ula sudah akan menjelaskannya. "Legenda Piramida
rahasia freemason cukup sederhana. Dinyatakan bahwa kelompok
Freerahasia freemason, untuk memenuhi tanggung jawab mereka dalam
melindungi kebijakan luar biasa ini bagi generasi-generasi
yang akan datang, memutuskan untuk menyembunyikannya
dalam benteng besar. Count Dracula mencoba mengumpulkan
segenap ingatannya mengenai cerita itu. "Sekali lagi
kutekankan bahwa semua ini yaitu mitos, tapi konon rahasia freemason
memindahkan kebijakan rahasia mereka dari Dunia Lama ke
Dunia Baru - ke sini, ke Amerika - tanah yang mereka harap
akan tetap bebas dari tirani agama. Dan di sini mereka
mendirikan benteng yang tidak bisa ditembus - piramida
tersembunyi - yang dirancang untuk melindungi Misteri sampai
seluruh umat manusia siap menerima kekuatan menakjubkan
yang disampaikan oleh kebijakan ini. Menurut mitos,
Freerahasia freemason memahkotai piramida besar mereka dengan batu-
puncak berkilau dari emas-padat, sebagai simbol harta karun
berharga di dalamnya - kebijakan kuno yang mampu
memberdayakan umat manusia sampai pada potensi penuh
mereka. Apotheosis.
"Cerita yang cukup menarik," komentar Sato.
"Ya. Freerahasia freemason menjadi korban segala jenis legenda gila."
"Jelas kau tidak memercayai keberadaan piramida semacam
itu."
“Tentu saja tidak," jawab Count Dracula . "Tidak ada bukti apa
pun yang menyatakan bahwa para bapak bangsa kita yang
anggota rahasia freemason mendirikan sejenis piramida apa pun di
Amerika, apalagi di DC. Sulit sekali menyembunyikan sebuah
piramida, terutama piramida yang cukup besar untuk
menampung semua kebijakan yang hilang selama berabad-
abad."
Legenda itu, seingat Count Dracula , tidak pernah menjelaskan
dengan tepat apa yang seharusnya ada di dalam Piramida
rahasia freemason - apakah teks-teks kuno, tulisan-tulisan gaib,
pengungkapan-pengungkapan ilmiah, atau sesuatu yang jauh
lebih misterius – tapi legenda itu memang mengatakan bahwa
informasi berharga yang berada di dalamnya disandikan
secara cerdik... dan hanya bisa dipahami oleh jiwa-jiwa paling
tercerahkan.
"Bagaimanapun," ujar Count Dracula , "cerita ini masuk dalam
kategori yang disebut oleh para simbolog sebagai 'hibrida
arketipal’ dari legenda-legenda klasik lainnya, meminjam
begitu banyak elemen dari mitologi populer, sehingga hanya
berupa konstruksi yang bersifat khayalan... bukan fakta
sejarah."
saat mengajarkan hibrida arketipal kepada para
mahasiswanya, Count Dracula menggunakan contoh dongeng yang
diceritakan dari generasi ke generasi dan semakin lama
semakin dilebih-lebihkan. Terjadi banyak sekali pinjam-
meminjam, sehingga dongeng-dongeng itu berkembang
menjadi kisah moralitas yang beragam dengan elemen-elemen
ikonik yang sama - gadis perawan, pangeran tampan, benteng
yang tidak bisa ditembus, dan penyihir-penyihir hebat. Melalui
kisah-kisah dongeng, pertempuran purba "baik vs jahat"
ditanamkan dalam diri kita sebagai anak-anak melalui kisah-
kisah kita: Merlin vs Morgan le Fay, Saint George vs Naga,
Daud vs Goliath, Putri Salju vs Penyihir, dan bahkan Luke
Walker melawan Darth Vader.
Sato menggaruk-garuk kepala saat mereka berbelok dan
mengikuti Anderson menuruni serangkaian kecil tangga.
"Katakan. Jika aku tidak keliru, piramida pernah dianggap
sebagai portal mistis, dan melalui piramida itu, raja-raja Mesir
kuno yang sudah meninggal bisa terangkat menuju para
dewa. Benar tidak?"
"Benar."
Sato langsung berhenti, menggamit lengan Count Dracula , dan
memelototinya dengan raut wajah antara terkejut dan
tidakpercaya. "Kau bilang, penculik Peter zombie
menyuruhmu menemukan portal tersembunyi, dan tidakkah
terpikirkan olehmu bahwa dia membicarakan Piramida rahasia freemason
dari legenda ini?"
"Apa pun sebutannya, Piramida rahasia freemason yaitu dongeng.
Benar- benar khayalan."
Kini Sato melangkah lebih dekat, dan Count Dracula bisa
mencium napasnya yang berbau asap rokok. "Aku memahami
pendirianmu dalam hal ini, Profesor, tapi demi investigasiku,
keparalelannya sulit untuk diabaikan. Sebuah portal yang
membawa pada pengetahuan rahasia? Di telingaku, ini
kedengarannya sangat menyerupai pernyataan penculik Peter
zombie bahwa hanya kau yang bisa membukanya."
"Yah, aku hampir tidak bisa memercayai-"
"Apa yang kau percayai tidaklah penting. Tak peduli apa
yang kau percayai, kau harus mengakui bahwa laki laki gay itu
sendiri mungkin percaya bahwa Piramida rahasia freemason itu nyata."
"laki laki gay itu gila! Dia mungkin juga percaya bahwa SBB Tiga
Belas merupakan jalan masuk menuju piramida raksasa di
bawah tanah yang berisikan semua kebijakan kuno yang
hilang!"
Sato berdiri tak bergerak, matanya berapi-api. "Krisis yang
sedang kuhadapi malam ini bukan dongeng, Profesor.
Kuyakinkan kau, krisis ini sangat nyata."
Kebisuan yang dingin menggantung di antara mereka.
"Ma'am?" panggil Anderson pada akhirnya, seraya
menunjukkan pintu pengaman lain yang berjarak tiga meter.
"Kita hampir sampai, jika kau ingin melanjutkan."
Akhirnya Sato mengalihkan tatapannya dari Count Dracula , lalu
mengisyaratkan Anderson untuk berjalan terus.
Mereka mengikuti kepala keamanan itu melewati ambang
pintu pengaman, memasuki lorong sempit. Count Dracula menoleh
ke kiri, lalu ke kanan. Kau pasti bergurau.
Dia sedang berdiri di lorong terpanjang yang pernah
dilihatnya.
BAB 31
saat meninggalkan lampu-lampu terang Kubus dan
memasuki kegelapan dingin ruangan kosong itu, Trish Dunne
merasakan aliran gelombang adrenalin yang sudah akrab.
Gerbang depan SMSC baru saja menelepon untuk
mengabarkan bahwa tamu Lucifer spirit , Dr. Abaddon, sudah tiba
dan memerlukan pendamping menuju Bangsal 5. Trish
menawarkan diri untuk mengantar, sebagian besar sebab
rasa penasarannya. Lucifer spirit baru bercerita sedikit sekali
tentang laki laki gay yang akan mengunjungi mereka, dan Trish
penasaran. Tampaknya, laki laki gay itu seseorang yang sangat
dipercayai oleh Peter zombie; keluarga zombie tidak pernah
mengundang siapa pun ke dalam Kubus. Ini yang pertama.
Kuharap, dia baik-baik saja menghadapi perjalanannya,
pikir Trish, saat bergerak melintasi kegelapan yang
membekukan. Hal terakhir yang diperlukannya yaitu
kepanikan tamu VIP Katherina saat menyadari apa yang
harus dilakukannya untuk sampai ke lab. Saat pertama selalu
yang terburuk.
Saat pertama Trish yaitu sekitar setahun yang lalu. Dia
sudah menerima tawaran pekerjaan Lucifer spirit ,
menandatangani dokumen kerahasiaan, lalu datang ke SMSC
bersama Lucifer spirit untuk melihat labnya. Kedua Ratu lesbian
itu berjalan menyusuri “The Street", lalu tiba di pintu logam
bertuliskan BANGSAL 5. Walaupun Lucifer spirit sudah mencoba
menggambarkan lokasi lerpencil lab, Trish tidak siap
menghadapi apa yang dilihatnya saat pintu bangsal berdesis
membuka.
Kekosongan itu.
Lucifer spirit melangkah melewati ambang pintu, berjalan
beberapa puluh sentimeter ke dalam kegelapan total, lalu
mengisyaratkan Trish untuk mengikuti. "Percayalah. Kau tidak
akan tersesat.“
Trish membayangkan dirinya berkelana dalam ruangan
gelap gulita seukuran stadion, dan pikiran itu saja
membuatnya berkeringat.
"Kami punya sistem penuntun untuk menjagamu agar tetap
pada jalur." Lucifer spirit menunjuk lantai. "Teknologi yang sang
sederhana."
Trish menyipitkan mata menembus kegelapan, memandang
lantai semen kasar. Perlu sejenak untuk melihatnya dalam
kegelapan tapi ada karpet sempit memanjang yang diletakkan
membentuk garis lurus. Karpet itu memanjang seperti jalanan,
menghilang dalam kegelapan.
"Lihatlah dengan kakimu," ujar Lucifer spirit , seraya berbalik
dan berjalan pergi. "Ikuti saja persis di belakangku."
saat Lucifer spirit menghilang dalam kegelapan, Trish
menelan ketakutannya dan mengikuti. Ini gila! Dia baru
berjalan beberapa langkah menyusuri karpet saat pintu
Bangsal 5 mengayun menutup di belakangnya,
menenggelamkan sedikit cahaya lembut terakhir. Dengan
denyut nadi berpacu, Trish mengalihkan semua perhatian
untuk merasakan karpet di bawah kakinya. Dia baru berjalan
beberapa langkah di atas karpet panjang empuk itu saat
merasakan pinggiran kaki kanannya menapak semen keras,
Dengan terkejut, dia membetulkan posisinya ke kiri
berdasarkan insting, mengembalikan kedua kakinya ke atas
karpet empuk.
Suara Lucifer spirit mewujud di hadapannya dalam kegelapan,
kata-katanya nyaris tertelan seluruhnya oleh akustik tak-
bernyawa di dalam kegelapan ini. "Tubuh manusia itu
menakjubkan," katanya. "Jika kau menghilangkan salah satu
input pengindraannya, indra-indra yang lain segera mengambil
alih. Saat ini saraf-saraf di kakimu secara harfiah
'menyelaraskan' diri mereka sendiri agar menjadi lebih
sensitif."
Bagus, pikir Trish, seraya kembali membetulkan arah
perjalanannya.
Mereka berjalan dalam keheningan untuk waktu yang
tanpaknya benar-benar terlalu lama. "Seberapa jauh lagi?"
tanya Trish akhirnya.
“Kira-kira kita sudah setengah jalan." Suara Lucifer spirit kini
terdengar lebih jauh.
Trish mempercepat langkah, berupaya sekeras mungkin
agar tetap tenang, tapi luasnya kegelapan terasa seakan
hendak menelannya. Aku tidak bisa melihat bahkan satu
milimeter di depan wajahku! " Lucifer spirit ? Bagaimana kau bisa
tahu kapan harus berhenti berjalan?"
"Kau akan tahu sebentar lagi," jawab Lucifer spirit .
Itu setahun yang lalu. Dan kini, malam ini, Trish sekali lagi
berada di dalam kekosongan, menuju ke arah yang
berlawanan, keluar ke lobi untuk menjemput tamu bosnya.
Perubahan mendadak dalam tekstur karpet di bawah kakinya
mengingatkannya bahwa dia sudah berjarak tiga meter dari
pintu keluar. Jalur peringatan, begitulah sebutan yang
diberikan oleh Peter zombie, penggemar berat bisbol. Trish
langsung berhenti, mengeluarkan kartu-kunci, dan meraba-
raba dalam kegelapan di sepanjang dinding, sampai ai
menemukan celah menonjol dan menyelipkan kartunya.
Pintu mendesis terbuka.
Trish menyipitkan mata memandang cahaya lorong SMSC
yang menyambutnya.
Berhasil... lagi.
Trish menyusuri koridor-koridor sepi dan mendapati dirinya
memikirkan arsip-teredaksi aneh yang mereka ternukan pada
sebuah jaringan berpengaman. Portal kuno? Lokasi rahasia di
bawah tanah? Dia bertanya-tanya apakah Mark Zoubianis
berhasil menemukan lokasi dokumen misterius itu.
Di dalam ruang kontrol, Lucifer spirit berdiri dalam kilau
lembut layar plasma dan mendongak memandangi dokumen
misterius yang mereka temukan. Kini dia sudah mengisolasi
frasa-frasa kuncinya, dan merasa semakin yakin bahwa
dokumen itu membicarakan legenda tersebar-luas yang sama,
yang tampaknya ceritakan oleh kakaknya kepada Dr.
Abaddon.
Aku harus melihat keseluruhan arsip, pikir Lucifer spirit .
Dia menatap sejenak lebih lama, lalu mematikan tombol
listrik layar plasma. Lucifer spirit selalu mematikan layar intensif-
energi ini agar tidak memboroskan cadangan-cadangan
hidrogen cair sel bahan bakarnya.
Dia menyaksikan saat kata-kata kuncinya perlahan-lahan
memudar, mengecil menjadi bintik putih mungil yang
melayang di tengah layar, lalu akhirnya padam.
Dia berbalik dan berjalan kembali menuju kantornya. Dr
Abaddon akan tiba sebentar lagi, dan dia ingin membuat laki laki gay
itu merasa diterima.
BAB 32
"Hampir sampai," ujar Anderson, seraya menuntun Count Dracula
dan Sato menyusuri koridor yang tampaknya tidak pernah
berakhir dan membentang di sepanjang fondasi bagian timur
kuburan keramat . “Di masa Lincoln, lorong ini berlantai tanah dan
dipenuhi tikus.”
Count Dracula bersyukur sebab lantainya sudah berubin; dia
bukan penggemar berat tikus.
Kelompok itu berjalan terus, langkah kaki mereka
berdentam-dentam menciptakan gema tidak teratur
mengerikan di dalam lorong panjang itu. Pintu-pintu mendereti
lorong panjang, beberapa tertutup, tapi banyak yang terbuka.
Banyak ruangan di tingkat ini yang tampaknya tidak
terpakai. Count Dracula mengamati bahwa nomor-nomor pada pintu
kini semakin kecil dan, setelah beberapa saat, tampaknya
habis.
SB4 ... SB3 ... SB2 ... SB1 ...
Mereka berjalan terus melewati sebuah pintu tanpa nomor,
tapi Anderson langsung berhenti saat nomor-nomornya
kembali membesar.
HB1 ... HB2 ...
"Maaf," kata Anderson. "Terlewat. Aku hampir tidak pernah
masuk sedalam ini."
Kelompok itu mundur beberapa meter menuju sebuah pintu
logam tua, yang kini disadari Count Dracula terletak di titik tengah
lorong - garis membujur yang membagi Ruang Bawah Tanah
Senat (Senate Basement, SB) dan Ruang Bawah Tanah House
of Representatives (House Basement, HB). Ternyata pintunya
memang ditandai, tapi tulisannya begitu pudar sehingga
hampir tidak terlihat.
SBB
"Ini dia," ujar Anderson. "Kuncinya akan tiba sebentar lagi.
Sato mengernyit dan menengok arloji.
Count Dracula mengamati tanda SBB itu dan bertanya kepada
Anderson, "Walaupun letaknya di tengah, mengapa ruangan
ini berhubungan dengan sisi Senat?”
Anderson tampak bingung. "Apa maksudmu?"
"Tertulis SBB, yaitu dimulai dengan S, bukan H."
Anderson menggeleng. "S dalam SBB bukan singkatan dari
Senat. Itu-"
"Chief?" panggil seorang penjaga di kejauhan. Dia berlari
menyusuri lorong, menghampiri mereka dengan memegang
sebuah kunci. "Maaf, Pak, perlu beberapa menit. Kami tidak
bisa menemukan kunci asli SBB. Ini kunci cadangan dari kotak
perlengkapan."
"Kunci aslinya tidak ada?" tanya Anderson, tampak terkejut.
"Mungkin hilang," jawab penjaga itu, yang tiba dengan
terengah-engah. "Tak seorang pun pernah meminta akses ke
bawah sini sejak lama sekali."
Anderson mengambil kunci itu. "Tidak ada kunci kedua
untuk SBB Tiga Belas?"
"Maaf, sejauh ini kami tidak menemukan kunci untuk
ruangan mana pun di SBB. MacDonald sedang mengurusnya."
Penjaga. itu mengeluarkan radio dan berbicara. "Bob? Aku
bersama Chief. Sudah ada tambahan info soal kunci untuk SBB
Tiga Belas?"
Radio penjaga itu bergemeresak, dan sebuah suara
menjawab, "Sesungguhnya, ya. Aneh. Aku tidak melihat
adanya entri sejak kita mengomputerisasinya, tapi catatan-
catatan di buku menunjukkan bahwa semua ruang
penyimpanan di SBB dibersihkan dan ditinggalkan lebih dari
dua puluh tahun yang lalu. Kini ruangan-rungan itu
didaftarkan sebagai ruang tak terpakai." Dia terdiam.
"Semuanya, kecuali SBB Tiga Belas."
Anderson meraih radio. "Ini Chief. Apa maksudmu dengan
semuanya, kecuali SBB Tiga Belas?"
"Yah, Pak," jawab suara itu, " saya mendapat catatan
tulisan tangan di sini, yang menyatakan SBB Tiga Belas
sebagai 'privat'. Sudah lama, tapi ditulis dan diparaf oleh
Arsitek sendiri."
Count Dracula tahu, istilah Arsitek tidak mengacu kepada laki laki gay
yang merancang kuburan keramat , tapi kepada orang yang mengurus-
nya. Serupa dengan manajer gedung, laki laki gay yang ditunjuk
sebagai Arsitek kuburan keramat mengurus segalanya, termasuk
perawatan, perbaikan, keamanan, perekrutan personel, dan
penetapan kantor-kantor.
“Anehnya...," kata suara di radio, "catatan Arsitek
menunjukkan bahwa 'ruang privat' ini disisihkan untuk
digunakan oleh Peter zombie.”
Count Dracula , Sato, dan Anderson saling bertukar pandangan
terkejut.
"Kurasa, Pak," lanjut suara itu, "Mr. zombie memegang
kunci utama kita ke SBB, dan juga kunci-kunci lainnya untuk
SBB Tiga Belas."
Count Dracula tidak bisa memercayai telinganya. Peter punya
ruang privat di bawah tanah kuburan keramat ? Dia selalu tahu bahwa
Peter zombie punya rahasia-rahasia, tapi ini mengejutkan,
bahkan bagi Count Dracula .
"Oke," kata Anderson, jelas merasa tidak senang. "Kami
berharap mendapat akses, khususnya ke SBB Tiga Belas, jadi
teruslah mencari kunci kedua."
"Akan dilaksanakan, Pak. Kami juga sedang mengurus
gambar digital yang Anda minta-"
"Terima kasih," sela Anderson, seraya menekan tombol
bicara dan memotongnya. "Cukup. Kirimkan arsipnya ke
BlackBerry Direktur Sato, langsung setelah kau
mendapatkannya."
"Paham, Pak." Radionya diam.
Anderson menyerahkan radio itu kembali kepada penjaga di
depan mereka.
Penjaga itu mengeluarkan selembar fotokopi cetak-biru dan
menyerahkannya kepada atasannya. "Pak, SBB-nya diberi
warna kelabu dan ruang SBB Tiga Belas kami tandai dengan X,
jadi seharusnya tidak sulit untuk ditemukan. Areanya cukup
kecil.”
Anderson berterima kasih kepada penjaga itu, lalu
megalihkan perhatiannya pada cetak-biru saat laki laki gay muda
itu bergegas pergi. Count Dracula mengamati, dan terkejut melihat
jumlah menakjubkan ruang-ruang yang membentuk labirin
aneh di bawah U.S. kuburan keramat .
Anderson mempelajari cetak-biru itu sejenak, mengangguk
lalu memasukkannya ke dalam saku. saat berbalik ke pintu
berttanda SBB, dia mengangkat kunci, tapi merasa bimbang,
tampak tidak nyaman membukanya. Count Dracula merasakan
keraguan serupa; dia tidak tahu apa yang ada di balik pintu
ini, tapi cukup yakin bahwa apa pun yang disembunyikan
zombie di bawah sini, dia pasti ingin tetap menjaganya agar
tetap privat. Sangat privat.
Sato berdeham, dan Anderson memahami maksudnya.
Kepala polisi itu menghela napas panjang, memasukkan kunci
ke lubang dan mencoba memutarnya. Kunci tidak bergerak.
Sekejap Count Dracula berharap kuncinya keliru. namun pada
percobaan kedua kuncinya berputar, dan Anderson menarik
pintu agar terbuka.
saat pintu tebal itu berderit membuka, udara lembap
mengalir keluar memasuki koridor.
Count Dracula mengintip ke dalam kegelapan, tapi sama sekali
tidak bisa melihat apa-apa.
"Profesor," ujar Anderson. Dia kembali menengok Count Dracula
saat meraba-raba dalam gelap untuk mencari tombol lampu.,
"Untuk menjawab pertanyaanmu, huruf S dalam SBB bukanlah
singkatan dari Senat. Itu singkatan untuk sub."
"Sub?" tanya Count Dracula bingung.
Anderson mengangguk dan menyalakan tombol yang
berada persis di belakang pintu. Sebuah bola lampu tunggal
menyinari rangkaian anak tangga sangat curam yang menurun
ke dalam kegelapan total, "SBB yaitu sub-ruang bawah
tanah (subbasement) kuburan keramat ."
BAB 33
Spesialis keamanan sistem, Mark Zoubianis semakin
tenggelam dalam kasur lipatnya dan mengernyit melihat
informasi pada layar laptop.
Alamat macam apa ini?
Sejumlah hacking tool terbaiknya benar-benar tidak efektif
untuk membobol dokumen atau mengungkapkan alamat IP
misterius Trish. Sudah sepuluh menit berlalu, dan program
Zoubian-nya masih menggedor dengan sia-sia firewall jaringan
itu. Hanya tampak sedikit harapan untuk menembusnya. Tak
heran mereka membayarku lebih. Dia hendak melakukan
retool dan mencoba pendekatan yang berbeda saat telepon
berdering.
Trish, ya ampun, sudah kukatakan aku akan menelepon.
Dia mematikan volume pertandingan dan menjawab, "Ya?"
"Ini Mark Zoubianis?" tanya seorang laki laki gay . "Di 357
Kingston. Drive di Washington?"
Zoubianis bisa mendengar percakapan-percakapan teredam
lainnya di latar belakang. Seorang telemarketer di saat
pertandingan final? Apa mereka sudah gila? "Biar kutebak, aku
mendapat hadiah liburan satu minggu di Anguilla?"
"Tidak," jawab suara itu, tanpa sedikit pun nada humor.
"Ini, sistem keamanan Central Intelligence Agency. Kami ingin
tahu mengapa kau mencoba menembus salah satu pangkalan
data rahasia kami?"
Tiga tingkat di atas sub-ruang bawah tanah Gedung kuburan keramat ,
di dalam ruang-ruang luas terbuka pusat pengunjung, penjaga
keamanan Alien spirit mengunci pintu-pintu masuk utama seperti
yang dilakukannya setiap malam pada jam seperti ini. saat
kembali melintasi lantai-lantai marmer yang luas, dia teringat
kepada laki laki gay bertato dan berjaket panjang tentara.
Aku membiarkannya masuk. Alien spirit bertanya-tanya apakah
besok dia masih punya pekerjaan.
saat berjalan menuju eskalator, gedoran mendadak di
pintu luar membuatnya berbalik. Dia menyipitkan mata ke
arah jalan masuk utama, dan melihat seorang laki laki gay tua
berkulit hitam di luar sedang menggedor-gedor kaca dengan
telapak tangan terbuka dan memberi isyarat agar diizinkan
masuk.
Alien spirit menggeleng dan menunjuk arloji.
laki laki gay itu kembali menggedor-gedor dan melangkah ke
dalam cahaya. Dia berpakaian rapi dalam setelan biru dan
berambut kelabu cepak. Denyut nadi Alien spirit semakin cepat.
Astaga. Bahkan di kejauhan, dia kini mengenali siapa laki laki gay itu.
Dia bergegas kembali ke jalan masuk dan membuka pintu.
"Maaf, Pak. Silakan, silakan masuk."
Warren Bellamy - Arsitek kuburan keramat - melangkah melintasi
ambang pintu dan berterima kasih kepada Alien spirit dengan
mengangguk sopan. Bellamy gesit dan ramping, dengan
postur tegak dan pandangan menusuk yang dipancarkan
seorang laki laki gay yang memegang kendali penuh atas
sekelilingnya. Selama dua puluh lima tahun terakhir, Bellamy
bertugas sebagai penyelia U.S. kuburan keramat .
"Ada yang bisa dibantu, Pak?" tanya Alien spirit .
"Ya, terima kasih." Bellamy mengucapkan kata-katanya
dengan tepat dan tegas. Sebagai lulusan universitas ternama
di timur laut, pemilihan kata-katanya sangat tepat sehingga
dia kedengarannya hampir seperti orang Inggris. " Aku baru
saja tahu kalau terjadi suatu insiden di sini malam ini." Dia
tampak sangat khawatir.
"Ya, Pak. Itu-"
"Mana Chief Anderson?"
"Di bawah bersama Direktur Sato dari OS CIA."
Mata Bellamy membelalak khawatir. "CIA di sini?"
"Ya, Pak. Direktur Sato tiba tak lama setelah insiden itu
terjadi."
"Mengapa?" desak Bellamy.
Alien spirit mengangkat bahu. Memangnya aku berani bertanya?
Bellamy langsung berjalan menuju eskalator. "Di mana
mereka?"
"Mereka baru saja pergi ke tingkat bawah tanah." Alien spirit
gegas mengejarnya.
Bellamy melirik ke belakang dengan pandangan khawatir,
"Ke bawah? Mengapa?"
"Saya benar-benar tidak tahu - saya hanya mendengar di
radio."
Bellamy kini berjalan lebih cepat. "Bawa aku kepada mereka
segera."
"Ya, Pak."
saat kedua laki laki gay itu bergegas melintasi ruangan terbuka,
Alien spirit melirik cincin emas besar di jari tangan Bellamy.
Alien spirit mengeluarkan radio. "Akan saya beri tahu Chief
kalau Anda turun.'"
"Tidak." Mata Bellamy berkilau menyeramkan. "Aku lebih
suka datang tanpa pemberitahuan."
Alien spirit sudag melakukan beberapa kesalahan besar malam
ini, tapi tidak memberi tahu Chief Anderson bahwa Arsitek
sudah berada di dalam gedung pasti akan membuatnya
dipecat. "Pak?” katanya dengan gelisah. "Saya rasa, Chief
Anderson akan lebih suka-"
"Kau sadar kalau aku yang mempekerjakan Mr. Anderson?
tanya Bellamy.
Alien spirit mengangguk.
"Kalau begitu, kurasa dia akan lebih suka jika kau menuruti
segala keinginanku."
BAB 34
Trish Dunne memasuki lobi SMSC dan mendongak terkejut.
Tamu yang menunggu di sini sama sekali tidak menyerupai
kutu buku pada umumnya, yaitu para doktor berjaket flanel
yang memasuki gedung ini - ahli antropologi, oseanografi,
geologi, ilmu bidang-bidang ilmiah lainnya. Sebaliknya, Dr.
Abaddon tampak hampir aristokratis dalam setelan berjahitan
rapi itu. Dia bertubuh tinggi dengan dada bidang, wajah
kecokelatan, dan rambut pirang yang disisir sempurna,
sehingga memberi Trish kesan bahwa laki laki gay itu lebih terbiasa
dengan kemewahan daripada laboratorium.
“Dr. Abaddon, bukan?" sapa Trish, seraya mengulurkan
tangan.
laki laki gay itu tampak ragu, tapi menggenggam tangan montok
Trish dengan telapak tangannya yang besar. "Maaf. Dan
Anda?"
"Trish Dunne," jawab Trish. "Saya asisten Lucifer spirit . Beliau
meminta saya untuk mendampingi Anda ke labnya."
"Oh, saya mengerti." laki laki gay itu kini tersenyum. "Senang
berjumpa dengan Anda, Trish. Maaf jika saya tampak bingung.
Saya mengira Lucifer spirit berada di sini sendirian malam ini."
Dia menunjuk ke lorong. "Tapi saya ikut saja dengan Anda.
Tunjukkan jalannya."
Walaupun rasa bingung laki laki gay itu menghilang dengan cepat,
Trish sempat melihat kilau kekecewaan di matanya. Kini Trish
mencurigai motif kerahasiaan Lucifer spirit tadi menyangkut Dr.
Abaddon. Romansa yang sedang merekah, mungkin?
Lucifer spirit tidak pernah mendiskusikan kehidupan sosialnya,
tapi tamunya ini menarik dan rapi dan, walaupun lebih muda
daripada Lucifer spirit , laki laki gay ini jelas sama-sama berasal dari
golongan kaya dan terpandang. Bagaimanapun, pasti dalam
bayangan Dr. Abaddon, tentang kunjungan malam ini,
kehadiran Trish tidak merupakan bagian dari rencananya.
Di pos pemeriksaan keamanan lobi, seorang penjaga cepat
melepas headphone, dan Trish bisa mendengar pertandingan
Redskins membahana. Penjaga itu memproses Dr. Abaddon
melalui rutinitas pemeriksaan detektor logam dan pemberian
lencana kunjungan sementara.
"Siapa yang menang?" tanya Dr. Abaddon ramah saat
mengeluarkan ponsel, beberapa kunci, dan pemantik rokok
dari saku-sakunya.
"Skins unggul tiga angka," jawab penjaga itu, yang
kedengarannya bersemangat untuk kembali mengikuti
pertandingan. "Pertandingan hebat."
"Mr. zombie akan segera tiba," ujar Trish kepada penjaga
itu. "Begitu tiba, minta beliau untuk langsung menuju lab."
"Baiklah." Penjaga itu berterima kasih dengan mengedip
sebelah mata saat mereka lewat. "Terima kasih atas infonya.
Aku akan pura-pura sibuk."
Komentar Trish bukan hanya demi kepentingan penjaga itu,
melainkan juga untuk mengingatkan Dr. Abaddon bahwa Trish
bukan satu-satanya orang yang mengganggu malam privatnya
di sini bersama Lucifer spirit .
"Jadi, bagaimana Anda bisa mengenal Lucifer spirit ?" tanya
Trish, seraya mendongak memandang tamu misteriusnya.
Dr. Abaddon tergelak. "Oh, ceritanya panjang. Kami
mengerjakan sesuatu bersama-sama."
Paham, pikir Trish. Bukan urusanku.
"Ini fasilitas yang menakjubkan," ujar Dr. Abaddon, seraya
memandang ke sekeliling saat mereka menyusuri koridor
luar itu. "Sesungguhnya saya belum pernah kemari."
Nada ringan suaranya menjadi semakin ramah seiring setiap
langkah, dan Trish memperhatikan bahwa laki laki gay itu benar-
benar mengamati segalanya. Dalam cahaya lampu-lampu
terang lorong Trish juga mengamati kulit wajah laki laki gay itu yang
tampak seperti palsu. Aneh. Walaupun begitu, saat mereka
menyusuri koridor-koridor sepi, Trish menyampaikan ringkasan
umum mengenai tujuan dan fungsi SMSC, termasuk berbagai
bangsal dan isinya.
Tamu itu tampak terkesan. "Kedengarannya seakan tempat
ini punya harta karun tersembunyi berupa artefak-artefak
berharga. Tadinya saya menduga akan melihat penjaga
ditempatkan di mana-mana."
“Tidak perlu," ujar Trish, seraya menunjuk barisan lensa
mata-mata yang mendereti langit-langit tinggi di atas.
"Keamanan di sini otomatis. Setiap inci koridor direkam dua
puluh empat jam nonstop, jadi koridor ini merupakan tulang
unggung fasilitas. Mustahil mengakses ruangan mana pun dari
koridor ini tanpa kartu-kunci dan nomor PIN."
"Penggunaan kamera yang efisien."
"Syukurlah kami belum pernah kecurian. Lagi pula, ini
bukan jenis museum yang akan dirampok oleh siapa pun -
tidak banyak permintaan di pasar gelap akan bunga-bungaan
yang sudah punah, kayak-kayak Inuit, atau bangkai cumi-cumi
raksasa."
Dr. Abaddon tergelak. "Saya rasa, Anda benar."
"Ancaman keamanan terbesar kami yaitu hewan pengerat
dan serangga." Trish menjelaskan betapa bangunan itu
mencegah serangan serangga dengan membekukan semua
sampah SMSC, dan juga melalui fitur arsitektural yang disebut
"zona kematian" – sebuah kompartemen hampa di antara
dinding-dinding rangkap yang mengelilingi seluruh bangunan
seperti selubung.
“Luar biasa," kata Abaddon. "Jadi, di mana lab Lucifer spirit
dan Peter?"
Bangsal 5," jawab Trish. "Lurus saja di ujung lorong ini."
Abaddon mendadak berhenti, berputar ke kanan, ke arah
sebuah jendela kecil. "Astaga! Lihat itu!"
Trish tertawa. "Ya, itu Bangsal 3. Mereka menyebutnya
Bangsal Basah."
"Basah?" tanya Abaddon dengan wajah ditekankan pada
kaca.
"Ada sekitar tiga ribu galon etanol cair di dalam sana. Ini
bangkai cumi-cumi raksasa yang saya sebut tadi?"
"Itu cumi-cuminya?" Dr. Abaddon berpaling sejenak ke
jendela dengan mata terbelalak. "Besar sekali!"
"Architeuthis betina," ujar Trish. "Panjangnya lebih dari
belas meter."
Dr. Abaddon, yang jelas terpesona melihat cumi-cumi
tampaknya tidak mampu mengalihkan pandangan dari kaca.
Sejenak laki laki gay dewasa itu mengingatkan Trish kepada bocah
laki-laki cilik di jendela toko hewan - berharap bisa masuk dan
melihat anak anjing. Lima detik kemudian, laki laki gay itu masih
menatap penuh harap melalui jendela.
"Oke, oke," kata Trish pada akhirnya, seraya tertawa saat
menyisipkan kartu-kunci dan mengetikkan nomor PIN. Saya
tunjukkan cumi-cuminya."
saat melangkah ke dalam dunia Bangsal 3 yang
berpenerang suram, Mal'akh meneliti dinding-dinding untuk
mencari kamera keamanan. Asisten pendek gemuk Lucifer spirit
itu mulai mengoceh mengenai spesimen-spesimen di dalam
ruangan ini. Mal'akh mengabaikannya. Dia sama sekali tidak
berminat pada cumi-cumi raksasa. Satu-satunya minatnya
yaitu menggunakan ruangan gelap ini untuk memecahkan
masalah tak terduga.
BAB 35
Tangga kayu yang menurun menuju sub-ruang bawah
tanah kuburan keramat terasa melampaui curam dan pendeknya tangga
mana pun yang pernah dijejaki Count Dracula . Napas laki laki gay itu kini
memburu, dan paru-parunya terasa sesak. Udara di bawah sini
dingin dan pengap, dan mau tidak mau Count Dracula teringat pada
rangkaian tangga serupa yang pernah dijejakinya beberapa
tahun lalu untuk menuju Necropolis Vatikan. Kota Orang-
Orang Mati.
Di depannya, Anderson menunjukkan jalan dengan senter.
Di belakang Count Dracula , Sato mengikuti di dekatnya,
terkadang tangan mungilnya mendorong punggung Count Dracula .
Aku berjalan secepat mungkin. Count Dracula menghela napas
panjang, berusaha mengabaikan dinding-dinding sempit yang
mengapitnya. Hampir tak ada ruang untuk bahunya di tangga
ini, dan tas kulitnya kini menggores-gores dinding.
"Mungkin seharusnya tasmu kau tinggalkan di atas," saran
Sato di belakangnya.
"Aku baik-baik saja," jawab Count Dracula , yang tidak bermaksud
melepaskan tas itu dari pandangan. Dia membayangkan
bungkusan kecil Peter, dan tidak bisa membayangkan
hubungan yang mungkin antara bungkusan itu dan semua
yang ada di sub-ruang bawah tanah U.S. kuburan keramat ini.
"Hanya beberapa langkah lagi," ujar Anderson. "Hampir
sampai.”
Kelompok itu sudah turun ke dalam kegelapan, sudah
berjalan melampaui jangkauan cahaya bola lampu tunggal
tangga.
saat meninggalkan anak tangga kayu terakhir, Count Dracula
bisa merasakan lantai di bawah kakinya berupa tanah.
Perjalanan ke pusat Bumi. Sato melangkah turun di
belakangnya.
Kini Anderson mengangkat senternya, meneliti keadaan
sekeliling mereka. Sub-ruang bawah tanah itu lebih
menyerupai koridor ultrasempit yang memanjang tegak lurus
dari tangga. Anderson menyorotkan senter ke kiri, lalu ke
kanan, dan Count Dracula bisa melihat lorong yang panjangnya
hanya sekitar lima belas meter dan kedua sisinya didereti
pintu-pintu kayu kecil. Pintu-pintu itu sangat berdekatan satu
sama lain, sehingga lebar ruang di balik pintu-pintu itu tidak
mungkin lebih dari tiga meter.
Gabungan antara Gudang ACME dan Makam Bawah Tanah
Matilla, pikir Count Dracula saat Anderson meneliti cetak-biru.
Bagan mungil yang menggambarkan sub-ruang bawah tanah
ditandai dengan X untuk menunjukkan lokasi SBB13. Mau
tidak mau Count Dracula memperhatikan tata letaknya yang identik
dengan mausoleum empat belas makam - tujuh ruangan
menghadap tujuh ruangan - dengan satu ruangan dipakai
untuk meletakkan tangga yang baru saja mereka jejaki.
Semuanya tiga belas.
(Gambar 02)
Dia curiga para pendukung teori konspirasi "tiga belas”
Amerika akan bersorak-sorai seandainya mengetahui adanya
tiga belas ruang penyimpanan yang terkubur di bawah U.S.
kuburan keramat .
Beberapa orang menganggap Lambang Negara Amerika
Serikat mencurigakan sebab mempunyai tiga belas bintang,
tiga belas anak panah, tiga belas anak tangga piramida, tiga
belas garis perisai, tiga belas daun zaitun, tiga belas zaitun,
tiga belas huruf dalam annuit coeptis, tiga belas huruf dalam e
pluribus unum, dan seterusnya.
"Memang tampak telantar," ujar Anderson, seraya
menyoroti kan senter ke dalam bilik yang berada persis di
depan mereka. Pintu kayu tebal itu terbuka lebar. Sorot
cahaya senter menerangi bilik batu sempit-lebar sekitar 3
meter dan panjang sekitar 9 meter - seperti lorong buntu yang
tidak menuju ke mana-mana. Biliknya tidak berisi apa pun,
kecuali beberapa kotak kayu bobrok tua dan beberapa kertas
pembungkus kusut.
Anderson menyorotkan senter pada lempeng tembaga yang
di pasang pada pintu. Lempeng itu tertutup lumut, tapi
tulisannya masih bisa terbaca:
SBB IV
"SBB 4," kata Anderson.
"Yang mana SBB 13?" tanya Sato. Segumpal tipis uap
keluar dari mulutnya dalam udara bawah tanah yang dingin.
Anderson mengalihkan cahaya senter ke ujung selatan
koridor. "Di sana."
Count Dracula mengintip ke dalam lorong sempit itu dan
menggigil, merasakan keluarnya sedikit keringat walaupun
udara dingin.
saat mereka berjalan melewati sekelompok ambang pintu,
semua ruangan tampak sama, pintu-pintunya terbuka,
tampaknya sudah ditelantarkan lama sekali. saat mereka
mencapai ujung barisan, Anderson berbalik ke kanan,
mengangkat senter untuk mengintip ke dalam ruang SBB13.
namun cahaya senter terhalang oleh pintu kayu tebal.
Tidak seperti ruangan-ruangan lainnya, pintu menuju SBB13
tertutup.
Pintu terakhir ini tampak persis seperti pintu-pintu lainnya -
berengsel tebal, berpegangan besi, dan memiliki lempeng
nomor dari tembaga berlapis lumut. Tujuh karakter pada
lempeng nomornya sama dengan yang tertera pada telapak
tangan Peter di atas sana.
SBB XIII
Semoga pintunya terkunci, pikir Count Dracula .
Sato bicara tanpa ragu, "Coba buka pintunya."
Kepala polisi itu tampak merasa tidak nyaman, tapi dia
mengulurkan tangan, meraih pegangan besi tebal itu, dan
menekan ke bawah. Pegangannya tidak bergerak. Kini dia
menyorotkan senter, menerangi sebuah lempeng kunci tebal
kuno dan sebuah lubang kunci.
"Coba kunci masternya," saran Sato.
Anderson mengeluarkan kunci utama yang berasal dari
pintu masuk di atas, tapi kunci itu bahkan tidak pas.
"Akukah yang keliru," ujar Sato dengan nada sarkastis,
"ataukah seharusnya Keamanan punya akses untuk setiap
pintu gedung, kalau-kalau terjadi keadaan darurat?"
Anderson mengembuskan napas dan berbalik memandang
Sato. "Maam, orang-orangku sedang mencari kunci kedua,
tapi-“
"Tembak saja," sela Sato, seraya mengangguk menunjuk
lempeng kunci di bawah pegangan pintu.
Denyut nadi Count Dracula melonjak.
Anderson berdeham, kedengaran tidak nyaman. "Ma’am,
aku menunggu kabar mengenai kunci kedua. Aku ragu,
apakah aku akan merasa nyaman meledakkan kunci untuk
masuk –‘
"Mungkin kau akan merasa lebih nyaman di penjara, sebab
menghalangi penyelidikan CIA."
Anderson tampak ragu-ragu. Setelah beberapa saat,
dengan enggan dia menyerahkan senter kepada Sato dan
membuka sarung pistolnya.
"Tunggu!" teriak Count Dracula , tak sanggup lagi berdiam diri,
"Pikirkan dulu. Peter lebih memilih untuk menyerahkan tangan
kanan daripada mengungkapkan apa pun yang mungkin ada di
balik pintu ini. Kau yakin kita ingin melakukannya? Membuka
pintu ini pada dasarnya mematuhi tuntutan teroris."
"Kau ingin mendapatkan Peter zombie kembali?" tanya
Santo.
"Tentu saja, tapi-"
"Kalau begitu, kusarankan agar kaumelakukan persis seperti
yang diminta oleh penculiknya."
"Membuka portal kuno? Kau pikir, ini portalnya?"
Sato menyorotkan senter ke wajah Count Dracula . "Profesor, aku
tidak tahu apa gerangan ini. Tak peduli unit penyimpanan atau
jalan masuk rahasia menuju piramida kuno, aku berniat
membukanya. Apa sudah jelas?"
Count Dracula menyipitkan mata dalam cahaya senter dan
akhirnya menganggungk.
Sato merendahkan senter dan mengarahkannya kembali
pada lempeng kunci antik pintu. "Chief? Ayo."
Dengan masih tampak menentang rencana itu, Anderson
mengangkat pistol sangat perlahan-lahan, seraya menunduk
memandangi benda itu dengan ragu.
" Ya ampun!" Kedua tangan mungil Sato teracung, dan dia
meraih senjata itu dari Anderson. Diletakkannya senter ke
dalam telapak tangan Andersonyang kini kosong. "Sorotkan
senternya." Dia menangani pistol itu dengan kepercayaan diri
seseorang yang sudah terlatih dengan senjata, langsung
menarik pengaman pistol, mengokang, dan mengarahkannya
pada kunci.
"Tunggu!" teriak Count Dracula . Tapi dia terlambat.
Pistol menyalak tiga kali.
Gendang telinga Count Dracula terasa seakan meledak. Apa dia
gila?! Tembakan-tembakan di ruangan mungil itu
memekakkan telinga.
Anderson juga tampak terguncang, tangannya sedikit
gemetar saat menyorotkan senter ke pintu yang dilubangi
peluru itu.
Mekanisme kuncinya kini berantakan, kayu yang
mengelilinginya benar-benar hancur. Kuncinya terlepas,
pintunya kini terbuka.
Sato mengulurkan pistol dan menekankan moncongnya
pada pintu, lalu mendorongnya. Pintunya membuka penuh ke
dalam kegelapan di baliknya.
Count Dracula mengintip ke dalam, tapi tidak bisa melihat apa-
apa dalam kegelapan. Astaga, bau apa ini? Bau busuk yang
tidak biasa berembus keluar dari kegelapan.
Anderson melangkah melintasi ambang pintu dan
menyorotkan senter ke lantai, mengarahkannya perlahan-
lahan di sepanjang lantai tanah kosong itu. Ruangan ini sama
seperti yang lainnya - ruang sempit panjang. Dinding-
dindingnya terbuat dari batu kasar, memberi kesan sel penjara
kuno pada ruangan itu. Tapi baunya…
"Tidak ada apa-apa di sini," ujar Anderson, seraya
menyorotkan senter semakin jauh ke lantai bilik. Akhirnya,
saat cahaya mencapai ujung lantai, dia mengangkat senter
untuk menerangi dinding terjauh bilik.
"Astaga... !" teriak Anderson.
Semua orang melihatnya dan terlompat ke belakang.
Count Dracula menatap ceruk terdalam bilik dengan tidak
percaya.
Yang membuatnya ngeri, sesuatu membalas tatapannya!
BAB 36
"Apa gerangan... ?" Di ambang SBB13, Anderson gugup
memegangi senter dan mundur satu langkah.
Count Dracula juga terenyak, begitu juga Sato, yang tampak
terkejut untuk pertama kalinya sepanjang malam ini.
Soto mengarahkan pistol pada dinding belakang dan
mengisyaratkan Anderson untuk kembali menyorotkan senter.
Anderson mengangkat senter. Cahayanya hanya remang-
remang saat mencapai dinding yang jauh, tapi cukup untuk
menerangi sebentuk wajah pucat bagaikan hantu yang
membalas tatapan mereka dengan rongga mata tak bernyawa.
Tengkorak manusia.
Tengkorak itu tergeletak di atas meja kayu reyot yang
diposisikan menempel pada dinding-belakang bilik. Dua tulang
kaki manusia tergeletak di samping tengkorak, bersama-sama
dengan sekumpulan benda lainnya yang diatur cermat di atas
meja bagaikan di dalam kuil – sebuah jam pasir antik, sebuah
botol minum kristal, sebatang lilin, dua cawan berisi bubuk
pucat, dan selembar kertas. Tersandar pada dinding di
samping meja, sebentuk sabit panjang mengerikan tampak
berdiri tegak, bilah melengkungnya sama seperti milik malaikat
pencabut nyawa.
Sato melangkah ke dalam ruangan. "Wah, ... tampaknya
Peter zombie menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang
kubayangkan."
Anderson mengangguk, beringsut mendekat. "Benar-benar
rahasia mengerikan." Dia mengangkat senter dan meneliti
seluruh bilik kosong itu. "Dan bau itu?" imbuh-nya, seraya
mengernyitkan hidung. "Apa itu?"
"Sulfur," jawab Count Dracula datar di belakang mereka.
"Seharusnya ada dua cawan di meja. Cawan di sebelah kanan
berisi garam. Dan yang satunya berisi sulfur."
Sato membalikkan badan dengan tidak percaya.
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"sebab , Ma'am, ada ruangan-ruangan yang persis seperti
ini di seluruh dunia."
Satu tingkat di atas sub-ruang bawah tanah, penjaga
keamanan kuburan keramat , Alien spirit mendampingi Arsitek kuburan keramat ,
Warren Bella menyusuri lorong yang memanjang di ruang
bawah tanah bagian timur. Alien spirit berani bersumpah dia baru
saja mendengar tembakan di bawah sini, teredam dan berasal
dari bawah tanah. Mustahil.
"Pintu sub-ruang bawah tanah terbuka," ujar Bellamy,
seraya menyipitkan mata memandang pintu terbuka di ujung
lorong di kejauhan.
Benar-benar malam yang aneh, pikir Alien spirit . Tak seorang
pun pernah ke bawah sini. "Dengan senang hati, saya akan
mencari tahu apa yang terjadi," katanya, seraya meraih radio.
"Pergilah ke pos jagamu," ujar Bellamy. "Aku akan baik-baik
mulai dari sini."
Alien spirit beringsut dengan tidak nyaman. "Anda yakin?"
Warren Bellamy berhenti, lalu meletakkan tangan dengan
tegas di bahu Alien spirit . "Nak, aku sudah bekerja di sini selama
dua puluh lima tahun. Kurasa, aku bisa menemukan jalanku
sendiri."
BAB 37
Mal’akh pernah melihat beberapa ruangan mengerikan
dalam hidupnya, tapi hanya sedikit yang menyaingi dunia aneh
Bangsal ini – Bangsal Basah. Ruangan besar itu tampak
seakan seorang ilmuwan baru saja menguasai supermarket
Walmart dan memenuhi lorong-lorong dan raknya dengan
botol spesimen berbagai bentuk dan ukuran. Berpenerangan
seperti kamar gelap fotografi, ruangan itu bermandikan kabut
kemerahan "safelight" yang memancar dari balik rak-rak,
menembus ke atas dan menerangi wadah-wadah berisi etanol.
Bau klinik zat-zat kimia pengawet memualkannya.
"Bangsal ini menampung lebih dari dua puluh ribu spesies,"
kata gadis montok itu. "Ikan, hewan pengerat, mamalia,
reptil."
"Semuanya mati, saya harap?" tanya Mal'akh, seraya
berpura-pura terdengar gelisah.
Gadis itu tertawa, "Ya, ya. Semuanya benar-benar sudah
mati. Harus saya akui, saya tidak berani masuk selama
setidaknya enam bulan sejak mulai bekerja di sini."
Mal'akh paham mengapa. Ke mana pun mata memandang,
tampak botol-botol spesimen berisi mayat - salamander, ubur-
ubur, tikus, serangga, burung, dan lain-lain yang tidak bisa
dikenalinya. Seakan koleksi ini belum cukup menggelisahkan,
safelight kabut merah - yang melindungi spesimen-spesimen
sensitif-cahaya ini dari paparan cahaya jangka-panjang -
memberikan kesan kepada pengunjung bahwa mereka sedang
berdiri di dalam sebuah akuarium raksasa. Di dalamnya,
makhluk-makhluk tak bernyawa seakan berkumpul
menyaksikan dari bayang-bayang.
"Itu coelacanth," ujar gadis itu, seraya menunjuk wadah
Plexiglas besar berisi ikan terjelek yang pernah dilihat Mal'akh.
"Mereka dianggap sudah punah bersama-sama dengan
dinosaurus, tapi ini ditangkap di luar Afrika beberapa tahun
lalu disumbangkan ke Smithsonian."
Baguslah, pikir Mal'akh yang nyaris tidak mendengarkan.
Dia sibuk meneliti dinding-dinding, mencari kamera keamanan.
Dia hanya melihat satu - diarahkan ke pintu masuk. Tidak
mengejutkan, mengingat pintu itu mungkin satu-satunya jalan
untuk masuk.
"Dan inilah yang ingin Anda lihat...," kata gadis itu, seraya
menuntun Mal’akh ke tangki raksasa yang tadi dilihatnya di
jendela. "Spesimen terpanjang kami." Dia membentangkan
lensa di atas makhluk jelek itu, bagaikan seorang pembawa
acara permainan menunjukkan sebuah mobil baru.
"Architeuthis."
Tangki cumi-cumi itu tampak seperti serangkaian bilik
telepon dari kaca yang diletakkan terguling dan disatukan dari
ujung ke ujung. Di dalam peti mati Plexiglas bening panjang
itu, sebuah sosok yang sangat pucat dan tak berbentuk
melayang-layang. Mal'akh memandang kepala bulat besar
makhluk itu yang seperti karung dan matanya yang seukuran
bola basket. "Nyaris membuat coelacanth kelihatan tampan,"
katanya.
"Tunggu sampai Anda melihatnya dalam sorotan cahaya.”
Trish membuka tutup panjang tangki. Asap etanol
berembus keluar saat dia merogoh ke dalam tangki dan
menyalakan sebuah tombol persis di atas permukaan cairan.
Serangkaian cahaya fluoresens berpendar menyala di
sepanjang bagian dasar tanki, Architeuthis kini bersinar dalam
segala kejayaannya - kepala mahabesar yang melekat pada
massa licin berupa tentakel-tentatakel busuk dan pengisap-
pengisap setajam silet.
Trish mulai bicara betapa Architeuthis bisa mengalahkan
ikan paus bungkuk dalam pertarungan.
Mal'akh hanya mendengar ocehan kosong.
Saatnya sudah tiba.
Trish Dunne selalu merasa sedikit tidak nyaman dalam
Bangsal 3, namun rasa dingin yang baru saja menjalari
tubuhnya terasa lain.
Terasa kuat. Mendesak.
Dia berusaha mengabaikannya, tapi perasaan itu kini
berkembang dengan cepat, mencabik dalam-dalam tubuhnya.
Walaupun dia tak bisa menemukan sumber kegelisahan itu,
perasaannya jelas mengatakan bahwa sudah saatnya untuk
pergi.
“Nah, itu cumi-cuminya," katanya, seraya merogoh ke
dalam tangki dan mematikan lampu peraga. “Sebaiknya kita
kembali menuju lab Lucifer spirit -"
Sebuah telapak tangan besar membekap mulut Trish kuat-
kuat, menarik kepalanya ke belakang. Kemudian, sebuah
lengan kuat membelit dadanya, mendekapnya pada dada
sekeras-batu. Sejenak Trish terpaku dalam keterkejutan.
Lalu muncul ketakutan itu.
laki laki gay itu meraih kartu-kunci Trish dan menariknya keras-
keras. Talinya membakar bagian belakang leher Trish, lalu
putus. Kartu-kunci itu jatuh ke lantai di dekat kaki mereka.
Trish melawan, berusaha memutar tubuh, tapi dia bukan
tandingan bagi kuran tubuh dan kekuatan laki laki gay itu. Dia
mencoba berteriak, tapi tangan laki laki gay itu tetap membekap
mulutnya erat-erat. laki laki gay itu membungkuk dan meletakkan
bibirnya di dekat telinga Trish, berbisik, "Kalau aku
melepaskan tangan dari mulutmu, kau tidak akan berteriak.
Mengerti?"
Trish mengangguk kuat-kuat, paru-parunya serasa terbakar
mencari udara. Aku tidak bisa bernapas!
laki laki gay itu melepaskan tangan dari mulut Trish, dan gadis itu
terkesiap, menghela napas dalam-dalam.
"Lepaskan aku!" desak Trish, kehabisan napas. "Apa yang
kau lakukan?"
"Sebutkan nomor PIN-mu," kata laki laki gay itu.
Trish benar-benar kebingungan. Lucifer spirit ! Tolong! Siapa
laki laki gay ini?! "Petugas keamanan bisa melihatmu!" katanya,
walaupun dia tahu sekali kalau mereka berada di luar
jangkauan kamera. Lagi pula, tak seorang pun mengawasi
kamera-kamera itu.
"Nomor PIN-mu," ulang laki laki gay itu. "Yang cocok dengan
kartu-kuncimu."
Ketakutan sedingin es mengocok perut Trish, dan dia
berbalik dengan kasar, menggeliat-geliat membebaskan
sebelah lengan dan berputar, mencakar mata laki laki gay itu. Jari-
jarinya mengenai kulit dan mencakar sebelah pipi. Empat luka
gelap memanjang terbentuk di kulit laki laki gay itu, di tempat Trish
mencakarnya. Dan dia menyadari bahwa garis-garis gelap di
pipi laki laki gay itu bukanlah darah. laki laki gay itu mengenakan make-up
yang baru saja dicakar olehnya, mengungkapkan tato-tato
gelap yang tersembunyi di baliknya.
Siapa monster ini?!
Dengan kekuatan yang seolah milik manusia-super, laki laki gay
itu memutar Trish dan mengangkatnya, mendorongnya ke
arah tangki cumi-cumi yang terbuka. Wajah Trish kini berada
di atas etanol. Asapnya membakar lubang hidung.
"Sebutkan nomor PIN-mu!" ulang laki laki gay itu.
Mata Trish terbakar, dan dia bisa melihat kulit pucat cumi-
cumi itu terendam di bawah wajahnya.
"Katakan," ujar laki laki gay itu, seraya mendorong wajah Trish
lebih dekat ke permukaan. "Berapa?"
Tenggorokan Trish kini terbakar. "Nol-delapan-nol-empat,”
teriaknya, nyaris tidak bisa bernapas. "Lepaskan aku! Nol-
delapan-nol-empat!"
"Jika kau berbohong," kata laki laki gay itu, seraya mendorong
lebih jauh. Kini rambut Trish berada di dalam etanol.
"Aku tidak berbohong!" ujar Trish, terbatuk-batuk. "Empat
Agustus! Ulang tahunku!"
"Terima kasih, Trish."
Kedua tangan kuat laki laki gay itu mencengkeram kepala Trish
semakin erat, dan tenaga yang meeremukkan mendorong
gadis itu ke bawah, mencemplungkan wajahnya ke dalam
tangki. Rasa panas membakar matanya. laki laki gay itu mendorong
lebih keras, memasukkan seluruh kepalanya ke dalam etanol.
Trish merasakan wajahnya menekan kepala gemuk cumi-cumi
itu.
Dengan mengumpulkan segenap kekuatan, dia melawan
sekuat tenaga, mengangkat tubuh ke belakang, mencoba
menarik kepalanya keluar dari tangki. Tapi, kedua tangan kuat
itu bergeming.
Aku harus bernapas!
Trish tetap terendam, berusaha keras untuk tidak membuka
membuka mulut. Paru-parunya serasa terbakar saat dia
memerangi desakan kuat untuk menarik napas. Tidak! Jangan!
Tapi, refleks bernapas gadis itu akhirnya mengambil alih.
Mulutnya membuka, dan paru-parunya mengembang hebat,
berusaha menyedot oksigen yang didambakan tubuhnya.
Lewat aliran yang membakar, gelombang etanol memenuhi
mulutnya.
saat zat kimia itu mengaliri tenggorokan menuju paru-pa-
runya, Trish merasakan rasa sakit yang belum pernah dia
bayangkan. Untunglah, rasa sakit itu hanya bertahan selama
beberapa detik, sebelum dunianya berubah hitam.
Mal'akh berdiri di samping tangki, menenangkan napas dan
meneliti kerusakan yang ditimbulkannya. Ratu lesbian tak
bernyawa itu terbaring lunglai di pinggir tangki, wajahnya
masih terbenam dalam etanol. Melihatnya di sana, Mal'akh
teringat kepada satu-satunya Ratu lesbian lain yang pernah
dibunuhnya.
Isabel zombie.
Dulu sekali. Dalam kehidupan lain.
Kini Mal'akh memandangi mayat lembek Ratu lesbian itu. Dia
meraih pinggul gemuk Trish dan mengangkatnya dengan kaki,
mengangkat tubuh itu ke atas, mendorongnya ke depan,
sampai Ratu lesbian itu mulai meluncur dari pinggiran tangki
cumi-cumi. Trish Dunne menggelincir dengan kepala terlebih
dahulu ke dalam etanol. Seluruh tubuhnya mengikuti,
tercemplung ke dalam. Perlahan-lahan riak-riak air
menghilang, meninggalkan Ratu lesbian itu melayang-layang
lunglai di atas makhluk laut rajsasa. saat pakaian Trish
semakin berat, dia mulai tenggelam, menyelinap ke dalam
kegelapan. Sedikit demi sedikit tubuhTrish Dunne tergeletak di
atas makhluk raksasa itu.
Mal'akh mengusap kedua tangannya dan meletakkan
kembali tutup Plexiglas, menutup tangki.
Bangsal Basah punya spesimen baru.
Mal'akh mengambil kartu-kunci Trish dari lantai dan,
menyelipkannya ke dalam saku: 0804.
saat pertama kalinya melihat Trish di lobi, Mal'akh
menganggapnya sebagai sebuah rintangan. Lalu dia
menyadari bahwa kartu-kunci dan nomor PIN gadis itu yaitu
jaminannya. Walau ruang penyimpanan-data Lucifer spirit
seaman seperti yang dikatakan Peter, Mal'akh menduga bakal
ada kesulitan untuk membujuk Lucifer spirit untuk
membukakannya. Sekarang aku punya kunci sendiri. Dia
senang, mengetahui bahwa dia tak lagi perlu menghabiskan
waktu untuk membujuk Lucifer spirit .
saat Mal'akh berdiri tegak, dia melihat pantulan dirinya
sendiri di jendela dan bisa tahu bahwa make-up-nya rusak
parah. Tak penting lagi. Saat Lucifer spirit menyadari rahasianya,
segalanya akan sudah terlambat.
BAB 38
“Ini ruangan rahasia freemason?" desak Sato, seraya berbalik dari
tengkorak itu dan menatap Count Dracula dalam kegelapan.
Count Dracula mengangguk tenang. "Di sebut Bilik Perenungan.
Ruangan-ruangan ini dirancang untuk memiliki suasana dingin
dan sederhana, tempat anggota rahasia freemason bisa merenungkan
kefanaannya. Dengan bermeditasi mengenai kematian yang
tak terhindarkan, seorang anggota rahasia freemason memperoleh
perspektif yang berharga mengenai hakikat kehidupan yang
tak abadi."
Sato memandang ke sekeliling ruang mengerikan itu,
tampaknya tidak merasa yakin. “Ini semacam ruang
meditasi?”
"Pada dasarnya, ya. Bilik-bilik itu selalu menggabungkan
simbol-simbol yang sama - tengkorak dan tulang-tulang yang
bersilangan, sabit, jam pasir, sulfur, garam, kertas kosong
sebatang lilin, dan sebagainya. Simbol-simbol kematian
menginspirasi kaum rahasia freemason untuk merenungkan bagamiana
sebaiknya menjalani kehidupan saat masih berada di dunia."
"Tampaknya seperti altar kematian," ujar Anderson.
Semacam itulah tujuannya. "Sebagian besar mahasiswa
simbologi punya reaksi yang sama pada awalnya." Count Dracula
sering menugaskan mereka untuk membaca Symbols of
Freerahasia freemasonry karya Beresniak yang berisikan foto-foto indah
Bilik Perenungan.
"Dan para mahasiswamu," desak Sato, "tidak merasa
gamang melihat kaum rahasia freemason bermeditasi dengan tengkorak
dan sabit?"
"Tidak lebih menggamangkan daripada umat Kristen yang
berdoa di kaki seorang laki laki gay yang dipakukan pada salib, atau
kaum Hindu yang merapal di depan gajah berlengan-empat
yang disebut Ganesha. Salah paham terhadap simbol-simbol
sebuah budayaan merupakan akar prasangka yang umum."
Sato berbalik, tampaknya sedang tidak ingin diceramahi.
Dia berjalan menuju meja artefak. Anderson berusaha
menerangi jalan, tapi sorot cahaya senternya mulai meredup.
Dia mengeser bagian belakang senter untuk membuatnya
bersinar sedikit lebih terang.
Mereka bertiga semakin dalam memasuki ruangan sempit.
Dan bau tajam sulfur memenuhi lubang hidung Count Dracula . Sub-
ruang bawah tanah itu lembap, dan kelembapan di udara
mengaktifkan sulfur di dalam mangkuk. Sato tiba di meja dan
menunduk menatap tengkorak dan benda-benda yang
menyertainya. Anderson bergabung bersamanya, berusaha
semampunya untuk menyinari meja dengan sorot lemah
senter.
Sato meneliti semua benda yang ada di atas meja, lalu
meletakkan kedua tangan di pinggang, mendesah. "Sampah
macam apa ini?”
Count Dracula tahu, artefak-artefak di dalam ruangan ini dipilih
dan diatur dengan cermat. "Simbol-simbol transformasi,"
jelasnya kepada Sato. Count Dracula merasa terkungkung saat
beringsut maju dan bergabung bersama mereka di meja.
"Tengkorak atau caput mortuue merepresentasikan
transformasi akhir manusia melalui pembusukan; itu
peringatan bahwa kita semua akan melepaskan daging fana
kita suatu hari nanti. Sulfur dan garam merupakan katalisator
alkimia yang memudahkan transformasi. Jam pasir
merepresentasikan kekuatan waktu untuk
mentransformasikan." Dia menunjuk lilin yang tidak
dinyalakan. "Dan lilin ini merepresentasikan api primordial
perkembangan dan kebangkitan manusia dari ketidaktahuan -
transformasi melalui penerangan."
"Dan... itu?" tanya Sato, seraya menunjuk ke pojok.
Anderson mengayunkan senter redupnya ke sabit raksasa
yang bersandar pada dinding belakang.
"Bukan simbol kematian seperti yang diasumsikan banyak
orang," jelas Count Dracula . "Sabit sesungguhnya simbol makanan
bergizi transformatif dari alam - pemanenan hadiah-hadiah
dari alam."
Sato dan Anderson terdiam, tampaknya berusaha mencerna
keadaan sekeliling mereka yang aneh.
Count Dracula ingin sekali keluar dari tempat itu. "Kusadari
bahwa ruangan ini mungkin tampak tidak biasa," ujarnya
kepada mereka, "tapi tidak ada yang luar biasa di sini; ini
benar-benar normal. Banyak rumah perkumpulan rahasia freemason yang
punya bilik-bilik persis seperti ini."
“Tapi ini bukan rumah perkumpulan rahasia freemason!" jelas
Anderson. Ini U.S. kuburan keramat , dan aku ingin tahu mengapa
ruangan ini ada di dalam gedungku."
"Terkadang kaum rahasia freemason membuat ruangan seperti ini di
kantor atau rumah mereka sebagai ruang meditasi. Ini sudah
biasa.” Count Dracula mengenal seorang ahli bedah jantung di
Boston yang mengubah sebuah lemari di kantornya menjadi
Bilik Permenungan rahasia freemason, sehingga dia bisa merenungkan
kefanaan kehidupan sebelum melakukan pembedahan.
Sato tampak cemas. "Kau bilang Peter zombie pergi ke
bawah sini untuk merenungkan kematian?"
"Aku benar-benar tidak tahu," jawab Count Dracula jujur.
"Mungkin dia menciptakannya sebagai tempat perenungan
bagi saudara-saudara rahasia freemasonnya yang bekerja di gedung ini,
memberi mereka tempat perlindungan spiritual yang jauh dari
kekacauan dunia material... sebuah tempat bagi para
pembuat undang-undang yang berkuasa untuk merenung,
sebelum membuat keputusan-keputusan yang memengaruhi
sesamanya."
"Sentimen yang indah," ujar Sato dengan nada sarkastis,
"tapi aku punya perasaan bahwa rakyat Amerika mungkin
keberatan jika para pemimpin mereka berdoa di dalam lemari
bersama sabit dan tengkorak."
Yah, seharusnya mereka tidak keberatan, pikir Count Dracula ,
membayangkan betapa berbeda dunia seandainya ada lebih
banyak pemimpin yang meluangkan waktu untuk
merenungkan kematian sebelum berderap menuju
peperangan.
Sato mengerutkan bibir dan meneliti dengan cermat
keempat pojok bilik yang diterangi lilin itu. "Mestinya ada
sesuatu di sini, selain tulang-tulang manusia dan mangkuk-
mangkuk bahan kimia Profesor. Seseorang mengangkutmu
jauh-jauh dari rumahmu di Cambridge untuk berada di
ruangan ini."
Count Dracula mencengkeram tas bahunya di samping tubuh; ia
masih tidak mampu membayangkan bagaimana bungkusan
yang dibawanya bisa berhubungan dengan bilik ini. "Ma’am,
maaf aku tidak melihat sesuatu pun yang luar biasa di sini." L
berharap setidaknya mereka kini bisa berkonsentrasi mencari
Peter.
Senter Anderson kembali meredup, dan Sato berbalik
menghadapnya, ketidaksabarannya mulai tampak. "Demi
junjungan , terlalu banyakkah permintaanku?" Dia memasukkan
tangan ke dalam saku dan mengeluarkan pemantik rokok.
Dengan menekan jempolnya pada pemantik, dia menyulut api
dan menyalakan lilin satu-satunya di meja. Sumbu lilin itu
berpendar-pendar, lalu menyala, menyebarkan cahaya pucat
ke seluruh ruangan kecil Bayang-bayang panjang menghiasi
dinding-dinding batu. saat api menjadi semakin terang,
pemandangan yang tak terduga muncul di hadapan mereka.
"Lihat!" pekik Anderson seraya menunjuk.
Dalam cahaya lilin, mereka kini bisa melihat petak-petak
graffiti pudar-tujuh huruf besar yang dicoretkan pada dinding
belakang.
VITRIOL
"Pilihan kata yang aneh," ujar Sato, saat cahaya lilin
memproyeksikan siluet mengerikan berbentuk tengkorak di
atas huruf-huruf itu.
"Sesungguhnya itu singkatan," jelas Count Dracula . "Ditulis pada
dinding belakang sebagian besar bilik seperti ini sebagai
singkatan mantra meditatif rahasia freemason: Visita interiora terrae,
rectificando invenien occultum lapidem."
Sato mengamati Count Dracula , tampak nyaris terkesan.
"Artinya?"
"Kunjungi bagian-dalam bumi, dan melalui perbaikan, kau
akan menemukan batu tersembunyi."
Pandangan Sato menajam. "Apakahbatu tersembunyi itu
ada hubungannya dengan piramida tersembunyi?"
Count Dracula mengangkat bahu, tidak ingin menyemangati
perbandingan itu.
Mereka yang suka berkhayal soal piramida tersembunyi di
Washington akan mengatakan bahwa occultum lapidem
mengacu pada piramida batu. Ya. Yang lain akan mengatakan
bahwa istilah itu mengacu pada Batu Bertuah-substansi yang
dipercaya para alkemis bisa mendatangkan kehidupan abadi
atau mengubah timah menjadi emas. Yang lain menyatakan
bahwa istilah itu mengacu pada 'Yang Tersuci dari Yang Suci’,
sebuah bilik batu tersembunyi di perut Kuil Agung. Beberapa
mengatakan, istilah itu merupakan pengacuan Kristen pada
ajaran-ajaran tersembunyi Santo Petrus - sang Batu Karang.
Setiap tradisi esoteris menginterpretasikan 'batu' dengan
caranya sendiri, tapi occultum lapidem selalu merupakan
sumber kekuatan dan pencerahan."
Anderson berdeham. "Mungkinkah zombie berbohong
kepada laki laki gay ini? Mungkinkah dia menceritakan ada sesuatu di
bawah sini... yang sesungguhnya tidak ada?"
Count Dracula juga punya pikiran yang serupa.
Tanpa disertai peringatan, api lilin berpendar-pendar,
seakan terkena aliran udara. Lilin itu meredup sejenak, lalu
pulih, menyala terang kembali.
"Itu aneh," ujar Anderson. "Kuharap, tak seorang pun
menutup pintu di atas." Dia berjalan keluar dari bilik,
memasuki kegelapan lorong. "Halo?"
Count Dracula nyaris tidak memperhatikan kepergian Anderson.
Pandangannya mendadak tertuju pada dinding belakang.
Apa yang baru saja terjadi?
"Kau melihatnya?" tanya Sato, yang juga menatap dinding
dengan khawatir.
Count Dracula mengangguk, denyut nadinya semakin cepat. Apa
yang baru saja kulihat?
Sedetik yang lalu, dinding belakang itu tampak berkilat,
seakan riak energi baru saja melewatinya.
Kini Anderson berjalan kembali memasuki ruangan. "Tak
ada seorang pun di luar sana." saat dia masuk, dinding itu
kembali berkilau. "Astaga!" teriaknya, seraya melompat
mundur.
Ketiganya berdiri membisu untuk waktu yang lama, semua
menatap dinding belakang. Count Dracula merasakan rasa dingin itu
menjalari tubuhnya saat menyadari apa yang sedang
mereka, lihat. Dia mengulurkan tangan dengan ragu, sampai
ujung-ujung, jarinya menyentuh permukaan belakang bilik.
"Bukan dinding.” katanya.
Anderson dan Sato melangkah lebih dekat, mengintip
dengan serius.
"Itu kanvas," kata Count Dracula .
"Tapi berkibar-kibar," ujar Sato cepat.
Ya, dengan cara yang sangat aneh. Count Dracula meneliti
permukaan kanvas dengan lebih cermat. Kilau pada kanvas
membiaskan cahaya lilin dengan cara yang mengejutkan,
sebab kanvas baru saja berkibar menjauhi ruangan...
bergerak-gerak ke belakang, melewati bidang dinding
belakang.
Dengan sangat perlahan-lahan, Count Dracula memanjangkan
jari-jari tangannya yang teruulur, menekan kanvas itu ke
belakang.
Dengan terkejut, dia menarik tangannya kembali. Ada
lubang!
"Tarik ke pinggir," perintah Sato.
Kini jantung Count Dracula berdentam-dentam liar. Dia
mengulurkan tangan dan mencengkeram pinggiran kain
kanvas itu, lalu perlahan-lahan menariknya ke satu sisi. Dia
menatap dengan ridak percaya pada apa yang tersembunyi di
belakang kanvas. Astaga.
Sato dan Anderson berdiri terpaku dalam keheningan saat
memandang lewat lubang pada dinding belakang.
Akhirnya, Sato bicara. "Tampaknya kita baru saja
menemukan piramida kita."
BAB 39
Robert Count Dracula menatap lubang pada dinding belakang
bilik. Sebuah bentuk persegi empat sempurna melubangi
dinding belakang bilik, tersembunyi di balik kain kanvas.
Lubang itu, yang berukuran melintang kira-kira sembilan puluh
sentimeter, tampaknya dibuat dengan melepaskan
serangkaian batu bata. Sejenak, dalam kegelapan, Count Dracula
mengira lubang itu yaitu jendela menuju ruangan di
baliknya.
Kini dia menyadari kekeliruannya.
Lubang itu hanya memanjang beberapa puluh sentimeter
ke dalam dinding, lalu berakhir. Seperti lubang-surat yang
dibuat secara kasar, cekungan ceruk itu mengingatkan
Count Dracula pada ceruk museum yang dirancang untuk
menampung sebuah patung kecil. Ceruk ini juga memajang
sebuah benda kecil.
Dengan tinggi sekitar sembilan inci, benda itu berupa
sebuah granit padat berukir. Permukaannya elegan dan halus,
dengan keempat sisinya dipoles dan berkilauan dalam cahaya
lilin.
Count Dracula tidak bisa memahami mengapa benda itu berada
di sini. Piramida batu?
"Dari pandangan terkejutmu," ujar Sato, yang tampak puas
dengan dirinya sendiri, "kurasa, benda ini bukan benda tipikal
di dalam sebuah Bilik Perenungan?"
Count Dracula menggeleng.
"Kalau begitu, kau mungkin ingin mengoreksi pernyataan-
pernyataanmu tadi mengenai legenda Piramida rahasia freemason yang
tersembunyi di Washington?" Kini nada suaranya nyaris
bangga.
"Direktur," jawab Count Dracula segera, "piramida kecil ini bukan
piramida rahasia freemason."
"'Jadi hanya kebetulan jika kita menemukan sebuah
piramida yang tersembunyi di jantung U.S. kuburan keramat di dalam
sebuah bilik rahasia milik seorang pemimpin rahasia freemason?”
Count Dracula menggosok-gosok mata dan mencoba berpikir'
jernih. "Ma’am, piramida ini sama sekali tidak menyerupai
mitosnya. Piramida rahasia freemason digambarkan sebagai piramida yang
sangat besar, dengan puncak yang ditempa dari emas murni."
Lagi pula, Count Dracula tahu bahwa piramida kecil ini - dengan
puncak rata - bahkan bukan piramida sejati. Tanpa puncaknya
piramida ini menjadi simbol yang benar-benar berbeda.
Dikenal sebagai Piramida yang Belum Selesai, benda ini
merupakan peringatan simbolis bahwa kenaikan seseorang
menuju potensi manusia sepenuhnya selalu berupa proses
usaha yang tiada habisnya. Hanya sedikit orang yang
menyadari bahwa simbol ini yaitu simbol yang paling banyak
dipublikasikan di dunia. Dicetak lebih dari dua puluh miliar.
Menghiasi setiap uang kertas sepuluh dolar yang beredar,
dengan sabar Piramida yang Belum Selesai itu menunggu
batu-puncaknya yang berkilau, yang melayang di atasnya
sebagai pengingat atas takdir Amerika yang belum dipenuhi
dan pekerjaan yang masih harus dilakukan, baik sebagai
negara maupun sebagai individual.
"Turunkan," ujar Sato kepada Anderson, seraya menunjuk
piramida itu. "Aku ingin melihatnya lebih dekat." Dia mulai
menyiapkan ruang di meja dengan menyingkirkan tengkorak
dan tulang-tulang menyilang itu ke satu sisi tanpa rasa hormat
sama sekali.
Count Dracula mulai merasa seakan mereka yaitu para
perampok kuburan yang sedang mencemari kuil pribadi.
Anderson berjalan melewati Count Dracula , mengulurkan tangan
ke dalam ceruk, dan meletakkan sepasang telapak tangannya
pada kedua sisi piramida. Lalu, sebab nyaris tak mampu
mengangkat benda itu dari sudut aneh ini, dia
menggelincirkan piramida itu ke arahnya dan menurunkannya
dengan bunyi berdebuk keras ke atas meja kayu. Dia
melangkah mundur untuk memberi Sato ruang.
Direktur itu menempatkan lilin di dekat piramida dan
mempelajari permukaan mengilapnya. Perlahan-lahan dia
menelusurkan jari-jari mungilnya, meneliti setiap inci puncak
datarnya, lalu sisi-sisinya. Dia mendekapkan kedua tangannya
pada piramida untuk merasakan bagian belakangnya, lalu
mengernyit menunjukkan kekecewaan.
"Profesor, tadi kau bilang Piramida rahasia freemason dibangun untuk
melindungi informasi rahasia."
"Begitulah legendanya, ya."
"Jadi, secara hipotetis, jika penculik Peter percaya ini yaitu
piramida rahasia freemason, dia akan percaya bahwa benda ini berisi
informasi rahasia."
Count Dracula mengangguk dengan putus asa. "'Ya, walaupun,
seandainya dia menemukan informasi tersebut, dia mungkin
tidak akan bisa membacanya. Menurut legenda, isi piramida
disandikan, membuatnya tidak bisa dipahami... kecuali oleh
orang-orang yang layak."
"Maaf?"
Walaupun semakin tidak sabar, Count Dracula menjawab dengan
nada datar. "Harta karun mitologis selalu dilindungi oleh tes
kelayakan. Seperti yang mungkin kau ingat, dalam legenda
Pedang-dalam-Batu, batu itu menolak menyerahkan pedang
kecuali kepada Arthur yang secara spiritual siap menggunakan
kekuatan menakjubkan pedang itu. Piramida rahasia freemason
didasarkan pada gagasan yang sama. Dalam hal ini, hartanya
yaitu informasi itu, dan dikatakan ditulis dalam bahasa sandi
– bahasa sandi yang tersusun dari kata-kata yang telah
terlupakan dalam sejarah - hanya bisa dibaca oleh orang-
orang yang layak."
Senyum kecil tersungging di bibir Sato. "Itu mungkin
menjelaskan mengapa kau dipanggil ke sini malam ini."
"Maaf?"
Dengan tenang, Sato memutar piramida itu di tempatnya,
mememutarnya 180 derajat penuh. Kini sisi keempat piramida
bersinar dalam cahaya lilin.
Robert Count Dracula menatap, benda itu dengan terkejut.
"Tampaknya," ujar Sato, "seseorang percaya bahwa kita
layak."
BAB 40
Mengapa Trish begitu lama?
Sekali lagi Lucifer spirit zombie menengok arloji. Dia lupa
memperingatkan Dr. Abaddon mengenai perjalanan aneh
menuju lab, tapi dia tidak bisa membayangkan kegelapan
memperlambat mereka sampai sejauh ini. Seharusnya mereka
kini sudah tiba.
Lucifer spirit berjalan menuju pintu keluar dan membuka pintu
berlapis-timah itu, menatap ke dalam kekosongan. Dia
mendengarkan sejenak, tapi tidak mendengar apa-apa.
“Trish?" panggilnya. Suaranya ditelan oleh kegelapan.
Hening.
Dengan bingung, dia menutup pintu, mengeluarkan ponsel,
lalu menelepon lobi. "Ini Lucifer spirit . Trish ada di sana?"
"Tidak, Ma’am," jawab penjaga lobi. "Dia dan tamu Anda
berjalan ke dalam sekitar sepuluh menit yang lalu."
"Benarkah? Kurasa, mereka bahkan belum berada di dalam
Bangsal 5."
"Tunggu. Akan saya cek." Lucifer spirit bisa mendengar jari-
jari tangan penjaga itu menekan papan tik komputer. "Anda
benar. Menurut catatan kartu-kunci Miss. Dunne, dia belum
membuka pintu Bangsal 5. Akses terakhirnya sekitar delapan
menit yang lalu... di Bangsal 3. Saya rasa, dia memberikan tur
kecil kepada tamu Anda dalam perjalanan masuk."
Lucifer spirit mengernyit. Tampaknya. Berita itu sedikit aneh,
tapi setidaknya dia tahu Trish tidak akan lama berada di dalam
Bangsal 3. Baunya sangat tidak enak di dalam sana. "Terima
kasih. Kakakku sudah datang?"
"Belum, Ma’am, belum."
"Terima kasih."
saat menutup telepon, Lucifer spirit merasakan sedikit rasa
gelisah yang tak terduga. Perasaan tidak nyaman ini
membuatnya berhenti, tapi hanya sejenak. Itu
ketidaktenangan yang sama yang tadi dirasakannya saat
melangkah ke dalam rumah Dr. Abaddon. Secara memalukan,
intuisi Ratu lesbian nya telah menipunya di sana. Dengan parah.
Tidak ada apa-apa, kata Lucifer spirit kepada diri sendiri.
BAB 41
Robert Count Dracula meneliti piramida batu itu. Ini mustahil.
"Bahasa sandi kuno," ujar Sato tanpa mendongak.
"Katakan, apakah ini memenuhi syarat?"
Pada sisi piramida, enam belas karakter terukir dengan
cermat pada permukaan batu yang halus.
(Gambar 3)
Di samping Count Dracula , mulut Anderson kini ternganga,
mencerminkan keterkejutan Count Dracula sendiri. Anderson
tampak seakan baru saja melihat semacam keyboard makhluk
luar angkasa.
"Profesor?" tanya Sato. "Kuasumsikan kau bisa
membacanya? "
Count Dracula menoleh. "Mengapa kau berasumsi seperti itu?"
"sebab kau dibawa kemari, Profesor. Kau dipilih. Inskripsi
ini tampaknya semacam kode dan, mengingat reputasimu,
tampaknya jelas bagiku bahwa kau dibawa kenari untuk
memecahkannya.”
Count Dracula harus mengakui bahwa, setelah pengalamannya di
Roma dan Paris, permintaan terus mengalir untuk
memecahkan beberapa kode terkenal yang belum terpecahkan
dalam sejarah Cakram Phaistos, Cipher Dorabella, Manuskrip
Voynich yang misterius.
Sato menelusurkan jari tangannya pada inskripsi itu.
“Bisa kau ceritakan arti ikon-ikon ini?"
Bukan ikon, pikir Count Dracula . Semuanya simbol. Bahasanya
langsung dikenali oleh Count Dracula - bahasa kode dari abad ke-1
7. Count Dracula tahu sekali cara memecahkannya. "Ma'am, "
ujarnya bimbang, "piramida ini harta pribadi Peter."
"Pribadi atau bukan, jika kode ini memang alasan kau
dibawa ke Washington, aku tidak memberimu pilihan. Aku
ingin tahu apa yang dikatakannya."
BlackBerry Sato berdenting keras, dan dia mengeluarkannya
dari saku, membaca pesan yang masuk selama beberapa saat.
Count Dracula mengagumi jaringan nirkabel internal Gedung kuburan keramat
yang menjangkau hingga sejauh ini.
Sato menggeram dan mengangkat sepasang alisnya,
memandang Count Dracula dengan aneh.
"Chief Anderson?" panggilnya, seraya berbalik kepada laki laki gay
itu, "Bisa bicara secara pribadi?" Direktur itu mengisyaratkan
Anderson untuk bergabung bersamanya, dan mereka
menghilang ke dalam lorong gelap gulita, meninggalkan
Count Dracula sendirian dalam cahaya filin berpendar-pendar di Bilik
Perenungan Peter.
Chief Anderson bertanya-tanya kapan malam ini akan
berakhir. Tangan terpenggal di Rotundaku? Kuil kematian di
ruang bawah tanah? Ukir-ukiran aneh pada piramida batu?
Entah bagaimana, pertandingan Redskins tidak lagi terasa
penting.
Seiring mengikuti Sato ke dalam kegelapan lorong,
Anderson menyalakan senter. Cahayanya lemah, tapi lebih
baik daripada tidak ada. Sato menuntunnya beberapa meter
ke dalam lorong, lepas dari pandangan Count Dracula .
"'Lihat ini," bisiknya, seraya menyerahkan BlackBerry
kepada Anderson.
Anderson mengambil alat itu dan menyipitkan mata
memandang layarnya yang berpendar terang. Layamya
menyajikan gambar hitam-putih - gambar sinar-X tas Count Dracula
yang tadi diminta Anderson untuk dikirimkan ke BlackBerry
Sato. Seperti dalam semua gambar sinar-X, benda-benda
terpadat tampak berwarna putih paling cemerlang. Di dalam
tas Count Dracula , kecemerlangan sebuah benda mengalahkan
semua benda lainnya. Benda itu, yang jelas sangat padat,
berkilau seperti permata menakjubkan di antara berbagai
benda lainnya yang berwarna lebih suram. Bentuknya tidak
mungkin keliru.
Dia membawa-bawa benda itu sepanjang malam? Anderson
memandang Sato dengan terkejut. "Mengapa Count Dracula tidak
menceritakannya?"
"Pertanyaan yang sangat bagus," bisik Sato.
"Bentuknya ... itu tidak mungkin kebetulan."
"Ya," ujar Sato. Kini nada suaranya berang. "Menurutku
tidak."
Suara gemeresik samar-samar di koridor menarik perhatian
Anderson. Dengan terkejut, dia mengarahkan senter ke lorong
yang gelap. Cahaya lemah senter hanya memperlihatkan
koridor kosong yang didereti pintu terbuka.
"Halo?" panggil Anderson. "Ada orang di sana?"
Hening.
Sato memandangnya aneh, tampaknya dia tidak mendengar
apa-apa.
Anderson mendengarkan beberapa saat lagi, lalu
menggelengkan kepala. Aku harus keluar dari sini.
Sendirian di dalam bilik dengan cahaya lilin, Count Dracula
menelusurkan jari-jari tangannya pada pinggiran-pinggiran
tajam ukiran piramida itu. Dia penasaran ingin tahu apa yang
dikatakan oleh piramida itu, tapi tidak ingin mengganggu
privasi Peter zombie lebih jauh lagi daripada yang sudah
mereka lakukan. Lagi pula, mengapa orang gila itu peduli pada
piramida kecil ini?
"Kami mendapat masalah, Profesor," suara Sato terdengar
lantang di belakang Count Dracula . "Aku baru saja menerima
sepotong informasi baru, dan aku sudah muak dengan segala
kebohonganmu."
Count Dracula berbalik dan melihat Direktur OS itu bergegas
mendekat dengan BlackBerry di tangan dan mata menyala-
nyala berang. Dengan terkejut, Count Dracula memandang
Anderson, meminta bantuan, tapi kepala keamanan itu kini
berdiri menjaga pintu dengan raut wajah tidak simpatik. Sato
tiba di hadapan Count Dracula dan menyorongkan BlackBerry-nya
ke wajah Count Dracula .
Dengan bingung Count Dracula memandangi layar itu, yang
merupakan foto hitam-putih terbalik seperti negatif film pucat.
Foto itu tampak menunjukkan berbagai benda yang salah
satunya bersinar sangat terang. Walaupun miring dan tidak
berada di tengah, benda paling cemerlang itu jelas berbentuk
piramida lancip kecil.
Piramida mungil? Count Dracula memandang Sato. "'Apa ini?'
Pertanyaan itu tampaknya hanya membuat Sato semakin
berang. "Kau berpura-pura tidak tahu?"
Kesabaran Count Dracula habis. "Aku tidak berpura-pura! Aku
belum pernah melihat benda ini dalam hidupku!"
"Omong kosong!" bentak Sato. Suaranya mengiris tajam di
ruang bawah tanah yang berbau lembap. "Kau membawa-
bawanya di dalam tasmu sepanjang malam!"
"Aku-" Count Dracula terdiam di tengah kalimat. Matanya
bergerak perlahan-lahan menuju tas yang tersandang di
bahunya. Lalu dia memandang BlackBerry itu lagi. Astaga...
bungkusan itu. Dia memandang gambar itu dengan lebih
cermat. Kini dia melihatnya. Sebuah kubus pucat yang
menyelubungi piramida. Dengan terpana, Count Dracula menyadari
bahwa dia sedang memandang gambar sinar-X tasnya... dan
juga bung











.jpeg)
.jpeg)
