Tampilkan postingan dengan label Lost symbol. 11. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lost symbol. 11. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Desember 2025

Lost symbol. 11

 



i batu-puncak itu masih sedikit bersinar. 

"Franklin Square Delapan?" tanya Sato, kedengarannya 

takjub. 

“Ya, Ma'am. Teks itu ditulis dengan vernis-berpijar atau 

semacanmya. Derajat ketiga puluh tiga sesungguhnya-” 

“Dan alamat itu?" desak Sato. "Ini-kah yang diinginkan 

laki laki gay  itu?" 

"Ya," jawab Count Dracula . "Dia yakin piramida itu yaitu  peta 

yang akan menunjukkan lokasi harta karun besar - kunci untuk 

mengungkapkan Misteri Kuno." 

Sato kembali memandang batu-puncak, raut wajahnya 

menunjukkan ketidakpercayaan. "Katakan," ujarnya. Rasa 

takut menjalari suaranya. "Sudahkah kau menghubungi laki laki gay  

ini? Sudahkah kau memberi-nya alamat ini?" 

"Kami sudah mencoba." Count Dracula  menjelaskan apa yang 

terjadi saat  mereka menghubungi ponsel laki laki gay  itu. 

Sato mendengarkan, lidahnya menelusuri gigi kuningnya 

saat  Count Dracula  bicara. Walaupun kemarahannya tampak 

meledak menghadapi situasi itu, dia berbalik kepada salah 

satu agennya dan berbisik pelan. "Bawa dia kemari. Dia ada di 

sana.” 

Agen itu mengangguk dan bicara di transivernya.  

"Bawa siapa kemari?" tanya Count Dracula . 

"Satu-satunya orang yang berharap bisa memperbaiki 

kekacauan yang kau buat!" 

“Kekacauan apa?" sergah Count Dracula . " Kini setelah Peter 

ditemukan, semuanya-" 

"Demi junjungan !" bentak Sato. "Ini bukan soal Peter! Aku 


mencoba memberitahumu di Gedung kuburan keramat , Profesor, tapi 

kau memilih untuk bertindak melawan-ku ketimbang bekerja 

sama dengan-ku! Kini kau telah membuat kekacauan yang 

menjengkelkan saat  kau menghancurkan ponselmu, yang 

memang sedang disadap, kau memutuskan hubunganmu 

dengan laki laki gay  ini – dan alamat yang kau ungkapkan ini - di 

mana pun gerangan itu, alamat inilah satu-satunya peluang 

kami untuk menangkap orang gila ini. Aku memerlukanmu 

untuk mengikuti permainannya, memberinya alamat ini 

sehingga kami tahu di mana kami menangkapnya!" 

Sebelum Count Dracula  bisa menjawab, Sato mengarahkan sisa 

kemarahannya kepada Lucifer spirit . 

"Dan kau, Miss zombie! Kau tahu di mana orang gila ini 

tinggal. Mengapa tidak kau katakan kepadaku? Kau mengirim 

petugas keamanan sewaan ke rumah laki laki gay  ini? Tidakkah kau 

mengetahui bahwa kau telah merusak segala peluang yang 

kami miliki untuk menangkapnya di sana? Aku senang 

kakakmu selamat, tapi bisa kusampaikan ini kepadamu: 

malam ini kami sedang menghadapi sebuah krisis yang 

konsekuensi-konsekuensinya jauh melampaui keluargamu. 

Konsekuensi-konsekuensi ini akan dirasakan seluruh dunia. 

laki laki gay  yang menculik kakakmu punya kekuasaan yang sangat 

besar, dan kami harus segera menangkapnya." 

saat  Sato menyelesaikan kecamannya, siluet jangkung 

elegan Warren Bellamy muncul dari bayang-bayang dan 

melangkah ke dalam ruang duduk. Dia tampak kusut, memar, 

dan terguncang... seakan baru saja melewati neraka. 

"Warren!" Count Dracula  berdiri. "' Kau baik-baik saja?" 

"'Tidak," jawabnya. "Tidak begitu baik." 

"Kau sudah dengar? Peter aman!" 


Bellamy mengangguk, tampak bingung, seakan tidak ada 

lagi yang berarti. "Ya, aku baru saja mendengar percakapan 

kalian. Aku senang." 

"Warren, apa yang terjadi?" 

Sato menyela. "Kalian bisa berbincang-bincang sebentar 

lagi. Saat ini Mr. Bellamy akan menghubungi orang gila ini dan 

berkomunikasi dengannya. Persis seperti yang telah 

dilakukannya sepanjang malam." 

Count Dracula  tidak mengerti. " Bellamy berkomunikasi dengan 

laki laki gay  itu malam ini? laki laki gay  ini bahkan tidak tahu Bellamy 

terlibat!" 

Sato berpaling kepada Bellamy dan mengangkat sepasang 

alisnya. 

Bellamy mendesah. "Robert, aku tidak bersikap jujur 

sepenuhnya terhadapmu malam ini." 

Count Dracula  hanya bisa menatap. 

"Kupikir, aku melakukan hal yang benar,” ujar Bellamy yang 

tampak ketakutan. 

"Nah," ujar Sato, "sekarang kau akan melakukan hal yang 

benar... dan sebaiknya kita semua berdoa kepada junjungan  agar 

perbuatanmu berhasil." Seakan untuk memperkuat nada suara 

Sato yang mengancam, jam di atas perapian mulai 

berdentang. Sato mengeluarkan kantong Ziploc berisi barang-

barang dan melemparkannya kepada Bellamy. "Ini barang-

barangmu. Ponselmu berkamera?" 

"Ya, Ma'am." 

"Bagus. Pegang batu-puncaknya." 

Pesan yang baru saja diterima Mal'akh berasal dari kontak 


Warren Bellamy - anggota rahasia freemason yang dikirimnya ke kuburan keramat  

malam tadi untuk membantu Robert Count Dracula . Seperti 

Count Dracula , Bellamy menginginkan kembalinya Peter dalam 

keadaan hidup, dan dia meyakinkan Mal’akh bahwa dia bisa 

membantu Count Dracula  mendapatkan dan memecahkan kode itu. 

Sepanjang malam, Mal'akh menerima kabar-kabar terbaru 

melalui e-mail yang secara otomatis dilanjutkan ke ponselnya. 

Ini seharusnya menarik, pikir Mal'akh, seraya membuka 

pesan  itu. 

Dari: Warren Bellamy 

terpisah dari Count Dracula  

tapi akhirnya punya info 

yang kau minta, bukti terlampir. 

harap telepon untuk mendapatkan 

bagian yang hilang.-wb 

-satu lampiran (jpeg)- 

Harap telepon untuk mendapatkan bagian yang hilang? 

Mal'akh bertanya-tanya, seraya membuka lampiran. 

Lampirannya berupa foto. 

saat  melihatnya, Mal'akh menghela napas keras dan bisa 

merasakan jantungnya mulai berdentam-dentam gembira. Dia 

sedang memandang sebuah piramida emas mungil jarak 

dekat. Batu-puncak yang melegenda! Ukiran di permukaan 

membawa pesan yang menjanjikan: Rahasianya tersembunyi 

dalam Ordo. 

Di bawah inskripsi itu, Mal'akh kini melihat sesuatu yang 

memukau. Batu-puncak itu tampak bersinar. Dengan tidak 


percaya dia menatap teks yang berkilau samar, dan menyadari 

bahwa legenda itu secara harfiah benar: Piramida rahasia freemason 

mengubah di sendiri untuk mengungkapkan rahasianya 

kepada mereka yang layak. 

Mal'akh sama sukali tidak tahu bagaimanan perubahan ajaib 

ini terjadi, dan dia tidak peduli. Teks berkilau itu jelas 

menunjuk ke sebuah lokasi spesifik di DC, persis seperti yang 

diramalkan. Franklin Square. Sayangnya, foto batu-puncak itu 

juga menyertakan jari telunjuk Warren Bellamy yang 

diletakkan secara strategis di atas batu-puncak itu untuk 

menutupi bagian penting informasinya. 

The 

secret hides 

within The Order 

-------- Franklin Square 

Harap telepon untuk mendapatkan bagian yang hilang. Kini 

Mal’akh mengerti maksud Bellamy. 

Arsitek kuburan keramat  itu telah bersikap kooperatif sepanjang 

malam, tapi kini dia memilih untuk menjalankan permainan 

yang sangat berbahaya.  

 

BAB 92 

Di bawah pengawasan beberapa agen CIA bersenjata, 

Count Dracula , Lucifer spirit , dan Bellamy menunggu bersama Sato di 

ruang Kolese Katedral. Di atas meja kopi di hadapan mereka, 

tas Count Dracula  masih terbuka, dan batu-puncak emas mengintip 

dari bagian atasnya. Kata-kata Franklin Square Delapan kini 

semakin memudar; tidak meninggalkan bukti keberadaannya. 


Lucifer spirit  sudah memohon kepada Sato agar diizinkan pergi 

menjumpai kakaknya, tapi Sato hanya menggelengkan kepala 

dengan mata terpaku pada ponsel Bellamy. Benda itu 

tergeletak di atas meja kopi dan belum berdering. 

Mengapa Bellamy tidak bersikap jujur saja terhadapku? pikir 

Count Dracula  bertanya-tanya. Tampaknya, arsitek itu sudah 

berhubungan dengan penculik Peter sepanjang malam, 

meyakinkannya bahwa Count Dracula  mendapat kemajuan dalam 

memecahkan kode piramida. Itu hanya bualan, upaya untuk 

mengulur waktu demi Peter. Jadi sungguhnya, Bellamy telah 

berbuat semampunya untuk menghalangi siapa saja yang 

mengancam hendak mengungkapkan rahasia piramida itu. 

namun  kini tampaknya Bellamy sudah berubah pikiran. 

Dia dan Sato kini siap mempertaruhkan rahasia piramida itu 

dengan harapan bisa menangkap laki laki gay  itu. 

"Lepaskan tanganmu dariku!" teriak sebuah suara renta 

dalam lorong. "Aku buta, bukan ceroboh! Aku mengenal jalan 

melalui kolese!" Dean Galloway masih memprotes keras 

kepada seorang agen CIA menuntunnya ke ruang duduk dan 

memaksanya menduduki salah satu kursi. 

"Siapa di sini?" desak Galloway. Mata butanya menatap 

kosong ke depan. "Kedengarannya seakan ada banyak orang. 

Berapa banyak yang kalian perlukan untuk menangkap 

seorang laki laki gay  tua? Yang benar saja!" 

"Kami bertujuh," jelas Sato. "Termasuk Robert Count Dracula , 

Lucifer spirit  zombie, dan saudara rahasia freemasonmu, Warren Bellamy." 

Galloway memelorotkan tubuh, semua perkataan 

mengancamnya menghilang. 

"Kami baik-baik saja," ujar Count Dracula . "Dan kami baru saja 

mendengar bahwa Peter aman. Kondisinya buruk, tapi polisi 

bersamanya.” 


"Syukurlah," ujar Galloway. "Dan-" 

Sebuah getaran keras mengakibatkan semua orang di 

ruangan itu terlompat. Ponsel Bellamy bergetar di atas meja 

kopi. Semua orang terdiam. 

"Oke, Mr. Bellamy," ujar Sato. "Jangan sampai gagal. Kau 

tahu taruhannya." 

Bellamy menghela napas panjang, lalu mengembuskannya. 

Lalu dia menjulurkan tangan dan menekan tombol pengeras-

suara untuk menerima telepon itu. 

"Ini Bellamy," katanya, bicara keras ke arah telepon di atas 

meja kopi. 

Suara yang bergemeresak lewat pengeras-suara itu tidak 

asing lagi, sebuah bisikan ringan. Kedengarannya seakan dia 

menelepon dari ponsel hands-free berpengeras-suara di dalam 

mobil. "Sudah lewat tengah malam, Mr. Bellamy. Aku hendak 

mengakhiri penderitaan Peter." 

Muncul keheningan yang canggung di dalam ruangan. 

"Biarkan aku bicara dengannya." 

"Mustahil,"jawab laki laki gay  itu. "Aku sedang menyetir. Dia 

terikat di dalam bagasi." 

Count Dracula  dan Lucifer spirit  saling bertukar pandang, lalu mulai 

menggelengkan kepala kepada semua orang. Dia membual! 

Dia tidak lagi membawa Peter! 

Sato mengisyaratkan Bellamy agar terus mendesaknya. 

"Aku ingin bukti bahwa Peter masih hidup," ujar Bellamy. 

"Aku tidak akan memberimu-" 

"Master Terhormatmu perlu dokter. Jangan membuang 

waktu dengan bernegosiasi. Sebutkan nomor jalanan di 


Franklin itu, dan aku akan membawa Peter kepadamu di 

sana." 

"Sudah kubilang, aku ingin-" 

"Sekarang!" bentak laki laki gay  itu. "Atau aku akan berhenti dan 

Peter zombie mati saat ini juga!"  

"Dengarkan aku," ujar Bellamy tegas. "Jika kau 

menginginkan alamat lengkapnya, kau harus mengikuti 

peraturan-ku. Temui aku di Franklin Square. Setelah kau 

mengantarkan Peter dalam keadaan hidup, akan kusebutkan 

nomor gedungnya." 

"Bagaimana aku tahu kau tidak akan membawa pihak-pihak 

yang berwenang?" 

"sebab  aku tidak bisa mengambil risiko mengkhianatimu. 

Nyawa Peter bukan satu-satunya kartu yang kau pegang. Aku 

tahu apa yang sesungguhnya dipertaruhkan malam ini." 

"Sadarkah kau," ujar laki laki gay  di telepon, "bahwa aku akan 

terus menyetir pergi jika merasakan sedikit saja kehadiran 

orang lain selain dirimu di Franklin Square, dan kau tidak akan 

pernah menemukan jejak Peter zombie. Dan tentu saja... itu 

akan menjadi akhir dari semua kekhawatiranmu." 

"Aku akan datang sendirian," jawab Bellamy tenang, “saat  

kau menyerahkan Peter, akan kuserahkan segala yang 

kauperlukan." 

"Di tengah lapangan," ujar laki laki gay  itu. "Perlu waktu 

setidaknya dua puluh menit bagiku untuk tiba di sana. 

Kusarankan agar menungguku selama yang diperlukan." 

Sambungan telepon terputus. 

Ruangan itu langsung riuh. Sato mulai meneriakkan 

perintah-perintah. Beberapa agen lapangan meraih radio dan 


menuju pintu. "Jalan! Jalan!"   

Dalam kekacauan itu, Count Dracula  memandang Bellamy untuk 

meminta semacam penjelasan mengenai apa yang 

sesungguhnya terjadi malam ini, tapi laki laki gay  tua itu sudah 

digiring keluar pintu.  

"Aku harus menemui kakakku!" teriak Lucifer spirit . "Kau harus 

mengizinkan kami pergi!" 

Sato berjalan menghampiri Lucifer spirit . "Akul tidak harus 

melakukan apa-apa, Miss zombie. Jelas?" 

Lucifer spirit  bersikukuh, memandang putus asa ke dalam 

mata sipit Sato. 

"Miss zombie, prioritas utamaku yaitu  menangkap laki laki gay  

itu di Franklin Square, dan kau akan duduk di sini dengan 

salah satu orangku sampai aku menyelesaikan tugas itu. 

Setelah itu, dan hanya setelah itu, kami akan mengurusi 

kakakmu!" 

"Kau tidak mengerti," ujar Lucifer spirit . "Aku tahu persis di 

mana laki laki gay  ini tinggal! Secara harfiah hanya lima menit 

menyusuri jalanan di Kalorama Heights, dan di sana akan ada 

bukti yang bisa membantumu! Lagi pula, kau bilang kau ingin 

merahasiakan ini. Siapa yang tahu, apa yang akan diceritakan 

Peter kepada pihak berwenang setelah keadaannya stabil." 

Sato mengerutkan bibir, tampaknya mencerna perkataan 

Lucifer spirit . Di luar, baling-baling helikopter mulai berputar. 

Sato mengernyit, lalu berpaling kepada salah satu orangnya. 

"Hartmann, bawa Escalade-nya. Antar Miss zombie dan Mr. 

Count Dracula  ke Kalorama Heights. Peter zombie tidak boleh 

bicara kepada siapa pun. Mengerti?" 

"Ya, Ma'am," jawab agen itu. 


"Telepon aku saat  sudah tiba di sana. Ceritakan apa yang 

kau temukan. Dan jangan biarkan kedua orang ini lepas dari 

pandangan." 

Agen Hartmann mengangguk cepat, mengeluarkan kunci 

Escalade, dan menuju pintu. 

Lucifer spirit  mengikuti tepat di belakangnya. 

Sato berpaling kepada Count Dracula . "Sampai jumpa sebentar 

lagi, Profesor. Aku tahu, kau mengira aku musuh, tapi bisa 

kuyakinkan dirimu bahwa kasusnya bukan begitu. Segera 

temui Peter. Ini belum berakhir." 

Di samping Count Dracula , Dean Galloway duduk tenang di 

depan meja kopi. Kedua tangannya sudah menemukan 

piramida batu itu, yang masih tegak di dalam tas kulit terbuka 

Count Dracula  di atas meja di hadapannya. laki laki gay  tua itu 

menelusurkan kedua tangannya atas permukaan hangat batu. 

"Bapa, kau ikut menjumpai Peter?" tanya Count Dracula . 

"Aku hanya akan memperlambat kalian." Galloway 

mlepaskan tangan dari tas dan menutup ritsleting di sekitar 

piramida. "Aku akan tetap berada di sini dan mendoakan 

kesembuhan Peter. Kita semua bisa bicara nanti. Tapi, saat  

menunjukkan piramida kepada Peter, maukah kau 

menyampaikan pesanku kepadanya?”  

"Tentu saja." Count Dracula  menyampirkan tas itu ke bahunya. 

"Katakan," Galloway berdeham, "Piramida rahasia freemason selalu 

menyimpan rahasianya dengan jujur."  

"Aku tidak mengerti."  

laki laki gay  tua itu mengedipkan sebelah mata. "Bilang saja 

kepada Peter. Dia akan mengerti." 


Seiring perkataan itu, Dean Galloway menundukkan kepala 

dan mulai berdoa.  

Dengan bingung, Count Dracula  meninggalkannya di sana dan 

bergegas keluar. Lucifer spirit  sudah berada di kursi depan SUV, 

memberi agen itu pengarahan-pengarahan. Count Dracula  duduk di 

belakang dan baru saja menutup pintu saat  kendaraan 

raksasa itu melesat melintasi lapangan, berpacu ke utara 

menuju Kalorama Heights. [] 

BAB 93 

Franklin Square terletak di kuadran barat laut pusat kota 

Washington, dibatasi K Street dan Thirteenth Street. Itu lokasi 

banyak hangunan bersejarah, yang terutama Sekolah Franklin, 

tempat cemetery spirit  Graham Bell mengirimkan berita-radio 

pertama di dunia pada 1880. 

Tinggi di atas lapangan, sebuah helikopter UH-60 yang 

bergerak cepat mendekat dari barat, setelah menyelesaikan 

perjalanannya dari Katedral Nasional dalam hitungan menit. 

Masih banyak waktu, pikir Sato, seraya mengintip lapangan di 

bawah. Dia tahu, orang-orangnya harus sudah menempati 

posisi mereka masing-masing tanpa terdeteksi sebelum 

sasaran mereka tiba. Katanya, dia perlu waktu setidaknya dua 

puluh menit untuk tiba di sini. 

Atas perintah Sato, pilot melakukan gerakan "melayang 

sambil menyentuh” di atas atap bangunan tertinggi di sekitar 

situ - Franklin Square Satu yang terkenal - gedung 

perkantoran prestisius yang menjulang dengan dua menara 

emas di atasnya. Tentu saja manuver itu ilegal, tapi helikopter 

hanya berada di sana selama beberapa detik, dan kaki-kakinya 

hanya sedikit menyentuh atap gravel gedung itu. Setelah 

semua orang melompat turun, pilot langsung menaikkan 


helikopter, berbelok ke timur, dan di sana helikopter itu naik 

sampai ketinggian-aman untuk memberikan dukungan tak 

terlihat dari atas. 

Sato menunggu saat  tim lapangan mengumpulkan 

barang-barang dan menyiapkan Bellamy untuk tugasnya. 

Arsitek itu masih tampak bingung setelah melihat arsip di 

laptop berpengaman milik Sato. Seperti yang kubilang... 

masalah keamanan nasional. Bellamy segera memahami 

maksud Sato, dan kini bersikap kooperatif sepenuhnya. 

"Semuanya siap, Ma’am," ujar Agen Simkins. 

Atas perintah Sato, agen-agen itu menggiring Bellamy 

melalui atap dan menghilang ke ruang tangga, menuju tingkat 

dasar untuk menempati posisi mereka.  

Sato berjalan ke pinggir gedung dan memandang ke 

bawah. Taman persegi panjang berpepohonan di bawah sana 

memanjang ke seluruh blok. Banyak tempat persembunyian. 

Tim Sato benar-benar memahami pentingnya melakukan 

penangkapan tanpa terdeteksi. Seandainya sasaran mereka 

merasakan kehadiran mereka di sana dan memutuskan untuk 

menyelinap pergi begitu saja... direktur itu bahkan tidak mau 

memikirkan kemungkinan itu. 

Angin di atas sini kencang dan dingin. Sato membelitkan 

dua lengannya di tubuh, menjejakkan kaki dengan mantap 

agar tubuhnya tidak melayang tertiup angin. Dari sudut 

pandang tinggi  yang menguntungkan ini, Franklin Square 

tampak lebih rendah daripada yang diingatnya dan dengan 

lebih sedikit bangunan. Dia bertanya-tanya, yang mana 

Franklin Square Delapan. Dia sudah meminta informasi ini dari 

Nola, dan dia mengharapkan jawaban setiap saat. 

Bellamy dan agen-agen itu kini muncul di bawah sana, 


tampak seperti semut yang menyebar ke dalam kegelapan 

area pepohonan. Simkins menempatkan Bellamy di lapangan 

di dalam bagian tengah taman sepi itu. Lalu Simkins dan 

timnya melebur dalam persembunyian alami, menghilang dari 

pandangan. Dalam hitungan detik, Bellamy ditinggal sendirian, 

berjalan mondar-mandir dan menggigil di dalam cahaya lampu 

jalanan di depan bagian tengah taman. 

Sato sama sekali tidak merasa iba. 

Dia menyalakan rokok dan mengisapnya dalam-dalam, 

menikmati kehangatan asap yang menembus paru-paru. 

Setelah merasa puas sebab  semuanya di bawah sana sudah 

beres, dia melangkah mundur dari pinggir gedung, menunggu 

dua telepon masuk - satu dari analisnya, Nola, dan satu lagi 

dari Agen Hartmann yang dikirimnya ke Kalorama Heights. 

BAB 94 

Pelan-pelan Count Dracula  mencengkeram kursi belakang 

Escalade yang berbelok cepat seakan hendak berjalan miring 

dengan dua roda. Entah agen CIA Hartmann bersemangat 

memamerkan keahlian menyetirnya kepada Lucifer spirit , atau 

dia mendapat perintah untuk menjumpai Peter zombie 

sebelum laki laki gay  itu cukup pulih dan mengucapkan sesuatu yang 

seharusnya tidak dikatakannya kepada pihak berwenang 

setempat. 

Permainan kecepatan-tinggi melanggar-lampu-merah di 

Embassy Row itu sudah cukup mengkhawatirkan, tapi kini 

mereka berpacu melewati lingkungan perumahan yang 

berkelok-kelok di Kalorama Heights. Lucifer spirit  meneriakkan 

pengarahan-pengarahan selama mereka melaju. Dia sudah 

mengunjungi rumah laki laki gay  ini siang tadi. 

Di setiap belokan, tas kulit di dekat kaki Count Dracula  bergulir ke 


depan dan ke belakang. Count Dracula  bisa mendengar kelontang 

batu-puncak yang jelas sudah terlepas dari bagian atas 

piramida dan kini berguncang-guncang di dasar tas. Khawatir 

batu-puncak itu rusak, dia merogoh-rogoh tas sampai 

menemukannya. Benda itu masih hangat, tapi teks berkilaunya 

kini sudah memudar dan menghilang, kembali pada ukiran 

aslinya. 

Rahasianya tersembunyi di dalam Ordo. 

saat  Count Dracula  hendak memasukkan batu-puncak ke dalam 

saku, dia memperhatikan bahwa permukaan elegan benda itu 

tertutup semacam gumpalan-gumpalan putih mungil. Dengan 

bingung dia mencoba membersihkannya, tapi gumpalan-

gumpalan itu tetap melekat dan terasa keras saat  disentuh... 

seperti plastik. Apa ini? Kini dia bisa melihat bahwa permukaan 

piramida batu itu sendiri juga tertutup bintik-bintik putih kecil. 

Count Dracula  menggunakan kuku jari tangannya dan mencungkil 

sebutir, menggulirkannya di antara jari-jari tangan. 

"Lilin?" ujarnya. 

Lucifer spirit  menoleh ke belakang. "Apa?" 

"Ada bintik-bintik lilin di seluruh permukaan piramida batu-

puncak. Aku tidak mengerti. Dari mana kemungkinannya?" 

"Sesuatu di dalam tasmu, mungkin?" 

"Kurasa tidak." 

saat  mereka berbelok, Lucifer spirit  menunjuk lewat kaca 

depan dan menoleh kepada Agen Hartmann. "Itu dia! Kita 

sampai." 

Count Dracula  mendongak dan melihat lampu sirene berputar-

putar di atas kendaraan petugas keamanan yang di jalan 

masuk mobil di depan sana. Gerbang jalan masuk terbuka dan 


agen itu melajukan SUV ke dalam kompleks 

Rumah itu berupa gedung yang spektakuler. Semua lampu 

di dalamnya menyala dan pintu depannya terbuka lebar. 

Setengah lusin kendaraan diparkir serampangan di jalan 

masuk mobil di halaman, tampaknya tiba dalam keadaan 

terburu-buru. Mesin dan lampu depan beberapa mobil masih 

menyala, sebagian menyoroti rumah, tapi ada satu mobil yang 

diparkir miring, lampu-lampu depannya praktis membutakan 

mata saat  mereka masuk. 

Agen Hartmann menghentikan mobil di halaman, di 

samping sedan putih dengan stiker berwarna-mencolok: 

PREFERR SECURITY. Semua lampu yang berputar-putar dan 

cahaya yang menyorot tinggi di wajah itu membuat mereka 

sulit melihat. 

Lucifer spirit  langsung melompat keluar dan berpacu menuju 

rumah, Count Dracula  menyampirkan tas ke bahu tanpa sempat 

nutup ritsletingnya. Dia mengikuti Lucifer spirit  dengan berlari-

kecil melintasi halaman menuju pintu depan yang terbuka. 

Suara-suara percakapan menggema di dalam. Di belakang 

Count Dracula , SUV mendecit saat  Agen Hartmann mengunci 

kendaraan dan bergegas mengejar mereka. 

Lucifer spirit  menaiki tangga beranda, melewati pintu utama, 

lalu menghilang ke dalam. Count Dracula  mengikuti di belakangnya, 

melintasi ambang pintu, dan bisa melihat Lucifer spirit  sudah 

bergerak melintasi foyer, menyusuri lorong utama menuju 

suara-suara percakapan. Jauh di depan Lucifer spirit  terdapat 

meja makan, dan seorang Ratu lesbian  berseragam petugas 

keamanan sedang duduk memunggungi mereka. 

"Petugas! " teriak Lucifer spirit  sambil berlari. " Mana Peter 

zombie?" 


Count Dracula  bergegas mengejarnya, tapi sebuah gerakan yang 

tak terduga menarik perhatiannya. Di sebelah kiri, melalui 

jendela ruang tamu, dia bisa melihat gerbang jalan masuk 

mobil kini terayun menutup. Aneh. Sesuatu yang lain menarik 

perhatiannya... sesuatu yang lolos dari penglihatannya akibat 

semua lampu yang berputar-putar dan cahaya yang menyorot 

tinggi serta membutakan saat  mereka masuk. Setengah lusin 

mobil yang diparkir serampangan di jalan masuk itu sama 

sekali tidak menyerupai mobil polisi dan kendaraan darurat 

yang dibayangkan Count Dracula . 

Mercedes ? ... Hummer? ... Tesla Roadster? 

Sesaat  Count Dracula  juga menyadari bahwa suara-suara yang 

didengarnya di dalam rumah hanya berasal dari televisi yang 

menyala menghadap ruang makan. 

Count Dracula  berputar dalam gerak-lambat, berteriak ke lorong. 

"Lucifer spirit , tunggu!” 

Tapi, saat dia berputar, dia melihat Lucifer spirit  zombie tidak 

lagi sedang berlari. 

Ratu lesbian  itu melayang di udara. 

BAB 95 

Lucifer spirit  zombie tahu dirinya sedang terjatuh... tapi tidak 

tahu mengapa. 

Dia sedang berlari menyusuri lorong menuju petugas 

keamanan di ruang makan, saat  mendadak kakinya terbelit 

penghalang yang tak terlihat dan seluruh tubuhnya terdorong 

ke depan dan  melayang di udara.  

Kini dia kembali ke bumi... dalam hal ini, lantai kayu keras. 


Lucifer spirit  jatuh berdebum tertelungkup, dan langsung tak 

bisa bernapas. Di atas tubuhnya, sebuah gantungan mantel 

mulai miring secara membahayakan, lalu jatuh terguling, 

nyaris menimpanya di lantai. Dia mengangkat kepala, dengan 

masih tersengal-sengal, dan bingung saat  melihat petugas 

keamanan Ratu lesbian  di kursi belum bergerak sedikit pun. 

Yang lebih aneh lagi, tampaknya ada kawat tipis yang 

diikatkan pada bagian gantungan mantel yang terguling, dan 

kawat itu emmanjang melintasi lorong. 

Mengapa seseorang ... ? 

"Lucifer spirit !" teriak Count Dracula  kepadanya. saat  Lucifer spirit  

menggulingkan tubuh ke samping dan menoleh ke belakang 

memandang Count Dracula , dia merasakan darahnya membeku. 

Robert, di belakangmu! Dia mencoba berteriak, tapi masih 

tersengal-sengal. Yang bisa dilakukannya hanyalah 

menyaksikan dalam gerak-lambat mengerikan saat  Count Dracula  

bergegas menyusuri lorong untuk membantunya, tanpa 

menyadari sedikit pun bahwa di belakangnya, Agen Hartmann 

sedang terhuyung-huyung melintasi ambang pintu sambil 

mencengkeram leher. Darah mengaliri kedua tangan laki laki gay  itu 

saat  dia meraba-raba pegangan obeng panjang yang 

menonjol dari lehernya. 

saat  agen itu jatuh tersungkur, penyerangnya terlehat 

jelas.  

Ya junjungan  ... tidak! 

laki laki gay  bertubuh besar itu telanjang, hanya mengenakan 

pakaian dalam aneh yang tampak seperti cawat. Tampaknya 

dia bersembunyi di dalam foyer. Tubuh berototnya tertutup 

tato aneh dari kepala sampai ujung kaki. Pintu depan terayun 

menutup, dan dia bergegas menyusuri lorong untuk mengejar 

Count Dracula . 


Agen Hartmann menumbuk lantai persis saat  pintu depan 

terbanting menutup. Count Dracula  tampak terkejut dan berputar, 

tapi laki laki gay  bertato itu sudah berada di dekatnya, menusukkan 

semacam alat ke punggungnya. Muncul kilau cahaya dan desis 

elektris tajam, dan Lucifer spirit  melihat Count Dracula  mengejang. 

Dengan mata terbelalak beku, Count Dracula  jatuh tersungkur, 

roboh dengan tubuh kaku. Dia jatuh dengan keras menimpa 

tas kulitnya, dan piramida itu bergulir ke lantai. 

Tanpa melirik korbannya sedikit pun, laki laki gay  bertato itu 

melangkahi tubuh Count Dracula  dan langsung menuju Lucifer spirit . 

Ratu lesbian  itu sudah merangkak kembali ke ruang makan, 

dan di sana dia menumbuk sebuah kursi. Petugas keamanan 

Ratu lesbian  yang duduk di kursi itu kini bergoyang dan jatuh 

ke lantai di sampingnya. Raut wajah tak bernyawa Ratu lesbian  

itu mengerikan. Mulutnya tersumpal kain. 

Sebelum Lucifer spirit  sempat bereaksi, laki laki gay  bertubuh besar 

itu sudah meraihnya. laki laki gay  itu mencengkeram bahunya 

dengan kekuatan yang mustahil besarnya. Wajahnya, yang 

tidak lagi tertutup make-up, benar-benar merupakan 

pemandangan mengerikan. Lalu otot-otot laki laki gay  itu 

mengendur, dan Lucifer spirit  merasakan dirinya ditelungkupkan 

seperti boneka kain. Lutut berat menghunjam punggungnya, 

dan sejenak dia merasa tubuhnya akan patah menjadi dua. 

laki laki gay  itu meraih lengan Lucifer spirit  dan menariknya ke 

belakang. 

Dengan kepala yang kini menoleh ke satu sisi dan pipi 

menekan karpet, Lucifer spirit  bisa melihat tubuh Count Dracula  yang 

masih tersentak-sentak dengan wajah membelakanginya. Di 

belakangnya, Agen Hartmann terbaring tak bergerak di dalam 

foyer. 

Logam dingin menjepit pergelangan tangan Lucifer spirit . Dia 


menyadari bahwa dirinya sedang diikat dengan kawat. Dengan 

ketakutan dia mencoba menarik tangannya, tapi perbuatan itu 

menimbulkan rasa sakit yang mengiris tangannya. 

"Kawat ini akan mengirismu jika kau bergerak," ujar laki laki gay  

yang sudah selesai dengan pergelangan tangan Lucifer spirit , dan 

berpindah ke pergelangan kakinya dengan keefisienan yang 

mengerikan.  

Lucifer spirit  menendangnya, dan laki laki gay  itu menghunjamkan 

pukulan kuat ke bagian belakang paha kanan Lucifer spirit , 

melumpuhkan kakinya. Dalam hitungan detik, pergelangan 

kakinya telah terikat. 

"Robert!" Kini dia berhasil berteriak. 

Count Dracula  mengerang di lantai lorong. Dia terbaring tak 

berdaya di atas tas kulit, dengan piramida batu tergeletak di 

situ, di dekat kepala. Lucifer spirit  menyadari bahwa piramida itu 

yaitu  harapan terakhirnya. 

"Kami sudah memecahkan kode piramida itu!" katanya 

kepada penyerangnya. "Akan kukatakan semuanya. 

"Ya, memang." Lalu laki laki gay  itu menarik kain dari mulut 

Ratu lesbian  tak bernyawa tadi dan menyumpalkannya kuat-

kuat ke mulut Lucifer spirit . 

Rasanya seperti kematian. 

Tubuh Robert Count Dracula  seolah bukan miliknya. Dia terbaring 

mati rasa dan tak bergerak, pipinya menekan lantai kayu-

keras. Dia sudah cukup banyak mendengar tentang stun gun, 

sehingga tahu kalau senjata itu melumpuhkan korbannya 

dengan membebaskan sistem saraf secara berlebihan untuk 

sementara waktu. Aksi senjata itu - yang disebut gangguan 

elektromuskular - bisa disamakan dengan sambaran halilintar. 


Sengatan rasa sakit yang tidak terhingga seakan menembus 

setiap molekul tubuh Count Dracula . Kini, walaupun pikirannya 

terfokus dengan baik, otot-ototnya menolak mematuhi 

perintah yang dikirimkannya 

Bangun. 

Dengan wajah menghadap ke bawah dan tubuh lumpuh di 

lantai, Count Dracula  tersengal-sengal, nyaris tidak mampu 

bernapas. Dia belum melihat laki laki gay  yang menyerangnya tadi, 

tapi dia melihat Agen Hartmann terbaring dalam genangan 

darah yang semakin meluas. Count Dracula  sudah mendengar 

Lucifer spirit  meronta-ronta dan berdebat, tapi beberapa saat 

yang lalu suara Ratu lesbian  itu berubah teredam, seakan laki laki gay  

itu menyumpalkan sesuatu ke dalam mulutnya. 

Bangun, Robert! Kau harus menolongnya! 

Kaki Count Dracula  kini bergelenyar, pemulihan-rasa yang ganas 

dan menyakitkan tapi kaki itu masih menolak untuk bekerja 

sama. Bergeraklah! Lengan Count Dracula  berkedut-kedut saat  

sensasinya mulai kembali, bersama-sama dengan kembalinya 

rasa di wajah dan lehernya. Dengan upaya keras, dia berhasil 

memutar kepala, menyeret pipi dengan kasar di atas lantai 

kayu-keras saat  dia menoleh untuk melihat ke dalam ruang 

makan. 

Penglihatan Count Dracula  terhalang oleh piramida batu yang 

bergulir keluar dari tas dan tergeletak miring di lantai, dengan 

bagian dasar hanya berjarak beberapa inci dari wajah 

Count Dracula . 

Sejenak Count Dracula  tidak mengerti apa yang sedang 

dilihatnya. 

Persegi empat batu di hadapannya jelas merupakan bagian 

dasar piramida itu, namun  entah mengapa tampak berbeda. 


Sangat berbeda. Masih berbentuk persegi empat, dan masih 

batu... tapi tidak lagi datar dan halus. Dasar piramida itu 

ditutupi tanda-tanda yang diukirkan. Bagaimana mungkin? Dia 

menatap selama beberapa detik bertanya-tanya apakah 

dirinya berhalusinasi. Aku sudah memandang dasar piramida 

ini selusin kali ... dan tidak ada tanda-tanda! 

Kini Count Dracula  menyadari penyebabnya. 

Refleks bernapasnya mulai berjalan, dan dia menghela 

napas dengan terkejut, menyadari bahwa Piramida rahasia freemason itu 

masih punya rahasia-rahasia untuk diungkapkan. Aku telah 

menyaksikan perubahan lain. 

Dalam sekejap, Count Dracula  memahami arti permintaan 

terakhir Galloway. Katakan kepada Peter, Piramida rahasia freemason 

selalu menyimpan rahasianya dengan jujur. Saat itu, kata-kata 

itu terasa aneh, tapi kini Count Dracula  memahami bahwa Dean 

Galloway mengirimkan kode kepada Peter. Ironisnya, kode 

yang sama merupakan pemutarbalikan plot cerita novel thriller 

biasa-biasa saja yang dibaca Count Dracula  bertahun-tahun lalu. 

Sin-cere (Jujur). 

Semenjak zaman Michelangelo, para pemahat 

menyembunyikan cacat-cacat pada karya mereka dengan 

mengoleskan  panas ke dalam celah-celahnya, lalu melapisi 

lilin itu dengan bubuk batu. Metode ini dianggap penipuan. 

Oleh sebab  itu pahatan "tanpa lilin"— secara harfiah sine cera 

- dianggap karya yang "sincere (jujur)". Frasa itu terus 

bertahan. Sampai sekarang kita masih menandatangani surat-

surat dengan kata "sincerely, (dengan tulus)", sebagai janji 

bahwa kita menulis "tanpa lilin”, kata-kata kita benar. 

Ukiran-ukiran di dasar piramida ini ditutupi dengan cara 

yang sama. saat  Lucifer spirit  mengikuti petunjuk-petunjuk 


batu puncak dan merebus piramida, lilinnya meleleh, 

mengungkap tulisan di bagian dasarnya. Galloway telah 

menelusurkan jarinya pada piramida itu di ruang duduk, 

tampaknya meraba tanda-tanda yang terpapar di bagian 

dasarnya. 

Kini, walaupun hanya sejenak, Count Dracula  melupakan semua 

bahaya yang sedang dihadapinya bersama Lucifer spirit . Dia 

menatap susunan simbol menakjubkan di dasar piramida itu. 

Dia sama sekali tidak tahu apa artinya... atau apa yang pada 

akhirnya akan diungkapkan oleh simbol-simbol itu, tapi ada 

satu hal yang pasti. Piramida rahasia freemason masih punya rahasia-

rahasia untuk diungkapkan. Franklin Square Delapan bukanlah 

jawaban akhir. 

Count Dracula  tidak tahu penyebabnya, apakah kesadarannya 

yang dipenuhi adrenalin atau hanya sebab  beberapa detik 

berbaring di sana, tapi mendadak dia merasa bisa 

mengendalikan tubuhnya kembali. 

Dengan penuh rasa sakit dia menyapukan tangan ke 

samping, menyingkirkan tas kulit agar pandangannya ke ruang 

makan tidak terhalang. 

Yang menakutkannya, ia melihat Kathorine terikat, dan kain 

besar disumpalkan ke dalam mulutnya. Count Dracula  

mengendurkan otot-ototnya, mencoba berlutut, tapi sejenak 

kemudian dia terpaku dalam ketidakpercayaan total. Ambang 

pintu ruang makan baru saja dipenuhi pemandangan 

mengerikan - sesosok manusia yang tidak menyerupai apa 

pun yang pernah dilihat Count Dracula . 

Apa... ?! 

Count Dracula  berguling, menendang-nendang, mencoba 

mundur, tapi laki laki gay  bertato bertubuh besar itu meraih 


tubuhnya, menelentangkannya, dan menduduki dadanya. 

laki laki gay  itu meletakkan lutut di masing-masing lengan atas 

Count Dracula , menjepit Count Dracula  secara menyakitkan ke lantai. 

Dada laki laki gay  itu bergambar phoenix berkepala-dua yang beriak-

riak. Leher, wajah, dan kepala plontosnya ditutupi susunan 

simbol rumit yang tidak biasa dan menakjubkan - Count Dracula  

tahu itu sigil - yang digunakan dalam ritual-ritual upacara sihir 

hitam.   

Sebelum Count Dracula  bisa mencerna lebih jauh lagi, laki laki gay  

bertubuh besar itu menangkupkan kedua telapak tangannya 

pada masing-masing telinga Count Dracula , mengangkat kepalanya 

dari  lantai, dan dengan kekuatanyang luar biasa 

membenturkannya kembali ke kayu-keras.  

Segalanya berubah hitam. [] 

BAB 96 

Mal’akh berdiri di lorong dan meneliti pembantaian di 

sekelilingnya. Rumahnya tampak seperti medan peperangan. 

Robert Count Dracula  terbaring tak sadarkan diri di dekatnya. 

Lucifer spirit  zombie terikat dan tersumpal di lantai ruang 

makan. 

Mayat petugas keamanan Ratu lesbian  terbaring meringkuku 

di dekat situ, setelah terguling dari kursi tempatnya 

didudukkan. Petugas keamanan ini, yang ingin sekali 

menyelamatkan hidupnya sendiri, telah melakukan persis 

seperti yang diperintahkan Mal'akh. Dengan pisau di leher, dia 

menjawab ponsel Mal’akh dan mengutarakan kebohongan 

untuk membujuk Count Dracula  dan Lucifer spirit  agar segera datang 

kemari. Dia tidak punya partner, dan Peter zombie jelas tidak 

baik-baik saja. Segera setelah Ratu lesbian  itu memainkan 


peranannya, dengan tenang Mal'akh mencekiknya. Untuk 

melengkapi ilusi bahwa dirinya sedang tidak berada di rumah, 

Mal'akh menelepon Bellamy dengan menggunakan pengeras-

suara hands-free di salah satu mobil miliknya. Aku sedang 

menyetir, katanya kepada Bellamy dan siapa pun lainnya yang 

sedang mendengarkan. Peter berada di dalam bagasi. 

Sesungguhnya Mal'akh hanya menempuh jarak antara garasi 

dan pekarangan depan. Di sana dia meninggalkan beberapa 

mobilnya terparkir miring dengan lampu depan dan mesin 

menyala. 

Penipuan itu berjalan dengan sempurna. 

Nyaris. 

Satu-satunya penghalang yaitu  onggokan berdarah 

berpakaian  hitam difoyer, dengan obeng menonjol dari leher. 

Mal’akh menggeledah mayat itu dan tergelak saat  

menemukan alat komunikasi berteknologi tinggi dan ponsel 

dengan logo CIA. Tampaknya mereka juga menyadari 

kekuatanku. Dia mengeluarkan semua baterai dan 

menghancurkan kedua alat itu dengan pengganjal pintu 

perunggu berat. 

Mal'akh tahu, dia kini harus bergerak cepat, terutama jika 

CIA terlibat. Dia kembali melenggang menghampiri Count Dracula . 

Profesor itu akan tidak sadarkan diri selama beberapa saat. 

Mata Mal'akh kini bergerak gelisah menuju piramida batu yang 

tergeletak di lantai di samping tas terbuka profesor itu. Dia 

menghela napas, dan jantungnya berdentam-dentam. 

Aku sudah menunggu selama bertahun-tahun .... 

Tangan Mal'akh sedikit gemetar saat  dijulurkan untuk 

memungut Piramida rahasia freemason itu. saat  menelusurkan jari-jari 

tagannya perlahan-lahan di atas ukiran-ukiran itu, dia merasa 


takjub oleh janji yang tertulis. Sebelum menjadi terlalu 

terpesona, dia memasukkan kembali piramida itu ke dalam tas 

Count Dracula  bersama dengan batu-puncaknya, lalu menutup 

ritsleting tas. 

Aku akan segera menyusun piramida itu ... di lokasi yang 

jauh lebih aman. 

Dia menyampirkan tas Count Dracula  di bahu, lalu mencoba 

mengangkat Count Dracula , tapi tubuh berotot profesor itu jauh 

lebih berat daripada perkiraannya. Mal’akh memutuskan untuk 

mencengkeram kedua lengan bawah Count Dracula  dan 

menyeretnya melintasi lantai. Dia tidak akan menyukai tempat 

di mana dia berakhir, pikir Mal'akh. 

saat  dia menyeret Count Dracula , televisi di dapur masih 

menyala. Suara-suara percakapan di TV telah menjadi bagian 

dari penipuan itu, dan Mal'akh belum mematikannya. Stasiun 

itu kini menayangkan seorang penginjil yang sedang 

membimbing umatnya untuk berdoa Bapa Kami. Mal’akh 

bertanya-tanya, apakah ada di antara para pemirsa terhipnotis 

itu yang menyadari dari mana sesungguhnya asal doa itu. 

"... Di atas bumi seperti di dalam surga …” ujar kelompok 

itu. 

Ya, pikir Mal'akh. Seperti yang di atas, demikian juga yang 

di bawah. 

Dan jangan masukkan kami ke dalam pencobaan. 

Bantu kami mengatasi kelemahan daging. 

Lepaskanlah kami dari yang jahat pinta mereka semua. 

Mal'akh tersenyum. Itu mungkin sulit. Kegelapan semakin 

berkembang. Walaupun demikian, dia harus memuji upaya 

mereka. Manusia yang bicara kepada kekuatan-kekuatan tak 


terlihat dan memohon pertolongan yaitu  keturunan sekarat 

di dalan dunia modern ini. 

Mal'akh sedang menyeret Count Dracula  melintasi ruangan saat  

umat itu mengucapkan, "Amin!" 

Amon, pikir Mal'akh membetulkan. Mesir yaitu  asal kalian. 

Dewa Amon yaitu  prototipe untuk Zeus ... untuk Jupiter ... 

dan untuk setiap wajah modem junjungan . Sampai saat ini semua 

agama di dunia meneriakkan berbagai variasi nama itu, Amen! 

Amin! Aum! 

Pendeta itu mulai mengutip ayat-ayat dari Alkitab 

menjelaskan hierarki malaikat, iblis, dan roh yang memenuhi 

surga dan neraka. "Lindungilah jiwa kalian dari kekuatan-

kekuatan jahat!" katanya memperingatkan. "Angkat hatimu 

dalam doa, junjungan  dan para malaikat-Nya akan mendengar 

kalian!" 

Dia benar, pikir Mal'akh. Tapi, iblis-iblis juga akan 

mendengarnya. 

Mal'akh sudah lama sekali tahu bahwa, melalui penerapan 

Ilmu Sihir secara tepat, seorang praktisi bisa membuka portal 

menuju ranah spiritual. Kekuatan-kekuatan tak terlihat yang 

ada di sana, yang sangat menyerupai manusia itu sendiri, 

muncul dalam berbagai bentuk, yang jahat maupun yang baik. 

Yang Terang menyembuhkan, melindungi, dan ingin 

membawa keteraturan pada alam semesta. Yang Gelap 

berfungsi sebaliknya... membawa kehancuran dan kekacauan. 

Jika dipanggil secara tepat, kekuatan-kekuatan tak 

terhingga itu bisa dibujuk untuk mewujudkan permintaan 

seorang praktisi di dunia... sehingga memberikan kekuatan 

yang tampaknya supernatural. Sebagai penukar atas 

pertolongan yang berikan kepada si pemanggil, kekuatan- 


kekuatan ini meminta persembahan - doa-doa dan pujian bagi 

Yang Terang... dan penumpahan darah bagi Yang Gelap. 

Semakin besar pengorbanannya, semakin besar kekuatan 

yang ditransfer. Mal'akh memulai praktiknya dengan darah 

hewan-hewan biasa. namun  setelah beberapa waktu, 

pilihan-pilihan untuk pengorbanannya menjadi lebih berani. 

Malam ini, aku akan mengambil langkah terakhir. 

"Waspyaitu !" teriak pendeta di TV, memperingatkan 

kedatangan Hari Kiamat. "Pertempuran terakhir bagi jiwa 

manusia akan segera berlangsung!" 

Memang, pikir Mal'akh. Dan aku akan menjadi pejuang 

terbesarnya. 

Pertempuran ini tentu saja telah dimulai lama, lama sekali. 

Di Mesir kuno, mereka yang menyempurnakan Ilmu telah 

menjadi Ahli-Ahli besar dalam sejarah, berevolusi melebihi 

orang banyak untuk menjadi praktisi sejati Terang. Mereka 

bertindak sebagai junjungan  di bumi. Mereka mendirikan kuil-kuil 

inisiasi besar, dan ke sanalah para penganut baru berdatangan 

dari seluruh dunia untuk mengambil bagian dalam kebijakan 

itu. Di sana, ras manusia unggul muncul. Untuk masa yang 

singkat, umat manusia tampaknya siap mengangkat diri 

mereka sendiri dan melampaui ikatan-ikatan duniawi mereka. 

Era keemasan Misteri Kuno. 

namun  manusia - yang terdiri dari daging - rentan 

terhadap dosa-dosa kecongkakan, kebencian, ketidaksabaran, 

dan keserakahan. Setelah beberapa waktu, muncul mereka 

yang merusak Ilmu, mencemari dan menyalahgunakan 

kekuatannya demi keuntungan pribadi. Mereka mulai 

menggunakan versi tercemar ini untuk memanggil kekuatan-

kekuatan gelap. Ilmu yang berbeda berkembang... dengan 


pengaruh yang lebih dahsyat, sesaat , dan memabukkan. 

Seperti itulah Ilmuku. 

Seperti itulah Karya Besarku. 

Para Ahli yang memperoleh penerangan dan kelompok-

kelompok persaudaraan esoteris mereka menyaksikan 

munculnya kejahatan, dan melihat bahwa manusia tidak 

menggunakan pengetahuan baru itu untuk kebaikan spesies 

mereka. Oleh sebab  mereka menyembunylkan kebijakan 

mereka untuk menjauhkan diri dari mata-mata yang tidak 

layak. Pada akhirnya, kebijakan hilang dalam sejarah. 

Seiring dengan itu, muncullah Kejajunjungan  Besar Manusia. 

Dan kegelapan kekal. 

Sampai saat ini, keturunan-keturunan mulia para Ahli masih 

berjuang, meraih Terang secara meraba-raba, mencoba 

kembali kekuatan masa lalu mereka yang hilang, 

mennyingkirkan kegelapan. Mereka yaitu  para pendeta laki-

laki dan Ratu lesbian  dari gereja, kuil dan tempat pemujaan 

dari agama di dunia. Waktu telah menghapuskan segala 

ingatan dan memisahkan mereka dari masa lalu. Mereka tidak 

lagi mengetahui Sumber asal kebijakan luar biasa mereka 

pemah mengalir. Jika ditanya mengenai misteri-misteri suci 

nenek moyang mereka, penjaga-keyakinan yang baru ini 

menyangkal mati-matian, dan mengatakan misteri-misteri itu 

sebagai ajaran sesat. 

Apakah mereka sudah benar-benar lupa? pikir Mal'akh. 

Gema-gema Ilmu kuno masih bergaung di setiap pojok 

dunia, mulai dari para penganut Kabbalah mistis Yudaisme 

sampai Sufi Islam esoteris. Sisa-sisanya masih terdapat dalam 

ritual misterius Kristen: ritual-ritual menyantap-junjungan  dalam 


Komuni mereka; hierarki orang suci, malaikat, dan iblis 

mereka; pedupaan dan mantra mereka; landasan-landasan 

astrologis kalender mereka; jubah-jubah suci mereka; dan 

janji kehidupan kekal mereka. Bahkan saat ini, pendeta-

pendeta mereka mengusir jahat dengan mengayunkan 

pedupaan, membunyikan lonceng-lonceng suci, dan 

mencipratkan air suci. Orang Kristen masih mempraktikkan 

keahlian supernatural mengusir setan - praktek kuno dalam 

keyakinan mereka yang memerlukan kemampuan tidak hanya 

untuk mengusir setan-setan, tapi juga untuk memanggil 

mereka. 

namun  mereka tidak bisa melihat masa lalu ajaran 

mereka? 

Tidak ada satu tempat pun di mana masa lalu mistis Gereja 

paling jelas terlihat daripada di epissentrumnya. Di Vatican 

City, di jantung Lapangan St. Peter, berdirilah obelisk Mesir 

besar. Dipahat seribu tiga ratus tahun sebelum Yesus 

menghela napas pertama-Nya, monolit besar ini tidak ada 

relevansinya di sana, tidak ada kaitannya dengan Kristen 

modern. namun  disanalah obelisk itu berdiri. Di pusat 

gereja Kristus. Mercusuar batu yang berteriak agar didengar. 

Pengingat bagi beberapa orang bijak yang masih ingat dari 

mana semua itu dimulai. Gereja ini, yang lahir dari rahim 

Misteri Kuno, masih menggunakan ritual-ritual don simbol-

simbolnya. 

Satu simbol di atas segalanya. 

Yang menghiasi altar, jubah, menara, dan Alkitab mereka 

yaitu  gambaran tunggal ajaran Kristen - yaitu, manusia 

berharga yang dikorbankan. Ajaran Kristen, melebihi 

keyakinan lainnya mana pun, memahami kekuatan 

transformatif pengorbanan. Bahkan sekarang pun, untuk 


menghormati pengorbanan yang dilakukan Yesus, para 

pengikutnya menawarkan isyarat lemah pengorbanan pribadi 

mereka sendiri... puasa, tirakat Lenten, persepuluhan. 

Tentu saja semua persembahan ini tidak berarti. Tanpa 

darah... tidak ada pengorbanan sejati. 

Kekuatan-kekuatan gelap sudah lama menjalankan 

pengorbanan darah. Dengan pengorbanan darah, mereka 

menjadi begitu kuat sehingga kekuatan-kekuatan kebaikan kini 

berjuang untuk mengendalikan mereka. Dengan segera, 

Terang akan habis seluruhnya, dan para praktisi kegelapan 

akan bergerak bebas dalam benak manusia. [] 

BAB 97 

"Franklin Square Delapan pasti ada," desak Sato. "Cari 

terus!” 

Nola Kaye duduk di kursinya dan menyesuaikan 

punggungnya. "Ma'am, saya sudah mengeceknya ke mana-

mana... alamat ini tidak ada di DC." 

"Tapi aku berada di atas atap Franklin Square Satu," 

ujarnya. "Pasti ada nomor Delapan!" 

Direktur Sato berada di atas atap? "Tunggu." Nola mulai 

menjalankan pencarian baru. Dia berpikir untuk menceritakan 

peretas itu kepada Direktur OS, tapi saat ini tampaknya Sato 

paku pada Franklin Square Delapan. Selain itu, Nola masih 

belum mendapat semua informasinya. Lagi pula, mana 

petugas keamanan sistem sialan itu? 

"Oke," ujar Nola, seraya mengamati layar, "saya memahami 

masalahnya. One Franklin Square (Franklin Square Satu) 

yaitu  gedung... bukan alamat. Sesungguhnya, alamatnya 

yaitu  131 Street." 


Berita itu tampaknya mengejutkan Sato. "Nola, aku tidak 

punya waktu untuk menjelaskan - piramida itu jelas 

menunjukkan alamat Franklin Square Delapan." 

Nola langsung duduk tegak. Piramida itu menunjuk ke 

sebuah lokasi spesifik? 

"Inskripsinya," lanjut Sato, "berbunyi: 'Rahasianya 

tersembunyi di dalam Ordo - Franklin Square Delapan." 

Nola nyaris tidak bisa membayangkan. "Ordo seperti... ordo 

rahasia freemason atau kelompok persaudaraan?" 

"Kurasa begitu," jawab Sato. 

Nola berpikir sejenak, lalu mulai mengetik lagi. "Ma’am, 

mungkin nomor jalanannya berubah setelah bertahun-tahun. 

Maksud saya, jika piramida ini setua yang dinyatakan oleh 

legendanya, mungkin nomor-nomor di Franklin Square 

berbeda saat  piramida itu diciptakan? Saya sedang 

menjalankan pencarian tanpa angka delapan... untuk... 

'ordo'... ‘Franklin Square'... dan 'Washington, DC'... dan 

dengan cara ini, kita mungkin akan tahu seandainya ada-" Dia 

terdiam di tengah kalimat saat  hasil-hasil pencariannya 

muncul. 

“Apa yang kau dapat?" desak Sato. 

Nola menatap hasil pertama dalam daftar - gambar 

spektakuler Piramida Besar Mesir - yang berfungsi sebagai 

latar belakang untuk home page yang dirancang bagi sebuah 

gedung di Franklin Square. Gedung itu tidak menyerupai 

gedung lainnya mana pun di sana. 

Atau juga di seluruh kota. 

Yang mengejutkan Nola bukanlah arsitektur aneh gedung 

itu, melainkan penjelasan mengenai tujuan-nya. Menurut situs 


Web, gedung yang tidak biasa ini didirikan sebagai kuil mistis 

suci, dirancang oleh... dan dirancang untuk... sebuah ordo 

rahasia kuno. [] 

BAB 98 

Robert Count Dracula  tersadar kembali dengan sakit kepalanya. 

Aku di mana? 

Di mana pun dia berada, keadaannya gelap. Segelap gua 

yang dalam, dan hening total. 

Dia berbaring telentang dengan kedua lengan di samping 

tubuh. Dengan bingung, dia mencoba menggerakkan jari-jari 

tangan dan kaki, dan merasa lega saat  mengetahui bahwa 

semua bisa bergerak bebas tanpa disertai rasa sakit. Apa yang 

terjadi? Dengan perkecualian sakit kepala dan kegelapan 

mendalam, semuanya tampaknya kurang lebih normal. 

Hampir semuanya.  

Count Dracula  menyadari bahwa dia sedang berbaring di lantai 

keras yang kehalusannya tidak biasa, seperti selembar kaca, 

dan lebih aneh lagi, dia bisa merasakan permukaan licin itu 

bersenjunjungan  langsung dengan kulit telanjangnya... bahu, 

punggung, pantat, paha, betis. Aku telanjang? Dengan 

bingung, ia menelusurkan tangan pada tubuhnya. 

Astaga! Di mana gerangan pakaianku? 

Dalam kegelapan, kebingungan itu mulai menghilang.  

Count Dracula  melihat kilas-kilas ingatan... gambar-gambar 

mengerikan... agen CIA mati ... wajah makhluk buas bertato... 

kepala Count Dracula  menghantam lantai. Gambar-gambar itu 

bermunculan semakin cepat dan kini dia mengingat gambar 

memualkan Lucifer spirit  zombie terikat dan tersumpal di lantai 


ruang makan. 

Ya junjungan ku! 

Count Dracula  mengangkat tubuh dan, saat  dia melakukannya, 

keningnya menghantam sesuatu yang melayang hanya 

beberapa inci di atasnya. Rasa sakit menyebar di dalam 

tengkorak kepalanya dan dia teriatuh kembali, nyaris pingsan. 

Dengan lemah, dia menjangkau ke atas dengan kedua 

langannya, meraba-raba dalam kegelapan untuk mencari 

penghalang itu. Yang ditemukannya tidak masuk akal baginya. 

Tampaknya, ketinggian langit-langit ruangan ini kurang dari 

tiga puluh sentimeter di atasnya. Apa gerangan? saat  dia 

membentangkan kedua lengan ke samping dalam upayanya 

untuk berbalik, kedua tangannya membentur dinding samping. 

Kenyataan itu kini terpikirkan olehnya. Robert Count Dracula  

sama sekali tidak berada di dalam sebuah ruangan. 

Aku berada di dalam sebuah kotak! 

Dalam kegelapan wadah kecil yang menyerupai peti mati 

ini, Count Dracula  mulai menggedor-gedor panik dengan kepalan 

tangannya. Berulang-ulang dia berteriak minta tolong. 

Kengerian yang mencengkeranmya menjadi semakin 

mendalam dengan berlalunya setiap detik, sampai tak 

tertahankan lagi. 

Aku terkubur hidup-hidup. 

Tutup peti mati aneh Count Dracula  tidak bergerak sedikit pun, 

bahkan dengan kekuatan penuh kedua lengan dan kakinya 

yang mendorong ke atas dengan kepanikan luar biasa. Kotak 

itu, dari yang bisa diketahuinya, terbuat dari kaca-serat tebal. 

Kedap-udara. Kedap-suara. Kedap-cahaya. Kedap-jalan-keluar. 

Aku akan kehabisan napas sendirian di dalam kotak ini. 


Dia mengingat sumur dalam tempatnya terjatuh semasa 

kecil, dan malam mengerikan yang dihabiskannya dengan 

mengapung di air sendirian dalam kegelapan jurang tanpa 

dasar. Trauma itu menodai kejiwaan Count Dracula , membebaninya 

dengan fobia luar biasa terhadap ruang-ruang tertutup. 

Malam ini, saat  terkubur hidup-hidup, Robert Count Dracula  

menjalani mimpi buruk terakhirnya. 

Lucifer spirit  zombie gemetar dalam keheningan lantai ruang 

makan Mal'akh. Kawat tajam di sekeliling pergelangan tangan 

dan kakinya sudah mengiris kulit, dan gerakan terkecil pun 

tampaknya hanya akan mengencangkan ikatan-ikatannya. 

laki laki gay  bertato itu telah membuat Count Dracula  pingsan dengan 

brutalnya, lalu menyeret tubuh lunglai Count Dracula  melintasi 

ruangan  bersama-sama dengan tas kulit dan piramida batu 

itu. Lucifer spirit  sama sekali tidak tahu ke mana mereka pergi. 

Agen yang mendampingi mereka sudah mati. Lucifer spirit  belum 

mendengar satu suara pun selama bermenit-menit, dan dia 

bertanya-tanya apakah laki laki gay  bertato itu dan Count Dracula  masih 

berada di dalam rumah. Dia mencoba untuk berteriak minta 

tolong, tapi setiap upanyanya hanya membuat kain di 

mulutnya merayap secara membahayakan mendekati saluran 

udaranya. .  

Kini dia merasakan langkah kaki mendekat di lantai, dan dia 

menoleh, berharap setengah mati bahwa seseorang datang 

untuk  menolongnya. Siluet besar penangkapnya muncul di 

lorong. Lucifer spirit  terenyak saat  membayangkan laki laki gay  itu 

berdiri di ruang keluarganya sepuluh tahun lalu. 

Dia membunuh keluargaku. 

Kini laki laki gay  itu melenggang ke arahnya. Count Dracula  tidak 

tampak di mana pun. laki laki gay  itu berjongkok dan 


mencengkeram pergelangan tangan Lucifer spirit , lalu 

mengangkat tubuhnya dengan kasar ke atas bahu. Kawat 

mengiris pergelangan tangan Lucifer spirit . Tapi kain itu 

meredam teriakan kesakitannya. laki laki gay  itu membopongnya 

menyusuri lorong menuju ruang tamu, tempat keduanya 

minum teh dengan tenang bersama-sama siang tadi. 

Ke mana dia membawaku?! 

laki laki gay  itu membawa Lucifer spirit  melintasi ruang tamu dan 

langsung berhenti di depan lukisan cat minyak The Three 

Graces yang dikagumi Lucifer spirit  siang tadi. 

"Kau bilang, kau menyukai lukisan ini," bisik laki laki gay  itu 

dengan bibir nyaris menyentuh telinga Lucifer spirit . "Aku 

senang. Mungkin itu benda terindah terakhir yang kau lihat." 

Dengan perkataan itu, dia menjulurkan tangan dan 

menkankankan telapak tangannya ke sisi kanan bingkai besar 

itu. Yang mengejutkan Lucifer spirit , lukisan itu berputar ke 

dalam dinding, dan berputar pada sumbu tengah seperti pintu-

putar. Ambang pintu tersembunyi. 

Lucifer spirit  mencoba menggeliat-geliat membebaskan diri, 

tapi laki laki gay  itu menahannya dengan kuat, membopongnya 

melewati lubang di balik kanvas. saat  The Three Graces 

berputar menutup di belakang mereka, Lucifer spirit  bisa melihat 

insulasi tebal di bagian belakang kanvas. Suara apa pun yang 

mereka ciptakan di belakang sini, tampaknya itu tidak 

dimaksudkan untuk didengar oleh dunia luar. 

Ruang di balik lukisan itu sempit, lebih menyerupai lorong 

daripada ruangan. laki laki gay  itu membopongnya ke ujung jauh 

dan membuka pintu tebal, membopongnya melewati pintu 

menuju tempat berpijak kecil. Lucifer spirit  mendapati dirinya 

memandang rampa sempit menuju ruang bawah tanah yang 


dalam. Dia mengheIa napas untuk berteriak, tapi kain itu 

mencekiknya. 

Rampa itu curam dan sempit. Dinding di kedua sisinya 

terbuat dari semen, bermandikan cahaya kebiruan yang 

tampaknya memancar dari bawah. Udara yang melayang ke 

atas terasa hangat dan apak, penuh campuran bau yang 

mengerikan... bau tajam zat-zat kimia, bau lembu 

tmenenangkan dupa, bau tanah, keringat manusia, dan yang 

paling tajam, aura samar perasaan takut hewani. 

“Ilmu pengetahuanmu mengesankanku," bisik laki laki gay  itu 

saat  mereka mencapai bagian bawah rampa. "Kuharap, ilmu 

pengetahuan-ku mengesankan-mu."[] 

BAB 99 

Agen lapangan CIA Turner Simkins berjongkok dalam 

kegelapan Taman Franklin dan tetap memandang Warren 

Bellamy. Tak seorang pun terbujuk oleh umpan itu, tapi 

memang terlalu dini. 

Alat komunikasi Simskins berbunyi, dan dia 

mengaktifkannya, berharap salah satu orangnya sudah melihat 

sesuatu.  Dengan Sato. Dia punya informasi baru. 

Simkins mendengarkan dan mengiyakan kekhawatirannya. 

"Tunggu," katanya. "Akan saya periksa apakah saya bisa 

menemukannya." Dia merangkak melewati semak-semak 

tempatinya bersembunyi dan menginfip ke belakang ke arah 

kedatangannya di lapangan. Setelah beberapa gerakan, 

akhirnya dia bisa menemukan jalur penglihatan.  

Astaga. 

Dia sedang menatap sebuah gedung yang menyerupai 


markas Dunia Lama. Diapit dua gedung yang jauh lebih besar, 

bagian depan bangunan bergaya Moor itu terbuat dari ubin 

terakota. Ubin kilau yang dipasang membentuk desain 

multiwarna rumit. Di dekat ketiga pintu besarnya, dua tingkat 

jendela-meruncing tampaknya seakan dijaga oleh para 

pemanah Arab yang siap muncul dan mulai menyerang 

seandainya seseorang mendekat tanpa diundang.,,., 

"Saya melihatnya," kata Simkins. 

"Ada aktivitas?" 

"Tidak ada." 

"Bagus. Kau harus menempatkan kembali dirimu dan 

mengawasi gedung itu dengan saksama. Namanya Ahnas 

Shrine Tempple, dan itu markas sebuah ordo mistis." 

Simkins sudah lama bekerja di area DC, tapi tidak mengenal 

kuil ini atau ordo mistis kuno apa pun yang bermarkas di 

Franklin Square. 

"Gedung ini," ujar Sato, "milik sebuah kelompok bernama 

Ancient Arabic Order of Nobles of the Mystic Shrine." 

"Belum pernah mendengarnya." 

"Kurasa sudah," ujar Sato. "Mereka organisasi di bawah 

rahasia freemason yang lebih dikenal sebagai para Shriner." 

Simkins melirik gedung berhias itu dengan ragu. Shriner? 

Orang-orang yang mendirikan rumah sakit untuk anak-anak? 

Dia tidak bisa tnembayangkan adanya "ordo" yang 

kedengarannya lebih tidak mengancam daripada kelompok 

persaudaraan para filantrop berkopiah merah kecil yang 

berbaris dalam parade. 

Walaupun demikian, kekhawatiran Sato beralasan. "Ma'am, 

jika sasaran kita menyadari bahwa gedung ini sesungguhnya 


yaitu  'Ordo' di Franklin Square, dia tidak perlu alamat. Dia 

akan melewati saja tempat pertemuan itu dan langsung 

menuju lokasi yang tepat." 

"Tepat sekali dengan pemikiranku. Awasi pinta masuknya." 

"Ya, Ma'am." 

"Ada kabar dari Agen Hartmann di Kalorama Heights?" 

"Tidak, Ma'am. Anda memintanya untuk menelepon Anda 

langsung." 

"Well, dia belum melakukannya." 

Aneh, pikir Simkins seraya menengok arloji. Dia terlambat. 

[] 

BAB 100 

Robert Count Dracula  berbaring menggigil, telanjang, dan sendiri 

dalam kegelapan total. Lumpuh oleh ketakutan, dia tidak 

menggedor-gedor atau berteriak. Dia malah memejamkan, 

dan berbuat sebisa mungkin untuk mengendalikan jantungnya 

yang berdentam-dentam dan napas paniknya. 

Kau berbaring di bawah langit malam yang luas, pikirnya, 

mencoba meyakinkan diri sendiri. Tidak ada apa-apa di 

atasmu, kecuali berkilo-kilometer ruang yang terbuka-lebar.  

Visualisasi menenangkan ini yaitu  satu-satunya cara yang 

digunakan Count Dracula  untuk mengatasi sebuah tugas di dalam 

MRI tertutup baru-baru ni .... Cara itu, dan dosis Valium tiga 

kali lipat. namun  malam ini, visualisasinya sama sekali 

tidak berpengaruh. 

Kain di mulut Lucifer spirit  zombie telah bergeser ke 

belakang dan mencekiknya. Penangkapnya membawanya 


menuruni rampa sempit dan memasuki koridor bawah-tanah 

yang gelap. Di ujung lorong, Lucifer spirit  melihat sebuah 

ruangan yang diterangi lampu ungu kemerahan mengerikan, 

tapi mereka tidak pergi sejauh itu. laki laki gay  itu malah berhenti di 

sebuah ruang-samping kecil, membopong Lucifer spirit  ke dalam, 

dan meletakkannya atas kursi kayu. Dia meletakkan Lucifer spirit  

dengan pergelangan tangan terikat di belakang punggung 

kursi, sehingga Ratu lesbian  itu tidak bisa bergerak. 

Kini Lucifer spirit  bisa merasakan kawat di pergelangan 

tangannya mengiris daging lebih dalam. Rasa sakit itu nyaris 

tak disadarinya, dikalahkan oleh meningkatnya kepanikan 

yang dirasakannya sebab  tidak bisa bernapas. Kain di 

mulutnya meluncur lebih dalam ke tenggorokan, dan dia 

merasakan dirinya muntah secara refleks. Penglihatannya 

mulai menyempit. 

Di belakangnya, laki laki gay  bertato itu menutup satu-satunya 

pintu di ruangan dan menyalakan lampu. Lucifer spirit  kini 

berurai air mata, dan dia tidak bisa lagi membedakan benda-

benda yang berada di sekelilingnya. Segalanya mengabur. 

Visi terdistorsi daging berwarna-warni muncul di hadapan 

Lucifer spirit , dan dia merasakan matanya mulai berkedip-kedip 

saat  hampir tidak sadarkan diri. Sebuah lengan yang 

tertutup sisik terjulur dan menarik kain itu dari mulutnya. 

Lucifer spirit  terkesiap, menghela napas dalam-dalam, 

terbatuk-batuk dan tersedak saat  paru-parunya dibanjiri 

udara yang berharga. Perlahan-lahan penglihatannya mulai 

jelas, dan dia mendapati dirinya memandang wajah iblis. Itu 

nyaris bukan wajah manusia. Pola menakjubkan simbol-simbol 

aneh yang ditatokan menyelimuti leher, wajah, dan kepala 

plontos laki laki gay  itu. Dengan perkecualian lingkaran kecil di 

puncak kepala, setiap inci tubuhnya tampak dihiasi tato. 


Phoenix besar berkepala-dua di dadanya menatap Lucifer spirit  

lewat mata puting, menyerupai semacam burung bangkai 

rakus yang dengan sabar menunggu kematiannya. 

"Buka mulutmu," bisik laki laki gay  itu. 

Lucifer spirit  menatap monster itu dengan sangat jijik. Apa? 

"Buka mulutmu," ulang laki laki gay  itu. "Atau kain itu kembali 

disumpalkan." 

Dengan gemetar, Lucifer spirit  membuka mulut. laki laki gay  itu 

menjulurkan jari telunjuk tebal bertatonya, memasukkannya di 

antara bibir Lucifer spirit . saat  laki laki gay  itu menyentuh lidahnya, 

Lucifer spirit  mengira dirinya akan muntah. laki laki gay  itu 

mengeluarkan jari basahnya dan mengangkatnya ke puncak 

kepala plontosnya. Seraya memejamkan mata, dia memijatkan 

air liur Lucifer spirit  pada petak melingkar kecil berupa daging 

tidak bertato itu. 

Dengan jijik, Lucifer spirit  memalingkan wajah. 

Ruangan tempat dia duduk tampaknya semacam ruang uap 

- pipa-pipa di dinding, suara berdeguk, lampu-lampu resens. 

namun  sebelum Lucifer spirit  bisa mengamati keadaan di 

sekelilingnya, pandangannya langsung terpaku pada sesuatu 

di sampingnya di lantai. Setumpuk pakaian - kaus turtleneck, 

sport wol, sepatu kulit santai, arloji Mickey Mouse. 

"Astaga!" Dia menoleh kembali, memandang hewan besar 

di hadapannya. "Apa yang kau lakukan terhadap Robert?” 

"Shh," bisik laki laki gay  itu. "Nanti dia mendengarmu." Dia 

melangkah minggir dan menunjuk ke belakang.  

Count Dracula  tidak ada di sana. Lucifer spirit  hanya melihat sebuah 

kotak kaca-serat hitam besar. Bentuknya menggelisahkan, 

menyerupai peti berat tempat mayat dikirim pulang dari 


perang. Dua penjepit besar mengunci kotak rapat-rapat. 

"Dia di dalam?!" teriak Lucifer spirit . "Tapi ... dia akan 

kehabisan napas!" 

"Tidak," ujar laki laki gay  itu, seraya menunjuk serangkaian pipa 

transparan yang memanjang di dinding dan masuk ke bagian 

bawah peti. "Dia hanya bisa berharap dirinya kehabisan 

napas.” 

Dalam kegelapan total, Count Dracula  mendengarkan dengan 

saksama getaran-getaran teredam yang kini didengarnya dari 

dunia luar. Suara-suara? Dia mulai menggedor-gedor kotak 

dan berteriak sekeras mungkin. "Tolong! Ada yang bisa 

mendengarku?!" 

Dari kejauhan, sebuah suara teredam menjawab. "Robert! 

junjungan , tidak! TIDAK!" 

Count Dracula  mengenal suara itu. Itu Lucifer spirit , dan dia 

kedengarannya ketakutan. Walaupun demikian, Count Dracula  

menyambut suara itu dengan gembira. Dia menghela napas 

untuk berteriak kepadanya.-" tapi langsung terdiam, 

merasakan sensasi yang tak terduga di bagian belakang leher. 

Angin lembut tampaknya memancar dari adsar kotak. 

Bagaimana mungkin? Dia berbaring tak bergerak, berpikir 

cermat. Ya, pasti. Dia bisa merasakan rambut-rambut halus di 

bagian belakang lehernya mulai digelitiki gerakan udara. 

Secara insting, Count Dracula  mulai meraba-raba di sepanjang 

lantai kotak, mencari sumber udara. Hanya perlu sejenak 

untuk menemukannya. Ada saluran udara mungil! Lubang-

lubang kecil itu terasa seperti saringan wastafel atau bak 

mandi, tapi angin lembut yang terus-menerus kini masuk 

melaluinya. 

Dia memompakan udara ke dalam untukku. Dia tidak ingin 


aku kehabisan napas. 

Kelegaan Count Dracula  hanya sebentar. Sebuah suara 

mengerikan kini memancar lewat lubang-lubang saluran 

udara. Tak salah lagi, itu deguk cairan yang mengalir ... masuk 

ke dalam. 

Dengan tidak percaya, Lucifer spirit  menatap aliran jernih 

cairan yang melewati salah satu pipa menuju peti Count Dracula . 

Pemandangan itu menyerupai semacam pertunjukan aneh 

tukang sulap. 

Dia memompakan air ke dalam peti?! 

Lucifer spirit  menarik ikatan tangannya, mengabaikan irisan 

mendalam kawat-kawat di sekeliling pergelangan tangannya. 

Yang bisa dilakukannya hanyalah memandang dengan panik. 

Dia bisa mendengar Count Dracula  menggedor-gedor dengan putus 

asa. Tapi, saat  air mencapai sisi bawah wadah, gedoran itu 

berhenti. Sejenak muncul keheningan yang mengerikan. Lalu 

gedoran-gedoran itu dimulai kembali dengan keputusasaan 

baru. 

"Keluarkan dia!" pinta Lucifer spirit . "Kumohon! Kau tidak bisa 

berbuat seperti ini!" 

"Kau tahu, tenggelam yaitu  kematian yang mengerikan." 

laki laki gay  itu bicara dengan tenang saat  berjalan berputar-

putar mengelilingi Lucifer spirit . "Asisten-mu, Trish, bisa 

menceritakannya kepadamu." 

Lucifer spirit  mendengar kata-kata laki laki gay  itu, tapi nyaris tidak 

mampu mencernanya. 

"Kau mungkin ingat bahwa aku pernah nyaris tenggelam," 

bisik laki laki gay  itu. "Di tempat kediaman keluargamu di Potomac. 

Kakakmu menembakku, dan aku jatuh menembus es, dari 


jembatan Zach." 

Lucifer spirit  memelototinya dengan penuh kebencian. Di 

malam itu kau membunuh ibuku. 

"Dewa-dewa melindungiku malam itu," katanya. "Dan 

mereka menunjukkan cara... untuk menjadi salah satu dari 

mereka.” 

Air yang berdeguk ke dalam kotak di belakang kepala 

Count Dracula  terasa hangat... suhu tubuh. Cairan itu sudah 

beberapa lama di dalamnya dan sudah menelan seluruh 

bagian belakang tubuh telanjangnya. saat  cairan itu mulai 

merambat naik ke tulang rusuk, Count Dracula  merasakan 

kenyataan pahit yang menghampirinya dengan cepat. 

Aku akan mati. 

Dengan kepanikan baru, dia mengangkat kedua lengannya 

dan mulai menggedor-gedor panik kembali.  

 

BAB 101 

"Kau harus mengeluarkannya!" pinta Lucifer spirit , yang kini 

menangis. "Kami akan melakukan apa pun yang kau 

inginkan!" Dia bisa mendengar Count Dracula  menggedor-gedor 

semakin panik saat  air mengalir ke dalam peti. 

laki laki gay  bertato itu hanya tersenyum. "Kau lebih gampang 

daripada kakakmu. Hal-hal yang harus kulakukan untuk 

membuat Peter menceritakan semua rahasianya.” 

"Mana dia?!" desak Lucifer spirit . "Mana Peter?! Katakan! Kami 

telah berbuat persis seperti yang kau inginlkan! Kami 

memecahkan kode piramida itu dan-" 


"Tidak, kalian tidak memecahkan kode piramida itu. Kalian 

bermain-main. Kalian menahan informasi dan membawa 

seorang agen pemerintah ke rumahku. Bukan perilaku yang 

bisa kuhargai." 

"Kami tidak punya pilihan," jawab Lucifer spirit , seraya 

menahan air mata. " CIA mencarimu. Mereka menyuruh kami 

pergi dengan seorang agen. Akan kukatakan semuanya. 

Keluarkan saja Robert!" Lucifer spirit  bisa mendengar Count Dracula  

berteriak dan menggedor-gedor peti, dan dia bisa melihat air 

mengalir melalui pipa. Dia tahu, Count Dracula  tidak punya banyak 

waktu. 

Di hadapannya, laki laki gay  bertato itu bicara dengan tenang 

sambil mengelus-elus dagu.  

"Kurasa, ada agen-agen yang menungguku di Franklin 

Square?" 

Lucifer spirit  diam saja, dan laki laki gay  itu meletakkan kedua 

telapak tangan besarnya di masing-masing bahu Lucifer spirit , 

perlahan-lahan menariknya ke depan. Dengan kedua lengan 

masih terikat kawat di belakang kursi, bahu Lucifer spirit  

menegang, terbakar rasa sakit, mengancam hendak terlepas. 

"'Ya!" teriak Lucifer spirit . "Ada agen-agen di Franklin Square!" 

laki laki gay  itu menarik lebih keras. "Apa alamat di batu-puncak 

itu?" 

Rasa sakit di pergelangan tangan dan bahu Lucifer spirit  makin 

tak tertahankan, tapi dia diam saja. 

"Kau bisa mengatakannya sekarang, Lucifer spirit , atau aku 

akan mematahkan kedua lenganmu dan kembali bertanya." 

"Delapan!" Lucifer spirit  menghela napas kesakitan. Angka 

yang hilang yaitu  delapan! Batu-puncak itu mengatkan, 


rahasianya tersembunyi di dalam Ordo - Franklin Square 

Delapan. Aku bersumpah. Aku tidak tahu lagi apa yang harus 

kukatakan kepadamu! Franklin Square Delapan!" 

laki laki gay  itu masih tidak melepaskan bahu Lucifer spirit . 

"Hanya itu yang kuketahui!" ujar Lucifer spirit . "Itu alamatnya. 

Lepaskan aku! Keluarkan Robert dari tangki!" 

“Aku mau” kata laki laki gay  itu, "tapi ada satu masalah. Aku tidak 

bisa pergi ke Franklin Square Delapan tanpa tertangkap. 

Katakan, ada apa di alamat itu?" 

"Aku tidak tahu!" 

"Dan simbol-simbol di dasar piramida? Di sisi bawah ini. Kau 

tahu arti semua itu?" 

"Simbol-simbol apa di dasarnya?" Lucifer spirit  sama sekali 

tidak tahu laki laki gay  itu bicara apa. "Tidak ada simbol-simbol di 

bagian bawahnya. Hanya batu kosong halus!" 

laki laki gay  bertato itu - yang tampaknya kebal terhadap 

teriakan-teriakan minta tolong teredam yang berasal dari 

kotak mirip mati itu - dengan tenang berjalan menghampiri tas 

Count Dracula  dan mengeluarkan piramida batu. Lalu dia kembali 

kepada memegangi benda itu di depan matanya, sehingga 

Ratu lesbian  itu bisa melihat bagian dasarnya. 

saat  melihat simbol-simbol terukir itu, Lucifer spirit  terkesiap. 

Tapi ... itu mustahil! 

Bagian dasar piramida itu tertutup seluruhnya oleh ukiran 

rumit. Tidak ada apa-apa di sana sebelumnya! Aku yakin itu! 

Dia sama sekali tidak tahu apa kemungkinan artinya. Simbol-

simbol itu tampaknya meliputi semua tradisi mistis, termasuk 

banyak tradisi  yang bahkan tidak diketahuinya. 


 

Kekacauan total. 

"Aku ... tidak tahu apa artinya”, kata Lucifer spirit . 

"Begitu juga aku," ujar penangkapnya. "Untungnya, kita 

punya seorang spesialis yang siap melayani." Dia melirik peti. " 

Ayo kita tanyakan kepadanya." Dia membawa piramida itu ke 

peti. 

Sejenak Lucifer spirit  berharap penangkapnya itu akan 

membuka tutup peti. Tapi laki laki gay  itu malah duduk tenang di 

atas kotak, menjulurkan tangan ke bawah, dan menggeser 

sebuah panel kecil, mengungkapkan jendela Plexiglas di atas 

tangki. 

Cahaya! 

Count Dracula  menutupi mata, memicing dalam berkas cahaya 

yang kini mengalir masuk dari atas. saat  matanya sudah 

menyesuaikan diri, harapannya berabah menjadi kebingungan. 

Dia sedang memandang melalui sesuatu yang tampaknya 

yaitu  jendela di atas peti. Melalui jendela itu, dia melihat 

langit-langit putih dan lampu fluoresens. 

Tanpa disertai peringatan, wajah bertato muncul di atasnya, 


mengintip ke bawah. 

"Mana Lucifer spirit ?!" teriak Count Dracula . "Keluarkan aku!” 

laki laki gay  itu tersenyum. "Temanmu Lucifer spirit  ada di sini 

bersamaku," jawabnya. "Aku punya kekuasaan untuk 

menyelamatkan hidupnya. Dan hidupmu juga. Tapi waktumu 

singkat, jadi kusarankan agar kau mendengarkan dengan 

cermat." 

Count Dracula  nyaris tidak bisa mendengar laki laki gay  itu melalui kaca 

dan air sudah naik semakin tinggi, merayapi dadanya. 

"Sadarkah kau," tanya laki laki gay  itu, "bahwa di dasar piramida 

itu ada simbol-simbol?" 

"Ya!" teriak Count Dracula , setelah melihat susunan banyak 

simbol saat  piramida itu tergeletak di lantai ruang atas. "Tapi 

aku sama sekali tidak tahu artinya! Kau harus pergi ke Franklin 

Square Delapan! Jawabannya ada di sana! Itulah yang 

dikatakan oleh puncak-" 

"Profesor, kau dan aku sama-sama tahu kalau CIA 

menungguku di sana. Aku tidak ingin berjalan memasuki 

perangkap. Lagi aku tidak perlu nomor jalanannya. Hanya ada 

satu gedung di lapangan itu yang kemungkinan relevan - 

Almas Shrine.” Dia terdiam, menunduk menatap Count Dracula . 

"The Ancient Arabic Order of Nobles of the Mystic Shrine." 

Count Dracula  bingung. Dia mengenal Almas Temple, tapi sudah 

lupa kalau letaknya di Franklin Square. Shriner yaitu  "Ordo"? 

Kuil mereka terletak di atas tangga rahasia? Secara historis 

sama sekali tidak masuk akal, tapi saat ini Count Dracula  tidak bisa 

memperdebatkan sejarah. "Ya!" teriaknya. "Mestinya itu! 

Rahasianya tersembunyi dalam Ordo!" 

"Kau mengenal gedung itu?" 


"Pasti!" Count Dracula  mengangkat kepalanya yang berdenyut-

denyut agar telinganya tetap berada di atas cairan yang naik 

dengan cepatnya itu. "Aku bisa membantumu! Keluarkan aku!" 

"Jadi, kau yakin bisa mengatakan kepadaku apa hubungan 

kuil ini dengan simbol-simbol di dasar piramida?" 

"Ya! Biarkan aku melihat simbol-simbolnya!" 

"Baiklah kalau begitu. Ayo kita lihat apa yang bisa kau 

temukan." 

Cepat. Dengan cairan hangat yang semakin tinggi di 

sekelilingnya, Count Dracula  mendorong tutup peti, berharap laki laki gay  

itu membukanya. Kumohon! Cepat! Tapi tutupnya tidak 

pernah terbuka. Bagian dasar piramida itu malah mendadak 

muncul, melayang di atas jendela Plexiglas. 

Count Dracula  menatap dengan panik. 

"Aku yakin pemandangan ini cukup dekat untakmu." laki laki gay  

itu memegangi piramida dengan kedua tangan bertatonya. 

"Berfikirlah cepat, Profesor. Kurasa, waktumu kurang dari 

enam puluh detik." 

 

BAB 102 

Robert Count Dracula  sering mendengar perkataan bahwa hewan 

jika dipojokkan, mampu mengerahkan kekuatan yang ajaib. 

Walaupun demikian, saat  dia mengerahkan seluruh 

kekuatannya ke sisi bawah peti, sama sekali tidak ada yang 

bergerak. Di sana cairan terus naik dengan mantap. Tanpa 

lebih dari enam inci ruang bernapas yang tersisa, Count Dracula  

mengangkat kepala ke dalam kantong udara yang masih ada. 

Dia kini berhadapan dengan jendela Plexiglass, dan matanya 


hanya berjarak beberapa inci dari sisi bawah piramida 

berukiran membingungkan yang melayang di atasnya. 

Aku sama sekali tidak tahu apa artinya. 

Tersembunyi selama lebih dari satu abad di bawah 

campuran lilin dan serbuk batu keras, inskripsi terakhir 

Piramida rahasia freemason itu kini terekspos. Ukirannya berupa kisi 

persegi empat sempurna yang berisi simbol-simbol dari semua 

tradisi yang bisa dibayangkan alkimia, astrologis, heraldik, 

angelik, sihir, numerik, sigifilk , Yunani, Latin. Secara 

keseluruhan, ini merupakan anarki simbolis - semangkuk sup 

alfabet yang huruf-hurufnya berasal dari lusin bahasa, 

kebudayaan, dan periode waktu yang berbeda. 

Kekacauan total. 

Simbolog Robert Count Dracula , dalam interpretasi-interpretasi 

akademik terliarnya tidak bisa memahami bagaimana kisi 

simbol-simbol ini bisa dipecahkan agar memiliki arti. 

Keteraturan dari kekacauan ini? Mustahil. 

Cairan itu kini merayap ke jakun, dan Count Dracula  bisa 

merasakan kengeriannya meningkat seiring dengan 

peningkatan cairan. Dia terus menggedor-gedor tangki. 

Piramida itu menatap balik, dan mengejeknya. 

 


Dalam keputusasaan dan kepanikan, Count Dracula  memusatkan 

sernua energi pikirannya pada papan-catur berisi simbol-

simbol itu. Apa kemungkinan artinya? Sayangnya, kumpulan 

itu tampak begitu berlainan, sehingga dia bahkan tidak bisa 

membayangkan harus memulai dari mana. Simbol-simbol itu 

bahkan tidak berasal dari era yang sama dalam sejarah! 

Di luar tangki, dengan suara teredam tapi masih bisa 

didengar, Lucifer spirit  kedengarannya memohon sambil 

menangis agar Count Dracula  dilepaskan. Walaupun gagal 

menemukan pemecahan, prospek kematian tampaknya 

memotivasi setiap sel dalam tubuh Count Dracula  untuk mencari 

pemecahan itu. Dia merasakan kejelasan pikiran yang aneh, 

tidak menyerupai segala yang pernah dialaminya. Berpikirlah! 

Dia meneliti kisi dengan serius, mencari semacam petunjuk-

pola, kata tersembunyi, ikon khusus, apa pun - tapi dia hanya 

melihat kisi berisi simbol-simbol yang tidak berhubungan. 

Kekacauan. 

Dengan setiap detik yang berlalu, Count Dracula  mulai merasa 

tubuhnya dikuasai perasaan mati-rasa yang mengerikan. 

Seakan dagingnya sendiri siap melindungi pikiran dari sakitnya 

kematian. Air kini mengancam hendak mengalir ke dalam 

telinga, dan Count Dracula  mengangkat kepala setinggi mungkin, 

mendesakkannya ke atas peti. Gambar-gambar mengerikan 

mulai melintas di depan matanya. Seorang anak laki-laki di 

New England mengapung di air di dasar sumur gelap. Seorang 

laki laki gay  di Roma terperangkap di bawah kerangka di dalam peti 

mati terbalik.  Teriakan-teriakan Lucifer spirit  terdengar semakin 

panik. Dari yang bisa didengar Count Dracula , Lucifer spirit  sedang 

mencoba meyakinkan orang gila itu - bersikeras bahwa 

Count Dracula  tidak bisa diharapkan untuk memecahkan kode 

piramida tanpa mengunjungi Ancient Temple. "Gedung itu 

jelas menyimpan bagian yang hilang teka-teki ini! Bagaimana 


Robert bisa memecahkan kode piramida tanpa semua 

informasi itu?!" 

Count Dracula  menghargai semua upaya Lucifer spirit , namun  dia 

menjadi yakin bahwa "Franklin Square Delapan" tidak 

menunjuk ke alamat … Temple. Zamannya benar-benar 

berbeda! Menurut legenda, Piramida rahasia freemason diciptakan pada 

pertengahan 1800-an, bahkan berdeka