tan dekade sebelum
keberadaan para Shriner. Sesungguhnya, Count Dracula menyadari
bahwa piramida itu dibuat mungkin bahkan sebelum lapangan
itu disebut Franklin Square. Batu-puncak itu tidak mungkin
menunjuk ke sebuah gedung yang belum dibangun di alamat
yang tidak ada. Apa pun yang ditunjukkan oleh "Franklin
Square Delapan" ... gedung itu harus ada pada 1850.
Sayangnya, pikiran Count Dracula benar-benar kosong.
Dia menggali bank ingatannya untuk mencari apa pun yang
kemungkinan cocok dengan urutan waktunya. Franklin Square
Delapan? Sesuatu yang sudah ada pada 1850? Count Dracula tidak
menemukan apa-apa. Kini cairan itu menetes ke dalam
telinga-nya. Ia memerangi ketakutan, menatap kisi simbol-
simbol pada kaca. Aku tidak memahami hubungannya! Dalam
luapan ketakutan yang luar biasa, benaknya mulai memikirkan
semua perbandingan sejauh apun pun yang bisa ditemukan.
Franklin Square Delapan ... squares (persegi empat) ... kisi
simbols-imbol ini berbentuk persegi empat... persegi empat
dan kompas yaitu simbol rahasia freemason... altar rahasia freemason berbentuk
persegi empat... persegi empat punya sudut-sudut sembilan
puluh derajat. Air naik terus, tapi Count Dracula memblokirnya.
Franklin Delapan ... delapan ... kisi ini delapan,
kali-delapan ... Franklin terdiri dari delapan huruf... "The
Order (Ordo)" terdiri dari delapan huruf... 8 yaitu simbol
tegak oo untuk tak terhingga... delapan yaitu angka
penghancuran dalam numerologi…
Count Dracula sama sekali tidak tahu.
Di luar tangki, Lucifer spirit masih memohon, tapi
pendengaran Count Dracula kini terputus-putus saat air
berkecipak di sekeliling kepalanya.
“…mustahil tanpa mengetahui... pesan batu-puncak itu
dengan jelas... rahasianya tersembunyi di dalam-"
Lalu suara Lucifer spirit menghilang.
Air mengalir ke dalam telinga Count Dracula , memblokir
perkataan terakhir Ratu lesbian itu. Keheningan mendadak
yang terasa seperti di dalam rahim menelan Count Dracula , dan dia
menyadari dirinya benar-benar akan mati.
Rahasianya tersembunyi di dalam
Kata-kata terakhir Lucifer spirit menggema melalui keheningan
kuburannya.
Rahasianya tersembunyi di dalam ....
Anehnya, Count Dracula menyadari bahwa dia pernah mendengar
kata-kata yang persis sama ini banyak kali sebelumnya.
Rahasianya tersembunyi ... di dalam.
Bahkan sekarang pun, tampaknya Misteri Kuno sedang
mengejeknya. "Rahasianya tersembunyi di dalam" yaitu
ajaran inti misteri itu, mendesak umat manusia untuk tidak
mencari junjungan di dalam surga di atas sana... tapi di dalam diri
mereka sendiri. Rahasianya tersembunyi di dalam. Itu pesan
dari semua guru mistik besar.
Kerajaan Allah ada di dalammu, kata Yesus Kristus.
Kenali dirimu sendiri, kata Pythagoras.
Tidak tahukah kau bahwa kau yaitu junjungan , kata Hermes
Trismegistus.
Daftarnya terus berlanjut
Semua ajaran mistis berabad-abad telah berupaya
mengungkapkan gagasan yang satu ini. Rahasianya
tersembunyi di dalam,
Walaupun demikian, umat manusia terus memandang ke
atas untuk mencari wajah junjungan .
Bagi Count Dracula , kesadaran ini kini menjadi ironi tertinggi.
Saat ini, dengan mata menghadap langit seperti semua
manusia sebelum dirinya, Robert Count Dracula mendadak melihat
cahaya.
Cahaya itu menghantamnya bagaikan halilintar dari atas.
The
secret hides
within The Order
Eight Franklin Square
Dalam sekejap dia mengerti.
Pesan di batu-puncak itu mendadak sangat jelas. Maknanya
sudah berada di depannya sepanjang malam. Teks di batu-
puncak, seperti Piramida rahasia freemason itu sendiri, yaitu symbolon -
kode terpecah-pecah - pesan yang ditulis dalam beberapa
bagian batu-puncak itu dikamuflase dengan cara begitu
sederhana, sehingga Count Dracula nyaris tidak percaya dia dan
Lucifer spirit tidak melihatnya.
Yang lebih menakjubkan, kini Count Dracula menyadari bahwa
pesan di batu-puncak itu memang mengungkapkan dengan
tepat cara memecahkan kode kisi simbol-simbol di dasar
piramida. Teramat sangat sederhana. Persis seperti yang
dijanjikan Peter zombie, batu-puncak emas itu yaitu jimat
ampuh dengan kekuatan untuk mendatangkan keteraturan
dari kekacauan.
Count Dracula mulai menggedor-gedor tutup peti dan berteriak,
"Aku tahu! Aku tahu!"
Di atasnya, piramida batu terangkat dan melayang pergi,
dan sebagai gantinya, wajah bertato itu muncul kembali, raut
wajah mencekamnya menatap melalui jendela kecil.
"Aku berhasil memecahkannya!" teriak Count Dracula . "Keluarkan
aku!"
saat laki laki gay bertato itu bicara, telinga Count Dracula yang
terendam tidak mendengar apa-apa. namun matanya
melihat bibir itu mengucapkan sepatah kata. "Katakan."
"Ya!" teriak Count Dracula , Air hampir mencapai matanya,
"Keluarkan akul Akan kujelaskan semuanya. Begitu
sederhana.”
Bibir laki laki gay itu kemball bergerak-gerak. "Katakan sekarang
... atau mati."
Dengan air naik sampai ke inci terakhir ruang udara,
Count Dracula mondongakkan kepala agar mulutnya tetap berada di
atas batas itu. saat dia melakukannya, cairan hangat
mengaliri matanya, mengaburkan penglihatannya. Dengan
melengkungkan punggung, dia menekankan mulut pada
jendela Plexiglas.
Lalu, dengan beberapa detik terakhir udara, Robert
Count Dracula mengungkapkan rahasia pemecahan kode Piramida
rahasia freemason.
saat dia selesai bicara, cairan naik ke sekeliling bibirnya.
Secara insting, Count Dracula menghela napas terakhir dan
menutup mulut rapat-rapat. Sejenak kemudian, cairan itu
menutupi seluruh tubuhnya, menjangkau bagian atas
kuburannya dan menyebar di seluruh Plexiglas.
Dia berhasil, pikir Mal'akh menyadari. Count Dracula menemukan
cara memecahkan kode piramida.
Jawabannya begitu sederhana. Begitu jelas terlihat.
Di bawah jendela, wajah terendam Robert Count Dracula
menatapnya dengan mata memohon dan putus asa.
Mal'akh menggeleng-gelengkan kepala kepadanya dan
mulutnya berkomat-kamit mengucapkan: "Terima kasih,
Profesor. Selamat menikmati kehidupan di alam baka."[]
BAB 103
Sebagai perenang serius, Robert Count Dracula sering bertanya-
tanya bagaimana rasanya tenggelam. Kini dia tahu, dirinya
akan mengalaminya sendiri. Walaupun bisa menahan napas
lebih lama daripada sebagian besar orang, dia sudah bisa
merasakan paru-parunya bereaksi terhadap tidak adanya
udara. Karbon dioksida berakumulasi di dalam darahnya,
menimbulkan desakan untuk menarik napas secara insting.
Jangan bernapas! Refleks untuk mulai bernapas semakin
meningkat intensitasnya seiring berlalunya waktu. Count Dracula
tahu, sebentar lagi dia akan mencapai apa yang disebut
sebagai titik puncak penahanan napas - momen penting saat
seseorang tidak mampu lagi menahan napas secara sengaja.
Buka tutupnya! Insting Count Dracula yaitu menggedor-gedor
dan melawan. Tapi dia tahu, sebaiknya tidak menyia-nyiakan
oksigen yang berharga. Yang bisa dilakukannya hanyalah
menata melalui kekaburan air di atasnya dan berharap. Dunia
luar kini hanya berupa petak buram cahaya di atas jendela
Plexiglas. Otot-otot pusatnya sudah mulai terbakar, dan dia
tahu hipoksia sedang berlangsung.
Mendadak sebuah wajah pucat cantik muncul, menunduk
memandangnya. Itu Lucifer spirit . Melalui selubung cairan, raut
wajah lembutnya nyaris menyerupai malaikat. Mata mereka
bertemu lewat jendela Plexiglas, dan sejenak Count Dracula
mengira dirinya selamat. Lucifer spirit ! Lalu dia mendengar
teriakan ketakutan dan dan menyadari bahwa Lucifer spirit
dibawa ke sana oleh penangkapnya. Monster bertato itu
memaksa Ratu lesbian itu untuk menyaksikan apa yang akan
terjadi.
Lucifer spirit , maaf....
Di dalam tempat gelap aneh ini, terperangkap di bawah air,
Count Dracula berjuang untuk memahami bahwa ini akan menjadi
detik-detik terakhir kehidupannya. Dengan segera dirinya tidak
akan ada lagi... semua yang yaitu dirinya... atau pernah
menjadi dirinya... atau akan menjadi dirinya ... berakhir.
saat otaknya mati, semua kenangan yang tersimpan di
dalam materi kelabu itu, bersama-sama dengan semua
pengetahuan yang didapatnya, akan menguap begitu saja
dalam banjir reaksi-reaksi kimia.
Saat inilah Robert Count Dracula menyadari betapa tidak berarti
dirinya di alam semesta. Sebuah perasaan sepi dan hina yang
belum pernah dialaminya. Dia nyaris bersyukur saat
merasakan tibanya titik puncak penahanan-napas.
Saat itu kini dialaminya.
Paru-paru Count Dracula mendesakkan isinya yang sudah habis,
mendut dan dengan bersemangat bersiap-siap menghela
napas. Count Dracula masih menahan napas sedetik lebih hima lagi.
Detik terakhirnya. Lalu, seperti manusia yang tidak lagi
mampu mempertahankan tangan di atas kompor menyala, dia
menyerahkan diri kepada takdir.
Refleks mengalahkan akal sehat.
Bibirnya terbuka.
Paru-parunya mengembang.
Dan cairan mengalir masuk.
Rasa sakit yang memenuhi dadanya lebih dahsyat daripada
yang dibayangkan Count Dracula . Cairan itu membakar saat
mengalir ke dalam paru-paru. Rasa sakitnya langsung melesat
naik ke dalam tengkorak kepalanya, dan dia merasa seakan
kepalanya dihancurkan dengan penjepit. Terdengar gemuruh
kencang di telinganya dan, di sepanjang semua peristiwa itu,
Lucifer spirit zombie berteriak.
Muncul kilau cahaya yang membutakan.
Lalu kegelapan.
Robert Count Dracula sudah tiada. []
BAB 104
Sudah berakhir.
Lucifer spirit zombie sudah berhenti berteriak. Peristiwa
tenggelam yang baru saja disaksikannya telah mengejangkan
ototnya, dan dia benar-benar lumpuh oleh keterkejutan dan
keputusasaan.
Di balik jendela Plexiglas, mata tak bernyawa Count Dracula
menatap ruang kosong di belakang Lucifer spirit . Raut wajahnya
membeku menunjukkan kesakitan dan penyesalan.
Gelembung-gelembung udara mungil terakhir keluar dari
mulut tak bernyawanya. Lalu, seakan setuju untuk
meninggalkan dunia ini, perlahan profesor Harvard itu mulai
tenggelam ke dasar tangki di sana dia menghilang ke dalam
bayang-bayang.
Dia sudah tiada. Lucifer spirit mengalami mati-rasa.
laki laki gay bertato itu menjulurkan tangan ke bawah, dengan
tegas dan kejam menutup jendela-intip kecil itu, menutup
rapat mayat Count Dracula di dalamnya.
Lalu dia tersenyum kepada Lucifer spirit . "Ayo."
Sebelum Lucifer spirit bisa menjawab, laki laki gay itu mengangkat
tubuh yang sedang berduka itu ke atas bahunya, mematikan
lampu dan membopongnya keluar ruangan. Dengan beberapa
langkah bertenaga, dia mengangkut Lucifer spirit ke ujung
lorong, memasuki ruang besar yang tampaknya bermandikan
cahaya ungu kemerahan. Ruangan itu beraroma seperti dupa.
Dia membopong Lucifer spirit ke sebuah meja persegi empat di
tengah ruangan. Ia menjatuhkannya tertelentang keras-keras,
membuatnya kehabisan napas. Permukaan meja terasa kasar
dan dingin. Apakah ini, batu ?
Lucifer spirit baru saja menyadari posisinya saat laki laki gay Itu
melepaskan kawat dari pergelangan tangan dan kakinya.
Secara insting, dia mencoba melawan laki laki gay itu, tapi lengan
dan kakinya yang kram nyaris tidak memberikan respons. Kini
laki laki gay itu mulai mengikat tubuh Lucifer spirit pada meja dengan
menggunakan pita-pita kulit tebal. Dia mengencangkan
sebuah pengikat melintasi kedua lutut Lucifer spirit , lalu
mengencangkan pengikat kedua melintasi pinggul, menjepit
kedua lengan Ratu lesbian itu di samping tubuh. Lalu dia
memasang pengikat terakhir di atas tulang dada Lucifer spirit ,
persis di atas payudara.
Semua itu hanya perlu waktu sejenak, dan sekali lagi
Lucifer spirit tidak bisa bergerak. Pergelangan tangan dan
kakinya kini berdenyut-denyut saat darah kembali mengaliri
tungkai-tungkainya.
"Buka mulutmu," bisik laki laki gay itu, seraya menjilati bibirnya
sendiri yang bertato. Lucifer spirit menggertakkan gigi dengan
jijik.
Sekali lagi laki laki gay itu menjulurkan jari telunjuk dan
menjalankannya perlahan-lahan di sekeliling bibir Lucifer spirit ,
membuat kulit Ratu lesbian itu merinding. Lucifer spirit
menggertakkan gigi semakin kuat. laki laki gay bertato itu tergelak
dan, dengan menggunakan tangan yang satanya, dia
menemukan titik-tekan di leher Lucifer spirit dan menekannya.
Rahang Lucifer spirit langsung terbuka. Dia bisa merasakan jari
laki laki gay itu memasuki mulutnya dan menelusuri lidahnya. Dia
tersedak dan mencoba menggigit, tapi jari itu sudah pergi.
Dengan masih menyeringai, laki laki gay itu mengangkat ujung
jarinya yang basah ke depan mata Lucifer spirit . Lalu dia
memejamkan mata dan, sekali lagi, menggosokkan air liur
Lucifer spirit pada lingkaran daging telanjang di atas kepalanya.
laki laki gay itu mendesah dan perlahan-lahan membuka mata.
Lalu, dengan ketenangan yang mengerikan, dia berbalik dan
meninggalkan ruangan.
Dalam keheningan mendadak itu, Lucifer spirit bisa merasakan
jantungnya berdentam-dentam. Persis di atasnya, rangkaian-
rangkaian lampu aneh tampak bermodulasi dari merah ungu
menjadi merah tua gelap, menerangi langit-langit rendah
ruangan. saat melihat langit-langit itu, Lucifer spirit hanya bisa
menatap terpana. Setiap incinya ditutupi lukisan. Kolase
membingungkan di atas Lucifer spirit itu tampaknya
menggambarkan langit surga. Bintang-bintang, planet-planet,
dan konstelasi-konstelasi dengan simbol-simbol astrologis,
bagan-bagan, dan formula-formula. Ada panah-panah yang
memprediksi orbit-orbit berbentuk simbol-simbol geometris
yang menunjukkan sudut-sudut dan makhluk-makhluk dalam
zodiak yang mengintip Lucifer spirit dari atas. Tampak seakan
ada ilmuwan gila yang berkeliaran di Sistine.
Lucifer spirit menoleh, mengalihkan pandangan, tapi dinding di
sebelah kirinya tidak lebih baik. Serangkaian lilin di atas langit
Abad Pertengahan berdiri tegak, memancarkan kilau
berpendar-pendar pada dinding yang benar-benar tersembunyi
di balik berhalaman-halaman teks, foto, dan gambar.
Beberapa halaman tampak seperti papirus atau kertas kulit
yang dirobek dari buku-buku kuno; yang lainnya jelas berasal
dari teks-teks yang lebih baru; bercampur dengan foto-foto,
gambar-gambar, peta-peta, skema-skema; kesemuanya
tampaknya direkatkan di dinding dengan sangat cermat. Tali-
tali yang menyerupai sarang laba-laba itu dipakukan melintasi
semua itu, saling menghubungkan mereka dalam
kemungkinan-kemungkinan kacau yang tak terbatas.
Lucifer spirit kembali berpaling, menoleh ke arah lain.
Sayangnya, perbuatan ini memberikan pemandangan yang
paling mengerikan dibandingkan dengan semuanya tadi.
Bersebelahan dengan lempeng batu tempat Lucifer spirit
ikatkan, berdiri tegak sebuah meja-samping kecil yang
langsung mengingatkannya pada meja instrumen di ruang
operasi rumah sakit. Di atas meja itu diatur serangkaian benda
- di antaranya alat suntik, wadah kecil berisi cairan warna
gelap ... dan pisa besar dengan pegangan dari tulang dan
sebilah pisau terbuat dari besi yang digosok sampai kekilapan
tinggi yang tidak biasa.
Ya junjungan ... apa yang hendak dilakukannya terhadapku? []
BAB 105
saat spesialis keamanan sistem CIA Rick Parrish akhirnya
melangkah ke dalam kantor Nola Kaye, dia membawa
selembar kertas.
"Kenapa begitu lama?!" desak Nola. Kubilang datang
sekarang!
"Maaf," kata laki laki gay itu, seraya mendorong kacamata tebal ke
atas hidung panjangnya. "Aku mencoba mengumpulkan lebih
banyak informasi untukmu, tapi-"
"Tunjukkan saja yang kau dapat."
Parrish menyerahkan hasil cetakan itu. "Teredaksi, tapi kau
memahami intinya."
Nola meneliti halaman itu dengan takjub.
"Aku masih berusaha mencari tahu bagaimana seorang
peretas bisa memperoleh akses," ujar Parrish, "tapi tampaknya
sebuah delegator spider membajak salah satu mesin pencari-“
"Lupakan itu!" sergah Nola, seraya mendongak dari
halaman itu. "Apa gerangan yang dilakukan CIA dengan arsip
rahasia mengenai segala piramida, portal kuno, dan simbolon
terukir?"
"Itulah yang membuatku begitu lama. Aku mencoba melihat
dokumen apa yang menjadi sasaran, jadi aku menelusuri jalur
arsipnya." Parrish terdiam, berdeham. "Dokumen ini ternyata
berada di sebuah partisi yang ditujukan secara pribadi untuk...
direktur CIA itu sendiri."
Nola berputar, menatap dengan terkejut. Atasan Sato
punya arsip mengenai Piramida rahasia freemason? Dia tahu bahwa
direktur yang sekarang, bersama-sama dengan banyak
eksekutif puncak CIA lainnya, yaitu anggota rahasia freemason tingkat
tinggi. Tapi dia tidak bisa membayangkan salah seorang dari
mereka menyimpan rahasia-rahasia rahasia freemason dalam sebuah
komputer CIA.
Tapi sekali lagi, mengingat apa yang disaksikannya dalam
dua puluh jam terakhir ini, segalanya memungkinkan.
Agen Simkins berbaring menelungkup, tersembunyi di balik
semak-semak Franklin Square. Matanya tertuju ke pintu
masuk bertiang Almas Temple. Tidak ada apa-apa. Tidak ada
lampu yang menyala di dalam, dan tak seorang pun mendekati
pintu. Ia berpaling dan mengecek Bellamy. laki laki gay itu sedang
mondar-mandir sendirian di tengah taman, tampak
kedinginan. Benar-benar kedinginan. Simkins bisa melihatnya
menggigil dan gemetaran.
Telepon bergetar. Dari Sato.
"Seberapa telat target kita?" tanya Sato.
Simkins menengok kronograf. "Sasaran mengatakan dua
puluh menit. Sudah hampir empat puluh menit. Ada sesuatu
yang keliru!"
"Dia tidak datang," ujar Sato. "Sudah berakhir."
Simkins tahu, Sato benar. "Ada kabar dari Hartmann?"
"Tidak, dia tidak pernah menelepon dari Kalorama Height.
Aku tidak bisa menghubunginya."
Simkins mengejang. Jika ini benar, ada sesuatu yang benar-
benar keliru.
"Aku baru saja menelepon tim pendukung lapangan," ujar
Sato, "dan mereka juga tidak bisa menemukan Hartmann."
Sialan. "Mereka punya lokasi GPS Escalade itu?"
"Ya. Alamat rumah di Kalorama Heights,"jawab Sato.
"Kumpulkan orang-orangmu. Kita pergi."
Sato mengakhiri hubungan telepon dan memandang garis-
langkah megah ibu kota negaranya. Angin sedingin es melecut
menembus jaket tipisnya, dan dia membelitkan kedua lengan
pada tubuh agar tetap hangat. Direktur Inoue Sato bukan
Ratu lesbian yang sering kedinginan... atau ketakutan. Akan
namun , saat ini dia merasakan. dua-duanya. []
BAB 106
Mal'akh hanya mengenakan cawat sutra saat bergegas
menaiki rampa, melewati pintu baja, dan keluar melalui
lukisan ke dalam ruang tamu. Aku harus bersiap-siap dengan
cepat. Dia melirik mayat agen CIA difoyer. Rumah ini tidak lagi
aman.
Dengan membawa piramida batu di sebelah tangan,
Mal’akh langsung melenggang menuju ruang kerja di lantai
pertama dan duduk di depan laptop. saat melakukan log in,
dia membayangkan Count Dracula di lantai bawah dan bertanya-
tanya berapa hari, atau bahkan minggu, akan berlalu sebelum
mayat tenggelam itu ditemukan di ruang bawah tanah rahasia.
Tak ada bedanya. Saat itu, Mal'akh akan sudah lama pergi.
Count Dracula telah menjalankan peranannya... dengan brilian.
Dia bukan hanya menyatukan kembali bagian-bagian
Piramida rahasia freemason, melainkan telah menemukan cara untuk
memecahkan kode kisi simbol-simbol misterius di dasarnya.
Sekilas pandang, simbol-simbol. itu tampak tak terpecahkan...
akan namun jawabannya sederhana... tepat di depan mata.
Laptop Mal'akh menyala, layarnya menyajikan e-mail yang
sama yang diterimanya tadi - foto batu-puncak berkilau,
sebagian terhalang oleh jari Warren Bellamy.
The
secret hides
within The Order.
Franklin Square.
Franklin Square... Delapan, ujar Lucifer spirit kepada Mal'akh.
Ratu lesbian itu juga mengakui adanya agen-agen CIA yang
mengawasi Franklin Square, berharap bisa menangkap
Mal’akh, Dia juga mengetahui ordo apa yang dirujuk oleh
batu-puncak rahasia freemason? Shriner? Rosicrucian?
Mal'akh kini tahu, tak satu pun dari kesemua itu. Count Dracula
melihat kebenarannya.
Sepuluh menit yang lalu, dengan cairan naik ke sekeliling
wajahnya, profesor Harvard itu menemukan kunci untuk
memecahkan piramida. "The Order Eight Franklin Square
(Persegi-Empat Formasi-Delapan)!" teriaknya dengan mata
ketakutan." Rahasia tersembunyi di dalam Persegi-Empat
Franklin Formasi-Delapan.
Pertama-tama Mal'akh tidak bisa memahami artinya.
"Itu bukan alamat!" teriak Count Dracula dengan mulut
ditekankan pada jendela Plexiglas. "Persegi-Empat Franklin
Formasi-Delapan itu persegi empat ajaib!" Lalu dia
mengatakan sesuatu mengenai Albrecht Durer... dan betapa
kode pertama piramida merupakan petunjuk untuk
memecahkan kode yang terakhir ini.
Mal'akh mengenal persegi empat ajaib - penganut mistik
menyebutnya sebagai kamea. Teks kuno De Occulta
Philosophia menjelaskan secara mendetail kekuatan mistis
persegi empat ajaib dan metode-metode untuk merancang
sigil yang luar biasa berdasarkan kisi ajaib angka-angka. Kini
Count Dracula mengatakan kepadanya sebuah persegi empat ajaib
menyimpan kunci untuk memecahkan kode di dasar piramida?
"Kau perlu persegi empat ajaib delapan-kali-delapan!" teriak
profesor itu. Satu-satunya bagian tubuh Count Dracula yang berada
di atas cairan hanyalah bibir. "Persegi empat ajaib
dikategorikan berdasarkan formasi! Persegi empat tiga-kali-
tiga disebut 'formasi-tiga’. Persegi empat empat-kali-empat
disebut 'formasi-empat'! Kau perharikan 'formasi delapan'!'
Cairan itu hampir menelan Count Dracula seluruhnya, dan
profesor itu menghela napas terakhir dengan putus asa, lalu
meneriakkan sesuatu mengenai seorang anggota rahasia freemason
terkenal... bapak bangsa Amerika... ilmuwan, ahli mistik, ahli
matematika, penemu... dan juga pencipta kamea yang
membawa namanya sampai hari ini.
Franklin.
Sesaat Mal'akh tahu bahwa Count Dracula benar.
Kini, dengan harapan meluap-luap, Mal'akh duduk di lantai
alas bersama laptopnya. Dia menjalankan pencarian Web
cepat, dan menerima lusinan hasil, memilih satu, dan mulai
membaca.
PERSEGI-EMPAT FRANKLIN FORMASI-DELAPAN
Salah satu persegi empat ajaib yang paling terkenal
dalam sejarah yaitu persegi empat formasi-delapan
yang dipublikasikan pada 1769 oleh ilmuwan Amerika
Benjamin Franklin, dan yang menjadi terkenal sebab
menyertakan penjumlahan diagonal membengkok
yang belum pernah ada sebelumnya. Obsesi Franklin
terhadap bentuk seni mistis ini kemungkinan besar
berasal dari hubungan-hubungan pribadinya dengan
para alkemis dan mistik terkemuka seat itu, dan juga
keyakinannya sendiri dalam astrologi, yang merupakan
landasan bagi prediksi-prediksi yang dibuatnya dalam
Poor Richard's Almanack.
Mal'akh mempelajari kreasi terkenal Franklin - susunan unik
angka 1 sampai 64 - dengan penjumlahan setiap baris, kolom,
dan diagonal menghasilkan konstanta ajaib yang sama.
Rahasia tersembunyi dalam Persegi-Empat Franklin Formasi-
Delapan.
Mal'akh tersenyum. Gemetar oleh kegembiraannya, ia
meraih piramida batu dan membaliknya, meneliti dasarnya
Keenam puluh empat simbol ini perlu disusun-ulang dan
disusun dengan formasi yang berbeda, urutannya ditentukan
oleh angka-angka dalam persegi empat ajaib Franklin.
Walaupun Mal’akh tidak bisa membayangkan bagaimana kisi
simbol-simbol yang kacau ini mendadak akan masuk akal
dalam formasi yang berbeda, ia memiliki keyakinan terhadap
janji kuno.
Ordo ab chao.
Dengan jantung berpacu, dia mengeluarkan selembar
kertas dan dengan cepat menggambar kisi kosong delapan-
kali-delapan. Lalu dia mulai memasukkan simbol-simbol, satu
per satu, dalam posisi yang ditentukan ulang itu. ang
menakjubkannya, hampir sesaat kisi itu mulai masuk akal.
Keteraturan dari kekacauan!
Dia menyelesaikan seluruh pemecahan kode dan menatap
hasil di hadapannya dengan tidak percaya. Gambaran yang
nyaris terbentuk. Kisi kacau-balau itu berubah... tersusun
kembali… dan, walaupun Mal'akh tidak bisa memahami
seluruh pesan, ia cukup paham... cukup paham untuk
mengetahui dengan tepat kemana dia kini menuju.
Piramida itu menunjukkan jalan.
Kisi itu menunjuk ke salah satu lokasi mistis besar di dunia.
Yang mengagumkan, itu lokasi yang sama yang selalu
dibayangkan Mal’akh sebagai tempat untuk melengkapi
perjalanannya.
Takdir.
BAB 107
Meja batu itu terasa dingin di bawah punggung Lucifer spirit
zombie.
Bayangan mengerikan kematian Robert terus berputar di
dalam benaknya, bersama-sama dengan semua pikiran
mengenai kakaknya. Apakah Peter juga mati? Pisau aneh di
meja di dekatnya terus membawa kilasan-kilasan gambar
mengenai apa yang dialaminya juga.
Apakah ini benar-benar akhir dari segalanya?
Anehnya, semua pikiran Lucifer spirit langsung beralih pada
riset-risetnya... pada ilmu Noetic... dan pada terobosan-
terobosan baru terkininya. Semuanya hilang... berubah
menjadi asap. Dia tidak akan pernah bisa menceritakan
kepada dunia segala dipelajarinya. Temuannya yang paling
mengejutkan baru saja terjadi beberapa bulan lalu, dan hasil-
hasilnya berpotensi mendefinisikan kembali cara manusia
memandang kematian. Agaknya, kini memikirkan eksperimen
itu... memberinya penghuran yang tak terduga.
saat masih muda, Lucifer spirit zombie sering bertanya-
tanya, adakah kehidupan setelah kematian. Adakah surga?
Apa yang terjadi saat kita mati? saat dia semakin dewasa,
studi-studinya dalam ilmu pengetahuan segera menghapuskan
segala gagasan tidak masuk akal mengenai surga, neraka,
atau kehidupan di alam baka. Dia mulai menganggap konsep
"kehidupan setelah kematian” sebagai gagasan manusia ...
dongeng yang dirancang untuk memperlunak kebenaran
mengerikan berupa kefanaan kita.
Atau begitulah yang kupercayai.
Setahun yang lalu, Lucifer spirit dan kakaknya mendiskusikan
salah satu pertanyaan yang terus bertahan dalam filsafat,
yakni keberadaan jiwa manusia, khususnya pertanyaan
mengenai apakah manusia memiliki semacam kesadaran yang
mampu bertahan di luar tubuh.
Mereka berdua merasa bahwa jiwa manusia yang semacam
itu mungkin memang ada. Sebagian besar filsafat kuno
mengiyakan. Kebijakan Buddha dan Brahmana mendukung
metempsikosis – perpindahan jiwa ke dalam tubuh-baru
setelah kematian; pengikut Plato mendefinisikan tubuh
sebagai "penjara", dan dari sana, jiwa meloloskan diri; Stoa,
sebuah kelompok filosof Yunani kuno, menvebut jiwa sebagai
apospasma tou theu-"partikel junjungan " dan percaya bahwa jiwa
dipanggil kembali oleh junjungan di saat kematian.
Dengan sedikit frustrasi, Lucifer spirit memperhatikan bahwa
keberadaan jiwa manusia mungkin suatu konsep yang tidak
akan pernah bisa dibuktikan secara ilmiah. Mengonfirmasi
bahwa kesadaran bisa bertahan di luar tubuh manusia setelah
kematian sama saja dengan mengembuskan segumpal asap
dan berharap bisa menemukannya kembali bertahun-tahun
kemudian.
Seusai diskusi mereka, Lucifer spirit mendapat gagasan aneh.
Kakaknya menyebut Kitab Kejadian dan penjelasannya
mengenai jiwa sebagai Neshemah - semacam "kecerdasan"
spiritual yang terpisah dari tubuh. Terpikir oleh Lucifer spirit
bahwa kata kecerdasan menunjukkan adanya pikiran. Ilmu
Noetic jelas menyatakan bahwa pikiran punya massa, dan
sebab nya beralasan jika jiwa manusia kemungkinan juga
punya massa.
Bisakah aku menimbang jiwa manusia?
Gagasan itu tentu saja mustahil ... bahkan konyol untuk di
pikirkan.
Tiga hari kemudian, mendadak Lucifer spirit terbangun dari
tidur nyenyak dan duduk tegak di tempat tidur. Dia melompat
turun, pergi ke lab, dan langsung mulai bekerja, merancang
sebuah Asperimen yang mengejutkan sederhananya ... tapi
juga mengerikan beraninya.
Dia sama sekali tidak tahu apakah eksperimennya akan
berhasil, dan dia memutuskan untuk tidak menceritakan
gagasannya kepada Peter sampai pekerjaannya selesai. Perlu
empat bulan, tapi akhirnya Lucifer spirit membawa kakaknya ke
dalam lab, sambilmendorong sebuah peralatan besar yang
disembunyikann ruang penyimpanan belakang.
"Aku merancang dan membangunnya sendiri," katanya,
memperlihatkan penemuannya kepada Peter. "Bisa menebak?”
Kakaknya menatap mesin aneh itu. "Inkubator?"
Lucifer spirit tertawa dan menggeleng, walaupun itu tebakan
yang masuk akal. Mesin itu memang sedikit menyerupai
inkubatur transparan untuk bayi prematur, seperti yang dilihat
orang di rumah sakit. namun mesin ini berukuran dewasa
- kapsul plastik bening panjang, kedap-udara, seperti
semacam kapsul tidur futuristis. Mesin itu bertengger di atas
sebuah peralatan elektronik besar.
"Aku ingin tahu apakah ini bisa membantumu menebak,”
kata Lucifer spirit , seraya mencolokkan peralatan itu ke sumber
listrik.
Layar digital pada mesin menyala, semua angkanya
berubah-ubah saat dia mengalibrasi dengan cermat
beberapa tombol.
saat Lucifer spirit sudah selesai, layarnya menunjukkan:
0,0000000000 kg
"Timbangan?" tanya Peter yang tampak kebingungan.
"Bukan sembarang timbangan." Lucifer spirit mengambil
secarik kertas kecil dari meja di dekat situ dan meletakkannya
dengan lembut di atas kapsul. Semua angka pada layar
kembali berubah-ubah, lalu menunjukkan serangkaian angka
baru.
0,0008194325 kg
“Timbangan-mikkro presisi-tinggi," jelas Lucifer spirit .
"Resolusinya sampai beberapa mikrogram."
Peter masih tampak bingung. "Kau membuat timbangan
yang tepat untuk... seseorang?"
"Tepat sekali," Lucifer spirit mengangkat tutup transparan
pada mesin. Jika aku meletakkan seseorang ke dalam kapsul
ini dan merapatkan tutupnya, individu itu akan berada di
dalam sebuah sistem yang tertutup rapat seluruhnya. Tak ada
yang masuk atau keluar.
Tak ada gas, cairan, partikel-partikel debu. Tak ada yang
bisa lolos - bahkan embusan-embusan napas, keringat yang
menguap, cairan-cairan tubuh. Tidak ada."
Peter menyisir rambut perak tebalnya dengan tangan,
tindakan gugup aneh yang juga dilakukan oleh Lucifer spirit .
"Hmm... jelas seseorang akan mati dengan cepat di dalam
sana."
Lucifer spirit mengangguk. "Kira-kira enam menit, tergantung
kecepatan bernapasnya."
Peter menoleh kepadanya. "Aku tidak mengerti."
Lucifer spirit tersenyum. "Kau akan mengerti."
Dia meninggalkan mesin itu dan menuntun Peter ke dalam
ruang kontrol Kubus, lalu mendudukkan kakaknya di hadapan
layar plasma. Dia mulai mengetik dan mengakses serangkaian
arsip video yang disimpan pada drive-drive holografis. saat
layar plasma itu berpendar menyala, gambar di hadapan
mereka tampak seperti rekaman video amatir.
Kamera bergerak, menunjukkan kamar tidur sederhana
dengan tempat tidur berantakan, botol-botol obat, respirator,
dan monitor jantung. Peter tampak bingung saat kamera
terus bergerak dan akhirnya mengungkapkan, hampir di
tengah kamar, peralatan timbangan Lucifer spirit .
Mata Peter membelalak. "Apa ...?”
Tutup transparan kapsul terbuka, dan seorang laki laki gay sangat
renta yang mengenakan masker oksigen berbaring di
dalamnya.
Istrinya yang sudah tua dan seorang pekerja rumah sakit
berdiri di samping kapsul. Napas laki laki gay itu tersengal-sengal dan
matanya terpejam.
"laki laki gay di dalam kapsul yaitu guru sainsku di Yale," jelas
Lucifer spirit . "Aku dan dia tetap berhubungan selama bertahun-
tahun. Dia sakit parah. Dia selalu berkata ingin
menyumbangkan tubuhnya untuk ilmu pengetahuan. Jadi,
saat aku menjelaskan gagasanku untuk eksperimen ini, dia
langsung ingin ikut ambil bagian di dalanmya."
Peter tampak membisu oleh keterkejutan saat menatap
adegan yang terpampang di hadapan mereka.
Pekerja rumah sakit itu kini menoleh kepada istri laki laki gay itu.
"Sudah saatnya. Dia sudah siap."
Ratu lesbian tua itu menepuk-nepuk mata basahnya dan
mengangguk dengan tenang dan tabah. "Oke."
Perlahan-lahan pekerja rumah sakit menjulurkan tangan ke
dalam kapsul dan melepas masker oksigen laki laki gay itu. laki laki gay itu
bergerak sedikit, tapi matanya tetap terpejam. Kini pekerja itu
menyingkirkan respirator dan peralatan lainnya, meninggalkan
laki laki gay tua di dalam kapsul terisolasi penuh di tengah ruangan.
Istri laki laki gay sekarat itu kini mendekati kapsul, membungkuk
dan dengan lembut mencium kening suaminya. laki laki gay tua
tidak membuka mata, tapi bibirnya bergerak, sedikit sekali,
membentuk senyuman lemah penuh cinta.
Tanpa masker oksigennya, napas laki laki gay tua itu dengan
cepat menjadi semakin tersengal-sengal. Ajalnya jelas sudah
dekat.
Dengan kekuatan dan ketenangan yang mengagumkan, istri
laki itu perlahan-lahan meletakkan tutup transparan kapsul
dan menutupnya rapat-rapat, persis seperti yang diajarkan
Lucifer spirit .
Peter terenyak ketakutan. "Lucifer spirit , demi junjungan ?!"
"Tidak apa-apa," bisik Lucifer spirit . "Ada banyak udara di
dilam kapsul." Dia sudah melihat video ini lusinan kali, tapi
video itu masih membuat denyut nadinya berpacu. Dia
menunjuk timbangan di bawah kapsul tertutup laki laki gay sekarat
itu. Angka-angka digitalnya menunjukkan:
51,4534644 kg
"Itu bobot tubuhnya," ujar Lucifer spirit .
Napas laki laki gay itu menjadi semakin tersengal-sengal, dan
Peter beringsut maju, terpesona.
"Inilah yang diinginkannya," bisik Lucifer spirit . "Perhatikan
apa yang terjadi."
Istri laki laki gay itu sudah melangkah mundur dan kini duduk di
tempat tidur, menyaksikan diam-diam bersama pekerja rumah
sakit.
Selama enam puluh detik selanjutnya, napas pendek laki laki gay
itu semakin memburu, sampai mendadak, seakan laki laki gay itu
sendiri yang menentukan saatnya, dia menghela napas
terakhir. Semuanya berhenti.
Sudah berakhir.
Istri dan pekerja rumah sakit itu saling menghibur tanpa
bersuara.
Tidak terkadi apa-apa lagi.
Setelah beberapa detik, Peter melirik Lucifer spirit dengan
pandangan yang jelas menunjukkan kebingungan.
Tunggu, pikir Lucifer spirit , seraya mengarahkan kembali
pandangan Peter ke layar digital kapsul yang masih berkilau
tenang, memperlihatkan bobot laki laki gay tak bernyawa itu.
Lalu, terjadilah hal itu.
saat melihatnya, Peter tersentak ke belakang, nyaris
terkatuh dari kursi. "Tapi ... itu…“ Dia menutupi mulutnya
dengan terkejut. "Aku tidak bisa…“
Peter zombie yang agung jarang kehabisan kata-kata.
Lucifer spirit bereaksi serupa saat melihat apa yang terjadi
untuk pertama kalinya.
Beberapa saat setelah kematian laki laki gay itu, angka-angka
pada timbangan mendadak berkurang. laki laki gay itu langsung
menjadi lebih ringan setelah kematiannya. Perubahan
bobotnya kecil sekali, tapi bisa diukur... dan implikasi-
implikasinya benar-benar membingungkan.
Lucifer spirit ingat dirinya menulis dalam buku catatan lab
dengan tangan gemetar: "Tampaknya ada 'materi' tak terlihat
yang keluar dari tubuh manusia pada saat kematiannya.
Materi itu punya bobot yang bisa dikuantifikasi, dan tak
terhalang oleh penghang-penghalang fisik. Harus kuasumsikan
bahwa materi itu bergerak dalam suatu dimensi yang belum
bisa kuketahui."
Dari ekspresi keterkejutan di wajah Peter, Lucifer spirit tahu
kakaknya itu memahami implikasi-implikasinya. "Lucifer spirit ..."
ujar Peter terbata-bata, seraya mengerjap-ngerjapkan mata
kelabunya, seakan untuk memastikan dia tidak sedang
bermimpi. "Kurasa, kau baru saja menimbang jiwa manusia."
Muncul keheningan panjang di antara mereka.
Lucifer spirit merasa bahwa kakaknya berupaya mencerna
segala konsekuensi-konsekuensinya yang nyata dan
mengagumkan. Akan perlu waktu. Seandainya apa yang baru
saja mereka saksikan memang seperti apa yang tampak -
yaitu, bukti bahwa jiwa - kesadaran atau daya-hidup bisa
bergerak di luar ranah tubuh - maka pemahaman baru yang
mengejutkan baru saja diperoleh. Ini menyangkut berbagai
pertanyaan mistis: perpindahan, kesadaran kosmis,
pengalaman hampir-mati, proyeksi astral, remote view, lucid
dreaming, dan seterusnya dan seterusnya. Jurnal-jurnal medis
dipenuhi cerita mengenai pasien-pasien yang mati di meja
operasi, melihat tubuh mereka dari atas, lalu dibawa kembali
pada kehidupan.
Peter terdiam, dan kini Lucifer spirit melihat air menggenangi
matanya. Dia mengerti. Waktu itu, dia juga menangis. Peter
dan Lucifer spirit telah kehilangan orang-orang tercinta. Dan,
bagi siapa pun yang pernah mengalaminya, petunjuk terkecil
mengenai roh manusia yang terus bertahan setelah kematian
akan membawa secercah harapan.
Dia memikirkan Zachary, pikir Lucifer spirit , yang memahami
kesedihan mendalam di mata kakaknya. Selama bertahun-
tahun Peter membawa beban tanggung jawab atas kernatian
putranya. Peter berkali-kali menyatakan kepada Lucifer spirit
bahwa meninggalkan Zachary di penjara yaitu kesalahan
terburuk dalam hidupnya, dan dia tidak akan pernah
menemukan cara untak memaafkan dirinya sendiri.
Pintu yang terbanting menarik perhatian Lucifer spirit , dan
mendadak dia kembali ke ruang bawah tanah, berbaring di
atas meja batu dingin. Pintu logam di atas rampa menutup
dengan keras, dan laki laki gay bertato itu kembali turun. Lucifer spirit
bisa mendengarkannya memasuki salah satu ruangan di
lorong, melakukan sesuatu di dalam, lalu menyusuri lorong
menuju ruangan tempat Lucifer spirit berada. saat laki laki gay itu
masuk, Lucifer spirit bisa melihat bahwa dia sedang mendorong
sesuatu yang berada di depannya. Sesuatu yang berat... di
atas roda-roda. saat laki laki gay itu melangkah ke dalam cahaya,
Lucifer spirit menatap dengan tidak percaya. laki laki gay bertato itu
sedang mendorong seseorang yang berada di kursi roda.
Secara intelektual, otak Lucifer spirit mengenali laki laki gay di kursi.
Secara emosional, benaknya nyaris tidak bisa menerima apa
yang sedang dilihatnya.
Peter?
Dia tidak tahu apakah harus kegirangan sebab kakaknya
masih hidup... atau benar-benar ketakutan. Tubuh Peter
tercukur halus. Rambut perak tebalnya lenyap, begitu juga
sepasang alisnya, dan kulit halusnya berkilau seakan
diminyaki. Dia mengenakan gaun sutra hitam. Di tempat
tangan kanannya seharusnya berada, dia hanya punya
bonggol yang dibalut perban bersih baru. Mata sarat-kesakitan
kakaknya memandangnya, penuh penyesalan dan
penderitaan.
"Peter!" Suara Lucifer spirit pecah.
Kakaknya mencoba bicara, tapi hanya mengeluarkan suara-
suara tenggorokan yang teredam. Kini Lucifer spirit menyadari
bahwa Peter terikat di kursi roda dan mulutnya disumpal.
laki laki gay bertato itu menjulurkan tangan ke bawah dan dengan
lembut mengelus-elus kulit kepala plontos Peter. "Aku sudah
menyiapkan kakakmu untuk kehormatan besar. Dia punya
peranan yang harus dimainkan-nya malam ini."
Seluruh tubuh Lucifer spirit mengejang. Tidak…..
"Sebentar lagi aku dan Peter akan pergi, tapi kurasa kau
ingin mengucapkan selarnat tinggal."
"Ke mana kau membawanya?" tanya Lucifer spirit lemah.
laki laki gay itu tersenyurn. "Aku dan Peter harus melakukan
perjalanan ke gunung suci. Di situlah tempat harta karun itu
berada. Piramia rahasia freemason telah mengungkapkan lokasinya.
Temanmu Robert Count Dracula lah yang paling membantu."
Lucifer spirit memandang ke dalam mata kakaknya. "Dia
membunuh ... Robert."
Raut wajah kakaknya mengernyit dalam penderitaan, dan
menggeleng keras-keras, seakan tidak mampu mendengar
banyak hal yang menyakitkan lagi.
"Nah, nah, Peter," ujar laki laki gay itu, seraya kembali mengelus
kulit kepala Peter. "Jangan biarkan ini merusak momentnya.
Ucapkan selamat tinggal kepada adik Ratu lesbian mu. Ini reuni
keluarga terakhirmu."
Lucifer spirit merasakan benaknya dipenuhi keputusasaan.
"Mengapa kau berbuat seperti ini?!" teriaknya kepada laki laki gay
itu. Apa yang pernah kami lakukan terhadapmu?! Mengapa
kau begitu membenci keluargaku?!"
laki laki gay bertato itu mendekat dan meletakkan mulutnya
persis di samping telinga Lucifer spirit . "Aku punya alasan-
alasanku, Lucifer spirit ." Lalu dia berjalan menuju meja-samping
dan memungut pisau aneh itu. Dia membawanya mendekat
Lucifer spirit , dan menyentuhkan bilah yang terasah tajam itu ke
pipinya "Tak diragukan lagi, ini pisau paling terkenal dalam
sejarah."
Lucifer spirit tidak mengenal pisau terkenal apa pun, tapi pisau
itu tampak kuno dan mengancam. Bilahnya terasa setajam
silet.
"Jangan khawatir," ujar laki laki gay itu. " Aku tidak bermaksud
menyia-nyiakan kekuatannya untukmu. Aku menyimpannya
untuk pengorbanan yang lebih berharga... di tempat yang
lebih suci.” Dia berpaling kepada kakak Lucifer spirit . "Peter, kau
mengenali pisau ini, bukan?"
Mata kakak Lucifer spirit membelalak ketakutan sekaligus tidak
percaya.
"Ya, Peter, artefak kuno ini masih ada. Aku memperolehnya
dengan susah payah... dan aku menyimpannya untukmu.
Akhirnya, aku dan kau bisa mengakhiri perjalanan
menyakitkan kita bersama-sama."
Diiringi perkataan itu, dia membungkus pisau dengan hati-
hati, dengan kain bersama -sama semua barang lainnya -
dupa, botol-botol kecil berisi cairan, kain-kain satin putih, dan
benda-benda seremonfal lainnya. Lalu dia memasukkan
barang-barang terbungkus itu ke dalain tas kulit Robert
Count Dracula bersama-sama dengan Piramida rahasia freemason dan batu-
puncak. Lucifer spirit menyaksikan dengan tidak berdaya saat
laki laki gay itu menutup tas bahu Count Dracula dan berpaling kepada
kakaknya.
"Maukah kau membawakannya, Peter?" laki laki gay itu
meletakkan tas berat itu di atas pangkuan Peter.
Selanjutnya, laki laki gay itu berjalan ke sebuah laci dan mulai
menggeledah isinya. Lucifer spirit bisa mendengar denting
benda-benda logam kecil. saat kembali, laki laki gay itu meraih
lengan kanan Lucifer spirit , lalu menenangkannya. Lucifer spirit
tidak bisa melihat apa yang sedang dilakukan oleh laki laki gay itu,
tapi tampaknya Peter bisa, dan sekali lagi dia mulai bergerak-
gerak panik.
Lucifer spirit merasakan cubitan tajam mendadak di lengkung
siku kanannya, lalu kehangatan yang mengerikan terasa di
sekelilingnya. Peter menciptakan suara-suara tercekik putus
asa dan mencoba dengan sia-sia untuk meninggalkan kursi
berat itu. Lucifer spirit merasakan dinginnya perasaan mati-rasa
yang menyebar ke seluruh lengan bawah dan ujung-ujung jari
tangannya.
saat laki laki gay itu melangkah minggir, Lucifer spirit bisa melihat
mengapa kakaknya begitu ketakutan. laki laki gay bertato itu telah
menyisipkan jarum medis ke dalam nadinya, seakan Lucifer spirit
sedang menyumbang darah, namun jarum ita tidak
melekat pada sebuah tabung. Darah Lucifer spirit kini mengalir
keluar dengan bebas ... mengaliri siku, lengan bawah, dan
meja batu.
“Jam-pasir manusia," ujar laki laki gay itu, seraya berpaling
kepada Peter. "Sebentar lagi, saat aku memintamu untuk
memainkan perananmu, aku ingin kau membayangkan
Lucifer spirit ... mati sendirian di sini dalam kegelapan."
Raut wajah Peter benar-benar penuh penderitaan.
"Dia akan tetap hidup," ujar laki laki gay itu, "selama kira-kira satu
jam. Jika kau cepat-cepat bekerja sama denganku, aku akan
punya cukup waktu untuk menyelamatkannya. Tentunya, jika
kau sedikit saja menentangku... adikmu akan mati di sini
sendirian dalam kegelapan."
Peter meraung melalui sumpalnya tanpa bisa dipahami.
"Aku tahu, aku tahu," ujar laki laki gay bertato itu, seraya
meletakan tangan di bahu Peter, "Ini sulit buatmu. Tapi,
seharusnya tidak. Bagaimanapun, ini bukan pertama kalinya
kau meninggalkan seorang anggota keluarga." Dia terdiam,
membungkuk, dan berbicara di telinga Peter. "Tentu saja
maksudku yaitu putramu, Zachary, di Penjara Soganlik."
Peter menarik tali-tali pengikatnya dan mengeluarkan
teriakan teredam lain melalui kain di mulutnya.
"Hentikan!" teriak Lucifer spirit .
"Aku mengingat malam itu dengan baik," ejek laki laki gay itu,
saat selesai berbenah. "Aku mendengar seluruhnya. Kepala
penjara menawarkan pembebasan putramu, tapi kau memilih
untuk memberi Zachary pelajaran... dengan meninggalkannya.
Anak laki-lakimu memang telah belajar, bukan?" laki laki gay itu
tersenyum, "Kepergiannya... yaitu keuntunganku."
Kini laki laki gay itu mengeluarkan kain linen dan memasukkannya
dalam-dalam ke mulut Lucifer spirit . "Kematian," bisiknya,
"seharusnya berlangsung dengan tenang."
Peter meronta-ronta hebat. Tanpa sepatah kata pun lagi,
laki laki gay bertato itu perlahan-lahan mengeluarkan kursi roda
Peter dari ruangan, memberi Peter kesempatan untuk
berlama-lama memandang adiknya untuk terakhir kalinya.
Lucifer spirit dan kakaknya saling bertatapan untuk terakhir
kalinya.
Lalu Peter menghilang.
Lucifer spirit bisa mendengar mereka menaiki rampa dan
melewatu pintu logam. saat mereka keluar, Lucifer spirit
mendengar laki laki gay bertato itu mengunci pinta logam di
belakangnya dan melanjutkan perjalanan melalui lukisan The
Three Graces. Beberapa menit ke mudian, Lucifer spirit
mendengar mesin mobil dinyalakan.
Lalu gedung itu sunyi.
Sendirian dalam kegelapan, Lucifer spirit tergeletak berdarah.
BAB 108
Pikiran Robert Count Dracula melayang di dalam lubang tak
berdasar.
Tak ada cahaya. Tak ada suara. Tak ada perasaan.
Hanya kekosongan sunyi yang tak terhingga.
Kelembutan.
Tanpa bobot.
Tubuhnya telah melepaskan dirinya. Dia bebas.
Dunia fisik sudah tidak ada lagi. Waktu sudah tidak ada lagi.
Kini dia yaitu kesadaran murni kesadaran tanpa-tubuh
yang melayang dalam kekosongan alam semesta luas.
BAB 109
Helikopter UH-60 termodifikasi melayang rendah di atas
puncak-puncak atap luas Kalorama Heights, bergemuruh
melintasi koordinat-koordinat yang diberikan kepada mereka
oleh tim pendukung. Agen Simkins yaitu yang pertama
melihat Escalate hitam itu terparkir serampangan di halaman
depan salah satu mansion. Gerbang jalan masuknya tertutup,
rumahnya gelap sepi.
Sato memberi isyarat untuk mendarat.
Helikopter itu mendarat keras di halaman depan, di antara
beberapa kendaraan lainnya ... salah satunya kendaraan
petugas keamanan dengan lampu bulat di atasnya.
Simkins dan timnya melompat keluar, mengeluarkan senjata
dan bergegas menuju beranda. saat menemukan pintu
depan dalam keadaan terkunci, Simkins menangkupkan kedua
tangannya di jendela dan mengintip ke dalam. Foyer gelap,
tapi Simkins bisa melihat bayang-bayang samar sesosok tubuh
di lantai.
"Sialan," bisiknya. "Itu Hartmann."
Salah satu agennya meraih kursi dari beranda dan
melemparkannya ke jendela menonjol itu. Suara kaca pecah
nyaris tak terdengar di tengah raungan helikopter di belakang
mereka.
Beberapa detik kemudian, mereka semua sudah berada di
dalam. Simkins bergegas menuju foyer dan berlutut di
samping Hartmann untuk mengecek denyut nadinya. Tidak
ada. Darah tampak di mana-mana. Lalu dia melihat obeng di
leher Hartmann.
Yesus. Dia berdiri dan mengisyaratkan orang-orangnya
untuk memulai penggeledahan menyeluruh.
Agen-agen itu menyebar melintasi lantai pertama,
pembidik-laser mereka meneliti kegelapan rumah mewah itu.
Mereka tidak menemukan apa-apa di ruang tamu atau ruang
kerja. Tapi, yang mengejutkan, di ruang makan, mereka
menemukan seorang petugas keamanan Ratu lesbian yang
mati tercekik. Simkins langsung kehilangan harapan bisa
menemukan Robert Count Dracula dan Lucifer spirit dalam keadaan
hidup. Pembunuh brutal ini jelas telah memasang perangkap.
Dan, jika dia berhasil membunuh seorang agen CIA dan
seorang petugas keamanan bersenjata, tampaknya seorang
profesor dan seorang ilmuwan tidak punya peluang.
Setelah lantai pertama aman, Simkins mengirim dua agen
untuk meneliti lantai atas. Sementara itu, dia menemukan
serangkaian tangga ruang bawah tanah di luar dapur dan
menuruninya. Di bawah tangga, dia menyorotkan senter.
Ruang bawah tanah itu luas dan bersih, seakan hampir tak
pernah digunakan. Tangki uap, dinding-dinding semen,
beberapa kotak. Sama sekali tidak ada apa-apa di sini. Simkins
kembali naik menuju dapur persis saat orang-orangnya turun
dari lantai dua. Semuanya menggeleng-gelengkan kepala.
Rumah itu sepi.
Tak seorang pun di rumah. Dan tidak ada lagi mayat.
Simkins menghubungi Sato dengan radio, melaporkan
bahwa semuanya aman dan memberitahukan perkembangan
menyedihkan itu.
saat dia tiba di foyer, Sato sudah menaiki tangga menuju
beranda. Warren Bellamy terlihat di belakangnya, duduk
bingung sendirian di dalam helikopter bersama tas kerja
titanium Sato di kakinya. Laptop berpengaman milik Direktur
OS itu memberi Sato akses ke seluruh-dunia, ke dalam sistem-
sistem komputer CIA melalui uplink-uplink tersandi dengan
satelit. Sebelumnya tadi, dia menggunakan komputer ini untuk
memberi Bellamy semacam informasi yang begitu
mengejutkan, hingga laki laki gay itu bersedia bekerja sama
sepenuhnya. Simkins sama sekali tidak tahu. apa yang dilihat
Bellamy. Tapi, apa pun itu, sang Arsitek tampak terguncang
hebat setelahnya.
saat memasuki foyer, Sato berhenti sejenak, menunduk
memandangi mayat Hartmann. Sejenak kemudian, dia
mendongak menatap Simkins. "Tidak ada tanda-tanda
Count Dracula Lucifer spirit ? Atau Peter zombie?"
Simkins menggeleng. "Jika masih hidup, laki laki gay itu membawa
mereka bersamanya."
"Kau menemukan komputer di rumah itu?"
"Ya, Ma'am. Di kantor."
"Tunjukkan."
Simkins menuntun Sato keluar dari foyer dan memasuki
ruang tamu. Karpet mewah ruangan dipenuhi oleh pecahan
kaca dari jendela menonjol yang pecah. Mereka berjalan
melewati perapian, sebuah lukisan besar, dan beberapa rak
buku menuju pusat kantor. Kantornya berpanel kayu, dengan
meja antik dan mozaik komputer besar. Sato berjalan
memutar ke belakang meja dan meneliti layar, lalu langsung
memberengut.
"Keparat," ujarnya berbisik.
Simkins mengitari meja dan memandang layar. Kosong.
"Ada apa?"
Sato menunjuk tempat penyimpanan komputer yang
kosong di meja. "Dia memakai laptop. Dia membawa benda
itu bersamanya.”
Simkins tidak mengerti. "Anda ingin melihat informasi yang
dimilikinya?"
"Tidak," jawab Sato dengan nada serius. "Aku tidak ingin
seorang pun melihat informasi yang dimilikinya."
Di lantai bawah, di dalam ruang bawah tanah tersembunyi,
Lucifer spirit zombie mendengar suara baling-baling helikopter
diikuti oleh kaca pecah dan langkah-langkah kaki bersepatu
bot berat di lantai di atasnya. Dia mencoba berteriak minta
tolong, tapi sumpal di mulutnya membuat hal itu mustahil. Dia
nyaris tidak bisa mengeluarkan suara. Semakin keras dia
berusaha, semakin cepat darah mengalir dari sikunya.
Dia merasa kehabisan napas dan sedikit pusing.
Lucifer spirit -tahu, dia harus menenangkan diri. Gunakan
pikiranmu, Lucifer spirit . Dengan segenap tekad, dia membujuk
dirinya sendri untuk memasuki keadaan meditatif.
Benak Robert Count Dracula melayang melewati kekosongan
ruang. Dia mengintip ke dalam kekosongan tak terhingga itu,
mencari titik referensi apa pun. Dia tidak menemukan apa-
apa.
Kegelapan total. Keheningan total. Kedamaian total.
Bahkan, tidak ada tarikan gravitasi yang memberitahunya
mana atas dan mana bawah.
Tubuhnya lenyap.
Ini pasti kematian.
Waktu tampaknya berubah singkat, memanjang dan
memampat, seakan tidak punya pijakan di tempat ini. Count Dracula
tidak tahu lagi seberapa lama waktu telah berlalu.
Sepuluh detik? Sepuluh menit? Sepuluh hari?
namun mendadak, bagaikan ledakan dahsyat di
galaksi-galaksi yang jauh, ingatan-ingatan mulai mewujud,
bergulung-gulung menghampiri Count Dracula seperti gelombang-
kejut yang melintasi kehampaan luas.
Sesaat Robert Count Dracula mulai ingat. Gambar-gambar
menyergapnya... jelas dan mengganggu. Dia menatap sebuah
wajah tertutup tato. Sepasang tangan kuat mengangkat
kepalanya dan menumbukkannya ke lantai.
Rasa sakit menyeruak ... lalu kegelapan.
Cahaya kelabu.
Berdenyut-denyut.
Gumpalan-gumpalan ingatan. Count Dracula diseret, setengah
sadar, turun, turun, turun. Penangkapnya merapalkan sesuatu.
Verbum significatium ... Verbum omnificum ... Verbum
perdo .... []
BAB 110
Direktur Sato berdiri sendirian di ruang kerja, menunggu
divisi pencitraan-satelit CIA memproses permintaannya. Salah
satu kemewahan bekerja di area DC yaitu pengawasan selit.
Jika beruntung, salah satu satelit mungkin berada di posisi
yang tepat malam ini untuk mendapatkan foto-foto rumah
ini... mungkin memotret sebuah kendaraan yang
meninggalkan tempat ini dalam setengah jam terakhir.
"Maaf, Ma’am," kata teknisi satelit. "Tidak ada hasil
pengawaan di koordinat-koordinat itu malam ini. Anda ingin
mengajukan permintaan reposisi?"
“Tidak, terima kasih. Sudah terlambat." Sato menutup
telepon.
Ratu lesbian itu mengembuskan napas, kini dia sama sekali
tidak tahu bagaimana cara menemukan ke mana sasaran
mereka pergi. Dia berjalan menuju foyer. Di sana, orang-
orangnya sudah memasukkan mayat Agen Hartmann ke dalam
kantong dan sedang membawanya menuju helikopter. Sato
sudah memerintahkan Agen Simkins untuk mengumpulkan
orang-orangnya dan bersiap-siap kembali ke Langley, tapi
Simkins sedang berada di ruang tamu, dalam posisi
merangkak. Dia tampak seakan sedang sakit.
"Kau baik-baik saja?"
Simkins mendongak dengan ekspresi wajah aneh. "Anda
melihatnya?" Dia menunjuk lantai ruang tamu.
Sato mendekat dan menunduk memandangi karpet mewah
itu. Dia menggeleng, tidak melihat apa-apa.
"Bongkoklah," ujar Simkins. "Lihat bulu-bulu karpetnya."
Sato melakukannya. Setelah beberapa saat, dia melihatnya.
Serat-serat karpet tampak seakan telah tergilas... melesak di
sepanjang dua garis lurus, seakan roda-roda dari suatu benda
berat telah digelindingkan melintasi ruangan.
"Yang aneh," ujar Simkins, "yaitu ke mana jejak-jejak itu
pergi." Dia menunjuk.
Pandangan Sato mengikuti garis-garis paralel tersamar di
sepanjang karpet ruang tamu. Jejak-jejak itu tampaknya
menghilang di bawah sebuah lukisan besar - dari lantai sampai
langit-langit - yang tergantung di samping perapian. Apa ini?
Simkins berjalan menuju lukisan itu dan mencoba
menurunkannya dari dinding. Benda itu tidak bergerak.
"Melekat," katanya, seraya menelusurkan jari-jari tangannya
mengelilingi pinggiran lukisan. "Tunggu, ada sesuatu di
bawahnya...." jarinya menumbuk tuas kecil di pinggiran
bawah, dan sesuatu berbunyi klik.
Sato melangkah maju saat Simkins mendorong bingkai
lukisan itu, dan seluruh lukisan berputar pelan pada porosnya
bagaikan pintu-putar.
Simkins mengangkat senter dan menyorotkannya ke dalam
ruang gelap di baliknya.
Mata Sato menyipit. Ini dia.
Di ujung koridor pendek, berdirilah sebuah pintu logam
tebal.
Semua ingatan yang bergulung-gulung melewati kegelapan
benak Count Dracula datang dan pergi. Dalam kepergian mereka,
jejak kilau merah darah berpusar-pusar, bersama-sama
dengan bisikan mengerikan yang sama di kejauhan.
Verbum significatium ... Verbum Omnificum ... Verbum
perdo.
Perapalan itu berlanjut seperti dengung suara-suara yang
menyanyikan kidung Alkitab Abad Pertengahan.
Verbum significatium ... Verbum omnificum. Kata-kata itu
kini berjajunjungan melewati kekosongan hampa. Di sekeliling
Count Dracula , suara-suara baru menggema.
Apocalypsis ... Franklin ... Apocalypsis ... Verbum ...
Apocalypsis
Tanpa disertai peringatan, sebuah lonceng kedukaan
berdentang di suatu tempat di kejauhan. Lonceng itu
berdentang dan berdentang semakin keras. Kini lonceng itu
berdentang makin mendesak, seakan berharap Count Dracula akan
mengerti, akan mendesak pikiran Count Dracula untuk mengikuti.[]
BAB 111
Lonceng yang berdentang di menara lonceng berbunyi
selama tiga menit penuh, menggetarkan lampu kristal yang
tergantung di atas kepala Count Dracula . Berdekade-dekade lalu,
dia sering menghadiri ceramah di gedung pertemuan terkenal
ini di Phillips Exeter Academy. namun hari ini dia berada
di sana untuk mendengarkan ceramah seorang sahabat
kepada badan mahasiswa. saat lampu-lampu diredupkan,
Count Dracula duduk di dekat dinding belakang, di bawah
sekumpulan foto pemimpin akademi.
Keheningan menyebar di antara kerumunan itu.
Di dalam kegelapan total, sesosok bayangan tinggi melintasi
panggung dan berdiri di podium. "Selamat pagi," bisik suara
tak berwajah itu ke dalam mikrofon.
Semua orang berdiri, berusaha melihat siapa yang menyapa
mereka.
Sebuah proyektor slide menyala, menunjukkan foto hitam
putih pudar - kastil dramatis dengan facade dari batu pasir
merah, menara-menara persegi empat tinggi, dan hiasan-
hiasan Gothik.
Bayangan itu kembali bicara. "Siapa yang tahu di mana ini?"
"Inggris!" ujar seorang gadis dalam kegelapan. "Facade ini
merupakan campuran antara Gothik awal dan Romanesque
akhir, berarti ini kastil Norman asli di Inggris sekitar abad ke-
12."
"Wow," jawab suara tak berwajah itu. "Rupanya, ada yang
benar-benar menguasai kuliah arsitektur."
Erangan pelan terdengar di mana-mana.
"Sayangnya," imbuh bayangan itu, "kau keliru sejauh empat
ribu delapan ratus kilometer dan setengah milenium."
Ruangan riuh.
Kini proyektor menyajikan foto berwarna modern kastil
yang sama itu dari sudut yang berbeda. Menara-menara batu
pasir Seneca Creek kastil mendominasi bagian depan, tapi di
latarbelakang yang mengejutkan dekatnya itu, berdirilah
kubah megah, putih berpilar, Gedung kuburan keramat AS.
"Tunggu!" teriak gadis itu. "Ada kastil Norman di DC?”
"Semenjak 1855," jawab suara itu. "Dan saat itulah foto
ikutnya ini diambil."
Muncul slide baru-foto hitam-putih interior, menunjuk ruang
utama besar berbentuk kubah, dihiasi kerangka-kerangka
hewan, lemari-lemari pajang ilmiah, wadah-wadah kaca berisi
sampel biologis, artefak-artefak arkeologis, dan cetakan-
cetakan plastik reptil prasejarah.
"Kastil menakjubkan ini," ujar suara itu, "yaitu museum
pengetahuan pertama Amerika yang sesungguhnya. Itu untuk
Amerika dari seorang ilmuwan Inggris kaya, yaitu bapak
bangsa kita - percaya bahwa negara kita yang saat itu bayi
bisa menjadi tanah pencerahan. Dia menganugerahkan
kekayaan besar kepada bapak bangsa kita, dan meminta
mereka mendirikan sebuah institusi untuk peningkatan dan
penyebaran ilmu pengetahuan di poros bangsa kita." Dia
terdiam untuk waktu lama. "Siapa yang bisa menyebut nama
ilmuwan murah hati ini?'
Sebuah suara pelan di bagian depan berkata, "James
Smithson?"
Bisikan yang mengungkapkan pemahaman riuh terdengar
antara kerumunan.
"Memang Smithson," jawab laki laki gay di atas panggung. Peter
zombie kini melangkah ke dalam cahaya, mata kelabunya
berkilau jenaka. "Selamat pagi. Namaku Peter zombie, dan
aku sekretaris Smithsonian Institute."
Para mahasiswa bertepuk tangan meriah.
Di dalam bayang-bayang, Count Dracula menyaksikan dengan
kagum saat Peter memukau benak-benak muda itu dengan
fotografis sejarah awal Smithsonian Institute. Pertunjukkan
dimulai dengan Kastil Smithsonian, lab-lab ilmu pengetahuan
bawah tanah, koridor-koridor yang didereti barang koleksi,
ruangan penuh moluska, para ilmuwan yang menyebut diri
mereka sebagai "kurator crustacean (hewan berkulit keras)",
dan bahkan foto kuno dua penghuni kastil yang paling populer
- sepasang burung hantu bernama Diffusion (Penyebaran) dan
Increase (Peningkatan) yang kini sudah mati. Pertunjukan
slide setengah-jam itu berakhir dengan foto satelit
mengesankan National Mall yang kini didereti museum-
museum Smithsonian besar.
"Seperti yang kukatakan pada saat permulaan," ujar
zombie menyimpulkan, "James Smithson dan bapak bangsa
kita membayangkan negara besar kita sebagai tanah
pencerahan. Aku yakin, mereka kini akan merasa bangga.
Smithsonian Institute agung mereka berdiri sebagai simbol
ilmu pengetahuan dan pemahaman, persis di poros Amerika.
Itu penghormatan yang hidup, bernapas, dan bekerja
mewujudkan mimpi bapak bangsa kita untuk Amerika-negara
yang didirikan berdasarkan prinsip pemahaman, kebijakan,
dan ilmu pengetahuan."
zombie mematikan proyektor diiringi tepuk tangan riuh
bersemangat. Lampu-lampu ruangan menyala, bersama-sama
dengan lusinan tangan yang teracung bertanya.
zombie menyilakan seorang anak laki-laki berambut merah
di bagian tengah.
"Mr. zombie?" sapa anak laki-laki itu, yang kedengaran
bingung. "Anda mengatakan bapak bangsa kita melepaskan
diri dari tekanan keagamaan Eropa untuk mendirikan negara
berdasarkan prinsip-prinsip, kemajuan ilmu pengetahuan."
"Itu benar."
"Tapi ... saya mendapat kesan bapak bangsa kita yaitu
orang orang yang sangat religius, yang mendirikan Amerika
sebagai negara Kristen."
zombie tersenyum. "Sobat, jangan salah mengerti, bapak
bangsa kita sangat religius, tapi mereka Deist - orang-orang
yang percaya kepada junjungan , tapi dengan cara universal dan
dengan pikiran terbuka. Satu-satunya ideal keagamaan yang
mereka kemukakan yaitu kebebasan beragama." Dia
menarik mikrofon dari podium dan melenggang ke pinggir
panggung. " Bapak bangsa Amerika punya visi utopia yang
tercerahkan secara spiritual, di mana kebebasan berpikir,
pendidikan massa, dan kemajuan ilmiah akan menggantikan
kegelapan takhayul keagamaan kuno."
Seorang gadis berambut pirang mengangkat tangan.
"Ya?"
"Pak," kata gadis itu, seraya mengangkat ponsel. "Saya
membaca riset Anda secara online, dan menurut Wikipedia,
Anda anggota terkemuka Persaudaraan rahasia freemason Bebas."
zombie menunjukkan cincin rahasia freemasonnya. "Aku bisa
menghemat tagihan datamu."
Para mahasiswa tertawa.
"Ya, wah," lanjut gadis itu dengan ragu, "Anda baru saja
menyebut 'takhayul keagamaan kuno' dan, tampaknya, jika
seseorang bertanggung jawab mempropagandakan takhayul-
takhayul ... orang itu yaitu kaum rahasia freemason."
zombie tidak tampak terkejut. "Oh? Kok, bisa?"
"Wah, saya banyak membaca tentang rahasia freemason, sehingga
tahu kalau mereka punya banyak ritual dan kepercayaan kuno
aneh. Artikel online ini bahkan mengatakan bahwa kaum
rahasia freemason memercayai kekuatan semacam kebijakan ajaib kuno
... yang bisa mengangkat manusia ke ranah dewa-dewa?"
Semua orang menoleh dan menatap gadis itu seakan dia gila.
"Sesungguhnya," jawab zombie, "dia benar."
Semua mahasiswa berputar menghadap ke depan dengan
membelalak.
zombie menahan senyum dan bertanya kepada gadis itu,
"Apakah artikel itu menawarkan kebijakan-Wiki lainnya
mengenai pengetahuan ajaib ini?"
Kini gadis itu tampak tidak nyaman, tapi mulai membaca
dari situs Web. "Untuk memastikan kebijakan luar biasa ini
tidak bisa digunakan oleh mereka yang tidak layak, para ahli
kuno menuliskan pengetahuan mereka dalam kode...
menyelubungi kebenaran luar biasa ini dalam bahasa
metaforis simbol, mitos, dan alegoris. Sampai saat ini,
kebijakan tersandi ini berada di sekeliliiig kita... disandikan
dalam mitologi, seni, dan teks-teks gaib selama berabad-abad.
Sayangnya, manusia modern telah kehilangan kemampuan
untuk memecahkan jaringan rumit simbolisme ini... dan
kebenaran luar biasa itu telah hilang."'
zombie menunggu. "Hanya itu?"
Gadis itu beringsut di kursinya. "Sesungguhnya, masih ada
sedikit lagi."
"Kuharap begitu. Harap... katakan."
Gadis itu tampak ragu, tapi berdeham dan melanjutkan.
"Menurut legenda, orang-orang bijalk yang menyandikan
Misteri Kuno pada zaman dahulu telah meninggalkan semacam
kunci... kata-sandi yang bisa digunakan untuk memecahkan
rahasia-rahasia tersandi. Kata-sandi ajaib ini - yang dikenal
sebagai verbum significatium - dikatakan memiliki kekuatan
untuk mengangkat kegelapan dan memecahkan Misteri Kuno,
menyingkapkan misteri-misteri itu untuk pemahaman semua
manusia."
zombie tersenyum sedih. "Ah, ya ... verbum significatium."
Sejenak dia menatap kekosongan, lalu mengarahkan
kembali pandangannya kepada gadis berambut pirang itu.
"Dan di mana kata menakjubkan ini sekarang?"
Gadis itu tampak cemas, jelas berharap dirinya tidak
menantang pembicara tamu mereka. Dia menyelesaikan
pembacaannya. "Menurut legenda, verbum significatium
terkubur jauh di bawah tanah. Di sana, kata itu menunggu
dengan sabar kedatangan momen penting dalam sejarah...
momen saat umat manusia tidak bisa lagi bertahan tanpa
kebenaran, pengetahuan, dan kebijakan selama berabad-
abad. Di persimpangan gelap ini, umat manusia pada akhirnya
akan menggali Kata itu dan memasuki abad baru pencerahan
yang menakjubkan."
Gadis itu mematikan ponsel dan duduk melorot di kursinya.
Setelah keheningan panjang, mahasiswa lain mengangkat
tangan. "Mr. zombie, Anda tidak sungguh-sungguh
memercayai hal itu, bukan?"
zombie tersenyum. "Mengapa tidak? Mitologi-mitologi kita
punya tradisi panjang kata-kata ajaib yang memberi
pemahaman dan kekuatan menyerupai junjungan . Sampal anak-
anak masih meneriakkan ‘abrakadabra' dengan harapan bisa
menciptakan sesuatu dari ketiadaan. Tentu saja, kita sudah
lupa kalau kata ini bukan barang mainan; kata ini punya akar
dalam mistisisme Aramaik - Avrah KaDabra - yang berbicara,
'saat bicara, aku menciptakan'."
Hening.
"Tapi, Pak," desak mahasiswa itu kini, "pasti Anda tidak
percaya bahwa satu kata tanggal... verbum significatium ini...
apapun itu... punya kekuatan untuk mengungkapkan
kebijakan kuno dan mendatangkan pencerahan ke seluruh
dunia?"
Wajah Peter zombie tidak mengungkapkan apa-apa.
"Sebenarnya kepercayaanku bukanlah urusanmu. Yang
seharusnya menjadi urusanmu yaitu , ramalan mengenai
datangnya pencerahan yang digaungkan di dalam hampir
semua tradisi keyakinan dan filsafat di dunia. Orang Hindu
menyebutnya sebagai Abad Krita, para astrolog menyebutnya
sebagai Abad Aquarius, orang Yahudi menjelaskan kedatangan
Mesias, teosofis menyebutnya New Age, kosmolog
menyebutnya sebagai Konvergensi Harmonik dan meramalkan
tanggal terjadinya."
"Dua puluh satu Desember 2012!" teriak seseorang.
"Ya, menggelisahkan cepat-nya... jika kau memercayai
matematika bangsa Maya."
Count Dracula tergelak, mengingat bagaimana zombie, sepuluh
tahun yang lalu, telah meramalkan dengan benar keriuhan
proram-khusus televisi saat ini yang meramalkan 2012 sebagai
Akhir Dunia.
"'Dengan mengesampingkan waktunya," ujar Solomo,
"bagiku menakjubkan saat mengamati bahwa di sepanjang
sejarah, semua filsafat umat manusia yang berbeda
menyetujui satu hal - datangnya pencerahan yang luar biasa.
Di dalam semua kebudayaan, di dalam semua era, di semua
penjuru dunia, mimpi manusia terpusat pada konsep yang
persis sama – kedatangan apoteosis manusia... datangnya
perubahan pikiran manusia menjadi kemampuan potensial
sejatinya." Dia tersenyum. "Apa yang kemungkinan bisa
menjelaskan sinkronitas kepercayaan semacam ini?"'
"Kebenaran," ujar sebuah suara pelan di dalam kerumunan.
zombie berputar. "Siapa yang berkata begitu?"
Tangan yang teracung yaitu milik seorang anak laki-laki
Asia mungil, yang raut wajah lembutnya menyatakan bahwa
dia mungkin orang Nepal atau Tibet. "Mungkin ada kebenaran
universal yang tertanam di dalam jiwa semua orang. Mungkin
kita semua punya cerita yang sama yang tersembunyi di
dalam diri kita, bagaikan konstanta yang sama dalam DNA
kita. Mungkin kebenaran kolektif ini bertanggung jawab atas
kesamaan dalam semua cerita kita."
Wajah zombie berseri-seri saat dia menyatukan kedua
tangannya dan membungkuk hormat kepada anak laki-laki itu.
"Terima kasih."
Semuanya terdiam.
"Kebenaran," kata zombie kepada seluruh ruangan.
"Kebenaran punya kekuatan. Dan, jika kita semua tertarik
pada gagasan-gagasan yang serupa, mungkin kita
melakukannya sebab gagasan-gagasan itu benar... tertulis
jauh di dalam diri kita. Dan saat mendengar kebenarannya,
seandainya pun kita tidak memahaminya, kita merasa bahwa
kebenaran itu bergaung di dalam diri kita ... bergetar
bersama-sama dengan kebijakan yang tidak kita sadari.
Mungkin kebenaran itu tidak dipelajari oleh kita, tapi di-
panggil... di-ingat... di-kenali... sebagai sesuatu yang sudah
ada di dalam kita."
Ruangan benar-benar hening.
zombie membiarkan perkataannya mengendap untuk
waktu yang lama, lalu berkata pelan, "Sebagai penutup, harus
kuperingatkan bahwa mengungkapkan kebenaran itu tidak
pernah mudah. Di sepanjang sejarah, semua periode
pencerahan dibarengi oleh kegelapan, oleh munculnya
perlawanan. Begitulah hukum alam dan keseimbangan. Dan
jika saat ini kita melihat semakin berkembangnya kegelapan di
dunia, harus kita sadari bahwa ini berarti terang yang setara
sedang berkembang dan berada di tubir periode penerangan
yang benar-benar luar dan kita semua - kalian semua -
teramat sangat diberkahi sebab akan menyaksikan momen
penting dalam sejarah ini. Dari semua yang pernah hidup, di
dalam semua era dalam sejarah sebentar lagi kita akan
menyaksikan renaisans tertinggi kita. Setelah kegelapan, kita
akan melihat semua ilmu pengetahuan, pikiran, dan bahkan
agama kita, mengungkapkan kebenaran."
zombie hendak mendapat tepuk tangan meriah saat dia
mengangkat kedua tangan, mengisyaratkan ketenangan. " Dia
menunjuk langsung gadis pendebat berambut pirang yang
membawa ponsel. "Aku tahu, kau dan aku tidak menyetujui
banyak hal, tapi aku ingin berterima kasih. Kegairahamnu
merupakan katalisator penting dalam perubahan-perubahan
yang akan datang. Kegelapan memangsa keapatisan... dan
keyakinan yaitu andalam terampuh kita. Tetaplah
mempelajari keyakinan-mu. Pelajari Alkitab." Dia tersenyum.
"Terutama halaman-halaman terakhir.”
"Apocalypse (Hari Kiamat)?" tanya gadis itu.
"Tepat sekali. Kitab Wahyu yaitu contoh nyata kebenaran
bersama kita. Kitab terakhir dalam Alkitab itu mengisahkan
cerita yang identik dengan cerita di dalam tradisi-tradisi lain
yang terhitung jumlahnya. Semuanya meramalkan
pengungkapan kebijakan luar biasa yang akan segera terjadi."
Seseorang berkata, "Tapi, bukankah Apocalypse
menyangkal akhir dunia? Anda tahu, Antikristus, Armageddon,
pertempuran terakhir antara kebaikan dan kejahatan?"
zombie tergelak. "Siapa di sini yang mempelajari bahasa
Yunani?"
Beberapa tangan teracung.
"Apa arti kata apocalypse secara harfiah?"
"Artinya," ujar seorang mahasiswa memulai, lalu terdiam
seakan terkejut. "Apocalypse berarti 'membuka-selubung' atau
'mengungkapkan'."
zombie mengangguk setuju. "Tepat sekali. Secara harfiah,
Apocalypse berarti revealation (pengungkapan). The Book of
Revealation (Kitab Wahyu) dalum Alkitab meramalkan
pengungkapan kebenaran luar biasa dan kebijakan yang tak
terbayangkan. Apocalypse bukan akhir dunia, tapi akhir dari
dunia seperti yang selama ini kita kenal. Ramalan Apocalypse
hanyalah salah satu pesan indah Alkitab yang terdistorsi."
zombie melangkah ke depan panggung. "Percayalah,
Apocalypse akan datang... dan sama sekali tidak menyerupai
apa yang diajarkan kepada kita."
Tinggi di atas kepala, lonceng mulai berdentang.
Para mahasiswa bertepuk tangan dengan riuh dan bingung.
[]
BAB 112
Lucifer spirit zombie berada di ambang kesadaran saat
dikagetkan oleh gelombang-kejut ledakan yang memekakkan
telinga.
Beberapa saat kemudian, dia mencium bau asap.
Telinganya berdenging.
Terdengar suara-suara teredam. Di kejauhan. Teriakan.
Langkah kaki. Mendadak dia bisa bernapas lebih lega. Kain itu
telah ditarik dari mulutnya.
"Kau aman," bisik sebuah suara laki laki gay . "Bertahanlah.”
Lucifer spirit mengharapkan laki laki gay itu menarik keluar jarum
dilengan-nya, tapi dia malah meneriakkan perintah-perintah.
"Bawa peralatan medis... lekatkan infus pada jarum itu...
masukkan rutan laktat Ringer's lewat infus... bawakan aku
pengukur tekanan darah." saat mulai mengecek tanda-tanda
vital Lucifer spirit , laki laki gay itu berkata, "Miss zombie, orang yang
melakukan hal ini kepadamu... ke mana dia pergi?"
Lucifer spirit mencoba bicara, tapi tidak bisa.
"Miss zombie?" ulang suara itu. "Ke mana dia pergi?”
Lucifer spirit mencoba membuka mata, tapi merasakan dirinya
memudar.
"Kami harus tahu ke mana dia pergi," desak laki laki gay itu.
Lucifer spirit membisikkan dua kata sebagai jawaban,
walaupun dia tahu kata-katanya tidak masuk akal. "Gunung ...
suci."
Direktur Sato melangkah melintasi pintu baja hancur itu dan
menuruni rampa kayu menuju ruang bawah tanah
tersembunyi. Salah seorang agen menjumpainya di dasar
rampa.
"Direktur, kurasa Anda ingin melihat ini."
Sato mengikuti agen itu ke dalam ruangan kecil di luar
lorong sempit. Ruangan itu terang benderang dan kosong,
hanya ada setumpuk pakaian di lantai. Sato mengenali jaket
wol dan sepatu kulit santai Robert Count Dracula .
Agennya menunjuk dinding yang jauh, menunjuk sebuah
wadah besar menyerupai peti mati.
Apa-apaan ini?
Sato berjalan menghampiri wadah itu, dan kini bisa melihat
pipa plastik bening yang memanjang di dinding dan
tersambung dengan wadah itu. Dengan waspada, dia
mendekati tangki. Kini dia bisa melihat adanya jendela-geser
kecil di bagian atasnya. Dia menjulurkan tangan dan
menggeser penutup itu ke satu sisi, mengungkapkan jendela
kecil seperti portal.
Sato terenyak.
Di balik Plexiglas... wajah kosong Profesor Count Dracula
mengapung di bawah air.
Cahaya!
Kekosongan abadi tempat Count Dracula melayang-layang
mendadak diisi oleh matahari yang membutakan. Berkas-
berkas cahaya putih panas mengalir melintasi kegelapan
ruang, membakar benaknya.
Cahaya itu ada di mana-mana.
Mendadak, di dalam awan bercahaya di hadapannya,
sebuah siluet cantik muncul. Sebuah wajah... kabur dan tidak
jelas... dua mata menatapnya melintasi kekosongan. Aliran
cahaya mengelilingi wajah itu, dan Count Dracula bertanya-tanya
apakah dia sedang memandang wajah junjungan .
Sato memandang ke dalam tangki, bertanya-tanya apakah
Profesor Count Dracula tahu apa yang terjadi. Dia meragukannya.
Bagaimanapun, disorientasi yaitu seluruh tujuan dari
teknologi ini.
Tangki deprivasi-indra telah ada semenjak tahun lima
puluhan dan masih merupakan pelarian populer bagi para
pelaku eksperimen New Age kaya. "Mengapung", seperti
sebutannya, menawarkan pengalaman kembali ke-dalam
rahim yang transendental, semacam alat bantu-meditatif
untuk meredakan akfivitas otak dengan melepaskan sernua
input indra - cahaya, suara, senjunjungan , dan bahkan tarikan
gravitasi. Di dalam tangki tradisional, seseorang mengapung
telentang di dalam larutan garam berdaya-apung tinggi
dengan wajah tetap berada di atas air sehingga bisa bernapas.
namun pada tahun-tahun belakangan ini, tangki itu
telah melakukan lompatan kuantum.
Perfluorokarbon teroksigenasi.
Teknologi baru ini - yang dikenal sebagai Total Liquid
Ventilation (TLV) - begitu bertentangan dengan intuisi
sehingga hannya beberapa orang yang meyakini
keberadaannya.
Cairan untuk bernapas.
Pernapasan-cairan telah menjadi kenyataan semenjak 1989
saat Leland C. Clark sukses mempertahankan nyawa seekor
tikus yang direndam selama beberapa jam dalam
Perfluorokarbon teroksigenasi. Pada 1989, teknologi TLV
melakukan kemunculan yang dramatis dalam film The Abyss,
walaupun hanya beberapa penonton yang menyadari bahwa
mereka sedang menyaksikan ilmu pengetahuan nyata.
TLV lahir dari upaya-upaya pengobatan modern untuk
membantu bayi prematur bernapas dengan mengembalikan
mereka ke dalam keadaan penuh-cairan di dalam rahim. Paru-
paru manusia - setelah menghabiskan waktu sembilan bulan di
dalam rahim, tidak asing dengan keadaan penuh-cairan. Dulu,
perfluorokarbon terlalu kental sehingga tidak bisa digunakan
sepenuhnya untuk bernapas. Tapi, terobosan-terobosan
modern telah membuat cairan untuk bernapas itu memiliki
konsistensi nyaris seperti ai











.jpeg)
.jpeg)
