Tampilkan postingan dengan label kudeta 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kudeta 1. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Desember 2022

kudeta 1







Aidit lahir di kampung Pagaralang,Tanjungpandan, pulau  Belitung, dengan nama  lengkap Ahmad Aidit. informasi  yang didapat dari biografi Aidit di majalah bulanan PKI berbahasa Inggris, Review of negara kita  vol 7, dan dari  Sobron, adik kandung 

Aidit, diketahui  Aidit lahir pada 30 Juli 1923. namun   informasi  ini sukar dikonfirmasi 

akurasinya. Itulah sebabnya Jacques Leclerc, dalam esai panjangnya di majalah  Prisma edisi Juli 1982, lebih memilih jalan aman dengan menulis: Aidit lahir di awal tahun  20 an. 

Nama Aidit diambil dari nama belakang ayahnya, Abdullah Aidit. Abdullah yaitu  seorang bekas kuli pelabuhan yang lalu  diangkat menjadi mantri kehutanan, pegawai menengah pada Jawatan Kehutanan pemerintah Hindia Belanda. Ia dikenal 

sebagai seorang muslim yang taat. Ketaatannya itu tercermin pada dua hal:  ia menamai semua anaknya dengan nama yang ke Arab arab an dan keterlibatannya  secara aktif sebagai pendiri Perguruan Nurul Islam, sebuah organisasi kemasyarakatan Islam yang kMajelis




ungannya dekat dengan Muhammadiyah. Abdullah memiliki  posisi sosial yang terpandang di Tanjungpandan, ibu kota Belitung. Itu juga lah yang membawa bawa  Abdullah  mampir di parlemen (baik pada masa DPR RIS atau DPRS RI) sebagai utusan daerah Belitung sekaligus mewakili angkatan ‘45. karirnya di parlemen berhenti saat  Abdullah 

memutuskan untuk mengundurkan diri pada 16 Juni 1954. Aidit yaitu  anak pertama dari tujuh bersaudara. Adiknya yang pertama bernama 

Rosiah. Dialah wanita  satu satunya dari tujuh bersaudara. Rosiah sudah lama meninggal. Ia meninggal di Mekkah saat  sedang melaksanakan  ibadah haji. Dua anak laki laki  lainnya sudah meninggal saat  mereka masih kecil. Jadi, hanya lima laki laki  anak Abdullah yang sempat merasakan umur panjang. Berturut berturut sesudah  Aidit mereka yaitu  Ahmad, Basri, Murad, Sobron dan Asahan Sulaiman. Aidit dididik langsung kedua orangtuanya. Seperti teman teman sebayanya yang lain, Aidit juga belajar mengaji.  Aidit khatam mengaji sebanyak 

tiga kali.  diperlukan  ketekunan  Pertama 

kali Aidit khatam, sebuah pesta syukuran  diadakan. Semua tetangga dikirimi makanan dan penganan. Ia diarak keliling kampung. Meriah. 

Aidit memiliki  banyak kelebihan. Secara fisik ia tak terlampau kekar. Di banding adik adiknya, Aidit yang terkecil dan terpendek badannya. namun  itu semua ditutupi dengan kebiasaannya berlatih tinju. Seorang anak yang terbiasa mengejeknya pernah  merasakan bogem mentah Aidit. Hingga kini, Murad, salah seorang adiknya, masih menyimpan beberapa  potret Aidit yang sedang berlatih tinju. Lengkap dengan 

atributnya. Sebagai anak, Aidit mengetahui  betul apa artinya menjadi anak sulung. Ayahnya memang bukan orang miskin. namun  untuk disebut kaya jelas jauh panggang dari api. Itulah  

yang membuat  Aidit sering  berpikir  bagaimana caranya agar bisa membantu keuangan orang tuanya, minimal tidak merepotkan mereka. Pilihannya yaitu  berjualan, berjualan apa saja. Dari mulai kerupuk hingga buah nanas yang sudah  dikerat kerat. Setiap ada pertandingan sepakbola di kampungnya Aidit dipastikan ada di  lapangan. Bukan untuk menonton. namun  untuk berjualan. Aidit dikenal juga sebagai anak yang pintar. Semua mengetahui  ia yaitu  kutu buku. Jika menemani ayahnya berjaga di tepi hutan, Aidit memilih   di sebuah rumah . Di sanalah ia  Tenggelam diantara buku buku  bacaan bacaan kelas berat. paling tidak Aidit pernah membaca  kelas ringan, terutama Literatur literatur Marxis seringkali  dibacanya di sana. Asahan, adik Aidit yang terkecil, memiliki  kesaksian ihwal minat  belajar kakaknya  yang luar biasa. saat  pada 1952 pakansi ke rumahnya di Belitung, Asahan menemukan segumpal tumpukan kertas tebal yang diikat. Ikatan karton seberat dua kilogram itu dibukanya. Isinya beragam diploma, beragam  piagam yang diperoleh Aidit dari kursus  yang ditempuhnya hingga tamat dari berbagai ragam ilmu pengetahuan . Dalam ingatan Asahan, dalam ikatan kertas itu ada  piagam kursus bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Jerman, Ilmu Hitung Dagang, Mengetik Cepat hingga Stenografi. 

Di Tanjungpandan Aidit menyelesaikan sekolah di HIS dan Sekolah Dagang Menengah Pertama. sebab  di Belitung sama sekali belum ada sekolah lanjutan, Aidit memohon kepada ayahnya untuk diijinkan bersekolah ke Batavia. Permohonan dikabulkan. Pada 1936, Aidit berangkat ke Batavia dengan ditemani salah seorang pamannya, A. 

Rachman. Di Batavia, Aidit langsung tertarik dengan dunia pergerakan  . 1939 Aidit bergabung 

dengan Gerindo, sebuah organisasai kepemudaan berhaluan kiri pimpinan Amir  Syarifuddin. Selama pendudukan Jepang, Aidit terlibat dalam beberapa  aktivitas berbahaya dengan bekerja pada organisasi perlawanan bawah tanah. Pada periode itulah ia berkenalan dengan pemuda pemuda radikal lainnya seperti  Chairul Saleh, 

Wikana, A.M. Hanafi. Markas mereka ada di sebuah gedung  di Menteng 31. Dengan segera, tempat itu menjadi salah satu pusat perlawanan para pemuda radikal yang paling massif di Batavia. beberapa  kursus  politik diadakan.

Mentornya yaitu  pentolan pentolan pergerakan  . Dari mulai Soekarno, Hatta hingga  Syahrir. 

Di awal awal kemerdekaan, Aidit tertangkap oleh tentara Jepang. Bersama beberapa  tahanan politik lainnya, Aidit dibuang ke pulau  Onrust yang merupakan salah satu pulau  dalam gugusan Kepulauan Seribu. Lewat negosiasi yang alot, Aidit bersama tananan lainnnya akhirnya dibebaskan. 

Aidit menghabiskan waktunya pada periode 1946 1948 dengan berkutat dalam berbagai aktivitas Partai Komunis  Indonesia   (PKI). Pada kongres PKI  ke IV, Aidit terpilih menjadi anggota Central Comitee (CC) PKI. Dalam sidang sidang 

KNIP, Aidit dipilih sebagai ketua Fraksi Komunis. Menjelang Madiun Affair 1948, Aidit diserahi misi  untuk membidangi bidang Agitasi dan Propaganda (Agitprop). Di bawah bimbingan Alimin, Aidit bahu membahu bersama Lukman menerbitkan Bintang Merah, berkala terbitan PKI yang memiliki  arti strategis. Aidit sempat juga  singgah beberapa lama di Yogyakarta. Di sana ia bisa leluasa menemui  kedua orangtuanya yang beberapa tahun  sebelumnya memang sudah  

menetap di Yogyakarta. Selama di Yogya, Abdullah, ayah Aidit, terlibat dalam beberapa  

front pertempuran dengan tentara pendudukan Belanda. Aidit sendiri sibuk dengan kegiatannya di masrkas kelompok sayap kiri di ujaran Gondolayu, Yogyakarta. Di sanalah para pemuda radikal memusatkan aktivitasnya. Salah satu sumber informasi  ihwal kegiatan Aidit di Gondolayu bisa dilihat dalam salah satu paragraf dalam catatan  penyair Sitor Situmorang berjudul Sitor Situmorang, Seorang Sastrawan 45, Penyair Danau Toba. Di sana, Sitor mengisahkan betapa nama Aidit demikian menonjol dalam kegiatan kegiatan pemuda radikal di Gondolayu. Pada waktu terjadi pembersihan yang dilakukan Kabinet Hatta pada semua tokoh  penting PKI akibat persitiwa Madiun Affair 1948, 9 orang dari total 21 orang anggota CC  PKI 9 terbunuh. Aidit bersama Lukman, Nyoto dan Sudisman berhasil lolos dari 

pembunuhan. Aidit melarikan diri ke Vietnam Utara. Kabar dari  PKI menyebutkan, Aidit sempat terlibat dalam peperang an gerilya di Vietnam dan 

membantu perjuangan Ho Chi Minh di sana. 

Pada pertengahan 1950 Aidit kembali ke negara kita . Pada saat itu PKI sedang menata kembali roda organisasi yang nyaris mati akibat pembersihan sesudah  Madiun Affair. Tak 

berselang lama ia terpilih menjadi Sekretariat Jenderal CC PKI. Bersama kawan kawan 

seangkataannya, Aidit berhasil menghentikan aksi  generasi tua PKI yang dianggap terlalu  lembek, elitis dan pragmatis. Angkatan tua macam 

Tan Ling Djie dan Alimin disingkirkan. saat  PKI mengadakan kongresnya pada 1954, PKI betul betul jatuh ke tangan kader dari generasi muda. Pada kongres itulah, Aidit  terpilih menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKI. Ia terus menduduki jabatan tertinggi  partai itu hingga saat kehancuran PKI pada 1965 terjadi. Aidit yaitu  Sekjen PKI yang termuda. Sekaligus juga yang terakhir. Pengaruh dan jasa Aidit terpampang selebar lebarnya. Di tangan Aidit, PKI menjelma 

menjadi sebuah partai yang disegani. PKI menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia sesudah  Russia dan Cina. Itu artinya, di tangan Aidit, PKI menjadi partai komunis  terbesar di negara non komunis. Melebihi tokoh  partai lainnya, Aidit muncul sebagai seseorang yang paling 

bertanggungjawab dalam mengarahkan penerapan ideologi Marxisme Leninisme dalam 

konteks kehidupan di negara kita . Ia juga bertanggungjawab sepenuhnya atas berbagai  

tindakan yang ditempuh PKI dalam rangka mengarahkan partai untuk mengambil cara 

cara yang dipandang relevan untuk diambil, tentu saja dengan memperkirakan  ragam  rintangan yang melintang. Ia memiliki kelebihan kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh tokoh  penting lain, contohnya  Tan Malaka yang dengan terpaksa  harus menghabiskan banyak waktu dalam pelarian  di luar negeri atau juga Musso yang lama tinggal di Sovyet. fakta  betapa Aidit di masa masa akhir penjajahan Belanda, penjajahan Jepang dan awal awal revolusi tetap berada di negara kita , persisnya di Jawa, membuat  ia memiliki  pembacaan dan  pengetahuan  yang cukup   memadai terhadap situasi dan kondisi tanah air. Aidit juga  berhasil membangun sebuah jaringan kerja yang solid dan sistematis dengan beberapa  Koneksi , sesuatu yang tentu saja kurang dimiliki oleh Musso dan Tan Malaka. 

namun   tidak sedikit orang yang menilai Aidit memiliki  beberapa  cacat  dalam memimpin  

PKI. Sebuah kritik bersifat antropologis datang dari Peter Edman, penulis buku Communism A La Aidit: The Indonesia Communist Party Under D.N. Aidit 1950 1965. Kritik Edman berporos pada kegagalan Aidit untuk memahami kebudayaan Jawa. Statusnya sebagai orang yang dilahirkan di Sumatera bukan hanya menghalang halangi Aidit untuk menerima cara cara Soekarno yang merupakan seorang Jawa, melainkan juga memicu   dirinya gagal memahami persoalan persoalan politik, sosial dan budaya yang dihadapi PKI di tanah Jawa, tempat di mana partai yang dipimpinnya memiliki massa terbesar sekaligus juga tempat di mana gagasan gagasan 

dirinya diujicobakan. Kegagalannya untuk mempraktikan  secara sempurna ide landreform dimulai saat  Aidit gagal memahami kenapa muncul respon yang beragam atas kampanye 

landreform yang diusungnya. Reaksi berlebihan dan tidak cerdas dari kader kader PKI 

terhadap aksi perlawanan orang  Jawa (yang dikomandoi oleh para tuan tanah dan para kyai pemilik pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur), betapa  naifnya para pemimpin partai dalam memeluk kepercayaan bahwa kesadaran kelas sudah cukup   memadai untuk menyatukan 

para petani agar bersama sama melakukan perlawanan terhadap para tuan tanah.Aidit juga dianggap  bertanggungjawab atas terjerumusnya PKI ke dalam avonturisme  politik yang berbahaya. Dukungan Aidit terhadap kudeta yang dilakukan Kolonel Untung  pada akhir  September 1965 jelas  menjadi blunder yang membuat  PKI 

mengalami kehancuran untuk selama lamanya. Padahal jelas, partai belum siap  melakukan sebuah pertarungan bersenjata. Lain hal jika, contohnya , ide Angkatan ke V yang berisi tuntutan agar para buruh tani dipersenjatai sudah  terealisir. Di kalangan internal PKI sendiri ada suara yang menyalahkan Aidit sebagai orang yang  lemah hati ,  Inti dakwaan ini terletak pada ketidakberanian Aidit untuk menyerukan kepada segenap kader dan simpatisan partai untuk melakukan perlawanan total terhadap siapapun yang hendak menghancurkan partai. Aidit dianggap  sebagai pemimpin salon. fakta  bahwa Aidit yaitu  seorang kutu buku dan pecinta musik 

musik klasik yang lembut dijadikan salah satu dasar untuk membenarkan dakwaan ini. 

Semua kekurangan kekurangan itulah yang menjadi sebab kenapa Jacques Leclerc 

pernah  menyindir betapa PKI di bawah kepemimpinan Aidit memang berhasil menjadi 

raksasa, namun  raksasa yang berkaki lempung, 

aku mau ke Batavia, kata Achmad Aidit kepada ayahnya, Abdullah. Waktu itu awal 1936. 

Achmad berusia 13 tahun , baru lulus Hollandsch Inlandsche School, setingkat sekolah dasar 

masa itu. Di Belitung, tempat tinggal keluarga Aidit, sekolah  paling tinggi  memang hanya itu. 

Untuk masuk sekolah menengah  dikenal dengan nama Meer Uiebreid Lager Onderwijs (MULO)  pemuda pemuda pulau  itu harus merantau ke Medan atau Jakarta. Meninggalkan Belitung bukan pilihan yang umum  pada masa itu. Pemuda yang merantau  sampai tanah Jawa hanya sedikit  namun  Aidit bisa mempercayakan  ayahnya.kakak  saya paling jarang meminta sesuatu kepada Bapak,kata Murad Aidit, adik kandung Achmad, . jika  sudah sampai meminta sesuatu, kata Murad, itu artinya tekad Aidit sudah benar benar bulat. Adik Aidit yang lain, Sobron, dalam bukunya Aidit: kakak , Sahabat, dan Guru di Masa Pergolakan, menjelaskan bahwa untuk diizinkan merantau, seorang remaja harus memenuhi  syarat yaitu sudah khatam mengaji, bisa memasak sendiri, bisa mencuci pakaian sendiri, sudah disunat,   syarat itu sudah dipenuhi Aidit. Setibanya di Batavia, Achmad Aidit ditampung di rumah kawan ayahnya, Marto, seorang mantri polisi, di kawasan Cempaka Putih. Sayangnya, pendaftaran MULO sudah ditutup saat  Aidit tiba di Jakarta. Dia harus puas bersekolah di Middestand Handel School (MHS), sebuah sekolah dagang di Jalan Skakak , Jakarta Pusat. Bakat kepemimpinan  dan idealismenya  menonjol, Di sekolahnya yang baru, Aidit mengorganisasi teman temanya  melakukan bolos massal untuk mengantar jenazah pejuang kemerdekaan Muhammad Husni Thamrin, yang saat  itu akan dimakamkan. sebab  terlalu aktif di luar sekolah, Aidit tidak pernah  menyelesaikan pendidikan formalnya di MHS. 3 tahun  di Cempaka Putih, Aidit pindah ke sebuah rumah di Tanah Tinggi 48, kawasan Senen, Jakarta Pusat. saat  kost  di sini, Murad datang menyusul dari Belitung, untuk bersekolah di Jakarta. Menyekolahkan 2 anak jauh dari rumah tentu tidak  mudah untuk keuangan Abdullah Aidit. Gajinya sebagai mantri kehutanan hanya sekitar 60 gulden sebulan. Dari jumlah itu, 15 25 gulden dikirimnya ke Batavia. Tentu saja jumlah itu juga pas pasan untuk 2 bersaudara Aidit. Apalagi saat  masa pendudukan Jepang tiba, pada 1942. Hubungan komunikasi antara Jakarta dan kota sekitarnya terputus total. Saat itu, dari rumah tumpangannya di Tanah Tinggi, Aidit melihat  ribuan orang berbondong bondong  menjarah gudang gudang perkapalan di Pelabuhan Tanjung Priok. Dari pagi sampai sore, aneka jenis barang diangkut massa ke Pasar Senen, mulai dari ban mobil, mesin ketik, sampai gulungan kain bahan baju. Kiriman uang dari Belitung macet. Untuk bertahan hidup, Achmad dan Murad mau tak mau harus mulai bekerja. Aidit lalu memicu  biro pemasaran iklan dan langganan surat kabar  bernama Antara. Lama kelamaan, selain biro iklan, Antara juga berjualan buku dan majalah. saat  kakaknya  sibuk melayani pelanggan, Murad biasanya berjualan pin dan lencana bergambar wajah pahlawan seperti Diponegoro,  Kartini, Dr Soetomo, di dekatnya. Berdagang memang bukan pekerjaan baru untuk Aidit. saat  masih tinggal di Belitung, setiap kali ada pertandingan sepak bola di Kampung Parit, Aidit selalu berjualan kerupuk dan nanas.  Tak puas dengan perkembangan usahanya, Aidit lalu  mengajak seorang kawan yang  tinggal satu kost  dengannya, Mochtar, untuk berkolaborasi . Mochtar ini seorang penjahit yang memiliki  toko lumayan besar di Pasar Baru. sebab  lokasi usahanya yang strategis, toko Mochtar segera menjadi tempat mangkal para aktivis masa itu, seperti Adam Malik dan Chaerul Saleh. Otomatis, jaringan relasi Aidit meluas. saat  Mochtar menikah dan menyewa rumah sendiri di kawasan Kramat Pulo, Aidit dan Murad  ikut pindah ke sana. Kondisi ini menguntungkan Aidit, sebab  Mochtar sering membiarkan  kakak beradik itu tidak membayar sewa. Pakai saja untuk keperluan lain, . namun , jika  Mochtar sedang butuh uang , setoran uang sewa Murad akan dimasukkan ke kantong. Biasanya, jika  begitu, Aidit akan menggerutu. Kamu sih, terlalu menyodor nyodorkan uangnya, makanya dia terima,katanya memarahi Murad. Namun situasi ekonomi yang terus memburuk memicu  Aidit akhirnya angkat tangan. Murad  diminta tinggal di sebuah asrama korban perang , sebelum dikirim pulang  ke Belitung. situasi politik Ibu Kota yang gemerlap sudah menarik minat Aidit sejak awal. Dia pertama  bergabung dengan Persatuan Timur Muda atau Pertimu. komunitas  ini diketuai  pergerakan  Rakyat negara kita  (Gerindo), di bawah pimpinan Amir Syariffudin dan Dr Ahmad Kapau Gani. Dalam organisasi inilah persinggungan Aidit dengan politik makin menjadi jadi. Hanya dalam waktu singkat, Aidit diangkat menjadi Ketua Umum Pertimu. Di balik karier politiknya yang mulai menjulang, Aidit seperti mencoba mengibaskan bayang bayang keluarga dan masa lalunya di Belitung. saat  Murad berkali kali meminta bantuan  keuangan , contohnya , Aidit selalu menolak. Suatu kali Aidit bahkan berkata  bahwa persamaan di antara mereka hanyalah faktor kebetulan, sebab  dilahirkan dari ibu dan bapak yang sama. Selebihnya, tak ada hubungan apa pun di antara kita,katanya. Sekitar masa masa itulah Achmad Aidit memutuskan berganti nama. Dia memilih memakai nama Dipa Nusantara biasa disingkat DN. berdasar keterangan saksi  adik adiknya, pergantian nama itu lebih dipicu perhitungan politik Aidit. Dia mulai membaca risiko  . Sejak namanya berubah itu memang  tidak  banyak orang yang mengetahui  asal usul Aidit. Dia sering dikabarkan berdarah Minangkabau, dan DN di depan namanya yaitu  singkatan  Djafar NawawiProses perubahan nama itu juga tidak  mudah. Abdullah, ayah Aidit, tidak  bisa dengan segera menerima gagasan anaknya. Di depan anak anaknya, Abdullah mengaku tidak bisa menerima rencana pergantian nama itu sebab  nama Achmad Aidit sudah  tercetak di slip gajinya 

sebagai putra sulung keluarga itu. Akan muncul banyak persoalan jika nama itu mendadak 

lenyap dari daftar keluarga. Abdullah dan Aidit bersurat suratan beberapa kali, sebelum akhirnya Abdullah menyerah. Ayah dan anak itu sepakat, nama D.N. Aidit baru akan dipakai jika sudah ada pengesahan dari notaris dan kantor Burgelijske Stand  atau catatan sipil.  Murad Aidit, adik kandung Aidit, berkata kata  Pada  tengah malam  berdarah  itu tak ada tanda  atau  kesibukan  di rumah Aidit.  saya dipesan mematikan lampu,  kata Murad. Menjelang  peristiwa pergerakan  30 September  itu, Murad  menginap di rumah Aidit di Pegangsaan Barat, Jakarta Pusat. Rumah Aidit sepi,  kakaknya  yang memerintahkan pembunuhan para jendral. Aidit memulai   karier politiknya  dari Asrama Menteng 31, asrama yang dinamakan  sarang pemuda aliran garis keras   pada awal kemerdekaan. Di tempat ini dihuni , antara lain,Adam Malik, Sayuti Melik (pengetik naskah Proklamasi),  Anak Marhaen Hanafi (pernah  menjadi Duta Besar Republik Indonesia   untuk Kuba), Para penghuni Menteng 31 sempat menculik Soekarno dan memaksa si Bung memproklamasikan kemerdekaan negara kita   sesuatu yang  lalu  ditolak sukarno . Di kelompok Menteng 31, Aidit pernah dekat  dengan Wikana, seorang pemuda sosialis. Aidit dikabarkan  juga berperanserta  dalam pemberontakan PKI di Madiun pada 1948. sesudah  pemberontakan yang gagal itu, ia sempat dijebloskan ke penjara Wirogunan, Yogya. saat  terjadi agresi Belanda, ia kabur dari penjara dan tinggal di Vietnam Utara. mengenai  kepergiannya ke Vietnam menjadi isu . Ada yang menyebut bahwa sebetulnya  ia hanya mondar mandir medan jakarta . Yang pasti, pada pertengahan 1950, Aidit, yang saat itu berusia 27 tahun   muncul  lagi. Bersama Sudisman, 30 tahun ,  Njoto, 23,tahun , M.H. Lukman, 30 tahun ,  ia memindahkan kantor PKI dari Yogyakarta ke Jakarta. boleh dikata  , dalam kurun waktu inilah karier politik Aidit sebetulnya  dimulai. saat saat  konsolidasi partai terjadi saat  meletus kerusuhan petani di Tanjung Morawa, Sumatera Utara, 6 Juni 1953. Kerusuhan yang digerakkan kader PKI itu menjatuhkan kabinet  Wilopo. Kesuksesan ini mendorong dorong  semangat baru ke tubuh partai ini . Bersama  kelompok muda  partai, Aidit menghentikan aksi  tokoh  lama partai. Pada Kongres  PKI 1954, pengurus PKI beralih ke generasi muda. Tokoh partai seperti   Alimin dan Tan Ling Djie  disingkirkan. Pada kongres itu, Aidit dikukuhkan menjadi Sekretaris Jenderal PKI. Aidit 

lalu  menerbitkan  manuscript  perjuangan partai berjudul  Jalan Baru Yang Harus Ditempuh 

Untuk Memenangkan Revolusi.  Aidit juga membangun aliansi kekuatan dengan Partai Nasional negara kita  (PNI) untuk memperkuat PKI. PNI dipilih sebab , selain sama sama anti Barat, juga ada figur Soekarno  yang bisa dipakai mengatasi tekanan lawan  politik mereka. Puncak kolaborasi  terjadi  pada masa Sidik Djojosukarto memimpin PNI. Saat itu disetujui  bahwa PNI tidak akan mengganggu PKI dalam rangka membangun partai. berdasar keterangan saksi  Ganis Harsono, seorang diplomat senior negara kita  dalam otobiografinya, Cakrawala Politik Era Soekarno, strategi ini berhasil  menyandera  sukarno . Ada kesan bahwa sukarno  berdiri di depan PKI, sekaligus memberi citra PKI pendukung revolusi sukarno  dan Pancasila. usaha  Aidit berhasil . Pada Pemilu 1955, PKI masuk  4 besar  sesudah Nahdlatul Ulama,   PNI, Masyumi . Di masa ini PKI menjadi partai komunis terbesar di negara non komunis dan partai komunis terbesar ketiga di dunia sesudah  Rusia dan Cina. PKI terus maju. Pada tahun  itu juga partai ini menerbitkan manuscript  perjuangan  Metode  Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan yaitu, perjuangan revolusioner oleh kaum buruh di kota kota,  terutama kaum buruh di bidang transportasi. , pembinaan intensif di kalangan kekuatan bersenjata, yaitu  TNI  perjuangan gerilya di desa desa oleh  petani dan kaum buruh,  Pada 1964, PKI membentuk Biro Khusus yang langsung dibawahi Aidit sebagai Ketua Committee Central PKI. misi  biro ini mematangkan situasi untuk merebut kekuasaan dan  infiltrasi ke tubuh TNI. Biro khusus sentral  Central  dipimpin Sjam Kamaruzzaman. Tak sampai setahun , Biro khusus sentral  berhasil menyusup  ke dalam TNI, khususnya Angkatan 

Darat. Pada Juli 1965, seiring dengan merebaknya kabar kesehatan sukarno  memburuk, suhu 

politik Tanah Air makin panas juga . Sebuah berita dari dokter RRC yang merawat Presiden datang: sukarno  akan lumpuh atau meninggal dunia. Di Jakarta bertiup rumor , muncul Dewan Jenderal yang hendak menggulingkan sukarno . 

 Dalam Buku Putih G 30 S/PKI yang diterbitkan Sekretariat Negara pada 1994, disebutkan 

bahwa Aidit lalu  menyatakan, pergerakan  merebut kekuasaan harus dimulai jika tak ingin 

didahului Dewan Jenderal. pergerakan  itu dipimpinnya sendiri. sedang  Sjam ditunjuk sebagai pimpinan pelaksana pergerakan . 

Saat diadili Mahkamah militer, Sjam mengaku dipanggil Aidit pada 12 Agustus 1965. Dalam 

pertemuan itu, ia diberitahu   bahwa Presiden sakit dan adanya kemungkinan Dewan Jenderal  mengambil tindakan bila sukarno  mangkat. berdasar keterangan saksi  Sjam, Aidit memerintahkan dia meninjau  kekuatan kita.  

Sejak 6 September 1965, Sjam lalu  menggelar rapat rapat di rumahnya dan di rumah Kolonel 

A. Latief (Komandan Brigade Infanteri I Kodam Jaya). Di rapat ini hadir pula  Letnan Kolonel Untung (Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa) dan Mayor Udara Sudjono 

(Komandan Pasukan Pengawal Pangkalan Halim Perdanakusumah). Rapat terakhir, 29 September 1965, menyetujui  pergerakan  dimulai 30 September 1965 dengan Untung sebagai 

pemimpinnya.  Dalam wawancara nya ,  April 1999, A. Latief menyatakan, pergerakan  30 September dirancang untuk menggagalkan usaha  gerakan gerakan  Dewan Jenderal.  Kami dengar ada pasukan di luar Jakarta yang didatangkan dalam rangka defile Hari Angkatan Bersenjata dengan senjata lengkap. Ini apa,  Mau defile saja, kok, membawa bawa  peralatan berat,  kata Latief. sebab  merasa bakal terjadi sesuatu, para perwira ini , yang mengaku terlibat sebab  loyal pada Soekarno, memilih menjemput  anggota  Dewan Jenderal untuk dihadapkan ke Soekarno. berdasar keterangan saksi  Latief pergerakan  itu diselewengkan oleh Sjam.  Rencananya akan dihadapkan hidup hidup untuk menyelesaikan  masalah, apakah memang benar ada Dewan Jenderal,  katanya. namun , tengah malam  hari, saat pasukan Cakrabirawa pimpinan Letnan Dul Arief, anak buah Untung, akan berangkat menuju rumah para jenderal, tiba tiba, kata  Latief, Sjam datang.  Bagaimana jika  para jenderal ini membangkang, menolak diajak menghadap Presiden,  kata Dul Arief. Sjam menjawab, para jenderal ditangkap. Hidup atau mati. Keesokan harinya, Dul Arief melaporkan kepada Latief dan Jenderal Soepardjo bahwa semua sudah  selesai.  Mula mula mereka saya salami semua, namun  Dul Arief berkata  semua jenderal mati. Saya betul betul terkejut , tidak begitu rencananya,  kata Latief yang mengaku tidak kenal dengan Aidit. Aidit  belum pernah   memberi pernyataan mengenai  hal ini. Ia ditangkap di Desa Sambeng, dekat Solo, Jawa Tengah, pada 22 November 1965 tengah malam , dan esok paginya segera ditembak mati. Sebelum ditangkap pasukan pimpinan Kolonel Yasir Hadibroto, Aidit dikabarkan sempat memicu  pengakuan sebanyak 50 lembar. Pengakuan itu jatuh ke Risuke Hayashi, koresponden koran berbahasa Inggris yang terbit di Tokyo, Asahi Evening News. berdasar keterangan saksi  Asahi, Aidit mengaku sebagai penanggung jawab  peristiwa  30 September. Rencana pemberontakan itu sudah memperoleh  dukungan  pejabat PKI lainnya dan  pengurus organisasi rakyat di bawah PKI. Alasan pemberontakan, mereka tak puas dengan sistem yang ada. Rencana gerakan gerakan  semula disetujui  1 Mei 1965, namun  Nyono,  Lukman, Njoto, Sakirman  yaitu  anggota Committee Central menentang. Alasannya, persiapan belum selesai. Akhirnya, sesudah  berdiskusi dengan Letkol Untung dan beberapa  pengurus lain pada Juni 1965, disetujui  mulai Juli 1965 gerombolan Pemuda Rakyat  dan Gerwani dikumpulkan di Pangkalan Halim Perdanakusumah,  Pertengahan Agustus, sekembalinya dari perjalanan ke Aljazair dan Peking, Aidit kembali melakukan pertemuan rahasia dengan Letkol Untung, Lukman, Njoto, Brigjen Soepardjo, PKI memperoleh  kabar  bahwa tentara, atas perintah Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal Achmad Yani, akan memeriksa PKI sebab  dicurigai memiliki  senjata secara tidak sah.  Kami dengan terpaksa  mempercepat pelaksanaan coup d'etat,  kata Aidit. Akhirnya, dipilih tanggal 30  September.  Dalam buku Bayang Bayang PKI yang disusun tim Institut Studi Arus informasi  (1999), diduga  Aidit mengetahui  adanya peristiwa G 30 S sebab  ia membentuk dua organisasi: PKI legal dan PKI ilegal. Biro khusus sentral  yaitu  badan PKI tidak resmi. Sjam bekerja   mendekati tentara dan melaporkan hasilnya, khusus hanya kepada Aidit. Hanya, ternyata, tak semua  hasil  itu dilaporkan Sjam.  mengenai  besarnya peranserta  Aidit dalam peristiwa 30 September ditampik soebandrio  . berdasar keterangan saksi  bekas Wakil Perdana Menteri era Soekarno ini, G 30 S didalangi tentara dan PKI terseret lewat tangan Sjam. Alasan soebandrio  , sejak isu sakitnya sukarno , Aidit termasuk yang  mengetahui  kabar mengenai  kesehatan sukarno  itu bohong. , kata soebandrio  , Waktu itu Aidit memang membawa bawa  seorang dokter Cina yang tinggal di Kebayoran Baru. soebandrio   dan Leimena, yang juga sebagai  dokter, ikut memeriksa Soekarno. hasil penelitian  mereka sama: sukarno  cuma hanya sekedar  demam .soebandrio  dalam bukunya , Kesaksianku mengenai  G 30 S, menyesalkan tindakan pengadilan yang  tidak memeriksa  ulang kesaksian Sjam. berdasar keterangan saksi  soebandrio  , ada 5 orang yang bisa ditanya:  dirinya sendiri,  sukarno , Aidit, dokter Cina yang ia lupa namanya ini dan Leimena,  berdasar keterangan saksi  soebandrio  , pada Agustus 1965 kelompok  bayangan Soeharto  (Ali Moertopo cs) sudah ingin secepatnya memukul mundur  PKI. Caranya, mereka melontarkan provokasi provokasi untuk mendorong PKI mendahului memukul mundur  Angkatan Darat. 

Njoto membantah pernyataan Aidit. berdasar keterangan saksi  Njoto,  Hubungan PKI dengan pergerakan  30  September dan pembunuhan Jenderal Angkatan Darat tidak ada. Saya tidak mengetahui  apa pun, sampai sampai sesudah terjadinya,  katanya dalam wawancara dengan Asahi Evening News. Keterangan Njoto sama dengan keterangan  Oei Hai Djoen, mantan anggota Comite Central.  Kami semua tidak mengetahui  apa yang terjadi,  kata dia.

Presiden Soekarno sendiri menyatakan Gestok (pergerakan  Satu Oktober)  istilah sukarno  terjadi sebab  kesombongan  pimpinan PKI, lihainya kekuatan Barat atau kekuatan 

Nekolim (Neo Kolonialisme dan Imperialisme), dan  adanya  oknum yang tidak benar.  

Misteri memang masih menyelimuti  peristiwa ini.  berdasar keterangan saksi  kami, PKI memang terlibat, namun  terlibat seperti apa,   kata Murad. sesudah  puluhan tahun misteri  tragedi itu berlalu, namun   belum menemukan pemecahanya,  

peranserta  Aidit dalam  peristiwa  30 September 1965 memang masih misteri. beberapa  sejarawan dan militer, percaya  PKI dalang penculikan dan pembunuhan tujuh jendral Angkatan Darat. sebab  PKI terlibat, maka Aidit pun, sebagai Ketua Committee Central, dianggap  sebagai pelopor . 

 Dari kesaksian Hersri Setiawan, seorang bekas tahanan  Politik  pulau buru , saat  peluncuran buku  berjudul  sukarno  Menggugat! Dari Marhaen, CIA,  Pembantaian Massal '65, hingga G30S , karya DR. Baskara T. Wardaya SJ, direktur  

PUSdEP. Peluncuran dilangsungkan di Realino Yogyakarta dengan dua pembahas, DR Asvi  

Warman Adam, peneliti senior LIPI Jakarta dan Hersri sendiri.  Pagi 1 Oktober '65 jam 07:00 saya mendengar siaran RRI Jakarta mengenai   

pembentukan Dewan Revolusi (DR) di Jakarta. Sementara kawan mungkin  ada yang  

menganggapnya sebagai  pergerakan  kiri.  Sore itu saya ke RRI di Jalan Merdeka  Barat. Saya melihat tentara tentara yang berjaga jaga di gedung RRI di Istana,  dan di kantor telegrap di Merdeka Selatan. Mereka itu tentara DR Dewan Revolusi, dengan tanda  pengenal pita hijau kuning di pangkal lengan. Semuanya kelihatan loyo. Markas   Kostrad tidak di jaga! namun  dalam sidang kabinet pertama sesudah  peristiwa ,

mungkin tanggal 6 Oktober, Presiden Sukarno dengan suara marah menyebutnya  sebagai  putsch ! Revolusi, masih kata  Presiden Sukarno , bukan dengan menculik dan membunuh! 

Saya lalu teringat peristiwa  di Asia Timur dan Asia Selatan sepanjang   pertama 1965. Yaitu peristiwa  penindasan terhadap pergerakan  pemuda  dan mahasiswa kiri di Jepang dan Korea Selatan, dan ditumbangkannya  secara  

konstitusional  kekuasaan PM Ny. Sirimavo Bandaranaike. Kekalahan Sirimavo ini  

diramaikan dengan pemberitaan bernada insinuasi media massa Ceylon mengenai   

dukungan 9 negara Asia Afrika dan  Blok Timur  dalam kampanye pemilu  Sirimavo   di mana negara kita  disebut. Saya lalu bertanya tanya dalam hati:   Apakah G30S 1965 di Jakarta bukan bagian dari  grand strategy  A.S. saat  itu,   

Jadi, apakah ini bukan provokasi kaum kanan terhadap PKI, melalui  perwira perwira menengah binaan  BC ,  Provokasi untuk kesekian kalinya, dan  kali ini berhasil,  Pada 2 Oktober editorial  HR  menyatakan dukungannya kepada  Dewan Revolusi  , yang diikuti oleh Omar Dhani atas nama MBAU. Pada 5 Oktober Njono,  orang pertama (CDR; Comite Djakarta Raja) Komite PKI Jakarta Raya, ditangkap.  Pada tanggal 12 Oktober Jendral Soeharto merebut kekuasaan militer. Di bulan Januari tahun  1966 beberapa pakar negara kita  di Cornell Univesity,  A.S., mempublikasikan untuk pembaca terbatas 'Laporan Sementara' mengenai   peristiwa September Oktober 1965 di negara kita . Mereka sangat menyangsikan  pemberitaan bahwa peristiwa itu gerakan gerakan  komunis, seperti dikatakan penguasa di  negara kita  dan dunia Barat. Dengan memakai   Laporan Cornell  sebagai bahan,  WF Wertheim menulis karangan di mingguan Belanda  De Groene Amsterdammer  19 

Februari 1966, dengan judul  negara kita  beralih ke kanan   ini  ia mempertanyakan: Mengapa perhatian dunia Barat terhadap pembunuhan massal di  negara kita  sangat kecil, jika dibanding dengan tragedi tragedi lain di dunia,  yang terkadang jauh lebih ringan,  mungkin  alasannya sebab , masih berdasar keterangan saksi  WF  Wertheim, pandangan umum melihat bahwa peristiwa itu terjadi oleh kesalahanan  

golongan kiri sendiri.yang bersalah. namun  dari fakta  itu muncul  pertanyaan  lain: Apakah  diamnya  dunia Barat bukan sebab  mereka sendiri yang  mengorganisir pergerakan  30 September, dan yang  menggagas   pembunuhan terhadap  6 jendral itu, .  Selain itu jika melihat pergerakan nya yang dengan penculikan dan pembunuhan, ini  bukan ciri pergerakan  revolusioner. Ini pergerakan  sekelompok militer yang melakukan   putsch , seperti dikatakan sukarno . Selain itu juga ganjil jika dikaitkan  dengan  PKI, oleh sebab  partai ini tidak menunjukkan kesiapan dan persiapan untuk  berjuang dengan modal senjata. seiring perjalanan waktu,   pertengkaran  , berulangkali DN. Aidit menegaskan pendirian  partainya:  jika  tergantung kami, kami lebih suka menempuh jalan damai .  Begitu juga kita bisa mengacu pada teori  dua aspek , yaitu aspek pro Rakyat  dan aspek anti Rakyat di dalam tahap revolusi nasional demokratis, yang sejak  sekitar 1963 di promosikan  oleh PKI. Lebih lebih jika kita perhatikan  kata kata Njoto tahun  1964 dalam menjawab pertanyaan W.F. Wertheim, yang  

cenderung  over estimate  pada kekuatan sendiri, namun  sekaligus  under  estimate  terhadap kekuatan militer (AD) dan kaum reaksioner di dalam negeri.  Lalu, siapakah tokoh Syam Kamaruzzaman, Ketua BC CCPKI, yang di dalam proses  Letkol Untung Samsuri dikabarkan  sebagai tokoh terkemuka komunis itu,   Mengapa ia tidak segera ditangkap, dan sesudah ditangkap tidak segera diadili  dan atau  langsung ditembak  seperti yang berlaku terhadap  tokoh terkemuka  komunis  lainnya,  Belakangan Ben Anderson pernah  menyebut, dalam salah satu tulisannya,  bahwa Syam sudah sejak awal 1950 an bekerja untuk KMKB Jakarta Raya di masa  

komandan Kol. Dachyar. Radio Belanda saat  memberitakan tertangkapnya Syam,  berdasar keterangan saksi  WF Wertheim, juga dengan tambahan l keterangan bahwa ia seorang  

 mata mata kembar  . Harian  Sinar Harapan  13 Maret 1967, melalui judul  pemberitaannya, juga mempertanyakan:  Apakah Sjam mata mata kembar ,   namun   sesudah  itu media massa negara kita  tidak pernah lagi menyebut nyebutnya sebagai  mata mata kembar . Dalam setiap proses saat  Sjam muncul sebagai saksi atau terdakwa, ia selalu digambarkan  sebagai komunis sejati, yang pernah dekat  dengan ketua CC PKI  DN Aidit. Banyak cerita mengatakan Suharto anggota  Pemuda Pathuk  walaupun cerita ini  dibantah keras Ibu Dayino (isteri Pak Dayino salah seorang pendirinya), dimana  Syam salah seorang  anggotanya. Itu berarti keduanya   sudah saling kenal sejak tahun  1946.  bahwa  Syam ternyata agen tentara yang disusupkan kedalam PKI, saya lalu  bertanya tanya: Mungkinkah Suharto sendiri terlibat dalam permainan Politik   ini,  Apapun jawabannya, namun   jelas Soeharto itulah orang yang paling pandai  dan berhasil memanfaatkan segala kejadian yang muncul  sesudah kejadian 1  

Oktober dini hari itu. WF Wertheim mengatakan,  jika  semua itu terjadi dalam  cerita detektif, segala petunjuk menuju kepada dia. Paling sedikit Soeharto  sebagai orang yang sudah  memperoleh  informasi  sebelumnya. Setahun  sebelum  

peristiwa 1965, Soeharto hadir pula  pada pernikahan Letkol Untung di Kebumen.  Dalam  

bulan Agustus 1965 Soeharto bertemu Jenderal Supardjo di Kalimantan. Soeharto  tidak ditangkap oleh pergerakan  Untung. Markas Kostrad tidak diduduki dan tidak  dijaga pasukan  Dewan Revolusiner  . Sekitar jam 4 sore ransum nasi bungkus dibagi bagi Kostrad  untuk tentara tentara  Dewan Revolusiner   yang kelaparan di sekeliling Monas. Jam 6 sore  mereka mulai mengalir menyerahkan diri ke Kostrad. Pendeknya, Soeharto  bertindak  sangat efisien  dalam  menumpas pemberontakan  seakan akan  

 Kartu As  sudah di genggaman tangannya,  Sementara itu kelompok Untung   sangat tidak beruntung. Mereka semua menjadi bingung. Termasuk DN Aidit yang  lalu lari (lebih tepat  dilarikan Sjam ) ke Halim. Ia masuk perang kap, dari  provokasi ke provokasi tahun  1970 terbit buku Arnold Brackman, jurnalis A.S. reaksioner, yang berjudul   The Communist Collapse in negara kita  .  Brackman mewawancarai   Soeharto, sekitar pertemuannya dengan Kolonel Latief, tokoh ketiga dalam pimpinan G30S. Isi pokoknya Latief menjenguk anak Soeharto di  RSPAD yang sakit ketumpahan sup panas. Berkata Soeharto:  Lucu juga jika   diingat kembali. Saya ingat Kolonel Latief datang ke rumah sakit tengah malam  itu  untuk menanyakan kesehatan anak saya. Saya terharu atas keprihatinannya.  Lalu:   Saya tetap di rumah sakit sampai menjelang tengah tengah malam  dan lalu  pulang  ke  rumah . Kol. Latief, tokoh terpenting G30S di samping Letkol Untung dan Brigjen  Supardjo, bertemu dengan seseorang hanya 4 jam sebelum pergerakan  dimulai,  tentu bukan untuk urusan sup panas! Saya setuju dengan Prof. Wertheim,  andaikata dalam kisah detektif, peristiwa pertemuan dua orang itu benar benar  sebuah the missing link, sebuah mata rantai yang hilang, yang syukur   kita temukan melalui pengakuannya sendiri! namun , juga menarik dipertanyakan,  mengapa Soeharto menceritakan hal itu pada Brackman,  Agaknya ada orang lain  yang mengetahui  kunjungan Latief di rumah sakit, sehingga Soeharto merasa perlu  memberi alasan dan menyatakannya kepada publik.  dalam mingguan Jerman  Barat  Der Spiegel  27 Juni 1970, Soeharto juga menyebut pertemuannya dengan   Kolonel Latief di RSPAD. Tentu saja pertemuan yang sama seperti yang  diceritakan pada Brackman. namun  kali ini ia bercerita dengan menutup diri  yang  jauh berbeda.  Mengapa tuan Soeharto tidak termasuk daftar jenderal jenderal  yang harus dibunuh,   Tanya wartawan  der Spiegel . Jawab Soeharto:  Pada jam 11  tengah malam  Kolonel Latief, seorang dari komplotan gerakan gerakan  itu, datang ke rumah sakit  untuk membunuh saya. namun   akhirnya ia tidak melaksanakan rencananya, sebab   tidak berani melakukannya di tempat umum.  Bukan Kolonel Latief, namun  Jenderal  

Soeharto, yang pamer kebodohan di sini. 4 jam sebelum pergerakan  dimulai ia  membunuh Soeharto,  Ini pasti akan berakibat seluruh rencana pergerakan  gagal  sebelum dimulai,  Dua masalah muncul  pada saya: pertama, menutup diri  itu sendiri dan kedua, apa alasan menutup diri  itu,  Apa yang akan disembunyikannya oleh   the smiling general  ini,   Namun senyum jenderal yang satu ini agaknya selain ekspresi bakat juga  merupakan kiat menutup diri . sebab  dalam otobiografinya ternyata Soeharto  lagi lagi menutup diri . Di sana diceritakannya, ia tidak bertemu Latief di RS. Ia  hanya melihat dari ruangan tempat anaknya dirawat, dan di situ ia berjaga  bersama isterinya. Latief jalan di koridor melalui kamar itu! Kolonel yang   empat jam lagi memiliki  acara  jalan jalan di RS!,  Siapa percaya,  ucapannya  yang berikut ini juga aneh sekali, seandainya ia tidak bohong. berdasar keterangan saksi   pengakuannya sendiri, saat  pada jam 12  tengah malam  ia keluar dari rumah  sakit, bukan bergegas memperingatkan jenderal jenderal rekannya yang akan  ditimpa nasib malang, melainkan terus pulang  ke rumah untuk tidur, 

Dari data data di atas, kiranya agak pasti bahwa Soeharto jika  bukan dalang,  dialah  the missing link  antara sang dalang dan si pelaku utama. Artinya  Soeharto paling tidak terlibat berat dalam  Peristiwa '65 . berdasar keterangan saksi  pasal 4  

Kpts Kepala Kopkamtib 18 Oktober 1968, mengenai  klasifikasi tahanan Politik , orang ini  

bisa termasuk Golongan A, yaitu semua orang yang terlibat secara langsung.  Siapakah orang yang bisa disebut terlibat secara langsung,  berdasar keterangan saksi  Pasal 4  ini  di antaranya, yaitu  semua orang yang memiliki  pengetahuan  lebih dahulu   mengenai  rencana gerakan gerakan , yang lalu  melaporkannya kepada yang berwajib. Jadi,  pada tengah malam  hari itu Soeharto seharusnya melapor paling sedikit kepada Jenderal  Yani dan Jenderal Nasution. Soeharto sejatinya jelas lebih terlibat dibandingkan   kami yang Golongan B, atau saya yang Golongan B1/PKI tengah malam , yang sebab   terlibat 'tidak langsung' harus diisolasi 13 14 di penjara atau di pulau   pengasingan Buru. Lebih lama dari hukum buang 13 tahun , yang harus dijalani  keluarga Pandawa dalam lakon  Pandhawa Dhadhu . sebab  kalah bermain dadu, akibat dicurangi Dursasana yang dengan  

sembunyi sembunyi memutar papan dadu 360 derajat, Puntadewa yang jago main dadu  

di seluruh penjuru jagad pewayangan itu, harus kalah dari Suyudana si sulung  keluarga Kurawa. Akibatnya keluarga Pandawa, termasuk Ibu Kunthi, harus  menjalani hukuman pembuangan oleh keluarga Kurawa. Selama 13 tahun  dengan harus  

menghilangkan identitas mereka. Di tengah hutan pembuangan tiba tiba datang  seekor Garangan Putih yang memandu mereka, melalui lorong di bawah tanah, dan  muncul di kawasan kerajaan Wiratha. Mereka masing masing lalu berganti nama dan  profesi. Puntadewa bernama Dharmaputra, menjadi guru judi Sri Baginda Wiratha.  Bima bernama Jagal Abilawa, menjadi tukang potong hewan. Arjuna bernama  Kandihawa, menjadi guru tari. Si kembar Nakula Sahadewa sebagai Pinten Tangsen  menjadi pustakawan kerajaan Wiratha. Lakon  Pandhawa Dhadhu  sebuah lakon  politik dunia pewayangan yang memang pas untuk pasemon lakon untung untungan  Obrus Untung pada awal Oktober 1965. 

maka  Soeharto dan Syam Kamaruzzaman merupakan orang  yang  

memiliki  pengetahuan  lebih dahulu  mengenai  peristiwa itu. Kedua mereka itu dua  provokator bersama terhadap Untung  dalam peristiwa ini , atau yang satu  (Soeharto) memprovokasi yang lain (Syam), dan pada gilirannya memprovokasi  

 anak anak  yang di bawah binaannya. mungkin  masih ada orang lain yang,  walaupun sedikit, juga memiliki  pengetahuan  lebih dahulu . Orang itu ialah  Soekarno. namun   bisa dipastikan bahwa ia tidak mengingini pembunuhan terhadap  para jenderal yang dituduh membentuk Dewan Jenderal,  Soekarno orang yang paling takut pertikaian  apalagi pertumpahan darah,  Maksud Soekarno  

mungkin  hanya sejauh untuk meminta pertanggung jawaban mereka. Maka sesudah  

mendengar ada beberapa jenderal yang mati dibunuh atau terbunuh , ia segera memberi  

perintah agar   seluruh pergerakan  berhenti. Mungkin Untung, Latief dan Supardjo  pun tidak menghendaki pembunuhan, melainkan hanya hendak menghadapkan mereka  kepada Presiden untuk diminta pertanggungjawaban mereka   seperti demikianlah  yang banyak terungkap di persidangan. Pada tengah malam  30 September Soekarno dan Aidit agaknya memang percaya  mengenai  adanya   Dewan jenderal  , dan bahwa  Dewan jenderal    berencana merebut kekuasaan pada tanggal 5 Oktober 1965  (Perhatikan Laporan Dubes AS Marshall Green 1 Oktober 1965 pts 2 dan 4). Begitu  pula. untung  percaya   Dewan jenderal     memang ada. Dalam prosesnya tahun  1967 juga Sudisman  percaya  mengenai  adanya  Dewan jenderal    dan rencana mereka. Begitu juga pendapat PKI, seperti  nampak dalam manuscript   KOK mereka. namun   jika   Peristiwa '65  memang suatu  provokasi, apakah mungkin  Dewan jenderal    menjadi dalangnya,  Agaknya tidak! Keterangan  bekas Mayor Rudhito dalam proses Untung mungkin  bisa membantu mengurai  teka teki ini. Ia memberi keterangan mengenai  pita perekam mengenai   Dewan jenderal     yang  didengarnya dan catatan mengenai  isinya, yang ia terima pada 26 September 1965  di depan gedung Front Nasional. Ia menerima barang bukti itu dari Nawawi Nasution dan Muchlis  Bratanata , keduanya dari NU, dari   Agus Herman Simatoepang dan Sumantri Singamenggala keduanya dari IPKI. Mereka mengajak Rudhito membantu  pelaksanaan rencana Dewan jenderal   Dari pita itu dapat didengar pembicaraan dalam suatu  pertemuan yang diadakan pada 21 September di gedung Akademi Hukum Militer di  Jakarta. Rudhito ingat, ia mendengar suara Mayjen S. Parman yang mengatakan,  juga dari catatan yang Rudhito baca, sebuah daftar tokoh  yang akan  diangkat sebagai menteri: AH Nasution calon perdana menteri; Suprapto menteri  dalam negeri, Yani menteri hankam, Harjono menteri luar negeri, Sutojo menteri  kehakiman dan S. Parman sendiri jaksa agung. Nama lain yang disebut, di  antaranya Jenderal Sukendro.  nama Soeharto tidak  dikabarkan, Ternyata tape itu tidak pernah muncul sebagai bahan bukti, baik pada sidang  Obrus Untung, maupun pada sidang sidang yang lain. berdasar keterangan saksi  Rudhito dan terdakwa  Untung, tape itu diserahkan kepada Jenderal Supardjo, yang pada 29 September  baru tiba di Jakarta dari Kalimantan, dan Supardjo rupanya memberikan manuscript   penting itu pada Presiden Soekarno. berdasar keterangan saksi  Rudhito manuscript  itu juga ada pada  Kejaksaan Agung dan Kotrar (Komando Operasi Tertinggi Retuling Aparatur  Negara). hasil penelitian  yang bisa ditarik yaitu, kemungkinan besar tape (yang tidak pernah   muncul) dan catatan yang diterima Rudhito itu sebuah manuscript  palsu  sebagai bagian dari operasi intelijen dalam melakukan provokasi mereka. Maksud  dan akibatnya yaitu kelompok Untung, pimpinan PKI, dan bahkan Presiden Soekarno  

menjadi percaya  dan percaya bahwa komplotan Dewan jenderal   memang ada, dan rencana untuk  

merebut kekuasaan dari Soekarno dan kabinetnya memang benar. Tipu muslihat ini  sebetulnya  provokasi, untuk memancing baik Soekarno maupun pimpinan PKI  (khususnya DN Aidit) agar meneruskan usaha mereka menggagalkan rencana aksi Dewan jenderal   , pada tanggal 5 Oktober 1965. Maka muncul dalam proses soebandrio  , contohnya ,  kata kata  daripada didahului lebih baik mendahului . Pembunuhan sengaja itu tentu merupakan bagian dari seluruh provokasi terhadap  PKI, sukarno  dan pergerakan  kiri di negara kita  umumnya. berdasar keterangan saksi  Coen Holtzappel  dalang peristiwa berdarah September '65 itu ialah Jenderal Sukendro, kepala intelijen militer, dan Kolonel Supardjo, Sekretaris Kotrar, yang pernah   menjadi pembantu Sukendro. mengenai  Sukendro Gabriel Kolko memberitahu   pada  kita, bahwa Jenderal ini pada 5 November 1965 minta bantuan rahasia A.S. agar 

mengirim persenjataan kecil dan alat komunikasi, yang akan dipakai oleh pemuda  Islam dan nasionalis untuk membasmi PKI. Kedutaan A.S. setuju, dan  barang barang itu dijanjikan akan dikirim sebagai  obat obatan  ( Confronting  

The Third: U.S. Foreign Policy 1945 1980 . hal. 181) dan teks telegram dari  Kedubes A.S. ke Washington tanggal 5/11, 7/11, dan 11/11 65.  

 sebab  itu saya selalu sangat percaya pada analisa  pendek sukarno , saat   ia dituntut MPRS pertanggungjawabannya mengenai   Peristiwa G30S . Dalam  pidatonya untuk  Pelengkapan Pidato Nawaksara  pada 10 Januari 1967, sukarno  mengatakan, bahwa peristiwa G30S muncul  oleh  pertemuannya  tiga sebab: 

kesombongan  pimpinan PKI, kelihaian subversi Nekolim, dan memang adanya  oknum oknum yang tidak benar . Kepanjangan istilah  nekolim  pada saat itu  ialah  neokolonialisme, kolonialisme dan imperialisme , dan dengan ini sukarno  tentu bermaksud mengatakan, bahwa dalang yang sebetulnya  memang ada di  luar negeri. 

mengenai  peran  Amerika Serikat dan CIA sudah diuraikan dengan rinci  oleh Dr. Baskara dalam bukunya. Juga Peter Dale Scott, eks diplomat yang  sekarang guru besar di Universitas California, pernah  menulis beberapa karangan  penting mengenai  campurtangan A.S. tahun  60 an di negara kita , antara lain  The  

U.S. and the Overthrow of Soekarno  (Pacific Affairs 1985), dan  Coming To  Jakarta  (1988; terjemahan saya,  Melanda Jakarta , 1995). Sekarang kita juga  sudah mengetahui , bahwa dari sejak awal Oktober 1965 baik kedutaan A.S. maupun CIA  sangat berlumuran darah rakyat negara kita , yaitu dengan memberi daftar nama 5000   tokoh  PKI dan organisasi kiri lainnya pada KOSTRAD agar   mereka itu  ditangkap, dan jika pun akan dibunuh para diplomat A.S. dan staf CIA tidak  peduli namun   bagaimana campur tangan AS dan CIA sebelum 1 Oktober 1965,  Dr  

Baskara juga sudah mengurainya dalam seluruh Bagian II dan setengah  pertama  Bagian III bukunya. Kecuali itu kita juga bisa membaca buku Gabriel Kolko   Confronting the Third: U.S. Foreign Policy 1945 1980  ini  di atas.   mereka yang   aktif  di lembaga lembaga HAM, dengan mengatakan: Lembaga KKR kita dukung,  namun  tidak sampai ke  masalah 65 , sebab   masalah 65  berdasar keterangan saksi  mereka bersifat   terlalu politis .  Saya tidak merasa di negara kita  ada sesuatu yang betul betul  berlawanan mati matian seperti di Afrika Selatan. jika  masalah masalah Gestapu  kan sudah 40 tahun  lalu. Apakah ada yang direkonsiliasikan sesudah   kita tidak mengetahui  lagi siapa yang mesti bertemu, Ini semua gejala dari kambuh dan berjangkitnya kembali  komunisto  fobia  yang sudah sejak akhir tahun  belasan terus menerus diperang i oleh sukarno . Kedua, sebab  pembunuhan massal sesudah  G30S di negara kita  terjadi atas tanggung  jawab Jenderal Soeharto sejatinya sudah bukan lagi suatu rahasia. namun  anehnya,  si penanggungjawab ini justru  memamerkan dengan bangga perbuatannya itu.  Dengan adanya pengakuan pers A.S. bahwa staf kedubes A.S. di Jakarta  menyerahkan daftar 5000 nama kader PKI dan ormas yang dekat dengannya kepada  

Angkatan Darat negara kita , seperti ini  di atas, tidak seorang pun jubir  pemerintah Orde Baru yang memungkiri atau mengucapkan penyesalan mereka.  Sebaliknya dengan congkak mereka bahkan menegaskan, bahwa militer negara kita   

sama sekali tidak perlu menerima daftar seperti  itu dari pihak asing, sebab   mereka sendiri   mengetahui  siapa saja kader kader PKI itu! contohnya   dalam kisah pengakuan Kolonel Jasir Hadibroto  yang sudah  membunuh tanpa proses Ketua CC PKI DN Aidit. Kolonel ini justru  

dihadiahi Soeharto dengan kedudukan sebagai gubernur Lampung. Bagaimanapun di  depan Jenderal Soeharto Kolonel Jasir hanya seorang prajurit. Maka tentu saja  Soeharto itulah yang bertanggungjawab. sebab  pembunuhan hanya terjadi sesudah  Jasir menerima perintah, dalam kata kata:  Bereskan itu semua!  Dan  beres ,  

kata Jasir tenang  , saya artikan sebagai  bunuh .Nyatanya  sesudah itu saya tidak ditegor oleh Pak Harto .     Sejarah peristiwa 1965 dan lanjutannya, seperti yang tertera didalam tulisan  resmi para pendukung Orde Baru, seluruhnya harus ditinjau kembali dan  dikoreksi. contohnya  mengenai  pembunuhan terhadap para anggota PKI atau BTI  

(Barisan Tani Indonesia  ) yang selalu diberi pembenaran dengan dalih, mereka   terlibat dalam Gestapu/PKI 1965 . Tentu saja benar bahwa ada beberapa kader  PKI yang ikut memainkan peran  dalam peristiwa dini hari 1 Oktober 1965 itu.  namun   bisakah ratusan ribu kaum tani di Jawa dituduh terlibat dalam peristiwa  penyerangan terhadap 7 orang jenderal pada pagi pagi buta 1 Oktober 1965 di  Jakarta saat itu,  Dari berita  The Washington Post  21 Mei 1990 menjadi jelas,  bahwa sejak semula Soeharto sudah  berketetapan hati untuk membasmi PKI.  

Ringkasan Memorandum CIA mengenai  G30S, 6 Oktober 1965, dan juga laporan situasi  

 Indonesia Working Group  6 Oktober 1965 menjadi bukti berita bulan Mei 1990  itu. Dalih umum yang dimamah biak Mahmilub atau  pengadilan kanguru  seperti nya  ialah, semua anggota atau simpatisan PKI 'terlibat dalam peristiwa G30S PKI'.  Dalih seperti itu juga yang dipakai pemerintah untuk membenarkan pembuangan  tanpa pemeriksaan pengadilan sekitar 10.000 orang ke pulau  Buru. Mereka itu  

dikatakan sebagai 'terlibat secara tidak langsung dalam Gestapu/PKI'. Lalu,  siapakah yang terlibat langsung,  Yang betul betul terlibat langsung ialah orang  yang paling memperoleh untung dari kejadian itu. Di dunia Barat sekarang muncul   

kecenderungan  bahwa komunisme, dan  sosialisme, sudah  gagal  sebagai ideologi. hasil penelitian  seperti ini salah sama sekali! Yang gagal yaitu   beberapa  pemerintah yang dikuasai oleh berbagai partai komunis. namun  yang  

sejatinya terbukti gagal ialah sistem diktatorial, yang tanpa berperanserta   kepada rakyat bawah. 

 Pada tanggal 1 Oktober 1965 tengah  malam ,Aidit disuruh oleh Sam untuk segera naik pesawat 

yang sudah tersedia untuk terbang ke Yogya hanya bersama pendampingnya Kusno, dan diberi 

tahu , bahwa nantinya di Yogya akan dijemput oleh Ketua CDB PKI Yogya. faktanya setiba 

di Yogya tidak ada seorangpun yang datang menjemputnya Hanya diantarkan oleh pendamping dan seorang sopir dari AURI, bertiga lalu  menuju ke rumah Ketua CDB PKI.Yogya. 

Setibanya ditempat yang dikira rumah Ketua CDB, pada waktu diketuk pintunya, ternyata yaitu  rumah tokoh NU. Keberadaan Aidit di Yogya maka  sudah  diketahui  fihak lain, 

maka untuk menghilangkan jejak, lalu  perjalanan diteruskan ke Salatiga. Beberapa hari lalu  baru melanjutkan perjalanan ke Solo dengan memperoleh  jemputan kendaraan  yang dikendarai oleh seorang Cina jago kunthau dari Solo. namun   akhirnya tertangkap hidup 

hidup sesudah  beberapa waktu berada di Solo. 

Sesampainya Aidit di Solo, dia   terus berpindah pindah. Semula diperkirakan  di Lojigandrung rumah  resmi Walikota Utomo Ramelan, lalu  dipindahkan ke kampung Keparen (sebelah Selatan Pasar Singosaren) dirumah Jupri Prio Wiguno, anggota  PKI tengah malam  

(jaringan Van der Plas). Beberapa hari Aidit berada di Keparen, lalu  dijemput oleh Sri 

Harto, penghubung Aidit   soebandrio . Dengan menyerahkan tanda bukti berupa sesobek kertas 

krep yang bertanda tangan, sedang  sobekan yang lainya berada ditangan tuan rumah ialah 

Jupri ini . sesudah  sobekan ini  dicocokan dan memang cocok, maka Aidit diserah terimakan oleh Jupri kepada Sri Harto. sesudah  serah terima ini , Aidit dengan diboncengkan scooter, dibawa ke rumah KRT. Sutarwo Hardjomiguno di desa Palur sebuah desa disebelah timur kota Solo. Beberapa hari  berada di Palur dia sempat berkeliling kota Solo, bahkan sempat menengok markas CC PKI 

Solo. lalu  dipindahkan kerumah Sri Harto penghubung ini  di kampung Kleco yang 

terletak dibelakang Markas Resimen, dirumah ini  Aidit tinggal beberapa hari lamanya. sesudah  mengambil Aidit dari Keparen Sri Harto melaporkan mengenai  keberadaan Aidit, kepada 

para senior Pemuda Pelajar (Suhari alm. Dan seorang lagi). berdasar keterangan saksi  keteranganya sebab  dia merasa ngeri, melihat perkembangan kondisi , batalion TNI AD, K, L dan M di Solo sudah  banyak disusupi PKI. Demikian juga  dengan CPM, sehingga banyak tahanan tahanan penting dapat lolos, antara lain seperti tokoh PKI anggota  Politbiro Ir.Sakirman, sopir Cina penjemput  Aidit dari Salatiga . Sri Harto percaya kepada para Pemuda Pelajar dan merasa aman, sebab  melihat sepak terjang dan perjuangannya  saat  bergerilya melawan Belanda, perang  menumpas pemberontakan PKI 1948 dan waktu itu dalam menghadapi G 30 S di Solo. 

sesudah  Sri Harto memberi laporan mengenai  keberadaan Aidit ini , siasat segera disusun. 

Untuk menambah kepercayaan Aidit, Sri Harto diberi pengawalan oleh dua orang dari para 

Pemuda Pelajar, sekaligus untuk mengawasinya, apakah Sri Harto jujur atau tidak dan  diberi sepucuk pistol untuk berjaga jaga . Oleh para senior hal ini  segera  dilaporkan kepada Kol.Yasir yang rupa rupanya kurang percaya bahkan minta apa jaminanya jika bohong. Jawaban Suhari dia bersedia ditembak mati jika  laporanya tidak benar, sebab  mereka itu pejuang  ditembak  oleh  tiada pamrih  demi untuk menegakkan Republik Indonesia   yang mereka ikut mendirikanya.. Keberadaan Aidit di Solo, sudah beberapa hari dibuntuti, sesuai kesepakatan dengan Sri Harto. Laporan kepada Kol.Yasir ini  rupa rupanya bocor. Rumah dimana Aidit ditempatkan, ternyata digerebeg oleh sepasukan polisi yang selama itu tidak berperanserta  aktif, dan penyerbuan ini  sama sekali tidak ada koordinasi, dimaksud hanya untuk menciptakan kekacauan  belaka, lalu  diketahui  bahwa Sekretaris Pergerakan dari Kol. Yasir, yaitu Letkol Muklis Ari Sudewo, yaitu  seorang komunis yang mempengaruhi polisi untuk melakukan penyergapan, padahal  selama kampanye melawan G30S tidak berperanserta . Sergapan ini  sebab  tanpa koordinasi, hampir memicu  bentrokan dengan Pemuda Pelajar yang bekerja   untuk memantau  Aidit. Beruntung bahwa sebelumnya Aidit sudah dipindahkan ke kampung Sambeng. Letnan Sembiring (terakhir jendral) yang mengejarnya di Pati namun   tidak berhasil menangkap, ternyata memergoki Muklis Ari Sudewo di Solo, ia menjadi orang kedua pergerakan . Dalam tubuh AD di Solo masih banyak unsur unsur komunis (bagian operasi, Kapt. Hardijo, CPM a.l Lettu Abu), Kericuhan dalam operasi sering terjadi sebab  Pemuda Pelajar sering dijerumuskan jika  melakukan patroli terutama di tengah malam  hari, rupa rupanya unsur unsur PKI sudah terlebih dahulu 

diberitahu  . namun   berkat pengalaman, dapat mencium gelagat yang tidak baik dan tipuan tipuan ini  dapat dihindari. Maka sesudah  itu mereka memicu  gerak tipu sendiri sehingga dapat 

menangkap dan merampas banyak unsur unsur PKI dan persenjataanya. kekacauan  di Solo 

ditambah dengan sering bentroknya golongan Islam dengan golongan Nasionalis yang juga 

banyak dari mereka itu yang diadu domba dan menjadi korban dibunuh  oleh komunis, 

menjadi  kondisi  bertambah rawan. Sri Harto yaitu  Ketua SBIM (Sarekat Buruh Industri 

Metal) di pabrik panci Blima. Bapaknya Sri Harto yaitu  seorang dari kalangan atas 

Mangkunegaran, KRT. Sutarwo Hardjomiguno, lincah  hingga mampu kemana saja 

(kemungkinan besar berada dalam jaringan Van der Plas, sebab  dapat dihubungi  Aidit tanpa 

bocor). Kakak Sri Harto menjadi Asisten Wedana (PKI) di Klego daerah Boyolali, yang dinilai 

banyak merugikan dan menteror rakyat, maka dihabisi oleh rakyat sendiri. Sri Harto memperoleh  kepercayaan untuk menjadi penghubung soebandrio    Aidit, namun   sebab  dia kurang teguh dan ngeri akhirnya membuka kedoknya sendiri, mencari selamat dengan melaporkan mengenai  keberadaan Aidit di Solo ini  kepada para senior Pemuda Pelajar. Saat rumah dimana Aidit ini  ditempatkan digerebeg oleh sepasukan polisi, Aidit sudah dipindahkan ke kampung Sambeng. Sore harinya Kol.Yasir melakukan operasi penggerebegan  baik ke rumah dimana Aidit ditempatkan pada waktu siangnya maupun ke seluruh kampung.namun   hingga sekitar pukul 22.00 tengah malam , Aidit belum juga dapat diketemukan. lalu  operasi dihentikan dan menarik mundur pasukan  dari kampung Sambeng, beberapa ditinggalkan untuk memantau . Para senior Pemuda Pelajar yang memberikan laporan 

kepada Kol.Yasir merasa sangat terpukul dan kecewa, sebab  selain kena tuduhan pembohong 

juga sudah  memberikan jaminan, jika bohong, bersedia untuk ditembak mati. Mereka 

percaya  bahwa Aidit pasti masih berada dirumah dimana siangnya ditempatkan atau paling tidak masih dikampung Sambeng ini . Para senior Pemuda Pelajar, lalu  mengambil inisiatif untuk menggeledah dan memagar betis kampung dan rumah ini  dengan mengerahkan teman temannya, meskipun mereka menanggung risiko sebab  

berlakunya jam tengah malam . Terutama rumah yang sudah digeledah ini  digeledah lebih intensif 

lagi, namun   tetap tidak diketemukan Aidit. 

Hanya didalam sebuah almari yang kosong dan menempel rapat dengan dinding penyekat 

rumah ditemukan sebuah celana dalam, berinitial DA, yang diduga yaitu  milik Aidit. Rumah 

ini  dihuni oleh seorang yang sudah tua, seorang pensiunan pegawai Bea dan  Cukai  bersama cucunya yang gadis remaja. Sudah susah payah dari pagi sampai tengah tengah malam  

belum juga memperoleh  hasil, salah seorang senior Pemuda Pelajar menemukan akal, dengan 

menggertak orang tua penghuni ini , jika tetap tidak mau mengaku dimana Aidit berada, 

cucunya akan dipermalukan didepannya. Dengan gertakan demikian orang tua ini  akhirnya mengaku bahwa Aidit berada dibelakang almari kosong ini . saat  dibantah mana mungkin, sebab  almari ini  rapat dengan dinding. memperoleh  jawaban, bahwa dinding belakang almari ini  merupakan pintu dan dinding sekat rumah ini  yang  rangkap dengan rongga sekitar 60 cm. Ternyata waktu dinding belakang almari ini  

dibuka, Aidit masih berada didalam rongga dinding sekat rumah ini  Aidit disilahkan keluar 

dan lalu  diserahkan kepada Kol.Yasir langsung diLojigandrung. Operasi penggeledahan  tahap kedua yang dilakukan oleh para Pemuda Pelajar ini, didampingi oleh Letnan Ning, hingga 

merupakan tindakan yang berada dibawah tugas   resmi . Tertangkapnya Aidit ini  segera dilaporkan ke Jakarta oleh Kolonel Yasir, lalu  diperintahkan langsung oleh Jendral Soeharto agar pada kesempatan pertama Aidit dibawa ke  Jakarta. Konon lalu  didapat kabar bahwa dalam perjalanan ke Jakarta ini  ditengah  jalan Aidit dihabisi dan tidak diketahui lagi   . Hal ini memicu  tanda tanya, mengapa seorang 

tokoh yang demikian penting, selain Sekjen PKI, juga menyandang jabatan resmi sebagai 

Menko dihabisi begitu saja,  Mengapa tidak dikorek keteranganya hingga tuntas dan diajukan 

ke Pengadilan,  mengetahui  secara terbuka. Dalam hal ini sangat  terasa adanya sesuatu yang disembunyikan dan merupakan misteri besar. 

Apakah ada hubunganya dengan kemisteriusan tokoh Aidit,  Tertangkapnya Aidit di Solo ini 

membuka tabir adanya hubungan Aidit dengan soebandrio  dan  jaringan Van der Plas ( 

Jendral Soeharto, yang memerintahkan menghabisi). Suatu konspirasi yang sangat kejam dan sudah  memakan korban besar dikalangan rakyat.banyak,  Kampung Sambeng dikepung dari 8 penjuru mata angin. ABRI dan pasukan 

pasukan bekas  Tentara Pelajar dikerahkan. Tampuk komando operasi dipegang langsung 

Kolonel Jazir Hadibroto. Mereka percaya , buronan yang mereka cari cari bersembunyi di 

kampung itu. Sejak sore tadi Kampung Sambeng, Kelurahan Mangkubumen, Solo, diguyur deras 

hujan. saat  tengah malam  datang, Sambeng tak cuma hanya sekedar  terasa dingin  melainkan juga mencekam. Lewat sebuah operasi yang cepat, semua laki laki Kampung Sambeng  diperintahkan keluar dari rumahnya masing masing. Semua dikumpulkan di lapangan. tengah malam  itu, Kampung Sambeng steril dari laki laki . Satu per satu mereka diperiksa. Hasilnya nihil: buronan kelas wahid yang dicari tidak ditemukan, Akhirnya pencarian difokuskan di sebuah rumah di Gang Sidareja. Rumah itu berukuran kecil. Rumahnya memang sangat pas dijadikan tempat sembunyi. Letaknya di ujung gang. Persisnya ada di tepi sebuah sungai dekat sebuah kuburan. Jika buronan yang dicari berhasil selamat hingga ke sungai, alamat ia akan lolos. Bentang alam yang  gelap dan  penuh dengan alang alang memudahkan siapa pun bakal lolos dari pengintaian dan kejaran. Itulah sebabnya rumah itu dikepung rapat rapat. Saking rapatnya, hampir dipastikan mustahil keluar dari rumah incaran tanpa diketahui . Rumah itu milik seorang wanita  tua bernama Mbok Harjo. Selain Mbok Harjo, tinggal juga  sepasang suami istri yang sengaja mengontrak. Si suami bernama Kasim. Tak jelas benar sepasang suami istri ini berasal dari mana dan dalam keperluan apa mengontrak rumah kecil di pojokkan gang yang terpencil itu. Penggeledahan  dilakukan. Rumah itu diperiksa dengan detail sedetail detailnya. Tak ada sedepa pun yang terlewat. Semua ruangan, kolong tempat tidur, lemari  pakaian, hingga lemari makan dibongkar. namun  buronan tak juga ditemukan. Mustahil, Tentara percaya  betul tak mungkin buronan tak ditemukan sebab pengintaian terhadpa rumah Mbok Harjo sudah dilakukan cukup   lama. beberapa  intel ditempatkan di Gang Sidaredja. Ada yang menyamar sebagai penjual gula kapas. Ada yang menyamar   sebagai penjual sate. Hasilnya: buronan dipastikan ada di rumah Mbok Harjo. informasi  yang diberikan Brigif 4 yang melakukan pengintaian dipercaya  tak mungkin  meleset. Kecurigaan makin membesar saat  dalam penggeledahan itu ditemukan benda 

mencurigakan: tas ransel, kacamata,  radio. 

Akhirnya pencarian dimulai kembali. Langkah pertama yaitu  menginterogasi habis habisan Pak Kasim yang sudah  berkumpul bersama semua laki laki  Kampung Sambeng. Lewat mulut Pak Kasim itulah diketahui  ada sebuah kamar rahasia di rumah Mbok Hardjo. Kamar itu tak mungkin terdeteksi oleh siapa pun yang memasuki salah satu dari dua kamar utama sebab kamar rahasia terletak di antara dua kamar utama. Pintu masuknya pun bukan di salah satu kamar utama itu melainkan melalui ruang makan. Persisnya dari sebuah lemari makan. namun   hanya dengan membuka pintu lemari makan pintu masuk kamar rahasia itu tetap tak akan kelihatan. Pintu masuk baru terlihat jika lemari makan itu digeser. Berdasar informasi  itulah penggeledehan dilakukan kembali. Ternyata betul: di balik 

lemari makan ada pintu rahasia yang menghubungkan ruang makan dengan sebuah 

kamar persegi panjang yang  sempit namun masih mencukupi untuk sekadar duduk dan merebahkan badan. sesudah  didobrak dari luar dan kamar itu terbuka, seorang laki laki  berusia 40 an dengan 

paras lusuh dan pucat kedapatan sedang duduk meringkuk  . Percarian pun berakhir. Di tengah malam  21 November 1965, Kolonel Jazir Hadibroto lega bukan kepalang. tengah malam  itu 

akan menjadi pengepungan terakhir. Segera ia kirim kawat kepada atasannya. Isinya: Dipa Nusantara Aidit tertangkap, Dr. Sutanti, dokter spesialis akupultur  pertama yang dimiliki negara kita , mematung di balik jendela sebuah rumah. Matanya nanar memandangi pekarangan tak seberapa luas yang ada di seberang jalanan yang sepi. Hari itu tak banyak yang berlalu lalang. 

Tanti sudah demikian lama tidak bertemu  dengan tiga anak laki laki nya. Ia juga sudah lama 

sekali tidak   pernah  pulang  ke rumahnya. Dari tempat tempat persembunyian yang  berpindah pindah, ia mendengar sehembusan kabar tidak menyenangkan: rumahnya di Jalan Pegangsaan (Cikini) sudah digerebek tentara. Isi rumah dikeluarkan. Sebagian disita. Sebagiannya lagi dimusnahkan.  Sejak 5 Oktober 1965, ia putus kontak  dengan semua keluarga terdekatnya. Suami tercinta, Dipa Nusantara Aidit, entah 

bagaimana kabarnya. Dari beberapa  informasi  yang ia dapat di akhir  November  1965, sang suami sudah  dieksekusi di daerah Jawa Tengah. Mungkin di Boyolali atau  Solo. Ada juga yang berkata  di Tegal. . tidak  begitu jelas kapan Aidit menikahi Sutanti. namun , berdasar informasi  yang didapat  dari tulisan Kohar Ibrahim, seorang eksil yang menetap di Brusell, Belgia, yang berjudul  Aidit Pelita Nusantara,  Sebuah Catatan dari Brusell yang dimuat di harian Batam Pos, 

Riau, diketahui  bahwa keduanya menikah pada 1947. Leclerc menyebut perjumpaan  perdana keduanya itu berlangsung saat  Aidit sedang memberikan ceramah mengenai  Marxisme. saat  itu Aidit memang sedang melaksanakan  misi nya sebagai anggota CC PKI yang membawa bawahi bidang Agitprop. Sutanti yaitu  anak dari pasangan aktivis pergerakan   yang cukup   radikal. Ayahnya bernama Mudigdio, seorang ningrat keturunan bangsawan Tuban. Mudigdio yaitu  seorang pembangkang keluarga. Ia memberontak sikap kolot konservatif keluarganya 

dan terutama sikap keluarga besarnya yang sangat pro Belanda. sesudah  menyelesaikan HBS nya, Mudigdio segera bekerja sebagai pegawai negeri di Kantor Pajak. saat  bekerja   di Medan, ia bertemu dengan Siti Aminah yang kemudian menjadi istrinya. saat  bekerja   di Semarang pada 1927, Mudigdio masuk ke dalam PNI dan lalu  bergabung ke Partindo. Akibat aktivisme politik yang ditekuninya, ia dipecat sebagai pegawai negeri sebagaimana dialami semua pegawai pemerintahan  Hindia Belanda yang terlibat dalam aktivitas pergerakan   nasional. Menjelang penyerbuan Jepang, ia menjadi guru MULO Muhammadiyah di Yogyakarta. saat  ia kembali ke Semarang, Mudigdio bekerja untuk PUTERA, dan selanjutnya  bekerja di Jawa Hokokai. Sesudah proklamasi, dia masuk dinas kepolisian yang baru. Pada 1948, Mudigdio menjadi anggota Partai Sosialis pimpinan Amir Syarifuddin yang  lalu  tergabung ke dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang terlibat dalam peristiwa  Madiun Affair. Mudigdio tetap berpihak ke kubu Amir. Atas inisiatif sendiri, Mudigdio bahkan berusaha mendirikan Korps Polisi Merah di daerah Pati. Pada 21 November  1948, dia dan pembantu pembantunya ditangkap dan ditembak mati. Siti Aminah, janda Mudigdio, saat  itu menjadi anggota KNIP mewakili Partai Sosialis. 

Kematian suaminya justru membuat  gairahnya untuk berpolitik makin tinggi. Ia berkonsentrasi di bidang pergerakan   wanita , sehingga ia terpilih menjadi wakil ketua pergerakan  Wanita negara kita  (Gerwani), sambil tetap menjadi anggota parlemen sampai lalu  ditahan dan diberhentikan sesuai pageblug 1965. Tanti jelas akrab dengan aktivitas politik. Pernikahannya dengan Aidit kian meneguhkan darah aktivis yang ia warisi dari kedua orangtuanya. Ia mengetahui  benar resiko menjadi aktivis politik sekaligus menjadi istri pemimpin tertinggi PKI,. Partai komunis terbesar ketiga di dunia. namun  peristiwa September 1965 betul betul tak ia duga akan terjadi dengan begitu cepatnya, Tanti harus berpisah dengan orang  yang dicintanya. Ia juga dengan terpaksa  berpisah dengan tiga anak laki laki nya. Menjelang  pelariannya, Tanti dan suaminya masih sempat mengirim Iwan, Ilham dan Irfan ke Bandung. Kabar terakhir, tiga anak laki laki nya itu dipelihara oleh Moeliono, salah seorang kerabat jauh Tanti yang berprofesi sebagai dosen di Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Kabar itu sedikit melegakan Tanti. namun  kesedihan tentu saja tak berkurang. Luar biasa sedihnya Tanti membayangkan ketiga anaknya yang masih kecil kecil itu harus menanggung  akibat pertarungan  politik yang melibatkan ayahnya. Apalagi Ilham dan Irfan. Keduanya lahir di sebuah negeri yang jauh, Rusia, tepatnya di Moskow, pada 18 Mei 1959. Enam bulan lalu  barulah si kembar Ilham Irfan merasakan teriknya matahari negara kita . Jadi, saat  pecah pageblug 1965, si kembar itu baru berusia 6 tahun . Masih sangat kecil untuk 

mengerti pergulatan politik. Mereka tidak mengetahui  apa apa. Di puncak rasa rindu  yang tidak mungkin lagi dibendungnya, Tanti berhasil mengontak keluarga Moeliono, karabat yang selama ini memelihara tiga anak laki laki nya. Dia sampaikan betapa rindu  dan berharap sangat bisa bertemu   dengan anak anaknya. Tanti tentu saja sedang tak berniat pergi ke Bandung, dan menyambangi rumah  keluarga Moeliono untuk dapat memeluk tiga anak laki laki nya. Itu rencana bunuh diri namanya. Itu sama saja menyerahkan diri untuk ditangkap dan dieksekusi tentara. Tanti sepenuhnya insyaf akan situasi. Dan Tanti memang tak pernah  bermimpi bisa memeluk tiga anaknya. Sekedar memandang anak anak dari kejauhan pun rasanya sudah nikmat, Maka disusunlah rencana. Moeliono akan membawa bawa  tiga anak laki laki  Tanti ke suatu tempat. Di sekitar situ, Tanti sudah menunggu dalam jarak yang cukup   jauh yang masih memungkinkannya menatap   anak anaknya tanpa harus diketahui  orang lain, bahkan juga oleh tiga anak laki laki nya itu. Tanti masih duduk mematung. Matanya memandang pekarangan tak seberapa luas yang dijanjikan menjadi tempat bermain tiga anaknya hari itu. Waktu serasa tak berhenti. Menit seperti enggan beranjak. Tanti masih menanti. Dan ketiga anak kecil yang dirindukannya itu pun akhirnya datang. Mata Tanti nyalang memandang ke depan. Air mata akhirnya tumpah. Detik itu juga Tanti mendadak ingat dua anak wanita nya yang sedang belajar di Moskow. Ibaruri dan Ilya. Apa kabar mereka,  Rasa rindu  lagi lagi membuncah. Air mata lagi lagi tumpah. Sobron masih ingat kapan, bagaimana, dari mana dan di mana ia pertama kali mendengar kabar kematian kakaknya , D.N. Aidit. saat  itu Sobron sedang menetap di Peking. Ia bekerja sebagai tenaga pengajar di IBA, sebuah akademi yang dibiayai Partai Komunis Cina. Sebelum menjadi pengajar, Sobron sempat juga  menjadi penerjemah majalah Peking Review yang diterbitkan oleh Penerbitan Pustaka Bahasa 

Asing Peking. Selama menjadi tanaga pengajar, Aidit dan beberapa  Koneksi nya diinapkan di Hotel Persahabatan, Friendship Hotel. saat  itu  1965 sudah sampai akhir . Desember 1965. Sobron dan semua ekspatriat asal negara kita  sudah mengetahui  banyak ihwal kondisi yang terjadi di tanah air. Mereka mengetahui  bagaimana aktivis PKI dan  segenap anggota keluarganya dicari cari, ditangkapi, diasingkan dan sebagian lagi dibunuh. Kabar tidak mengenakkan mengenai  tanah air terus berseliweran makin kencang. Sobron tidak  bisa membayangkan bagaimana nasib keluarganya di Jakarta. Bagaimana kabar Aidit,  Murad,  Basri,  Apa yang menimpa Tanti dan tiga anak laki laki  kecilnya: Iwan, Irfan dan Ilham,  Di  tengah malam   bulan Desember  Sobron dan Koneksi  Koneksi nya keluar dari hotel. Ada pertemuan penting yang harus dihadiri,  Ternyata Sobron dipertemukan dengan delegasi Cina yang baru saja menghadiri  sebuah Konferensi Internasional di Havana, Kuba. saat  delegasi Cina berkesempatan bertemu   dengan pemimpin Kuba, Fidel Castro, mereka memperoleh  kabar tidak  mengenakkan mengenai  negara kita , persisnya kabar tertembak matinya Dipa Nusantara Aidit, pemimpin tertinggi PKI. Castro sendiri yang mengatakannya.  Awalnya Sobron tidak percaya. Bagaimana bisa kakaknya  itu bisa dengan mudahnya  tewas ,  Mungkinkah seorang pemimpin partai besar yang dihuni tiga juta anggota setianya bisa dengan mudah lenyap,  Bukankah kakaknya  yaitu  orang yang sangat 

lihai bersembunyi,  Reputasi Aidit sebagai seorang yang memiliki intuisi kuat sering membawa bawa nya berhasil lolos dari lubang jarum yang sempit sekalipun. Sobron mengetahui  betul bagaimana kakaknya  itu berhasil keluar dari kejaran musuh saat  peristiwa Madiun Affair 1948 meledak. Ia juga tidak  akan melupakan kepandaian kakaknya itu dalam hal menyamar . Dia sendiri pernah  menjadi korban dari kelicikan kakaknya  itu. saat  itu di Jakarta sedang terjadi razia besar besaran terhadap aktivis aktivis PKI yang dilakukan oleh Kabinet Sukiman. Sobron sering menyebutnya sebagai Razia Agustus sebab   rentetan razia itu memang berlangsung gigih gigihnya pada bulan Agustus 1951. Di suatu tengah malam  saat  Sobron sedang berjalan di sekitar Pasar Matraman, ia melihat  sesosok tubuh yang lamat lamat ia kenal. laki laki  itu tampak tua. Berkacamata. Rambutnya putih penuh dengan uban. Berkopiah. Jalannya agak terbungkuk dan terpincang pincang. laki laki  tua itu berjalan dengan memakai  tongkat. Dicobanya memanggil ingatan. namun  gagal. Sobron tetap lupa di mana dan kapan pernah  betemu. Sobron nekat mendekati laki laki  tua itu. Begitu jarak makin rapat, laki laki  tua itu malah mempercepat jalannya. Makin Sobron mengejar, makin cepat laki laki  tua itu menghindar. saat  akhirnya laki laki  tua itu berhasil didekati oleh Sobron, dia malah berbisik pelan. Sana, mengapa kau mengikutiku. Sana jauh, nanti ketemu hardik laki laki  tua itu dengan setengah berbisik sambil tak lupa mengernyitkan kening dan memelototkan 

matanya. mengetahui lah Sobron jika  laki laki  tua itu yaitu  kakaknya  sendiri, D.N. Aidit, yang 

sedang menyamar . Sejak itulah Sobron sadar jika  situasi memang sedang gawat. Beberapa kali, lewat kode ketukan pintu yang khas, kakaknya  itu datang ke kamarnya. Di tengah malam seperti itulah kedekatan Sobron dengan Aidit terjalin baik. Mereka sering bercerita. Saling memberi kabar. Aidit seringkali menitipkan pesan agar Sobron berhati hati. Aidit biasanya langsung terlelap. Waktu istirahat betul betul ia maksimalkan untuk mengumpulkan tenaga demi kerja kerjanya esok hari. Seringkali Sobron terbangun di pagi hari dan kakaknya  itu sudah lennyap tak berbekas. Hampir benar benar tanpa bekas. kakaknya  itu mengetahui  betul menjaga rahasia. Sekalipun ia Tidak   pernah  meninggalkan sesuatu yang bisa membuktikan jika  dirinya pernah  dan sering mampir ke kamar Sobron. Itulah sebabnya penggeledehan yang dilakukan tentara di kamarnya tidak  berhasil . Tak ada sedikit pun jejak yang terendus. Nihil.  Wajar jika Sobron meragukan informasi  mengenai  kematian Aidit. namun   akhirnya Sobron  menerima kebar kematian kakaknya  itu dengan ikhlas. Entah bagaimana caranya, Sobron mendadak percaya  dan percaya jika  kakak  sulungnya itu memang sudah tewas . Sobron tak mampu menjelaskannya secara logis. Ia percaya jika  kakaknya  itu  sudah  menemui ajal sebab  sesuatu yang irrasional: intuisi. Perasaan saya, kedekatan saya selama ini dengan Bang Amat, Hal lain yang menambah kepercaya an Sobron yaitu  beberapa  media internasional memang sudah  melansir berita kematian Aidit di sebuah daerah di Jawa Tengah. Salah satu media yang memberitakan itu yaitu  Asahi Shimbun, media dengan reputasi baik dari Jepang. Belum lagi fakta  di mana Mao Tse Tung sudah  mengucapkan langsung pernyataan 

belasungkawa atas kematian Aidit. Dalam perhitungan Sobron, Mao tak mungkin 

mengeluarkan pernyataan bohong yang bisa melemahkan semangat perjuangan kaum 

komunis sedunia. Sebagai pelengkap pernyataan belasungkawanya, Ketua Mao bahkan menuliskan 

sajak yang dimuat di sebuah majalah di Peking. Inilah sajaknya:   Belasungkawa Untuk Aidit 

(Dalam Irama Pu Suan Zi). Di jendela diringin berdiri reranting jarang  beraneka bunga di depan semarak riang apa hendak dikata kegembiraan tiada bertahan lama di musim semi malah jatuh berguguran  Kesedihan tiada bandingan 

mengapa gerangan diri mencari kerisauan 

Bunga sudah  berguguran, di musim semi nanti 

pasti mekar kembali simpan harum wanginya hingga di tahun  mendatang  saat  Sobron sudah  dengan lapang dada menerima kematian Aidit, anehnya, sebagian  besar ekspatriat asal negara kita  yang tinggal di Beijing justru sangat susah percaya . Mereka percaya  D.N. Aidit masih hidup. Salah seorang yang paling sukar menerima kabar kematian itu yaitu  Wati, istri Sobron sendiri. Sobron bahkan sempat sedikit bersitegang  dengan istrinya itu. Wati memarahi Sobron sebab  penerimaan  Sobron akan kabar kematian Aidit justru akan melemahkan semangat rekan rekannya. Yang lebih gila, saat  Sobron pulang  kampung ke Belitung untuk yang keduakalinya pada November 2004 dan berkumpul dengan keluarga besarnya, sebagian besar  keluarga besar Aidit, terutama para wanita , masih percaya  jika  Aidit masih hidup hingga sekarang. Mereka percaya Aidit hidup dengan cara bersembunyi entah di mana. Ada yang menyebut di Malaysia. Sebagian lagi percaya  di Filipina.  Empat orang tentara berseragam loreng hijau dari Divisi Siliwangi mendatangi sebuah rumah dengan langkah bergegas. Seorang laki laki  paruh baya menyambutnya. Baik baik  dipersilakan empat tentara itu masuk. namun  yang diucapkannya  yaitu  ancaman kasar.  Saudara jangan coba coba menyimpan dan memelihara anak setan. Segera tunjukkan  di mana mereka. Akan kami bunuh, laki laki  paruh baya itu tampak tidak  gusar. Tenang. Ia membalas gertakan itu dengan kata kata pelan: Silakan jika  kalian ingin menembak anak anak setan yang kalian sebutkan itu. Saya antar kepada mereka.laki laki  paruh baya itu  berlalu. Dengan langkah tak kalah cepat, empat tentara mengikuti, lengkap dengan dengusan tak sabar yang terdengar jelas. Mereka menuju  sebuah pekarangan yang tanahnya berpasir.  Itu anak setan yang hendak kalian bunuh! laki laki  paruh baya itu menunjuk keseorang  anak laki laki  yang masih sangat kecil. Ia terlihat sedang bermain kelereng. Pucatlah wajah 4 tentara berseragam itu. Mereka tak menyangka anak setan yang mereka cari ternyata masih sangat kecil. Anak anak.  (masih kecil kecil ternyata) seru salah seorang tentara itu dalam bahasa Sunda. Tak ada yang bisa mereka lakukan. Keempatnya kontan berlalu begitu saja. Moncong senjata yang sudah disiapkan urung menyalak. Anak kecil itu melihat  apa yang terjadi. Ia rekam semuanya baik baik. Ia trauma  akan moncong senjata api. Anak kecil itu kini sudah  dewasa. Sekarang usianya sudah  menginjak 46 tahun . Perkawinanya dengan Yuyun, teman saat  kuliah di Institut Teknologi Bandung, menghasilkan dua anak wanita  yang lucu dan cerdas. Putri pertamanya sudah  

duduk di bangku SMA, sedang adiknya masih kelas VI SD. Anak kecil yang hampir ditembak  dan kini sudah  berputri dua itu bernama Ilham. Lengkapnya Ilham Aidit. Dia yaitu  anak keempat pasangan D.N. Aidit Sutanti. Ilham lahir kembar 

bersama Irfan, adiknya, pada 18 Mei 1959 di Moskow. saat  pecah pegeblug 1965, Ilham, Irfan plus kakaknya , Iwan, sempat dititipkan ibunya ke seorang saudaranya di Bandung. Saudara ibunya itulah yang dikisahkan di awal menghadapi empat tentara  Siliwangi yang hendak menghabisi Ilham. Tak lama lalu  Iwan, Ilham dan Irfan dipelihara oleh DR. Moeliono hingga dewasa. saat  kuliah di ITB, Ilham memilih aktif di kegiatan pecinta alam. Ia tergabung dengan kelompok pecinta alam bergengsi, Wanadri. Pilihan Ilham untuk aktif di kegiatan pecinta alam merupakan konsekuensi logis dari pilihannya untuk menjauhi kegiatan yang berbau politik. Beban sebagai anak D.N. Aidit tidak memungkinkannya mengambil banyak pilihan. Semuanya serba terbatas. Segalanya serba dibatasi. Itu pun Ilham masih sering menerima teror dan makian. saat  hendak menyunting Yuyun, Ilham dihadapkan pada sebuah pilihan berat: membuka rahasia kepada keluarga Yuyun ihwal siapa dirinya dengan resiko ia tidak direstui menikahi Yuyun ataukah memilih untuk menyembunyikan rahasia siapa dirinya. Pilihan makin sulit mengingat ayah Yuyun yaitu  seorang tentara aktif yang jelas garis politiknya. namun  pilihan pertama yang diambilnya. Ilham nekat. Ia temui ayah Yuyun. Sendirian. Tanpa perantara .  Om saya ingin cerita siapa saya tutur Ilham memulai perbincangan.  Oh ya…yaa. 

 Om mengetahui  PKI, kan,   Oh, ya, kata sang calon mertua  Saya anak D.N. Aidit!  Ayah Yuyun terkejut  bukan kepalang. Selama beberapa kerjap waktu ia diam seribu bahasa. Bungkam. Ilham membiarkannya. Ia memberi kesempatan ayah Yuyun untuk berpikir. Ilham, tentu saja, tegang setegang tegangnya. Ia sudah bersiap mengubur impiannya menikahi Yuyun. Akhirnya,  Ya sudahlah. Itu kesalahan orang tua kamu. Kamu kan tidak bersalah. Mereka akhirnya menikah.  sudah lama sekali, jauh sebelum pageblug 1965, persoalan nama memang sudah menjadi bahan pembicaraan di keluarga Aidit. Kita bisa memulainya dari nama Dipa Nusantara Aidit: nama yang paling masyhur dari serentetan nama Aidit yang lain. Kita mengetahui , nama asli Aidit yaitu  Ahmad Aidit. Itulah sebabnya semua adik dan kerabat Aidit memanggilnya Bang Amat. Ada dua versi mengenai  muasal nama Dipa Nusantara Aidit. Versi pertama menyebutkan bahwa saat  Aidit berada di Batavia dan terlibat 

dalam aktivitas politik di Menteng 31, Aidit mengirim surat kepada ayahnya, Abdullah. 

Surat itu berisi permohonan agar Abdullah mengijinkan Aidit berganti nama. Abdullah 

mengabulkan. Maka bergantilah nama Ahmad Aidit menjadi Dipa Nusantara Aidit. Perubahan nama itu lalu  oleh Aidit sendiri disahkan di hadapan notaris. Pada masa itu, perubahan nama bukanlah barang aneh. Beberapa pemuda aktivis 

melakukannya. Mungkin untuk menandai perbatasan antara nilai nilai lama dengan 

nilai nilai baru. Mengganti nama lama dengan nama baru diharapkan bisa  menaikan semangat Nama Dipa Nusantara sendiri dipakai Aidit untuk menghormati jasa pahlawan nasional 

Pangeran Diponegoro. Aidit berharap, penggunaan nama Dipa itu bisa memantik 

inspirasi dan semangatnya untuk membebaskan Nusantara dari cengkeraman kolonialisme. Persis seperti yang pernah  juga  diusaha kan Diponegoro. namun   tak sedikit yang sinis menanggapi perubahan nama Aidit. Salah satu argumen kelompok ini yaitu : Aidit menghapus nama Ahmad menjadi Dipa Nusantara 

sepenuhnya alasan politis. Versi pertama inilah yang hingga kini paling santer terdengar. Salah seorang yang  mengedarkan versi ini yaitu  adik kandung Aidit sendiri, Sobron Aidit. beberapa  

literatur mengenai  Aidit yang paling kredibel sekalipun, seperti esai Leclerc atau bukunya 

Peter Edman, mempercayai versi inilah yang paling bisa dipercaya. Versi lain yang nyaris tak muncul ke permukaan dikemukakan oleh Asahan Sulaiman Adit, bungsu dari tujuh bersaudara Aidit. Versi ini bisa dijumpai dalam buku Menolak 

Menyerah, Menyingkap Tabir Keluarga Aidit (Yogyakarta: Era Publisher, 2005) yang 

merupakan sebuah reportoar karya dua penulis muda Budi Kurniawan dan Yani Andriansyah. (Buku itulah yang paling banyak menyumbangkan informasi  bagi penulisan esai ini, khususnya untuk bagian bagian mengenai  kehidupan keluarga Aidit di luar Sobron dan D.N. Aidit sendiri). Kata Asahan, Ahmad Aidit sudah  berubah menjadi Dipa Nusantara Aidit sejak ia 

dilahirkan. Sumber yang dipakai  Asahan yaitu  sebuah akte kelahiran Aidit sendiri. Akte itu bertarikh 1923, tahun  kelahiran Aidit, dan ditandatangani langsung oleh Abdullah Aidit langsung. Asahan ingat betul, akte yang berhiaskan lukisan indah itu masih memakai  bahasa Melayu agak kuno. Di akte itulah tertulis: Anak dari Abdullah Aidit yang lahir pada 1923 yang saya beri nama Ahmad Aidit, bila dia sudah  

menginjak usia dewasa akan memakai  nama Dipa Nusantara Aidit. Jadi jelas, tegas Asahan, nama Dipa Nusantara bukanlah ciptaan kakaknya  saat  ia sudah di Batavia, melainkan nama yang memang diciptakan oleh ayahnya langsung. 

Asahan, si bungsu yang mahir menggesek biola ini, juga memiliki  sebuah refleksi yang lucu mengenai  persoalan nama di keluarganya. Begitu menyadari bahwa nama Dipa  Nusantara yaitu  ciptaan ayahnya, Asahan langsung berpikir: Kenapa ayahnya tak menamai anaknya yang lain dengan nama segagah Dipa Nusantara,  Asahan bertanya tanya, kenapa namanya tidak ditambah menjadi Sulaiman Dian Khatulistiwa saat masih kecil,  mengapa saat  dewasa namanya tidak berganti menjadi Sulaiman Dian Khatulistiwa Aidit yang disingkat SDK Aidit. sedang  Sobron 

seandainya  menjadi Sobron Penata Persada Aidit dan disingkat SPP Aidit. Lalu Murad, contohnya , berubah menjadi Murad Zamrud Jawa Dwipa Aidit atau MZJD Aidit. sedang  Basri menjadi Basri menjadi Basri Sengsara Sepanjang Masa Aidit dan disingkat BSSM Aidit  Basri yaitu  kakak  Asahan yang sepanjang hidupnya selalu 

dirundung sengsara hidup sehingga berdasar keterangan saksi  Asahan dia itu tak berhak memakai  nama yang jaya berbinar binar. 

Asahan sendiri akhirnya memang melakukan perubahan nama. Asahan yaitu  nama hasil perubahan itu. Aslinya ia bernama Sulaiman. sesudah  hidup menggelandang di Eropa, Asahan berpikir untuk mengganti nama. Maka diperolehlah nama Asahan. Lengkapnya Asahan Alham. Alham sendiri merupakan akronim dari kalimat syukur . Nama Aidit dibuang jauh jauh untuk selama lamanya. Murad, adik Aidit yang lain, pernah  juga  menghapuskan nama Aidit. saat  ia baru saja dibebaskan dari pulau  Buru pada 1978, Murad langsung melihat  beberapa  fakta  pahit yang jelas  diskriminatif. Mereka selalu siap di litsus (akronim dari  penelitian khusus , sebuah metode screening yang dipraktikkan orde Baru). Mereka  yang tak lulus litsus hampir dipastikan tidak akan pernah  bisa memiliki KTP. Mereka juga tak mungkin bisa menjadi pegawai negeri sipil maupun tentara. Mereka dijegal. saat  Murad masih tinggal di Cikole, Bandung, Murad nekat tetap memasang nama Aidit. namun   saat  sedang berwirausaha di berkata an Depok dengan memelihara ternak, atas desakan beberapa  kawan kawan dekatnya, Murad akhirnya menyembunyikan identitas Aidit nya. Alasannya cukup   bisa diterima Murad: dengan tetap memakai  nama Aidit ada kesan jika  Murad sedang menantang. Melenyapkan identitas Aidit itu dilakukan Murad hingga waktu yang cukup   panjang. saat  Murad menikah untuk yang 

keduakalinya hingga dianugerahi seorang anak, Murad juga menyembunyikan identitas Aidit nya kepada istri kedua dan anaknya itu. 6 menantu Murad yang menikahi 6 anak Murad dari istri pertama bahkan baru baru ini saja mengetahui  rahasia nama Aidit di belakang nama Murad. Beberapa tahun  lalu , sesudah  Murad berketetapan menyandang kembali nama Aidit, Murad baru menceritakan semuanya. Menyembunyikan nama Aidit memang menjadi pilihan yang paling banyak diambil keluarga Aidit. Selain Asahan dan Murad, Ilham Aidit juga melakukan hal yang serupa. dalam rentang waktu yang cukup   lama, ia hanya memakai  nama Ilham. Ilham pernah  juga  menambahkan nama Alam Putera di belakang namanya. Alam Putera yaitu  nama samaran yang sering dipakai  ayahnya saat  sering menulis di media massa pada masa mudanya. Ilham juga memilih tak menerakan nama Aidit di belakang dua puterinya. Ilham tak mau ejekan dan cacian yang biasa dia terima dahulu  juga dialami anak anaknya. Ilham juga lama menyembunyikan nama Aidit kepada dua puterinya itu. Baru dua tahun  yang lalu Ilham menceritakan kepada dua anaknya itu ihwal siapa nama kakeknya. Kendati beberapa guru anak anaknya di sekolah sudah  mengetahui  rahasia ini, namun untungnya dua putri Ilham tak mengalami pengalaman pahit dirinya dahulu . Kakak kandung Ilham, Iwan Aidit, yang kini masih bermukim di Kanada, juga melakukan hal yang diambil Ilham kepada anak anaknya. Iwan menghapuskan nama Aidit dari belakang namanya. Iwan kini menyandang nama Iwan Hignasto Legowo. Tak cuma hanya sekedar  adik, anak dan cucu Aidit yang memiliki  kisah mengenai  arti sebuah nama bagi hidup mereka. Moyang dari wangsa Aidit sendiri, Abdullah Aidit, memiliki  kisah yang menarik mengenai  nama Aidit yang tersampir didirinya itu. ditambah  ya, kisah yang menimpa Abdullah bukan kisah sedih, melainkan cerita ringan yang, berdasar keterangan saksi  hemat saya, masih relevan dikisahkan di sini semata untuk menegaskan bahwa keluarga Aidit memang memiliki  persoalan yang khas dengan sebuah nama, sekaligus untuk meluruskan salah paham yang banyak beredar ihwal identitas dan kiprah Abdullah Aidit. saat  pada tahun  1950 Abdullah menjadi anggota parlemen mewakili daerah Belitung, Abdullah saat  itu sama sekali belum memiliki rumah sendiri. Akhirnya oleh sekretariat  parlemen Abdullah diinapkan di hotel. Uniknya, sesudah  diatur sedemikian rupa, Abdullah harus menginap di hotel Centraal di jalan Citadel. Bukan hotelnya yang jadi masalah. Yang jadi pokok perkara yaitu  dengan siapa Abdullah menginap,  Ternyata, Abdullah Aidit harus menginap dengan anggota parlemen bernama… Abdullah Aidid! Ini kebetulan yang langka. Keduanya memiliki  nama persis. Yang membedakan hanya satu huruf, yaitu huruf paling belakang nama masing maing: Aidit dan Aidid. Jika Abdullah Aidit merupakan anggota parlemen non fraksi, sedang  Abdullah Aidid 

yaitu  anggota fraksi Masyumi. mungkin , kebetulan inilah yang memicu   beredarnya salah kaprah ihwal jati diri Abdullah Aidit yang pernah  santer dikabarkan sebagai anggota Masyumi.  Sobron betul betul merasa sepi. Sekaligus malu. Juga terhina. Jauh jauh datang dari Paris, ia sama sekali tak memperoleh  sambutan. Genangan rasa rindu  akan kampung halaman dan kerabat lindap dengan cara yang aneh sekaligus menyesakkan. Itulah kali pertama Sobron menginjakkan kembali tanah Belitung. Ia datang dengan Laura, cucunya yang baru berusia 10 tahun . tengah malam  itu Laura dibawa beberapa kerabat Sobron. Akan dibawa keliling. Begitu katanya. Sobron betul betul merana. tengah malam  itu ia sendirian di Hotel Melati. Tak mengetahui  hendak ke mana ia. Tak ada tujuan. Tak ada satu pun kerabatnya yang menawarinya menginap. Kerabat kerabat Sobron hanya datang ke hotel. Itu pun tak lama. sesudah  dirasa cukup  , 

mereka pergi satu per satu. 1996 memang tahun  yang masih belum ramah bagi orang  seperti Sobron. sebetulnya  ia sedikit bisa memaklumi polah kerabat kerabatnya itu. Mereka memiliki  alasan yang masuk akal. Sobron sendiri memang tak berniat menyusahkan kerabatnya. Ia datang hanya ingin menuntaskan rasa rindu  yang sudah menjompak di ubun ubun. mungkin , rasa sentimentil sudah  menyeret Sobron pada situasi emosi yang bergelora, sekaligus juga rapuh. Sobron akhirnya memilih menelusuri garis pantai. Suasana sungguh sepi. Jarang sekali Sobron berpapasan dengan orang lain. Tak pelak suasana hati Sobron kian terbawa sendu. Lama lama, Sobron mensyukuri kondisi  itu. Dengan sepinya Tanjungpandan, Sobron merasa ia bisa bebas menghabiskan tengah malam , menuntaskan rasa rindu , merayapi bertumpuk kenangan lama, tanpa harus diimbuhi beragam  hiruk pikuk orang lain. Sobron melangkah terus. Ia ingat saat  dahulu  sering berkumpul dengan kawan kawan lamanya tiap kali ia  liburan. Liburan biasanya diisi Sobron dengan berbagai  kegiatan. Sekali waktu ia pernah  mengadakan beberapa pementasan drama. 2 tahun  berturut turut dipentaskan naskahnya Utuy Tatang Sontani, Awal dan Mira dan  Bunga Rumah Makan. Sobron  pernah  juga  mementaskan naskah Dosa Tak Berampun, saduran dari naskah Ayahku pulang , sebuah drama Jepang yang disadur oleh Usmar Ismail. Semua pertunjukan itu sangat disukai penduduk Tanjungpandan. Setiap kali pementasan usai, Sobron dan temanya  masih disibukkan oleh aktivitas mengemasi segala macam peralatan  pementasan. Tak jarang semua baru selesai  saat  jarum jam sudah  menunjukkan angka 24.00. Sekujur badan tentu saja terasa lelah. Dalam kondisi begitu, biasanya mereka pergi menuju pantai Tanjung Pendam. Di sana mereka melepas  semua pakaian Berenang dan bermain ombak di bawah temaram sinar bulan purnama. Sobron memercepat langkahnya. Tak ada lagi pantai yang landai. Pasir yang dahulu  menghampar putih bak permadani dari sutera telah berganti oleh pasir berwarna hitam yang ditimbun sampah plastik.v Pepohonan nyiur yang dahulu  pernah  dinaikinya sambil,  bermain main kini sudah tak ada lagi, berganti menjadi semak dan alang alang . sangat tak teratur. Sobron melihat sekeliling . Sobron berharap harap cemas. Ah… rumah rumah itu ternyata masih berdiri. Legalah Sobron. Ia pandangi lekat lekat deretan rumah rumah itu. namun  Sobron lagi lagi menangguk kecewa. Rumah rumah yang dahulu  rapi, indah dan terawat itu kini sudah  menjadi berderet bangunan tua yang usang, tak terawat dan reot. Sobron menghela nafas. Ada yang hilang bersama butir butir air matanya yang jatuh bergulir pelan pelan. Sobron tak mengetahui  apa yang sebetulnya  sudah  hilang,  datang ya. Ada pertemuan keluarga. Ibaruri datang dari Prancis.  Begitulah sebuah undangan Ilham Aidit kepada saya, beberapa pekan silam. Agak terkejut  juga menerima undangan seperti  itu. Betapa tidak, di antara sekian banyak anggota keluarga besar Dipa Nusantara (DN) Aidit yang selamat dan berhasil mempertahankan hidup sesudah tragedi 30 September 1965, saya menduga hanya saya orang luar yang diundang dalam pertemuan itu. 

 Minggu siang yang benderang di sebuah pinggiran situ di kawasan Ciputat, Tangerang, 

Propinsi Banten, dugaan itu terbukti. Begitu tiba, Ilham Aidit, putra DN Aidit langsung menyambangi dan menjabat erat tangan yang saya ulurkan. Duduk lesehan saya melihat ada 

Murad Aidit (adik DN Aidit) bersama beberapa anak dan cucunya, beberapa sepupu dan 

ponakan Ilham pun hadir pula . Ada sekitar 50 orang yang hadir pula  saat  itu. Beberapa saudara jauh DN Aidit yang datang dari pulau  Belitung pun terlihat hadir pula . sesudah  dikenalkan pada beberapa orang yang belum pernah   saya temui, Ilham membimbing  saya menemui seorang wanita  berkulit bersih, berambut pendek, mengenakan kemeja putih, berwajah bundar dan bertubuh tak terlalu tinggi.  Ibaruri,  begitu ia mengenalkan dirinya. Baru beberapa hari Iba, begitu ia biasa disapa, tiba di Jakarta. Sudah berpuluh puluh tahun  Iba tinggal di Prancis bersama suami dan keluarganya. Di Prancis juga  Sobron Aidit, pamannya dan puluhan kaum eksil lainnya tinggal sesudah  mereka pergi dari Cina yang sebelumnya sempat menampung mereka. Kedatangan Iba ke Jakarta ini rupanya dimanfaatkan keluarga besar Aidit untuk berkumpul,  bercengkrama dan saling bercerita. Saya melihat  pertemuan itu berlangsung hangat dan bersahaja. Mereka tak banyak bicara politik. jika  pun ada, hanya sekelebat. Murad contohnya , 

bercerita ia sedang menulis buku berjudul DN Aidit Pemimpin PKI Legendaris dan sedang sibuk 

bersama teman temannya eks Tahanan Politik (tahanan Politik ) dan kaum kiri lainnya yang diganyang  Orde Baru (Orba) melakukan gugatan kepada lima presiden di sebuah pengadilan di Jakarta Pusat. Seorang kerabat DN Aidit dari Belitung menceritakan pengalaman saudaranya yang kesulitan pulang  kampung, sebab  tak ada angkutan dan sebab  bantuan DN Aidit ia bisa 

memperoleh  angkutan kapal gratis.  Keluarga besar Aidit itu juga menyantap beberapa makanan yang dihidangkan dalam pertemuan. Mereka juga berfoto bersama. Kala sore menjelang, pertemuan keluarga besar Aidit itu pun usai. Bagi banyak orang, pertemuan keluarga seperti yang dilakukan keluarga besar Aidit itu bukan hal yang istimewa. Semua orang bisa berkumpul, di mana dan kapan saja, tanpa tembok penghalang apa pun. Namun tak demikian halnya dengan keluarga Aidit. Stigma dan tudingan Orba yang berlangsung berpuluh puluh tahun  memicu  mereka menjadi keluarga yang dianggap paling  berbahaya‘. 

 Posisi DN Aidit sebagai ketua Centra Committee Partai Komunis  Indonesia   (PKI) lah yang 

menjadi penyebab utamanya. Maka saat  Tragedi 30 September 1965 pecah, DN Aidit dan semua yang berhubungan dengannya menjadi sasaran paling utama yang diincar penguasa baru. Seperti yang ditulis dalam teks sejarah versi Orba, DN Aidit dikabarkan tewas ditembak tentara di Boyolali, Jawa Tengah. Hingga kini jenazah dan kuburan ayah lima anak yang saat  di tanah kelahirannya, Belitung, dinamakan anak yang taat beribadah dan khatam Alquran berkali kali itu tak pernah  diketahui  rimbanya. anggota keluarga DN Aidit sebagian ditangkap rezim Orba dan dijebloskan bersama tahanan lainnya ke pulau  Buru. Namun sebagian lainnya yang kebetulan berada di luar negeri, selamat. Melalui proses panjang dan berliku, mereka berhasil bertahan hidup di negeri orang hingga kini. Dua putri DN Aidit, Iba dan Ilya, kini bermukim di Prancis. Satu putranya, Iwan Hignasto Legowo, kini bermukim di Kanada. Dua adik DN Aidit, Sobron dan Asahan Aidit (kini mengganti namanya menjadi Asahan Alham  kependekan dari lafal syukur ) kini tinggal di Belanda dan Prancis. Bersama mereka juga ada ratusan orang negara kita  dengan latar belakang profesi yang beragam   ada dokter, sastrawan, insinyur dan mahasiswa yang dikirim rezim Soekarno belajar ke luar negeri   tertahan di luar negeri dan tak bisa lagi pulang  ke negara kita . Mereka kehilangan seluruh haknya, termasuk status kewarganegaraan. Dengan dengan terpaksa  mereka lalu   menjadi warga negara di tempat pelarian. kondisi  yang muram itu berlangsung berpuluh puluh tahun , hingga pada masa pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, tiba sebuah titik terang. Gus Dur mengembangkan wacana pencabutan Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 yang melarang keberadaan Marxisme Leninisme. Gus Dur yang sejak lama dinamakan sosok yang humanis dan bisa diterima di berbagai kalangan itu, mengutus Menteri Hukum dan Perundang undagan (Menkumdang) Yusril Ihza Mahendra ke luar negeri menemui orang  negara kita  yang sudah  kehilangan hak dan kewarganegaraannya itu.  Dalam sebuah pertemuan di Kedutaan Besar negara kita  di Den Haag, Belanda, ratusan orang negara kita  yang tidak bisa lagi pulang  ke negara kita  berdatangan dari seluruh Eropa bertemu Yusril. Beberapa orang terharu dan menangis dalam pertemuan itu. 

namun  pertemuan itu akhirnya tak menghasilkan apa apa. Yusril yang lalu  berselisih dengan Gus Dur, mengundurkan diri dari jabatan menteri. Pemerintahan Gus Dur dijatuhkan parlemen melalui Sidang Istimewa Majelis

2


 Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 21 Juli 2001. Megawati Soekarnoputri yang sebelumnya menjadi wakil presiden, menggantikan Gus Dur 

sebagai presiden. Dalam rentang kekuasaannya, Mega tak banyak berbuat untuk kaum eksil 

ini. Lalu nasib kaum eksil ini pun tak berubah hingga kini. Mereka tetap tak bisa pulang  dan 

menjadi WNI seperti yang diidamkan.  Kami memang bisa datang, namun  tak bisa pulang ,  kata Sobron Aidit kepada saya beberapa waktu silam. Presiden datang dan pergi silih berganti. namun  tak ada yang merespon dan mengambil kebijakan  konstruktif untuk menyelesaikan nasib korban politik di masa silam. Langkah DPR dan 

pemerintah yang melahirkan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) untuk menyelesaikan 

masalah politik di masa silam pun, tak banyak bergaung. Korban politik pun tak berani berharap 

banyak dengan kehadiran KKR ini. Mereka juga relatif kecewa dengan hakikat rekonsiliasi yang  diinginkan pemerintah.  Dalam sebuah pertemuan dengan Ilham Aidit, saya menangkap kekecewaan itu. Dalam benak korban politik itu, yang dimaksud rekonsiliasi yaitu  hadir pula nya sebuah permintaan maaf dari mereka yang bersalah dan lalu  ada ganjaran hukuman. sebab  sebetulnya  pelaku dalam tindakan politik itu jelas sosoknya. Yang tak jelas yaitu  hukumannya. Nah, persepsi soal itulah yang hingga kini sepertinya masih belum selaras.  Namun demikian pada lapisan atas, antara anak anak korban dan anak anak pelaku dan orang  yang berseberangan lainnya, rekonsiliasi terlihat tak jadi masalah. Paling tidak secara fisik.  Yang jadi soal yaitu  pada lapisan bawah,  kata Ilham kepada saya.  Ilham sempat berharap besar pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Jusuf Kalla. Dalam sebuah pertemuan dengan Susilo Bambang Yudhoyono  sebelum menjadi presiden, Ilham sempat berbicara banyak soal rekonsiliasi itu. Sayangnya sesudah  menjabat presiden, Susilo Bambang Yudhoyono  masih juga belum mengambil langkah konstruktif untuk menyembuhkan luka sejarah dan politik yang berlangsung lebih dari 34 tahun  itu.  Sudah lama sebetulnya  nama Ibaruri ada dalam ingatan saya. Melalui pamannya, Sobron Aidit, saya mengenal sedikit sosoknya. Iba yaitu  anak pertama pasangan DN Aidit dr Tanti. Jauh sebelum Tragedi 30 September 1965 terjadi, Iba dan Ilya disekolahkan DN Aidit ke luar negeri (Moskow, Rusia). saat  itu ada seperti  naluri politik dalam diri DN Aidit untuk menyekolahkan anak anak wanita nya ke luar negeri sehingga jika ada gejolak politik yang membahayakan, mereka bisa menyelamatkan diri. Sementara yang laki laki seluruhnya bersekolah dan berada di negara kita . 

 Iba dan Ilya sebetulnya  sukses meraih gelar sarjana di Eropa Timur. namun  gelar itu menjadi tak bermakna apa apa saat  mereka lalu  pindah‘ dan dengan terpaksa  berpindah pindah dari satu 

kota ke kota lain, dari satu negeri ke negeri yang lain. Di Prancis dan beberapa negara Eropa 

lainnya, gelar itu tak diakui.  Namun seperti kebanyakan korban politik lainnya, Iba tetap tegar. Berbekal berbagai bahasa yang ia kuasai, hingga kini Iba   juga keluarga Aidit lainnya   mampu bertahan hidup. Iba memang agak menyesal juga sebab  tak bisa menjadi WNI. namun  semua itu rupanya tak menghilangkan kecintaannya pada negeri ini. Ia juga tak menghiba hiba untuk memperoleh  status kewarganegaraan itu. 

 Tak seperti pamannya Sobron Aidit, Iba termasuk jarang datang ke negara kita . Namun kala 

datang, ia benar benar memanfaatkan waktunya. Pada April dan Mei ini ia, contohnya , menemui 

keluarganya yang lain di Bandung, Jakarta dan pulau  Belitung, tanah kelahiran sang ayah, DN 

Aidit. Dalam pertemuan dengan saya, Iba tak banyak bicara. berdasar keterangan saksi  Ilham, kakaknya itu masih menyangsikan situasi politik di negara kita , sehingga ia lebih banyak memilih diam. rumah , yang saya kira, hanya bisa disembuhkan dengan langkah pemerintah yang lebih konstruktif untuk menyelesaikan dan menyembuhkan luka sejarah dan luka politik masa silam dan memberikan kepastian hukum di masa kini dan masa datang. Van der Plas Connection yaitu  jaringan nyata  yang canggih, hanya anggota anggota inti tertentu yang sadar akan keberadaannya sebagai anggota jaringan, lainnya yaitu  oknum oknum oportunis tanpa sadar, sekedar sebagai alat saja.   Pada tanggal 1 Oktober 1965, terjadi pergerakan  militer yang  menamakan diri G30S, menculik dan membunuh 7 orang Jendral dan seorang lolos Jend. Nasution sebab  keliru dengan Let. Tendean. Para jendral ini  yaitu  anggota  Tim Pengusut MBAD yang dipekerjakan  mengusut   kriminalitas terorganisasi  yang terjadi di Jawa Tengah dalam penggal kedua tahun  50 an .Mereka yaitu  Mayjen.Soeprapto ketua Tim dan anggota  Mayjen S.Parman, Majen.Harjono MT., Brigjen.Soetojo Siswomihardjo dan Brigjen Pandjaitan dan yang diluar Tim, Letjen A.Yani Menpangad. Drama berdarah subuh . 1 Oktober 1965 yang traumatik, membuka jaringan mega konspirasi yang menelan korban rakyat besar sekali, komunis maupun non komunis dalam abad ini di anegara kita  sebab  adanya interaksi konflik internal dengan kekuatan kekuatan besar eksternal.  Disusul lalu  dengan pembentukan Dewan Revolusi yang diketuai oleh Letkol Untung, dengan anggota  baik sipil maupun militer, antaralain: tokoh yang menonjol ialah Dr.soebandrio  ,  Waperdam I (Wakil Perdana Menteri), orang kedua sesudah sukarno , Mayjen Amir Mahmud, Pang Kodam Jaya, Brigjen Soepardjo, Panglima Komando Tempur II Kalimantan Barat.   ternyata yang mengeluarkan pernyataan  mendukung Dewan Revolusi secara spontan dan vokal waktu itu, hanyalah Utomo Ramelan, Walikota Solo, sedang  dari CDB (Comite Daerah Besar) PKI tidak ada yang mengeluarkan  pernyataan seperti itu. Ini bukan peristiwa yang kebetulan, namun   jelas ada merekayasa dibalik semua itu.  Para pelaku utama G 30 S yaitu  : . Letkol Untung, Komandan Batalion Pasukan Kawal Presiden Cakra Birawa. . Kol.Latief, Komandan Brigade Infantri Kodam Jaya 

. Brigjen Soepardjo, Panglima Komando Tempur II Kalbar dalam rangka Ganyang Malaysia . Sam Kamaruszaman, Kepala Biro Khusus CC PKI.  Keempat pelaku utama ini  berorientasi dan ada hubungan jaringan dengan PKI, sebagai 

suatu hasil binaan dan infiltrasi komunis kedalam AD. Dengan Jendral Suharto keempat pelaku utama ini . juga memiliki  hubungan erat sejak dahulu  . Letkol Untung   yaitu  mantan anak buah, sebagai komandan kompinya di Solo. Dia 

dikawinkan oleh Suharto, dan merasa berhutang budi dan  memandangnya sebagai orang tua 

sendiri yang dihormati dan dipatuhi, hubunganya baik dan erat.  . Kol.Latief yaitu  mantan anak buah di Yogya yang sefaham dan sehaluan, berpangkat  mayor. pada tanggal 30 September 1965, tengah tengah malam  sekitar jam 23.00, dia datang  menemui Suharto di R.S. Gatot Subroto, sesudah  gagal menemuinya di rumah. 

 Pertemuan ini oleh Soeharto dinyatakan seolah olah Latief akan membunuh diri Soeharto, 

padahal Latief datang ke Rumah Sakit itu, untuk menyampaikan berita penting mengenai  rencana 

pelaksanaan, G30S yang akan dimulai jam 04.00 tanggal 1 Oktober 1965, besok paginya. 

 sebetulnya  rencana pergerakan  militer ini , sudah  dibicarakan pada tanggal 28 September 

1965 dirumah Soeharto, di Menteng, Jakarta hanya hari dan jam pergerakan  belum dibicarakan, masih perlu dikoordinasikan pada waktu itu dengan kesatuan lainya. Latief bersama istri dan seorang perwira lain dari Solo bersama istri berkunjung kerumah rumah  Soeharto untuk menyamarkan maksud pertemuan yang sebetulnya , yaitu untuk  membicarakan penyingkiran para jaendral anggota  Tim Pengusut MBAD. Dengan hadir pula nya para istri justru kelihatan jelas betapa eratnya hubunngan mereka itu, sekaligus membantah bpernyataan Soeharto, bahwa Latief datang ke Rumah Sakit itu akan membunuh diri Soeharto. . Brigjen Soepardjo   Panglima Komando Tempur II Kalimantan Barat, mantan ajudan jendral  Roekman (komunis) Soepardjo yaitu  akrab dan sehaluan dengan Soeharto. . Sam Kamaruszaman,yaitu  kader partai sosialisdi Pathuk Yogya, saat  PKI Murba 

dan PSI masih berada dalam satu wadah.partai ini . sedang  Soeharto juga menjadi  salah seorang kader juga, keduanya yaitu  dari satu kandang, jadi bukan orang lain satu 

dengan yang lain.  dilihat  dari kapasitas dan otoritasnya,urut urutan nama anggota  Dewan Revolusi ini . seharusnya dibalik, salah satu tanda jelas adanya konspirasi dan rekayasa pergerakan  ini . Dalam penggal kedua tahun  50 an, di Jawa Tengah berpusat di Semarang, terjadi   kejahatan 

terorganisasi   berupa penyelundupan besar besaran,penggelapan barang barang milik perusahaan negara, manipulasi  dump kendaraan bermotor milik Divisi Diponegoro dan pungutan liar atas barang barang kebutuhan rakyat. (Pungli terkenal tahun  70 an di Jawa Tengah sudah berjalan 20 tahun  lebih dahulu ).  Para pelakunya terdiri dari oknum oknum militer dan sipil,terorganisasi baik seperti biasa  organisasi gangster . Pelaksana utamanya antaralain: yaitu  Liem Siu Liong, Thee Kian Seng (Bob Hasan), Tik Liong (Sutikno   pedagang besi tua). Baru baru ini bahkan Bob Hasan berceritera di depan wartawan.mengenai  hal ini  .sedang   dari kejahatan 

terorganisasi ini  tidak lain yaitu  Kol.Soeharto, Panglima Divisi Diponegoro waktu itu.. 

 Adanya kriminalitas terorganisasi ini  akhirnya sampai ditangan Jendral Nasution Menteri 

Pertahanan atau  Ketua PARAN (Badan Pemberantasan Korupsi dan Kejahatan Aparat Negara). Atas laporan dari Kepala Staf Divisi Diponegoro Kol.Pranoto Reksosamodra dan Letkol.  Soenarjo, komandan CPM Jawa Tengah yang mendeteksi dan mengamati kejahatan ini . 

(Letkol Sunaryo lalu  diangkat menjadi Jaksa Agung Muda).  Jendral Nasution memerintahkan agar kejahataan ini  diusut, yang dilakukan oleh Tim  Pengusut MBAD, terdiri dari Majen Soeprapto deputi Pangad sebagai ketua, dengan anggota  

Majen.S.Parman, Majen Harjono MT, Brigjen Soetojo dan Brigjen Panjaitan. Dengan teliti dan 

usaha , dengan didukung bukti bukti yang sah akhirnya Tim berhasil penelitian , bahwa 

terhadap para pelaku, harus diambil tindakan. Pertama Kol.Soeharto yang menjadi pemicu  nya 

harus dipecat dari kedudukanya selaku Panglima Divisi Diponegoro, dan kedua mereka yang 

terlibat diajukan ke depan Pengadilan. 

 Keputusan yang diambil atasan yaitu , memecat Kol.Soeharto sebagai Panglima Divisi 

Diponegoro, namun   tidak diajukan kedepan pengadilan.Kol.Soeharto lalu  dipindah ke 

Jakarta tanpa jabatan. Sedang Tik Liong diusut oleh Kejaksaan negeri  Semarang atas printah 

Jaksa Tinggi Jawa Tengah Mr.Imam Bardjo yang lalu  ternyata meninggal secara misterius. 

Dengan pemecatan dirinya sebagai Panglima Divisi Diponegoro ini , Kolonel. Soeharto 

sangat marah dan dendam, bersumpah untuk memicu  perhitungan dan akan menghabisi, 

mereka mereka yang memicu  dirinya celaka. Mereka itu tidak lain yaitu  para perwira 

anggota  Tim Pengusut MBAD, dan penanda tangan Surat Keputusan Pemecatan Panglima 

Divisi Diponegoro yang tidak lain yaitu  Panglima Tertinggi atau  Presiden Soekarno .  Dengan terjadinya drama berdarah subuh 1 Oktober 1965, ternyata seluruh anggota  Tim Pengusut MBAD yaitu, Jendral jendral Soeprapto, S.Parman, Harjono MT, Soetojo dan Panjaitan, dibunuh  habis, dengan tambahan Men Pangad Letnan Jendral A.Yani. Peristiwa 65 ini  menggocangkan negara kita .dengan hebat, suatu kondisi awal yang diperlukan untuk mengantar penggulingan Presiden Soekarno melalui G30S oleh Van der Plas connection. 

 Drama berdarah 1 Oktober ini  beberapa bulan lalu  disusul dengan pengepungan  istana oleh pasukan gelap (. 11 Maret 1966 berdasar pengakuan sendiri yang disiarkan dipimpin oleh seorang perwira tinggi Kostrad), Presiden Soekarno waktu itu sedang memimpin Sidang Kabinet, memperoleh  laporan bahwa istana dikepung pasukan gelap, segera pimpinan 

sidang dialihkan kepada Waperdam III Dr.Leimena dan Presiden Soekarno lalu  segera 

meninggalkan istana dan terbang ke Bogor, diikuti oleh soebandrio   Sikap sukarno  ini berbeda dengan saat  menghadapi peristiwa 17 Oktober 1952 (waktu istana ditodong meriam yang beliau langsung menghadapinya sendiri).  Jendral Soeharto, mengetahui  bahwa Presiden Soekarno ke Bogor, segera mengirim tiga orang perwira, yaitu Jendral Basuki Rachmat, Yusuf dan Amir Machmud untuk menusul ke Bogor dengan dibekali pesan untuk Presiden Soekarno. Pesannya yaitu    jika  ingin terjamin 

keselamatan pribadi dan keluarganya dan  jalannya pemerintahan, agar Presiden Soekarno 

memberikan mandat kepada jendral Soeharto untuk dapat mengambil tindakan yang perlu guna 

menyelenggarakan jaminan ketertiban dan keamanan ini  .Jika tidak diberi mandat ini , Jendral Soeharto tidak sanggup dan tidak bertanggung jawab jika terjadi kekacauan . 

dan kekacauan yang lebih besar , meskipun sudah diangkat menjadi MenPangad.  Presiden Soekarno dihadapkan pada tuntutan demikian itu tidak dapat melihat celah lagi untuk menghindar dan sudah terperang kap, sehingga tidak ada jalan lain selain memberikan Supersemar yang terkenal itu. Secara de facto Presiden Soekarno sudah  dilucuti kekuasaanya Memang jendral Soeharto berinterpretasi seperti itu, maka dengan Supersemar ini  pada tanggal 12 Maret 1966 PKI dibubarkan. Adapun pertanggungan jawab Presiden Soekarno dengan Nawaksara di MPRS hanyalah peristiwa seremonial belaka. Dengan dibunuh nya para jendral anggota  Tim Pengusut MBAD yang terdiri dari Majen Soeprapto, Majen Sparman, Majen Harjono MT, Brigjen Soetojo Siswomihardjo dan Brigjen Panjaitan dan masih ditambah dengan Letjen AYani dan  dilucutinya kekuasaan Presiden Soekarno, sudah  lengkap dan tuntas terlaksana, sumpah Kol.Soeharto yang diucapkan tahun  66,  Demikian juga  dengan pembubaran PKI tanggal 12 Maret 1966, misi  pokok terakhir kolonel Soeharto yang dibebankan padanya oleh induk jaringanya (Van der Plas connection) yang merekrut dia sudah  dilaksanakanya dengan tuntas.  Amerika bersama sekutunya pada tahun  1958 menerbitkan  sebuah projek pemberontakan, dengan tujuan menggulingkan Presiden Soekarno dan memecah negara kita  untuk dijadikan beberapa negara dan menghapuskan PKI. Mereka menarik pengalaman dari Cina, yang secara utuh sesudah jatuhnya Chiang Kai Sek, seluruh daratan Cina jatuh ditangan komunis kecuali Taiwan sebab  terhalang lautan dan lalu  disekat oleh Armada keVII Amerika dengan dalih pakta dengan Cina (Chiang Kai Sek).  Di negara kita  Sekutu memiliki  kepentingan langsung yaitu sumber minyak di Sumatra dan Kalimantan yang merupakan miliknya. Mereka menerbitkan  projek pemberontakan ini  secara gegabah dan arogan, sebab  merasa sudah  menjadi pemenang dalam perang  Dunia ke II  Dengan dibantu koordinasi yang dilakukan oleh agen utamanya (master agent) Prof. Soemitro Djojohadikusumo, Sekutu menyalurkan dana dan senjata lewat Singapura untuk PRRI dan Permesta. Amerika dengan garang menodong Jakarta dengan Armada ke VII, minta jaminan keselamatan warganya dan perusahaan perusahaan miliknya. Jika Republik Indonesia   tidak sanggup maka mereka akan menggerakkan Armada ke VII yang sudah siap di laut Jawa.  Dengan terjadinya pemberontakan PRRI Permasta, proyek Amerika Inggris ini , Bung 

Karno sebagai pemimpin kenamaan dunia, sempat jatuh citra dan martabatnya sampai dititik 

terendah dimata dunia. lalu  tampil Kolonel A.Yani dengan Operasi 17 Agustus untuk menumpas pemberontakan ini , dibawah ancaman Armada ke VII Amerika yang menang  perang  melawan Jepang di Pasifik. Bintang terang berada di fihak Yani. Dalam tiga hari berhasil direbut ibukota PRRI   Padang dan dalam waktu sekitar satu minggu seluruh PRRI berhasil ditumpas . 

Permesta juga mengalami nasib sama, dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat diselesaikan 

juga . Di Sulawesi malahan terjadi seorang penerbang berkebangsaan Amerika, Allen Pope, 

ditembak jatuh oleh My.Ud. Dewanto, ditawan dan diadili dan  memperoleh  vonnis hukuman 

mati, sebab  dia sudah  menghancurkan  wilayah Republik Indonesia   dan juga beberapa kapal 

negara kita , sehingga memicu  kerusakan dan tewasnya rakyat yang tidak berdosa. Dia 

mengaku bahwa operasinya dilakukan dengan terbang dari Pangkalan Angkatan Udara 

Amerika di Clark Field, Fillipina ,  Dengan ditumpasnya pemberontakan projek Amerika   Inggris ini  dalam waktu yang mengejutkan singkatnya, muka mereka tercoreng dimata dunia internasional dan terbuka  kedoknya menyerang kedaulatan negara lain semaunya sendiri. Disamping itu Amerika dengan terpaksa  harus menjadi pengemis untuk memohon ampunan keselamatan jiwa Allen Pope, yang oleh sukarno  dengan jiwa besar diluluskan. Jika penumpasan berjalan agak lama dan pemerintahan pemerintahan tandingan ini  sempat memicu  perjanjian dengan Amerika, maka Amerika dapat menggerakkan Armada keVII untuk mendarat di wilayah negara kita . Sikap yang garang dan arogan Sekutu ini  dilandasi ego yang kuat sebab  sudah  menjadi pemenang dalam perang  Dunia ke II dan Amerika dibawah pemerintahan Partai Republik ini berbau rasialis. . Wajah dan citra sukarno  terangkat kembali dimata dunia dan negara kita  tidak dapat dipandang remeh saja oleh negara negara lain, terutama negara bekas kolonialis. sukarno  merasa lega dan sangat berterima kasih kepada kolonel A.Yani yang mampu mengangkat kembali citra dan martabatnya dimata dunia internasional. 

 Presiden Soekarno terpana atas performance Kol.AYani, sesudah selesai bekerja   dalam Operasi 17 Agustus di Sumatra Barat, lalu  diangkat menjadi Deputi Kasad dengan pangkat Mayor Jendral Pada pertengahan tahun  1963 dengan wafatnya Menteri Pertama Ir.Djuanda, diadakan reshuffle Kabinet, AYani menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat.  Dalam kabinet baru ini Dr.soebandrio   diangkat menjadi Waperdam I, Chaerul Waperdam II dan  Pak Leimena Waperdam III. Disamping para menteri eksekutif ini diangkat juga  menteri menteri  yang mengkoordinir bidang tertentau antaralain: D.N.Aidit dari PKI ,juga diangkat menjadi Menko, 

Jen.Nasution menjadi Menko bidang Pertahanan Keamanan . Meskipun kabinet baru ini sudah mengakomodasi banyak unsur kekuatan termasuk PKI,namun  suhu politik bukanya mendingin,namun   terasa semakin panas, tuntutan pembagian keuangan  untuk daerah masih tetap meningkat dan desakan dari daerah termasuk dari unsur Angkatan  Bersenjata, agar dikembalikan kepemimpinan Dwi Tunggal menambah kondisi politik tidak mantap. Lebih lebih dengan intrik dan infiltrasi dari kekuatan luar negeri  yang semakin intensif . Dalam kondisi yang tidak menentu ini  rupa rupanya sukarno  sudah merasa, dan 

menyampaikan amanah kepada Jendral AYani   jika  sampai terjadi apa apa pada diri saya, 

engkau Yani agar   menggantikan saya . Yani yang merasa belum siap menyarankan, 

 apakah tidak sebaiknya diambil dari salah seorang Waperdam saja, mas Ban, mas Chaerul 

atau pak Leimena, jawaban sukarno  ,  soebandrio  is onbetrouwbaar (tidak dapat dipercaya), Chaerul masih suka ngoboy, Pak Leimena cocok jika  jadi dominee di greja, yang tepat yaitu  engkau . 

 Dilahirkan sebagai anak seorang B.B ambtenaar (Pangreh Praja zaman Belanda yang suka 

menjilat) di Jawa Timur. Memperistri Dr. Hurustiati anggota  PSI. Suami istri zaman Jepang 

bekerja di bidang kesehatan sebagai dokter dan memiliki  status sosial yang terpandang. 

 Dalam tahun  1945 an Dr.soebandrio  membentuk Ontvangst Commitee (Panitia Penyambutan) untuk menyambut kedatangan kembali Belanda (NICA Sekutu) dengan mengajak organisasi organisasi pemuda antaralain: indonesia muda  , yang menolak mentah mentah, sebab  Belanda datang  itu mau menjajah negara kita  kembali. maka  soebandrio  disini membuka kedoknya sendiri dengan bertindak sebagai anggota  jaringan intel Sekutu, yang di negara kita  dikendalikan oleh Chr.Van der Plas mantan Gubernur Jawa Timur. (Van der Plas connection). Mahkamah Militer Luar Biasa, menjatuhkan vonnis hukuman mati untuk DR soebandrio  . Ratu 

Elizabeth dari inggris mengajukan permohonan keringanan bagi DR soebandrio  . Ada hubungan 

apa,  soebandrio , memiliki  sifat sifat yang licik, plin plan dan sangat ambisius, dengan sifat seperti  itu, dibesarkan dalam lingkungan dan suasana keluarga BB Ambtenaar, dengan suka cita masuk jaringan Van der Plas ini . 

Pembentukan Panitia Penyambutan kedatangan Sekutu NICA, yang menang perang , Dr. 

soebandrio  percaya  pasti Belanda akan berkuasa kembali (Perjanjian Yalta, Postdam). Dia 

memperhitungkan bahwa jika  dia tampil, nantinya pasti akan diangkat menjadi pembesar oleh 

Belanda. Van der Plas, Gubernur Jawa Timur yang menguasai beberapa bahasa daerah, bahasa Arab, Cina selain bahasa bahasa Barat, dengan licik, berhasil membina keluarga keluarga BB 

Ambtenar dan guru guru agama, pesantren pesantren dan organisasi keagamaan hingga 

secara lihai mereka dapat dikendalikan untuk kepentingan kolonialis. Dalam masa pendudukan Jepang, Van der Plas, mengendalikan jaringan intel Sekutu di negara kita  dari Australia, termasuk dalam jaringanya yaitu  orang  dari jalur Dr.Van Mook seperti, Mr.Amir Syarifudin (pernah  menjadi P.M.  memberontak sebagai PKI di Madiun) DR.Soemitro (beberapa kali jadi menteri, master agent Sekutu, koordinator penyalur senjata  dan dana dari Singapura untuk PRRI Permesta) dari jalur Van der Plas seperti Dr.soebandrio  , beberapa Kyai baik di Jawa, Sumatra maupun di Kalimantan, antaralain: H. Hasan Basri, Kyai I.R. dari jawatimur  beberapa Perwira Udara antaralain: Soedj, Roes, juga anak seorang ambtenaar Belanda, Soemarsono (ketua Pesindo, proklamator negara Sovyet di Madiun th.1948   salah satu pemberontakan terhadap Republik Indonesia   buatan  Van der Plas) , sekarang tinggal di Australia dan menjadi warga negaranya. 

Termasuk dalam   Van der Plas Connection   juga tokoh seperti Walikota Solo, Utomo Ramelan 

yang secara nyata dan vokal mendukung Dewan Revolusi G 30 S, hal ini bukan peristiwa yang 

tanpa rencana. sedang  dari CDB PKI saja waktu itu tidak ada yang mengeluarkan pernyataan  dukungannya. Dari sini terlihat benang merah, yang menghubungkan Dr.soebandrio  

dengan Utomo Ramelan, dengan jelas. Ramelan, bapaknya Utomo yaitu  Ambtenaar PID (polisi rahasia Belanda) yang kerjanya mengkhianati bangsanya saja, Utomo memiliki  saudara wanita  Utami Ramelan Suryadarma, sekualitas dengan kakak dan bapaknya.  soebandrio   yang licik dan licin dengan melalui istrinya, yang anggota  PSI berhasil menempel pada Sutan Syahrir, hingga berhasil diangkat jadi Duta Besar, lalu  Kepala BPI yang terus dirangkap selama jadi Menteri Luar negeri  maupun jadi Waperdam I, sesudah Menteri Pertama  Djuanda meninggal dunia dalam tahun  1963. merangkap  sebagai kepala BPI ini yaitu  saran dari  Van der Plas Connection ( CIA   MI 6   Sekutu ). saat  Roeslan Abdulgani menjadi Menteri Luar Negeri, soebandrio  yang duta besar di Moskow, ditarik, dijadikan Sekretaris Jendral (dari jabatan politik ke administrasi, sebab  antara keduanya ada rivalitas). Justru dari jabatan ini soebandrio  ada kesempatan mengkonsolidasi bagian intel dari  beberapa instansi yaitu Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan dan Departemen Dalam Negeri (Kepolisian menjadi BPI, Badan Pusat Intelijen, dan dia mengepalainya, tentunya  atas nasihat dan arahan Van der Plas) . Dengan kedudukanya sebagai Kepala Badan Pusat Intelejen, Waperdam I dengan otoritas yang ada ditangannya bersamaan dengan dukungan jaringan intel luar negeri (Sekutu) jalan 

terbuka baginya guna meraih kedudukan nomer satu di negara kita . Dengan adanya amanah 

sukarno  kepada Yani, soebandrio  harus bekerja lebih keras. Dia mulai memicu  manuver 

manuver politik yang menyenangkan PKI dan bekerja sama dengan harapan memperoleh  

dukungan politik. PKI. Dalam bulan Agustus 1965, datang sebuah Tim Dokter RRC, sesudah  mengadakan pemeriksaan kesehatan sukarno , berhasil penelitian  penyakit sukarno  yaitu  serius tak boleh diabaikan. Bagi soebandrio  dan PKI berita ini yaitu  sangat menyentakkan. Sejak saat itu, mulai terjadi kegiatan dan manuver manuver politik yang luar biasa. soebandrio  melancarkan 

move move politik dan PKI yang merasa belum siap sangat khawatir akan diterkam oleh AD 

(manuscript  Gilchrist ). Lebih baik melakukan ofensif revolusioner dibandingkan  diam dan defensif. Mereka bergegas untuk memicu  persiapan persiapan, guna menghentikan aksi  Jend. A.Yani dan  para perwira pimpinan Angkatan Darat. sebab  mereka sesudah penumpasan pemberontakan lebih terkonsolidasi, perhitungan soebandrio  jika hanya Yani yang disingkirkan, kemungkinan  Nasution akan dapat dimunculkan, maka Nasution segera dimasukkan juga dalam daftar untuk dihabisi. Dengan persiapan yang tergesa gesa dan kurang cermat dan tidak rapi ini  menjadi  para pelaksana penculikan tidak mampu membedakan antara Nasution dan Letnan Tendean, yang memicu  lolosnya Nasution dari penculikan dan pembunuhan. PKI segera menerbitkan  kampanye politiknya, dengan melontarkan tudingan bahwa para perwira Pimpinan AD yaitu  fasis yang merencanakan gerakan gerakan  ternadap sukarno  dengan membentuk Dewan Jendral. Pengertian Fasis yaitu  militer (yang ganas dan rakus) yang bekerja sama dengan kaum kapitalis (disini dinamakan cukong, konglomerat). Sepanjang  pengetahuan  orang banyak, para jenderal Pimpinan AD ini, tidak ada yang dinamakan tukang dagang apalagi memiliki  cukong, maka tudingan fasis dari PKI ini  jauh meleset dan kurang memperoleh  sambutan dari masyarakat bahkan oleh masyarakat mereka dinilai tertib, jujur dan disiplin. Partai yang memberikan dukungan utama kepada sukarno  dalam menerbitkan  politik penggalangan negara Nefos (New Emerging Forces). Strategi politik ini, mengancam strategi politik Amerika Serikat, yang dalam rangka perang  dingin menginginkan hanya ada dua kubu  saja, kubu Kapitalis dan kubu Komunis. sukarno  ingin menggalang kekuatan negara negara  berkembang, menjadi kubu ketiga sebab  PKI dalam hal ini merupakan pendukung utama, maka PKI selalu memperoleh   dukungan sukarno , jika ada yang  mengganggu atau menentangnya. Sejak akhir tahun  1962, sesudah  Irian Jaya kembali ke pangkuan RI, PKI mengadakan evaluasi diri, mengapa sejak aktif kembali sudah hampir 15 tahun  mulai 1949, belum juga dapat meraih kekuasaan, sedang dalam Pemilu 1955 sudah menjadi salah satu dari empat besar. Diluar negeri partai komunis dengan massa 10% saja sudah dapat meraih kekuasaan dengan mudah. Mereka menemukan kesalahan ini .yaitu PKI sudah  menerapkan strategi politik yang keliru, yaitu  strategi 'konformisme' menyesuaikan diri dengan garis politik Pemerintahan Nasional  Bung Karno. Maka PKI segera mengambil keputusan untuk beralih ke strategi 'konfrontasi' sesuai dengan garis perjoangan kominis yaitu 'Klassen Strijd', pertikaian  kelas. Aidit dan Nyoto ke Moskow untuk menyampaikan keputusan ini,  namun   justru memperoleh  marah  dari bos Partai Komunis Sovyet, yang tidak dapat menyetujuinya, sebab  kolaborasi  dengan 

pimpinan borjuis nasional seperti sukarno  masih diperlukan dalam menghadapi kapitalis 

Amerika Serikat. Dengan adanya tokoh seperti sukarno , dapat dipakai  menarik negara 

negara berkembang disisi komunis. Aidit merupakan tokoh yang misterius, dia dengan alasan untuk melaksanakan alih strategi 

politik yaitu   konfrontasi   dalam rangka mengemban misi dari induk jaringanya lewat Sam Van der Plas connection, guna menyesuaikan agenda waktu yang sudah ditentukan oleh 

jaringan ini  dalam usaha  hendak menggoncang negara kita . Maka baginya tidak ada jalan 

lain selain beralih kiblat ke Beijing, yang masih berwawasan nasional atau  lokal yang menerapkan doktrin,  kekuasaan ada di ujung senapan   desa mengepung kota  berkonfrontasi dengan penguasa nasional, hal yang tidak dapat dielakkan. Dengan menerapkan strategi politik konfrontasi ini , akan sesuai dengan agenda waktu yang sudah ditentukan Van der Plas connection   (Sekutu) untuk menggoncang negara kita  dalam rangka menghentikan aksi  Presiden Soekarno. 

 Sebagai realisasi strategi  konfrontasi  ini , dilancarkan pergerakan  Aksi Sefihak, yang 

memicu  antagonisme dan konflik konflik dengan partai dan golongan lain, seperti antaralain: 

Masyumi, PSI, PNI, NU dan AD dan  lain lain kelompok. Menciptakan setan setan kota dan 

setan desa, kabir (kapitalis birokrat), . yang membuat  suasana politik semakin panas, 

seperti, Peristiwa Bandar Betsi, Jonggol, Boyolali, Klaten . Kekuatan yang menentang aksi aksi PKI ini . dianggap  oleh sukarno  sebagai kaum kontrev (kontra revolusioner), komunisto fobi dan reaksioner, sebab  tidak berani melakukan kompetisi revolusioner. Terhadap AD, oleh PKI diluncurkan tuduhan bahwa pimpinannya membentuk Dewan Jendral yang mau mengegerakan gerakan  sukarno . sukarno  secara sistematis dihasut bahwa para jendral ini . tidak dapat dipercaya maka yaitu  mendesak untuk dibentuk Angkatan ke V, dengan mempersenjatai buruh dan tani. Hasil Hasutan ini  memicu  sikap sukarno  mendua. RRC politis mendukung usul PKI ini  dan bersedia  membantu persenjataanya. Sikap mendua sukarno , dimanfaatkan dengan pengiriman senjata secara diam diam dari Beijing ke Jakarta, baik dengan pesawat pesawat Hercules maupun dengan kapal laut, yang dibaurkan dengan pengiriman barang barang untuk Asian Games. Semua usaha ekstra PKI ini  dilakukan sebab  partainya belum siap dan merasa dirinya berada dalam kondisi  kritikal, sejak diketahui  sakitnya sukarno  yang serius. Menyangkut  rencana PKI terhadap Yani, soebandrio  terus mendukungnya sepanjang paralel dengan rencana dan keuntungannya sendiri, bahkan mengipas dan mendorongnya, agar PKI segera bertindak. Didepan sidang para menteri bersama para panglima daerah dan para gubernur, (waktu itu unsur PKI sudah ada yang duduk dalam kabinet menjadi menteri) Jendral A Yani secara terus terang atas nama para panglima daerah menyatakan, menolak dibentuknya angkatan ke lima usulan PKI dengan mempersenjatai buruh dan tani. Dengan menarik pelajaran dari pengalaman tahun  45 an, adanya Biro Perjuangan   TNI Masyarakat, hanya memicu  konflik dan perpecahan yang memperlemah bahkan merusak kekuatan nasional. A Yani juga menyatakan ketidak senangannya PKI diberi posisi di dalam kabinet. Aidit tokoh muda PKI yang misterius. Sejak 1948 (affair Madiun) tertawan di Solo, dapat lolos dari tahanan di Solo, terus meloloskan diri ke luar negeri , lewat Surabaya meskipun Surabaya dan sekitarnya diduduki oleh Inggris   Belanda. Aidit yaitu  sekelompok dengan Soemarsono (Ketua Pesindo yang melakukan proklamasi negara Sovyet dari Madiun atas suruhan Van der Plas, maka dapat lolos saat  tahun  1948 terus ke Australia dan selanjutnya menjadi warga negaranya). Demikian juga  Sam Kamaruszaman yaitu  sekelompok dengan mereka itu. Dari peristiwa ini sudah jelas, siapa siapa mereka itu ialah agen agen Sekutu Belanda maupun komunis. Tanggal 19 Desember 1948 Belanda melakukan Aksi Militer ke II dengan penyerbuan ke wilayah Republik Indonesia   tiga bulan sebelumnya yaitu pada tanggal 18 September 1948,Van der Plas menyuruh PKI berontak di Madiun (dengan proklamasi negara sovyet ini ), guna memperlemah Republik Indonesia  . Namun TNI berhasil menumpas pemberontakan PKI, bahkan Mr.Amir Syarifudin anggota  jalur Van Mook (pernah  jadi Perdana Mentri RI) tertawan didesa Klambu, Purwodadi Jawa Tengah, bersama sama tokoh  PKI lainya. Kecurangan Belanda dengan siasat adu domba dapat kita patahkan sebelum Belanda menyerbu wilayah  Republik Indonesia   pada tanggal 19 Desember 1948 ini . sesudah  beberapa tahun  di luar negeri , Aidit lalu  dapat diselundupkan kembali ke dalam negeri , berkat reka daya Sam Kamaruszaman. Sejak datang kembali, karier politiknya dengan lancar dan cepat terus menanjak seperti diroketkan, hingga menjadi bos partai Sekjen PKI, Ketua Politbiro CC PKI (sebagaimana biasanya seseorang yang diorbitkan, selalu diatur kariernya). 

Hubungan khusus antara Aidit dengan Sam ini lalu  dibakukan dengan dibentuknya Biro 

Khusus yang diketuai oleh Sam yang hanya bertanggung jawab kepada ketua Politbiro/Sekjen 

PKI seorang yaitu Aidit (dengan alasan mengingat kerahasiaan yang harus dijaga, membina 

anggota  Angkatan Bersenjata tidak boleh diketahui  oleh orang banyak, cukup   dua orang saja). Keputusan dari PKI mengenai G30S hanya diketahui  oleh dua orang ini , yang oleh 

Sudisman dikritik sebagai keputusan avonturisme. Pada tanggal 1 Oktober 1965 tengah tengah malam ,Aidit disuruh oleh Sam untuk segera naik pesawat yang sudah tersedia untuk terbang ke Yogya hanya bersama pendampingnya Kusno, dan diberitahu  , bahwa nantinya di Yogya akan dijemput oleh Ketua CDB PKI Yogya. faktanya setiba di Yogya tidak ada seorangpun yang datang menjemputnya Hanya diantarkan oleh pendamping dan seorang sopir dari AURI, bertiga lalu  menuju ke rumah Ketua CDB PKI.Yogya. 

 Setibanya ditempat yang dikira rumah Ketua CDB, pada waktu diketuk pintunya, ternyata   rumah tokoh NU. Keberadaan Aidit di Yogya maka  sudah  diketahui  fihak lain, maka untuk menghilangkan jejak, lalu  perjalanan diteruskan ke Salatiga. Beberapa hari lalu  baru melanjutkan perjalanan ke Solo dengan memperoleh  jemputan kendaraan yang dikendarai oleh seorang Cina jago kunthau dari Solo. namun   akhirnya tertangkap hidup hidup sesudah  beberapa waktu berada di Solo. Setibanya ditempat yang dikira rumah Ketua CDB, pada waktu diketuk pintunya, ternyata yaitu  rumah tokoh NU. Keberadaan Aidit di Yogya maka  sudah  diketahui  fihak lain, maka untuk menghilangkan jejak, lalu  perjalanan diteruskan ke Salatiga. Beberapa hari 

lalu  baru melanjutkan perjalanan ke Solo dengan memperoleh  jemputan kendaraan yang dikendarai oleh seorang Cina jago kunthau dari Solo. namun   akhirnya tertangkap hidup 

hidup sesudah  beberapa waktu berada di Solo. 

 Sesampainya Aidit di Solo, dia ditempatkan secara terus berpindah pindah. Semula diperkirakan  di Lojigandrung rumah  resmi Walikota Utomo Ramelan, lalu  dipindahkan ke kampung Keparen (sebelah Selatan Pasar Singosaren) dirumah Jupri Prio Wiguno, anggota  PKI tengah malam  (jaringan Van der Plas). Beberapa hari Aidit berada di Keparen, lalu  dijemput oleh Sri Harto, penghubung Aidit   soebandrio . Dengan menyerahkan tanda bukti berupa sesobek kertas krep yang bertanda tangan, sedang  sobekan yang lainya berada ditangan tuan rumah ialah Jupri ini . sesudah  sobekan ini  dicocokan dan memang cocok, maka Aidit diserah 

terimakan oleh Jupri kepada Sri Harto. sesudah  serah terima ini , Aidit dengan diboncengkan scooter, dibawa ke rumah KRT. Sutarwo Hardjomiguno di desa Palur sebuah desa disebelah timur kota Solo. Beberapa hari 

berada di Palur dia sempat berkeliling kota Solo, bahkan sempat menengok markas CC PKI 

Solo. lalu  dipindahkan kerumah Sri Harto penghubung ini  di kampung Kleco yang 

terletak dibelakang Markas Resimen, dirumah ini  Aidit tinggal beberapa hari lamanya. sesudah  mengambil Aidit dari Keparen Sri Harto melaporkan mengenai  keberadaan Aidit, kepada 

para senior Pemuda Pelajar (Suhari alm. dan seorang lagi). berdasar keterangan saksi  keteranganya sebab  dia merasa ngeri, melihat perkembangan kondisi , batalion TNI AD, K, L dan M di Solo sudah  banyak disusupi PKI. Demikian juga  dengan CPM, sehingga banyak tahanan tahanan penting dapat lolos, antara lain seperti tokoh PKI anggota  Politbiro Ir.Sakirman, sopir Cina penjemput Aidit dari Salatiga . Sri Harto percaya kepada para Pemuda Pelajar dan merasa aman, sebab  melihat sepak terjang dan perjuangannya  saat  bergerilya melawan Belanda, perang  menumpas pemberontakan PKI 1948 dan waktu itu dalam menghadapi G 30 S di Solo. 

 sesudah  Sri Harto memberi laporan mengenai  keberadaan Aidit ini , siasat segera disusun. 

Untuk menambah kepercayaan Aidit, Sri Harto diberi pengawalan oleh dua orang dari para 

Pemuda Pelajar, sekaligus untuk mengawasinya, apakah Sri Harto jujur atau tidak dan 

kepadanya diberi sepucuk pistol untuk berjaga jaga . Oleh para senior hal ini  segera dilaporkan kepada Kol.Yasir yang rupa rupanya kurang 

percaya bahkan minta apa jaminanya jika bohong. Jawaban Suhari dia bersedia ditembak mati 

jika  laporanya tidak benar, sebab  mereka itu pejuang  ditembak ong oleh kepercaya anya tiada 

pamrih pribadi demi untuk menegakkan Republik Indonesia   yang mereka ikut mendirikanya.. 

Keberadaan Aidit di Solo, sudah beberapa hari dibuntuti, sesuai kesepakatan dengan Sri Harto. 

 Laporan kepada Kol.Yasir ini  rupa rupanya bocor. Rumah dimana Aidit ditempatkan, ternyata digerebeg oleh sepasukan polisi yang selama itu tidak berperanserta  aktif, dan penyerbuan 

ini  sama sekali tidak ada koordinasi, dimaksud hanya untuk menciptakan kekacauan  belaka. 

lalu  diketahui  bahwa Sekretaris pergerakan  dari Kol. Yasir, yaitu Letkol Muklis Ari Sudewo, 

yaitu  seorang komunis yang mempengaruhi polisi untuk melakukan penyergapan, padahal 

selama kampanye melawan G30S tidak berperanserta . Sergapan ini  sebab  tanpa koordinasi, hampir memicu  bentrokan dengan Pemuda Pelajar yang bekerja   untuk memantau  

Aidit. Beruntung bahwa sebelumnya Aidit sudah dipindahkan ke kampung Sambeng. Letnan 

Sembiring (terakhir jendral) yang mengejarnya di Pati namun   tidak berhasil menangkap, teryata 

memergoki Muklis Ari Sudewo di Solo, ia menjadi orang kedua pergerakan . Dalam tubuh AD di 

Solo masih banyak unsur unsur komunis (bagian operasi, Kapt. Hardijo, CPM a.l Lettu Abu) . 

Kericuhan dalam operasi sering terjadi sebab  Pemuda Pelajar sering dijerumuskan jika  

melakukan patroli terutama di tengah malam  hari, rupa rupanya unsur unsur PKI sudah terlebih dahulu diberitahu  . namun   berkat pengalaman, dapat mencium gelagat yang tidak baik dan tipuan tipuan ini  dapat dihindari. Maka sesudah  itu mereka memicu  gerak tipu sendiri sehingga dapat 

menangkap banyak unsur PKI dan merampas persenjataanya. kekacauan  di Solo ditambah 

dengan sering bentroknya golongan Islam dengan golongan Nasionalis yang juga banyak dari 

mereka itu yang diadu domba dan menjadi korban dibunuh  oleh komunis, menjadi  kondisi  

bertambah rawan. Sri Harto yaitu  Ketua SBIM (Sarekat Buruh Industri Metal) di pabrik panci Blima. Bapaknya Sri Harto yaitu  seorang dari kalangan atas Mangkunegaran, KRT. Sutarwo Hardjomiguno, lincah luwes hingga mampu kemana saja (kemungkinan besar berada dalam jaringan Van der Plas, sebab  dapat ketempatan Aidit tanpa bocor). Kakak Sri Harto menjadi Asisten Wedana (PKI) di Klego daerah Boyolali, yang dinilai banyak merugikan dan menteror rakyat, maka dihabisi oleh rakyat sendiri.

Sri Harto memperoleh  kepercayaan untuk menjadi penghubung soebandrio    Aidit, namun   sebab  

dia kurang teguh dan ngeri akhirnya membuka kedoknya sendiri, mencari selamat dengan 

melaporkan mengenai  keberadaan Aidit di Solo ini  kepada para senior Pemuda Pelajar. 

 Saat rumah dimana Aidit ini  ditempatkan digerebeg oleh sepasukan polisi, Aidit sudah 

dipindahkan ke kampung Sambeng. Sore harinya Kol.Yasir melakukan operasi penggerebegan 

baik ke rumah dimana Aidit ditempatkan pada waktu siangnya maupun ke seluruh kampung.namun   hingga sekitar pukul 22.00 tengah malam , Aidit belum juga dapat diketemukan. lalu  operasi dihentikan dan pasukan tentara ditarik dari kampung Sambeng, beberapa ditinggalkan untuk memantau . Para senior Pemuda Pelajar yang memberikan laporan kepada Kol.Yasir merasa sangat terpukul dan kecewa, sebab  selain kena tuduhan pembohong juga sudah  memberikan jaminan, jika bohong, bersedia untuk ditembak mati. Mereka percaya  bahwa Aidit pasti masih 

berada dirumah dimana siangnya ditempatkan atau paling tidak masih dikampung Sambeng 

Para senior Pemuda Pelajar, lalu  mengambil inisiatif untuk menggeledah dan memagar 

betis kampung dan rumah ini  dengan mengerahkan teman temannya, meskipun mereka 

menanggung risiko sebab  berlakunya jam tengah malam . Terutama rumah yang sudah digeledah 

ini  digeledah lebih intensif lagi, namun   tetap tidak diketemukan Aidit. Hanya didalam sebuah almari yang kosong dan menempel rapat dengan dinding penyekat rumah ditemukan sebuah celana dalam, berinitial DA, yang diduga yaitu  milik Aidit. Rumah ini  dihuni oleh seorang yang sudah tua, seorang pensiunan pegawai Bea & Cukai bersama cucunya yang gadis remaja.  Sudah susah payah dari pagi sampai tengah tengah malam  belum juga memperoleh  hasil, salah seorang  senior Pemuda Pelajar menemukan akal, dengan menggertak orang tua penghuni ini , jika 

tetap tidak mau mengaku dimana Aidit berada, cucunya akan dipermalukan didepannya. 

 Dengan gertakan demikian orang tua ini  akhirnya mengaku bahwa Aidit berada dibelakang almari kosong ini . saat  dibantah mana mungkin, sebab  almari ini  rapat dengan dinding. memperoleh  jawaban, bahwa dinding belakang almari ini  merupakan pintu dan dinding sekat rumah ini  yang rangkap dengan rongga sekitar 50 60 cm. 

 Ternyata waktu dinding belakang almari ini  dibuka, Aidit masih berada didalam rongga 

dinding sekat rumah ini  Aidit disilahkan keluar dan lalu  diserahkan kepada Kol.Yasir 

langsung di Lojigandrung. Operasi penggeledahan tahap kedua yang dilakukan oleh para 

Pemuda Pelajar ini, didampingi oleh Letnan Ning, hingga merupakan tindakan yang berada 

dibawah tugas   resmi. tertangkapnya Aidit ini  segera dilaporkan ke Jakarta oleh Kolonel Yasir, lalu  diperintahkan langsung oleh Jendral Soeharto agar pada kesempatan pertama Aidit dibawa ke Jakarta. Konon lalu  didapat kabar bahwa dalam perjalanan ke Jakarta ini  ditengah 

jalan Aidit dihabisi dan tidak diketahui lagi   Hal ini memicu  tanda tanya, mengapa seorang tokoh yang demikian penting, selain Sekjen PKI, juga menyandang jabatan resmi sebagai Menko dihabisi begitu saja,  Mengapa tidak dikorek keteranganya hingga tuntas dan diajukan ke Pengadilan hingga masyarakat umum mengetahui  secara terbuka. Dalam hal ini sangat terasa adanya sesuatu yang disembunyikan dan merupakan misteri besar. Apakah ada hubunganya dengan kemisteriusan tokoh Aidit,  Tertangkapnya Aidit di Solo ini membuka tabir adanya hubungan Aidit dengan soebandrio  dan dengan jaringan Van der Plas ( antaralain: 

Jendral Soeharto, yang memerintahkan menghabisi). Suatu konspirasi yang sangat kejam dan sudah  memakan korban besar dikalangan rakyat.banyak, baik yang komunis maupun yang non komunis. jika  ditelusuri lebih mendalam, dalam rangka untuk lebih menjamin kepentingan Sekutu (politik, ekonomi dan keamanan di negara kita ) Amerika dan sekutunya merasa perlu untuk 

menggulingkan Presiden Soekarno dan memecah belah negara kita  menjadi beberapa negara, 

menghentikan aksi  para perwira yang berdedikasi dan menghapus PKI. Kegagalan yang dialami 

Amerika dan sekutunya dalam menerbitkan  projek pemberontakan PRRI Permesta 

memicu nya sadar sesudah  memperoleh  advis dari Blanda, bahwa pendekatan dari daerah untuk 

menghentikan aksi  Presiden Soekarno yaitu  kesalahan yang fatal dan sulit untuk dapat berhasil. Sekutu mulai melakukan pendekatan ke Pusat. Kepada Jakarta mulai ditawarkan untuk 

membeli pesawat angkut raksasa Hercules, negara kita  diberi bantuan stasiun komunikasi 

ditambah    perlengkapanya yang dapat menjangkau seluruh wilayah negara kita  (maka  

Sekutu dapat menyadap semua perintah perintah dari pusat maupun daerah), kepada para 

perwira negara kita  diberi kesempatan untuk belajar ke Amerika, diadakan program Civic Mission dan perwira pelaksananya dilatih di Amerika beberapa bulan, juga dikirim ke negara kita  Peace Corps. Para sarjana sipil dan mahasiswa diberi bea siswa untuk belajar ke Amerika. Para kader Dr.SoemitroDjojohadikusumo berbondong bondong berangkat belajar ke Amerika dan kembali menggondol gelar gelar akademis yang diperlukan untuk mengajar di Universitas. Hubungan yang semula tegang menjadi cair, tidak ada pesta atau resepsi di Kedutaan Amerikayang tidak mengundang para sarjana yang kira kira berpotensi. Bersamaan dengan dilaksanakanya program program ini  diatas,dengan diam diam dilakukan talent scouting (mencari calon jago berbakat) oleh perwira tinggi dari bagian sandi yang ternyata berada dalam jaringan Van der Plas. Calon jago yaitu  perwira perwira dengan kriteria, avonturir, berani malu, berani mati, doyan uang , berpengalaman dan berhasil dalam 

berpetualang dan  sudah  menikmatinya. 

 Ditemukan seorang perwira yang memenuhi kriteria ini ,ialah seorang kolonel asal Jawa 

Tengah dan pernah  menduduki posisi tertinggi ditempatnya sebagai Panglima Divisi,yaitu  Kolonel Soeharto. Malahan padanya ditemukan faktor lain yang sangat penting,yaitu menaruh dendam kesumat kepada para perwira atasannya, terutama anggota  Tim Pengusut MBAD dan  rival berat A yani juga kepada Presiden Soekarno yang menandatangani Surat Keputusan pemecatanya sebagai Panglima Divisi Diponegoro. Maka terpilihlah Kolonel Soeharto untuk  dijadikan jago utamanya. Kepada Kol. Soeharto sesudah  selasai pendidikan di SSKAD, diciptakan jabatan yang  sebelumnya tidak ada, yaitu suatu Kesatuan baru ialah TJADUAD (Cadangan Umum Angkatan Darat) Kol.Soeharto dijadikan Panglimanya. Beberapa waktu lalu  diadakan KOGA  (Komando Siaga) dan dia menjadi salah satu anggota  pimpinannya. 

Beberapa waktu lalu  diadakan kampanye untuk menyerbu Irian Barat, Soeharto menjadi 

Panglimanya. sesudah  selesai kampanye Irian Barat, Soeharto dengan pangkat Mayor Jendral 

dijadikan Panglima, KOSTRAD. sesudah  Majen Soeharto menduduki pimpinan Kostrad, terjadilah G30S sesuai agenda waktu dari  Van der Plas connection (atas pesanan Amerika dan sekutunya). Dari peristiwa G30S ini , terlihat dengan jelas adanya jalur jalur konspirasi kaum ex kolonialis, yang sampai kini, masih merajut dengan jalur jalurnya pada sistem kekuasaan negara kita. Dengan melalui Van der Plas connection,  terlihat jalur lewat DR. soebandrio . Dia yang  sangat berambisi untuk menggantikan kedudukan Presiden Soekarno (didukung oleh induk jaringanya), namun   terhalang oleh Yani dan Nasution.(Dewan Revolusi yang dia sponsori memperoleh  dukungan hanya dari Utomo Ramelan yang sejaringan dengan soebandrio  dalam Van der Plas Connection).   jalur PKI, atas rintisan Sam Kamaruszaman bersama DN Aidit dengan menciptakan kondisi kondisi politik dengan strategi baru sehingga PKI yang belum siap terjebak didalamnya.   lewat Jendral Soeharto yang melancarkan operasi intel (menghapus jejak dengan cara menghentikan aksi  atau menghabisi orang/organisasi yang sudah  berhasil mencapai tujuan atau sasarannya, seperti.G30S yang seminggu sesudah  terjadi, dibelakangnya diberi label PKI, meskipun Letkol Untung termasuk jalur PKI, namun   juga juga termasuk jalur Jendral Soeharto).  Letkol Untung yang sudah  berhasil menghabisi para jendral anggota  Tim Pengusut MBAD lalu  juga dihabisi. Dan Perwira Tinggi yang sudah  melakukan mencuci het vuile was 

(melaksanakan pekerjaan kotor) masih beruntung hanya disingkirkan keluar negeri, mengingat 

dia yaitu  orang penting di Kostrad. Dalam bulan Maret 1965 Deputi operasi Angkatan Udara, Laksda Ud Sri Mulyono sesuai  instruksi, memerintahkan untuk dilaksanakan latihan militer bagi para sukarelawan Ganyang Malaysia. Perwira pelaksana latihan ini  yaitu  May.Ud.Soejono, latihan dimulai tanggal 5 Mei 1965. Masih dalam bulan Mei 1965 terjadi serah terima misi  ini  dari Laksda Ud.Sri Mulyono kepada Komodor Ud. Dewanto. Dewanto mengadakan inspeksi ternyata ditemukan, bahwa yang dilatih ini  hanya dari unsur komunis yaitu Pemuda Rakyat dan Gerwani. Oleh Dewanto diperintahkan agar latihan pada awal bulan Juni dihentikan dan digantikan dari unsur unsur Nasionalis dan Agama kepada May.Ud.Soejono.Ternyata perintah atasan ini  oleh May.Ud Soejono diabaikan dan kedua organisasi yaitu Pemuda Rakyat dan Gerwani masih berlanjut sampai terjadinya G30S pada awal Oktober.Lokasi latihan yaitu  dikebon karet berdekatan dengan bahkan mungkin termasuk wilayah Pangkalan Udara Halim yang ada sumur tuanya. 3 hari lalu  sesudah  diketemukanya mayat para jendral yang dimasukkan ke dalam sumur tua ini , masyarakat menjadi geger. Dengan tayangan dengan narasi yang lancar dibarengi dengan pernyataan  mengenai  G30S oleh Jendral Soeharto di lokasi mayat mayat korban diangkat satu persatu. Ini merupakan skenario yang sempurna dan dramatis,berhasil 

menggoncangkan psikologi rakyat. Dari tayangan ini dimuncul kan kesan yang menggores hati rakyat banyak,sebab  terlihat   siapa siapa yang menjadi bandit dan siapa pahlawannya. Suatu rekayasa yang sempurna, maka muncul  pertanyaan, bagaimana seorang bawahan (May.Ud.Soejono) berani mengabaikan perintah atasannya, dalam hal ini Komodor Dewanto, jika tidak ada backing yang lebih tinggi dan kuat. maka  maka berlanjutlah keberadaan Pemuda Rakyat dan Gerwani di Lobang buaya.Siapa yang berada dibelakang peristiwa peristiwa itu semua,  Dari gambaran terjadinya peristiwa peristiwa ini  diatas, sangat jelas kelihatan bagaimana kekuatan asing mengaduk aduk kita dan sampai kini kita belum menyadarinya.Sistem 

kekuasaan politik, ekonomi, sosial yang simpang siur dan dilandasi mental lemah dan keropos, 

sangat rawan dan mudah menjadi mangsa dari para gangster , yang diketahui  Soeharto. 

 Van der Plas Connection yaitu  jaringan nyata  yang canggih, hanya anggota anggota inti tertentu 

yang sadar akan keberadaannya sebagai anggota jaringan, lainnya yaitu  oknum oknum 

oportunis tanpa sadar, sekedar sebagai alat saja. Jelaslah yang  memiliki  gawe  G30S yaitu : 

PKI, Soeharto, soebandrio   dan CIA.  

 Sosok utama pergerakan  30 September yaitu  Untung. Namanya singkat, satu kata, seperti 

kebiasaan tokoh Partai Komunis  Indonesia   menyebut diri; Nyoto, Nyono, Pono. Sebagai sosok 

utama sekaligus pusat peristiwa, Komandan Dewan Revolusi ini  akhirnya diringkus di 

kebun tebu sekitar daerah Tegal, Jawa Tengah. 

Sesudah sepuluh hari berkelana seusai gagalnya aksi perebutan kekuasaan yang dia pimpin, 

Untung mencoba menyelamatkan diri ke Jawa Tengah. Dengan memakai pakaian sipil dia 

meninggalkan Jakarta, naik bus tengah malam . Menjelang masuk Tegal, bus berhenti sebab  lewat pos pemeriksaan. Mungkin merasa akan dikenali, Untung malahan turun dan berlari. Sebuah langkah fatal sekaligus memancing perhatian. Untung segera dikejar, diringkus, dan lalu  diajukan ke Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub). Sesudah melewati persidangan secara maraton, pada Maret 1966 Untung dinyatakan bersalah, dijatuhi hukuman 

mati dan dieksekusi oleh regu tembak di daerah Cimahi, Jawa Barat. Pertanyaannya, apakah dia seorang ksatria yang ingin menyelamatkan sukarno  dari kudeta Dewan Jenderal, sebagaimana alasan yang dia kemukakan saat  membentuk Dewan  Revolusi,  Apakah Untung seorang pengkhianat yang menculik sekaligus membunuh atasannya,  Atau, sekadar boneka yang dimainkan Biro Khusus PKI pimpinan DN Aidit,  Senang main bola  Nama aslinya Kusman. saat  remaja senang main bola, anggota KVC (Keparen Voetball Club) di Kampung Keparen, Kelurahan Jayengan, Solo. Nama ayah angkatnya Sjamsuri, seorang buruh batik. Dia memanggil saya Gus Hardi sebab saya anak juragan tempat Sjamsuri bekerja. Sesudah sekian lama membisu, akhirnya Soehardi bersedia membuka misteri Untung bin Sjamsuri, Letnan Kolonel Infantri NRP 11284 dengan jabatan resmi terakhir Komandan 

Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa, kesatuan khusus pengawal Presiden Soekarno. Untung baru setahun  bekerja   di Tjakrabirawa. Sebelumnya, dia menjabat Dan Yon 454/Para Kodam Diponegoro, pasukan yang populer dengan sebutan Banteng Raider. Kepindahannya ke Jakarta tanpa sengaja sebab  sukarno  semula mengharapkan Mayor (Inf) Benny Moerdani, Dan Yon II RPKAD, untuk menjadi Tjakrabirawa. Dalam pandangan pribadi sukarno , Benny sosok perwira ideal. Penerima Bintang Sakti, tanda kehormatan tertinggi untuk anggota TNI, dan baru saja berhasil melerai perkelahian massal saat  RPKAD menyerbu asrama Kwini di Senen, asrama Yon II Tjakrabirawa eks KKO (kini Marinir) Angkatan Laut. Benny menolak tawaran sukarno  sehingga Untung yang lalu  diperintahkan ke Tjakrabirawa untuk menggantikan Benny. Meski Markas Banteng Raider di Semarang, pasukan ini  slagorde Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Buku sejarah Kostrad melukiskan,  Kostrad dimisi kan Angkatan Darat menyiapkan pasukan dalam rangka upacara Hari ABRI 5 Oktober 1965 dengan mendatangkan Yon 530/Para dari Jawa Timur, Yon 454/Para dari Jawa Tengah, Yon 328/Para dari Jawa Barat, Kesatuan Panser dan Tank dari Bandung dan  Artileri dari Cimahi. Menjelang tanggal 30 September, Untung bertemu kembali dengan bekas anak buahnya. Maka pada Jumat pagi dia menempatkan Banteng Raider bersama Yon 530/Para di Lapangan 

Merdeka depan Istana, dengan dalih menjaga Presiden dari ancaman kudeta Dewan Jenderal. 

Pasukan Kostrad lainnya, Yon 328/Para berikut Kesatuan Panser, tank dan  artileri tidak diajak 

sebab  Untung tidak memiliki  akses ke sana. 

Pada dini hari 1 Oktober 1965, Untung memimpin pergerakan  30 September menculik delapan 

jenderal Angkatan Darat, namun pada saat terakhir nama Brigjen Sukendro dicoret. 

Tuduhannya, tujuh jenderal tadi anggota Dewan Jenderal yang akan menggulingkan Bung 

Karno. Dari tujuh sasaran, enam bisa diculik. Namun sasaran utama, Jenderal AH Nasution, 

Kepala Staf Angkatan Bersenjata, justru lolos. Dalam kegelapan tengah malam  dan  tergesa gesa, para penculik ternyata keliru sasaran. Mereka malah meringkus Letnan I Pierre Tendean, 

ajudan Nasution. Melakukan penculikan tentu saja bukan tindakan seorang ksatria, sosok ideal dalam pandangan prajurit TNI. Namun, menculik lawan politik lewat perintah resmi atau tidak, sejak perang  kemerdekaan sampai masa pemerintahan Soeharto ternyata bukan hal baru. masalah  menonjol, 

antara lain penculikan Perdana Menteri Sutan Syahrir di Solo (1947) dan  penculikan para 

aktivis demokrasi di Jakarta (1988). Maka ancaman yang dikemukakan Presiden Soeharto 

untuk menculik anggota MPR demi menyelamatkan UUD 1945 bukan sekadar wacana kosong. Aksi penculikan terbukti bukan sesuatu hal yang tabu, sudah sering terjadi. 

Penculikan yang dilakukan Untung berlangsung dini hari tanggal 1 Oktober. Maka sukarno  

memberi nama Gestok, pergerakan  Satu Oktober. Untung sendiri menyebutnya pergerakan  30 September. sedang  Pusat Penerangan ABRI sengaja pakai istilah Gestapu (pergerakan  September Tiga Puluh). Meski singkatan seperti  ini bertentangan  dengan kaidah bahasa negara kita , tetap dilakukan dengan tujuan agar masyarakat terbawa ingatannya kepada kekejaman Gestapo. berdasar keterangan saksi  Untung, sesudah anggota Dewan Jenderal ditangkap, akan langsung dihadapkan kepada sukarno .  Terserah Bapak Presiden, apa hukuman yang akan dijatuhkan. Skenario ini berantakan sebab  tiga sasaran telanjur tertembak dan kendali operasi ternyata tidak sepenuhnya di tangan Untung. Semua sasaran akhirnya ditembak. Siapa memberi perintah,   Bukan saya, jawab Untung tegas dalam sidang Mahmilub. Perintah tembak memang bukan datang dari Untung. Perintahnya datang dari warga sipil. Namanya Kamaruzaman, biasa dipanggil Sam, anggota Biro Khusus PKI. Eksekusi ini  memicu   skenario awal lepas kendali. Menyambar ke segala arah dengan ekses berikut derita, yang sampai sekarang belum terpulihkan. Memicu aksi balas dendam berupa 

pembunuhan massal yang dalam taksiran moderat menghabiskan 100 nyawa pengikut 

komunis atau mereka yang begitu saja dituduh komunis.  saat  peristiwa G30S meletus, Soehardi menjabat perwira provost Tjakrabirawa. saat  

tahun  1966 pasukan ini  dibubarkan dan misi  mengawal Presiden digantikan Yon 

POMAD/Para, Soehardi tidak ikut dibersihkan sebab  memang tidak terlibat.  Untung menjabat 

Dan Yon I Tjakrabirawa. namun  , hanya satu kompi anak buahnya ikut ke Lubang Buaya. 

Anggota Tjakrabirawa lain sama sekali tidak mengetahui  saat  sebagian kecil rekannya meninggalkan , asrama di Jalan tanah abang  II (kini Markas Paspampres), mengikuti petualangan Untung. Pertemuan kembali antara Soehardi dan Untung berlangsung awal tahun  1965 di tangga Istana Merdeka.  Lho, Gus Hardi inggih tugad  wonten mriki,  (Lho, Gus Hardi juga kerja  di sini, ). 

berdasar keterangan saksi  Soehardi,  Saya jawab sambil menghormat, siap Mayor. Saya lebih dahulu  menghormat sebab  saya hanya kapten sedang  dia mayor. Meski saya bekas juragannya dan sudah bekerja   di Istana sejak tahun  1954, sementara Untung orang baru, pindahan dari Semarang. Pengalaman saat  kecil, jarak sosial, dan hal hal lain memicu   saat  di Jakarta antara Soehardi dan Untung tidak akrab.  Sebagai pejabat baru di Tjakrabirawa, dia tidak menonjol, tinggal di Jalan Cidurian No 9. Kami tak pernah  kontak sebab sejak kecil Untung pendiam. Kusman dilahirkan di Desa Sruni, Kedungbajul, Kebumen, pada 3 Juli 1926. Ayah kandungnya bernama Abdullah, bekerja di toko bahan batik milik warga keturunan Arab di Pasar Kliwon, Solo. Sejak kecil dia diambil anak oleh Sjamsuri, pamannya, buruh batik di rumah orangtua Soehardi. Masuk sekolah dasar di Ketelan, Kusman melanjutkan ke sekolah dagang. Pelajaran belum selesai, Jepang masuk dan Kusman mendaftar jadi Heiho. Sesudah proklamasi, dia menjadi anggota TKR, embrio TNI. 

Meloloskan diri ke Madiun saat  perang  kemerdekaan Kusman bemisi  di daerah Wonogiri, sebagai anggota Batalyon Sudigdo. saat  September 1948 meletus Peristiwa Madiun, Gubernur Militer Kolonel Gatot Soebroto melihat nformasi , batalyon ini  disusupi komunis,  Pak Gatot memerintahkan Letnan Kolonel Slamet Rijadi, Komandan Brigade V, membersihkan. Soehardi melukiskan,  Slamet Rijadi menggeser Mayor Soedigdo ke Cepogo, lereng Gunung Merbabu. namun   Kusman, pada waktu itu sudah sersan mayor, meloloskan diri ke Madiun, ikut memberontak. Mengapa keterlibatan dalam peristiwa Madiun tidak diselesaikan,  

 Tanggal 19 Desember 1948 Belanda tiba tiba melancarkan Agresi Militer Kedua. Peristiwa 

Madiun tidak tuntas. Hanya sebelas tokoh pemberontak, Amir Syariffudin dan  , pada tengah tengah malam  masih sempat dijatuhi hukuman tembak di Ngalihan, Karanganyar, Solo. Sisanya dengan terpaksa  diputihkan sebab  semua potensi segera bergerak untuk melawan serbuan 

Belanda. Sesudah peristiwa Madiun, Kusman berganti nama jadi Untung, bergabung kembali di TNI, bekerja   di Divisi Diponegoro. tahun  1958, dalam operasi penumpasan PRRI, Letnan I Untung 

menjabat komandan kompi, bekerja   di Bukit Gombak, Batusangkar, Sumatera Barat. Tanggal 14 Agustus 1962, Mayor Untung selaku Dan Yon 454/Para Banteng Raider diterjunkan di daerah Sorong, Irian Barat. Tanggal 25 Agustus 1962, Panglima Mandala Mayor Jenderal Soeharto mengeluarkan perintah gencatan senjata sebab  di New York, AS, sudah ditandatangani persetujuan damai antara negara kita  dan Belanda. Selama sebelas hari bekerja   di Irian, Untung belum sempat bertemu, apalagi bertempur, melawan Belanda. berdasar keterangan saksi  Soehardi,  Sesudah kembali dari Makassar, selesai menumpas pemberontakan Andi Azis, Pak Harto menjabat Dan Rem Salatiga, Dan Rem Solo, lalu  Panglima Diponegoro. Sesudah itu masuk Seskoad di Bandung, sebelum nantinya ditunjuk sebagai Panglima Mandala. Untung dan Soeharto kenalan lama. Akrab atau tidak, hanya mereka berdua bisa menjawab. namun   yang jelas, saat  akhir tahun  1964 Untung melangsungkan pernikahan di Kebumen, Pak Harto rela naik jip dari Jakarta untuk njagong. Dari luar rumah azan magrib terdengar jernih. Soehardi minta diri untuk shalat, sesudah selesai saya langsung menemaninya berbuka puasa. Kisah sekitar Letnan Kolonel (Inf) Untung bin Sjamsuri untuk sementara dengan terpaksa  harus berhenti dahulu . Dia penerima Bintang Sakti, komandan resimen elite Tjakrabirawa. Pada 1 Oktober 1965, dia menculik para jenderal TNI Angkatan Darat. namun  bagaimana sebetulnya  peranserta  tokoh ini masih remang remang.   Koran Tempo menulis bahwa beberapa  saksi menuturkan, pergerakan  30 September 1965 yang dikendalikan Untung dikabarkan  memperoleh   restu dari Soeharto 

(almarhum). berdasar keterangan saksi  saksi, pada dinihari 1 Oktober 1965, saat pasukan Untung bergerak menculik para petinggi Angkatan Darat, Soeharto sempat melintasi di depan kerumunan. Berarti Soeharto sudah mengetahui  lebih dahulu mengenai  aksi penculikan para jenderal,   Dalam bukunya, Soeharto sudah membantah kabar itu.  laporan utama Koran Tempo itu.  ditulis oleh Erwin Dariyanto dan disunting oleh Seno Joko Suyono.Hari Selasa, akhir  tahun  1966. Penjara Militer Cimahi, Bandung, Jawa Barat. Dua laki-laki  saling berhadapan. Yang satu bertubuh gempal, potongan cepak berusia 39 tahun . Satunya bertubuh kurus, usia 52 tahun . Mereka yaitu  Letnan Kolonel Untung Syamsuri dan  soebandrio  , Menteri Luar Negeri kabinet Soekarno.  Suara Untung bergetar.  Pak Ban, selamat tinggal. Jangan sedih, kata Untung kepada soebandrio  .  Itulah perkataan Untung sesaat sebelum dijemput tugas   seperti ditulis soebandrio   dalam buku Kesaksianku mengenai  G30S. Dalam bukunya, soebandrio   menceritakan, selama di penjara, Untung percaya  dirinya tidak bakal dieksekusi. Untung mengaku G 30 S atas sepengetahuan   Panglima Komando Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto.  Kepercayaan Untung bahwa ia bakal diselamatkan Soeharto yaitu  salah satu  misteri tragedi  September. Kisah pembunuhan para jenderal pada 1965 yaitu  peristiwa yang tak habis habisnya dibahas . Salah satu yang jarang diulas yaitu  spekulasi kedekatan Untung dan Soeharto.  Memperingati tragedi September kali ini, Koran Tempo bermaksud menurunkan edisi khusus yang menguak kehidupan Letkol Untung. Tak banyak informasi  mengenai  tokoh ini, bahkan dari sejarawan  Data mengenai  Untung sangat minim, bahkan riwayat hidupnya, kata sejarawan Asvi Warman Adam. Tempo berhasil menemui saksi hidup yang mengenal Letkol Untung. Salah satu saksi yaitu  Letkol CPM (Purnawirawan) Suhardi. Umurnya sudah 83 tahun . Ia yaitu  sahabat masa kecil Untung di Solo dan bekas anggota Tjakrabirawa. Untung tinggal di Solo sejak umur 10 tahun . Sebelumnya, ia tinggal di Kebumen. Di Solo, ia hidup di rumah pamannya, Samsuri. Samsuri dan istrinya bekerja di pabrik batik Sawo, namun tiap hari membantu kerja di rumah Ibu Wergoe Prajoko, seorang priyayi  keturunan trah Kasunan, yang tinggal di daerah Keparen, Solo. Wergoe yaitu  orang tua Suhardi.   Dia memanggil ibu saya bude dan memanggil saya Gus Hardi, kata  Suhardi. Suhardi, yang setahun  lebih muda dari Untung, memanggil Untung: Si Kus. Nama asli Untung yaitu  Kusman. Suhardi ingat, Untung kecil sering menginap di rumahnya. Tinggi Untung kurang dari 

165 sentimeter, namun  badannya gempal.  Potongannya seperti preman. orang  Cina,yang 

membuka praktek praktek perawatan gigi di daerah saya takut semua kepadanya, kata 

Suhardi tertawa. berdasar keterangan saksi  Suhardi, Untung sejak kecil selalu serius, tak pernah  tersenyum. Suhardi ingat, pada 1943, saat berumur 18 tahun , Untung masuk Heiho.  Saya yang mengantarkan Untung ke kantor Heiho di perempatan Nonongan yang ke arah Sriwedari.  sesudah  Jepang kalah, berdasar keterangan saksi  Suhardi, Untung masuk Batalion Sudigdo, yang markasnya berada di Wonogiri.  Batalion ini sangat terkenal di daerah Boyolali. Ini satu satunya batalion yang ikut PKI (Partai Komunis  Indonesia  ), kata Suhardi. berdasar keterangan saksi  Suhardi, batalion ini lalu terlibat pergerakan  Madiun sehingga dicari cari oleh Gatot Subroto.  Clash yang terjadi pada Desember 1949 antara Republik dan Belanda memicu  pengejaran terhadap batalion batalion kiri terhenti. Banyak anggota batalion kiri bisa bebas. Suhardi mengetahui  Untung lalu  balik ke Solo.  Untung lalu  masuk Korem Surakarta, katanya. Saat itu, berdasar keterangan saksi  Suhardi, Komandan Korem Surakarta yaitu  Soeharto. Soeharto sebelumnya yaitu  Komandan Resimen Infanteri 14 di Semarang.  Mungkin perkenalan awal Untung dan Soeharto di situ, kata Suhardi. Keterangan Suhardi menguatkan banyak tinjauan para analisa . Seperti kita ketahui , Soeharto lalu  naik menggantikan Gatot Subroto menjadi Panglima Divisi Diponegoro. Untung lalu pindah ke Divisi Diponegoro, Semarang. Banyak pengamat melihat, kedekatan Soeharto dan Untung bermula di Divisi Diponegoro ini. Keterangan Suhardi menambahkan kemungkinan perkenalan mereka sejak di Solo. Hubungan Soeharto Untung terjalin lagi saat Soeharto menjabat Panglima Kostrad mengepalai  operasi pembebasan Irian Barat, 14 Agustus 1962. Untung terlibat dalam operasi yang diberi nama Operasi Mandala itu. Saat itu Untung yaitu  anggota Batalion 454 Kodam Diponegoro, yang lebih dikenal dengan Banteng Raiders.  Di Irian, Untung memimpin kelompok kecil pasukan yang bertempur di hutan belantara Kaimana. Sebelum Operasi Mandala, Untung sudah  berpengalaman di bawah pimpinan Jenderal Ahmad Yani. Ia terlibat operasi penumpasan pemberontakan PRRI atau Permesta di Bukit Gombak, Batusangkar, Sumatera Barat, pada 1958. Di Irian, Untung menunjukkan kelasnya. Bersama Benny Moerdani, ia memperoleh  penghargaan Bintang Sakti dari Presiden Soekarno. Dalam sejarah negara kita , hanya beberapa perwira yang memperoleh  penghargaan ini. Bahkan Soeharto, selaku panglima saat itu, hanya memperoleh Bintang Dharma, setingkat di bawah Bintang Sakti. 

 Kedua prestasi inilah yang memicu   Untung menjadi anak kesayangan Yani dan Soeharto, kata Kolonel Purnawirawan Maulwi Saelan, mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa, Untung masuk menjadi anggota Tjakrabirawa pada pertengahan 1964. Dua kompi Banteng Raiders saat itu dipilih menjadi anggota Tjakrabirawa. Jabatannya sudah letnan kolonel saat itu.  Anggota Tjakrabirawa dipilih melalui seleksi ketat. Pangkostrad, yang kala itu dijabat Soeharto, yang menyarankan  batalion mana saja yang diambil menjadi Tjakrabirawa.  yaitu  menarik mengapa Soeharto menyarankan  dua kompi batalion Banteng Raiders masuk Tjakrabirawa, kata Suhardi. Sebab, berdasar keterangan saksi  Suhardi, siapa pun yang bekerja   di Jawa Tengah mengetahui  banyak anggota Raiders saat itu yang eks pergerakan  Madiun 1948.  Pasti Soeharto 

mengetahui  itu eks PKI Madiun.  Di Tjakrabirawa, Untung menjabat Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa. Batalion ini berada di ring III pengamanan presiden dan tidak langsung berhubungan dengan presiden. 

Maulwi, atasan Untung, mengaku tidak banyak mengenal sosok Untung. Untung, berdasar keterangan saksi  dia, sosok yang tidak mudah bergaul dan pendiam.  Suhardi masuk Tjakrabirawa sebagai anggota Detasemen Pengawal Khusus. Pangkatnya lebih rendah dibanding Untung. Ia letnan dua. pernah  sekali waktu mereka bertemu, ia harus menghormati  Untung. Suhardi ingat Untung menatapnya. Untung lalu mengucap,  Gus, kamu ada di sini….  berdasar keterangan saksi  Maulwi, kedekatan Soeharto dengan Untung sudah santer tersiar di kalangan perwira Angkatan Darat pada awal 1965. Para perwira heran mengapa, contohnya , pada Februari 1965, Soeharto yang Panglima Kostrad bersama istri menghadiri  pesta pernikahan Untung di desa terpencil di Kebumen, Jawa Tengah.  Mengapa perhatian Soeharto terhadap Untung begitu besar,  berdasar keterangan saksi  Maulwi, tidak ada satu pun anggota Tjakra yang datang ke Kebumen.  Kami, dari Tjakra, tidak ada yang hadir pula , kata Maulwi.  Dalam bukunya, soebandrio   melihat kedatangan seorang komandan dalam pesta pernikahan  mantan anak buahnya yaitu  wajar. Namun, kehadiran Pangkostrad di desa terpencil yang saat itu transportasinya sulit yaitu  pertanyaan besar.  Jika tak benar benar sangat penting, tidak mungkin Soeharto bersama istrinya menghadiri  pernikahan Untung, tulis soebandrio  . Hal itu diiyakan oleh Suhardi.  Pasti ada hubungan intim antara Soeharto dan Untung, katanya.  

Dari mana Untung percaya adanya Dewan Jenderal,  Dalam bukunya, soebandrio   menyebut, di penjara, Untung pernah  bercerita kepadanya bahwa ia pada 15 September 1965 mendatangi Soeharto untuk melaporkan adanya Dewan Jenderal yang bakal melakukan gerakan gerakan . Untung menyampaikan rencananya menangkap mereka.  Bagus jika  kamu memiliki  rencana begitu. Sikat saja, jangan ragu ragu, demikian kata Soeharto seperti diucapkan Untung kepada soebandrio  .  Bila kita baca transkrip sidang pengadilan Untung di Mahkamah Militer Luar Biasa pada awal 1966, Untung menjelaskan bahwa ia percaya adanya Dewan Jenderal sebab  mendengar kabar beredarnya rekaman rapat Dewan Jenderal di gedung Akademi Hukum Militer Jakarta, yang membicarakan susunan kabinet versi Dewan Jenderal. Maulwi melihat yaitu  hal aneh bila Untung begitu percaya adanya informasi  kudeta terhadap presiden ini. Sebab, selama menjadi anggota pasukan Tjakrabirawa, Untung jarang masuk ring I atau ring II pengamanan presiden. Artinya ia isu. Dalam catatan Maulwi, hanya dua kali Untung bertemu dengan Soekarno. Pertama kali saat melapor sebagai Komandan Kawal  Kehormatan dan kedua saat Idul Fitri 1964.  Jadi, ya, sangat aneh jika  dia justru yang paling 

serius menanggapi isu Dewan Jenderal, kata Maulwi.  berdasar keterangan saksi  soebandrio  , Soeharto memberikan dukungan kepada Untung untuk menangkap Dewan Jenderal dengan mengirim bantuan pasukan. Soeharto memberi perintah per telegram Nomor T.220/9 pada 15 September 1965 dan mengulanginya dengan radiogram Nomor T.239/9 pada 21 September 1965 kepada Yon 530 Brawijaya, Jawa Timur, dan Yon 454 Banteng Raiders Diponegoro, Jawa Tengah. Mereka diperintahkan datang ke Jakarta untuk defile Hari Angkatan Bersenjata pada 5 Oktober. Pasukan itu bertahap tiba di Jakarta sejak 26 September 1965. Yang aneh, pasukan itu 

membawa bawa  peralatan siap tempur.  Memang mencurigakan, seluruh pasukan itu membawa bawa  peluru tajam, kata Suhardi. Padahal, berdasar keterangan saksi  Suhardi, ada aturan tegas di semua angkatan bila defile tidak memakai  peluru tajam.  Itu ada petunjuk teknisnya, kata nya.  Pasukan dengan perlengkapan siaga I itu lalu  bergabung dengan Pasukan Kawal 

Kehormatan Tjakrabirawa pimpinan Untung. Mereka berkumpul di dekat Monumen Nasional. 

Dinihari, 1 Oktober 1965, seperti kita ketahui , pasukan Untung bergerak menculik tujuh jenderal 

Angkatan Darat. tengah malam  itu Soeharto syahdan dalam perjalanan pulang  dari menunggui anaknya, Tommy, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Soeharto sempat melintasi kerumunan pasukan dengan mengendarai jip. Ia dengan tenangnya melewati pasukan yang beberapa saat lagi berangkat membunuh para jenderal itu.   Adapun Untung, berdasar keterangan saksi  Maulwi, hingga tengah tengah malam  pada 30 September 1965 masih 

memimpin pengamanan acara Presiden Soekarno di Senayan. Maulwi masih bisa mengingat 

pertemuan mereka terakhir terjadi pada pukul 20.00. Waktu itu Maulwi menegur Untung sebab  

ada satu pintu yang luput dari penjagaan pasukan Tjakra. Seusai acara, Maulwi mengaku tidak 

mengetahui  aktivitas Untung selanjutnya.  

Ketegangan hari hari itu bisa dirasakan dari pengalaman Suhardi sendiri. Pada 29 September, 

Suhardi menjadi perwira piket di pintu gerbang Istana. Tiba tiba ada anggota Tjakra anak buah 

Dul Arief, peleton di bawah Untung, yang bernama Jahuruk hendak masuk Istana. berdasar keterangan saksi  Suhardi, itu tidak diperbolehkan sebab  misi  mereka yaitu  di ring luar sehingga tidak boleh masuk.  Saya tegur dia.  Pada 1 Oktober pukul 07.00, Suhardi sudah tiba di depan Istana.  Saya heran, dari sekitar daerah Bank Indonesia , saat itu banyak tentara. Ia langsung mengendarai jip menuju markas Batalion 1 Tjakrabirawa di tanah abang . Yang memicu nya heran lagi, pengawal di pos yang biasanya menghormat kepadanya tidak menghormat lagi.  Saya ingat yang jaga saat itu yaitu  Kopral Teguh dari Banteng Raiders, kata Suhardi. Begitu masuk markas, ia melihat saat itu di tanah abang  semua anggota kompi Banteng Raiders tidak ada. 

Begitu mengetahui  hari itu ada kudeta dan Untung menyiarkan susunan Dewan Revolusi, Suhardi langsung ingat wajah sahabat masa kecilnya dan sahabat yang sudah dianggap anak oleh ibunya sendiri ini . Teman yang bahkan saat sudah menjabat komandan Tjakrabirawa bila 

ke Solo selalu pulang  menemui  ibunya.  Saya tak heran jika  Untung terlibat sebab  saya 

mengetahui  sejak tahun  1948 Untung dekat dengan PKI, katanya. Kepada Oditur Militer pada 1966, Untung mengaku hanya memerintahkan menangkap para jenderal guna dihadapkan pada Presiden Soekarno.  Semuanya terserah kepada Bapak Presiden, apa tindakan yang akan dijatuhkan kepada mereka, jawab Untung.  

Heru Atmodjo, Mantan Wakil Asisten Direktur Intelijen Angkatan Udara, yang namanya 

dimasukkan Untung dalam susunan Dewan Revolusi, mengakui Sjam Kamaruzaman lah yang 

paling berperanserta  dalam pergerakan  ini . Kepercaya an itu muncul saat  pada Jumat, 1 Oktober 1965, Heru secara tidak sengaja bertemu dengan para pimpinan pergerakan  30 September: Letkol Untung, Kolonel Latief, Mayor Sujono, Sjam Kamaruzaman, dan Pono. Heru melihat justru 

Pono dan Sjam lah yang paling banyak bicara dalam pertemuan itu, sementara Untung lebih 

banyak diam.   Saya tidak melihat peranserta  Untung dalam memimpin rangkaian pergerakan  atau operasi ini (G 30 S), kata Heru saat ditemui Tempo.  Untung yaitu  sebuah tragedi sekaligus kisah kepandiran. Perwira penerima Bintang Sakti itu sampai menjelang ditembak pun masih percaya bakal diselamatkan.   Letnan Kolonel Untung Samsuri dipercaya  ditanam Sjam Kamaruzzaman di Tjakrabirawa melalui Kapten Rochadi. Kapten itu eksil dan meninggal di Swedia. 30 September 1965. Jam menunjuk pukul 7 tengah malam  di Istora Senayan, Jakarta. Tamu besar, Presiden Soekarno, sudah datang untuk menutup Musyawarah Kaum Teknisi negara kita . Terasa benar Istora kian bungah.  Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel Maulwi Saelan tak ikut larut pada pesta yang berlangsung hingga tengah tengah malam  itu. Ia makin waspada. tengah malam  itu, dialah yang bertanggung jawab menjaga keselamatan Presiden. Atasannya, Brigadir Jenderal Moch. Saboer, sedang ke Bandung. Sekali lagi ia memeriksa setiap jengkal gedung itu.  yaitu ..., satu pintu yang mestinya tertutup dibiarkan ngeblong. Ia berteriak kepada 

seorang anak buahnya. Tentara itu kekarnya setanding dengan dia, namun lebih pendek. 

 Kenapa pintu itu terbuka,   Maulwi menghardik.  

Yang ditegur menjawab singkat, lalu menjalankan perintah Maulwi. Dialah Letnan Kolonel Untung Samsuri, Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Tjakrabirawa.  Kepada Tempo dua pekan lalu, Maulwi menceritakan kembali kisah ini. Inilah pertemuan terakhirnya dengan Untung, sebelum peristiwa penculikan para jenderal beberapa jam lalu .  Maulwi mengaku sempat heran atas kelalaian Untung kala itu.  Dia itu mengetahui  misi nya apa. Saya heran, kenapa tengah malam  itu dia bisa sangat ceroboh dan lalai begitu,  kata nya.  namun  ia tak memperpanjang urusan ini . Ia mengetahui  Untung sebetulnya  dapat diandalkan.  Untung memang tentara bermutu kelas satu. Dalam Operasi Mandala di Irian Jaya, ia menerima anugerah Bintang Sakti. Di medan tempur itu, cuma hanya sekedar  ada satu orang lagi yang menerima penghargaan tertinggi untuk tentara ini . Dia yaitu  L.B. Moerdani, yang juga pernah  digadang gadang untuk menjadi Komandan Tjakra di awal berdirinya resimen ini.  namun  Heru Atmodjo, mantan Asisten Direktur Intelijen Angkatan Udara, menduga bergabungnya 

Untung dengan Tjakra tak semata sebab  prestasinya.  Ia bagian dari strategi Sjam 

Kamaruzzaman dari Biro khusus sentral  PKI,  kata nya.  Heru  namanya dimasukkan Untung dalam susunan Dewan Revolusi  menyatakan penaut Untung dan Sjam yaitu  Kapten Sujud Surachman Rochadi.  Sjam yang memasukkan Untung  ke Tjakrabirawa melalui Rochadi,  kata  Heru.  Dia itu agen yang disusupkan Sjam ke Tjakra.   Nama Rochadi juga disebut anggota Provoost Tjakrabirawa, Letkol CPM (Purnawirawan) Suhardi.  Ke PKI,  Rochadi dibina langsung oleh Sjam,  Suhardi mengatakan informasi  soal Rochadi Sjam didapatnya dari Kapten Soewarno, komandan kompi lainnya di Batalion I Kawal Kehormatan. Soewarno mengaku kepadanya bahwa ia bersama Rochadi sering bertandang ke mes tentara Jalan Kemiri di berkata an Senen.  Di tempat itulah Sjam melakukan pembinaan terhadap keduanya,  kata Suhardi.  

 Rochadi orang penting PKI. Namun, berdasar keterangan saksi  Heru, namanya tak  pernah  disebut dalam berbagai cerita mengenai  pergerakan  30 September 1965,  sebab  pada 26 September ia berangkat ke Peking (sekarang Beijing) untuk menghadiri  peringatan Hari Nasional RRC.    Ia berangkat bersama Adam Malik dan tak kembali lagi ke negara kita ,  katanya.  Posisinya di Tjakra waktu itu digantikan oleh Dul Arief, yang memimpin operasi penculikan para jenderal.   Cerita ini membuat  Maulwi heran. Mengaku tak ingat ada anak buahnya yang bernama Rochadi, dia mengatakan keikutsertaan  seorang Tjakrabirawa dalam sebuah delegasi tidak umum  terjadi.  Tjakra hanya bertolak ke mancanegara jika Presiden berangkat ke luar negeri,  kata nya.  Heru juga menggarisbawahi soal ini. Rochadi, yang cuma hanya sekedar  seorang kapten, tidak mungkin ikut delegasi itu jika bukan orang penting  resmi maupun tak resmi.  Tempo tidak  menemukan manuscript  yang berkaitan dengan keberangkatan Rochadi saat  itu. Namun, soal ini sudah diverifikasi Heru. Dia bahkan sudah  menemukan jejaknya di Swedia. Di sana ia sebagai eksil. Namanya sudah berganti menjadi Rafiudin Umar. Heru bercerita, saat ia mengontak Rochadi lewat telepon dan memanggil dengan nama aslinya, Rochadi langsung  menutup telepon itu.  Ahli sejarah Lembaga Ilmu pengetahuan  negara kita , Asvi Warman Adam, juga pernah  mencari Rochadi di Swedia sesudah  ia mendengar kisah Heru. Gagal. Dari para eksil negara kita  di negeri itu diperoleh keterangan bahwa Rochadi tidak  pernah  bergaul dengan orang  yang diasingkan pemerintah Orde Baru.  Orangnya dikabarkan  agak misterius. Dia juga tidak pernah  bercerita alasan sampai ia melarikan diri ke Eropa,  kata  Asvi.  Jejak Rochadi dibaca Asvi dalam sebuah otobiografi di perpustakaan Institut Sejarah Sosial negara kita  yang diperoleh sejarawan asal Universitas Columbia, John Roosa, saat menulis buku mengenai  G 30 S/PKI. Dalam riwayat hidup setebal 31 halaman bertahun  1995 itu, tertulis  Rochadi lahir pada 1927 dari pasangan Umar dan Kartini. Pada usia 17 tahun , ia masuk Heiho.  Di masa masa awal kemerdekaan, ia bergabung dengan pasukan Divisi IV/Panembahan Senopati. Menjelang peristiwa Madiun 1948, divisinya sempat bentrok dengan Divisi Siliwangi, yang dikirim pemerintah untuk meredam pergerakan  Musso dan Amir Sjarifuddin. Mengacu pada catatan itu, Rochadi tampaknya sejak awal sudah  kekiri kirian  dan bersimpati pada pergerakan  Amir Sjarifuddin. Bagi Rochadi, peristiwa itu bukan pemberontakan PKI, melainkan provokasi dari pemerintah pusat yang didukung  oleh Blok Amerika Serikat untuk membasmi  PKI.  Dalam catatan itu, Rochadi tidak menulis nama kesatuannya di Panembahan. Namun, berdasar keterangan saksi  Heru, dia berada di Batalion Mayor Sudigdo.  Di sanalah awal pertautan Rochadi dan Untung,  .  Rochadi berhasil lolos dari pembersihan PKI di tubuh Batalion Sudigdo, yang dilakukan Gatot Subroto, sebab  Belanda keburu melakukan agresi yang kedua. Seusai agresi itu, dia ikut operasi penumpasan pergerakan  separatis Republik Maluku Selatan pada akhir 1950. Sepuluh tahun  lalu , ia menjadi komandan kompi Cadangan Umum (sejak 1963 namanya menjadi Kostrad) Resimen 15, yang lalu  digabungkan dalam Batalion Raiders 430 di bawah Komando Daerah Militer VII Diponegoro.  Pada Februari 1963, setahun  sesudah  Tjakrabirawa berdiri, kompinya diboyong ke Jakarta untuk bergabung dalam Resimen Tjakrabirawa. berdasar keterangan saksi  buku Himpunan Peraturan peraturan Resimen Tjakrabirawa, Rochadi diangkat sebagai salah satu komandan kompi Batalion I Kawal 

Kehormatan pada 3 April tahun  itu. Pangkatnya letnan satu. Salah satu bawahan langsungnya 

yaitu  Boengkoes, yang pada penculikan para jenderal menembak mati Mayjen M.T. Harjono.  

Otobiografi Rochadi berhenti pada 1964. sesudah  tahun  itu, jejaknya di Tjakra tidak jelas.  Ia 

meninggal 4 tahun  lalu di Swedia. Sayang, pada periode itu, ia dikabarkan  tengah  memainkan peranserta  penting sebab  ikut menentukan seleksi anggota Tjakra, termasuk memasukkan Untung,  kata  Asvi.  Tempo mencoba memperoleh  cerita dari putranya, yang kini tinggal di Swedia. Soalnya, menilik bagian pembukaan otobiografi itu, Rochadi menujukkannya bagi anaknya. Sayangnya, hingga tulisan ini diterbitkan, putranya tak bisa dihubungi. Namun, dari cerita yang didapatkan Asvi dari komunitas eksil di Swedia, putra Rochadi juga tak mengetahui  banyak mengenai  kehidupan ayahnya.  Jadi peranserta  Kapten Rochadi ini masih samar samar,  kata  Asvi.  Sungguhpun begitu, kemunculan namanya itu bagus sebab  berarti ada banyak hal yang masih bisa diungkap dari peristiwa 30 September.  

Dari Maulwi  yang tak menampik kemungkinan Tjakra disusupi tentara kiri atau tentara yang 

sudah dipengaruhi Sjam  ada versi lain soal kedatangan Untung ke Tjakra. Dia mengatakan 

Tjakra tak ikut menentukan seleksi anggotanya.  Semua keputusan seleksi anggota Tjakra ada 

di angkatan masing masing. Jadi kami terima bersih,  .   Maulwi melihat, yang paling berperanserta  atas masuknya Untung ke Tjakrabirawa yaitu  para perwira tinggi di Angkatan Darat. Keputusan mengangkat Untung sebagai komandan batalion, diambil pada sebuah rapat di Markas Besar Angkatan Darat.  Untung lolos dari sana sebab  ia kesayangan (Ahmad) Yani dan Soeharto. Yani, Soeharto, dan Untung juga berasal dari Kodam Diponegoro.   namun  Maulwi menduga kuat Soehartolah yang paling berperanserta  menyarankan  Untung  masuk Tjakrabirawa. Pasalnya, Batalion Raiders berada di bawah kendali Kostrad. Apalagi Untung dan Soeharto  yang sudah saling kenal jauh sebelum Operasi Mandala  memang dekat.  Terbukti, saat Untung menikah di Kebumen, Jawa Tengah, Soeharto dan istrinya naik jip dari Jakarta ke Kebumen untuk menghadiri  resepsinya,  Ada kisah dari Boengkoes, yang mendukung cerita Maulwi mengenai  peranserta  Soeharto. Boengkoes mengatakan, saat  mengikuti seleksi Tjakra, dia sudah mengaku menderita wasir dan disentri sehingga langsung meninggalkan rumah sakit militer di Semarang. , besoknya dia diberitahu   bahwa dia sehat dan lulus.  kata Boengkoes, ada seratusan personel Banteng Raiders yang juga lolos seleksi.  Dari Jawa Tengah, jumlah kami yang lolos seleksi cukup   untuk membentuk satu kompi, berdasar keterangan saksi  Asvi, menyusupkan orang ke Tjakrabirawa yaitu  bagian penting dari strategi.  sebab  pergerakan  dijalankan dengan alasan menyelamatkan presiden, yang paling cocok menjalankannya yaitu  pasukan pengawal presiden.  LETNAN Kolonel Untung membagi tiga pasukannya. Mereka mengenakan tiga pita 

tanda: merah untuk tengah malam , kuning untuk siang, dan hijau untuk sore. Untung memimpin 

pasukannya dari Gedung Penas, kawasan Cawang, Jakarta Timur.  Jalan Medan Merdeka Utara  

Istana  Satu kompi Cakrabirawa dan sekitar 700 anggota Kodam Brawijaya, Jawa Timur, 

mengepung Istana. Istana kosong, sebab  Presiden Soekarno meninggalkan tempat ini 

sejak pagi. Lepas tengah hari, pasukan ini malah bergabung ke Markas Kostrad.  Jalan Medan Merdeka Selatan   Juga diduduki oleh pasukan Kodam Brawijaya.  Markas Mayor Jenderal Soeharto, perwira tinggi yang tidak menjadi target operasi G30S.  Gedung RRI  Diduduki 10 jam sejak pagi, antara lain dimanfaatkan untuk pengumuman pembentukan Dewan Revolusi.  

Jika terjadi bentrok, inilah kekuatan TNI yang akan dihadapi oleh G30S.  

 4 kompi (400 orang) Brimob  

 1 batalion Kavaleri Angkatan Darat  

 1 batalion Artileri Angkatan Darat  

 2 batalion Infanteri Kodam, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD),  

 Pasukan Gerak Cepat Angkatan Udara  

 1 Batalion Pasukan Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara  

 3 Batalion Cakrabirawa, KKO (Marinir) 

(1 batalion =700 orang)  

 9 Pasopati  

Dipimpin Dul Arif, pasukan ini bekerja   menangkap tujuh perwira tinggi TNI Angkatan Darat, yang disebut sebagai anggota  Dewan Jenderal . Terdiri atas anggota Resimen Cakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden.  

. Bimasakti  

Dipimpin Suradi, anggotanya pasukan sukarelawan plus dua batalion dari Kodam Diponegoro dan Kodam Brawijaya. misi nya mengawal kawasan Lapangan Monas dan menjaga beberapa  sektor. Juga merebut gedung RRI, stasiun kereta api Gambir, dan  pusat telekomunikasi di Jalan M.H. Thamrin. bekerja   sebagai pasukan cadangan, dipimpin Gatot Sukrisno. Personelnya diambil dari Pasukan Pengawal Pangkalan Angkatan Udara dan Sukarelawan Bersenjata. Ditempatkan di sekitar Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. 

 Inilah kronologi pelaksanaan pergerakan  30 September versi Sjam Kamaruzaman. Hanya 

dalam hitungan jam, pergerakan  ini gagal dan langsung ditaklukkan.  30 September 1965  

24.00  Pengarahan terakhir diberikan di Pondok Gede, Jakarta Timur. hadir pula  Sjam, Pono, Latif, 

Supardjo, Sujono, Dul Arif, Suradi,  Gatot Sukrisna. 

1 Oktober 1965  

02.00 Central Komando di Gedung Penas mulai bekerja: Sjam, Pono, Latif, Supardjo, Sujono. Mereka menunggu laporan hasil operasi pasukan Pasopati pimpinan Dul Arif.  

06.00 Masuk laporan dari Pasopati bahwa Jenderal Abdul Haris Nasution, target utama operasi, lolos. 6 jenderal lainnya ditangkap atau ditembak mati. Mereka yang hidup akhirnya juga ditembak.  

10.00 Central Komando pindah ke Halim.  

12.00 Presiden Soekarno memerintahkan pergerakan  dihentikan. Pasukan dari Batalion 530 

Brawijaya sudah menyeberang ke Markas Kostrad.  18.00 Menerima laporan bahwa pasukan Kostrad dan Resimen Pasukan Komando Angkatan 

Darat mulai mengepung Halim.  

20.00 Sjam Kamaruzaman melapor ke Aidit soal gagalnya pergerakan .  

21.00 Sjam memerintahkan Sujono mencari pesawat untuk melarikan Aidit ke Yogyakarta.  

22.00 Sjam memimpin rapat membahas pengunduran diri dari Halim ke Pondok Gede.  

2 Oktober 1965  

01.00  Aidit terbang ke Yogyakarta.  

02.00 Sjam dan Supardjo lari ke Pondok Gede dengan jip.  Posisi pasukan G30S di Jakarta  Kawasan Monas   Pasukan Bimasakti  Menteng   Pasukan Pasopati  Pangkalan Halim Perdanakusuma   Pasukan Gatotkatja yang terdiri atas sekitar 700 anggota Kodam Diponegoro, Jawa Tengah. Sekitar 700 anggota Pasukan Pengawal Pangkalan Angkatan Udara dan 800 1.000 sukarelawan bersenjata.   Hari Selasa, akhir  tahun  1966. Penjara Militer Cimahi, Bandung, Jawa Barat. 2 laki-laki  berhadapan. Yang satu bertubuh gempal, potongan cepak berusia 39 tahun . Satunya bertubuh kurus, usia 52 tahun . Mereka yaitu  Letnan Kolonel Untung Samsuri dan soebandrio  , Menteri Luar Negeri kabinet Soekarno. Suara Untung bergetar.  Pak Ban, selamat tinggal. Jangan sedih,  kata Untung kepada soebandrio  .  Itulah perkataan Untung sesaat sebelum dijemput tugas   seperti ditulis soebandrio   dalam buku Kesaksianku mengenai  G30S. Dalam bukunya, soebandrio   menceritakan, selama di penjara, Untung percaya  dirinya tidak bakal dieksekusi. Untung mengaku G 30 S atas sepengetahuan   Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto.  Kepercayaan Untung bahwa ia bakal diselamatkan Soeharto yaitu  salah satu  misteri  tragedi September Oktober. Kisah pembunuhan para jenderal pada 1965 yaitu  peristiwa yang tak 

habis habisnya dibahas . Salah satu yang jarang diulas yaitu  spekulasi kedekatan Untung dengan Soeharto. Memperingati tragedi September kali ini, Koran Tempo bermaksud menurunkan edisi khusus yang menguak kehidupan Letkol Untung. Tak banyak informasi  mengenai  tokoh ini, bahkan dari sejarawan  Data mengenai  Untung sangat minim, bahkan riwayat hidupnya,  kata sejarawan Asvi Warman Adam.  Tempo berhasil menemui saksi hidup yang mengenal Letkol Untung. Salah satu saksi yaitu  Letkol CPM (Purnawirawan) Suhardi. Umurnya sudah 83 tahun . Ia yaitu  sahabat masa kecil Untung di Solo dan bekas anggota Tjakrabirawa. Untung tinggal di Solo sejak umur 10 tahun . Sebelumnya, ia tinggal di Kebumen. Di Solo, ia hidup di rumah pamannya, Samsuri. Samsuri dan istrinya bekerja di pabrik batik Sawo, namun tiap hari membantu kerja di rumah Ibu Wergoe Prajoko, seorang priyayi  keturunan trah Kasunan, yang tinggal di daerah Keparen, Solo. Wergoe yaitu  orang tua Suhardi.   Dia memanggil ibu saya bude dan memanggil saya Gus Hardi,  kata  Suhardi. Suhardi, yang setahun  lebih muda dari Untung, memanggil Untung: si Kus. Nama asli Untung yaitu  Kusman. Suhardi ingat, Untung kecil sering menginap di rumahnya. Tinggi Untung kurang dari 165 sentimeter, namun  badannya gempal.  Potongannya seperti preman. orang  Cina yang membuka praktek praktek perawatan gigi di daerah saya takut semua kepadanya,  kata 

Suhardi tertawa. berdasar keterangan saksi  Suhardi, Untung sejak kecil selalu serius, tak pernah  tersenyum. Suhardi ingat, pada 1943, saat berumur 18 tahun , Untung masuk Heiho.  Saya yang  mengantarkan Untung ke kantor Heiho di perempatan Nonongan yang ke arah Sriwedari.   sesudah  Jepang kalah, berdasar keterangan saksi  Suhardi, Untung masuk Batalion Sudigdo, yang markasnya berada di Wonogiri.  Batalion ini sangat terkenal di daerah Boyolali. Ini satu satunya batalion yang ikut PKI (Partai Komunis  Indonesia  ),  kata Suhardi. berdasar keterangan saksi  Suhardi, batalion ini lalu terlibat pergerakan  Madiun sehingga dicari cari oleh Gatot Subroto.  Clash yang terjadi pada 1948 antara Republik dan Belanda memicu  pengejaran terhadap batalion batalion kiri terhenti. Banyak anggota batalion kiri bisa bebas. Suhardi mengetahui  Untung lalu  balik ke Solo.  Untung lalu  masuk Korem Surakarta,  katanya. Saat itu, berdasar keterangan saksi  Suhardi, Komandan Korem Surakarta yaitu  Soeharto. Soeharto sebelumnya yaitu  Komandan Resimen Infanteri 14 di Semarang.  Mungkin perkenalan awal Untung dan Soeharto di situ,  kata Suhardi.  Keterangan Suhardi menguatkan banyak tinjauan para analisa . Seperti kita ketahui , Soeharto lalu  naik menggantikan Gatot Subroto menjadi Panglima Divisi Diponegoro. Untung lalu 

pindah ke Divisi Diponegoro, Semarang. Banyak pengamat melihat, kedekatan Soeharto dengan Untung bermula di Divisi Diponegoro ini. Keterangan Suhardi menambahkan kemungkinan perkenalan mereka sejak di Solo.  Hubungan Soeharto Untung terjalin lagi saat Soeharto menjabat Panglima Kostrad mengepalai operasi pembebasan Irian Barat, 14 Agustus 1962. Untung terlibat dalam operasi yang diberi nama Operasi Mandala itu. Saat itu Untung yaitu  anggota Batalion 454 Kodam Diponegoro, yang lebih dikenal dengan Banteng Raiders.  Di Irian, Untung memimpin kelompok kecil pasukan yang bertempur di hutan belantara Kaimana. Sebelum Operasi Mandala, Untung sudah  berpengalaman di bawah pimpinan Jenderal Ahmad Yani. Ia terlibat operasi penumpasan pemberontakan PRRI atau Permesta di Bukit Gombak, Batusangkar, Sumatera Barat, pada 1958. Di Irian, Untung menunjukkan kelasnya. Bersama Benny Moerdani, ia memperoleh  penghargaan Bintang Sakti dari Presiden Soekarno. Dalam sejarah negara kita , hanya beberapa perwira yang memperoleh  penghargaan ini. Bahkan Soeharto, selaku panglima saat itu, hanya memperoleh Bintang Dharma, setingkat di bawah Bintang Sakti.  

 Kedua prestasi inilah yang memicu   Untung menjadi anak kesayangan Yani dan Soeharto,  kata Kolonel Purnawirawan Maulwi Saelan, mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa, atasan Untung di Tjakrabirawa, kepada Tempo.  Untung masuk menjadi anggota Tjakrabirawa pada pertengahan 1964. Dua kompi Banteng 

Raiders saat itu dipilih menjadi anggota Tjakrabirawa. Jabatannya sudah letnan kolonel saat itu.  Anggota Tjakrabirawa dipilih melalui seleksi ketat. Pangkostrad, yang kala itu dijabat Soeharto, yang menyarankan  batalion mana saja yang diambil menjadi Tjakrabirawa.  yaitu  

menarik mengapa Soeharto menyarankan  dua kompi Batalion Banteng Raiders masuk 

Tjakrabirawa,  kata Suhardi. Sebab, berdasar keterangan saksi  Suhardi, siapa pun yang bekerja   di Jawa Tengah mengetahui  banyak anggota Raiders saat itu yang eks pergerakan  Madiun 1948.  Pasti Soeharto  mengetahui  itu eks PKI Madiun.   Di Tjakrabirawa, Untung menjabat Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Resimen 

Tjakrabirawa. Batalion ini berada di ring III pengamanan presiden dan tidak langsung 

berhubungan dengan presiden.  Maulwi, atasan Untung, mengaku tidak banyak mengenal sosok Untung. Untung, berdasar keterangan saksi  dia, 

sosok yang tidak mudah bergaul dan pendiam.  

Suhardi masuk Tjakrabirawa sebagai anggota Detasemen Pengawal Khusus. Pangkatnya lebih 

rendah dibanding Untung. Ia letnan dua. pernah  sekali waktu mereka bertemu, ia harus 

menghormat kepada Untung. Suhardi ingat Untung menatapnya. Untung lalu mengucap,  Gus, 

kamu ada di sini....   berdasar keterangan saksi  Maulwi, kedekatan Soeharto dengan Untung sudah santer tersiar di kalangan perwira 

Angkatan Darat pada awal 1965. Para perwira heran mengapa, contohnya , pada Februari 1965, 

Soeharto yang Panglima Kostrad bersama istri menghadiri  pesta pernikahan Untung di desa 

terpencil di Kebumen, Jawa Tengah.  Mengapa perhatian Soeharto terhadap Untung begitu 

besar,   berdasar keterangan saksi  Maulwi, tidak ada satu pun anggota Tjakra yang datang ke Kebumen.  Kami, dari Tjakra, tidak ada yang hadir pula ,  kata Maulwi.  Dalam bukunya, soebandrio   melihat kedatangan seorang komandan dalam pesta pernikahan mantan anak buahnya yaitu  wajar. Namun, kehadiran Pangkostrad di desa terpencil yang saat itu transportasinya sulit yaitu  pertanyaan besar.  Jika tak benar benar sangat penting, tidak mungkin Soeharto bersama istrinya menghadiri  pernikahan Untung,  tulis soebandrio  . Hal itu diiyakan oleh Suhardi.  Pasti ada hubungan intim antara Soeharto dan Untung,  katanya.  

Dari mana Untung percaya adanya Dewan Jenderal,  Dalam bukunya, soebandrio   menyebut, di penjara, Untung pernah  bercerita kepadanya bahwa ia pada 15 September 1965 mendatangi Soeharto untuk melaporkan adanya Dewan Jenderal yang bakal melakukan gerakan gerakan . Untung menyampaikan rencananya menangkap mereka.   Bagus jika  kamu memiliki  rencana begitu. Sikat saja, jangan ragu ragu,  demikian kata Soeharto seperti diucapkan Untung kepada soebandrio  .  Bila kita baca transkrip sidang pengadilan Untung di Mahkamah Militer Luar Biasa pada awal 1966, Untung menjelaskan bahwa ia percaya adanya Dewan Jenderal sebab  mendengar kabar beredarnya rekaman rapat Dewan Jenderal di gedung Akademi Hukum Militer Jakarta, yang membicarakan susunan kabinet versi Dewan Jenderal.  Maulwi melihat yaitu  hal aneh bila Untung begitu percaya adanya informasi  kudeta terhadap presiden ini. Sebab, selama menjadi anggota pasukan Tjakrabirawa, Untung jarang masuk ring I atau ring II pengamanan presiden. Dalam catatan Maulwi, hanya dua kali Untung bertemu dengan Soekarno. Pertama kali saat melapor sebagai Komandan Kawal Kehormatan dan kedua saat Idul Fitri 1964.  Jadi, ya, sangat aneh jika  dia justru yang paling serius 

menanggapi isu Dewan Jenderal,  kata Maulwi.  

berdasar keterangan saksi  soebandrio  , Soeharto memberikan dukungan kepada Untung untuk menangkap Dewan Jenderal dengan mengirim bantuan pasukan. Soeharto memberi perintah per telegram Nomor T.220/9 pada 15 September 1965 dan mengulanginya dengan radiogram Nomor 

T.239/9 pada 21 September 1965 kepada Yon 530 Brawijaya, Jawa Timur, dan Yon 454 

Banteng Raiders Diponegoro, Jawa Tengah. Mereka diperintahkan datang ke Jakarta untuk 

defile Hari Angkatan Bersenjata pada 5 Oktober.  

Pasukan itu bertahap tiba di Jakarta sejak 26 September 1965. Yang aneh, pasukan itu 

membawa bawa  peralatan siap tempur.  Memang mencurigakan, seluruh pasukan itu membawa bawa  peluru tajam,  kata Suhardi. Padahal, berdasar keterangan saksi  Suhardi, ada aturan tegas di semua angkatan bila defile tidak memakai  peluru tajam.  Itu ada petunjuk teknisnya,  kata nya.  Pasukan dengan perlengkapan siaga I itu lalu  bergabung dengan Pasukan Kawal 

Kehormatan Tjakrabirawa pimpinan Untung. Mereka berkumpul di dekat Monumen Nasional.  

Dinihari, 1 Oktober 1965, seperti kita ketahui , pasukan Untung bergerak menculik tujuh jenderal 

Angkatan Darat. tengah malam  itu Soeharto , menunggui anaknya, Tommy, yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Di rumah sakit itu Kolonel Latief, seperti pernah  

dikatakannya sendiri dalam sebuah wawancara berusaha menemui Soeharto.  Dalam perjalanan pulang , Soeharto seperti dipercaya  soebandrio   dalam bukunya, sempat melintasi kerumunan pasukan dengan mengendarai jip. Ia dengan tenangnya melewati pasukan yang beberapa saat lagi berangkat membunuh para jenderal itu.  

Adapun Untung, berdasar keterangan saksi  Maulwi, hingga tengah tengah malam  pada 30 September 1965 masih memimpin pengamanan acara Presiden Soekarno di Senayan. Maulwi masih bisa mengingat pertemuan mereka terakhir terjadi pada pukul 20.00. Waktu itu Maulwi menegur Untung sebab  ada satu pintu yang luput dari penjagaan pasukan Tjakra. Seusai acara, Maulwi mengaku tidak mengetahui  aktivitas Untung selanjutnya.  Ketegangan hari hari itu bisa dirasakan dari pengalaman Suhardi sendiri. Pada 29 September, Suhardi menjadi perwira piket di pintu gerbang Istana. Tiba tiba ada anggota Tjakra anak buah Dul Arief, peleton di bawah Untung, yang bernama Djahurup hendak masuk Istana. berdasar keterangan saksi  Suhardi, tindakan Djahurup itu tidak diperbolehkan sebab  misi nya yaitu  di ring luar sehingga tidak boleh masuk.  Saya tegur dia.   Pada 1 Oktober pukul 07.00, Suhardi sudah tiba di depan Istana.  Saya heran, dari sekitar daerah Bank Indonesia , saat itu banyak tentara.  Ia langsung mengendarai jip menuju markas Batalion 1 Tjakrabirawa di tanah abang . Yang memicu nya heran lagi, pengawal di pos yang biasanya menghormat kepadanya tidak menghormat lagi.  Saya ingat yang jaga saat itu yaitu  Kopral Teguh dari Banteng Raiders,  kata Suhardi. Begitu masuk markas, ia melihat saat itu di tanah abang  semua anggota kompi Banteng Raiders tidak ada.  Begitu mengetahui  hari itu ada kudeta dan Untung menyiarkan susunan Dewan Revolusi, Suhardi langsung ingat wajah sahabat masa kecilnya dan sahabat yang sudah dianggap anak oleh ibunya sendiri ini . Teman yang bahkan saat sudah menjabat komandan Tjakrabirawa bila 

ke Solo selalu pulang  menemui  ibunya.  Saya tak heran jika  Untung terlibat sebab  saya