orang dan menteri menteri berkerumun tak karuan apa yang dibicarakan.
Beberapa Tjakrabirawa tampaknya gelisah ke sana kemari. Maka saya dekati Brigjen Sabur,
komandanTjakrabirawa mau menanyakan ada apa, Ternyata demonstrasi pemuda sedang
berlangsung hebat di luar istana itu. Beberapa gerombolannya sudah masuk menerobos ke dalam
pekarangan istana yang dijaga ketat oleh Barisan Pengawal Tjakrabirawa. Memang pekarangan
istana itu tidak berjarak jauh dari Jalan raya di mana ada puluhan jika tidak ratusan ribu
pemuda pemuda yang seperti kesurupan dan fanatik berteriak teriak menyerukan yel yelnya.
saat saya berdiri di dekat Brigjen Sabur Kolonel Mangil wakil komandanTjakrabirawa datang
melapor dan memmta misi , mendesak, sebab lini pertama Barisan Pengawal Tjakrabirawa
sudah bobol diterobos kaum demonstran yang kalap, barisan pengawal itu sudah terkurung di
tengah kaum demonstran itu. Maka itu jelas terdengar teriakan teriakan mereka yang bikin bising
gerakan gerakan ing. Lini kedua sudah melepaskan tembakan peringatan ke atas rraang rraaang rrraaang
dengan senjata A.K.nya sebagai peringatan. Kaum demonstran berhenti, namun tidak mau mundur.
Kolonel Mangil minta misi pada komandannya Brigjen Sabur jika kaum demonstran tetap
mau maju merangsek terus menyerbu lebih janh lagi ke dalam pekarangan istana, mereka tidak
lagi akan disambut dengan tembakan peringatan ke atas, namun laras mitraliur A.K. itu akan
langsung waterpas dihadapkan ke arah demonstran yang menggila gila itu.
Saya kenal betul siapa Kolonel Mangil, bekas anggota Brigade Polisi Macan di zaman Jepang,
asal Wonosaren (Wonosari, Yogyakarta), setia bersedia berjibaku jika diperintah demi
keselamatan Presiden Sukarno. sebab melihat hal ini , saya cepat cepat mencari
Jendral Soeharto yang kebetulan sedang dengan tenang saja bercakap cakap dengan Laksamana
Martadinata, Kombes Sutjipto Judodihardjo dan komandan CPM Brigjen Sudirgo: .... jika
Pak Harto dan para kepala staf tidak turun tangan, kita akan mengalami banjir darah hari ini ,
kataku. Kuceritakan juga pembicaraan Sabur dan Mangil tadi.
Maka sesudah mereka itu herunding sejenak, Letjen Soeharto diiringi oleh jendral jendral
lainnya itu tadi, pergilah turun ke bawah menampakkan diri. kepada kaum demonstran ribnan itu.
Melihat kedatangan Letjen Soeharto itu kaum demonstran yang sudah menginjak injak segala tata
tertib dalam lingkungan pekarangan istana itu menjadi diam dan tenang semua. Letjen Soeharto
bicara tenang saja, agar kaum demonstran pulang dengan tentram, dan bahwa tuntutan mereka
itu akan diperhatikan. Pidatonya yang pendek sederhana itu memiliki kekuatan menekan gejolak
semangat kaum demonstran yang menggila gila tadi. lalu para jendral itu kembali naik ke
istana lagi, untuk pamitan pulang kepada Presiden Sukarno, sebab sidang Kabinet diperluas itu
sudah selesai.namun di dalam hati saya berkata: Letjen Soeharto kasih unjuk siapa dia.
Tafsirkan sendirilah sangkut pautnya dengan pengepungan istana di hari itu!
namun langsung esok harinya tanggal 16 Januari 1966, Letjen Soeharto mengadakan rapat dengan
Menpangad Jendral Nas dan kepala staf ABRI lainnya mengeluarkan larangan pembentukan
Barisan Sukarno ini . Artinya, secara kontan menentang keputusan Presiden
Sukarno/PanglimaTertinggi ABRI pada sidang Kabinet tanggal 15 Januari kemarinnya itu.
Apapun juga dalihnya yang dipakai pada pelarangan itu, tanpa dikonsultasikan lagi pada
Panglima Tertinggi; apakah itu artinya jika bukan ultimatum perang terhadap Presiden
Sukarno, Lalu pada ke mana ABRI di luarnya Letjen Soeharto dan Jendral Nas yang setia
kepada Panglima Tertinggi Sukarno, Laksamana Martadinata, Marsekal Srimuljono
Herlambang, Jenpol Sutjipto Judodihardjo, sampai dengan Brigjen Sudirgo (CPM) dan
Laksamana Hartono (KKO), sudah lumpuh. Sebab takut dituduh membela Gestapu yang sudah
membunuh Dewan Jendral (Panglima A.Yani dan lainnya itU), namun tidak berani mengusut
mengapa Gestapu/Untung itu justru menyelamatkan Letjen Soeharto sendiri, sedang lainnya
mau dihabisi, Untunglah Jendral Nas bisa selamat! Dengan logika sederhana saja bukankah
sudah cukup alasan untuk menaruh curiga terhadap Letjen Soeharto itu!,
Diperkenalkan kepada Agathocles oleh Machiavelli
Dalam merenungkan kekejian dan kelicikan Letjen Soeharto, di dalam khayalku aku bertemu
dengan arwah Niccolo Machiavelli dari Florence, Italia, yang hidup di tahun 1469 1527, seorang
politikus besar pada zamannya. Machiavelli mengenalkan aku kepada tokoh gila
kekuasaan yang pernah ditulisnya dalam bukunya Il Principe . Aku dikenalkannya kepada
Agathocles dari Sicilia dan Oliverroto de Fermo. Machiavelli mengatakan kepadaku: Orang
orang seperti Agathocles dan de Fermo dapat merebut kekuasaan, namun bukan kemuliaan,
sebab mereka melakukan perbuatan perbuatan khianat dan keji. Agathocles, dari kedudukan
yang paling hina dan rendah, anak seorang tukang loak menjadi raja di Siracusa, dia diakui sah
secara konstitusional sesudah membunuh semua anggota senat yang sedang bersidang. Dan
Oliverroto de Fermo, seorang anak yatim yang dibesarkan oleh pamannya, Giovani Fogliani,
sesudah merebut pasukan Vettellazo, sebab ambisi kekuasaan untuk menguasai Fermo,
membunuh pamannya itu sampai mati; namun saat mau merebut Orisini, dia disiasati oleh
Cesare Borgia, akhirnya di kota Orisini itu, dia dicekik sampai mati bersama dengan Vitellozo,
yaitu gurunya yang mengajarkan kecakapan dan kejahatan kepadanya.
namun kita jangan salah salah. Niccolo Machiavelli sebetulnya bukan seorang yang jahat dan
kejam! Dia seorang politikus dan penulis yang hebat. namun sebab pengalaman di zamannya
yang diriwayatkannya di dalam bukunya Il Principe (Pangeran) itu mengenai orang
penting yang gila kekuasaan itu begitu kejam dan seram, tak kenal susila dan perikemanusiaan,
segala cara ditempuhnya untuk kuasa dan harta, maka orang di zaman lalu nya
sampai sekarang mengidentifikasi orang seperti itu sebagai machiavellis . Dalam kamus
politik, istilah machiavellis menjadi populer sebab buku Il Principe . Silakan jika mau
perbandingkan sendiri kemiripan Letjen Soeharto di antara dua type sosok yang dikenalkan oleh
Machiavelli itu tadi: Agathocles atau Oliverroto de Fermo dari Sicilia itu.
sesudah selesai sidang Kabinet di Istana Bogor yang ditandai oleh pengepungan puluhan ribu
kaum demonstran yang memalukan itu, lalu sekitar istana menjadi sepi dan kota Bogor pun
menjadi sepi juga , laksana kota yang baru habis diserang garuda dalam cerita pewayangan. Saya
dan Chaerul Saleh duduk terhenyak di tangga Istana itu keletihan. Bukan keletihan fisik namun
keletihan batin yang terasa berat menekan di dalam hati.
Sepasang menjangan yang sedang berteduh memamah biak di bawah pohon beringin di kebun
istana itu agaknya memandangi kami, merasa kasihan.
Berangkat ke Kuba untak Mengclearkan Salah Paham Kuba terhadap negara kita
Sebagaimana sudah saya singgung terdahulu, saya sudah minta izin kepada Presiden Sukarno
untuk sementara harus pergi ke Kuba guna clearing kesalah pahaman Kuba terhadap situasi di
negara kita . Saya berjanji akan berusaha secepatnya kembali ke Jakarta lagi, sebagaimana pesan
beliau, untok mendampinginya mencarikan penyelesaian politik untuk mengatasi kemelut yang
menimpa negara. jika tidak salah, saya berangkat pada tanggal 22 Januari 1966.
Betul saja saya alami langit Sukarno, langit saya di Kuba saat itu, saat saya datang, sudah
berganti, berganti rupa tidak secermerlang seperti dahulu lagi. Dua hari sesudah saya tiba di Ha
vana ada upacara resmi di Malecon, itu jalan besar yang tercantik di Havana, kebanggaan Kuba
seperti Champs Elysées buat orang Paris. Fidel Castro akan berpidato dari atas podium yang
sudah dibuatkan di bawah lereng Hotel Nacional rnenghadap ke Jalan Raya Malecon diTeluk
Havana itu. Semua Corps Diplomatik hadir pula . Juga Tentara dan massa revolusioner Kuba. Dari
atas podium itu di dalam pidatonya, saya merasakan seperti dibanting ke tanah oleh Fidel
Castro, yang mengatakan di antara lain : Kuba yaitu tanah merdeka yang pertama di Amerika
(Cuba el primero territorio libre de America). Kami tidak akan mengkbianati rakyat kami seperti
yang terjadi di negara kita pada saat ini.Tentara revolusioner Kuba bersama rakyat revolusioner
Kuba tidak akan mundur sejengkal pun menghadapi serangan atau subversi Amerika dan CIA
yang mau mendarat dan menjamah Tanah Merdeka ini!
Itu yaitu gara gara cerita versi delegasi ke Tricontinental orang orang negara kita dari Mesir dan
Peking yang sudah saya ceritakan di bagian lain terlebih dahulu.
Esok harinya, saya langsung datang ke Kemlu Kuba, tanpa appointment audiency lagi. Saya kira
Dr. Raul Roa sudah maklum mengapa saya datang dan meminta jumpa mendadak itu.
Kepadanya saya jelaskan semua apa yang sebetulnya terjadi di negara kita dan jika Fidel
mengetahui hal hal yang sebetulnya itu, dia tidak akan membanting saya ke tanah seperti keluar
dari pidatonya itu.
lalu saya minta dia mencari mengetahui siapa yang memicu berita yang menghina Presiden
Sukarno seperti termuat di dalam surat kabar Juventud Rebelde dan di surat kabar PartaiGranma
itu. lalu sesudah saya betul betul mendesak, beliau memberitahukan bahwa orang
negara kita yang menulis di surat kabar itu. Saya anggap orang itu konyol, tidak perlu saya
perkenalkan nama si orang konyol itu di buku ini. Dengan itu, hubungan diplomatik R.I. Kuba
saya perbaiki kembali.
Upacara resmi di Malecon ini di atas yaitu upacara untuk memperingati El Segundo
Declaration de la Habana, 4februari 1962 mengenai Reform Agraria dan Industrialisasi. Di hari
itu, 4 Februari 1962 sebnah kapal tua Amerika, sisa pendaratan di Playa Giron yang memalukan
Amerika, namun menaikkan gengsi Kuba, ditarik ke Teluk Havana. Sehabis pidato, Fidel, kapal
tua itu ditembak dengan meriam sampai tenggelam, sebagai simbol akan tekad Kuba untuk
menghancurkan setiap kapal Amerika jika berani mendarat lagi. Seperti diketahui , di tengah
lautan beberapa mil jaraknya dari Ha vana, kadang kadang muncul kapal Amerika untuk
beberapa hari, menghilang, muncul lagi, menghilang, seperti menantang dan memperingatkan
bahwa Kuba itu diblokade. Namun demikian, baik Kuba mau pun Amerika, walaupun kedua
duanya masing masing panas hatinya, mereka mengetahui menjaga kepala tetap dingin. Sebab
pengalaman serbuan Amerika di Playa Giron (Pantai Babi) dahulu itu ternyata membuat malu
Amerika sendiri sebagai negara besar. Juga pihak Kuba membiarkan saja provokasi Amerika itu,
walaupun ia memiliki juga senjata mutakhir dari Uni Sovyet. Si Jenggot, E1 Barbudo,
Commandante Fidel Castro itu, tidak tergiur air liurnya melihat pancingan provokasi dengan
kapal terbang pengintai Amerika yang terbang tinggi di langit di atas Havana, maupun kapal
pengintai Amerika yang berlayar di lautan hanya tiga mil jaraknya dari Havana. namun si Bung, si
jantan macho yang berjenggot, Sang Commandante bernama Fidel Castro itu, jiwa dan moral
revo lusionernya lebih tabah dan kebal terhadap pancingan pancingan provokasi yang telanjang
bulat di muka rumahnya itu.
Sekali pernah Amerika mengirimkan beberapa kapal berisi mercenaries, serdadu serdadu
bayaran dan kaum kontra revolusioner Kuba dari NewYork dan Miami (Florida) untuk mencoba
mendarat di Playa Giron (Bay of Pigs Pantai Babi 16 19 April 1961).Terkenal dengan sebutan
La Embarcacion de Playa Giron yang sampai kini setiap tahun diperingati. Pertempuran di Playa
Giron itu dipimpin langsung oleh Fidel Castro sendiri, sementara E1 Commandante Ché Guevara
memimpin kubu pertahanan di sebelah Utara di daerah Pinal del Rio. Serdadu serdadu bayaran
dan kaum kontra revolusioner Kuba yang tidak mati, sehabis dilucuti semua dikirim pulang . Ini
artinya apa, Artinya, ialah Kubanya Fidel Castro, mengerti dan menjunjung hukum perang ,
walaupun pendaratan di Playa Giron itu yaitu suatu undeclared war dari Amerika. Pada tanggal
17 April 1961, saya dan Sukendah, sebagai Dubes, diundang pertama kali berziarah ke Playa
Giron.
Ya, mengapa kita pantas juga merenungi pelajaran agama, percaya , tauhid, rendah hati, atau
mengapa juga meng écé ilmu kejawen mengenai larangan ojo 'M' ojo maling, ojo madat, ojo
mabok, ojo main, ojo madon. Sepanjang cerita, di dalam agama Jawa itu tersimpan mutiara
mutiara agama Kristen dan agama Islam yang besar itu. Berdasarkan hal itu maka di dalam
negara nasional negara kita kita ini, bisa dan layak hidup berdampingan secara damai antara kedua
agama ini . Saya teringat akan pengalaman saat saya mengiringi perjalanan Presiden
Sukarno ke luar negeri pada tahun 1956. Kami singgah di Libanon. sukarno dalam nada
meng ingatkan, berkata kepada Presiden Cagille Chamun: jika Libanon membiarkan saja
kefanatikan agama Kristen dan Islam saling berhadapan, tidak mengkonsentrasikannya kepada
kesatuan nasional, bahayanya nanti ialah perang saudara .
Benar sekali peringatan sukarno itu, terjadilah tragedi Libanon dalam sejarahnya. Dua
golongan, Islam dan Kristen, sama fanatiknya, sampai terjadi tragedi perang saudara yang
dimanfaatkan pihak pihak luar.
Bisa ditarik beberapa hasil penelitian dari uraian pengalaman ini di atas:
a. Bahwa seorang pemimpin yang bertanggungjawab, harus kenal situasi dan kondisi, namun juga
mengenal Hak dan Kewajibannya, tidak lemah dan mudah terpancing pada provokasi , seperti
GESTAPU di negara kita .
b. Bahwa kepentingan Nasional dan rakyat bersama harus lebih dijunjung di atas segalanya.
c. Bahwa kerukunan hidup dalam semangat kebangsaan bernegara Merdeka yaitu sendi
kehidupan perdamaian dunia.
saat saya diundang pertama kali ke Playa Giron, saya terkenang pada Pertempuran di
Surabaya 10 November 1945 yang sampai sekarang kita peringati sebagai Hari Pahlawan
Nasional, sama besar arti pentingnya dengan sejarah perjuangan Kuba di Playa Giron. namun
saya percaya , kita semua percaya betul, bahwa para Pahlawan 10 November itu dengan rakyat yang
setia menyertai pertempuran yang gemerlap dengan gagah berani, walaupun sekarang ini
mereka itu sudah tua tua dan jompo. Kesemuanya mereka itu pasti tidak rela pengorbanan yang
sudah mereka abdikan kepada Rl yang mer deka berdasarkan Pancasila dan UUD'45 itu
dikhianati oleh Letjen Soeharto, diktator Orde Baru yang despot dan autokratik itu.
Para pemuda yang petentengan yang dihadiahi Soeharto dengan julukan Angkatan 66 yang
tidak masuk buku Angkatan 45 itu, sama sekali tidak bisa membayangkan persabungan nyawa di
Surabaya antara Rakyat negara kita yang membela kemerdekaan nasional dengan Tentara Sekutu
yang mau menghina dan merebut Indone sia untuk dihadiahkan kepada Belanda agar dijajah
lagi. saat itu, di hari hari bersejarah itu, tidak ada sukarno R, tidak ada TKR (walaupun sudah
diumumkan terbentuknya 5 Oktober 1945!), belum ada TRI, dan TNI, apalagi ABRI. Belum ada
jendral jendralan.Yang ada ialah Rakyat negara kita , Rakyat negara kita yang bersenjata, bersenjata
segala macam, sejak dari bambu runcing, golok dan tombak, sampai ke segala macam senjata
api, dari senapan sampai M 12,7 yang dapat direbut oleh para pemuda yang lalu menjadi
PESINDO, dari Angkatan LautJepang.Jadi, anak kandung Revolusi yaitu Rakyat. Sebagian dari
Rakyat itu dijadikanTentara.
Jadi jangan salah salah memproklamirTentara atau ABRI itulah anak kandung Revolusi! Salah!
Dalam zaman Orba, ABRI berdiri terjauh dari Rakyat sebab ulahnya Soeharto untuk
kepentingannya yang sama, secita cita dan sejalan dengan para konglomerat untuk menumpuk
kekayaan, dollar, untuk kepentingan mereka itu sendiri. Pembangunan ekonomi Nasional, Tentu,
tentu! Tanpa konsepsi pembangunan ekonomi nasional ...á la Soeharto, tentu USA, Bank Dunia,
IMF, Negeri negeri Eropa Barat dan negeri negeri demokrasi liberal lainnya, tidak akan
menyalurkan bantuannya. Sepèsèr pun tidak! Saya katakan bantuan antara tanda kutip. Dan
kita mengetahui , saat perang Dingin dalam era Sukarno, investasi kapital ini memusuhi kita,
mereka tidak mau bersahabat dengan negara kita di bawah Presiden Sukarno. Mereka tidak mau
membantu kita, sebab Presiden Sukarno dianggap memelihara PKI, untuk bekerja sama dengan
golongan agama dan golongan nasionalis.
Heran, No, R.I. terjepit dan jadi korban konfrontasi kapitalisme contra komunisme. negara kita
sebagai bangsa yaitu yang pertama mencapai fighting independece, juga bangsa merdeka yang
termuda pada sesudah perang Dunia ke lI, walaupun sejarah dan kebudayaannya lebih tua dari
bangsa bangsa Eropa Barat sekarang. Kita ketinggalan zaman tiga setengah abad sebab dijajah
Belanda, sebab , sebab ... banyak lagi sebab , di antaranya yang penting tercatat dalam sejarah
berhubung dengan runtuhuya Kerajaan Majapahit dan wafatnya Brawijaya (1478), yang
dikhianati oleh puteranya sendiri Raden Patah (berasal dari Fathimah dalam bahasaArab berarti
kemenangan, perebutan) yang mendirikan Kerajaan Islam Demak zamannya Kasunanan Gunung
Jati,Wali Islam yang terpenting di jawa Barat. lalu Kasunanan Gunung Jati runtah juga
sebab perlawanan Kerajaan Mataram ke I yang mulai didirikan oleh Ki Gede Pamanahan di
Kota Gede (1568) di dekat kotaYogyakarta sekarang. Menyusul lalu kepahlawanan
Senopati Ing Ngalogo, lalu Sul tan Agung Hanyokrokusumo yang dua kali mengepung
Jayakarta (Batavia), artinya Belanda sudah datang menjajah kita.
Saya pernah mendengar cerita, legenda dari orang tua di Yogyakarta, bahwa Brawijaya,
Raja Majapahit yang terbesar namun yang terakhir itu, tidaklah sedo (wafat) melainkan, saat
berada dalam tahanan di Keratonnya di Kediri, dikatakan sedo, namun sebetulnya dia menjelma
menjadi Naga Geni, kepalanya kadang kadang muncul di puncak Gunung Merapi (di
utaraYogyakarta), namun tubuhnya melingkari bumi, dan nanti jika ekornya bertemu kembali
dengan kepalanya, itulah tandanya kebesaran Majapahit akan datang kembali. Wallahu'alam.
Saya teringat akan cerita dongeng ini (legenda ini) saat saya bertiga dengan dua putra saya
Dias dan Adityo naik ke puncak Gunung Eufrere di Guadalupe, yang seperti diberi tanda oleh
Harun Tazief (vulkanolog Prancis yang terkenal) yaitu saudara sejalur dengan Gunung
Merapi di Jawa Tengah. Bumi, planet kita ini bagaikan bola. Di bawah Gunung Merapi itu
berada Gunung Eufrere di Guadelupe Prancis di Karibia. Demikian sebaliknya, tergantung dari
mana kita berada dan memandangnya.
Masa masa berlalu silih berganti. perang Dingin USA Uni Sovyet RRC resminya kini sudah
menjadi masa lampau. Sekarang Rusia dan RRC sudah bekolaborasi dengan gembong kapitalis
USA di dalam bidang ekonomi dalam dan luar negeri, yang sama sama bertujuan untuk
menjamin Perdamaian Dunia, sebab itu mem butuhkan kapital di samping teknologi; di
samping tenaga kerja, yaitu elemen terpokok untuk menciptakan produktivitas masyarakat.
sedang Vietnam, Korea Utara dan Kuba, rupa rupanya sudah mengarah seperti Cina dan
Rusia juga.
Saya sekeluarga pernah , sebab dengan terpaksa , sebagai refugee politik l0 tahun berada di Kuba. Saya
bisa memaklumi jika sekarang negeri negeri dengan terpaksa berhati hati untuk 'banting stir'. Kuba
butuh kapital, butuh hubungan ekonomi dan perdagangan. Blokade ekonomi dari Amerika
memicu nya terisolasi dan menyengsarakan rakyat,walaupun moral revolusioner tetap kuat
bertahan.namun sampai kapan, Saya kira mereka sedang memikirkan pengalaman sampai di mana
bisa mengaplikasikan mundur selangkah untuk maju dua langkah . Sebab cita cita sosialisme
yaitu Tuntutan Hati Nurani Rakyat, yaitu tercapainya masyarakat adil dan makmur yang bagi
kita, bangsa negara kita , sudah tegas dan jelas tersimpul di dalam Pancasila. namun jangan salah
salah saya menyebut sosialisme di sini, bukan dalam pengertian sosialisme ortodoks, namun
Sosialisme In donesia, yaitu: Pancasila! Berketuhanan, berperi kemanusiaan, demokrasi,
sosialisme (kesejahteraan sosial). Dus tidak boleh ada diktator klas atau militer. Ekonomi
disusun berdasarkan Pasal 33 UUD'45,Peraturan Negara tidak boleh mematikan perkembangan
manusia. Motivasi dan pengaturan pembangunan nasional harus berdasarkan keselarasan
keseimbangan kepentingan masyarakat bersama.Tidak seperti Orde Baru Soeharto yang hanya
ngaher GNP, namun memasa bodohkan bahkan main gusur kepentingan rakyat banyak, yaitu
kaum pekerja.
Itulah di antara lain pokok pokok perbedaan sosialisme Indone sia, yaitu Pancasila Sukarno,
dengan sosialisme nya Marx. Masyarakat sosialis itu hanya dapat diwujudLan dengan
perjuangan klas; yang sanggup melakukan perjuangan klas hanyalah kaum buruh (kaum
Proletar) , demikian kata Marx. Itulah dia komunisme yang di dalam praktek sejarahnya sudah
membuka pada peningkatan jalan kemajuan kapitalisme di zaman Abad ke XXI ini. Begitu
banyak korban manusia yang sudah diberikan.
Aksioma hukom dialektika selalu berlaku: tese, antitese, sintese. Memang kapitalisme yang
membangkitkan kerakusan manusia, sehingga menyerupai binatang. sedang sosialisme
bertujuan untuk menciptakan kondisi yang lebih berperikemanusiaan. namun apakah kaum
Komunis Indonesia tidak salah menerapkan marxisme di negara kita , Sebagai bukan komunis,
saya cenderung mengatakan begitulah. Salah penerapan sebab salah menilai tempat dan
kondisi , situasi dan kondisi.
Yang ada di negara kita sebagai basis masyarakat sebagaimana dirumuskan oleh sukarno ,
ialah kaum marhaen. Bukan proletar. Rakyat yang dimiskinkan oleh kolonialisme Belanda
selama tiga setengah abad yang satu kakinya masih berada di alam kerajaan Majapahit, dan yang
sebelah lagi belum juga bisa sampai ke pinggir pekarangan Pabrik Baja Cilegon (yang di bawah
tanah fondasi pabrik ini , oleh kami a.n.Angkatan 45, saya dan Chaerul Saleh, sebagai
Menteri Industri dan Pertambangan, sudah ditanamkan sebalok besi aluminium bertuliskan
Pabrik Baja Cilegon Angkatan 45, tanggal ... saya lupa tanggal peresmiannya itu).
Kaum buruhnya pun yaitu kaum buruh marhaen (yang tidak bisa dimasukkan ke dalam daftar
nothing to lose). Itulah sebabnya, mengapa sukarno menasihatkan jangan diperuncing itu
perjuangan klas .
Kaum miskin memang banyak, yang hidupnya sebenggol sehari , namun mereka itu bukan kaum
proletariat. Mereka itu yaitu kaum marhaen yang dimiskinkan oleh kolonialisme Belanda. Itu
diakui oleh orang Belanda sendiri seperti ditulis oleh Mr. C. Th. van Deventer di dalam de Gids
'Een Eereschuld' ( Hutang Budi ), Agustus 1889. sebab itu Belanda melancarkan politik etik di
Hindia Belanda.Van Deventer menyarankan memperluas pengajaran dan mempertinggi
perekonomian penduduk. Keuntungan yang diperoleh dari negara kita seyogianya dapat
dipakai untuk keperluan tadi. namun Belanda mempergunakan keuntungan itu untuk
keperluan jalan jalan kereta api di Nederland. Kehormatan untuk Mr. Conrad Theodor Van
Deventer! Lihatlah bagaimana serakahnya kapitalisme hari ini. Mereka sekarang bahkan
memeras bangsa negara kita bersama sama orang Pribumi seperti Soeharto.
Demikianlah sekadar tanggapan saya mengenai dasar dasar materie yang melahirkan teori
Marhaenisme sukarno , secara pokok dan singkat sekali.
sukarno yaitu seorang marxis. Itu beliau akni sendiri.namun ada sementara marxis
gadungan yang berteriak: Revisionis! Bernstein! Kautsky! Tidak! Sukarno yaitu Sukarno,
Bapak Marhaenisme! Andai kata, Marx itu orang negara kita ,janganjangan dia akan turut dan
bersama Sukarno menggali Pancasila itu. Faktor tempat, situasi, dan kondisi itulah yang
menentukan aksi dan reaksi! namun ada lagi pihak yang lain yang tidak mau Sukarno itu dengan
jujur dan berani mengaku bahwa sukarno itu Marxis. Bahkan ada lagi yang lain sebab tidak
begitu mengerti apa itu marxisme, serampangan mengecapnya sebagai komunis.
Apakah marxisme itu,
sukarno sendiri memberikan jawaban: Orang mengatakan marxisme yaitu seolah olah'satu
agama sendiri', orang mengatakan dia satu star system juga , orang malah mengatakan dia
seperti satu hocus pocus yang dikira bisa dipakai buat menyelami semua sedalam dalamnya
roh dan jiwa, padahal dia hanyalah satu metode saja untuk memecahkan soal soal ekonomi,
sejarah, politik dan kemasyarakatan, satu ilmu perjuangan di dalam ekonomi, politik dan
kemasyarakatan. Sesuatu metode berfikir dan sesuatu ilmu perjuangan tidak mesti harus
bertentangan dengan sesuatu agama, apalagi jika agama itu yaitu satu agama rasional yang
saya visikan itu . . . Kini cukup lah kiranya saya menggambarkan kepada pembaca pembaca
garis garis besarnya saya memiliki jiwa. Saya tetap nasionalis, tetap Islam, tetap marxis. Syntese
dari tiga hal inilah memenuhi saya memiliki dada, satu sintese yang berdasar keterangan saksi anggapan saya sendiri
yaitu sintese yang geweldig .
Demikian jawaban sukarno yang ditulisnya di Bengkulu dan dimuat dalam surat
kabar Pemandangan , 1941.
Di zaman Orde Baru, Soeharto melarang adanya, dibacanya marxisme. Marxisme sebagai ilmu
sosial tidak bisa ditiadakan dengan Surat Keputusan. Eksesnya, yang salah mengaplikasikannya,
sepertiputch GESTAPU itu, bisa dan harus ditindak hapuskan. namun marxisme sebagai ilmu
sosial politik secara keseluruhan tidak bisa ditiadakan. Akan sia sialah, seperti menjaring angin
di pematang. Dia yaitu angin zaman modern yang berhembus di dalam zaman kapitalisme.
Yang harus dijaga dan dicegah yalah eksesnya yang membahayakan kepentingan nasional.
Seperti juga kita harus terus terang bersikap rasional pada kapitalisme, kita membutuhkan
kapital bantuannya, namun kita harus menjaga dan mencegah muncul nya ekses penyalah gunaan
oleh bangsa negara kita sendiri atas bantuan kapital itu, sehingga tidak membahayakan
kepentingan nasional dan selanjutnya membahayakan kapital kapital itu sendiri yang kita
dapatkan tidak secara gratis atau budi baik, melainkan dengan susah payah, bahkan dengan
segala pengorbanan bangsa dan rakyat yang tidak tepermanai. Baik korban korban dari golongan
kiri, maupun korban korban dari golongan kanan, temasuk korban satu juta manusia akibat
GESTAPU atas tanggungjawab Soeharto.
Agak ngelantur, ya ngelantur lagi sedikit, uitstomen sedikit lagi mengeluarkan uneg uneg saya
sebagai seorang pejuang yang sudah menjadi tua begini, saya ingin mengatakan jika
kolonialisme Belanda selama tiga setengah abad menjajah kita dan nenek moyang kita itu, tidak
begitu kelewatan kejam dan onmenselijk, sudah keterlaluan tidak berperikemanusiaannya
(bacalah antara lain Multatuli). Saya kira PKI yang menggantikan ISDV Sneevlet itu, tidak akan
menjadi extra extrem radikal, seperti yang dapat kita ketahui sepanjang sejarahnya, apalagi
mempelajari ilmu marxisme itu selengkap lengkapnya dan sedalam dalamnya.
Saya ingat lelucon sukarno di hadapan Kursus Pemuda Menteng 31 pada tahun 1943, di
mana ada juga pemuda D.N.Aidit di situ.Yaitu mengenai orang buta yang mau mengetahui
rupa, bentuk gajah dengan sekali raba saja. Begitulah, ada yang kebetulan pegang buntut saja,
ada yang pegang gerakan gerakan inguya, ada yang mempegang senjatanya saja namun masing masing
berkeras hati mengatakan begitulah rupa dan bentuk gajah seperti yang sudah terpegang olehnya tadi. Demikianlah, maka senang sekali hati Aidit terpaut pada cara dan karisma sukarno
memberikan kursus politik.
Saya mau mengatakan bahwa bagaimana aksi itu sendiri, demikianlah reaksi, yang
dilahirkannya!
Lalu, sekarang bagaimana dengan Pancasila, Di zaman apa yang disebut sesudah Sukarno, di
zaman mencairnya perang Dingin, di zaman masuknya kita ke abad ke XXT yang katanya
menyerokan era globalisasi, , Di zaman tegak bertolak pinggangnya kapitalisme internasional di
atas seluruh jagad sendiri yang sudah merobohkan pilar kekuasaan Bolshewik Uni Sovyet, musuh
dan sekutunya sekaligus di dalam perang Dunia ke II.
Lalu bagaimana kita harus bersikap sekarang, Kita bangsa Indo nesia yang relatif kecil dalam
arti GNP, namun besar daam arti cita cita dan ideal, kita harus bertolok ukur pada bagaimana
akseptasinya zaman baru kapitalisme internasional ini kepada Pancasila, yaitu Sosialisme
negara kita . Sejak Presiden Jimmy Carter yang pertama tama memasukkan Hak Asasi Manusia
(HAM) ke dalam kebijakan politik luar negeri Amerika, daya fantasiku seakan akan melihat
bintang di cakrawala, Stars and Stripes itu. Daya fantasiku itu melayang juga
kepadaThomasJefferson, penggaris Declaration of Independen, Juli 1776, seorang demokrat
yang besar dan pendiri Partai Demokrat yang pertama di Amerika. Presiden Bush saya anggap
seorang war monger! Sesudah Partai Demokrat mengalahkan Partai Republik dan menaikkan
Bill Clinton sebagai Presiden Amerika Serikat, saya undang seluruh keluarga mengadakan
selamatan di restoran kami yang sederhana itu,di Djakarta Bali . Saya kirimkan ucapan
selamat kepada H.E. President Bill Clinton dengan harapan yang terbaik semoga ia menjadi
symbol of newAmerica. Begitu juga saat beliau dipilih untuk kedua kalinya pada tahun 1996.
White House menya takan sudah menerima surat saya ini . Mengapa, Naif, Terserah! Satu
insan manusia ciptaan dan diciptakan Tuhan, kepadanya kita memohon dan kepadaNya juga kita
akan kembali. SedangLan batu sekalipun memiliki arti penting di dalam conturenya.
Di zaman kapitalisme internasional inilah di dalam hemisphere demokrasi liberal kita
memakai kesempatan untuk berjuang terus menegakkan Pancasila, masyarakat yang
berkeadilan sosial atau Sosialisme negara kita .
Namun bagaimana pun Pancasila yang jelasjemelas berasaskan demokrasi, tidak mungkin
ditegakkan di bawah alam kediktatoran militer Soeharto seperti tigapuluhan tahun ini. Dua ratus
juta manusia, artinya dua ratus juta manpower, tenaga produktif kapital menuntut demokrasi
sebagai Hak Asasi Manusia. Logisnya, tentulah tidak bisa terus terusan dianggap sepi oleh
duniaAmerika dan dunia Eropa, seperti sudah terjadi tigapuluhan tahun ini. Sebab pasti akan
merugikan kedua belah pihak: negara kita dan negeri negeri kapitalis pemberi dana. Saya mengetahui ,
suara suara demokratis di USA dan di Eropa sudah saya dengar, dan tulisan tulisannya sudah
saya baca. Memang! mengenai pseudo demokrasi, korupsi, autokrasi. Memalukan!
Rezim diktatorial Soeharto dan Orde Barunya yang autokratik dan korup harus diganti dengan
pemerintahan yang demokratis yang lebih menghargai kepentingan nasional di atas keserakahan
segolongan kecil elit konglomerat, dan menjunjung tinggi hubungan ekonomi dan perdagangan
dengan pihak luar negeri demi kepentingan pembangunan nasional.
Amanat sukarno Ingin Dimakamkan di Batu Tulis
Sidang Kabinet sudah selesai. Semuanya sudah pada pulang . Juga kaum demonstran yang
kesurupan setan balas dendam di luar istana itu sudah pergi menghilang semua, sesudah
disembur oleh mantra jampi jampi Letjen Soeharto. Hanya sampah sampah dan kertas kertas
yang mengotori jalan yang tinggal.
Saya dan Chaerul duduk terpesonangelemprok keletihan di tangga Istana. Bukan letih fisik, namun
letih batin yang berani menekan di dalam hati kami berdua.
Saya belum pernah melihat anak Lintau ini menangis, baik di zaman pendudukan Jepang
maupun di zaman revolusi bersenjata. Sekarang dia menangis, air matanya meleleh pada pipinya.
Apalagi, Fi, mau apa lagi, kepalaku ini sudah kuserahkan tadi kepadanya (Maksudnya kepada
sukarno ). Dia tidak keluar juga dengan political solution itu. Kenapa jij tadi tidak maju,
Mestinya jij yang maju minta bicara, jangan saya .
Apa legitimasi saya berbicara jika tidak diminta, , kataku rada kesal.
Chaerul diam, saya pun terdiam. Beberapa menjangan di bawah pohon beringin itu memamah
biak, mungkin memperhatikan kami yang termenung dengan pikiran pikiran masing masing,
namun terhadap persoalan yang sama, yaitu bagaimana cara menyelamatkan Presiden dan negara
keluar dari kemelut ini. Chaerul Saleh sudah menyerahkan kepalanya kepada sukarno ,
Presiden R.I. yang dia turut tegakkan. Sekarang kepresidenan itu dalam bahaya, jika itu terjadi
akan menimpa kepala Chaerul juga . Aku teringat pada nasib Plato, ahli negara Yunani yang
linuhung itu, mati sebab disurah minum racun sebab taatnya kepada Hukum Republik yang dia
dirikan sendiri.
Ternyata sekarang ini, kita memiliki dua tokoh nasional yang mengalami nasib hampir seperti
Plato di dalam Republik pertama di Yunani: sukarno dan Bung Chaerul Saleh. Bukan
minum racun, namun korban pengkhianatanJendral Soeharto dan GESTAPU.
Suasana sepi di sekitar saya dan Chaerul Saleh di tangga Istana itu, tiba tiba terganggu oleh
kedatangan sebuah Jeep dikemudikan oleh Brigjen Sabur sendiri.
Bapak berdua diminta oleh Bapak Presiden turut beliau ke rumah di Batu Tulis. Presiden, Pak
Dasaad, Bung Hasyim ning, Pak soebandrio dan Oom Jo sedang berangkat bersama ke sana. Kita
mengikuti dari belakang , kata Sabur.
Maka berangkatlah kami bersama sama denganJeepnya Brigjen Sabur. Mobil Chaerul yang
kosong dengan supirnya, dan mobil mobil lainnya yang kosong juga , mengikut di belakang.
saat saya dan Chaerul tiba, sukarno sedang mengaso di kamarnya yang amat sederhana.
Di ruang tengah, yang rupanya bisa dipakai tempat makan, sebab ada meja oval saya lihat di
situ, di atasnya tampak terletak selembar blue print dari rumah itu. Rumah itu belum selesai,
lantainya belum rata diubin semua, apalagi pekarangannya. Saya mengetahui sukarno senang sekali
pada pekarangan rumah yang apik, pepohonan diatur rapi. Itu pengalaman saya saat bersama
sama dengan sukarno di Bengkulu, tempat pembuangannya di zaman Belanda.namun
letaknya rumah itu ideal sekali, cocok sekali dengan jiwa sukarno yang mencintai tanah
priangan Jawa Barat itu.
Priyangan, atau Parahiyangan, artinya tempat para dewa dewa, para Hiyangan. Dari bumi tanah
priangan dengan flora dan fauna dan rakyat petaninya yang rajin dan berbudi basa (atas
kehendak para dewata dari Kahiyangan) lahirlah di situ ide sukarno yang besar, yang disebut
MARHAENISME, simbol kesatuan dan pemersatu Bangsa negara kita . Dari segi sosial, ekonomi,
kaum marhaen, posisinya di antara kaum proletar dan kaum burjuis. Pekarangan rumah itu
berada di atas jurang, di bawahnya mengalir kali Ciliwung, di bagian atas kali itu menjalarjalan
kereta apiJakarta Bandung. Dari beranda rumah tampak pegunungan Salak dan Pangrango
dengan sawah sawah turun bersusun sampai ke pinggir kali. Ah, sungguh pemandangan yang
indah dan yang memicu setiap seniman dan pelukis menundukkan kepala dan hati me
nyembah kepadanya.
Kenapa rumah ini belumklaar juga, saya berkata dengan nada yang kecewa.
Ya,ya, jika Hanafi bisa bantu keuangannya bisa kita klaarkan cepat , Dr. J. Leimena yang
simpatik dan biasa dipanggil Oom Jo itu menjawab dengan senyumnya yang sudah kita kenal.
Ah, jika itu, ya, tiga bulan gaji Dubes boleh saja disumbangkan, itu saya pastikan, namun mana
bisa cukup untuk selesai , kataku. Goed zo,goed zo, my dear brother Hanafi,serahkan saja pada
saudara A.M. yang satu lagi itu (maksudnya A.M. Dasaad). Sebab dialah yang tukang catat
sumbangan , kata Oom Jo, seraya memanggil Dasaad yang sedang duduk bersama dengan
soebandrio , Brigjen Sabur dan Hasjim Ning. sedang Chaerul Saleh selalu di dekat saya dan
Oom Jo. Lalu Bung Dasaad mendekati kami, saya ulangi pertanyaanku tadi: Kenapa rumah ini
belum klaar juga, dan catatlah sumbanganku tiga bulan gaji Dubes, nanti saya kirim dari Kuba.
Akan selesai nanti, jangan khawatir , kata Dasaad. saya barusan berunding juga dengan Hasjim
Ning, terimakasih sumbangan Bung . Di situlah Dasaad menceritakan pada saya bahwa,
walaupun dia tidak lagi bisa mengharapkan pukulan dari kontrak Lockheed, dia akan jamin
rumah itu akan segera diselesaikan.namun ... entah bagaimana kelanjutannya, saya tidak mengetahui ,
sebab saya belum pernah lihat lagi rumah itu sampai sekarang, tahun 1997.
Saudara saudara Hasjim Ning dan A.M.Dasaad sudah meninggal dunia. Sementara itu tampak
sukarno keluar dari kamar dari berbaring melepaskan lelahnya. Boleh jadi juga sebab
terdengar berisik percakapan kami, apalagi suaraku yang seperti orang memimpin latihan Laskar
Rakyat di lapangan Bekasi dahulu . Orang yang tidak kenal saya, mungkin akan berkata
temperamen saya suka menantang nantang. namun tidak, dalam omong omong resmi atau
persahabatan juga begitu, sama saja.
sukarno berpakaian kemeja sport, ia keluar lalu ke beranda perang inan, mengarahkan
pandangan di kejauhan, ke lereng gunung Salak yang melandai, yang sedang dihias oleh sawah
sawah. Ada yang sedang menguning, ada yang sudah dituai (dipotong padinya), di sebelah sana
masih ada juga yang masih menghijau. Dan bagi gerakan gerakan ing orang yang dikecup kesepian alam itu,
terdengar desau arus kali Ciliwung yang mengalir mencapai Laut Jawa. Aku, dan kami semua,
menemani sukarno berdiri di situ. Di saat itulah, sejenak lalu , beliau berkata: jika
nanti saya tidak menjabat Presiden lagi, di rumah inilah saya ingin mengaso, melepaskan
lelahku, belajar belajar lagi, berjuang berjuang lagi, terus berjuang, terus. Mata sukarno
besar, namun tak bersinar gemerlap seperti di muka lautan massa rakyat, beliau membalikkan
badannya pada kami: Oom Jo, Chaerul Saleh, soebandrio , Dasaad dan Hasjim Ning .... Berjuang
terus untuk bangsaku kaum marhaen, berderap bersama untuk mencapai cita cita kita Pancasila,
dan jika datang saatnya aku dipanggil kembali oleh Illahi, inginlah aku dimakamkan di dekat
rumahku ini, dan dari sini alam Parahiyangan akan dapat terus terus membelai dan menyayang
kepadaku.
Sejenak lalu rupa rupanya OomJo terpecut jiwanya oleh kata kata sukarno yang sayu,
yang kam~ semua rasakan sebagai amanat: Dengarlah, Bung Hanafi, kata kata sukarno itu,
sebagai anak marhaen, camkanlah baik baik, kita semua akan kembali kepada Tuhan, bukan
sukarno sendiri, dan jika Bapak kita itu pergi dahulu, kita yang tinggal akan melaksanakan
amanatnya itu. jika sukarno pergi dahulu, jiwanya tetap mengawani kita.
...jika kereta api Bandung Jakarta pulang pergi dan Kali Cillmung mengalir mendesau terus
Sarinah dan Marhaen di sawah herjuang terus Gunung Salak dan Pangrango menguraikan
cintanya terus Untuk didengarkan oleh sukarno , Dan sukarno akan mendengar terus
Akan deru gelombang perjuangan bangsanya...
Kami terdiam, terharu mendengarkan kata kata sukarno dan kata kata sajaknya OomJo itu
yang membawa bawa perasaan kami terseret ke suasana melankolik.
Bravo! Oom Jo, cocok sekali! Bagus Oom, kenapa saya tidak mengetahui dari dahulu baLwa OomJo ini
memiliki jiwa seni seorang seniman, yang mengingatkan saya pada Multatuli , kataku. Sebab, jika
tidak saya pukul suasana menyayu itu dengan bravo, sayalah yang akan menangis terhisak
hisak seperti anak kecil cÅ ngÅ ng yang tak mau ditinggal ibunya pergi ke pasar.
Hari sudah menjelang sore. Dasaad dan Hasjim Ning minta permisi pulang .
lalu kami juga, bersama sukarno . sukarno pulang ke Pavilyun di Istana Bogor,
saya dan Chaerul Saleh pulang keJakarta. Dr. soebandrio masih mau tinggal bersama Bung
Karno, turut ke Istana.
Beberapa tahun lalu ...
Saya mendengar kabar dari radio BBC yang aku stel terus menerus, saat saya sekeluarga
masih di Kuba, bahwa pada tahun 1970, persisnya pada tanggal 21 Juni 1970, mengenai wafatnya
sukarno . saat itu saya bangunkan seluruh keluarga dari tidurnya. Saya ajak mereka bicara,
kuceritakan mengenai berita dukacita itu. saat itulah saya putuskan, bahwa sekarang datanglah
saatnya saya harus pergi, kita semua sekeluarga pergi dari Kuba, ke negeri lain, entah ke mana,
sebab ingin pulang sudah tak bisa sebab paspor kami semua sudah di revoked ditarik oleh
Orde Baru pemerintah Soeharto. Dengan seboah surat sandi yang dikirimkan kepada seluruh
perwakilan di luar negeri, sudah diumumkan baLwa paspor kami nomor sekian, nomor sekian,
sekeluarga tujuh orang tidak berlaku lagi, sudah dianulir. Itu terjadi di bulan Mei 1966. Sejuga h
hari sebelum kawat sandi itu, kawat yang pertama memanggil saya pulang . Tiga hari sesudah
kawat sandi yang pertama itu, saya sebagai Dubes dimisi kan menemui delegasi pemerintah
negara kita di Mexico: Kolonel Hertasning dan Brigjen Sudirgo. Sepulang dari Mexico itulah saya
menerima kawat sandi yang mencabut validity paspor diplomatik saya sekeluarga dengan cara
ini di atas, yang artinya mencabut hak warganegara kami semua. Itukah ganjaran buat
pejuang kemerdekaan,
Saya tetap bertahan di Kuba, teguh menjunjung sumpah ja batan saya sebagai Duta Besar
Republik Indonesia . Apalagi pember hentian saya itu menyalahi UUD '45, sebab seorang Duta
Besar diangkat dan diberhentikan hanya oleh Presiden, Kepala Negara yang sah, bukan oleh
pejabat Deparlu sekalipun berpangkat Menteri. Wapres Adam Malik (alm.), saat bertemu
dengan saya di Brussel pada tahun 1979, menyatakan dengan sumpah mati tidak mengetahui
adanya pemberhentian saya itu, dan malah: Saya kira memang Bung sendiri yang masih mau
tinggal di luar negeri , katanya.
Walaupun itu tidak lucu , namun begitulah sarkasme hidup yang menimpa kami sekeluarga.
Nah, nasib seperti itu menimpa juga pada pribadi sukarno , Pemimpin Besar Revolusi
negara kita itu. Beberapa hari lalu saya dengar berita lagi, baLwa sukarno dimakamkan
di Blitar, bukan di Batu Tulis, seperti yang diamanatkannya kepada kami 15 Januari 1966,
seperti yang sudah kuceritakan di atas tadi.
Saya termenung. jika dahulu, saat masih hidup Ibunya, Ibu Idayu, ada yang mengatakan
bahwa nanti sukarno ingin dimakamkan di dekat Pesarean Ibunya itu. Hal itu masuk akal
juga . Apalagi jika ditanyakan pendapatoya Mbakyu Werdoyo (Ibu Sukonjono dan Sujoso) yang
saya kenal. Ya, logis juga jika Mbakyu Werdojo dan suaminya, Kangrnas Werdojo, itu akan
senang bila sukarno dimakamkan di Blitar,'kan tidak merepotkan baginya dibanding jika
makamoya sukarno itu di Batu Tulis, namun ayah sukarno , Bapak Sukemi Sosrodihardjo,
walaupun silsilahnya keturunan dari Sultan Kediri, beliau dimakamkan di Jakarta di Pekuburan
Karet, biar dekat dengan putera yang disayang, Kusno Sosro Sukarno. Ayahanda sukarno itu
meninggal dunia tahun 1943. Empat serangkai (sukarno , Bung Hatta, Ki Hajar Dewantoro,
Ki Haji Mas Mansur) dan semua kami pemuda pemuda Menteng 31 ditambah rakyat dan kawan
sejawat lainnya turut mengiring beliau sampai ke Pesareannya di Karet. Seandainya keputusan
dan ketentuan itu ada pada Ibu Fatmawati dengan putra puterinya (Guntur, Mega, Rahma,
Sukma dan Guruh) atau ditambah Ibu Hartini dengan kedua putranya (Taufan dan Bayu) saya
percaya , mereka ini akan memilih tempat Pesarean sukarno itu di Batu Tulis. Bukan sebab
akan lebih praktis bagi mereka saja, dan mengingat akan amanatnya sukarno sendiri, namun
kiranya berdasarkan pertimbangan politik dan kepentingan nasional juga.
Ada yang berkata: Yang lalu dan berlaku, itulah pertimbangan yang Berkuasa: pertimbangan
politik, nasional, moral, keke luargaan. . .
Itu semua bullshit! Soeharto tidak mau ada sukarno di dekatnya.Jahil!! Segala kebesaran
sukarno menghantui segala Pikiran, Ucapan dan Tindakannya . Dia ingin memupus habis
segala Pikiran, Ucapan dan Tindakan sukarno . Demokrasi Terpimpin, Marhaenisme,
Pancasila, Kepribadian Nasional, They are all nonsense! Itu semua komunis. Komunis No!
Dollar,Yes! Hutang saja, hutang lagi. Toh bukan dia yang bayar kembali, anak cocu, tujuh
turunan! Masabodoh! Dia akan tinggal aman di Mangad,eg. Begitu maunya. Tidak seperti Bung
Karno, rumah pun tidak memiliki Jahil!!! Siapa yangjahil, Gampang menunjuk hidungnya!
Yang pasti bukan saya, terhadap almarhum sukarno , Father of the Nation!
Barisan Sukarno Dibunuh Mati dalam Kandungan
Para pembaca yang terhormat!
Saya bukanlah menulis sebuah memoar di bawah cahaya bulan purnama,
bertabur kembang melati dan bunga rampai harum aneka warna. Saya
menuliskan perasaan hati peri kemanusiawian saya yang menderita,
merasakan pedih kehilangan milik berharga dari sejarah perjuangan Bangsa
negara kita sebagai akibat pengkhianatan Jendral Soeharto.
1) Saya mengumandangkan Protes dan Gugatan sukarno ,
Presiden/PanglimaTertinggi ABRI, Pemimpin Besar Revolusi Agustus 1945,
kepada Jendral Soeharto yang ingkar dan menyalah gunakan Surat Perintah
11 Maret 1966, menjadi kannya dasar penipuan untuk merebut koknasaan
negara (coup d'etat).
2) Saya meneruskangugatan bersama sama dari Panglima Jendral
AhmadYani, LetnanJendral Suprapto, LetnanJendral Haryono M.T., Letnan
Jendral S. Parman, Mayor Jendral D.l. Panjaitan, MayorJendral Sutoyo
Siswomiharjo, dan J. Katamso, Ign Soegiono, PierreTendean dan KS.Tuban
kepadaJendral Soeharto yang pura pura innocent, maka par expresse (dengan
sengaja) membiarkan dibunuh oleh pemberontak G30S/PKI yang khianat.
3) Saya meneruskan jeritan permohonan keadilan perikema nusiaan dari
satu juta manusia tidak berdosa,yang dibunuh secara kejam, dalam satu
holocaust atas hasutan balas dendam oleh sebagianTentara di bawah perintah
dan tanggung jawab Jendral Soeharto, tanpa proses hukum pengadilan.
4) Saya mengimbau kepada para tokoh pembela perikemanusiaan dari segala
bangsa di dunia agar mendirikan Komite Pembela Perikemanusiaan untuk
memohon kepada PBB dan Pengadilan Internasional mengadakan penyidikan
kudeta dengan holocaust seperti dilakukan oleh Jendral Soeharto di
negara kita , Oktober 1965.Dan mengadili pelaku utamanya, Jendral Soeharto
diktator negara kita (sekarang Presiden R.I., yang berdasar keterangan saksi majalah FORBES:
The world's shrewdest businessman , yang memiliki kekayaan US $ 16
billion, orang terkaya ketiga sesudah Sultan Hasanul Bolkiah, dan King Fahd
Bin Abdulaziz Alsaud).
5) Saya mengingatkan kepada seluruh Bangsa negara kita , agar setia dan
menjunjung UUD '45 dengan Mukadimahnya, dan bersama saya sebagai
Pemuda Pelopor Revolusi 1945 yang terakhir yang masih hidup, agar
mengembalikanTimorTimur kepada rakyat Timor Timur yang di anschlus,
dicaplok, oleh diktator Soeharto, oleh sebab tindakan ini bertentangan
dan mengkhianati UUD'45. Bersamaan dengan itu, untuk memohon kepada
PBB membantu pelaksanaan Mosi Komite Rakyat negara kita untuk
mengembalikan kemerdekaan Timor Timur kepada rakyat Timor Timur
secara demokratis.
Demikian adanya, lima pasal tuntutanBuku Menggugat Diktator Soeharto
ini.
Sekarang mengenai Barisan Sukarno
Barisan Sukarno ini sudah dibunuh mati, saat masih di dalam kandungan,
artinya masih janin belum berwujud apa apa. Itu yaitu ide yang diserukan
oleh Presiden Sukarno saat menghadapi situasi politik yang jelas sedang
menyerang untuk menjatuLkannya dari kekuasaan, diserukannya saat itu di
dalam Sidang Kabinet yang diperluas 15 Januari 1966. namun apakah
maksud dan tujuannya, Apakah Presiden Sukarno menginginkan Barisan
Sukarno itu merupakan satu Barisan yang militan yang setia kepadanya
sebagai Presiden/Kepala Negara, dan membela Persatuan dan Kesatuan
Republik Indonesia , Jawaban atas pertanyaan itu yaitu :Ya! Jawaban
ini ditegaskan oleh sukarno , saat Dr. soebandrio dan Chaerul
Saleh mengusulkan agar saya, A.M. Hanafi, ditunjuk untuk memimpin
Barisan Sukarno itu. namun oleh sukarno , menga takan bahwa beliau
masih memerlukan saya di Kuba berhubung dengan rencana Konferensi
CONEFO pada bulan Oktober 1966, maka pilihan jatuh kepada Mayor
Jendral Achmadi.
Pada tanggal 17Januari 1966, jadi dua hari sesudah demonstrasi saat
Sidang Kabinet di Istana Bogor, saya diberitahu oleh Presiden Sukarno,
bahwa Surat Keputusan pengangkatan saya menjadi Mayor Jendral TNI
Kehormatan, sudah beliau siapkan, namun upacara pelantikan akan
dilaksanakan oleh Menpangad Letjen Soeharto, kata beliau.
Tanggal 21 Januari, saat jumpa Letjen Soeharto yang didam pingi Brigjen
Sugiharto di istana, langsung pada kesempatan itu saya gunakan untuk
menanyakan kapan beliau akan melaksanakan pelantikan saya itu . Beliau
agak terkejut. Lalu sejenak memandangi saya, maka langsung saya
ceploskan: Pak Harto, pengangkatan saya menjadi Mayjen TNI Kehormatan
itu, bukan atas kemauan sukarno sendiri, namun itu yaitu amanat
Panglima Ahmad Yani .
Tampak beliau terkejut, dengan suaranya merendah beliau menyahut: jika
begitu, maaf, saya tidak mengetahui . Besok saja, saya minta Pak Hanafi datang ke
MBAD, jam 10 pagi untuk dilantik.
Sebelum saya masuk ke ruangan upacara di MBAD saya disambut oleh
Kolonel Alamsyah Prawiranegara. Saya mengetahui , dia ini asal dari Dewan Gajah
yang pasang pengeras suara di rumahnya kala Azan Maghrib, yang suaranya
nyaring sekali terdengar sampai ke rumah Gubernur Husin di mana saya
menginap, saat saya berkunjung ke Palembang tahun 1957.
Kolonel Alamsjah bertanya: Apakah Pak Hanafi dari PARTINDO atau dari
MURBA,
Dua duanya ,jawab saya. Sebab saya tidak suka pertanyaan intel seperti
itu. Bahwa saya memang dari MURBA, belakangan memang ada disebutkan
oleh Ex Wapres Adam Malik di dalam bukunyaMengabdi Republik.
Selesai pelantikan Pak Harto menasihatkan saya agar saya pergi berziarah
ke Makam Pahlawan, di mana dimakamkan pahlawan pahlawan yang
menjadi korban GESTAPU. Demikianlah, saya, diantar oleh seorang kolonel
dengan jeep Angkatan Darat, berangkat ke Kalibata. Sejenak dengan khusuk
saya bersemedi, yang pertama di makam Jendral A. Yani (yang sudah saya
juluki Panglima Harapan Angkatan 45), selanjutnya ke makam Jendral S.
Parman, lalu ke makam Jendral Suprapto yang saya kenali di Yogyakarta di
masa Revolusi, lalu Jendral Haryono, ex mahasiswa Ika Daigaku, yang saya
kenal saat di Prapatan 10, September 1945. Seterusnya saya ke makam
pahlawan pahlawan yang lain, yang menjadi korban pembunuhan
GESTAPU.
Semoga arwah mereka disambut di Suwargaloka, di samping TuhanYang
Maha Esa. Saya mohon diberi kekuatan dan restu oleh Allah untuk dapat
mengetahui rahasia tersembunyi di belakang komplotan GESTAPU itu.
Amien, Amien.
Bagaimana dengan persoalan Barisan Sukarno,
Kita semua mengetahui , bahwa pribadi sukarno memiliki sifat kemanusiaan yang
begitu mulia dan tinggi.Jangankan kepada binatang yang tidak berdaya, jika
diberikan kepadanya seekor burung untuk dipelihara di dalam sangkar yang
molek, janganlah terkejut nanti, jika burung itu dilepas pergi bebas
meninggalkan sangkarnya yang molek itu. Ibu Inggit suka memelihara seekor
kucing, mending jika kucing anggora yang bulunya halus bagus itu, ini
kucing kampung yang lepas tak memiliki tuan. Kucing itu dipungut dan
dipelihara, saya mengetahui hal itu saat sama sama di Bengkulu. Nah,
sukarno suka juga mengelus ngelusnya, sebab kucing itu suka
menunggu di dekat sukarno , jika sukarno habis sembahyang.
Di zaman GESTAPU, saya terkenang kembali akan hal yang remeh temeh
itu. Di masa zaman sukarno berkoasa, sementara orang yang
memusuhinya tidak diapa apakannya, bahkan ada yang dimutasi naik
pangkat. Kapten AURI Maukar, yang memberondong istana dengan mitraliur
dari kapal terbang, saat hari sidang sesudah saya disumpah menjadi
Anggota DPA, diampuni oleh sukarno . Lebih hebat lagi terhadap
penerbang Amerika Alan Pope yang mengebom Ambon, ratusan rakyat mati
sebab sedang ada hari pa saran. Eee, Alan Pope itu dibebaskannya, sesudah
Robert Kennedy (adik J.F. Kennedy) dan isterinya Alan Pope itu memohon
kepadanya. Semua pemberontak PRRI/Permesta diberi amnesti. Ini saya
sambut baik.
Demikianlah antara lain sifat mulia yang tinggi dari de grote Bung.namun di
balik sifatnya yang mulia dan tinggi itu, beliau juga memiliki ijdelheid
(kegenitan) yang merangkai pada sifatnya yang mulia itu.namun lagi,
kegenitannya itu sudah menjadi patent nasional tidak bisa dia apa apakan
lagi. Mulai dari peci nasional di zaman PNI pertama, sampai baju nasional di
zaman Revolusi 1945, dan titel BUNG yang menjadi predikat pada orang
orang pergerakan nasional. Yang dikatakan ijdel di samping sifat Bung
Karno yang mulia dan tinggi itu, sebetulnya tidak bisa dipakai untuk
mengecilkan arti penting kepribadian sukarno , sebab dasar seluruh
kepribadiannya sepenuh penuhnya mengabdi pada kepentingan Bangsa
negara kita yang mau dibesarkannya.
Kriteria yang dipakai untuk mengatakan sukarno ijdel dalam arti positif
atau negatif, bagi sukarno hanya piranti seni politik. Berguna dan
memang berhasil untuk mengkonsolidasi secara positif sentimen
nasionalisme negara kita pada zamannya yang mem butuhkannya. Rakyat
negara kita yang minder sebab dijajah kolonialisme Belanda tiga setengah
abad, membutaLkan seorang pemimpin dengan penjelmaan watak dan sifat
perjuangan seperti sukarno itulah! Zaman berubah. Sekarang orang yang
anti Sukarnois mengejek dan mengolok olok kepadanya. Louis ke XIV,
Raja Prancis di abad ke 17 yang dikenal dalam sejarah sebagai Roi Soleil,
baginda matahari ijdelheidnya melebihi sukarno . Pakaiannya, jubah
kerajaannya yang menampangkan rambutnya terurai ke bahunya itu, begitu
mempesonakan, sehingga di zaman feodal di Eropa saat itu, orang meniru
pakaian jubah kerajaan Louis ke XIV itu, menjadi tradisi berpakaian kaum
monarkh di zaman feodal itu. Kondisi dan situasi di zaman itu di Prancis
membutuhkan seorang Raja yang sifat dan wataknya dijelmakan oleh Louis
ke XIV, Roi Soleil itu, yang dapat mengatasi kondisi dan perseteruan di
kalangan kaum monarkh Prancis saat itu. Dan sampai sekarang di zaman
modern ini dalam hal mode berpakaian, Prancis yaitu paling top.
Sekarang kembali ke Barisan Sukarno.
Sudah saya katakan bahwa Barisan Sukarno itu sudah dibunuh mati dalam
kandungan, belum sempat menjelma ke dunia.
Keesokan hari sesudah Sidang Kabinet di Istana Bogor (15Januari 1966), di
mana sukarno mengumandangkan tidak akan mundur setapak pun dan
menyerukan pembentukan Barisan Sukarno, maka pada tanggal 16 Januari
1966, Menpangad Letjen Soeharto, tanpa ragu ragu dan terang terangan
menyabotnya. Ingat, saat itu masih jauh belum ada Supersemar!Walaupun
saya sendiri mengetahui betul, sebab memperhatikan kejadian itu, di hari
hari saya masih berada di Jakarta, baiklah saya kutipkan di sini bagian dari
Brosur Team manuscript tasi Presiden RI, berjudul Jejak Langhah Pak Harto,
dengan editor G. Dwipayana dan Nazaruddin Sjamsuddin:
Minggu, 1 6Januari (1966). Menanggapi pembentukan 'Barisan Sukarno',
maka hari ini pimpinan ABRI mengeluarkan pernyataan bahwa pembentukan
Barisan Sukarno hanya dalam arti mental ideologis saja. maka
pimpinan ABRI melarang pembentukan Barisan Sukarno dalam arti fisik,
sebab membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Seiring dengan itu,
pimpinan ABRI juga menyatakan ketaatannya kepada Presiden Sukarno.
Pernyataan ini ditandatangani oleh Menko/Hankam KASAB Jendral
Nasution, Menpangad Letjen Soeharto, Menpangal Laksdya (L) Martadinata,
Menpangau Laksda (U) Sri Muljono Herlambang, dan Menpangak Komjen
(Pol) Sutjipto Judodihardjo.
Catatan AMH. Semua kepala Angkatan Bersenjata R.I. menan datangani
larangan pembentukan Barisan Sukarno itu.Yang penting diketahui , mereka
itu hanya dimanipulasi , disalah gunakan oleh Letjen Soeharto, dipaksa
berdasar keterangan saksi i pikirannya Soeharto yang sejak dari pecah pemberontakan
GESTAPU yang mengkili kili mereka itu untuk turut konfrontasi di bawah
pimpinannya melawan Presiden Sukarno di dalam skenario perebutan
kekuasaan. Untuk itu Untung dan Latief merupakan Bagian Pendahuluan,
yang ternyata gagal, dengan Letjen Soeharto yang terjun langsung di bagian
kedua, yang tadinya sesuai dengan rencana belum muncul di belakang
GESTAmemiliki Untung dan Latief.
Saya merasa kasihan kepada Jendral Nas, yang saya mengetahui memiliki dendam
pribadi kepada sukarno , apalagi sebab anti komunisnya, tidak
menginsafi apa sebetulnya opzet atau siasat GESTAPU itu yang sengaja
mereservir (mengecualikan) Letjen Soeharto, tidak memasukkannya ke
dalam daftar jendral jendral ABRI yang harus dihabisi.
Pikirlah. jika jujur secara hokom, untuk menghantam balik GESTAPU dan
pimpinannya, apa itu unsur tentara atau unsur PKI, sewajarnyalah berdasar keterangan saksi
logika dan hokum yang harus ditangkap untak diadili ialah anggotanya anggotanya
yang berbuat makar itu saja. Wajarnya tidak harus lebih jauh dari itu,
tidaklah seharusnya membakar negara dengan demam holocaust yang
menghabiskan satu juta manusia, dan menyalah gunakan para pemuda
KAMI KAPPI menghasutnya dengan demonstrasi demonstrasi anti Orla,
sampai membuat berantakan Deparlu dan menyerang Istana Bogor, saat
Pemerintah sedang mengadakan Sidang Kabinet. Semua tindakan itu tidak
lain yaitu bagian dari planning yang dimulai sejak Gestapu. Last, but not
least, mengapa harus menyalah gunaka Surat Perintah SUPERSEMAR,
mengada ada dalih busuk untuk menjatuhkan Presiden Sukarno, Apakah itu
bukan komplementasi kudeta GESTAPU yang happy ending sukses bagi
pemain utamanya Letjen Soeharto,
Para pembaca yang terhormat,
jika kita sekarang merenungi kembali drama GESTAPU/PKI di atas pentas
sejarah yang secara rieel dan obyektif saya rekonstruksi kembali di dalam
buku ini, maka kita tidak bisa mengatakan lain: GESTAPU/PKI itu yaitu
kadetanya Letjen Soeharto sendiri! Kita menyadari sekali bahwa kita ini
bukanlah hanya penonton yang tidak memiliki tanggungjawab atau masa bodo
terhadap kejadian drama GESTAPU/PKI itu. Sebab kita yaitu putra bangsa
dan warganegara R.I.yang hidup memikul tanggungjawab. Oleh sebab itu,
pada suatu hari kita harus ajukan semua ke Mahkamah Pengadilan, nasional
dan internasional, pelaku utamanya Letjen Soeharto, sekarang Presiden,
billioner dollar yang kaya raya di atas kerusakan moral dan spiritual bangsa
negara kita . jika kudeta Soeharto itu dibiarkan tidak dihokam, tidak diadili
oleh hakum, precedent itu akan berulang dengan kudeta yang lain dan
seterusnya begitu, selama tidak ada tangan kuat yang memancangkan
kembali tihang bendera Demokrasi di negeri ini.
Perkembangan proses prolitik ekonomi dunia yang sedang mendatang akan
menentukan bagaimana langkah langkah politik yang harus kita ambil demi
kepentingan yang menguntungkan bagi pembangunan bangsa dan negeri R.I.
kita, tanpa mengorbankan prinsip perJuangan, yaitu R.I. yang Merdeka dan
Demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD'45. Prinsip perjuangan itulah
dasar pegangan hidup kita di atas segala galanya, berapa pun harganya!
jika dahulu di zaman apa yang disebut zaman perang Dingin kita sudah
menjadi korban, dengan terpaksa tidak memilih salah satu pihak demi tegaknya
kedaulatan nasional kita sekarang ini praktisnya tidak ada yang harus kita
pilih, kita membutuhkan kapital untuk pembangunan negeri namun bukan untuk
sesuatu golongan sendiri, dan kapital dunia sekarang ini yaitu satu.mengenai
kedaulatan rakyat yang pernah ada di tangan kita, berkat hasil perjuangan di
bawah pimpinanTritunggal Sukarno Hatta Sjahrir, yaitu tergantung pada
kita sendiri dan tidak tergantung pada pihak luar untuk merebutnya kembali
dari tangan Soeharto.
Saya harap dan saya mohon kepada arwahnya sukarno , dapat memahami
dengan baik bahkan sebaik baiknya akan pendirian dan pandangan politik
yang saya uraikan di atas. Sebagai patriot dan sebagai kadernya, saya belajar
berusaha demi kepentingan nasional secara sebaik baiknya mengaplikasikan
teori marhaenisme, sesuai dengan sikon yang rieel dalam kategori sejarah
zaman sekarang di mana demokrasi dan kapital Amerika dan Eropa
mengungguli negeri negeri Timur.
jika siang hari berganti tengah malam , kita berdayung dengan segala alat yang kita
memiliki i, sadar dan berani mengikuti arus kapital dan demokrasi Amerika dan
Eropa Barat tanpa diktator Soeharto dan Orde Baru yang autokratik.
Para pembaca yang terhormat,
Sebelum saya meneruskan sejarah sabotase Letjen Soeharto terhadap
Barisan Sukarno , saya sudah menguraikan tanggapan politik saya yang saya
anggap cukup penting untuk diketahui . Saya tidak akan memperpanjang
menjadi diskusi. Saya tidak mau mimpi di siang hari.
Senin, 17 Januari. Kader Front Nasional, sesudah mempelajari Amanat
Presiden Pangti ABRI/Pemimpin Besar Revolusi/Pemimpin Tertinggi Front
Nasional/PemimpinTertinggi Kader Revolusi sukarno , menyatakan dan
menyerukan kepada selurnh kader Front Nasional di mana pun berada,
menyiapkan barisan untuk menerima dan melaksanakan Komando
PBR/Presiden Seumur Hidup/Pangti ABRI/Pemimpin Tertinggi Front
Nasional/Pemimpin Tertinggi Kader Front Nasional.
Rabu, 19 Januari. Kepala KOTI, Letjen Soeharto, atas nama Presiden/ Pangti
ABRI/Panglima Besar KOTI, hari ini mengumumkan bahwa setiap
organisasi massa, partai politik, badan badan, persorangan dan siapa pun
yang menyatakan dukungan, kesetiaan dan kesiap siagaan melaksanakan
Komando Presiden/PBR sukarno , agar menyampaikan pernyataan dan
mendaftarkan diri pada Gabungan 5 (G 5) KOTI,Jalan Merdeka Barat No.
14,Jakarta.
keterangan AMH. Pernyataan Letjen Soeharto 19 Januari ini , yaitu
ultimatum terselubung terhadap Front Nasional yang bersiap untuk
mendirikan Barisan Sukarno, namun juga sekaligus tantangan yang kurang
ajar terhadap wibawa Presiden Sukarno atas nama Presiden Sukarno .
Saya mau mengingatkan kepada bangsaku, memanggil pada akal dan logika
sebagai bangsa yang berbudaya kemanusiaan yang mulya. Apakah mungkin
Letjen Soeharto mendadak sontak menjadi pembangkang walaupun semua
pihak menggoncengi kata kata Presiden Sukarno/ PBR/Pangti ABRI (etc)
yang kita hormati dan kita cintai , Beberapa hari lalu ternyata kata
kata manis itu hanya lip service yang palsu semata. Tidaklah mungkin
perubahan sikap yang membangkang dan menentang Presiden Sukarno,
datang tiba tiba pada saat Barisan Sukarno diumumkan.
lngatlah dengan memakai budi akal normal, kita akan mengetahui pemberontakan
GESTAPU itu tidaklah jatuh dari langit sebagai meteor yang jatoh dari langit
seperti Hajaratul'aswad yang menjadi Pusat Ka'bah di Mekah sampai
sekarang dan ke akbir zaman.namun tentulah didahului oleh proses
permulaan yang panjang, planning dan programming, strategi dan taktik
pelaksanaannya dan akhirnya barulah sampai ke hari nahas jam 1.00 tanggal
1 Oktober 1965 itu.
jika fakta nya demikian seperti dikatakan oleh sukarno , bukanlah
30 September namun ternyata 1 Oktober, maka sebutan GESTAPU itu sebutan
rekayasa Soeharto sendiri sebagai resultat pertemuannya dengan Kolonel A.
Latief sebelum waktu tengah tengah malam 30 September 1965.Tentulah Soeharto
tidak bodoh untok mengatakan apa sebetulnya yang dibicarakan Latief
kepadanya pada pertemuan itu, namun dengan mangatakan kedatangan Latief
ialah untuk sowan sebagai bawahannya yang menunjukkan rasa
persahabatannya berkenaan dengan musibah sebab putranya, Tommy,
ketumpahan sop panas. Keterangan Soeharto hanyalah dalih yang tidak
nyaman bagi dirinya sendiri untuk menghapus jejak keterlibatannya dengan
pemberontakan GESTAPU atau GESTOK itu! Hanya Tuan O.G. Roeder, itu
orang Jerman, ahli make up, penyunting buku The Smiling General
President Soeharto Of Indone sia itu, hanya dia saja, dia saja yang tidak
kelolodan menelan keterangan palsu Soeharto itu! Buat dia uang di atas
segalanya! Buat kita kehormatan bangsa di atas segalanya!
Jum'at, 21 Januari, 1965. Sehubungan dengan pelarangan Barisan Sukarno
di Jawa Barat, Menpangad Letjen Soeharto, sesudah menghadap Presiden
Sukarno di Istana Merdeka, menjelaskan bahwa pelarangan ini yaitu
untuk memelihara persatuan nasional yang kompak di belakang PBR Bung
Karno. Dikatakannya lebih lanjut, bahwa sudah sejak revolusi, ABRI,
organisasi politik, dan organisasi massa di Jawa Barat itu menjadi Barisan
Sukarno.
keterangan AMH. Sengaja saya kutipkan Jejak langLah Pak Harto ini untuk
mengingatkan kembali segara perilaku Soeharto sebelum dia terang terangan
menyerobot kekuasaan Presiden Sukarno dengan memalsu Surat Perintah
Sebelas Maret. Betul, benar sekali bahwa sejak revolusi, ABRI, organisasi
politik, dan organiasasi massa di Jawa Barat itu menjadi Barisan Sukarno.
Dalam arti di belakang mengikuti segala perintah Presiden Sukarno sampai
ke saat munculnya GESTOK, di saat munculnya Soeharto mengeliminir
orang GESTAPU, orang nya sendiri, di mana dia sendiri berada
di belakang layar komplotan ini . Selanjutnya sesudahnya semua pucuk
pimpinan tertinggi ABRI terbunuh semuanya, Soeharto pada 1 Oktober 1965
meneruskan langkahnya yang kedua: mengeliminir Presiden Sukarno sebagai
principal target dalam tujuannya untuk merebut kokuasaan Presiden.
sukarno menyadari akan hal yang membahayakan kedu dukannya itu.
Maka itulah pada sidang Kabinet Dwikora di Istana Bogor,beliau
menyerukan agar berdirilah Barisan Sukarno, sebab Barisan Sukarno
yang dikatakan oleh Soeharto sebagai Letjen Menpangad yang praktis sudah
mengambil oper pimpinan ABRI dan kekuasaan Pemerintahan, sudah
dijauhkan dari sukarno dan semuanya ditempatkannya di belakang dia
sendiri, Soeharto. sebab itulah, sukarno berseru kepada Bangsanya,
agar membentok Barisan Sukarno, yang dekat dan taat kepadanya!
Bagaimana pendapat pembaca mengenai Barisan Sukarno itu,
Apakah dianggap, atau disangka Barisan Sukarno itu untuk dikonfrontasikan
secara fisik, disiapkan untuk bertempur terhadap pihakTentara yang dibuat
goyang kepercayaannya kepada Presiden Sukarno, Tidak! Seperti sudah
dinyatakan oleh Dr. soebandrio , yang dituju, yang hendak dicapai Bung
Karno, ialah ketegasan semangat, jiwanya, dipersatukan dalam Barisan
Sukarno.namun Soeharto, bukan saja sebab dia militer, namun sebab ambisi
yang sudah ditempanya sejak berhubungan dengan GESTAPU (Untung,
Latief, Supardjo dan Syam) untuk merebut kekuasaan dari tangan Presiden
Sukarno, menganggap Barisan Sukarno akan menjadi kekuatan fisik atau
people´s army yang diasosiasikan dengan Angkatan ke V yang pernah
diusulkan PKI. Oleh sebab itulah begitu Sidang Kabinet tanggal 15 Januari
itu selesai, esok harinya, tanggal 16 Januari 1966 itu, kontan Soeharto
memakai segala saluran kekoatan yang dikuasainya untuk membunuh
ide dan kelahiran Barisan Sukarno itu.
jika saya boleh bicara terus, andakata sukarno bukan sukarno ,
namun seorang militer seperti Soeharto, ada kemungkinan hal itu bisa
terjadi.namun di dalam situasi yang gawat ini, sekalipun, beliau tetap saja
seorang manusia Sukarno yang tulen, yang asli. Seorang Bapak Nasion!
Jiwa jiwa cerita pewayangan selalu dekat kepadanya. Dalam situasi yang
sudah gawat itu beliau masih bisa minta digelarkan wayang di Istana Negara
dengan judul cerita ... yang saya lupa namanya. Beliau masih bisa menikmati
cerita wayang di tengah malam itu, sedang saya, walaupun turut hadir pula , pikiranku
melayang layang ke luar gedung, memikirkan, akan bagaimana jadinya nasib
sukarno pada akhir kemelut ini nanti. Muallif Nasution, Sekretaris
Pribadi, bekas Pemuda Menteng 31, memiliki hubungan keluarga dengan Bung
Karno, sebab menikah dengan gadis masih famili dengan sukarno , di
tengah malam itu menceritakan pada saya, Pak Rahim, dukun di Petojo itu
menujumkan bahwa sukarno akan mati berdarah.
Lalu saya menanyakan pada Muallif, apa kau sudah berkata itu pada Bung
Karno. Tidak usah saya berkata , sahut Muallif, Pak Rahim itu yang sudah
berkata , saat sowan ke Istana dan memeluk sukarno sambil bertangisan
berdua .
Lain lagi cerita Pak Darmosugondo, yang pada tengah malam pagelaran wayang di
istana itu hadir pula juga dengan sikap dan wajahnya yang, saya lihat sayu.
Sudah diramalkan bahwa sukarno jatuh , katanya. Saya tidak tanya,
ramalan siapa, Saya tanya, siapa yang akan meng gantikannya, Dengan
suara berat Pak Darmosugondo mengatakan: Raja Jawa . Saya tidak spesial
mempelajari kebatinan Jawa, sebab itu saya tidak melanjutkan percakapan
itu. Saya teringat padaJendral Nas dan Sri Sultan Hamengku Buwono yang
saya kenal dan hormati. Dua tokoh itu meleset dari bayangan ramalan itu.
Hanya logika intelek saya bertanya tanya apakah tidak Soeharto yang sudah
diberi oleh sukarno banyak keknasaan itu yang sengaja menyebarkan
isu isu demikian itu. Orang tidak boleh lupa kekuatan gaib dalam apa yang
disebut kebatinan Jawa , yang pada hal hal tertentu memiliki daya
pengaruh juga . Kepercayaan yang terbentuk sejak masa dahulu kala.
hasil penelitian :
1). Pelarangan Barisan Sukarno oleh Menpangad Letjen Soeharto itu yaitu
satu bukti yangjelas tingkat tingkat persiapan dan pelaksanaan kudeta secara
merangkak dan licik itu, tahap demi tahap dengan memakai GESTAPU
sebagai tabis asap, penutup mata bagi sebagian besarABRI yang masih mau
tetap setia kepada Presiden/ Panglima Tertingginya.
2). Massa atau rakyat jutaan itu tidak bisa disalahkan, sebab psikologi massa
jutaan orang yaitu ibaratkudde, kawanan hewan yang jika kehilangan
penggembalanya,jadi tidak berketentuan mau ke mana. Bangsa negara kita
saat itu laksana itulah. Kehilangan atau terputus hubungan dengan
massaleider nya. Perkataan terputus hubungan itu penting sekali arunya.
Sukarno itu tidak bisa berhubungan dengan massa rakyat lagi, diblokir dan
ditakut takuti, harus melapor dan mendaftar segala macam. Sukarno, tanpa
disadari oleh pengikut pengikutaya yang sudah diangkat pada kedudukan
penting, tentulah tidak sengaja, atau pun sebab kegoblokannya , menyia
nyiakannya, sampai tak terpikirkan hubungan per radio di dalam kondisi
sulit. Ketelodoran security, itulah yang saya saksikan sendiri, yang sudah
terjadi. Para pembaca akan melihat bagaimana Soeharto dengan liciknya
merangkak terus sampai ke puncak kudeta SUPERSEMAR. Dan para
pemuda yang tersesat di jalan sejarah itu yang menamakan dirinya Angkatan
66 , notabene yang berkontradiksi dengan Angkatan 45 (yang memutuskan
belenggu penjajahan Belanda tiga setengah abad) Angkatan 66 itu nanti
akan menjadi laksana kayu kayu jembatan yang membusuk, sekalipun anai
anai kekayaan Soeharto tak akan membutuhkannya lagi.
3). Percaya kepada kekuatan rakyat sebagai motor perkembangan sejarah
yang abadi, kita melihat juga bahwa dalam kategori sejarah nasional
sekarang ini, sedang lahir tokoh nasional kerakyatan yang baru, yang
sedang menggali kuburan Rezim Soeharto Orde Baru yang autokratis demi
kepentingan tegak Rl yang demokratik berdasarkan Pancasila dan UUD'45.
Inilah garis politik perjuangan nasional kita di masa ini.yaitu bodoh
mencegah dan membendung arus perkembangan sejarah itu. Tidak ada rezim
diktatur yang langgeng dalam dunia. Demokrasi pasti menang! Inilah satu
peringatan yang berani dan jujur, tanpa pamrih!
Nomor satu: Letjen Soeharto
Dia pernah memperoleh predikat orang baik dari kalangan PESINDO. Dan juga dipandang
orang baik juga dari kalangan simpatisan Tan Malaka.
Untuk membuktikan hasil penelitian saya bahwa Letjen Soeharto itu yaitu The Number One dari
komplotan GESTAPU, saya harus kembali kepada sejarah sekitar Peristiwa 3 juli 1946, tragedi
Tan Malaka bersama kawan kawan saya golongan radikal kiri: Adam Malik, Sukarni, Chaerul
Saleh dan lain lain.
namun sebagai aIat pelejang memori saya ini, saya mau mulai dengan memakai daya
fantasi tanpa izinnya dari Pramoedya Ananta Toer yang luar biasa kuat dan tepatnya, yaitu
simbolik mengenai sukarno HATTA SJAHRIR: yanq tumbuh sebagai sebatang bambu
dengan ruas ruasnya. Lebih kuat dan lebib hidup dari istilah yang biasa suka dipakai untuk
ketiga Pemimpin Nasional kita itu: Tritunggal. Simbolik ini automatik mengingatkan saya
pada dua rumpun bambu betung, di belakang rumah saya di dusun, di pinggir Sungai Talo.
Betul sekali, Pramoedya Ananta Toer, apa kata itu: Sukarno Hatta Sjahrir memang tumbuh
sebagai sebatang bambu dengan ruas ruasnya, dan jelas Sukarno berada di ruas yang lebih dekat
dengan akar. Bukan sebab ia tidak dididik di Eropa, tak pernah mengenyam nikmat Demokrasi
Barat ...
Demikian Pram (begitulah biasanya dia gerakan gerakan anggil), yang kukenal sebagai Penulis, yang hidup
mati dari menulis, namun tidak ragu turut dalam masa perjuangan Krawang Bekasi sebab
panggilan Proklamasi 17 Agustus 1945. Demikianlah, sumbangannya Nyanyi Sunyi dari pulau
Buru, sudah menjawil saya dalam uraian uraianku ini.
namun di belakang rumahku di dusun Lubuk Ngantungan (Bengkulu) sebagai tadi kukatakan ada
dua rumpun bambu betung. Sebatang yang sesuai dengan simbolik yang dicirikan Pram, namun
yang sebuah lagi itu saya harus berkata apa, untuk simbolik sejarah Semaun, Musso, Alimin, Tan
Malaka, Sebab ruas ruasnya bambu yang sebuah lagi itu sudah pada bocel sebab diketok
ketok oleh tangan gatal atau sejarah yang latah, Jadinya seperti kerakak tumbuh di batu, hidup
segan mati tak mau !
Selain saya harus kembali kepada sejarah sekitar Peristiwa 3 Juli 1946, saya harus juga kembali
kepada apa yang disebut Peristiwa Madiun, yang di zaman ORBA diungkit ungkit, namun
sebetulnya yaitu provokasi red drive dan hasil Konferensi Sarangan, 1948.
Dari kedua Peristiwa ini di atas, saat itulah Overste Soeharto memperoleh kesempatan
bermain dalam arus politik mengasah keahliannya bermuka dua tiga.
sukarno dan jendral Nas, sudah salah menilai Soeharto. sukarno sebab jengkel,
mengatakan dia itu koppig*) sebab dia tidak mau melaksanakan perintah sukarno , sebagai
Presiden/Panglima. APRI menangkap Mayjen Sudarsono dan Yamin yang mau mengadakan
perebutan kekuasaan Presiden saat Peristiwa 3 Juli 1946. Jendral Nas, mengatakan kepada
Mayor Firmansyah, Soeharto itu bodoh , sebab itu dia tidak turut dibawa dan saat Jendral
Nas berkunjung ke Amerika. namun dalam Peristiwa GESTAPU, saya anggap sukarno lah
yang koppig dan Jendral Nas itulah yang bodoh .
Persatuan Perjuangan lahir di Purwokerto, 4 Januari 1946 di bawah dorongan Tan Malaka,
sebab tidak setuju pada politik diplomasi Hatta Sjahrir yang mau mengadakan Perjanjian
Linggarjati yang didiktekan oleh Van Mook. Persatuan Perjuangan banyak memperoleh
sambutan persetujuan dari banyak Laskar Laskar Bersenjata, kecuali dari Laskar PESINDO yang
kuat sekali persenjataannya. Jelas, sebab di dalam Kabinet, ada tokoh mereka, yaitu
Sjahrir dan Amir Sjarifuddin. Pak Sudirman, sebagai Panglima Besar sebetulnya lebih
menyetujui politik perjuangan bersenjata, namun sebagai militer pejuang tidak goyah menempatkan
wibawanya kepada Presiden Sukarno dan Pemerintah R.I. Yamin cs. dan Mayjen Sudarsono
Panglima Divisi III Yogyakarta, berspekulasi pada posisi Panglima Besarnya itu.
Konfrontasi PP versus Pemerintah Sjahrir dimulai pada tanggal 27 Juni 1946 dengan diculiknya
Perdana Menteri Sjahrir saat sedang berada di Solo. Saya ingat saat itu saya sebagai
Komandan Laskar PESINDO Jawa Barat atau merangkap Pimpinan Lasjkar Rakyat Jakarta Raya,
sedang berada di Madiun dalam Konferensi PESINDO di Rejoagung. Berita mengenai diculiknya
Bung Sjahrir itu dibawa oleh Bambang Kaslan yang datang bersama Des Alwi yang menangis
tersengguk senggukan sebab Oom Sjahrirnya kena culik. Apa akal, Jangan nangis, Dik kata
Krisubanu, Ketuaoa PESINDO, menyabarkan Des Alwi. Kita akan bikin beres namun anak muda
ini menangis terus. Sumarsono pun mengatakan juga jangan khawatir , mengusulkan agar
kami lekas mencari Ruslan Wijayasastra, Komandan Tertinggi Laskar PESINDO seluruh
negara kita yang sedang berada di Mojokerto. Pertimbangan kami bukansaja sebab laskar
PESINDO memiliki kekuatan bersenjata yang terkuat di masa itu, namun juga sebab kami
mengetahui Ruslan Wijayasastra itu yaitu kader Djohan Sjahruzah saat jadi Pimpinan Serikat Buruh
di Cepu di masa pendodokan Jepang, dan Johan Syahruzah ini yaitu kemanakan Bung Sjahrir
juga . Jadi jelas Bung Johan dan Bung Ruslan itu pengikutnya Bung Sjahrir. Sekarang ini saudara
Des Alwi, syukur masih hidup, dia hadir pula dalam peluncuran buku MENTENG 31 di Jakarta
1996, mungkin dia masih ingat perjalanan kami dalam satu mobil dengan dia menuju ke
Mojokerto di hari hujan gerimis pola.
Sedikit mengenai Johan Sjahruzah yang saya kenal baik. Dia yaitu menantu Pak Haji Agus Salim,
itu tokoh Serikat Islam. saat Adam Malik dan semua orang Kantor Berita Antara ditangkap
Belanda sebelum kedatangan tentara Jepang, Bung Johan itu meminta saya membantunya
meneruskan pekerjaan ANTARA . Kami berkantor di Jalan tanah abang , presisi di muka
jembatan Jalan Budi Kemuliaan itu. Terakhir saya ketemu Bung Johan di kantor Partai Sosialis,
di Kota Baru, Yogyakarta.
Saya tanya: Kenapa Bung nggak turut Uda Sjahrir di Kementerian. ltu di tahun 1967.
Ah, biarkan saja saya begini , sahutnya. Sesudah itu saya tak jumpa lagi pada Bung Johan
Sjahruzah itu. jika dia PSI, dialah PSI yang terbaik saya nilai. Pandai berteman, tidak sok
petentengan. Jelas kiri, merakyat.
Nah, sukarno membela Sjahrir, Perdana Menteri R.I. Beliau umumkan S.O.B. (Staat van
Oorlog en Beleg) yang pertama kali. Maka gegetunlah para penculik Sjahrir, ditambah lagi
dengan ultimatum Laskar PESINDO. Maka Sjahrir dibebaskan begitu saja oleh penculiknya,
sesudah disembunyikan 2 hari saja. Sesudah Sjahrir bebas, kembali ke atas kursinya sebagai
Perdana Menteri, dilakukanlah pada tanggal 1 Juli 1946, penangkapan pada tokoh
Persatuan Perjuangan, di antaranya kawan kawan sendiri dari Menteng 31, yaitu Adam Malik,
Chaerul Saleh, Pandu Kartawiguna, Sukarni; lainnya ialah Sayuti Meliik, Moh. Saleh (Wk.
Walikota Yogyakarta), Surip Suprastio, Sumantoro, Joyopranoto, Suryodiningrat, Marlan, Mr.
Subarjo dan Tan Malaka yang saya kagumi. sedang Moh.Yamin dan Iwa Kusuma Sumantri
dapat meloloskan diri. saat itu saya sudah kembali berada di front Krawang lagi, dalam misi
sebagai anggota Pimpinan Laskar Rakyat Jakarta Raya dan merangkap Komandan Laskar
PESINDO Jawa Barat. Saya tidak bisa menduga, kok sampai jadi begitu!
saat ke Yogya lagi, saya langsung ke Gondolayu muntahkan kejengkelan saya pada Wikana,
Menteri Negara Urusan Pemuda, kenapa tidak dicegah terjadinya penangkapan itu, sebab akan
bisa berlarut panjang problim PP Tan Malaka itu, paling sedikit menetralisir kawan kawan dari
Menteng 31, sebab yang akan senang dengan adanya baku hantam ini tidak lain pihak NICA
juga. Sebermula kita semua satu melawan Belanda, sekarang persatuan itu pecah. jika Bung
Hatta dan Syahrir mau Linggarjati , sebab takut pada Belanda dan dunia barat semua akan
menggempur kita, itu memang sudah konsekwensi terhadap proklamasi kemerdekaan. Semua
rakyat memilih perjuangan bersenjata lawan NICA untuk membela Proklamasi, kedaulatan
nasional. Pun sudah begitu tekad kita sejak semula!,
Saudara Wikana mengelak, mengatakan bahwa itu putusan kabinet Sjahrir Amir. Sekarang
soalnya bukan lagi soal berunding atau perjuangan bersenjata namun perebutan kekuasaan negara.
Dia menceritakan selama saya di Krawang: sudah terjadi hal hal yang lebih parah .
Bung Wikana menerangkan: Pada tanggal 2 Juli 1946, mereka menggerakkan 2 batalion: 1
Resimen dari Mayor Abdul Kadir Jusuf dan satu lagi dari Resimen Overste Soeharto dari Markas
Wiyoro. Mereka menguasai Gedung Radio dan Gedung Telepon Yogyakarta, di Kota Baru, dan
lalu menyerbu Penjara Wirogunan untuk membebaskan 14 tawanan yang sudah ditangkap
pada tanggal 1 Juli itu. Dari penjara Wirogunan mereka itu dibawa ke Markas Overste Soeharto
dan dilindungi di sana, di mana sudah berada Mayjen Sudarsono, Panglima Divisi III. Dus
Panglimanya dari Overste Soeharto.
Siapa itu Mayor Abdul Kadir Jusuf dari Resimen I itu, saya bertanya, Masa jij nggak mengetahui ,
jawab Wikana. Itu yang kita kenal di Jakarta, biasa dipanggil Jusuf Bokser, tinggal di
Kemayoran Gempol, anak buahnya Pak Joyopranoto yang jika pergi ke mana mana suka bawa
senapan dubbelloop . Jusuf Bokser inilah yang dilaporkan oleh Wikana dan Tisnaya kepada kita
di Menteng 31, tanpa lapor pada kita membentuk API, dan menduduki Istana Bogor. Jij masih
ingat, kan,
Ya, saya ingat , sahutku.
Pada tanggal 3 Juli , Wikana meneruskan keterangannya, Yamin, Mayjen. Sudarsono Panglima
Divisi III, Iwa Kusuma Sumantri dan Dr.Sucipto (Kepala Intel Tentara ex PETA Stodent Ika
Daigaku) membawa bawa beberapa draft MAKLUMAT. No.l, No.2 No.3, No.4, No.5 yang semuanya
sudah disiapkan oleh mereka saat di Markas Overste Soeharto di Wiyoro. Semua Maklumat
ini berwatak kudeta, contohnya yang No.2 itu berbunyi, ini jij baca sendiri:
Atas desakan rakyat dan Tentara dalam tingkatan kedua revolusi negara kita yang berjuang untuk
membela seluruh Rakyat dan seluruh kepulau an di bawah Kedaulatan Negara Republik
negara kita , atas prinsip Kemerdekaan Seratus Persen, pada hari ini memberhentikan seluruh
Kementerian negara Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin.
Yogyakarta, 3 JULI 1946
tertanda
PRESIDEN Republik Indonesia .
Lanjut Wikana: Sementara itu Menteri Amir Sjarifuddin datang dengan mengendarai mobilnya
sendirian. Sebab rumahnya digerebeg oleh pasukan Jusuf Bokser, dia dapat meloloskan diri dan
langsung setir mobil sendiri ke istana. Yang dapat ditangkap oleh pasukan Jusuf, ialah
sekretarisnya Ahmad namun sebab keliru, lalu dilepas lagi. Letkol Mangil, pengawal istana
menyiapkan pasukannya, lalu segera menangkap: Yamin, Mayjen Sudarsono, Iwa Kusuma
Sumantri dan Dr Sucipto, terus dibawa ke Penjara Wirogonan. sedang yang lainnya,
katanya, diamankan oleh Overste Soeharto di Wiyoro. Sekali lagi saya mengeluh Saya tidak
bisa menduga, kok sampai jadi begitu .
Para pembaca yang terhormat,
Sehubungan dengan uraian saya ini di atas, mengenai persoalan percobaan kudeta oleh
Mr.Moh. Yamin dan Mayjen. Sudarsono Panglima Divisi III, saya ketahui lalu bahwa baik
Chaerul Saleh maupun Adam Malik, dan Pandu Kartawiguna, semuanya menyalahkan Yamin
sebab tindakannya yang gegabah itu. Apalagi seluruh kekuatan persenjataan Divisi Mayjen.
Sudarsono itu tidak akan bisa mengimbangi kekuatan persenjataan PESINDO Jawa Timur,
apalagi jika ditambah dengan kekuatan Divisi IV Kolonel Sutarto yang di masa itu menjadi
tulang belakang kekuatan Pemerintah Sjahrir Amir Sjarifuddin.
namun , ... ini dia, ... andakata percobaan kudeta ini berhasil, Soeharto sudah menang satu set,
dengan modalnya Markas Wiyoro dan tindakannya menyelamatkan mereka yang ditahan di sana.
Apakah dia akan bersikap setia kepada Presiden Soekarno dan Pemerintah resmi Sjahrir Amir
Sjarifuddin, Watak mulia demikian akan ada pada Soeharto, ya... kelak jika kuda bertanduk .
Sebab kita sudah lihat performance dan wataknya, watak yang begitu ambisius harta dan kuasa.
Buktinya Peristiwa GESTAPU. Dalam hal tidak berhasilnya percohaan kodeta 3 Juli itu, dia pun
sudah mengantongi set kemenangannya juga, dia dianggap berjasa oleh Sjahrir dan Amir,
walaupun oleh Presiden Sukarno dijuluki opsir koppig . namun mulai dari masa itulah saya
dengar orang PESINDO, termasuk saya, menganggapnya opsir yang baik dan sebutan
ang naif itu saya masih dengar sampai lama sesudah Peristiwa Madiun, terus sampai ke masa
Konfrontasi Malaysia .
namun , jika mau mengetahui watak Soeharto yang sebetulnya , bacalah sendiri otobiografinya
Soeharto Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya halaman 37 dan 38 Saya mau diapusi. Tidak
ada jalan lain, selain balas ngapusi dia . jika dalam Peristiwa 3 Juli 1946, Majen Sudarsono
Panglima Divisinya sendiri, Divisi III yang kena diapusi , lalu dalam Peristiwa
GESTAPU, sukarno dan Jendral Nas yang kena diapusi , dan tidak kepalang tanggung it
was nobody else than Jendral Ahmad Yani dan lima rekan lainnya yang dijadikan tumbal sebagai
justifikasi untuk mencabut Anggota g menebas leher Brigjen Supardjo dan Kolonel Latief cs. dan
terus semua insan komunis di padang komonisto phobi, itu warisan kolonialisme Belanda yang
dipelihara dan dibesar besarkan oleh CIA.
Saya tidak anti Amerika, apalagi sejak Jimmy Carter menegakkan demokrasi dan HAM, namun
saya konsisten anti kudeta, setiap kudeta kiri maupun kanan. Sebab saya seorang demokrat dan
yaitu Anggota bahkan Pemuda Pelopor Proklamasi 17 Agustus 1945. Bukan sesumbar,
melainkan hanya fakta sejarah yang sederhana. Bukan seperti Soeharto yang
mempermainkan sabdo Jawa: mendem jero mikul duwur, yaitu refleksi ambisi pribadinya sendiri
yang mencuat keterlaluan!
Saya tidak lupa, kata kata Bang Ali (Jendral KKO Ali Sadikin, seorang Republikein
ANGKATAN 45 yang konsekwen, pengikut sukarno yang setia) saat mengantar Bu Nani
(alm.) dioperasi di Belanda: Oh, dia itu (Soeharto) mau jadi Presiden sampai mati, Presiden
seumur hidup .
Ucapan Bang Ali ini tampaknya akan terbukti kebenarannya, sebab sekarang (sementara
saya menyiapkan buku ini) Presiden Soeharto sedang giat giatnya bikin lagi siasat liciknya
agar dipilih lagi terus jadi Presiden lagi dengan melemparkan pola seperti SUPERSEMAR
ke II. Tentulah dengan memproyeksikan surga pembangunan nasional bagi konglomerat dan
keluarga sendiri, dengan dalih demi persatuan dan kesatuan bangsa Kubu Soeharto, yang oleh Yoga Sugama disebut team, bukanlah untuk pertama kali. saat
masih di Jawa Tengah dahulu , TRIO ini juga sudah membuktikan satu team kerja yang baik. Asal
mula prosesnya diceritakan begini: Mayjen Soeharto menilgram Yoga, dimintanya menjadi
kepala Intelijen KOSTRAD. Yoga tiba di Jakarta tanggal 5 Februari 1965, langsung menghadap
Panglima KOSTRAD di rumah nya di Jalan Haji Agus Salim. Tiba di sana segera terlibat ke
dalam pembahasan masaalah nasional. Dibahas bahwa keputusan keluar dari PBB hanya akan
mengucilkan negara kita dan percaturan internasional, sementara dukungan dari negara negara
NON BLOK tak akan sepenuhnya dapat diharapkan. saat KASAD Ahmad Yani berkunjung
ke Beograd, Yoga pun sempat mengingatkan masalah ini. Bila politik konfrontasi Malaysia
dilanjutkan, hal ini akan sangat berbahaya bagi Angkatan Darat. Yoga mengetahui bahwa Ahmad
Yani yaitu seorang yang amat setia kepada Presiden Soekarno, dan ia tidak sependapat dengan
Yani bahwa Presiden Sukarno akan tetap di belakang Angkatan Darat.
Yoga yaitu seorang yang sangat berjasa terhadap Soeharto. Ia mengabdi Soeharto sampai 1989.
(Yoga Sugama inilah yang pertama memberitakan interviewnya kepada AFP, bahwa saya
(AMH) boleh saja pulang namun dengan sendirinya harus diinterogasi; jika saya tidak salah
sesudah sukarno di Proklamirkan sebagai Proklamator AMH). namun sampai dipensiunkan
Yoga Sugama tidak pernah dianugerahi oleh Soeharto dengan jabatan Menteri seperti rekan
rekannya seperti Ali Murtopo, Alamsyah dan lain lainnya. Tampak ada rasa kecewa pada Yoga
terhadap Soeharto. Hal ini terlihat dalam bukunya , di mana dimuat antara lainnya:
Pernyataan Kepribadian (Keprihatinan, LSSPI) Petisi 50 .
namun betapapun juga, dari memoar Yoga dapat dipastikan bahwa kubu Soeharto benar benar
ada, di samping kubu Yani dan Nas.
Ada tiga indikasi kuat untuk sampai pada hasil penelitian ini :
Pertama, Yoga kembali bekerja di negara kita tidak melalui jalur hierarki yang normal. Ingat,
saat Ketua Pemuda PATHOK, Sundjojo, membawa bawa Perintah Presiden Sukarno kepada Overste
Soeharto, agar menangkap Mayjen Sodarsono yang mau kudeta, dia menolak dengan alasan
hirarki tidak normal. Walaupun sesudah disusul secara tertulis dan melalui Panglima Besar
Sudirman, ia pun masih menolak, sebagai seorang militer yang baik.
Kedua, tujuan kedatangannya yaitu untuk bersama dengan Soeharto menyabot politik
Kofrontasi Malaysia Presiden Sukarno.
Ketiga, dengan rasa bangga Ali Murtopo menyingkapkan tujuan kotor ini tanpa tedeng aling
a1ing:
Berdasarkan penjelasan Pak Yoga kepada Pak Harto, Ali berkata maka kita bertiga kumpul lagi di ruang
Pak Harto. Di sini kita tentukan lagi nasib bangsa selanjutnya .
Di samping TRIO: Soeharto Yoga Ali Murtopo, ada lagi kubu Soeharto yang lain, yang tidak kurang
pentingnya, terdiri dari: Suwarto (lebih dinamakan Kolonel Suwarto), Yan Walandow, Alamsjah,
Amir Machmud, Basuki Rachmat, Andi Yusuf dan Supardjo. Yang paling penting yaitu yang disebut
pertama dialah, braintrust nya: Kolonel Suwarto. Di tahun 1958, Kolonel Suwarto membentuk
SESKOAD. Mereformasi SSKAD. Pada tahon 1959, sebagai akibat korupsi Soeharto di Semarang,
Soeharto dicopot dari kedudukannya sebagai Panglima Divisi Diponegoro. Ini terjadi atas desakan
Perdana Menteri Djuanda kepada Jendral Nas. Tanpa mengetahui adanya barter Semarang itu,
beberapa bulan sebelumnya saya sempat mengunjungi Kolonel Soeharto di markasnya di Semarang
dalam kapasitas sebagai Menteri PETERA meresmikan Proyek Gotong Royong Kali Gatel di daerah
Kebumen. Kolonel Soeharto dan Gubernur Hadisubeno menyambut saya di Semarang di Markas Divisi
Soeharto. Dasarnya sukarno terlalu ke Bapak Bapakan dan Jendral Nas terlalu sok gentlemen
(maaf, bukan menghina Pak Nas, sebab dahulu kitika apa yang disebut percobaan Kudeta 17 Oktober 1952,
gara gara Dr. Mustopo mendemonstrasi Parlemen dan Kemal Idris dengan tank tank menodong Istana
Merdeka, ia sampai dicopot sebagai KSAD, lalu Zulkifli Lubis bertindak sebagai Wk.KSAD, namun tidak mau
di angkat oleh sukarno jadi KSAD sampai ngambek bikin Peristiwa Cikini dan sebagainya),
Soeharto bukan dicopot dari dinas kemiliteran, sementara waktu kek, eee malah disekolahkan ke
Bandung, sampai bangkit sinisnya Menteri Veteran Chaerul Saleh terhadap Nas ... Memang type yang
begini yang diharap harap oleh Kolonel Suwarto. Di masa itu Kol. Suwarto memiliki seorang informan yaitu
Syam Kamaruzaman. Mengenai hal ini saya akan singgong lagi dalam bagian berikut, sehubungan
dengan keterangan Wikana pada saya.
Di Seskoad itu Suwarto sudah mencurahkan perhatiannya untuk mendorong Soeharto maju ke
depan. Hubungan in berkelanjutan sampai bulan bulan menjelang GESTAPU. Soeharto
mengangkatnya (Kolonel Suwarto) menjadi penasihat politiknya yang penting. Di samping itu,
seperti diceritakan oleh Chaerul Saleh, kesalahan bebetapa oknum oknum PSI bukan hanya
memberi bekal idee kepada Kolonel Suwarto ini , namun beragam lagi, sehingga
akhirnya meledaklah GESTAPU. jika oknum PSI hanya cenderung pada balas dendam, lain
lagi dengan Kolonel Suwarto yang memang memiliki design politik, sebagai agen CIA.
Yan Walandow, seorang yang memiliki hubungan lama dengan CIA, yaitu tugas Soeharto untuk
memperoleh dana dari luar negeri. Baca SCOTT: Sudah sejak Mei 1965 perusahaan
perusahaan leveransir Amerika (terutama Lockheed) melakukan transaksi mengenai penjualan
persenjataan dengan pembayaran pada orang orang perantara dengan cara demikian rupa bahwa
pembayaran itu tidak akan sampai ke tangan pembantu pembantu Nasution dan Yani. namun
kepada fraksi ketiga Tentara, Mayjen Soeharto (kursif AMH)
Alamsyah Prawiranegara, dahulu juga pernah bekerja di Seskoad. Sejak 1960 ia bekerja untuk
Soeharto, antara lain untuk mencari dana dari luar negeri. misi ini dipermudah sebab dia
melakukannya dengan seorang yang memiliki pertalian keluarga dengan dia, yaitu A.M.Dasaad
(Agus Munir Dasaad), yang memiliki hubungan suka memberi nasihat di bidang perdagangan
kepada sukarno , dan yang juga memiliki hubungan simpatik dengan beberapa tokoh pergerakan
sejak mendekati runtuhnya Hindia Belanda. Bahwa Alamsjah berada dalam kubu Soeharto,
selain memang sudah kita ketahui sejak semula, terbukti juga dari Memo Lockheed, 1968:
sesudah perebutan kekuasaan dengan mana Sukarno digantikan oleh Soeharto, Alamsjah menyediakan
Dana yang besar yang ada dalam penguasaannya untuk kepentingan Soeharto, dengan mana Presiden
yang baru itu menunjukkan rasa terima kasih kepadanya.
Ketiga: Soeharto sabot Konfrontasi Malaysia
Mengenai politik Konfrontasi Malaysia Presiden Sukarno bertolak dari kepentingan
Pertahanan negara kita dan solidaritas terhadap Perjuangan Rakyat Kalimantan Utara. Sampai
batas menyatakan solidaritas terhadap aspirasi demokratik Rakyat Kalimantan Utara, kami
bertiga, Chaerul Saleh, Kolonel Djuhartono dan saya sebagai Pimpinan Angkatan 45, memang
yang paling pertama berdiri di depan dalamn rapat di gedung MENTENG 31. namun kami tidak
setuju Dr. soebandrio sebagai Menteri Luar Negeri meningkatkan masalah ini menjadi
bagian dari Policy luar negeri Pemerintah. Inilah kesalahan kami memicu permulaan, namun
tidak bisa mengakhiri .
Hal ini penting diakui dan dijelaskan! Sebab lalu ternyata bahwa Pernyataan solidaritas
organisasi Angkatan 45 itu, sesudah menjadi Policy pemerintah dimanfaatkan juga oleh Angkatan
Darat untuk memperpanjang S.O.B. Di situlah permainannya Kolonel Djuhartono dan Dr.
soebandrio , sedang Chaerul Saleh dan saya tidak diajak rundingan lagi.
Selanjutnya, di belakang Sukarno, Angkatan Darat menyabot politik Konfrontasi Malaysia itu,
walaupun tampak seakan akan menyokongya. Hal ini tampak dari pengakuan Yoga Sugama
sendiri. Pada tanggal 5 Februari 1965, sesudah kembali ke Jakarta dari posnya sebagai Atase
Militer negara kita di Beograd, Yoga menyusun laporan untuk menghentikan Konfrontasi
Malaysia. Panglima KOSTRAD/Wakil Panglima KOLAGA, Mayjen Soeharto, lalu
menugaskan Ali Murtopo untuk mencari kontak kontak dengan Malaysia. Dalam Tim Ali
Murtopo ada antara lain Benny Moerdani, A.R.Ramli dan Sugeng Jarot. Di Malaysia, Tim
ini berkoordinasi dengan beberapa orang sipil seperti Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Des
Alwi dan beberapa lainnya lagi. Ali Murtopo berdasar misi Mayjen Soeharto, melanjutkan
mengorganisasi kontak kontak ini melalui kontak intelijen yang dipimpinnya, OPSUS (Operasi
Khusus) dengan sepengetahuan Menlu Dr. soebandrio . Di samping itu semua, PKI juga main, pegang rol kekuatan massa rakyat, memicu sukarno hanya sebagai kapstok sebagai alat
bergantung. Semua masalah itu jalin menjahn, simpang siur, namun benang merahnya kelihatan
jelas sabotase Mayjen Soeharto sebagai Panglima KOSTRAD/Wakil Panglima KOLAGA (Baca
juga Memoar Oei Tjoe Tat). Dalam kedudukannya sebagai Asisten 1 KOSTRAD, Yoga Sugama
langsung terlibat dalam intrik sabotase ini.
Di atas segala proses yang sudah terjadi ini di atas, saya kembali mengingatkan penyesalan
saya akan sukarno , yang sudah men Dubeskan saya ke Kuba; yang sudah termakan oleh
pinternya manipulasi manis Menlu soebandrio yang menganggap saya bisa menjadi 'penyakit
dalam kepintarannya memanipulasi sukarno .
Hal ini sudah saya singgung sedikit dalam buku MENTENG 31 Membangun Jembatan Dua
Angkatan . Sekarang, buat apa memiliki rasa dendam, saya tidak butuh, tidak kepada Mas Ban, ahli
manijuga tor itu, sebab nasibnya juga tidak lebih dari saya yang terbuang ini, juga tidak kepada
siapapun juga, juga tidak kepada Pak Harto.
Yang saya harapkan ialah keberesan, saya minta ditegakkan kembali Demokrasi dalam negara
R.I. hasil perjuangan seluruh Angkatan 45 ini, saya hanya minta bisa ditegakkan dasar dan tujuan
Pancasila dan UWD '45 itu. jika di sini saya ajak kita semua Kenali Kembali Beberapa
Peristiwa dan tokoh Penting yang lalu Mendalangi GESTAPU, agar kita semua
mawas diri, demi generasi baru, agar negara R.I. kita nanti tidak dijadikan bola untuk disepak
oleh semua orang di padang era globalisasi di abad ke XXI yang mendatang ini. Tegakkan R.I.
sebagai Negara Hukum yang berperikemanusiaan, yang tidak melacur pada autokrasi dan
korupsi!
Tegakkan Prinsip Kedaulatan Rakyat: bukan Rakyat untuk Pemerintah namun Pemerintah untuk
Rakvat. Titik harmoni bertemunya Rakyat dan Pemerintah yaitu dalam suasana demokratik!
Bukan seperti Orde Baru sekarang ini, di mana Rakyat ditundukkan kepadanya di bawah bayonet
dwi fungsi, yang berdasar keterangan saksi sang penciptanya yaitu Jenderal Nas: salah dipakai ! yaitu Rakyat
yang harus menjadi dasar dan tujuan pembangunan!
Saya mau kongkretkan pendirian politik yang terkandung dalam jiwaku:
1. Presiden Soeharto harus diganti.
Sebab alasan saya, walaupun dalam buku MENTENG 31 saya usulkan agar beliau dipilih
untuk periode yang terakhir, namun dalam Pidato Negara 17 Agustus 1996, dia tetap menutup
Keterbukaan, Rekonsiliasi Nasional dan Demokratisasi, yang menjadi aspirasi Rakyat seperti
yang saya usulkan. Latar belakang usul saya itu ialah: menarik rambut di dalam tepung, rambut
jangan putus dan tepung jangan berserakan. namun beliau sombong tetap dengan sikapnya yang
terus mau menggebuk. Menggebuk siapa saja yang tidak mau tunduk kepadanya.
2. Adakan suatu Referendum oleh partai partai politik yang demokratik untuk:
a. Membatalkan hasil P.U. yang baru lalu yang tidak LUBER (Langsung Umum Bebas Rahasia).
b. Bikin program pembangunan nasional yang demokratis di segala bidang: politik, ekonomi dan
kebudayaan, yang menjaga harmonisasi dan kedamaian dalam era globalisasi.
c. Usulkan calon calon pengganti Presiden Soeharto yang dapat didukung oleh Rakyat seluas
mungkin, yang tidak cuma hanya sekedar radikal anti kapital: Amerika, Inggris, peranserta cis dan Jepang. Tanpa
good understanding empat negara demokrasi Barat itu, akan sempit jalan kita maju ke depan
mengejar ketinggalan.
3. Musyawarahkan sasaran referendum yang mau dicapai. jika tergantung pada saya (ini mungkin
tidak mungkin), calonkan tokoh seperti: Gus Dur, atau Megawati, atau Bang Ali, atau Subadio
(Tokoh Angkatan 45), dan kenapa tidak Jendral Nas untuk memberikan kesempatan beliau mawas diri
atas segala kekeliruannya di masa lampau sejak dia dipilih oleh API Bandung (Sutoko. Sudjono .)
menjadi Kepa]a Divisi 1 (Siliwangi).
Saya, A.M.Hanafi, walaupun dibuang 35 tahun di luar negeri, tidak mengganti kewarga negaraan
saya, saya tetap warga mnegara R.I. yang memiliki hak kewajiban yang sama di bawah UUD'45.
Saya tidak menuntut apa apa, kecuali ganti Soeharto dan perbaiki kesalahan Orde Baru.
Keempat: mengenai bagaimana Soeharto menunggangi Dewan Jendral dan GESTAPU
Sampai sekarang para cendekiawan, ilmuwan dan peneliti sejarah masih belum berhenti
menyelidiki apa sebetulnya yang terjadi di negara kita pada 1 Oktober 1965, yang dikenal
sebagai peristiwa GESTAPU itu, Di luar maupun di dalam negeri keluar buku buku dan tulisan
tulisan mengenai peristiwa ini ; peristiwa yang sudah mengorbankan sejuta manusia dibunuh
tanpa proses hukum dan hancurnya satu republik nasionalis dan demokratik Presiden Sukarno.
menjadi setalam adonan tepung roti yang dibakar dengan api anti komunis untuk menjadi
santapan para penguasa baru: diktator Soeharto dengan regimnya Orde Baru.
Mereka hebat dalam banyak data dan fakta namun masih samar samar mengenai latar belakangnya,
mereka kutip surat surat kabar, manuscript manuscript , namun belum sampai kepada apa yang tersirat
di belakangnya itu yang sebenar benarnya. Ini bisa dimaklumi. GESTAPU yaitu peristiwa
@litik yang maha besar. Dan soal politik itu tempatnya yaitu di atas segala soal di dalam
masyarakat. Di antara buku buku yang ditulis ada antaralain::
1. Nugroho Notosusanto Ismail Saleh.
2. B.Anderson & Ruth Mc.Vey.
3. Harold Crouch.
4. Peter Dale Scott.
5. W.F. Wertheim.
6. Van den Heuvel.
7. Manai Sophian.
8. A.C.A Dake
9. M.R. Siregar
10. Oel Tjoe Tat
11. dan lain lainnya
Kita bisa terbantu juga oleh karya Goenawan Mohammad, yang berjudul: 'Bayang bayang PKl'
yang bagi saya menarik sekali. Kompilasi dan penyimjuga nnya saya anggap obyektif dan benar
terhadap tanggapan herbagai pihak, termasuk para penulis yang saya sebut di atas.
Saya sendiri bukan penulis, peneliti apalagi ahli sejarah. Saya tulis buku ini sebagai seorang ex
pemuda peIopor revolusi 17 Agustus 45 yang dirampas Hak Azasinya oleh Soeharto dan
regimnya sekarang ini, demi kepentingan negeri dan bangsaku yang kucinta, angkatan sekarang
maupun angkatan yang mendatang!. Saya tulis tanpa memiliki akses atas data dan manuscript , seperti
yang cukup tuntas sudah disajikan oleh Ex Dubes Manai Sophian dalam bukunya Kehormatan
Bagi yang Berhak . Saya menulis sepenuhnya berdasarkan pengalaman dan kesaksian langsung
saya sendiri. Saya tulis sementara fosfor di kepalaku ini masih mau bekerja dalam umur lanjut 80
tahun ini dalam kondisi bertahan hidup sebagai refugee politik.Tidak untuk membela siapa
siapa, kecuali kebenaran sejarah yang saya alami dan saya saksikan langsung dari peristiwa
GESTAPU itu.
orang nyinyir, asal saja ada daging yang bernama bibir di mulut dan lidah tidak bertulang
berkata dengan latah berkokok: Itu Peristiwa G3OS/PKI, sebab pihak penguasa negara sekarang
yang berkata begitu. Saya mengatakan secara bulat bulat saja: Peristiwa GESTAPU atau
GESTOK, tanpa ada tambahan l. jika mau diberkata GESTAPU/PKI wajarnya harus diberkata
juga NEKOLIM dan oknum yang tidak benar, yaitu Letjen Soeharto cs!. Dus,
GESTAPU/PKI/Nekolim/Soeharto cs. Dengan catatan bahwa yang dimaksud PKI itu ialah
beberapa orang pimpinannya, di lain pihak oknumang tidak benar itu bukanlah seluruh anggota
AbRI, melainkan hanya Letjen Soeharto saja.
Sebab Peristiwa GESTAPU itu yaitu provokasi, provokasi yang tumpang tindih yang lebih
kompleks dari peristiwa provokasi Madiun. Peristiwa GESTAPU yaitu provokasi dari tiga
pihak yang bersatu pada waktu tertentu:
a.NEKOLIM
b.Pemimpin Pemimpin PKI yang sombong
c.Oknum oknum yang tidak benar, yang ternyata ialah Letjen Soeharto cs.
agar lebih jelas perkenankan saya kutip Manai Sophian Kehormatan Bagi yang Berhak
halaman 172:
Dengan memperhatikan Pidato sukarno di depan rapat Panglima Angkatan Darat seluruh negara kita
28 Mei 1965, diperkuat oleh manuscript manuscript State Department dan CIA yang diumumkan di Amerika
dan proses di pengadaan yang mengadili tokoh G3OS/ PKI, membantu kita memahami
konstatasi sukarno mengenai terjadinya G3OS/PKI dalam pidato Pelengkap Nawaksara yang
disampaikan kepada MPRS pada 10 Januari 1967 yang mengatakan bahwa berdasar penyelidikannya
yang seksama, Peristiwa G3OS/PKI itu dimuncul kan oleh pertemuannya 3 sebab:
1. kesombongan pemimpin pemimpin PKI.
2. Kelihaian subversi Nekolim
3. Memang adanya oknum oknum yang tidak benar.
Mengapa ketiga pihak itu bertemu pada satu waktu tertentu: pada 30 September 1965, Saya
menanggapinya sebagai disambungkan oleh Tiga Faktor:
a. Tancep gas nya pergerakan NEKOLIM sesudah menggagalkan Konferensi AA ke II di Aljazair
yang ditandai oleh Kudeta Kolonel Boumedienne terhadap Presiden Ben Bella.
b. Meningkatnya Konfrontasi Malaysia dalam suasana paranoia pro dan kontra yang melahirkan
isu Dewan Jendral di dalam Pimpinan PKI dan Pimpinan A.D.
c. Menyabot rencana CONEFO yang sudah ditetapkan oleh Presiden Sukarno, akan
dilangsungkan OKTOBEk 1966.
Untuk lebih jelasnya itu provokasi, yang berpangkal pada issu Dewan Jendral , perkenankan
juga saya kutip dari bukunya M.R. Siregar Tragedi Manusia dan Kemanusiaan halaman 142.
Sebab kebetulan saya kenal beberapa orang yang tersangkut, seandainya Mayor Rudhito
Kusnadi Herukusumo, Ketua CC PNKRI (Pendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia ),
yang sejak semula saya sudah mulai curigai mengapa dia tidak masuk saja ke dalam salah satu
partai politik jika betul betul mau turut mendukung Negara Kesatuan R.I., yang memberikan
keterangan dalam Pengadilan Untung di depan MAHMILUB II . Saya kutip: Rudhito pertama
kali mendengar adanya Dewan Jendral dari rekannya dari CC PNKRI (Comite Central
Pendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia ), Amir Achsan.
namun cerita yang paling mencemaskan yaitu yang disampaikan pada tanggal 26 September
1965 di ruangan P.B.Front Nasional oleh empat orang sipil , yaitu: Muchlis Bratanata, Nawawi
Nasution, Sumantri Singamenggala dan Agus Herman Simatupang. berdasar keterangan saksi keempat orang itu
diadakan rapat Dewan Jendral di gedung AHM (Akademi Hukum Militer) dan mengajak
Rhudito, dalam kedudukannya sebagai Ketua CC PNKRI, agar membantu pelaksanaan
rencana.
Keempat orang itu menceritakan rencana Dewan Jendral lengkap dengan cara caranya. Pertama,
jika toh bisa maka akan dipakai cara seperti matinya Singman Ree, Presiden Republik Korea
Selatan, dan jika tidak berhasil akan dibuat seperti Bhao Dai dari V d nam Selatan, jika toh itu
masih tidak bisa akan di Ben Bella kan. Rencana lainnya dari Dewan Jendral yaitu mengenai
susunan Kabinet Dewan Jendral. Ini diketahui oleh Rhudito dari catatan Muchlis Bratanata yang
ditunjukkan kepadanya. namun itu saja belum cukup . agar Rhudito benar benar percaya,
keempat orang itu memutar rekaman dari Rapat Dewan Jendral, di mana Mayor Jendral Parman
membacakan susunan Kabinet dimaksud. Mereka yang akan duduk dalam Kabinet jika
Kudeta Dewan Jendral itu berhasil, yaitu : Jendral A.H.Nasution sebagai Perdana Menteri,
Letnan Jendral Amhad Yani sebagai Wakil Perdana Menteri I merangkap Menteri
Pertahanan/Keamanan, Letnan Jendral (tituler) Dr. Ruslan Abdul Gani sebagai Wakil Perdana
Menteri II merangkap Menteri Penerangan, Mayor Jendral Haryono Sebagai Menteri Luar
Negeri, Mayor Jendral Suprapto sebagai Menteri Dalami Negeri, Mayor Jendral S. Parman
sebagal Menteri Jaksa Agung, Brigadir Jendral Sutojo sebagai Menteri Kehakiman, Brigadir
Jendral Drs. Sukendro sebagai Menteri Perdagangan, Dr. Sumarno sebagai Menteri
Pembangunan, Mayor Jendral Dr. Ibnu Sutowo sebagai Menteri Pertambangan Dasar, dan
Jendral Rusli sebagai Menteri Kesejahteraan Rakyat. berdasar keterangan saksi Rhudito berdasarkan laporan dan
rekannya Mohammad Amir Achsan, manuscript dokumeen ini sudah dimiliki Supardjo,
Presiden, Jaksa Agung dan KOTRAR (Komando Tertinggi Retuling Aparatur Revolusi.
Note dari saya AMH: Yang dikatakan bahwa manuscript atau kaset itu sudah ada di tangan
Presiden, sudah dibantah oleb sukarno , saat saya dan Brigjen Imam Syafi'i menghadap di
Istana Bogor. Malah justru beliau menanyakan hal itu kepada Brigjen M.I.Syafi'i.
Menarik untuk diperhatikan, sekalipiunn Soeharto yaitu anggota Dewan Jeudral, namun
namanya tidak tercantum dalam susunan Kabinet Dewan Jendral. Ada udang di balik batu,
Dua butir rencana Dewan Jendral satu mengenai cara cara menghentikan aksi Sukarno dan satu lagi
mengenai susunan Kabinet Dewan Jendral, berdasar keterangan saksi sifatnya yaitu rencana yang sangat peka
dan gawat yang seharusnya dengan ketat dirahasiakan. jika bukan untuk maksud provokasi,
mengapa rencana sepeka dan segawat itu justru sengaja dibocorkan, Bukankah CC PNKRI yang
diketuai oleh Rhudito suatu organisasi pemuja dan pendukung Sukarno, Mungkin dua butir
rencana ini dibuat hanya seolah olah , dan bukannya sungguh sungguh . namun yang
manapun gerangan yang benar, dan yang manapun yang akan menjadi kesan orang yang
mendengarnya, namun pembocoran dari dua butir rencana ini memiliki tujuan yang
sama dan, pada fakta nya, dengan efek yang sama: provokasi!
Petunjuk yang tak meragukan lagi mengenai maksud ini dapat ditemukan pada identitas keempat
orang sipil yang membocorkan itu dan para jendral yang berada di belakang mereka. Muchlis
Bratanata dan Nawawi Nasution (keduanya dan Partai NU), dan Sumantri Singamenggala dan
Agus Herman Simatupang (keduanya dari Partai IP KI, partainya Jendral Nasution) yaitu
penghubung langsung dari orang nya Jendral S.Parman, Jendril Harjono dan Jendral
Sutojo. Berdasarkan cerita dari keempat orang sipil ini, tiga Jendral yang disehut di atas yaitu
tokoh puncak dari Dewan Jendral (anggota Pleno Dewan Jendral terdiri dari 40
orang.Yang aktif ada sebanvak 25 orang.
Dari yang 25 ini ada 7 yang memegang peran penting. Mereka yaitu :
1. Jendral A.H. Nasution,
2. Letjen Ahmad Yani,
3. Mayjen Suprapto,
4. Mayjen S.Parman,
5. Mayjen. Harjono,
6. Brigjen Sutojo.
7. Brigjen Drs. Sukendro.
Demikianlah saya kutip M.R. SIREGAR dari bukunya tragedi manusia dan
kemanusiaan.
Dari kutipan nama nama saya merenungi nama seorang jendral, yang saya merasakan memiliki
simpati terhadap saya. Namun diri saya tersembunyi teka teki di sudut hatiku. Beliau itu ialah
Brigjen Drs. Sukendro. Dia tinggal di Jalan Lembang di depan danau, saya di Jl. Madura 5, jadi
tidak jauh, sama sama di daerah Menteng. Adiknya, saudara Abioso demikian juga malah
menjadi anggota PARTINDO.
Saat terakhir saya ketemu Brigjen Sukendro, ialah di hari Peristiwa bersejarah 11 Maret 1966 di
dalam Sidang Kabinet di Istana Negara. Dia duduk di belakang saya, di samping Brigjen
Achmadi. Saya kira biasanya , sudah mengetahui bahwa saat sidang Kabinet sedang
berlangsung di istana itu, dikepung oleh tentara tentara yang tidak pakai tanda pengenal
(sebetulnya tentara RPKAD, anak buahnya Brigjen Kemal Idris), sehingga sukarno ,
soebandrio dan Chaerul Saleh dinasihatkan oleh Dr. J.Leimena sebaiknya segera berangkat ke
Bogor demi keselamatan. Semua yang tinggal mengira Presiden Sukarno hanya keluar ruangan
dan akan segera kembali lagi untuk meneruskan sidang, sehab tidak mengetahui apa yang sudah
terjadi. Sejenak lalu sesudah Dr. Leimena menutup sidang, dengan alasan bahwa Presiden
ada urusan penting dengan terpaksa harus pergi ke Bogor. Brigjen. Sukendro itu memegang bahu saya
seraya mengatakan dengan mimiknya yang selalu senyum itu: Pak Hanafi, sebaiknya harus
cepat ikuti Presiden ke Bogor, ikuti dia ke mana dia pergi,jangan tinggalkan Bapak itu sendiri!
Cepat saya muncul berbagai tanda tanya dalam kepalaku. Apakah Sukendro itu sudah mengetahui apa
yang sedang terjadi dan yang akan terjadi dengan sukarno , apakah soebandrio dan kawan
saya Chaerul Saleh itu dianggapnya kurang cukup bisa dipercaya untuk mendampingi (untuk
membela) sukarno jika terjadi apa apa, , Namun, oke, saya terus berdiri, bergegas
mengejar sukarno , saya loncat menuruni tangga, terus berlari, berlari sampai terasa nafas
sengal sengal, sampai di pintu gerbang Istana Merdeka, kulihat dengan rasa kecewa. helicopter
sukarno sudah start mengangkat badannya ke udara, meninggi seperti rasa kecewa saya yang
ketinggalaii di bawah sendiri dan sendirian.
Inilah salah satu bagian drama permulaan di hari 11 MARET 1966, hari bersejarah yang penting,
dan amat penting itu. Hari dimulainya penodongan langsuug kepada sukarno , Presiden/
Panglima Tertinggi ABRI, bukan oleh PKI AIDIT atau sebangsanya, namun Letjen. Soeharto yang
menunggangi dua kuda sekaligus: Dewan Jendral (dengan Trionya Yoga Sugama dan Ali
Murtopo) dan GESTAPU (dengan Trionya Syam dan Latief cs). Satu kakinya di Dewan Jendral,
satu lagi di GESTAPU uutuk mengganti R.I. Proklamasi dengan Orde Baru.
mengenai bagaimana kelanjutan penodongan ini yang menghasilkan SUPERSEMAR yang
disalah gunakan oleb Soeharto, sebagai seorang yang gila kekuasaan dan gila harta, lalu
bernafsu mau menjadi diktator seumur hidup, akan saya buka di bagian berikut ini nanti.
Sebelum sampai ke bagian ini , saya anggap penting diketahui mengenai bagaimana Soeharto
bisa dan berhasil menunggangi GESTAPU, hingga sampai ke 30 September 1965.
Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 1945. ditandatangani atas nama Bangsa negara kita
Sukarno Hatta, dibacakan oleh sukarno , dengan didampingi oleh Bung Hatta, telab
dikumandangkan ke udara dan ke seluruh Nusantara. Tanah Air Pusaka, warisan Sriwijaya,
Gajah Mada dan Brawijaya. Dari Bukit Siguntang guntang dan dari Gunung Mahameru
(Semeru) Dewa dewi naik ke angkasa mene barkan harum mawar dan melati oleh sebab saking
gembira bersuka ria mengetahui bahwa keturunan Dinasti Syailendra sudah berani membebaskan
dirinya sendiri dari penjajahan asing selama tiga setengab abad.
Radio transmisi di kantor Domei di bawab pimpinan Djawoto, setiap ada kesempatan dipakai
untuk menyiarkan Proklamasi, dan Jusuf Ronodipuro begitu berani mencuri kesempatan
memakai radio transmisi luar negeri Radio Hosokiuku yang masih dikuasai Jepang. Siaran
inilah yang sampai tertangkap di udara Singapura sehingga segera seperti epidemi dibawa angin
ke seluruh negeri. Seluruh dunia menjadi mengetahui , juga pihak kaum kolonial.
namun juga kaum pangrehpraja dan kaum pengikut Belanda yang terlalu banyak minum cekokan
kolonial pada jadi terkejut dan mengejek secara sinis sekali: Huh mana bisa Sukarno. Yang bisa
kasih merdeka itu hanya Sri Baginda Ratu, Hare Majesteit de Koningin .... Bom bom waktu
seperti itu banyak ditanam Belanda di daerah Pekalongan, Brebes, Pemalang dan di sepanjang
pesisir Utara Jawa Tengah. Inilah juga salah satu sebabnya maka pecah apa yang disebut
revolusi sosial lebih dinamakan Peristiwa Tiga Daerah, 1946. Apalagi di Jakarta, kota
besar Ibu kota Proklamasi. Namun para pemuda dan Rakyat yang dipelopori oleh Komite Van
Aksi yang bermarkas di Menteng 31 menginsafi benar apa arti Proklamasi 17 8 45 itu
sebetulnya . Revolusi! Sekali Merdeka Tetap Merdeka! Itu meminta darah dan air mata.
Pengorbanan jiwa dan harta benda.
Maka bermufakatlah kami, agar sebaiknya anak isteri yang sudah sejak persiapan dan dimulai
revolusi tidak sempat kami perhatikan sebab obsessie revolusi kemerdekaan, masing masing
kami carikan tempat pengungsiannya. Ada yang mengusulkan agar disatukan pada satu tempat
atau kota. Chaerul Saleh, Wikana dan Sukarni, mengusulkan di Sukabumi, agar tidak terlalu
jauh. namun saya mengambil cara lain. Saya ungsikan isteriku Sukendah, dengan dua bayi di
bawah umur 3 tahun , ke Jawa Tengah, ke desa Gondang di atas Blabak atau ke Jetis di lereng
Gunung Merapi. Sebab ada banyak keluarga kakeknya dihuni di sana turun temurun. Memang
saya ini sinting seperti ditegor oleh mertua saya. sebab panggilan Proklamasi, sampai segitu
gitunya . Sukendah, Ketua Lembaga Putri di zaman Jepang dan Ketua Putri indonesia muda di
zaman Belanda, sebetulnya hatinya ingin turut dan bersama dengan saya dalam perjuangan,
namun saya mohon kepadanya berikan kesempatan pada saya, keinginan hatinya kubawa bersama
saya, namun demi kesayangan bersama pada anak, kita bagi sementara misi mulia kita.
namun saat di lereng Merapi di daerah Kedu berkecamuk pergerakan Herucokro (pergerakan
kebatinan ciptaan Van der Plas!), masih sempat saya pindahkan keluarga saya itu ke Yogyakarta.
pergerakan Herocokro itu mengajarkan kepercayaan, bahwa semua orang yang sudah dewasa harus
dimatikan semua, sebab hidupnya mengandung dosa, bahwa bayi bayi dan anak anak di bawah
umur saja boleh dibiarkan hidup. Gila! Nanti, katanya, Ratu Agung akan turun ke Gunung
TIDAR untuk menyelamatkan tanah Jawa. sesudah saya laporkan pergerakan Van der Plas itu
kepada Pemerintah R.I., malah Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin, mengatakan bahwa
Menteri Dalam Negeri R.A.A. Wiranatakusuma mau mengangkat saya menjadi Residen Kedu.
Ini gila'. Menandakan bahwa Kabinet Pertama R.I. itu belum siap dengan konsepsi Pemerintah
Dalam Negeri di dalam pergolakan menegakkan Proklamasi. Tentu saja saya yang keberatan,
sebab itu bukan bidang perjuangan saya. Apalagi bahasa Jawa saya, amat memalukan!
Nah,di Yogya inilah saya mengenali beberapa ex Pemuda Pathok, yang markasnya tadinya
berada di Jl. Pakuningratan arah ke Jalan Tugu Lor. Di sana masih dihuni saudara Sulistio
bersaudara (adiknya Dr. Sulianti dan Sulendro Sulaiman, semua pangkal namanya pakai
Su ).Arah ke rumah saya Pakuningratan no. 60 ada rumah saudara Sumantoro Tirtonegoro
(biasa kami panggil Mas Mantoro Waterleiding!). Dia inilah yang mengenalkan saya kepada
saudara Sundjojo, Ketua Pathok yang aktif di sekitar hari hari Proklamasi. Pemuda Pathok
yaitu hasil kaderisasi saudara Djohan Sjahruzah yang sudah saya kenal. Dan para Pemuda
Pathok inilah yang mempelopori agar Sri Sultan Hamengku Buwono dan anggota sukarno R yang
bernama Soeharto berdiplomasi dengan Militer Jepang di Markasnya di Kota Baru secara damai
menyerahkan senjata senjata kepada Sri Sultan, demi keamanan. Dan dari saudara Sumantoro
Tirtonegoro ini juga saya pertama kali mendengar sebuah nama Pemuda Pathok: Syamsul Qamar
Mubaidah (yang di zaman Peristiwa GESTAPU, berubah sedikit namanya menjadi Syam
Kamaruzaman Bin Mubaidah).
Jadi, bisa disimipulkan Syam Kamaruzaman itu sudah mengenal Letjen Soeharto, sejak dari
zaman penyerbuan Markas Jepang pada hari hari permulaan Revolusi di Yogyakarta. saat
saudara Mantoro Waterleiding itu bicara dengan saya itu, Syam sudah tidak berada di Yogya
lagi, namun bergabung dengan AMKRI yang diketuai oleh saudara Ibnu Parna di Semarang, dan
kabarnya bersama Ibnu Parna turut mengorganisasi Penyerbuan Kidobutai di Semarang.
lalu jadi informan rahasia dari Komisaris Polisi Mudigdo di Pekalongan. Komisaris
Polisi Mudigdo ini (masih memiliki hubungan Famili dengan Mukarto Notowidigdo). Dia di masa
Provokasi Madiun mati ditembak tentara di Pati, oleh sebab ternyata bersimpati kepada Amir
Syarifuddin. Anak Komisaris Mudigdo itu, Dr. Sutanti biasa dipanggil 'Bolle , lalu kawin
dengan D.N. Aidit. Dari riwayat ini agaknya mulai ada hubungan Syam dengan Aidit sampai ke
Peristiwa GESTAPU. namun kabarnya D.N. Aidit baru mengenal Syam di Jakarta di tahun l95O
an diTanjung Priok. Mengenai hal cerita di Tanjung Priok ini akan saya singgung lagi
lalu .
Saya sendiri mengenal langsung Syam Kamaruzaman Bin Mubaidah itu, barulah secara
kebetulan di dalam penutupan Konferensi PESINDO di Solo, di akhir tahun 1946. Sebab
sepanjang saya mengetahui , dia tidak ada fungsi apa apa dalam PESINDO. Pada suatu tengah malam sesudah
sidang selesai di tengah malam itu (untuk diteruskani lagi besok hari), saya dan Wikana sedang duduk
ngobrol ngopi dengan Fatkur, Tjugito, Krisubanu dan Ibnu Parna. Tiba tiba datang dua orang
menghampiri menyalami Wikana. Siapalah yang tidak kenal Wikana, selain Pemuda MENTENG
31, menjabat Menteri Negara dan menjabat Wakil Ketua PESINDO, di samping Krisubanu,
Ketua Umum. Wikana mengenalkan pada saya dua orang itu: Syamsul Qamar, pemuda Laskar
PAI (Partai Arab negara kita ) asal Pekalongan, dan seorang lagi Polisi Sudjono Jemblung, asal
Jawa Tiniur.
Syamsul Qamar boleh, Syam Kamaruzaman boleb juga, asal ada Syam nya namun yang penting
juga bin Mubaidah, berseloroh Syam itu sambil ketawa mengoreksi Wikana.
Syam perawakannya sedang, kulitnya tidak putih bersih seperti beberapa keturunan Arab,
anggota Laskar PAI yang saya pernah kenal di Jakarta. Kulitnya agak kehitam hitaman dan pakai
kumis sedikit. Saudara Fatkur mengatakan kedua orang itu yaitu polisi. Syam itu dikatakannya
yaitu restan Peristiwa Tiga Daerah. Entah Fatkur itu berseloroh saja, ataukah betul saya tidak
ada kesempatan untuk berkenalan lebih panjang. Kedua orang itu lalu diajak Fatkur pergi.
Yang kedua kalinya saya ketemu pada Syam itu, kebetulan lagi juga di gedung PESINDO Pusat
di Solo itu juga, pada akhir Juli 1948 sebelum terjadi Peristiwa Provokasi Madiun. mungkin
dia datang untuk melihat apakah PESINDO Pusat itu masih ada, Sebab pernah gedung
PESINDO itu diduduki oleh Tentara Siliwangi. saat kondisi di Solo sangat kacau dekat
sebelum kejadian Peristiwa Madiun ini .
Mau apa lagi itu Arab, itu mata mata polisi Komisaris Mudigdo datang ke mari , ucap saya
sebel pada Krisubanu. Saya juga tidak kepadanya. mungkin dia mau melihat kekalahan
kita, namun Fatkur yang mengurusi dia itu kata Krisubanu. Itu kali Syam melaporkan mengenai
Konferensi Rahasia Sarangan, 21 Juli 1948, antara pihak Amerika (Gerald Hopkins dan Merle
Cochran) dan dari pihak negara kita Sukarno Hatta Sukiman Moh.Natsir Moh.Rum dan
Sukamto. namun sukarno pulang dahulu an, tidak menunggu sampai selesai begitulah dia
melapor.
Bahwa kabar nya Syam itu begitu penting mengenai Red Drive Pro o*me ba¢o*memud©an kami
menginsafinya, sesudah kejadian Provokasi Madiun. Dan bagaimana Syam bis amengetahui itu
Konferensi Rahasia Sarangan jika tidak memiliki jalur hubungandengan kalangan PSI, O,
sebetulnya saya sudah dengar berita begitu dan akhirnya begitu banyak sudah orang
PESINDO yang menjadi korban dalam Peristiwa Provokasi Madiun itu. Seperti Kolonel Dahlan,
suaminya Maasje Siwi anggota Dewan Penerangan PESINDO di mana saya menjabat sebagai
Ketua. Dan lain lain lagi. sebetulnya mengenai saya, saya sudah lama ex officio dan kedudukan
saya sebagai Ketua Dewan Penerangan PESINDO, sejak kesibukan saya di Kementerian
Pertahanan sebagai Opsir Staf PEPOLIT. Dan jabatan saya sebagai Komandan Laskar PESINDO
Jawa Barat, sudah saya letakkan pada pertengahan Juli 1949 dan saya percayakan kepada
saudara Wahidin Nasution dari Laskarr Rakyat Jakarta Raya.
Sesudah dua kali saya ketemu, melihatnya bermuka muka, itu informan , atau polisi mata mata
gelap dari Komisaris Mudigdo, ex Pemuda Pathok, yang orang kata kadernya Djohan Sjahruzah
yang saya sangsikan pantasnya disebut kader, namun sebetulnya seorang insan yang memberi kesan
seorang pengabdi perjuangan, namun hanya seorang avonturir yang berpretensi bisa mengetahui semua,
namun akhirnya mendorong R.I. terjerembab ke bawah sepatu seorang diktator.
Dua kali saya bertemu dengannya seperti ini di atas, namun lama sekali lalu saya melihat
sekali lagi, yang terakhir, di tahun 1963, sebelum saya berangkat ke Kuha.
Dari 11 orang Pemuda Pelopor Proklamasi dari MENTENG 31, hanya saya sendiri yang
beruntung melihat peristiwa Penyerahan Kedaulatan R.I., di mana manuscript serah terima
itu ditandatangani oleh Komisaris Lovink atas nama Kerajaan Belanda dan Sri Sultan Hamengku
Buwono ke IX atas nama Republik Indonesia , di Istana Merdeka, 27 Desember 1949. Saudara
Wikana masib menghilang, akibat Provokasi Madiun, sedang Chaerul Saleh dengan Pasukan
Bambu Runcingnya berada di Jampang Kulon (Banten), konsekwen menentang K.M.B. Sukarni
saya tak mengetahui ada di mana, Adam Malik anggota DPR, namun ogah ogahan, Pandu kerja di
ANTARA.
Saya pun melihat peristiwa sejarah itu dengan perasaan kecewa juga , namun saya menyadari
sebab kami Pemuda Radikal itu tak berdaya apa apa lagi. Maka itu, saya membangun Organisasi
Angkatan 45 di tahun l953.
Dengan hasil KMB itu kita harus membayar retribusi milyunan dollar, begitupun semua biaya
pendudukan dan penyerbuan NICA ditimpakan kepada R.I. yang harus dibayar, dan lain lain pil
pahit. Semua itu dengan terpaksa kita telan, demi bisa memiliki Republik Proklamasi, dengan
Presidennya sukarno dan Wapresnya Bung Hatta.
namun rasa sakit di hati itu bisa dilembutkan, saat melihat lautan gelombang massa yang
menyambut kedatangan sukarno dan Bung Hatta sejak dari lapangan terbang Kemayoran
sampai ke Istana Merdeka. Itu saya sempat melihat , dengan perasaan masih beruntung
Republik ini tidak tenggelam . Sekarang teruskan saja berdayung dengan segala daya dan cara,
dengan segala piranti yang ada pada kita ke arah pulau tujuan: negeri adil sejahtera bagi seluruh
rakyatnya, ber Pancasila.
Bulan Februari 1950, saya boyong keluarga kembali ke Jakarta. Naik kereta api dari stasiun
Tugu via Magelang dan Semarang, sambil membawa bawa segala suka duka pengalaman perjuangan
menegakkan Republik yang takkan cukup waktu untuk diceritakan sampai nafas terakhir
sekalipun.
jika saya pikir pikir,Jakarta dan Yogyakarta yaitu dua muka dari satu mataa wang
Proklamasi 17 Agustus l945. Tergantung di tangan siapa dan untuk apa dipakai nya.
Sukarno dan Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX sudah menempa kekuatan persatuan nasional
sedemikian rupa sehingga berhasil mencapai pengakuan internasional terhadap negara Republik
In donesia di atas nyala api Proklamasi 17 Agustus 45. Sukarno berperanserta di bidang nasional
seluruh Nusantara. Hamengkubuwono dengan mempertaruhkan tanah pusaka warisan Kerajaan
Mataram dan akhirnya memimpin perjuangan di bawab tanah, menyatukan semua kekuatan
tenaga pejuang, baik yang Merah, yang Hijau maupun yang Kuning, untuk meledakkan 'bom
waktu' penyerbuan terhadap pendudukan Belanda 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Dialah orang dan
pahlawan sebetulnya penyerbuan 1 Maret 1949 di Yogya itu. Bukan Kolonel Soeharto! Kapten
Latief dengan pasukannya tidak akan berani jibaku, jika tidak ada kekuatan yang sudah siap
menunggu, dan pasukan Pramudjilah yang memberikan sinyal kepadanya di Godean untuk mulai
bergerak. Itu saya mengetahui . Sejarah yang benar harus dibuka, jangan diselimuti oleh kepentingan
politik pribadi yang berbau uang dan harta itu.
sesudah Wikana sudah berani muncul kembali, sesudah D.N.Aidit mengadakan pembelaannya
mengenai Provokasi Madiun di muka Pengadilan yang diketuai Jaksa Dali Mutiara, 2 Februari
1955, saya berkesempatan lagi jumpa lagi dengan Wikana. Dalam suatu percakapan secara iseng
saya tanyakan, apakah dia masih ingat akan Syam Kamaruzaman, yang dia pernah kenalkan
kepada sava di konferensi PESINNDO dahulu itu, apa dan di mana kerjanya sekarang, namun
lebih dahulu siapa Wikana ini.
Wikana ini yaitu tokoh PKI illegal sejak zaman Belanda dan di zaman Jepang yang memiliki
sikap menentang Sukarno dan siapa saja yang sedia kolaborasi dengan Jepang. Dr Adnan Kapau
Gani Ketua P.B.GERINDO memberhentikannya dari Ketua Barisan Pemuda GERINDO di tahun
1939, lalu menunjuk saya A.M.Hanafi sebagai Sekretaris Jendral Barisan Pemuda GERINDO,
administratif langsung di bawah Pengurus Besar GERINDO. sesudah sukarno kembali ke
Jawa dari pembuangan inginnya Wikana, sukarno gabung 'ke bawah tanah berjuang illegal
bersama rakyat menentang pendudukan militer Fasis Jepang. Rupanya ada pengaruh pikiran
Amir Sjarifuddin padanya.
Tentu saja pikiran Wikana itu dilawan oleh sukarno . Bagaimana mungkin menjadi
singa podium menjadi tikus mencicit cicit di bawah tanah. Buug Karno sudah waspada bahwa
kaum komunis, dengan tidak menyebut Wikana, menghendaki dia jadi seperti itu. Saya dipanggil
di rumah nya si Oranje Boulevard no.11 (kakak saya Asmara Hadi yang sudah kawin dengan
puteri angkatnya Ratna Djuami juga tinggal di situ). Satu tengah malam penuh saya dikursus, di mana
links radikalisme komunis Wikana itu dicabuti bulu bulunya habis habisan. sebab tidak ada
orang lain yang bisa disuruhnya untuk mempercayai kebenaran politik dan siasatnya menunggangi
kuda kesempatan untuk mencapai kemerdekaan melalui masa pendudukan Jepang itu, maka
sayalah yang dipekerjakan untuk menyampaikan pandangan politik dan siasatnya kepada kaum
komunis via Wikana.
Singkatnya kaum komunis jangan menyabotnya! sukarno sudah mengetahui sejak masih di
Bengkulu, bahwa Wikana itu jago komunis di bawah tanah sebab diberitahu oleh utusan
Wikana yaitu saudara Ismail Wijaya. Beliau juga memberikan dukungan untuk disampaikan
kepada Wikana sebanyak 75 gulden. Maka, dari peristiwa inilah orang komunis lalu
menyalah gunakan nama saya dan sukarno . Kasarnya mencatut nama saya dan sukarno
dan menganggap saya orang komunis. Hal hal ini wajib saya uraikan, sebab saudara Sukisman
suami Umi Sardjono menulis sebuah brosur yang tidak tepat mengenai saya. Tidak tepat isinya
maupun waktu dikeluarkannya.
Seorang Sukarnois harus bisa berhubungan dengan segala golongan tanpa pilih pilih aliran
partai, nasionalis, agama, ataukah marxis demi kepentingan strategi perjuangan sesuai dengan
garis politik sukarno sebagai pemimpin nasional. sukarno rupa rupanya dilahirkan
Tuhan ke dunia untuk memenuhi sejarah hidupnya, dan dia memiliki panggilan untuk menjadi
Bapak Nasion, El Padre y el Libertador de la nacion negara kita , yang seyogyanya sesuai dengan
budi daya atau kebudayaan manusia negara kita harus dijunjung selama hidupnya dan sampai
wafatnya! Dengan segala hormat kepada beliau, di dalam hatiku berkata kata, dia bukanlah
orang seperti Lenin atau Mao. sebab itu saya tidak heran saat B.M. Diah atas nama BPI
(kebetulan saya hadir pula ) mengusulkan agar sukarno langsung memimpin PNI, beliau
menolak. Panggilan hidupnya memimpin partai sudah masa lampau. Untuk itu mesti ada satu
Partai Pelopor yang sesuai dengan harapannya dan memiliki kemampuan di zaman negara kita
Merdeka. Itulah yang justru tidak ada.
PKI yang bisa menampung sebagian dari harapannya menjunjung cita cita rakyat marhaen,
berani turun ke bawah dan bersatu dengan rakyat marhaen. namun kita mengetahui , PKI di samping
berpenyakit kekiri kirian, memiliki cacat (berdasar keterangan saksi sukarno ) obsessi perjuangan klas.
Sebaliknya sukarno berjiwa seniman yang memiliki obsesi persatuan dan kesatuan negara kita .
Alle familieleden aan de eettafel en aan de werk tafel, yang sebetulnya tidak bisa diciptakan di
atas sebuah kanvas warisan 3,5 abad kolonialisme, yang sudah sobek sobek juga . PNI yang
tadinya sangat diharapkannya untuk jadi Partal Pelopor ternyata sudah kejangkitan penyakit
arrive. Maka dilahirkannya kembali PARTINDO yang sebetulnya lahir terlambat, sebab
sebahagian besar massa marhaen sudah kesabet slogan kerakyatan dari PKI. Salah siapa,
Kekecewaan sukarno itulah akibat penyakit arrive PNI. sebetulnya tidak ada yang salah.
Proses perkembangan sosial masyarakat memang begitu. Semuanya hal ihwal berputar pada
sumbu pusarnya kerezekian, kebutuhan hidup. Saya dihadapkan pada masaalah itulah, saat
saya disuruh oleh sukarno turut PARTINDO itu sebagai Wakil Ketua. sedang saya ingin
berkiprah menjadi Angkatan 45 sebagai katalisator atau bumper sekalipun untuk
menghindarkan tabrakan rebutan rezeki dan posisi di masyarakat agar semua keluarga bangsa
rukun di belakang sukarno . namun itu pun rupanya satu cita cita yang terlalu lugu!
Sekarang ini bulan Agustus 1997. Saya tidak mau hitung lagi berapa lama saya sekeluarga
berada dalam pembuangan di luar negeri. Dan itu bangsaku yang turut kuangkat dan kujunjung
kini berpesta pora dengan gercing dollar dalam kondisi lupa daratan, bahwa di dalam dunia ini
tak ada yang kekal abadi. Vandaag is toch geen morgen, morgen komt wel terech. Yang penting
urus hari ini, urusan besok besok lagi pikirkan dan selesaikan.
Namun saya percaya , percaya betul, bahwa tidak semua insan bangsa ini yang lupa daratan seperti
bangsa Sodom dan Gomora yang laknat dan terkutuk, sebab itu dihancurkan Tuhan. Walaupun
sebagian dari bangsa negara kita ini sementara bisa hidup senang dan merasa terima kasih pada
Soeharto dan Orde Baru, mereka tidak mengetahui atau pura pura tidak mengetahui bahwa Soeharto itulah
jagonya GESTAPU. Mereka menjadi kaum profiteur yang harus dihentikan dari sikapnya yang
berbohong pada diri sendiri dan menipu pada bangsanya.
Pada bagian terdahulu, mengenai bagaimana Soeharto menunggangi Dewan Jendral, sudah saya
uraikan bagaimana team Soeharto Yoga Sugama Ali Murtopo menyabot Konfrontasi Malaysia .
Maka para peneliti sejarah sudah bisa menunjukkan bagaimana team ini bekerja sama
dengan Inggris dan Amerika untuk menjatuhkan Presiden Sukarno. manuscript Provokasi
Gilchrist mencapai hasil tujuannya. Menlu soebandrio dipandang berjasa menelan mentah
mentah provokasi yang disuguhkan para NEKOLIM itu, sehingga dia mengambil Ali Murtopo
menjadi tangan kanannya di dalam BPI (Biro Pusat Intelijen yang diketuai oleh Menlu
soebandrio ).
Bersamaan denganTeam de drie musketier ini dikerjakan juga Team nya yang lain secara
full speed yang terdiri dari: Letjen. Soeharto Suwarto (SESKOAD) Amir Machmud Basuki
Rachmat Andi Jusuf dan lain lain jendral lagi. ltulah de club van vijf dari Soeharto yang menari
nari di atas bangkainya korban GESTAPU sesuai dengan manipulasi kotor dan tak bermoral dari
Soeharto dan Suwarto (SESKOAD) untuk merampungkan secara tuntas rencana kudeta,
mengganti Presiden Sukarno dengan Soeharto. Dan Jendral Nas, Ah, dia hanya figur tragis,
sebagai wayang di tangan dalang Ki Soeharto.
Dengan uraian di atas, saya sudah tunjuk hidung siapa dalang DewanJendral dan GESTAPU
sekaligus. Selanjutnya dengan cara merayap laksana ular yang kelaparan sambil mendesiskan
kata kata Presiden Sukarno/Panglima Tertinggi yang tercinta dan yang kita hormati
diterkamlah Presiden Sukarno itu menjadi mangsanya melalui secarik kertas Surat Perintah 1
Maret 1 966 yang dikenalkan sebagai SUPERSEMAR. Presiden Sukarno dijatuhkan mencium
debu melalui Surat Perintah yang dia tanda tangani sendiri sebagai Presiden/Panglima Tertinggi
ABRI. Masya Allah! Bukan main, alangkah hebatnya Jendral Soeharto ini.Tunggu dahulu ! Kerja
kudeta bukan perbuatan Soeharto secara magic, secara ahli sulap sim salabim dalam satu hari,
No!. Melainkan sejak Peristiwa 3 Juli di Yogya, sejak barter Semarang sampai dia dicopot dari
kedudukannya Panglima Divisi Diponegoro, sampai distrap dimasukkan ke SESKOAD, lalu
kontak komplotan dengan Kolonel Suwarto Direktur SESKOAD sebetulnya agen CIA (di mana
Syam Kamaruzaman sudah lama menjadi informan di SESKOAD itu). Hebatnya Soeharto
itu selaku abdi NEKOLIM! jika Jendral Yani tidak bakal mungkin mau begitu. Maka itu
Jendral Yani dihabisi oleh orangnya Soeharto sendiri (GEST PU). Yang sebetulnya hebat itu,
ialah Gilchrist dan Marshall Green, di mana Menlu Dr. soebandrio turut salah main, sebentar
center kiri, sebentar center kanan, akhirnya ditendangnya bola masuklah Marshall Green ke
dalam goal nya sendiri. Ya, toh, Tadinya sukarno sudah tidak mau politik konfrontasi,
soebandrio mendesak. Sebagai diplomat kaliber tinggi, dia pikir sebaiknya lebih baik insiden
diplomatik dari pada insiden fisik di dalam negeri. Masih bisa menang waktu rundingan dengan
Washington. Sama Marshall Green tidak ada yang bisa dirunding, sebagai pejabat tinggi hanya
melakukan misi . Dan misi nya ialah menjatuhkan Sukarno sekaligus dengan PKI. Amerika
tidak menghendaki adanya komunis di Asia Tenggara. Ini jelas.
Di atas saya sudah menyinggung sambil lalu mengenai Syam Kamaruzaman. Sekarang akan saya
bereskan keterangan saya mengenai dia itu sampai selesai bagaimana dia sampai jadi informan
Kolonel Suwarto di SESKOAD di Bandung, akhirnyi kecantol pada Kolonel Soeharto di tahun
1959.
Di zaman Jepang dia kerja jadi polisi mata mata di bawah Kornisaris Polisi Mudigdo di
Pekalongan (yang lalu jadi mertua D.N.Aidit). Ini keterangan Fatkur dari Biro Khusus
Dewan Pimpinan Pusat PESINDO. namun sebelum sampai di Semarang ketemu dengan Kompol
Mudigdo, dia yaitu salah seorang Pemuda Pathok di Yogyakarta dan termasuk dalam barisan
kadernya Djohan Sjahruzah.
jika di Jakarta yang jadi central aktivis pemuda ialah NIENTENG 31, maka di Yogyakarta
yang bangun memelopori aktivitas revolusioner dikenal lalu ialah Pemuda Pathok ini. Atas
desakan pemuda pemuda yang dipelopori pemuda Pathok ini Sri Sultan Hamengkubuwono dan
anggota sukarno R Soeharto didesak merebut senjata Jepang di Kota Baru. Dapat disimpulkan dari
masa itulah kontak pertama Sjam Kamaruzaman dengan Soeharto. Ini sesuai dengan keterangan
Sumantoro Tirtonegoro tetangga saya di Pakuningratan. Ia di zaman Belanda anggota PNI
Pendidikan (Hatta Sjahrir).
Di zaman mulainya revolusi bersenjata, Syam bergabung dengan pemuda di Semarang di bawah
pimpinan Ibnu Parna (lalu menjadi AKOMA). lalu Syam turut dalam apa yang
disebut revolusi sosial di Peristiwa Tiga Daerah (Brebes Tegal Pemalang) yang pada mulanya
dalam prinsip disetujui oleh Bung Sjahrir, namun sesudah ia menjadi Perdana Menteri
dengan terpaksa distop sebab tidak terkendalikan lagi. Seorang di antara tokoh pimpinan Peristiwa Tiga
Daerah ini bernama Widarta, seorang komunis, dihukumn mati oleh PKI sendiri atas desakan
Menteri Amir Sjarifuddin. (Baca Anton Lucas, Peristiwa Tiga Daerah). Syam Kamaruzaman lari
ke Pekalongan; di sini ia kembali menjadi polisi mata mata (informan ) dari Komisaris Polisi
Mudigdo yang Amir minded. Oleh sebab itu dalam peristiwa Provokasi Madiun dia di tembak
mati oleh tentara di Pati.
Selama Peristiwa Madiun ini Syam menghilang, tidak ada yang mengetahui dia ada di mana. Juga
saya tidak pernah dengar dia ada di mana selama perang Kolonial ke II saat Yogyakarta, Ibu
Kota R.I. diduduki NICA (Tentara Belanda).
saat saya ketemu dengan Wikana, di tahun 1955, saat saya aktif memimpin Kongres Rakyat
untuk Pembebasan Irian Barat dia menceritakan babwa Syam Kamaruzaman itu selama Peristiwa
Madiun lari menyelundup ke Jakarta dan bersembunyi di Tanjung Priok. Di sana ditemukan oleh
saudara Mr. Hadiono Kusumo Utoyo yang seperti Syam cenderung kepada Sjahrir, namun banyak
hubungan dengan orang nya Amir Sjarifuddin (PKI).
Hadiono menyarankan Syam sebaiknya mendirikan organisasi Serikat Buruh. Maka berdirilah
Ssukarno P (Serikat Burub Kapal dan Pelabuhan). Mr. Hadiono Kusumo Utoyo ini asal dari anggota
P.I. Belanda, dia hanya menyarankan saja. Pimpinan Ssukarno P itu terdiri dari Syam sebagai Ketua.
Lainnya Munir, Hartojo. Sudio (guru Taman Siswa Ki Mohamad Said di Kemayoran).
Mulai dari sejarah Ssukarno P inilah, D.N.Aidit dan Lukman tahun 1950 mulai kenal dengan Syam
Kamaruzaman . Sebab sebeIumnya Aidit dan Syam tidak pernah kenal saat masih di
pedalaman R.I.
Sejak Peristiwa Madiun dan PKI babak belur, Aidit dan Lukman menyelamatkan diri ke Jakarta.
Di sana oleh Munir yang memang sudah dikenal Aidit, di masa Munir mengorganisasi supir
becak di Jakarta di hari hari Proklarnasi, Adit bersembunyi bersama Syam dan Munir di Tanjung
Priok; lalu pindah bersembunyi di rumahnya saudara Husein (ex Ketua B.P. GERINDO
ckakak Sawah Besar). Ini diceritakan Husein langsung kepada saya yang tetap bersimpati kepada
saya sebagai ex sekjen B.P. GERINDO.
Sehubungan dengan hal ini penting saya menunjuk pada isapan jempol Sugiarso Surojo Siapa
menabur angin ... halaman 230, yang menyebut Aidit ke Peking 1950, mengenai Tanti dokter
keluaran Moskow, dan mengenai Dokter Mudigdo, mengenai D.N.Aidit, semua itu isapan jempol
komunisto phobi Sugiarso Surojo.
saat saya tanya kepada Husein apa betul Aidit dan Lukman sempat pergi ke Vietnam dan
ketemu dengan Ho Chi Minh dan ke Tiongkok ketemu Mao, seperti desas desus yang saya
dengar, Husein senyum senyum saja. Dia tidak bisa dan tidak berani bohong pada saya. Maka
mulai dari masa itulah saya mulai bertambah khawatir terhadap Aidit. Apalagi lalu saya
ketahui dia jadi ketua PKI. Saya jadi tambah khawatir. Qua intelek dia oke, sebab rajin baca, namun
pengalaman politik kurang sekali, pengalaman revolusi bersenjata tak ada sama sekali (waktu
pertempuran bergolak di Jakarta dan di Krawang Bekasi, waktunya habis terbuang dalam
tahanan Belanda di pulau Onrust. saat keluar dari Onrust tahun 1947 dia cari saya di
Pakuningratan Yogyakarta. Dia datang pamit mau masuk PKI.
Saya berkata : Jangan, saya sendiri, terus terang tidak berani, berdasar keterangan saksi saya orang yang masuk
PKI orang yang tidak akan kehilangan apa apa dan tidak akan memperoleh apa apa, kecuali
memberi, sekali lagi memberi kepada orang lain, kepada Rakyat. Turut saja sama saya ke Front
Krawang! Dia minta waktu pikir pikir. Aidit sejak zaman Belanda dan zaman Jepang di Barisan
Pemuda GERINDO dan MENTENG 31 selalu turut sama saya, di masa permulaan zaman
Jepang di mana kehidupan rakyat mulai jadi tambah sulit, saya dan Pardjono angkat dia dari itu
bedeng liar di daerah Pasar Senen, kerja upahan sama Si Ali Padang menjahitkan pakaian tua,
pantalon satu bisa dijadikan dua celana pendek dan sebagainya. Saya masukkan dia ke
MENTENG 31, Asrama Angkatan Baru negara kita bersama Pardjono dan lain lain, untuk
menjadi Pejuang Kemerdekaan yang tangguh. Dia memang betul jadi seorang pejuang betul
betul, namun sejak dari mudanya wataknya suka keblacut sebab semangat petualangannya dan
ambisius. Saya ceritakan ini bersih dari penghinaan atau sanjungan, melainkan dengan rasa
persaudaraan yang sewajarnya saja. Oleh sebab itulah saya tidak merasa segan untuk selalu
menasihatinya, bahkan memarahinya jika caranya saya pandang agak keterlaluan. namun ,
sesudah dia menjadi Ketua PKI, saya mengetahui membatasi diri saya, dan diapun menjadi jarang
ketemu saya lagi.
pernah dia mengatakan, orang berkata Bung itu orang burjuis . sebetulnya dia menyindir.namun
saya tidak merasa maju atau mundur dengan sindiran demikian.
Oleh sebab itu saya tidak heran jika orang berkata Aidit itu berspekulasi politik dengan Syamn
Kamaruzaman, mulainya dari persembunyiannya di Tanjung Priok dalam Ssukarno P yang diketuai
oleh Syam di tahun 1948 itu. berdasar keterangan saksi Sudio, sejak saat razia Agustus 1951, Syam menghilang
tidak ada yang mengetahui ke mana dia pergi.
namun apa itu razia Agustus, Itu zaman Dr. Sukiman, Perdana Menteri. Katanya Kantor Polisi
Tanjung kena serbu orang PKI, buktinya ada ditemui bendera palu arit. sesudah dibuktikan
bendera itu bukan palu arit PKI, sebab letak palu arit itu terbalik, jadi bendera itu palsu.
Mestinya palunya di kanan dan aritnya di kiri. PKI sejarah romantiknya ialah tidak berhenti kena
Provokasi, mulai Madiun, saat itu Tanjung Priok, dan akhirnya yang ketiga dengan adanya
Peristiwa GESTAPU, di mana Aidit dan Syam terpancing oleh isu Dewan Jendral dengan
bersemangat anggotanya al bergerak dibandingkan didahului lebih baik mendahului . Di situlah apesnya.
Aidit jalan keluar rel , mesti saja terbalik kereta api PKI. Artinya hanya pinter pinteran
persekongkolan berdua duaan dengan Syam yang sebetulnya agen informan tiga rangkap: PSI
Tentara Aidit. Dus, Aidit secara pribadi, bukan PKI'. jika Syam sungguh sungguh komunis
mengapa urusan kudeta ditangani sendirian tidak oleh Partai, PKI. Ini logika yang sederhana
saja. jika urusan kudeta dihadapkan pada Partai, maka cara Aidit/Syam menghadapi isu
Dewan Jendral itu, saya kira akan lebih banyak yang tidak setuju dibandingkan yang acc. Lagi ini
logika yang sederhana, demokratik saja.
Itulah kenapa saya sebut keluar rel . namun buat apa lagi analisa ini. Tidak ada gunanya lagi
sebab PKI sudah dilibas habis oleh Soeharto masuk ke alam neraka yang tersiksa menebus
kesalahan ... yang bukan kesalahannya. Sebab Soeharto: Himmler nya GESTAPU Mbah
Provokasi.
Saya tidak akan nenjelaskan lagi. Biarlah para para penulis roman, cerpen, politisi, peneliti
sejarah mengadakan riset dan memakai daya imaginasi mereka, fantasi rasa demokrasi dan
kepekaan manusiawinya bekerja, agar dunia yang bundar ini bisa berputar pada sumbunya
dengan kedamaian.
Masa'le ... semua kang mas dan diajeng di negara kita mau disulap oleh Soeharto menjadi penjilat
semua,
Kita kembali pada Syam Kamaruzaman. Sesudah razia Agustus di mana Ssukarno P jadi sasaran di
tahun 1951. Syam lari menghilang akhirnya diketemukan sudah menjadi tentara katanya,
menjadi informan SESKOAD, katanya orang lagi, berpangkat mayor. Ini ceritanya Wikana.
Katanya , atau kata orang , itulah sebab tidak ada orang mengetahui kepastiannya. namun ,
lama kelamaan, bahwa kepergiannya Syam ke Bandung itu atas kemauannya, inisiatipnya, namun
dengan persetujuan Aidit Ketua PKI. oleh sebab dia (Syam) mengatakan bisa ber camuflage
berlindung menjadi informan pada tentara. Kepada siapa dia berhubungan dengan Tentara yang
dikatakannya itu tidak jelas, barulah lalu , sesudah kolonel Suwarto pulang dari Amerika
membawa bawa konsepsi membangun SESKOAD, Syam Kamaruzaman dengan sendirinya
menginsafi bahwa dirinya atau missinya sebagai informan rangkap itu, memiliki arti yang
bertambah penting, berdiri kuat di antara dua rival : Tentara versus PKI. Sesudah PKI:
PERMESTA berantakan dipukul oleh tentara di bawah pimpinan Jendral Yani, kolonel Suwarto
sebagai Direktur SESKOAD Me refomasi konsepsinya yang sesuai dengan garis kepentingan
CIA untuk menghancurkan Sukarno dan PKI (komunis). Dengan kedatangan Soeharto ke
SESKOAD sebagai setrapan dan Jendral Nas sebab barter Semarang dan sebab pembakaran
Gedung Papak yang menggegerkan itu, kolonel Suwarto menemukan diri kolonel Soeharto itu
satu kecocokan untuk dijadikan ujung tombak untuk dipakai kepada sasarannya. Salah satu
sebab tentulah berdasar kekecewaan dan kejengkelan Soeharto dicopot dari kedudukannya
sebagai Panglima Divisi Diponegoro yang sudah dibangunnya dengan dua anggota trionya: Yoga
Sugama dan Ali Murtopo dan tentulah juga sebab ambisinya sesudah Suwarto sendiri kontak
dengan Guy Pauker di Amerika (baca Peter Dale Scott).
Tampaklah jelas aktor aktor utama di belakang layar GESTAPO dan Dewan Jendral yaitu:
Soeharto Suwarto Syam Kamruzaman. Namun, sesudah layar adegan GESTAPU
diangkat/dibuka, yang tampak atau ditampakkan hanyalah Syam Kamaruzaman dengan Latief cs.
Soeharto ganti peran nya jadi dewa Semar palsu . Jadi kerja pengkhianatan Soeharto itu
bukanlah tiba tiba dalam satu hari, sudah jauh hari sebelumnya, bulan dan tahun sebelum
GESTAPU, jadi bukan baru dimulai tanggal 1 Oktober l965 jam 6 pagi, saat saudara Mashuri
datang ke rumahnya memberitahu kan mengenai pembunuhan jendral jendral, seakan akan dia
tidak mengetahui sebelumnya akan kejadian mengerikan itu. Itulah yang lalu dia gunakan sebagai
pretext (dalih) sekaligus justifikasi untuk melibas PKI dan lalu memenjarakan Presiden
Sukarno di rumah Ibu Dewi sampai beliau meninggal. namun saat Mashuri datang ke rumahnya
itu, Soeharto sudah siap berpakaian uniform tempur. Alangkah tidak lucunya dimunculkannya
Soeharto sebagai penyelamat Pancasila sehubungan dengan Peristiwa 1 Oktober 1966 itu. Sekalipun kodok kodok yang biasa hidup di comberan, tidak akan mau mengorek ngorek
begitu. Sungguh saya malu melihat ulahnya jendral bangsa saya ini.
sesudah penumpasan pemberontakan PRRI/PERMESTA di Sumatra Barat, dan ditariknya Letkol
Latief ke Jakarta menjadi Komandan Brigade Infanteri pada Kodam JAYA, Syam Kamaru
zaman kerjanya bolak balik antara Bandung Jakarta. lalu menetap di Jakarta sesudah
jendral Soeharto diangkat menjadi Panglima KOSTRAD. Syam jadi bertambah kuat sandarannya
dalam berhubungan dengan Aidit. Selain menempatkan dirinya sebagai informan di bawah
lindungan Brigade Infanteri Kodam V Jaya (overste Latief), dia juga memiliki hubungan dengan
KOSTRAD (Jendral Soeharto). Dapatlah kiranya disimpulkan hahwa mulai masa itu, ditambah
lagi dengan datangnya masa Konfrontasi Ganyang Malaysia , dan kondisi SOB oleh Tentara
dipertahankan terus, avonturisme ke arah KUDETA yang di isukan Dewan Jendral dan di isukan
juga oleb Biro Khusus Aidit dan Syam, sesuai dengan perkembangannya mencapai bentuk yang
lebih kongkret. Sampai bulan Apustus, Dewan Jendral dan Biro Khusus masing masing saling
berhadapan dengan nyala api provokasinya sendiri sendiri sampailah ke 30 September 1965, di
mana Biro Khusus (Syam Kamaruzaman dan D.N.Aidit dengan Untung dan Latief keduanya
terakhir orangnya Jendral Soeharto juga ) bergerak menerjuni perang kap provokasi yang
diciptakan Suwarto (SESKOAD) dan Jendral Soeharto (baca MAHMILUB II mengenai Kolonel
Latief).
Ada sedikit peristiwa lagi mengenai Syam dan Aidit yang penting saya tambahkan di sini. saat
saya sedang sibuk sibuknya mempersiapkan keberangkatan saya ke Kuba di bulan Desember
1963 pada suatu hari tiba tiba datang D.N.Aidit ke rumah saya di jalan Madura No.5 dengan
seorang temannya. Aidit lebih dahulu turun dari mobil segera langsung naik ke tangga. Temannya
itu menyusul dari jalan mulai masuk ke pekarangan. sesudah saya perhatikan siapa temannya itu,
dengan suara keras saya membentak Aidit: Kenapa kau bawa itu polisi pada saya, Polisi dia itu
... Orang itu ialah Syam Kamaruzaman yang pernah ketemu saya di Konperensi PESINDO
dahulu dan yang sudah banyak saya dengar cerita yang mencurigakan mengenai dia: Badannya
sudah agak gemukan, tidak seperti masih muda dahulu.
Mendengar bentakan keras saya kepada Aidit itu, Syam jadi terkejut terus mambalikkan badan
kembali masuk ke mobil lagi tanpa mau melihat dan berkata apa apa. Aidit pun tanpa berkata
tanpa pamit pergi menyusul Syam masuk ke mobil. Begitulah. Saya betul betul jengkel dan tidak
mengerti apa maunya Aidit dengan orang Itu dan kenapa dia bawa orang itu mau dikenalkan
pada saya, Dia kira dia bisa bikin surprise bagi saya, sedang saya sudah lebih dahulu dari dia
kenal si Syam itu. Andaikata Aidit dari jauh jauh hari mau menceritakan pada saya mengenai
kontaknya pada Syam itu, sudah pasti saya mau berkata : jauhi itu penyakit''. namun Aidit bukan
orang bodoh, apalagi dia Ketua PKI, buktinya dia memiliki kelebihan tertentu, tidak mungkin dia
tidak mengetahui siapa dan apa yang ada di belakang Si Syam itu. mungkin dia kira dia bisa
memakai Syam. Bagaimana seorang Ketua Partai bisa begitu, Tidak ada yang bisa jamin
apa kerjanya Syam itu. Ideologi tidak memiliki . Katanya orang PSI, katanya, kenapa tidak ditelusuri
betul tidaknya, kan Aidit kenal L.M. Sitorus Sekjen PSI, dahulu sama sama anggota asrama
MENTENG 31, jika bagi saya jelas siapa Syam, dia itu hantu boleh saja ketemu di jalan
namun jangan dibawa masuk ke dalam rumah.
namun seperti sudah saya katakan di muka sejak D.N.Aidit, asal nama Ahmad, oleh Pemuda
GERINDO Ckakak Jakarta diganti menjadi Dipa Nusantara Aidit, menjadi orang penting, Ketua
PKI, saya membatasi diri, mengetahui diri, dan dia pun sudah jarang datang ketemu. Namanya
Ahmaad itu diganti oleh teman temannya Barisan Pemuda GERINDO, sebab kata mereka
sudah terlalu banyak yang bernama Amat atau Ahmad di situ.
Sekarang mengenai Soeharto dan Abdul Latief
Overste Soeharto lalu naik menjadi kolonel Soeharto sejak dari zaman peristiwa Provokasi
Madiun, dikenalkan di dalam kalangan kaum kiri dan di kalangan PESINDO biasanya
sebagai orang baik TNI yang baik , beda dari Kolonel A.H.Nasution Komandan Divisi
SILIWANGI yang menggempur PKI Madiun dan kolonel Gatot Subroto yang tanmpa proses
pengadilan langsung tembak mati ex Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin dengan 10 orang
pemimpin FDR di Ngalian.
Sebelum saya melanjutkan mengenai mengapa ada sentimentalisme di kalangan kaum kiri dan
PESINDO terhadap Overste Soeharto, agar tidak terlupa, saya mau tambahkan di sini satu
peristiwa yang saya alami, sebelumnya Amir Sjarifuddin . ditembak mati. kakak saya,
Asmara hadi, yang tinggal di Padokan, di luar kota Yogyakarta di mana ia disuruh sukarno
menyelesaikan buku SARINAH sebab percaya pada kemampuannya Asmara Hadi dab style
menulisnya pun hampir sama dengan sukarno , datang mencari saya di Pakuningratan.
Sambil berlinang air niata dia berkata: Fi, jika kau bisa, tolong selamatkan Bung Amir, tolong
dia Fi, dia bekas Ketua kita di GERINDO, ex Menteri Pertahanan dan ex Perdana Menteri.
Untuk menyelamatkan Bung Amir kau sendiri coba ketemu sukarno .
Saya nggak bisa , jij saja, jij bisa. Saya tidak bisa sebab hari sudah sore, saya mesti pulang ke
rumah, ke Padokan kan jauh juga . Saya tambahi: Juga bekas Menteri Penerangan Kabinet
Pertama R.I. Sehabis sembahyang magrib saya tunggu sukarno keluar dari kamarnya di
Istana (diYogya). Sementara itu saya duduk dengan Bu Fat. Saya minta bicara dengan Bung
Karno sendirian, namun Bu Fat (yang biasa saya panggil Zus Fat) maklum keperluan kedatangan
saya, ia permisi masuk ke dalam. Saya berkata tanpa omong putar putar: Saya minta Bung
Karno selamatkan Bung Amir, Hadi yang menyuruh saya ketemu Bung .
sukarno bertanya, apakah saya mengetahui di mana Amir sekarang, Saya katakan: Dia ada di
depan kita ini, di dalam benteng di depan Istana ini, tadi siang dia dengan
dibawa oleh sepasukan tentara di dalam truck terbuka ke dalam benteng itu.
Baiklah akan saya urus ... namun kau tidak mengetahui persoalannya . Saya jawab saja: Saya mengetahui
soalnya, saya kan bukan pemuda seperti bengkulu dahulu , saya sudah Bung angkat jadi letnan
kolonel, kan, yang penting selamatkan Amir itu dahulu , nanti bisa diurus perkaranya .
namun apa yang terjadi, Pada tengah malam itu tanpa sepengetahuan sukarno sebagai presiden,
Amirsjarifuddin . diangkut dari benteng Vredesburg itu entah ke mana, ke Solo mungkin
untuk ditembak mati cepat cepat di Ngalian.
Sampai sekarang tidak pernah ada orang yang tulis peristiwa itu. Biarlah orang zaman sekarang
bisa berpikir pikir lagi bahwa sukarno bukanlah orang The Number One yang
bertanggungjawab atas terjadinya Provokasi Madiun di tahun 1948 itu. Walaupun dia berpidato:
Pilih SUKARNO HATTA atau PKI MUSSO . Apalagi jika diketahui , bahwa sukarno
sebagai Presiden tidak menghadiri sampai selesai Konperensi Sarangan bulan Juli l948 itu, di
mana pihak Amerika diwakili oleh Gerald Hopkins dan Merle Cochran yang mengusulkan
pembasmian kaum Komunis Indonesia untuk bisa membantu R.I. yang membutuhkan keuangan
dan sebagainya dalam menghadapi Belanda. (Terjadinya Konperensi Sarangan itu, Syam
Kamaruzaman yang memberitahu pada kita saat di Konperensi PESINDO di Solo, seperti sudah
saya ceritakan di bagian di muka). Yang melanjutkan perundingan itu sampai selesai ialah Bung
Hatta Dr.Sukiman Moh. Roem Moh.Natsir dan Sukamto (Kepala Kepolisian R.I.). Saya mengetahui
bahwa Peristiwa Mediun itu yaitu pelaksanaan Red Drive Proposal dari Amerika, walupun saya
tidak perlu gembar gembor seperti orang komunis. sebab saya mengetahui pokok pangkal
kesalahan, yaitu sebab kesalahan Amir Sjarifuddin yang menyerahkan kembali Mandat
Perdana Menteri kepada Presiden secara sukarela. (Amir orang beragama Kristen Protestan,
sebab didikan agama dia memiliki moral, dahulu di Jakarta sama isterinya saban minggu ke Gereja,
sampai pada suatu hari Minggu mestinya dia berpidato di rapat umum di bioskop Rialto Tanah
kakak dengan terpaksa diganti oleh Asmara Hadi).
Overste Soeharto sejak Affair Madiun oleh kalangan kiri dan PESINDO dipandang orang baik
( TNI yang baik ). Baiklah saya jelaskan sedikit apa yang dimaksud dengan istilah orang baik .
Istilah itu sebetulnya suatu jargon di kalangan golongan kiri/ komunis yang dipakai
terhadap orang yang dianggap jelas bukan komunis atau marxis, namun cukup progresif.
Kira kira sudah merah jambu . Soeharto memperoleh predikat itu, sebab sebelum meletusnya
Peristiwa Madiun itu, dialah yang melaksanakan misi perintah Panglima Besar Sudirman untuk
memeriksa dan melihat kondisi di Madiun yang sehenarnya. Ada dua hal penting dapat
dicatat sehubungan hal ini. Pertama, Panglima Besar Sudirman, orang jujur bijaksana dan
menjunjung tanggungjawab kedudukannya sebagai Panglima Angkatan perang di dalam zaman
Revolusi. Kedua, dari sebab dan akibat Peristiwa Madiun itulah, maka seorang pemimpin
pasukan PESINDO Kapten Abdul Latief dengan Batalion 100 bergabung ke dalam Brigade
Letkol. Soeharto. Dari masa itulah dimulainya tali perhubungan antara Soeharto dengan Latief
yang mencuat sejak dari Peristiwa Enam Jam di Yogja, 1 Maret 1949, sampai berdua itu
bersama sama juga mencong ke Peristiwa GESTAPU sialan itu. Berdua bersama berjalan namun
antara satu sama lain saling siasat mensiasati ditambah jadi bertiga dengan Syam yang memiliki
dua tiga muka: AD dan Biro Khusus (Aidit Syam) dan sebuah muka lagi mukanya dia sendiri,
yang dia bisa jual kepada siapapun dia mau. Dari semula memang saya tidak percaya sama itu
orang. Saya ambil hasil penelitian ini dari bahan bahan cerita Wikana, bahwa sejak Latief
ditarik kembali ke Jakarta dan Operasi 17 Agustus di bawah Komando jendral A.Yani dalam
menumpas PRRI/PERMESTA, dan di Jakarta menjadi Komandan Batalyon Infanteri Kodam V
JAYA, Syam bekerja sebagai informan kepada Latief di Kodam V Jaya itu dan di samping itu
juga menempatkan dirinya sebagai informan pada KOSTRAD yang dikepaiai oleh jendral
soeharto. Klop: Trio Soeharto Latief Syam! Di samping itu ada Trio: Soeharto Yoga AIi
Murtopo.
Saya ketemu Wikana yang terakhir di rumahnya di simpangan Matraman Plantsoen dalam
kondisi sengsara, di isolasi oleh Aidit, namun dia dapat ditarik oleh Chaerul Saleh menjadi anggota
MPRS. Saya ketemu dengan Wikana Januari 1965, saat saya datang konsultasi ke Jakarta dari
Kuba. Saya sempatkan memberi sekadar sumbangan, jangan tidak, sebagai kawan lama di
MENTENG 31. Tolong saya, Fi , katanya.
Saya terharu jika saya mengenang dia. Dia hilang tak ketahuan ditelan gelombang GESTAPU,
sepulang nya dari Peking bersama sama dengan Chaerul Saleh Ketua MPRS, walaupun sudah
dinasihatkan oleh Chaerul, sebaiknya dia jangan pulang dahulu . jika saya kenangkan kembali
hari bersejarah Proklamasi 17 Agustus 1945, saya kenangkan diriku di hari itu yang sudah
meriskir segalanya yang ada padaku, anak isteriku yang tercinta, hatiku yang pedih jadi gembira.
sebab bersatunya seluruh Rakyat kita menang.
Dengan gegap gempita kita menyerukan: Sekali Merdeka Tetap Merdeka, merdeka atau mati
letupan semangat semua pejuang. namun jika kuingat kembali Peristiwa Madiun, yang di muka
sudah kusebut dengan sadar yaitu Provokasi, yaitu pelaksanaan Red Drive Proposal hasil
Konperensi Sarangan, sebab peduli akan perjuangan yang belum selesai, hati pedih bukan
kepalang. sebab kita kaum pejuang jadi berpecah saling baku hantam.
Saya mengetahui persoalannya. jika saja pemerintah Hatta mau mencegah pertumpahan darah itu,
mestinya dia bisa. Keributan di Madiun itu pada mulanya yaitu soal kecil dan sederhana sekali:
seorang anggota Ssukarno A dipukuli oleh seorang tentara. Diurus oleh Ssukarno A, agar si prajurit itu
mau berdamai, minta maaf, selesai. namun rasa kehormatan Ssukarno A (yang merasa kaum pejuang
juga), merasa di ece dan dihina. Maka Ssukarno A mengadakan aksi mogok. Overste Sumantri
komandan Resimen TNI Madiun sedang tidak ada di kota.
Pak Residen Samadikun sedang sakit. Walikota Madiun juga sedang bepergian. Wakil Walikota
Saudara Supardi mengambil inisiatif. Saya kenal orang ini. Sama sekali tidak memiliki karakter
jagoan . Saya pernah di Madiun atas perintah langsung Panglima Besar Sudirman, sebagai
Opsir PEPOLIT mengepalai Biro Penerangan/Propaganda Markas Besar Pertempuran Jawa
Timur (MBP) dalam rangka perjuangan yang bekerja merebut kembali Mojokerto. Staf saya
terdiri dari Mayor Karnen, Sutomo Djauhar Arifin, Yetti Zain, Rusjati Suprio, Rudhito, dan
Fransisca Fangidae yang lancar Belanda dan Inggerisnya; dan dapat bantuan Radio Gelora
Pemuda yang diurus oleh saudara Supardi ini dengan staf Gelora Pemuda .
Jadi, jika saja dicegah itu serbuan Tentara Siliwangi ke Madiun, pertempuran dan
penyembelihan kaum komunis dan rakyat rakyat lainnya tidak bakal terjadi. Apalagi di Madiun
itu ada kekuatan PESINDO bersenjata juga . Sekali lagi, jika saja, kekacauan di Solo bisa
dilokalisir (di mana kolonel Sutarto ditembak mati oleh orang yang tak dikenal, hilangnya Dr.
Muwardi Kepala Barisan Banteng, ditembak matinya Mayor Sutarno dengan pengawalnya di
Markas Siliwangi di Srambatan saat mau mengadakan perundingan agar lima orang Perwira
TNI anak buah Mayor Slamet Riyadi dibebaskan, dan lain lain perbuatan provokatif, sampai
Markas Pusat PESINDO diduduki beberapa hari oleh Pasukan Siliwangi), jika hal pengacauan
itu dilokalisir hanya di Solo saja dan dicegahnya Long Mars Siliwangi ke Madiun, tidak
mungkin pecah Peristiwa Madiun itu.
Pembaca yang terhormat,
Silahkan baca juga dan renungkan juga , apa yang dikatakan Jendral Presiden Soeharto dalam
bukunya Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya , istimewa halaman 53 54. Jadi saat itu Madiun
masih aman tentram. Bahkan jika berdasar keterangan saksi keterangan saudara Sumarsono (Bekas Ketua B.P.
sukarno PRI, sekarang berada dalam exile di Australia): Dia jemput Letkol. Soeharto di desa
Mantingan (perbatasan Solo Madiun) dibawanya ke Madiun. Sesudahnya mengadakan
pembicaraan dengan Pak Musso: dibuatlah oleb Soeharto satu keterangan bersama yang ditulis
dengan tangannya sendiri mengenai situasi kondisi yang aman tentram dan kesediaan dari pihak
Musso/PKI untuk berunding lagi dengan sukarno dan Bung Hatta. manuscript itu ditanda
tangani oleb Letkol Soeharto di satu pihak dan Pak Musso dan Sumarsono di pihak PKI, untuk
dijadikan laporan kepada Panglima Sudirman dan Pemerintah Hatta. namun sementara letkol
Soeharto masih di dalam perjalanan pulang ke Yogva, pasukan Siliwangi sudah datang
menyerbu Madiun. Bahkan Soeharto tertahan, ditangkap Siliwangi di jembatan Srambatan
(Keterangan Pak Harto sendiri dalam bukunya itu). Saya tulis uraian ini dengan bahan
pengetahuan saya sendiri yang saya cocokkan dengan keterangan Soeharto dalam bukunya
ini .
Kendatipun begitu, bahwa Peristiwa Madiun itu yang sebetulnya yaitu Provokasi dan
Pemerintah Hatta yang melaksanakan Red Drive Proposal Merle Cochran di Konperensi
Sarangan yang men janjikan bantuan senjata dan keuangan yang sangat diperlukan R.I. yang
berdasar keterangan saksi hemat saya tak perlu dihangat hangatkan dan dihebohkan lagi demi persatuan dan
kesatuan R.I. dan juga sebab menyangkut nama Dwi Tunggal Sukarno Hatta yang mesti dijaga,
masih saja sampai sekarang pun pihak pihak phobi komunis mengatakan bahwa Peristiwa
Madiun itu pengkhianatan PKI. Sadarlah jika masih bisa!
Dari uraian ini di atas karuan saja mudah dimengerti kenapa orang PESINDO dan
kaum kiri umumnya sejak masa itu menganggap Letkol Soeharto itu orang baik , apalagi
dikejar hantu Re Ra (Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan perang ) menggabungkan
kekuatan pasukannya kepada letkol TNI Soeharto yang juga memang butuh untuk menambah
kekuatan Brigadenya.
Begitulah jadinya maka Kapten Latief masuk ke dalam TNI Brigade Soeharto, lainnya mencari
saluran masing masing dengan membawa bawa anggota anggotanya yang bersenjata satu/satu.
Saya sendiri pun menganggap Pak Soeharto begitu juga; TNI yang baik , walaupun saya sudah
lebih dahulu resmi sudah menjadi TNI sejak tahun 1946 diangkat menjadi Letkol PEPOLIT
berkedudukan di Jawa Barat dalam Divisi Siliwangi yang dikepalai oleh kolonel A.H.Nasution.
Bertolak dari naluri saya demikian, saya masih menganggap pak Harto orang baik , saat
Lebaran Februari (, ) 1966, saat halal bihalal kepadanya di rumahnya di Jalan H.Agus Salim,
saya nyatakan sikap saya sungguh sungguh untuk membantunya. Beliau menyambut sikap saya
itu. Baik, Pak Hanafi bersama kita . Meski segala kecurigaan saya yang sudah mulai muncul
mengenai GESTAPU saya meriskir diri dengan harapan masih bisa menyelainatkan sukarno .
Memang ada reaksinya, lalu saya diminta oleh kolonel Sudarto, katanya atas nama Pak
Harto, untuk meggantikan Menlu soebandrio . namun saya tidak bisa memberikan jawab yang
tegas, sebab sukarno sudah memerintahkan saya kembali ke pos saya di Kuba demi
kepentingan rencana CONEFO, seperti sudah saya singgung di bagian lain di muka. Juga lagi
saya pikir secara administratif Soeharto harus mengusulkan kepada Sukarno.
Berhubung dengan alasan ini , saya mengusulkan agar Adam Malik ditunjuk jika perlu
menggantikan saya. Ternyata lalu , memang Adam Malik yang dijadikan Menlu. Sehari
sebelum saya berangkat kembali ke Kuba, Adam Malik sebagai Menlu, menilpon saya di Hotel
negara kita agar saya mendampingi Presiden Sukarno yang diundang dubes Pakistan pada pesta
Perayaan Hari Nasional Pakistan di Hotel negara kita , tanggal 23 Maret. Ada manuscript tasi fotonya
dalam majalah New Times di mana tampak Dubes Pakistan, sukarno , Adam Malik dan
Dubes A.M.Hanafi.
jika saya mengenangkan hal ini, dalam kondisi saya menjadi korban akibat sampingan , ini
istilah Wapres Adam Malik saat saya jumpa beliau terakhir di Brussel 1979, sesudah 30 an
tahun terbuang, saya kembali menyadari bahwa nasib di tangan Tuhan. jika Pak Soeharto
bukan nasib pemberian Tuhan namun pemberian Guy Pauker (CIA) dan lnggris Amerika. Sebab
saya percaya Tuhan melarang orang berbuat dosa, melarang membunuh orang yang tidak
berdosa satu juta, melarang orang mengkhianati Bapaknya, Gurunya dan Pemimpinnya, dan
melarang serakah menumpuk harta benda secara tidak halal, dan berdasar keterangan saksi hukum Islam
Zakat/Fitrah harus diamalkan, tidak untuk dikekepin sendiri.
Bagaimana Ki Gus Dur dan Ki Idham Chalid, betul apa tidak keteranganku menyangkut hukum
Islam ini, Kurang tepat, Haraplah dibetulkan. Yang terakhir: Mengenai Soeharto dan Latief
Pembaca yang terhormat,
Baiklah dibaca lagi pleidooi kolonel Latief di mana dia menjelaskan, balwa dua hari sebelum 1
Oktober 1965, dus tanggal 28 September 1965 dia sudah berkunjung ke rumah Panglima
KOSTRAD Letjen Soeharto di Jalan Haji Agus Salim. Pada kesempatan itu ia melaporkan
kepada Soeharto mengenai kabar Dewan Jendral.