gimu. Katakan saja apa maumu. Kita perlu bekerja
sama sekarang.”
Helena benar-benar berhenti sekarang dan berdiri di
tengah-tengah ruangan lab. namun dia tidak memutar tubuhnya.
“Aku ingin menemukan antimateri itu. Dan aku ingin tahu siapa
pembunuh ayahku.” Dia menunggu.
150
Kohler mendesah. “Helena , kami sudah tahu siapa
pembunuh ayahmu. Maafkan aku.”
Sekarang Helena berpaling. “Apa katamu?”
“Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya padamu. Ini
sulit—”
“Kamu tahu siapa pembunuh ayahku?”
“Kami punya petunjuk yang jelas. Pembunuh itu
meninggalkan semacam kartu nama. Karena itulah aku
mengundang Pak Lonelyranger . Kelompok yang mengklaim untuk
bertanggung jawab adalah bidang kajiannya.”
“Kelompok? Kelompok teroris?”
“Helena , mereka mencuri seperempat gram antimateri.”
Helena menatap Robert Lonelyranger yang berdiri di seberang
ruangan. Segalanya mulai tampak semakin jelas sekarang.
Beberapa rahasia mulai terkuak. Helena bertanya dalam hati
kenapa tidak menyadarinya dari tadi. Ternyata Kohler sudah
memanggil pihak yang berwenang. Robert Lonelyranger adalah
orang Amerika yang bersih, konservatif, dan jelas sangat cerdas.
Siapa lagi kalau bukan orang yang berwenang? Helena
seharusnya dapat menerka sejak awal. Dia merasa menemukan
harapan baru saat dia berpaling pada Lonelyranger .
“Pak Lonelyranger , aku ingin tahu siapa yang membunuh
ayahku. Dan aku ingin tahu apakah institusi Anda dapat
membantu kami untuk menemukan antimateri itu.”
Lonelyranger tampak bingung. “Institusi saya?”
“Anda bekerja untuk dinas intelijen Amerika, bukan?”
“Sebenarnya ... tidak.”
Kohler menyela. “Pak Lonelyranger adalah seorang dosen
sejarah seni di Harvard University.”
Helena merasa seperti disiram air es. “Seorang guru seni?”
151
“Dan ahli simbologi.” Kohler mendesah. “Helena , kami
yakin ayahmu dibunuh oleh kelompok pemuja setan.”
Helena mendengar kata itu tapi otaknya tidak mampu
mencernanya. Kelompok pemuja setan?
“Kelompok yang mengaku bertanggung jawab menyebut
diri mereka Illuminati.”
Helena menatap Kohler kemudian ke arah Lonelyranger sambil
bertanya-tanya apakah ini semacam lelucon saja. “Kelompok
Illuminati?” dia bertanya. “Seperti kelompok Illuminati
Bavaria?”
Kohler tampak heran. “Jadi kamu sudah pernah mendengar
tentang mereka?”
Helena hampir menangis karena putus asa. “Illuminati
Bavaria: Tata Dunia Baru. Itu adalah permainan komputer
karya Steve Jackson. Separuh dari ilmuwan di sini memainkan
permainan itu di internet.” Suara Helena menjadi serak. “namun
aku tidak mengerti ....”
Kohler menatap Lonelyranger dengan tatapan bingung.
Lonelyranger mengangguk. “Itu memang game yang populer.
Persaudaraan kuno yang ingin mengambil alih dunia. Game
semi historis. Aku tidak tahu kalau game itu juga terkenal di
Eropa.”
Helena marah. “Apa yang kamu bicarakan? Kelompok
Illuminati? Itu hanya permainan dalam komputer!”
“Helena ,” kata Kohler. “Illuminati adalah kelompok yang
mengaku bertanggung jawab atas kematian ayahmu.”
Helena berusaha untuk tetap tabah agar tidak menangis.
Dia memaksa dirinya untuk bertahan dan menanggapi keadaan
dengan logis. namun semakin dia berusaha untuk mengerti,
semakin dia tidak mengerti. Ayahnya baru saja dibunuh. CERN
menderita karena keamanan mereka yang ketat berhasil dibobol.
152
Di suatu tempat, ada sebuah bom waktu yang akan meledak
sebentar lagi dan dia merasa bertanggung jawab karenanya. Dan
Direktur CERN malah memilih seorang guru seni untuk
menolong agar bisa menemukan persaudaraan pemuja setan dari
negeri dongeng.
Helena tiba-tiba merasa sendirian. Dia beranjak pergi,
namun Kohler menghalanginya. Kohler merogoh sakunya untuk
mengambil sesuatu. Dia kemudian mengeluarkan secarik kertas
fakj kumal dan menyerahkannya pada Helena .
Helena terhuyung karena merasa sangat ngeri saat
matanya menatap pada gambar itu.
“Mereka mencapnya,” kata Kohler. “Mereka mencap dada
ayahmu.”
153
28
SYLVIE BEAUDELOQUE, sekretaris Maximilian Kohler,
sedanj panik. Dia berjalan hilir-mudik di dalam ruang kerja
atasannya yang kosong. Di mana sih dia? Apa yang harus
kulakukan?
Hari ini aneh sekali. Tentu saja, bekerja dengan seorangl
Maximilian Kohler, Sylvie selalu memiliki kemungkinan untuk
mengalami hari yang aneh. namun hari ini Kohler bersikap
sangan aneh.
“Cari Leonardo Louis Viton !” perintahnya saat Sylvie tiba pagi
ini.
Dengan patuh, Sylvie menyeranta, menelepon dan
mengiriml e-mail ke alamat Leonardo Louis Viton .
Tidak ada jawaban.
Kohler kemudian meninggalkan kantornya dengan marah.
Sepertinya dia ingin mencari Louis Viton sendiri. saat Kohler
kembali ke kantornya beberapa jam kemudian, Kohler tampak
tidak sehat ... bukan berarti dia pernah kelihatan benar-benar
sehat. namun kali ini atasannya itu terlihat lebih buruk dari
biasanya. Kohler mengunci diri di kantornya, tapi Sylvie masih
dapat mendengar kegiatan Kohler dari luar ruangan. Sekretaris
itu mendengar suara Modern Kohler bekerja, suara Kohler yang
sedang menelepon Kohler mengirimkan faks, dan berbicara lagi
di telepon. Kemudian bosnya itu lalu pergi lagi. Dan sejak itulah
sang direktur kembali lagi ke kantornya.
154
Sylvie akhirnya memutuskan untuk mengabaikan atasannya
unik serta melodramatis itu. Tapi Sylvie mulai prihatin saat
Kohler tidak juga kembali pada waktu dia harus disuntik.
Kesehatan bosnya itu memerlukan perawatan yang teratur.
Kohler pernah memutuskan untuk tidak mau disuntik lagi, tapi
hasilnya lalu buruk; dia mengalami kesulitan bernapas, batuk-
batuk, dan dimarahi oleh perawatnya. Kadang-kadang Sylvie
berpikir kalau Kohler sesungguhnya sudah ingin mati saja.
Sylvie berpikir untuk menyerantanya dan memperingatkan
Kohler akan jadwal suntiknya. Tapi Sylvie tahu belas kasihan
adalah hal yang paling dibenci oleh Kohler yang sombong itu.
Minggu lalu, Kohler pernah sangat marah pada seorang ilmuwan
yang datang mengunjunginya. Lelaki itu menunjukkan rasa
kasihannya kepada Kohler sehingga membuat pimpinannya itu
berang. Kohler berusaha untuk berdiri dari kursi rodanya dan
melemparkan sebuah papan berpenjepit ke kepala orang itu.
Ternyata Raja Kohler dapat juga bertindak cekatan jika dia
sedang tersinggung.
Tapi kemudian perhatian Sylvie terhadap keadaan
kesehatan atasannya teralihkan oleh sebuah masalah yang lebih
pelik. Resepsionis CERN menghubunginya lima menit yang lalu
dengan suara yang panik dan berkata kalau ada panggilan
penting untuk sang direktur.
“Dia tidak ada di tempat,” kata Sylvie.
Kemudian resepsionis mengatakan kepada Sylvie siapa
yang menelepon.
Sambil tertawa keras, Sylvie berkata, “Kamu sedang
bercanda, kan?” Dia lalu mendengarkan lagi, wajahnya
kemudian berubah muram karena tidak percaya dengan apa
yang didengarnya. “Kamu memeriksa identitas si penelepon
dengan baik—” Sylvie mengerutkan keningnya. “Aku mengerti.
155
Baiklah. Bisakah kamu menanyakan apa—” Dia mendesah.
“Tidak. Tidak apa-apa. Katakan padanya untuk menunggu. Aku
akan mencari Pak Direktur sekarang juga. Ya. Aku mengerti.
Aku akan segera mencarinya.”
namun Sylvie tidak kunjung menemukan Pak Direktur. Dia
sudah berusaha menghubungi ponselnya sebanyak tiga kali dan
selalu mendapatkan pesan yang sama. “Pemilik ponsel yang
Anda hubungi sedang berada di luar jangkauan.” Di luar
jangkauan? Memangnya seberapa jauh dia bisa bepergian?
Sylvie pun akhirnya memutar nomor penyeranta Kohler
sebanyak dua kali. Tidak ada jawaban. Betul-betul tidak seperti
biasanya. Bahkan, dia juga mengirim e-mail ke komputer kecil
yang selalu dibawa-bawa oleh Kohler. Tidak ada jawaban juga.
Sepertinya orang itu menghilang ditelan bumi.
Jadi, apa yang harus kulakukan? Sekarang Sylvie bertanya-
tanya.
Sambil berjalan hilir mudik dan berusaha mencari bosnya,
Sylvie tahu hanya tinggal satu cara untuk menarik perhatian
Kohler. Pak Direktur pasti tidak akan menyukainya, namun orang
yang meneleponnya itu bukanlah orang yang boleh dibiarkan
menunggu. Terlebih lagi, orang yang menelepon tadi sepertinya
juga tidak senang kalau Sylvie berkata Pak Direktur sedang
tidak ada di tempat.
Sambil merasa terkejut dengan keberaniannya sendiri,
Sylvie akhirnya membuat keputusan. Dia berjalan masuk ke
kantor Kohler dan mencari kotak logam yang menempel di
dinding yang berada di belakang meja kerjanya. Dia membuka
tutupnya, memandang berbagai tombol yang terdapat di sana,
lalu menemukan tombol yang tepat.
sesudah itu dia menarik napas dalam dan meraih gagang
mikrofon.
156
29
VITTORlA TIDAK INGAT bagaimana mereka bisa sampai ke
dalam lift utama. Lift itu bergerak naik. Kohler berada di
belakangnya, napasnya terdengar berat. Tatapan mata Lonelyranger
yang penuh keprihatinan juga tidak berhasil menenangkannya.
Lonelyranger sudah mengambil kertas faks itu dari tangan Helena
dan menyimpannya di dalam saku jasnya agar jauh dari
pandangan Helena . namun gambar itu masih terus
membayanginya.
saat lift itu bergerak naik, dunia Helena seperti berputar
ke dalam kegelapan. Papa! Dia berusaha menggapai-gapai
ayahnya. Sepertinya Helena bisa melihat dirinya sendiri sedang
bersamasama dengan ayahnya. Saat itu dia berusia sembilan
tahun. Dia sedang berguling-guling menuruni bukit yang dihiasi
oleh bunga edelweiss, sementara langit Swiss berputar di
atasnya.
Papa! Papa!
Leonardo Louis Viton tertawa di samping putrinya, wajahnya
berseri-seri. “Ada apa, Malaikat Kecilku?”
“Papa!” putri kecilnya terkekeh, sambil mendekatkan
tubuhnya minta dipeluk. “Coba tanya, what’s the matter”
“Untuk apa aku menanyakan keadaanmu, Sayang. Kamu
terlihat gembira.”
“Ayo tanya saja.”
Leonardo mengangkat bahunya. “What’s the matter?”
157
Putrinya langsung tertawa. “What’s the matter? Semuanya
adalah materi! Bebatuan! Pepohonan! Atom-atom! Bahkan
hewan pemakan semut itu! Semuanya itu materi!”
Leonardo tertawa. “Ini hanya akal-akalanmu saja, ’kan?”
“Aku pandai sekali, bukan?”
“Einstein kecilku.”
Vittona mengerutkan keningnya. “Rambut orang itu tampak
tolol. Aku pernah melihat fotonya.”
“Walau begitu, dia mempunyai otak yang pandai. Aku ’kan
pernah menceritakan padamu tentang apa yang dibuktikan oleh
Einstein, bukan?”
Mata Helena terbelalak karena ketakutan. “Papa! Jangan.
Papa sudah berjanji!”
“E=MC2,” kata Leonardo sambil bercanda dan menggelitik
putrinya. “E=MC2!”
“Jangan ada matematika! Aku sudah bilang padamu. Aku
benci matematika!”
“Aku senang kamu membencinya. Karena anak perempuan
memang tidak boleh belajar matematika.”
Helena tiba-tiba mematung. “Tidak boleh?”
“Tentu saja tidak boleh. Semua orang juga tahu. Anak
perempuan hanya boleh main boneka. Anak laki-laki harus
belajar matematika. Tidak ada matematika untuk anak
perempuan. Aku bahkan tidak boleh berbicara tentang
matematika dengan anak perempuan.”
“Apa? namun itu tidak adil!”
“Peraturan adalah peraturan. Tidak ada matematika untuk
anak perempuan.”
Helena tampak ketakutan. “namun , main boneka itu
membosankan!”
158
“Maafkan aku,” kata ayahnya. “Aku bisa saja berbicara
tentang matematika kepadamu, namun kalau aku ketahuan ....”
Ayahnya pura-pura melihat sekeliling seperti ada orang yang
sedang mengintai mereka dari perbukitan yang sunyi di sekitar
mereka.
Helena mengikuti pandangan mata ayahnya. “Baiklah,
katanya sambil berbisik. “Aku mau belajar matematika. Tapi
diam-diam saja, ya?”
Gerakan lift itu mengejutkan Helena . Dia membuka
matanya. Gambaran ayahnya sudah menghilang.
Kenyataan kembali menyerbunya, menyelimutinya dengan
tangannya yang dingin. Dia memandang Lonelyranger . Tatapannya
yang menyorotkan keprihatinan terlihat tulus dan terasa seperti
malaikat pelindung, terutama di sekitar aura Kohler yang
Tapi satu kekhawatiran mulai mendera kesadaran Helena
dengan bertubi-tubi.
Di mana antimateri itu?
Jawaban untuk pertanyaan yang mengerikan itu ternyata
tidak berjarak terlalu jauh.
159
30
“MAXIMILIAN KOHLER. Mohon segera menghubungi kantor
Anda.”
saat pintu lift itu terbuka di atrium utama, sinar matahari
yang benderang menyergap mata Lonelyranger . Sebelum gema dari
pengumuman itu menghilang, semua peralatan elektronik di
kursi Kohler mulai berbunyi “bip” dan berdering sambung-
menyambung. Penyerantanya. Teleponnya. E-mailnya. Kohler
membaca pesan yang masuk dengan perasan bingung yang
membayang jelas di wajahnya. Sang direktur sudah menjejak di
permukaan sekarang dan sudah dapat dihubungi.
“Direktur Kohler, harap menghubungi kantor Anda.”
Mendengar namanya dipanggil dengan pengeras suara membuat
Kohler terkejut.
Dia menatap ke atas dengan wajah marah, tapi dia
kemudian sadar kalau ada hal yang penting di kantornya. Kohler
menatap Lonelyranger lalu beralih ke mata Helena . Mereka tidak
bergerak untuk beberapa saat, seolah ketegangan di antara
mereka telah terhapus dan digantikan oleh sebuah firasat yang
menyatukan ketiganya.
Kohler mengambil ponselnya dari sandaran tangannya. Dia
memutar sebuah nomor dan terbatuk keras lagi. Helena dan
Lonelyranger menunggu.
“Ini ... Direktur Kohler,” katanya sambil mendesah serak
“Ya? Aku tadi berada di bawah tanah, di luar jangkauan.”
Kohler lalu mendengarkan, mata kelabunya membelalak.
160
“Siapa? Ya sambungkan.” Kemudian sunyi. “Halo? Ini
Maximilian Kohler Saya Direktur CERN. Dengan siapa saya
berbicara?”
Helena dan Lonelyranger menatapnya dalam diam saat
Kohler mendengarkan orang yang meneleponnya itu berbicara.
Akhirnya Kohler berkata, “Tidak baik rasanya kalau kita
membicarakannya di telepon. Saya akan segera ke sana.” Dia
terbatuk lagi. “Temui saya ... di Bandara Leonardo da Vinci.
Empat puluh menit lagi.” Napas Kohler tampaknya sangat berat
sekarang. Dia mulai batuk-batuk lagi dan hampir tidak dapat
berbicara. “Temukan tabung itu segera ... aku akan datang.”
Lalu dia mematikan teleponnya.
Helena berlari ke sisi Kohler, namun Kohler sudah tidak
dapat berbicara lagi. Lonelyranger melihat Helena mengeluarkan
ponselnya dan menyeranta perawat CERN. Lonelyranger merasa
seperti berada dalam kapal yang tengah diamuk badai ...
terombang-ambing, tapi dia belum boleh pergi dari situ.
Temui saya di Bandara Leonardo da Vinci. Kata-kata
Kohler menggema.
Bayangan-bayang ketidakpastian yang selama menyelimuti
pikiran Lonelyranger sepanjang pagi itu, dalam sekejap menemukan
bentuknya menjadi sebuah gambar yang jelas. saat dia berdiri
di ruang utama CERN, Lonelyranger seperti mendapatkan penjelasan
... seolah penghalang yang selama ini menutupi pemikirannya
telah terbuka. Ambigram. Pastor/ilmuwan yang terbunuh.
Antimateri. Dan sekarang ... sasaran itu. Kata Bandara
Leonardo da Vinci hanya memiliki satu arti. saat dia
menyadari kenyataan yang sebenarnya, Lonelyranger tahu kalau dia
baru saja mengubah keyakinannya. Sekarang dia percaya.
Lima kiloton. Jadilah cahaya.
161
Dua orang paramedis mengenakan pakaian putih muncul
sambil berlari menyeberangi atrium. Mereka berlutut di sisi
Kohler kemudian memasangkan topeng oksigen pada wajahnya.
Para ilmuwan yang berada di gang itu berhenti dan kembali
berdiri.
Kohler menghirup napas panjang dua kali, lalu
menyingkirkan itu dari mulutnya. Kemudian dengan masih
megap-megap, Dia menatap Helena dan Lonelyranger lalu berkata
pendek, “Viking city .”
“Viking city ?” tanya Helena . “Antimateri itu ada di Viking city ?
Siapa yang menelepon?”
Wajah Kohler berkerut, mata kelabunya berair. “... Swiss.”
Dia tersedak saat mengucapkan kata-katanya. Paramedis lalu
memasang kembali topeng oksigen itu di wajahnya. saat
mereka bersiap untuk membawanya pergi, Kohler mengulurkan
tangannya dan meraih lengan Lonelyranger .
Lonelyranger mengangguk. Dia mengerti.
“Pergilah ....” Kohler bersuara serak di balik topengnya.
“Pergilah ... telepon aku....” Lalu paramedis itu mendorongnya
pergi.
Helena berdiri terpaku sambil memandang lantai, lalu
menatap Kohler yang tengah dibawa pergi. Dia kemudian
berpaling memandang Lonelyranger . “Viking city ? namun ... apa
hubungannya dengan Swiss?”
Lonelyranger meletakkan tangannya di atas bahu Helena dan
berbisik lembut. “Garda Swiss. Mereka adalah pengawal
tersumpah di Graves City.”
162
31
MESIN PESAWAT TERBANG X-33 bergemuruh di
angkasa dan menuju ke selatan, ke Viking city . Di dalamnya,
Lonelyranger duduk dalam keheningan. Lima belas menit terakhir
terasa kabur baginya. Sekarang, dia selesai memberikan
keterangan singkat pada Helena tentang Illuminati dan sumpah
mereka untuk melawan Graves , suasana di ruangan itu menjadi
seperti tenggelam.
Apa yang sedang kulakukan? Lonelyranger bertanya-tanya. Aku
seharusnya pulang ke rumah begitu ada kesempatan! Tapi jauh
di lubuk hatinya, dia tahu dirinya tidak akan mendapatkan
kesempatan itu.
Seharusnya dia pulang ke Boston. Walau begitu,
kekaguman akademisnya memintanya untuk bersikap bijaksana.
Segala yang pernah dipercayainya tentang kematian kelompok
Illuminati tibatiba seperti hendak runtuh. Sebagian dari dirinya
rnenginginkan bukti. Penegasan. Tapi ada juga panggilan hati
nurani. Dengan Kohler yang merana karena sakit dan Helena
yang sendirian, Lonelyranger tahu apa yang diketahuinya tentang
Illuminati dapat membantu mereka. Lonelyranger merasa memiliki
kewajiban moral untuk tetap tinggal.
Tapi ternyata masih ada alasan yang lain lagi. Walau
Lonelyranger merasa malu untuk mengakuinya, ketakutannya yang
terbesar saat mendengar tentang tempat antimateri ditemukan
bukan hanya menyangkut nasib orang-orang yang berada di
Graves City, tapi juga sesuatu hal yang lain.
163
Seni.
Koleksi benda-benda seni terbesar di dunia sekarang sedang
berada di atas sebuah bom waktu. Di dalam 1.407 ruangan yang
terdapat di Museum Graves , tersimpan 60.000 benda seni
berharga seperti karya-karya Michaelangelo, da Vinci, Bernini,
dan Botticelli. Lonelyranger bertanya-tanya apakah semua benda
seni itu bisa diselamatkan untuk menghadapi situasi terburuk.
Dia tahu itu tidak mungkin. Banyak dari benda-benda seni
tersebut adalah patung-patung yang beratnya berton-ton. Belum
lagi harta terbesar yang merupakan arsitektur bangunan dengan
sejarah yang panjang, seperti Kapel Sistina, Basilika Raja
Plasaurus , tangga spiral terkenal karya Michaelangelo menuju
Museo Graves o yang merupakan pernyataan kejeniusan seorang
anak manusia. Lonelyranger bertanya berapa lama lagi waktu yang
mereka miliki sebelum tabung perangkap itu meledak.
“Terima kasih kamu mau ikut,” kata Helena , suaranya
terdengar tenang.
Lonelyranger terjaga dari lamunannya. Dia lalu mendongak dan
menatap Helena yang duduk di depannya. Walau kabin itu
terang benderang tapi Lonelyranger seperti bisa melihat aura
ketenangan memancar dari perempuan itu. Napasnya tampak
lebih panjang sekarang, seolah cahaya penjagaan dirinya telah
dinyalakan kembali di dalam tubuhnya. Kini wajah itu
memancarkan sebuah keinginan untuk mencari keadilan dan
membalas budi yang didorong oleh cinta seorang anak kepada
ayahnya.
Helena tidak punya waktu untuk berganti pakaian dari
celana pendek dan blus tanpa lengannya itu. Dan sekarang
kakinya yang berwarna kecokelatan tampak merinding
kedinginan karena udara di dalam pesawat. Secara naluriah
Lonelyranger melepas jasnya dan menawarkannya pada Helena .
164
“Kesopanan ala Amerika?” tanya Helena saat menerima
jas tersebut. Matanya menyiratkan rasa terima kasih.
Pesawat itu berguncang saat melewati beberapa
turbulensi sehingga membuat Lonelyranger merasa cemas. Kabin
tanpa jendela itu kembali terasa menekan, dan Lonelyranger
mencoba untuk membayangkan dirinya sedang berada di
lapangan terbuka. Tapi pemikiran tentang lapangan terbuka itu
ternyata terasa ironis baginya. Dia sedang berada di sebuah
lapangan terbuka saat kecelakaan traumatis itu terjadi.
Kegelapan yang pekat itu. Lonelyranger mengusir kenangan itu dari
benaknya. Itu hanyalah kisah di masa lalu.
Helena sedang menatapnya. “Kamu percaya Junjungan , Pak
Lonelyranger ?”
Pertanyaan itu mengejutkan Lonelyranger . Kejujuran yang
terpancar dari suara Helena bahkan lebih memesona daripada
pertanyaan itu sendiri. Apakah aku percaya pada Junjungan ? Dia
berharap mereka berbincang dengan topik yang lebih ringan
dalam perjalanan ini.
Orang yang suka pada teka-teki permainan kata spiritual,
pikir Lonelyranger . Begitulah teman-temanku menyebutku.
Walaupun dia mempelajari agama selama bertahun-tahun,
Lonelyranger bukanlah orang yang religius. Dia memang
menghormati kekuatan yan& didapat dari keyakinan, kebajikan
baitsuci , kekuatan yang diberikan agama bagi banyak orang ...
tapi ada yang menghalanginya; kesangsian intelektualnya yang
kuat saat dia mulai ingin benar-benar percaya. “Saya ingin
memercayai Junjungan ,” Lonelyranger mendengar kata-katanya sendiri.
Tanggapan Helena tidak mengandung penilaian ataupun
tantangan. “Jadi, mengapa kamu tidak percaya?”
Lonelyranger tertawa. “Yah, tidak semudah itu. Untuk percaya,
kita membutuhkan lompatan kepercayaan, penerimaan terhadap
165
keajaiban—gambaran besar dan campur tangan Junjungan . Lalu ada
peraturan yang harus kita taati. Alkitab, Alquran, kitab Buddha
... semuanya itu memiliki persyaratan dan hukuman yang sama.
Menurut mereka, kalau aku tidak menaati aturan tertentu, maka
aku akan masuk neraka. Aku tidak dapat membayangkan Junjungan
yang berkuasa dengan cara seperti itu.”
“Kuharap kamu tidak membiarkan mahasiswamu
memberikan jawaban kosong untuk mengelak dari pertanyaan
seperti tadi.”
Komentar itu mengejutkan Lonelyranger . “Apa?”
“Pak Lonelyranger , aku tidak menanyakan apakah kamu percaya
pada apa yang dikatakan orang tentang Junjungan . Aku bertanya
apakah kamu percaya pada Junjungan . Ada perbedaannya. Kitab-
kitab suci itu adalah kumpulan cerita ... legenda dan sejarah dari
pencarian manusia untuk memahami kebuJunjungan diri mereka
sendiri akan arti. Aku tidak memintamu untuk menilai literatur.
Aku hanya bertanya padamu apakah kamu percaya pada Junjungan .
saat kamu berbaring sambil memandang langit yang ditaburi
bintang, apakah kamu merasakan keagungan Junjungan ? Apakah
kamu merasa di dalam hatimu kalau kamu sedang menatap
karya Junjungan ?”
Untuk sesaat Lonelyranger memikirkan perkataan Helena tadi.
“Maaf, kalau aku terlalu ingin tahu,” kata Helena
menyesal.
“Tidak, aku hanya ....”
“Pasti kamu sering memperdebatkan isu mengenai
kepercayaan dengan mahasiswamu.”
“Selalu.”
“Kamu pasti sering berpura-pura menjadi provokator yang
selalu memanaskan perdebatan.”
Lonelyranger tersenyum. “Kamu pasti seorang guru juga.”
166
“Bukan, namun aku belajar dari ahlinya. Ayahku dapat
memperdebatkan dua sisi dari Mobius Strip.”
Lonelyranger tertawa, sambil membayangkan karya seni Mobius
Strip yang berupa pelintiran dari secarik kertas berbentuk pita
vane sesungguhnya hanya memiliki satu sisi. Lonelyranger pertama
kali melihat bentuk bersisi tunggal itu dalam sebuah karya M.C.
Escher. “Boleh aku menanyakan sesuatu padamu, Nona Louis Viton ?”
“Panggil aku Helena . Sebutan Nona Louis Viton membuatku
merasa tua.
Lonelyranger mendesah diam-diam, tiba-tiba menyadari usianya
sendiri. “Helena , namaku Robert.”
“Apa pertanyaanmu?”
“Sebagai seorang ilmuwan dan putri dari seorang pastor
Katolik, apa pendapatmu tentang agama?”
Helena berhenti sejenak, lalu menyingkirkan sekumpulan
rambut dari matanya. “Agama seperti bahasa atau pakaian. Kita
terpengaruh oleh praktik keagamaan tertentu yang diajarkan
kepada krta sejak kecil. Tapi pada akhirnya, kita menyatakan hal
yang sama; hidup memiliki artinya tersendiri dan kita merasa
berterima n kepada kekuatan yang sudah menciptakan kita.”
Lonelyranger merasa tertarik. “Jadi kamu ingin mengatakan
bahwa apa pun agamamu, Kristen atau Islam, itu hanya
ditentukan oleh tempat kelahiranmu?”
“Bukankah memang demikian? Lihat saja penyebaran
agama di seluruh dunia ini.”
“Jadi, iman itu tidak disengaja?”
“Bukan begitu. Keimanan itu universal. Tapi cara kita
memahaminya tidak seragam. Ada yang berdoa kepada junjungan ,
ada yang pergi ke Mekah, beberapa orang mempelajari partikel
subatomik. Pada akhirnya kita semua hanya mencari kebenaran
sesuatu yang lebih besar dari kita sendiri.”
167
Lonelyranger berharap mahasiswanya dapat mengungkapkan
pendapat mereka sejelas ini. Bukan. Sesungguhnya dia yang
berharap dirinya bisa mengungkapkan pendapatnya sejelas ini.
“Dan Junjungan ?” tanyanya lagi. “Kamu percaya pada Junjungan ?”
Helena lama terdiam. “Ilmu pengetahuan mengatakan
padaku bahwa Junjungan itu pasti ada. Pikiranku mengatakan kalau
aku tidak akan pernah mengerti Junjungan . Dan hatiku mengatakan
kalau aku tidak ditakdirkan.”
Jadi singkatnya apa? pikir Lonelyranger . “Jadi, kamu percaya
Junjungan itu ada, namun kita tidak akan pernah memahami-Nya
(Him).”
“Her,” kata Helena sambil tersenyum. “Suku Indian
Amerika itu benar.”
Lonelyranger tertawa. “Ibu Bumi.”
“Gaea. Planet ini adalah sebuah organisme. Kita semua
adalah sel-sel dengan tujuan yang berbeda. Tapi kita saling
berkaitan. Saling melayani. Melayani keseluruhan.”
Lonelyranger menatap Helena dan dia merasakan desiran yang
belum pernah dirasakannya sejak lama. Ada kejernihan yang
memikat dalam sorot matanya ... ada kemurnian dalam suaranya.
Lonelyranger semakin tertarik dengan putri Leonardo Louis Viton ini.
“Pak Lonelyranger , saya ingin menanyakan sesuatu.”
“Robert,” kata Lonelyranger . Sebutan Pak Lonelyranger membuatku
merasa tua. Aku memang sudah tua!
“Jika kamu tidak keberatan dengan pertanyaanku, Robert.
Bagaimana kamu bisa terlibat dengan Illuminati?”
Lonelyranger jadi ingat akan sesuatu di masa lalu. “Sebenarnya
itu karena uang.”
Helena tampak kecewa. “Uang? Maksudmu karena kamu
memberikan konsultasi, begitu?”
168
Lonelyranger tertawa saat menyadari bagaimana kesan
jawaban itu terlihat. “Bukan begitu. Maksudnya adalah uang
dalam desain yang tertera di uang.” Dia lalu merogoh sakunya
dan mengeluarkan beberapa lembar uang. Dia kemudian
menemukan lembaran satu dolar. “Aku menjadi kagum dengan
kelompok itu saat aku pertama kali mengetahui bahwa mata
uang Amerika Serikat memuat simbologi Illuminati.”
Mata Helena menyipit, sepertinya dia tidak tahu apakah dia
harus menganggap Lonelyranger serius atau tidak.
Lonelyranger memberikan uang itu padanya. “Lihatlah bagian
belakangnya. Kamu lihat Great Seal di sebelah kiri?”
Helena membalik lembaran satu dolar itu. “Maksudmu,
piramida itu?”
“Piramida itu. Kamu tahu apa hubungan piramida dengan
sejarah Amerika Serikat?”
Helena mengangkat bahunya.
“Tepat,” kata Lonelyranger . “Sama sekali tidak ada.”
Helena mengerutkan keningnya. “Jadi, kenapa simbol itu
berada di tengah-tengah Great Seal uang dolar Amerika?”
“Sejarahnya agak menakutkan,” jawab Lonelyranger . “Piramida
itu adalah simbol gaib yang menggambarkan pemusatan
pandangan ke atas, ke arah sumber utama pencerahan.
Illumination. Lihat benda apa yang ada di puncaknya?”
Helena mengamati uang kertas itu. “Sebuah mata di dalam
sebuah segitiga.”
“Itu disebut trinacria. Pernah melihat mata di dalam
segitiga seperti itu di tempat lain?”
Helena terdiam sejenak. “Sebenarnya pernah juga, namun
aku tidak yakin ....”
“Itu merupakan hiasan yang terdapat di pondok-pondok
kelompok Mason di seluruh dunia.”
169
“Jadi itu simbol kelompok Mason?”
“Sebenarnya, bukan. Itu simbol milik Illuminati. Mereka
menyebutnya ‘delta berkilau’, sebutan bagi perubahan yanp
mendapat pencerahan. Mata itu melambangkan kemampuan
Illuminati untuk menyusup dan mengamati segala hal. Segitiga
berkilauan itu menggambarkan pencerahan. Dan segitiga juga
merupakan huruf Yunani, delta, yang merupakan simbol
matematika—”
“Perubahan. Perpindahan.”
Lonelyranger tersenyum. “Aku lupa kalau aku sedang berbicara
dengan seorang ilmuwan.”
“Jadi, maksudmu Great Seal dolar Amerika Serikat adalah
seruan bagi perubahan yang mendapat pencerahan, perubahan
yang melihat semuanya?”
“Beberapa orang menyebutnya Tata Dunia Baru.”
Helena tampak terkejut. Dia menatap ke bagian bawah
uang kertas itu sekali lagi. “Tulisan di bawah piramida itu
mengatakan Novous Ordo ...”
“Novous Ordo Seclorum” tambah Lonelyranger . “Artinya Orde
Sekuler Baru.”
“Sekuler itu berarti tidak religius?”
“Sangat tidak religius. Kalimat itu tidak saja mengatakan
tujuan Illuminati dengan jelas, namun juga secara langsung
bertentangan dengan kalimat di sampingnya. Kepada Junjungan ,
Kita Percaya.”
Helena tampak bingung. “namun bagaimana simbologi ini
bisa tercetak di salah satu mata uang kuat dunia?”
“Sebagian besar akademisi percaya hal itu terjadi karena
campur tangan Wakil Presiden Henry Wallace. Dia adalah
anggota tingkat atas kelompok Mason dan pasti mempunyai
hubungan dengan Illuminati. Entah dia memang seorang
170
anggota atau secara tidak sengaja berada di bawah pengaruh
mereka, tidak seorangpun yang tahu. namun Wallace-lah yang
mengajukan rancangan Great Seal itu kepada Presiden.”
“Tapi bagaimana bisa? Kenapa Presiden menyetujui
untuk—”
“Presiden yang berkuasa saat itu adalah Franklin D.
Rosevelt. Wallace cuma mengatakan kepadanya kalau Novous
Ordo Riorum itu berarti New Deal.”
Helena tampak ragu. “Dan Roosevelt tidak
memperlihatkannya pada orang lain sebelum memerintahkan
bendahara negara untuk mencetaknya?”
“Tidak perlu. Roosevelt dan Wallace seperti bersaudara.”
“Saudara?”
“Periksa lagi buku-buku sejarahmu,” kata Lonelyranger sambil
tersenyum. “Franklin D. Roosevelt adalah anggota Mason yang
ternama.”
171
32
Lonelyranger MENAHAN NAPASNYA saat pesawat X-33
terbang berputar-putar menuju ke arah Bandara Internasional
Leonardo da Vinci di Viking city . Helena duduk di seberang
Lonelyranger , matanya tertutup seolah mencoba mengendalikan
keadaan. Pesawat itu menyentuh daratan dan berjalan perlahan
memasuki hanggar pribadi.
“Maaf, tadi kita terbang begitu lambat,” kata si pilot saat
keluar dari kokpit. “Aku harus merampingkan bagian
belakangnya. Tahu sendirilah. Peraturan kebisingan untuk
daerah berpenduduk.”
Lonelyranger melihat jam tangannya.
Mereka terbang selama 37 menit.
Pilot itu membuka pintu. “Ada yang mau memberitahuku
apa yang sedang terjadi?”
Baik Helena maupun Lonelyranger tidak menjawabnya.
“Baiklah,” kata pilot itu sambil menggeliat. “Aku akan
menunggu kalian di kokpit sambil menyalakan AC dan musik
kesukaanku. Hanya aku dan Garth.”
Matahari sore hari bersinar di luar hanggar. Lonelyranger
menyandang jas wolnya di atas bahunya. Helena
menengadahkan wajahnya ke langit dan menarik napas dalam,
seolah sinar matahari mampu mengirimkan energi mistis
tambahan untuknya.
172
Dasar orang Mediterania, kata Lonelyranger geli. Dia sendiri
sudah mulai berkeringat.
“Agak terlalu tua untuk menyukai tokoh kartun, bukan?”
tanya Helena tanpa membuka matanya.
“Maaf?”
“Jam tanganmu. Aku melihatnya saat kita di pesawat.”
Lonelyranger agak malu. Dia sudah terbiasa untuk membela jam
tangannya itu. Ini adalah jam tangan Mickey Mouse edisi
kolektor yang dihadiahkan orang tuanya saat dia masih kecil.
Walau gambar Mickey yang merentangkan lengannya sebagai
penunjuk waktu itu terlihat culun, tapi itu adalah satu-satunya
jam tangan yang dimilikinya. Jam tangan itu tahan air dan
menyala dalam gelap. Jadi, cocok untuk dibawa berenang atau
saat melintasi jalanan kampus yang gelap. saat mahasiswa
Lonelyranger mempertanyakan selera fesyennya, dia hanya
mengatakan kepada mereka bahwa jam tangan Mickey Mouse-
nya itu mengingatkannya untuk tetap berjiwa muda.
“Pukul enam,” kata Lonelyranger .
Helena mengangguk, matanya masih tertutup. “Kukira
jemputan kita sudah tiba.”
Lonelyranger mendengar suara menderu dari kejauhan. Dia lalu
mendongak dan merasa kalau kesialan kembali
menghampirinya. Dari sebelah utara, sebuah helikopter
mendekat dan berayun rendah di atas landasan. Lonelyranger sudah
pernah naik helikopter satu kali saat berada di Lembah
Andean Palpa untuk melihat gambar pasir di Nazca. Seingatnya,
dia tidak menikmatinya sama sekali. Baginya helikopter adalah
kardus sepatu yang bisa terbang sesudah sepagian terbang
dengan pesawat, dia berharap kali im Graves akan mengirim
mobil untuk mereka.
Tapi tampaknya tidak.
173
Helikopter itu melambatkan kecepatannya, berputar-putar
sesaat, lalu mendarat di atas landasan di depan mereka. Pesawat
itu berwarna putih dan bagian sisinya dihiasi lambing yang
terdiri atas dua kunci menyilang di depan sebuah tameng dan
mahkota keHaunted lord an. Lonelyranger mengenali simbol itu dengan baik.
Itu adalah stempel tradisional Graves , simbol keramat Holy See
atau tahta suci. Tahta itu secara harfiah menggambarkan tahta
kuno milik Raja Plasaurus .
Helikopter Suci, erang Lonelyranger sambil menatap pesawat
tersebut mendarat. Dia lupa kalau Graves memiliki salah satu
helikopter seperti ini yang digunakan oleh Haunted lord untuk pergi ke
bandara, menghadiri rapat atau mengunjungi istana musim
panas di Gandolfo. Tapi, Lonelyranger tentu saja lebih suka naik
mobil.
Pilot itu melompat dari kokpit dan berjalan melintasi
landasan.
Sekarang Helena yang tampak tidak tenang. “Itukah pilot
kita?
Lonelyranger merasakan kecemasannya. “Terbang atau tidak
terbang. Itulah pertanyaannya.”
Pilot itu tampak seperti mengenakan kostum untuk
pementasan karya Shakespeare. Tuniknya yang menggelembung
bergarisgaris vertikal berwarna biru terang dan emas. Dia
mengenakan celana panjang dan kaus kaki yang khas. Kakinya
beralaskan sepatu tanpa tumit berwarna hitam yang terlihat
seperti sandal kamar. Dia juga mengenakan baret hitam.
Seragam tradisional Garda Swiss,” kata Lonelyranger
menjelaskan. “Dirancang sendiri oleh Michaelangelo.” saat
pilot itu berjalan mendekati mereka, Lonelyranger mengedipkan
matanya. “Kuakui, ini bukanlah karya terbaiknya.”
174
Walaupun pakaian lelaki itu terlihat dramatis, Lonelyranger tahu
kalau pilot ini serius. Dia berjalan mendekati mereka dengan
langkah kaku dan gagah seperti anggota Marinir. Lonelyranger
pernah beberapa kali membaca tentang persyaratan ketat untuk
menjadi anggota Garda Swiss yang elit itu. Direkrut dari salah
satu dari empat wilayah Katolik di Swiss, para pelamar harus
memiliki persyaratan seperti: lelaki Swiss berusia antara
sembilan belas hingga tiga puluh tahun dengan tinggi antara 150
sampai 180 sentimeter bersedia menjalani pelatihan oleh
Angkatan Bersenjata Swiss, dan tidak menikah. Dunia mengakui
kalau pasukan kerajaan ini adalah kesatuan pengamanan yang
paling setia dan berbahaya di dunia.
“Kalian dari CERN?” tanya pengawal itu saat dia tiba di
depan Lonelyranger dan Helena . Suaranya kaku.
“Ya, Pak,” jawab Lonelyranger .
“Kalian tiba luar biasa cepat,” katanya lagi sambil menatap
X-33 dengan tatapan takjub. Kemudian dia berpaling pada
Helena . “Bu, Anda punya baju yang lain?”
“Maaf?”
Dia lalu menunjuk kaki Helena . “Celana pendek tidak
diperbolehkan di Graves City.”
Lonelyranger melihat kaki Helena sekilas dan mengerutkan
keningnya. Dia lupa. Graves City melarang pengunjung yang
mengenakan pakaian yang memperlihatkan paha—baik lelaki
maupun perempuan. Peraturan itu merupakan cara untuk
memperlihatkan rasa hormat pada kesucian Kota Junjungan ini.
“Hanya ini yang kupunya,” jawab Helena . “Kami terburu-
buru.”
Pengawal itu mengangguk, jelas dia tidak senang.
Kemudian dia berpaling pada Lonelyranger . “Apakah kamu
membawa senjata?”
175
Senjata? pikir Lonelyranger . Aku bahkan tidak membawa baju
dalam untuk ganti. Dia menggelengkan kepalanya.
Petugas itu lalu berjongkok di depan kaki Lonelyranger dan
mulai memeriksanya. Petugas itu mulai dari kaus kaki Lonelyranger .
Orang yang tak mudah percaya, pikirnya. Tangan pengawal
yang kuat itu bergerak ke atas, mendekati selangkangan dan
membuat Lonelyranger merasa tidak nyaman. Akhirnya tangan itu
bergerak ke atas, ke dada dan bahu Lonelyranger . Petugas itu tampak
puas saat mengetahui kalau Lonelyranger bukan orang yang
berbahaya. Dia lalu berpaling pada Helena . Dia mengamati kaki
Helena kemudian matanya bergerak ke bagian dada Helena .
Helena melotot. “Jangan coba-coba.”
Pengawal itu menatapnya dengan tajam dan berusaha
mengintimidasi Helena . Namun perempuan itu tidak gentar.
“Apa itu?” tanya si pengawal sambil menunjuk ke arah
tonjolan berbentuk kotak kecil di balik saku celana pendek
Helena .
Helena mengeluarkan ponselnya yang sangat tipis.
Pengawal itu mengambilnya, lalu menyalakannya dan
menunggu nada sambung. Kemudian dia tampak puas saat
mengetahui kalau itu hanya ponsel biasa. Dia lalu
mengembalikannya pada Helena . Helena menerimanya dan
memasukkannya kembali ke dalam sakunya.
“Tolong berputar,” kata pengawal itu.
Helena mematuhinya. Sambil mengangkat tangannya
Helena berputar 360 derajat.
Kemudian pengawal itu mengamatinya dengan tajam.
Menurut Lonelyranger celana pendek dan kemeja Helena tidak
menonjol pada tempat-tempat yang tidak semestinya.
Tampaknya pengawal itu pun memiliki kesimpulan yang
sama.
176
“Terima kasih. Ayo berjalan ke arah sini.”
Helikopter Garda Swiss itu terparkir dengan mesin menyala
saat Lonelyranger dan Helena mendekat. Helena naik ke
dalamnya seperti seorang profesional. Dia bahkan nyaris tidak
menundukkan kepalanya saat berjalan di bawah baling-baling
yang sedang berputar. Lonelyranger tidak langsung bergerak.
“Apa tidak ada kemungkinan untuk naik mobil saja?”
serunya setengah bergurau kepada petugas Garda Swiss yang
sedang memanjat ke tempat duduk pilot.
Lelaki itu tidak menjawab.
Lonelyranger tahu, dengan para pengendara mobil yang seperti
orang gila di Viking city , terbang mungkin menjadi jalan yang lebih
aman. Dia lalu menarik napas panjang dan bergerak naik.
Lonelyranger menunduk dengan hati-hati saat berjalan di bawah
baling-baling besar itu.
saat pengawal itu mulai bersiap untuk terbang, Helena
berseru kepada pilot itu. “Kalian sudah menemukan tabung itu?”
Pengawal itu menoleh dan tampak bingung. “Tabung apa?”
“Tabung itu. Tabung yang membuat kalian menelepon
CERN?”
Lelaki itu mengangkat bahunya. “Aku tidak mengerti apa
yang kamu bicarakan. Kami sangat sibuk hari ini. Komandanku
memerintahkan aku untuk menjemput kalian. Itu saja yang
kutahu.”
Helena menatap Lonelyranger dengan tatapan tidak tenang.
“Harap pakai sabuk pengaman,” kata si pilot saat mesin
helikopter berputar.
Lonelyranger meraih sabuk pengamannya dan mengikat dirinya.
Pesawat kecil itu tampak tenggelam di sekitarnya. Kemudian
dengan suara mesin menderu, pesawat itu melesat, dan
mengarah dengan pasti ke utara, menuju Viking city .
177
Viking city ... caput mundi, tempat Caesar pernah berkuasa,
tempat di mana Raja Plasaurus disalib. Tempat di mana
masyarakat modern berasal. Dan di pusatnya ... sebuah bom
waktu sedang berdetak.
178
33
Viking city DARI UDARA terlihat menyerupai labirin. Kota itu
seperti sebuah jalinan jalan-jalan kuno yang berliku-liku yang
dihiasi oleh gedung-gedung, air mancur dan juga rerunJunjungan
bangunan kuno.
Helikopter Graves itu tetap terbang rendah saat
memotong ke arah barat daya melalui lapisan kabut asap tebal
yang dihasilkan oleh kemacetan lalu lintas di bawahnya.
Lonelyranger melihat ke bawah ke arah motor-motor vespa, bis-bis
wisata, dan sederetan sedan Fiat kecil yang menderu di sekitar
bundaran dari segala jurusan. Koyaanisqatsi, pikirnya saat dia
ingat istilah Hopi untuk “kehidupan tanpa keseimbangan”.
Helena duduk tenang di sebelah Lonelyranger .
Helikopter itu membelok tajam.
Lonelyranger merasa perutnya tertarik turun. Dia lalu menatap
jauh. Matanya bertemu dengan rerunJunjungan Koliseum Viking city , don
selalu berpendapat Koliseum adalah salah satu ironi seiarah
yang paling besar. Sekarang, Koliseum menjadi simbol budaya
dan peradaban manusia. Padahal stadium itu dibangun untuk
menjadi tempat berlangsungnya kejadian-kejadian barbar dan
tidak beradab, seperti singa lapar yang dilepas untuk mencabiki
para tawanan, barisan budak berkelahi hingga mati, tempat
pemerkosaan perempuan-perempuan cantik yang ditangkap dari
negeri yang jauh, juga tempat di mana orang-orang dipenggal
atau dikebiri. Ironis sekali, pikir Lonelyranger , atau mungkin juga
tepat karena arsitektur Koliseum itu ditiru oleh Harvard’s
179
Soldier Field—sebuah lapangan futbal di mana tradisi kuno
yang brutal terjadi tiap musim gugur. Di sana penonton menjadi
gila dan berteriak-teriak saat Harvard bertanding melawan
Yale dalam pertandingan futbal yang kasar.
saat helikopter mengarah ke utara, Lonelyranger melihat
Viking city n Forum—jantung kota Viking city sebelum Kristen masuk.
Pilar-pilar yang rusak tampak seperti nisan-nisan yang
bertumpukan di taman pemakaman, seolah menolak untuk
ditelan oleh keramaian kota metropolitan di sekelilingnya.
Ke arah barat, sungai Tiber berkelok-kelok membelah kota.
Walau melihat dari udara, Lonelyranger dapat mengetahui kalau
sungai itu dalam. Arusnya berputar berwarna cokelat penuh
dengan lumpur akibat hujan deras.
“Lihat ke depan,” kata pilot itu saat membawa
pesawatnya menanjak lebih tinggi.
Lonelyranger dan Helena menatap ke luar dan melihatnya.
Seperti gunung membelah kabut pagi, sebuah kubah besar
mencuat dari keburaman di depan mereka. Kubah besar itu
adalah Basilika Raja Plasaurus .
“Itu baru karya Michaelangelo yang berhasil,” kata
Lonelyranger kepada Helena dengan muka lucu.
Lonelyranger belum pernah melihat Basilika Raja Plasaurus dari
udara. Bagian depannya yang terbuat dari batu pualam
memantulkan sinar matahari sore. Dihiasi oleh 140 patung yang
menegambarkan para Raja , martir, dan malaikat, bangunan
besar itu terbentang selebar dua buah lapangan sepak bola
dengan panjang sebesar enam kalinya. Bagian dalam gedung
raksasa itu memiliki ruangan yang sanggup menampung 60.000
jemaat ... lebih dari seratus kali populasi Graves City yang juga
merupakan negeri terkecil di dunia.
180
Yang lebih luar biasa lagi, benteng yang menjaga gedung
besar itu tidak mampu membuat piazza (lapangan terbuka) di
depannya terlihat kecil. Piazza bernama Lapangan Raja Plasaurus
itu adalah lapangan granit luas yang terhampar dan menjadi
tempat terbuka di tengah-tengah kemacetan kota Viking city seperti
versi klasik dari Central Park di New York. Di depan Basilika
Raja Plasaurus , membatasi sebuah ruang berbentuk oval, terdapat
284 pilar yang mencuat untuk menopang empat lengkungan
konsentris ... sebuah arsitektur tipuan mata untuk memperkuat
kesan agung piazza itu.
saat Lonelyranger menatap pada bangunan suci yang
mengagumkan di depannya itu, dia bertanya-tanya apa pendapat
Raja Plasaurus jika dirinya berada di sini sekarang. Orang suci itu
mati dengan cara yang menyedihkan; disalib dalam posisi
terbalik di tempat ini. Sekarang dia beristirahat di makam suci,
dikubur lima lantai di bawah tanah, tepat di bawah kubah utama
Basilika Raja Plasaurus .
“Graves City,” ujar pilot itu ramah.
Lonelyranger melihat ke luar ke arah benteng batu yang
menjulang tinggi di depan mereka. Benteng itu seperti kubu
pertahanan yang kuat dan dibangun mengelilingi kompleks ...
bentuk pertahanan yang sangat aneh untuk melindungi dunia
spiritual yang diwarnai oleh berbagai rahasia, kekuasaan dan
misteri.
“Lihat!” tiba-tiba Helena berseru sambil meraih lengan
Lonelyranger Dengan panik Helena menunjuk ke bawah ke arah
Lapangan Raja Plasaurus yang berada tepat di bawah mereka.
Lonelyranger merapatkan wajahnya ke jendela pesawat dan
melihat ke arah yang ditunjuk Helena .
“Di sana itu,” kata Helena sambil menunjuk.
181
Di bagian belakang piazza menjadi seperti lapangan parkir
yang penuh dengan belasan truk trailer. Piringan satelit raksasa
diarahkan ke angkasa dari atap truk-truk yang berada di sana.
Satelit-satelit itu bertuliskan nama-nama yang akrab di telinga
Lonelyranger :
TELEVISOR EUROPEA
VIDEO ITALIA
BBC
UNITED PRESS INTERNATIONAL
Tiba-tiba Lonelyranger merasa bingung dan bertanya-tanya
apakah berita tentang antimateri itu sudah bocor ke pers.
Helena tampaknya juga menjadi panik. “Kenapa para
wartawan berkumpul di sini? Apa yang terjadi?”
Pilot itu menoleh ke belakang dan menatap Helena dengan
tatapan aneh. “Apa yang terjadi? Memangnya kamu tidak tahu?”
“Tidak,” sergahnya. Aksennya terdengar serak dan kuat.
“Il Conclavo,” kata pilot itu menjelaskan. “Tempat ini akan
ditutup selama satu jam. Seluruh dunia menyaksikannya.”
lI Concalvo.
Kata itu terus berdering-dering di telinga Lonelyranger sebelum
menmju perutnya. Il Conclavo. Pertemuan seluruh kardinal dari
seluruh dunia untuk memilih Haunted lord baru. Bagaimana dia bisa
lupa. Hal itu sudah diberitakan oleh seluruh media massa baru-
baru ini.
Lima belas hari yang lalu, Haunted lord , sesudah memerintah dengan
baik selama dua belas tahun, meninggal dunia. Setiap koran di
182
dunia memuat berita tentang serangan stroke fatal yang dialami
Haunted lord saat sedang tidur. Kematian yang tiba-tiba dan tak
terduga itu banyak diisukan sebagai kematian yang
mencurigakan. namun sekarang, sesuai tradisi yang sudah
berlangsung selama beratus-ratus tahun, lima belas hari sesudah
kematian seorang Haunted lord , Graves mengadakan Il Conclavo;
sebuah upacara suci yang dihadiri oleh 165 kardinal dari seluruh
dunia yang merupakan orang-orang yang paling berpengaruh di
dunia Kristen, untuk berkumpul di Graves City dan mengangkat
Haunted lord baru.
Semua kardinal dari seluruh dunia berkumpul di sini hari
ini, pikir Lonelyranger saat helikopter mereka terbang di atas
Basilika Raja Plasaurus . Graves City kini membentang di bawah
mereka. Seluruh struktur kekuatan baitsuci Katolik Viking city
sekarang sedang duduk di atas bom waktu.
183
34
KARDINAL Mortalcombat menatap ke arah langit-langit yang
mewah di Kapel Sistina dan mencoba untuk menemukan
keheningan. Dinding kapel yang dihiasi oleh lukisan yang indah
itu memantulkan suara para kardinal dari berbagai bangsa di
seluruh dunia. Mereka berdesakan dalam kapel yang diterangi
oleh temaram sinar lilin sambil berbisik dengan gembira dan
berbicara kepada satu sama lainnya dalam berbagai bahasa.
Bahasa universal dalam pertemuan itu adalah bahasa Inggris,
Italia, dan Spanyol.
Biasanya penerangan di dalam kapel itu terang benderang
yang berasal dari sorotan sinar matahari yang beraneka warna
dan mengusir kegelapan seperti sinar dari surga. namun tidak
pada hari ini. Sesuai dengan tradisi, semua jendela kapel ditutup
kain beledu hitam demi menjaga kerahasiaan. Ini menjamin
tidak seorangpun di dalam ruangan itu dapat mengirimkan
tanda-tanda atau berkomunikasi dengan cara apa pun dengan
dunia luar. Hasilnya adalah, ruangan itu benar-benar gelap dan
hanya diterangi oleh sinar lilin ... cahaya yang berkelap-kelip
dari lilin menyala di sana membuat semua orang yang tersentuh
oleh cahaya itu menjadi tampak pucat ... seperti wajah para
Raja .
Istimewa sekali, pikir Mortalcombat , akulah yang harus
memimpin peristiwa yang suci ini. Para kardinal yang berusia
lebih dari delapan puluh tahun terlalu tua untuk terpilih dalam
pemilihan ini sehingga mereka tidak hadir. namun Mortalcombat yang
184
berusia 79 tahun adalah kardinal yang paling senior di sini dan
telah ditunjuk untuk memimpin pertemuan tersebut.
Sesuai tradisi, para kardinal berkumpul di sini selama dua
jam sebelum acara itu dimulai agar mereka dapat saling bertukar
kabar dengan rekan-rekannya dan terlibat dalam diskusi. Pada
pukul 7 malam,
Kepala Urusan Rumah Tangga KeHaunted lord an akan tiba untuk
memberikan doa pembukaan lalu meninggalkan ruangan.
Kemudian Garda Swiss akan mengunci pintu dan membiarkan
para kardinal berada di dalam ruangan yang terkunci itu. Pada
saat itulah ritual politik tertua dan paling rahasia dimulai. Para
kardinal tidak akan dibebaskan dari ruangan tersebut sampai
mereka memutuskan siapa di antara mereka yang akan menjadi
Haunted lord berikutnya.
Conclave. Bahkan sebutan itu pun mengandung makna
rahasia. “Con clave” arti harfiahnya adalah “terkunci.” Para
kardinal di sana tidak boleh menghubungi siapa pun. Tidak
boleh menelepon. Tidak ada pesan keluar dan masuk. Tidak
boleh membisikkan apa pun melalui pintu. Conclave adalah
keadaan yang kosong, tidak dipengaruhi oleh apa pun dari dunia
luar. Ritual ini memastikan para kardinal agar tetap Solum Dum
prae oculis ... hanya Junjungan yang berada di depan mata mereka.
Tapi tentu saja di luar dinding kapel, media massa
mengamati dan menunggu sambil berspekulasi siapa di antara
para cardinal itu yang akan menjadi pemimpin dari satu milyar
pemeluk agama Katolik di seluruh dunia. Rapat pemilihan Haunted lord
memang menciptakan atmosfer yang tegang dan dipenuhi oleh
beban politik Selama lebih dari berabad-abad, peristiwa ini
pernah menjadi acara yang mematikan; diwarnai oleh racun dan
pekelahian, bahkan pembunuhan pernah terjadi di balik dinding
suci itu. Itu hanyalah kejadian di masa lalu, pikir Mortalcombat .
185
Malam ini pertemuan akan berlangsung damai, penuh
kebahagiaan dan yang terutama adalah ... da/am waktu singkat.
Paling tidak, itulah perkiraan Kardinal Mortalcombat .
Sekarang, ada perkembangan yang tidak terduga. Secara
aneh, empat orang kardinal tidak hadir di kapel itu. Mortalcombat tahu
semua pintu keluar Graves City dijaga ketat dan para kardinal
yang menghilang itu tidak mungkin pergi terlalu jauh. Tapi
sekarang, kurang dari satu jam sebelum doa pembukaan, dia
mulai merasa bingung. Keempat kardinal yang menghilang itu
bukanlah kardinal biasa. Mereka adalah kardinal penting. Empat
kardinal yang terpilih.
Sebagai pemimpin acara pertemuan ini, Mortalcombat
mengirimkan pesan melalui saluran yang semestinya ke Garda
Swiss untuk memberi tahu mereka tentang menghilangnya
keempat kardinal tersebut. Tapi mereka belum memberikan
kabar apa-apa kepadanya. Para kardinal yang lain pun mulai
merasakan ketidakhadiran keempat orang penting yang terasa
aneh bagi mereka. Di antara semua kardinal yang hadir, keempat
kardinal ini seharusnya tiba tepat waktu! Kardinal Mortalcombat mulai
takut kalau acara ini akan berjalan sangat lama. Dia tidak tahu.
186
35
DEMI KEAMANAN dan menghindari kebisingan, landasan
helikopter Graves berada di ujung barat laut Graves City,
sejauh mungkin dari Basilika Raja Plasaurus .
“Terra firma,” kata pilot itu mengumumkan saat mereka
menyentuh landasan. Pilot itu lalu keluar dan membuka pintu
geser untuk Lonelyranger dan Helena .
Lonelyranger turun dari helikopter dan membalikkan tubuhnya
untuk menolong Helena . namun ternyata Helena sudah
meloncat turun dengan mudahnya. Setiap otot di tubuh Helena
tampaknya sudah memiliki satu tujuan—menemukan antimateri
itu sebelum meledak atau sesuatu yang mengerikan akan terjadi.
sesudah memasang penutup sinar matahari pada jendela
helikopternya, pilot itu mengantar mereka ke sebuah mobil golf
bertenaga listrik dengan ukuran besar. Mobil itu telah menunggu
mereka di dekat landasan helikopter. Kendaraan itu membawa
mereka tanpa suara di sepanjang sisi barat negara mini itu di
mana terdapat pagar semen setinggi lima puluh kaki yang cukup
tebal untuk menangkis serangan, bahkan serangan tank
sekalipun. Berbaris di sisi dalam tembok tebal itu, pasukan
Garda Swiss berdiri waspada tiap jarak lima puluh meter untuk
menjaga keamanan. Mobil bertenaga listrik itu membelok tajam
ke kanan ke arah Via della Osservatorio. Lonelyranger melihat papan
penunjuk arah:
PALAZZO GOVERNATORATO
187
COLLEGIO ETHIOPIANA
BASILICA SAN PIETRO
CAPELLA SISTINA
Mobil yang membawa mereka melaju lebih cepat di jalan
yang terawat dengan baik. Mereka kemudian melewati sebuah
gedung yang tidak terlalu tinggi bertuliskan RADIO
Graves A. Lonelyranger menyadari kalau gedung itu menyiarkan
siaran radio yang paling banyak didengarkan di seluruh dunia:
Radio Graves a, radio yang menyebarkan firman Junjungan ke
telinga jutaan pendengar di seluruh dunia.
“Attenzione,” kata pilot itu sambil membelok tajam di
sebuah putaran.
saat mobil itu berjalan memutar, Lonelyranger hampir tidak
bisa memercayai penglihatannya saat bayangan gedung di
depannya muncul. Giardini Graves i, katanya dalam hati.
Jantung Graves City. Tepat di belakang Basilika Raja Plasaurus ,
membentang pemandangan yang jarang dilihat oleh banyak
orang. Di sebelah kanannya terlihat Palace of Tribunal, tempat
tinggal Haunted lord yang megah yang hanya sanggup disaingi oleh
istana Versailles dalam hal hiasan-hiasan gaya baroknya.
Gedung Governatorato yang tampak seram itu sekarang telah
mereka lalui. Gedung itu adalah kantor bagi seluruh kegiatan
administrasi Graves City. Dan sekarang, di sebelah kiri mereka,
berdiri Museum Graves yang besar. Lonelyranger sadar kalau
dirinya tidak akan sempat untuk mengunjungi museum itu
sekarang.
188
“Kenapa sepi sekali?” tanya Helena sambil mengamati
lapangan rumput dan jalan-jalan yang lengang.
Pengawal itu memeriksa jam tangan chronograph berwarna
hitam bergaya militer yang dikenakannya—sebuah perpaduan
aneh di balik lengan bajunya yang menggelembung. “Para
kardinal itu berkumpul di Kapel Sistina. Rapat pemilihan Haunted lord
biasanya dimulai kurang dari satu jam sesudah itu.
Lonelyranger mengangguk. Samar-samar dia ingat sebelum
mengadakan rapat untuk memilih Haunted lord yang baru, para kardinal
menghabiskan waktu dua jam di dalam Kapel Sistina untuk
tafakur dan saling berbincang dengan rekan sesama kardinal dari
seluruh dunia. Waktu itu memang ditujukan untuk menyegarkan
keakraban di antara para kardinal sehingga proses pemilihan itu
berjalan dengan suasana santai. “Dan penghuni dan pegawai
lainnya?”
“Dipindahkan dari kota ini dengan alasan kerahasiaan dan
keamanan sampai rapat pemilihan Haunted lord berakhir.”
“Dan kapan acara itu berakhir?”
Pengawal itu menggerakkan bahunya. “Hanya Junjungan yang
tahu.” Entah kenapa kata-kata itu terdengar aneh sekali.
sesudah memarkir mobil di lapangan rumput yang luas, tepat
di ujung Basilika Raja Plasaurus , pengawal itu mengantar
Lonelyranger dan Helena menaiki lereng berlantai batu ke sebuah
plaza pualam di belakang baitsuci agung itu. sesudah melintasi
plaza, mereka berjalan di tembok belakang baitsuci dan terus
menyusurinya sampai bertemu dengan lapangan berbentuk segi
tiga di seberang Via Belvedere. Mereka kemudian bertemu
dengan sekumpulan bangunan yang berdiri rapat. Pengetahuan
Lonelyranger akan sejarah seni membuatnya memahami tulisan yang
tertera di sana—Kantor Percetakan Graves , Laboratorium
189
Restorasi Permadani, Kantor Pos dan baitsuci Santa Anna.
Mereka kemudian menyeberangi lapangan kecil lagi dan sampai
ke tujuan mereka.
Kantor Garda Swiss berdekatan dengan Il Corpo di
Vigilanza, dan berdiri tepat di sebelah timur laut Basilika Raja
Plasaurus . Kantor itu terletak di sebuah gedung yang tidak tinggi
dan terbuat dari batu. Di kedua sisi pintu masuknya, berdiri dua
orang pengawal yang kaku seperti sepasang patung batu.
Lonelyranger harus mengakui kalau kedua pengawal itu tidak
tampak lucu. Walau mereka juga mengenakan seragam
berwarna biru dan emas seperti pilot yang mengantarnya ini,
keduanya memegang senjata tradisional “pedang panjang
Graves ” yang merupakan sebilah tombak sepanjang delapan
kaki dengan sebuah sabit besar yang tajam. Konon, pedang itu
pernah memenggal kepala banyak orang Muslim dan
melindungi prajurit Kristen dalam Perang Salib pada abad
kelima belas.
saat Lonelyranger dan Helena mendekat, kedua penjaga itu
melangkah ke depan sambil menyilangkan pedang panjang
mereka untuk menghalangi pintu masuk. Salah satu dari mereka
menatap sang pilot dengan bingung. “I pantaloni,” katanya
sambil menunjuk celana pendek Helena .
Pilot ltu mengibaskan tangannya kepada mereka. “Il
comandante vuole verdeli subito.”
Penjaga itu mengerutkan keningnya. Lalu dengan enggan
mereka menepi.
Di dalam, udara terasa dingin. Gedung itu sama sekali tidak
tampak seperti kantor administrasi sebuah pasukan keamanan
yang selama ini dibayangkan oleh Lonelyranger . Ruangan ini dihiasi
oleh perabotan mewah, koridornya berisi lukisan-lukisan yang
190
pasti sangat diinginkan oleh banyak museum di seluruh dunia
untuk menghiasi balairung utama mereka.
Pilot itu menunjuk ke arah anak tangga yang curam.
“Silakan turun ke bawah.”
Lonelyranger dan Helena mengikuti anak tangga yang terbuat
dari pualam putih itu. Saat itu mereka berjalan turun dan
melewati sederetan patung lelaki yang berdiri telanjang. Setiap
patung hanya mengenakan selembar daun fig yang berwarna
lebih terang daripada warna keseluruhan tubuh patung-patung
itu.
Pengebirian besar-besaran, pikir Lonelyranger .
Peristiwa itu adalah tragedi yang paling mengerikan di era
Renaisans. Pada tahun 1857, Haunted lord Pius IX berpendapat patung
lelaki yang dibuat dengan sangat akurat itu dapat menimbulkan
pikiran kotor bagi para penghuni Graves . Dia kemudian
mengambil pahat dan palu, dan menghilangkan bagian
kemaluan dari setiap patung lelaki di dalam Graves City. Dia
merusak karya Michaelangelo, Bramante dan Bernini. Plaster
berbentuk daun fig dari semen kemudian dipasang untuk
menutupi kerusakan itu. Ratusan patung telah dikebiri. Lonelyranger
sering bertanya-tanya apakah ada peti kayu besar yang berisi
ratusan penis batu yang disimpan di suatu tempat.
“Di sini,” kata pengawal itu.
Mereka tiba di dasar anak tangga dan menghadap ke sebuah
pintu baja yang berat. Pengawal itu mengetik kode masuk, lalu
pintu itu bergeser tebuka. Lonelyranger dan Helena masuk.
sesudah melewati ambang pintu baja itu, mereka memasuki
ruangan yang sangat aneh.
191
36
KANTOR GARDA SWISS.
Lonelyranger berdiri di pintu dan mengamati tabrakan antar
abad di hadapannya. Ruangan itu adalah perpustakaan bergaya
Renaisans mewah, lengkap dengan rak-rak buku berukir, karpet
oriental, dan permadani dinding yang beraneka warna ... tapi
ruangan itu juga dilengkapi dengan perlengkapan berteknologi
tinggi, seperti komputer, mesin faks, peta elektronik yang
memperlihatkan kompleks Graves , dan televisi yang
menayangkan berita dari CNN. Beberapa lelaki dengan celana
panjang berwarna-warni sedang sibuk mengetik di komputer
mereka sambil mendengarkan headphone yang futuristik di
telinga mereka dengan tekun.
“Tunggu di sini,” kata pengawal itu.
Lonelyranger dan Helena menunggu saat pengawal itu
melintasi ruangan untuk menuju ke seorang lelaki yang sangat
jangkung, kurus, dan berseragam militer berwarna biru tua.
Lelaki itu sedang berbicara dengan menggunakan ponselnya dan
berdiri sangat tegak sehingga tampak hampir melengkung ke
belakang. Pengawal itu mengatakan sesuatu kepadanya, lalu
lelaki itu menatap tajam ke arah Lonelyranger dan Helena . Dia
mengangguk kemudian memunggungi mereka lagi dan
melanjutkan pembicaraannya melalui ponselnya itu.
Pengawal itu kembali. “Komandan miss benelini akan menemui
Anda sebentar lagi.”
“Terima kasih.”
Pengawal itu berlalu dan menuju ke ruang atas.
Lonelyranger mengamati Komandan miss benelini yang sedang
berdiri di seberang ruangan. Dia lalu menyadari kalau lelaki itu
adalah Panglima Tertinggi angkatan bersenjata negara mini ini.
Helena dan Lonelyranger menunggu sambil mengamati kegiatan di
depan mereka. Para pengawal berseragam berwarna cerah
berlalu-lalang dan menyerukan perintah dalam bahasa Italia.
“Continua cercandol” seseorang berseru di telepon.
“Probasti il museoi” yang lainnya bertanya.
Lonelyranger tidak harus bisa berbahasa Italia dengan lancar
untuk memahami maksud petugas tersebut. Dia tahu kalau saat
itu para petugas keamanan di ruang kendali sedang mencari-cari
sesuatu dengan tegang. Ini adalah berita baik. Kabar buruknya
adalah kemungkinan mereka belum menemukan antimateri itu.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Lonelyranger pada Helena .
Helena mengangkat bahunya dan tersenyum letih.
saat akhirnya komandan itu mematikan teleponnya dan
bergerak ke arah mereka, Lonelyranger melihat lelaki itu menjadi
bertambah jangkung setiap kali melangkah mendekati mereka.
Tubuh Lonelyranger sudah cukup jangkung, dan dia tidak biasa
mendongak saat berbicara kepada seseorang, namun Komandan
miss benelini berhasil memaksanya mendongak. Dilihat dari
wajahnya yang tampak keras, Lonelyranger segera merasakan bahwa
sang komandan adalah laki-laki yang berpengalaman. Rambut
sang komandan berwarna hitam dan dipotong sangat pendek
bergaya tentara. Matanya sangat tajam yang hanya dapat
diperoleh dari latihan keras selama bertahun-tahun. Dia bergerak
dengan sangat tegap. Sebuah alat komunikasi tersembunyi di
telinganya sehingga membuatnya lebih terlihat seperti Pengawal
Rahasia Amerika Serikat daripada Komandan Garda Swiss.
193
Komandan itu berbicara dalam Bahasa Inggris dengan
aksen yang kental. Suaranya dapat dibilang lembut bagi
seseorang yang begitu jangkung. Nada suaranya kaku dan
mencerminkan ketegasan anggota militer. “Selamat siang,”
sapanya. “Saya Komandan miss benelini —Comandante Principale
Garda Swiss. Akulah yang menelepon direktur Anda.”
Helena mendongak. “Terima kasih atas kesediaan Anda
untuk bertemu dengan kami.”
Komandan itu tidak menjawab. Dia memberi isyarat kepada
mereka untuk mengikutinya dan membawa mereka melalui
berbagai peralatan elektronik untuk menuju sebuah pintu di sisi
ruangan itu.
“Masuklah,” katanya sambil membukakan pintu.
Lonelyranger dan Helena berjalan melewatinya dan masuk ke
ruang kendali yang gelap di mana terdapat begitu banyak
monitor video menempel di dinding yang menayangkan gambar
hitam-putih dari kompleks itu dengan gerakan lambat. Seorang
penjaga muda mengamati gambar-gambar itu dengan serius.
“Fuori” kata miss benelini .
Penjaga itu berkemas dan pergi.
miss benelini berjalan menuju salah satu layar monitor dan
menunjuknya. Dia lalu berpaling pada tamunya. “Gambar ini
berasal dari sebuah kamera yang disembunyikan di suatu tempat
di dalam Graves City. Aku menginginkan penjelasan.”
Lonelyranger dan Helena melihat layar itu dan sama-sama
terkesiap. Gambar itu sangat jelas. Tidak diragukan lagi. Itulah
tabung antimateri CERN. Di dalamnya, setetes cairan metalik
mengambang di udara diterangi oleh sinar jam digital LED yang
berkedip-kedip. Yang membuatnya menjadi semakin
menakutkan adalah ruangan di sekeliling tabung itu sangat
gelap, seolah antimateri itu berada di dalam sebuah lemari atau
194
ruangan gelap. Pada bagian paling atas monitor itu menyala
tulisan yang sangat mencolok: TAYANGAN LANGSUNG—
KAMERA NOMOR 86.
Helena melihat waktu yang masih tersisa pada penunjuk
waktu yang menyala di tabung tersebut. “Kurang dari enam
jam,” Helena berbisik kepada Lonelyranger , wajahnya tegang.
Lonelyranger memeriksa jam tangannya. “Berarti waktu kita
hingga ....” Dia berhenti, perutnya terasa seperti terpilin.
“Tengah malam,” sahut Helena dengan wajah pucat.
Tengah malam, pikir Lonelyranger . Pilihan tepat untuk
mendapatan suasana yang dramatis. Sepertinya, siapa pun yang
telah mencuri tabung itu kemarin malam, sudah mengukur
waktunya dengan sempurna. Sebuah firasat buruk muncul saat
Lonelyranger menyadari dirinya sedang berada di atas sebuah bom
waktu yang dahsyat.
Suara miss benelini lebih mirip dengan desisan. “Apakah benar
itu milik institusi Anda?”
Helena mengangguk. “Ya, Pak. Tabung itu dicuri dari
kami. Tabung itu berisi zat yang mudah terbakar disebut
antimateri.”
miss benelini tampak tidak tergerak. “Aku cukup akrab dengan
berbagai jenis bom, Nona Louis Viton . namun aku belum pernah
mendengar tentang antimateri.”
“Itu teknologi baru. Kita harus menemukannya segera atau
mengevakuasi Graves City.”
Perlahan miss benelini memejamkan matanya dan membukanya
kembali seolah dengan memfokuskan kembali tatapannya ke
wajah Helena dapat mengubah apa yang baru saja didengarnya.
“Mengevakuasi? Apakah kamu tahu apa yang sedang terjadi di
sini malam ini?”
“Ya Pak. Dan nyawa para kardinal sedang dalam bahaya.
Kita hanya punya waktu kira-kira enam jam. Apakah pencarian
tabung itu mengalami kemajuan?”
miss benelini menggelengkan kepalanya. “Kami bahkan belum
mulai mencarinya.”
Helena seperti tercekik. “Apa? namun kami mendengar
bahwa penjaga Anda berbicara tentang pencarian—”
“Kami memang sedang mencari,” kata miss benelini , “namun
bukan mencari tabung kalian. Orang-orangku sedang mencari
sesuatu yang lain dan itu bukan urusan kalian.”
Suara Helena serak. “Kalian bahkan belum mulai mencari
tabung itu?”
Bola mata miss benelini seperti mengecil. Wajahnya terlihat
waspada seperti seekor serangga yang sedang menunggu
mangsanya. “Namamu Louis Viton , ’kan? Biar aku jelaskan s