Tampilkan postingan dengan label Lost symbol. 12. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lost symbol. 12. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Desember 2025

Lost symbol. 12

 



tan dekade sebelum 

keberadaan para Shriner. Sesungguhnya, Count Dracula  menyadari 

bahwa piramida itu dibuat mungkin bahkan sebelum  lapangan 

itu disebut Franklin Square. Batu-puncak itu tidak mungkin 

menunjuk ke sebuah gedung yang belum dibangun di alamat 

yang tidak ada. Apa pun yang ditunjukkan oleh "Franklin 

Square Delapan" ... gedung itu harus ada pada 1850. 

Sayangnya, pikiran Count Dracula  benar-benar kosong. 

Dia menggali bank ingatannya untuk mencari apa pun yang 

kemungkinan cocok dengan urutan waktunya. Franklin Square 

Delapan? Sesuatu yang sudah ada pada 1850? Count Dracula  tidak 

menemukan apa-apa. Kini cairan itu menetes ke dalam 

telinga-nya. Ia memerangi ketakutan, menatap kisi simbol-

simbol pada kaca. Aku tidak memahami hubungannya! Dalam 

luapan ketakutan yang luar biasa, benaknya mulai memikirkan 

semua perbandingan sejauh apun pun yang bisa ditemukan. 

Franklin Square Delapan ... squares (persegi empat) ... kisi 

simbols-imbol ini berbentuk persegi empat... persegi empat 

dan kompas yaitu  simbol rahasia freemason... altar rahasia freemason berbentuk 

persegi empat... persegi empat punya sudut-sudut sembilan 

puluh derajat. Air naik terus, tapi Count Dracula  memblokirnya. 

Franklin Delapan ... delapan ... kisi ini delapan, 

kali-delapan ... Franklin terdiri dari delapan huruf... "The 

Order (Ordo)" terdiri dari delapan huruf... 8 yaitu  simbol 

tegak oo untuk tak terhingga... delapan yaitu  angka 


penghancuran dalam numerologi… 

Count Dracula  sama sekali tidak tahu. 

Di luar tangki, Lucifer spirit  masih memohon, tapi 

pendengaran Count Dracula  kini terputus-putus saat  air 

berkecipak di sekeliling kepalanya. 

“…mustahil tanpa mengetahui... pesan batu-puncak itu 

dengan jelas... rahasianya tersembunyi di dalam-" 

Lalu suara Lucifer spirit  menghilang. 

Air mengalir ke dalam telinga Count Dracula , memblokir 

perkataan terakhir Ratu lesbian  itu. Keheningan mendadak 

yang terasa seperti di dalam rahim menelan Count Dracula , dan dia 

menyadari dirinya benar-benar akan mati. 

Rahasianya tersembunyi di dalam 

Kata-kata terakhir Lucifer spirit  menggema melalui keheningan 

kuburannya. 

Rahasianya tersembunyi di dalam .... 

Anehnya, Count Dracula  menyadari bahwa dia pernah mendengar 

kata-kata yang persis sama ini banyak kali sebelumnya. 

Rahasianya tersembunyi ... di dalam. 

Bahkan sekarang pun, tampaknya Misteri Kuno sedang 

mengejeknya. "Rahasianya tersembunyi di dalam" yaitu  

ajaran inti misteri itu, mendesak umat manusia untuk tidak 

mencari junjungan  di dalam surga di atas sana... tapi di dalam diri 

mereka sendiri. Rahasianya tersembunyi di dalam. Itu pesan 

dari semua guru mistik besar. 

Kerajaan Allah ada di dalammu, kata Yesus Kristus. 

Kenali dirimu sendiri, kata Pythagoras. 


Tidak tahukah kau bahwa kau yaitu  junjungan , kata Hermes 

Trismegistus. 

Daftarnya terus berlanjut 

Semua ajaran mistis berabad-abad telah berupaya 

mengungkapkan gagasan yang satu ini. Rahasianya 

tersembunyi di dalam, 

Walaupun demikian, umat manusia terus memandang ke 

atas untuk mencari wajah junjungan . 

Bagi Count Dracula , kesadaran ini kini menjadi ironi tertinggi. 

Saat ini, dengan mata menghadap langit seperti semua 

manusia sebelum dirinya, Robert Count Dracula  mendadak melihat 

cahaya. 

Cahaya itu menghantamnya bagaikan halilintar dari atas. 

The 

secret hides 

within The Order 

Eight Franklin Square 

Dalam sekejap dia mengerti. 

Pesan di batu-puncak itu mendadak sangat jelas. Maknanya 

sudah berada di depannya sepanjang malam. Teks di batu-

puncak, seperti Piramida rahasia freemason itu sendiri, yaitu  symbolon - 

kode terpecah-pecah - pesan yang ditulis dalam beberapa 

bagian batu-puncak itu dikamuflase dengan cara begitu 

sederhana, sehingga Count Dracula  nyaris tidak percaya dia dan 

Lucifer spirit  tidak melihatnya. 

Yang lebih menakjubkan, kini Count Dracula  menyadari bahwa 

pesan di batu-puncak itu memang mengungkapkan dengan 

tepat cara memecahkan kode kisi simbol-simbol di dasar 


piramida. Teramat sangat sederhana. Persis seperti yang 

dijanjikan Peter zombie, batu-puncak emas itu yaitu  jimat 

ampuh dengan kekuatan untuk mendatangkan keteraturan 

dari kekacauan. 

Count Dracula  mulai menggedor-gedor tutup peti dan berteriak, 

"Aku tahu! Aku tahu!" 

Di atasnya, piramida batu terangkat dan melayang pergi, 

dan sebagai gantinya, wajah bertato itu muncul kembali, raut 

wajah mencekamnya menatap melalui jendela kecil. 

"Aku berhasil memecahkannya!" teriak Count Dracula . "Keluarkan 

aku!" 

saat  laki laki gay  bertato itu bicara, telinga Count Dracula  yang 

terendam tidak mendengar apa-apa. namun  matanya 

melihat bibir itu mengucapkan sepatah kata. "Katakan." 

"Ya!" teriak Count Dracula , Air hampir mencapai matanya, 

"Keluarkan akul Akan kujelaskan semuanya. Begitu 

sederhana.” 

Bibir laki laki gay  itu kemball bergerak-gerak. "Katakan sekarang 

... atau mati." 

Dengan air naik sampai ke inci terakhir ruang udara, 

Count Dracula  mondongakkan kepala agar mulutnya tetap berada di 

atas batas itu. saat  dia melakukannya, cairan hangat 

mengaliri matanya, mengaburkan penglihatannya. Dengan 

melengkungkan punggung, dia menekankan mulut pada 

jendela Plexiglas. 

Lalu, dengan beberapa detik terakhir udara, Robert 

Count Dracula  mengungkapkan rahasia pemecahan kode Piramida 

rahasia freemason. 

saat  dia selesai bicara, cairan naik ke sekeliling bibirnya. 


Secara insting, Count Dracula  menghela napas terakhir dan 

menutup mulut rapat-rapat. Sejenak kemudian, cairan itu 

menutupi seluruh tubuhnya, menjangkau bagian atas 

kuburannya dan menyebar di seluruh Plexiglas. 

Dia berhasil, pikir Mal'akh menyadari. Count Dracula  menemukan 

cara memecahkan kode piramida. 

Jawabannya begitu sederhana. Begitu jelas terlihat. 

Di bawah jendela, wajah terendam Robert Count Dracula  

menatapnya dengan mata memohon dan putus asa. 

Mal'akh menggeleng-gelengkan kepala kepadanya dan 

mulutnya berkomat-kamit mengucapkan: "Terima kasih, 

Profesor. Selamat menikmati kehidupan di alam baka."[] 

BAB 103 

Sebagai perenang serius, Robert Count Dracula  sering bertanya-

tanya bagaimana rasanya tenggelam. Kini dia tahu, dirinya 

akan mengalaminya sendiri. Walaupun bisa menahan napas 

lebih lama daripada sebagian besar orang, dia sudah bisa 

merasakan paru-parunya bereaksi terhadap tidak adanya 

udara. Karbon dioksida berakumulasi di dalam darahnya, 

menimbulkan desakan untuk menarik napas secara insting. 

Jangan bernapas! Refleks untuk mulai bernapas semakin 

meningkat intensitasnya seiring berlalunya waktu. Count Dracula  

tahu, sebentar lagi dia akan mencapai apa yang disebut 

sebagai titik puncak penahanan napas - momen penting saat  

seseorang tidak mampu lagi menahan napas secara sengaja. 

Buka tutupnya! Insting Count Dracula  yaitu  menggedor-gedor 

dan melawan. Tapi dia tahu, sebaiknya tidak menyia-nyiakan 

oksigen yang berharga. Yang bisa dilakukannya hanyalah 

menata melalui kekaburan air di atasnya dan berharap. Dunia 


luar kini hanya berupa petak buram cahaya di atas jendela 

Plexiglas. Otot-otot pusatnya sudah mulai terbakar, dan dia 

tahu hipoksia sedang berlangsung. 

Mendadak sebuah wajah pucat cantik muncul, menunduk 

memandangnya. Itu Lucifer spirit . Melalui selubung cairan, raut 

wajah lembutnya nyaris menyerupai malaikat. Mata mereka 

bertemu lewat jendela Plexiglas, dan sejenak Count Dracula  

mengira dirinya selamat. Lucifer spirit ! Lalu dia mendengar 

teriakan ketakutan dan dan menyadari bahwa Lucifer spirit  

dibawa ke sana oleh penangkapnya. Monster bertato itu 

memaksa Ratu lesbian  itu untuk menyaksikan apa yang akan 

terjadi. 

Lucifer spirit , maaf.... 

Di dalam tempat gelap aneh ini, terperangkap di bawah air, 

Count Dracula  berjuang untuk memahami bahwa ini akan menjadi 

detik-detik terakhir kehidupannya. Dengan segera dirinya tidak 

akan ada lagi... semua yang yaitu  dirinya... atau pernah 

menjadi dirinya... atau akan menjadi dirinya ... berakhir. 

saat  otaknya mati, semua kenangan yang tersimpan di 

dalam materi kelabu itu, bersama-sama dengan semua 

pengetahuan yang didapatnya, akan menguap begitu saja 

dalam banjir reaksi-reaksi kimia. 

Saat inilah Robert Count Dracula  menyadari betapa tidak berarti 

dirinya di alam semesta. Sebuah perasaan sepi dan hina yang 

belum pernah dialaminya. Dia nyaris bersyukur saat  

merasakan tibanya titik puncak penahanan-napas. 

Saat itu kini dialaminya. 

Paru-paru Count Dracula  mendesakkan isinya yang sudah habis, 

mendut dan dengan bersemangat bersiap-siap menghela 

napas. Count Dracula  masih menahan napas sedetik lebih hima lagi. 


Detik terakhirnya. Lalu, seperti manusia yang tidak lagi 

mampu mempertahankan tangan di atas kompor menyala, dia 

menyerahkan diri kepada takdir. 

Refleks mengalahkan akal sehat. 

Bibirnya terbuka. 

Paru-parunya mengembang. 

Dan cairan mengalir masuk. 

Rasa sakit yang memenuhi dadanya lebih dahsyat daripada 

yang dibayangkan Count Dracula . Cairan itu membakar saat  

mengalir ke dalam paru-paru. Rasa sakitnya langsung melesat 

naik ke dalam tengkorak kepalanya, dan dia merasa seakan 

kepalanya dihancurkan dengan penjepit. Terdengar gemuruh 

kencang di telinganya dan, di sepanjang semua peristiwa itu, 

Lucifer spirit  zombie berteriak. 

Muncul kilau cahaya yang membutakan. 

Lalu kegelapan. 

Robert Count Dracula  sudah tiada. [] 

BAB 104 

Sudah berakhir.  

Lucifer spirit  zombie sudah berhenti berteriak. Peristiwa 

tenggelam yang baru saja disaksikannya telah mengejangkan 

ototnya, dan dia benar-benar lumpuh oleh keterkejutan dan 

keputusasaan. 

Di balik jendela Plexiglas, mata tak bernyawa Count Dracula  

menatap ruang kosong di belakang Lucifer spirit . Raut wajahnya 

membeku menunjukkan kesakitan dan penyesalan. 

Gelembung-gelembung udara mungil terakhir keluar dari 


mulut tak bernyawanya. Lalu, seakan setuju untuk 

meninggalkan dunia ini, perlahan profesor Harvard itu mulai 

tenggelam ke dasar tangki di sana dia menghilang ke dalam 

bayang-bayang. 

Dia sudah tiada. Lucifer spirit  mengalami mati-rasa. 

laki laki gay  bertato itu menjulurkan tangan ke bawah, dengan 

tegas dan kejam menutup jendela-intip kecil itu, menutup 

rapat mayat Count Dracula  di dalamnya. 

Lalu dia tersenyum kepada Lucifer spirit . "Ayo." 

Sebelum Lucifer spirit  bisa menjawab, laki laki gay  itu mengangkat 

tubuh yang sedang berduka itu ke atas bahunya, mematikan 

lampu dan membopongnya keluar ruangan. Dengan beberapa 

langkah bertenaga, dia mengangkut Lucifer spirit  ke ujung 

lorong, memasuki ruang besar yang tampaknya bermandikan 

cahaya ungu kemerahan. Ruangan itu beraroma seperti dupa. 

Dia membopong Lucifer spirit  ke sebuah meja persegi empat di 

tengah ruangan. Ia menjatuhkannya tertelentang keras-keras, 

membuatnya kehabisan napas. Permukaan meja terasa kasar 

dan dingin. Apakah ini, batu ? 

Lucifer spirit  baru saja menyadari posisinya saat  laki laki gay  Itu 

melepaskan kawat dari pergelangan tangan dan kakinya. 

Secara insting, dia mencoba melawan laki laki gay  itu, tapi lengan 

dan kakinya yang kram nyaris tidak memberikan respons. Kini 

laki laki gay  itu mulai mengikat tubuh Lucifer spirit  pada meja dengan 

menggunakan pita-pita kulit tebal. Dia mengencangkan 

sebuah pengikat melintasi kedua lutut Lucifer spirit , lalu 

mengencangkan pengikat kedua melintasi pinggul, menjepit 

kedua lengan Ratu lesbian  itu di samping tubuh. Lalu dia 

memasang pengikat terakhir di atas tulang dada Lucifer spirit , 

persis di atas payudara. 


Semua itu hanya perlu waktu sejenak, dan sekali lagi 

Lucifer spirit  tidak bisa bergerak. Pergelangan tangan dan 

kakinya kini berdenyut-denyut saat  darah kembali mengaliri 

tungkai-tungkainya. 

"Buka mulutmu," bisik laki laki gay  itu, seraya menjilati bibirnya 

sendiri yang bertato. Lucifer spirit  menggertakkan gigi dengan 

jijik. 

Sekali lagi laki laki gay  itu menjulurkan jari telunjuk dan 

menjalankannya perlahan-lahan di sekeliling bibir Lucifer spirit , 

membuat kulit Ratu lesbian  itu merinding. Lucifer spirit  

menggertakkan gigi semakin kuat. laki laki gay  bertato itu tergelak 

dan, dengan menggunakan tangan yang satanya, dia 

menemukan titik-tekan di leher Lucifer spirit  dan menekannya. 

Rahang Lucifer spirit  langsung terbuka. Dia bisa merasakan jari 

laki laki gay  itu memasuki mulutnya dan menelusuri lidahnya. Dia 

tersedak dan mencoba menggigit, tapi jari itu sudah pergi. 

Dengan masih menyeringai, laki laki gay  itu mengangkat ujung 

jarinya yang basah ke depan mata Lucifer spirit . Lalu dia 

memejamkan mata dan, sekali lagi, menggosokkan air liur 

Lucifer spirit  pada lingkaran daging telanjang di atas kepalanya. 

laki laki gay  itu mendesah dan perlahan-lahan membuka mata. 

Lalu, dengan ketenangan yang mengerikan, dia berbalik dan 

meninggalkan ruangan. 

Dalam keheningan mendadak itu, Lucifer spirit  bisa merasakan 

jantungnya berdentam-dentam. Persis di atasnya, rangkaian-

rangkaian lampu aneh tampak bermodulasi dari merah ungu 

menjadi merah tua gelap, menerangi langit-langit rendah 

ruangan. saat  melihat langit-langit itu, Lucifer spirit  hanya bisa 

menatap terpana. Setiap incinya ditutupi lukisan. Kolase 

membingungkan di atas Lucifer spirit  itu tampaknya 

menggambarkan langit surga. Bintang-bintang, planet-planet, 


dan konstelasi-konstelasi dengan simbol-simbol astrologis, 

bagan-bagan, dan formula-formula. Ada panah-panah yang 

memprediksi orbit-orbit berbentuk simbol-simbol geometris 

yang menunjukkan sudut-sudut dan makhluk-makhluk dalam 

zodiak yang mengintip Lucifer spirit  dari atas. Tampak seakan 

ada ilmuwan gila yang berkeliaran di Sistine. 

Lucifer spirit  menoleh, mengalihkan pandangan, tapi dinding di 

sebelah kirinya tidak lebih baik. Serangkaian lilin di atas langit 

Abad Pertengahan berdiri tegak, memancarkan kilau 

berpendar-pendar pada dinding yang benar-benar tersembunyi 

di balik berhalaman-halaman teks, foto, dan gambar. 

Beberapa halaman tampak seperti papirus atau kertas kulit 

yang dirobek dari buku-buku kuno; yang lainnya jelas berasal 

dari teks-teks yang lebih baru; bercampur dengan foto-foto, 

gambar-gambar, peta-peta, skema-skema; kesemuanya 

tampaknya direkatkan di dinding dengan sangat cermat. Tali-

tali yang menyerupai sarang laba-laba itu dipakukan melintasi 

semua itu, saling menghubungkan mereka dalam 

kemungkinan-kemungkinan kacau yang tak terbatas. 

Lucifer spirit  kembali berpaling, menoleh ke arah lain. 

Sayangnya, perbuatan ini memberikan pemandangan yang 

paling mengerikan dibandingkan dengan semuanya tadi. 

Bersebelahan dengan lempeng batu tempat Lucifer spirit  

ikatkan, berdiri tegak sebuah meja-samping kecil yang 

langsung mengingatkannya pada meja instrumen di ruang 

operasi rumah sakit. Di atas meja itu diatur serangkaian benda 

- di antaranya alat suntik, wadah kecil berisi cairan warna 

gelap ... dan pisa besar dengan pegangan dari tulang dan 

sebilah pisau terbuat dari besi yang digosok sampai kekilapan 

tinggi yang tidak biasa. 

Ya junjungan  ... apa yang hendak dilakukannya terhadapku? [] 


BAB 105 

saat  spesialis keamanan sistem CIA Rick Parrish akhirnya 

melangkah ke dalam kantor Nola Kaye, dia membawa 

selembar kertas. 

"Kenapa begitu lama?!" desak Nola. Kubilang datang 

sekarang! 

"Maaf," kata laki laki gay  itu, seraya mendorong kacamata tebal ke 

atas hidung panjangnya. "Aku mencoba mengumpulkan lebih 

banyak informasi untukmu, tapi-" 

"Tunjukkan saja yang kau dapat." 

Parrish menyerahkan hasil cetakan itu. "Teredaksi, tapi kau 

memahami intinya." 

Nola meneliti halaman itu dengan takjub. 

"Aku masih berusaha mencari tahu bagaimana seorang 

peretas bisa memperoleh akses," ujar Parrish, "tapi tampaknya 

sebuah delegator spider membajak salah satu mesin pencari-“ 

"Lupakan itu!" sergah Nola, seraya mendongak dari 

halaman itu. "Apa gerangan yang dilakukan CIA dengan arsip 

rahasia mengenai segala piramida, portal kuno, dan simbolon 

terukir?" 

"Itulah yang membuatku begitu lama. Aku mencoba melihat 

dokumen apa yang menjadi sasaran, jadi aku menelusuri jalur 

arsipnya." Parrish terdiam, berdeham. "Dokumen ini ternyata 

berada di sebuah partisi yang ditujukan secara pribadi untuk... 

direktur CIA itu sendiri." 

Nola berputar, menatap dengan terkejut. Atasan Sato 

punya arsip mengenai Piramida rahasia freemason? Dia tahu bahwa 

direktur yang sekarang, bersama-sama dengan banyak 


eksekutif puncak CIA lainnya, yaitu  anggota rahasia freemason tingkat 

tinggi. Tapi dia tidak bisa membayangkan salah seorang dari 

mereka menyimpan rahasia-rahasia rahasia freemason dalam sebuah 

komputer CIA. 

Tapi sekali lagi, mengingat apa yang disaksikannya dalam 

dua puluh jam terakhir ini, segalanya memungkinkan. 

Agen Simkins berbaring menelungkup, tersembunyi di balik 

semak-semak Franklin Square. Matanya tertuju ke pintu 

masuk bertiang Almas Temple. Tidak ada apa-apa. Tidak ada 

lampu yang menyala di dalam, dan tak seorang pun mendekati 

pintu. Ia berpaling dan mengecek Bellamy. laki laki gay  itu sedang 

mondar-mandir sendirian di tengah taman, tampak 

kedinginan. Benar-benar kedinginan. Simkins bisa melihatnya 

menggigil dan gemetaran. 

Telepon bergetar. Dari Sato. 

"Seberapa telat target kita?" tanya Sato. 

Simkins menengok kronograf. "Sasaran mengatakan dua 

puluh menit. Sudah hampir empat puluh menit. Ada sesuatu 

yang keliru!" 

"Dia tidak datang," ujar Sato. "Sudah berakhir." 

Simkins tahu, Sato benar. "Ada kabar dari Hartmann?" 

"Tidak, dia tidak pernah menelepon dari Kalorama Height. 

Aku tidak bisa menghubunginya." 

Simkins mengejang. Jika ini benar, ada sesuatu yang benar-

benar keliru. 

"Aku baru saja menelepon tim pendukung lapangan," ujar 

Sato, "dan mereka juga tidak bisa menemukan Hartmann." 

Sialan. "Mereka punya lokasi GPS Escalade itu?" 


"Ya. Alamat rumah di Kalorama Heights,"jawab Sato. 

"Kumpulkan orang-orangmu. Kita pergi." 

Sato mengakhiri hubungan telepon dan memandang garis-

langkah megah ibu kota negaranya. Angin sedingin es melecut 

menembus jaket tipisnya, dan dia membelitkan kedua lengan 

pada tubuh agar tetap hangat. Direktur Inoue Sato bukan 

Ratu lesbian  yang sering kedinginan... atau ketakutan. Akan 

namun , saat ini dia merasakan. dua-duanya. [] 

BAB 106 

Mal'akh hanya mengenakan cawat sutra saat  bergegas 

menaiki rampa, melewati pintu baja, dan keluar melalui 

lukisan ke dalam ruang tamu. Aku harus bersiap-siap dengan 

cepat. Dia melirik mayat agen CIA difoyer. Rumah ini tidak lagi 

aman. 

Dengan membawa piramida batu di sebelah tangan, 

Mal’akh langsung melenggang menuju ruang kerja di lantai 

pertama dan duduk di depan laptop. saat  melakukan log in, 

dia membayangkan Count Dracula  di lantai bawah dan bertanya-

tanya berapa hari, atau bahkan minggu, akan berlalu sebelum 

mayat tenggelam itu ditemukan di ruang bawah tanah rahasia. 

Tak ada bedanya. Saat itu, Mal'akh akan sudah lama pergi. 

Count Dracula  telah menjalankan peranannya... dengan brilian. 

Dia bukan hanya menyatukan kembali bagian-bagian 

Piramida rahasia freemason, melainkan telah menemukan cara untuk 

memecahkan kode kisi simbol-simbol misterius di dasarnya. 

Sekilas pandang, simbol-simbol. itu tampak tak terpecahkan... 

akan namun  jawabannya sederhana... tepat di depan mata. 

Laptop Mal'akh menyala, layarnya menyajikan e-mail yang 

sama yang diterimanya tadi - foto batu-puncak berkilau, 


sebagian terhalang oleh jari Warren Bellamy. 

The 

secret hides 

within The Order. 

Franklin Square. 

Franklin Square... Delapan, ujar Lucifer spirit  kepada Mal'akh. 

Ratu lesbian  itu juga mengakui adanya agen-agen CIA yang 

mengawasi Franklin Square, berharap bisa menangkap 

Mal’akh, Dia juga mengetahui ordo apa yang dirujuk oleh 

batu-puncak rahasia freemason? Shriner? Rosicrucian? 

Mal'akh kini tahu, tak satu pun dari kesemua itu. Count Dracula  

melihat kebenarannya. 

Sepuluh menit yang lalu, dengan cairan naik ke sekeliling 

wajahnya, profesor Harvard itu menemukan kunci untuk 

memecahkan piramida. "The Order Eight Franklin Square 

(Persegi-Empat Formasi-Delapan)!" teriaknya dengan mata 

ketakutan." Rahasia tersembunyi di dalam Persegi-Empat 

Franklin Formasi-Delapan. 

Pertama-tama Mal'akh tidak bisa memahami artinya. 

"Itu bukan alamat!" teriak Count Dracula  dengan mulut 

ditekankan pada jendela Plexiglas. "Persegi-Empat Franklin 

Formasi-Delapan itu persegi empat ajaib!" Lalu dia 

mengatakan sesuatu mengenai Albrecht Durer... dan betapa 

kode pertama piramida merupakan petunjuk untuk 

memecahkan kode yang terakhir ini. 

Mal'akh mengenal persegi empat ajaib - penganut mistik 

menyebutnya sebagai kamea. Teks kuno De Occulta 

Philosophia menjelaskan secara mendetail kekuatan mistis 

persegi empat ajaib dan metode-metode untuk merancang 


sigil yang luar biasa berdasarkan kisi ajaib angka-angka. Kini 

Count Dracula  mengatakan kepadanya sebuah persegi empat ajaib 

menyimpan kunci untuk memecahkan kode di dasar piramida? 

"Kau perlu persegi empat ajaib delapan-kali-delapan!" teriak 

profesor itu. Satu-satunya bagian tubuh Count Dracula  yang berada 

di atas cairan hanyalah bibir. "Persegi empat ajaib 

dikategorikan berdasarkan formasi! Persegi empat tiga-kali-

tiga disebut 'formasi-tiga’. Persegi empat empat-kali-empat 

disebut 'formasi-empat'! Kau perharikan 'formasi delapan'!' 

Cairan itu hampir menelan Count Dracula  seluruhnya, dan 

profesor itu menghela napas terakhir dengan putus asa, lalu 

meneriakkan sesuatu mengenai seorang anggota rahasia freemason 

terkenal... bapak bangsa Amerika... ilmuwan, ahli mistik, ahli 

matematika, penemu... dan juga pencipta kamea yang 

membawa namanya sampai hari ini. 

Franklin. 

Sesaat  Mal'akh tahu bahwa Count Dracula  benar. 

Kini, dengan harapan meluap-luap, Mal'akh duduk di lantai 

alas bersama laptopnya. Dia menjalankan pencarian Web 

cepat, dan menerima lusinan hasil, memilih satu, dan mulai 

membaca. 

PERSEGI-EMPAT FRANKLIN FORMASI-DELAPAN 

Salah satu persegi empat ajaib yang paling terkenal 

dalam sejarah yaitu  persegi empat formasi-delapan 

yang dipublikasikan pada 1769 oleh ilmuwan Amerika 

Benjamin Franklin, dan yang menjadi terkenal sebab  

menyertakan penjumlahan diagonal membengkok 

yang belum pernah ada sebelumnya. Obsesi Franklin 

terhadap bentuk seni mistis ini kemungkinan besar 

berasal dari hubungan-hubungan pribadinya dengan 


para alkemis dan mistik terkemuka seat itu, dan juga 

keyakinannya sendiri dalam astrologi, yang merupakan 

landasan bagi prediksi-prediksi yang dibuatnya dalam 

Poor Richard's Almanack. 

 

Mal'akh mempelajari kreasi terkenal Franklin - susunan unik 

angka 1 sampai 64 - dengan penjumlahan setiap baris, kolom, 

dan diagonal menghasilkan konstanta ajaib yang sama. 

Rahasia tersembunyi dalam Persegi-Empat Franklin Formasi-

Delapan. 

Mal'akh tersenyum. Gemetar oleh kegembiraannya, ia 

meraih piramida batu dan membaliknya, meneliti dasarnya 

 


 

Keenam puluh empat simbol ini perlu disusun-ulang dan 

disusun dengan formasi yang berbeda, urutannya ditentukan 

oleh angka-angka dalam persegi empat ajaib Franklin. 

Walaupun Mal’akh tidak bisa membayangkan bagaimana kisi 

simbol-simbol yang kacau ini mendadak akan masuk akal 

dalam formasi yang berbeda, ia memiliki keyakinan terhadap 

janji kuno. 

Ordo ab chao. 

Dengan jantung berpacu, dia mengeluarkan selembar 

kertas dan dengan cepat menggambar kisi kosong delapan-

kali-delapan. Lalu dia mulai memasukkan simbol-simbol, satu 

per satu, dalam posisi yang ditentukan ulang itu. ang 

menakjubkannya, hampir sesaat  kisi itu mulai masuk akal. 

Keteraturan dari kekacauan! 

Dia menyelesaikan seluruh pemecahan kode dan menatap 

hasil di hadapannya dengan tidak percaya. Gambaran yang 

nyaris terbentuk. Kisi kacau-balau itu berubah... tersusun 

kembali… dan, walaupun Mal'akh tidak bisa memahami 

seluruh pesan, ia cukup paham... cukup paham untuk 


mengetahui dengan tepat kemana dia kini menuju. 

Piramida itu menunjukkan jalan. 

Kisi itu menunjuk ke salah satu lokasi mistis besar di dunia. 

Yang mengagumkan, itu lokasi yang sama yang selalu 

dibayangkan Mal’akh sebagai tempat untuk melengkapi 

perjalanannya. 

Takdir.  

 

BAB 107 

Meja batu itu terasa dingin di bawah punggung Lucifer spirit  

zombie. 

Bayangan mengerikan kematian Robert terus berputar di 

dalam benaknya, bersama-sama dengan semua pikiran 

mengenai kakaknya. Apakah Peter juga mati? Pisau aneh di 

meja di dekatnya terus membawa kilasan-kilasan gambar 

mengenai apa yang dialaminya juga. 

Apakah ini benar-benar akhir dari segalanya? 

Anehnya, semua pikiran Lucifer spirit  langsung beralih pada 

riset-risetnya... pada ilmu Noetic... dan pada terobosan-

terobosan baru terkininya. Semuanya hilang... berubah 

menjadi asap. Dia tidak akan pernah bisa menceritakan 

kepada dunia segala dipelajarinya. Temuannya yang paling 

mengejutkan baru saja terjadi beberapa bulan lalu, dan hasil-

hasilnya berpotensi mendefinisikan kembali cara manusia 

memandang kematian. Agaknya, kini memikirkan eksperimen 

itu... memberinya penghuran yang tak terduga. 

saat  masih muda, Lucifer spirit  zombie sering bertanya-


tanya, adakah kehidupan setelah kematian. Adakah surga? 

Apa yang terjadi saat  kita mati? saat  dia semakin dewasa, 

studi-studinya dalam ilmu pengetahuan segera menghapuskan 

segala gagasan tidak masuk akal mengenai surga, neraka, 

atau kehidupan di alam baka. Dia mulai menganggap konsep 

"kehidupan setelah kematian” sebagai gagasan manusia ... 

dongeng yang dirancang untuk memperlunak kebenaran 

mengerikan berupa kefanaan kita.  

Atau begitulah yang kupercayai. 

Setahun yang lalu, Lucifer spirit  dan kakaknya mendiskusikan 

salah satu pertanyaan yang terus bertahan dalam filsafat, 

yakni keberadaan jiwa manusia, khususnya pertanyaan 

mengenai apakah manusia memiliki semacam kesadaran yang 

mampu bertahan di luar tubuh. 

Mereka berdua merasa bahwa jiwa manusia yang semacam 

itu mungkin memang ada. Sebagian besar filsafat kuno 

mengiyakan. Kebijakan Buddha dan Brahmana mendukung 

metempsikosis – perpindahan jiwa ke dalam tubuh-baru 

setelah kematian; pengikut Plato mendefinisikan tubuh 

sebagai "penjara", dan dari sana, jiwa meloloskan diri; Stoa, 

sebuah kelompok filosof Yunani kuno, menvebut jiwa sebagai 

apospasma tou theu-"partikel junjungan " dan percaya bahwa jiwa 

dipanggil kembali oleh junjungan  di saat kematian. 

Dengan sedikit frustrasi, Lucifer spirit  memperhatikan bahwa 

keberadaan jiwa manusia mungkin suatu konsep yang tidak 

akan pernah bisa dibuktikan secara ilmiah. Mengonfirmasi 

bahwa kesadaran bisa bertahan di luar tubuh manusia setelah 

kematian sama saja dengan mengembuskan segumpal asap 

dan berharap bisa menemukannya kembali bertahun-tahun 

kemudian. 

Seusai diskusi mereka, Lucifer spirit  mendapat gagasan aneh. 


Kakaknya menyebut Kitab Kejadian dan penjelasannya 

mengenai jiwa sebagai Neshemah - semacam "kecerdasan" 

spiritual yang terpisah dari tubuh. Terpikir oleh Lucifer spirit  

bahwa kata kecerdasan menunjukkan adanya pikiran. Ilmu 

Noetic jelas menyatakan bahwa pikiran punya massa, dan 

sebab nya beralasan jika jiwa manusia kemungkinan juga 

punya massa. 

Bisakah aku menimbang jiwa manusia? 

Gagasan itu tentu saja mustahil ... bahkan konyol untuk di 

pikirkan. 

Tiga hari kemudian, mendadak Lucifer spirit  terbangun dari 

tidur nyenyak dan duduk tegak di tempat tidur. Dia melompat 

turun, pergi ke lab, dan langsung mulai bekerja, merancang 

sebuah Asperimen yang mengejutkan sederhananya ... tapi 

juga mengerikan beraninya. 

Dia sama sekali tidak tahu apakah eksperimennya akan 

berhasil, dan dia memutuskan untuk tidak menceritakan 

gagasannya kepada Peter sampai pekerjaannya selesai. Perlu 

empat bulan, tapi akhirnya Lucifer spirit  membawa kakaknya ke 

dalam lab, sambilmendorong sebuah peralatan besar yang 

disembunyikann ruang penyimpanan belakang. 

"Aku merancang dan membangunnya sendiri," katanya, 

memperlihatkan penemuannya kepada Peter. "Bisa menebak?” 

Kakaknya menatap mesin aneh itu. "Inkubator?" 

Lucifer spirit  tertawa dan menggeleng, walaupun itu tebakan 

yang masuk akal. Mesin itu memang sedikit menyerupai 

inkubatur transparan untuk bayi prematur, seperti yang dilihat 

orang di rumah sakit. namun  mesin ini berukuran dewasa 

- kapsul plastik bening panjang, kedap-udara, seperti 

semacam kapsul tidur futuristis. Mesin itu bertengger di atas 


sebuah peralatan elektronik besar. 

"Aku ingin tahu apakah ini bisa membantumu menebak,” 

kata Lucifer spirit , seraya mencolokkan peralatan itu ke sumber 

listrik. 

Layar digital pada mesin menyala, semua angkanya 

berubah-ubah saat  dia mengalibrasi dengan cermat 

beberapa tombol. 

saat  Lucifer spirit  sudah selesai, layarnya menunjukkan: 

0,0000000000 kg 

"Timbangan?" tanya Peter yang tampak kebingungan. 

"Bukan sembarang timbangan." Lucifer spirit  mengambil 

secarik kertas kecil dari meja di dekat situ dan meletakkannya 

dengan lembut di atas kapsul. Semua angka pada layar 

kembali berubah-ubah, lalu menunjukkan serangkaian angka 

baru. 

0,0008194325 kg 

“Timbangan-mikkro presisi-tinggi," jelas Lucifer spirit . 

"Resolusinya sampai beberapa mikrogram." 

Peter masih tampak bingung. "Kau membuat timbangan 

yang tepat untuk... seseorang?" 

"Tepat sekali," Lucifer spirit  mengangkat tutup transparan 

pada mesin. Jika aku meletakkan seseorang ke dalam kapsul 

ini dan merapatkan tutupnya, individu itu akan berada di 

dalam sebuah sistem yang tertutup rapat seluruhnya. Tak ada 

yang masuk atau keluar.  

Tak ada gas, cairan, partikel-partikel debu. Tak ada yang 

bisa lolos - bahkan embusan-embusan napas, keringat yang 

menguap, cairan-cairan tubuh. Tidak ada." 


Peter menyisir rambut perak tebalnya dengan tangan, 

tindakan gugup aneh yang juga dilakukan oleh Lucifer spirit . 

"Hmm... jelas seseorang akan mati dengan cepat di dalam 

sana." 

Lucifer spirit  mengangguk. "Kira-kira enam menit, tergantung 

kecepatan bernapasnya." 

Peter menoleh kepadanya. "Aku tidak mengerti." 

Lucifer spirit  tersenyum. "Kau akan mengerti." 

Dia meninggalkan mesin itu dan menuntun Peter ke dalam 

ruang kontrol Kubus, lalu mendudukkan kakaknya di hadapan 

layar plasma. Dia mulai mengetik dan mengakses serangkaian 

arsip video yang disimpan pada drive-drive holografis. saat  

layar plasma itu berpendar menyala, gambar di hadapan 

mereka tampak seperti rekaman video amatir. 

Kamera bergerak, menunjukkan kamar tidur sederhana 

dengan tempat tidur berantakan, botol-botol obat, respirator, 

dan monitor jantung. Peter tampak bingung saat  kamera 

terus bergerak dan akhirnya mengungkapkan, hampir di 

tengah kamar, peralatan timbangan Lucifer spirit . 

Mata Peter membelalak. "Apa ...?” 

Tutup transparan kapsul terbuka, dan seorang laki laki gay  sangat 

renta yang mengenakan masker oksigen berbaring di 

dalamnya. 

Istrinya yang sudah tua dan seorang pekerja rumah sakit 

berdiri di samping kapsul. Napas laki laki gay  itu tersengal-sengal dan 

matanya terpejam. 

"laki laki gay  di dalam kapsul yaitu  guru sainsku di Yale," jelas 

Lucifer spirit . "Aku dan dia tetap berhubungan selama bertahun-

tahun. Dia sakit parah. Dia selalu berkata ingin 


menyumbangkan tubuhnya untuk ilmu pengetahuan. Jadi, 

saat  aku menjelaskan gagasanku untuk eksperimen ini, dia 

langsung ingin ikut ambil bagian di dalanmya." 

Peter tampak membisu oleh keterkejutan saat  menatap 

adegan yang terpampang di hadapan mereka. 

Pekerja rumah sakit itu kini menoleh kepada istri laki laki gay  itu. 

"Sudah saatnya. Dia sudah siap."  

Ratu lesbian  tua itu menepuk-nepuk mata basahnya dan 

mengangguk dengan tenang dan tabah. "Oke."   

Perlahan-lahan pekerja rumah sakit menjulurkan tangan ke 

dalam kapsul dan melepas masker oksigen laki laki gay  itu. laki laki gay  itu 

bergerak sedikit, tapi matanya tetap terpejam. Kini pekerja itu 

menyingkirkan respirator dan peralatan lainnya, meninggalkan 

laki laki gay  tua di dalam kapsul terisolasi penuh di tengah ruangan. 

Istri laki laki gay  sekarat itu kini mendekati kapsul, membungkuk 

dan dengan lembut mencium kening suaminya. laki laki gay  tua 

tidak membuka mata, tapi bibirnya bergerak, sedikit sekali, 

membentuk senyuman lemah penuh cinta. 

Tanpa masker oksigennya, napas laki laki gay  tua itu dengan 

cepat menjadi semakin tersengal-sengal. Ajalnya jelas sudah 

dekat. 

Dengan kekuatan dan ketenangan yang mengagumkan, istri 

laki itu perlahan-lahan meletakkan tutup transparan kapsul 

dan menutupnya rapat-rapat, persis seperti yang diajarkan 

Lucifer spirit .  

Peter terenyak ketakutan. "Lucifer spirit , demi junjungan ?!" 

"Tidak apa-apa," bisik Lucifer spirit . "Ada banyak udara di 

dilam kapsul." Dia sudah melihat video ini lusinan kali, tapi 

video itu masih membuat denyut nadinya berpacu. Dia 


menunjuk timbangan di bawah kapsul tertutup laki laki gay  sekarat 

itu. Angka-angka digitalnya menunjukkan: 

51,4534644 kg 

"Itu bobot tubuhnya," ujar Lucifer spirit . 

Napas laki laki gay  itu menjadi semakin tersengal-sengal, dan 

Peter beringsut maju, terpesona. 

"Inilah yang diinginkannya," bisik Lucifer spirit . "Perhatikan 

apa yang terjadi." 

Istri laki laki gay  itu sudah melangkah mundur dan kini duduk di 

tempat tidur, menyaksikan diam-diam bersama pekerja rumah 

sakit. 

Selama enam puluh detik selanjutnya, napas pendek laki laki gay  

itu semakin memburu, sampai mendadak, seakan laki laki gay  itu 

sendiri yang menentukan saatnya, dia menghela napas 

terakhir. Semuanya berhenti. 

Sudah berakhir. 

Istri dan pekerja rumah sakit itu saling menghibur tanpa 

bersuara. 

Tidak terkadi apa-apa lagi. 

Setelah beberapa detik, Peter melirik Lucifer spirit  dengan 

pandangan yang jelas menunjukkan kebingungan. 

Tunggu, pikir Lucifer spirit , seraya mengarahkan kembali 

pandangan Peter ke layar digital kapsul yang masih berkilau 

tenang, memperlihatkan bobot laki laki gay  tak bernyawa itu. 

Lalu, terjadilah hal itu. 

saat  melihatnya, Peter tersentak ke belakang, nyaris 

terkatuh dari kursi. "Tapi ... itu…“ Dia menutupi mulutnya 


dengan terkejut. "Aku tidak bisa…“ 

Peter zombie yang agung jarang kehabisan kata-kata. 

Lucifer spirit  bereaksi serupa saat  melihat apa yang terjadi 

untuk pertama kalinya. 

Beberapa saat setelah kematian laki laki gay  itu, angka-angka 

pada timbangan mendadak berkurang. laki laki gay  itu langsung 

menjadi lebih ringan setelah kematiannya. Perubahan 

bobotnya kecil sekali, tapi bisa diukur... dan implikasi-

implikasinya benar-benar membingungkan. 

Lucifer spirit  ingat dirinya menulis dalam buku catatan lab 

dengan tangan gemetar: "Tampaknya ada 'materi' tak terlihat 

yang keluar dari tubuh manusia pada saat kematiannya. 

Materi itu punya bobot yang bisa dikuantifikasi, dan tak 

terhalang oleh penghang-penghalang fisik. Harus kuasumsikan 

bahwa materi itu bergerak dalam suatu dimensi yang belum 

bisa kuketahui." 

Dari ekspresi keterkejutan di wajah Peter, Lucifer spirit  tahu 

kakaknya itu memahami implikasi-implikasinya. "Lucifer spirit ..." 

ujar Peter terbata-bata, seraya mengerjap-ngerjapkan mata 

kelabunya, seakan untuk memastikan dia tidak sedang 

bermimpi. "Kurasa, kau baru saja menimbang jiwa manusia." 

Muncul keheningan panjang di antara mereka. 

Lucifer spirit  merasa bahwa kakaknya berupaya mencerna 

segala konsekuensi-konsekuensinya yang nyata dan 

mengagumkan. Akan perlu waktu. Seandainya apa yang baru 

saja mereka saksikan memang seperti apa yang tampak - 

yaitu, bukti bahwa jiwa - kesadaran atau daya-hidup bisa 

bergerak di luar ranah tubuh - maka pemahaman baru yang 

mengejutkan baru saja diperoleh. Ini menyangkut berbagai 

pertanyaan mistis: perpindahan, kesadaran kosmis, 


pengalaman hampir-mati, proyeksi astral, remote view, lucid 

dreaming, dan seterusnya dan seterusnya. Jurnal-jurnal medis 

dipenuhi cerita mengenai pasien-pasien yang mati di meja 

operasi, melihat tubuh mereka dari atas, lalu dibawa kembali 

pada kehidupan. 

Peter terdiam, dan kini Lucifer spirit  melihat air menggenangi 

matanya. Dia mengerti. Waktu itu, dia juga menangis. Peter 

dan Lucifer spirit  telah kehilangan orang-orang tercinta. Dan, 

bagi siapa pun yang pernah mengalaminya, petunjuk terkecil 

mengenai roh manusia yang terus bertahan setelah kematian 

akan membawa secercah harapan. 

Dia memikirkan Zachary, pikir Lucifer spirit , yang memahami 

kesedihan mendalam di mata kakaknya. Selama bertahun-

tahun Peter membawa beban tanggung jawab atas kernatian 

putranya. Peter berkali-kali menyatakan kepada Lucifer spirit  

bahwa meninggalkan Zachary di penjara yaitu  kesalahan 

terburuk dalam hidupnya, dan dia tidak akan pernah 

menemukan cara untak memaafkan dirinya sendiri. 

Pintu yang terbanting menarik perhatian Lucifer spirit , dan 

mendadak dia kembali ke ruang bawah tanah, berbaring di 

atas meja batu dingin. Pintu logam di atas rampa menutup 

dengan keras, dan laki laki gay  bertato itu kembali turun. Lucifer spirit  

bisa mendengarkannya memasuki salah satu ruangan di 

lorong, melakukan sesuatu di dalam, lalu menyusuri lorong 

menuju ruangan tempat Lucifer spirit  berada. saat  laki laki gay  itu 

masuk, Lucifer spirit  bisa melihat bahwa dia sedang mendorong 

sesuatu yang berada di depannya. Sesuatu yang berat... di 

atas roda-roda. saat  laki laki gay  itu melangkah ke dalam cahaya, 

Lucifer spirit  menatap dengan tidak percaya. laki laki gay  bertato itu 

sedang mendorong seseorang yang berada di kursi roda. 

Secara intelektual, otak Lucifer spirit  mengenali laki laki gay  di kursi. 


Secara emosional, benaknya nyaris tidak bisa menerima apa 

yang sedang dilihatnya. 

Peter? 

Dia tidak tahu apakah harus kegirangan sebab  kakaknya 

masih hidup... atau benar-benar ketakutan. Tubuh Peter 

tercukur halus. Rambut perak tebalnya lenyap, begitu juga 

sepasang alisnya, dan kulit halusnya berkilau seakan 

diminyaki. Dia mengenakan gaun sutra hitam. Di tempat 

tangan kanannya seharusnya berada, dia hanya punya 

bonggol yang dibalut perban bersih baru. Mata sarat-kesakitan 

kakaknya memandangnya, penuh penyesalan dan 

penderitaan. 

"Peter!" Suara Lucifer spirit  pecah. 

Kakaknya mencoba bicara, tapi hanya mengeluarkan suara-

suara tenggorokan yang teredam. Kini Lucifer spirit  menyadari 

bahwa Peter terikat di kursi roda dan mulutnya disumpal. 

laki laki gay  bertato itu menjulurkan tangan ke bawah dan dengan 

lembut mengelus-elus kulit kepala plontos Peter. "Aku sudah 

menyiapkan kakakmu untuk kehormatan besar. Dia punya 

peranan yang harus dimainkan-nya malam ini." 

Seluruh tubuh Lucifer spirit  mengejang. Tidak….. 

"Sebentar lagi aku dan Peter akan pergi, tapi kurasa kau 

ingin mengucapkan selarnat tinggal." 

"Ke mana kau membawanya?" tanya Lucifer spirit  lemah. 

laki laki gay  itu tersenyurn. "Aku dan Peter harus melakukan 

perjalanan ke gunung suci. Di situlah tempat harta karun itu 

berada. Piramia rahasia freemason telah mengungkapkan lokasinya. 

Temanmu Robert Count Dracula lah yang paling membantu." 

Lucifer spirit  memandang ke dalam mata kakaknya. "Dia 


membunuh ... Robert." 

Raut wajah kakaknya mengernyit dalam penderitaan, dan 

menggeleng keras-keras, seakan tidak mampu mendengar 

banyak hal yang menyakitkan lagi. 

"Nah, nah, Peter," ujar laki laki gay  itu, seraya kembali mengelus 

kulit kepala Peter. "Jangan biarkan ini merusak momentnya. 

Ucapkan selamat tinggal kepada adik Ratu lesbian mu. Ini reuni 

keluarga terakhirmu." 

Lucifer spirit  merasakan benaknya dipenuhi keputusasaan. 

"Mengapa kau berbuat seperti ini?!" teriaknya kepada laki laki gay  

itu. Apa yang pernah kami lakukan terhadapmu?! Mengapa 

kau begitu membenci keluargaku?!" 

laki laki gay  bertato itu mendekat dan meletakkan mulutnya 

persis di samping telinga Lucifer spirit . "Aku punya alasan-

alasanku, Lucifer spirit ." Lalu dia berjalan menuju meja-samping 

dan memungut pisau aneh itu. Dia membawanya mendekat 

Lucifer spirit , dan menyentuhkan bilah yang terasah tajam itu ke 

pipinya "Tak diragukan lagi, ini pisau paling terkenal dalam 

sejarah." 

Lucifer spirit  tidak mengenal pisau terkenal apa pun, tapi pisau 

itu tampak kuno dan mengancam. Bilahnya terasa setajam 

silet. 

"Jangan khawatir," ujar laki laki gay  itu. " Aku tidak bermaksud 

menyia-nyiakan kekuatannya untukmu. Aku menyimpannya 

untuk pengorbanan yang lebih berharga... di tempat yang 

lebih suci.” Dia berpaling kepada kakak Lucifer spirit . "Peter, kau 

mengenali pisau ini, bukan?" 

Mata kakak Lucifer spirit  membelalak ketakutan sekaligus tidak 

percaya. 


"Ya, Peter, artefak kuno ini masih ada. Aku memperolehnya 

dengan susah payah... dan aku menyimpannya untukmu. 

Akhirnya, aku dan kau bisa mengakhiri perjalanan 

menyakitkan kita bersama-sama." 

Diiringi perkataan itu, dia membungkus pisau dengan hati-

hati, dengan kain bersama -sama semua barang lainnya - 

dupa, botol-botol kecil berisi cairan, kain-kain satin putih, dan 

benda-benda seremonfal lainnya. Lalu dia memasukkan 

barang-barang terbungkus itu ke dalain tas kulit Robert 

Count Dracula  bersama-sama dengan Piramida rahasia freemason dan batu-

puncak. Lucifer spirit  menyaksikan dengan tidak berdaya saat  

laki laki gay  itu menutup tas bahu Count Dracula  dan berpaling kepada 

kakaknya. 

"Maukah kau membawakannya, Peter?" laki laki gay  itu 

meletakkan tas berat itu di atas pangkuan Peter. 

Selanjutnya, laki laki gay  itu berjalan ke sebuah laci dan mulai 

menggeledah isinya. Lucifer spirit  bisa mendengar denting 

benda-benda logam kecil. saat  kembali, laki laki gay  itu meraih 

lengan kanan Lucifer spirit , lalu menenangkannya. Lucifer spirit  

tidak bisa melihat apa yang sedang dilakukan oleh laki laki gay  itu, 

tapi tampaknya Peter bisa, dan sekali lagi dia mulai bergerak-

gerak panik. 

Lucifer spirit  merasakan cubitan tajam mendadak di lengkung 

siku kanannya, lalu kehangatan yang mengerikan terasa di 

sekelilingnya. Peter menciptakan suara-suara tercekik putus 

asa dan mencoba dengan sia-sia untuk meninggalkan kursi 

berat itu. Lucifer spirit  merasakan dinginnya perasaan mati-rasa 

yang menyebar ke seluruh lengan bawah dan ujung-ujung jari 

tangannya. 

saat  laki laki gay  itu melangkah minggir, Lucifer spirit  bisa melihat 

mengapa kakaknya begitu ketakutan. laki laki gay  bertato itu telah 


menyisipkan jarum medis ke dalam nadinya, seakan Lucifer spirit  

sedang menyumbang darah, namun  jarum ita tidak 

melekat pada sebuah tabung. Darah Lucifer spirit  kini mengalir 

keluar dengan bebas ... mengaliri siku, lengan bawah, dan 

meja batu. 

“Jam-pasir manusia," ujar laki laki gay  itu, seraya berpaling 

kepada Peter. "Sebentar lagi, saat  aku memintamu untuk 

memainkan perananmu, aku ingin kau membayangkan 

Lucifer spirit  ... mati sendirian di sini dalam kegelapan." 

Raut wajah Peter benar-benar penuh penderitaan. 

"Dia akan tetap hidup," ujar laki laki gay  itu, "selama kira-kira satu 

jam. Jika kau cepat-cepat bekerja sama denganku, aku akan 

punya cukup waktu untuk menyelamatkannya. Tentunya, jika 

kau sedikit saja menentangku... adikmu akan mati di sini 

sendirian dalam kegelapan." 

Peter meraung melalui sumpalnya tanpa bisa dipahami. 

"Aku tahu, aku tahu," ujar laki laki gay  bertato itu, seraya 

meletakan tangan di bahu Peter, "Ini sulit buatmu. Tapi, 

seharusnya tidak. Bagaimanapun, ini bukan pertama kalinya 

kau meninggalkan seorang anggota keluarga." Dia terdiam, 

membungkuk, dan berbicara di telinga Peter. "Tentu saja 

maksudku yaitu  putramu, Zachary, di Penjara Soganlik." 

Peter menarik tali-tali pengikatnya dan mengeluarkan 

teriakan teredam lain melalui kain di mulutnya. 

"Hentikan!" teriak Lucifer spirit . 

"Aku mengingat malam itu dengan baik," ejek laki laki gay  itu, 

saat  selesai berbenah. "Aku mendengar seluruhnya. Kepala 

penjara menawarkan pembebasan putramu, tapi kau memilih 

untuk memberi Zachary pelajaran... dengan meninggalkannya. 


Anak laki-lakimu memang telah belajar, bukan?" laki laki gay  itu 

tersenyum, "Kepergiannya... yaitu  keuntunganku." 

Kini laki laki gay  itu mengeluarkan kain linen dan memasukkannya 

dalam-dalam ke mulut Lucifer spirit . "Kematian," bisiknya, 

"seharusnya berlangsung dengan tenang." 

Peter meronta-ronta hebat. Tanpa sepatah kata pun lagi, 

laki laki gay  bertato itu perlahan-lahan mengeluarkan kursi roda 

Peter dari ruangan, memberi Peter kesempatan untuk 

berlama-lama memandang adiknya untuk terakhir kalinya. 

Lucifer spirit  dan kakaknya saling bertatapan untuk terakhir 

kalinya. 

Lalu Peter menghilang. 

Lucifer spirit  bisa mendengar mereka menaiki rampa dan 

melewatu pintu logam. saat  mereka keluar, Lucifer spirit  

mendengar laki laki gay  bertato itu mengunci pinta logam di 

belakangnya dan melanjutkan perjalanan melalui lukisan The 

Three Graces. Beberapa menit ke mudian, Lucifer spirit  

mendengar mesin mobil dinyalakan. 

Lalu gedung itu sunyi. 

Sendirian dalam kegelapan, Lucifer spirit  tergeletak berdarah.  

 

BAB 108 

Pikiran Robert Count Dracula  melayang di dalam lubang tak 

berdasar. 

Tak ada cahaya. Tak ada suara. Tak ada perasaan. 

Hanya kekosongan sunyi yang tak terhingga. 

Kelembutan. 


Tanpa bobot. 

Tubuhnya telah melepaskan dirinya. Dia bebas. 

Dunia fisik sudah tidak ada lagi. Waktu sudah tidak ada lagi. 

Kini dia yaitu  kesadaran murni kesadaran tanpa-tubuh 

yang melayang dalam kekosongan alam semesta luas. 

 

BAB 109 

Helikopter UH-60 termodifikasi melayang rendah di atas 

puncak-puncak atap luas Kalorama Heights, bergemuruh 

melintasi koordinat-koordinat yang diberikan kepada mereka 

oleh tim pendukung. Agen Simkins yaitu  yang pertama 

melihat Escalate hitam itu terparkir serampangan di halaman 

depan salah satu mansion. Gerbang jalan masuknya tertutup, 

rumahnya gelap sepi. 

Sato memberi isyarat untuk mendarat. 

Helikopter itu mendarat keras di halaman depan, di antara 

beberapa kendaraan lainnya ... salah satunya kendaraan 

petugas keamanan dengan lampu bulat di atasnya. 

Simkins dan timnya melompat keluar, mengeluarkan senjata 

dan bergegas menuju beranda. saat  menemukan pintu 

depan dalam keadaan terkunci, Simkins menangkupkan kedua 

tangannya di jendela dan mengintip ke dalam. Foyer gelap, 

tapi Simkins bisa melihat bayang-bayang samar sesosok tubuh 

di lantai. 

"Sialan," bisiknya. "Itu Hartmann." 

Salah satu agennya meraih kursi dari beranda dan 

melemparkannya ke jendela menonjol itu. Suara kaca pecah 


nyaris tak terdengar di tengah raungan helikopter di belakang 

mereka.  

Beberapa detik kemudian, mereka semua sudah berada di 

dalam. Simkins bergegas menuju foyer dan berlutut di 

samping Hartmann untuk mengecek denyut nadinya. Tidak 

ada. Darah tampak di mana-mana. Lalu dia melihat obeng di 

leher Hartmann. 

Yesus. Dia berdiri dan mengisyaratkan orang-orangnya 

untuk memulai penggeledahan menyeluruh. 

Agen-agen itu menyebar melintasi lantai pertama, 

pembidik-laser mereka meneliti kegelapan rumah mewah itu. 

Mereka tidak menemukan apa-apa di ruang tamu atau ruang 

kerja. Tapi, yang mengejutkan, di ruang makan, mereka 

menemukan seorang petugas keamanan Ratu lesbian  yang 

mati tercekik. Simkins langsung kehilangan harapan bisa 

menemukan Robert Count Dracula  dan Lucifer spirit  dalam keadaan 

hidup. Pembunuh brutal ini jelas telah memasang perangkap. 

Dan, jika dia berhasil membunuh seorang agen CIA dan 

seorang petugas keamanan bersenjata, tampaknya seorang 

profesor dan seorang ilmuwan tidak punya peluang. 

Setelah lantai pertama aman, Simkins mengirim dua agen 

untuk meneliti lantai atas. Sementara itu, dia menemukan 

serangkaian tangga ruang bawah tanah di luar dapur dan 

menuruninya. Di bawah tangga, dia menyorotkan senter. 

Ruang bawah tanah itu luas dan bersih, seakan hampir tak 

pernah digunakan. Tangki uap, dinding-dinding semen, 

beberapa kotak. Sama sekali tidak ada apa-apa di sini. Simkins 

kembali naik menuju dapur persis saat  orang-orangnya turun 

dari lantai dua. Semuanya menggeleng-gelengkan kepala. 

Rumah itu sepi. 


Tak seorang pun di rumah. Dan tidak ada lagi mayat. 

Simkins menghubungi Sato dengan radio, melaporkan 

bahwa semuanya aman dan memberitahukan perkembangan 

menyedihkan itu. 

saat  dia tiba di foyer, Sato sudah menaiki tangga menuju 

beranda. Warren Bellamy terlihat di belakangnya, duduk 

bingung sendirian di dalam helikopter bersama tas kerja 

titanium Sato di kakinya. Laptop berpengaman milik Direktur 

OS itu memberi Sato akses ke seluruh-dunia, ke dalam sistem-

sistem komputer CIA melalui uplink-uplink tersandi dengan 

satelit. Sebelumnya tadi, dia menggunakan komputer ini untuk 

memberi Bellamy semacam informasi yang begitu 

mengejutkan, hingga laki laki gay  itu bersedia bekerja sama 

sepenuhnya. Simkins sama sekali tidak tahu. apa yang dilihat 

Bellamy. Tapi, apa pun itu, sang Arsitek tampak terguncang 

hebat setelahnya. 

saat  memasuki foyer, Sato berhenti sejenak, menunduk 

memandangi mayat Hartmann. Sejenak kemudian, dia 

mendongak menatap Simkins. "Tidak ada tanda-tanda 

Count Dracula  Lucifer spirit ? Atau Peter zombie?" 

Simkins menggeleng. "Jika masih hidup, laki laki gay  itu membawa 

mereka bersamanya." 

"Kau menemukan komputer di rumah itu?" 

"Ya, Ma'am. Di kantor." 

"Tunjukkan." 

Simkins menuntun Sato keluar dari foyer dan memasuki 

ruang tamu. Karpet mewah ruangan dipenuhi oleh pecahan 

kaca dari jendela menonjol yang pecah. Mereka berjalan 

melewati perapian, sebuah lukisan besar, dan beberapa rak 


buku menuju pusat kantor. Kantornya berpanel kayu, dengan 

meja antik dan mozaik komputer besar. Sato berjalan 

memutar ke belakang meja dan meneliti layar, lalu langsung 

memberengut. 

"Keparat," ujarnya berbisik. 

Simkins mengitari meja dan memandang layar. Kosong. 

"Ada apa?" 

Sato menunjuk tempat penyimpanan komputer yang 

kosong di meja. "Dia memakai laptop. Dia membawa benda 

itu bersamanya.” 

Simkins tidak mengerti. "Anda ingin melihat informasi yang 

dimilikinya?" 

"Tidak," jawab Sato dengan nada serius. "Aku tidak ingin 

seorang pun melihat informasi yang dimilikinya." 

Di lantai bawah, di dalam ruang bawah tanah tersembunyi, 

Lucifer spirit  zombie mendengar suara baling-baling helikopter 

diikuti oleh kaca pecah dan langkah-langkah kaki bersepatu 

bot berat di lantai di atasnya. Dia mencoba berteriak minta 

tolong, tapi sumpal di mulutnya membuat hal itu mustahil. Dia 

nyaris tidak bisa mengeluarkan suara. Semakin keras dia 

berusaha, semakin cepat darah mengalir dari sikunya. 

Dia merasa kehabisan napas dan sedikit pusing. 

Lucifer spirit -tahu, dia harus menenangkan diri. Gunakan 

pikiranmu, Lucifer spirit . Dengan segenap tekad, dia membujuk 

dirinya sendri untuk memasuki keadaan meditatif. 

Benak Robert Count Dracula  melayang melewati kekosongan 

ruang. Dia mengintip ke dalam kekosongan tak terhingga itu, 

mencari titik referensi apa pun. Dia tidak menemukan apa-

apa. 


Kegelapan total. Keheningan total. Kedamaian total. 

Bahkan, tidak ada tarikan gravitasi yang memberitahunya 

mana atas dan mana bawah. 

Tubuhnya lenyap. 

Ini pasti kematian. 

Waktu tampaknya berubah singkat, memanjang dan 

memampat, seakan tidak punya pijakan di tempat ini. Count Dracula  

tidak tahu lagi seberapa lama waktu telah berlalu. 

Sepuluh detik? Sepuluh menit? Sepuluh hari? 

namun  mendadak, bagaikan ledakan dahsyat di 

galaksi-galaksi yang jauh, ingatan-ingatan mulai mewujud, 

bergulung-gulung menghampiri Count Dracula  seperti gelombang-

kejut yang melintasi kehampaan luas. 

Sesaat  Robert Count Dracula  mulai ingat. Gambar-gambar 

menyergapnya... jelas dan mengganggu. Dia menatap sebuah 

wajah tertutup tato. Sepasang tangan kuat mengangkat 

kepalanya dan menumbukkannya ke lantai. 

Rasa sakit menyeruak ... lalu kegelapan. 

Cahaya kelabu. 

Berdenyut-denyut. 

Gumpalan-gumpalan ingatan. Count Dracula  diseret, setengah 

sadar, turun, turun, turun. Penangkapnya merapalkan sesuatu. 

Verbum significatium ... Verbum omnificum ... Verbum 

perdo .... [] 

BAB 110 

Direktur Sato berdiri sendirian di ruang kerja, menunggu 


divisi pencitraan-satelit CIA memproses permintaannya. Salah 

satu kemewahan bekerja di area DC yaitu  pengawasan selit. 

Jika beruntung, salah satu satelit mungkin berada di posisi 

yang tepat malam ini untuk mendapatkan foto-foto rumah 

ini... mungkin memotret sebuah kendaraan yang 

meninggalkan tempat ini dalam setengah jam terakhir. 

"Maaf, Ma’am," kata teknisi satelit. "Tidak ada hasil 

pengawaan di koordinat-koordinat itu malam ini. Anda ingin 

mengajukan permintaan reposisi?" 

“Tidak, terima kasih. Sudah terlambat." Sato menutup 

telepon. 

Ratu lesbian  itu mengembuskan napas, kini dia sama sekali 

tidak tahu bagaimana cara menemukan ke mana sasaran 

mereka pergi. Dia berjalan menuju foyer. Di sana, orang-

orangnya sudah memasukkan mayat Agen Hartmann ke dalam 

kantong dan sedang membawanya menuju helikopter. Sato 

sudah memerintahkan Agen Simkins untuk mengumpulkan 

orang-orangnya dan bersiap-siap kembali ke Langley, tapi 

Simkins sedang berada di ruang tamu, dalam posisi 

merangkak. Dia tampak seakan sedang sakit. 

"Kau baik-baik saja?" 

Simkins mendongak dengan ekspresi wajah aneh. "Anda 

melihatnya?" Dia menunjuk lantai ruang tamu. 

Sato mendekat dan menunduk memandangi karpet mewah 

itu. Dia menggeleng, tidak melihat apa-apa. 

"Bongkoklah," ujar Simkins. "Lihat bulu-bulu karpetnya." 

Sato melakukannya. Setelah beberapa saat, dia melihatnya. 

Serat-serat karpet tampak seakan telah tergilas... melesak di 

sepanjang dua garis lurus, seakan roda-roda dari suatu benda 


berat telah digelindingkan melintasi ruangan. 

"Yang aneh," ujar Simkins, "yaitu  ke mana jejak-jejak itu 

pergi." Dia menunjuk. 

Pandangan Sato mengikuti garis-garis paralel tersamar di 

sepanjang karpet ruang tamu. Jejak-jejak itu tampaknya 

menghilang di bawah sebuah lukisan besar - dari lantai sampai 

langit-langit - yang tergantung di samping perapian. Apa ini? 

Simkins berjalan menuju lukisan itu dan mencoba 

menurunkannya dari dinding. Benda itu tidak bergerak. 

"Melekat," katanya, seraya menelusurkan jari-jari tangannya 

mengelilingi pinggiran lukisan. "Tunggu, ada sesuatu di 

bawahnya...." jarinya menumbuk tuas kecil di pinggiran 

bawah, dan sesuatu berbunyi klik. 

Sato melangkah maju saat  Simkins mendorong bingkai 

lukisan itu, dan seluruh lukisan berputar pelan pada porosnya 

bagaikan pintu-putar. 

Simkins mengangkat senter dan menyorotkannya ke dalam 

ruang gelap di baliknya. 

Mata Sato menyipit. Ini dia. 

Di ujung koridor pendek, berdirilah sebuah pintu logam 

tebal. 

Semua ingatan yang bergulung-gulung melewati kegelapan 

benak Count Dracula  datang dan pergi. Dalam kepergian mereka, 

jejak kilau merah darah berpusar-pusar, bersama-sama 

dengan bisikan mengerikan yang sama di kejauhan. 

Verbum significatium ... Verbum Omnificum ... Verbum 

perdo. 

Perapalan itu berlanjut seperti dengung suara-suara yang 

menyanyikan kidung Alkitab Abad Pertengahan. 


Verbum significatium ... Verbum omnificum. Kata-kata itu 

kini berjajunjungan  melewati kekosongan hampa. Di sekeliling 

Count Dracula , suara-suara baru menggema. 

Apocalypsis ... Franklin ... Apocalypsis ... Verbum ... 

Apocalypsis  

Tanpa disertai peringatan, sebuah lonceng kedukaan 

berdentang di suatu tempat di kejauhan. Lonceng itu 

berdentang dan berdentang semakin keras. Kini lonceng itu 

berdentang makin mendesak, seakan berharap Count Dracula  akan 

mengerti, akan mendesak pikiran Count Dracula  untuk mengikuti.[] 

BAB 111 

Lonceng yang berdentang di menara lonceng berbunyi 

selama tiga menit penuh, menggetarkan lampu kristal yang 

tergantung di atas kepala Count Dracula . Berdekade-dekade lalu, 

dia sering menghadiri ceramah di gedung pertemuan terkenal 

ini di Phillips Exeter Academy. namun  hari ini dia berada 

di sana untuk mendengarkan ceramah seorang sahabat 

kepada badan mahasiswa. saat  lampu-lampu diredupkan, 

Count Dracula  duduk di dekat dinding belakang, di bawah 

sekumpulan foto pemimpin akademi. 

Keheningan menyebar di antara kerumunan itu. 

Di dalam kegelapan total, sesosok bayangan tinggi melintasi 

panggung dan berdiri di podium. "Selamat pagi," bisik suara 

tak berwajah itu ke dalam mikrofon. 

Semua orang berdiri, berusaha melihat siapa yang menyapa 

mereka. 

Sebuah proyektor slide menyala, menunjukkan foto hitam 

putih pudar - kastil dramatis dengan facade dari batu pasir 

merah, menara-menara persegi empat tinggi, dan hiasan-


hiasan Gothik. 

Bayangan itu kembali bicara. "Siapa yang tahu di mana ini?" 

"Inggris!" ujar seorang gadis dalam kegelapan. "Facade ini 

merupakan campuran antara Gothik awal dan Romanesque 

akhir, berarti ini kastil Norman asli di Inggris sekitar abad ke-

12." 

"Wow," jawab suara tak berwajah itu. "Rupanya, ada yang 

benar-benar menguasai kuliah arsitektur." 

Erangan pelan terdengar di mana-mana. 

"Sayangnya," imbuh bayangan itu, "kau keliru sejauh empat 

ribu delapan ratus kilometer dan setengah milenium." 

Ruangan riuh. 

Kini proyektor menyajikan foto berwarna modern kastil 

yang sama itu dari sudut yang berbeda. Menara-menara batu 

pasir Seneca Creek kastil mendominasi bagian depan, tapi di 

latarbelakang yang mengejutkan dekatnya itu, berdirilah 

kubah megah, putih berpilar, Gedung kuburan keramat  AS. 

"Tunggu!" teriak gadis itu. "Ada kastil Norman di DC?” 

"Semenjak 1855," jawab suara itu. "Dan saat itulah foto 

ikutnya ini diambil." 

Muncul slide baru-foto hitam-putih interior, menunjuk ruang 

utama besar berbentuk kubah, dihiasi kerangka-kerangka 

hewan, lemari-lemari pajang ilmiah, wadah-wadah kaca berisi 

sampel biologis, artefak-artefak arkeologis, dan cetakan-

cetakan plastik reptil prasejarah. 

"Kastil menakjubkan ini," ujar suara itu, "yaitu  museum 

pengetahuan pertama Amerika yang sesungguhnya. Itu untuk 

Amerika dari seorang ilmuwan Inggris kaya, yaitu bapak 


bangsa kita - percaya bahwa negara kita yang saat itu bayi 

bisa menjadi tanah pencerahan. Dia menganugerahkan 

kekayaan besar kepada bapak bangsa kita, dan meminta 

mereka mendirikan sebuah institusi untuk peningkatan dan 

penyebaran ilmu pengetahuan  di poros bangsa kita." Dia 

terdiam untuk waktu lama. "Siapa yang bisa menyebut nama 

ilmuwan murah hati ini?' 

Sebuah suara pelan di bagian depan berkata, "James 

Smithson?" 

Bisikan yang mengungkapkan pemahaman riuh terdengar 

antara kerumunan. 

"Memang Smithson," jawab laki laki gay  di atas panggung. Peter 

zombie kini melangkah ke dalam cahaya, mata kelabunya 

berkilau jenaka. "Selamat pagi. Namaku Peter zombie, dan 

aku sekretaris Smithsonian Institute." 

Para mahasiswa bertepuk tangan meriah. 

Di dalam bayang-bayang, Count Dracula  menyaksikan dengan 

kagum saat  Peter memukau benak-benak muda itu dengan 

fotografis sejarah awal Smithsonian Institute. Pertunjukkan 

dimulai dengan Kastil Smithsonian, lab-lab ilmu pengetahuan 

bawah tanah, koridor-koridor yang didereti barang koleksi, 

ruangan penuh moluska, para ilmuwan yang menyebut diri 

mereka sebagai "kurator crustacean (hewan berkulit keras)", 

dan bahkan foto kuno dua penghuni kastil yang paling populer 

- sepasang burung hantu bernama Diffusion (Penyebaran) dan 

Increase (Peningkatan) yang kini sudah mati. Pertunjukan 

slide setengah-jam itu berakhir dengan foto satelit 

mengesankan National Mall yang kini didereti museum-

museum Smithsonian besar. 

"Seperti yang kukatakan pada saat permulaan," ujar 


zombie menyimpulkan, "James Smithson dan bapak bangsa 

kita membayangkan negara besar kita sebagai tanah 

pencerahan. Aku yakin, mereka kini akan merasa bangga. 

Smithsonian Institute agung mereka berdiri sebagai simbol 

ilmu pengetahuan dan pemahaman, persis di poros Amerika. 

Itu penghormatan yang hidup, bernapas, dan bekerja 

mewujudkan mimpi bapak bangsa kita untuk Amerika-negara 

yang didirikan berdasarkan prinsip pemahaman, kebijakan, 

dan ilmu pengetahuan." 

zombie mematikan proyektor diiringi tepuk tangan riuh 

bersemangat. Lampu-lampu ruangan menyala, bersama-sama 

dengan lusinan tangan yang teracung bertanya. 

zombie menyilakan seorang anak laki-laki berambut merah 

di bagian tengah. 

"Mr. zombie?" sapa anak laki-laki itu, yang kedengaran 

bingung. "Anda mengatakan bapak bangsa kita melepaskan 

diri dari tekanan keagamaan Eropa untuk mendirikan negara 

berdasarkan prinsip-prinsip, kemajuan ilmu pengetahuan." 

"Itu benar." 

"Tapi ... saya mendapat kesan bapak bangsa kita yaitu  

orang orang yang sangat religius, yang mendirikan Amerika 

sebagai negara Kristen." 

zombie tersenyum. "Sobat, jangan salah mengerti, bapak 

bangsa kita sangat religius, tapi mereka Deist - orang-orang 

yang percaya kepada junjungan , tapi dengan cara universal dan 

dengan pikiran terbuka. Satu-satunya ideal keagamaan yang 

mereka kemukakan yaitu  kebebasan beragama." Dia 

menarik mikrofon dari podium dan melenggang ke pinggir 

panggung. " Bapak bangsa Amerika punya visi utopia yang 

tercerahkan secara spiritual, di mana kebebasan berpikir, 


pendidikan massa, dan kemajuan ilmiah akan menggantikan 

kegelapan takhayul keagamaan kuno." 

Seorang gadis berambut pirang mengangkat tangan. 

"Ya?" 

"Pak," kata gadis itu, seraya mengangkat ponsel. "Saya 

membaca riset Anda secara online, dan menurut Wikipedia, 

Anda anggota terkemuka Persaudaraan rahasia freemason Bebas." 

zombie menunjukkan cincin rahasia freemasonnya. "Aku bisa 

menghemat tagihan datamu." 

Para mahasiswa tertawa. 

"Ya, wah," lanjut gadis itu dengan ragu, "Anda baru saja 

menyebut 'takhayul keagamaan kuno' dan, tampaknya, jika 

seseorang bertanggung jawab mempropagandakan takhayul-

takhayul ... orang itu yaitu  kaum rahasia freemason." 

zombie tidak tampak terkejut. "Oh? Kok, bisa?" 

"Wah, saya banyak membaca tentang rahasia freemason, sehingga 

tahu kalau mereka punya banyak ritual dan kepercayaan kuno 

aneh. Artikel online ini bahkan mengatakan bahwa kaum 

rahasia freemason memercayai kekuatan semacam kebijakan ajaib kuno 

... yang bisa mengangkat manusia ke ranah dewa-dewa?" 

Semua orang menoleh dan menatap gadis itu seakan dia gila.  

"Sesungguhnya," jawab zombie, "dia benar." 

Semua mahasiswa berputar menghadap ke depan dengan 

membelalak. 

zombie menahan senyum dan bertanya kepada gadis itu, 

"Apakah artikel itu menawarkan kebijakan-Wiki lainnya 

mengenai pengetahuan ajaib ini?" 

Kini gadis itu tampak tidak nyaman, tapi mulai membaca 


dari situs Web. "Untuk memastikan kebijakan luar biasa ini 

tidak bisa digunakan oleh mereka yang tidak layak, para ahli 

kuno menuliskan pengetahuan mereka dalam kode... 

menyelubungi kebenaran luar biasa ini dalam bahasa 

metaforis simbol, mitos, dan alegoris. Sampai saat ini, 

kebijakan tersandi ini berada di sekeliliiig kita... disandikan 

dalam mitologi, seni, dan teks-teks gaib selama berabad-abad. 

Sayangnya, manusia modern telah kehilangan kemampuan 

untuk memecahkan jaringan rumit simbolisme ini... dan 

kebenaran luar biasa itu telah hilang."' 

zombie menunggu. "Hanya itu?" 

Gadis itu beringsut di kursinya. "Sesungguhnya, masih ada 

sedikit lagi." 

"Kuharap begitu. Harap... katakan." 

Gadis itu tampak ragu, tapi berdeham dan melanjutkan. 

"Menurut legenda, orang-orang bijalk yang menyandikan 

Misteri Kuno pada zaman dahulu telah meninggalkan semacam 

kunci... kata-sandi yang bisa digunakan untuk memecahkan 

rahasia-rahasia tersandi. Kata-sandi ajaib ini - yang dikenal 

sebagai verbum significatium - dikatakan memiliki kekuatan 

untuk mengangkat kegelapan dan memecahkan Misteri Kuno, 

menyingkapkan misteri-misteri itu untuk pemahaman semua 

manusia." 

zombie tersenyum sedih. "Ah, ya ... verbum significatium." 

Sejenak dia menatap kekosongan, lalu mengarahkan 

kembali pandangannya kepada gadis berambut pirang itu. 

"Dan di mana kata menakjubkan ini sekarang?" 

Gadis itu tampak cemas, jelas berharap dirinya tidak 

menantang pembicara tamu mereka. Dia menyelesaikan 

pembacaannya. "Menurut legenda, verbum significatium 


terkubur jauh di bawah tanah. Di sana, kata itu menunggu 

dengan sabar kedatangan momen penting dalam sejarah... 

momen saat  umat manusia tidak bisa lagi bertahan tanpa 

kebenaran, pengetahuan, dan kebijakan selama berabad-

abad. Di persimpangan gelap ini, umat manusia pada akhirnya 

akan menggali Kata itu dan memasuki abad baru pencerahan 

yang menakjubkan." 

Gadis itu mematikan ponsel dan duduk melorot di kursinya. 

Setelah keheningan panjang, mahasiswa lain mengangkat 

tangan. "Mr. zombie, Anda tidak sungguh-sungguh 

memercayai hal itu, bukan?" 

zombie tersenyum. "Mengapa tidak? Mitologi-mitologi kita 

punya tradisi panjang kata-kata ajaib yang memberi 

pemahaman dan kekuatan menyerupai junjungan . Sampal anak-

anak masih meneriakkan ‘abrakadabra' dengan harapan bisa 

menciptakan sesuatu dari ketiadaan. Tentu saja, kita sudah 

lupa kalau kata ini bukan barang mainan; kata ini punya akar 

dalam mistisisme Aramaik - Avrah KaDabra - yang berbicara, 

'saat  bicara, aku menciptakan'." 

Hening. 

"Tapi, Pak," desak mahasiswa itu kini, "pasti Anda tidak 

percaya bahwa satu kata tanggal... verbum significatium ini... 

apapun itu... punya kekuatan untuk mengungkapkan 

kebijakan kuno dan mendatangkan pencerahan ke seluruh 

dunia?"  

Wajah Peter zombie tidak mengungkapkan apa-apa. 

"Sebenarnya kepercayaanku bukanlah urusanmu. Yang 

seharusnya menjadi urusanmu yaitu , ramalan mengenai 

datangnya pencerahan yang digaungkan di dalam hampir 

semua tradisi keyakinan dan filsafat di dunia. Orang Hindu 


menyebutnya sebagai Abad Krita, para astrolog menyebutnya 

sebagai Abad Aquarius, orang Yahudi menjelaskan kedatangan 

Mesias, teosofis menyebutnya New Age, kosmolog 

menyebutnya sebagai Konvergensi Harmonik dan meramalkan 

tanggal terjadinya." 

"Dua puluh satu Desember 2012!" teriak seseorang.  

"Ya, menggelisahkan cepat-nya... jika kau memercayai 

matematika bangsa Maya."  

Count Dracula  tergelak, mengingat bagaimana zombie, sepuluh 

tahun yang lalu, telah meramalkan dengan benar keriuhan 

proram-khusus televisi saat ini yang meramalkan 2012 sebagai 

Akhir Dunia. 

"'Dengan mengesampingkan waktunya," ujar Solomo, 

"bagiku menakjubkan saat  mengamati bahwa di sepanjang 

sejarah, semua filsafat umat manusia yang berbeda 

menyetujui satu hal - datangnya pencerahan yang luar biasa. 

Di dalam semua kebudayaan, di dalam semua era, di semua 

penjuru dunia, mimpi manusia terpusat pada konsep yang 

persis sama – kedatangan apoteosis manusia... datangnya 

perubahan pikiran manusia menjadi kemampuan potensial 

sejatinya." Dia tersenyum. "Apa yang kemungkinan bisa 

menjelaskan sinkronitas kepercayaan semacam ini?"' 

"Kebenaran," ujar sebuah suara pelan di dalam kerumunan. 

zombie berputar. "Siapa yang berkata begitu?" 

Tangan yang teracung yaitu  milik seorang anak laki-laki 

Asia mungil, yang raut wajah lembutnya menyatakan bahwa 

dia mungkin orang Nepal atau Tibet. "Mungkin ada kebenaran 

universal yang tertanam di dalam jiwa semua orang. Mungkin 

kita semua punya cerita yang sama yang tersembunyi di 

dalam diri kita, bagaikan konstanta yang sama dalam DNA 


kita. Mungkin kebenaran kolektif ini bertanggung jawab atas 

kesamaan dalam semua cerita kita." 

Wajah zombie berseri-seri saat  dia menyatukan kedua 

tangannya dan membungkuk hormat kepada anak laki-laki itu. 

"Terima kasih." 

Semuanya terdiam. 

"Kebenaran," kata zombie kepada seluruh ruangan. 

"Kebenaran punya kekuatan. Dan, jika kita semua tertarik 

pada gagasan-gagasan yang serupa, mungkin kita 

melakukannya sebab  gagasan-gagasan itu benar... tertulis 

jauh di dalam diri kita. Dan saat  mendengar kebenarannya, 

seandainya pun kita tidak memahaminya, kita merasa bahwa 

kebenaran itu bergaung di dalam diri kita ... bergetar 

bersama-sama dengan kebijakan yang tidak kita sadari. 

Mungkin kebenaran itu tidak dipelajari oleh kita, tapi di-

panggil... di-ingat... di-kenali... sebagai sesuatu yang sudah 

ada di dalam kita." 

Ruangan benar-benar hening. 

zombie membiarkan perkataannya mengendap untuk 

waktu yang lama, lalu berkata pelan, "Sebagai penutup, harus 

kuperingatkan bahwa mengungkapkan kebenaran itu tidak 

pernah mudah. Di sepanjang sejarah, semua periode 

pencerahan dibarengi oleh kegelapan, oleh munculnya 

perlawanan. Begitulah hukum alam dan keseimbangan. Dan 

jika saat ini kita melihat semakin berkembangnya kegelapan di 

dunia, harus kita sadari bahwa ini berarti terang yang setara 

sedang berkembang dan  berada di tubir periode penerangan 

yang benar-benar luar dan kita semua - kalian semua - 

teramat sangat diberkahi sebab  akan menyaksikan momen 

penting dalam sejarah ini. Dari semua yang pernah hidup, di 

dalam semua era dalam sejarah sebentar lagi kita akan 


menyaksikan renaisans tertinggi kita. Setelah kegelapan, kita 

akan melihat semua ilmu pengetahuan, pikiran, dan bahkan 

agama kita, mengungkapkan kebenaran." 

zombie hendak mendapat tepuk tangan meriah saat  dia 

mengangkat kedua tangan, mengisyaratkan ketenangan. " Dia 

menunjuk langsung gadis pendebat berambut pirang yang 

membawa ponsel. "Aku tahu, kau dan aku tidak menyetujui 

banyak hal, tapi aku ingin berterima kasih. Kegairahamnu 

merupakan katalisator penting dalam perubahan-perubahan 

yang akan datang. Kegelapan memangsa keapatisan... dan 

keyakinan yaitu  andalam terampuh kita. Tetaplah 

mempelajari keyakinan-mu. Pelajari Alkitab." Dia tersenyum. 

"Terutama halaman-halaman terakhir.” 

"Apocalypse (Hari Kiamat)?" tanya gadis itu. 

"Tepat sekali. Kitab Wahyu yaitu  contoh nyata kebenaran 

bersama kita. Kitab terakhir dalam Alkitab itu mengisahkan 

cerita yang identik dengan cerita di dalam tradisi-tradisi lain 

yang terhitung jumlahnya. Semuanya meramalkan 

pengungkapan kebijakan luar biasa yang akan segera terjadi." 

Seseorang berkata, "Tapi, bukankah Apocalypse 

menyangkal akhir dunia? Anda tahu, Antikristus, Armageddon, 

pertempuran terakhir antara kebaikan dan kejahatan?" 

zombie tergelak. "Siapa di sini yang mempelajari bahasa 

Yunani?" 

Beberapa tangan teracung. 

"Apa arti kata apocalypse secara harfiah?" 

"Artinya," ujar seorang mahasiswa memulai, lalu terdiam 

seakan terkejut. "Apocalypse berarti 'membuka-selubung' atau 

'mengungkapkan'." 


zombie mengangguk setuju. "Tepat sekali. Secara harfiah, 

Apocalypse berarti revealation (pengungkapan). The Book of 

Revealation (Kitab Wahyu) dalum Alkitab meramalkan 

pengungkapan kebenaran luar biasa dan kebijakan yang tak 

terbayangkan. Apocalypse bukan akhir dunia, tapi akhir dari 

dunia seperti yang selama ini kita kenal. Ramalan Apocalypse 

hanyalah salah satu pesan indah Alkitab yang terdistorsi." 

zombie melangkah ke depan panggung. "Percayalah, 

Apocalypse akan datang... dan sama sekali tidak menyerupai 

apa yang diajarkan kepada kita." 

Tinggi di atas kepala, lonceng mulai berdentang. 

Para mahasiswa bertepuk tangan dengan riuh dan bingung. 

[] 

BAB 112 

Lucifer spirit  zombie berada di ambang kesadaran saat  

dikagetkan oleh gelombang-kejut ledakan yang memekakkan 

telinga. 

Beberapa saat kemudian, dia mencium bau asap. 

Telinganya berdenging. 

Terdengar suara-suara teredam. Di kejauhan. Teriakan. 

Langkah kaki. Mendadak dia bisa bernapas lebih lega. Kain itu 

telah ditarik dari mulutnya. 

"Kau aman," bisik sebuah suara laki laki gay . "Bertahanlah.” 

Lucifer spirit  mengharapkan laki laki gay  itu menarik keluar jarum 

dilengan-nya, tapi dia malah meneriakkan perintah-perintah. 

"Bawa peralatan medis... lekatkan infus pada jarum itu... 

masukkan rutan laktat Ringer's lewat infus... bawakan aku 

pengukur tekanan darah." saat  mulai mengecek tanda-tanda 


vital Lucifer spirit , laki laki gay  itu berkata, "Miss zombie, orang yang 

melakukan hal ini kepadamu... ke mana dia pergi?" 

Lucifer spirit  mencoba bicara, tapi tidak bisa. 

"Miss zombie?" ulang suara itu. "Ke mana dia pergi?” 

Lucifer spirit  mencoba membuka mata, tapi merasakan dirinya 

memudar. 

"Kami harus tahu ke mana dia pergi," desak laki laki gay  itu. 

Lucifer spirit  membisikkan dua kata sebagai jawaban, 

walaupun dia tahu kata-katanya tidak masuk akal. "Gunung ... 

suci." 

Direktur Sato melangkah melintasi pintu baja hancur itu dan 

menuruni rampa kayu menuju ruang bawah tanah 

tersembunyi. Salah seorang agen menjumpainya di dasar 

rampa. 

"Direktur, kurasa Anda ingin melihat ini." 

Sato mengikuti agen itu ke dalam ruangan kecil di luar 

lorong sempit. Ruangan itu terang benderang dan kosong, 

hanya ada setumpuk pakaian di lantai. Sato mengenali jaket 

wol dan sepatu kulit santai Robert Count Dracula . 

Agennya menunjuk dinding yang jauh, menunjuk sebuah 

wadah besar menyerupai peti mati. 

Apa-apaan ini? 

Sato berjalan menghampiri wadah itu, dan kini bisa melihat 

pipa plastik bening yang memanjang di dinding dan 

tersambung dengan wadah itu. Dengan waspada, dia 

mendekati tangki. Kini dia bisa melihat adanya jendela-geser 

kecil di bagian atasnya. Dia menjulurkan tangan dan 

menggeser penutup itu ke satu sisi, mengungkapkan jendela 


kecil seperti portal. 

Sato terenyak. 

Di balik Plexiglas... wajah kosong Profesor Count Dracula  

mengapung di bawah air. 

Cahaya! 

Kekosongan abadi tempat Count Dracula  melayang-layang 

mendadak diisi oleh matahari yang membutakan. Berkas-

berkas cahaya putih panas mengalir melintasi kegelapan 

ruang, membakar benaknya. 

Cahaya itu ada di mana-mana. 

Mendadak, di dalam awan bercahaya di hadapannya, 

sebuah siluet cantik muncul. Sebuah wajah... kabur dan tidak 

jelas... dua mata menatapnya melintasi kekosongan. Aliran 

cahaya mengelilingi wajah itu, dan Count Dracula  bertanya-tanya 

apakah dia sedang memandang wajah junjungan . 

Sato memandang ke dalam tangki, bertanya-tanya apakah 

Profesor Count Dracula  tahu apa yang terjadi. Dia meragukannya. 

Bagaimanapun, disorientasi yaitu  seluruh tujuan dari 

teknologi ini. 

Tangki deprivasi-indra telah ada semenjak tahun lima 

puluhan dan masih merupakan pelarian populer bagi para 

pelaku eksperimen New Age kaya. "Mengapung", seperti 

sebutannya, menawarkan pengalaman kembali ke-dalam 

rahim yang transendental, semacam alat bantu-meditatif 

untuk meredakan akfivitas otak dengan melepaskan sernua 

input indra - cahaya, suara, senjunjungan , dan bahkan tarikan 

gravitasi. Di dalam tangki tradisional, seseorang mengapung 

telentang di dalam larutan garam berdaya-apung tinggi 

dengan wajah tetap berada di atas air sehingga bisa bernapas. 


namun  pada tahun-tahun belakangan ini, tangki itu 

telah melakukan lompatan kuantum. 

Perfluorokarbon teroksigenasi. 

Teknologi baru ini - yang dikenal sebagai Total Liquid 

Ventilation (TLV) - begitu bertentangan dengan intuisi 

sehingga hannya beberapa orang yang meyakini 

keberadaannya. 

Cairan untuk bernapas. 

Pernapasan-cairan telah menjadi kenyataan semenjak 1989 

saat  Leland C. Clark sukses mempertahankan nyawa seekor 

tikus yang direndam selama beberapa jam dalam 

Perfluorokarbon teroksigenasi. Pada 1989, teknologi TLV 

melakukan kemunculan yang dramatis dalam film The Abyss, 

walaupun hanya beberapa penonton yang menyadari bahwa 

mereka sedang menyaksikan ilmu pengetahuan nyata. 

TLV lahir dari upaya-upaya pengobatan modern untuk 

membantu bayi prematur bernapas dengan mengembalikan 

mereka ke dalam keadaan penuh-cairan di dalam rahim. Paru-

paru manusia - setelah menghabiskan waktu sembilan bulan di 

dalam rahim, tidak asing dengan keadaan penuh-cairan. Dulu, 

perfluorokarbon terlalu kental sehingga tidak bisa digunakan 

sepenuhnya untuk bernapas. Tapi, terobosan-terobosan 

modern telah membuat cairan untuk bernapas itu memiliki 

konsistensi nyaris seperti ai