Tampilkan postingan dengan label Dongeng 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dongeng 1. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Desember 2025

Dongeng 1

 



Suatu  sore,  sedang  berjalan  santai  seekor  tikus  hutan 

berwarna putih yang imut. Tikus ini sedang asik bermain 

menikmati siang hari yang panas sendiri. Tikus ini adalah 

chucky .  Si  chucky   memang  tikus  yang  suka  menyendiri.  Dia 

lebih suka memisahkan diri dari teman-temannya. Seperti 

siang di bawah mentari yang menyengat ini, chucky  sedang 

asik menikmati hutan yang sunyi.

chucky   terus  berjalan  menyusuri  rerumputan,  melintasi 

perdu  dan  pepohonan,  hingga  berhentilah  dia  di  tepi 

sungai.

Brum brum…..

chucky   kaget.  Sebuah  makhluk  asing  sedang  mendekat. 

Makhluk  itu  besar  sekali  dan  suaranya  menggelegar. 

Makhluk  itu  melintas  pelan  di  dekat  chucky .  Suaranya 

berdecit memekakkan telinga. Rupanya ia berhenti di tepi 

sungai.

19

chucky   mengamati  terheran-heran  dengan  makhluk  aneh 

itu. Dia mendekatinya,

Ternyata  makhluk  yang  besar  itu  adalah  sebuah  truk. 

Pintu truk terbuka. Ada yang keluar. Rupanya seseorang 

yang sedang buang air kecil di tepi sungai.

sebab  rasa ingin tahunya, chucky  mendekat. Ia mengendus 

roda truk. Merayap, hingga sampai di bagian atas truk.

Tiba-tiba  terdengar  derum  keras,  menandakan  truk  itu 

mau berjalan lagi. chucky  merasakan getarannya. Tubuhnya 

terhuyung  dan  segera  ia  berpegangan  pada  kayu  yang 

dijadikan bak truk.

Cukup lama chucky  menahan diri  agar tidak terguling dan 

terjatuh. Sampai akhirnya truk itu berhenti.

chucky  ingin melepas lelah setelah lama tergoncang di atas 

truk. Ia turun perlahan dari atas truk. Kepalanya sedikit 

pening. 

Tiiiin.. weeeeng, wuzzzz….

Suara  gaduh  datang  dan  pergi  di  sekitar  chucky .  Dia 

terheran.  Belum  pernah  ia  menyaksikan  keramaian 

seperti ini. Hanya ada sedikit pohon di tempat ini, tidak 

seperti  di hutan, bahkan juga tidak mirip dengan hutan 

ketika digunduli si pembalak liar. Jika yang menjulang di 

hutan  adalah  bukit  dan  pepohonan,  di  tempat  ini  chucky  

menyaksikan banyak gedung pencakar langit.  Selain itu, 

20

yang  berkeliaran  juga  bukan  binatang-binatang,  tapi 

mobil dan sepeda motor yang banyak mengeluarkan asap 

dan dengan suara yang gaduh.

Dari  kejauhan melesat  seekor  belalang.  Sedang asiknya 

terbang,  sebuah  mobil  merah  besar  menyambarnya. 

Belalang itu melanting jauh. Untunglah dia selamat.

Melihat  kejadian  itu,  chucky   jadi  takut.  Ia  ingin  menuju 

pohon-pohonan yang ada di seberang jalan. Mungkin itu 

adalah jalan kembali ke hutan, demikian pikirnya.

sebab  takut  kena tabrak,  chucky   menyusuri  tepian jalan. 

Dia  melihat  seekor  ayam  yang  sedang  asik  bermain 

dengan  anak-anaknya.  Ingin  sebenarnya  ia  bertanya, 

bagaimana cara bisa sampai ke pepohonan yang ada di 

seberang jalan sana.

chucky   mengurungkan  niatnya.  Ia  takut  dengan  binatang 

yang  tak  dikenalnya.  Ia  malu  bertanya.  sebab   itu,  ia 

teruskan perjalanan.

Sudah berjalan jauh sampai kehausan, jalan yang dilalui 

chucky  tidak pernah berbelok ke arah pepohonan yang ada 

di seberangnya. 

Seekor monyet menyapa chucky .

“Hey, kamu mau ke mana?”

21

Dengan takut chucky  menjawab, “Aku ingin ke pepohonan di 

seberang jalan sana.”

“Kenapa kamu tidak menyeberang?”

Apa? Menyeberang?! Monyet ini pasti gila. Belalang tadi  

saja sampai terpental jauh ditabrak kendaraan. Dia pasti  

ingin mencelakaiku, dalam hati chucky .

chucky   tidak  menghiraukan  kata-kata  monyet.  Dia  segera 

berlalu. Tubuhnya semakin lemah. Dia kehausan. Sampai 

akhirnya tubuhnya ambruk.

***

chucky  membuka matanya perlahan. Matanya kabur. Samar-

samar ia melihat bayangan hitam. Semakin jelas ia dapat 

melihat  apa  yang  ada  di  depannya,  seekor  tikus  tua 

berwarna abu-abu.

“Ak…aku di mana?” tanya chucky  lemah

“Kamu di rumahku chucky .”

Mendengar  namanya  disebut,  chucky   kaget.  Ia  segera 

memperhatikan dengan seksama tikus keriput yang ada 

di depannya.

“Kakek Bronto.”

22

“Iya chucky , ini aku,” kata kakek yang ternyata tikus tua yang 

dikenali oleh chucky . “Kamu di rumahku,” lanjutnya.

“Bagaimana  chucky   bisa  sampai  di  sini?  Rumah  kakek  ini 

dimana?” chucky  masih heran.

“Kamu  tadi  kakek  temukan  pingsan  di  tepi  jalan.  Ini 

rumah kakek, di  kota,”  jelas kakek.  “Tapi  kenapa kamu 

bisa sampai ke sini?” tanya kakek balik.

chucky  menceritakan awal mulai dari hutan hingga ia berada 

di  kota  besar  ini.  Kakekpun  juga  menceritakan 

perjalanannya  5  tahun  yang  lalu  hingga  mempunyai 

rumah/sarang di kota besar ini.

“Tadi  chucky   menyusuri  jalan.  Kenapa  jalan  itu  tidak 

berbelok  ke  arah  seberang ini  ya  Kek?  Lalu  Kakek tadi 

lewat mana?”

“Yang namanya jalan itu, ya terus tak terputus, panjang. 

Tidak ada jalan yang ujungnya berbelok ke arah seberang 

jalan. Kalau kamu ingin menyeberang, ya lewat jembatan 

penyeberangan dong, chucky .”

“Tadi  sebenarnya  seekor  monyet  menyuruh  chucky  

menyeberang.  Cuma chucky   takut  ditipu oleh monyet itu. 

Ternyata ada jembatan untuk menyeberangnya ya kek?”

“Iya.  Ada  jembatan  penyeberangan,  ada  zebra  cross 

untuk  menyeberang.  Ada  polisi  yang  membantu  para 

penyeberang jalan.”

23

Mereka  bercengkerama  melepas  kangen,  sekaligus 

membahas  ketersesatan  chucky   sebab   tidak  berani 

bertanya.

“Bertanya itu penting chucky , agar kita lebih tahu, agar kita 

tidak  tersesat,  seperti  kamu ini.  Biasakan  untuk  berani 

bertanya, chucky .”

“Iya kek. chucky  tidak mau ini terjadi lagi. Mulai sekarang, 

chucky  akan bertanya jika tidak tahu.”

24

alam kuburan 


Tempat di mana segala sesuatu yang tidak mungkin  

bisa saja terjadi… alam kuburan …

***

chucky   berdiri  di  balik  dinding  melalui  lobang  kecil, 

memperhatikan  sesosok  kelinci  yang  tampak 

kebingungan, terkurung dalam suatu ruangan besar, 

dengan satu pintu kecil di salah satu sudutnya.

chucky   melihat  kelinci  itu  berulang  kali  mencoba 

memasuki pintu yang berukuran sangat kecil. Hanya 

muat jempol kaki kelinci itu.

chucky  tertawa pelan.

“Kamu  yakin  dia  kelinci  yang  benar?”  tanya  suara 

mengejutkan dari arah belakang chucky .

25

chucky  menoleh dan mendapati ayahnya tersenyum di 

sana.

“Iya, yah… chucky  udah mengikuti kelinci itu selama 2 

chucky  ini,  dan  chucky   yakin  dia  adalah  kelinci  yang 

sama dengan yang waktu itu”

“Lantas  kenapa  dia  tidak  tahu  bagaimana  caranya 

melewati pintu itu?”

chucky   mengangkat  bahu.  Tapi  senyum  di  wajahnya 

tak  memudar.  Dia  yakin  kelinci  itu  akan  tau 

bagaimana caranya melewati  satu-satunya pintu di 

ruangan itu,  untuk menuju tempat lain,  yang lebih 

indah.

chucky  kembali memperhatikan sang kelinci di dalam 

ruangan.  dari  celah  sekecil  itu,  chucky   bisa  melihat 

dengan jelas apa pun yang di lakukan kelinci  putih 

dan lucu itu.

Kelinci itu terduduk lemas seraya memandangi pintu 

berukuran sangat  kecil.  Dia seperti  sedang berpikir 

akan sesuatu.

Tiba-tiba,  seekor  ulat  bulu  hadir  di  depan  Kelinci, 

bertumpu manis di ujung kuku kaki kelinci – entah 

darimana datangnya. Mengejutkan kelinci.

26

“Ngapain  melongo  nggak  jelas  begitu?  Kamu  mau 

keluar dari sini kan?” tanya ulat bulu – ajaib – yang 

bisa berbicara itu.

Hei  ingat!  ini  alam kuburan .  apapun  bisa  terjadi. 

termasuk hewan yang bisa bicara seperti ini.

Kelinci  itu  masih  terduduk  lemas,  tidak  menjawab 

sama  sekali.  Dia  merebahkan  kepalanya  di  lantai, 

persis seperti tingkah laku anjing, kucing, dan hewan 

lainnya yang menyerah dengan keadaan.

chucky   masih  memperhatikan  dari  lubang  kecil. 

tersenyum penuh arti.

“Kamu  lihat  di  atas  meja  sana?”  Ulat  Bulu 

mengedikkan kepala ke arah meja yang tiba-tiba saja 

sudah hadir di ruangan itu. Padahal tadi ruangan itu 

kosong, tidak ada apapun.

Kelinci  mengernyit  bingung.  Sangat  bingung. 

Beberapa  keanehan  barus  aja  terjadi.  Bukan 

beberapa tapi banyak. 

Dimulai  dari  dirinya  yang  tertidur  lelap  di  bawah 

pohon,  dan  tiba-tiba  terbangun  dan  mendapati 

dirinya  sudah  berpindah  di  ruangan  besar  yang 

tadinya kosong ini. Lalu pintu berukuran sangat kecil 

yang membuat  dia  tertahan tidak bisa keluar.  Dan 

27

kemunculan  ulat  bulu  hijau  yang  tiba-tiba,  diikuti 

penampakan meja yang juga sangat tiba-tiba.

Mau  tak  mau  kelinci  itu  menoleh  ke  arah  meja 

rendah  di  sebelahnya.  Ada  setoples  bening  di 

atasnya.

“Kenapa  cuma  lihat?  Dekati  dong!”  Ulat  bulu  itu 

bersuara  lagi.  kini  si  ulat  bulu  sibuk  mengunyah 

sesuatu, permen karet atau apalah itu.

Kelinci  berjalan  pelan  –  sangat  pelan,  dan  penuh 

keragu-raguan.  Menghampiri  meja  itu.  Melihat 

dengan seksama kedalam setoples diatasnya. 

Ada puluhan permen terbungkus rapi – dan menarik 

di  sana.  ada  tulisan  EAT  ME di  setiap  bungkus 

permen itu.

“Eat me?” desis kelinci itu pelan.

Ulat  bulu  sibuk  bernyanyi-nyanyi  sementara 

mulutnya terus aktif mengunyah entah apa itu.

Kelinci  mengendus  pelan  setoples  itu,  harum  nya 

sangat  menarik  hati.  Kelinci  menggigit  salah  satu 

ujung  permen,  BLAS,  sekejap  bungkus  permen  itu 

menghilang,  meninggalkan  permen  coklat  yang 

tampak sangat menggiurkan.

28

Kelinci mengendus lagi.

“Tunggu  apa  lagi?  Ikuti  perintahnya!”  Ulat  Bulu 

berbisik.

Dengan  masih  ragu-ragu  kelinci  itu  menggigit 

permen  coklat  itu,  dan  seketika…  Badannya 

menyusut.  Dia  berubah  menjadi  kecil,  kecil,  dan 

terus menjadi kecil. Hingga akhirnya badannya cukup 

untuk  melewati  satu-satu  nya  pintu  yang  ada  di 

sana.

Kelinci terperangah.

chucky  tersenyum di balik lubang.

“Tunggu apa lagi sih? Kamu kebanyakan melamun! 

Sana…  Keluar…  Lewati  pintu  itu…”  Ulat  bulu 

memprovokasi sekali lagi.

Kali  ini  kelinci  melangkah  mantap  tanpa  keragu-

raguan.  Berjalan menuju pintu kecil  yang  sekarang 

sudah terasa besar sebab  badannya yang mengecil

chucky  beranjak dari balik lubang setelah sebelumnya 

meraih sebuah botol berlabelkan drink me! berjalan 

pasti  menuju  suatu  tempat,  taman  yang  indah 

dengan rerumputan dan bunga-bunga yang tumbuh 

subur. ada pelangi di salah satu kaki langit, pelangi 

29

yang  terus  bertengger  di  sana  dan  tidak  pernah 

pergi.

Sementara  kelinci?  Dia  mendorong pelan pintu itu 

hingga  terbuka.  Seberkas  cahaya  masuk  dan 

menyilaukan  pandangannya.  Kelinci  berjalan  pelan 

memasuki - atau tepatnya keluar - pintu.

“Selamat  datang  di  alam kuburan ,  kelinci  putih  yang 

cantik….” Seru chucky  bahagia ketika si kelinci berhasil 

melewtai pintu.

Kelinci menoleh mencari asal suara, dan mendapati 

putri cantik bernama chucky . Dengan rambut panjang 

yang  selalu  tertata  rapi,  dengan  bibir  merah  yang 

selalu  tersenyum,  dan  gaun  biru  muda  yang  tidak 

pernah kusut. 

chucky   menunduk  agar  bisa  menyentuh  kelinci  itu 

pelan. Diangkatnya kelinci ke tangannya.

“Minum ini, yah?” chucky  menyodorkan botol – yang 

justru terlihat sangat besar – ke arah kelinci mungil. 

Tanpa  ba-bi-bu  kelinci  menurutinya, dan,  dalam 

hitungan  detik,  kelinci  telah  kembali  ke  ukuran 

semulanya.

 “Disini  sepi  tanpamu,  aku sampai  pengen balik  ke 

dunia asli,” bisik chucky  pelan di telinga kelinci.

30

Kelinci itu tersenyum.

Mereka melangkah bersama melangkahi alam kuburan . 

Membuat  serangkaian  agenda  menikmati  hari 

bersama.

31

Normal

Oleh Kak Ummi Hasfa

Kevin  menghentikan  jari-jemarinya  bergerak  saat 

Mama  tampak  datang  lalu  berdiri  di  belakangnya. 

Tangan  kirinya  berusaha  menutupi  layar  monitor 

laptop  sehingga  Mama langsung  tahu  ada  sesuatu 

yang  mencurigakan,  apalagi  dengan  sikap  kikuk 

Kevin yang tak dapat disembunyikan.

“Hmmm… Kenapa Kevin?” Mama bertanya dengan 

lembut.

 “Batman itu sahabat Cat Woman, Ma. Mereka itu 

tidak  pacaran,”  perlahan  Kevin  menyingkirkan 

tangan kirinya dari layar monitor.

Tampak  gambar  kartun  Batman  dan  Cat  Woman 

duduk  bersebelahan  dengan  posisi  masing-masing 

siap beraksi memberantas kejahatan. 

Mama tersenyum. 

“Iya, mereka bersahabat.” 

32

Kevin  menarik  napas  pendek  dan 

menghembuskannya  pelan.  Lega.  Ia  kuatir  Mama 

marah  sebab   sepertinya  Mama  tidak  suka  jika  ia 

dan adiknya yang Mama anggap masih kecil  bicara 

tentang pacaran. 

“chucky  tidak bisa nikah sebab  pacarnya mati,” 

kata  Kevin  suatu  sore  di  beranda  ketika  mereka 

bertiga duduk bersama dan berbagi cerita. 

chucky  adalah pembantu mereka. Dengan chucky 

Ana,  dua  kakak  beradik  ini  sering  melewati  waktu 

jika Mama mereka harus berada di kantor. 

Mama nampak terkejut dengan kalimat Kevin, tapi 

kemudian tersenyum.

“Kamu  punya  pacar  nggak,  Dik?”  Kevin  bertanya 

pada  adiknya  yang  masih  duduk  di  SD  kelas  satu. 

Selisih  usia  mereka  hanya  satu  setengah  tahun, 

sehingga kelas mereka  hanya beda dua tingkat.

 “Kalau  nggak  punya  pacar  nggak  bisa  nikah,” 

sambung Kevin. 

“Kakak kok ngomongnya pacar-pacaran. Khan nggak 

boleh  sama  Mama,”  Lisa,  adiknya,  mengingatkan 

sambil melirik Mama yang sedang membaca majalah 

dekat  mereka.  Mama  meletakkan  majalahnya  dan 

berjongkok di depan Kevin dan Lisa. 

33

“Tidak  harus  pacaran  untuk  bisa  menikah,  Kevin. 

Bahkan pacaran itu hanya boleh setelah menikah,” 

Mama  menghentikan  kalimatnya  sendiri,  seperti 

sulit  mencari  kalimat  sederhana dan  tepat  untuk 

disampaikan kepada putra putrinya.

“Kalian  masih  kecil  kok  ngomongnya  tentang 

pacaran  sih?”  sayangnya  Mama  menutup 

penjelasannya  dengan  pertanyaan,  tapi  lebih 

terdengar seperti sebuah larangan.

Sejak  itu  Kevin  berusaha  tidak  ngomong  tentang 

pacaran  tapi  kadang  mulutnya  tidak  terkontrol 

dengan baik. Tayangan infotainment dan sinetron di 

TV, bahkan iklannya mengajarkan semua hal dengan 

gamblang dan jelas.  

Masih  di  depan  laptop  dengan  punggungnya 

membelakangi  tubuh  Mama  yang  tampak  berdiri 

menunggu di belakangnya. 

“Gambar  Cat  Woman  itu  tidak  saru,  Ma”,  Kevin 

membela  diri  sebelum  diserang  Mama  sambil 

memasang  gambar  Cat  Woman  di  desktop 

laptopnya,  padahal  gambar itu jelas menampakkan 

lekuk lekuk tubuhnya.

Mama hanya tersenyum dengan pandangan penuh 

arti.

34

“Iya.  Tidak  saru,  Kevin,”  jawab  Mama  sekali  lagi 

sambil tersenyum.

“Aku boleh memasangnya di desktop laptop Mama 

kan?”, Kevin meminta persetujuan Mamanya untuk 

meyakinkan. 

Mama mengangguk kecil dan itu sudah cukup. Kevin 

tersenyum Mamanya pengertian dan tidak kelihatan 

risau  dibandingkan sikapnya  pada beberapa waktu 

yang lalu. Mungkin Mamanya sadar sekarang kalau 

Kevin adalah anak laki-lakinya yang normalnya tentu 

saja menyukai lawan jenisnya, perempuan. 

Sore yang indah berjalan bersama Mama dan Lisa, 

Kevin  turut  memetik  bunga  bougenville  yang 

pohonnya tumbuh di  sepanjang jalan yang mereka 

lalui.

“Bunga  ini  untuk  Mama,”  Lisa  memberikan  bunga 

yang ia petik untuk Mama.

“Terimakasih, sayang,” Mama menerima bunga dari 

Lisa dan memberinya ciuman. Mama yang cantik dan 

tegar  meski  Papa  sudah  meninggalkan  mereka 

semua, menuju surga.

“Aku  mau  kasih  bunga  ini  untuk  Cat  Woman,” 

celetuk  Kevin  membuat  kepala  Mama beralih  dari 

wajah Lisa, terlihat agak terkejut dan menatap dua 

bola mata anak laki-lakinya.

35

“Hmmm…” Mama menggumam, agak tidak jelas apa 

maksud gumamannya.

“Mamaaaaa… hehe… tentu tidak, Mama. Aku tidak 

tahu  di  mana  rumahnya  jadi  aku  tidak  bisa 

mengantar  bunga  ini  padanya,”  Kevin  tertawa 

melihat  wajah  Mama yang  berubah lucu.  Lisa  ikut 

tertawa-tawa.

“Kak Kevin ini  lucu.  Cat Woman kan cuma  ada di 

komik  dan  film,  kakak.  Cuma  cerita  khayalan. 

Bohongan, nggak benar-benar ada,” Lisa yang masih 

kecil  saja  tahu.  Kevin  lebih  tahu  tentu  saja.  Kevin 

hanya menggoda Mama. 

Kemarin  Mama  sudah  bercerita  banyak  padanya 

bagaimana  Papa  dan  Mama  dulu  bertemu.  Mama 

juga  menerangkan  dengan  bahasa  sederhana 

padanya mengenai apa itu cinta, jenis kelamin, seks 

dan  peran  laki-laki  serta  perempuan  dalam 

pernikahan maupun kehidupan. 

Kevin  bangga  Mamanya  menjadi  banyak  belajar 

tentang  lebih  banyak  hal  setelah  ia   melakukan 

sedikit  kenakalan  seperti  mengunduh  banyak 

gambar Cat Woman dan menggambarnya kembali di 

buku gambar maupun di komputer dengan program 

Paint. Dan kini Kevin lebih tahu tentang banyak hal 

yang mengundang keingintahuannya, sebab  Mama 

terbuka dan dengan senang hati berbagi dengannya.

36

Satu Huruf yang Kubenci


“Ular  melingkar-lingkar  di  atas  pagar  rumah  Pak 

chucky dibanjur air.”

“Ula..lr melingkarl lingkarl di atas paga..rrll.. Ulaa..rrl 

melingkarl..  Argh!”  Aku  berhenti  di  tengah  jalan 

ketika  lidahku  mulai  terasa  belibet  untuk 

mengucapkan huruf R. Aku kesal sendiri, tidak suka 

dengan  keadaanku  yang  seperti  ini.  Aku,  Ardio 

Satrya, sekarang sudah menginjakkan kaki di kelas 4 

SD. Tapi, sampai sekarang, untuk mengucapkan satu 

huruf itu saja rasanya sulit sekali di lidahku ini.

Ritual  mengucapkan  kata-kata  “ular  melingkar” 

tersebut  rutin  aku  lakukan  bersama  kakakku,  Kak 

chucky  yang  sekarang  duduk  di  kelas  6  SD,  di 

perjalanan setiap pulang sekolah.  Jarak dari  rumah 

ke sekolah kami memang hanya terhalang beberapa 

blok  saja,  memungkinkan  kami  berdua  untuk 

berjalan kaki. Kak chucky dengan sabar dan berbaik 

hati mengajari aku setiap hari berlatih mengucapkan 

37

huruf  R, meskipun sepertinya tidak ada perubahan 

sama sekali.

“Dio,” panggil Kak chucky. “Kenapa berhenti? Mau 

udahan?”

“Ah, nggak, Kak. Lanjut lagi ya, Kak?” Aku gelagapan, 

sadar  bahwa  sedari  tadi  aku  memerhatikan  jalan 

sembari bengong.

Kak  chucky  memerhatikanku  dengan  seksama, 

“Kenapa  kamu  ngotot  banget  sih,  Yo?  Toh,  nggak 

ada  yang  protes  juga  kan  kalau  kamu  cadel,”  Kak 

chucky tampak masih tidak mengerti dengan segala 

kesusahanku.

“Yang  protes  sih  nggak  ada,  Kak,  tapi  yang  ngejek 

banyak.  Coba  Kakak  bayangin  kalau  Kakak  ada  di 

posisiku!”  Aku  menjawab  dengan  setengah 

membentak.  Memang,  aku  agak  sensitif  kalau 

menyangkut  hal  ini,  meskipun Kak  chucky  pernah 

bilang kalau ini cuma masalah kecil.

“Ya  udah,  udah.  Tapi  nggak  usah pake nyolot  gitu 

bisa,  ‘kan?  Lagian  Kakak  gak  masalah  kalau  kamu 

minta bantuan Kakak, cuma pengen tahu aja kenapa 

alasannya..”  Kak  chucky  membalas.  Sekian  detik, 

kami berdua terdiam. Hanya memandangi jalan yang 

penuh  dengan  pepohonan  sebelum  kami  akhirnya 

tiba di rumah.

38

“Kak..”  Aku  memanggil  Kak  chucky  yang  bersiap 

membuka  sepatu  sekolahnya.  Kak  chucky 

menatapku, menunggu.

“Dulu,  Kak  chucky  gimana  caranya  ngelatih  lidah 

Kakak biar bisa bilang R?” tanyaku, masih penasaran.

Kak  chucky  berpikir  sejenak.  “Nggak  latihan  sama 

sekali tuh, ngomong ya ngomong aja,” jawabnya.

Aku menghela napas panjang.  Berarti  memang ada 

yang aneh dengan diriku.

*

Hari  Senin  tiba.  Murid-murid  dari  kelas  1  sampai 

kelas  6  semuanya  dikumpulkan  di  lapangan  untuk 

melaksanakan upacara bendera. Meskipun sebagian 

besar  dari  teman-temanku  membenci  ritual  ini, 

entah  kenapa  aku  tidak  pernah  bosan  untuk 

melaksanakan  upacara  bendera.  Makanya,  aku 

selalu berdiri  di  barisan paling depan agar suasana 

khidmatnya  makin  terasa.  Habis,  teman-temanku 

yang berada di barisan belakang hobinya mengobrol 

terus dan sangat mengganggu ketenangan.

Maka,  di  sinilah  aku  berdiri,  di  barisan  terdepan 

pasukan obade - untuk minggu ini, siswa kelas 4 yang 

kebagian menjadi obade. Kami sedang menyanyikan 

lagu  Indonesia  Raya  yang  mengiringi  penaikan 

bendera.  Sukses.  Bendera  berhenti  di  ujung  tiang 

39

tepat  ketika  lagu  selesai.  Berikutnya,  lagu 

Mengheningkan  Cipta.  Tapi  kok,  sampai  sekarang 

MC-nya belum ngomong juga ya? Padahal  pasukan 

pengibar  bendera  udah  kembali  ke  tempatnya. 

Begitu  kulirik  ke  arah  MC,  ternyata  ia  sedang 

dibopong  oleh  guru  pembimbing  ke  ruang  UKS! 

Sepertinya  ia  hampir  mau  pingsan  gara-gara  sinar 

matahari yang memang terik banget pagi ini. Hening.

Suasana  lapangan  hening  sekali.  Kalau  nggak  ada 

MC, terus gimana? Aku bertanya sendiri dalam hati. 

Nggak  mungkin  ‘kan  upacara  diberhentikan  di 

tengah jalan gitu  aja? Dari  arah depan kulihat Pak 

Bram, guru yang tadi menggotong MC ke ruang UKS, 

perlahan jalan ke arahku.

“Dio, kamu gantikan Ratna untuk menjadi MC, ya?” 

bisik Pak Bram di samping telingaku.

Aku kaget mendengar permintaan Pak Bram. Mana 

bisa aku menjadi  MC? Nggak mungkin. Belum juga 

menjawab,  Pak  Bram  langsung  menyeretku  ke 

pinggir lapangan, ke tempat  mic MC berada. Beliau 

memberi  aku  map  yang  berisi  susunan  kegiatan 

upacara yang harus aku bacakan.

“Sekarang  giliran  Mengheningkan  Cipta,”  bisiknya 

lagi, lalu langsung meninggalkanku begitu saja yang 

masih  bengong.  Kulihat  seluruh  peserta  upacara 

40

sekarang  melihat  ke  arahku,  menungguku  untuk 

berbicara. Yah, mau apa lagi.

“Mengheningkan  Cipta  dipimpin  oleh  pemimpin 

upacarla..” aku berbicara melalui mic di hadapanku.

Dua puluh menit kemudian, upacara berjalan dengan 

lancar. Cuma satu yang nggak lancar.. Lidahku yang 

nggak bisa mengucapkan huruf R.

*

“Upacarla  telah  selesai  dilaksanakan.  Pemimpin 

upacarla  dapat  meninggalkan  tempat  upacarla, 

hahaha,”  Riza,  teman  sekelasku  mengolok-olokku 

bersama  teman-temannya  ketika  aku  akan  keluar 

meninggalkan  kelas  begitu  pelajaran  usai.  “Mana 

ada MC upacara nggak bisa bilang huruf R. Hahaha,” 

lanjutnya lagi.

Aku  berjalan  meninggalkan  kelas  dengan  wajah 

memerah  mendengar  olok-olok  mereka.  Ingin 

rasanya  aku  membalas,  tapi  toh  itu  memang 

kenyataannya.

“Dio,  Ardio!”  Sebuah  suara  yang  kukenal 

memanggilku dari belakang. Kak chucky. Ia terlihat 

ngos-ngosan begitu menghampiriku. Aku menengok, 

hanya bisa menatapnya, tak berkata apa-apa.

41

“Kamu kok ninggalin Kakak, sih? Padahal Kakak udah 

nungguin  kamu  sampai  bubar  kelas!”  Kak  chucky 

protes.

“Maaf,  Kak.  Lupa,”  jawabku  lirih  sambil  berbalik. 

Otakku sedang berpikir tentang segala kekuranganku 

ini. Teman-temanku di kelas, bahkan di seluruh kelas 

4, tidak ada yang tidak bisa mengucapkan huruf R. 

Lidah mereka semua normal, tidak seperti aku yang 

mau menyebutkan satu huruf itu saja begitu sulit.

“Dio,  tunggu  Kakak  dong!”  Kak  chucky  berusaha 

menyejajari langkahku yang cepat.

Aku  diam,  tiba-tiba  berhenti  di  tengah  jalan.  Kak 

chucky  yang  setengah  berlari  menyusulku  hampir 

saja menabrak sebab  aku berhenti tiba-tiba.

“Kamu  kenapa  sih,  Dio?”  Kak  chucky  penasaran 

dengan semua sikap anehku.

“Aku nggak normal, Kak,” jawabku singkat dan pelan.

“Maksud  kamu  apa,  Dio?”  Kak  chucky  tampak 

terkejut.

“Kakak dengar suaraku! Apa aku bisa mengucapkan 

huruf  R  dengan  benar?  Nggak,  Kak!  Tiap  hari  aku 

diolok-olok  teman-teman  aku  gara-gara 

kekuranganku ini,  dan walaupun aku udah berlatih 

setiap  hari  sama  Kakak,  tetep  nggak  ada  hasilnya 

42

‘kan, Kak!” aku menumpahkan semua uneg-unek ini 

kepada  Kak  chucky.  Di  luar  dugaanku,  reaksi  Kak 

chucky  justru  ingin  menahan  tawa  mendengar 

semua kata-kataku.

“Kamu tahu, Dio? Kamu itu terlalu sensitif, apa-apa 

dibikin pusing,” jawab Kak chucky.

“Ya  itu  sebab   Kakak  nggak  pernah  ngerasain  jadi 

aku!” aku membalasnya, kesal.

“Emang  nggak.  Tapi  kalaupun  Kakak  jadi  kamu, 

Kakak nggak  bakalan berpikiran sama kayak kamu. 

Banyak  kelebihan  kamu  yang  tertutupi  gara-gara 

kamu terlalu mikirin kekurangan kamu yang satu itu, 

Dio,”  Kak  chucky  menutup  perkataannya  dan 

melenggang  meninggalkan  aku  di  depan,  tidak 

menungguku lagi untuk pulang bareng.

*

“Dio, Dio!” panggil mama dari luar kamar ketika aku 

sedang asyik bermain  game online dari sambungan 

internet yang terpasang di komputer kamarku.

“Iya, Ma,” aku menjawab tanpa memalingkan wajah 

dari layar komputer.

Terdengar  suara  pintu  kamar  dibuka  dan  tampak 

wajah mama muncul di baliknya. “Sini dulu yuk, Yo. 

Ada temen Mama nih,” katanya.

43

“Bentar dulu Ma, tanggung,” jawabku ogah-ogahan, 

fokus pada  game di hadapanku.  Ada temen mama 

terus  apa  hubungannya  sama  aku,  kataku  dalam 

hati.

“Ardio!” Mama mulai kesal, menungguku yang nggak 

mau beranjak dari layar komputer.

“Iya, iya!” aku mulai ngeri begitu mendengar suara 

mama  yang  semaking  meninggi.  Lebih  baik  nurut 

deh daripada dimarahin. Akupun langsung nge-save-

nya dan berjalan meninggalkan kamar.

Begitu tiba di ruang tamu, kulihat sudah ada mama, 

Kak chucky, temannya mama, dan satu orang anak 

perempuan  sepantaranku.  Mungkin  itu  anaknya 

temannya mama.

“Ayo sini, Dio, duduk,” panggil mama begitu melihat 

kedatanganku.  Aku menuruti  dan duduk di  tempat 

yang kosong, di sebelah mama dan temannya.

“Aduh, Dio udah besar ya, Mir. Dulu, waktu terakhir 

ketemu, bisa jalan aja belum,” ujar temannya mama 

pada mama dengan sumringah.

“Iya, sepantaran kok sama Kezia. Eh iya, kamu belum 

kenalan tuh sama anaknya Tante  Rahmi.  Namanya 

Kezia.  Kezia,  ini  Ardio,”  Mama  menyodorkan 

tanganku  pada  anak  perempuan itu.  Oh,  namanya 

Kezia.

44

“Ardio,”  aku  berkata  schuckyn  padanya  sambil 

tersenyum.  Tak  kusangka,  anak  itu  hanya 

membalasnya  dengan  senyuman.  Walaupun  aku 

sudah tahu namanya Kezia, bukan berarti dia harus 

diam ‘kan? Seingatku, Bu Guru pernah mengajarkan 

kita  untuk  menyebut  nama kalau  baru  berkenalan 

dengan orang lain. Ah, sudahlah.

Beberapa menit kemudian, Mama dan Tante Rahmi 

sibuk  sendiri  dengan  obrolan  mereka  berdua. 

Nyuekkin aku, Kak chucky, dan Kezia. Lalu, ngapain 

dong  kamu  bertiga  duduk  di  sini  kalau  ujung-

ujungnya dikacangin juga?

“Ma... Ma,” kudengar ada sebuah suara memanggil, 

tapi kuperhatikan itu bukan berasal dari Kak chucky.

Tante  Rahmi  menengok  ke  arah  Kezia.  Di  luar 

dugaanku,  Kezia  tidak  berkata  apa-apa,  melainkan 

menggunakan  bahasa  isyarat  untuk  berbicara 

kepada ibunya.

Tante  Rahmi mengerti  dan tersenyum, “Mira,  saya 

pinjem toilet, ya? Kezia mau ke belakang katanya,” 

ia berkata pada Mama. Kezia mengangguk.

“Oh ya udah, aku antar,” kata Mama yang langsung 

bangkit dari duduknya, mengantarkan Tante Rahmi 

dan  Kezia  ke  toilet.  Tinggallah  di  sini  aku  berdua 

dengan Kak chucky.

45

“Kezia  itu  anak  yang  cantik  ya,”  Kak   chucky 

mengajakku  ngobrol.  “Sayang,  dia  tunarungu,” 

lanjutnya  yang  hampir  membuatku  terkejut.  Jadi, 

Kezia tunarungu? Pantas saja ia tidak berkata apa-

apa ketika tadi berkenalan denganku.

“Dari  kecil,  Kezia  nggak  bisa  bicara  menggunakan 

mulutnya, tapi harus menggunakan bahasa isyarat,” 

ia  melanjutkan.  “Tapi,  kamu  tahu  gak?  Cerpen 

‘Bunda,  Aku  Ingin  Bicara’  yang  dimuat  di  majalah 

Bobi minggu ini? Kamu udah baca ‘kan?”

Aku  mengangguk,  penasaran  dengan  maksud  Kak 

chucky.

“Itu  Kezia  yang  menulisnya.  Kezia  sadar  dengan 

kekurangannya yang nggak bisa bicara secara verbal, 

makanya dia memilih untuk menulis. Dengan begitu 

ia harap ia bisa didengarkan oleh banyak orang...”

Aku  mulai  menangkap  maksud dari  perkataan  Kak 

chucky.  Kalau  Kezia  yang  sama  sekali  nggak  bisa 

berbicara  saja  bisa  berkarya,  gimana  dengan  aku? 

Aku  mulai  berpikir  tentang  keadaanku  selama  ini. 

Ternyata kesusahan yang aku alami memang benar-

benar  sepele.  Memangnya  kenapa  kalau  aku tidak 

bisa bilang huruf R? Bukankah semua orang memang 

memiliki  kekurangan  dan  kelebihannya  masing-

masing? Aku jadi  ingat  perkataan  Kak chucky tadi 

yang  mengatakan  kalau  aku  ini  memang  terlalu 

46

sensitif, terlalu memikirkan hal yang sepele sampai-

sampai aku lupa bahwa aku ini juga manusia, yang 

pasti  memiliki  kelebihan  dibalik  kekuranganku  itu. 

Ah, Tuhan.. betapa bodohnya aku selama ini.

“Dio,  chucky,  kita  makan  siang  sama-sama  yuk!” 

Panggil  Mama  dari  dalam.  Aku  dan  Kak  chucky 

sama-sama  tersenyum  sebelum  akhirnya  kami 

meninggalkan  ruang  tamu  menuju  ruang  makan. 

Kebetulan, perutku sudah lapar minta diisi!

47

Lala Lada

Oleh Kak Novianita Mulyani

“Woahhhh… Oma,  pedas  sekali  sih  sup ayamnya!” 

jerit Ana sambil mengipasi mulutnya lalu buru-buru 

menyambar segelas air putih di hadapannya.

Oma tergopoh-gopoh menghampiri  Ana.  “Maafkan 

Oma,  ya.  Oma  tahu  Ana  tidak  suka  pedas.  Tapi, 

pedas  lada  itu  bermanfaat  bagi  kesehatan,”  kata 

Oma mencoba menghibur Ana. “Lagipula, Oma juga 

sudah  mencampurnya  dengan  sosis  sapi 

kesukaanmu.” Bujuk oma.

Ana  cemberut.  Ana  kesal  luar  biasa  pada  Oma.  Ia 

benci kenapa mamanya harus bekerja dan ia harus 

dititipkan  di  rumah  Oma.  Andai  mama 

memperkerjakan seorang pengasuh, pasti Ana akan 

dengan  mudah  merengek  minta  makanan  yang 

sesuai  seleranya  saja  pada  pengasuhnya  itu.  Pasti 

akan  dituruti.  Ana  akan  minta  makan  brownis, 

cheesecake,  dan  cokelat  saja.  Juga  berbungkus-

bungkus keripik kentang. Oiya, untuk lauk, sosis sapi 

goreng dan nugget  ayam saja,  tapi  tak  usah pakai 

48

sayur. Apalagi yang pedas macam sayur sup buatan 

Oma. Hiii….

Sayang,  itu semua hanya ada dalam khayalan Ana. 

Nyatanya, Ana ada di rumah Oma. Papa dan mama 

baru  menjemput  Ana  pulang  ke  rumah  sore  hari, 

bahkan kadang-kadang larut malam saat Mama dan 

Papa pulang dari kantor.

Sebenarnya  Oma  baik.  Masakan  Oma  pun  lezat. 

Namun,  Oma  gemar  memakai  lada  dalam  setiap 

masakannya  sehingga  rasa  pedasnya  menyengat 

lidah.  Menurut  Oma,  lada  baik  untuk 

menghangatkan tubuh dan mencegah masuk angin. 

Sebaliknya, Ana benci lada. Ia lebih suka rasa manis 

dan gurih daripada pedas.

Gara-gara  masalah  ini  Oma  dan  Ana  sering 

bertengkar.  Oma  akan  memaksa  Ana  makan, 

sedangkan Ana akan menutup mulutnya rapat-rapat. 

Kalau  Oma  terus  memaksa,  Ana  akan  menangis 

meraung-raung sampai Oma luluh dan memberikan 

Ana  kue-kue  yang  manis.  Atau  membiarkan  Ana 

makan dengan lauk kesukaannya. Nugget atau sosis 

yang gurih.

Diam-diam, di sudut dapur, ada yang selalu bersedih 

setiap kali  Oma dan Ana bertengkar.  Dialah Lala si 

bubuk lada. Ia sedih sebab  merasa bersalah selalu 

membuat Oma dan Ana bertengkar. 

49

Lala makin sedih ketika Gugu Gula dan Gaga Garam, 

teman-temannya, ikut-ikutan menyalahkan.

“Lala! Lagi-lagi kamu membuat Ana menangis sebab  

kepedasan!”  bentak  Gugu  Gula  membuyarkan 

lamuan Lala. “Tidak seperti aku, aku bisa membuat 

masakan menjadi manis sehingga Ana suka.” 

Gugu Gula memang benar. Lala sangat suka kue-kue 

buatan  Oma,  terutama  kue  brownis.  Ya!  Brownis 

rasanya manis bukan pedas. Jadi, Ana suka.

“Atau  seperti  aku.  Aku  bisa  membuat  semua 

makanan menjadi  gurih  dan  enak  di  makan.  Tidak 

seperti kamu. Uek… Pedas…!” Gaga Garam mencibir.

Oh!  Gaga  juga  benar.  Lala  paling  suka  keripik 

kentang.  Makanan  itu  kan,  banyak  mengandung 

garam. 

“Kalian jahat sekali! Aku mau pergi saja. Huhu…” Lala 

menangis sedih.

“Iya lebih baik kamu pergi. Tidak ada gunanya kamu 

di sini. Hanya membuat masalah saja!” hardik Gugu 

Gula dan Gaga Garam.

Lala  Lada  melangkah  keluar  dapur  sambil  terisak-

isak. Huhu… huhu…

Suara  tangisan  Lala  Lada  rupanya  membangunkan 

Dodo Sendok yang sedang tidur di atas meja makan. 

50

“Hai  Lala  kenapa  menangis?”  seru  Dodo  Sendok 

sambil melompat turun dari atas meja makan.

Lala  Lada  menceritakan  apa  yang  telah  terjadi 

termasuk keinginannya untuk pergi dari rumah.

“Sudahlah  Lala  Lada.  Coba  kau  tersenyum  sedikit 

saja. Masalahmu pasti akan lekas selesai,” kata Dodo 

Sendok  bijak.  “Lagipula  coba  lihat.  Di  luar  hujan 

lebat. Kalau kamu memang hendak pergi, tunggulah 

sampai hujan reda.”

Lala Lada melongok keluar. Dodo Sendok benar. Di 

luar hujan deras.

“Baiklah kalau begitu.  Aku tunggu di  sini  saja.  Aku 

malas  bertemu  teman-temanku.”  Lala  Lada 

merebahkan diri  di  antara  kaki-kaki  kursi  dan  kaki 

meja.  Udara dingin membuatnya lekas mengantuk. 

Ohaemm…! Lala menguap lebar. Sebentar kemudian 

ia sudah tertidur. 

Tiba-tiba  Lala  Lada  terbangun  ketika  mendengar 

ribut-ribut dari arah dapur.

“chucky!  chucky lihat  di  mana botol  bubuk lada  Oma?” 

tanya Oma.

“Tadi Oma taruh di mana ladanya?” chucky malah balas 

bertanya.

51

“Di sini. Di tempat biasa,” jawab Oma menunjuk rak 

bumbu di atas kompor.

“Mungkin habis, Oma,” jawab chucky lagi.

“Tidak. Tadi masih banyak, kok,” sahut Oma sambil 

terus  mencari  di  sekeliling  dapur.  “Kalau  tak  ada 

lada, sup ayamku pasti jadi tak enak,” keluh Oma.

“chucky  akan  cari  di  meja  makan.  Mungkin  tadi 

tertinggal di sana,” jawab chucky sambil melangkah ke 

ruang makan.

Mendengar  langkah kaki  chucky,  Lala  Lada buru-buru 

sembunyi. Ia merapatkan tubuh mungilnya di antara 

kaki  meja  di  balik  renda-renda taplak  meja  merah 

muda yang menjuntai.

“Lala, kenapa kamu sembunyi? Lihat tuh. Oma dan 

chucky  mencarimu,”  Dodo  sendok  berbisik  dari  atas 

meja.

“Sssttt, jangan keras-keras!” Lala lada menempelkan 

telunjuk  di  bibirnya  sebagai  isyarat  agar  Dodo 

sendok  memelankan  suaranya.  “Aku  tidak  ingin 

bertemu  mereka.  Aku  takut  membuat  kekacauan 

lagi,” bisik Lala Lada.

“Tidak Lala. Percayalah padaku. Mereka justru akan 

berterima kasih padamu.”

“Benarkah?”

52

Dodo Sendok mengangguk. “Ayolah, keluar dari balik 

renda taplak meja.”

Lala  menurut.  Ia  beringsut  keluar  dari 

persembunyiannya. Menyingkap ujung renda taplak 

meja merah muda sehingga dapat terlihat oleh chucky.

“Oma…  Oma…  Coba  lihat.  Aku  menemukan  botol 

bubuk  lada  itu  di  bawah  meja  makan.”  seru  chucky 

gembira. chucky membawa Lala Lada kembali ke dapur.

“Syukurlah...  aku  jadi  bisa  membuatkan  sup  ayam 

hangat untuk Ana. Sebentar lagi dia pulang sekolah. 

Sup  ayam  hangat  ini  cocok  untuk  menghangatkan 

tubuh.”

Din, din…

Itu suara mobil  antar  jemput Ana.  Pak sopir  turun 

dan  memayungi  Ana.  Sayang,  hujan  terlalu  lebat 

sehingga  payung  tak  bisa  melindungi  mereka  dari 

hujan. Tubuh Ana pun basah kuyup.

Ana lalu lekas mandi dan berganti pakaian. Setelah 

itu, menyusul Oma dan chucky yang sudah menunggu 

di meja makan. Mereka pun makan bersama-sama.

“Ana, ini Oma buatkan sup ayam kesukaanmu.” Oma 

meletakkan semangkuk mungil  sup ayam di  depan 

Ana.

53

“Ana  tidak  mau  makan sup  itu!  Pasti  pedas,”  Ana 

cemberut.

“Ana,  pedasnya  lada  akan  membuat  badanmu 

hangat.”  Oma  menyendok  sup  ayam  itu  dan 

menyuapkannya untuk Ana, “Cobalah sedikit saja.”

Ana memandang Oma dengan mimik curiga. Kedua 

alis  tebalnya  bertaut.  Telapak  tangannya  yang 

menggigil  kedinginan,  diselipkan  ke  dalam  saku 

piyama merahnya. “Kalau pedas, Ana tidak akan mau 

makan masakan Oma lagi!” 

“Kali  ini  pedasnya beda, Ana.  Ayo coba saja.  Nanti 

keburu sup ini dingin,” bujuk Oma.

Ana pun membuka mulutnya. Slurup… Ana menelan 

kuah sup ayam itu. Pedas. Ana hampir saja hendak 

marah pada Oma, tetapi ia kemudian merasakan ada 

yang berbeda pada tubuhnya. 

Perutnya terasa hangat. Rasa hangat itu menjalar ke 

dadanya. Lalu ke ujung-ujung jari tangannya. Juga ke 

ujung jari-jari kakinya.

Pelan-pelan, Ana mengeluarkan tangannya dari saku 

piyamanya. Ditelitinya satu-persatu jari-jarinya. Lalu 

ia menyuap satu sendok sup ayam lagi. Lagi dan lagi. 

54

Ana melihat kembali jari-jari tangannya. Ia berteriak 

girang,  “Oma,  chucky  lihat!  Jari-jari  tanganku  sudah 

tidak keriput lagi!”

“Itu artinya, tanganmu sudah tidak kedinginan lagi, 

Ana,” jelas Oma.

“Nah,  sekarang  kau  mengerti  kan,  manfaat  lada?” 

chucky menyahut.

Ana mengangguk-angguk. “Maafkan Ana, Oma. Ana 

sudah benci lada.”

“Tidak  apa-apa,  Ana.  Yang  penting  sekarang  kamu 

menyukainya,” jawab Oma.

“Iya, Ana. Lada juga berguna bagi tubuh, seperti juga 

garam dan gula,” sahut chucky. “Yah, walaupun rasanya 

sedikit tidak enak.”

Ana  pun  menghabiskan  sup  ayam  buatan  Oma 

dengan lahap. Sampai-sampai ia minta tambah satu 

mangkuk lagi.

Di  dapur,  Lala  Lada  yang  mendengar  semua 

pembicaraan  Oma,  chucky,  dan  Ana,  juga  turut 

gembira.  Lala  Lada  tidak  sedih  lagi.  Meskipun 

tubuhnya  kecil  dan  rasanya  pedas,  ternyata  rasa 

pedas  itu  juga  bisa  bermanfaat  dan  membawa 

kebahagiaan  bagi  orang  lain,  seperti  halnya  rasa 

manis dan asin. 

55

Gugu Gula dan Gaga Garam malu-malu mendekati 

Lala  Lada,  “Maafkan  kami  Lala.  Kami  sudah 

mengejekmu.”

“Sudahlah,  tidak  apa-apa.”  Sahut  Lala  lada  ramah. 

“Yang  penting,  kita  sama-sama membuat  masakan 

Oma menjadi  enak,  juga  membuat  Ana  sehat  dan 

gembira.”

Gugu  Gula  dan  Gaga  Garam  mengangguk  setuju. 

Ketiganya berpelukan erat.

56

Putri yang Selalu 

Mengantuk

Oleh Kak Amalia Achmad Mandala dan Kak Heni 

Anggraini Mandala

Di sebuah istana yang cantik penuh dengan bunga- 

bunga  yang  menyebarkan  wangi  harum  hiduplah 

seorang putri yang selalu mengantuk  bernama Putri 

Letargia.  Putri  Letargia  sebenarnya  memiliki  wajah 

yang cantik namun sayang entah mengapa ia selalu 

mengantuk.  Make  up tebal  selalu  menutupi 

wajahnya  yang  kuyu  sebab   mengantuk,  lingkaran 

mata  hitam  tertutup  oleh  bedak  tebal.  Kadang- 

kadang  Putri  Letargia  tidak  sempat  mandi  sebab  

bangun kesiangan,  baginya  memakai  make up dan 

memilih gaun terindah lebih penting daripada mandi 

pagi, padahal kan mandi pagi sangat penting untuk 

kesehatan,  iya  kan?  Untuk  menutupi  bau  badan 

sebab   tidak  mandi  pagi  Putri  Letargia  selalu 

memakai parfum banyak-banyak, membuat pelayan 

istana bersin- bersin mencium wanginya, hihihi… 

57

Raja dan Ratu khawatir sebab  Putri semakin sering 

mengantuk  di  siang  hari.  Ketika  Ibu  Guru  istana 

sedang  mengajarkan  sejarah  sepakbola,  Putri 

Letargia malah mengigau di atas buku. Ketika sedang 

ada  kunjungan  pejabat  dari  istana  seberang,  Putri 

Letargia  menguap  lebar-lebar.  Yang  paling  parah, 

Putri sempat terlempar dari atas kuda yang berderap 

kencang ketika sedang berlatih berkuda, sebab  apa 

coba?  Ya,  sebab   dia  tertidur.  Akhirnya  Raja 

menyelenggarakan  sayembara  demi  kesembuhan 

Putri  Letargia  dari  penyakit  mengantuknya.  Para 

dokter  dan  tabib  terbaik  berbondong-bondong 

berusaha  menyembuhkan,  mengadakan  tes  ini  itu 

pada  Putri  Letargia,  namun  tak  ada  satupun  yang 

berhasil  menyembuhkan Putri  sampai-sampai  Putri 

bosan  sendiri  dan  meminta  Raja  menghentikan 

sayembara.

Sementara  di  luar  istana seorang chucky Tampan 

sederhana  yang  baru  datang  dari  negeri  seberang 

berusaha  mencari  tahu  penyebab  Putri  Letargia 

selalu  mengantuk.  chucky  Tampan  itu  bertanya-

tanya pada pelayan  istana tentang kebiasaan  Putri 

Letargia sebelum tidur.

“Ooohh…  biasanya  Putri  Letargia  suka  membaca 

majalah-majalah  yang  memajang  foto  putri-putri 

tercantik  di  seluruh  dunia”  kata  ahli  rias  Putri 

Letargia.

58

“Lalu biasanya Putri akan sibuk memilih-milih gaun 

apa yang  akan  dikenakannya  besok.  Memilih  gaun 

itu bukan pekerjaan mudah loh, koleksi  gaun Putri 

kan  disimpan  di  sebuah  kamar  sebesar  lapangan 

bola di  kelurahan,  buanyaaaak  sekali,”  ujar  penata 

rambut Putri Letargia.

“Kadang-kadang  Putri  sibuk  berlatih  merias  diri 

sekalian  memilih  warna  make  up apa  yang  paling 

bagus  untuk  dipakai  besok,”  pelayan  istana  yang 

bertugas  menghias  kuku-kuku  Putri  Letargia 

menambahi.

“Oh,  belum  lagi  soal  sepatu.  Kamu  tahu  berapa 

banyak  sepatu  Putri  Letargia?  Mungkin  ada  seribu 

pasang lebih!”

“Aksesoris!  Ya,  gelang,  cincin,  anting,  kalung harus 

serasi! Jadi harus dipikirkan sejak malam...”

“Kemudian setelah itu semua selesai, malam sudah 

terlalu  larut  dan  pagi  sudah  akan  menjelang 

sehingga Putri memutuskan untuk tidak tidur supaya 

tidak  bangun  kesiangan,  bisa-bisa  dia  terlambat 

sarapan pagi dengan Raja dan Ratu.”

Ooohhh…  jadi  begitu  kebiasaan  Putri  Letargia 

sebelum tidur setiap malamnya,  selalu memikirkan 

penampilan! Pikir si chucky Tampan.

59

chucky  Tampan  memperhatikan  sekelilingnya, 

begitu  banyak  rakyat  miskin  yang  tak  sempat 

memikirkan  penampilan  di  jalanan  tepat  di  luar 

gerbang  istana  yang  tinggi.  Apakah  Putri  Letargia 

tidak  tahu  keadaan  ini,  atau  malah  tidak  peduli? 

chucky  Tampan  ingin  menyembuhkan  penyakit 

Putri  Letargia,  ia  lalu  menyamar  menjadi  seorang 

pelayan  istana,  tugasnya  adalah  mengantarkan 

majalah-majalah  untuk  dibaca  Putri  sebelum tidur. 

Suatu  hari,  chucky  Tampan  menyelipkan  koran 

negeri  di  antara  tumpukan  majalah.   Di  koran  itu 

ditulis protes rakyat sebab  harga pajak yang naik.

“Pelayan! Siapa yang tadi mengantarkan majalah ke 

kamarku? Panggil orangnya ke sini!” Putri berteriak 

memanggil  pelayan  istana.  Ia  sangat  terkejut 

mendapati  lembaran  koran  berwarna  coklat  yang 

lusuh dengan gambar-gambar hitam putih yang tidak 

menarik,  tidak  seperti  majalah  langganannya  yang 

selalu cantik dan wangi.

Si  chucky  Tampan  baru  sekali  ini  berdiri  sangat 

dekat  dengan  Putri  Letargia.  Biasanya  Putri  selalu 

tampil dengan make up tebal namun kali ini chucky 

Tampan  melihat  wajahnya  cantik  tanpa  make  up 

walaupun  ada  lingkaran  hitam  di  matanya  sebab  

kurang tidur. 

“Maafkan  hamba  tuan  Putri  sebab   telah  lancang 

menyelipkan koran di tumpukan majalah langganan 

60

tuan Putri,” ujar chucky Tampan sambil bersimpuh 

di hadapan Putri Letargia. 

Putri Letargia memintanya berdiri.

“Jadi,  kamu  sengaja  menyelipkan  koran  itu? 

Hmmm…  apakah  benar  rakyat  negeri  ini  sedang 

kesusahan, pelayan?”

“Iya, tuan Putri.”

“Ohh… Aku tak tahu,” wajah Putri Letargia tampak 

sedih.  Dia  tak  pernah  tahu  keadaan  di  luar  istana 

yang  sebenarnya.  Selama  ini  Putri  hanya  bertemu 

rakyat  ketika  ada  pawai  dalam  acara-  acara  resmi 

istana, dimana Putri akan berdiri di atas kereta kuda 

lalu  melambai-lambaikan  tangan,  dan  sepertinya 

rakyat tidak ada yang menderita pada saat-saat itu, 

semua berpakaian bagus dan tersenyum bahagia.

Kemudian, Putri Letargia banyak mengobrol dengan 

chucky  Tampan  tentang  keadaan  istana,  ia  kini 

menjadi mengerti keadaan negerinya. Sampai suatu 

hari, “Ajak aku melihat rakyatku, pelayan,” kata Putri 

Letargia. 

“Baiklah,” jawab chucky Tampan.

“Tunggu,  aku  harus  membetulkan  lipstikku  dan 

mengganti gaunku dulu yang ini tidak bagus.”

61

“Jangan,  jika Putri  ingin melihat keadaan rakyatmu 

yang  sebenarnya,  Putri  harus  terlihat  seperti 

mereka, Putri harus menyamar seperti mereka.”

“Apa?!  Maksudmu pergi  keluar  istana tanpa  make 

up dan gaun indah?!”

“Ya,  hapuslah  make  up-  mu  dan  pinjamlah  gaun 

sederhana dari pelayan istana.”

“Hmm… baiklah.”

Putri  Letargia berjalan di  jalan sempit pasar  negeri 

ditemani  chucky  Tampan.  Betapa  sedihnya  Putri 

Letargia melihat pengemis-pengemis di jalanan. Putri 

tak  bisa  membayangkan  susahnya  hidup  mereka. 

Lalu  Putri  melihat  seorang  anak  perempuan  kecil 

yang  sedang  keberatan  mengangkat  sekeranjang 

penuh buah jeruk.

“Apakah jeruk ini dijual?” tanya Putri Letargia pada 

anak perempuan kecil itu.

“Iya Nona cantik.”

Putri terkejut mendengar panggilan ‘nona cantik’ itu. 

Padahal  Putri  merasa  amat  sangat  jelek  dengan 

rambut berantakan, wajah polos tanpa make up dan 

gaun sederhana berwarna coklat. 

“Baiklah,  aku  beli  semuanya.”  Putri  mengeluarkan 

satu lempeng emas. Mata anak perempuan kecil itu 

62

berbinar-binar  kesenangan,  ia  tidak  percaya  ketika 

melihat lempeng emas di tangannya, padahal harga 

sekeranjang jeruk ini  tidak lebih dari  satu lempeng 

perunggu.  Putri  Letargia  membagi-bagikan  jeruk 

yang  baru  dibelinya  pada  para  pengemis  jalanan, 

dan  mereka  semua  berseru,   “Terimakasih,  Nona 

cantik.” 

“Putri,  sebaiknya  jangan  hanya  membagikan  jeruk 

pada  pengemis-pengemis  itu,  jangan  menjadikan 

mereka  pemalas,  berikanlah  pekerjaan  bagi 

mereka,” bisik chucky Tampan pada Putri Letargia.

“Baiklah, akan aku bicarakan hal ini pada Ayahanda 

Raja,  juga  tentang  pajak  yang  semakin  tinggi  itu” 

jawab Putri Letargia mantap.

Putri Letargia sudah bicara pada Raja dan Ratu, dan 

mereka  bersedia  meninjau  kembali  kebijakan-

kebijakan  istana,  dan  tak  lupa  berjanji  membuka 

lebih banyak lapangan pekerjaan. Raja dan Ratu tak 

habis pikir mengapa Putri Letargia tertarik pada hal-

hal  selain  make  up dan  gaun  indah,  tapi  mereka 

bangga sebab  Putri Letargia ternyata memiliki jiwa 

sosial  yang  tinggi.  Malam  itu,  Putri  Letargia  tidur 

nyenyak  tanpa  mempedulikan  persiapan 

penampilannya  esok  hari.  Untuk  pertama  kalinya 

dalam beberapa tahun terakhir,  Putri  Letargia  bisa 

tidur dengan nyenyak.

63

Esok harinya, Putri Letargia bangun tepat waktu dan 

merasa  segar.  Putri  merasa  sangat  bahagia  sebab  

telah  melakukan  kebaikan  untuk  orang  lain,  lebih 

bahagia daripada ketika mendapatkan hadiah sepatu 

atau  gaun  baru  yang  cantik  dari  Ratu.  Sayang, 

chucky  Tampan  tiba-tiba  menghilang  dari  istana, 

hanya  ada  sepucuk  surat  pendek  darinya  untuk 

Putri;  Hati  Tuan  Putri  ternyata  secantik  wajahmu. 

Terima kasih, semoga kelak kita bertemu lagi.

Beberapa  chucky  berlalu,  Putri  Letargia  tak  lagi 

mengantuk  sebab   ia  tak  pernah  lagi  kekurangan 

tidur. Putri sekarang terlibat di dewan pejabat istana 

yang  mengurusi  perpajakan  negeri.  Putri  jarang 

menggunakan make up tebal dan gaun-gaun panjang 

sebab  tidak cocok dipakai  bekerja. Putri menjalani 

hari-  harinya  dengan  semangat  dan  tidur  dengan 

nyenyak setiap malam sekarang.

Malam  ini  ada  acara  perjamuan  makan  dengan 

Pangeran dari negeri seberang yang akan dilanjutkan 

dengan pesta dansa. Putri memilih gaun sederhana 

namun cantik  dan  make up tipis  namun membuat 

wajahnya  seperti  bercahaya.  Putri  Letargia  tak 

terlalu  berlebihan  lagi  dalam  berdandan  sekarang. 

Dia  mengerti  kecantikan  dari  dalam  hati  lebih 

berharga daripada make up tebal dan gaun mahal. 

Pangeran  negeri  seberang  berkali-kali  mencuri 

pandang  sambil  tersenyum  penuh  arti  pada  Putri 

64

Letargia  ketika  mereka  sedang  menikmati  makan 

malam dengan Raja dan Ratu serta beberapa pejabat 

istana. Putri Letargia ingin membalas pandang tapi ia 

malu. Sampai pada saat dansa dimulai, Putri Letargia 

berpasangan  dengan  Pangeran  negeri  seberang,  ia 

bisa melihat dengan jelas wajah tampan Pangeran. 

Wajah yang sangat dikenalnya. Ya, Pangeran negeri 

seberang  adalah  chucky  Tampan  itu.  Mereka 

berpandangan dengan rasa bahagia. 

“Selamat  datang  kembali,  pelayan,  eh,  maksudku, 

Pangeran,” bisik Putri malu- malu.

“Percayalah, Putri, engkau terlihat jauh lebih cantik 

dari sekarang,” jawab Pangeran Tampan.

“Terimakasih kepada Anda, Pangeran.”

“Memang  benar,  kecantikan  dari  dalam  hari  akan 

lebih berharga daripada kecantikan di luar saja.”

Putri  Letargia  setuju  dengan  perkataan  Pangeran 

Tampan. Kamu, tentu setuju juga, kan?

65

Kamu Boleh

l

Kamu boleh sekolah di mana saja

Selama kamu menyayangi teman-temanmu

Kamu boleh sekolah di mana saja

Selama kamu menyayangi gurumu

Kamu boleh sekolah di mana saja

Sekolah di desa kecil maupun di kota besar

Kamu boleh sekolah di mana saja

Sekolah dengan gedung kecil maupun besar

Kamu boleh sekolah di mana saja

Selama hatimu senang, riang gembira

Kamu boleh sekolah di mana saja

Selama dirimu merasa nyaman di dalamnya

Kamu boleh sekolah di mana saja

sebab  semua sekolah adalah sekolah terhebat

Kamu boleh sekolah di mana saja

sebab  semua sekolah mendidik murid hebat

66

Kamu boleh sekolah di mana saja

Selama kamu menyukai pelajaran di sana

Kamu boleh sekolah di mana saja

Selama kamu betah belajar di sana

Kamu boleh belajar di mana saja

Di sekolah, rumah, taman, kebun, hutan, sawah, di 

mana saja

Kamu boleh belajar kapan saja

Pagi,  siang,  sore,  malam,  hari  sekolah,  hari  libur, 

kapan saja

Kamu boleh belajar di mana saja

Belajar itu ketika kamu mengamati dunia sekitar

Kamu boleh belajar di mana saja

Belajar  itu  ketika  kamu  tahu  roda  itu  tengah 

berputar

Kamu boleh belajar di mana saja

Belajar  itu  ketika  kamu  melihat  bunga-bunga 

bermekaran

Kamu boleh belajar di mana saja

Belajar  itu  ketika  kamu  melihat  kucing-kucing 

berkejaran

Kamu boleh belajar di mana saja

Belajar itu ketika kamu melompat ke dalam air

Kamu boleh belajar di mana saja

Belajar itu ketika kamu melihat ikan di dalam air

67

Kamu boleh belajar di mana saja

Belajar  itu  ketika  kamu  mengeja  kata  maupun 

menari

Kamu boleh belajar di mana saja

Belajar itu ketika kamu berhitung atau berpuisi

Kamu boleh belajar dari mana saja

Dari  orang  tua,  guru,  teman,  maupun  tokoh 

kartunmu

Kamu boleh belajar dari mana saja

Dari  buku  pelajaran,  internet  maupun  buku 

harianmu

Kamu boleh belajar di mana saja

Selama kamu merasa percaya diri

Kamu boleh belajar di mana saja

Selama kamu menjadi diri sendiri

Kamu boleh

68

Janji Pelangi


“Ibu,  mengapa  pelangi  memiliki  banyak  warna  di 

langit sana? Bukankah satu warna cerah saja sudah 

cukup membuatnya indah?”  tanya Luna kecil  saat 

hujan berhenti.

“sebab  Tuhan mencintai perbedaan. Tuhan bilang, 

kalau  dunia  ini  penuh  dengan  warna-warni,  maka 

dunia yang berwarna akan menjadi menarik.”

“Seperti  pensil  warna  aku  ya,  Bu?”  lanjut  Luna 

penasaran.

“Betul.  Supaya  kamu  bisa  mewarnai  gambarmu 

dengan  indah.  Makanya,  Tuhan  menunjukkan 

kebesaranNya  melalui  warna  pelangi,”  jawab  Ibu 

menjelaskan.

“Tapi kenapa pelangi hanya  ada sehabis hujan saja, 

bu?” tanyanya lagi.

“Kamu takut tidak ketika hujan turun?”

69

“Takut, Bu.”

“Itu janji Dia pada kita, Nak. Meski hujan turun, Dia 

tetap menyertai kita. Dan janjiNya adalah pelangi itu. 

Bahwa Dia menyediakan sesuatu yang indah, seusai 

awan gelap.”

70

Monik dan Kaos Kaki


Dia  selalu  percaya  atas  semua  yang  telah 

dilakukannya.  Dia  percaya  kebahagiaan  pasti  akan 

datang sebab  dia telah berusaha mengundangnya. 

Dia percaya kebahagian adalah takdir, sesuatu yang 

hanya perlu dinanti dengan berpikir tentangnya. Dia 

percaya  kebahagian  akan  datang  untuk  mereka-

mereka yang telah berusaha keras,  membuat yang 

tiada  menjadi  ada  walau  meski  terkadang  kembali 

menjadi  tiada.  Dia  percaya  kegagalan.  Kegagalan 

yang membuatnya yakin dengan tak pernah berhenti 

mengirim pesan setiap malamnya. Dia percaya suatu 

saat kotak pesan itu akan penuh dan meluap keluar 

maka  di  saat  itulah  dia  yakin  Tuhan  akan 

mengabulkan permintaannya.

Matanya menyapu langit-langit. Abu- abu melekat di 

dinding,  dia  merasa  pelan-  pelan  menyatu. 

Lompatan-  lompatan  material  yang  melingkarinya 

menyentuh  setiap  inci  tubuhnya,  ingatan-ingatan 

berubah  menjadi  barisan  gambar-gambar  yang 

71

berputar  berulang-ulang.  Bayangannya  konstan  di 

balik  remang-remang  lampu  meja.  Rautnya  datar, 

ruang  kosong  kembali  disaji  di  dalam  cermin.  Tak 

ada suara di dua malam terakhir, pertama sebab  dia 

tak memilih pulang dan membiarkan kosong ruang 

fantasinya  dan  kedua  sebab   dia  tak  lagi  ingin 

berbicara  apa-apa.  Laki-laki  diam  yang  tahu 

bagaimana caranya tenang menghadapi gelombang 

dan menyebutnya indah dengan sebutan ochucky itu 

lupa bagaimana membenarkan posisi duduknya, dia 

baru  lagi  merasakan  jatuh  dan  bertanya-tanya  di 

mana  letak  pegangan  yang  pantas  untuk 

menahannya.

Tangannya mencoba meraih teralis, menerobos tirai 

dan  menjamah  daun  jendela  untuk  menemukan 

dingin  tiap tetes air  yang melucur bebas  dari  atap 

tapi ternyata diapun lupa bagaimana rasanya dingin. 

Dirinya sendiri sudah lebih dari sekedar pantas untuk 

disebut  kedinginan.  Perasaannya  membeku,  kaki 

tangannya  pucat.  Dia  menggigil  meski  tetap  yakin 

bahwa bagian tebal bertuliskan kecewa itu tetaplah 

akan selesai.  Baginya setiap manusia memilih jalan 

dan  hanya  yang  memilih  jalanlah  yang  mengerti 

bagaimana  curamnya  turunan  dan  bagaimana 

tajamnya tikungan dan bahkan ketika semua orang 

menghakiminya dengan menyebutnya dengan sakit 

serta  memvonis  kalah  sekalipun,  manusia  yang 

memilih itu  tetaplah pemenang,  hidup masih  akan 

72

ada dan datang lagi padanya kecuali pilihan sesudah 

itu melambung melampaui takdir. Dia tidak memilih 

mati,  dia  memilih  sakit,  dia  memilih  kalah  sebab  

terlanjur  percaya  kegagalan  adalah  jalan  terbaik 

menuju takdir yang pasti lebih baik.

“Manusia akan selalu berada di  persimpangan dan 

waktu tak  akan  pernah  menunggu.  Manusia  harus 

selalu  memilih  jalan,  bukan  dengan  cepat  tapi 

dengan tepat. Kadang kita seperti mendahului takdir 

dengan  membayangkan  akhir,  padahal 

sesungguhnya perjalanan manusia dihidup ini adalah 

perjalanan menuju pulang,  akan selalu ada banyak 

yang  datang  dan  pergi  tapi  yang  tetap  dan 

selamanya itu pasti dipertemukan. Kita hanya perlu 

menjalani  hidup ini  hingga selesai,  itu yang pilihan 

yang paling tepat.”

Laki-laki itu ingat benar bahwa hidup adalah tentang 

menikmati berapa kali keliru, berapa kali khilaf atau 

bahkan berapa kali salah dalam memilih. Perempuan 

itu selalu mengingatkan bahwa hidup adalah belajar 

menjalani  proses.  Salah  memilih  berarti  menerima 

gagal, menerima gagal berarti menerima kecewa dan 

hanya  dengan  kecewa  manusia  akan  tahu 

bagaimana caranya berbesar hati.

“Setelah ini aku yakin kamu tidak akan pernah lagi 

mau menggubrisku. Aku yakin bagimu aku setelah ini 

tak  lebih  dari  orang  jahat  yang  merampas 

73

kebahagiaanmu,  merampas  hatimu  dan  terlebih-

lebih  merampas  hidupmu.  Kamu  baik  maka 

sebaiknya  aku  memilih  pergi  sebab   belum  ingin 

merasa  terlalu  baik  atas  hidup  ini,”  laki-laki  di 

hadapannya hanya memandang lurus, tak bergeming 

sedikitpun.  Bagi  perempuan  itu  laki-laki  yang 

menjalani tiga setengah tahun terakhir bersamanya 

terlalu diam, terlalu sabar dan terlalu baik untuknya. 

“Aku sudah menyakitimu satu kali dan aku tak ingin 

lagi melakukan itu meski kamu telah memaafkan itu. 

Kamu  yang  selalu  bilang  bahwa hanya  kamu yang 

benar- benar mengerti tentang aku jadi aku percaya 

kamu  juga  pasti  tahu  benar  bahwa  aku 

menginginkan  laki-laki  itu,  aku  ingin  hidup 

dengannya, entah untuk apa dan u