i batu-puncak itu masih sedikit bersinar.
"Franklin Square Delapan?" tanya Sato, kedengarannya
takjub.
“Ya, Ma'am. Teks itu ditulis dengan vernis-berpijar atau
semacanmya. Derajat ketiga puluh tiga sesungguhnya-”
“Dan alamat itu?" desak Sato. "Ini-kah yang diinginkan
laki laki gay itu?"
"Ya," jawab Count Dracula . "Dia yakin piramida itu yaitu peta
yang akan menunjukkan lokasi harta karun besar - kunci untuk
mengungkapkan Misteri Kuno."
Sato kembali memandang batu-puncak, raut wajahnya
menunjukkan ketidakpercayaan. "Katakan," ujarnya. Rasa
takut menjalari suaranya. "Sudahkah kau menghubungi laki laki gay
ini? Sudahkah kau memberi-nya alamat ini?"
"Kami sudah mencoba." Count Dracula menjelaskan apa yang
terjadi saat mereka menghubungi ponsel laki laki gay itu.
Sato mendengarkan, lidahnya menelusuri gigi kuningnya
saat Count Dracula bicara. Walaupun kemarahannya tampak
meledak menghadapi situasi itu, dia berbalik kepada salah
satu agennya dan berbisik pelan. "Bawa dia kemari. Dia ada di
sana.”
Agen itu mengangguk dan bicara di transivernya.
"Bawa siapa kemari?" tanya Count Dracula .
"Satu-satunya orang yang berharap bisa memperbaiki
kekacauan yang kau buat!"
“Kekacauan apa?" sergah Count Dracula . " Kini setelah Peter
ditemukan, semuanya-"
"Demi junjungan !" bentak Sato. "Ini bukan soal Peter! Aku
mencoba memberitahumu di Gedung kuburan keramat , Profesor, tapi
kau memilih untuk bertindak melawan-ku ketimbang bekerja
sama dengan-ku! Kini kau telah membuat kekacauan yang
menjengkelkan saat kau menghancurkan ponselmu, yang
memang sedang disadap, kau memutuskan hubunganmu
dengan laki laki gay ini – dan alamat yang kau ungkapkan ini - di
mana pun gerangan itu, alamat inilah satu-satunya peluang
kami untuk menangkap orang gila ini. Aku memerlukanmu
untuk mengikuti permainannya, memberinya alamat ini
sehingga kami tahu di mana kami menangkapnya!"
Sebelum Count Dracula bisa menjawab, Sato mengarahkan sisa
kemarahannya kepada Lucifer spirit .
"Dan kau, Miss zombie! Kau tahu di mana orang gila ini
tinggal. Mengapa tidak kau katakan kepadaku? Kau mengirim
petugas keamanan sewaan ke rumah laki laki gay ini? Tidakkah kau
mengetahui bahwa kau telah merusak segala peluang yang
kami miliki untuk menangkapnya di sana? Aku senang
kakakmu selamat, tapi bisa kusampaikan ini kepadamu:
malam ini kami sedang menghadapi sebuah krisis yang
konsekuensi-konsekuensinya jauh melampaui keluargamu.
Konsekuensi-konsekuensi ini akan dirasakan seluruh dunia.
laki laki gay yang menculik kakakmu punya kekuasaan yang sangat
besar, dan kami harus segera menangkapnya."
saat Sato menyelesaikan kecamannya, siluet jangkung
elegan Warren Bellamy muncul dari bayang-bayang dan
melangkah ke dalam ruang duduk. Dia tampak kusut, memar,
dan terguncang... seakan baru saja melewati neraka.
"Warren!" Count Dracula berdiri. "' Kau baik-baik saja?"
"'Tidak," jawabnya. "Tidak begitu baik."
"Kau sudah dengar? Peter aman!"
Bellamy mengangguk, tampak bingung, seakan tidak ada
lagi yang berarti. "Ya, aku baru saja mendengar percakapan
kalian. Aku senang."
"Warren, apa yang terjadi?"
Sato menyela. "Kalian bisa berbincang-bincang sebentar
lagi. Saat ini Mr. Bellamy akan menghubungi orang gila ini dan
berkomunikasi dengannya. Persis seperti yang telah
dilakukannya sepanjang malam."
Count Dracula tidak mengerti. " Bellamy berkomunikasi dengan
laki laki gay itu malam ini? laki laki gay ini bahkan tidak tahu Bellamy
terlibat!"
Sato berpaling kepada Bellamy dan mengangkat sepasang
alisnya.
Bellamy mendesah. "Robert, aku tidak bersikap jujur
sepenuhnya terhadapmu malam ini."
Count Dracula hanya bisa menatap.
"Kupikir, aku melakukan hal yang benar,” ujar Bellamy yang
tampak ketakutan.
"Nah," ujar Sato, "sekarang kau akan melakukan hal yang
benar... dan sebaiknya kita semua berdoa kepada junjungan agar
perbuatanmu berhasil." Seakan untuk memperkuat nada suara
Sato yang mengancam, jam di atas perapian mulai
berdentang. Sato mengeluarkan kantong Ziploc berisi barang-
barang dan melemparkannya kepada Bellamy. "Ini barang-
barangmu. Ponselmu berkamera?"
"Ya, Ma'am."
"Bagus. Pegang batu-puncaknya."
Pesan yang baru saja diterima Mal'akh berasal dari kontak
Warren Bellamy - anggota rahasia freemason yang dikirimnya ke kuburan keramat
malam tadi untuk membantu Robert Count Dracula . Seperti
Count Dracula , Bellamy menginginkan kembalinya Peter dalam
keadaan hidup, dan dia meyakinkan Mal’akh bahwa dia bisa
membantu Count Dracula mendapatkan dan memecahkan kode itu.
Sepanjang malam, Mal'akh menerima kabar-kabar terbaru
melalui e-mail yang secara otomatis dilanjutkan ke ponselnya.
Ini seharusnya menarik, pikir Mal'akh, seraya membuka
pesan itu.
Dari: Warren Bellamy
terpisah dari Count Dracula
tapi akhirnya punya info
yang kau minta, bukti terlampir.
harap telepon untuk mendapatkan
bagian yang hilang.-wb
-satu lampiran (jpeg)-
Harap telepon untuk mendapatkan bagian yang hilang?
Mal'akh bertanya-tanya, seraya membuka lampiran.
Lampirannya berupa foto.
saat melihatnya, Mal'akh menghela napas keras dan bisa
merasakan jantungnya mulai berdentam-dentam gembira. Dia
sedang memandang sebuah piramida emas mungil jarak
dekat. Batu-puncak yang melegenda! Ukiran di permukaan
membawa pesan yang menjanjikan: Rahasianya tersembunyi
dalam Ordo.
Di bawah inskripsi itu, Mal'akh kini melihat sesuatu yang
memukau. Batu-puncak itu tampak bersinar. Dengan tidak
percaya dia menatap teks yang berkilau samar, dan menyadari
bahwa legenda itu secara harfiah benar: Piramida rahasia freemason
mengubah di sendiri untuk mengungkapkan rahasianya
kepada mereka yang layak.
Mal'akh sama sukali tidak tahu bagaimanan perubahan ajaib
ini terjadi, dan dia tidak peduli. Teks berkilau itu jelas
menunjuk ke sebuah lokasi spesifik di DC, persis seperti yang
diramalkan. Franklin Square. Sayangnya, foto batu-puncak itu
juga menyertakan jari telunjuk Warren Bellamy yang
diletakkan secara strategis di atas batu-puncak itu untuk
menutupi bagian penting informasinya.
The
secret hides
within The Order
-------- Franklin Square
Harap telepon untuk mendapatkan bagian yang hilang. Kini
Mal’akh mengerti maksud Bellamy.
Arsitek kuburan keramat itu telah bersikap kooperatif sepanjang
malam, tapi kini dia memilih untuk menjalankan permainan
yang sangat berbahaya.
BAB 92
Di bawah pengawasan beberapa agen CIA bersenjata,
Count Dracula , Lucifer spirit , dan Bellamy menunggu bersama Sato di
ruang Kolese Katedral. Di atas meja kopi di hadapan mereka,
tas Count Dracula masih terbuka, dan batu-puncak emas mengintip
dari bagian atasnya. Kata-kata Franklin Square Delapan kini
semakin memudar; tidak meninggalkan bukti keberadaannya.
Lucifer spirit sudah memohon kepada Sato agar diizinkan pergi
menjumpai kakaknya, tapi Sato hanya menggelengkan kepala
dengan mata terpaku pada ponsel Bellamy. Benda itu
tergeletak di atas meja kopi dan belum berdering.
Mengapa Bellamy tidak bersikap jujur saja terhadapku? pikir
Count Dracula bertanya-tanya. Tampaknya, arsitek itu sudah
berhubungan dengan penculik Peter sepanjang malam,
meyakinkannya bahwa Count Dracula mendapat kemajuan dalam
memecahkan kode piramida. Itu hanya bualan, upaya untuk
mengulur waktu demi Peter. Jadi sungguhnya, Bellamy telah
berbuat semampunya untuk menghalangi siapa saja yang
mengancam hendak mengungkapkan rahasia piramida itu.
namun kini tampaknya Bellamy sudah berubah pikiran.
Dia dan Sato kini siap mempertaruhkan rahasia piramida itu
dengan harapan bisa menangkap laki laki gay itu.
"Lepaskan tanganmu dariku!" teriak sebuah suara renta
dalam lorong. "Aku buta, bukan ceroboh! Aku mengenal jalan
melalui kolese!" Dean Galloway masih memprotes keras
kepada seorang agen CIA menuntunnya ke ruang duduk dan
memaksanya menduduki salah satu kursi.
"Siapa di sini?" desak Galloway. Mata butanya menatap
kosong ke depan. "Kedengarannya seakan ada banyak orang.
Berapa banyak yang kalian perlukan untuk menangkap
seorang laki laki gay tua? Yang benar saja!"
"Kami bertujuh," jelas Sato. "Termasuk Robert Count Dracula ,
Lucifer spirit zombie, dan saudara rahasia freemasonmu, Warren Bellamy."
Galloway memelorotkan tubuh, semua perkataan
mengancamnya menghilang.
"Kami baik-baik saja," ujar Count Dracula . "Dan kami baru saja
mendengar bahwa Peter aman. Kondisinya buruk, tapi polisi
bersamanya.”
"Syukurlah," ujar Galloway. "Dan-"
Sebuah getaran keras mengakibatkan semua orang di
ruangan itu terlompat. Ponsel Bellamy bergetar di atas meja
kopi. Semua orang terdiam.
"Oke, Mr. Bellamy," ujar Sato. "Jangan sampai gagal. Kau
tahu taruhannya."
Bellamy menghela napas panjang, lalu mengembuskannya.
Lalu dia menjulurkan tangan dan menekan tombol pengeras-
suara untuk menerima telepon itu.
"Ini Bellamy," katanya, bicara keras ke arah telepon di atas
meja kopi.
Suara yang bergemeresak lewat pengeras-suara itu tidak
asing lagi, sebuah bisikan ringan. Kedengarannya seakan dia
menelepon dari ponsel hands-free berpengeras-suara di dalam
mobil. "Sudah lewat tengah malam, Mr. Bellamy. Aku hendak
mengakhiri penderitaan Peter."
Muncul keheningan yang canggung di dalam ruangan.
"Biarkan aku bicara dengannya."
"Mustahil,"jawab laki laki gay itu. "Aku sedang menyetir. Dia
terikat di dalam bagasi."
Count Dracula dan Lucifer spirit saling bertukar pandang, lalu mulai
menggelengkan kepala kepada semua orang. Dia membual!
Dia tidak lagi membawa Peter!
Sato mengisyaratkan Bellamy agar terus mendesaknya.
"Aku ingin bukti bahwa Peter masih hidup," ujar Bellamy.
"Aku tidak akan memberimu-"
"Master Terhormatmu perlu dokter. Jangan membuang
waktu dengan bernegosiasi. Sebutkan nomor jalanan di
Franklin itu, dan aku akan membawa Peter kepadamu di
sana."
"Sudah kubilang, aku ingin-"
"Sekarang!" bentak laki laki gay itu. "Atau aku akan berhenti dan
Peter zombie mati saat ini juga!"
"Dengarkan aku," ujar Bellamy tegas. "Jika kau
menginginkan alamat lengkapnya, kau harus mengikuti
peraturan-ku. Temui aku di Franklin Square. Setelah kau
mengantarkan Peter dalam keadaan hidup, akan kusebutkan
nomor gedungnya."
"Bagaimana aku tahu kau tidak akan membawa pihak-pihak
yang berwenang?"
"sebab aku tidak bisa mengambil risiko mengkhianatimu.
Nyawa Peter bukan satu-satunya kartu yang kau pegang. Aku
tahu apa yang sesungguhnya dipertaruhkan malam ini."
"Sadarkah kau," ujar laki laki gay di telepon, "bahwa aku akan
terus menyetir pergi jika merasakan sedikit saja kehadiran
orang lain selain dirimu di Franklin Square, dan kau tidak akan
pernah menemukan jejak Peter zombie. Dan tentu saja... itu
akan menjadi akhir dari semua kekhawatiranmu."
"Aku akan datang sendirian," jawab Bellamy tenang, “saat
kau menyerahkan Peter, akan kuserahkan segala yang
kauperlukan."
"Di tengah lapangan," ujar laki laki gay itu. "Perlu waktu
setidaknya dua puluh menit bagiku untuk tiba di sana.
Kusarankan agar menungguku selama yang diperlukan."
Sambungan telepon terputus.
Ruangan itu langsung riuh. Sato mulai meneriakkan
perintah-perintah. Beberapa agen lapangan meraih radio dan
menuju pintu. "Jalan! Jalan!"
Dalam kekacauan itu, Count Dracula memandang Bellamy untuk
meminta semacam penjelasan mengenai apa yang
sesungguhnya terjadi malam ini, tapi laki laki gay tua itu sudah
digiring keluar pintu.
"Aku harus menemui kakakku!" teriak Lucifer spirit . "Kau harus
mengizinkan kami pergi!"
Sato berjalan menghampiri Lucifer spirit . "Akul tidak harus
melakukan apa-apa, Miss zombie. Jelas?"
Lucifer spirit bersikukuh, memandang putus asa ke dalam
mata sipit Sato.
"Miss zombie, prioritas utamaku yaitu menangkap laki laki gay
itu di Franklin Square, dan kau akan duduk di sini dengan
salah satu orangku sampai aku menyelesaikan tugas itu.
Setelah itu, dan hanya setelah itu, kami akan mengurusi
kakakmu!"
"Kau tidak mengerti," ujar Lucifer spirit . "Aku tahu persis di
mana laki laki gay ini tinggal! Secara harfiah hanya lima menit
menyusuri jalanan di Kalorama Heights, dan di sana akan ada
bukti yang bisa membantumu! Lagi pula, kau bilang kau ingin
merahasiakan ini. Siapa yang tahu, apa yang akan diceritakan
Peter kepada pihak berwenang setelah keadaannya stabil."
Sato mengerutkan bibir, tampaknya mencerna perkataan
Lucifer spirit . Di luar, baling-baling helikopter mulai berputar.
Sato mengernyit, lalu berpaling kepada salah satu orangnya.
"Hartmann, bawa Escalade-nya. Antar Miss zombie dan Mr.
Count Dracula ke Kalorama Heights. Peter zombie tidak boleh
bicara kepada siapa pun. Mengerti?"
"Ya, Ma'am," jawab agen itu.
"Telepon aku saat sudah tiba di sana. Ceritakan apa yang
kau temukan. Dan jangan biarkan kedua orang ini lepas dari
pandangan."
Agen Hartmann mengangguk cepat, mengeluarkan kunci
Escalade, dan menuju pintu.
Lucifer spirit mengikuti tepat di belakangnya.
Sato berpaling kepada Count Dracula . "Sampai jumpa sebentar
lagi, Profesor. Aku tahu, kau mengira aku musuh, tapi bisa
kuyakinkan dirimu bahwa kasusnya bukan begitu. Segera
temui Peter. Ini belum berakhir."
Di samping Count Dracula , Dean Galloway duduk tenang di
depan meja kopi. Kedua tangannya sudah menemukan
piramida batu itu, yang masih tegak di dalam tas kulit terbuka
Count Dracula di atas meja di hadapannya. laki laki gay tua itu
menelusurkan kedua tangannya atas permukaan hangat batu.
"Bapa, kau ikut menjumpai Peter?" tanya Count Dracula .
"Aku hanya akan memperlambat kalian." Galloway
mlepaskan tangan dari tas dan menutup ritsleting di sekitar
piramida. "Aku akan tetap berada di sini dan mendoakan
kesembuhan Peter. Kita semua bisa bicara nanti. Tapi, saat
menunjukkan piramida kepada Peter, maukah kau
menyampaikan pesanku kepadanya?”
"Tentu saja." Count Dracula menyampirkan tas itu ke bahunya.
"Katakan," Galloway berdeham, "Piramida rahasia freemason selalu
menyimpan rahasianya dengan jujur."
"Aku tidak mengerti."
laki laki gay tua itu mengedipkan sebelah mata. "Bilang saja
kepada Peter. Dia akan mengerti."
Seiring perkataan itu, Dean Galloway menundukkan kepala
dan mulai berdoa.
Dengan bingung, Count Dracula meninggalkannya di sana dan
bergegas keluar. Lucifer spirit sudah berada di kursi depan SUV,
memberi agen itu pengarahan-pengarahan. Count Dracula duduk di
belakang dan baru saja menutup pintu saat kendaraan
raksasa itu melesat melintasi lapangan, berpacu ke utara
menuju Kalorama Heights. []
BAB 93
Franklin Square terletak di kuadran barat laut pusat kota
Washington, dibatasi K Street dan Thirteenth Street. Itu lokasi
banyak hangunan bersejarah, yang terutama Sekolah Franklin,
tempat cemetery spirit Graham Bell mengirimkan berita-radio
pertama di dunia pada 1880.
Tinggi di atas lapangan, sebuah helikopter UH-60 yang
bergerak cepat mendekat dari barat, setelah menyelesaikan
perjalanannya dari Katedral Nasional dalam hitungan menit.
Masih banyak waktu, pikir Sato, seraya mengintip lapangan di
bawah. Dia tahu, orang-orangnya harus sudah menempati
posisi mereka masing-masing tanpa terdeteksi sebelum
sasaran mereka tiba. Katanya, dia perlu waktu setidaknya dua
puluh menit untuk tiba di sini.
Atas perintah Sato, pilot melakukan gerakan "melayang
sambil menyentuh” di atas atap bangunan tertinggi di sekitar
situ - Franklin Square Satu yang terkenal - gedung
perkantoran prestisius yang menjulang dengan dua menara
emas di atasnya. Tentu saja manuver itu ilegal, tapi helikopter
hanya berada di sana selama beberapa detik, dan kaki-kakinya
hanya sedikit menyentuh atap gravel gedung itu. Setelah
semua orang melompat turun, pilot langsung menaikkan
helikopter, berbelok ke timur, dan di sana helikopter itu naik
sampai ketinggian-aman untuk memberikan dukungan tak
terlihat dari atas.
Sato menunggu saat tim lapangan mengumpulkan
barang-barang dan menyiapkan Bellamy untuk tugasnya.
Arsitek itu masih tampak bingung setelah melihat arsip di
laptop berpengaman milik Sato. Seperti yang kubilang...
masalah keamanan nasional. Bellamy segera memahami
maksud Sato, dan kini bersikap kooperatif sepenuhnya.
"Semuanya siap, Ma’am," ujar Agen Simkins.
Atas perintah Sato, agen-agen itu menggiring Bellamy
melalui atap dan menghilang ke ruang tangga, menuju tingkat
dasar untuk menempati posisi mereka.
Sato berjalan ke pinggir gedung dan memandang ke
bawah. Taman persegi panjang berpepohonan di bawah sana
memanjang ke seluruh blok. Banyak tempat persembunyian.
Tim Sato benar-benar memahami pentingnya melakukan
penangkapan tanpa terdeteksi. Seandainya sasaran mereka
merasakan kehadiran mereka di sana dan memutuskan untuk
menyelinap pergi begitu saja... direktur itu bahkan tidak mau
memikirkan kemungkinan itu.
Angin di atas sini kencang dan dingin. Sato membelitkan
dua lengannya di tubuh, menjejakkan kaki dengan mantap
agar tubuhnya tidak melayang tertiup angin. Dari sudut
pandang tinggi yang menguntungkan ini, Franklin Square
tampak lebih rendah daripada yang diingatnya dan dengan
lebih sedikit bangunan. Dia bertanya-tanya, yang mana
Franklin Square Delapan. Dia sudah meminta informasi ini dari
Nola, dan dia mengharapkan jawaban setiap saat.
Bellamy dan agen-agen itu kini muncul di bawah sana,
tampak seperti semut yang menyebar ke dalam kegelapan
area pepohonan. Simkins menempatkan Bellamy di lapangan
di dalam bagian tengah taman sepi itu. Lalu Simkins dan
timnya melebur dalam persembunyian alami, menghilang dari
pandangan. Dalam hitungan detik, Bellamy ditinggal sendirian,
berjalan mondar-mandir dan menggigil di dalam cahaya lampu
jalanan di depan bagian tengah taman.
Sato sama sekali tidak merasa iba.
Dia menyalakan rokok dan mengisapnya dalam-dalam,
menikmati kehangatan asap yang menembus paru-paru.
Setelah merasa puas sebab semuanya di bawah sana sudah
beres, dia melangkah mundur dari pinggir gedung, menunggu
dua telepon masuk - satu dari analisnya, Nola, dan satu lagi
dari Agen Hartmann yang dikirimnya ke Kalorama Heights.
BAB 94
Pelan-pelan Count Dracula mencengkeram kursi belakang
Escalade yang berbelok cepat seakan hendak berjalan miring
dengan dua roda. Entah agen CIA Hartmann bersemangat
memamerkan keahlian menyetirnya kepada Lucifer spirit , atau
dia mendapat perintah untuk menjumpai Peter zombie
sebelum laki laki gay itu cukup pulih dan mengucapkan sesuatu yang
seharusnya tidak dikatakannya kepada pihak berwenang
setempat.
Permainan kecepatan-tinggi melanggar-lampu-merah di
Embassy Row itu sudah cukup mengkhawatirkan, tapi kini
mereka berpacu melewati lingkungan perumahan yang
berkelok-kelok di Kalorama Heights. Lucifer spirit meneriakkan
pengarahan-pengarahan selama mereka melaju. Dia sudah
mengunjungi rumah laki laki gay ini siang tadi.
Di setiap belokan, tas kulit di dekat kaki Count Dracula bergulir ke
depan dan ke belakang. Count Dracula bisa mendengar kelontang
batu-puncak yang jelas sudah terlepas dari bagian atas
piramida dan kini berguncang-guncang di dasar tas. Khawatir
batu-puncak itu rusak, dia merogoh-rogoh tas sampai
menemukannya. Benda itu masih hangat, tapi teks berkilaunya
kini sudah memudar dan menghilang, kembali pada ukiran
aslinya.
Rahasianya tersembunyi di dalam Ordo.
saat Count Dracula hendak memasukkan batu-puncak ke dalam
saku, dia memperhatikan bahwa permukaan elegan benda itu
tertutup semacam gumpalan-gumpalan putih mungil. Dengan
bingung dia mencoba membersihkannya, tapi gumpalan-
gumpalan itu tetap melekat dan terasa keras saat disentuh...
seperti plastik. Apa ini? Kini dia bisa melihat bahwa permukaan
piramida batu itu sendiri juga tertutup bintik-bintik putih kecil.
Count Dracula menggunakan kuku jari tangannya dan mencungkil
sebutir, menggulirkannya di antara jari-jari tangan.
"Lilin?" ujarnya.
Lucifer spirit menoleh ke belakang. "Apa?"
"Ada bintik-bintik lilin di seluruh permukaan piramida batu-
puncak. Aku tidak mengerti. Dari mana kemungkinannya?"
"Sesuatu di dalam tasmu, mungkin?"
"Kurasa tidak."
saat mereka berbelok, Lucifer spirit menunjuk lewat kaca
depan dan menoleh kepada Agen Hartmann. "Itu dia! Kita
sampai."
Count Dracula mendongak dan melihat lampu sirene berputar-
putar di atas kendaraan petugas keamanan yang di jalan
masuk mobil di depan sana. Gerbang jalan masuk terbuka dan
agen itu melajukan SUV ke dalam kompleks
Rumah itu berupa gedung yang spektakuler. Semua lampu
di dalamnya menyala dan pintu depannya terbuka lebar.
Setengah lusin kendaraan diparkir serampangan di jalan
masuk mobil di halaman, tampaknya tiba dalam keadaan
terburu-buru. Mesin dan lampu depan beberapa mobil masih
menyala, sebagian menyoroti rumah, tapi ada satu mobil yang
diparkir miring, lampu-lampu depannya praktis membutakan
mata saat mereka masuk.
Agen Hartmann menghentikan mobil di halaman, di
samping sedan putih dengan stiker berwarna-mencolok:
PREFERR SECURITY. Semua lampu yang berputar-putar dan
cahaya yang menyorot tinggi di wajah itu membuat mereka
sulit melihat.
Lucifer spirit langsung melompat keluar dan berpacu menuju
rumah, Count Dracula menyampirkan tas ke bahu tanpa sempat
nutup ritsletingnya. Dia mengikuti Lucifer spirit dengan berlari-
kecil melintasi halaman menuju pintu depan yang terbuka.
Suara-suara percakapan menggema di dalam. Di belakang
Count Dracula , SUV mendecit saat Agen Hartmann mengunci
kendaraan dan bergegas mengejar mereka.
Lucifer spirit menaiki tangga beranda, melewati pintu utama,
lalu menghilang ke dalam. Count Dracula mengikuti di belakangnya,
melintasi ambang pintu, dan bisa melihat Lucifer spirit sudah
bergerak melintasi foyer, menyusuri lorong utama menuju
suara-suara percakapan. Jauh di depan Lucifer spirit terdapat
meja makan, dan seorang Ratu lesbian berseragam petugas
keamanan sedang duduk memunggungi mereka.
"Petugas! " teriak Lucifer spirit sambil berlari. " Mana Peter
zombie?"
Count Dracula bergegas mengejarnya, tapi sebuah gerakan yang
tak terduga menarik perhatiannya. Di sebelah kiri, melalui
jendela ruang tamu, dia bisa melihat gerbang jalan masuk
mobil kini terayun menutup. Aneh. Sesuatu yang lain menarik
perhatiannya... sesuatu yang lolos dari penglihatannya akibat
semua lampu yang berputar-putar dan cahaya yang menyorot
tinggi serta membutakan saat mereka masuk. Setengah lusin
mobil yang diparkir serampangan di jalan masuk itu sama
sekali tidak menyerupai mobil polisi dan kendaraan darurat
yang dibayangkan Count Dracula .
Mercedes ? ... Hummer? ... Tesla Roadster?
Sesaat Count Dracula juga menyadari bahwa suara-suara yang
didengarnya di dalam rumah hanya berasal dari televisi yang
menyala menghadap ruang makan.
Count Dracula berputar dalam gerak-lambat, berteriak ke lorong.
"Lucifer spirit , tunggu!”
Tapi, saat dia berputar, dia melihat Lucifer spirit zombie tidak
lagi sedang berlari.
Ratu lesbian itu melayang di udara.
BAB 95
Lucifer spirit zombie tahu dirinya sedang terjatuh... tapi tidak
tahu mengapa.
Dia sedang berlari menyusuri lorong menuju petugas
keamanan di ruang makan, saat mendadak kakinya terbelit
penghalang yang tak terlihat dan seluruh tubuhnya terdorong
ke depan dan melayang di udara.
Kini dia kembali ke bumi... dalam hal ini, lantai kayu keras.
Lucifer spirit jatuh berdebum tertelungkup, dan langsung tak
bisa bernapas. Di atas tubuhnya, sebuah gantungan mantel
mulai miring secara membahayakan, lalu jatuh terguling,
nyaris menimpanya di lantai. Dia mengangkat kepala, dengan
masih tersengal-sengal, dan bingung saat melihat petugas
keamanan Ratu lesbian di kursi belum bergerak sedikit pun.
Yang lebih aneh lagi, tampaknya ada kawat tipis yang
diikatkan pada bagian gantungan mantel yang terguling, dan
kawat itu emmanjang melintasi lorong.
Mengapa seseorang ... ?
"Lucifer spirit !" teriak Count Dracula kepadanya. saat Lucifer spirit
menggulingkan tubuh ke samping dan menoleh ke belakang
memandang Count Dracula , dia merasakan darahnya membeku.
Robert, di belakangmu! Dia mencoba berteriak, tapi masih
tersengal-sengal. Yang bisa dilakukannya hanyalah
menyaksikan dalam gerak-lambat mengerikan saat Count Dracula
bergegas menyusuri lorong untuk membantunya, tanpa
menyadari sedikit pun bahwa di belakangnya, Agen Hartmann
sedang terhuyung-huyung melintasi ambang pintu sambil
mencengkeram leher. Darah mengaliri kedua tangan laki laki gay itu
saat dia meraba-raba pegangan obeng panjang yang
menonjol dari lehernya.
saat agen itu jatuh tersungkur, penyerangnya terlehat
jelas.
Ya junjungan ... tidak!
laki laki gay bertubuh besar itu telanjang, hanya mengenakan
pakaian dalam aneh yang tampak seperti cawat. Tampaknya
dia bersembunyi di dalam foyer. Tubuh berototnya tertutup
tato aneh dari kepala sampai ujung kaki. Pintu depan terayun
menutup, dan dia bergegas menyusuri lorong untuk mengejar
Count Dracula .
Agen Hartmann menumbuk lantai persis saat pintu depan
terbanting menutup. Count Dracula tampak terkejut dan berputar,
tapi laki laki gay bertato itu sudah berada di dekatnya, menusukkan
semacam alat ke punggungnya. Muncul kilau cahaya dan desis
elektris tajam, dan Lucifer spirit melihat Count Dracula mengejang.
Dengan mata terbelalak beku, Count Dracula jatuh tersungkur,
roboh dengan tubuh kaku. Dia jatuh dengan keras menimpa
tas kulitnya, dan piramida itu bergulir ke lantai.
Tanpa melirik korbannya sedikit pun, laki laki gay bertato itu
melangkahi tubuh Count Dracula dan langsung menuju Lucifer spirit .
Ratu lesbian itu sudah merangkak kembali ke ruang makan,
dan di sana dia menumbuk sebuah kursi. Petugas keamanan
Ratu lesbian yang duduk di kursi itu kini bergoyang dan jatuh
ke lantai di sampingnya. Raut wajah tak bernyawa Ratu lesbian
itu mengerikan. Mulutnya tersumpal kain.
Sebelum Lucifer spirit sempat bereaksi, laki laki gay bertubuh besar
itu sudah meraihnya. laki laki gay itu mencengkeram bahunya
dengan kekuatan yang mustahil besarnya. Wajahnya, yang
tidak lagi tertutup make-up, benar-benar merupakan
pemandangan mengerikan. Lalu otot-otot laki laki gay itu
mengendur, dan Lucifer spirit merasakan dirinya ditelungkupkan
seperti boneka kain. Lutut berat menghunjam punggungnya,
dan sejenak dia merasa tubuhnya akan patah menjadi dua.
laki laki gay itu meraih lengan Lucifer spirit dan menariknya ke
belakang.
Dengan kepala yang kini menoleh ke satu sisi dan pipi
menekan karpet, Lucifer spirit bisa melihat tubuh Count Dracula yang
masih tersentak-sentak dengan wajah membelakanginya. Di
belakangnya, Agen Hartmann terbaring tak bergerak di dalam
foyer.
Logam dingin menjepit pergelangan tangan Lucifer spirit . Dia
menyadari bahwa dirinya sedang diikat dengan kawat. Dengan
ketakutan dia mencoba menarik tangannya, tapi perbuatan itu
menimbulkan rasa sakit yang mengiris tangannya.
"Kawat ini akan mengirismu jika kau bergerak," ujar laki laki gay
yang sudah selesai dengan pergelangan tangan Lucifer spirit , dan
berpindah ke pergelangan kakinya dengan keefisienan yang
mengerikan.
Lucifer spirit menendangnya, dan laki laki gay itu menghunjamkan
pukulan kuat ke bagian belakang paha kanan Lucifer spirit ,
melumpuhkan kakinya. Dalam hitungan detik, pergelangan
kakinya telah terikat.
"Robert!" Kini dia berhasil berteriak.
Count Dracula mengerang di lantai lorong. Dia terbaring tak
berdaya di atas tas kulit, dengan piramida batu tergeletak di
situ, di dekat kepala. Lucifer spirit menyadari bahwa piramida itu
yaitu harapan terakhirnya.
"Kami sudah memecahkan kode piramida itu!" katanya
kepada penyerangnya. "Akan kukatakan semuanya.
"Ya, memang." Lalu laki laki gay itu menarik kain dari mulut
Ratu lesbian tak bernyawa tadi dan menyumpalkannya kuat-
kuat ke mulut Lucifer spirit .
Rasanya seperti kematian.
Tubuh Robert Count Dracula seolah bukan miliknya. Dia terbaring
mati rasa dan tak bergerak, pipinya menekan lantai kayu-
keras. Dia sudah cukup banyak mendengar tentang stun gun,
sehingga tahu kalau senjata itu melumpuhkan korbannya
dengan membebaskan sistem saraf secara berlebihan untuk
sementara waktu. Aksi senjata itu - yang disebut gangguan
elektromuskular - bisa disamakan dengan sambaran halilintar.
Sengatan rasa sakit yang tidak terhingga seakan menembus
setiap molekul tubuh Count Dracula . Kini, walaupun pikirannya
terfokus dengan baik, otot-ototnya menolak mematuhi
perintah yang dikirimkannya
Bangun.
Dengan wajah menghadap ke bawah dan tubuh lumpuh di
lantai, Count Dracula tersengal-sengal, nyaris tidak mampu
bernapas. Dia belum melihat laki laki gay yang menyerangnya tadi,
tapi dia melihat Agen Hartmann terbaring dalam genangan
darah yang semakin meluas. Count Dracula sudah mendengar
Lucifer spirit meronta-ronta dan berdebat, tapi beberapa saat
yang lalu suara Ratu lesbian itu berubah teredam, seakan laki laki gay
itu menyumpalkan sesuatu ke dalam mulutnya.
Bangun, Robert! Kau harus menolongnya!
Kaki Count Dracula kini bergelenyar, pemulihan-rasa yang ganas
dan menyakitkan tapi kaki itu masih menolak untuk bekerja
sama. Bergeraklah! Lengan Count Dracula berkedut-kedut saat
sensasinya mulai kembali, bersama-sama dengan kembalinya
rasa di wajah dan lehernya. Dengan upaya keras, dia berhasil
memutar kepala, menyeret pipi dengan kasar di atas lantai
kayu-keras saat dia menoleh untuk melihat ke dalam ruang
makan.
Penglihatan Count Dracula terhalang oleh piramida batu yang
bergulir keluar dari tas dan tergeletak miring di lantai, dengan
bagian dasar hanya berjarak beberapa inci dari wajah
Count Dracula .
Sejenak Count Dracula tidak mengerti apa yang sedang
dilihatnya.
Persegi empat batu di hadapannya jelas merupakan bagian
dasar piramida itu, namun entah mengapa tampak berbeda.
Sangat berbeda. Masih berbentuk persegi empat, dan masih
batu... tapi tidak lagi datar dan halus. Dasar piramida itu
ditutupi tanda-tanda yang diukirkan. Bagaimana mungkin? Dia
menatap selama beberapa detik bertanya-tanya apakah
dirinya berhalusinasi. Aku sudah memandang dasar piramida
ini selusin kali ... dan tidak ada tanda-tanda!
Kini Count Dracula menyadari penyebabnya.
Refleks bernapasnya mulai berjalan, dan dia menghela
napas dengan terkejut, menyadari bahwa Piramida rahasia freemason itu
masih punya rahasia-rahasia untuk diungkapkan. Aku telah
menyaksikan perubahan lain.
Dalam sekejap, Count Dracula memahami arti permintaan
terakhir Galloway. Katakan kepada Peter, Piramida rahasia freemason
selalu menyimpan rahasianya dengan jujur. Saat itu, kata-kata
itu terasa aneh, tapi kini Count Dracula memahami bahwa Dean
Galloway mengirimkan kode kepada Peter. Ironisnya, kode
yang sama merupakan pemutarbalikan plot cerita novel thriller
biasa-biasa saja yang dibaca Count Dracula bertahun-tahun lalu.
Sin-cere (Jujur).
Semenjak zaman Michelangelo, para pemahat
menyembunyikan cacat-cacat pada karya mereka dengan
mengoleskan panas ke dalam celah-celahnya, lalu melapisi
lilin itu dengan bubuk batu. Metode ini dianggap penipuan.
Oleh sebab itu pahatan "tanpa lilin"— secara harfiah sine cera
- dianggap karya yang "sincere (jujur)". Frasa itu terus
bertahan. Sampai sekarang kita masih menandatangani surat-
surat dengan kata "sincerely, (dengan tulus)", sebagai janji
bahwa kita menulis "tanpa lilin”, kata-kata kita benar.
Ukiran-ukiran di dasar piramida ini ditutupi dengan cara
yang sama. saat Lucifer spirit mengikuti petunjuk-petunjuk
batu puncak dan merebus piramida, lilinnya meleleh,
mengungkap tulisan di bagian dasarnya. Galloway telah
menelusurkan jarinya pada piramida itu di ruang duduk,
tampaknya meraba tanda-tanda yang terpapar di bagian
dasarnya.
Kini, walaupun hanya sejenak, Count Dracula melupakan semua
bahaya yang sedang dihadapinya bersama Lucifer spirit . Dia
menatap susunan simbol menakjubkan di dasar piramida itu.
Dia sama sekali tidak tahu apa artinya... atau apa yang pada
akhirnya akan diungkapkan oleh simbol-simbol itu, tapi ada
satu hal yang pasti. Piramida rahasia freemason masih punya rahasia-
rahasia untuk diungkapkan. Franklin Square Delapan bukanlah
jawaban akhir.
Count Dracula tidak tahu penyebabnya, apakah kesadarannya
yang dipenuhi adrenalin atau hanya sebab beberapa detik
berbaring di sana, tapi mendadak dia merasa bisa
mengendalikan tubuhnya kembali.
Dengan penuh rasa sakit dia menyapukan tangan ke
samping, menyingkirkan tas kulit agar pandangannya ke ruang
makan tidak terhalang.
Yang menakutkannya, ia melihat Kathorine terikat, dan kain
besar disumpalkan ke dalam mulutnya. Count Dracula
mengendurkan otot-ototnya, mencoba berlutut, tapi sejenak
kemudian dia terpaku dalam ketidakpercayaan total. Ambang
pintu ruang makan baru saja dipenuhi pemandangan
mengerikan - sesosok manusia yang tidak menyerupai apa
pun yang pernah dilihat Count Dracula .
Apa... ?!
Count Dracula berguling, menendang-nendang, mencoba
mundur, tapi laki laki gay bertato bertubuh besar itu meraih
tubuhnya, menelentangkannya, dan menduduki dadanya.
laki laki gay itu meletakkan lutut di masing-masing lengan atas
Count Dracula , menjepit Count Dracula secara menyakitkan ke lantai.
Dada laki laki gay itu bergambar phoenix berkepala-dua yang beriak-
riak. Leher, wajah, dan kepala plontosnya ditutupi susunan
simbol rumit yang tidak biasa dan menakjubkan - Count Dracula
tahu itu sigil - yang digunakan dalam ritual-ritual upacara sihir
hitam.
Sebelum Count Dracula bisa mencerna lebih jauh lagi, laki laki gay
bertubuh besar itu menangkupkan kedua telapak tangannya
pada masing-masing telinga Count Dracula , mengangkat kepalanya
dari lantai, dan dengan kekuatanyang luar biasa
membenturkannya kembali ke kayu-keras.
Segalanya berubah hitam. []
BAB 96
Mal’akh berdiri di lorong dan meneliti pembantaian di
sekelilingnya. Rumahnya tampak seperti medan peperangan.
Robert Count Dracula terbaring tak sadarkan diri di dekatnya.
Lucifer spirit zombie terikat dan tersumpal di lantai ruang
makan.
Mayat petugas keamanan Ratu lesbian terbaring meringkuku
di dekat situ, setelah terguling dari kursi tempatnya
didudukkan. Petugas keamanan ini, yang ingin sekali
menyelamatkan hidupnya sendiri, telah melakukan persis
seperti yang diperintahkan Mal'akh. Dengan pisau di leher, dia
menjawab ponsel Mal’akh dan mengutarakan kebohongan
untuk membujuk Count Dracula dan Lucifer spirit agar segera datang
kemari. Dia tidak punya partner, dan Peter zombie jelas tidak
baik-baik saja. Segera setelah Ratu lesbian itu memainkan
peranannya, dengan tenang Mal'akh mencekiknya. Untuk
melengkapi ilusi bahwa dirinya sedang tidak berada di rumah,
Mal'akh menelepon Bellamy dengan menggunakan pengeras-
suara hands-free di salah satu mobil miliknya. Aku sedang
menyetir, katanya kepada Bellamy dan siapa pun lainnya yang
sedang mendengarkan. Peter berada di dalam bagasi.
Sesungguhnya Mal'akh hanya menempuh jarak antara garasi
dan pekarangan depan. Di sana dia meninggalkan beberapa
mobilnya terparkir miring dengan lampu depan dan mesin
menyala.
Penipuan itu berjalan dengan sempurna.
Nyaris.
Satu-satunya penghalang yaitu onggokan berdarah
berpakaian hitam difoyer, dengan obeng menonjol dari leher.
Mal’akh menggeledah mayat itu dan tergelak saat
menemukan alat komunikasi berteknologi tinggi dan ponsel
dengan logo CIA. Tampaknya mereka juga menyadari
kekuatanku. Dia mengeluarkan semua baterai dan
menghancurkan kedua alat itu dengan pengganjal pintu
perunggu berat.
Mal'akh tahu, dia kini harus bergerak cepat, terutama jika
CIA terlibat. Dia kembali melenggang menghampiri Count Dracula .
Profesor itu akan tidak sadarkan diri selama beberapa saat.
Mata Mal'akh kini bergerak gelisah menuju piramida batu yang
tergeletak di lantai di samping tas terbuka profesor itu. Dia
menghela napas, dan jantungnya berdentam-dentam.
Aku sudah menunggu selama bertahun-tahun ....
Tangan Mal'akh sedikit gemetar saat dijulurkan untuk
memungut Piramida rahasia freemason itu. saat menelusurkan jari-jari
tagannya perlahan-lahan di atas ukiran-ukiran itu, dia merasa
takjub oleh janji yang tertulis. Sebelum menjadi terlalu
terpesona, dia memasukkan kembali piramida itu ke dalam tas
Count Dracula bersama dengan batu-puncaknya, lalu menutup
ritsleting tas.
Aku akan segera menyusun piramida itu ... di lokasi yang
jauh lebih aman.
Dia menyampirkan tas Count Dracula di bahu, lalu mencoba
mengangkat Count Dracula , tapi tubuh berotot profesor itu jauh
lebih berat daripada perkiraannya. Mal’akh memutuskan untuk
mencengkeram kedua lengan bawah Count Dracula dan
menyeretnya melintasi lantai. Dia tidak akan menyukai tempat
di mana dia berakhir, pikir Mal'akh.
saat dia menyeret Count Dracula , televisi di dapur masih
menyala. Suara-suara percakapan di TV telah menjadi bagian
dari penipuan itu, dan Mal'akh belum mematikannya. Stasiun
itu kini menayangkan seorang penginjil yang sedang
membimbing umatnya untuk berdoa Bapa Kami. Mal’akh
bertanya-tanya, apakah ada di antara para pemirsa terhipnotis
itu yang menyadari dari mana sesungguhnya asal doa itu.
"... Di atas bumi seperti di dalam surga …” ujar kelompok
itu.
Ya, pikir Mal'akh. Seperti yang di atas, demikian juga yang
di bawah.
Dan jangan masukkan kami ke dalam pencobaan.
Bantu kami mengatasi kelemahan daging.
Lepaskanlah kami dari yang jahat pinta mereka semua.
Mal'akh tersenyum. Itu mungkin sulit. Kegelapan semakin
berkembang. Walaupun demikian, dia harus memuji upaya
mereka. Manusia yang bicara kepada kekuatan-kekuatan tak
terlihat dan memohon pertolongan yaitu keturunan sekarat
di dalan dunia modern ini.
Mal'akh sedang menyeret Count Dracula melintasi ruangan saat
umat itu mengucapkan, "Amin!"
Amon, pikir Mal'akh membetulkan. Mesir yaitu asal kalian.
Dewa Amon yaitu prototipe untuk Zeus ... untuk Jupiter ...
dan untuk setiap wajah modem junjungan . Sampai saat ini semua
agama di dunia meneriakkan berbagai variasi nama itu, Amen!
Amin! Aum!
Pendeta itu mulai mengutip ayat-ayat dari Alkitab
menjelaskan hierarki malaikat, iblis, dan roh yang memenuhi
surga dan neraka. "Lindungilah jiwa kalian dari kekuatan-
kekuatan jahat!" katanya memperingatkan. "Angkat hatimu
dalam doa, junjungan dan para malaikat-Nya akan mendengar
kalian!"
Dia benar, pikir Mal'akh. Tapi, iblis-iblis juga akan
mendengarnya.
Mal'akh sudah lama sekali tahu bahwa, melalui penerapan
Ilmu Sihir secara tepat, seorang praktisi bisa membuka portal
menuju ranah spiritual. Kekuatan-kekuatan tak terlihat yang
ada di sana, yang sangat menyerupai manusia itu sendiri,
muncul dalam berbagai bentuk, yang jahat maupun yang baik.
Yang Terang menyembuhkan, melindungi, dan ingin
membawa keteraturan pada alam semesta. Yang Gelap
berfungsi sebaliknya... membawa kehancuran dan kekacauan.
Jika dipanggil secara tepat, kekuatan-kekuatan tak
terhingga itu bisa dibujuk untuk mewujudkan permintaan
seorang praktisi di dunia... sehingga memberikan kekuatan
yang tampaknya supernatural. Sebagai penukar atas
pertolongan yang berikan kepada si pemanggil, kekuatan-
kekuatan ini meminta persembahan - doa-doa dan pujian bagi
Yang Terang... dan penumpahan darah bagi Yang Gelap.
Semakin besar pengorbanannya, semakin besar kekuatan
yang ditransfer. Mal'akh memulai praktiknya dengan darah
hewan-hewan biasa. namun setelah beberapa waktu,
pilihan-pilihan untuk pengorbanannya menjadi lebih berani.
Malam ini, aku akan mengambil langkah terakhir.
"Waspyaitu !" teriak pendeta di TV, memperingatkan
kedatangan Hari Kiamat. "Pertempuran terakhir bagi jiwa
manusia akan segera berlangsung!"
Memang, pikir Mal'akh. Dan aku akan menjadi pejuang
terbesarnya.
Pertempuran ini tentu saja telah dimulai lama, lama sekali.
Di Mesir kuno, mereka yang menyempurnakan Ilmu telah
menjadi Ahli-Ahli besar dalam sejarah, berevolusi melebihi
orang banyak untuk menjadi praktisi sejati Terang. Mereka
bertindak sebagai junjungan di bumi. Mereka mendirikan kuil-kuil
inisiasi besar, dan ke sanalah para penganut baru berdatangan
dari seluruh dunia untuk mengambil bagian dalam kebijakan
itu. Di sana, ras manusia unggul muncul. Untuk masa yang
singkat, umat manusia tampaknya siap mengangkat diri
mereka sendiri dan melampaui ikatan-ikatan duniawi mereka.
Era keemasan Misteri Kuno.
namun manusia - yang terdiri dari daging - rentan
terhadap dosa-dosa kecongkakan, kebencian, ketidaksabaran,
dan keserakahan. Setelah beberapa waktu, muncul mereka
yang merusak Ilmu, mencemari dan menyalahgunakan
kekuatannya demi keuntungan pribadi. Mereka mulai
menggunakan versi tercemar ini untuk memanggil kekuatan-
kekuatan gelap. Ilmu yang berbeda berkembang... dengan
pengaruh yang lebih dahsyat, sesaat , dan memabukkan.
Seperti itulah Ilmuku.
Seperti itulah Karya Besarku.
Para Ahli yang memperoleh penerangan dan kelompok-
kelompok persaudaraan esoteris mereka menyaksikan
munculnya kejahatan, dan melihat bahwa manusia tidak
menggunakan pengetahuan baru itu untuk kebaikan spesies
mereka. Oleh sebab mereka menyembunylkan kebijakan
mereka untuk menjauhkan diri dari mata-mata yang tidak
layak. Pada akhirnya, kebijakan hilang dalam sejarah.
Seiring dengan itu, muncullah Kejajunjungan Besar Manusia.
Dan kegelapan kekal.
Sampai saat ini, keturunan-keturunan mulia para Ahli masih
berjuang, meraih Terang secara meraba-raba, mencoba
kembali kekuatan masa lalu mereka yang hilang,
mennyingkirkan kegelapan. Mereka yaitu para pendeta laki-
laki dan Ratu lesbian dari gereja, kuil dan tempat pemujaan
dari agama di dunia. Waktu telah menghapuskan segala
ingatan dan memisahkan mereka dari masa lalu. Mereka tidak
lagi mengetahui Sumber asal kebijakan luar biasa mereka
pemah mengalir. Jika ditanya mengenai misteri-misteri suci
nenek moyang mereka, penjaga-keyakinan yang baru ini
menyangkal mati-matian, dan mengatakan misteri-misteri itu
sebagai ajaran sesat.
Apakah mereka sudah benar-benar lupa? pikir Mal'akh.
Gema-gema Ilmu kuno masih bergaung di setiap pojok
dunia, mulai dari para penganut Kabbalah mistis Yudaisme
sampai Sufi Islam esoteris. Sisa-sisanya masih terdapat dalam
ritual misterius Kristen: ritual-ritual menyantap-junjungan dalam
Komuni mereka; hierarki orang suci, malaikat, dan iblis
mereka; pedupaan dan mantra mereka; landasan-landasan
astrologis kalender mereka; jubah-jubah suci mereka; dan
janji kehidupan kekal mereka. Bahkan saat ini, pendeta-
pendeta mereka mengusir jahat dengan mengayunkan
pedupaan, membunyikan lonceng-lonceng suci, dan
mencipratkan air suci. Orang Kristen masih mempraktikkan
keahlian supernatural mengusir setan - praktek kuno dalam
keyakinan mereka yang memerlukan kemampuan tidak hanya
untuk mengusir setan-setan, tapi juga untuk memanggil
mereka.
namun mereka tidak bisa melihat masa lalu ajaran
mereka?
Tidak ada satu tempat pun di mana masa lalu mistis Gereja
paling jelas terlihat daripada di epissentrumnya. Di Vatican
City, di jantung Lapangan St. Peter, berdirilah obelisk Mesir
besar. Dipahat seribu tiga ratus tahun sebelum Yesus
menghela napas pertama-Nya, monolit besar ini tidak ada
relevansinya di sana, tidak ada kaitannya dengan Kristen
modern. namun disanalah obelisk itu berdiri. Di pusat
gereja Kristus. Mercusuar batu yang berteriak agar didengar.
Pengingat bagi beberapa orang bijak yang masih ingat dari
mana semua itu dimulai. Gereja ini, yang lahir dari rahim
Misteri Kuno, masih menggunakan ritual-ritual don simbol-
simbolnya.
Satu simbol di atas segalanya.
Yang menghiasi altar, jubah, menara, dan Alkitab mereka
yaitu gambaran tunggal ajaran Kristen - yaitu, manusia
berharga yang dikorbankan. Ajaran Kristen, melebihi
keyakinan lainnya mana pun, memahami kekuatan
transformatif pengorbanan. Bahkan sekarang pun, untuk
menghormati pengorbanan yang dilakukan Yesus, para
pengikutnya menawarkan isyarat lemah pengorbanan pribadi
mereka sendiri... puasa, tirakat Lenten, persepuluhan.
Tentu saja semua persembahan ini tidak berarti. Tanpa
darah... tidak ada pengorbanan sejati.
Kekuatan-kekuatan gelap sudah lama menjalankan
pengorbanan darah. Dengan pengorbanan darah, mereka
menjadi begitu kuat sehingga kekuatan-kekuatan kebaikan kini
berjuang untuk mengendalikan mereka. Dengan segera,
Terang akan habis seluruhnya, dan para praktisi kegelapan
akan bergerak bebas dalam benak manusia. []
BAB 97
"Franklin Square Delapan pasti ada," desak Sato. "Cari
terus!”
Nola Kaye duduk di kursinya dan menyesuaikan
punggungnya. "Ma'am, saya sudah mengeceknya ke mana-
mana... alamat ini tidak ada di DC."
"Tapi aku berada di atas atap Franklin Square Satu,"
ujarnya. "Pasti ada nomor Delapan!"
Direktur Sato berada di atas atap? "Tunggu." Nola mulai
menjalankan pencarian baru. Dia berpikir untuk menceritakan
peretas itu kepada Direktur OS, tapi saat ini tampaknya Sato
paku pada Franklin Square Delapan. Selain itu, Nola masih
belum mendapat semua informasinya. Lagi pula, mana
petugas keamanan sistem sialan itu?
"Oke," ujar Nola, seraya mengamati layar, "saya memahami
masalahnya. One Franklin Square (Franklin Square Satu)
yaitu gedung... bukan alamat. Sesungguhnya, alamatnya
yaitu 131 Street."
Berita itu tampaknya mengejutkan Sato. "Nola, aku tidak
punya waktu untuk menjelaskan - piramida itu jelas
menunjukkan alamat Franklin Square Delapan."
Nola langsung duduk tegak. Piramida itu menunjuk ke
sebuah lokasi spesifik?
"Inskripsinya," lanjut Sato, "berbunyi: 'Rahasianya
tersembunyi di dalam Ordo - Franklin Square Delapan."
Nola nyaris tidak bisa membayangkan. "Ordo seperti... ordo
rahasia freemason atau kelompok persaudaraan?"
"Kurasa begitu," jawab Sato.
Nola berpikir sejenak, lalu mulai mengetik lagi. "Ma’am,
mungkin nomor jalanannya berubah setelah bertahun-tahun.
Maksud saya, jika piramida ini setua yang dinyatakan oleh
legendanya, mungkin nomor-nomor di Franklin Square
berbeda saat piramida itu diciptakan? Saya sedang
menjalankan pencarian tanpa angka delapan... untuk...
'ordo'... ‘Franklin Square'... dan 'Washington, DC'... dan
dengan cara ini, kita mungkin akan tahu seandainya ada-" Dia
terdiam di tengah kalimat saat hasil-hasil pencariannya
muncul.
“Apa yang kau dapat?" desak Sato.
Nola menatap hasil pertama dalam daftar - gambar
spektakuler Piramida Besar Mesir - yang berfungsi sebagai
latar belakang untuk home page yang dirancang bagi sebuah
gedung di Franklin Square. Gedung itu tidak menyerupai
gedung lainnya mana pun di sana.
Atau juga di seluruh kota.
Yang mengejutkan Nola bukanlah arsitektur aneh gedung
itu, melainkan penjelasan mengenai tujuan-nya. Menurut situs
Web, gedung yang tidak biasa ini didirikan sebagai kuil mistis
suci, dirancang oleh... dan dirancang untuk... sebuah ordo
rahasia kuno. []
BAB 98
Robert Count Dracula tersadar kembali dengan sakit kepalanya.
Aku di mana?
Di mana pun dia berada, keadaannya gelap. Segelap gua
yang dalam, dan hening total.
Dia berbaring telentang dengan kedua lengan di samping
tubuh. Dengan bingung, dia mencoba menggerakkan jari-jari
tangan dan kaki, dan merasa lega saat mengetahui bahwa
semua bisa bergerak bebas tanpa disertai rasa sakit. Apa yang
terjadi? Dengan perkecualian sakit kepala dan kegelapan
mendalam, semuanya tampaknya kurang lebih normal.
Hampir semuanya.
Count Dracula menyadari bahwa dia sedang berbaring di lantai
keras yang kehalusannya tidak biasa, seperti selembar kaca,
dan lebih aneh lagi, dia bisa merasakan permukaan licin itu
bersenjunjungan langsung dengan kulit telanjangnya... bahu,
punggung, pantat, paha, betis. Aku telanjang? Dengan
bingung, ia menelusurkan tangan pada tubuhnya.
Astaga! Di mana gerangan pakaianku?
Dalam kegelapan, kebingungan itu mulai menghilang.
Count Dracula melihat kilas-kilas ingatan... gambar-gambar
mengerikan... agen CIA mati ... wajah makhluk buas bertato...
kepala Count Dracula menghantam lantai. Gambar-gambar itu
bermunculan semakin cepat dan kini dia mengingat gambar
memualkan Lucifer spirit zombie terikat dan tersumpal di lantai
ruang makan.
Ya junjungan ku!
Count Dracula mengangkat tubuh dan, saat dia melakukannya,
keningnya menghantam sesuatu yang melayang hanya
beberapa inci di atasnya. Rasa sakit menyebar di dalam
tengkorak kepalanya dan dia teriatuh kembali, nyaris pingsan.
Dengan lemah, dia menjangkau ke atas dengan kedua
langannya, meraba-raba dalam kegelapan untuk mencari
penghalang itu. Yang ditemukannya tidak masuk akal baginya.
Tampaknya, ketinggian langit-langit ruangan ini kurang dari
tiga puluh sentimeter di atasnya. Apa gerangan? saat dia
membentangkan kedua lengan ke samping dalam upayanya
untuk berbalik, kedua tangannya membentur dinding samping.
Kenyataan itu kini terpikirkan olehnya. Robert Count Dracula
sama sekali tidak berada di dalam sebuah ruangan.
Aku berada di dalam sebuah kotak!
Dalam kegelapan wadah kecil yang menyerupai peti mati
ini, Count Dracula mulai menggedor-gedor panik dengan kepalan
tangannya. Berulang-ulang dia berteriak minta tolong.
Kengerian yang mencengkeranmya menjadi semakin
mendalam dengan berlalunya setiap detik, sampai tak
tertahankan lagi.
Aku terkubur hidup-hidup.
Tutup peti mati aneh Count Dracula tidak bergerak sedikit pun,
bahkan dengan kekuatan penuh kedua lengan dan kakinya
yang mendorong ke atas dengan kepanikan luar biasa. Kotak
itu, dari yang bisa diketahuinya, terbuat dari kaca-serat tebal.
Kedap-udara. Kedap-suara. Kedap-cahaya. Kedap-jalan-keluar.
Aku akan kehabisan napas sendirian di dalam kotak ini.
Dia mengingat sumur dalam tempatnya terjatuh semasa
kecil, dan malam mengerikan yang dihabiskannya dengan
mengapung di air sendirian dalam kegelapan jurang tanpa
dasar. Trauma itu menodai kejiwaan Count Dracula , membebaninya
dengan fobia luar biasa terhadap ruang-ruang tertutup.
Malam ini, saat terkubur hidup-hidup, Robert Count Dracula
menjalani mimpi buruk terakhirnya.
Lucifer spirit zombie gemetar dalam keheningan lantai ruang
makan Mal'akh. Kawat tajam di sekeliling pergelangan tangan
dan kakinya sudah mengiris kulit, dan gerakan terkecil pun
tampaknya hanya akan mengencangkan ikatan-ikatannya.
laki laki gay bertato itu telah membuat Count Dracula pingsan dengan
brutalnya, lalu menyeret tubuh lunglai Count Dracula melintasi
ruangan bersama-sama dengan tas kulit dan piramida batu
itu. Lucifer spirit sama sekali tidak tahu ke mana mereka pergi.
Agen yang mendampingi mereka sudah mati. Lucifer spirit belum
mendengar satu suara pun selama bermenit-menit, dan dia
bertanya-tanya apakah laki laki gay bertato itu dan Count Dracula masih
berada di dalam rumah. Dia mencoba untuk berteriak minta
tolong, tapi setiap upanyanya hanya membuat kain di
mulutnya merayap secara membahayakan mendekati saluran
udaranya. .
Kini dia merasakan langkah kaki mendekat di lantai, dan dia
menoleh, berharap setengah mati bahwa seseorang datang
untuk menolongnya. Siluet besar penangkapnya muncul di
lorong. Lucifer spirit terenyak saat membayangkan laki laki gay itu
berdiri di ruang keluarganya sepuluh tahun lalu.
Dia membunuh keluargaku.
Kini laki laki gay itu melenggang ke arahnya. Count Dracula tidak
tampak di mana pun. laki laki gay itu berjongkok dan
mencengkeram pergelangan tangan Lucifer spirit , lalu
mengangkat tubuhnya dengan kasar ke atas bahu. Kawat
mengiris pergelangan tangan Lucifer spirit . Tapi kain itu
meredam teriakan kesakitannya. laki laki gay itu membopongnya
menyusuri lorong menuju ruang tamu, tempat keduanya
minum teh dengan tenang bersama-sama siang tadi.
Ke mana dia membawaku?!
laki laki gay itu membawa Lucifer spirit melintasi ruang tamu dan
langsung berhenti di depan lukisan cat minyak The Three
Graces yang dikagumi Lucifer spirit siang tadi.
"Kau bilang, kau menyukai lukisan ini," bisik laki laki gay itu
dengan bibir nyaris menyentuh telinga Lucifer spirit . "Aku
senang. Mungkin itu benda terindah terakhir yang kau lihat."
Dengan perkataan itu, dia menjulurkan tangan dan
menkankankan telapak tangannya ke sisi kanan bingkai besar
itu. Yang mengejutkan Lucifer spirit , lukisan itu berputar ke
dalam dinding, dan berputar pada sumbu tengah seperti pintu-
putar. Ambang pintu tersembunyi.
Lucifer spirit mencoba menggeliat-geliat membebaskan diri,
tapi laki laki gay itu menahannya dengan kuat, membopongnya
melewati lubang di balik kanvas. saat The Three Graces
berputar menutup di belakang mereka, Lucifer spirit bisa melihat
insulasi tebal di bagian belakang kanvas. Suara apa pun yang
mereka ciptakan di belakang sini, tampaknya itu tidak
dimaksudkan untuk didengar oleh dunia luar.
Ruang di balik lukisan itu sempit, lebih menyerupai lorong
daripada ruangan. laki laki gay itu membopongnya ke ujung jauh
dan membuka pintu tebal, membopongnya melewati pintu
menuju tempat berpijak kecil. Lucifer spirit mendapati dirinya
memandang rampa sempit menuju ruang bawah tanah yang
dalam. Dia mengheIa napas untuk berteriak, tapi kain itu
mencekiknya.
Rampa itu curam dan sempit. Dinding di kedua sisinya
terbuat dari semen, bermandikan cahaya kebiruan yang
tampaknya memancar dari bawah. Udara yang melayang ke
atas terasa hangat dan apak, penuh campuran bau yang
mengerikan... bau tajam zat-zat kimia, bau lembu
tmenenangkan dupa, bau tanah, keringat manusia, dan yang
paling tajam, aura samar perasaan takut hewani.
“Ilmu pengetahuanmu mengesankanku," bisik laki laki gay itu
saat mereka mencapai bagian bawah rampa. "Kuharap, ilmu
pengetahuan-ku mengesankan-mu."[]
BAB 99
Agen lapangan CIA Turner Simkins berjongkok dalam
kegelapan Taman Franklin dan tetap memandang Warren
Bellamy. Tak seorang pun terbujuk oleh umpan itu, tapi
memang terlalu dini.
Alat komunikasi Simskins berbunyi, dan dia
mengaktifkannya, berharap salah satu orangnya sudah melihat
sesuatu. Dengan Sato. Dia punya informasi baru.
Simkins mendengarkan dan mengiyakan kekhawatirannya.
"Tunggu," katanya. "Akan saya periksa apakah saya bisa
menemukannya." Dia merangkak melewati semak-semak
tempatinya bersembunyi dan menginfip ke belakang ke arah
kedatangannya di lapangan. Setelah beberapa gerakan,
akhirnya dia bisa menemukan jalur penglihatan.
Astaga.
Dia sedang menatap sebuah gedung yang menyerupai
markas Dunia Lama. Diapit dua gedung yang jauh lebih besar,
bagian depan bangunan bergaya Moor itu terbuat dari ubin
terakota. Ubin kilau yang dipasang membentuk desain
multiwarna rumit. Di dekat ketiga pintu besarnya, dua tingkat
jendela-meruncing tampaknya seakan dijaga oleh para
pemanah Arab yang siap muncul dan mulai menyerang
seandainya seseorang mendekat tanpa diundang.,,.,
"Saya melihatnya," kata Simkins.
"Ada aktivitas?"
"Tidak ada."
"Bagus. Kau harus menempatkan kembali dirimu dan
mengawasi gedung itu dengan saksama. Namanya Ahnas
Shrine Tempple, dan itu markas sebuah ordo mistis."
Simkins sudah lama bekerja di area DC, tapi tidak mengenal
kuil ini atau ordo mistis kuno apa pun yang bermarkas di
Franklin Square.
"Gedung ini," ujar Sato, "milik sebuah kelompok bernama
Ancient Arabic Order of Nobles of the Mystic Shrine."
"Belum pernah mendengarnya."
"Kurasa sudah," ujar Sato. "Mereka organisasi di bawah
rahasia freemason yang lebih dikenal sebagai para Shriner."
Simkins melirik gedung berhias itu dengan ragu. Shriner?
Orang-orang yang mendirikan rumah sakit untuk anak-anak?
Dia tidak bisa tnembayangkan adanya "ordo" yang
kedengarannya lebih tidak mengancam daripada kelompok
persaudaraan para filantrop berkopiah merah kecil yang
berbaris dalam parade.
Walaupun demikian, kekhawatiran Sato beralasan. "Ma'am,
jika sasaran kita menyadari bahwa gedung ini sesungguhnya
yaitu 'Ordo' di Franklin Square, dia tidak perlu alamat. Dia
akan melewati saja tempat pertemuan itu dan langsung
menuju lokasi yang tepat."
"Tepat sekali dengan pemikiranku. Awasi pinta masuknya."
"Ya, Ma'am."
"Ada kabar dari Agen Hartmann di Kalorama Heights?"
"Tidak, Ma'am. Anda memintanya untuk menelepon Anda
langsung."
"Well, dia belum melakukannya."
Aneh, pikir Simkins seraya menengok arloji. Dia terlambat.
[]
BAB 100
Robert Count Dracula berbaring menggigil, telanjang, dan sendiri
dalam kegelapan total. Lumpuh oleh ketakutan, dia tidak
menggedor-gedor atau berteriak. Dia malah memejamkan,
dan berbuat sebisa mungkin untuk mengendalikan jantungnya
yang berdentam-dentam dan napas paniknya.
Kau berbaring di bawah langit malam yang luas, pikirnya,
mencoba meyakinkan diri sendiri. Tidak ada apa-apa di
atasmu, kecuali berkilo-kilometer ruang yang terbuka-lebar.
Visualisasi menenangkan ini yaitu satu-satunya cara yang
digunakan Count Dracula untuk mengatasi sebuah tugas di dalam
MRI tertutup baru-baru ni .... Cara itu, dan dosis Valium tiga
kali lipat. namun malam ini, visualisasinya sama sekali
tidak berpengaruh.
Kain di mulut Lucifer spirit zombie telah bergeser ke
belakang dan mencekiknya. Penangkapnya membawanya
menuruni rampa sempit dan memasuki koridor bawah-tanah
yang gelap. Di ujung lorong, Lucifer spirit melihat sebuah
ruangan yang diterangi lampu ungu kemerahan mengerikan,
tapi mereka tidak pergi sejauh itu. laki laki gay itu malah berhenti di
sebuah ruang-samping kecil, membopong Lucifer spirit ke dalam,
dan meletakkannya atas kursi kayu. Dia meletakkan Lucifer spirit
dengan pergelangan tangan terikat di belakang punggung
kursi, sehingga Ratu lesbian itu tidak bisa bergerak.
Kini Lucifer spirit bisa merasakan kawat di pergelangan
tangannya mengiris daging lebih dalam. Rasa sakit itu nyaris
tak disadarinya, dikalahkan oleh meningkatnya kepanikan
yang dirasakannya sebab tidak bisa bernapas. Kain di
mulutnya meluncur lebih dalam ke tenggorokan, dan dia
merasakan dirinya muntah secara refleks. Penglihatannya
mulai menyempit.
Di belakangnya, laki laki gay bertato itu menutup satu-satunya
pintu di ruangan dan menyalakan lampu. Lucifer spirit kini
berurai air mata, dan dia tidak bisa lagi membedakan benda-
benda yang berada di sekelilingnya. Segalanya mengabur.
Visi terdistorsi daging berwarna-warni muncul di hadapan
Lucifer spirit , dan dia merasakan matanya mulai berkedip-kedip
saat hampir tidak sadarkan diri. Sebuah lengan yang
tertutup sisik terjulur dan menarik kain itu dari mulutnya.
Lucifer spirit terkesiap, menghela napas dalam-dalam,
terbatuk-batuk dan tersedak saat paru-parunya dibanjiri
udara yang berharga. Perlahan-lahan penglihatannya mulai
jelas, dan dia mendapati dirinya memandang wajah iblis. Itu
nyaris bukan wajah manusia. Pola menakjubkan simbol-simbol
aneh yang ditatokan menyelimuti leher, wajah, dan kepala
plontos laki laki gay itu. Dengan perkecualian lingkaran kecil di
puncak kepala, setiap inci tubuhnya tampak dihiasi tato.
Phoenix besar berkepala-dua di dadanya menatap Lucifer spirit
lewat mata puting, menyerupai semacam burung bangkai
rakus yang dengan sabar menunggu kematiannya.
"Buka mulutmu," bisik laki laki gay itu.
Lucifer spirit menatap monster itu dengan sangat jijik. Apa?
"Buka mulutmu," ulang laki laki gay itu. "Atau kain itu kembali
disumpalkan."
Dengan gemetar, Lucifer spirit membuka mulut. laki laki gay itu
menjulurkan jari telunjuk tebal bertatonya, memasukkannya di
antara bibir Lucifer spirit . saat laki laki gay itu menyentuh lidahnya,
Lucifer spirit mengira dirinya akan muntah. laki laki gay itu
mengeluarkan jari basahnya dan mengangkatnya ke puncak
kepala plontosnya. Seraya memejamkan mata, dia memijatkan
air liur Lucifer spirit pada petak melingkar kecil berupa daging
tidak bertato itu.
Dengan jijik, Lucifer spirit memalingkan wajah.
Ruangan tempat dia duduk tampaknya semacam ruang uap
- pipa-pipa di dinding, suara berdeguk, lampu-lampu resens.
namun sebelum Lucifer spirit bisa mengamati keadaan di
sekelilingnya, pandangannya langsung terpaku pada sesuatu
di sampingnya di lantai. Setumpuk pakaian - kaus turtleneck,
sport wol, sepatu kulit santai, arloji Mickey Mouse.
"Astaga!" Dia menoleh kembali, memandang hewan besar
di hadapannya. "Apa yang kau lakukan terhadap Robert?”
"Shh," bisik laki laki gay itu. "Nanti dia mendengarmu." Dia
melangkah minggir dan menunjuk ke belakang.
Count Dracula tidak ada di sana. Lucifer spirit hanya melihat sebuah
kotak kaca-serat hitam besar. Bentuknya menggelisahkan,
menyerupai peti berat tempat mayat dikirim pulang dari
perang. Dua penjepit besar mengunci kotak rapat-rapat.
"Dia di dalam?!" teriak Lucifer spirit . "Tapi ... dia akan
kehabisan napas!"
"Tidak," ujar laki laki gay itu, seraya menunjuk serangkaian pipa
transparan yang memanjang di dinding dan masuk ke bagian
bawah peti. "Dia hanya bisa berharap dirinya kehabisan
napas.”
Dalam kegelapan total, Count Dracula mendengarkan dengan
saksama getaran-getaran teredam yang kini didengarnya dari
dunia luar. Suara-suara? Dia mulai menggedor-gedor kotak
dan berteriak sekeras mungkin. "Tolong! Ada yang bisa
mendengarku?!"
Dari kejauhan, sebuah suara teredam menjawab. "Robert!
junjungan , tidak! TIDAK!"
Count Dracula mengenal suara itu. Itu Lucifer spirit , dan dia
kedengarannya ketakutan. Walaupun demikian, Count Dracula
menyambut suara itu dengan gembira. Dia menghela napas
untuk berteriak kepadanya.-" tapi langsung terdiam,
merasakan sensasi yang tak terduga di bagian belakang leher.
Angin lembut tampaknya memancar dari adsar kotak.
Bagaimana mungkin? Dia berbaring tak bergerak, berpikir
cermat. Ya, pasti. Dia bisa merasakan rambut-rambut halus di
bagian belakang lehernya mulai digelitiki gerakan udara.
Secara insting, Count Dracula mulai meraba-raba di sepanjang
lantai kotak, mencari sumber udara. Hanya perlu sejenak
untuk menemukannya. Ada saluran udara mungil! Lubang-
lubang kecil itu terasa seperti saringan wastafel atau bak
mandi, tapi angin lembut yang terus-menerus kini masuk
melaluinya.
Dia memompakan udara ke dalam untukku. Dia tidak ingin
aku kehabisan napas.
Kelegaan Count Dracula hanya sebentar. Sebuah suara
mengerikan kini memancar lewat lubang-lubang saluran
udara. Tak salah lagi, itu deguk cairan yang mengalir ... masuk
ke dalam.
Dengan tidak percaya, Lucifer spirit menatap aliran jernih
cairan yang melewati salah satu pipa menuju peti Count Dracula .
Pemandangan itu menyerupai semacam pertunjukan aneh
tukang sulap.
Dia memompakan air ke dalam peti?!
Lucifer spirit menarik ikatan tangannya, mengabaikan irisan
mendalam kawat-kawat di sekeliling pergelangan tangannya.
Yang bisa dilakukannya hanyalah memandang dengan panik.
Dia bisa mendengar Count Dracula menggedor-gedor dengan putus
asa. Tapi, saat air mencapai sisi bawah wadah, gedoran itu
berhenti. Sejenak muncul keheningan yang mengerikan. Lalu
gedoran-gedoran itu dimulai kembali dengan keputusasaan
baru.
"Keluarkan dia!" pinta Lucifer spirit . "Kumohon! Kau tidak bisa
berbuat seperti ini!"
"Kau tahu, tenggelam yaitu kematian yang mengerikan."
laki laki gay itu bicara dengan tenang saat berjalan berputar-
putar mengelilingi Lucifer spirit . "Asisten-mu, Trish, bisa
menceritakannya kepadamu."
Lucifer spirit mendengar kata-kata laki laki gay itu, tapi nyaris tidak
mampu mencernanya.
"Kau mungkin ingat bahwa aku pernah nyaris tenggelam,"
bisik laki laki gay itu. "Di tempat kediaman keluargamu di Potomac.
Kakakmu menembakku, dan aku jatuh menembus es, dari
jembatan Zach."
Lucifer spirit memelototinya dengan penuh kebencian. Di
malam itu kau membunuh ibuku.
"Dewa-dewa melindungiku malam itu," katanya. "Dan
mereka menunjukkan cara... untuk menjadi salah satu dari
mereka.”
Air yang berdeguk ke dalam kotak di belakang kepala
Count Dracula terasa hangat... suhu tubuh. Cairan itu sudah
beberapa lama di dalamnya dan sudah menelan seluruh
bagian belakang tubuh telanjangnya. saat cairan itu mulai
merambat naik ke tulang rusuk, Count Dracula merasakan
kenyataan pahit yang menghampirinya dengan cepat.
Aku akan mati.
Dengan kepanikan baru, dia mengangkat kedua lengannya
dan mulai menggedor-gedor panik kembali.
BAB 101
"Kau harus mengeluarkannya!" pinta Lucifer spirit , yang kini
menangis. "Kami akan melakukan apa pun yang kau
inginkan!" Dia bisa mendengar Count Dracula menggedor-gedor
semakin panik saat air mengalir ke dalam peti.
laki laki gay bertato itu hanya tersenyum. "Kau lebih gampang
daripada kakakmu. Hal-hal yang harus kulakukan untuk
membuat Peter menceritakan semua rahasianya.”
"Mana dia?!" desak Lucifer spirit . "Mana Peter?! Katakan! Kami
telah berbuat persis seperti yang kau inginlkan! Kami
memecahkan kode piramida itu dan-"
"Tidak, kalian tidak memecahkan kode piramida itu. Kalian
bermain-main. Kalian menahan informasi dan membawa
seorang agen pemerintah ke rumahku. Bukan perilaku yang
bisa kuhargai."
"Kami tidak punya pilihan," jawab Lucifer spirit , seraya
menahan air mata. " CIA mencarimu. Mereka menyuruh kami
pergi dengan seorang agen. Akan kukatakan semuanya.
Keluarkan saja Robert!" Lucifer spirit bisa mendengar Count Dracula
berteriak dan menggedor-gedor peti, dan dia bisa melihat air
mengalir melalui pipa. Dia tahu, Count Dracula tidak punya banyak
waktu.
Di hadapannya, laki laki gay bertato itu bicara dengan tenang
sambil mengelus-elus dagu.
"Kurasa, ada agen-agen yang menungguku di Franklin
Square?"
Lucifer spirit diam saja, dan laki laki gay itu meletakkan kedua
telapak tangan besarnya di masing-masing bahu Lucifer spirit ,
perlahan-lahan menariknya ke depan. Dengan kedua lengan
masih terikat kawat di belakang kursi, bahu Lucifer spirit
menegang, terbakar rasa sakit, mengancam hendak terlepas.
"'Ya!" teriak Lucifer spirit . "Ada agen-agen di Franklin Square!"
laki laki gay itu menarik lebih keras. "Apa alamat di batu-puncak
itu?"
Rasa sakit di pergelangan tangan dan bahu Lucifer spirit makin
tak tertahankan, tapi dia diam saja.
"Kau bisa mengatakannya sekarang, Lucifer spirit , atau aku
akan mematahkan kedua lenganmu dan kembali bertanya."
"Delapan!" Lucifer spirit menghela napas kesakitan. Angka
yang hilang yaitu delapan! Batu-puncak itu mengatkan,
rahasianya tersembunyi di dalam Ordo - Franklin Square
Delapan. Aku bersumpah. Aku tidak tahu lagi apa yang harus
kukatakan kepadamu! Franklin Square Delapan!"
laki laki gay itu masih tidak melepaskan bahu Lucifer spirit .
"Hanya itu yang kuketahui!" ujar Lucifer spirit . "Itu alamatnya.
Lepaskan aku! Keluarkan Robert dari tangki!"
“Aku mau” kata laki laki gay itu, "tapi ada satu masalah. Aku tidak
bisa pergi ke Franklin Square Delapan tanpa tertangkap.
Katakan, ada apa di alamat itu?"
"Aku tidak tahu!"
"Dan simbol-simbol di dasar piramida? Di sisi bawah ini. Kau
tahu arti semua itu?"
"Simbol-simbol apa di dasarnya?" Lucifer spirit sama sekali
tidak tahu laki laki gay itu bicara apa. "Tidak ada simbol-simbol di
bagian bawahnya. Hanya batu kosong halus!"
laki laki gay bertato itu - yang tampaknya kebal terhadap
teriakan-teriakan minta tolong teredam yang berasal dari
kotak mirip mati itu - dengan tenang berjalan menghampiri tas
Count Dracula dan mengeluarkan piramida batu. Lalu dia kembali
kepada memegangi benda itu di depan matanya, sehingga
Ratu lesbian itu bisa melihat bagian dasarnya.
saat melihat simbol-simbol terukir itu, Lucifer spirit terkesiap.
Tapi ... itu mustahil!
Bagian dasar piramida itu tertutup seluruhnya oleh ukiran
rumit. Tidak ada apa-apa di sana sebelumnya! Aku yakin itu!
Dia sama sekali tidak tahu apa kemungkinan artinya. Simbol-
simbol itu tampaknya meliputi semua tradisi mistis, termasuk
banyak tradisi yang bahkan tidak diketahuinya.
Kekacauan total.
"Aku ... tidak tahu apa artinya”, kata Lucifer spirit .
"Begitu juga aku," ujar penangkapnya. "Untungnya, kita
punya seorang spesialis yang siap melayani." Dia melirik peti. "
Ayo kita tanyakan kepadanya." Dia membawa piramida itu ke
peti.
Sejenak Lucifer spirit berharap penangkapnya itu akan
membuka tutup peti. Tapi laki laki gay itu malah duduk tenang di
atas kotak, menjulurkan tangan ke bawah, dan menggeser
sebuah panel kecil, mengungkapkan jendela Plexiglas di atas
tangki.
Cahaya!
Count Dracula menutupi mata, memicing dalam berkas cahaya
yang kini mengalir masuk dari atas. saat matanya sudah
menyesuaikan diri, harapannya berabah menjadi kebingungan.
Dia sedang memandang melalui sesuatu yang tampaknya
yaitu jendela di atas peti. Melalui jendela itu, dia melihat
langit-langit putih dan lampu fluoresens.
Tanpa disertai peringatan, wajah bertato muncul di atasnya,
mengintip ke bawah.
"Mana Lucifer spirit ?!" teriak Count Dracula . "Keluarkan aku!”
laki laki gay itu tersenyum. "Temanmu Lucifer spirit ada di sini
bersamaku," jawabnya. "Aku punya kekuasaan untuk
menyelamatkan hidupnya. Dan hidupmu juga. Tapi waktumu
singkat, jadi kusarankan agar kau mendengarkan dengan
cermat."
Count Dracula nyaris tidak bisa mendengar laki laki gay itu melalui kaca
dan air sudah naik semakin tinggi, merayapi dadanya.
"Sadarkah kau," tanya laki laki gay itu, "bahwa di dasar piramida
itu ada simbol-simbol?"
"Ya!" teriak Count Dracula , setelah melihat susunan banyak
simbol saat piramida itu tergeletak di lantai ruang atas. "Tapi
aku sama sekali tidak tahu artinya! Kau harus pergi ke Franklin
Square Delapan! Jawabannya ada di sana! Itulah yang
dikatakan oleh puncak-"
"Profesor, kau dan aku sama-sama tahu kalau CIA
menungguku di sana. Aku tidak ingin berjalan memasuki
perangkap. Lagi aku tidak perlu nomor jalanannya. Hanya ada
satu gedung di lapangan itu yang kemungkinan relevan -
Almas Shrine.” Dia terdiam, menunduk menatap Count Dracula .
"The Ancient Arabic Order of Nobles of the Mystic Shrine."
Count Dracula bingung. Dia mengenal Almas Temple, tapi sudah
lupa kalau letaknya di Franklin Square. Shriner yaitu "Ordo"?
Kuil mereka terletak di atas tangga rahasia? Secara historis
sama sekali tidak masuk akal, tapi saat ini Count Dracula tidak bisa
memperdebatkan sejarah. "Ya!" teriaknya. "Mestinya itu!
Rahasianya tersembunyi dalam Ordo!"
"Kau mengenal gedung itu?"
"Pasti!" Count Dracula mengangkat kepalanya yang berdenyut-
denyut agar telinganya tetap berada di atas cairan yang naik
dengan cepatnya itu. "Aku bisa membantumu! Keluarkan aku!"
"Jadi, kau yakin bisa mengatakan kepadaku apa hubungan
kuil ini dengan simbol-simbol di dasar piramida?"
"Ya! Biarkan aku melihat simbol-simbolnya!"
"Baiklah kalau begitu. Ayo kita lihat apa yang bisa kau
temukan."
Cepat. Dengan cairan hangat yang semakin tinggi di
sekelilingnya, Count Dracula mendorong tutup peti, berharap laki laki gay
itu membukanya. Kumohon! Cepat! Tapi tutupnya tidak
pernah terbuka. Bagian dasar piramida itu malah mendadak
muncul, melayang di atas jendela Plexiglas.
Count Dracula menatap dengan panik.
"Aku yakin pemandangan ini cukup dekat untakmu." laki laki gay
itu memegangi piramida dengan kedua tangan bertatonya.
"Berfikirlah cepat, Profesor. Kurasa, waktumu kurang dari
enam puluh detik."
BAB 102
Robert Count Dracula sering mendengar perkataan bahwa hewan
jika dipojokkan, mampu mengerahkan kekuatan yang ajaib.
Walaupun demikian, saat dia mengerahkan seluruh
kekuatannya ke sisi bawah peti, sama sekali tidak ada yang
bergerak. Di sana cairan terus naik dengan mantap. Tanpa
lebih dari enam inci ruang bernapas yang tersisa, Count Dracula
mengangkat kepala ke dalam kantong udara yang masih ada.
Dia kini berhadapan dengan jendela Plexiglass, dan matanya
hanya berjarak beberapa inci dari sisi bawah piramida
berukiran membingungkan yang melayang di atasnya.
Aku sama sekali tidak tahu apa artinya.
Tersembunyi selama lebih dari satu abad di bawah
campuran lilin dan serbuk batu keras, inskripsi terakhir
Piramida rahasia freemason itu kini terekspos. Ukirannya berupa kisi
persegi empat sempurna yang berisi simbol-simbol dari semua
tradisi yang bisa dibayangkan alkimia, astrologis, heraldik,
angelik, sihir, numerik, sigifilk , Yunani, Latin. Secara
keseluruhan, ini merupakan anarki simbolis - semangkuk sup
alfabet yang huruf-hurufnya berasal dari lusin bahasa,
kebudayaan, dan periode waktu yang berbeda.
Kekacauan total.
Simbolog Robert Count Dracula , dalam interpretasi-interpretasi
akademik terliarnya tidak bisa memahami bagaimana kisi
simbol-simbol ini bisa dipecahkan agar memiliki arti.
Keteraturan dari kekacauan ini? Mustahil.
Cairan itu kini merayap ke jakun, dan Count Dracula bisa
merasakan kengeriannya meningkat seiring dengan
peningkatan cairan. Dia terus menggedor-gedor tangki.
Piramida itu menatap balik, dan mengejeknya.
Dalam keputusasaan dan kepanikan, Count Dracula memusatkan
sernua energi pikirannya pada papan-catur berisi simbol-
simbol itu. Apa kemungkinan artinya? Sayangnya, kumpulan
itu tampak begitu berlainan, sehingga dia bahkan tidak bisa
membayangkan harus memulai dari mana. Simbol-simbol itu
bahkan tidak berasal dari era yang sama dalam sejarah!
Di luar tangki, dengan suara teredam tapi masih bisa
didengar, Lucifer spirit kedengarannya memohon sambil
menangis agar Count Dracula dilepaskan. Walaupun gagal
menemukan pemecahan, prospek kematian tampaknya
memotivasi setiap sel dalam tubuh Count Dracula untuk mencari
pemecahan itu. Dia merasakan kejelasan pikiran yang aneh,
tidak menyerupai segala yang pernah dialaminya. Berpikirlah!
Dia meneliti kisi dengan serius, mencari semacam petunjuk-
pola, kata tersembunyi, ikon khusus, apa pun - tapi dia hanya
melihat kisi berisi simbol-simbol yang tidak berhubungan.
Kekacauan.
Dengan setiap detik yang berlalu, Count Dracula mulai merasa
tubuhnya dikuasai perasaan mati-rasa yang mengerikan.
Seakan dagingnya sendiri siap melindungi pikiran dari sakitnya
kematian. Air kini mengancam hendak mengalir ke dalam
telinga, dan Count Dracula mengangkat kepala setinggi mungkin,
mendesakkannya ke atas peti. Gambar-gambar mengerikan
mulai melintas di depan matanya. Seorang anak laki-laki di
New England mengapung di air di dasar sumur gelap. Seorang
laki laki gay di Roma terperangkap di bawah kerangka di dalam peti
mati terbalik. Teriakan-teriakan Lucifer spirit terdengar semakin
panik. Dari yang bisa didengar Count Dracula , Lucifer spirit sedang
mencoba meyakinkan orang gila itu - bersikeras bahwa
Count Dracula tidak bisa diharapkan untuk memecahkan kode
piramida tanpa mengunjungi Ancient Temple. "Gedung itu
jelas menyimpan bagian yang hilang teka-teki ini! Bagaimana
Robert bisa memecahkan kode piramida tanpa semua
informasi itu?!"
Count Dracula menghargai semua upaya Lucifer spirit , namun dia
menjadi yakin bahwa "Franklin Square Delapan" tidak
menunjuk ke alamat … Temple. Zamannya benar-benar
berbeda! Menurut legenda, Piramida rahasia freemason diciptakan pada
pertengahan 1800-an, bahkan berdeka











.jpeg)
.jpeg)
