Tampilkan postingan dengan label kudeta 11. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kudeta 11. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Desember 2022

kudeta 11

Soeharto menjawab bahwa dia juga sebelumnya sudah diberi kabar  oleh anak buahnya dari 
Yogyakarta, yang bernama Subagyo, mengenai  Dewan Jendral yang akan mengadakan kudeta. 
Kunjungan ini  tampaknya saja pertemuan ramah tamah kekeluargaan, bersama Latief turut 
Ibu kolonel Sujoto, di pihak Soeharto dan Ibu Tien ada Tommy puteranya yang masih berumur 3 
tahun  dan ada juga  hadir pula  orang tuanya lbu Tien. namun  yang penting dicatat dari adanya 
kunjungan ini, bahwa Latief sudah  melaporkan mengenai  rencana kudeta apa yang disebut Dewan 
Jendral itu, dua hari sebelum kejadian apa yang lalu  disebut GESTAPU.   
Dan sini harus dipertanyakan, mengapa Jendral Soeharto tidak tegas memperingatkan, artinya 
segera memperingatkan para anggota Dewan Jendral, yang nota bene Koneksi  sendiri, agar   hati 
hati dan siap waspada untuk tidak dibuat  kambing dan disate oleh konspirator konspirator 
kudeta itu,  Dua hari itu kesempatan waktu lebih dari cukup   untuk mengambil tindakan 
preventief(pencegahan) agar   tidak kedahuluan.   
Itulah yang mesti dia kerjakan, namun  tidak dikerjakan. Inilah membuktikan bahwa Soeharto sudah 
berencana (voorbedacht) dengan sengaja membiarkan Jendral Ahmad Yani dan lain lain itu 
menjadi korban gerakan gerakan  yang dia sudah atur.   
Malah selanjutnya lebih terbukti lagi pengkhianatan itu terhadap Jendral Panglima A.Yani 
dengan lima jendral yang sudah  menjadi korban itu. saat  Kolonel Latief datang ke RSPAD, 
katanya Soeharto untuk menengok anaknya Tommy yang ketumpahan sop panas, sebetulnya  
merupakan alasan yang konyol terbanding dengan pengorbanan Panglima A.Yani cs. Kenapa dia 
tidak langsung menangkap kolonel Abdul Latief itu, padahal Soeharto sudah mengetahui   kerja 
komplot  Latief itu, namun   dia malahan membiarkan kolonel Latief pulang  ke sarang GESTAPU 
untuk memberi signal gerak kepada Kol.Untung cs menangkap atau di mana perlu membunub 
A.Yani cs. Di sinilah terletak tanggung jawab yang kedua dari Letnan Jendral Soeharto yang 
paling berat, paling kriminal dan paling khianat dengan sengaja membiarkan Panglima Yani dan 
jendral  jendral dibunuh.Jadi dialah yang harus diadili lebih dahulu , lalu baru dideretkan itu 
anggota komplotan GESTAPU, termasuk Syam dan Aidit. Mestinya begitu, toh!   
Baca Lampiran:  Mengungkap sejarah yang sebetulnya  . manuscript  ini  saya terima dari 
saudara Karna Rajasa (alm.) saat  beliau berkesempatan di masa hidupnya mengunjungi saya di 
Paris.   
Soeharto boleh berkata  apa yang dia mau berkata , lidah tidak bertulang, dia tidak mati bersama 
A.Yani cs., dia bangun, sekali bangun terus teriak  maling , menunjukkan jari ke 
GESTAPU/PKI. namun  jika  kita waras, kita pakai logika dan dialektika, artinya tidak 
merancukan urutan fakta, maka jelaslah memang Soeharto memiliki  gara gara.   
Makanya saya gugat dia. Dan saya percaya  sebagian besar Rakyat negara kita  sependapat dengan 
saya!!!   
Di dalam sidang MAHMILUB, rupanya Latief tidak berani bicara terus terang, seperti apa yang 
saya uraikan di atas ini. Walaupun fisiknya sudah dibuat  invalid oleh tugas   yang 
menangkapnya. Saya dapat memakluminya. mungkin  dia masih mengharap demi keselamatan 
nyawanya adanya seujung rambut rasa kemanusiaan pada ex komandannya Soeharto itu.Apakah 
ada rasa kemanusiaan,masih ada moral atau sedikit rasa kasihan sang komandan kepada bekas 
bawahannya, Latief, itu pejuang  Enam jam di Yogya 1 Maret 1949  yang mengangkat nama 
Overste Soeharto lebih dikenal,  Saya tidak menemukan bayangan moralitas yang saya tanyakan 
itu pada Soeharto di dalam bukunya yang dibanggakannya mengenai  Enam Jam di Yogya  itu. 
Mengapa tidak ada satu patah kata pun menyebutkan nama Kapten Latief, apalagi peran  Latief 
yang memimpin pasukannya masuk menyerang ke dalam kota Yogvakarta di hari 1 Maret 1949 
itu.Yang dikenalkannya cuma hanya sekedar  nama Letnan Marsudi dan Letnan Amir Murtono bekas pemuda 
PESINDO Madiun yang anti Sukarno. Marsudi tidak anti Sukarno sebab  itu tidak diberi 
kedudukan seperti Amir Murtono yang dijadikannya Ketua DPR yes man yang pertama. 
 Demokrasi  a'la DPR Orde Baru cuma hanya sekedar  merek doang, frasiologi demokrasi yang isinya tulang 
sumsum autokrasi.   
Saya kasihan pada Latief, pada nasibnya. Dia pejuang yang turut berjasa banyak pada 
Republik.namun  disalah gunakan oleh Soeharto untuk kepentingan pribadi Soeharto sendiri. namun  
Tuhan itu Besar, Tuhan belum mau panggil pulang  Latief, tentulah ada maknanya rahasia Tuhan. 
Wallahu'alam.   
Semua harapanku yang terbaik untuk Nusa dan Bangsaku. Sekian, saya cukup  kan sampai di sini 
seruanku kepada pembaca yang terhormat, agar Kenali Kembali Beberapa Peristiwa dan Tokoh  
Tokoh Tentara yang memiliki  peran  dalam Komplotan GESTAPU.   
Saat Bersejarah Jatuhnya Presiden Sukarno  
saat  umurku masih muda belia, belum dewasa, aku pernah  belajar agama Islam pada seorang 
guru Muhammadiyah, namanya Mohamad Said asal dari Bintuhan, Bengkulu Selatan. Dia ini 
keluaran universitas Al Azhar di Cairo. Berkatalah dia, bahwa berdasar keterangan saksi  filsuf Islam, perbedaan 
yang menentukan antara insan manusia dengan binatang yaitu  oleh sebab  seorang manusia itu 
memiliki  sifat sifat yang mulia, berpengetahuan  dan bercita cita tinggi, oleh sebab itulah 
manusia itu selalu memikul penderitaan lahir dan batin selama hayatnya, memikul tanggung 
jawab pada kedua bahunya selama masih di kandung badan.   
Darah romantisme beregelora dalam kalbuku yang masih muda. Kubayangkan penderitaan 
penderitaan yang diuraikannya itu sebagai bunga mawar merah yang indah dipandang mata, 
melambai lambai di kejauhan. Oh, alangkah besar hikmatnya jiwa pemuda yang dilambai 
renungan cita cita. namun , saat  usiaku sudah meningkat tinggi, laksana matahari menjelang sore, 
sekali sekali kurenungkan dengan rasa damba akan cara cara ustadz Moh. Said menguraikan 
persoalan perbedaan antara manusia dan binatang itu, namun  sekarang tidak lagi kulihat sebagai 
bayangan mawar merah yang melambai  lambai di kejauhan, namun  sebagai realita yang kurasakan 
sendiri keras  pedasnya, mawar cita cita yang berduri duri tajam pada tangkainya, yang sudah  
menggores gores dan melukai dan membekaskan bakatoya pada tangan tanganku yang kubawa 
berlari selama hidup perjuangan cita citaku. Namun, jika kuhubungkan dengan cerita cerita 
kenangan dalam memoarku ini, saya tidak bisa lain hanya bersyukur kepadaTuhan, sebab saya 
sudah  dibuatnya sebagai pelaku sejarah yang bersahaja, sudah  dibuatnya menjadi saksi yang 
terdekat atas peristiwa yang begitu penting, yaitu saat bersejarah jatuhnya Presiden Sukarno, 
yang besar. ]elas, saksi yang tidak berhasil dalam daya usaha  membantunya mencegah 
kejatuhannya.Tangisku sepanjang jalan...!   
Sidang Kabinet 11 Maret 1965  
Hari itu yaitu  hari Juma't, 11 Maret 1966. Pada pagi pagi hari sekali, kira kira jam 7.00 Wakil 
Perdana Menteri (Waperdam) atau biasa juga disebut Deputy III, Chaerul Saleh,menilpon saya di 
Hotel negara kita  di mana saya selalu bertempat tinggal jika  saya datang ke Jakarta dari Kuba 
untuk berkonsultasi dengan Presiden, mengatakan bahwa mobilnya sudah dikirimnya untuk 
menjemput saya, untuk bersama sama dengan dia, berangkat dari rumahnya ke Istana untuk 
menghadiri  sidang Kabinet yang akan dipimpin Presiden pada jam 10.00. Anakku Adityo, biasa 
dipanggil Dito, terburu buru menyiapkan sarapan pagi untukku. Dia yaitu  seorang pemuda 
umur 19 tahun , mahasiswa Universitas Respublica. Gedung universitas ini  sudah terbakar 
dan dihancurkan oleh pemuda KAMI yang kena dihasut oleh segolongan kontra revolusi, sebab  
itu dia buat sementara masih menganggur. Agaknya dia itu dalam dirinya memiliki  suatu 
 gave , seperti  bakat gaib, sebab dia mengingatkan padaku:  Pak, ... Bapak jangan tinggalkan 
sukarno , kasihan, dia itu sekarang sendirian, dia tentu memerlukan orang  seperti 
Bapak, seperti Pak Chaerul, ikuti saja ke mana dia pergi, jangan tinggalkan dia sendirian!    
lalu  dia berkata lagi, bahwa jika  dia dan mobilnya tidak diperlukan lagi, dia akan 
menengok rumah kami di Jalan Madura no. 5 (saat  itu dipakai  oleh Perwakilan FNPVS, 
Front Nasional untuk PembebasanVietnam Selatan), dan lalu  akan mencari dan 
mengumpulkan pemuda pemuda teman temannya untuk bersiap siap, menantikan komando. 
Sebelum saya berangkat aku menasihatkan kepadanya apa apa yang patut dikerjakannya, namun  
harus waspada dan hati hati, oleh sebab  situasi begitu gentingnya dan kondisi  kita sedang 
berada sementara di pihak yang defensif.   
Dan saya harus pergi cepat cepat, sebelum pemuda pemuda yang kena hasutan kaum kontra 
revolusi keluar berdemonstrasi memblokade semua jalan yang menuju ke istana. Kita sudah 
mengetahui  sejak dari kemarin, mereka akan beraksi untuk mencegah jangan sampai sidang 
kabinet dapat dilangsungkan. Saya mengenakan uniformku, MayorJendral TNI, sebab  kurasa 
dengan baju hijau ini aku lebih aman dan bisa lebih leluasa. Dengan menyisipkan pistolku tanpa 
holster di pinggangku, aku cepat cepat turun menuju ke mobil Pak Chaerul yang sedang 
menunggu. Kulihat mobil itu bukan sedan yang biasa dipakainya, namun  sebuah jeep Toyota, di 
samping supirnya, seorang bekas anggota Laskar Rakyat Bambu Runcing yang kukenal sejak 
masa revolusi bersenjata dahulu, di sampingnya menggeletak sebuah senapan otomatis AK.   
 Pak Chaerul berkata  buruan, Pak,  kata supir itu memberi salam, sambil menyengir kelihatan 
giginya, sebab  mengerti yang mataku tertukik ke senapan otomatis AK itu.   
Hotel negara kita  terletak tidak jauh dari rumah Chaerul Saleh dan jalan yang terdekat ke 
rumahnya itu jika  dari Hotel Indone  sia, yaitu  mengambil ujung Jalan Madura, lalu  
sesudah melewat i Bioskop Menteng membelok ke kiri ke Jalan Tengku Umar. namun  kami tidak 
mengambil jalan itu, sebab di pertemuan ujungnya Jalan Madura dengan Jalan H.Agus Salim 
terletak rumah Jendral Soeharto dengan banyak penjagaan militer. Lalu kami mengambil Jalan 
Thamrin, Jalan Jawa, Jalan Cemara terus ke Jalan Tengku Umar. Setibanya di rumah Chaerul 
Saleh, ia sudah siap beruniform Deputy III, sedang sarapan dihadapi istrinya Zus Jo, sambil 
mempersilahkan aku duduk dan menawarkan sarapan jika  aku mau. Chaerul lalu  
berkata: Sidang Kabinet hari ini penting sekali .... der op ...of der onder1) ........Babé akan 
meminta kebulatan sikap dan tekad segenap anggota kabinetnya, bulat bersatu dengan dia untuk 
mengatasi krisis yang berlarut larut ini. jika  dengan terpaksa  'show down' yah, apa boleh buat ... 
mungkin kau tidak akan bisa kembali ke Kuba lagi .   
 jika  harus begitu, apa boleh buat , jawasukarno u dengan tegas. Kulirik Zus Jo di sampingku, diam 
saja, namun tampak kekhawatiran di air mukanya. Lalu kataku lagi:  Ketegasan sikap itulah 
yang saya harap harapkan, bukankah sejak saya datang pertama kali di bulan Desember '65, saya 
sudah mendesakkan usulku satu political solution, pegang itu corong radio, serukan seluruh 
rakyat bersatu di belakang   

1). der op of der onder, sebuah ungkapan Belanda, cuma hanya sekedar  satu pilihan: menang atau kalah, 
tindakan harus diambil.   
sukarno , bubarkan itu semna partai politik, termasuk PKI, termasuk partai ku PARTINDO, 
kecuali Front Nasional, lalu  bentuk panitia panitia yang ditunjuk oleh sukarno  untuk 
re  dressdan pembangunan kembali partai partai politik dan Front Nasional sesudah  mengadakan 
selfkoreksi total di atas landasan demokrasi terpimpin, dan stop buat sementara semua koran 
kecuali koran pemerintah, dan mutasi di kalangan Angkatan Bersenjata, bentuk Barisan Sukarno, 
etc., etc.    
 Ya, itu betul, namun  kau kan mengetahui  sudah, dahulu  itu belum bisa , Chaerul menimpa.... Di kalangan 
kita ada zwakke broeders, Oom Jo (Deputy II, Dr.J.Leimena) takut, soebandrio  (Deputy I, Dr. 
soebandrio  ) plin plan kagak berani, namun  bikin konsepsi sendiri yangnoch vis noch vlees....... nah, 
nanti dalam sidang, sesudah saya bicara, saya akan minta agar   kau juga bicara, saya tidak mau 
lagi saya sendiri bicara seperti di sidang Kabinet di Bogor, 15 Januari yang lalu. Nanti kau harus 
bicara! ...    
 Ya, namun  suasana sekarang sudah lain dari dahulu  , cetusku, situasi harus diperiksa lagi, dahulu  Oom 
Jo tidak berani, takut PARKINDO  nya dibubarkan, soalnya siapa yang membubarkan, 
pembubaran partai bukan tujuan namun  hanya strategi sementara, cobalah nanti jika  kita jatuh dan 
tentara berkuasa potong gerakan gerakan ing saya jika  semua partai politik tidak dibubarkannya, bagi saya 
partai bukan tujuan, partai hanya alat dari idee, idee harus memiliki  banyak alat, jika  
Sukarno bisa sementara dijadikan alat untuk idee itu, saya tidak takut partai dibubarkan untuk 
sementara waktu. Partai bisa illegaal, di bawah tanah, Sukarno tidak, dan ini orang tidak akan 
mengkhianati cita citanya, udah terlalu tue untuk gituan .   
 Fi,  jawab Chaerul, sebetulnya  dalam hati kecilnya itu orang tua, dia sendiri bimbang jika  
harus membubarkan PKI, masa kau tidak mengetahui  itu, kau bayangkan bagaimana jika  dia harus 
mencekik anaknya sendiri, NASAKOM ....    
 Bukan begitu alasannya,  aku segera menyela, bagi saya dia itu bukan takut atau bimbang, 
selama ini dia itu ambil kesempatan orientasi, periksa barisan, celakanya barisannya itu nyatanya 
kini masih kacau balau, pada ketakutan pada ngumpet. Seorang komandan tempur memang tidak 
bisa maju ke front dengan barisan yang kacau, sampai sekarang tidak ada yang datang mèl, 
melapor siap misi  di belakang Presiden/PanglimaTertinggi, baik dari pihak massa maupun dari 
Angkatan Bersenjata, ini perbedaan pokok dengan ciri ciri kita dahulu  saat  Agustus 
1945.......Dari Angkatan Laut, Laksamana Muljadi, dan dari KKO, Brigjen Hartono, dari 
Angkatan KepolisianJendral Sucipto dan sebagainya, tidak ada yang datang melapor minea misi  
kepada Presiden/Panglima tertinggi, Front Nasional sudah lumpuh, dari massa eidak ada lagi 
yang berani keluar di jalanan berdemonstrasi uneuk mengimbangi demonstrasi demonstrasi 
kontra revolusioner itu sebagaimana biasanya dilakukan untuk menempa dan kasih unjuk 
kebulatan tekadnya, ini pun logis sekali, sebab siapa yang sanggup menantang demonstrasi 
pemuda pemuda KAMI/KAPPI yang dipersenjatai dan dibantu anak buah Sarwo Eddhy dan 
Kemal Idris RPKAD itu,  ... Baiklah, nanti saya akan turut bicara juga dalam sidang Kabinet .   
Zus Jo nyeletuk:  Sudahlah, berangkat sajalah, nanti kalian terlambat!    
Di dalam jeep Toyota yang dikemudikan kencang, Chaerul mengatakan bahwa banyak menteri 
menteri sudah diangkut kemarin sore dan tadi tengah malam  oleh Cakrabirawa atas perintah Presiden ke 
Istana, dan mereka itu disuruh menginap di Guest House Istana, sebab dikhawatirkan mereka 
tidak akan sampai di sidang kabinet jika  berangkat di pagi hari. Saya dan Chaerul Saleh sudah 
bulat hati, bagaimana pun kami harus sampai di istana dan sidang kabinet harus dilangsungkan. 
Kami mengambil jalan, yang walaupun agak jauh, namun  dapat menghindari stopan penjagaan yang 
berada di setiap pojok pojok jalan sekitar lapangan Merdeka yang menuju ke istana. Kami 
mengambil Jalan Asem Lama, membelok ke Jalan Sunda melewati rumah Menteri Olah Raga 
Maladi, yang kulihat sepi saja semua jendela dan pintunya tertutup lalu  kami membelok ke 
kiri mengambil Jalan tanah abang  Tanjakan, terus ke Jalan tanah abang  Barat melewat i 
Asrama AURI dan Cakrabirawa, lalu tembus ke Jalan Kesehatan dan Jalan Jaga Monyet, 
akhirnya memasuki gapura Istana Negara dengan selamat. Dari mobil yang dilarikan cepat itu, 
kami melihat juga dari kejauhan penjagaan penjagaan di sekitar Bank Negara dan Air Mancur di 
ujung Jalan Merdeka Barat, dan saat  melewati asrama tentara di Jaga Monyet kami lihat 
seakan akan sepi saja, namun   tampak juga beberapa orang tentara bersembunyi di belakang pintu 
dan di belakang pohon pohon di sekitarnya berpakaian full combat, bertopi baja dan beruniform 
macan loreng.   
namun  aku pun sangat heran, sebab apa Cakrabirawa tidak pasang dia memiliki  penjagaan keamanan 
untuk observasi di pojok dan di sekitar istana itu. lalu  ada kudengar bahwa dari kemarin 
ada larangan angkatan bersenjata ke luar di jalan tanpa misi  tertentu, alasannya untak 
menghindari terjadinya sesuatu provokasi, dan larangan ini rupanya dikenakan juga pada 
Resimen Cakrabirawa pasukan pengawal Presiden. Memang di dalam ada banyak pasukan 
Cakrabirawa, kelihatan serius semuanya, sampai kami pun diperiksa sebelum diperbolehkan 
masuk. Saya lihat wajah baru yang belum kukenal.Yang pernah  kukenal malah tidak kelihatan.   
Kami dikawal diantarkan ke Guest House yang berada di dalam pekarangan Istana itu juga. 
Hampir semua menteri menteri sudah ada di sana sejak dari kemarin sore, sebagian sedang 
menyelesaikan sarapan pagi. Tidak lama lalu  baru datang juga Menteri Mardanus, dia 
menceritakan pengalamannya juga yaitu mengambil jalan putar putar untuk menghindari stopan 
penjagaan, namun  tidak urung dia kena stopan juga, oleh sebab  mengambil Jalan tanah abang  
Barat menuju ke Jalan Mojopahit, dan di belakang gedung RRI dia kena cegat. namun  dia untung 
diberi lewat juga. Beberapa menteri datang menghampiri saya, di antaranya Ir. Setiadi, Menteri 
Urusan Listerik, dan Sutomo Menteri Perburahan dan Armunanto Menteri Pertambangan, 
semuanya datang sejak dari kemarin. Menteri KeamananJendral Mursid datang juga  menjabat 
tanganku sambil tersenyum lebar di bawah kumisnya ...à la Clark Gable itu. Waktu tanganku 
sudah melepaskan jabatan tangannya, kuteruskan tanganku menepok pinggangnya yang sudah 
mulai gendut itu. Jendral Mursid tersenyum lagi, sebab  rupanya mengerti maknanya tepokan 
belakang tanganku pada pinggangnya, sebab apa yang kucari ketemu, terasa padaku, bahwa 
tersembunyi dalam uniform itu ada tersisip pistol kaliber 38 special, dua buah, di kiri dan di 
kanan. Saya teringat jaman kami di tahun  1946 di front pertempuran di daerah Krawang Bekasi, 
dia di front KrawangTimur, saat  itu dia berpangkat kapten, saya letnan kolonel, dia komandan 
Batalyon TNI, saya komandan Laskar Rakyat/PESINDO Jawa Barat, di samping Opsir 
Pendidikan Politik Tentara.   
Jendral Mursid:  jika  Bung Hanafi pulang  ke Kuba, kirimi saya pistol cowboy, yang besar, 
buat tanda mata....    
 Seguro, mon general , kataku dalam bahasa Spanyol, sebagai bergurau dan untuk menghindari 
sejenak suasana yang ria artifisial itu.   
 Saya akan bawakan sendiri nanti, dua buah, dan jika  mau pistol tanda mata dari Fidel Castro, 
itu pun dapat saya usahakan. Pokoknya beres, asal di sini kita bereskan dahulu . Terasa dalam 
hatiku, keakraban dan solidaritas sesama pejuang revolusi dahulu datang kembali, melonjak 
lonjak dalam kalbuku, rasanya mengharukan.   
lalu  Chaerul Saleh dan saya pergi mencari Menteri Luar Negeri soebandrio  , yang juga 
sejak dari kemarin sore datangnya, yang berada masih dalam kamar, satu kamar dengan 
MayorJendral Sumarno, Gubernur Daerah Jakarta Raya. Pak Marno kami dapati sedang 
berpakaian, kebetulan dia sedang mengeluarkan pistolnya dari bawah bantalnya, rupanya FN 32, 
1alu disisipkannya di belakang kemejanya.   
 Apakah semua menteri menteri bersenjata hari ini , tanyaku sambil lalu.   
 Habis, jika  kita tidak mengetahui  akan berhadapan dengan siapa, Bung , jawabnya serius.  jika  
dicomot oleh tentara resmi berpakaian seragam dan bawa surat perintah, itu jelas urusannya dan 
bisa diusut... namun  jika  bukan, gimana ... kan banyak kejadian .   
 Itu namanya penculikan , sahutku. Bukan sekali itu saja aku mendengar ucapan ucapan serupa 
itu, mengenai  penculikan  penculikan yang dilalcukan oleh orang  tentara berpakaian preman, 
atau  tentara gelap , atau apa lagi sebutannya, ada juga yang menyebutkannya  tentara tengah malam  .   
Chaerul Saleh, soebandrio   dan Leimena sudah pergi menjemput sukarno  di istana Merdeka. 
Sidang kabinet dibuka oleh Presiden di Istana Negara,jam 10.00 tepat. Saya tidak mengetahui  presis lagi 
berapa jumlahnya menteri menteri kabinet ini, tampaknya banyak sekali, rupanya semua menteri 
hadir pula  lengkap duduk di sekitar meja besar dan panjang itu. Di sebelah kiri sukarno , duduk 
berjejer Deputy I Dr. soebandrio   dan Deputy II DrJ. Leimena. Di belakang kursi Presiden berdiri 
ajudan ajudan: Komisaris Besar Polisi Sumirat dan Mayor Jendral TNI Moh. Sabur. Agak ke 
belakang kulihat Ajudan kolonel Maulwi Saelan, kolonel Mangil dari Cakrabirawa. Saya duduk 
di jejeran menghadapi Presiden, agak ke sebelah kanan, di samping saya presis duduk Brigjen 
Sukendro, Menteri Negara, dan MayorJendral Mursid, Menteri Keamanan dan Pertahanan.   
Dengan membaca Bismilah, palu diketok Presiden ke atas meja, dia mulai berbicara. Pidatonya 
tenang dan terang. Mula mula menjelaskan dan meminta perhatian terhadap situasi yang amat 
gawat yang menimpa tanah air dan bangsa, lalu  menyinggung beberapa peristiwa dan 
adanya pikiran pikiran yang salah, yaitu seperti  mau membunuh tikus namun  seluruh rengkiang 
padi itu mau dibakarnya , maka untuk dapat mengatasi situasi yang gawat itu Presiden meminta 
seluruh menteri, seluruh alat alat negara, seluruh pemerintahan dan seluruh rakyat bersikap tegas 
dan bersatu berdiri di belakang Presiden/Panglima Tertinggi ABRI untuk membela negeri dan 
rakyat yang kini sedang terancam oleh Nekolim ......   
Baru kira kira belum sepuluh menit Presiden Sukarno berpidato, kulihat Kolonel Saelan masuk 
ruangan mendekati Mayjen Sabur. Mereka berdua itu berbisik bisik, mungkin  ada dua menit. 
lalu  Mayjen Sabur mendekati Kombes Sumirat yang berdiri di belakang Presiden yang 
sedang berpidato itu. Sabur dan Sumirat berbicara berbisik bisik juga . Sabur memberi isyarat 
agar   Saelan mendekat. lalu  mereka bertiga itu mundur ke belakang, rupanya berunding 
berbisik bisik lagi. lalu  kulihat Sabur menulis surat pada sepotong kertas kecil, dan oleh 
Kombes Sumirat diserahkan kepada Dr. soebandrio  , lalu diperlihatkannya kepada Presiden yang 
sedang berpidato itu.   
Hatiku merasa jengkel melihat adegan bisik bisikan itu, dan semua orang yang melihatnya 
tentulah merasa keheranan, ada apa  apaan itu, kenapa Sabur menulis surat sepotong itu, 
menganggu pidato Presiden saja. Begitulah anggapanku dan kejengkelan hatiku.   
Tiba tiba Presiden Sukarno berbisik bisik kepada soebandrio  , soebandrio   kepada Chaerul Saleh, 
lalu Presiden berbisik juga  kepada Leimena, lalu  dia berdiri dan melangkah hendak pergi, 
diikuti oleh soebandrio  , Chaerul Saleh dan Kombes Sumirat. Mereka itu pergi keluar 
meninggalkan ruangan sidang.   
Umumnya semua hadir pula in heran tercengang, satu sama lain bertanya tanya. sedang  saya 
sendiri, saya mengira mungkin  ada persoalan penting di Istana Merdeka, atau mungkin  
Perdana Menteri Ali Bhuto dari Pakistan menilpon Presiden lagi seperti terjadi bulan Januari 
yang lalu di mana kebetulan saja di saat itu ada bersama Presiden Sukarno, atau mungkin  
Jendral Soeharto mohon diterima Presiden menghadap di Istana Merdeka untak sesuatu hal 
penting yang khusus ... pokoknya saya mengira, dan semna orang mengira begitu juga  bahwa 
Presiden men schors sidang sebentar saja, dan dia segera akan datang kembali. Apalagi melihat 
Leimena masih tetap ada, duduk menungu.   
namun  semua dugaan dugaan itu meleset sama sekali. Dr. Leimena lalu  berbicara, bahwa 
berhubung Presiden ada persoalan yang amat penting di Istana Bogor, maka sidang tidak bisa 
dilanjutkan dan sidang ditutup. Semua yang mendengarkan jadi lebih tercengang lagi, dan 
menggerutu, bertanya tanya apa yang sebetulnya  terjadi. Semua itu terjadi dalam tempo 
beberapa menit saja. Pada saat itu, saya dijawil oleh Brigjen Sukendro, dia berkata:  Sebaiknya 
Pak Hanafi, ikuti Bapak Presiden, jangan lepaskan beliau sendirian, pergilah Pak, pergilah 
sekarang juga ...! Suaranya itu bukan hanya menyarankan, rasanya suaranya itu seperti mendesak 
kepadaku. Saya terkejut, saya tersadar dari pesona akan kejadian yang begitu cepat. Dalam hati 
saya menduga, Sukendro mengetahui  sesuatu yang akan terjadi atas diri Presiden, paling sedikit 
dia memiliki  dugaan tertentu bahwa mungkin  Presiden akan menghadapi sesuatu soal yang 
berat, di mana orang amat setia kepadanya akan amat diperlukannya. Sukendro bukan tidak 
mengetahui  hubungan pribadi saya dengan sukarno , dia juga bukan tidak mengetahui  
kesanggupan dan sikap saya yang selalu tegas di pihak Presiden Sukarno, dan hubungan saya 
yang selamanya baik dengan dia, Sukendro, walaupun tidak sering jumpa.   
Saya segera berdiri, keluar ruangan dan berlari mengejar rombongan Presiden tadi. Saya berlari 
mengejar sampai di pintu gerbang Istana Merdeka.namun  rombongan itu sudah berada di dalam 
helicopter, mesinnya sudah menderu, baling baling sudah berputar, gerakan gerakan andangi lalu  
terbang di udara menuju Bogor. Aku kecewa, hatiku kesal sekali, kenapa saya terlambat,  Apa 
boleh buat, Tuhan menentukan, manusia hanya melaksanakan. Saya bertekad akan segera 
menyusul ke Bogor dengan mobil, hatiku memuji muji kepada Tuhan moga moga tidak akan 
terjadi malapetaka apa atas diri Presiden dan rombongannya. Di saat itu belum sedikit pun juga 
terbayang kepadaku, bahwa akan terjadi chantage politik yang amat kotor yang melahirkan apa 
yang sekarang disebut  Supersemar  itu.   
Sehabis termenung sejenak,memandangi helicopter yang sudah  jauh terbang tinggi, saya kembali 
ke dalam pekarangan Istana Merdeka, terus menuju ke pekarangan Istana Negara, di mana 
mobil mobil di parkir, sebab maksudku akan segera pulang  ke hotel negara kita  dan dari sana 
dengan mobil anakku Dito terus ke Bogor. Di sana masih saya dapat jumpai Mayjen Mursid, 
lainnya sudah pulang . Dia sedang menuju ke mobilnya. Saya tanyakan kepadanya, apa yang 
terjadi. Dia menjawab, baginya juga belum jelas apa yang sebetulnya  terjadi, ada yang 
mengatakan bahwa ada pasukan yang tidak dikenal sudah  masuk ke dalam kota, itu tidak 
mungkin, dan saya sendiri sudah  pergi melihat lihat di sekitar istana, namun  tidak saya dapati apa  
apa yang mencurigakan, kecuali pasukan yang bekerja   keamanan, berkumpul beberapa orang di 
beberapa tempat.namun  saya akan pulang  untuk mengadakan pemeriksaan lagi. Demikian Mayjen 
Mursid. Dia yaitu  Menteri Pertahanan dan Keamanan, jadi saya pikir dia bisa lebih mengetahui  
kondisi , maka saya menjadi agak tenang.   
Saya kembali lagi ke dalam pekarangan istana, saya mau menengok, ada siapa di Istana 
Merdeka. Di sana kudapati Kepala Rumah Tangga Istana, Letjen (purn.) Hardjowardoyo, dengan 
Mayjen Sarbini dan Mayjen Achmadi, masing masing MenteriVe  teran dan Menteri 
Penerangan. Saya mengambil tempat duduk di kursi rotan dekat mereka, di beranda belakang 
Istana Merdeka. Kutanyakan pada Pak Hardjowardoyo, apakah Presiden akan kembali hari itu ke 
Jakarta. Dia menyahut tidak mengetahui  pasti, mungkin kembali mungkin tidak.   
Berceritalah Mayjen Sarbini, agaknya ceritanya itu tadi terputus melihat saya datang: Saya tidak 
merasa ada hal hal yang mencurigakan, yang membahayakan keamanan, apalagi keamanan 
Presiden. orang  ada yang bicara bahwa ada tentara yang tak dikenal sudah  memasuki kota, 
itu kan desas desus saja; saya sendiri kemarin tengah malam  bersama MayjenAchmadi mengadakan 
pemeriksaan ke beberapa tempat, pergi ke.Cijantung, tempat di mana anak buahnya Sarwo 
Eddhy diasramakan. Kami tidak menemukan hal  hal yang mencurigakan, bukankah begitu Pak 
Achmadi,   namun   Achmadi diam saja.   
Sarbini meneruskan: Memang beberapa moncong meriam ada yang diarahkan ke Cililitan dan ke 
arah Jakarta, namun  itu kan tidak apa apa bisa saja kejadian sebab  perbuatan anak buah yang iseng 
atau gatal tangan.saat  kutanyakan kenapa moncong meriam itu diarahkan ke sana, tentara 
yang berjaga di sana itu menjawab: tidak mengetahui , pak .   
Dalam hatiku berkata kata, ini Pak Sarbini apakah sebab  lugu atau bersiasat,  Dan 
MayjenAchmadi itu kenapa dia diam saja,  sebab  sudah lewat pukul 11.00 aku diajak turun 
pergi ke mesjid di dalam pekarangan Istana itu juga, untuk sembahyang Jum'at. Kami semua 
pergi sembahyang, sebagai khatib bertindak Menteri Agama Sjaifuddin Zuhri, dan sebagai 
Imam, menteri Wakil Ketua MPRS Idham Chalid. Sehabis sembahyang aku hendak pergi lagi ke 
tempat parkir mobil, mungkin  saja supirnya Chaerul Saleh akan kembali menjemputku, jika  
saja diketahui nya saya masih di istana, tidak turut pergi ke Bogor. Demikian harapanku.Aku 
berjalan bersama  sama dengan Menteri Sjaifuddin Zuhri dan Menteri Idham Chalid yang akan 
pergi pulang  ke rumahnya masing masing. Mereka ketawa tawa bercakap cakap berdua itu.   
Sjaifuddin Zuhri berkata sinis sambil tersenyam senyum ke arahku:  jika  orang sabar dikasihi 
Allah, sabar, sabar pasti berhasil.. .    
Apa yang dimaksudkannya, tidak begitu jelas kepadaku.namun  jika kuhubungkan dengan 
wajahnya yang gembira ria itu, dalam suasana yang bagiku begitu menegangkan urat saraf itu, 
kusimpulkan mungkin  dia sudah mengetahui  sesuatu yang akan terjadi. namun  Idham Chalid 
diam saja, berjalan menundukkan kepala, sekali diangkatnya, hanya menanyakan kapan aku 
kembali ke Kuba. Kujawab pendek saja, terserah kepada Presiden. Jika kuingat kata  kata dan 
senyum Sjaifuddin Zuhri yang sinis itu, sekarang ini sesudah sepuluh tahun  Jendral Soeharto 
berkuasa (uraian mengenai jatuhnya Presiden Sukarno ini saya tulis di tahun  1975), bertanyalah 
aku di dalam hati, apakah kesabaran yang dimaksudkannya itu dahulu sebagai pertanda untuk 
menyambut kejatuhan Sukarno dan kema  tiannya, dan lalu  pembubaran partai partai 
politik termasuk partainya N.U. dan hancurnya demokrasi di bawah kekuasaan kediktatoran 
pemerintah militer Soeharto,  Jika demikian, oh,Tuhan, mogaTuhan mengampuni dosanya Kiai 
ini!   
Sesampainya di tempat parkir mobil, aku tidak melihat jeepToyota yang kuharap harap itu. 
Dengan kecewa aku kembali ke Istana Merdeka lagi. Kulihat Pak Sarbini dan Achmadi masih 
ada di sana bercakap cakap dengan Pak Hardjowardoyo. Belum sempat aku duduk, kulihat 
datang tiga orang Jendral, yaitu Brigjen Amir Machmud, Brigjen Basuki Rachmat dan Brigjen 
Jusuf. Rupanya Amir Machmud2 yang bertindak sebagai pemimpin. Sesudah bersalaman, dia 
mengajak Pak Sarbini berbicara berdua saja di dalam ruangan yang biasa dia pakai buat resepsi 
di Istana Merdeka itu. Sesudah itu mereka duduk kembali, ke tempat kami duduk duduk tadi.   
Amir Machmud: ... tidak ada itu gerombolan bersenjata yang tak dikenal itu, ada dilaporkan 
bahwa ada orang  berpakaian seragam yang agak aneh kelihatan, namun  sesudah  diperiksa 
ternyata tentara tentara yang sedang cuti di Jakarta, bergerombol gerombol Andaikata jika  
memang ada yang membahayakan keamanan Presiden, ya buat apa kami anak anaknya ini, kami 
kan bertanggung jawab atas keselamatan Bapak Presiden.    
Namun, bagiku, kurasa dia itu bukanlah orang yang berjiwa pengkhianat pada mulanya, ternyata 
saya keliru gede dia itu sifatnya suka mengabdi kepada orang yang berkuasa, dahulu yang 
berkuasa Sukarno, dia tunduk tunduk dan sanjung. Sekarang yang berkuasa Soeharto yang 
berbeda seperti bumi dan langit dengan Sukarno, dia tunduk tunduk dan sanjung juga. Apakah 
dia itu bisa berbuat lagi nanti buat ketiga kalinya,  Wallahualam, hanyaTuhan yang lebih 
mengetahui .   
lalu  Amir Machmud berdiri, untuk menilpon ke Bogor, memakai  tilpon yang ada di 
dekat situ, lima langkah saja dari tempat kami duduk.   
2. Amir Machmud memang salah seorang yang dekat, disayangi dan dipercayai Presiden 
Sukarno, itulah salah satu alasan kenapa dia diberi kepercayaan yang begitu besar, yaitu 
menjabat komandan militer untuk keamanan daerah istimewa Jakarta Raya, Ibu Kota 
Republik.Aku pun mengenalnya dengan baik, orangnya sederhana dalam berpakaian, tidak 
berlagak sok gagah, dan pandai mengambil hati dalam bercakap cakap dengan logat Sundanya. 
Dia pernah  bekerja bersama sama dengan saya, saat  saya menjabat Menteri PETERA 
merangkap Ketua Komite Penerimaan Kepala Kepala Negara Asing, untuk urusan keamanan 
tamu tamu agung itu yang berkunjung ke negara kita . Pengalamanku dengan dia selama itu, tidak 
berlebihan jika kukatakan menyenangkan. Dari saat itu kedudukannya meningkat terus, saat  
itu dia baru berpangkat Mayor. Sekarang, sesudah sepuluh tahun  dia berkuasa, kuingat ingat 
kembali kata katanya di beranda belakang istana itu, tanggal 11 Maret 1966   
Dia segera dapat sambungan, sebab ada hubungan langsung ke istana Bogor, rupanya diterima 
oleh Ajudan Kombes Sumirat. Kudengar dia meminta waktu untuk diperkenankan menghadap 
kepada Presiden segera hari itu juga, bertiga dengan Basuki Rachmat dan Jusuf, penting 
sehubungan dengan keamanan pribadi Presiden. Sesudah menunggu sejenak, rupanya 
permohonannya itu diperkenan  kan oleh Presiden. Sebab begitu selesai menilpon, ketiga Brigjen 
itu segera berangkat bersama sama.   
Saya dan Achmadi minta mobil istana untuk mengantar kami pulang . Pak Sarbini masih tinggal. 
Saya bertanya kepada Achmadi, saat  kami sudah berada di dalam mobil, apakah dia juga 
bermaksud akan ke Bogor, sebab saya mengetahui Achmadi yaitu  di pihak sukarno . Dia menjawab 
dengan pasti, ya!   
 Ya, saya harus ke Bogor untuk melaporkan semua pengalaman saya ke Presiden.namun  
mungkin saja saya harus lakukan berjalan kaki, sebab jalan ke Bogor sekarang sudah rapat dijaga 
tentara, banyak penjagaan dan pemeriksaan.Juga saya mau melihat sendiri, sebab kudengar 
lapangan terbang Panasan dekat Bogor sudah diduduki tentara Soeharto.    
 jika  berjalan kaki ke Bogor,  aku menyela  mana bisa sampai satu hari, dalam satu hari dunia 
mungkin sudah terbalik, sekarang ini kita harus menghitung dengan sekon, bukan menit, bukan 
jam  jaman .   
 jika  saudara berani mencoba pakai mobil, silakan, namun  mesti siap resiko, sebab situasi sudah 
begini ruwet .   
Hatiku menjadi kesel (jengkel), mendengar kata kata Achmadi yang sudah seakan akan tak 
berdaya itu, namun saya diam saja. Sebab kebenaran kata katanya itu ada juga terasa pada 
hatiku: kami sudah berada dalam kecamuk hantaman psywar yang mengacaukan dan 
melumpuhkan segala pikiran dan semangat juang. Ini sebab  tak ada sesuatu tindakan, sesuatu 
action yang berarti dari pihak kaum Sukarnois dan Sukarno, termasuk kaum komunis yang dahulu  
pernah  begitu hebatnya menempa keknatan massa di jalan jalan dan berselogan  ke gunung, ke 
gunung  membebaskan kaum tani dengan revolusi bersenjata, etc. etc. Dengan tanpa 
mengemukakan masaalah pokoknya,yaitu aksi dan offensifnya kaum kontra revolusi, terutama 
sesudah tahun '60 an, maka sejak terjadi GESTOK (biasa disebut G30S/PKI), kaum Sukarnois 
dan Sukarno berada terlalu lama dalam pihak yang defensif, semuanya berpegangan pada ujung 
bajunya Sukarno, persis seperti anak kecil yang kehilangan ibu  bapanya di tengah pasar yang 
ramai.   
Dari mobil kulayangkan pandangan keluar; saat  mobil yang kami naiki itu keluar dari pintu 
pekarangan istana dan saat  persis melewati Gedung RRI yang dijaga oleh pasukan RPKAD, 
tiba tiba melompat tiga orang tentara bersenjata dari tempat persembu  nyiannya. Agaknya 
sebab  melihat mobil itu yaitu  yang terakhir keluar dari pintu gerbang muka Istana Merdeka. 
Memang tadi supirnya mobil istana itu pernah  mengatakan kepadaku bahwa mereka sebetulnya  
dinasihatkan lebih baik jangan keluar istana, kecuali pasukan keamanan Cakrabirawa yang 
semata mata jika  bekerja   keluar mengawal Presiden. Agaknya oleh sebab  melihat di dalam 
yaitu  orang yang berbaju hijau semuanya, dan dari topinya dan tanda pangkat di bahunya dapat 
dikenali yaitu  jendral jendral semuanya, maka tentara tentara itu melongo saja. Dari 
pengalaman ini, saya dapat suatu hasil penelitian  bahwa istana mulai dari hari itu sudah dikurung 
dalam pengawasan yang amat keras. Resimen Cakrabirawa sudah tidak bergigi lagi, bukannya 
mereka itu takut, saya mengetahui  dari kalangan mereka masih cukup   banyak yang sedia mati untuk 
Presidennya, jika  ada yang memimpinnya, namun   secara militer resimen itu setiap waktu dapat 
dihancurkan oleh RPKAD jika  mereka mau. Maksud saya  bisa dihancurkan , sebab  resimen 
Cakrabirawa tidak menerima komando apa apa dari atasannya   Brigjen Sabur untuk berlawan. 
Padahal resimen Cakra itu memiliki  daya tempur yang tinggi. Bahwa Cakrabirawa belum dilucuti 
oleh tentara yang sudah langsung dalam kekuasaan Jendral Soeharto, itu yaitu  hanya soal 
waktu, waktu jika  dia akan membuka kartunya secara terbuka di atas meja.   
Aku merasa bahwa kondisi  kami seperti macan yang sudah dalam kerangkeng atau seperti 
pasukan yang terkurung oleh musuh, dan kami menantikan saat datangnya pukulan  coup de 
grace .Ya, ini jika  bertempur, sekarang apa,  Satu pun rencana tempur tak ada yang dapat kami 
lakukan, saat  aku datang pertama kali di bulan Desember 1965 sesudah terjadinya GESTOK 
(ini istilah yang tepat dari Presiden Sukarno) dan sekatang ini yaitu  yang kedua kalinya, 
didesas desuskan kepadaku, bahwa masih ada 36 batalyon tentara di Jawa Tengah dan Jawa 
Timur yang revolusioner, yang setia, yang hanya menunggu komando saja dari Presiden 
Sukarno. Saya katakan itu desas desus, oleh sebab  fakta nya itu tidak betul, sebab sesudah  
saya check batalyon batalyon yang dikatakan itu sudah  dibereskan  sejak November 1965 sudah 
dimutasi pemimpinnya dan sebagian dilucuti. Desas desus itu cuma hanya sekedar  memberikan harapan kosong 
kepada massa dan rakyat yang memihak Sukarno, merugikan diri sendiri, sebab akibatnya secara 
psychologis mendorong pikiran  pikiran menggantungkan diri kepada Sukarno, tunggu 
komando, tunggu komando Saya mengerti, dan mengetahui , apa sebabnya  komando  yang 
diharapkan oleh sementara orang  itu tidak bisa datang dari Presiden Sukarno. Secara 
sederhana dan wajar dan secara revolusioner, tidak ada cukup   alasan untuk menimpakan 
kekecewaan dan kesalahan kepada Presiden Sukarno. Sebab apa,  Sebab; apa yang disebut 
G30S/PKI itu, sudah kalah sebelum main. Begitu mulai main, sudah ngawur, kehancurannya 
sudah  ditentukan oleh pembunuhan enam orang jendral jendral itu. Mempersatukan dan 
menggerakkan massa rakyat dan tentara untuk membela Sukarno, tidak akan begitu sulit sebab 
figuur Sukarno yaitu  jaminan nasional, jaminan revolusi.namun   membela Sukarno 
yang dianggap membela  G30S/PKI yang membunuh enam jendral itu ini yaitu  pekerjaan 
dewa dewa dari kayangan. Orang yang mengenal betul betul psikologi dan kondisi  masyarakat 
negara kita  akan dapat mengerti hal yang kumaksudkan itu.   
Kepalaku seakan akan pecah memikirkan dilema itu. Bagiku satu dilema. Sebab, bagiku 
membela Sukarno, yaitu  misi  politik dan moral, misi  revolusioner, misi  revolusi. Pikiranku 
payah mencari  cari. Mencari siapa siapa yang bisa aku hubungi, namun  hasilnya nol. Menantinya, 
sama dengan menanti kuda bertanduk. Harapanku satu  satunya lagi, ialah kepada Brigjen 
Hartono, Komandan KKO yang masih utuh yang belum dilucuti. Jika Hartono ini sanggup, setia 
kata dengan perbuatan, tanpa menunggu nunggu  komando  Presiden, aku bertekad, apa boleh 
buat, biarlah aku tidak lagi bisa kembali ke Kuba, seperti pernah  dikatakan Chaerul Saleh 
padaku, ........to be or not to be!  
Pertanyaan Achmadi menyetop aku terbang dengan pikiranku sendiri itu. Dia bertanya: Nah, 
sekarang apa pikiran saudara, apa rencana Bung lagi. namun  saya kira rapat seperti yang saudara 
dan Chaerul adakan di rumahnya seminggu yang lalu, sekarang tidak bisa lagi. Sudah sulit 
dihubungi lagi. Semua berkata  siap , namun  apa yang disiapkan tidak ada buktinya, semua saling 
tunggu, sampai sekarang tidak ada yang maju dahulu an, jika  menunggu komando  tempur dari 
Presiden, itu edan namanya .   
Aku menyadari jika  tadi Achmadi diam saja, dia bekerja dengan pikirannya sendiri. Aku 
menjawab dengan berbisik kepadanya:  Sebaiknya, Bung kontaki orang  itu, orang  
yang saudara hubungi. jika  masih bisa. Persoalan kita jelas, sejak semula dan sekarang juga, 
bukanlah harus menunggu nunggu 'komando  tempur' dari sukarno , itu edan seperti kau 
berkata , sebab siapa yang menyerang, siapa yang menyerang dahulu an pasti hancur, hancur betul 
betul. sukarno  juga mengetahui  itu. Persoalannya ialah agar   ada satu kekuatan yang berani maju 
secara tegas, dengan secaracom  bat ready, berani secara terang terangan menyatakan 
sikapnyahands off Sukarno, bela dan setia kepada Sukarno dan pemerintahnya. Kekuatan itu 
harus dicari di kalangan angkatan bersenjata yang sampai sekarang masih di pihak kita .   
Saya tidak mau menyatakan, yang pikiranku tertuju kepada Brigjen Hartono, Komandan KKO. 
Bagiku sudah jelas sekali apa yang sebetulnya  harus dikerjakan. Itulah yang sebetulnya  harus 
dikerjakan. Itulah yang sejak semula menjadi garis misi  yang memimpin aktivitasku, sejak 
pertama kali aku datang dari Kuba (pertama kali pada bulan Desember 1965   kedua kalinya 
pada bulan Februari 1966). Dalam kondisi  yang sudah kepepet seperti itu, massa dan partai 
politik hanya dapat dipakai sebagai basis dukungan politik. PARTINDO bersama dengan PNI, 
sudah pernah  sekali di bulan Februari mengerahkan massa pemudanya mengadakan demonstrasi 
yang besar merupakan Barisan Sukarno  dengan poster poster  Berdiri di Belakang Bung 
Karno , untuk mengim  bangi demonstrasi demonstrasi yang diadakan pemuda pemuda 
KAMI/KAPPI yang kena hasut menuntut pembubaran kabinet dan pembubaran PKI, dan 
bersikap bermusuhan terhadap sukarno ; akibatnya cuma hanya sekedar  pertempuran baku hantam seperti 
pertempuran jaman Romawi kuno dengan Pemuda KAMI/KAPPI yang dibantu oleh tentara. 
Hasilnya cuma hanya sekedar  tambah memperknat posisi KAMI/ KAPPI itu saja, mereka lalu memperoleh  
bantuan yang lebih banyak dan tambah dihasut oleh pihak kontra revolusi itu. sedang  apa 
yang diharapkan dari demonstrasi pemuda pemuda marhaenis itu akan disusul oleh sikap yang 
serupa dari sesuatu pihak angkatan bersenjata secara tegas dan resmi (bukan secara berbisik bisik 
atau didesas desuskan!), tidak kunjung datang juga. Bisik bisikan dan desas desus yang 
mengatakan beragam , seperti Kolonel Leo Wattimena (AURI), Brigjen Laksamana 
Hartono (KKO), Brigjen Sudirgo (CPM), PGT Kepolisian, dan banyak lain lain lagi  sudah siap 
dan tetap setia kepada sukarno  , itu memicu  massa dan rakyat tergantung pada harapan 
kosong, memicu  sikap saling  tunggu menunggu yang sebetulnya  passif melemahkan. 
Akibatnya bisa lebih mencelakakan lagi, yaitu membahayakan posisi orang  orang yang 
bersangkutan itu sendiri.   
Semua itu sebab pokoknya hanya satu: tak ada dari mereka itu yang berani ambil risiko untuk 
menyatakan sikap yang tegas dan resmi: siap, tegas di belakang pemerintah dan sukarno . Itu 
saja. Bukanlah harus menunggu nunggu  komando bertempur  dari sukarno . Seorang buta 
politik pun akan mengerti, sukarno  tidak akan memberikan komando serupa itu. Andai kata 
ada pernyataan tegas dan resmi dari sesuatu pihak Angkatan Bersenjata itu, gerakan gerakan erhitungkan hal 
itu akan memberikan landasan politik yang kuat bagi sukarno  untuk mencapai satu 
penyelesaian politik yang menguntunghan bagi negara dan hangsa. Pernyataan dari satu 
kekuatan angkatan bersenjata lebih memiliki  bobot dan nilai yang rieel. Saya sudah  
perhitungkan bahwa Jendral Soeharto tidak akan berani, memerintahkan menggempur sesuatu 
keknatan angkatan bersenjata yang mengeluarkan sikap tegas dan resmi sedemikian itu. jika  
dia berani mencoba juga, dia akan kehilangan Sukarno yang masih sangat diperlukan nya itu, dan 
Sukarno bersama rakyat yang setia kepadanya akan berada dipihak kekuatan bersenjata yang 
tegas membelanya itu. Itu pasti seperti dua kali dua yaitu  empat. Pikiran pikiran atau rencana 
ini sudah matang dalam pembicaraanku dengan Presiden Sukarno, sesudah  kedatanganku yang 
kedua kali dari Kuba mengingat konsep penyelesaian politik yang kuajukan pada kedatanganku 
yang pertama kali di bulan Desember 1965, tidak dapat dilaksanakan dalam sidang kabinet di 
Bogor pada tanggal 15Januari dahulu. Pidato Presiden di dalam sidang kabinet yang tidak selesai 
tadi pagi (11 Maret 1966), yaitu  sehubungan dengan pikiran pikiran itu.   
Saya tidak bisa ke Bogor hari itu, sebab anakku Dito dengan mobilnya belum kembali. Saya 
tidak bisa menghubunginya ke mana dia pergi. Sementara saya menantikan dia kembali di Hotel 
Indo  nesia, saat  itu kira kira jam 15.00 sore, kulihat jalan jalan dari segala jurusan di depan 
Hotel negara kita  itu sudah penuh sesak dengan ratusan truck yang diisi pemuda pemuda 
KAMI/KAPPI yang beruniform jacket kuning dan rakyat biasa, dan beca beca yang mau 
mengadakan demonstrasi menuju ke arah istana. Beberapa orang yang bercelana hijau tentara, 
dengan sangat menyolok kulihat melompat turun dari beberapa truck, mendekati penjual penjual 
buah buahan yang berdagang di pinggir jalan itu. Keranjang  keranjang buah bnahan itu dengan 
semua isinya dengan gesit diang  katnya semuanya, dibagi bagikannya kepada pemuda pemuda 
dan rakyat di dalam truck itu dengan keranjang bersama pikulannya sekali. Kepada pedagang 
pedagang buah itu dikeluarkannya segebok uang kertas dari dalam tasnya, dibagi bagikannya 
kepada pedagang  pedagang buah itu tanpa dihitung hitungnya lagi.   
Aku dengan terpaksa  melihat  panorama yang mengandung drama politik itu sendirian tidak 
berdaya.Ah, itu pedagang pedagang masih baik nasibnya, jika saja tidak dirampok dagangannya 
itu, masih dapat bayaran, walaupun keranjang dan pikulannya terbang, turut demonstrasi. 
Alangkah banyaknya uang tentara itu. Dari mana uangnya itu.Dan itu begitu saja, demonstrasi di 
Jakarta terjadi hampir setiap hari, sudah seminggu itu sejak diketahui  Presiden akan mengadakan 
sidang kabinet penting tanggal 11 Maret 1966 itu. namun  demonstrasi yang terbesar di Jakarta 
yaitu  hari ini. Rupanya mereka tidak mengetahui  bahwa Presiden sudah tidak berada di istana 
di Jakarta, sebab lalu  esok harinya saya baru mengetahui , bahwa barisan demonstrasi itu 
dibelokkan menuju Bogor, sebab Presiden berada di sana.Waktu sidang kabinet di Bogor 15 
Januari yang lampau, juga Istana Bogor itu dikurung oleh demonstrasi yang besar besaran, yang 
menuntut dibubarkannya PKI dan diretulnya Menteri Luar Negeri soebandrio  , yang dikatakannya 
 haji Peking .   
Demonstrasi hari ini poster posternya lebih meningkat lagi isinya, bukan saja menuntut agar   
dibubarkannya PKI, namun  juga  retul kabinet . Walaupun Sukarno belum di attack, namun  itu berarti 
memencilkan Sukarno. pernah  dilaporkan kepada Menteri Bank Sentral, Jusuf Muda Dalam, 
yang diberitahu  kan Chairul Saleh kepadaku, bahwa pasar uang gelap di Jakarta (di Glodok dan 
Pasar Baru, umumnya pedagang pedagang Tionghoa), dalam minggu pertama bulan Maret itu 
berhasil membeli 200.000 U.S dollar dari orang  yang  tidak dikenal  yang membutuhkan 
rupiah, dengan kurs pukul rata 1 = 500 rupiah; jadi ada kira kira 100 juta rupiah. Untuk apakah 
uang sebanyak itu,  Apakah uang itu, untuk membayar sewa sewa ratusan truck truck itu, untuk 
membiayai dapur umum manusia manusia yang dikerahkan demonstrasi itu, dan segala 
keperluan usaha usaha jahat menggoncangkan negara dan untuk menjatuhkan Sukarno,    
Sore itu sampai tengah malam nya saya tidak bisa pergi ke mana mana. sebab  gelisah sendirian saja di 
kamar hotel, saya tilpon Mayjen Sudirgo, Komandan CPM di rumahnya. Kebetulan dia ada. 
Tentu saja saya tidak bisa bicara banyak per tilpon. Saya cuma hanya sekedar  memberi salam dengan apa 
kabar . Dijawabnya sederhana juga   kabar baik , namun  dia mengatakan jika  Pak 
Hanafi mendengar kabar sesuatu, agar   dia diberitahu  . Aku bertanya apa tidak sebaiknya jika 
saya datang saja ke rumahaya. Dijawabnya, sebaiknya tidak usah, sebab di rumahnya itu banyak 
kesibukan, banyak orang yang pada datang, katanya.   
lalu , tiba tiba saya memperoleh  tilpon gelap, yang sebetulnya  mengancam; dia tidak mau 
memberikan namanya. Suaranya saya kenali, suaranya selalu serak seperti suara orang yang baru 
bangun dari tidur, si ... orang IPKI dengan ketawa: Ha, ha, haaa, ini koboinya Fidel Castro, ya .   
 Ada apa, apa kabar, dari mana saudara tilpon kamar saya , aku bertanya, dengan menahan 
perasaan. Sebab saya tidak merasa ada hubungan dengan dia. Dia ini pernah  jadi tentara, pro 
Nasution dan anti Sukarno setengah mati. Sambungnya lagi dengan suara yang congkak dengan 
ketawanya yang sinis: Ha, ha, ... dari mana saya mengetahui , itu urusan saya, semua saya mengetahui ; kenapa 
saudara tidak pulang  saja ke Kuba, apa yang saudara perbuat di sini .   
 Itu pulau rusan saya, ini negeriku, ini negara saya turut mempe  lopori menegakkannya dan 
akan saya bela terus, jika  saudara mau turut, boleh datang ke kamar saya sekarang, kita bicara 
...    
 Ha, haaa, masih keras juga, huh,  suara putus pesawat dibanting rupanya. Saya menduga, pasti 
dia itu menilpun saya dari reception desk dari Hotel itu, sebab banyak suara terdengar, orang 
orang bicara. jika  dia betul datang bergerombolan untuk datang menculik, sudah pasti saya 
akan kalah. Saya percaya  dia itu tidak akan berani datang jika  sendirian, watakaya saya kenal, 
watak tukang obat yang suka sesumbar. Bagaimanapun juga saya pindah ke kamar lain, saya 
menyewa dua kamar reserve sebagai persiapan diri terhadap hal hal serupa. Sebab pemuda 
pemuda PARTINDO, dan dua orang Cakrabirawa yang biasanya mengawal saya tidak datang 
pada hari itu. kondisi  saya sendirian betul betul. Dua hari lalu , sesudah  kejadian itu 
kuhubungkan dengan peristiwa  11 Maret , kusimpulkan bahwa itu orang IPKI, sudah 
mengetahui  terlebih dahulu bahwa akan terjadi apa yang disebut SUPERSEMAR itu, jika tidak 
dia tidak akan berlagak sesombong itu terhadap saya yang tidak pernah berhubungan apa apa 
dengan dia, orang yang tidak memiliki  nyali untuk berkelahi jika  satu lawan satu.   
Baru saja saya masuk kembali ke kamarku semula, ada yang mengetok pintu. Saya  kokang  
pistolku, sambil bertanya siapa di luar:  Saya, Sudarto, Pak . Pintu kubuka tampak Brigjen 
Sudarto, bekas ajudan Presiden, menyeringai kasih unjuk giginya.   
 Masa, bapak kokang pistol menerima saya, Pak Hanafi .   
 Maafkan aku jendral, saya tidak mengetahui  bahwa saudara yang datang .   
sesudah  duduk dan kusuguhi minum, Brigjen Sudarto berkata:  Pak Hanafi, saya datang 
menengok bapak tidak akan lama. Saya diutus teman teman, agar   Pak Hanafi mendesak 
kepada Bapak Presiden, agar   pak soebandrio  itu diganti saja, untuk meredakan sedikit suasana. 
agar   diganti saja, oleh Pak Hanafi, atau Pak Adam Malik. Buat kami sama saja, namun   
sementara teman teman mendesak agar   Pak Hanafi. namun  agar   segera, Pak .   
 Siapa teman teman itu,  , tanyaku, agak keheranan.   
 Mereka sekarang berkumpul di rumah saya, jika  tidak percaya saya, tilponlah sekarang. Bapak 
kenal Kolonel Mustapa, Komandan pasukan cadangan Sukarelawan Kalimantan Utara, bekas 
Overste Singgih, dan lain lain lagi ...    
Brigjen Sudarto pulang , sesudah  aku sanggupi untuk membicarakan yang dimintanya itu kepada 
Presiden, namun  dengan perjanjian agar   mereka itu aktif setia kepada sukarno . Saya jelaskan 
kepadanya, saya tidak keberatan diajukan Adam Malik, asal dia berjanji akan setia dan tegas 
membela sukarno  dan Chaerul Saleh, dan jika  memang pergantian soebandrio   itu 
merupakan syarat mutlak bagi peredaan ketegangan, saya percaya  akan dapat dilakukan dengan 
segera oleh Presiden, pun saya percaya juga  bahwa soebandrio   akan ikhlas meletakkan 
jabatannya. Namun dalam hatiku, aku mengetahui  sudah bahwa kuncinya persoalan bukan di situ, oleh 
sebab  itulah saya tekankan kepadanya bahwa  kunci  peredaan ketegangan itu sejak semula ada 
di tangannya Jendral Soeharto. Atas perkataanku yang terakhir ini Brigjen Sudarto menjawab 
bahwa persoalan yang dibicarakannya kepadaku itu  sudah di tangan Pak Harto .   
Saya hanya manggut manggut; tanpa menunjukkan bahwa saya tetap bercadang. Sebab dalam 
kehidupan selalu ada kejadian yang tidak bisa dikenali segera apa yang tersembunyi di belakang 
kejadian itu. Kenapa Jendral Soeharto sendiri tidak mengajukan langsung kepada Presiden, jika  
memang serius itu persoalannya, atau kenapa Jendral Soeharto sendiri tidak langsung memanggil 
saya.   
Belum berapa lama Brigjen Sudarto pulang , pintu diketok orang lagi. Kuharap anak saya Dito 
yang datang. Kubuka pintu, ternyata Menteri Sudibyo (Wakil Ketua Front Nasional), ditemani 
seorang sekretarisnya, yaitu Sekjen pemuda PSII yang saya kenal.   
Air muka Sudibyo tampak kusut. Dia tidak gembira lagi, seperti biasa kukenal, jika jumpa 
dengan ku. Sekarang tampaknya lesu sekali. Tidak jelas apakah dia mau mencari informasi  atau 
mau memberikan informasi . namun  selama dia duduk bercakap cakap, dia lebih banyak 
mencurahkan kekecewaannya kepada PKI dan kepada Aidit, dan mengenai  Front Nasional yang 
sudah lumpuh. Itu yaitu  perasaan umum yang sudah banyak kudengar sejak semula aku tiba di 
Indo  nesia. Dari Sudibyo sebetulnya  aku mengharapkan suatu pandangan yang konstruktif, atau 
sesuatu idee. Aku mengerti dan dapat memahami jika  dia hanya menumpahkan kesesalannya 
saja itu, mungkin  tak ada teman lain yang dia bisa ajak bicara. namun  saya tidak ada waktu untok 
menanggapinya, saya cuma hanya sekedar  manggut manggut saja, sebab urat syarafku sejak dari pagi sampai 
sore itu sudah terlalu tegang.   
yaitu  biasa dan sudah lumrah, pihak yang kalah dilempari orang dengan penyesalan dan 
kutukan, bahkan tidak jarang lebih dari itu. Seperti sekarang ini, orang menyalahkan PKI, orang 
marah kepada Aidit, orang walaupun masih segan segan sudah mulai menyesali sukarno , 
namun   tidak berani  mengecam dan mengeritik Jendral Soeharto yang membiarkan jiwa ratusan 
ribu rakyat dalam bahaya. namun , bagaimana pun juga penyesalan penyesalan itu harus 
diperhatikan dan diperiksa dari pihak mana datangnya, dari kawan atau lawan. Menteri Sudibyo 
jelas bukan musuh rakyat dilihat dari riwayat perjuangannya. Penyesalan walaupun mengalir 
seperti air ke laut dari orang seperti  dia itu, sepatutnya didengarkan dengan hati yang kasih.   
Apakah PKI sebagai partai, Aidit cs sebagai pimpinan tertinggi PKI, dan Sukarno sebagai 
Kepala Negara dengan segala kwaliteit yang dipercayakan oleh rakyat kepadanya, bersalah 
sehingga terjadinya malapetaka, yaitu pergerakan  Tiga Puluh September dan kudeta Soeharto 1965 
itu, ,  Bagiku pertanyaan ini saya jawab: ya dan tidak.   
hasil penelitian  ini sudah  kutetapkan sejak hasil kunjunganku yang pertama ke negara kita  (Desember 
'65   Januari '66) berdasarkan pengetahuan  dan pengalaman secara langsung dan indirect atas 
peristiwa itu. Saya berpendapat, tidak ada sesuatu kejadian atau sesuatu hal ikhwal yang berdiri 
sendiri, inilah landasan pikiran kenapa saya berhasil penelitian  ya dan tidak. Masalah yang 
menentukan persoalan pokok, yaitu  soal politik, soal kekuasaan negara, persoalan kekuatan 
kontra revolusi melawan keknatan revolusi   pengertian inilah yang seyogyanya harus dipakai 
sebagai lampu yang bisa menerangi untuk memeriksa fakta fakta dan duduk permasalahan yang 
sebetulnya . Ini menyangkut langsung masaalah sejarah dan masyarakat, dus soal politik. 
sedang  pencuri ayam tidak boleh divonnis secara serampangan begitu saja, apalagi persoalan 
revolusi yang menyangkutiangsung kedudukan Sukarno sebagai Kepala Negara yang bukan 
sembarangan, namun   juga pemimpin perjuangan kemerdekaan yang menegakkan Republik 
negara kita  ini.   
Bagiku setiap orang yang berjiwa kerakyatan dalam hatinya, kalah dan menangnya perjuangan 
harus disambut dengan senyuman, risikonya dipikul bersama sama janganlah jika  sukses saja 
datang minta pembagian!   
Dalam konteks persoalan ini, soal yang laksana beras dalam intaran (alat untuk memisahkan 
beras dengan padi) yang sedang dikocok ke kanan dan ke kiri, orang harus bisa memisahkan 
antara beras dengan padi antara padi dengan batunya. Jika sudah  dilaksanakan analisa dan 
penelitian secara tepat, saya percaya  orang akan melihat bahwa Aidit cs dengan PKInya yaitu  
mangsa jaringan jaringan provokasi, provokasi mana melahirkan GESTAPU yang menunggangi 
Sukarno, dan Soeharto lalu  menunggangi GESTAPU itu sebagai kuda pacuannya untak 
melancarkan kudetanya. Di samping itu orang akan dapat melihat juga  bahwa malapetaka kudeta 
Soeharto 1965 itu, yaitu  juga  sebagai produk bertabrakannya kepentingan politik dan ekonomi 
tiga besar, USA RRT UNI SOVIET (botsingen van politieke en ekonomische belangen).   
Akhirnya yang beruntung yaitu  USA, yang buntung yaitu  negara kita , yang gigit jari yaitu  
RRT dan Uni Soviet.Bagaimana orang bisa mengadakan retrospeksi diri sendiri, atau sebagai 
partai politik mengadakan self koreksi, bila semua masaalah yang saling bersangkutan itu tidak 
dianalisa secara tepat, dan berani mengambil sikap mandiri dan berdaulat demi ke  pentingan 
rakyat, bangsa dan tanah air,  Ya, dengan mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa dan tanah 
air sendiri terlebih dahulu, lebih dibandingkan  pertimbangan pertimbangan lainnya. jika  sungguh  
sungguh mau menemukan dari mana sumber kesalahan paling pokok yang memicu  
malapetaka yang dimahkotai  oleh kemenangan coup d'etat Soeharto dengan penyembelihan 
sejuta lebih rakyat yang tidak berdosa itu, saya berpendapat pertama  bukanlah harus dicari 
kepada Sukarno, juga bukan kepada Aidit dan PKI, namun   terhadap mereka yang sudah  
melacurkan diri kepada Amerika. Mereka itulah yang mengacau dengan menjalin jalin jerat 
provokasi dengan apa yang disebut pergerakan Tigapuluh September (GESTAPU).   
Dari situlah Soeharto mulai memakai  GESTAPU itu sebagai kuda tunggangannya untuk 
mencapai puncak kekuasaan, lalu  merestorasi neo kolonialisme di negara kita  seperti yang 
kita alami sekarang. namun  jelas, GESTAPU itu bukan PKI, dan PKI bukan GESTAPU!!! 
GESTAPU menunggangi Sukarno, Soeharto menunggangi GESTAPU. Bahwa Aidit cs 
tersangkut dengan GESTAPU itu jelas. (Sudisman sendiri sudah  mengakuinya dengan jantan). 
Dus, sebetulnya  GESTAPU itulah yang harus diperiksa dan diadili dengan teliti berikut 
segala sangkut paut dan latar belakangnya, secara terbuka, adil dan demokratis. Semua itu 
memerlukan waktu yang cukup  , tidak bisa tergesa gesa atau main tembak tanpa proses, seperti 
dialami oleh Aidit, Nyoto, Sakirman, Lukman . Penggabungan nama GESTAPU dengan nama 
PKI menjadi G30S/PKI, itu sebetulnya  sudah menunjukkan salah satu mata rantai yang 
tersembunyi. Siapa siapa dan ke mana kaitan mata  rantai mata rantai itu,  Jadinya seperti maling 
berteriak maling, sebab  tidak ada penyidikan yang jujur dan terbuka. Kenapa tidak disebut saja 
pergerakan Tiga Puluh September, sebab bukankah begitulah nama sebetulnya  yang dinyatakan 
oleh kolonel Untung sendiri,  jika  toh mau dilengkapi kata adjektifnya, yang paling kena 
yaitu :  GESTAPU/SOEHARTO   .   
Hari sudah petang, matahari sudah turun, namun  udara masih terasa panas. Udara panas tadi siang, 
masih belum mengendap, dan aku sendirian dicengkam rasa tidak tentram. Radio yang terus 
gerakan gerakan asang membawa bawa kan lagu lagu tidak begitu gerakan gerakan erhatikan. Saya ngelamun, terkenang anak 
anakku dan isteriku di Havana, yang juga tidak tentram tentunya, dan tentulah mereka 
mengetahui  juga kondisi  genting yang kudapati.Tiba tiba saya melompat terkejut, kabesarkan 
suara radio itu yang mulai menyiarkan siaran pemerintah. Apa yang kudengar yaitu  pembacaan 
Surat Perintah Sebelas Maret. Sesaat sesudah  pembacaan saya masih juga belum cepat menyadari, 
di kepalaku muncul  segera tanda tanya.   
Tidak lama lalu  pembacaan SUPERSEMAR itu disusul dengan pembacaan sebuah Surat 
Keputusan Jendral Soeharto, yang berdasarkan SUPERSEMAR itu membubarkan PKI di selurah 
In  donesia,  atas nama Sukarno Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/ Pemimpin Besar Revolusi . 
Saya menjadi lebih terkejut dan keheranan. Apakah benar Presiden menyetujui atau menyurah 
Jendral Soeharto membubarkan PKI,  Ini tidak masuk akal pada saya. Automatis pikiranku 
tertuju kepada tiga orang brigjen: Amir Machmud, Basuki Rachmat dan Jusuf yang kebetulan 
kutemui di Istana Merdeka tadi siang, mereka lalu  bertiga pergi ke Bogor. Sekarang 
barulah menjadi jelas bagiku, rupanya kepergian mereka ke Bogor itu, diperintahkan oleh Jendral 
Soeharto, siap dengan Naskah Surat Perintah 11 Maret 1966 untuk memaksa Presiden 
memberikan tanda tangannya. sedang  Surat Keputusan pembubaran PKI disiapkan oleh 
Jendral Soeharto sesudah mereka itu kembali dari Bogor dengan membawa bawa  SUPERSEMAR itu. 
Dugaanku ini mengenai SUPERSEMAR itu, esok harinya dibenarkan oleh Chaerul Saleh yang 
ada bersama Presiden di Bogor.   
Sehabis siaran Pemerintah itu, segera saya menilpon Brigjen Sudirgo, Komandan CPM. Dia 
mengatakan dia juga sudah dengar.  Kita tunggu saja apa kelanjutannya , katanya. Saya seperti 
memperoleh  sesuatu yang kosong. Jangan tidak dia tambahkan, bahwa dia sudah 
memerintahkan memeriksa  apakah anak saya Dito yang tidak pulang  itu apakah tertangkap, dia 
mengatakan bahwa dilaporkan tidak ada. Sebab waktu saya menilpon dia pertama kali tadi siang, 
saya minta pertolongannya.   
lalu  saya segera menilpon ke Istana Bogor. Saya langsung dikaitkan  kepada Ajudan 
Kombes Sumirat. saya tanyakan apa kabarnya bagaimana kondisi  presiden.   
 Tadi siang di sini rame sekali,  Sumirat menjawab, istana dikurung oleh demonstrasi besar 
besaran, tembakan tembakan terdengar rame, tank tank mengurung istana. jika  Pak Hanafi 
mau datang menengok Presiden, datanglah cepat cepat .   
Saya menjawab bahwa saya besok pagi, akan segera ke Bogor, sebab tengah malam  itu, walaupun saya 
ingin sekali, namun  tidak bisa, sebab alasan keamanan. Suaranya Sumirat kudengar dengan nadanya 
yang sangat mengharap. Maka kusimpulkan dengan dikeluarkannya surat perintah presiden 11 
Maret itu, di Bogor sudah  terjadi suatu tragedi besar!   
tengah malam  itu Dito pulang . Saya marah marah kepadanya. Dia datang dengan Iwan, pemuda 
Bengkulu keponakannya Syamsuddin, yang selalu mengantarkan rantang makanan ...à la 
Bengkulu setiap tengah malam  untukku. tengah malam  itu datang juga Letnan Andreas dari Cakrabirawa yang 
bekerja   menjadi ajudan/pengawalku. Datang juga  Palti Simatupang teman temanya  Dito,yang 
biasanya mengikuti Dito ke mana  mana. Esok harinya kira kira jam 1 siang, tanggal 12 Maret 
1966, diikuti oleh mereka itu, kecuali Iwan, saya berangkat ke Bogor. Sepanjang jalan antara 
Jakarta Bogor, di banyak tempat saya melihat regu regu tentara berjaga jaga, di beberapa tempat 
tank tank, dan mobil mobil berlapis baja.namun  jalan terbuka, walaupun sepi, hampir tidak ada 
kendaraan partikelir yang lewat, kecuali kendaraan militer yang dilarikan dengan cepat. Mereka 
pada melongo memandang kepada mobil yang kunaiki, agaknya ada keheranan melihat kok ada 
jendral di dalamnya, berpakaian dinas militer dan Cakrabirawa, sedang  yang lainnya 
berpakaian sipil, dan mobil partikelir juga .   
Agakya tentara yang melongo itu berspekulasi, mungkin kami itu bekerja   rahasia yang penting. 
Ini juga memang sudah gerakan gerakan er  hitungkan. Saya pesan kepada ajudan jika  disetop dan ditanya 
dia saja yang menjawab, lainnya diam: panggilan Presiden. jika  perlu aku sendiri akan 
menjawab: diutus Jendral Soeharto.Jijika  sampai disuruh keluar dari mobil, aku sudah sedia 
dengan siasat yang lain, aku sendiri akan minta bicara langsung dengan Jendral Soeharto. 
Biasanya jika  sampai begitu mereka tidak akan berani.saat  mobilku memasuki kota Bogor, 
di pinggir jalan masih ada tampak kertas bertaburan, sobekan sobekan dari poster poster 
rupanya. Kota itu sepi tampaknya, tidak seperti biasanya.Toko roti yang biasa saya singgahi 
dahulu saat  belum pergi ke Kuba, dibuka pintunya saja, tidak banyak lagi mobil mobil 
berderet deret di depannya.   
sedang  itu yaitu  hari Sabtu, jika  jaman normal, tempat itu banyak disinggahi orang yang 
pulang  pergi ke Puncak (daerah pegunungan yang sejuk). Pintu gerbang muka, yang disebut juga 
 gerbang protokol  ditutup dan dijaga Cakra. namun  di pojok pada jalan yang menurun ke arah 
kali, tampak agak tersembunyi sebuah tank yang lagi nongkrong, saya pastikan itu bukan 
tanknya Cakra, sebab saya mengetahui  Cakrabirawa tidak memiliki  tank. mungkin  ada lagi di tempat 
lain, namun  tidak saya lihat, sebab mobil langsung menuju pintu masuk di samping istana, bukan 
 gerbang protokol , bukan pintu resmi. Saya langsung mula mula diterima oleh Kombes Sumirat 
di pavilyun penerimaan tamu, lalu  diantarkannya sendiri ke pavilyun istana tempat yang 
dipakai  Presiden jika  ke Bogor dan yang ditinggali Bu Hartini, yang bersebelahan terpisah 
kira  kira dua puluh langkah saja dari pavilyun penerimaan tamu tadi. Biasanya tamu tamu 
diminta mengisi buku daftar tamu. Rupanya ini kali formalitas itu tidak diwajibkan  kepada saya. 
sukarno  kebetulan sedang berada di beranda muka bersama Bu Hartini memandang 
sekumpulan  menjangan di kejauhan di dalam peka  rangan istana itu. Dia berkemeja sport yang 
ujungnya dikeluarkan, biasanya begitulah dia jika  waktu beristirahat, dan tidak berpeci. Saya 
memberi saluut militer kepadanya, lalu  kami bersalaman. Aku tidak biasa mencium tangan 
sukarno , namun  sekali ini tangannya kucium ... dan tiba tiba terloncat dari mulutku kata  kata 
yang mendorong hendak keluar: sukarno , kucium tangan ini ... tanpa tangan ini tak ada 
Proklamasi Agustus 45 .   
Bu Hartini masuk ke dalam rumah. sukarno  mengajak saya duduk ke beranda samping. Hari 
kira kira jam 11.30 lebih.   
 Sudah dengar siaran radio kemarin,  tanya sukarno    
 Sudah, ... itulah sebabnya saya datang kemari, sebab saya ingin mendengar dari Presiden 
sendiri, pertama, berhubung dengan apa maka sidang kabinet kemarin dengan terpaksa  tiba tiba 
dihentikan, kedua, bagaimana sikap kita selanjutnya     
 Ada katebelletje dari Sabur, mengatakan ada pasukan yang  tak dikenal  masuk Jakarta, sudah 
mendekati istana, sebaiknya segera saya berangkat ke Bogor. Nah, Hanafi dengar siaran radio 
kemarin, jadi sebetulnya , saya masuk perang kap ke Bogor ini     
 namun  kenapa Sabur ,   tanyaku. Perlu saya laporkan, bahwa Jendral Mursid sendiri pergi 
memeriksa sekitar istana, namun  saat  itu dia tidak melihat apa apa .   
 Bukan salah Sabur ,  kata sukarno . Sebabnya sebab  sudah panik. Kemarin, datang Amir 
Machmud, Basuki Rachmat dan Jusuf diutus Jendral Soeharto, dengan membawa bawa  Naskah Surat 
Perintah yang disusunnya. Kemarin, istana dikepung. Hanafi tanya kepada Chaerul Saleh nanti. 
Saya dengan terpaksa  tandatangani sebab  kondisi  dan posisi kita sedang sangat terjepit, saya laksana 
singa meraung raung sendirian di tengah padang pasir, saya memerlukan waktu Amir Machmud, 
Basuki Rachmat dan Jusuf menjamin, yang mereka akan tetap membela Bapak, menjamin yang 
Surat Perintah itu tidak akan disalahgunakan, pelaksanaan yang penting penting akan minta izin 
saya.namun  pembubaran PKI is zonder mijn accoord gedann en niet eens met mij besproken.  
Kalimat yang terakhir ini diucapkannya dengan keras. Saya mengetahui  sukarno  akan marah jika  
distop, saya khawatir marahnya itu akan menimpa saya.   
 Itu bukan tanggung jawab sukarno , bukan salahuya sukarno ,  kataku.   
 Pembubaran partai politik, berdasar keterangan saksi  konstitusi yaitu  hak prerogatif Presiden, dat weet je wel, 
itu tidak bisa didelegeer dengan Surat Perintah itu. Soeharto bukan Wakil Presiden, dan saya 
tidak uzur. Saya tidak takut membubarkan PKI jika  memang PKI yang memberontak, namun  
harus jelas dahulu  apa itu GESTOK, yang jelas baru Aidit itu yang sombong .   
Apa rencanaku selanjutnya,  Saya sudah  mengutus Pak Leimena membawa bawa  Surat Perintahku 
kepada Jendral Soeharto, mari kita tunggu reaksinya, apakah dia akan tetap patuh atau 
membangkang. Nah, Hanafi, jika  dia tetap patuh, kau tetap di sini membantu Presiden, jika  
dia membangkang terus, kamu secepatnya kembali ke Kuba en doe je best. Sekarang, pergilah 
temui Chaerul Saleh dan soebandrio  , bantulah, mereka sedang bekerja di pavilyun sana .   
Presiden terus berdiri dan saya pun segera ke pavilyun istana yang lain di mana berada Chaerul 
Saleh dan soebandrio  . Melihat saya datang, Chaerul segera berdiri menyambut, dan 
berkata: Jangan marah marah dahulu , bacalah ini dahulu !    
Dia menunjukkan sebuah tembusan Surat Perintah Presiden tertanggal 13 Maret 1966, yang 
sedang diketik oleh seorang pegawai administrasi istana dan Dr soebandrio   sedang berdiri di 
sampingnya. Isi pokok surat perintah itu yaitu  sebagai berikut:   
a) mengingatkan bahwa Surat Perintah Sebelas Maret 1966 itu sifatnya yaitu  
teknis/administratif, tidak politik, semata mata yaitu  surat perintah mengenai misi  keamanan 
bagi rakyat dan pemerintah, untuk keamanan dan kewibawaan presiden/ Panglima 
Tertinggi/Mandataris MPRS.   
b) bahwa Jendral Soeharto tidak diperkenankan melakukan tindakan tindakan yang melampaui 
bidang dan tanggung jawabnya; sebab bidang politik yaitu  wewenang langsung Presiden, 
pembubaran sesuatu partai politik yaitu  hak Presiden semata mata.   
c) Jendral Soeharto diminta datang menghadap Presiden di Istana, untuk memberikan 
laporannya.   
Tembusan.  
 Surat Perintah akan diperbanyak, distensil,  kata Chaerul. Untuk disebarkan,jij dan Achmadi 
memiliki  misi  agar   pemuda marhaenis, pemuda pemuda PARTINDO itu menyebarkannya, dan 
akan dibagikan kepada orang lain agar   turut menyebarkannya.    
 Apa ini artinya siap untuk show down,   saya menyahut. Sebab ini tidak ada artinya lain. jika  
begitu kenapa tidak disiarkan segera per radio dari sini,     
 Manaaa radio, yang ada di sini cuma hanya sekedar  (yang diucapkannya itu tidak patut diulangi). Kau cari 
Suryadharma apakah dia masih memiliki  alat transmisi, atau memiliki  apa,  jika  tidak, misi  kita 
cuma hanya sekedar  sampai di batas ini. orang  berkata  mau revolusi, kok pakai  tunggu komando , setia 
kepada sukarno   tunggu komando  .......tai kucing...Chaerul naik pitam, begitulah temperamennya.Tidak asing lagi bagi yang mengenalnya. Sifat 
tegas dan berani sejak dahulu, walaupun ada kalanya tanpa perhitungan yang tenang dan dalam.   
Kata katanya yang terakhir saya anggap tepat sekali. jika  dahulu kita yang disebut pemuda 
proklamasi menunggu nunggu datangnya komando, sudah pasti tidak akan ada itu Proklamsi 17 
Agustus 45.   
soebandrio  , kulihat wajahnya membayangkan kelesuan, namun jangan sampai tidak ngomong 
apa apa, dia berkata juga:  Jangan putus harapan, Fi, masih ada jalan .   
Pada saat itu datang Achmadi. Hatiku yang ingin mengatakan, bahwa  jalan tunggu komando itu 
jalan kapitulasi , tidak jadi kuucapkan. lalu  sudah kurasakan, tidak perlu diperdebatkan 
lagi, sebab dalam suasana yang demikian itu sudah jelas soalnya: bertindak dahulu  bicara 
belakangan!   
Kutanyakan pada Achmadi:  Dari mana, Bung Achmadi,    Achmadi:  Dari Jakarta, dari mana 
lagi.    
Dia menunjuk kepada uniform lengkap yang gerakan gerakan akai, berkata:  Kenapa masih pakai pakaian 
begini, orang tidak harus pakaian begini lagi...    
 jika  saya tidak berpakaian begini, mungkin juga saya tidak akan sampai di 
sini, jawasukarno u. jika  ditangkap sebagai jendral itu lebih baik dibandingkan  konyol . Achmadi diam. 
Dia berpakaian kain sarung, bertopi pandan buatan Tangerang, dan sandalan, uniform jendralnya 
entah di mana.   
Dia pergi ke meja, membaca surat yang akan diperbanyak itu. Dia menceritakan bahwa, dia dari 
kemarin berjalan kaki dari Jakarta, melalui jalan jalan kampung, via daerah Pasar Minggu. Dan 
hari itu tadi dia melewati daerah lapangan terbang Panasan di dekat Bogor, lapangan terbang itu 
sudah diduduki Angkatan Darat dan bahwa dia akan menghadap Presiden untak melaporkan hal 
itu.   
sesudah  copy Surat Perintah 13 Maret itu selesai diperbanyak di atas mesin stencil Gestetner, 
sebanyak lima ribu lembar, maka diaturlah pembagiannya. Sebagian akan dibawa oleh orang 
Cakrabirawa yang terpercaya ke Jakarta, sebab maka  akan lebih aman, sedang  
Achmadi bertanggung jawab akan penyebarannya. namun  saya langsung mengambil sebagian 
kecil, (dan yang saya ambil ini lalu  sesudah  di Jakarta saya serahkan kepada Pemuda 
Pemuda PARTINDO, yang saya tidak ingat lagi siapa siapa, agar   disebarkan). Achmadi 
mengambil semua stencilan itu, dikepitnya dibawanya ke kamarnya. Chaerul Saleh mengatakan 
bahwa nanti kita semua akan ketemu makan bersama Presiden.Achmadi berkata, bahwa dia tidak 
akan turut, jika  sudah laporan, dia bersama Achadi (yang sedang menanti di kamar) akan pergi 
untuk mengurus penyebaran stencilan  stencilan itu. Demikianlah katanya. Bagaimana 
selanjutnya stencilan itu, saya tidak mengetahui nya lagi.   
Brigadir Jendral KKO Hartono:  kita harus mulai baru 3   
Sehabis waktu magrib, sesudah sembahyang, saya pergi menuju ke pavilyun Presiden. 
Sebelumnya saya menanyakan kepada pengawal istana, ada di mana Dito, Palti dan Andreas, 
yang dijawab mereka itu berada di pavilyun, dan diurus makan dan penginapannya. Sebab saya 
belum ada kepastian, apakah pulang  ke Jakarta atau tidak tengah malam  itu.   
Di pavilyun Presiden, sudah berada lebih dahulu Dr. soebandrio   dengan isterinya Mbakyu 
Hurustiati, Chaerul Saleh dengan isterinya Zus Jo, sukarno  dan Bu Hartini. Suasana 
tampaknya biasa saja. Walaupun masing masing sudah mengetahui  bahwa kondisi  yaitu  
genting sekali, namun  berhubung ada hadir pula nya wanita wanita yang amat bijaksana itu, sangat 
membantu adanya ketenangan. Begitulah pikiranku.   
Bu Hartini: Bung Hanafi, apa kabar, kenapa Jeng Kendah tidak dibawa,  Anaknya yang kecil 
siapa namanya,     
 Baik baik saja Bu, namun  belum bisa saya bawa bersama sama, saya sedang bekerja   di sini, dia 
bekerja   juga  di sana anakku yang kecil itu namanya Nina ... Nina Mutianusica, singkatan dari 
pada mutiara Nusantara dan Caribia .   

3. Jendral KKO AL Hartono pernah  oleh Orba dikirim keluar menjadi Dubes Rl di Pyongyang, 
Korea Utara.tahun  1967, saya kirim pesan kepadanya agar   jangan pulang  ke negara kita  
jika  selesai periode jabatan Dubes . Pesan saya itu saya titipkan pada Dubes Korea di Ha  
vana. saat  Dubes Korea ini  kembali ke Havana, namun  sudah diangkat menjadi Menteri 
Pertahanan, beliau datang menemui saya untuk mengabarkan bahwa pesan saya itu sudah 
diusahakannya untuk disampaikan kepada Dubes Hartono, namun  sayang Dubes Hartono sudah 
dipanggil kembali ke negara kita . Beberapa waktu lalu  saya mendengar berita Dubes 
Hartono itu mati bunuh diri. Saya tidak mengetahui  pasti apakah betul Hartono itu bunuh diri,    
 Wah, bagus sekali namanya, Bung Hanafi pandai sekali memilih nama, ya apa tidak Mas , Bu 
Hartini berkata kepada sukarno  yang duduk di sebelahnya. sukarno  manggut manggut 
saja.   
Chaerul Saleh:  Apakah Bu Hartini mengetahui  riwayatnya, ... saat  Hanafi baru saja tiba di Kuba, 
Kuba diserang dengan bom dari udara, dia matikan semua lampu, lari ke kamarnya minta 
dikeloni sama bininya, ha, ha, haa... anaknya Babe ...hi, hi, hi ....  Semua tertawa gelak gelak, 
mendengar kelakar Chaerul itu. sukarno  kulihat juga senang.Aku tidak membantah dijadikan 
sasaran seloroh itu. Semua bisa gembira, saya pun juga senang.   
Kami makan tengah malam  di satu meja bersama sama sukarno . Bagiku itulah yang terakhir makan 
bersama sama dengan mereka itu dan dengan sukarno . Sehabis makan kami diajak main 
kartu oleh Bu Hartini. Zus Jo dan Mbakyu Hurustiati pandai main dua  puluh satuan, Bung 
Karno, berganti ganti mereka menang. namun  sementara itu kesanku sukarno  tidak begitu 
antusias, rupanya ada sesuatu yang tetap masih menyangkut di pikirannya. Kami main kartu 
cukup   lama, diseling kopi dan bercakap cakap. Tiba tiba kedengaran suara helikopter berderu 
dari kejauhan mendekat. soebandrio  , melihat ke jam di tangannya:   
Jam 10.55. Itu Oom Jo dan Hartono datang , dia berkata dan memandang kepada sukarno . 
Mendengar kata soebandrio  , nyonya nyonya yang bijaksana itu bersiap siap akan pergi dari 
tempat itu.Yang tinggal hanya kami yang menanti kedatangan Oom Jo yang diutus Presiden 
menyerahkan Surat Perintah 13 Maret kepada Jendral Soeharto.   
Dua buah jeep Cakrabirawa kedengaran menderu menuju ke lapangan hijau di muka sebelah 
kanan istana untuk menjemputnya, dan tidak lama lalu  jeep itu kembali lagi, lalu berhenti 
di muka tangga pavilyun Presiden.   
Tenang saja wajahnya Dr. Leimena masuk, bersalaman kepada Presiden, dan kepada kami, 
diiringi oleh Brigjen Hartono dari KKO. Lalu Presiden mempersilakan kedua orang utusan 
penting itu duduk. Pelayan segera keluar menghidangkan kopi, tanpa diperintahkan lagi, 
mungkin  Bu Hartini yang mengatur di belakang agar   kopi itu keluarnya tepat pada 
waktunya, atau sudah biasa misi  rutine pelayan.   
Dr. Leimena: PadukaYang Mulia Presiden, mohon dimaafkan mungkin  saya agak terlambat  ... 
suaranya tenang dan kalimatnya setiap pada koma terhenti sebentar, sedang Presiden dan kami 
mendengarkan dengan hening dan penuh perhatian; suara jangkerik yang mengerik ngerik itu 
rasanya menambah terkonsentrasinya pikiran menantikan kata kata selanjutnya dari Oom Jo 
itu...   
 misi  sudah saya laksanakan ... Dengan diantar oleh Brigadir Jendral Hartono ... Surat Perintah 
sudah saya sampaikan kepada LetnanJendral Soeharto ... di tangannya sendiri.Jendral Soeharto 
membaca surat perintah itu, ... lalu  dia berkata: 'Sampaikan kepada Presiden, semua 
tindakan yang saya lakukan yaitu  atas tanggung jawab saya sendiri.' Dan bahwa Jendral 
Soeharto tidak bisa datang ke Bogor, berhubung besok akan diadakan sidang lengkap semua 
Panglima Angkatan Bersenjata di Istana Merdeka ... dan Paduka Yang Mulia Presiden 
diharapnya hadir pula  jam 11.00 siang'. Sekianlah laporan saya.... mungkin  Jendral Hartono perlu 
menambah,     
Jendral Hartono diam saja. Presiden pun diam, dan kamipun terdiam semnanya. Oom Jo 
menunduk melihat ke lantai. Masing  masing dengan perasaan terharu ditimpa tragedi yang 
sama. Langit pun runtuh!   
Saya nantikan sejenak, jika  Chaerul Saleh akan bicara sesuatu atau bertanya, saya harap dia 
yang bicara, namun  tak ada juga. Tiba  tiba saya berdiri, saya dekati Jendral Hartono, saya tarik 
tangannya mengajak dia keluar sambil berkata pelan pelan:  Jendral saya minta kita berdua 
bicara sebentar di luar . Sesampai di luar, di beranda samping pavilyun itu, di bawah naungan 
pohon beringin rindang, gerakan gerakan andangi sejenak wajah dan biji matanya Hartono di dalam cahaya 
samar di tengah malam  itu: Mas Hartono, bagaimana, apa yang kita dapat lakukan,  Kita berdua bicara 
di bawah empat mata .   
 Pak Hanafi, saya kira mulai dari saat ini kita harus mulai baru sama sekali. Kita tidak bisa 
berbuat apa apa lagi sekarang ini. Saya rasa begitu juga teman teman di lain angkatan. Memang 
pada saya masih ada satu resimen KKO, namun  jika  kita bangun sekarang, sama saja kita 
menentang arus, kita akan dicap membela GESTAPU yang bertanggungjawab atas pembunuhan 
kejam jendral jendral TNI itu walaupun kita hanya bermaksud menyelamatkan Presiden.... 
walaupun kami sendiri mengherankan mengapa Soeharto tidak berusaha mencegah pembunuhan 
itu, sebab dugaanku dia pasti mengetahui  komplotan GESTAPU itu sebelumnya, mengingat 
hubungannya dengan Kolonel Latief dan Brigjen Supardjo ....   
 Ya, saya pun memiliki  dugaan seperti itu , sahutku. Mataku menembus kegelapan yang 
samar samar kena cahaya dari dalam pavilyun itu, memandangi wajah Brigjen Hartono. Tadi 
waktu tangannya gerakan gerakan egang, tangannya itu terasa dingin. Sekarang wajahnya itu pun tidak 
bernyala, kelam seperti abu yang sudah padam. namun  apa yang dikatakannya itu, betul betul 
terasa dalam hatiku. Tidak ada lagi pengikut setia Presiden Sukarno di dalam keempat angkatan 
bersenjata itu yang berani bangun dan bertindak sekarang ini, untuk membela kebenaran dan 
membongkar segala tipu muslihat yang jahat itu. Soeharto pastilah akan segera menghancurkan 
segala yang bergerak  untuk menghilangkan segala jejak yang akan menunjukan 
ketersangkutannya dengan GESTAPU itu.   
Kami terhenti bercakap, sebab kami dipanggil masuk. Kami pun masuklah ke dalam 
rumah.Waperdam Leimena sudah berdiri untuk pamitan, untuk kembali bersama Brigjen 
Hartono tengah malam  itu juga dengan helicopter ke Jakarta. Kami semuanya bersalam salaman. Hari 
kira kira jam 1.00 tengah malam .   
Presiden Sukarno: Besok jam 10.00 pagi harus sudah siap semua untuk ke Jakarta, dengan dua 
helicopter, saya akan hadir pula  dalam rapat panglima itu , demikian berkata sukarno , seraya 
mempersilakan kami semua untuk pergi tidur.   
Walaupun badanku letih, namun  saya tak bisa lalu  tertidur.Teringat saja dalam kepalaku, kata 
kata Jendral Hartono tadi  jika  kita bangun sekarang, sama saja kita menentang arus, kita akan 
dicap membela GESTAPU yang bertanggung jawab atas pembunahan kejam Jendraljendral TNI 
itu .... walaupun kita hanya mau menyelamatkan Presiden ... walaupun dia sendiri heran sekali 
kenapa Soeharto tidak berusaha mencegah pembunuhan itu, sebab dia memiliki  dugaan bahwa 
Soeharto pasti mengetahui  komplotan GESTAPU sebelumnya, mengingat hubungannya dengan 
Kolonel Latief dan Brigjen Supardjo ....   
Bagiku bukan saja dengan Latief dan Supardjo, namun  juga dengan Untung; jika  Hartono tidak 
menyebut nama Untung tadi, saya percaya  sebabnya oleh sebab  tidak perlu disebut lagi. Terasa 
kepadaku, bagaimana usaha Chaerul Saleh dan saya, yang sia sia untuk mengatasi bahaya yang 
mengancam revolusi.Teringat pengalaman yang sudah  banyak kualami selama perjuangan ... 
mungkin  ini sajalah yang dapat menyabarkan hatiku.Jadi, berpegang kepada keterangan 
Brigjen Hartono tadi, besar kemungkinan Jendral Soeharto mengetahui  adanya komplotan 
GESTAPU itu sejak semula, namun dengan tujuan tertentu membiarkan saja Panglima A.Yani 
dengan jendral jendral lainnya dibunuh sampai mati. Jadi jika  begitu, Jendral Soeharto, main 
muka dua, atau memainkan pisau mata  dua memotong ke kiri dan menyayat ke kanan.   
Soal yang lebih memberatkan masuk akalku apa yang dikatakan Hartono itu, ialah bahwa 
Kolonel Latief seorang penting dalam GESTAPU itu, ada bersama sama Jendral Soeharto pada 
tengah malam  30 September itu, sebelum pasukan pasukan yang akan menangkapi/ membunuhi jendral 
jendral TNI itu. Dikabarkan bahwa Latief itu menemui  Jendral Soeharto di Rumah Sakit yang 
sedang menengok anaknya yang sedang sakit dirawat di rumah sakit itu.   
Bagiku ini bukan pertemuan yang kebetulan ,juga bukan untuk  mengambil muka  atau untak 
kasih unjuk simpati kepada sang ayah dari anak yang tersiram sup panas. Ini tidak logis. 
Mengingat Kolonel Latief yaitu  seorang anggota braintrust komplotan GESTAPU, 
kedatangannya di rumah sakit menemui Jendral Soeharto itu, memiliki  maksud satu untuk 
melapor/meminta perintah.Ternyata Jendral Soeharto tidak ditangkapnya. Jelas Latief datang 
untak melapor, bukan untok menangkap Soeharto.   
Bagi orang  seperti Latief, Supardjo dan Untung, yang memiliki  pengalaman berjuang dan 
memiliki  pengetahuan  kemiliteran, sudah pasti mengetahui  mana lawan yang harus ditarik ke 
pihaknya, mana yang harus dinetralisir dan mana yang harus dipukul lebih dahulu . Jendral 
Soeharto yang langsung memiliki  pasukan KOSTRAD, yang markasnya hanya beberapa ratus 
meter dari istana mestinya sudah  dimasukkan ke dalam tiga scope militer itu. Logika mestilah 
mengatakan, tidak ditangkapnya Jendral Soeharto itu yaitu  disambungkan oleh sebab  dia sudah  
dimasukkan ke dalam salah satu dari dua scope militer yang pertama, yaitu sudah ditarik ke 
pihaknya, atau sudah di netralisir , yaitu dianggap  sudah mengetahui  sama mengetahui  .   
Siapakah Kolonel Latief itu,  Dia yaitu  anak buahnya Soeharto sejak dari jaman revolusi 
bersenjata dahulu.Aku kenal padanya saat  dia berada langsung di bawah komandonya 
Soeharto yang bekerja   mempertahankan dan merebut Yogyakarta kembali. Pangkatnya kapten 
saat  itu, yang bekerja   juga menghubungi dan mengumpul  kan kembali Laskar PESINDO 
yang masih bersenjata dan bertebaran akibat Provokasi Madiun yang berdarah itu. Bagi kapten 
Latief, pekerjaan itu tidak begitu sukar, berhubung dia sendiri yaitu  juga di samping anggota 
TNI, juga yaitu  anggota Laskar PESINDO. Banyak bekas Laskar PESINDO menggabung ke 
TNI, ke dalam resimen yang Komandannya Overste Soeharto itu untuk merebut kembali 
Yogyakarta dari pendudukan Belanda (perang  kolonial kedua 1948/1949). saat  itu markas 
Komando Resimen Soeharto berada di Godean, di sebelah Barat Yogyakarta, tidak jauh dari kali 
Progo. Di sanalah Latief pernah  kujumpai, dia denganLetnan Haryadi (pelukis), saat  aku dan 
bekas Shudanco Pramuji datang dari kampung Demangan ke Godean.   
Bekas Shodanco Pramuji, yaitu  Komandan Laskar PESINDO JawaTimur, anak buahnya 
banyak yang dioperkannya kepada kapten Latief, yang merupakan kekuatan militan sekali 
merebutYogyakarta kembali. Kekuatan Laskar PESINDO yang menyerbu masuk ke dalam kota 
dari Selatan pada 1 Maret 1949, penyerbuan masuk ke dalam kota Yogya yang terkenal itu, 
yaitu  langsung berhubungan dengan kapten Latief di bawah komandan Overste Soeharto yang 
bermarkas di Godean itulah. Sejak itu hubungan Latief dengan Soeharto tidak pernah putus, dia 
pernah  dikirim ke Ambon untuk menumpas sisa pasukan KNIL di sana, dia juga pernah  dikirim 
ke Padang di bawah komandonya Jendral A.Yani untuk menumpas pemberontakan 
PRRI/Permesta. Kolonel Latief yaitu  seorang opsir yang berani dan cerdas dan berjiwa 
revolusioner.namun  sekali ini, kecerdasan dan keberaniannya dan  jiwanya yang revolusioner itu, 
disalah gunakan oleh orang yang dianggapnya sebagai bapaknya, ...Jendral Soeharto.   
Itulah hasil penelitian  analisaku, jika mengkaji keterangan Brigjen Hartono tadi lebih lanjut.   
sukarno  disiasati sengaja sendirian dipisahkan dari kami  
Esok harinya jam 8 pagi, kami bertiga soebandrio  , Chaerul Saleh dan saya sudah siap semua, 
untuk menepati order sukarno  yang mengatakan,  jam 10 pagi berangkat ke Jakarta dengan 
dua helikopter, saya akan hadir pula  dalam rapat panglima panglima itu di Istana Merdeka . Dapatkah 
dipahami oleh para pembaca latar belakangnya rapat para panglima itu,  Pertama: rapat itu 
diadakan tidak atas perintah Presiden Sukarno/Panglima Tertinggi ABRI. namun   ditentukan dan 
diatur oleh Letjen Soeharto sendiri, tanpa dikonsultasikan terlebih dahulu kepada 
Presiden/PanglimaTertinggi ABRI. Kedua: itu artinya Letjen Soeharto sudah  merampas hak dan 
wewenang Presiden/Panglima Tertinggi sukarno , atas seluruh ABRI. Ketiga: Itulah 
penegasan arti ucapannya yang sangat brutal, yang diucapkannya kepada Dr. J. Leimena yang 
didampingi oleh Brigjen (KKO) Hartono:  Sampaikan kepada presiden, semua tindakan yang 
saya lakukan, yaitu  atas tanggung jawab saya sendiri . berdasar keterangan saksi  kamus politik itu artinya coup 
d'etat   kudeta!!!   
Hanya orang gila yang mengatakan itu bukan kudeta. Rupa rupanya sukarno  sudah seperti 
terbiasa dengan pengalaman  kudeta . Sebab ada sementara orang yang suka  memancing di air 
keruh  mengatakan bahwa Maklumat No. X dari Wakil Presiden Hatta, 16 Oktober 1945 dahulu 
itu juga disebut  kudeta . No! Salah itu.Tindakan Bung Hatta (Wakil Presiden) dahulu itu sama 
sekali bertolak belakang dengan tindakan Letjen Soeharto yang sudah dari semula berniat 
khianat dengan Gestamemiliki  terhadap Presiden Sukarno sekarang, ditambah lagi dengan 
menyalah gunakan Supersemar, menjadi satu kudeta yang terang terangan telanjang bulat bulat. 
Bung Hatta dan Bung Sjahrir tidak begitu perilakunya, bahkan politis dan historis memperkuat 
posisi sukarno  sebagai Presiden R.I.   
namun  mungkin  juga di dalam dugaanku sukarno  mengira hanya akan seperti yang sudah  
dialaminya dengan peristiwa Maklumat No. X Oktober '45 itu. Oleh sebab  itulah beliau ambil 
keputusan untuk menghadiri  rapat para panglima yang direkayasa oleh Soeharto itu.namun , apa 
mau dikata, akhirnya beliau cuma hanya sekedar  dijadikan presiden tanpa kuasa atau  raja tanpa mahkota . 
Untuk sementara ternyata lalu  hanya untuk sampai ke sidang MPR 1967 hasil rekayasa.   
Waktu kami akan berangkat ke Jakarta,sukarno  dipersilakan naik ke helikopter sendirian 
terlebih dahulu, sedang  kami bertiga Dr. soebandrio  , Chaerul Saleh dan A.M. Hanafi 
dipersilakan naik helikopter yang sebuah lagi. saat  helikopter sukarno  sudah naik ke 
udara, helikopter kami tidak bisa naik, dikatakan motornya tidak bisa hidup sebab  accu (battery) 
nya  decharge , jadi harus diisi dahulu  ke Airport Panasan atau ganti battery nya dahulu . Kami 
dengan kesal sekali harus menunggu lebih dari satu jam. Mau naik mobil saja, mobil mobil 
sudah disuruh dahulu an pulang  ke Jakarta. Singkat cerita, akhirnya kami bisa juga diangkut ke 
Jakarta dengan helikopter yang segaja dibuat  brengsek itu. saat  kami tiba di Istana Merdeka, 
sidang panglima panglima di bawah pimpinan Letnan Jendral Suharto, sudah selesai. Namun 
soebandrio   dan Chaerul Saleh langsung juga ke istana, namun  saya dinasihatkan Chaerul lebih baik 
jangan turut demi keselamatan. Namun saya bersikeras , walaupun tidak turut ke sidang, menunggu 
di luar untuk pulang  bersama sama. Mulai dari hari itu Dr. soebandrio   tidak keluar lagi dari 
istana, namun  beberapa hari lalu  dia  diangkut  oleh Tentara Soeharto.   
Waktu Chaerul dan saya hendak pulang , mobil Jeep Toyota Ramli ex Kepala Pasukan Bambu 
Runcing sudah menunggu. Brigjen Hartawan menghampiri Chaerul, entah apa yang 
dibicarakannya, lalu  Hartawan turut sama kita ke dalam Jeep. Saya diantarkan pulang  ke 
Hotel negara kita , Chaerul mengatakan akan pergi bersama Brigjen Hartawan itu keluar kota. 
Siapa itu Brigjen Hartawan,  Saya tidak begitu kenal dia.namun  saat  kami mengadakan rapat di 
rumah Chaerul mempersiapkan barisan  jibaku  yang dikepalai oleh Kolonel Mustafa, Hartawan 
itu turut hadir pula . sebab  itulah Brigjen Sapi'i menggerundel pada saya kenapa Hartawan itu 
dibolehkan hadir pula , sebab dia itu orangnya Soeharto, katanya. Di rapat itu hadir pula  juga Ir. 
Surachman, Sekjen PNI. Kelanjutan dari kepergian Chaerul dengan Brigjen Hartawan itu tadi, 
akhirnya Chaerul Saleh menjadi tahanan di rumah sendiri. Dan saya tidak bisa mengunjunginya 
lagi. Sampai saya pulang  ke Kuba tak bisa saya pamitan padanya lagi. Hanya ajudannya saja 
secara incognito (dengan membawa bawa  anaknya), Sutomo, menemui saya menyampaikan pesan 
Chaerul agar   lekas  lekas pulang  ke Kuba. Sebagai sudah saya ceritakan di bagian lain, saya 
diantar sampai ke dalam plane didampingi oleh chargé d'affaire Cuba, Jacinto Basques, yang 
bertekad jibaku untuk membela saya, jika  saya mau ditahan oleh bandit bandit Soeharto.   
(Foto sukarno  sedang merokok)   
Foto ini pernah  dimuat dalam Newsweek dengan keterangan gambar  Sukarno lights up The 
scatter gun charges didn't seem to bother him  Caption itu jelas secara kias bermaksud 
melecehkan,  Sukarno menyalakan api dentuman senjata di mana mana rupanya tak 
mengganggunya.  Pers Barat memang kesenangan melihat konspirasi pendongkelan mereka 
terhadap sukarno  sebagai pemimpin Bangsa negara kita  yang berdiri paling depan dalam 
barisan Asia Afrika dan The New Emerging Forces, mulai menampakkan tanda  berhasil.   
Namun Pakistan nya Ali Bhuttho sangat menghormati sukarno , sebagai Pemimpin maupun 
sebagai Presiden negara kita . Dalam foto tampak Dubes Pakistan di Jakarta pada hari ulang tahun  
nasional Pakistan 23 Maret 1966 mengundang Presiden Sukarno di Hotel negara kita . Di tengah 
pada latar belakang berdiri A.M. Hanafi yang sengaja meninggalkan posnya di Havana untuk 
membantu Presiden Sukarno mencarikan penyelesaian politik akibat pengkhianatan 
gestapu/soeharto bulan September 1965.  
 Keesokan harinya, tanggal 14 Maret, 1966. Saya tidak pergi ke istana. Chaerul Saleh menilpon, 
jika  ke istana bersama dengan dia, namun  dia hari itu tidak akan pergi. Dalam catatanku, hari itu 
saya pergi ke rumah Marsekal Suryadharma, yang terletak di Jalan Mendut. sesudah  berhenti 
sebagai Panglima AURI, kedudukan Suryadharma secara resmi yaitu  Penasihat Militer 
langsung kepada Presiden/ Panglima Tertinggi.   
Dia menolak untuk dijadikan Duta Besar di Cuba, sehingga saya yang jadi ditunjuk oleh 
Presiden, untuk pergi ke Cuba. Iparnya: Utomo Ramelan,Walikota Solo, sudah  ditangkap sebab  
tersangkut GESTAPU. Namun, mengingat Suryadharma yaitu  pendiri utama AURI, 
kedudukannya tetap terpandang, walaupun tidak menjabat sebagai Panglima AURI lagi, dia 
masih memperoleh  penjaga keamanan di rumahnya dan pasukan bersenjata AURI.   
Saya datang ke Suryadharma untuk membicarakan apakah dia memiliki  transmitter untuk 
penyiaran Surat Perintah 13 Maret itu. Dia mengatakan, bahwa memang dia pernah  memiliki , 
yang bisa dipakai nya langsung dengan pusat penyiaran radio AURI, namun   beberapa hari yang 
lalu pesawat itu sudah  diminta kembali oleh pihak AURI.   
Dia menyesalkan kepada pihak istana, kenapa tidak memiliki  kewaspadaan sejak dan dahulu. 
yaitu  sangat lalai,jika istana tidak memiliki  alat penyiaran sepenting itu, untuk dipakai  
bila dalam kondisi  darurat.   
namun  saya tidak mau menyesali dia, tidak ada gunanya, sebab dalam hatiku saya berpikir, bahwa 
dia juga sebetulnya  turut bertanggung jawab, mengingat dia secara resmi yaitu  Penasihat 
Militer langsung kepada Presiden/Panglima Tertinggi.   
Jika dia melaksanakan misi nya sepenuhnya, mungkin  juga tidak akan kejadian tragedi dengan 
GESTAPU itu atau paling kurang bisa diatasi jika  situasi memuncak ke suatu krisis yang 
gawat. namun  ini hanya berandai andai saja. jika  Suryadharma, tidak terlalu antusias dengan 
kedudukan sebagai Penasihat Presiden/Panglima Tertinggi itu, saya sendiri dapat memahami, 
sebab merupakan persoalan sensitive baginya. Presiden jarang sekali memanggilnya untuk 
dimintai pendapatnya. Semestinya, diminta atau tidak diminta pendapatnya, dia harus melakukan 
misi nya sebagaimana mestinya. namun  jika  semua hal bisa berjalan semestinya semua persoalan 
bisa berjalan lancar ...   
Saya berpendapat dalam tiap tiap kondisi  yang sulit, sesuatu penyesalan walaupun benar, tidak 
banyak berguna, yang perlu yaitu  sikap kongkret apa yang harus dilakukan.   
Jijika  saya sendiri mau mengemukakan penyesalan atas diri saya sendiri, yaitu  sebab  saya 
sesudah menolak, mau juga menerima desakan Presiden untuk pergi menjabat Duta Besar 
negara kita  di Kuba. jika  saya tetap berada di negara kita , mungkin peristiwa GESTAPU itu tidak 
akan terjadi, setidak tidaknya saya akan berusaha sekuat kuatnya sehingga Presiden tidak bisa 
ditunggangi oleh avontur seperti  GESTAPU itu. Ini kedengarannya seakan  akan bombasme, 
namun  saya kira orang  yang mengenali hubungan saya   baik secara pribadi maupun secara 
politik dengan Presiden Sukarno, seperti Winoto Danu Asmoro, Asmara Hadi, dan Chaerul 
Saleh, mungkin  tidak akan mengejek saya. Setiap penyesalan bisa berakibat menyakitkan hati, 
dan hatiku sendiri menjadi sakit jika aku mengenangkan hal ini.   
Suryadharma menasihatkan kepadaku, sebaiknya aku tidak lagi sering mondar mandir, sebab ada 
kemungkinan yang sekarang saya sudah diawasi. sebab  tidak ada hal yang menggembirakan, 
saya pulang  dengan perasaan lesu.  
 Tanggal 15 Maret. Pagi pagi hari, saya menilpon Chaerul Saleh. Ajudannya Sutomo, dari ALRI, 
menjawab bahwa Pak Chaerul tidak ada di rumah, sedang bepergian; dikatakan bahwa Chaerul 
baru akan ada di rumah pada sore hari. lalu  saya memperoleh  tilpon dari kedutaan Kuba.   
Kuasa Usaha kedutaan Kuba, namanya Señor Jacinto Vasques, mengatakan bahwa ada surat dari 
isteriku (di Havana) untuk saya, dan mengharap agar   saya segera datang ke kedutaannya di 
Jalan Teuku Umar, agar   saya langsung yang menerima surat itu.   
Segera saya bisa menerka bahwa ada sesuatu yang penting sekali yang dia ingin bicarakan 
kepada saya. Sebab jika  hanya sekadar surat saja, dia cukup   menilpon saya, danjika saya ada di 
tempat, dia bisa menyuruh sekretarisoya untak mengantarkan surat itu kepada saya. Señor 
J.Vasques, yaitu  seorang pejuang yang berpengalaman, bukan saja dalam pertempuran gerilya, 
namun  juga dalam pekerjaan diplomatik, pernah  menjabat Kuasa Usaha Kedutaan Kuba di Rio de 
Janeiro, Brazilia. lalu , selama saya dalam exile di Kuba, dia menjadi sahabat saya yang 
karib.   
saat  saya sudah berhadapan dengan dia, memang betul ada surat dari isteri saya, yang segera 
kubaca, isinya mengabarkan selain mengenai  kondisi  keluarga, bahwa Señora Silya Sanchez, 
Sekretaris Presiden, wanita pejuang kenamaan di samping Fidel Castro, beberapa kali sudah 
datang berkunjung ke rumah, untuk mena  nyakan bagaimana kondisi  dan keselamatan saya di 
Jakarta.   
Saya mengakui kesalahanku kepada diriku sendiri, saya memang lalai, sudah tiga minggu saya di 
Jakarta, saya belum juga mengirim kabar kepada istriku. Kecuali kawat kawat dinas kedutaan. 
Saya terlalu sibuk dengan soal soal politik.   
Surat isteriku itu mengatakan bahwa, Señora Silya Sanchez itu datang berkunjung sudah dua 
kali, atas nama Presiden dan Fidel Castro sendiri, sebab pemerintah Kuba sangat khawatir 
mengenai  situasi di Jakarta dan mengenai  kondisi  keselamatan diri saya.   
Saya belum mengirim kabar, justru disambungkan sebab  belum ada kabar menyenangkan yang 
dapat saya kirim.   
lalu  Señor JacintoVasques, yang dalam pembicaraan tanpa basa basi protokol lebih suka 
dipanggil Campanero Jacinto, mengatakan bahwa dia memperoleh  perintah langsung dari Silya 
Sanchez, untuk menyampaikan rasa khawatir Pemerintah Cuba atas keselamatan diri saya, dan 
menyarankan apakah tidak sebaiknya saya segera kembali ke pos saya di Cuba dan dari Cuba 
dapat juga berbuat sesuatu untok membantu posisi Presiden Sukarno guna keselamatan rakyat 
negara kita . Dia menyatakan hal itu dengan sangat bersungguh sungguh.   
Saya tidak mengetahui  apakah ada negeri negeri lain yang bersahabat dengan negara kita , yang tadinya 
bersimpati kepada Pemerintah Sukarno, menunjukkan rasa prihatinnya, setiateman temanya , 
sedemikian rupa, seperti ditunjukkan Kepala Perwakilan Pemerintah Cuba itu. Saya kira tidak 
banyak. Maka hal ini patut dibnat pelajaran yang berharga jika  bicara mengenai  solidaritas 
internasional.  contohnya , bagaimana sikap RRT, Korea Utara, Sovyet Uni danVietnam sesudah  
kedudukan Soekarno goyah, Yang saya ketahui  di samping Cuba, yaitu  Pakistannya Ali Bhutto. 
saat  saya sedang berada bersama Presiden Sukarno di Istana, kira kira pertengahan Januari 
1966, yaitu pada kunjunganku yang pertama keJakarta sesudah terjadinya GESTAPU, Perdana 
Menteri Ali Bhutto, langsung menilpon Presiden Sukarno dari Islamabad. Aku berdiri 
mendengarkan di samping Presiden: Hallo ...yes sukarno  speaking, sukarno  himself... 
How are you Ali,  ... me, ... I am allright ... cdon't worry ... I am allright No, I can't do that ... I 
have and I want to stay with my people ... nevertheless thanks very much to you and your people 
... I appreciate your offer. Your sentiment of brotherhood touched me deeply, very deeply, but I 
want to be always and forever with my people; I am doing my utmost now to encounter the 
intervention of the Nekolim; do you hear me Ali ... the intervention of the Nekolim ... my warmest 
regard to you, thanks you very much ...    
Pembicaraan sukarno  dengan Perdana Menteri Ali Bhutto itu terjadi, sehari atau dua hari 
sesudah sidang kabinet 15 Januari 1966 di Bogor, di mana ratusan ribu demonstran menyerbu 
mencoba untuk masuk ke dalam Istana untok mengacaukan sidang kabinet itu, sehingga pasukan 
pengawal Cakrabirawa dengan terpaksa  melepaskan tembakan gencar ke udara. Namun demonstrasi itu 
tidak mau mundur juga. Agaknya sudah direncanakan, biar ada korban yang jatuh untuk 
memancing provokasi. saat  itu kebetulan saya duduk di samping Jendral Soeharto. Saya 
peringatkan kepadanya,jika Jendral tidak turun tangan, maka barisan kedua Cakrabirawa akan 
meng  arahkan tembakannya horizontal, tidak ke udara lagi seperti barisan yang pertama yang 
sudah tenggelam dilampaui demonstran itu. Barulah lalu  Jendral Soeharto turun, bersama 
panglima  panglima semna Angkatan Bersenjata, maka sesudah  melihatJendral Soeharto yang 
naik ke atas jeep, banjir manusia itu mundurlah dan berangsur angsur berlalu. Bagiku, ini suatu 
bukti bahwa demonstrasi  demonstrasi itu bukan demonstrasi spontan, namun  dibuat oleh pihak 
tentara Soeharto sendiri.   

Kembali mengenai pembicaraan tilpon. sukarno  mengatakan bahwa Ali Bhutto, meminta 
dengan sangat, jika kondisi  sangat membahayakan dirinya, agar   sukarno  mau pergi ke 
Pakis  tan, pintu Pakistan selalu terbuka lebar baginya, dan bahwa Ali Bhutto sudah memberikan 
perintah kepada Duta Besar Pakistan di Jakarta. Hubungan Sukarno dengan Ali Bhutto yaitu  
sebagai saudara sendiri, comrade in arms, kawan seperjuangan.   
Negara yang ketiga, yang menunjukkan simpatinya yang serupa kepada Presiden Sukarno, 
yaitu  Dios Dadong Macapagal, Presiden Filipina.  
 Aku Ditangkap di Hotel negara kita   
tengah malam  hari tanggal 15 Maret 1966. Sepulang nya dari Kedutaan Kuba saya tidak pergi ke mana 
mana. Saya cape sekali. Apalagi Chaerul Saleh tidak ada di rumah, dia pergi ke luar kota dengan 
Brigjen Hartawan, orangnya ganteng. Saya tidak begitu kenal padanya, namun  rupanya Chaerul 
menganggap dia  orang baik . tengah malam  itu saya tinggal saja di kamar saya di hotel. Kepada 
reception desk saya minta sebuah kamar lagi tambahan. Sebab anak saya Dito, pengawal letnan 
Arnel dari Cakrabirawa, dan keponakan Syamsudin Yaw, namanya Iwan, akan menginap 
menemani saya. Iwan membawa bawa kan untuk saya dari rumah Syamsuddin satu rantang masakan 
Bengkulu, ada sambel tempuyak, gulai pet‚ dengan ikan teri. Antensi dari isteri Syamsuddin 
untuk  Pa' Uncu Hanafi  yang masih ada sangkut paut famili pada saya.   
Sejak pulang  dari Kedutaan Kuba tadi siang hati saya merasa kurang enak.namun  hati kusabarkan 
saja dalam menghadapi situasi di mana saya berada dan mengenai  kokhawatiran pihak Pemerintah 
Kuba, dari isteriku dan anak anakku yang saya tinggalkan di Kuba mengenai diri saya. Jelas 
Kuba sudah dapat mengetabui dari segala saluran bahwa kondisi  Presiden Sukarno yaitu  gawat 
sekali, sesudah Jendral Soeharto dengan menyalaLgunakan SUPERSEMAR rmembubarkan PKI. 
Akibatnya luas sekali, berarti Sukarno sudah berada di dalam mulut buaya.   
Kira kira jam 12 tengah malam  pintu kamar saya diketok ketok seperti oleh orang yang bergegas tidak 
sabaran, dengan teriakan: Buka, buka! Pintu saya buka, empat orang tentara menyerbu masuk 
dikepalai oleh seorang mayor. Bapak diminta turut kami sekarang , katanya pendek. Ke mana,   
tanyaku. Turut saja, nanti Bapak mengetahui  , jawabnya kasar sang mayor. Tunggu, saya berpakaian 
dahulu , pakaianku ada di kamar sebelah . Saya keluar kamar, diapit rapat oleh mereka. mungkin  
dikira saya mau melawan atau lari. Saya tidak sekonyol itu, saya mengetahui  apa artinya sergapan itu. 
Di kamar sebuah lagi itu saya lihat anak saya Dito, letnan Arnel dan Iwan sudah dijejerkan, 
senjata letnan Arnel dirampas. Dan Iwan yang masih di SMP itu nyengir ketakutan. Saya 
sabarkan mereka, tidak apa apa, turut saja! Saya minta pakaian militer saya pada Dito. 
Sementara saya berpakaian, pistol saya diambil oleh mayor itu yang tidak saya kenal namanya. 
Saya diam saja. namun   sesudah  mereka melihat saya memakai uniform berbintang Mayor Jendral 
itu, kelihatan mereka bersikap agak lebih  mengetahui  adat .   
Kami diangkut ke Markas Kodam JAYA. Jadi, markasnya Amir Machmud. Oo, jadinya Pak 
Amir Machmud yang suruh menangkap saya,   Kutanya pada si mayor, saat  turun dari jeep. 
Dia diam saja.   
Di ruangan di mana kami ditahan ada seorang penjaga saja yang tampak dekat kami.namun   di 
luar banyak. Dito dan dua temannya itu biasa saja, tidak menampakkan rasa takut. Dan seorang 
penjaga itu ngomel ngomel, sebetulnya  menyindir. Saya tidak mengetahui  apa itu  markis , markis, 
markisa, namun  saya dalam pertandingan  ngaji  di Malaysia menang . Kami diam saja.Walaupun, 
saya pernah  tiga kali khatam Qur'an, di Bengkulu. tengah malam  itu sampai pagi kami tidak tidur. 
saat  hari sudah menjelang pagi, saya berkata  kepada penjaga yang saya minta ketemu dengan 
Brigjen Amir Machmud, ... dan saya minta boleh memakai  tilpon, sebab kataku, bahwa saya 
 harus lapor kepada Bapak Menpangad Jendral Soeharto, bahwa mungkin saya agak terlambat 
bersama beliau ke istana di pagi hari itu, sebab saya sekarang masih berada di sini  ... dan 
memang saya minta tolong disambungkan per tilpon ke rumah Letjen Soeharto, dan dapat bicara 
dengan ajudannya nama Sutrisno. (Saya tidak mengetahui  apakah ajudan Sutrisno yang bicara pada saya 
di tilpon itu, bukan lain dari BapakWapres kita Tri Sutrisno sekarang, saya tidak mengetahui !). 
Kepadanya saya minta tolong disampaikan: Saya Dubes Rl di Kuba, MayorJendral Hanafi, 
minta tolong disampaikan kepada Pak Harto bahwa saya mungkin  agak terlambat datang ke 
istana, sebab ini pagi saya masih berurusan dengan Brigjen Amir Machmud di Markas Kodam 
JAYA . Saya sengaja tidak minta bicara langsung kepada Menpangad Jendral Soeharto, sebab 
saya cuma hanya sekedar  mau membluf (menggertak) para pengawal itu saja, agar   mereka laporkan kepada 
Brigjen Amir Machmud.   
Rupanya semua gerak gerik saya segera dilaporkan kepada Amir Machmud. Betul saja. Kira kira 
pk. sembilan Amir Machmud masuk kantornya. Saya dan ketiga anak muda (Dito, Arnel dan 
Iwan) diminta datang, diantar oleh mayor yang mengangkut saya tadi tengah malam  itu. Saya memang 
sudah kenal Amir Machmud sejak lama, sejak zaman Kongres Rakyat Untuk Pembebasan Irian 
Barat beberapa kali saya ke Bandung mengiring Presiden Sukarno untok berpidato 
menggembleng semangat perjuangan Irian Barat di Rapat Raksasa Merah Putih di lapangan 
Tegalega. Amir Machmud mengambil kesempatan juga  untuk menampilkan simpati.Begitu juga  
dengan Bapak GubernurJawa Barat Ipik Gandamana.Tentu saja tidak bisa selalu dapat 
kesempatan  rariungan  dengan presiden, maka sayalah yang selalu didekati. Semuanya pintar, 
lihay, cuma hanya sekedar  saya yang lugu! saat  saya sebagai Menteri Negara menjabat Kepala Panitia 
Penyambutan Kepala kepala Negara Asing (PPKN) saya percayakan misi  keamanan kepada 
Amir Machmud dalam rangka kunjungan Presiden Ho Chi Minh ke negara kita . Bukan main besar 
biaya keamanan yang dia minta, namun  saya acc. kan saja, asal beres! Jadinya dia tambah dekat 
pada saya. Saya tidak sungkan panggil dia pada namanya langsung.   
 Pak Amir, apa apaan ini, masa begini caranya kita kerja menghadapi GESTAPU, apa ini 
perintah Pak Harto,  , saya langsung tanya saat  saya masuk ke ruang bironya dalam uniform 
Mayjen TNI.   
 Oo, Pak Dubes Hanafi, maaf, maaf sekali lagi maaf, ini kesalahan.  Lalu di depan saya dia 
memarahi mayor yang menangkap saya tengah malam  tadi itu. Kenapa Pak Hanafi ditangkap, beliau 
kan Dubes kita di Kuba, kapan tidak ada dalam daftar, kan,     
 Punten wae Bapak itu mah kesalahan , senyuman pada saya. Mayor disuruh mengantar saya 
pulang .   
Amir Machmud bertanya: Bapak mau langsung ke istana atau pulang  ke rumah,   Saya berkata , 
antar pemuda pemuda itu pulang  ke Hotel negara kita , dan saya minta diantar ke rumah Pak Adam 
Malik. Demikianlah terjadi. Dalam hatiku, ini bluf saya yang kedua.   
Untuk menunjukkan pada Amir Machmud keakraban saya dengan si Akoy itu yang sudah  saya 
ketahui  sudah berada di dalam kandang Soeharto.   
Di situlah kesempatan saya  melabrak  Adam Malik, yang secara akrab antara kami selalu 
panggil  Si Akoy .   
 Fi, jij itu kena 'akibat sampingan' saja, yang jadi sasaran GESTAPU, bukan orang macam 
Bung , kata Adam Malik   
 Ah, jij yang berkata  begitu,pet of untukmu Bung, jika  memang sikap sana itu begitu , 
kataku. Secara tidak langsung saya sudah  mengusulkan agar   Bung diangkat menjadi Menlu 
untuk menggantikan soebandrio  , sebab sukarno  sudah memerintaLkan saya kembali ke pos 
saya di Kuba. Saya minta Bung jaga dan selamatkan sukarno  dan Chaerul Saleh, kan Bapak 
kita itu dan Chaerul itu bukan GESTAPU, toh. Jangan Bung kira saya tidak maklum akan semna 
basa basi seremoni ini. namun  saya tidak akan menentangnya selama sikap kalian  correct  
terhadap sukarno  dan Chaerul Saleh. Jij kan mengetahui , tanpa Chaerul Saleh dan sukarno , 
tidak bakal kita memiliki  Proklamasi 17 Agustus itu pada saatnya .   
Adam Malik: Sayang, mestinya dahulu jij tidak pergi ke Kuba, Fi; sejak jij pergi, terjadi 
kortsluiting, jadi tambah parah, sebab tidak ada lagi tukang reparasi  dari MENTENG 31 lagi.    
Saya tidak mau perpanjang percakapan yang intim namun  penting dengan Bung Adam ini. Sebab 
kekecewaan saya sendiri banyak sekali kepadanya, walaupun dia mengenangkan kembali 
semangat Menteng 31. Pada saat ketemu yang terakhir dengan bung Adam di Brussel tahun  
1979, barulah dia berani berkata   Fi, jij mengetahui  sebetulnya  saya juga berada dalam tahanan. Buat 
saya dia jelas bukan dalam tahanan, namun   berada dalam  sangkar mas  seperti beo, namun  saya 
sekeluarga dalam pembuangan di luar negeri. Dan si Akoy ini tidak berdaya mencegah tindakan 
pegawainya di Deparlu yang phobi komunis, melemparkan saya sekeluarga ke dalam 
pembuangan di luar negeri itu.   
Tanggal 25 Maret 1966, saya berangkat ke Kuba kembali, sesudah saya menemui Adam Malik 
sebagai menlu baru dan sukarno  menghadiri  Resepsi Hari Nasional Pakistan tanggal 23 
Maret tengah malam , di Hotel negara kita . Arti yang sebetulnya , Adam mengajak saya menemaninya 
menjadi  dekorasi  menemui   raja tanpa mahkota , Presiden Sukarno tanpa kuasa.   
Mayor Jacinto Vasques, chargé d'affair Kuba mengantar saya sampai dalam plane, sampai saya 
duduk. Di belakang saya anak saya Dito. Umar Senoadji dan Ibnu Sutowo di jejeran paling 
belakang, satu plane sama saya. Mereka berdua itu akan ke Tokyo juga. Baris terakhir ini ialah 
renungan hasil penelitian  pengalaman kita sekarang, di tahun  1997, bulan Agustus, saat  jariku 
menari di atas mesin ketik Remington ku yang tua ini. Dahulu di tahun  1966, di bulan Maret itu, 
walaupun kita kaum Sukarnois sudah kepepet, namun kita masih bisa  main  sama waktu, 
berspekulasi dengan kondisi  di atas faktor kepribadian dan kewibawaan sukarno . Yaitu 
selama sukarno  masih ada dan massa rakyatnya masih ada walaupun sudah kucar kacir, ada 
kemungkinan masih bisa bangun kembali jika  hari dan kesempatan itu masih mengikuti 
kehendak hati. jika  kambing kambing di padang rumput yang insting hidusaha  cuma hanya sekedar  cari 
makan rumput saja, bila hari petang tak ada gembalanya, tidaklah mengetahui  jalan pulang  ke kandang. 
jika  datang pemburu jalang (pemburu liar) kambing kambing habis  dimakannya  atau 
mencari selamat sekalipun terjun ke jurang. Ini cuma hanya sekedar  kata kiasan dalam mengertikan hukum 
sosial masyarakat yang sudah merupakan satu aksioma: Rakyat dengan Pemimpinnya   
Pemimpin dengan Rakyatnya. Harap jangan salah terima, ini bukan sindiran kepada bangsaku 
negara kita , sebab hokum aksioma itu berlaku pada seluruh Nasion.   
Pemimpin yang sebetulnya , lahir dan tumbuh di atas buminya rasa hormat dan kecintaan 
rakyat kepadanya. Jalurnya dari bawah ke atas. Normal, wajarnya pohon beringin tumbuh 
dengan akarnya membenam ke dalam bumi, akamulasi oxigennya memberikan kerindangan dan 
kesejukan alam sekitarnya. Itulah simbolnya Demokrasi, rakyat dan kerakyatan, yang sudah  
menjadi kesadaran nasional.   
Kecintaan dan penghormatan rakyat kepada sukarno , sebagai manusia biasa dengan segala 
kelebihan dan kokurangannya takkan menjadi pudar dan padam, selama matahari bersinar, di 
waktu tengah malam  dia bersinar laksana bintang. Kebesaran dan kehebatannya, bukan sebab  dia 
Proklamator (di samping Bung Hatta sebagai co Proklamator), namun  sebab  dia memiliki  ideal dan 
wawasan yang lebih hebat dan agung dari segala pemimpin di dunia yang pernah  ada, yaitu 
Pancasila. Pancasila bukan Kapitalisme   bukan Komunisme!   
Di dalam buku  Menteng 31   Membangun Jembatan Dua Angkatan , saya sudah  memakai  
kesempatan untok meng  ingatkan, bahwa:Versi asli Pancasila mungkin  sekarang sudah tidak 
pernah  atau jarang sekali dibaca lagi. Bung Hatta yang kita semua kenal sebagai orang yang 
sangat kritis, nuchter tidak emosional pernah  berpendapat: Itu pidato Sukarno terbaik dari 
banyak pidato yang pernah  diucapkannya .   
Mutiara cemerlang yang keluar dari hasil pemikiran sukarno  ini, ada baiknya kita baca ulang 
untok penyegaran pemikiran politik kita menghadapi erosi nasionalisme dan patriotisme yang 
sedang merambak pada sebagian masyarakat kita akibat kejangkitan demam globalisme.   
Rasanya tidak salah jika  saya katakan, bahwa Pancasila yaitu  Anugerah Yang Maha Pengasih 
kepada bangsa negara kita  lewat makhluk pilihanNya. yang bernama Sukarno.   
Di dalam proses pelaksanaannya kita harus berani mempelajari pengalaman pengalaman dan 
segi segi yang positifnya dari kedua antipoda ini  dan faktor faktor kondisi dan situasi 
bangsa In  donesia sendiri.namun  syaratnya  condition sine quanon  mutlak harus ada suasana 
yang demokratik. Dus harus ada demokrasi yang sesungguhuya, bukan sekadar frasiologi kosong 
saja seperti sekarang, di mana DPR dan MPR sejak semulanya diketok dan dicetak berdasar keterangan saksi  
matrix kemauanJendral Soeharto dan Jendral Nas.   
Walaupun di dalam buku ini dibeberkan sejarah yang sebenar  benarnya, seluruhnya menggugat 
pertanggungan jawabnya pengkhianatan Jendral Soeharto terhadap Dewan Jendral dan 
GESTAPU dan kudeta terhadap Presiden Sukarno, namun di sini pada akhirnya saya dengan terpaksa  
menyatakan kekecewaan saya yang sebesar besarnya kepada Jendral Nas juga .Jendral yang kami 
kenal sejak dari Bengkulu di tahun  1937, saat  dia menjadi Guru Sekolah Partikelir di Anggut 
Atas, Bengkulu, yang oleh API Bandung diusulkan untuk menggantikan Daidancho Arudji 
Kartawinata dan Mayor KNIL Didi Kartasasmita untuk menjadi Panglima Divisi I Siliwangi di 
tahun  1946.   
Mengapa,  Sebab pukulan decisive, genade slag, yang menjatuhkan Presiden Sukarno yaitu  
palu yang diketokkan oleh Jendral Nasution sebagai Ketua MPR Gadungan di tahun  1967, hasil 
rekayasa komplotan kaum militeris Soeharto cs. Walaupun saya mengetahui  bahwa sebetulnya  beliau 
hanya dimanipulasi  oleh Jendral Soeharto yang sudah mengantongi kekoasaan de facto atas 
ABRI.   
Kita mohon kepada Tuhan semoga diampuni dosa kedua beliau ini .   
Kita sudah sama sama tua semuanya. Kita harus siap menghadap kepada Tuhan. namun   
kebenaran sejarah harus ditegakkan. jika  tergantung pada pribadi saya saja, bisalah dicukup  kan 
jika  Soeharto dan Nasution mengakui kesalahannya dan memohon maaf kepada bangsanya, 
agar pembangunan nasional yang harus dilanjutkan tidak berbau busuk pengkhianatan itu, dan 
rekonsiliasi nasional dapat ditegakkan.   
jika  saya sekeluarga bisa pulang  kembali ke tanah air, saya akan mengulurkan tangan saling 
memaafkan kepada kedua beliau yang bersejarah itu. Jika tidak, saya pinjam cara Fidel Castro 
dalam nada yang sama (yang sudah sakit sakitan juga ): Adios, los traidores   au revoir, para 
pengkhianat Bangsaku, di hadapan Tuhan kita bertemu !   
Biarlah gerakan gerakan ungut mutiara ucapanJose Rizal yang tak terlupakan:  Adios, mi eldorato patria !  
 Selamat tinggal Tanah Airku!    
Saya mengetahui  pada mulanya kita semua yaitu  satu, semua mau mengabdi kepada cita cita, namun  
intervensi imperialisme memecah kita. Dan sangat tragis bahwa ada saja orang  di antara 
kita yang demi kekuasaan dan keuntungan materi, rela menyediakan diri menjadi peralatan  
kepentingan imperialisme, di atas pengorbanan Rakyat dan sumber sumber kekayaan bumi 
negara kita .   
Oleh sebab  itu eksistensi agama bertambah penting, untuk menegakkan moral ke dalam hati 
manusia.  
Lampiran lampiran 
Sajak dalam Exile : Right or wrong my country!  
Bundaku  
Untuk Ibuku : Qamaria  
Di langit bertabur bintang  
Kususun menjadi namamu,  
Di bumi kutabur cinta  
Kurangkai pada namamu   
Kau bernama Qamaria, oh, Ibuku.  
Anak Rakyat letih mencari,  
Dalam exile dan penjara,  
Di Rusia, Tiongkok dan Manila  
Di Belanda, Digul dan Banda Neira  
Di Endeh, Bengkulu   Nusantara,  
Semua tapak kakimu   kususun jadi namamu, oh Bundaku,  
Kau bernama negara kita  Merdeka.  
Tawa dan tangis si anak desa  
Kudengar sayu merayu pulang ,  
Debu dan lumpur pada kakimu, oh Ibu, oh Bundaku,  
Kudekap ke dada, ku cium, Sayang .....  
Dalam exile dan penjara!  
   
Paris, 17 Oktober 1983   
A.M. Hanafi 
Presiden Republik Indonesia   
PJ.M. Perdana Menteri  
Fidel Castro  
Havana  
   
Kawanku Fidel yang baik!  
Lebih dahulu  saya mengucapkan terimakasih atas suratmu yang dibawa oleh Dutabesar Hanafi 
kepada saya.   
Saya mengerti keprihatinan saudara mengenai pembunuhan  pembunuhan di negara kita , terutama 
sekali jika dilihat dari jauh memang apa yang terjadi di negara kita ,  yaitu apa yang saya namakan 
Gestok, dan yang lalu  diikuti oleh pembunuhan  pembunuhan yang dilakukan oleh kaum 
kontra revolusioner  , yaitu  amat merugikan Revolusi negara kita .   
namun   saya dan pembantu pembantu saya, berjuang keras untuk mengembalikan gengsi 
pemerintahan saya; dan gengsi Revolusi negara kita . Perjuangan ini membutahkan waktu dan 
kegigihan yang tinggi. Saya harap saudara mengerti apa yang saya maksudkan, dan dengan 
pengertian itu membantu perjuangan kami itu.   
Dutabesar Hanafi saya kirim ke Havana untuk memberikan penjelasan penjelasan kepada 
saudara.   
sebetulnya  Dutabesar Hanafi masih saya butuhkan di Indo  nesia, namun   saya berpendapat 
bahwa persahabatan yang rapat antara Kuba dan negara kita  yaitu  amat penting juga  untuk 
bersama sama menghadapi musuh, yaitu Nekolim.   
Sekian dahulu kawanku Fidel!  
Salam hangat dari Rakyat negara kita  kepada Rakyat Kuba,  
dan kepadamu sendiri!  
Kawanmu,  
Jakarta 26 Januari 1966  
ttd  
Soekarno  
   
   
Disalin dari surat asli dalam tulisan tangan Presiden Sukarno yang disampaikan langsung oleh 
Dubes A.M. Hanafi kepada PM. Fidel Castro.   
Pledoi Kolonel A.Latief 
 Pembelaan ex Kolonel Latief Nrp.10685 di depan Sidang Mahmilti II Jawa Bagian Barat 
dalam kaitan Peristiwa G30S  1965  
No.:    
Sifat: Sangat penting  
Lampiran:    
mengenai : Permohonan tambahan saksi  
   
Kepada  
Yth. Ketua Mahkamah Militer Tinggi II  
Jawa Bagian Barat  
di Tempat  
   
   
Dengan hormat,  
Sehubungan dengan keputusan Hakim Ketua Mahmilti untuk mensahkan sidang Mahkamah 
Militer ini, sekalipun putusan ini sudah  saya protes, maka untuk selanjutnya demi terciptanya 
hukum yang adil dan tidak memihak sesuai dengan UU No.14 tahun  1970 pasal 5. Dengan ini 
saya mengajukan saksi saksi tambahan untuk disahkan di hadapan sidang ini.   
1. Bapak Jendral Soeharto  
2. Ibu Tien Soeharto  
3. Bapak RM. Somoharyomo ayah Ibu Tien Soeharto  
4. Ibu RM. Somoharyomo  
5. Ibu Kolonel Suyoto  
6. Ibu Dul tamu Ibu Tien Soeharto  
7. Bapak Dul tamu Ibu Tien Soeharto  
8. Ny. Soeharto isteri saya pada waktu itu 9. Subagyo anak buah BapakJendral Soeharto asal 
Yogyakarta yang melaporkan adanya Dewan Jendral dan pergerakan  tanggal 1 Oktober 1965.  
10. Tuan Brackman yang pernah  mewawancarai i Bapak Presiden Soeharto.  
11. Wartawan Der Spiegel Jerman barat yang pernah  mewancarai BapakJendral Soeharto.  
 Sehubungan beliau (Jendral Soeharto) turut tersangkut dalam peristiwa pergerakan  G.30.S. pada tahun  1965 sesuai dengan eksepsi yang sudah  saya serahkan di hadapan sidang.   
Selain itu sesuai dengan surat Oditur No.001/3/1972/II BAR/TUD/X/1976/IV/1978 tanggal 17 
April 1978 disebutkan saksi saksi yang sangat saya perlukan, untuk ini agar dihadapkan saksi 
saksi:   
1. Brigjen Suparjo ex Panglopur II KOSTRAD  
2. Letkol. Untung ex Dan Yon Men Cakrabirawa  
3. May. Udara Suyono ex Dan Men PPP AU  
4. Lettu Ngadimo Staf Yon S30 Brawijaya  
5. Lettu Dularif Dan Kie Men Cakrabirawa  
   
Demi keadilan mohon agar oknum oknum yang saya sebutkan di atas untuk dihadapkan pada 
sidang Mahkamah Militer Tinggi II Jawa Bagian Barat ini dan dihadlirkan pada pemeriksaan 
pertama.   
Demikian permohonan saya untuk memperoleh  perhatian.   
Jakarta, pada hari putus  
disahkannya Sidang Mahmilti, 9 Mei 1978,  
Hormat kami Tertuduh  
ttd  
(A.Latief)  
   
Tembusan:  
1. Yth.Ketua Mahkamah Agung  
2. Yth. Ketua Mahkamah Militer Agung  
3. Yth. OMI...(, ) Letkol Sianturi SH  
4. Yth. Pembela  
5. Yth. Bp. Mr.Yap Thiam, Hien Speed Building Jln.Gajahmada 18,Jakarta  
6. Yth. Ketua PERADIN  
7. Yth.Panitera Sidang MAHMILTI II Jawa Bagian Barat 8. Berkas.  
No.:  
Sifat : Penting  
Lamp.:    
Hal: Pernyataan PROTES dan  
pernyataan tidak sahnya  
pembacaan dan  isi  
kesaksian sdr. Pono  
tertulis oleh MAHMILTI.  
   
Kepada  
Yth. Ket a mahkamah Militer  
Tinggi II Jawa Bagian Barat  
di TEMPAT  
   
Dengan hormat,  
Pada tanggal 20 Mei 1978 dalam sidang Mahmilti II Jawa Bagian Barat, Hakim KetuaYth. sudah  
membacakan kesaksian tertulis sdr. Pono (orangnya tidak hadir pula  dalam sidang pengadilan) 
berdasar keterangan saksi  Oditur dan hakim Ketua, alasannya sebab  kesulitan tehnis. Selanjutnya dengan 
berpegang dengan Undang2 259 ayat(2), maka kesaksian tertulis di atas sumpah yaitu  sah 
berdasar keterangan saksi  hukum katanya.   
Saya selaku tertuduh sekali lagi, menolak putusan Mahkamah seperti yang diuraikan ini  di 
atas, sebab :   
a. Pada waktu ini, negara negara kita  dalam kondisi  aman biasanya  dan Ibu Kota Jakarta 
pada kbususnya juga dalam kondisi  aman, tenteram, situasi kotanya selalu bisa dikendalikan. 
Lagi juga  ABRI sebagai kekuatan stabilisator dan dinamistor masyarakat sekarang ini sudah  kuat 
dan mampu menjaga keamanan di segala bidang. Mengingat ini semua  alasan kesulitan tehnis  
sehingga tak mampu mendatangkan seorang saksi bernama Pono dalam persidangan ini yaitu  
sangat tidak masuk akal dan sangat memicu  malu atau meremehkan keamananA]BRI dan 
aparat Pemerintah lainnya termasuk Mahkamah ini.   
b. Sepengetahuan  saya (sebab  saya diberi bacaan buku HIR/    ) tercantum dalam Undang 
undang pasal 260 dan 261 menyatakan bahwa jika  saksi tidak datang juga patut disesalkan 
dibawa di muka sidang pengadilan. Hal ini saya sampaikan pada sidang yang lalu. namun    di 
samping Hakim ketua mencap saya sebagai  memberi kuliah  juga sudah  memaksakan kepada 
saya agar   sidang dilanjutkan dengan tetap membacakan kesaksian tertulis sdr.Pono.   
c. Selanjutnya pada sidang yang lalu juga saya sudah  meminta kepada Hakim KetuaYth untuk 
membacakan pernyatuan saya selaku saksi dalam sidang Mahmilub sdr.Pono pada bulan Januari 
1972 yang dibenarkan oleh sdr.Pono sebagai tertuduh pada sidang ini  yang isinya pada 
pokoknya seperti keterangan saya dalam sidang ini dan yang tidak sesuai sama sekali dengan 
kesaksian sdr. Pono tertulis yang dibacakan dalam sidang ini. Permintaan saya inipun ditolak 
oleh sdr. Ketua sidang Mahmilti ini.   
Berdasarkan fakta fakta di atas, jelas Hakim ketua dalam sidang ini sudah  bertindak berat sebelah, 
yaitu selalu membela dan menguntungkan oditur dan selalu merugikan tertuduh langsung 
maupun tidak langsung.   
sebab  itu dibagi bagi di hadapan sidang Mahkamah Militer Tinggi ini, saya tertuduh 
menyatakan  P R O T E S  atas keputusan Hakim Ketua sidang ini yang sudah  memaksa untuk 
meneruskan membacakan kesaksian tertulis sdr.Pono ini  tanpa menghiraukan hak hak 
tertuduh dan tertuduh mnganggap tidak sah dan tidak fair.   
Dan sebagai penutup pernyataan saya ini, saya sekali lagi menuntut di hadapan sidang 
Mahkamah ini:   
1. agar   saksi sdr. Pono tetap didatangkan di hadapan sidang Mahkamah ini untuk memberikan 
kesaksian sebetulnya  secara lesan dan terbuka.   
2. agar   pernyataan saya pada sidang Mahmilub saat  saya sebagai saksi sdr. Pono pada 
bulan Januari 1972 dibacakan di hadapan sidang Mahmilti ini.   
3. Saya tertuduh merasa curiga dengan tidak didatangkan saksi sdr.Pono Oditur bisa 
memanipulasi kan kesaksian dengan sengaja tidak mendatangkan saksi di hadapan sidang, sebab  
dengan kesaksian tertulis yaitu  sangat menguntungkan Oditur.   
4. jika  saksi menolak tidak bersedia datang tanpa alasan, maka tertuduh mencapnya sebagai 
 pengecut  yang perlu dituntut berdasar keterangan saksi  undang undang yang berlaku.   
5. jika  tuntutan saya ini tetap ditolak oleh sidang Mahkamah ini, maka tertuduh menyatakan 
tidak terlaksananya fair trial dan bahwa putusan Hakim untuk membacakan kesaksian tertulis 
sdr. Pono pada tanggal 20 mei 1978 y.l. tidak sah dan tidak satupun bisa saya benarkan.   
Demikian pernya'taan saya di hadapan sidang hari ini dan terima kasih atas perhatiannya.   
Jakarta,29 Mei 1978  
HORMAT KAMI  
TERTUDUH  
ttd.  
A. L a t i e f   
Tembusan:  
1. Yth.Ketua Mahkamah Agung  
2. Yth.Ketua Mahkamah Militer Agung  
3. Yth.OMILTI SR.Sianturi SH.  
4. Yth.Team Pembela  
5. Yth.Bp.Mr.Yap Thiam Hien  
6. Yth.Ketua PERADIN  
7. berkas tertuduh  
   laporan mengenai  dewan jendral pada soeharto
Di sini perlu saya ungkapkan di muka Sidang Mahkamah Militer Tinggi ini agar persoalannya 
lebih jelas, Dua hari sebelum peristiwa tanggal 1 Oktober 1965, saya ditambah    keluarga 
mendatangi ke rumah keluarga Bapak Jendral Soeharto di rumah Jalan Haji Agus Salim yang 
waktu itu beliau masih menjabat sebagai Panglima KOSTRAD di samping acara kekeluargaan 
saya juga bermaksud:   
 menanyakan dengan adanya kabar  dewan jendral sekaligus 
melaporkan kepada beliau .   
oleh beliau sendiri justru memberitahu  kan kepada saya:  bahwa sehari sebelum saya 
datang ke rumah beliau,ada seorang bekas anak buahnya berasal 
dari yogya  karta bernama subagyo, memberitahu  kan mengenai  
adanya kabar  dewan jendral ad yang akan mengada  kan coup d'etat 
 terhadap kekuasaan pemerintahan presiden sukarno .
Tanggapan beliau akan diadakan penyelidikan. Oleh sebab  di tempat/ruangan ini  banyak 
sekali tamu, maka pembicaraan dialihkan dalam soal soal lain antara lain soal soal rumah. Saya 
datang ke rumah Bapak Jendral Soeharto bersama isteri saya dan tamu isteri saya berasal dari 
Sala Ibu Kolonel Suyoto dan dalam perjamuan di ruangan beliau ada ada  ibu Tien Soeharto, 
Orang tua suami isteri Ibu Tien, Tamu Ibu Tien Soeharto berasal dari Sala bernama Bapak Dul 
dan Ibu Dul juga termasuk putera bungsu laki laki Bapak Jendral Soeharto yang lalu  
harinya ketumpahan sup panas.   
Selain dari pada itu sesuai dengan laporan dari seorang penulis bernama Brackman menulis 
mengenai  wawancara dengan Jendral Soeharto sesudah peristiwa 1 Oktober 1965 kira kira pada 
tahun  1968. Diterangkan bahwa dua hari sebelum 1 Oktober 1965 demikian kata Jendral 
Soeharto: Anak laki laki kami yang berusia 3 tahun  memperoleh  kecelakaan di rumah, ia 
ketumpahan sup panas dan cepat cepat dibawa ke rumah sakit.   
Banyak kawan kawan datang menjenguk anak saya di tengah malam  tanggal 30 september 1965 saya 
juga berada di situ. Lucu juga jika  diingat kembali. Saya ingat Kolonel Latief datang ke rumah 
sakit tengah malam  itu untuk menanyakan kesehatan anak saya. Saya terharu atas keprihc#inan
Ada lagi sebuah wawancara dari surat kabar Der Spiegel Jerman Barat pada bulan Juni 1970 
yang menanyakan bagaimana Soeharto tidak termasuk daftar Jendral jendral yang harus 
dibunuh, Soeharto menjawab:  Kira kira jam 11 tengah malam  itu Kolonel Latief dari komplotan putsch 
datang ke rumah sakit untuk membunuh saya, namun  nampaknya ia tidak melaksanakan berhubung 
kekhawatirannya melakukan di tempat umum.   
Dari dua versi keterangan ini  di atas yang saling bertentangan  satu sama lain, yaitu yang 
satu hanya mencek dan yang satu untuk membunuh, saya kira Hakim Ketua sudah bisa menilai 
dari kedua keterangan ini  dan akan muncul  pertanyaan tentunya: mengapa Latief datang 
pada saat yang sepenting itu,  Mungkinkah Latief akan membunuh Jendral Soeharto pada tengah malam  
itu,     
Mungkinkah saya akan berniat jahat kepada orang yang saya hormati saya kenal semenjak 
dahulu yang pernah  menjadi Komandan saya,  Logisnya seandainya benar saya berniat untuk 
membunuh Bapak Jendral Soeharto,pasti perbuatan saya itu yaitu  merupakan suatu blunder 
yang akan menggagalkan pergerakan  tanggal 1 Oktober 1965 itu.   
Dari dua versi keterangan ini  di atas menunjukkan bahwa Bapak Jendral Soeharto berdalih 
untuk menghindari tanggungjawabnya dan kebingungan. Yang sebetulnya  bahwa saya pada 
tengah malam  itu di samping memang menengok putranda yang sedang terkena musibah sekaligus 
untuk melaporkan akan adanya pergerakan  pada besok pagi harinya untuk menggagalkan rencana 
Coup D'etat dari Dewan Jendral di mana beliau sudah mengetahui  sebelumnya.   
Memang saya berpendapat, bahwa satu satunya yaitu  beliaulah yang saya anggap loyal 
terhadap kepemimpinan Presiden Sukarno dan saya kenal semenjak dari Yogyakarta siapa 
sebetulnya  Bapak Jendral Soeharto itu. Saya datang yaitu  atas persetujuan Brigjen Soeparjo 
sendiri bersama sama Letkol Untung saat  menemui saya pada tengah malam  tanggal 1 Oktober 
1965 kira kira jam 21.00 atau lebih di rumah saya dengan tujuan saat  waktu akan minta 
bantuan dari beliau. sebab  itulah saya berkepentingan untuk datang kepada beliau. Letkol 
Untung pun ad@  
Saya sebagai anak buah sekalipun sudah terlepas dalam ikatan komando dengan Bapak Jendral 
Soeharto di manapun beliau berada selalu saya temui. Dengan sendirinya muncul  keakraban 
secara kekeluargaan di luar dinas. Saya mempercayai kepemimpinan beliau seandainya berhasil 
dapat menggagalkan usaha Coup Dewan Jendral beliaulah yang terpilih sebagai tapuk pimpinan 
sebagai pembantu setia Presiden Sukarno.namun    situasi cepat berubah yang tidak bisa saya 
jangkau pada waktu itu. Beliau yang kami harapkan akan menjadi pembantu setia 
Presiden/Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi sukarno  menjadi berubah memusuhinya.   
Mengapa saya dan teman teman saya terutama yang berasal dari Jawa Tengah mempercayai 
Jendral Soeharto, sbb:   
 Memang saya pribadi yaitu  bekas anak buah beliau saat  menjabat sebagai Dan Kie 100 
yang langsung organisatoris dan taktis pada Brigade X pada waktu jaman gerilya. Letkol.Untung 
pun juga pernah  menjadi anak buah langsung saat  di daerah Korem Sala yang lalu  
Let.Kol.Untung terpilih sebagai salah seorang pimpinan Gerilyawan yang diterjunkan di 
Kaimana saat  Trikora. pernah  saya dengar dari pembicaraan Let.Kol. Untung sendiri 
saat  selesai misi  Trikora ia dipindahkan ke Resimen Cakrabirawa, ia katakan dengan 
peristiwa itu Jendral Soeharto pernah  marah marah atas kepindahannya ke Men Cakra itu, sebab  
ia akan ditarik sebagai pasukan Kostrad di bawah pimpinan beliau. Selain itu saat  Let.Kol. 
Untung menjadi temanten di Kebumen Jendral Soeharto juga memerlukan datang untok turut 
merayakan pesta perkawinan.   
 Dengan saya pun demikian, secara dinas berdasar keterangan saksi  perasaan saya bahwa saya selalu memperoleh  
kepercayaan. saat  masa Gerilya di Yogyakarta sering saya memperoleh  perintah perintah 
penting untuk menggempur kedudukan musuh tentara Belanda dengan menggabungkan pasukan 
lain (Brimob) di bawah pimpinan saya. lalu  pada penyerangan total kota Yogyakarta yang 
terkenal enam jam di Yogyakarta, pasukan saya memperoleh  kepercayaan untuk menduduki daerah 
sepanjang Malioboro mulai dari Setasiun Tugu sampai Pasar Besar Yogyakarta dan beliau 
sendiri mengikuti pasukan saya yang terletak di daerah Kuncen atau desa Sudagaran yang hanya 
terletak 500 m dari batas kota Yogyakarta itu (daerah Demakijo). Hal ini  sesudah  saya dapat 
lolos dari kepungan tentara Belanda yang sedang mengadakan counter offensif dan saya dapat 
mundur kembali keluar kota dengan meninggalkan korban 12 luka luka, 2 gugur dan 50 orang 
pemuda pemuda gerilya kota di bawah pimpinan saya mati terbunuh oleh pembersihan tentara 
belanda, pemuda pemuda ini  yang sekarang dimakamkan atau dengan nama MAKAM 
TAK BERNAMA di daerah BALOKAN di depan Setasian Tugu Yogyakarta. Kira kira pada jam 
12.00 siang hari bertamulah saya pada Komandan Wehrkraise Let.Kol.Soeharto di Markas 
rumah yang saya tempati sebagai Markas Gerilya, yang saat  itu beliau sedang menikmati 
makan soto babat bersama sama pengawal dan ajudannya. Kami segera melaporkan atas misi  
kewajiban saya.   
lalu  beliau masih memerintahkan lagi agar   menggempur pasukan Belanda yang sedang 
berada di kuburan Kumoan Yogyakarta yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari Markas 
gerilya saya itu, akhirnya beliau segera kembali ke Markas Besarnya. Hanya saja sayang dalam 
sejarah yang sering ditulis dalam peringatan penyerbuan ibu kota Yogyakarta pada 1 Maret 
hanya ditulis  Bahwa Jendral Soeharto dalam memimpin serangan pada l. 1 Maret di 
Yogyakarta mengikuti salah satu pasukan. Di sinilah pentingnya saya ungkapkan demi untuk 
melengkapi sejarah dengan ceritera yang sebetulnya . Bagi saya tidak ada ambisi untuk 
menonjol nonjolkan agar ditulis dalam sejarah, sekalipun saya sendiri semenjak revolusi Agustus 
1945 ikut secara phisik melucuti Jepang menggempur tentara Sekutu dan Belanda sebagai 
seorang pejuang kemerdekaan. Di Jawa Timur Surabaya. Bagi saya tidak ada artinya sebab  
bukanlah orang penting dan orang besar. Yang penting bagi ahli ahli sejarah harus teliti 
menyelidiki dalam tulisan tulisan sejarah yang tepat.   
Sesudah Clash ke II saya merasa selalu memperoleh  kepercayaan dari Jendral Soeharto yang waktu 
itu sebagai komandan saya untuk memimpin pasukan pasukan pada saat yang sulit. Sampai pada 
saat TRIKORA pun sekalipun saya secara organisatoris terlepas dari komandonya masih dicari 
untuk memimpin pasukan penerjun (para) Task force II ke Irian Barat dan yang dintus waktu itu 
yaitu  staf beliau let.Kol.Mardanus sekarang anggota  MPR/DPR. Mengingat pada waktu itu 
saya sendiri memperoleh  perintah harus menempah Sekolah Staf Komando (SESKOAD II), maka 
perintah untuk misi  Irian Barat dibatalkan. lalu  pada tahun  1965 kira kira bulan Juni tepat 
pada hari ulang tahun  CPM (Corp Polisi Militer) Jenderal Soeharto sudah  menemui Pangdam V 
Jaya Jendral Umar Wirahadikusumah dengan maksud meminta diri saya untuk dimisi kan 
sebagai Komandan Task Force di Kalimantan Timur.   
Singkatnya oleh Jendral Umar permintaan ini  ditolak dengan alasan sebab  tenaga saya 
dibutuLkan untuk misi  keamanan di Ibu Kota RI Kodam V Jaya. Keterangan ini saya dapat dari 
Pangdam Jendral sendiri diberitahu  kan mengenai  hal itu. Jendral Umar menyatakan: Bahwa misi  
untuk menjaga keamanan di Ibu Kota RI tidak kalah pentingnya dengan misi  di garis depan, 
sebab disini terletak pemimpin pemimpin negara terutama Pemimpin Besar Revolusi Bung 
Karno jadi secara strategis yaitu  penting sekali, sedang  bila di garis depan hanya 
memiliki  arti  taktis . Atas dasar penjelasan itulah sayapun sadar dan bersemangat sebab  
panglima saya benar benar setia kepada Pemimpin Besar revolusi sependirian dengan saya. 
Sekalipun saya sendiri waktu itu mengusulkan agar diijinkan berangkat bekerja   dengan maksud 
untuk mencari pengalaman dalam perang  modern, mentrapkan theori yang saya hasilkan dari 
sesudah sekolah SESKOAD II. Selanjutnya kira kira pada permulaan bulanAgustus saya pun 
pernah  menghadap Jendral Soeharto ke rumah datang atas dasar kekeluargaan biasa, antara lain 
juga memberitahukan  seperti yang saya terangkan ini  di atas dan kemungkinan akan 
diajukan ke atasan agar saya bisa bekerja  .   
Mengenai kekeluargaan di luar dinas pun saya memiliki  keakraban semenjak di JawaTengah, 
sekalipun beliau sudah terlepas dari komando saya tetap sering saya datangi. Kebiasaan Perwira  
perwira bawahan yang sejajar dengan saya (komandan komandan Batalyon) jarang datang 
ketempat beliau, terkecuali saya, kata teman  teman saya itu banyak yang merasa segan sebab  
Jendral Soeharto dianggap terlalu seram. Penilaian saya tidak.   
Sebagai bukti lagi saat  beliau mengkhitankan puteranya bernama Sigit keluarga saya pun 
datang adapun Ibunya tak dapat datang sebab  Ibu saya sedang sakit keras di Surabaya. 
Sebaliknya pada waktu saya mengkhitankan anak saya beliau dengan Ibu Tien juga datang ke 
rumah saya.Jadi hasil penelitian  saya denganJendral Soeharto sekeluarga tidak memiliki  persoalan 
apapun malahan memiliki  hubungan secara akrab.   
contohnya : saya pernah  mengusahakan agar beliau bisa membangun rumah yang agak besar 
sedikit, sebab  yang saya lihat rumah beliau terlampau kecil. sebab  itu saya pernah  
mengusahakan tanah lewat bagian kaveling DKI dan lalu  memperoleh  di daerah 
Rawamangun. Di samping itu saat  saya pernah  memperoleh  rumah di jalan Jambu bekas 
Kedutaan Inggeris yang kebetulan rumah itu besar, saya berkeinginan untuk mem  berikan 
rumah itu untuk ditempati oleh Jendral Soeharto sekeluarga dan saya menempati rumah beliau 
yang kecil. Dalam soal inilah antara lain yang pernah  saya bicarakan di rumah beliau dua hari 
sebelum peristiwa.   
(Bahan ini diperbanyak oleh Penerbit: GOTONG ROYONG dengan ijin Penyusun)   
 Di bawah ini yaitu  surat terbuka Kolonel (INF) A. Latief yang menuntut diberikannya amnesti 
menyeluruh bagi semua narapidana dan tahanan politik, tanpa kecuali. Ia sampai saat ini masih 
mendekam dalam penjara yang dihuninya selama tigapuluh dua tahun  sebab  dianggap sebagai 
salah satu pelaku utama pergerakan  30 September. Saat itu ia menjabat sebagai Komandan Brigade 
Infanteri I Angkatan Darat.   
Tokoh ini menjadi sangat menarik saat  dalam kesaksiannya menyebutkan bahwa tengah malam  
menjelang pergerakan  militer itu dimulai, ia sudah melaporkan rencana ini kepada Mayor Jendral 
Soeharto yang saat itu menjabat Panglima KOSTRAD. Tidak adanya reaksi apapun pada saat 
kritis itu dari bekas penguasa rejim fasis 32 tahun  Orba ini, memicu  banyak spekulasi di 
kalangan sejarawan politik dan militer. Apakah Soeharto terlibat dalam pergerakan  ini,  Pengadilan 
yang jujur dan transparan akan menjawabnya.   
Yang jelas Soeharto yaitu  penanggung jawab utama dibunuh nya lebih dari limaratus ribu 
rakyat negara kita . Belum lagi para tahanan Politik  G 30 S yang mati kelaparan atau disiksa di kamp kamp 
konsentrasi Nusa Kambangan, pulau  Buru,LP Tangerang, LP Kalisosok dan lain lain.   
Sudah saatnya para bekas tahanan Politik atau napol tragedi nasional berdarah 1965 (bahkan keluarga mereka) 
memberikan kesaksian/testimoni mengenai  penderitaan yang sudah  mereka alami. jika  toh belum 
memungkinkan situasinya untuk bersaksi seperti Pius Lustrilanang cs, media alternatif seperti 
mailing list di Internet bisa menjadi sarana yang memungkinkan testimoni mereka bisa dibaca 
oleh rekan rekannya sebangsa dan setanah air.    
Redaksi SiaR   
               
UNTUK APA AMNESTI DIBERIKAN KEPADA TAHANAN POLITIK DALAM ERA 
REFORMASI SEKARANG INI   
Pada dasarnya, pemberian amnesti kepada para tahanan politik pada era reformasi sekarang ini 
dimaksudkan untuk mengadakan rekonsiliasi atau persatuan nasional dalam gejolak politik pada 
waktu ini. Semua pihak bisa diajak bekerja sama dalam suatu pemerintahan untuk persatuan 
nasional.   
Dalam masa masa lalu sudah  sering terjadi diadakan amnesti, abolisi kepada tahanan untuk 
mengatasi penyelesaian konflik konflik politik secara menyeluruh. Adapun contoh contohnya 
pernah  saya lakukan sendiri sebagai  pelaku sejarah:   
A. 1. Masa muda saya saat  masih sekolah di sekolah menengah terjadi perang  Dunia Kedua, 
sehingga kira kira bulan November 1941 para murid sekolah ini  dan sekolah lainnya 
dicomoti untuk menjadi tentara Milisi Belanda dan dilatih di Magetan, Madiun sampai bulan 
Pebruari 1942.   
2. lalu  sesudah  latihan militer segera dikirim untuk memicu  pertahanan di Soreang dan 
Ciwidae, Bandung Selatan.   
3. Belum sampai terjadi pertempuran Belanda menyerah pada 8 Maret 1942, lalu  saya 
seteman ditawan di sebuah sekolah di kota Soreang.   
4. Beberapa hari lalu  kami dipindahkan dari Soreang ke Batu Jajar dengan jalan kaki. 
Beberapa hari lalu  dipindahkan ke Kamp Tawanan perang  Batalyon IV di Cimahi, 
berkumpul dengan tawanan lain dari KNIL, bersama antara lain Groot Majoor Urip Sumohardjo 
(Letjen, Kepala Staf Panglima ABRI).   
5. Beberapa bulan lalu  kami dari rombongan milisi terdiri atas para pelajar diberikan 
amnesti oleh tentara pendudukan Jepang, lalu  berturut turut bagi tentara beroep KNIL.  
Kami tidak pernah memperoleh  perlakuan kasar dari tentara Jepang. Hanya kurang 1 (satu) hari 
dibebaskan, ada tentara Belanda Indo dan Ambon melarikan diri, dan lalu  tertangkap 12 
orang. Pada pagi harinya didemonstrasikan mereka dihukum mati dengan jalan ditembak mati di 
lapangan. Dan kami disuruh semua melihat nya.   
6. Pada pagi hari kami dibebaskan tanpa syarat dan kembali ke rumah masing masing, 
dibebaskan begitu saja tanpa dikawal. Kami pun segera pulang  dengan mengendarai kereta api 
bersama ke rumah masing masing tanpa halangan apa pun dan kami dapat menikmati kebebasan 
ini  bersama orang tua dan saudara saudara kami di rumah.   
 Pada jaman kemerdekaan kami dihadapkan oleh pemberontakan DI/TII, pemberontakan 
Andi Aziz, Kahar Muzakar, Republik Maluku Selatan (RMS), Merapi Merbabu Complex, 
Peristiwa 17 Oktober 1952 (dikepungnya Istana Negara Republik Indonesia   di Jalan Merdeka 
Jakarta). Peristiwa PRRI, PERMESTA di Sumatera dan Sulawesi.   
Kami sudah  mengalami peristiwa peristiwa ini  selaku komandan pasukan:   
 tahun  1950 menghadapi Andi Aziz di Sulawesi Selatan.   
tahun  1950 1951 misi  menghadapi DI/TII di Jawa Barat, Tasikmalaya, Garut, Ciamis, 
Cijulang Parigi. Selama 8 (delapan) bulan belum lagi kembali ke pangkalan dimisi kan 
berangkat ke Ambon, RMS di Serang.   
 Sekembali dari misi  RMS menghadapi DI/TII kembali ke perbatasan Jawa Tengah dan 
pada tahun  1952 menghadapi pemberontakan Batalyon 426 di Kudus, dan tanggal 4 Pebruari 
1952 pertempuran Batalyon saya dengan Batalyon 426 terjadi dengan sengitnya di Pegunungan 
Kandang Samin, Wonosari.   
. misi  selanjutnya Batalyon saya menghadapi DI/TII di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa 
Barat: daerah Bumiayu, Bandarejo, Brebes, daerah Wangon, Majenang terus menerus mulai 
tahun  1952 sampai dengan 1958.   
2.5. Sehabis sekolah SSKAD (sekarang SESKOAD, red.) pada tahun  1959 (satu setengah tahun ) 
lalu  dimisi kan untuk menumpas pemberontakan PRRI/PERMESTA di Sumatera Barat.   
2.6. Pada tahun  antara 1960 1961 terjadi pengumuman pemerintah Presiden Soekarno untuk 
memberikan amnesti kepada pemberontak PRRI/PERMESTA dan tahun  tahun  dilanjutkan 
perolehan amnesti terhadap TII Kartosoewirjo dan Daud Beurueh. Kesemuanya amnesti ini  
berlaku kepada kesemuanya tanpa syarat, malahan Prajurit PRRI/PERMESTA diberikan abolisi. 
Saya sendiri pernah  bertemu bersama mantan panglima PRRI Sumatera Barat mantan Letkol 
Ahmad Husein tennis bersama di Senayan.   
2.7. Demikianlah arti dari amnesti untuk kepentingan rekonsiliasi nasional untuk persatuan 
bangsa tanpa pandang bulu. Apakah itu aliran DI/TII atau PRRI/PERMESTA tidak menjadi 
masalah tanpa mendiskriminasi satu sama lain yang pada pokoknya mereka kembali ke 
pangkuan ibu pertiwi secara nasional. Jadi yaitu  tidak benar ada perbedaan perlakuan sama 
sekali.  
PERLAKUAN TERHADAP DIRI SAYA SELAMA DALAM TAHANAN 32 tahun  DI 
PENJARA SALEMBA, RTM, DAN CIPINANG   
1. Pada waktu saya ditembak dan lalu  sekedar saya diobati operasi kaki kiri digips sekujur 
kaki kiri sampai batas perut, sehingga harus tidur terlentang, tanpa bisa bangun. Pada hari itu 
juga dalam masih diinfus harus dibawa ke markas Kodam V Jaya dengan ditambah   seorang 
perawat. Tidak dirawat inap di RSPAD.   
2. Di markas Kodam V Jaya selama satu minggu datang pemeriksaan pemeriksaan, namun  saya 
tidak mampu menjawab sebab  kondisi  penyakit luka saya sangat kritis. Pemeriksa mengancam 
bahwa saya akan diperiksa oleh prajurit.   
3. Pada akhir minggu itu gips (pembalut) kaki saya diganti di RSPAD dengan jalan dibius. 
lalu  pada suatu hari dipindahkan ke rumah tahanan penjara Salemba di sel dubbel deur 
(pintu ganda, red.) dan ruangan 2x3 meter dan cahaya lampu sangat gelap (15 watt) dan saya 
ditempatkan di lantai bawah hanya dengan satu tikar.   
4. Saya sering mengalami pingsan sebab  sakit ginjal dan infeksi pada luka kaki kiri sebab  luka 
saya selalu mengeluarkan cairan (nanah) sehingga memenuhi pada gips pembungkus 
memicu  bau busuk. Pada suatu waktu keluar ulat ulat (belatung) yang mengerumuni badan 
saya. Bersamaan dengan itu anak saya laki laki yang tertua kena musibah tertubruk mobil 
sehingga tewas.   
5. Saya sering pingsan sebab  saya terkena penyakit ambeien yang terus menerus mengeluarkan 
darah dan penyakit ginjal (mungkin kencing batu) sehingga jika  kencing juga  
mengeluarkan darah.   
AKIBAT DARI PENYAKIT PENYAKIT ini  SEHINGGA SAYA DIHARUSKAN 
DIRAWAT   
1. Di RTM Lapangan Banteng menjalani operasi di RSPAD pada kaki sebanyak tiga kali. Dua 
kali hemorrhoid (ambeien). Satu kali hernia sebelah kanan (enam kali di RSPAD).   
2. Di LP Cipinang menjalani operasi di RS Persahabatan: satu kali hernia sebelah kanan; operasi 
ginjal (dua kali di Persahabatan).   
3. Di Rumah Sakit POLRI dirawat sebab  stroke tanggal 2 Januari 1997, sulit bicara, 
kerongkongan menyempit, keluar air liur, kaki kesemutan, tensi tidak normal, dan kena katarak 
sehingga sulit membaca.   
4. Di RS Sint Carolus operasi hernia sebelah kiri tanggal 7 Juli 1998.   
Saya tidur terlentang tanpa bisa bangun selama dua tahun  di dalam sel dan saya mengalami disel 
isolasi berat dikunci terus menerus tanpa dibuka selama sepuluh tahun  (tanggal 11 Oktober 
1965 1975) di Penjara Salemba.   
PROSES PERSIDANGAN DAN PERMOHONAN PIDANA SEUMUR HIDUP MENJADI 
TERBATAS   
1. Diputuskan oleh Mahmilti (Mahkaman Militer Tinggi) II Jawa Bagian Barat dengan hukuman 
pidana SEUMUR HIDUP tanggal 1 Agustus 1978.   
2. OTMILTI (Oditur Militer Tinggi) mengajukan banding dan kami mengajukan kontra banding 
ke Mahkamah Militer Agung (MAHMILGUNG) tanggal 7 Agustus 1978.   
3. Keputusan MAHMILGUNG menolak banding OTMILTI dengan menguatkan keputusan 
MAHMILTI tanggal 18 Januari 1982. Pada tanggal 18 Januari 1983 oleh OTMILTI saya 
diserahkan kepada KALAPAS (Kepala Lembaga Pemasyarakatan) Cipinang untuk menjadi 
NARAPIDANA. Pada tanggal ini  saya mengajukan permohonan PIDANA SEUMUR  
HIDUP MENJADI TERBATAS, dan selesai 18 Januari 1988 (seharusnya bebas), namun   tidak 
terlaksana sebab  terhalang Keppres No. 5 tahun  1978, pada bulan Agustus saya hanya tinggal 
kurang dari 5 bulan.   
4. Bersamaan dengan itu saya, saudara Rewang anggota Polit Biro PKI dan saudara Marto 
Suwandi anggota Biro khusus sentral  yang sama sama hukumannya SEUMUR HIDUP mengajukan 
permohonan SEUMUR HIDUP MENJADI TERBATAS. Pada tahun  1988 kedua orang ini  
bisa dibebaskan, namun   saya TIDAK DIBEBASKAN.   
5. Pada bulan Mei 1994 saya bersama Dr. soebandrio  , Omar Dhani, dan Sugeng Sutarto 
bersama sama dipanggil KALAPAS untuk menandatangani permohonan grasi dengan nomor 
yang sama, tanggal yang sama, pengiriman pada OTMILTI bersama.   
6. Pada tanggal 17 Agustus 1995 Dr. soebandrio  , Omar Dhani, Sugeng Sutarto memperoleh  
amnesti pembebasan oleh pemerintah, sedang  saya tidak dibebaskan.   
berdasar keterangan saksi  keterangan keluarga keluarga mereka yang datang di Sekretarian Negara, mereka 
melihat bahwa nama saya ada di meja Menteri Sekretaris Negara.   
7. Bahwa kami pada setiap tahun  oleh KALAPAS Cipinang semenjak tahun  1991 selalu diajukan 
untuk memperoleh  PIDANA SEUMUR HIDUP menjadi TERBATAS.   
Terakhir tanggal 22 Januari 1998, 2 Pebruari 1998, dan terakhir sekali  secara kolektif diajukan 
pada tanggal 27 Juli 1998.   
Demikianlah keterangan yang saya berikan dengan sebetulnya  dan mohon memperoleh  
perhatian sepenuhnya mengenai amnesti menyeluruh bagi kami tahanan politik/nara  pidana 
politik secara keseluruhan.   
Di samping itu bahwa teman teman kami yang hanya tersisa 13 orang di seluruh negara kita , pada 
umumnya sudah berusia 70 tahun  ke atas dan umumnya sudah rapuh dan lumpuh.  
sebab  itu secara perikemanusiaan mohon perhatian sepenuhnya.  
Sekian.   
Tanggal 27 Juli 1998   
Hormat kami,   
A. LATIEF  
 Kehormatan bagi yang berhak , sukarno  tidak terlibat G30S/PKI 
(Oleh:Manai Sophiaan) 
UNGKAPAN berbagai peneliti mengenai  pergerakan  30 September 1965  di negara kita ,  
berbeda beda.  
Antonie C.A. Dake dalam bukunya  In the Spirit of the Red Banteng ,  
mengungkapkan tragedi ini dengan banyak mengacu kepada keterlibatan PKI sebagai  
perencana, sukarno  mengetahui  dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebagai  
pensuplai senjata untuk persiapan apa yang disebut Angkatan ke V, yang dituduhkan  
akan menjadi kekuatan bersenjata PKI.  
Ada 22 juta sukarelawan yang sudah mendaftarkan diri di Front Nasional, memenuhi  
seruan sukarno  mobilisasi kekuatan rakyat untuk mengganyang Malaysia. Mereka  
inilah katanya yang akan disaring untuk dimasukkan ke dalam Angkatan ke V.  
Pembentukan Federasi Malaysia dirancang oleh Perdana Menteri Inggeris, Harold  
McMillan, dan Perdana Menteri Malaya, Tungku Abdul Rahman, dalam perundingan  
di London pada bulan Oktober 1961 dan dilanjutkan bulan Juli 1962, itulah yang  
memulai  provokasi politik dan militer meng contain negara kita .  
Ganis Harsono, jurubicara Departemen Luar Negeri R.l. selama 8 tahun  di era  
Sukarno, menulis dalam bukunya  Recollections of an Indonesia Diplomat in the  
Sukarno Era  yang diterbitkan oleh University of Queensland Press, Australia, tahun   
1977 dan lalu  pada tahun  1985 diterbitkan edisi negara kita nya oleh Inti Idayu  
Press Jakarta dengan judul  Cakrawala Politik Era Sukarno , menulis bahwa Inggris  
memberitahukan  kepada negara kita  mengenai rencananya membentuk Federasi  
Malaysia. negara kita  tidak menentang, sebab  dipahami bahwa ide pembentukkannya  
ialah untuk memberikan kemerdekaan kepada wilayah wilayah jajahan Inggeris di  
Kalimantan Utara.  
namun   sesudah  Presiden Macapagal dari Filipina mengajukan tuntutan agar   dalam  
proses pemberian kemerdekaan ini , wilayah Sabah dikembalikan kepada  
Filipina, sebab  memang tadinya yaitu  wilayah kekuasaan Kasultanan Sulu di  
Filipina Selatan yang dicaplok oleh Inggeris saat  menjajah Kalimantan Utara, justru  
muncul  reaksi keras dari Kuala Lumpur, yang disampaikan oleh Duta Besarnya di  
Manila, Zaiton Ibrahim, dengan mengatakan kepada Presiden Macapagal bahwa  
situasi akan menjadi gawat, jika  Filipina menuntut wilayah Sabah. Malahan  
Menteri Pertahanan Malaya, Najib Tun Razak, memberikan reaksi yang lebih keras  
lagi:  Kami siap pergi berperang  mempertahankan Sabah dalam naungan Malaysia .  
Tadinya Sabah hanya disewa oleh Inggeris dari Sultan Sulu, Jamal Alam, yang  
akhirnya jatuh ke bawah penguasaan The British North Borneo Company.  
Waktu itu negara kita  tidak memberikan reaksi apa apa, diam saja. namun  pada tanggal  
8 Desember 1962, sesudah  Azhari yang dituduh memberontak di Brunai dan  
memproklamasikan kemerdekaan Kalimantan Utara yang terdiri dari Brunai, Serawak  
dan Sabah di Manila, di tempat mana ia melarikan diri bersama teman  temannya,  
dan menyatakan dirinya sebagai Perdana Menteri Negara Kalimantan Utara, cepat  
sekali Tungku Abdul Rahman menuding negara kita  sebagai biang keladinya.  
   
Padahal duduk persoalannya, Azhari yang memimpin Partai Rakyat Brunai, dalam  
Pemilihan Umum Agustus 1962, memenangkan 54 dari 55 kursi di Dewan Distrik dan  
16 dari 33 kursi di Dewan Legislatif. 1)  
1) JAC Mackie, Konfrontasi, The negara kita  Malaysia Dispute 1963 1966  
Oxford University Press, Kuala Lumpur  London, hal. 37  
Apa yang dilakukan oleh Azhari sesudah  partainya ditumpas dan dia dikejar  kejar  
sebagai pemberontak, ialah selalu mengadakan kontak dengan Wakil Presiden  
merangkap Menteri Luar Negeri Filipina, Immanuel Pelaez, dan sama sekali bukan  
dengan negara kita .  
Ketua Umum Partai Nasional negara kita  (PNI), Ali Sastroamidjojo, memberikan reaksi  
menolak tudingan Tungku.  
Tungku pun menjadi marah oleh adanya reaksi dari Ali Sastroamidjojo dan langsung  
menyerang secara pribadi kepada sukarno  dengan mengatakan:  Jangan campuri  
urusan Kalimantan Utara!   
Serangan ini sebetulnya  datang dari Inggeris, namun  Tungku yang menjadi jurubicaranya.  
Oleh sebab  itu, pada bulan April 1963, sukarno  di hadapan Konperensi Wartawan  
Asia Afrika di Jakarta menjawab ancaman Tungku dengan mengatakan:  Perjuangan  
rakyat Serawak, Brunai dan Sabah, yaitu  bagian dari perjuangan negara negara  the  
new emerging forces  yang membenci penghisapan manusia oleh manusia.  
sebab  Jepang melihat bahwa proses pembentukan Federasi Malaysia sudah  
menjurus pada kecurigaan negara kita  sebagai proyek neokolonialisme Inggeris, maka  
pada tanggal 3 1 Mei sampai 1 Juni 1963, Tokyo menyediakan tempat pertemuan  
antara Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Tungku Abdul Rahman, untuk  
mengusahakan pendekatan. Tujuannya ialah untuk menghilangkan kecurigean  
mengenai rencana pembentukan Federasi Malaysia, yang terdiri dari Federasi Malaya  
sebagai induknya digabungkan dengan Singapura dan tiga wilayah lainnya di  
Kalimantan Utara.  
Pertemuan Tokyo menyetujui  sebuah prinsip, yaitu tetap memelihara Semangat  
Perjanjian Persahabatan negara kita   Malaya tabun 1959.  
Untuk merumuskan lebih lanjut hasil pertemuan Tokyo, diadakan lagi pertemuan para  
Menteri Luar Negeri tiga negara, yaitu: negara kita , Malaya dan Filipina, di Manila dari  
tanggal 7 sampai 11 Juni 1963.  
Ketiga Menteri Luar Negeri itu, semuanya memiliki  jabatan rangkap, yaitu:  
soebandrio   di samping Menteri Luar Negeri, juga Wakil Perdana Menteri I, Tun Abdul  
Razak, Menteri Luar Negeri dan Deputy Perdana Menteri dan Immanuel Pelaez,  
Menteri Luar Negeri dan sekaligus Wakil Presiden.  
Dalam pertemuan Manila, negara kita  dan Filipina menyatakan tidak keberatan  
dibentuknya Federasi Malaysia, asal hal itu dilakukan atas dasar Hak Menentakan  
Nasib Sendiri bagi rakyat di wilayah  wilayah yang hendak digabungkan, dan  
ditentukan oleh otoritas yang bebas dan tidak berpihak, yaitu Sekretaris Jenderal PBB.  
Pertemuan itu juga mengembangkan pemikiran Presiden Filipina, Macapagal, yaitu  
pembentukan Konfederasi tiga negara serumpun Melayu yang disebut MAPHILINDO  
(Malaysia Philipina lndonesia), gagasan yang langsung dilawan   oleh Amerika dan  
Inggeris. Ironisnya, dari Peking, Menteri Luar Negeri Chen Yi menuduh MAPHILINDO  
sebagai proyek Nekolim.  
Pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri ini, diperkuat dengan diadakannya Konperensi  
Tingkat Tinggi antara Perdana Menteri Tungku Abdul Rahman, Presiden Macapagal  
dan Presiden Sukarno yang dilangsungkan di Manila dari tanggal 31 Juli sampai 1  
Agustus 1963, yang hakekatnya hanya mengesahkan hasil hasil yang sudah  dicapai  
dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri sebelumnya.  
Dalam perundingan tersendiri antara Presiden Sukarno dan Presiden Macapagal,  
disetujui apa yang dikenal dengan Doktrin Sukarno   Macapagal yang menegaskan  
bahwa Masalah Asia agar   diselesaikan oleh bangsa Asia sendiri.  
Doktrin ini dengan dan  sertamerta  ditolak oleh Amerika Serikat dan Inggeris, sebab   
dinilai dapat menggagalkan tujuan pembentukan Federasi Malaysia yang dirancang di  
London yang sebetulnya  untuk meng contain negara kita .  
Hasil KTT Manila ternyata menggelisahkan London dan Kuala Lumpur.  
Dengan adanya gagasan Presiden Macapagal yang mengusulkan pembentukan  
Konfederasi MAPHILINDO dan doktrin Sukarno  Macapagal yang menghendaki  
agar   masalah Asia diselesaikan oleh bangsa Asia sendiri, maka anasir Inteligen  
Inggeris dan Malaysia melansir satu berita bahwa Federasi Malaysia akan dibentuk  
pada tanggal 31 Agustus 1963, 2) mendahului pelaksanaan Persetujuan Manila yang  
menghendaki agar   pembentukan itu dilakukan atas dasar Hak Penentuan Nasib  
Sendiri dari rakyat bersangkutan, yang akan diatur oleh Sekretaris Jenderal PBB,  
waktu itu U Thant.  
Dr. Hidayat Mukmin, TNI dalam politik luar negeri Studi masalah   penyelesaian konfrontasi negara kita    Malaysia, hal. 95.  
Dilansirnya berita itu, makin mempercayakan  negara kita  bahwa memang ada udang di  
balik batu dengan pembentukan Federasi Malaysia yang dirasakan sebagai sangat  
tergesa gesa.  
Oleh sebab nya, Sekjen PBB segera mengirimkan Misi PBB ke Serawak dan Sabah  
untuk meneliti sejauh mana rakyat Kalimantan Utara bersedia bergabung dalam  
Federasi Malaysia, seperti yang dituntut oleh KTT Manila. namun  Misi sudah distel  
demikian rupa, dengan ketuanya diambilkan dari Amerika yaitu Laurence  
Michaelmore, dibantu oleh delapan anggota yang diambilkan dari berbagai negara.  
negara kita , Malaya dan Filipina menyertakan juga wakil wakilnya sebagai peninjau.  
sebab  Misi sedang bekerja, maka Kuala Lumpur berusaha meredakan kemarahan  
negara kita  dan mengumumkan penundaan pembentukan Federasi Malaysia sampai  
tanggal 16 September 1963, yaitu tanggal yang diperkirakan Misi PBB sudah  
menyelesaikan misi nya dengan hasil yang menguntungkan London dan Kuala  
Lumpur. Penundaan tanggal, dianggap oleh negara kita  sebagai proforma belaka,  
sebab  hasilnya sudah ditentukan sesuai dengan keinginan Kuala Lumpur dan London.  
Memang sebelum itu, Inggeris sudah mengadakan penjajagan di Kalimantan Utara  
dengan sebuah komisi yang diketuai oleh Lord Cobbold dan anggotanya terdiri dari:  
Sir Anthony Abell, Sir David Watherston, Dato Wong Po Nee dan Enche Gazali bin  
Sofie.  
Hasil penjajagan ini diumumkan dalam Report of the Commission of Inquiry North  
Borneo and Serawak 1962 yang menyebutkan:  
1. Sepertiga penduduk menyetujui tanpa syarat, merdeka dalam  
Federasi Malaysia.  
2. Sepertiga menyetujui dengan syarat agar   kepentingan daerah  
mereka terjamin.  
3. Sisa yang lain, ingin memperoleh  kemerdekaannya dahulu , sebelum  
bergabung dalam Federasi Malaysia.  
namun  ini semua yaitu  versi Komisi Cobbold. Sebelum itu sudah ditentukan agar    
diadakan Pakta Pertahanan antara Inggeris dan Federasi Malaysia.  
maka , dari segi pertahanan, Federasi Malaysia dianggap oleh Inggeris  
lebih sederhana, sebab  Federasi dapat dikelola bersama sebagai satu unit strategik.  
sebab  Federasi berada dalam lingkungan Persemakmuran Inggeris, maka Inggeris  
berkewajiban tetap memberikan perlindungan militer. saat  Malaya baru merdeka, di  
sana hanya ada 2000 tentara Inggeris dan Australia. namun  sesudah  Federasi Malaysia  
dibentuk, kekuatan Militer itu cepat ditambah menjadi 50.000. 
Strategi pertahanan ini mencemaskan negara kita , sebab  perlindungan militer Inggeris  
yang begitu besar, merupakan ancaman serius bagi keamanan negara kita . Apalagi  
dalam mempertahankan Malaysia, sudah tersiar berita bahwa Inggeris akan  
memperoleh  dukungan dari Pakta Pertahanan ANZUS (Australia   New Zealand   United  
States), untuk menghadapi Sukarno yang sudah lama dicap sebagai  trouble maker   
di Asia, yang kegiatannya harus dicegah jangan sampai merembet mempengaruhi  
negara negara Afrika dan Amerika Latin.  
sebetulnya  di Malaysia, Singapura dan British North Borneo (Kalimantan Utara),  
ada  kekuatan kekuatan politik yang menentang pembentukan Federasi Malaysia  
berdasar keterangan saksi  konsep McMillan   Tungku Abdul Rahman, namun  mereka ditindas sehingga  
tidak bisa berbuat banyak.  
Kekuatan menentang pembentukan Federasi Malaysia di Malaya ialah: Front Sosialis  
Malaya yang terdiri dari Partai Rakyat Malaya dan Partai Buruh, dan  Partai Islam  
se Malaya. Di Singapura: Barisan Sosialis, Partai Pekerja dan Partai Rakyat. Di  
Kalimantan Utara: Partai Rakyat Brunai dan Serawak United People's Party. Partai  
Rakyat Brunai sejak 1956 di bawah pimpinan Azhari, sudah memiliki  program  
hendak mengusir Inggeris dari Kalimantan Utara. 
Dan apa yang terjadi lalu ,   
Misi PBB yang dipimpin oleh Michaelmore, tanpa penyelidikan seksama, langsung  
menyatakan bahwa rakyat Kalimantan Utara (Serawak dan Sabah) menyetujui  
merdeka dalam Federasi Malaysia. Hasil Kerja Misi PBB ini segera disahkan oleh  
Sekjen PBB.  
Sebaliknya negara kita , sesudah  mendengarkan laporan dari peninjau  peninjaunya yang  
menyertai penyelidikan Misi PBB, menuduh adanya kecurangan kecurangan yang  
menyolok, sehingga laporan Misi PBB itu tidak bisa dianggap sah.  
Akibatnya, mudah dipahami. sebab  negara kita  menolak hasil penyelidikan Misi PBB  
yang disahkan oleh Sekjen PBB, ditambah lagi tersiar berita bahwa sesudah  
Federasi Malaysia diresmikan pada tanggal 16 September 1963, negara federasi baru  
itu segera akan diterima menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, maka  
Jakarta langsung memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuala Lumpur.  
Oleh perkembangan yang sangat cepat, dan usaha diplomatik untuk mencoba  
meredamnya mengalami kegagalan, maka konfrontasi negara kita    Malaysia tidak  
terhindarkan lagi. Dr. soebandrio   dalam kedudukannya sebagai Wakil Panglima Besar  
KOTI (Komando Tertinggi negara kita ) dan Kepala Badan Pusat Inteligen (BPI), mulai  
menerjunkan gerilyawan di Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara, untuk  
memberikan tekanan kepada Kuala Lumpur agar   mau merubah sikapnya dengan  
mengemukakan aproach baru yang bisa mengatasi deadlock.  
Malaysia didirikan tanpa ikut dan nya Brunai, sedang Singapura yang tadinya. ikut  
bergabung, lalu  memisahkan diri dan menyatakan dirinya merdeka sendiri.  
namun  tindakan Dr. soebandrio   itu, justru memberikan alasan kepada Inggeris dan  
sekutunya Pakta ANZUS untuk bersiap   siap menyerang negara kita , kemungkinan  
yang sebetulnya  sudah lebih awal diperkirakan  oleh sukarno .  
Sebelum itu, dalam bulan Oktober 1963, Presiden Kennedy dari Amerika,  
mengirimkan surat kepada Presiden Sukarno yang menganggap sikap negara kita   
terhadap Malaysia, menempatkannya pada posisi yang amat sulit untuk mewujudkan  
keinginannya membantu usaha usaha negara kita  ke arah pembangunan dan  
pemulihan ekonominya.  
sesudah  menerima surat ini , Presiden Sukarno langsung mengadakan  
pertemuan dengan 10 orang menteri seniornya, yaitu: Ir. Djuanda, Dr. soebandrio  ,  
Chaerul Saleh, Dr. J. Leimena, Sudibyo, ditambah   dengan menteri menteri militer yaitu:  
A.H. Nasution, A. Yani, E. Martadinata, Omar Dhani dan Sucipto. Pertemuan  
merumuskan jawaban yang paling tepat untuk Surat Presiden Kennedy dengan  
sebuah kalimat yang tegas:  Go to hell with American aid . Ganis Harsono, Cakrawala Politik Era Sukarno, hal. 160,  161  
Dengan surat Presiden Kennedy ini , makin menjadi jelas bahwa bukan saja  
Inggeris, melainkan juga Amerika ikut ambil bagian dalam merekayasa pembentukan  
Federasi Malaysia.  
namun  cara mengelola ketegangan akibat pembentukan Federasi Malaysia, akhirnya  
menggiring negara kita  terjaring masuk perang kap konfrontasi militer yang sudah  
dipasang oleh Inggeris dan Amerika. sukarno  segera melihat bahaya akan makin  
meningkatnya eskalasi konfrontasi, maka berusaha mencari usaha   
mengendorkannya dengan mengusulkan segera diselenggarakannya KTT 3 negara  
yang terkait.  
usaha  sukarno  terlambat, sebab  segera sesudah itu, bom waktu yang sudah  
lama dipasang oleh persekutuan Nekolim di negara kita , tidak bisa ditangkal lagi.  
Meletuslah  pergerakan  30 September 1965 , yang mengundang Amerika makin  
terang terangan berkiprah melaksanakan rencana menghancurkan revolusi negara kita   
dan kepemimpinan sukarno  yang dijuluki oleh Barat sebagai  Hitler Baru  seusai  
perang  Dunia II.  
Itulah lihainya Nekolim yang tidak secara dini bisa diantisipasi.  
Meski pun demikian, pada bulan Februari 1966 Presiden Sukarno masih menugaskan  
Duta Besar Keliling R.l., Supeni, pergi ke Manila membicarakan dengan Presiden  
Ferdinand Marcos yang sudah menggantikan Macapagal, mengenai perlunya segera  
diadakan KTT MAPHILINDO dan minta agar   Filipina jangan dahulu  memberikan  
pengakuan kepada Federasi Malaysia. Tujuan sukarno  untuk segera  
menyelenggarakan KTT MAPHILINDO, ialah mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia  
dan menyelesaikan dispute Sabah yang di claim oleh Filipina, atas dasar semangat  
MAPHILINDO.  
namun  rencana sukarno  ini, sebelum bisa dilaksanakan, sudah kedahuluan dicegat  
oleh keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR), yang berakibat  
kekuasaan berpindah ke tangan Letnan Jenderal Soeharto sebagai pengemban  
SUPERSEMAR yang segera saja melakukan penahanan terhadap menteri menteri  
yang penting, sehingga Presiden Sukarno kehilangan pembantu  pembantunya dan  
Kabinet Baru harus dibentuk bersama Pengemban SUPERSEMAR. Praktis Bung  
Karno sudah kehilangan kekuasaannya.  
Dr. Suharto, dokter pribadi sukarno , dalam bukunya  Saksi Sejarah  memastikan  
bahwa konfrontasi dengan Malaysia tidak termasuk dalam calender of event Bung  
Karno 6). mungkin  Komando Dwikora (konfrontasi dengan Malaysia) yaitu   
imposed (desakan) pihak lain, mungkin musuh dalam selimut yang mengetahui   
psycho emosional sukarno . Dengan memakai  metode psycho analisa,  
dilakukan berbagai tipu muslihat, yang bertujuan mempengaruhi sukarno  dalam  
mengambil keputusan melakukan suatu tindakan. Dr. Suharto, SaksiSejarah, hal. 135.  
 Ibid, hal. 189  
sesudah  Malaysia diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB,  
negara kita  memberikan reaksi yang sangat keras dan langsung menyatakan keluar  
dari keanggotaan PBB, meski pun disadari bahwa putusan ini yaitu  satu imbalan  
yang sangat mahal. Putusan ini diumumkan oleh sukarno  pada 7 Januari 1965  
dalam rapat umum Anti Pangkalan Militer Asing, di ISTORA Jakarta.  
Pada awal Bab ini, sudah disinggung adanya 22 juta sukarelawan yang mendaftarkan  
diri untuk melawan serbuan Inggeris dan sekutunya ke negara kita , jika konfrontasi  
mencapai puncaknya. Tujuan seruan sukarno  mengadakan mobilisasi kekuatan  
rakyat, sangat jelas yaitu untuk apa yang dirumuskan secara populer: Ganyang  
Malaysia!. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan tuduhan sebagai persiapan untuk  
pembentukan Angkatan ke V. Prosedur yang harus dipenuhi untuk pembentukan  
Lembaga seperti  itu, bukan saja belum pernah   ditempuh, bahkan dibicarakan saja  
dalam sidang Kabinet sebagai Lembaga kekuasaan eksekutif, DPRGR sebagai  
Lembaga kekuasaan Legislatif, maupun dimintakan pertimbangan dari Dewan  
Pertimbangan Agung, sebagai Lembaga Tinggi Negara, belum pernah  .  
Untuk membentuk Angkatan ke V yang begitu prinsipil, tidak mungkin dilakukan  
tanpa disetujui oleh ketiga Lembaga Tinggi Negara seperti yang disebutkan di atas.  
Gagasan Angkatan ke V sebetulnya  hanya move politik yang dilontarkan oleh Bung  
Karno, yang ide pokoknya bertolak dari ketentuan UUD 1945 pasal 30 mengenai  bela  
negara, dikaitkan dengan pergerakan   ganyang Malaysia . Hanya pihak pers tertentu  
yang membesarbesarkannya dan meminta reaksi dari Menteri/ Panglima Angkatan  
Darat yang tentu saja menentangnya. maka , move politik ini segera di  
ekspos seolah olah sukarno  sudah memerintahkan pembentukan Angkatan ke V,  
yang lalu  dianggap  sebagai salah satu alasan keterlibatan sukarno  dalam  
G30S/PKI.  
Rekayasa lain untuk mencoba membuktikan keterlibatan sukarno  dalam  
G30S/PKI, ialah keterangan Brigadir Jenderal H.R. Sugandhi, (ajudan Presiden  
19481962) yang memberikan pengakuan kepada Team Pemeriksa Pusat (TEPERPU)  
di bawah sumpah, bahwa ia sudah  berbicara langsung dengan ketua CC PKI, D.N.  
Aidit, dan sekretaris CC, Sudisman, pada tanggal 27 September 1965, di mana  
kedua tokoh PKI itu katanya memberitahukan  kepadanya bahwa PKI akan  
melakukan coup d'état atau tindakan untuk membenahi revolusi negara kita  yang  
dirongrong oleh  Dewan Jenderal . Rencana itu hendak dilaksanakan dalam tempo  
satu  dua tiga hari lagi. Sugandhi diajak ikut bergabung, sebab  kata Aidit, rencana ini  
sudah diberitahu  kan kepada sukarno . Sugandhi, katanya menolak ajakan itu.  
Dalam pengakuannya, ia mengatakan bahwa pada tanggal 30 September 1965, yaitu   
sesudah tiga hari pembicaraannya dengan Aidit dan Sudisman, dilaporkannyalah  
berita ini kepada Presiden Sukarno di Istana Merdeka. berdasar keterangan saksi  pengakuan Sugandhi,  
sukarno  tidak mau percaya pada laporan itu, bahkan sukarno  menuduhnya  
 PKI phobi .  
Dikatakan dalam pengakuan itu, pada tanggal yang sama, ia melaporkan juga  
pembicaraannya dengan Aidit dan Sudisman, kepada Menteri/Panglima Angkatan  
Darat Letnan Jenderal A. Yani. Namun tidak dijelaskan bagaimarra jawaban atau  
perintah A. Yani sebagai reaksi atas laporan ini .  
berdasar keterangan saksi  Sugandhi, pada tanggal 1 Oktober 1965, ia melaporkan juga kepada Menteri  
Koordinator Pertahanan dan Keamanan Jenderal A.H. Nasution. Juga tidak dijelaskan  
apa reaksi Jenderal Nasution.  
Bila diteliti dengan seksama, pengakuan di bawah sumpah Brigadir Jenderal H.R.  
Sugandhi ini , terasa sangat aneh dan mengandung tanda tanya. Dia diketahui   
sebagai seorang prajurit pilihan sehingga diangkat menjadi Jenderal, di samping juga  
ia orang terhormat sebagai anggota MPRS/DPRGR.  
Mengapa dikatakan sangat aneh dan mengandung tanda tanya, sebab  pertama,  
berdasar keterangan saksi  akal sehat, tidak mungkin seseorang, apalagi seorang ketua CC PKI dan  
sekretaris CC, begitu saja membicarakan suatu rencana yang kadar kerahasiaannya  
paling tinggi, kepada seseorang, apalagi dari jajaran pihak lawannya. Kedua, sudah  
begitu rapuhkah semangat Sapta Marga dan Sumpah Prajurit dalam diri seorang  
prajurit pilihan, sehingga suatu informasi  yang kadar nilainya sangat tinggi, dan   
diperoleh secara langsung dari pimpinan PKI yang paling kompeten, harus disimpan  
sendiri selama tiga kali 24 jam baru disampaikan kepada atasannya, di mana suhu  
politik dalam negeri waktu itu sedang panas,  Apakah ini suatu kelalaian atau suatu  
kesengajaan,  Ketiga, makna apa yang tersirat dalam sentuhan hubungan antara  
Brigjen Sugandhi dengan Aidit dan Sudisman, yang masingmasing sebagai ketua CC  
PKI dan Sekretaris Jenderal CC,   
Dapat dimengerti bahwa pada tahun  tahun  awal sesudah terjadinya G30S/PKI,  
suasana masih dalam serba emosional, sehingga pertimbangan kelayakan satu  
informasi  kadang kadang subyektivitasnya lebih menonjol. Apa lagi tidak dibentuk  
satu Komisi yang dimisi kan untuk memeriksa benar tidaknya pengakuan Sugandhi  
ini , yang akhirnya pengakuan ini dipakai  untuk memvonis Sukarno terlibat  
G30S/PKI. Sebaliknya, Sugandhi memperoleh  nama baik.  
Sidang Istimewa MPRS 7 Maret 1967 yang anggotaanggotanya banyak dipecat dan  
diganti dan  ditambah dengan orang  yang menguntungkan, termasuk pimpinan  
lama diganti dengan Jenderal A.H. Nasution sebagai ketua baru, itulah yang  
mencabut mandat Ir. Sukarno sebagai Presiden, dan  melarangnya melakukan  
kegiatan politik.  
Dan apa yang terbukti lalu ,   
Sesudah nasi menjadi bubur, komandan Detasemen Kawal Pribadi Presiden  
Sukarno, Letnan kolonel polisi H. Mangil Martowidjojo, baru mengungkapkan dengan  
mengemukakan bukti bukti bahwa keterangan Sugandhi di bawah sumpah itu,  
sepenuhnya menutup diri  dan fitnah. 8)  
8 ) Majalah PETA, edisi September/Oktober 1992, Jakarta, hal. 3 6.  
Baca juga: Soegiarso Soerojo, Siapa menabur angin akan menuai  
badai, hal. 236 237, yang mengutip dialog antara Sugandhi dengan  
Aidit Sudisman dan dialog antara Bung Kamo dengan Sugandhi  
berdasar keterangan saksi  versi yang diceritakan oleh Sugandhi.  
Memang sayang sekali Mangil tidak segera menyampaikan menutup diri  Sugandhi  
kepada sukarno , padahal ia sudah mendengar  Geruchten  (desas desus)nya,  
jauh sebelum Sukarno dijatuhkan oleh MPRS.  
Mangil mengatakan, sebab  ia penasaran, maka tanggal yang disebutkan oleh  
Sugandhi melaporkan hasil pembicaraannya dengan Aidit dan Sudisman kepada  
Presiden, yaitu tanggal 30 September 1965, diperiksanya kembali buku catatan tamu  
Istana, apakah betul waktu itu Sugandhi datang. Ternyata tidak ada nama Sugandhi  
masuk Istana pada hari itu. Bukan saja Mangil yang selalu mengawal sukarno   
tidak melihat Sugandhi menemui Presiden hari itu, juga di buku catatan tamu yang  
harus diisi oleh setiap tamu yang masuk Istana, baik ia tamu dipanggil atau tamu  
yang mendadak datang, nama Sugandhi tidak ada. Di  wachtrooster  (buku jaga)  
yang harus diisi oleh setiap tamu sesuai dengan peraturan yang ditentukan oleh  
ajudan, mau pun dalam buku Detasemen Kawal Pribadi yang selalu memasukkan  
dalam catatan semua tamu yang masuk Istana, tidak ada nama Sugandhi pada 30  
September 1965 masuk Istana.  
Beberapa hari sesudah meletusnya pergerakan  30 September, melalui Menteri  
Penerangan Ahmadi, sukarno  berpesan agar   Sugandhi datang ke Istana  
Bogor, sebab  sukarno  memerlukan masukan mengenai pergerakan  ini , namun  ia  
tidak mau datang. Bahkan berkata kepada Ahmadi agar   menyampaikan kepada  
sukarno  jika  ia tidak berhasil menemuinya.  
Sesudah penolakan Sugandhi atas panggilan sukarno , pada suatu hari ia datang  
ke Istana Jakarta, saat sukarno  sedang berolahraga pagi jalan kaki mengelilingi  
Istana diikuti oleh beberapa anggota staf Istana dan para pengawal. Sugandhi terus  
bergabung dengan rombongan dan dari belakang sukarno , ia melaporkan  
kehadir pula annya. namun  mengetahui  kedatangan Sugandhi ini, sukarno  malah  
langsung memerintahkannya agar   keluar.  Deruit, deruit  perintah sukarno .  
sebab  Sugandhi belum juga keluar dan masih terus mengikuti dari belakang, sekali  
lagi sukarno  memerintahkannya agar   keluar. Barulah Sugandhi keluar.  
Kata Mangil: Rasanya koq tidak masuk akal dan tidak logis Aidit dan Sudisman  
sembarangan begitu saja memberitahukan  rencananya yang begitu rahasia kepada  
orang yang tidak sepaham. Kecuali jika  Sugandhi itu memang orang PKI .  
Meski pun Mangil terlambat mengungkapkan fitnah terhadap sukarno  ini, namun   
ungkapan itu sama sekali tidak berkurang arti pentingnya, sebab  ia menambah satu  
bukti lagi dari sekian banyak bukti yang sudah ada, bahwa sukarno  digulingkan  
melalui rakayasa yang skenarionya sudah dirancang demikian rupa.  
Keterangan lain yang menarik, dikemukakan oleh Prof. Peter Dale Scott, seorang  
diplomat Kanada, Guru Besar dan Doctor dalam ilmu politik, saat  ia diundang pada  
bulan Desember 1984 untuk mengemukakan manuscript nya dalam sebuah forum di  
 University of California , Berkeley, yang dihadiri  juga oleh tokoh  terkemuka  
antaranya ada  bekas direktur CIA periode 1962  1966 untuk bagian Timur Jauh,  
di mana ia membahas sebuah judul  The United States and the Overthrow of  
Sukarno, 19651967    Amerika Serikat dan penggulingan Sukarno, 19651 967.  
la memulai uraiannya dengan mengatakan bahwa subjek yang akan dibahasnya,  
yaitu  subjek besar namun  menjengkelkan, sebab  kisah yang lengkap mengenai  
periode yang rumit dan kurang dimengerti ini, akan tetap berada di luar jangkauan  
analisa  tertulis yang paling lengkap sekali pun. Banyak yang sudah  terjadi, tidak  
mungkin bisa dimanuscript tasi, sedang catatan catatan yang bisa diselamatkan,  
banyak hal yang bersifat kontroversial yang tak mungkin diverifikasi.  
Namun demikian, sesudah  pertimbangan pertimbangan ini  dikemukakan, maka  
intisari kisah yang rumit dan bermakna ganda itu, mengenai suatu tragedi yang  
berdarah. sesudah  mempelajari referensi referensi yang ada, sebetulnya  bersifat  
sederhana saja dan lebih mudah dimengerti dibandingkan  keterangan keterangan  
akademis dari sumber sumber negara kita  mau pun Amerika Serikat. hasil penelitian  dari  
keterangan keterangan mereka yang bersifat problematis itu, hanya mengatakan  
bahwa pada musim gugur 1965, golongan kiri di negara kita  sudah  menyerang pihak  
kanan yang memicu   diadakannya restorasi kekuasaan dan pembantaian  
golongan kiri oleh golongan tengah.  
Peter Dale Scott memberikan catatan betapa sukarnya melakukan analisa  yang  
pada pokoknya hanya bersandar pada apa yang dinamakan bukti bukti yang disajikan  
dalam sidang sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (MAHMILLUB) yang bertentangan   
dengan studi CIA 1968, yang agak kurang bersifat khayalan. 9)  
9) Termuat dalam  Pacific Affair': Summer 1985, hal. 239.  
Juga H. W. Brands menulis dalam  Journal of American History  bahwa waktu  
pengaruhnya tengah memuncak di Asia Tenggara, Amerika sudah  ambil bagian dalam  
gerakan gerakan  yang gagal terhadap Sukarno di tahun  1958. Pemerintah Johnson tidak  
menyembunyi  kan kecemasannya bahwa Sukarno dapat mengantar negara kita  pada  
suatu posisi yang penting, sementara Amerika Serikat sendiri sedang berusaha  
menyelamatkan Vietnam Selatan.  
Maka pada waktu Amerika Serikat di tahun  1966 sudah  memperoleh kepercaya an bahwa  
Soeharto sudah  berhasil mengesampingkan Sukarno dan menghancurkan PKI,  
pemerintah Amerika secara menonjol  memberi selamat kepada penguasa baru,  
sebab  sudah  melakukan suatu misi  dengan baik sekali.  
Meski pun demikian, Brands mengatakan bahwa penggulingan Sukarno, tidak ada  
hubungannya dengan Amerika Serikat, padahal diakuinya bahwa selama beberapa  
bulan, pejabat pejabat Amerika Serikat sudah  mendesak pihak Tentara di negara kita   
agar   bertindak, namun  tidak berhasil. Pada musim panas 1965 (sebelum G30S),  
kelihatan Pemerintah Johnson sudah putus asa.  
   
Selama satu dekade lebih, Sukarno dapat mengatasi beberapa tantangan, termasuk  
affair 17 Oktober 1952, satu gerakan gerakan  yang tidak langsung, di mana A.H. Nasution hendak  
memaksa Sukarno mem  bubarkan kekuasaan Eksekutif dengan jalan membubarkan  
kekuatan  nya di Parlemen, untuk memberikan peluang bagi Tentara agar   bisa  
tampil. Sukarno berhasil menggagalkan pemberontakan di Sumatera (PRRI) yang  
dibantu oleh CIA dengan 300 orang tentara Amerika, Filipina dan Tiongkok  
Nasionalis, lengkap dengan pesawat udara transport dan Bomber B 26. Baca: H. W. Brands dalam  Journal of American History , The  
Organization of Historians, vol. 76, No. 3, Desember 1989.  
Geoffrey Robinson (Boston, Massuchusetts) dalam manuscript nya (1990) yang berjudul  
 Some Arguments Concerning U. S. Influence and Complicity in the Indonesia Coup  
of October 1, 1965   Beberapa argumen mengenai keterlibatan A.S. dalam kudeta 1  
Oktober 1965 di negara kita   , mengatakan bahwa sejak dari awal,  pergerakan  30  
September  itu kelihatannya seperti sebuah gerakan gerakan  yang direncanakan untuk gagal,  
kudeta itu di disain sedemikian rupa sehingga mampu menyimpan sebush dalih  
untak mengadakan suatu pameran kekuatan dan meraih kekuasaan.  
Kata Geoffrey Robinson, laporan CIA yang menyatakan PKI lah penanggungjawab  
tunggal atas gerakan gerakan , yaitu  hal yang sukar didukung. namun  logika argumentasi yang  
dikemukakannya, tidak membuang sama sekali kemungkinan adanya peranserta  PKI.  
Dikatakan, baik strategi yang dipakai  maupun bukti dorongan yang membawa bawa  PKI  
ke dalam peristiwa ini , semuanya menunjukkan kecenderungan bahwa  
keikut dan an PKI, tidak lebih dari sesuatu yang marginal, lebih banyak ditembak ong  
oleh kesalahan informasi  mengenai rencana coup d'état  Dewan Jenderal . Dengan  
mengutip Mortimer, ia menyimpulkan bahwa asal usul pergerakan  30 September  
hendaklah dicari dalam kegiatan kelompok perwira dissident (berpendapat lain) Divisi  
Diponegoro. Bukan suatu koinsidensi (kebetulan) bahwa hasil kudeta itu ialah  
kehancuran PKI, jatuhnya Sukarno dan tampilnya Angkaran Darat sebagai pelaku  
politik kunci, pembukaan kembali pintu negara kita  bagi investasi modal asing dan  
reorientasi politik luar negeri negara kita  persis seperti apa yang selama beberapa  
tahun  direncanakan dalam berbagai macam skenario kebijaksanaan, berbagai  
prospektus politik dan berbagai laporan situasi yang disiapkan oleh National  
Security Council, State Department dan  country team  Kedutaan Besar  
Amerika di Jakarta.  

Kembali mengenai pembicaraan tilpon. sukarno  mengatakan bahwa Ali Bhutto, meminta 
dengan sangat, jika kondisi  sangat membahayakan dirinya, agar   sukarno  mau pergi ke 
Pakis  tan, pintu Pakistan selalu terbuka lebar baginya, dan bahwa Ali Bhutto sudah memberikan 
perintah kepada Duta Besar Pakistan di Jakarta. Hubungan Sukarno dengan Ali Bhutto yaitu  
sebagai saudara sendiri, comrade in arms, kawan seperjuangan.   
Negara yang ketiga, yang menunjukkan simpatinya yang serupa kepada Presiden Sukarno, 
yaitu  Dios Dadong Macapagal, Presiden Filipina.  
 Aku Ditangkap di Hotel negara kita   
tengah malam  hari tanggal 15 Maret 1966. Sepulang nya dari Kedutaan Kuba saya tidak pergi ke mana 
mana. Saya cape sekali. Apalagi Chaerul Saleh tidak ada di rumah, dia pergi ke luar kota dengan 
Brigjen Hartawan, orangnya ganteng. Saya tidak begitu kenal padanya, namun  rupanya Chaerul 
menganggap dia  orang baik . tengah malam  itu saya tinggal saja di kamar saya di hotel. Kepada 
reception desk saya minta sebuah kamar lagi tambahan. Sebab anak saya Dito, pengawal letnan 
Arnel dari Cakrabirawa, dan keponakan Syamsudin Yaw, namanya Iwan, akan menginap 
menemani saya. Iwan membawa bawa kan untuk saya dari rumah Syamsuddin satu rantang masakan 
Bengkulu, ada sambel tempuyak, gulai pet‚ dengan ikan teri. Antensi dari isteri Syamsuddin 
untuk  Pa' Uncu Hanafi  yang masih ada sangkut paut famili pada saya.   
Sejak pulang  dari Kedutaan Kuba tadi siang hati saya merasa kurang enak.namun  hati kusabarkan 
saja dalam menghadapi situasi di mana saya berada dan mengenai  kokhawatiran pihak Pemerintah 
Kuba, dari isteriku dan anak anakku yang saya tinggalkan di Kuba mengenai diri saya. Jelas 
Kuba sudah dapat mengetabui dari segala saluran bahwa kondisi  Presiden Sukarno yaitu  gawat 
sekali, sesudah Jendral Soeharto dengan menyalaLgunakan SUPERSEMAR rmembubarkan PKI. 
Akibatnya luas sekali, berarti Sukarno sudah berada di dalam mulut buaya.   
Kira kira jam 12 tengah malam  pintu kamar saya diketok ketok seperti oleh orang yang bergegas tidak 
sabaran, dengan teriakan: Buka, buka! Pintu saya buka, empat orang tentara menyerbu masuk 
dikepalai oleh seorang mayor. Bapak diminta turut kami sekarang , katanya pendek. Ke mana,   
tanyaku. Turut saja, nanti Bapak mengetahui  , jawabnya kasar sang mayor. Tunggu, saya berpakaian 
dahulu , pakaianku ada di kamar sebelah . Saya keluar kamar, diapit rapat oleh mereka. mungkin  
dikira saya mau melawan atau lari. Saya tidak sekonyol itu, saya mengetahui  apa artinya sergapan itu. 
Di kamar sebuah lagi itu saya lihat anak saya Dito, letnan Arnel dan Iwan sudah dijejerkan, 
senjata letnan Arnel dirampas. Dan Iwan yang masih di SMP itu nyengir ketakutan. Saya 
sabarkan mereka, tidak apa apa, turut saja! Saya minta pakaian militer saya pada Dito. 
Sementara saya berpakaian, pistol saya diambil oleh mayor itu yang tidak saya kenal namanya. 
Saya diam saja. namun   sesudah  mereka melihat saya memakai uniform berbintang Mayor Jendral 
itu, kelihatan mereka bersikap agak lebih  mengetahui  adat .   
Kami diangkut ke Markas Kodam JAYA. Jadi, markasnya Amir Machmud. Oo, jadinya Pak 
Amir Machmud yang suruh menangkap saya,   Kutanya pada si mayor, saat  turun dari jeep. 
Dia diam saja.   
Di ruangan di mana kami ditahan ada seorang penjaga saja yang tampak dekat kami.namun   di 
luar banyak. Dito dan dua temannya itu biasa saja, tidak menampakkan rasa takut. Dan seorang 
penjaga itu ngomel ngomel, sebetulnya  menyindir. Saya tidak mengetahui  apa itu  markis , markis, 
markisa, namun  saya dalam pertandingan  ngaji  di Malaysia menang . Kami diam saja.Walaupun, 
saya pernah  tiga kali khatam Qur'an, di Bengkulu. tengah malam  itu sampai pagi kami tidak tidur. 
saat  hari sudah menjelang pagi, saya berkata  kepada penjaga yang saya minta ketemu dengan 
Brigjen Amir Machmud, ... dan saya minta boleh memakai  tilpon, sebab kataku, bahwa saya 
 harus lapor kepada Bapak Menpangad Jendral Soeharto, bahwa mungkin saya agak terlambat 
bersama beliau ke istana di pagi hari itu, sebab saya sekarang masih berada di sini  ... dan 
memang saya minta tolong disambungkan per tilpon ke rumah Letjen Soeharto, dan dapat bicara 
dengan ajudannya nama Sutrisno. (Saya tidak mengetahui  apakah ajudan Sutrisno yang bicara pada saya 
di tilpon itu, bukan lain dari BapakWapres kita Tri Sutrisno sekarang, saya tidak mengetahui !). 
Kepadanya saya minta tolong disampaikan: Saya Dubes Rl di Kuba, MayorJendral Hanafi, 
minta tolong disampaikan kepada Pak Harto bahwa saya mungkin  agak terlambat datang ke 
istana, sebab ini pagi saya masih berurusan dengan Brigjen Amir Machmud di Markas Kodam 
JAYA . Saya sengaja tidak minta bicara langsung kepada Menpangad Jendral Soeharto, sebab 
saya cuma hanya sekedar  mau membluf (menggertak) para pengawal itu saja, agar   mereka laporkan kepada 
Brigjen Amir Machmud.   
Rupanya semua gerak gerik saya segera dilaporkan kepada Amir Machmud. Betul saja. Kira kira 
pk. sembilan Amir Machmud masuk kantornya. Saya dan ketiga anak muda (Dito, Arnel dan 
Iwan) diminta datang, diantar oleh mayor yang mengangkut saya tadi tengah malam  itu. Saya memang 
sudah kenal Amir Machmud sejak lama, sejak zaman Kongres Rakyat Untuk Pembebasan Irian 
Barat beberapa kali saya ke Bandung mengiring Presiden Sukarno untok berpidato 
menggembleng semangat perjuangan Irian Barat di Rapat Raksasa Merah Putih di lapangan 
Tegalega. Amir Machmud mengambil kesempatan juga  untuk menampilkan simpati.Begitu juga  
dengan Bapak GubernurJawa Barat Ipik Gandamana.Tentu saja tidak bisa selalu dapat 
kesempatan  rariungan  dengan presiden, maka sayalah yang selalu didekati. Semuanya pintar, 
lihay, cuma hanya sekedar  saya yang lugu! saat  saya sebagai Menteri Negara menjabat Kepala Panitia 
Penyambutan Kepala kepala Negara Asing (PPKN) saya percayakan misi  keamanan kepada 
Amir Machmud dalam rangka kunjungan Presiden Ho Chi Minh ke negara kita . Bukan main besar 
biaya keamanan yang dia minta, namun  saya acc. kan saja, asal beres! Jadinya dia tambah dekat 
pada saya. Saya tidak sungkan panggil dia pada namanya langsung.   
 Pak Amir, apa apaan ini, masa begini caranya kita kerja menghadapi GESTAPU, apa ini 
perintah Pak Harto,  , saya langsung tanya saat  saya masuk ke ruang bironya dalam uniform 
Mayjen TNI.   
 Oo, Pak Dubes Hanafi, maaf, maaf sekali lagi maaf, ini kesalahan.  Lalu di depan saya dia 
memarahi mayor yang menangkap saya tengah malam  tadi itu. Kenapa Pak Hanafi ditangkap, beliau 
kan Dubes kita di Kuba, kapan tidak ada dalam daftar, kan,     
 Punten wae Bapak itu mah kesalahan , senyuman pada saya. Mayor disuruh mengantar saya 
pulang .   
Amir Machmud bertanya: Bapak mau langsung ke istana atau pulang  ke rumah,   Saya berkata , 
antar pemuda pemuda itu pulang  ke Hotel negara kita , dan saya minta diantar ke rumah Pak Adam 
Malik. Demikianlah terjadi. Dalam hatiku, ini bluf saya yang kedua.   
Untuk menunjukkan pada Amir Machmud keakraban saya dengan si Akoy itu yang sudah  saya 
ketahui  sudah berada di dalam kandang Soeharto.   
Di situlah kesempatan saya  melabrak  Adam Malik, yang secara akrab antara kami selalu 
panggil  Si Akoy .   
 Fi, jij itu kena 'akibat sampingan' saja, yang jadi sasaran GESTAPU, bukan orang macam 
Bung , kata Adam Malik   
 Ah, jij yang berkata  begitu,pet of untukmu Bung, jika  memang sikap sana itu begitu , 
kataku. Secara tidak langsung saya sudah  mengusulkan agar   Bung diangkat menjadi Menlu 
untuk menggantikan soebandrio  , sebab sukarno  sudah memerintaLkan saya kembali ke pos 
saya di Kuba. Saya minta Bung jaga dan selamatkan sukarno  dan Chaerul Saleh, kan Bapak 
kita itu dan Chaerul itu bukan GESTAPU, toh. Jangan Bung kira saya tidak maklum akan semna 
basa basi seremoni ini. namun  saya tidak akan menentangnya selama sikap kalian  correct  
terhadap sukarno  dan Chaerul Saleh. Jij kan mengetahui , tanpa Chaerul Saleh dan sukarno , 
tidak bakal kita memiliki  Proklamasi 17 Agustus itu pada saatnya .   
Adam Malik: Sayang, mestinya dahulu jij tidak pergi ke Kuba, Fi; sejak jij pergi, terjadi 
kortsluiting, jadi tambah parah, sebab tidak ada lagi tukang reparasi  dari MENTENG 31 lagi.    
Saya tidak mau perpanjang percakapan yang intim namun  penting dengan Bung Adam ini. Sebab 
kekecewaan saya sendiri banyak sekali kepadanya, walaupun dia mengenangkan kembali 
semangat Menteng 31. Pada saat ketemu yang terakhir dengan bung Adam di Brussel tahun  
1979, barulah dia berani berkata   Fi, jij mengetahui  sebetulnya  saya juga berada dalam tahanan. Buat 
saya dia jelas bukan dalam tahanan, namun   berada dalam  sangkar mas  seperti beo, namun  saya 
sekeluarga dalam pembuangan di luar negeri. Dan si Akoy ini tidak berdaya mencegah tindakan 
pegawainya di Deparlu yang phobi komunis, melemparkan saya sekeluarga ke dalam 
pembuangan di luar negeri itu.   
Tanggal 25 Maret 1966, saya berangkat ke Kuba kembali, sesudah saya menemui Adam Malik 
sebagai menlu baru dan sukarno  menghadiri  Resepsi Hari Nasional Pakistan tanggal 23 
Maret tengah malam , di Hotel negara kita . Arti yang sebetulnya , Adam mengajak saya menemaninya 
menjadi  dekorasi  menemui   raja tanpa mahkota , Presiden Sukarno tanpa kuasa.   
Mayor Jacinto Vasques, chargé d'affair Kuba mengantar saya sampai dalam plane, sampai saya 
duduk. Di belakang saya anak saya Dito. Umar Senoadji dan Ibnu Sutowo di jejeran paling 
belakang, satu plane sama saya. Mereka berdua itu akan ke Tokyo juga. Baris terakhir ini ialah 
renungan hasil penelitian  pengalaman kita sekarang, di tahun  1997, bulan Agustus, saat  jariku 
menari di atas mesin ketik Remington ku yang tua ini. Dahulu di tahun  1966, di bulan Maret itu, 
walaupun kita kaum Sukarnois sudah kepepet, namun kita masih bisa  main  sama waktu, 
berspekulasi dengan kondisi  di atas faktor kepribadian dan kewibawaan sukarno . Yaitu 
selama sukarno  masih ada dan massa rakyatnya masih ada walaupun sudah kucar kacir, ada 
kemungkinan masih bisa bangun kembali jika  hari dan kesempatan itu masih mengikuti 
kehendak hati. jika  kambing kambing di padang rumput yang insting hidusaha  cuma hanya sekedar  cari 
makan rumput saja, bila hari petang tak ada gembalanya, tidaklah mengetahui  jalan pulang  ke kandang. 
jika  datang pemburu jalang (pemburu liar) kambing kambing habis  dimakannya  atau 
mencari selamat sekalipun terjun ke jurang. Ini cuma hanya sekedar  kata kiasan dalam mengertikan hukum 
sosial masyarakat yang sudah merupakan satu aksioma: Rakyat dengan Pemimpinnya   
Pemimpin dengan Rakyatnya. Harap jangan salah terima, ini bukan sindiran kepada bangsaku 
negara kita , sebab hokum aksioma itu berlaku pada seluruh Nasion.   
Pemimpin yang sebetulnya , lahir dan tumbuh di atas buminya rasa hormat dan kecintaan 
rakyat kepadanya. Jalurnya dari bawah ke atas. Normal, wajarnya pohon beringin tumbuh 
dengan akarnya membenam ke dalam bumi, akamulasi oxigennya memberikan kerindangan dan 
kesejukan alam sekitarnya. Itulah simbolnya Demokrasi, rakyat dan kerakyatan, yang sudah  
menjadi kesadaran nasional.   
Kecintaan dan penghormatan rakyat kepada sukarno , sebagai manusia biasa dengan segala 
kelebihan dan kokurangannya takkan menjadi pudar dan padam, selama matahari bersinar, di 
waktu tengah malam  dia bersinar laksana bintang. Kebesaran dan kehebatannya, bukan sebab  dia 
Proklamator (di samping Bung Hatta sebagai co Proklamator), namun  sebab  dia memiliki  ideal dan 
wawasan yang lebih hebat dan agung dari segala pemimpin di dunia yang pernah  ada, yaitu 
Pancasila. Pancasila bukan Kapitalisme   bukan Komunisme!   
Di dalam buku  Menteng 31   Membangun Jembatan Dua Angkatan , saya sudah  memakai  
kesempatan untok meng  ingatkan, bahwa:Versi asli Pancasila mungkin  sekarang sudah tidak 
pernah  atau jarang sekali dibaca lagi. Bung Hatta yang kita semua kenal sebagai orang yang 
sangat kritis, nuchter tidak emosional pernah  berpendapat: Itu pidato Sukarno terbaik dari 
banyak pidato yang pernah  diucapkannya .   
Mutiara cemerlang yang keluar dari hasil pemikiran sukarno  ini, ada baiknya kita baca ulang 
untok penyegaran pemikiran politik kita menghadapi erosi nasionalisme dan patriotisme yang 
sedang merambak pada sebagian masyarakat kita akibat kejangkitan demam globalisme.   
Rasanya tidak salah jika  saya katakan, bahwa Pancasila yaitu  Anugerah Yang Maha Pengasih 
kepada bangsa negara kita  lewat makhluk pilihanNya. yang bernama Sukarno.   
Di dalam proses pelaksanaannya kita harus berani mempelajari pengalaman pengalaman dan 
segi segi yang positifnya dari kedua antipoda ini  dan faktor faktor kondisi dan situasi 
bangsa In  donesia sendiri.namun  syaratnya  condition sine quanon  mutlak harus ada suasana 
yang demokratik. Dus harus ada demokrasi yang sesungguhuya, bukan sekadar frasiologi kosong 
saja seperti sekarang, di mana DPR dan MPR sejak semulanya diketok dan dicetak berdasar keterangan saksi  
matrix kemauanJendral Soeharto dan Jendral Nas.   
Walaupun di dalam buku ini dibeberkan sejarah yang sebenar  benarnya, seluruhnya menggugat 
pertanggungan jawabnya pengkhianatan Jendral Soeharto terhadap Dewan Jendral dan 
GESTAPU dan kudeta terhadap Presiden Sukarno, namun di sini pada akhirnya saya dengan terpaksa  
menyatakan kekecewaan saya yang sebesar besarnya kepada Jendral Nas juga .Jendral yang kami 
kenal sejak dari Bengkulu di tahun  1937, saat  dia menjadi Guru Sekolah Partikelir di Anggut 
Atas, Bengkulu, yang oleh API Bandung diusulkan untuk menggantikan Daidancho Arudji 
Kartawinata dan Mayor KNIL Didi Kartasasmita untuk menjadi Panglima Divisi I Siliwangi di 
tahun  1946.   
Mengapa,  Sebab pukulan decisive, genade slag, yang menjatuhkan Presiden Sukarno yaitu  
palu yang diketokkan oleh Jendral Nasution sebagai Ketua MPR Gadungan di tahun  1967, hasil 
rekayasa komplotan kaum militeris Soeharto cs. Walaupun saya mengetahui  bahwa sebetulnya  beliau 
hanya dimanipulasi  oleh Jendral Soeharto yang sudah mengantongi kekoasaan de facto atas 
ABRI.   
Kita mohon kepada Tuhan semoga diampuni dosa kedua beliau ini .   
Kita sudah sama sama tua semuanya. Kita harus siap menghadap kepada Tuhan. namun   
kebenaran sejarah harus ditegakkan. jika  tergantung pada pribadi saya saja, bisalah dicukup  kan 
jika  Soeharto dan Nasution mengakui kesalahannya dan memohon maaf kepada bangsanya, 
agar pembangunan nasional yang harus dilanjutkan tidak berbau busuk pengkhianatan itu, dan 
rekonsiliasi nasional dapat ditegakkan.   
jika  saya sekeluarga bisa pulang  kembali ke tanah air, saya akan mengulurkan tangan saling 
memaafkan kepada kedua beliau yang bersejarah itu. Jika tidak, saya pinjam cara Fidel Castro 
dalam nada yang sama (yang sudah sakit sakitan juga ): Adios, los traidores   au revoir, para 
pengkhianat Bangsaku, di hadapan Tuhan kita bertemu !   
Biarlah gerakan gerakan ungut mutiara ucapanJose Rizal yang tak terlupakan:  Adios, mi eldorato patria !  
 Selamat tinggal Tanah Airku!    
Saya mengetahui  pada mulanya kita semua yaitu  satu, semua mau mengabdi kepada cita cita, namun  
intervensi imperialisme memecah kita. Dan sangat tragis bahwa ada saja orang  di antara 
kita yang demi kekuasaan dan keuntungan materi, rela menyediakan diri menjadi peralatan  
kepentingan imperialisme, di atas pengorbanan Rakyat dan sumber sumber kekayaan bumi 
negara kita .   
Oleh sebab  itu eksistensi agama bertambah penting, untuk menegakkan moral ke dalam hati 
manusia.  
Lampiran lampiran 
Sajak dalam Exile : Right or wrong my country!  
Bundaku  
Untuk Ibuku : Qamaria  
Di langit bertabur bintang  
Kususun menjadi namamu,  
Di bumi kutabur cinta  
Kurangkai pada namamu   
Kau bernama Qamaria, oh, Ibuku.  
Anak Rakyat letih mencari,  
Dalam exile dan penjara,  
Di Rusia, Tiongkok dan Manila  
Di Belanda, Digul dan Banda Neira  
Di Endeh, Bengkulu   Nusantara,  
Semua tapak kakimu   kususun jadi namamu, oh Bundaku,  
Kau bernama negara kita  Merdeka.  
Tawa dan tangis si anak desa  
Kudengar sayu merayu pulang ,  
Debu dan lumpur pada kakimu, oh Ibu, oh Bundaku,  
Kudekap ke dada, ku cium, Sayang .....  
Dalam exile dan penjara!  
   
Paris, 17 Oktober 1983   
A.M. Hanafi 
Presiden Republik Indonesia   
PJ.M. Perdana Menteri  
Fidel Castro  
Havana  
   
Kawanku Fidel yang baik!  
Lebih dahulu  saya mengucapkan terimakasih atas suratmu yang dibawa oleh Dutabesar Hanafi 
kepada saya.   
Saya mengerti keprihatinan saudara mengenai pembunuhan  pembunuhan di negara kita , terutama 
sekali jika dilihat dari jauh memang apa yang terjadi di negara kita ,  yaitu apa yang saya namakan 
Gestok, dan yang lalu  diikuti oleh pembunuhan  pembunuhan yang dilakukan oleh kaum 
kontra revolusioner  , yaitu  amat merugikan Revolusi negara kita .   
namun   saya dan pembantu pembantu saya, berjuang keras untuk mengembalikan gengsi 
pemerintahan saya; dan gengsi Revolusi negara kita . Perjuangan ini membutahkan waktu dan 
kegigihan yang tinggi. Saya harap saudara mengerti apa yang saya maksudkan, dan dengan 
pengertian itu membantu perjuangan kami itu.   
Dutabesar Hanafi saya kirim ke Havana untuk memberikan penjelasan penjelasan kepada 
saudara.   
sebetulnya  Dutabesar Hanafi masih saya butuhkan di Indo  nesia, namun   saya berpendapat 
bahwa persahabatan yang rapat antara Kuba dan negara kita  yaitu  amat penting juga  untuk 
bersama sama menghadapi musuh, yaitu Nekolim.   
Sekian dahulu kawanku Fidel!  
Salam hangat dari Rakyat negara kita  kepada Rakyat Kuba,  
dan kepadamu sendiri!  
Kawanmu,  
Jakarta 26 Januari 1966  
ttd  
Soekarno  
   
   
Disalin dari surat asli dalam tulisan tangan Presiden Sukarno yang disampaikan langsung oleh 
Dubes A.M. Hanafi kepada PM. Fidel Castro.   
Pledoi Kolonel A.Latief 
 Pembelaan ex Kolonel Latief Nrp.10685 di depan Sidang Mahmilti II Jawa Bagian Barat 
dalam kaitan Peristiwa G30S  1965  
No.:    
Sifat: Sangat penting  
Lampiran:    
mengenai : Permohonan tambahan saksi  
   
Kepada  
Yth. Ketua Mahkamah Militer Tinggi II  
Jawa Bagian Barat  
di Tempat  
   
   
Dengan hormat,  
Sehubungan dengan keputusan Hakim Ketua Mahmilti untuk mensahkan sidang Mahkamah 
Militer ini, sekalipun putusan ini sudah  saya protes, maka untuk selanjutnya demi terciptanya 
hukum yang adil dan tidak memihak sesuai dengan UU No.14 tahun  1970 pasal 5. Dengan ini 
saya mengajukan saksi saksi tambahan untuk disahkan di hadapan sidang ini.   
1. Bapak Jendral Soeharto  
2. Ibu Tien Soeharto  
3. Bapak RM. Somoharyomo ayah Ibu Tien Soeharto  
4. Ibu RM. Somoharyomo  
5. Ibu Kolonel Suyoto  
6. Ibu Dul tamu Ibu Tien Soeharto  
7. Bapak Dul tamu Ibu Tien Soeharto  
8. Ny. Soeharto isteri saya pada waktu itu 9. Subagyo anak buah BapakJendral Soeharto asal 
Yogyakarta yang melaporkan adanya Dewan Jendral dan pergerakan  tanggal 1 Oktober 1965.  
10. Tuan Brackman yang pernah  mewawancarai i Bapak Presiden Soeharto.  
11. Wartawan Der Spiegel Jerman barat yang pernah  mewancarai BapakJendral Soeharto.  
 Sehubungan beliau (Jendral Soeharto) turut tersangkut dalam peristiwa pergerakan  G.30.S. pada tahun  1965 sesuai dengan eksepsi yang sudah  saya serahkan di hadapan sidang.   
Selain itu sesuai dengan surat Oditur No.001/3/1972/II BAR/TUD/X/1976/IV/1978 tanggal 17 
April 1978 disebutkan saksi saksi yang sangat saya perlukan, untuk ini agar dihadapkan saksi 
saksi:   
1. Brigjen Suparjo ex Panglopur II KOSTRAD  
2. Letkol. Untung ex Dan Yon Men Cakrabirawa  
3. May. Udara Suyono ex Dan Men PPP AU  
4. Lettu Ngadimo Staf Yon S30 Brawijaya  
5. Lettu Dularif Dan Kie Men Cakrabirawa  
   
Demi keadilan mohon agar oknum oknum yang saya sebutkan di atas untuk dihadapkan pada 
sidang Mahkamah Militer Tinggi II Jawa Bagian Barat ini dan dihadlirkan pada pemeriksaan 
pertama.   
Demikian permohonan saya untuk memperoleh  perhatian.   
Jakarta, pada hari putus  
disahkannya Sidang Mahmilti, 9 Mei 1978,  
Hormat kami Tertuduh  
ttd  
(A.Latief)  
   
Tembusan:  
1. Yth.Ketua Mahkamah Agung  
2. Yth. Ketua Mahkamah Militer Agung  
3. Yth. OMI...(, ) Letkol Sianturi SH  
4. Yth. Pembela  
5. Yth. Bp. Mr.Yap Thiam, Hien Speed Building Jln.Gajahmada 18,Jakarta  
6. Yth. Ketua PERADIN  
7. Yth.Panitera Sidang MAHMILTI II Jawa Bagian Barat 8. Berkas.  
No.:  
Sifat : Penting  
Lamp.:    
Hal: Pernyataan PROTES dan  
pernyataan tidak sahnya  
pembacaan dan  isi  
kesaksian sdr. Pono  
tertulis oleh MAHMILTI.  
   
Kepada  
Yth. Ket a mahkamah Militer  
Tinggi II Jawa Bagian Barat  
di TEMPAT  
   
Dengan hormat,  
Pada tanggal 20 Mei 1978 dalam sidang Mahmilti II Jawa Bagian Barat, Hakim KetuaYth. sudah  
membacakan kesaksian tertulis sdr. Pono (orangnya tidak hadir pula  dalam sidang pengadilan) 
berdasar keterangan saksi  Oditur dan hakim Ketua, alasannya sebab  kesulitan tehnis. Selanjutnya dengan 
berpegang dengan Undang2 259 ayat(2), maka kesaksian tertulis di atas sumpah yaitu  sah 
berdasar keterangan saksi  hukum katanya.   
Saya selaku tertuduh sekali lagi, menolak putusan Mahkamah seperti yang diuraikan ini  di 
atas, sebab :   
a. Pada waktu ini, negara negara kita  dalam kondisi  aman biasanya  dan Ibu Kota Jakarta 
pada kbususnya juga dalam kondisi  aman, tenteram, situasi kotanya selalu bisa dikendalikan. 
Lagi juga  ABRI sebagai kekuatan stabilisator dan dinamistor masyarakat sekarang ini sudah  kuat 
dan mampu menjaga keamanan di segala bidang. Mengingat ini semua  alasan kesulitan tehnis  
sehingga tak mampu mendatangkan seorang saksi bernama Pono dalam persidangan ini yaitu  
sangat tidak masuk akal dan sangat memicu  malu atau meremehkan keamananA]BRI dan 
aparat Pemerintah lainnya termasuk Mahkamah ini.   
b. Sepengetahuan  saya (sebab  saya diberi bacaan buku HIR/    ) tercantum dalam Undang 
undang pasal 260 dan 261 menyatakan bahwa jika  saksi tidak datang juga patut disesalkan 
dibawa di muka sidang pengadilan. Hal ini saya sampaikan pada sidang yang lalu. namun    di 
samping Hakim ketua mencap saya sebagai  memberi kuliah  juga sudah  memaksakan kepada 
saya agar   sidang dilanjutkan dengan tetap membacakan kesaksian tertulis sdr.Pono.   
c. Selanjutnya pada sidang yang lalu juga saya sudah  meminta kepada Hakim KetuaYth untuk 
membacakan pernyatuan saya selaku saksi dalam sidang Mahmilub sdr.Pono pada bulan Januari 
1972 yang dibenarkan oleh sdr.Pono sebagai tertuduh pada sidang ini  yang isinya pada 
pokoknya seperti keterangan saya dalam sidang ini dan yang tidak sesuai sama sekali dengan 
kesaksian sdr. Pono tertulis yang dibacakan dalam sidang ini. Permintaan saya inipun ditolak 
oleh sdr. Ketua sidang Mahmilti ini.   
Berdasarkan fakta fakta di atas, jelas Hakim ketua dalam sidang ini sudah  bertindak berat sebelah, 
yaitu selalu membela dan menguntungkan oditur dan selalu merugikan tertuduh langsung 
maupun tidak langsung.   
sebab  itu dibagi bagi di hadapan sidang Mahkamah Militer Tinggi ini, saya tertuduh 
menyatakan  P R O T E S  atas keputusan Hakim Ketua sidang ini yang sudah  memaksa untuk 
meneruskan membacakan kesaksian tertulis sdr.Pono ini  tanpa menghiraukan hak hak 
tertuduh dan tertuduh mnganggap tidak sah dan tidak fair.   
Dan sebagai penutup pernyataan saya ini, saya sekali lagi menuntut di hadapan sidang 
Mahkamah ini:   
1. agar   saksi sdr. Pono tetap didatangkan di hadapan sidang Mahkamah ini untuk memberikan 
kesaksian sebetulnya  secara lesan dan terbuka.   
2. agar   pernyataan saya pada sidang Mahmilub saat  saya sebagai saksi sdr. Pono pada 
bulan Januari 1972 dibacakan di hadapan sidang Mahmilti ini.   
3. Saya tertuduh merasa curiga dengan tidak didatangkan saksi sdr.Pono Oditur bisa 
memanipulasi kan kesaksian dengan sengaja tidak mendatangkan saksi di hadapan sidang, sebab  
dengan kesaksian tertulis yaitu  sangat menguntungkan Oditur.   
4. jika  saksi menolak tidak bersedia datang tanpa alasan, maka tertuduh mencapnya sebagai 
 pengecut  yang perlu dituntut berdasar keterangan saksi  undang undang yang berlaku.   
5. jika  tuntutan saya ini tetap ditolak oleh sidang Mahkamah ini, maka tertuduh menyatakan 
tidak terlaksananya fair trial dan bahwa putusan Hakim untuk membacakan kesaksian tertulis 
sdr. Pono pada tanggal 20 mei 1978 y.l. tidak sah dan tidak satupun bisa saya benarkan.   
Demikian pernya'taan saya di hadapan sidang hari ini dan terima kasih atas perhatiannya.   
Jakarta,29 Mei 1978  
HORMAT KAMI  
TERTUDUH  
ttd.  
A. L a t i e f   
Tembusan:  
1. Yth.Ketua Mahkamah Agung  
2. Yth.Ketua Mahkamah Militer Agung  
3. Yth.OMILTI SR.Sianturi SH.  
4. Yth.Team Pembela  
5. Yth.Bp.Mr.Yap Thiam Hien  
6. Yth.Ketua PERADIN  
7. berkas tertuduh  
   laporan mengenai  dewan jendral pada soeharto
Di sini perlu saya ungkapkan di muka Sidang Mahkamah Militer Tinggi ini agar persoalannya 
lebih jelas, Dua hari sebelum peristiwa tanggal 1 Oktober 1965, saya ditambah    keluarga 
mendatangi ke rumah keluarga Bapak Jendral Soeharto di rumah Jalan Haji Agus Salim yang 
waktu itu beliau masih menjabat sebagai Panglima KOSTRAD di samping acara kekeluargaan 
saya juga bermaksud:   
 menanyakan dengan adanya kabar  dewan jendral sekaligus 
melaporkan kepada beliau .   
oleh beliau sendiri justru memberitahu  kan kepada saya:  bahwa sehari sebelum saya 
datang ke rumah beliau,ada seorang bekas anak buahnya berasal 
dari yogya  karta bernama subagyo, memberitahu  kan mengenai  
adanya kabar  dewan jendral ad yang akan mengada  kan coup d'etat 
 terhadap kekuasaan pemerintahan presiden sukarno .
Tanggapan beliau akan diadakan penyelidikan. Oleh sebab  di tempat/ruangan ini  banyak 
sekali tamu, maka pembicaraan dialihkan dalam soal soal lain antara lain soal soal rumah. Saya 
datang ke rumah Bapak Jendral Soeharto bersama isteri saya dan tamu isteri saya berasal dari 
Sala Ibu Kolonel Suyoto dan dalam perjamuan di ruangan beliau ada ada  ibu Tien Soeharto, 
Orang tua suami isteri Ibu Tien, Tamu Ibu Tien Soeharto berasal dari Sala bernama Bapak Dul 
dan Ibu Dul juga termasuk putera bungsu laki laki Bapak Jendral Soeharto yang lalu  
harinya ketumpahan sup panas.   
Selain dari pada itu sesuai dengan laporan dari seorang penulis bernama Brackman menulis 
mengenai  wawancara dengan Jendral Soeharto sesudah peristiwa 1 Oktober 1965 kira kira pada 
tahun  1968. Diterangkan bahwa dua hari sebelum 1 Oktober 1965 demikian kata Jendral 
Soeharto: Anak laki laki kami yang berusia 3 tahun  memperoleh  kecelakaan di rumah, ia 
ketumpahan sup panas dan cepat cepat dibawa ke rumah sakit.   
Banyak kawan kawan datang menjenguk anak saya di tengah malam  tanggal 30 september 1965 saya 
juga berada di situ. Lucu juga jika  diingat kembali. Saya ingat Kolonel Latief datang ke rumah 
sakit tengah malam  itu untuk menanyakan kesehatan anak saya. Saya terharu atas keprihc#inan
Ada lagi sebuah wawancara dari surat kabar Der Spiegel Jerman Barat pada bulan Juni 1970 
yang menanyakan bagaimana Soeharto tidak termasuk daftar Jendral jendral yang harus 
dibunuh, Soeharto menjawab:  Kira kira jam 11 tengah malam  itu Kolonel Latief dari komplotan putsch 
datang ke rumah sakit untuk membunuh saya, namun  nampaknya ia tidak melaksanakan berhubung 
kekhawatirannya melakukan di tempat umum.   
Dari dua versi keterangan ini  di atas yang saling bertentangan  satu sama lain, yaitu yang 
satu hanya mencek dan yang satu untuk membunuh, saya kira Hakim Ketua sudah bisa menilai 
dari kedua keterangan ini  dan akan muncul  pertanyaan tentunya: mengapa Latief datang 
pada saat yang sepenting itu,  Mungkinkah Latief akan membunuh Jendral Soeharto pada tengah malam  
itu,     
Mungkinkah saya akan berniat jahat kepada orang yang saya hormati saya kenal semenjak 
dahulu yang pernah  menjadi Komandan saya,  Logisnya seandainya benar saya berniat untuk 
membunuh Bapak Jendral Soeharto,pasti perbuatan saya itu yaitu  merupakan suatu blunder 
yang akan menggagalkan pergerakan  tanggal 1 Oktober 1965 itu.   
Dari dua versi keterangan ini  di atas menunjukkan bahwa Bapak Jendral Soeharto berdalih 
untuk menghindari tanggungjawabnya dan kebingungan. Yang sebetulnya  bahwa saya pada 
tengah malam  itu di samping memang menengok putranda yang sedang terkena musibah sekaligus 
untuk melaporkan akan adanya pergerakan  pada besok pagi harinya untuk menggagalkan rencana 
Coup D'etat dari Dewan Jendral di mana beliau sudah mengetahui  sebelumnya.   
Memang saya berpendapat, bahwa satu satunya yaitu  beliaulah yang saya anggap loyal 
terhadap kepemimpinan Presiden Sukarno dan saya kenal semenjak dari Yogyakarta siapa 
sebetulnya  Bapak Jendral Soeharto itu. Saya datang yaitu  atas persetujuan Brigjen Soeparjo 
sendiri bersama sama Letkol Untung saat  menemui saya pada tengah malam  tanggal 1 Oktober 
1965 kira kira jam 21.00 atau lebih di rumah saya dengan tujuan saat  waktu akan minta 
bantuan dari beliau. sebab  itulah saya berkepentingan untuk datang kepada beliau. Letkol 
Untung pun ad@  
Saya sebagai anak buah sekalipun sudah terlepas dalam ikatan komando dengan Bapak Jendral 
Soeharto di manapun beliau berada selalu saya temui. Dengan sendirinya muncul  keakraban 
secara kekeluargaan di luar dinas. Saya mempercayai kepemimpinan beliau seandainya berhasil 
dapat menggagalkan usaha Coup Dewan Jendral beliaulah yang terpilih sebagai tapuk pimpinan 
sebagai pembantu setia Presiden Sukarno.namun    situasi cepat berubah yang tidak bisa saya 
jangkau pada waktu itu. Beliau yang kami harapkan akan menjadi pembantu setia 
Presiden/Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi sukarno  menjadi berubah memusuhinya.   
Mengapa saya dan teman teman saya terutama yang berasal dari Jawa Tengah mempercayai 
Jendral Soeharto, sbb:   
 Memang saya pribadi yaitu  bekas anak buah beliau saat  menjabat sebagai Dan Kie 100 
yang langsung organisatoris dan taktis pada Brigade X pada waktu jaman gerilya. Letkol.Untung 
pun juga pernah  menjadi anak buah langsung saat  di daerah Korem Sala yang lalu  
Let.Kol.Untung terpilih sebagai salah seorang pimpinan Gerilyawan yang diterjunkan di 
Kaimana saat  Trikora. pernah  saya dengar dari pembicaraan Let.Kol. Untung sendiri 
saat  selesai misi  Trikora ia dipindahkan ke Resimen Cakrabirawa, ia katakan dengan 
peristiwa itu Jendral Soeharto pernah  marah marah atas kepindahannya ke Men Cakra itu, sebab  
ia akan ditarik sebagai pasukan Kostrad di bawah pimpinan beliau. Selain itu saat  Let.Kol. 
Untung menjadi temanten di Kebumen Jendral Soeharto juga memerlukan datang untok turut 
merayakan pesta perkawinan.   
 Dengan saya pun demikian, secara dinas berdasar keterangan saksi  perasaan saya bahwa saya selalu memperoleh  
kepercayaan. saat  masa Gerilya di Yogyakarta sering saya memperoleh  perintah perintah 
penting untuk menggempur kedudukan musuh tentara Belanda dengan menggabungkan pasukan 
lain (Brimob) di bawah pimpinan saya. lalu  pada penyerangan total kota Yogyakarta yang 
terkenal enam jam di Yogyakarta, pasukan saya memperoleh  kepercayaan untuk menduduki daerah 
sepanjang Malioboro mulai dari Setasiun Tugu sampai Pasar Besar Yogyakarta dan beliau 
sendiri mengikuti pasukan saya yang terletak di daerah Kuncen atau desa Sudagaran yang hanya 
terletak 500 m dari batas kota Yogyakarta itu (daerah Demakijo). Hal ini  sesudah  saya dapat 
lolos dari kepungan tentara Belanda yang sedang mengadakan counter offensif dan saya dapat 
mundur kembali keluar kota dengan meninggalkan korban 12 luka luka, 2 gugur dan 50 orang 
pemuda pemuda gerilya kota di bawah pimpinan saya mati terbunuh oleh pembersihan tentara 
belanda, pemuda pemuda ini  yang sekarang dimakamkan atau dengan nama MAKAM 
TAK BERNAMA di daerah BALOKAN di depan Setasian Tugu Yogyakarta. Kira kira pada jam 
12.00 siang hari bertamulah saya pada Komandan Wehrkraise Let.Kol.Soeharto di Markas 
rumah yang saya tempati sebagai Markas Gerilya, yang saat  itu beliau sedang menikmati 
makan soto babat bersama sama pengawal dan ajudannya. Kami segera melaporkan atas misi  
kewajiban saya.   
lalu  beliau masih memerintahkan lagi agar   menggempur pasukan Belanda yang sedang 
berada di kuburan Kumoan Yogyakarta yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari Markas 
gerilya saya itu, akhirnya beliau segera kembali ke Markas Besarnya. Hanya saja sayang dalam 
sejarah yang sering ditulis dalam peringatan penyerbuan ibu kota Yogyakarta pada 1 Maret 
hanya ditulis  Bahwa Jendral Soeharto dalam memimpin serangan pada l. 1 Maret di 
Yogyakarta mengikuti salah satu pasukan. Di sinilah pentingnya saya ungkapkan demi untuk 
melengkapi sejarah dengan ceritera yang sebetulnya . Bagi saya tidak ada ambisi untuk 
menonjol nonjolkan agar ditulis dalam sejarah, sekalipun saya sendiri semenjak revolusi Agustus 
1945 ikut secara phisik melucuti Jepang menggempur tentara Sekutu dan Belanda sebagai 
seorang pejuang kemerdekaan. Di Jawa Timur Surabaya. Bagi saya tidak ada artinya sebab  
bukanlah orang penting dan orang besar. Yang penting bagi ahli ahli sejarah harus teliti 
menyelidiki dalam tulisan tulisan sejarah yang tepat.   
Sesudah Clash ke II saya merasa selalu memperoleh  kepercayaan dari Jendral Soeharto yang waktu 
itu sebagai komandan saya untuk memimpin pasukan pasukan pada saat yang sulit. Sampai pada 
saat TRIKORA pun sekalipun saya secara organisatoris terlepas dari komandonya masih dicari 
untuk memimpin pasukan penerjun (para) Task force II ke Irian Barat dan yang dintus waktu itu 
yaitu  staf beliau let.Kol.Mardanus sekarang anggota  MPR/DPR. Mengingat pada waktu itu 
saya sendiri memperoleh  perintah harus menempah Sekolah Staf Komando (SESKOAD II), maka 
perintah untuk misi  Irian Barat dibatalkan. lalu  pada tahun  1965 kira kira bulan Juni tepat 
pada hari ulang tahun  CPM (Corp Polisi Militer) Jenderal Soeharto sudah  menemui Pangdam V 
Jaya Jendral Umar Wirahadikusumah dengan maksud meminta diri saya untuk dimisi kan 
sebagai Komandan Task Force di Kalimantan Timur.   
Singkatnya oleh Jendral Umar permintaan ini  ditolak dengan alasan sebab  tenaga saya 
dibutuLkan untuk misi  keamanan di Ibu Kota RI Kodam V Jaya. Keterangan ini saya dapat dari 
Pangdam Jendral sendiri diberitahu  kan mengenai  hal itu. Jendral Umar menyatakan: Bahwa misi  
untuk menjaga keamanan di Ibu Kota RI tidak kalah pentingnya dengan misi  di garis depan, 
sebab disini terletak pemimpin pemimpin negara terutama Pemimpin Besar Revolusi Bung 
Karno jadi secara strategis yaitu  penting sekali, sedang  bila di garis depan hanya 
memiliki  arti  taktis . Atas dasar penjelasan itulah sayapun sadar dan bersemangat sebab  
panglima saya benar benar setia kepada Pemimpin Besar revolusi sependirian dengan saya. 
Sekalipun saya sendiri waktu itu mengusulkan agar diijinkan berangkat bekerja   dengan maksud 
untuk mencari pengalaman dalam perang  modern, mentrapkan theori yang saya hasilkan dari 
sesudah sekolah SESKOAD II. Selanjutnya kira kira pada permulaan bulanAgustus saya pun 
pernah  menghadap Jendral Soeharto ke rumah datang atas dasar kekeluargaan biasa, antara lain 
juga memberitahukan  seperti yang saya terangkan ini  di atas dan kemungkinan akan 
diajukan ke atasan agar saya bisa bekerja  .   
Mengenai kekeluargaan di luar dinas pun saya memiliki  keakraban semenjak di JawaTengah, 
sekalipun beliau sudah terlepas dari komando saya tetap sering saya datangi. Kebiasaan Perwira  
perwira bawahan yang sejajar dengan saya (komandan komandan Batalyon) jarang datang 
ketempat beliau, terkecuali saya, kata teman  teman saya itu banyak yang merasa segan sebab  
Jendral Soeharto dianggap terlalu seram. Penilaian saya tidak.   
Sebagai bukti lagi saat  beliau mengkhitankan puteranya bernama Sigit keluarga saya pun 
datang adapun Ibunya tak dapat datang sebab  Ibu saya sedang sakit keras di Surabaya. 
Sebaliknya pada waktu saya mengkhitankan anak saya beliau dengan Ibu Tien juga datang ke 
rumah saya.Jadi hasil penelitian  saya denganJendral Soeharto sekeluarga tidak memiliki  persoalan 
apapun malahan memiliki  hubungan secara akrab.   
contohnya : saya pernah  mengusahakan agar beliau bisa membangun rumah yang agak besar 
sedikit, sebab  yang saya lihat rumah beliau terlampau kecil. sebab  itu saya pernah  
mengusahakan tanah lewat bagian kaveling DKI dan lalu  memperoleh  di daerah 
Rawamangun. Di samping itu saat  saya pernah  memperoleh  rumah di jalan Jambu bekas 
Kedutaan Inggeris yang kebetulan rumah itu besar, saya berkeinginan untuk mem  berikan 
rumah itu untuk ditempati oleh Jendral Soeharto sekeluarga dan saya menempati rumah beliau 
yang kecil. Dalam soal inilah antara lain yang pernah  saya bicarakan di rumah beliau dua hari 
sebelum peristiwa.   
(Bahan ini diperbanyak oleh Penerbit: GOTONG ROYONG dengan ijin Penyusun)   
 Di bawah ini yaitu  surat terbuka Kolonel (INF) A. Latief yang menuntut diberikannya amnesti 
menyeluruh bagi semua narapidana dan tahanan politik, tanpa kecuali. Ia sampai saat ini masih 
mendekam dalam penjara yang dihuninya selama tigapuluh dua tahun  sebab  dianggap sebagai 
salah satu pelaku utama pergerakan  30 September. Saat itu ia menjabat sebagai Komandan Brigade 
Infanteri I Angkatan Darat.   
Tokoh ini menjadi sangat menarik saat  dalam kesaksiannya menyebutkan bahwa tengah malam  
menjelang pergerakan  militer itu dimulai, ia sudah melaporkan rencana ini kepada Mayor Jendral 
Soeharto yang saat itu menjabat Panglima KOSTRAD. Tidak adanya reaksi apapun pada saat 
kritis itu dari bekas penguasa rejim fasis 32 tahun  Orba ini, memicu  banyak spekulasi di 
kalangan sejarawan politik dan militer. Apakah Soeharto terlibat dalam pergerakan  ini,  Pengadilan 
yang jujur dan transparan akan menjawabnya.   
Yang jelas Soeharto yaitu  penanggung jawab utama dibunuh nya lebih dari limaratus ribu 
rakyat negara kita . Belum lagi para tahanan Politik  G 30 S yang mati kelaparan atau disiksa di kamp kamp 
konsentrasi Nusa Kambangan, pulau  Buru,LP Tangerang, LP Kalisosok dan lain lain.   
Sudah saatnya para bekas tahanan Politik atau napol tragedi nasional berdarah 1965 (bahkan keluarga mereka) 
memberikan kesaksian/testimoni mengenai  penderitaan yang sudah  mereka alami. jika  toh belum 
memungkinkan situasinya untuk bersaksi seperti Pius Lustrilanang cs, media alternatif seperti 
mailing list di Internet bisa menjadi sarana yang memungkinkan testimoni mereka bisa dibaca 
oleh rekan rekannya sebangsa dan setanah air.    
Redaksi SiaR   
               
UNTUK APA AMNESTI DIBERIKAN KEPADA TAHANAN POLITIK DALAM ERA 
REFORMASI SEKARANG INI   
Pada dasarnya, pemberian amnesti kepada para tahanan politik pada era reformasi sekarang ini 
dimaksudkan untuk mengadakan rekonsiliasi atau persatuan nasional dalam gejolak politik pada 
waktu ini. Semua pihak bisa diajak bekerja sama dalam suatu pemerintahan untuk persatuan 
nasional.   
Dalam masa masa lalu sudah  sering terjadi diadakan amnesti, abolisi kepada tahanan untuk 
mengatasi penyelesaian konflik konflik politik secara menyeluruh. Adapun contoh contohnya 
pernah  saya lakukan sendiri sebagai  pelaku sejarah:   
A. 1. Masa muda saya saat  masih sekolah di sekolah menengah terjadi perang  Dunia Kedua, 
sehingga kira kira bulan November 1941 para murid sekolah ini  dan sekolah lainnya 
dicomoti untuk menjadi tentara Milisi Belanda dan dilatih di Magetan, Madiun sampai bulan 
Pebruari 1942.   
2. lalu  sesudah  latihan militer segera dikirim untuk memicu  pertahanan di Soreang dan 
Ciwidae, Bandung Selatan.   
3. Belum sampai terjadi pertempuran Belanda menyerah pada 8 Maret 1942, lalu  saya 
seteman ditawan di sebuah sekolah di kota Soreang.   
4. Beberapa hari lalu  kami dipindahkan dari Soreang ke Batu Jajar dengan jalan kaki. 
Beberapa hari lalu  dipindahkan ke Kamp Tawanan perang  Batalyon IV di Cimahi, 
berkumpul dengan tawanan lain dari KNIL, bersama antara lain Groot Majoor Urip Sumohardjo 
(Letjen, Kepala Staf Panglima ABRI).   
5. Beberapa bulan lalu  kami dari rombongan milisi terdiri atas para pelajar diberikan 
amnesti oleh tentara pendudukan Jepang, lalu  berturut turut bagi tentara beroep KNIL.  
Kami tidak pernah memperoleh  perlakuan kasar dari tentara Jepang. Hanya kurang 1 (satu) hari 
dibebaskan, ada tentara Belanda Indo dan Ambon melarikan diri, dan lalu  tertangkap 12 
orang. Pada pagi harinya didemonstrasikan mereka dihukum mati dengan jalan ditembak mati di 
lapangan. Dan kami disuruh semua melihat nya.   
6. Pada pagi hari kami dibebaskan tanpa syarat dan kembali ke rumah masing masing, 
dibebaskan begitu saja tanpa dikawal. Kami pun segera pulang  dengan mengendarai kereta api 
bersama ke rumah masing masing tanpa halangan apa pun dan kami dapat menikmati kebebasan 
ini  bersama orang tua dan saudara saudara kami di rumah.   
 Pada jaman kemerdekaan kami dihadapkan oleh pemberontakan DI/TII, pemberontakan 
Andi Aziz, Kahar Muzakar, Republik Maluku Selatan (RMS), Merapi Merbabu Complex, 
Peristiwa 17 Oktober 1952 (dikepungnya Istana Negara Republik Indonesia   di Jalan Merdeka 
Jakarta). Peristiwa PRRI, PERMESTA di Sumatera dan Sulawesi.   
Kami sudah  mengalami peristiwa peristiwa ini  selaku komandan pasukan:   
 tahun  1950 menghadapi Andi Aziz di Sulawesi Selatan.   
tahun  1950 1951 misi  menghadapi DI/TII di Jawa Barat, Tasikmalaya, Garut, Ciamis, 
Cijulang Parigi. Selama 8 (delapan) bulan belum lagi kembali ke pangkalan dimisi kan 
berangkat ke Ambon, RMS di Serang.   
 Sekembali dari misi  RMS menghadapi DI/TII kembali ke perbatasan Jawa Tengah dan 
pada tahun  1952 menghadapi pemberontakan Batalyon 426 di Kudus, dan tanggal 4 Pebruari 
1952 pertempuran Batalyon saya dengan Batalyon 426 terjadi dengan sengitnya di Pegunungan 
Kandang Samin, Wonosari.   
. misi  selanjutnya Batalyon saya menghadapi DI/TII di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa 
Barat: daerah Bumiayu, Bandarejo, Brebes, daerah Wangon, Majenang terus menerus mulai 
tahun  1952 sampai dengan 1958.   
2.5. Sehabis sekolah SSKAD (sekarang SESKOAD, red.) pada tahun  1959 (satu setengah tahun ) 
lalu  dimisi kan untuk menumpas pemberontakan PRRI/PERMESTA di Sumatera Barat.   
2.6. Pada tahun  antara 1960 1961 terjadi pengumuman pemerintah Presiden Soekarno untuk 
memberikan amnesti kepada pemberontak PRRI/PERMESTA dan tahun  tahun  dilanjutkan 
perolehan amnesti terhadap TII Kartosoewirjo dan Daud Beurueh. Kesemuanya amnesti ini  
berlaku kepada kesemuanya tanpa syarat, malahan Prajurit PRRI/PERMESTA diberikan abolisi. 
Saya sendiri pernah  bertemu bersama mantan panglima PRRI Sumatera Barat mantan Letkol 
Ahmad Husein tennis bersama di Senayan.   
2.7. Demikianlah arti dari amnesti untuk kepentingan rekonsiliasi nasional untuk persatuan 
bangsa tanpa pandang bulu. Apakah itu aliran DI/TII atau PRRI/PERMESTA tidak menjadi 
masalah tanpa mendiskriminasi satu sama lain yang pada pokoknya mereka kembali ke 
pangkuan ibu pertiwi secara nasional. Jadi yaitu  tidak benar ada perbedaan perlakuan sama 
sekali.  
PERLAKUAN TERHADAP DIRI SAYA SELAMA DALAM TAHANAN 32 tahun  DI 
PENJARA SALEMBA, RTM, DAN CIPINANG   
1. Pada waktu saya ditembak dan lalu  sekedar saya diobati operasi kaki kiri digips sekujur 
kaki kiri sampai batas perut, sehingga harus tidur terlentang, tanpa bisa bangun. Pada hari itu 
juga dalam masih diinfus harus dibawa ke markas Kodam V Jaya dengan ditambah   seorang 
perawat. Tidak dirawat inap di RSPAD.   
2. Di markas Kodam V Jaya selama satu minggu datang pemeriksaan pemeriksaan, namun  saya 
tidak mampu menjawab sebab  kondisi  penyakit luka saya sangat kritis. Pemeriksa mengancam 
bahwa saya akan diperiksa oleh prajurit.   
3. Pada akhir minggu itu gips (pembalut) kaki saya diganti di RSPAD dengan jalan dibius. 
lalu  pada suatu hari dipindahkan ke rumah tahanan penjara Salemba di sel dubbel deur 
(pintu ganda, red.) dan ruangan 2x3 meter dan cahaya lampu sangat gelap (15 watt) dan saya 
ditempatkan di lantai bawah hanya dengan satu tikar.   
4. Saya sering mengalami pingsan sebab  sakit ginjal dan infeksi pada luka kaki kiri sebab  luka 
saya selalu mengeluarkan cairan (nanah) sehingga memenuhi pada gips pembungkus 
memicu  bau busuk. Pada suatu waktu keluar ulat ulat (belatung) yang mengerumuni badan 
saya. Bersamaan dengan itu anak saya laki laki yang tertua kena musibah tertubruk mobil 
sehingga tewas.   
5. Saya sering pingsan sebab  saya terkena penyakit ambeien yang terus menerus mengeluarkan 
darah dan penyakit ginjal (mungkin kencing batu) sehingga jika  kencing juga  
mengeluarkan darah.   
AKIBAT DARI PENYAKIT PENYAKIT ini  SEHINGGA SAYA DIHARUSKAN 
DIRAWAT   
1. Di RTM Lapangan Banteng menjalani operasi di RSPAD pada kaki sebanyak tiga kali. Dua 
kali hemorrhoid (ambeien). Satu kali hernia sebelah kanan (enam kali di RSPAD).   
2. Di LP Cipinang menjalani operasi di RS Persahabatan: satu kali hernia sebelah kanan; operasi 
ginjal (dua kali di Persahabatan).   
3. Di Rumah Sakit POLRI dirawat sebab  stroke tanggal 2 Januari 1997, sulit bicara, 
kerongkongan menyempit, keluar air liur, kaki kesemutan, tensi tidak normal, dan kena katarak 
sehingga sulit membaca.   
4. Di RS Sint Carolus operasi hernia sebelah kiri tanggal 7 Juli 1998.   
Saya tidur terlentang tanpa bisa bangun selama dua tahun  di dalam sel dan saya mengalami disel 
isolasi berat dikunci terus menerus tanpa dibuka selama sepuluh tahun  (tanggal 11 Oktober 
1965 1975) di Penjara Salemba.   
PROSES PERSIDANGAN DAN PERMOHONAN PIDANA SEUMUR HIDUP MENJADI 
TERBATAS   
1. Diputuskan oleh Mahmilti (Mahkaman Militer Tinggi) II Jawa Bagian Barat dengan hukuman 
pidana SEUMUR HIDUP tanggal 1 Agustus 1978.   
2. OTMILTI (Oditur Militer Tinggi) mengajukan banding dan kami mengajukan kontra banding 
ke Mahkamah Militer Agung (MAHMILGUNG) tanggal 7 Agustus 1978.   
3. Keputusan MAHMILGUNG menolak banding OTMILTI dengan menguatkan keputusan 
MAHMILTI tanggal 18 Januari 1982. Pada tanggal 18 Januari 1983 oleh OTMILTI saya 
diserahkan kepada KALAPAS (Kepala Lembaga Pemasyarakatan) Cipinang untuk menjadi 
NARAPIDANA. Pada tanggal ini  saya mengajukan permohonan PIDANA SEUMUR  
HIDUP MENJADI TERBATAS, dan selesai 18 Januari 1988 (seharusnya bebas), namun   tidak 
terlaksana sebab  terhalang Keppres No. 5 tahun  1978, pada bulan Agustus saya hanya tinggal 
kurang dari 5 bulan.   
4. Bersamaan dengan itu saya, saudara Rewang anggota Polit Biro PKI dan saudara Marto 
Suwandi anggota Biro khusus sentral  yang sama sama hukumannya SEUMUR HIDUP mengajukan 
permohonan SEUMUR HIDUP MENJADI TERBATAS. Pada tahun  1988 kedua orang ini  
bisa dibebaskan, namun   saya TIDAK DIBEBASKAN.   
5. Pada bulan Mei 1994 saya bersama Dr. soebandrio  , Omar Dhani, dan Sugeng Sutarto 
bersama sama dipanggil KALAPAS untuk menandatangani permohonan grasi dengan nomor 
yang sama, tanggal yang sama, pengiriman pada OTMILTI bersama.   
6. Pada tanggal 17 Agustus 1995 Dr. soebandrio  , Omar Dhani, Sugeng Sutarto memperoleh  
amnesti pembebasan oleh pemerintah, sedang  saya tidak dibebaskan.   
berdasar keterangan saksi  keterangan keluarga keluarga mereka yang datang di Sekretarian Negara, mereka 
melihat bahwa nama saya ada di meja Menteri Sekretaris Negara.   
7. Bahwa kami pada setiap tahun  oleh KALAPAS Cipinang semenjak tahun  1991 selalu diajukan 
untuk memperoleh  PIDANA SEUMUR HIDUP menjadi TERBATAS.   
Terakhir tanggal 22 Januari 1998, 2 Pebruari 1998, dan terakhir sekali  secara kolektif diajukan 
pada tanggal 27 Juli 1998.   
Demikianlah keterangan yang saya berikan dengan sebetulnya  dan mohon memperoleh  
perhatian sepenuhnya mengenai amnesti menyeluruh bagi kami tahanan politik/nara  pidana 
politik secara keseluruhan.   
Di samping itu bahwa teman teman kami yang hanya tersisa 13 orang di seluruh negara kita , pada 
umumnya sudah berusia 70 tahun  ke atas dan umumnya sudah rapuh dan lumpuh.  
sebab  itu secara perikemanusiaan mohon perhatian sepenuhnya.  
Sekian.   
Tanggal 27 Juli 1998   
Hormat kami,   
A. LATIEF  
 Kehormatan bagi yang berhak , sukarno  tidak terlibat G30S/PKI 
(Oleh:Manai Sophiaan) 
UNGKAPAN berbagai peneliti mengenai  pergerakan  30 September 1965  di negara kita ,  
berbeda beda.  
Antonie C.A. Dake dalam bukunya  In the Spirit of the Red Banteng ,  
mengungkapkan tragedi ini dengan banyak mengacu kepada keterlibatan PKI sebagai  
perencana, sukarno  mengetahui  dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebagai  
pensuplai senjata untuk persiapan apa yang disebut Angkatan ke V, yang dituduhkan  
akan menjadi kekuatan bersenjata PKI.  
Ada 22 juta sukarelawan yang sudah mendaftarkan diri di Front Nasional, memenuhi  
seruan sukarno  mobilisasi kekuatan rakyat untuk mengganyang Malaysia. Mereka  
inilah katanya yang akan disaring untuk dimasukkan ke dalam Angkatan ke V.  
Pembentukan Federasi Malaysia dirancang oleh Perdana Menteri Inggeris, Harold  
McMillan, dan Perdana Menteri Malaya, Tungku Abdul Rahman, dalam perundingan  
di London pada bulan Oktober 1961 dan dilanjutkan bulan Juli 1962, itulah yang  
memulai  provokasi politik dan militer meng contain negara kita .  
Ganis Harsono, jurubicara Departemen Luar Negeri R.l. selama 8 tahun  di era  
Sukarno, menulis dalam bukunya  Recollections of an Indonesia Diplomat in the  
Sukarno Era  yang diterbitkan oleh University of Queensland Press, Australia, tahun   
1977 dan lalu  pada tahun  1985 diterbitkan edisi negara kita nya oleh Inti Idayu  
Press Jakarta dengan judul  Cakrawala Politik Era Sukarno , menulis bahwa Inggris  
memberitahukan  kepada negara kita  mengenai rencananya membentuk Federasi  
Malaysia. negara kita  tidak menentang, sebab  dipahami bahwa ide pembentukkannya  
ialah untuk memberikan kemerdekaan kepada wilayah wilayah jajahan Inggeris di  
Kalimantan Utara.  
namun   sesudah  Presiden Macapagal dari Filipina mengajukan tuntutan agar   dalam  
proses pemberian kemerdekaan ini , wilayah Sabah dikembalikan kepada  
Filipina, sebab  memang tadinya yaitu  wilayah kekuasaan Kasultanan Sulu di  
Filipina Selatan yang dicaplok oleh Inggeris saat  menjajah Kalimantan Utara, justru  
muncul  reaksi keras dari Kuala Lumpur, yang disampaikan oleh Duta Besarnya di  
Manila, Zaiton Ibrahim, dengan mengatakan kepada Presiden Macapagal bahwa  
situasi akan menjadi gawat, jika  Filipina menuntut wilayah Sabah. Malahan  
Menteri Pertahanan Malaya, Najib Tun Razak, memberikan reaksi yang lebih keras  
lagi:  Kami siap pergi berperang  mempertahankan Sabah dalam naungan Malaysia .  
Tadinya Sabah hanya disewa oleh Inggeris dari Sultan Sulu, Jamal Alam, yang  
akhirnya jatuh ke bawah penguasaan The British North Borneo Company.  
Waktu itu negara kita  tidak memberikan reaksi apa apa, diam saja. namun  pada tanggal  
8 Desember 1962, sesudah  Azhari yang dituduh memberontak di Brunai dan  
memproklamasikan kemerdekaan Kalimantan Utara yang terdiri dari Brunai, Serawak  
dan Sabah di Manila, di tempat mana ia melarikan diri bersama teman  temannya,  
dan menyatakan dirinya sebagai Perdana Menteri Negara Kalimantan Utara, cepat  
sekali Tungku Abdul Rahman menuding negara kita  sebagai biang keladinya.  
   
Padahal duduk persoalannya, Azhari yang memimpin Partai Rakyat Brunai, dalam  
Pemilihan Umum Agustus 1962, memenangkan 54 dari 55 kursi di Dewan Distrik dan  
16 dari 33 kursi di Dewan Legislatif. 1)  
1) JAC Mackie, Konfrontasi, The negara kita  Malaysia Dispute 1963 1966  
Oxford University Press, Kuala Lumpur  London, hal. 37  
Apa yang dilakukan oleh Azhari sesudah  partainya ditumpas dan dia dikejar  kejar  
sebagai pemberontak, ialah selalu mengadakan kontak dengan Wakil Presiden  
merangkap Menteri Luar Negeri Filipina, Immanuel Pelaez, dan sama sekali bukan  
dengan negara kita .  
Ketua Umum Partai Nasional negara kita  (PNI), Ali Sastroamidjojo, memberikan reaksi  
menolak tudingan Tungku.  
Tungku pun menjadi marah oleh adanya reaksi dari Ali Sastroamidjojo dan langsung  
menyerang secara pribadi kepada sukarno  dengan mengatakan:  Jangan campuri  
urusan Kalimantan Utara!   
Serangan ini sebetulnya  datang dari Inggeris, namun  Tungku yang menjadi jurubicaranya.  
Oleh sebab  itu, pada bulan April 1963, sukarno  di hadapan Konperensi Wartawan  
Asia Afrika di Jakarta menjawab ancaman Tungku dengan mengatakan:  Perjuangan  
rakyat Serawak, Brunai dan Sabah, yaitu  bagian dari perjuangan negara negara  the  
new emerging forces  yang membenci penghisapan manusia oleh manusia.  
sebab  Jepang melihat bahwa proses pembentukan Federasi Malaysia sudah  
menjurus pada kecurigaan negara kita  sebagai proyek neokolonialisme Inggeris, maka  
pada tanggal 3 1 Mei sampai 1 Juni 1963, Tokyo menyediakan tempat pertemuan  
antara Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Tungku Abdul Rahman, untuk  
mengusahakan pendekatan. Tujuannya ialah untuk menghilangkan kecurigean  
mengenai rencana pembentukan Federasi Malaysia, yang terdiri dari Federasi Malaya  
sebagai induknya digabungkan dengan Singapura dan tiga wilayah lainnya di  
Kalimantan Utara.  
Pertemuan Tokyo menyetujui  sebuah prinsip, yaitu tetap memelihara Semangat  
Perjanjian Persahabatan negara kita   Malaya tabun 1959.  
Untuk merumuskan lebih lanjut hasil pertemuan Tokyo, diadakan lagi pertemuan para  
Menteri Luar Negeri tiga negara, yaitu: negara kita , Malaya dan Filipina, di Manila dari  
tanggal 7 sampai 11 Juni 1963.  
Ketiga Menteri Luar Negeri itu, semuanya memiliki  jabatan rangkap, yaitu:  
soebandrio   di samping Menteri Luar Negeri, juga Wakil Perdana Menteri I, Tun Abdul  
Razak, Menteri Luar Negeri dan Deputy Perdana Menteri dan Immanuel Pelaez,  
Menteri Luar Negeri dan sekaligus Wakil Presiden.  
Dalam pertemuan Manila, negara kita  dan Filipina menyatakan tidak keberatan  
dibentuknya Federasi Malaysia, asal hal itu dilakukan atas dasar Hak Menentakan  
Nasib Sendiri bagi rakyat di wilayah  wilayah yang hendak digabungkan, dan  
ditentukan oleh otoritas yang bebas dan tidak berpihak, yaitu Sekretaris Jenderal PBB.  
Pertemuan itu juga mengembangkan pemikiran Presiden Filipina, Macapagal, yaitu  
pembentukan Konfederasi tiga negara serumpun Melayu yang disebut MAPHILINDO  
(Malaysia Philipina lndonesia), gagasan yang langsung dilawan   oleh Amerika dan  
Inggeris. Ironisnya, dari Peking, Menteri Luar Negeri Chen Yi menuduh MAPHILINDO  
sebagai proyek Nekolim.  
Pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri ini, diperkuat dengan diadakannya Konperensi  
Tingkat Tinggi antara Perdana Menteri Tungku Abdul Rahman, Presiden Macapagal  
dan Presiden Sukarno yang dilangsungkan di Manila dari tanggal 31 Juli sampai 1  
Agustus 1963, yang hakekatnya hanya mengesahkan hasil hasil yang sudah  dicapai  
dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri sebelumnya.  
Dalam perundingan tersendiri antara Presiden Sukarno dan Presiden Macapagal,  
disetujui apa yang dikenal dengan Doktrin Sukarno   Macapagal yang menegaskan  
bahwa Masalah Asia agar   diselesaikan oleh bangsa Asia sendiri.  
Doktrin ini dengan dan  sertamerta  ditolak oleh Amerika Serikat dan Inggeris, sebab   
dinilai dapat menggagalkan tujuan pembentukan Federasi Malaysia yang dirancang di  
London yang sebetulnya  untuk meng contain negara kita .  
Hasil KTT Manila ternyata menggelisahkan London dan Kuala Lumpur.  
Dengan adanya gagasan Presiden Macapagal yang mengusulkan pembentukan  
Konfederasi MAPHILINDO dan doktrin Sukarno  Macapagal yang menghendaki  
agar   masalah Asia diselesaikan oleh bangsa Asia sendiri, maka anasir Inteligen  
Inggeris dan Malaysia melansir satu berita bahwa Federasi Malaysia akan dibentuk  
pada tanggal 31 Agustus 1963, 2) mendahului pelaksanaan Persetujuan Manila yang  
menghendaki agar   pembentukan itu dilakukan atas dasar Hak Penentuan Nasib  
Sendiri dari rakyat bersangkutan, yang akan diatur oleh Sekretaris Jenderal PBB,  
waktu itu U Thant.  
Dr. Hidayat Mukmin, TNI dalam politik luar negeri Studi masalah   penyelesaian konfrontasi negara kita    Malaysia, hal. 95.  
Dilansirnya berita itu, makin mempercayakan  negara kita  bahwa memang ada udang di  
balik batu dengan pembentukan Federasi Malaysia yang dirasakan sebagai sangat  
tergesa gesa.  
Oleh sebab nya, Sekjen PBB segera mengirimkan Misi PBB ke Serawak dan Sabah  
untuk meneliti sejauh mana rakyat Kalimantan Utara bersedia bergabung dalam  
Federasi Malaysia, seperti yang dituntut oleh KTT Manila. namun  Misi sudah distel  
demikian rupa, dengan ketuanya diambilkan dari Amerika yaitu Laurence  
Michaelmore, dibantu oleh delapan anggota yang diambilkan dari berbagai negara.  
negara kita , Malaya dan Filipina menyertakan juga wakil wakilnya sebagai peninjau.  
sebab  Misi sedang bekerja, maka Kuala Lumpur berusaha meredakan kemarahan  
negara kita  dan mengumumkan penundaan pembentukan Federasi Malaysia sampai  
tanggal 16 September 1963, yaitu tanggal yang diperkirakan Misi PBB sudah  
menyelesaikan misi nya dengan hasil yang menguntungkan London dan Kuala  
Lumpur. Penundaan tanggal, dianggap oleh negara kita  sebagai proforma belaka,  
sebab  hasilnya sudah ditentukan sesuai dengan keinginan Kuala Lumpur dan London.  
Memang sebelum itu, Inggeris sudah mengadakan penjajagan di Kalimantan Utara  
dengan sebuah komisi yang diketuai oleh Lord Cobbold dan anggotanya terdiri dari:  
Sir Anthony Abell, Sir David Watherston, Dato Wong Po Nee dan Enche Gazali bin  
Sofie.  
Hasil penjajagan ini diumumkan dalam Report of the Commission of Inquiry North  
Borneo and Serawak 1962 yang menyebutkan:  
1. Sepertiga penduduk menyetujui tanpa syarat, merdeka dalam  
Federasi Malaysia.  
2. Sepertiga menyetujui dengan syarat agar   kepentingan daerah  
mereka terjamin.  
3. Sisa yang lain, ingin memperoleh  kemerdekaannya dahulu , sebelum  
bergabung dalam Federasi Malaysia.  
namun  ini semua yaitu  versi Komisi Cobbold. Sebelum itu sudah ditentukan agar    
diadakan Pakta Pertahanan antara Inggeris dan Federasi Malaysia.  
maka , dari segi pertahanan, Federasi Malaysia dianggap oleh Inggeris  
lebih sederhana, sebab  Federasi dapat dikelola bersama sebagai satu unit strategik.  
sebab  Federasi berada dalam lingkungan Persemakmuran Inggeris, maka Inggeris  
berkewajiban tetap memberikan perlindungan militer. saat  Malaya baru merdeka, di  
sana hanya ada 2000 tentara Inggeris dan Australia. namun  sesudah  Federasi Malaysia  
dibentuk, kekuatan Militer itu cepat ditambah menjadi 50.000. 
Strategi pertahanan ini mencemaskan negara kita , sebab  perlindungan militer Inggeris  
yang begitu besar, merupakan ancaman serius bagi keamanan negara kita . Apalagi  
dalam mempertahankan Malaysia, sudah tersiar berita bahwa Inggeris akan  
memperoleh  dukungan dari Pakta Pertahanan ANZUS (Australia   New Zealand   United  
States), untuk menghadapi Sukarno yang sudah lama dicap sebagai  trouble maker   
di Asia, yang kegiatannya harus dicegah jangan sampai merembet mempengaruhi  
negara negara Afrika dan Amerika Latin.  
sebetulnya  di Malaysia, Singapura dan British North Borneo (Kalimantan Utara),  
ada  kekuatan kekuatan politik yang menentang pembentukan Federasi Malaysia  
berdasar keterangan saksi  konsep McMillan   Tungku Abdul Rahman, namun  mereka ditindas sehingga  
tidak bisa berbuat banyak.  
Kekuatan menentang pembentukan Federasi Malaysia di Malaya ialah: Front Sosialis  
Malaya yang terdiri dari Partai Rakyat Malaya dan Partai Buruh, dan  Partai Islam  
se Malaya. Di Singapura: Barisan Sosialis, Partai Pekerja dan Partai Rakyat. Di  
Kalimantan Utara: Partai Rakyat Brunai dan Serawak United People's Party. Partai  
Rakyat Brunai sejak 1956 di bawah pimpinan Azhari, sudah memiliki  program  
hendak mengusir Inggeris dari Kalimantan Utara. 
Dan apa yang terjadi lalu ,   
Misi PBB yang dipimpin oleh Michaelmore, tanpa penyelidikan seksama, langsung  
menyatakan bahwa rakyat Kalimantan Utara (Serawak dan Sabah) menyetujui  
merdeka dalam Federasi Malaysia. Hasil Kerja Misi PBB ini segera disahkan oleh  
Sekjen PBB.  
Sebaliknya negara kita , sesudah  mendengarkan laporan dari peninjau  peninjaunya yang  
menyertai penyelidikan Misi PBB, menuduh adanya kecurangan kecurangan yang  
menyolok, sehingga laporan Misi PBB itu tidak bisa dianggap sah.  
Akibatnya, mudah dipahami. sebab  negara kita  menolak hasil penyelidikan Misi PBB  
yang disahkan oleh Sekjen PBB, ditambah lagi tersiar berita bahwa sesudah  
Federasi Malaysia diresmikan pada tanggal 16 September 1963, negara federasi baru  
itu segera akan diterima menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, maka  
Jakarta langsung memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuala Lumpur.  
Oleh perkembangan yang sangat cepat, dan usaha diplomatik untuk mencoba  
meredamnya mengalami kegagalan, maka konfrontasi negara kita    Malaysia tidak  
terhindarkan lagi. Dr. soebandrio   dalam kedudukannya sebagai Wakil Panglima Besar  
KOTI (Komando Tertinggi negara kita ) dan Kepala Badan Pusat Inteligen (BPI), mulai  
menerjunkan gerilyawan di Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara, untuk  
memberikan tekanan kepada Kuala Lumpur agar   mau merubah sikapnya dengan  
mengemukakan aproach baru yang bisa mengatasi deadlock.  
Malaysia didirikan tanpa ikut dan nya Brunai, sedang Singapura yang tadinya. ikut  
bergabung, lalu  memisahkan diri dan menyatakan dirinya merdeka sendiri.  
namun  tindakan Dr. soebandrio   itu, justru memberikan alasan kepada Inggeris dan  
sekutunya Pakta ANZUS untuk bersiap   siap menyerang negara kita , kemungkinan  
yang sebetulnya  sudah lebih awal diperkirakan  oleh sukarno .  
Sebelum itu, dalam bulan Oktober 1963, Presiden Kennedy dari Amerika,  
mengirimkan surat kepada Presiden Sukarno yang menganggap sikap negara kita   
terhadap Malaysia, menempatkannya pada posisi yang amat sulit untuk mewujudkan  
keinginannya membantu usaha usaha negara kita  ke arah pembangunan dan  
pemulihan ekonominya.  
sesudah  menerima surat ini , Presiden Sukarno langsung mengadakan  
pertemuan dengan 10 orang menteri seniornya, yaitu: Ir. Djuanda, Dr. soebandrio  ,  
Chaerul Saleh, Dr. J. Leimena, Sudibyo, ditambah   dengan menteri menteri militer yaitu:  
A.H. Nasution, A. Yani, E. Martadinata, Omar Dhani dan Sucipto. Pertemuan  
merumuskan jawaban yang paling tepat untuk Surat Presiden Kennedy dengan  
sebuah kalimat yang tegas:  Go to hell with American aid . Ganis Harsono, Cakrawala Politik Era Sukarno, hal. 160,  161  
Dengan surat Presiden Kennedy ini , makin menjadi jelas bahwa bukan saja  
Inggeris, melainkan juga Amerika ikut ambil bagian dalam merekayasa pembentukan  
Federasi Malaysia.  
namun  cara mengelola ketegangan akibat pembentukan Federasi Malaysia, akhirnya  
menggiring negara kita  terjaring masuk perang kap konfrontasi militer yang sudah  
dipasang oleh Inggeris dan Amerika. sukarno  segera melihat bahaya akan makin  
meningkatnya eskalasi konfrontasi, maka berusaha mencari usaha   
mengendorkannya dengan mengusulkan segera diselenggarakannya KTT 3 negara  
yang terkait.  
usaha  sukarno  terlambat, sebab  segera sesudah itu, bom waktu yang sudah  
lama dipasang oleh persekutuan Nekolim di negara kita , tidak bisa ditangkal lagi.  
Meletuslah  pergerakan  30 September 1965 , yang mengundang Amerika makin  
terang terangan berkiprah melaksanakan rencana menghancurkan revolusi negara kita   
dan kepemimpinan sukarno  yang dijuluki oleh Barat sebagai  Hitler Baru  seusai  
perang  Dunia II.  
Itulah lihainya Nekolim yang tidak secara dini bisa diantisipasi.  
Meski pun demikian, pada bulan Februari 1966 Presiden Sukarno masih menugaskan  
Duta Besar Keliling R.l., Supeni, pergi ke Manila membicarakan dengan Presiden  
Ferdinand Marcos yang sudah menggantikan Macapagal, mengenai perlunya segera  
diadakan KTT MAPHILINDO dan minta agar   Filipina jangan dahulu  memberikan  
pengakuan kepada Federasi Malaysia. Tujuan sukarno  untuk segera  
menyelenggarakan KTT MAPHILINDO, ialah mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia  
dan menyelesaikan dispute Sabah yang di claim oleh Filipina, atas dasar semangat  
MAPHILINDO.  
namun  rencana sukarno  ini, sebelum bisa dilaksanakan, sudah kedahuluan dicegat  
oleh keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR), yang berakibat  
kekuasaan berpindah ke tangan Letnan Jenderal Soeharto sebagai pengemban  
SUPERSEMAR yang segera saja melakukan penahanan terhadap menteri menteri  
yang penting, sehingga Presiden Sukarno kehilangan pembantu  pembantunya dan  
Kabinet Baru harus dibentuk bersama Pengemban SUPERSEMAR. Praktis Bung  
Karno sudah kehilangan kekuasaannya.  
Dr. Suharto, dokter pribadi sukarno , dalam bukunya  Saksi Sejarah  memastikan  
bahwa konfrontasi dengan Malaysia tidak termasuk dalam calender of event Bung  
Karno 6). mungkin  Komando Dwikora (konfrontasi dengan Malaysia) yaitu   
imposed (desakan) pihak lain, mungkin musuh dalam selimut yang mengetahui   
psycho emosional sukarno . Dengan memakai  metode psycho analisa,  
dilakukan berbagai tipu muslihat, yang bertujuan mempengaruhi sukarno  dalam  
mengambil keputusan melakukan suatu tindakan. Dr. Suharto, SaksiSejarah, hal. 135.  
 Ibid, hal. 189  
sesudah  Malaysia diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB,  
negara kita  memberikan reaksi yang sangat keras dan langsung menyatakan keluar  
dari keanggotaan PBB, meski pun disadari bahwa putusan ini yaitu  satu imbalan  
yang sangat mahal. Putusan ini diumumkan oleh sukarno  pada 7 Januari 1965  
dalam rapat umum Anti Pangkalan Militer Asing, di ISTORA Jakarta.  
Pada awal Bab ini, sudah disinggung adanya 22 juta sukarelawan yang mendaftarkan  
diri untuk melawan serbuan Inggeris dan sekutunya ke negara kita , jika konfrontasi  
mencapai puncaknya. Tujuan seruan sukarno  mengadakan mobilisasi kekuatan  
rakyat, sangat jelas yaitu untuk apa yang dirumuskan secara populer: Ganyang  
Malaysia!. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan tuduhan sebagai persiapan untuk  
pembentukan Angkatan ke V. Prosedur yang harus dipenuhi untuk pembentukan  
Lembaga seperti  itu, bukan saja belum pernah   ditempuh, bahkan dibicarakan saja  
dalam sidang Kabinet sebagai Lembaga kekuasaan eksekutif, DPRGR sebagai  
Lembaga kekuasaan Legislatif, maupun dimintakan pertimbangan dari Dewan  
Pertimbangan Agung, sebagai Lembaga Tinggi Negara, belum pernah  .  
Untuk membentuk Angkatan ke V yang begitu prinsipil, tidak mungkin dilakukan  
tanpa disetujui oleh ketiga Lembaga Tinggi Negara seperti yang disebutkan di atas.  
Gagasan Angkatan ke V sebetulnya  hanya move politik yang dilontarkan oleh Bung  
Karno, yang ide pokoknya bertolak dari ketentuan UUD 1945 pasal 30 mengenai  bela  
negara, dikaitkan dengan pergerakan   ganyang Malaysia . Hanya pihak pers tertentu  
yang membesarbesarkannya dan meminta reaksi dari Menteri/ Panglima Angkatan  
Darat yang tentu saja menentangnya. maka , move politik ini segera di  
ekspos seolah olah sukarno  sudah memerintahkan pembentukan Angkatan ke V,  
yang lalu  dianggap  sebagai salah satu alasan keterlibatan sukarno  dalam  
G30S/PKI.  
Rekayasa lain untuk mencoba membuktikan keterlibatan sukarno  dalam  
G30S/PKI, ialah keterangan Brigadir Jenderal H.R. Sugandhi, (ajudan Presiden  
19481962) yang memberikan pengakuan kepada Team Pemeriksa Pusat (TEPERPU)  
di bawah sumpah, bahwa ia sudah  berbicara langsung dengan ketua CC PKI, D.N.  
Aidit, dan sekretaris CC, Sudisman, pada tanggal 27 September 1965, di mana  
kedua tokoh PKI itu katanya memberitahukan  kepadanya bahwa PKI akan  
melakukan coup d'état atau tindakan untuk membenahi revolusi negara kita  yang  
dirongrong oleh  Dewan Jenderal . Rencana itu hendak dilaksanakan dalam tempo  
satu  dua tiga hari lagi. Sugandhi diajak ikut bergabung, sebab  kata Aidit, rencana ini  
sudah diberitahu  kan kepada sukarno . Sugandhi, katanya menolak ajakan itu.  
Dalam pengakuannya, ia mengatakan bahwa pada tanggal 30 September 1965, yaitu   
sesudah tiga hari pembicaraannya dengan Aidit dan Sudisman, dilaporkannyalah  
berita ini kepada Presiden Sukarno di Istana Merdeka. berdasar keterangan saksi  pengakuan Sugandhi,  
sukarno  tidak mau percaya pada laporan itu, bahkan sukarno  menuduhnya  
 PKI phobi .  
Dikatakan dalam pengakuan itu, pada tanggal yang sama, ia melaporkan juga  
pembicaraannya dengan Aidit dan Sudisman, kepada Menteri/Panglima Angkatan  
Darat Letnan Jenderal A. Yani. Namun tidak dijelaskan bagaimarra jawaban atau  
perintah A. Yani sebagai reaksi atas laporan ini .  
berdasar keterangan saksi  Sugandhi, pada tanggal 1 Oktober 1965, ia melaporkan juga kepada Menteri  
Koordinator Pertahanan dan Keamanan Jenderal A.H. Nasution. Juga tidak dijelaskan  
apa reaksi Jenderal Nasution.  
Bila diteliti dengan seksama, pengakuan di bawah sumpah Brigadir Jenderal H.R.  
Sugandhi ini , terasa sangat aneh dan mengandung tanda tanya. Dia diketahui   
sebagai seorang prajurit pilihan sehingga diangkat menjadi Jenderal, di samping juga  
ia orang terhormat sebagai anggota MPRS/DPRGR.  
Mengapa dikatakan sangat aneh dan mengandung tanda tanya, sebab  pertama,  
berdasar keterangan saksi  akal sehat, tidak mungkin seseorang, apalagi seorang ketua CC PKI dan  
sekretaris CC, begitu saja membicarakan suatu rencana yang kadar kerahasiaannya  
paling tinggi, kepada seseorang, apalagi dari jajaran pihak lawannya. Kedua, sudah  
begitu rapuhkah semangat Sapta Marga dan Sumpah Prajurit dalam diri seorang  
prajurit pilihan, sehingga suatu informasi  yang kadar nilainya sangat tinggi, dan   
diperoleh secara langsung dari pimpinan PKI yang paling kompeten, harus disimpan  
sendiri selama tiga kali 24 jam baru disampaikan kepada atasannya, di mana suhu  
politik dalam negeri waktu itu sedang panas,  Apakah ini suatu kelalaian atau suatu  
kesengajaan,  Ketiga, makna apa yang tersirat dalam sentuhan hubungan antara  
Brigjen Sugandhi dengan Aidit dan Sudisman, yang masingmasing sebagai ketua CC  
PKI dan Sekretaris Jenderal CC,   
Dapat dimengerti bahwa pada tahun  tahun  awal sesudah terjadinya G30S/PKI,  
suasana masih dalam serba emosional, sehingga pertimbangan kelayakan satu  
informasi  kadang kadang subyektivitasnya lebih menonjol. Apa lagi tidak dibentuk  
satu Komisi yang dimisi kan untuk memeriksa benar tidaknya pengakuan Sugandhi  
ini , yang akhirnya pengakuan ini dipakai  untuk memvonis Sukarno terlibat  
G30S/PKI. Sebaliknya, Sugandhi memperoleh  nama baik.  
Sidang Istimewa MPRS 7 Maret 1967 yang anggotaanggotanya banyak dipecat dan  
diganti dan  ditambah dengan orang  yang menguntungkan, termasuk pimpinan  
lama diganti dengan Jenderal A.H. Nasution sebagai ketua baru, itulah yang  
mencabut mandat Ir. Sukarno sebagai Presiden, dan  melarangnya melakukan  
kegiatan politik.  
Dan apa yang terbukti lalu ,   
Sesudah nasi menjadi bubur, komandan Detasemen Kawal Pribadi Presiden  
Sukarno, Letnan kolonel polisi H. Mangil Martowidjojo, baru mengungkapkan dengan  
mengemukakan bukti bukti bahwa keterangan Sugandhi di bawah sumpah itu,  
sepenuhnya menutup diri  dan fitnah. 8)  
8 ) Majalah PETA, edisi September/Oktober 1992, Jakarta, hal. 3 6.  
Baca juga: Soegiarso Soerojo, Siapa menabur angin akan menuai  
badai, hal. 236 237, yang mengutip dialog antara Sugandhi dengan  
Aidit Sudisman dan dialog antara Bung Kamo dengan Sugandhi  
berdasar keterangan saksi  versi yang diceritakan oleh Sugandhi.  
Memang sayang sekali Mangil tidak segera menyampaikan menutup diri  Sugandhi  
kepada sukarno , padahal ia sudah mendengar  Geruchten  (desas desus)nya,  
jauh sebelum Sukarno dijatuhkan oleh MPRS.  
Mangil mengatakan, sebab  ia penasaran, maka tanggal yang disebutkan oleh  
Sugandhi melaporkan hasil pembicaraannya dengan Aidit dan Sudisman kepada  
Presiden, yaitu tanggal 30 September 1965, diperiksanya kembali buku catatan tamu  
Istana, apakah betul waktu itu Sugandhi datang. Ternyata tidak ada nama Sugandhi  
masuk Istana pada hari itu. Bukan saja Mangil yang selalu mengawal sukarno   
tidak melihat Sugandhi menemui Presiden hari itu, juga di buku catatan tamu yang  
harus diisi oleh setiap tamu yang masuk Istana, baik ia tamu dipanggil atau tamu  
yang mendadak datang, nama Sugandhi tidak ada. Di  wachtrooster  (buku jaga)  
yang harus diisi oleh setiap tamu sesuai dengan peraturan yang ditentukan oleh  
ajudan, mau pun dalam buku Detasemen Kawal Pribadi yang selalu memasukkan  
dalam catatan semua tamu yang masuk Istana, tidak ada nama Sugandhi pada 30  
September 1965 masuk Istana.  
Beberapa hari sesudah meletusnya pergerakan  30 September, melalui Menteri  
Penerangan Ahmadi, sukarno  berpesan agar   Sugandhi datang ke Istana  
Bogor, sebab  sukarno  memerlukan masukan mengenai pergerakan  ini , namun  ia  
tidak mau datang. Bahkan berkata kepada Ahmadi agar   menyampaikan kepada  
sukarno  jika  ia tidak berhasil menemuinya.  
Sesudah penolakan Sugandhi atas panggilan sukarno , pada suatu hari ia datang  
ke Istana Jakarta, saat sukarno  sedang berolahraga pagi jalan kaki mengelilingi  
Istana diikuti oleh beberapa anggota staf Istana dan para pengawal. Sugandhi terus  
bergabung dengan rombongan dan dari belakang sukarno , ia melaporkan  
kehadir pula annya. namun  mengetahui  kedatangan Sugandhi ini, sukarno  malah  
langsung memerintahkannya agar   keluar.  Deruit, deruit  perintah sukarno .  
sebab  Sugandhi belum juga keluar dan masih terus mengikuti dari belakang, sekali  
lagi sukarno  memerintahkannya agar   keluar. Barulah Sugandhi keluar.  
Kata Mangil: Rasanya koq tidak masuk akal dan tidak logis Aidit dan Sudisman  
sembarangan begitu saja memberitahukan  rencananya yang begitu rahasia kepada  
orang yang tidak sepaham. Kecuali jika  Sugandhi itu memang orang PKI .  
Meski pun Mangil terlambat mengungkapkan fitnah terhadap sukarno  ini, namun   
ungkapan itu sama sekali tidak berkurang arti pentingnya, sebab  ia menambah satu  
bukti lagi dari sekian banyak bukti yang sudah ada, bahwa sukarno  digulingkan  
melalui rakayasa yang skenarionya sudah dirancang demikian rupa.  
Keterangan lain yang menarik, dikemukakan oleh Prof. Peter Dale Scott, seorang  
diplomat Kanada, Guru Besar dan Doctor dalam ilmu politik, saat  ia diundang pada  
bulan Desember 1984 untuk mengemukakan manuscript nya dalam sebuah forum di  
 University of California , Berkeley, yang dihadiri  juga oleh tokoh  terkemuka  
antaranya ada  bekas direktur CIA periode 1962  1966 untuk bagian Timur Jauh,  
di mana ia membahas sebuah judul  The United States and the Overthrow of  
Sukarno, 19651967    Amerika Serikat dan penggulingan Sukarno, 19651 967.  
la memulai uraiannya dengan mengatakan bahwa subjek yang akan dibahasnya,  
yaitu  subjek besar namun  menjengkelkan, sebab  kisah yang lengkap mengenai  
periode yang rumit dan kurang dimengerti ini, akan tetap berada di luar jangkauan  
analisa  tertulis yang paling lengkap sekali pun. Banyak yang sudah  terjadi, tidak  
mungkin bisa dimanuscript tasi, sedang catatan catatan yang bisa diselamatkan,  
banyak hal yang bersifat kontroversial yang tak mungkin diverifikasi.  
Namun demikian, sesudah  pertimbangan pertimbangan ini  dikemukakan, maka  
intisari kisah yang rumit dan bermakna ganda itu, mengenai suatu tragedi yang  
berdarah. sesudah  mempelajari referensi referensi yang ada, sebetulnya  bersifat  
sederhana saja dan lebih mudah dimengerti dibandingkan  keterangan keterangan  
akademis dari sumber sumber negara kita  mau pun Amerika Serikat. hasil penelitian  dari  
keterangan keterangan mereka yang bersifat problematis itu, hanya mengatakan  
bahwa pada musim gugur 1965, golongan kiri di negara kita  sudah  menyerang pihak  
kanan yang memicu   diadakannya restorasi kekuasaan dan pembantaian  
golongan kiri oleh golongan tengah.  
Peter Dale Scott memberikan catatan betapa sukarnya melakukan analisa  yang  
pada pokoknya hanya bersandar pada apa yang dinamakan bukti bukti yang disajikan  
dalam sidang sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (MAHMILLUB) yang bertentangan   
dengan studi CIA 1968, yang agak kurang bersifat khayalan. 9)  
9) Termuat dalam  Pacific Affair': Summer 1985, hal. 239.  
Juga H. W. Brands menulis dalam  Journal of American History  bahwa waktu  
pengaruhnya tengah memuncak di Asia Tenggara, Amerika sudah  ambil bagian dalam  
gerakan gerakan  yang gagal terhadap Sukarno di tahun  1958. Pemerintah Johnson tidak  
menyembunyi  kan kecemasannya bahwa Sukarno dapat mengantar negara kita  pada  
suatu posisi yang penting, sementara Amerika Serikat sendiri sedang berusaha  
menyelamatkan Vietnam Selatan.  
Maka pada waktu Amerika Serikat di tahun  1966 sudah  memperoleh kepercaya an bahwa  
Soeharto sudah  berhasil mengesampingkan Sukarno dan menghancurkan PKI,  
pemerintah Amerika secara menonjol  memberi selamat kepada penguasa baru,  
sebab  sudah  melakukan suatu misi  dengan baik sekali.  
Meski pun demikian, Brands mengatakan bahwa penggulingan Sukarno, tidak ada  
hubungannya dengan Amerika Serikat, padahal diakuinya bahwa selama beberapa  
bulan, pejabat pejabat Amerika Serikat sudah  mendesak pihak Tentara di negara kita   
agar   bertindak, namun  tidak berhasil. Pada musim panas 1965 (sebelum G30S),  
kelihatan Pemerintah Johnson sudah putus asa.  
   
Selama satu dekade lebih, Sukarno dapat mengatasi beberapa tantangan, termasuk  
affair 17 Oktober 1952, satu gerakan gerakan  yang tidak langsung, di mana A.H. Nasution hendak  
memaksa Sukarno mem  bubarkan kekuasaan Eksekutif dengan jalan membubarkan  
kekuatan  nya di Parlemen, untuk memberikan peluang bagi Tentara agar   bisa  
tampil. Sukarno berhasil menggagalkan pemberontakan di Sumatera (PRRI) yang  
dibantu oleh CIA dengan 300 orang tentara Amerika, Filipina dan Tiongkok  
Nasionalis, lengkap dengan pesawat udara transport dan Bomber B 26. Baca: H. W. Brands dalam  Journal of American History , The  
Organization of Historians, vol. 76, No. 3, Desember 1989.  
Geoffrey Robinson (Boston, Massuchusetts) dalam manuscript nya (1990) yang berjudul  
 Some Arguments Concerning U. S. Influence and Complicity in the Indonesia Coup  
of October 1, 1965   Beberapa argumen mengenai keterlibatan A.S. dalam kudeta 1  
Oktober 1965 di negara kita   , mengatakan bahwa sejak dari awal,  pergerakan  30  
September  itu kelihatannya seperti sebuah gerakan gerakan  yang direncanakan untuk gagal,  
kudeta itu di disain sedemikian rupa sehingga mampu menyimpan sebush dalih  
untak mengadakan suatu pameran kekuatan dan meraih kekuasaan.  
Kata Geoffrey Robinson, laporan CIA yang menyatakan PKI lah penanggungjawab  
tunggal atas gerakan gerakan , yaitu  hal yang sukar didukung. namun  logika argumentasi yang  
dikemukakannya, tidak membuang sama sekali kemungkinan adanya peranserta  PKI.  
Dikatakan, baik strategi yang dipakai  maupun bukti dorongan yang membawa bawa  PKI  
ke dalam peristiwa ini , semuanya menunjukkan kecenderungan bahwa  
keikut dan an PKI, tidak lebih dari sesuatu yang marginal, lebih banyak ditembak ong  
oleh kesalahan informasi  mengenai rencana coup d'état  Dewan Jenderal . Dengan  
mengutip Mortimer, ia menyimpulkan bahwa asal usul pergerakan  30 September  
hendaklah dicari dalam kegiatan kelompok perwira dissident (berpendapat lain) Divisi  
Diponegoro. Bukan suatu koinsidensi (kebetulan) bahwa hasil kudeta itu ialah  
kehancuran PKI, jatuhnya Sukarno dan tampilnya Angkaran Darat sebagai pelaku  
politik kunci, pembukaan kembali pintu negara kita  bagi investasi modal asing dan  
reorientasi politik luar negeri negara kita  persis seperti apa yang selama beberapa  
tahun  direncanakan dalam berbagai macam skenario kebijaksanaan, berbagai  
prospektus politik dan berbagai laporan situasi yang disiapkan oleh National  
Security Council, State Department dan  country team  Kedutaan Besar  
Amerika di Jakarta.