Tampilkan postingan dengan label masalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label masalah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Desember 2022

masalah


Otot otot  menakjubkan dari
laki-laki  perkasa sudah berlalu
dari atas panggung. Meninggalkan pesona yang
sempat menyihir sebagian besar
penonton dalam galaunya
sendiri sendiri. Di sanasini
terdengar suara-suara
bergumam dalam
keanekaragamannya. 
"Aku merasa diriku mendadak
loyo. tidak ada apa apanya
sebagai laki-laki !" desah seseorang
pada teman di sebelahnya. 
Yang lain berkomentar, "Aku
juga bisa seperti mereka. Hanya
".?" 
Dan seorang istri berbisik pada
suaminya, "Makanya, Papa
harus rajin mengencangkan
otototot Papa. Biar aku betah di
tempat tidur!" 
Seorang wanita lesbian , lain lagi. "Hiii.
Ngeri ah! Bisabisa aku
pingsan!" 
saat  pengarah acara
memberitahu kini tiba
Gilirannya kaum wanita lesbian 
memperlihatkan kebolehan 
mereka, sontak tepuk tangan dan
suara bersuit-suit mulai muncul
memeriahkan suasana yang
sempat menjemukan. Memang,
sebetulnya  bagi sebagian
penonton yang menghadiri
kontes binaraga, tahap seleksi
menuju invitasi tingkat nasional
ini pertunjukan berikutlah yang
sangat ditunggu-tunggu. 
Inilah puncaknya! 
Riuh rendah applause 
pengunjung begitu penampil
pertama naik ke atas panggung.
Sementara itu, di belakang
panggung, binaragawan yang
menunggu giliran, sibuk
mengurus diri masing masing.
Ada yang bergabung dalam
kelompok, atau berdiskusi
dengan pendampingnya, dan
ada pula yang menyendiri
dengan wajah tegang. Namun
ada dua orang yang tetap
santai-santai saja. Termasuk
jessica , seorang binaragawan yang
sudah terhitung senior. 
jessica  hanya melakukan
gerakan-gerakan ringan sebagai
penunggu waktu, sambil
mengawasi saingansaingannya
yang berperilaku aneka ragam
itu. Rekan di sebelahnya,
agaknya juga ikut mengawasi,
lantas berkomentar dengan
suara direndahkan, "Kecantikan
tubuh. Itulah yang
ditonjolkannya. Bukan otot !" 
jessica  melirik ke wanita lesbian  Anggota  
yang dimaksud rekannya, lantas
tersenyum tipis, "Namanya juga
sebuah kontes. tiny !" 
"Memangnya kontes
kecantikan?" 
jessica  tertawa lembut. "Takut
dikalahkan tiny ?" 
tiny  pun mencibir, "Dia boleh
coba!" Lantas, ganti ia
melihat lihat  tubuh teman
bicaranya, lalu  berkomentar setengah iri,
"Kalau dengan Mbak jessica , aku
memang pikir-pikir..." 
Di atas panggung, Anggota  
Anggota   bergantian muncul dan
lalu  mundur ke belakang
panggung sambil tak lupa
melemparkan senyuman manis
atau kerlingan nakal ke arah
barisan juri dan para penonton
yang meng applause
penampilannya. 
lampu sorot yang terang
benderang kini menyinari kulit
mulus dan basah bagai
berminyak. Seorang Anggota  
tengah memperagakan
kebolehan otot ototnya.
Otot-otot yang nyaris sempurna.
Gerak tubuh seirama pula
dengan musik pengiring. 
Namun agaknya, Anggota   yang
ini ingin sekalian
memperagakan kebolehan
wajah, plus senjata lain sebagai
wanita, yaitu dada dan pinggul.
Mana kerling mata dan
senyuman bibir nampaknya
nakal pula. Mau tidak mau,
mengundang tepuk tangan dan
suitansuitan pengunjung yang
tidak kuasa menahan diri. 
Salah satu anggota juri bahkan
sampai mengeluarkan komentar.
Dengan logat Batak-nya yang
kental, "Bah! Dia itu mau
bertanding. apa mejeng!" 
Rekan-rekan sesama juri,
terpaksa menahan senyum. Dan
seorang juri wanita, malah
menambah dengan sindiran,
"Bilang saja naksir, Sitorus!" 
"Alaa, jangan macam-macam
pula kau ini ah!" seringai juri
yang dinamakan  Sitorus. 
Persis di belakang meja meja
juri, pada deretan terdepan kursi
kursi penonton, chucky  malah
duduk bermalas malas. Malah
tampak jelas, ia setengah
mengantuk. tidak terpengaruh
suasana di sekitar. saat 
orang lain ramai meng-applause
penampil di atas panggung, lain
justru menguap. Lebar,
selebarlebarnya. 
Dan di salah satu sudut
belakang panggung, seorang
wanita lesbian  belia mengerang gelisah,
"...... badanku gemetar!" 
Si wanita lesbian  yang sudah dibasahi
peluh dingin, manggut manggut
saja mendengarkan nasihat
pendampingnya. Namun
hasilnya tetap sia sia. Malah ia
tampak seperti orang
megap-mcgap. jessica  yang
kebetulan lewat untuk
mengambil handuknya, berkata
sambil tersenyum, "latihan
ototnya pelan-pelan saja, Dik
nyi girah .jangan dipaksakan ....!" 
Si wanita lesbian  belia mengangguk. 
Seraya melap keringat di
wajahnya, jessica  bertanya, "Takut
penonton. ya" Terutama. juri?" 
Begitu si wanita lesbian  mengangguk
lagi, jessica  pun menambahkan,
"Ah, tenang sajalah. Anggap
mereka semua itu cuma
gerombolan kambing!" 
"Mbak jessica  sih gampang,. . ."
sahut si wanita lesbian  masih tetap
umum. "Aku" Hanya seorang
pemula . ...!" 
Lalu tiba-tiba wajahnya
meringis. Dengan tubuh
setengah menekuk, ia tekapkan
tangan ke selangkangan, lalu
mengeluh, lirih. "Aduh. Aku
mendadak ingin ke jamban!" 
Terlambat. Gilirannya sudah
tiba! 
Alkisah, sebelum nomor Anggota  
nyi girah  dipanggil, penampil yang
sedang beraksi di panggung
rupanya agak lupa diri. Tahu
mendapat applause meriah,
bcrtambah-tambahlah genitnya.
saat  pamit mundur dengan
goyangan pinggul yang sengaja
dibuat gemulai, tangga turun tak
lagi diperhatikan. 
Sebelah kakinya menginjak
tempat yang salah. Dan,
terjerembablah dia! 
Riuh rendah suara penonton dan
keadaan yang sempat kacau
akibat terjerembabnya si cantik
genit itu, membuat nyi girah  semakin
gugup saja. 
Ia terpaksa harus didorong
pendampingnya naik ke atas
panggung. Bahkan sudah lewat
beberapa nada dari musik
pengiring, barulah ia bergerak
untuk memperagakan otot
ototnya. Malang. ia sudah 
sedemikian demam panggung.
Matanya kebetulan beradu
pandang dengan berpasang
pasang mata juri yang
memelototinya. Seakan akan
ingin mengeroyok lalu
membantai dirinya
beramai-ramai. 
Liuk tubuh nyi girah  pun berubah
tanpa aturan. 
tidak pula lagi seirama dengan
musik pengiring. Tiba-tiba, ia
melakukan peraga yang sangat
di luar kelaziman, tubuhnya
meliuk liuk keras. Sedemikian
rupa, sehingga nyaris
menunggingi para dewan juri
dan penonton. 
Saat nyi girah  menungging,
berkejaplah sinar sinar 
Lensa kamera wartawan peliput
pun mengabadikan
tunggingannya. 
Tentu saja ia serempak
mendapat sambutan riuh
rendah. Dan juri bermarga
Sitorus yang tadi cuma
bergumam, kini berkomentar
keras, "Bah! Melawak pula dia!
Sungguh tak lucu!" 
Rekannya sesama juri, tertawa
pendek. "Dia sih tidak , Sitorus.
Yang lucu malah kau !" 
Dan di belakang mereka, chucky 
membuka matanya. Melihat
dengan malas ke arah
panggung, bersungut panjang
pendek, lalu  melonjorkan
kakinya semakin malas. 
Di panggung, si penampil sudah
tak mampu lagi menguasai diri.
Ia sudah putus asa, dan
memutuskan mundur sebelum
waktunya. Tampak gugup dan
serba salah, nyi girah  pun
melangkah mundur
terbungkukbungkuk seraya
mendekap perut. 
Tiba di belakang panggung, tak
pelak lagi ia dimarahi  sang
pendamping, "Tolol! Apa-apaan
kau, nyi girah ?" 
nyi girah , si wanita lesbian  malang, merintih,
"Aku, aku... sudah tak tahan!" 
Si pendamping mencekal
lengannya dengan kuat, siap
meneruskan dampratan. Namun
tubuh si wanita lesbian  sudah keburu
lunglai. Tubuh mulus berotot itu
menempel di  tembok yang
disandarinya, sampai ke posisi
berjongkok. "Tolonglah. Aku
ingin ...." 
Dari arah panggung, terdengar
suara announcer dengan
bijaksana berusaha menetralisir
suasana riuh dari penonton,
"Harap dimaklumi. Anggota   yang
barusan mundur, agaknya
mengalami kram urat . . ..!"
Lantas ia mengumumkan
sekaligus memanggil nama
penampil berikut, yakni jessica  yang
tampak sudah siap tempur. 
Dan, itulah yang lalu 
terlihat. 
Ia tampil elegan dan penuh
percaya diri. Peragaan
otot-ototnya mengundang
kekaguman. Suasana yang 
tadinya ribut dan kacau oleh
polah nyi girah , perlahanlahan
berubah tenang .
Sementara di belakang
panggung, pendamping nyi girah 
bertanya cemas, "Benar itu"
Urat manamu yang kram,
nyi girah ?" 
"Aku tidak kram. Aku...." si
wanita lesbian  merintih setengah
menangis. 
Wajahnya yang pucat, anehnya,
tiba-tiba berubah semu merah.
Dari mulutnya terdengar
keluhan malumalu, "Wah ...!" 
Dan lantai di bawah tempatnya
jongkok pun sesaat  tampak
melembab, basah, lalu  ada
genangan mengalir. Si
pendamping membelalak
terperanjat. Sementara nyi girah ,
menekapkan kedua telapak
tangan, menutupi wajah saking
malunya. 
Di panggung, jessica  terus
memperlihatkan kemahirannya
sebagai seorang binaragawan
berpengalaman. 
Dan di deretan penonton
terdepan, dua orang pemuda
yang duduk di sebelah chucky ,
terdengar saling berdebat. 
Pemuda I, "Hem. Dia ini boleh
juga!" 
Pemuda II, "Sayang, sudah
umuran! Paling sedikit dia
sudah 35 an tahun!"
 
chucky  membuka matanya,
memperhatikan sejenak ke arah
panggung, lalu berkata
menimpali, "37 tahun, Nak. Itu
persisnya!" 
"Hampir nenek-nenek. Mana
bertampang jelek!" komentar
pemuda II, tak sedap. "Masih
tega teganya dia pamer rubuh
reotnya di depan umum!" 
chucky  hanya tersenyum dikulum.
Tanpa komentar. 
Yang berkomentar, malah
pemuda I, "Rent" Coba lihat tuh.
Dada dan pinggulnya, amboi.
Masih cukup aduhai. Membuat
tanganku gatal, ingin..." Pemuda
itu tak meneruskan
kata-katanya. Namun
maksudnya mudah saia
dipahami, jika dilihat pada
jari-jemari tangannya yang
mengusap, meremas,
mencengkeram di paha,
lebih-lebih saat  jessica  di
panggung, dengan peragaan
menantang nyata-nyata
memperlihatkan kebolehan
bagian-bagian tubuhnya yang
sensitif. Daya tarik paling khas
dari seorang wanita. 
chucky , masih dengan mata
setengah mengantuk, melirik ke
tangan yang merayap-rayap di
paha si Pemuda I. Lantas
setengah memiringkan tubuh ke
arah pemuda itu . Berniat
tenang. "Dia itu pernah meraih
beberapa kali juara, Nak.
Bahkan di tempat tidur!" 
"Oh ya?" Pemuda I merem
melek. 
"Mau tahu" BH nya ukuran 41.
Celana dalam, 39 ....!" 
Pemuda I menjilati bibirnya
sendiri, tampak semakin
bergairah. Sementara pemuda II
tertarik untuk bertanya,
"Agaknya kamu ini tahu luar
dalam tentang wanita lesbian  edan
di panggung itu?" 
Lebih dahulu  chucky  meluruskan
duduknya, yang bermalas malas
setengah mengantuk itu, baru
menjawab tenang. "Tentu saja,
anak cakep. Aku ini 'kan
suaminya .. ..!" 
Habis berkata demikian, chucky 
menyandar santai di kursinya.
Menguap lebar, lalu 
matanya dipejamkan, tanpa
tertarik untuk melihat reaksi
kedua orang pemuda di
sebelahnya. Lebih tidak tertarik
lagi untuk menikmati
penampilan istrinya di
panggung. Ia sudah sangat
mengantuk, dan lalu 
benar-benar tertidur pulas. 
chucky  tidak tahu berapa lama
waktu berlalu. 
Ia baru terjaga sesudah 
seseorang menepuk pundaknya
dari belakang, ditambah  bisikan
tajam, "Ay o, bangun. Kasih
tepuk tangan yang meriah untuk
istrimu !" 
Mendengar peringatan ini
serempak chucky  membuka
nyalang matanya, tegak dengan
Spontan. lalu 
Surat kabar di mejanya cepat
dilipat, sebab  pintu sudah
dibuka oleh seseorang tanpa
lebih dahulu  mengetuk. Salah
seorang rekan kerjanya muncul
dengan wajah serius dan
pertanyaan yang sama
seriusnya, "Punya waktu untuk
briefing darurat, Bung chucky ?" 
chucky  menjawab dengan
ber-semangat, "Permintaan
yang bagus. peniwise . Dan tepat
waktu "." la bangkit dari
mejanya. "Aku justru sedang
berharap untuk dapat melakukan
sesuatu yang lebih berarti
ketimbang tetek-bengek yang
menjemukan itu . . ..!" 
peniwise  mengernyitkan dahi,
"Tetek bengek?" 
Terlihat oleh chucky  bahwa berita
mengenai istrinya terpampang
jelas di atas mejanya.
Dibaliknya surat kabar itu agar
tak terlihat oleh rekan
sejawatnya. Sambil tersenyum
penuh rahasia. "Lupakanlah.
Dan katakan, apa
tantangannya?" 
peniwise  berjalan meninggalkan
tempatnya berdiri, diiringi chucky .
Ia menjelaskan, "Salah seorang
klien kita terlibat penggelapan
pajak!" 
"Oh"!
Mereka melewati ruang kerja
karyawan yang sibuk. 
"Nama kita memang bersih,"
peniwise  meneruskan. "namun 
beberapa bankir yang kita
hubungkan dengan 
klien kita itu, boleh jadi akan
meragukan kredibilitas kita!" 
"Ini bukan main-main kalau
begitu!" 
peniwise  manggut. 
Sesudah  melewati pintu terbuka
ke ruang rapat yang tampak
kosong melompong, mereka
berhenti di depan sebuah pintu
pribadi lainnya. Seperti saat 
masuk ke ruang kerja pribadi
chucky , peniwise  juga langsung
membuka pintu itu tanpa
mengetuk lebih dahulu . Suasana
ruang kerja yang nyaman segera
menyambut kedatangan mereka. 
syam kamaruzaman  tengah membaca
surat kabar di kursi tamu. Dan
sekretarisnya tampak sudah siap
dengan catatan. syam kamaruzaman 
segera meletakkan surat
kabarnya, begitu kedua orang
rekan sejawatnya masuk. la
tertawa ke arah chucky , dan
berkata riang, "Tak kunyana,
istrimu memiliki pantat yang
begitu indah, chucky !" 
chucky  melirik surat kabar di
tangan rekannya. Baru
lalu  menyahuti gurauan
rekan sejawatnya yang
bertampang periang itu. 
"Sialan kau, Tok. Yang kau lihat
itu 'kan pantat orang lain...!"
Lambung martini  juga punya hak.
Pelayan di rumah keluarga chucky 
itu sudah akan melompat ke
jamban, saat  musik bel
mengaung di seantero rumah.
Dengan wajah meringis ia
setengah berlarian membukakan
pintu depan. Yang pertama-tama
masuk, adalah majikan
wanita lesbian nya. 
jessica  kini lebih tenang, sesudah 
tiba di rumah sendiri. Ia melihat
ada rona aneh di wajah
pembantu rumah tangganya,
yang begitu membuka pintu
tampak mau lekas-lekas minggat
saja. 
"Ada apa dengan kau martini ?"
tanya jessica , masih bernada sedikit
jengkel. 
"Kebanyakan makan rujak,
Nyonya. Sore tadi..!", jawab
yang ditanya. 
Usai berkata demikian, martini  pun
ngacir ke koridor belakang. Dan
langsung lenyap di balik pintu
kamar mandi. 
jessica  hanya menggeleng
gelengkan kepala, lalu pergi ke
kamar tidur. 
Tanpa berganti pakaian. jessica 
terus saja menuju kamar mandi
yang berada satu ruangan
dengan kamar tidurnya. Dari
tadi jessica  ingin buang air kecil.
namun , barangkali terbawa
latah, sesudah  duduk di jamban.
pantatnya malas bangkit, sebab 
perut yang terasa kurang enak.
Jelas itu adalah sebab 
dorongan emosi 
Dan kejengkelan semata, namun
jessica  tak ambil peduli. la
bermaksud membuang pikiran
gundah dengan duduk santai di
jamban, sambil membaca
sebuah novel yang siang tadi
sebelum meninggalkan rumah ia
tinggalkan di kamar mandi. 
chucky  sudah memasukkan mobil
ke garasi. Mengunci garasi, lalu
pintu, terus berlari-lari kecil
menuju kamar tidur. Ia tak
melihat jessica  tak pula terlalu
memikirkannya. Langsung saja
chucky  melompat dan membuka
pintu kamar mandi. Terkunci
dari dalam! 
Tahu siapa di dalam, chucky 
mengerang, "Masih lama,
Mah?" 
Jawaban sengit ia terimalah,
"Cari saja tempat lain!" 
Berlari-larilah lagi chucky . Ke
koridor belakang, dan putus asa
begitu kamar mandi di sana pun
juga terkunci dari dalam. "Kau
itu martini " Cepat buka . . .!" 
Si pelayan menyahuti, "Aduh,
Tuan. Sabar sebentar. Lagi
mules nih...!" 
Tanpa sadar chucky  berteriak
sendiri. Keras, dan tanpa
alamat1 "Mengapa sih, semua
orang mendadak ingin berak"!" 
martini  terpaksa mengalah. 
Takut takut ia keluar dari kamar
mandi. Dan begitu chucky 
menyelinap masuk, dan pintu
belum 
sempat tertutup. martini  pun
berkata memelas, "jangan lama
lama, ya Tuan?" 
Pintu pun tertutup. ditambah 
suara tak sabar chucky  dari dalam,
"Mau sehari, mau setahun, ya
suka sukaku !" 
tidak berapa lama, memang, 
Keluar dari kamar mandi, chucky 
sudah kelihatan berwajah lega.
Barulah ia lihat wajah martini  yang
pucat pasi, masih menunggu di
luar pintu. chucky  pun baru ingat
bahwa ia tadi sudah  mengusir
pelayan wanita lesbian nya itu
dengan paksa. Perasaan iba
chucky  pun muncul. 
Katanya, "Maaf, martini . Kau
teruskanlah ".!" 
Ucapan yang sia-sia saja.
sebab , baru juga chucky 
membuka mulut. martini  sudah
lenyap dari hadapan
majikannya. Yang tinggal,
hanyalah suara pintu kamar
mandi ditutup secepatnya,
disusul erangan martini  dari
sebalik pintu, beroh-oh-oh dan
beraduh-aduh. namun kali ini
dengan nada lebih gembira. 
Masuk ke kamar tidur, chucky 
menemukan jessica  sudah rebah di
kasur. Sudah memakai 
kimono pula, dan santai santai
saja membaca novel yang belum
sempat ia selesaikan tadi di
kamar mandi. Hebatnya, jessica 
sengaja rebah dengan posisi
menyilangi tempat tidur. 
chucky  pun tak kuasa menahan diri
untuk mengomel. "Apa ranjang
yang sudah sempit ini mau kau
borong pula?" 
Tanpa mengalihkan mata dari
bukunya, jessica  berkata
mendengus, "Tadi, di gedung
pertunjukan, Papa toh sudah
tidur lebih dari cukup!" 
chucky  yang merasa terpojok,
terpaksalah menyingkir dari
kamar seusai dia berganti
pakaian. 
Mulanya ia akan bekerja di
ruang pribadinya, namun  sebab 
kepala pening gara-gara insiden
di gedung pertunjukan, chucky 
akhirnya memutuskan menonton
siaran televisi saja. Siaran
dalam negeri dengan sesaat 
membosankan chucky , terbukti
dari suara bersungutnya,
"Sepakbola sih sepakbola.
namun  mbok ya tengah malam
begini, jangan klub kelas dua!" 
Siaran luar negeri lewat antena
parabola, menambah perasaan
sebal chucky  pula. Beberapa kali
ia terus menggerutu panjang
pendek, "Ayo, terus. Teruuus.
Kalian makanlah iklan kalian
sampai perut kalian membusuk!"
namun  akhir kalimatnya itu
membuat chucky  tersenyum
sendiri. 
Ya, nanti semua kamar mandi
penuh! 
chucky  menggeleng, lantas
memadamkan televisi. Lalu
sambil kembali ke kamar tidur,
chucky  berharap barangkali
marahnya jessica  sudah sedikit
mengendur. Dan memang, di
atas ranjang jessica  sudah mulai
mengantuk dan sudah  pula
merubah posisi rebahnya.
Namun itu bukan berarti perang
dingin sudah selesai. Masih
terjadi acara tidur saling
punggung memunggungi,
tarik-menarik selimut, sampai
akhirnya chucky  terpaksa
meringkuk kedinginan. 
Tidur tanpa selimut." 
sisa-sisa perang dingin masih
terasa pagi hari esoknya. 
chucky , dengan pakaian siap pergi
ke kantor, tercenung
menghadapi meja makan. Ia
mengambil kursi untuknya lantas
bertanya pada pelayan yang
tengah menuangkan teh ke
cangkir, "Sudah kaubilangi
Nyonya agar sarapan pagi
sekarang, martini ?" 
"Sudah, Tuan," jawab si
pelayan, hormat. 
"lalu?" 
martini  meletakkan teko hati-hati,
baru menjawab,. "Nyonya nggak
ngomong apa-apa, Tuan.
Nyonya terus saja begini-begini
....!" Sambil martini 
memperlihatkan gerakan orang
mengangkat barbel tangan. 
Peragaan si pelayan begitu
bersemangat, membuat dadanya
yang montok terayun-ayun,
persis di depan batang hidung
majikannya. namun  chucky  yang
sedang gundah. tidak 
memperhatikan. 
"Sudah. Pergi sana. Bereskan
kamar kerjaku . . .." kata  chucky ,
lesu. 
martini  mengangguk lantas berlalu.
chucky  menyendokkan nasi goreng
ke piringnya, setengah melamun.
Di wajahnya ada bayangan
penyesalan. Ia mengambil
cangkir, dan seraya mencicipi
tehnya ia sempat melirik ke arah
lorong yang menuju kamar
latihan istrinya. Pintu ruang
latihan terbuka, namun ia tak
melihat jessica . Yang terdengar
hanya bunyi bersiut-siut,
sayup-sayup sampai. 
"Asyik main skipping sekarang,"
pikir chucky . Bertambah gundah. 
jessica  memang tengah melakukan
skipping di kamar latihan
pribadinya. 
Cahaya matahari pagi
menerobos masuk lewat jendela
yang terbuka lebar. Menerangi
permukaan lantai yang hampir
seluruhnya berlapis matras.
Tampak juga sebuah sportbike,
papan trap di satu sisi tembok,
beberapa peralatan mengangkat
beban dan benda benda lain
yang biasa dipergunakan atlit bi
naraga. Ada pula rak, penuh
dengan piala. Di tembok
lainnya, sejumlah tanda dan
piagam penghargaan, dan potret
potret berbingkai,
memperlihatkan jessica  dalam
berbagai pose saat 
pertunjukan maupun saat 
menerima piala kejuaraan.
Tembok kosong di sisi kiri 
kanan jendela, dihiasi pula
masing masing oleh satu poster
besar jessica  tengah memperagakan
otot ototnya, dan satu lagi poster
yang sama besar
memperlihatkan otot otot
menakjubkan dari Arnold
Swazenegger, itu binaragawan
dunia yang juga masyhur
sebagai bintang film dan
belakangan jadi Walikota. 
Seperti halnya si suami di meja
makan, jessica  juga melakukan
Skipping nyaris tanpa gairah. Ia
lalu  membuang seenaknya
tali Skipping-nya, lantas ganti
melakukan push up. Wajahnya
yang banjir peluh, juga
membayangkan penyesalan.
Akhirnya dia ter-telungkup,
dengan dagu berpangku kedua
punggung tangan. 
Tanpa sengaja, matanya
menatap ke arah poster berskala
Xl itu, mengawasi ketampanan
wajah Arnold, kejantanan
otot-ototnya. Mata jessica  lalu 
lama terpaut pada bagian tubuh
di bawah pinggang Arnold yang
memakai  celana latihan yang
paspasan itu. Dan sepasang
mata jessica , membuka lebih lebar.
Berbinar binar, didorong birahi
yang mulai mengusik. 
Di tempatnya duduk menungggu,
sebuah pisang ambon diambil
chucky  dari tempat buah di atas
meja makan. la mengupasnya
sebentar, namun  lalu 
memutuskan untuk tidak 
memakannya. Seleranya 
benar benar terbunuh. Bahkan
sarapan pagi di piringnya
banyak tersia sia. Ia lalu 
bangkit dari kursinya, masuk ke
kamar kerja untuk mengambil
tasnya. Saat itu si pelayan
tengah mengepel lantai ruang
kerja dimaksud. Pinggulnya
yang penuh padat menghadap ke
pintu masuk, setengah mencuat
ke atas. 
Dan, pinggul itu bergoyang
goyang dengan irama gemulai. 
chucky  sempat terpesona,
lalu  seraya menarik nafas
dalam ia batuk batuk kecil lantas
mengambil tas kerjanya dari
meja. Sambil berlalu
meninggalkan kamar kerja itu,
chucky  mengingatkan si pelayan,
"Bilangin Nyonya, jangan
membiarkan sarapan paginya
dingin!" 
martini  bangkit sambil menyahut,
"Saya, Tuan." 
Namun toh, saat  berjalan
menuju pintu depan, chucky 
akhirnya berubah pikiran.
Perang dingin tak boleh
dibiarkan berlarut-larut hanya
sebab  urusan tertidur saat 
sang istri tengah
memperlihatkan kebolehannya
di atas panggung. 
chucky  pun memutar tubuh dan
pergi menuju kamar latihan
istrinya. Ia lihat jessica  tengah
telungkup melamun di matras. 
Tegak di ambang pintu, chucky 
menegur, "Mah?" 
Ada gerakan mengejut di
punggung jessica  yang berkeringat.
Namun dengan cepat jessica  sudah 
menguasai diri, lantas
membalikkan rubuh ke posisi
mene-lentang dengan kepala
setengah tegak mengawasi
suaminya. 
?". aku berangkat dahulu , ya?"
chucky  berujar 
kaku. 
Sesaat , sepasang mata jessica 
berkilat misterius. lambat,
bibirnya terbuka.
Memperdengarkan suara rendah
setengah berbisik, "Pamit Sih
pamit, Pah. namun  ada aturannya,
kan?" 
chucky  memaksakan senyum di
bibir. Tas kerjanya diletakkan di
pintu masuk. Ia lalu 
melangkah ke dalam, berlutut,
lalu  membungkuk sedikit
untuk mengecup pipi kiri kanan
istrinya. Perang dingin berakhir
sudah. namun  agaknya perang
yang lain sudah menunggu. 
chucky  mengingatkan, "jangan
membiarkan sarapan pagimu
menjadi dingin, Mah." 
Sepasang mata jessica  berbinar
cemerlang. 
"Sarapan pagi!" bisiknya, lirih,
mengandung gairah. "Memang
itu yang kuinginkan. Sekarang!" 
Dan sebelum chucky  sempat
berpikir, jessica  bergerak sangat
cepat, bangkit dari matras
mendatangi sang suami. Galak,
pundak si suami dicengkeram.
Kejap
berikutnya, tubuh besar chucky 
sudah terbanting menelentang di
matras, dan jessica  sudah
mendudukinya. chucky  bertanya
megap mcgap, "Apa-apaan sih
Mamah ini?" Seraya merenggut
lepas dasi suaminya, jessica 
menjawab bernafsu, "Seperti
Papah bilang. Sarapan Pagi!" 
"namun  ...." 
Tak ada lagi namun . jessica  sudah
mengulum bibir sang suami,
dengan gairah berapi api, tanpa
memedulikan lagi alam dunia di
sekitarnya, sementara chucky 
hanya terdiam. Pasrah. 

Di luar rumah, terdengar
gonggongan keras seekor
anjing. 
Dan di kamar kerja, martini  si
pelayan melihat sesuatu di atas
meja, lantas berdesah sendirian,
"Wah. Tuan kelupaan
kacamatanya!" 
Kacamata majikannya diambiL
Lalu ia pergi ke jendela. Ada
dua mobil yang sudah siap
berangkat di pekarangan depan.
martini  tak melihat majikannya.
Yang terlihat hanya fredy krueger , si
supir kurus kerempeng, tengah
sibuk mengusir seekor anjing
kampung yang ribut
menggonggong dari arah luar
pintu gerbang. 
martini  meninggalkan jendela,
meninggalkan kamar kerja,
dengan kaca mata di satu
tangan. Matanya 
mencari-cari" tuannya. Dan
saat  pandangannya terantuk ke
meja makan, tampak olehnya
sebuah pisang ambon yang
kulitnya setengah terkupas. 
"Ketimbang mubazir!" gumam
martini  seraya menjemput pisang
ambon itu. 
Digigitnya sepotong, lalu
diteruskan mencari sang
majikan. Lalu ia melihat tas
kerja sang majikan laki lakinya
di pintu masuk kamar latihan
sang majikan wanita lesbian . martini 
pun bergerak ke sana, sambil
terus mengunyah. Menjelang
pintu kamar latihan yang
menganga lebar, ia gigit pisang
itu sekali lagi. Gigitan yang ini,
lalu  terhenti di mulut,
bersamaan dengan menegunnya
tubuh martini . 
Memandang ke ruang dalam
kamar latihan, sepasang mata
martini  membelalak. Sisa pisang
ambon di mulut, entah
bagaimana, bukannya digigit.
namun  berlahan-lahan didorong
masuk, setengah dihisap. 
Di luar rumah. fredy krueger  marah
besar. "Baik. Kau belum tahu
siapa aku ya?" 
Lantas dia pasang kuda-kuda,
disusul beberapa gerakan silat
sambil mulut berciat-ciat.
Sesaat , gonggongan si anjing
yang riuh rendah, menyepi
sendiri, lantas anjing itu dengan
cepat sudah lari terbirit birit.
fredy krueger  tertawa ngakak. Melirik ke
adoji lengan, menggeleng
gelengkan kepala, pintu mobil 
yang tadi kaca-kacanya diLap,
ia tutupkan lalu fredy krueger  masuk ke
dalam rumah. Anjing kampung
itu sudah ngacir entah ke mana.
namun  fredy krueger  masih keranjingan
pamer kebolehannya seraya
masuk ke rumah. 
Akan halnya martini , sungguh
malang benar. 
Sisa pisang ambon yang masih
cukup besar dan panjang, sudah
terlanjur masuk semuanya ke
dalam mulut, lalu nyangkut di
leher! Sekeuka martini  bernafas
megap-megap, wajahnya
memerah dan makin merah,
sementara bola matanya
bergerak liar, terputar balik.
Secara naluriah kacamata sang
majikan, masih dalam
sarungnya, tetap ia genggam
dengan satu tangan. Sementara
tangan lain melemparkan tak
peduli arah kulit pisang yang
melayang, yang lantas hinggap
di lantai ruang tengah. 
Dengan tangannya yang bebas
martini  memegangi lehernya. la
mundur, mundur terus menjauhi
pintu kamar latihan, berusaha
keras menyelamatkan nyawa.
Antara ingin memuntahkan atau
menelan apa yang nyangkut di
lehernya. Usaha yang sia-sia,
dan semakin membuatnya
tersiksa. 
fredy krueger  pun tiba di ruang tengah. 
Sebuah guci besar lolos dari
tendangan silatnya. Ia meloncat
gembira, namun  kali ini kakinya
tak lolos dari yang lain. Yakni,
kulit pisang ambon yang dari
tadi menanti dengan sabar. 
fredy krueger  pun terpeleset, namun
masih berusaha menahan
keseimbangan. Tubuhnya yang
limbung beradu dengan
punggung martini  yang mundur ke
arahnya. Tabrakan keras itu
membuat keduanya samasama
jatuh terduduk, setengah
terhempas di lantai. fredy krueger 
mengerang menahan sakitnya
tulang pinggul. Sebaliknya martini ,
justru bernafas lega tiada
terperi. sebab  terjatuh tadi,
yang nyangkut di leherny a
sudah masuk sekaligus ke dalam
perut. 
Merasa nyawanya diselamatkan
oleh fredy krueger , martini  lantas merangkul
dan menghadiahi si kurus
kerempeng itu dengan ciuman
hangat. "Terima kasih, Bang
fredy krueger  .Kau sudah  mengembalikan
nyawaku yang 
hampir pamit!" 
Ciuman hangat mendadak itu,
sungguh obat mujarab. 
Rasa sakit dan ngilu di pinggul
dan punggung fredy krueger , sesaat 
lenyap. Seraya mengusap pipi
bekas dicium martini , ia
senyum-senyum, berujar penuh
harap, "Semoga Tuhan
sering-sering menjatuhkan kita,
deh!" 
"Eh. Jangan-jangan retak...!"
martini  berujar khawatir . 
Masih merem melek, fredy krueger 
menimpali, "Jantungku memang
retak, sexy!" 
Tanpa peduli, martini  bangkit dan
membuka sarung kaca mata.
Ternyata kacamata majikannya
masih utuh. martini  bernafas lega,
sementara fredy krueger  yang lalu 
melihat kacamata di tangan
martini , sesaat  sadar diri. 
"Hei. Kau mencuri kacamata
majikan kita, sexy?" 
"jangan menghina!" sergah martini ,
galak. "Dan berhentilah
menyebut namaku secara keliru
begitu. Aku martini , bukan ..?" 
"Kau memang sexy!" 
"Eee-eee"!" martini  siap
menempeleng. 
fredy krueger  terloncat menjauh. "Iya
deh. namun  omongomong
majikan kita terlambat ngantor
nih. Beliau di mana?" 
"Tunggu saja di mobil," kata
martini , kalem. "Tuan masih sibuk!"
Dan saat itu. chucky  memang
sedang sibuk melayani sarapan
pagi istrinya yang sungguh lain
dari yang lain. 
Satu jam lalu , di mobil
yang fredy krueger  larikan kencang agar
tidak kesiangan tiba di kantor, si
supir sesekali mencuri lirik
lewat kaca spion ke arah
majikannya. 
yang rebah di jok belakang.
sang majikan tampak lesu dan
sedikit pucat. 
fredy krueger  memberanikan diri
bertanya, dengan nada khawatir ,
"Tuan. . .. sakit?" 
"Apa?" chucky  tersentak. 
"Maaf, Tuan. namun  Tuan
tampaknya membutuhkan
seorang dokter ?" 
"Oh. Terima kasih atas
perhatianmu, fredy krueger . Aku letih. Itu
saja." 
fredy krueger  yang tak tahu apa-apa,
bertanya lugu, "Habis kerja
lembur, Tuan?" 
chucky  pun tertawa masam. "Kerja
lembur apa!" la menggerutu.
"Aku justru habis dikerjain!" 
fredy krueger  melirik lagi ke spion.
Terheran-heran. 
Melihat majikannya seperti ingin
tidur, si supir tak lagi berani
membuka suara." 
mobil kedua yang tadi tampak
di pekarangan rumah, meluncur
masuk ke halaman sebuah
kantor di pusat kota. Di sisi
dalam gerbang. terpampang
plang yang tidak terlalu
mencolok. Dan di plang itu
terbaca, jess   Z.. Arifin S.H.
Di bawah nama, tertulis dalam
huruf kapital, NOTARIS. Ada
mobil lain dan satu dua sepeda
motor di halaman kantor itu.
Dan mobil barusan, meluncur ke
sudut yang memang sengaja
dikosongkan untuknya. 
Pintu mobil terbuka. 
Sepasang kaki bersepatu hak
tinggi, menjejak permukaan
halaman yang disemen itu. Pintu
mobil ditutup. Sepasang kaki
tadi berjalan menuju pintu
masuk kantor. Kaki-kaki yang
mulus, namun dengan otot-otot
betis yang menonjol nyata.
Dilihat dari belakang, bentuk
tubuh si wanita lesbian  tampak
menawan. Hanya sayang, gerak
langkahnya, dan  ayunan
lengannya. Mestinya ia bukan
memakai baju 
terusan seorang wanita. Lebih
cocok jika memakai  hem dan
celana panjang seorang laki
laki! 
jessica  disambut para pegawainya
dengan ucapan selamat siang,
yang ia balas seperlunya. 
Namun selain sambutan hormat
seperti biasa, jess   atau jessica 
dapat menangkap sesuatu yang
lain. Obrolan yang tiba-tiba
dihentikan, dan senyumsenyum
tertahan di sana sini.
Sekretarisnya mengikuti jessica 
masuk ke ruang kerja pribadi,
menunggu sampai sang majikan
siap untuk menerima laporan. 
Waktu akan mengutarakan
sesuatu, jessica  lagi-lagi
menangkap ada yang misterius
di wajah si sekretaris. Dengan
benak diliputi tanda-tanya,jessica 
bertanya tanpa merasa perlu
meminta maaf, "Aku agak
terlambat bukan. farida ?" 
'tidak ada yang penting kok, Bu
jessica ?" jawab farida  si sekretaris,
sopan. "Tadi memang ada tamu,
namun urusannya dapat kami
selesaikan. Ada sejumlah
notulen, yang tolong lbu pelajari
...." lalu farida  meletakkan map
yang dibawanya ke meja sang
majikan. "Ada yang perlu ibu
diktekan?" 
jessica  memandangi map di
depannya, nyaris tanpa
berselera. "Sementara ini, tidak .
Hanya . . .." 
farida  membiarkan majikannya
berpikir-pikir. 
jessica  lalu  bertanya bimbang,
"Ada apa dengan kalian semua
pagi ini, farida ?" 
"tidak ada apa-apa kok, Bu!"
Jawab farida , bijaksana. Namun
jelas wajahnya menyembunyikan
sesuatu ditambah perilakunya
yang lalu  buruburu menuju
pintu untuk segera menyingkir
dari ruang pribadi sang
majikan. Sebelum menghilang,
farida  berhenti sejenak dan
berkata menggumam, "Oh ya.
Selamat untuk sukses Bu jessica  tadi
malam ...!" 
Pintu lalu  ditutupkan farida 
hati-hati. 
jessica , mau tak mau dibuat berpikir
pikir makin keras. Nalurinya
mendorong untuk cepat
menyambar surat kabar yang
memang selalu sudah sedia di
mejanya setiap ia masuk kantor.
Satu dua saat ia belum melihat
apa-apa. Lalu lalu . 
Mulut jessica  ternganga. 
Sepasang matanya membelalak,
lebar. 
 
Ada suara tawa membahak di
sebuah kantor lainnya. Kantor
yang halamannya juga terdapat
plang nama. Plang besar,
sebab  harus mencantumkan
tiga nama dengan gelar yang
keren-keren. Paling atas, chucky ul
Arifin S.H..M.B.A. Di bawahnya
IR. peniwise  Natapraja, lalu Drs,
syam kamaruzaman , M.A. Dan sedikit
terpisah di sudut bawah plang,
dicantumkan nama 
usaha bersama ketiga kolega itu
secara ringkas dan sederhana,
KONSULTAN. 
chucky lah yang tertawa mengakak
itu. 
Tertawa bebas lepas, sebab 
saat itu ia memang sendirian di
kantornya. Surat kabar yang
sedang ia baca, masih ia pegang
saat  pintu ruang pribadinya
diketuk dari luar. Hanya
tawanya saja yang terpaksa
ditahan, sampai pintu itu
terbuka dan sebuah kepala anak
muda perlente nongol ditambah 
pemberitahuan, "Telepon untuk
Bapak.." 
Pintu lalu  ditutupkan. 
chucky  mengangkat telepon
pribadinya. Belum juga ia
mengucapkan "Hallo",
telinganya sudah dibuat sakit
oleh suara menyentak seorang
wanita lesbian , "Mereka harus
dituntut!" 
Terjerengah, chucky  menyahut,
"..". Siapa?" 
Suara jessica  di corong telepon
sungguh meledakledak. "Surat
kabar picisan itu! Atau kau
belum membacanya, Pah"!" 
chucky  melirik ke halaman surat
kabar yang terpampang di
mejanya. Langsung ke sebuah
foto besar di sudut kanan atas.
Foto seorang wanita lesbian 
berbikini, menungging secara
mencolok. Dan persis di bagian
pantat kanan, ada foto inzet
kecil close up, jessica  yang
tersenyum lebar! 
chucky  mau tertawa lagi. 
Namun keburu diserbu istrinya
yang jelas lagi naik darah. "Kau
sependapat bukan, Pah" Mereka
harus kita tuntut ke pengadilan!"
chucky  menguasai dirinya dengan
baik. "Begini, Mah," ia berkata
lunak. "jika kau membutuhkan
nasihat seorang konsultan,
inilah nasihatku. Sebaliknya
menuntut ke pengadilan, si
wartawan atau si redaktur justru
patut kau kirimi bunga ...." 
jawaban jessica  tajam sarkastis,
"Najis!" 
chucky  sedikit menjauhkan gagang
telepon dari telinganya. 
Meringis sesaat, ia lagi-lagi
mampu menguasai diri. Lalu
berusaha menyabarkan sang
istri. "jangan uring-uringan
dahulu , Mah. judul beritanya saja
sudah hebat . . ?" chucky  lantas
membacakan, "Tegar Melawan
Usia. Notaris jess   Come
Back!" 
Ada sedikit kebanggaan dalam
nada suara chucky , apalagi
saat  meneruskan, "Dan di
bagian lain beritanya, mereka
justru menjagokanmu bakal
meraih juara tanpa saingan
berarti. Seperti saat  kau
merebutnya pertama kali,
belasan tahun silam .. .!" 
"namun  fotonya, Pah. Kau lihat
sendiri, bukan" Dengan sengaja
mereka memperlihatkan aku
dikentuti nyi girah !" 
chucky  menyimak foto yang
memang agak kelewatan itu
lantas bergumam tak sadar,
"Lebih pas, dipantati ...." 
"Nah," jessica  di kantornya, dengan
wajah merah padam, terus
meledak. "Aku ditertawai semua
orang .Aku dibuat malu besar.
Dan aidit  pasti stres!" 
"lho, Mah. Apa hubungan surat
kabar ini dengan aidit " Toh anak
kita yang cuma semata wayang
itu, saat ini masih studi di
Harvard.. .!" 
"jika aidit  juga membacanya,
Pah, aidit  juga akan mendapat
malu besar!" 
"Oh ya" Menurutku, aidit  malah
bangga." 
"Eh?" 
"jelas dong. jika saat ini aidit 
membacanya, berarti surat
kabar dari negeri ini ternyata
juga laris dijual di Amerika
sana." 
'Thak !" Di kantor berplang
Notaris, gagang telepon
dibanting jessica  dengan marah.
Disusul umpatan sakit hati,
"Dimintai nasihat, eh, malah
bercanda !" 
Dan di kantor berplang
Konsultan, chucky  tersenyum
dikulum. Tak tersinggung oleh
pemutusan hubungan secara tiba
tiba dan jelas kasar itu. chucky  pun
bersungut-sungut. namun ,
sungutan gembira, "Salah
sendiri, kau bini kepala batu.
Dinasihati supaya mundur, eh
masih juga pamer tubuh tuamu
di depan umum. Suami. wajib
nonton pula!" 
surat kabar di mejanya cepat
dilipat, sebab  pintu sudah
dibuka oleh seseorang tanpa
lebih dahulu  mengetuk. Salah
seorang rekan kerjanya muncul
dengan wajah serius dan
pertanyaan yang sama
seriusnya, "Punya waktu untuk
briefing darurat, Bung chucky ?" 
chucky  menjawab dengan
bersemangat, "Permintaan yang
bagus, peniwise . Dan tepat waktu
...." Ia bangkit dari mejanya.
"Aku justru sedang berharap
untuk dapat melakukan sesuatu
yang lebih berarti ketimbang
tetek-bengek yang menjemukan
itu "." 
peniwise  mengernyitkan dahi,
"Tetek-bengek?" 
Terlihat oleh chucky  bahwa berita
mengenai istrinya terpampang
jelas di atas mejanya.
Dibaliknya surat kabar itu agar
tak terlihat oleh rekan
sejawatnya. Sambil tersenyum
penuh rahasia. "Lupakanlah.
Dan katakan, apa
tantangannya?" 
peniwise  berjalan meninggalkan
tempatnya berdiri, diiringi chucky .
ia menjelaskan, "Salah seorang
klien kita terlibat penggelapan
pajak!" 
"Oh?" 
Mereka melewati ruang kerja
karyawan yang sibuk. 
"Nama kita memang bersih,"
peniwise  meneruskan. "namun 
beberapa bankir yang kita
hubungkan dengan 
klien kita itu, boleh jadi akan
meragukan kredibilitas kita!" 
"Ini bukan main-main kalau
begitu!" 
peniwise  manggut. 
Sesudah  melewati pintu terbuka
ke ruang rapat yang tampak
kosong melompong, mereka
berhenti di depan sebuah pintu
pribadi lainnya. Seperti saat 
masuk ke ruang kerja pribadi
chucky , peniwise  juga langsung
membuka pintu itu tanpa
mengetuk lebih dahulu . Suasana
ruang kerja yang nyaman segera
menyambut kedatangan mereka. 
syam kamaruzaman  tengah membaca
surat kabar di kursi tamu. Dan
sekretarisnya tampak sudah siap
dengan catatan. syam kamaruzaman 
segera meletakkan surat
kabarnya, begitu kedua orang
rekan sejawatnya masuk. la
tertawa ke arah chucky , dan
berkata riang, 'Tak kunyana,
istrimu memiliki pantat yang
begitu indah, chucky !" 
chucky  melirik surat kabar di
tangan rekannya. Baru
lalu  menyahuti gurauan
rekan sejawatnya yang
bertampang periang itu. 
"Sialan kau, Tok. Yang kau lihat
itu 'kan pantat orang lain...!"
pantat indah dengan
goyangannya yang menawan,
berlalu dari depan batang
hidung chucky . 
Matahari senja yang semarak
mengikuti goyangan pantat martini 
yang baru saja menghjessica ngkan
teh untuk majikannya berdua
yang mengisi waktu di teras.
chucky  berhenti mencatat pada
kertas di dalam map terbuka dan
berlapis sebuah buku tebal.
Tangannya menurunkan sedikit
kacamata baca untuk dapat
melihat lebih jelas ke pantat martini 
yang lalu  menghilang di
balik pintu. 
Lalu buru-buru membetulkan
letak kacamatanya, pura-pura
asyik kembali mempelajari
berkas, saat  jessica  yang duduk
di sebelahnya mengetukkan
jari-jemari ke lembar surat
kabar yang dari tadi ia tekuni. 
"Ini baru berita namanya.
Uraiannya jempolan. Gambar
yang melengkapi pun
ditampilkan dengan benar dan
sopan. tidak seperti koran
sensasional yang...," melihat si
suami asyik membaca berkas. 
jessica  bertanya pedas. "Apakah
kau mendengarkan aku. Pah?" 
chucky  manggut. Dikuatkan
dengan kata-kata, "Cukup
jelas....!" 
"Bagus. Nah. Yang ingin
kutanyakan adalah, apakah kau
tidak melihat ada celah untuk
menuntut mereka" Paling tidak 
menuntut pernyataan maaf
unruk pemuatan gambar yang
sangat tidak pantas itu!" 
"Menurutku, Mah. Apa yang
mereka muat pantas-pantas saja
kok." 
jessica  mengerutkan dahi. "namun ,
Pah. Menempelkan fotoku di
pantat nyi girah .. .." 
chucky  menahan senyum. Santai,
ia menukas, "Si penata letak
agaknya punya selera humor
yang tinggi. Itu saja. . ...!" 
"Selera rendah. Itulah dia!" jessica 
mendengus sebal. "Dan aku
sebagai korbannya. Aku dibuat
malu besar. Tak tahu ke mana
akan menyembunyikan muka!"
Ia memandang suaminya, dan
sakit hati melihat wajah chucky 
datar-datar saja. "Rupanya kau
tak punya harga diri, Pah!" 
chucky  tersentak, "lho...?" 
"Yang mereka hina itu istrimu!"
jessica  tak kuasa lagi
mengendalikan emosi. "Suami
macam apa kau
ini. Istri dihina, kau
tenang-tenang saia. Bukannya
bertindak!" 
chucky  berkata sabar, "Sudah,
Mah. Sejak awal aku sudah
bertindak." 
Kemarahan jessica  agak mereda.
Penuh harap ia bertanya., "Dan
apa tindakanmu, Fah?" 
"Sebagai suamimu, aku sudah
berulangkali menasihati ...." 
"Untuk berdiam diri dihina
orang, Itukah tindakanmu"!" jessica 
kembali sewot, sebab 
harapannya jauh dari impian. 
chucky  menggeleng prihatin.
"Agaknya kau lupa, Mah,"
desahnya, masih tetap sabar.
"Coba ingatingat. Begitu kau
bilang kau mau come back,
mentas lagi.... sebagai suami
aku sudah menasihatimu agar
membatalkan niatmu. Kau sudah
terhitung tua. Sebagai atlit,
maksudku. Sudah waktunya kau
memberi kesempatan kepada
mereka yang masih muda-muda
jessica  terbelalak, "jadi kau tetap
tidak mendukung. . ?" 
"tidak Mah" 
"Dan arti kemenanganku tadi
malam?" 
chucky  angkat bahu. Tak bernafsu. 
"Egois!" maki jessica . Lembaran
surat kabar di tangan ia remas
remas sampai menjadi sebuah
bola kertas tak tentu rupa. Dan
bola kertas itu ia lemparkan ke
wajah suaminya, yang tak
sempat mengelak. 
jessica  lalu  bangkit dengan
marahnya. Masuk ke dalam
rumah dengan langkah
langkahnya yang gagah.
Langkah seorang juara yang
tidak sudi kemenangannya
diremehkan orang. 
Di tempat duduknya, chucky 
tercenung. 
Dalam, dan kecewa besar. 
martini , si pelayan yang kebetulan
sedang berjalan ke dapur
saat  majikan wanita lesbian nya
masuk ke dalam, menjadi korban
berikutnya dari kemarahan jessica . 
"martini . Sini!" jessica  menyentak
garang. 
martini  terbungkuk-bungkuk
mendekati. "Saya, Nyah.?" 
jessica  mengawasi pelayannya dari
ujung rambut ke ujung kaki.
Membuat yang diawasi tampak
cemas. "Sekali lagi
kuperingatkan, martini . Jika lewat
di depan suamiku, jangan
menggoyang-goyangkan
pantatmu secara berlebihan!" 
martini  akan membantah. namun 
melihat majikan wanita lesbian nya
sedang pitam sangat. ia
lalu  
mengangguk dengan wajah
seakan penuh dosa. "Saya Nyah.
Maaf, Nyah. Tak akan lagi.. .." 
"Atau kau kupccat. Ingat itu!"
jessica  mengancam, seraya berjalan
dengan wajah tak senang
menuju ke ruang latihan. 
Di ruang tengah, martini  masih
berdiri pucat dan gemetar. 
Bergumam, sama gemetar,
"Mimpi buruk apa aku tadi
malam, ya?" 
Ia lalu  meneruskan niatnya
pergi ke dapur. Dengan goyang
pantat tetap gemulai. Menawan
mata yang memandang. 
Tiba-tiba, martini  menghentikan
langkah. la telengkan kepala ke
arah lorong menuju ruang
latihan majikan wanita lesbian nya.
Dan saat  meneruskan langkah,
tangan kiri maupun kanan martini 
ditekankan ke pinggul kiri
kanan, jelas berusaha menahan
agar ayunan pantatnya lebih
sesuai dengan kehendak si
majikan wanita lesbian . Lalu sekali
lagi ia tertegun sendiri. Kedua
tangannya dibiarkan bebas.
Masuk ke dapur, pantatnya pun
dibiarkan mengayun bebas. 
"Payah!" desis martini , pasrah.
"Sudah dari sononya ayunan
pantatku begini kok. . ..!" 
Untuk menghilangkan perasaan
risau. ia menghidupkan radio
mini yang memang senantiasa
tersedia di dapur. Ya ampun. pas
lagu dangdut! 
martini  menyeringai. dan lambat
namun  pasti tubuhnya pun
bergoyang mengikuti irama
musik. Dengan sendirinya, liuk
pantat martini  kian menjadi-jadi
meski ia tetap melakukan
tugasnya dengan baik di dapur. 
Volume radio dikeraskan. 
Goyang pantat martini  kian
menggila. 
"Asyik. . ..!" martini  tertawa kecil. 
Dan! 
"martini iii"!" sayup-sayup
terdengar panggilan lengking
dari arah ruang latihan. "martini !"
panggilan yang kedua malah
lebih keras dan lantang, berbau
ketidak sabaran. 
Sesaat  martini  mematikan radio. 
Dengan wajah pucat pasi ia
berlari lari kecil meninggalkan
dapur menuju ruang latihan si
majikan. 
"Saya, Nyah. . ." 
"Ambilkan aku minuman dingin,
anak tolol!" 
martini  tak jadi masuk ke ruang
latihan. Reflek ia membalikkan
tubuhnya. Berlari-lari kecil lagi
ke arah dapur, lalu dengan
memutar tubuh dan beralih 
aran menuju kulkas,
mengambilkan minuman yang
diminta. Diisikan ke sebuah
gelas kosong yang disambar
dari meja makan. Begitu buru
buru dan gugup tiada terperi.
Sehingga tak sedikit minuman
yang tertumpah dari gelas,
menggenangi lantai. 
"Tenang. martini . Tenang...!" suara
lunak menegurnya. 
martini  tertengadah. Matanya pun
sesaat  beradu dengan mata
majikan satunya lagi yang
memandang iba. Rupanya
diam-diam chucky  sudah masuk ke
dalam dan sempat
memperhatikan adegan akhir
dari nasib martini  yang
mengenaskan iu. 
Senyum lembut chucky 
menenangkan martini . Kini ia dapat
mengisi gelas dengan benar.
Namun masih saja tetap ada
yang tertumpah, meski hanya
sedikitsedikit. Yakni butir-butir
air bening di sudut-sudut mata
martini . 
martini  lalu  berlalu dari
depan chucky . Tangan si wanita lesbian 
yang memegangi gelas, tampak
masih gemetar. Tangan lainnya
yang bebas, menyeka air mata. 
Tanpa sadar chucky  terus
memperhatikan martini  dari
belakang. Pandangan iba di
balik matanya, secara lambat
namun  pasti berubah jadi
bayangan lain. 
bukan main ia membatin kagum.
Dalam keadaan mengenaskan
itu pun, toh ayunan pinggul martini 
masih tetap meruntuhkan hati. 
"Mengapa kau begitu lama,
anak tolol"!" telinga chucky 
lalu  menangkap hardikan
jessica  dari ruang latihan. 
chucky  tersentak. 
Kelopak matanya
dikerjap-kerjapkan, membuang
lamunan tak patut dari
benaknya. Sesudah  itu ia
melangkah masuk ke ruang
kerjanya. 
Dengan pundak bagai terkulai
jatuh, layu. 
Sambil masuk tangannya yang
lunglai masih sempat menutup
daun pintu." 
malam itu jessica  tidur lebih cepat
dari waktu biasanya. Dan ia
langsung pulas. Tak satu pun
peralatan di ruang olahraga
yang dilewatkannya. Bahkan
beban barbel ditambah dan
ditambahnya terus, sampai ia
akhirnya terpuruk sendiri.
namun  sedikit banyak, perasaan
kecewa akan sikap sang suami
dapat tersalurkan. Dan sesudah 
berendam air hangat di bak
mandi sekitar setengah jam,
kantuk pun segera menghampiri.
Di kamar kerjanya, chucky 
terbatuk-batuk sebab  terus
merokok. la teguk sisa kopinya
di gelas besar, meneruskan lagi
membaca bukunya. saat  jam
dinding berdentang, ia melirik
dan terkejut menyadari waktu
sudah masuk ke dini hari.
Herannya, ia tak merasa
mengantuk sedikitpun.
Termenung sejenak, ia lalu 
meninggalkan kamar kerja.
Pintu kamar terbuka. jessica  sudah
mendengkur. sebab  posisi
kepalanya di bantal salah, mana
menelengkup pula,
dengkurannya terdengar ekstra
keras. 
chucky  menarik nafas lalu 
mendekat berjingkat. Posisi
kepala istrinya di bantal, ia
betulkan dengan hati hati.
Dengkur jessica  melemah. chucky 
lalu  rebah di sebelah sang
istri. Namun matanya tak juga
mau terpejam. Dan jessica  kembali
mendengkur, lebih keras dari
tadi. 
Suara ngorok istrinya,
memunculkan bayangan
bayangan di benak chucky .
Mula-mula tampak olehnja
sebuah gergaji raksasa maju
mundur memotong sebatang
pohon yang juga berukuran
raksasa. Gergaji dan pohon
menghilang, lalu digantikan
bayangan samar roda-roda
sebuah lokomotif tua merangkak
di batangan rel yang sudah
kararan. Bayangan itu pun
lalu  mengabur. Lantas
muncullah bayangan batang
leher seekor sapi yang baru saja
disembelih. Lubang lubang
hidung sapi itu gembung
menganga, disusul bunyi
dengkuran sekarat. Lalu, di saat
ajal datang menjemput, sapi itu
seakan menolak dengan
mengangkat kepalanya tiba tiba.
Tampaklah wajah aneh dan
mengejutkan. Bukan wajah
seekor sapi. Melainkan wajah
jessica ... dengan mulut terbuka
lebar dan mata menatap kosong.
Tentu saja chucky  terperanjat.
Kelopak matanya yang sudah
sempat tertutup, sesaat 
dipentang lebarlebar. Dan,
memang itulah yang ia lihat.
Wajah jessica , dengan mulut
terbuka dan mata yang juga
terbuka. menatap kosong ke
arah suaminya. chucky  berusaha
menenangkan dirinya. Merasa
bersalah sudah  membayangkan
yang bukan bukan tentang
istrinya. Masih terkejut, ia pun
menyapa lembut, "Hei. . .l" 
jessica  diam, tidak bereaksi. 
chucky  memaksakan senyum manis
di bibir. Lantas berbisik, sama
manisnya, "Masih marah, ya?" 
Tetap tidak ada reaksi. Kecuali
bunyi mendengkur dari hidung
jessica . chucky  keki setengah mati.
Istrinya masih pulas, rupanya.
Dengan sentuhan lunak, jari
jemari chucky  mengatupkan
kelopak mata sang istri. 
Kepalang tak bisa tidur, chucky 
meninggalkan kamar, kesal dan
merasa gerah kepalang. Hal
terbaik yang dapat ia lakukan
adalah pergi ke teras belakang
untuk menikmati udara malam
yang sejuk, juga angin
sepoi-sepoi sambil  tiduran di
bangku taman. Siapa tahu
akhirnya ia mengantuk iuga. 
Tanpa memicu  suara ia
membuka pintu menuju teras
belakang. chucky  terhibur begitu
menangkap bayangan taman
mini yang ditata rapi dan 
artistik, tampak begitu penuh
daya pesona di bawah siraman
rembulan. chucky  pun lantas
bergerak ke bangku taman yang
letaknya agak tersembunyi
dalam kegelapan. 
namun , seseorang sudah
mendahuluinya! 
chucky  tertegun, memperhatikan.
Lantas bertanya heran, "Apa
kerjamu di sini, martini ?" 
Pelayan wanita lesbian  yang masih
muda dan bertubuh seronok itu,
mengangkat kepalanya
terperanjat. Tangannya
terangkat, menutup mulut
menahan jerit. Lalu tangan itu
turun ke dada, mengurut urut
jantung yang berdebar. Mulut
ranumnya bergumam gagap,
"Aduh! Tuan.... mengejutkan
saya!" 
Samar-samar tampak wajahnya
yang pucat pasi, saat  ia
berdiri. chucky 
menggeleng-gelengkan kepala.
lantas berkata menghibur,
"Ngelamunin pacar ya?" 
"Oh. Bukan, Tuan. namun , anak
saya. Di kampung. . ..!" 
chucky  mengernyitkan dahi,
"Kau... punya anak?" 
"Ya Tuan. Baru satu, dan masih
keciL .Ia terpaksa saya titipkan
pada neneknya." martini  berhenti
sejenak, lalu bertanya heran,
"Apakah Nyonya belum
menceritakan pada Tuan, saya
ini janda?" 
"tidak .... Ah, mungkin juga
sudah. Aku tak memperhatikan
betul. Hei, kau duduklah
kembali!" 
"namun . Tuan. . ." 
"Biarlah aku berdiri saja.
Meluruskan punggung yang
agak sakit, sebab  tadi duduk
berjam jam. . .." 
chucky  terpaksa menyuruh sekali
lagi sebelum pelayannya
akhirnya menurut dan dengan
sikap risih kembali duduk di
bangku. 
sebab  tidak tahu apa yang mau
diperbincangkan, chucky  pun
bertanya seingatnya saja. 
"Kok tega-teganya suamimu
meninggalkanmu, martini " Padahal
kau ini masih muda. Menarik,
lagi. . ..!" 
martini  mengangkat wajah,
menatap curiga pada
majikannya. 
"Jangan salah sangka, martini .
Maksudku, apa yang kurang
darimu, sehingga dia rela
menceraikanmu?" 
"Judi, Tuan. Itulah
penyebabnya. Suami saya
padahal cuma kerja menarik
becak, itu pun punya orang.
Sedangkan saya dan orangtua
saya, cuma petani miskin. ?" 
"Lantas?" 
"Sesudah  semuanya habis.... Ya
milik kami maupun milik
orangtua saya, dia pun mulai
suka memukuli saya. Bahkan
pernah sekali, ia hampir
membunuh saya..." 
"Astaga. Kenapa?" 
"Malu menceritakannya, Tuan. .
..." 
chucky  diam saja. 
Maka pelayan itu pun
meneruskan ceritanya, "Saya
mau dibunuhnya sebab . . . saya
menolak. . . dijual pada laki-laki 
lain...!" 
"Apa"!" 
"Sumpah mati, Tuan. Itulah yang
sebenarnya terjadi. Saya lebih
suka mati ketimbang dipaksa
melayani laki-laki  lain. Apalagi
laki-laki  yang tidak saya kenaL.
Dan saya tidak suka pula pada
laki-laki  itu. ?" 
Kalimat terakhir martini  yang
diucapkan polos dan jujur ini
mau tidak mau membuat chucky 
menyeringai. "Maksudmu, jika
kau suka, maka kau. . .." 
"Apa salahnya, Tuan?" jawab
martini  tandas. "Asal laki-laki  itu
bersedia menikahi saya ...!" 
"Oh!" chucky  tersudut. Satu nol.
"Terusnya?" 
"Beruntung ayah keburu muncul,
Tuan. Ayah saya jago silat.
Suami saya pun dibuat
pontang-panting. Kelakuannya
sudah tak dapat diampuni
orangtua saya. Dia pun enyah
dari kampung, sesudah  saya
diceraikan. Kami tak pernah lagi
bertemu. Dengar-dengar, suami
saya pergi ke Sumatera." 
Capek berdiri, chucky  pun duduk
di bangku yang sama. 
martini  dengan sopan menjauh, dan
chucky  merasa tidak perlu
mencegah. 
"Lalu mengapa kau tidak kawin
saja dengan laki-laki  lain?" 
"Belum ketemu.. .. yang pas,
Tuan." jawab martini  malu-malu. 
"Pas apanya?" 
"Maksud saya, yang mau saling
mengerti. Saling membagi suka
maupun duka." 
Barangkali memang itulah yang
dinamakan jodoh! Pas, lagi.
chucky  membatin. Dengan rincian
sederhana, sesederhana yang
barusan diutarakan martini , saling
mengerti, saling mau membagi
suka dan duka. 
Apakah pas jodohnya dengan
jessica " 
chucky  menatap kegelapan malam
di depannya, dengan pikiran
menerawang. 
Jauh, seakan tak bertepi. 
Lalu berhenti di sebuah asrama
mahasiswa, dengan chucky 
sebagai penghuni salah satu
kamar di asrama itu. Ada
beberapa tempat tidur di kamar
yang sama. namun  hanya ada
satu tempat tidur saja yang
selalu ada buku terletak, atau
catatan-catatan yang
berantakan. Rak pun penuh
buku, juga di atas lemari,
bahkan ada yang tersusun rapi
di salah satu sudut kolong
tempat tidur. 
Waktu itu, chucky  tengah duduk
bersimpuh di ranjangnya.
Seperti biasa dengan beberapa
buku terbuka dan sejumlah
catatan ikut meramaikan. 
Lalu salah seorang teman satu
kamar, mendatanginya. Dengan
sapaan yang khas, "Hei, pemilik
taman bacaan. Mau tidak 
meluangkan sedikit waktumu
yang berharga, untuk menolong
seorang teman yang malang?" 
"Maaf. Pinjam saja dari yang
lain, Alex. Aku lagi bokek!"
jawab chucky  acuh tak acuh. 
Alex duduk di dekat sahabatnya.
Dengan wajah serius. 
"Uang, memang ikut tersangkut.
namun  yang kubutuhkan darimu,
adakah saran atau jalan keluar.
Kau ini tukang mamah buku.
Jadi otakmu pasti menyimpan
banyak akal untuk memecahkan
persoalan yang bagaimanapun
rumitnya!" 
"Pujianmu membuat perutku
mulas," chucky  tersenyum. "Apa
urusannya?" 
"....jessica !" 
"jessica " jessica  yang mana?" 
"jess  . Yang masih satu
fakultas dengan kita. namun  dia
di jurusan Perdata. Dan, lagi
top di kampus kita....." 
"Topnya?" 
"Hei. Apakah kau tidak tahu
kalau dia belum lama ini
memenangkan invitasi
binaragawan antar perguruan
tinggi?" 
Melihat temannya cuma angkat
bahu tanpa perhatian. Alex pun
sadar. "Oh. Aku lupa, kau ini
kutu buku bangkotan. Hidup
hanya dengan buku. Barangkali
kelak, kau akan beristrikan
buku. Lalu anak yang lahir dari
rahim istrimu, lagi-lagi buku
dan buku!" 
"Puji dahulu , baru dimaki maki,"
chucky  tersenyum. "Bantuan apa
yang dapat kuberikan
untukmu?" 
"Aku harap kau punya cara
mujarab untuk mendekati jessica ." 
"Apa sih susahnya, kalau hanya
begitu?" 
"Uh. Dasar katak di bawah
tempurung!" Alex
bersungut-sungut. "jessica  itu,
tubuhnya....wow! Hanya dengan
melamunkan tubuhnya, aku bisa
orgasme!" Alex tertawa. "namun 
untuk mendekati dia, wah.
Ngeri....!" 
"Memangnya dia itu hantu?" 
"Lebih dari hantu. Hantu, hanya
menakutnakuti. jessica , bahkan
mampu menyakiti. Tak sedikit
teman kita yang dibuat kapok
atau mundur sebelum
bertempur. Terakhir, dua hari
lalu, contohnya. Kurdi. 
entah usil entah terdorong
birahi, nekad mengusap pantat
jessica . Belum sempat Kurdi
menikmati sentuhannya, tahu
tahu Kurdi sudah terbanting di
aspaL. Pingsan sesaat !" 
"Hem. Jadi jessica  tubuhnya indah.
namun  orangnya galak ya?" chucky 
mulai tertarik. "Lalu, untuk apa
pula aku harus mendekatinya?" 
"Bukan kau, kunyuk. namun 
aku!" Alex jadi uring uringan. 
"Lho. Tadi kau bilang....." 
"Kubilang, cara mendekati dia!
Apa kurang jelas?" 
"Wah, jadi bingung. Urusan
jelasnya apa sih?" 
"Aku, dan lima orang teman kita
yang lain, bersaing ketat untuk
dapat merebut hati jessica . Lalu,
kami pun sepakat bertaruh.
Siapa orang pertama di antara
kami berhasil mencium bibir jessica ,
walau sekilas namun  tanpa kena
bantingan atau gamparan si
galak itu. Maka uang kuliahnya
selama satu semester, akan
ditanggung secara patungan
oleh mereka yang kalah...!." 
"Kini aku mengerti." chucky 
mengangguk anggukkan kepala.
"Jadi kau ingin mencium jessica .
Sekaligus, kuliah cuma-cuma
selama satu semester. lantas
andai kutemukan akal yang
hebat.... Apa bagianku, eh?" 
Alex menyeringai. "Sudah
kuduga kau akan
menanyakannya. Kita
bersahabat, bukan" Nah. Aku
akan berlaku adil padamu. Asal
aku berhasil mencium jessica  dan
nyawaku selamat... hasil taruhan
menjadi hakmu. Bagaimana" 
"Beri aku tempo untuk berpikir."
"Berapa lama" Sehari" Dua
hari" Awas, jangan membuat
aku kedahuluan oleh teman kita
yang lain!" 
Tak perlu sampai dua hari. 
Sore, masih hari itu juga, chucky 
sudah memanggil Alex yang ia
minta mengumpulkan
teman-temannya bertaruh. Ia
tidak memberi penjelasan yang
lain. Dan sesudah  mereka
berkumpul di tempat yang
diperkirakan cocok oleh chucky 
sebab  sepi dan yakin akan
dilewati jessica  sepulang kuliah, ia
pun hanya menyuruh mereka
semua menunggu dengan sabar. 
"Apa sih permainanmu?" Alex
bertanya bingung, sesudah  lebih
dahulu  menarik chucky  menjauhi
temanteman lain. 
"Santai saja, kawan. Nanti, jika
kau punya kesempatan toh aku
akan memberi tanda. Ayo,
ngumpul sana. Sebentar lagi
permainan akan dimulai!" 
Benar saja. 
Tak berapa lama, jessica  tampak
muncul di kejauhan. Berjalan ke
arah mereka. Kebetulan.
sendirian pula. Siang tadi, chucky 
diam diam mengintip dan
memperhatikan jessica . Wajah dan
tubuh wanita lesbian  itu, seperti kata
Alex, memang wow! 
Diam-diam pula chucky  lantas
menyusun rencana. 
jessica  kini tampak semakin
mendekat. Bahkan sudah melihat
kelompok mereka. Langkahnya
gagah, tegar, dengan sikap cuek.
Ekor matanya lalu 
menangkap salah seorang dari
kelompok mahasiswa itu
memisahkan diri. jessica  terus saja
berjalan, tanpa prasangka
apa-apa. 
Dan chucky , tahu tahu sudah
berada di sebelah wanita lesbian  itu.
Dengan sapaan yang ganjil,
"jessica . Boleh saya minta maaf ?" 
jessica  tertegun. Dengan wajah
tercengang, tentunya. "Minta
maaf. . untuk apa?" 
"Sebuah urusan kecil. Yang
menurutku menggelikan!" 
"Oh ya?" desah jessica . Diiringi
sorot matanya yang menusuk
tajam. Mengawasi chucky , dari
ujung rambut sampai ujung kaki.
Diawasi seperti itu, chucky 
membatin khawatir : "Wah. Dia
tengah menaksir naksir. jurus
apa yang 
akan dikeluarkan, agar aku
langsung teler hanya dengan
sekali banting!" 
"Apa sih urusannya?" jessica 
bertanya curiga. 
"Temanku yang itu. . .." Ia
menunjuk Alex, yang tampak
cemas sekaligus bingung tak
terperi. 
Begitu ia ditunjuk, Alex pun
tegang. namun  chucky  belum
memberi kode. Alex cuma bisa
saling bertukar pandang dengan
teman satu kelompoknya. 
Tak jauh dari mereka, chucky 
meneruskan penjelasannya
dengan suara direndahkan,
"Temanku itu, dan
komplotannya, sedang kelebihan
uang. Dan itu, entah mengapa,
membuat mereka berubah jadi
orang orang tolol. Tak tahu
uang mereka mau diapakan. .." 
"Nanti dahulu !" potong jessica . Lalu
menaksir naksir chucky  lagi. chucky 
kembali khawatir . 
Dan di luar dugaannya, jessica 
malah bertanya dengan
bersemangat, "Nanti dahulu . Kamu
ini chucky ul Arifin, bukan" Si
Taman Bacaan. . .?" 
"Jadi, kau sudah  mengenalku..
.?" chucky  memperlihatkan muka
bodoh. 
Sikap curiga jessica  berubah ke
ramah. "Aku memerlukan
bantuan seseorang untuk
mendiskusikan beberapa
masalah rumit dalam skripsiku
mendatang. Lalu seorang teman
menunjuk dirimu!" 
Dada chucky  pun plong sesaat . 
Pintu terbuka lebar untuk
mendekati jessica . pikirnya. Namun
perasaan itu ia sembunyikan.
Apalagi sesudah  melihat
kelompok teman temannya
tampak sudah tak sabar. Bahkan
Alex sudah setengah maju,
sebab  saat  chucky  menoleh,
Alex menduga chucky  akan segera
memberi kode. 
Dengan wajah risau, chucky  pun
berkata, "Urusan
teman-temanku di sana itu, jessica ,
mungkin tak kalah rumit dengan
skripsimu. . ..!" 
"Ada kaitan dengan diriku,
agaknya?" 
"Itulah dia. Kumpulan anak
anak tolol itu sepakat bertaruh?"
chucky  pura-pura menggaruk
belakang kepalanya yang tak
gatal, membuat jessica  makin
penasaran. "Mereka bertaruh,
jika aku berhasil melakukan
sesuatu, maka mereka akan
patungan membayar uang
kuliahku selama satu semester." 
"Hebat. namun  apa yang harus
kamu lakukan?" 
"Seperti kubilang tadi, mereka
itu anak-anak tolol!" chucky 
mula-mula berusaha membela
diri. Baru lalu  nekad
memberitahu inti urusannya.
"Mereka percaya, kau akan
membantingku sesaat , bila aku
berani-beranian mengecup
bibirmu.. ..!" 
Sedetik, jessica  menegang.
Tersinggung. 
chucky  lebih tegang lagi. Mulai
cemas. 
namun  pada detik berikutnya, jessica 
sudah rilek kembali. 
"Hem. Kau benar," desahnya.
"Mereka itu sebetulnya lah,
kumpulan kerbau!" 
chucky  kecewa. "Dan aku?" 
"Maksudku, mereka salah besar
jika mengira aku tega
membantingmu...." jessica 
tersenyum penuh arti.
"Bukankah aku memerlukanmu
untuk membahas beberapa
bagian dari skripsiku?" 
Sebelum chucky  sempat mencerna
kata kata maupun senyuman jessica ,
wanita lesbian  itu sudah menaikkan tumit
sepatunya lalu condong ke
depan agar wajahnya dapat
mendekati wajah si pemuda
yang kebingungan. 
Lalu hinggaplah sebuah kecupan
di bibir chucky . 
Yang, walau singkat saja,
sungguh teramat mengejutkan. 
Lepas mengecup bibir chucky ,
dengan wajah bersemu merah
jessica  berujar manis, "Aku akan
mengontakmu, kapan aku akan
memulai skripsikul" 
jessica  lalu  berlalu tanpa
menoleh-noleh kiri kanan.
Dengan langkahnya yang gagah.
Dan sikapnya yang luar biasa,
cuek. Seperti hanya dia seorang
yang ada di dunia ini. 
Di belakangnya, chucky  terpesona.
tak jauh darinya, kelompok
orang-orang tolol itu, menatap
tak percaya. Alexlah yang
pertama-tama membuka suara,
"Cunguk! Kutu buku busuk itu
mengerjaiku !" 
chucky  mendengar umpatan
temannya. la merentangkan
tangan memperlihatkan wajah
tak berdosa. 
Alex mencak mencak. 
Yang lain, akhirnya serempak
tertawa. Satu per satu mereka
mendatangi chucky , mengucapkan
selamat. Yang meski tampak
masih keki, diikuti pula oleh
Alex. Tak ada yang bicara soal
kuliah cuma-cuma untuk satu
semester 
Yang ada, hanya satu
pertanyaan takjub dari Alex
untuk chucky , sahabatnya. 
"Mantra apa yang kau baca
chucky . Sehingga justru dia yang
bertekuk lutut padamu?" 
chucky  tak menjawab. 
Ia masih terpesona." 
"TUAN....?" ada suara lembut,
yang sayup-sayup sampai. Lalu
terdengar semakin jelas. "Kok
diam saja Tuan?" 
lamunan chucky  menyentak kabur.
Ia segera menyadari di mana ia
berada, dan kapan. Agak
lambat, barulah ia menyadari
bahwa waktu terus berlalu. Ia
sudah mendekati usia tengah
baya, sekarang. Dan, dia bukan
lagi si penakluk. 
Buktinya, saat ini, dini hari, dan
di malam yang mulai menggelap
sebab  secara lambat namun 
pasti awan pekat mulai menutupi
rembulan. Tak ubahnya
bayangan keperkasaan jessica  yang
dari waktu terus bahkan semakin
menutupi kelaki-laki an chucky .
Membuat chucky  mendadak
merasa dirinya sudah semakin
tua saja. Yang lalu  ia
lontarkan lewat suara mengeluh,
berat dan panjang, 
martini  mengawasi, khawatir ,
"Punggung Tuan sakit lagi?" 
"Tak apa, martini . Aku hanya
lelah," desah chucky , dengan suara
tuanya yang memang lelah. 
"Boleh saya urut, Tuan?" 
Ya, apa salahnya" 
chucky  pun mengangguk. martini 
bangkit dari bangku. "Saya
ambil dahulu  obat gosok, dan..." 
Dan angin malam tahu-tahu
bertiup. Keras, dingin menusuk.
Disusul bunyi menggelegar
langit yang sudah berubah
kelam. 
martini  menggigil. Sejenak bingung,
lalu, "Sebaiknya jangan di sini,
Tuan. Tampaknya hujan akan
turun".!" 
chucky  masih duduk termangu.
Dengan wajah murung. 
martini  lantas memutuskan, "'Tak
apa, jika Tuan saya urut di
kamar saya saja?" 
Gerimis tiba-tiba jatuh. 
Dan tak ada lagi tempo untuk
menimbangnimbang baik dan
buruk. martini  bergegas melangkah
ke arah pintu kamarnya yang
langsung dibuka lebar. 
Ia tak perlu menunggu berlama
lama. chucky  sudah menyusulnya,
lalu mengikuti pelayannya
masuk ke kamar. Dan sesudah 
berada di kamar pelayannya,
barulah chucky  dilanda
kebingungan. 
Mau apa dia di sini" 
"Wah. Kencang sekali anginnya,
Tuan!" martini  lagilagi menggigil.
"Tak apa pintunya saya
tutupkan?" 
chucky  diam saja. 
Dan martini  pun menutup pintu. 
Itulah awal dari segalanya.
Dengan bunyi derasnya hujan
menimpa atap, sebagai musik
pengantar. 
Mula mula chucky  hanya duduk
diam di sebuah kursi, sementara
martini  mengurut punggungnya
sambil berdiri. Mula-mula,
ujung kemeja piyama chucky  pun
cuma diangkat lalu disingkap
sedikit-sedikit. 
lantas martini  memberi usul,
"Supaya Tuan merasa lebih
nyaman, enaknya sih Tuan
rebahan saja, di sana....!" saran
martini  seraya menunjuk ke tempat
tidurnya. 
Tak apalah, pikir chucky . 
Dan agar lebih leluasa martini 
mengurut, chucky  pun atas inisiatif
sendiri membuka piyamanya
yang atas. Kemeja piyama itu ia
tinggalkan di kursi, lalu ia pun
menelungkup di tempat tidur
martini . lampu redup di kamar tidur
martini  sesaat  menyinari
punggung telanjangnya.
Punggung yang meski mulai
dimakan usia, toh masih
memperlihatkan keperkasaan
masa mudanya. 
Duduk di pinggir tempat
tidurnya, martini  mengurut dengan
lembut, namun menyentuh
langsung pada otot-Otot yang
memang perlu dikendurkan. 
Tak lama lalu ,
"Membaliklah. Tuan. . .." 
chucky  pelanpelan menelentang.
Otot-otot leher dan dada, terus
perutnya, mulai mendapat
giliran dikendurkan. namun 
sentuhan-sentuhan tak sengaja,
desah nafas yang kebetulan
saling menyapu, dan  terkadang
saling menatap yang tak
terelakkan, justru bukannya
mengendurkan. namun  malah
mengencangkan otot lain di
tubuh chucky . 
Di luar sana, derasnya hujan
dan bunyi petir menyambar
nyambar, beramai ramai pula
menyoraki. 
Dan tahu-tahu, tangan chucky 
sudah berada di payudara martini . 
Si pelayan terkesiap. "Tuan. .
."!" 
namun  tangan chucky  satunya lagi
sudah menyusul dengan cepat.
Mendarat di pundak martini  untuk
lalu  menekan kuat ke
bawah. Mau tidak mau tubuh
martini  pun turun mendekat. Sesaat,
ada gerak memberontak. Yang
lalu  melemah saat  martini 
tak kuasa lagi menghindarkan
bibirnya dari ciuman bibir chucky 
yang langsung menyerbu.
Ciuman yang mulanya sebuah
kecupan pendek, lalu lalu 
disusul kuluman panjang. 
Yang berikutnya, jelas. chucky 
berbisik terengah, "lampunya,
martini . . .." 
Kali ini, martini  tidak mematuhi. 
namun  agaknya, belum
sepenuhnya menyerah. 
chucky lah yang bangkit untuk
memadamkan lampu, sesudah 
mana cepat sekali ia sudah
kembali ke tempat tidur. Dan
martini  tak lagi ia biarkan hanya
duduk dan duduk saja. 
"Tuan" ini, tidak baik"!" martini 
berkata dalam kegelapan. 
"Jangan takut, martini ," jawab chucky 
terputus-putus, "Kau tak akan
kusia-siakan.. ..!" 
lalu , "Tuan. . .?" 
"Mhh.?" 
"Apa tak sebaiknya Tuan pakai.
.. jaket?" 
"Hah Jaket" Emangnya mau
piknik?" 
"Maksud saya, Tuan. Itu tuh".
Sarung!" 
"Kalau kau malu, martini . Kututup
pakai selimut 
ya" 
Terdengar tawa martini  ditahan.
"Yang perlu ditutup, itunya
Tuan. Pakai. . .. eh, balon. Balon
karet, gitu...!" 
"Oooo. Kondom," chucky  pun
dibuat tertawa. "Kau punya?" 
"tidak . Tuan ..." 
"Apalagi aku. Lihat pun belum
pernah, martini !" chucky  mengakui.
Sejujurnya. 
martini  percaya. 
Dan martini  cepat memutuskan,
"Ya, sudah!" 
Tak terdengar lagi suara apa
apa, sesudah nya. 
sebab  suara hujan di luar sana
sudah  mengalahkan segalanya.
Belum lagi guntur yang
menggelegar, dan petir yang
menyambar-nyambar. lalu di
salah satu sudut atap, talang
hujan tampak menyembul.
Menembus kegelapan malam.
Dari mulut talang, air mengalir
ke luar 
 Suara riuh rendah di luar sana,
membuat jessica  di kamar tidurnya
tampak terjaga. Mula mula,
secara naluriah tangannya
meraba raba ke samping. Kasur
di sebelahnya kosong, Dan
dingin. 
jessica  lalu  membuka
matanya. 
Memandangi kasur kosong di
sebelahnya itu. lalu 
sesudah  berpikir pikir sejenak, ia
lalu  meluncur turun dari
tempat tidur. Seraya mengeluh,
"Pasti ia tertidur lagi di ruang
kerjanya!" 
Ia meninggalkan kamar, dan
setengah mengantuk berjalan
menuju pintu kamar kerja
suaminya. Pintu itu tertutup
rapat. jessica  ragu-ragu. Lalu ta
ngannya terangkat naik, akan
mengetuk. namun ia ragu-ragu. 
Lantas mendengus, kesal,
"Mengapa pula aku yang harus
mengalah"!" 
jessica  pun menjauhi pintu. 
Lalu menoleh sebab  sapuan
angin dingin, yang menerobos
masuk ke dalam. Ternyata pintu
tembus ke teras belakang rumah,
menganga terbuka. Ia
melangkah ke sana. Sejenak ia
meninjau ke luar. Hujan sedang
membadai. Ia mengawasi pintu
kamar tidur pelayan mereka.
Gelap di dalam. Tak ada cahaya
tampak lewat kisi-kisi jendela
maupun bawah pintu kamar
martini . 
Masih setengah mengantuk,
pintu teras yang terbuka itu
ditutupkan jessica  seraya
mendengus jengkel,
"Membiarkan pintu terbuka.
Alangkah cerobohnya si martini !" 
lantas ia kembali ke kamar
tidurnya. 
Naik ke atas ranjang, langsung
menarik selimut. jessica  memang
masih mengantuk. 
Maka. sebentar lalu  ia
sudah pulas kembali. 
menuruti kebiasaan
sehari-hari, martini  bangun
menjelang pukul lima pagi. 
Mula-mula ia hampir menjerit
saat  merasakan ada tubuh
hangat seseorang di bawah
selimutnya. Untunglah ia segera
teringat, siapa orang itu dan
mengapa dia tiba-tiba sudah ada
di sebelah tubuhnya. 
martini  pun berjingkat turun, terus
pergi ke pintu. Dan membukanya
sedikit. Cukup untuk dapat
mengintai ke luar. 
Di dalam rumah induk, tampak
keadaan masih gelap. Begitu
pula di balik jendela atau
kisi-kisi jendela kamar tidur
utama. martini  menutupkan pintu
pelan pelan lalu kembali lagi ke
tempat tidur. 
"Tuan. Bangunlah.."!" 
chucky  menggeliat sebab 
tubuhnya diguncang guncang. 
"Mau apalagi, Mah" Bertengkar
lagi" Boleh. . ..!" desahnya
setengah mengantuk, dan jelas
perang dingin dengan istrinya
malam itu rupanya terbawa juga
dalam mimpi. 
Sesaat tubuh martini  menegang. 
lalu , "Saya martini . Tuan.
Bukan Nyonya!" 
Barulah kantuk chucky  melenyap.
Sesaat  ia terlompat dari
tempat tidur pelayannya itu lalu
bertanya ketakutan. "Nyonya
sudah bangun?" 
sebab  martini  diam saja, chucky  pun
merayap ke pintu dan
membukanya dengan hati-hati.
Sesudah  tahu situasi aman-aman
saja. chucky  pun menarik nafas
lega. Ia sempat tersentak
saat  lampu menyala terang
benderang. martini  yang
menghidupkan, dengan wajah
tanpa ekspresi, mengawasi
wajah majikannya yang masih
menampakkan sisa-sisa
kecemasan itu. 
Kemesraan tengah malam tadi,
seakan tak pernah ada. Wajah
pelayannya itu tampak
menyimpan sebuah misteri yang
membuat kepala chucky  diliputi
tanda tanya. chucky  baru
memahami perasaan martini 
saat  pelayan itu berujar
dingin, "Ayolah. Tuan. Sebelum
Tuan kepergok, merangkaklah
sekarang ke tempat tidur
Nyonya. . .l" 
Nada suara martini  bukanlah nada
seorang pelayan. namun  seorang
wanita lesbian ! 
chucky , sesudah  apa yang terjadi di
antara mereka berdua, mau
tidak mau harus menerima
kenyataan itu. 
Ia menyeringai dan melangkah
ke luar kamar tidur martini . Pas
saat  ia masuk ke rumah induk,
ia mendengar suara ranjang
berderit di kamar tidur utama.
Namun lampu belum juga
dinyalakan, begitu pula pintu
yang tertutup belum juga dibuka
dari dalam. namun  untuk masuk
ke dalam. chucky  berpikir dua kali.
Dapat saja ada pertanyaan yang
harus ia jawab, "! Habis dari
mana kau, Pah?" 
Berpikirsebentar, chucky  kembali
pergi ke belakang dan
menanyakan pada martini  apakah
si pelayan ada menyimpan
celana pendek di tempat
setrikaan. 
"Mendadak aku ingin muda
kembali!" katanya tersenyum,
yang ditanggapi martini  dengan
sikap tanpa perhatian. 
chucky  lalu  menerima celana
pendek dimaksud, juga sepotong
baju kaos lengan pendek. Ia
sempat mencium bibir martini , yang
tidak mengelak namun tidak 
pula membalas. 
"Untukmu, aku harus kuat
bukan?" desah chucky  bahagia,
lantas berlalu meninggalkan
rumah." 
chucky , berkostum seadanya
untuk olah raga, tengah
berlari-lari kecil saat  ia
terbatuk-batuk. Sesaat  tangan
kanannya menekap dada yang
bak dirasuki ribuan jarum-jarum
halus. Tangan lainnya
menggapai pagar besi, begitu ia
mencapainya dengan langkah
sempoyongan. Menyandar
sejenak, dada dan  debur
jantungnya terasa lebih lapang.
chucky  pun menghirup udara segar
sebanyak-banyaknya. 
Lalu, ekor mata chucky  menangkap
bayangan sosok seseorang di
sebelah dalam pagar. Ada yang
memperhatikan dari teras depan
rumah. Seorang wanita lesbian 
muda, kalau tak salah tetangga
baru yang belum lama menikah.
Cepat sekali, chucky  bangkit lagi
dengan tegak. sambil  mengulas
senyum, sebagai pengganti
kata-kata pembelaan diri, "Aku
tak apaapa, kok!" 
wanita lesbian  muda itu balas
tersenyum. Memberi semangat. 
chucky  pun berlalu. Gengsi
mendorong kepalanya supaya
tetap tegak. Dan mungkin gengsi
itu pula yang menambah
tenaganya yang sudah mulai
kendor untuk mampu melakukan
lari-lari kecil terakhir menuju ke
rumahnya sendiri. 
Sebuah sepeda motor tua
mendahuluinya masuk ke
halaman. Pengemudinya fredy krueger ,
menganggukkan kepalanya
dengan hormat lalu memarkir
sepeda motornya tak jauh dari
garasi. 
chucky  kini lari-lari di tempat. 
Disusul gerakan gerakan
penutup, sebelum ia mendengar
langkah-langkah mendekat ke
arahnya. 
"Selamat pagi, Tuan," fredy krueger 
menyapa. 
"Pagi!" 
"Maaf, saya masuk agak siang,
Tuan. Saya kebagian giliran
ronda malam di tempat tinggal
saya....." 
chucky  tersenyum menghibur.
Bertanya dengan gurauan,
"Berapa orang pencuri yang
berhasil kau bekuk, fredy krueger ?" 
fredy krueger  menjawab serius, "Cuma
satu orang, Tuan. la ketahuan
menggerayangi merpati punya
tetangga!" 
"Oh. Cuma merpati!" chucky 
tertawa lelah. "Pasti bakal
ramai, fredy krueger . jika yang ia
gerayangi itu, istri tetangga!" 
Mau tidak mau, fredy krueger  pun
tertawa. "Permisi, Tuan. Saya
akan segera mengeluarkan
mobil dari garasi." 
chucky  manggut lalu sambil 
bersiul-siul kecil ia menyusul
masuk ke dalam rumah. 
saat  lewat ruang tengah, ia
melihat istrinya tengah berjalan
menuju dapur. 
Tak keburu mengelak, chucky 
otomatis menyapa, "Hai. . ...!" 
jessica  memperhatikan suaminya
dengan mata terbuka lebar.
Habis melongo begitu, barulah
ia desahkan sahutan heran,
"Hai!" 
jessica  terus mengawasi suaminya
yang masuk ke kamar tidur.
Lewat pintu yang dibiarkan chucky 
menganga, tampak suaminya
lalu  menghilang di balik
pintu kamar mandi. 
jessica  meneruskan langkah ke
dapur. Membantu martini 
mempersiapkan sarapan pagi.
Masih terheranheran, jessica 
nyeletuk pada pelayannya,
"Tampaknya Tuanmu baru
pulang jogging, martini ." 
"Benar, Nyonya." sahut martini ,
terus sibuk. 
"Sudah lama sekali dia tidak 
melakukannya. Membuat dia
makin loyo dan lemah saja," jessica 
melanjutkan, setengah melamun.
Bibir ranum martini , sesaat 
mengulas senyuman mekar.
"Setahu saya. Nyonya, Tuan
masih kuat"!" 
jessica  mengawasi pelayannya.
"Setahumu, eh?" 
Sadar lepas omong, martini 
memalingkan muka. Terjengah.
Ia beruntung. Saat berpaling itu,
matanya beradu dengan jam
dinding di tembok ruang tengah,
yang letaknya sejajar dengan
pintu dapur, martini  pun lantas
pura pura mengawasi jam.
Tampak asyik menghitung
hitung. 
lantas, "Buktinya, Nyonya. Tuan
masih mampu jogging sekitar 70
menit. . ." 
Alis jessica  terangkat. "70 menit.
Bagaimana kau bisa tahu
waktunya dengan tepat, martini ?" 
"sebab , Nyonya. saat  saya
terbangun subuh tadi, Tuan pun
ikut bangun!" 
Oh. oh. martini  lepas omong lagi. 
Si pelayan yang lugu itu
buru-buru membuka oven.
Mengeluarkan daging panggang
yang mengepulkan asap dan bau
merangsang hidung sebab 
belum cukup matang, ia
memasukkannya lagi ke oven.
Sambil berujar membela diri,
"Saya melihat Tuan waktu
keluar dari kamar, Nyonya." 
jessica  mendengus agak keras,
"Dari kamar kerjanya, pasti!" 
"Benar, Nyonya. Dari kamar
tempatnya habis bekerja. . ..!"
Ampun, martini . Payah benar
caramu membela diri! 
Berpikir begitu, martini  sempat
gugup. 
Lagi lagi ia beruntung. Majikan
wanita lesbian nya masih
terpengaruh perasaan kesal
sebab  tiba-tiba diingatkan
bahwa malam tadi ia pisah tidur
dengan si suami. Dan itu terjadi
bukan hanya sekali itu saja! 
jessica  mengeluh pendek. lalu
memerintahkan, "Siapkan saja
meja makan, martini ." 
"Baik, Nyonya." 
martini  melenggang ke luar dapur.
Melenggang sebagaimana biasa
ia melenggang. namun  baru satu
dua langkah. ia tahu-tahu
menegun diam. Mau tidak mau
jessica  menoleh. Tanpa berpaling ke
belakang, martini  meneruskan
langkah. Kini, lenggangnya
berubah kaku. Belum lagi kedua
tangannya, memegangi pula
pinggul kiri dan kanan. 
"martini ?" 
"Ya Nyonya?" pelayan itu
membalikkan tubuh, dengan
tangan tetap menekan pingguL 
"Apakah ada bisul di
pantatmu?" 
"tidak , Nyonya" 
"lantas. Mengapa kau
melenggang seperti itu?" 
"Oh!" martini  tersenyum malu
malu. "Seperti kata Nyonya,
goyangan pantat saya jangan di
. . ." 
jessica  pun menghardik, "Itu bila
kau lewat di depan suami saya!" 
martini  pun lantas melirik kiri
kanan. Sesudah  yakin majikannya
yang laki-laki  tak tampak di
sekitarnya martini  pun pergi
menuju meja makan dengan
lenggoknya yang spesifik itu,
pinggul terayun-ayun, aduhai. Ia
bereskan kertas-kertas di atas
meja makan. Menyusunnya ke
map, yang saat  ditutupkan,
tampak tertulis dengan
huruf-huruf emas di sudut kiri
atas, jess  , S.H. 
Di dapur, si pemilik map,
mendengus, "Konyol!" 
 Tibalah waktu sarapan pagi. jessica 
sudah menempati kursinya,
dengan pakaian siap berangkat
ke kantor. Ia sendiri yang
menuangkan teh dari poci ke
cangkir. Sekali, ia menoleh ke
arah pintu kamar tidur.
Mendengar suara suaminya
bersenandung riang, menirukan
sebuah lagu dangdut yang saat
ini lagi top. jessica  tampak
berpikir-pikir. 
Dan saat  chucky  sudah duduk
menghadapi meja makan, jessica 
pun mengawasi suaminya
sekilas. lalu , "Pah ...?" 
"Huh?" chucky  terdongak. 
"Tak biasanya kau serapi dan
senecis pagi ini...!" 
chucky  melongo, lantas seperti
orang tolol memperhatikan
dandanannya sendiri. Sementara
itu di dapur, martini  yang tengah
beberes, diam diam mencuri
dengar. 
"Ah, Mamah ini," chucky  akhirnya
tersenyum. "Apa salahnya jika
sekali-sekali aku tampak
perlente?" 
"Salah sih nggak," jessica  balas
tersenyum. "Aku hanya ingin
tahu saja, kok. Apalagi"
sepulang jogging, kau tampak
riang gembira. Bertemu wanita lesbian 
mntik di jalan, ya?" 
chucky  tertawa. Renyah.
"Kalaupun ada, Mah. Percuma
toh. Selain aku sudah umur, di
rumahku pun sudah ada
wanita lesbian  paling cantik
seantero jagat!" 
Berkata demikian, sepasang
mata chucky  berbinar binar. Di
matanya itu, terbayang wajah
martini . Dan di dapur, martini 
menahan nafas. Kelopak
matanya terpejam, dengan mulut
tersenyum. Dan di meja makan,
jessica  juga bereaksi. 
Mendengar kata-kata suaminya,
mana chucky  mcmandang
lurus-lurus pula ke wajahnya,
jessica  dibuat bersemu merah kulit
mukanya. 
Tersipu-sipu, ia bergumam lirih,
"Sudah lama sekali aku
merindukan ucapan seperti itu
darimu, Pah....!" 
chucky  tersedak. 
Di dapur, kelopak mata martini 
membentang terbuka. Mulutnya
yang tadi tersenyum, tahu-tahu
berubah rona menjadi masam.
Cemberut, sebab  tak suka
dengan apa yang barusan ia
dengar. 
chucky  menguasai dirinya kembali.
"Ayo, Mah. Kita mulai sarapan
pagi kita!" 
jessica  memandang tersenyum.
"Sarapan."!" Desahnya,
bergairah. "Seperti pagi
kemarin"!" 
chucky  pun menyeringai. Kecut. 
Di dapur, martini  mengurut dada. 
dunia ini, memang benar
hanya sebuah panggung
sandiwara. Dan sandiwara itu,
mestinya tak pernah lepas dari
misteri. Terbukti pada sore hari
itu juga, di tempat terpisah pisah
satu sama lain berlangsung
sejumlah model tanya jawab.
Yang tanpa disadari pihak pihak
bersangkutan, justru menjurus
ke satu titik temu. 
chucky  berbaring lunak di sebuah
dipan empuk. Di kamar praktik
seorang psikiater berwanita lesbian  sejuk
dan bersuasana nyaman.
Kelopak mata chucky  terpejam
saat  ia menggumamkan
sebuah kalimat bernada getir. 
". . . Aku merasa berdosa!" 
Duduk santai di kursi putarnya,
si ahli jiwa yang masih terhitung
muda usia, mengawasi kliennya
dengan pandangan lunak.
Selunak kata-kata yang
lalu  ia lontarkan, "Itu
disebab kan Anda masih
memandang istri Anda mirip
seorang petinju bayaran. . . ..l" 
"Kali ini berbeda" 
"Perbedaannya?" 
"Aku khawatir , saat ini kembali
jatuh cinta!" 
Psikiater itu tersenyum
memahami. "Kepada jessica ?" 
Sepasang kelopak mata
membuka terperanjat. 
Itu adalah kelopak mata jessica ,
saat  mendengar pintu kamar
kerja di kantornya, diketuk
seseorang dari luar. jessica  yang
tadinya melamun mengawasi
jalan raya di luar sana, memutar
kursi di belakang mejanya. 
Seraya berujar agak keras,
"Masuklah!" 
farida  yang mengetuk. Sekretaris
yang usianya tak berbeda jauh
dengan sang majikan itu
membuka pintu pelan-pelan.
namun  ia tidak masuk. Ia hanya
memunculkan sedikit dirinya di
ambang pintu. 
lalu berkata, "Semua sudah
pada pulang, Bu 
jessica  melirik ke jam dinding 
Memang, waktu sudah
menunjukkan menjelang pukul
lima sore. jessica  meluruskan
duduknya. "Dan, kau sendiri.
Apa yang masih kau tunggu,
farida ?" 
farida  mengawasi majikannya.
Menjawab khawatir , "jujur saja.
Saya mencemaskan Anda. Hari
ini Bu jessica  tampak berbeda.
Murung, tepatnya!" 
jessica  merenung "Ada yang
menungggumu di rumah, farida ?"
farida  menggelengkan kepala.
"Suami saya masih di luar kota
ini. Biasa. Cari obyekan. Yang
seperti Bu jessica  tahu, beberapa
kali terpaksa ditombok dengan
gaji saya di kantor ini!" farida 
menarik nafas panjang,
lalu  tersenyum lirih.
"Terus terang saya malu pada
Bu jessica . Saja selalu diberi
pinjaman .Dengan angsuran
yang ringan pula.. .." 
Sikap kaku jessica , pelan-pelan
mulai mengendur. Diiringi
senyuman tipis, ia mengajak,
"Duduklah. farida . Itu, jika kau
punya waktu senggang untuk
obrolan ngalor-ngidul!" 
farida  mengangguk. Ia mengambil
tempat di kursi, berhadapan
dengan majikannya. Tas
tangannya disimpan di meja. 
"Mudah-mudahan kita sama
terhibur, Bu jessica ," desahnya
berharap. 
"Alaa. farida . Nggak usah
formil-formilan begitu ah!"
dengus jessica , sementara ia sendiri
pun merubah posisi duduknya
supaya lebih rileks. "Bukan pada
jam kantor, ini!" 
"Senang mendengarnya!" farida 
ikut rileks. "Nah, jessica . mengapa
kau tidak langsung saja ke inti
masalah?" 
begitulah. Dalam sekejap,
bawahan dan majikan yang
kebetulan memang seusia itu
sudah berubah menjadi
sepasang sahabat akrab, tempat
satu sama lain bertukar pikiran,
sampai ke hal hal yang paling
pribadi. 
Meski sinar matanya masih
tampak sendu, wajah jessica  kini
lebih cerah. 
Ia pun memulai, "Kau tahu siapa
aku, bukan?" 
farida  tertawa. 
"Ini mengenai suamiku, farida . .
.." 
"Sudah kuduga." 
"Waktu kita masih satu bangku
kuliah"." jessica  berujar, dengan
mata setengah menerawang.
"Aku tak akan pernah
melupakan, saat  kau
mengusulkan nama seseorang
yang sesuai kuajak berdiskusi
menyangkut skripsiku . . . ." 
"Si Taman Bacaan!" farida 
tersenyum. 
"Dan ia masih seperti itu,
sampai sekarang ini," jessica 
menggeleng. masygul. "Seperti
pernah kau peringatkan, aku
memang sudah lama dijadikan
nomor dua. . .." 
Dengan bijaksana. farida  tidak 
mengeluarkan komentar. 
jessica  ia biarkan menjelaskan
sendiri. 
"Lalu tiba-tiba. Sangat tiba-tiba,
bahkan aku pun tak berani
mengimpikannya. Pagi ini, chucky 
berubah total. chucky  tiba tiba
memandangku penuh rasa cinta.
chucky  pun mengucapkan
sejenis  kata kata yang
membuat jantungku
berdebar-debar. ..!" 
farida  menatap takjub. "Apakah
aku tidak salah dengar?" 
 Yang pasti salah dengar, adalah
martini . 
Saat itu, ia tengah menyirami
tanaman di halaman depan
rumah majikannya, dengan
semprotan air dari selang yang
dipegangnya. Di sebelah mobil
yang sudah dibersihkan sampai
mengkilap. fredy krueger  dengan jengkel
mengawasi martini . jelas si pelayan
tengah bekerja sambil 
melamun. 
"Apakah kau tuli, martini "!"
katanya setengah berseru. 
sebab  martini  tak juga bereaksi,
fredy krueger  menjulurkan tangannya
lewat jendela depan mobil yang
masih terbuka kacanya. la
pencet klakson sekuat-kuatnya.
Barulah martini  memperlihatkan
reaksi. Sayang, reaksi yang
teramat sangat berlebihan. 
Bunyi lantang klakson mobil,
membuat martini  terperanjat. la
berpaling kaget. Selang plastik
di tangannya, dengan sendirinya
pula ikut berubah arah. 
Tak pelak lagi, air sudah
menyemproti wajah fredy krueger  yang
tak keburu menghindar. Dalam
sekejap, fredy krueger  sudah basah
kuyup. 
martini  melongo. 
namun  selang plastik di tangan,
belum juga ia lepaskan. Dan tak
juga arahnya dialihkan. Si supir
kurus kerempeng yang tak
ubahnya tengah berhujanhujan
itu, terpaksa melangkah maju
dan maju. Dengan air terus
menyemprot mengguyuri
tubuhnya. 
Mandi terpaksa itu baru
terhentikan, sesudah  ia berhasil
menggapai selang lalu
merenggutnya lepas dari tangan
martini . Barulah si pelayan
tersadar, begitu mulut slang
diarahkan fredy krueger  kepadanya. 
"Ampun, Bang fredy krueger !" martini 
menjerit tertahan. Reflek,
menutupi kepala dengan telapak
tangan. Wajahnya yang pucat
pasi lalu  memperlihatkan
kelegaan, sesudah  mengetahui
bahwa sambil merenggut selang
itu, tadi fredy krueger  sekalian mencabut
alat pengatur air, yang dengan
marah ia lemparkan ke
rerumputan. 
"Terima kasih, Bang fredy krueger .
Terima kasih. Abang tak balas
dendam. . .." 
"namun  kau tetap seorang
sialan, sexy! Orang mau pamit
pulang, malah dimandiin! Ada
apa dengan kau. sexy" 
"Nggak apa-apa, Bang.
Sungguh!" 
"Bohong!" 
"Sumpah. . ..." 
"Demi"!". fredy krueger  membelalak,
dengan mata mengancam 
martini  pun menyeringai lebar.
"Demi-kian, Bang fredy krueger !" 
Si supir kerempeng tidak 
kecewa. la malah ikut
menyeringai, "Dasar kau sexy!" 
"Namanya atau orangnya, Bang
fredy krueger ?" 
"Semua deh!" 
"Abang sungguh bermurah
hari!" kata martini , lembut. "namun 
apakah Abang tak ingat bahwa
Abang sudah terlambat
menjemput Tuan?" 
"Hem!" fredy krueger  menatap curiga.
"Waktu tadi aku datang ke sini,
kau buru-buru menyongsong
Dan langsung menanyakan Tuan
kita. Kini, pun kau masih
memikirkannya. jangan-jangan. .
.." 
"Tenang, Bang. Tenang." martini 
membujuk. "Ingat, sudah lewat
pukul lima" 
"Lantas?" 
"Lekaslah jemput Tuan. Nanti
Abang dimarahi !" 
"Lagi-lagi Tuan. . 
martini  mendelik, "E.-eee"!" 
"Dasar tuli. Bukankah tadi
sudah kubilang. Tuan akan
pulang dengan taksi!" kata 
fredy krueger  seraya mengawasi pakaian
di tubuhnya, yang baru teringat,
sudah basah kuyup, "Wah.
Bagaimana aku harus
pulang....l" ia mengomel. Lalu
dengan wajah riang, "Eh, iya,
ya. Bukankah aku punya
cadangan pakaian kerja. Di
mana kau simpan, sexy?" 
"Mari kutunjukkan, Bang." 
martini  mendahului masuk ke
rumah, diiringi oleh fredy krueger , yang
begitu mereka sudah berada di
balik pintu, langsung berlaku
nakal dengan mencolek pantat
martini . Cemas. Si pelayan pun
terpekik, dan mendeliki fredy krueger 
dengan marah. 
fredy krueger  tersenyum asam-asam
manis. "Apa kau ingin aku
membalas. Menyeret lantas
melemparmu langsung ke bak
mandi?" 
martini  pun terpaksa mengalah.
"Jangan. bang!" 
"Bagus. Sekarang, ambilkan
pakaian gantiku sebelum aku
terkena flu!" 
Namun, begitu martini  menghilang.
fredy krueger  pun terbangkis! 
 Di kamar praktik si psikiater,
chucky  malah terbatuk batuk. Ia
lantas duduk lurus-lurus di
tempatnya, seraya
mengurut-urut dada. 
"Maaf..." katanya
terengah-engah. "sebab 
kebodohanku, aku agak kurang
sehat. Aku tahu, salah besar
memaksakan diri. namun  pagi
tadi... aku jogging melampaui
batas"! sebetulnya  lebih
banyak sebab  ingin membuang
jauh-jauh perasaan bersalah!" 
"Itu bagus!" kata psikiater,
menyetujui. "Sedikit banyak,
perasaan bersalah Anda dapat
dikurangi. . ?" la menunggu
sampai pasiennya kembali
tenang .Baru meneruskan,
dengan pertanyaan. "Anda tadi
mengemukakan tentang
perasaan bersalah yang lainnya.
namun  Anda segan menyebutkan
apa. Biarlah aku bantu..."
Dengan sorot matanya yang
berwibawa, dokter jiwa itu
memandang lurus ke mata chucky .
"Yang lain itu, bukan sebab 
apa, siapa, atau bagaimana. Itu
adalah.... menyangkut status.
Yakni si wanita lesbian  yang tadi Anda
sebut sebut. Seorang pelayan
rumah tangga. Atau, yang kalau
kita sedikit jengkel, kita
menyebutnya". babu. Apakah
aku keliru?" 
chucky  menggeleng. Susah-payah.
Disusul keluhan, "Mengerikan
bukan, Dokter?" 
Sang psikiater menjawab,
tandas. 'tidak !" 
'tidak ?" 
"Benar. Sama sekali tidak 
mengerikan. justru, hal itu
sesuatu yang wajar. Yang tak
perlu dicemaskan 
oleh Anda, atau tidak lain yang
juga pernah melakukan hal hal
seperti Anda lakukan. Jumlah
mereka, tidak sedikit. namun 
kesulitan yang mereka hadapi,
sebetulnya lah, mereka buat
buat sendiri. . ..!" 
chucky  mengeluh, "Terkutuk benar.
Mestinya aku tak lupa diri!" 
"Maksudku," sang psikiater
tersenyum menghibur. "Anda,
atau banyak laki-laki  lain yang
pernah melakukannya....
sebenarnya tak perlu merasa
ketakutan. Kita ambil contoh,
langsung di lingkungan rumah
tangga Anda. Seperti dalam
beberapa pertemuan kita,
berkali kali Anda mengatakan,
Anda bukanlah penguasa di
tempat tidur. Konon pula,
sebagaimana sering Anda
katakan. Si istri berlaku
beringas. Tak mau tahu, apakah
si suami juga ingin seperti ia
menginginkan. Lebih celaka
lagi, jika si istri tak peduli
apakah sesudah  ia mencapai
puncak kenikmatan, si suami di
bawah tubuhnya justru terbadai.
Terbadai, bukan sebab  habis
orgasme. Melainkan sebab 
sakit hati!" 
"Itu mengenai masa lalu!" chucky 
mendengus, bosan. "Aku
menemuimu hari ini, untuk
berbicara tentang hari ini pula.
Lebih jauh, mungkin juga
harihari mendatang?" 
Sang psikiater menekapkan
telapak tangan ke dagu, berujar
khidmat. "Hari esok, adalah
lanjutan hari ini. Dan apa yang
terjadi hari ini, adalah
merupakan tuaian dari hari
kemarin. ..!" 
"Klise!" 
"Benar. Namun tak dapat
dihapus begitu saja!" 
"Baiklah." chucky  menyerah. "lalu,
klise macam apa yang sedang
kuhadapi?" 
"Penyaluran." 
"Dari apa?" 
"Ketidak berdayaan. Anda dari
istri Anda. Lebih luas lagi,
ketakutan Anda pada impotensi.
Itulah yang terjadi dengan Anda.
Anda tidak saja lupa diri, saat 
saluran yang lain itu tiba-tiba
membuka pintu lebar lebar
untuk Anda masuki" !" si
psikiater menyeringai, penuh
arti. "Jauh di dasar sanubari,
tanpa Anda sadari, Anda
sebetulnya  malam itu merasa
ditantang. Ditantang untuk
membuktikan, bahwa Anda
tidak lah seloyo yang
diperkirakan istri Anda. Atau
lebih jauh lagi, Anda ingin
membuktikan, bahwa Anda
belum impoten." 
"Hem. Mungkin juga. . .." 
"Itu sejenis  kepastian.
Percayalah." 
"Akan kucoba!" chucky  mendesah.
Lalu tercenung cenung, sebelum
meneruskan dengan sebuah
pertanyaan yang belum
terpuaskan, "'Bagaimana
dengan perasaanku yang
satunya lagi?" 
"Seperti yang kubilang tadi.
Wajar. Penyaluran itulah yang
terutama. Adapun siapa yang
membuka saluran, tidak penting
lagi. Dari kejadian yang sudah
umum, si pembuka saluran tentu
saja seorang pelacur. Namun,
sebab  kondisi kondisi tertentu,
si pembuka saluran bisa saja
wanita lesbian  lain yang masih
bebas namun  lebih bersih dari
seorang pelacur. Dia itu bisa
saja istri muda, istri orang lain,
adik ipar, bahkan ibu kandung
sendiri!" 
"Ibu kandung?" 
"Benar. Ini sebuah klise yang
lain. Namun yang tak seorang
manusia pun bisa menghapusnya
dari lintasan sejarah. Odiphoes,
sampai matinya, tetap
mendambakan ibu kandungnya
sendiri sebagai satusatunya
wanita lesbian  yang mampu
memuaskan nafsu birahinya...."
Dokter beralih duduk ke tepi
meja kerjanya. Berujar lunak,
"Anda lihat, bukan" Status, tak
lagi dipentingkan. . ." 
chucky  tengadah, menatap
psikiaternya. "Dan, pembantu
rumah tangeaku..." 
"seorang wanita lesbian ," dokter
mcnukas, tuntas. "Tetaplah
seorang wanita lesbian . Sama
seperti wanita lesbian  lainnya!" 
 Dan, wanita lesbian  lainnya, dalam
hal ini jessica , yang saat itu
menyandarkan tubuh di bingkai
jendela kantornya, berkata lirih,
"Itulah semuanya, farida ." 
farida  memandangi majikan yang
juga sahabatnya itu, dengan
waiah prihatin. "Jadi,
diam-diam kau menaruh
prasangka yang bukan-bukan
pada suamimu. . . .?" 
"Prasangka" lni naluri, farida .
Naluri seorang istri!" 
"Baiklah. Lalu, apa yang bisa
kubantu?" 
"Seingatku, kau lebih dahulu 
mengenal chucky . Sesudah  masing
masing kita menempuh hidup
sendirisendiri, kalian pun masih
suka bertemu dan berdialog satu
sama lain..." 
"Ah. Kunjungan rutin antar
sahabat lama. Tak ada yang
perlu dicurigai, jessica . Toh, kau
atau terkadang juga suamiku,
selalu ikut hadir saat aku
berbincangbincang dengan
suamimu!" 
"Seujung rambut pun aku tak
pernah bercuriga padamu,
farida !" 
"Aku percaya." 
"namun  saat ini aku mengajakmu
ngobrol, bukan sebagai
perintang waktu semata," jessica 
kembali ke kursinya. "Aku
sungguh sungguh membutuhkan,
jika bukan nasihat, sedikitnya
pandanganmu. Yang barangkali,
dapat meredakan
kegelisahanku." 
"Teruskan." 
"Kita mulai saja dari chucky ,
suamiku. Kau sudah 
mengenalnya luar dalam,
bukan?" 
"Luarnya, benar!" farida 
tersenyum-senyum. "Apa yang
tersembunyi di balik celananya,
kau lebih tahu!" 
"Aku serius, farida !" 
"Bukan. Kau hanya tegang." 
"Ah...." 
"Kau merasa tegang, jessica .
sebab  tiba-tiba kau terkejut.
Sesudah  menyadari suamimu
sudah  memasuki puber kedua." 
"Astaga!" jessica  tersentak. "Puber
kedua!" 
farida  tersenyum. 
Menghibur. 
Bersama waktu, yang terus saja
berlalu. Berlalu tanpa mengenal
lelah. 
Dan tanpa pernah berhenti
menggiring setiap insan dan
makhluk merambas hutan-hutan
kehidupan. 
tidak ada istilah mundur. Siapa
pun diharuskan menurut. 
Terserah suka atau tidak !" 
menjelang  Magrib, jessica  tiba
di rumah. Pintu garasi terbuka.
Ia langsung memasukkan
mobilnya ke sana. Bersebelahan
dengan mobil suaminya yang
oleh fredy krueger  sudah  disimpan lebih
dahulu pada tempatnya. martini 
yang baru saja selesai
menyeterika di koridor
belakang, bergegas mendatangi
dari pintu tembus ke garasi. 
"Tuan sudah pulang, ya?" tanya
jessica  sambil lalu, ingin
diyakinkan. 
martini  membawakan tas kerja
majikannya. "Belum, Nyonya.
Bang fredy krueger  disuruh pulang
dahulu an. Tuan nanti akan pulang
pakai taksi." 
Ada kelegaan terpancar di
wajah jessica  mendengar
keterangan martini . Ia berjalan
masuk ke rumah induk, diiringi
pelayannya yang diam-diam
memperhatikan cara melangkah
si majikan yang sungguh tidak 
feminin. 
Diam-diam, martini  menggeleng. 
"Memangnya ada apa. martini ?" 
"Kata Bang fredy krueger  Tuan masih
ada urusan penting yang harus
Tuan selesaikan. ..!" 
"Begitu!" kali ini alis jessica 
terangkat mendengar kata
"urusan penting'. Bertemu
kekasih gelapnya, mungkin" 
jessica  tidak langsung ke kamar.
Langkahnya malah diteruskan
menuju ruang kerja pribadi
suaminya. Pintunya ternyata
tidak dikunci. Sebelum masuk ke
dalam, jessica  berpesan pada
pelayannya, "Nanti kalau Tuan
pulang, segera beritahu aku!" 
"Baik, Nyah," sahut martini , sambil
memandang heran majikannya
yang lalu  menghilang di
balik pintu yang langsung
ditutupkan dari dalam. Dengan
wajah diliputi tanda-tanya martini 
meneruskan langkah ke kamar
lain, untuk menyimpan tas kerja
majikan wanita lesbian nya. 
Di kamar kerja sang suami, jessica 
sejenak bingung, 
Ia putarkan pandang ke sekitar
ruangan. Seolah baru pertama
kali melihatnya. Tampak selain
meja kerja, juga ada sofa, lemari
keramik, beberapa piagam di
tembok plus sejumlah foto-foto
keluarga. Dan, tentu saja sebuah
lemari bertingkat, lebar, dan
panjangnya memenuh satu sisi
tembok, yang dipenuhi begitu
banyak buku. Perpustakaan
pribadi chucky .  
Pandangan jessica  lalu 
kembali ke arah meja kerja. 
Ada kotak surat di sana. saat 
ia melangkah menuju meja
dimaksud, jessica  membayangkan
wajah sahabatnya farida , yang
berkata serius padanya, "Jika
suamimu benar sedang
mengalami puber kedua, jessica .
Maka ada dua kemungkinan.
Pertama, dan ini yang paling
umum terjadi, suamimu tergoda
oleh wanita lesbian  lain. Dan kau
harus mencegah. jangan sampai
wanita lesbian  sainganmu itu
semakin dalam memasuki
kehidupan suamimu. sebab 
itu.... mulailah mencari
petunjuk!" 
jessica  sudah menumpahkan isi
kotak surat, yang sesaat 
berhamburan di permukaan
meja. Ada sebuah uang logam
ikut terjatuh. Menggelinding di
kaca meja, terus ke lantai.
Menggelinding lagi, sebelum
tergeletak diam. 
Semua itu diawasi jessica  dengan
mulut melongo! 
Barulah sesudah  itu ia mulai
meneliti surat-surat di meja.
Beberapa adalah surat-surat
dinas. Lalu, surat dari kaum
kembar. Dan sejumlah surat dari
luar negeri. Siapa Lagi
pengirimnya, kalau bukan putra
tunggal mereka, aidit . Sesaat jessica 
senyum rindu memegangi salah
satu amplop surat anaknya.
lalu , mulai membuka laci
demi laci. Tak satu pun laci meja
kerja 
chucky  yang terkunci. Suatu bukti,
keterbukaan hidup rumah
tangganya selama ini. 
Dan, tentu saja, jessica  tidak 
menemukan apa yang ia cari. 
Ia terduduk, bingung. 
Lalu membayangkan lagi wajah
farida , yang mcngingatkan,
"Camkan, jessica . Surat atau foto
kekasih gelap, akan disimpan
seorang suami di tempat-tempat
tersembunyi. . .!" 
jessica  pun berpikir keras. 
Ia kembali bersemangat.
Pertama-tama, tangannya
menyelusup kembali ke laci
besar di meja kerja suaminya.
Mencari-cari tempat rahasia.
tidak ketemu. Di bagian bawah
permukaan meja, mungkin" 
jessica  pun merunduk, dan meraba
raba ke sana. Lalu, mendadak ia
tertegun. Wajahnya berubah
tegang Pelan-pelan tangannya
yang tadi meraba, ditarik
mundur. Tangan itu terkatup.
Yang lalu  ia buka dengan
wajah tampak segan. Di telapak
tangannya, tampaklah seekor
makhluk kecil berwarna cokelat
kemerahan. Seekor kecoa, yang
menggerak gerakkan sungut,
sebelum lalu  meloncat
terbang. 
Pucat pasilah wajah jessica 
sesaat ! 
Beberapa saat lamanya, ia
terduduk mengatur nafasnya
yang sempat sesak. Sambil
menggerutu, kesal. "Kecoa
sialan. Sembunyi nggak
bilangbilang!" 

Sementara sebuah taksi yang
ditumpangi suaminya tengah
melaju di jalan raya. jessica  pun
terus melaju dalam usahanya
mencari petunjuk untuk
membuktikan sang suami
memang ada main dengan
wanita lesbian  lain di luar rumah
mereka! 
Sesudah  tidak menemukan
apa-apa di bawah kasur sofa, ia
pun bergerak ke perpustakaan si
suami. Celah-celah buku
diperiksa. juga satu-dua buku
yang ia curigai, ikut kena getah.
Dibuka-buka dengan kasar,
dilembari cepat-cepat, lalu
ditutupkan lagi masih dengan
kasar. Suatu saat, jessica  menarik
sebuah buku dari rak, yang sisi
dalamnya tampak tidak rapat.
Bagian itu ia buka dengan wajah
harap-harap cemas. 
Terjatuhlah ke lantai, sehelai
foto ukuran sedang dengan
posisi menangkup. 
jessica  tegang. 
Takut-takut foto itu diambil.
Mata dipejamkan dahulu , sebelum
bagian muka foto ia balikkan.
Dan saat  matanya dibuka
kembali, tampaklah oleh jessica 
seseorang tersenyum lebar
padanya. Orang itu berdiri dekat
salah satu tugu di halaman
sebuah gedung 
megah. Dari arsitektur dan
suasana sekitar, jelas itu sebuah
gedung sekolah. Sekolahan yang
tampak berkelas. Dan jelas
wajah yang tersenyum lebar di
foto itu, adalah wajah aidit . 
Kecewa namun  sekaligus juga
lega, foto itu didekapkan jessica  ke
dada. 
"Anakku!" ia mengerang, rindu.
Lalu, "Bantulah ibumu yang
malang ini, Nak. Aku harus
menemukan foto atau surat yang
menyatakan cinta si wanita lesbian 
pada ayahmu!" 
Entah sebab  bantuan anaknya,
atau sebab  keberuntungan,
akhimya jessica  menemukan juga
sepucuk surat cinta di salah satu
buku, yang dilapisi debu tipis
sebab  lama tak dibuka. Di
amplop surat tertulis jelas:
"Kepada Yang Tercinta," di
baris atas, dan di bawahnya:
"chucky ul Arifin." 
jessica  sempat menahan nafas
bahkan mulai membayangkan
akan mencakar habis wajah
suaminya, sebelum akhirnya ia
bergumam heran, "Alamatnya
kok di asrama mahasiswa. ...."!" 
Penasaran, cepat bagian amplop
ia balik. 
Dan ter-bacalah, jess  . 
Ia ternganga, "Astaga. Aku
sampai lupa bahwa ini tulisan
tanganku sendiri!" 
jessica  benar-benar kecewa. Namun
juga sempat bangga, suaminya
masih menyimpan surat cinta
mereka, yang segera ia
kembalikan ke tempatnya
semula. Sebelum disimpan ke
rak, buku itu dicium. Akibatnya,
ia terbatuk. Keki, lapisan debu
tipis di buku ditiup lebih dahulu ,
baru lalu  disimpan
kembali ke tak. Dengan hati-hati
dan penuh rasa cinta! 
Dan, lonceng musik pun
berdentang. 
jessica  terperangah. Ia pergi ke
jendela. Dengan menyingkapkan
tirai sedikit saja, ia sudah dapat
mengetahui bahwa malam sudah
merambat di luar sana. Sebuah
taksi, tampak tengah mundur
dari halaman rumah menuju
jalan raya. Sesaat  itu juga jessica 
meninggalkan jendela dan sibuk
alang-kepalang membereskan
suasana kamar yang sudah  ia
buat berantakan!" 
martini  membukakan pintu untuk
majikannya. 
Wajah chucky  yang tadinya lesu,
berubah cerah setalah
mengenali siapa yang membuka
pintu. Dan begitu pintu tertutup,
chucky  langsung berbisik,
"Nyonyamu di mana, martini ?" 
Cepat chucky  meletakkan tas
kerjanya di lantai. Lalu secepat
itu pula, kedua telapak
tangannya menekap pipi martini ,
yang disusulkan dengan
mendaratkan mulut di bibir sang
pelayan yang menunggu dengan
ranumnya. Sekilas cuma, namun
cukup untuk mengembalikan
semangat hidup chucky  yang
sempat merosot sebab  habis
berkonsultasi berat dengan
psikiaternya. 
martini  pun juga tak membuang
kesempatan. Habis dicium, ia
bertanya dalam bisikan, dengan
mata berbinar binar, "Kapan
Tuan akan menikahi saya?" 
Tersentak kaget sesaat, chucky 
cepat mengulas senyum.
"Percayakan saja padaku, martini ,"
bisik chucky , meyakinkan. 
chucky  sudah akan berlalu, saat 
martini  memanggil. masih dalam
bisikan, "Tuan" .?" 
chucky  membalikkan tubuh, agak
kesal. 
la lihat martini  menempelkan
telunjuk di bibir sendiri, lalu
menggerak-gerakkannya dengan
gerakan menyeka. chucky  pun
memahami maksudnya. Maka,
dengan sebelah tangan
menjinjing tas, tangan lainnya
pun sibuk menyeka mulut yang
tadi habis mencium martini , sambil
melangkah dengan gembira
menuju kamar kerjanya. Pintu
kamar kerja itu, masih tertutup.
namun  jelas terdengar
suara-suara samar di dalam. 
Sebelum membuka pintu, chucky 
lebih dahulu  menjilati bibir sendiri,
bahkan mengulum ngulum bibir
yang atas dengan yang bawah.
Tentu saja bibirnya menjadi
basah. Tak ada persoalan. Seka
saja dengan lengan jas,
bereslah. Bibir pun sudah bersih
dan kering, Barulah sesudah  itu
pintu dibuka chucky . Dengan
wajah sesaat  diubah menjadi
lesu, pundak turun layu sebab 
lelah dan tua. Sungguh, sebuah
pemmpilan seorang suami yang
patut dikasihani! 
Di belakangnya, martini  berjalan
diam-diam menuju dapur.
Dengan senyum
-senyum
bahagia. Dan sesuai instruksi
nyonya majikan, kedua tangan
bersusah payah memegangi
pantat, agar goyangannya tidak 
terlalu menggoda. 
Sementara itu, lewat pintu yang
terbuka tampak suasana di
ruang kerja lain yang kembali
rapi. Kecuali masih terlihat
beberapa lembar amplop yang
bertebaran di meja, begitu pula
foto berwarna aidit  di depan
kampus sekolahnya di Amerika
sana. 
Adapun jessica , saat itu tengah
duduk di kursi meja kerja
suaminya, dengan tangan
memegang selembar dari surat
yang ia temukan atau tepatnya,
ia sambar sekenanya saja tanpa
pikir panjang. Dan sepintas
kilas, di wajahnya yang tak
berdosa tampak gambaran
kerinduan. Seperti juga
kata-kata yang lalu 
meluncur dari mulutnya. 
"Hai, Pah. Aku begitu rindu
pada anak kita. Dengan
membaca surat-surat. . .." 
chucky  mengangguk lesu, juga
dengan wajah sama tak berdosa.
jessica  mementangkan kelopak
mata, seraya bangkit mendekati
si suami. "Aduh sungguh
kasihan. Papah tentunya lelah,
ya" Mari. akan kubantu Papah
agar tetap bersemangat. . ..!" 
Ia letakkan surat yang tadi
pura-pura ia baca, di 
meja. 
Lalu, kedua lengan diulurkan ke
depan. Telapak tangannya pun
tahu-tahu sudah mendekap pipi
sang suami. Disusul ciuman
bibir. Yang tentu saja, membuat
chucky  membelalak. 
Bukan main. Tadi, dengan cara
seperti itulah ia mencium martini .
Bagaimana jessica  sampai tiba tiba
melakukan cara yang sama
terhadap chucky " Ini cium
sungguhan, atau cium sindiran
sebab  jessica  tahu" 
Eh, nanti dahulu . Ada bedanya. 
Dari bibir, ciuman jessica  beralih
ke pipi. Tanpa chucky  mengetahui,
sepasang mata jessica  juga terbuka
lebar, memperhatikan dengan
cermat ke telinga si suami.
Membayang lagi wajah farida .
Yang memperingatkan,
"Perhatikan, apakah ada bekas
lipstik. ..!" 
Dengan telunjuk digerakkan
sedemikian rupa sehingga tak
mencurigakan, jessica  membalikkan
telinga suaminya, siapa tahu ada
bekas lipstik di bagian sana.
Nihil. Masih tanpa
mencurigakan cepat jessica 
berpindah mencium pipi lain,
melakukan hal yang sama
dengan telinga yang satu lagi.
Juga nihiL .
chucky  tentu saja dibuat semakin
bingung Sementara jessica , tidak 
berhenti sampai di situ. Telinga
jessica  menangkap ngiang suara
farida , "...atau, aroma parfum
yang berbeda. . ..!" 
Tak pelak lagi, jessica  membaui jas
suaminya yang ia buka
perlahan. Membaui lagi di
kemeja. Bahkan dada si suami
ikut dikecup kecup, sambil
hidung jessica  terus
mengendus-endus mencari
aroma parfum yang berbeda itu. 
chucky  terengah-engah. "Hei. Apa
yang membuatmu jadi bernafsu
begini, Mah?" 
Barulah jessica  mundur, diiringi
tawa kecut. 
Tak ada bekas lipstik. Tak ada
aroma parfum yang bukan milik
suaminya. Yang ada, hanya bau
keringat belaka. 
"Kau penuh keringat, Pah,"
desah jessica  menyeringai.
"Segeralah mandi. Aku sudah
lapar nih. ..." 
Jas lalu kemeja suaminya yang
terus ia lepas lalu  diangkut
jessica  ke luar dari kamar,
meninggalkan sang suami yang
masih tegak terbingung-bingung.
Di ruang tengah, jessica  menoleh ke
belakang untuk memastikan
suaminya tak melihat, lalu
mengendusendus kembali benda
benda di tangannya sekali lagi.
Dengan endusan kuat, untuk
meyakinkan dirinya. Wajah jessica 
pun berubah masam, sebab 
yang tercium oleh hidungnya
tetap sama, bau asam keringat.
jengkel, ia teruskan langkah
membawa jas dan kemeja
suaminya ke kamar cuci di
koridor belakang. Tanpa
menyadari, ada yang
memperhatikan dari sebelah
dalam pintu dapur. 
Yakni, martini  yang lalu 
mengernyitkan dahi.
Terheran-heran melihat
kelakuan majikan
wanita lesbian nya. 
martini  terus Sibuk di dapur.
Menyiapkan makan malam. 
Dan di kamar kerja, chucky 
menggeleng-gelengkan kepala
seraya membereskan surat-surat
yang bertebaran. Amplop dan
surat surat anak mereka
disimpan rapi ke kotak. Tinggal
sepucuk surat lagi. Yakni, yang
tadi ia pergoki tengah dibaca
istrinya. chucky  mau melipatnya,
saat  terbaca olehnya bagian
atas lembar surat itu. Tercantum
huruf-huruf pengenal "Bank
Dagang Negara", lengkap
dengan alamat. Dibuka lipatan
surat itu yang tentu saja hanya
berisi nota pendek, tak pula
banyak artinya, ditutup dengan
tanda tangan dan cap resmi si
pengirim. 
chucky  memandang ke arah pintu
yang terbuka. 
Bergumam takjub, "Sejak kapan
dia mulai tertarik membaca
surat-surat dinasku. eh"!"
namun  semuanya sudah
terlupakan, saat  sudah tiba
waktunya makan malam. 
martini , tengah menuangkan teh
panas ke sebuah cangkir di meja
makan. Asap mengepul naik dari
cangkir, menerpa wajah martini 
yang saat itu meremmerem
melek. Ternyata bukan asap tipis
dari cangkirlah penyebabnya.
Melainkan sebuah telapak
tangan laki-laki yang tengah
mengelus dan meremasremas
pantatnya. Itu adalah tangan
chucky , yang juga merem-merem
melek, namun dengan mata
terarah ke pintu kamar tidur
yang sedikit terbuka. 
Di kamar tidur itu, terasa
suasana nyaman sebab  ranjang
sudah siap dipakai, belum lagi
semaraknya bunga-bunga segar
di vas bunga, dan jessica  yang
tengah mempercantik diri di
depan toilet. Selagi dandan,
wajah yang sama membayang
pula, kali ini terlihat memantul
di kaca toilet, meski
samar-samar saja. 
Itu adalah wajah farida , yang
berkata dengan riang,
"Kemungkinan kedua, jessica . Yang
ini langka, namun  kita harap
itulah yang tengah terjadi.
Puber kedua suamimu, tertuju
pada wanita lesbian  yang sama.
Siapa lagi kalau bukan engkau
sendiri....!" farida  tersenyum
senang. jessica  balas tersenyum,
bahagia. farida  melanjutkan,
"Dalam hal ini, berlakulah
seperti pengantin baru.
Limpahkan perhatian yang lebih
banyak pada suamimu!" 
Bayangan samar farida 
mengabur. 
Terus hilang sirna. 
Tinggal wajah jessica  di kaca toilet.
Bahagia tiada terperi. 
Tangannya lalu 
mencari-cari di laci toilet. lalu
di kotak peralatan. sebab  tidak 
menemukan apa yang ia cari, ia
pun berseru, nyaring, "martini i. .
.."!" 
Di ruang makan, sepasang mata
martini  yang merem-merem melek,
sesaat  menyentak lebar saking
terperanjat. Telapak tangan
chucky  di pantatnya, ikut bereaksi.
Bagaikan kilat, sudah ditarik
pergi, lalu mendarat di meja
makan dalam posisi
tertelungkup. chucky  serempak
meluruskan duduknya, dengan
wajah memucat. Lalu agak lega,
sesudah  melihat bahwa istrinya
bukan memergoki kelakuannya,
melainkan hanya memanggil
dari kamar saia. 
"Ya, Nyah?" martini  akhirnya
menyahut terengah.
Keterkejutannya sudah  membuat
martini  sempat kehilangan kontrol
diri. Arah mulut teko di
tangannya berubah arah tanpa
ia sadari. Dan air teh panas
mengepul itu pun mengalir deras
ke arah mangkok berisi sop. 
chucky lah yang melihat kekeliruan
martini . 
chucky  sudah siap
memperingatkan. namun  ia
kedahuluan oleh martini , yang
masih hilang kontrol diri. martini 
sudah berlari-lari kecil menuju
kamar majikan wanita lesbian nya
sesudah  lebih dahulu meletakkan
teko, setengah terhempas, di
punggung telapak tangan chucky .
Yang tak ayal lagi, membuat
chucky  terbeliak dan secepat kilat
menarik tangannya dari pantat
teko teh panas yang menduduki
punggung tangannya secara
kejam itu. 
martini  tiba di kamar tidur
majikannya. 
Tanpa melihat ke pintu. jessica 
bertanya tak sabar, "Pinset.
Apakah kau tahu di mana aku
menyimpannya, martini ?" 
martini  mengatur nafasnya lebih
dahulu . Baru menjawab, "Rasanya,
Nyonya meninggalkannya di
kamatmandi..." 
"Ambilkan, cepat!" 
martini  bergegas ke kamar mandi.
lak lama lalu  ia serahkan
benda yang dimaksud pada sang
majikan. Ia masih tegak
menunggu, sementara sang
majikan tampak asyik mencabut
satu dua bulu alis mata yang
tumbuh tidak pada tempatnya.
Melihat si pelayan di kaca
cermin tampak menunggu
dengan gelisah, jessica  mendengus,
"Makan malam sudah kau
siapkan, martini ?" 
"Sudah, Nyah. Tuan pun sudah
menunggu." 
"Katakan aku akan datang
sedetik dua detik lagi!" 
martini  pun berlalu. Di ruang
makan, ia melihat majikan
laki-laki nya tengah sibuk mengurut
urut jarijemari telapak tangan
kanan. namun  dengan cepat chucky 
sudah menyimpan tangan
kanannya di bawah meja,
sesudah  melihat martini  datang
mendekat. Sambil chucky 
menghadiahi martini  senyuman
mesra. 
"Apakah dia...." chucky  bertanya.
Harap-harap cemas. 
"Syukur, Nyonya tidak melihat,"
bisik martini . "Nyonya masih sibuk
begini-begini!" sambil martini  sibuk
menggerakkan tangan,
menirukan orang mencabut alis
mata. "Ada apa dengan tangan
kanan, Tuan" Kok
begerak-gerak begitu?" 
"Ah, nggak. Hanya gatal
sedikit." 
martini  pun tersenyum nakal.
"Sabar, Tuan. Nanti saja lagi!" 
chucky  manggut. "Jangan lupa,
martini ," bisiknya. "Nanti malam,
pintu kamarmu jangan dikunci
ya?" 
"namun  Tuan. . ?" 
"Hush. Itu Nyonya datang. . ..!" 
martini  menyelesaikan tugasnya
dan pergi menghilang ke arah
dapur. 
Di kursinya, chucky  tercengang
melihat istrinya, dalam gaun
tidur yang semarak, berdandan
aduhai pula, berjalan
melenggang menuju meja
makan. Senyum bibir dan sinar
mata jessica  sungguh mengundang
birahi. namun ". wahai, sayang
sekali. Undangan birahi itu,
tanpa disadari jessica , sudah 
dibunuh sesaat  oleh goyang
lengan maupun pinggulnya yang
gegah setengah mengangkang
itu! 
jessica  lebih dahulu  mengecup bibir
suaminya yang
ternganga-nganga itu. Lalu
duduk di kursinya, sambil
bergumam bahagia, "Terima
kasih, Papah masih terpesona
oleh penampilanku. . .!" 
Hampir saja meledak tawa chucky .
Untung dapat ia tahan. 
"Kau seperti pengantin baru
saja," desah chucky . 
"Bernostalgia sesekali, tak apa
toh Pah?" jawab jessica  merdu,
diiringi kerlingan menggoda.
"Ayo. 
Sebelum menikmati kehangatan
tempat tidur kita nikmati makan
malam kita dahulu !" 
Dengan penuh kasih sayang, jessica 
sendiri yang menyendokkan nasi
ke piring suaminya. Disusul
ayam goreng. Lalu"sop !
chucky , tak keburu
memperingatkan. Tak tahu harus
bilang apa. 
chucky  merasa dirinya tiba-tiba
sungguh tak berdaya. Dan
membiarkan saja istrinya
menuangkan lebih banyak sop ke
piringnya. Apalagi sesudah  jessica 
berujar pula dengan mesra,
"Ayo. Mulailah menikmati sop
buntut kesukaanmu. . ..!" 
Sementara jessica  sibuk mengisi
piringnya sendiri, dengan
terpaksa chucky  mulai menyantap
hjessica ngan makan malamnya.
Baru satu suap, ia sudah
mengernyitkan dahi, luar biasa
rasa tawar sop buntut
bercampur air teh itu! 
jessica  makan malam dengan lahap.
Agar tidak ketahuan, chucky  pun
melahap apa yang terhjessica ng di
piringnya. Tentu saja dengan
sangat terpaksa. 
Menyangka sang suami sangat
menikmati makanannya, jessica 
lantas tertarik. Namun ia
bertanya lebih dahulu , "Enak
sopnya, Pah?" 
chucky  menyeringai, "Enaaak!" 
"Wah. Aku jadi ingin. . ..!" 
Dan jessica  sudah siap untuk
menikmati lauk yang dimaksud,
saat  ia terkejut melihat
gerakan chucky  yang dengan
tangkas sudah menjauhkan
mangkuk sop dari tangan jessica . 
"jangan!" chucky  mencegah,
dengan wajah cemas. 
"Eh. Mau mengangkangi sendiri,
Pah?" jessica  tersenyum. 
"Bukan!" chucky  sempat gelisah.
lalu , "Kau lihat sendiri
bukan" Sop ini banyak
gajihnya." 
Dan memang di permukaan
mangkok, mengambang banyak
gajih sop. 
"Sungguh tak baik untuk
kesehatanmu!" chucky 
menambahkan. 
jessica  terpesona. 
"Papah...sangat memperhatikan
kesehatanku. . ..!" bisiknya,
terharu biru. 
chucky  terenyak mendengarnya.
Mengherankan, bahwa dalam
situasi terpojok, seorang suami
yang berselimut dosa, dengan
cepat sudah dapat meraih
sekeranjang pahala di mata
sang istri. 
Maka, dengan sedikit malu-malu
chucky  pun memberitahu, "Apakah
kau lupa bahwa kau ini seorang
juara?" 
Semakin terpesonalah jessica . 
chucky  tak kepalang tanggung
Katanya, bernafsu, "Kau tinggal
selangkah lagi untuk merebut
kembali. . . juara nasionalmu
yang kesekian, Mah. Sesudah 
cukup lama absen!" 
Sudut-sudut mata jessica  basah,
semakin larut dalam haru. 
chucky  tak menyadari akibat
perbuatannya. 
chucky  terus saja menggila. "Dan,
namamu.... akan terukir dengan
tinta emas dalam sejarah atletik.
Sebagai seorang pemecah rekor,
jessica . Seorang juara, dengan
pemecahan rekor usia. Hebat,
bukan?" 
Dalam kebahagiaannya yang
tiada tertanggungkan lagi,
kelopak mata jessica  semakin
basah. Agar tak terlihat air
matanya menetes, jessica 
memalingkan muka. Sekadar
menutupi keharuannya yang
tidak tertahankan itu. jessica 
bergumam tanpa sadar, "Aku"
harus latihan lebih keras....!". 
Dan chucky , dengan segenap
kejengkelannya, mengiyakan.
"Benar. Latihan kebih keras.
Itulah yang harus kau lakukan !"
Dalam kegilaannya, chucky 
samar-samar melihat jessica 
bangkit meninggalkan meja
makan. 
langkah jessica  gagah, tegar dan
dengan semangat meluap-luap.
Dalam sekejap jessica  sudah
menghilang 
di kamar tidur. Pada kejap
berikutnya, ia sudah kembali
munCul dengan pakaian sudah
berganti dengan kostum latihan.
Ia melempar senyuman bangga
sekaligus cinta pada suaminya,
dan terus berjalan menuju ruang
latihan pribadinya. 
Di sana, jessica  langsung berlatih. 
Anehnya, jessica  tidak lebih dahulu 
melakukan latihanlatihan
pembuka. jessica  langsung menuju
bangku miring berlapis busa
tebal untuk mengangkat beban.
Tangkas sekali jessica  merebahkan
diri. Tangkas pula kedua telapak
tangannya menyambar batang
besi barbel dan mengangkat
barbel itu dari catoknya.
Diangkat tinggi, lalu 
perlahan lahan diturunkan,
diangkat lagi, turun kembali,
berulang-ulang, terus
digerakkan maju mundur,
sebelum akhirnya dikembalikan
ke catok. 
"Terlalu ringan!" jessica  menyeletuk
tidak puas. 
jessica  bangkit untuk menambah
beban barbel. Lalu kembali
rebah, ia mengatur nafas. saat 
tangannya kembali menyambar
batang besi barbel, selama
sedetik jessica  tampak ragu ragu.
Di saat berikutnya, barbel yang
berat itu sudah diangkat
perlahan-lahan. Naik ke atas
terus turun, sejajar dada. Pada
angkatan kedua, otot-otot lengan
jessica  tampak bergetar. Batang
besi dan  barbel, ikut pula
bergetar. Makin lama makin
hebat. 
Wajah jessica , pucat pasi. 
Matanya terpentang lebar,
menahan rasa nyeri pada
otot-otot lengannya. Dipandangi
pula oleh serangan perasaan
takut. Ia ingin menjerit minta
tolong, namun  ia terlambat.
Barbel yang berat itu sudah
jatuh. Jatuh dengan sedemikian
deras ke bawah, sehingga saat 
batang besi menyentuh dada jessica ,
terdengar suara berdetak patah. 
Tak ada suara, saat  kepala jessica 
terkulai ke samping. 
Yang ada, hanya suara sirene
meraung raung di kejauhan.
Kian lama kian mendekat. Pintu
dihempas terbuka dari luar, dan
tampaklah sebuah ambulan di
kegelapan malam. Dari
dalamnya menghambur turun
dua orang perawat membawa
brankas, berlarilarian masuk ke
dalam rumah diiringkan oleh
seorang dokter yang dilengkapi
dengan tas peralatannya. 
tidak berapa lama lalu ,
dokter selesai memeriksa. 
Dalam kesunyian yang teramat
sangat menyentak, chucky 
mendengar suaranya sendiri
bertanya. Lirih, tergagap-gagap,
". ...Ba-bagaimana, Dokter?" 
Dokter berpaling dengan wajah
datar. 
lalu berkata, sama datarnya.
"Otot-otot lengan, pecah. Dada
remuk. Kemungkinan ada
patahan tulang menembus
paru-paru. . .!" 
chucky  mendengar nafasnya
sendiri', mengerang. Dan dokter
pun berkata murung. "Tabahlah,
Tuan. Saya memang tak berani
menjanjikan apa-apa. namun 
kami akan usahakan.!"
  
"Tambah sopnya, Pah?" 
Yang bertanya itu, tentu saja
jessica . Sambil tersenyum manis
pada sang suami. 
chucky  tersentak. Menyandar di
kursinya, dengan nafas
terengah, ia pandangi istrinya
yang balas memandang dari
seberang meja. jessica  yang masih
memperlihatkan sisa sisa
kecantikannya. jessica  yang
berdandan bagai pengantin
baru. Dan yang terpenting, jessica 
yang masih tetap bernyawa.
Dengan tubuhnya yang mulus
dan jelas teramat segar bugar! 
Ilusi terkutuk itu! 
chucky  pun mengeluh. 
Salah sangka, jessica  pun bertanya,
"Kenyang, ya?" 
Kenyang dengan ilusi
mengerikan! 
Sampai mau muntah rasanya
chucky . 
la bangkit dari kursinya. Letih,
dan tampak semakin tua. 
"Mau ke mana. Pah?" 
chucky  memaksakan senyum pada
istrinya, sebelum akhirnya
menyahuti. "Ke kamar kerja,
Mah. . .." 
"namun  Pah. Di saluran
sembilan, ada serial horor
kegemaranmu"!" 
"Nantilah," chucky  bersungut
pelan. "Tadi ada sedikit masalah
di kantor. Aku harus menelaah
deskripsinya, membuat beberapa
catatan, dan.. .." 
"Baiklah. Akan kubuatkan kopi
untukmu." 
chucky  tak mendengarnya lagi. 
Dalam tempo singkat namun
terasa begitu lama dan jauh
perjalanan yang harus ia
tempuh, chucky  lalu 
melangkah masuk ke ruang
kerjanya. Mulamula, terutama
saat  meninggalkan meja
makan, dengan langkah normal.
namun  begitu pintu ruang kerja
ia tutup, langkahnya menuju
kursi di balik meja kerjanya
berubah tersuruk suruk. Dan
akhirnya, ia terpuruk di tempat
duduknya. Dengan pundak layu
dan wajah yang tampak semakin
tua. 
Lama ia termangu-mangu. 
Baru lalu  membuka tas
kerjanya. Mengeluarkan
berkas-berkas, tanpa sedikit pun
gairah terlihat di matanya. 
Di luar sana, martini  membereskan
meja makan dan masuk ke
dapur. jessica  sudah ada di situ.
Meletakkan sebuah mangkok
minum besar antik ke tatakan. 
Lalu mengambil tempat kopi
dan  gula. Waktu akan mengisi
mug, ia ragu-ragu lalu menoleh
ke arah martini . 
"Bukankah Tuan tidak suka
kopinya terlalu manis, martini ?" 
"Benar, Nyonya" 
"Gulanya dua atau tiga sendok,
ya?" tanya jessica  lagi seraya
menyendok gula dari tempatnya.
Sebelum jessica  sempat
memindahkan gula yang sudah
ia sendok ke mangkok, martini 
cepat memberitahu, "Satu
sendok makan saja, Nyonya.
Asal sekadar terasa manis...." 
Diam-diam, jessica  merasa malu.
Masih terngiang di telinganya
anjuran farida , "tidak baik
menyerahkan segala sesuatunya
pada pelayan, jessica . jika
dibiarkan terus-menerus begitu,
maka suatu hari kau akan dibuat
terkejut. Akan kau lihat bahwa
pelayanmu lebih mengenal
suamimu daripada kau sendiri..
..!" 
Maka, ".... Kopinya satu sendok
juga bukan, martini ?" 
"tidak , Nyonya. justru
sebaliknya, dua sendok." 
"Oh?" 
"Tuan bilang, supaya tidak 
mengantuk!" 
"OhIya ya. namun  aku "kan
membuat kopi di mug besar.
Bukan di gelas biasa...." jessica 
bergumam, setengah membela
diri. 
Di belakangnya, martini  diam-diam
melecehkan .
saat  martini  kembali ke meja
makan untuk pemberesan
terakhir, ia sempatkan melirik
pintu kamar kerja majikannya.
Sikap melecehkan di mata martini ,
Perlahan-lahan berubah. Ia
seakan melihat majikannya yang
laki-laki , dengan wajah yang
membuat martini  langsung menaruh
iba. 
Ada langkah mendekat di
belakangnya. 
martini  lantas pura-pura sibuk. 
lalu ekor matanya, menangkap
pinggul sang majikan
wanita lesbian  yang
bergoyang-goyang, memang.
Namun keras dan betapa kaku.
Patah patah. lalu  tampak
keseluruhan punggung majikan
wanita lesbian nya itu. Sungguh
kekar, untuk punggung seorang
wanita. 
Dengan mangkok kopi
bertatakan di tangan yang satu,
tangan jessica  yang lain terangkat
untuk mengetuk lalu membuka
pintu ruang kerja sang suami. 
Dari ruang makan, martini  yang
diam-diam mencuri lihat,
sesaat  cemberut. 
Seraya membatin, "Mestinya aku
yang menghjessica ngkan untuk
Tuan!" 
namun  pintu sudah ditutupkan
kembali. 
martini  pergi ke dapur. 
Mengambil sebuah piring untuk
makan malamnya sendiri.
Makan malam, yang bukan
hanya tanpa selera. 
namun  juga, terasa begitu
menyakitkan." 
tahu istrinya masuk, chucky  yang
tadinya ogahogahan sesaat 
bekerja lebih serius, membaca
beberapa notulen, dan membuat
catatan asal-asalan di secarik
kertas. 
jessica  meletakkan mangkuk kopi di
meja dan sambil lalu melirik ke
tas kerja suaminya yang
menganga terbuka. Sayang tas
itu membuka menghadap
suaminya, sehingga jessica  tak
mungkin melihat isinya.
Mungkinkah surat cinta atau
foto seorang kekasih gelap ada
tersimpan di dalamnya" 
"Aku mau membaca di sofa.
Boleh?" akhirnya jessica  nyeletuk,
habis akal. 
chucky  mendongak, pura-pura
heran. "Ah, kau ini. Masa iya di
rumahmu sendiri kau perlu
minta ijin" 
"Takut menganggu?" sahut jessica ,
memaksakan senyum sambil
melangkah ke bagian lemari
buku yang belum sempat ia
periksa saat  tadi suaminya
pulang ke rumah. 
"Kau memang mengganggu
sangat. Mestinya kau pergi tidur
secepatnya. Aku sudah tak sabar
ingin ke kamar martini !" jerit chucky .
tak sabar. Tentu saja, hanya
jeritan hati, yang membuat
kepalanya berdengung pening 
jessica  pun sibuk. pura pura,
mencari buku yang cocok untuk
ia baca. Padahal ia tengah main
selidik ke bagian-bagian
tersembunyi. Di meja kerjanya,
chucky  terus pula berpura-pura
membaca, mcnggumamkan
angka-angka, mencatat
asal-asalan. Gumamannya
terdengar bernada jengkel,
sehingga membuat sang istri
bertanya. 
"Pekerjaan serius tampaknya ya,
Pah?" 
"He eh. Seorang klien kami
terlibat penggelapan pajak." 
"Memalukan!" 
"ltulah," dan chucky  makin jengkel
saja. 
jessica  pun kecewa sebab  tak
menemukan apa yang ia cari.
Beruntung ada sebuah novel
fiksi ilmiah yang dapat ia baca.
lumayanlah untuk mengelabuhi
suaminya. Bacaan itu toh tidak 
penting. Yang terpenting adalah
memikirkan jalan bagaimana
supaya ia dapat mengetahui isi
tas kerja suaminya, tanpa si
suami menaruh curiga. 
Pada saat yang sama, martini 
menyelesaikan makan
malamnya, yang seperti chucky ,
juga asal asalan. 
Ia keluar dari dapur, terus pergi
ke ruang duduk keluarga.
Daripada sakit hati memikirkan
tuannya tercinta asyik-asyikan
dengan sang nyonya, lebih baik
nonton TV. Saluran luar negeri
lagi,  Yang dihubungkan ke
antena TV kabel. Di kamarnya
sendiri hanya ada TV kecil, itu
pun dengan antena biasa, untuk
siaran lokal. 
Sebelum ujung jari telunjuknya
sempat menyentuh tombol "on"
pesawat televisi, mendadak martini 
teringat pintu garasi belum
ditutup. martini  lantas pergi menuju
garasi. 
Dan pada waktu bersamaan, di
balik pintu tertutup kamar kerja
majikannya. jessica  pun teringat
pada sebuah ide cemerlang.
Dari belakang punggung
suaminya, mengapa tidak "! 
martini  mengamankan pintu garasi.
Dan jessica  meletakkan buku
bacaannya. 
saat  martini  kembali memasuki
rumah induk. jessica  sudah
beranjak dari sofa dan berjalan
ke belakang kursi suaminya. Jari
jemari tangan, bahkan juga
tonjolan payudara, ia sentuhkan
ke punggung sang suami.
Memijit-mijit pelan. 
"Papah akan kubantu agar
merasa lebih enak. . .." katanya
merdu bin manja. 
Persis pada saat yang sama,
martini  lewat di sebelah luar pintu. 
Si pelayan mendengar apa yang
diucapkan majikan
wanita lesbian nya. la tertegun,
dengan wajah cemburu Dan
kecemburuan itu menghasutnya
agar mencuri dengar. 
Di dalam, jessica  sempat membaca
apa yang tengah ditulis chucky 
pada lembar buku catatannya:
pajak yang digelapkan Rp
5.430.789.250,yang lalu 
digaris bawahi. jessica  pun
terbelalak. "Wow! Besar amat.
Pah?" 
Di luar pintu. martini  tersentak.
Apa yang besar amat"! 
chucky  menyahuti dengan
dengusan berat, "Baru tahu.
ya?" 
jessica  tertawa pelan, "jangan
berhenti, Pah. Teruskan...!" 
chucky  pun meneruskan
catatannya. Tanpa curiga, jessica 
mendorong sebab  ada maksud. 
Di luar pintu. martini  hampir
menangis. la membungkuk. Coba
mengintip melalui lubang kunci.
Sayang, anak kunci menempel di
sebelah dalam. martini  pun
meluruskan tubuhnya, yang ia
sandarkan ke 
tembok. Lesu dan bergemetaran,
dengan terpaksa ia terus
mendengarkan pembicaraan di
dalam kamar kerja yang
terpantul ke luar melalui
kisi-kisi di atas pintu. 
"Wah. Enak!" chucky  dapat juga
menikmati pijitan sang istri di
tengkuknya. 
jessica  tertawa senang. Ini
kesempatannya! Tumit jessica 
lantas ditinggikan, tubuh pun
sedikit condong ke depan agar
dapat meninjau ke dalam tas
kerja suaminya yang kini
menganga terbuka ke arah jessica .
Gerakan jessica  dengan sendirinya
membuat telapak tangannya
agak menekan pundak chucky .
Bahkan ujung kuku ikut
menghujam kulit pundak chucky . 
chucky  mengeluh keras, "Aduh!
jangan terlalu kuat!" 
"Oh!" jessica  terengah. 
Di luar pintu. martini  semakin
tersiksa. Tangannya ditutupkan
ke mulut, menahan jerit kecewa
dan kecemburuan tiada terperi.
Apalagi sesudah  mendengar
pernyataan majikan
wanita lesbian nya di sebelah dalam
pintu, "Sakit, Pah?" 
"Sakit sih nggak. Hanya... aku
tak tahan!" 
martini  langsung angkat kaki.
Berjingkat ke pintu koridor,
menjauhi suara-suara yang
menurutnya sangat terkutuk dan
menghina dirinya. Dalam
sekejap, 
martini  sudah mengunci pintu
kamarnya sendiri. ia melompat
ke tempat tidur. Dan menangis
penuh rasa sesal, "...padahal ia
sudah janji denganku!" 
martini  memukul-mukulkan tangan
ke bantal. 
ditambah  rintihan sakit,
"Terkutuklah dia!
Mentang-mentang aku cuma
seorang babu!" 
Tiba-tiba. martini  tersentak sendiri.
Ia pun rebah, lunglai. Menatap
langit-langit kamarnya tanpa
daya. lalu berbisik lebih tak
berdaya lagi, "Ya. Aku hanya
seorang babu. . ..1" 
Air matanya pun mengalir. 
Deras. 
Dan di balik pintu yang tadi martini 
tinggalkan, jessica  memperlihatkan
wajah kecewa sebab  tak
berhasil menemukan petunjuk
berarti di tas kerja suaminya.
Tubuhnya merenggang dari
punggung kursi sang suami.
Pijitannya pun mengendor.
"Masih banyak yang harus
Papah kerjakan?" 
"He-eh" 
jessica  melenggang memutari meja.
sambil  melepas semua kancing
gaun, sehingga saat  berdiri di
seberang meja kerja suaminya,
boleh dikata jessica  sudah setengah
bugil. Desahnya mengundang.
"Papah?" 
"Hem?" lepas dengusan pendek
dari mulut chucky , yang terus saja
menulis di buku catatannya. 
"Jangan sampai kelewat lelah
ya" Aku tunggu Papah di tempat
tidur"." jessica  mengingatkan.
Dengan senyum
disabar-sabarkan. 
Sejenak jessica  menunggu reaksi.
Paling sedikit komentar. 
chucky  menyimak ke
catatan-catatan yang barusan ia
kerjakan. Disambarnya lembar
deskripsi, mencocokkan lagi ke
catatan, lantas mengeluh,
"Gawat. Klien yang satu ini
sungguh tak mungkin lagi
diselamatkan.. .!" 
jessica  pun kecewa berat. 
Pelan-pelan ia memutar
tubuhnya. Berjalan ke pintu
tanpa menoleh lagi ke belakang.
Langkahnya penuh kemarahan.
Jeritan yang meledak ledak di
sanubarinya tak kurang marah
pula. 
"jangankan nafsunya tergerak.
Menoleh pun dia tidak !" 
Dalam sekejap, jessica  sudah
berada di ruang latihan
pribadinya. la sambar alat untuk
skipping dan mulai
mengayunkannya. Dengan batin
terus menjeritjerit, "Ia hanya
berpura-pura sayang!
Berpura-pura menaruh
perhatian! Si munafik terkutuk!" 
la mengayun lebih keras. 
Dan melompat-lompat lebih
cepat. 
"Suami sialan itu tak tertarik
lagi padaku!" batinnya kembali
menjerit lebih keras.
"wanita lesbian  setan itu! Entah
dari neraka mana ia datangnya!
Awaslah. Sekali wanita lesbian 
busuk itu kutemukan, aku akan
mencabik-cabiknya. Hiiiih!" 
Ia shipping terus. 
Habis-habisan. 
Di kamar kerjanya, chucky 
nyelctuk, "Coba kau lihat ini,
jessica . Dan katakan apakah..." 
Matanya hanya menemukan
tempat kosong. 
Lalu lalu , ia mendengar
bunyi lecutan bersiut-siut yang
sayup-sayup sampai. Sadarlah
ia di mana saat itu jessica  berada,
sedang apa istrinya, dan
mengapa! 
chucky  pun terhenyak. "Wah. Ia
pasti marah besar.?" 
Bunyi bersiut-siut itu melemah,
lalu  menghilang 
Di ruang latihan, tali skipping
jatuh meluncur ke matras. jessica 
mengawasi salah satu bagian
gaun tidurnya yang robek-robek.
lantas dengan wajah murung ia
meninggalkan ruang latihan,
dan pergi ke kamar tidurnya.
Sesaat. saat  lewat sempat ia
awasi 
pintu kamar kerja suaminya. Tak
ada gerakan atau suara dari
arah sana. Darah jessica  naik lagi
ke kepala. Pintu kamar tidur
lalu  ia bantingkan
sekeraskerasnya. Dikunci
sekalian. Dengan bunyi
berdetakderak anak kunci yang
seakan mau patah. 
Di kursinya, chucky  terdongak.
Berpikir-pikir resah. 
namun  lalu  ia mampu juga
tersenyum. Meski, seulas
senyuman kecut. Disusul
desahan riang, "Paling tidak ,
aku aman. Tinggal menunggu ia
terbang ke alam mimpi!" 
la lirik jam mejanya 
Pukul sepuluh lewat lima menit. 
chucky  bergumam penuh harap,
"Sebentar lagi, martini . Sebentar
lagi. . ..!" 
Ia jemput sebatang sigaret,
dengan mulut
tersenyum-senyum. 
Bergairah." 
WAKTU sudah menunjukkan
sekitar pukul dua dini hari,
saat  ujung puntung rokok
menyala semakin mendekati kulit
jari telunjuk dan jari tengah
tangan kanan chucky . Lantai
ditaburi serpihan puntung. Di
asbak, lebih banyak lagi bekas
puntung. Salah satu puntung
malah terguling di permukaan
meja. Mug pun tinggal terisi
bubuk kopi yang sudah
mengering, lembab. 
Lalu chucky  terjaga dari tidurnya. 
Terjaga riuh rendah. Puntung
sigaret dijatuhkan ke lantai.
Diinjak-injak, kulit jari yang
bagai terbakar, ditiup-tiup.
Nyaris kursinya terjungkal ke
belakang, sebab  begitu terjaga,
chucky  serempak berdiri dan lupa
bahwa ia tertidur di kursi. 
Sesudah  menenangkan diri,
barulah chucky  melihat ada
wastafel di kamar kerjanya. Ia
pergi ke sana, mendinginkan
jari-jarinya yang terasa masih
panas. Wajahnya sekalian
dibasuh. Waktu tegak, di cermin
ia melihat seraut wajah
memerikan. 
chucky  menyeringai. "Bisa pingsan
martini  dibuatnya!" 
Ia keringkan wajah dari
basahan keringat dengan sehelai
handuk kecil. lalu 
menyisir rambut serapi rapinya.
Baru lalu  teringat, ia
sudah banyak merokok, sempat
terlelap pula di kursi sambil
bermimpi yang aneh-aneh dan
satu sama lain tidak nyambung
Buru-buru seperti takut
ketinggalan kereta, chucky 
menyikat gigi. Dikeringkan lagi
dengan handuk, memperbaiki
letak susunan rambut. Piyama
dirapikan, terus berjalan ke
pintu. 
la tongolkan kepala ke luar. 
lampu lampu di dalam rumah
masih menyala. namun  lewat
kisi-kisi, lampu di balik kamar
tidur yang tertutup, jelas sudah
dipadamkan jessica . Untuk
meyakinkan bahwa istrinya
sudah tidur, chucky  bergerak ke
sana. Berjingkat. Telinga
ditempelkan ke daun pintu.
Lamat-lamat, terdengar bunyi
dengkuran jessica  yang teratur. 
chucky  menyeringai puas. 
Berjingkat lagi, pintu kamar
tidur ia tinggalkan. Ia sempat
hampir terpekik waktu seekor
tikus berlari melintas dan lenyap
ke arah dapur. Ada bunyi
kresakkresek sebentar, lalu 
sepi menyentak. chucky  mengawasi
pintu kamar tidur sekali lagi,
takut-takut. 
Dan tak lama lalu , chucky 
pun tiba di depan pintu kamar
tidur martini  di bagian belakang
rumah induk. Di sini, ia juga
menempelkan telinga ke daun
pintu. Tak ada suara apa-apa di
dalam. chucky  meluruskan
tegaknya, melihat ke jendela
kamar tidur utama dengan
khawatir , lantas tersenyum lebar
ke arah rembulan di langit
cemerlang membiru. 
Rembulan, balas tersenyum. 
chucky  lantas memanggil dengan
bisikan, "Susssiii. . .?" 
Sepi di sebelah dalam pintu. 
Hati-hati. chucky  lalu 
mengeruk. "Ini aku datang,
Cintaku!" 
Masih sepi. la memaling lagi ke
jendela kamar tidur utama. Di
sana juga sepi. Waktu akan
memaling kembali ke pintu
kamar tidur martini , chucky  langsung
terkesiap. Ada sepasang mata
berkilat-kilat mengawasi" a. Ah,
ternyata seekor kucing besar
yang mendekam di atas tembok
halaman belakang. 
chucky  mengumpat, "Sialan!" 
Si kucing menggeram. 
Di sebelah dalam pintu. martini 
yang tidurnya sangat resah
sehingga tak lelap lelap,
pelan-pelan membuka mata. Ia
mendengar suara di luar pintu,
mendengar suara kucing
menggeram. Disusul ketuk
an-ketukan pelan di daun pintu,
dan suara majikannya
memanggiLmanggil setengah
berbisik, "Ayolah, kekasihku.
Mengapa tak juga kau bukakan
pintumu untukku?" 
martini  bangkit perlahan. 
Ranjangnya berderit sebab nya. 
Bunyi derit sampai ke luar. chucky 
yang nyaris kecewa, balik lagi
semangatnya. la tempelkan lagi
telinga di daun pintu. "martini ?" 
martini  duduk merenung. 
Wajahnya murung. 
"Ayo, dong. martini  sayangku.
Cepatlah!" chucky  mendesak tak
sabar. "Tak usah takut. Istriku
sudah tidur mendengkur. Dan
kita. .." 
Ucapan berbisik chucky  terputus
sampai di situ. 
sebab  di sebelah dalam pintu,
martini  sudah menyambar sebuah
gelas dari meja kecil di
dekatnya, yang secepat kilat
sudah ia lemparkan. Gelas itu
melayang ke daun pintu, yang di
sebelah luarnya ditempeli
kuping sang majikan. Bunyi
detak gelas menghantam kayu
pintu, bagaikan bunyi dentuman
dinamit di telinga chucky  yang
sesaat  menarik kepalanya
menjauh. Wajah kagetnya
lalu  berubah pucat
saat  telinganya menangkap
bunyi lain. Bumi jatuhnva gelas
di lantai. yang pecah berderai. 
chucky  terkesiap. 
Cepat ia berpaling, Dan,
ketakutanlah chucky , saat 
melihat lampu tiba-tiba
dinyalakan di sebelah dalam
jendela kamar tidur utama.
Kucing yang tadi mendekam
diam, kini tegak dengan
bulubulu meremang, ditambah 
dengan geraman geraman
panjang. 
Sementara di balik pintu, martini 
sudah rebah lagi dan menarik
selimut sampai menutupi kepala,
maka di luar pintu chucky  dibuat
kalang kabut. Ia sudah
mendengar suara-suara di
rumah induk. Dan ia tak
mungkin menyelinap masuk ke
kamar kerja tepat waktu, sebab 
pasti akan kepergok istrinya. 
namun  seringkali terjadi, suami
yang terpojok, ada saja akal
bulusnya. 
Konon pula chucky , si mantan
Taman Bacaan yang oleh Alex
disanjung sebagai sahabat
berotak cemerlang yang dengan
cepat dapat memecahkan
masalah, bagaimana pun
rumitnya. 
Sepasang mata chucky  lantas sibuk
mencari-cari. 
Ah, itu dia! 
Tempat setrikaan. Ada meja di
dekatnya, dan di situ ada sebuah
vas bunga porselen. la terbang
menyambar benda itu, yang
dengan hati hati dipukulkan ke
lantai jubin koridor. Benda tak
punya 
salah apa-apa itu pun pecah
berantakan, dengan suara yang
tidak terlalu keras. Pada detik
berikutnya, chucky  sudah berlari
ke tengah taman, dan di sana
chucky  pun melompat-lompat
marah. 
Ia acungkan tinju ke kucing di
atas tembok. 
"Kau, ternyata!" Ia berteriak
keras. "Hayo, enyah kau
binatang sialan! Bikin orang
kaget saja! Hush! Hush! Hush.
Hem, mau dirambas rupanya
kau ya?" 
Si kucing melengkungkan
tubuhnya. 
Namun tak juga berlalu dari
tempatnya. saat  chucky  sibuk
mencari benda apa saja yang
dapat ia lemparkan pada
binatang itu, jessica  sudah berdiri
di ambang pintu tembus. 
"Ada apa?" 
chucky  mendengar. Kucing itu pun
mendengar. chucky  melihat
istrinya. Kucing pun ikut melihat
siapa yang bertanya. chucky 
mundur mendekati istrinya.
Sebaliknya si kucing,
menggeram ketakutan saat
beradu pandang dengan mata
jessica  yang sudah  melihat
keberadaannya. Langsung
mengeong ketakutan, lantas
lompat menghilang! 
"Apa yang terjadi?" jessica 
bertanya lagi, setengah
mengantuk. 
Lebih dahulu  chucky  mencari sapu
dan sesudah  menemukannya ia
berjalan mendekati pecahan vas 
bunga yang berserakan di lantai
koridor, tak berapa jauh dari
pintu kamar tidur martini . 
"Aku terkecoh, Mah," sahutnya
sambil sibuk menyapu. "Tadi
aku mendengar suara-suara
aneh di garasi. Pencuri, itulah
yang terpikir olehku. Kau tahu
semakin banyak pencurian
terjadi akhir-akhir ini, bukan?" 
Pertanyaan itu ia ajukan sambil
mendongak ke arah jessica . 
jessica  diam saja. 
Agak jengkel, chucky  melanjutkan,
"Tadi aku sempat tergoda untuk
menangkap salah satu. Eh, tak
tahunya cuma kucing sialan itu.
Mana sambil kabur, ia pecahkan
pula vas bunga kesayanganmu
ini ...." 
jessica  melihat ke tumpukan
pecahan vas yang tengah
disapukan suaminya. 
Lantas mendengus, "Sudahlah.
Biarkan martini  yang
membersihkan besok pagi!" 
Orang yang namanya
dinamakan kan, menurunkan selimut
dari kepala. ia sudah mendengar
semuanya, dan martini  pun
akhirnya mampu membaca
situasi. Diam-diam, ia tersenyum
mencemooh. Lalu menarik
selimutnya lagi sampai menutupi
kepala seperti tadi. 
chucky  menutupkan pintu tembus
ke koridor. 
Melirik sekilas ke daun pintu
kamar tidur martini , tentu saja
sebelum menutup dan
menguncikan pintu di
hadapannya. Sambil terus saja
mulut mencerocos tanpa
diminta, "Kucing sialan!
Awaslah, akan aku beli racun
keras, dan...." 
Dari jessica  terus saja melangkah
meninggalkan suaminya.Tak
peduli. 
chucky  terpaksa mengikuti, tanpa
berkata apa-apa lagi. Tiba di
depan pintu kamar tidur mereka
yang menganga terbuka, jessica 
berhenti lalu membalikkan tubuh
memandang suaminya. 
"Mau ke mana kau, Pah?" 
chucky  menatap heran. "Ya...
tidur...." 
Mulut jessica  tersenyum tipis.
"Tidur bersama istrimu hanya
akan menyiksa dirimu saja.
Tempatmu bukan di sini. namun 
itu tuh. Di sana ....l" 
jessica  menunjuk lurus ke pintu
kamar kerja suaminya. 
Seperti orang bodoh, chucky 
lagi-lagi hanya bisa mengikuti
dengan memutar lehernya ke
belakang. Masih dengan wajah
bodoh, lehernya diputar lagi ke
arah semula. 
Bam! 
Daun pintu sudah keburu
dibanting di depan batang
hidungnya. 
lanjutannya jelas. Yakni, bunyi
gemeretaknya anak kunci dari
sebelah dalam daun pintu. 
lalu  sepi. 
Lama, chucky  tegak
termangu-mangu. 
Baru lalu , dengan wajah
tak berdaya dan pundak jatuh
begitu layu, ia melangkah
lunglai menuju kamar kerjanya.
Di belakang pintu yang
lalu  ia tutupkan tanpa
semangat. chucky  pun tegak
mematung. Bingung 
"Apes betul aku malam itu!" ia
menggerutu pelan, setengah
heran. "martini  tak jadi... bini pun
tak sudi memberi!" 
Ia tersuruk-suruk ke sofa. 
Lalu meringkuk di sana. Dengan
sekujur tubuh, pelan-pelan mulai
menggigil. Kedinginan." 
NADA panggil telepon
menyentakkan chucky  dari tidur. 
Reflek ia melompat bangun dan
pergi tertatihtatih ke meja
kerjanya. Kepalanya pening.
Mana wanita lesbian  sedikit terasa gerah
pula. Ia sempat salah ambil
bungkus rokoknya dan sempat
menempelkannya ke telinga
sebelum lalu  tersadar lalu
ganti menyambar handphone
yang nada panggilnya terus
berbunyi. Sesudah  menyahut
dengan setengah hati, dari
seberang sana telepon ia dengar
suara seseorang memanggil. 
"Hallo. Kau itu chucky ?" 
chucky  segera mengenali suara
rekan sekerjanya. "Ada apa,
syam kamaruzaman ?" 
Nada suaranya yang malas,
sesaat  disahuti suara
keheran-heranan, "Ada apa kau
bilang, eh" Apakah kau lupa kita
ada janji temu dengan akuntan
pajak?" 
chucky  melirik jam meja.
Bergumam setengah mangantuk,
"Pukul sebelas malam" Yang
benar saja, Tok!" 
Sepi sesaat. 
lalu, "Kau masih tidur atau
sudah bangun, chucky ?" rekan
sejawatnya bertanya ingin tahu. 
"Baru saja kau bangunkan" .." 
"Nah. Kunasihatkan, pergilah
sebentar ke jendela kamarmu.
Dan lihatlah ada apa di luar!" 
Kantuk chucky  sirna sesaat .
"Emangnya ada apa?" 
"Ayolah " 
Dengan wajah khawatir , chucky 
menuruti anjuran rekan
sejawatnya. Ia pergi ke jendela,
membukanya dengan takut-takut.
Takut-takut pula ia mengintai ke
luar. 
Matanya pun silau sesaat . 
Waktu dibuka kembali,
tampaklah lalu lintas yang sibuk
di jalan raya. Ada suara orang
meneriakkan sesuatu dari salah
satu rumah tetangga. Dan
seorang wanita lesbian  tengah baya
lewat di sebelah sana pintu
pagar rumah chucky , dengan
payung terbuka di tangannya.
Barulah chucky  menyadari apa
yang dimaksud syam kamaruzaman . 
Wajah martini  tampak sendu. 
Seraut wajah lain, justru
kelihatan risau. 
Yakni wajah jessica , di kantornya.
Yang menjauhi jendela dan
kembali ke tempat duduknya.
lalu berkata getir, "... aku tak
tahu harus berbuat apa
sekarang, farida ." 
Sahabat yang sekaligus
bawahannya itu memandang
dengan sorot mata menaruh
simpati. Namun tak satu pun
komentar keluar dari mulutnya.
Seperti biasa, ia merasa lebih
bijaksana dengan mengambil
sikap menunggu. 
"Sebelum meninggalkan rumah
pagi tadi, aku hampir saja
mengutarakan niatku pada fredy krueger ,
supir kami. Untung aku segera
teringat, ia tak mungkin
kumintai bantuan. Bagaimana
pun, ia pasti lebih dekat dengan
suamiku. .." 
Barulah farida  membuka mulut,
djessica hului senyuman menghibur.
"Tindakanmu bijaksana, jessica ." 
"Aku mengerti maksudmu," kata
jessica , balas tersenyum meski
tampak pahit. "Bayangkan...!
Aku mengungkap hal-hal yang
sangat pribadi pada salah
seorang pembantuku di rumah.
Memikirkan itu saja, sudah
membuat aku malu pada diriku
sendiri." 
"Akibatnya akan sama, jika kau
teruskan niatmu untuk
melakukannya sendiri. Selain
kehadiranmu 
dibutuhkan di kantor ini, yang
pasti akan muncul tanda tanya
di kepala suamimu. Sesudah 
siapa tahu, ada yang
melaporkan padanya bahwa kau
banyak bertanya di sana-sini.
Bahwa kau selalu tampak hadir
tak jauh dari suamimu, ke mana
pun ia pergi." 
"Dan chucky  akan semakin rapi
menyembunyikan wanita
simpanannya!" jessica  nyeletuk,
nyaris putus asa. 
"Santai sajalah, jessica . masih
banyak jalan ke Roma, bukan?" 
"Tunjukkan salah satu!" 
". .. Detektif pribadi." farida 
berujar tenang dan khidmat.
"Itulah yang kau butuhkan, jessica ."
"namun ... siapa?" 
"Aku mengenal seorang
pensiunan polisi, dari satuan
serse. Dia pernah menolong
salah seorang kerabatku.
Anggota keluarga kerabatku itu
lama hilang bahkan dinyatakan
resmi sudah mati. Pihak
asuransi bahkan sudah setuju
membayar klaim. namun  bukan
uang yang dibutuhkan
kerabatku. Melainkan, putranya
tercinta. . .." 
"Dan?" jessica  tertarik. 
"Pensiunan polisi itu
menemukannya. Masih hidup
lagi!" 
Kerisauan di wajah jessica 
menghilang, digantikan oleh
semangat yang berkobar kobar.
"Buatlah janji temu dengannya,
farida . Sesegera mungkin!" 
"Sebentar. Biar kucari dahulu 
nomor teleponnya," jawab farida ,
ikut bersemangat, lalu pergi ke
pintu untuk mencari yang ia
maksud di laci mejanya sendiri.
Sebelum menghilang di balik
pintu, lebih dahulu  ia melempar
seulas senyum pada sahabat
yang juga majikannya itu. 
Senyuman yang jelas sebagai
pengganti katakata,
"Tenang-tenang sajalah,
semuanya pasti beres!" 
 
"tidak akan semudah itu!" 
Yang mengeluarkan suara tegas
dan kaku itu, tentu saja peniwise 
Natapraja. 
Semua yang hadir di ruang
pertemuan, sama mendengar
penuh minat ke wajah insinyur
muda itu kecuali chucky  yang
berdiam diri semenjak tadi.
Serius dan tetap kaku. 
peniwise  menjelaskan, "Kita boleh
saja mengusulkan komisi yang
menjadi hak kita, dimasukkan ke
saham perusahaan calon klien
dimaksud. Namun harus juga
dipertimbangkan beberapa
dampak." 
chucky  menggeser kursinya ke
belakang. 
Dengan kepala mumet. 
"Mau ke mana?" syam kamaruzaman 
berbisik. 
"Aku akan istirahat sejenak,"
jawab chucky , lelah. "Kurang enak
badan. Kalian teruskan sajalah
tanpa aku !" 
Magdalena, sekretarisnya yang
berparas lumayan, ikut bangkit.
"Perlu saya teleponkan dokter,
Pak?" 
"Duduk sajalah. Lena. Bantu
aku mencatat tetek-bengek yang
mereka ributkan. . .." 
Magdalena duduk kembali ke
tempatnya. 
syam kamaruzaman  yang sempat
menyeringai mendengar
sindiran chucky , menoleh pada
rekan sejawatnya yang satu lagi.
Masih dengan seringai, ia
mendorong, "Teruskan. Bung.
Teruskan!" 
Di kantor pribadinya, chucky 
langsung mendaratkan pantat di
kursi. namun  ia tidak 
berleha-leha begitu saia. Apa
yang memenuhi pikirannya di
ruang rapat tadi, harus ia
tuntaskan sekarang. Maka
telepon pun diangkat.
Nomor-nomor rumahnya
diputar. 
Dan terdengarlah sahutan
merdu di telinganya, "Halo." 
"Sussii, ahh. . .!" chucky  mendesah
suka cita. Semua kelesuan dan
mumet di kepala lenyaplah
sesaat . 
martini  bertanya khawatir , "Ada
apa, Tuan?" 
Suara chucky  pun berubah berat
dan serak sebab  hati yang
galau, "Kau baik-baik saja?" 
"Terima kasih, Tuan. Saya tak
kurang sesuatu apapun, ini,"
jawab martini  lirih. 
Tak kurang sesuatu. 
Apa maksudnya" 
Ia buang pertanyaan itu dari
kepala, lantas mengutarakan isi
hatinya, "Tentang tadi malam
itu, martini ...." 
Pelayannya sudah menukas,
"Yaaah. Ramai ya, Tuan?" 
"Apa"!" 
"Kucingnya. Jadi tidak diracun,
Tuan?" 
Tak pelak lagi, chucky  tertawa
tergelak. Tanpa menyadari, di
seberang sana martini  sedikitpun
tidak tertarik untuk ikut tertawa.
chucky  lebih tidak tahu lagi sebab 
saat itu martini  menutup corong
telepon dengan tangan, apa
yang diumpatkan martini  dengan
marah. "Masih bisa tertawa dia.
Padahal yang aku maksud,
kucing galak di tempat
tidurnya!" 
martini  menurunkan tangannya dari
corong telepon, terus bertanya
santai. "Tuan ingin apa hari
ini?" 
chucky  menjawab mesra. "Kau.!" 
"kapau' sahut martini , tetap santai.
"baik Tuan. Nanti akan saya
buatkan Tuan nasi kapau"!" 
Makin terbahaklah chucky ,
menyangka pelayannya
mengajak bercanda. 
"Lainnya, Tuan?" 
"Kau sungguh tahu betul
menghibur hatiku yang lara,
martini ," jawab chucky  bahagia.
"lainnya, adalah ini. Aku
teramat sangat merindukanmu.
Suruhlah aku meninggalkan
kantor saat ini. Dalam sekejap,
aku sudah akan rebah di
haribaanmu!" 
Di seberang sana, martini 
menggeleng geleng sedih.
"Teruskanlah tugas-tugas Tuan.
Nanti kalau Tuan pulang ke
rumah, tak usah khawatir . Saya
tak ke mana-mana, ini!" 
"Aku akan datang, martini ...." chucky 
berjanji. "Aku akan datang,
Kekasihku.?" Telepon ia
letakkan di tempatnya, dengan
wajah diliputi kebahagiaan.
Diteruskan dengan gumam
riang, "Dan aku datang sebagai
seorang kekasih yang tahu diri.
namun ... apakah itu yang
betul-betul martini  maksudkan?" 
chucky  pun kembali ke ruang
rapat. 
Yang suasananya, tampak lebih
tegang dari saat  ia tinggalkan.
peniwise  mendengus sebab  merasa
terganggu. syam kamaruzaman  lebih
rilek. Ia biarkan chucky  lebih 
dahulu  duduk di tempatnya. Baru
bertanya perlahan, "Cepat juga
kau sembuh, chucky .!" 
chucky  tersenyum gembira. "Ada
obat mujarab, Tok," katanya.
"Obat yang amat sangat
mujarab!" 
"Apakah itu"!" syam kamaruzaman 
bertanya penuh minat. 
"Ssshhh!" chucky  memotong
seraya mengerling ke arah peniwise 
Natapraja, yang sudah
memutarkan pandang ke wajah
semua Anggota   rapat, yakni para
staf dan sekretaris. 
peniwise  mengawasi salah seorang
staf. Bertanya, "Apakah kau tadi
mengusulkan sesuatu, nyoto ?"
Yang dinamakan  nyoto 
mengangguk. "Benar. Pak peniwise .
Usul saya jelas. Lebih baik kita
lakukan pemilihan suara saja." 
Berisiklah sesaat  ruang
pertemuan itu. 
chucky  mencondongkan kepalanya
ke arah Magdalena. Bertanya
dengan bisikan sedikit keras,
"Mau menolongku, Lena?" 
Magdalena mendekatkan
telinga. Sama berbisik. "Katakan
saja, Pak!" 
"Ada seorang wanita berkata
pada seorang pria. Bahwa ia, si
wanita, tak kurang sesuatu
apapun. Apakah itu maksudnya
ia mengharapkan sejenis 
pemberian dari sang pria?" 
Sempat keheranan. Magdalena
akhirnya mengangguk. 
"Terima kasih," bisik chucky . Puas.
Yang tak puas, Magdalena.
Sebelum kepala majikannya
menjauh, ia pun bertanya,
"Keberatankah Bapak
memberitahu, siapa wanita yang
mengucapkan kata-kata
bermakna itu pada Bapak?" 
Saking asyiknya mereka
bertukar bisik, mereka berdua
tidak menyadari bahwa peniwise 
sudah  mengangkat tangan
tinggi-tinggi untuk mendiamkan
suara berisik para Anggota   rapat.
Lambat laun, suasana pun
menyepi. Dan di kesepian itu,
nyata terdengar bisikan chucky 
menjawab pertanyaan
Magdalena. "Istriku, dong!" 
Magdalena tersenyum lega.
"Bapak seorang suami yang
menakjubkan. Patut ditiru oleh..
.." 
Ia tidak meneruskan kalimatnya.
Tiba-tiba menyadari, semua
mata tertuju ke arah mereka
berdua. Bahkan peniwise  yang
senantiasa bersikap serius itu,
tampak menahan tawa. chucky 
meluruskan duduknya dengan
wajah bersemu merah. 
Dan mendengarkan syam kamaruzaman 
menggumamkan apa yang tadi
diucapkan chucky  sendiri.
"Sungguh suatu obat  mujarab.
Ya?" 
Benar. sebab  suasana di
ruangan itu, dalam sesaat 
sudah  berubah santai. 
Semua mata yang hadir
mengawasi kedua pembisik. 
Sambil tersenyum-senyum." 
chucky  sedang beruntung
agaknya. 
Tiba di rumah ia tidak melihat
mobil jessica  baik di halaman
maupun di garasi. Yang
pintunya menganga terbuka.
Dengan gembira ia memencet
bel. 
martini  yang sedang sibuk
membersihkan kamar mandi,
segera pula meninggalkan
pekerjaannya. Pakaian martini 
basah di sana-sini. Rambut pun
acakacakan. Namun ia tidak 
merasa perlu memperbaiki
penampilannya lebih dahulu 
sebelum pergi membuka pintu
depan. 
Lain halnya dengan chucky . Begitu
ia melihat bayangan martini  lewat
kaca jendela. chucky  langsung
merapikan letak dasi. Tegaknya
pun lebih digagahgagahkan.
Sekilas ia memperhatikan fredy krueger 
yang tengah mengambil selang
air untuk mencuci mobil yang
bekas dibasahi hujan tadi di
tengah jalan. chucky  bermaksud
menegur agar besok sajalah itu
dilakukan fredy krueger . dan sebaiknya
fredy krueger  lekas-lekas minggat saia. 
namun  pintu sudah terbuka. 
"Hai, martini ..." sapa chucky  dengan
suara agak bergetar sebab 
rindu. 
"Selamat sore, Tuan," sahut si
pelayan, sopan. Sambil menyisi
memberi jalan. 
martini  tidak segera menutupkan
pintu. Terpaksalah chucky  yang
melakukannya. chucky  yang sudah
tidak sabar, berdiri
memperhatikan penampilan martini 
yang seadanya. 
"Ah. Kau tampak lebih cantik
dan sexi" desah chucky  yang lupa
diri dan dibutakan matanya
sebab  cinta. chucky  pun
merunduk, siap merangkul dan
memeluk martini . Si pelayan tidak 
mengelak. la tenangtenang saja.
Menunggu. 
Benar saja. 
chucky  memang langsung mundur
sesaat . 
Hidungnya mengendus-endus
tak senang "Parfum merek apa
pula yang kau pakai?" 
"Karbol, Tuan." martini  menyahuti
dengan senyuman manis.
"saat  Tuan membunyikan bel,
saya sedang membersihkan
kakus!" 
chucky  pun terjengah. 
martini  pergi meninggalkannya,
untuk meneruskan pekerjaan
yang tertunda. chucky  pun
mengikuti, untuk menyimpan tas
ke kamar kerjanya. 
"Nyonya belum pulang, ya?" 
"Belum Tuan. namun  tadi
Nyonya menelpon dan
meninggalkan pesan untuk Tuan.
. ." 
chucky  tertegun. Heran. "Pesan"
Pesan apa?" 
martini  membalikkan tubuh dengan
sopan, lantas memberitahu.
"Nyonya bilang, Nyonya pulang
agak malam. Masih ada
transaksi yang harus
diselesaikan." 
Berbinarlah sepasang mata
chucky . 
"Kesempatan bagus buat kita
berdua, bukan?" ia berujar
dengan wajah kembali riang
gembira, bahkan suka cita. "Aku
akan segera bertukar pakaian.
Dan kau pun, martini . Mandilah "!"
martini  tidak berkomentar apa-apa,
dan akan berlalu saat  chucky 
teringat sesuatu. "Eh, sebentar,
martini !" 
martini  berhenti. Dan seperti tadi,
kembali diam. Menunggu. 
chucky  membuka tas kerjanya,
mengeluarkan sebuah amplop
tebal yang lalu  diserahkan
kepada martini . "Ini. Ambilah!" 
Terheran-heran martini  menerima
dan tanpa bercuriga apa-apa
langsung membuka tutup amplop
yang memang tidak dilem itu.
Sesaat lalu  di tangannya
sudah ada seikat uang kertas
seratus 
ribuan, yang masih pakai labeL
"Wah. . .! Masih barubaru, ya
Tuan" namun  mengenai uang
belanja. Nyonya sudah...." 
chucky  menyeringai. Gembira. "Itu
untuk anakmu di kampung,
martini !" 
Terbelalaklah martini . "Yang benar
saja, Tuan . . .!" 
"Sungguh!" kata chucky , gagah.
"Uang itu diperlukan anakmu
untuk membayar uang
sekolahnya sekaligus satu tahun.
lalu untuk membeli buku-buku,
pakaian seragam, sepatu baru,
tas baru, dan...." 
"namun . Tuan," martini  menukas,
tenang. "Anak saya umurnya
belum juga tiga tahun, Tuan!" 
"Oh!" chucky  terkejut. "Aku baru
tahu itu. Ya, sudahlah.
Pendeknya, kirim segera uang
itu pada orangtuamu di
kampung" 
"Untuk apa, Tuan?" 
"Ya, terserah kau
mengatakannya pada mereka.
Mau beli sawah kek, beli kerbau
kek, beli rumah kek, kapal
terbang juga boleh. . ..!" chucky 
tertawa tak sabar. Tangannya
mencari-cari ke dalam tas,
menemukan sebuah kotak super
mini yang ia sodorkan lagi ke
tangan pelayannya. "Yang ini,
khusus untukmu sendiri!" 
Sebuah kotak perhiasan. martini 
menerimanya dengan wajah
semakin bingung. "Apa lagi ini,
Tuan?" 
"Ayo. buka sajalah .! 
martini  lebih dahulu  meletakkan uang
seikat tadi ke meja makan di
dekat tempatnya berdiri. Lantas
dengan tangan gemetar kotak
super mini dibuka, dan
tampaklah sebentuk cincin
bermata jamrud yang
gemerlapan. Kilaunya bahkan
memantul di bola mata martini 
yang seperti mau terloncat
keluar. martini  sampai tak mampu
mengeluarkan kata-kata. 
Bangga, chucky  mendorong, "Ayo,
dipakai!" 
Ragu ragu martini  memasukkan ke
jari manis tangan kanannya. la
begitu gemetar sehingga chucky 
harus ikut membantu. Pas. 
chucky  lalu  mundur.
Menunggu reaksi martini 
berikutnya. 
martini  memang segera bereaksi. 
la menatap lurus ke mata
majikannya, mengatur nafasnya
yang sesak sebentar, baru
lalu  bergumam. Gugup.
"Aduh, Tuan. . .." 
chucky  tersenyum, mendorong
semangat martini . 
martini  pun menjelaskan. "Jika ini
saya pakai di rumah, bukankah
Nyonya nanti curiga?" 
Senyuman di mulut chucky . tak jadi
mengembang. "Betul juga. namun 
dapat kau pakai bila kau pergi
jalanjalan, toh?" 
"Saya jarang ke luar rumah.
Tuan. Kecuali ke pasar!" 
"Nah. Pakailah jika kau nanti
pergi berbelanja ke pasar!" 
"Ngeri, Tuan." 
"Eh, mengapa pula?" chucky  mulai
hilang sabar. 
"Nanti dijambret orang!" 
chucky  pun habis akal. 
"Ya, sudah. Telan saja!"
ujarnya, setengah jengkel. 
Melihat ada perubahan di wajah
pelayannya. chucky  buru-buru
meneruskan dengan nada
menyesal. "Kau sih, martini .
Payah...!" Ia tertawa, sengau.
"Ayo, bersihkan dirimu sana.
Aku pun akan mandi. Mumpung
Nyonya belum pulang, kita akan.
martini  menggelengkan kepala.
Sedih. "tidak , Tuan. Semua ini
tidak baik...." 
Habislah sudah kesabaran chucky .
Dengan marah ia
mencengkeram pundak martini ,
lalu  menceracau tanpa
ditimbang timbang lagi. "Lalu
aku harus apa, martini " Apakah kau
kira aku akan gratisan saja
meniduri tubuh molekmu"!" 
"jadi... Tuan membayar. Dan
saya tak lebih dari. . .. " 
"Salah. martini !" chucky  membentak
kasar. "Aku tak pernah
menganggap dirimu
seorangpelacur. tidak kah kau
mengerti juga" Pemberianku ini
sebagai tanda aku sayang dan
cinta padamu. Lantas pada
waktunya nanti, aku pun akan
menikahimu!" 
Dengan wajah datar tanpa
ekspresi. martini  mengeluh, "Tuan
ini juga payah...!" 
"Apa"!" 
martini  memandang tajam ke mata
majikannya. "Apakah Tuan
punya keberanian untuk...
menceraikan istri Tuan"!" 
chucky  pun terbungkam sesaat . 
Dan martini  tidak perlu meronta
untuk melepaskan diri dari
cengkeraman majikannya.
Pegangan tangan chucky  di
pundak martini . perlahan-lahan
melepas sendiri, untuk lalu 
jatuh lunglai di sisi tubuh sang
majikan yang tampak seperti
orang habis mencuri dan
tahu-tahu tertangkap basah
tanpa ada jalan untuk
meloloskan diri. 
Sebaliknya dengan martini . 
Mantap dan manis, martini 
bertanya seakan sambil lalu
saja. "Tuan akan mandi dahulu ,
atau langsung makan...?" 
chucky  masih belum menemukan
dirinya juga. 
Maka martini  pun membuka tudung
saji di atas meja makan.
Katanya lembut, "Nasi kapau
sudah menunggu, Tuan!" 
Sebuah kejutan lain. sebab 
soal nasi kapau itu bermula dari
salah dengar yang dikira chucky 
disendaguraukan oleh martini . 
Namun chucky  tidak tertarik untuk
tertawa. Melirik pun ia tidak .
chucky  sedemikian lemas sesudah 
mendengar tuduhan pelayannya
yang tepat mengenai sasaran.
martini  yang memahami keadaan
majikannya, dengan arif
menarik sebuah kursi. Tanpa
sadar, chucky  mendaratkan pantat
tuanya di kursi itu, lalu
berusaha keras menguasai diri. 
martini  pergi ke kamar mandi
majikannya, menyelesaikan
tugasnya sampai selesai, lalu
kembali lagi ke tempat semula.
chucky  masih duduk termangu di
kursinya. martini  yang akan
meneruskan langkah ke koridor
belakang, mendadak tak tega
melihat keadaan chucky  yang
sedemikian sengsara. 
"martini ...." 
"Saya, Tuan" 
"Simpanlah." 
chucky  berkata tanpa menunjuk
atau menjelaskan apa yang
harus disimpan pelayannya.
Namun dengan penuh
pengertian martini  mengambil uang
dan kotak 
berisi perhiasan Tanpa menoleh
bahkan tanpa kata, martini 
lalu  menghilang di sebelah
sana pintu menuju koridor
belakang. 
chucky  hanya memperhatikan.
Dengan wajah kosong, 
?"Bahkan mengucapkan terima
kasih pun dia tidak !" chucky 
bergumam, lantas
menggelengkan kepala. 
Dengan susah payah ia masuk
ke kamar kerjanya untuk
menyimpan tas. saat 
meletakkan tas itu di atas
mejanya, mata chucky  terpaut ke
selembar foto berwarna yang
diberi bingkai antik. Foto
bersama dengan jessica  dan putra
kesayangan mereka, aidit 
atau dipanggil aidit . 
jessica  tersenyum ke arahnya. 
Begitu pula aidit . 
Dan di balik senyum istri
apalagi anaknya, chucky 
menemukan dirinya yang
terpuruk tanpa daya, dan 
dibebani dosa. Terngiang lagi di
telinganya ucapan martini , "Apakah
Tuan punya keberanian untuk
menceraikan istri Tuan?" 
chucky  tidak jadi bersalin pakaian.
Hanya dasi yang ia tanggalkan. 
Tiba di halaman, ia lihat mobil
masih dicuci fredy krueger  dengan sabun
pembersih khusus. 
"Mana kuncinya, fredy krueger ?" 
fredy krueger  memandangi majikannya,
dan terkesima memandang
wajah chucky  yang tampak
berantakan. "Masih di
tempatnya. Tuan...!" 
chucky  membuka pintu mobil.
Masuk ke dalam. Menghidupkan
mesin, dan mengajak mobil itu
melompat ke jalan raya. Hampir
saja melindas seekor anjing
yang bermaksud melintas di
sebelah luar pintu gerbang .
fredy krueger  hanya bisa ternganga
memandangi majikannya
menghilang dengan mobil yang
masih basah bahkan penuh busa
sabun. Supir kerempeng itu baru
tersadar, saat  ada suara
menggonggong marah.
Gonggongan musuh besar fredy krueger .
Anjing yang tadi hampir dilindas
mobil majikannya. 
"Eh. Kok aku pula yang kau
marahi?" 
Seraya menyentakkan kata-kata
itu. fredy krueger  mengarahkan mulut
selang air ke arah sang anjing,
yang sesaat  minggat dengan
gonggongan
melengkinglengking." 
WAKTU terus merambat. 
Duduk mengitari sebuah meja di
dalam sebuah restoran berkelas,
seorang laki-laki misterius
berujar dengan suara berat dan
dalam, "jadi, saya harus
mengikuti dia semenjak
meninggalkan pagar rumah
sampai ia kembali ke tempat
yang sama!" 
jessica  menjawab gembira. "Persis.
Dan laporan Anda saya tunggu
setiap akhir minggu...." 
Orang itu bangkit dengan
tenang. 
Lalu menunggu. Dengan
tenang-tenang pula. 
jessica  segera memaklumi. Tasnya
dibuka dengan pertolongan
farida . Lalu jessica  mengeluarkan
buku cek, mengisi lembar kosong
sesuai kesepakatan. yang
lalu  ditandatangani.
Lembar cek itu dirobek dari
buku, lantas ia serahkan ke
tangan si laki-laki  misterius. "Ini
uang mukanya." 
"Terima kasih." 
Sesudah  orang itu berlalu,
barulah jessica  bertukar pandang
dengan farida . Wajah jessica  tampak
gundah. farida  menepuk-nepuk
lembut punggung tangan
sahabatnya. Berkata menghibur,
"Memang kurang menyenangkan
urusan ini, jessica . namun  sesudah 
semua ini berlalu, yakinlah
segala sesuatunya akan beres
kembali ...!" 
jessica  manggut saja akhirnya. 
"Pukul berapa sekarang. farida ?" 
farida  melirik ke arloji. 
 
jam dinding di tembok lobby
sebuah gedung bioskop, tampak
menunjukkan waktu merambat
ke pukul sembilan malam. 
Sejumlah bangku diisi oleh
sejumlah pengunjung yang akan
mengikuti penunjukkan
berikutnya. Lalu pintu masuk ke
gedung pertunjukan dibuka dari
dalam. Tampaklah chucky  ke luar,
dengan langkah kaki
bermalas-malas dan wajah lebih
malas lagi. 
Penjaga pintu bertanya sopan,
"Filmnya tidak menarik, Om?" 
chucky  cuma angkat bahu. 
Ia berlalu meninggalkan
bioskop, melewati mobilnya di
tempat parkir, dan menyelinap
masuk ke sebuah bar. Sesudah 
mendapatkan bangku untuk ia
duduki. chucky  memesan dengan
suara getir, "Bir...l" 
Menjelang tengah malam, jessica 
yang berwajah khawatir 
membukakan pintu untuk
suaminya, yang melangkah
masuk ke dalam dengan tubuh
sempoyongan. jessica  mengendus
bau alkohol, meninjau ke
halaman dan melihat sebuah
taksi memutar pergi. 
"Mobilmu mana, Pah?" 
chucky  yang memang mabuk, jadi
terperanjat sendiri. "Astaga. Aku
sampe lupa. Mobilku masih di
tempat parkir ...." 
Reaksi jessica  jelas. 
jessica  berkata curiga, "Papah
habis bertengkar hebat, ya?" 
chucky  tertegun. Bingung. Lalu,
"Bertengkar" Dengan siapa?" 
'Wanita lainmu itu'" 
Dasar di bawah pengaruh
alkohol, chucky  pun tertawa. Tawa
orang setengah teler. Lantas
menyahuti tanpa dipikir, "Kok
kau tahu!" 
Tersentaklah jessica  mendengarnya.
la mengerang. "Siapa
wanita lesbian  itu, Pah?" 
Sempoyongan. chucky  memutar
tubuh. Seraya menggerutu, "Kau
pasti sedang mabuk, jessica ." 
jessica  menerjang maju. 
namun  ia terlambat. Tubuh chucky 
sudah limbung, lalu 
melorot jatuh ke lantai. Dari
mulutnya terdengar pertanyaan
sayup-sayup, "Kasur apaan sih
ini. Keras banget. Dingin
lagi...." 
lantas chucky  pun tertidur. 
Mendengkur. 
jessica  merengut dan tidak mau
membuang tempo. Ia pergi ke
depan rumah. Gulungan selang
yang tergantung di batang keran
air ledeng, ia ulurkan
memanjang sampai ke ruang
depan. Keluar sebentar. keran
air dibuka selepas lepasnya,
masuk lagi dengan cepat ke
dalam. 
chucky  pun ia semprotlah
habis-habisan. Sesaat dua tak
ada reaksi. Baru pada saat
berikutnya, chucky  yang sudah
basah kuyup menggeliat sedikit.
Matanya terbuka malas. 
Begitu pula mulutnya. "Hei.."
ada air mancur!" 
lantas matanya terpejam
kembali. 
Tak habis akal, jessica  menyimpan
selang di lantai. Membiarkan air
menyembur nyembur kian
kemari. la berjongkok
membalikkan suaminya agar
telentang. Lalu ritsleting celana
panjang suaminya ditarik
membuka dengan satu sentakan
cepat dan kasar. Tindakan
berikutnya adalah, menjejalkan
ujung 
selang yang terus
menyemburkan air ke balik
celana dalam suaminya. Sesudah 
itu tegak menunggu. 
Mulanya, chucky  membuka mata
dengan malas, seperti tadi.
Sesudah  itu, sepasang mata chucky 
terpentang. Serempak ia bangkit
ke posisi duduk. lalu
memandang ke arah celana
dalamnya, dan  benda yang
menjulur ke luar dan' tempat
yang eksklusif itu. Terulur
sampai ke pintu, terus ke luar
rumah. 
chucky  pun bergumam bingung,.
"Lho. Kok jadi begini
panjang"!" 
Mendengar ucapan suaminya,
jessica  pun lemaslah. 
Tubuhnya melorot jatuh
menyusuri tembok yang
disandarinya. lantas duduk
terenyak. Di lantai yang basah. 
Syukurlah semua itu tidak 
berlangsung lama. 
Tak berapa lama lalu  chucky 
akhirnya sadar sepenuhnya,
terus pergi mandi. Tentu saja
mandi yang sebetulnya .
Berpakaian seadanya, lalu 
mencegat sebuah taksi yang
lewat di depan rumah. la bawa
dan  identitas, karcis parkir
surat-surat lengkap mobilnya.
Dan sesudah  berdebat panjang
dan penjaga malam mencari
tukang parkir yang bertugas,
barulah chucky  diperkenankan
membawa pulang mobilnya.
Tentu saja, dengan
mengeluarkan sejumlah uang
ekstra. 
Tiba di rumah, ia disambut pintu
kamar tidur yang terkunci dari
daLam. Tak dibukabuka, betapa
pun ia sudah mengetuk dan
berusaha memangggilmanggil
istrinya dengan suara lembut
yang bernada penyesalan. 
Adapun martini , yang tadi
membukakan pintu depan
untuknya lantas langsung
minggat tanpa kata, masih
lumayan. 
martini  ia temukan duduk
termenung-menung di teras
belakang. Mengawasi kain pel
dan ember yang setengah terisi
air kotor, pasti bekas
mengeringkan lantai ruang
depan dan belum sempat ia
buang saat  majikannya
pulang. 
martini  masih bersedia membuka
mulut saat  melihat chucky 
muncul. "Saya masih capek,
Tuan. jadi kalau Tuan ingin
kopi, silakan Tuan bikin
sendiri...!" 
lantas dengan membiarkan kain
pel dan ember tetap di
tempatnya semula, martini  pun
bangkit dan langsung berlalu,
masuk ke kamarnya sendiri.
langsung pula menutupkan
pintu, yang anak kuncinya
terdengar diputar dari sebelah
dalam. 
Dengan suara bergemeratak.
kasar." 

ESOK paginya, mobil suami istri
itu meninggalkan rumah hampir
berbarengan. Mobil jessica  lebih
dahulu  meninggalkan halaman,
mengambil arah ke kiri. Sesudah 
melewati beberapa rumah, ia
lihat sebuah mobil di parkir di
seberang jalan jessica  melempar
senyum pada laki-laki yang
duduk santai di belakang kemudi
mobil dimaksud. 
Satu menit lalu , barulah
chucky  meninggalkan rumah
dengan mobilnya yang disupiri'
fredy krueger . Begitu lalu lintas aman
dan mobil chucky  mengambil arah
ke kanan, maka mobil yang tadi
di parkir dan pengemudinya
dihadiahi senyuman manis jessica ,
mulai bergerak maju. Lalu
mengikuti mobil chucky  secara
tidak kentara. 
chucky  turun dari mobil di depan
kantornya. 
Ia serahkan selembar cek pada
fredy krueger  dengan perintah, "Kau
langsung balik lagi ke sini,
sepulang dari' bank." 
fredy krueger  lantas meluncur pergi
untuk melaksanakan perintah
majikannya. 
Seseorang juga mengeluarkan
perintah di mobil satunya lagi.
Mobil yang berhenti tidak jauh
dari kantor chucky , di pinggir
jalan yang basah sebab 
genangan air: limbah dari
saluran pembuangan yang
agaknya mampet. Perintah itu
bernada berat dan dalam. 
"Kau terus ikuti mobil itu. Orang
kita, biar aku yang urus!" 
"Siap, Bos!" 
Pintu mobil terbuka cepat.
Secepat itu pula, si pemberi
perintah melompat keluar dari
pintu belakang mobil, ke trotoar.
Sepatunya mengkilap, celananya
pasti dari merek yang mahal
pula, licin dan rapi. Begitu pintu
mobil ditutupkan kembali, orang
yang menerima perintah tidak 
membuang tempo. Mobil
langsung ditancap.
Mencipratkan air lumpur kian
kemari. Dalam sekejap, sepatu
mengkilap dan celana licin dan
rapi itu, sudah tidak karuan lagi
bentuk maupun warnanya. 
Yah, apa mau dikata. 
Dari semula urusan ini memang
sudah serba salah. Andai saja
orang yang membayarnya mau
berterus terang, urusannya tidak 
akan serumit ini. namun 
wanita lesbian  itu terlalu berlebihan
menjaga 
nama baik dan terutama,
gengsinya. Ia seharusnya jujur
saja, dan tinggal mengatakan
satu permintaan saja: temukan
wanita lesbian  tak tahu diri itu! 
 
Tahu diri atau tidak , yang jelas
martini  harus memutuskan sesuatu.
Sendirian di rumah, lama ia
hanya duduk termangu mangu
memikirkan apa sebaiknya yang
harus ia perbuat. Di tangannya
ada sejumlah besar uang, yang
nilainya sama dengan gaji martini 
selama satu tahun. Dan cincin
bermata jamrud itu, bukan tak
diinginkannya. Memimpikannya
selama ini pun martini  tak berani! 
Ia harus melakukan sesuatu. 
Semua tidak boleh dibiarkan
berlarut-larut. Setan sudah 
menjerumuskannya pada malam
yang menakjubkan itu. Dan
setan itu, kini menari nari lagi di
depan matanya. Dengan sebuah
rayuan maut, "Kau dapat
memperoleh lebih banyak lagi,
martini . Kalau kau mau, kau tak
perlu membabu lagi. sebab  kau
akan dinobatkan menjadi
seorang Ratu!" 
martini  menarik nafas panjang. 
lalu  bangkit untuk
melakukan tugasnya sehari-hari.
Di sudut lain kota, tugas
sehari-hari bagai terlunaskan
sudah oleh jessica . Ia memasuki
kantor dengan 
wajah risau. Dan begitu ia lihat
farida  tersenyum menyambut, jessica 
pun langsung saja menyeret
sahabat yang juga sekretarisnya
itu ke ruang kantor pribadinya.
la pastikan dahulu  bahwa tidak 
ada pegawai yang mungkin
mendengar pembicaraan
mereka. Baru lalu  bicara
serius. 
"Suamiku mengaku!" 
Tanpa kata pendahuluan. 
namun  farida  segera menangkap
arah pembicaraan sahabatnya.
Dan farida  pun tercengang .
"Begitu cepat"!" 
Sekali lagi, farida  dibuat
tercengang, saat  ia lihat jessica 
menggelengkan kepala, dengan
semangat yang patah. Kembali
teringat bahwa sampai detik ini
jessica  tidak juga menemukan apa
yang sebetulnya  sudah  ia
peroleh dari pengakuan
suaminya itu. 
Wajah jessica  pun berubah murung.
"Sayangnya, ia mengakuinya
selagi ia dalam keadaan mabuk
berat!" jessica  mengakui seraya
menyandar lesu di kursinya.
"Begitu ia normal kembali, aku
tak mungkin mendesaknya. Ia
toh dengan mudah dapat saja
membantah. Namanya juga
ucapan orang mabuk!" 
"Percayakan saja pada detektif
kita, jessica ," bujuk farida . "namun ,
bagaimana terjadinya?" 
jessica  menceritakan apa yang
terjadi. 
Lamanya belum seberapa. farida 
sudah melelehkan air mata,
sebab  terus-menerus tertawa.
"jadi, suamimu menyangka
bahwa yang bertambah panjang
itu.... " 
farida  semakin tergelak." 

SEPERTI pencuri, pada malam
harinya chucky  berulang-ulang
mengintip dari kamar kerjanya.
Sesudah  ia yakin martini  masih
duduk menikmati siaran televisi
kabel di ruang keluarga, yakin
pula jessica  sedang melakukan
latihan dngan menjelang tidur,
barulah chucky  menyelinap ke
koridor. 
Ia membuka pintu kamar martini .
Lalu masuk ke dalam. Sesudah 
pintu ia tutupkan kembali, chucky 
pun sibuk berbenah di atas
tempat tidur martini . Ia keluarkan
isi bungkusan yang ia bawa dari
kamar kerjanya, lalu
membeber-beberkannya di
tempat tidur martini  yang sudah ia
rapikan tadi. 
chucky  lalu  berlutut.
Menghadap ke meja kecil dekat
kepala tempat tidur. Ada dua
foto yang diberi bingkai
sederhana. Foto martini , dan
satunya lagi foto sesosok bayi
gemuk sehat sedang mengisap
dot. 
"Maaf. Aku akan bicara empat
mata dengan Ibumu!" dengus
chucky . lantas ia balikkan foto si
bayi menghadap tembok. 
martini  tidak memprotes. Ia tetap
saja tersenyum, di foto satunya
lagi. 
Dan chucky  pun berbicara dengan
khidmat, "Nah, Kekasihku. Kali
ini kau tidak ada alasan lagi.
Jika kau takut dicurigai istriku,
ngeri pula memakainya saat 
kau pergi belanja ke pasar,
maka pakailah pemberianku
yang ini saat  kau berangkat
tidur!" 
Foto martini  digeser sedikit agar
mengarah ke tempat tidur. Di
situ tampaklah seuntai kalung
yang tadi diletakkan chucky 
melingkar di leher sehelai gaun.
namun , entah ia sadar entah
tidak , yang dibeberkan chucky  di
tempat tidur itu bukanlah sehelai
gaun tidur. Melainkan gaun
pesta! 
Foto martini  digeser lagi
menghadap dirinya. "Cantik,
bukan?" 
martini  tersenyum. Manis sekali. 
"Kau lihat bukan, Sayangku"
Aku sangat memperhatikanmu.
Aku juga akan membelikanmu
sepasang anting. Dan
seperangkat kosmetik!" chucky 
berjanji. "Kau akan tampil lebih
hebat ketimbang jessica . Yang
semakin tambah umur, semakin
tampak mengerikan itu ...!" 
chucky  diam sebentar. Garuk
garuk kepala, baru meneruskan,
"Apapun yang kau minta akan
kuberi, martini . namun , tolonglah
jangan yang satu itu! Kau tidak 
tahu bagaimana anakku aidit ..."
chucky  membasahi 
bibirnya yang kering dengan
ljessica hnya. "aidit  sama galak
dengan ibunya. Jika aku
menceraikan jessica ... bisa bisa aku
mereka keroyok" 
Membayangkan itu saja, chucky 
sudah takut. 
Takut-takut pula ia pergi ke
pintu. Dibuka sedikit, mengintip
ke luar. Masih aman. Pintu ia
rapatkan lagi1 terus kembali
berlutut menghadap martini  yang
masih menunggu dengan
tersenyum. 
"Aku pun sudah berpikir-pikir
akan mengontrak sebuah rumah,
martini . Di sana kau akan
kusimpan... eh, maksudku, di
sana kau akan tinggal. Dan kita
akan menikah diam-diam...!" 
Belum habis chucky  berbicara, di
luar sana sudah terdengar suara
menyentak, "martini !" 
Lalu sahutan terkejut, "Saya,
Nyah..." 
chucky  terlompat bangkit. Lalu
menghambur ke pintu dengan
wajah pucat pasi. Ia sudah akan
minggat, saat  teringat sesuatu.
Cepat cepat ia kembali lagi ke
dalam kamar tidur martini . Ia
balikkan foto si bayi ke posisi
semula, terus menyelinap pergi. 
"Antar minumanku ke kamar,
martini !" terdengar lagi suara jessica . 
"Baik Nyah." 
chucky  menyandari tembok di
sebelah pintu tembus rumah
induk. Menunggu dengan
jantung berdebar. 
Sesudah  yakin segala sesuatunya
berjalan aman, chucky  pun
menyelinap masuk ke kamar
kerjanya. 
 
Pagi harinya chucky  bangun
dengan gembira. 
chucky  pergi jogging sebentar. Ia
atur tempo agar tidak 
terbatuk-batuk seperti
sebelumnya. Pulang ke rumah,
ia berpapasan dengan martini  yang
baru keluar dari dapur. Mereka
saling tertegun. Saling menukar
tatap. 
"Hai.... !" chucky  menyapa lembut
lalu menunggu.
Bibir ranum martini  menggerimit
tersenyum. namun  matanya
menggurat sedih. Pelayan itu
menggeleng-geleng, sudah akan
mengutarakan sesuatu saat 
pintu kamar tidur utama terbuka
dari dalam. martini  cepat kembali
ke dapur. chucky  menyambar
cangkir kopi di meja makan,
mengangguk pada istrinya yang
pas baru keluar dari kamar, lalu
masuk ke ruang kerjanya
sendiri. Sambil pintu langsung
ditutupkan dari dalam. Duduk di
sofa meneguk kopi. chucky 
lalu  tersenyum bahagia. 
"martini ku menerima!" bisiknya,
sukacita. 
Di dapur, martini  terus sibuk.
Sekali, ia menyeka pipi. Pipi
yang tanpa dapat ditahan, sudah 
dilelehi air matanya." 

saat  meninggalkan rumah,
esok paginya chucky  tidak tahu
kalau mobilnya ditempel ketat
oleh sebuah mobil lain. Maklum
nempelnya tidak begitu kentara. 
chucky  siap mengantar dengan
semangat tinggi. Sebelum
masuk, ia menyuruh fredy krueger 
mencairkan selembar cek ke
bank. 
Siang harinya, pada jam
istirahat, chucky  makan sendirian
di sebuah restoran. Kenyang
makan, ia sulut sebatang rokok
dengan perasaan nikmat. Lalu
dengan rokok tetap menempel di
bibir, ia meninggalkan restoran.
Berjalan kaki menuju sebuah
supermarket. saat  akan masuk
ke dalam ia menjatuhkan
sesuatu ke trotoar,
menginjaknya, baru sesudah  itu
masuk ke dalam supermarket. 
Seorang wanita lesbian  remaja putri
berparas rupawan, melirik
sekilas ke arah chucky  menghilang,
lalu membungkuk untuk
memungut apa yang tadi
dijatuhkan chucky . Begitu si wanita lesbian 
tegak kembali, sebuah tangan
yang kokoh sudah
mencengkeram lengannya. Si ga
dis terkejut dan sesaat 
mengatupkan telapak tangannya.
Terdengar-lah suara berat dan
dalam, "Boleh kulihat apa yang
ia jatuhkan, anak manis?" 
Remaja putri itu menatap
curiga. "Bapak ini polisi ya?" 
Tak ada sahutan. 
wanita lesbian  itu pun berkata penuh
semangat, "Tangkaplah Om
yang barusan masuk ke dalam
itu. Dia bukan warga kota yang
baik!" 
"Kenapa?" 
"sebab  ia membuang ini
sembarangan..." si wanita lesbian 
membuka telapak tangannya. Di
situ, tampaklah puntung rokok
yang sudah gepeng bekas diinjak
.
Tangan kokoh yang tadi
mencengkeram, pelanpelan
merenggang lalu menjauh. Si
wanita lesbian  melangkah ke sebuah tong
sampah dan membuang puntung
rokok itu dengan wajah ketus.
Sesudah  itu, meneruskan
perjalanannya sendiri. Dengan
sikap acuh tak acuh. 
 
jessica , juga makan siang di sebuah
restoran. Dengan farida  tentu. 
farida  bergumam tidak mengerti,
"Heran. Kau bilang suamimu
sudah mengaku. namun  kau tetap
tidak mengetahui siapa
wanita lesbian  itu!" 
jessica  menjawab lesu, "Seperti
kubilang tadi chucky 
mengatakannya selagi ia
mabuk."l" 
"Lalu. Mengapa tidak terus kau
desak?" 
jessica  menggelengkan kepala.
"Orang mabuk suka ngomong
aneh-aneh. Kata-katanya, tak
dapat dipegang," 
"Sesudah  ia normal kembali?" 
"Sama saja. Dengan mudah chucky 
akan membantah keras. Maka,
daripada bersitegang urat leher,
aku memilih lebih baik diam." 
"Pilihan yang bijaksana, jessica ."
farida  akhirnya menyatakan
persetujuan disusul dorongan
bersemangat, "Semuanya akan
beres. Percayakan sajalah Dada
detektif kita. Oke?"

DAN waktu, terus saja berlalu.
Berlalu meninggalkan siapa saja
yang kerjanya cuma
berleha-leha. Atau, siapa saja
yang ingin berbuat sesuatu,
namun  ragu ragu, lebih-lebih lagi
jika tidak tahu dari mana ia
harus memulai. 
chucky  bukanlah jenis orang
sejenis  itu. Sebagian dari
hidupnya dihabiskan chucky 
bersama buku. Dan buku
senantiasa mengajarinya agar
tidak terus bertanya-tanya,
namun  segeralah buka lembaran
berikut. 
Di lembar hari pertama, ia
temukan martini  yang sibuk
mengerjakan segala sesuatu di
rumah. Atau jika tidak sedang
bekerja, ia mengunci diri. Di
lembar hari berikutnya, chucky 
sengaja berlambat-lambat
meninggalkan rumah. Dan
begitu istrinya berangkat ke
kantor, chucky  langsung
memanfaatkan waktunya pada
kesempatan pertama. 
martini  yang tengah memberesi
meja makan, ia peluk dari
belakang. 
Mestinya lebih dahulu chucky 
memberitahu lewat kata kata,
paling sedikit berdehem
dehemlah. namun  sebab  ia
sadar martini  bermaksud
menghindar, chucky  langsung
main terkam. Tentu saja martini 
terperanjat alang kepalang.
Piring gelas yang barusan
diangkatnya dari meja,
terlempar dan pecah
berhamburan di lantai. 
"Astaga! Apa yang Tuan
lakukan?" martini  mengomel seraya
memberesi lantai, sementara
chucky  terpaksa hanya bisa
garuk-garuk kepala. 
chucky  menunggu dengan sabar,
sampai segala sesuatunya sudah
rapi kembali. Pecahan-pecahan
piring gelas pun sudah lenyap di
tempat pembuangan sampah.
martini  tampaknya tidak punya
alasan lagi untuk menghindar
dan chucky  sudah siap
melancarkan serangan kedua,
manakala dari depan rumah
terdengar bunyi klakson mobil. 
chucky  jengkel setengah mati. 
Siapa pun tamu tidak diundang
itu, harus diusirnya jauh jauh.
jika perlu, sampai ke neraka pun
jadi. 
chucky  lantas bergegas ke luar
rumah. Siap untuk melemparkan
sekeranjang sumpah serapah,
saat  ia mengenali mobil
yang pintunya sudah dibuka dan
dari dalamnya turunlah jessica .
sebab  mereka ber
bentrokan di pintu masuk, mau
tidak mau perang dingin
terpaksa harus ditunda dahulu . 
jessica  tersenyum berbasa-basi,
lalu  terheranheran melihat
wajah suaminya yang susah
ditebak apakah sedang marah
atau sedang putus asa. namun 
apa pula pedulinya" Maka
sambil menyelinap masuk
sesudah  sang suami memberi
jalan, jessica  pun berbicara
seperlunya, "Buku cekku
tertinggal!" 
saat  jessica  keluar dari kamar,
chucky  sudah angkat kaki dari
rumah. 
Namun saat  lembaran hari
berikutnya dibuka oleh chucky , ia
membaca situasinya lebih
berhati-hati. Menjelang tengah
hari, dari kantor pribadinya ia
menghubungi nomor telepon
kantor jessica . Pegawai yang
menerima menanyakan siapa
yang menelepon. Dan begitu
chucky  memberitahu. pegawai itu
menghilang sebentar dari
telepon. Waktu ia kembali lagi,
dengan nada menyesal si
pegawai memberitahu bahwa
majikannya sedang sibuk dan
tak bisa diganggu. 
jessica  sedang sibuk, memang itulah
yang diharapkan oleh chucky .
namun  harus jelas, berapa lama
kesibukan itu akan menyita
waktunya. Maka chucky  pun minta
dihubungkan dengan farida . 
"...Pegawai itu tidak berdusta,
Bang chucky ." farida  menjelaskan
dengan nada bersahabat.
"Istrimu 
memang lagi sibuk berat. namun 
jika Abang mau meningggalkan
pesan.?" 
"Apakah pegawaimu tadi tidak 
memberitahu bahwa aku
bermaksud mengajak jessica  makan
siang?" potong chucky , mengatur
permainannya dengan baik. 
farida  tertawa lunak, sebelum
menjelaskan dengan suara
menghibur, "Harap Abang tidak 
kecewa. Istrimu bilang, dia
berterima kasih untuk ajakan
makan siang, yang katanya
sedikit mengherankan!" farida 
tertawa lagi, masih tetap lunak,
sebagai isyarat bahwa ia tahu
ada sesuatu namun  itu bukanlah
urusannya. 
"Sibuk apa sih dia?" 
"Ada seorang klien, eh,
persisnya mantan klien sebab 
baru saja meninggal dua hari
lalu. Ia meninggalkan tidak saja
harta berlimpah-limpah. namun 
juga anak yang berceceran di
sana-sini. Masingmasing merasa
punya hak, walau belum jelas
sah atau tidak nya.
Penasihat-penasihat hukum
mereka saat ini tengah
mempelajari sejumlah akta yang
tersimpan dalam arsip kami.
Memusingkan memang, Bang
chucky . namun  jessica  tidak ingin
mengecewakan mereka. Dan
tampaknya waktunya akan
tersita selama beberapa jam
lagi. Apakah penjelasan saya ini
cukup, Bang chucky ?" 
"untuk ditulis dalam sebuah
buku, lebih dari cukup" jawab
chucky , disusul keluh kesah
kecewa, sebelum telepon ia
letakkan. namun  begitu telepon
sudah tersimpan aman, keluh
kesahnya pun berubah sesaat 
jadi siulan riang gembira. 
Beberapa jam, kata farida . 
Cukup banyak waktu, namun  chucky 
tak mau melepaskan sia sia
walau hanya sedetik saja.
Bukankah perjalanan hidup
bahkan pikiran seseorang, dapat
saja berubah dalam hitungan
detik" 
kebetulan ada tugas untuk fredy krueger 
di kantor. 
Maka dengan gembira, chucky 
mengemudikan sendiri mobilnya
dan terbang pulang ke rumah.
Seujung rambut pun ia tidak 
tahu bahwa ada sebuah mobil
lain ikut-ikutan terbang
mengikuti dari belakang. 
Yah, andai pun chucky  tahu, apa
pula yang harus dicemaskan"
Mobil itu toh berhenti cukup
jauh dari rumahnya, sebab 
aturannya adalah ikuti semenjak
meninggalkan pintu gerbang,
sampai kembali ke tempat yang
sama. Sesudah  memasuki pintu
gerbang, bukan lagi urusan
orang yang duduk di belakang
kemudi mobil yang mengawasi
dan menunggu dengan setia itu. 
Senyum memekar di bibir chucky ,
saat  pintu dibukakan oleh martini .
chucky  sudah siap untuk mengu
capkan, "Halo, Kekasihku!"
saat  ia djessica hului oleh dering
telepon di dalam rumah .
jangan-jangan, jessica ! 
Harap harap cemas, chucky 
menunggu martini  yang ia biarkan
mengangkat dan berbicara di
telepon, namun gagang telepon
tidak langsung disimpan martini .
Tetap memegang gagang
telepon, pelayannya yang
berpenampilan menggoda itu
berpaling pada chucky . Lalu
memberitahu diiringi senyuman
manis. "Tuan muda aidit .
langsung dari Amerika....!" 
Hari hari yang menyakitkan! 
chucky  rindu dan cinta aidit , itu
sudah pasti. Pembicaraan
dengan aidit  pun ringkas saia.
aidit  hanya sekadar memberitahu
ia seperti juga ayahnya, tidak 
kuat menahan rindu. Bahwa
beberapa hari belakangan ini ia
merasa tidak enak, lalu bertanya
apakah semua orang di rumah
baik-baik saja. 
Itu saja yang ingin dipastikan
aidit . Agar ia dapat belajar
dengan tenteram, katanya.
Lantas lalu  mengakhiri,
"Barangkali, Papah, aku hanya
terpengaruh musim dingin yang
kelewat panjang. jangan lupa
peluk ciumku untuk Mamah!" 
Sungguh, hari yang
menyakitkan. sebab , perasaan
tak enak aidit  bukanlah tanpa
sebab. chucky  menyadari betul hal
itu. Ia diliputi perasaan
bersalah. 

"Untuk ditulis dalam sebuah
buku, lebih dari cukup!" jawab
chucky , disusul keluh kesah
kecewa, sebelum telepon ia
letakkan. namun  begitu telepon
sudah tersimpan aman, keluh
kesahnya pun berubah sesaat 
jadi siulan riang gembira. 
Beberapa jam, kata farida . 
Cukup banyak waktu, namun  chucky 
tak mau melepaskan sia sia
walau hanya sedetik saja.
Bukankah perjalanan hidup
bahkan pikiran seseorang, dapat
saja berubah dalam hitungan
detik" 
kebetulan ada tugas untuk fredy krueger 
di kantor. 
Maka dengan gembira, chucky 
mengemudikan sendiri mobilnya
dan terbang pulang ke rumah.
Seujung rambut pun ia tidak 
tahu bahwa ada sebuah mobil
lain ikubikutan terbang
mengikuti dari belakang. 
Yah, andai pun chucky  tahu, apa
pula yang harus dicemaskan"
Mobil itu toh berhenti cukup
jauh dari rumahnya, sebab 
aturannya adalah ikuti semenjak
meninggalkan pintu gerbang,
sampai kembali ke tempat yang
sama. Sesudah  memasuki pintu
gerbang, bukan lagi urusan
orang yang duduk di belakang
kemudi mobil jang mcngau asi
dan menunggu dengan setia itu. 
Senyum memekar di bibir chucky ,
saat  pintu dibukakan oleh martini .
chucky  sudah siap untuk
mengucapkan. "Halo,
Kekasihku!" saat  ia djessica hului
oleh dering telepon di dalam
rumah. 
jangan-jangan, jessica ! 
Harap harap cemas, chucky 
menunggu martini  yang ia biarkan
mengangkat dan berbicara di
telepon, namun gagang telepon
tidak langsung disimpan martini .
Tetap memegang gagang
telepon, pelayannya yang
berpenampilan menggoda itu
berpaling pada chucky . Lalu
memberitahu diiringi senyuman
manis. "Tuan muda aidit .
Langsung dari Amerika....!" 
Hari hari yang menyakitkan! 
chucky  rindu dan cinta aidit , itu
sudah pasti. Pembicaraan
dengan aidit  pun ringkas saja.
aidit  hanya sekadar memberitahu
ia seperti juga ayahnya, tidak 
kuat menahan rindu. Bahwa
beberapa hari belakangan ini ia
merasa tidak enak, lalu bertanya
apakah semua orang di rumah
baik-baik saja. 
Itu saja yang ingin dipastikan
aidit . Agar ia dapat belajar
dengan tenteram, katanya.
lantas lalu  mengakhiri,
"Barangkali. Papah, aku hanya
terpengaruh musim dingin yang
kelewat panjang jangan lupa
peluk ciumku untuk Mamah!" 
Sungguh, hari yang
menyakitkan. sebab , perasaan
tak enak aidit  bukanlah tanpa
sebab. chucky  menyadari betul hal
itu. Ia diliputi perasaan
bersalah. 
Dan saat  ia memutuskan
kembali lagi ke kantor,
jangankan mengajak martini  ke
tempat tidur. Untuk ngomong
saja pun, chucky  sudah tidak 
bernafsu. 
Segi positifnya memang ada. 
Telepon dari aidit  dan kirim
salam untuk ibunya, sedikit
meredakan suasana. 
Pulang kantor, chucky  dan  jessica 
tidak lagi sekadar berbasa-basi,
saat  pembicaraan sudah
menyangkut tentang anak
mereka. Bahkan jessica  sempat
minta maaf sebab  tak dapat
memenuhi undangan makan
siang suaminya. chucky  yang sama
sekali sudah melupakan ajakan
makan siang itu, mau tidak mau
tertawa jadinya. 
Tertawa pahit, tentu saja. 
Alih alihnya, urusan kantor
masuk juga dalam pembicaraan.
Seperlunya saja memang, namun 
yang seperlunya itu sudah 
mengingatkan mereka kembali
pada kenyataan hidup yang
harus mereka hadapi. Dengan
cara, dan jalan pikiran
masing-masing. Dan sadar atau
tidak , diam-diam mereka
kembali menjaga jarak. 
Seperti malam sebelumnya. 
Mereka tidur di ranjang yang
sama, itu benar. Diam-diam,
mereka juga menginginkan hal
yang sama. jessica , sebab 
dorongan hasrat kewanitaan.
chucky . 
sebab  hilang kesempatan untuk
mendapatkannya dari martini .
namun  baik jessica  maupun chucky ,
sama menahan diri. Sama
menunggu, agar yang lain
memulai lebih dahulu . 
Akibatnya, mereka berdua
kelewat kesal menunggu lantas
akhirnya sama tertidur.
Punggung memunggungi! 
Malam pun lewat, dan toh,
kurang ajarnya, tetap lewat
dengan sia-sia. Itu, menyangkut
kebutuhan rohani. Namun jika
sudah menyangkut kebutuhan
badani, lain halnya. Orang
harus hidup. walau dengan
musuh besarnya sekalipun. 
Begitu pula chucky  dan jessica . 
Mereka tetap makan pagi
bersama, walau satu sama lain
tak berbicara. Tanpa
mengetahui bahwa martini  yang
mengawasi dari dapur
diam-diam menyadari bahwa
dirinyalah yang menjadi sumber
penyakit. 
Diam-diam martini  meneteskan air
mata. Mendadak pula, terbit
kerinduan pada anak dan
orangtuanya di kampung.
Kerinduan itu membuat kedua
belah pipi martini  semakin basah
saja. 
Dan, waktu masih terus berlalu. 
Yang terlewat ialah, ada
waktu-waktu senggang yang
terkadang justru menjemukan.
Dan ada waktu waktu sibuk yang
malah menerbitkan
kegembiraan. 
chucky  pun dihadapkan pada
hari-hari sibuk yang
menggembirakan itu. Kantor
konsultan chucky  bersama dua
rekan sejawatnya, dipercaya
oleh seorang rekanan untuk
melaksanakan sendiri negosiasi
dengan sebuah perusahaan lain.
Untuk itu diperlukan
keikutdan an kantor notaris.
Dan seperti acapkali terjadi,
yang ditunjuk adalah kantor
notaris jess   S.H. 
namun  jessica  tak bersedia hadir. 
Tugasnya ia delegasikan pada
orang kepercayaannya. "Bu jessica 
sedang sibuk menangani
transaksi yang tak mungkin
ditangani orang lain," wakilnya
menjelaskan. Lazim-lazim saja,
dan selama ini toh segala
sesuatunya pun beres-beres saja.
Rekan-rekan sejawatnya pun
tidak bertanya apa-apa. 
Dan chucky  terbebas dari
keharusan menjelaskan bahwa
jessica  tak bersedia hadir sebab 
tidak ingin duduk satu meja
dengan suaminya! 
sebab  ada permintaan agar
urusan negosiasi itu diselesaikan
sesegera mungkin, terpaksalah
mereka mengabaikan waktu
istirahat bahkan waktu untuk
tidur. Malam berikutnya, giliran
chucky  kerja lembur. Mengingat
situasi di rumah kurang
menguntungkan, maka chucky 
memilih berkurung sepanjang
malam di kantonya. Ditemani
sekretarisnya, dan salah seorang
staf. Sekitar pukul sepuluh pagi
esoknya, chucky  selesai 
menyusun deskripsi yang
diperlukan pihak-pihak
berkepentingan. Yang salah satu
tembusannya nanti akan
dikirimkan ke Departemen
Kehakiman. 
chucky  menarik nafas lega. 
"Aku mau pulang ke rumah.
Tidur barang satu dua jam,"
katanya lelah pada
sekretarisnya. "Kuharap, tidak 
ada yang masih terlupakan,
Magda!" 
Meski matanya memperlihatkan
kantuk, Magdalena toh masih
sanggup mengulas senyuman
manis. "Tak satu pun. Pak
chucky ul, kecuali pesan Bapak
kemarin dahulu . . .." 
"Apa ya?" chucky  mengingat ingat.
"Agar bila semua urusan ini
selesai, saya harus
mengingatkan Bapak!" 
"Tentang?" 
"Hadiah untuk istri Bapak di
rumah!" 
Mendengar kata "istri" itu, chucky 
terpaksa menahan senyum. 
Maka, dalam perjalanan pulang
ke rumah chucky  pun
menyempatkan diri singgah ke
toko permata. Kosmetik yang
sebelumnya ia beli di pasar
sualayan, sudah ia selundupkan
dengan selamat ke kamar tidur
martini . Hari ini, ia memilih giwang
berlian yang ia niatkan akan
diserahkan langsung ke tangan
martini . 
Ia harus berbicara dengan
pelayannya yang cantik lagi sexy
itu. jika mungkin, chucky  teramat
sangat ingin mendapatkan
sesuatu sebagai imbalan jerih
payahnya 
Sesuatu yang sebagai seorang
wanita lesbian , tentunya dipahami
betul oleh martini !"
tampaknya, ada harapan! 
saat  ia tiba di rumah, chucky 
segera mengetahui bahwa jessica 
baru saja berangkat ke kantor
dan martini  hanya sendiri di rumah.
chucky  lalu menemui supirnya
yang masuk ke dapur untuk
membuat segelas kopi bagi
dirinya sendiri. 
"fredy krueger . Kau giliran ronda lagi
semalam suntuk tadi bukan?" 
"Benar, Tuan." sahut fredy krueger 
dengan mata merah dan masih
setengah mengantuk. 
"Nah. Pulanglah ke rumah. Dan
tidur yang nyenyak!" 
"Sekarang, Tuan?" desah fredy krueger ,
gembira. 
"Sekarang juga!" 
"Terima kasih, Tuan!" ujar fredy krueger 
gembira seraya berjalan ke luar
rumah, menuju sepeda motor
tuanya. Di pintu depan, ia
ditahan chucky  yang menjejalkan
beberapa lembar uang kertas
lima puluh ribuan ke tangan
kerempeng fredy krueger . 
"Untuk nonton nanti malam.
Dengan pacar
?"Terima kasih, Tuan. Terima
kasih. Beribu-ribu terima kasih."
fredy krueger  sampai
terbungkuk-bungkuk saat 
menyatakan perasaan suka
citanya. Dalam sekejap, ia
sudah lenyap bersama sepeda
motornya. 
chucky  menutup pintu. 
Bersiul-siul kecil. ia masuk ke
kamar tidur utama. Dasi dilepas.
juga kemeja, yang lalu  ia
ganti dengan baju rumah. Lalu
pergi ke kamar mandi. Gosok
gigi, membasuh muka,
mengeringkan dengan handuk,
lalu kembali ke kamar tidur.
Untuk menyisir rambut. Dan
menyemprotkan wangi wangian
ke sekujur tubuh. sambil 
bersiul-siul gembira, tak peduli
nadanya sumbang. 
Dan, waktu untuk bermesraan
pun tibalah! 
chucky  berjalan gembira menuju
kamar mandi di koridor
belakang. Dengan berjingkat
tanpa suara, diam-diam ia
menyelinap masuk. martini  yang
tengah asyik mencuci keset-keset
kotor, dirangkulnya dari
belakang. Tengkuk telanjangnya
dicium. 
martini  tentu saja terperanjat
setengah mati. 
sambil  meronta melepaskan
diri. martini  memekik-mekik
ketakutan. "Tolong. Ada hantu?"
chucky  membalikkan tubuh martini .
"Bukan hantu. Melainkan ini. .
..!" 
Dikeluarkan chucky  kotak
perhiasan dari kantong
celananya, terus dibuka dan
isinya dipampangkan di depan
mata si pelayan. Membuat martini 
yang tadinya terbelalak, kian
terbelalak saja. 
"Suka?" tanya chucky  bernafsu. 
Ketegangan martini  mengendur.
"Aduh. Tuan. Apa yang ...." 
"Ayo. Kita ke kamarmu," potong
chucky , tak tahan. 
"Cucian saya belum selesai.
Tuan. ?" 
"Nantilah itu. Aku sudah tak
kuat, nih!" chucky  mencoba
mencium bibir martini , yang
dengan halus mengelak. 
"Tuan. Ini. . . tidak baik!"
bisiknya, terengah. 
chucky  tersenyum. "Alasan itu
lagi! Payah amat sih"!" 
"Tuan pun payah," balas martini ,
kalem. "sebab  saya tahu, Tuan
tidak akan pernah berani. . .. " 
"Berani apa?" 
"Menceraikan istri Tuan" 
Kegembiraan chucky  melenyap.
chucky  menggeram, "Apakah itu
merupakan syarat mutlak,
martini "!" 
"Maaf. Tuan. Yang pasti, saya
tak pernah bercitacita dijadikan
istri muda. Itulah yang Tuan
inginkan, bukan?" 
Tembakan yang jitu. Dan tepat
mengenai sasaran. 
chucky  pun terkulai. 
Dering telepon menyelamatkan
chucky  dari perasaan malu.
Dengan tertatih maka ia
tinggalkan kamar mandi dan
pergi ke rumah induk. Gagang
telepon diangkat tanpa gairah.
Suara lain lebih tidak bergairah
lagi, ?" Halo!" 
Ada suara laki-laki menanyakan
sesuatu. 
Wajah chucky  yang luruh, sesaat 
berubah marah. 
"Kau salah sambung, Bung!" ia
menggerutu. Telunjuk tangan
kirinya sesaat  menekan tombol
di bak telepon, untuk
memutuskan hubungan Gagang
telepon di tangan lain, diamat
amati dengan jengkel. "Bangsat.
Mengganggu saja!" 
Dengan jengkel pula gagang
telepon dihentakkan dengan
keras ke tempatnya. 
Lupa, telunjuk jari kirinya masih
ada di sana. 
chucky  pun berseru kesakitan. 
lantas terduduk di kursi. Dengan
wajah sengsara....l] 

chucky  membuka matanya
perlahan lahan. Dalam sekejap.
ia sudah beradu pandang
dengan sepasang mata yang
lain. Mata yang memandang
sejuk, yang seakan siap
meneduhi siapa saja yang ingin
berlindung dalam naungannya.
Dan di bawah sorot mata sejuk
itu, terulas seulas senyuman
yang tak kurang sejuk. 
Senyuman arif seorang psikiater.
"Aku terjepit, Dokter!" 
Psikiater itu tidak 
mengomentari. Prinsip kerjanya
adalah, biarkan mereka
mengutarakan lepas semua
kandungan hati, dari yang baik
sampai ke yang paling busuk.
Lalu masukkan pendapatmu
pada waktu dan suasana hati
yang tepat.. 
chucky  bangkit dari sofa. Berjalan
ke jendela kantor praktik si
dokter yang berlokasi di lantai
tingkat sekian sebuah gedung
perkantoran. di mana juga ada
sebuah hotel. Di bawah sana,
tampak taman yang atiny .
bunga-bunga segar memekar.
rumput-rumput 
hijau. Dan ayunan tangan dan 
kaki teramat begitu indahnya, di
kedalaman air sebuah kolam
renang. 
Pikiran yang tengah berkecamuk
membuat semua yang indah di
bawah sana tak terperhatikan
oleh chucky . Berkeluh kesah
sebentar, ia lalu 
melanjutkan. 
"Aku bisa saja membohongi
istriku. Dokter 'kan tahu. Jika
ingin rumah tanggamu selamat,
janganlah terlalu sering
mengatakan kebenaran pada
istrimu. sebab  seorang istri,
ada kalanya lebih menyukai
kebohongan dari suaminya. . ..!"
"Hem. Itu tergantung pada
banyak hal, Tuan chucky ," desah si
psikiater, lembut. 
chucky  angkat bahu Tak tertarik. 
"Dengan istri kita, ya. namun 
tidak dengan seorang kekasih,"
ia kembali mengeluh. "Begitu ia
tahu kau berbohong padanya,
sesaat  itu pula ia akan
mengucapkan selamat tinggal.
Bye-bye. Lupakan semuanya dan
silakan kentut sepuas-puasmu!" 
Ungkapan kasar. memang. 
Dan sang psikiater hanya bisa
menanggapi dengan senyuman
tanpa kata. 
chucky  memutar tubuh,
menghadap ke psikiaternya yang
duduk tenang tenang di
kursinya. 
"namun , mana mungkin aku
mengatakan yang sebenarnya
pada martini , dokter" Menceraikan
jessica  sih, mungkin dan boleh
boleh saja. Lantas bagaimana
dengan aidit ?" Pandangan mata
chucky  menerawang jauh dan
kosong, waktu pertanyaan itu
lalu  ia jawab sendiri.
"Masa depan anakku
satu-satunya itu akan
berantakan! Dan aidit  akan
habis, sekali ia tahu siapa
wanita lesbian  yang kunikahi.
Seorang ba... Aah, sudahlah!" 
chucky  kembali ke sofa empuknya. 
Duduk setengah rebah, dengan
kelopak mata terpejam. Sakit. 
"Anda masih dapat memperbaiki
keadaan," dokter mengusulkan.
"Saya maksudkan, dengan istri
Anda." 
"jessica ?" chucky  menyeringai.
Masam. "jessica  akan makin
semena-mena. Ia akan semakin
keranjingan mengunci pintu
kamar tidur. Berpuas diri
mengetahui aku terpaksa
meringkuk kedinginan tak bisa
nyenyak di kamar kerjaku yang
sumpek itu!" 
"Bukankah masih ada kamar
tidur lainnya?" 
"Kamar tidur aidit  tak boleh
kami usik. .. Memang ada dua
kamar lain di paviliun. namun 
apa bedanya. Dokter?" 
"Sesekali, cobalah tidur di
kamar sebuah hotel...." 
"Itu sebuah penghamburan!" 
"Apakah membelikan
hadiah-hadiah pada seorang
wanita yang tak berani memakai
hadiah itu bukan sebuah
penghamburan, Tuan chucky ul?" si
dokter muda mulai membidik ke
sasaran. 
Bidikannya benar. Sasarannya
yang salah. 
Dengan cepat chucky  sudah
menemukan jawaban yang pas.
"Semua itu kuberikan dengan
hati yang ikhlas. Hati yang
diselimuti oleh kasih sayang dan
cinta yang tulus. . ..!" 
chucky  berhenti sebentar. Ia
menatap lurus ke wajah dokter
muda di seberang meja, lantas
berujar datar, "tidak seperti
saat  tiap kali aku
menandatangani cek untuk
membayar honorariummu,
Dokter. Mungkin itulah yang
lebih tepat dinamakan  sebagai
penghamburan!" 
Mau tidak mau, dokter muda itu
terpaksa nyengir. 
Ia kalah set. 

 Lain halnya dengan
cengar-cengir jessica , saat  orang
misterius itu melangkah masuk
ke kantor pribadinya,
mengambil sebuah kursi dan
meletakkan tas kerjanya yang
besar, di pangkuan. 
"Siap untuk melapor, Bu jessica ."
ujar si laki-laki , dengan suaranya
yang khas. Suara yang amat
berat, amat dalam. 
sebab  orang itu belum juga
membuka tasnya, jessica  segera
memaklumi. la ambil buku cek,
menulis lalu menandatangani,
lalu  menyerahkan cek itu
kepada tamunya. 
Ditambah sebuah penjelasan
pendek, "Jumlah yang tertulis
sudah termasuk uang muka
Anda untuk minggu depan" 
Lebih dahulu orang itu
mengantongi upah jerih
payahnya, baru sesudah nya tas
besarnya ia buka dengan santun.
la keluarkan sebuah bundel
dengan tebal sekitar lima puluh
halaman. Kertas-kertas folio
yang diketik dan dibundel rapi. 
Dengan bernafsu jessica 
menyambar bundelan itu.
"Semuanya ada di sini?" Hasil
penyelidikan Anda selama satu
minggu?" 
Orang misterius itu menjawab
tenang, "Itu laporan hari
pertama, Bu jessica ." 
Lalu tenang-tenang pula ia
keluarkan bundelbundel lainnya.
Diletakkan satu per satu di atas
meja, seraya menambahkan
hari-hari laporan secara lisan.
Semuanya ada tujuh bundel,
termasuk yang sudah dipegang
jess  . Tak pelak lagi,
sepasang mata jessica  terpentang
lebar. Beberapa saat, nafasnya
sesak. 
Lalu, dengan terengah-engah ia
nyeletuk, "Ini. . . akan
menghabiskan waktu untuk
membacanya... paling tidak "
satu bulan!" 
"Sesuai dengan instruksi Anda,
Bu jessica ," orang itu membela diri,
"Tertulis lengkap hasil
penyelidikan kami setiap jam,
menit, bahkan ke detik detiknya.
Kami telusuri semua gerak-gerik
suami Anda, semenjak
meninggalkan pekarangan
rumah. Ke mana ia pergi, untuk
apa, dengan siapa ia bertemu.
Dirinci juga dalam laporan
kami, apa saja yang ia
bicarakan. Siapa teman
bicaranya, macam apa
hubungan mereka. Dilengkapi
rincian identitas, dan. " 
Dan, jessica  tersentak. 
Tanpa daya. 
Orang itu pun bangkit dari
duduknya. "Ada satu hal yang
ingin saya ketahui langsung dari
mulut Anda, Bu jessica .... " 
jessica  terdongak. Gairahnya
muncul lagi. 
"Katakan saja." 
"Apakah suami Bu jessica  suka
membagi bagikan hadiah untuk
relasi relasinya?" 
"Ya, sama denganku sendiri,"
jawab jessica  mulai cemas lagi. 
"Termasuk hadiah gaun. Dan
kosmetik?" 
jessica  tercengang. 
"Begitu juga pendapat saya.
Mustahil, bukan?" suara orang
itu, kali ini terdengar lebih
riang. "namun , apakah dalam
minggu terakhir ini Bu jessica  ada
memperoleh hadiah hadiah cinta
seperti itu dari suami?" 
Hampir saja jessica  mengangguk,
terdorong gengsi dan nama baik.
namun  ia cepat memutuskan
untuk berterus terang. "tidak . .
.!" katanya hampir tak
kedengaran. 
"Mulai besok pagi, saya akan
menaruh perhatian khusus
dalam hal ini!" orang itu
menjanjikan. "Saya anjurkan,
kapan saja Bu jessica  bersedia,
lebih baik Bu jessica  langsung
mengutarakan keinginan yang
sebenarnya. Sehingga, saya pun
tak perlu mengerahkan
sedemikian banyak orang untuk
mengetik laporan. Bu jessica  pun. . .
paling banyak hanya menerima
laporan tak akan lebih dan lima
lembar kertas!" 
Orang itu lalu  berlalu. 
Meninggalkan jessica 
termangu-mangu. jessica  yang
menatap nanar ke gundukan
bundel laporan di atas mejanya.
Makin lama ia menatap,
bundelan itu seakan tambah
menggunduk, sampai akhirnya
kelihatan seperti menggunung. 
Dengan jessica  sendiri. terhimpit di
bawahnya!" 

Lelah dan tampak bertambah
tua beberapa tahun, jessica  menoleh
saat  mendengar ada bunyi
suara memantul dari arah pintu.
Itu adalah pintu kamar tidurnya.
Yang bernuansa remang
mengarah gelap, sebab  lampu
utama tadi sudah dipadamkan
jessica . Sinar lampu baca memang
cukup terang untuk membantu
jessica  membaca sambil  rebahan
di ranjang. namun  sinar yang
memantul ke balik kap lampu
baca itu terlalu gelap untuk
menerangi daun pintu di sana. 
Begitu pun, jessica  tahu apa yang
memicu  suara samar
barusan. Pasti tombol pintu
yang diputar seseorang dari
luar. Usaha yang jelas sia-sia
saja, sebab  pintu itu dalam
keadaan terkunci dari sebelah
dalam. 
Benar saja. Orang di sebelah
sana pintu terdengar menghela
nafas panjang. Disusul suara
segan-segan, "Apakah kau sudah
siap untuk berangkat, Mah?" 
"Siap apa?" jessica  membatin,
seraya memandangi kimono
tidur yang membungkus
tubuhnya. 
sebab  tak ada sahutan, suara
di luar mengingatkan, "Totok
dan peniwise  sudah sepakat
membawa istri menghadiri
jamuan makan malam itu Mah." 
jessica  melengos. 
Lalu kembali menekuni kertas
kertas yang tadi ia baca.
Tepatnya bundelan bundelan
laporan sang detektif pribadi,
yang kini susunannya sudah
tidak karu-karuan di tempat
tidur jessica . 
chucky  akhirnya mengalah. "Tak
apalah kalau Mamah
mengantuk. Aku akan pergi
sendiri. namun  jangan salahkan,
jika aku pulang pagi ' 
"Terserah!" jessica  mendengus
Pelan. 
Tentu saja tidak terdengar
sampai ke luar pintu. 
"Persetan!" di luar pintu, chucky 
memaki. Dan juga, tentu saja
berusaha agar tidak sampai
terdengar ke sebelah dalam
pintu. 
jessica  terus membaca. 
Dan chucky  pun terus melangkah
pergi untuk mengeluarkan
mobilnya dari garasi. namun  ia
sempatkan mengambil kunci
pintu depan. Siapa tahu, ia
pulang dini hari. Pintu garasi ia
buka dengan marah, membuat
suaranya terdengar hingar
bingar di kesunyian malam
sekitarnya. 
martini  yang baru saia selesai
makan malam di kamar tidurnya
sendiri segera bangkit.
Bagaimana pun, toh ia harus
mengunci garasi dari sebelah
dalam. martini  pun bergegas ke
garasi. chucky  yang sudah siap
memasuki mobil, tertegun
melihat keberadaan kekasihnya.
Sesuatu melintas di kepala chucky .
Dan ia pun langsung
mengutarakannya. 
"Inilah kesempatanmu, martini !" 
"Ya. Tuan?" martini  memandang
tak mengerti. 
"Hadiah hadiah itu. Sekaranglah
waktu yang tepat untuk kau
pakai menghiasi tubuhmu yang
indah.. .." 
"Oh. Dan saya akan
mendampingi Tuan dalam
jamuan makan malam yang tadi
sempat Tuan singgung-singgung.
iya "kan?" 
"Persis!" 
martini  meluruskan tegaknya. "Saya
siap untuk mendampingimu
Tuan. Asal Tuan bersedia
meminta izin dari Nyonya!" 
Terbadailah chucky . 
namun  ia sudah terlalu jemu
untuk bertengkar terus dengan
wanita lesbian -wanita lesbian  yang
menghuni rumahnya. Maka,
dengan susah payah chucky  dapat
juga memaksakan seulas
senyum. Bahkan juga, secercah
harapan. 
"martini ?" 
"Saya, Tuan" 
"Sudah beberapa hari ini kau
mengelak. namun  sekali ini. . .
boleh ya" Sekilas pun, tak apa" 
"Baiklah." martini  akhirnya
menyatakan setuju. 
Sementara di kamar tidur jessica 
menggelenggeleng keras sebab 
baru saja menemukan sesuatu
yang mengherankan di laporan
sang detektif, maka di garasi,
suaminya mencondongkan tubuh
ke depan. Lalu bibir chucky 
hinggap di bibir martini . Maunya
memang sekilas
s, namun  chucky  tak
kuasa menahan untuk mengulum
bibir martini  berlama lama 
martini lah yang dengan susah
payah terpaksa melepaskan diri.
"Sudah ah, Tuan. Nanti Nyonya
memergoki. . .l" 
"Sialan!" jessica  memaki di kamar
tidurnya. "Kukira siapa.
wanita lesbian  ini 'kan kasir di
kantor suamiku. Sudah hampir
nenek nenek lagi!" 
jessica  pun melembari laporan
berikutnya. 
Di bagian lain rumah, chucky 
memundurkan mobil dari garasi.
Dan masih sempat mendengar
suara martini  yang diucapkan
dengan suara bergetar,
"Hati-hati di jalan. Tuan. . .!" 
lalu  garasi serentak
tertutup. 
Dan chucky  mulai memasuki lalu
lintas yang hiruk pikuk.jamuan makan malam itu
berlangsung di sebuah restoran,
yang juga menyediakan tempat
untuk melantai. Semua biaya
ditanggung oleh dua perusahaan
yang baru saja menyepakati
merger atas bantuan tiga
sekawan konsultan yang sama
sama hadir dalam jamuan itu.
syam kamaruzaman , peniwise , wakil-wakil
perusahaan dimaksud, dan
kebanyakan tamu lainnya sama
membawa istri masing masing
.Ada pula yang membawa pacar.
Dan secara sembunyi-sembunyi,
segelintir lagi menemukan
pasangan sambil lewat yang
memang tersedia, entah atas
inisiatif siapa. 
chucky  yang muncul sendirian,
tentu saja jadi sasaran olok
olok. Sampai akhirnya ia dengan
terpaksa membela diri. "Lengan
jessica  terkilir saat  latihan di
rumah. . .." 
"Sumpah?" Nyonya peniwise 
mendesak. 
Kepalang basah. chucky  pun
menganggukkan kepala. 
Beberapa menit sebelum chucky 
terdesak menyatakan sumpah, di
kamar tidur utama rumahnya,
jessica  dihinggapi perasaan pusing
yang memumetkan kepala.
Benar, ada beberapa hal yang
menarik dari laporan yang ia
baca. namun  kebanyakan hanya
tetek bengek tak bernilai,
ditinjau dari sudut kepentingan
jessica . 
Kepala jessica  bertambah mumet
saat  ia teringat bahwa chucky 
sudah berangkat sendirian
menghadiri jamuan makan
malam. Bayangan buruk pun
pelanpelan merasuki pikiran
jessica . 
"Jangan jangan, chucky  hanya
berpura pura kecewa. Padahal,
sebetulnya  ia berSorak
sebab  aku menolak ikut" lantas
dengan menari-nari dia pergi
menjemput wanita simpanan
sialannya itu!" 
Nah, lu! 
Bagaimana sekarang" 
Dapat saja jessica  menyusul. Dan
okelah, jika ia temukan chucky 
tetap sendirian. 
lantas, bagaimana jika jessica 
temukan chucky  tengah melantai,
berpelukan, bahkan berciuman
dengan wanita lesbian  terkutuk itu"
jessica  dapat mundur teratur. namun 
bagaimana dengan harga
dirinya" Aib besar pun akan
menimpa, jika misalnya ia
jambak rambut si wanita lesbian 
lalu membanting saingannya itu
ke lantai, sampai kelenger! 
jessica  pun pusing tujuh keliling. 
"Baiknya aku latihan saja ah..
.!" ia memutuskan dengan
bimbang. Kimono tidurnya
dilepas. Hanya dengan beha dan
celana dalam, ia meninggalkan
kamar. Tak lupa mengunci pintu
sekalian. Ada rahasia besar
terserak-serak di tempat tidur,
bukan" 
Mulanya, jessica  hanya latihan
ringan. 
Namun bayangan-bayangan tak
sedap mendorongnya untuk
latihan lebih berat. Dan, persis
saat  suaminya dengan
terpaksa mengangkat sumpah,
lantai matras yang dibasahi
keringat jessica  menjadi licin dan
sesaat  itu juga jessica  pun
terpeleset. 
Barbel yang tengah
diangkatnya, mujur sempat ia
lemparkan jauh-jauh terdorong
naluri menyelamatkan nyawa.
namun  gerakan melempar
membuat jessica  tak kuasa
mengatur posisi jatuhnya di
lantai. Siku tangannya tertekuk
menyalahi ketentuan. 
Terkilirlah jessica . 
Ia mengerang kesakitan,
lalu  ribut memanggil
pelayannya. 
Sayang, martini  yang diliputi
perasaan risau, tengah
menghibur diri dengan
menonton televisi 14 inch di
kamar tidurnya. Panggilan sang
majikan tidak ia dengar. Dan
sebab  ia tak muncul-muncul
juga, terpaksalah jessica  bangkit
tertatih-tatih. Seraya 
memegangi lengannya yang
perih alang kepalang, ia
setengah berlari-lari pergi ke
koridor belakang, ribut
menggaidit r. Begitu pintu kamar
tidur martini  terbuka, ia langsung
mengeluarkan perintah setengah
menjerit, "Panggilkan dokter
Faisal!" 
Di pusat kota, chucky  tersiksa oleh
perasaan jemu. Diam-diam ia
menyingkir. Ia keluarkan
mobilnya dari tempat parkir. 
Terus memacunya. Pulang ke
rumah." 
apapun yang lalu 
terjadi, maka biang keladinya
tak bisa dipungkiri. 
Yakni ciuman menggebu, tadi di
garasi. Ciuman itulah yang
terus-menerus mengganggu
pikiran chucky  selama menghadiri
jamuan makan malam yang
dilanjutkan dengan acara
melantai itu. Seorang
wanita lesbian  cantik lagi sexy
dengan sengaja sudah  didorong
syam kamaruzaman  untuk menggoda
sahabatnya. Namun di kepala
chucky  hanya ada seorang wanita
cantik nan sexy, martini ! 
"Kuharap saia jessica  sudah ngorok
di kamarnya," gumam chucky 
bernafsu, setengah berdoa. "Dan
kali ini, tidak ada ampun untuk
martini . Aku sudah tidak tahan lagi.
Kalau perlu ia akan kuperkosa!"
Ada kemungkinan martini  akan
menentang .Jeritan martini 
membangunkan jessica , dan semua
pun terbuka. 'jessica  ngamuk besar,
itu pasti. namun  lebih baik
begitu. Daripada terus-terusan
main sembunyi-scmbunyian,
yang tak jelas pula
juntrungannya. 
chucky  menunggu dengan tak
sabar, sampai petugas di sebuah
pompa bensin selesai mengisi
tangki mobilnya. Nafsu
birahinya sudah sedemikian
merasuk. Bukan hanya ke dalam
jiwa. Bahkan juga ke sekujur
raga. Sesudah  membayar, chucky 
bertanya di mana letak kamar
kecil. Mobilnya ia parkirkan di
sudut yang bebas, lantas masuk
ke kamar kecil dimaksud. Di
sana matanya merem-melek.
Kencing. 
Di rumah, jessica  yang sudah tak
tahan menanggung derita,
terbadai di tempat tidur martini .
Tak berapa lama pelayannya itu
berlari-lari maSuk ke dalam.
Memberitahu dengan cemas,
"Aduh. Nyonya. Dokter Faisal
masih mengoperasi pasien di
rumah sakit. . .. !" 
jessica  pun mengerang. "Punya
obat gosok?" 
martini  buru-buru mengambil obat
dimaksud. Lalu terheran-heran
ia melihat majikan
wanita lesbian nya, yang duduk di
pinggir tempat tidur dengan
tegak. Sikunya yang terkilir
tampak sudah sangat merah,
mendekati bengkak. 
"Aku tak sanggup lagi, martini ." 
"Ya. Nyah?" 
"Hanya ada satu jalan!" jessica 
berkata mantap, meski wajahnya
tetap menyeringai menahan
sakit. "Mudah-mudahan aku
belum lupa caranya. Dan kau,
martini , jangan terlalu gugup. .." 
"Apa yang harus saya lakukan,
Nyonya?" 
jessica  lantas memberi
petunjuk-petunjuk. martini 
mendengarkan dengan
sesungguh hati. Ia tidak ada
permusuhan pribadi secara
langsung dengan majikan
wanita lesbian nya, dan urusannya
dengan suami sang majikan itu
merupakan persoalan terpisah.
Maka ia merasa wajib menolong
dengan segala upaya. 
"Jangan lupa," jessica  kembali
mengingatkan, "Sentakkan
sekaligus. Sekuat kau mampu
...!" 
Beberapa saat lalu . jessica 
pun terpekik. 
Butir-butir peluh seakan
berlompatan dari sekujur
pori-pori di tubuhnya. martini  yang
pucat pasi, dengan ketakutan
mengawasi sang majikan
menggerak-gerakkan lengannya
yang terkilir. martini  bahkan
hampir semaput saat 
pelan-pelan ia lihat jessica 
mengangkat muka, menatap
lurus ke matanya. 
"...Kau berhasil, martini ." bisik jessica ,
lembut. "Terima kasih." 
martini  pun jatuh berlutut. Dengan
sekujur tubuh bergemetaran oleh
perasaan bersyukur. 
Agak lama, barulah martini  mampu
berkata kata, "namun , andai
Nyonya tidak nekad. . .. " 
jessica  tersenyum "Gosoklah
sekarang" 
Dengan hati hati martini 
mengoleskan minyak gosok.
Diurutkan lembut di sana sini. 
"Urutanmu enak. martini . Belajar
dari' siapa?" 
"Nenek saya di kampung,
Nyonya..." 
"Mau kau mengurut otot-ototku
lainnya. Aku begitu letih. . .." 
"Berbaringlah. Nyonya," sahut
pelayannya dengan senang hati. 
jessica  menurut, dan tak lama
lalu  matanya sudah
terpejam-pejam nikmat
mengarah kantuk yang kian
memberat. Ia bahkan tak
mendengar janji martini  untuk
menggiling jahe. Ditambah air
sari jeruk purut, dan sedikit
minyak kelapa. Itulah yang
terbaik untuk menyembuhkan
lengan majikannya. Kalimat
terakhir itu saja yang tertangkap
telinga jessica . Dan jessica 
berkomentar malas. 
"Sudah sembuh kok, ini "!" 
lalu , jessica  menguap lebar. 
"Apakah Nyonya tidak lebih baik
pindah ke kamar....?" 
"Aku malas bangkit, martini .
Mataku... berat sekali...!" 
"Kalau begitu, biarlah saya
padamkan lampu." 
Sesudah  memadamkan lampu dan
dengan segansegan menyelimuti
majikannya dengan selimutnya
sendiri. martini  berkata bahwa ia
akan mengeringkan 
lantai matras yang sudah 
mencelakakan nyonyanya.
Lantas menambahkan malu
malu. 
"Boleh saya. . . mengayuh
sepeda itu, Nyonya?" 
Tak kuat menahan kantuk, jessica 
menyahut lirih, "Mau angkat
barbel juga, silakan!" 
Dengan gembira martini  menutup
pintu. 
jarang sekali ia diperkenankan
mengganggu milik majikannya
yang galak dan terkadang
bersikap meremehkan itu.
Sekaranglah kesempatan martini 
berpuas-puas diri. Apalagi ia
memang semenjak tadi susah
benar memincingkan mata
akibat pikiran risau. 
Seperti takut ketahuan, martini  toh
menutupkan pintu ruang latihan
majikan wanita lesbian nya begitu
matras ia keringkan. Matanya
bergairah memandangi
perlengkapan yang hebat-hebat
di dalam. saat  melihat tali
untuk skipping, tcrbayanglah
masa kecilnya" meski hanya
memakai tali tambang. martini  pun
tak terbendung untuk mencoba.
Eh, ternyata ia masih bisa. 
Ayunan .skipping pun
dipercepat. 
Suatu saat, kakinya terkait, dan
martini  pun tersungkur ke depan.
Dengan hidung lebih dahulu 
mencium matras. Ccngar-cengir
martini  bangkit duduk,
mengusap-usap hidungnya.
"Wah. Masih utuh. . .!" 
Barulah ia pergi ke sepeda
sport. 
Berkayuh, berkayuh, dan terus
berkayuh. 
Begitu asyiknya martini  mengayuh
sepeda yang langka ia nikmati
itu, sehingga ia tidak menangkap
kilasan cahaya melintas lewat
ventilasi jendela. Kelopak mata
martini  terpejam, membayangkan
jalan jalan naik turun di
pegunungan kampung
kelahirannya. 
Semua rasanya bagaikan mimpi
indah, saat  orangtuanya masih
cukup mampu membelikan martini 
sebuah sepeda untuk dipakai ke
sekolah. martini  yang masih bocah
sepuluh tahunan, sudah terampil
menggunakannya. Walau
terkadang, ada saat di mana ia
juga tidak tahu harus berbuat
apa jika seAnggota ya tiba tiba saja
bertingkah 
Seperti siang hari itu, sepulang
dari sekolahnya di alun alun
desa. martini  harus menempuh
perjalanan panjang naik turun
bukit. Itu tidak lah melelahkan
buat bocah seusia martini , apalagi
kalau sudah saling tancap
dengan teman-teman yang juga
punya sepeda. Terik matahari
yang memanggang kepala,
bahkan tak dirasakan lagi. 
martini  terlambat menahan laju
seAnggota ya saat  tiba tiba ia tiba
di sebuah jalan menurun curam.
Di situlah, untuk pertama kali,
rantai seAnggota ya tiba-tiba putus
begitu saja ditambah  suara
hingar bingar di balik 
bak penutup rantai, sepeda martini 
terus saja meluncur. Malah
nyaris tidak terkendali. 
Seorang teman sekelas yang
mendahuluinya di depan, dibuat
martini  jatuh tunggang langgang.
Lalu seorang tua pejalan kaki,
melihat adanya bahaya
mendatang, dibuat martini  terbang
ke luar jalan, mendarat di bekas
kubangan kerbau. Sepeda
dengan martini  di atasnya, toh
masih selamat meluncur. Sampai
tibalah di sebuah tanjakan yang
tak kurang curamnya. 
martini  sudah sempat menarik
nafas lega. martini  pun sudah
bersiap-siap untuk turun, saat 
tahu tahu seAnggota ya bergerak
lagi. Kali ini, dengan gerakan
mundur. Mundur dan terus
mundur. martini  berteriakteriak
panik, namun  laju mundur
seAnggota ya semakin cepat saja.
Rupany a, rem sepeda ikut
mengulah. Tak mau kerjasama,
macet. 
Si tua pejalan kaki, yang sudah
kembali lagi ke jalan,
mendengar teriakan martini , dan
lagi-lagi melihat adanya bahaya
mendatang. lagi lagi ia harus
melompat. Lalu mendarat, masih
di tempat yang sama, lumpur
bekas kerbau berkubang. Hanya
kali ini, orang tua yang sial itu
ditemani martini , bedan 
seAnggota ya sekalian. 
Orang tua itu tidak 
menempelengnya. Entah
mengapa. Mungkin sebab  ia
seorang tua yang bijak
sana, dan yang ia hadapi bocah
ingusan, wanita lesbian  pula. Atau
barangkali, meski sudah tua, dia
tetap saja seorang laki laki.
Sementara martini , di usia
bocahnya sudah dikenal sebagai
bunga paling cantik di desa,
mana sudah pula
memperlihatkan pertanda atau
gejala gejala dia bakal sexy. 
Sepeda martini  malah ditolong
dibetulkan. 
Sambil si orang tua mengomel
panjang pendek, "jika saja aku
lebih muda beberapa tahun, atau
kau, sebaliknya lebih dewasa
beberapa tahun. Hem. Kau akan
merasakan akibat
perbuatanmu!" 
 
martini  pun lantas tersenyum
senyum sendiri, di ruang latihan
majikan wanita lesbian nya. Tanpa
ia ketahui, majikannya yang
laki-laki sudah pulang ke rumah,
dan entah mengapa, tidak 
langsung menyimpan mobil ke
garasi. Pintu gerbang ia biarkan
pula menganga terbuka. 
chucky  mendapatkan lampu lampu
besar di dalam rumah sudah
dipadamkan. Berjingkat ia pergi
ke kamar tidur. la menyelidiki
pelan. Benar, terkunci. Ia masuk
ke kamar kerjanya. Tanpa
menyalakan lampu, jas
ditanggalkan, menyusul dasi,
sepatu, lalu kaos kaki. Semua
dilempar semau-maunya.
Terserah masing masing, mau
hinggap di mana suka. 
chucky  sudah mau keluar, saat 
ia diganggu oleh pikiran lain.
Maka, tak ayal lagi, celana
panjangnya juga ditanggalkan
dan disuruh mencari tempat
singgah yang lain. 
"Begini lebih praktis. tidak 
bertele tele, nanti" 
Mclangkahlah chucky  ke koridor,
menuju kamar tidur pelayan.
Langkah berjingkat, itu jelas.
Seraya menanggalkan
kancing-kancing kemejanya, itu
sudah pasti. 
Mulanya, ia mau mengetuk
pintu. namun  niat itu segera
dibatalkan. 
"Buang-buang energi saja!"
desahnya, 
Alangkah beruntungnya chucky ,
pintu itu tidak terkunci. 
chucky  pun sesaat  membatin,
"Nah, benar 'kan" Ia memang
sudah menunggu
kedatanganku!" 
Merayap-rayap dalam gelap, ia
temukanlah apa yang dicari.
Meraba-raba sebentar dalam
kegelapan, chucky  pun bergumam
tak sadar. 
"Bahkan ia tanpa be-ha!" 
Dalam gelap, chucky  pun naik ke
tempat tidur. Ia langsung
merangkul, mencium, dan
meremas kian kemari. Tubuh
hangat di bawah himpitannya
terasa 
menggeliat. Ada suara keluhan
samar. Sebelum berubah jadi
jeritan. chucky  dengan tangkas
sudah menemukan bibir hangat
itu untuk dicium habishabisan. 
Apa yang semestinya terjadi,
lalu  terjadilah. 
Dimulai dari makian pendek.
Disusul tekanan lutut di arah
pinggang. Terakhir, adalah
teriak keras seseorang yang
tengah mengerahkan tenaga. ltu
semua berlangsung hanya dalam
satu helaan nafas saja. 
Bahkan chucky  belum sempat
untuk berpikir, manakala
tubuhnya tahu-tahu bagai
melayang di angkasa lepas.
lalu  mendarat dengan
hebatnya di lantai yang keras. 
Pada kejap berikutnya, kamar
itu pun tetang benderanglah. 
jessica , sesudah  menyalakan lampu,
memandang galak ke lantai di
bawahnya. Mata jessica  liat saat 
mengawasi suaminya bangkit
dengan susah payah, wajah
pucat bagaikan kertas. Tangan
yang satu mengurut belakang
kepala, tangan chucky  mengusap
lutut yang memar bahkan
mencipratkan darah. 
chucky  tidak berani mengangkat
muka. 
jessica  pun tidak merasa perlu
berkoar-koar, mengumpat umpat
cerca agar semua tetangga tahu,
jika 

chucky  sudah mau keluar, saat 
ia diganggu oleh pikiran lain.
Maka, tak ayal lagi, celana
panjangnya juga ditanggalkan
dan disuruh mencari tempat
Singgah yang lain. 
"Begini lebih praktis. tidak 
bertele tele, nanti!" 
Melangkahlah chucky  ke koridor,
menuju kamar tidur pelayan.
Langkah beriingkat, itu jelas.
Seraya menanggalkan kancing
kancing kemcianya, itu sudah
pasti. 
Mulanya, ia mau mengetuk
pintu. namun  niat itu segera
dibatalkan. 
"Buang-buang energi saja!"
desahnya, menyeringai. 
Mangkah beruntungnya chucky ,
pintu itu tidak terkunci 
chucky  pun sesaat  membatin,
"Nah, benar 'kan" Ia memang
sudah menunggu
kedatanganku!" 
Merayap-rayap dalam gelap, ia
temukanlah apa yang dicari.
Meraba raba sebentar dalam
kegelapan, chucky  pun bergumam
tak sadar. 
"Bahkan ia tanpa be-ha!" 
Dalam gelap, chucky  pun naik ke
tempat tidur. Ia langsung
merangkul, mencium, dan
meremas kian kemari. Tubuh
hangat di bawah himpitannva
terasa 
menggeliat. Ada suara keluhan
samar. sebelum berubah jadi
jeritan. chucky  dengan tangkas
sudah menemukan bibir hangat
itu untuk dicium habishabisan. 
Apa yang semestinya terjadi,
lalu  terjadilah. 
Dimulai dari makian pendek.
Disusul tekanan lutut di arah
pinggang. Terakhir, adalah
teriak keras seseorang yang
tengah mengerahkan tenaga. Itu
semua berlangsung hanya dalam
satu helaan nafas saja. 
Bahkan chucky  belum sempat
untuk berpikir, manakala
tubuhnya tahu-tahu bagai
melayang di angkasa lepas.
lalu  mendarat dengan
hebatnya di lantai yang keras. 
Pada kejap berikutnya, kamar
itu pun terang benderanglah. 
jessica , sesudah  menyalakan lampu,
memandang galak ke lantai di
bawahnya. Mata jessica  liar saat 
mengawasi suaminya bangkit
dengan susah payah, wajah
pucat bagaikan kertas. Tangan
yang satu mengurut belakang
kepala, tangan lain mengusap
lutut yang memar bahkan
mencipratkan darah. 
chucky  tidak berani mengangkat
muka. 
jessica  pun tidak merasa perlu
berkoar-koar,
mengumpat-umpat cerca agar
semua tetangga, jika 
perlu seluruh dunia,
mengetahuinya. jessica  sudah
sedemikian lemas untuk
melakukannya. Lemas tiada
terkira, begitu semuanya terbuka
di depan mata. Hanya ada
seuntai kata getir, ". . Jadi,
wanita lesbian  itu. ?"!" Sementara
mata jessica  pun berkaca-kaca." 
pagi begitu cerah. Pantas
dinikmati, ditambah  perasaan
bersyukur kepada Yang Maha
Pencipta. Sayang sekali, hal hal
baik seperti itu enggan masuk ke
dalam sebuah mobil. Bahkan
mobilnya sendiri pun, seakan
melaju ogah-ogahan di tengah
lalu lintas yang belum begitu
ramai. 
Sial benar nasib fredy krueger  
Ia tak tahu apa-apa. Yang ia
tahu, martini  di sebelahnya tampak
begitu murung .Majikannya
suami istri di jok belakang, lebih
murung lagi. Lantas fredy krueger 
terpengaruh. Ikut-ikutan
murung. 
Tanpa tahu, mengapa ia harus
murung! 
Semenjak meninggalkan rumah,
tidak seorang pun dari mereka
yang berkata-kata. 
martini  yang duduk tak bergerak
gerak dengan kepala tegak,
diam-diam memastikan dalam
hati, "tidak satu kata pun
diperlukan lagi hari ini!" 
sebab , martini  memang sudah
mengungkapkan semua kata. 
Dini hari tadi. saat  ia
mendengar suara ribut ribut di
kamarnya, berlari
tergopoh-gopoh ke sana dan,
lalu  ia menyaksikan
pemandangan yang begitu
mencengangkan. 
Majikan wanita lesbian nya, sudah
bangun dan tampak menyandar
di tembok. Dengan sekujur tubuh
bergemetar. Plus, kejutan besar
terbayang di wajahnya. lalu,
majikannya yang laki-laki. Sejak
kapan tuannya tiba" Mana jas,
dasi, sepatu, dan  celana
panjangnya" Dan lihatlah itu!
Barangkali tuannya amat
tergopohgopoh memakai 
kemeja di tubuhnya. Ada
kancing keliru terpasang.
Sehingga sebagian celana
dalamnya masih jelas kelihatan. 
martini  memang wanita lesbian  lugu. 
namun  seperti sebelumnya, ia toh
mampu dengan cepat membaca
situasi. Apalagi sesudah  majikan
wanita lesbian nya memutar leher
lalu menatap penuh hina ke
wajah martini . 
jessica  merintih sakit, ?" jadi,
kaulah kutu busuknya!" 
Minggat. Ayo. cepat minggat.
Semula, pikiran itu sempat
meneriaki alam bauah sadar
martini . Namun, akal sehatnya
mendorong martini  untuk bertindak 
sebaliknya. Ia berjuang keras
menguasai diri, lalu 
melangkah masuk ke dalam. Toh
itu adalah kamarnya sendiri! 
Ketegaran hati pelayannya
sangat membuat jessica  terpana. 
Lalu terdengar suara majikan
wanita lesbian nya menyentak,
"Bodoh!" 
martini  berpaling tenang. Toh,
kebiasaan seorang pelayan
terlontar juga dari mulutnya,
"Saya, Nyonya. . .." 
"Diam kau, kutu busuk!" hardik
jessica  berang. Perasaan sakit di
siku lengannya kambuh lagi. jessica 
mengabaikan. Yang tidak dapat
diabaikannya, adalah perasaan
sakit yang lain. Di sanubari. Di
otot-otot sekujur tubuh. Di
urat-urat darah yang dengan
cepat merambat naik sampai ke
ubun-ubun. jessica  pun
mengurut-urut pelipisnya yang
berdenyut-denyut keras. 
Lantas mengeluh pada diri
sendiri, "Astaga. Bersusah
payah aku menyewa seorang
detektif swasta untuk mencari
kutu busuk itu di luar rumah.
Tak tahunya....!" 
Berulang ulang dinamakan  kutu
busuk, martini  pun menyeringai. 
Dirasuk keinginan
mempertahankan harga diri martini 
pun berinisiatif melanjutkan
kalimat majikan wanita lesbian nya
yang terputus. Dengan sindiran
tajam bin sengit. 
"Tak tahunya, kutu busuk itu
justru berkeliaran di balik
rambut kepala Nyonya. Begitu?"
". . .Terkutuklah kau, martini !" 
martini  menengadah dengan gagah
berani. "Jangan hanya
mengutuk. Nyonya. Tindaslah
kutu busuk ini, Nyonya. Ayo,
tindaslah. . .!" 
 chucky  tersentak. Di dalam mobil
yang menurutnya bagai merayap
saja. Lalu ia berujar tak senang
pada supirnya, "Cepetan dikit.
fredy krueger . Bisa-bisa kita terlambat
nanti!" 
Barulah fredy krueger  tersenyum, sesudah 
akhirnya ada juga yang
membuka mulut. Maka dengan
senang hati ia cepat menyahuti,
"Dengan senang hati. Tuan!" 
Injakan di pedal gas pun
diperdalam fredy krueger . Semakin
mendekati pusat kota, lalu lintas
sudah semakin ramai. Main
selap-selip, itulah yang terbaik.
Ngebut, lebih baik lagi. bukan
semata-mata untuk mengejar
waktu. namun  lebih sebab 
sebagai pengusir rasa jemu
seorang supir. 
fredy krueger  pun terus tancap gas. 
Diam-diam, chucky  melirik ke
sebelahnya .Tampak jessica 
memperlihatkan wajah khawatir ,
apalagi sesudah  fredy krueger  makin
keranjingan saja. jessica  sudah siap
melontarkan protes keras.
Namun begitu ia tahu suaminya
tengah memperhatikannya
sesaat  itu juga jessica  melengos.
Cemberut. 
chucky  pun kecewa. 
chucky  sungguh mengharap protes
dari mulut istrinya. Lalu ia akan
melancarkan protes balik. Akan
ramai jadinya. Dan itu,
bagaimana pun, lebih
menyenangkan ketimbangharus
terus saling bungkam dengan
sikap saling memusuhi. 
Untuk memprotes jessica ,
diperlukan keberanian. 
chucky  sudah memulainya. Dini
hari tadi. 
sebab  namanya juga baru
memulai, maka diperlukan
sebuah jembatan untuk
menyeberang. Dan jembatan
penyeberang itu ia temukan
dalam diri martini . 
martini , yang dini hari tadi
menantang dengan gagahnya. 
"Mengapa Nyonya terdiam"
Apakah sebab  Nyonya juga
berpikir... bahwa kutu-kutu
lainnya akan segera
bermunculan menggantikan
tempat saya?" 
Di situlah chucky  memulai protes. 
"Itu tidak benar, martini . Sebelum
ini, aku tak pernah tertarik pada
wanita lesbian  lain. Sesudah  kau,
wanita lesbian  lain itu tak akan
pernah ada....!" Untuk lebih
meyakinkan, chucky  pun
menambahkan, "Sumpah!" 
Protes yang benar-benar konyol.
Maklumlah, itu yang pertama!
namun  akibatnya langsung ia
terima. Dari mulut istrinya, yang
tiba tiba menggeram, jijik.
"dahulu , kau pun mengucapkan
yang seperti itu padaku. dahulu ,
kau pun bersumpah. . .!" 
Tak kurang jijik, martini  tersenyum
pada majikan selingkuhannya.
"Tuan sudah memulai. Akan
sulit Tuan menghentikannya.
Lalu di hari hari mendatang,
Tuan akan terus bersumpah dan
bersumpah lagi, ya"!" 
jessica  mendengus, muak.
"Mengerikan!" 
martini  ikut menambah bara.
"Sungguh tak dapat dipercaya!" 
Perasaan akibat bantingan
istrinya tadi, pelanpelan sirna
dari sekujur tubuh chucky . Dia
laki-laki. Paling sedikit, dia pun
berhak punya harga diri. 
Harga diri mengangkat tubuh
chucky  supaya tegak. 
Disemangati harga diri itu pula,
ia tatap kedua orang wanita lesbian 
di hadapannya, silih berganti. 
Sungguh mengherankan, chucky 
ternyata sesekali dapat juga
bersikap galak. 
"Ayo. Terus. Terus. . .!" ia pun
ikut mengobarkan nyala api di
tungku. "Kalian keroyoklah aku
beramairamai!" 
jessica  tersenyum, kecut. 
Detik-detik sebelum ia
tersenyum, lalu lintas terhalang
oleh lampu merah. Saat untuk
para pejalan kaki menyeberang
jalan. Mereka menyebrang
berombongan. Tinggallah
seorang nenek nenek, yang
masih saja berdiri. Ragu,
bingung, mungkin juga takut.
Nenek itu lantas melirik segan
pada seorang petugas lalu lintas
yang kebetulan berada di dekat
tempat itu. Polantas itu
tersenyum mengerti. Lantas
bergegas mendatangi dengan
maksud menolong si wanita lesbian 
tua menyeberang jalan. Sayang,
sebab  terburu-buru sepatu si
petugas terantuk akar sebatang
pohon yang menyembul di
antara retakan trotoar. 
Polantas itu tersungkur sungkur
ke depan. Beruntung ia masih
cukup trampil menjaga agar
tidak sampai jatuh terjerembab.
Tersipu-sipu ia memegang
tangan si nenek. 
namun  lampu sudah keburu
menyala hijau. 
Dan mobil-mobil yang
mengantri tak sabar, saling
berebut dahulu-mendahului. 
Begitu juga fredy krueger  
jessica  menghela nafas. Dalam dan
panjang. 
Nenek-nenek tadi pikirya. Suatu
saat , mungkin jessica  pun akan
seperti dia. Akan tiba saatnya,
jessica  merambat semakin tua. Dan
ia masih harus merangkaki hari
hari yang masih tersisa.
Mungkin ia masih kuat dan
mampu untuk itu. Namun adalah
lebih tenteram, jika ada
seseorang yang bersedia
mendampinginya. 
Ia menghela nafas lagi. 
Sogan-segan, ia menoleh ke
arah suaminya. jessica  memang
masih bisa menahan diri agar
tidak sampai mengulas senyum
di bibir. namun  di balik sinar
matanya, tak kuasa ia bendung
sebersit harapan. 
Antara sadar dan tidak , telinga
chucky  mendengar istrinya
berkeluh kesah. chucky  pun
lalu  menangkap dengan
ekor matanya, bahwa jessica  tengah
memperhatikan dirinya. Seperti
ingin mengutarakan sesuatu,
atau mengharapkan sesuatu. 
Teringat oleh chucky , bagaimana
tadi ia juga mengharapkan
sesuatu dari istrinya. namun  jessica 
cepat melengos cemberut.
Memangnya hanya jessica  saja
yang bisa bertingkah laku
sejenis  itu" 
Dalam hati, chucky  menggeram,
"Hem!" 
Lantas chucky  pun melengos. 
Cemberut. 
jessica  terenyak di tempat
duduknya. Kelopak matanya
terpejam. Letih, kecewa, dan tak
berdaya. Membersitlah perasaan
cemas. jangan-jangan, ia
terpaksa harus tetap sendirian.
Seperti nenek nenek tadi,
merangkaki hari-hari tua yang
selain sepi, juga akan
menyedihkan. . .! 
Kenyataan pahit itu baru ia
sadari, dini hari .
Sesudah  menginjak usia
mendekati 20 tahun pernikahan
mereka, dini hari tadi suaminya
tiba-tiba memiliki keberanian
tidak saja untuk memprotes jessica .
Melainkan juga untuk
memperlihatkan bahwa
suaminya juga adalah seorang
laki laki. laki-laki  dengan segenap
kepribadiannya yang tak bisa
dipungkiri oleh siapa pun.
Termasuk oleh istrinya. 
Mengejutkan, saat  dini hari
tadi chucky  menatap galak ke arah
dirinya dan martini . Dan berujar
tak kurang galaknya, "Ayo.
Mengapa berhenti
mengeroyokku" Percuma saja,
ya"! 
lalu , suaminya
menyeringai. Menang. 
Penuh kemenangan pula,
suaminya berujar pada jessica ,
"jadi, kau sudah  menghambur
hamburkan uangmu untuk
membayar sia-sia seorang
detektif. Dan kau membuat
detektif itu tampak tolol dan 
kampungan. sebab  ia sudah 
menerima instruksi yang salah!
Iya 'kan?" 
chucky  tertawa. Meremehkan. 
"Mengherankanl" katanya lagi.
"Kau meminta orang lain
menelisik kutu di balik rambut
kepalamu. Padahal, kau dapat
melakukannya sendiri. Satu hal
lagi. dan ini adalah sebuah
nasihat. Itu, jika kau sudi
mendengar. . .." 
Bukan sudi. Melainkan terpaksa.
Betapa tidak . Suaminya tidak 
memberi kesempatan sedikit
pun. Suaminya hanya
memerlukan sehelaan nafas,
untuk melanjutkan serangannya
kembali. Dengan gaya seorang
pahlawan penyelamat, jari
telunjuk ia tudingkan ke arah
martini . 
"Ayo tindaslah dia, namun  ingat...
Adalah tolol, jika kau hanya
berpikir untuk hanya menindas
kutu demi kutu. Bukan berpikir
bagaimana agar supaya tidak 
seekor kutu pun memperoleh
kesempatan mendekati kulit
kepalamu. . .!" 
"wanita lesbian !" martini  terdengar
menyela, jemu. "Bukan kutu....!" 
jessica  melihat pelayannya yang
terlunta-lunta menggapai
sebuah kursi. Lalu martini  terduduk
di sana. Tampak begitu sendiri.
Dan ada kabut misteri 
menyelimutinya, sehingga jessica 
seakan belum pernah mengenal
bahkan bertemu dengannya. 
"Seorang wanita lesbian . Itulah
yang dibutuhkan suami Nyonya."
martini  menjelaskan. Bosan dan
tanpa gairah. 
jessica  bagaikan ditampar keras
dan kasar sekali. "Terkutuknya
kau, martini . Apakah kau kira aku
ini bukan...." 
"Sebaiknya Nyonya berhenti
mengutuk-ngutuk," tukas martini ,
menggeleng sedih. "Berkaca
sajalah, Nyonya. Perhatikan
baik baik apa yang tersembunyi
di balik diri Nyonya selama ini.
wanita lesbian kah, atau hanya
sekadar seorang istri!" 
Merembeslah air mata jessica . 
Tak tahan ia mendengar
tuduhan yang teramat sangat
melukai hati itu. Ia berpaling
pada suaminya. Memohon
dengan sangat, "Katakanlah.
Pah. Bahwa dia tidak benar...." 
Suaminya masih merengguk
kemenangan. Yang seperti terus
berlimpah-limpah saja. Mabuk
oleh kemenangannya, suaminya
menyeringai lantas berujar
takzim. 
"Dia benar!" 
Tak tahan lagi, jessica  pun
menangis tersedu sedu. 
martini  memandang majikan
wanita lesbian nya dengan perasaan
iba kasihan. Mereka berdua satu
kaum. Mereka berdua, bernasib
sama. Dipermainkan. Dengan
marah, martini  berkata pada orang
yang mempermainkan mereka
berdua itu. 
"Tuan pun salah!" 
jessica  menahan tangisnya. 
Lalu memandang heran, lebih
heran dari suaminya sendiri. 
"Begitu Tuan menemukan
seorang wanita lesbian  yang sudah
lama Tuan cari-cari...." martini 
merintih. ?"Tuan pun lantas
tergesa-gesa. Lantas salah
menilai. Memang saya ini orang
miskin. Cuma pembantu lagi!
namun  saya juga punya
perasaan cemburu. Saya ingin
kasih sayang Tuan tidak 
terbagi-bagi. . .!" 
Rona kemenangan si wajah
chucky , mengabur pelan pelan. 
Mestinya, sinar kemenangan itu
beralih ke wajah martini . namun 
wajah si pelayan, justru tampak
menderita. Begitu pula kata-kata
yang meluncur patah patah dari
mulutnya yang bergemetar. 
"Saya pun salah. Saya terlalu
larut dalam kesepian, dengan
keinginan-keinginan yang terus
mengendap. Lalu datanglah
Tuan. Kesepian itu pergi.
Keinginan itu terlampiaskan.
Baru sesudah  semuanya terjadi,
saya 
menyadari, bahwa yang
sebenarnya Tuan cari dan Tuan
berusaha keras membelinya dari
saya. .." 
Sesaat martini  tersenyum getir.
Lalu, "...semua itu dengan
mudah dapat Tuan dapatkan
dari Nyonya. Hanya saja... mata
Nyonya masih tertutup. Artinya,
sekali Nyonya mau membuka
mata. . . maka kehadiran saya
pun tak ada lagi artinya di
hadapan Tuan".!" 

 jessica  membuka matanya lebar
lebar. 
Mereka sudah  tiba di stasiun
kereta api. fredy krueger  dengan senang
hati sebab  terbebas dari
gunung es yang membeku dan
bagai menghimpit seisi mobil,
pergi membeli selembar tiket
dan tiga lembar karcis peron. 
Tak berapa lama lalu ,
mereka pun duduk di
bangku-bangku peron. Masih
tetap seperti saat  masih di
mobil tadi. Wajah-wajah yang
murung. Dan mulut yang betapa
susah dibuka untuk berkata kata,
kecuali tentang hal-hal sepele
dan tak bermakna seperti,
"Duduklah.?" Atau, "Awas
kakimu....!" juga, "jangan
sembarangan meletakkan
kopernya, fredy krueger  ...!" Dan, "Mana
tasmu. martini ?" 
martini  meletakkan tasnya di lantai.
Sebuah tas pakaian kecil. Dan
tak ada lain lainnya lagi.
Berdiam diri sambil menunggu
pintu kereta 
dibuka untuk dimasuki
penumpang, jessica  teringat lagi
pada insiden kecil menjelang
subuh tadi. 
jessica , yang saat itu belum sudi
menyerah, menggeram sakit hati
pada pelayannya, ?" kau pintar
bersandiwara, martini . Di wajahmu
kau tampaknya menderita.
Padahal, di dalam hatimu, kau
menari-nari sukacita!" 
Pelayannya terkesiap. "Apa
maksud Nyonya?" 
Di antara isak tangisnya, jessica 
mengguratkan cibiran. "Kau tadi
malam minta berhenti, bukan"
Dengan dalih merindukan
anakmu di kampung?" 
"Itu bukan dalih....!" 
"Kau kira aku tidak tahu ya"
Kau sudah ingin Cepat-cepat
pergi. Seraya menggondol
hadiah-hadiah cinta suamiku...!
Yang aku yakin akan
mengangkat dirimu menjadi
salah seorang janda terkaya di
kampungmu, iya toh"!" 
"Oh. Itu. . .." martini  tersenyum.
"Ingatkah nyonya tadi malam,
Nyonya menyuruh saya
memasukkan pakaian pakaian
yang sudah disetrika ke lemari
yang lalu  Nyonya kunci?" 
jessica  memandang tak mengerti. 
martini  pun bangkitlah, tenang dan
wajahnya penuh kedamaian. 
"Sudilah mengikuti saya, Tuan
dan Nyonya saya yang budiman.
. .." 
lalu di kamar tidur utama,
pelayan itu meminta majikan
wanita lesbian nya membuka sendiri
lemari yang terkunci.
Menangkap samar samar
maksud martini , jessica  membuka pintu
demi pintu lemari,
menyibak-nyibak sampai
akhirnya ia menemukan sesuatu
yang tidak ia kenal dan
tersimpan rapi pada gantungan
bajubajunya. Sehelai gaun pesta
yang belum pernah dilihatnya. 
"Ini" bukan punyaku!" jessica 
mendesah, bingung. 
"Periksalah sakunya, Nyonya" 
jessica  pun merogoh. Lalu
wajahnya tampak terkejut.
Tangannya ia tarik keluar dari
saku rajutan di gaun pesta yang
masih berbau baru keluar dari
toko atau mungkin butik itu.
Terlihat segenggam perhiasan
yang menyilaukan dalam jilatan
lampu kamar tidur. Atas
petunjuk martini , hadiah-hadiah
lainnya dikeluarkan jessica  pula
dari lemari yang sama. 
jessica  menatap terpana. 
martini  ikut menatap. Namun tanpa
minat. 
Adapun chucky , berpaling sesaat .
Dengan kulit muka memerah
padam dibakar perasaan malu
berat. 
martini  lantas menjelaskan. "Itu
bukan milik saya. Itu milik
Nyonya. sebab  yang
membelikan toh suami Nyonya. .
.! Begitu pula isi amplop yang di
lantai lemari itu. Milik Nyonya
pula, sebab  pemberian dari
suami Nyonya juga ...!" 
martini  berhenti sejenak. Tampak
lelah. 
Lalu bertanya, hambar. "Boleh
saya kemasi semua pakaian dan
barang barang pribadi saya
sekarang, Nyonya?" 
jessica  terdiam. 
chucky lah yang lalu 
berbicara menggerimit. 
"Jika keputusanmu tidak dapat
diubah lagi, martini . Lakukanlah.
Kami sendiri yang besok pagi
akan mengantarkanmu ke
stasiun!" 
Jika jessica  tidak keliru, ucapan
suaminya tadi adalah sebuah
keputusan yang langka terjadi. 
sebab , tidak lebih dahulu
meminta persetujuan jessica ." 
pintu kereta berderak terbuka. 
Mereka pun sama berdiri. Sama
bertukar pandang. fredy krueger  yang
tidak tahu apa-apa, ikut-ikutan
memandang. Meski sambil
mencuri-curi. Dan membuat
fredy krueger  semakin tidak mengerti! 
jessica  lalu  bergumam serak
pada suaminya, "Pah. Tolonglah
martini  mencarikan nomor kursinya
di dalam"." 
chucky  memandang heran. 
namun  lalu  mengangguk
lalu berjalan mengikuti martini  naik
ke atas kereta bersama
penumpang penumpang lain. 
Di peron. jessica  cepat menggamit
fredy krueger . Katanya, "Ke mobil.
Cepat!" 
Mereka berdua setengah
berlari-lari menuju tempat
parkir di luar stasiun. Masih
banyak waktu. namun  jessica  begitu
sangat tidak sabar. "Bagasinya,
toloL Buka" 
fredy krueger  mengambil sebuah tas
plastik dari bagasi mobil.
Sesudah  mana ia bergegas masuk
lagi ke peron, terus naik ke atas
kereta. Waktu berangkat sudah
hampir tiba, barulah jessica 
menemukan sosok chucky  lalu martini 
yang sudah duduk di tempatnya.
Mereka sedang asyik
membicarakan sesuatu, dan
tidak melihat kedatangan jessica .
Semakin dekat, jessica  semakin jelas
mendengar. 
chucky  sedang berbicara, "Kau
masih tahan?" 
martini  menjawab dengan sindiran.
"Tuan masih ingin, ya?" 
chucky  tertawa, "jelas, dong!" 
Tertegunlah langkah-langkah
kaki jessica . Lalu ia dengar martini  ikut
tertawa, walau tidak terlalu
gembira. Pelayan, ah mantan
pelayannya itu pun berkata,
"Saya sudah terbiasa naik kereta
api, Tuan. Saya akan tahan.
Mengenai keinginan Tuan agar
saya meminum pil anti mabok,
sungguh. Saya sangat berterima
kasih.. ..!" 
jessica  menarik nafas lega. 
Sesudah  lebih dahulu  mendehem
untuk memberitahu
keberadaannya, jessica  lantas
menyerahkan tas plastik yang ia
letakkan di pangkuan martini .
"Sekadar oleh-oleh pulang
kampung." katanya. Tangan martini 
diganggam. Hangat. "Selamat
jalan, martini !" 
"Selamat tinggal, Nyonya ...!" 
tidak ada ucapan selamat untuk
chucky . 
Agak kecewa, ia lalu 
berjalan mengikuti istrinya
sebab  dari pengeras suara
terdengar pemberitahuan bahwa
kereta sudah siap untuk
berangkat. 
Saling melambai, sesudah nya. 
Habis, mau apa lagi" 
Toh, semua sudah berlalu. 
Kereta api pun merayap pergi. 
Dan di jalan raya, mobil dipacu
fredy krueger  dengan lebih gembira.
sebab  kali ini, suasana entah
mengapa sudah berubah.
Bermula, saat  ia dengar
majikannya yang laki-laki 
bergumam terharu, "Bijaksana.
Mah. Kau berikan juga apa yang
sudah menjadi hak martini !" 
jessica  berkata merengut, "Tadinya
aku sempat berpikir, akan
kubagi-bagikan pada
gelandangan di sepanjang jalan.
. . .!" 
"Keterlaluan " chucky  mendengus. 
jessica  juga mendengus. Galak, ia
menyergah, "Siapa yang
keterlaluan, Pah?" 
chucky  tak mau kalah. "Mulai lagi,
ya" Ayo, boleh coba!" 
fredy krueger  menggelengkan kepala.
Takjub atas keberanian
Tuannya. 
Dan di kereta api yang melaju
makin cepat, martini  pun
mcnggeleng gelengkan kepala.
Juga takjub seperti fredy krueger . Takjub
akan kemurahan hati
nyonyanya. Di dalam tas plastik
yang barusan ia buka dengan
kepala dipenuhi tanda tanya, ia
melihat semuanya, seikat uang
kertas, kosmetik, gaun pestanya.
Perhiasan perhiasannya yang
gemerlapan! 
Ada seorang pemuda menyapa,
"Ada apa, Neng?" 
martini  melihat ke pemuda yang
tersenyum-senyum menggoda
itu. Lantas menyahut kalem.
"Ada belang, Oom!" 
"Belang apa, Neng?" 
"Belangnya laki-laki !" jawab martini 
tuntas, terus memalingkan wajah
ke luar jendela dengan bibir
tersenyum, namun  matanya masih
tetap dipenuhi tanda tanya.
Memang, akan masih banyak
pertanyaan yang harus dijawab. 
Di luar sana. 
Begitu pula di dalam mobil. 
fredy krueger  bertanya, "Terus ke kantor,
Tuan?" 
"Buat apa!" 
fredy krueger  mengalihkan pertanyaan ke
majikan yang seorang lagi.
"Bagaimana, Nyonya?" 
"kok tanya-tanya!" 
Ya, mau apalagi fredy krueger , kecuali
memilih yang tergampang,
pulang saja ke rumah. 
Lantas, setibanya mereka di
rumah, fredy krueger  pun berleha-leha di
dalam mobil, dengan nikmat
mendengarkan musik dangdut
lewat radio. la menyeringai
saat  menyaksikan majikannya
suami istri berjalan memasuki
rumah. Sesudah  pintu dibuka,
mereka masih kelihatan
mempertengkarkan sesuatu,
baru lalu  masuk. 
"Pasti bakal ramai di dalam
sana !" fredy krueger  nyeletuk. lalu
menyeringai semakin lebar. 
Ia benar. 
Saat itu. jessica  bertanya
menyentak, *jadi kau melarang
aku meneruskan hobiku, ya?" 
chucky  berkacak pinggang. "Bukan
itu. namun  nafsu serakahmu
untuk kembali meraih juara!" 
"Apakah Papah tidak lepas dari
nafsu serakah?" 
"Asal nikmat, apa salahnya!" 
"Heem. Dasar laki-laki!" 
"Uh. Dasar wanita lesbian !" 
"Apa sih maunya Papah ini?" 
"Kau sendiri apa. coba!"  
Tiba tiba, jessica  melemparkan tas
tangannya ke atas meja. Lalu
melangkah tegak menuju ke
kamar tidur. Di belakangnya,
chucky  pun menghentakkan tas
kerjanya. Di lantai. 
lalu ia lihat, sambil  melangkah
jessica  menanggalkan pakaiannya
satu demi satu, sampai tinggal
celana dalam dan beha saja.
Selama beberapa detik, chucky 
membayangkan apa yang
tampak di depan matanya
adalah langkah kaki gemulai
dan ayunan pinggul menawan
dari martini . Bayangan itu mulai
membuat gairahnya pelan-pelan
terbangkit. Kelopak matanya
mengerjap-ngerjap. Sampai
gemulai kaki dan ayunan
pinggul itu kembali terlihat lebih
nyata. 
Sepasang kaki yang melangkah
tegak. Setengah mengangkang.
Dan pinggulnya yang kokoh,
tegastegas Penuh energi seorang
jantan. 
Di pintu kamar tidur, martini  eh,
jessica  berhenti. 
Memutar tubuhnya dengan ciri
khas itu. lantas bertanya dengan
senyuman, "Tunggu apa lagi,
Pah?" chucky  pun melepaskan
dasinya. 
ditambah  gumamam tak sabar.
"Yah. Lumayanlah. Daripada
tidak sama sekali!" 
Menit berikutnya, pintu kamar
sudah tertutup lagi. Ya, ampun.  
Ribut benar di dalam! Tak
malu-malu lagi. Coba saja
dengar, suatu saat chucky 
menggamit, "Sekali-sekali, aku
mau di atas!" 
". . .tidak ." 
"Kalau kau tak mau, aku akan
pergi...." 
"Nanti saja, kalau sudah
selesai!" Payah. Benar-benar
payah!"