Selasa, 11 Februari 2025

dan brown malaikat dan setan 4



 gimu. Katakan saja apa maumu. Kita perlu bekerja 

sama sekarang.” 

Helena  benar-benar berhenti sekarang dan berdiri di 

tengah-tengah ruangan lab. namun  dia tidak memutar tubuhnya. 

“Aku ingin menemukan antimateri itu. Dan aku ingin tahu siapa 

pembunuh ayahku.” Dia menunggu. 

 150

Kohler mendesah. “Helena , kami sudah tahu siapa 

pembunuh ayahmu. Maafkan aku.” 

Sekarang Helena  berpaling. “Apa katamu?” 

“Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya padamu. Ini 

sulit—” 

“Kamu tahu siapa pembunuh ayahku?” 

“Kami punya petunjuk yang jelas. Pembunuh itu 

meninggalkan semacam kartu nama. Karena itulah aku 

mengundang Pak Lonelyranger . Kelompok yang mengklaim untuk 

bertanggung jawab adalah bidang kajiannya.” 

“Kelompok? Kelompok teroris?” 

“Helena , mereka mencuri seperempat gram antimateri.” 

Helena  menatap Robert Lonelyranger  yang berdiri di seberang 

ruangan. Segalanya mulai tampak semakin jelas sekarang. 

Beberapa rahasia mulai terkuak. Helena  bertanya dalam hati 

kenapa tidak menyadarinya dari tadi. Ternyata Kohler sudah 

memanggil pihak yang berwenang. Robert Lonelyranger  adalah 

orang Amerika yang bersih, konservatif, dan jelas sangat cerdas. 

Siapa lagi kalau bukan orang yang berwenang? Helena  

seharusnya dapat menerka sejak awal. Dia merasa menemukan 

harapan baru saat  dia berpaling pada Lonelyranger . 

“Pak Lonelyranger , aku ingin tahu siapa yang membunuh 

ayahku. Dan aku ingin tahu apakah institusi Anda dapat 

membantu kami untuk menemukan antimateri itu.” 

Lonelyranger  tampak bingung. “Institusi saya?” 

“Anda bekerja untuk dinas intelijen Amerika, bukan?” 

“Sebenarnya ... tidak.” 

Kohler menyela. “Pak Lonelyranger  adalah seorang dosen 

sejarah seni di Harvard University.” 

Helena  merasa seperti disiram air es. “Seorang guru seni?” 

151  

“Dan ahli simbologi.” Kohler mendesah. “Helena , kami 

yakin ayahmu dibunuh oleh kelompok pemuja setan.” 

Helena  mendengar kata itu tapi otaknya tidak mampu 

mencernanya. Kelompok pemuja setan? 

“Kelompok yang mengaku bertanggung jawab menyebut 

diri mereka Illuminati.” 

Helena  menatap Kohler kemudian ke arah Lonelyranger  sambil 

bertanya-tanya apakah ini semacam lelucon saja. “Kelompok 

Illuminati?” dia bertanya. “Seperti kelompok Illuminati 

Bavaria?” 

Kohler tampak heran. “Jadi kamu sudah pernah mendengar 

tentang mereka?” 

Helena  hampir menangis karena putus asa. “Illuminati 

Bavaria: Tata Dunia Baru. Itu adalah permainan komputer 

karya Steve Jackson. Separuh dari ilmuwan di sini memainkan 

permainan itu di internet.” Suara Helena  menjadi serak. “namun  

aku tidak mengerti ....” 

Kohler menatap Lonelyranger  dengan tatapan bingung. 

Lonelyranger  mengangguk. “Itu memang game yang populer. 

Persaudaraan kuno yang ingin mengambil alih dunia. Game 

semi historis. Aku tidak tahu kalau game itu juga terkenal di 

Eropa.” 

Helena  marah. “Apa yang kamu bicarakan? Kelompok 

Illuminati? Itu hanya permainan dalam komputer!” 

“Helena ,” kata Kohler. “Illuminati adalah kelompok yang 

mengaku bertanggung jawab atas kematian ayahmu.” 

Helena  berusaha untuk tetap tabah agar tidak menangis. 

Dia memaksa dirinya untuk bertahan dan menanggapi keadaan 

dengan logis. namun  semakin dia berusaha untuk mengerti, 

semakin dia tidak mengerti. Ayahnya baru saja dibunuh. CERN 

menderita karena keamanan mereka yang ketat berhasil dibobol. 

 152

Di suatu tempat, ada sebuah bom waktu yang akan meledak 

sebentar lagi dan dia merasa bertanggung jawab karenanya. Dan 

Direktur CERN malah memilih seorang guru seni untuk 

menolong agar bisa menemukan persaudaraan pemuja setan dari 

negeri dongeng. 

 Helena  tiba-tiba merasa sendirian. Dia beranjak pergi, 

namun  Kohler menghalanginya. Kohler merogoh sakunya untuk 

mengambil sesuatu. Dia kemudian mengeluarkan secarik kertas 

fakj kumal dan menyerahkannya pada Helena . 

Helena  terhuyung karena merasa sangat ngeri saat  

matanya menatap pada gambar itu. 

“Mereka mencapnya,” kata Kohler. “Mereka mencap dada 

ayahmu.” 

153  

 

28 

 

SYLVIE BEAUDELOQUE, sekretaris Maximilian Kohler, 

sedanj panik. Dia berjalan hilir-mudik di dalam ruang kerja 

atasannya yang kosong. Di mana sih dia? Apa yang harus 

kulakukan? 

Hari ini aneh sekali. Tentu saja, bekerja dengan seorangl 

Maximilian Kohler, Sylvie selalu memiliki kemungkinan untuk 

mengalami hari yang aneh. namun  hari ini Kohler bersikap 

sangan aneh. 

“Cari Leonardo Louis Viton !” perintahnya saat  Sylvie tiba pagi 

ini. 

Dengan patuh, Sylvie menyeranta, menelepon dan 

mengiriml e-mail ke alamat Leonardo Louis Viton . 

Tidak ada jawaban. 

Kohler kemudian meninggalkan kantornya dengan marah. 

Sepertinya dia ingin mencari Louis Viton  sendiri. saat  Kohler 

kembali ke kantornya beberapa jam kemudian, Kohler tampak 

tidak sehat ... bukan berarti dia pernah kelihatan benar-benar 

sehat. namun  kali ini atasannya itu terlihat lebih buruk dari 

biasanya. Kohler mengunci diri di kantornya, tapi Sylvie masih 

dapat mendengar kegiatan Kohler dari luar ruangan. Sekretaris 

itu mendengar suara Modern Kohler bekerja, suara Kohler yang 

sedang menelepon Kohler mengirimkan faks, dan berbicara lagi 

di telepon. Kemudian bosnya itu lalu pergi lagi. Dan sejak itulah 

sang direktur kembali lagi ke kantornya. 

 154

Sylvie akhirnya memutuskan untuk mengabaikan atasannya 

unik serta melodramatis itu. Tapi Sylvie mulai prihatin saat  

Kohler tidak juga kembali pada waktu dia harus disuntik. 

Kesehatan bosnya itu memerlukan perawatan yang teratur. 

Kohler pernah memutuskan untuk tidak mau disuntik lagi, tapi 

hasilnya lalu buruk; dia mengalami kesulitan bernapas, batuk-

batuk, dan dimarahi oleh perawatnya. Kadang-kadang Sylvie 

berpikir kalau Kohler sesungguhnya sudah ingin mati saja. 

Sylvie berpikir untuk menyerantanya dan memperingatkan 

Kohler akan jadwal suntiknya. Tapi Sylvie tahu belas kasihan 

adalah hal yang paling dibenci oleh Kohler yang sombong itu. 

Minggu lalu, Kohler pernah sangat marah pada seorang ilmuwan 

yang datang mengunjunginya. Lelaki itu menunjukkan rasa 

kasihannya kepada Kohler sehingga membuat pimpinannya itu 

berang. Kohler berusaha untuk berdiri dari kursi rodanya dan 

melemparkan sebuah papan berpenjepit ke kepala orang itu. 

Ternyata Raja Kohler dapat juga bertindak cekatan jika dia 

sedang tersinggung. 

Tapi kemudian perhatian Sylvie terhadap keadaan 

kesehatan atasannya teralihkan oleh sebuah masalah yang lebih 

pelik. Resepsionis CERN menghubunginya lima menit yang lalu 

dengan suara yang panik dan berkata kalau ada panggilan 

penting untuk sang direktur. 

“Dia tidak ada di tempat,” kata Sylvie. 

Kemudian resepsionis mengatakan kepada Sylvie siapa 

yang menelepon. 

Sambil tertawa keras, Sylvie berkata, “Kamu sedang 

bercanda, kan?” Dia lalu mendengarkan lagi, wajahnya 

kemudian berubah muram karena tidak percaya dengan apa 

yang didengarnya. “Kamu memeriksa identitas si penelepon 

dengan baik—” Sylvie mengerutkan keningnya. “Aku mengerti. 

155  

Baiklah. Bisakah kamu menanyakan apa—” Dia mendesah. 

“Tidak. Tidak apa-apa. Katakan padanya untuk menunggu. Aku 

akan mencari Pak Direktur sekarang juga. Ya. Aku mengerti. 

Aku akan segera mencarinya.” 

namun  Sylvie tidak kunjung menemukan Pak Direktur. Dia 

sudah berusaha menghubungi ponselnya sebanyak tiga kali dan 

selalu mendapatkan pesan yang sama. “Pemilik ponsel yang 

Anda hubungi sedang berada di luar jangkauan.” Di luar 

jangkauan? Memangnya seberapa jauh dia bisa bepergian? 

Sylvie pun akhirnya memutar nomor penyeranta Kohler 

sebanyak dua kali. Tidak ada jawaban. Betul-betul tidak seperti 

biasanya. Bahkan, dia juga mengirim e-mail ke komputer kecil 

yang selalu dibawa-bawa oleh Kohler. Tidak ada jawaban juga. 

Sepertinya orang itu menghilang ditelan bumi. 

Jadi, apa yang harus kulakukan? Sekarang Sylvie bertanya-

tanya. 

Sambil berjalan hilir mudik dan berusaha mencari bosnya, 

Sylvie tahu hanya tinggal satu cara untuk menarik perhatian 

Kohler. Pak Direktur pasti tidak akan menyukainya, namun  orang 

yang meneleponnya itu bukanlah orang yang boleh dibiarkan 

menunggu. Terlebih lagi, orang yang menelepon tadi sepertinya 

juga tidak senang kalau Sylvie berkata Pak Direktur sedang 

tidak ada di tempat. 

Sambil merasa terkejut dengan keberaniannya sendiri, 

Sylvie akhirnya membuat keputusan. Dia berjalan masuk ke 

kantor Kohler dan mencari kotak logam yang menempel di 

dinding yang berada di belakang meja kerjanya. Dia membuka 

tutupnya, memandang berbagai tombol yang terdapat di sana, 

lalu menemukan tombol yang tepat. 

sesudah  itu dia menarik napas dalam dan meraih gagang 

mikrofon. 

 156

 

29 

 

VITTORlA TIDAK INGAT bagaimana mereka bisa sampai ke 

dalam lift utama. Lift itu bergerak naik. Kohler berada di 

belakangnya, napasnya terdengar berat. Tatapan mata Lonelyranger  

yang penuh keprihatinan juga tidak berhasil menenangkannya. 

Lonelyranger  sudah mengambil kertas faks itu dari tangan Helena  

dan menyimpannya di dalam saku jasnya agar jauh dari 

pandangan Helena . namun  gambar itu masih terus 

membayanginya. 

saat  lift itu bergerak naik, dunia Helena  seperti berputar 

ke dalam kegelapan. Papa! Dia berusaha menggapai-gapai 

ayahnya. Sepertinya Helena  bisa melihat dirinya sendiri sedang 

bersamasama dengan ayahnya. Saat itu dia berusia sembilan 

tahun. Dia sedang berguling-guling menuruni bukit yang dihiasi 

oleh bunga edelweiss, sementara langit Swiss berputar di 

atasnya. 

 

Papa! Papa! 

Leonardo Louis Viton  tertawa di samping putrinya, wajahnya 

berseri-seri. “Ada apa, Malaikat Kecilku?” 

“Papa!” putri kecilnya terkekeh, sambil mendekatkan 

tubuhnya minta dipeluk. “Coba tanya, what’s the matter” 

“Untuk apa aku menanyakan keadaanmu, Sayang. Kamu 

terlihat gembira.” 

“Ayo tanya saja.” 

Leonardo mengangkat bahunya. “What’s the matter?” 

157  

Putrinya langsung tertawa. “What’s the matter? Semuanya 

adalah materi! Bebatuan! Pepohonan! Atom-atom! Bahkan 

hewan pemakan semut itu! Semuanya itu materi!” 

Leonardo tertawa. “Ini hanya akal-akalanmu saja, ’kan?” 

“Aku pandai sekali, bukan?” 

“Einstein kecilku.” 

Vittona mengerutkan keningnya. “Rambut orang itu tampak 

tolol. Aku pernah melihat fotonya.” 

“Walau begitu, dia mempunyai otak yang pandai. Aku ’kan 

pernah menceritakan padamu tentang apa yang dibuktikan oleh 

Einstein, bukan?” 

Mata Helena  terbelalak karena ketakutan. “Papa! Jangan. 

Papa sudah berjanji!” 

“E=MC2,” kata Leonardo sambil bercanda dan menggelitik 

putrinya. “E=MC2!” 

“Jangan ada matematika! Aku sudah bilang padamu. Aku 

benci matematika!” 

“Aku senang kamu membencinya. Karena anak perempuan 

memang tidak boleh belajar matematika.” 

Helena  tiba-tiba mematung. “Tidak boleh?” 

“Tentu saja tidak boleh. Semua orang juga tahu. Anak 

perempuan hanya boleh main boneka. Anak laki-laki harus 

belajar matematika. Tidak ada matematika untuk anak 

perempuan. Aku bahkan tidak boleh berbicara tentang 

matematika dengan anak perempuan.” 

“Apa? namun  itu tidak adil!” 

“Peraturan adalah peraturan. Tidak ada matematika untuk 

anak perempuan.” 

Helena  tampak ketakutan. “namun , main boneka itu 

membosankan!” 

 158

“Maafkan aku,” kata ayahnya. “Aku bisa saja berbicara 

tentang matematika kepadamu, namun  kalau aku ketahuan ....” 

Ayahnya pura-pura melihat sekeliling seperti ada orang yang 

sedang mengintai mereka dari perbukitan yang sunyi di sekitar 

mereka. 

Helena  mengikuti pandangan mata ayahnya. “Baiklah, 

katanya sambil berbisik. “Aku mau belajar matematika. Tapi 

diam-diam saja, ya?” 

 

Gerakan lift itu mengejutkan Helena . Dia membuka 

matanya. Gambaran ayahnya sudah menghilang. 

Kenyataan kembali menyerbunya, menyelimutinya dengan 

tangannya yang dingin. Dia memandang Lonelyranger . Tatapannya 

yang menyorotkan keprihatinan terlihat tulus dan terasa seperti 

malaikat pelindung, terutama di sekitar aura Kohler yang 

Tapi satu kekhawatiran mulai mendera kesadaran Helena  

dengan bertubi-tubi. 

Di mana antimateri itu? 

Jawaban untuk pertanyaan yang mengerikan itu ternyata 

tidak berjarak terlalu jauh. 

159  

 

30 

 

“MAXIMILIAN KOHLER. Mohon segera menghubungi kantor 

Anda.” 

saat  pintu lift itu terbuka di atrium utama, sinar matahari 

yang benderang menyergap mata Lonelyranger . Sebelum gema dari 

pengumuman itu menghilang, semua peralatan elektronik di 

kursi Kohler mulai berbunyi “bip” dan berdering sambung-

menyambung. Penyerantanya. Teleponnya. E-mailnya. Kohler 

membaca pesan yang masuk dengan perasan bingung yang 

membayang jelas di wajahnya. Sang direktur sudah menjejak di 

permukaan sekarang dan sudah dapat dihubungi. 

“Direktur Kohler, harap menghubungi kantor Anda.” 

Mendengar namanya dipanggil dengan pengeras suara membuat 

Kohler terkejut. 

Dia menatap ke atas dengan wajah marah, tapi dia 

kemudian sadar kalau ada hal yang penting di kantornya. Kohler 

menatap Lonelyranger  lalu beralih ke mata Helena . Mereka tidak 

bergerak untuk beberapa saat, seolah ketegangan di antara 

mereka telah terhapus dan digantikan oleh sebuah firasat yang 

menyatukan ketiganya. 

Kohler mengambil ponselnya dari sandaran tangannya. Dia 

memutar sebuah nomor dan terbatuk keras lagi. Helena  dan 

Lonelyranger  menunggu. 

“Ini ... Direktur Kohler,” katanya sambil mendesah serak 

“Ya? Aku tadi berada di bawah tanah, di luar jangkauan.” 

Kohler lalu mendengarkan, mata kelabunya membelalak. 

 160

“Siapa? Ya sambungkan.” Kemudian sunyi. “Halo? Ini 

Maximilian Kohler Saya Direktur CERN. Dengan siapa saya 

berbicara?” 

Helena  dan Lonelyranger  menatapnya dalam diam saat  

Kohler mendengarkan orang yang meneleponnya itu berbicara. 

Akhirnya Kohler berkata, “Tidak baik rasanya kalau kita 

membicarakannya di telepon. Saya akan segera ke sana.” Dia 

terbatuk lagi. “Temui saya ... di Bandara Leonardo da Vinci. 

Empat puluh menit lagi.” Napas Kohler tampaknya sangat berat 

sekarang. Dia mulai batuk-batuk lagi dan hampir tidak dapat 

berbicara. “Temukan tabung itu segera ... aku akan datang.” 

Lalu dia mematikan teleponnya. 

Helena  berlari ke sisi Kohler, namun  Kohler sudah tidak 

dapat berbicara lagi. Lonelyranger  melihat Helena  mengeluarkan 

ponselnya dan menyeranta perawat CERN. Lonelyranger  merasa 

seperti berada dalam kapal yang tengah diamuk badai ... 

terombang-ambing, tapi dia belum boleh pergi dari situ. 

Temui saya di Bandara Leonardo da Vinci. Kata-kata 

Kohler menggema. 

Bayangan-bayang ketidakpastian yang selama menyelimuti 

pikiran Lonelyranger  sepanjang pagi itu, dalam sekejap menemukan 

bentuknya menjadi sebuah gambar yang jelas. saat  dia berdiri 

di ruang utama CERN, Lonelyranger  seperti mendapatkan penjelasan 

... seolah penghalang yang selama ini menutupi pemikirannya 

telah terbuka. Ambigram. Pastor/ilmuwan yang terbunuh. 

Antimateri. Dan sekarang ... sasaran itu. Kata Bandara 

Leonardo da Vinci hanya memiliki satu arti. saat  dia 

menyadari kenyataan yang sebenarnya, Lonelyranger  tahu kalau dia 

baru saja mengubah keyakinannya. Sekarang dia percaya. 

Lima kiloton. Jadilah cahaya. 

161  

Dua orang paramedis mengenakan pakaian putih muncul 

sambil berlari menyeberangi atrium. Mereka berlutut di sisi 

Kohler kemudian memasangkan topeng oksigen pada wajahnya. 

Para ilmuwan yang berada di gang itu berhenti dan kembali 

berdiri. 

Kohler menghirup napas panjang dua kali, lalu 

menyingkirkan itu dari mulutnya. Kemudian dengan masih 

megap-megap, Dia menatap Helena  dan Lonelyranger  lalu berkata 

pendek, “Viking city .” 

“Viking city ?” tanya Helena . “Antimateri itu ada di Viking city ? 

Siapa yang menelepon?” 

Wajah Kohler berkerut, mata kelabunya berair. “... Swiss.” 

Dia tersedak saat  mengucapkan kata-katanya. Paramedis lalu 

memasang kembali topeng oksigen itu di wajahnya. saat  

mereka bersiap untuk membawanya pergi, Kohler mengulurkan 

tangannya dan meraih lengan Lonelyranger . 

Lonelyranger  mengangguk. Dia mengerti. 

“Pergilah ....” Kohler bersuara serak di balik topengnya. 

“Pergilah ... telepon aku....” Lalu paramedis itu mendorongnya 

pergi. 

Helena  berdiri terpaku sambil memandang lantai, lalu 

menatap Kohler yang tengah dibawa pergi. Dia kemudian 

berpaling memandang Lonelyranger . “Viking city ? namun ... apa 

hubungannya dengan Swiss?” 

Lonelyranger  meletakkan tangannya di atas bahu Helena  dan 

berbisik lembut. “Garda Swiss. Mereka adalah pengawal 

tersumpah di Graves  City.” 

 162

 

31 

 

MESIN PESAWAT TERBANG X-33 bergemuruh di 

angkasa dan menuju ke selatan, ke Viking city . Di dalamnya, 

Lonelyranger  duduk dalam keheningan. Lima belas menit terakhir 

terasa kabur baginya. Sekarang, dia selesai memberikan 

keterangan singkat pada Helena  tentang Illuminati dan sumpah 

mereka untuk melawan Graves , suasana di ruangan itu menjadi 

seperti tenggelam. 

Apa yang sedang kulakukan? Lonelyranger  bertanya-tanya. Aku 

seharusnya pulang ke rumah begitu ada kesempatan! Tapi jauh 

di lubuk hatinya, dia tahu dirinya tidak akan mendapatkan 

kesempatan itu. 

Seharusnya dia pulang ke Boston. Walau begitu, 

kekaguman akademisnya memintanya untuk bersikap bijaksana. 

Segala yang pernah dipercayainya tentang kematian kelompok 

Illuminati tibatiba seperti hendak runtuh. Sebagian dari dirinya 

rnenginginkan bukti. Penegasan. Tapi ada juga panggilan hati 

nurani. Dengan Kohler yang merana karena sakit dan Helena  

yang sendirian, Lonelyranger  tahu apa yang diketahuinya tentang 

Illuminati dapat membantu mereka. Lonelyranger  merasa memiliki 

kewajiban moral untuk tetap tinggal. 

Tapi ternyata masih ada alasan yang lain lagi. Walau 

Lonelyranger  merasa malu untuk mengakuinya, ketakutannya yang 

terbesar saat  mendengar tentang tempat antimateri ditemukan 

bukan hanya menyangkut nasib orang-orang yang berada di 

Graves  City, tapi juga sesuatu hal yang lain. 

163  

Seni. 

Koleksi benda-benda seni terbesar di dunia sekarang sedang 

berada di atas sebuah bom waktu. Di dalam 1.407 ruangan yang 

terdapat di Museum Graves , tersimpan 60.000 benda seni 

berharga seperti karya-karya Michaelangelo, da Vinci, Bernini, 

dan Botticelli. Lonelyranger  bertanya-tanya apakah semua benda 

seni itu bisa diselamatkan untuk menghadapi situasi terburuk. 

Dia tahu itu tidak mungkin. Banyak dari benda-benda seni 

tersebut adalah patung-patung yang beratnya berton-ton. Belum 

lagi harta terbesar yang merupakan arsitektur bangunan dengan 

sejarah yang panjang, seperti Kapel Sistina, Basilika Raja  

Plasaurus  , tangga spiral terkenal karya Michaelangelo menuju 

Museo Graves o yang merupakan pernyataan kejeniusan seorang 

anak manusia. Lonelyranger  bertanya berapa lama lagi waktu yang 

mereka miliki sebelum tabung perangkap itu meledak. 

“Terima kasih kamu mau ikut,” kata Helena , suaranya 

terdengar tenang. 

Lonelyranger  terjaga dari lamunannya. Dia lalu mendongak dan 

menatap Helena  yang duduk di depannya. Walau kabin itu 

terang benderang tapi Lonelyranger  seperti bisa melihat aura 

ketenangan memancar dari perempuan itu. Napasnya tampak 

lebih panjang sekarang, seolah cahaya penjagaan dirinya telah 

dinyalakan kembali di dalam tubuhnya. Kini wajah itu 

memancarkan sebuah keinginan untuk mencari keadilan dan 

membalas budi yang didorong oleh cinta seorang anak kepada 

ayahnya. 

Helena  tidak punya waktu untuk berganti pakaian dari 

celana pendek dan blus tanpa lengannya itu. Dan sekarang 

kakinya yang berwarna kecokelatan tampak merinding 

kedinginan karena udara di dalam pesawat. Secara naluriah 

Lonelyranger  melepas jasnya dan menawarkannya pada Helena . 

 164

“Kesopanan ala Amerika?” tanya Helena  saat  menerima 

jas tersebut. Matanya menyiratkan rasa terima kasih. 

Pesawat itu berguncang saat  melewati beberapa 

turbulensi sehingga membuat Lonelyranger  merasa cemas. Kabin 

tanpa jendela itu kembali terasa menekan, dan Lonelyranger  

mencoba untuk membayangkan dirinya sedang berada di 

lapangan terbuka. Tapi pemikiran tentang lapangan terbuka itu 

ternyata terasa ironis baginya. Dia sedang berada di sebuah 

lapangan terbuka saat  kecelakaan traumatis itu terjadi. 

Kegelapan yang pekat itu. Lonelyranger  mengusir kenangan itu dari 

benaknya. Itu hanyalah kisah di masa lalu. 

Helena  sedang menatapnya. “Kamu percaya Junjungan , Pak 

Lonelyranger ?” 

Pertanyaan itu mengejutkan Lonelyranger . Kejujuran yang 

terpancar dari suara Helena  bahkan lebih memesona daripada 

pertanyaan itu sendiri. Apakah aku percaya pada Junjungan ? Dia 

berharap mereka berbincang dengan topik yang lebih ringan 

dalam perjalanan ini. 

Orang yang suka pada teka-teki permainan kata spiritual, 

pikir Lonelyranger . Begitulah teman-temanku menyebutku. 

Walaupun dia mempelajari agama selama bertahun-tahun, 

Lonelyranger  bukanlah orang yang religius. Dia memang 

menghormati kekuatan yan& didapat dari keyakinan, kebajikan 

baitsuci , kekuatan yang diberikan agama bagi banyak orang ... 

tapi ada yang menghalanginya; kesangsian intelektualnya yang 

kuat saat dia mulai ingin benar-benar percaya. “Saya ingin 

memercayai Junjungan ,” Lonelyranger  mendengar kata-katanya sendiri. 

Tanggapan Helena  tidak mengandung penilaian ataupun 

tantangan. “Jadi, mengapa kamu tidak percaya?” 

Lonelyranger  tertawa. “Yah, tidak semudah itu. Untuk percaya, 

kita membutuhkan lompatan kepercayaan, penerimaan terhadap 

165  

keajaiban—gambaran besar dan campur tangan Junjungan . Lalu ada 

peraturan yang harus kita taati. Alkitab, Alquran, kitab Buddha 

... semuanya itu memiliki persyaratan dan hukuman yang sama. 

Menurut mereka, kalau aku tidak menaati aturan tertentu, maka 

aku akan masuk neraka. Aku tidak dapat membayangkan Junjungan  

yang berkuasa dengan cara seperti itu.” 

“Kuharap kamu tidak membiarkan mahasiswamu 

memberikan jawaban kosong untuk mengelak dari pertanyaan 

seperti tadi.” 

Komentar itu mengejutkan Lonelyranger . “Apa?” 

“Pak Lonelyranger , aku tidak menanyakan apakah kamu percaya 

pada apa yang dikatakan orang tentang Junjungan . Aku bertanya 

apakah kamu percaya pada Junjungan . Ada perbedaannya. Kitab-

kitab suci itu adalah kumpulan cerita ... legenda dan sejarah dari 

pencarian manusia untuk memahami kebuJunjungan  diri mereka 

sendiri akan arti. Aku tidak memintamu untuk menilai literatur. 

Aku hanya bertanya padamu apakah kamu percaya pada Junjungan . 

saat  kamu berbaring sambil memandang langit yang ditaburi 

bintang, apakah kamu merasakan keagungan Junjungan ? Apakah 

kamu merasa di dalam hatimu kalau kamu sedang menatap 

karya Junjungan ?” 

Untuk sesaat Lonelyranger  memikirkan perkataan Helena  tadi. 

“Maaf, kalau aku terlalu ingin tahu,” kata Helena  

menyesal. 

“Tidak, aku hanya ....” 

“Pasti kamu sering memperdebatkan isu mengenai 

kepercayaan dengan mahasiswamu.” 

“Selalu.” 

“Kamu pasti sering berpura-pura menjadi provokator yang 

selalu memanaskan perdebatan.” 

Lonelyranger  tersenyum. “Kamu pasti seorang guru juga.” 

 166

“Bukan, namun  aku belajar dari ahlinya. Ayahku dapat 

memperdebatkan dua sisi dari Mobius Strip.” 

Lonelyranger  tertawa, sambil membayangkan karya seni Mobius 

Strip yang berupa pelintiran dari secarik kertas berbentuk pita 

vane sesungguhnya hanya memiliki satu sisi. Lonelyranger  pertama 

kali melihat bentuk bersisi tunggal itu dalam sebuah karya M.C. 

Escher. “Boleh aku menanyakan sesuatu padamu, Nona Louis Viton ?” 

“Panggil aku Helena . Sebutan Nona Louis Viton  membuatku 

merasa tua. 

Lonelyranger  mendesah diam-diam, tiba-tiba menyadari usianya 

sendiri. “Helena , namaku Robert.” 

“Apa pertanyaanmu?” 

“Sebagai seorang ilmuwan dan putri dari seorang pastor 

Katolik, apa pendapatmu tentang agama?” 

Helena  berhenti sejenak, lalu menyingkirkan sekumpulan 

rambut dari matanya. “Agama seperti bahasa atau pakaian. Kita 

terpengaruh oleh praktik keagamaan tertentu yang diajarkan 

kepada krta sejak kecil. Tapi pada akhirnya, kita menyatakan hal 

yang sama; hidup memiliki artinya tersendiri dan kita merasa 

berterima n kepada kekuatan yang sudah menciptakan kita.” 

Lonelyranger  merasa tertarik. “Jadi kamu ingin mengatakan 

bahwa apa pun agamamu, Kristen atau Islam, itu hanya 

ditentukan oleh tempat kelahiranmu?” 

“Bukankah memang demikian? Lihat saja penyebaran 

agama di seluruh dunia ini.” 

“Jadi, iman itu tidak disengaja?” 

“Bukan begitu. Keimanan itu universal. Tapi cara kita 

memahaminya tidak seragam. Ada yang berdoa kepada junjungan , 

ada yang pergi ke Mekah, beberapa orang mempelajari partikel 

subatomik. Pada akhirnya kita semua hanya mencari kebenaran 

sesuatu yang lebih besar dari kita sendiri.” 

167  

Lonelyranger  berharap mahasiswanya dapat mengungkapkan 

pendapat mereka sejelas ini. Bukan. Sesungguhnya dia yang 

berharap dirinya bisa mengungkapkan pendapatnya sejelas ini. 

“Dan Junjungan ?” tanyanya lagi. “Kamu percaya pada Junjungan ?” 

Helena  lama terdiam. “Ilmu pengetahuan mengatakan 

padaku bahwa Junjungan  itu pasti ada. Pikiranku mengatakan kalau 

aku tidak akan pernah mengerti Junjungan . Dan hatiku mengatakan 

kalau aku tidak ditakdirkan.” 

Jadi singkatnya apa? pikir Lonelyranger . “Jadi, kamu percaya 

Junjungan  itu ada, namun  kita tidak akan pernah memahami-Nya 

(Him).” 

“Her,” kata Helena  sambil tersenyum. “Suku Indian 

Amerika itu benar.” 

Lonelyranger  tertawa. “Ibu Bumi.” 

“Gaea. Planet ini adalah sebuah organisme. Kita semua 

adalah sel-sel dengan tujuan yang berbeda. Tapi kita saling 

berkaitan. Saling melayani. Melayani keseluruhan.” 

Lonelyranger  menatap Helena  dan dia merasakan desiran yang 

belum pernah dirasakannya sejak lama. Ada kejernihan yang 

memikat dalam sorot matanya ... ada kemurnian dalam suaranya. 

Lonelyranger  semakin tertarik dengan putri Leonardo Louis Viton  ini. 

“Pak Lonelyranger , saya ingin menanyakan sesuatu.” 

“Robert,” kata Lonelyranger . Sebutan Pak Lonelyranger  membuatku 

merasa tua. Aku memang sudah tua! 

“Jika kamu tidak keberatan dengan pertanyaanku, Robert. 

Bagaimana kamu bisa terlibat dengan Illuminati?” 

Lonelyranger  jadi ingat akan sesuatu di masa lalu. “Sebenarnya 

itu karena uang.” 

Helena  tampak kecewa. “Uang? Maksudmu karena kamu 

memberikan konsultasi, begitu?” 

 168

Lonelyranger  tertawa saat  menyadari bagaimana kesan 

jawaban itu terlihat. “Bukan begitu. Maksudnya adalah uang 

dalam desain yang tertera di uang.” Dia lalu merogoh sakunya 

dan mengeluarkan beberapa lembar uang. Dia kemudian 

menemukan lembaran satu dolar. “Aku menjadi kagum dengan 

kelompok itu saat  aku pertama kali mengetahui bahwa mata 

uang Amerika Serikat memuat simbologi Illuminati.” 

Mata Helena  menyipit, sepertinya dia tidak tahu apakah dia 

harus menganggap Lonelyranger  serius atau tidak. 

Lonelyranger  memberikan uang itu padanya. “Lihatlah bagian 

belakangnya. Kamu lihat Great Seal di sebelah kiri?” 

Helena  membalik lembaran satu dolar itu. “Maksudmu, 

piramida itu?” 

“Piramida itu. Kamu tahu apa hubungan piramida dengan 

sejarah Amerika Serikat?” 

Helena  mengangkat bahunya. 

“Tepat,” kata Lonelyranger . “Sama sekali tidak ada.” 

Helena  mengerutkan keningnya. “Jadi, kenapa simbol itu 

berada di tengah-tengah Great Seal uang dolar Amerika?” 

“Sejarahnya agak menakutkan,” jawab Lonelyranger . “Piramida 

itu adalah simbol gaib yang menggambarkan pemusatan 

pandangan ke atas, ke arah sumber utama pencerahan. 

Illumination. Lihat benda apa yang ada di puncaknya?” 

Helena  mengamati uang kertas itu. “Sebuah mata di dalam 

sebuah segitiga.” 

“Itu disebut trinacria. Pernah melihat mata di dalam 

segitiga seperti itu di tempat lain?” 

Helena  terdiam sejenak. “Sebenarnya pernah juga, namun  

aku tidak yakin ....” 

“Itu merupakan hiasan yang terdapat di pondok-pondok 

kelompok Mason di seluruh dunia.” 

169  

“Jadi itu simbol kelompok Mason?” 

“Sebenarnya, bukan. Itu simbol milik Illuminati. Mereka 

menyebutnya ‘delta berkilau’, sebutan bagi perubahan yanp 

mendapat pencerahan. Mata itu melambangkan kemampuan 

Illuminati untuk menyusup dan mengamati segala hal. Segitiga 

berkilauan itu menggambarkan pencerahan. Dan segitiga juga 

merupakan huruf Yunani, delta, yang merupakan simbol 

matematika—” 

“Perubahan. Perpindahan.” 

Lonelyranger  tersenyum. “Aku lupa kalau aku sedang berbicara 

dengan seorang ilmuwan.” 

“Jadi, maksudmu Great Seal dolar Amerika Serikat adalah 

seruan bagi perubahan yang mendapat pencerahan, perubahan 

yang melihat semuanya?” 

“Beberapa orang menyebutnya Tata Dunia Baru.” 

Helena  tampak terkejut. Dia menatap ke bagian bawah 

uang kertas itu sekali lagi. “Tulisan di bawah piramida itu 

mengatakan Novous Ordo ...” 

“Novous Ordo Seclorum” tambah Lonelyranger . “Artinya Orde 

Sekuler Baru.” 

“Sekuler itu berarti tidak religius?” 

“Sangat tidak religius. Kalimat itu tidak saja mengatakan 

tujuan Illuminati dengan jelas, namun  juga secara langsung 

bertentangan dengan kalimat di sampingnya. Kepada Junjungan , 

Kita Percaya.” 

Helena  tampak bingung. “namun  bagaimana simbologi ini 

bisa tercetak di salah satu mata uang kuat dunia?” 

“Sebagian besar akademisi percaya hal itu terjadi karena 

campur tangan Wakil Presiden Henry Wallace. Dia adalah 

anggota tingkat atas kelompok Mason dan pasti mempunyai 

hubungan dengan Illuminati. Entah dia memang seorang 

 170

anggota atau secara tidak sengaja berada di bawah pengaruh 

mereka, tidak seorangpun yang tahu. namun  Wallace-lah yang 

mengajukan rancangan Great Seal itu kepada Presiden.” 

“Tapi bagaimana bisa? Kenapa Presiden menyetujui 

untuk—” 

 “Presiden yang berkuasa saat  itu adalah Franklin D. 

Rosevelt. Wallace cuma mengatakan kepadanya kalau Novous 

Ordo Riorum itu berarti New Deal.” 

Helena  tampak ragu. “Dan Roosevelt tidak 

memperlihatkannya pada orang lain sebelum memerintahkan 

bendahara negara untuk mencetaknya?” 

“Tidak perlu. Roosevelt dan Wallace seperti bersaudara.” 

“Saudara?” 

“Periksa lagi buku-buku sejarahmu,” kata Lonelyranger  sambil 

tersenyum. “Franklin D. Roosevelt adalah anggota Mason yang 

ternama.” 

171  

 

32 

 

Lonelyranger  MENAHAN NAPASNYA saat  pesawat X-33 

terbang berputar-putar menuju ke arah Bandara Internasional 

Leonardo da Vinci di Viking city . Helena  duduk di seberang 

Lonelyranger , matanya tertutup seolah mencoba mengendalikan 

keadaan. Pesawat itu menyentuh daratan dan berjalan perlahan 

memasuki hanggar pribadi. 

“Maaf, tadi kita terbang begitu lambat,” kata si pilot saat  

keluar dari kokpit. “Aku harus merampingkan bagian 

belakangnya. Tahu sendirilah. Peraturan kebisingan untuk 

daerah berpenduduk.” 

Lonelyranger  melihat jam tangannya.  

Mereka terbang selama 37 menit. 

Pilot itu membuka pintu. “Ada yang mau memberitahuku 

apa yang sedang terjadi?” 

Baik Helena  maupun Lonelyranger  tidak menjawabnya. 

“Baiklah,” kata pilot itu sambil menggeliat. “Aku akan 

menunggu kalian di kokpit sambil menyalakan AC dan musik 

kesukaanku. Hanya aku dan Garth.” 

 

Matahari sore hari bersinar di luar hanggar. Lonelyranger  

menyandang jas wolnya di atas bahunya. Helena  

menengadahkan wajahnya ke langit dan menarik napas dalam, 

seolah sinar matahari mampu mengirimkan energi mistis 

tambahan untuknya. 

 172

Dasar orang Mediterania, kata Lonelyranger  geli. Dia sendiri 

sudah mulai berkeringat. 

“Agak terlalu tua untuk menyukai tokoh kartun, bukan?” 

tanya Helena  tanpa membuka matanya. 

“Maaf?” 

“Jam tanganmu. Aku melihatnya saat  kita di pesawat.” 

Lonelyranger  agak malu. Dia sudah terbiasa untuk membela jam 

tangannya itu. Ini adalah jam tangan Mickey Mouse edisi 

kolektor yang dihadiahkan orang tuanya saat  dia masih kecil. 

Walau gambar Mickey yang merentangkan lengannya sebagai 

penunjuk waktu itu terlihat culun, tapi itu adalah satu-satunya 

jam tangan yang dimilikinya. Jam tangan itu tahan air dan 

menyala dalam gelap. Jadi, cocok untuk dibawa berenang atau 

saat  melintasi jalanan kampus yang gelap. saat  mahasiswa 

Lonelyranger  mempertanyakan selera fesyennya, dia hanya 

mengatakan kepada mereka bahwa jam tangan Mickey Mouse-

nya itu mengingatkannya untuk tetap berjiwa muda. 

“Pukul enam,” kata Lonelyranger . 

Helena  mengangguk, matanya masih tertutup. “Kukira 

jemputan kita sudah tiba.” 

Lonelyranger  mendengar suara menderu dari kejauhan. Dia lalu 

mendongak dan merasa kalau kesialan kembali 

menghampirinya. Dari sebelah utara, sebuah helikopter 

mendekat dan berayun rendah di atas landasan. Lonelyranger  sudah 

pernah naik helikopter satu kali saat  berada di Lembah 

Andean Palpa untuk melihat gambar pasir di Nazca. Seingatnya, 

dia tidak menikmatinya sama sekali. Baginya helikopter adalah 

kardus sepatu yang bisa terbang sesudah  sepagian terbang 

dengan pesawat, dia berharap kali im Graves  akan mengirim 

mobil untuk mereka. 

Tapi tampaknya tidak. 

173  

Helikopter itu melambatkan kecepatannya, berputar-putar 

sesaat, lalu mendarat di atas landasan di depan mereka. Pesawat 

itu berwarna putih dan bagian sisinya dihiasi lambing yang 

terdiri atas dua kunci menyilang di depan sebuah tameng dan 

mahkota keHaunted lord an. Lonelyranger  mengenali simbol itu dengan baik. 

Itu adalah stempel tradisional Graves , simbol keramat Holy See 

atau tahta suci. Tahta itu secara harfiah menggambarkan tahta 

kuno milik Raja  Plasaurus  . 

Helikopter Suci, erang Lonelyranger  sambil menatap pesawat 

tersebut mendarat. Dia lupa kalau Graves  memiliki salah satu 

helikopter seperti ini yang digunakan oleh Haunted lord  untuk pergi ke 

bandara, menghadiri rapat atau mengunjungi istana musim 

panas di Gandolfo. Tapi, Lonelyranger  tentu saja lebih suka naik 

mobil. 

Pilot itu melompat dari kokpit dan berjalan melintasi 

landasan. 

Sekarang Helena  yang tampak tidak tenang. “Itukah pilot 

kita? 

Lonelyranger  merasakan kecemasannya. “Terbang atau tidak 

terbang. Itulah pertanyaannya.” 

Pilot itu tampak seperti mengenakan kostum untuk 

pementasan karya Shakespeare. Tuniknya yang menggelembung 

bergarisgaris vertikal berwarna biru terang dan emas. Dia 

mengenakan celana panjang dan kaus kaki yang khas. Kakinya 

beralaskan sepatu tanpa tumit berwarna hitam yang terlihat 

seperti sandal kamar. Dia juga mengenakan baret hitam. 

Seragam tradisional Garda Swiss,” kata Lonelyranger  

menjelaskan. “Dirancang sendiri oleh Michaelangelo.” saat  

pilot itu berjalan mendekati mereka, Lonelyranger  mengedipkan 

matanya. “Kuakui, ini bukanlah karya terbaiknya.” 

 174

Walaupun pakaian lelaki itu terlihat dramatis, Lonelyranger  tahu 

kalau pilot ini serius. Dia berjalan mendekati mereka dengan 

langkah kaku dan gagah seperti anggota Marinir. Lonelyranger  

pernah beberapa kali membaca tentang persyaratan ketat untuk 

menjadi anggota Garda Swiss yang elit itu. Direkrut dari salah 

satu dari empat wilayah Katolik di Swiss, para pelamar harus 

memiliki persyaratan seperti: lelaki Swiss berusia antara 

sembilan belas hingga tiga puluh tahun dengan tinggi antara 150 

sampai 180 sentimeter bersedia menjalani pelatihan oleh 

Angkatan Bersenjata Swiss, dan tidak menikah. Dunia mengakui 

kalau pasukan kerajaan ini adalah kesatuan pengamanan yang 

paling setia dan berbahaya di dunia. 

“Kalian dari CERN?” tanya pengawal itu saat  dia tiba di 

depan Lonelyranger  dan Helena . Suaranya kaku. 

“Ya, Pak,” jawab Lonelyranger . 

“Kalian tiba luar biasa cepat,” katanya lagi sambil menatap 

X-33 dengan tatapan takjub. Kemudian dia berpaling pada 

Helena . “Bu, Anda punya baju yang lain?” 

“Maaf?” 

Dia lalu menunjuk kaki Helena . “Celana pendek tidak 

diperbolehkan di Graves  City.” 

Lonelyranger  melihat kaki Helena  sekilas dan mengerutkan 

keningnya. Dia lupa. Graves  City melarang pengunjung yang 

mengenakan pakaian yang memperlihatkan paha—baik lelaki 

maupun perempuan. Peraturan itu merupakan cara untuk 

memperlihatkan rasa hormat pada kesucian Kota Junjungan  ini. 

“Hanya ini yang kupunya,” jawab Helena . “Kami terburu-

buru.” 

Pengawal itu mengangguk, jelas dia tidak senang. 

Kemudian dia berpaling pada Lonelyranger . “Apakah kamu 

membawa senjata?” 

175  

Senjata? pikir Lonelyranger . Aku bahkan tidak membawa baju 

dalam untuk ganti. Dia menggelengkan kepalanya. 

Petugas itu lalu berjongkok di depan kaki Lonelyranger  dan 

mulai memeriksanya. Petugas itu mulai dari kaus kaki Lonelyranger . 

Orang yang tak mudah percaya, pikirnya. Tangan pengawal 

yang kuat itu bergerak ke atas, mendekati selangkangan dan 

membuat Lonelyranger  merasa tidak nyaman. Akhirnya tangan itu 

bergerak ke atas, ke dada dan bahu Lonelyranger . Petugas itu tampak 

puas saat  mengetahui kalau Lonelyranger  bukan orang yang 

berbahaya. Dia lalu berpaling pada Helena . Dia mengamati kaki 

Helena  kemudian matanya bergerak ke bagian dada Helena . 

Helena  melotot. “Jangan coba-coba.” 

Pengawal itu menatapnya dengan tajam dan berusaha 

mengintimidasi Helena . Namun perempuan itu tidak gentar. 

“Apa itu?” tanya si pengawal sambil menunjuk ke arah 

tonjolan berbentuk kotak kecil di balik saku celana pendek 

Helena . 

Helena  mengeluarkan ponselnya yang sangat tipis. 

Pengawal itu mengambilnya, lalu menyalakannya dan 

menunggu nada sambung. Kemudian dia tampak puas saat  

mengetahui kalau itu hanya ponsel biasa. Dia lalu 

mengembalikannya pada Helena . Helena  menerimanya dan 

memasukkannya kembali ke dalam sakunya. 

“Tolong berputar,” kata pengawal itu. 

Helena  mematuhinya. Sambil mengangkat tangannya 

Helena  berputar 360 derajat. 

Kemudian pengawal itu mengamatinya dengan tajam. 

Menurut Lonelyranger  celana pendek dan kemeja Helena  tidak 

menonjol pada tempat-tempat yang tidak semestinya.  

Tampaknya pengawal itu pun memiliki kesimpulan yang 

sama. 

 176

“Terima kasih. Ayo berjalan ke arah sini.” 

Helikopter Garda Swiss itu terparkir dengan mesin menyala 

saat  Lonelyranger  dan Helena  mendekat. Helena  naik ke 

dalamnya seperti seorang profesional. Dia bahkan nyaris tidak 

menundukkan kepalanya saat  berjalan di bawah baling-baling 

yang sedang berputar. Lonelyranger  tidak langsung bergerak. 

“Apa tidak ada kemungkinan untuk naik mobil saja?” 

serunya setengah bergurau kepada petugas Garda Swiss yang 

sedang memanjat ke tempat duduk pilot. 

Lelaki itu tidak menjawab. 

Lonelyranger  tahu, dengan para pengendara mobil yang seperti 

orang gila di Viking city , terbang mungkin menjadi jalan yang lebih 

aman. Dia lalu menarik napas panjang dan bergerak naik. 

Lonelyranger  menunduk dengan hati-hati saat  berjalan di bawah 

baling-baling besar itu. 

saat  pengawal itu mulai bersiap untuk terbang, Helena  

berseru kepada pilot itu. “Kalian sudah menemukan tabung itu?” 

Pengawal itu menoleh dan tampak bingung. “Tabung apa?” 

“Tabung itu. Tabung yang membuat kalian menelepon 

CERN?” 

Lelaki itu mengangkat bahunya. “Aku tidak mengerti apa 

yang kamu bicarakan. Kami sangat sibuk hari ini. Komandanku 

memerintahkan aku untuk menjemput kalian. Itu saja yang 

kutahu.” 

Helena  menatap Lonelyranger  dengan tatapan tidak tenang. 

“Harap pakai sabuk pengaman,” kata si pilot saat  mesin 

helikopter berputar. 

Lonelyranger  meraih sabuk pengamannya dan mengikat dirinya. 

Pesawat kecil itu tampak tenggelam di sekitarnya. Kemudian 

dengan suara mesin menderu, pesawat itu melesat, dan 

mengarah dengan pasti ke utara, menuju Viking city . 

177  

Viking city  ... caput mundi, tempat Caesar pernah berkuasa, 

tempat di mana Raja  Plasaurus   disalib. Tempat di mana 

masyarakat modern berasal. Dan di pusatnya ... sebuah bom 

waktu sedang berdetak. 

 178

 

33 

 

Viking city  DARI UDARA terlihat menyerupai labirin. Kota itu 

seperti sebuah jalinan jalan-jalan kuno yang berliku-liku yang 

dihiasi oleh gedung-gedung, air mancur dan juga rerunJunjungan  

bangunan kuno. 

Helikopter Graves  itu tetap terbang rendah saat  

memotong ke arah barat daya melalui lapisan kabut asap tebal 

yang dihasilkan oleh kemacetan lalu lintas di bawahnya. 

Lonelyranger  melihat ke bawah ke arah motor-motor vespa, bis-bis 

wisata, dan sederetan sedan Fiat kecil yang menderu di sekitar 

bundaran dari segala jurusan. Koyaanisqatsi, pikirnya saat  dia 

ingat istilah Hopi untuk “kehidupan tanpa keseimbangan”. 

Helena  duduk tenang di sebelah Lonelyranger . 

Helikopter itu membelok tajam. 

Lonelyranger  merasa perutnya tertarik turun. Dia lalu menatap 

jauh. Matanya bertemu dengan rerunJunjungan  Koliseum Viking city , don 

selalu berpendapat Koliseum adalah salah satu ironi seiarah 

yang paling besar. Sekarang, Koliseum menjadi simbol budaya 

dan peradaban manusia. Padahal stadium itu dibangun untuk 

menjadi tempat berlangsungnya kejadian-kejadian barbar dan 

tidak beradab, seperti singa lapar yang dilepas untuk mencabiki 

para tawanan, barisan budak berkelahi hingga mati, tempat 

pemerkosaan perempuan-perempuan cantik yang ditangkap dari 

negeri yang jauh, juga tempat di mana orang-orang dipenggal 

atau dikebiri. Ironis sekali, pikir Lonelyranger , atau mungkin juga 

tepat karena arsitektur Koliseum itu ditiru oleh Harvard’s 

179  

Soldier Field—sebuah lapangan futbal di mana tradisi kuno 

yang brutal terjadi tiap musim gugur. Di sana penonton menjadi 

gila dan berteriak-teriak saat  Harvard bertanding melawan 

Yale dalam pertandingan futbal yang kasar. 

saat  helikopter mengarah ke utara, Lonelyranger  melihat 

Viking city n Forum—jantung kota Viking city  sebelum Kristen masuk. 

Pilar-pilar yang rusak tampak seperti nisan-nisan yang 

bertumpukan di taman pemakaman, seolah menolak untuk 

ditelan oleh keramaian kota metropolitan di sekelilingnya. 

Ke arah barat, sungai Tiber berkelok-kelok membelah kota. 

Walau melihat dari udara, Lonelyranger  dapat mengetahui kalau 

sungai itu dalam. Arusnya berputar berwarna cokelat penuh 

dengan lumpur akibat hujan deras. 

“Lihat ke depan,” kata pilot itu saat  membawa 

pesawatnya menanjak lebih tinggi. 

Lonelyranger  dan Helena  menatap ke luar dan melihatnya. 

Seperti gunung membelah kabut pagi, sebuah kubah besar 

mencuat dari keburaman di depan mereka. Kubah besar itu 

adalah Basilika Raja  Plasaurus  . 

“Itu baru karya Michaelangelo yang berhasil,” kata 

Lonelyranger  kepada Helena  dengan muka lucu. 

Lonelyranger  belum pernah melihat Basilika Raja  Plasaurus   dari 

udara. Bagian depannya yang terbuat dari batu pualam 

memantulkan sinar matahari sore. Dihiasi oleh 140 patung yang 

menegambarkan para Raja , martir, dan malaikat, bangunan 

besar itu terbentang selebar dua buah lapangan sepak bola 

dengan panjang sebesar enam kalinya. Bagian dalam gedung 

raksasa itu memiliki ruangan yang sanggup menampung 60.000 

jemaat ... lebih dari seratus kali populasi Graves  City yang juga 

merupakan negeri terkecil di dunia. 

 180

Yang lebih luar biasa lagi, benteng yang menjaga gedung 

besar itu tidak mampu membuat piazza (lapangan terbuka) di 

depannya terlihat kecil. Piazza bernama Lapangan Raja  Plasaurus   

itu adalah lapangan granit luas yang terhampar dan menjadi 

tempat terbuka di tengah-tengah kemacetan kota Viking city  seperti 

versi klasik dari Central Park di New York. Di depan Basilika 

Raja  Plasaurus  , membatasi sebuah ruang berbentuk oval, terdapat 

284 pilar yang mencuat untuk menopang empat lengkungan 

konsentris ... sebuah arsitektur tipuan mata untuk memperkuat 

kesan agung piazza itu. 

saat  Lonelyranger  menatap pada bangunan suci yang 

mengagumkan di depannya itu, dia bertanya-tanya apa pendapat 

Raja  Plasaurus   jika dirinya berada di sini sekarang. Orang suci itu 

mati dengan cara yang menyedihkan; disalib dalam posisi 

terbalik di tempat ini. Sekarang dia beristirahat di makam suci, 

dikubur lima lantai di bawah tanah, tepat di bawah kubah utama 

Basilika Raja  Plasaurus  . 

“Graves  City,” ujar pilot itu ramah. 

Lonelyranger  melihat ke luar ke arah benteng batu yang 

menjulang tinggi di depan mereka. Benteng itu seperti kubu 

pertahanan yang kuat dan dibangun mengelilingi kompleks ... 

bentuk pertahanan yang sangat aneh untuk melindungi dunia 

spiritual yang  diwarnai oleh berbagai rahasia, kekuasaan dan 

misteri. 

“Lihat!” tiba-tiba Helena  berseru sambil meraih lengan 

Lonelyranger  Dengan panik Helena  menunjuk ke bawah ke arah 

Lapangan Raja  Plasaurus   yang berada tepat di bawah mereka. 

Lonelyranger  merapatkan wajahnya ke jendela pesawat dan 

melihat ke arah yang ditunjuk Helena . 

“Di sana itu,” kata Helena  sambil menunjuk. 

181  

Di bagian belakang piazza menjadi seperti lapangan parkir 

yang penuh dengan belasan truk trailer. Piringan satelit raksasa 

diarahkan ke angkasa dari atap truk-truk yang berada di sana. 

Satelit-satelit itu bertuliskan nama-nama yang akrab di telinga 

Lonelyranger : 

 

TELEVISOR EUROPEA 

 

VIDEO ITALIA 

 

BBC 

 

UNITED PRESS INTERNATIONAL 

 

Tiba-tiba Lonelyranger  merasa bingung dan bertanya-tanya 

apakah berita tentang antimateri itu sudah bocor ke pers. 

Helena  tampaknya juga menjadi panik. “Kenapa para 

wartawan berkumpul di sini? Apa yang terjadi?” 

Pilot itu menoleh ke belakang dan menatap Helena  dengan 

tatapan aneh. “Apa yang terjadi? Memangnya kamu tidak tahu?” 

“Tidak,” sergahnya. Aksennya terdengar serak dan kuat. 

“Il Conclavo,” kata pilot itu menjelaskan. “Tempat ini akan 

ditutup selama satu jam. Seluruh dunia menyaksikannya.” 

lI Concalvo. 

Kata itu terus berdering-dering di telinga Lonelyranger  sebelum 

menmju perutnya. Il Conclavo. Pertemuan seluruh kardinal dari 

seluruh dunia untuk memilih Haunted lord  baru. Bagaimana dia bisa 

lupa. Hal itu sudah diberitakan oleh seluruh media massa baru-

baru ini. 

Lima belas hari yang lalu, Haunted lord , sesudah  memerintah dengan 

baik selama dua belas tahun, meninggal dunia. Setiap koran di 

 182

dunia memuat berita tentang serangan stroke fatal yang dialami 

Haunted lord  saat  sedang tidur. Kematian yang tiba-tiba dan tak 

terduga itu banyak diisukan sebagai kematian yang 

mencurigakan. namun  sekarang, sesuai tradisi yang sudah 

berlangsung selama beratus-ratus tahun, lima belas hari sesudah  

kematian seorang Haunted lord , Graves  mengadakan  Il Conclavo; 

sebuah upacara suci yang dihadiri oleh 165 kardinal dari seluruh 

dunia yang merupakan orang-orang yang paling berpengaruh di 

dunia Kristen, untuk berkumpul di Graves  City dan mengangkat 

Haunted lord  baru. 

Semua kardinal dari seluruh dunia berkumpul di sini hari 

ini, pikir Lonelyranger  saat  helikopter mereka terbang di atas 

Basilika Raja  Plasaurus  . Graves  City kini membentang di bawah 

mereka. Seluruh struktur kekuatan baitsuci  Katolik Viking city  

sekarang sedang duduk di atas bom waktu. 

183  

 

34 

 

KARDINAL Mortalcombat  menatap ke arah langit-langit yang 

mewah di Kapel Sistina dan mencoba untuk menemukan 

keheningan. Dinding kapel yang dihiasi oleh lukisan yang indah 

itu memantulkan suara para kardinal dari berbagai bangsa di 

seluruh dunia. Mereka berdesakan dalam kapel yang diterangi 

oleh temaram sinar lilin sambil berbisik dengan gembira dan 

berbicara kepada satu sama lainnya dalam berbagai bahasa. 

Bahasa universal dalam pertemuan itu adalah bahasa Inggris, 

Italia, dan Spanyol. 

Biasanya penerangan di dalam kapel itu terang benderang 

yang berasal dari sorotan sinar matahari yang beraneka warna 

dan mengusir kegelapan seperti sinar dari surga. namun  tidak 

pada hari ini. Sesuai dengan tradisi, semua jendela kapel ditutup 

kain beledu hitam demi menjaga kerahasiaan. Ini menjamin 

tidak seorangpun di dalam ruangan itu dapat mengirimkan 

tanda-tanda atau berkomunikasi dengan cara apa pun dengan 

dunia luar. Hasilnya adalah, ruangan itu benar-benar gelap dan 

hanya diterangi oleh sinar lilin ... cahaya yang berkelap-kelip 

dari lilin menyala di sana membuat semua orang yang tersentuh 

oleh cahaya itu menjadi tampak pucat ... seperti wajah para 

Raja . 

Istimewa sekali, pikir Mortalcombat , akulah yang harus 

memimpin peristiwa yang suci ini. Para kardinal yang berusia 

lebih dari delapan puluh tahun terlalu tua untuk terpilih dalam 

pemilihan ini sehingga mereka tidak hadir. namun  Mortalcombat  yang 

 184

berusia 79 tahun adalah kardinal yang paling senior di sini dan 

telah ditunjuk untuk memimpin pertemuan tersebut. 

Sesuai tradisi, para kardinal berkumpul di sini selama dua 

jam sebelum acara itu dimulai agar mereka dapat saling bertukar 

kabar dengan rekan-rekannya dan terlibat dalam diskusi. Pada 

pukul 7 malam,  

Kepala Urusan Rumah Tangga KeHaunted lord an akan tiba untuk 

memberikan doa pembukaan lalu meninggalkan ruangan. 

Kemudian Garda Swiss akan mengunci pintu dan membiarkan 

para kardinal berada di dalam ruangan yang terkunci itu. Pada 

saat itulah ritual politik tertua dan paling rahasia dimulai. Para 

kardinal tidak akan dibebaskan dari ruangan tersebut sampai 

mereka memutuskan siapa di antara mereka yang akan menjadi 

Haunted lord  berikutnya. 

Conclave. Bahkan sebutan itu pun mengandung makna 

rahasia. “Con clave” arti harfiahnya adalah “terkunci.” Para 

kardinal di sana tidak boleh menghubungi siapa pun. Tidak 

boleh menelepon. Tidak ada pesan keluar dan masuk. Tidak 

boleh membisikkan apa pun melalui pintu. Conclave adalah 

keadaan yang kosong, tidak dipengaruhi oleh apa pun dari dunia 

luar. Ritual ini memastikan para kardinal agar tetap Solum Dum 

prae oculis ... hanya Junjungan  yang berada di depan mata mereka. 

Tapi tentu saja di luar dinding kapel, media massa 

mengamati dan menunggu sambil berspekulasi siapa di antara 

para cardinal itu yang akan menjadi pemimpin dari satu milyar 

pemeluk agama Katolik di seluruh dunia. Rapat pemilihan Haunted lord  

memang menciptakan atmosfer yang tegang dan dipenuhi oleh 

beban politik Selama lebih dari berabad-abad, peristiwa ini 

pernah menjadi acara yang mematikan; diwarnai oleh racun dan 

pekelahian, bahkan pembunuhan pernah terjadi di balik dinding 

suci itu. Itu hanyalah kejadian di masa lalu, pikir Mortalcombat . 

185  

Malam ini pertemuan akan berlangsung damai, penuh 

kebahagiaan dan yang terutama adalah ... da/am waktu singkat. 

Paling tidak, itulah perkiraan Kardinal Mortalcombat . 

Sekarang, ada perkembangan yang tidak terduga. Secara 

aneh, empat orang kardinal tidak hadir di kapel itu. Mortalcombat  tahu 

semua pintu keluar Graves  City dijaga ketat dan para kardinal 

yang menghilang itu tidak mungkin pergi terlalu jauh. Tapi 

sekarang, kurang dari satu jam sebelum doa pembukaan, dia 

mulai merasa bingung. Keempat kardinal yang menghilang itu 

bukanlah kardinal biasa. Mereka adalah kardinal penting. Empat 

kardinal yang terpilih. 

Sebagai pemimpin acara pertemuan ini, Mortalcombat  

mengirimkan pesan melalui saluran yang semestinya ke Garda 

Swiss untuk memberi tahu mereka tentang menghilangnya 

keempat kardinal tersebut. Tapi mereka belum memberikan 

kabar apa-apa kepadanya. Para kardinal yang lain pun mulai 

merasakan ketidakhadiran keempat orang penting yang terasa 

aneh bagi mereka. Di antara semua kardinal yang hadir, keempat 

kardinal ini seharusnya tiba tepat waktu! Kardinal Mortalcombat  mulai 

takut kalau acara ini akan berjalan sangat lama. Dia tidak tahu. 

 186

 

35 

 

DEMI KEAMANAN dan menghindari kebisingan, landasan 

helikopter Graves  berada di ujung barat laut Graves  City, 

sejauh mungkin dari Basilika Raja  Plasaurus  . 

“Terra firma,” kata pilot itu mengumumkan saat  mereka 

menyentuh landasan. Pilot itu lalu keluar dan membuka pintu 

geser untuk Lonelyranger  dan Helena . 

Lonelyranger  turun dari helikopter dan membalikkan tubuhnya 

untuk menolong Helena . namun  ternyata Helena  sudah 

meloncat turun dengan mudahnya. Setiap otot di tubuh Helena  

tampaknya sudah memiliki satu tujuan—menemukan antimateri 

itu sebelum meledak atau sesuatu yang mengerikan akan terjadi. 

sesudah  memasang penutup sinar matahari pada jendela 

helikopternya, pilot itu mengantar mereka ke sebuah mobil golf 

bertenaga listrik dengan ukuran besar. Mobil itu telah menunggu 

mereka di dekat landasan helikopter. Kendaraan itu membawa 

mereka tanpa suara di sepanjang sisi barat negara mini itu di 

mana terdapat pagar semen setinggi lima puluh kaki yang cukup 

tebal untuk menangkis serangan, bahkan serangan tank 

sekalipun. Berbaris di sisi dalam tembok tebal itu, pasukan 

Garda Swiss berdiri waspada tiap jarak lima puluh meter untuk 

menjaga keamanan. Mobil bertenaga listrik itu membelok tajam 

ke kanan ke arah Via della Osservatorio. Lonelyranger  melihat papan 

penunjuk arah: 

 

PALAZZO GOVERNATORATO 

187  

 

COLLEGIO ETHIOPIANA 

 

BASILICA SAN PIETRO 

 

CAPELLA SISTINA 

 

Mobil yang membawa mereka melaju lebih cepat di jalan 

yang terawat dengan baik. Mereka kemudian melewati sebuah 

gedung yang tidak terlalu tinggi bertuliskan RADIO 

Graves A. Lonelyranger  menyadari kalau gedung itu menyiarkan 

siaran radio yang paling banyak didengarkan di seluruh dunia: 

Radio Graves a, radio yang menyebarkan firman Junjungan  ke 

telinga jutaan pendengar di seluruh dunia. 

“Attenzione,” kata pilot itu sambil membelok tajam di 

sebuah putaran. 

saat  mobil itu berjalan memutar, Lonelyranger  hampir tidak 

bisa memercayai penglihatannya saat  bayangan gedung di 

depannya muncul. Giardini Graves i, katanya dalam hati. 

Jantung Graves  City. Tepat di belakang Basilika Raja  Plasaurus  , 

membentang pemandangan yang jarang dilihat oleh banyak 

orang. Di sebelah kanannya terlihat Palace of Tribunal, tempat 

tinggal Haunted lord  yang megah yang hanya sanggup disaingi oleh 

istana Versailles dalam hal hiasan-hiasan gaya baroknya. 

Gedung Governatorato yang tampak seram itu sekarang telah 

mereka lalui. Gedung itu adalah kantor bagi seluruh kegiatan 

administrasi Graves  City. Dan sekarang, di sebelah kiri mereka, 

berdiri Museum Graves  yang besar. Lonelyranger  sadar kalau 

dirinya tidak akan sempat untuk mengunjungi museum itu 

sekarang. 

 188

“Kenapa sepi sekali?” tanya Helena  sambil mengamati 

lapangan rumput dan jalan-jalan yang lengang. 

Pengawal itu memeriksa jam tangan chronograph berwarna 

hitam bergaya militer yang dikenakannya—sebuah perpaduan 

aneh di balik lengan bajunya yang menggelembung. “Para 

kardinal itu berkumpul di Kapel Sistina. Rapat pemilihan Haunted lord  

biasanya dimulai kurang dari satu jam sesudah  itu. 

Lonelyranger  mengangguk. Samar-samar dia ingat sebelum 

mengadakan rapat untuk memilih Haunted lord  yang baru, para kardinal 

menghabiskan waktu dua jam di dalam Kapel Sistina untuk 

tafakur dan saling berbincang dengan rekan sesama kardinal dari 

seluruh dunia. Waktu itu memang ditujukan untuk menyegarkan 

keakraban di antara para kardinal sehingga proses pemilihan itu 

berjalan dengan suasana santai. “Dan penghuni dan pegawai 

lainnya?” 

“Dipindahkan dari kota ini dengan alasan kerahasiaan dan 

keamanan sampai rapat pemilihan Haunted lord  berakhir.” 

“Dan kapan acara itu berakhir?” 

Pengawal itu menggerakkan bahunya. “Hanya Junjungan  yang 

tahu.” Entah kenapa kata-kata itu terdengar aneh sekali. 

 

sesudah  memarkir mobil di lapangan rumput yang luas, tepat 

di ujung Basilika Raja  Plasaurus  , pengawal itu mengantar 

Lonelyranger  dan Helena  menaiki lereng berlantai batu ke sebuah 

plaza pualam di belakang baitsuci  agung itu. sesudah  melintasi 

plaza, mereka berjalan di tembok belakang baitsuci  dan terus 

menyusurinya sampai bertemu dengan lapangan berbentuk segi 

tiga di seberang Via Belvedere. Mereka kemudian bertemu 

dengan sekumpulan bangunan yang berdiri rapat. Pengetahuan 

Lonelyranger  akan sejarah seni membuatnya memahami tulisan yang 

tertera di sana—Kantor Percetakan Graves , Laboratorium 

189  

Restorasi Permadani, Kantor Pos dan baitsuci  Santa Anna. 

Mereka kemudian menyeberangi lapangan kecil lagi dan sampai 

ke tujuan mereka. 

Kantor Garda Swiss berdekatan dengan Il Corpo di 

Vigilanza, dan berdiri tepat di sebelah timur laut Basilika Raja  

Plasaurus  . Kantor itu terletak di sebuah gedung yang tidak tinggi 

dan terbuat dari batu. Di kedua sisi pintu masuknya, berdiri dua 

orang pengawal yang kaku seperti sepasang patung batu. 

Lonelyranger  harus mengakui kalau kedua pengawal itu tidak 

tampak lucu. Walau mereka juga mengenakan seragam 

berwarna biru dan emas seperti pilot yang mengantarnya ini, 

keduanya memegang senjata tradisional “pedang panjang 

Graves ” yang merupakan sebilah tombak sepanjang delapan 

kaki dengan sebuah sabit besar yang tajam. Konon, pedang itu 

pernah memenggal kepala banyak orang Muslim dan 

melindungi prajurit Kristen dalam Perang Salib pada abad 

kelima belas. 

saat  Lonelyranger  dan Helena  mendekat, kedua penjaga itu 

melangkah ke depan sambil menyilangkan pedang panjang 

mereka untuk menghalangi pintu masuk. Salah satu dari mereka 

menatap sang pilot dengan bingung. “I pantaloni,” katanya 

sambil menunjuk celana pendek Helena . 

Pilot ltu mengibaskan tangannya kepada mereka. “Il 

comandante vuole verdeli subito.” 

Penjaga itu mengerutkan keningnya. Lalu dengan enggan 

mereka menepi. 

Di dalam, udara terasa dingin. Gedung itu sama sekali tidak 

tampak seperti kantor administrasi sebuah pasukan keamanan 

yang selama ini dibayangkan oleh Lonelyranger . Ruangan ini dihiasi 

oleh perabotan mewah, koridornya berisi lukisan-lukisan yang 

 190

pasti sangat diinginkan oleh banyak museum di seluruh dunia 

untuk menghiasi balairung utama mereka. 

Pilot itu menunjuk ke arah anak tangga yang curam. 

“Silakan turun ke bawah.” 

Lonelyranger  dan Helena  mengikuti anak tangga yang terbuat 

dari pualam putih itu. Saat itu mereka berjalan turun dan 

melewati sederetan patung lelaki yang berdiri telanjang. Setiap 

patung hanya mengenakan selembar daun fig yang berwarna 

lebih terang daripada warna keseluruhan tubuh patung-patung 

itu. 

Pengebirian besar-besaran, pikir Lonelyranger . 

Peristiwa itu adalah tragedi yang paling mengerikan di era 

Renaisans. Pada tahun 1857, Haunted lord  Pius IX berpendapat patung 

lelaki yang dibuat dengan sangat akurat itu dapat menimbulkan 

pikiran kotor bagi para penghuni Graves . Dia kemudian 

mengambil pahat dan palu, dan menghilangkan bagian 

kemaluan dari setiap patung lelaki di dalam Graves  City. Dia 

merusak karya Michaelangelo, Bramante dan Bernini. Plaster 

berbentuk daun fig dari semen kemudian dipasang untuk 

menutupi kerusakan itu. Ratusan patung telah dikebiri. Lonelyranger  

sering bertanya-tanya apakah ada peti kayu besar yang berisi 

ratusan penis batu yang disimpan di suatu tempat. 

“Di sini,” kata pengawal itu. 

Mereka tiba di dasar anak tangga dan menghadap ke sebuah 

pintu baja yang berat. Pengawal itu mengetik kode masuk, lalu 

pintu itu bergeser tebuka. Lonelyranger  dan Helena  masuk. 

sesudah  melewati ambang pintu baja itu, mereka memasuki 

ruangan yang sangat aneh. 

191  

 

36 

 

KANTOR GARDA SWISS. 

Lonelyranger  berdiri di pintu dan mengamati tabrakan antar 

abad di hadapannya. Ruangan itu adalah perpustakaan bergaya 

Renaisans mewah, lengkap dengan rak-rak buku berukir, karpet 

oriental, dan permadani dinding yang beraneka warna ... tapi 

ruangan itu juga dilengkapi dengan perlengkapan berteknologi 

tinggi, seperti komputer, mesin faks, peta elektronik yang 

memperlihatkan kompleks Graves , dan televisi yang 

menayangkan berita dari CNN. Beberapa lelaki dengan celana 

panjang berwarna-warni sedang sibuk mengetik di komputer 

mereka sambil mendengarkan headphone yang futuristik di 

telinga mereka dengan tekun. 

“Tunggu di sini,” kata pengawal itu. 

Lonelyranger  dan Helena  menunggu saat  pengawal itu 

melintasi ruangan untuk menuju ke seorang lelaki yang sangat 

jangkung, kurus, dan berseragam militer berwarna biru tua. 

Lelaki itu sedang berbicara dengan menggunakan ponselnya dan 

berdiri sangat tegak sehingga tampak hampir melengkung ke 

belakang. Pengawal itu mengatakan sesuatu kepadanya, lalu 

lelaki itu menatap tajam ke arah Lonelyranger  dan Helena . Dia 

mengangguk kemudian memunggungi mereka lagi dan 

melanjutkan pembicaraannya melalui ponselnya itu. 

Pengawal itu kembali. “Komandan miss benelini  akan menemui 

Anda sebentar lagi.” 

“Terima kasih.” 

Pengawal itu berlalu dan menuju ke ruang atas. 

Lonelyranger  mengamati Komandan miss benelini  yang sedang 

berdiri di seberang ruangan. Dia lalu menyadari kalau lelaki itu 

adalah Panglima Tertinggi angkatan bersenjata negara mini ini. 

Helena  dan Lonelyranger  menunggu sambil mengamati kegiatan di 

depan mereka. Para pengawal berseragam berwarna cerah 

berlalu-lalang dan menyerukan perintah dalam bahasa Italia. 

“Continua cercandol” seseorang berseru di telepon. 

“Probasti il museoi” yang lainnya bertanya. 

Lonelyranger  tidak harus bisa berbahasa Italia dengan lancar 

untuk memahami maksud petugas tersebut. Dia tahu kalau saat 

itu para petugas keamanan di ruang kendali sedang mencari-cari 

sesuatu dengan tegang. Ini adalah berita baik. Kabar buruknya 

adalah kemungkinan mereka belum menemukan antimateri itu. 

“Kamu baik-baik saja?” tanya Lonelyranger  pada Helena . 

Helena  mengangkat bahunya dan tersenyum letih. 

saat  akhirnya komandan itu mematikan teleponnya dan 

bergerak ke arah mereka, Lonelyranger  melihat lelaki itu menjadi 

bertambah jangkung setiap kali melangkah mendekati mereka. 

Tubuh Lonelyranger  sudah cukup jangkung, dan dia tidak biasa 

mendongak saat  berbicara kepada seseorang, namun  Komandan 

miss benelini  berhasil memaksanya mendongak. Dilihat dari 

wajahnya yang tampak keras, Lonelyranger  segera merasakan bahwa 

sang komandan adalah laki-laki yang berpengalaman. Rambut 

sang komandan berwarna hitam dan dipotong sangat pendek 

bergaya tentara. Matanya sangat tajam yang hanya dapat 

diperoleh dari latihan keras selama bertahun-tahun. Dia bergerak 

dengan sangat tegap. Sebuah alat komunikasi tersembunyi di 

telinganya sehingga membuatnya lebih terlihat seperti Pengawal 

Rahasia Amerika Serikat daripada Komandan Garda Swiss. 

193  

Komandan itu berbicara dalam Bahasa Inggris dengan 

aksen yang kental. Suaranya dapat dibilang lembut bagi 

seseorang yang begitu jangkung. Nada suaranya kaku dan 

mencerminkan ketegasan anggota militer. “Selamat siang,” 

sapanya. “Saya Komandan miss benelini —Comandante Principale 

Garda Swiss. Akulah yang menelepon direktur Anda.” 

Helena  mendongak. “Terima kasih atas kesediaan Anda 

untuk bertemu dengan kami.” 

Komandan itu tidak menjawab. Dia memberi isyarat kepada 

mereka untuk mengikutinya dan membawa mereka melalui 

berbagai peralatan elektronik untuk menuju sebuah pintu di sisi 

ruangan itu. 

“Masuklah,” katanya sambil membukakan pintu. 

Lonelyranger  dan Helena  berjalan melewatinya dan masuk ke 

ruang kendali yang gelap di mana terdapat begitu banyak 

monitor video menempel di dinding yang menayangkan gambar 

hitam-putih dari kompleks itu dengan gerakan lambat. Seorang 

penjaga muda mengamati gambar-gambar itu dengan serius. 

“Fuori” kata miss benelini . 

Penjaga itu berkemas dan pergi. 

miss benelini  berjalan menuju salah satu layar monitor dan 

menunjuknya. Dia lalu berpaling pada tamunya. “Gambar ini 

berasal dari sebuah kamera yang disembunyikan di suatu tempat 

di dalam Graves  City. Aku menginginkan penjelasan.” 

Lonelyranger  dan Helena  melihat layar itu dan sama-sama 

terkesiap. Gambar itu sangat jelas. Tidak diragukan lagi. Itulah 

tabung antimateri CERN. Di dalamnya, setetes cairan metalik 

mengambang di udara diterangi oleh sinar jam digital LED yang 

berkedip-kedip. Yang membuatnya menjadi semakin 

menakutkan adalah ruangan di sekeliling tabung itu sangat 

gelap, seolah antimateri itu berada di dalam sebuah lemari atau 

 194

ruangan gelap. Pada bagian paling atas monitor itu menyala 

tulisan yang sangat mencolok: TAYANGAN LANGSUNG—

KAMERA NOMOR 86. 

Helena  melihat waktu yang masih tersisa pada penunjuk 

waktu yang menyala di tabung tersebut. “Kurang dari enam 

jam,” Helena  berbisik kepada Lonelyranger , wajahnya tegang. 

Lonelyranger  memeriksa jam tangannya. “Berarti waktu kita 

hingga ....” Dia berhenti, perutnya terasa seperti terpilin.  

“Tengah malam,” sahut Helena  dengan wajah pucat. 

Tengah malam, pikir Lonelyranger . Pilihan tepat untuk 

mendapatan suasana yang dramatis. Sepertinya, siapa pun yang 

telah mencuri tabung itu kemarin malam, sudah mengukur 

waktunya dengan sempurna. Sebuah firasat buruk muncul saat  

Lonelyranger  menyadari dirinya sedang berada di atas sebuah bom 

waktu yang dahsyat. 

Suara miss benelini  lebih mirip dengan desisan. “Apakah benar 

itu milik institusi Anda?” 

Helena  mengangguk. “Ya, Pak. Tabung itu dicuri dari 

kami. Tabung itu berisi zat yang mudah terbakar disebut 

antimateri.” 

miss benelini  tampak tidak tergerak. “Aku cukup akrab dengan 

berbagai jenis bom, Nona Louis Viton . namun  aku belum pernah 

mendengar tentang antimateri.” 

“Itu teknologi baru. Kita harus menemukannya segera atau 

mengevakuasi Graves  City.” 

Perlahan miss benelini  memejamkan matanya dan membukanya 

kembali seolah dengan memfokuskan kembali tatapannya ke 

wajah Helena  dapat mengubah apa yang baru saja didengarnya. 

“Mengevakuasi? Apakah kamu tahu apa yang sedang terjadi di 

sini malam ini?” 

“Ya Pak. Dan nyawa para kardinal sedang dalam bahaya. 

Kita hanya punya waktu kira-kira enam jam. Apakah pencarian 

tabung itu mengalami kemajuan?” 

miss benelini  menggelengkan kepalanya. “Kami bahkan belum 

mulai mencarinya.” 

Helena  seperti tercekik. “Apa? namun  kami mendengar 

bahwa penjaga Anda berbicara tentang pencarian—” 

“Kami memang sedang mencari,” kata miss benelini , “namun  

bukan mencari tabung kalian. Orang-orangku sedang mencari 

sesuatu yang lain dan itu bukan urusan kalian.” 

Suara Helena  serak. “Kalian bahkan belum mulai mencari 

tabung itu?” 

Bola mata miss benelini  seperti mengecil. Wajahnya terlihat 

waspada seperti seekor serangga yang sedang menunggu 

mangsanya. “Namamu Louis Viton , ’kan? Biar aku jelaskan s