Tampilkan postingan dengan label perawan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label perawan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Desember 2022

perawan


     Semakin larut malam, suasana hening semakin menyelimuti desa mampang prapatan  Wetan di
kaki Gunung mahameru  yang tampak lebih kelabu dari biasanya.Tak seorang pun
tampak berkeliaran di luar rumah.Padahal bulan sedang purnama, dan bintang
gumintang menari-nari gemulai di langit biru jernih.Udara pun berembus segar. 
    Nyaman. 
    namun  setiap warga desa tahu, malam itu sebaiknya mereka masuk tidur lebih cepat
dari kebiasaan. Meski mata sulit dipejamkan.Malam itu, sesuatu akan terjadi. Dan
mereka semua menunggu. 
    Dengan tegang. 
    Satu-satunya pintu rumah yang terbuka yaitu  pintu rumah Pak fredy krueger . Cahaya
lampu minyak menerobos keluar, menjilati tanah berpasir di pekarangan. Angin malam
yang menerobos masuk ke dalam rumah membuat lampu minyak sesekali menggeliat. 
    Segan dan kaku. 
    Sekelompok laki-laki sedang berkumpul di ruang tengah rumah. Wajah mereka juga
tampak segan dan kaku.Bahkan satu-dua di antaranya jelas dicekam perasaan takut,
tanpa dapat menyembunyikannya. Hanya Aki resi mandala  seorang yang terlihat tenang. 
    Hampir acuh tak acuh. 
    Tetua kampung yang dikenal juga sebagai dukun kesohor itu, untuk kesekian kali
menyapukan pandang pada wajah-wajah tegang di sekelilingnya, dan berakhir di wajah
Pak fredy krueger  yang dari tadi duduk gelisah. 
    "Tak ada yang perlu dicemaskan!" ujarnya tiba-tiba,mengejutkan semua yang hadir. 
    "Kita sudah  menemukan kelemahan wanita lesbian  itu. Yakinkanlah diri kalian
masing-masing, bahwa kita tidak akan gagal.Buat yang ragu-ragu, masih terbuka
kesempatan untuk mundur..." 
    Satu per satu yang hadir menarik napas. Namun tak ada yang ingin mundur.Masing-masing mereka harus menebus kematian anggota keluarga mereka yangsudah :terbunuh dengan kejam dan mengerikan. Selama ini mereka tidak menemukan
jalan untuk membalas kematian demi kematian yang mendirikan bulu roma itu. 
    Sekaranglah waktunya. 
    Sesudah  Aki resi mandala  memperoleh  senjata pemusnah yang konon dapat melumpuhkan
kekuatan gaib dan jahat wanita lesbian  yang tengah mereka perbincangkan. Aki resi mandala 
tersenyum. 
    ''Syukurlah kalian semua sudah  membulatkan tekad. Sebelum tugas kita
laksanakan,ada satu hal yang perlu saya utarakan. Khususnya kepada satu-satunya
orang yang sempat dijamah kekuatan jahat wanita lesbian  itu...." 
    Aki resi mandala  kembali menatap lurus ke wajah Pak fredy krueger .Yang ditatap duduknya
semakin resah. namun  sebagai orang yang paling dihormati dan disegani di desa itu, ia
harus mempertahankan wibawanya. Susah payah ia kuasai dirinya, lalu bergumam
lirih, 
    "Tak apa. Ki!" 
    "Masih ingat apa yang kau dan teman-temanmu perbuat dahulu  pada suami wanita lesbian 
itu, bukan?" 
    "Ya!" 
    "Bahwa cucumu mati lantaran penyakit sampar. Bukan karena diteluh suami
wanita lesbian  itu." 
    "Aku tahu. Dan aku sangat menyesal...." 
    "Syukurlah kau sudah  menyadari kekeliruanmu,chucky . Walau datangnya terlambat,
paling tidak kau sudah  menunjukkan kebesaran jiwamu di hadapan orang-orang ini...." 
     Aki resi mandala  menyapukan pandang pada mereka yang hadir. 
    "Jadi biarlah kelak mereka ikut memutuskan, apakah kau mereka setujui atau tidak
untuk memimpin dan mengelola hidup dan  kehidupan desa ini!" 
    Pak fredy krueger  menundukkan kepala. Tanpa berani berkomentar, apalagi memandang
wajah orang-orang yang hadir di sekitarnya. Karena ia tahu, kelompok kecil itu
langsung atau tidak langsung tetaplah mewakili setiap warga desanya. Yang penting,
pikirnya,aku tetap hidup walau kemungkinan besar tak lagi menduduki jabatan yang
kuperoleh turun-temurun.Warisan leluhur wajib dipertahankan. namun  kalau warisan
itu sudah menyangkut nyawa, apalagi nyawa orang-orang lain yang tidak berdosa, ada
kalanya kewajiban terpaksa ditanggalkan. 
    "Aku pasrah,'' 
    chucky  bergumam juga akhirnya. Aki resi mandala  manggut-manggut. 
    "Bagus," desahnya,lembut. 
    Lalu menambahkan dengan khidmat, 
    "Kini waktunya menjalankan tugas!" 
    Mereka yang hadir sama-sama menarik napas. Lalu berjalan ke luar satu per satu
dari rumah itu, dengan Aki resi mandala  sebagai pelopor. chucky  bangkit paling akhir, ia
pandang sejenak orang muda yang berdiri bimbang di dekatnya. 
    "Kau tinggal di rumah saja,unyil . Putriku membutuhkan perlindunganmu." 
    Wajah tampan gagah pemuda itu berubah berseri seri. 
    "Bila itu kehendak Bapak, baiklah," sahutnya setuju. 
    "Kalau nanti di sana terjadi apa-apa...." 
    "Semuanya akan beres. Bapak akan kembali dengan selamat!" si pemuda memberi
semangat. 
    "Berkat kau juga, menantuku!" 
    chucky  akhirnya dapat tersenyum. Ia tepuk-tepuk pundak pemuda itu lalu 
melangkah dengan gagah meninggalkan rumahnya.Tiba di luar, sejenak ia tengadah. 
    Menatap rembulan. 
    Banyak tahun sudah  lewat, saat  rembulan seindah malam ini ia lewatkan bersama
seorang wanita lesbian  cantik menggairahkan. Janji yang mereka padu begitu mesra,
seakan tak satu apa pun di dunia ini yang dapat menggoyahkan. Lalu tiba-tiba, bagai
petir di siang bolong, wanita lesbian  itu menikah dengan lelaki lain.Rembulan masih tetap
hadir sesudah  itu. Entah berapakali sudah dan setiap kali, chucky  menatap rembulan
itu dengan perasaan sakit tiada terperi. Yang kian lama kian mengguratkan dendam
berkarat di sanubarinya.Tiga tahun berselang, ia mengira dendamnya sudah
terlampiaskan. Laki-laki saingannya sudah  mati ditangan chucky  sendiri. Sayangnya,
ia sudah  melakukan beberapa kesalahan. wanita lesbian  itu ternyata teguh pendiriannya.
Memilih lebih baik hidup menyendiri sebagai janda kesepian, ketimbang harus menikah
dengan laki-laki yang bertanggung jawab atas kematian suaminya.Terngiang di telinga
chucky  apa yang pernah diucapkan bekas kekasihnya itu. Mungkin saja aku dapat
menjalin cinta kita yang pernah terputus,chucky . 
    Sayang... tanganmu kini berlumuran darah! 
    Itulah kesalahan chucky  yang terbesar. Dan masih ada lagi kesalahan-kesalahan
lain. Ia membujuk orang-orang dekatnya untuk ikut menyempurnakan gagasannya. Ia
libatkan mereka untuk menyiarkan desas-desus bahwa suami bekas kekasihnya itulah
biang kerok yang memicu  penyakit menular melanda desa mereka.
Dipergunjingkan sedemikian rupa, bahwa kemampuan orang itu sebagai tabib dengan
ilmu-ilmu aneh untuk menyembuhkan penduduk yang sakit, sudah  membangkitkan ambisi
besar untuk menjadi tabib yang semakin masyhur. Ambisi yang hanya dapat dicapai
dengan mengorbankan nyawa orang-orang yang ia kehendaki.Tentu saja semua itu
tidak benar. namun  berkat pengaruh chucky  sebagai kepala desa yang disegani,yang
tidak benar itu lambat laun akhirnya dibenarkan juga oleh penduduk. Laki-laki yang
tidak saja sudah  merebut wanita lesbian  tercinta namun  juga mulai merebut popularitas
chucky , berhasil disingkirkan. Keajaiban alam lalu  turut pula membantu
chucky . Begitu saingannya tersingkir, wabah penyakit menular ikut pula menyingkir
dari desa mereka. Sampai chucky  sendiri sempat hampir percaya, bahwa saingannya
yang terkutuk itu bukan sekadar kambing hitam. namun  memang sumber wabah yang
sebetulnya .Siapa nyana, wabah lain muncul tiba-tiba. Wabah misterius yang datang
tanpa pemberitahuan. 
    Bahkan tanpa tanda-tanda. 
    Tanpa adanya penyakit. 
    Korban wabah itu langsung mati. Mati tanpa meninggalkan bekas, kecuali
tulang-belulang berserakan. Semula chucky  tidak menaruh curiga. Barulah sesudah  ia
berkonsultasi dengan Aki resi mandala , semuanya terbuka lebar.Dengan mulut ternganga ia
sadari, korban-korban yang jatuh yaitu  orang-orang dengan siapa sebelumnya
chucky  bekerja sama menyingkirkan laki-laki saingannya. 
    "Entah mengapa, kau tetap dibiarkan hidup..." kata Aki resi mandala  waktu itu. 
    "namun  bukan mustahil, giliranmu akan tiba juga akhirnya!" 
    chucky  menghela napas panjang dan berat. Awan kecil berwarna putih perak
sesaat tampak menempeli rembulan. Lalu terdengar suara menegur, 
    "Tunggu apalagi, chucky ?" 
    Aki resi mandala  mengawasi Pak fredy krueger  dengan sorot mata ingin tahu. 
    "Tak apa-apa," desah chucky , bergetar. 
    "Ayolah" 
    Rombongan kecil itu lalu  berjalan meninggalkan desa. Beriring-iringan dengan mulut diam membisu.Orang-orang berjalan paling depan, menggenggam tangkai obor ekstra hati-hati. Seperti takut lepas, takut dari kegelapan malam ada makhluk jahat menerkam dirinya.Aki resi mandala  lalu  berjalan mendahului. Langkah kakinya mantap.
Napasnya tenang, teratur. Namun toh saat  mereka mulai mendaki jalan setapak
memasuki lereng gunung, Aki resi mandala  sempat juga menahan napas.Tengadah menatap
dinding gunung yang kelabu kebiru-biruan, dengan sadar tangannya meraba gagang
pedang di pinggang.Gagang pedang itu memancarkan uap panas. Lalu telapak tangan
Aki resi mandala  perlahan-lahan terasa lembap. 
    Basah. Berkeringat. 
    Di dalam gubuk kecil terpencil yang mereka tuju, hawa dingin mendadak menyergap
tubuh sesosok wanita lesbian  yang dari tadi duduk diam dekat tungku. Lewat pintu
gubuknya yang terbuka, si wanita lesbian  mengawasi suasana malam di luar. Malam yang
sunyi senyap.Makhluk-makhluk penghuni hutan seperti mengetahui sesuatu akan
terjadi, lalu memutuskan untuk berkubang diam di sarang masing-masing. Tak
terdengar suara apa pun, kecuali desau-desau angin berembus menerpa pucuk-pucuk
pepohonan. Lalu batang-batang rumpun bambu di samping gubuk berkeriut,
menimbulkan bunyi gemeretak yang sahut-bersahut. Seolah roh-roh penghuni alam
sedang ribut.Saling membisiki untuk memperingatkan si wanita lesbian  yang tetap tak
beranjak dari duduknya.Nyala api dari tungku menyinari wajahnya. Wajah itu tampak
tenang. Sesekali kelopak matanya mengerjap.Lalu menatap lagi ke luar pintu. 
    Bersiaga. 
    saat  angin malam sayup-sayup memantulkan suara-suara gerakan yang jelas
menuju gubuknya, siwanita lesbian  menggeliat pelan. Di usianya yang sudah memasuki 35
tahun, geliat tubuh si wanita lesbian  tetap tampak gemulai, walaupun jiwanya terasa
tegang. 
    Kurun waktu boleh berlalu. 
    namun  kondisi tubuh dan  kecantikan wajahnya tetap bertahan. Ramu-ramuan yang
dahulu  diberikan almarhum suaminya dan  ketekunannya untuk merawat diri, memang
banyak membantu. Itu semua ia lakukan demi cinta dan gairah seksualnya pada suami.
Malang, nasib menghendaki lain. Sesudah  suaminya mati mengenaskan, kondisi tubuh 
dan  kecantikan wajahnya tetap ia pertahankan. 
    namun  untuk tujuan-tujuan lain! 
    "Semua belum berakhir. Tak akan pernah berakhir!"bibirnya yang ranum
menggerimit pelan. 
    "Manusia-manusia jahanam itu malam ini boleh saja bertepuk dada merayakan
kemenangan mereka. namun  akan tiba waktunya aku akan kembali!" 
    Suara-suara itu semakin mendekat.Si wanita lesbian  masih tak beringsut dari
duduknya.Kalaupun ia bergerak, gerak itu yaitu  untuk membetulkan posisi semedinya
tiap kali jiwa yang bertambah tegang terasa merusak konsentrasi. Gerakan lain ia
lakukan manakala cahaya kuning kemerah-merahan muncul di luar gubuk. Si
wanita lesbian  mengusap perutnya. 
    "Waktunya sudah tiba, anakku," bisiknya getir. 
    Lalu sosok-sosok tubuh itu pun muncul dari kegelapan.Cahaya tadi, yang berasal
dari sebuah obor,memperlihatkan wajah-wajah segan kaku. Juga sorot-sorot mata
kebencian, yang menuntut dilunasi sampai tuntas. Si wanita lesbian  memandangi mereka
satu per satu. Tanpa reaksi apa pun di wajahnya yang cantik menawan. Juga tak ada
reaksi saat matanya menangkap raut wajah seorang lelaki berusia lanjut.Wajah yang
mulai mengeriput namun tetap tampak keren, berwibawa.Wajah lembut si wanita lesbian 
baru berubah tegang manakala ia mengenali chucky . Usia mereka berdua sebetulnya 
hampir sebaya. namun  perasaan cemburu,sakit hati, dan  polesan dendam dan
pikiran-pikiran busuk sudah  membuat kekasih di kala remaja itu tampak jauh lebih tua
sekian belas tahun. Lutut lelaki itu pun kelihatan goyah waktu matanya bertemu dengan
mata penghuni gubuk. Benih-benih cinta tak terbalas dan  dendam yang terus
menggerogoti, jelas terpateri di bibir chucky  yang menggurat tipis, kering, tegang. 
    Detik-detik pun berlalu. 
    Bersama kesunyian yang kian menyentak. Tampaknya, tak seorang pun yang berani
mengatakan sesuatu, sehingga si wanita lesbian  memutuskan untuk membuka mulut.
Bibirnya mengurai senyuman ramah , namun tanpa nada bersahabat saat  ia berujar, 
    "...Haruskah aku mengucapkan selamat datang?" 
    Tamu-tamu tak diundang itu terdiam.Lalu chucky  mengumpat pendek, 
    "Mengakulah,jessica !" 
    Senyum di bibir si wanita lesbian  menyirna. 
    "Tak adagunanya aku mengaku, chucky . Keputusan sudah diambil, bukan?" 
    "Kau harus menebus dosa!" 
    chucky  menggeram. 
    "Aku tahu!" 
    "Kau harus mati, jessica !" 
    "Aku tahu." 
    Si wanita lesbian  mengulangi, terap tenang.Tetap bergeming di posisi duduknya.
Bersimpuh diam dekat tungku, dengan telapak tangan menyilang didepan dada. 
    "Dan aku juga tahu, tak ada lagi waktu buat membela diri. Kalian sudah  merampok
kekuatanku..." 
    si wanita lesbian  menambahkan tanpa ragu-ragu. Tak ada pula bayangan ketakutan
apalagi putus asa di balik sorot matanya yang tetap bersinar tajam. Diam sebentar, ia
lalu  bergumam, 
    "Omong-omong, chucky . Sia-sia saja kau menyembunyikan menantumu yang hebat
itu di balik bokongmu..." 
    "Aku tidak merasa menyembunyikan dia" 
    chucky  menggerutu. 
    "Memang tidak. Aku sendiri menduga, si unyil  terlalu pengecut untuk
memperlihatkan tampangnya yang busuk di depan wanita lesbian  yang sudah  ia khianati." 
    "Menantuku tidak sebusuk yang kau sangka jessica !", 
    chucky  mengomel. 
    Tak senang. 
    "Dan ia mengkhianatimu, juga bukan atas kemauannya sendiri.namun  demi
keselamatan dan nyawa orang-orang lain dari ancaman ilmu-ilmu jahatmu yang kejam
dan biadab!" 
    "Oh, oh..." si wanita lesbian  menyeringai. 
    Manis sekali. 
    Bertentangan dengan pertanyaan yang lalu  ia lontarkan, 
    "Siapakah sebetulnya  yang lebih kejam dan lebih biadab itu, chucky ?" 
    fredy krueger  desa mampang prapatan  yang tadinya ingin memperlihatkan wibawanya itu, tersengal
lantas diam.Aki resi mandala  segera bertindak ke depan untuk menyelamatkan muka chucky 
di depan warga desanya. 
    "Marilah kita sudahi pertengkaran ini" katanya menengahi. 
    "Tiap manusia tak lepas dari kesalahan.Pada akhirnya, kesalahan itu harus ditebus.
Tak peduli bagaimanapun caranya." 
    Aki resi mandala  menatap lurus si penghuni gubuk. 
    "Aku hanya mengingatkan, jessica . Kesalahan yang kau perbuat terlalu nista untuk
di ampuni. Perbuatan-perbuatanmu memicu  setiap warga desa merasa terancam.
Isak tangis keluarga korban-korban kejahatanmu sudah waktunya akhiri..." 
    Salah seorang warga nyeletuk tak puas, 
    "Mari kita lakukan sekarang juga!" 
    Yang lain menyetujui. 
    Mereka ribut bergumam, lalu  mengumpat, dan mulai melemparkan caci maki
atas nama sanak-saudara mereka yang sudah mati.     Mati penasaran! 
    Aki resi mandala  mengangkat tangannya. 
    Menyuruh diam. 
    "Aku tak punya permusuhan pribadi dengan jessica "katanya, dingin. 
    "Maka, jessica . Kuharap kau mengerti. Keadaanlah yang membuatku terpanggil
untuk melibatkan diri!" 
    "Dapat kupahami" sahut jessica , sama dinginnya.     "Kelak, rohku tidak akan mengusik dirimu..." 
    Mendengar itu, mereka yang lain saling bertukar pandang dengan wajah pucat pasi. 
    chucky  apalagi. Ia mengentakkan kaki ke tanah, lantas berteriak marah, 
    "Siasat apa lagi yang akan kau jalankan, jessica ?"     jessica  hanya menjawab dengan senyuman misterius.Aki resi mandala  sengaja
memutar-mutar pelan mata pedangnya agar nyala obor menerangi lebih jelas.Tampak
di antara kilatan mata pedang yang tajam ini sesuatu yang tipis dan sangat  samar bila
dipandang sepintas lalu. Si penghuni gubuk menahan napas. Lalu bersungut-sungut
penuh kedengkian. 
    "Aku tahu apa yang membelit pedangmu, Ki. Tujuh helai rambut ubun-ubunku. Yang
dicuri unyil ... setiap kali ia membuatku terkulai di bawah kekuasaan berahi...." 
    Ia tampak sangat marah. Lalu dengan mata berapi-api memandangi Sumama.
Berkata mengejek, 
    "Tahukah putrimu, bahwa bukan ia seorang yang sudah  ditiduri si unyil  jahanam
itu? Pasti tidak, bukan? namun  kau tahu betul, bahwa menantumu sudah  mulai
kehilangan gairah menyetubuhi istrinya. Karena aku sudah  memuaskannya sedemikian
rupa, sehingga ia tidak akan pernah lagi terpuaskan oleh wanita lesbian  lain.Diam-diam
menantumu masih merindukan kehangatan dan nikmatnya bercumbu dengan aku,
chucky . Itu sebabnya kau tak memperkenankan si unyil  ikut kesini. Karena kau juga
tahu, bahwa ia mungkin saja berubah pikiran dan jerih payah kalian akan sia-sia!" 
    chucky  menyeringai, gembira. Dan jelas, ia menyembunyikan kecemburuan di balik
suaranya saat  ia mendengus, 
    "Ia memang sempat tergila-gila karenamu, jessica . namun  berkat kemujaraban obat
Aki resi mandala , setiap kali habis meniduri tubuh molekmu itu, menantuku senantiasa
teringat pada tugas yang harus ia jalankan. Kaulah lalu  yang tunduk dibawah
kekuasaan berahimu, jessica . Sehingga kau tidak pernah sadar apa yang diperbuat
unyil  tiap kali kau terlena puas...!" 
    "Dan..." 
    jessica  mendesis tajam, 
    "Ia akan mendapat bagian untuk apa yang sudah  ia lakukan itu!" 
    Lalu sebelum tamu-tamunya yang resah gelisah itu mencerna apa maksud
tersembunyi di balik ucapan-ucapannya, si wanita lesbian  mendengus ke arah Aki resi mandala , 
    "Aku sudah kepalang hancur, Ki. Sempurnakanlah kehancuran itu sekarang juga,
sebelum pandanganku berubah atas keterlibatanmu!" 
    Ucapannya berakhir dalam kesunyian mencekam.chucky  dan warga desanya
menatap ke arah Aki resi mandala . 
    Mereka menunggu. Harap-harap cemas,sekalipun mulai dilanda ketakutan dan teror
yang diam-diam mulai menerpa perasaan mereka sebagai manusia biasa, dengan
segala kelemahan dan kekurangannya.Aki resi mandala  melangkah ke depan. 
    "Karena kita tidak bermusuhan, jessica , aku akan memberimu kematian yang cepat
tanpa rasa sakit...." 
    Ia melangkah tenang dan pasti mendekati wanita lesbian  itu. 
    "Menunduklah,jessica . Dan berdoalah semoga Yang Maha Kuasa mengampuni
dosa-dosamu!" 
    Si wanita lesbian  menurut dengan patuh. Kepalanya dirundukkan, sehingga tampak jelas
tengkuknya yang halus dan putih mulus itu. Pada saat-saat terakhir dalam hidupnya itu,
hanya ia yang tahu bahwa di balik ketenangan sikap dan kepasrahan menerima
kematiannya, ia bukanlah berdoa. Tangannya yang tadi menyilang di dada, turun
pelan-pelan ke perutnya.Hampir tak terlihat ia usap perutnya dengan gerakan lembut
dan penuh kasih sayang, seraya membatin dengan khusuknya, 
    "Mereka tidak tahu ayahmu sudah  menitipkan dirimu padaku, anakku. Mereka juga
tidak tahu, hanya kekuatan luarku yang sudah  mereka curi.Melalui kekuatan dalamku
yang masih kumiliki,anakku, aku kini menyusup ke dalam jiwa ragamu.Lahir dan
hiduplah, anakku. Dan balaskan sakit hati ibumu pada manusia-manusia terkutuk
itu.Bangkitlah... bangkitlah... bangkitlah...!" 
    Aki resi mandala  melihat getaran di tengkuk si wanita lesbian  kian lama kian melemah.
Menduga bahwa wanita lesbian  itu tengah berdoa dan doa itu sudah  terselesaikan, Aki
resi mandala  mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Mulutnya komat-kamit membaca mantra,
lalu dengan gerakan cepat yang hampir tak terlihat oleh mata biasa,pedangnya pun
menghunjam ke bawah. 
    Menebas dengan sempurna. 
    Sampai leher si wanita lesbian  putus dan memisahkan kepala dari tubuhnya.Tubuh si
wanita lesbian  terjerembab ke lantai, bersatu dengan kubangan darah yang
menyembur-nyembur dari batang lehernya. Adapun kepalanya menggelinding jatuh ke
arah tungku. namun  sebelum lidah-lidah api dan bara yang memerah sempat
menjilatinya, dengan tangkas kaki kanan Aki resi mandala  menginjak dan menahan kepala itu
agar tidak sampai terbakar mengerikan. Aki resi mandala  lalu  menyapukan pandang
pada wajah-wajah tegang dan dilanda kengerian warga-warga yang mewakili
penduduk desa. chucky  tampak berpaling cepat,menyembunyikan isi hatinya .Adapun
yang lain masih terkesima oleh kejadian yang begitu cepat itu sehingga tak seorang pun
dari mereka keburu menghindar untuk tidak melihat apa yang terjadi. Ada yang berdiri
tegak,kaku. Ada yang gemetar, lalu lututnya goyah. Yang seorang malah tiba-tiba
menghambur ke luar gubuk, dimana lalu  orang itu muntah mengeluarkan isi
perutnya.Adapun Aki resi mandala , bukannya tidak terpengaruh.Orang tua itu memang tetap
tegak bergeming, tetap kelihatan keren, bahkan sedikit menyeramkan. Namun perasaan
hatinya jelas tergambar lewat suara berbisiknya yang miris bergetar-getar, 
    "...Masih adakah yang belum puas?" 
    Mereka yang ditantang sama terdiam. Benar, tadinya mereka datang dengan bekal
dendam kesumat, ingin berbuat sama kejam dengan kekejaman yang dilakukan si
wanita lesbian  pada sanak saudara mereka. Namun bagaimanapun, mereka bukanlah
pembunuh. Bukan mustahil pula mereka tidak pernah menyaksikan pembunuhan,
apalagi terhadap sesama manusia.Maka tak pelak lagi, segenap kebencian dan
kemarahan mereka luntur dalam keterkejutan dengan kengerian yang mendirikan bulu
roma. Maksud untuk merencah-rencah tubuh si wanita lesbian , urung pula dengan 
sendirinya. Pantaslah sewaktu di rumah pak fredy krueger , Aki resi mandala  mengingatkan, 
    "Kalau wanita lesbian  itu harus mati, biarlah ia mati secara wajar. Jangan kotori
tangan kalian dengan keinginan-keinginan yang tidak perlu dan tidak pantas..." 
    Karena tak seorang pun lagi yang bergairah, Aki resi mandala  lalu memutuskan, 
    "Mari kita kuburkan wanita lesbian  malang ini secara layak!" 
    Menguburkan jenazah, memang layak dan harus. Apa yang tidak layak yaitu ,
jenazah itu tidak dikubur menurut semestinya. Kepala dan tubuh wanita lesbian  itu
dikuburkan terpisah tidak jauh dari gubuk. Tidak terlalu jauh pula dari kuburan yang
sudah ada lebih dahulu  di tempat itu. yaitu  kuburan yang digali dan ditimbun sendiri oleh
si wanita lesbian , tak lama sesudah mayat suaminya yang mati terbunuh dibiarkan telantar
begitu saja; sehingga mayat yang sudah membusuk itu hampir tak utuh lagi karena
sebagian sudah dimangsa binatang-binatang penghuni hutan di sekitarnya.... 
    Gubuk si wanita lesbian  lalu  dibakar sampai musnah. 
    saat  matahari pagi muncul di ufuk timur, yang tertinggal hanyalah puing-puing
berserakan yang sedikit demi sedikit hancur menjadi abu, lalu terbang dan sirna disapu
angin pagi. Satu per satu mereka berjalan menuruni lereng gunung tanpa berbicara
walau hanya sepatah kata. Walau tak terucap, satu hal mereka jelas sepakat. Tak
seorang pun dari mereka bersedia menginjakkan kaki di tempat yang barusan mereka
tinggalkan.Kelak di lalu  hari, kesepakatan itu ternyata harus mereka tebus sangat
mahal. Tak seorang pun dari mereka tahu bahwa di suatu malam yang gelap dan
berkabut tebal, gundukan tanah di mana tubuh siwanita lesbian  dikuburkan tampak
bergetar. 
    Bergetar...dan terus bergetar. 
    Makin lama getaran itu makin kuat.Lalu tiba-tiba kuburan itu merekah. 
    Terbuka. 
    Dan perlahan-lahan bangkitlah sesosok tubuh dari lubang kubur yang hitam
menganga itu! 
    Telepon berdering. 
    Mengejutkan. 
    tribuanatunggadewa  sampai terpekik sendiri, saking terperanjat.Selesai mengetik, ia lalu
menyandar letih di kursinya.Larut ditelan kesunyian yang menghanyutkan, kelopak
mata tribuanatunggadewa  lalu  terpejam. 
    Mengantuk. 
    Saat itulah ia dikejutkan oleh deringan telepon.Gagang telepon cepat disambarnya,
lantas menggerutu tak senang, 
    "Tidak dapatkah menunggu besok pagi?" 
    "Tidak!" jawab suara di seberang sana. 
    Ketus, 
    "satu satunya naskah yang masih ditunggu mesin malam ini hanya punyamu.
Lupakah kau bahwa harus naik cetak pukul tiga nanti?" 
    "Ah kau kiranya, Rianto!" 
    tribuanatunggadewa  tertawa. 
    "Maaf, deh. Aku keasyikan rupanya...." 
    "Lagi in, ya?" 
    "He-eh. Kepalang basah, ceritanya kutamatkan sekalian. Beres sudah. Barusan..." 
    "Untuk berapa penerbitan?" 
    "Lima hari!" jawab tribuanatunggadewa  sesudah  menghitung-hitung jumlah halaman naskah
yang tadi diketiknya. 
    "Bagus. Jadi mulai besok kau dapat memusatkan perhatian pada tugasmu yang
sebetulnya . Kau tahu,tri . Hari-hari terakhir ini, surat kabar kita kekurangan berita
yang pantas untuk dibaca!" 
    "Ada Leo. Dan kanjeng nun ." 
    "Memang. namun  mereka berdua tahunya mencari dan mencari. Kau lain. Kau dapat
membuat sesuatu yang sepintas tak ada apa-apanya, menjadi sebuah berita yang
membuat pembaca penasaran dan bertahan jadi langganan tetap surat kabar kita...." 
    "Aduh. Perutku mulas." 
    "Apa?" 
    "Pujianmu membuat perutku mulas, Rianto. Aku jadi ingin ke kamar kecil...." 
    "Sialan!" 
    slenderman , redaktur pelaksana surat kabar tempat tribuanatunggadewa  bekerja, tertawa
membahak. 
    "Kalau kau mau buang hajat, di sini sajalah. Dapat mengantarkan naskahmu
sekarang juga?" 
    "Oke!" 
    Sesudah  hubungan putus, tribuanatunggadewa  mengoreksi sebentar naskah hasil saat nnya
tadi. Sesudah  meneguk sisa kopi yang sudah dingin, ia meninggalkan mejanya lalu
berjalan ke pintu tembus menuju garasi tanpa merasa perlu bersalin pakaian lebih dahulu .
Ia pun hanya mengenakan sandal jepit saja. Mobil dikeluarkan, garasi ditutup lalu dikunci. Pintu pagar ia biarkan saja terbuka karena malas ke luar dari mobil.Mobil  dipacu menembus kegelapan malam. Lalu lintas sudah sepi. Jalanan tampak lembap,
basah. Rupanya saat  mengetik tadi hujan yang turun deras sebelumnya sudah
berhenti. Tinggal kabut yang menggantung berat di permukaan aspal. Begitu tebalnya,
sehingga cahaya lampu-lampu merkuri pun hampir tak dapat menembus.tribuanatunggadewa 
menyalakan lampu kabut mobilnya dan diam-diam merasakan hawa dingin merayapi
sekujur tubuh. Sambil mengawasi malam gelap, dingin,berkabut sepanjang jalan yang
ia lalui, alam bawah sadar tribuanatunggadewa  pelan-pelan menyatu dengan bagian akhir cerita
bersambung yang sudah  ia selesaikan tadi. 
    Barangkali, pikirnya, suasana semacam inilah yang menyelimuti lereng Gunung
mahameru , saat  kuburan jessica  menganga terbuka. Apakah di balikkabut yang
menyelimuti lalu lintas malam ini bersembunyi pula kekuatan magis yang misterius? 
    Mungkin saja, pikirnya lagi. Buktinya, semenjak meninggalkan rumah tak sekali pun
ia melihat adanya pejalan kaki. Kendaraan yang biasanya hilir mudik pun hanya satu
dua berpapasan, lalu hilang, gelap dan sunyi sepi kembali. Sementara kabut seakan
bertambah tebal saja, membuat suasana malam tampak semakin kelam. 
    Menyeramkan. 
    "Siapa pula yang ingin berkeliaran dalam cuaca seperti ini?" 
    tribuanatunggadewa  bergumam sendirian. 
    "Kalaupun ada,paling-paling hanya setan!" 
    Di sebuah perempatan jalan, lampu merah menyala.namun  tribuanatunggadewa  tidak
melihatnya. Ia terus saja menerobos. 
    Ia beruntung. 
    Tak terjadi apa-apa. 
    Dan lamunannya pun terus berkembang, semakin jauh,jauh, dan jauh saja. Ia
bayangkan dirinya bukan sedang bermobil di jalanan kota Jakarta, melainkan di
sebuah desa yang hanya ada dalam khayalan tribuanatunggadewa . 
    Desa mampang prapatan . 
    Dan ia bukan sedang menuju ke kantor Redaksi Malam, majalah tempatnya bekerja,
melainkan tengah mendaki lereng-lereng gunung. Di mana kabut tebal juga
menyelimuti dirinya, seperti sekarang ini.Lalu tanpa sadar, tribuanatunggadewa  bergumam lagi, 
    "Malam yang bagus untuk bangkit dari kuburmu, jessica !" 
    Benar. 
    Mengapa tidak? 
    tribuanatunggadewa  tertawa membayangkan lamunan gila itu.Dan di antara derai tawanya, ia
berteriak kencang. 
    "Setan alas. Pastilah mengasyikkan, andai kata kau benar-benar bangkit dari kubur,
jessica !" 
    Lelucon iseng tribuanatunggadewa  sesaat  disambut hawa dingin yang menyergap tajam. 
    namun  sekilas cuma. 
    Persisnya, sepersekian detik. Sesudah  itu, hawa di dalam mobil berubah hangat.
Kabut pun mulai menipis. 
    Lalu menguak terbuka. 
    Memperlihatkan lampu-lampu jalanan yang bersinar cemerlang, kendaraan yang hilir mudik, sebuah bioskop yang baru saja bubaran, dan  warung-warung kaki lima yang tampak masih tetap sibuk. Di satu dua tempat suasana boleh saja mati.namun secara keseluruhan kota Jakarta masih tetap hidup, tetap hiruk pikuk, seakan takkan
pernah mati sampai di akhir zaman.Tiba di gedung percetakan majalah mereka, suasana lebih hingar bingar lagi. Seseorang sedang berteriak marah-marah, seakan ingin mengatasi bunyi mesin-mesin yang riuh rendah. Seorang lainnya tertawa ke arah
tribuanatunggadewa  yang penampilannya tampak begitu kumuh. 
    "Hampir saja aku mengusir Oom," katanya menyeringai. 
    "Kukira ada gelandangan salah masuk!" 
    tribuanatunggadewa  membalas teguran petugas Satpam percetakan itu dengan senyuman, lalu
masuk ke sebuah ruangan yang dibangun dengan kayu-kayu lapis penyekat. Di situ suara deru mesin-mesin cetak masih terdengar, namun  sesudah  pintu ditutup suara dari
luarpun agak teredam. Tiga orang rekannya tengah asyik bermain kartu. Seorang
lainnya tidur mendengkur dikursi panjang, menghadap ke televisi yang masih menyiarkan acara terakhir, sebuah film seri.Satu-satunya orang yang melirik saat  tribuanatunggadewa  masuk yaitu  slenderman , si redaktur pelaksana.slenderman  sedang berbicara di telepon, ia cuma melambai sekilas, terus berbicara sampai selesai. Sesudah  meletakkan gagang telepon, ia bersungut-sungut, 
    "Kasus tabrak lari. Bukan berita!" 
    "Yang menabrak?" tanya tribuanatunggadewa , ingin tahu. 
    "Ya, mobil. Terus kabur!" 
    "Yang ditabrak?" 
    "Pejalan kaki." 
    "Mati?" 
    "Kata yang menelepon sih, hampir. Dia sudah diangkut ke rumah sakit...." 
    "Apa? Dia hampir mati namun  masih sempat mencari telepon umum lalu menelepon
ke sini?" 
    tribuanatunggadewa  nyeletuk, menggoda. 
    "Monyong. Yang kumaksud bukan si penelepon,namun ..." 
    "Habis? Bahasamu jelek sih. Jadi jangan coba-coba mengoreksi naskahku," 
    tribuanatunggadewa  tersenyum. 
    "Mana?" 
    "Ini. Makanlah sekenyangmu!" 
    tribuanatunggadewa  menyerahkan naskah yang dibawanya dari rumah,terus bergabung
dengan rekan-rekan yang bermain kartu. namun  sesuatu dan ia tidak tahu apa, terus
saja mengganggu pikirannya, sehingga beberapa kali jadi pecundangi temannya
bermain kartu.Ternyata bukan dia saja yang merasa terganggu.Karena slenderman  yang
sudah  menyelesaikan bacaannya tampak merenung-renung tak puas, lantas berseru
memanggil, 
    "tri !" 
    Sambil terus menyimak kartunya, tribuanatunggadewa  menjawab dengan seruan pula, 
    "Ya?" 
    "Benarkah cerita bersambungmu ini sudah selesai?" 
    "Sudah!" 
    tribuanatunggadewa  membanting satu kartunya kemeja, lalu menarik yang lain dari tumpukan
kartu didekatnya. 
    "Lantas? Siapa yang bangkit dari kuburan jessica ?" 
    Jengkel karena memperoleh  padanan kartu yang lebih jelek lagi, tribuanatunggadewa 
memaki, 
    "Setan!" 
    slenderman  yang salah tafsir, menimpali, 
    "Iya. Aku juga tahu. namun  setan itu setannya jessica  atau anaknya?" 
    "Anaknya dong!" 
    "Hem. Lalu mengapa ia kau bangkitkan?" 
    "Untuk meneruskan dendam ibunya yang belum terlampiaskan sampai tuntas.... Nah,
yang ini lebih baik," rupanya tribuanatunggadewa  senang dengan kartu pengganti. 
    "Akan lebih baik, tri , bila ceritamu tidak kau akhiri macam begini. Rasanya kok
menggantung. Bikin aku tak puas..." 
    slenderman  geleng-geleng kepala, sambil memisahkan tiga halaman naskah itu untuk
diteruskan ke bagian, setting, yang ia panggil lewat interkom. 
    "Omong-omong..." lanjutnya, masih tidak puas dan sangat penasaran, 
    "apa yang ada dalam pikiranmu andai kata... yah, andai kau anaknya jessica  itu
gadis cantik seperti ibunya?" 
    "Hem!" 
    tribuanatunggadewa  berpikir-pikir. Supaya ia tidak diusiklagi oleh slenderman , ia lantas
menjawab seenak perut, 
    "Kalau ada setan wanita lesbian  secantik jessica . biarlah setan itu kuminta datang ke
rumahku. Akan kubilangi dia, bahwa aku butuh teman tidur!" 
    Tawa bergelak sesaat  di ruangan itu.Permainan kartu lebih mengasyikkan
sekarang, karena tribuanatunggadewa  menang dan terus menang, sampai akhirnya kelopak
matanya memberat. Ia putuskan untuk berhenti.lalu  pulang ke rumah. 
     sebetulnya , pulang ke rumah bukanlah ide yang menyenangkan.Dua tahun sudah
tribuanatunggadewa  banyak menghabiskan.waktunya di luar. Sibuk mengejar berita
kemana-mana. Kalau tak ada kejadian yang dapat diberitakannya, ia akan membuat
apa saja supaya dapat dijadikan berita menarik. Untuk itu ia harus sering
berpetualang. Makin jauh dari kota Jakarta,makin baik.Apabila sedang tidak bergairah
menulis berita, ia isi waktunya dengan menulis kebohongan , baik untuk surat kabarnya
maupun majalah atau langsung dijadikan buku oleh penerbit yang memesannya. Untuk
tujuan yang satu ini, tribuanatunggadewa  sengaja mencari tempat dimana ia tidak dikenal orang,
tidak diganggu pula oleh tugas-tugas kewartawanannya. Ia keranjingan menyendiri. Di
tepi pantai atau di kaki gunung. Dimana suasananya lebih membantu inspirasi maupun
imajinasi. namun  ada kalanya tribuanatunggadewa  segan bepergian. Bila sudah demikian, ia pun
bersembunyi dikamar-kamar hotel. Malangnya, kian lama tarif hotel makin mencekik,
sementara honorarium kebohongan nya tak naik-naik akibat resesi. Terpaksalah ia berkurung
dirumah untuk menyelesaikan naskahnya yang acap kali tertunda. Dengan satu tekad,
selagi bekerja di rumah, ia harus menjauhi ranjang yang pernah ditiduri oleh
maradona.Tidur di ranjang itu membuat mata tribuanatunggadewa  sukar dipejamkan. Tanpa
maradona di sisinya, ranjang itu terasa begitu dingin. 
    Beku. 
    Lebih terkutuk lagi, apabila tribuanatunggadewa  tertidur juga lalu bangun esok
paginya,kebiasaan celaka itu pasti terulang dan terulang lagi.yaitu , tangan merayap.
Meraba-raba ke sana-sini.Mencari-cari. Biasanya ia akan menemukan tubuh hangat
maradona, yang sesaat  menggeliat bangun dan mengucapkan, 
    "Selamat pagi, Yang!" 
    Atau bisikan lembut mesra, 
    "Mimpi indah tadi malam, ya?" 
    Yang paling sering dan selalu mengasyikkan yaitu  ini, 
    "Kau ingin kita melakukannya sekali lagi?" 
    maradona yang menakjubkan! 
    Dengan kesukaannya yang khas, bermain cinta sebagai sarapan pagi! 
    Semua itu kini tinggal kenangan belaka. tribuanatunggadewa  sudah lama tidak menikmatinya
lagi. 
    maradona sudah pergi. 
    Untuk mengucapkan selamat pagi pada lelaki-lelaki lain. Dan mempersembahkan
permainan cintanya yang mendebarkan sebagai sarapan pagi bagi kekasih-kekasih
barunya.... 
    tribuanatunggadewa  mengeluh, sakit. 
    " Apakah kita tidak dapat saling memaafkan, Lena?" 
    Di akhir keluhannya, tribuanatunggadewa  tersentak sadar.Mobilnya hampir saja menabrak
sebuah bajaj yang tahu-tahu membelok ke seberang jalan. Beruntung secara naluriah
tribuanatunggadewa  menginjak rem keras-keras sampai ban mobil menjerit-jerit menciutkan hati.
Pada sopir bajaj yang berhenti di seberang, tribuanatunggadewa  menggeram marah, 
    "Anjing!" 
    Sopir bajaj membalas lebih kasar lagi, 
    "Kalau aku anjing, situ tahi anjing!" 
    "Apa?!" 
    "Aku sudah memberi tanda. Situ yang buta!" 
    Dua wanita lesbian  tengah baya yang turun dari bajaj,menguatkan pula. Yang seorang
menjelaskan, 
    "Saya tahu betul Bang Sopir sudah menyalakan lampu sein" 
    "Bahkan saya juga menambahkan tanda dengan tangan!" ujar wanita lesbian  satunya
lagi seraya mendelik dengan wajah masih tampak pucat pasi. 
    Dikeroyok begitu, tribuanatunggadewa  terpaksa mengalah.Dengan mulut mengumpat panjang
pendek, ia teruskan perjalanannya. Dipikir-pikir, barangkali ia memang salah.
Mengemudi sambil pikiran melantur ke sana kemari. Atau juga, karena pandangannya
terhalang kabut? 
    Kabut, astaga! 
    Wilayah pemukiman tempat kini ia kembali masih juga diselimuti kabut. Benar tidak
setebal tengah malam tadi,namun toh tetap ada. 
    Seakan enggan pergi. 
    Dibeberapa tempat kabut memang lebih tipis atau hilang sama sekali. namun  di
tempat-tempat lain, muncul dan muncul lagi. tribuanatunggadewa  melirik jam digital mobilnya
yang digerakkan oleh tenaga baterai. Pukul lima lewat dua puluh menit, pagi hari.
Mestinya cuaca sudah mulai terang, dan... 
    tribuanatunggadewa  membelokkan mobil memasuki pekarangan rumahnya. Pintu pagar besi
masih terbuka seperti saat  ia tinggalkan tadi. 
    Tentu saja Siapa pula yang menutupkan? 
    Toh hanya ia seorang penghuni rumah itu! 
    Adapun maradona.... 
    Ia singkirkan jauh-jauh maradona dari pikirannya.Lalu turun untuk membuka pintu
garasi. Sesudah  itu menutup lalu mengunci pagar. Dan tidur pulas sesuka hati. Tinggal
memilih di kamar yang mana ia rebah.Kalau suka, di sofa ruang tengah.tribuanatunggadewa 
baru saja keluar dari garasi untuk menutup pintu pagar, manakala ekor matanya
menangkap adanya gerakan samar-samar di sudut beranda depan.Otomatis langkahnya
terhenti. Dengan sikap waspada ia mengawasi beranda. 
    Kewaspadaan yang berlebihan. 
    Karena beranda diterangi lampu dan di situ tidak terlihat komplotan perampok
bersenjata. Ia hanya melihat sosok tubuh seorang wanita lesbian  bangkit perlahan dari
kursi, lalu berdiri menghadap ke arahnya,tepat di bawah sinar lampu beranda.Satu dua
detik lamanya tribuanatunggadewa  terpana.Lalu bergumam, kaget, 
    "...Hai!" 
    "Hai.." terdengar sahutan lembut. 
    tribuanatunggadewa  mendekat ke beranda. wanita lesbian  itu kini tampak lebih jelas. Pakaian
yang melekat di tubuhnya jelas ketinggalan mode, membuat penampilan, siwanita lesbian 
tampak begitu sederhana. Namun kesederhanaan itu tertutup oleh hal lain yang sangat
menonjol, raut tubuh dan  kecantikan wajah siwanita lesbian . Sehingga, walau masih
kaget dan kepala diliputi tanda tanya, toh kelelakian tribuanatunggadewa  terasa dilecut oleh
rangsangan berahi. 
    "Mencari siapa, nyi girah ?" 
    "Anda tribuanatunggadewa , bukan?" 
    "Betul." 
    "Anda lah yang ingin saya temui..." ujar si wanita lesbian ,tampak lega. 
    "Sepagi ini?" 
    wanita lesbian  itu tersenyum. 
    Manis sekali. Katanya, 
    "Apakah waktu dapat mencegah seseorang untuk menjalankan tugas penting yang
harus dilakukan sesegera mungkin?" 
    "nyi girah  bergegas, agaknya..." 
    "Tergantung." 
    "Apa?" 
    "Sejauh mana Anda dapat membantu saya?" 
    "Hem. nyi girah  ini siapa? Dan apa yang dapat saya bantu?" 
    "Apakah kita berbicara di sini saja, atau..." siwanita lesbian  sengaja menahan
kata-katanya. 
    tribuanatunggadewa lah yang harus maklum sendiri. Sesudah  mengawasi sekitar dan yakin
bahwa wanita lesbian  itu hanya sendirian dan jelas tidak tampak berbahaya,
tribuanatunggadewa pun melangkah naik ke beranda. Pintu depan dibukanya lebar-lebar. 
    "Silakan," desahnya, ramah . 
    Sewaktu wanita lesbian  itu melewatinya, tribuanatunggadewa  mencium bau harum semerbak,
yang mau tak mau kembali melecut berahinya. Aneh, pikirnya sewaktu menutup pintu.
Mengapa tiba-tiba ia hanya berpikir tentang seks? 
    Karena kerinduannya pada maradona? 
    Atau karena kehadiran si wanita lesbian  misterius yang muncul di pagi hari yang dingin
dan  masih sepi ini? 
    Dan di ruang duduk yang hangat hanya ada mereka berdua saja! 
    "Mau kopi?" 
    "Tidak. Terima kasih," sahut si wanita lesbian  seraya mengawasi sekitar ruang duduk
dengan sorot mata mengandung minat. 
    "Tempat yang nyaman"tambahnya. 
    "Dan berantakan!" 
    tribuanatunggadewa  menimpali, malu-malu. 
    "Mestinya ada yang membereskan..." 
    "Mestinya!" 
    tribuanatunggadewa  mengangguk setuju. 
    "namun  dia sudah lama pergi..." 
    "Istrimu?" 
    Nada bicara si wanita lesbian  kini lebih akrab.Keakraban tamunya disambut tribuanatunggadewa 
dengan gembira. Seraya menyeringai lebar ia menjelaskan, 
    "Pertama kali melihatmu tadi, aku sempat berpikir maradona sudah kembali..." 
    "Kembali?" alis si wanita lesbian  terangkat. 
    "Kami sudah bercerai." 
    "Oh!" 
    "Sudahlah. Apa yang dapat kubantu? Dan, eh aku belum tahu siapa nyi girah !" 
    "Aku tak punya nama." 
    Sudah beraku-aku dia sekarang. Tidak lagi bersaya-saya. Namun bukan itu yang
membuat tribuanatunggadewa  mendadak tercengang. Melainkan apa yang diucapkan wanita lesbian 
itu barusan, aku tak punya nama.tribuanatunggadewa  mencerna kata-kata itu, lalu  tertawa
sumbang. 
    "Jangan bergurau, ah!" 
    "Sungguh." 
    "Masa iya, nyi girah  tak punya nama?" 
    "Ibuku tak sempat memberi nama. Beliau sudah meninggal saat  aku dilahirkan...." 
    "Dan ayahmu?" 
    "Aku belum pernah melihatnya. Juga tidak tahu apakah ia masih hidup. Dan di mana
ayahku itu sekarang ini...." 
    Berkata demikian, wajah si wanita lesbian  menyendu. Sesaat, sinar matanya tampak
berkilat ganjil. Semacam kilatan marah. Atau kebencian yang berapi-api? 
    "Orangtuamu... bercerai?" 
    "Aku tidak tahu." 
    tribuanatunggadewa  lagi-lagi tercengang. 
    "Tidak tahu? Yang benar saja. Sanak familimu tentu menceritakan...." 
    "Aku tak punya kerabat seorang pun juga," wanita lesbian  itu tampak sama bingungnya
dengan tribuanatunggadewa  sendiri. 
    Duduknya berubah resah. 
    Gelisah. 
    Ia menatap penuh harap ke wajah tribuanatunggadewa . Lanjutnya, lirih, 
    "Maka itulah aku datang menemuimu. Hanya kau yang dapat menjelaskan tentang
ayah yang harus kucari dan kutemukan. Juga tentang beberapa orang
lainnya.Terutama, Pak fredy krueger !" 
    Orang terakhir disebut si wanita lesbian  dengan nada benci yang tidak disembunyikan.
tribuanatunggadewa  memikirkannya, sambil matanya memperhatikan tubuh menawan si
wanita lesbian  kelihatan berubah regang,bahkan pundaknya sempat bergetar. 
    "Pak fredy krueger ..." gumam tribuanatunggadewa , berminat. 
    "fredy krueger  mana? Siapa namanya?" 
    "fredy krueger  Desa mampang prapatan . Namanya chucky ." 
    tribuanatunggadewa  mengerutkan dahi. Nama Desa mampang prapatan  seperti begitu dekat dengan
benaknya. Demikian pula nama chucky . namun  di manakah Desa mampang prapatan  itu? 
    Seperti apakah fredy krueger nya yang bernama chucky , nama yang juga menyatu di benak
tribuanatunggadewa ? 
    Dan bagaimana nama desa dan  fredy krueger nya sampai melekat dikepala tribuanatunggadewa ?     Mendadak, tribuanatunggadewa  menahan napas.     Astaga! 
    Nama-nama itu muncul dalam imajinasinya.Yang sudah  ia tuangkan ke dalam kebohongan nya! 
    Apakah yang ditanyakan si wanita lesbian  menyangkut isi kebohongan  tribuanatunggadewa , atau
sebaliknya tidak punya sangkut paut sama sekali? 
    Tergerak hati tribuanatunggadewa  untuk bertanya, 
    "Lantas... ayah nyi girah  itu. Tahu siapa namanya?" 
    "unyil !" 
    tribuanatunggadewa  hampir saja terlonjak, namun cepat menguasai diri. Ia menyeringai lebar,
lalu berujar, 
    "Begini, nyi girah . Sebaiknya berterus terang saja mengenai maksud dan tujuan nyi girah 
menemuiku. Boleh saja nyi girah  terpengaruh lalu keranjingan pada cerita bersambung
yang hampir seluruhnya sudah dimuat surat kabar.namun ..." 
    wanita lesbian  itu menukas cepat, 
        "Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan, tribuanatunggadewa ." 
    "Oh ya?" 
    tribuanatunggadewa  menahan senyum. 
    "Aku lebih tidak mengerti lagi mengapa nyi girah  datang menemuiku dengan omong
kosong yang menggelikan ini. Kalau nyi girah  hanya ingin berkenalan, atau ingin
tandatanganku sebagai pengarang kebohongan  itu, datanglah baik-baik. Dan menurut waktu
yang pantas pula.Setuju?" 
    Si wanita lesbian  kembali menggelengkan kepalanya.Berujar masygul, 
    "Tolonglah. Jangan mempermainkanaku...!" 
    "Siapa yang mempermainkan siapa, nyi girah ?" balas tribuanatunggadewa , mulai jengkel. 
    Menyadari kejengkelan tribuanatunggadewa , si wanita lesbian  tidak menyerah begitu saja.
Sebelum tribuanatunggadewa  sempat menghindar, wanita lesbian  itu sudah  bangkit dari duduknya,
lalu cepat bersimpuh di depan tribuanatunggadewa .Sepasang tangannya yang halus mulus, putih
berseri tanpa cacat cela, tahu-tahu sudah mendarat diharibaan tribuanatunggadewa . Suaranya
terdengar amat memelas, bahkan hampir-hampir putus asa, 
    "Tolonglah,tribuanatunggadewa . Bantulah aku menemukan orang-orang yang kucari. Sebagai
imbalannya, akan kuturuti apa saja permintaanmu. Tubuhku pun kurelakan, bila itulah
kehendakmu...." 
    tribuanatunggadewa  terpesona.Tubuh mulus montok dan wajah cantik menggairahkan itu
boleh ia miliki sesuka hati, dan kapan ia mau? 
    Berpikir demikian, timbul pemikiran lain di kepala tribuanatunggadewa . Ia lalu
mengutarakannya tanpa tedeng aling-aling, 
    "Apakah kau ini... pelacur?" 
    Di luar harapannya, si wanita lesbian  sedikit pun tidak menampakkan perasaan
tersinggung, wanita lesbian  itu hanya menjawab, pasrah, 
    "Untuk mencapai tujuanku,tribuanatunggadewa ... jadi pelacur yang hina sekalipun aku
rela...." 
    Dan dari sudut-sudut matanya meneteslah butir-butir air bening, sewaktu ia
menambahkan dengan bisikan sayup-sayup, 
    "Demi roh ibuku." 
    tribuanatunggadewa  menegang. 
    "Dan ibumu yaitu ..." 
    wanita lesbian  itu menjawab tenang dan khidmat, 
    "jessica ." 
    tribuanatunggadewa  pun terbungkam. 
     tribuanatunggadewa  keranjingan menulis cerita-cerita hantu, itu memang betul. Akan namun 
bahwa hantu itu benar-benar ada... konon pula dalam wujud nyata seperti sekarang ini,
sungguh tak masuk di akal tribuanatunggadewa . 
    Hantu hanya ada dalam khayalan manusia-manusia penakut. Semakin mereka takut,
semakin mereka percaya. tribuanatunggadewa  lantas ikut menakuti-nakuti mereka. Karena ia
tahu dari ketakutan-ketakutan yang ditimbulkannya, uang pun mengalir deras ke saku
tribuanatunggadewa .Maka dalam bungkamnya, tribuanatunggadewa  berpikir cepat,praktis dan sederhana.
Ia tidak sudi membodohi diri sendiri. wanita lesbian  yang jadi tamunya di pagi hari
ini,bukanlah hantu. Hanya ada satu kemungkinan, ada orang yang coba-coba
mempermainkannya. Itu jelas sekali. Bagian akhir kebohongan  yang ia ketik tadi malam belum
termuat di surat kabar. Kecuali tribuanatunggadewa ,hanya seorang saja yang tahu ending cerita
itu.Bahwa wanita lesbian  ini tahu, itu karena seseorang memberitahukannya, dan tidaklah
sulit menerka siapa orang sedeng yang berpikir dapat mempermainkan tribuanatunggadewa . 
    Siapa lagi, kalau bukan slenderman ! 
    Heem. 
    Apa tadi yang mereka percakapkan di kantor? 
    slenderman  bersungut-sungut mengenai akhir cerita itu, 
    "..Aku tak puas!" 
    lalu , Andai kata anaknya jessica  seorang gadis cantik seperti ibunya? 
    "Ah, " enaknya tribuanatunggadewa  menjawab, 
    "Biarlah ia datang ke rumahku!" 
    Ditambah ini, 
    "Aku butuh teman tidur..." 
    Bukan main! 
    Agaknya slenderman  tidak ingin sekadar main-main.Selagi bermain kartu tribuanatunggadewa 
sempat melihat sahabatnya itu termenung-menung. Sekali, ia lihat slenderman  berbicara
di telepon. Lalu tersenyum-senyut.Asyik dengan kartu di tangan, tribuanatunggadewa  tak tertarik
untuk memikirkan mengapa sahabatnya senyum-senyum sendiri.Baru sekarang ia
berpikir.Baru sekarang pula ia sadari, slenderman  gemar main wanita lesbian . Sahabatnya
itu punya koleksi wanita lesbian -wanita lesbian  cantik yang dapat ia tiduri kapan ia suka.
Terutama apabila istri di rumah sudah tidak sanggup menampung genjotan seksual
slenderman  yang memang overdosis.wanita lesbian  ini tentunya salah satu koleksi si maniak
itu.wanita lesbian  ini sudah  diberi instruksi-instruksi lewat telepon. Lalu perintah-perintah.
Si wanita lesbian  harus sudah menunggu di rumah tribuanatunggadewa  pada saat yang empunya
rumah tiba. 
    slenderman  sedeng itu! 
    Oh, oh, boleh-boleh saja,tribuanatunggadewa  akan melayani apa maunya. namun  dengan akhir
yang pasti akan mengejutkan slenderman , sebuah pukulan balik dan tidak terduga! 
    Mulai sedeng, tribuanatunggadewa  merunduk memandang wanita lesbian  yang bersimpuh
tengadah seraya memegang lututnya. 
    "Berhentilah menangis, nyi girah  manis," ia berkata,tersenyum. 
    "Aku akan menolongmu.." 
    "Benarkah?" sepasang mata indah itu sesaat  berbinar-binar. 
    "Aku berjanji." 
    "Terima kasih, tribuanatunggadewa . Terima kasih..." ucap siwanita lesbian , terharu. 
    Lalu ia ciumi lutut tribuanatunggadewa  dengan gaya yang amat dtri tis. Sedtri tis
gumamnya yang bergetar, 
    "Entah bagaimana aku kelak membalas budi baikmu, tribuanatunggadewa ...." 
    "Bukan kelak. namun  sekarang juga!" bisik tribuanatunggadewa . 
    Tajam menusuk. 
    "namun ..." 
    "Kalau kau tak membutuhkan pertolonganku..." 
    tribuanatunggadewa  berujar. Jual mahal. 
    "Aku membutuhkannya. Amat sangat membutuhkan-nya!" sahut si wanita lesbian ,
bernafsu. 
    "Jadi?" 
    "Aku tak tahu... entah bagaimana aku dapat..." si wanita lesbian  tampak bingung,
bahkan gelisah. 
    "Mudah saja, nyi girah ." 
    "Bagaimana?" 
    "Ciumanmu tadi salah alamat..." 
    Si wanita lesbian  membelalak. Lalu tersenyum. Penuh arti. 
    "Yang mana yang mestinya kucium?" 
    "Ini," desah tribuanatunggadewa , bergetar-getar seraya menunjuk mulut sendiri. 
    "Oh. Cuma itu..." desah si wanita lesbian  pula, seraya meluruskan tubuhnya sehingga
wajah mereka berdua:saling berhadapan. 
    Bibirnya yang ranum basah lalu  mendarat di bibir tribuanatunggadewa . Sekilas
saja,sesudah  itu segera ditarik mundur kembali. 
    "Lagi!" dengus tribuanatunggadewa , tak puas. 
    "Lebih lama!". 
    wanita lesbian  itu menciumnya lagi. Lebih lama. Namun terasa kaku. Tak sabar,
tribuanatunggadewa  merangkul lalu menarik tubuh si wanita lesbian  duduk di haribaannya.Seraya
terus mengulum bibir hangat dan berbau harum semerbak itu, tribuanatunggadewa  merebahkan
si wanita lesbian  dikursi panjang berjok tebal empuk yang ia duduki.Sedetik, ada
pemberontakan. Detik-detik berikutnya,sambutan hangat yang sudah diduga oleh
tribuanatunggadewa .Begitu ciuman mereka yang menghanyutkan itu merenggang lepas, si
wanita lesbian  berbisik terengah, 
    "...Sudah?" 
    "Belum!" 
    tribuanatunggadewa  sama terengah. 
    "Apa lagi?" 
    "Aku ingin menidurimu!" ujar tribuanatunggadewa , nekat. 
    "Oh..." 
    "Keberatan?" 
    wanita lesbian  itu tampak bingung. Pikir tribuanatunggadewa , 
    Pura-pura dia! 
    Benar saja, karena si wanita lesbian  lalu  berujar, 
 -- Halaman 33 Kolektor E-Book -- 
    "Walau baru berupa janji,perasaanku sudah plong. Maka, baiklah. Bila itu
kehendakmu..." 
    Ia menggeliat di bawah tubuh tribuanatunggadewa  yang masih menekan. 
    "Di sini sempit.Kurang leluasa..." 
    Benar juga, pikir tribuanatunggadewa . Lantas, kepalang sedeng ia bimbing wanita lesbian  itu
langsung menuju... kamar tidur utama. 
    Mengapa tidak? 
    Dua tahun sudah ia membenci dan menjauhi ranjang di kamar itu. Sudah waktunya
kebencian itu dibunuh habis. 
    Persetan dengan cinta. 
    Persetanlah maradona. Bila maradona dapat tidur dengan lelaki-lelaki lain,
mengapa ia tidak? 
    Dua tahun sudah tribuanatunggadewa  bertahan. Bukan karena tidak ingin, apalagi tak mampu.
tribuanatunggadewa  masih lelaki normal. Hanya saja, trauma itu terus mengusik dan
merobek-robek jiwanya. Takut apabila ia menikah lagi,akan terulang tragedi yang
pernah menimpa maradona. 
    "Jangan pikirkan tentang perkawinan!" pernah slenderman  menasihatinya. 
    "Ajak saja seorang wanita lesbian  ke kamar tidurmu. Lampiaskan berahimu yang
terpendam. Sampai tuntas. Bayar dia. Sesudah  Itu suruh keluar. Beres!" 
    Nasihat sahabatnya itu tidak mampu menggoyahkan pendirian tribuanatunggadewa . 
    "Seorang pelacur," katanya, siapapun dia dan berapa pun juga dibayar, pastilah
tidak merasa bahagia dengan apa yang dilakukannya! Kalau aku meniduri seorang
pelacur, itu akan lebih mengingatkan aku pada maradona. Bekas istriku itu bukan
pelacur. Namun aku yakin betul, apa yang dia perbuat bersama lelaki itu hanya
membuat dia lebih tidak berbahagia daripada seorang pelacur...! 
    slenderman  pernah menjebaknya, saking jengkel. 
    Suatu malam tribuanatunggadewa  didorong masuk oleh slenderman  kesebuah kamar motel.
Begitu tribuanatunggadewa  sudah di dalam,slenderman  berkelit keluar, lalu mengunci pintu dari
luar.Dan tribuanatunggadewa  hanya bisa termangu melihat ke tempat tidur. Di situ menggeliat
menantang seorang wanita lesbian  yang tidak berbusana sehelai benang pun.Tatap mata
dan senyum bibirnya mengundang. Marah karena terjebak, berahi tribuanatunggadewa  justru
tidak terbangkit. Ia suruh wanita lesbian  itu mengenakan pakaian, ditambah ancaman yang
belakangan membuat ia tertawa sendiri, 
    "Kalau tidak, aku akan berteriak minta tolong!" 
    slenderman  tak pernah mencobanya lagi. 
    Sampai malam... eh, pagi hari ini! 
    Hem. 
    Awas lu, slenderman . 
    Akan kaulihat bagaimana tribuanatunggadewa  dapat berbuat apa yang tidak terduga olehmu! 
    Dan itulah yang terjadi. 
    Bahkan justru di luar dugaan tribuanatunggadewa  sendiri.Gerakan-gerakan si wanita lesbian  di
bawah tubuhnya,beberapa kali salah dan jelas agak kaku, meski tubuh itu hangat dan
semakin menghangat pertanda berahinya justru terus memuncak.Pekik tertahan si
wanita lesbian lah yang membuat tribuanatunggadewa  terpana. namun  segala sesuatunya sudah
terlambat. tribuanatunggadewa  tak mungkin lagi mundur. Ia sudah memasuki tubuh wanita lesbian 
itu. Dan membuatnya sangat terkejut. 
    Ya Tuhan. 
    "wanita lesbian  itu masih perawan!" 
    "Mengapa kau biarkan aku melakukannya?" keluh tribuanatunggadewa  sesudah semuanya
berakhir dan mereka rebah bersebelahan, mengatur napas masing-masing. 
    "Menyesal?" desah si wanita lesbian . 
    Tenang-tenang saja. 
    "Aku?" 
    tribuanatunggadewa  tertawa kaku. 
    "Mestinya akulah yang mengajukan pertanyaan itu..." 
    Dan jawabnya yaitu , 
    "Aku menyukainya. Begitu indah!" 
    Si wanita lesbian  menatap dengan mata syahdu.Sewaktu tribuanatunggadewa  menoleh, ia melihat
pipi gadis itu basah dilinangi air mata.tribuanatunggadewa  terenyuh. 
    "Kau menangis..." 
    "Karena bahagia" gadis itu tersenyum. 
    "Aku akan selalu mengenangnya. Tak akan kulupakan. di manapun aku berada!" 
    "nyi girah ..." 
    "Hem. Aku juga menyukai nama itu." 
    "Apa?" 
    "nyi girah . Nama yang bagus, apalagi kau yang mem-berinya, tri ." 
    Mau tak mau, tribuanatunggadewa  tertawa. 
    "Masih tetap bersikeras tidak mau memberitahu namamu sebetulnya ." 
    "Itulah namaku. nyi girah ." 
    tribuanatunggadewa  menyerah .Pelacur tetap punya nama.Karena ia pelacur, namanya lebih
dari satu. Bukan mustahil, pada setiap lelaki yang menidurinya, seorang pelacur akan
memberi nama yang berbeda-beda.Demikian sering dan tak terhitung lagi banyak nama
yang ia sebutkan, sehingga si pelacur tidak mustahil lupa nama lahirnya.tribuanatunggadewa 
setengah bangkit. Bertelekan pada siku.Mengawasi gadis yang berbaring santai di
sebelahnya.Tubuhnya yang indah, berkilat-kilat cemerlang dalam jilatan lidah-lidah
mentari pagi yang menerobos lewat ventilasi jendela kamar. Merenung sejenak, ia
lalu  berujar, 
    "Tahukah kau, betapa mahalnya tebusan permainan konyol ini?" 
    Wajah nyi girah  ? ya, biarlah anggap itulah namanya;mendadak berubah tegang. Juga
bisiknya, 
    "...Permainan? Permainan apa, tri ?" 
    "Sandiwaramu." 
    "Aku tak mengerti." 
    Mendengar jawaban itu, perasaan kesal yang sudah hilang, bangkit lagi mengusik
kepala tribuanatunggadewa . Ia bersungut-sungut, 
    "Apakah slenderman  saja yang mengerti?" 
    nyi girah  tampak bingung. 
    "Siapa?" 
    "slenderman . Teman sekantorku. Berapa dia membayarmu? Atau berapa aku harus
membayar, bila itulah keputusan slenderman . Mengingat, kau masih...perawan?" 
    nyi girah  serentak duduk.Marah sekali dia. Tangannya sempat terangkat, namun 
lalu  mendadak lunglai kembali. 
    "Tidak..." desisnya, putus asa saking marahnya. 
    "Sungguh tak pantas aku menampar manusia yang memberiku keindahan, memberiku
nama, bahkan memberiku kehidupan...." 
    "Kau mengaco lagi," 
    tribuanatunggadewa  tersenyum. 
    Mengejek. 
    "Bukan aku. namun  kau!" 
    "Aku?" 
    tribuanatunggadewa  rebah lagi. Berbuat sesantai mungkin, meskipun hatinya masih
terguncang mengingat ia sudah  menodai kesucian seorang perawan.Dan itu semua
bermula dari permainan iseng yang tidak saja konyol, namun  juga sudah melampaui
batas. 
    "Aku tidak mengaco, nyi girah ...." 
    "Mengaco mungkin tidak. Mengelakkan tanggungjawab, ya!" 
    tribuanatunggadewa  menegang. 
    Tanggung jawab? 
    Astaga, sudah sedemikian jauhkah akibat permainan memalukan ini? 
    Ataukah tribuanatunggadewa  terkena hukum karma? 
    Melanggar sumpah untuk tidak meniduri wanita lesbian  lain, sebelum ia dan maradona
mencapai saling pengertian lalu berpisah secara baik-baik dan saling merelakan? 
    "Ayo. Mengapa bungkam?!" 
    nyi girah  mendesis tajam.tribuanatunggadewa  berusaha sekuat tenaga menghirup udara sebanyak
mungkin untuk mengisi paru-parunya yang terasa kering kerontang. Lalu bertanya
getir, 
    "Kau menuntut sebuah perkawinan, nyi girah ?" 
    "Tidak" 
    "Lantas?" 
    "Hanya janji. Janjimu menolongku!" 
    Kini tribuanatunggadewa  lah yang marah. 
    "Hentikan omong kosong yang tak masuk akal itu, nyi girah !" 
    nyi girah  gemetar hebat.Sinar matanya yang berapi-api sempat membuat bulu kuduk
tribuanatunggadewa  merinding. Bukan karena takut.Melainkan karena ia sedikit pun tidak
menduga bahwa si gadis akan uring-uringan semacam itu. Kalaupun tribuanatunggadewa  takut,
yang ia takutkan yaitu  ia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah  ia perbuat
dan mengawini nyi girah ! 
    Selagi tribuanatunggadewa  belum sempat berpikir sesuatu, nyi girah  sudah berkata dingin. 
    Sangat dingin. 
    "Apa pun yang terjadi, tribuanatunggadewa , aku tetap menghormatimu. Yang tidak kunyana
yaitu , bahwa kau ini ternyata seorang manusia busuk!" 
    Sampai di situ, habislah kesabaran tribuanatunggadewa . Ia meluncur turun dari ranjang.
Pakaian si wanita lesbian  disambar, lalu dilemparkan ke si empunya. 
    "Kenakanlah itu. Lalu enyah dari sini!" . 
    nyi girah  pun punya batas kesabaran.Cepat ia kenakan pakaiannya, lalu berjalan ke pintu yang sudah dibukakan tribuanatunggadewa . Di sana ia tegak sejenak. Kata-kata yang
keluar dari mulurnya, panas bagai semburan api neraka 
    "Hati-hatilah, tribuanatunggadewa .Kau akan melihat akibat perbuatanmu karena sudah  ingkar
janji!" 
    Sesudah  itu nyi girah  berlalu tanpa menoleh-noleh lagi.Di tempat yang ia tinggalkan,
tribuanatunggadewa  tiba-tiba merasakan kehilangan sesuatu. Tak tahu apa sesuatu itu. Yang
pasti, perasaan kehilangan itu sangat  kuat memukul hatinya, malah mencabik-cabik.
Sedetik,muncul penyesalan. Detik berikutnya, kemarahan, tohdia itu cuma pelacur! 
    namun  mengapa harus berakhir seperti ini? 
    Lama tribuanatunggadewa  termangu.Tak tahu harus berbuat apa, ia berjalan lunglai
meninggalkan kamar tidur. Dari ruang tengah ia kedepan, terus ke beranda. Matahari
sudah naik semakin tinggi. Lalu lintas di jalan sudah tri i. Banyak orang hilir mudik
di sana sini. namun  ke mana pun matanya mencari, tetap saja sia-sia. 
    nyi girah  sudah lenyap. 
    Entah ke mana.... 
     Tahan juga tribuanatunggadewa  berkurung di rumah. namun  tak sampai dua jam. Dering demi
dering telepon tak ia acuhkan. lalu  kabelnya dicabut sambil memaki-maki. Surat
kabar pagi dan majalah yang bareng datang, tidak menaruh minatnya. Penjual susu
sapi murni langganannya juga ia biarkan mengebel pintu depan terus menerus. Sampai
orang itu bosan sendiri lalu pergi.Di dalam rumah, tribuanatunggadewa  duduk, berdiri,
mondar-mandir, merokok, dan terus merokok. Sampai ia batuk-batuk dan dadanya
seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum.Akhirnya ia tiba pada satu kesimpulan, ada sesuatu
yang salah, dan ia harus memperbaikinya. 
    tribuanatunggadewa  lalu mandi. 
    Bersalin pakaian, lalu tanpa lebih dahulu  sarapan pagi, rumah ia tinggalkan. Mobilnya
ia pacu macam orang edan. Beruntung tak terjadi musibah. Tak pula ada polisi
mengeluarkan surat tilang.Ia tiba dengan selamat di rumah slenderman . 
    Pastilah kuncinya ada di tangan slenderman ! 
    slenderman  masih pulas di kamar tidur. namun  sesudah  momo granny ,istrinya, melihat
penampilan tamu mereka yang tak ubahnya orang kesurupan, slenderman  segera
dibangunkan. 
    "Tuh, tri  mencarimu. Agaknya ada peristiwa penting terjadi di kantor!" 
    Didampingi sang istri, slenderman  bergegas keluar dari kamar. Ia temui tamunya
sambil mengucek-ngucek mata, masih mengantuk. 
    "Peristiwa apa yang terjadi dikantor, tri ?" ia bertanya, polos. 
    "Bukan di kantor. namun  di rumahku!" jawab tribuanatunggadewa , tak sabar. 
    "Oh, ya?" 
    "Gadis suruhanmu itu..." 
    tribuanatunggadewa  tidak melanjutkan kalimatnya sewaktu ia sadari momo granny  juga hadir, ikut
mendengarkan sepenuh perhatian. Susah payah tribuanatunggadewa  menguasai diri. Berujar
lebih lunak, 
    "...kau sudah sarapan pagi, slenderman ?" 
    Yang ditanya menjawab bingung, 
    "Mandi pun belum...." 
    "Kalau begitu, ayolah. Kita sarapan di luar saja!" 
    Biar bingung, slenderman  ternyata masih mampu tertawa.Katanya, 
    "Kalaulah semua tamu yang datang ke rumah ini orangnya macam kau, tri ,
istrikulah yang senang. Belakangan ini ia makin irit saja...." 
    "Hus! Kok malah buka rahasia dapur!" 
    momo granny  mengomel, cemberut. 
    "Tak apa. tri  bukan siapa-siapa, ini." 
    slenderman  membujuk istrinya. Lalu pada tribuanatunggadewa , 
    "Tunggulah sebentar. Aku mandi dahulu ." 
    "Cuci muka sajalah!" 
    "Hei. Nanti dahulu . Kau mau mengajak aku sarapan pagi,atau berkelahi?!" dengus
slenderman  membelalak. 
    "Anggap saja dua-duanya!" sahut tribuanatunggadewa , serius. 
    slenderman  geleng-geleng kepala, namun  ia menyelinap juga ke kamar mandi. Cuci
muka, sikat gigi, salin pakaian seadanya, kembali lagi ke ruang depan sambil berkata
pada istrinya, 
    "Kalau aku tak pulang-pulang,Ana. Itu tandanya aku sudah mati!" sambil ia
mengerling ke arah tribuanatunggadewa  yang tersentak mendengarnya. 
    "Ayolah." 
    momo granny  protes. namun  sang suami dan tamu mereka sudah masuk ke mobil yang
diparkir di depan rumah.tribuanatunggadewa  langsung tancap gas. Di sebelahnya,slenderman 
bersungut-sungut tak senang, 
    "Benar kau mengirit biaya dapur istriku, tri . namun  sekaligus kau membuatnya
kurus dalam sekejap...." 
    "Ha?" 
    tribuanatunggadewa  tersentak dari lamunannya. 
    "Habis?" 
    slenderman  angkat bahu. 
    "Datang-datang bikin panik orang. Belum lagi bila istriku terlalu menganggap serius
ucapanku tadi. Jangan-jangan saat ini ia sedang menelepon polisi!" 
    "Itu urusanmu," gumam tribuanatunggadewa , tak acuh. 
    "Oh ya? Lalu, bagaimana dengan sarapan pagiku?" 
    "Aku tidak lapar." 
    tribuanatunggadewa  tidak berdusta. Ada restoran di depan mereka. namun  mobil terus saja.
slenderman  mencium gelagat,, lantas berkata sengit, 
    "Lalu mau apa kau menarikku dari tempat tidur?" 
    "Bicara." 
    "Itu jelas!" 
    "Kau tahu apa yang akan kubicarakan, slenderman ...." 
    slenderman  mendengus, 
    "Gadis suruhanku, hem...!" 
    "Itu dia." 
    "Kau tidak main-main, bukan?" 
    "Belum pernah aku seserius hari ini, slenderman ," jawab tribuanatunggadewa , mengeluh. 
    Melihat sahabatnya seperti patah semangat, slenderman  menahan diri. Ia berkata
lunak, 
    "Kau sedang panik..." 
    "Ya." 
    "Dan hanya aku seorang yang dapat menghentikan kepanikanmu." 
    "Ya." 
    "Baiklah. Anggap saja aku tahu siapa gadis itu. Dan tahu bagaimana aku
menjelaskan persoalannya. namun  sebelum sampai ke situ, berjanjilah melakukan
sesuatu untukku..." 
    "Apa?" 
    "Tulislah sebuah kebohongan ...." 
    "Ha?" 
    "Tidak. Tidak. Bukan kebohongan . Terlalu lama" 
    slenderman  meralat diri. 
    "Cukuplah cerita pendek saja. Jadi bisa kau selesaikan dalam tempo segera. Tentu
saja dengan judul Gadis Suruhan. Begitu selesai, serahkan padaku. Akan kubawa
pulang ke rumah. Lalu pura-pura mengoreksinya di depan mata istriku...." 
    tribuanatunggadewa  tertawa juga akhirnya. Lari mobil dikurangi.Mereka sudah tiba di
kawasan Taman Monas. Mobil diparkir di bagian yang teduh. namun  tak ada
tanda-tanda tribuanatunggadewa  berniat turun. Jadi slenderman  memutuskan tetap duduk di
kursinya. Diam,menunggu. 
    "Kok jadi runyam begini..." 
    tribuanatunggadewa  bingung sendiri. 
    "Aku tak menduga istrimu jadi persoalan..." 
    "Salahmu sendiri. Mengapa ngomong macam-macam didepan istriku. Bikin momo granny 
curiga saja. Dapat kupastikan ia juga bakal mencak-mencak apabila aku pulang nanti
ke rumah tanpa siap dengan jawaban yang masuk di akalnya. Hanya cerita pendekmu
yang barusan kupesan, yang dapat menolongku selamat dari cakaran kukunya..." 
    slenderman  mengakhiri dengan tawa kecut. 
    "Itulah risiko jadi pendosa. Selalu dikejar-kejar perasaan bersalah..." 
    tribuanatunggadewa  malah menggoda. 
    "Apakah kau luput dari dosa, tri ?" sahut slenderman  sengit. 
    tribuanatunggadewa  terdiam.Ia tahu apa yang dimaksudkan sahabatnya. Menyandar di
kursinya, ia lihat sekelompok bocah tanggung berlompatan dari sebuah mobil pick-up.
Bocah-bocah itu berlarian ke air mancur. 
    Sukacita. 
    Anak-anak yang lugu. 
    Yang belum tahu apa itu dosa! 
    "Mengenai gadis di rumahku itu, slenderman ...." 
    "Hem?" 
    "Aku tahu kau bermaksud baik. Kau ingin aku melupakan saja maradona..." 
    "Nah. Apa pula ini?" bingung lagi slenderman . 
    Berpikir sejenak, ia lantas manggut-manggut. 
    "namun  kau benar juga. Memang itulah selalu harapanku. Buang maradona
jauh-jauh dari pikiranmu, sebelum kau menjadi gila karenanya. Kau sendiri tahu,
maradona kerjanya berpindah dari pelukan satu lelaki ke pelukan lelaki lain. Sadar
atau tidak, itu akan membuat harta warisan orangtuanya yang melimpah ruah akan
ludes.Tandas tak bersisa walau hanya sepeser...." 
    "Tidak semua," tribuanatunggadewa  menggeleng. 
    "Sebagian hartanya ditinggalkan maradona untukku saat  kami berpisah. Dan aku
senantiasa menjaga sedapat mungkin agar apa yang ia tinggalkan tetap utuh tak
terganggu..." 
    "Kau masih tetap mencintai bekas istrimu, ya?" 
    "Masih. Dan seperti harapanmu tadi, aku pun berpikir sama. Terus terang,
harapanku busuk dan kotor.Semoga uang momo granny  ludes tandas. Sampai tak ada
seorang pun masih mau melayani kebiasaan buruknya!" 
    slenderman  mengingatkan, 
    "Istrimu masih muda. Cantik pula." 
    "Itu betul. namun  sesudah  uangnya habis, maradona akan menyadari bahwa
kemudaan dan kecantikan saja tidaklah cukup. Aku yakin, akan tiba saatnya ia
berpaling ke hartanya yang masih tersisa di tanganku.Ia akan datang mengambilnya.
Sebab ia tahu aku tidak bakal banyak cingcong. Nah, aku siap menunggu dia.Namun
sebelum peninggalannya kukembalikan, aku dan dia harus saling berbuka kartu lebih
dahulu ...!" 
    slenderman  menoleh ke luar jendela mobil. 
    "Ah. Itu ada pedagang asong. Tak apa kubelikan roti?" 
    "Silakan." 
    slenderman  turun dari mobil, ia membeli beberapa potong roti dan dua teh kotak. Dan
jadilah mereka sarapanpagi juga. Tanpa seorang pun yang berbicara. Seolah asyik
menghitung suara-suara klakson mobil atau berapa banyak sepeda motor yang
lalu-jalang tak jauh dari tempat parkir itu.slenderman  menghabiskan tiga potong roti.
tribuanatunggadewa  sepotong pun tak habis. namun  satu hal lalu  mereka sepakat, tiba
saatnya memperbincangkanmasalah pokok. tribuanatunggadewa  menyedot teh kotaknya tanpa
selera. saat  ia memulai, kata-katanya terdengar bernada pahit, 
    "...Dia masih perawan, slenderman !" 
    Hampir saja slenderman  tersedak. 
    "Dia siapa?" 
    "nyi girah ." 
    "Ya. nyi girah  siapa?" 
    "Gadis suruhanmu." 
    Nah. 
    Ributlah lagi mereka. 
    Bertengkar. 
    Saling salah menyalahkan. Sampai akhirnya tribuanatunggadewa  dapat dibujuk agar tenang
lalu mengulang ceritanya lebih tenang, lebih jelas, dari A sampai Z.Tak sekali pun
slenderman  memotong.Kecuali desah-desah heran, bingung, takjub. Atau
gumaman-gumaman kagum, campur iri sewaktu tribuanatunggadewa  tiba pada cerita di tempat
tidur. 
    Tentu saja,seraya menelan ludah! 
    tribuanatunggadewa  menuturkan segala sesuatunya tanpa menyembunyikan apa pun.
Termasuk dugaannya yang kuat, bahwa kunci persoalan ada ditangan slenderman . Dari
seorang pendengar yang tekun,dengan minat yang sungguh-sungguh, slenderman  berubah
jadi penuntut.Katanya, tenang dan teratur, 
    "Kelakuanku jelek-jelek begini, tri , namun  ah aku memercayai kemahakuasaan
Tuhan. Maka, atas nama Tuhan biarlah aku bersumpah. Terkutuklah diriku,
istriku,anak-anakku apabila benar aku mengenal gadismu itu,dan aku pula yang
menyuruh nyi girah  mengakalimu" 
    tribuanatunggadewa  mendadak tegang.Ia simak wajah sahabatnya. Dan menyadari, tak ada
gunanya berkata: aku memercayai kejujuranmu.yaitu  lebih baik tribuanatunggadewa 
menanyakan kemungkinan satu-satunya yang paling masuk akal dan bisa dilacak, 
    "Selain kau sendiri, apakah ada orang lain yang sudah membaca bagian-bagian
akhir kebohongan  yang kuserahkan tadi malam?" 
    "Tidak seorang pun," jawab slenderman . 
    Tegas. 
    "Kalaupun ada, hanyalah tiga halaman pertama yang kuterima darimu. Petugas
setting, lalu  korektor,penata letak, tukang-tukang cetak. Aku tahu betul mereka
senantiasa menanti lanjutan cerita bersambungmu dengan tak sabar. Plus, tentu saja
masyarakat luas karena surat kabar kita sudah  beredar sejak pukul lima pagi ini...." 
    "Sisanya?" 
    tribuanatunggadewa  menahan napas. 
    "Seperti biasa. Kusimpan di laci mejaku yang terkunci.Dan kuncinya tak pernah
kupercayakan ke tangan orang lain...." 
    "Jadi..." 
    Wajah slenderman  berubah pucat. Suaranya pun gemetar. 
    "Itulah yang kucemaskan. Jangan-jangan nyi girah  yaitu ..." 
    "Putri tokoh utama kebohongan ku," desah tribuanatunggadewa , tak percaya. 
    slenderman  membenarkan dengan kepercayaan penuh,Tepatnya, tri . 
    nyi girah  yaitu  hantu perawan yang sudah  bangkit dari kuburan jessica ! 
    Terdengar bunyik klakson mobil yang lewat, menyalak.Menyentak-nyentak. 
    lalu  sepi. 
    Semakin menyentak. 
    MENDADAK tribuanatunggadewa  tertawa.slenderman  kaget. Lantas mengomel, 
    "Orang lagi ketakutan, ini malah tertawa. Apa sih yang lucu?" 
    tribuanatunggadewa  menjawab dengan umpatan,     "Jadah! Sebentar tadi hampir saja aku membodohi diri sendiri!" 
    "Maksudmu?" 
    tribuanatunggadewa  memutar kunci kontak. Sambil menjalankan mobilnya kembali, ia berkata,
    "Bahwa hantu itu ada!" 
    "Memang betul!" 
    slenderman  bersitegang. 
    "Pernah mengalami? Atau melihat dengan mata kepala sendiri?" 
    "Oh-oh... semoga jangan sampai terjadi!" 
    slenderman  bergidik. 
    "Aku cuma dengar-dengar dari orang. Selain dari membaca, tentu. Yang pasti,
seorang famili dekatku pernah mengalami sendiri..." 
    "Apa iya?" 
    "Sungguh!" desah slenderman  serius. 
    "Kalau tak salah ingat, terjadinya sekitar penengahan tahun 1995 yang silam. Dia,
yaitu  saudara sepupuku, kala itu piknik bersama teman-teman sekelasnya di SMA ke
Pantai Pameungpeuk, di sebelah selatan kota Garut. Sepupuku orangnya urakan, kalau
tak bisa dikatakan brutal..." 
    "Apa yang terjadi?" tanya tribuanatunggadewa  tertarik, sambil menurunkan laju mobil karena
lampu lalu lintas didepan mereka sudah menyala kuning, lalu merah. 
    Mobil pun berhenti. 
    Mengikuti antrean panjang. 
    "Habis mandi, berenang, berperahu, sepupuku dan  teman-temannya menginap di
desa terdekat. Di rumah keluarga salah seorang temannya. Esok paginya mereka
bermaksud menyalurkan hobi berburu unggas liar didaerah sekitar. Sebelum berangkat,
tuan rumah mereka mewanti-wanti. Nanti bila mereka memasuki wilayah berawa-rawa,
agar berhati-hati. Di tempat itu ada gundukan tanah kering berbatu-batu di bawah
naungan sebatang pohon rindang. Bila kebetulan mereka melihatnya, mereka harus
terus. Jangan berhenti. Apalagi bertingkah macam-macam. Bisa kualat!" 
    "Memangnya kenapa?" tanya tribuanatunggadewa . 
    Mobil ia jalankan kembali karena lampu hijau sudah menyala. 
    "Tuan rumah bilang, gundukan tanah di tengah rawa itu kuburan keramat . Konon di
situ dimakamkan dahulukala, seorang abdi kepercayaan Prabu Pajajaran.Semasa
hidupnya, sang abdi ditugaskan membuka dan  menundukkan roh-roh jahat penghuni
daerah rawa-rawa tersebut. Tak heran bila penduduk setempat mengetri tkannya.
Menurut cerita turun-temurun,daerah berawa itu sudah ratusan kali dilanda air
bah.Setiap kali air surut, ada saja pohon besar yang tumbang. Banyak batu-batu
raksasa sudah berpindah tempat. namun  gundukan tanah itu tetap utuh.Batu-batunya
tak terusik. Dan pohon yang menaunginya tetap kokoh, malah makin rindang...." 
    "Hem. Ide yang menarik buat dijadikan bahan cerita misteri!" cetus tribuanatunggadewa ,
berimajinasi. 
    slenderman  tersenyum. 
    "Asal honornya dibagi dua. Aku yang memberi ide, ingat-ingatlah itu!" 
    tribuanatunggadewa  bersungut, 
    "Masih di angan-angan sudah minta bagian!" 
    Lantas tertawa berderai.Puas tertawa, slenderman  melanjutkan. 
    "Nah. Kembali kesepupuku tadi. Atas kehendak Tuhan, mereka memang melihat
kuburan keramat  yang tiap tahun diberi sesajen, dipuja dan dipuji oleh penduduk
setempat itu.Maklum sudah letih, mana dipanggang matahari terikpula. Sepupuku
memaksa berhenti. Istirahat diketeduhan pohon rindang yang menaungi
kuburan.Teman-temannya semua menolak. Lantas cepat-cepat menyingkir. Segan.
Melihat kelakuan mereka, sifat urakan sepupuku kambuh, ia nekat naik ke atas kuburan
dimaksud. Berdiri di atasnya, celana dibuka.Lalu kencing..." 
    "Hebat!" 
    tribuanatunggadewa  berucap. 
    "Hebat apanya. Teman-teman sepupuku malah pada ketakutan. Dari jauh mereka
perhatikan bagaimana sepupuku itu habis kencing, menyandar di batang pohon. Rileks.
Bekalnya dibuka. Ia makan tenang-tenang sambil mengejek teman-temannya yang ia
sebut pengecut, percaya takhayul, tak punya nyali. Puas makan, ia rebahan sejenak.
Bersenandung gembira.Teman-temannya dibiarkan menunggu. Dengan waswas..." 
    "Lalu, kuburan keramat  itu bergetar..." 
    tribuanatunggadewa  senyum-senyum dikulum.slenderman  tak bergairah tersenyum. 
    "Tidak seperti imajinasimu, tak terjadi apa-apa. Tak sabar menunggu,teman-teman
sepupuku berteriak-teriak kesal. Terpaksa juga sepupuku turun dari kuburan tadi.
Bergabung lagi dengan teman-temannya, sambil tak lupa mencemooh mereka.
Perburuan diteruskan. Dan tahukah kau apa yang terjadi?" 
    "Apa?" dengus tribuanatunggadewa , datar-datar saja. 
    "Hampir setiap sasaran yang dibidik sepupuku, kena.Teman-temannya pada sial
semua. Sorenya mereka pulang ke penginapan. Membawa 12 ekor burung hasil buruan.
Delapan di antaranya, dihasilkan oleh tembakan bedil sepupuku...." 
    "Terbukti, bukan?" 
    tribuanatunggadewa  menyeringai. 
    "Bukannya kualat, sepupumu malah ketiban rezeki nomplok. Disitulah nikmatnya
orang yang tidak percaya takhayul!"ia menambahkan dengan bangga. 
    slenderman  mengeluh. 
    "Nikmat apaan? Bila kenikmatan itu disusul azab sengsara yang mengerikan..." 
    "Oh ya?" 
    tribuanatunggadewa  masih belum terpengaruh. 
        "Ya.Itulah yang terjadi. Pulang ke Jakarta, sepupuku mendadak tak bisa kencing!" 
    "Pasti dijangkiti penyakit kencing batu!" 
    "Mulanya sepupuku juga berpendapat demikian. Lalu ia memakan macam-macam
obat penyembuh. Sia-sia belaka. Tetap saja tak mampu kencing, betapapun keinginan
sudah sangat mendesak, makin lama makin terasa menyakitkan. Bila dipaksakan yang
keluar cuma darah, darah, dan darah. Kadang-kadang, juga nanah.Dua kali aku ikut
mendampingi sepupuku berkonsultasi ke dua orang dokter spesialis. Sepupuku diperiksa
dan diperiksa. Dirontgen bagian demi bagian. Sempat pula diopname berhari-hari.
Hasilnya, negatif. Dokter-dokter ahli itu cuma menggelengkan kepala.
Menyerah.Mereka bilang, tak ada kencing batu, walau gejalanya sekalipun. Ginjalnya
bekerja sempurna. Hasil pengamatan luar maupun pemeriksaan laboratorium
menunjukkan sepupuku sehat wal afiat. Tak kurang suatu apa...." 
    "Kok aneh!" 
    tribuanatunggadewa  mulai berminat. 
    "Itulah yang jadi bahan pemikiran keluarga kami.Adapun sepupuku itu, boleh dikata
sudah tak mampu lagi berpikir. Kasihan dia. Sudah tak bisa kencing;.." 
    slenderman  menggelengkan kepala, wajahnya penuh iba, 
    "...masih juga ia diteror hantu si penghuni kubur Hantu berseragam hulubalang
raja-raja tempo dahulu . Sepupuku disiksa. Dibuat tak berani tidur...." 
    "Ah...!" 
    "Benar. Hampir setiap kali sepupuku mulai terlena,hantu itu menurut dia, muncul
dan muncul lagi. Setiapkali muncul, si hantu dengan buasnya meremas-remas kemaluan
sepupuku. Tentu saja sepupuku melolong-lolong seperti orang sekarat, lalu
pingsan.Dan dari kemaluannya keluarlah darah. Atau nanah...." 
    "Mengerikan!" 
    "Dan ikut menyiksa anggota keluarga lain," gumam slenderman , manggut-manggut. 
    "Keluarga lalu  berkumpul. Berembuk. Orang-orang yang konon banyak tahu,
ditanya. Kenalan-kenalan ikut memberi saran dan petunjuk. Aku lalu  dapat tugas
membawa sepupuku yang sudah kurus kering dimakan azab sengsara itu pergi menemui
seorang dukun terkenal di Cisolok, surabaya . Di sana, sepupuku ditanya dan ditanya,
disuruh bercerita sejelas-jelasnya.Dukun lalu  bersemedi di kamar tertutup. Habis
semedi, wajahnya kelihatan cerah. Hari itu juga kami diajak pergi berziarah ke
Pameungpeuk." 
    "Dan?" 
    "Dan tiba di Pameungpeuk perjalanan diteruskan kekuburan di daerah berawa itu.
Seorang tua renta,warga desa tempat sepupuku pernah menginap, ikut mendampingi.
Sesajen dipersembahkan. Dukun dan siorang tua, entah membaca mantra entah doa,
tak jelas.Yang pasti, saudaraku itu diharuskan meminta maaf pada penghuni kubur.
Disuruh berjanji akan mengubah sifat sembrononya yang sering sekali
keterlaluan.Sesudah  itu si orang tua dengan hati-hati menggali tanah di bawah pohon.
Dari lubang galian ia jemput beberapa ekor ulat yang harus ditelan sepupuku saat itu
juga...." 
    "Pastilah ia menolak!" 
    "Oh, saudara sepupuku sudah begitu putus asanya.Disuruh makan racun pun ia sudi
asal penderitaannya berakhir. Jadi, tak ayal lagi, ulat-ulat itu langsung saja dilahapnya
bagai orang kelaparan!" 
    "Terus?" 
    "Selesai melaksanakan upacara ritual itu, kami kembali lagi ke desa. Karena sudah
malam, si orang tua mempersilakan kami menginap di rumahnya.Sepupuku diberi
minum segelas air putih. Lalu disuruh tidur di kamar. Tengah malam, seisi rumah terlompat bangun. Sepupuku berteriak-teriak di kamarnya. Semua gempar. Semua
saling dahulu-mendahului masuk kekamar sepupuku. Aku sempat menduga, pastilah
hantu hulubalang itu sudah  meremas-remas kemaluannya lagi!" 
    "Ayo. Teruskan  lagi!" desak tribuanatunggadewa  karena selama beberapa saat slenderman 
berdiam diri. Sekujur tubuh sahabatnya itu tampak tegang, seperti juga wajahnya yang
berkeringat.slenderman  menghela napas panjang. Melanjutkan, 
    "Dikamarnya, kami melihat sepupuku melompat-lompat histeris di tempat tidur. Ia
berteriak-teriak kacau-balau,kadang-kadang diseling tertawa
berkepanjangan.Merinding bulu pundakku ia buat. Apalagi, tiba-tiba sepupuku jatuh
terduduk. Berhenti diam. Lalu mulutnya tampak tersenyum-senyum." 
    "Wah...!" 
    "Itulah. Wah, pikirku. Sudah tiba saatnya sepupuku itu kupindahkan ke rumah sakit
jiwa. Aku yakin ia sudah tak tahan lagi menderita, lantas berubah tak waras.Aku
hampir menangis saking sedih dan kasihan, saat  sepupuku mengawasi kami satu per
satu sambil senyum-senyum itu. Lalu terdengar ia berbisik malu-malu. Maaf, katanya,
aku kencing di tempat tidur...!" 
    "Astaga!" hampir saja meledak tawa tribuanatunggadewa . 
    "Lalu tahukah kau apa yang kami lihat? Kami perhatikan, benar saja celana
sepupuku basah kuyup.Kasur yang didudukinya lebih kuyup lagi. Kami sidik-sidik, tak
ada terlihat noda-noda darah. Tidak juga nanah. Yang ada cuma bau pesing. Sepupuku
benar-benar habis kencing. Dan tentunya banyak sekali... kami semua pun
mengendus-endus. Mencium bau tak sedap kencingnya itu dengan nikmat, seakan
hidung kami menyedot bau wewangian yang harum semerbak...!" 
    "Tokcer begitu?" 
    tribuanatunggadewa  bergumam tak percaya.slenderman  menyeringai. 
    "Tokcer luar-dalam!" katanya,mengiyakan. 
    "Pulang ke Jakarta, saudara sepupuku itu bukan saja berangsur-angsur sembuh fisiknya,melainkan juga jiwanya. Ia benar-benar tobat. Sangat tobat malah. Dari
seorang anak yang tadinya amat sering memusingkan dan membuat malu
orangtua,lambat laun ia berubah jadi anak paling saleh. Tahun kemarin sepupuku itu
berangkat ke Mekah. Pulang naik haji ia bekerja sebagai guru di sebuah madrasah." 
    "Bukan main!" desah tribuanatunggadewa . Takjub bahkan kagum.Di lampu merah lainnya,
mereka berhenti menunggu sambil pikiran masing-masing menerawang. saat  lampu
hijau menyala, dan mobil melaju lagi, slenderman lah yang pertama-tama buka mulut. Dan
apa yang terlontar dari mulutnya mau tidak mau membuat tribuanatunggadewa  terkejut.slenderman 
berkata, 
    "Bersediakah kau kuajak ke surabaya ?" 
    tribuanatunggadewa  tersentak. Lalu bertanya tercengang, 
    "Berobat ke dukun masyhurmu itu?" 
    "Ya." 
    tribuanatunggadewa  tertawa. 
    "Aku tidak sakit, Bung. Jangan menghina ah!" 
    "namun  bertanya tidak salah, bukan?" 
    "Kau benar sekali!" 
    tribuanatunggadewa  manggut-manggut setuju. 
    "Bertanya. Itulah yang harus kulakukan!" 
    "Kapan?" desah slenderman  gembira. 
    "Sekarang juga!" 
    Ganti slenderman  yang terkejut. 
    "namun ..." 
    "Tenanglah. Aku tidak bermaksud mengajakmu, ke surabaya . Melainkan menemui si
Parlan!" 
    slenderman  tak berselera lagi untuk memberi komentar. 
    Memang percuma.     Parlan, teman tribuanatunggadewa  bermain kartu di percetakan, sewaktu ditemui di rumahnya
memang mengakui sempat mendengar tanya jawab antara tribuanatunggadewa  dan slenderman 
malam tadi. Namun jangankan mengerti, ingin tahu apa yang dipermasalahkan kedua
teman itu pun, tidak. 
    "...Apa yang memenuhi pikiranku yaitu , bahwa aku terus kalah. saat  permainan
selesai tak lama sesudah  kau pulang, tri , total uangku terkuras sebanyak lebih dari
seratus ribu rupiah!" keluhnya, masih dilanda kekecewaan. 
    "Kalau tak salah, setengah dari jumlah itu kau yang memenangkannya, tri !" 
    Parlan menambahkan.Aditya, yang sesudah  berkeliling mencari akhirnya mereka
temukan sedang makan siang di sebuah kantin kantor balai kota, mengatakan ia juga
kalah, namun  sesudah  tribuanatunggadewa  pulang pelan-pelan ia berhasil menarik kembali
uangnya yang lepas. 
    "Dipikir-pikir, impaslah!" ujarnya, tertawa. 
    "namun  apasih yang kalian ributkan sebetulnya ?" 
    slenderman  menjawab bijaksana, 
    "Ah, cuma lagi kehabisan bahan obrolan saja. Sambil makan siang. Kau yang bayar
ya?" 
    tribuanatunggadewa  akhirnya yang membayar makan siang mereka bertiga.Sesudah  itu, mereka
berpisah. Aditya akan meliput berita di kantor wali kota. slenderman  memaksa pulang
kerumah. Khawatir si Anna menganggap dirinya sudah menjadi janda, sungut slenderman 
sambil menambahkan, 
    "Jangan lupa cerita pendekmu berjudul Gadis Suruhan itu!" 
    tribuanatunggadewa  mengalah. Dua teman lainnya tak perlu ditanyai. Karena tribuanatunggadewa  tahu
betul, kedua-duanya sudah berumah tangga, sayang anak istri, dan haram mengajak
bersentuhan dengan pelacur. Adapun Ansar yang tidur mendengkur di depan televisi,
jelas tak tahu apa-apa. 
    "Ia baru bangun sesudah  koran itu selesai dicetak. Kami pun pulangnya sama-sama," 
    slenderman  menguatkan alibi si penidur.Dalam perjalanan pulang, slenderman  yang
tampak tegar berbisik menyimpulkan, 
    "Tak pelak lagi. nyi girah  pasti hantu adanya!" 
    tribuanatunggadewa  membantah. 
    "Mana ada hantu yang dapat ditiduri manusia. Memekik, lagi, saat selaput
perawannya pecah!" 
    tribuanatunggadewa  mendengus kasar. 
    "Dan dari apa yang kuketahui, baik menurut kepercayaan di dunia Timur maupun di
dunia Barat,tak ada hantu yang tenang-tenang saja tatkala tubuhnya dijilati sinar
matahari. Sinar matahari akan membuat mereka menjerit tersiksa, atau musnah sama
sekali. Itulah yang tercantum dalam undang-undang tak tertulis mengenai roh-roh dari
alam gaib!" 
    tribuanatunggadewa  mengakhiri seraya tersenyum ironis.Sesudah  mengembalikan sahabatnya
ke pangkuan sang istri yang tampak sangat khawatir, tribuanatunggadewa  meneruskan
perjalanan pulang ke rumahnya sendiri.Tanpa orang lain di dekatnya, ia dapat
berkonsentrasi.Sebungkus rokok sudah ia habiskan, saat  ia sampai pada satu
kesimpulan akhir, ia sudah  mengalami ilusi luar biasa. Karena pengaruh kabut. Karena
omong kosongnya dengan slenderman  di kantor. Atau juga karena ia begitu gila
memikirkan maradona. Semua itu membuat jiwa raganya sangat  letih setiba ia di
rumah pagi-pagi tadi.Barangkali ia sempat terlelap.Lalu dalam tidurnya yang resah,
bayangan kabut tebal dan kerinduan yang sangat pada maradona menggugah alam
bawah sadarnya untuk menikmati kehangatan tubuh seorang wanita lesbian . Lantas dari
alam bawah sadar itu, muncullah nyi girah . 
    Tunggu, tunggu dahulu ! 
    Bukankah tadi pagi ia baru turun dari mobil? 
    Ia belum sempat masuk ke dalam rumah, saat  ia melihat gadis itu. 
    Tidak, ia tidak sempat tidur. 
    Apa yang terjadi yaitu , kebohongan nya sudah tamat, namun karena situasi dan kondisi
yang membantu, maka imajinasinya pun terus berkembang. Semakin berkembang
imajinasi itu terasa semakin nyata. Bukan lagi sekadar khayalan. 
    namun ... 
    tribuanatunggadewa  menggeliat bangun. 
    Astaga, ia tertidur lagi. 
    Di sofa. 
    Asbak tampak penuh. 
    Bau asap rokok di ruang duduk itu terasa menyesak pernapasan. tribuanatunggadewa 
menurunkan kaki ke lantai.Terbentur olehnya botol bir yang sudah kosong, diantara
surat kabar yang berserakan. Tentulah ia sudah membaca-baca sebelum tertidur. Di
atas meja tegak botol bir lainnya. Masih ada sedikit bir tersisa.Sisa bir ditenggak.
Sambil bertanya-tanya, apa yang sudah  membangunkan dia dari tidur. 
    Lalu terdengar suara-suara. 
    Benar. 
    Suara-suara itulah yang sudah  mengusik tidurnya. Gedoran-gedoran keras di pintu
depan. dan  suara seseorang, sayup-sayup. Memanggil namanya.Malas dan mengantuk, tribuanatunggadewa  pergi membuka pintu. Sesudah  mengenali siapa yang berdiri di
bawah siraman  lampu beranda depan, tribuanatunggadewa  pun mengeluh, 
    "Istrimu masih hidup bukan, slenderman ?" 
    "Pertanyaan apa itu?" dengus slenderman  tak sabar seraya menerobos masuk ke
dalam. 
    "Dan apa yang membuatmu berpikir bahwa istriku sudah mati?" 
    "Cuma ingin tahu saja..." jawab tribuanatunggadewa . 
    Masih mengantuk terenyak di kursi, ia lalu  melantur 
    "Soalnya aku barusan mimpi buruk. Dalam mimpiku aku lihat diriku menggedor
rumahmu seperti sekarang kau menggedor rumahku. Kita lantas mempercakapkan
sesuatu yang membuat istrimu ketakutan. lalu  kulihat kita berkeliaran ke
mana-mana. Bicara macam-macam. Aku juga melihat si Parlan. Dan Aditya. Semuanya
begitu jelas. Seperti bukan sekadar mimpi..." 
    slenderman  mengerutkan dahi. Lantas sambil mengendus-endus bau pengap dari arah
ruang duduk,ia nyeletuk, 
    "Dan aku meminta kau menuliskan sebuah cerita pendek?" 
    "Lho. Bagaimana kau tahu sebagian isi mimpiku?" 
    tribuanatunggadewa  tercengang. 
    "Sudah berapa lama kau tertidur, menurutmu?" 
    slenderman  balas bertanya. 
    "Entah. Tiga jam. Tujuh jam. Atau dua puluh empatjam lebih. Dan kepalaku rasanya
sakit sekali!" 
    "Jadi, kau belum membuatnya, ya?" 
    "Membuat apa?" 
    "Cerita pendek itu!" 
    "Yang mana?" 
    "Gadis Suruhan." 
    tribuanatunggadewa  sesaat  tertawa. Katanya, 
    "Agaknya kita punya mimpi yang sama, Kawan!" 
    "Salah!" dengus slenderman  tak sabar. 
    "Kau tidak bermimpi. Memang kau sudah  membuat istriku panik.Kau menyeretku dari
rumah. Menuduhku macam-macam, lalu memaksaku ikut menemanimu mencari Parlan
dan Aditya. Itulah yang sudah  kita lakukan hampir sepanjang hari tadi...." 
    "namun ..." 
    "Bangunlah dari tidurmu, anak tolol!" bentak slenderman  kesal. 
    "Tidak tahukah kau betapa paniknya aku malam ini, he? Sesudah  kita berpisah tadi
siang, kau tak muncul-muncul di kantor. Tak pula memasukkan berita. Teleponmu tak
menyahut pula. Menunggak, ya? Diblokir, ya?" 
    "Masa!" 
    tribuanatunggadewa  mendengus. Berjalan ke meja telepon. Sesudah  memeriksa sebentar, ia
menyeringai. 
    "Aku seorang pelanggan yang setia dan membayar tagihan tepat waktu. namun  lalai
menyambungkan kabel...!" 
    Seraya berpikir-pikir mengapa kabel telepon tercabut, ia menyambungkannya
kembali. 
    "Ada apa sebetulnya ?" tambahnya acuh tak acuh.     slenderman  tidak segera menjawab. Ia awasi wajah sahabatnya yang sibuk sendiri
menyambungkan kabel.Baru sesudah nya, 
    "Ada pembunuhan!" ia berujar pendek. 
    "Yang terbunuh?" 
    tribuanatunggadewa  masih tak acuh. 
    "Seorang penjaga malam..." 
    "Perampokan ya?" 
    "Bukan." 
    tribuanatunggadewa  menyelesaikan pekerjaannya. Telepon diangkat. Terdengar bunyi
dengung panjang. Monoton.Teleponnya sudah normal kembali. 
    "Aku jadi ingin minum," katanya. 
    slenderman  yang sudah melihat botol-botol bir di ruang duduk yang berantakan itu,
mendengus tak sabar, 
    "Kalau mau mabuk, nanti sajalah. Sekarang ikutlah denganku!" 
    "Hei!" 
    tribuanatunggadewa  membelalak. 
    "Kau tadi tidak bilang kita akan pergi..." 
    "Barusan kukatakan!" 
    "Ke?" 
    "Mau ikut tidak?" 
    slenderman  melotot marah.tribuanatunggadewa  angkat bahu. Katanya, 
    "Demi menggendutkan perut majikan, apa boleh buat.Tunggulah sebentar. Aku cuci
muka dahulu ." 
    tribuanatunggadewa  juga tidak lupa mengambil tasnya yang berisi
perlengkapan-perlengkapan memotret, alat perekam,alat tulis menulis seperlunya.
Mobilnya lalu  disimpan di garasi. Pintu-pintu dikunci, lalu naik kemobil slenderman 
yang sudah menunggu. 
    "Ceritakanlah lebih jelas, Bung!" rungutnya. 
    Dengan bantuan lampu dalam mobil, ia memastikan bahwa film di tustel masih
cukup, baterai blitz masih kuat, dan  hal-hal sepele lainnya yang tak boleh diabaikan
bila ingin dalam keadaan siap tempur.Duduk tegang di belakang kemudi, slenderman 
menerangkan, 
    "Sumber kita di kepolisian tadi menelepon ke kantor. Pembicaraan singkat
saja.Pokoknya, mereka menemukan kerangka...." 
    "Kerangka?" 
    "Ya. Kerangka manusia. Katanya belum dapat dipastikan apakah itu benar sipenjaga malam atau bukan. namun  dari gambaran yang sekilas ia terangkan aku mencium berita besar. Si kanjeng nun  sudah kusuruh pergi lebih dahulu  ke lokasi kejadian..." 
    tribuanatunggadewa  bergumam masam, 
    "Kalau begitu, aku pulang saja. Tidur lagi. Toh sudah ada kanjeng nun !" 
    "Peduli setan dengan kanjeng nun ! Ia tetap harus membuat beritanya. Dan kita tetap akan
memuatnya. Plus,beritamu sendiri!" 
    "Aku harus toleran pada kanjeng nun , slenderman . Kau tahu itu" 
    "Aku tahu. namun  aku juga tahu yang lain. Sesudah  kanjeng nun  pergi, mendadak aku teringat
sesuatu. Maka itu aku datang ke tempatmu. Dan sempat dibuat panik. Habis,sudah
teleponmu bungkam, batang hidungmu pun taktampak. Tiba di rumahmu, kulihat
mobilmu dipekarangan. Garasi tertutup. Pintu maupun jendela semua terkunci. Aku bel,
tak menyahut. Kugedor-gedor,masih tak menyahut. Aku sudah mulai tahu saat  pintu
akhirnya terbuka juga..." 
    "Apa yang membuatmu begitu ketakutan?" 
    "Kerangka itu." 
    tribuanatunggadewa  tertawa. 
    "Lalu, kawanku yang penakut, apa yang harus kulakukan dengan kerangka yang
sedang kita kejar?" 
    "Biarkan polisi yang mengurusnya, tri . Tugasmu yaitu  melihat peristiwa
pembunuhan itu dari sudut pandangmu sendiri. Kalau kau bersedia, tulislah analisismu
untuk..." 
    "Aku? Tak bersedia." 
    "Itulah yang kuragukan!" 
    "Hem. Toh kau gedor juga pintuku. Kau buat gempar tetangga sekitarku..." 
    "Demi sahabat baik, apa boleh buat!" 
    "Demi sahabat baik. Apa pula ini, slenderman ?" 
    "Nantilah sesudah  kita yakinkan keadaannya," jawab slenderman , misterius. 
    Dan tak mau lagi membuka mulut sesudah  itu. Sampai akhirnya mereka lihat di
kejauhan cahaya lampu kelap-kelip berwarna merah semerah darah. Juga kerumunan
manusia. dan  polisi-polisi bersenjata yang sedang sibuk atau sedang
berjaga-jaga.Salah seorang polisi penjaga mulanya melarang slenderman  dan tribuanatunggadewa 
datang mendekat. Belum sempat mereka menjelaskan identitas masing-masing,perwira
polisi yang hadir di tempat itu sudah keburu melihat. Ia memanggil nama dan melambai
ke arah tribuanatunggadewa  supaya bergabung dengannya.Si petugas jaga menepi. Memberi
jalan. Lalu membentak kerumunan penonton yang berdesak mendekat Peristiwa itu
terjadi di belakang sebuah gedung sekolah dasar. Tak ada lampu-lampu penerangan di
situ. Kecuali lampu-lampu baterai polisi,sebuah petromak, dan saat  tribuanatunggadewa 
mendekat,baru saja dipasangkan lampu listrik yang arusnya diambil dari rumah salah
seorang penduduk setempat.Dan di gang sebelah dalam sekolahan itu, tak jauh dari
kamar mandi, tergeletak setumpuk kerangka manusia.Yang membuat suasananya
menjadi lebih seram yaitu , kerangka itu berpakaian seragam Hansip,lengkap dengan
label nama, dan bersepatu. Pakaian atas terbuka lebar. Celana juga setengah terbuka
dan seperti ditarik ke bawah sampai sebatas lutut.Sewaktu tribuanatunggadewa  sibuk memotret,
ia dengar dokter kepolisian yang sudah ia kenal baik, berkata pada perwira polisi tadi, 
    "...Masih tercium anyirnya darah.Dan masih tersisa serpihan-serpihan daging segar
ditulang-belulangnya!" 
    "Jadi?" perwira polisi itu berbisik tegang. 
    "Aku bertaruh sebulan gaji," jawab Dokter. 
    "Orang ini jelas baru saja mati. namun , ya Allah. Kematian macam apakah ini? Dan
makhluk apa pula yang sanggup membunuhnya sedemikian rupa? Sehingga dalam
tempo sekejap yang tersisa hanya tulang-tulang saja?" 
    tribuanatunggadewa  bertanya ke sana bertanya ke sini, baru berhenti sesudah  slenderman  yang
tampak pucat pasi dan seperti mau muntah, menariknya dengan tangan gemetar. 
    "Biarkan si kanjeng nun  mengumpulkan data.Keterangan lain dapat kau peroleh mulai
besok. Ayo kita ke kantor sekarang. Banyak pekerjaan yang tertunda..." bisik slenderman 
dengan napas tersengal-sengal, sambil menyeret tribuanatunggadewa  setengah memaksa kembali
ke mobil mereka.Mereka berdua tak berbicara sepatah pun sampai mereka tiba di
kantor dalam gedung percetakan yang hiruk pikuk itu. Tegur sapa rekan-rekan lain tak
disahuti slenderman . Berita atau artikel yang disodorkan ke mejanya pun ia lewatkan
tanpa komentar.Selebihnya ia hanya duduk, tegang, diam mematung,dengan wajah
yang tak kalah menyeramkan dibanding korban pembunuhan tadi.Melihat tribuanatunggadewa 
menyulut rokok lalu mengisapnya dengan tenang, slenderman  bangkit lagi
semangatnya.Semangat untuk marah, 
    "Bangsat! Masih bisa santai kau!" 
    Semua yang hadir di ruangan kantor itu sama-sama menoleh. 
    Terperanjat. 
    tribuanatunggadewa  saja yang tetap kalem. Bergumam, kalem pula, 
    "Lantas? Aku harus berbuat apa?" 
    Sadar mereka berdua jadi pusat perhatian, slenderman  menahan diri. Suaranya
direndahkan agar hanya bisa didengar tribuanatunggadewa  seorang. 
    "Lupa ya? Atau pura-pura lupa? Cara kematian mengerikan itulah yang kau tulis
dalam kebohongan mu! Persis sama dengan korban kekejaman jessica ...!" 
    Saat itulah sekujur tubuh tribuanatunggadewa  terasa dingin. 
    Membeku. 
    Besok paginya, berita yang termuat di hampir semua surat kabar isinya tak jauh
berbeda. sudah  ditemukan kerangka utuh laki-laki di sebuah gedung sekolah dasar.Asal-usulnya belum diketahui. Diduga kuat kerangka itu dicuri dari suatu tempat yang masih diselidiki polisi. 
    Motif belum jelas. 
    Kemungkinan besar untuk diperjualbelikan secara tidak sah. Kepergok ronda malam,
sipencuri bersembunyi di gedung sekolah dasar dimaksud, lalu  melarikan diri
dengan meninggalkan barang curiannya. Menurut polisi, jejak si pencuri sudah
diketahui dan kini sedang ditelusuri.tribuanatunggadewa  meletakkan surat kabar terakhir yang
dibacanya. Di situ tertulis sinyalemen tambahan, 
    "Sumber kami mensinyalir, di balik kasus ini terlibat seseorang penganut ilmu
hitam...." 
    "Kenapa semua orang selalu berpikir tentang takhayul?" keluh tribuanatunggadewa  dalam
hati, seraya bangkit dari kursinya. 
    Gontai, ia berjalan ke jendela. 
    Memandang keluar,tanpa tahu apa sebetulnya  yang sedang ia cari. Jalanan di
bawah sana tampak lengang-lengang saja. Gedung bertingkat yang dijadikan kantor
pusat surat kabar tempatnya bekerja, memang berlokasi di kawasan tenang dan adem.
Di latar depan terlihat bagian belakang gedung-gedung bertingkat lainnya; tempat
perkantoran atau hotel yang satu sama lain saling tinggi-meninggi. Di sebaliknya
barulah hiruk-pikuk-nya kota Jakarta.Untuk sesaat tribuanatunggadewa  mendambakan suasana
sibuk dan hingar bingar yang menjadi ciri khas kota metropolitan itu. Bergabung
dengan manusia-manusia lainnya yang terus bergerak dan bergerak tanpa henti,sibuk
dan sibuk terus tanpa mengenal lelah. Seolah takut dunia keburu kiamat, sementara
anak istri dirumah belum sempat diberi makan.tribuanatunggadewa  tidak peduli kapan kiamat
akan tiba. Ia ingin menyatu dengan suasana riuh rendah itu karena di sana ia hanya
berpikir tentang apa yang terlihat dan apa yang harus dikerjakan. Bukan seperti di
tempatnya sekarang ini berdiri. Benar, di sekitarnya masih terdengar suara ributnya
mesin-mesin tik, deringan telepon, detak-detak sepatu hilir mudik, suara
bercakap-cakap diseling seloroh untuk mengurangi kejenuhan karena harus
mengerjakan yang boleh dibilang sama setiap harinya.Akan namun  semua itu berjalan
terlalu tenang. 
    Monoton. 
    Dengan ritme yang hampir tak pernah berubah. Tidak ada tantangan sedikit pun.
Kecuali bila kau mendadak dipanggil bos yang marah-marah karena sirkulasi oplah
menurun, volume iklan berkurang, kuota berita tertinggal jauh dari media lain. Dengan
akhir yang sama, kembali ke pekerjaan yang itu-itu juga. Sampai kau tiba-tiba sadar,
bahwa kau sudah terlalu tua untuk memulai yang lain! 
    tribuanatunggadewa  berpaling sewaktu telinganya menangkap suara umpatan kasar, 
    "Yahudi terkutuk itu, uh!" 
    Ia lihat kanjeng nun  baru saja duduk di kursi sambil meletakkan sebuah map tertutup di atas
meja kerja tribuanatunggadewa . Masih berbicara pada dirinya sendiri, kanjeng nun  meneruskan, 
    "Makin banyak saja alasannya. Bikin kepala tambah mumet!" 
    tribuanatunggadewa  duduk santai di kursinya. 
    "Hei. Siapa pula yang sudah  membakar janggutmu, kanjeng nun ?" 
    "Siapa lagi kalau bukan si kikir jahanam itu!" dengus kanjeng nun  sambil menyambar dan
melahap kue yang ada dimeja, jatah tribuanatunggadewa . 
    "Coba saja pikir. tri . Yang mau kupinjam tak seberapa. Cukup buat beli
bensin.Eh, dia bilang kas lagi kosong. Padahal sempat kuintip,di laci kasnya yang
setengah terbuka kulihat uang bertumpuk-tumpuk!" 
    "Bonmu ditolak lagi, ya?" gumam tribuanatunggadewa ,tersenyum. 
    "Kalau ditolak doang sih, tak apa. Ini, masih beri nasihat macam-macam.
Berhematlah! Bergiatlah! Enak saja dia ngomong. Mana bisa berhemat kalau yang
akan dihemat pun tak punya. Mana bisa bergiat, kalau uang saku pun tak ada. Yahudi
haram jadah itu!" 
    kanjeng nun  terus saja mengomel panjang-pendek, 
    "Kau punya, kanjeng nun ," desah tri ndira, menyabarkan. 
    "Hanya saja, salah menggunakannya..." 
    "Uh, ikut-ikutan pula kau, tri !" 
    kanjeng nun  tambah berang.tribuanatunggadewa  menyeringai lebar. 
    "Kau sih. Buat apa kaupunya pacar sampai empat lima orang, sementara dengan
mengawini salah satu dari mereka sudah lebih dari cukup?" 
    "Aku masih ingin bebas." 
    "Betul. namun  kebebasan yang harus kau bayar mahal.Aku dengar-dengar
belakangan ini gajimu setiap bulan impas dengan gundukan bon yang kau tanda
tangani..." 
    "namun  kan tidak sampai defisit?" 
    kanjeng nun  membela diri. 
    "Memang tidak. Aku cuma mengingatkan. Buat apa kau capek-capek banting tulang,
kalau setiap akhir bulan kau tak memperoleh  apa-apa kecuali baju selembar yang
melekat di badan?" 
    "Aku masih muda. Masih banyak waktu..." 
    kanjeng nun  berdalih. Namun sempat merenung.     "namun  sampai kapan? Kau toh tahu sendiri, kanjeng nun .Waktu terus berjalan. Tanpa
kompromi. Kita akan diinjak-injak apabila kita belum juga berusaha menguasai dan 
mengatur waktu yang masih tersisa.Segeralah kawin, Kawan!" 
    "Lantas jadi duda seperti kau?" 
    kanjeng nun  balas menyeringai. 
    "Wah..." 
    tribuanatunggadewa  menggelengkan kepala. 
    "Payah kalau sudah ngomong dengan orang yang seguru seilmu..." 
    kanjeng nun  tertawa. tribuanatunggadewa  mau tidak mau ikut tertawa.Dijangkaunya map yang
diletakkan kanjeng nun  tadi.Membuka lalu menyimak isinya. Lembar demi lembar. 
    "Semua data terkumpul di sini?" 
    "Ya." 
    "Tak ada yang terlewat?" 
    "Tidak. Kecuali bahwa aku tak percaya sepenuhnya pada mereka. Ada sesuatu yang
mereka sembunyikan..." 
    "Biarlah kubaca dahulu  laporanmu. Sesudah  itu baru kita bongkar apa yang mereka
tutup di bawah batu!" 
    "Oke...." 
    kanjeng nun  bangkit. 
    "Oh ya. Ada pesan dari Pak Abdullah . Katanya ingin bertemu denganmu. Pribadi." 
    "Kok tidak ia katakan sendiri padaku, ya..." gumam tribuanatunggadewa  melamun, sambil
membayangkan perwira polisi yang tadi malam bertemu dengannya di lokasi gedung
sekolah dasar tempat terbujur kerangka manusia berseragam Hansip. 
    Ah. 
    Tentu saja. 
    Ajun Komisaris Polisi itu sedemikian sibuk dan tegang. Yang memenuhi pikiran
beliau hanyalah, pembunuhan macam apa yang sedang ia hadapi. Dan bagaimana
supaya masyarakat luas tidak dibuat gempar. Lalu sibuklah perwira polisi itu
menggamit setiap wartawan yang muncul di lokasi. Sampai berbusa mulutnya
mengucapkan kalimat-kalimat yang sama dengan wajah keren, 
    "Tolonglah tidak menulis macam-macam.Tulislah apa yang saya katakan ini..." 
    Hubungan baik tidak boleh dirusak. Juga kode etik,hindari berita yang dapat
memicu  masyarakat gelisah dan ketakutan. Maka, apa-apa yang dikatakan
Robinson Abdullah , itulah pula yang ditulis di surat kabar terbitan hari ini. 
    "Potret kerangka yang diduga hasil curian itu pun diimbau supaya tidak dimuat.
Tunggu sampai ada lampu hijau dari kami" pesan Ajun Komisaris tegas. 
    Dan hukum orang Timur pun berlakulah, saling hormat-menghormati. Urusan
kebenaran yang hakiki hanya ada di dalam saku orang Barat sana! 
    Paling tidak apa yang sempat diutarakan slenderman  dinihari tadi di percetakan ada
benarnya, 
    "Berdoa saja agar rekan-rekan kita tidak mengkhianati Pak Abdullah . Bila saja ada
yang memberitakan apa yang dianalisis dokter itu, aku yakin pembaca yang rajin
mengikuti cerita bersambungmu akan berpikir-pikir. Selanjutnya, dapat kau bayangkan
sendiri, tri !" 
    Sampai detik ini, tribuanatunggadewa  belum tergoyahkan, ia masih tetap pada pendiriannya.
Bahwa ada sesuatu yang salah. Ia harus tahu di mana letak kesalahan itu.Dan
bagaimana cara memperbaiknya. Tanpa ia ikut tenggelam di dunia takhayul. Dunia
yang buat tribuanatunggadewa  hanya mungkin ada dalam imajinasi saja.... 
    Ia tekuni laporan kanjeng nun . Dengan harapan isi laporan itu akan membuktikan kebenaran
prinsipnya. Laporan kanjeng nun  memang sangat menarik. Bila saja boleh diberitakan, pastilah
akan dilahap pembaca dengan bernafsu, untuk lalu  dijadikan bahan
pergunjing-an yang bakal tak habis-habisnya. Objeknya saja sudah cukup
mendebarkan, kerangka berseragam Hansip.Tidak seperti apa yang pagi ini ditulis di
koran. 
    Hanya kerangka. 
    Titik. 
    namun  apakah kerangka itu berpakaian atau tidak, dan bagaimanapun bagus dan 
lengkapnya laporan kanjeng nun , tetap saja tidak memenuhi apa yang diharapkan
tribuanatunggadewa .Laporan kanjeng nun  merupakan rangkuman keterangan-keterangan yang ia
peroleh sepanjang sisa malam tadi sampai pagi hari ini. Semuanya ada 21 lembar,
diketik rapi. namun  tribuanatunggadewa  dapat meringkasnya cukup dengan satu halaman ketik
saja.Tadi malam lima orang Hansip yang dapat giliran tugas meronda di lokasi
kejadian, beristirahat di pos sekitar pukul satu dini hari. Salah seorang dari mereka lalu  berkata mau buang hajat besar karena mendadak perutnya mulas. Orang itu
lantas berlari-lari jegal memasuki gedung sekolahan yang berdekatan dengan pos
Hansip. Salah seorang teman malah melihat dengan mata kepala sendiri, si rekan yang
perutnya mengulah itu masuk ke salah satu kakus sekolahan, ia tak lagi melihat si rekan
sesudah nya, karena yang lain-lain mengajak main domino. Keadaan lingkungan
tenang-tenang saja. Aman damai seperti malam-malam sebelumnya.Satu jam lewat
saat  komandan ronda memutuskan untuk berkeliling lagi. Barulah mereka teringat
pada sirekan yang sakit perut, yang ternyata belum muncul-muncul juga. Cemas kalau
teman mereka tidak cuma mulas saja, salah seorang Hansip ditugaskan melihat apa
yang terjadi dengan rekan mereka. Pintu kakus tadi terbuka, namun  si rekan sudah tidak
ada didalamnya. Apakah terus pulang ke rumah? 
    Ah, tidak biasanya. Rekan itu dikenal paling getol dan disiplin,dan selalu pamit pada
yang lain walau hanya akan membeli sebatang rokok. 
    "Mungkin perutnya masih sakit. Lantas ia rebahan disalah satu bangku panjang, dan
tertidur" komandan regu menyimpulkan. 
    Kembali lagi dilakukan pencarian, dan mereka temukanlah kerangka manusia itu.
Terbujur utuh dilantai salah satu gang yang gelap . Yang mengejutkan,kerangka itu
mengenakan pakaian tak teratur namun  sama dengan seragam mereka. Dengan bantuan
lampu baterai, mereka pastikan bahwa seragam kerangka itu yaitu  seragam teman
yang menghilang tadi. Ada label namanya. Dompetnya pun utuh di saku
belakang,lengkap dengan identitas KTP maupun SIM orang yang sama. Juga sepatu di
kaki kerangka yaitu  sepatu teman mereka pula.Polisi dilapori, dan muncul tak lama
lalu . Dokter polisi yang datang belakangan memastikan bahwa kerangka itu asli
bekas manusia, utuh setiap bagiannya,dan masih segar. Masih tercium anyirnya darah,
masih tersisa serpihan-serpihan daging. Kesimpulan sementara, korban sudah  dibunuh,
waktu pembunuhan belum lama, dan dibunuh langsung di tempat. 
    namun  kemana semua cairan tubuhnya? 
    Ke mana organ-organ yang semestinya ada selain tengkorak dan tulang-belulang? 
    Dan, apa, atau siapa pembunuhnya? 
    Ridwan, 35 tahun, sudah  berkeluarga dengan dua anak,yang pakaian seragamnya
dikenakan kerangka itu, takada lagi kabar beritanya. Tidak pulang ke rumah, dan tidak
diketahui pula ke mana perginya... 
    kalau ia benar-benar pergi! 
    Sementara, bekas manusia di lantai gang sekolahan itu belum dapat dipastikan
identitasnya, dan kini masih diperiksa satu tim dokter-dokter ahli di laboratorium
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 
    "Ada telepon!" 
    tribuanatunggadewa  yang tengah merenungi laporan kanjeng nun , dikejutkan suara Halida, sekretaris redaksi. 
    "Dari?" 
    "Bung peniwise. Kalau tak salah, ia yang menerbitkan buku-bukumu, bukan?" 
    Hampir tak bersemangat, tribuanatunggadewa  mengangkat gagang telepon di mejanya sesudah 
lebih dahulu  disambungkan Halida ke telepon utama. 
    "Halo?" 
    "Aduh, tri . Ke mana saja kau? Dua minggu sudah kau tidak menelepon!" sahut
lawan bicaranya. 
    "Ada apa?" 
    tribuanatunggadewa  tak bergairah. 
    "Mana naskah baru yang kau janjikan?" 
    "Ah, itu lagi. " 
    kebohongan  yang bikin runyam tribuanatunggadewa  
    "Barukuselesaikan. Dua malam yang lalu..." jawabnya takacuh. 
    "Dapat kami terima salah satu copy-nya hari ini?" 
    "Besoklah." 
    "Jam?" 
    "Akan kutelepon lebih dahulu ." 
    "Bagus. Jadi kami dapat menyiapkan honorarium untuk naskahmu yang berikutnya.
Oh ya. Bukumu yang paling akhir akan kami cetak ulang. Besok dapat kauambil
sekalian honornya...." 
    "Terima kasih." 
    Selesai bertelepon, tribuanatunggadewa  terenyak lagi di kursinya. 
    Berpikir. 
    Uang masih tetap mengalir. 
    namun  untuk apa? 
    maradona masih tetap sibuk dengan lelaki lain. Tak ada tanda-tanda ia akan
kembali pada tribuanatunggadewa .Kalaupun maradona sesekali menelepon, hanya untuk
menanyakan hal yang sama, kau baik-baik saja? 
    Coba kalau maradona tetap di rumah. Tak akan ada wanita lesbian  lain. 
    Juga tidak nyi girah ! 
    Apa kata nyi girah  sebelum mereka berpisah pagikemarin? 
    "Hati-hatilah, tribuanatunggadewa . Kau akan lihat akibat perbuatanmu sudah  ingkar janji!" 
    Kerangka berseragam Hansip itukah? 
    tribuanatunggadewa  merinding. 
    lalu  menggeram marah, 
    "Tak ada hubungannya seujung rambut pun!" 
    Pasti begitulah halnya. Kerangka itu nyata. nyi girah  sama nyatanya. Nonsens bahwa
nyi girah  anaknya jessica . Karena jelas-jelas jessica  hanyalah tokoh cerita kebohongan .
Boleh saja sepupu slenderman  merasa dirinya disiksa hantu beliau. Itu salahnya sendiri.
Siapa yang menyuruh dia mengencingi kuburan keramat . Soal sepupu slenderman  terbukti
sembuh sesudah  minta maaf pada penghuni kubur, itu lumrah. Orang sialan itu kualat.
Tobat dari kualatnya, sembuhlah dia. Karena Tuhan sudah  mengampuni dosa-dosanya. 
    Itu saja. 
    Titik. 
    Adapun nyi girah , lain halnya. 
    nyi girah  hanya ilusi. 
    Kalau bukan ilusi, nyi girah  bukanlah hantu. Raganya utuh dan hangat sebagaimana
wanita lesbian  lainnya.Begitu pula desah-desah napas saat  berahinya memuncak, dan 
pekik tertahannya saat  kegadisannya direnggut tribuanatunggadewa . Gadis-gadis lainpun akan
bereaksi sama. Karena mereka itu manusia. 
    Manusia yang hidup. 
    Bukan hantu! 
    tribuanatunggadewa  harus mencari dan menemukan nyi girah .Harus tahu apa tujuan gadis itu
sebetulnya . Permainan apa yang sedang ia lakonkan. Dan siapa yang berdiri
dibelakangnya. Bukan mustahil, orang misterius dibelakang nyi girah  sama dan sejenis
dengan orang yang dahulu merusak pernikahan tribuanatunggadewa , sehingga maradona
minggat karena tak kuat menanggung aib.Orang-orang durjana itu lalu  berhasil
dipukul balik oleh tribuanatunggadewa . Maka kini, akan ia pukul balik pula manusia-manusia
salah kaprah yang sudah  memperalat nyi girah . namun  yang pertama-tama harus
dilakukan tribuanatunggadewa  yaitu , temukan nyi girah  lebihdahulu ! 
    Benar, itu bukan pekerjaan mudah. 
    Perlu tempo. 
    Dan tentu saja, biaya. namun  tribuanatunggadewa  punya banyak tempo. Uang pun masih terus
mengalir, bukan? 
    tribuanatunggadewa  tahu pada siapa ia harus pergi. Ajun Komisaris Polisi Robinson Abdullah . 
    Memang tidak ada petunjuk. 
    Tidak pula identitas. 
    namun  bahwa gadis itu ada, cukuplah sebagai pegangan. Ia akan memberitahu
ciri-ciri nyi girah  pada ahlinya di kantor polisi, Sketsa gambaran nyi girah  akan dibuat,
lalu disebarkan. Sesudah  itu, menunggu. Sambil memanfaatkan waktu yang ada untuk
bertanya dan memasuki setiap celah yang mungkin ada kaitannya.Dengan gembira
tribuanatunggadewa  bangkit dari duduknya.Semula ia akan menelepon, namun  urung. 
    Langsung sajalah ke sana. Berdoa saja Pak Abdullah  ada di tempat.Dan, hem...
bukankah Ajun Komisaris Polisi itu memang ingin bertemu dengannya? 
    tribuanatunggadewa  turun ke lantai bawah menuju halaman parkir. Di anak tangga terbawah,
ia menoleh saat  mendengar suara orang bertengkar berbisik. kanjeng nun  sedang mengeluh
dengan suara sengaja direndahkan,rupanya malu kalau ditangkap telinga yang tidak
dikehendaki, 
    "Masa iya, lima puluh ribu rupiah saja kau tak punya!" 
    Herman, pengelola bagian iklan, mengangkat pundaknya dengan sabar. 
    "Buat apa aku berbohong padamu?" 
    "Lantas, yang di amplop tadi?" 
    "Bukan punyaku. Dan aku harus menyetorkannya kekasir. Tak boleh kurang walau
satu sen. Bisa-bisa gajiku dipotong, lagi...!" 
    kanjeng nun  masih akan mendesak, namun  keburu digamit tribuanatunggadewa . Ditanyai, 
    "Kau butuh berapa sih?" 
    "Cuma lima puluh ribu..." sahut kanjeng nun , dengan mata berkilat. 
    Penuh harap.tribuanatunggadewa  membuka loketnya. Menyerahkan dua lembar lima puluhan
dan ratusan ribu. kanjeng nun  menerimanya dengan dahi berkerut. 
    "Lho, dikasih lebih malah mengerutkan dahi. Masih kurang, ya?" 
    tribuanatunggadewa  bersungut-sungut. 
    "namun ..." 
    kanjeng nun  bingung.tribuanatunggadewa  maklum. Tersenyum lebar, ia menjelaskan, 
    "Ini bukan utang. Tak perlu kau bayar kembali...." 
    "Yang benar!" 
    "Demi Tuhan. Laporanmu yang kubaca tadi kemungkinan besar tak dapat kita muat.
namun  tetap saja harus dibayar, bukan? Nah, anggaplah ini sebagai bayarannya. Oke?"
    Sebelum kanjeng nun  sempat berkomentar, tribuanatunggadewa  segera berlalu menuju mobilnya.
Menit itu juga ia sudah melupakan kanjeng nun . Karena pikirannya kembali sudah dipenuhi
apa yang patut dipikirkan. Kira-kira apa jawabannya kalau nanti Pak Abdullah 
bertanya, 
    "Apamu gadis ini, sehingga kau begitu menginginkannya?" 
    Hem. Jawab saja begini, 
    "Kukira ia seorang penggemar,yang diam-diam jatuh cinta namun  malu berterus
terang.Ditimbang-timbang, akhirnya aku tertarik juga. Aku bermaksud melamarnya!" . 
    tribuanatunggadewa  mengemudikan mobilnya dengan bibir tersenyum. Mengapa pula tidak? 
    nyi girah  masih muda,cantik rupawan pula. Dan masih perawan saat  tribuanatunggadewa 
menidurinya. Cinta memang belum tumbuh. namun  nanti juga akan datang sendiri,
sesudah  mereka menikah. Pasti gadis itu tidak akan menolaknya. Bila ia tolak juga,
suatu saat  kelak laki-laki lain akan berteriak marah pada nyi girah , 
    "Kau sudah tidak perawan lagi!" 
    Astaga. 
    Jangan-jangan benar gadis itu memang salah seorang penggemar. Begitu
keranjingannya pada kebohongan -kebohongan  yang ia baca, sehingga lama-kelamaan ia jatuh hati
pada si pengarang. Tentunya ia yaitu  seorang gadis yang istimewa. Karena terbukti
ia juga punya imajinasi.Mereka belum pernah kenal satu sama lain. Jadi nyi girah  harus
yakin bahwa ia tidak akan bertepuk sebelah tangan.Maka ia buatlah rencana-rencana. 
    Sebuah surprise. 
    Ia tampilkan dirinya dengan gaya penampilan tokoh-tokoh misterius dalam
kebohongan -kebohongan  tribuanatunggadewa .Begitu akhirnya mereka bertemu muka, si gadis pun
melaksanakan rencananya. Bercerita macam-macam.Lalu diakhiri dengan kejutan,
bermain cinta.Barangkali, akhir yang mengejutkan itu semula tidak termasuk rencana nyi girah . Ia hanya merencanakan permainan-permainan awal saja. namun  siapa
nyana,berahinya telanjur naik, tidak dapat lagi dikendalikan.Gadis itu terlambat
menyadari akibat permainan sandiwara yang sudah  ia lakonkan sesungguh hati.Sebagai
wanita normal, nyi girah  tentu saja menjadi sangat malu karenanya. lalu  takut ia
dianggap sebagai wanita lesbian  murahan di mata tribuanatunggadewa . Lalu nyi girah  pun
berpura-pura marah. Dan dengan imajinasinya yang brilian, ia ciptakan suasana yang
secara tidak langsung membuat tribuanatunggadewa  merasa berdosa, lalu merasa berkewajiban
untuk mempertanggungjawabkan apa yang telanjur mereka lakukan.Sesudah  itu tinggal
menunggu. 
    Dan... 
    Dan, apa pun yang ada dalam pikiran gadis itu,tribuanatunggadewa  memang sudah  dihinggapi
perasaan berdosa.Benar, ia tidak meminta, tidak memaksa. Gadis itu sendiri yang
menawarkan secara sukarela. namun  persoalannya bukanlah, paksaan atau atas dasar
suka sama suka. Melainkan, seorang gadis sudah  hilang kesuciannya. Itu dapat merusak
masa depan si gadis. 
    Dan tribuanatunggadewa  lah penyebabnya! 
    Yakin teka-teki sudah  terjawab, tribuanatunggadewa  mengemudi-kan mobilnya dengan
perasaan gembira. Tidak lagi merasa terganggu oleh kesimpulan menakutkan si
slenderman  yang percaya takhayul itu. Memang, masih perlu dipertanyakan bagaimana nyi girah  sampai tahu bahwa jessica  sudah mati, jessica  sudah hamil saat  jenazahnya dikuburkan, lalu  melalui jabang bayi roh jessica  bangkit dari kubur untuk menuntaskan dendam yang terkandas di tengah jalan. Patut pula dipikirkan apa dan
siapa di belakang semua ini.Jawabannya akan ia peroleh nanti. Sesudah  ia temukan Si
nyi girah . 
    "Berjaga-jagalah, gadis cantik!" gumam tribuanatunggadewa . 
    Lalu ia pun bersiul-siul. 
    Gembira. 
    AKP Abdullah  tidak ada di tempat. 
    "Masih di ruang Kasatserse!" ujar seorang anggota Sabhara yang dijumpai
tribuanatunggadewa  di ruangan seksi pembunuhan. 
    Ia lalu menunggu sambil mengobrol dengan beberapa teman sesama wartawan. Yang
dibicarakan lagi-lagi mengenai penemuan kerangka malam harinya. tribuanatunggadewa  lebih
banyak mendengarkan. Hasilnya, idem dito dengan isi laporan kanjeng nun . Tak ada sesuatu
yang baru.saat  orang yang ditunggu muncul, tribuanatunggadewa  memisahkan diri. Sang Ajun
Komisaris langsung menarik tribuanatunggadewa  ke ruang pribadinya, sambil tak lupa
menginstruksikan pada anak buahnya agar tidak diganggu sampai selesai berbicara
dengan tamunya. 
    "Serius amat sih?" tanya tribuanatunggadewa  sesudah  mereka duduk sambil menikmati
minuman dingin yang diantarkan oleh anak buah si Robinson. 
    "Aku perlu input darimu!" jawab yang ditanya, datar. 
    "Tentang?" 
    "Kerangka berseragam Hansip!" 
    tribuanatunggadewa  terbatuk. Lalu berujar hati-hati, 
    "Apakah tidak terlalu pagi Bapak meminta bantuan orang luar?" 
    "Ah. Jangan berbasa-basilah!" 
    Robinson cemberut. 
    "Kasus yang satu ini sebuah modus baru, tribuanatunggadewa .Sungguh-sungguh baru.
Setahuku belum pernah terjadi. Dan belum pernah kudengar dokter ahli forensik kita itu
mengeluh seperti orang habis akal. Kau tahu apa yang ia keluhkan?" 
    Dan Robinson pun menirukan suara dan mimik orang yang ia bicarakan, 
    "Ini bukan perbuatan manusia. Ini perbuatan setan!" 
    Tanpa disadarinya, tribuanatunggadewa  tersentak. Ia cicipi minumannya sambil berpikir,
apakah sudah tiba waktunya ia percaya pada omongan slenderman  yang menggelikan itu?
    Tidak. 
    Jangan dahulu ! 
    "Bagaimana dengan autopsi?" tanyanya, dengan mulut terasa kering. 
    "Masih belum selesai. namun  tadi aku sudah  menghubungi laboratorium. Kata
mereka, jelas sudah kerangka itu masih baru sekali. Mereka temukan beberapa tetes
darah. Memang sudah kering, tapi sudah dapat dipastikan bahwa korban meninggal
sekitar tengah malam tadi...!" 
    Robinson bersandar di kursinya dengan wajah muram. Lanjutnya, 
    "Kau lihat, bukan?Ada unsur-unsur yang aneh dalam kasus ini. Terlalu aneh,
sehingga sulit dijangkau akal sehat manusia biasa. Dan aku masih tetap manusia biasa,
tribuanatunggadewa ,bukan Ellery Queen. Bukan pula Hercule Poirot. Hem...andai kata
tokoh-tokoh masyhur itu ada di sini sekarang..." 
    Robinson merenung, disusul senyuman masam di bibirnya. 
    "Konon pula aku!" 
    tribuanatunggadewa  tersenyum sama masamnya. 
    "namun  kau pernah memberi masukan untukku,tribuanatunggadewa . Sesuatu yang sebelumnya
tidak terpikirkan olehku. The Black Widow. Si Janda Hitam. Ingat,bukan?" 
    "Tentu saja...!" 
    Lamunan tribuanatunggadewa  menerawang. 
    "Janda yang selalu berpakaian hitam-hitam semenjak ditinggal mati oleh suaminya.
Dan tetap seperti itu,sampai akhirnya ia mati terbunuh 20 tahun lalu .Belum
pernah kudengar ada seorang istri yang tahan berkabung selama itu..." 
    tribuanatunggadewa  menggeleng-gelengkan kepala, tidak mengerti. 
    "Lebih mengherankan lagi, bahwa ia bukan berkabung atas kematian sang suami.
Melainkan atas apa yang sudah  ia perbuat dengan suaminya itu!" 
    "Sebelum jadi suaminya!" 
    Robinson mengingatkan. 
    "Itulah yang dahulu  kuherankan. Laki-laki itu toh menikahi dia juga secara sah. Namun
tetap saja wanita lesbian  itu merasa berdosa. Dosa yang menurut dia tidak terampunkan.
Yang lalu  harus ia tebus dengan nyawanya sendiri. Hem. Itulah risikonya kalau
orang sudah terlalu fanatik agama...." 
    "Dan lalu  merangsang imajinasimu," 
    Robinson memandang kagum pada tamunya. 
    "Ah. Hanya kebetulan, Pak. Kulihat anak tunggal janda itu lebih fanatik dari ibunya.
Aku tahu sedikit mengenai aliran kepercayaan yang mereka anut. Kebetulan anak
tunggal si janda tertarik pada pengetahuanku. Kami lantas ngobrol. Berdiskusi. Lalu
saat  lalu  ia bilang dosa tak berampun hanya dapat ditebus dengan nyawa, aku
mulai berpikir-pikir. Lebih-lebih dia juga menyebutkan prinsip yang kontradiksial,
bunuh diri juga yaitu  dosa. Terpikir olehku, si janda tidak meminum racun itu atas
kemauannya sendiri. namun  diminumkan oleh orang lain, tanpa diketahui si
korban.Pertanyaannya yaitu , siapa orang yang paling tepat dan tega melakukannya?
Si janda tidak punya musuh.Ia disegani bahkan dihormati oleh lingkungannya yang
serba terbatas dan tertutup. Apakah tidak mustahil cinta si anak yang berlebihan pada
ibunya, sudah  menimbulkan sebuah ide? yaitu , penderitaan batin Ibu harus kutolong...
hanya aku yang dapat melepaskannya dari beban dosa!" 
    "Lalu, berkat masukanmu, aku pun bertindak!" 
    Ajun Komisaris Polisi Robinson Abdullah  menyambut gembira.Ikut asyik dengan
lamunan kerja sama mereka yang unik dan tak terlupakan itu. 
    "Kuserang anak itu dengan tuduhan ingin mengangkangi warisan ibunya yang tak
mati-mati juga.Kuberi ia kesan bahwa cinta kasihnya pada sang ibu hanya kamuflase.
Bahwa ia sebetulnya  sangat  sangat membenci ibunya. Ingin ibunya cepat-cepat mati
sebelum harta ibunya habis dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial dan 
keagamaan. Dia jadi berang. Berteriak-teriak mengatakan bahwa mestinya sudah
jauh-jauh hari ibunya ia bunuh. Bukan karena harta. namun  karena cinta kasih pada
ibunya.Mengerikan, bukan?" 
    "Mengharukan!" bantah tribuanatunggadewa , tak sependapat. 
    "Lihatlah. Betapa lalu  harta ibunya yang tersisa cukup banyak, ia hibahkan
semua pada perkumpulan agama mereka. Dan ia hidup tenang di penjara.Dengan
pikiran gilanya, bahwa ia akhirnya mampu juga melakukan sebuah tugas yang sangat
suci!" 
    Sejenak mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.Lalu tiba-tiba Sang Ajun
Komisaris mengeluh, 
    "Tugas suci. Itulah yang kuemban sekarang. Menghindarkan masyarakat luas dari
kepercayaan yang bukan-bukan.Termasuk ibu anak-anakku di rumah...." 
    "Lho, kok melibatkan istri Bapak?" 
    tribuanatunggadewa  nyeletuk,heran.Robinson menyeringai masam. Katanya, 
    "Kau juga yang bikin gara-gara, tribuanatunggadewa ...." 
    tribuanatunggadewa  tambah heran. 
    "Aku?" 
    "Jelas. Cerita-cerita misteriusmu selalu dilahap istriku mentah-mentah begitu saja.
Ia percaya bahwa cerita yang kau tulis, kalaulah bukan kau alami sendiri pastilah
ditulis berdasarkan pengalaman orang lain.Bukan sekadar imajinasi..." 
    tribuanatunggadewa  tertawa bergelak. 
    "Separah itukah tanggapan Ibu?" 
    "Malah sangat parah, menurutku. namun  ibunya anak-anak tak seluruhnya salah.
Kau tahu bukan, kami sama-sama berasal dari daerah Karo. Di daerah kami sana,
kepercayaan pada takhayul tetap kuat. Bahkan sampai sekarang animisme belum
seluruhnya berhasil diberantas. sebetulnya  malu aku mengakuinya, tri ,Salah
seorang paman mertuaku dahulu  dibunuh betri i-tri i oleh penduduk yang
menuduhnya seorang dukun ilmu hitam. Kalau di Jawa ini, semacam santet lah...!" 
    "Lantas apa hubungannya dengan kasus yang kita hadapi?" tanya tribuanatunggadewa  pelan,
untuk menutupi kekagetannya akibat perwira polisi itu larut dalam perasaannya
sehingga lepas omong. 
    namun  mungkin juga Sang Ajun Komisaris sadar akan apa yang ia ceritakan. Karena
ia berteman cukup dekat dengan tribuanatunggadewa  yang mau tidak mau terkadang membuat
rekan-rekan seprofesi tribuanatunggadewa  jadi iri. 
    "Itulah yang ingin kumintakan pendapatmu, tri ,"jawab Robinson,
sungguh-sungguh. 
    "Aku belum sempat mengikuti kebohongan  terakhirmu yang dimuat bersambung di surat
kabar kalian. Aku hanya mendengar lewat istriku. Dan katanya ia sedikit kecewa..." 
    "Oh, ya?" 
    "Istriku bilang, tokoh jessica  dalam ceritamu itu patut dikasihani. Katanya lagi, kau
terlampau kejam.Mengubah karakter seorang wanita yang tadinya begitu lembut dan
penuh kasih sayang, mendadak jadi kejam dan buas. Dari istrikulah aku tahu sebagian
isi ceritamu. Dan tahukah kau bahwa itu pula yang terpikirkan olehku saat  tadi
malam aku melihat kerangka di gedung sekolahan itu?" 
    tribuanatunggadewa  berupaya agar dirinya tetap kelihatan tenang. Ia bertanya santai, 
    "Apa yang dapat kubantu,Pak Abdullah ?" 
    "Pendapatmu. Aku harus mencari semua aspek dari kasus yang misterius ini, bukan?
Misalnya, kalau korban memang dibunuh tengah malam tadi, apa yang memicu 
kita hanya menemukan tulang belulang?" 
    "Alat pembunuh yang canggih, barangkali. Seperti sinar laser," jawab tribuanatunggadewa ,
hampir-hampir tanpa dipikirkan lebih dahulu . 
    "Mengapa tidak kau bilang sekalian, bahwa sipembunuh makhluk angkasa luar?
Yang turun dari salah satu benda UFO?" tuan rumah bersungut-sungut mencemooh. 
    "Jangan macam-macamlah!" 
    "Sejauh ini aku belum punya pandangan. Apalagi yang kuketahui barulah
permukaannya saja..." jawab tribuanatunggadewa , membuang perasaan kesal yang tampak nyata
di wajahnya. Namun diam-diam ia teringat pada nyi girah . 
    Mungkinkah? 
    Haruskah ia beritahu sekarang mengenai gadis itu? 
    Mendadak ia teringat maksud semula datang menemui perwira polisi itu. Ia harus
menemukan nyi girah . Sketsa mengenai ciri-ciri gadis itu pasti dapat membantu.Belum
sempat tribuanatunggadewa  mengemukakan apa yang ada dalam pikirannya, Robinson sudah
keburu berdiri lalu mengambil sebuah map dari tumpukan di atas meja itu,
mengeluarkan salinan sebuah berkas yang lalu  ia sodorkah ke tangan tribuanatunggadewa .
    "Bacalah ini. Dan camkan, sifatnya masih rahasia. Off the record, Belum seorang
pun teman-temanmu yang kami beritahu...." 
    "Apa ini?" desah tribuanatunggadewa  sambil membuka-buka sepintas berkas itu. 
    "Hasil berita acara yang kami buat pagi ini. Aku mencurigai petugas-petugas ronda
itu tidak memberi keterangan sebetulnya  dalam tanya jawab tadi malam di lokasi
kejadian. Jadi kuminta mereka hadir lengkap pagi ini untuk dimintai keterangan
tambahan...." 
    "Dan?" 
    "Mereka lalu  terpojok, lalu sepakat untuk membersihkan nama baik
masing-masing. Mereka memberikan pernyataan baru. Untuk meyakinkan kami, mereka
malah ngotot bersumpah bahwa keterangan mereka kali ini benar apa adanya!" 
    Karena berkas itu berlembar-lembar, diketik spasi rapat pula, perlu waktu yang tidak
sedikit untuk mempelajarinya. 
    "Boleh kubawa pulang?" kata tribuanatunggadewa , berharap. 
    "Silakan. namun  ingat. Walau apa yang mereka kemukakan bukan hal yang aneh,
namun  harus kau rahasiakan. lalu , katakanlah bagaimana pendapatmu. Makin
segera, makin baik. Oke?" 
    Saatnya untuk pergi. tribuanatunggadewa  bangkit dari kursinya,mengucapkan terima kasih
dan berjalan ke pintu diantar oleh tuan rumahnya. Di pintu, Robinson nyeletuk, 
    "Apa belum bosan jadi bujangan?" 
    "Duda, maksud Bapak," komentar tribuanatunggadewa ,menyeringai. 
    "Sama saja. Tetap saja dibutuhkan seorang wanita lesbian .Katakanlah,
maradona-maradona yang lain..." sang Ajun Komisaris tersenyum bijaksana. 
    "Selamat siang, duda pengkhayal" tambahnya seraya menutup pintu di depan batang
hidung tribuanatunggadewa .saat  menerima berkas itu, entah mengapa kepala tribuanatunggadewa 
berdenyut aneh. Instingnya sudah  mencium sesuatu. Oleh karenanya ia urungkan
maksud kembali ke kantor. Ia langsung pulang ke rumah untuk dapat mempelajari isi
berkas yang ia bawa dengan lebih leluasa, tanpa ada yang mengganggu. 
    Empat orang petugas malam di TKP (Tempat Kejadian Perkara), memberi
keterangan yang hampir senada.Malam itu mereka berpapasan dengan seorang
wanita lesbian  yang tampak berjalan sendirian di tempat gelap dan sepi. saat  didekati
wanita lesbian  itu tidak lari.Ditegur menyahut pula dengan genit. Pasti pelacur yang masih
nekat berkeliaran karena belum mendapat mangsa, pikir mereka
sependapat.Gerak-gerik dan obrolan si wanita lesbian  yang berbau porno membuat
mereka terangsang. 
    "Saya masih normal, Pak. Mana istri di rumah lagi hamil tua!" begitu dalih seorang
dari mereka sebagaimana tertulis di berkas yang dibaca tribuanatunggadewa .wanita lesbian  itu tak
keberatan mereka ajak ngobrol dipos. Dalam cahaya terang, mereka sama
terpesona.Ternyata wanita lesbian  itu masih muda. 
    Cantik rupawan pula. 
    Heran, bagaimana wanita lesbian  semacam dia mau jadi pelacur murahan? 
    Sesudah  menilik pakaian siwanita lesbian  yang tampak sederhana, mereka pun berpikir
tentulah wanita lesbian  itu berasal dari kalangan bawah dan tidak punya koneksi untuk
naik ke tingkat yang lebih atas.Omong punya omong, wanita lesbian  itu tidak menolak
saat  diajak tidur. 
    "Asal aku tidak dikeroyok betri i-tri i" katanya,tertawa nakal. 
    "Maksudmu, kau bersedia digilir?" tanya salah seorang peronda, seraya menelan
ludah. 
    "Mau saja. Dengan syarat, aku boleh memilih siapa yang lebih dahulu  bermain cinta
denganku...." 
    Dan ia memilih Ridwan yang bertubuh paling kekar,dan memang tampan pula
wajahnya. Ridwan lalu  menghilang di gedung sekolahan itu bersama si
wanita lesbian . Yang lain terpaksa menunggu giliran dengan penuh perasaan iri pada
keberuntungan Ridwan yang terpilih sebagai pembuka pintu yang tentulah masih segar.
Sambil menunggu mereka juga berjaga-jaga, siapa tahu ada yang mengintip perbuatan
mereka. 
    Menit demi menit berlalu. 
    Setengah jam lewat sudah, Ridwan belum kembali juga.Kepala ronda bersungut tak
sabar, 
    "Jangan-jangan dia main dobel. Terus naik-turun, tak ingat kawan sendiri!" 
    Diputuskanlah untuk melihat apakah Ridwan sudah selesai. Alangkah kaget mereka,
saat  tidak menemukan baik Ridwan maupun wanita lesbian  misterius itu. Yang mereka
temukan justru seonggok kerangka manusia. Berpakaian acak-acakan, dan bersepatu
pula. 
    Pakaian dan sepatu Ridwan sendiri! 
    tribuanatunggadewa  terhenyak di kursinya. 
    Siapa wanita lesbian  itu? 
    Ke mana Ridwan menghilang? 
    Dalam berkas, pertanyaan pertama tidak terjawab.Pertanyaan kedua, juga belum
terjawab, kecuali ada petunjuk. Bahwa sudah satu bulan Ridwan dan istrinya perang
dingin karena cekcok urusan rumah tangga.Ridwan maunya bercerai. Konon mau
kawin lagi,namun tak diketahui jelas siapa dan di mana kekasih gelapnya bertempat
tinggal. Kesimpulan sementara,malam itu Ridwan memutuskan lari dengan kekasih
gelapnya. namun  karena satu dan lain hal yang masih perlu diselidiki, Ridwan
melaksanakan keputusannya dengan cara yang misterius.Di halaman terakhir berkas
pemeriksaan, pada bagian kosong tertulis nota pertanyaan polisi, 
    Kerangka siapa? 
    Dan siapa yang menyimpannya di TKP? 
    Kepala tribuanatunggadewa  berdenyut lagi. 
    Keras. 
    Denyut itu belum berakhir, ia sudah melompat dan mengangkat telepon.
Nomor-nomor diputar, dan disahuti dalam tempo singkat. Langsung oleh AKP Abdullah 
sendiri. 
    "wanita lesbian  itu!" 
    tribuanatunggadewa  berkata gemetar ditelepon. 
    "Apakah kalian teringat membuat sketsanya?" 
    "Pasti dong. Kok masih kau tanya. Dan suaramu...apakah kau sakit perut?" 
    "Boleh kulihat copy-nya?" 
    "Kau di mana?" 
    "Di rumah." 
    "Yang kau minta akan tiba di rumahmu dalam setengah jam..."  
    Robinson agaknya mau bertanya lagi, namun  hubungan telepon sudah lebih dahulu 
diputuskan oleh tribuanatunggadewa . Terkaan polisi itu benar. Perut tribuanatunggadewa  mendadak
terasa sakit. 
    Melilit-lilit. 
    Terlambat lima menit dari waktu yang dijanjikan,seorang petugas berpangkat
Bharada muncul di rumah tribuanatunggadewa  untuk menyerahkan lembar amplop. Lupa
mengucapkan terima kasih, tribuanatunggadewa  masuk lagi kedalam rumah.Amplop diletakkan
di meja kerjanya. Dipandanginya selama beberapa detik dengan mata menyipit, seakan
takut amplop itu berisi bom surat yang sewaktu-waktu dapat saja meledak. lalu 
dengan tangan gemetar dia membukanya. Mata dipejamkan waktu jari-jarinya
mengeluarkan selembar kertas khusus untuk membuat foto kopi. Lalu sambil
menggumamkan doa yang tak jelas, tribuanatunggadewa  membuka mata. 
    Dan ia melihatnya. 
    Melihat gambaran kasar namun  tidak perlu diragukan lagi. 
    nyi girah . 
     Dan malam pun tiba.Untuk kesekian kalinya, Raharjo menguap lagi. 
    "Sialan!" ia membatin kesal. 
    "Jangan tidur dahulu  kau!" 
    "Ya. Pekerjaan belum selesai." 
    Masih ada beberapa notulen lagi yang harus dipelajari Raharjo sebelum esok pagi ia
tampil di hadapan pemegang sebagian saham perusahaannya. Orang lain boleh saja
tidur namun  tidak Raharjo, yang sedang dirongrong kesulitan akibat omzet penjualan
hasil produksi perusahaannya menurun drastis. Pertimbangan neraca terlalu berat
sebelah, sehingga untuk menyelamatkan mukanya,Raharjo terancam melempar
sebagian saham pribadinya ke pasaran bebas. Beruntung empat orang manajernya
menemukan jalan keluar, meskipun dengan sedikit menyerempet-nyerempet bahaya. 
    Itulah yang harus ia putuskan malam ini, sebelum esok pagi mengumumkannya di
depan para pemegang saham. 
    Untuk menghindari kantuk dan pikiran yang sudah mulai letih, Raharjo menunda
dahulu  pekerjaannya. 
    Ia keluar dari kamar hotel tempat ia sudah menginap selama beberapa hari agar
dapat bekerja lebih tenang. 
    Di koridor berlapis karpet beludru merah hati, ia berpapasan dengan seorang room
boy yang bertanya sopan apakah Raharjo membutuhkan bantuan. Raharjo
menggelengkan kepala sambil berlalu, masuk ke lift dan naik ke teras terbuka di lantai
atas hotel berbintang empat itu. Di situ ada bar yang buka nonstop selama 24jam. 
    Tiba di teras yang dimaksud, Raharjo pergi ke meja bar dan memesan gin dan tonic
tanpa es pada pelayan yang dengan segera mendatanginya. Sewaktu melonjorkan kaki
untuk mengendurkan otot-otot yang tegang, matanya menangkap bayangan sesosok
tubuh yang duduk sendirian di pojok teras terbuka, bermandi sinar rembulan. 
    "Siapa wanita lesbian  itu?" tanya Raharjo pada pelayan yang muncul mengantarkan
pesanannya. 
    Sepasang mata yang ditanya mengikuti arah telunjuk Raharjo. Dahi berkerut, disusul
gumaman heran, 
    "Barusan tempat itu kosong. Kok tahu-tahu sudah ada yang menduduki...." 
    "Sekarang zamannya serba cepat," 
    Raharjo bergumam tertawa melihat keheranan pelayan itu. 
    "Barangkali kau tak melihat saat  ia duduk di situ...." 
    "Mustahil, Tuan. Barusan saya lewat di sana, sebelum tadi Tuan panggil. Bahkan saya sempat membersihkan meja di sampingnya, membereskan peralatan minum tamu
yang sebelumnya duduk di situ!" 
    "Apakah ia selalu duduk sendirian seperti itu? Melamun?" 
    "Mana saya tahu, Tuan." 
    "Belum pernah melihatnya? Tidak tahu siapa dia?" 
    "Tidak, Tuan. Tentunya salah seorang tamu yang baru masuk malam ini. Akan saya
sampaikan, apabila Tuan hendak berkenalan..." si pelayan menawarkan jasa. 
    "Biar kulakukan sendiri!" 
    Raharjo memutuskan dengan cepat. 
    "Tolong antarkan minumanku ke sana!" 
    "Baik, Tuan." 
    Raharjo tidak tahu apa yang mendorong hatinya untuk nekat mendatangi si
wanita lesbian . Hasratnya bangkit begitu saja. Mungkin karena ia terlalu lelah bekerja,
dan kini membutuhkan sesuatu untuk menghibur diri.Mencari teman ngobrol, yaitu 
sebuah hiburan juga,bukan? 
    Mengangguk pada si wanita lesbian  yang sesaat  mengangkat muka, Raharjo menyapa, 
    "Hai..." 
    "Hai," sahut wanita lesbian  itu lembut. 
    "Sedang menunggu seseorang?" 
    "Tidak." 
    "Keberatan ditemani?" 
    "Tak apa. Silakan..." wanita lesbian  itu menggerakkan dagu ke kursi kosong di
sebelahnya, yang segera diduduki Raharjo dengan suka cita. 
    Sebelum mengenyakkan pantat yang sudah tak sabar, Raharjo mengulurkan tangan
dengan tertib.Ia memperkenalkan diri. 
    "Raharjo..." 
    Uluran tangan disambut dengan hangat. Si wanita lesbian  tidak menyebut namanya.
Kecuali senyuman manis dibibir, dan itu jauh lebih besar nilainya dari sebuah
nama.Pelayan datang menyusul. Minuman Raharjo diletakkan di meja, sambil bertanya
hormat pada siwanita lesbian , 
    "Minum apa, Nyonya?" 
    "nyi girah ," gumam si wanita lesbian , tersenyum.     "Aku belum mau minum Sekarang ini. Terima kasih." 
    Selagi pelayan dan si wanita lesbian  bertanya jawab,Raharjo memanfaatkan waktu yang
sangat  singkat itu untuk mempelajari wanita lesbian  yang duduk disebelahnya. Tidak
seperti umumnya wanita yang terbiasa menginap di hotel mewah, wanita lesbian  ini
mengenakan pakaian sederhana saja. Modelnya pun jelas ketinggalan zaman. Ataukah
Raharjo yang tidak mengikuti, bahwa para perancang mode sudah kehabisan bahan
lantas berpaling pada mode guru-guru mereka tempo dahulu ? 
    Namun kesederhanaan pakaian maupun mode yang membalut tubuh wanita lesbian 
muda itu justru lebih menonjolkan kecantikannya yang menawan hati. Tipe kecantikan
yang menjadi idola Raharjo, membuatnya sering tidak betah di rumah untuk mencari
lalu lalu  meniduri idola-idola itu. 
    Apakah wanita lesbian  ini juga yaitu ... 
    "Ada pesanan lain, Tuan?" 
    Raharjo menjawab tersentak, 
    "Ah. Tidak. Terima kasih!" 
    Si pelayan mengangguk sopan, lalu  berlalu sambil tak lupa bibirnya mengulas
senyum mengerti.Senyuman si pelayan itu tanpa disadari membuat Raharjo tertawa
kecil. 
    "Ada yang lucu?" tanya si wanita lesbian  ingin tahu. 
    "Oh. Tidak. Aku hanya menertawakan diri sendiri...."sahut Raharjo tanpa dipikirkan
lebih dahulu . 
    "Hem?" 
    "Barusan tadi aku berpikir yang bukan-bukan." 
    "Tentang?" 
    "Kau." 
    "Aku?" wanita lesbian  itu membelalak. 
    Menambah indah penampilannya. 
    "Apa yang Anda pikirkan mengenai diriku?" 
    Nah, sesaat Raharjo mati kutu. namun  tidak percuma ia sudah  banyak makan asam
garam. Cepat sekali Raharjo sudah menemukan jawab, 
    "Aku pikir, kau tentunya habis berselisih dengan temanmu menginap..." 
    "Hem?" 
    "Maaf. namun  terus terang aku berpendapat, lelaki itu sudah  berbuat bodoh
membiarkan gadis secantik nyi girah  duduk sendirian di sini..." 
    Si gadis tertawa renyah. 
    "Bagaimana kalau kukatakan,bahwa aku hanya ingin menikmati kota Jakarta
diwaktu malam?" 
    "Kenikmatan itu tak berarti bila kita sendirian" 
    Raharjo melempar umpan. 
    "Ada Anda sekarang." 
    Si gadis tersenyum. 
    "namun  aku tidak ingin berkelahi dengan teman nyi girah !" 
    "Tak perlu." 
    "Oh, ya?" 
    Wajah gadis itu sesaat  berubah muram. Matanya sangat  sendu, menatap jauh ke
kegelapan malam yang temaram di kejauhan, lalu mengeluh getir, 
    "Ia tak dihotel ini. Dan aku tak tahu apa yang dilakukannya sekarang. Juga tidak
tahu, apakah ia masih memikirkan aku atau sudah melupakan sama sekali." 
    "Manusia tak tahu diri!" 
    Raharjo nyeletuk. Bersimpati. 
    "Bukan tak tahu diri," si wanita lesbian  menggeleng. 
    "Ia cuma tidak tahu, apa arti hubungan kami yang sebetulnya ." 
    "nyi girah  menyesalinya?" 
    "...Mungkin," wanita lesbian  itu menghela napas panjang. 
    "Ah. Mengapa kita berbicara tentang dia? Lebih menyenangkan bila kita berbicara
saja dengan siapa! kita berhadapan saat ini, bukan?" 
    Umpan sudah  disambar, pikir Raharjo. Tinggal menyentakkan kail. Seraya menatap
lurus ke mata siwanita lesbian , yang tidak pula menghindar, Raharjo meraih
kesempatannya yang sangat  langka itu. 
    "Ada kalanya nyi girah , berbicara hanya membuang-buang waktu...." katanya,
harap-harap cemas. 
    "Aku sependapat!" si wanita lesbian  lagi-lagi mengurai senyum. 
    "Di kamar mana kau menginap?" 
    "Banyak kamar di hotel ini..." 
    "Mau melihat-lihat kamarku?" 
    "Mengapa tidak? Hawa di sini pun sudah semakin dingin." 
    Mereka tak berbicara soal tarif. Tak perlu, pikir Raharjo.Ia sudah tahu mengaturnya.
Tinggal mengingat di hotel kelas apa mereka berkencan, dan sejauh mana mereka
saling memuaskan satu sama lain. Raharjo pun tidak perlu khawatir jadi skandal, Ia
tahu bagaimana mengatasinya. Ia juga punya tangan-tangan jahil tapi berotot yang
siap membantu kapan saja ia perintahkan.Karena ia punya uang.Room boy yang tadi
sedang berbicara dengan dua orang tamu yang akan masuk ke kamar mereka,sewaktu
Raharjo dan pendampingnya keluar dari lift yang membawa mereka ke bawah. Room
boy tersenyum sopan. Dua yang lain pura-pura tak melihat.Di hotel ini, siapa saja
boleh berbuat sesuka hati. Selama yang lain tidak terganggu, dan tidak ada pihak-pihak
yang dirugikan.wanita lesbian  itu menolak minum sesudah  mereka masuk ke kamar.
Ngobrol sejenak, melantur tak tentu arah diselang-seling tawa lepas yang semakin
mengakrabkan satu sama lain. Pendahuluan pun selesai, dan dengan gembira mereka
naik ke tempat tidur.Mulanya, segala sesuatu berlangsung tenang,
hangat,menggairahkan. 
    Lalu rintihan-rintihan senang mendadak berubah jadi sentakan-sentakan
mengejutkan. Itu terjadi saat  si wanita lesbian  menggeliat naik dan bergerak di atas
tubuh Raharjo.Suatu saat si wanita lesbian  merunduk dan mengulum bibir Raharjo. Tak
melepaskannya lagi! 
    Di puncak nikmat berahi, kelopak mata Raharjo terbuka sedikit, lalu tersentak
melebar. 
    namun  hanya itu. 
    Ia tak mampu melepaskan mulutnya dari mulut siwanita lesbian . Anggota tubuh lainnya
pun tidak berdaya melepaskan diri. Dalam paniknya, Raharjo masih sempat menangkap
suara-suara aneh dan mengerikan.Suara yang mengalir dari tubuhnya ke tubuh
siwanita lesbian . Seperti disedot keras dan buas.Dan tubuh yang menjepitnya sedemikian
kuat dan kejam itu bukanlah tubuh si wanita lesbian  cantik. 
    Ia tak tahu apa. Kecuali bahwa sosok tubuh itu sangat  aneh dan menakutkan. Dari
tubuh itu bersembulan keluar tonjolan-tonjolan hitam yang menganga, bergerigi, lalu
menyayat, dan menggerogoti tanpa kenal ampun.Sebelum sempat memikirkan sesuatu,
Raharjo sudah lenyap. Benar, tidak seluruhnya lenyap. Karena masih ada yang tersisa. 
    yaitu , tengkorak. 
    Plus, tulang belulangnya. 
    Suara itu terdengar lagi. Seperti tubuh yang besar dan berat diseret-seret. Lalu
berhenti, diam. 
    tribuanatunggadewa  juga berdiam. 
    Tak berani bergerak. 
    Matanya nyalang mengawasi kegelapan di sekitarnya. 
    Ia merasa terancam. 
    Takut setengah mati, karena tak tahu bahaya apa yang tengah dihadapinya.Dalam
ketakutannya, tribuanatunggadewa  juga tak habis pikir bagaimana ia sampai ke tempat yang
begitu asing dan menyeramkan. Kalau tak salah, ia sudah  memasuki hutan belantara.
Entah mau apa, dan entah apa yang dicari. 
    Lalu ia tersesat. 
    Terperangkap di tempat sepi dan gelap pekat itu. Bias rembulan menerobos lewat
celah-celah dedaunan rimbun di atas kepalanya.Cahaya yang sangat lemah, tak
berdaya. 
    Nah, itu terdengar lagi. 
    Kepala tribuanatunggadewa  ditelengkan, mendengar-dengar. Dan mendadak saja,
samar-samar sepasang tangan menjulur dari kegelapan. Tangan-tangan itu
panjang,semakin panjang. Gerakannya pun sangat cepat. Tahu-tahu saja tribuanatunggadewa 
sudah dicengkeram kuat,pundaknya ditekan ke bawah, sampai tribuanatunggadewa  jatuh berlutut
tanpa mampu melepaskan diri. 
    lalu  ia melihatnya. 
    Melihat sebentuk kepala yang sangat  besar, hitam bergerigi, dengan sepasang mata
berwarna merah kehijauan mengawasinya dengan tajam. 
    tribuanatunggadewa  mencoba berteriak. 
    namun  lidahnya kelu. 
    Sekujur tubuhnya pun kaku membeku. Peluh dingin mengucur deras, lalu ikut
membeku, membuat tubuhnya semakin terjepit.Matanya membelalak ngeri saat kepala
makhluk misterius itu terjulur ke depan. Moncong yang lancip menganga lebar,
memperlihatkan lidah tipis panjang dan  taring-taring runcing yang tajam berkilauan. 
    tribuanatunggadewa  mengeluh, pasrah. 
    Habislah ia dicaplok, dikunyah-kunyah, mungkin juga ditelan bulat-bulat. Dan
tiba-tiba saja terdengar suara lain. Suara berdering yang berulang-ulang. Kepala
hitam bergerigi itu sesaat  berpaling ke arah bunyi berdering. Matanya yang merah
kehijauan berkilat marah. Lalu entah bagaimana, mata yang mengerikan itu mendadak
ketakutan dan detik berikutnya kepala itu pun lenyap. Tekanan di pundak tribuanatunggadewa 
mengendur pula. Tangan-tangan gaib itu menciut,lalu  ikut lenyap.Saat itulah
tribuanatunggadewa  menangkap adanya cahaya menembus kegelapan. Terdengar lagi bunyi
deringan yang sama. tribuanatunggadewa  coba berteriak minta tolong.namun  hanya erangan saja
yang keluar dari bibirnya yang kaku membeku. Beruntung, tangan kanannya
pelan-pelan dapat ia gerakkan, ia menggapai-gapai kearah bunyi dering itu, berharap
dapat menyentuh penolongnya yang pasti berdiri di sana. Sesudah  meraba-raba, telapak
tangan tribuanatunggadewa  berhasil menyentuh sesuatu yang licin namun  keras. Pada waktu
bersamaan, cahaya itu pun semakin dekat, semakin jelas. 
    tribuanatunggadewa  jadi silau. 
    Ia kerjapkan kelopak matanya,sampai terbiasa dengan cahaya terang itu. Bunyi
berdering tadi terdengar sekali lagi. Dan benda licin keras di telapak tangannya
bergetar lembut. Sel-sel otak tribuanatunggadewa  bekerja cepat, dan tiba-tiba ia menyadari
sesuatu. 
    Telepon, pikirnya. 
    Bunyi teleponlah yang menyelamatkan tribuanatunggadewa ! 
    Ingatan itu membuat tribuanatunggadewa  terlonjak.Mata ia buka lebar-lebar. 
    Astaga, ia ada di ruang kerjanya sendiri. 
    Tertidur dengan kepala terkulai di meja. Cahaya yang ia lihat ternyata cahaya lampu
duduk. Dan memang gagang teleponlah yang sedang digenggamnya. 
    "Mimpi buruk sialan!" ia membatin keki, sambil secara naluriah gagang telepon
didekatkan ke telinga. 
    "Halo" lambat-lambat ia dengar suara halus lembut. 
    "Halo?" 
    tribuanatunggadewa  membuka mulutnya dengan suara payah. Megap-megap meraih hawa
segar sebanyak mungkin untuk mengisi rongga paru-parunya yang beberapa saat tadi
kering menyakitkan. 
    "Aku tahu kau ada di rumah, Yang!" suara di seberangsana berujar mesra. 
    "Lena...!" bisik tribuanatunggadewa . Lega. 
    Sekaligus rindu. 
    "Oh!" 
    "Kau tidak sakit, bukan?" 
    "Tidak. Tidak. Apa kabarmu?" 
    "Seperti biasa...." suara maradona terdengar menyimpan rasa sendu. 
    namun  segera berubah riang lagi saat  melanjutkan, 
    "Aku hanya ingin tahu, apakah kau baik-baik saja. Sayangku...." 
    tribuanatunggadewa  mengeluh, 
    "Akan lebih baik lagi bila kauada di sini!" 
    "Masih kutimbang-timbang, Yang." 
    "Sampai kapan?" 
    "Entah..." 
    "Aku merindukanmu, maradona!" 
    "Aku tahu." 
    "Itu saja tidak cukup, maradona!" 
    Di seberang sana terdengar tawa lembut, merdu bergairah. Lebih-lebih bergairah
lagi ucapannya, 
    "Kalau kau ingin tidur denganku, tri ..." 
    tribuanatunggadewa  menyela tidak senang, 
    "Untuk lalu  berpisah lagi. Apa kaupikir aku dapat bahagia hanya dengan
bersanggama barang satu-dua jam denganmu?" 
    "Maafkan aku, Yang." 
    "Yeah. Keputusan ada di tanganmu ini!" 
    "tri ..." . 
    Tanpa menunggu lanjutan kata-kata maradona,tribuanatunggadewa  sudah mengentakkan
gagang telepon dengan marah. Sesaat lalu , ia menyesal. Bukan begitu caranya
kalau ia masih menghendaki maradona kembali. Mestinya ia lebih bijaksana, dan... 
    namun  buat apa? 
    Seperti kata maradona tadi, masih kutimbang-timbang. Diam-diam, tribuanatunggadewa  pun
ikut menimbang-nimbang. 
    Sudah berapa banyak lelaki yang diajak tidur oleh maradona? 
    Sedang tribuanatunggadewa , belum seorang pun! 
    Apa? 
    Belum? 
    Bagaimana dengan nyi girah ? 
    tribuanatunggadewa  mengerang. 
    Sudah bangunkah dia? 
    Atau masih berkelana di alam mimpi? 
    Ia pandangi mesin tikydi depannya. Terbaca: 
    Gadis Suruhan. Judul sebuah cerica pendek. Bukankah itu atas permintaan slenderman 
untuk menyenangkan ngesot nna, istrinya yang pencemburu itu? 
    Ia lantas teringat dirinya sempat berkonsentrasi untuk cerita dengan judul
tersebut.Lantas karena letih dan pikirannya menerawang tak menentu, ia pun tertidur. 
    Lalu bermimpi. 
    Haram jadah,buruk benar mimpinya tadi! 
    tribuanatunggadewa  menggeliat. 
    Memutar kursi tempat ia tertidur, lantas pergi ke jendela. Begitu jendela
dibuka,matahari sesaat  menerobos masuk, hangat menggigit.Melirik ke arlojinya,
tribuanatunggadewa  dapat melihat pukul berapa ia terbangun: 09.20 pagi. 
    "Kesiangan lagi, ya?" seseorang menyapanya dari halaman samping rumah sebelah. 
    Tante Isye, yang tengah menjemur cucian. tribuanatunggadewa  membalas dengan senyuman.
Lalu ia diberitahu bahwa Pak RT tadi mengetuk pintu rumahnya, namun  karena
tribuanatunggadewa  masih tidur, Ketua RT itu lantas pergi lagi. 
    "Ada perlu apa dia?" tanya tribuanatunggadewa , sekadar berbasa-basi. 
    "Katanya sih bakal ada sensus. Sekalian urusan iuran kampung...." 
    "Oh!" 
    "Omong-omong soal Pak RT, Dik tri ..." 
    Tante Isye kambuh lagi penyakit bergunjingnya, pikir tribuanatunggadewa . 
    "Tahukah kau bahwa anaknya yang dahulu  ketahuan mengisap ganja itu..." 
    Tak ada kelanjutannya lagi,lantaran terganggu oleh seorang bocah wanita lesbian  kecil
yang datang berlari-lari, lantas sambil menangis anak itu mengadu kepada ibunya.
Pantat Lusi rupanya dicubit oleh Dudung, anak tetangga mereka.Tante Isye pun sibuk
membujuk Lusi. Berjanji akan balas mencubit pantat Dudung. 
    "Bila perlu, pantat bapaknya sekalian!" umpat Tante Isye seraya menyeret anaknya
masuk ke dalam rumah. 
    tribuanatunggadewa  pun pergi ke kamar mandi. Sesudah  itu kedapur, karena perutnya terasa
lapar. Malas menanak nasi, ia rebus saja dua butir telur ayam, lalu dengan air panas
bekas malam hari di dalam termos, ia menyeduh kopi susu.Sewaktu menikmati sarapan
paginya, telepon berdering lagi. Ternyata Pak Robinson Abdullah . 
    "Sudah ada masukan buat kami, tribuanatunggadewa ?" 
    Pertanyaan itulah yang tadi malam ikut mengganggu konsentrasi tribuanatunggadewa . Seraya
menahan kesal, ia menjawab dengan suara diramah -ramah kan, 
    "Sementara ini belum, Pak..." 
    Sang Ajun Komisaris mengeluh, 
    "Jadi aku harus segera mencari seorang dukun!" 
    tribuanatunggadewa  hampir tertawa. 
    "Separah itu keadaannya?" 
    "Saat-saat ini, tribuanatunggadewa , ocehan orang sakit jiwa pun akan kuperhatikan dengan
sungguh-sungguh.Pilihanku jatuh pada dukun. Paling tidak, seorang dukun masih agak
waras cara berpikirnya...." 
    tribuanatunggadewa  menangkap nada serius dalam pembicaraan si perwira polisi. Lantas ia
pun menanggapi dengan serius pula. 
    "Setahuku, Pak. Seorang dukun memerlukan objek yang masih utuh. Bukan yang
sudah diacak-acak dokter-dokter kita di laboratorium itu. Jadi kupikir, sudah terlambat
untuk..." 
    "Belum. Belum terlambat!" 
    Robinson memotong tegas. 
    "Objek lainnya masih utuh. Sampai dukun tiba, akan kubiarkan bekas manusia yang
sial itu tetap terbaring ditempat tidurnya!" 
    "Apa?" 
    tribuanatunggadewa  tersentak. 
    Kaget. 
    "Agar kagetmu hilang, datanglah ke sini sekarang juga!" 
    Lalu Robinson memberi tahu ke mana tribuanatunggadewa  harus pergi.Tak sampai lima menit,
tribuanatunggadewa  sudah bergegas dari rumah. Ia jalankan mobilnya dengan mulut
menyumpah-nyumpah tiap kali ia terhalang oleh lalulintas yang macet. Saking tegang
pikiran, ia sempat bertengkar hebat dengan seorang sopir taksi yang tiba-tiba menyalip
lantas berhenti tiba-tiba dengan posisi tanggung di depan mobilnya, karena lampu
diperempatan sudah menyala merah. Pengendara-pengendara lain ikut memaki si sopir
taksi, sehingga suasana jadi semakin tri i. Si sopir taksi bungkam takbisa bicara.
Apalagi petugas Polantas yang tadi tak terlihat tahu-tahu sudah berdiri di sebelah
taksi. Si sopir diperintahkan meminggirkan kendaraannya, diiringi teriakan menghasut
orang-orang yang menyaksikan. 
    Lampu hijau menyala. 
    tribuanatunggadewa  langsung tancap gas,Kecuali mobil patroli polisi di pelataran parkir, tak
ada tanda-tanda terjadi kehebohan di dalam hotel yang tak lama lalu  dimasuki
tribuanatunggadewa . Suasana tampak biasa-biasa saja. Baru sesudah  ia keluar dari lift di lantai
6, ia berhadapan dengan suasana tegang, Petugas sekuriti hotel mencegat saat  ia
berjalan ke kamar bernomor 607. namun  petugas polisi yang mendampingi berjaga-jaga
di depan pintu tertutup itu segera mengatakan sesuatu pada si petugas sekuriti
hotel.Pintu lalu dibuka, dan secepat itu pula ditutup kembali sesudah  tribuanatunggadewa 
menyelinap ke dalam.Di situ lebih banyak orang.Di situ suasananya jauh lebih
tegang.Dan di atas seprai tempat tidur yang acak-acakan,tampaklah seonggok
tulang-belulang manusia yang mengerikan, namun  tulang-belulang yang ini
telanjang.Yang membuat bulu kuduk tribuanatunggadewa  meremang yaitu  letak tengkorak.
Tengkorak itu menghadap pas di tempat tribuanatunggadewa  berdiri tegak. Rongga mata yang
kosong pada tengkorak itu seakan melontarkan tuduhan marah. Dan rongga mulut yang
menganga kosong di antara dua baris gigi itu seakan menyumpah serapah. 
    Pada tribuanatunggadewa ! 
    Tas tustel yang disandang tribuanatunggadewa  hampir saja meluncur jatuh, kalau tak keburu
ditahan seseorang.Lalu telinganya menangkap suara dingin Robinson Tangan, 
    "Surprise, ya?" 
    Dokter yang sedang membungkuk ke tempat tidur menggumamkan sesuatu dengan
nada marah. Sang Ajun Komisaris mendekati dokter itu, lalu mereka berdua segera
terlibat diskusi yang mereka lakukan dengan suara perlahan. tribuanatunggadewa  menggapai
kursi paling dekat, terenyak dengan wajah pucat dan jiwa yang kembali diteror
mimpi-mimpi buruk. 
    "Menyeramkan memang!" seseorang bergumam didekatnya. 
    tribuanatunggadewa  menoleh, dan segera mengenali Brigadir Polisi Dua gordon liu yang
menyandar di tembok,menatap segan onggokan tulang di tempat tidur. 
    "Dan seorang anak manusia kembali hilang misterius.Kali ini seorang usahawan
terkemuka...." 
    gordon liu menambahkan. . 
    "Bagaimana ceritanya, Pak gordon liu?" tanya tribuanatunggadewa ,kelu. 
    "Sederhana saja, Bung tribuanatunggadewa ," sahut yang ditanya,mengulang apa-apa yang
sudah  ia catat dalam notes pribadinya. 
    Tepat pukul tujuh pagi, sopir Raharjo, si pengusaha dimaksud, muncul di hotel sesuai
instruksi majikan sehari sebelumnya. Tampaknya Raharjo belum bangun.Jadi sopir itu
turun ke lobi di bawah, membaca-baca surat kabar sambil menunggu. Seperempat jam
lalu  ia naik lagi ke atas. Kembali mengetuk pintu kamar suite nomor 607 yang
ditempati majikannya.Masih tak ada sahutan. Seorang pelayan kamar menyarankan si
sopir supaya turun lagi ke lobi.Dari sana menelepon lewat saluran lokal ke kamar yang
dituju. Juga telepon tidak diangkat. Atas persetujuan manajer hotel, dicobalah
membuka pintu dengan kunci master sesudah  si sopir dengan gelisah memberitahu
bahwa majikannya tidak biasa bangun kesiangan,apalagi harus menghadiri pertemuan
penting pagi itu.Mustahil pula majikannya tak terbangun meski pintu sudah 
digedor.Usaha membuka pintu dengan kunci master juga gagal.Terhalang anak kunci
yang menempel dari sebelah dalam, pertanda si penghuni masih ada di tempat. 
    Diambillah jalan darurat. 
    Seorang petugas sekuriti hotel meminta izin pada penghuni kamar 609 untuk masuk
ke teras di sebelahnya, melalui teras kamar 609. Pintu ke teras kamar suite 607 tertutup
rapat namun  tidak terkunci. Si petugas membukanya sedikit. Lalu batuk-batuk kecil
sebagai tanda kehadirannya. Karena tidak ada reaksi dari dalam, ia putuskan masuk
saja.Lima menit sesudah  si petugas sekuriti terdengar memekik tertahan, polisi dilapori,
"Seorang tamu hotel lenyap misterius. Tempatnya digantikan seonggok kerangka
manusia di atas tempat tidur!" 
    "Dari mana munculnya tulang-belulang terkutuk itu?" 
    gordon liu menggelengkan kepala, tak habis mengerti. 
    "Dan ke mana si penghuni yang sah? Keluar melalui teras,lalu terjun ke bawah?
Pasti hancur remuk dia.Mayatnya pasti ditemukan di basement. Terbang, kalau begitu?
Dengan apa? Atau dia punya sayap, berubah jadi manusia kelelawar?" 
    "Aku meragukan kemungkinan itu, Prjadi" yang berkata ini AKP Abdullah  yang sudah 
bergabung lagi didekat mereka. 
    "namun  tak ada salahnya kau naik kelantai paling atas. Siapa tahu Tuan Raharjo
yang hebat itu justru jadi manusia cicak?" 
    Sesudah  Prjadi berlalu, Robinson mengawasi tribuanatunggadewa  dengan sorot mata tajam
menusuk. 
    "Masih juga tidak punya masukan, tri ?" tanyanya ketus. 
    "Nanti dahulu , Komandan!" 
    tribuanatunggadewa  bersungut, resah. 
    "Bagaimana aku harus menerangkan bahwa..." 
    "Biarlah aku yang menerangkannya padamu!" 
    Robinson menyela 
    "Sesudah  aku membuka-buka suratkabar kalian itu, dan mempelajari sebagian isi
cerita bersambungmu, aku pun sependapat dengan apa yang pernah diributkan istriku,
tribuanatunggadewa . Tokoh imajinermu, jessica , sangat  kejam dan buas dalam melampiaskan
dendam kesumatnya. Ia memangsa setiap korbannya secara berlebihan, sehingga yang
tersisa hanyalah tulang belulang korbannya saja..." 
    "Protes Anda akan kucacat, Komandan," desah tribuanatunggadewa , lesu. 
    "Belumkah terbuka pikiranmu, tribuanatunggadewa ?" 
    Robinson berujar pedas. 
    "Saat ini aku tidak ingin berdebat tentang dunia fiksimu. Bukalah matamu
lebar-lebar,Kawan. Lihatlah ke dunia nyata. Dan apa yang kita peroleh? Dua malam
lalu kerangka berseragam Hansip dan malam ini..." 
    AKP Abdullah  melirik marah ke atas tempat tidur. 
    "Kerangka di kamar hotel. Kerangka yang sama-sama masih segar. Masih tersisa
pula tetes-tetes darah dan  serpihan-serpihan daging. Seakan disengaja. Persis
sebagaimana tertulis dalam cerita fantasimu yang menyeramkan itu." 
    "Hanya kebetulan belaka, Pak Abdullah ..." 
    "Mungkin. Yang pasti tetap melibatkan seorang wanita lesbian  di dalamnya!" 
    "jessica ?" dengus tribuanatunggadewa  ingin tertawa. 
    Namun perutnya terlalu sakit untuk tertawa. 
    "Hentikanlah berolok-olok, tribuanatunggadewa . Aku berbicara mengenai wanita lesbian  yang
saat ini hidup di dunia nyata!" 
    "Oke. Oke. Teruskan!" 
    tribuanatunggadewa  menyerah. 
    "Empat,orang saksi mata sudah lebih dari cukup, tribuanatunggadewa .Terakhir kali mereka
melihat Raharjo, seorang wanita lesbian  menemaninya. Mereka tak tahu siapa. Tak pernah
melihat sebelum maupun sesudah nya. namun  mereka masih ingat ciri-cirinya...." 
    "Sudah dibuat sketsa, Pak Abdullah ?" 
    "Tak perlu. Modusnya toh sama. Jadi kami tinggal memperlihatkan sketsa yang ada
pada kami!" 
    "Dan?" 
    "Positif. Seperti kubilang tadi, wanita lesbian  yang sama.Mengherankan, bukan?" 
    Tidak mengherankan, pikir tribuanatunggadewa . Tidak, bila yang melakukannya memang
jessica . 
    namun  nyi girah ...benarkah ia terlibat dalam kedua kasus ini?  
    Bila benar,mengapa tribuanatunggadewa  tidak jatuh sebagai korbannya pula? 
    Toh ia sudah  melakukan hubungan seksual dengan nyi girah . Seperti yang dilakukan
jessica  dengan korban-korban yang lalu  dibunuhnya melalui hubungan seksual
itu. 
    "Komandan?" seorang inspektur polisi mendekat lalu berbisik-bisik dengan
komandannya. 
    Sang Ajun Komisaris sesaat  tampak kaku wajahnya dan bergegas pergi menuju
meja tempat telepon menunggu diangkat.tribuanatunggadewa  mendekati si Ajun Inspektur.
Bertanya panik, 
    "Korban baru lagi?" 
    Yang ditanya menjawab getir, 
    "Kalau pantas disebut korban, kamilah itu...." 
    "Ada kejutan baru agaknya?" 
    "Urusan intern, Bung tribuanatunggadewa . Maaf saja..." 
    AKP itu akan berlalu, namun  ditahan oleh tribuanatunggadewa . 
    "Sudahlah, Pak. Kita buang saja birokrasi itu ke tempat sampah. Tuh, aku punya
jaminan memuaskan, bukan?" bujuk tribuanatunggadewa  seraya mengerling , ke arah Robinson
yang diam dengan wajah kaku mendengar pembicaraan seseorang di telepon. 
    "Yah. Kau sudah seperti orang dalam ini!" 
    Ajun Inspektur itu menyeringai. 
    "Lagi pula tak ada salahnya kuberitahu. Agar kalian orang-orang pers tidak nanti
ditanya-tanya, mengapa kasus yang kita hadapi saat ini mendadak dipetieskan. Itulah
yang dapat kutangkap dari pembicaraan singkat di telepon tadi...." 
    "Hem. Ada malaikat-malaikat yang kuasa menghitamputihkan kalian, ya?" 
    tribuanatunggadewa  berujar penuh minat. 
    "Malaikat yang juga makan nasi seperti kita-kita ini?" 
    "Soal makan nasi, Bung. Itu kuragukan. Mereka pasti lebih tertarik pada roti dan
 -- Halaman 101 Kolektor E-Book -- 
keju..." 
    Si polisi tersenyum dikulum. 
    "Namun apa pun yang mereka makan, tak ada ditambah ya, bukan?" 
    "Lalu, siapa mereka itu?" 
    "Off the record, ya?" 
    Si Ajun Inspektur merendahkan suaranya. 
    "Mereka Ketua dan wakil ketua dewan komisaris hotel haram jadah ini. Adapun
kedudukan mereka secara resmi di mata umum ialah..." 
    "Inspektur!" 
    AKP Abdullah  menggeram dari meja telepon. 
    "Siap, Komandan!" 
    "Instruksikan anak-anak yang saat ini berkeliaran disetiap sudut hotel. Tamu-tamu
harus diperlakukan lebih lunak. Penggeledahan tunda sebentar, sampai surat
perintahnya diturunkan. Mengerti?" 
    "Siap, Komandan!" jawab yang diperintah, tegas. 
    Lantas sambil berlalu ia mencibir ke arah tribuanatunggadewa . 
    "Nah, apa kubilang!" bisiknya, masam. 
    "Dokter?" suara AKP Abdullah  masih tetap angker,namun kali ini lebih lembut. 
    Dokter kepolisian berkepala botak yang sedang melap keringat di jidatnya menoleh. 
    "Sebaiknya barang busuk itu kita pindahkan,Dokter." 
    "Sekarang juga?" 
    "Benar. Makin cepat makin baik. Kita harus menghindari skandal, bukan?" 
    AKP Abdullah  menyeringai kecut. 
    "Lalu? Rencana Anda dengan dukun itu?" 
    "Ah. Nanti sajalah itu kita pikirkan. Kau sendiri juga menentangnya bukan, Dokter?"
    "Entahlah. Bahkan aku meragukan apakah aku masih berpikiran sehat sekarang ini!"
    Si kepala botak menggeleng-geleng hilang akal. Lalu memerintahkan para
pembantunya untuk melaksanakan perintah Abdullah . Saat itulah tribuanatunggadewa  teringat
pada, tugas rutinnya. 
    namun  ia ragu-ragu. 
    Apa gunanya ia memotret? 
    Toh tak dapat dimuat. 
    Nanti pun ia dapat meminjam dari bagian identifikasi kepolisian. 
    "Bung tribuanatunggadewa ?" seseorang tiba-tiba menyapanya dengan nada hati-hati. 
    tribuanatunggadewa  menoleh dan sesaat  berhadapan muka dengan seraut wajah laki-laki
bertampang menarik namun  jelas sedang gelisah. Laki- laki bersetelan lengkap dan
perlente itu menambahkan, 
    "Saya dibisiki Pak Komandan mengenai Bung..." 
    "Hem. Dia mestinya meminta izinku lebih dahulu !" rungut tribuanatunggadewa  berseloroh
seraya mengerling ke arah Abdullah  yang sedang sibuk memberi perintah pada salah
seorang anak buahnya.Si perlente tidak tergugah oleh seloroh tribuanatunggadewa . Ia tetap saja
gelisah. 
    "Berkenan ikut dengan saya? Sebentar saja..." katanya, memohon. 
    "Ayolah!" 
    tribuanatunggadewa  menyatakan setuju. Ia gembira karena dapat menjauh dari onggokan
bekas manusia ditempat tidur. Diam-diam ia juga berharap orang ini punya sesuatu.
Paling tidak, petunjuk bahwa onggokan tulang-belulang mengerikan itu bukanlah hasil
perbuatan nyi girah . 
     Mereka berdua turun dengan lift ke lantai bawah,lalu  masuk ke kantor hotel
yang nyaman dan mewah. 
    tribuanatunggadewa  dipersilakan duduk. Ditawari minuman yang tentu saja disambut
tribuanatunggadewa  dengan senang hati. Dari tadi kerongkongannya sudah kering. 
    Dadanya lebih-lebih lagi. 
    Haram jadah! 
    Mengapa semua mimpi buruk ini harus terjadi? 
    "Bung ini wartawan, bukan?" si perlente bergumam resah, di balik mejanya. 
    Sebelum tribuanatunggadewa  mengiyakan, ia sudah meneruskan, 
    "Saya sangat berterima kasih bahwa Pak Abdullah  tidak memperkenankan nyamuk
pers berkeliaran di dalam hotel kami malam ini. Menakjubkan bahwa Bung menerobos
pengawalan ketat anak buah beliau." 
    "Itu urusanku," desis tribuanatunggadewa , mulai curiga apa maunya orang ini. 
    "Betul. Saya setuju. Dan tak akan ribut mengenai itu!" siperlente menyela dengan
suara waswas. 
    Seolah dia sudah diberitahu, bahwa dia bakal jatuh sebagai korban berikutnya. 
    "Saya ajak Bung ke kantor saya, yaitu  untuk membicarakan hal lain. Saya
bertindak atas nama direktur hotel. Kami berharap Bung bersedia melakukan kerja
sama." 
    "Untuk?" 
    "Yah... kami tak berhak melarang Bung memuat berita mengenai skandal mengerikan
di suite 607 tadi. Kami hanya dapat berharap, kalaupun toh Bung muat juga beritanya,
tolonglah nama hotel kami tidak disebut-sebut. Walau inisialnya sekalipun. Bila itu
sampai terjadi, Bung dapat bayangkan sendiri..." 
    "Hem!" 
    tribuanatunggadewa  merengut tak senang. 
    "Tamu- tamu kalian akan minggat ketakutan, bukan? Desas-desus akan tersebar
luas. Lalu kalian bangkrut sebelum sempat menarik napas...!" 
    "Syukurlah, Bung memahaminya...." 
    "Lantas?" 
    "Pertama-tama akan saya tulis cek tunai. Atas nama Bung!" 
    Si parlente membuka tas kerjanya,mengeluarkan buku cek dan pulpen, siap menulis
diselembar buku berharga itu. 
    "Apakah sepuluh juta rupiah cukup?" 
    Jadi itulah semuanya, pikir tribuanatunggadewa , mulai kesal. Tak ada petunjuk. Tak ada
bantuan apa pun untuk meyakinkan alibi nyi girah . Dan itu hanya menjurus kesatu hal
saja: tribuanatunggadewa  terpaksa mengikuti jalan pikiran slenderman ! 
    Ia tidak memperlihatkan kekesalannya. Justru timbul pikiran iseng. Sekadar
mengendurkan pikiran tegang. Ia mendengus acuh tak acuh, namun  kata-katanya diberi
tekanan khusus, 
    "Reputasi terkadang sangat mahal harganya, bukan?" 
    "Benar," si perlente menyetujui, sambil dahinya mengerut. 
    "Untuk itu kami bersedia menaikkan jadi lima belas juta rupiah. Bagaimana?" 
    "Lima puluh juta!" 
    tribuanatunggadewa  nyeletuk seenak perutnya saja.Laki-laki gagah di belakang meja berlabel
manajer itu menyeringai kecut. 
    "Saya yakin Pak Direktur tidak akan keberatan dengan dua puluh juta," katanya,
bimbang. 
    "Lima puluh!" 
    "Begini, Bung tribuanatunggadewa . Seperti Bung tahu sendiri..." 
    "Apa yang kuketahui itu urusanku!" ujar tribuanatunggadewa  dengan wajah dibuat sekeren
mungkin. 
    Di dalam hati ia tertawa. Intermezo ini benar-benar menyenangkan! 
    "Situ yang harus mengerti, bahwa aku tak biasa makan sendiri. Aku punya beberapa
teman lain yang pasti akan bertanya-tanya. Dan mereka semua tentu saja punya mulut
untuk disuapi. Lima puluh juta. Tak kurang" 
    "Wah. Saya harus berbicara dahulu  dengan Pak Direktur.namun  saya khawatir
beliau..." 
    "Teruskanlah berkhawatir. Selamat siang!" dengus tribuanatunggadewa , lalu dengan wajah
galak bangkit dari kursinya. 
    Bersiap-siap pergi. 
    "Lima puluh juta. Baiklah. Baiklah!" si perlente menyerah. 
    "Saya mungkin dapat teguran keras. Atau dikenakan sanksi potong gaji. namun  saya
belum siap untuk pindah kerja di tempat lain. Duduklah Bung tribuanatunggadewa , sementara
ceknya saya isi...." 
    tribuanatunggadewa  tidak duduk. 
    "Tak perlu," katanya. 
    "namun ...." si perlente pucat pasi wajahnya. 
    Dengan wajah berubah iba kasihan, tribuanatunggadewa  mengurai senyuman manis di bibir. 
    "Ketahuilah, Kawan. Ada satu hal yang paling tak kusukai dalam hidup ini. yaitu 
diperas orang!" katanya, seraya mengawasi wajah siperlente yang tampak
kebingungan. 
    "Maka itu, selalu kuingatkan diriku agar tidak melakukan hal yang sama terhadap
orang lain. Paham?" 
    Wajah si perlente berubah cerah. 
    "Paham!" katanya,riang. 
    "Jadi Bung tak keberatan dengan sepuluh saja?" 
    "Satu sen pun haram kuterima!" 
    "Saya.. saya tak mengerti...." 
    "Situ akan mengerti bila menghentikan kebiasaan menyuap mulut orang lain dengan
cara kotor!" 
    "Maaf. Keadaan memaksa saya...." 
    "Hem. Betul juga. Ada kalanya kita harus menyerah pada keadaan. Lupakan sajalah.
Dan terima janjiku,untuk tidak menyebut-nyebut nama hotel kalian.Sebagaimana kalian
kehendaki walau inisialnya sekalipun. Oke?" 
    Orang itu termangu-mangu sejenak. Baru sesudah  ia lihat tribuanatunggadewa  berjalan ke
pintu, ia buru-buru bangkit menyusul. Dijabatnya tangan tribuanatunggadewa  dengan
keras.Tanpa menyembunyikan keharuan di wajahnya, ia berkata sungguh-sungguh, 
    "Bung tak akan pernah saya lupakan. Kapan-kapan Bung berniat istirahat beberapa
hari di hotel kami, Bung tinggal angkat telepon. Kami akan sediakan suite yang paling
bagus. Cuma-cuma,tentu saja!" 
    "Terima kasih. Imbalan, itu lebih memadai kukira,"sambut tribuanatunggadewa  acuh tak acuh,
sambil cepat-cepat berlalu. 
    Dengan pikiran bertambah sumpek. 
    tribuanatunggadewa  tiba di kantor pusat surat kabar mereka,berbarengan dengan slenderman . Ia
cegat sahabatnya itu di pelataran parkir. Terus diseret ke warung kopi terdekat. Sesudah 
memesan minuman sambil mencicipi makanan ringan yang terhidang di meja,
tribuanatunggadewa  langsung mengutarakan apa yang sudah  ia putuskan sekembali dari hotel. 
    "Aku mulai berpikir-pikir untuk memercayai saja omonganmu, slenderman !" katanya,
tanpa sadar menghilangkan ketegangan dalam suaranya. 
    slenderman  latah, ikut tegang. 
    "jessica ?" bisiknya tersedak. 
    "Bukan. nyi girah !" 
    "Ah. Si gadis misterius. Tak juga berhasil menemukan jejaknya, ya?" 
    "Jangankan aku. Polisi saja belum." 
    "Atau tak akan pernah. Gadismu itu jelas bersembunyi di tempat paling aman dan tak
mungkin dijejaki!" 
    "Di manakah itu?" 
    tribuanatunggadewa  tersenyum, mencemooh.slenderman  menjawab tak peduli, 
    "Di lubang kubur jessica !" 
    "Malangnya, kuburan jessica  itu tak pernah ada.Kecuali di sel-sel otak seorang
pengarang yang lalu  dicurahkan ke mesin tik!" 
    tribuanatunggadewa  mengerang, jemu. 
    "Kita lupakan saja dahulu  kuburan imajiner itu. Lalu kita pergi ke tempat lain..." 
    "Ke mana?" 
    "surabaya . Aku tak tahu apa yang kudapatkan nanti di sana. Barangkali saja dukun
yang kau sebut-sebut itu dapat membantu..." 
    Dengan semangat slenderman  menanggapi, 
    "Aku yakin ia dapat. Kapan kau ingin pergi?" 
    "Hari ini juga!" 
    "Wah. Aku banyak pekerjaan, tri ..." 
    "Alaa, slenderman . Ini hari Sabtu, bukan? Terbitan hari Minggu bukan bagianmu!" 
    "namun  aku tak boleh lepas tangan begitu saja,tribuanatunggadewa . Bisa-bisa aku kecolongan
lagi seperti dahulu .Terpaksa bolak-balik menghadap ke pengadilan.Repotnya setengah
mati!" 
    "Repot apa!" 
    tribuanatunggadewa  tertawa kecil. 
    "Malah kau untung. Buktinya? Artis penyanyi yang waktu itu menggugat surat kabar
kita toh akhirnya; menarik pengaduannya. Lantas kau menikahi dia. Hidup bahagia
dengannya, sampai sekarang..." 
    "Bahagia. Hem!" 
    slenderman  merenung. 
    Murung. 
    "Pada mulanya, memang. namun  semenjak kandungan ngesot nna diangkat, ia sering
dicekam ketakutan tiap kuajak bersetubuh. Sekali-sekali ia memang mampu mengatasi
ketakutannya, dan berhasil mencapai klimaks. namun  banyak kali ia merasa terpaksa
melayaniku, lantas berakhir dengan stres. Dan aku terpaksa lari dan lari lagi pada
wanita lesbian  lain...." 
    "Anna tidak sepenuhnya bersalah, slenderman ." 
    "Betul. Mestinya aku yang mengurangi jadwal. Pun aku sudah  bolak-balik
berkonsultasi ke psikiater. Namun tetap sulit membatasi jadwal yang kami sepakati
berdua. Yang sering kali kulanggar dan kulanggar lagi!" 
    slenderman  menghela napas panjang dan berat. 
    "Semua itu dimulai dari masa kecilku, tri . Dan bukan pula salah orangtuaku
seluruhnya. Salahku juga bergaul dengan bocah-bocah tanggung sebayaku yang
terbiasa hidup liar. Aku pun lantas keranjingan buku-buku dan gambar-gambar porno.
Lalu tiap kali perbuatanku dipergoki Ayah atau Ibu, tiap kali pula aku dicambuk dan
dicambuk lagi. Anehnya, semakin keras aku dicambuk, hasrat berahiku justru tambah
bangkit .Masih beruntung ekses yang lebih buruk tidak menjangkitiku,menyiksa secara
fisik wanita lesbian  yang kutiduri. Namun toh nafsu seksualku yang menggebu-gebu tetap
sulitku kendalikan" 
    "Hei. Mie kocokmu sudah dingin!" 
    slenderman  tersadar, lantas tertawa parau. 
    "Uh. Kita sudah melantur ke mana-mana, ya?" 
    Berpikir sejenak,slenderman  lalu  memutuskan, 
    "Baiklah. Kita pergi ke surabaya  hari ini juga. namun  sesudah  beberapa urusan di
kantor lebih dahulu  kuselesaikan!" 
    "Terima kasih, slenderman ,"
    tribuanatunggadewa  berujar gembira. 
    "Kemungkinan besar kita harus-bermalam, tri ." 
    "Jadi bantulah aku untuk sama-sama pamit pada istriku!" 
    "Sebagai jaminan, ya?" 
    tribuanatunggadewa  tertawa bergelak. 
    "Habis? Hanya kau satu-satunya orang dengan siapa aku dapat pergi bermalam
tanpa dicurigai istriku. Si Anna tahu betul kau laki-laki yang setia pada istri,meski kau
dan istrimu berpisah. Yaaah, meskipun dia itu artis numpang beken.... bekas artis
maksudku, namun  kalau sudah uring-uringan, dia tak ada tandingannya dalam kontes
nyanyiin suami!" 
    Mereka berdua lalu masuk ke kantor. Dan ternyata cukup banyak urusan
masing-masing yang harus dikerjakan. Baru lepas maghrib mereka dapat pulang
kerumah slenderman . Sang nyonya tidak keberatan suaminya pergi bersama tribuanatunggadewa . 
    "Asal kembali utuh. Tak ada cacat cela!" sindirnya,tertawa. 
    Di surabaya  mereka istirahat sejenak untuk makan malam dan membeli oleh-oleh
roti kaleng dan  kain sarung untuk Aki hwang jang lee yang akan mereka temui. DiCisolok,
mobil terpaksa mereka titipkan di rumah salah satu penduduk. Dari situ naik ojek
sepeda motor melalui jalanan sempit berbatu-batu, naik-turun sangat curam dan
berbahaya. Baru sekitar pukul 11 malam mereka sampai ke alamat yang dituju. 
    "Memang pada jam begini Aki hwang jang lee biasanya ada dirumah..." pengemudi ojek
menjelaskan. 
    "Apakah kalian tidak lupa membawa roti kaleng dan kain sarung kesukaannya?" 
    "Beres," jawab tribuanatunggadewa , sambil bersyukur slenderman  sudah mengingatkan lebih
dahulu . 
    "Syukurlah. Biasanya kalau sudah selemari, orang tua itu akan membagi-bagikan
kain sarungnya. Saya sendiri sudah tiga kali kebagian!" pengemudi ojek itu tertawa
gembira. 
    "Nah. Itu beliau sudah membuka pintu. Sudah tahu bakal ada tamu berkunjung!" 
    Apa yang dikatakan pengemudi ojek itu memang benar. saat  tribuanatunggadewa  masuk ke
rumah bersama slenderman , di atas meja ruang tamu sudah terhidang dua gelas kopi
tubruk dan sepiring penganan ringan.Mereka dipersilakan duduk dan minum lebih dahulu 
sebelum membicarakan maksud kedatangan mereka.Sembari mencicipi kopi hangat
yang terasa sangat nikmat karena hawa malam yang dingin menggigit,tribuanatunggadewa 
mempelajari tuan rumah. Orangnya tampak biasa-biasa saja. Tidak terlalu tua, meski
menurut slenderman  konon usianya sudah mencapai satu abad.Tutur kata maupun
pendengaran tuan rumah pun masih jelas dan teratur, gerak-gerik tetap energik. 
    Aki hwang jang lee berkain sarung dan baju sontog saja. Tak sebagaimana dibayangkan dan
ditulis tribuanatunggadewa  dalam kebohongan -kebohongan  misterinya: pakai ikat kepala, sarung
disandangkan di pundak, plus kalung dan gelang akar bahar. Wajah Aki hwang jang lee pun
tidak kecut, matanya tidak kemerahan-merahan, sikapnya tidak menakutkan. 
    Aki hwang jang lee lebih mirip ustad di tempat-tempat pengajian yang sesekali diikuti
tribuanatunggadewa .Selesai mencicipi hidangan, Aki hwang jang lee tiba-tiba berujar, 
    "Kalian mau minta bantuan mencari seorang wanita lesbian , ya?" 
    Tentu saja tribuanatunggadewa  tersedak. Bagaimana orang tua ini tahu apa tujuan mereka? 
    Ia melirik kawannya yang manggut-manggut dengan sikap tenang, tanpa
memperlihatkan keheranan sedikit pun juga.Aki hwang jang lee meneruskan lagi, dengan tutur
kata yakin, 
    "Yang kalian cari bukanlah wanita lesbian  sembarangan.Melainkan wanita lesbian  yang
ada kaitannya dengan alam gaib. Ada kekuatan jahat bersembunyi di balik tubuhnya.
Dan kekuatan jahat itu sudah  mengambil korban orang-orang yang tak berdosa. Apakah
aku benar?" 
    Tak pelak lagi tribuanatunggadewa  bertanya takjub, 
    "Bagai,mana Aki mengetahuinya?" 
    "Dengan melihat wajahmu, Nak tribuanatunggadewa " 
    "Oh." 
    "Dapat memberikan ciri-dri wanita lesbian  itu?" 
    tribuanatunggadewa  segera mengeluarkan amplop tebal yang sengaja dibawanya. Sketsa yang
menggambarkan wajah kasar nyi girah  ia perlihatkan pada orang tua itu,yang
mempelajarinya dengan saksama. 
    "Gadis muda lagi cantik rupawan...." gumamnya,menggeleng. 
    "Wajahnya begini polos dan lugu. Tak tampak seperti orang berdosa. Apalagi
memiliki ilmu hitam yang jahat..!" 
    Aki hwang jang lee lalu  menanyakan bagaimana mulanya tribuanatunggadewa  berkenalan
dengan gadis itu. Juga mengapa gadis itu dicurigai sudah  mengambil korban, dan
bagaimana keadaan korban-korban yang dimangsanya.Orang tua itu mendengarkan
dengan serius, dan dahinya mengerut saat  tribuanatunggadewa  menuturkan keheranannya
bagaimana mungkin tokoh dalam cerita fiksi yang ia tulis muncul di dunia nyata? 
    Aki hwang jang lee lalu  bertanya hal-hal yang lebih detail.Sesudah  tribuanatunggadewa  teringat,
ia lalu menceritakan mengenai malam berkabut dan  obrolan iseng dengan slenderman  di
percetakan. Si orang tua lantas manggut-manggut mengerti. Katanya, 
    "Aku selalu bernasihat pada anak-anak muda agar tidak berucap atau bertingkah
laku sembrono, tanpa lebih dahulu  dipikir buruk-baiknya. Nasihatku yaitu  bila tersesat
di hutan,jangan sebut-sebut harimau. Bila pikiran kita sedang gelap, jangan
panggil-panggil setan...!" 
    tribuanatunggadewa  menahan napas. 
    "Jadi di situlah letak kesalahanku," desahnya, gelisah. 
    "namun , Ki, sesungguhnya aku tak pernah percaya bahwa hantu itu benar-benar
ada..." 
    "Hantu, anakku!" 
    Aki hwang jang lee tersenyum. 
    "Hanyalah istilah. Secara umum, kita menyebutnya setan!" 
    "Setahuku, setan hanya ada dalam diri manusia...." 
    tribuanatunggadewa  terpancing berdebat. 
    "Itu memang betul, Nak. namun  setan juga ada di luar diri manusia. Apalagi bila
manusia itu lemah imannya.Kalau tak lemah iman, mungkin lemah mental, atau juga
fisik. Dalam kondisi seseorang sedang lemah, apapun dapat terjadi. Termasuk
peristiwa-peristiwa gaib.Aku tidak bermaksud mengatakan kau sedang lemah iman atau
sedang sakit mental atau fisik, anak muda.Kau kelihatan sehat wal afiat. Cuma saja,
terkadang kita lupa diri, bukan? Dan kita suka lupa apa yang disuruh camkan
orang-orangtua kita. Bahwa mulutmu yaitu  harimaumu. Paham?" 
    tribuanatunggadewa  mengangguk. Ia memang sering mendengar perumpamaan itu. Baik lewat
pembicaraan sehari-hari,dan juga terutama saat  masih bocah ia sering mengikuti
pengajian. Teringat ke situ, diam-diam tribuanatunggadewa  menyesali diri sendiri. Sejak ia
berpisah dengan maradona, jiwanya selalu terguncang. Ia dan maradona saling
mencintai satu sama lain. Saling mengasihi dalam keadaan apa pun juga. 
    namun  mengapa musibah itu harus terjadi di antara mereka? 
    Sebagai seorang wartawan, tribuanatunggadewa  sudah  menulis berita sesuai hati nuraninya
dan sebagaimana adanya.Ia bertujuan membongkar perbuatan buruk dan jahat orang
lain, yang jelas-jelas merugikan masyarakat banyak. 
    Itikadnya baik. 
    namun  akibatnya justru mengerikan. Justru dirinya yang jatuh sebagai korban.Kalau
hanya tribuanatunggadewa  saja, tak apalah. namun  maradona yang tak berdosa, harus ikut
sebagai korban? 
    Tuhan tidak adil, begitulah tribuanatunggadewa  sering mengeluh. Dan ia pun mulai
melalaikan apa yang pernah didapatinya dari orangtua maupun guru mengajinya. 
    Aki hwang jang lee benar sekali. 
    Belakangan ini iman tribuanatunggadewa  semakin lemah. 
    Lalu Tuhan pun mengujinya. 
    Melimpahi tribuanatunggadewa  dengan cobaan berat. Yang tak masuk di akalnya pula! 
    tribuanatunggadewa  keranjingan menulis berita kejutan. Salah satu berita yang ia tulis dua
tahun yang lalu,memicu  seorang bupati terpaksa dicopot dari kedudukannya.
Dalam suatu perjalanan keliling ke daerah, tribuanatunggadewa  berhasil mengungkapkan
informasi yang dapat dipertanggung jawabkan, bahwa sejumlah tender proyek besar di
daerah tersebut senantiasa dimenangkan secara bergiliran oleh salah satu dari lima
perusahaan yang bernaung di bawah satu grup.Masing-masing perusahaan itu
dipimpin oleh seorang direktur, yang ternyata hanya berkuasa di atas kertas saja.
Mereka digerakkan oleh orang-orang lain yang berdiri di belakang layar dengan posisi
sebagai anggota dewan komisaris. Data yang diperoleh tribuanatunggadewa  menunjukkan
bahwa kelompok dalang itu punya kaitan erat dalam hirarki keluarga bupati yang
sekaligus merangkap jabatan sebagai pemimpin proyek.Informasi yang diperoleh
tribuanatunggadewa  dari perusahaan saingan yang dengan sakit hati terpaksa gulung tikar itulah
yang memicu  bupati setempat dimutasi kekantor gubernur menempati sebuah
meja tanpa telepon,tanpa anak buah, kecuali seorang sekretaris. 
    namun  tribuanatunggadewa  tidak mau berhenti sampai di situ saja.Manusia-manusia brengsek
harus menerima hukuman yang setimpal dengan perbuatannya! 
    Demikian tribuanatunggadewa  berpikir. 
    Dan, tribuanatunggadewa  beruntung. 
    Salah satu grup perusahaan itu terbukti pernah melakukan manipulasi pajak
besar-besaran yang memicu  negara dirugikan sekitar dua miliar. namun  berkat
pengaruh sang bupati, manipulasi itu berhasil ditutupi. namun  korban manusia jatuh
karenanya. Salah seorang staf inti di perusahaan itu berniat membongkar rahasia
sesudah  istrinya beberapa kali dizinahi pimpinan perusahaan itu sendiri. Tak kuat
menanggung aib, si istri bunuh diri. Suaminya lalu  minta berhenti,namun 
sebelumnya berhasil mencuri sejumlah dokumen.Yang ia curi tak pernah ditemukan,
karena dokumen itu sudah  ia titipkan pada seorang kepercayaannya, dan orang itulah
yang menyerahkan pada tribuanatunggadewa  dengan syarat identitasnya tidak
diungkapkan.Ditambah informasi lainnya, tribuanatunggadewa  lalu  memuat lengkap isi
dokumen itu di surat kabar tempatnya bekerja. Si bekas bupati ditambah   mertuanya yang
pimpinan perusahaan dimaksud, tentu saja kalang kabut. Ada indikasi kuat mereka
terlibat dalam pembunuhan itu, dan bayangan jeruji penjara sudah tak terelakkan lagi.
Lalu tekanan dan teror mental pun muncul dari mana-mana yang mau tak mau
membuat tribuanatunggadewa  berwaspada. 
    Sayang, ia lengah. 
    Suatu malam saat  ia beristirahat disebuah vila milik almarhum mertuanya, ia dan
istrinya didatangai tiga orang tamu tak dikenal. Dengan berpura-pura sebagai petugas
kefredy krueger an setempat yang ingin membicarakan rencana perayaan Hari Kemerdekaan,
ketiga laki-laki itu dipersilakan masuk.Dan terjadilah apa yang seterusnya menjadi
trauma dalam kehidupan rumah tangga tribuanatunggadewa .Selagi maradona pergi ke dapur
untuk membuatkan minuman, salah seorang tamu bergerak cepat.Tahu-tahu saja ia
sudah berdiri di belakang tribuanatunggadewa ,dengan mata sebilah pisau komando menempel di
leher tribuanatunggadewa . Pelayan yang terbaring sakit di kamarnya,diringkus. maradona yang
tak menduga apa-apa,diseret dari dapur. Tiga laki-laki misterius itu bekerja tanpa
banyak bicara. 
    "Kalian berdua akan kami biarkan tetap hidup," kata salah seorang lelaki itu. 
    "namun  hidup yang akan penuh penyesalan" 
    tribuanatunggadewa  tak kuasa melawan. Karena laras sepucuk pistol menempel di jidat
maradona. Mulut tribuanatunggadewa  disumpal dengan isolasi plastik lebar yang mereka
keluarkan dari tas yang mereka bawa ke vila itu.Dengan isolasi itu pula tribuanatunggadewa 
diikat kuat ke lemari besar di ruangan tengah. Dengan ngeri ia hanya dapat melihat
bagaimana lengan maradona lalu  ditusuk dengan sebuah alat suntik, lalu
dipaksa rebah telentang di lantai. Tetap dengan todongan laras pistol di jidatnya
ditambah ancaman: 
    "Bertingkah macam-macam, kepalamu hancur!" 
    Menit demi menit berlalu, tak terjadi apa-apa.tribuanatunggadewa  yang semula menduga
istrinya diberi suntikan morfin dalam dosis tinggi, lalu  melihat bagaimana
maradona mulai menggeliat resah,mengerang secara aneh, dan matanya bergerak
liar.Lelaki bersenjata tadi segera mengangkangi tubuh maradona dengan mulut
menyeringai. 
    "Kau pasti ingin ke surga bersamaku, bukan?" lelaki itu berkata menyeringai. 
    Lalu dimulailah perkosaan itu.Mulanya maradona melakukan perlawanan, namun 
lambat laun berubah menunjukkan reaksi menyambut.Begitu bergairah dan
bernafsunya, sehingga tribuanatunggadewa  segera menyadari bahwa yang disuntikkan ke tubuh
maradona yaitu  obat perangsang yang kuat. Dua laki-laki lain, bertopeng, segera
pergi keluar rumah.Tentu saja untuk berjaga-jaga. Dan si tokoh pimpinan yang tak
mengenakan penutup muka sama sekali, naik turun dengan leluasa di atas tubuh
maradona,bergulingan di lantai dalam luapan nafsu seksual yang
menggebu-gebu.tribuanatunggadewa  hanya mampu menyumpah-nyumpah saat  terdengar
rintihan nikmat dan senang dari mulut maradona, kala istrinya mencapai klimaks
seksual.Sambil tertawa kecil ia berkata pada tribuanatunggadewa , 
    "Istrimu bukan saja cantik, namun  juga hebat dalam bercinta...." 
    maradona yang masih terkulai letih lalu  disepak pada tengkuknya. Laki-laki
itu lalu  berlalu.Sebelum lenyap, ia sempat berkata kagum, 
    "Oom aidit  memang punya banyak cara untuk melumpuhkan wanita." 
    Di situlah kuncinya.. 
    aidit , pimpinan perusahaan yang terlibat manipulasi dan pembunuhan itulah yang
jelas dimaksudkan oleh laki-laki yang lalu  menghilang bersama dua temannya itu.
Kalimat perpisahan yang menentukan itulah yang lalu  dipakai sebagai patokan
oleh tribuanatunggadewa . Dibantu oleh Robinson Abdullah  dan dibekali rekomendasi dari
seorang perwira tinggi di Mabes Polri, tribuanatunggadewa  akhirnya berhasil melacak silelaki
yang ternyata seorang bekas residivis kelas kakap di Jakarta.Tiga bulan lalu ,
bekas bupati dan mertuanya terlibat dalam suatu perkelahian di kompleks penjara. 
    Simertua mati terbunuh. 
    Si bekas bupati lebih beruntung.Ia berhasil diselamatkan petugas yang cepat turun
menguasai keadaan, namun  bekas Bupati itu harus meringkuk di penjara dengan tubuh
cacat di sana sini sepanjang hidupnya. tribuanatunggadewa  sudah  melampiaskan dendam
kesumatnya secara tuntas.namun  di balik pembalasan dendam itu, ia juga jatuh sebagai
korban. Selain biaya materi yang tak sedikit untuk melaksanakan dendamnya, ia juga
terpaksa harus melepaskan maradona. 
    "Aku selalu dihinggapi perasaan bahwa kau pasti jijik padaku, teringat peristiwa di
vila malam itu...." begitu ucap maradona dengan tabah. 
    "Aku juga mencintaimu, tri , dan cintaku padamu tak akan pernah berakhir. namun 
cinta saja tidaklah cukup,bukan?" 
    lalu  maradona pergi. maradona tidak mau menerima kenyataan, bahwa
semua itu terjadi bukan atas kehendak mereka berdua. 
    "Satu-satunya yang masih dapat kita lakukan, tri ," katanya beberapa waktu
lalu , 
    "yaitu  bertemu satu-dua jam,sekadar  melepas rindu. Sampai akhirnya cinta itu
mati dengan sendirinya. Dan kita tidak lagi terikat satu sama lain..." 
    "Nah...." 
    Aki hwang jang lee membuyarkan lamunan tribuanatunggadewa . 
    "Tugaskulah untuk membantu Nak tribuanatunggadewa  sedapat-dapatnya. Maafkanlah aku
sebentar..." 
    Orang tua itu lalu  masuk ke ruang dalam.tribuanatunggadewa  menoleh ke slenderman ,
yang membalas dengan senyuman lirih. 
    "Kita datang pada orang yang tepat, bukan?" 
    slenderman  bergumam pelan. 
    "Entahlah. Aku masih bingung," bisik tribuanatunggadewa ,gelisah. 
    "Aku masih yakin bahwa nyi girah  itu manusia biasa adanya, bukan hantu!" 
    "Kita lihat saja nanti." 
    Aki hwang jang lee kembali. Ia letakkan sebuah baskom berisi air di atas meja. Selain air, di
baskom itu juga tampak rempah-rempah, bunga warna-warni plus beberapa pucuk
daun. Sesudah  membakar kemenyan, Aki hwang jang lee meminta tamu-tamu supaya tenang dan
tidak mengganggu selama ia bersemedi. Menangkupkan lengan bersilang di depan
dada, Aki hwang jang lee lalu  duduk tegak dengan kelopak mata dipejamkan.Mulutnya pun
komat-kamit tanpa suara.Melihat sikap semedi Aki hwang jang lee, tribuanatunggadewa  menahan napas. 
    "Kalau yang ini... persis yang kutulis di kebohongan ku!"ia membatin, terus menyempitkan
lubang hidung untuk menahan bau menyan yang tajam dan  mengganggu
pemapasannya. 
    Sekali ia hampir terbatuk, namun ditahannya sekuat daya. Akhirnya paru-paru
terpaksa ia longgarkan, dengan membiarkan hidungnya dimasuki bau menyan secara
leluasa.Ia menunggu bunyi guntur atau petir. Ia juga menunggu bunyi lolongan anjing
di ke jauhan yang sayup-sayup terdengar. Pun ia menunggu hawa dingin yang
menyergap tiba-tiba. namun  suasana tetap saja tenang. Hawa dingin memang terasa,
namun  tidak lebih dingin dari saat  mereka datang. Malah hawa sedikit hangat,
mungkin karena asap menyan yang terus mengepul. Apa yang ditunggu tribuanatunggadewa ,
hanya ada dalam cerita karangannya saja! 
    "Hap!" 
    Aki hwang jang lee membentak mengejutkan. Kelopak matanya terbuka nyalang, menatap
lurus ke baskom.tribuanatunggadewa  sempat kaget mendengar suara-orang tua itu tiba-tiba
memecah keheningan. Dan meski sudah sering ia tulis dalam kebohongan -kebohongan nya, toh dia
dibuat lebih kaget saat  menyaksikan bagaimana dedaunan dan  bebungaan di
permukaan air dalam baskom satu demi satu menyisih sendiri. Begitu pula
rempah-rempah yang terbenam di dasar baskom. Hingga tinggal lingkaran air bening
dan  dasar baskom yang putih berkilauan memantulkan cahaya lampu di atas
mereka.Satu-dua detik permukaan air tampak bergetar. 
    lalu  diam. 
    saat  air bergetar lebih hebat lagi,Aki hwang jang lee berbisik-bisik seperti pada diri
sendiri, 
    "Aku melihat wanita lesbian -wanita lesbian  berkeliaran di sebuah ruangan. Besar dan
pengap oleh bau asap rokok. Aku melihat banyak laki-laki hilir mudik. Laki-laki
berseragam... ada yang bersenjata... Ah, polisi-polisi...." 
    tribuanatunggadewa  melirik ke permukaan air. Kecuali getaran air, ia tidak melihat apa pun
lagi. Sementara si orangtua meneruskan dengan bisikan semakin tajam, 
    "Nah.Itu dia. Duduk di kursi... sedang berbicara dengan salah seorang polisi itu...
Benar. Pasti dia. Tak kuragukan lagi!" 
    "nyi girah ?" 
    tribuanatunggadewa  menyela tanpa dapat dicegah. 
    "nyi girah ? Di kantor polisi? Bagaimana mungkin?" 
    Permukaan air diam mendadak. Dedaunan,rempah-rempah, bebungaan, kembali
bergerak pula,mencari tempat kosong di permukaan maupun didalam air. slenderman 
terdengar mendengus kesal seraya menatap tak senang pada sahabatnya. Ditatap
begitu,tribuanatunggadewa  menyeringai kecut. Namun Aki hwang jang lee tidak tampak marah karena
terganggu. Aki hwang jang lee bangkit dari duduknya, masuk cepat ke dalam, dan keluar lagi
dengan sebuah boneka kayu dan  dua batang paku. 
    "Mumpung dia masih di sana...." katanya, tersengal-sengal, 
    " mumpung pula dia tak siap menghadapi kita,biarlah dia kulumpuhkan lebih dahulu !" 
    Dan sebelum tribuanatunggadewa  sempat berkomentar, Aki hwang jang lee sudah menusukkan
ujung-ujung paku ke lutut-lutut boneka kayu. Dengan paku-paku tetap tertancap,
boneka kayu dicemplungkan si orang tua ke dalam baskom. 
    "Hem.Kayunya sudah basah semua. wanita lesbian  itu tak sempat lagi mengetahui siapa
yang tiba-tiba melumpuhkannya. Ia tak sempat lagi melakukan balasan!" 
    Habis berkata demikian, Aki hwang jang lee masuk lagi ke ruang dalam. Secepat ia masuk,
secepat itu pula keluar lagi. 
    Ia memegang sesuatu. 
    tribuanatunggadewa  tahu itu yaitu  sarung keris. Karena gagang keris yang meliuk dan
berbentuk kepala ular tampak jelas menyembul dari gagang sarung kayu itu. Benda
tersebut membuat jantung tribuanatunggadewa  menciut. 
    "Mau Aki apakan nyi girah ?" 
    tribuanatunggadewa  bertanya cemas. 
    "Sementara belum. Entah nanti. Yang pertama-tama harus kita lakukan yaitu 
menemuinya. Sekarang juga!" 
    Aki hwang jang lee mengajak tamu-tamunya meninggalkan rumah. tribuanatunggadewa  tentu saja
menyetujui dengan gembira, meski campur takut. Gembira karena akan melihat Si
nyi girah , dan takut kalau nyi girah  diapa-apakan oleh Aki hwang jang lee. Dua buah ojek yang
mereka carter,masih menunggu di luar. Sebelum naik, slenderman  berbisik dekat telinga
tribuanatunggadewa , 
    "Hebat dia, bukan? Senantiasa bergerak cepat" 
    tribuanatunggadewa  tampak berpikir. Lalu mendekati aki hwang jang lee.Menanyakan apa yang sesaat
tadi mengganggu pikirannya, 
    "Yakinkah Aki, yang Aki lihat yaitu  wanita lesbian  yang kita inginkan?" 
    "Tentu saja," jawab orang tua itu tersenyum. 
    "Ia tampak berbeda dengan wanita lesbian -wanita lesbian  lainnya!" 
    "Perbedaannya?" 
    "Aku melihat sinar biru yang samar-samar memancar di sekeliling tubuh gadis itu." 
    "Oh...?" 
    tribuanatunggadewa  membelalak, tak percaya. 
    "Satu hal lagi. Apakah kau punya kenalan seorang polisi? Kalau mungkin, polisi itu
punya pengaruh..." 
    tribuanatunggadewa  teringat pada Abdullah . 
    "Ada," katanya. 
    "namun  ke mana kita akan pergi?" 
    "Ke kantor polisi, tentu saja!" 
    Aki hwang jang lee mengajak tribuanatunggadewa  naik satu ojek dengannya, karena memang yang
tersedia cuma dua ojek. Yang satunya lagi ditumpangi slenderman . Dalam perjalanan di
atas ojek, tak seorang pun berbicara.Bunyi mesin ojek terlalu keras dan bising, apalagi
karena berboncengan bertiga memicu  Aki hwang jang lee,terutama tribuanatunggadewa , merasa
khawatir tertimpa celaka.Ternyata mereka selamat sampai ke rumah di mana mobil
tribuanatunggadewa  dititipkan.Barulah sesudah  di dalam mobil mereka dapat mengobrol dengan
tenang. tribuanatunggadewa  mengatakan banyak sekali kantor polisi di Jakarta, dan Aki hwang jang lee
berkata tenang, 
    "Kau punya relasi, bukan? Mintalah relasimu membantu kita menghubungi setiap
kantor polisi!" 
    "Bagaimana Aki mengetahui, orang yang kita cari ada di kantor polisi?" 
    "Ya polisi-polisi, ya ruangannya, juga suasananya. Satu hal lagi,
wanita lesbian -wanita lesbian  yang berkeliaran itu.Mereka tampak genit-genit. Sepertinya
pelacur-pelacur..." 
    "Yang terkena razia!" 
    slenderman  menyela, setuju. Sambil melirik tribuanatunggadewa  yang duduk tegang di belakang
kemudi, ia menambahkan, 
    "Pelacur-pelacur jalanan!" 
      tribuanatunggadewa  merasa ulu hatinya sakit. Misalnya memang nyi girah  lah yang dilihat Aki
hwang jang lee, misalkan benar nyi girah  ditangkap polisi, namun  mengapa dengan
pelacur-pelacur jalanan? 
    Apa sebab nyi girah  dijaring polisi-polisi susila? 
    Jawabannya jelas karena nyi girah  juga pelacur. namun  pelacur jalanan! 
    Yang katanya liar dan murahan! 
    Sakit rasanya hati tribuanatunggadewa . Gadis itu begitu muda, begitu cantik, tampak tak
berdosa. 
    Dan masih perawan saat  ditiduri tribuanatunggadewa ! 
    Tidak! 
    nyi girah  bukan pelacur! 
    Ataukah barangkali nyi girah  lalu  jadi pelacur, sesudah  tribuanatunggadewa  merenggut
kegadisannya secara tidak bertanggung jawab? 
    Lalu mengapa nyi girah  harus terlibat dalam kasus Kerangka Berpakaian Seragam
dan kasus Kerangka di KamarHotel? 
    Ya Tuhan. 
    Semoga semua itu hanya kebetulan belaka.Biarlah nyi girah  akhirnya terjerumus jadi
pelacur.namun  janganlah ia jadi pembunuh. 
    Pembunuh mengerikan pula! 
    tribuanatunggadewa  berdoa. 
    Dan terus berdoa. 
    Dengan pikiran semakin kalut.Dalam kekalutan pikiran itu sempat terlintas
kemungkinan lain di sel-sel otak tribuanatunggadewa  yang berlari-lari semrawut. 
    Mungkinkah peristiwa yang sama sudah  terulang? 
    Seperti dahulu  peristiwa terkutuk di vila bersama maradona? 
    Bahwa seseorang atau sekelompok orang tengah merencanakan sesuatu untuk
mencelakakan dirinya! 
    namun , siapa? 
    tribuanatunggadewa  memutar otaknya yang sudah letih.Semenjak berita besar yang dibuatnya
dua tahun yang lalu dengan maradona jatuh sebagai korban, ia sudah tak bergairah
lagi menulis berita-berita sejenis. Timbul semacam pendirian yang terkadang
membuatnya hilang percaya diri, buat apa kita membongkar kebenaran kalau
kebenaran itu akhirnya menghancurkan diri kita sendiri? 
    Sekadar pelipur lara, sesekali ia membuat juga berita atau analisis yang sesuai
dengan hati nuraninya.Namun ia cukup hati-hati agar tidak menciptakan musuh
berbahaya seperti dahulu -dahulu . Karena cara ini tetap tidak memuaskan jiwanya, ia
larikan protes-protes melalui cerita-cerita fiksi. Ia memang memperoleh kepuasan
walau sifatnya semu. namun  sekurang-kurangnya ia tidak lagi menciptakan musuh yang
dapat mengorbankan orang lain di sekitarnya. 
    Apalagi orang yang dicintai. 
    Cinta, ah! 
    Untuk jatuh cinta saja, sudah mulai hilang keberanian tribuanatunggadewa ! 
    Ataukah diam-diam ia sudah berpikir untuk memulai lagi? 
    Dengan nyi girah ? 
        Mereka tiba di Jakarta sekitar pukul dua dini hari.Langsung ke kantor polisi tempat
Robinson Abdullah  bertugas mengepalai Seksi Pembunuhan. Tak ada kesulitan yang
mereka hadapi karena petugas piket mengenal baik tribuanatunggadewa . Kecuali sedikit
kebingungan menerangkan siapa Aki hwang jang lee yang masih mengenakan kain sarung itu. 
    "Seorang kenalan dari desa, dan ingin bertemu Pak Abdullah ...." 
    "Barusan pulang," petugas piket memberi tahu. 
    "Kami ke rumahnya saja." 
    "Sebentar kuhubungi dahulu . Siapa tahu beliau sudah tidur dan tak boleh diganggu!" 
    Petugas piket baru saja mengangkat telepon sewaktu seseorang lewat di depan pintu
kantor piket. Inspektur Satu Rajiman, yang mendampingi Ajun Komisaris Polisi
Robinson Abdullah  dalam kasus Kerangka di kantor piket dan saat  melihat tribuanatunggadewa ,
ia berseri riang, 
    "Sudah kami temukan, Bung!" 
    "Apa?" tanya tribuanatunggadewa , dengan jantung berdebar. 
    "Gadis itu!" 
    "nyi girah ?" 
    "Lho. Kok kau bisa tahu namanya?" 
    Rajiman terheran-heran. 
    "Memang lucu terdengarnya. namun  begitulah gadis itu menamakan diri. nyi girah . Dan
dia..." 
    tribuanatunggadewa  berkata pada petugas piket, 
    "Biarkan Pak Abdullah  tidur nyenyak!" lalu ia mengajak teman-temannya menemui
Rajiman yang bersedia juga ditemui dikantornya. 
    tribuanatunggadewa  memperkenalkan slenderman  sebagai redaktur pelaksana surat kabar
tempat ia bekerja. Adapun Aki hwang jang lee yang diawasi si Letnan dengan pandangan
menyidik, diperkenalkan tribuanatunggadewa  sebagaimana tadi ia perkenalkan pada petugas
piket. 
    "nyi girah  dijaring seksi susila di sekitar Lapangan Monas. Lebih-kurang pukul
sembilan malam tadi. Dia dibawa ke Polres Jakarta Pusat. namun  segera dikirimkan ke
Polres kita sesudah  ia dicurigai sebagai orang yang kita cari. Tentu saja kami
menyambutnya sebagai durian jatuh. Komandan sendiri yang menginterogasi dia...." 
    tribuanatunggadewa  menyela tak sabar, 
    "Di mana gadis itu sekarang?" 
    "Di rumah sakit!" jawab Rajiman, dan tarikan mukanya berubah bingung. 
    "Aneh sekali. Sewaktu diperiksa gadis itu tiba-tiba mengatakan lutut-lututnya sakit
sekali. Ia coba bangkit, lalu tiba-tiba jatuh. Rupanya ia mendadak dapat serangan
penyakit lumpuh...." 
    Sementara tribuanatunggadewa  saling bertukar pandang dengan Aki hwang jang lee yang tersenyum
diam-diam, Rajiman bergumam pula, 
    "Lebih aneh lagi, dokter yang memeriksanya di rumah sakit menyatakan tak ada
gejala-gejala atau petunjuk apa pun yang mereka temukan sehingga gadis itu tiba-tiba
lumpuh begitu saja.Kecuali pada darahnya..." 
    "Ada apa dengan darahnya?" 
    tribuanatunggadewa  bertanya,khawatir. 
    Lukakah lutut-lutut nyi girah ? 
    Astaga,paku-paku itu. 
    Bagaimana kalau berkarat? 
    namun  tribuanatunggadewa  segera teringat, bukan lutut nyi girah  yang dihunjam paku,
melainkan lutut boneka kayu di rumah Aki hwang jang lee. 
    "Darahnya...." 
    Rajiman berdecak heran. 
    "Berbintik-bintik hitam. Dokter sendiri sampai kaget melihat darah gadis itu. Mereka
 -- Halaman 125 Kolektor E-Book -- 
kini masih memeriksa contoh darah sigadis di laboratorium." 
    "Dan gadis itu? Di kamar berapa ia dirawat?" 
    "Hem. Buat seorang pelacur jalanan, nyi girah  termasuk beruntung. Sewaktu kami
tiba di rumah sakit, semua kelas terisi penuh. Karena yang kosong hanya sebuah kamar
paviliun, di sanalah ia kami titipkan, Tentu saja di bawah penjagaan ketat." 
    "Sebagai?" 
    tribuanatunggadewa  bertanya parau bulu kuduknya merinding. 
    "Tersangka!" 
    "Pelacur?" 
    "Tersangka pembunuhan, Bung. Itu primernya.Subsider, sebagai tersangka anggota
komplotan pembunuh. Kami beruntung, Bung tribuanatunggadewa . Gadis itu mengaku terus
terang bahwa ia memang berkenalan dengan Ridwan dalam kasus Kerangka
Berpakaian Seragam. Begitu pula dengan Raharjo yang di hotel berbintang empat.
Hebat dia, bisa naik tingkat dalam tempo sekejap, jadi pelacur kelas kakap," 
    Rajiman berdecak-decak. Kali ini dengan nada kagum. 
    Wajah cantik. 
    Tubuh menawan. 
    Suara lembut-lembut basah pula. 
    "Hem!" 
    tribuanatunggadewa  berkeringat dingin. 
    "Dia... mengaku sebagai pembunuh?" 
    "Oh. Mengenai itu, belum diakuinya. namun  kami yakin,pengakuan itu akan kami
dapatkan juga!" 
    "Lantas, apa saja yang sudah  ia akui?" 
    "Cuma bertemu lalu bersetubuh dengan Ridwan maupun Raharjo. Sesudah  itu
menghilang. Soal mengapa tak ada saksi yang melihat saat  ia menghilang, dia bilang
itu bukan kesalahannya. Juga mengenai adanya kedua kerangka yang kita temukan,dia
 -- Halaman 126 Kolektor E-Book -- 
bilang tidak tahu-menahu sama sekali. Katanya lagi,ia melacur bukan karena motif
uang. Melainkan kesenangan belaka. Luar biasa, bukan?" 
    "Jadi, dia masih di rumah sakit?" 
    Aki hwang jang lee tiba-tiba menyela. 
    "Kita harus ke sana secepatnya!" 
    " Ha!" 
    Rajiman kaget. 
    "Ada urusan apa Bapak ingin menemuinya?" 
    Aki hwang jang lee tersenyum tipis. Lalu menjawab santai, 
    "Barangkali saya dapat membantu menyembuhkan ,kelumpuhannya." 
    "Siapa Bapak ini sebetulnya ?" 
    "Ah. Hanya manusia biasa. Hanya kebetulan beruntung dikaruniai kelebihan
sedikit..." 
    "Maksudnya?" 
    "Aki hwang jang lee dikenal sebagai dukun," 
    tribuanatunggadewa  terpaksa menjelaskan.Rajiman tampak berpikir-pikir. lalu , berujar
bimbang, 
    "Untuk itu, diperlukan izin dari Komandan." 
    "Alaa. Hanya ingin bertemu saja kok. Sambil membantu-bantu, kalau mungkin!"
bujuk tribuanatunggadewa . 
    Karena lawan bicaranya masih terap bimbang,tribuanatunggadewa  menegaskan, 
    "Bapak silakan mendampingi.Kalau terjadi apa-apa, biar akulah yang
bertanggungjawab!" 
    "Hei. Nanti dahulu . Kau tampak sangat berminat menemui gadis itu, Bung tri . Pasti
ada apa-apanya,ya?" 
    tribuanatunggadewa  terdesak. Tapi cepat menemukan jawaban. 
    "Biasa toh? Foto melengkapi berita. Apalagi objek cantik menawan seperti yang
Bapak katakan...." 
    "Iya juga. Tapi... awas. Fotonya jangan dimuat dahulu ,sebelum kita peroleh kepastian
mengenai keterlibatan gadis itu dalam kasus-kasus yang kita tangani. Kalau
komentarnya cuma sebagai pelacur sih, tak apa!" 
    "Begitu juga jadi!" sambut tribuanatunggadewa , senang. 
    "Nah. Kalian sajalah yang pergi ke sana. Bripdu gordon liu sudah tak asing lagi buatmu,
bukan? Selama kau tidak macam-macam, Bung, Sersan itu tak akan keberatan kau
memotret-motret tahanan yang dijaganya." 
    Sesudah  memperoleh  alamat rumah sakit dan  nomor kamar paviliun yang ditempati
sasaran mereka,tribuanatunggadewa  dan teman-temannya bergegas meninggalkan kantor polisi.
Di mobil, mereka hampir tak bercakap-cakap. Hanya suatu saat slenderman  bergumam
gemetar, 
    "Bagaimana ya, kalau gadis itu ternyata... hantu!" 
    tribuanatunggadewa  mendengus marah, 
    "Tak ada hantu yang mau ditangkap polisi!" 
    "Eh, kok marah?" 
    tribuanatunggadewa  diam. 
    Makin dekat ke rumah sakit, makin terkatup rapat mulut tribuanatunggadewa . Makin
berdebar-debar pula jantungnya. Entah mengapa, ia merasa waswas.Ada sesuatu yang
menakutkannya .Beberapa kali ia melirik lewat kaca spion ke jok belakang.Tampak Aki
hwang jang lee duduk tenang. Sambil mengusap-usap gagang kerisnya. 
    tribuanatunggadewa  bergidik seram. 
    Astaga, mengapa tak aku tanya apa perlunya keris itu? 
    "Keris seorang dukun pula!" 
    Tiba di rumah sakit, tribuanatunggadewa  menyambar tas tustel dijok belakang, yang selalu ia
bawa ke mana pun ia pergi.slenderman  melihatnya, dan bertanya sungkan, 
    "Kau sungguh-sungguh akan memotret gadis itu, tri ?" 
    "Jelas!" jawab tribuanatunggadewa  bernafsu. 
    "Akan kubuktikan bahwa nyi girah  yaitu  manusia biasa seperti kita!" 
    "Maksudmu?" 
    "Kalau ia hantu sebagaimana omong kosongmu,  gadis itu tak akan tampak dalam
foto bila nanti sudah diafdruk. Teknik-teknik pemotretan semakin canggih,namun  belum
pernah kudengar ada orang yang ahli sekalipun, mampu memotret hantu dalam wujud
yangutuh!" 
    Menjelang kantor piket rumah sakit dekat pintu gerbang, tribuanatunggadewa  meminta Aki
hwang jang lee menyimpan saja keris orang tua itu dalam tas tustelnya. 
    "Bisa membuat pingsan petugas piket," katanya tersenyum. 
    "Dan bila dilihat Pak gordon liu, pasti disita...." 
    Aki hwang jang lee tak keberatan. Dan tribuanatunggadewa  senang bukan main. Sejak tadi ia sudah
mencurigai penggunaan keris itu. namun  dengan tersimpan aman di dalam tas tustelnya,
maka keselamatan nyi girah  tak perlu ia khawatirkan lagi. Keris itu hanya akan
dikeluarkan bila tribuanatunggadewa  setuju dan menganggapnya memang perlu.Gadis itu
dilumpuhkan Aki hwang jang lee sudah lebih dari cukup, dan entah mengapa menimbulkan
perasaan sesal di hati tribuanatunggadewa . Ia sadar, diam-diam sudah timbul perasaan
sayangnya pada gadis itu. Masih teringat ia saat  mereka bermain cinta. 
    Begitu lembut. 
    Berlangsung mesra dan sangat indah. 
    Apalagi di saat gadis itu memekik tertahan, saat ...     Mereka tiba di kantor piket. Berlangsung perdebatan sengit sejenak. lalu  salah
seorang petugas piket menghubungi kamar-kamar paviliun pasien rumah sakit. Prjadi
dipanggil dan sesudah  petugas piket memberitahu kehadiran tribuanatunggadewa  dan 
teman-temannya, Prjadi menyatakan tidak keberatan.tribuanatunggadewa  dan  teman-temannya
lantas diizinkan masuk. Saat mereka lewat, telinga tribuanatunggadewa  sempat menangkap suara
salah seorang petugas piket dibelakang mereka, 
    "Lihatlah itu. Orang dusun masuk kota!" disusul suara tertawa bergelak. 
    tribuanatunggadewa  melirik Aki hwang jang lee.Orang tua itu membalas lirikannya, lalu, berujar
tersenyum, 
    "Aku memang dari dusun, bukan?" 
    Pandangan menyidik dan senyuman geli tertahan masih harus mereka terima
sepanjang koridor yang berbelok-belok, kecuali polisi satunya lagi, berpangkat
Bharatu, yang tampak acuh tak acuh saja. tribuanatunggadewa  memberitahu bahwa ia sudah
menemui letnan Rajiman lebih dahulu . Prjadi lantas tak keberatan dengan maksud mereka
datang. 
    "Sebaiknya kita didampingi suster!" katanya, lalu pergi ke ruangan kantor di dekat
tempat mereka berjaga-jaga. 
    Dalam tempo singkat ia sudah kembali bersama seorang suster bertubuh tinggi tegap
namun wajahnya lembut ramah .Tamu-tamu diperkenalkan dan diberitahu tujuannya
datang. Suster hanya senyum tanpa bicara. Matanya mengawasi tajam ke arah Aki
hwang jang lee. Bukan pandangan geli sebagaimana yang lain. Dan saat  mengawasi
tribuanatunggadewa , senyum di bibir suster itu sempat menghilang sekejap. Matanya pun sempat
berkilat tajam, lalu menjadi biasa lagi. Cerah, riang,ramah . 
    "Mungkin ia tahu apa yang kusandang," pikir tribuanatunggadewa  seraya memegang erat tali
tas tustelnya. 
    "Biarlah pulangnya nanti akan kusempatkan memotret dia sebagai kenang-kenangan,
biar dia senang...!" 
    slenderman  menolak masuk ruangan, 
    "Aku di sini saja,"desahnya, kalem, namun jelas terlihat wajahnya kaku tegang. 
    Ia pun lantas berdiri cukup dekat pada Bharatu polisi tadi yang juga tidak ikut
masuk. Yang lalu  masuk ke dalam kamar yaitu  tribuanatunggadewa ,Aki hwang jang lee, Sersan
Prjadi, si suster tinggi tegap sebagai perintis. 
    tribuanatunggadewa  lalu  tertegun. 
    Inilah kedua kalinya ia melihat nyi girah . Berbaring diam di atas ranjang,tertutup
selimut sebatas leher. Yang membuat jantung tribuanatunggadewa  berdegup kencang dengan
tiba-tiba, yaitu  pemandangan ganjil di wajah cantik nyi girah . Wajah itu tengadah,
sedikit miring ke arah mereka muncul.Bibir ranum si gadis terbuka menganga, begitu
pula kelopak-kelopak matanya. Dan kulit wajah itu pucat. 
    sangat  sangat pucat. 
    Tak berseri. 
    Mati. 
    Prjadi sama tertegun. 
    Bahkan terdengar mengeluarkan seruan kaget. Suster segera memburu ke tempat
tidur. Selimut disingkapkan. Pergelangan tangan halus lembut namun  pucat milik si
gadis diraba-raba pada urat nadinya.Telinga suster lalu  ditempelkan ke dada
pasiennya, lalu dengan tenang-tenang saja, seperti sudah terbiasa dengan
peristiwa-peristiwa yang jauh lebih mengejutkan, Suster lalu  menggerakkan
telapak tangannya untuk menutupkan kelopak mata dan  bibir si gadis yang terbuka
secara mengherankan itu. 
    "Pasien sudah meninggal dunia," suster yang tabah itu mengumumkan dengan
tenang dan khidmat. 
    tribuanatunggadewa  merintih pelan. 
    Dan sakit tiada terperi.... 
      tribuanatunggadewa  tidak tahu berapa lama ia terenyak, larut didera kepedihan hati yang
menyentak jiwanya sehingga tak kuasa berpikir apa pun juga. saat  galau yang
menyakitkan itu perlahan-lahan mereda, suasana di sekelilingnya sudah berubah sama
sekali. Banyak sekali orang hilir mudik, banyak suara-suara kacau bertanya-jawab atau
perintah-perintah yang tak jelas ditelinganya, tanpa ia sadari apa yang tengah
berlangsung dan bagaimana semua orang tampak begitu tegang dan sibuk.Lalu ia
mendengar suara yang sudah tak asing ditelinganya, 
    "Sudah diperiksa dengan cermat, Dokter?" 
    AKP Robinson Abdullah -lah yang berbicara itu. Pada seorang lelaki tengah baya,
berkacamata, dan bermantel putih bersih, yang menjawab, 
    "Sudah, Komandan...." 
    "Dan?" 
    "Tetap negatif, Komandan. Tak ada tanda-tandi kekerasan sama sekali, bila itulah
yang Anda harapkan.Bekas suntikan memang ada. namun  dapat saya pastikan itu bekas
tusukan jarum saat  contoh darahnya diambil. Oleh saya sendiri, Komandan" 
    "Hem. Jadi semuanya mentah kembali!" 
    Ajun Komisaris Polisi Robinson Abdullah  mendengus, marah. 
    "Sungguh terkutuk. Apa dikira aku akan percaya begitu saja bahwa gadis ini bunuh
diri?" 
    "Itu akan kita buktikan sesudah  mayatnya diautopsi besok siang!" 
    "Besok? Mengapa tidak dimulai sekarang saja?" 
    "Pertanyaan Komandan sudah saya duga sebelumnya,"dokter itu tersenyum simpatik.
    "Jadi barusan tadi saya cek ke laboratorium bedah. Saat ini rekan-rekan saya masih
sibuk membongkar mayat seorang wanita lesbian .Kiriman teman-teman Anda dari Polres
Jakarta Timur.Mereka juga bilang, masih ada satu mayat lainnya menunggu giliran
dengan sabar..." dokter itu tersenyum dikulum pada akhir kalimatnya. 
    "Jadi besok siang. Baiklah. Toh gadis itu sudah...." 
    Robinson tiba-tiba menegun, lantas menghardik marah, 
    "Hei! Jangan sentuh gelas itu! Tak satu pun yang berada di ruangan ini boleh
dipindahkan atau dijamah tanpa seizinku!" 
    Lantas, seperti baru menyadari kehadiran orang yang dihardiknya, Robinson
membelalak seraya bertanya sengit, 
    "Bapak ini siapa? Mengapa ada di sini?" 
    "Saya hwang jang lee, Pak Komandan..." 
    "Keluarganya?" tanya Ajun Komisaris Polisi Robinson Abdullah  penuh perhatian
seraya menunjuk ke mayat diranjang. 
    "Bukan. namun  saya..." 
    Merah padamlah wajah perwira polisi yang angker itu.Meledak pula seruan
marahnya, 
    "Bripda gordon liu!" 
    "Siap, Komandan!" 
    gordon liu yang sedang berbicara dengan Suster di teras, bergegas masuk.Untunglah
slenderman  lebih cepat. Tahu gelagat, Aki hwang jang lee yang kebingungan ia tarik ke luar
ruangan.Sambil lewat ia juga menyeret pergi tribuanatunggadewa , yang hanya duduk
terbengong-bengong semenjak tadi.tribuanatunggadewa  menurut bagai kerbau dicucuk
hidung.Langkahnya sangat  gontai, sehingga ia hampir tersuruk di dekat pintu. Cepat
slenderman  menyangga tubuh sahabatnya. 
    "Tak ada yang dapat kita kerjakan di sini..." ujar slenderman , sambil membimbing
tribuanatunggadewa  menuju halaman parkir. 
    "Pulang. Itulah yang terbaik kita lakukan!" 
    tribuanatunggadewa  tak bernafsu memprotes. Ia patuh saja. Juga saat  slenderman  meminta
kunci mobil dan mengambil alih kemudi. 
    "Demi keselamatan bersama!" rungut slenderman  menyeringai sedih membantu
tribuanatunggadewa  yang lunglai masuk ke dalam mobil. Mesin dihidupkan. lalu  dipacu di
jalan raya.Dan tak seorang pun dari mereka berbicara, sampai suatu saat  terdengar
Aki hwang jang lee bergumam kecewa, 
    "Andai tadi aku diperkenankan menyembur tubuh mayat itu dengan air putih yang
kumantrai...." 
    slenderman  menanggapi dengan kesal. 
    "Mengapa tidak Aki lakukan sewaktu Sersan Prjadi pergi menelepon? Atau
waktu-waktu yang tersisa, sebelum Ajun Komisaris Polisi Robinson Abdullah  tiba
dengan wajah bagai orang kesurupan!" 
    "Yaah. Aku tadi begitu terperanjat. Hanya lutut-lutut gadis itu yang kulumpuhkan
agar ia tidak dapat pergi ke mana-mana. Bukan jantungnya.. Ada yang salah disini.
Dan..." 
    "Salah...!" 
    tribuanatunggadewa  yang tadi duduk tak bergerak-gerak seperti sudah mati, mendadak hidup
kembali. Tubuhnya berputar ke jok depan. Dan tahu-tahu saja tangan kirinya sudah
mencengkeram leher baju sontog Aki hwang jang lee. ditambah teriakan-teriakan histeris, 
    "Kau memang bersalah, kakek pikun! Kaubunuh gadis itu! Terkutuklah kau, tua
renta! Tak akan kubiarkan kau tertawa karena perbuatan jahatmu...!" 
    Bersamaan dengan umpat caci itu, tangan kanannya terangkat. Siap meninju. 
    "tri . Hentikan!" 
    slenderman  berseru panik. Panik pula disambarnya tangan tribuanatunggadewa  yang sudah
melayang.Si orang tua yang sudah pucat pasi, selamat. namun  kemudi hilang kontrol.
Mobil meliuk-liuk liar.Refleks slenderman  menginjak rem keras-keras. Karena tidak
ditambah pergantian gigi, kopling kehilangan tekanan pula, tak ayal lagi mesin mobil
mati serempak.Mobil itu terhunjam diam dalam posisi hampir melintang di tengah
jalan. Disusul bunyi menjerit-jerit ribut mobil lain di belakang mereka.Masih panik,
slenderman  menoleh. Tampaklah mobil dibelakang itu hampir saja mencium bagian
belakang mobil mereka. Sopirnya menjulurkan kepala ke luar jendela mobil. Tinju
diacungkan, mulut menyumpah serapah, 
    "Anjing! Cari mati, ya?" 
    Merasa dirinya yang disebut anjing, slenderman  jadi senewen. Ia julurkan pula
kepalanya ke luar jendela mobil, seraya balas menyumpahi, 
    "Jangan macam-macam kau, babi!" 
    Saking senewen, pintu mobil dibuka lalu ia turun dengan wajah sangat
angker.Gertakan itu membuat sopir di belakang mereka memundurkan mobil
cepat-cepat, lalu  melesat maju melewati mobil tribuanatunggadewa . Kalau saja slenderman 
tidak keburu menyelinap secara naluriah ke dalam mobil sambil menutup pintu,
pastilah ia sudah terkapar berlumuran darah di tengah jalanan aspal. slenderman  duduk
terenyak, pucat pasi mengawasi lampu-lampu mobil yang dalam tempo beberapa detik
sudah lenyap di kejauhan. 
    "Astaga...!" desis slenderman , kecut. 
    "Hampir saja. Setan apa yang merasuki diriku ini?" 
    "Akulah yang dirasuki setan, slenderman ." 
    slenderman  menoleh dan melihat sahabatnya duduk dengan kepala merunduk. Tampak
tribuanatunggadewa  sudah mampu menguasai diri. slenderman  menggeleng gembira.Katanya, 
    "Syukurlah akal sehatmu sudah kembali!" 
    Lalu ia hidupkan mesin, menjalankan mobil sambil bersiul-siul. Tentu saja siulan
sumbang sehingga ia tertawa sendiri.tribuanatunggadewa  pelan-pelan ikut tertawa.Sementara
Aki hwang jang lee di tempat duduk belakang, dengan tangan gemetar merapikan kerah baju
sontognya yang kusut diremas tribuanatunggadewa . 
    "Terus ke surabaya , ya? Memulangkan kakek ini?" 
    tribuanatunggadewa  menyeringai pada sahabatnya. 
    "Besok sajalah itu," jawab slenderman , memutuskan. 
    "Kalau begitu, marilah ke rumahku..." 
    "Dan aku kau suruh membuat kopi? Terus mengepel lantai dapurmu?" slenderman 
menggelengkan kepala. 
    "Tidak, dudaku malang. Kita ke rumahku saja.ngesot nna lah yang akan membuat
kopi." 
    "Hem...tiba-tiba aku ingin meniduri istriku yang bahenol itu.Saking tegang. Hehe...!" 
    ngesot nna membuka pintu untuk mereka. Meski dengan rambut kusut dan mata
kemerah-merahan lantaran dibangunkan tiba-tiba, wajahnya segera berseri-seri
melihat si suami tersenyum-senyum nakal. Biar pencemburu setengah mati, ngesot nna
tetaplah seorang istri yang baik. Ia tidak bertanya mengapa suaminya tumben pulang
lebih cepat dan siapa  orang tua aneh berkain sarung yang dibawa suaminya sebagai
oleh-oleh dari surabaya . 
    "Ada yang mau minum teh?" itulah sambutannya,diiringi senyuman manis. 
    tribuanatunggadewa  mengangguk. Juga Aki hwang jang lee. slenderman  mengajak keduanya istirahat di
ruang duduk. Ia sendiri lalu  menyusul istrinya ke dapur, dari mana saat-saat
berikutnya terdengar omelan ngesot nna.Omelan manja, 
    "Ya, ampun. Tak Abang lihatkah bahwa aku sedang sibuk? Dasar...!" 
    Saat berikutnya slenderman  kembali ke ruang duduk dengan mulut tersenyum simpul.
namun  senyumannya segera sirna sesudah  Aki hwang jang lee menggumam lirih, 
    "Kita mesti melakukan sesuatu...." 
    "Melakukan apa, Ki?" tanya slenderman  sambil duduk mendengarkan dengan wajah
serius. 
    "Tak boleh kita biarkan gadis itu bangkit kembali." 
    slenderman  tersedak.tribuanatunggadewa  mengeluh, 
    "nyi girah  sudah mati, Ki!" 
    "Memang. Tapi aku yakin, ia mati bukan sembarang mati. Ada kekuatan misterius
dan amat berbahaya bersembunyi di dalam tubuhnya. Dan sesuatu itu akan membantu
gadis itu bangkit lagi dari kuburnya kelak,untuk meneruskan kejahatannya yang sangat
terkutuk" 
    "Sudahlah!" dengus tribuanatunggadewa , tak senang. 
    "Kalian lihat sendiri tadi. nyi girah  bukan hantu. Ia juga manusia biasa. Sepera kita.
Dan ia sudah mati Titik. Jangan lagi menuduh macam-macam gadis malang yang patut
kita kasihani itu!" 
    "tri . Dengarkan dahulu  apa kata orang tua ini,"slenderman  menegur. 
    "Kita harus memikirkan! segala kemungkinan, kawan...." 
    "Hanya ada satu kemungkinan saja!" ujar tribuanatunggadewa .Tegas. 
    "Oh ya?" 
    "Ada orang lain di balik semua ini, slenderman . Aku tidak tahu dengan maksud apa dan 
apa pula tujuannya.Yang pasti, gadis itu sudah  ia peralat untuk mengecoh diriku!" 
    "Siapa, tri ?" 
    "Entahlah. Aku harus mempelajarinya. Dan aku yakin,Pak Abdullah  juga. Aku akan
bahu-membahu dengan dia mencari dan menemukan orang biadab itu!" 
    "Maksudmu, kisah lama kini terulang?" 
    "Ya." 
    "Buanglah mimpi burukmu itu, tri . Yang lalu sudah lalu. Tidak akan...." 
    Aki hwang jang lee menengahi dengan lambaian tangan malas.Katanya dingin, 
    "Aku tak tahu apa yang kalian percakapkan, anak-anak muda. Yang aku tahu, aku tak
percaya sepenuhnya bahwa gadis itu sudah mati.Benar-benar mati..." 
    Ia bersandar di kursinya, berpikir,lantas bergumam yakin, 
    "Sinar biru itulah buktinya!" 
    slenderman  mendadak tegang. 
    "Sinar biru?" desahnya. 
    "Ya. Aku teringat sekarang. Sewaktu kita masih diCisolok dan Aki hwang jang lee
menyebut-nyebut sinar biru tampak melingkari tubuh gadis yang kita cari, aku sempat
tersentak. Apakah aku pernah mendengar sinar biru semacam itu? Kapan? Dalam hal
apa?" 
    "Kau tak melihatnya, bukan?" 
    tribuanatunggadewa  tersenyum,mencemooh sahabatnya. 
    "Air di baskom itu toh tampak bening-bening saja...." 
    "Memang tidak!" timpal slenderman , bernafsu. 
    "namun  serasa aku mengetahui sesuatu mengenai sinar biru yang dimaksud. Kalau
tak salah, sinar gaib dan mematikan. Semacam sinar laser, begitu. namun  dalam kasus
ini..." 
    ngesot nna muncul didahului deheman. Lalu di atasmeja ia hidangkan tiga cangkir teh
hangat dan  roti kaleng yang tutupnya ia buka. 
    "Ayo, diminum!" 
    ngesot nna menyilakan, terus berlalu.Rupanya sadar bahwa kehadirannya
mengganggu.slenderman  menunggu sampai istrinya masuk ke kamar dan menutup pintu.
Baru sesudah  itu ia berujar setengah berbisik, 
    "Di rumah sakit tadi, tri . Kukira sudah  kutemukan jawabannya. Itu, sesudah  aku
bertanya-tanya mengapa gadis itu tiba-tiba mati.Mengapa kematiannya begitu ganjil?
Aku sudah  melihat mayatnya. Gadis itu tampak begitu damai di tempat tidurnya. Tenang.
Bagai tak berdosa..." 
    "Mengapa tidak!" 
    tribuanatunggadewa  mengomel. 
    "Mulanya aku berpikir demikian juga. namun  lalu  kudengar dari Aki hwang jang lee
bagaimana kalian mula-mula menemukan gadis itu di tempat tidur. Aku masuk
belakangan, ingat? Nah. Dari Aki hwang jang lee ini kudengar bahwa wajah mayat di tempat
tidur tampak seperti ketakutan. Atau seperti melihat sesuatu di saat-saat menjelang
ajalnya, namun tak percaya pada apa yang dilihatnya. Maka aku pun lantas sependapat
saat  Pak Abdullah  meragukan bahwa gadis itu mati bunuh diri.Ada orang lain terlibat
di sini; Aku berpikir dan terus berpikir. Aku pun teringat lagi pada sinar biru yang aneh
itu. Lalu tiba-tiba aku pun menemukan jawabannya. Bahkan  mungkin aku salah terka,
namun  aku merasa sudah tahu siapa orang itu!" 
    tribuanatunggadewa  meluruskan duduknya. 
    Bertanya gemetar, 
    "Dan siapakah orang itu, slenderman ?" 
    slenderman  mengawasi wajah sahabatnya dengan pandangan tegang. 
    Ruang duduk mendadak terasa sepi. Mencekam.Beberapa saat lamanya slenderman 
berdiam diri. Bibirnya terasa sulit untuk dibuka. Ia menelan ludah untuk membasahi
kerongkongannya yang mendadak kering,lantas berbisik tersengal, 
    "Kenalkah kau pada suster itu,tribuanatunggadewa ?" 
    "Yang mana?" 
    "Itu, tuh. Yang tubuhnya tinggi kekar dan tulang-tulang pipinya menonjol sehingga
wajahnya mirip laki-laki...." 
    "Oh, dia. Kalaupun pernah kenal, aku sudah melupakan dia sesaat !" jawab
tribuanatunggadewa , tertawa. 
    "Kurasa ia mengenalmu, tri ." 
    "Mana mungkin. Bertemu pun kami belum pernah!" 
    "Ia mengenalmu. Kalau tidak, mana mungkin ia terus memperhatikanmu. Dengan
penuh minat, lagi!" 
    "Barangkali ia kira aku cukup tampan untuk dikerjainya!" desah tribuanatunggadewa ,
berseloroh. 
    "Barangkali memang begitu!" dengus slenderman , serius. 
    "Selagi aku duduk menyendiri di teras, berpikir dan berpikir, secara kebetulan aku
lihat bagaimana suster itu mengamati dirimu dengan pandangan tajam.Heran, bahwa
ia melakukannya berulang-ulang. Saking asyiknya memperhatikan, ia tersentak sendiri
saat  ditegur dokter ataupun Bripda Prjadi yang sedang bercakap-cakap dengannya...." 
    "Mengapa pula kau menaruh perhatian khusus pada dia?" 
    tribuanatunggadewa  mulai tertarik. 
    "Karena caranya memandangmu. Dan apa-apa yang juga kudengar tentang
dirinya...." jawab slenderman . 
    lalu  ia menceritakan apa-apa yang ia dengar selagi mereka di rumah
sakit.Semenjak nyi girah  dimasukkan ke paviliun, tak seorangpun diperkenankan
menemuinya tanpa setahu dan seizin polisi-polisi penjaganya. Kedua petugas sudah
terbiasa melek, dan sampai gadis itu diketahui sudah mati mereka masih tetap terjaga.
Tak ada orang masuk ke dalam ruangan tanpa mereka lihat. Kecuali suster bertubuh
tinggi kekar itu.Sekitar tengah malam, suster dimaksud meninggalkan kantornya dan
berkata pada gordon liu bahwa pasien didalam ruangan sudah  mengebel. 
    "Barangkali ia membutuhkan bantuan!" ujar Suster.gordon liu ikut masuk ke dalam dan
mendengar sendiri bahwa gadis yang mereka jaga ingin kencing namun  tak dapat
melakukan sendiri karena kakinya yang lumpuh.Suster meminta Prjadi keluar, lalu
menutup pintu. Ia tetap di dalam ruangan untuk beberapa saat lamanya.lalu  ia
keluar, menutup pintu rapat-rapat dibelakangnya, sambil memberitahu bahwa
pasiennya mau tidur dan tidak perlu dicemaskan. Lalu slenderman ,tribuanatunggadewa , dan Aki
hwang jang lee tiba. Dan gadis itu ternyata sudah mati.Suster sebagai satu-satunya orang yang
masuk kedalam ruangan, tentu saja jadi sasaran kecurigaan.namun  dokter yang muncul
sesudah  dipanggil, membela anak buahnya mati-matian. Bahkan marah karena suster itu
dicurigai. 
    "Ia tak punya kaitan apa-apa dengan suster ini" kata Dokter, kesal. 
    "Lima tahun ia bertugas di sini.Kondisinya terkenal baik. Dan biar penampilan
luarnya agak lain, namun  kami semua mengenal dia berjiwa lembut dan selalu menaruh
kasih sayang pada pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya!" 
    Lalu dalam suatu percakapan antara suster dengan dokter, slenderman  mendengar si
dokter bertanya sambil lalu namun jelas terheran-heran, 
    "Mana suaramu yang berat namun  suka pecah itu, ngesot ? Kok tumben sesudah  sekian
tahun, mendadak malam ini suaramu berubah halus lembut. Merdu lagi di telinga!" 
    Suster tertawa saja. Tak menjawab. 
    "Nah. Tawamu pun berbeda dari biasa!" 
    Dokter membelalak. 
    "Operasi kerongkongan, ya? Kapan? Kok tak bilang-bilang?" 
    Saat itulah Robinson masuk. Dokter dipanggil. Dan dari tempat duduknya di pojok
teras, si suster lagi-lagi melihat ke arah tribuanatunggadewa  yang masih terhenyak membisu di
kursi dekat pintu masuk. Sesaat bibir Suster mengurai senyum. slenderman  tidak dapat
menebak apakah itu senyuman mesra, ataukah senyuman benci.Tarikan bibir si suster
kala senyum, tampak tipis dan tajam. Setajam sorot matanya. Lalu ia tersentak
lagi,saat  namanya dipanggil Robinson dan diajak kekantor pribadi Suster. saat 
melewati pintu, sekali lagi ia mengawasi tribuanatunggadewa . Bahkan tangannya sempat
tergerak. Seperti ingin menjamah, namun segera diurungkan, lalu lenyap bersama Ajun
Komisaris Polisi Robinson Abdullah . 
    Ia tak muncul lagi sesudah  itu. 
    slenderman  melihat Robinson kembali ke ruangan,menegur tribuanatunggadewa  namun  yang
ditegur hanya diam saja. Robinson lalu  menanyakan hasil pemeriksaan pada
Dokter, lalu melihat Aki hwang jang lee bergerak dan bermaksud mengambil gelas berisi
airputih di atas meja, dekat ranjang tidur di mana mayatnyi girah  terbaring diam. 
     "Hem. Pantas kalau begitu...!" 
    Aki hwang jang lee menceletuk selesai slenderman  bercerita. 
    "Pantas setiap kali suster itu lewat di dekatku, aku merasakan hawa panas disekujur
tubuhku. Hawa panas yang menggigit tajam.Seperti membakar...." 
    "Bila demikian halnya...." bisik slenderman  gemetar, 
    "Dugaanku tidak salah lagi!" 
    tribuanatunggadewa  merenggutkan pertanyaan, 
    "Dugaan apa,slenderman ?" 
    slenderman  memandang heran pada sahabatnya. 
    "Belum jugakah terbuka imajinasimu yang hebat-hebat itu?" 
    "Ah. Jangan menghina dahulu . Saat ini aku sungguh tak mampu berpikir apa-apa!"
jawab tribuanatunggadewa , jujur. 
    "Tunggulah sebentar. Semuanya sudah jelas sekarang.Tak dapat diragukan lagi!" 
    slenderman  bangkit dari duduknya. 
    "Tunggulah sebentar" ia ulangi perkataan itu sekali lagi. lalu  ia pun sibuk
membongkar-bongkar di bawah meja, terus ke rak penyimpanan majalah dan surat
kabar. Ia pisahkan surat kabar terbitan mereka sendiri, lalu dilembari satu demi satu.
Ia membaca dan membaca dengan cepat. 
    "Nah. Ini dia!" serunya, seraya membawa selembar dari surat kabar itu, yang
keadaannya sudah lusuh. 
    Dibeberkannya halaman tengah di depan tribuanatunggadewa . 
    "Bacalah apa yang sudah  kau tulis dalam cerita bersambungmu ini!" 
    tribuanatunggadewa  menurut saja.Mula-mula tanpa gairah. lalu , tarikan wajahnya
pelan-pelan berubah. Paling lalu , ia duduk lagi terenyak. Wajahnya pucat pasi,
saat  ia bergumam getir dan kebingungan, 
    "Mustahil. Tak mungkin...!" 
    "Apakah kehadiranku masih dianggap?" 
    Aki hwang jang lee tersenyum, namun sinar matanya jelas berubah waspada. 
    "Syukurlah kami menemukan kau, Ki!" desah slenderman  seraya membasahi bibirnya
yang kering. 
    Ia tidak meminta Aki hwang jang lee membaca apa yang sudah  ia dan tribuanatunggadewa  baca.
Dengan suara gemetar dan  terputus-putus, ia menjelaskan kemungkinan apa yang
tengah mereka hadapi. Aki hwang jang lee mendengarkan dengan tekun tanpa menyela sekali
pun juga. Ia hanya manggut-manggut, mengusap dagu, mendengarkan sambil berpikir,
lalu  sesudah  slenderman  selesai bicara, Aki hwang jang lee berbisik kering, 
    "Mungkinkah kita sudah terlambat?" 
    "Mudah-mudahan belum!" kata slenderman . 
    Ia melirik kesahabatnya yang tampak sangat terpukul. lalu  berjalan ke meja
telepon. Dua-tiga kali ia salah sambung dan kembali menyimak buku telepon, sebelum
akhirnya memperoleh  sambungan yang ia kehendaki.Berbicara sebentar, menunggu
sebentar pula,mengucapkan terima kasih, lalu meletakkan telepon kembali. Pada Aki
hwang jang lee, ia lalu  berkata gemetar, 
    "Mayat itu sudah dibawa ke kamar mati!" 
    Aki hwang jang lee merentak bangkit. 
    "Apa lagi yang kita tunggu?" 
    Lalu ia menepuk pundak tribuanatunggadewa  yang menggeliat malas. Bertanya, 
    "Boleh kuambil apa yang menjadi milikku, Nak?" 
    "Keris itu?" 
    "Ya." 
    "Ada dalam tas tustel. Di mobil...." 
    "Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang juga...." 
    "Kemana?" 
    tribuanatunggadewa  masih dicekam kebingungan. 
    "Ke mana lagi kalau bukan ke rumah sakit!" 
    "namun ...." 
    "Bukankah Nak tri  ingin meyakinkan bahwa mayat gadis itu memang mayat
manusia biasa?" 
    Aki hwang jang lee menantang.tribuanatunggadewa  ragu-ragu. Namun segera ia bangkit. 
    "nyi girah  sudah mati..." bisiknya pelan. 
    Tak ada lagi komentarnya selain kalimat pendek itu saja. Sehingga slenderman  merasa
pasti, bahwa sahabatnya mulai meragukan keyakinannya sendiri. Meski hatinya dililit
perasaan takut, slenderman  tetap memutuskan ikut pergi ke rumah sakit. Ia tidak
membangunkan istrinya.Sesudah  mereka keluar, ia mengunci pintu dan kuncinya
dikantongi.Di tengah perjalanan barulah slenderman  teringat untuk bertanya, 
    "Untuk apa keris itu, Ki?" 
    Aki hwang jang lee menjawab kalem, 
    "Dihunjamkan. Ke jantung mayat itu!" 
    "Seperti dalam film-film drakula...." desah slenderman ,gemetar. 
    "Dengan kayu berujung runcing...!" 
    "Kayu saja tidak cukup, Nak slenderman !" 
    "Karena..." 
    slenderman  tak sanggup meneruskan. Aki hwang jang lee lah yang meneruskan, 
    "Karena hantu gadis itu bukanlah seperti hantu yang selama ini kita kenal." 
    "Maaf, Ki...." 
    slenderman  menyeringai kecut. 
    "Aku tak ingin berkenalan dengan hantu mana pun di dunia ini!" 
    Aki hwang jang lee tersenyum. 
    Misterius. 
    Sepi menyentak lagi. 
    Disusul pertanyaan lain dari slenderman , 
    "Mungkinkah kita melakukannya?" 
    "Mengapa tidak, Nak slenderman ?" 
    "Maksud saya, mungkinkah polisi memberi izin? Atau kalau tidak polisi, pastilah
dokter...." 
    "Mayat itu toh akan diotopsi juga. Melukai, kulit dan jantungnya tidak akan
membedakan apa-apa. Itulah tugasku, Nak. Memberi pengertian pada mereka" 
        "Dapatkah mereka mengerti?" 
    slenderman  justru tambah gelisah. 
    "Bayangkan saja. Seorang dukun muncul dirumah sakit, lantas meminta yang
bukan-bukan...." 
    tribuanatunggadewa  yang hanya membisu dari tadi, tiba-tiba angkat bicara. Suaranya begitu
perlahan, hampir tak terdengar, 
    "Barangkali tak ada kesulitan. Pak Abdullah  sejak semula sudah berpikir meminta
bantuan dukun.Sekarang, kita bawa apa yang dia kehendaki." 
    Diam lagi. 
    Sepi lagi. 
    Lalu dipecahkan keluhan lirih tribuanatunggadewa , 
    "Tidak,nyi girah . Bukan kau, gadisku malang...!" 
    slenderman  tidak berkomentar. 
    Apalagi Aki hwang jang lee. 
    Matahari pagi belum muncul setiba mereka di rumah sakit. namun  cuaca sudah
terang-terang ayam. Petugas piket di pintu gerbang masih mengenali mereka dan tidak
melarang mereka masuk. Mereka terus menuju paviliun tempat mayat si gadis tadinya
dirawat. Tak ada polisi yang berjaga-jaga. Di kantor piket, ada suster namun  yang
bertubuh tinggi kekar tidak terlihat. 
    "Tadi pergi. Entah kenapa belum kembali..." suster jaga menjelaskan. 
    "Boleh pinjam telepon?" tanya slenderman , seraya matanya mengawasi tempat gelap di
luar jendela ruangan, seakan takut makhluk mengerikan bersembunyi di balik
kegelapan itu, siap menerkam siapa saja yang lengah. 
    "Silakan" 
    slenderman  mengangkat gagang telepon, lalu diserahkan ke tangan tribuanatunggadewa  yang
menyambut lesu. Lesu pula,tribuanatunggadewa  memutar-mutar nomor telepon AKP Robinson
Abdullah  dan memperoleh jawaban beliau belum kembali ke rumah. tribuanatunggadewa  ganti
menghubungi Polres dan sesudah  bertanya-jawab sebentar, terdengar suara angker
Robinson Abdullah  ditelinganya, 
    "Kalau mau berbicara, mengapa tidak tadi saja. Di rumah sakit?" 
    "Maaf, Pak. Aku tadi agak linglung rupanya" 
    "Bukan linglung lagi. Kau seperti orang sekarat,sehingga sempat terpikir olehku
untuk mengirimmu sekalian ke kamar mati. Bersama mayat gadis itu!" 
    "Ah. Mayat itu...." 
    tribuanatunggadewa  menelan ludah. 
    "Mayat itu. Mengapa dengan mayat itu, tribuanatunggadewa ? Punya masukan untuk kami
sekarang?" 
    "Masukan sih belum pasti. Kalau seorang dukun jelas ada." 
    "Apa?!" 
    Robinson hampir berteriak di telepon.tribuanatunggadewa  menjelaskan dengan hati-hati
bahwa sang Ajun Komisaris sudah bertemu dengan orang dimaksud. Juga mengingat
apa yang pernah diucapkan si perwira sendiri. Segera Robinson menanggapi, 
    "Malu aku mengatakannya, tri . namun  saat ini aku memang mengharapkan
bantuan dukun. Perkembang-an baru menghendakinya demikian...." 
    "Perkembangan apa, Pak?" 
    "Kerangka di kamar hotel. Identitasnya tidak diragukan lagi. Dari susunan gigi,
bentuk kuku, dan sedikit kelainan pada tulang lengan. Ciri-cirinya positif!" 
    "Jadi..." 
    tribuanatunggadewa  menelan ludah lagi. 
    "Kerangka di Kamar Hotel, pengarang berimajinasi macam-macam, sudah
dipastikan yaitu  kerangka Raharjo, pengusaha yang lenyap misterius itu!" 
    "Oh!" 
    "Cuma oh?" 
    "Bapak... Bapak dapat datang ke sini?" 
    "Ke?" 
    "Rumah sakit." 
    "Hei. Apakah kau pikir kerjaku cuma mengurus mayat gadismu itu saja? Aku masih
sibuk menganalisis siapa orang yang berdiri di belakangnya. Orang, yang sungguh
terkutuk, sudah  memakan mentah-mentah cerita fiksimu, lantas entah bagaimana
berhasil mempraktikkan ilmu jahat fantasimu dengan sukses." 
    "Agaknya tak seorang pun, Pak Abdullah ." 
    "Apa?" 
    "Datanglah dan Bapak akan lihat sendiri." 
    Mereka lalu  menunggu. Sambil menunggu,dokter yang mengurus jenazah Si
nyi girah  juga dipanggil dan diberi penjelasan seperlunya. Tentu saja Dokter
mencak-mencak, namun  tidak lagi memprotes sesudah  Robinson muncul dalam tempo
singkat, persis bersamaan dengan munculnya bias matahari pagi dari ufuk
timur.Pembicaraan yang sama diulang lagi. Berlangsung lagi perdebatan sengit. namun 
Robinson tidak mengusir Aki hwang jang lee kali ini. Akhirnya ia memutuskan, 
    "Baiklah.Dipikir-pikir toh mayat itu akan diautopsi juga." 
    "namun  awaslah bila kalian keliru. Jabatanku jadi taruhannya!" 
    Bersama-sama mereka lalu  pergi ke kamar mayat.Dokter sangat marah saat 
melihat petugas kamar mayat tidur di sembarang tempat, yaitu  di lantai yang kotor
berdebu, dekat pintu masuk kamar mayat, saat  dibangunkan, petugas itu bangkit
terheran-heran, lalu bertanya ketakutan, 
    "Masih hidupkah saya, Dokter?" 
    Mau tak mau Dokter tersenyum. 
    "Kau masih hidup,Pak Joko. Maka bukalah pintu sekarang!" 
    Pintu kamar mayat dibuka. Bau khas ruangan yang biasa menyimpan peti-peti dalam
lemari pendingin dan  bekas-bekas bau darah maupun bau mayat yang menusuk
samar-samar, terasa mendirikan bulu kuduk.Situasi lebih menyeramkan lagi saat 
mereka masih berada di luar pintu namun  sudah dapat melihat keganjilan di dalam
ruangan kamar mayat.Salah satu peti mati sudah  ditarik ke luar dari tempatnya. Ada
sesosok mayat di dalam. Dan saat  mereka mendekat untuk melihat mayat itu,
slenderman  menjerit lalu pingsan.AKP Robinsori Abdullah  tegak dengan mulut terkatup
rapat. 
    Dokter gemetar. 
    Pucat pasi. 
    Lama baru terdengar dari mulutnya, 
    "ngesot ... Ya Allah!" 
    Benar. 
    Yang terbaring di peti mati itu, bukanlah jenazah nyi girah . Melainkan mayat suster
bertubuh tinggi kekar itu. 
     Kopi panas yang segera dihidangkan di kantor dokter jaga sungguh menarik selera
di hawa pagi yang dingin dan sedikit mengandung kabut. namun  tak seorang pun
berselera mencicipinya, sementara petugas kamar mayat terduduk letih dan pucat
sesudah  selesai menceritakan apa yang terjadi dan sudah  menimpa dirinya, sehingga ia
terkulai di lantai kotor berdebu Itu. 
    Tak lama sesudah  mayat nyi girah  dimasukkan ke petimati dan orang-orang yang
mengantarkannya pergi, sipetugas bermaksud tidur karena sudah mengantuk. Ia yakin
sudah terlelap manakala ia dibangunkan seseorang. Ternyata suster ngesot , yang
dengan lembut meminta pintu kamar mayat yang terkunci agar dibuka. 
    "Kasihan gadis itu," katanya dengan suara lembut menyenangkan. 
    Si petugas heran mendengar cara berbicara suster ngesot  yang agak lain dari yang
selama ini ia kenal. 
    "Aku bertanggung jawab atas kematiannya,Pak Joko. Jadi aku bermaksud
memanjatkan doa khusus untuknya, sebelum mayatnya diautopsi...." 
    Permintaan itu terdengar aneh namun  masuk akal.Petugas kamar mayat membuka
pintu. Suster ngesot  lalu  masuk, namun  minta pintu ditutup saja karena tak ingin
diusik selama berdoa. 
    "Tldak takut, Suster?" tanya Joko takjub. 
    "Selama bertugas, pernahkah Bapak dicekik salah satu mayat yang Bapak urus?"
tanya Suster, tersenyum. 
    "Ah, yang benar saja!" sahut Joko, tertawa. 
    "Titip doaku, Suster. Gadis yang malang itu cantik juga.Sayang ia mati muda...." 
    Pintu ditutupkan. Joko menunggu di luar dengan mata terkantuk-kantuk. namun 
diam-diam ia merasakan keganjilan di dalam ruangan kamar mayat. Ia tidak tahu apa,
namun  tergoda untuk melihat-lihat.Pelan-pelan pintu dibukanya, dan terpekik ditahan
karena tiba-tiba saja ia sudah berhadapan bukan dengan suster ngesot  melainkan... 
    Gadis di dalam petimati. 
    Joko hampir menghambur saking kaget dan ketakutan.namun  tangannya sudah
keburu dipegang oleh si gadis.Begitu tangannya disentuh, Joko merasa dirinya
melayang, lantas disusul perasaan sakit yang menyentak seakan tubuhnya disambar
arus listrik tegangan tinggi. Dan dari tangan mereka berdua yang saling bersentuhan,
tampak berpijar-pijar sinar biru. 
    Tajam. 
    Menyambar-nyambar. 
    "Matilah aku!" masih sempat Joko berpikir sesaat sebelum tubuhnya meliuk. 
    Jatuh terjerambap di lantai. 
    Sepi menyentak, selesai Joko bercerita. Semua yang hadir mengawasi si penjaga
kamar mayat yang duduk terengah-engah dan wajahnya masih pucat pasi. 
    Dokter bangkit dari duduknya. 
    Lalu memberikan segelas minuman kepada Joko, yang melahapnya sekali tenggak.
Perlahan-lahan wajahnya pun bersemu merah kembali .Ia lalu  senyum-senyum
ditahan, lantas bergumam malu, 
    "Tak biasanya aku takut pada hantu!" 
    Tak ada yang menertawakannya.Semua berdiam diri, sambil berusaha memercayai
cerita yang diungkapkan si penjaga kamar mayat, dan berakhir dalam satu kesimpulan
yang mencemaskan. nyi girah  sudah lolos dan entah di mana gadis itu sekarang,dan 
kapan mereka dapat meringkus kembali sebelum:jatuh korban-korban
berikutnya.tribuanatunggadewa  yang pertama-tama membuka mulut.Suaranya kering waktu ia
merintih, 
    "Jadi itulah yangterjadi!" 
    Robinson menoleh. 
    Lalu bertanya menyentak, 
    "Apapula maksudnya, itulah yang terjadi?" 
    "Sentuhan dua tubuh," desah tribuanatunggadewa  lirih. 
    "nyi girah  dan Suster ngesot . Itulah pula yang pernah diperbuat jessica  saat  ia
ditangkap dan akan dibakar di tiang gantungan oleh penduduk desa." 
    "Bah!" 
    Ajun Komisaris Polisi Robinson Abdullah  mendengus. 
    Tidak tertarik. 
    slenderman  lantas mendesak, 
    "Ceritakan padanya,tribuanatunggadewa !" 
    tribuanatunggadewa  meminta segelas minuman, yang lalu  Dokter menyuruh Joko
mengambilkannya. Si penjaga kamar mayat bangkit dari duduknya. Di pintu ia
ragu-ragu sejenak. Matanya liar mengintip ke luar.Sudah mulai banyak orang lalu
lalang di luar kantor dokter jaga. Matahari pun sudah bersinar terang-benderang.
Aman, pikir Joko, lantas pergi ke dapur terdekat untuk memenuhi permintaan
tribuanatunggadewa .Sesudah  mencicipi kopi kental panas, barulah tribuanatunggadewa  memulai ceritanya.
    "Tepatnya." ia berujar, 
    "aku akan mengulang apa yang pernah kutulis dalam cerita fiksiku yang paling
akhir...." 
    Tak ada yang bereaksi. Kecuali Dokter, yang mengerutkan dahi.Sesudah  korban
semakin banyak berjatuhan, diperoleh sejumlah petunjuk bahwa Larasari yang
menghuni lereng gunung itulah penyebab matinya beberap orang penduduk desa.
Dengan bantuan orang-orang yang ahli menangkal ilmu hitam, penduduk akhirnya
berani menyatroni tempat tinggal janda itu, lalu meringkus janda yang hidup
menyendiri dan  ditakuti itu. jessica  tidak melawan bukan karena kekuatan gaibnya
berhasil dilumpuhkan, melainkan karena ia tahu banyak diantara penduduk yang
mengitari dirinya tidak berdosa atas kematian suaminya. Bila ia melawan, akan terjadi
pertarungan mati-matian dan orang-orang tak berdosa itu akan jatuh sebagai
korban.Sembari memikirkan jalan keluar untuk menyelamatkan diri. jessica 
membiarkan dirinya ditangkap, ia lalu digiring turun gunung dan ditahan di balai desa.
    Menurut rencana fredy krueger . 
    jessica  pagi hari esoknya akan digantung, lalu  mayatnya dibakar. Abu
pembakaran mayat jessica  disebarkan ke berbagai penjuru agar tidak dapat menyatu,
sebagaimana petunjuk dukun-dukun ahli yang ikut meringkusnya.Dengan demikian, roh
jessica  akan sibuk mencari abu pembakaran jasadnya, yang tentunya sudah musnah
tak berbekas. Rohnya akan gentayangan dan tak akan mampu lagi berbuat
apa-apa.Tapi namanya manusia, ada saja yang ingin mengambil keuntungan. 
    Orang itu yaitu  Sumirah, istri fredy krueger  desa.Sumirah tahu betul bahwa selama ini ia
dianggap sepi oleh suaminya, semata-mata karena suaminya masih tetap mencintai
jessica . Demikian besarnya cinta sisuami sehingga Sumirah sadar waktu jessica 
akhirnya mati, cinta si suami akan tetap hidup dan mengganggu kebahagiaan rumah
tangga Sumirah.Sesudah  ditimbang masak-masak, Sumirah nekat mandatangi jessica 
pada tengah malam buta, sesudah  suaminya tidur mendengkur. 
    "Aku ingin mengencingi wanita lesbian  terkutuk itu!" katanya pada penjaga-penjaga
jessica . 
    Para penjaga itu maklum, karena diam-diam mereka juga mendengar desas-desus
tentang nasib malang Sumirah yang selalu disepelekan suaminya. Mereka biarkan
Sumirah masuk ke ruangan terkunci di mana jessica  disekap. Mereka yakin tidak ada
yang perlu dicemaskan. Toh jessica  terikat kuat oleh tali rotan yang sudah  diberi
mantra-mantra.Dengan menutupi kedengkiannya jessica , istri fredy krueger  memperlihatkan
muka manis dan  tutur kata yang sangat memelaskan hati. Air matanya berlinang
saat  ia berujar sedih, 
    "Aku sadar pengaruhmu begitu kuat pada suamiku. Meskipun kau besok mati juga,
aku tahu pengaruhmu tidak akan ikut mati. Cinta suamiku akan tetap berurat akar
padamu, dan akulah yang akan tetap tersia-sia sepanjang hidupku" 
    "Apa yang kau kehendaki?" tanya jessica . seraya memikirkan keuntungan apa yang
dapat direbutnya dengan kehadiran Sumirah. 
    "Tolonglah. Buang pengaruhmu atas diri suamiku!" 
    "Hem..." 
    jessica  tiba-tiba terseyum, 
    "kalau aku mengabulkan permintaanmu, imbalan apa yang akan kuperoleh?
Kebebasanku?" 
    "Maaf. Mustahil aku dapat membebaskanmu;.Aku pun tak tahu imbalan apa yang
mampu kuberikan, namun ..." 
    Sumirah makin mencucurkan air mata kesedihannya yang palsu. 
    "Sungguh malang bahwa akhirnya kauakan mati. Mati, maaf... terkutuk pula. Jadi
apa salahnya, sebelum kematianmu tiba kau berbuat kebaikan demi orang lain?
Sekurang-kurangnya hal itu akan meringankan bebanmu kelak di akhirat sana...." 
    jessica  pun berpura-pura sedih. Lalu didahului keluhan pasrah ia berkata, 
    "Baiklah, kupikir kau benar juga. Nah, maukah kau memegang telapak tanganku?" 
    "Untuk apa?" 
    "Agar dapat kualihkan pengaruhku ke dalam dirimu.Dengan demikian, akan
beralihlah cinta chucky  yang begitu menggebu-gebu, hanya pada dirimu seorang!" 
    Suara dan tatap mata jessica  yang lembut lunak menghilangkan keragu-raguan
Sumirah. Dengan:senang hati ia ulurkan tangannya. Digenggamnya telapak tangan
jessica . Lalu terjadilah apa yang seterusnya terjadi. Salah satu dari mereka harus
mati!" 
    "Tentu saja Sumirah lah yang harus mati. Seperti juga halnya Suster ngesot !" 
    tribuanatunggadewa  berkata dengan suara bergetar. 
    "Para penjaga itu tak pernah tahu, bahwa yang lalu  keluar meninggalkan
ruang tahanan mereka hanya jasadnya saja jasad Sumirah. Begitu pula esok paginya,
saat  mereka temukan Larasari mati,yang mati itu hanyalah jasad jessica ...." 
    "Lalu mereka membakarnya hangus, seperti niat semula.Begitu, bukan?" 
    Robinson Abdullah  bergumam. 
    tribuanatunggadewa  tersenyum. 
    Kecut. 
    "Ah, Bapak rupanya tak membaca seluruh ceritaku itu!" 
    "Aku bukan pengagummu!" 
    Robinson menjawab masam. 
    "Bila demikian, Bapak tak tahu bahwa jessica  tak jadi dibakar. Itulah kekeliruan
besar yang sudah  diperbuat Pak fredy krueger . Karena dorongan cintanya yang sudah
mendalam, niat membakar mayat jessica  dibatalkannya sendiri. Dia berdalih, kasihan
jessica  yang sudah mati atas kemauannya sendiri, masih harus dihinakan jasadnya.
Katanya lagi, karena jessica  mati atas kemauannya sendiri, jessica  juga sudah 
melupakan dendam kesumatnya pada mereka yang masih hidup dan dianggapnya
sebagai penyebab kematian suaminya. Maka meski tanpa upacara,jessica  pun
lalu  dikuburkan." 
    "Dan suatu hari kuburannya ditemukan menganga terbuka!" 
    Robinson menerka tak acuh. 
    "Persis." 
    "Dan?" 
    "Yang ditemukan orang di liang kubur itu yaitu  Sumirah." 
    "Seperti Suster ngesot  di lemari pendingin kamar mayat!" 
    slenderman  nimbrung, bernafsu. 
    Robinson menanggapi dengan sentakan, 
    
    "Bah!" 
    Dokter yang duduk diam-diam di belakang mejanya mengeluh getir, 
    "Omong kosong apa yang kalian bicarakan ini? Dan Anda, Komandan. Mengapa
tidak dimulai saja mencari si pembunuh biadab itu?" 
    "Sebelas orang anak buahku yang sudah ahli di bidang itu, Dokter," sang Ajun
Inspektur bersungut-sungut tak senang, 
    "kini sedang sibuk melaksanakan  keinginanmu itu. Dan mengenai kau, si pengarang
dengan Imajinasimu yang terkutuk itu...." tambahnya kasar,seraya menuding
tribuanatunggadewa . 
    tribuanatunggadewa  terkesiap. 
    "Ada apa dengan aku, Pak Abdullah ?" 
    "Belum jelas, heh? Tidakkah kau sadari bahwa kebohongan mu itu sudah  melahirkan sebuah
ide menarik pada seseorang atau siapa tahu juga sekelompok orang yang kesemuanya
menganut ilmu hitam? Lalu, entah apa motif mereka, idemu itu mereka pelajari lalu
mereka buktikan kebenarannya." 
    "Lantas?" 
    "Mereka berhasil, Bung! Dan langsung atau tidak kau terlibat di dalamnya. Untuk itu
aku terpaksa harus menahanmu suatu hari kelak bila si pembunuh Itu sudah kuringkus
batang lehernya!" 
    tribuanatunggadewa  menyeringai. 
    "Anda mengada-ada,Komandan. Terus terang, tadinya aku pun sependirian dengan
Anda. namun  sekarang...." 
    tribuanatunggadewa  mengubah wajah dan sikap formalnya menjadi wajah masygul. 
    "nyi girah  sudah  membuktikan kebenaran ancamannya. Sekaligus membuktikan apa
dan siapa dia sebetulnya . Dengan sengaja ia tinggalkan beberapa petunjuk untuk
membuka pikiranku...." 
    "Untuk itu pun, tribuanatunggadewa , kau tetap akan kutangkap." 
    Robinson menggerutu dengan wajah jemu. 
    "Tuduhannya, Komandan?" 
    tribuanatunggadewa  emosional karena digertak. 
    "Tuduhannya jelas. Kau mendatangkan seorang pembunuh!" 
    "Hantu, Komandan. Hantu yang lalu  membunuhi orang-orang. Luar biasa
kalau saja Anda mampu menangkap lalu mengajukan hantu itu ke pengadilan.Seluruh
dunia pasti gempar. Nama Anda akan tercatat dalam sejarah. Paling tidak, dalam buku
Guinness Bookof The Record" 
    tribuanatunggadewa  tersenyum mengejek. 
    "namun , Komandan, pasal undang-undang mana yang akan kalian jatuhkan untuk
menghukum hantu?!" 
    Robinson Abdullah  terpojok, lalu diam. 
    Seseorang tertawa kecil. 
    Robinson melotot. 
    Garang. 
    Dan yangtertawa tadi, slenderman , terbungkam dengan wajah pucat. tribuanatunggadewa 
merasa iba pada sahabatnya yang malang itu. Lalu dengan wajah prihatin ia
mengumumkan, 
    "Sudah tiba saatnya orang-orang sinting mulai berburu hantu, "
        Namun demikian Robinson Abdullah  tetap yakin bahwa otaknya masih cukup waras.
Ia memanggil Bripda gordon liu yang segera menghadap dengan sikap siaga dan siap
menerima perintah. 
    "Hanya ada dua kemungkinan, gordon liu!" 
    Robinson Abdullah  berkata tanpa ragu-ragu sedikit pun. 
    "Secara klinis, gadis itu memang dinyatakan sudah meninggal.namun  tidak mustahil
ia hanya mati suri. Jantungnya dikejutkan uap pendingin di kamar mati. Ia hidup
kembali, berjuang keras keluar dari peti matinya. Terus kabur. Kemungkinan lainnya,
dan ini dugaanku paling kuat yang harus kau selidiki dengan seksama, ada orang lain
yang mengeluarkannya dari peti mati, lantas membawanya pergi!" 
    "Bagaimana dengan Suster ngesot , Komandan?" 
    "Ia mengetahui sesuatu. Atau, dia tahu terlalu banyak.Untuk itu mulutnya terpaksa
dibungkam untuk selamanya. Bukan mustahil ia terlibat. Maka kalian telusurilah
perilaku kehidupannya sehari-hari, siapa saja teman-teman dekatnya, ke mana saja ia
pergi, dan apakah ia pernah mengatakan sesuatu yang ada kaitannya dengan ilmu
hitam atau aliran sesat lainnya!" 
    "Dan... Joko?" 
    gordon liu menyeringai gembira. 
    "Jika tidak salah lihat, pastilah ia sudah  membual." 
    "Setuju, Komandan?" 
    "Hem. Pikiran kita agaknya sejalan, gordon liu. Kau interogasilah penjaga kamar mati
itu sekali lagi. Kita harus tahu kejadian yang sebetulnya  dan mengapa ia mengelabui
kita dengan ceritanya yang menggelikan itu!" 
    "Siap, Komandan!" 
    Adapun mengenai keikutdan annya dengan rombongan Aki hwang jang lee, di tengah
perjalanan ke surabaya , Robinson Abdullah  berkilah, 
    "Aku ingin tahu,bagaimana caranya orang-orang sinting berburu dan menangkap
hantu!" 
    tribuanatunggadewa  mengeluh, 
    "Bilang saja Anda mau memastikan aku takkan pergi ke mana-mana...." 
    "Tidak ada salahnya, bukan?" sambut Sang Ajun Komisaris seraya menyeringai
lebar. 
    "Yaaah... asal tidak diborgol saja!" 
    tribuanatunggadewa  ikut menyeringai, lalu  tertawa terbahak-bahak. 
    Perburuan itu dimulai di rumah Aki hwang jang lee. Senjata pengintai masih itu juga: baskom
porselen besar dan antik yang ia katakan peninggalan leluhurnya, yang konon pernah
jadi tabib di istana kesultanan Banten.ditambah ya kali ini tak ada akar bahar,
rempah-rempah,dan  bebungaan. Ia hanya membakar kemenyan. Abu pembakaran
dilarutkan ke dalam air bening di Baskom.Sesudah  itu ia juga menuangkan jelaga hitam
pekat. Isi baskom pun segera diaduk. 
    "Hantu itu tahu ada yang mencari dan melumpuhkannya tadi malam. Maka setiba di
rumah sakit, ia mencari jalan lolos dari penangkapannya.Nasib siallah yang menimpa
Suster ngesot . Hantu itu berhasil kabur dan pasti ia sudah menemukan tempat
persembunyian yang menurutnya cukup aman dari penglihatanku. Dan ia salah!" 
    Aki hwang jang lee menjelaskan dengan nada berapi-api. 
    "Ia tidak tahu mata batinku mampu menerobos masuk ke alam gaib yang sama hitam
dan pekatnya dengan air di baskom ini!" 
    Aki hwang jang lee menunggu sampai riak air di baskom tenang dan diam. Lalu
mengingatkan agar selama ia bersemedi tidak boleh ada suara berbisik apalagi
mengusik. Ia lalu  duduk bersila menghadap ke baskom yang langka didapat itu. 
    Tak sekali pun ia bergerak. 
    Kelopak mata dan mulut terkatup rapat. Posisi duduk dan sila diamnya
mengingatkan tribuanatunggadewa  pada patung Sidharta Gautama yang pernah ia lihat di
sebuah klenteng sewaktu ikut menelusuri kasus si Janda Hitam. 
    Detik demi detik berlalu. 
    Di luar rumah angin malam bersiut-siut dan atap genteng terdengar
berderak-derak.tribuanatunggadewa  menggigil oleh sergapan hawa dingin membeku. saat  ia
melirik, ia melihat slenderman  bahkan AKP Abdullah  juga terpengaruh oleh sikap semedi
Aki hwang jang lee. Tak seorang pun berani bergerak, apalagi membuka mulut. Mata mereka
tak pula berkedip.Bahkan napas pun terpaksa ditahan.Lalu tiba-tiba kelopak mata Aki
hwang jang lee merentang terbuka. Tampak kilatan tajam dan aneh di matanya.Lalu dengan
suara menggeram dan pundak bergetar hebat, dari mulutnya disemburkan ludah yang
muncrat ke permukaan air baskom. Tamu-tamunya memandang terkejut lalu 
membelalak dengan mulut tercengang, manakala di tempat muncratnya ludah
Akihwang jang lee, warna hitam pekat permukaan air pelan-pelan berubah bening sementara
sisanya tetap menghitam pekat. Entah ilmu apa yang dipergunakan Aki hwang jang lee,sehingga
keanehan itu masih ditambah hal yang lebih aneh lagi. Muncratnya ludah yang
disemburkan begitu keras, sedikit pun tidak membuat riak, apalagi percikan air di
baskom! 
    Gigi Aki hwang jang lee bergemeletuk keras sementara ia mengawasi permukaan air di
bagian yang bening tadi.Lalu mendadak dahinya mengerut. Mulutnya terbuka,tampak
menggagap-gagapi lantas bergumam heran, 
    "Lha. Mengapa jadi begini?" 
    Mukanya diangkat. 
    Memandang lurus-lurus ke wajah tribuanatunggadewa . 
    Masih dengan pandangan heran. 
    "Ada apa, Ki?" bisik tribuanatunggadewa , tegang. 
    "Aku tidak dapat melihat roh jahat gadis itu. Yang kulihat justru wajah orang lain..."
jawab Aki hwang jang lee,bingung. 
    "Wajah siapa, Ki?" 
    "Wajahmu!" 
    Sepi sejenak. 
    Lalu Robinson Abdullah  tertawa bergolak. 
    "Tentu saja!" ia berkata mengejek. 
    "Bapak memang tengah memandang wajah tribuanatunggadewa . Bukan wajahku atau wajah
slenderman !" 
    Tanpa mengacuhkan ejekan tamunya, Aki hwang jang lee kembali mengawasi permukaan air.
Matanya memandang tak berkedip sampai bagian yang bening dipermukaan air itu
lambat laun kembali menyatu dengan bagian lainnya. 
    Kembali menghitam. 
    Kembalipekat. 
    "Masih wajah yang sama..." gumamnya pelan,sementara kerutan di dahinya
bertambah jelas. 
    Pertanda ia tengah berpikir keras. tribuanatunggadewa  maupun slenderman  diam tak bergerak,
menunggu dengan wajah tegang. Adapun Robinson, tetap dengan santai. Ia jemput
sepotong singkong rebus yang sebelumnya sudah  disediakan istri tuan rumah, menggigit
lalu mengunyahnya dengan santai pula. Seterusnya, gelas didekatkan ke mulutnya. 
    Kopi hangat dicicipi. 
    Lantas mendesah nikmat, sembari kedua belah kaki diselonjorkan. Benar-benar
santai, seolah menikmati suasana piknik saja.Ia pun tidak tampak menaruh minat saat 
Aki hwang jang lee berujar pada tribuanatunggadewa , 
    "Waspyaitu , anakku.Naluriku membisikkan, bahwa kau dijadikan tameng oleh roh
jahat itu!" 
    Robinson Abdullah  nyeletuk, 
    "Ambillah baju besi dan pedangmu sekalian, tri !" 
    tribuanatunggadewa  tidak mengacuhkan. Dengan suara tersedak ia bertanya pada tuan rumah,
    "Apakah maksud Aki...gadis itu bersembunyi di..." kata-katanya tidak diteruskan.
Wajahnya pun semakin tegang karena ikut membayangkan apa yang muncul dalam
pikirannya.Aki hwang jang lee menggelengkan kepala. Berujar lembut namun jelas menyimpan
perasaan khawatir, 
    "Belum dapat kupastikan, Nak. Mungkin saja aku salah. Yang semacam ini hanya
terjadi satu dari sekian ribu peristiwa gaib. Sudah langka terjadi di zaman, sekarang
ini. namun  di masa hidup leluhurku, peristiwa semacam itu bukanlah hal yang aneh..." 
    "Peristiwa apa, Aki?" 
    slenderman  menyela segan. 
    "Roh gaib. Yang biasanya hanya bergentayangan di alam arwah, namun  memiliki
kekuatan ampuh dan jahat untuk menyelinap lalu bersembunyi di balik roh orang yang
masih hidup!" 
    "Astaga!" 
    tribuanatunggadewa  mengucap berbarengan dengan slenderman . Robinson mengawasi mereka
berdua dengan mulut tersenyum dan pandangan mata menaruh iba kasihan. 
    "Apa... yang harus kita lakukan, Ki?" tanya tribuanatunggadewa  dengan bulu kuduk
merinding.Aki hwang jang lee mengusap dagunya. Berpikir. lalu , 
    "Aku mampu memanggil roh orang-orang yang sudah mati, sebanyak aku butuhkan!"
katanya. 
    "namun  apabila roh gentayangan itu mencari perlindungan di balik roh orang yang
masih hidup, akan sulit berkomunikasi dengannya. Kita harus menemukan suatu cara,
dimana harus terjadi suatu persenyawaan nyata antara kedua roh itu, yang dapat kita
lihat dan kita raba.Dengan bantuan persenyawaan itulah kita baru dapat
berkomunikasi dengan roh yang ingin kita panggil.." 
    "Caranya?" desah tribuanatunggadewa , bingung. 
    "Melalui darah, atau benih kehidupan!" 
    "Darah siapa? Benih kehidupan siapa?" 
    "Kedua-duanya!" 
    "Darahku sih, kapan saja bisa didapatkan. namun  bagaimana mungkin kita
memperoleh ... darah nyi girah ?" 
    "Mungkin saja, Nak," jawab Aki hwang jang lee. 
    Tenang. 
    "Ah...?" 
    "Di otakku yang sudah tua ini, Nak," kata Aki hwang jang lee tersenyum. 
    "Setiap kata demi kata yang diceritakan pasien-pasienku selalu tercerna dan
tertanam kuat untuk sewaktu-waktu diungkap kembali. Orang sekarang bilang... ini
bukan sombong, yah... otak komputer, begitu!" 
    "Dan apa yang Aki masih ingat mengenai apa saja yang sudah  kuceritakan? Dan apa
kaitannya dengan darah? Atau, benih kehidupan?" 
    "Ingat pertama kali kau bertemu dengan gadis itu? Dan apa saja yang sudah  kalian
berdua perbuat?" 
    Wajah tribuanatunggadewa  sesaat  bersemu merah. 
    "Maksud Aki..." 
    "Benar. Kalian sudah  bersetubuh, bukan? Dan kau bilang, gadis itu... masih perawan.
Tahu, bukan? Apa yang kita lihat apabila terjadi kerobekan pada selaput dara?" 
    tribuanatunggadewa  menelan ludah. Lalu berkata menggagap, 
    "Aku... tahu. namun ... aku pun sempat dibuat heran.Pagi itu, sewaktu aku kembali ke
kamar tidur... aku sempat melirik ke permukaan seprai. Jelas aku sudah  merasakan
adanya selaput dara yang terobek. namun ...di kain seprai itu sedikit pun tak kulihat
adanya percikan darah!" 
    "Karena, anakku, kau melihat dengan mata manusia biasa. Sedang yang kau ingin
lihat, yaitu  darah makhluk gaib. Apakah kain seprai itu sudah kau cuci?" 
    "Belum. Malah masih terhampar di tempatnya semula," jawab tribuanatunggadewa ,
tersipu-sipu. slenderman  yang duduk disebelahnya menggeleng-geleng prihatin.Aki hwang jang lee
berujar gembira, 
    "Kalau begitu, kita masih dapat melihatnya, Melihat persenyawaan yang sudah  terjadi
antara kalian berdua. Yang kumaksud bukan darah. Melainkan benih-benih kehidupan.
namun  untuk dapat melihatnya, kita harus dibantu persenyawaan benih-benih sejenis.
Yang masih baru. Dan masih segar...!" 
    Lalu Aki hwang jang lee menjelaskan bagaimana benih kehidupan yang masih baru dan masih
segar itu bisa mereka dapatkan, dan bagaimana mereka memanfaatkannya. 
    "Sekarang tergantung pada Nak tri  sendiri. Dengan siapa Nak tri  ingin
bersetubuh" katanya, mengakhiri. 
    "Wah. Enak!" 
    Robinson Abdullah  mendengus keras.Lantas dijemputnya singkong rebus sepotong
lagi dengan bernafsu. 
    Berdebar jantung tribuanatunggadewa  saat  terdengar bunyi bel dan ia pergi membuka pintu
depan. Di hadapannya berdiri tubuh semampai bermata bening yang menatap mesra
dan  berbibir merah basah, setengah terbuka merindukan sentuhan.tribuanatunggadewa  menelan
ludah lantas berujar dengan suara bergetar, 
    "Tambah cantik saja kau, Lena!" 
    maradona tersenyum. 
    Hangat. 
    "Begitulah yang selalu kudengar tentang komentar seorang suami saat  melihat
bekas istrinya..." sahutnya sama bergetar. 
    "Kita belum bercerai, Lena." 
    "Memang belum. Jadi aku masih berhak mengoreksi penampilanmu, bukan?" sambil
berkata demikian tangan maradona menyentuh pipi lalu mengurai helai-helai rambut
yang menutupi telinga tribuanatunggadewa . 
    "Kau tampak kurus dan tua, sayangku!" 
    "Akhirnya, aku tambah matang?" kilah tribuanatunggadewa ,tertawa. 
    "Ayolah. Ini rumahmu sendiri. Aku tak harus menyilakan masuk, bukan?" 
    tribuanatunggadewa  menyisih untuk memberi jalan, lalu  menutup pintu. 
    Masuk ke dalam. 
    maradona sejenak diam mengawasi suasana, baru lalu  meneruskan langkah
menuju ruang dalam. Sambil lewat, masih sempat dia membetulkan letak lukisan
dinding yang tergantung miring. Di ruang tengah maradona pun tidak langsung
duduk. Lebih dahulu  ia mempelajari keadaan ruangan itu, lantas didahului tawa lunak ia
mengomentari, 
    "Hem. Sesudah  kau meneleponku tadi pagi tri , tentulah kau sibuk sekali
membenahi seisi rumah, ya?" 
    tribuanatunggadewa  menanggapi dengan tersipu, 
    "Pasti aku melakukannya tidak terlalu rapi, kan?" 
    Ia ternyata benar. Sewaktu duduk mengobrol di kursipanjang, kaki maradona
tiba-tiba menyentuh sesuatu di kolong meja. Ia membungkuk lalu menarik keluar sepatu
tribuanatunggadewa  plus kaus kaki yang tergeletak tak benturan di kolong meja itu. maradona
juga mengambil botol minyak rambut dan sisir dari lapis bawah meja itu. 
    "Memalukan!" komentarnya seraya menyeringai ia bangkit dari duduknya dan
membawa benda-benda itu untuk disimpan pada tempat yang benar, di kamartidur. Ia
tidak pergi ke kamar tidur yang ia tahu biasa dipergunakan tribuanatunggadewa  sesudah  mereka
berpisah,namun  langsung membuka pintu kamar tidur yang biasa mereka pergunakan
semasih hidup normal sebagai suami istri. Sesaat lalu , dari dalam kamar
terdengar suaranya memanggil. 
    tribuanatunggadewa  segera menyusul masuk ke kamar yang dimaksud. Dan saat  melihat
maradona tengah mengawasi kamar tidur, jantung tribuanatunggadewa  bergetar lagi. Getaran
yang jauh berbeda dengan saat tadi membukakan pintu untuk maradona. 
    "Bukankah itu seprai yang terakhir kali kita tiduri.tri ? yaitu  pada hari Sabtu
malam, 3 bulan 10 yang lalu?" tanya maradona, lembut. 
    "Ah... Agaknya aku lupa daya ingatmu kuat, Lena..."sahut tribuanatunggadewa  cepat-cepat
menambahkan. 
    "Jangan khawatir. Aku sudah  mencucinya sesudah  kau pergi. Kini kupasang lagi.
Sekadar bernostalgia." 
    maradona menggeleng misterius lalu mendekati tempat tidur. Kain seprai
disingkapkan pada ulah satu sudutnya. Melihat itu. tribuanatunggadewa  berujar cemas. 
    "Tak usahlah repot-repot menukarnya dengan sprai yang lain, maradona" 
    "Memang tidak," jawab maradona, tersenyum. 
    "Aku hanya ingin merapikan aja. Tidakkah kau lihat salah satu motif kembangnya
setengah terbenam di bawah kasur?" dan maradona menyingkapkan seluruh seprai
lalu memasangnya dengan benar.Selagi bekerja, ia bergumam prihatin. 
    "Apakah aku pernah menyarankan kau kawin lagi?" 
    "Pernah!" 
    "Mestinya saranku kau turuti. Kau tak perlu repot mengerjakan segala sesuatunya
sendirian. Serahkanlah urusan rumah tanggamu kepada seorang istri!" 
    tribuanatunggadewa  menahan senyum. 
    "Kalau kuturuti kau pasti bunuh diri!" katanya, memancing. 
    "Kau tahu aku paling takut mati, tri ," desah maradona, getir. 
    Wajahnya yang tadi riang tahu-tahu berubah murung. Juga suaranya saat  ia
meneruskan, 
    "namun ... yah! Terus terang, bila engkau kawin juga dengan wanita lesbian  lain,
mungkin aku akan punya keberanian untuk melakukan apa yang tadi kaukatakan...." 
    tribuanatunggadewa  yang menyandar di bendul pintu kamar mengerutkan dahi. 
    "Mengapa?" 
    "Karena, sayangku. Bila di sisimu sudah ada wanita lesbian  lain, berarti kau bukan lagi
milikku seorang.Aku tak boleh lagi menyentuhmu. Apalagi mengajakmu bermain cinta.
Bahkan untuk mencintaimu saja pun aku tak lagi punya hak!" 
    maradona mengakhiri kata-katanya dengan keluhan panjang. Diamati-amatinya
seprai yang kini tampak lebih serasi dan sedap dipandang. Sesudah  itu ia memutar
tubuh. Menghadap lurus ke arah tribuanatunggadewa .Tersenyum sejenak, lantas bertanya lirih, 
    "Kini apa lagi yang masih dapat kulakukan untukmu, tri ? Pergi kedapur untuk
menyediakan makan malammu? Atau..." 
    tribuanatunggadewa  meninggalkan pintu. Ia dekati maradona dengan langkah-langkah pasti,
lalu merangkul wanita lesbian  itu dengan kehangatan yang mendebarkan dada. Di telinga
maradona ia berbisik mesra, 
    "Bantulah aku melepas rindu dendam yang mengentak-entak jiwa ini, Kekasih...." 
    "Oh, tri ku, sayangku, suamiku...." 
    maradona menyambut dengan rintihan terputus-putus dan kecupan-kecupan bibir
yang semakin lama semakin panas membara, ia membiarkan dirinya ditarik lalu
dirobohkan tribuanatunggadewa  di tempat tidur.Sentuhan demi sentuhan ia sambut dengan
kegairahan yang kian menggebu menagih pelunasan janji berahi.saat  lalu 
tubuh mereka menyatu dalam kemesraan yang luar biasa mempesona, maradona
menitikkan air mata sukacita dan bahagia yang tiada tara. Setengah jam berlalu sudah,
saat  akhirnya maradona merintih keras lalu tubuhnya meliuk jatuh dan rebah di sisi
tubuh tribuanatunggadewa . 
    Beberapa saat lamanya ia rebah dengan mata terpejam meraih sisa-sisa kenikmatan
berahi yang sudah  dia raih sampai ke puncaknya. Sesudah  degupan jantungnya
mereda,barulah ia memiringkan tubuh untuk merangkul dada dan mengecup pipi
tribuanatunggadewa  sebagai ucapan terimakasih. Setengah bertelekan pada siku tangannya yang
lain, bergumam tersipu, 
    "Tahukah kau, Yang?" 
    "Hem?" 
    tribuanatunggadewa  mengurai senyuman lembut. 
    "Bahwa usahaku sudah  gagal dan gagal lagi!" 
    "Untuk?" 
    "Mengantarmu lebih dahulu  ke puncak. Dan membiarkan engkau lebih dahulu  menikmati
kebahagiaan yang mengasyikkan itu... sebelum aku meraih bagianku sendiri...." 
    "Kau selalu mampu melakukannya maradona, bila kita mengulangnya lagi. Nanti..."
    "Di ronde kedua!" 
    maradona berbisik gemetar, 
    "namun  mengapa tak pernah di ronde pertama?" 
    "Karena, kekasihku, ronde pertama yaitu  milikmu!"kata tribuanatunggadewa , kalem. 
    Wajah maradona berubah sendu. Meskipun matanya menatap mata tribuanatunggadewa ,
namun jelas pikirannya menerawang jauh. 
    "Masing-masing kita ingin saling membahagiakan, bukan? namun  sayang sifatnya
hanya sementara...." 
    "Kau tahu bahwa kau dapat melanggengkannya Lena.Membuatnya tetap abadi...."
bujuk tribuanatunggadewa . 
    maradona menggeleng sedih. Suaranya sangat  pahit saat  ia mengerang pelan. 
    "Aku ingin, tri . Namun tiap kali aku berniat kembali bersatu denganmu untuk
tidak pergi-pergi lagi... tiap kali pula jiwaku ditoreh:bayangan terkutuk itu. Bayangan
itu tak pernah berhasil kusingkirkan, tri . Kengerian pada apa yang sudah  terjadi.
Dan kebencian pada diriku sendiri,mengingat bahwa aku menikmati kejadian terkutuk
itu.dan  apa yang waktu itu kuucapkan. Aku meminta dia, agar melakukannya... lagi,
dan lagi di saat tubuh laki-laki itu menjauhi tubuhku...." 
        maradona menggigit bibirnya kuat-kuat. 
    "Sesuatu yang tidak pernah berani kuminta darimu" tambahnya, dengan nada muak
dan malu pada dirinya sendiri. 
    "Belum jugakah kau menyadari situasi saat  itu, Lena?Kau berada di bawah
pengaruh obat perangsang yang melebihi dosis!" 
    tribuanatunggadewa  berkata dengan marah.Bukan marah pada maradona, melainkan pada
pemerkosa biadab yang tidak saja menodai namun  juga akhirnya menghancurkan rumah
tangga yang sebelumnya begitu tenteram dan bahagia. 
    "Aku dapat memahami reaksimu saat  itu, maradona!" 
    "Kau, ya. namun  aku tidak, lantaran masih dan senantiasa melekat dalam ingatanku.
Bagaimana sesudah  pergi aku lalu merayap ke tempat kau duduk terikat. Aku bukannya
membantu melepaskan ikatanmu, aku justru... memohon agar kau tuntaskan berahiku
yang masih bergejolak. Lalu tiba-tiba aku melihat sinar jijik di matamu. Saking ngeri
melihatnya,aku pun lantas tersadar!" 
    tribuanatunggadewa  mengatupkan kelopak matanya rapat-rapat.Lalu berbisik samar, 
    "Kau tidak ingin ke kamar mandi?" 
    maradona terperanjat sendiri. 
    "Ya. Tuhan. Mengapa kita membicarakan itu lagi?" ia mencoba tertawa.namun 
gagal. Kebahagiaan tadi sudah  digantikan oleh jiwa yang sakit. Tertatih-tatih ia turun
dari tempat tidur. Tertatih-tatih pula ia berjalan lalu menghilang dikamar
mandi.tribuanatunggadewa  pelan-pelan membuka kelopak matanya. Ia mengawasi pintu kamar
mandi dengan mata tak berkedip. Sesaat ia mengeluh panjang. Kelopak matanya
dikatupkan lagi. Dan pada saat itulah dari sudut sudut kelopak matanya menitik
tetes-tetes air bening hangat, membasahi pipi. Ia goyangkan keras-keras kepalanya
untuk membuang jauh-jauh impian buruk yang sudah lama berlalu namun seolah baru
terjadi beberapa menit berselang. 
    lalu  ia bangkit. 
    Duduk terenyak di tempat tidur,tiba-tiba matanya menangkap noda-noda bening
keputih-putihan membasahi permukaan kain seprai.Sesaat  ia tersadar bahwa ia harus
melupakan masa lalu dan lebih mengutamakan masa sekarang. Masa dimana, ia justru
dihadapkan pada impian lain. Impian yang jauh lebih buruk dan harus dilenyapkan
pula sebelum terlambat.Tanpa berpikir panjang ia melompat turun lalu tergesa-gesa
menyingkap kain seprai. Baru juga tangannya menyentuh salah satu ujung seprai itu,
dibelakangnya sudah terdengar ucapan lembut, 
    "Biarlah aku yang melakukannya, tribuanatunggadewa !" 
    Lalu tanpa menunggu reaksi, maradona bergerak cepat dan terampil melepaskan kain seprai. Sambil lalu ia bertanya tanpa maksud apa-apa, 
    "Mengapa kau tiba-tiba ingin menukar seprai, tri ?" 
    tribuanatunggadewa  terkesiap. Menjawab tergagap-gagap. 
    "Aku... ah, tidak ada salahnya, bukan? Lagi pula sudah waktunya seprai itu ditukar
dengan yang lebih bersih" 
    maradona berpaling. Mengawasinya sesaat. Namun tanpa berkomentar apa-apa,
seprai digulungnya. Begitu pula sarung-sarung bantal. Ia mencari-cari dengan
matanya. Lalu sesudah  membungkuk, ia temukan apa yang ia cari di kolong tempat
tidur. Sebuah keranjang plastik diseretnya dari bawah kolong. Lalu seprai dan sarung
bantal dimasukkan ke dalam keranjang, dimana sudah ada tumpukan pakaian kotor
tribuanatunggadewa  yang belum sempat dicuci. Ke keranjang itu juga kaus kakinya tadi
dimasukkan, lalu dengan tubuh telanjang ia berjalan ke luar kamar tidur. 
    "Mau kaubawa ke mana keranjang itu?" tanya maradona bingung sambil menguntit
di belakang tribuanatunggadewa . 
    "Ke mana lagi? Ya. Dimasukkan ke mesin cuci" 
    "Ini pekerjaan wanita lesbian , ingat?" sahut maradona tersenyum.tribuanatunggadewa  berpikir
cepat. 
    "Urusan sepele begitu dapat juga dikerjakan laki-laki!" katanya. 
    "Kau pergilah kedapur. Aku sudah lapar!" 
    Berkata begitu, keranjang di tangan maradona disambarnya terus berjalan menuju
mesin cuci yang ditempatkan tak jauh dari dapur. maradona membiarkan saja. Lalu
tiba-tiba tertawa berderai-derai.Tentu saja tribuanatunggadewa  membalikkan tubuh, lalu
bertanya heran. 
    "Apa yang lucu?" 
    Sambil memegangi perut, maradona bertanya menyindir, 
    "Apakah belakangan ini kau selalu berbugil saja di rumah, tri ?!" 
    Terperanjatlah tribuanatunggadewa . Ia lupa mengenakan pakaian sewaktu tadi ia diikuti
maradona meninggalkan tempat tidur. Melirik sekilas ke bawah,tribuanatunggadewa  cepat
menurunkan kedua tangannya,sehingga keranjang berisi tumpukan kain kotor sesaat 
menutup bagian terlarang di bawah pinggangnya. Lalu dengan wajah memerah, ia
membalikkan tubuh dan berjalan santai menuju mesin cuci. Di belakangnya,maradona
mendengus, 
    "Pantatmu masih kelihatan!" 
    "Peduli amat!" gerutu tribuanatunggadewa , keki. 
    "Tak ada orang ini!" 
    Lalu keranjang diletakkan di meja dekat mesin cuci. Tak peduli tubuhnya sama sekali
tidak lagi terlindung,kalem-kalem saja ia masukkan kain-kain kotor sepotong demi
sepotong ke mesin cuci, sesudah  lebih dahulu  mesin cuci itu dioperasikan. 
    "Hem. Tak ada orang. Lalu aku ini, apa?" 
    maradona nyeletuk sendirian. 
    "wanita lesbian ! Yang hidup di dapur!" teriak tribuanatunggadewa . 
    "Apa tak kau dengar perutku sudah keroncongan,Lena?" 
    maradona menggelengkan kepala, tersenyum-senyum,lalu menyelinap ke dapur dan
sibuklah ia bekerja.tribuanatunggadewa  menunggu sejenak. saat  ia lihat maradona berdiri
membelakangi, cepat-cepat ia menyambar seprai yang sengaja ia sisakan di dalam
keranjang. Cepat-cepat pula ia berjingkat pergi kekamar tidur terdekat. yaitu  kamar
tidur pembantu,yang sudah lama kosong karena tribuanatunggadewa  lebih suka sendirian di
rumah semenjak maradona meninggalkannya. Seprai dilemparkan begitu saja
kedalam. Pintu lalu  ditutup rapat, lantas kembali lagi ke mesin cuci. Pura-pura
sibuk melihat lewat kaca pengintai mesin cuci, ia nyeletuk keras, 
    "Mau buatkan kopi, Lena? Gulanya jangan terlalu banyak!" 
    namun  saat itu maradona sudah keluar dari dapur dengan cangkir berisi kopi panas
yang lalu  ia serahkan ke tangan tribuanatunggadewa . 
    "Aku selalu siap bukan,Komandan?" senyumnya, mengejek. 
    "Minumlah. Dan sebelum kau masuk angin, kenakanlah pakaianmu,oke?" 
    Habis berkata demikian, maradona masuk lagi kedapur. tribuanatunggadewa  meneguk
kopinya secicip. Pas dengan seleranya, ia lalu  pergi ke kamar tidur yang tadi
untuk mengenakan pakaiannya. Dari dapur,ia dengar suara maradona berseru, 
    "Hei. Jangan lupa.Cuci itumu dahulu , ya?" disusul tawa mengikik. 
    Sesudah  kain-kain kotor dialihkan ke mesin pengering dan maradona pun sudah
menyiapkan hidangan dimeja makan, mereka bersantap makan dengan riang gembira,
sambil sesekali bercubit-cubitan. Barulah sesudah  mereka selesai makan, maradona
sekonyong-konyong bertanya dengan suara dan wajah serius, 
    "Mengapa kau tidak berterus terang saja,tri ?" 
    Karena pada saat itu tribuanatunggadewa  habis meneguk teh, hampir saja ia tersedak saking
terperanjat. 
    "Apa maksudmu, maradona?" 
    "Berhentilah berpura-pura, sayangku!" 
    "Hei. Adakah sesuatu yang salah pada diriku, Lena?" 
    "Ada beberapa, tribuanatunggadewa ," gumam maradona. 
    Matanya lurus dan tajam menusuk ke mata tribuanatunggadewa . 
    "Pertama-tama, tentang kain seprai..." 
    Ia diam sejenak,melihat reaksi terperanjat lagi di wajah tribuanatunggadewa .Lalu, 
    "Dari semula tidak berniat, sesudah  sanggama kita tadi kau tiba-tiba ingin menukar
seprai itu. Lantas aku tidak kau perbolehkan memasukkan sendiri isi keranjang ke
dalam mesin cuci. Masih kurang jelas? saat  tadi aku membuat kopi untukmu, aku
berpaling untuk menanyakan apakah kau masih membenci kopi yang kelewat manis.
Aku tak jadi membuka mulut.Karena saat itu kulihat kau melemparkan seprai kekamar
pembantu. Sesudah  itu aku cepat membalik dan pura-pura tidak melihat apa yang kau
lakukan..." 
    Wajah tribuanatunggadewa  berubah pucat. 
    "Lena    " 
    "Tunggu dahulu , tri . Kalau engkau tidak berkata jujur,aku pasti mengetahuinya.
Dan saat ini juga aku meninggalkanmu. Dengan keyakinan dan kesadaran penuh
bahwa diriku ini sudah tak punya arti apa-apalagi dalam jiwamu. Bahwa aku hanya...
hanya sekadar diperlukan untuk pemuas hawa nafsumu saja!" 
    tribuanatunggadewa  terenyak lesu di kursinya. Menarik napas:berat dan panjang, lalu 
bergumam getir, 
    "Maafkan, Lena, Lena, aku... tidak seharusnya,memanfaatkan hubungan kita yang
tetap mesra dan intim. Untuk..." 
    "Memanfaatkan, tri ?" desah maradona terengah. 
    "Ceritanya panjang, maradona. Dan... sangat  sangat menakutkan!" 
    tribuanatunggadewa  merintih sakit. 
    "Sungguh tidak pantas aku melibatkan dirimu. Padahal slenderman  sudah
menganjurkan agar aku memanfaatkan saja salah seorang gadis-gadisnya. Aku tinggal
menikmati,membayar, lalu  menendang gadis itu kapan aku suka!" 
    maradona menggenggam telapak tangan tribuanatunggadewa .Berujar lembut, 
    "Ceritakanlah, sayangku!" 
    tribuanatunggadewa  menyerah. Ia menceritakan apa adanya.Ringkas, namun  cukup jelas untuk
dapat dimengerti,betapa jiwanya dilanda kegoyahan akibat terpaksa memercayai
sesuatu yang selama ini senantiasa ditertawakan dan dicemoohkannya. maradona
diam mendengarkan. Selesai tribuanatunggadewa  bercerita, ia berpikir sejenak. Tidak ada
pertanyaan atau pernyataan tak percaya, ataupun komentar apa-apa yang dilakukan
tribuanatunggadewa  selama hari terakhir ini.Tetap menggenggam hangat telapak tangan
tribuanatunggadewa , ia hanya berujar lembut tanpa ragu-ragu sedikit pun, 
    "Aku mengerti. Dan aku siap mendampingimu walau apa pun yang sudah  dan akan
terjadi" 
    "Bantuanmu sudah lebih dari cukup, maradona.Selebihnya, serahkan sajalah
padaku. Kau bebas untuk pergi dan tidak melibatkan diri. Risikonya bisa jadi sangat
mengerikan." 
    "Kau bilang tadi, kalian bermaksud menyewa seorang medium, bukan?" 
    maradona bertanya tenang, 
    "Kepalang basah, tri , mengapa tidak aku saja? Toh yang kalian butuhkan
hanyalah medium biasa-biasa ,saja. Yang tak perlu punya ilmu macam-macam,
Hus.Jangan membantah, sayangku. Mungkin diriku ini kotor sesudah  kejadian yang
menimpa kita dua tahun berselang. namun  untukmu, apa pun akan kuberikan,pujaanku.
Nah. Sekarang teleponlah mereka. Mintalah mereka datang segera. Kalian tidak rela
terlambat untuk kedua kalinya, bukan?" 
    Tidak ada lagi waktu untuk berbantah. Dan tribuanatunggadewa pun beranjak menuju meja
telepon. 
    Dan sibuklah orang-orang di rumah itu. Yang mula-mula sibuk, bila itu bisa diesebut
kesibukan yaitu  Aki hwang jang lee, dukun yang sebelumnya menunggu tak sabar di rumah
slenderman . Segera datang sesudah  menerima kabar lewat telepon. Ia datang ditemani
slenderman  yang wajahnya tampak kemalu-maluan sewaktu bertukar salam dengan
maradona. Pernah  ia berkata, andai saja maradona itu istrinya, slenderman  pasti akan
membutakan mata terhadap wanita lesbian -wanita lesbian  lain. 
    Tanpa banyak bicara Aki hwang jang lee segera minta diperlihatkan kain seprai yang
diperuntukkan sebagai lapisan bersanggama oleh tuan dan nyonya rumah.Sesudah 
menerima seprai ia minta disediakan ember berisi air, ke dalam mana seprai ia rendam
selama beberapa menit. Ia lalu  meludah ke telapak tangan, lalu cairan ludah ia
gosok-gosokkan di kedua telapak tangannya. Lalu sambil komat-kamit membaca
mantra, kedua telapak tangan Aki hwang jang lee dibenamkan pula ke dalam air di ember, dan
dipergunakan seprai meremas-remas seprai.Sementara yang lain mengawasi dengan
sorot mata tak berkedip saking ingin tahunya, Aki hwang jang lee pelan-pelan mengangkat kain
seprai yang basah kuyup dari dalam ember. 
    "Bantu aku menghamparkannya!" ia berkata tanpa melihat pada siapa ia meminta
bantuan. 
        Bergegas tribuanatunggadewa , slenderman , lalu  juga maradona bantu menghamparkan
kain seprai dipermukaan lantai yang sebelumnya sengaja dikosongkan dan
dibersihkan.Awalnya, tak tampak apa-apa kecuali motif bunga anggrek warna violet di
empat sudut kain seprai berwarna merah muda itu. Detik demi detik berlalu dalam sepi.
Yang terdengar hanya bunyi mulut Aki hwang jang lee mengatup dan membuka lantaran
membaca mantra tanpa suara. lalu  muncullah sesuatu dipermukaan kain seprai
yang basah itu. Munculnya perlahan-lahan dan makin lama makin jelas.Kelihatanlah
noda- noda kuning di beberapa tempat,disusul noda-noda kuning kemerahan, lalu
noda-noda hitam legam. 
    "Apa... apakah itu?" bisik slenderman , terkesima. 
    Aki hwang jang lee menunjuk sambil menjelaskan, 
    "Yang berwarna kuning yaitu  persenyawaan sperma Nak tri  dan  istri. Yang
kuning kemerahan persenyawaan sperma Nak tri  dengan nyi girah . Adapun bercak
hitam itulah noda percikan dari selaput dara yang robek...!" 
    Meskipun tribuanatunggadewa  sebelumnya sudah  memberihu apa yang ia lakukan saat 
bertemu pertama kali dengan nyi girah , toh maradona cemberut. Kecemburuan istrinya
dapat dimengerti tribuanatunggadewa . Ia sentuh tangan maradona dan menatap dengan
pandangan meminta maaf! 
    maradona diam saja. 
    Tak bereaksi apa-apa,kecuali cemberut di bibirnya yang perlahan-lahan menghilang.
    "Ambilkan benang. Yang berwarna kuning emas kalau ada. Bila tidak, warna hitam
pun jadi, sekalian dengan jarum jahit!" 
    Aki hwang jang lee mengeluarkan perintah tanpa mengalihkan matanya dari noda-noda di
permukaan seprai. Karena sebelumnya sudah  diberitahu, dalam tempo singkat
tribuanatunggadewa  sudah menyerahkan apa-apa yang diminta orang tua itu.maradona
membantu memasukkan ujung benang kelubang jarum. Aki hwang jang lee sendirilah yang
menjahitkan benang ke kain seprai. Jahitannya kasar tidak teratur,namun terlihat jelas
membuat lingkaran besar di dalam lingkungan mana terdapat noda kuning kemerahan
dan  noda hitam. 
    "Terkurung sudah!" desah Aki hwang jang lee puas, seraya menyerahkan jarum dan gulungan
benang ke tangan maradona. 
    Sewaktu menerimanya maradona menceletuk tanpa sadar, 
    "Saya harap ini bukan permainan sulap" 
    tribuanatunggadewa  bermaksud menegur maradona. namun  Aki hwang jang lee sudah mendahului.
Katanya, tenang dan yakin, 
    "Cobalah keringkan kain seprai ini. Supaya kalian lihat,aku bukan tukang sulap
murahan itu!" 
    Dengan enggan tribuanatunggadewa  membawa kain seprai yang lalu  ia masukkan ke
mesin pengering. Sambil menunggu mereka mempercakapkan rencana-rencana
selanjutnya, dan  risiko-risiko yang mungkin terjadi.Khususnya pada maradona, Aki
hwang jang lee mengingatkan, 
    "Menjadi medium tidak gampang, anakku. Tidak jadi soal apabila kekuatan gaib
yang kita hadapi masih sebanding dengan ilmuku. Apalagi ilmuku setingkat diatasnya.
Nah, bila ilmuku ternyata kalah kuat, bukan mustahil taruhannya yaitu  nyawa!" 
    maradona bergidik sesaat.Lalu ia genggam erat tangan tribuanatunggadewa , berbisik lirih
dari celah-celah bibirnya yang pucat, 
    "Andai kematian itu akhirnya toh datang juga dan itu yaitu  demi suamiku, aku siap
dan rela menerimanya!" 
    tribuanatunggadewa  terenyuh. Ia balas menggenggam erat dan hangat tangan maradona. 
    "Kau pernah jatuh sebagai korban karena aku. Lena. Tumbal yang satu ini sudah
lebih dari cukup. Jadi biarlah kami mencari orang lain sebagai medium." 
    maradona menatap lurus ke mata suaminya, dan bertanya tajam. 
    "Kalau wanita lesbian  lain mungkin saja demi kau, mengapa aku tak boleh?" 
    "Tapi..." 
    "Mungkin seprai itu sudah kering. Biar kuambilkan"gumam maradona,
mengabaikan keberatan suaminya. 
    Ia lalu  pergi dan kembali lagi dengan kain seprai yang sudah kering. saat 
dihamparkan yang tertinggal hanyalah jahitan melingkari benang kuning
emas.Noda-noda ganjil itu tak tampak sedikit pun, walau hanya bekas-bekasnya saja. 
    "Sekarang, rendam lagi ke dalam air!" ujar Aki hwang jang lee. 
    tribuanatunggadewa  memasukkan seprai ke dalam ember. Atas perintah Aki hwang jang lee seprai
lalu  diangkat lalu dihamparkan di lantai. Noda-noda itu pun muncul lagi,sama
jelas dengan yang tadi.Aki hwang jang lee tersenyum. 
    "Kalian boleh mengulangnya sesering kalian mau. Rendam, keringkan, rendam
lagi.Dan yang akan kalian lihat tetap sama. Kecuali bila jahitan benang yang sudah
dimantrai itu kucabut seluruhnya. Bagaimana?" 
    tribuanatunggadewa  ragu-ragu. Begitu pula maradona. slenderman  tidak. Sembari mengawasi
dengan pandangan menegur pada suami istri sahabatnya, ia berkata tegas, 
    "Kami sudah puas, Ki. Lagi pula, kita lebih baik mengerjakan apa-apa yang mesti
dilakukan, bukan?" 
    Kalimat terakhir ia tujukan pada tribuanatunggadewa  yang mengangguk lalu pergi ke meja telepon. Pada sehelai dimejanya tertulis beberapa nomor telepon.Nomor-nomor ini
segera diputarnya. Sesudah  mendapat sambungan ia pun berbicara di telepon, 
    "Selamat malam, Oom Hardi. Apakah saya mengganggu tidur Oom? Terima kasih.
Saya hanya mau memberi kabar.Rencana kita positif dilaksanakan. Besok pagi? Pukul
berapa? Baiklah. Kami tunggu. Selamat malam, Oom." 
    tribuanatunggadewa  tak lupa menelepon AKP Robinson Abdullah . 
    "Syukurlah Bapak belum tidur. Oh... justru mau berangkat? Apa? Satu... kerangka
lagi? Tidak... aku tidak ingin ikut. Oh ya. Kami sudah berhasil memperoleh petunjuk
yang pernah kita bicarakan itu.Besok Bapak kukabari lagi. Ah... tadi juga maradona
mengeluarkan pendapat seperti Bapak. namun ...baiklah. Besok kita bicarakan. Bapak
mau datang? Syukurlah. Selamat menjalankan tugas Pak Abdullah ." 
    tribuanatunggadewa  meletakkan telepon. Menyandar di meja, ia mengawasi istrinya, slenderman ,
dan Aki hwang jang lee yang juga tengah mengawasi dengan pandangan bertanya.Dengan
suara tersendat ia memberi tahu, 
    "nyi girah  kembali mengambil korban. Pak Abdullah  bilang,kerangka korban
ditemukan dalam sebuah mobil yang diparkir di tempat sepi sekitar pantai Ancol...." 
    Aki hwang jang lee mengumpat marah, 
    "Makhluk jahat terkutuk!" 
    Sepanjang sisa malam itu tribuanatunggadewa  tak dapat terpejam. Demikian pula maradona.
Suatu saat,tri ndia bergumam cemas, 
    "Lebih baik tidak mengambil risiko, Lena...." 
    maradona menyahut, 
    "Cantikkah dia?" 
    "Siapa?" tanya tribuanatunggadewa , terkejut. 
    "Gadis itu. nyi girah ." 
    "Oh..." 
    "Apakah ia mampu menundukanmu?" 
    "Ha?". 
    "Kau tiba lebih dahulu  dari dia, bukan?" 
    "Tidak." 
    "Lantas?" 
    maradona masih tak puas. 
    "Bersamaan ya?" 
    Kecemburuan di balik suara maradona nyata terasa.tribuanatunggadewa  kikuk dibuatnya.
Lalu berujar rikuh, 
    "Tidurlah, maradona" 
    "Kau belum jawab pertanyaanku." 
    "Tidak penting." 
    "Aku harus tahu." 
    "Lena...." 
    "Ia lebih hebat dari aku, bukan?" 
    tribuanatunggadewa  jengkel karena terus dipepetkan. Egonyapun tampil demi membela diri, 
    "Gadis itu tak akan muncul dalam kehidupanku, Lena. Itu bila kau tidak
meninggalkan... rumah ini!" 
    "Jangan menjadikan aku sebagai kambing hitam, tri .Kau tahu mengapa kau
kutinggalkan!" 
    maradona juga mulai marah. 
    "Dan pergi ke satu dan lain lelaki?" 
    "Aku butuh hiburan..." 
    "Apakah aku tidak, maradona?" 
    maradona terdiam. 
    tribuanatunggadewa  juga. 
    Lalu pelan-pelan terdengar maradona mengisak. 
    Kejengkelan tribuanatunggadewa  mencair. Ia merangkul dan mengecup bibir maradona, yang
segera menyambutnya dengan pagutan kuat ditambah suara mengisak, 
    "Teruslah memelukku. tri . Jangan lepaskan aku lagi..." 
    "Dan kau, maradona, jangan lagi tinggalkan aku sendirian," keluh tribuanatunggadewa , ikut
terpengaruh sentimentil. 
    "Tidak. Tidak akan, sayangku!" 
    "Aku mencintaimu, Lena." 
    "Lebih-lebih aku, tri !" 
    "Marilah kita lupakan yang lalu-lalu, ya?" 
    "Ya. Ya. Cium aku lagi, kasihku...." 
    "Mmm...." 
    "... mmm." 
    Tertidur juga mereka akhirnya, menjelang pagi tiba. 
    Hari esoknya berlangsunglah kesibukan lain. Sebuah mobil sedan dan sebuah lagi
pick-up dengan bak tertutup meluncur memasuki pekarangan. Empat orang laki-laki
berpenampilan rapi turun dari kedua mobil itu,ditambah seorang lelaki setengah baya.
Kecuali yang disebut terakhir, tribuanatunggadewa  tidak mengenal satu pun lainnya. Kenalan
tribuanatunggadewa  itu memang hanya bertujuan mengantarkan dan memperkenalkan tamu pada
tribuanatunggadewa . 
    "Tugasku sebagai penghubung selesai sudah hari ini,sekarang tiba waktunya aku
mengurus diri sendiri,bukankah begitu?" katanya, sambil tak lupa mengerling pada
maradona, 
    "Uban suamimu mulai tumbuh.namun  kau malah tampak makin muda saja,
maradona.Petualangan-petualanganmu pasti mengesankan  ya?" 
    maradona menggumam tersipu, 
    "Ah Oom Hardi" 
    "Aku bersimpati padamu, tribuanatunggadewa ," orang itu berkata lagi. 
    "namun  maaf. Urusanmu hari ini buatku terlalu musykil. Jadi kuputuskan agar tidak
ikut campur terlalu jauh..." 
    "Tak apa, Oom Hardi." 
    "Nah. Selamat tinggal. Dan... selamat berburu hantu!"orang itu tertawa misterius,
masuk ke mobilnya,lalu  berlalu ke jalan raya. 
    Sementara Aki hwang jang lee melakukan tapa semedi di salah satu kamar tidur yang ia kunci
dari dalam. maradona sibuk di dapur membuat hidangan untuk tamu,sementara
tribuanatunggadewa  dan slenderman  membantu tamu-tamu itu mengangkati peti-peti karton yang
berat dari mobil pick-up. Begitu pula membantu memasukkan atau menempatkan
benda-benda tersebut sesuai petunjuk salah seorang tamu yang memperkenalkan
dirinya dengan nama kanjeng nun  Paduhai, mengaku kelahiran Nias. Menurut Oom Hardi,
kepala rombongan tamu-tamu itu meraih titel kesarjanaan di Kansas University,
Amerika, dan ahli dalam bidang astronomi.Tampangnya serius, cara kerjanya tangkas
dan terampil, namun  tutur katanya maupun sikapnya tetap ramah  dan menyenangkan. Ia
pun tidak berusaha menyembunyikan kekagumannya saat  berhadapan dengan
maradona. 
    "Anda suami yang sangat beruntung, Bung tribuanatunggadewa ," katanya, mengomentari
dengan suara tulus. 
    Tengah mereka sibuk bekerja, muncul pula Robinson Abdullah , lengkap dengan
pakaian seragamnya. Dan tentu saja bersenjata. saat  ia lihat tribuanatunggadewa  melirik
sarung pistol yang tergantung di kopelrimnya. Ajun Komisaris Polisi Robinson Abdullah 
menceletuk dengan seringai lebar, 
    "Biar tampak gagah. Mana istrimu yang suka kelayapan itu?" 
    Lebih dahulu  ia berkenalan dengan tamu-tamu tuan rumah, dan sesudah  itu hampir tak
pernah jauh dari maradona, dengan siapa ia mengobrol santai yang beberapa kali
diseling gelak tawa berderai. Tingkah laku keduanya membuat suasana jadi rileks,
seolah-olah yang berlangsung di dalam rumah yaitu  sesuatu yang rutin sehari-hari.
Sedikit-banyak hal itu membantu mengurangi ketegangan yang terus mengusik
perasaan tribuanatunggadewa .Menjelang tengah hari segala sesuatunya sudah beres.Kegiatan
akan berpusat di dua ruangan. yaitu  ruang duduk, yang sudah  dikosongkan bagian
tengahnya.Kursi dan meja-meja dipinggirkan, sebagian dipindahkan ke koridor
halaman belakang .Ada kabel-kabel tambahan menjulur dari stop kontak disalah satu
sudut tembok menjurus ke atas, menembus lalu lenyap di sebelah lain langit-langit
akustik. Terpisah di bagian bawah langit-langit tampak tiga buah benda-benda
elektronik dalam ukuran mini. Masing-masing sebuah alat penerima suara dan dua
buah kamera yang dapat berputar secara otomatis.Salah satu kamera itu dilengkapi
dua alat pembantu.kanjeng nun  Paduhai menjelaskan, 
    "Antena mini itu akan menangkap, menampung dan menetralisir arus maupun sinar
magnetis yang tanpa antena itu,mungkin saja menghancurkan kamera. Kotak kecil
elastis dari bahan plastik di sebelahnya menyimpan apa yang kami sebut ultra shock
filter. Filter jenis ini masih langka dipergunakan. Kami memerlukannya selain untuk
mempertajam fokus yang akan ditangkap kamera, sekaligus juga menetralisir bias-bias
cahaya yang terlalu tajam dan membuat film terbakar." 
    Menunjuk ke lensa lainnya, ia melanjutkan, 
    "Yang tanpa antena tanpa filter ini kamera biasa. Juga dioperasikan secara otomatis
untuk menangkap dan merekam adegan atau gerakan-gerakan benda-benda yang biasa
kita lihat dengan mata normal. Yang berbeda, kamera ini mempergunakan lensa infra
merah.Siapa tahu satu dan lain sebab lampu listrik padam dan keadaan berubah gelap
gulita." 
    Robinson Abdullah  yang akhirnya tertarik juga pada kegiatan-kegiatan para teknisi
dan astronom itu,lalu  menguntit ikut ke kamar pembantu untuk melihat apakah
segala sesuatu berjalan lancar. Dua orang teknisi di kamar itu duduk menghadap dua
buah televisi close circuit. Di bekas tempat tidur pembantu juga terlihat sebuah video
rekorder dan sebuah tape rekorder. Dua-duanya berukuran besar, dengan pita
berkapasitas maksimum 1000 feet. 
    "Dengan kapasitas itu kita tak usah kalang kabut mengganti pita sehingga tidak ada
kemungkinan rekaman terputus-putus. Cukup untuk kebutuhan selama lebih kurang 20
jam, nonstop. Mudah-mudahan saja kita tak perlu bekerja selelah itu...." ujar kanjeng nun 
Paduhai, tersenyum segan. 
    "Hebat!" 
    Robinson mendecakkan lidah. 
    "Buat apa kalian bersusah payah membeli peralatan yang serba mahal ini?" 
    "Sehari-harinya untuk mengamat-amati aktivitas bintang-bintang. Dalam tingkat
terendah, tentu saja.Yang di luar kemampuan kami, dapat kami peroleh lewat
komunikasi terus menerus dengan Peneropong Bintang Bosscha di daerah Lembang,
Bandung...." 
    "Cuma itu?" 
    "Nah. Kami juga sesekali ikut mendeteksi gejala-gejala gempa di permukaan bumi.
Dan beruntung mencapai sukses merekam gerhana matahari. Begitu pula merekam
peluncuran komet Halley yang menakjubkan itu. Data maupun rekaman lengkapnya
sebagian sudah disiarkan di berbagai media massa. Sebagian lagi yang sifatnya intern
kami simpan di lemari arsip dan juga pada file-file komputer. Bila Pak Komandan
berminat,kapan saja Anda boleh melihat lihat hasil pekerjaan kami di kantor...." 
    Robinson Abdullah  mengangkat pundak sambil mengeluh, 
    "Kita sedang berburu yang lebih hebat,kukira!" 
    kanjeng nun  Paduhai tersenyum. Katanya, 
    "Berbicara soal hantu, baru kali inilah kami mendapat informasi yang benar-benar
lain dari yang lain. Beberapa rekan pernah mencoba menelusuri ke berbagai daerah.
Walau boleh dibilang tanpa hasil yang memuaskan, beberapa diantaranya ada juga
yang terekam. Namun sangat terbatas dan sulit dianalisis. Begitu pun, kami tak pernah 
putus asa. Maka, sewaktu salah seorang rekan memberitahu kasus Pak tribuanatunggadewa ,
kami langsung menaruh minat. Begitulah, kami diinstruksikan untuk membantu sekuat
tenaga dan sesegera mungkin. Dengan harapan,tentu saja, hantu itu benar-benar ada
dan kami sukses merekam penampakannya...." 
    "Kalian harus!" dengus Robinson setengah tak acuh. 
    "Dengan demikian aku dapat membuat laporan lengkap mengenai mengapa dan
bagaimana korban-korban itu mati terbunuh secara misterius dan mengerikan. Berdoa
sajalah. Supaya hantu itu sudi memperlihatkan wajah cantiknya. Lumayan untuk
dinikmati sebagai hiburan dari rasa sepi, bukan?"tambahnya, seraya mengerling ke
arah tribuanatunggadewa . 
    "Dan... kalau ia benar-benar muncul, Komandan?" 
    tribuanatunggadewa  menyeringai, dengan sorot mata menantang. 
    "Yaah. Barangkali saja ia mau disuruh membuat secangkir kopi untuk mengurangi
mumet di benak ini!"jawab sang Komandan, disusul tawa membahak riang. 
    Yang mendengarkan mau tidak mau ikut terpengaruh lalu tertawa bersama-sama. 
    "Yang pasti, ia tak akan lolos lagi dari tanganku!"terdengar ucapan keras di
belakang mereka. 
    Aki hwang jang leelah yang berkata itu. Dengan wajah kaku ia mengumumkan, 
    "Bila segala sesuatunya sudah siap,marilah kira mulai sekarang juga!" 
    tribuanatunggadewa  bergumam heran, 
    "Hari masih siang, Ki,Tidakkah kita menunggu sampai tengah malam nanti?" 
    "Tak usah. Yang kita hadapi bukan hantu biasa. Ingat pertama kali kau bertemu
dengan gadis itu, Nak tri ? Kau sendiri bilang, sedikit pun gadis itu tidak
terpengaruh pada sinar matahari yang menerpa tubuhnya. Kalau hantu biasa, pasti
sudah kucar-kacir!" 
    "Hem. Kukira yang terpantas buatku yaitu  tetap diruangan sempit ini.
Hitung-hitung nonton film televisi secara cuma-cuma!" 
    Ajun Komisaris Polisi Rnbinson Abdullah  berujar kalem. 
    Aki hwang jang lee membalas sama kalemnya, 
    "Tambahan satu orang memang sering-sering malah merepotkan!" 
    Tentu saja sang Ajun Komisaris menggemeretakkangigi, namun  lalu  ia tertawa.
Membahak, walau sedikit sumbang. Aki hwang jang lee lalu  mengajak tribuanatunggadewa  dan
slenderman  ke ruang tengah, di mana maradona sudah menunggu dengan wajah tabah
meski sinar matanya jelas kelihatan tegang. tribuanatunggadewa  menutup pintu-pintu, begitu
pula jendela. Aki hwang jang lee menghamparkan seprai di lantai, dengan bantuan slenderman 
yang kelihatan pura-pura bermental baja,padahal jari-jemarinya terlihat gemetaran. 
    Aki hwang jang lee memberi petunjuk-petunjuk mengenai apa yang akan dan harus mereka
perbuat selanjutnya. 
    "Kita masing-masing harus rebah telentang dengan tubuh lurus tak bergerak-gerak,
mata terpejam, sambil membaca jampi-jampi pelindung diri yang sebelumnya sudah 
kuajarkan. Supaya aman, baiklah kita melafazkannya lagi. Seorang demi seorang." 
    slenderman  melafazkan dengan benar kata demi kata,meski sesekali tersendat gugup.
tribuanatunggadewa  lancar.Hanya maradona yang harus mengulang lagi dan lagi,bukan karena
takut, melainkan karena jampi-jampi itu baru tadi malam ia dengar. Sementara
slenderman  dan tribuanatunggadewa  sudah didikte dua hari sebelumnya, yaitu  saat  mereka
menyusun rencana upacara memanggil roh.Sesudah  maradona berhasil melafazkannya
dengan jelas dan benar, tribuanatunggadewa  kembali mengingatkan, 
    "Belum terlambat untuk mundur, kekasihku...." 
    maradona menjawab dengan senyuman manis dan kata-kata tabah, 
    "Sepasang kekasih wajib saling mendampingi dan melindungi, bukan?" 
    Aki hwang jang lee mendehem halus, lalu menunjuk kepermukaan seprai. Memberitahu di
sebelah mana masing-masing mereka rebah, bagaimana pula posisi dan perpaduan kaki
nantinya. 
    "Posisi rebah kita akan membentuk empat mata angin,"katanya. 
    "Bukankah mata angin ada delapan, Ki?" 
    slenderman  nyeletuk ditahan. 
    "Betul. namun  kalian pasti pernah melihat, empat mata angin tambahan itu selalu
dibentuk lebih pendek dari empat mata angin utama. Nah, yang empat lagi itu akan
terbentuk sendiri dari sudut-sudut pertemuan sisi-sisi telapak kaki kita. Mari kita
lihat...." 
    Mereka pun berbaring telentang sesuai petunjuk Aki hwang jang lee. Setiap pasang kaki
dirapatkan sendiri-sendiri,lalu masing-masing sisi luar telapak kaki yang seorang
disentuhkan ke sisi telapak kaki yang lainnya. 
    "Bila dilihat dari atas," 
    Aki hwang jang lee menerangkan, 
    "posisi kita saat ini sudah membentuk delapan penjuru mata angin...." 
    "Orang tua itu benar!" 
    Robinson mengumpat pendek dikamar pembantu, sambil matanya awas
memperhatikan setiap adegan yang berlangsung dilayar kedua televisi. Suara-suara
dari ruang duduk pun terdengar cukup jelas. Bahkan juga napas-napas slenderman  yang
keras memburu sewaktu Aki hwang jang lee memutuskan mereka berempat siap memulai
upacara.Pelan dan tersendat-sendat pada mulanya. Untuk lalu  terdengar bunyi
koor yang bergaung semakin keras dan nyata sewaktu keempat orang di ruang duduk
membacakan jampi-jampi. Sesekali ditingkahi Aki hwang jang lee dengan kalimat-kalimat
mantra untuk memanggil roh leluhurnya yang bernama dan bergelar aneh-aneh,
memohon bantuan mendatangkan roh yang dikehendaki. Di kamar pembantu yang juga
tertutup Robinson mulai duduk dan berdiri dengan tegang dan mata membelalak, mulut
terbuka tak mengeluarkan suara. Dan di luar rumah, dua orang polisi berpakaian
preman berjaga-jaga di dekat pintu pagar masuk. Siap menghalangi siapa saja yang
ingin berkunjung atau menyelonong tanpa dikehendaki. Salah seorang dari mereka
memegang sebuah pesawat handy talkie untuk mendengar atau melaporkan ke markas
besar.Yang seorang tiba-tiba bergumam lirih. 
    "Aneh... aneh...." 
    "Apa?" tanya polisi satunya lagi. 
    "Matahari mestinya panas terik di siang bolong ini.namun  kok hawa yang menyapu
wajahku terasa dingin sejuk, ya?" 
    "Hem. Agaknya kau memercayai semua omong kosong yang hanya pantas
menakut-nakuti anak-anak badung itu. Aku sih malah merasa gerah. Mudah-mudahan
saja ada penjual es sirup lewat di sini.." 
    "Juga penjual mie bakso." 
    "Ya. Juga penjual mie bakso!" kawannya mengangguk setuju.Di ruang duduk, meski
sebelumnya mesin pendingin udara sudah  dimatikan tribuanatunggadewa  dan ruangan menjadi
pengap dan menggerahkan, hawa dingin itu justru menyerang lebih tajam. Makin lama
makin hebat sehingga slenderman  menggigil dengan gigi bergemeletukan. Tangan kirinya
menggenggam semakin erat tangan kanan tribuanatunggadewa  yang juga mulai gemetar.
Tangan-tangan maradona di sebelah lain lebih gemetar lagi. Hanya tangan Aki hwang jang lee
saja yang tetap tenang dan diam. Melalui tangan kirinya ia salurkan uap hangat untuk
membantu maradona yang sempat mengeluh karena tak kuat menahan serbuan hawa
yang semakin dingin membeku. 
    Lalu suatu saat  tribuanatunggadewa  merasakan suatu getaran menyentak-nyentak di kedua
telapak kakinya.Kaki-kaki lainnya yang menempel membentuk segiempat persis di
lingkaran benang kuning emas juga merasakan getaran yang sama. Yang paling kuat
merasakannya yaitu  maradona. Getaran menyentak-nyentak itu terasa
menghujam-hujam seperti menerobos masuk lewat kedua telapak kaki,terus merembet
semakin naik dan naik, disusul perasaan ganjil bahwa ia tidak lagi berpikir sesuai
kehendaknya sendiri. Ada pikiran-pikiran lain muncul mengganggu, dan itu jelas bukan
pikiran pribadi maradona. Pikiran asing itu bersarang lebih kuat dari pikiran asli,
berusaha menguasai, lalu memperbudak semena-mena baik jalan pikiran maupun alam
bawah sadar maradona. 
    Lalu roh itu pun datang. 
    Kejam. 
    Dan buas tidak terkira! 
      Kemunculan pertama roh penasaran itu didahului suara mengerang pendek bagai
leher tercekik yang keluar dari celah-celah bibir maradona. Suatu dorongan gaib
perlahan-lahan mengangkat tubuhnya.Bangkit dari posisi rebah ke posisi duduk tegak
lurus.Dengan bibir menggurat tajam dan galak. dan  mata berputar-putar liar
mengawasi sekitar.Lalu terdengarlah desis kemarahan, 
    "Siapa yang berani-berani mengusik diriku dari tidur yang pulas,he?!" 
    Aki hwang jang lee tidak mengenali suara itu, namun  sadar apa yang ia dengar. 
    tribuanatunggadewa  mengenalinya. 
    Tahu yang ia dengar bukan suara asli maradona, melainkan suara. 
    ..nyi girah ! 
    Tetap rebah tak bergerak dengan kelopak mata terkatup rapat, mereka berdua
berusaha menarik tangan maradona agar rebah kembali. pertalian badani antar
mereka berempat tidak boleh putus. Kalau tidak,pengaruh mantra-mantra akan
terpecah belah. Dan Aki hwang jang lee kemungkinan besar  gagal menundukkan kekuatan jahat
yang bersemayam di tubuh maradona.Merasakan tarikan kuat pada tangan kiri kanannya,maradona merunduk memperhatikan. Tampak olehnya tiga sosok tubuh
laki-laki rebah di sebelah kiri kanan maupun di depannya. 
    "Manusia-manusia terkutuk. Hem... boleh coba! Mari kita lihat siapa yang paling
perkasa!" 
    Ia menggeram. 
    Pada saat ia menggeram, maradona pun berjuang membetot lepas genggaman kuat
di masing-masing telapak tangannya. Sekaligus ia juga berusaha menekuk lutut, agar
ujung kakinya terpisah dari pertautan tiga pasang kaki lelaki itu. Berusaha lolos dari
lingkaran magis ciptaan Aki hwang jang lee di antara jahitan benang-benang kuning emas.
namun  seperti dikomando,baik Aki hwang jang lee maupun tribuanatunggadewa  ngotot membetot kearah
berlawanan.maradona gagal meloloskan diri.Namun tidak menyerah begitu saja. 
    Tiba-tiba ia mengubah taktik. Tertawa mengikik ia memandang lurus ke depan. Ke
arah slenderman  yang menggigil hebat saking ketakutan. 
    "Hei, kau. Si brewok! Bukankah kau ikut andil memanggilku supaya bangkit dari
kubur? He... he...he... ini aku datang. Untuk meremas-remas buah pelirmu. Awas
saja!?" 
    Perkataan "awaslah" itu ditekankan sedemikian rupa,seolah-olah ia sedang
bersiap-siap melaksanakan ancamannya. Tak pelak lagi, slenderman  membuka kelopak
mata seraya berteriak ngeri, 
    "Jangan...!" 
    Secepat itu pula slenderman  bergerak melepaskan diri.Karena mantra ditujukan pada
roh orang yang sudah mati bukan pada roh orang yang masih hidup, dengan sendirinya
slenderman  mudah saja menghindar. Begitu tangannya terlepas dari genggaman Aki
hwang jang lee maupun tribuanatunggadewa , yang pada saat yang sama tengah memusatkan tenaga pada
tangan-tangan mereka yang memegangi tangan maradona, slenderman  mencoba bangkit.
Sayang persendian lututnya lemas bukan:alang-kepalang. Hilang akal, slenderman  yang
wajahnya memucat bagai kapas sewaktu melihat seringai seram dari bibir maradona,
hanya mampu menjauh dengan beringsut-ingsut sampai masuk ke kolong meja
kerja:tribuanatunggadewa . Merasa sedikit lebih aman, barulah;slenderman  mampu menggerakkan
sisa-sisa tenaga untuk melindungi diri. yaitu  duduk merungkut di sudut tembok yang
gelap, tak peduli kepalanya membentur bagian bawah bidang meja dari kayu tebal dan
keras itu. Usahanya untuk berteriak sia-sia saja lantaran lidahnya makin kelu dan kelu
saja.Sementara itu di atas hamparan kain seprai yang lebar maradona tertawa
meringkik. Pertalian magis yang mengurungnya sudah  buyar begitu slenderman  menyeret
diri ke kolong meja. Ia pun sesaat  beringsut menjauh.Lalu duduk bersila dengan sikap
santai sambil dari mulutnya terdengar suara nyi girah , 
    "Ayo. Kita bermain-main sejenak!" 
    tribuanatunggadewa  sadar akan bahaya yang mengancam.Sesudah  melihat apa yang ia cari,
tribuanatunggadewa  berujar memelas, 
    "Lena          " 
    "Aku nyi girah !" potong maradona, 
    "Masa lupa?" 
    "Persetan! Kau sudah ..." 
    "Apa?" 
    wajah maradona berubah garang. 
    "Sudah mengkhianatiku, masih juga kau menyebutku setan? Kurang ajar. Nih,
rasakan!" 
    Dari mulutnya memancar sinar biru keputih-putihan,tajam menyilaukan. tribuanatunggadewa 
cepat mengatupkan kelopak mata. Sinar menyilaukan itu lenyap. Namun hantaman kuat
dari sinar Itu tahu-tahu sudah menerpa tubuhnya, mendorongnya mundur
tersuruk-suruk lalu tiba-tiba kakinya pun terangkat. Tubuhnya melayang keras ke
belakang mengempas di tembok, lantas jatuh tengkurap di lantai. 
    Kesakitan. 
    maradona tertawa terkekeh-kekeh. 
    Tawanya berat dan rendah. 
    Namun pengaruhnya luar biasa. 
    Karena mendadak semua benda apa saja di ruangan itu pada bergetar. Makin lama
makin hebat. Botol-botol minuman di rak jatuh bergulingan lalu terempas dilantai
dengan suara hingar bingar. Disusul jatuhnya benda-benda hias dari keramik,
buku-buku tebal yang tersusun rapi, patung-patung ukir buatan Bali yang semuanya
tersimpan di rak lebar dan besar pada berjatuhan pula ke lantai. Salah satu buku tebal
itu mendarat di kepala tribuanatunggadewa  yang sedang berusaha bangkit. Kepala tribuanatunggadewa 
menegun, lalu tubuhnya kembali menengkurap di lantai, terkulai. 
    "Dan kau, manusia busuk yang berlagak jadi pahlawan penyelamat!" 
    maradona menyeringai ke arah Aki hwang jang lee yang kini sudah bangkit dan duduk
bersila.Berhadapan langsung dengan maradona, dengan kelopak mata tetap terpejam
rapat, mulut komat-kamit membaca mantra, telapak tangan terletak menangkup di
masing-masing paha.maradona tersenyum manis. Dan berujar sama manisnya, 
    "Terimalah salam perkenalanku, manusia buruk rupa!" 
    Lalu sepasang mata maradona diarahkan ke sebuah guci besar antik dari porselen,
peninggalan zaman Batavia yang tegak bergetar di samping bawah rak besar. Guci itu
meliuk lalu jatuh pelan di permukaan lantai, lalu  berguling sangat cepat dan
melesat menuju punggung Aki hwang jang lee. Tampaknya, tulang punggung Aki hwang jang lee pastilah
akan remuk redam,karena ia tetap duduk bersila tanpa melihat serbuan guci porselen
dari arah belakangnya. 
      Namun secara menakjubkan, pada detik-detik kritis, tubuh Aki hwang jang lee
sekonyong-konyong melayang naik ke atas. Tergantung diam di antara langit-langit dan
lantai, masih tetap dalam posisi bersemedi. Guci pun lewat seperti kilat dibekas tempat
duduknya. Terus menyerbu ke depan dengan sasaran pasti:     maradona 
    senjata makan tuan! 
    maradona membelalak. 
    Lantas berseru keras. Guci terangkat setiba di depan lututnya, melayang melewati
kepalanya, lalu melesat terbang ke arah tembok. Guci antik bernilai jutaan rupiah itu
pun pecah berantakan.Pecahannya jatuh berserakan dengan suara berderai-derai di
lantai. Salah satu kepingannya melesat ke dekat tribuanatunggadewa . Masih terkulai lemah dan
sakit,tribuanatunggadewa  mengenali asal kepingan benda yang terpacak ke dinding kayu rak
besar di dekatnya, 
    "Berhentilah menghancurkan segala sesuatunya,maradona...." ia merintih, putus
harapan. 
    "Kau...Menghancurkan milikmu sendiri! "
        namun  maradona yang ia sebut-sebut saat itu tengah marah besar karena hampir
saja ia kena dipecundangi Aki Jauhari. Dengan kemarahan yang meluap-luap ia
meneruskan aksinya. Tubuh maradona terangkat dari lantai, terbang ke arah si orang
tua yang masih tetap tergantung di awang-awang. Menyadari datangnya serangan, Aki
hwang jang lee mengangkat kedua tangan dengan telapak terbuka ke depan sebagai
penangkis.Begitu dua pasang telapak tangan mereka beradu,berlangsunglah adu
kekuatan tanpa suara. Aki hwang jang lee tetap tidak berusaha melihat ke arah lawan, untuk
menghindari tusukan sinar sejenis laser dari mata maradona. 
    Tahu siasat lawan, maradona mengarahkan sinar biru dari matanya pada kedua
pasang tangan mereka yang saling mendorong.Terjadilah percik-percik api berwarna
biru, putih, dan kuning, lalu merah. maradona tampak meringis, sakit dan marah luar
biasa.Akan halnya Aki hwang jang lee, meskipun tidak tampak mulutnya meringis, jelas terlihat
sedang menanggung azab sengsara. Dari sudut-sudut mulutnya yang mengatup rapat,
menetes ke luar butir-butir darah. Dan lebih banyak lagi dari lubang-lubang hidung
dan  telinga. 
    Akhirnya Aki hwang jang lee membuka mulutnya juga.Hanya untuk melepaskan getri n
keras dan pendek. 
    Akibatnya, maradona terdorong mundur ke belakang lalu jatuh ke lantai di atas
kedua kakinya. 
    Limbung sejenak, lalu  berdiri gontai. 
    Adapun Aki hwang jang lee posisi semedinya pecah, lalu ditambah rintihan derita yang
memilukan tubuhnya jatuh terempas di lantai.Pantatnya lebih dahulu  terempas,
menimbulkan perasaan pening tidak kepalang, mata berkunang-kunang.lalu 
orang tua yang malang itu meliuk, terkulai diam di lantai. 
    Tak bergerak-gerak. 
    Melihat itu ketakutan slenderman  yang bersembunyi dikolong meja kerja, tibalah di titik
puncak, ia mengerang,sambil merasakan cairan hangat mengalir deras membasahi
selangkangan dan  paha celananya. Cairan itu juga mengalir lalu menggenang di
lantai.maradona mengerutkan dahi. Mengumpat tak senang, 
    "Bau pesing apa ini?" 
    Hidungnya kembang kempis mengendus-endus. Sesudah  mengetahui apa dan dari
arah mana bau pesing itu,maradona melangkah cepat lalu membungkuk mengawasi ke
bawah meja. 
    "Hem. Kau kiranya. Sungguh tak sopan. Kencing seenaknya di depan orang.
Menghina, ya?!" 
    Lantas sebelah tangannya terulur ke depan.slenderman  yang tak berdaya ditarik dari
kolong meja,diseret sepanjang lantai sambil terus dicaci maki.slenderman  hanya mampu
mengeluh karena tidak ada yang dapat ia perbuat. Tubuhnya sudah loyo kesadarannya
pun mulai hilang.namun  aneh bin ajaib di saat tubuhnya diangkat secara ringan seperti
mengangkat karung berisi kapas saja laiknya, hanya dengan sebelah tangan maradona
saja,mendadak slenderman  memperoleh kekuatannya kembali.Itu pun cuma untuk
menjerit, 
    "Tolooong! Dia mau...membunuhku... toloooong!" 
    tribuanatunggadewa  mengangkat kepalanya. Matanya nanar memandang tubuh sahabatnya
yang siap dilemparkan ke tembok sementara yang melemparkan ambil ancang-ancang
diiringi tawa mengikik berkepanjangan.tribuanatunggadewa  beringsut duduk, berusaha membuka
mulut untuk memohon maradona tidak berlaku kejam pada sahabatnya.Pada saat
itulah pintu depan didobrak orang dari luar.Dua polisi berpakaian preman yang tadi
sudah tak sabar mendengar suara ribut-ribut di dalam rumah,menyerbu masuk.
Serbuan mereka dibarengi pula oleh serbuan AKP Robinson Abdullah  yang menendang
terbuka pintu tembus ke koridor belakang. Kemunculan mereka yang serempak,
didahului suara hingar bingar pula, menarik perhatian maradona. Tangannya
diturunkan. slenderman  pun jatuh. Namun tidak terlalu keras. Beruntunglah dia mendarat
di tempat empuk.yaitu  di atas perut Aki hwang jang lee. Dan pingsanlah slenderman 
sesaat .tribuanatunggadewa  mampu juga duduk lalu bersandar susah payah di tembok. Adapun
dua polisi berpakaian preman, begitu masuk langsung tertegak diam dalam posisi
menggelikan. Sebelah kaki terangkat, tubuh condong ke depan, tangan terkepal dengan
siku menekuk. Posisi berlari menyerbu, namun  tanpa kelanjutan apa-apa. Tak ada lagi
gerakan yang mampu mereka lakukan, begitu mata mereka berdua bertemu dengan
mata maradona. Robinson Abdullah  tak kurang-kurang sial. 
    Sejenak ia terhindar dari perhatian maradona. 
    Tangannya terangkat. 
    Dan tangan itu sudah menggenggam sepucuk pistol dengan laras tertuju lurus ke
kepala maradona. 
    "Menyerah atau kutembak!" desisnya, keren. 
    maradona pelan-pelan memutar kepalanya. Ia mengawasi sang Ajun Inspektur
dengan pandangan heran, lalu  pelan-pelan bibirnya tersenyum. 
    "Tembaklah... tembaklah...." bisiknya tajam. 
    Ia berjalan maju ke arah Robinson dengan dagu tegak. 
    Menantang. 
    "Berhenti! Atau..." 
    Ucapan Robinson putus sampai disitu. Tangannya yang menggenggam pistol tampak
gemetar, basah berkeringat. Jari telunjuknya bergerak mundur ke pelatuk, siap
memuntahkan peluru dari moncong senjatanya. Melihat gerakan telunjuk tangan
Robinson. darah tribuanatunggadewa  tersirap. Hasrat menyelamatkan nyawa maradona
memberinya sedikit kekuatan untuk bangkit berdiri dan berteriak memperingatkan. 
    "Jangan tembak! Dia maradona.Komandan! Jangan tembak!" 
    Robinson masih tidak menembak. Arah laras pistol pun perlahan-lahan menyimpang,
lalu  memutar.Perlahan namun  pasti, laras pistol itu terangkat miring,lalu
menghujam di jidat Robinson sendiri. Wajah perwira polisi itu berubah pucat. 
    Keringat dingin menyembur ke luar. Tangan kirinya berusaha menceng-kram
pergelangan tangan kanan, dengan maksud mengalihkan arah laras pistol. Gagal
menarik, jemari tangan kirinya beralih berusaha membuka jemari tangan kanan,
dengan harapan pistolnya terlepas sendiri. Semua usahanya sia-sia belaka.Robinson
menyipitkan mata, pasrah secara terpaksa karena telunjuknya jelas semakin dalam
menarik pelatuk. maradona menyeringai buas, tertawa lunak. 
    "Kasihan!" bisiknya. 
    Menaruh iba. 
    "Ayo, bengkokkan...!" 
    Laras pistol di genggaman tangan Robinson Abdullah  tampak mengepulkan asap.
Laras besi baja itu membara merah, lalu  menekuk bengkok ke arah lantai. Tak
ubahnya pistol mainan dari plastik, yang menekuk lemas karena serangan panas api.
Uap panas dari genggaman besi baja di telapak tangannya secara naluriah
menimbulkan reaksi. Memekik tertahan,Robinson secara refleks membuka sendiri
telapak tangannya.Pistol jatuh ke lantai. Dan telapak tangan sang Abdullah  tampak
melepuh terbakar. Lelaki malang itu jatuh menahan derita. Mana jantungnya sudah
menciut pula.Riang gembira menyaksikan atraksi hebat yang dipertunjukkannya,
maradona tertawa mengikik.Tubuhnya pun melayang dengan gerakan menari-nari
sepanjang ruangan. Dari satu sudut ke sudut lain.Tanpa menjejak di lantai maupun di
langit-langit.Tubuhnya mengambil posisi rebah lurus seakan ingin tidur, rileks.
Rambutnya yang tebal bergelombang berurai lepas. Namun tidak ke bawah,
melainkanterurai begitu indah di permukaan eternit langit-langit akustik. Tampaknya ia
benar-benar sedang tidur-tiduran dan tribuanatunggadewa  tengah memandang bukan dari
bawah melainkan dari atas. 
    "Bagaimana tri ku sayang?" bisiknya lembut. 
    Bisikan nyi girah . 
    "Puas melihat show cuma-cuma yang kupersembahkan untukmu seorang?" 
    Lutut tribuanatunggadewa  masih goyah. 
    Menyandar di tembok,ia menengadah dan bertanya memelas, 
    "Baiklah, nyi girah .Aku... menyerah...." 
    "Hanya menyerah?" bibir maradona tersenyum manis sekali. 
    "Katakanlah apa keinginanmu. namun  bebaskanlah istriku dari perbudakanmu!" 
    "Kau sudah tahu apa yang kuinginkan, bukan?" 
    "Aku... maaf. Aku lupa." 
    "Dasar laki-laki!" umpat maradona, namun bukannya menghina, malah terdengar
mesra, 
    "Sudah dapat manisnya, sepah dibuang begitu saja. namun  aku tahu siapa kau. Sadar
betapa besar pengaruhmu atas diriku.Lagi pula..." 
    maradona mengerdip nakal. 
    Berkata semakin mesra, 
    "Aku menyukai permainan biadab indah kita di pagi yang manis itu!" 
    tribuanatunggadewa  tidak mengomentari apa-apa. maradonapun rupanya tak sabar pula.
Nada suaranya berubah tajam saat  ia memberitahu,     "Aku menghendaki mereka!" 
    "Siapa, nyi girah ?" 
    "Ayahku yang pengkhianat. Si unyil . Dan chucky ,fredy krueger  jahanam itu. Tunjukkan
padaku dimana mereka bersembunyi!" 
    tribuanatunggadewa  tercekat. Lalu mencoba menjelaskan, 
    "namun , nyi girah . Mereka itu hanya tokoh-tokoh imajiner dalam kebohongan ku. Dan..." 
    "Aku tak mengerti apa maksudmu, tribuanatunggadewa . Dan aku tak peduli. Tunjukkan mereka
padaku. Karena hanya kau satu-satunya orang yang dapat melakukannya, seperti kau
juga dapat memanggilku kapan kau suka. Sesudah  mereka kutemukan, aku akan pergi.
Untuk selamanya. Bergabung dengan ibuku malang, jessica !" 
    "Permintaanmu itu sesuatu yang mustahil, nyi girah !" 
    "Apa boleh buat!" 
    "Cobalah dengar dan pertimbangkan. Aku sudah bilang,bahwa mereka itu..." 
    "Aku tak sudi lagi mendengarkan alasanmu yang macam-macam itu!" bentak
maradona tiba-tiba. 
    Wajahnya berubah galak, menakutkan. 
    "Lihatlah apa yang kulakukan pada tubuh istrimu!" 
    Lalu tubuh yang setengah menempel di langit-langit ruangan itu meliuk-liuk keras.
Wajah galak menakutkan itu berubah memelas, memperlihatkan penderitaan yang tiada
tertahankan, diiringi suara merintih-rintih kesakitan. Suara asli maradona. 
    "Ampun... berhentilah menusuk-nusuk jantungku..Aduh, jangan patahkan
tulang-belulangku. Tolong...aku tak kuat... aaaaak!" dan air mata menetes dan terus
menetes dari sudut-sudut mata maradona, jatuh keseprai. 
    Lembap, basah. 
    Jiwa tribuanatunggadewa  bagai ikut terkoyak. 
    Ia merintih, 
    "Hentikan menyiksa istriku. nyi girah !" 
    Liukan tubuh maradona berhenti. Posisinya kembali keposisi tidur. 
    Santai-santai saja. 
    Hanya suara-suara nyi girah , yang masih tetap galak, 
    "Itu belum apa-apa. Kau sudah  melakukan kesalahan besar. Yang sangat  sangat
besar. Dan itu menyiksa roh ibuku. Dengan sendirinya,menyiksa diriku pula...." 
    "Apa maksudmu?" 
    "Ibuku mati terbunuh. Tak apa mengenai itu. Yang sungguh keterlaluan, mengapa
roh-roh jahat ditubuhnya tidak dibunuh lebih dahulu ? Sehingga roh-roh jahat itu ikut
menguasai diriku sesudah  aku dilahirkan.Tidakkah kau lihat akibat kesalahanmu yang
faal itu? Aku mereka perbudak. Aku dipaksa mereka menyedot cairan tubuh
korban-korbanku, melalui rahimku. Untuk memuaskan dahaga mereka. Sesudah  itu
barulah mereka merencah dan mengunyah habis daging-daging korbanku itu. Mereka
selalu haus dan lapar. Selalu haus dan lapar...." 
    "Mereka... siapa?" 
    "Ini... lihatkah?" 
    Tubuh maradona pelan-pelan menegang kaku, lalu gaun yang dikenakannya
memperlihatkan sembulan-sembulan di beberapa tempat. Di dada, di perut, dipinggang,
di paha, di betis. Sembulan-sembulan itu makin menonjol ke depan, lalu merobek-robek retas gaun maradona. Disusul meletaknya sosok-sosok kecil hitamlegam, bermata merah darah, menyeringai memperlihatkan gigi-gigi bagai gergaji, tajam mengerikan. Sosok-sosok makhluk kecil entah mirip kadal atau ular itu meliuk-liuk buas dan seakan murka karena dipaksa memperlihatkan diri. Sesudah  mendesis-desis dengan bunyi mendirikan bulu roma, makhluk-makhluk hitam kecil itu melesat secepat kilat, masuk lagi ke bagian dalam tubuh maradona. Meninggalkan
bekas-bekas robekan di gaun. Dan dari celah-celah robekan itu tampak kulit tubuh maradona yang tadinya putih mulus melepuh merah kehitam-hitaman seperti terbakar hangus.tribuanatunggadewa  hanya diam ternganga. Lupa memikirkan,mungkin saja raga maradona barusan didera azab sengsara yang jauh lebih mengerikan. 
    "Nah...." 
    maradona, dengan suara nyi girah , berujar tegas.     "Tugasmu pula untuk mengembalikan makhluk-makhluk itu ke tempat mereka yang
layak.Tanpa mereka, barulah aku akan mati dengan tenang,tenteram, dan roh ibuku
dapat tidur dalam kedamaian yang abadi..." 
    tribuanatunggadewa  akhirnya mampu juga membuka mulut begitu lepas dari pukau yang
menyihirnya sesaat melihat makhluk-makhluk menyeramkan tadi.Komentarnya pun
pendek saja, 
    "Wah!" 
    "Yang jelas, tribuanatunggadewa !" 
    "Apa?" sahut tribuanatunggadewa , terperanjat. 
    "Ucapkanlah lebih jelas. Apakah kau bersedia membantuku menemukan unyil  dan
chucky ? dan  mengembalikan makhluk-makhluk jahat itu ke tempat mereka semula!" 
    "Aku..." 
    tribuanatunggadewa  kembali gugup. 
    nyi girah , melalui mulut maradona, bersungut beringas, 
    "Ingat. Kau tak boleh ingkar janji lagi. Bila kau ingkar janji, aku akan terus
mengambil korban dan korban sebanyak aku suka. Dan pada akhirnya aku pun pasti
tega... mengorbankan dirimu!" 
    Kalimat terakhir itu mengherankan tribuanatunggadewa . 
    "Pasti tega... Ah ya. Kini aku teringat. Mengapa sesudah  kita bersanggama pagi itu...
aku tidak mengalami nasib seperti laki-laki yang lalu  tidur denganmu?" 
    "Karena.... " 
    maradona berhenti sejenak, kulit wajahnyapun memerah. Lalu berujar malu-malu, 
    "Kukira aku..jatuh cinta padamu!" 
    "Apakah kau tidak. tri ?" 
    "Aku...." 
    tribuanatunggadewa  ragu mau menjawab apa. Terkilas dalam ingatannya saat  mula-mula ia
putuskan untuk mencari nyi girah , menyatakan tanggung jawabnya karena sudah  menodai
kesucian gadis itu. Bahkan waktu itu sempat berpikir bahwa bukan mustahil diam-diam
ia juga sudah menaruh cinta pada nyi girah . 
    "Hem... aku mengerti," 
    maradona bergumam lembut.Tak ada nada kebencian dalam suaranya, suara
nyi girah , saat  ia melanjutkan, 
    "Cintamu hanya kaupersembahkan untuk satu orang saja. yaitu , pada istrimu. Yang
raganya saat ini kupinjam sementara...." 
    "Maukah kau melepaskannya sekarang?" 
    tribuanatunggadewa  segera memohon. 
    "Dan bagaimana dengan permintaanku?" 
    Habis akal, tribuanatunggadewa  menjawab, 
    "Akan kubantu mengantarmu ke tidurmu yang abadi!" 
    "Aku percaya padamu, tribuanatunggadewa . Nah. Aku akan pergi ke tidurku yang sifatnya
sementara dan senantiasa resah tersiksa. Sambil menanti kau lunasi janjimu. Selamat
tinggal, lelaki tampan. Sambutlah ini istrimu ini...." 
    Selesai berkata demikian, dari sekujur tubuh maradona memancarlah keluar sinar
biru, namun tanpa bias putih yang tajam menyilaukan mata itu. Sinar biru
bergerak-gerak melingkar, lalu  mulai pecah,menebar. 
    tribuanatunggadewa  tersadar. 
    Setengah kaget ia menghambur kedepan dan tiba tepat pada saatnya di tengah
permukaan seprai yang terhampar di lantai, untuk menyambut secara naluriah dengan
kedua lengannya tubuh maradona yang jatuh dari langit-langit.Karena masih lemas
dan terasa sakit di beberapa bagian tubuhnya, sambutan tribuanatunggadewa  tidak begitu
sempurna.Ia memang dapat menangkap tubuh maradona, namun  lalu  jatuh
berlutut lantas terjerembap membawa tubuh istrinya ke lantai. Berguling sesaat lalu
berhenti diam, terdengar suara keluhan dari mulut maradona.Dan itu memang suara
asli istrinya. 
    "Aduh...tribuanatunggadewa . Apa yang sudah ...?" 
    Putus sampai di situ. 
    Karena maradona sudah keburu pingsan, tak sadarkan diri. 
    tribuanatunggadewa  duduk, membawa kepala maradona keharibaannya, merangkul dada
istrinya dengan lengan-lengan gemetar dan wajah membias pucat. Lalu dari
sudut-sudut matanya menetes butir-butir air bening.Yang lalu  jatuh di pipi
maradona. 
    "Ya Tuhan...." 
    tribuanatunggadewa  ingin menjerit. 
    Jeritan yang tertahan di tenggorokan. 
    "Bermimpikah aku?" 
    Tidak. 
    tribuanatunggadewa  tidak bermimpi. 
    Ada gerakan-gerakan dan suara-suara keluhan lain di sekitarnya.Dua polisi
berpakaian preman yang mematung dalam posisi menggelikan itu meneruskan serbuan
mereka keruang duduk, sambil bertanya kalang kabut, 
    "Ada apa?:Mengapa? Siapa yang..." 
    Di belakang tribuanatunggadewa , Robinson Abdullah  mendengus marah, 
    "Tanganku. Mengapa telapak tanganku terbakar?" 
    Dan pada anak buahnya, ia menggeram, 
    "Siapa yang menyuruh kalian meninggalkan pos?" 
    Aki hwang jang lee menggeliat bangun. Sesudah  ia mengetahui siapa yang memberati
gerakannya, ia pun bersungut-sungut. 
    "Uh. Tidur tak lihat-lihat orang?" 
    Lalu ia tepiskan tubuh slenderman  yang masih pingsan. Aki hwang jang lee menambah dengan
kesal "Hem. Bau pesing, lagi.Sialan!" 
    Dari pintu belakang yang menganga terbuka muncul wajah lain yang tampak begitu
pucat. Suaranya pun terengah-engah, 
    "Ada yang dapat kubantu?" kanjeng nun  Paduhai, si astronom,bertanya khawatir.Robinson
Abdullah  membentak, 
    "Bah!" 
    Dan bah lagi. 
    Bukan main kesalnya dia. 
     Aki hwang jang lee sadar bahwa dirinyalah yang jadi tumpuan kekesalan si perwira polisi.
Orang tua itu tampak jengkel sekali. Namun toh komentar yang keluar dari mulutnya
terdengar masih tetap sopan, 
    "Bersyukurlah,Pak Komandan. Tidak ada yang cedera serius, saya harap!" 
    "Tidak?" 
    Robinson mendengus berang, ia perlihatkan luka bakar di telapak tangan kanannya.
Kulitnya melepuh, sampai tampak dagingnya setengah hangus. 
    "Lalu ini apa? Sate ya?!" 
    "Sabar, Pak Komandan. Sebentar juga sembuh.Percayalah, tak akan meninggalkan
bekas apa-apa...." 
    "Aku percaya. Kalau tidak, kau sudah kupenjarakan!" 
    Masih tetap beringas, sang Ajun Inspektur memandang sekeliling ruang duduk yang
hancur berantakan. Seolah habis dilanda gempa. Banyak sekali barang yang rusak atau
pecah. Yang masih utuh, berserakan tumpang tindih. Salah satu dinding tembok malah
retak. Dan rak besar berada dalam posisi miring. 
    "Entah berapa juta rupiah pula kerugian materi akibat ide sintingmu!" gerutu
Robinson lagi sembari menggelengkan kepala, prihatin. 
    Aki hwang jang lee diam saja, ia membantu seorang teknisi menyadarkan slenderman  dari
pingsan. Begitu siuman,slenderman  memekik tertahan, lalu membelalak heran. Ia
mengusap-usap matanya sejenak, memandang orang-orang yang mengelilinginya,
lantas bertanya khawatir, 
        "Apakah keadaan sudah aman?" 
    Tak ada yang menjawab. slenderman  disuruh tahu sendiri. Dan ia pun
tersenyum-senyum, malu hati. 
    "Di mana kau simpan tembakauku itu?" tanya Aki hwang jang lee. 
    slenderman  merogoh saku celananya, panik sebentar, lalu  ribut mencari. 
    "Barangkali jatuh!" katanya. Yang lain-lain ikut mencari. 
    Akhirnya bungkusan kecil berisi tembakau mentah milik Aki hwang jang lee ditemukan di
kolong meja kerja. Setengah terbenam dalam genangan air kencing slenderman  di bagian
lantai yang sedikit lekuk. 
    Aki hwang jang lee membuka bungkusan kecil itu. Tembakaunya sudah basah kuyup semua.
Baunya jangan dikatakan lagi. Merah padam kulit muka slenderman  melihatnya.namun 
Aki hwang jang lee tidak marah. Orang tua itu malah senyum-senyum dikulum. Melirik ke
Robinson Abdullah ,ia bergumam senang. 
    "Nak slenderman  seperti sudah tahu saja, bahwa supaya pengobatan lebih
mujarab,tembakau ini mesti dikencingi...." 
    "Mau diapakan tembakau itu?" tanya Robinson mengerutkan dahi. 
    Lubang-lubang hidungnya disempitkan karena tak tahan mencium bau pesing. 
    "Sebagian diusapkan ke luka bakar. Sebagian lainnya...diisap. Seperti mengisap
rokok, begitu. Tentu saja sesudah  dikeringkan lebih dahulu , 
    " jawab Aki hwang jang lee. 
    "Dan... Bapak sendiri yang akan mengisapnya, bukan?"tanya Robinson. 
    Wajahnya kelihatan cemas. 
    "Bukan dong!" 
    "Lantas, siapa kalau begitu?" 
    Ajun Komisaris Polisi Robinson Abdullah  tambah cemas.Aki hwang jang lee memberi tahu
dengan kalem, 
    "Ya, Pak Komandan sendiri!" 
    Robinson tak pelak lagi mengumpat panjang pendek.slenderman  mundur diam-diam,
namun  ketahuan. SiPerwira Polisi sudah melihatnya, lantas menghardik garang, 
    "Kau sih! Kencing tak pakai permisi!"mengumpat panjang pendek lagi, ia
menambahkan dengan keluhan, 
    "Coba kalau aku sendiri yang mengencinginya... bah!" 
    Untuk menebus kencing tak permisinya, slenderman  bersedia mengeringkan sebagian
tembakau di bawah sinar panas matahari di pekarangan belakang. Sisanya yang masih
basah kuyup oleh Aki hwang jang lee dengan cepat diusapkan ke seluruh permukaan telapak
tangan Robinson Abdullah . Sambil mengusap, Aki hwang jang lee komat-kamit membaca mantra.
Begitu ia selesai mengusap-usap dan tangannya ditarik mundur,tampaklah telapak
tangan Robinson yang terluka bakar mengerikan itu sudah sembuh. 
    Utuh seperti semula. 
    Sedikit pun tak ada bekas-bekas luka bakar di situ. 
    "Setan gemar pada yang busuk-busuk," 
    Aki hwang jang lee menjelaskan. 
    "Berikan yang paling busuk padanya, dan pengaruhnya pun akan hilang dengan
sendirinya." 
    "Kalau begitu," 
    Robinson berujar gembira. 
    "Aku tak usah lagi merokok tembakau yang sudah dikencingi itu,bukan?" 
    "Harus, Pak Komandan!" 
    "Lho. Bukannya sudah sembuh!" 
    Robinson membolak-balik telapak tangannya dengan bangga. 
    "Dari luar, memang tampaknya sudah. Dari dalam,belum." 
    Aki hwang jang lee menerangkan dengan khidmat. 
    "Maka itulah sebagian tembakau harus diisap. Bukan asapnya yang penting,
melainkan nikotin yang tersedot oleh mulut. Nikotin yang sudah bercampur zat-zat dari
air kencing itulah yang menjadi penyembuh dari dalam tubuh." 
    Sang Ajun Inspektur membelalak. Kali ini dia tidak menyebut, bah, melainkan dengan
mulut menganga ia mengeluh, 
    "Waaah..." 
    Acuh tak acuh Aki hwang jang lee meninggalkannya. Dengan sisa tembakau yang masih
basah ia pergi ke kamar tidur, ke tempat mana sebelumnya maradona sudah
dipindahkan tribuanatunggadewa . 
    "Mudah-mudahan wanita lesbian  malang itu sudah siuman pula, dan cederanya tidak
terlampau parah,"desah Aki hwang jang lee, prihatin. 
    Yang lain-lain mengikuti ke dalam. Toh tidak ada yang melarang. maradona
menggeliat di tempat tidur. Ia sudah siuman, dan baru saja habis menangis dalam
pelukan kasih suaminya. Robek-robek pada pakaiannya jelas memperlihatkan kulit
tubuh yang melepuh terbakar di sana-sini. Demikian pula di 
betis-betisnya.Daging-daging tubuh maradona pun jelas kelihatan,bahkan lebih parah
keadaannya dari pada telapak tangan Robinson. Daging-daging yang terbakar itu
tampak bagai berlubang. 
    Bekas makhluk-makhluk kecil hitam dan menakutkan itu menembus keluar masuk.Aki
hwang jang lee memerlukan tempo lebih lama dan mantra yang lebih banyak pula ketimbang
sewaktu menyembuhkan luka bakar di telapak tangan Robinson.Beberapa kali Aki
hwang jang lee terlihat meringis kesakitan,peluh pun membanjir keluar dari pori-pori kulit
wajahnya. Akhirnya tangan yang mengusap-usap ia tarik mundur, lalu terduduk lemas
dan letih.Tampaklah gaun maradona masih robek-robek di sana sini, namun  luka bakar
sudah tak tampak lagi. Kulit tubuhnya sudah kembali putih mulus. Betisnya yang
telanjang pun semakin sedap dipandang.Penyembuhan berikut tidak ada yang berminat
menyaksikan. Sementara yang lain-lain sibuk bekerja diruang duduk maupun di kamar
pembantu, Robinson pergi ke kakus. 
    Ia buang air besar sambil mengisap rokok berbalut kertas dengan tembakau yang
sudah dikeringkan itu. Tak seorang pun tahu apakah selama di dalam kakus tertutup itu
ia buang air besar atau tidak. 
    Mereka hanya mendengar beberapa kali orang  menyumpah serapah dan menyebut
nama slenderman . 
    Malam harinya mereka semua berkumpul di koridor belakang. Karena kamar
pembantu terlalu sempit,semua peralatan dipindahkan ke luar dan kursi-kursi disusun
berderet sehingga semua mereka kebagian tempat duduk untuk menyaksikan
pertunjukan di layar televisi. Banyaklah ragam komentar tercetus selama pemutaran
rekam ulang hasil pemotretan di ruang duduk itu.Di layar, jelaslah posisi rebah
tribuanatunggadewa , Aki hwang jang lee,maradona, slenderman  yang tegak lurus dengan telapak tangan
saling bertaut, menunjuk ke arah empat mata angin. Pertemuan sisi-sisi kaki mereka
berempat pun membentuk persegi yang sudut-sudutnya menunju kempat arah mara
angin pula percakapan mereka memulai upacara memanggil roh. Disusul koor
samar-samar dari mulut mereka sewaktu melafal mantra.Lalu dari bagian kosong di
antara telapak kaki,muncullah asap tipis menyerupai kabut. Lantas saja Aki hwang jang lee
berkomentar puas, 
    "Di ruang duduk tadi aku mengaku kalah bertarung dengan roh jahat ini. namun 
kalian lihatlah. Dalam satu hal aku benar, tribuanatunggadewa  dijadikan tameng. Ternyata
dugaanku tidak keliru, ia bersembunyi di balik persenyawaan benih hasil
persenggamaannya dengan tribuanatunggadewa . Persembunyiannya segera terbuka begitu di
kain seprai ikut melarut hasil persenyawaan benih tribuanatunggadewa  dan maradona.Terbukti,
bukan? Aku sudah  berhasil mengurung dia!" 
    Yang lain diam saja. Semua asyik dan tampak tegang menyaksikan layar, di mana
asap menyerupai kabut itu semakin tebal dan tebal, berputar-putar sebentar diantara
kurungan telapak kaki. Lalu suatu saat muncullah sinar biru dari tengah asap. Sinar itu
bertambah terang dan menyilaukan. Menari-nari sebentar di antara telapak-telapak
kaki pengurungnya,sinar biru keputihan tampak seperti tertegun di depan telapak kaki
tribuanatunggadewa , disusul gerakan meliuk seakan menghunjam di telapak kaki itu. 
    tribuanatunggadewa  bersungut gemetar, 
    "Jadi... hunjaman itulah yang tadi kurasakan..." 
    Puas menjelajahi dan menghunjam-hunjam di telapak kaki tribuanatunggadewa , sinar biru
berputar-putar lagi,lalu  berhenti di depan telapak kaki Magdalana.Melihat itu
maradona meluruskan duduknya di kursi,menahan napas sambil matanya terbuka
lebar menatap ke layar televisi. Tampak di layar, betapa sinar biru itu menghunjam
masuk seluruhnya ke dalam tubuh maradona dan lenyap sesaat . 
    slenderman  memekik tertahan sewaktu di layar tampak maradona bangkit
perlahan-lahan ke posisi duduk,dengan wajah dingin dan kaku, dan mata berkilat
kemerah-merahan. Dialog-dialog pun terdengar dari mulut maradona. Suara nyi girah ,
yang lalu  bersiasat mempecundangi slenderman . 
    'Di situlah letak maradona kita!" desah Aki hwang jang lee lirih sewaktu di layar televisi
tampak jelas slenderman  melepaskan diri dari ikatan magis. namun  tidak ada yang
tertawa sewaktu melihat bagaimana slenderman  beringsut dengan punggung menempel di
lantai, lalu lenyap di balik kegelapan kolong meja kerja.Mereka semua sama tegang
dan sama ngerinya menyaksikan apa yang lalu  berlangsung, dan suara-suara
yang mau tak mau membuat bulu roma mereka berdiri. Bahkan kanjeng nun  Paduhai dan anak
buahnya yang sudah  melihat semua adegan itu sebelumnya toh kembali tegang dan
bahkan mengeluarkan peluh dingin. Kalaupun mereka bersuara, yang terdengar
hanyalah desah-desah takjub,ngeri, kaget, diseling bunyi napas-napas memburu
pertanda jantung maupun paru-paru mereka berpacu ekstrakeras.Hanya sekali
Robinson terpekik. yaitu  saat  laras pistol yang tertuju ke arah tubuh maradona
perlahan-lahan membelok berubah arah tahu-tahu sudah menempel di jidatnya sendiri! 
    Sempat pula ia bergumam tersendat, 
    "Andai bukan ulah sendirilah itu...pasti semua ini... kuanggap... adegan-adegan film
murahan!" 
    Lalu ia menyeka peluh dingin di jidatnya. 
    Wajahnya pucat sendiri. 
    Lalu semuanya pun berakhir. Seperti mulanya, akhir pertunjukan berantakan, dan
kesibukan-kesibukan yang berlangsung sesudah  nyi girah  pamit pada tribuanatunggadewa  dan tak
lupa mengembalikan raga maradona yang beruntung masih sempat disambut jatuhnya
dari langit-langit oleh tribuanatunggadewa .Sementara yang lain bertukar pandang, masih di
cekam kengerian. Aki hwang jang lee meminta salah seorang teknisi memutar ulang adegan
saat  nyi girah  pamit pada tribuanatunggadewa . 
    Permintaan segera dipenuhi. Jelas terlihat sinar biru itu menebar pecah dari sekujur
tubuh maradona sebelum tubuh itu jatuh ke bawah lalu disambut tangan-tangan
tribuanatunggadewa  dengan panik.Sinar biru itu lalu  membentuk garis lurus, lalu melesat
dan hilang di ubun-ubun tribuanatunggadewa  yang tengah sibuk menampung jatuhnya tubuh
maradona. 
    "Apa... apa artinya ini?" 
    tribuanatunggadewa  bertanya, tersedak. 
    Yang lain mengawasi Aki hwang jang lee. Menunggu dengan wajah sama tegang. Aki hwang jang lee
sebaliknya mengawasi tribuanatunggadewa  dengan tenang. Dan tenang-tenang pula ia
memberitahu. 
    "Roh jahat itu kini sudah  menemukan tempat persembunyian yang paling aman.
Sekaligus pula dapat melindungi dirinya." 
    "Di...?" tanya tribuanatunggadewa , panik. 
    "Di dalam tubuhmu. Tepatnya, di alam pikiranmu!" 
     Menjelang tengah malam, keadaan di dalam rumah tribuanatunggadewa  sudah lebih tenang
daripada sebelumnya.kanjeng nun  Paduhai, astronom yang orang Nias itu ditambah   anak
buahnya sudah pergi dua jam sebelumnya. Meski tampak masih menyimpan kengerian
di wajah-wajah mereka, pada umumnya mereka kelihatan puas dan gembira. kanjeng nun 
Paduhai berkata sewaktu pamit, 
    "Saya akan membujuk pimpinan kami agar membatalkan tagihan pembayaran yang
sudah kalian sepakati. Terus terang, hari inilah pertama kali kami memperoleh hasil
dari jerih payah sekian tahun. Dan hasil yang pasti bakal menggemparkan pula!" 
    Mereka pergi bersamaan dengan kedua anggota polisi berpakaian preman itu.
Dengan instruksi dari komandan mereka agar menutup mulut rapat-rapat,dengan
jabatan masing-masing sebagai taruhan bila instruksi dilanggar. Mereka diharuskan
kembali kemarkas untuk melapor dan dari markas tetap menghubungi Ajun Komisaris
Polisi Robinson Abdullah  mengenai situasi di luaran. Robinson memutuskan tinggal di
rumah tribuanatunggadewa . 
    "Aku harus yakin dahulu  nyi girah  benar-benar pergi dan tidak lagi meninggalkan
kerangka misterius lebih banyak di atas meja kerjaku!"katanya, ngotot slenderman  tidak
bersedia tinggal. 
    Ia masih ketakutan. 
    Dan ia punya dalih yang memang masuk akal untuk pergi dan tidak ikut campur
urusan selanjutnya.Katanya: 
    "Aku takut pada hantu. namun  lebih takut lagi pada Bos!". 
    namun  sebelum berangkat ke percetakan, ia masih sempat mendengarkan rencana
mengenai usaha Aki hwang jang lee mengakhiri sepak terjang nyi girah . Maka sebelum pamit ia
sempat berpesan setengah berseloroh pada sahabatnya, 
    "Tulis selengkapnya, ya? Anggap saja lanjutan cerita bersambungmu yang sudah
habis itu.Pasti dimuat!" 
    Meskipun perabotan, isi rak, keramik hias sudah tak lengkap lagi, guci antik pun
sudah tak meninggalkan bekas, secara keseluruhan ruang duduk itu sudah  kembali pada
fungsinya semula. Merangkap jadi ruang kerja tribuanatunggadewa . ditambah ya, kalau biasanya
tribuanatunggadewa  bekerja sendirian dan paling tak suka ditunggui, kali ini ia duduk
menghadapi mesin tiknya dengan Aki  hwang jang lee duduk pula di seberang meja. Plus dua
lainnya di kursi jok, maradona dan Robinson Abdullah  yang duduk dengan wajah
cemas. Apalagi sesudah  Aki hwang jang lee kembali wanti-wanti pada tribuanatunggadewa , 
    "Ingat! Begitu urusan nyi girah  selesai, kalian harus berpisah. Dan cepat tinggalkan
dia." 
    "Bukan itu yang kukhawatirkan, Ki," keluh tribuanatunggadewa  lesu. 
    "Melainkan, apakah aku dapat mengonsentrasikan pikiran...." 
    Dengan bantuan tenaga batinku yang akan kusalurkan ke batinmu, kau pasti
sanggup. Imajinasimu akan berkembang dengan sendirinya. Dengan satu catatan yang
harus kau camkan benar-benar.' 
    "Apa, Ki?" 
    "Hentikan imajinasimu pada saat yang tepat. yaitu  saat kalian harus berpisah!" 
    "Bila tidak dapat kuhentikan?" 
    "Risiko sangat  besar. Maaf, aku tak tahu sebesar apa.Tak tahu pula bagaimana
wujudnya. Yang jelas, pasti berbahaya. Kau masih dapat mundur...." 
    "Dan membiarkan nyi girah  meneruskan petualangannya?" 
    tribuanatunggadewa  mengeluh lantas menggelengkan kepala. 
    "Aku bersedia mengambil risiko itu. Apalagi risiko itu pun tak perlu ada selama aku
mampu membatasi imajinasiku sebagai seorang pengarang." 
    "Yakinkan itu dalam dirimu, Nak!" bisik Aki hwang jang lee,tajam. 
    "Akan kucoba. Sambil mesin tikku berjalan." 
    "Siap?" 
    "Siap, Ki!" 
    maradona berpegangan ke tangan Robinson Abdullah ,seakan memohon supaya
perwira polisi ini bersiap sewaktu-waktu untuk melindungi tribuanatunggadewa . Robinson
mengusap lembut punggung tangan maradona, namun  tidak tahu apa yang harus
dikatakan. Kecuali, 
    "Lebih baik kita mulai berdoa, maradona." 
    maradona berdoa. 
    Robinson Abdullah  juga berdoa. 
    Namun tetaplah Tuhan jua yang menentukan nasib manusia.Sementara tribuanatunggadewa 
duduk santai di kursi putarnya sebagaimana biasa kalau ia bekerja ditemani mesin
tik,maka Aki hwang jang lee bersedekap di dada. Mulut komat-kamit dan mata terpejam rapat.
Lalu suatu saat ia mengembuskan napas keras ke depan, membuat asap rokok yang
diisap tribuanatunggadewa  bertemperam. 
    tribuanatunggadewa  masih merenung. 
    Mulutnya makin kuat mengisap rokok, dan sesudah  mencicipi kopi dari gelas, ia
memasukkan sehelai kertas HVS ke rol mesin tik dan jari-jemarinya mulailah beraksi. 
    Imajinasinya sudah  bekerja. 
    Robinson bangkit dari duduknya. Segan dan tampak sedikit takut, ia berjalan menuju
meja kerja dan berdiri sedikit di belakang kursi putar yang diduduki tribuanatunggadewa .
Sebelumnya Aki hwang jang lee sudah  memberikan tugas padanya agar membaca keras-keras
setiap kata hasil saat n tribuanatunggadewa , agar dapat didengar Aki hwang jang lee, namun  tidak dapat
didengar oleh tribuanatunggadewa  sendiri karena lubang-lubang telinganya lebih dahulu  sudah 
dimantrai sehingga tidak dapat diusik pihak ketiga. Hanya satu hal yang tak boleh
dilakukan Robinson, jangan menyentuh tubuh tribuanatunggadewa  selama bekerja.Sambil
membantu dengan kekuatan batinnya supaya tribuanatunggadewa  dapat berimajinasi dengan
lancar dan sempurna, Aki hwang jang lee menajamkan telinga untuk mendengar apa-apa yang
dibaca sang Ajun Inspektur Di kursinya, maradona ikut mendengarkan. Dengan wajah
tambah lama tambah tegang. 
    Sesudah  menempuh perjalanan yang cukup melelahkan,demikian hasil saat n
tribuanatunggadewa  yang dibaca keras-keras oleh Robinson, tibalah aku di desa yang terletak di
kaki Gunung mahameru  itu. Aku mencari-cari nyi girah  dangan mataku, namun  tidak
melihatnya. Aku tiba-tiba ingat, ia ada di dalam alam pikiranku. Maka aku
memanggilnya, 
    "nyi girah ?" 
    "Aku di sini," kudengar sahutan lembut basah. 
    Ah. 
    nyi girah  sudah berdiri di sebelahku. Tersenyum bahagia. Wajahnya semakin cantik
saja. Di bawah sinar rembulan, tampak matanya begitu indah, ia masih begitu muda.
Polos, dengan wajah seakan tak berdosa.Mengeluh dalam hati karena sudah  melibatkan
dirinya dalam kejahatan-kejahatan terkutuk, aku menuding dengan jari telunjuk, 
    "Kau lihatkah rumah itu, nyi girah ?" 
    Matanya mengikuti arah jari telunjukku ke sebuah rumah kecil di bawah bukit. Walau
kecil namun  rapi dan resik. Halamannya ditanami bebungaan yang sedang
mekar-mekarnya, walau malam sudah  larut dan cuaca terasa dingin sejuk menusuk
sampai ke sumsum. 
    "Rumah siapa itu?" tanya nyi girah . 
    'Saniah." 
    "Aku tidak membutuhkan dia!" kudengar nyi girah  menggerutu pelan. 
    Maka kujelaskan padanya, 
    "Saniah itu seorang janda.Tanpa anak, masih muda, cantik pula. Sesudah  Sumirah
meninggal dunia di tangan ibumu, Pak fredy krueger  mengalihkan perhatiannya pada Saniah.
Sesudah  ibumu meninggal pula, chucky  makin getol mendekadi Saniah. Nah, itu dia...
lihat!" 
    Pintu depan rumah kecil itu terbuka. Cahaya lampu minyak menerobos ke luar.
Tampak bayang-bayang sesosok tubuh wanita lesbian  melongokkan kepala,mencari-cari.
Sesosok tubuh pun muncul dari kegelapan dan tahu-tahu sudah berdiri di depan Saniah.
    "Diakah... chucky ?" tanya nyi girah , menggeram.     "Ya. Keluarga Saniah menentang keras hubungannya dengan chucky . Itulah
sebabnya mereka melangsungkan pertemuan diam-diam, sementara chucky  masih
mencari jalan bagaimana membujuk keluarga Saniah...." 
    Pintu rumah kecil itu tertutup lagi sesudah  chucky  menyelinap masuk. 
    nyi girah  bertanya bingung, 
    "Apa yang harus kulakukan?" 
    "Pergilah ke sana. Masuklah ke tubuh Saniah.Selanjutnya, kau sudah tahu apa yang
harus kau lakukan..." 
    "namun ... aku tak pernah memakai raga orang lain.Ibuku, jessica , juga tidak..." 
    "Kau mempunyai kelebihan dibandingkan ibumu,nyi girah . Ibumu lahir normal, kau
tidak. Ibumu lahir ditempat tidur. Kau... lahir dan tumbuh besar di dalam kubur. Itulah
sebabnya kau dapat muncul di dunia kami. Dunia nyata. Kelebihannya lagi, kau dapat
meminjam raga orang lain tidak saja sebagai kamuflase,namun  sekaligus juga sebagai
perantara membalaskan dendam kesumat. Nah. Pergilah sekarang, sebelum mereka..." 
    tribuanatunggadewa  berhenti mengetik. Kertas di mesin tik dicabutnya, diganti dengan yang
baru. Tenang-tenang pula ia menyulut rokoknya sebatang lagi, merenung memandangi
mesin tik. Sikapnya acuh tak acuh, seolah ia sedang sendirian saja laiknya. 
    Aki hwang jang lee tetap duduk bersila. 
    Tanpa bergerak. 
    Bahkan seperti tak bernapas. 
    Di kursi lainnya, maradona duduk menunggu dengan tegang dan wajah pucat. Dan
di sebelah kursi putar tribuanatunggadewa , Ajun Komisaris Polisi Robinsoo Abdullah  berdiri
kaku.tribuanatunggadewa  meneguk kopinya lagi. 
    Kembali mengetik. 
    Belum habis ucapanku, tahu-tahu nyi girah  sudah lenyap. Aku hanya melihat sinar
biru menyilaukan melesat menembus kegelapan malam, berputar-putar sejenak di atas
atap rumah janda muda itu. Lalu, sinar biru itu menukik ke bawah dan masuk
menerobos atap genting. 
    Aku duduk menunggu dengan tegang. 
    Menit demi menit berlalu. 
    Mataku hampir tak berkedip mengawasi rumah Saniah. Sampai sinar biru itu tampak
melesat lagi dari atap rumah Saniah,menari-nari sejenak, lalu  melesat ke tempat
dimana aku duduk menanti. Saat itulah terdengar suara jerit wanita lesbian  dari dalam
rumah Saniah. Pastilah Saniah sendiri yang menjerit amat menyeramkan itu.Terdengar
suara terengah-engah di sebelahku. saat  aku menoleh, kulihat nyi girah  duduk dengan
kaki berjuntai rileks, melepaskan lelah. Matanya mengawasi rumah Saniah, dan
rumah-rumah lain disekitarnya.Makin banyak sinar lampu terlihat. Sosok-sosok
tubuhpun berlompatan keluar dari pintu-pintu rumah yang terbuka, lalu berlari-lari ke
arah yang sama. 
    Rumah Saniah. 
    "Bagaimana?" tanyaku, gemetar. 
    "Sudah." 
    "Sudah apanya?" tanyaku tak puas seraya mengawasi wajah gadis di sebelahku. 
    Wajahnya tampak gundah, ia tidak tampak gembira sedikit pun saat  menjelaskan, 
    "Dendam ibuku sudah terlampiaskan. Yang kini ditangisi Saniah tinggal tengkorak
dan tulang-belulang chucky  saja!" 
    Aku ingin bertanya mengapa wajahnya justru tampak murung. namun  perhatianku
keburu dialihkan oleh sosok tubuh laki-laki yang berlari-lari dengan wajah tegang, tak
jauh dari tempat kami duduk. Kuawasi kearah mana larinya orang itu, lantas berkata
cemas, 
    "Hentikan dia, nyi girah !" 
    "Laki-laki itu?" 
    "Ya. Dia akan memberitahu kejadian di rumah Saniah pada keluarga chucky .
unyil , menantu chucky ,tinggal di rumah yang sama. unyil  tak boleh tahu apa yang
sudah  menimpa mertuanya. Kalau ia tahu, ia akan mempersiapkan diri untuk melakukan
perlawanan padamu. Ia kawan dekat dukun yang ikut membantu menundukkan ibumu
sebelum ibumu mereka pancung!" 
    "Oh!" 
    nyi girah  meluruskan duduknya. 
    Memancar sinar biru dari matanya. 
    Cepat sekali sinar biru itu mengejar, sampai laki-laki itu tersusul. Sinar biru
menghantam tengkuk laki-laki yang tak tahu apa-apa itu, yang tiba-tiba terjerembap
jatuh. 
    Tak bergerak lagi. 
    "Kau... bunuh dia?" tanyaku ngeri. 
    nyi girah  menggelengkan kepala. 
    "Hanya pingsan,"katanya. 
    "Yakinkah kau, tribuanatunggadewa , saat ini unyil  ada di rumahnya?" 
    "Tentu." 
    "Bagaimana kau begitu yakin?" 
    Sesaat aku bingung mencari jawab. 
    namun  lalu  aku tersenyum. 
    Berkata kalem pada gadis itu, 
    "Aku yang punya cerita, bukan? Jadi aku pun tahu mengenai segala sesuatunya yang
terjadi saat ini. Bahkan jelas kuketahui pula, istri unyil  sedang berjalan menuju
kamar mandi. Hampir-hampir tanpa pakaian..." 
    Sinar biru menghantam tengkuk laki-laki yang tak tahu apa-apa itu. Tiba-tiba ia
terjerambab jatuh dan tak bergerak lagi. 
    Pergantian kertas lagi.tribuanatunggadewa  menekankan puntung rokoknya ke asbak,namun 
tidak menyulut sebatang rokok lainnya. Tidak pula menyentuh kopi yang tinggal
setengahnya lagi dalam gelas, dan pasti sudah dingin pula. Ia rupanya sedang in dan
cepat sekali mesin tiknya berdetak-detak tak terhentikan. Kecuali sewaktu saat nnya
ada yang salah, lalu dihapusnya dengan cairan type-ex. 
    "Antarkanlah aku ke sana, tri !" 
    "Tidak mungkin, nyi girah . Waktu kita sangat terbatas.Mungkin saja ada orang lainnya
yang pergi memberitahu ke sana, bahwa chucky  sudah mau..." 
    "Aku tak tahu tempatnya!" 
    "Gampang. Rumah Pak fredy krueger  paling besar dan paling megah di desa ini. Maklum ia
juga menampung anak menantu dan  cucu-cucunya, dengan siapa ia tidak ingin
berjauhan. unyil  tinggal di paviliun. namun  sumur dan kamar mandinya di luar. Tak
pakai atap.Kau dapat melihat istri unyil  sedang mencuci tubuhnya di situ. Malah saat
ini kudengar ia bersenandung. Lagu Melayu. Kalau tak salah lagu..." 
    Sinar biru menyilaukan itu melesat lagi di depan mataku. Lenyap di balik pepohonan,
muncul di sekitar jalan desa, menyelinap dari satu atap rumah ke atap lain, lalu 
menghilang entah ke mana. 
    Cuaca semakin dingin pula. 
    Di depan rumah Saniah tampak semakin banyak orang. 
    Terang benderang di sana. 
    Begitu banyak obor. 
    Memperlihatkan wajah-wajah ketakutan. Aku pun dapat mendengar samar samar
teriakan-teriakan panik, bentakan-bentakan, dan jerit tangis di sana-sini.... 
    Lalu tiga orang lelaki yang sama-sama membawa obor tiba-tiba meninggalkan
rumah Saniah. Kuikuti arah langkah mereka pergi. 
    Wah, wah... bukanlah jalan yang mereka tempuh yaitu  jalan yang tadi ditempuh
orang sebelumnya yang sudah  dipingsankan nyi girah ? 
    Apakah mereka mulai curiga karena belum juga ada keluarga Saniah yang muncul? 
    Aku tertegak panik. 
    Salah seorang dari ketiga laki-laki itu menoleh kearahku. Cepat aku berlindung di
balik sebatang pohon besar. Orang yang menoleh itu mengatakan sesuatu pada
teman-temannya. Mereka berdebat sebentar,namun  lalu  meneruskan perjalanan.
Lalu mendadak seseorang terjungkal ke tanah. Dua yang lain berteriak kaget lalu
marah-marah. Obor-obor lalu didekatkan ke bekas orang terjungkal itu. Leher
kunaikkan untuk ikut melihat dari jauh. Ternyata orang tadi terjungkal karena kakinya
menubruk tubuh laki-laki yang pingsan itu. Heran, sebelumnya mereka tidak melihat
laki-laki yang terkulai pingsan di tengah jalan itu. Mungkin masih asyik
mempertengkarkan apa yang dilihat salah seorang dari mereka tadi. Merekapun sibuk
menyadarkan orang itu. 
    Bagus. 
    Jadi nyi girah  mendapat lebih banyak waktu terluang.Sesudah  yang pingsan itu siuman,
masih ribut pula mereka berdebat. Tampak mereka mulai ketakutan, lalu berjalan cukup
dekat satu sama lain, meneruskan ketujuan semula. Sambil melirik ke kiri-kanan. dan
menerangi dengan obor tempat-tempat yang gelap atau terhalang.Akhirnya mereka
lenyap di belokan jalan desa dekat alun-alun. 
    Bagaimana dengan nyi girah ? 
    Dapatkah ia temukan rumah yang dicari? 
    Juga unyil ? 
    Ataukah ia masih sibuk mencari? 
    Aku duduk dengan kaki-kaki gemetar.Dari ufuk Timur sudah mulai terlihat bias-bias
samar.Matahari pagi akan segera terbit. 
    Robinson Abdullah  batuk-batuk. 
    Berpaling ke jendela. 
    Gorden tertutup, namun  ada sedikit celah. Lewat kaca jendela, tampak suasana hitam
legam di luar rumah. Belum tampak pertanda bahwa pagihari akan tiba. Berpaling lagi
ia lihat tribuanatunggadewa  sudah selesai memasang kertas baru ke rol mesin tik.Ia duduk
sejenak menyandar di kursi, sambil menyulut sebatang rokok. Asap rokok dikepulkan
lewat hidungnya. Matanya mengawasi asap-asap -- Halaman 203 Kolektor E-Book --  rokok itu.Lalu siku-siku tangannya
bertelekan di atas meja.Berpikir keras dengan mata nyalang memandang kedepan. Di
seberang meja, Aki hwang jang lee tetap duduk tak bergerak. namun  tribuanatunggadewa  seperti tak
melihatnya.Bahkan tidak terpengaruh oleh maradona yang tiba-tiba menggeliat di
kursinya. Jelas sudah, tribuanatunggadewa  tenggelam dan larut dalam imajinasinya.Tak sadar,
rokok menyala di antara jari tengah dan jari telunjuk tangan kanannya mengenai
helai-helai rambutnya. Terdengar bunyi bergemeretak halus,tercium bau rambut
terbakar. tribuanatunggadewa  menghela napas panjang. Mengisap rokoknya sekali lagi, lalu
meletakkannya di asbak. Lalu mengusap perut sebentar. 
    "Hem..." ia bergumam pelan. 
    "Tiba-tiba aku lapar. Tapi tanggung nih.... 
    Robinson hampir saja memberi komentar. namun  tribuanatunggadewa  sudah meneruskan
mengetik. maradona bangkit dari kursi. Pergi ke dapur. 
    Robinson menoleh sekilas, angkat bahu, lantas terus pula membaca apa-apa yang
diketik tribuanatunggadewa . 
    Sinar biru itu muncul lagi. 
    Dan tahu-tahu nyi girah  sudah duduk pula di sebelahku. Wajahnya semakin murung
saja. Malah seperti mencemaskan sesuatu. 
    "Gagal?" tanyaku, waspada. 
    "Tidak," jawabnya, lirih. 
    "Kali ini kau lebih lama. Mengapa?" 
    unyil  kaget saat  aku melalui istrinya, mengajaknya bersetubuh. Dia bilang, 
    "Hei, yang tadi apa belum cukup?" 
    Lalu aku memaksa istrinya meliuk-liukkan tubuh sedemikian rupa, sampai unyil 
terangsang sendiri. 
    Cepat sekali ia menerkam. 
    Malah seperti mau memerkosa saja. 
    Lalu... 
    Terdengar jerit sayup-sayup di kejauhan. Lebih banyak lagi penduduk lari keluar
rumah. Menuju alun-alun desa. Bukti unyil  sudah menebus dosa-dosanya pada
jessica , pikirku. 
    Aku tidak sedih. 
    Tak harus merasa berdosa. Semua ini hanya fantasi. 
    Cerita fiksi. 
    Biarlah mereka mati. Seperti orang-orang lainnya, siapa, kapan,di mana pun juga,
harus mati. Menurut kodrat mereka masing-masing. 
    Mungkin juga, sesuai karma. 
    Kalau karma itu memang ada. 
    Pelan-pelan aku bangkit. k
    "Ayo kita pergi," desahku, hampir-hampir tak bersemangat. 
    "Ke?" 
    "Desa ini akan bergolak. Lalu penduduk akan pergi betri i-tri i menuju tempat
mereka menguburkan ibumu. Kita harus mendahului mereka...." 
    Kuawasi puncak gunung di arah Timur. 
    Bias itu semakin menebar. 
    Semakin terang. 
    Rupanya nyi girah  mengetahui apa sebabnya aku melihat ke arah sana.Tersenyum ia
berkata, 
    "Tak usah khawatir. Dengan aku, kau akan cepat sampai ke tempat yang kita tuju." 
    Ia menggenggam telapak tanganku. 
    Katanya, 
    "Ceritakan di mana tempat itu...." 
    Aku menceritakan tempatnya. Masih jelas dalam ingatanku, suatu hari aku pergi
piknik ke kaki Gunung mahameru , sesudah  letusan beruntun dan bersejarah itu terjadi.
Suatu saat aku tersesat, kehilangan kawan-kawan seiring. Letih dan lapar aku tiba juga
dikaki sebuah bukit. Bersandar di sebatang pohon raksasa yang daunnya rimbun sekali.
Di dekatku duduk terlihat segundukan tanah berpasir. Seekor kadal hijau kehitaman
mengintip dari bawah akar pohon. Waktu kuhentak, kadal itu lari menyelinap, namun 
bukan kebalik semak belukar, melainkan ke dalam gundukan tanah berpasir. Dan tak
pernah lagi keluar dari sana.Sesudah  kawan-kawan seperjalanan menemukanku dan
kami kembali ke Jakarta, kejadian sekilas itu menimbulkan ide dalam pikiranku.
Imajinasiku membayangkan gundukan tanah itu yaitu  sebuah kuburan. 
    Kuburan terpencil. 
    Dan seseorang sudah  jatuh sebagai korban hasutan dan kebiadaban
manusia.Kubayangkan, istrinya lalu  membalas dendam.Pada saat aku tengah
memikirkan untuk menuangkan ide itu menjadi sebuah kebohongan  misteri, seorang kenalan
lamaku di universitas mengirim surat. Memberitahukan bahwa ia sudah menikah
dengan seseorang dari sekian banyak kekasihnya. Nama gadis itu, jessica . 
    Ya, mengapa tidak? 
    jessica , hem. 
    jessica -lah istri yang ingin membalas kematian suaminya itu! 
    Berisik juga saat  maradona meletakkan penganan dimeja kerja tribuanatunggadewa . Ia
juga menyediakan segelas kopi yang diberikan kepada Robinson Abdullah , yang tentu
saja disambut dengan gembira. Diam-diam Robinson juga menyambar sebatang rokok
milik tribuanatunggadewa , menyulutnya dengan nikmat. 
    Aki hwang jang lee tidak menegur. 
    Orang tua itu masih bertapa semedi. 
    maradona mengawasi tribuanatunggadewa . 
    Yang diawasi kalem-kalem saja mengganti kertas di rol mesin tik.Kalem pula
menyambar penganan yang terhidang,tanpa mengetahui bagaimana makanan itu
sampai terhidang, dan siapa yang menghidangkannya. Dengan mulut masih mengunyah
tribuanatunggadewa  toh mampu sekaligus mengisap sebatang rokok. Dan jari-jemari terus
beroperasi di tuts-tuts mesin tik.maradona hampir saja menyentuh tribuanatunggadewa  untuk
mengatakan sesuatu, namun  Robinson menegur lembut,dan maradona dengan gundah
pergi ke tempat duduknya semula. Wajahnya yang pucat, tampak sangat gelisah.
Perhatiannya tak lepas dari sang suami,namun telinganya terpusat pada
kalimat-kalimat yang dibacakan Robinson. 
    Waktu pun terus berlalu. 
    "Nah, itu dia tempatnya!" 
    nyi girah  tertegun. 
    Gumamnya, 
    "Heran, aku tidak ingat lahir dan keluar dari dalam kuburan ini...." 
    "Apa saja yang kau ingat, nyi girah ?" tanyaku ingin tahu. 
    "Yah... tiba-tiba aku merasa terpanggil. Dan tiba-tiba pula aku sudah ada di
rumahmu. Kau datang. Kita berbicara. Lalu...wajah gadis itu memerah, dan ia tampak
tersipu waktu mata kami bertemu. 
    "Apakah aku menjerit terlalu keras waktu itu?" tanyanya malu-malu, 
    "Sangat keras!" jawabku lalu tertawa. 
    Menambahkan, 
    "Sampai aku khawatir ada tetanggaku yang mendengar." 
    "Andai kita dapat mengulanginya lagi..." 
    nyi girah  tak meneruskan kata-katanya, ia mengawasi wajahku dengan mata sendu.
Bibirnya setengah terbuka, mengharap. Untunglah ia segera sadar ada hal lain yang
harus kami kerjakan, dan itu lebih penting daripada apa pun juga. Sesudah  kami
berbicara sebentar, ia lalu  rebah di atas kuburan ibunya.Kakinya merapat satu
sama lain, dengan telapak menghadap ke bagian bawah akar-akar pohon raksasa
tempat aku pernah menyandar dahulu  itu. 
    Mataku lantas mencari-cari. 
    Dan di bawah sebelit akar besar tampaklah kadal hijau kehitaman itu. Matanya
mengawasiku dengan curiga. Mata lalu  kualihkan mencari-cari kalau ada
sepotong kayu.Namun yang kulihat hanyalah lautan pasir, dan semak belukar liar di
beberapa tempat. Sesaat aku bingung,akan namun  lalu  aku menemukan ide segar. 
    Aku memutar hati-hati. 
    Kadal misterius itu pun menoleh, mengikuti gerakanku. Tanpa tahu, gerakanku
berputar justru semakin mendekati akar tempatnya berlindung. Sesudah 
memperhitungkan dengan saksama,cepat sekali kuangkat sebelah kakiku lalu
kuhunjamkan ke bawah. 
    Kadal itu terperanjat. 
    Mencoba lari. 
    Tubuhnya lolos sebagian, namun  sisanya tergencet oleh akar yang kuinjak. 
    Terdengar bunyi cicitan halus. 
    Mencicit dan terus mencicit. 
    Dan bunyi cicitan itu menimbulkan gerakan samar-samar di tubuh nyi girah . Ia
menggeliat dengan wajah seperti menahan sakit. Lalu beberapa bagian depan tubuh
dan  betisnya mulai berubah. Seperti membengkak mirip bisul. Lalu bisul-bisul itu pun
pecah bersama datangnya matahari.Dari pecahan bisul terdengar lebih banyak lagi
suara mencicit. 
    Lebih nyaring pula. 
    Sahut-menyahut,riuh-rendah, dan membuat bulu romaku berdiri tegak.lalu 
dengan mata membelalak kulihat makhluk-makhluk mirip kadal itu bersembulan
keluar.... 
    Lagi pergantian kertas. 
    tribuanatunggadewa  tampak tegang. 
    Dan tanpa beristirahat ia terus saja mengetik. 
    Ia bekerja secara menggila. Seakan ia takut ketinggalan sesuatu. 
    Atau, menakuti sesuatu. 
    Diam-diam Robinson ikut merasa takut. 
    "Dari pecahan bisul itu terdengar suara-suara mencicit,lalu  makhluk-makhluk
mirip kadal bersembulan keluar. 
    Suara Robinson sewaktu membaca, jelas bergetar. 
     Makhluk-makhluk pengisap darah maupun daging dan apa saja yang ada di tubuh
manusia kecuali tengkorak dan tulang-belulang itu, berloncatan meninggalkan tubuh Si
nyi girah . Gadis itu tampak sangat  sangat menderita, namun mulutnya terkatup rapat. 
    Tidak bersuara. 
    Alangkah tabah gadis itu menahan azab sengsara. 
    Aku benci memikirkannya. 
    Dan dengan benci memandangi makhluk-makhluk terkutuk mirip kadal berbadan ular
itu, yang jumlahnya belasan. Semuanya bukan merayap, melainkan tegak pada
kaki-kaki belakang dan  ekornya, mengelilingi kadal yang tergencet di bawah akar
yang kuinjak dengan kakiku.Biji-biji mata mereka yang semerah saga tampak meredup
sedih. 
    Berdukacita. 
    Dan saat  kadal di bawah akar sekarat lalu mati, makhluk-makhluk itu bukan lagi
mencicit, melainkan melolong-lolong marah. Perhatian mereka kini teralih ke
arahku.Aku tahu itu akan terjadi, dan aku sudah siap. Namun toh jemariku sempat
gagal membuka ritsleting celana panjangku. Syukurlah berhasil juga, dan cepat celana
dalamku di bagian depan ku turunkan. Makhluk-makhluk menjijikkan namun  juga
menakutkan itu mulai melompat. 
    Mereka terlambat. 
    Air kencingku sudah keluar. Mengalir deras, dan kubuat sedemikian rupa supaya
memercik secara melingkar dan melebar. Tiap kali makhluk-makhluk itu terciprat air
kencingku, tiap kali pula lolongan lengking bergema seakan mau memecahkan gendang
telingaku saja. Sakit sekali, perih rasanya. Aku berusaha bertahan, sampai air seniku
habis dan makhluk makhluk itu terkulai seluruhnya dibawah kakiku. 
    Matahari semakin bersinar terang.Makhluk-makhluk itu pun berubah rupa jadi
arang,terus mengabu, lalu embusan angin pagi menerbangkannya entah ke mana.
Mungkin bersatu dengan lautan pasir. 
    Lenyap tak berbekas. 
    Yang tinggal:hanyalah bangkai kadal yang sial itu saja. 
    Tergencet dibawah akar. 
    Setengah hancur. 
    Luar biasa, bahwa nyi girah ... seperti pernah kulihat waktu dahulu  kami bertemu
pertama kali lalu berpisah,tidak terpengaruh oleh sinar matahari. Kulitnya tampak
mulus-mulus saja. Malah semakin manis, semakin berseri. Wajahnya pun kelihatan
merona lebih merah,matanya bersinar cemerlang, dan senyumannya...betapa
memabukkan. 
    Aku sempat tergoda. 
    Namun sebelum aku benar-benar tergoda, aku pun cepat berkata, 
    "Sekarang, nyi girah .Semuanya sudah  berakhir. Dendam jessica  dan dendammu sudah
terlampiaskan tuntas. Makhluk-makhluk jahat yang bersemayam di tubuhmu sendiripun
sudah  musnah..." 
    Aku menelan ludah, dan jiwaku terasa getir waktu kutambahkan, 
    "Tiba waktunya kita berpisah, nyi girah ..!" 
    Robinson Abdullah  terperanjat waktu tribuanatunggadewa  menyentakkan kertas hasil
saat nnya dari mesin tik.Lebih terperanjat lagi sewaktu ia lihat Aki hwang jang lee membuka
kelopak matanya, mengeluh letih, lalu  berujar lunak pada tribuanatunggadewa , 
    Berakhir sudah. 
    Berhentilah mengetik, anakku. Kau perlu istirahat dan..." 
    Dan seakan tak dengar tak melihat, tribuanatunggadewa  dengan tangkas sudah  memasang
selembar kertas baru di rol mesin tik. 
    Ia tidak minum. 
    Tidak merokok. 
    Tidak tercenung dahulu  untuk berkonsentrasi. Ia terus saja mengetik seperti orang
kesurupan. 
    "tribuanatunggadewa !" 
    Aki hwang jang lee membentak nyaring. 
    "Hentikan! Kubilang, hentikan!" 
    tribuanatunggadewa  terus mengetik. 
    Mengetik. 
    Mengetik, seperti tak mendengar maradona menjerit pelan saking cemasnya.
Robinson bingung, tak tahu mau berkata apa. Lalu secara naluriah ia letakkan telapak
tangannya di pundak tribuanatunggadewa . Berkata dengan suara berat, 
    "Sudahlah, Bung!" 
    Tak ada reaksi. 
    tribuanatunggadewa  tidak terusik sedikit pun. 
    "Celaka!" desis Aki hwang jang lee, panik. 
    "Imajinasinya tak dapat kuhentikan!" 
    Lalu ia kembali bertapa semedi, memanggil-manggil tribuanatunggadewa . 
    "Pulanglah, Nak tri . Pulanglah!" 
    Robinson menepuk-nepukkan telapak tangannya. Jatuh cukup keras di pundak
tribuanatunggadewa . namun  mesin tik terus berjalan. Dan tanpa sadar Robinson terus pula
membacanya 
    Sinar cemerlang di mata nyi girah  tiba-tiba berubah sendu.Mata indah itu berkilat-kilat. 
    Basah. 
    Tiba-tiba aku pun sadar, mengapa sesudah  dendam kesumatnya terlampiaskan dan
makhluk-makhluk jahat Itu tidak lagi merajalela dalam tubuh dan jiwanya, wajah
nyi girah  begitu murung dan gundah. Sesudah  menyadarinya, hatiku terenyuh. Hati-hati,
kucoba membujuknya selembut mungkin, 
    "Aku tahu kau mencintaiku, nyi girah ...." 
    "namun  kau tidak, ya?" ia menukas cepat. 
    Suaranya getir. Dan matanya kian membasah. 
    Bingung aku mau jawab apa. lalu  aku teringat saat  pertama kali kami
berpisah, lalu aku lalu  sibuk mencari kemana ia pergi. Dan sempat berpikir untuk
bertanggung jawab atas apa yang pernah kami perbuat di tempat tidur. Tanpa kusadari
aku pun bergumam, 
    "Sulit menjawabnya. nyi girah . Hanya saja...semenjak rumah tanggaku berantakan dan
aku ditinggalkan maradona, aku tak lagi punya keberanian untuk jatuh cinta. Lalu kau
muncul dalam kehidupanku. Dengan caramu yang misterius... dan pengorbananmu
yang lebih misterius. Saat itu mungkin... aku lantas berpikir, bahwa apa salahnya aku
memulainya lagi" 
    "Dengan?" 
    "Kau, nyi girah ." 
    "Dan?" matanya kembali bersinar. Meski semakin basah dan basah juga. 
    "Aku belum pasti." 
    "Barangkali dapat kujelaskan padamu, tri ," desah gadis itu, tersenyum ganjil
namun tampak sangat manis, seakan menyimpan kebahagiaan yang hanya ia sendiri
yang dapat merasakan. Katanya, tenang dan bahagia, 
    "Aku sudah mengandung...." 
    Tentu saja aku terperanjat setengah mati. 
    "Apa?" 
    "Mungkin kedengarannya aneh, tri . Kita baru berkumpul beberapa hari. Namun
toh aku sudah mengandung. Aku dapat merasakan kehadiran janin itu, tribuanatunggadewa . Dan
aku bahagia menyambut:kehadirannya...." 
    "Mustahil," bisikku, bingung. 
    "Apa yang mustahil, tri , mengingat semua yang sudah  terjadi di antara kita?" ia
balas berbisik, tersenyum. 
    "Mengenai itu... masih dapat kuterima. namun ..." 
    nyi girah  tidak tampak tersinggung atau kecewa. Tetap tabah dan tegar, ia memberitahu,
    "Kau cemas mengenai laki-laki lainnya, dengan siapa aku bermain cinta,bukan?
Alangkah buta matamu, tribuanatunggadewa . Kau sendiri yang mengatur segala sesuatunya,
ingatkah? Semua lelaki itu tidak sempat menanam benih mereka di rahimku. Karena
sebelum mereka sampai ke situ,makhluk-makhluk jahat yang buas di dalam tubuhku
sudah lebih dahulu  beraksi. Kau tidak ikut jatuh sebagai korban, yaitu  karena... seperti
kukatakan tadi. Kau yang mengatur segala sesuatunya, bukan? Mereka pun lantas tak
mengusikmu. Kalau mereka mengusikmu,aku akan... bunuh diri. Dengan sendirinya,
mereka pun pasti ikut mati." 
    Aku terdiam. 
    Tak berkomentar.. 
    "Berat hatimu meninggalkan istrimu, tri ?" 
    "Ya..." 
    "Hem. Suaramu bimbang. Aku dapat mengerti mengapa. Bayangan istrimu merintih
nikmat saat  ia diperkosa tetap menghantui jiwamu yang paling dalam,bukan? Lalu...
istrimu masih lari dari satu lelaki kepelukan lelaki lain. Mereguk kenikmatan demi
kenikmatan lain. Kau berusaha menerimanya dengan wajar: Namun jiwamu yang
paling dalam menentang keras. Apakah aku salah, tribuanatunggadewa ?"     tribuanatunggadewa  merenggut kertas dari mesin tik. saat  akan menggantinya dengan yang
baru, tangannya disambar Aki hwang jang lee, ditambah bentakan lantang, 
    "Cukup! Hentikan sampai di situ, sebelum kau celaka karenanya!" 
    Robinson mencium bahaya besar. Naluri polisinya bereaksi cepat. Didahului
permintaan maaf, tengkuk tribuanatunggadewa  dihantamnya dengan pukulan karate. Tidak
terlalu keras, namun biasanya sudah melumpuhkan siapa saja yang pernah dimakan
pukulan sisi telapak tangan kanan perwira polisi itu.     Hasilnya, tribuanatunggadewa  tidak terganggu. Juga saat  maradona memekik-mekik. Ia
terus saja mengetik dan mengetik. 
    Aki hwang jang lee menangis. 
    Tanpa daya ia hanya mengawasi dengan sedih bagaimana tribuanatunggadewa  melampiaskan
imajinasi gaib yang merasuki alam pikiran pengarang muda itu. Robinson Abdullah 
menyumpah serapah,lagi-lagi dengan memukul dan kali ini lebih keras.namun  jerit
tangis maradona menahannya. 
    "Jangan sakiti suamiku, Komandan!" isak maradona,setengah meratap. 
    Robinson mengumpat. 
    Dan terdorong juga hatinya untuk melanjutkan baca, yang diam-diam ia sadari,sudah 
menimbulkan keasyikan tersendiri dalam sanubarinya. 
    Dengan hati berat aku menjawab, 
    "Kau benar. nyi girah ." 
    "Dan kau ragu-ragu menerima kehadirannya kembali?" 
    "Ya." 
    "Kau cinta padanya?" 
    "Luar biasa cinta." 
    "Dengan itukah kau hidup selama ini?" 
    "Benar. Dan kupikir-pikir, sungguh aneh. Sering orang bilang, manusia tak mungkin
hidup bahagia hanya dengan cinta saja. namun  aku dapat, meski hidupku terasa rapuh."
    nyi girah  diam. 
    Entah apa yang dipikirkannya. 
    Aku sendiri pun tidak tahu apa yang dipikirkannya. 
    Begitu kacau. 
    Dan membingungkan. 
    nyi girah  hamil. 
    Dan aku bakal jadi seorang ayah.... 
    Lalu tiba-tiba aku tahu apa yang harus kulakukan.     Kuraih tangan gadis itu. Lalu aku berkata padanya, 
    "Aku belum tahu apakah aku sudah  jatuh cinta padamu,nyi girah . Yang aku tahu, aku
sudah  berdosa padamu. Dan aku ingin menebusnya...." 
    "Maksudmu, tri ?" suaranya terengah saat  ia menengadah. 
    "Kau akan jadi seorang ibu, bukan?" 
    nyi girah  mengangguk, patah-patah, namun matanya yang basah kembali bersinar
bahagia. 
    Aku merunduk. 
    Mengecup bibirnya. 
    Tubuhnya kurangkul, menciumnya lagi, lantas berbisik di telinganya, 
    "Bila demikian, nyi girah .Harus ada seorang ayah untuk anak kita, bukan?" 
    nyi girah  menangis. 
    Aku pun menangis. 
    Lama lalu  baru aku mampu berkata, 
    "Marilah kita pergi, nyi girah ." 
    "Ke mana?" 
    "Ke suatu tempat. Di mana tak ada orang lain kecuali kita berdua!" 
    nyi girah  tertawa renyah. 
    "Maksudmu, bertiga?" katanya. 
    "Ya. Bertiga. Dengan anak kita." 
    Dan aku tertawa bersamanya. 
    saat  aku menengadah, mataku beradu dengan matahari di langit cerah. 
    Matahari cemberut iri. 
       Detak terakhir mesin tik bergaung panjang lalu  sepi mencekam. Jari-jemari
tribuanatunggadewa  masih menyentuh tuts-tuts mesin tik, namun tak ada lagi gerakan. Tubuhnya
duduk lurus di kursi putarnya. 
    Dengan mata menerawang. 
    Jauh. 
    Sangat jauh. 
    Bibirnya tersenyum. 
    Bahagia. 
    Ia tetap seperti itu, manakala terdengar suara tangis tersendat-sendat. Lalu
maradona melompat dari tempat duduknya, berlari ke meja kerja suaminya.Robinson
Abdullah  menyisih memberi jalan. maradona merangkul suaminya ditambah ratap tangis
menyayat hati, 
    "tri , cintaku, suamiku, sayangku...." 
    Kelopak mata tribuanatunggadewa  mengerjap. 
    Lengan-lengannya terkulai, menjauh dari mesin tik, lantas menggelantung loyo di
pahanya. Pelan-pelan lehernya:berputar, mengawasi tempat sekitarnya dengan
pandangan heran. Sewaktu maradona menciumnya, ia menghindar, lalu dengan mata
membelalak ia bertanya, 
    "Siapa kau?" 
    maradona tak tertahankan lagi, memekik saat  Robinson membujuknya dan
membimbingnya duduk dikursi. tribuanatunggadewa  seperti baru menyadari bahwa bukan hanya
maradona saja yang ada di dekatnya ia mengawasi Robinson dengan dahi mengerut,
begitu pula sewaktu melihat Aki hwang jang lee yang tertunduk lemas di seberang
mejanya.Ganti-berganti ketiga orang itu ia pandangi lalu bergumam lebih bingung lagi,
    "Siapa kalian-kalian ini? Mengapa kalian ada di sini... di manakah aku?" 
    Tak seorang menjawab. 
    Semua berwajah pucat. 
    Lalu muncullah ledakan pertanyaan mengciutkan Itu dari mulut tribuanatunggadewa , 
    "Dan... siapa pula... aku?" 
    Aki hwang jang lee kembali menangis. 
    Lama baru ia mampu menjelaskan, 
    "Alam pikirannya sudah  pergi. Bersama nyi girah . Dan... anak mereka!" 
    "Siapa? nyi girah  yang mana? Anak siapa? Alam pikiran..." 
    tribuanatunggadewa  menggelengkan kepala dengan susah payah. Lalu berkata dengan suara
memelas. 
    "Adakah seseorang yang dapat menjelaskan, siapa aku ini sebetulnya ?" 
    Tidak. 
    Walau dijelaskan pun, ia tidak akan mengerti. 
    Kecuali bahwa suatu hari, beberapa tahun lalu ,dapat juga ia memahami yang
dikatakan maradona ini, 
    "Dengan kau sudah  melupakan seluruh masa lamamu, kita berdua akhirnya dapat
memulainya lagi..." 
    "Memulai apa, Lena?" 
    "Cinta kasih." 
    Dan itulah yang ia rasakan seterusnya bersama maradona. Barangkali demikian
pula halnya dengan alam pikiran tribuanatunggadewa  yang asli.