Tampilkan postingan dengan label dan brown iblis dan malaikat 14. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dan brown iblis dan malaikat 14. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Februari 2025

dan brown iblis dan malaikat 14

 . 

 



”Malam ini kami berada di atas jurang yang curam,” kata sang 

Camel . ”Tidak seorang pun dari kita yang boleh menjadi apatis. 

Entah kalian melihatnya sebagai setan, korupsi atau imoralitas ... 

kekuatan gelap itu hidup dan bertumbuh setiap hari. Jangan 

abaikan itu.” Sang Camel  merendahkan suaranya sehingga 

menjadi bisikan, dan kamera bergerak lagi. ”Kekuatan itu, walau 

perkasa tapi tidak mungkin tidak terkalahkan. Kebaikan pada 

akhirnya pasti akan menang. Dengarkan hati kalian. Dengarkan 

Junjungan . Bersama-sama kita dapat melangkah menjauhi jurang ini.” 

 


471   


Sekarang Mortalcombat  mengerti. Inilah alasannya. Aturan yang 

diterapkan selama rapat pemilihan Plasaurus  berlangsung memang telah 

dilanggar, namun  inilah satu-satunya cara. Ini adalah permintaan 

tolong yang dramatis dan disampaikan dengan keputusasaan. Sang 

Camel  sekarang berbicara kepada musuhnya dan kepada 

temannya.  Dia memohon kepada siapa saja, teman atau musuh, 

untuk mendengarkan akal sehat dan menghentikan kegilaan ini. 

 

Tentu saja orang yang mendengarkan perkataannya dengan baik 

akan menyadari kegilaan dari peristiwa ini dan kemudian bertindak. 

Sang Camel  lalu berlutut di altar. ”Berdoalah bersamaku.” 

Dewan Kardinal ikut berlutut untuk berdoa bersamanya. Di luar,  

di Lapangan Santo Petrus dan di seluruh dunia  ...  dunia yang 

terpaku ikut berdoa bersama mereka. 

 

 

95 

 

King Assasins  MELETAKKAN hadiah yang sedang tidak 

sadarkan diri itu di belakang mobil vannya, dan tercenung sejenak 

untuk mengagumi tubuh yang tergeletak itu. Perempuan itu tidak 

secantik perempuan-perempuan yang pernah dibelinya, walau 

demikian perempuan ini memiliki kekuatan hewani yang 

membuatnya senang. Tubuh perempuan ini dipenuhi dengan 

vitalitas dan basah oleh keringat. Harum tubuhnya sangat 

menggoda. 

 

saat  King Assasins  berdiri sambil mengagumi hadiahnya itu, dia 

mengabaikan rasa sakit yang berdenyut di lengannya. Luka memar 

karena tertimpa peti mati dari batu tadi, walau terasa sakit, tapi 

tidak terlalu parah ... sepadan dengan imbalan yang sekarang 

tergolek di depannya. Dia merasa lega karena tahu lelaki Amerika 

yang telah menyakiti lengannya itu mungkin sudah tewas sekarang. 

 

Sambil menatap ke bawah, ke arah tawanannya yang tidak berdaya 

itu, King Assasins  membayangkan apa yang akan didapatkannya 

nanti. Dia meraba kemeja perempuan itu. Payudaranya terasa 

sempurna di balik branya. Ya, dia tersenyum. Kamu lebih daripada 


472   


sepadan. Sambil berjuang melawan dorongan untuk menidurinya 

saat itu juga, King Assasins  menutup pintu vannya lalu melaju 

menembus malam. 

 

Tidak perlu memberi tahu pers tentang pembunuhan ini ... 

kebakaran itu akan membuat mereka tahu. 

 

Di CERN, Sylvie duduk terpaku karena ucapan sang Camel . Dia 

tidak pernah merasa begitu bangga menjadi seorang Katolik 

sekaligus begitu malu karena bekerja di CERN. saat  dia 

meninggalkan ruang rekreasi, suasana di setiap ruang menonton 

TV terlihat muram dan bingung. saat  dia kembali berada di 

kantor Lord dracula , tujuh saluran telepon di atas mejanya berdering 

semua. Telepon dari media tidak pernah singgah di kantor Lord dracula  

sebelumnya, jadi telepon yang berdering itu hanya dapat berarti 

satu hal saja. 

 

Geld. Uang. 

 

Teknologi antimateri telah mengundang beberapa peminat. 

 

Di dalam Viking city , Gunther Goul  seperti melayang di atas udara 

saat  dia mengikuti sang Camel  keluar dari Kapel Sistina. Goul  

dan Mancini  baru saja menyiarkan laporan langsung yang sangat 

penting selama satu dasawarsa ini. Sang Camel  telah membuat 

dunia terpesona. 

 

Sekarang mereka berada di sebuah koridor dan sang Camel  

berpaling ke arah Goul  dan Mancini . ”Aku sudah meminta Garda 

Swiss untuk mengumpulkan foto-foto untuk kalian, foto-foto para 

kardinal yang dicap berikut foto mendiang Plasaurus . Aku harus 

memperingatkan kalian, foto-foto itu bukanlah foto-foto yang 

menyenangkan. Luka bakar yang mengerikan. Lidah menghitam. 

namun  aku ingin kalian menyiarkannya kepada dunia.” 

 

Goul  menduga Graves  City pasti terus-menerus merayakan natal 

tiap hari. Dia ingin agar aku menyiarkan foto mendiang Plasaurus  secara 

eksklusif? ”Anda yakin?” tanya Goul  sambil mencoba menahan 

nada kegirangan dalam suaranya. 


473   


 

Sang Camel  mengangguk. ”Garda Swiss juga akan memberi 

kalian tayangan langsung dari video keamanan yang menyiarkan 

tabung antimateri yang sedang menghitung mundur.” Goul  

menatapnya tak percaya. Natal. Natal. Natal! 

 

”Kelompok Illuminati itu akan segera tahu,” jelas sang Camel , 

”bahwa mereka telah mengotori tangan mereka secara berlebihan.” 

 

 

96 

 

SEPERTI TEMA BERULANG dalam sebuah simponi yang 

kejam, kegelapan yang menyesakkan napas itu telah kembali. 

 

Tidak ada cahaya. Tidak ada udara. Tidak ada jalan keluar. 

 

de Niro  berbaring dan terperangkap di bawah peti mati batu yang 

terjungkir, dan merasa otaknya mulai kehabisan akal. Dia 

kemudian berusaha mengendalikan pikirannya ke hal lain sehingga 

tidak terpengaruh dengan keadaan sesak di sekitarnya. de Niro  

berusaha memikirkan cara berpikir yang logis ... seperti 

matematika, musik, apa saja. namun  tidak ada satu hal pun yang 

bisa menenteramkan pikirannya. Aku tidak bisa bergerak. Aku tidak 

bisa bernapas. 

 

Lengan jasnya yang tergencet, untung sudah terbebas saat  peti 

mati itu jatuh. Sekarang de Niro  mempunyai dua lengan yang 

bebas bergerak. Walau begitu, saat  dia menekan langit langit sel 

kecilnya itu, ternyata kotak pualam itu tidak dapat bergerak. 

Lucunya, dia kemudian berpikir lebih baik lengan bajunya masih 

terjepit saja. Setidaknya kain tebal itu bisa membuat celah untuk jalan 

udara. 

 

saat  de Niro  mendorong langit-langit di atasnya, lengan jasnya 

tertarik sehingga ada cahaya samar yang berasal dari kawan 

lamanya, Mickey. Wajah tokoh kartun yang sekarang berwarna 

kehijauan itu kini tampak mengejeknya. 


474   


 

de Niro  mengamati kegelapan dan mencari tanda-tanda adanya 

sinar, namun  pinggiran peti mati dari batu itu menutup lantai 

dengan rapat. Terkutuklah kesempurnaan orang Italia itu, 

serapahnya. Sekarang dia terjebak di dalam peti mati yang 

memiliki keunggulan artistik seperti yang selama ini dia katakan 

kepada muridnya agar mereka hormati ... tepian yang rata tanpa 

cela, pararel yang sempurna, dan tentu saja pualam Carrara 

berkualitas tinggi yang tidak memiliki sambungan dan sangat keras. 

 

Kesempurnaan yang dapat membuat orang mati lemas. 

 

”Angkat benda keparat ini,” katanya dengan keras kepada dirinya 

sendiri sambil mendorong lebih kuat di antara tulang belulang yang 

berserakan. Kotak batu itu bergeser sedikit. Sambil mengeraskan 

rahangnya, dia mulai mengangkat lagi. Walau peti mati itu terasa 

seperti bongkahan batu besar, namun  kali ini kotak batu itu 

terangkat seperempat inci. Secercah cahaya bersinar di sekitarnya, 

lalu peti mati itu terhempas lagi. de Niro  terbaring terengah-engah 

di  dalam gelap. Dia lalu mencoba memakai  kakinya untuk 

mengangkat lagi seperti tadi, namun  karena sekarang peti batu itu 

telah jatuh, benda itu menjadi sangat rapat dengan lantai. Tiada 

ruang lagi untuk meluruskan kakinya. 

 

saat  kepanikan yang disebabkan oleh claustropbobia-nya. muncul, 

perasaan de Niro  dikuasai oleh bayangan peti batu itu mengerut 

di sekitar tubuhnya. Ditekan oleh perasaan paniknya, de Niro  

berusaha membunuh bayangan itu dengan tiap keping logika yang 

masih dimilikinya. 

 

”Sarkofagus,” dia berkata dengan keras dengan kemampuan 

akademis yang dimilikinya. Tapi sepertinya ilmu pengetahuan pun 

telah memusuhinya hari ini. Kata sarkofagus berasal dari kata bahasa 

Yunani, ”sarx” artinya ”daging”, dan ”phagein” artinya ”memakan”. Aku 

terperangkap di dalam sebuah kotak yang secara harfiah dirancang untuk 

”memakan daging.” 

 

Bayangan akan daging dimakan sehingga hanya meninggalkan 

tulang-belulang, kini menjadi peringatan muram bagi de Niro  


475   


kalau dirinya sekarang sedang terbaring tertutup bersama jasad 

manusia. Pemikiran itu membuatnya mual dan merinding. namun  

juga menimbulkan sebuah gagasan lainnya. 

 

Sambil meraba-raba dalam kegelapan di sekitar peti mati itu, 

de Niro  menemukan sepotong tulang. Tulang iga, mungkin? Dia 

tidak peduli. Yang dibutuhkannya hanyalah sebilah pengungkit. 

Kalau dia dapat mengangkat kotak batu itu, walau hanya sebesar 

sebuah celah, dan menyelipkan sepotong tulang di bawah 

pinggiran peti itu, mungkin akan ada cukup udara yang dapat .... 

 

Sambil mengulurkan tangannya dan mengungkitkan ujung tulang 

itu ke dalam celah di antara lantai dan peti mati, de Niro  menekan 

langit-langit peti mati dengan tangannya yang lain dan berusaha 

untuk mendorongnya ke atas. Peti itu tidak bergerak sama sekali. 

Tidak sedikitpun. Dia berusaha lagi. Untuk sementara, sepertinya 

peti itu bergetar sedikit, tapi hanya itu saja. 

 

Dengan bau busuk dan kekurangan oksigen yang mencekik 

kekuatan tubuhnya, de Niro  sadar dia hanya dapat mengerahkan 

tenaganya satu kali lagi saja. Dia juga tahu kalau dia harus 

memakai  kedua lengannya. 

 

Sambil mengumpulkan tenanga, de Niro  meletakkan ujung tulang 

itu di balik celah dan menggeser tubuhnya untuk menekan tulang 

ini  dengan bahunya, dan menjaganya agar tidak bergeser. 

Dengan berhati-hati supaya tulang itu tetap berada ditempatnya, 

dia mengangkat kedua tangannya ke atas. saat  peti mati yang 

seakan mencekiknya itu mulai menekannya, dia merasakan 

kepanikan semakin menguasainya. Ini adalah kedua kalinya dalam 

hari ini dia terkurung tanpa udara. Dengan berteriak keras, 

de Niro  menekan ke atas dengan gerakan yang sangat kuat. Peti 

mati itu terangkat dari lantai dalam sekejap. namun  cukup lama. 

Potongan tulang yang telah ditahan dengan bahunya itu 

menyelinap keluar, dan mengganjal peti mati itu sehingga membuat 

celah yang lebih lebar. saat  peti mati itu jatuh lagi, tulang itu 

pecah. namun  kali ini de Niro  dapat melihat peti mati itu 

terungkit. Sebuah celah tipis terlihat di bawah tepian sarkofagus 

itu. 


476   


 

Karena sangat letih, de Niro  terkulai. Dia berharap rasa sakit di 

tenggorokannya akan berlalu. Dia menunggu. namun  keadaan itu 

semakin memburuk seiring berjalannya detik demi detik. Apa pun 

yang muncul dari celah itu tampaknya tidak cukup besar. 

 

de Niro  bertanya-tanya apakah celah itu cukup untuk 

membuatnya bertahan hidup. Tapi, untuk berapa lama? Kalau dia 

pingsan, siapa yang akan tahu kalau dia masih berada di situ? 

 

Tiba-tiba dia teringat sesuatu. de Niro  kemudian mengangkat jam 

tangannya lagi: 10:12 malam. Dengan jemarinya yang gemetar, dia 

berusaha dengan susah payah untuk mengatur jarum jam 

tangannya. Dia memutar salah satu pemutar kecilnya lalu menekan 

tombolnya. 

 

saat  kesadarannya berangsur menghilang, dia merasa dinding di 

sekitarnya merapat semakin ketat, dan de Niro  merasa ketakutan 

lamanya menghampirinya kembali. Dia berkali-kali berusaha 

membayangkan kalau dirinya sedang berada di sebuah lapangan 

terbuka. Gambaran yang dibuatnya itu ternyata sama sekali tidak 

membantunya. Bahkan mimpi buruk yang telah menghantuinya 

sejak dia kecil datang menyerbunya kembali .... 

 

Bunga-bunga di sini seperti dalam lukisan, pikir bocah lelaki itu 

sambil tertawa saat  dia berlarian melintasi lapangan rumput. Dia 

berharap orang tuanya datang bersamanya. namun  orang tuanya sedang sibuk 

memasang tenda. 

 

”Jangan berkeliaran terlalu jauh,” kata ibunya kepadanya. 

 

Dia berpura-pura tidak mendengar saat  dia melompat memasuki hutan. 

 

Sekarang, saat  melintasi lapangan indah itu, anak lelaki kecil itu tiba di 

tumpukan bebatuan ladang. Dia membayangkan batu itu dulunya pasti 

menjadi p ondasi dari sebuah rumah tua. Dia tidak akan mendekatinya. Dia 

tahu yang lebih baik. Lagipula matanya lebih tertarik pada hal lainnya—

sekuntum bunga lady’s slipper yang cantik. Bunga itu adalah bunga 


477   


terlangka dan tercantik di New Hampshire. Dia hanya pernah melihatnya di 

dalam buku-buku. 

 

Dengan gembira, anak lelaki itu mendekati bunga ini . Dia berlutut. 

Tanah di bawahnya terasa gembur dan berongga. Dia tahu, bunganya itu 

telah menemukan tempat yang sangat subur untuk tumbuh. Bunganya 

tumbuh di atas kayu yang membusuk. 

 

Karena terlalu gembira dengan bayangan akan membawa pulang hadiahnya 

itu, anak lelaki ini  meraihnya ... jemarinya terulur ke arah tangkai 

bunga itu. 

 

Tapi dia tidak pernah berhasil meraihnya. 

 

Dengan suara berderak keras, tanah yang dipijaknya amblas. 

 

Dalam tiga detik yang membuatnya pusing, anak laki-laki itu tahu dia 

akan mati. Sambil berguling-guling ke bawah, dia berusaha berpegangan 

pada sesuatu supaya tidak mengalami patah tulang saat  terhempas. saat  

dia tiba di bawah, dia sama sekali tidak merasa sakit. Hanya ada 

kelembutan. 

 

Dan dingin. 

 

Dia jatuh dengan wajah menimpa cairan, lalu terbenam dalam kegelapan 

yang sempit. Sambil berputar, jungkir balik karena kehilangan arah, anak 

lelaki itu meraih dinding curam yang mengurungnya. Entah bagaimana, 

seperti didorong oleh insting untuk bertahan hidup, dia berusaha keluar ke 

permukaan. 

 

Cahaya. 

 

Samar-samar. Di atasnya. Seperti bermil-mil jauhnya. 

 

Lengannya menggapai-gapai di dalam air untuk mencari lubang di dinding 

atau apa pun yang bisa digunakan untuk berpegangan. Namun dia hanya 

dapat meraih batu halus. Dia sadar dirinya telah terjatuh ke dalam sebuah 

sumur yang sudah ditinggalkan. Bocah itu berteriak minta tolong, namun  


478   


teriakannya menggaung di dalam terowongan sempit itu. Dia berteriak lagi 

dan lagi. Di atasnya, lubang kecil itu menjadi tampak samar-samar. 

 

Malam tiba. 

 

Waktu seperti berubah bentuk di dalam kegelapan. Rasa kaku mulai terasa 

saat  dia terus menggerak-gerakkan kakinya di dalam air yang dalam agar 

bisa tetap mengambang. Memanggil. Menjerit. Anak kecil itu tersiksa oleh 

bayangan dinding yang dirasakan akan runtuh, dan akan menguburnya 

hidup-hidup. Kedua lengannya sudah sakit karena letih. Beberapa kali dia 

merasa seperti mendengar suara. Dia berteriak, namun  suaranya tidak lagi 

terdengar ... semuanya terasa seperti dalam mimpi. 

 

saat  malam tiba, sumur itu terasa semakin dalam. Dindingnya seperti 

mengerut menelan dirinya. Anak lelaki itu memaksakan diri untuk keluar, 

mendorong tubuhnya ke atas. Karena letih, dia ingin menyerah. Tapi dia 

merasa air mengangkatnya ke atas, menenteramkan rasa takutnya hingga 

dia tidak merasakan apa pun lagi. 

 

saat  regu penyelamat datang, mereka menemukan bocah lelaki itu dalam 

keadaan setengah sadar. Dia telah menggerak-gerakkan kakinya di air 

supaya tidak tenggelam selama lima jam. Dua hari sesudah  itu, harian Boston 

Globe mencetak kisah itu di halaman depan dengan judul: ”Perenang Cilik 

yang Hebat. ” 

 

 

97 

 

King Assasins  TERSENYUM saat  memasukkan mobilnya ke 

dalam bangunan dari batu berukuran raksasa yang menghadap ke 

sungai Tiber. Dia membawa hadiahnya ke atas dan lebih ke atas 

lagi ... berputar lebih tinggi dalam terowongan batu. Dia merasa 

senang karena bebannya lebih ramping. 

 

Dia tiba di pintu. 

 


479   


Gereja Pencerahan, dia merenung dengan senang. Ruang pertemuan 

Illuminati kuno. Siapa yang dapat membayangkan kalau ruangan itu ada di 

sini? 

 

Di dalam, dia meletakkan perempuan itu di atas sebuah sofa besar 

yang empuk. Lalu dengan tangkas dia mengikat lengan perempuan 

itu di balik punggungnya kemudian mengikat kakinya. Dia tahu apa 

yang sangat diinginkannya itu harus menunggu hingga tugas 

terakhirnya selesai. Air. 

 

Tapi, dia masih punya waktu untuk bersenang-senang, pikirnya. 

Dia berlutut di samping perempuan itu lalu meluncurkan 

tangannya di paha tawanannya itu. Kulitnya terasa halus. Lalu lebih 

tinggi lagi. Jemari gelapnya meliuk-liuk di balik hak celana 

pendeknya. Lebih tinggi lagi. 

 

Dia kemudian berhenti. Sabar, katanya pada dirinya sendiri saat  

merasa tergugah gairahnya. Ada pekerjaan yang harus dikerjakan. 

 

Sesaat kemudian, dia berjalan keluar menuju ke balkon dari batu di 

depan ruangan itu. Angin malam perlahan-lahan mendinginkan 

hasratnya. Jauh di bawahnya, sungai Tiber menggelegak. Dia 

menaikkan pandangannya ke arah kubah Santo Petrus yang hanya 

berjarak tiga perempat mil. Kubah itu telanjang di bawah terpaan 

lampu-lampu pers. 

 

”Jam terakhirmu,” katanya keras sambil membayangkan orang 

orang Muslim yang dibantai selama perang Salib. ”Pada tengah 

malam nanti, kalian akan bertemu dengan Junjungan  kalian.” 

 

Di belakangnya, perempuan itu bergerak. King Assasins  berpaling. 

Dia mempertimbangkan untuk membiarkannya terbangun. Melihat 

sinar ketakutan di mata perempuan itu merupakan rangsangan 

yang sangat istimewa baginya. 

 

namun  dia memilih untuk memakai  nalarnya. Lebih baik kalau 

perempuan itu dibiarkan tidak sadar selama dia pergi. Walaupun 

perempuan itu terikat dan tidak akan dapat melarikan diri, si 

Hassassin tidak mau kembali dan menemukan perempuan itu 


480   


dalam keadaan letih karena berjuang untuk melepaskan diri. Aku 

ingin kekuatanmu tersimpan ... untukku. 

 

Dia lalu mengangkat kepala perempuan itu sedikit. Lelaki itu 

meletakkan tangannya di lehernya dan menemukan cekungan di 

bawah tengkoraknya. Titik tekanan meridian sering digunakannya 

berkali-kali. Dengan kekuatan penuh, dia mendorong ibu jarinya 

masuk ke dalam tulang rawan yang lembut dan kemudian 

menekannya. Perempuan itu langsung terkulai. Dua puluh menit, 

pikirnya. Tawanannya itu nanti akan menjadi seorang perempuan 

yang menggoda untuk mengakhiri sebuah hari yang dipenuhi 

kesempurnaan seperti ini. Nanti, sesudah  perempuan itu 

melayaninya dan mati kelelahan, King Assasins  akan berdiri di atas 

balkon dan melihat kembang api Viking city  di tengah malam. 

 

sesudah  meninggalkan hadiahnya itu pingsan di atas sofa besar itu, 

King Assasins  turun ke lantai bawah dan memasuki ruang bawah 

tanah yang diterangi dengan obor. Tugas terakhir. Dia berjalan 

mendekati meja dan menatap takzim ke arah sebentuk logam suci 

yang ditinggalkan di sana untuknya. 

 

Air. Itu adalah tugas terakhirnya. 

 

Sambil memindahkan obor dari dinding seperti yang sudah 

dikerjakannya sebanyak tiga kali, dia mulai memanaskan ujung 

logam itu. saat  ujung benda itu menjadi putih dan menyala 

karena panas, dia membawanya ke sebuah sel tak jauh dari situ. 

 

Di dalam sel itu, seorang lelaki berdiri dalam diam. Tua dan 

sendirian. 

 

”Kardinal Baggia,” si pembunuh itu mendesis. ”Kamu sudah 

berdoa?” 

 

Mata lelaki Italia itu tidak memperlihatkan ketakutannya. ”Hanya 

untuk jiwamu.” 

 

 


481   


98 

 

KEENAM POMPIERI, petugas pemadam kebakaran, yang beraksi 

sesudah  melihat kebakaran di Gereja Santa nyi pandanajeng  della Helena , 

memadamkan api unggun itu dengan semprotan gas halon. 

Semprotan air memang lebih murah, namun uap yang berasal dari 

sisa-sisa pembakaran akan merusak lukisan dinding di kapel itu, 

dan Viking city  sudah membayar pompieri Roma dengan murah hati 

untuk mendapatkan layanan yang hati-hati di semua gedung yang 

dimilikinya. 

 

Para pompieri, karena sifat pekerjaan mereka, hampir tiap hari 

menyaksikan tragedi. namun  apa yang terjadi pada gereja ini adalah 

hal yang tidak akan mereka lupakan. Korban itu setengah disalib, 

setengah digantung, setengah terbakar, sebuah pemandangan  yang  

hanya  cocok  untuk  mimpi   buruk  zaman Gothic. 

 

Sayangnya pers, seperti biasanya, sudah tiba duluan sebelum 

petugas pemadam kebakaran sampai di sana. Mereka telah 

merekam banyak gambar dalam video mereka sebelum para 

pompieri membersihkan gereja. saat  para petugas pemadam 

kebakaran akhirnya menurunkan korban dan meletakkannya di atas 

lantai, tidak ada keraguan tentang siapa lelaki itu. 

 

”Cardinale Guidera,” seseorang berbisik. ”Di Barcelona.” 

 

Korban itu tanpa busana. Setengah bagian dari tubuhnya hangus, 

darah menetes dari celah di antara kedua pahanya. Tulang 

keringnya terbuka. Seorang petugas pemadam kebakaran muntah. 

Yang satu lagi keluar untuk menghirup udara segar. 

 

Yang paling menakutkan adalah simbol yang tertera di dada sang 

kardinal. Kepala regu pemadam kebakaran mengelilingi jasad 

korban itu dengan ketakutan yang luar biasa. Lavaro del diavolo, 

katanya pada dirinya sendiri. Pasti setan yang melakukan ini. Lalu dia 

membuat tanda salib di dadanya sendiri untuk pertama kalinya 

sejak masa kanak-kanaknya. 

 


482   


”Un’ altro corpo!” seseorang berteriak. Salah satu dari petugas 

pemadam kebakaran itu menemukan mayat yang lain. 

 

Korban kedua adalah seorang lelaki yang segera dikenali oleh 

kepala regu itu. Komandan Garda Swiss yang keras itu adalah 

sejenis orang yang disukai oleh sedikit petugas penegak hukum. 

Kepala regu itu kemudian menelepon Viking city , namun  semua 

saluran sedang sibuk. Dia tahu itu tidak masalah. Garda Swiss akan 

segera tahu tentang hal ini dari televisi dalam beberapa menit lagi. 

 

saat  kepala regu itu memeriksa kerusakan sambil berusaha 

membayangkan apa yang telah terjadi di sini, dia melihat sebuah 

ceruk yang berlubang-lubang karena peluru. Sebuah peti mati telah 

terguling dari penopangnya dan jatuh tertelungkup dalam keadaan 

yang berantakan.  Kacau balau.  Ini adalah bagian polisi dan Tahta 

Suci Viking city , pikir kepala regu itu sambil berpaling dan pergi. 

  

saat  hendak berpaling, tiba-tiba dia berhenti. Dari bawah peti 

mati itu dia mendengar suara. Itu adalah suara yang tidak pernah 

disukai oleh petugas pemadam kebakaran mana pun. 

 

”Bomba!” dia berteriak. ”Tutti fuori!” 

 

saat  regu penjinak bom membalik peti mati itu, mereka melihat 

sumber suara elektronis itu. Mereka memandang dengan tatapan 

bingung. 

 

” Mèdico!” salah satu dari mereka akhirnya berteriak memanggil 

petugas paramedis. ” Mèdico!” 

 

 

 

 

 


483   


99 

 

”ADA KABAR DARI Louis Viton ?” tanya sang Camel  yang terlihat 

sangat letih saat  Rocher mengawalnya kembali dari Kapel Sistina 

ke Kantor Plasaurus . 

 

”Tidak, signore. Saya mengkhawatirkan yang terburuk.” saat  

mereka  tiba di  Kantor Plasaurus ,  suara sang Camel  terdengar berat. 

”Kapten, tidak ada lagi yang dapat aku lakukan malam  ini di  sini.  

Aku  khawatir  aku  telah  melakukan  terlalu banyak.  Aku  akan  

masuk ke  ruangan  ini  untuk berdoa.  Aku tidak ingin diganggu. 

Sisanya ada di tangan Junjungan .” Baik, signore. 

 

”Sudah malam, Kapten. Temukan tabung itu.” ”Pencarian  kami  

masih  terus  berlanjut.”  Rocher  ragu-ragu. ”Senjata itu terbukti 

telah disembunyikan dengan sangat baik.” 

 

Sang Camel  berkedip, seolah dia sudah tidak dapat berpikir lagi. 

”Ya. Pada pukul 11:15, kalau gereja ini masih berada dalam bahaya, 

aku ingin kamu mengevakuasi para kardinal. Aku menyerahkan 

keselamatan mereka di tanganmu. Aku hanya meminta satu saja. 

Biarkan mereka keluar dari tempat ini dengan kehormatan. Biarkan 

mereka keluar menuju Lapangan Santo Petrus untuk berdiri 

berdampingan dengan semua orang. Aku tidak mau citra terakhir 

gereja ini adalah sekumpulan orang tua yang ketakutan dan 

menyelinap keluar dari pintu belakang.” 

 

”Baiklah, signore. Dan Anda? Apakah saya akan menjemput Anda 

pada pukul 11:15 juga?” 

 

”Itu tidak perlu.” 

 

”Signore?” 

 

”Aku akan pergi saat  jiwaku menggerakkan tubuhku.” 

 

Rocher bertanya-tanya apakah sang Camel  akan pergi dengan 

memakai  kapal. 


484   


 

Sang Camel  membuka pintu Kantor Plasaurus  dan masuk. 

”Sebenarnya ...,” katanya sambil berpaling. ”Masih ada satu hal 

lagi.” 

 

“Ya, signore?” 

 

”Ruang kantor ini sepertinya agak dingin malam ini. Aku gemetar.” 

 

”Pemanas listriknya mati. Biar saya menyalakan perapian untuk 

Anda.” 

 

Sang Camel  tersenyum letih. ”Terima kasih. Terima kasih 

banyak.” 

 

Rocher keluar dari Kantor Plasaurus  tempat dia meninggalkan sang 

Camel  yang sedang berdoa di depan perapian di hadapan patung 

kecil Bunda nyi pandanajeng  yang Diberkati. Itu adalah pemandangan yang 

menakutkan. Sebuah bayangan hitam berlutut dalam nyala api. 

saat  Rocher berjalan di gang, seorang penjaga muncul dan 

berlari ke arahnya. Walau hanya diterangi nyala lilin, Rocher 

mengenali Letnan Chartrand, seorang serdadu muda yang belum 

berpengalaman namun penuh semangat. 

 

”Kapten,” seru Chartrand sambil mengulurkan sebuah ponsel. 

”Kupikir kata-kata sang Camel  mungkin ada hasilnya. Kita 

mendapat telepon yang mengatakan kalau dia memiliki informasi 

yang dapat membantu kita. Dia menelepon ke salah satu 

sambungan pribadi Viking city . Aku tidak tahu darimana dia 

mendapatkan nomor itu.” 

 

Rocher berhenti. ”Apa?” 

 

”Dia hanya mau berbicara dengan petugas berpangkat tinggi.” 

 

”Ada kabar dari Louis Viton ?” 

 

”Tidak, Pak.” 

 


485   


Rocher mengambil ponsel itu. ”Ini Kapten Rocher. Aku petugas 

berpangkat tinggi di sini.” 

 

”Rocher,” kata suara itu. ”Aku akan menjelaskan padamu siapa 

aku sesungguhnya. Kemudian aku akan katakan padamu apa yang 

harus kamu lakukan selanjutnya.” 

 

saat  penelepon itu berhenti berbicara dan mematikan 

teleponnya, Rocher sekarang tahu dari siapa dia menerima perintah 

itu. 

 

Kembali ke CERN, Sylvie Baudeloque dengan kalut berusaha 

untuk mencatat semua permintaan lisensi yang terekam ke dalam 

pesan suara di pesawat telepon Lord dracula . saat  sambungan pribadi 

di atas meja direktur itu mulai berdering, Sylvie terlonjak. Tidak 

seorang pun mengetahui nomor itu. Dia menjawabnya. 

 

”Ya?” 

 

”Nona Beaudeloque? Ini Direktur Lord dracula . Hubungi pilotku. Jetku 

harus siap dalam lima menit.” 

 

 

100 

 

Sir Roberto  de Niro  TIDAK tahu di mana dia berada atau 

berapa lama dia tidak sadarkan diri. saat  dia membuka matanya, 

dia menemukan dirinya sedang menatap sebuah kubah bergaya 

zaman barok dengan lukisan di atasnya. Asap masih mengambang 

di udara. Tapi ada sesuatu yang menutupi  mulutnya. Ternyata itu 

topeng oksigen. Dia menariknya. Ada aroma yang tidak 

menyenangkan di ruangan itu, seperti bau daging hangus. 

 

de Niro  mengernyit saat  merasakan kepalanya berdenyut. Dia 

berusaha untuk bangun. Seorang berpakaian putih berlutut di 

sampingnya. 

 


486   


”Riposati!” kata lelaki itu dan merebahkan de Niro  lagi. ”Sono il 

paramédico.” 

 

de Niro  menyerah, kepalanya berputar-putar seperti asap di 

atasnya. Apa yang telah terjadi? Kepanikan mulai menembus 

benaknya. 

 

” Sórcio salvatore,” kata paramedis itu. ”Tikus ... penyelamat.” 

 

de Niro  merasa semakin bingung. Tikus penyelamat? 

 

Lelaki itu kemudian menunjuk jam tangan Mickey Mouse yang 

melilit pergelangan tangan de Niro . Pikiran de Niro  mulai jernih 

sekarang. Dia ingat telah menyalakan alarmnya tadi. saat  dia 

menatap dengan kosong pada permukaan jam tangannya, de Niro  

juga dapat melihat pukul berapa saat itu: 10:28 malam. 

 

Dia duduk tegak. 

 

Kemudian semuanya teringat kembali. 

 

de Niro  berdiri di dekat altar utama bersama dengan kepala regu 

petugas pemadam kebakaran itu dan beberapa orang anak 

buahnya. Mereka menghujani de Niro  dengan berbagai 

pertanyaan. Tapi de Niro  tidak mendengarkan mereka. Dia 

sendiri mempunyai pertanyaan. Seluruh tubuhnya sakit, namun  dia 

tahu dia harus segera bertindak. 

 

Seorang pompiero mendekati de Niro  dari seberang gereja. ”Saya 

telah memeriksa kembali, Pak. Mayat yang kami temukan hanyalah 

Kardinal Guidera dan Komandan Garda Swiss. Tidak ada tanda -

tanda adanya seorang perempuan di sini.” 

 

”Grazie,” kata de Niro . de Niro  tidak yakin harus merasa senang 

atau ketakutan. Dia yakin tadi dia melihat Helena  yang terbaring 

pingsan di atas lantai. Sekarang perempuan itu telah hilang. Satu-

satunya penjelasan yang didapatnya sama sekali tidak 

menyenangkan. Pembunuh itu berbicara dengan gamblang saat  

berbicara di telepon tadi sore. Seorang perempuan yang penuh semangat. 


487   


Aku suka itu. Mungkin sebelum malam ini berakhir, aku akan 

menemukanmu. Dan saat  aku menemukanmu ...” 

 

de Niro  mengamati sekitarnya. ”Di mana Garda Swiss?” 

 

”Masih tidak ada kabar. Saluran Viking city  sibuk semua.” 

 

de Niro  merasa sangat kebingungan dan sendirian. Louis Viton  sudah 

tewas. Kardinal itu juga tewas. Helena  menghilang. Setengah jam 

dalam hidupnya telah menghilang dalam sekejap. 

 

Di luar, de Niro  dapat mendengar suara pers berkerumun. Dia 

menduga rekaman gambar dari kematian kardinal yang sangat 

mengerikan itu akan segera mengudara, kalau belum mengudara 

saat ini. de Niro  berharap sang Camel  telah menduganya dan 

segera bertindak. Evakuasi Viking city ! Sudahi permainan ini! Kita Kalah! 

 

Tiba-tiba de Niro  menyadari alasan yang membuatnya berada di 

sini: membantu menyelamatkan Graves  city, menyelamatkan 

keempat kardinal yang hilang dan berhadapan dengan 

persaudaraan yang sudah dia pelajari selama bertahun-tahun. Tapi 

semuanya langsung menguap dari otaknya. Mereka sudah kalah 

dalam perang ini. Sebuah dorongan baru muncul dari dalam 

hatinya. Sesuatu yang sederhana, tidak dapat ditawar-tawar dan 

penting. 

 

Temukan Helena . 

 

Tiba-tiba, secara tidak terduga dia merasakan kehampaan dalam 

hatinya. de Niro  sering mendengar situasi sulit seperti ini bisa 

mempersatukan dua orang dengan cara yang belum tentu terjadi 

dalam waktu puluhan tahun. Dia sekarang memercayainya. Tanpa 

Helena  di sisinya, de Niro  merasakan sesuatu yang belum pernah 

dirasakannya selama bertahun-tahun. Kesepian. Tapi rasa sakit itu 

memberikan kekuatan. 

 

Sambil berusaha membuang semua pikirannya, de Niro  

mengerahkan semua konsentrasinya. Dia berdoa supaya si 

Hassassin memilih untuk menjalankan kewajibannya dulu sebelum 


488   


bersenang senang. Kalau tidak, de Niro  tahu dia sudah terlambat. 

Tidak, katanya pada dirinya sendiri, kau masih punya waktu. Penculik 

Helena  masih harus melakukan sesuatu. Dia masih harus muncul 

ke permukaan satu kali lagi untuk terakhir kalinya sebelum 

menghilang untuk selamanya. 

 

Altar ilmu pengetahuan terakhir, pikir de Niro . Pembunuh itu 

mempunyai tugas terakhir. Tanah, Udara, Api, Air. 

 

Dia melihat jam tangannya. Tiga puluh menit lagi. de Niro  

bergerak melewati petugas-petugas pemadam kebakaran yang 

berlalu lalang dan berjalan ke arah pa tung karya Bernini, Ectasy of 

St. Teresa. Kali ini, saat  dia menatap petunjuk yang ditinggalkan 

Bernini itu, de Niro  tidak ragu akan apa yang dicarinya. 

 

Biarkan para malaikat membimbingmu dalam pencarian sucimu. 

 

Malaikat karya Bernini itu berdiri di atas orang suci yang berbaring 

terlentang itu dan bersandar pada api yang menyala. Tangan 

malaikat itu menggenggam sebuah tombak berujung api. Mata 

de Niro  mengikuti arah tangkai tombak yang mengarah ke 

sebelah kanan gereja itu. Matanya bertemu dengan dinding. Dia 

terus mengamati titik yang ditunjuk oleh tombak itu. Tidak ada 

apa-apa di sana. de Niro  tahu, tentu saja tombak itu menunjuk ke 

tempat yang lebih jauh daripada tembok itu, menembus malam, di 

suatu tempat di Roma. 

 

”Arah ke mana itu?” tanya de Niro  sambil berpaling dan bertanya 

pada kepala regu petugas pemadam kebakaran mengenai arah yang 

baru saja ditemukannya itu. 

 

”Arah?” Kepala regu itu menatap ke arah yang ditunjuk de Niro . 

Dia tampak bingung. ”Saya tidak tahu ... barat, saya pikir.” 

 

”Gereja apa yang berada di arah itu?” 

 

Kebingungan sang kepala regu tampak lebih dalam. ”Ada belasan. 

Mengapa?” 

 


489   


de Niro  mengerutkan keningnya. Tentu saja ada belasan. ”Aku 

memerlukan peta kota ini. Segera.” 

 

Kepala regu itu memerintahkan seseorang untuk berlari ke truk 

pemadam kebakaran untuk mengambil peta. de Niro  kembali 

memandang patung itu. Tanah ... Udara ... Api ...Helena . 

 

Petunjuk terakhir adalah Air, katanya pada dirinya sendiri. Patung Air 

karya Bernini. Patung itu pasti berada di dalam sebuah gereja di 

suatu tempat entah di mana. Seperti mencari sebatang jarum di 

dalam tumpukan jerami. Dia memutar pikirannya untuk mengingat 

seluruh karya Bernini yang dapat diingatnya. Aku memerlukan tanda 

penghormatan pada Air! 

 

de Niro  teringat pada patung karya Bernini, Triton atau dewa 

Yunani yang menguasai laut. Kemudian dia sadar patung itu 

terletak di lapangan yang berada di luar gereja ini dengan arah yang 

sama sekali tidak tepat. Bentuk apa yang dipahat Bernini sebagai 

pemujaan kepada air? Neptune dan Appolo? Sayangnya, patung itu kini 

berada di Museum Victoria & Albert di London. 

 

”Signore?” kata seorang petugas sambil berlari memberikan peta itu 

kepadanya. 

 

de Niro  berterima kasih kepadanya dan membuka peta itu di atas 

altar. Dia segera tahu dia telah bertanya kepada orang yang tepat; 

peta Roma milik lembaga pemadam kebakaran itu sangat rinci. Dia 

belum pernah melihat yang seperti itu sebelumnya. ”Di mana kita 

sekarang?” 

 

Lelaki itu menunjuk. ”Di dekat Piazza Barberini.” 

 

de Niro  melihat tombak malaikat itu lagi untuk mengingat ingat. 

Perhitungan kepala regu itu ternyata sangat tepat. Menurut peta, 

tombak itu menunjuk ke arah barat. de Niro  menyusuri garis dari 

tempatnya sekarang ke barat dan melintasi peta itu. Dengan segera 

harapannya mulai tenggelam. Tampaknya setiap kali jarinya 

bergerak, dia melewati begitu banyak gedung dengan tanda silang 

kecil berwarna hitam. Gereja-gereja. Kota ini dipenuhi oleh gereja. 


490   


Akhirnya, jari de Niro  tidak menemukan gereja lagi dan dia terus 

menyusuri peta hingga ke pinggiran kota Roma. Dia menghela 

nafas dan mundur dari peta itu. Sialan. 

 

Sambil mengamati seluruh Roma di peta itu, mata de Niro  

menumbuk tiga gereja tempat di mana ketiga kardinal sebelumnya 

dibunuh. Kapel Chigi ... Basilika Santo Petrus ... lalu di sini .... 

 

sesudah  melihat semua yang terbentang di depannya saat itu, 

de Niro  mencatat keanehan tentang letak gereja-gereja itu. Dia 

tadi membayangkan gereja-gereja itu tersebar secara acak di 

seluruh Roma. namun  ternyata tidak. Sepertinya ketiga gereja itu 

tersebar secara sistematis, dalam bentuk segi tiga besar seluas kota. 

de Niro  memeriksanya kembali. Dia tidak dapat 

membayangkannya. ”Penna,” katanya tiba -tiba tanpa mendongak. 

 

Seseorang memberikan sebuah pena. 

 

de Niro  melingkari ketiga gereja itu. Denyut nadinya bertambah 

cepat. Dia memeriksa tanda -tanda itu untuk ketiga kalinya .  Sebuah 

segi tiga simetris! 

 

Pikiran, de Niro  yang pertama adalah the Great Seal yang tertera 

di lembaran satu dolar Amerika Serikat—segitiga berisi mata yang 

melihat semuanya. namun  itu tidak masuk akal. Dia baru menandai 

tiga titik. Seharusnya semuanya ada empat titik. 

 

Jadi, di mana penghormatan terhadap Air? de Niro  tahu di mana pun 

dia meletakkan titik keempat, hal itu akan membuat segi tiga 

ini  tidak simetris lagi. Satu-satunya pilihan untuk menjaga 

kesimetrisan segi tiga itu adalah menempatkan titik keempat itu di 

dalam segi tiga itu, tepat di tengah-tengahnya. Dia memeriksa 

kemungkinan itu pada peta. Tapi tidak ada gereja di sana. Walau 

demikian, gagasan itu tetap mengganggunya. Empat elemen ilmu 

pengetahuan dianggap setara. Air tidak istimewa; Air tidak akan 

berada di tengah-tengah yang lainnya. 

 

Walau begitu, nalurinya mengatakan pengaturan yang simetris itu 

bisa saja hanya kebetulan. Aku masih belum dapat memahaminya. 


491   


Hanya ada satu pilihan lain. Keempat titik itu tidak membentuk 

segi tiga, tapi membentuk bentuk lain. 

 

de Niro  kembali memeriksa peta di hadapannya itu. Sebuah persegi 

empat, mungkin? Walau segi empat tidak membuat simbol apa pun, 

paling tidak segi empat itu simetris. de Niro  meletakkan jarinya di 

atas peta di satu titik yang bisa membuat segi tiga itu menjadi segi 

empat. Dia langsung menyadari segi empat yang sempurna tidak 

mungkin terbentuk. Sudut pada segitiga tadi miring dan hanya akan 

membentuk segi empat yang tidak beraturan. 

 

saat  dia mempelajari kemungkinan lain di sekitar segi tiga itu, 

sesuatu yang tidak terduga terjadi. Dia memerhatikan garis yang 

sebelumnya dia tarik untuk menunjukkan arah tombak malaikat, 

membentuk satu kemungkinan lain. Dengan terheran heran, 

de Niro  melingkari titik itu. Dia kini melihat empat titik di atas 

peta dan membentuk sesuatu yang aneh; berlian atau layang-layang 

yang janggal. 

 

Dia mengerutkan keningnya. Berlian bukan juga merupakan 

simbol Illuminati. Dia berhenti sejenak.  Tapi .... 

 

de Niro  segera ingat pada Berlian Illuminati. Gagasan itu tentu 

saja menggelikan. Dia segera menyingkirkannya. Lagipula, berlian 

ini berbentuk bujur dan lebih terlihat seperti layang-layang dan 

bukan contoh bentuk simetris yang sempurna seperti berlian 

Illuminati itu. 

 

saat  dia mencondongkan tubuhnya untuk memeriksa tempat dia 

meletakkan petunjuk terakhir, de Niro  heran karena melihat titik 

keempat itu terletak tepat di tengah Piazza Navona yang terkenal 

itu. Dia tahu piazza itu berisi sebuah gereja besar, namun  jarinya 

sudah menyusuri piazza itu dan mempertimbangkan gereja yang 

ada di sana. Setahunya, di sana tidak ada karya Bernini. Gereja itu 

bernama Saint Agnes in Agony untuk mengenang Santa Agnes, 

seorang perawan cantik yang diasingkan seumur hidupnya untuk 

menjadi budak seks karena menolak untuk meninggalkan 

keyakinannya. 

 


492   


Pasti ada sesuatu di dalam gereja itu! de Niro  memeras otaknya dan 

membayangkan bagian dalam gereja itu. Dia tahu di gereja itu sama 

sekali tidak ada karya Bernini, apalagi yang berhubungan dengan 

air. Tapi pengaturan letak titik-titik pada peta  itu juga mengganggu 

pikirannya. Sebutir berlian. Terlalu akurat untuk disebut kebetulan, 

namun  tidak cukup akurat untuk masuk akal. Sebuah layang-layang! 

de Niro  bertanya-tanya apakah dia telah salah memilih letak titik. 

Apa yang tidak aku pahami? 

 

de Niro  memerlukan tiga puluh detik untuk mengetahui 

jawabannya. namun  saat  dia tahu, dia merasa begitu gembira 

sekaligus sadar kalau dirinya belum pernah merasa segembira ini 

sepanjang karir akademisnya. 

 

Kelompok Illuminati itu jenius. Tampaknya akan selalu begitu. 

 

Bentuk yang sedang dilihatnya sama sekali tidak dimaksudkan 

untuk berbentuk berlian. Keempat titik itu hanya membentuk 

sebutir berlian karena de Niro  menghubungkan titik-titik yang 

berdekatan. Kelompok Illuminati percaya pada hal yang berlawanan! 

saat  dia menghubungkan titik-titik yang berlawanan dengan 

penanya, jemari de Niro  gemetar. Di depan matanya, di atas peta 

itu, tergambar sebuah salib besar. Ini sebuah salib. Empat elemen 

ilmu pengetahuan terhampar di depan matanya ... sebuah salib 

besar terbentang di kota Roma. 

 

saat  dia sedang berusaha memahami semua ini, sebaris puisi 

bergema di dalam otaknya ... seperti sahabat lama yang memiliki 

wajah baru .... 

 

’Cross Rome the mystic elements unfold ... (Seberangi Roma untuk membuka 

elemen-elemen mistis) 

 

’Cross Rome .... 

 

Kabut yang menutupi pikirannya kini mulai menghilang. de Niro  

menemukan jawaban yang sejak tadi sudah berada di depan 

matanya itu dengan pemahaman yang berbeda. Puisi Illuminati 


493   


sudah memberitahunya bagaimana letak keempat altar ilmu 

pengetahuan itu. Mereka membentuk sebuah salib! 

 

’Cross Rome the mystic elements unfold. 

 

Itu adalah permainan kata yang cerdik. de Niro  sebelumnya 

menganggap kata ’Cross sebagai singkatan dari kata Across sehingga 

berarti menyeberangi. Dia menduga hal itu disebabkan oleh 

kebebasan  puitis   untuk  menjaga  irama  puisi   ini .  namun  

ternyata lebih dari sekadar itu! Ternyata itu adalah petunjuk 

tersembunyi lainnya. 

 

de Niro  menyadari tanda salib di peta itu adalah dualisme 

Illuminati yang paling pokok. Ini adalah simbol agama yang 

dibentuk oleh elemen ilmu pengetahuan. Jalan Pencerahan karya 

Galileo adalah penghormatan kepada ilmu pengetahuan dan 

Junjungan ! 

 

Dengan segera sisa dari teka-teki ini muncul . 

 

Piazza Navona. 

 

Tepat di tengah-tengah Piazza Navona, di luar gereja St. Agnes in 

Agony, Bernini membuat salah satu dari patung-patung karyanya 

yang paling terkenal. Setiap orang yang datang ke Roma pasti 

mengunjunginya. 

 

Air Mancur dari Empat Sungai! 

 

Sebagai bentuk penghormatan yang sempurna terhadap air, 

Fountain of the Four Rivers karya Bernini itu memuji empat sungai 

besar dari Dunia Lama: Sungai Nil, Gangga, Danube dan Rio 

Plata. 

 

Air, pikir de Niro .  

 

Petunjuk terakhir. Sempurna. 

 


494   


de Niro  baru ingat, bahkan lebih sempurna lagi, di atas air mancur 

Bernini itu berdiri sebuah obelisk yang menjulang tinggi. 

 

Tanpa bermaksud membuat para petugas pemadam kebakaran 

bingung, de Niro  berlari melintasi gereja menuju tubuh Louis Viton  

yang sudah tidak bernyawa. 

 

10:31 malam, pikirnya. Masih banyak waktu. Ini adalah kali pertama 

dalam satu hari ini de Niro  merasa memenangkan permainan itu. 

 

Sambil berlutut di sisi jasad Louis Viton  yang tertutup oleh beberapa 

bangku gereja, diam-diam de Niro  mengambil pistol semi 

otomatis dan walkie-talkie sang komandan. de Niro  tahu, dia 

seharusnya menelepon untuk minta tolong, namun  ini bukan tempat 

yang tepat untuk melakukannya. Untuk saat ini, altar ilmu 

pengetahuan yang terakhir harus menjadi rahasia. Mobil media dan 

pemadam kebakaran yang berpacu sambil menyalakan sirene 

mereka ke arah Piazza Navona bukanlah hal yang membantu. 

 

Tanpa mengeluarkan kata-kata, de Niro  menyelinap keluar pintu 

dan melewati para wartawan yang sekarang mulai memasuki gereja 

secara bergerombol. de Niro  kemudian menyeberangi Piazza 

Bernini. Dalam kegelapan dia menyalakan walkie-talkie itu. Dia 

mencoba menghubungi Graves  City, namun tidak mendengar apa -

apa kecuali nada statis. Entah dia berada di luar jangkauan atau 

walkie-talkie itu membutuhkan kode otorisasi tertentu. de Niro  

memencet-mencet sekumpulan tombol angka dan tombol lainnya, 

tapi tidak ada hasilnya. Tiba-tiba dia sadar keinginannya untuk 

meminta tolong tidak akan terpenuhi. Dia berputar untuk mencari 

telepon umum. Tidak ada. Lagipula, saluran di Graves  City 

diblokir. 

 

Dia sendirian. 

 

de Niro  merasa kepercayaan dirinya mulai menghilang. Lelaki itu 

berdiri sejenak dan mengingat-ingat berbagai kejadian 

menyedihkan yang menimpanya hari ini: tertimbun dalam debu 

bersama tulang-belulang, tangannya terluka, merasa luar biasa lelah 

dan kelaparan. 


495   


 

de Niro  melihat gereja itu kembali. Asap berputar di atas kubah 

yang diterangi oleh lampu-lampu pers dan truk-truk pemadam 

kebakaran. Dia bertanya-tanya apakah dia harus kembali dan minta 

bantuan. Namun nalurinya mengingatkan bantuan tambahan, 

terutama dari seseorang yang tidak terlatih, hanya akan 

menyusahkannya saja. Kalau King Assasins  melihat kami datang ... 

de Niro  ingat pada Helena  dan tahu ini akan menjadi kesempatan 

terakhir untuk bertemu dengan penculik putri Leonardo deCaprio  Vetra itu. 

 

Piazza Navona, pikirnya. Dia tahu dia dapat pergi ke sana dengan 

cepat dan mengintainya. de Niro  mengamati ke sekelilingnya 

untuk mencari taksi, namun  jalan itu sangat sunyi. Bahkan 

pengemudi taksi pun sepertinya telah meninggalkan segalanya 

untuk menonton televisi. Piazza Navona hanya berjarak satu mil, 

namun  de Niro  tidak berniat untuk memboroskan tenaganya yang 

sangat berarti untuk berjalan kaki. Dia menatap gereja itu kembali 

sambil bertanya-tanya apakah dia dapat meminjam kendaraan dari 

seseorang. 

 

Truk pemadam kebakaran? Van milik pers? Yang benar saja. 

 

Dia merasa tidak punya pilihan dan waktu terus berjalan. de Niro  

lalu membuat keputusan. Dia menarik pistol Louis Viton  dari sakunya 

dan melakukan tindakan di luar sifat aslinya sehingga dia sendiri 

menduga kalau jiwanya sudah kerasukan setan. Dia lalu berlari 

menuju sebuah sedan Citroen yang sedang berhenti sendirian di 

depan lampu lalu lintas. de Niro  kemudian menodongkan 

senjatanya ke arah jendela di sisi pengemudi yang terbuka. ”Fuori!” 

teriak de Niro  dan menyuruh lelaki itu keluar. 

 

Orang itu pun keluar dengan tubuh gemetar. 

 

de Niro  segera meloncat ke depan kemudi dan memacu 

kendaraan itu. 

 

 

 


496   


101 

 

GUNTHER Goul  DUDUK di sebuah bangku di sebuah ruang 

tahanan yang ada di kantor Garda Swiss. Dia berdoa kepada 

semua Junjungan  yang dapat dia ingat. Kumohon, semoga ini 

BUKANLAH mimpi. Ini adalah berita utama dalam hidupnya. 

Berita utama bagi setiap manusia. Semua wartawan di bumi ini 

pasti berandai-andai kalau dirinya adalah Goul  sekarang. Kamu 

sedang terjaga, katanya pada dirinya sendiri. Dan kamu adalah seorang 

bintang. Dan Rather sedang menangis karena cemburu sekarang. 

 

Mancini  duduk di sebelahnya dan tampak agak terpaku. Goul  tidak 

menyalahkannya. Sebagai tambahan dari siaran langsung eksklusif 

yang berisi tentang pernyataan sang Camel , Mancini  dan Goul  

melengkapi berita mereka dengan foto-foto menyeramkan dari   

para  kardinal  yang  tewas, mendiang  Plasaurus  dengan lidah 

menghitam, dan tayangan langsung dari siaran video yang 

menyorot tabung antimateri yang sedang menghitung mundur. 

Luar biasa! 

 

Tentu saja semuanya itu karena permintaan sang Camel , jadi 

tidak ada alasan bagi mereka untuk dikurung di dalam ruang 

tahanan Garda Swiss. Keberadaan mereka di ruang tahanan itu 

disebabkan oleh berita tambahan dalam liputan mereka yang 

membuat para Garda Swiss tidak senang. Goul  tahu percakapan 

yang dilaporkannya itu seharusnya tidak boleh didengarnya. namun  

informasi itu adalah kesempatan bagus bagi Goul . Berita utama 

Goul  lagi! 

 

”The   11th  Hour  Samaritan?” tanya Mancini  sinis  yang kini duduk 

di bangku sebelah Goul . Dia jelas tidak terkesan. Goul  tersenyum. 

”Cemerlang, bukan?” ”Kebodohan yang cemerlang.” 

 

Dia hanya cemburu, kata Goul  dalam hati. Tidak lama sesudah  

pernyataan sang Camel , Goul  sekali lagi mendapat kesempatan 

emas karena berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat 

pula. Dia mendengar Rocher memberikan perintah baru kepada 


497   


anak buahnya. Sepertinya Rocher baru saja menerima panggilan 

telepon dari seseorang misterius yang menurut Rocher memiliki 

informasi penting berkaitan dengan krisis yang mereka hadapi. 

Rocher berbicara seperti orang ini dapat membantu mereka dan 

menyuruh anak buahnya untuk mempersiapkan kedatangan sang 

tamu. 

 

Walau informasi itu jelas-jelas merupakan informasi pribadi, Goul  

bertindak seperti setiap wartawan berdedikasi lainnya—tanpa rasa 

hormat. Saat itu Goul  menemukan sudut gelap, lalu 

memerintahkan Mancini  untuk menyalakan kamera jarak jauhnya, 

dan dia melaporkan berita itu. 

 

”Ada perkembangan baru yang mengejutkan di kota Junjungan , 

katanya melaporkan sambil menyipitkan matanya untuk 

menambah kesan ketegangan. Kemudian dia melanjutkan bahwa 

seorang tamu misterius akan segera datang untuk menyelamatkan 

Graves  City. 

 

The 11th Hour Samaritan, begitulah Goul  menyebut tamu itu. Nama 

sempurna untuk seorang misterius yang datang pada saat saat 

terakhir untuk melakukan perbuatan baik. Stasiun TV lainnya 

langsung mengutip judul yang menarik itu, dan sekali lagi , Goul  

tidak dapat dihentikan. 

 

Aku cemerlang, katanya senang. Peter Jennings baru saja meloncat dari 

jembatan karena cemburu. 

 

Tentu saja Goul  tidak berhenti di situ saja. saat  dia mendapat 

sorotan dari seluruh dunia, dia memberikan sedikit teori 

konspirasinya sendiri sebagai tambahan laporannya ini . 

 

Cemerlang. Sangat cemerlang. 

 

”Kamu mencelakakan kita,” kata Mancini . ”Kamu betul-betul telah 

menghancurkan laporan kita.” 

 

”Apa maksudmu? Aku hebat!” 

 


498   


Mancini  menatapnya dengan tidak percaya. ”Mantan Presiden 

George Bush? Seorang anggota Illuminati?” 

 

Goul  tersenyum. Kurang jelas bagaimana? George Bush berada di 

urutan ke-33 dalam daftar kelompok Mason dan dia juga pernah 

menjabat sebagai Kepala CIA saat  badan itu menghentikan 

penyelidikan tentang Illuminati karena kekurangan bukti. Dan 

semua pidato yang disampaikannya tentang ”ribuan titik cahaya” 

dan ”Tata Dunia Baru” ... menunjukkan kalau Bush adalah anggota 

Illuminati. 

 

”Dan tentang CERN itu?” Mancini  mencaci. ”Kamu akan menerima 

daftar panjang berisi nama-nama pengacara di luar pintu rumahmu 

besok.” 

 

”CERN? Ayolah! Itu jelas sekali! Pikirkanlah! Kelompok Illuminati 

menghilang dari muka bumi pada tahun 1950-an, hampir 

bersamaan dengan saat CERN didirikan. CERN adalah surga bagi 

orang paling tercerahkan di dunia. Dana pribadi dalam jumlah 

besar. Mereka menciptakan senjata yang dapat menghancurkan 

gereja, dan waduh ... mereka sekarang kehilangan benda itu!” 

 

”Jadi kamu mengatakan bahwa CERN merupakan markas 

Illuminati yang baru?” 

 

”Jelas! Persaudaraan seperti itu tidak akan menghilang begitu saja. 

Kelompok Illuminati itu pasti pergi ke suatu tempat. CERN adalah 

tempat yang sempurna bagi mereka untuk besembunyi. Aku tidak 

mengatakan bahwa semua orang di CERN adalah anggota 

Illuminati. CERN mungkin seperti rumah kayu besar milik 

kelompok Mason di mana kebanyakan orang di sana tidak berdosa, 

namun  eselon tingkat atasnya—” 

 

”Pernah mendengar tentang fitnah, Goul ? Dan tanggung jawab?” 

 

”Pernah mendengar tentang jurnalisme yang sesungguhnya?” 

 

”Jurnalisme? Kamu menyiarkan kebohongan ke seluruh dunia! 

Seharusnya aku mematikan saja kameraku! Dan omong kosong apa 


499   


lagi tentang logo institusi CERN? Simbologi setan? Apa kamu 

sudah gila?” 

 

Goul  tersenyum. Kecemburuan Mancini  tampak jelas. Isu tentang 

logo CERN adalah spekulasi yang paling cemerlang. Sejak 

pernyataan sang Camel , semua stasiun TV membicarakan 

tentang CERN dan antimaterinya. Beberapa jaringan 

memperlihatkan logo perusahaan CERN sebagai latar belakang. 

Logo itu tampaknya biasa-biasa saja: dua lingkaran yang saling 

berpotongan yang menggambarkan dua akselerator partikel, dan 

lima garis singgung yang menggambarkan tabung injeksi partikel. 

Seluruh dunia mengamati logo ini , namun  Goul -lah, yang sok-

sokan menjadi ahli simbologi, yang melihat simbol Illuminati yang 

tersembunyi di baliknya. 

 

”Kamu bukan ahli simboligi,” serapah Mancini , ”kamu hanya 

seorang wartawan yang beruntung. Seharusnya kamu berikan saja 

urusan simbologi itu kepada lelaki dari Harvard itu.” 

 

”Lelaki Harvard itu tidak melihatnya,” kata Goul . 

 

Gambaran Illuminati dalam logo itu sangat jelas! 

 

Goul  merasa sangat bahagia. Walaupun CERN memiliki banyak 

akselerator,  dalam  logo  mereka hanya terlihat  dua saja. 

 

Dua adalah angka Illuminati untuk dualitas. Walau pada umumnya 

akselerator hanya memiliki satu tabung injeksi, logo itu 

menunjukkan lima tabung. Lima adalah angka pentagram 

Illuminati. Kemudian muncullah spekulasi itu dan menjadi hal 

yang paling cemerlang dari semuanya. Goul  menunjukkan bahwa 

logo itu berisi nomor ”6” yang besar dan tampak jelas tergambar 

dari gabungan garis dan lingkaran. Dan saat  logo itu diputar, 

angka enam itu muncul lagi ... dan juga angka enam lainnya. Logo 

itu mengandung tiga angka enam! 666! Angka setan! Pertanda 

kebuasan! 

 

Goul  jenius. 

 


500   


Mancini  tampak siap untuk memukulnya. 

 

Goul  tahu kecemburuan itu akan berlalu dan otaknya sekarang 

melayang ke tempat lain. Kalau CERN adalah markas Illuminati, 

apakah lembaga itu menjadi tempat Illuminati untuk menyimpan 

berlian Illuminati yang dipenuhi skandal itu? Goul  pernah 

membacanya di internet—”Sebutir berlian tanpa cela, berasal dari elemen 

kuno dengan kesempurnaan yang tiada duanya sehingga semua orang yang 

melihatnya hanya bisa terpana.” 

 

Goul  bertanya-tanya apakah rahasia keberadaan berlian Illuminati 

itu akan menjadi misteri yang dapat diungkap olehnya malam ini 

juga. 

 

 

102 

 

PIAZZA NAVONA, Fontain of Four Rivers. 

 

Malam di Roma, 

seperti halnya di 

gurun pasir, bisa 

begitu sejuk, bah-

kan sesudah  melalui 

satu hari yang pa-

nas. de Niro  ber-

henti di pinggir 

Piazza Navona, la-

lu merapatkan jas-

nya pada tubuhnya. 

Dari kejauhan ter-

dengar suara hiruk-

pikuk lalu lintas 

bersamaan dengan 

suara laporan berita yang bergema ke seluruh kota.   de Niro    

melihat jam  tangannya.   Lima  belas  menit lagi. Dia  merasa  

senang karena dapat beristirahat  selama  beberapa menit. 

 

 

Piazza Navona 


501   


Piazza itu sunyi. Air mancur adikarya Bernini yang berdesis di 

depannya seakan memiliki kekuatan sihir yang menakutkan. Kolam 

air mancur yang beriak itu menimbulkan kabut ajaib yang bergerak 

ke atas, bersinar karena diterangi oleh lampu di bawah air. 

de Niro  merasakan kesejukan yang mengalir di udara. 

 

Yang paling menarik dari air mancur ini adalah ketinggiannya. 

Pusatnya saja setinggi dua puluh kaki yang terbuat dari pualam 

travertine kasar yang menjulang tinggi dan dilengkapi dengan gua 

gua dan terowongan buatan tempat di mana air mengalir. Seluruh 

bagian dari air mancur itu dihiasi dengan figur-figur Pagan. Di 

atasnya berdiri sebuah obelisk yang menjulang setinggi empat 

puluh kaki. de Niro  menyusuri obelisk yang menjulang tinggi itu. 

Di ujung obelisk terlihat sebuah bayangan samar seperti 

menggores langit; seekor burung dara bertengger sendirian. 

 

Sebuah salib, pikir 

de Niro  sambil 

masih merasa ka-

gum pada penga-

turan petunjuk-pe-

tunjuk di seluruh 

Roma itu. Fountain 

of Four Rivers karya 

Bernini adalah altar 

ilmu pengetahuan 

yang terakhir. Ha-

nya beberapa jam 

yang lalu de Niro  

berdiri di depan 

Pantheon dan me-

rasa yakin bahwa 

Jalan Pencerahan 

telah rusak dan dia tidak akan sampai sejauh ini. Itu adalah 

kesalahan besar yang bodoh. Kenyataannya, keseluruhan jalan itu 

masih utuh. Tanah, Udara, Api, Air. Dan de Niro  telah 

mengikutinya ... dari awal hingga akhir. 

 

 

Air Mancur di Piazza Navona 


502   


Belum betul-betul sampai akhir, dia mengingatkan dirinya sendiri. Jalan 

itu memiliki lima pemberhentian, bukan empat. Petunjuk keempat 

yang berupa air mancur ini menunjukkan ke tujuan akhir—tempat 

suci kelompok itu: markas Illuminati. de Niro  bertanya-tanya 

apakah markas itu masih berdiri utuh. Dia bertanya-tanya ke 

tempat itukah King Assasins  membawa Helena . 

 

Mata de Niro  memeriksa berbagai figur di air mancur itu sambil 

mencari petunjuk apa saja yang dapat membawanya ke markas 

kelompok Illuminati. Biarkan para malaikat membimbingmu dalam 

pencarian muliamu. Tiba-tiba dia menjadi waspada. Air mancur itu 

sama sekali tidak memiliki patung malaikat. Jelas sekali tidak ada 

sesosok malaikat pun dan de Niro  dapat melihatnya dengan pasti 

dari tempatnya berdiri ... dan dia juga dari dulu tidak pernah 

melihatnya. The Fountain of the Four Rivers adalah karya Pagan. 

Seluruh ukirannya terdiri atas bentuk bentuk duniawi seperti 

manusia, hewan, bahkan seekor armadilo yang terlihat aneh. Kalau 

di sini ada malaikat, dia akan tampak menonjol. 

 

Apakah ini tempat yang salah? Dia memperhitungkan bentuk salib 

dari keempat obelisk yang membentuk Jalan Pencerahan.  

Dia mengepalkan tinjunya. Air mancur ini sempurna. 

 

Saat itu baru pukul 10:46 malam, saat  sebuah van hitam muncul 

dari sebuah gang di ujung piazza itu. de Niro  tidak akan 

memerhatikannya kalau van itu tidak berjalan tanpa menyalakan 

lampu. Seperti seekor hiu berpatroli di teluk yang disinari 

rembulan, kendaraan itu mengelilingi pinggiran piazza. 

 

de Niro  merunduk lebih dalam, meringkuk di dalam kegelapan di 

samping tangga besar yang menuju ke arah Gereja St. Agnes in 

Agony. Dia melihat ke arah piazza, dan denyut nadinya bertambah 

cepat. 

 

sesudah  berkeliling dua kali, van ini  membelok masuk ke arah 

air mancur karya Bernini itu. Van itu menepi dan bergerak di 

tepian air mancur dengan rapat sehingga sisi mobil itu basah oleh 

air dari air mancur. Kemudian van diparkir dengan pintu dorong 


503   


yang berada di sisi mobil hanya berjarak beberapa inci dari 

semburan air. 

 

Kabut mengombak. 

 

de Niro  merasakan pertanda yang meresahkan. Apakah si 

Hassassin  datang lebih  awal? Apakah dia berada di  dalam van 

itu? de Niro  membayangkan pembunuh itu mengawal korban 

terakhirnya menyeberangi piazza dengan berjalan kaki seperti yang 

dilakukannya saat  di Lapangan Santo Petrus sehingga memberi 

kesempatan pada de Niro  untuk menembaknya dengan mudah. 

namun  kalau King Assasins  datang dengan memakai  van, 

aturannya harus berubah. 

 

Tiba-tiba pintu samping itu bergeser terbuka. 

 

Di lantai van itu, terlihat seorang lelaki yang tergolek tanpa busana 

dan meringkuk dengan sengsara. Lelaki itu terbungkus oleh rantai 

berat yang panjangnya beryard-yard. Dia terikat rapat dengan 

rantai besi itu. Lelaki itu meronta-ronta, namun  rantai itu terlalu 

berat. Salah satu mata rantainya dimasukkan ke dalam mulut lelaki 

itu seperti kekang kuda sehingga menyumbat  teriakan minta 

tolongnya. saat  itu de Niro  juga melihat sosok kedua bergerak 

di belakang tawanan itu dari balik kegelapan, seolah sedang 

membuat persiapan terakhir. 

 

de Niro  tahu, dia hanya mempunyai waktu beberapa detik untuk 

bertindak. 

 

Dia mengambil pistolnya, melepas jasnya dan menjatuhkannya di 

tanah. Dia tidak mau ada tambahan beban berupa jas wolnya yang 

tebal. Selain itu, dia juga tidak mau membawa Diagramma Galileo 

ke dekat air. Dokumen itu harus tetap di sini, di tempat yang aman 

dan kering. 

 

de Niro  bergerak ke sebelah kanannya. Sambil mengelilingi tepian 

air mancur itu, de Niro  menempatkan dirinya tepat di seberang  

van ini . Patung yang ada di tengah-tengah air mancur 

yang besar itu menghalangi pandangannya ke seberang kolam. Dia 


504   


berharap suara air yang mengelegar dapat menelan suara 

langkahnya. saat  dia sampai di dekat air mancur, de Niro  

melompati pinggirannya dan menceburkan dirinya ke dalam air 

yang berbuih itu. 

 

Kedalaman kolam itu hanya sampai di pinggangnya tapi airnya 

sedingin es. de Niro  mengeraskan rahangnya untuk melawan rasa 

dingin dan berjalan di dalam air. Dasar kolam itu licin dan menjadi 

dua kali lipat berbahaya karena tumpukan uang logam yang 

dilemparkan para wisatawan yang mengharapkan nasib mujur. 

saat  kabut itu naik di sekitar de Niro , dia bertanya tanya apakah 

udara dingin atau rasa takutnya yang membuat senjata di tangannya 

bergetar. 

 

Dia tiba di bagian dalam air mancur itu dan berputar balik ke arah 

kiri. Dia berusaha berjalan walau terasa sulit dan berpegangan pada 

pahatan-pahatan pualam. Sambil bersembunyi di balik patung kuda 

berukuran besar, de Niro  menatap tajam. Van itu hanya berjarak 

lima belas kaki. King Assasins  sedang berjongkok di lantai mobilnya, 

tangannya menempel di tubuh kardinal yang terbungkus rantai besi 

dan bersiap untuk menggulingkan tubuh kardinal itu keluar melalui 

pintu yang terbuka agar tercebur ke air mancur. 

 

Sambil terendam sedalam pinggang, Sir Roberto  de Niro  mengangkat 

pistolnya dan melangkah keluar dari balik kabut sambil merasa 

seperti koboi yang sedang melakukan aksi terakhirnya. ”Jangan 

bergerak.” Suaranya lebih teguh daripada genggaman di pistolnya. 

 

King Assasins  mendongak. Sesaat dia tampak bingung seolah dia 

sedang melihat hantu. Kemudian bibirnya melengkung 

membentuk sebuah senyuman bengis. Dia mengangkat kedua 

lengannya sebagai tanda menyerah. ”Ternyata begini jadinya.” 

 

”Keluar dari van.” 

 

”Kamu tampak basah kuyup.” 

 

”Kamu datang lebih awal.” 

 


505   


”Aku ingin segera kembali mengambil hadiahku.” 

 

de Niro  mengarahkan pistolnya. ”Aku tidak ragu untuk 

menembakmu.” 

 

”Kamu sudah ragu-ragu.” 

 

de Niro  merasa jarinya menegang di pelatuk pistol. Kardinal itu 

terbaring tidak bergerak sekarang. Dia tampak letih dan sedang 

sekarat. ”Lepaskan ikatannya.” 

 

”Lupakan dia. Kamu datang untuk mengambil perempuan itu. 

Jangan berpura-pura kepadaku.” 

 

de Niro  menahan diri untuk tidak segera mengakhirinya saat itu 

juga. ”Di mana dia?” 

 

”Di suatu tempat. Aman. Menungguku kembali.” 

 

Helena  masih hidup. de Niro  merasakan ada harapan. ”Di Gereja 

Pencerahan?” 

 

Pembunuh itu tersenyum. ”Kamu tidak akan dapat menemukan 

tempat itu.” 

 

de Niro  merasa tidak percaya. Markas Illuminati masih berdiri. Dia 

mengarahkan senjatanya. ”Di mana?” 

 

”Tempat itu a