Tampilkan postingan dengan label kudeta 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kudeta 9. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Desember 2022

kudeta 9

Dan demikian juga  saya mengetahui  dari sukarno , terjadinya political deal mengenai Nasakom.   
Dan siapa itu Supeno, teman Pramudji yang aktif memimpin Laskar PESINDO yang tersisa dari 
Provokasi Madiun dan mempersiapkan penyambutan di dalam kota Yoyang a akan kedatangan serbuan 
Pasukan Kapten Latief pada tanggal 1 Maret 1949 dari Godean itu,  Dialah yang di tahun  1930 an 
menjadi anggota Pemuda GEMPAR (Gemblengan Pemuda PARTINDO), kadernya sukarno , seperti 
Asmara Hadi, Sukarni, Trimurti, Winoto Danuasmoro dan Sudiro. lalu  Supeno, Sudiro dan Kakung 
Gunadi menjadi guru Taman Siswa yang didirikan oleh M. Ali Chanafiah di Bengkulu, lalu kembali 
bertemu  dengan sukarno  di Bengkulu tahun  1947. Di zaman Revolusi di Yogyakarta, Supeno 
mendirikan majalah PESINDO  Revolusioner . Keaktifan Supeno dalam perjuangan bersenjata dimulai 
dengan mendirikan Laskar Rakyat Mataram di tahun  1947 yang memperoleh  kehormatan besar sebab  
diresmikan oleh Panglima Besar Sudirman di pelataran Candi Borobudur. saat  itu saya masih 
memegang komando atas PESINDO Jawa Barat, berkedudukan di Krawang dan Cikampek. namun  saya 
turut menghadiri  peresmian Laskar Rakyat Mataram itu. Tragisnya, Bung Peno ini meninggal dunia 
sebagai refugee politik di Amsterdam. Pendiriannya tegas dan tegar di pihak sukarno , oleh sebab itu, 
saat  sebagai anggota MPRS dia turut dan  diundang ke RRT, di situ dia bersama Sukrisno (ex Duta 
Besar di Viet Nam) berlawan terhadap mereka yang membabi buta membela G30S/PKI dan 
memicu  Peking serambi Mekah .   
Nah, sekian dahulu  buat sementara. Para pembaca sudah  saya bawa melihat satu facet, satu bagian dari 
pengalaman hidup perjuangan saya sebagai orang kiri  di dalam arus perjuangan kemerdekaan nasional 
yang bersifat kiri. Sebab hakekatnya, perjuangan pembebasan nasional dari penindasan kolonial, 
menentang kolonialisme itu sendiri yaitu  kiri. Buat saya di masa itu, cap atau etiket  kiri  yaitu  
kehormatan. Berbagai keaktifan atau kegiatan saya sebagai pemuda kiri yang radikal dan revolusioner 
bersenjatakan ideologi Marhaenisme sukarno  membuat  saya banyak dikenal dan terkenal di 
kalangan kaum Nasionalis, kaum Agama, dan kalangan yang beraliran Marxisme (PKI, PSI dan Murba) 
sebagai  orangnya sukarno  . Demi kepentingan praktis politik sebagai kader yang mau bersetia 
kepada sukarno , sejak kelahiran R.I. (bahkan sesudah habisnya GERINDO) saya tidak mau berpartai 
politik, yang cuma hanya sekedar  akan membatasi langkah saya sebagai pembantu sukarno  demi kepentingan 
persatuan nasional dan marhaenisme sukarno . Namun saya tidak anti partai, saya menjunjung 
prinsip demokrasi Pancasila.   
namun   sekarang, di zaman Orde Baru, di bawah pimpinan kediktatoran Soeharto, segala norma dan 
huLum politik dan demokrasi dibuat  hantam kromo saja; sak enake dewe . Saya tidak mau memicu  
forecast, pralambang seperti Joyoboyo, Raja Kediri! namun   di zaman kapitalis modern ini, diktator mana 
yang tidak bisa dijatuhkan mencium debu sampai pada kematiannya yang hina,  Mussolini (Italia), Hitler 
Jerman), GetulioVargas (Brazilia), Marcel Caetano (Portugal), Ferdinand Marcos (Filipina)   jika  orang 
memiliki  mata tidak mau melihat, memiliki  otak tidak mau belajar, memiliki  gerakan gerakan ing tidak mau mendengarkan, 
maka sekarang hantu hantu diktator diktator itu saya panggil berbaris membawa bawa  segala harta 
serakahnya dan pengalamannya yang keji dan hina itu untuk memberi peringatan terakhir kepada Pak 
Soeharto.   
Flashback kenangan saya kepada Panglima Pahlawan kita Achmad Yani di masa peperang an gerilya 
untuk membebaskan Ibu kota Yogyakarta dari pendudukan Belanda pada bulan Maret 1949, dan lain 
lainnya ini  di atas   agar tidak terlalu panjang sampai bisa mencapai brosur tersendiri, jika  mau   
saya akhiri sampai di sini saja. Maka sekarang saya kembali pada pertemuan yang simbolik  singkong 
Marhaen , pertemuan kami bertiga: Presiden Sukarno, Letjen Achmad Yani dan saya, A.M. Hanafi, di 
Istana Merdeka sebagaimana sudah  saya uraikan di atas tadi.   
Sesudah ternyata di dalam pertemnan kami bertiga ini , Panglima A.Yani tidak berkeberatan untuk 
turut dan  didudukkan sebagai anggota Dewan Harian Badan Musyawarah Angkatan 45 sebagai 
 Panglima Harapan Angkatan 45 , maka secepat kilat menyalalah ide di kepala saya untuk merayakan 
Hari Ulang tahun  ABRI, 5 Oktober 1945 untuk yang pertama kalinya di Havana Kuba. TNI yaitu  
Tentara Rakyat yang lahir dalam Revolusi Kemerdekaan Angkatan 45, dubesnya di Kuba eksponen 
Angkatan 45 juga . Oleh sebab  itu saya tidak merasaiminder'terhadap El Ejercito Rebeld (Tentara 
Revolusioner) Fidel Castro   malah yang ada dalam kilatan ide saya yaitu  kebangaan saya terhadap 
ABRI yang juga memiliki  pengalaman gemilang dalam revolusi kemerdekaan. sebetulnya , ada sebab lain 
mengapa saya ingin merayakan Hari ABRI di Havana. Saya mau kaulan   melepas nazar   atas 
kebanggaan yang mengeram selama ini di dalam hati saya.   
Bukannya maksud menepuk nepuk dada, namun   saya yaitu  salah seorang yang pertama  
mendesak Pemerintah R.I. agar   secepatmya melahirkan Tentara Republik di sekitar hari hari 
Proklamasi. Tentu saja, mengenai  ini tidak saya ceritakan di muka sukarno  dan PakYani saat  
bersama sama bersantap singkong marhaen.namun   untuk para pembaca, akan saya uraikan tersendiri 
pada halaman halaman berikutoya dengan judul   
 Kisah Terpendam   
Saya merasa puas, sukarno  dan PakYani menyetujui ide saya merayakanHUT ABRI 5 Oktober 1965 
yang akan datang itu. Bahkan, mengetahui  di KBRI Havana belum ada atase militer, Pak Yani langsung 
mengatakan di depan sukarno  agar Pak Hanafi diangkat menjadi MayorJendralTituler untuk 
melengkapi upacara Perayaan Hari Ulang tahun  ABRI di Havana nanti.    
sukarno  langsung jawab: Setuju, ajukan resmi usul itu!  Begitulah hasil puncak konsultasi yang 
pertama kali sebagai Duta Besar ke Jakarta pada bulan Januari 1965.   
Waktu saya menuliskan baris baris di atas ini, dengan mesin tik tuaku Remington, nafasku terasa sesak 
di dalam dada, sebab  terharu mengenangkan pertemuan saya dengan sukarno  bersama Panglima 
Achmad Yani. Sebab ternyata itu yaitu  pertemuan yang terakhir dengan Panglima  Harapan Angkatan 
45  itu. Namun saya harus terus menulis, mengetik kenangan yang amat memilukan hati saya ini, di 
samping istriku, Sukendah, yang sudah cukup   lama sakit sakitan, sedang saya sendiri sudah bertambah 
umur menjadi 80 tahun , terbuang di Paris tak dibolehkan kembali ke tanah air.   
Tanggal berapa, saya kira tanggal 20 September 1965, saya menerima kawat sandi dari PanglimaYani, 
disampaikan oleh sandiman KBRI, Hartono, kepada saya. Kawat sandi Panglima A. Yani mengatakan: 
 sebab  kesibukan dengan persiapan Perayaan HUT ABRI, pengangkatan Mayjen pada saya akan 
dikirimkan sebelum 5 Oktober . Bagi saya, soal kawat pengangkatan itu cuma hanya sekedar  soal administrasi saja, 
prinsip persetujuan sudah diberikan pada saya, saat  saya berada di Jakarta. Kawat sandi PakYani itu 
berarti juga  bahwa laporan saya mengenai kemajuan persiapan Perayaan HUT ABRI di Havana, sudah 
beliau terima. Dalam rangka pengurusan HUT ABRI itu, ada dua kali saya menerima kawat sandi dari 
Panglima Yani. Saya percaya , manuscript  itu masih bisa ditemukan jika  dicari di arsip penting KBRI 
Havana. Tadinya disimpan oleh Sandiman, saudara Hartono.  
 Kisah terpendam  ini yaitu  seboah pengalaman tiga orang pemuda  avant garde  revolusi dari 
Menteng 31, yaitu A.M. Hanafi, Chaerul Saleh, Pandu Kartawiguna, yang hampir saja mati 
sebab  menjadi korban perjuangan saat  pergi mendesak Pemerintah R.l. agar   segera 
membentak Tentara Republik Indonesia   (TRI) secepat cepatnya, sebab tentara Belanda sudah 
mulai mendarat di Tanjung Priok. Segera, secepat cepatnya! Tidak ada sukarnya itu, dengan satu 
pengumuman Maklumat Pemerintah Republik Indonesia  , sudah jadilah itu TRI. Tidak ada 
susahnya. Kamilah yang akan merealisasikannya. Kami, Pemuda Menteng 31 akan memanggil, 
menyerokan, mengadakan appel kepada semua bekas PETA, bekas Heiho, bekas Seinendan, 
bekas Keibodan dan semua pemuda  pemuda yang gagah berani, mengatur semua itu 
menjadi  mereka itu jadi satu Tentara Republik Indonesia  . Material sudah ada, sudah cukup   
banyak, besi itu sudah hangat, sudah cukup   panas tinggal ditempa saja lagi.   
saat  itu sudah bulan September, sudah sebulan Proklamasi 17 Agustus lahir ke bumi 
negara kita , masa' lé. kita belum memiliki  Tentara juga. Dengan apa bayi Republik ini bisa kita bela, 
kita pertahankan,  Chaerul Saleh yang memiliki  temperamennya tersendiri itu, menimpa dengan 
gayanya:  Ya, ya, dengan apaaa... dengan ini ... saja, ! (Saya tidak perlu tulis di sini apa yang 
dikatakan Chaerul Saleh itu) Nanti, Bung Hanafi saja jadi juru bicara kita, dan saya akan 
menimpa lagi dengan tegas tegas , kata Chaerul.   
Mengapa saya yang ditunjuk menjadi juru bicara. sebab  yang akan kami temui yalah Mr. Amir 
Sjarifudin, Menteri Penerangan. Dan Amir Sjarifudin yaitu  Ketua GERINDO saya dahulu. 
Maka berangkatlah kami bertiga dari Markas Menteng 31 memakai  mobil yang baru dapat 
diserobot dariJepang, menujuJalan Cilacap, Kantor Pemerintah Rl. Sesudah Pemerintah Pusat 
kembali dari Yogya ke Jakarta, yaitu sesudah pengakuan Kemerdekaan, gedung itu lalu  
menjadi kantor Kementerian P & K (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).namun  gedung 
itulah Kantor resmi yang pertama  dari Republik Indonesia   kita.   
Pintu masuk gedung itu besar, namun   tertutup saja. Kami bertanya tanya di antara kami. Hanya 
bendera merah putih terpancang di tiang di luar, tampak lesu terjuntai, tidak berkibar kibar. 
Tidak ada angin berhembus di pagi hari itu. Sesudah pintu kami ketok ketok, barulah dibukakan 
setengah  saja, tidak dibukakan kedua daun pintunya yang besar dan lebar itu. Begitu saya dan 
Chaerul Saleh dan  Pandu Kartawiguna masuk, di saat itu ... rratataat   rratataat  rratataat, 
tembakan dua atau tiga mitralyur gencar memuntahkan perlurunya dari jeep jeep NICA yang 
dilarikan kencang. Kami bertiga serentak, sekejap itu juga menjatuhkan diri ke lantai tengkurap, 
sambil berteriak kepada penjaga yang membukakan pintu tadi, yang sedang kebingungan: 
 Tengkurap!  Kedua daun pintu itu pecah pecah berserpihan. Di antara kami tentu saja ada yang 
pucat, entah saya, entah siapa, sebab  terkejut  sekali.   
Segera kami bangun berdiri dengan senyum senyum menyeringai sambil memaki maki NICA 
keparat itu. Sesudah memperingatkan kepada penjaga, agar   pintu yang sudah pecah pecah 
namun   belum hancur sama sekali, jangan dibuka buka dahulu , siapa mengetahui  bangsat NICA itu akan 
lewat lagi. Kami naik ke tingkat satu mencari Amir Sjarifudin yang kebetulan ada di kamarnya. 
Beliau menyambut kami dengan terseyum senyum bertanya:  Ada apa pemuda radikal datang  
ada perlu apa,   Amir yang dahulu nya agak gemuk, tampak menjadi agak kurus, berkemeja sport, 
bercelana pendek sampai ke lutut. Belum berapa lama dia itu dikeluarkan dari penjara di Sragen 
di mana dia dihukum seumur hidup olehJepang sebab  dituduh memimpin perjuangan PKI 
illegal menentang Jepang. Tadinya oleh Jepang mau dijatuhi hukuman mati, namun  sebab  
diintervensi oleh sukarno  dan Bung Hatta menjadi hukuman seumur hidup.   
 Ada apa,   kataku menirukan pertanyaan Bung Amir, Menteri Penerangan kita itu. Dia resmi 
Menteri Penerangan, namun   sebetulnya  dialah yang memperoleh  misi  urusan keamanan.  Kami 
bertiga hampir mati semuanya di bawah tadi, apa Bung nggak dengar suara mitraliur tadi,     
 Pemuda radikal Menteng 31 tidak akan mati mati, akan hidup terus untuk Revolusi , kata Amir 
dengan senyumnya yang mengajuk ajuk hati kami. Sesaat lalu  dengan bersungguh 
sungguh saya menguraikan maksud kedatangan kami seperti di atas tadi. Chaerul Saleh dan 
Pandu menguatkan dan menambahi juga  menjadi lebih jelas dan tegas. hasil penelitian  dari 
pertemuan itu Menteri Amir Sjarifudin menyambut dengan gembira desakan Pemuda Menteng 
31 agar Pemerintah R.l. dalam beberapa hari ini secepatnya membentuk ketentaraan nasional.   
 Cocok, cocok, saya setuju sekali, saya akan mengajukan usul saudara saudara itu secepatnya 
kepada Sidang Kabinet dalam hari hari ini , Amir berkata. Sesudah itu, langsung kepada saya, 
Amir berkata, bahwa saudara Sudisman' Ketua Barisan Pemuda GERINDO Ckakak  Surabaya 
sudah  dikeluarkan juga dari penjara Sragen dan kembali ke Surabaya.   
yaitu  pemuda Sidik Arselan, anggota Pemuda GERINDO, bekas PETA, dengan sepasukan 
Pemuda P.R.I. (yang ketuanya yaitu  Sumarsono) yang mendatangi penjara Sragen itu. Selain 
sudah  membebaskan Amir Sjarifudin dan Sudisman, mereka juga sudah  membebaskan semua 
tahanan lainnya yang ada di situ.Amir Sjarifudin sengaja menceritakan hal ini , sebab  
beliau masih ingat bahwa saya menjabat sebagai Sekretaris Jendral Barisan Pemuda GERINDO 
sejak masa di zaman Belanda dan masa pendudukan Jepang.   
Selang beberapa hari sesudah  terjadinya Rapat Raksasa di lapangan IKADA, tanggal 19 
September, kami diberitahu  , bahwa pada tanggal 5 Oktober 1945 akan diumumkan Keputusan 
Pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (sukarno R). Kami bangga juga, walaupun tidak 
begitu puas. Sebab yang kami tuntut yaitu  tentara tentara resmi dari Republik Indonesia  , bukan 
sekadar Badan Keamanan Rakyat yang seakan akan condong meneruskan pekerjaan BPKP 
(Badan Penolong Korban perang ) yang dibentuk di zaman Jepang, yang diketuai Jusuf Yahya 
(kakak  Daan Yahya).   
Jelaslah, bahwa antara Pemerintah dengan pemuda radikal Menteng 31  avant garde nya 
revolusi itu walaupun sama sama jalur garis perjuangannya, namun tidak selalu sama 
gelombang gelombang semangatnya yang menggebu gebu di dada pemuda pemuda itu.   
Kami sudah  mempersiapkan pembentukan laskar laskar, dimulai terutama oleh pemuda pemuda 
di sekitar Jakarta. Baru lalu  sukarno R menjelma menjadi TKR (Tentara Keamanan 
Rakyat).Yang penting hakekatnya: tentara, misi nya berperang  membela Kemerdekaan yang 
baru diproklamirkan, bukan Badan Keamanan yang dualis dengan misi  sebagai kepolisian. 
Namun di hati kami, kami belum merasa lega, belum pas betul. Keamanan Rakyat   urusan polisi 
di garis belakang, yang penting sekarang yaitu  bertempur di garis depan. Untuk mengisi 
kekosongan misi  nasional pertama ini, maka itulah Pemuda Menteng 31 membentuk Laskar 
(People's Army).   
Pembentukan laskar laskar dianjurkan ke seluruh daerah daerah, dan disambut di mana mana. 
Pada mulanya, laskar laskar itu membentuk diri berdasarkan cita cita membela Proklamasi, 
sayang lalu  berubah berkembang menjadi membela cita cita aliran politik masing masing 
golongan: agama, nasionalis, komunis, sosialis dan kedaerahan. Hal ini yaitu  semata mata 
akibat perubahan dari atas,berubahnya sistem Pemerintahan dari kabinet presidensil dengan 
sistem kabinet parlementer.Terang saja sistem presidensil memang sesuai dengan jiwa Pancasila, 
sesuai dengan cita cita semua kaum pergerakan   sejak lama, namun  sayangnya salah dalam 
mengaplikasikan strategi dan taktik perjuangan, yang harus ditentukan oleh penilaian situasi dan 
kondisi. Dibolak balik bagaimana pun juga, haruslah diakui kesalahan prinsipal yaitu : kurang 
teguh, atau tidak konsekwen pada prinsip perjuangan nasional bersenjata!   
Dalam bertabrakannya naluri angkatan muda dengan naluri kaum tua, beruntunglah bangsa 
negara kita , sebab  ada faktor pengimbangnya yang utama, yaitu statemenship (kenegarawanan) 
Tritunggal Sukarno Hatta Sjahrir.Jarumnya neraca pengimbang itu kadang kala nampak saja 
rada ke kiri atau ke kanan, namun  dalam hakekatnya yaitu  mantap tetap pada titik perjuangan 
Proklamasi berdasarkan UUD 45 dan menuju pada Pancasila. Sasarannya: kedaulatan nasional.   
Saya tidak mau, dan janganlah siapa pun juga menyalah tafsirkan arti penting sejarah Tritunggal 
Sukarno Hatta Sjahrir pada masanya secara dialektis. Tidak secara subyektif, jangan! Tukang 
emas yang pandai mengetahui  caranya menguji antara emas dan loyang.Tidak semua metal kuning 
yaitu  emas. Dan antara emas dengan emas pun harus diuji  karat nya. Sejarah yaitu  batu ujian 
politik bagi bangsa dan masyarakat.   
Bandingkanlah sistem politik di masa sejarah Tritunggal Sukarno Hatta Sjahrir dengan sistem 
politik saat  orde barunya Presiden Soeharto. Pada zaman Tritunggal, UUD'45 dan Pancasila 
dijunjung tinggi, pada zaman orde barunya Soeharto, UUD '45 dan Pancasila dikentuti. Jangan 
bicara lagi mengenai  hak hak demokrasi dan HAM. ditambah  ya zaman Tritunggal Sukarno Hatta 
Sjahrir dengan orde barunya Soeharto  en grosso modo , seperti bumi dan langit. Tidak ada 
persamaannya. Apa pun kekurangan zaman Tritunggal, mereka tidak keluar dari garis demokrasi, 
garis kedaulatan rakyat! Zaman orde barunya Soeharto apa pun yang berbau kedaulatan rakyat 
dicap komunis. Bila komunisme dan marxisme ditanggapi sebagai ilmu di luar PKI yang sudah 
dilarang itu, okelah.namun   sekarang nyatanya siapa saja yang menyuarakan Tuntutan Hati 
Nurani Rakyat, seperti keterbukaan, keadilan sosial etc. Iangsung dituduh menentang 
Pemerintah. Inilah sistem Pemerintah autokratik, istilah yang lebih terkenal yaitu  diktatur yang 
despotis sekaligus nespotis. Kedaulatan rakyat, demokrasi, sudah digantung, sudah dipancung 
oleh absolutisme angkara murka. MPR sejak 1966 dalam fakta  bukan lagi suatu lembaga 
negara tertinggi, namun   sudah  menjadi Markas Penipu Rakyat yang mendaulat Presiden Sukarno 
dan mengangkat Letnan Jendral Soeharto menjadi Presiden yang menerapkan kediktaturan 
represif dengan dalih konstitusional.   
Kita kembali ke pangkal acara. Bicara mengenai  kekuatan nasional bersenjata hta bangsa 
negara kita , laksana bocah yang baru belajar berJalan seJak dilahirkan oleh Proklamasi 17 
Agustus 1945, sejak dari Laskar Rakyat (People's Army) dan sukarno R, beranjak menjadi TKR, 
sampai ke TRI lalu  menjelma menjadi kekuatan bersenjata nasional bernama TNI, yang 
kuceritakan dalam  Kisah Terpendam  ini.   
Maafkanlah, jika  saya berkata bahwa yang paling bergembira dan bersyukur kepada 
bangsanya, yaitu  pemuda pemuda radikal dari Menteng 31, terutama tiga orang yang disebut 
namanya di atas tadi: A.M. Hanafi, Chaerul Saleh dan Pandu Kartawiguna. orang  memuji 
Tentara kita, mengenai  ketangkasan gerilyanya, kegagahannya dan bintang bintang gemerlapan di 
dadanya, tidak lebih dari sewajarnya. namun , namun  jangan lupa, haruslah diletakkan pada tempat dan 
kondisi nya. Itu yaitu  sewajarnya di dalam era Tritunggal Sukarno Hatta Sjahrir.namun    
yang paling bersedih hati melihat ABRI kita sekarang yaitu  selurnh rakyat segala lapisan, oleh 
sebab  ABRI kita sekarang terpenjara di dalam hirarki militer Panglima Tertinggi Soeharto yang 
mengkentuti UUD '45 dan Pancasila, meng  insubordinasi alias mengkhianati Panglima 
Tertinggi Sukarno dan memanipulirJendral A.H.Nasution, sesudah  sebelumnya merekayasa 
pembunuhan Panglima A.Yani dan 5 Jendral lainnya.   
Para pembaca yang terhormat,   
 Kisah Terpendam  ini menjadi alasan dalam hati saya sendiri, sebagai Duta Besar untuk 
mengambil inisiatif merayakan HUTABRI untuk pertama kali di Kuba Havana yang disebut 
sebagai  el primo pays libre de America Latina  itu. berdasar keterangan saksi  hemat saya dalam konteks 
kenegaraan, patut diperingati sebagai Hari Besar Nasional R.I. bukan hanya terbatas pada Hari 
Proklamasi 17 Agustus 1945 dan HUT ABRI 5 Oktober 1945, namun   juga selayaknya HUT 
lahirnya lembaga legistatif atau cikal bakal demokrasi kita, yaitu KNIP   Komite Nasional 
negara kita . Demikian pun HUT lahirnya lembaga yudikatif R.l. dengan segala peralatan  dan 
atributnya. Lembaga lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif  dikenal dengan Trias Politica 
Montesqieu   yaitu  tolok ukur paten dari sebuah negara Republik yang menjalankan sistem 
demokrasi dan keadilan sosial.   
jika  Adam Malik memperoleh  misi  dari Komite van Aksi untuk membentuk Komite Nasional, 
maka A.M. Hanafi, Chaerul Saleh dan Pandu Kartawiguna mengambil bagian misi  sendiri, 
mempersenjatai pemuda menjadi people's army dan terutama mendesak Pemerintah R.I. untuk 
membangun Tentara dengan satu Maklumat pembentukan Tentara Republik Indonesia   
secepatnya tanpa ragu ragu lagi. Menteng 31 dan bekas PETA dan Heiho sudah sedia 
mempelopori pelaksanaannya. jika  saya tadi berniat mengambil inisiatif merayakan HUTABRI 
di Havana, ialah sebab  secara spiritual saya ingin bayar kaul atas tercapainya cita cita Pemuda 
Menteng 31: lahirnyaTentara Nasional Indonesia  , walaupun sudah  melalui sejarah pengorbanan 
selurah rakyat pahit dan getir. Pencetusan prakarsa itu secara spritual yaitu  hak dan misi  
kesadaran nasional dan patriotisme kami: saya bersama Chaerul Saleh dan Pandu, dan Amir 
Sjarifuddin. Mengapa tidak, !   
Tonggak tonggak dalam sejarah menegakkan Republik tercinta ini prakarsa dan kedan an dalam 
melahirkanTentara R.I. itu, tidak boleh dilupakan, sekalipun para pemrakarsanya sudah  jadi 
korban dari revolusi di mana mereka turut memeloporinya. Bersyukurlah kita kepadaAllah, 
bahwa berkat restuNya revolusi Angkatan 45 berhasil mencapai dan menegakkan kemerdekaan 
nasional dari penjajahan asing. (Bila dibandingkan, tidak sesulit dan sesakit bangsaVietnam).   
Semua itu yaitu  jasa para pelopor pergerakan   nasional kita, teristimewa berkat persatuan dan 
cita citaTritunggal Sukarno Hatta SJahrir. Para pemuda sebagai harapan bangsa jangan sekali 
kali melupakan itu. Perjuangan mencapai muara bahagia masih jauh namun bagaimana pun 
sungai tidak mengalir ke hulu untuk sampai lautan Sang Sungai tidak boleh lupa pada sumbernya 
di Gunung Cita cita Bangsa.  
 Rame rame Potong Tebu pada Hari Ulang tahun  26 Juli  
Ada lagi yang luar biasa. Setiap tanggal 26 Juli, hari ulang tahun  penyerbuan gudang senjata El 
Quartel Moncada (1953) oleh satu grup pemuda revolusioner dibawah pimpinan Fidel Castro; 
dan setiap tanggal 2 Desember, peringatan hari pendaratan Fidel Castro, Raul Castro, Camilo 
Cienfuegos, Che Guevara (selurahnya 78 pejuang) mendarat di pantai Las Colorado di Oriente 
Cuba dengan sebuah motorboot  Granma  dari Mexico (1956)   kedua hari ini  dirayakan 
besar besaran dengan melakokan kerja bakti menebang tebu.   
Hari penting yang ketiga, yang diperingati setiap tahun  selama tiga hari, 17 18 19 April, yaitu  
hari hari pertempuran di Playa Giron selama tiga hari tiga tengah malam  menghancurkan pendaratan 
tentara bayaran (mercenarios) Amerika, yang terkenal dengan nama  Pertempuran di Pantai 
Babi  (Baya de Cochon).. Sebagian dari mercenarios, tentara bayaran yang tidak mati, menyerah 
kalah, menjadi tawanan perang , lalu  dikirim kembali ke Amerika. Bahwa kekalahan 
tentara bayaran di Pantai Babi itu memalukan Amerika sendiri bukan main, tak usah dikatakan 
lagi. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada tahun  1961. Itu kekalahan Amerika yang pertama kali 
di lautan Karibia, di samping berarti juga  kemenangan pertama rakyat Amerika Latin terhadap 
imperialismo yanqui. Bahwa hasil penelitian  demikian itu memicu  tambah panas hati pihak 
Amerika, dapat dimaklumi juga .Jelaslah, mengapa akibatnya Kuba dijatuhi  blokade ekonomi   
bahkan sampai sekarang   dan pengintaian dari laut dan dari udara masih terus dilanjutkan saat  
saya tiba di Havana.   
Demikianlah mengapa hari hari penting ini  diperingati dengan rasa khidmat dan dirayakan 
dengan kerja bakti besar besaran secara suka rela, namun   meriah dan dengan gembira oleh 
seluruh rakyat Kuba.   
Kerja bakti itu dengan bersenjatakan golok (machete,) pergi menyerbu peladangan tebu untuk 
memotong tebu.Tambah meriah lagi sebab  seluruh perwakilan negara negara sosialis turut 
meramaikannya.   
Tentu saja KBRI Havana tak mau ketinggalan. Bangun kembali dalam hatiku, kebanggaaan akan 
pengalaman kerja bakti saat  saya sebagai Menteri PETERA, 1957, mengadakan pilot proyek 
kerja bakti gotong royong pemboatanjalan Saketi Malimping, di Banten Selatan, satu daerah 
yang di anak tiri kan beberapa zaman. Saya pribadi sudah  bertemu kembali dengan jiwa manusia 
Multatuli dengan  Saijah dan Adinda . Rasa hati kemanusiaanku selalu hendak mengulurkan 
tanganku kepada makhluk manusia yang di masa bodo kan sistem penjajahan. Di masa itulah 
juga  penulis pejuang Pramoedya Ananta Toer menggubah karyanya yang dijulukinya  Keluarga 
Gerilya . Dia juga turut dan  dalam kerja bakti pilot proyek Saketi Malimping ini .   
KBRI Havana tak mau ketinggalan kerja bakti menyerbu peladangan tebu di Kuba pada hari 
peringatan Hari Perjuangan Bersenjata rakyat Kuba ini . Dan juta  tak kepalang tanggung . 
jika  Duta besar Uni Sovyet,Alexander I.Alekseev, hanya beberapa batang saja, sudah. Isyarat 
simbolik setiakawan revolusioner itu sajalah. Begitu juga  Duta Besar R.R.T., Wang Yu Ping. 
namun  kalah banyak dengan hasil tebasannya. Duta Besar R.I. yang ditambah   dengan semua stabnya. 
Rombongan para diplomat dalam kerja bakti itu ditambah   oleh Wakil Menteri Luar Negeri Kuba, 
Arnold Rodrigues dan Kepala Stafnya Eduardo Delgado, juga turut dan  Kapten Osmani 
Cienfuegos (adik Pahlawan Martyr Camilo Cienfuegos), Anggota Politbiro Partai Komunis Kuba 
yang merangkap Urusan Politik Luar Negeri.   
Mereka itu dengan bangga menyampaikan salutnya kepada kami yang mau dengan sukarela 
mengintegrasikan diri dengan mereka untuk merayakan kemenangan pertempuran hebat di 
Pantai Babi ini . Lalu, sehabis potong tebu, sebagai penutup kemeriahan hari itu, sebelum 
pulang  ke rumah, diadakan latihan menembak pakai sasaran. Bukan untuk pamer, rasanya Duta 
Besar negara kita  yang oleh Pak Gatot (Jendral) di Juluki  koboy Krawang , tidaklah memalukan 
bangsa dalam urusan tembak menembak itu.   
Lain lagi dengan Konsul dari Vatican, Mons. Dr. Cesar Zacchi yang amat bersimpati pada saya. 
Beliau tidak pernah turut kerja bakti itu, namun   saat  ketemu dalam Resepsi, menyalami saya 
menanyakan berapa ton tebu yang sudah  dapat saya potong, dengan senyum yang simpatik yang 
tidak dibuat buat.   
Memang mungkin  sifat hampir semua Pastor Katolik begitulah. Mulainya dekat sama saya 
sesudah  saya katakan padanya bahwa saya seorang yang beragama Islam, yang menginginkan 
orang Islam dan orang Kristen bisa saling menghormati dan bisa bekerja sama turut membangun 
dunia baru yang damai buat semua ummat, tanpa penindasan dan tanpa penghisapan. Dan saya 
orang yang beruntung, sebab  memperoleh  kesempatan mengunjungi Citta del Vaticano, Istana Paus 
di Roma dan diberi juga  kehormatan berziarah ke makam para Paus yang ada di situ, saat  saya 
turut mengiring Presiden Sukarno dianugerahi Doctor Honoris Causa oleh Bapak Paus di tahun  
1956. Itulah asal mulanya Konsul Vatican ini  amat bersimpati pada saya.  
 Berita yang Mengejutkan mengenai  Kudeta Dewan Jendral  
Pada hari itu tepat tanggal 1 Oktober 1965. Hari itu kurang lebih jam 9 pagi, saya sudah ada di 
Kantor KBRI Havana, sebab kami sedang giat giatnya bekerja untuk memper  siapkan perayaan 
Hari Ulangtahun  (HUT) ABRI 5 Oktober 1965. Semua keluarga Staf KBRI dan  anak istrinya 
giat dalam Panitia Perayaan yangjuga memperoleh bantuan dari pihak Kuba.Acaranya: 
mengadakan resepsi ditambah   pertunjukan kesenian nyanyian dan tari  tarian negara kita ; sedang 
diusahakan juga  defile persahabatan Angkatan Pemuda Kuba Juventud Rebelde) di lapangan 
baris  berbaris di mana berdiri patungJendral Antonio Maceo (pemimpin pemberontakan 
bersenjata Kuba melawan penjajahan Spanyol). Sayangnya, acara defile ini dikoreksi oleh 
Panglima AchmadYani, yang dalam kawatnya mengatakan bahwa hal itu tidak biasa. Maka acara 
defile ini dibatalkan. Dalam kawatnya yang kedua dia mengatakan, berhubung dengan 
kesibukannya dengan Hari Ulang tahun  ABRI di Jakarta, pengangkatan saya menjadi 
MayorJendral Tituler TNI baru dapat dilaksanakan sesudah perayaan itu. Saya terima dua buah 
kawat sandi Panglima A.Yani itu kira kira tanggal 15 dan 20 September 1965. Memanglah saya 
merasa dekat dengan beliau, dan rupanya beliau demikian juga , sebagai yang sudah  saya uraikan 
terlebih dahulu.   
Oleh sebab itu saya amat terkejut dan heran sekali, saat  pada tanggal 1 Oktober jam 9 pagi 
saat  baru saja masuk kantor kedutaan dan berada di ruang kerja, tiba tiba diserbu tanpa bikin 
janji terlebih dahulu oleh Capitain Osmani Cienfuegos. Bagaimana tidak akan terkejut , sebab 
caranya bukan saja luar biasa, namun   mengingat beliau sendiri yaitu  seorang tokoh Pemerintah 
Kuba yang penting sekali, anggota Politbiro El Partido Comunista de Cuba (PCC), adik 
PaKtawan Kuba Camilo Cienfuegos almarhum. saat  pintu diketuk sekretaris saya : Ada tamu 
penting, Pak , Kapten Osmani itu sudah ada di depan pintu. Segera saya melompat menyalami 
dan mempersilakannya duduk. Air mukanya tampak serius, tidak seperti saat  bersama sama 
potong tebu di ladang. Mula mula saya mengira kedatangannya akan mengabarkan bantuan 
Kuba yang sudah  saya minta untuk memeriahkan HUT ABRI yang pertama kali di Havana itu. 
 Excusame, por favor, Señor Embajador, maafkan saya, Tuan Duta Besar, atas kedatangan saya 
yang tiba tiba ini ... sebab kami mengharap dan ingin memperoleh  kepastian apakan Embajador 
sudah menerima juga berita yang sudah  sangat mengejutkan kami,     
Singkatnya dia mau memeriksa  suatu berita mengejutkan yang rupanya dia terima dahulu an 
dibandingkan  saya. Belum saya tanya apa berita yang mengejutkannya itu, saya langsung menjawab 
bahwa berita  berita yang masuk biasa biasa saja, tidak  ada yang mengejutkan. jika  ada yang 
abnormal, tentulah saya akan minta konsultasi kepada ustedes, kepada anda anda. Lalu saya 
tanyakan, berita apa yang dia terima yang mengejutkan itu,    
 Ada kudeta Dewan Jendral di Jakarta. Karni terima kawat dari AFP/Prensa Latina. Ini....    
Saya ambil kawat itu dari tangannya, memang betul dari AFP/ Prensa Latina   kantor berita 
Pranci/Kuba. Pendek saja berita itu: sudah  TERJADI COUP D'ETAT Dl JAKARTA 
TERHADAP PRESIDEN SUKARNO. Saya perhatikan, kawat itu tertanggal 1 Oktober, berarti 
terjadinya kemarin, 30 September waktu Kuba.   
jika  langit dan bumi ini pecah tiga, empat, lima   saya tidak akan seterkejut seperti sesudah  saya 
membaca kawat yang dibawa oleh Kapten Osmani ini .Walapun sekujur badan saya sŠperti 
disengat listrik saking terkejut nya mendengar berita yang tidak enak itu, pikiran dan hati saya tetap 
saja tidak mau percaya.   
 Impossiblé ... yo no puedo crearlo (tidak mungkin saya tidak bisa percaya berita ini) .... I m p 
o s s i b l é , tukas saya dalam bahasa Spanyol dengan intonasi panjang.   
Saya ceritakan pada Osmani mengenai  pertemnan saya dengan Presiden Sukarno dan Panglima 
A.Yani bulan Januari 1965 secara singkat. Tidak mungkin pahlawan perang  yang 
menghancurkan pemberontakan separatis PRRI/Permesta itu, mengkhianati Presiden, Panglima 
Tertingginya.   
Pembaca yang terhormat,  
Saya dengan terpaksa  dengan susah payah menahan emosi untuk tidak menumpahkan semua sekaligus 
di halaman halaman ini, dan sebe  narnya sekarang ini memang sudah terlalu janh menggapai 
gapai kejadian sial 1 Oktober 1965 itu. Suatu kejadian yang sama sekali tak terbayangkan 
sebelumnya, tak terandai andaikan bahkan sedikit pun pada saat kami bertiga   Presiden, Pak 
Yani dan saya   begitu intimnya menyantap rebusan singkong Marhaen  di Istana Merdeka.   
Melanjutkan cerita mengenai  pertemnan dadakan antara Kapten Osmani dengan saya pada 1 
Oktober 1965 pagi itu, Kapten Osmani sebelum pamit masih berkata:  Sebaikuya saudara Duta 
Besar memeriksa  berita itu. sebab  persahabatan Kuba yang begitu dekat dengan negara kita , saya 
anggap penting berita AFP itu segera diketahui  Embajador dan diperiksa sampai di mana 
kebenarannya. Kuba mengharapkan berita itu tidak benar. Sekian saja, hasta luego, sampai 
nanti.  Sesudah menanyakan kondisi  keluarga saya, seraya menyatakan salamnya, Kapten 
Osmani pamitan pulang .   
Sejurus saya termenung memikirkan berita yang sensasional namun   sekaligus mengkhawatirkan 
yang dibawa tokoh penting Kuba tadi. Masih tetap saja tidak masuk akal pada saya. lalu  
saya kumpulkan semua staf KBRI dan memerintahkan agar memeriksa  berita itu. Pertama, saya 
perintahkan menilpon ke Jakarta. Kedua, menanyakan kepada KBRI Washington apakah mereka 
ada mene  rima berita mengenai  kudeta itu.Ternyata KBRI Washington juga tidak mengetahui  apa apa, 
mereka hanya menjanjikan akan memberitahokan ke Kuba jika  sudah dapat berita resmi dari 
Jakarta. Agar pembaca mengetahui , KBRI Havana tidak memiliki  hubungan tilpon langsung 
denganJakarta.Telex atau tilpon semuanya harus melalui KBRI Washington. Hanya surat 
menyurat, diplomatic bag, bisa langsung via Mexico per plane. Pada waktu saya baru tiba di Ha  
vana, saya tanyakan kepada chargé d'affair, saudara Raden Ngabehi Sulaiman, yah begitulah 
ketentuan Deplu diJakarta.Tentu saja saya mendongkol, namun  saya belum bisa berbuat apa apa 
untak tidak tergantung kepadaWashington itu. KBRI Havana dalam hal trans  komunikasi ke 
Jakarta rupanya cuma hanya sekedar  tambahan l. Saya pikir pada saatnya kondisi  seperti itu harus diubah, 
agar   saya dari Havana memiliki  akses langsung dengan pemerintah pusat di Jakarta.   
Pada resepsi di Kedutaan RRC pada hari 1 Oktober 1965 itu, banyak Duta duta Besar asing 
menyalami saya, sampai jadi berkerumun. Rupanya mereka sudah memperoleh juga berita semacam yang diberitakan olehAFP itu. Dengan tegas saya membantah, bahwa sama sekali tidak 
mungkin terjadi kodeta oleh Dewan Jendral, bahwa saya masih menantikan penjelasan dari 
Jakarta.   
Mengenai hal ini ada sesuatu yang aneh  saya alami. Kira kira dua bulan yang lalu dalam satu 
pertemuan dengan Duta Besar Polandia, beliau menanyakan, sampai di mana kekuasaan Presiden 
Sukarno di dalam ketentaraan negara kita . Tentu saja saya jawab positif, semua ABRI bulat di 
belakang Presidennya. Mestinya dalam hal seperti itu saya, sebagai Duta Besar dan juga sebagai 
telinga di pos depan, segera melaporkan kepada Pemerintah. Mengapa sampai muncul 
pertanyaan seperti itu,  namun  apa mau dikata, seperti saya katakan di atas tadi, KBRI Havana 
tidak memiliki  komunikasi langsung ke Jakarta. Dan saya selalu bersikap hati hati mengenai hal hal 
se  cret seperti itu. Satu hal pernah  saya minta kepada Presiden Sukarno jika  saya dikirim ke 
Kuba, agar dalam hal hal yang penting dan rahasia saya diperkenankan berhubungan langsung 
dengan Presiden. Hanya dalam urusan administrasi dan keuangan saja, saya bertang  gungjawab 
kepada Menlu dan Deparlu. Beliau mengerti maksud saya dengan baik. saat  itu saya belum 
mengetahui  mengenai  peralatan Kedutaan Besar Havana yang sangat minim.   
Marsekal Suryadharma tadinya dimisi kan untuk mempersiapkan Kedutaan di Havana itu, 
lalu  beliau diangkat menjadi Penasihat Militer Presiden Sukarno.Ternyata alat alat 
komunikasi langsung antara KBRI Havana dengan Istana di Jakarta tidak ada sama sekali, 
mungkin  belum terpikir akan arti penting KBRI Ha  vana, padahal sebagaimana dikatakan 
Presiden Sukarno, Kuba memiliki  posisi penting bagi kita dalam kaitan dengan Amerika Latin. 
Nanti, nanti di Jakarta saya akan menemui  lagi keteledoran, kelalaian Penasihat Militer kita ini, 
di dalam rangka penyelamatan Presiden Sukarno dari kepungan malapetaka G30S.   
Di dalam resepsi di Kedutaan RRT ini  di atas tadi, Duta Besar Polandia itu juga datang 
menyalami saya dengan senyumnya yang simpatik itu, namun  dengan nada rada sarkastis berkata 
sambil  lalu:  Itu sebabnya dahulu  saya mengingatkan Duta Besar agar   periksa lagi sampai di 
mana kekuatan Presiden Sukarno di dalam ketentaraan negara kita  .   
Dalam hal ini, kiranya, para pembaca dapat memaklumi bahwa sudah  berlaku pada diri saya 
pribadi peribahasa sesal dahulu pendapatan, sesal lalu  tak berguna . Saya tidak bermaksud 
menyalahkan siapa pun mengenai kesulitan alat alat komunikasi itu tadi, namun  biarlah diketahui  
kekurangan hal hal yang amat penting kita butuhkan di masa itu.   
Barulah pada tanggal 5 Oktober kita terima telex dari KBRI Washington yang mengabarkan 
bahwa sudah  terjadi kudeta oleh Kolonel Untung. Itu saja. Seminggu lalu , oleh saudara 
Djuwir Djamal, ex Sekretaris I KBRI Havana yang beberapa bulan yang lalu sudah  dipindahkan 
Deplu ke Kedutaan R.I. di Argentina, saya dikirimi majalah yang memuat foto Kolonel Untung.   
Dalam kondisi  tak menentu itu, saya dengan terpaksa  memutuskan membatalkan Peringatan Hari 
Ulangtahun  ABRI yang tadinya sudah  direncanakan dengan segala kebesaran dan kemeriahan. 
Buat apa, jika  hanya akan memalukan nama bangsa, memalukan pemerin  tahan Sukarno. 
Sebab masih belum ada juga keterangan yang menjelaskan situasi dari Jakarta mengenai kudeta 
itu.   
Sesudah itu barulah ada telex dari KBRI Washington yang agak jelas, bahwa pada 30 September 
sudah  terjadi percobaan kudeta oleh Kol.Untung dan Presiden Sukarno dalam kondisi  selamat.   
Kawat kawat memantau pulang   
Tanggal 3 Oktober, saya terima kawat pribadi dari kakak  saja, Asmara Hadi, anggota MPRS 
yang berada di Peking. lalu  baru saya ketahui , baLwa dia sebagai anggota MPRS turut 
dan  dalam rombongan Ketua MPRS yang diundang menghadiri  perayaan Hari Nasional RRC. 
Demikian juga Saudara Winoto Danuasmoro ikut da]am rombongan ini .,juga sebagai anggota 
MPRS. Kawat ini  meminta saya pulang , sebab kondisi  di negara kita  gawat.Tiga hari 
lalu  datang juga  kawat dari SaudaraWinoto Danuasmoro, mengatakan bahwa saya tidak 
usah pulang , sebab sukarno  selamat.   
Selang beberapa hari lalu , datang juga  kawat dari Chaerul Saleh, Ketua MPRS, meminta 
jika  bisa saya pulang . Kawat itu tertanda dari Kanton. Saya artikan mereka, rombongan MPRS 
itu, dalam perjalanan pulang  ke Jakarta.   
lalu  datang juga  telex dari Jakarta mengabarkan mengenai  percobaan kudeta Kolonel Untung 
dari G30S/PKI yang sudah  dapat digagalkan, korban beberapa orang Jendral TNI, di antaranya 
Panglima A.Yani, dan Presiden Sukarno dalam kondisi  selamat.   
Barulah kami dapat berita yang agak jelas. Bagaimana kerusuhan di dalam hati saya tak dapat 
dijelaskan dengan kata kata. Koq, sampai PKI, yang Ketuanya D.N. Aidit, yang saya kenal sejak 
dari muda Anggota Barisan Pemuda GERINDO yang saya pimpin dan yang menjabat sebagai 
Menteri Negara juga , sampai mau berbuat makar, sampai bisa dimanipulasi  oleh Kolonel Untung 
itu. Koq bisanya,  Ah, Brutus engkau!   
Aduh, kenapa Dr. soebandrio  , yang saya anggap sebagai sahabat baik saya itu (jika  tidak, mana 
saya mau mengajukannya jadi Menlu di dalam Kabinet Karya Djuanda dahulu), yang mengetahui  juga  
betapa rapat dan setianya saya kepada sukarno , tidak sedikitpun langsung menilpon atau 
men telex saya,  Apa sebetulnya  yang terjadi sampai AchmadYani,Jendral harapan saya 
Angkatan 45 itu sampai menjadi korban,    
Hati saya resah, gelisah, tidak menentu, tidak mengetahui  apa yang bisa saya perbuat untuk membantu 
Presiden Sukarno, menyelamatkan negara dari malapetaka yang gawat itu. Saya ingin tabu apa 
sebetulnya  yang sudah  terjadi. Saya bukan seorang Duta Besar tok, amtenar yang bisa kerja cuma hanya sekedar  
tunggu petunjuk atasan. Saya patriot pejuang yang turut mendirikan negara ini di barisan paling 
depan di zaman revolusi kemerdekaan. Masakan saya harus tengak tengak saja begitu jauh dari 
tanah air yang tertimpa bahaya, duduk di Ha  vana dari resepsi ke resepsi. Akbirnya saya terima 
kawat singkat Chaerul Saleh seperti saya singguh di atas:  Kamu harus pulang ; sebentar, penting, 
cepat .   
Saya ambil keputusan, saya harus pulang  cepat untuk mengetabui jelas dan menengok apa yang 
terjadi. Saya rundingkan maksud saya itu dengan Sukendah, isteri saya. Dia dapat memaklu~ni 
sebab  juga khawatir akan kondisi  Presiden Sukarno. Saya memiliki  kekhawatiran dobel, mengenai 
apa yang sedqng terjadi di negara kita  dan mengenai ; urusan urusan KBRI dan  keluarga yang akan 
saya tinggalkan sementara di Kuba.   
Saya rundingkan juga  dengan semua staf KBRI, agar   segala sesuatu yang penting yang 
mungkin dihadapi KBR], Ibu Sukendah jangan ditinggal sendiri, harus turut rundingkan 
bersamanya sebagai wakil langsung dari saya sebagai Dubes, bukan saja sebab  ia seorang isteri. 
Saya tidak lupa amanat Presiden Sukarno saat  melantik saya di mana beliau meminta istri saya 
berdiri di samping saya untuk menenma amanat yang diberikannya. Duta Besar dan sang istri 
harus merupakan satu team. Sukendah saya kenal sejak masih gadis, seorang pemuda pergerakan   
juga, harus bantu Hanafi, suamimu. Seorang istri yaitu   een moedertje, geliefde, en kameraad 
tegelijk  (seorang ibu, kekasih dan sekaligus kawan seperjuangan), kata sukarno .   
Tinggal lagi saya harus pamitan, memberitahu   kepada Peme  rintah Kuba maksud kepergian 
saya itu. Menlu Dr. Raul Roa menyatakan harapan yang terbaik bagi Presiden Sukarno, atas 
nama Pemerintah Kuba. namun  untuk minta waktu audiensi kepada Commandante Fidel Castro, 
Raul Roa menyarankan sebaiknya tunggu selesainya Hari hari Peringatan Desember yang selalu 
penting diperingati, dan Fidel sedang sibuk sibuknya waktu itu.   
Hari 2 desember 1956 . . . yaitu  hari pendaratan satu grup kaum revolusioner Kuba di bawah 
pimpinan Fidel Castro (Camilo Cienfuegos, Che Guevara, Raul Castro dan lainnya) di 
pantaiOriente (Kuba) dengan kapal motor Granma dari Mexico. Hari itu diperingati setiap tahun . 
Dari 87 orang yang bisa sampai ke puncak gunung Pico Turquino, itu hanya 12 orang. sebab  
waktu mendekati pantai mereka diserang oleh kapal terbang Batista. Pada waktu mendarat, 
langsung bertempur. Peristiwa heroik bersejarah itu terkenal dengan nama Pendaratan Kapal 
Motor Granma. Begitulah riwayatnya secara singkat.   
Saya sudah mengatakan kepada Menteri Luar Negeri, Raul Roa bahwa saya akan berangkat ke 
negara kita  sehari sesudah peringatan pendaratan Granma itu, Dus tanggal 3 Desember. Saya 
masih me  nyempatkan diri menghadiri  hari peringatan Pendaratan Granma dengan satu Rapat 
Raksana di tengah malam  hari. Dengan perasaan agak jengkel, sebab tidak mungkin ketemu 
Commandante Fidel Castro, sebab saya tidak mau menunda nunda lagi keberangkatan saya itu.   
Commandante Fidel Castro mengunjungi Dubes R.I. 
paraksiang 2 Desember 1965  
Hari sudah jam satu tengah malam  lebih. Setiba di rumah anak isteri sedang mempersiapkan barang 
barang keberangkatan saya.Tiba tiba masuk ke pekarangan dua bnah jeep. Beberapa tentara 
turun mengetok pintu. sesudah  dibuka oleh Tan Joe Hok, koki yang saya bawa dari Jakarta, 
tentara tentara itu minta agar   lampu lampu yang menerangi pekarangan rumah rumah  saya 
itu dimatikan semua. Koki itu meneruskan permintaan itu pada saya. Dengan suara keras saya 
melaranguya, sebab menyimpan rasa dongkol akan berangkat tanpa bisa pamitan dengan Fidel 
dalam soal sepenting ini.Tentara  tentara itu   entah berapa jumlah mereka   masih menunggu di 
luar, lalu  seorang dari mereka masuk ke dalam sambil mengatakan ada Commandante 
Fidel Castro di jeep yang satu lagi, bahwa beliau mau masuk bertemu Duta besar, jika  lampu 
pekarangan yang terang benderang itu dimatikan dahulu .   
Mendengar kata kata tentara itu, segera lampu pekarangan saya suruh padamkan semna dan saya 
loncat ke luar menyambut Com  mandante Fidel Castro yang sudah sampai di pangkal tangga 
masuk. Saya minta maaf, menyalaminya dan beliau juga minta maaf sebab  tak memberitahu   
lebih dahulu. Saya tuntun Fidel ke ruangan tamu diantar dokter tentara, dokter pribadinya, yang 
lainnya berjaga di luar. Hampir satu jam kami berbicara mengenai  peristiwa pembe  rontakan 
Kolonel Untung. Singkatnya, Fidel mengucapkan selamat jalan untuk saya guna misi ku yang 
penting itu. lalu  dia meminta sehelai kertas untuk menulis surat buat Presiden Sukarno 
pribadi, dengan pesan agar   diberikan langsung ke tangan sukarno . Saya sambut pesan 
kepercayaannya kepada saya dengan hormat dan terimakasih. Sesudah saya jamu dengan 
gorengan kripik tempe dariJakarta dan minum kopi dan  satu sloki whisky bersama ucapan 
kesehatan untuk Commandante Fidel Castro, yang disambut dengan ucapan kesehatan Presiden 
Sukarno juga , dan sesudah beliau menghabiskan goreng tempe sepiring itu, beliau pamitan. 
Betul  betul satu kenangan yang indah terkesan yang ditinggalkannya padaku. Betul betul suatu 
persahabatan yang mesra yang diberi  kannya itu, dan yang akan saya ceritakan sebulat bulatnya 
kepada sukarno . Tidak ada Duta Besar lainnya yang ditanggapinya seperti itu. mungkin  
cuma hanya sekedar  Dubes Uni Sovyet, namun  tentulah ada lainannya, dan tentu tidak akan menggedor pintu di 
tengah tengah malam  hari seperti dengan saya itu.   
Fidel datang dari peringatan  PendaratanGranma  untuk mem  bebaskan Kuba. Keesokan hari 
Hanafi berangkat ke negara kita  untuk bantu keselamatan Presiden Sukarno. Sungguh suatu 
simbolik revolusioner, namun   ternyata Fidel memang berhasil mem bebaskan Kuba  namun  Hanafi 
tidak berhasil membebaskan sukarno  dari kepungan kontra revolusi bangsanya sendiri. Apa 
mau dikata ...  
 
Perjalanan ke Jakarta dibuntuti Maut  
Di pagi hari tanggal 3 Desember 1965,oleh anak anak saya, Nurdjaya dan Damayanti, bersama 
adiknya Nina Mutianusica yang berumur setahun , dan  istri saya Sukendah, saya diantar ke 
lapangan terbang Rancho Boyero. Dari staf diplomat KBRI turut mengantar juga  Saudara 
saudara Moh. Hatta, Hartono dan Rustamadji. Saudara Zuwir Djamal tidak ada, sebab belum 
lama berselang pindah ke KBRI Argentina di Buenos Aires. Saya merasa kehilangan dia. Dia itu 
masih ponakan dari wartawan kawakan SaudaraAdinegoro yang saya kenal baik, yang bahkan 
pernah  turut dan  dalam rombongan yang mengiring Presiden Sukarno dalam kunjungan 
kenegaraannya ke Amerika, Rusia dan Tiongkok, seperti saya. Adinegoro sendiri datang sengaja 
ke rumah saya, berbasa basi mau menitipkan Zuwir Djamal pada saya yang akan ditempatkan 
oleh Deplu ke Havana, Kuba. Dia berangkat lebih dahulu  dibandingkan  saya sekeluarga ke Havana, 
Kuba. Zuwir Djamal ini Sekretaris I saya yang pertama , orangnya memiliki  jiwa lahur dan 
memiliki  budi baso, kata kami di Sumatra.   
Saya lalu  menjadi  orang buangan , political exile di Paris, namun sebagai seseorang yang 
tetap berpendirian  putra negara kita  , sejak Duta Besar R.I. di Paris Pak Mohamad Nur dan 
Athan Willy Kahirupan, pintu KBRI Paris tidak ditutup buat saya. Sekali, pada hari Lebaran, 
saat  saya ke KBRI turut sembahyang Idulfitri, saya merasa ada seseorang duduk di belakang 
saya.Ternyata saudara Zuwir Djamal. Dia tidak takut dan ragu ragu memperkenalkan saya pada 
orang  KBRI Paris: Ini Pak Hanafi, bekas senior saya . Saya dengar lalu , Zuwir jadi 
Duta Besar di Brunai Darussalam. Saya menceritakan hal ini, oleh sebab  sejak saya menjadi 
 orang buangan , hanya Zuwir Djamal itu saja yang kebetulan saya jumpai.   
Lapangan terbang Rancho Boyero hanya dipakai  oleh Cubana de Aviacion,Aeroflot, CSA 
(Cekoslowakia) dan Iberia. Sejak Fidel Castro berkuasa kapal kapal terbang Amerika dan Eropa 
tidak ada yang mendarat lagi di sana. Dan yang penting bagi saya, untuk pulang  dan pergi ke 
Mexico tak ada pesawat selain pesawat Cubana de Aviacion itu.   
saat  tiba waktu berangkat, saya ulangi amanat saya kepada semua, kepada Sekretaris I Moh. 
Hatta: Dalam masalah politik, Ibu Hanafi yaitu  wakil saya pribadi, selama saya bepergian 
keJakarta, rundingkan masalah masalah sama Ibu,jangan dilupakan .Ternyata lalu , adanya 
amanat saya itu memang penting.   
Saya cium  selamat tinggal  anak anak dan istri saya dan salam mesra pada semua yang 
mengantar saya, dan naiklah saya ke kapal terbang. Bismillah. Saya latih diriku di dalam hati 
untuk selalu dekat denganTuhan dalam hal hal begini. dahulu  juga begitu. Saban keluar dari 
cacuran atap rumah dengan langkah pertama saya mengucapLan  Bismillah . Demikian juga 
dahulu saat  masih di front Krawang  Bekasi. Dari kocil saya dilatih begitu.   
saat  tiba di Mexico, tidak ada pegawai lokal KBRI Mexico datang menjemput. Apakah KBRI 
Havana ada mengabarkan atau tidak kedatangap saya ke Mexico, saya tidak mengetahui . Saya ambil 
taxi pergi ke Hotel Del Prado di sana saya biasa menginap jika  datang ke Mexico. Saya tilpon 
menyalami Duta Besar IsmailThayeb, jika   jika  ada titipan yang bisa ku bawa untuk familinya 
diJakarta. Saya kenal hampir semua keluarga Bapak Teuku Thayeb dan hubungan saya dengan 
Dr. Syarif Thayeb pun rapat sejak hari hari Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata Pak Ismail 
Thayeb tidak mengetahui  sebelumnya akan kedatangan saya ke Mexico itu. Artinya KBRI 
Havana memiliki  kelalaian.namun  saya juga maklum, memang ada pro  blem soal komunikasi dengan 
Mexico. Ini bersangkutan dengan blokade Amerika terhadap Kuba. Ada kala kita bisa menilpon 
ke Havana dari Mexico, kadang kala juga tidak mudah. Maka itu KBRI Havana banyak 
tergantung pada hubungan kolegial kita dengan KBRI Washington. Contohnya, saat  saya mau 
beli mobil Amerika, Duta Besar kita di Washington, Mukarto Notowidigdo, tidak bisa membantu 
membelikan, sehingga dia dengan terpaksa  membelikan mobil buat KBRI Havana melalui Kanada, 
sebab Kansedang ya hubungan diplomatik dengan Kuba, sedang Amerika tidak, bahkan 
memblokade Kuba. Sampai sekarang!   
Soal pita rekaman Dewan Jendral  
Pertama kali saya mendengar cerita  tape DewanJendral  ialah saat  saya menginap di Hotel 
Del Prado di Mexico ini, dalam perjalanan pulang  ke Jakarta. Ini terjadi secara kebetulan, namun  
sangat menarik.   
saat  saya hendak pergi makan makanan spesial Mexico, Tacos, di sebuah restoran yang berdiri 
sendiri terlepas dari hotel ini , persis di depan pintu kamar saya, saya bertemu dengan Tuan. 
J.F. Cardoso. Ternyata dia menginap di sebelah kamar saya. Nama lengkapaya, jika  saya tidak 
salah, yaitu  Jose Francisco Cardoso. Ibunya selalu memangilnya Paco . Dia ini baru datang 
kemarin dari Jakarta, hendak pulang  ke Havana pada hari itu dengan Cubana de Aviacion. 
Dahulu, saat  saya berangkat ke Kuba, dialah yang jadi Wakil Kuba, Charge d'Affaires di 
Jakarta. Oleh sebab itulah, hubungan pribadi dia dengan saya sekeluarga baik sekali.   
 Ola, Senor Cardoso. Buenas dias, de donde viene usted,  ,1) saya menyapanya dalam nada 
terkejut. Dia pun terkejut sekali melihat saya keluar dari kamar yang di sebelah. Dia menjawab 
sambil agak tertawa, menyembunyikan terkejut nya: Boenas dias. DariJakarta, baru kemarin tiba, 
hari ini akan terus ke Havana. Dan Embajador sendiri, mau ke mana,     
 Saya mau keJakarta.Ada kabar apa, ... apa yang terjadi di sana,    Caramba ... habia una atentat 
de coup d'etat par, como se llama, el 'DewanJendral'. 2)  Apa iiyya ... apa bukan oleh Kolonel 
Untung,    Kolonel Untung . mau mencegah kudeta oleh Dewan Jendral itu,namun   
gagal.Buktinya ada tape Konferensi DewanJendral, itu sudah ada di tangan Presiden 
Sukarno.Jadi jelas, Dewan Jendral mau kudeta. Itu berita dan cerita yang dapat saya ketahui  di 
Jakarta.   Wah, celaka, repot nih , dalam hatiku, mendengar cerita Cardoso. Cepat cepat saya 
berkata : Fait atencion, Senor Cardoso, por favor, hati hati tuan Cardoso, tolong, jangan dahulu  
dilaporkan cerita itu kepada Pemerintah Kuba sebagai kondisi  dan fakta  yang pasti, demi 
kepentingan bersama negara kita  dan Kuba.Tunggu dahulu  kabar saya dari Jakarta.    
Demikianlah cerita pertemuan singkat saya dengan Tuan J.F. Cardoso saat  sama sama 
mengunci pintu kamar, dia mau keluar membawa bawa  kopornya, dan saya mau keluar cari makan 
siang. Kami berpisah sama sama mengucapkan selamat jalan. Di dalam hatiku, belum juga 
sampai ke  gelanggang , baru dalam perjalanan ke situ, saya sudah ditempur angin berita yang 
simpang  siur. Untuk menyingkat cerita, agar   sampai pada  tape Dewan Jendral  yang 
diceritakan oleh Cardoso di atas tadi, saya sekarang melompati jarak dan waktu sampai pada 
saat  saya sudah tiba di Jakarta. Ternyata cerita tape Konferensi DewanJendral itu, dan bahwa 
tape itu ada di tangan sukarno , sebagaimana diceritakan tadi yaitu  tidak betul, omong 
kosong, isapan jempol dari pihak GESTAPU saja. Omong kosong  itu harafiah ucapan Bung 
Karno sendiri pada saya. Saya bawa Brigjen Mohamad Imam Sjafi'i (Bang Piti) untuk menemani 
saya ke Istana Bogor menanyakan soal tape ini . sukarno  malah bertanya pada Pi'i:  Apa 
yang kamu ketahui  dan di mana adanya tape itu Pi'i,   Brigjen Pi'i,  jagoan  saya ini, jadi 
terheran heran menjawab:  Lho, Pak, orang kata tape sudah ada di tangan sukarno !  
 Semuanya itu omong kosong, makanya itu jadinya begini.  Demikian ucap sukarno  dengan 
wajah yang muram. saat  saya bersama Brigjen Sjafi'i dipanggil sukarno  ke Bogor, sudah 
bulan Januari 1966, bulan pertama saya tiba di Indo  nesia. Itu terjadi pada tengah malam  hari. saat  
pulang  ke Jakarta, di daerah Kalibata, kami dicegat oleh tentara yang mengaku dari Pasukan 
Kujang Siliwangi.   
Kembali ke cerita di atas, saat  saya masih dalam perjalanan menuju ke negara kita  dan masih 
berada di Mexico, di hotel Del Prado, sesudah bertemu dengan Tuan Francisco Cardoso. Saya 
dengan terpaksa  menunggu lima hari untuk bisa berangkat dengan Cana  dian Pacific. Dan entah, apa 
juga  sebabnya, time schedule pesawat itu tertunda dan saya tidak bisa menilpon ke Havana untuk 
memberitahu   tertundanya keberangkatan saya itu. Tidak boleh ada tilpun partikeliran dari 
Mexico ke Havana dan sebaliknya. Saya pun tidak mau minta tolong KBRI Mexico, sebab 
semuanya harus per telex lewat KBRI Washington. Sekalipun kita bukan lagi di zaman Doktrin 
Monroe (Presiden Amerika yang kelima), namun  eksesnya masih mengombak sampai sekarang.   
Tanggal 10 Desember 1965, barulah saya sampai ke Tokyo. Saya dijemput oleh Teuku Damrah, 
staf Protokol dari KBRI dan anak saya Dias Hanggayudha, mahasiswa Sekolah Perkapalan di 
Osaka. Kedatangan Canadian Pacific di lapangan udara Haneda juga agak terlambat. Sebab 
sesudah take off dari Vancouver, pesawat harus turun di sebuah landasan lapangan terbang 
darurat, berhubung adanya badai salju yang besar sekali. Kira kira tiga jam kami tertahan di 
landasan terbang darurat itu. lalu  waktu start mau take off, pesawat itu selip juga , dengan terpaksa  
ditarik ke tengah landasan lagi. Di situlah saya jumpa dengan seorang Amerika pengusaha 
minyak,yang mengaku sahabat baik dari Kolonel Ibnu Sutowo. Ia memberi saya cendera mata, 
sebuah vulpen Parker. saat  saya sudah berada di kamar di Hotel Imperial,Tokyo, saya melihat 
di TV, pesawat Cana  dian Pacific yang saya naiki tadi, sesudah kembali dari Hongkong, hancur 
menabrak pinggir landasan lapangan terbang, lalu pecah dan sebagian badannya terkulai jatuh ke 
laut (lapangan terbang Haneda terletak di pinggir laut). Untung sekali, saat  saya masih ada di 
dalam pesawat itu pada waktu turun di lapangan terbang Haneda, kapal terbang itu belum 
ditangkap kesialan itu.   
Saya minta kepada Damrah agar bisa lekas dibook dengan pesawat apa saja yang bisa paling 
cepat sampai ke Jakarta, sebab saya ingin bertemu dengan sukarno  secepatnya. Ternyata 
baru lusa ada pesawat ke Jakarta, yaitu BOAC. Saya suruh anak saya, Dias, agar bersiap siap, 
akan saya bawa ke Jakarta. Saya perkirakan, andaikata Istana diblokir dan saya dicurigai, 
sehingga tak bisa masuk istana, maka akan saya pergunakan Dias, anak saya itu, sebab  dia 
yaitu  teman Guntur, saat  sama sama sekolah di SMP Cikini.   
saat  saya pergi ke KBRI Tokyo untuk sowan Pak Duta Besar Rukminto Hendraningrat (adik 
Latief Hendradiningrat yang saya kenal baik), saya bertemu degan Sekretaris I saudara Moh. 
Jusuf. Saya tidak bisa bertemu dengan Duta Besar, sebab  beliau sedang pergi ke luar kota.Jusuf 
menggerutu, menumpahkan kekesalannya pada saya:  Bagaimana, Pak Hanafi, bagaimana kita 
tidak akan jadi jengkel jika  Bung Aidit itu menikam sukarno  dari belakang dengan Dewan 
Revolusi GESTAPU itu. Kita khawatir akan kondisi  kita semua, bagaimana jadinya nanti negara 
kita ini, orang  sekarang memiliki  isu beragam  terhadap sukarno , dia itu Pemimpin 
Besar kita, Bapak kita, tidak bisa diganti oleh Bung Aidit atau siapa pun juga.    
Jusuf ini  yaitu  anggota PSII, namun  juga Sukarnois. Saya hanya manggut manggut saja, saya 
berkata  padanya, walau pun saya memaklumi dengan baik perasaannya, namun  saya belum bisa 
memberikan penilaian apa apa akan kondisi  umum, kondisi  sebetulnya  dan latar belakangnya, 
sebelum saya sampai di Jakarta. Jusuf menitipkan,minta dibawakan sebuah mesin tik portable 
untuk Menteri Ir. Setiadi yang, katanya, pernah  singgah di Tokyo saat  pulang  dari Kamboja. 
Mula mula saya keberatan.Akhirnya saya bawa untuk tidak mengecewakannya yang kena 
titipan itu, dan juga mengingat akan Ir. Setiadi dan Dr. Sudarsono yaitu  pendiri API yang 
pertama , Ckakak  Cirebon, di tahun  1945.   
Pada keesokan harinya, pagi pagi, saya sudah siap untuk pergi ke lapangan terbang. Makan pagi 
ditemani oleh Teuku Damrah dari KBRI. Anak saya, Dias, yang mau saya bawa ke Jakarta itu, 
belum datang. Kami tunggu lagi sampai menjelang waktu yang menentukan kepastian sudah 
harus berangkat ke lapangan terbang untuk tidak ketinggalan kapal terbang. Dekat jarak ke 
lapangan terbang belum tentu bisa dicapai dalam setengah jam, mengingat banyaknya kendaraan 
dan sering macet.Tunggu memiliki  tunggu, Dias belum datang juga. Saya gelisah bukan main, 
sebab  ingin secepatnya sampai ke Jakarta. Harapan saya tadinya, jika  bisa jam 9 dia sudah ada 
bersama saya di hotel. Sebab dari Hotel Imperial ke lapangan terbang Haneda itu bisa memakan 
waktu satu jam, jika  banyak trafic. Saya menunggu di kamar hotel ditemani oleh Damrah 
sampai jam 10, namun  Dias, anak saya itu, belum muncul juga. Entah apalah yang diurusnya itu, 
saya tidak mengetahui . Saya jadi tidak sabaran. Sementara itu saya mengenangkan percakapan saya 
dengan Saudara Jusuf Sekretaris I KBRI kemarin, setibanya saya melapor ke KBRI dan juga 
sekadar memperoleh  kabar  mengenai  kondisi  di Jakarta sejak 1 Oktober. Saudara Jusuf itu kenal 
baik dengan saya, dia itu anggota PSII yang Ketuanya Pak Aruji Kartawinanta. Saya catat dalam 
ingatanku kata katanya:   
 Bagaimana Pak Hanafi, kita sama sama kenal siapa itu Bung Aidit, namun  saya tidak mengerti, 
koq jadinya begitu. Pak Aidit itu sudah 'gila' mungkin .  Jelas bagi saya, maksudnya ia mau 
mengatakan bahwa Aidit tersangkut dalam pemberontakan Kolonel Untung. Jusuf tidak mau 
banyak bicara lagi. Saya sudah maklum.   
Jam 11 sudah, anakku Dias belum datang juga. Saya duduk, berdiri, duduk, berdiri kesal, 
dongkol pada si anak itu. Bagaimana nasib sukarno  sekarang, kekhawatiran itu memukul mundur  
mukul kepada saya ... Eh, jam 11 seperempat, anak itu baru muncul, mukanya jadi pucat kena 
ledakan amarah saya: Kenapa kamu terlambat begini, sedang  kamu mengetahui  Bapak sudah 
menunggu sejak pagi ,  .Ternyata dia terlambat, sebab  mencarikan oleh oleh untuk 
Budenya.Apa,  Benang benang bordiran, yang kuning, merah dan lainnya, beragam  warna. 
Dia mengetahui , Budenya suka benang  benang itu untuk membordir. Aduh, jengkelnya saya bukan 
main. Ditambah lagi Damrah berkata: Tidak akan bisa kita sampai ke lapangan terbang sebelum 
jam 12, Pak. Banyak trafic, banyak lampu merah. Saya kira dengan terpaksa  di cancel saja, Pak.    
 Bagaimana di cancel,  Saya mesti hari ini juga sampai diJakarta, apalagi hal itu sudah 
dikawatkan kepada Deputy III Chaerul Saleh dan Sekretariat Negara,  namun  akhirnya dengan terpaksa  
dicancel juga. Saya minta Protokol (via Damrah) agar ngebook saya lagi dengan pesawat 
berikumya yang pergi ke Jakarta.   
 Ada Pak, lusa, dengan Garuda Indonesia Airways.  Damrah dan Dias duduk menemani saya di 
kamar, mereka akan ajak saya makan sukiyaki nanti. saat  itu kira kira jam setengah satu. 
Berita dari televisi yang ada di samping saya duduk, mengumumkan bahwa pesawat BOAC, 
yang mestinya bakal saya naiki tadi itu, memperoleh  kecelakaan menubruk lereng Gunung Fuji 
yang dipandang keramat oleh bangsa Jepang: dua puluh musikus dari London yang akan ke 
Melbourne, Australia, untuk merayakan Hari Ulang tahun  Ratu Elisabeth dari Britania dan 
penumpang  penumpang lainnya mati semua. Astagafirulllah. jika  saya tadi jadi naik pesawat 
BOAC itu, bagaimanalah nasib saya dan Dias. mungkin  turut mati di Gunung Fuji itu. Saya 
merenung mengucap berkali kali Astagafirullah. Dan kedua pemuda di depan saya itu jadi 
bengong melihat saya. Damrah mengucap  Allabu Akbar  beberapa kali, mengucap syukur pada 
Tuhan, bahwa saya masih ada di samping mereka di hotel itu sebab  tidak jadi naik kapal terbang 
yang sudah  memperoleh  kecelakaan itu. Sesaat saya semedi ... mengucap syukur pada Allah ... aku 
yang da'if ini, Engkau tuntun, ya Tuhanku.   
Di kanan dan di kiriku Jibrail dan Mikhail, kau surah mengawalku, anakku yang tidak bersalah 
itu. Engkau ciptakan menjadi Makna, sehingga aku tak jadi menaiki kapal terbang yang sial 
nasibnya itu. Kuucapkan Ayat Kursi dengan khusyuk sepenuh  hati. Rupanya sudahTakdir Nya, 
aku belum boleh pergi kepadaNya meninggalkan dunia yang fana ini, yang penuh bencana, dunia 
yang bergolak terus menerus laksana lautan, lautan kehidupan, di mana Sang Bima yang 
diperintah oleh Durna untuk menyelaminya sampai kedasar dasarnya untuk menemukan air suci, 
sudah  menemukan Dewa Ruci dan mengetahui  arti sebetulnya  kesaktian hidup yang 
dianugerahkan oleh Allah Ta'Alla kepada kita manusia yang dijadikannya .... Aku, Anak 
Marhaen Hanafi, yang da'if ini, belum boleh mati, sebab  belumlah selesai misi  misi hidupku 
yang sudah  ditentukan oleh Nya, sejak kelahiranku di bunii persada tanah airku ini. Allahu 
Akbar!   
Pada saat makan siang, saya minta Damrah jangan menyantap dahulu  sukiyaki lezat yang sudah  
dihidangkan itu, namun   membacakan Alfatihah dahulu , kita harus syukuran pada Tuhan. Dua hari 
lalu  berangkatlah saya bersama Dias dengan Garuda keJakarta, dengan tak lupa membawa bawa  
benang bordir untak Budenya,yang memiliki  arti atau makna penting dalam hukam kosmos atau 
kepercayaan pada kodrat Tuhan bagi saya. Setahun  yang lalu saya menempuh jalan ini juga, dari 
Mexico ke Vancouver, lalu ke Tokyo dan Jakarta, yaitu saat  saya pergi mengadakan konsultasi 
yang pertama sambil menjalani  refreshing touch  pada Revolusi In  donesia, seperti kata Bung 
Karno. Itu merupakan perjalanan yang menggembirakan dan  menyenangkan, walaupun saya 
amat menyayangkan, bahwa perjalanan itu tidak saya lakukan bersama  sama dengan istriku 
Sukendah, yang saya minta untuk  jaga rumah  (KBRI Havana). Sesudah saya kembali, 
beberapa bulan lalu , Sukendah memperoleh giliran memakai  haknya, sesuai dengan 
amanat sukarno  saat  kami dilantik bersama sama. mengenai  konsultasi pertama ini, akan 
saya ceritakan di bagian lain. Ia sangat penting, sebab  di situ saya bertemu terakhir kali dengan 
Pak Yani.   
Ada satu hal lagi yang aneh bagi saya. saat  saya sudah akan pulang  ke Havana dari konsultasi 
pertama itu, sukarno  sendiri memesan kepada saya agar dibawakan cangkokan kembang 
Kamboja yang berwarna merah, jika  Sukendah akan datang ke Jakarta kelak. Pohon itu ada di 
Kuba, di negara kita  yang ada hanya berwarna putih. Bagi saya hal itu agak aneh, sebab  sugesti 
kepercayaan orang kampungku (saya kira juga di Jawa), pohon Kamboja hanya diha  diahkan 
kepada makam orang yang meninggal dunia. yaitu   pamali , pantangan jika  menghadiahkan 
pohon Kamboja pada orang yang masih hidup.namun   sebab  yang memintanya tu yaitu  Bapak, 
apa boleh buat, mungkin  dia memiliki   penangkal  terhadap tahayul jelek itu. Bulan dan bumi, 
bintang dan matahari, masing  masing sama berputar ribuan, jutaan tahun  tidak bertabrakan 
diatur oleh hukum kosmos, yang bagi theis dipercaya oleh sebab  ada yang mengaturnya, yaitu 
Tuhan. Saya pun orang beragama! Namun cangkokan kembang Kamboja itu saya bawakanjuga 
kepada Sukendah, dan diserahkannya pada sukarno , yang lalu  diserahkan juga  untuk 
diurus kepada saudara Tukimin. Demikianlah cerita Sukendah. saat  di udara, selepas 
Hongkong, seorang negara kita  datang menghampiri saya yang tidak bisa segera saya 
mengenalinya:  Ah, jika  saya tidak salah, ini Pak Hanafi Duta Besar Kuba,  Bapak lupa, saya 
Marsudi, masakan lupa,     
 Maaf, Bung, sudah berapa lama tidak bertemu. Dari mana, Bung,   Marsudi menceritakan 
bahwa dia transit di Hongkong, datang dari Vientiane, Ibu kota Laos. Pangkatnya sekarang 
Letnan Kolonel, bekerja   sebagai charge d'afaires di Vientiane. Saya mengetahui , saat  masih 
berpangkat Letnan, dia yaitu  salah seorang yang turut dan  bersama Kapten Abdul Latief 
menyerbu masuk Enam Jam diYogya. lalu  sekali saya mengetahui  dia bersama Kolonel Dachjar 
dari KMKB Jakarta Raya, berhasil mencegat pasukan Djaelani dari D.I. yang mau menyerbu 
menangkap kami, saat  Sidang Kabinet Karya Djuanda ke I sedang berjalan di Pejambon untuk 
menerima penghargaan terima kasih dari Perdana Menteri Djuanda atas jasa mereka itu. Itu di 
masa awal pergerakan  separatis PRRI/Permesta. Sesudah itu, rasanya, saya tidak pernah lagi 
bertemu dengan mereka itu.Yang terakhir saya bertemu dengan Kolonel Dachjar, yalah saat  
dia jadi Gubernur di Pakan Baru.   
 Bagaimana, Pak Hanafi, sampai ada kejadian begini,  Tadinya saya tidak menyangka bahwa Pak 
Aidit bisa berbuat komplotan begitu dengan Kolonel Untung, jebul nya GESTAPU. Apakah itu 
bukan gila,    jika  bukan gila, ya sinting, sedeng atau edan.... , kataku.  namun  saya belum mengetahui  
jelas yang sebetulnya , maka itu saya ke Jakarta .   
Sesudah singgah di Singapura, Garuda langsung terbang menuju Jakarta. Di lapangan terbang 
Kemayoran saya dijemput oleh pegawai Protokol dari Deplu dan Sekneg yang saya sekarang 
tidak ingat lagi nama namanya, ada Pak Winoto Danuasmoro dari PARTINDO, dan Ajudan 
Deputy III Chaerul Saleh, Mayor Utomo dari ALRI yang saya kenal, yaitu putranya Dr. Sukardjo 
dari Tasikmalaya (dahulu  Koneksi  Dr.Wahidin Sudirohusodo) dan sopir/sekretaris pribadi Chaerul 
Saleh, Bung Tommy, anak Ambon.   
Anak saya Dias sudah ngacir lebih dahulu naik taxi ke tempat tinggal Budenya di Jalan Madiun, 
di rumah ipar saya, Pribadi Notowidigdo.   
Mayor Utomo berkata: Pak Hanafi, Pak Chaerul minta Bapak turut kami ke rumahnya, ke Jalan 
Tengku Umar lebih dahulu,jangan pergi ke mana mana dahulu .    
Saya maklum, bahwa sebaiknya memperoleh  kabar  dari bung Chaerul dahulu . Mobil dilarikan 
kencang melalui Jalan Gunung Sahari, Pasar Senen, lalu belok ke Jalan Kwitang, melalui 
Prapatan Menteng Menteng Raya, akhirnya sampailah ke Jalan Tengku Umar No. 17. Saudara 
Ramli, bekas anggota Pasukan Bambu Runcing yang setia, sekarang pengawal merangkap sopir, 
muncul dari balik pohon. Hari kira kira pukul 11 tengah malam . Chaerul dan Zus Jo duduk duduk di 
meja makan menanti kedatangan saya.  
1). Halo, tuan Cardoso. Selamat siang. Dari mana Anda datang,  
2). Celaka ... ada percobaan kudeta oleh apa yang disebut Dewan Jendral. 
 Diskusi dengan Chaerul Saleh  
 Assalamutalaikum...    
 Nah, ini dia siluman Kuba datang, semua orang kira jij sudah di kayangan menari'serampang dua 
belas'bersama dewi dewiJepang di Gunung Fuji dengan semua penumpang BOAC yang pecah itu. 
Sudah makan apa belum,   begitu cara bung Chaerul Saleh menyambut saya.   
 Belum... racik nasi rames saja, Zus Jo, yes!  saya minta pada Zus Jo. Namun saya disuguHi sepiring 
nasi, sepiring rendang Padang dan gulai pakis ... la Sumatra dan sayur asem Betawi. Bikin saya ingat 
kampung . Sementara saya makan, Zus Jo menanyakan kondisi  Kendah dan anak anak saya. Dia dan 
Chaerul tak memiliki  anak.Yang satu ganteng, yang satu lagi cantik, dua manusia itu saya sukai. Ada sifat 
sifat sama dengan saya, mereka umumnya selalu terbuka tidak suka pura pura.   
 Fi, jij datang sudah agak terlambat. Saya minta jij segera datang untuk bisa mengetahui  kondisi  yang 
sebetulnya  dan membantu 'si gaek' itu mengatasi kondisi  sulit yang kita hadapi sekarang. Alle hens 
aan dek, kerahkan semua tenaga, kita sedang diterjang badai.  Chaerul selanjutnya bercerita mengenai  
Wikana saat  sama sama masih di RRT : Sebelum berangkat pulang , saya nasihatkan Wikana, 
sebaiknya dia tak usah pulang  dahulu . Begitu sampai di Kemayoran dia segera disauk tentara, sekarang 
saya tidak mengetahui , saya tidak dengar lagi bagaimana nasibnya. kakak mu, Asmara Hadi dan Winoto 
Danuasmoro, sebab  dari PARTINDO, saya angggap tidak ada persoalaan, pulang  bersama dengan 
saya.    
 Bagaimana mulanya, maka jadinya begini,   tanyaku. Saya dengar jij ke Peking, kenapa sukarno  
ditinggal sendirian,    'Pan ada soebandrio   dan Oom Jo. Saya harus pergi ke Peking memimpin 100 orang 
anggota MPRS yang memperoleh  undangan kehormatan dari RRT. Ayo, sekarang saya ngomong dahulu , 
nanti jij bicara.   
 Waktu di Peking saya belum banyak mengetahui  mengenai  kejadian ini. Pada waktu 1 Oktober, Hari Perayaan 
besar besaran di Tian An Men, saya juga belum mengetahui  apa apa, sebab semua orang berada di tengah 
perayaan itu. Baru pada tengah malam nya saya dengar desas desus, bahwa di Jakarta terjadi kudeta Dewan 
Jendral yang gagal. Desas  desus itu muncul  dari kalangan rombongan undangan dari Jakarta yang 
berada di tengah perayaan di Tian An Men 1 Oktober itu. Saya kontak dengan KBRI, Duta Besar Djawoto 
dan Atase Militer, namun  anehnya mereka, katanya, tidak atau belum menerima berita apa apa. Baru 
lalu , entah tanggal berapa, tanggal 3 Oktober mungkin , saya diberitahu   bahwa ada berita'Bung 
Karno selamat, namun  ada korban enam jendral yang mati terbunuh oleh pemberontak yang dipimpin oleh 
Kolonel Untung.   
 Lega hati saya sebab  sukarno  selamat, namun  hati saya cemas akan akibat pembunuhan enam jendral 
itu. Saya minta KBRI mengurus kepulang an kami segera ke Jakarta. Saya minta kakak  lu mengirimkan 
kawat padamu agar   kamu pulang  saat  kami berangkat pulang  tanggal 5 Oktober.  Saya terima kawat 
itu, tanggal 7 Oktober, dikirim dari Kanton , saya menyela. Jij berkata  sukarno  ditinggal pada 
soebandrio   dan Oom Jo, namun  jij juga mengetahui  siapa soebandrio   yang memiliki  dua muka, nempel ke sukarno  
dan dekat pada PKI. Oom Jo dalam kondisi  gempa bumi, dia bisa memimpin sembahyang di Gereja, 
namun  lebih setia kepada sukarno  dibandingkan  soebandrio  .   
 Saya tiba diJakarta baru tanggal 10 Oktober, namun  situasi sudah bergulir begitu cepat. Sekarang situasi 
kita sulit, sebab sukarno  kini terjepit antara PKI dan tentara yang melampiaskan kemarahan kepada 
PKI akibat kejadian 30 September, di mana Kolonel Untung, dengan membunuh enam jendral dan 
membuat  Dewan Revolusi itu, mau merebut pemerintahan, yang sekarang sudah disinonimkan dalam 
sebutan GESTAPU/PKI. Sekarang kau datang ini, sebetulnya  sangat terlambat untuk membantu kita 
dan sukarno  mengatasi kemelut dalam negara kita ini. Hari ini tanggal 21 Desember, saya dengar 
Aidit, yang pergi melarikan diri ke Jawa Tengah, kemarin dahulu  sudah dihabisi In korte metten, langsung 
tembak tanpa proses enggak banyak cerita! Nyoto dan Lukman sudah lebih dahulu , dihabisi tanpa proses 
juga. Padahal sukarno  sudah mengadakan Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa). Saya tidak 
mengerti, apakah Mahkamah/pengadilan kita sekarang kurang akseptabel, apakah kita sekarang sudah 
dalam kondisi  perang , perang  saudara,  Nanti jangan jangan sukarno  sendiri dimahmilusukarno an,   
 Betul, saya ikuti, benar jalan pikiranmu , saya menyela.  Fi, saya tidak mengerti, saya heran, kenapa 
Aidit jadi begitu,  Jij lebih banyak kenal dia dari aku.   Tidak juga, sama seperti you, sejak dia jadi orang 
penting,Wakil Ketua MPRS, lalu  jadi Menteri, lalu saya disurah sukarno  pergi ke Kuba, saya 
tidak ada kontak sama dia lagi seperti dahulu  saat  sama sama di DPA. Malah jij mestinya bisa 
mengetahui  langkah langkahnya dan waspada jika  jika  akan mencelakakan kita.    
Dengan sebetulnya  saya mengatakan: Mestinya begitu, namun   sejak Aidit mengusulkan Angkatan 45 
dibubarkan dan tidak disetujui oleh sukarno , dia sama saya sudah seperti minyak dengan air, 
walaupun sama sama dalam satu botol yang namanya Kabinet DWIKORA. Dia jadi lebih dekat dengan 
soebandrio  , dan jij mengetahui , sejak 1962 orang pada bikin desas desus saya ini dan soebandrio  sedang saingan, 
rivalan katanya. soebandrio   atau saya yang akan jadi Presiden menggantikan sukarno . Padahal jij 
mengetahui  sendiri, kita sebagai Angkatan 45, dan jij sendiri yang bicara satu tengah malam  penuh kepada semua 
tokoh  Angkatan 45 sebelum Sidang MPRS di Bandung, agar   dalam Sidang besoknya 
mengusulkan sukarno  diangkat menjadi Presiden Seumur Hidup. Kita suruh Kolonel Djuhartono 
mencari anggota MPRS dari TNI untuk menjadi jurubicara ide kita itu. Kau mengetahui  'kan latar belakang ide 
kita itu. Perlu mengantisipasi pihak pihak mana saja yang berambisi merebut kekuasaan Presiden, baik 
dari PKI atau pun dari TNI. Djuhartono ketemu Kolonel Suhardiman, dan dia inilah yang jadi jurubicara. 
Aku mengetahui  mengapa dia mau jadi jurubicara, dia takut PKI akan menang, jika  dilaksanakan Pemilihan 
Umum yang seharusoya dilakukan tahun  1963.    
 Memang betul, saya juga masih ingat. jika  Pernilihan Umum jadi dilaksanakan, kemungkinan besar 
begitu. Bertolak dari kemenangan PKI pada Pemilihan Dewan Daerah pada tahun  1957, pada Pemilihan 
Umum yang akan datang, kemungkinan besar PKI akan mencapai kemenangan mayoritas. Suhardiman 
tidak ada pilihan lain, kecuali menyetujui ide kita, walaupun dia mengetahui  Jendral Nas memiliki  ambisi gede, juga 
sebab  disanjung sanjung oleh sementara orang yang anti Sukarno sesudah kegagalan Peristiwa 17 
Oktober 1952. namun   sukarno  sebagai demokrat 'kan menolak untuk dijadikan Presiden Seumur 
Hidup. Saya tidak lupa, sayalah yang menemani Bung Chaerul mengantar ke Istana Bogor. Putusan 
Sidang MPRS itu, bulan Mei 1962. Sebab, jika  PKI menang, bisa terjadi perang  saudara lebih hebat 
dari Peristiwa PRRI/Permesta. Dan dari situ kita bisa menarik hasil penelitian , mengapa Jendral Achmad 
Yani yang memperoleh  misi  untuk menghancurkan Pemberontakan PRRI/ Permesta itu, saat  berpamitan 
dengan kita di dalam Sidang Kabinet tahun  1958, memperingatkan: 'Sekali ini saya dengan TNI akan 
melakukan misi  kami sebaik baiknya, namun  kami tidak ingin ada kejadian seperti ini berulang lagi '.   
 Bung masih ingat'kan,  namun  sukarno  menerima Keputusan MPRS itu sebab  sudah menjadi 
keputusan, untuk jangka waktu sampai Sidang MPRS yang akan datang. Baiklah Bung, itu hal hal masa 
lampau, saya minta Bung teruskan mengenai  kondisi  kita sekarang .  Demikian saya katakan, sebab  
saya sudah tidak sabar mau dengar mengenai  situasi yang sedang berlangsung sekarang. Chaerul Saleh 
melanjutkan:  saat  1 Oktober di lapangan Tian An Men, sementara golongan dari para anggota 
delegasi dari Indo  nesia sudah dengan antusias menggulirkan desas desus, bisik bisik, bahwa sudah  
terjadi 'kontra aksi'mencegah Dewan Jendral yang mau mengadakan kudeta terhadap Presiden Sukarno. 
Susah dan sulit untuk mencari siapa orang yang mulai meniupkan bisik bisik itu, sebab tempat 
penginapan mereka terpencar pencar. sedang  pihak resmi KBRI belum mengetahui  apa apa mengenai  apa 
yang terjadi di Jakarta. Segera saya mengambil hasil penelitian , bahwa jika  terjadi sesuatu di Jakarta 
mestilah tidak lain jika  bukan dari TNI, tentulah dari PKI, dua kongkuren sejak dari Affair Madiun. 
sesudah  saya tiba kembali di Jakarta, saya dapati kondisi  betul seperti apa yang sudah  saya duga itu. 
Bagi saya, Aidit dan PKI itu masuk perang kap provokasi, sebab  mereka 'mata gelap', takut melihat Bung 
Karno sudah sakit sakitan dan itu dukun dukun shinshe Cina itu mengatakan bagaimana gawat sakitnya 
sukarno .   
Dan jika  sukarno  tidak kuasa memerintah lagi, mereka akan dilibas habis oleh TNI dan golongan 
yang anti komunis. Itulah sebabnya mereka jadi mata gelap, bikin 'putsch' yang fatal, yang akibatnya 
bikin sulit kita semua.Yang mestinya'kan tidak boleh begitu. Selama ini bergantung kepada Sukarno, 
betul, namun  mestinya gantungan yang benar lainnya sebagai kekuatan basisnya mestinya rakyat, yang 
menyokongnya sampai menang seperti saat  Pemilihan Umum 1955 dan Pemilihan Daerah 1957. 
Kenapa harus takut dan jadi mata gelap,  Sampai sekarang, sekarang bulan Desember, masih 
berlangsung pemburuan  liar terhadap rakyat yang dituduh, disangka, ditunjuk sebagai komunis. Balas 
dendam. Rumah, harta, anak bini orang komunis atau yang dicurigai komunis jadi sasaran penjarahan. 
Polisi, alat keamanan, semua pada kena hasutan segolongan tentara yang balas dendam atas 
terbunuhnya DewanJendral oleh tentaranya GESTAPU Biro Khusus/PKI. Fi, saya tanya, apa jij kenal itu 
Kolonel Latief, itu orang yang namanya Sjam Kamaruzaman, dan itu Kolonel Untung dari Cakrabirawa 
Pengawal Istana,  Mereka itulah eksekutor, tokoh  tokoh utama tengah malam  na'as, parak siang 30 September 
yang sudah melangkah ke 1 Oktober 1965. Pihak tentara menyebutnya GESTAPU, sebutan ini cepat 
menggulir ramai mensinonimkan dengan GESTAPO untuk menggejolakkan kemarahan orang kepada 
PKI.   
namun  jika  mau tepat, kejadian itu ialah pada 1 Oktober, maka itu sukarno  menyebutnya pergerakan  1 
Oktober, disingkat GESTOK. Sebab pergerakan  penangkapan dan pembunahan enam jendral terjadi 
sesudah jam 1 parak siang tanggal 1 Oktober 1965. Ada lagi yang hebat, yang jij mesti mengetahui , Fi .... pada 
jam 6 pagi tanggal 1 Oktober, sesudah Soeharto diberitahu   oleh tetangganya Mashuri,bahwa sudah  
terjadi pembunuhan Jendral Yani dan jendral  jendral lainnya, dan ini pemberitahuan  Mashuri itu 
dijadikan alibi penting, walaupun sedang berlangsungnya pemberontakan GESTAPU, dia, Soeharto, 
sendiri pergi mengendarai Jeep Toyota sendirian, tanpa pengawal menuju Markas KOSTRAD, melewati 
Kebon Sirih,Jalan Merdeka Timur. Kau pikir sendiri, seorang jendral di lapangan, tanpa pengawal, jika  
andai kata ada pertempuran benar benar akan 'jibaku' sendirian,  ONZIN! Itu yaitu  satu pembuktian 
bahwa dia, Soeharto, sudah mengetahui  lebih dahulu . Terakhir sekali Latief datang dan memberitahukan  
Soeharto pada jam 1 tengah malam  tanggal 1 Oktober di Rumah Sakit Angkatan Darat itu.namun   kabut 
prasangka dan kemarahan memicu  tentara tidak bisa lagi melihat terang dan tidak sempat lagi 
menelusuri kondisi  di balik fakta  secara jernih.   
Apa jij kenal orang  itu,     
 Saya kenal dan mengetahui  siapa itu Abdul Latief dan Sjam Kamaruzaman, itu orangnya Soeharto. Kolonel 
Untung saya belum lihat orangnya, hanya fotonya. Saya mengetahui  dia yang diterjunkan ke Irian Barat, itu 
orangnya Soeharto juga. Sekarang saya mau tanya Bung ... dengarkan ... Rul, jika  jij andaikata 
GESTAPU atau Biro Khusus/PKI, mengapa tujuh Jendral itu saja yang mesti dibunuh mati, yaitu KASAB 
Jendral A.H. Nasution, Jendral Achmad Yani, Letnan Jendral Suprapto, Letnan Jendral Haryono M.T., 
Letnan Jendral S. Parman, MayorJendral D.l. Panjaitan, dan MayorJendral Sutoyo Siswomihardjo, 
kenapa mereka tujuh orang itu saja. Kenapa Mayor Jendral Soeharto tidak mau dibunuh juga, kau mau 
bikin apa dengan dia ini, maka kau reservir dia itu, ,    Ah, Hanafi, kau jangan begitu, aku bukan 
GESTAPU atau Biro Khusus/PKI, dong!   Aku hanya berkata  jika , andai kata, bukan menuduh.Agar 
logika dan daya analisa Bung bisa cepat kerja. Pertanyaan itu muncul  di kepala saya selama dalam 
perjalanan ke Jakarta ini. sesudah  Bung menanyai saya, apa saya kenal dengan tiga orang itu, Sjam 
Kamaruzaman, Latief dan Untung itu tadi, langsung ingatan saya melihat tali hubungan mereka itu 
dengan Brigjen Soeharto, Komandan KOSTRAD.   
Ini keterangan singkat saya mengenai  dua orang itu:   
Kesatu, Sjam Kamaruzarnan. Itu orang keturunan Arab Pekalongan. Dikenalkan pada saya saat  
Konperensi PESINDO di Solo sebagai 'restan' Peristiwa Tiga Daerah, katanya, pernah  anggota Laskar 
PAI (Partai Arab negara kita  Baswedan). Diceritakan, dia pernah  bekerja di bawah Komisaris Polisi 
Mudigdo di Pati sebagai polisi intel (penyelidik). Sikap dan caranya ngomong seperti orang terpelajar, 
pandai bergurau. Sehabis Peristiwa Madiun, kabarnya berada di Jawa Barat, di Bandung,menempatkan 
diri sebagai informan  Tentara. lalu  di Jakarta begitu juga, kontaknya sama Overste Latief, saat  
dia menjabat Komandan Brigade Infanteri Kodam JAYA . Saya tidak pernah jumpa lagi dengan orang itu 
sesudah kebetulan diperkenalkan di Konperensi PESINDO tahun  1946 itu. namun  , kebetulan pada suatu 
hari, sesudah  terberita bahwa saya akan dikirim menjabat Duta Besar di Kuba, D.N.Aidit sebagai anggota 
DPA datang ke rumah saya, mau mengucapkan selamat, dengan membawa bawa  seseorang, yang walau pun 
badannya sudah agak gemukan, namun  saya tidak lupa, itulah dia si Sjam. Saya tidak suka pada orang 
yang saya anggap misterius... Aidit saya bentak dengan suara keras: 'Kenapa polisi intel ini kau bawa ke 
sini, hah, !' Mendengarkan bentakan saya itu, Aidit terkejut, dan Syam langsung balik ke belakang, masuk 
mobil lagi. Aidit pun tidak jadi masuk ke rumah, mengikuti Syam ke mobil, lalu pergi. Rupanya Aidit sudah 
'dikili kili' oleh Syam itu.   
Kedua, Kolonel Abdul Latief. Dialah orang yang menaikkan nama Overste Soeharto dalam Peristiwa 
Enam Jam di Yogya, 1 Maret 1949. Latief saat  itu Kapten, Komandan Pasukan yang dari Godean 
menyerbu masuk ke dalam kota dan bersama dengan Laskar PESINDO, yang standby illegal di bawah 
pimpinan Supeno dan Pramudji, menggempur Belanda.   
Ketiga, Kolonel Untung. Seperti sudah saya berkata  tadi. Sekali lagi, semua pelaku GESTAPU itu, tokoh 
tokohnya, yaitu  orang  Letjen Soeharto sendiri. Jelas, toh, kenapa Soeharto tidak turut dibunuh. 
Gampang sekali jika  Latief mau membunahnya, yaitu saat  di rumah sakit sebelum GESTAPU 
bergerak.Tentunya Latief ketemu Soeharto saat  itu untuk minta restunya, bukan mau membunuhnya. 
Sebab Soeharto Jendral harapan GESTAPU, seperti kita Angkatan 45 kepada Panglima Achmad Yani, 
sebagai Jendral Harapan Angkatan 45.   Saya kira betul apa yang kau berkata , rupa rupanya si Aidit itu 
sudah 'dikili kili' oleh si Sjam , kata Chaerul Saleh, sampai mau bikin Biro Khusus yang dipercayakan 
kepada Sjam bikin rencana Pemberontakan GESTAPU, akhirnya Sjam yang bertindak bebas sendiri, 
Aidit tidak bisa mengendalikan  pergerakan  itu lagi.   
Buktinya, saat  dia diambil dan mau dibawa ke Pangkalan Udara Halim, dia tanya kepada yang 
menjemputnya'mau dibawa ke mana saya ini, '. Dijawab 'mau dibawa ketemu sukarno ', namun  tidak 
diketemukan pada sukarno . Akhirnya oleh Sjam, katanya, untuk keselamatannya, disuruh pakai kapal 
terbang pergi ke Jawa Tengah. Di situlah riwayatnya dihabisi oleh anak buahnya Sarwo Edhie. Tanpa 
proses Mahmilub. Coba pikir, jika  secara hukum negara, walaupun pemberontak atau pengkhianat, dia 
itu Menteri Negara, mesti ditangkap dan diadili secara hukum.   
Fi, kita sudah banyak saling memberikan keterangan, dalam diskusi kita ini, baik kita stop dahulu  buat 
sementara, hari sudah larut tengah malam .namun , bagaimana pendapatmu, kita apakan ini PKI,  Pemuda KAMI 
dan KAPPI yang kena hasut tentara menuntut pembubaran PKI.    
 Buat saya, bukan sebab  tuntutan pemuda pemuda yang kena hasutan tentara. Partai apa pun yang 
bikin pemberontakan harus dibubarkan. dahulu  Masyumi dan PSI. Sekarang PKI. Soalnya, problemnya, 
ialah waktu, kapan. Itu yaitu  Hak dan Kewajiban Kepala Negara yang menentukan sesuai dengan cara 
dan Kebijaksanaannya. Masyumi dan PSI dibubarkan, sesudah habisnya Pemberontakan 
PRRI/Permesta, melalui masa hampir setabun. Kita harus membantu sukarno  ke arah pembubaran 
PKI, sesuai dengan Kebijaksanaannya dan Hak Kewajibannya sebagai Kepala Negara.   
 Seorang Marhaenis Dianggap dan Ditudah Komunis  
sesudah  pelayan hotel Hotel negara kita  memasukkan kopor kopor saya ke dalam kamar, saya 
mengunci kamar hendak pergi ke luar lagi, mencari saudara Parjono, bekas anggota Staf saya di 
Pepolit yang tinggal di Jalan Dr. Setiabudi. jika  tidak salah kamar no. 32. Terkejut saya, di 
belakang saya Saudara Adisumarto, Sekretaris II PB PARTINDO. Dia, katanya, sudah lama 
menunggu saya di bawah. Dia menyalami saya sambil memeluk erat erat. Di zaman Hindia 
Belanda, Adisumarto ini bekerja menjadi Guru Sekolah Desa di Kebumen. sebab  menjadi 
anggota PARTINDO di tahun  30 an, akibat Volksonderwijs Ordonantie, dia diberhentikan. Saya 
baru mengenaloya saat  saya mendirikan Mingguan Pancasila di tahun  1949, sebagai hasil 
pembicaraan saya dengan Mr. Sumanang (bekas pemimpin redaksi  Pemandangan ) dan 
Pangeran Bintoro (saudara Pakoalam,Yogya) dan Islan (dahulu  anggota Barisan Pemuda 
GERINDO di Jakarta. saat  itulah saya baru bertemu dengan Adisumarto. Lalu dijadikan 
pemegang administrasi. Modal pertama mendirikan Mingguan Pancasila itu saya dapat 
sumbangan dari sukarno . Saya ingat, saat  saya mengunjungi sukarno  di Istana Gedung 
Agung,Yogyakarta, saat  beliau sedang duduk santai di kamar pavilyun dengan Ibu Fatmawati. 
Kuceritakan ide saya mengenai  penting adanya satu Mingguan Pancasila yang tegak di atas garis  
politik persatuan nasional, yang sudah pecah akibat Peristiwa Madion. saat  itu Adisumarto 
tidak sedikit pun mengesankan orang yang cenderung pada komunis atau PKI. Begitulah dia 
lalu , sesudah  saya atas inisiatif Panitia Angkatan 45 mendirikan Kongres Rakyat Selurnh 
negara kita  Untuk Pembebasan Irian Barat, lalu  semua pulang  dari pengungsian dari 
Yogyakarta ke Jakarta, Adisumarto terus saja bersedia membantu saya. Dia terus membantu saya 
sampai saat  saya oleh sukarno  disuruh mendampingi kakak  saya, Asmara Hadi, yang 
bersamaWinoto Danuasmoro sedang membangun kembali PARTINDO, di samping PNI. Semula 
saya mau menolak, sebab saya sudah mencurahkan aktivitas politik saya kepada organisasi 
Angkatan 45, sebab  nostalgia pada zaman kami di Menteng 31, di mana segala macam elemen, 
aliran, pejuang ada di situ, dan semuanya bermuara pada: Satu negara kita  Merdeka.   
sukarno  berkata:  KakakmuAsmara Hadi itu tinggal serumah bersama saya sejak di 
Bandung, saya kenal betul semangat dan kesanggupannya sebagai seorang Patriot, namun  jangan 
disuruh memimpin Partai. Kasih dia uang  dan kertas, dia memiliki  kecakapan menulis, yang stijle 
nya sama seperti cara saya .   
Saya tidak suka mendengar kakak  saya diberkata i enggak bisa memimpin organisasi, sebab 
Asmara Hadi itulah yang turut menempa ide nasionalisme pada saya di samping sukarno . 
Demikianlah ceritanya, maka sesudah saya turun dari Kabinet, saya mengurus Angkatan 45 dan 
menjadi Wakil Ketua PARTINDO.   
Saya yaitu  keturunan dari Kepala Marga yang turun temurun. Jadi darah feodalistis tanggung, 
feodalistis kampung itu, tidak usah malu diberkata , jika  itu ada menitis pada watak dan jiwa 
pribadi saya, sehingga dari zaman pergerakan   melawan Belanda, sampai ke zaman republik saya 
suka disindir sebagai  burjuis tanggung .Artinya bukan dari  klas proletar . Sebagai pemuda, 
saya bangga jika  sukarno  menambahkan  Anak Marhaen  pada Hanafi, nama yang 
diberikan oleh Ayah dan Ibuku. Sebab Marhaenisme sukarno  itu sanggup membuat  saya 
menjadi seorang nasionalis yang diperlukan  zaman, zaman perjuangan untuk mencapai 
masyarakat marhaenis: beragama, sosial demokrasi dan sosio nasionalis. Saya pandang, orang 
orang yang menggandrungi etiket  proletar  saat  itu tidak berdiri pada fakta , cuma hanya sekedar  
mendengarkan detak detik hati dan jantung saja, namun  tidak mendengarkan sedikit pun juga 
dentaman dan hantaman palu baja di pabrik dan industri seperti di zaman Rusia Tsar sebelum 
Revolusi.   
Namun kami kaum nasionalis di zaman itu, menganggap orang  orang komunis di antaranya ada 
yang sok sok  proletar  sebagai sahabat di jalan perjuangan menentang kolonialisme Belanda, 
bisa jalan bersama sarna dengan semna golongan yang ada. Di bidang agama, saya seorang 
Muhammadiyah, sejak kecil di Bengkulu, Kepanduan H.W. (Hasbul Wathaon). Orang Bengkulu 
yang kolot itu berkata, kamu nanti  mati berhantu  sebab masuk Muhammadiyah. Begitulah 
pendapat  kaum tuo  terhadap  kaum mudo . Moh.Yunus, penerjemah A1 Qur'an ke bahasa 
negara kita  itu, dikatakan  kaum mudo  juga, Wahabis, akan  mati berhantu  juga.namun  saya 
begeesterd, antusias berapi api pada kemajuan agama Islam, saya tidak suka pada  kekolotan . 
Di negara kita  orang Arab Hadramaut dipandang seperti Said suci keturunan Nabi, walaupun 
rentenier (sepuluh/dua puluh). Itulah salah satu bentuk kekolotan. Oleh sebab keaktifan saya 
sebagai pemuda radikal di zaman Belanda, zaman pendudukanJepang, zaman Revolusi mencapai 
dan membela R.I., saya digolongkan orang sebagai seorang yang radikal kiri. Komandan Laskar 
Rakyat di Krawang Bekasi, sebab  organisasi PemudaAPI dari Menteng 31 dilebur menjadi 
PESINDO di dalam Kongres Pemuda 10 November 1945, saya diusulkan menjadi Komandan 
Laskr PESINDOJawa Barat, di samping menjabat Opsir Pepolit T.N.I.,sebelum ditarikke 
Kementerian Pertahanan diYogya.   
namun  , saat  udara di langit perjuangan, di zaman revolusi, angin barat dan angin timur sabung 
menyabung di bawah kilat Peristiwa Madiun, tanggapan terhadap  orang/pejuang kiri  menjadi 
rincu tak keruan. Orang PESINDO itu orang  kiri  dirincukan dengan  kaum komunis , padahal 
tidak semuanya mau jadi komunis, namun pun mereka kena  akibat sampingan . contohnya , 
Fatah Jasin, asalnya NU, menjadi GERINDO, lalu  PESINDO, lalu  Mayor TNI 
Pepolit,lalu  menjadi Menteri Agama. Jusuf Bakri, seorang pemuda Muhammadiyah, 
lalu  menjadi PESINDO di Yogyakarta, jadi Komandan Laskar PESINDO Jawa Tengah, 
seperti saya menjadi Komandan PESINDO Jawa Barat. Betul kami orang  orang kiri, namun  kami 
bukan komunis. namun  toh, para penjilat mengecap saya komunis. Sembarangan! Beda dengan 
Sudisman, asal Barisan Pemuda GERINDO yang pernah  saya pimpin, dia kadernya Pamudji 
yang dibunah Jepang di penjara di Sragen, dia memang jadi anggota PKI. Saya menilai dia 
seorang yang mengetahui  menghormati kaum Sukarnois.   
Adakalanya orang yang tidak mengutak Peristiwa Madiun dianggap pro komunis. Obral 
anggapan itu salah. seandainya  saja, saya tidak latah turut mengutuk, sebab saya mengetahui  Peristiwa 
Madian bukan soal ideologi saya sebagai Marhaenis, apalagi saya tabu sejarah asal mulanya, 
Peristiwa Madiun itu yaitu  Provokasi Red Drive Pro  posal yang muncul  dari konperensi Merle 
Cochran di Sarangan dengan Bung Hatta dan Dr. Sukiman. Sikap saya netral, saya tidak 
men1ihak dan tidak mengutuk. Urusan ideologi komunis dan ideologi anti  komunis bukan 
urusan saya.Yang saya ambil peduli segi politiknya, menguntungkan atau merugikan perjuangan di masa itu. Itu saja.   
Demikialah pikiran pikiran saya, saat  saudara Adisumarto menyalami sambil memeluk erat 
erat diri saya, maka saya pun berkata :   
 Sudahlah, Pak Adi, saya terima bahagia salam erat Saudara, sudahlah, saya sudah mengetahui  semua. Ini bukan jeneral repetisi seperti Pak Adi mau berkata . Ini putsch, sebab tidak ada massa yang  bergerak. Ini putsch GESTAPU/PKI. Beberapa tokoh PKI yang katanya kaum marxis, kok munculnya Blanquisme yang memperlakukan pemberontakan sebagai seni. Repetisi repetisi 
berulang sebagai repetisi perkumpulan  tonil gezelschap. Salah sendiri, membuka peluang 
provokasi ke II, sesudah Peristiwa Madiun. jika  kami dahulu  di Menteng 31 memelopori 
Revolusi Kemerdekaan, bukan menyandarkan diri pada komplotan rahasia macam GESTAPU, 
namun  pada seluruh pejuang yang maju, kaum pemuda pemudi yang berani mati untuk 
kemerdekaan bangsanya. Kita, atau kami, berhasil sebab  kami tidak menyandarkan diri pada 
komplotan rahasia dan juga tidak pada satu partai pun, tidak ilegal ilegal berbisik bisik, namun  jelas 
dan terang terangan kepada seluruh bangsa yang sadar merasakan tertindas di bawah Belanda 
dan Jepang. Singkatnya, rupanya selama saya di Kuba, beberapa tokoh  PKI berlagak 
main main dengan Revolusi jadi seperti August Blanqui itu revolusioner Prancis, yang 
bersemboyan ni dieu, ni maître  ( tak ada Tuhan, tak ada Tuan ) dan yang oleh Lenin sendiri 
sudah  dikutaknya habis habisan. Yang saya sayangkan sekali, kok Aidit jadi kena pèlèt si Syam 
Kamaruzaman, informan , intel tentara, mata  mata dia itu.   
 Sayang sekali Bung Hanafi berada di Kuba , kata Pak Adisumarto.   
 jika  di sini juga, saya bisa apa terhadap komplotan,  mungkin  saya masih bisa bicara sama 
Aidit pribadi, namun  bagaimana lagi jika  dia sudah dikomploti dan berkomplot dengan Syam itu. 
Apalagi sementara tokoh  PKI itu menganggap saya ini orang burjuis. Apa Aidit mau,  
Sudahlah, Pak Adisumarto, sekarang jadinya sudah begini. jika  PARTINDO mau bikin 
pernyataan :'Semua kaum nasionalis revolusioner bersatu dengan sukarno ! Titik.    
Begitulah pertemnan saya dengan saudara Adisumarto yang terakhir. Dia pejuang tanpa pamrih.   
Sampai sekarang, saya sekeluarga, 7 orang semuanya, sudah 32 tahun  terbuang di luar negeri, 
sebagai asyl politik di Prancis. Semula di Kuba sampai tahun  1973. Di masa Letjen Benny 
Moerdani menjabat Panglima KOPKAMTIB, beliau sudah mengizinkan saya sekeluarga pulang  
ke negara kita .namun  pelaksanaannya macet di liku liku birokrasi di Deparlu. lalu  di tahun  
1979, Wapres Adam Malik, di hadapan saya dan disaksikan oleh Athan KBRI Den Haag, 
memerintahkan Sekwapres Ali Alatas S.H., agar   mengurus saya sekeluarga agar bisa pulang  
ke negara kita . Resultatnya zero. Terakhir, pada tahun  1994, Mayjen Samsir Siregar, Kepala Intel, 
secara oral menguraikan,bahwa saya sekeluarga sudah boleh pulang . Resultatnya dubbel zero; 
sekali pun Menlu sekarang Ali Alatas S.H. itu juga. Orba tidak memiliki  alasan menuduh saya 
komunis lagi. Apakah latar belakangnya semua itu diungkapkan oleh Drs Moerdiono Sekneg, 
kepada seseorang (saya tidak perlu menyebut namanya):  jika  Dubes Kuba, Mayjen titulator 
itu pulang , dia akan bikin sulit kita semua .   
Coba lihat! Yang menggali kuburan mereka, mereka sendiri itu, kan, ! 
Melapor kepada Presiden di Istana Merdeka  
Jadi, tengah malam  pertama saya tiba di Jakarta, saya hampir tidak tidur. Jam 9 pagi saya dan Chaerul 
Saleh sudah berada di Istana Merdeka. Ajudan Protokol Istana, Mayor T.N.I. Prihatin, 
mempersilakan kami segera masuk, sebab Presiden dengan Deputy I Dr. soebandrio   dan Deputy 

II Dr. Johannes Leimena sudah berada di dalam lebih dahulu. Pertemuan berlangsung di Biro 
Kerja Presiden, di mana tergantung sebuah tableau raksasa Dullah Sepasukan Laskar Gerilya 
menghiasi dinding.   
Kami berdua masuk berbarengan, Chaerul Saleh jalan di depan, tiba tiba saya berhenti tegak 
melayangkan pandang pada mereka sekejap, maju dua langkah dengan sikap militer memberi 
hormat:  Siap. Lapor kepada Bapak Marhaen/Panglima Tertinggi, kemarin tengah malam  baru datang 
dari Kuba untuk menghadap kepada sukarno  . Kutukikkan mataku kepada matanya, Dr. 
Leimena dan soebandrio   turut berdiri. Mungkin agak keheranan dengan caraku agak pandir yang 
kusengaja itu. Dalam hatiku, di dalam situasi begini sikap  sepandir  itu perlu, penting, menjauhi 
sikap kakek kakek yang loyo. Saya menyalami mereka semua. Tampak di wajahnya, Bung 
Karno senang melihat kedatangan saya.   
 Mari silakan duduk, Hanafi  kata sukarno . Silakan bicara apa yang engkau mau laporkan .   
 Terlebih dahulu saya mohon maaf. Sebagai pembukaan ingin saya laporkan, bahwa berita 
mengenai Peristiwa GESTAPU itu amat terlambat kami terima di Kuba per telex. Saya agak 
bingung, sebab  saya anggap kurang jelas. yaitu  kawat Bung Chaerul bulan No  vember yang 
memicu  saya mengambil keputusan berangkat ke Jakarta. Artinya tanpa menanti lagi kawat 
resmi dari Deparlu, yang saya bisa maklumi sedang berada dalam situasi yang gawat. Saya sudah  
berunding dengan Bung Chaerul tadi tengah malam  mengenai  situasi sekarang dan bagaimana membela 
sukarno  dan  Pemerintahnya. Inilah Laporan saya yang pertama.   
Yang kedua, baik saya laporkan, akibat peristiwa GESTAPU, rencana KBRI Havana merayakan 
5 Oktober yang baru lalu, dengan amat sedih dengan terpaksa  kami batalkan sebab yang akan kami 
'bintangkan' yaitu  Panglima Achmad Yani, justru beliaulah yang menjadi korban di antara 
lainnya. Sebab dan akibat terlambatnya berita kejadian yang sebetulnya  yang kami terima 
dariJakarta via telex KBRIWash  ington sesudah lewat 5 Oktober. sedang  berita yang 
pertama kami terima ialah dari Pemerintah Kuba, berita dari AFP yang mengatakan sudah  terjadi 
Kudeta Angkatan Darat kontra Presiden Sukarno. Saya kira Bapak Presiden masih ingat 
bagaimana Panglima Yani mengusulkan kepada Bapak Presiden langsung di hadapan saya, 
mengenai pengangkatan saya sebagai Mayor Jendral Tituler, saat  kita merundingkan 
pembaharuan Pimpinan Angkatan 45.    
 Ya, saya ingat. Teruskan .... , kata sukarno .  Maafkan, mengharukan sekali,  kataku, 
 sebab  justru tanggal 27 September saya terima kawat sandi dari Panglima Yani bahwa 
berhubung dengan kesibukan menghadap 5 Oktober, pengangkatan saya itu baru akan 
dilaksanakan sesudahnya.   
Laporan saya yang ketiga. Saya membawa bawa  surat pribadi Commandante Fidel Castro untuk 
disampaikan langsung ke tangan sukarno . Surat ini  ditulis tangan sendiri di depan saya 
dalam kunjungannya pada saya jam 3 tengah malam  tanggal 3 Desember dimana beliau menyampaikan 
harapan dan kepercaya an bahwa Presiden Sukarno akan dapat keluar dengan kemenangan yang 
gemilang dari kesulitan di dalam negeri. sedang  yang menyangkut diri saya, Fidel Castro 
mengharapkan saya berada kembali di Havana sebelum tanggal 1 Januari 1966 dengan 
membawa bawa  Delegasi negara kita  untuk menyertai Kongres A A A (Asia   Afrika  Amerika Latin). 
Sekian, laporan selesai .   
lalu  saya minta permisi buka baju, sebab surat rahasia pribadi dari Fidel Castro saya 
simpan dalam sobekan lengan baju saya, yang dibuka dan dijahitkan oleh Sukendah, yang tadi 
pagi sudah saya buka lagi.   
 Hebat laporan Dubes Hanafi ini, terimakasih. Saya ingat beginilah cara kerja rahasia Hanafi 
bersama sa,va di zaman Jepang dahulu  , demikian kata sukarno .   
Surat itu kuserahkan ke tangan sukarno , lalu dibacanya sendiri. Sesudah membacanya, surat 
itu dikembalikannya kepadaku untak disimpan baik baik.   
 jika  begitu, baiknya Hanafi kita tahan saja bersama kita di sini , kata Chaerul Saleh.   
 Nanti dahulu  , jawab sukarno .  misi nya juga penting di sana untuk kita dalam rangka 
Conefo .   
 Apakah tidak lebih baik Bung Hanafi kita serahi misi  untuk mengurusi PKI dahulu  di sini,  , 
soebandrio   berkata.   
Ucapan soebandrio   yang bernada usul itu, sangat mengagetkan saya. Saya lama menganggap dia 
itu seorang tukang intrik yang ambisius. Ada konsepsi apa yang terpikir di kepalanya itu,  
Sebentar saya akan bicara, namun  belum sempat mereaksi ucapan soebandrio   itu, sukarno  sudah 
bicara lebih dahulu.   
 Itu sama sekali tidak bisa , kata sukarno . Pimpinan Partai harus dipilih oleh Kongres. 
Orang PKI sendiri tidak akan terima Hanafi, sebab dia bukan anggota PKI, dia bukan orang 
komunis. Dia Marhaenis, sesuai dengan namanya, Anak Marhaen Hanafi. Kalian belum mengetahui , 
belum kenal Hanafi. Sejak zaman Jepang dia saya beri misi  politik terpercaya untuk mendekati 
Wikana, orang PKI (saat  itu illegal, di bawah tanah) agar   jangan menyabot politik saya 
kolaborasi  dengan Jepang untuk kepentingan politik nasional yang saya gariskan.Wikana hanya 
kenal baik beberapa orang saja: Aidit dan Sudisman, sebab mereka dahulu  anggota anggota 
Barisan Pemuda GERINDO yang dipimpin Hanafi. Kalian mengetahui , sesudah Peristiwa Madiun, 
orang  PKI memusuhi saya lama sekali. Hanafi saya misi i menetralisir subyektifisme 
mereka itu, mengingat Revolusi belum selesai dan perjuangan Pembebasan Irian Barat selalu 
menantang nantang. orang  PKI wataknya keras, sangat vatbaar gampang sekali kena 
penyakit'kokiri kirian'. Saya berhasil menjinakkan mereka, PKI menerima Pancasila. Saya 
berterimakasih pada Hanafi, banyak aktivitasnya membantu saya.    
Saya sebetulnya  mau turut bicara, sebab yang dibicarakan itu mengenai diri saya pribadi, namun  
saya bersabar sementara. Di saat itu Chaerul Saleh. Denuty III bicara....   
 Sebagai dikatakan pada permulaan tadi, saya dengan Bung Hanafi sudah berbicara tengah malam  tadi. 
Saya sudah  menjelaskan seadanya apa yang sudah  terjadi sampai sekarang. Saya kira, mungkin  
Hanafi sudah memiliki  sesuai ide untuk mengatasi situasi yang kita hadapi sekarang .... 
Gimana, Fi,     
Saya melirik kepada semua Menteri Deputy itu. Saya termenung sesaat, Chaerul Saleh menanya 
lagi ... Kutatap wajah sukarno  dengan menahan rasa sayangku yang emosional padanya.   
 Saya mohon lebih dahulu ,  kataku pada sukarno .  Saya mau bertanya kepada sukarno : 
Apakah Bung percaya bahwa Aidit itu dan Sudisman, walaupun keduanya itu PKI, begitu busuk 
hatinya mau mengkhianati sukarno ,  Saya TIDAK Dan saya percaya  sukarno  juga TIDAK. 
sukarno  mengenal mereka berdua itu dari pandangan politiknya yang kiri bahkan yang 
extrem kiri. Saya lebih dari itu, saya kenal riwayat hidupnya dari masa mudanya saat  turut 
belajar jadi orang pergerakan  , sampai sampai pada kehidupan pribadi masing masing, seperti 
pengenalan Bung pada diri saya ini.   
Namun gara gara sifat Aidit yangrevolusioneristik   avonturistik dan sifat ambisiusnya yang 
selalu menonjol nonjol, itu bukan sekarang ini saja yang pernah  kualami dengan dia, makanya 
dia masuk perang kap provokasi kaum Nekolim yang jelas anti komunis, sampai akhirnya 
meledaklah 'Provokasi GESTAPU'. Saya bukan seorang pendeta yang bisa melihat hal itu 
sebagai suatu 'peristiwa' sederhana, atau nasib. NO! Saya percaya  itu Aidit pada mulanya secara 
tidak diinsafinya sudah  terpancing oleh Syam, seorang informan  misterius, masuk ke dalam 
perang kap provokasi sesuai dengan konsepsi  subversif kaum Nekolim yang bebuyutan anti 
komunis. Akibatnya di luar istana ini menderu deru tuntutan 'Bubarkan PKI!'. Sudah kita dengar 
juga  di sana sini tuntutan 'Retool soebandrio  , Haji Pe  king!' lalu  tentulah akan meningkat 
sampai ke tuntutan retool semua Menteri Kabinet, satu indikasi yang jelas sekali, bahwa sasaran 
Nekolim terakhir yaitu  menbangkrut kan sukarno , Pemimpin Besar Revolusi.Ya, logis, 
sebab PKI is reeds in de kom gehakt, sudah habis dilibas.   
Slogan subversi Nekolim  Bubarkan PKI  yang diteriakkan oleh pemuda pemuda dan sementara 
elemen tentara kita yang tidak menginsyafi bahwa mereka itu dipakai oleh Nekolim, slogan itu 
harus kita rebut. jika  kita yang membubarkan PKI Aidit itu, motifnya tentu lain, tidak sama 
dengan yang diteriakkan mereka itu. namun  untuk membela Republik, menyelamatkan Bung 
Karno dari titik  sasaran mereka itu, untuk mencegah lebih banyak lagi korban rakyat yang tidak 
mengetahui  apa apa mengenai  GESTAPU atau PKI. Tidak ada gunya mempertahankan PKI, seperti 
maunya Mas soebandrio  , yaitu agar   saya mengurus PKI Aidit. PKI Aidit harus bubar dan 
sudah bubar.Tidak ada siapa pun yang berhak membubarkan Partai Politik kecuali Presiden R.I. 
Saya tabu kesulitan sukarno  jika  harus membubarkan PKI, berhubung dengan persoalan 
CONEFO yang menjadi test case, batu ujian bagi RRC dan Uni Sovyet dan  A A A terhadap 
kita, Republik Indonesia  . namun   di lain pihak, segenap kekuatan Nekolim akan bersatu untuk 
menggagalkan CONEFO. Roda situasi berputar cepat, kita harus bertindak sebelum habis tahun  
ini. Dan seperti saya katakan tadi, saya harus berada di Ha  vana sebelum 1 Januari 1966 untuk 
Konferensi A A A, jika  diperkenankan Presiden. Dan saya harus mengurus biaya, sebab sudah 
tiga bulan remise tidak dikirim buat KBRI Havana.   
Sebagai hasil penelitian , saya mengusulkan satu kebijaksanaan suatu konsep pemecahan masalah 
politik, suatu political solution yaitu: bubarkan (redress) semua Partai Politik untuk sementara 
waktu berdasarkan S.O.B. Untuk sementara, lalu  bangunkan kembali tanpa PKI.   
Sekian dari saya, sukarno  yang kuhormati dan kucintai. Mungkin mungkin  saya salah, saya 
mohon maaf . Sejurus lalu  ...  Terimakasih, Hanafi,  sukarno  berbicara,  silakan 
tunggu di luar, tunggu saya, jangan pulang  dahulu , saya ada pembicaraan dengan para Deputies.   
CONEFO untak Pelaksanaan Hak hak Azasi Manusia  
Tape Rapat Dewan Jendral   Berita Palsu!  
Komisi Peneliti melaporkan: Korban Satu Juta. Saya keluar dari kamar. Presiden Sukarno 
meneruskan sidangnya dengan para Deputy, Dr. J. Leimena, Dr. soebandrio   dan Chaerul Saleh. 
Untok menantikan sukarno  selesai dengan sidangnya itu, saya menuju ke beranda di 
belakang di mana biasanya saban pagi sukarno  minum kopi sambil menerima tamu tamu 
secara informal .   
Saya lihat di sana ada duduk Pak Hardjo (Suhardjo Wardoyo, pensiunan Mayjen TNI, Kepala 
Rumah Todgn Prkdenn) edang menemani bercakap cakap dengan Menteri Kolonel 
Suprayogi yang menghadap Presiden. Pak Suprayogi saya kenal baik, asal dari T.N.I. Siliwangi, 
diangkat menjadi Menteri sejak dari Kabinet Karya ke I dengan P.M. Djuanda. saat  itu saya 
Menteri PETERA. Kabinet yang langsung dibentuk sendiri oleh sukarno , Presiden, di mana 
saya membantu beliau dari belakang layar sebagai formateur Kabinet! Itu terjadi pada tahun  
1957, sebelum kita kembali ke UUD '45. Itulah kabinet pertama yang mengikut dan kan orang 
orang dari ABRI. Selain Pak Suprayogi dari Angkatan Darat, ikut juga Kolonel Nazir dari 
Angkatan Laut.   
Saya senang hati bertemu lagi dengan Pak Suprayogi: Oh, Pak Prayogi, kumaha kabarna, 
parantos lami henteu tepang  .. Salamanku itu menampilkan rasa keakrabanku kepadanya. 
Dengan gembira beliau sambut salamku: Nuhun, nuhun, saé waé sadayana , seraya menanyakan 
kapan aku datang dari Kuba. Tidak berapa lama lalu  sukarno  keluar dari kamar sidang 
diikuti para deputies. sukarno  terus ke kamarnya sendiri untuk mengganti baju. Chaerul 
mendekati saya, mengatakan baiknya saya tinggal di sini dahulu  di Istana, lalu  ia pergi 
bersama Oom Jo dan soebandrio  .   
sesudah  sukarno  mengganti baju resminya yang berinsinye Presiden dan tanda Panglima 
Tertinggi, beliau turun ke beranda mendatangi Menteri Kolonel Suprayogi, yang duduk di 
hadapannya. Suprayogi membuka rol blue print yang dibawanya, blue print proyek gedung 
bangunan CONEFO. Sesudah beliau mengutarakan beberapa penjelasan mengenai progres 
teknik pekerjaan gedung ini , dia mengajukan kekurangan biaya untuk pekerjaan yang masih 
tersisa, dan menyatakan sebelum Oktober akan dapat diselesaikan. Dengan memakai  
kacamatanya, sukarno  memeriksa kertas biru yang disodorkan kepadanya itu. Lalu 
menanyakan berapa kekurangan biaya yang masih diperlukan. Saya perhatikan, Suprayogi 
mengatakan keperluan untuk bagian itu saja diperlukan sekarang dua ratus ribu dollar (jika  
saya tidak salah dengar!). sukarno  menjawab:  Okay, teruskan saja pekerjaan itu,keperluan 
biaya minta kepadaJusuf Muda Dalam (Menteri Bank Sentral). Kolonel mengetahui  bagaimana 
mengurusnya. jika  masih kurang, saya akan minta bantuan Chou En lai.  Sesudah selesai Bung 
Karno menandatangani sehelai surat yang disodorkan oleh Kolonel Suprayogi, Kolonel 
Suprayogi memberi hormat seraya mohon permisi.   melihat  kejadian itu, saya berfikir, dalam kondisi  situasi begini, sukarno  tampak tetap 
optimis. Saya memang sudah dengar bahwa pembangunan untuk gedung CONEFO itu, RRC 
banyak memberi bantuan.namun  kok melepas ucap menyebut nama Chou En lai, dalam hatiku 
bertanya, apakah itu bluf atau melagak, yang kadang kadang dalam dunia politik itu biasa. Lalu 
saya merasa simpati sukarno  di saat itu luar biasa.   
 Akan adanya CONEFO itu amat penting, Hanafi,  kata sukarno . Itulah salah satu 
pekerjaanmu yang terpenting di Kuba, sebab  itu kau saya beri misi  di Kuba. CONEFO untuk 
mengkon  solidasi Dunia Baru, untuk menghadapi Dunia Lama yang mengabaikan Hak hak 
Asasi Manusia di atas singgasana 'l'exploitation de la nation par la nation' dan 'l'exploitation de 
l'homme par l'homme '.   
 Apakah itu sesuai dengan Pidato sukarno  di PBB tahun  1960: Membangun Dunia 
Kembali,   tanyaku.  Sebab sukarno  belum menyinggung apa apa saat  itu mengenai 
CONEFO.   Persis, CONEFO yaitu  kelanjutan dari Pidato saya Membangun Dunia Kembali!    
Mengenai soal political solution yang saya kemukakan di kamar tadi. Redress semua partai 
politik. Bubarkan semua partai politik buat sementara waktu, lalu  bangunkan kembali 
tanpa PKI. Didasarkan pada strategi dan taktik, tujuannya untuk mengembalikan kebulatan 
ABRI yang solid di belakang PanglimaTertinggi Presiden Sukarno berdasarkan UUD'45 yang 
menjunjung Pancasila. Pelaksanaannya harus dicapai dalam musyawarah dan mufakat bersama 
dengan partai partai politik   ABRI   Presiden/Panglima Tertinggi sukarno . Pelaksanaan 
Dekrit Pembubaran semua partai politik sebaiknya jangan melewati 1 Januari 1966. Redressing 
partai politik tanpa PKI paling lama tiga bulan, Maret 1966. jika  pembubaran PKI itu sendiri, 
sekarang juga.Walaupun kita anggap sudah jelas tersangkut dengan pemberontakan (putsch) 
GESTAPU, namun  tanpa penjelasan yang obyektif dalam satu pernyataan  Kepala Negara, akan 
tampak kurang adil, baik ke dalam maupun ke luar negeri, dibandingkan dengan tindakan 
Pemerintah dalam hal pembubaran Masyumi dan PSI yang tersangkut dalam pem  berontakan 
PRRI/Permesta.   
 contohnya , satu soal harus jernih. mungkin  sukarno  tidak tabu bahwa di luar negeri sudah 
tersiar bahwatape Konferensi Dewan Jendral, yang dipakai sebagai alasan oleh Kolonel Untung 
untuk mengantisipasi dengan GESTAPU nya itu, ada di tangan sukarno . Apakah itu betul,   
tanyaku kepada sukarno .  Oh, begitu,  Tidak ada itu, sumpah demi Allah tidak ada itu!  
jawab sukarno .  Nah, cocok dengan dugaan saya, soal tape itu berita palsu. sebab  saya 
tidak goyang kepercayaanku pada Jendral Yani yang setia pada sukarno . Kita harus 
bertindak cepat, walaupun Bung mengatakan tadi Oom Jo ragu ragu.    
Pada saat itu tampak olehku Menteri Mayjen Sumarno dan Menteri Negara Oei Tjoe Tat 
mendatangi tempat saya dan sukarno  sedang bicara. Beliau beliau yaitu  Pimpinan Komisi 
Peneliti Korban akibat GESTAPU ke seluruh daerah Republik, terutama Sumatra, Jawa dan Bali. 
Kedua Menteri itu melaporkan kepada Presiden Sukarno, bahwa tidak kurang dari satu juta 
rakyat yang sudah  menjadi korban. Cara cara yang dilakukan dalam pembunuhan massa rakyat 
itu berberagam , semuanya amat mengerikan, di luar batas perikemanusiaan. Biadab sekali. 
Dan itu terjadi dalam negeri yang bernama negara kita  yang terkenal berkeadaban tinggi. Di 
pangkal tangga di bawah sudah banyak orang berkerumun. Mereka tidak bisa maju naik ke atas, 
sebab ditahan oleh penjaga Cakrabirawa. Presiden menanyakan, siapa orang  itu,  Oei Tjoe 
Tat menjelaskan, bahwa itu yaitu  wartawan wartawan dalam negeri dan juga ada wartawan 
wartawan luar negeri yang menantikan pemberitaan dari Laporan Komisi kepada Presiden. 
Mereka mau tanya berapa jumlah korban. Lalu Presiden menanya lagi kepada Menteri Sumarno 
dan Oei Tjoe Tat, berapa jumlah yang akan diberitakan.Ya, jika  jumlah korban yang 
sebetulnya  tidak kurang satu juta, mungkin lebih, dan itu terjadi sejak dari Oktober sampai bulan 
Desember ini.Terserah kebijaksanaan Bapak Presiden berapa yang akan kami beritakan. Bung 
Karno terdiam sejenak, namun   saya, Hanafi, mengeluh:  Waduh, jika  laporan satu juta korban 
itu diberikan kepada wartawan wartawan, saya mati, saya tidak berani pulang  ke Kuba, jumlah 
itu lebih banyak dari korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang amat mengerikan, atau 
lebih banyak dari korban perang Vietnam yang berjalan beberapa tahun . Ini dalam waktu tiga 
bulan saja. Satu juta. Akan hancur nama negara kita  di dalam Konferensi A A A yang akan 
berlangsung I Januari 1966 beberapa hari lagi itu .   
 Lalu berapa , tanya sukarno , para wartawan tidak akan terima, akan protes, jika  tidak 
dilaporkan .  Kasihkan saja jumlah 78.000 orang akibat GESTAPU,  kataku tidak langsung, atas 
pertanyaan sukarno .  Ya.  kata sukarno . Silakan Menteri Oei temui wartawan  
wartawan itu dan berikan jumlah korban 78.000 itu saja. berkata  juga, Presiden tidak bisa 
menemui  mereka, sebab  sibuk sekali.  Menteri Oei Tjoe Tat pergi menemui wartawan 
wartawan yang saling berdesak desakan di tangga itu. Dari keterangan ini  di atas itulah, 
maka disiarkanlah oleh pers bahwa angka resmi 78.000 orang korban akibat GESTAPU, 
sebagcuma hanya sekedar na disiarkan oleh Komisi Peneliti. Padahal yang sebetulnya  korban itu satu juta 
manusia, dengan catatan  mungkin lebih . Maka demikianlah, ada koran koran yang 
memberitakan 500.000, ada juga yang memberitakan 700.000, namun  pihak yang pro Amerika 
 menawar  cuma hanya sekedar  250.000 orang.   
Dengan keterangan saya ini, korban yang sebetulnya  berdasar keterangan saksi  Laporan Komisi Peneliti itu, saya 
munculkan kembali di sini.Yang tadinya dibenamkan dengan sengaja demi kepentingan nama 
baik bagi bangsa dan Presiden Sukarno, agar   jangan sampai malu (!) satu juta atau satu milyun 
korban rakyat yang tidak berdosa, saya angkat kembali dari dalam lautan rahasia selama 30 
tahun  lebih. Sekarang ini satu juta jiwa manusia itu jadi menyatu laksana Sang Bima muncul 
kembali dari dalam lautan Tirta Asertamerta  sesudah  mengalahkan Sang Naga Nemburnawa, bangun 
kembali menggunturkan suaranya menuntut keadilan yang sebetulnya  kepada bangsa 
negara kita , kepada PBB, bahkan kepada Mantan Presiden Jimmy Carter yang pada tahun  1970 
sudah  memasukkan HakAsasi Manusia menjadi bahagian dari politik luar negeriAmerika Serikat, 
dan kepada Presiden Bill Clinton yang saya harapkan akan menjadi simbol the new America 
dengan panji panji kebangkitan kembali demokrasi, the revival of democracy.   
Sebab, satu juta manusia itu yaitu  korban manipulasi  yang kotor dari kadeta Letnan Jendral 
Soeharto, Maret 1966, sekarang Presiden negara kita . Masih ada saksi langsung tiga pejabat tinggi 
pemerintah yang masih hidup: Mantan Menteri/Duta Besar A.M. Hanafi, Mantan Menteri Luar 
Negeri/Deputy II Dr. soebandrio   dan Kolonel Latief (masih dipenjara sudah tiga puluh tahun  
lebih). Dua orang saksi langsung lainnya sudah meninggal dunia: Dr. J. Leimena/ Deputy I dan 
Laksamana K.K.O. Hartono (dikabarkan bunuh diri ).   
Dengan bantuan dan hanya dengan kolaborasi  dengan Amerika, diktator militer Soeharto yang 
despot dan nespot itu harus diturunkan dan diadili, diganti dengan seorang Tokoh Nasional yang 
didukung penuh oleh rakyat, akseptabel bagi USA, untuk menegakkan demokratisasi dan hak 
asasi manusia. Inilah perhitungan politik berdasarkan fakta  situasi negara kita  kini. Tidak ada 
 budi  baik  pihak the big capital atau para punguasa modal dunia di zaman globalisasi ini. 
jika  tergantung pada diri saya, sekali lagi jika  tergantung dari saya, saya akan turunkan 
Soeharto itu, tidak dengan jalan pemberontakan rakyat, namun   melalui kolaborasi  segenap 
kekuatan sosial politik masyarakat berdasarkan kepentingan nasional seperti kuuraikan di 
atas. Budi baik  itu akan kita bayar dengan kolaborasi  persahabatan nasional yang berdaulat 
(souvereign) demi kepentingan pembangunan ekonomi bangsa negara kita  yang mengedepankan 
kepentingan rakyat banyak, bukan hanya segelintir golongan elite seperti sekarang ini. yaitu  
perbuatan  salah urus  kaum teknokrat yang tak memiliki  nyala api patriotisme dalam jiwanya 
itulah, maka di masa pembangunan 30 tahun  ini yang diajak bersama duduk  di meja kerja dan di 
meja makan  lebih banyak warganegara baru (keturuan Cina) dibandingkan  orang asli 
negara kita .Yang terakhir ini jika  ada kesempatan hanya beberapa  yang sangat terbatas seperti 
Rizal Bakrie (Ical) dan Probosutedjo yang saya kenal, berikut anak  anak Soeharto sendiri. 
sedang  pengusaha negara kita  lainnya bagian terbesar menjadi  anak bawang , dibiarkan 
berebutan mengerubuti tètèlan tètèlan dan remah remahnya saja. Inilah jika  ditinjau fakta  
pada golongan elite kita. Belum lagi ketidak  adilan yang ditimpakan kepada masyarakat lapisan 
bawah, penggusuran tanah hak milik rakyat, seperti Kedung Ombo dan lain lain. Apakah ini 
pembangunan nasional ... la  Demokrasi Pancasila, ,   Nonsens!! Jangan dicari kesalahan pada 
kaum kapitalis Amerika atau Eropa Barat yang kasih kredit berjutajuta dan yang harus jadi 
beban tanggungan hidup anak cucu sampai dua kali tujuh turunan lagi. Kesalahan atau dosa itu 
ada pada bangsa kita sendiri! Terutama pada kita, putera negara kita  asli yang bakal mati beberapa 
tahun  lagi!   
Inilah sebagian kecil gemuruhnya suara korban satu juta manusia yang bermetamorfosa, menyatu 
bersatu pada sang Bima yang muncul kembali dari lautanTirta Asertamerta  (SelatanJawa) yang kebal 
tak mati  mati suaranya itu, yang menggeledek, mengguntur, membelah angkasa di seluruh 
Nusantara negara kita .Yah, jika  bukan robot, orang akan mengerti, bisa menyerapi arti penting 
filsafat kebatinan Jawa atau Kejawen yang ditinjau oleh Dr. Seno Sastroamidjojo mengenai  cerita 
Dewa Ruci. Saya anak Sumatera, bukan anak Jawa namun  putra negara kita . Bukan robot! Saya suka 
belajar memahami yang baik baik.   
Di dalam bagian lain di buku ini, akan saya kemukakan lebih jelas bagaimana siasat siasat 
kudeta LetnanJendral Soeharto sehingga mencapai titik puncaknya pada 11 Maret 1966, di mana 
selembar Surat Perintah yang wajar wajar saja dari Presiden/Panglima Tertinggi kepada 
bawahannya, sudah  disulap secara licik menjadi surat penyerahan kekuasaan, yang dikenal 
bernama SUPERSEMAR. Menteri Olah Raga dan Pemuda, Hayono Isman (sayang sekali, 
putranya kawan saya sendiri, bekas Mayor dan Duta Besar Isman), disurah oleh Soeharto 
mengadakan seminar Nawaksara. jika  semi  nar itu terjamin bebas dan demokratis dan jangan 
hanya yang pro Pemerintah saja yang boleh hadir pula , boleh, silakan. Dan saya bersedia hadir pula , 
sekalipun untuk menghadiri  seminar itu saja sesudah itu dilempar lagi ke pembuangan di luar 
negeri seperti sekarang ini. namun  sejarah yang sebetulnya  harus dibuka.   
Di dalam buku  Menteng 31   Membangun Jembatan Dua Angkatan , saya sudah  memberanikan 
diri meriskir segala macam tanggapan yang mungkin ditujukan kepada usul saya agar Presiden 
Soeharto dipilih kembali buat masa terakhirnya, namun dengan syarat : rekonsiliasi nasional dan 
diberlakukan keterbukaan, demokrasi dan HAM. Saya bersabar menanti sejak Pidato Kenegaraan 
17 8 1966 sampai sekarang dalam masa menjelang Pemilihan Umum. Namun rupanya sia sialah 
harapan saya itu. Malah tambah jadi lupa daratan dia, menantang nantang mau menggebug siapa 
saja.   
Oleh sebab  itu mulai hari ini, 11 Maret 1997, jika  mereka di Jakarta bikin bancakan, slametan 
untuk SUPERSEMAR dan GESTAmemiliki  yang sialan itu, saya mulai menulis buku ini: 
MENGGUGAT: SUPERSEMAR   GESTAPU   Kudeta Soeharto. Kepada orang yang immoral 
tak perlu dialog. Dia akan selalu menggebug gebug kembali.  
Gagalnya Konperensi AA di Aljazair dan Konperensi 
Tricontinental di Havana  1 Januari 1966  
Pada hari ketiga sesudah  saya tiba di Jakarta, Presiden Sukarno meminta saya turut menghadiri  
penyusunan Delegasi negara kita  untuk menghadiri  Konperensi Organisasi Setiakawan Asia 
Afrika dan Amerika Latin, disingkat AAA yang akan berlangsung pada 2 Januari 1966. Ini 
sesuai dengan harapan Fidel Castro dalam pesannya kepada saya agar disampaikan kepada Bung 
Karno, hal mana memang sudah  saya kemakakan kepada Presiden dalam sidang bersama para 
Deputies.   
Turut dan  hadir pula , selain anggota delegasi yang akan dibe  rangkatkan, Ibu Utami Suryadarma, 
bekas Panitia KIAPMA (Konperensi Internasional Anti Pangkalan Militer Asing), yang sudah  
berlangsung beberapa waktu sebelum pertengahan tahun  1965.   
Delegasi itu terdiri dari lima orang diketuai oleh Brigjen Latief Hendraningrat, seorang tokoh 
historik yang mengerek naik Merah Putih di PengangsaanTimur 56 pada Hari Proklamasi 17 
Agustus 1945. Saya tidak mengetahui  persis, apakah empat orang delegasi lainnya, di luar Brigjen 
Latief Hendraningrat, akhirnya jadi atau tidak berangkat. Sebab, berdasar keterangan saksi  laporan istri saya, Ibu 
Sukendah Hanafi, yang saya serahi misi  mewakili saya jika  saya sedang tidak ada di tempat 
itu yang bisa menghadiri  Resepsi Penyambutan Konperensi AAA di rumah  Duta Besar, yang 
nampak hadir pula  dari delegasi negara kita  hanya Pak Latief itu saja, sedang  dari kalangan 
diplomatik dan Pemerintah Kuba ada yang hadir pula . Resepsi itu dibintangi oleh SenoraVilma Espin, 
isteri Menteri Pertahanan Raul Castro, adik kandung Commandante Fidel Castro. Lama 
lalu  baru saya ketahui , bahwa keempat orang Delegasi lainnya itu dilarang berangkat oleh 
elemen tentara Soeharto yang hari demi hari memperketat kekuasaan de factonya, sekalipun 
delegasi ini  diperintah oleh Presiden. Hanya Brigjen Latief Hendraningrat, mungkin sebab  
ketokohannya yang historik itu bisa pergi, dan yang lainnya nyangkut di lapangan udara 
Kemayoran.   
Bagaimana dengan saya sendiri,  Saya dengan terpaksa  tidak bisa menghadiri  Konperensi Tricontinental 
itu, walaupun Fidel Castro sudah  sangat mengharapkan. Presiden Sukarno tegas mengatakan agar 
saya jangan pulang  ke Kuba dahulu , sebab  saya masih sangat diperlukan di Jakarta. Maka saya 
minta beliau menjelaskan hal itu tertulis, demi terpeliharanya secara baik hubungan diplomatik 
antara kedua negara, negara kita  dan Kuba. Beliau memicu  surat ini  dengan tulisannya 
sendiri, di hadapan saya.Tentu saja, beliau tidak lupa menyatakan terima kasih atas surat pribadi 
Fidel Castro yang sudah  diterimanya dengan rasa persahabatan yang sedalam dalamnya, seraya 
menerangkan bahwa saya buat sementara masih sangat diperlukannya di Jakarta. Dan beliau 
sangat menyesalkan sekali saya tidak dapat turut dan  menghadiri  Konperensi Tricontinental 
yang bersejarah itu, namun sudah  mengutus Delegasi negara kita  untuk turut menyertai Konperensi 
ini , diketuai Brigjen Latief Hendraningrat, seorang revolusioner juga . Surat Presiden itu 
harus dapat diterimakan kepada Commandante Fidel Castro sebelum 1 Januari 1966. sebab  itu 
saya tidak bisa turut mengurus keberang  katan Delegasi ini . Saya tergesa gesa pergi 
keTokyo, mengirim anak saya, mahasiswa Dias Hanggayudha, ke Havana untuk membawa bawa  surat 
penting itu kepada ibunya, agar diserahkan kepada orang penting revolusioner, yaitu Senora 
Silya Sanchez, Sekretaris Fidel Castro sejak masa gerilya, agar diserahkan langsung kepada 
Commandante.   
namun  , apa mau dikata, situasi kami kaum Sukarnois, nasionalis revolusioner, sesudah peristiwa 
GESTAPU, semua serba salah, seperti peribahasa di Sumatra mengatakan  sudah jatuh ditimpa 
tangga juga  . Sialan!   
Ternyata lalu  Brigjen Latief Hendraningrat tidak berhasil untuk diterima hadir pula  dalam 
Konperensi Tricontinental itu, diblokir oleh Panitia Konperensi, sebab sudah  datang juga  
berbareng dengan orang  PKI dari Peking dan dari Mesir yang menyatakan diri mereka 
sebagai Delegasi negara kita . Commandante Fidel Castro mengharapkan saya datang dengan 
Delegasi, namun  justru saya pun tidak datang kembali. Buat Kuba semua itu mengesankan 
bagaimana kacaunya kondisi  dan situasi negara kita  di bawah Presiden Sukarno saat  itu. Kuba 
memperoleh  laporan laporan yang tidak obyektif. Di dalam koran Juventud Rebelde dan di dalam 
koran Granma (koran Partai Komunis Kuba) termuatlah pemberitaan yang mendiskre  ditkan 
Presiden Sukarno, yang antara lain menyatakan:  nanti di atas makamnya haruslah ditulis: di sini 
sudah  dimakamkan seorang Pemimpin yang tidak bisa menghargai kepercayaan rakyat yang 
diberikan kepadanya  ... Sayang, saya tidak memiliki  lagi koran koran ini , dan demi akurasi, 
baik dicari lagi koran koran ini , nanti. Mohamad Hatta sebagai Sekretaris I KBRI Havana 
tidak juga  mengajukan protes kepada Kemlu Kuba atas pemberitaan ini , walaupun sudah 
didesak oleh isteri Dubes.   
Berhubung dengan hal itu maka saya buru buru lagi pulang  ke Kuba pada tanggal 21 Januari 
1966. Hal ini akan saya singgung kembali dalam bagian berikut nanti.   
Brigjen Latief Hendraningrat sebagai Delegasi resmi dari Indo  nesia hanya sempat menghadiri  
Resepsi Penyambutan Konperensi Tricontinental di rumah rumah  Duta Besar yang 
diselenggarakan oleh Sukendah bersama sama Staf KBRI. Resepsi yang memperoleh  perhatian 
begitu besar dihadiri  oleh semua corps diplomatik dan dihadiri  oleh Menteri Perdagangan Kuba 
dan  Senora Vilma Espin, isteri Menteri Pertahanan Commandante Raul Castro. Di situ juga 
digelarkan tari tari kesenian negara kita  oleh pemuda dan pemudi Kuba yang dipimpin oleh anak 
anak saya Nurdjaja dan Damayanti.   
Sesudah itu, Brigjen Latief Hendraningrat pulang  ke negara kita  tanpa sempat berpamitan dahulu 
kepada istri saya Sukendah (Latief sekeluarga yaitu  tetangga sebelah menyebelah rumah kami 
di zaman Jepang). Dia yang mewakili saya sebagai Dubes membela posisi pemerintah R.I. di 
masa menghadapi sidang Tricontinental di Havana. Semuanya sudah jadi kacau, gara gara sikap 
kekiri kirian perseorangan tokoh  komunis yang datang dari Peking dan Mesir itu. 
Sehingga Kuba tanpa ragu ragu (sebagai setiateman temanya  yang revolusioner, ) menempatkan 
artikel di suratkabar Juventud Rebelde dan Granma, tulisan yang mau mendiskreditkan Presiden 
Sukarno. Apakah mereka tidak menginsafi bahwa tindak tanduknya yang memusuhi Presiden 
Sukarno (sebab kecewa, ) itu bisa ditarik garis lurus dengan pernyataan  Dewan Revolusi Kolonel 
Untung,    
Subyektivisme macam inilah yang menghancurkan PKI dan menjatuhkan Presiden Sukarno. 
Selama zaman Jepang dan di zaman revolusi 1945 yang melindungi tokoh  PKI (Amir 
Sjarifuddin, Wikana dan lain lain) bukan Musso atau Alimin, apalagi bukan Aidit, mereka pada 
bergantungan pada ujung bajunya Sukarno. namun   sekarang, sesudah  PKl  kesandung batunya  
sendiri, mereka  bangkit  nafsu  sebab  Sukarno tidak membantu lagi.   
jika  saya, saya akan mengetahui , di mana dan kapan harus memakai  sikap  right or wrong   my 
country . jika  negeri saya  brengsek  itu urusan saya ke dalam negeri dahulu . Mengapa harus 
membnat  tanggung rèntèng  setiakawan revolusioner atas sesuatu perbuatan yang tidak ada 
dalam kamus revolusi, yang mengharamkan putsch itu. Di atas ladang subyektivisme PKI itulah 
tumbuh benih diktator Soeharto. Para tokoh  bekas PKI bertanggung jawab harus 
membuat  clear masalah bencana nasional ini, sehingga generasi muda tidak hanya tertarik dari 
jauh oleh cantiknya mawar merah, namun  tak mengetahui  banyak durinya yang tajam dan berbisa!   
Berbicara mengenai Konperensi Tricontinental, tak bisa terlepas dari masalah lingkaran 
pertikaian  dua pola dunia: kapitalisme dan sosialisme, kubu USA versus kubu Uni Sovyet dan 
kubu RRC. Sudah sejak tahun  1960, Uni Sovyet dan RRC tidaklah merupakan satu kubu 
bersama sama yang bersatu lagi. Kubu sosialisme Uni Sovyet di bawah pimpinan Khrushchev 
sejak lahirnya berorientasi baru yang disebut 'peaceful coexistence  di tengah tengah situasi 
internasional yang sedang terlibat perang  Dingin. Khrushchev melansir politik peaceful 
coexistence dengan maksud mengcontain RRT yang menempuh garis  arm struggle  untuk 
menghadapi imperalisme dan membebaskan negeri negeri yang masih terjajah. Oleh sebab  
itulah perpecahan kubu sosialis itu, sejak dari situ sudah mengacu pada kebangkrutan strategi 
dalam menghadapi USA. Sovyet Uni ternyata di pihak yang kalah, walaupun sosialisme sebagai 
cita  cita sulit dihancurkan atau dimusnahkan dari bumi manusia ini. Namun realitas 
perkembangan dunia menyatakan USA mengungguli Uni Sovyet dan RRC, paling paling sampai 
ke permukaan abad ke XXI ini.mengenai  Uni Sovyet, saya meminjam istilah Fidel Castro:  ia 
sudah  mengadakan bunuh diri . RRC yang dahulu  mengutuk Khrushchev sebagai  penempah 
restorasi kapitalisme , tampaknya sekarang mengancik ke arah jalan itu juga.   
Oleh sebab itu saya ingin bertanya, apakah pelajaran sejarah abad ke XX belum cukup   keras, 
belum cukup   jelas, belum cukup   pedih bagi bangsa negara kita  untuk lebih kuat kembali tegak 
berdiri di atas kepribadiannya sendiri yang sudah  ditunjukkan oleh sukarno  di dalam 
 Lahirnya Pancasila . Tentu saja bukan secara Politik  ..à la Orde Baru diktator Soeharto! Tiga 
tungku yang prinsipal dari Pancasila dan tujuan R.I.: 1) Berketuhanan yang Maha Esa, 2) Sosio  
Nasionalisme, 3) Sosio demokrasi. Menghilangkan salah satu dari ketiga tungkunya itu, berarti: 
mengkhianati Pancasila. Di dalam ilmu politik kontemporer, Pancasila itu disebutkan juga sama 
dengan Sosialisme negara kita . Tentulah dipahami bahwa sosialisme itu bukan komunisme! 
Beberapa negara kapitalis di Eropa dengan sistem demokrasi liberal dan partai sosialisme bisa 
juga mencapai nilai  nilai sosialisme dalam taraf tertentu, yang spesifik, seperti Swedia, Prancis, 
Belanda dan lain lain, walaupun tidaklah mungkin dalam arti  sama rata dan sama rasa , namun 
rakyat pekerjanya memperoleh  haknya, yaitu jaminan sosial.   
Sosialisme yaitu  satu cita cita, satu ideal. Tuntutan hati nurani rakyat, disingkat TUHANURA. 
Ini yaitu  Matahari Abadi, yang menghayati sejarah. Panggilan sejarah itu yaitu  progres. 
Progres atau kemajuan masyarakat berbangsa itu yaitu  panggilan atau suruhan Tuhan! Selama 
masih ada kekolotan, kemiskinan dan penindasan oleh manusia atas manusia dan oleh bangsa 
atas bangsa  bangsa, cita cita akan sosialisme itu akan memancar bersinar terus, laksanan 
Matahari Abadi yang takkan bisa ditutupi oleh tangan manusia siapa pun juga.   
KonperensiAsia Afrika ke I, 18April 1955 yang sudah  melahirkan Semangat Bandung itu tidak 
berhasil mencapai estafetnya yang ke II, oleh sebab tercegat atau disabot oleh kudeta Kolonel 
Boumedienne di Aljazair yang menumbangkan Presiden Ben Bella, Juli 1965. Kolonel 
Boumedienne berhasil menunggangi kontradiksi Uni Sovyet   RRC. Kabarnya D.N. Aidit 
menjadi tersengat fantasinya oleh keberhasilan Boumedienne. namun  lupa bahwa posisi Aljazair 
lain dari posisi negara kita . Boumedienne, Kolonel tentara dari FLNA, sedang  Aidit hanya 
Ketua PKI yang dicurigai tentara. Maaf, ini tidak berarti saya setuju kudeta, kudeta dari kiri atau 
dari kanan akan saya mengenai .   
Dapatlah dipahami, bahwa yang dapat menarik keuntungan dari kudeta Boumedienne yang 
mencegat berlangsungnya Konperensi AA ke lI itu, ialah Uni Sovyet dan USA. Ini bisa 
dimengerti jika  dikaitkan  dengan analisa strategi global ketiga negara besar di duni itu.   
sebetulnya , saya sudah merasakan firasat akan adanya bahaya yang mengancam Setiakawan 
AA. Ini akibat tidak diikutdan kannya Sovyet Uni sejak dari Konperensi AA ke l di Bandung. 
Sementara` berjalannya persiapan Konperensi AA ke lI di Aljazair, dan KBRI Havana bersiap 
siap juga  untuk mengadakan perayaan penyambutan Konperensi AA ke lI di Aljazair ini , 
Dubes Mongolia, Sr. Gundiin Baga, mengunjungi saya di KBRI tiga atau empat kali. Acaranya 
yang itu itu juga, menanyakan apakah Jakarta sudah bersedia mengikutdan kan Uni Sovyet 
dalam Konperensi AA ke  II. Jelas, kudeta Boumedienne bukan hanya perebutan kekuasaan 
dalam negeri kontra Ben Bella semata mata, namun   juga sebab  akibat perebutan pengaruh antara 
Uni Sovyet dan RRC. saat  saya jumpa Letkol Marsudi sebagaichargé d'affair R.I. di Beirut, 
Libanon, saya dikabari bahwa dia menemui  Kolonel Boumedienne di Sahara, untuk 
mengabarkan sumbangan senjata R.I. kepada Aljazair sedang dilaksanakan melalui segi tiga R.I.  
S.U.  Mesir. Untuk diketahui , memang sumbangan setiakawan Uni Sovyet dalam persenjataan 
yang diperlukan  negara kita , yaitu  yang terbesar, teristimewa dalam perjuangan untuk 
pembebasan Irian Barat. namun  dalam Konperensi AA ke lI yang akan diadakan bulan Juli 1965, 
Uni Sovyet tidak diikutdan kan dan negara kita  tetap lebih condong ke RRT.   
Maka dapatlah kiranya dilihat kembali, bahwa puncak kejayaan era Sukarno yaitu  Konperensi 
AA ke I yang melahirkan Dasa Sila Semangat Bandung, di mana RRC memperoleh kesempatan 
historis keluar dari isolasi dan menancapkan panji panji setiakawan revolusioner, teristimewa 
terhadap negeri negeri Asia Afrika. namun  , namun   peristiwa kudeta Kolonel Boumedienne itu 
berarti juga  dipalunya genderang serangan offensif Nekolim terhadap Indone  sia, negeri asalnya 
Setiakawan Asia Afrika.   
Kejadian itu sebetulnya  yaitu  suatu prediksi atau lebih tepat peringatan yang harus ditanggapi 
oleh segenap elemen kubu sosialis, bahwa kubu kapitalis sudah  menancapkan panji panji 
ofensifnya mulai dari kudeta Boumedienne di Aljazair itu.namun   nyatanya tidak terjadi, jalan dan 
caranya Sovyet Uni bertabrakan dengan jalan dan langgam kerjanya RRC. berdasar keterangan saksi  cerita 
D.N.Aidit pada saya, Mikoyan, tokoh Politbiro PKUS yang terpenting, saat  berkunjung ke 
Jakarta, datang ke kantor CC PKI di Kramat, dan mengancam bahwa PKI akan dihancurkan 
jika  terus terusan menggandol ke Cina (RRC). Lalu saya bertanya: Kau jawab apa,     
Yah, orang bertamu kok, Mikoyan itu orang penting, kan . Saya tidak mengetahui  selanjutnya, apakah 
hal itu didiskusikan oleh CC PKI atau tidak, bukan urusan saya. namun  bukan hanya selentingan 
lagi bahwa CC PKI itu juga pecah di dalam. Ternyata dari pledooi Sudisman di depan 
Mahmilub: Sudisman dan Nyoto di satu pihak, D.N.Aidit dan Sjam Kamaruzzaman di pihak 
lain.   
Saya mau simpulkan tanggapan saya akan arti penting bersejarah dari Konperensi Tricontinental 
(AAA) itu, sebagai pancaran cemerlang sinarnya Setiakawan Revolusioner dari Asia Afrika  
Amerika Latin yang terakhir dalam siklus sejarah sementara ini. Dan hal itu tidak terlepas dari 
putsch GESTAPU yang memicu  jatuhnya Presiden Sukarno. lalu  Kuba mercusuar 
Amerika Latin itu sudah  mengalami pukulan juga  dari CIA atau Amerika, dengan cemerlangnya 
keberhasilan CIA di Jakarta, ia menumbangkan juga  Presiden Allende di Chili sampai mati 
dengan senjata A.K. di tangannya di istana Santiago.   
Maka membahanalah tampik sorak kemenangan kaum anti  komunis di seluruh benua, sampai 
sampai di Jakarta kaum non  komunis pun, bahkan yang tidak bisa baca ABC politik, apalagi 
marxisme, diceburkan mati ke laut dan ke sungai sungai, di pulau   Buru kan dan dipenjarakan 
tanpa proses belasan tahun . Arthur Conte yang mempersunting Konperensi AA begitu indah dan 
menariknya, di dalam bukunya CeJour là: 18 Avril 1955: Bandoung Tournant de l'Histoire 
( Hari itu: 18 April 1955 Bandung,Titikbalik Sejarah ) hanya meninggalkan mimpi yang indah 
pada bangsa In  donesia dan segenap bangsa bangsa yang dijajah oleh kolonialisme, yang 
mengikat setiakawan revolusioner Koferensi AA yang sudah  menjelmakan Semangat Bandung.   
namun   orang tidak bisa dan tidak boleh bermimpi terus terusan. Satu pagi akan terbangun dan 
melihat fakta  di hari terang  benderang, bahwa hidup manusia di zaman sekarang berasal 
dari stratagem (siasat perang ) perang  Dingin segi tiga: Amerika Serikat, Uni Sovyet, RRC itu 
tadi.namun   jangan juga  lupa, bahwa Konperensi AA, itu sendiri yaitu  manifestasi dari  produk  
ketegangan segi tiga atau tiga pola kekuatan di dunia itu. Saling baku hantam, kita terjepit.   
Mau tidak mau saya teringat kepada Pidato sukarno  di Sidang Umum PBB 1960, yang 
menawarkan filsafah Pancasila untuk Membangun Dunia Kembali. Pidato ini  ingin saya 
lampirkan di dalam buku ini di dalam dua bahasa (negara kita  dan Inggris), setidak tidaknya untuk 
menjadi manuscript tasi yang bagi saya seperti sukarno  menganggap Pancasila itu yaitu  een 
hogere optrekking, satu pengangkatan yang lebih tinggi dan lestari dari Manifesto Komunis dan 
Kapitalisme. Untuk mencapai dunia baru tanpa perang  dan berkeadilan sosial, sama sama kerja, 
sama sama makan. Apakah mungkin tercapai cita cita itu,  Mengapa tidak,  Sebagai orang yang 
beragama Agama Islam, saya menjunjung Al Qur'an Ulkarim di dalam hatiku dengan 
kepercaya anku dan tafsir yang dialektis. Bahwa Tuhan menjadi  ummatnya bergolong  
golongan, berbangsa bangsa agar saling mengenal dengan baik, selanjutnya bahwa Tuhan tidak 
akan memperbaiki nasib sesuatu bangsa, jika  bangsa itu sendiri tidak mau memperbaiki nasib 
bangsanya. Titik beratnya tergantung pada ada tidaknya kemauan. Ada kemauan, pasti ada jalan. 
mungkin  seperti ungkapan yang mengatakan: Bukan satu jalan menuju ke Roma . mungkin  
ada tujuh jalannya menuju ke Roma itu, yang terpenting sampainya, bukan jalannya, dan tentu 
saja bukan jalan pintas seperti GESTAPU atau Gestok itu! Dan pasti: bukan jalan dan caranya 
D.N.Aidit, apalagi bukan jalan dan caranya kudeta atau kapital dari negeri negeri Barat, Amerika 
dan Eropa untuk pembangunan dalam zaman apa yang disebut era globalisasi, namun pasti 
bukan jalan dengan caranya Presiden Soeharto yang akibatnya sudah lebih mempertegang 
kembali pandangan rakyat negara kita  terhadap negara negara penegak demokrasi (sekalipun 
demokrasi Barat) yang liberal itu.  
 10 Januari 1966 
Demonstrasi Pemuda Kontra Revolusioner Menyerbu Deparlu  
Di bagian di muka sudah  saya ceritakan bagaimana kesubukan saya, pergi ke Tokyo mendadak, 
untuk mengirimkan surat penting dari Presiden Sukarno yang harus secepatnya disampaikan ke 
tangan Fidel Castro di Havana, lalu saya mengirimkan anak saya sendiri, mahasiswa perkapalan 
di Tokyo (lalu  Osaka), Dias Hanggayudha, ke Havana untuk menyerahkan surat ini  
kepada ibunya, Sukendah Hanafi, agar dengan pertolongan Señora Silya Sanchez, disampaikan 
langsung ke tangan Fidel Castro. Señora Silya Sanchez yaitu  kawan seperjuangan Fidel sejak 
zaman puncak gunung Pico Turcuino dan sekarang menjabat Sekretarisnya yang terpercaya. 
Saya tidak mau memakai  saluran Deparlu untuk kepentingan surat ini . Ada cerita 
sampingan yang perlu lebih dahulu diketahui  oleh para pembaca yang terhormat.   
Di dalam buku yang diberi judul 'Jejak Langkah Pak Harto 1 Oktober 1965   27 Maret 1968  
oleh Team manuscript tasi Presiden RI, dengan editor: G. Dwipayana, Nazaruddin Sjamsuddin, 
dan penerbit PT Citra Lamtoro Gung Persada, 1991, diuraikan sbb:   
 Senin, 10 Januari. Pagi ini KAMI mengadakan rapat umum di halaman FK UI, yang juga 
dihadiri  oleh Komandan RPKAD, Kolonel Sarwo Edhie dan beberapa stafnya. Pada rapat umum 
ini untuk pertama kalinya sudah  diperkenalkan'Tritura' atau TigaTuntutan Rakyat. Ketiga 
Tuntutan Rakyat itu yaitu : 1) Bubarkan PKI; 2) Bersihkan Kabinet dari unsur unsur G30S/PKI; 
dan 3). Turunkan harga. Selesai rapat umum, para mahasiswa dengan jaket kuningnya bergerak 
menuju Departemen PTIP, dan lalu  ke Sekretariat Negara untuk menyampaikan 
pernyataan mereka. Sepanjang perjalanan antara kedua tempat ini  mereka meneriakkan slo  
gan slogan seperti 'Turunkan harga beras!', 'Turunkan harga bensin!', 'Singkirkan menteri 
goblok!', dan lain lain.    
Lalu, di sini saya mau bertanya kepadaTeam manuscript tasi Presiden RI ini : Mengapa kok 
hanya diberkata  para mahasiswa dengan jaket kuningnya bergerak menuju Departemen PTIP, dan 
lalu  ke Sekretariat Negara, namun  tidak mau mengatakan bahwa sebelum ke Sekretariat 
Negara mereka berbelok dahulu , berdemonstrasi ke Deparlu, memberantaki segala meja dan 
lemari lemari dan  segala surat surat penting dan kertas kertas kantor Deparlu itu sehingga 
bertebaran di jalanan memenuhi Lapangan Pejambon, sebelum sampai bergerak ke Sekretariat 
Negara,  Malu,  sebab  biasanya mahasiswa itu orang yang terpelajar,  Malu,  Apa sebab  buku 
itu mencatat 'Jejak Langkah Pak Harto dari 1 Otober 1965   27 Maret 1968 ,   
Sekarang saya kembali pada pembicaraan subjudul ini  di atas. Setibanya di Jakarta kembali 
dari Tokyo, esok harinya saya langsung pergi ke Istana Merdeka. Hari itu tanggal l0 Januari 
1966. Saya lihat Presiden Sukarno dengan para Deputies: soebandrio  , Leimena, Chaerul Saleh, 
memberi isyarat kepada saya. Di situ ada juga Duta Besar Pakistan dan Duta Besar Filipina. 
Chaerul Saleh yang selalu atent pada saya, langsung berteriak: 
 Fi, ayo ikut . 
 Mobil mana,   tanyaku. 
 Mobil mana saja , jawabuya. 
 Ah , senang hatiku memiliki  kawan seperti Chaerul Saleh.  
Teringatlah saya, jika  tidak lantaran saudara Sidik Kertapati bertemu dengan saya, yang 
mengingatkan, jika  saya masih sayang sama Chaerul Saleh, jangan biarkan sampai tengah malam  ini 
di Penjara Gang Tengah itu, sebab kabarnya dia akan di bon  oleh Tentara Siliwangi (Kolonel 
Kawilarang), dengan alasan akan dipindahkan ke Bandung, akan ditembak mati di tengah jalan. 
Saya lalu tidak jadi pergi ke Gang Tengah, semula mau ketemu saudara Setiati Surasto, agen 
distributor Mingguan Pancasila yang saya terbithan saat  masih diYogyakarta. Saya balik ke 
rumah, ambil mobil, terus saya larikan ke istana, bertemu dengan Presiden Presiden Sukarno, 
mendesak beliau agar menyelamatkan Chaerul Saleh. Itulah sebabnya mengapa Jaksa Agung 
Suprapto segera dipanggil mendadak ke Istana.   
Selanjutnya lalu  Chaerul Saleh dikirim ke luar negeri untuk studi di Swiss. Ajudan Mayor 
Prihatin terheran heran dengan kedatangan saya, dia diperintaLkan untuk membawa bawa  Jaksa 
Agung Suprapto ke Istana Negara dengan segera. Pikir pikir, untunglah ada  jembatan  seperti 
saya ini, yang menghubungkan sukarno  dengan Rakyat Pejuang. peranserta   jembatan  ini 
gerakan gerakan egang sejak zaman Jepang, sampai ke jaman Revolusi, terus sampai sekarang. Lebih baik jadi 
 kacung  Revolusi dibandingkan  jadi jendral petak pengkhianat, murtad kepada cita cita bangsaku.   
Matahari di Jakarta sama panasnya dengan di Kuba.Tanpa pilih  pilih mobil mana yang akan 
kunaiki, saya lompat ke dalam sebuah mobil yang paling dekat. Saya tidak tabu mobil siapa, saya 
naiki saja. Tak disangka, mobil yang kunaiki yaitu  milik Duta Besar Philipina. Mobil Presiden 
bersama Menlu soebandrio   di dalamnya, Leimena dan Chaerul Saleh, di belakangnya mobil Duta 
Besar Pa  kistan, dan saya dengan Duta Besar Filipina berada di paling belakang. Saya 
memperkenalkan diri, menyalaminya, sambil minta maaf akan kedatangan saya yang 
mengganggu itu.  No, no, not at all, we are in a situation of a revolution, isn't,  , senyumnya 
simpatik. Ke mana kami semua pergi,  Saya tidak diberitahu   tadi akan ke mana,    
Ternyata segera lalu  semua mobil menuju ke Pejambon, ke Gedung Departemen Luar 
Negeri, yang ternyata sudah  diserbu, diserang oleh kaum demonstran yang menuntut  Gantung 
soebandrio  , Haji Peking! , sebagaimana nampak pada poster yang tergeletak. namun   yang lebih 
mengenaskan hati saya, masya'allah, saya lihat isi gedung Deparlu itu diberantaki semoa, meja 
meja, lemari lemari, ada yang patah patah dilemparkan di pelataran dan di jalan. manuscript  
manuscript , kertas kertas berserakan, bertaburan di mana mana, sampai di seberang jalan, sampai 
ke pinggir kali Ciliwung itu.   
Kami semua turun dari mobil mengiringi Presiden Sukarno memasuki gedung itu. Tidak bisa lagi 
lincah menghindari kertas  kertas, surat surat atau manuscript  entah apa, dengan terpaksa  terinjak di 
bawah telapak kaki kami. Malu sekali rasanya, sebab drama itu disaksikan oleh wakil wakil 
negeri sahabat, Pakistan dan Filipina dan tentu saja akan segera diketahui  oleh wakil wakil 
negeri lainnya. Artinya muka Kepala Negara negara kita  ditampar tampar secara brutal mentah 
mentah di muka dunia oleh pemuda pemuda kesurupan yang tidak menyadari apa sebetulnya  
yang mereka lakukan itu.   
Tiba tiba Presiden Sukarno memanggil saya, mukanya geram berkata:  Hanafi, coba lihat ini, 
apa ini jika  bukan perbuatan kontra  revolusioner,     
Tentulah saya tidak bisa lain kecuali menjawab: Ya, betul betul kontra revolusioner . Semua 
orang yang menyambut kedatangan kami, umumnya pejabat atau pegawai Deparlu, walaupun 
berjarak beberapa langkah, pasti melihat bagaimana wajah Presiden saat  itu, dan tentulah 
mendengar betul ucapan pertanyaan beliau dan  jawaban penegasan saya tadi.   
Peristiwa hari itu, ternyata membawa bawa   buntut  yang panjang, yang melilit dari kaki sampai ke 
leher saya.Mulai dari sinilah bisa diketahui  mengapa saya secara non konstitusional dan dengan 
cara memperkosa aturan dicopot dari jabatan, dan lalu , walaupun jelas ada pihak pihak 
yang membolehkan saya pulang  dari tempat pembuangan di Paris, ada juga  pihak pihak yang 
menghambat.   
Persis di belakang saya berdiri Kapten Supardjo Rustam. Mataku melirik kepadanya, sesudah 
saya berkata  Ya , menyambut pertanyaan Presiden tadi. Tampak mukanya geram, mulutnya 
mengguman kata kata apa apaan ini . Itu saya ingat sampai sekarang, tidak akan lupa.namun  saya 
tidak menghiraukan itu. Memang saya tidak terlatih berjiwa  mata mata  yang mencatat dan 
mencurigai segala sesuatu. Sifatku selalu terbuka dan bersangka baik hampir kepada semua 
orang. Saya tidak mengetahui  apa misi aya Supardjo Rustam di Deparlu. Dahulu, sebelum saya 
berangkat ke Kuba, setiap kali saya datang ke istana, saya selalu melihat ada dua orang, 
walaupun saya tidak mengetahui  apa misi  resminya di sana itu. Orang itu Kapten Supardjo Rustam itu, 
yang jika  menegur, menyapa saya membayangkan sikap samar samar simpatisan Partai Murba, 
sebab sepengetahuan   saya dia berteman dekat sekali dengan Chaerul Saleh, Sukarni dan Pandu. Yang 
seorang lagi yaitu  Letnan AURI Moerdiono (sekarang Sekretaris Negara). Kata orang, masih 
ada tali hubungan famili dengan sukarno , yaitu kata Pak Hardjowardojo, walaupun saya mengetahui  
sifat sukarno  mengenai  urusan famili itu  sekunder . Baginya yang terpenting kebaktian pada 
Negara dan Revolusi.Jelas ditambah  ya dengan Presiden yang sekarang ini, yang nespotik. Keluarga 
nomor satu, negara nomor dua. Terhadap saudara Moerdiono ini saya memiliki   sangka baik  saja, 
saat  itu dia masih mahasiswa.   
Di sini saya ingin meminjam gurau satirik dari Duta Besar Filipina tadi, kita berada dalam 
suasana revolusi . Maaf, saya lupa namanya saat  menyalami saya. Dipikir pikir lagi, memang 
sungguh tepat ucapannya itu.Walaupun ada saja orang  tidak menginsafi tipe apa dan 
apakah karakter  revolusi  yang sedang kita alami itu. Sejak dari masa mudaku, saya hidup 
dalam masa revolusi sampai ke puncaknya, Revolusi Nasional Angkatan 45 sampai meningkat 
lagi ke Persitiwa 65 dan dari kontra revolusi 1966 sampai ke 1997, sampai sekarang.Yang dahulu  
ku alami yalah revolusi dari bawah, meruntuhkan gunung kolonialisme yang menindas rakyat 
dan bangsa negara kita  tiga setengah abad. namun  sejak Oktober 1965 sampai sekarang   kontra 
revolusinya GESTAPU dan kita berada dalam likunya arus sejarah, yaitu: kontra revolusi dari 
atas yang nilai nilai dan  cita  cita bertolak belakang, langsung bertabrakan dengan nilai nilai 
dan cita cita Revolusi Angkatan 45 yang sudah  tersimpul dalam Pancasila.   
Secara politik di atas pentas sejarah kemerdekaan nasional bangsa negara kita , sudah  datang 
kembali kolonialisme lama dengan pakaian baru, yang disebut oleh sukarno  sebagai neo 
kolonialisme, yang arti kongkritnya yaitu  penjajahan negara kita  oleh bangsa negara kita  sendiri. 
Sebab kolonialisme tidak mengenal kebangsaan! Itulah feno  mena yang paling hakiki dari 
naiknya Soeharto di balik kata  pem  bangunan  yang gemerlapan selama 30 tahun  itu. Tidak 
usahlah saya mencupliki lagi satu per satu bulu bulu raksasanya  moneter  pembangunan itu 
yang laksana Raksasa Dasamuka kelaparan meng  hentak hentakkan kakinya dan mengkibas 
kibaskan tangannya di seluruh aspek kehidupan dan kekayaan tanah air negara kita . Semna 
struktur kepribadian nasional yang memiliki  kesaktian hidup tak akan mati, tak akan hancur lebur 
selama ada bangsa negara kita  di dunia ini.   
Undang Undang Dasar 1945 dan Pancasila, itu yaitu  hasil puncak yang terpuncak dibandingkan  
jeritan manusia selama berabad  abad dalam mencari keadilan dan kemakmuran hidup berperi  
kemanusian di dunia kita ini. Sejak dari Tiongkok, Mesir dan Babylonia, 50 abad sebelumJesus 
Christus (B.C.), sampai ke zaman Yunani (Griek) di abad ke 8 (B.C.), di mana lahir Republik 
yang pertama  di dunia dengan pujangga pujangganya seperti Herodotus dan Thucydides, 
Socrates, Plato dan Aristoteles, sampai ke Roma pada zaman Agustinus yang melahirkan corpus 
juris civilis (lembaga hukum civil) 527 565 B.C., hal mana yaitu  sumbangan yang terpenting 
dari zaman Romawi Raya itu. lalu  langkah sejarah berderap terus sampai ke zaman Magna 
Carta yang menentang despotisme Inggris di mana King John (1275) yang mencantumkan  no 
freeman might be arrested, imprisoned or punished in any way, except after a trial by his equals 
and in accordance with the Law of the Land  (Tidak boleh ada orang (rakyat) bebas dipenjarakan 
atau dihukum dalam kondisi  bagaimanapun juga, kecuali sesudah melalui Pengadilan yang 
dilakukan oleh orang  setingkat dengannya dan sesuai dengan Perundang undangan 
Negeri). Sejarah lalu  menggenggam terus di tangannya Magna Carta itu sampai ke dalam 
Parlemen yang pertama di dunia, di zamannya Dinasti Tudor, sekalipun namannya Absolutisme 
(1603   1714). Parlemen Inggris dengan Magna Carta itu lalu  menjadi lebih maju lagi di 
zamannya Revolusi Besar King Charles II (1660   1685), di mana  rakyat Inggris menghendaki 
tetap adanya Raja, namun   menghendaki Rajanya itu memerintah di bawah advisnya Parlemen , 
lahirlah Habeas Corpus pada tahun  1679. Para ahli hukam kita tentulah tidak bisa 
mengesampingkan makna Magna Carta dan Habeas Cor  pus Act itu, yang intisarinya juga 
tertuang di dalam UUD '45 kita. Sebelumnya Pembukaan Declaration of Independence Amerika 
4 Juli 1776 menyatakan bahwa gabungan koloni koloni berhak bebas dan menjadi negara 
berdaulat. Jiwa Magna Carta dan Habeas Corpus Act itu lalu  tertampung juga  di dalam 
Parole nya Revolusi Prancis: Liberté, Egalité, Fraternité. Sejarah maju terus, namun   di negara kita  
dibuat  munduuuur!   
Tuan tuan ahli hukum di negara kita , mengapakah semua orang, semua elemen yang tersangkut 
langsung atau tidak langsung dengan Peristiwa G30S (GESTAPU/PKI) tidak diusut dan dibawa 
ke Sidang Pengadilan, hanya Presiden Sukarno saja yang dicecer, sedang  LetnanJendral 
Soeharto yang tersangkut langsung dan tidak langsung tidak diutik utik. Dan satu juta jiwa 
rakyat yang tidak bersalah dijadikan korban pembantaian tanpa diusut dan dibawa ke 
Pengadilan,  Siapa sutradara siapa aktor peranserta  utamanya yang pertama  tama dari drama 
holocaust itu,  Akh, wahai, alma mater.... Itukah nasibmu di negara kita ,  Saya khawatir 
harimaunya arwah Montesqieu denganTrias Politicanya akan mengerekah kepala kepala ahli 
hukum kita di negara kita . Mudah mudahan tidak, Insya Allah.   
Sebab, ilmu dasar negara sojak zaman Renaissance (abad XIV) mengajarkan: Politik yaitu  
Panglima. Mulai dari zaman Renais  sance feodalisme diruntuhkan, kepalanya Demokrasi mulai 
muncul, lahir dari dalam perut gendut penindasan feodalisme, dan bayi Demokrasi itu dibuai 
buai dan disayang ditimang oleh rakyat rakyat yang tertindas di bawah kaum feodal: Milan, Pisa, 
Genoa, Florence, Venesia dan lain lain bergerak memberontak mencampakkan penindasan 
feodalisme yang bertengger di atas bahunya. Ya, itulah yang menandai kelahirannya kembali 
Demokrasi, seperti pertam kali ia pernah  mahir di zaman Yunani Kuno.   
namun  , di negara kita , tanahairku, sejak 1965 panglima panglimalah, dalam fakta  dan secara 
harfiah menguasai politik, bukan lagi kaum ilmuwan dan kaum pergerakan  . jika  kaum militer 
yang berkuasa, senjatanya bukan lagi logika dan dialog, namun  senapan  dan bayonet. Lembaga 
lembaga kenegaraan dari suatu Republik, lembaga lembaga eksekutif, legistatif, yudikatif 
ditundukkan kepada senapan  dan bayonet. Itulah dia pemerintahan  Republik  negara kita  sejak 
tahun  1965 sampai sekarang. Kepada kawan kawanku pejuang Angkatan 45 yang sudah  
memberikan pengorbanan penuh pada Republik Proklamasi 17 8 45 dan Angkatan Muda 
penerusnya (bukan apa yang disebut  Angkatan 66  yang sudah  kesasar, sesat di jalan itu!), 
baiklah merenungkan kembali semuanya itu.   
Peristiwa disebut dan dikacau balaukannya seluruh isi Deparlu (Kementerian Luar Negeri) yang 
diceritakan di atas tadi, yang dikatakan oleh sukarno  sebagai suatu perbuatan  kontra  
revolusioner , merupakan  tembakan salvo  bagi demonstrasi  demonstrasi brutal yang 
menyusul beberapa hari lalu  oleh organisasi pemuda KAMI dan KAPPI.   
 Sialan banget  saya, sebab yang membentuk KAMI/KAPPI itu yaitu  Brigjen Dr. Sjarif 
Thayeb, Menteri PTIP yang saya kenal baik sejak di sekitar hari hari Proklamasi 17 Agustus 
1945. Saya turut mengusulkan dia menjadi anggota KNIP bersama Adam Malik, dan isteri saya 
Sukendah, bekas Ketua Lembaga PUTRI, sebagai wakil wakil dari Pemuda Menteng 31. saat  
itu dia belum menjadi dokter, masih mahasiswa di Ika Daigaku (sekarang kedokteran U.l.). Saya 
mengusulkan Sjarif Thayeb, sebab  saya merasa berhutang  budi pada ayahnya, Bapak Tengku 
Thayeb (Kepala Penjara Bukit Duri) yang membantu kami keluar dari penjara ini . Hal ini 
saya uraikan dalam buku  Menteng 31: Membangun Jembatan Dua Angkatan .   
Saya lanjutkan sedikit cerita  kesialan  saya tadi. saat  saya akan kembali ke Kuba pada akhir 
bulan Januari 1966, saya singgah di rumah Dr. Sjarif Thayeb guna berpamitan dan mau 
menanyakan jika  jika  ada sesuatu yang bisa saya bawakan untuk kakaknya , Mr. Ismail 
Thayeb, Duta Besar di Mexico. Apalagi mengingat Sjarif itu dokter keluarga saya. namun  Sjarif 
tidak berani keluar menerima saya. Sesudah agak lama saya menunggu, isterinyalah yang datang 
menemui  saya, sambil minta maaf, mengatakan bahwa suaminya masih tidur, sebab tadi 
tengah malam  sampai laat, di rumah itu ramai sekali dengan pemuda pemuda, membentuk organisasi 
KAMI dan KAPPI. Jadi sepengetahuan   saya, organisasi KAMI dan KAPPI resminya baru dibentuk di 
bulan Januari 1966, sedang  demonstrasi demonstrasi yang berlangsung sesudah  terjadinya 
demonstrasi ke Kementerian Luar Negeri itu baru di atas namakan pemuda pemuda dan 
mahasiswa saja. Demikian, jika  saya tidak salah.   
Di dalam buku  Bayang bayang PKI  yang disusun secara baik dan rinci oleh Goenawan 
Mohamad  (1995), disebutkan bahwa KAMI dibentuk akhir Oktober 1965. Mungkin juga 
itulah yang betul. namun  saat  itu saya belum datang dari Kuba.   
Dr. Sjarif Thayeb dan Kemal Idris memang bersahabat, keduanya saya kenal. Mereka sama sama 
TNI dari Divisi Siliwangi. Kemal Idris memang boleh dikata beroepsmiliter, seorang tentara 
profesional. Dia berasal dari PETA. sedang  Dokter Sjarif Thayeb seorang dokter Tentara, di 
samping itu buka praktek partikelir di Jalan Kwitang, sesudah saya kembali dari Yogya. 
Andaikata saya seorang Panglima, tanpa ragu ragu saya anggap patut Kemal ini diangkat 
menjadi Kepala Staf sebab  rasa disiplinnya kuat, bukan saja pada anak buahnya, juga terhadap 
dirinya sendiri. Dan dia memiliki watak pemberani. Saya kenal saudara Kemal Idris saat  saya 
dan Pak Haji Agus Salim bekerja sebagai Penasihat di kantor Gunseikanbu Shidobu, di Jalan 
Budi Kemuliaan. Di situ bekerja juga para Shodanco Zulkifli Lubis, Kemal Idris, Daantje Mogot, 
dan Otto Djajasuntara. namun  saat  itu (sebelum Proklamasi) sudah tampak sifat dan watak 
militernya memang, dari Kemal Idris dan Daantje Mogot. Mogot korban pertempuran pertama, 
betul betul bertempur waktu melucuti Jepang di Tangerang, di sekitar hari hari sesudah 
Proklamasi Kemerdekaan. Pada Hari Proklamasi 17 Agustus 1945, saya teringat kepada Kemal 
Idris, saya lari ke kantornya dan menyerahkan padanya satu lembar stensilan Proklamasi 
kepadanya untuk memberitahukan  bahwa kita sudah Merdeka. Kertas itu diterima dengan 
terkejut.  Ah, ini mesti dilaporkan pada Chudancho , katanya bergegas masuk ke dalam. Tentu 
saja saya segera  hengkang  dari tempat itu. jika  itu bukan tandanya kuat berdisiplin pada 
bossnya, apalagi itu namanya. Padahal situasi sudah berganti rupa.   
Sesudah itu saya tidak bertemu lagi dengan Sjarif Thayeb dan Kemal Idris. Baru saat  terjadi 
apa yang disebut percobaan kudeta Nasution pada tanggal 17 Oktober 1952  saya lihat dan saya 
bertemu dengan mereka berdua itu di Istana Merdeka. Langsung saya menanyakan pada Sjarif: 
 Sjarif; ini apa apaan ini,     
Dia nyengir nyengir tertawa:  Mau menegakkan demokrasi, bung .   
Tukasku: Apa itu tank tank dengan mulut meriam mengarah ke istana itu maunya demokrasi,  .   
namun   untuk mengetahui  hal yang sebetulnya  bacalah buku Manai Sophian. sepengetahuan   saya, Sjarif Thayeb 
dan Kemal Idris pada dasarnya tidak anti Sukarno, namun  anti PKI memang. kakak  Sjarif, 
komunis, sejak dari zaman CPN di negeri Belanda, Ir. Tahir Thayeb. Lainnya tidak. Saya kenal 
semua, sampai ke adiknya Muchtar Thayeb. Sekarang, sesudah meledaknya pemberontakan 
GESTAPU, mereka berdua (Sjarif Thayeb dan Kemal Idris) itu muncul lagi untuk 
bekolaborasi .Yang satu dahulu  sebagai Mayor, sekarang sebagai Brigjen, yang satu lagi 
mengendalikan pemuda dan mahasiswa sebagai tombak perjuangan. Satu mengendalikan 
RPKAD sebagai stoot troop perjuangan Orde Baru yang ternyata sekarang melemparkan 
Demokrasi ke tanah mencium debu, walaupun di make up dengan nama Demokrasi Pancasila, 
yang lebih koprot (rotte kop!) dari Demokrasi Terpimpin yang diejeknya dahulu itu.   
namun   jika  kita singgung istilah politik Demokrasi itu, maka hukum dialektika berlaku 
terhadapnya. Demokrasi dari siapa dan untuk siapa,   Demokrasi Terpimpin  yaitu  demokrasi 
dari sukarno , Pemimpin Besar Revolusi untuk cita cita Revolusi Agustus 1945. 
sedang  Demokrasi Pancasila  yaitu  demokrasi untuk menjamin investasi  kapital asing 
demi kelangsungan metode pembangunan ..à la Orde Baru, yang memiliki  dampak memicu  semua 
jadi serba semu pura pura. Kenakanlah pada UUD'45, pada Pancasila, pada DPR, pada MPR dan 
pada apalagi dan pada apa saja. saat  saudara Hasjim Ning (sekarang almarhum) menemui  
saya di Paris dengan seakan akan minta maaf, menumpahkan segala penyesalan dan 
kekecewaannya sebab  atas desakanJendral Soeharto, sudah  ambil bagian dalam menjatuhkan 
sukarno , ia berkata:  Ya, Bung Hanafi, sekarang jadinya sudah begini, seperti ORFAL yang 
mengongkosi perjalanan saya ini, semuanya semu, kelir Orfal, pura  pura hitam bukan hitam, 
pura pura putih bukan putih. Fiat dan General Motor, hasil ambil alih kita dahulu , nasionalisasi kita 
dahulu , bukan memiliki  saya lagi, semuanya jatuh ke Cina.    
Kasihan Hasyim Ning itu, semoga arwahnya diterima baik oleh Tuhan. Hasyim Ning dan 
Dasaad, pengusaha nasional kita, apalagi Dasaad, memang pengusaha yang ulet. Ditemani oleh 
Dasaad itulah, Hasjim Ning menghadap kepada sukarno  beberapa jam sebelum kedatangan 
tiga Brigjen:Amir Mahmud, Jusuf dan Basuki Rachmat. Mereka datang untuk mendesak Bung 
Karno agar memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada Jendral Soeharto. Hasjim Ning dan 
Dasaad sudah   dibujuk bujuk  oleh Brigjen Alamsjah Ratu Prawira Negara, asal sedaerah dengan 
saya, Sumatra Selatan Jemo Baturaje) agar   pergi ke Bogor ngelesin sukarno  agar   
menyerahkan kekuasaan yang lebih besar kepada Letnan Jendral Soeharto. Alamsjah saat  itu 
menjaba tAsisten Keuangan Angkatan Darat, sejak semula sudah anti Sukarno sebab  terbawa 
arus Dewan Garuda sampai terbawa bawa ke PRRI/Permesta. saat  pada tabun 1957, saya 
menjadi Menteri Kabinet Karya Djuanda, Kang Djuanda sebagai Perdana Menteri, menyarankan 
agar saya pergi ke Palembang guna memperingatkan Kolonel Barlian (masih kemenakan saya, 
sebab  kawin dengan kemenakan saya puteri Demang Bachsir dari Manna   Bengkulu) agar   
jangan terpancing ikut ikutan Dewan Banteng di Sumatra Barat yang mau menentang 
Pemerintah Pusat.   
Saya peringatkan: Jangan terpancing oleh siasat Kolonel Zulkifli Lubis itu. Zulkifli Lubis itu 
orang berdosa, dahulu  dia kami tangkap, sekap di Menteng 31 sebab  dia menjadi anggota Kipas 
Hitam (intel Jepang). Untuk menyelamatkannya saya serahkan pada sukarno  di 
PengangsaanTimur 56, dan oleh sukarno  diserahlc~n kepada Amir Sjarifudin, Menteri 
Penerangan yang menyelamatkannya juga  dengan mengirimkarmya keYogya untuk mendirikan 
P.M.C. (Polisi Militer Chusus). Kok sekarang dia menentang sukarno , ini 'kan berdosa 
namanya! Dan Pemerintah Pusat pasti akan meng  hancurkan setiap pergerakan  separatis, walaupun 
memakai  nama segala macam binatang!  Saya nasihati demikian juga saudara saya Major 
Marzaki, yang menjadi Komandan CPM.   
Uraian di atas yaitu  percakapan saya dengan saudara Hasjim Ning saat  dia datang 
mengunjungi saya ke Paris. sebetulnya  kedatangan Hasjim Ning itu menyatakan penyesalannya 
yang tak terhingga kepada saya atas perbuatannya pergi ke Bogor membujuk  bujuk sukarno  
itu. Dia teman saya, saya mengetahui , saat  sukarno  di Bengkulu, saya kenal dengan ayahaya, Pak 
Ning, yang datang ke rumah sukarno  menghadiahkan sebuah sepeda Fongers kepada Bung 
Karno. lalu  Hasjim Ning diam diam mengeluarkan dua check blok yang masing masing 
berisi 10 lembar, sesudah ditekennya, dia menyuruh saya meneken juga .   
 Apa ini, dan untuk apa ini,   tanyaku.  
 Teken saja. Masa' sudah lupa meneken check,   Seluruhnya 10.000 US dollar.   
 Ini untuk bikin selamatan mendoakan pemimpin kita sukarno  , kata Hasjim. Itulah 
pertemnan saya dengan Hasjim Ning selama saya dalam pembuangan di Paris yang pertama kali, 
namun  juga yang terakhir. Dia meninggal lebih dahulu . Inna lillahi wa Inna Ilaihi Roji'un!   
Dibanding dengan Sjarif Thayeb dan Kemal Idris, lain lagi Kapten Murtono, yang di awal Orde 
Baru menjabat Ketua DPR. Hebat! Kapten, asal PESINDO Madinn ini, turut duduk bersama 
kami dalam Dewan Harian Angkatan 45, mewakiliJendral A.H. Nasution. Sekali kami 
mengadakan rapat Dewan Harian Angkatan 45 di rumah saya, Jalan Madura No. 5, dalam rangka 
mempersiapkan Musyawarah Besar Angkatan 45 (Mubes ke II), 19 Desember 1953. hadir pula  di 
antara lainnya Chaerul Saleh, A.M. Hanafi, Harjoto Judoatmodjo, Bambang Suprapto, Sudisman, 
Pandu Kartawiguna, Moh. Imamsjafi'ie (Bang Piti) dan Amir Murtono. Dia datang lebih dahulu  
dari saya. Dalam omong omong dengan saya, tiba tiba nyeletuk:  Jangan Bung kira tidak ada 
orang lain bisa jadi Presiden . Sekarang saya~terpikir kembali, mestinya saya tanggapi baik baik 
ucapan yang loncat dari mulutnya itu, namun   saat  itu saya terlalu percaya  tidak mungkin ada 
orang yang bisa menggantikan sukarno  dengan segala kwalitasnya sebagai Pemimpin Besar 
Revolusi. Ucapan tadi saya anggap angin lalu saja, atau sinting.   
Ternyata dia itu yaitu  salah satu  kapal selam  di bawah lautan era Sukarno. Itulah ditambah  ya 
dengan Sjarif Thayeb dan Kemal Idris, yang gerakan gerakan andang dalam perumpamaan sebagai kapal 
penjelajah yang penting, hebat, membukakan pintu gerbang bagi Orde Baru.   
sebetulnya  nama  Orde Baru  itu tidak orisinil negara kita , namun  jiplakan dari  O Estado Novo  
dari Getulio Vargas, Presiden/Diktator fasis Brazilia, yang dengan licik dan licin sudah  
menegakkan Orde Baru pada tahun  1937. Dia membubarkan Partai Fasis Brazilia, namun  
mengangkat dirinya sendiri menjadi Presiden yang fasistis, Presiden yang tidak mau terikat oleh 
partai politik. Carilah sendiri di mana persamaannya dalam segala metode dan taktiknya pada 
Presiden Soeharto dengan Orde Baru negara kita .   Saya mau tutup bagian ini dengan pernyataan bahwa saya tidak memiliki  rasa dendam pada mereka 
itu, sebab  dipimpin oleh kesadaran bahwa di dalam perjalanan hidupnya, manusia bisa kadang 
kadang tersesat di jalan tanpa diinsafinya, sebagai akibat bertabrakannya secara immanent dua 
pola pandangan hidup yang antagonis antara kerakyatan dan non kerakyatan di ladang 
kerezekian hidup masyarakat.  
Di Atas Jembatan Gantung  
jika  badan dan umur sudah menjadi tua, bagaikan matahari yang dari 
pantai kelihatan pada sore hari akan terbenam ke lautan, banyaklah kenangan 
di masa silam muncul kembali dari dalam ingatan.   
Teringat saya akan masa saya masih bocah, belum masuk ke sekolah dasar, 
di desa kelahiran saya di Marga Ulu Talo. Di atas sebuah anak sungai, 
tergantung sebuah jembatan gantung yang dibuat oleh penduduk dari tali ijuk 
dan potongan bambu yang tersusun susun, yang dapat dipakai  orang untuk 
menyeberangi jurang kecil itu, jika  tanpa membawa bawa  barang yang berat 
berat. namun  pernah  beberapa kali, di kala hujan lebat beberapa hari tak 
berhenti, jembatan itu menjadi terputus dan hanyut oleh air kali kecil yang 
berubah menjadi air sungai yang besar dan membanjir. Namun sebab  itu 
merupakan kebutuhan hidup bersama, orang dusun pun bergotong royong 
memicu  lagi jembatan gantung yang baru dan lebih diperkuat, walaupun 
tidak akan sekuat jembatan model Bailey yang betul betul. jika  orang 
berjalan di atas jembatan gantung itu, mesti berjalan pelahan lahan, 
mengikuti ritme ayunan jembatan agar tidak terjatuh. Saya dengan anak anak 
sekampung suka juga bermain main dengan ayunan jembatan itu.   
Sesudah terjadi peristiwa demonstrasi pemuda mahasiswa yang merangsek 
ke dalam pekarangan Istana Bogor pada l5 Januari 1966, saat  sedang 
berlangsung Sidang Kabinet yang diperluas, saya jadi sentimental, terkenang 
akan jembatan gantung di kampungku di masa kanak kanak. kondisi  di 
Jakarta tambah kacau, demonstrasi hampir terjadi setiap hari dan bertambah 
galak. Aksi aksi penggembosan mobil yang dilakukan di jalanan 
menghambat lalu  lintas. Polisi penjaga keamanan lalu lintas menjadi 
kewalahan, juga menjadi takut, takut dicap GESTAPU, dan GESTAPU itu 
di  identikkan dengan komunis. Sebuah kabar tersiar, yang mengatakan 
 sudah ada empat orang Pemuda Rakyat di tanah abang  yang ditemukan 
orang tergantung mati di pohon . Sudah ada poster yang menuntut  Gantung 
D.N.Aidit dan konco konconya! ,  Bubarkan PKI!  dan lain sebagainya.   
Mewaspadai kondisi  situasi yang tambah meningkat hangat dan kacau itu, 
saya terkenang kembali pada jembatan gantung dari bambu dan tali ijuk atau 
tali akar rambat di kampungku ini  di atas. Saya sudah waspada akan ada 
bencana banjir datang mengamuk. Saya, sukarno  dan Chaerul Saleh dan 
semua kaum Sukarnois akan dihanyutkannya ke lautan sejarah, jika  tidak 
cepat berlalu ke seberang dari  jembatan gantung  itu. Jembatan gantung itu 
dalam fantasiku adakan political solution yang sudah  saya usulkan:  Redress 
semua partai politik, lalu  bangunkan kembali, tanpa PKI .Tegasnya 
ialah pembubaran PEtI. PKI sudah menjadi  kartu mati . Dua sayap dari 
Rajawali Nasakom sudah patah, kebrangesan di kuali subversi Nekolim: 
golongan A dan Kom.Ternyata A.Yani benar, mestinya jangan nasakom, namun  
nasasos! sedang  golongan  nas  terjangkit penyakit anemia, kekurangan 
darah.   
Saya mewaspadai, bahwa situasi yang kacau itu tidak mungkin terjadi tanpa 
dihasut dan dibacking oleh tentara yang de facto sudah kuasai oleh Letjen 
Soeharto. sedang  Menko Menpangad Jendral A.H. Nasution olehnya 
sudah dikepinggirkan sejak kejadian 1 Oktober 1965, een brutale 
overrompeling, tindakan dadakan yang kurang ajar.   
Dalam ilmu strategi peperang an modern, sebelum serangan umum 
dilancarkan, serangan psywar (perang  urat syaraf) digerakkan terlebih 
dahulu. Psywar itu sudah bertambah luas sejak 1 Oktober 1965, meningkat 
ke demonstrasi Depadu, meningkat lagi ke demonstrasi di Istana Bogor dan 
dikembangkan, diperluas dengan berbagai isu yang serem serem. sedang  
di daerah daerah diJawa Tengah, di Jawa Timur, di Bali dan di Sumatra 
Utara dan lain lain di luar Ibu KotaJakarta berlangsung pembunuhan kejam 
dan bengis terhadap satu juta rakyat yang dituduh komunis yang dituduh 
berinindikasi PKI dan lain sebagainya. Semua itu mengingatkan kita pada 
kejadian dan cara cara Nazi Hitler saat  melaksanakan pembunuhan kaum 
Yahudi di masa perang  Dunia ke lI. namun   ternyata cara mereka yang kena 
hasut  anti komunis dan GESTAPU  itu lebih biadab dalam melampiaskan 
dendam kesumatnya. Offensif psywar menggasak otak dan pikiran orang, 
oer instinct orang yang bersifat kebinatangan itu dihidup hidupkan dan 
diarahkan ke tujuannya, balas dendam kepada GESTAPU/PKI yang 
membunuh jendral jendral DewanJendral, tanpa ada kecurigaan .... Mengapa 
masih ada satu jendral yang direservir tidak dibunuh juga,    
Pertanyaan inilah yang akan saya berikan jawaban dan penjelasannya di 
dalam buku ini.   
Sementara itu di dalam beberapa pasal atau bagian saya sudah mulai 
singgung ke arah maksud ini . Begitu juga selanjutnya.   
Tidak ada sesuatu apapun yang ampuh, yang kebal, yang invul  nerable 
terhadap serangan, aksi dan kampanye psywar dari politik kaum neo 
kolonialisme. Baik partai partai, organisasi organisasi sosial, organisasi 
keagamaan, atau pun kebudayaan, sekalipun Angkatan Bersenjata yang solid 
hierarkinya, juga tidak bisa tidak ditembus oleh serangan psywar yang 
beraksi laksana virus yang tidak kelihatan.Yang hanya bisa bertahan dan 
kebal menahan serangan itu hanya senjata ideologi nasional yang tajam dan 
setiap waktu diasah oleh pemimpin partainya atau organisasinya yang cakap, 
arif dan bijaksana. Dus, jadinya ideologi nasional kontra ideologi kolonial, 
kolonial baru atau Nekolim. Dus, soal politik! Persoalan tetap berada di situ, 
bergerak namun  tidak berubah, itulah fenomena dialektika sejarah sejak dahulu 
kala, sojak masyarakat mengenal kebangsaan etc. etc.   
Bangsa negara kita  beruntung memiliki Pemimpin Nasional seperti Bung 
Karno. namun  sayangnya tidak semua, tidak banyak yang bisa menginsafi arti 
penting beliau itu di dalam perkembangan hidup kebangsaan kita. Sebabnya 
kembali pada kurang mendalamnya kesadaran nasional yang larrgsung 
bersangkut paut juga  dengan kondisi  perkembangan internasional. Masing 
masing partai politik di negeri kita memiliki  kelemahan sendiri sendiri, masing 
masing memiliki  kelemahan yang berakar jauh di dalam bumi masyarakat kita 
sendiri, yang langsung menyangkut masalah pokok: ideologi dan Organisasi.   
Hal hal ini  di atas merupakan problem problem yang dimintakan 
dengan sangat, diharapkan dengan sangat agar   menjadi perhatian bagi 
generasi penerus perjuangan cita cita Proklamasi!   
Dua hari sesudah terjadi Sidang Kabinet di Istana Bogor, yang dikepung oleh 
demonstrasi pemuda KAMI dan KAPPI seperti sudah  diuraikan di atas, saya 
menghadapi dua persoalan penting yang mendesak saya agar kembali ke pos 
saya di Kuba.   
Pertama, kawat sandi dari Sekretaris KBRI Mohamad Hatta, yang meminta 
saya segera pulang  oleh sebab  Sekretaris II Keuangan, saudara Rustamadji, 
tidak bisa mengambil uang dari Bank di Mexico, sebab memerlukan contra 
sign dari saya sebagai Duta Besar. Peraturan bahwa Duta Besar sendiri, atau 
Sekretaris Keuangan tidak boleh mengambil dan mengeluarkan keuangan 
sendiri sendiri itu mulai dikeluarkan di masa Kabinet KaryaJuanda ke I, 
saat  saya menjadi Menteri. Keputusan itu diambil berdasar pengalaman di 
masa Pemberontakan PRRI/Permesta, saat  Mr. Rasjid sebagai Duta Besar 
R.I. di Roma membawa bawa  lari uang untuk pembelian kapal  kapal dari 
Yugoslavia.   
Kedua, saya menerima tilpon dari isteri saya di Havana, mendesak agar saya 
segera pulang , sebab  sudah  terjadi pencemaran nama sukarno  di sekitar 
hari hari bersidangnya Konferensi Tricontinental, mengenai adanya tulisan 
berupa artikel yang dimuat di surat kabar Juventud Rebelde dan Granma. 
Mengingat bahwa kedua surat kabar ini  berhubungan langsung dengan 
Pemerintah Kuba, hal mana berarti sudah  merusak keserasian hubungan 
diplomatik antara R.l. dengan Republik Kuba yang sudah  kita bina dengan 
segala usaha persahabatan dari kedua belah pihak selama ini. Hal itu 
disambungkan oleh adanya keterangan yang tidak benar, tidak obyektif 
mengenai Persitiwa GESTAPU dari orang  negara kita  yang datang dari 
Mesir dan Peking yang menyebut dirinya Delegasi negara kita   untuk 
Konferensi Tricontinental. sedang  Delegasi yang dikirim oleh Bung 
Karno langsung dari Jakarta, yang diketuai oleh Brigjen Latief 
Hendraningrat, sampai tidak diterima. Hal ini  sudah  saya uraikan jelas di 
bagian yang terdahulu.   
Maka pergilah saya menghadap Presiden Sukarno di Istana Merdeka untuk 
menjelaskan apa yang sudah  terjadi di Havana sementara saya berada di 
Jakarta. Saya minta agar sukarno  memperkenankan saya pulang  dahulu  ke 
Kuba guna memperbaiki salah pengertian di pihak Kuba atas situasi yang 
terjadi,yaitu bahwa Presiden Sukarno, sesuai dengan harapan pribadi Fidel 
Castro di dalam suratnya, sudah  dan sedang terus berusaha sedapat dapatnya 
menegakkan kembali wibawanya, mengatasi kemelut hebat yang sedang 
menimpa negara R.T. dan bangsa negara kita . Dan bahwa sukarno  
tidaklah berpangku tangan atas pembantaian satu juta rakyat, seperti berita 
palsu yang sampai di Havana. sukarno  mengizinkan, sebab  beliau 
memaklumi akan misi  kewajiban yang saya pikul, namun    minta dengan 
sangat agar saya segera kembali ke Jakarta lagi untuk menerima 
pengangkatan sebagai MayorJendral Tituler, sesuai dengan Amanat Panglima 
AchmadYani sebelum wafat menjadi korban GESTAPU.   
Mendengar keputusan sukarno  sebagai Presiden/Panglima Tertinggi 
ABRI itu, hati saya menjadi sangat terharu.Terasa benar padaku di dalam 
hati, bahwa beliau itu kehilangan kawan untuk dijadikan teman dalam 
menghadapi situasi yang begitu gawat dan kehilangan Panglima A.Yani, di 
mana sebetulnya saya bisa menjadi teman temanya  dalam kondisi  dan situasi 
seperti itu. Apalagi kemarin, hari Minggu 16 Januari, atas desakan Letjen 
Soeharto tentu saja, ABRI sudah  melarang pembentukan Barisan Sukarno. 
Lihatlah, apakah itu bukan tantangan brutal, creeping coup d'etat dari 
Soeharto, ! Sebelum sukarno  memberikan keputusannya seperti di atas 
ini , saya sudah  memakai  kesempatan mengemakakan kemasyang ulan 
saya (jika  tidak bisa dikatakan penyesalan atau kejengkelan hati saya) 
mengapa beliau di dalam Sidang Kabinet di Istana Bogor pada tanggal 15 
Januari, yaitu dua hari yang lalu, tidak juga mengumumkan political solution 
beliau sendiri, baik memodulir usul saya itu atau tidak, namun  pokoknya, 
mengumumkan pemecahan yang bersangkutan dengan pembubaran PKI,  
Sebab bagi saya, sebagai seorang Marhaenis revolusioner yang tumbuh dari 
pemuda pejuang radikal, melihat pada PKI sebagai satu partai pelopor yang 
sudah  melakukan kesalahan politik yang amat besar, yang tidak mungkin 
diperbaiki oleh dirinya sendiri lagi, jika  tidak ada sejarah baru dan angkatan 
pemuda yang baru juga . Dengan tidak melupakan GESTAPU sebagai akibat 
provokasi Nekolim, PKI itu prakteknya sudah mati bunuh diri, oleh 
sebab nya secara formal harus dibubarkan. Bagi saya, efek pembubarannya 
itu yang penting, penting bagi sukarno  sebagai Kepala Negara, sebagai 
Presiden agar bisa melangkah maju ke depan, ke seberang sana, dibandingkan  kita 
mandek, umpama kata, kita terayun ayun di sebuah jembatan gantung yang 
tidak sekuat bailey bridge yang sukarno  sendiri pernah  ajarkan pada saya 
dahulu .   
 Ya, saya mengerti , kata sukarno ,  pandangan politik dan siasatmu, 
Hanafi. namun  sebagaimana sudah saya katakan saya memerlukan kondisi  
tenang, stop dahulu  rongrongan demonstrasi  demonstrasi itu, agar   tindakan 
kebijaksanaan bisa keluar dari Presidennya sendiri, tidak sebab  terdesak 
oleh demonstrasi .   
 Bung ... , saya berkata, jika  tergantung sama saya, sekarang juga akan 
saya stop. namun  yang menggerakkan demonstrasi  demonstrasi itu ialah 
KOSTRAD, antara lain buktinya demonstrasi yang mau menerjang Sidang 
Kabinet di Istana Bogor tanggal 15 Januari, beberapa hari yang lalu. Dan 
,KOSTRAD itu ialah Soeharto.    
Siapa itu Letjen Soeharto,  Dia sebetulnya  yaitu  orang dari GESTAPU itu 
sendiri, yang memberi greenlight kepada Abdul Latief untuk bergerak di 
tengah malam  hari 30 September untuk membunuh Jendral Yani dan jendral jendral 
lainnya, anggota apa yang disebutnya 'Dewan Jendral' itu. Dan yang 
kemutlian segera dia 'berlagak' seperti tidak mengetahui  apa apa, seperti tidak 
campur tangan sama sekali, lalu pagi pagi sekali tanggal 1 Oktober berbalik 
menggasak orang  GESTAPU itu, padahal yang sebetulnya  dia kenali 
semua dan mengetahui  semua rencananya.Teman temannya orang 
GESTAPU, lalu berteriak 'maling teriak maling' siapa lagi yang 
dimaksudkannya jika  bukan Letjen Soeharto itu,  Mereka itu belum berani 
atau tidak berani berterus terang menunjuk hidung Soeharto, sebab  mengira 
dan mengharap bahwa Letjen Soeharto akan masih memiliki  moral dan 
setiakawan terhadap kawan komplotannya GESTAPU itu. Itulah kegoblokan 
mereka itu.Tentu saja sia sia. Nanti jika  Latief di Mahmilusukarno an, saya 
ingin mengetahui , apakah dia masih memiliki  'nyali', keberanian untuk bicara terus 
terang mengenai  persekongkolan Letjen Soeharto dengan mereka GESTAPU 
itu,  Saya kira sekarang cukup   jelas bagi sukarno  sementara ini. Ataukah 
Bung akan masih mengira Soeharto akan tetap setia pada Bung,  jika  
Soeharto akan tetap menjunjung Presiden dan Panglima Tertingginya, saya 
akan bantu dia sepenuhnya. Sikap saya selanjutnya bagaimana sikap 
Soeharto terhadap Presiden Sukarno! Bersetia kepada sukarno  yaitu  
sikap seorang Republiken.   
Kembali pada soal pembubaran PKI, saya berpendapat sebaiknyalah Bung 
Karno melalui rapat mufakat dengan semua Partai Politik dan ABRI 
bersama sama, mempositifkan keputusan itu yang memang yaitu  wewenang 
Kepala Negara, sesuai dengan UUD'45. Semua partai partai politik 
dibubarkan atau lebih tepat dibenahi (redress) untuk beberapa bulan saja, 
lalu  dibangun kembali, kecuali PKI. Situasi Nasional dan internasional 
biasanya  tidak memperkenankan lagi adanya PKI. Adanya PKI di 
masa ini, oleh sebab Peristiwa GESTAmemiliki  itu, memicu  sukarno  
sudah langsung berhadapan (berkonfrontasi) dengan ABRI. Untuk bisa 
keluar dari tragedi yang gawat ini, tidak ada jalan lain keculi melalui 
PEMBUBARAN PKI.   
sukarno  berpendapat:  namun  kita akan mengadakan CONEFO pada bulan 
Oktober 1966 yang akan datang ini. Kamu sudah mendengar laporan Brigjen 
Suprayogi, bahwa Gedung CONEFO itu akan segera selesai memerlukan 
biaya hanya dua ratus ribu dol  lar lagi. Pembubaran PKI sekarang akan 
memicu  effek politically tidak menguntungkan bagi Republik Indonesia   
sebagai tuan rumah .   
sukarno  tampak masyang ul. Saya pun terdiam. Pikiran di kepalaku cepat 
berputar. Dalam hatiku, biar pun sukarno  akan menjadi marah pada saya, 
namun  apa yang terfikir pada saya, harus saya katakan kepadanya sekarang.   
 sukarno , saya mohon maaf, jika  saya ini 'kurang ajar', sebab saya 
terfikir bahwa kondisi  situasi gawat sekarang ini, sebab pokokuya ialah 
subversi Nekolim, yang memicu  PKI terjerumus ke dalam provokasinya, 
yaitu GESTAPU. Sudah pasti salah satu di antara lain lain tujuan Nekolim 
itu mencogah berlangsungnya CONEFO. Oleh sebab  itu saya heran betul, 
kok Aidit, jika  ia masih waras, mengapa menjadi sombong  beravontur 
dengan Biro Khusus GESTAmemiliki  Syam Kamaruzaman. Resikonya begitu 
besar! Sebab CONEFO itu berarti bersatunya seluruh dunia progressif 
menentang dunia kapitalis, sebelum berlangsung harus dicegah dengan bom 
yang bernama GESTAPU. CONEFO di bulan Oktober 1966,    
Maafkan lagi, Bung! sukarno  masih ingat sejarah di tahun  1948,  Musso 
mau mengadakan Kongres ke V PKI di bulan Oktober 1948, untuk 
mengoreksi PKI yang tidak menyadari bahwa Revolusi kita itu yaitu  
Revolusi Nasional di tanah bekas jajahan yang menuntut persatuan nasional, 
bukan perpecahan nasional guna menghadapi perang  kolonial Belanda 
dengan sekutunya. Kongres ke V PKI itu dihambat oleh Peristiwa Madiun. 
Saya percaya , sukarno  masih ingat, bahwa Peristiwa Madiun itu yaitu  
suatu Red Drive (usul membasmi golongan merah/komunis) dari Gerard 
Hopkins dan Merle Cochran,Amerika, dalam Konferensi Sarangan. 
Sekarang,  CONEFO di bulan Oktober yang akan datang itu sudah dihambat 
oleh GESTAPU. dahulu  Kongres ke V PKI direncanakan oleh Musso pada 
bulan Oktober untuk menyatukan kokuatan Persatuan Nasional, 
dihambat oleh Peristiwa Madiun. Image PKI itu sudah rusak, dirusak oleh 
diri mereka sendiri dengan terpe  rangkapnya mereka ke dalam provokasi 
Nekolim. Hanya mereka yang dogmatik tidak menyadari hal itu. Image dan  
wibawa sukarno  juga dirusak oleh GESTAPU lewat cara dan dengan 
piranti: lagi lagi provokasi Nekolim. Ini diprofitir oleh Letjen Soeharto untuk 
mewujudkan ambisi pribadi berkoasa, selanjutnya dia berpraktek sebagai 
'centeng' Nekolim. Saya tidak percaya kata kata manisnya yang memuji 
sukarno  sebagai 'Presiden/Pemimpin Besar Revolusi/Panglima Tertinggi 
yang kita cintai'. jika  betul, mengapa demonstrasi kontra revolusioner itu 
tidak distopnya,     
Saya sudah uraikan fikiran saya kepada sukarno  seperti di atas, sampai di 
situ saja. Saya pandang wajahnya yang kesal, mungkin  mau marah, 
matanya besar mendelik pada saya, namun  dia diam tidak berkata apa apa. 
Syukur, fikirku, ini kali dia tak memarahi saya  kurang ajar . Bagiku sudah 
to be or not to be! Saya senang, saya hormat, namun  ini kali saya tidak boleh 
takut takut kepadanya. Saya puas.Apa yang harus kukatakan sudah 
kuucapkan, sebagai kadernya yang setia, terus terang, tanpa dédéng aling 
aling. Terserahlah. Begitulah, sebagaimana sudah  kukatakan di muka, . . . 
sukarno  tidak memberikan keterangan  atas uraian saya itu. Malah 
mengizinkan saya untuk pergi pulang  ke Kuba guna menyelesaikan urusan 
tanggungjawab saya sebagai Duta Besar, yaitu urusan keuangan KBRI 
Havana, dan mengoreksi soal pencemaran nama sukarno , yang termuat 
di dalam Juventud Rebelde dan Granma. Dan sukarno  memerintahkan 
agar begitu selesai urusan yang itu, saya kembali secepat cepatnya keJakarta 
untuk dilantik menjadi Mayor Jendral Tituler, sesuai dengan Amanat 
Panglima Ahmad Yani, sebelum beliau wafat sebagai Pahlawan akibat 
korban G 30 S/PKI. Mengenai pengangkatan ini , saya terima kawat 
sandi di KBRI Havana dari Panglima A.Yani kira kira tiga hari sebelum 1 
Oktober 1965, yaitu berhubung dengan kesibukan persiapan HUT ABRI, 
pengangkatan akan dilaksanakan sebelum 5 Oktober 1965). Oleh sebab  itu, 
sesuai dengan pendapat sukarno , pengangkatan ini  akan saya 
junjung, mengingat penting arti peristiwa arahnya.   
Mengenai persoalan persoalan di Havana yang harus saya selesaikan itu, 
sudah  saya jelaskan di dalam bagian terdahulu dibandingkan  buku ini.   
sesudah  saya berpisah dengan sukarno , pada tanggal 19 Januari 1966, di 
mana saya sudah  mengemukakan pendapat dan pandangan saya, seperti 
knuraikan ini  di atas, saya menyadari lalu  bahwa saya telan secara 
spontan, secara tak kusengaja, memancangkan tese politik, sebagai pendirian 
dan pandangan politikku yang begitu positif dan terus terang. namun  di 
samping itu muncul  juga  rasa iba dalam hatiku terhadap Mahaguru dan 
Pemimpin Besar saya itu. Saya merasakan bahwa dia kehilangan seorang 
kawan seperti saya di dalam kondisi  dan situasi yang mencengkam. jika  
saya sebagai seorang kader politik saja sudah merasakan bagaimana beratnya 
situasi yang mencengkam itu, apalagi beliau yang begitu besar 
tanggungjawab dan cita citanya terhadap negara dan bangsanya yang 
dicintainya dengan seluruh jiwa raganya.   
 Alleen eenden zwemmen bijéén, de adelaar vliegt alleen  , hanya bebek 
yang berenang bergerombol, rajawali terbang sendirian di angkasa! Itu 
dincapkan oleh sukarno  di masa jayanya. Dalam daya fantasiku, 
Rajawali atau Garuda Wisnu itu yaitu  NASAKOM yang tak bisa terbang ke 
angkasa lagi, sudah  patah kedua sayapnya oleh panah subversi Nekolim: satu 
di Peristiwa PRRI/Permesta, dan satu lagi di Peristiwa GESTAPU. Hanya 
jiwa yang kekeringan fantasi yang tidak melihat tragedi sejarah itu!   
namun  , mengetahui kah pembaca bagaimana nasibnya Barisan Sukarno,  Langsung 
esok harinya: Minggu 16 Januari 1966, Menpangad Letjen. Suharto 
mengajak Menko Hankam/Kasad Jendral Nasution, Menpangal Laksdya (L) 
Martadinata, Menpangau (U) Mulyono Herlambang, dan Menpangak 
Komjen (P) Sucipto Judodihardjo,   memicu  sebuah pernyataan 
ABRIÄmelarang pembentukan Barisan Sukarno (dengan èmbèl èmbèl: 
 dalam arti fisik, sebab  membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa ). 
Baiklah sampai di sini. Saya sekarang kembali meneruskan cerita kejadian 
dalam sidang Kabinet di hari Sabtu 15 Januari 1966 tadi yang tersela oleh 
selingan ini  di atas.  
 15 Januari 1966 
Sidang Kabinet Dikepung Demonstran 
Letjen Soeharto Kasih Unjuk Siapa Dia  
Sebelum kita sampai ke Hari yang penting bersejarah ini, 15Januari 1966, saya ingin mengajak 
pembaca meninjau kembali kejadian  kejadian sebelumnya, contohnya  di antara lain, demonstrasi 
yang dinamakan sukarno  demonstrasi pemuda kontra revolusioner  yang menyerbu Deparlu 
pada tanggal l0 Januari 1966,yaitu sehari sesudah saya kembali ke Jakarta lagi dari Tokyo.   
Sebelum saya ke Tokyo ini , saya sudah  menasihatkan kakak  saya Asmara Hadi, sebagai 
Ketua PARTINDO, agar bersikap low profile terhadap kekuasaan tentara dalam situasi di masa 
itu. Sebab hujan bencana sedang menimpa kita semua, kita kaum Sukarnois, kita kaum Marhaen. 
jika  hujan bencana ini terus menerus saja tidak berhenti, maka Waduk Jatiluhur itu akan bobol, 
kita semua akan kebanjiran, umpama kata! Bendung persatuan Nasional yang disebut 
NASAKOM itu sudah retak dan akan pecah, gara gara aksi pseudo revolusioner GESTAPU 
yang keterlaluan seperti ayam dipotong tanpa kepala.   
Maka demikianlah terjadi sementara saya masih diTokyo, Delegasi PARTINDO terdiri dari 
Ketua Umum Asmara Hadi,Wakil Ketua K.Werdoyo dan Sekjen. Ismuil, menghadap kepada 
Letjen Soeharto, yaitu pada tanggal 5 Januari 1966.Tujuannya untuk menjalin saling  pengertian 
dan untuk memupuk kolaborasi  yang baik.   
Saya menyesal sekali, hatiku gemes sekali, namun  apa mau dikata, mungkin  seperti kata 
orang sudah suratan nasib .Andai kata saya tidak pergi jauh ke Kuba, jauh dari sukarno , 
jauh dari Tanah Air, mungkin  bencana GESTAPU ini tidak akan bisa terjadi. Sebab D.N.Aidit 
(Ketua PKI) itu, saya kenal sojak dari masa mudanya, sebelum dia mengetahui  arti pergerakan   nasional 
yang sebetulnya . Janganlah ada orang yang tergesa gesa menimpa dengan kata kata, sok 
politik internasional: Jangan lupa bahwa kita ini yaitu  korban saja dari konflik dunia yang 
tumpang tindih, antara tiga pola kekuatan USA Uni Sovyet RRC. Seakan akan seseorang 
anggotanya  tak memiliki  arti apa apa.Walaupun saya bukan dan tidak mau menjadi anggota PKI, 
namun hubungan pribadi kami selalu erat, mungkin  lebih dibandingkan  seperti saudara kandung. 
Saya mengetahui  benar kelebihan dan kelemahan sifat sifat pribadinya. Saya memiliki  wibawa, berani 
tegas tegas mencela kekeliruannya dan menasihatinya. contohnya , sejak Affair Madiun (Peristiwa 
Madiun), hampir semua tokoh PKI sinis, marah, benci kepada sukarno . jika  Peringatan 
Proklamasi 17 Agustus 45, sikap mereka ekslusif, menyendiri. Sekali Aidit berpidato dalam 
rapat umum di Semarang. Untuk menarik massa, lukisan gambar besar sukarno  dipasang di 
atas podium, saat  Aidit naik ke podium untuk berpidato, gambar lukisan yang besar itu 
dikesampingkan ke pinggir. lalu  Aidit sendiri dengan bangga hati menunjukkan kepada 
saya foto di mana dia berpidato itu dan tampak lukisan itu di belakangnya, dikesampingkan. 
Saya berkata :  Lu goblok,jangan jadi 'Si Maling Kundang, Anak Durhaka, nanti lu jadi batu 
etc.etc....  Sejak dari sana sikap mereka mulai berubah, Aidit tidak mau berlagak lagak lagi pada 
saya. Mereka mulai sadar, kembali ke pangkuan nasional.   
Ada satu peribahasa, peribahasa Sumatra: Sesal dahulu pendapatan, sesal lalu  tak 
berguna . Peribahasa ini sudah  berlaku atas diri saya.   
namun   oleh sebab  itu, di dalam buku ini saya dengan terpaksa  membuka cerita apa yang saya ketahui  
dan saya alami, maka sampai terjadi  hujan bencana nasional , akibat bobolnya bendungan 
waduk persatuan nasional yang bermuara ke lautan kudeta .... Letnan Jendral Soeharto. Pada 
umumnya bagian terbesar rakyat negara kita  dengan memakai  segala pancainderanya sudah 
bisa meraba dan merasakan mengapa GESTAPU/PKI mereservir Letjen Soeharto tidak dibunuh 
mati seperti Panglima AYani dan 5 Jendral lainnya. Hanya saja bukanlah mereka itu tidak berani, 
bukan, namun  sebab  tidak ada jaminan demokrasi, keadilan dan HAM berdasarkan UUD '45 dan 
Pancasila. Hal demikian itu akan berakibat ledakan ledakan terhadap Orde Baru, tidak bisa tidak, 
sekali pun Presiden Soeharto memakai  atau menyalah gunakan 450.000 ABRI di 
belakangnya itu. Dengan bermaksud baik saya sudah  memberikan peringatan prodeo dengan buku 
saya Menteng 31, namun   ternyata seperti bicara dengan orang tuli pekak, budeg! Saya sudah  
melemparkan  pelampung  baginya dengan buku itu, agar   bertobat kepada Tuhan, kepada 
Bangsanya, kepada tumpukan dolarnya, dan keluarganya. namun  dia sendiri yang mau kelebu, 
tenggelam. Dan bersama dia pasti kelebu juga  Orde Baru!   
Untuk sampai pada hasil penelitian  eksak, bahwa Letjen Soeharto itulah yang memiliki  ambisi 
mengadakan kudeta dengan memakai  GESTAPU, tidak usah dahulu  dicari hal hal yang terlalu 
jauh ke belakang (sejarah kontaknya dengan kaum kiri) seperti perjum  paannya dengan Pak 
Musso dan saudara Sumarsono waktu sebermula terjadinya Affair Madian di kota Madiun. Teliti 
sajalah dahulu  baik  baik segala sikap dan langkah langkahnya sekitar hari hari 1 Oktober '65, 
waktu terjadi Peristiwa GESTAPU, hingga 11 Maret 1966 yang dimulai dengan 
 SUPERSEMAR  (Surat Perintah tanggal 11 Maret 1966). Periksa dan telitilah juga  baik baik 
bagaimana terjadinya proses kelicikan Letjen Soeharto untuk memperoleh  SUPER  SEMAR itu. 
Itulah puncak insubordinasi seorang jendral kepada PanglimaTertinggi, satu kudeta! Sesuai tata 
tertib dan doktrin militer dia sudah harus dieksekusi. Tegen de muur dengan duabelas peluru!   
Para pembaca yang terhormat.  
Sebelum kita sampai kepsedang caknya sejarah, kudeta Soeharto yang menyalah gunakan 
SUPERSEMAR secara licin dan licik, izinkanlah saya mengajak, menuntut para pembaca 
menaiki tingkat  tingkat dan  liku likunya siasat yang dipakai Letjen Soeharto yang bukan saja 
memiliki  naEsu, ambisi yang tak terbatas, namun   juga sebagai seorang negara kita  asal Jawa, tak 
memiliki  rasa tepo seliro samasekali terhadap Presiden/Panglima Tertingginya, begitu juga terhadap 
atasannya yang langsung:Jendral A.H. Nasution, apalagi! Dikibulin mentah mentah! Balas 
dendam Peristiwa barter Semarang  di mana dia Soeharto, Panglima Jawa Tengah (Divisi 
Diponegoro), sebagai hukumannya dicopot sebagai Panglima Diponegoro, dimutasi, lalu  
dimasukkan ke SESKOAD di Bandung.   
Mari kita ikuti Jejak Langkah Pak Harto, buku yang disusun oleh G. Dwipayana dan Nazaruddin 
Sjamsuddin. Di mana perlu akan saya beri keterangan , sebab saya masih ada di Jakarta di hari hari itu.   
Senin, 10 Januari 1966. Peristiwa hari ini , sudah saya beri keterangan  di halaman terdahulu, 
sehubungan dengan  Demonstrasi Pemuda Kontra Revolusioner Menyerbu Deparlu .   
Selasa, 1l Januari 1966. saat  melantik Laksda (U) H. Mohammad Soejono sebagai Duta Besar 
RI untuk Syria, hari ini, Presiden Sukarno sudah  memerintahkanWaperdam I/ Menlu Dr. 
soebandrio   untuk mengusir semua wartawan AS dari negara kita .Alasan pengu  siran itu yaitu  
sebab  tulisan tulisan mereka selalu menyakitkan hati kita. lalu  soebandrio  1) menjelaskan 
bahwa wartawan  wartawan yang diusir itu yaitu  dari UPI,AP, dan NewYorkTimes, selanjutnya 
semua kantor mereka akan ditutup juga .   
Rabu, 12Januari 1966. Menko/Ketua DPR GR Arudji Kartawinata sudah  menyampaikan sebuah 
Resolusi KAMI kepada Presiden Sukarno di Istana Merdeka, tengah malam  ini. Resolusi mahasiswa 
ini  menuntut dibubarkannya PKI yang menjadi dalang dan pelaksana G30S, dan mencabut 
keputusan pemerintah mengenai  kenaikan harga.    
keterangan  saya. Seyogyanyalah Pak Arudji sebagai Ketua DPR GR memanggil Sidang DPR GR 
lebih dahulu untuk menilai dan mempertimbangkan resolusi mahasiswa itu. Tidaklah seharusnya 
menempatkan dirinya sebagai  kacung  mahasiswa KAMI ini .   
Kamis, 13 Januari 1966. Menpangad Letjen Soeharto mengatakan bakwa masalah ekonomi yang 
multi kompleks ini tidak mungkin diselesaikan secara ekonomis teknis saja, melainkan juga 
dengan mendengarkan suara hati rakyat dan kenyatoan obyektf kehidupan rakyat.2) Hal ini 
dikemukakannya dalam amanat tertulisnya pada pekan ceramah di UI hari ini. Pada kesempatan 
ini juga Jendral Soeharto menilai demonstrasi mahasiswa sebagai spontanitas dan kontrol sosial 
para mahasiswa atas penderitaan rakyat.   

1) Waperdam l/Menteri Luar Negeri Dr. soebandrio   hari ini membantah berita berita mengenai  
adanya pengiriman missi perdamaian ke Malay  sia, baik oleh pihak militer maupun sipil.   
2) Perhatikan: itu ucapan Soeharto tahun  1966. Pada saat menghadapi krisis ekonomi paling 
gawat dalam sejarah tahun  1997/1998 yang masih berjalan sampai sekarang, dia ingkari 
ucapannya sendiri. Suara hati rakyat tak perlu didengar! Hanya suara dan pendapatnya yang 
harus didengar dan dilaksanakan! Krisis sekarang dianggap masalah moneter semata  mata, tidak 
ada kaitan sama sekali dengan politiknya untuk memuaskan keserakahannya di bidang ekonomi. 
Heil, Führer Soeharto!   
Menko/Ketua DPR GR Arudji Kartawinata menjelaskan kepada pers hari ini, bahwa Presiden 
Sukarno mengetahui  dan mengerti sepenuhnya isi hati dibandingkan  tuntutan para mahasiswa. 
Dikatakannya juga  bahwa Presiden sangat menyesalkan (kursif AMH)  cara para mahasiswa 
berdemonstrasi yang mengejek dan melontarkan tuduhan kepada para menteri yang sudah  bekerja 
keras untuk mengatasi kesulitan ekonomi dewasa ini.  Sebagaimana diketahui , Ketua DPR  GR 
menghadap Presiden Sukarno di Istana Merdeka kemarin.   
keterangan saya. mengenai  ucapan Soeharto bahwa demonstrasi mahasis  wa  sebagai spontanitas 
dan kontrol sosial  (kursif dari saya). Kata  spontan  dalam ilmu hayat (biologi) dipakai untuk 
menerangkan ucapan atau tindakan yang muncul  dari diri pribadi anggotanya  itu sendiri, lepas dari 
pengaruh pihak luar anggotanya  ini . Dalam ilmu sosial politik, yang membagi masyarakat atas 
dua bagian: bagian atas (pemerintah) yang memerintah dan bagian bawah (rakyat) yang 
diperintah  kata spontanitas dikenakan pada aksi atau pergerakan  rakyat, lepas dari hubungan 
dengan pihak yang memerintah (Pemerintah).   
namun   di negara kita  sejak 1 Oktober 1965, semua demonstrasi Pemuda dan Mahasiswa yang 
terorganisasi di dalam KAMI dan KAPPI, yaitu  digerakkan langsung olehTentara di bawah 
perintah Letjen Soeharto, yang oleh Presiden Sukarno disebutnya GESTOK. pergerakan  SATU 
OKTOBER! GESTAPU menjelma menjadi GESTOK. Brigjen Supardjo, Kolonel Untung, 
Kolonel (U) Sujono mati, mati, mati, semua sudah mati. namun   brainnya, dalang di belakang 
layarnya hidup: Letjen Soeharto.Amanat tertulisnya dalam pekan ceramah di UI, salah satu 
contohnya menggerakkan demonstrasi pemuda pemuda itu yang sejak semula sama sekali bukan 
spontanitas! Perkataan  spontanitas  dipakainya untok mengesankan tidak ada campur tangan 
olehnya pada demonstrasi demonstrasi kontra revolusioner itu. jika  mau dibawa kepada soal 
 kontrol sosial , saluran untuk itu ialah Parlemen (DPR GR) yang memiliki  legitimasi. sedang  
suatu demonstrasi sebagai salah satu bentuk kemerdekaan menyatakan pendapat, seharusnya 
yang berkewajiban menanggapinya di dalam negara hakum yaitu  partai atau organisasinya 
masing masing yang memiliki  perwakilan di dalam DPR GR (Parlemen) itu. BukanTentara! 
Sebabnya jelas, Republik Indo  nesia bukan negara militer. Begitu, bukan, !