Tampilkan postingan dengan label VOC 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label VOC 3. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Desember 2022

VOC 3

didayakan pada beberapa pulau

di gugus Kepulauan Banda ini. Roni ingin memperoleh kan yang
terbaik. Jenis Mutiara Bibir Emas yang tidak mungkin digan-
tikan oleh mutiara lain sejenis.

Gugus Kepulauan Banda memiliki sepuluh pulau besar

dan .kecil. Banda Neira, Banda Besar, Gunung Api, dan Ai
adalah pulau-pulau besar di antaranya. Memetakan satu per

satu pulau-pulau itu butuh waktu lama dan tenaga yang .

339

tidak sedikit. Roni memutuskan untuk menyebar pemburu
karang di tiga pulau, Banda Neira, Banda Besar, dan Ai.
Tidak banyak waktu yang dia berikan kepada para pem-
buru itu. Dia hanya memberikan waktu tiga hari kepada
mereka untuk menemukan Mutiara Bibir Emas yang dicari.
Semen tara, para pemburu itu bergerak menyisir setiap pul,au
yang diperintahkan kepada mereka, dia menunggu dengan
tenang di Hotel Maulana. Pagi hari ini memberi kejutan
menyenangkan. Para pemburu karang datang satu hari lebih
cepat dari waktu yang ditentukan.

Tiga orang pemburu mutiara aerkulit cokelat menemlli
-Roni di resto setengah terbuka Hotel Maulana. Nasi goreng
seafood menanti rhereka untuk melewati pagi yang sepi ini.
Tidak banyak penghuni hotel y.ang menghabiskan paginya
di resto itu, hanya dua keluarga dan tiga pasang muda-mudi.
,sisa angin ribut semalam meninggalkan trauma.

* "Apa yang kalian dapatkan?" Lepas suapan terakhir, Roni
langsung melemparkan tanya.

" yang memperoleh kan, kami negatif," Irvan, lelaki

tinggi besar berambut lurus menyambut tanya.

"2" Roni langsung mengalihkan pandangan pada

lelaki berwajah campu;an Papua-Tionghoa. "Di mana kaucari
mutiara?"

"Banda Besar, Bos,” ucapnya ringan.

"Dan kau Panca, kenapa kau ikut-ikutan pula menarik

diri dari Pulau Ai?" Pandangan Roni lurus pada pria yang
lebih kecil.

"Negatif, Bos. Tidak ada jejak mutiara di Pulau Ai,"

jawab Panca.

"Dan kau send!ri, tidak menemukan apa-apa di Nt;ira?"
Roni kembali pada Irvan.

RahaS la M eede

"Negatif juga Bos. Terlalu banyak pehlncong di kota ini.
Kerang tidak akan mungkin menyimpan mutiara."

Roni melemparkan tiga bungkus rokok. Ketiga pembum
mutiara itu menyambutnya dengan senyum. Asap rokok akan
mengisi kekosongan pikiran. Roni tidak ikut merokok.
"Kalian paham kenapa aku memilih tiga pulau itu; Neira,
Banda Besar, dan Ai?" Bukannya langsung bertanya kepada

, Roni malah kembali.berettospeksi ke belakang. Tidak

ada tanggapan dari empat orang itu.

"Neira jelas perlu diselidiki karena ini satu-satunya kota

di gugus kepulauan ini. Sedangkan Banda Besar dan Ai adalah
tempat di mana ada perkebunan pala. Sebagian besar

bekas perkebunan Belanda. Aku memiliki data lengkapnya
mulai dari Weltevreden Lonthoir di Banda Besar hingga
Weltevreden Ai di Pulau Ai. Perkebunan jelas tempat yang
cocok untuk karang membuka cangkangnya. Mutiara Bibir
Emas bebas tidak terjamah di tengah perkebunan. Bisa me-
nyam menjadi apa saja.” Roni memaku senyum pada .

"Nah biarkan aku menebak, kau menemukannya di perke-
bunan bukan?"

balas tersenyum. Dia inengisap rokoknya dalam-

dalam, kemudian mengeluarkan asapnya lewat hidung. Ana-
lisis dari sang Bos memang luar biasa. Dia bangga bisa bekeaa
dengannya.

"Benar, Bos." *

"Kau menemukannya?"

"™" Tao

"Mutiara Bibir Emas pada karang yang membuka cang-
kang?"

"Benar, Bos," menurunkan into nasi suaranya.

Pandanaya menyisir setiap sudut resto. Yakin, tidak ada

yang mungkm mendengarkan suaranya, dla melanjutkan,
"Semua ciri mengarah padanya, Bos. Mutiara Bibir Emas
yang kita !Juru.”

"K ki;l" au yan.

"Sembilan"puluh tujuh persen, Bos,” dia menjawab man-
tap.

"Tiga persennya?"

"Alm sisakan untuk Tuhan," menjawab ringan

disambut tawa kecil Roni.

"Bagaimana ceritanya?"

Dia datang ke Pulau Banda Besar sebagai makelar mutiara.
Di Kampong Lonthor dia tidak menemukan apa-apa. Peman-
du lokal yang dibayar lima ratus ribu sehari kemudian
membawanya ke Kampong Walang. Penampilan klimisnya
meyakinkan sebagai makelar mutiara yang sukses.
Pembudidayaan mutiara di Kampong Walang terletak

di pesisir pantai yang berbatasan langsung dengan perke-
bunan pala dan hutan Kenari. Ada beberapa petak laut yang
aimiliki oleh usahawan lokal. Sisanya dimiliki oleh modal-
modal besar dari Jepang. dikenalkan kepada salah se-

orang pengusaha lokal, Sulaiman Baadila. Orang Banda ketu-
runan Arab. Dari Sulaiman, dia memperoleh kan cerita bahwa
mutiara-mutiara \[Malang sebagian besar dikirim . ke Jepang.
Untuk selanjutnya diolah menjadi perhiasan, dan kemudian
menghiasi etalase-etalase toko barang mewah di distrik Ginza,
Tokyo.

Walaupun tidak mencapai kesepakatan bisnis, Sulaiman
menahannya untuk menginap di kediamannya. Pagi hari
sekali, seorang pekerja bemama Gafur mengajaknya untuk
melihat langsung kegiaran grafting. Operasi pengambilan
organ mantel dari kerang donor kemudian diimplankan pada
RahilSia Mude 34-3

kerang mutlara. Gafur seorang teknisi yang cekatan, dia mela-
kukan sendiri operasi itu.

Pertama, dia mengambil karang yang sudah dilemahkan
selama dua minggu dari dalam tangki. Saat kerang membuka
cangkang, Gafur dengan cekatan menyisipkan pengganjal di
antara kedua cangkang. Dalam keadaan tanpa air, kerang
membuka cangkang, sementara mantelnya tertarik ke dalam.
Sesudah itu, dia memotong otot aduktor kerang donor. Gafur
mendiamkan beberapa saat, sesudah kerang itu dipastikan mati,
dia baru memotong bagian mantel kerang doaor yang disebut
saibo.

Sesudah itu, dia beralih pada kerang resipien. Kerang
penerima ini ditempatkan sedemikian rupa agar mudah di-
operasi dengan cangkang yang juga diganjal sehingga terbu- *
ka lebar. Gafur mengiris tipis bagian antara gonad dan kaki
dari kerang. Kemudian, dia memasukkan inti ke dalam gonad
disusul dengan satu lembar saibo. Jenis pekerjaan yang mem-
butuhkan ketelatenan. terpana menyaikannya.

Lepas siang, Gafur mengajaknya mengunjungi perke-

bunan pala yang terdapaa di perbukitan Kampong Walang.
Gafur membawanya pada sebuah perkebunan di dataran
tinggi tempat Neira dan Gunung Api terlihat jelas. Sebuah
-perkebunan milik almarhum Rahman Ya'kub yang sekarang
dikelola oleh jandanya. Istri kedua sesudah istri pertamanya
meninggal pada mas a awal Qrde Baru.

laki-laki itu datang begitu saja menemani janda tua yang
dipanggil Ina. Wajah, tinggi, dan kulit cokelatnya sudah
terpatri dalam benak . I'vlereka berbicara lama ten tang

pala dan monopoli oleh makelar-mak.elar yang memperda-

gangkannya di Singapura. Harga pala yang anjlok dan pohon-
pohon berumur ratusan tahun yang sayang untuk ditebang
E.S.ITO

padahal tida!< lagi berproduksi. Dia dijamu makan siang di
perkebunan itu.

"Keberuntungan yang bagus," Roni menanggapi cerita

"Ya, Bos.” "Ah, tetapj. bukan hanya itu. Kecerdasanmulah yang
mengundang keberuntungan itu datang," Roni ingin membe-
sarkan hati anak buahnya. "namun , kau yakin dia tidak mem-
baca keinginanmu membuka cangkang dari karang?"

"Sejauh pengamatanku, tidak, Bos."

"Berapa lama bu bicara dengannya?"

"Ehmm, kira-kira tiga jam."

"Apakah dia k.eluar masuk pada saat kau bertamu?"

"T idak."

‘Iida orang lain yang masuk?"

‘Iida satu, perempuan yang bekerja di dapur. Dia masuk
memberi tahu makanan telah siap," yang tengah

mengambang di angkasa pujian terlihat bingung. "Memang-
nya k.enapa Bos?"

"Ah, janga.n terlalu percaya pada keberuntungan. Dia

kadang menjebak. Ini bukan mutiara biasa. Bibir Emas,

bahkan dalam sosok mutiara dia bisa terlihat tidak berharga.”
‘ladi, apa yang harus kita lakukan, Bos?" Irvan memotong
pembicaraan.

"Kita akan mengambil mutiara tidak pada 'musim panen.
Mutiara Bibir Emas akan kita 'dapatkan malam ini. Semoga
tiram lain membuka diri. Aku tidak ingin gagal seperti di
Makassar.” .

Roni.menatap para pemburu mutiara satu per satu. T idak

ada tanggapan; artinya mereka setuju dan siap untuk perbu-
ruan yang menentukan.

39

INIBUK AN sebuah penawanan, melainkan tidak lebih dari
pelesiran tidak direncanakan. Mereka menuruni lembah
perbukitan. Wewangian kebun pala menjadi semerbak aroma
lembah yang diaumbu angin laut. Lembah itu adalah celah
sempit yang membentuk sebuah teluk kecil. Nun di bawahnya
laut tenang menanti. tribuanatunggadewi terus berjalan menuruni
lembah, tujuannya laut. Jauh di belakangnya, mpu tirta mengikuti.
Dua meter dari permukaan laut ada satu: bidang

landa yang cukup luas. Bebatuan karang terpahat menjadi
tangga. Di bawahnya sebuah perahu tertambat pada ujung
karang. tribuanatunggadewi menghentikan langkahnya. Teluk kecil di
bawah lembah kebun pala itu sangat indah. Dia tak akan

menemukan surga ini di tempat mana pun. mpu tirta menyusul
dengan napas berat.

"Mari Nona, kita naik ke atas perahu,"” matanya memberi

perintah pada perahu kecil dengan cat merah-putih itu untuk

diam men anti. "Orang sini menyebutnya Belang, perahu

perang khas Banda."

Terhipnotis dengan keindahan lembah dan laut, tribuanatunggadewi
menuruni tangga karang, melompat ke dalam kapal. mpu tirta

di belakang mengikuti dengan hati-hati. mpu tirta inulai menga-

. yuh per.ahu. Percik air akibat kayuhannya memecahkan kehe-
34-5

£.s.ITO

ningan teluk kecil itu. Perlahan mereka meninggalkan keda-

maian lerobah kebun Pala menuju kedamaian laut yang

diantarkan kabut pagi. Ruang tanya dalam hati tribuanatunggadewi
semakin penuh. Bayangan seram dari penculikan ini mulai

hilang. Entah mengapa, dia mulai menikmatinya. .

Perahu itu melaju dengan kecepatan sedang. Memecah

riak membelah laut. Tangan kiri mpu tirta lincah mengendalikan
perahu. Tatapannya tidak lepas dari perempuan cantik itu.

Rambut indah tribuanatunggadewi dimainkan angin laut. Satu dua
diterbangkan angin, memberi pesan keindahan pada semua
penghuni Kepulauan Banda.

"De Geldermalsen. Pemahkah Nona mendengar nama

itu?” tanya mpu tirta memecah keheningan di antara mereka.
"Nama kapal dagang VOC yang tenggelam di perairan

negerikita tahun 175]. Bukankih itu yang kau maksud?"

Dengan jawaban spontan yang pendek itu, tribuanatunggadewi kembali
menunjukkan kejumawaan pengetahuannya.

"Ya. Tepat.sekali. Penen'man kapal itu dua puluh tahun

yang lalu sempat menjadi pergunjingan."

"namun , aku tidak tahu cerita lengkap penemuan itu.”

Sulit ditebak apakah pemyataan tribuanatunggadewi ini sebuah perta-
nyaan atau ujian. namun kelihatannya, mpu tirta tidak peduli.
"Bangkai kapal itu ditemukan oleh ekspedisi pemburu

harta karun yang dipimpin oleh Kapten Michael Hutcher

di perairan Riau pada tahun 1985. Di dalam bangkai kapal

itu, mereka menemukan 126 batang emas lantakan dan

160.000 benda keramik Dinasti Ming dan Ching. namun ,
penemuan itu sendiri meminta tumbal. Seorang penyelam

lokal yang disewa oleh Hutcher, Santosa Pribadi, tewas dalam
penyelaman.”

"Dan, kalian juga melakukan hal serupa. Memburu harta

karun dengan menyamarkan diri sebagai anak bua}:1 kapal

31t7

dagang biasa? Lalu, di mana kalian pemah melakukan penye-

laman?" tribuanatunggadewi memotong dengan pertanyaan bertubi-
tubi. Seperti kemarin, saat tengah membicarakan sebuah
topik, tribuanatunggadewi seolah-olah lupa dengan statusnya sebagai
korban penculikan.

‘a, tidak juga. Kami sarna sekali belum pemah melaku-

kan penyelamaa. Aku sendiri sebetulnya sangai dengan raha-
sia harta karun yang dibesar-besarkan sebagai emas yang bisa
membuat bangsa kami. melunasi utang-utangnya itu.”

J awaban yang aneh:

"Lalu, kenapa kalian memburu sesuatu yang tidak kalian
yakini?" Seandainya jawaban mpu tirta itu jujur, tentu penculikan
dirinya ini sebuah tindakan yang sangat konyoL Tidak lebih
dari sebuah sensasi.

"sebab perintah dari langit dan kehendak dari masa

lalu. Kita tidak bisa menghindar dari untaian garis takdir."
Jawaban itu lebih aneh lagi. Sosok manusia rasional da-

lam diri mpu tirta , terkikis oleh erosi jawaban mistis itu.
"Chryse, Pulau Eaas. Bukankah itu sebutan untuk Pulau
Sumatra?" tribuanatunggadewi memberi pancingan.

"Cerita tentang Sumatra sebagai Pulau Emas itu tidak

lebih dari omong kosong. Orang':orang Melayu adalah bangsa
paling hiperbolis di muka bumi ini. Suka melebih-Iebihkan
segala sesuatunya,” mpu tirta langsung membantahnya.
"Kenapa kau menyimpulkannya seperti itu?"

"Ada yang mengatakan bahwa harta karun VOC itu

berasal dari sebuah tambang kuno di Sumatra. namun , lihat-
lah Pulau Sumatra sekarang. Kecuali usaha pendulangan emas
kecil-kecilan oleh masyarakat, sebetulnya tidak ada emas di
Sl!matra. Kalau memang dahulu di pulau itu ada sebuah

tambang kuno yang besar sehingga namanya harum sampai

k.e Eropa, sisa-sisanya saat ini tentu masih ada." mpu tirta tertawa
keeil. "Atau jangan-jangan, Chryse itu sebetulnya tanah Pa-

pua. Sejarah sengaja dibelokkan sehingga Freeport Me Moran

bebas menambang emas di sana dengan dah tembaga."

mpu tirta terkek.eh. Mungkin dia tengah menghibur dirinya

sendiri. tribuanatunggadewi sebetulnya geli dengan jawaban itu. namun ,
dia menahan senyumnya. Dia tidak boleh menikmati peneu-

likan ini.

aagaimana dengan Salido. Kau pernah mendengarnya?"

Mendengar oama itu, wajah mpu tirta langsung berubah.

Gelap menyelamatkannya. tribuanatunggadewi tidak merasakan per-
ubahan ekspresi itu .

. "Ya," mpu tirta menjawab lemah.

"Apa kau tidak pernah memperhitungkannya sebagai ke-
mungkinan?"

"Salido sarna dengan sebagian besar tempat lain di Suma-
tra, hanya tambang emas keeil-keeilan.”

"Aku tidak percaya pada ueapanmu.”

mpu tirta kaget. Dia tiflak menyangka tribuanatunggadewi akan meng-
ueapkan itu. E!/tah mengapa perempuan itu kini meneuri-
gamya.

"Mungkin Nona punya eerita sendiri tentang Salido,”

mpu tirta balas menantang.

"Ceritakan dahulu apa yang kau ketahui.”

"Aku tidak tahu apa-apa. Yang aku tahu hanya Cikotok

di Jawa Barat."

"Pemburu emas lokal tidak mungkin melewatkan Salido."

"Ah, Nona."

"Kalau begitu aku tidak akan bereerita," ancam tribuanatunggadewi .
Salido.

Apakah dia harus jujur kepada tribuanatunggadewi ? Dia mengun-
RahaSla .Made 349

jungi daerah itu pada pengujung tahun” lalu. Semua memori
visual tentang tempat itu masih terekam baik Pi otaknya. -

Dia ke sana hanya untuk membuktikan kebenaran sebuah
cerita.

Salido Ketek, demikian nama daerah kecil itu. Terletak

di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Dari Padang,

ibu kota provinsi, daerah itu berjarak kurang lebih satu
setengah jam perjalanan darat.

mpu tirta memperoleh i surga yang terenggut oleh waktu. Dae-
rah itu seperti taman Firdaus yang hams menerima nasib

untuk ikut Adam terusir dari surga. Sisa-sisa penambangan
modern yang dirintis oleh pemerintah k.olonial masih terlihat,
namun tidak terawat. Ada bangunan Belanda yang dahulu digu-
nakan sebagai pembangkit listrik yang sekarang berubah
fungsi menjadi pabrik es. Pipa yang dipakai untuk meng-
alirkan air untuk pembangkit listrik masih membentang,
walaupun tidak ada lagi turbin diesel yang hams digerakkan.
Hulu dari pipa air ini adalah bibir jurang sebuah bukit di

mana ada saringan air.

Dua ratus tangga beton buatan Belanda yang masih utuh
dengan kerniringan yang curam hams didaki untuk mencapai
saril).gan air itu. Airnya masia jernih, murni <4ri alamo dahulu
air itulah yang dipakai untuk menggerakkan mesin-mesin
produksi emas, selain untuk penerangan.

Sejauh pendakian yang melelahkan itu, mpu tirta masih
belum" menemukan lokasi penambangan emas Salido. Pendu-
duk lokal yang menemaninya sebagai penunjuk jalan menga-
takan" bahwa mereka hams mendaki lagi sejauh .empat belas
kilometer untuk mencapai lokasi penambangan yang terletak

di belantara Bukit Hanum itu. Untuk mencapainya, mereka
harus melewati jalan setapak yang terus menanjak. dahulu , ada

jatan besar yang dibuat Belanda dan bisa dilalui kendaraan

roda empat, namun kata penunjuk jalan itu, jalan itu sudah
tertutup oleh semak dan rimbunnya hutan.

Enam belas jam pendakian, empat kali istirahat, dua kali
nyaris terperosok tebing jurang, dan satu .kali tersesat dalam
rimbunnya hutan. A,khirnya, mpu tirta mencapai lokasi penam-
bangan itu.

mpu tirta takjub, lokasi penambangan itu jauh lebih besar
dari fang pemah dia bayangkan. Dia teringat sketsa tambang
emas Salido yang dibuat oleh pelukis Belanda pada tahun
1737 yang sempat membuat dia terngartga: Lokasi itu jauh
lebih besar dari sketsa gambar. Dinding batu bukit yang
kukuh ditembus untuk menemukan mineral bernilai tinggi

itu. Beberapa penduduk lokal masih mencoba peruntungan
nasib dengan mengais-ngais sisa lubang galian yang ditinggal-
kan Belanda itu.

Lalu, ke mana perginya semua emas Salido? mpu tirta_ber-
tanya-tanya dalam hati.

"mpu tirta ?"

Air laut yang dicipratkan tribuanatunggadewi membuyarkan la-
munan mpu tirta . Jelas terlihat bahwa lelaki itu sebetulnya punya
jawaban atas pertanyaan tribuanatunggadewi .

"Ya, memang ada usaha penambangan emas di sana.

Bahkan, jauh sebelum kedatangan bangsa Nona, masyarakat
sudah menambang emas di Salido. Emas itu mereka sebut
dengan istilah bunga tanah. namun , Nona bisa bayangkan
sendiri, berapa banyak emas . yang bisa didapatkan d-engan
usaha konvensional itu." mpu tirta mulai membayangkan cerita
penunjuk jalan di Salido Ketek. "Pe:tama, mereka menggali
permukaan tanah. Pada lapisan pertama, mereka menemukan
batu dengan garis kuning, merah, dan hitam yang disebut

batu karangan. Di bawah batu karangan, kalau mereka cukup
beruntung, akan ditemukan jenis batuan lain yang disebut
Rahas fa M eede

batu bulansi. Di dalam batu bulansi inilah ada emas.

Batu itu harus dipecah untuk menc'apatkan migeral yang
mereka cari. Untuk satu batu bulansi, butuh jam kerja yang
cukup lama. Emas yang didapatkan pun tidak begitu bagus
mutunya dibandingkan emas yang didulang.”

mpu tirta menutup narasinya dengan pemyataan yang berla-
wamin dengan memori visualnya. "Jadi Nona, cerita tentang
kekayaan emas Salido itu tidak lebih dari omong kosong
Melayu.”

"Bagaimana dengan tam bang yang diusahakan pendatang
kolonial?" tribuanatunggadewi tidal<, terusik dengan pemyataan mpu tirta .
Dial tetap berkeyakinan, lelaki pribumi ini menyemlmnyikan

banyak fakta.

"Ya, bukankah nasib merek3. sarna? Terus merugi. Bahkan,
penambangan modem dengan membentuk sebuah maskapai

usaha barn dilakukan pada tahun 191], dengan dibentuknya

Salido Mijnbow Maatschappy dan setahun kemudiari bergan-

ti nama menjadi Kinandan Sumatra Mijnbow Maatschappy.

Terapi, tetap saja produksi emas tidak sesuai yang diharap-

kan."

Dugaan tribuanatunggadewi semakin mengarah pada kebenaran.
mpu tirta bukan ,sekadar pemburu harta karun berotak udang.
Dia memahami sejarah emas, setidaknya sejarah emas Salido.
aBagaimana dengan cerita yang Nona miliki?" mpu tirta
menagih janji.

"Hmm .... "

tribuanatunggadewi lama berpikir. Setiap kali membicarakan topik
masa lalu dengan mpu tirta , dia selalu lupa dengan statusnya
saat ini. Ada kesan hyaman kebka membicarakan sesuatu yang
dia gemari dan kuasai. Ilmu pengetahuan memang anggur

yang memabukkan. Dan, esensi mabuk sebagaimana ungkapan

Nietzsche, adalah perasaan berpunya banyak dan berenergi

'

meningkat. Dari perasaan itu, manusia menyerah pada berba-
gai hal. tribuanatunggadewi pun nyaris menyerahkan seluruh nasibnya
kepada mpu tirta .

Haruskah dia kembali buka mulut kepada mpu tirta ? Dia
sudah aelanjur menjelaskan tentang Monsterverbond kepada
lelaki itu. namun , seandainya dia tutup mulut, apa gunanya?
Toh, seandainya dalam kondisi norm

al, jika seseorang me-

nanyakan hal yang sarna kepadanya, dia abn tetap menjawab.
Ini tidak lebih dari pengetahuan bias a, bukan rahasia.
Painamch Contract. Peljanjian Painan.

Peljanjian itu dirundingkan perwakilan VOC di Padang,

Jacob Groenewegen, sejak akhir tahun 1662 di daerah Batang
Kapeh, sebuah daerah pesisir yang terletak antara Painan dan
Airhaji. Bagian dari daerah-daerah yang dikenal dengan istilah
Bandar X. Resminya Perjanjian Painan ditandatangani di
Batavia pada 6 juli 1663 aatara para pemimpin daerah pesisir
Minangkabau mulai dari Tiku, Padang, Salido, Painan hingga
Indrapura dan Groenewegen. Perjanjian itu disaksikan oleh
segenap anggota Dewan Hindia..

Materi utama perjanjian adalah monopoli perdagangan
yang diberikan kepada VOC sepanjang pesisir rantai Painan
hingga Airhaji. Dan, yang terpenting adalah pemutusan hu-
bungan politik dan dagang antara daerah pesisir Minang-
kabau dengan Aceh. Negeri-negeri pesisir itu bersedia men-
jadi sekutu VOC dalarn menghadapi Aceh.

Ketika pada tahun 1666 Groenewegen digantikan oleh

Jacob Gruys, keadaan kembali beruba..;’. Gruys tidak memiliki
kemampuan diplomasi sebagaimana yang dimiliki oleh
Groenewegen. Setiap pelanggaran dari perjanjian Painan, dia
tindak dengan kekuatan senjata. Pada saat menyerang negeri
Pauh dengan dua ratus orang prajuritnya, Gruys mengalami
Rahasi a Meede 353

nasib naas. Pasukannya elihancurkan rakyat Pauh. Gruys dan
wakilnya tewas dalam pertempuran itu. Pasukan yang selamat
tidak lebih dari sepertiganya.

Ketika berita ini sampai ke Batavia, VOC sebetulnya

tengah menyiapkan pasukan untuk ekspedisi ke Makassar.
namun , mengingat pentingnya mengamankan petjanjian Pai-
nan, maka sebuah ekspedisi dikirim pada awal Agustus 1666
yang dipimpin oleh Abraham Verspreet. Jacob Spits ditunjuk
sebagai-pengganti Gruys eli Padang. Dalam pasukan Verspreet
itu juga tergabung kesatuan Ambon pimpinan Kapitan Jonar
dan kesatuan Bugis pimpinan Arung Palakka.

Ekspeelisi Verspreet menjalankan tugas dengan sempur-

na. Pauh dikuasai dalam tempo empat hari. Pembersihan
kemuelian juga dilakukan di Kota Padang. Pada akhir Septem-
ber 1666, kekuasaan VOC diperluas hingga Ulakan di Paria-
man. Di tempat inilah, Arung Palakka diberi kedudukan
sebagai Raja Ulakan. Sementara, J.<apitan Jonker diangkat
sebagai panglima dengan gelar Raja Ambon. Keberhasilan
ekspedisi Verspreet mengukuhkan kekuasaan VOC di pesisir
Minangkabau. Ekspeelisi ini kembali ke Batavia pada awal
November 1666.

"Arung Palakka dan Kapitan Jonker mungkin sudah kem-
bali lebih dahulu. Sebab, mereka segera harus menyusul
Speelman untuk bertempur melawan Hasanuddin di Ma-
kassar," tribuanatunggadewi memotong sendiri narasi sejarahnya.
Cerita tribuanatunggadewi bagai pembukaan yang lebih panjang
daripada batang tubuh sebuah cerita. Ini sedikit mem-
bingungkan mpu tirta. namun di dalam hati dia senang, gadis
itu tidak menyembunyikan fakta mas a lalu darinya.

"Lalu, apa hubung!In cerita itu dengan Salido?" tanya

mpu tirta .

35ftE.5. ITO
"Semoga perahu ini tidak tenggelam menahan begitu

banyak beban cerita.”

"Ia tangguh dalam derita, Nona.”

"Empat tahun sesudah penaklukan Verspreet itu, Jacob

Spits mengambil alih empat tambang emas di Salido. Demam
emas sesaat mewabah di kalangan pendatang kulit putih.
Pada akhir tahun 1670, VOC mendatangkan seorang meester
begwester atau ahli tambang bernama Friedrick Fisher ke
Salido. Dia mulai membangun pertambangan besar. Lorong-
lorong ‘panjang dan- dalam digali dengan kayu-kayu kuat di
hutan Salido sebagai penyangganya. Tidak lama kemudian,
dari Batavia didatangkan lagi ahli-ahli keturunan Portugis.
namun sesudah empat tahun, laporan dari Gubemur Jenderal
VOC di Batavia kepada Hereen Zeventeen di Amsterdam
menunjukkan bahwa upaya penambangan itu tidak banyak
menghasilkan emas." .

"Jadi, usaha tambang itu dihentikan?” potong mpu tirta .
"Tidak. Hereen Zeventeen tetap optimis dengan potensi

emas Salido. Para pekerja kasar malah ditambah dengan dida-
tangkannya kuli dari Madagaskar, Timor, dan Nias. Dari
Amsterdam didatangkan lagi puluhan ahli tambang. namun ,

: dalam laporan yang dikeluarkan pada tahun 1682, Gubernur
Jenderal menyebut kerugian dari kegiatan penambangan emas
itu sudah berlipat ganda. Ongkos yang dikeluarkan untuk
aksplorasi lima kali lipat dari hasil yang didapatkan."
"Akhirnya?"

"Semua itu belum berakhir. Hereen Zeventeer:t tetap

percaya pada laporanJacob Spits tentang potensi emas Salido.
Walaupun pada kenyataannya hasil penambangan itu tidak
pemah sampru ke Amsterdam."

"Sebenamya apa yang terjadi?' Kenapa laporan Spits

355

berbeda dengan catatan kerugian yang dilaporkan oleh Gu-
bernur Jenderal di Batavia}"

tribuanatunggadewi memang seorang pencerita ulung. sebetulnya ,
bisa saja jawaban dari pertanyaan itu dia jelaskan- dari awal.
namun , dia membiarkan dahulu logika berpikir mpu tirta mencari .

jawab.

"Kau tentu sudah bisa menebaknya?"
mpu tirta tidak butuh waktu lama untuk membangun logika
berpikirnya. Empat tahun sesudah penaklukan, tahun 1670,

Gubernur Jenderal Joan Maetsueyker masih

berkuasa. Seha-'-

rusnya pada tahun ini di Batavia, pangaruh Speelman, Arung
Palakka, dan Kapitan Jonker semakin kuat. Mereka sudah
menaklukkan Hasanuddin di Makassar lewat Perjanjian Bongaya
pada November 1667.

"Apakah ini terkait dengan Monsterverbond?" mpu tirta
langsung menebak.

"Tepat," tribuanatunggadewi langsung menyambut. "Ini berhu-
bungan dengan. ceritaku kemarin."

"Konsesi monopoli emas dari Maetsueyker?"

"Benar sekali. aebenarnya, Hereen Zeventeen sudah ber-
tindak benar dengan memercayai cerita Jacob Spits. Perwa-
kilan VOC di Padang itu mengatakan fakta yang sebetulnya .
Maetsueykerlah yang memanipulasi informasi. Sejak pertama
kali ditambang pada tahun 1670,_ produksi emas Salido luar
biasa banyaknya.”

"Dan emas itu semuanya diserahkan kepada Monsterver-
bond?"

"Ya. Hanya sebagian kecil dikuasai VOC. ltu sebabnya,

untuk menyembunyikan konsesi rahasia ini, Gubernur Jende-
ral memberikan laporan kerugian dari usaha penambangan

ini. Laporan lengkap mengenai kerugian ini dikeluarkan pada

tahun 1682. Kau tentu mengerti, kenapa tahun itu dipilih?"

"Mungkin pada tahun itu, Camelis Janczon Speelman

sudah naik menjadi Gubemur Jenderal!" jawab mpu tirta .
"Sekali lagi, benar! Speelmanlah tokoh di balik manipu-

lasi besar-besaran itu. Dia sudah mengendalikan VOC sejak
masa Maetsueyker .. Periode singkat pemerintahan Gubemur
Jenderal Rijeklof van Goens yang menggantikan Maetsueyker
tidak mengusik pengaruh Speelman hingga dia kemudian
berkuasa.”

Sekarang, mpu tirta benar-benar sud.ill bisa membayangkan
rupa dari Monsterverbond dan jejaring kekuasaannya. Tidak
ada penguasa sejati yang menampakkan rupanya di depan
khalayak manusia. ltulah sifat ahiah yang ditiru oleh manu-
sia. Penguasa sejati senantiasa mengendalikan kekuasaan di
luar alam sadar khalayak umum. Di luar batas kesadaran
itulah, mereka memiliki kemerdekaan untuk berkehendak.
‘Jadi, Nona pereaya bahwa harta VOC itu adalah emas

yang berasal dari Salido?”

"Sejauh ini, ya. Keeuali, kau bisa membuktikan bahwa

. Speelman, Arung Palakka, dan Kapitan Jonker bekerja untuk
Freeport Me Moran dan menaklukkan Timika di Papua."

mpu tirta tertawa keras. "Mereka harus punya seragam TNI
dahulu sebelum bekerja untuk Freeport!"

Inilah kali peaama tribuanatunggadewi mendengar tawa keras lelaki

muda itu. Sebelumnya, mpu tirta lebih banyak tertawa keeil yang
terkadang sulit dibedakan dengan ringisan pendek. tribuanatunggadewi
sudah bosan mengekang dirinya untuk tetap dalam kesadaran
sebagai korban peneulikan. Dari komplotan mpu tirta , dia tidak
merasakan tekanan apa pun. Dla seharusnya rnenikmati pe-
tualangan ini. Persetan dengan keadaan.

"Jika dugaan Nona tentang Salido benar, artinya harta

terpendam itu tidak sebesar yang digembar-gernborkan sela-.

." rma lm.

RahaS] lt Meede. 357

"Kenapa?"

"Sulit membayangkan Salido bisa menghasilkan em as

sebanyak itu.”

"Memang sulit. namun Salido bukan sekadar memproduksi

emas. Daerah pesisir itu juga terkenal sebagai pasar komoditas

em as untuk daerah pedalaman Minangkabau. Emas-emas

dari daerah Tiga Belas Koto dibawa ke Salido untuk diolah

dan diperdagangkan. Belum lagi terhitung emas-emas yang

berasal dari pedalaman Agam, Tanah Datar, dan Lima Puluh . .

Kota. Bayangkan jika tambang dan perdagangan emas Salido
dikuasai sepenuhnya oleh Monsterverbond."

Sulit bagi mpu tirta menemukan celah yang bi!>a menghan-

curkan teori tribuanatunggadewi . Untuk setiap pertanyaan, perempuan
itu memberikan jawaban lebih dari cukup.

Perahu kecil itu bergoyang pelan mengikuti riak ?mbak.
Merah-putih-biru menyatu. Bayangan kolonialisme sungguh

sulit dilupakan. tribuanatunggadewi rnenatap mpu tirta . Mereka berbalas
tatapan. Yang ada hanya diam. .

"Sampai kapan kalian akan menyekapku?" tanya tribuanatunggadewi
memecah diam.

"Menyekap?" mpu tirta tertawa kecil. "Tidak akan lama lagi

pasti ada yang akan menjemput Nona dariJakarta. Dan, kami

akan dengan terpaksa melepas Nona. namun kita akan bertemu

lagi di Jakarta.”

"Simpan saja pertemuan itu dalam imajinasimu. Kena-

pa kau yakin, aku mau bertemu lagi di Jakarta nanti?"
tribuanatunggadewi tersenyum mencibir seolah-olah kebebasannya ada-
lah janji yang pasti ditepati.

"sebab aku memiliki apa yang Nona cari."

"Jebakan itu terlalu kuno untukku."

"Dokumen pengiriman barang dengan kode VJs dan

kode stiker muatan AmsterdamlDjakarta B/L 169. Dikirim-:

kan lewat N.V Stoomvaart Maatachappij Nederland pada
akhir April 1950, bukankah itu yang Nona cari?"
"Bagaimana kau mengetahuinya?" tribuanatunggadewi panik. Ini

hanya mimpi, dia coba meyakinkan diri. namun , seringai mpu tirta
dan riak laut menyadarkannya bahwa in,i. sebuah realitas.
"Lupakan saja bagaimana aku mengetahuinya. Nona pasti
tidak mau melewatkan dokumen itu sebelum kembali ke
Belanda."

tribuanatunggadewi terdiam. Perlahan, mpu tirta membuka jati dirinya.
Sikap lugunya menyembunyikan pengetahuan yang luar biasa.
Dia curiga, laki-laki psikopat ini sekadar menganggap semua
ini sebagai permainan biasa yang dia nikmati sendiri. namun *
jujur saja, dia tergoda.

40

HEL] KOPTER BELL 412 milik TNI Angkatan Darat
meraung. Dua kaki lengkungnya terangkat meninggalkan
Pelabuhan Udara Banda Neira. Di atas udara, Banda Neira
tampak gelap, sunyi, dan senyap. Pukul sepuluh malam, kota
itu benar-benar disergap sepi. Angkasa malam bercampur
dengan sis a udara penat siang penduduk kota. Bell 412 itu
mencacah angkasa bergerak ke arah tenggara. Benda udara
imajinasi Leonardo Da Vinci itu bergerak menuju Pulau
Banda Besar.

Roni Damhuri merapatkan kancing jaket yang menyeli-

muti tubuhnya. Perburuan Mutiara Bibir Emas dimulai. Tiga
orang pemburu mutiara yang beberapa hari silam dia perin-
tahkan untuk mengendus Mutiara Bibir Emas, tidak lagi
tampil dalam soaok yang sarna. Mereka tidak berpakaian necis
layaknya makelar kota yang meyakinkan. Ini bukan perburuan
biasa. Wajah mereka nyaris tidak bisa dikenali. Didandani
dengan penyamaran malam untuk hutan tropis. Mereka

bukan makelar bias a, mereka manusia pilihan. Prajurit-prajurit
dari Komando Pasukan Khusus. Dua orang di antaranya
bagian dari unit Kopassus yang diperbantukan pada Kodam
Pattimura. Perburuan sudah mendekati saat yang menentukan.
Tajam hidung mereka berhasil mengendus keberadaan mangsa.
359

E. 8S. ITO

Selain lampu penanda, tidak ada laai cahaya di angkasa.
Kunang-kunang enggan berpacu. Biru laut Banda di bawah
sana ditelan gelap. Roni menyandarkan tubuhnya pada jok
kasar heli. Dia tidak berselera mengajak para prajurit dan

dua orang pilot heli untuk berbicara. Lamunan menyergap-
nya. Tanpa disadari, dia sudah memasuki situasi paling mena-
kutkan yang pernah dia bayangkan. Situasi yang pia harapkan
tidak akan pernah terjadi, bahkan dalam mimpi sekalipun.
Inilah garis demarkasi berkawat duri. Batas antara masa

silam dan masa kini yang mesti dia lewati. Seharusnya, tidak

sampai seperti i'ni. Seharusnya, dia tidak berada di atas udara
Laut Banda ini. Seharusnya, sang mangsa benar-benar tewas
dalam kecelakaan bus di jurang Palupuah. namun , dia hidup.
Segar bugar. Kematian baginya tidak lebih dari pelarian untuk
menghantui kehidupan. Benar, dia melakukan itu. Dari gugus

pulau bersajarah Banda, dia menghantui Jakarta.

* Attar Malaka, mpu tirta , atau dia bisa memiliki nama apa
saja. Di lain waktu mungkin dia akan bernama Suharto, Aidit,
atau Kartosuwiryo. Siapa yang bisa menerka? Sama persis
dangan dirinya. Suatu saat dia bisa bernama Roni Damhuri,
pada lain waktu dia bisa menyandang nama lain.

Mereka bertemu paaa lepas malam di Graha Enam. Barak
dengan tujuh belas tempat tidur bertingat itu ditempati

aleh siswa kelas III-IPA 6. Dikelilingi oleh belasan senior
galak, mereka menerima hukuman. Lima puluh kali push-up
dengan posisi setengah push setiap hitungan kesepuluh selama
satu menit. Sungguh menyiksa pangkal lengan. Nyaris
membuat tubuh ambruk. namun hukuaan, sebagaimana
doktrin tersirat, adalah bagian dari kehormatan. Prosesi yang
harus dijalani dalam menjemput umur kedewasaan. Tidak
ada rintihan dan keluhan. Cengeng hanya akan menjadikan
Rahas ta M eede

mereka seperti remaja yang bersekolah di tempat biasa.
Mereka bukan remaja bias a, itu sebabnya setiap perintah
hukuman hanya ditanggapi dengan satu kata, Siap! Sebab,
mereka adalah siswa SMA Taruna Nusantara Magelang.
Sekolah Menengah Atas terbaik di negerikita pada masanya.
Roni dan Attar, siswa kelas satu yang celaka. Mereka
melakukan kesalahan fatal yang klasik di meja makan ruang
bersama. Keduanya tidak ingat identitas lengkap Abang kelas
tiga yang menjadi k.epala meja makan. Mereka kenal nama
namun selanjutnya, mereka tidak tahu apa-apa. Kelas tiga apa,
asalnya dari mana, jabatannya di OSIS, PKS, atau Tonpara .
apa? Mereka tidak tahu apa-apa. Senior kelas tiga dengan
perawakan kasar itu menyita buku saku mereka. Perintahnya,
buku itu hams diambil lepas tengah aalam di Graha Enam,
barak yang menjadi kediamannya. Setiap siswa kelas satu
Tamna Nusantara hams kenal dan hafal identitas lebih dari
tujuh ratus siswa Tamna Nusantara, lengkap tanpa kecuali.
Luput satu poin saja, artinya celaka.

Pada saat itu, mereka barn lepas dari masa basis. Pem-
binaan tiga bulan dengan eufemisme latihan dasar kepemim-
pinan .. Masa inisiasi dan isolasi dari dunia hiar. Walaupun
satu angkatan dan saling mengenal satu sarna lain, keduanya
tidak dekat. Mereka beda kelas dan graha. Panggilait ke Graha
Enam itulah awal sebetulnya perkenalan mereka. Sebab,
hukuman itu tidak berhenti sampai di situ. Sang senior
ternyata orang penting. Jabatannya tidak main-main. Wakil
Komandan Peleton Upacara. Organisasi siswa paling elite dan
bergengsi sesudah Pengurus Harian O.SIS. Hingga menjelang
fajar, mereka barn selesai menguras dan membersihkan bak
mandi Graha Enam.

"Kau sudah hafal identitas Abang tadi?" tanya Roni saat

gosokan terakhirnya.

"Tidak, dan aku tidak akan menghafalnya. Kau bagai-
mana?"

"Belum."”

"Bagus kalau begitu. Seumur hidup kita tidak akan
menghafalnya. "

"Kenapa?"

"sebab bajingan itu memang tidak pantas untuk di-

ingat." Attar tertawa lebar. .

. "Kau akan terus-menerus dihukum." Roni memandang-
nya penasaran.

"Peduli setan. Aku akan membuat mereka bosan meng-
hukumku."

"Ide yang bagus.” Roni mulai ikut menyeringai.

"Aku tidak akan pernah meJJ.ghafal identitas siapa pun.
Kecuali, orang-orang yang memang ingin kukenal. Peduli
setan," Attar berikrar.

"Ya, peduli setan. Aku ikut denganmu.”

Terompet setan berbunyi tepat pukul lima pagi. Tidak

Tebih dari satu jam keduanya tidur di graha masing-masing.
Di Plasa Pancasila, lapangan temp at para siswa melakukan
senam militer, mereka kembali bersua dalam barisan peleton
graha berbeda. Sungging senyum meneguhkan ikiar mereka
berdua.

Tidak ada tempat untuk pembangkang di Taruna Nusantara.
Jika para senior sudah bosan menghukum, mereka akan
mendiamkan. ltu artinya sang pelaku dilupakan. Semua akan
melupakan mereka. Tidak ada pintu untuk kepanitiaan
penting, organisasi sekolah, apa lagi Peleton Upacara yang
tersohor dan berbagai jabatan komandan dalam latihan
lapangan. Tidak ada. Pembangkang adalah rumput. Bisikan-
nya tidak akan mengundang gores pujian pada buku saku.
Rahasta Meede

Golongan rumput hanya akan memperoleh kan jabatan rutin
yang dipergulirkan setiap minggu, Ketua Graha dan Ketua
Kelas. Tugasnya sederhana, berdiri dengan sikap sempurna

dengan map absensi di tangan kiri, kemudian melal>orkan
jumlah anggota pada setiap kali

apel dan upacara.

Kesepian meneguhkan persahabatan mereka berdua. Me-
nginjak kelas dua, merC?ka semakin tidak peduli. Tidak ada
hukuman untua kelas satu yang tidak kenal Attar dan Roni.
Sebab, mereka tidak pernah menginterogasi bocah-bocah
ingusan itu. Ya, se}auh itu mereka masih tunduk pada Tripra-
setya Siswa dan Kode Kehormatan Siswa Tarnna Nusantara.
Setia pada Pancasila, NKRI, dan bla bla bla doktrin kebang-
saan.

Hingga kemudian, keduanya kenal dengan bajingan

Yogya yang sekolah di SMA De Brito. Panggilannya Jarwo,
namun jika dilengkapi dengan nama baptisnya jadilah nama
Antonius Edy Sujarwo. Ternan satu SMP Roni di Yogya.
Jarwo memuji setinggi langit pembangkangan Roni dan Attar.
Kemudian, bak seorang ideolog ulung, dia umpamakan tin-
dakan itu sebagai aksi revolusioner. Kata yal).g terlarang di
lingkungan Taruna Nusantara.

Jarwo rutin mengunjungi mereka setiap hari Minggu.
Kadang, mereka bertemu di kota pada saat keduanya pesiar;
kadang pula Jarwo yang bertamu ke lingkungan sekolah.
Pembual itu banyak bercerita tentang sesuatu yang terlarang.
Koreksi terhadap Orde Barn, HAM, gerakan mahasiswa "
Yogya yang akan menumbangkan Suharto dan tentu saja Che
Guevara. UntUk pembangkang tidak populer, tentu saja cerita
itu terdengar sexy. Di dalam sekolah yang mengharamkan
kanan dan" kiri, mereka menyimpan badge Che Gaevara.
Entah untuk apa.

Namun, keadaan tidak selamanya sarna. Tiba-tiba, Jarwo
E.5. ITO

menghilang tak tentu rimbanya. Bersamaan dengan penang-
kapan puluhan aktivis yang dituduh komunis di Yogya. Me-
mang bocah itu sering bercerita bahwa dia memperoleh kan
semua hal dari hasil ikut nimbrung bersama mahasiswa-
mahasiswa aktivis Yogya. Roni dan Attar melakukan kesalahan
bodoh. Tengah malam, mereka nekat melompati pagar ling-
kungan sekolah. Dengan baju preman, mereka bergerak ke

Yogya.

Dua hari lamanya, mereka menghilang dari sekolah.

Jarwo juga tidak mereka temukan di Yogya. Kembali ke
sekolah dengan . tampang kuyu, mereka menyerah. namun ,
"tidak pernah mengaku salah. Keduanya terancam drop out.
namun , karena sekolah tidak menemukan alasan logis yang

melanggar kode kehormatan siswa, mereka hanya dihukum.
Selama enam bulan, keduanya diwajibkan menjadi petugas
pengerek pengibaran dan penurunan bendera di Plasa Panca-
sila setiap pagi dan sore. ltu dilakukan setiap hari dengan
mengenakan seragam pakaian dinas lapangan. Hukuman yang
membuat mereka tampak sebagai pecundang di sekolah tem-
pat siswa bebas bercita-cita, kecuali aenjadi pecundang.
Hukuman hanya akan meneguhkan persahabatan. Mere-

ka tidak ikut dalam arus ketenangan dan stabilitas ala Orde
Baru. Siswa-siswa lain sibuk mendengarkan radio Polaris
Magelang, kemudian mencari kontak dengan gadis-gadis
Magelang. Bersaing dengan taruna Akademi Militer untuk

. memperoleh kan hati mereka. Atau terkadang, mereka membuka
majalah remaja, mencatat alamat nominasi gadis sampul
kemudian berkirim surat. Cadis .m.tna yang akan menolak
surat dari siswa Taruna Nusantara? Otak cerdas, otot kuat,
badan tegap dengan bentuk streamline dan tentu saja mereka
memiliki mas a depan cerah. Paling rendah jadi bupati atau
walikota nantinya. Paling mungkin jadi jenderal atau menteri.
Rahas ia Meede

Roni dan Attar tidak terbawa arus. Sesudah mengutak-

atik radio, mereka memperoleh kan siaran BBG langsung dari
London. Cerita negerikita versi sekolah tentu berbeda dengan
cerita dari luar.

Setahun sebelum reformasi, mereka sudah bisa meramal-

kan kejatuhan Suharto. Mereka juga sudah bisa membayang-
kan suasana ruang bersama. Potongan ayam tinggal separuh,
ikan yang dipotong kecil dan tentu saja ikan asin yang akan
menjadi menu baru siswa Taruna Nusantaa. Bocah-bocah
harapan bangsa. Yayasan Kejuangan Panglima Sudirman dan
Majelis Luhur Taman Siswa yang membentuk Lembaga
Perguruan aaman Taruna Nusantara Fidak akan sanggup
menahan laju arus zaman.

namun , kenyataannya kemudian, persahabatan me-

reka diakhiri dengan pilihan yang bertolak belakang. Meng-
hasilkan kebisuan hingga sembilan tahun kemudian.

Lima kerlip lampu pertanda sinyal dari bawah. Zona pen-
daratan terletak lima belas meter dari bibir pantai yang sepi
itu. Dua mobil Jelah menunggu. Empat prajurit dengan
pakaian preman itu turun lebih dahulu . Roni mengikutinya
dari belakang. Bell 412 itu kembali membumbung ke ang-
kasa. Satu kompi pasukan dari Kodam Pattimura siap me-

nunggu komando.

Tangan kiri Roni terkepal. Tapal batas ini mesti dia
lewati. Masa lalu tidak boleh menjadi jeruji mas a kini. Dia

tidak pernah gagal, itu sebabnya dalam lorong kerahasiaan
dan dunia bisik-bisik, dia dipanggil Lalat Merah.

r

41

PUKULDUABELAS malam, penduduk Banda Besar
tengah berlayar di alam mimpi. Mereka yang melaut tengah
menebar jala dan menarik jaring. Terlalu ‘sibuk untuk
memerhatikan lusinan perahu karet mendarat di salah satu
pantai di Kampong Walang. Area tambak mutiara cepat
diisolasi. Satu regu pasukan mengamankan daerah itu untuk
memastikan tidak ada yang keluar-masuk zona operasi. Satu
regu lainnya ditugaskan ' untuk mengamankan perimeter
sejauh dua kilometer dari wilayah operasi. Menghentikan
siapa saja. yang pergi dan datang.

Tiga peleton pasukan mendarat di lepas pantai Walang.

Satu peleton lainnya memasuki sebuah teluk kecil yang lang-
sung menghadap target operasi. Masing-masing peleton di
bawah -komando bintara Kopassus. Satu peleton pasukan
langsung berada di bawah kendali Roni. Mereka mendaki
tanjakan halus menuju perkebunan. Tidak ada halangan yang
mereka temui. Dalam senyap malam, perbukitan kecil atu
terasa seperti -tell).pat asing yang belum pemah didaki. Mele-
wati jalan babi, dua peleton pasukan itu memasuki areal
perkebunan. Mereka menyebar, setiap dua orang mengaman-
kan perek-perek yang tersebar tidak beraturan. Sisanya meng-
ambil tempat perlindungan di balik semak pohon pala. Selain
Rahasi a Meede

lampu tempel dari perek-perek, tidak ada lagi cahaya di
tempat ini. Yang ada hanya gelap.

Seberkas cahaya mendaki udara dari arah teluk kecil.

Isyarat satu peleton pasukan pendarat siap naik. Pasukan itu
merayap naik, mendaki tebing karang. Untungnya tidak ada
tanda-tanda penjaga bersenjata di perkebunan ini. Kalau
tidak, pasukan yang mendaki dari teluk kecil bisa habis.
Mereka bergerak tanpa perlindungan alamo Roni melirik jam
tanganny.a, empat puluh menit waktu yang dihabiskan untuk
gerakan pasukan menuju target operasi. Dia sudah memutus-
kan, operasi ini paling lama harns selesai dalam dua jam.
Kalau tidak terpaksa, tidak perlu ada kontak senjata. Dia ingin
menangkap mpu tirta hidup-hidup. Ini lebih dari sekadar urusan
- negara.

Masing-masing komandan peleton memberi isyarat a-

man. Sisa pasukan maju menuju perek paling besar. Roni
mengawasi dari belakang. Dia melihat keadaan sekitar. Unsur
dadakan dari operasi ini masih'terjaga. Tidak ada yang mem-

perkiran kedatangan mereka.
Penuh percaya diri, bergerak ke depan. Tidak

ada suara aari dalam bangunan perek besar itu. Lima meter
dari target sasaran, pepohonan pala terakhir di depan halaman
depan. mencari perlindungan di baliknya. Empat

orang prajurit yang menyertainya melakukan hal serupa.
Berlindung di balik pohon pala. memberi isyarat pada
Roni. Dia memperoleh anggukan kepala. menghitung
mundur, dia akan menyerbu perek besar itu.
"10....90.8..7..6... 5...4...3 0"
Sluuuuuuuuuufff ... slufffff ... slufff es.

"Ouh .... "

terpana, dia merasakan belati menempel di leher-

nya. Empat orang prajurit lainnya juga sudah disergap. Dia

coba melirik ke samping. Orang-orang itu sudah menunggu
mereka di atas rimbun dedaunan pohon. Berpakaian serba-
gelap, wajah mereka dirajah dengan ornamen kelelawar. Nyaris
tidak bisa dikenali.

"Tembakl" Terdengar suara komandan peleton di bela-
kang. Bersahutan terdengar suara M-16 dan SS] terkokang.
"T ahan!" Roni tidak kalah beringas berteriak. Dia dilanda
kepanikan. Dia tertipu ae.ntah-mentah: Data intelijen tidak
bisa diandalkan. Tembakan dari peleton di belakang artinya
kematian untuk dan empat orang lainnya. Keringat

dingin mengucur di sela -sela dahinya.

Terdengar keributan di balik perek-perek. Suara parang
diambil dari dinding. Pintu-pintu mulai terbuka.

"T ahan mereka!" perintah aoni. Dia tidak ingin terjadi .
perkelahian mas sal yang tidak seimbang ..

"Kakehan .... " seorang prajurit kelahiran Seram yang ikut
disergap berujar pendek. Dia mengenal orang-orang rnisterius
ini. Dia dilanda ketakutan, kutukan nenek moyang meng-
hampirinya.

Di Pulau Seram mereka sudah lama hilang. Ketia adminis-
trasi modern dan agama-agama langit semakin menguat,
mereka terkikis hilang. Kakehan, persaudaraan rahasia di
dalam Patasiwa Hitam dan Patasiwa Putih. laki-laki terpilih
di Pulau Seram yang memiliki keberanian dan kesaktian.
Dalam ritual mereka, lelaki dari Patasiwa Hitam bertindak
sebagai mena atau yang dituakan, sedangkan lelaki Patasiwa
Putih bertindak sebagai yang muda atau disebut muli. Ritual
mereka biasa dilakukan di tengah hutan dalam sebuah
bangunan tersembunyi dipimpin oleh seseorang yang paling
berpengaruh di antara mereka yang disebut Mauwena. Ritual
di mana debat dan keputusan-keputusan untuk melakukan
Rahas ia M eede
penyerangan dan pemenggalan kepala terhadap orang-orang
yang melanggar ketentuan ad at dan agama tradisional
dilakukan.

Kakehan.

Persaudaraan itu tidak bisa dilepaskan dengan adminis-

trasi dan pengadilan tradisional, nili ela. Eksistensi terakhir
kelompok rahasia ini terlihat saat mereka melakukan konsoli-
dasi melawan pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1914
sampai tahun 1916. Sesudah diberangus oleh kekuatan kolo-
nial, mereka tidak lagi terlihat. Kecuali, praktik-praktik kecil
yang lebih mirip pedukunan. Kakehan sudah punah, berubah
jadi mitos.

Sekarang mereka muncul lagi, persis seperti gambaran

mitos yang diceritakan turun-temurun. Prajur,it-prajurit
Pattimura terperangah kaku. Ada kerinduan akan kegagahan
Kakehan. Mereka tidak berani menghadapinya. Melawan
Kakehan artinya menebar benih kutukan seumur hidup.
Orang-orang berpakaian hitam itu lebih dari lima orang.
Mereka muncul dari semak dan,atas pohon, belasan jumlahnya.
Bergerak menuju teras, mengelilingi saudara-saudara mereka
yang menyandera dan empat orang anak buahnya.

Bisu, tidak ada yang berkata-kata. Kecuali, belati tebal ber-
warna hitam yang menebar ancaman. Mirip machete di Kari-
bia.

"Lepaskan mereka!" teriak Roni berusaha mengatasi keka-
lutannya sendiri.

Tidak terdengar jawaban. Pasukan di belakang maju
mengikut. SSI dan M16 mereka tetap terkokang. Sebuah
operasi yang dari awal mereka kendalikan dengan baik, seka-
rang tiba-tiba saja berada di luar kendali. Roni tidak ingin
mengorbankan bin tara dan empat orang prajuritnya. Dia

menarik napas dalam-dalam. Dalam keadaan seperti ini,

ketenangan akan menjadi kunci untuk memenangi perta-
ruhan. "Aku ingin bertemu dengan pemimpin kalian," Roni terus
coba membuka komunikasi dengan orang-orang misterius itu.
"Suiilittttt.... "

Siulan dari dalam bangunan memecah keheningan. Suara
langkah kaki mengentak lantai terdengar_ bersamaan dengan
cahaya lampu tempel yang semakin mendekat. Pintu perek
terbuka lebar, seorarig lelaki muda muncul. Roni terperanjat.
Jantungnya berdegup kencang, lelaki muda itu benar-benar
Attar. Kecuali tubuh yang lebih kurus, tidak satu ciri pun
yang bisa membantah bahwa bajingan ini adalah ternan masa
lalunya..

"Mohon maaf, ada perlu apa Bung malam-malam datang
I kemari?" Dia tersenyum mencemooh. "Kami pikir tadi pencuri
biasa yang menyambangi buah pala. Ternyata ada banyak
maling rupanya, dengan senjata lengkap pula. Bung tidak
usah kaget, saudara-saudara kami ini sudah biasa menyergap
maling-maling seperti Bung.”

"Kami bukan maling, namun TN!."- ingin melu-

dahi wajah di depannya itu. Dia J?erasa dipermainkan.

"Oh, TN! rupanya. Ah, tapi apa bedanya? Banyak TN!

yang juga jadi maling. Orang-orang kami biasa memenggal
kepala mereka. Kakehan, Bung pernah mendengar mereka?"
Roni bergerak maju. Dua orang Kakehan menahan lang-
kahnya. namun , mpu tirta memberi isyarat kepada mereka untuk
membiarkan Roni maju mendekat.

"Bung yang memimpin gerompolan pencuri pala ini?"

dia memandangnya penuh cemoch.

Rahas ia Meede 371]

"Pencuri pala mungkin lebih baik daripada pencuri nya-

wa," Roni membalasnya.

"Tergantung bagaimana Bung memandangnya. Terka-

dang, sebutir pala lebih berharga daripada sebuah nyawa."
"Jadi, apa yang akan terjadi dini hari ini?" Roni menan-

tang Attar dengan tenang.

"Entahlah," dia angkat bahu. "Dalam pergantian hari

seperti ini, hukum alam menjadi ganjil. Tuhan berencana
lewat takdir, manusia yang menentukannya dengan chaos."
"Kau tidak memberiku pilihan," Roni menyunggingkan
senyum. Sudut matanya melirik . Belum ada celah

untuk balas membekap Kakehan.

"Kaubisa memilih, gelap atau terang?" Attar menantang.
"Biarkan hukum berlaku sebagaimana mestinya. Kau

boleh berencana namun ada batas yang tidak mungkin kaule-
wati. Aku datang untuk menjemputmu."

"Aku tia melihat kereta kencana menunggu di gerbang

sana,” Attar mendekati Roni. Dia tatap wajah itu, kemudian
tangannya menepuk bahu Roni. Dia juga tidak mungkin
melupakan ternan lamanya. "Bung, aku ingin istirahat. Bagai-
mana kalau Bung meninggalkan tempat ini baik-baik? Di
lain waktu mungkin kita bisa bertemu di Dome Cafe, Plaza

negerikita .”

"Aku bisa perintahkan anak \>uahku meaembak sekarang
juga.”

"Usul yang bagus. Kita berdua akan mati. Sesudah itu,
kita akan melakukan reuni empat tahunan di dasar neraka."
Attar Malaka altas mpu tirta tertawa lepas. Ketegangan di

wajah Roni jadi hiburan baginya. Perwira intelijen ini terjebak
oleh nafsunya sendiri. Pikir hati memerdaya malah diri yang
teperdaya.

37

"Begini saja. Perintahkan serdadu -serdadu itu untuk mun-
dur sejauh garis batas perkebunan ini. Sesudah itu, mungkin
kita bisa bicara dengan tenang,” mpu tirta mengajukan penawaran.
"Alm ke sini tidak untuk berkompromi, tapi menang-
kapmu."

"Bung, kau punya penawaran lain yang Iebih baik.?"

"Ya. Kau menyerahkan diri sekarang. Kita bisa melupakan
kejadian ini.”
mpu tirta tertawa kecil. Perwira Jakarta itu terlihat angkuh
di depannya. namun , permainan ini mesti aimenangkan.
"Tawaranmu tidak menarik, Bung. Reuni di dasar neraka
jauh lebih menarik."
Dia memberi isyarat kepada lima orang Kakehan. Belati
mereka semakin kuat menempel. Lima orang Kakehan lainnya
memunguti senjata milik serdadu yang tertawan. Pertumpahan
darah sulit dihindari. Para prajurit Pattimura mengambil
temp at. namun , sebagian besar dari mereka tidak yakin peluru
mereka bisa membunuh para Kakehan.

"Tunggu. HENTIKAN!" Roni berteriak kencang. Kakehan
mengendurkan belatinya.

"Bagaimana, Bung?"

"Alm terima tawaranmu, namun apa jaminannya?"

"Bung- akan kembali dengan selamat." Tatapan Attar -
berubah padanya. Tatapan seorang kawan dekat. "Ah Wogu,
kaukenal aku sejak dahulu . Mana pemah aku ingkar janji."
Wogu, panggilan itu terdengar tidak asing. Tidak ada
orang lain yang memanggilnya seperti itu. Delapan tahun
sudah, dia tidak mungkin melupakannya. Awogu, artinya
kawanku, namun sejak SMA dahulu mpu tirta menyederhanakannya
menjadi sebuah panggilan untuk Roni, Wogu.

. 373
Roni memerintahkan pasukannya mundur sejauh batas
perkebunan. Komandan-komandan lapangan itu tidak punya
pilihan selain mengikuti perintah komandan pasukan. Prajurit
yang tidak puas hanya bisa mengumpat di dalaa hati. namun
memang, mereka tidak berani berhadapan dengan Kakehan.
Legendanya melebihi kekuatan Kakehan itu sendir1.
Dia dibawa masuk ke dalam, kemudian duduk di atas
kursi rotan. dan empat prajurit tawanan ikut dibawa

. masuk. Mereka dijaga oleh du.a orang Kakehan. Sisa Kakehan
berjaga di luar perek besar. Kopi hangat dan roti yang ditaburi
bubuk pala terhidang menggoda selera.

"Seteguk kopi akan menghangatkan malam dingin yang
menegangkan ini." mpu tirta menyodorkan cangkir kopi di depan
Roni. Sebrang Kakehan membawakan nampan berisi kopi

dan roti untuk empat prajurit lainnya.

"Aku tidak berselera." Roni menanggapinya sinis.

"Rei, tenang saja. Operasimu tidak sepenuhnya gagal.
Setidaknya kaubisa tahu di mana aku berada." mpu tirta mene-
guk kopi hangat seolah-olah dia menghadapi tamu biasa pada
sore hari. Dia mengalihkan pandangan pada yang

tertawan seolah-olah mencibimya. "Anak buahmu intelijen
yang payah. Kesalahannya menumpuk jadi satu kegagalan.
Dia datang sebagai makelar mutiara tidak di musim panen.
Lagi pula semua orang tahu, mutiara di Walang sudah tidak
banyak lagi. Makelar mutiara lebih banyak bermain di Nusa
Tenggara. ltu kejanggalan pertama. Tambahan lagi, dia ternya-
ta tidak tahu banyak ten tang bisnis mutiara. Ketika topik
dialihkan ke buah pala, dia bum-bum mengikut coba meng-
hindar dari topik mutiara. Ada dusta di matanya. Lalu, aku
mengujinya untuk membuktikan apakah dia ten tara apa
bukan. Kautahu cara mengujinya?"

374

"Aku tidak peduli pada ceritamu.”

"Ah, dia pasti sudah bercerita dengan bangga bagaimana
memerdayaku. namun rupanya, ‘dia yang kuperdaya. Ketika
tukang masak di dapur mengatakan makanan sudah dihidang-
kan, aku bertanya padanya, "Apakah Anda siap untuk makan
siang yang sedap?” tentu dengan nada khas komandan lapang-
an. Dia sesaat mengambil sikap duduk sempurna. Tangan

di atas paha mengepal dengan ibu jari menutup kepalan
tangan lalu berseru, 'Siap!' hahaha!" mpu tirta tertawa senang.
Bagai reuni sesudah bertahun-tahun di sebuah tempat makan
yang nyaman di Jakarta. "Begitu cara KNIL mencari serdadu
Republik di tengah-tengah petani Situjuh tahun 1948 .. Kau
tentu tidak tahu cerita itu, yang kau mengerti hanya, Gajah
Mada dan Gajah Mada, ah sialan, Gajah Mada lagi. Agresor
dan agitator penaklukan itu.”

"Ternyata ada gunanya juga kau sekolah di Taruna

Nusantara dahulu nya,” Roni tersenyum mencibir.

"Tentu, aku bisa mengenali penyamaran ten tara sebaik

apa pun."

"Bagaimana aku harus memanggilmu? Terlalu banyak

nama untuk menyamarkan kehidupanmu,” Roni coba mene-
nangkan diri.

"Tidak beda denganmu bukan. Panggil saja sebagaimana
panggilanku dahulu di SMA. mpu tirta . Kau dan Rinaldi yang

memberikan panggilan itu, bukan?"
"Baiklah, Lek; mari kita sederhanakan masalah ini. Kau
menyerah baik-baik, aku akan melindungi nyawamu dan
orang-orang kecil ini tidak perlu terlibat. Esok pagi, perke-
bunan ini akan berjalan sebagaimana biasanya. Tidak terjadi
apa-apa.” Roni tetap pada sikap sebelumnya.

"Kenapa ten tara yang menjemputku dan bukan Putri
negerikita ?" Dia masih terus bergurau. "Kau seharusnya lebih
375

menghargaiku. Aku juga aset pariwisata bangsa yang patut
dibanggakan. "

mpu tirta tertawa kecil, Roni menahan geram. Dia akhirnya
tidak tahan juga untuk meneguk kopi. Empat orang prajurit
yang kebingungan tidak mengerti bagaimana dua orang ini
terlihat dekat satu sarna lain. Melihat sang komandan mene-
guk kopi, mereka ikut meneguk kopi, kemudian melahap roti
yang tersaji. Ransum tempur tidak mengenyangkan mereka.
"Kenapa aku hams berhadapan denganmu?" tanya mpu tirta .
"sebab aku yang terbaik. Yang terbaik unt.uk memburu

" yang terbaik. Hanya aku ang bis:;t membuktikan bahwa kau
masih hidup.”

"Ah, kau pikir begitu? Kau hams mengerti., permainan

malam ini sudah aku menangkan. Ini cerita lama Wogu, seperti
catur yang tidak pemah kau menangkan dahulu . Kau boleh
punya empat ster dan aku satu, namun tetap saja.... "

"Lalu apa?" potong Roni. Dia memang tidak pemah bisa
mengalahkan mpu tirta dalam permainan catur.

aBiarkan pagi menjemput malam sebagaimana"biasanya."”
"Maaf, aku tidak pemah gagal,” Roni mencibir mpu tirta . '
"Oh, baiklah. Itu sebabnya, mereka memanggilmu Lalat
Merah," mpu tirta memandangnya t dak senang.

"Dari mana kau mengetahuinya?" Roni kaget.

"Orang mati gentayangan bisa encuri kabar dari langit.
Seragarn Kopl\sSUS merenggut kepribadianmu, Wogu. Sera-
gam sering kali membuat seseorang kehilangan teman baiknya.
au tentu kaget aku mengetahui semuanya," mpu tirta meneguk
lagi kopi hangatnya. "Orang awam mungkin tidak tahu, namun
bagiku, jalan hidupmu terlalu gampang ditebak. Salah satu
lulusan terbaik Akademi Militer, kemudian menghilang tanpa
berita promosi atau operasi. namun , masih hidup. Kau men-
cintai dunia berpikir. Tidak mungkin mau terlibat pertem-
E.S.ITO

puran fisik. Kau tidak mungkin mau ditarik BIN.27 Kesim-
pulannya hanya satu, Sandhi Yudha Kopassus! Intelijen
terbaik di negeri ini. Kaubisa saja diperbantukan pada Bais. "28
"Walaupun sudah menjadi bajingan, ketajaman analisismu
tidak berubah."
mpu tirta tertawa.

"Mari kita akhiri permainan ini. Kauturuti saja tawaan-

ku. Mungkin di Jakarta kaubisa membela diri," Roni masih
coba menawarkan kekalahan pada mpu tirta .

mpu tirta hanya menggelengkan kepala. Dia amati keadaan

di sekeliling.” Hanya sunyi dan sepi. Tidak ada tanda-tanda
gerakan dari pasuk:m TN!.

‘apakah kau yakin, darang kemari sekadar untuk menjemput-
ku?" tanya mpu tirta .

Roni menangkap pertanyaan itu seperti ejekan lain dari

mpu tirta . Anarkis itu benar-benar merasa sudah menguasai per-
mainan ini. Roni sudah hilang kesabaran melayaninya.

"Lebih baik aku mati di sini," ujar Roni.

Roni berusaha bangkit dari temp at duduknya. Seorang
Kakehan cepat bereaksi. Dia menodongkan belati. mpu tirta
memberi isyarat padanya untuk menjauhkan benda itu dari
leher Roni.

"Sabar, Wogu. Alm akan memberikan bonus kepadamu.

Kau tidak perlu malu kembali ke Jakarta. Kau tetap sahabatku,
Wogu. Tidak tega aku melihat kau dipermalukan,” ucapannya
merendahkan. 'au tahu. Kaudatang kemari bukan hanya

untuk menjemputku.”

27BLN: Badan Intelijen Negara

2BBais: Badan Intelijen Strategis

Rahasia Meede 377

Pintu kamar di ujung kanan ruang tengah terbuka. Dua

orang perempuan keluar dari balik pintu. Seorang perempuan
asing kulit putih dan perempuan loka! yang rrienemaninya.
"Ina, tolong bawa tribuanatunggadewi leea ke sini," seru mpu tirta .
Dia menarik satu kursi rotan, mempersilakan tribuanatunggadewi
duduk. Cadis Belanda itu. benar-benar bingung. Sejak tadi

dia dilanda ketegangan di dalam kamar. Tidak lagi yakin dia
akan keluar selamat dari tempat ini. Roni memandangnya
terpana. pia nyaris tidak pereaya.

"Nona, untuk sementara urusan kita sudah selesai. Tadi

pagi, aku katakan akan ada yang menjemput Nona nanti.
Ternyata TNI yang menjemput Nona tengah malam ini.
K-enalkan: Lalat Merah. Salah satu perwira muda terbaik yang
dimiliki kesatuan khusus Angkatan Darat.”

"Kejahatanmu temyata melebihi semua aosa yang pemah
kubayangkan," Roni menahan diri. Asumsi yang dia bangun
di Makassar terbukti sudah. Dia belum masuk pada tahapan »
negosiasi untuk gadis asing itu, namun mpu tirta sudah menyerah-

kannya.
"Rei, kenapa kau tidak bisa berdamai dengan kanyataan?

Kau kalah dan aku menang. Kau mesti turut permainanku.

ltu baru fair play namanya. Ah, aku lupa, Kopassus tidak

pernah diajarkan fairplay, menang dengan segala eara, bukan?"
"Aku tidak butuh kuliah darimu."

"Kalau begitu, silakan tinggalkan temp at ini dan tolong

antarkan Nona tribuanatunggadewi ke Jakarta. Terima kasih, Bung!"
mpu tirta mau beranjak pergi. Roni eepat menerkamnya. Dia
menarik kenili baju mpu tirta . Tiga orang Kakehan bereaksi cepat.
Satu orang di antaranya menarik kepala Roni. Lainnya meme-
lintir tangan kiri Roni. tribuanatunggadewi terpekik ngeri.
"Cukup, hentikan!" perintah mpu tirta , emosinya terpaneing,

namun dia buru-bum menenangkan diri. "Ah, Woguku yang

malang. Bahkan, seragam me Ibuatmu amnesia. Taruna Nu-
santara mengajarkan tiga cara menghadapi lawan, senyum
bupati, isyarat mantri, dan tendang kuli. Sebagai kawan yang
baik aku sudah menghadapimu dengan senyurn bupati. namun , .
tampaknya kau menginginkan tendang kuli. Tanra:kan pada
pasukanmu, apakah mereka mau berkelahi dengan Kakehan?
Persaudaraan kuno itu tidak pernah berakhir. Prajurit
Pattimuramu tidak akan sanggup melawan mitos.”

Roni terdiam. [?ia merasa malu sendiri. Dia tidak bias a
dikendalikan, biasanya dia yang mengendalik3.n keadaan.
namun , dia mesti berdamai dengan keadaan. Operasi ini sudah
gaga!. Dia bisa mclihat raut ketakutan prajurit-prajurit Malu-
ku saat menatap Kakehan. Dia tidak mungkin memaksa-
kan pertempuran. Dia masih menginginkan kehidupan.
"Baiklah,” ucapnya dengan saara pelan. "namun aku meng-
inginkan perempuan yang satu lagi.”

"Tidak bisa. Itu jaminanku untuk bisa sampai diJakarta.

Kita akan bertemu lagi di Jakarta."

"Kapan?"

"Secepat autiba, secepat itu pula aku sampai. Aku tidak
pemah ingkar janji, Wogu. Aku akan melepaskan perempuan
itu di Jakarta.” \

"Baiklah. namun , permainan ini belum berakhir,” ucap
Roni.

"Aku suka dengan tantanganmu. namun , kau tidak lagi
boleh mengusik perkebunan ini. Mereka tidak tahu apa-apa
sebagaimana kau juga tidak mengerti urusan apa sebetulnya
ini. Dan ingat, ini Maluku. Setiap percik kekerasan akan
menjadi dinamit kerusuhan. Kau tidak mau menjadi pemicu-
nya, bukan?"

"Baiklah,” suarapya melemah. Dia sudah kehilangan gairah.
379
"namun , bagaimana aku bisa mengetahui kau sudah datang

ke Jakarta?"

mpu tirta menguiurkan tangan kepada Roni. Kepalanya di-
sorongkan ke depan. Dia berbisik pelan. "Tidak sulit me-
ngirimkan pesan untukmu. Di mataku, kau tetap telanjang,”
suaranya meyakinkan; lalu dia beralih tersenyum pada
tribuanatunggadewi . "Nona, maafkan atas ketidaknyamanan yang Nona
alami.”

"Bagaimana dengan nyi girah ?" tribuanatunggadewi masih dilanda keta-
kutan. "

"Kami melayaninya sebaik kami melayani Nona. Apa

yang Nona tidak dapatkan, rl:ia juga tidak akan terima."
"Sekarang bagaimana?” tanya Roni.

mpu tirta memberi isjarat kepada Kakehan. dan

empat prajuritnya mereka lepaskan, SS] mereka dikembalikan
dengan peluru masih penuh. Pintu perek itu terbuka, para
Kakehan memberi jalan kepada para tamu tidak diundang

itu. Roni berusaha me..{enangkan tribuanatunggadewi .

Pukul setengah tiga dini hari. Pasukan penyergap ditarik
mundur dari Kampong Walang. Beberapa prajurit dari Iuar
Maluku mengumpat. Mereka tidak datang malam-malam
begini untuk sebuah kompromi. namun , sebagian besar dari "
mereka tnengerti mengapa harus mengalah. Tatap mata
Kakehan adalah isyarat maut yang tidak"mungkin dihindari.

42

MENTEN G ¢ Akar bOJjuisme Jakarta.

Kawasan elite tua ini mulai dikembangkan secara mo-

dem oleh arsitek kolOnial bemama PAJ Moojen, tujuh tahun
sebelum revolusi Bolshevik di Rusia. Kehidupan dalam ka-
wasan itu tidak lebih dari siklus bor'uisme yang membosan-
kan. Tidak ada yang berbeda. Kalau dahulu kawasan jtu banyak
dihuni oleh elite-elite yang mengabdi pada kepentingan kolo-
nial, sekarang sarna saja. Kolonialisrrie tidak pemah berakhir.
Barat tidak pemah melepaskan cengkeramannya dari Timur.
Mereka memelihara segelintir elite oportunis untuk memasti-
kan bahwa penjajahan itu behlm dan tidak -akan pemah
berakhir. Menteng adalah pengabdi kolonial abadi. Di sini
borjuis baru melahirkan anaknya dari p'ercintaan dengan

tuyul. Inilah pohon menteng dalam sosok beringin yang rakus. .
Akamya mengisap hingga urat hidup kaum tidak berpunya.
Dua hari sesudah kedatangannya ke!lbali di Jakarta,
tribuanatunggadewi dipindahkan ke rumah di kawasan Menteng ini.
Kenalan lain Profesor mpu nala di Jakarta. Tempat ini lebih
aman untuknya, pihak CSA pun tidak keberatan. Rumah

dua lantai dengan halaman luas ini milik seorang pensiunan

serdadu . Satti pos jaga di depan rumah diisi oleh dua orang
lelaki dengan perawakan kasar. Kulit mereka lebih hitam

Ra.ha.sia. Meede }81

dibandingkan kebanyakan penghuni Jakarta lainnya: Dua

orang berpakaian safari itu berasal dari Nusa Tenggara Timur.

Kantong kemiskinan yang jauh dari pikiran masyarakat kon-
sumtifJakarta. Nusa Tenggara Timur, tentu! tribuanatunggadewi pernah
meaetakan kemiskinan di negerikita . Wangi cendana di

provinsi itu sudah sirna.

ranggalawe Wiratmo, pensiunan Mayor Jenderal TNI

Angkatan Darat, menerima tribuanatunggadewi dengan tangan terbuka.
wanita lesbi yang masih shock itu perlu perlindungan berlapis.

Tidak ada tempat aman di negerikita , selain kediaman pe-

tinggi serdadu . Sang purnawirawan tidak banyak memberikan , ,
pertanyaan, selain basa-basi menanyakan kabar Profesor

mpu nala. tribuanatunggadewi juga tidak hendak bercerita. Dia butuh
ketenangan sekarang. Paling lambat satu minggu, Profesor

mpu nala akan menyusulnya ke Jakarta. Sesudah itu, tribuanatunggadewi
bisa memutuskan untuk kembali ke Amsterdam. Penelitian

ini sudah berubah menjadi horor yang membingungkan. Dia

nyaris mengalami nasib yang sarna dengan The Flying Dutch-

man.

Di atas ranjarig empuk yang luas di dalam kamar mewah,
tribuanatunggadewi merebahkan diri. Dia tertidur pulas.

Ketukan ringan pada pintu membangunkan tribuanatunggadewi . Tu;-
buhnya teras a lebih bugar walaupun pikirannya masih kacau-

balau. Ketika menarik gagang pintu, dia memperoleh i sosok

yang tidak asing lagi. Rian. tribuanatunggadewi langsung menghambur,
memeluk tubuh lelaki itu. Rian berusahi menenangkannya,

tangarmya leinbut membelai rambut tribuanatunggadewi . Ketika peluk-
an itu: lepas, Rian menyerahkan sekunrum mawar yang

merahnya masih ranum.

"Maaf, aku !idak bisa menemanimu pada saat-saat sulit

itu,” sesal Rian.

"Oh, tidak apa-apa. Semuanya serba tiba-tiba. Rentetan

kejadian yang bahkan aku tidak mengerti sarna. sekali,”
tribuanatunggadewi kembali dalam rengkuhan Rian. "Mereka masih
menahan nyi girah . Aku tidak tahu apa yang akan terjadi .... "
"Tenang tribuanatunggadewi , semua akan baik-baik saja. nyi girah akan
kembali. Cepat atau lambat polisi dan intelijen akan mem-

bekuk mereka."

"Mereka?"

"Ya" mereka'yang menculik kalian. Oh tribuanatunggadewi , apa yang
sudah mereka perbuat padamu?"

. "Selain penculikan yang kasar, mereka memperlakukanku

dengan baik."
aKa yaki a" un.

tribuanatunggadewi menganggukkan kepala. Berjalan melintasi ru-
ang tengah, dia mengenyakkan tubuh pada sofa empuk.

ranggalawe dan istrinya tidak tampak. Tidak berselang lama,

seorang p<:mbantu menyajikan dua cangkir teh hangat.

"namun , sebetulnya .... " lanjut tribuanatunggadewi , "bukan orang-
orangnya yang menakutkan. namun , penculikan itu sendiri.

Keadaan diri yang tertawan tanpa kepastian di mana kita

kehilangan daya untuk berkeheridak, itulah teror paling me-
nakutkan. Hampir seminggu di tengah lautan mengarungi

samudra ketidakpastian.”

"Andai aku menemanimu saat itu ... :"

"Sudahlah. Aku sudah bebas. Kita harus memikirkan nyi girah

sekarang." Membayangkan nyi girah , tubuh tribuanatunggadewi berubah jadi
lunglai. Sejak turun pertama kali dari perahu kecil yang

membawanya ke Banda Besar, tidak sekali pun dia bertemu

dengan nyi girah . Setiap kali dia bertanya tentang nyi girah , orang-

orang itu menjawab, mereka memperlakukan nyi girah sebagai-

mana mereka memperlakukan dirinya.

"Apa yang mereka inginkan dari penculikan ini?"

"Sejumput cerita.”

"Cerita apa?” .

"Ab, sudahlah. Nanti aku akan menceritakan semuanya.”
tribuanatunggadewi mengurungkan niat untuk menceritakan semua
yang dia alami kepada Rian. Dia menahan diri untuk lebih
berhati-hati. Tidak ada yang -bisa dipercaya saat ini. Belum
ada petunjuk siapa yang mangatur penculikan dirinya dan

nyi girah di Jakarta. Dia bahkan juga belUla berbicara dengan
tunggul wirya .

"Kau mengenali meraka, maksudku para penculik itu?”
Pertanyaan Rian seperti rangkaian interogasi yang tidak di-
inginkan.

"Tidak." tribuanatunggadewi menjawab sekenanya.

"Sama sekali?” .

"Sudahlah, untuk saat ini aku tidak ingin mengingatnya.

Dia hanya mengenalkan diri sebagai mpu tirta .”

"Tentara yang membebaskanmu tidak bicara apa-apa
mengenai kelompok itu?" Rian menurunkan tempo suaranya.
"Mereka hanya mengatakan para penculik itu sisa-sisa

dari kelompok anarkis yang dahulu pemah diberangus. Me-
mangnya kenapa?" tribuanatunggadewi menatap. Rian heran.
‘anarki Nusantara, mungkin itu yang dimaksud."

"Kau mengetahuinya?" tribuanatunggadewi bertambah heran.

"Tidak banyak yang bisa aku ketahui karena memang
tidak banyak informasi mengenai kelompok itu, kecuali pe-
nyerangan bersenjata yang mereka lakukan pada tahun 2002 . »
Tindakan nekat yang membuat aparat keamanan tidak mem-
beri ampun pada mereka."

"Tidak memberi ampun, apa maksudnya?"

Sadar dia tengah berada di dalam rumah seorang purna-
wirawan jenderal, Rian bicara hati-hati. Dia mendekatkan

mulutnya pada telinga tribuanatunggadewi .

"Semua yang terlibat dalam peristiwa itu diburu dan

dibunuh."

"Hah, aku tidak percaya.”

"Itu yang membuat aku iri pada negerimu. Hukum bisa
ditegakkan bukan atas dasar dendam. Tidak seorang pun

boleh dilenyapkan sekalipun atas nama stabilitas negara. Di

sini itu masih terjadi. namun , kelompok anarkis itu memang
mereaahkan. Bigot-bigot yang tldak percaya pada demokrasi."
"Apa yang mereka inginkan?"

"dahulu ada selebaran gelap yang menyebut pemerintahaan

saat ini tidak lebih dari anarki yang dijalankan segelintir elite.
Anarki, sebut mereka, harus diakhiri dangan anarki pula."

Rian menyeruput teh hangat yang tadi dihidangkan pelayan
rumah. "Sebelum mereka dilupakan sarna sekali. dahulu ada
analisis yang berkembang bahwa kelompok anarki ini pada
awalnya tidak lebih dari sebuah kelompok diskusi mahasiswa.”
tribuanatunggadewi semakin tertarik dengan cerita Rian. Analisis itu
menjadi masuk aka! sesudah dia menghabiskan hari-hari pan-
jangnya di Banda bersama mpu tirta . Dari cara bicara, pandangan
dan pengetahuannya, jelas lelaki itu seorang yang terdidik
aMenurutmu apa yang mengubah mereka dari kelompok

diskusi biasa menjadi kelompok teroris?"

"Dugaanku, dan ini cenderung pada kebenaran, mereka

adalah sempalan dari generasi '98. Anak muda yang ber-

pikiran ekstrem dan keceaa dengan realitas pascareformasi

‘98. Sudahkah aku menceritakan itu?”

"Tentu. '98, Suharto, dan" Dom Perignon!" tribuanatunggadewi
tersenyum simpul saat menyebutkannya. ltulah yang mem-

buat dia muak pada generasi yang diceritakan oleh Rian itu.

Rian tentu bagian dari mereka. Sekarang, kemuakan pada

Rian itu" perlahan menguap. " "

"Mereka terlalu aerharap banyak pada reformasi. Ekspek-
Rahasia Meede

tasi yang berlebihan, ujungnya adalah kekecewaan. Ketika
gerakan mahasiswa melahirkan elite-elite barn dan intelektual
yang berdamai dengan realitas politik, mereka menjadi teralie-

nasi. Dan ah, bukankah mereka sangat mirip dengan produk
gaga! dari Generasi Bunga? Kamu bisa menangkap ke mana
arah pembicaraanku?"

"Gerakan mahasiswa tahun 1968?"

"Masa saat anak muda aelihat segalanya mungkin,

bukan?"

"Yal"

Seseorang yang mempelajari sejarah seperti tribuanatunggadewi
tentu tidak akan melewatkan tahun '68. Tahun lahirnya
Generasi Bunga. Suatu masa saat anak-anak muda di segala
penjuru mengingkari realitas yang diciptakan generasi sebe-
lumnya. Mereka memberontak lewat utopia-utopia yang di-
kembangkan sebagai alternati£ Mulai dari Free Speech Area
Berkelay hingga Latin Q,tarter Paris. Dati pusat Kota Praha
hingga alun-alun Meksiko. Mereka menolak perang, otorite-
rianisme dan unilaterianisme gagasan.

"Di rpana letak kemiripannya?" Ini terlihat seperti joke
membandingkan generasi bunga dengan sebuah kelompok
anarkis di negara tropis yang jauh dari hiruk pikul<: arus
perubahan dunia.

"Bukankah Generasi Bunga atau tepatnya gerakan maha-
siswa tahun '68 juga menghasilkan se.mpalan-sempalan yang
tidak diinginkan?"

"Brigate Rosse di Italia dan Baader-Meinhof di Jerman.
Apakah itu yang kau maksud?a tribuanatunggadewi menyebutkan dua
organisasi teroris yang menjadi momok di Eropa sepanjang
tahun 70-an. Brigate Rosse bahkan sampai membunuh bekas
Perdana Menteri Italia dari Partai Kristen Demokrat, Aldo


E.S.ITO

Moro. Sementara, Baader-Meinhof melakukan penculikan

dan pembunuhan di Jerman.

"Tepat. Keduanya dibentuk oleh simpatisan-simpatisan
antiperang pada gerakan tahun '68. Mereka tidak puas dengan
realitas pascagerakan. Paradoksnya justru mereka. menciptakan
perang sendiri. Anarki. Nusantara dalam bentuk lain juga
melakukan hal serupa. Mereka mungkin, anak-anak muda

yang tidak ikut mencicipa kfte reformasi, kemudian mengon-
solidasikan kekuatan bersenjata.”

"Potongan kue seperti yang kaudapatkan?" sindir tribuanatunggadewi .
"Ah, sudahlah,” Rian tersenyurn aneh.

"Kenapa mereka bisa rnuncul lagi dan apa hubungannya
denganku?" ,

"Untuk saat ini, hanya kau yang bisa menjawabnya.

Sebab, itu tergantung pada apa yang mereka bicarakan de-

nganmu."
"Kenapa serdadu dan bukan polisi yang menjemputku?

Atau, yang lebih sulit aku pahami, kenapa penculikan itu
sarna sekali tidak diketahui Kedutaan Besar Belanda?"

. "Tidak mungki.n menghentikan Anarki Nusantara de-

ngan 'cara biasa. Sebab, rnereka mengambil bentuk paling
klasik dari anarki, tidak ada pemerintahan, tidak ada organisasi
* dan tidak’ ada hierarki. Yang ada hanyalah individu yang setara
satu sartla lain. ltu sebabnya, dilakukan operasi tertutup dan
rahasia. Dan buktinya, karnu bisa dibebaskan.” .

"CSA yang meminta operasi itu dilakukan?" Dia curiga
dengan jawaban Rian.

"Ya."

"Bagaimana bisa?" tribuanatunggadewi sernakin curiga.

"Ah, sebaiknya pertanyaan ini kamu tanyakan langsung

pada Pak tunggul nanti. Beliau sudah mengetahui semuanya.
Profesor mpu nala sudah menceritakan sernuanya pada Pak
Rahas ia M eede

Surya. ltu sebabnya, aeliau menghubungi kontak di intelijen
militer, bukan polisi."

"Ohh.... J>

Dia merasa telanjang-sekarang. Semuanya sudah terbong-
kar. namun mungkin itu perlu dilakukan Profesor mpu nala

demi keselamatannya.

Rian kembali menyeruput teh hangatnya. Dia lihat gelas
tribuanatunggadewi belum tersentuh sejak tadi. wanita lesbi itu masih
temganga diam.

Tiba -tiba, tribuanatunggadewi merasa asing dengaa Rian. laki-laki
ini terlalu banyak tahu.

Bagaimana Rian mengetahui semuanya?

43

8351'931

KESE1MB ANGANalam di Jakarta sudah punah. Dosa-dosa
penghuninya sudah menumpuk jadi satu kemarahan alamo

Badai menghajar Ibu Kota tanpa ampun. Angin kencang
menumbangkan puluhan pohon di jalan protokol. Beberapa

tuas jalan digenangi air. Siklus alam kacau-balau. Musim

hujan masih lama menurut ramalan cuaca. Kenyataannya hari
ini,Jakarta terancam banjir. Kota ini sudah tidak layak untuk
dihuni.

Batu basah kuyup. Dia tidak menyiapkan jas hujan di

balik jok motor. Telanjur basah, dia menerobos hujan yang

kian deras. Sekarang, dia sudah tiba di depan bangunan .itu.
Sebuah rumah besar yang dipakai sebagai kantor perusa-

haan jasa pengiriman barang. P:;<fa plang depan di balik pagar

rendah tertulis nama perusahaannya.
PT ALE CIPTA KARTASAMITRA

Ekspedisi, Logistik, dan Pengiriman Barang

Jalan Rasamalama No. 41 C, Tebe/, Jakarta Selatan
Telplfaks: (021) 8351931

Kombinasi nomor yang disimpan Sikerei di dalam pohon
Gaharu menunjukkan nomor telepon perusahaan ekspedisi
Rahasia Meede

ini. Sesudah cuti singkatnya, baru sekarang Batu sempat me-
nyambangi alamat ini. Satpam yang berjaga paaa pas pe-
ngamanan memandang heran pria basah kuyup yang men-
datangi pos jaga.

‘ada perlu apa, Pak?" Petugas itu menyapa ramah.

"Saya ingin bertemu dengan [bu Dyan Ramadhanti,"

Batu -menyebutkan nama pemilik perusahaan ini.

"Maaf, Bapak dari mana, ya?"

Batu mengeluarkan kartu persnya dari balik jaket yang '
basah. Tatapan satpam yang tadi ramah langsung berubah
curiga. Dia tidak ingin kenyamanan bekerja di perusahaan
ini digerogoti oleh ulah wartawan. laki-laki muda ini tengah
mencari makan, demikian simpulnya.

"Ada keperluan apa?"

"Saya ingin menanyakan beberapa hal kepada beliau. Bisa
ya, Pak?" rayu Batu.

Petugas itu balik masuk ke dalam. Dia berbicara melalui
interkom. Dari luar terlihat beberapa kali dia menganggukkan
kepala. Keramahan didasari rasa takut kepada pemimpin.
Berselang tiga menit kemudian, dia menemui Batu.

"Maaf, Ibu Dyan lagi keluar, Pak. Bapak sudah ada janji
dengan beliau?"

"Belum."”

"Mungkin nanti Bapak bikin janji dahulu , baru bisa berte-
mu dengan beliau.” .

Penjelasan satpam itu jelas omong kosong. Dia sudah
memperoleh perintah dari dalam untuk segera mengusir warta-
wan tidak diundang ini. Kehadiran wartawan lebih sering
menimbulkan masalah. Mereka bisa membidik apa saja yang
kadang terlewatkan mata biasa.

Batu menangkap sorot kebohongan itu. namun , dia juga

tidak mau memaksa diri untuk masuk ke dalam. Dia terlalu

terburu-buru mendatan'gi pemilik angka-allgka misterius
Sikerei ini. Perencanaannya tidak matang. Perusahaan ekspe-
disi, terlah] banyak spekulasi untuk menghubungkan jasa
pengiriman barang ini dengan Mentawai. Bisa jadi mereka
terlibat dalam alur kedatangan putra-putra Mentawai ke
Jakarta.
"Baiklah, tapi saya numpang berteduh, ya?" Batu menga-

lah. Lebih baik dia menggali informasi dari satpam ramah
yang memisang tampang seram ini.

"Boleh, silakan duduk di bangku depan."

Batu menurut.

"Sudah lama kerja di sini, Pak?"

TfLumayan.”

"Sendiri saja?"

"Tidak. Kami ada enam orang dengan dua kali pergan-

tian jaga. Kenapa?" Si satpam masih berusaha untuk menghi-
langkan kesan ramah.,

"Tidak apa-apa. Pekerjl!-an yang melelahkan tentunya."

"Ah, andai ada pekerjaan yang lebih baik dari ini. Tentu

saya tidak akari di sini, Pak," dia mulai mengeluh. Orang
kecil memang gampang terpancing.

"Di mana-mana pekerjaan sulit, Pak. Saya juga sarna,
mencari ke sana kemari tanpa bonus dan tunjangan. Bapak
mungkin lebih beruntung,” tanggap Batu.

o "Sudah berkeluarga?" tanya satpam itu. Perlahan tampang
seramnya mulai dilepaskan. .

"Belum. Bapak?"

"Sudah. Tiga orang anak. Yang paling tua tahun depan

lulus SMA. Dia ingin kuliah, namun kalau keadaan saya masih
begini, tidak sanggup rasanya."

- "wanita lesbi atau laki?"

"wanita lesbi_"

Rahasi a Me ede

"Mungkin nanti dia bisa memperoleh kan beasiswa?"

.a, sulit. Otaknya juga tidak istimewa. Selama SMA

hanya dua kali masuk sepuluh besar.”

Satpam itu melepaskan Copper Rim-nya, kemudtan du-
duk di samping Batu. laki-laki paruh baya ini terlalu mudah
mengumba,r kesusahan hidupnya. Dia tidak bisa lama mema-
sang tam pang tidak bersahabat.

"Perusahaan ini menyediakan jasa pengiriman barang ke
mana saja, Pak?" Batu mulai melakukan penelusuran.
"Seluruh negerikita ."

"Termasuk pulau-pulau kecil?"”

"Mungkin. Saya juga tidak tahu banyak."

"Wah, lumayan besar, ya? Berarti cabangnya ada di

mana -mana, dong?"

"Ab, bukan begitu, Pak. PT Ale hanya melayani pengi-
riman barang ke dan dari Jabodetabek. Untuk urusan pe-
ngiriman barang keluar wilayah, tampaknya ada kerja sarna
aengan perusahaan lain yang lebih besar. Orang bilang rekan-

an namanya. "
"Ohh ...."

Perusahaan ini tidak melakukan pengiriman barang sen-
diri. Jangkauannya tidak luas. namun , ini tidak menutup
kemungkinan mereka terlibat dalam kedatangan Teraklasau
dan kawan-kawannya dari Siberut.

"Bapak kerja di sini sudah berapa lama?"

"Dua tahun kurang dua bulan. Sebelumnya saya bekerja
di Hotel negerikita . namun , Bapak tahu sendiri apa yang
terjadi pada hotel itu. Sempat nganggur beberapa bulan,
kemudian saya diterima di perusahaan ini. Lumayan untuk
makan, kontrakan, dan sekolah anak-anak."

"Bapak beruntung hanya nganggur beberapa bulan. Saya

dahulu nganggur hampir dua tahun selepas kuliah," Batu mene-
bar simpati dengan kebohongan.

"namun situ kan masih muda?"

"Sama saja, tetap butuh uang untuk hidup kan, Pak.
Memang paling enak jadi anak orang kaya, kemudian bikin
usaha sendiri.”

"Ibu Dyan pemilik perusahaan ini masih muda, kabamya

dia anak orang kaya," potong /iatpam itu tanpa ditanya.
"Beruntung sekali. Tuhan kadang memang aneh, yang

. miskin makin dipersulit sementara yang kaya selalu diberi
kemudahan. "

Satpam itu mengiyakan dengan anggukan kepala. Mereka
berdua berada dalam lingkaran nasib yang sarna. Batu me-
nginginkan jawaban yang lebih memberikan kepastian. "Sudah
lama perusahaan ini berdiri, Pak?"

"Tidak juga. Setahu saya, dia- bikin perusahaan ini enam
bulan sebelum saya bekerja di sini?"

"Artinya tahun 2003 atau 2004 .... "

"Ya. Tahun 2004 tepatnya.”

"Bapak yakin?"

"Ya."

Batu memperoleh kan satu kepastian. J awabannya menjadi
negati£ Jika informasi yang diberikan oleh satpam ini benar,
perusahaan ini sarna sekali tidak mungkin terlibat dengan
kedatangan Teraklasau. Sebab, anak-ap.ak Siberut itu datang
pada tahun 2002. namun , pemiliknya .mungkin saja terlibat.
"Rumah yang dijadikan kantor ini milik Ibu Dyan?"

"Setahu saya, bukan Pak. Perusahaan kami ngontrak di.. " Slm.
"Bapak tahu siapa pemiliknya?"

"Memangnya kenapa, Pak?" satpam itu mulai menatap
curiga.

Rahas ia Meede 393

"Tidak apa-apa. Hanya ingin tahu saja. Lebih baik mem-
bicarakan ini daripada merenungi nasib kita yang tidak
kunjung berubah.”

"Wah, saya tidak tahu itu, Pak."

Dyan Ramadhanti mungkin tidak terlibat. Sekarang, dia

bisa memfokuskan penyelidikan pada pemilik atau pengon-
trak rumah pada tahun 2002. PT Ale Cipta’ Kartasamitra

dia hapus dari kemungkinan keterlibatan.

Pesan masuk terdengar dari telepon genggam Batu yang
dibungkus plastik. Dia membuka pesan itu. Gerak bibimya
seperti mengeja pesan itu. Kemudian, dia tertawa kecil. .
Hujan'masih jauh dari reda. Batu akan menghabiskan

siang bersama satpam ini. Mendengar ratapan orang kecil
yang dijadikan bahan lelucon dalar;n sidang kabinet di istana.
44

DIAMEN GHUB UNGICSA, namun yang datang adalah
aparat negara berpakaian preman. nyi girah nyaris tidak percaya
menyadari di mana orang-orang kapal itu meninggalkan
dirinya. Mereka meninggll-lka:nnya di tengah-tengah tum-
pukan kontainer yang ditahan bea cukai Pelabuhan T anjung
Priok. Hamparan kesunyian yang lupat dari perhatian orang
yang lalu-lalang. Mereka menyelundupkannya dengan kapal
barang yang berangkat dari pelabuhan Ambon menuju
Tanjung Priok. Kemudian, meninggalkannya begitu saja di
antara tumpukan kontainer tepat dini hari.

Mereka tidak langsung membawanya ke CSA. namun ,

pada sebuah bangunan rumah yang lokasinya tidak jauh dari
Pelabuhan Tanjung Priok. Orang-orang itu mengaku dari
satuan intelijen pemerintall. Pertanyaan mereka hanya berkisar
pada dua hal.

"Di mana mereka menyekap Anda?" Itu pertanyaan

pertama.

"Hamparan pasir putih, sepi tidak berpenghuni. Kapal

nelayan nun jauh di laut sana."

nyi girah sarna sekali tidak tahu da mana dia disekap. Yang
dia tahu, sesudah pisah dengan tribuanatunggadewi , mereka naik kapal
yang berbeda. Dia bahkan tidak mengerti di pulau mana

394-

Rahasia Meede 395

mereka dipisahkan. Yang dia mengerti, dua hari kemudian

dia seperti terdampar di pulau sepi tidak berpenghuni. Orang-
orang itu memperlakukannya dengan baik. Mereka tampaknya
hanya menginginkan tribuanatunggadewi .

"Apakah laki-laki ini bersama Nona dalam perjalanan

ke sini?". itu pertanyaan kedua.

Aparat intelijen itu memperlihatkan sesosok wajah dalam

foto padanya. nyi girah menggelengkan kepala. Dari sekian banyak
orang yang merajut mimpi buruknya sejak dari KM Borneo,
wajah itu sarna sekali tidak pernah terlintas.

"mpu tirta , pernahkah Anda mendengar nama itu?"

nyi girah kembali menggelengkan kepala. Nama itu seasing
foto yang tadi diperlihatkan. Orang-orang ini ingin menghu-
bungkan sesuatu, mungkin menelusuri alur penculikan.
"Bagaimana dengan tribuanatunggadewi ?" Akhirnya, dia mengarnbil
inisiatif bicara sesudah dari tadi diam menunggu pertanyaan.
"Dia aman. Sekarang juga sudah berada di Jakarta."
"Syukurlah.” Ada nada getir dalam suara nyi girah .

Tiga orang ltu mengambil jarak dari nyi girah . Mereka punya
urusan yang lebih serius ketimbang mendengar jawabannya
yang penuh ketidaktahuan.

"wanita lesbi ini tidak mengerti apa-apa. namun , cukup
memberi isyarat bahwa mpu tirta suda,h berada di Jakarta. Ada
rombongan lain yang mengantarkannya ke Jakarta. Paling
tidak dia berangkat dari -Ambon lima hari yang lalu. mpu tirta
sudah menepati janjinya melepaskan perempuan ini."
Samar-samar nyi girah mendengar bisik-bisik ai kejauhan.
Dia merebahkan badan di kursi malas. nyi girah memimpikan
Honda Jazz-nya. Esok dia akan kembali masuk kerja.

Tidak ada sambutan apalagi tepuk tangan dan derai air mata.

nyi girah memasuki gedung CSA bagai lorong panjang bisu tanpa

gema suara. Sesudah lebih dari satu minggu menghilang,
orang-orang menyapanya dengan ramah. Tidak ada yang
berbeda. Persis seperti rutinitas harian yang selama ini
dilaluinya. Situasi normal itu memb':lat dia tidak nyaman.
Pikirannya penuh rasa curiga. Orang-orang ini tampaknya
tidak ingin melihat dia kembali. Masuk dalam lift, nyi girah
langsung menuju lantai lima. Surya wirya tengah menung-
gunya di sana.

nyi girah menarik gagang p'intu ruang kerja Surya wirya
dengan harapan hampa. Baru saja membalikkan badan, kejut-
an lain menunggunya. Satu tepuk tangan, diiringi gemuruh
tepuk tangan lainnya. Surya wirya tidak sendirian. T angan-
nya terulur mendekap nyi girah . Bagai putri kesayangan, gadis
cantik itu dibelai rambutnya, kemudian dicium keningnya.
"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Surya wirya .

"Tya, Pak,” nyi girah menatap wajah kebapakan itu.

Lama sekali tubuh agak tambun itu mendekapnya. Dia

baru dilepaskan saat Musthafa Wahid mendekati mereka
berdua. Dia menyalami tribuanatunggadewi tanpa sl:iara. Dua orang
direktur CSA lainnya yang dia lupa namanya, ikut menyalami.
Rian berikutnya. Dia memeluk nyi girah kemudian berbisik pelan,

"Clubbing akan mengembalikan nyi girah yang dahulu .”
nyi girah tersenyum tipis. Di belakang Rian, tribuanatunggadewi me-
langkah ragu-ragu. Ada kesan rasa bersalah yang begitu dalam
tertangkap dari gerak bola matanya. Dia langsung meng-

hambur, memeluk nyi girah erato tribuanatunggadewi tidak kuasa menahan
tangis. Dialah yang menyebabkan semua tragedi ini. -nyi girah
harusnya tidak mengalami keadaan sulit itu.

"Maafkan aku, nyi girah ," ucap tribuanatunggadewi terbata-bata.
"Tenang, tribuanatunggadewi . Tidak ada yang salah. Petaka itu bukan
salah siapa-siapa.” nyi girah ikut berkaca-kaca.

Sesudah tribuanatunggadewi , tidak ada pelukan lain. Tidak ada
Rahasia Meede 397

orang lain di dalam ruangan itu selain enam orang yang

. menyalami nyi girah bergaatian. Cerita tentang penculikan dirinya
dan tribuanatunggadewi sudah dilokalisasi dengan baik. Tidak seorang
pun yang mengetahuinya selain enam orang itu.

"nyi girah , selamat datang kembali. Tiada kegembiraan yang

bisa melebihi kesenangan kami hari ini melihat nyi girah kembali.
Tragedi ini memang tidak bisa dilupakan begitu saja. Sebab,

memang tidak untuk dilupakan. namun , kejadian itu tidak

boleh menjadi setan yang menghantui. Hanya rutinitas yang

bisa membunuh setan itu. nyi girah , tugas-tugas besar di CSA
menunggumu. "

Pidato singkat Surya wirya disambut gemuruh tepuk

lima pasang tangan. nyi girah hanya bisa tersenyum kecil. Sam-

butan yang berlebihan, pikimya. Orang-orang itu menyalami-

nya lagi. Kemudian, berlalu dari ruangan Surya wirya .
tribuanatunggadewi ikut berlalu sesudah memberikan pelukan sekali lagi.
. Surya wirya memandang nyi girah , kemudian dia terse-

nyum. Pandangannya tertuju pada tumpukan file dan doku-

men di meja depan.

"nyi girah , aku dengar teriakan dari mejamu. Kertas-kertas

itu akan membuatmu kembali hidup normal."

Menjelang makan siang, nyi girah menyambangi tribuanatunggadewi . Dia
memperoleh i tribuanatunggadewi sibuk dengan tumpukan kertas di atas
mejanya.. Sebagian dari keraas-kertas itu dibundel rapi,

kemudian dimasukkan ke’ dalam sebuah tas besar. tribuanatunggadewi
tengah mengemasi hasil kerja singkatnya di Jakarta.
"tribuanatunggadewi ?" sapa nyi girah leml;mt.

"Hei, kau baik-baik saja, kan? Mereka bilang padaku,

kati diperlakukan baik sebagaimana mereka memperlaku-

kanku."

"Betul."

"Kau yakin?" tribuanatunggadewi menghentikan pekerjaannya. Ta-
tapannya penuh kekl?-awatiran.
"Kamu lihat, kan? Aku baik-baik'saja.”
"Mereka tidak melakukan .... "
"tribuanatunggadewi ... lupakan itu. Mereka bahkan tidak menyen-
tuhku.” nyi girah tertawa nakal. "wanita lesbi Jakarta mungkin
tidak membuat mereka bergairah."
"Hehehe ...."'
"Kamu mau meninggalkan negerikita ?" tatapan nyi girah ber-
alih pada bundelan kertas.
"Ya. Aku tidak bisa melanjutkan penelitian dengan ke-
adaan seperti ini. Semuanya serbamisterius. Tampaknya kepo-
lisian negerikita tidak mengetahui penculikan kita. Bahkan,
aku tidak yakin Kedutaan Belanda diberi tahu."
"Bukannya sayang meninw.lkan negerikita terlalu ce-
pat?"
"nyi girah , aku tidak bisa hidup d;uam bayang ketakutan dan
ketidakpastian hukum. Oke, aku tidak akan langsung pergi.
Aku harus menunggu Profesor terlebih dahulu. Dia akan
datang menjemputku."
"Baiklah."
tribuanatunggadewi menangkap kesan aneh dari tatapan nyi girah . Dia
pikir sahabatnya itu ingia mengutarakan sesuatu.
"nyi girah , kamu ingin mengatakan sesuatu?"
"Uhmm, tidak. Lupakan saja.”
"Hei ,nyi girah , ada apa?” tribuanatunggadewi jadi penasaran.
"Orang-orang itu minta aku menyampaikan pesan mere-
ka untukmu,"” suaranya bergetar. Trauma itu masih dia rasa-
kan.
"M ka - ,,” ere Slapar
"Orang-orang di kapa! barang. Tentu komplotan yang
399
sarna dengan yang menculik kita di KM Borneo. namun tidak
ada Galesong.”
Kesan aneh itu terjawab sudah. tribuanatunggadewi hanya geleng-
geleng kepala. Bahkan, seorang sandera bisa dijadikan kurir
oleh mpu tirta . Dia tidak mau bereaksi berlebihan. Tidak ingin
membuat nyi girah terlihat jadi terdakwa.
‘apa pesannya?"
Pintu ruang kerja tribuanatunggadewi tertutup, namun nyi girah masih
merasa perlu untuk mengedarkan pandangannya. Dari balik
tas kecilnya, dia mengeluarkan selembar kertas kecil. Dia tidak
mengerti isi pesan itu, kertas ithiCliaS' rahkan kepaaa tribuanatunggadewi .
Pieter Erberveld!
Makam Henricus Zwaardecroon.
Sesudah kebaktian minggu.
tribuanatunggadewi membaca sekilas. Dia tersenyum mencibir.
Kertas itu kemudian ilia sobek dan remas.

"uh, lupakan saja kertas itu. Ayo makan siang,” ajaknya
pada nyi girah .

"Baiklah." nyi girah hanya manut mengikut.

45

"PAK, KEN APA kita harus belajar sejarah?"”

Eko Nur Cahyo. Siswa kelas riga dengan tubuh gempal

dan kepala gundul itu bukan siswa yang istimewa. Sebab,
memang tidak ada yang istimewa di sekolah ini. namun ,
pertanyaannya mewakili kegelisahan yang lain. Sebuah kegeli-
sahan yang selama ini hanya terwakili oleh kondom, ganja,
dan MTV.

Dia tengah menjelaskan tentang perdebatan dalam si-

dang BPUPKI] dan PPK] yang diselingi cerita anak-anak
muda: tidak sabar di Menteng 31, saat Cahyo tiba-tiba
mengacungkan jari. Guru Uban menatapnya lama. Bagi guru
sejarah lain tentu pertanyaan ini akan mengundang amarah,
paling tidak rasa kesal. namun , Guru Uban bijak menang-
gapmya.

‘anakku, kenapa orangtuamu memberi nama Eko Nur
Cahyo?" dia balik bertanya.

"Tbu bilang, nama itu doa, Pak. Eko itu satu atau perta-

ra. Saya anak pertama. Nur itu bahasa Arab untuk cahaya.
Begitu juga dengan Cahyo. Harapannya agar hidup saya lebih
cerah dibanding mereka, Pak." Anak tukang sayur keliling

itu menjawab dengan lugu.

"Nah, apa yang baru saja kamu katakan itu?"

q.00

Rahasia Meede

"Sejarah nama saya, Pak." .

"Sejarah! Tepat sekali, Anakku. Bayangkan jika kamu

* tidal<. tahu sejarah namamu, apa yang akan terjadi, Anakku?"
Guru Uban cepat menguasai Cahyo. Dia berjalan mendekati
tempat duduknya. "Namamu tiM akan memiliki arti apa-

apa, Anakku. Belajar sejarah tujuannya agar kita memberikan
arti pada masa sekarang. Supaya tidal<. ada ruang hampa dalam
hidup ini. Dengan berpikir seperti itu, kalian akan menghar-
gai setiap garis kehidupan yang kalian jalani. Kita tidak perlu
kaya dan berkuasa untuk menikmati hidup." Guru Uban
mengedarkan pandangan pada seisi kelas. 'anak-anakku, su-
dahkah kalian mengerti kenapa kita perlu bela jar sejarah?"
"Iya, Pale,” seisi kelas meneriakkan koor setuju.

Guru Uban mengulum senyum. Kakinya melangkah

kembali ke papan tulis. Nama Agus Salim yang tadi dia tulis
untuk menjelaskan Grand Old Man itu, dilingkarinya de-
ngan kapur merah. Bayangan wajah Agus Salim yang licin

dan cerdik membuat dia tertawa di dalam hati. Dia ingin
menjelaskan sepak terjang Agus Salim, diplomat Republik
yang tiada bandingannya.

namun._ , dia teringat sejarah nama Eko Nur Cahyo.

Dia sudah meluputkan cerita paling penting untuk anak-anak
yang malang ini. Cerita yang akan sulit didapatkan dari
keseharian mereka yang dijajah televisi. Lingkaran kapur
merah pada nama Agus Salim, dia hapus.

"INDONESIA"

Dia menggantinya dengan tulisan yang lebih besar dan
ditulis dengan huruf kapital semua. Kata INDONESIA itu
dia lingkari dengan kapur merah. Untung tadi Cahyo berta-
nya, jika tidak, dia akan meluputkan sejarah penting ini.
Anak-anak ini, bocah zaman yang ditindas ketidakadilan

republik, penting untuk tahu mengapa nama itu ada.

"Bisakah kalian membaca tulisan ini?" tanyanya pada seisi
kelas.

"Bisa, Pak. Sangat jdas," jawab murid yang duduk paling
bdakang.

"Kenapa negerikita ?" dia mengetukkan sisa kapur merah
pada tulisan itu. "Ini sejarah penting yang sering diluputkan
dari pengetahuan kalian. Kenapa negeri kita diberi nama
negerikita ?"
Seorang f!lurid perempuan mengenakan kerudung ragu
mengangkat tangan. namun , Guru Uban cepat menangkap.
Dia langsung menunjuknya.
"sebab kita terletak antara dua benua dan dua samudra,
Pak." Percaya diri dia menjawabnya dengan penjdasan geogra-
fis.
"Jawabanrnu benar, Anakku. namun , .kenapa diberi nama

. >" Im.
"sebab kita negara kepulauan terbesar di dunia, Pak,"
murid lain menyahut tidak ingin terlihat kalah.
"Ttu juga tidak salah. namun kata negerikita , dari mana
didapatkan? Bukankah kita adalah bangsa yang disatukan dari
ratusan nama pulau dan suku bangsa?"
Sadar jawaban mereka tidak mampu menembus tembok
kukuh masa lalu, murid-murid menahan kata. Lebih . baik
menunggu penjdasan dari Guru Uban. Kebosanan di sekolah
siang ini akan segera terobati dengan cerita dari Guru Uban.
Tidak ada yang ingin mdewatkan cerita ini.
"Tidak ada lagi?” Guru Uban memastikan. "Baiklah
anak-anakku. Bapak sudah mencuri sebuah cerita dari masa
lalu. Siang ini akan menjadi santapan kalian. Nama itu sebuah

pemberian, Anakku. Bukan sebuah hadiah istimewa, hanya
pemberian biasa.”

"Dari Belanda, Pak?" seorang murid berani memo tong.

R ahaS la M eede

"Pad a awalnya mereka juga menduga seperti dugaanmu,
Anakkti. Mereka pertama kali mendengar nama itu dari
Profesor van Vollenhoven, seorang guru besar di Universitas
Leiden. Dia memperkenalkan istilah Indonesier dan Indone-
sisch. namun sebetulnya , nama itu sudah ada sejak tahun 1850.
Seorang etnolog berkebangsaan Inggris bernama James
Richardson Logan dalam tulisannya berjudul 'Ethnology of
the Indian Archipelago’ yang dimuat pada The Journal of
Indian Archipelago and East Asian Edisi IV menyebut kata
negerikita . Kata itu menurut Logan merupakan sinonim dari .
Indians atau Indian Archipelago," jernih suara Guru Uban
menjelaskannya. Rangkuman sejarah negerikita tertancap
dalam memorinya.

"Mereka itu siapa, Pak?" murid tadi semakin penasaran . .
saJa.

"Harta dan kawan-kawannya," suara Guru Uban bergetar

saat mengucapkan nama itu. "Kalian pernah mendengar
Perhimpunan negerikita ?"

Tatap lugu tidak tahu murid-muridnya mengecewakan

Guru Uban. Kejamnya zaman sudah mencangkokkan dahaga
semu dalam benak anak-anak malang ini. Siapa yang peduli
dengan Perhimpunan negerikita jika impian mereka sebatas
menyaksikan langsung band-band yang muncul dan teng-
gelam menghiasi siang-malam acara televisi. Untuk apa mereka
mengenal Harta jika gairah remaja mereka sudah dicuri oleh
biduan yang tidak punya kemaluan. Ini pertanda dari riwayat
pendek sebuah negara yang tidak pernah mendunia.

"Baiklah, kalau demikian, itu menjadi tugas kalian untuk
mencari tahu

tentang Perhimpunan negerikita . Minggu de-

pan Bapak akan menagihnya,” dia meredam keaewa dengan
konsep tugas yang sebetulnya tidak dia sukai. "Kita kembali
‘pada topik awal. Jadi, anak-anakku, kemerdekaan yang kita

raih bersumber dari ketulusan perjuangan Bapak-bapak bang-
sa. Mereka tidak menuntut apa-apa untuk sesuatu yang
mereka tebus dengan penjara, pengasingan, dan darah. Kalian
tentu bisa membedakan dengan pemimpin kita sekarang .... "
"Penuh dengan KKN, Pak!" seorang murid menyela.

"Ttu salah satunya,"” Guru Uban mengiyakannya. "namun ,
yang paling parah adalah bahwa mereka menuntut pamrih

untuk sebuah pelayanan dan meminta upah untuk sebuah
amal. Bangsa kita tidak akan bertahan lama jika keadaan
begini. terus.”

"Lalu, apa yang harus kita lakukan, Pak?" tantang seorang
murid perempuan.

"Kita harus melenyapkan penyakit itu!"

Gema suara itu tidak cepat hilang. Murid-murid terpera-
ngah. Mereka tidak mengerti siapa yang disebut dengan pe-
nyakit itu. Guru Uban buru-buru -mengoreksi ucapannya.
"Korupsi, Kolusi, Nepotisme, itulah penyakit yang mesti

kita lenyapkan. Butuh keberanian untuk melakukannya."
"Ohh ...."

Seloroh panjang melegakan Guru Uban. Dia mulai ber-
tanya-tanya, akhir-akhir ini dia sering kehilangan kendali diri.
Ada wajah lain yang ingin muncul di tengah wajah-wajah
belia yang butuh kepastian keberlanjutan republik ini dalam
melayani bangsa.

Guru Uban meraih kapur. Dia membuat bagan proses
kemerdekaan dimulai dari pembentukan BPUPKI hingga
terbentuknya KNIP. Dia tidak sedang berselera mengajar.
Berharap lonceng tua segera berbunyi.

46

Ya'ahowu!

Yang Terempas dan Yang Putus

Miwo manu si mendrua

PES ANPEN DEK itu seperti lelucon yang menjadi inter-
mezo ketegangan ini. Rasanya sudah lama sekali kata demi
kata itu terucap dari bibirnya. Walaupun mengundang
senyum, Roni menanggapi itu dengan serius.

Miwo manu si mendrua.

Ayam berkokok untuk kedua kalinya. Pukul tiga pagi.

Dia tiba lima belas menit lebih cepat. Pesan itu sangat pribadi.
La Niha, pesan itu disampaikan dalam bahasa Nias. Jenis
bahasa yang tidak bisa dimasukkan dalam rumpun mana pun
bahasa daerah dalam serakan kepulauan Nusantara. Bahasa
yang nyaris terlupakan di tengah hiruk pikuk globalisasi.

mpu tirta . Tidak ada nama lain yang mungkin menuliskan
pesan itu. Satu-satunya siswa Taruna Nusantara yang mening-
galkan hiruk pikuk rnajalali perawan remaja. Manusia aneh } Ing
tetjebak dalam petualangan antropologi sosial Koenaaraning-
rat. namun , bajingan itu sebetulnya tidak pernah bisa berba-
hasa Nias. Dia tidak pemah bisa memberikan penandaan pada
kata benda dan kerja. Dalam mengucapkan kata-kata Nias,
E.S.ITO

dia juga tidak bisa melakukan getaran dua bibir khas Nias.
mpu tirta awam. namun , menulis dia eukup paham. Pesan itu
jelas ditulisnya sendiri. Mungkin dia sudah tiba di Jakarta
atau surat itu mungkin. telah lama ditul,is sebelumnya. RQni
mereka-reka semua kemungkinan.

Fukul tiga pagi. Rintik hujan turun perlahan menahan

malam. Roni berdiri sendiri di tengah himpunan perdu kem-
boja. Jangkrik bersahutan seperti membawa pesan dari jasad-
jasad yang terkubur di dasar tanah. Roni meneruskan langkah
menyisiri pinggiran gundukan tanah-dengan nisan-nisan yang
terpancang rendah. Cahaya sentemya meneaeah, memandunya
menuju tempat perjumpaan. Di depan sebuah makam, dia
berhenti.

Chairi! Anwar.

Lima menit menjelang pukul tiga, dia menunggu dalam

sepi. Tidak ada pasukan yang menyertai. Terlalu mudah
baginya menerjemahkan pesan pendek itu.

Yang Terempas dan Yang Putus

Judul puisi yang ditulis Chairil Anwar tahun 1949.

Terlalu mudah, sebab mereka berdua menggilai penyair yang
mati muda itu. Pesan itu adalah sebuah permintaan agar dia
membaea ulang larik demi larik puisi itu. Di dalamnya

ada sebuah pesan.

Di Kare!, di Kare! (daerahku y.a.d.) sampai juga deru

cangtn . .

Pukul tiga pagi di Taman Pemakaman Umum Karet,

Roni menunggu. Telah lima menit berlalu.

"¥a'ahowu!"

Terberkatilah engkau. Sapaan khas NillS. Seruan itu
bereampur dengan cumbu sepatu pada kerikil keeil. Suara
kaki menyeret langkah. Jarak menyibak sosok. Dia tidak lagi
Rahasla Meede

tarnpak gagah. Mereka sekarang berhadapan. Pelukan hangat,
itu yang seharusnya terjadi. Bahkan, sejak pertemuan pertama
mereka di Banda. namun , keraguan membuat langkah tertahan.
Sesudah sekian tahun mereka sarna-sam a terasing.
"Pesanmu terlalu mudah dipecahkan. Kalau kemampuan
sandimu hanya sebatas itu, aku dengan mudah menangkap-
mu,” Roni ingin rrienghidupkan suasana. ,

"sebab - tahu kemampuanmu hanya sebatas itu; maka

Iku kirimkan pesan yang mudah kau mengerti,” mpu tirta inem-
balasnya.

jadi, kau mengundangku untuk sebuah penyerahan

diri?" pancing Roni.

"Jalan yang terlalu mudah membuatmu akan cepat melu-
pakan-Nya. Ini hanya akan jadi kisah konyol untuk ketua
runanmu nanti.”

"Aim tidak peduli. Dengan menangkapmu, aku akan
memperoleh kan cuti panjang yang sudah lama kuimpikan.
Sekarang katakan, apa yang bisa mencegahku untuk menang-
kapmu sekarang?" dia menantang mpu tirta .

"Sekadar menyekap dan mengamankanku, kau tidak akan
pernah tenang: Kau mesti membuang mayatku ke laut lepas."
"Aku tidak melakukan pekerjaan remeh-temeh itu.”
"Bukankah kau Sandhi Yudha? Pasukan berseragam blue
jeans yang bisa berbuat apa saja. Untuk. negaramu, untuk
republik proklarnasi.”

Roni menarik napas panjang, kemudian membuang lu-

dah. Senyap pekuburan mengisap dahak. Sunyinya mencekam
dengan dua mulut bisu, saling tatap seakan-akan saling ter-
Jang.

"Sori Lek, tidak ada satu alasan pun yang-membuat aku

bisa melepaskanmu."

"Bagitu?" mpu tirta menanggapi ringan.

mpu tirta menatap Roni tajam. Langkahnya surut. Kemudian
berbalik badan, meninggalkan Roni.

Namun, Roni tidak ingin dipecundangi untuk kedua

kalinya. Tangan kanannya meraba pinggang. Pelan dia meng-
ikuti mpu tirta . Pada jarak tidak lebih dari sehasta, dia tekankan
moncong pistol FN itu pada tengkorak kepala mpu tirta .
Dingin besi menghentikan langkah mpu tirta . Dia mem-
balikkan badan. Pistal buatan Belgia itu mencium jidatnya .

. Dia memandang Roni tidak percaya. namun , sikap dinginnya
memberi ketenangan.

"Lau ni laumiJ9," ucap mpu tirta dalam Lai Niha.

Roni bergeming. Pistol itu masih menempel di jidat

mpu tirta . Dia bisu, telunjuknya mulai meraba pelatuk.

"Lii ulozi[D!" balas Roni.

"Lii ala'udo3!," lanjut mpu tirta . Wajahnya merah, berubah
jadi bara. Di.a tidak takut. Amarah menguasai dirinya. Mati
di depan makam Chairil Anwar, bukanlah sebuah tragedi.
namun mati di tangan sahabat sendiri, itu yang memancing
amarahnya.

* Roni gugup. Sebenamya, dia tidak bemiat menodongkan
senjata. Dia tatap wajah sahabatnya itu. Ada ketenangan yang
tidak mungkin menyambangi sosok lain. Keienangan yang
nyaris membuat wajah itu tampak tidak berdosa. Dia pan-
dangi sosok kurus itu. Tiada ruang untuk kesenangan. Manu-
sia pelarian, menolak semua tawaran duma. Perlahan Roni
menurunkan senjatanya.

"Kenapa seragam selalu dianggap sebagai jubah kebe-

naran? Kenapa pula logika hilang saat pengecut bersem-.

29J.akukan apa yang kau mau lakukan.
10'fidak punya otak, kau!
31Aku tidak akan takut
Rahas ia Me ede
bunyi di balik senjata pemusnah? Kenapa masa lalu persaha-
batan dianggap sebagai tembok pemisah, bukan tempat tinggi
berpijak untuk melihat ke depan?" ucapan mpu tirta terdengar
seperti kemarahan yang tertahan.
"Sori, Lek, aku tidak berniat melakukan itu. namun kau

. " su.ara Roni tertahan. Ditatapnya langit. Gerimis berubah
jadi hujan. "Sebaiknya kita masuk ke dalam mobil."
‘apa sebetulnya yang kauinginkan?"
. Hujan tidak tertahankan lagi. Langit menangisi malam
yang dijemput pagi. Ia mengirimkan pesan lewat hujan. Roni
membuka pintu depan mobilnya. mpu tirta mengenyakkan tubuh
pada jok empuk yang memberikan kehangatan. Mesin mobil
menyala. Lajunya tidak tentu arah. Bagai gejolak batin Roni.
"Tidak ada. Bukan apa-apa."”
J awaban pendek mpu tirta tidak membuat keadaan lebih
baik. Roni berjalan paaa pinggiran curam antara tugas dan
persahabatan. Dia belum temukan satu alasan pun untuk
berpihak pada mpu tirta . Kecuali persahabatan masa lalu, hanya
itu. Jeruji yang tidak kunjung bisa dia lewati. mpu tirta benar-
benar memanfaatkan celah itu. Dia memilih diam, tidak
menanggapi mpu tirta .
"Kau tidak sedang mengamankanku, bukan?" tanya
mpu tirta dengan nada gurau.
"Entahlah. Aku juga bingung. namun paling tidak, aku
tidak akan membawamu ke P-4S."
"Hahaha .... "
Untuk pertama kalinya, sesudah sekian tahun, tawa mere-
ka pecah. P-4S, kediaman pamong graha, pensiunan serdadu
yang tugas utamanya me!lgecek kerapian kamar siswa Taruna
Nusantara. Meja belajar harus rapi, buku tersusun tanpa

kemiringan, lampu belajar harus ditekuk hingga bisa diletak-

kan pada sudut di bawah rak buku. Dan yang paling penting,
tentu saja seprai putih harus bersih dan terpasang licin tanpa
lekukan sehingga apabila uang logam dijatuhkan di atasnya
akan memantul sempuma. Jika standar kerapian ala pamong
graha tidak terpenuhi, pensiunan ten tara itu akan mening-
galkan surat cinta, kemudian berlalu dengan sepeda kum-
bangnya. Pesan dalam surat cmta itu pendek, penghuni kamar
harus datang ke P-45. Sedikit wejangan, senyum dingin
pamong graha, dan diakhiri dengan push-up.

"Ah, aku rindu dengan Pak Wastur. Kau?" Roni tidak

bisa menahan tawa.
"Ya. namun masa-masa itu sudah lewat. Kau tentu ingat,
a:ku dahulu paling sering dipanggil. Sepele, aku tidak bisa
menarik seprai hingga terlihat licin tandas."

"Dan, kau pem,ah menyembunyikan sepeda kumbangnya,
hahaha .... "

"Kau yang punya ide itll."

"Aku?"

"Ya."

"namun , kau yang menyembunyikannya di sela-sela pohon
rambutan di luar tembok kolam renang.”

"Hahaha .... "

Masa lalu itu berlalu begitu cepat seperti jalan sepi yang
dilalui mobil. Hanya bisa meninggalkan sedikit kenangan.
namun mengikat. Hampir semua kenakalan ala Taruna Nusan-
tara sudah ' mereka lakukan. Mangkir dari apel, sembunyi dari
olahraga pagi, gentayangan pada saat jam tidur. Hingga
melompati pagar masjid yang berbatasan dengan kampung.
Buku saku mereka penuh dengan catatan pelanggaran. Puji-
annya cuma satu, ucapan terima kasih karena sudah menjadi
petugas upacara dengan baik. Catatan yang akan diberikan
pada setiap siswa petugas upacara. Kecuali siaa kelas 1-7
Rahasia Meede

yang sial, mereka mengerek bendera Polandia pada saat upaca-
ra bendera. Merah-putih terbalik.

"Kita duet pelaku insubordinasi terbaik yang pernah -
dimiliki Taauna Nusantara," ucap Roni sesudah mengingat-
ingat pelanggaran yang mereka lakukan.

"Va, duet setan.”

"namun ; kenapa sekarang kita berseba!angan?"

Pertanyaan Roni mengempaskan kembali mereka pada
tembok realitas. Memaku mereka pada tatapan kosong.-
"Kau menganggapnya begitu?" mpu tirta membalikkan per-
tanyaan.

"Kenyataannya seperti itu.”

"D I" asarnya apa.

"Ah, kau," Roni menghela napas, menurunkan tekanan

gas di kakinya, "kau tidak bisa lagi menganggap pelanggaran
hanya akan tercatat pada buku saku. Ini negara hukum, setiap
pelanggaran adalah kriminal!"

"Bagaimana jika negara itu sendiri bukan sumber kebe-
naran? Bukankah kita bebas bertindak untuk apa yang kita
yakini?"

"Anarkis,"” Roni sudah bisa menebak ke mana arah pem-
bicaraan mpu tirta , "sistem sosialis tanpa pemerintahan? Bukan-
kah itu tidak lebih dari manifestasi rasa frustrasi orang-orang

yang tidak memperoleh kan kue pembangunan? Kau salah satu-
nya. Ah, Lek, seharusnya kaubisa memperbaiki segala sesuatu-
nya lebih cepat. Jurusan ilmu perpustakaan yang kaupilih
sarna sekali tidak punya prospek, kau seharusnya bisa memilih
yang lain. Otak pintarmu kausia-siakan .... "

"Kau yang menyia-nyiakan otakmu," potong mpu tirta .
"Tidak. Kau salah dan aku benar.”

"sebab seragam yang kaukenakan?"

"Tidak, ini bukan masalah kebenaran formal. Kau salah
r2£.5.1TO

dalam memilih kehidupan dan aku benar. Sebab, aku mema-
hami pilihanku."

"Baildah. Akti tidak akan qlendebatmu. Subjaktivitas

tidak mungkin dipertentangkan." mpu tirta memungut sebatang
rokok dari saku, kemudian membakarnya. ':radi, dosa macam
apa yang telah aku lakukan?"

"Penyerangan terhadap petugas, perusakan gedung, pe-
nyerbuan bersenjata'dan terakhir kau melakukan penculikan.
Satu lagi, dugaanku semakin mengarah pada sebuah kebe-
naran, bisa jadi kau berada di belakang rangkaian pembu-
nuhan yang menimpa orang-orang penting setengah tahun
belakangan. "

"Dan, kalian menyebutnya sebagai Pembunuhan

Gandhi?" aek tertawa kecil.

"Va. Kau melakukan semua itu?"

"Apa artinya iya dan tidak jawabanku? Bisakah jawaban

itu menghidupkan mereka yang telah mati?"

"Sangat penting. sebab itu akan menentukan apa yang

akan kulakukan terhadapmu.”

"Kau cenderung pada jawaban mana?"

"Semua bukti mengarah padamu, Lek!"

"Kenapa Sandhi Yudha, dan bukan polisi yang mengejar-
ku?"

"sebab ini operasi tertutup. Rahasia. a

"Kau tidak pernah bertanya kenapa pengejaranku di-

anggap sebagai operasi rahasia?"”

"Kau membahayakan stabilitas.”

"Stabilitas macam apa? Negara ini tidak pernah stabil.”

mpu tirta tersenyum tipis, namun kesan serius dari kata-katanya
tidak hilang. "Kautahu, kenapa setiap kali kita bermain catur
di menara air belakang ruang baca perpustakaan aku selalu
bisa mengalahkanmu?"

Rahasia Meede

"Entahlah, itu masa lalu. Sekarang dalam tiga langkah,

aku mungkin bisa men-skakmat-mu." 0

"Hehehe. Kau bermimpi. Aku melihat masalah secara

keseluruhan dan kau melihatnya secara parsial. Aku me-
ngurutkan kejadian dan pelaku, baru menggerakkan bidak.
Kau hanya menggerakkan bidak sesuai komando. Wogu, kau
perlu pahami, masalah ini bukan sekadar permainan petak
umpet antara aku dengan negaramu. Masalali ini melibatkan
banyak pihak, orang-orang pentlIng di Jakarta. Sangat sensitif,
itu sebabnya kasus ini tidak diberikan pada polisi: Dan, bahkan
mereka mungkin tidak melibatkan BIN, namun memberi-
kannya paaa Sandhi Yudha. Ya, kalian memang yang terbaik
dalam mengintai. Kau sudah terjebak dalam lumpur. Aturan
mainnya mesti kauikuti.”

"Kau ingin mengatakan bahwa kau tidak bersalah?" Wa-

jah Roni berubah. Dia merasa dikecilkan.

"Wogu, aku hanyalah ikan kecil dalam lautan tragedi

ini. Kalau kau bukan sekadar ingin menangkapa, seharusnya
kau menjaring ikan kakap."

Roni semakin bingung. Berhadapan dengan KaleR, dia
seperti bertatap muka denan orang asing dari peradaban
antah-berantah. Setiap jawabannya sebetulnya tidak lebih
dari pertanyaan lain. Setiap kali pertanyaan itu dijawab, maka
pertanyaan lain bermunculan. Dia menginginkan kepastian.
"Kau membuka sebuah transaksi deriganklI?" Roni lang-
sung menebak keo mana arah pembicaraan mpu tirta .
"Terserah kau menganggapnya apa.”

"Sebutkan satu nama yang terlibat!"

"Kalau aku manyebutkannya sekarang, maka aku tidak
punya daya tawar lagi. Lagi pula, kau tidak akan begitu saja
percaya. Percuma. Kau hams menemukannya sendiri," mpu tirta

pintar mengelak.

'

"T di ;\" Ja, apa tawaranmu.

‘aku akan menuntunmu untuk membongkar semuanya.

sebab nya, bukan aku, namun kau yang butuh kebebasanku.
Jangan harap dengan menangkapku maka di ruang interogasi
aku akan bernyanyi. Semua yang terburuk dalam hidup sudah
aku lewati: Horor interogasi tidak berarti apa-apa."
"Bagaimana caranya?"

mpu tirta mengeluarkan sebuah amplop kecil dari saku
belakangnya. Dia menyerahkannya kepada Roni.

"Jangan -kaubuka sekarang, nanti saja. Kalau kaubisa
memahami dan melakukan pesanku dalam amplop ini, maka
semuanya akan berjalan dengan mudah. Tanpa kaukejar pun
aku nanti akan menyerahkan diri. namun kalau kau tidak .
sanggup, mungkin kita masih akan bertemu sebagai sama-
sarna manusia bebas.”

‘apa jaminannya kau tidak kabur?" Pertanyaan itu artinya
kata sepakat dari Roni.

"Jauh-jauh dari Banda aku mendatangimu ke Jakarta.
Apakah aku masih punya alasan untuk lari?"

Roni merogoh dasbor. Pertemuan ini sesuai dengan yang

dia harapkan. Dia belum berniat untuk menangkap mpu tirta .
Gertakannya tadi berhasil memancing mpu tirta untuk melaku-
kan transaksi. Dia lihat sosok itu merasa telab memenangi
pertempuan. namun , ini bukan lagi sekadar catur di Taruna
Nusantara. Bukan sekadar masalah kalah dan menang, me-
lainkan siapa yang mendayung lebih cepat.

"Aku juga punya sesuatu untukmu,” Roni menyorongkan
amplop besar berwarna cokelat.

"Aku bisa membukanya sekarang?"

"Tentu saja. Aku tidak suka mendraaatisir suasana se-

pertimu."

mpu tirta merobek ujung amplop. Dia melihat sekilas tanpa
mengeluarkan isinya. Dia hanya tertawa kecil.

"Aku tahu, kau akan melakukannya, namun , mari kita
selesaikan masalah ini satu per satu.”

"Aku suka dengan gaya senyum bupatimu."

"Ya, kalau semua berjalan baik, kita tidak perlu saling
mengancam dengan isyarat mantri. Apalagi baku hantam

dengan cara tendang kuli. Taruna Nusantara- bermurah hati
mengajarkan kebijakan hidup.” mpu tirta mengulurkan tangan
pada Roni. Mereka berjabat tangan. "Turunkan aku di depan
Stasiun Kota,” pinta mpu tirta .

Mobil melaju menuju Jakarta Kota. Azan subuh bersa-

hutan menyambut. mpu tirta turun di saaping utara stasiun.
Lama Roni menatap, hingga mpu tirta hilang ditelan deretan
rumah tenda rapat yang mengepung masjid di luar stasiun. -
Permainan bam saja dimulai.

47

TEL EPONITU. adalah penghancur dilema. Suara di
seberang sana seperti panggilan dari surga. aSuhadi meng-
hubunginya. Tiba-tiba begitu saja. Sesudah begitu lama tanpa
kabar berita. Di seia kebingungan dan ketakutannya pada

. mpu tirta , seberkas asa’ muncul. Ajakan mpu tirta untuk segera
bertemu akan menjadi omong kosong yang akan segera dia
-lupakan. Dia tidak perlu menemui laki-laki misterius itu jika
Suhadi mau buka suara.

laki-laki tua bertubuh kecil itu meminta tribuanatunggadewi datang
ke gedung ANRI tepat pukul sebelas siang. Ketika tribuanatunggadewi
bertanya untuk apa, dia tidak menjawab. Dia beruntung

karena sore itu tengah berada di CSA. Tempat satu-satunya
yang bisa dihubungi Suhadi. laki-laki itu tentu tidak tahu di

mana tribuanatunggadewi bermukim selama di Jakarta. Dia juga tentu

tidak mengerti apa yang sudah tetjadi pada tribuanatunggadewi selama
masa saling diarn mereka.

tribuanatunggadewi harus datang sendiri ke gedung ANRI .. Tawaran

dari Rian untuk menemani ditolaknya mentah-mentah. Dia

meraha9i.akan semuanya dari Rian termasuk pesan mpu tirta yang
disampaikan nyi girah . tribuanatunggadewi tidak bisa tidur membayangkan
kata demi kata yang dirangkai Suhadi dalam menyingkap

masa lalu yang dia sembunyikan. tribuanatunggadewi menyiapkan recor-

der kecil, setiap patah kata yang terucap dari mulut Suhadi

tidak boleh luput dari ingatan. mpu tirta dan komplotannya

tinggal menjadi kenangan tidak menyenangkan di negerikita .

Segera sesudah bertemu Suhadi, dia akan kemoali ke Amster-

dam.

Sebelum siang dia meninggalkan rumah besar di Men-

teng. Menuju gedung ANRI di lalan Ampera Raya.

Drs. Suhadi. Kepala Bagian Arsip Kolonial

Nama itu tertera pada kertas lebar berlapis plastik yang

ditempel pada pintu. Lima menit menjelang pukul sebelas,

dia bersyukur tidak terlambat. Beberapa pegawai dengan

serngam krem-cokelat tua yang sempat berpapasan dengannya
memandang anch. Pakaian kasualnya tampak mencolok di

antara orang-orang yang mengenakan seragam formal lengkap
dengan sepatu pantovel murahan. Ruangan Suhadi terletak

menyepi dari ruang kerja lainnya. Tampak sendirian di antara

deret ruang yang berisi timbunan arsip. .

Sesudah beberapa ketukan pintu tidak terdengar jawaban

dari dalam. Tidak terdengar ada yang menyahut. tribuanatunggadewi
melihat ke kiri dan kanan, sebuah insting kctidaksopanan.

Dia memutar gagang pintu pelan. Tidak terkunci. Derik pintu

pelan memeeah kesunyian lorong panjang. tribuanatunggadewi buru-
buru menyelinap ke dalam ruangan kecil itu.

Dia tertegun, seulas senyum muncul dari bibimya yang

kering. tribuanatunggadewi menaruh ransel kecilnya pada kursi yang
merapat pada rak buku.

"Pak Suhadi!"

tribuanatunggadewi berseru pelan sambil mendekati meja kerja
Suhadi. Sosok lelaki bertubuh kecil itu tenggelam oleh kursi.
Matanya terpicing dengan mulut mengatup sempurna. Em-

busan napasnya nyaris tidak terdengru.. Di depannya kembang

kertas di dalam pot retak bertengger miring. Masih belum
ada sahutan. Kantuk sudah menguasai lelaki itu dalam penan-

tian. Menunggu reaksi lelaki itu, mata tribuanatunggadewi menelanjangi
ruangan itu. Kecuali dua rak penuh dokumen, bidang lainnya

polos. tribuanatunggadewi mendekati Suhadi, kemudian menyentuh
pandaknya.

tribuanatunggadewi mencium aroma tidak nyaman. Bau rokok yang
menyatu dengan aroma lainnya yang tidak enak menusuk

hidungnya. Mata tribuanatunggadewi bergerak liar mencari sumber bau
itu. Di bawah tangan Suhadi yang terkulai, dia lihat sebuah

puntung rokok. tribuanatunggadewi memungutnya, kemudian mencium
rokok itu. Baunya terasa menyengat di hidung. Dia buru-

buru membuangnya pada keranjang sampah di sudut ruang-

an. Di samping kembang kertas, ada setumpuk dokumen.
tribuanatunggadewi membacanya sekilas. Arsip kependudukan sejak masa
Landerchief hingga Kobunsjokan.

"Pak Suhadi .... "

Kali ini suaranya jauh lebih tinggi. Tetap tidak ada reaksi.
tribuanatunggadewi merendahkan tubuh. Tangan kanannya menggun-
cang pelan bahu Suhadi. Tubuh itu terhuyung kaku k:e

samping kanan. tribuanatunggadewi terpekik. Dia cepat mendekap
tubuh kecil ittt. Kulit lengannya bersentuhan dengan lengan

dingin S;uhadi. Di dalam ruangan yang sarna, pefbedaan suhu

antara dua jasad begitu ken tara.

"Pak Suhadi!" pekik tribuanatunggadewi .

Cadis itu histeris. Tubuh kecil lehlki itu dia dapati sudah

tidak bemyawa. namun tak ada tanda-tanda kekerasan.

"Tolong!!!!" .

Cadis itu cepat menerobos pintu. Menghambur keluar

dan berteriak. Dia berlari histeris sepanjang lorong gedung.

Isyarat kematian itu mengundang orang-orang datang dari

segala penjuru ruangan. -

Rahasi a Meede

tribuanatunggadewi terenyak pada Iorong dinding. DUI orang pega-
wai perempuan berusaha menenangkannya. Empat orang

pegawai Ielaki masuk ke dalam ruangan Suhadi, memeriksa

denyut nadi tubuh tua itu. Suhadi benar-benar sudah tidak

bemyawa. Para pegawai mundtir teratur dari ruangan itu.

Lebih baik mengambil jarak dari mayat itu sembari menung-

gu kedatangan polisi.

Yaag bisa dilakukan para pegawai hanya berspekulasi.

Mereka-reka apa yang sebetulnya terjadi pada Suhadi. Bebe-

Tapa pegawai yakin, Suhadi terkena serangan jantung. Sebagi-

an Iainnya yang sok tahu menduga Suhadi terkena stroke.

Sedangkan, sisanya menasihati diri sendiri dengan mengatakan
bahwa ajal adalah rahasia [ahi, tidak tahu kapan datangnya.
Sementara, tribuanatunggadewi masih tersandar pada dinding Iorong.
Walaupun pandangannya mulai kabur, dia masih bisa me-

nangkap cel0tehan para pegawai itu.
namun ,. mereka semua salah. Suhadi tewas terbunuh.

Hanya kematiannya yang tampak wajar. Bahkan, kematian

itu jauh lebih buruk dari yang terbayangkan.

Ketika polisi datang dan kemudian memeriksa mayat

itu mereka menemukan penyebab kematian Suhadi. Sebuah
busa dengan permukaan Ivar dilapisi plastik menempel pada
rusuk Suhadi. Busa itu menyerap darah yang terus mengalir
dari dalam tuJ:mhnya. Se!ieorang sudah masuk dalam ruang
kerja Suhadi dan membunuh Ielaki itu dengan cara menusuk-
nya dengan benda tajam. Busa itu menyerap darah yang
terus-menerus keluar. Plastik yang melapisinya mencegah agar
darah tidak menempel pada seragam cokelat Suhadi. Pembu-
nuhan itu tampaknya dilakukan oleh seorang profesional. .
Pembunuhan itu terjadi sekitar dua hingga tiga jam

sebelum mayat itu ditemukan tribuanatunggadewi . Perkiraan polisi itu
E.5. ITO

bukanlah sebuah kepastian yang mutlak. Terlalu banyak
asumsi yang dipakai . Pendarahan sebetulnya sudah berhenti
saat polisi menemukan busa yang menutupi tusukan itu.
Menurut pengakuan para pegawai, Suhadi pekerja luar

biasa, produk didikan Belanda. Jam kerjanya dimulai pada
pukul setengah delapan pagi. Tidak lebih dan tidak kurang.
Hanya petugas keamanan dan kebersihan yang bisa me-
nyaingi kecepatan itu. Kediamannya terletak tidak begitu

jauh dari Gedung Arsip Nasional, tepatnya di daerah turunan
Jeruk Purut. Dua kali dalam seminggu, saat aerangkat pagi
hari, dia berjalan kaki. Sisanya dia tempuh dengan menum-
pang angkutan kota S-ll jurusan Pasar Minggu-Lebak

Bulus.

Pada awal jam kerja seperti itulah, polisi memperkirakan
pembt! [uhan itu terjadi. Pembunuhnya begitu mudah meng-
hapus jejak. Sebab, para pegawai iain baru masuk paling cepat
pukul setengah sembilan. Sementara, petugas kebersihan slbuk
membersihkan halaman belakang. Dan, petugas keamanan
yang menanti pergantian giliran jaga tengah berjuang mela-
wan kantuk.

Mereka membawa tribuanatunggadewi yang terguncang ke kantor
polisi.

48

"BAN G, DITUN GGU Ajo di Maruhun Sansai."

Suara disertai desahan menggoda itu pasti berasal dari

mulut Yuli. Batu menoleh ke meja resepsionis, perempuaa
cantik itu tersenyum padanya. Cadis itu adalah primadona

di negerikita raya. Nama sebetulnya : Dahlia, namun dia lebih
nyaman dipanggil Yuli. Entah dari mana nama itu dia dapat-

kan. Cadis Minang lulu san Universitas Bung Hatta yang
dibawa Rosihan dari Padang. Batu menatap mata belok indah
itu, gadis itu mengalihkan pandangannya. Sudah lama beredar
gosip, satu-satunya yang membuat Dahlia, eh Yuli, bertahan
di negerikita raya adalah Batu. Dia menaruh hati pada warta-
wan lm.

"Sudah lama?" tanya Batu .

. "Baru beberapa menit yang lalu," desahannya terdengar
seperti erangap.

"Makasih Yuli,” Batu melempar senyum. Yuli tersipu.

Yang dimaksud dengan Maruhun Sansai adalah sebuah
rumah makan Padang yang terletak persis di seberang gedung
negerikita raya. Nama rumah makan itu sebetulnya "Taragak
. Mintuo”. namun , orang-orang lebih senang "menyebut nama
pemiliknya, Maruhun Sansai.

Rosihan duduk di sudut dalam jauh dari kipas angin.

421

1t22

Meja. yang selama bertahun-tahun akrab dengannya. Maruhun
Sansai pun tahu diri, jika jadwal makan Rosihan sudah datang,
meja itu pasti dia kosongkan.

Maruhun Sansai, dengan kopiah telengnya, menyambut

Batu dengan tepukan pada punggung. Hampir seminggu
wartawan itu tidak aenyambangi rumah makannya. Bergurau
sebentar dengan Maruhun, Batu langsung menuJu meJa
Rosihan.

"Sudah pesan, kau?" tanya Rosihan.

Batu memberi anggukaa. Keringat membasahi tubuh

Rosihan, layaknya orang Padang, energi yang dibutuhkan
untuk makan melebihi energi yang dikeluarkan untuk bekerja.
Dua piring kecil nasi: tambuah sudah kosong. Rosihan makan
dengan lahap.

"Cok, makan pakai apa tadi?" teriak Maruhun.

"Tunjang, Bas," sahut Batu, samQil mengalihkan pan-

dangan pada Rosihan. "Ada apa, Jo?"

"Kauinakan dahulu lah. Baru nanti kita bicara.”

Tidak biasanya Rosihan mengajak makan. namun , sejak
Parada Gultom menghilang, dia mulai dekat dengan Rosihan.
Pemred negerikita raya ini tampaknya benar-benar limbung
akibat hilangnya Parada.

Batu melahap makanannya dengan cepat Tunjang Maruhun
Sansai memang luar biasa enaknya. Satu porsi nasi tamb'uah
dihabiskan Batu dalam tempo cepat. Batu menyeka keringat.
"Tambuah lagi, Cok,” seru Rosihan bersemangat .

. "Cilkup Jo. Gunung Slbayak bisa meletus kalau aku

tambah lagi."

Rosihan tertawa senang.
Pelayan membersihkan meja. Rosihan membersihkan giginya,
Batu menyeka keringat. Sudah lama dia tidak makan lahap.
Raha.sia. Mude

Maruhun Sansai memang pintar memancing selera. Batu
menduga-duga apa yang ingin dibicarakan Rosihan. Dugaan-
nya masih terkait masalah hilangnya Parada.

"Polisi menemukan vespanya," kalimat pendek Rosihan
menguatkan dugaan Batu.

"Di mana Jo?"

‘lalan kecil di pinggir pintu tol Jati Asih, Bekasi."

"Mereka menemukan Abang?"

Rosihan menggelengkan kepala. Kalau polisi menemukan
Parada, bagaimanapun keadaannya, pasti dia tidak akan seka-
lut ini. Sangat mengherankan, kota ini tiba-tiba jadi belantara
bagi Parada.

"Kak Rosnita sudah tahu?" lanjut Batu.

"Sudah. Dia histeris, untung beberapa orang kerabatnya
datang ke rumah.”

"Semoga dia diberi ketabahan. Masalah ini benar-benar
rumit. Apakah polisi sudah mengembangkan dugaan?"
"Tabrak lari," jawab Rosihan pendek.

"Apa buktinya?"”

"Bagian belakang vespanya hancur.”

‘aeh. Kalau sekadar tabrak lari seharusnya Abang bisa
ditemukan. Bahkan, dalam keadaan terburuk tanpa nyawa
sekalipun.” Batu merasakan ketegangan Rosihan. Tanggung
jawab terbesar ada di pundaknya saat ini. "Bagaimana dengan
rumah sakit setempat? Sudah diperiksa? Mungkin saja ...."
"Semua rumah soot di Jakarta dan Bekasi sudah diperiksa,
Cok. namun hasilnya nihil,” potong Rosihan lemah.

"Yang paling buruk mungkin seperti ini, Bang. Anggap

saja "ini tabrak lari berujung maut. Pelakunya mungkin panik,
lalu tubuh Abang mereka bawa pergi, dan kemudiall dibuang
di suatu temp at." Analisisnya lebih mirip modus pembu-
nuhan terencana.

E.S.ITO

Rosihan mengibaskan tangan. Analisis Batu tidak masuk
aka!. Terlalu rapi untuk dianggap sebagai sebuah kecelakaan.
"Akhir-akhir ini aku dihantui mimpi buruk. Kejadian

yang menimpa Parada mungkin lebih buruk dari semua
kemungkinan yang kita takutkan,"” dia terlihat semakin gusar.
"Maksud Ajo, apa?"

"Entah kenapa, perasaanku mengatakan ini mungkin

terkait dengan penyelidikan kalian berdua pada apa yang
kalian sebut dengan Pembunuhan Gandhi itu,” Rosihan

menurunkan tempo suaranya.
"Kita bahkan belum menurunkannya sebagai berita, Jo?"
Batu sudah menjelaskan ini sebelumnya kepada Rosihan.
"Bagaimana kalau ada yang mengetahui analisis itu selain
‘kita bertiga?" Rosihan mengungkapkan kecurigaannya.
"Mungkin redaktur lain?"

"Tidak mungkin. Aku dan ‘Parada tidak pernah mem-
bicarakan pembunuhan Gandhi dengan mereka,” Rosihan
aenginginkan sebuah jawaban dari mulut Batu. Sebuah
nama mungkin, dia benar-benar kalut. "Kau tidak mencurigai
siapa-siapa?"

"Tidak. Ah, kecuali ...."

"Siapa?" desak Rosihan.

"Gatot,” Batu sedikit ragu mengucapkan nama itu.
"Bagaimana bisa?"

"Aku sebetulnya berharap ini tidak lebih dari kecurigaan
yang jauh dari kebenaran. Dia berusapa masuk di tengah-
tengah pembicaraan kami. Pad a saat aku keluar ruangan
Abang, dia ternyata masih di depan pintu."”

"Gatot, hmmm .... " Rosihan mengusap jenggot tipisnya,
lalu mengernyit. "Mungkin bisa dicurigai. Aku tidak tahu
untuk apa dia mengajukan cuti. Nama itu kita simpan saja
dahulu , mungkin nanti akan berguna.”

Rahasia Meede

"Lalu, apa yang harus kita lakukan, Jo?"

"Kerjakan apa yang harw; dikerjakan. Menunggu hasil
penyelidikan polisi,” Rosihan meraih pundak Batu, kemudian
memberinya sedikit pijitan. "Sudahlah. Kita coba lupakan
dahulu Parada. Ada sesuatu yang baru kautemukan di luar
sana?"

"Semuanya masih sarna, Jo. Tidak ada yang baru. Peme-
rintah yang lemah, bencana silih berganti, menteri terlibat
pidana dan tentu saja kembalinya koruptor disambut karpet
merah istana. Menjemukan," keluh Batu.

"Baiklah. Kalau memang tidak ada yang ingin kaubi-
carakan lagi, sebaiknya aku kembali ke kantor," Rosihan beran-
jak.

"Tunggu Jo,” seru Batu menahan langkah bosnya.

"Ada apa, Cok?"

Batu melipat wajahnya. Sedikit kesan penyesalan tergambar
dari roman mukanya. Sebenamya, dia tidak ingin menahan
langkah Rosihan. namun , .ada dorongan yang tidak mungkin
dia hentikan.

‘ajo pernah dengar kisah Musa dan Khidr?" suaranya
terdengar ragu.

Rosihan bingung mendengar pertanyaan itu. Perlahan

dia tarik kembali kursi. Tatapannya penuh selidik pada Batu.
"Kenapa kau menanyakan itu?"
"Hanya ingin tahu saja, Jo," B!/tu membalasnya dengan

senyum. 'ajo pemah dengar?” .

"Pemah,” Rosihan masih heran.

"Kenapa Ajo memandangku seperti itu?"

"Aneh saja, kau menanyakan sesuatu yang tidak perlu

dan tidak berhubungan dengan apa purt. Mau masuk Islam,

kau, ya?" Rosihan menyelipkan gurauan.

‘a, Jo. Kalau tidak ada shalat lima waktu dan larangan

makan babi, sudah dari dari .dahulu aku masuk Islam," Batu
membalasnya.

Tawa Rosihan tidak tertahankan. "Apakah Injil tidak

pemah memuat kisahnya?"

"Kalaupun ada, sarna saja, Jo. Seumur hidup bisa dihi-

tung jari aku membaca Alkitab. Jangan-jangan Ajo juga
sebetulnya tidak tahu kisahnya?"

Dia tahu, Rosihan jenis abangan Minang. Hampir tidak
pernah Batu melihat Rosihan menunaikan sembahyang lima
waktu. Ke-Minangkabau-annya mungkin lebih dekat dengan
Sutan Sjahrir ketimbang Hatta atau Hamka. Dan memang,
Rosihan sangat mengagumi Sutan Sjahrir.

"Cerita tentang Musa dan Khidr berasal dari Al-QlIran.

Salah satu cerita kegemaran kanak-kanak. Sebab, cerita itu
tidak pernah bisa dijelaslqm secara logika. Tentu saja aku masih
mengi.ngatnya. Terutama mistisme yang dilekatkan pada Nabi
Khidr. Dia dikatakan masih hidup. Setiap bulan haji muncul
di Mekah. Cirinya, jika bersalaman, orang tidak akan merasa-
kan tulang ibu jarinya," Rosihan membalikkan semua dugaan
Batu. Dia tidak mau direndakan sebagai orang Minang yang
identik dengan Islam.

"Musa nabinya kaum Yahudi?" potong Batu.

"Ya. Juga nabinya orang Islam dan mungkin juga nabinya
orang Kristen.”

"Bagaimana kisahnya?"

. "Suatu saat Musa terjebak oleh kata-katanya sendiri.

Ketika kaumnya bertanya siapa orang yang paling pandai,

dia menjawab dirinyalah orang itu. Tuhan cepat menegur
sang Nabi. Menyebut nama Khidr sebagai manusia paling
pandai dan Musa harus berguru padanya. Sesudah sekian lama
dalam pencarian, akhirnya dia bertemu dengan Khidr pada
Rahasi a Meede

pertemuan dua laut. Singkat cerita, Musa berguru pada Khidr.
namun sebetulnya , Khidr sudah mengingatkan bahwa Musa

tidak akan kuat berguru padanya. namun , kalau Musa bersike-
ras ikut, maka dia tidak boleh menanyakan apa pun yang
dilakukan Khidr, kecuali Khidr menjelaskan sendiri. Perja-*
lanan berat melebihi beratnya beban Musa saat membebas-
kan Bani Israil dari Mesir," Rosihan mengambil jeda. Dia
berpuas diri, cerita itu tidak hilang dari ingatan.

"Selanjutnya, apa yang terjadi, Jo?" Batu menyela tidak
sabar.

"Va, akhimya Musa ikut berjalan dengan Khidr. Peristiwa
demi peristiwa terjadi begitu cepat. Pertama mereka menaiki
sebuah perahu. Sesudah tiba di tujuan, Khidr melubangi
perahu itu sehingga air merembes masuk. Musa langsung
protes, tapi Khidr tidak menanggapinya. Kemudian-, mereka
bertemu dengan seorang pemuda, -tanpa berucap satu kata
pun, Khidr membunuhnya. Musa bertanya lagi, namun Khidr
tidak mau menjelaskan. Ketika mereka memasuki sebuah
kampung yang penduduknya tidak mau menjamu mereka,
Khidr malah memperbaiki sebuah rumah yang nyaris roboh.
ausa bertanya untuk ketiga kalinya. Khidr berucap pendek,
inilah perpisahan antara aku dan engkau.”

Roman wajah Batu langsung berubah. Dia tegang. Geng-
gaman tangannya langsung mengeluarkan keringat dingin.
namun ,' dia berusaha menutupinya dari Rosihan.

‘a tidak mengerti. Membocorkan perahu, membunuh

anak muda, dan- memperbaiki dinding rumah yang pendu-
duknya tidak ramah. Apa penjelasan Khidr untuk semua ini?"
"J angankan kau, akal sehatku pun masih belum bisa
menerima cerita itu sampai sekarang. ltu yang membedakan
agama dengan sains. Tidak semua hal bisa dijelaskan dengan
logika awam,” ROsihan mencoba ull;tuk bijak.

£.s. ITO

"Penjelasannya bagaimana, Jo?" desak Batu.

"Nah, itu yang aku lupa. namun seingatku, Khidr punya
penjdasan sendiri walaupun jawabannya masih membingung-
kan," Rosihan menangkap ketegangan pada wajah Batu. "Ke-
napa kau, Cok?"

‘a tidak :pa-apa, Jo. Hanya saja kisah itu sangat mem-
bingungkan bagiku,” dia berkelit.

"Atau kau sebetulnya tengah menjalin hubungan dengan
gadis Muslim, Dahlia kah?" Rosihan mengembangkan pra-
sangkanya. "Lalu, dia meminta kau mendalami Islam dengan
mempelajari kisah Musa dan Khidr. Ah sudahlah, Cok, me-
nurutku solusi dari hubungan becla agama bukan salah satu
pindah agama. ltu hanya akan menimbulkan konflik baru.
Begini, kau berdua lebih baik kembali pada agama nenek
moyang kita, animisme dan dinamisme. Cukup adil dan tidak

ada yang keberatan, kan? Sebelum kita mengimpor agama
dari India, Timur Tengah, dan Eropa, nenek moyang kita
hidup damai dan harmonis dengan kepercayaannya pada roh
dan alamo namun sesudah agama-agama itu datang, kautahu .
sendiri apa yang terjadi .... "

Rosihan tertawa senang. Dia tidak ingin mendengarkan
jawaban Batu. Biarkan semua dugaan itu berkembang sesuai
dengan alam pikirannya yang liar. Dia segera beranjak pergi
meninggalkan Batu yang dilanda ketegangan.
Membocorkan perahu, membunuh, dan memperbaiki
rumah. Tentu ketiganya bukan kosakata baru dalam bahasa
negerikita . Melakukannya mungkin akan menjadi hal yang
baru dan aneh.

49

PoLRES MET RO Jakarta Selatan.

Dua jari telunjuk menari lincah diatas keyboard komputer.
Mengetik dengan sebelas jari adalah sebuah kemampuan
alami. Petugas yang duduk di belakang meja itu, mengenakan
pakaian safari dengan pin polisi berwarna kuning keemasan
terselip di dada kanannya. Pada papan nama di dada kirinya
tertulis: Nugroho Sabri. Asbaknya sudah hampir penuh
dengan puntung rokok putih. Ruangan itu jauh dari nyaman.
Setiap sebentar petugas lainnya lalu-Ialang. Berkas-berkas
peagaduan terbang ke sana kemari untuk kemudian masuk
keranjang sampah.

Di depannya seorang perempaan asing berkulit putih

duduk terenyak, lemas. Dia duduk kuyu, sendi-sendi tulang-
nya seakan-akan mau lepas. Wajahnya yang putih terlihat
sangat pucat. Petugas itu menatapnya dalam-dalam. Kemu-
dian, mengajukan pertanyaan.

"Bagaimana mengeja nama Anda?"

"C-A-T-H-L-E-E-N."

"Nama belakangnya?"

"Z-W-I-N-C-K-E-L."

Dengan dua jari telunjuknya yang sangat aktif, petugas

itu mengecek nama itu pada layar komputer.

"Dari Belanda, ya?"

tribuanatunggadewi menganggukkan kepala. Lututnya masih berge-

tar walaupun tidak sekeras tadi. Dia sudah menjawab serang-

kaian pertanyaan yang sebagian di antaranya dia tidak menger-

ti. Beberapa kali petugas itu menguiangi pertanyaannya,

namun tribuanatunggadewi hanya bisa bengong. Dia benar-benar shock.
"Rokok?" Si petugas menawarkan dengan seulas senyum.

"Tidak, - terima kasih."

"Banyak yang bilang rokok menthol tidak coeok untuk

laki-laki. Katanya bisa bikin mandul. namun , anak keduaku
justru lahir tepat setahun sesudah aku mengisap menthol."

Petugas itu melempar joke, berusaha membuat tribuanatunggadewi
rileks. wanita lesbi Belanda itu hanya tersenyum masam. Yang
dia butuhkan saat ini hanyalah pergi dari ruangan ini dan

coba melupakan semua kejadian hari ini. Dia ingin berendam

lama di kamar mandi.

Sesudah isapan kesekian, tiba-tiba petugas itu mematikan
rokoknya yang masih tinggal separuh. Lehernya menoleh ke

arah pintu masuk.. Lalu, dia memberikan isyarat hormat de-

ngan menganggukkan kepala. Petugas yang -bat? masuk ‘itu
tubuhnya tinggi besar dengan bulu-bulu kasar pada lengan-

nya. Pangkatnya lebih linggi dari polisi yang menanyai
tribuanatunggadewi atau lebih tepatnya rtlUngkin lelaki itu atasan dari
petugas menthol ini. Ketika melihat komandan itu ternyata

tidak sendirian masuk; tribuanatunggadewi menarik napas lega. Pada
akhirnya, Rian datang juga. ltu yang dari tadi dia tunggu-

tunggu.

"Maaf, aku datang terlambat,” ucap Rian pelan sambil

tangannya menggenggam bahu tribuanatunggadewi .
tribuanatunggadewi tidak menjawab. Tangan kanan perempuan
muda itu terangkat ke bahu kirinya kemudian menggenggam

jari Rian. Tekanan yang menggelayuti tribuanatunggadewi bisa dirasakan I
Rahlls ill Mude

lewat genggaman tangannya. namun , Rian bdum bisa mem-

bawa gadis itu kehiar.

"Kamu baik-baik saja, kan?” tanya Rian dengan nada

penuh kekhawatiran. tribuanatunggadewi hanya menganggukkan kepala.
"Aku tunggu a luar. Ini tidak akan begitu lama lagi,” Rian

coba menghibur dan memberikan harapan.

"Ldaki itu kekasih Anda?" Petugas menthol itu buru-

burn menyda sesudah memastikan Rian dan komandannya

keluar dari pintu. Pertanyaannya terkesan usil dan tidak

relevan.

"Ternan di Jakarta.”

"Ternan yang sangat dekat tentunya?"

"Maaf, itu bukan urusan Anda." Wajah tribuanatunggadewi me-
nunjukkan raut tidak senang. Dia mulai muak dengan petugas

yang mengeksploitasi ketakutannya.

"Anda tadi mengatakan bekerja untuk apa?" Petugas itu

burn-burn mengalihkan pembicaraan.

"Saya tengah menydesaikan tesis master di Universitas

Leiden. Sudah tiga kali Anda menanyakan itu." Kesabaran
tribuanatunggadewi mulai habis .

. "Baik. Tenang, Nona." Petugas itu seperti tengah menik-

mati permainan yang dia bikin dan mainkan sendiri. "Mem-

pelajari dokumen dan arsip di ANRI adalah bagian penting
dari penelitian Anda?"

"Iya dan orang yang menjadi kontak saya di ANRI

adalah Pak Suhadi, Kepala Bagian Arsip Kolonial," jelasnya

untuk kesekian kalinya. tribuanatunggadewi ingin segera mengakhiri
semua tanya jawab ini.

"Munglci.n ini pertanyaan terakhir, Nona. Dari beberapa

kali pertemuan dengan Suhadi, apa lelaki itu pemah mengata-

kan sesuatu yang mencurigakan pada Anda? Sesuatu yang

‘£.s. 1TO

agak janggal mungkin? Ucapan yang membuat kematiannya
tinggal menunggu waktu?"

"Kenapa?" tribuanatunggadewi curiga dengan pertanyaan itu.
"sebab kami menemukan sebuah kertas yang menempel

pada busa yang menyerap darah Suhadi.”

Petugas itu menunjukkan secarik kertas kecil. Kertas itu

nyaris banjir oleh noda darah. namun , tulisan di atasnya masih
jelas terbaca. Tampaknya, tulisan itu diketik manual meng-
gunakan mesin tik.

Pengetahuan tanpa karakter.

"Bagaimana?" Petugas itu memastikan.

tribuanatunggadewi menggelengkan kepalanya. Dia semakin shock
sesudah membaca tulisan itu. Walaupun tidak mengerti apa

yang menjadi pesan dari tulisan pada secarik kertas itu, dia
merasakan pembunuhan Suhadi sebagai teror terencana. Pesan

itu hanya menunjukkan kejumawaan dari sang pembunuh.

Sikap pamer yang mengatakan betapa lihainya dia. Bau

menusuk rokok yang tadi dia temukan di bawah tangan

Suhadi seolah-olah kembali meneror.

Jakarta sudah muncul jadi sesosok monster yang menakut-

kan bagi tribuanatunggadewi . Di kota ini" nyawa adalah sebuah perju-
dian. Tidak ada yang bisa menjamin keamanan setiap jiwa.
Seseorang bisa menangis pada pagi hari, tersenyum pada siang

hari, dan malam harinya dia mati. Di tnanakah para penegak
hukum? Para polisi sibuk mengutip pungutan, sementara

hakim dan jaksa menunggu setoran. Orang-orang mengatakan
bahwa negara ini berada di ambang kehanc;,uran. Opini
tribuanatunggadewi ; kehancuran lebih baik daripada ketidakpastian
seperti ini.

Tepat saat azan magrib berkumandang dari masjid,

433

dengan ditemani Rian, tribuanatunggadewi meninggalkan kantor polisi.
Dia sekarang berstatus sebagai saksi.

Mungkinkah ini pekerjaan mpu tirta dan komplotannya?

namun , untuk apa?

tribuanatunggadewi bertanya-tanya dalam hati. Dia tidak akan

kembali ke Amsterdam. Dia akan menghadapinya. Dia akan
memenuhi pesan mpu tirta yang disampaikan nyi girah . Dia akan
membongkar semuanya layaknya gairah pengetahuan mpu tirta
di Banda. Dia benar-benar ingin tahu, apa yang sebetulnya
diinginkan mpu tirta . Pangkal dari tabir kejahatannya.

Pieter ErbeT'Veld!

Jelas pengetahuannya tentang misteri emas VOC sangat

luas.

Makam Zwaardecron.

Mereka akan bertemu di Gereja Sion.

50

TEROWONGAN ADALAH sesuatu. Lorong itu dibuat
oleh sesuatu. Digunakan oleh sesuatu. Dan, dimaksudkan
untuk sesuatu. ltu sebabnya, terowongan bisa disebut bagian
tersirat dari lafal manusia tentang sebuah benda. Terowongan
adalah bisikan. Manusia suka berahasia. Imajinasi mereka
adalah kegelapan bawah tanah. Bukan tingginya angkasa.
Sebab, langit memang tidak pemah sepenggalan.

De Ondergrondse Stad tidak hendak beranjak dari masa

lalu. Para peneliti Belanda itu hendak membebaskannya dari
kutukan kesunyian. namun , soebandrio dengan kemisteriusannya
menjerat, kemudian membekap, dan tidak mau melepas De
Ondergrondse Stad. Jika dahulu terowongan itu dipakai
untuk menghubungkan Lindeteves dengan laut, sekarang
terowongan itu dipakai untuk menghubungkan masa silam
dengan masa kini. Pembunuhan itu sudah direncanakan de-
ngan baik.

Satu hari sesudah pembantaian bawah tanah itu, belasan
orang dalam dua mobil berbeda tiba di gedung Museum
Sejarah Jakarta. Satu pick up menyusul di belakangnya. Pukul
delapan malam, tidak seorang pun aemandang curiga pada
konvoi pendek itu. Perlengkapan yang mereka turunkan jauh
lebih lengkap dari yang pemah disiapkan tiga orang peneliti
Rahas itt Mude tr35

Belanda itu. gajayana menyongsong orang-orang itu di atas
permukaan. Lima orang"dari rombongan itu disisakan di atas
permukaan. Begitu saja mereka menggantikan para penjaga
museum. Tidak ada pentungan terselip di pinggang. Hanya
AK -47 tersembunyi di balik jaket.

Mereka menerangi terowongan itu dengan lampu sorot
berdaya besar. Peralatan diturunkan. Pencarian dimulai. Di
bawah komando soebandrio , orang-orang itu mencari sesuatu pada
tempat yang baru saj.a ditemukan. Radar kecil sejenis Ground
Penetrating Radar mencacah setiap sudut De Ondergrondse
Stad. Hasil pen

"aitraannya akan memberi petunjuk lokasi

benda yang mereka cari. "
Pekerjaan ini bukanl:ih sebuah pelesiran singkat pada

satu objek temuan. Belasan kilometer akan mereka telusuri
dengan beragam peralatan. soebandrio memandang orang-orang-
nya, dia begitu yakin dengan semua ini. . .

namun , sesudah lewat beberapa hari, soebandrio mulai dilanda
kegalauan. Beberapa hari belakangan, dia nyaris tidak pemah
tidur. Seluruh energinya terserap dalam upaya pencarian harta
terpendam di bawah terowongan yang ditemukan tiga orang
peneliti Belanda itu.

Untuk operasi ini, dia memperoleh dukungan tidak terbatas.
namun sejauh ini, pencariaa yang dilakukan oleh orang-
orangnya belum membuahkan hasil. Sementara, museum itu
sudah terlalu lama ditutup untuk umum. Pekerjaan itu ‘akan
menimbulkan kecurigaan jika dilakukan terlalu lama.
Sepanjang sore menjelang magrib, anak-anak tidak lagi

bisa bermain di halaman depan gedung museum. Penjaga-
penjaga baru berwajah seram mengusir mereka. Museum itu,
menurut keterangan mereka, tengah diperbaiki. Seluruh din-
dingnya disemprot dengan cairan asam yang akan merusak
E. 8S. ITO

setiap orang yang mendekati museum tanpa pengaman.
Anak-anak itu tidak berarn bertanya, mengapa para penjaga
itu boleh berada di dalam museum padahal mereka tidak
memakai pelindung. Atau barangkali, sifat galak itu

muncul akibat cairan asam itu. Yang jelas, sejak penjaga
berganti orang, area dari depan air mancur hingga museum,
terlarang untuk llmum. Tidak ada yang mengajukan kebe-

. ratan. Sebab, di bawah papan pengumuman itu tertulis:
"Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DK] Jakarta".
Keterangan itu tidak' sepenuhnya dusta. Bagian dalam

gaung itu ditata kembali. Dindingnya dicat ulang. Benda-
benda peninggalan tata letaknya diubah jadi lebih menarik.
Lantai ruang perpustakaan dibongkar, diganti dengan keramik
yang lebih mengilat. Semua pekerjaan itu di bawah penga-
wasan soebandrio . Pekerjaan di bawah gedung juga terus berlang-
sung. Hanya segelintir orang yang mengetahuinya. Segala
upaya renovasi dan perbaikan itu, tidak lebih dari selubung
untuk menutupi penggalian De Ondergrondse Stad. soebandrio
menyelimutinya dengan rapi.

Berhari-hari sudah lamanya orang-orang suruhannya
menelusuri terowongan bawah tanah yang ditemukan tiga
peneliti Belanda itu. Satu truk peralatan canggih juga sudah
keluar-masuk gedung lewat halaman belakang. Berhari-hari

. pula lamanya, para rikus tanah itu coba memperlebar celah
yang mengarah ke Lapangan Banteng. Hingga kemudian,

celah itu bisa dimasuki sampai menemui titik buntu. Namun,
mereka tetap tidak bisa menemukan apa yang digambarkan
oleh soebandrio sebagai kekayaan nasional yang bisa melepaskan
Republik ini dari jerat utang IMP, Amerika, Jepang, dan
komprador Eropa mereka.

Petang ani .soebandrio sudah sampai pada titik jenuh. Sempat
timbul pikiran untuk meledakkan rongga bawah tanah ini.
Rahas fa Meede [t37

Menutupi semua pekerjaan yang sudah dia lakukan. Hingga
sebuah perintah dia terima lewat telep'on genggam.

"Misi selesai. Rencana berubah. Tutupi semua jejak.

Bersih!"

soebandrio bersorak dalam hati. Dia benci dengan ketidak-
pastian. Malam ini juga, dia akan menarik semua anggotanya
dari misi rahasia ini. Tidak seorang pun yang akan mengeta-
hui jejak dari apa yang pernah dilakukan di bawah Jakarta
Lama ini. Tubuh-tubuh kulit putih itu, beratus tahun kemu-
dian mungkin bam bisa mereka ditemukan. gajayana mesti
menemukan satu orang yang tersisa.

51

ADAEM PAT warta yang dibacakan oleh diaken. Dua orang
jemaat akan melangsungkan pernikahan. Seorang jemaat
meninggal dunia. Dan, seorang jemaat lain minta doa dari
para jemaat untuk keselamatan anaknya yang menderita
kanker tulang. Selasai itu, pendeta. memberikan berkat. Padat
dan mpu tirta menutup kebaktian minggu pagi ini. Seperti
perulangan yang sudah menjadi kepastian, para jemaat saling
bersalaman sebelum meninggalkan gereja.-

Gereja Sion yang terletak di Jalan Pangeran Jayakarta

pun dilanda keheningan. Sisa gema suara hilang ditelan
hampa. , Satu sosok tenggelam dalam sunyi. Duduk pada
deretan tengah kiri. Dia duduk tepekur. Kepala tertekuk pada
dua tangan yang bertelekan pada bangku kayu di depannya.
tribuanatunggadewi Zwinckel dalam periantian. Dia datang terlambat,
melewatkan kidung dan firman yang dibacakan diaken. Dia
muncul persis pada saat pendeta membacakan doa pengam-
punan. Doa-doa dalam bahasa-negerikita itu terdengar aneh
di telinganya. Sesudah sekian tahun, baru kali ini dia mema-
suki gereja. Firman-flrman Tuhan baginya tidak lebih dari
bahasa perang. Pembenaran yang justru menegasikan kebe-
naran itu sendiri. Itu sebabnya, dia tidak percaya pada agama
apa pun di dunia ini.

"39

Telmganya menangkap sayup gema suara dari kejauhan.
Makin lama makin jelas kedengarannya. Bunyi derap sepatu
mengetuk lantai. tribuanatunggadewi memperoleh i wajah yang tidak asing

lagi. mpu tirta berdiri di sampingnya. laki-laki itu mengulurkan
tangan, meraih jemari tribuanatunggadewi .

"Mari Nona, ikut denganku.”

Keramahan ala Banda tidak pupus di Jakarta. tribuanatunggadewi
manut mengikut. Mereka berjalan menuju sayap kanan ba-

ngunan Gereja Sion. Di situ ada koridor sempit yang
menghubungkan bangunan utama dengan ruang dewan

penatua dan diaken. Pada bangku panjang berwam:t putih,

mpu tirta mengenyakkan tubuh. Dia memandang tribuanatunggadewi pe-
nuh kesungguhan.

"Nona, bagaimana kalau kita merangkai cerita lagi hari

ee 31" 101.

"Tidak.. Aku datang ke sini hanya untuk menagih janji.”

"Tentang dokumen pengiriman peti berkas KMB itu?"

"Ya."

"Tidak masalah. Tolong tunjukkan dahulu padaku salinan

surat N.V. SM Nederland. Aku tidak ingin terjebak dalam
perniagaan palsu.”

tribuanatunggadewi langsung merogoh kantong dalam tas pinggang-
nya. Dia mengeluarkan s"atu lembar kopian dokumen. mpu tirta
mengamatinya. Salinan surat yang dikirimkan dari Tanjung

Priok pada tanggal 28 April 1950 itu sebetulnya tidak berarti
banyak. namun , dia meati menep, ati janji. Dari kantong dalam
jaket kumalnya, dia mengeluarkan tujuh lembar kopian doku-

men. Berbeda dengan salinan dokumen yang dimiliki tribuanatunggadewi
yang memakai bahasa Belanda, tujuh lembar salinan

dokumen mpu tirta memakai bahasa negerikita dengan ejaan
lama. Dia menunggu tribuanatunggadewi selesai membaca tujuh lembar
salinan dokumen itu.

E.S.ITO

.'autentik," ucap tribuanatunggadewi .

"Sekarang bagaimana?"

"Urusan kita telah selesai. Aku pikir, hubungan kita

cukup sampai di sini. Maaf, bahkan aku sarna sekali tidak
mengenalmu. Terima kasih."

"namun , dokumen-dokumen itu sarna sekali tidak ada

artinya," mpu tirta berusaha menahan langkah tribuanatunggadewi .
"Bagimu mungkin tidak, namun bagiku tujuh lembar

dokumen ini akan membentuk sebuah jalinan cerita. Tolong

sadari, kita berdua berbeda. Kau mengejar harta karun dan

aku hanya . menginginkan misterinya.”

wanita lesbi Belanda itu segera beranjak dari bangku

putih. T angan mpu tirta cepat menangkap lengannya.

"Ada cerita yang tidak Nona selesaikan minggu lalu di

tempat ini.”

"Apa maksudmu?" Kejutan in! benar-benar tidak terduga.

Bagaimana mpu tirta bisa mengetahuinya? Mungkin dari nyi girah ,
namun tribuanatunggadewi meragukannya.

"Pieter Erberveld,” jawab mpu tirta ringan.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

"dahulu aku juga menduga motif pembunuhan Erberveld

hanya sebatas masalah tanah di belakang Gereja Sion. namun ,
sesudah aku berjumpa dengan Nona, semua teori tentang
sebidang tanah di belakang Gereja Sion itu pupus. Nona

sudah memberikan jawabannya di Banda. Aku menduga
Erberveld terlibat dengan Monsterverbond. ltu sebabnya,
Zwaardecroon menghukumnya dengan kejam. Itulah mata
rantai yang hilang dari jalinan cerita mengenai harta karun
VOC. dahulu , aku hanya memperoleh cerita bahwa harta karun
itu berhubungan qengan saa nama, Pieaer Erberveld." mpu tirta
tersenyum puas.

"Gatot, wartawan negerikita raya itu juga anggota kom-

Rahas ia Me ede

plotanmu?" tribuanatunggadewi langsung menembak mpu tirta .
‘apa pengaruhnya, iya dan tidak jawabanku?" mpu tirta balik
menantang.

"Entahlah. namun aku tidak melihat alasan logis untuk
menghubungkan Monsterverbond dengan Pieter Erberveld.
Maaf, aku harus pergi."

"Pada awalnya bukan Erberveld, namun Pieter Erberveld
Senior, sang ayah," mpu tirta terus berusaha menahan perempuan
itu. Dan, dia berhasil. tribuanatunggadewi mengenyakkan kembali tu-
buhnya di bangku putih.

"Bagaimana kesimpulan itu kau dapatkan?"

"Sebab, Pieter Erberveld bukan seorang penyamak kulit,"”
jawaban pendek mpu tirta cukup menjadi bukti bahwa Gatot
adalah komplotannya. Kalimat ini jelas ditujukan untuk kata-
katanya pada Gatot sepuluh hari silam.

Dua orang petugas Gereja lewat begitu saja di depan mereka.
Keduanya tengah berbicara serius. Mungkin tengah meren-
canakan sebuah pelayanan untuk jemait dan Tuhan.

"Jadi, apa yang kau ketahui tentang Pieter Erberveld

Senior?” tanya tribuanatunggadewi .

"Dia lahir di Erberfeld, kemudian merantau ke Amster-

dam. Pada akhir tahun 1650-an, dia bergabung dengan VOC

dan berlayar sebagai prajurit kavaleri. Legiun asing memang
mendominasi armada VOC pada masa itu. Kariernya menan-
jak cepat sejak dia menjadi orang kepercayaan Gubernur VOC
di Coromandel. Dari seorang prajurit bangsa asing, dia dianu-
gerahi pangkat Kapten Kavaleri di Coromandel.” .

"Siapa Gubernur Coromandel pada masa itu?" tribuanatunggadewi
terus n;J.engujinya.

"Comelis Janszon Speelman. Erberveldlah satu-satunya
E.S.ITO

orang kepercayaan Speelman. Bahkan, pada saat dia terpuruk
akibat terungkapnya skandal perdagangan gelap pa.a tahun
1665, hanya Erberveld yang bisa dia percayai. Ketika
Speelman ditarik ke Batavia dan kemudian terlibat daam
banyak ekspedisi pertempuran, Erberveld terus mendam-
pinginya. Dia ikut menikmati kekayaan yang dikumpulkan
Monsterverbond. Itu sebabnya, dia memiliki harta melimpah,
rumah yang megah diJacatraweg serta tanah yang luas. Kalau
hanya mengandalkan pendapatan sebagai Kapten Kavaleri,
semua itu hanya mimpi.”

"Kenapa begitu?" tribuanatunggadewi terus menggiringnya.
"sebab pada masa VOC, serdadu yang meniti kariemya

dari bawah adalah golongan paling rendah di antara kulit
putih. Mereka hanya menerima gaji seratus gulden, tidak lebih
dari itu, apa pun pangkatnya. Lain halnya, apabila mereka
memiliki latar belakang pedagang sebelum menjadi serdadu .
Speelman dan JP Coen adalah contoh siptl pedagang yang
kemudian menghunus pedang. Sedangkan Erberveld adalah
serdadu tulen dari awalnya."

Siapa mpu tirta sebetulnya ?

Pertanyaan itu kembali bergema dalam benak tribuanatunggadewi .
Dia tidak bisa lagi menyimpulkan bahwa mpu tirta seorang
pencari harta karun atau perompak biasa. Pengetahuannya
melebihi semua ambang batas yang diperkirakan tribuanatunggadewi .
Seharusnya, ini menjadi teka-teki yang menarik. Sayang, dia
berhadapan dengan seorang kriminal.

‘apakah itu membuatmu menyimpulkan bahwa Erberveld
Senior terlibat dalam Monsterverbond?"

"Seharusnya begitu. Nona sendiri yang mengatakan bah-

wa Monsterverbond bukan sekadar persekutuan antara unsur
yang menakutkan namun sekaligus persekutuan antara: uns!Ir-
unsur yang bertolak belakang satu.sama lain. Ada perbedaan-
443

perbedaan mendasar antara Speelman dengan Arung Palakka
dan Kapiten Jonker. Dia butuh satu orang kulit putih yang

bisa dipercaya. Pieter Erberveld.”

"Kesimpulan itu cukup logis.” tribuanatunggadewi tidak mau me-
ngiyakan begitu saja.

"Nona sependapat denganku?"

"Kalau kesimpulan itu sudah kamu dapatkan, apa lagi

yang perlu aku ceritakan?” tribuanatunggadewi masih mengelak dara
kata sepakat.

"Apa sebetulnya yang terjadi dengan Monsterverbond

hingga saat terbunuhnya Pieter Erberveld?"

Inilah bentuk penyerahan diri mpu tirta seutuhnya. Dia
menyerahkan sabukjuara kepada tribuanatunggadewi . Kemudian, me-
minta sang rival untuk menjadi gurunya.

Adakah kata terlarang dalam sebuah percakapan tentang
pengetahuan? Pertanyaan itu bergema dalam benak tribuanatunggadewi .
Dia berusaha membatasi diri untuk tidak lagi banyak bicara
kepada mpu tirta . Dia curiga, motiflaki-Iaki itu jauh dari sekadar
memburu harta karun. namun , dia bertanya lagi dalam hati,
adakah batas dalam cinta terlarang? Sebab pada . dasarnya,
setiap pengetahuan baru adaiah kisah cinta terlarang.

"Pada awalnya adalah iri dan cemburu,” tribuanatunggadewi terjebak
dalam cinta terlarang.

"Siapa yang iri dan -cembaru?"

"Isaac de l'Omay de Saint Martin,” dia menyebut satu

nama baru. "Perwira tinggi VOC itu asal dari Prancis. Dia

lahir pada tahun 1626. Salah satu komandan perang paling
cemerlang yang pemah dimiliki voe. Dia memenangkan
pertempuran di Cochin, Colombo, Temate, Jawa Timur, dan
Jawa Barat."

E.5. ITO

"Apa hubungan Isaac dengan Monsterverbond?" mpu tirta
menyela tidak sabar.

"Tepatnya dengan Speelman. Mereka sepantaran dengan
bintang yang sarna menanjaknya. namun . Speelman menda-
patkan promosi lebih cepat. Sveelman dipindah ke Coroman":
del. daerah pesisir di Tenggara India. Di sana dia diangkat
menjadi Gubernur VOC. Sementara. Isaac masih terjebak

di lapangan sebagai komandan perang. Dia mengenal
Speelman. mengetahui keculasannya. Pada tahun 1665. Isaac
berhasil meyakinkan Hereen Zeventeen dan Gubernur Jen-
deral di Batavia untuk mengungkap kasus perdagangan gelap
yang dilakukan Speelman di Coromandel. Speelman terpental
dari kursi nyaman Gubernur VOC. Dia kembali ke lapangan
sebagai komandan perang.”

"Sikut-menyikut dalam persaingan. hal yang lumrah

d3.lam militer. Lalu apa yang terjadi?" mpu tirta menyela.
"Keadaan tetap tidak berubah. Ketika mereka sama-sama
ditarik ke Batavia, bintang Speelman tetap lebih terang. Misi-
misi besar yang dijalankannya memperoleh perhatian luar biasa
dari Joan Maetsuejrker. Gubernur Jenderal VOC pada masa

itu. Sementara misi yang diemban oleh Isaac. walaupun sama
suksesnya. hanya dipandang sebelah mata. Puncaknya adalah
saat Comelis Janszon Speelman diangkat sebagai GUQernur
Jenderal VOC pada tahun 168] menggantikan Rijcklof van
Goens. Sementara. Isaac terpaku sebagai komandan perang
dengan pangkat mayor. Padahal. Isaac juga sangat ingin

menjadi gubernur jenderal. namun . tidak mungkin seorang
keturunan Prancis pada masa itu memperoleh kan posisi puncak
itu. Satu-satunya penghargaan yang dia terima haayalah
sebidang tanah luas di pedalaman Batavia. Kelak tanah luas

itu diberi nama Kemayoran.” tribuanatunggadewi menjelaskannya tanpa
jeda.

Rahas ia MUae 445

"Oh, jadi nama Kemayoran itu diambil dari pangkat

Isaac? ltu sesuatu yang baru. Isaac tahu tentang Monsterver-
bond dan Ernas Salido?" sela mpu tirta .

"Ya. Dia rmengetahui komplotan yang dibangun oleh

Speelman dan orang-orang di dalamnya. Ketergantungan
Maetsueykar dan van Goens pada Speelman juga dia ketahui.
Kekuatan Speelman dan komplotannya sudah menyedot keuang-
an VOC sangat besar. namun , periode panjang Maetsueyker
hingga Speelman adalah mar;a-tnasa ketidakberdayaan Isaac.
Dia hanya bisa mencatat sembari berharap, suatu saat Speelman
akan jatuh dengan sendirinya.”

"Kernudian, Speelman meninggal pada tahun 1684. Apa

yang terjadi?" mpu tirta kembali menyela dengan tanya.
"Dalam usia senja, Isaac mulai beraksi. Pada tahun

1685, dia berhasil memaksa Gubernur Jenderal Joannes
Camphuys untuk rnengungkapkan dosa-dosa Speelman aela-
ma berkuasa. Tanpa persetujuan Dewan Hindia dan Hereen
Zeventeen, Speelman terbukti sudah mengeluarkan begitu
banyak kas negara untuk pernbayaran pekerjaan yang tidak
pernah dilakukan. Penjualan tekstil turun sembilan puluh
persen. Monopoli canda gagal total. Di atas semua itu,
Speelman banyak melakukan penggelapan uang negara. Pada
tahun itu juga, sernua peninggalan Speelman disita oleh
pemerintah."

"Bagaimana dengan monopoli Emas Salido?"

"Rahasia itu tertutup dengan rapi. Penelusuran terhadap
pengeluaraa kas negara untuk pekerjaan yang tidak pernah
tercatat itu tidak pernah berhasil. Itu sebabnya, pengeluaran

itu disebutkan untuk pekerjaan yang tidak pernah dilakukan."
"Hanya sebatas itu?"

"Apakah karllU ingin cerita ini berakhir di sini saja?"
tribuanatunggadewi membalikkan pertanyaan. Dia memperoleh an geleng-
E.S.ITO

an kepala mpu tirta . Selalu saja pada pembicaraan seperti ini,
laki-Iaki pribumi ini tampak jinak dan tidak berbahaya. "Dia
berhasil meyakinkan Gubemur Camphuys untuk mengikis
habis pengaruh Monsterverbond. Itu tidak sulit sebab
Champuys yang sarjana dan bukan pedagang yang meng-
hunus pedang tidak memiliki keterikatan dengan masa lalu.

Lima tahun sesudah kematian Speeeiman, pembersihan mulai
dilakukan. Bidikan pertamanya adalah Kapiten Jonker dan
pengikutnya. "

"Mereka membunuhnya?" ,

"Ya. Mirip dengan cara Zwardecroon membunuh Erberveld.
Dia dituduh mambuat rencana untuk menghapuskan ae-
kuasaan VOC di Batavia. Caranya adalah dengan membunuh
semua orang Belanda yang ada di kota ini. Wuayah ke-
kuasaannya di Pejonkeran Marunda dikepung, kemudian
diserang. Kapiten Jonker tewas terbunuh dalam penyerbuan
itu. Kepalanya dipancung dan dipertontonkan di Niel:lwpoort.
Lebih dari seratus orang pengikut setianya dibunuh. Se-
mentara, anggota keluarganya diasingkan ke Colombo dan
Afrika Selatan. Dalam tempo lima tahun sesudah kematian
Speelaan, pengikut Monsterverbond dari kalangan pribumi
habis.”

"Bagaimana dengan Arung Palakka?" tanya mpu tirta .

"Isaac tidak terlalu mengkhawatirkannya. Sejak diangkat
menjadi Raja Bone di Sulawesi, pengaruh Arung Palakka
berangsur hilang. Tambahan lagi, walaupun berkuasa sebagai
raja, sebetulnya Arung Palakka tetap berada di bawah kontrol
pemerintah VOC di Fort Rotterdam."

"Ya, aku mengerti. a Palakka sebetulnya seorang

patriot Bugis yang berusaha membebaskan rakyatnya dari
cengkeraman Makassar. Kesalahan fatalnya adalah saat ikut
bergabung menyerang daerah lain di Nusantara." mpu tirta mem-
447

bawa polemik kepahlawanan Arung Palaa dalam diskusi
mereka. "Nasib pengikut kulit putih Speelman bagaimana?"
"Sebagian besar berhasil didekati oleh Camphuys dan
melepaskan diri dari komplotan yang pernah dibangun
Speelman. namun sebetulnya , mereka diselamatkan oleh situasi."
"K '" enapar

"sebab pada tahun 1689 itu, Batavia dilanda gonjang-
ganjing. Daerah selatan Batavia yang berbatasan dengan
Priangan dikuasai oleh Untung Surapati dan pengikutnya
yang terdiri dari orang Jawa dan Banten. Mereka berusaha
mengepung Batavia. namun pemerintah bertindak cepat,
pasukan terbaik langsung diterjunkan di selatan Batavia.
Daerah lereng perbukitan itu dengan cepat dikuasai. Surapati,
bekas budak Bali itu, melarikan diri ke Kartasura. Di sana

dia dapat perlindungan dari Susuhunan. Serangan dari kaum
pribumi itu untuk sementara menyatukan semua kulit putih
yang betdiam di Batavia."

"Pieter Erberveld selamat dari pembersihan itu?"

"Ya. Dia meninggal wajar karena usia tua. Lagi pula tidak
banyak yang tahu bahwa dahulu dia adalah tangan kanan
Speelman.”

Mata rantai yang hilang itu sekarang semakin jelas wu-

judnya. 9elontoran fakta dari cerita tribuanatunggadewi menjalin rang-
kaian tidak terputus sejarah kolonial. namun , dia masih butuh

satu kejelasan sehingga rangkaian ini benar-benar kukuh

menjalin logika berpikir.

"namun , bagaimana pembersihan itu muncul kembali

pada masa Zwaardecroon?"

tribuanatunggadewi tersenyum mendengar pertanyaan itu. Dia

senang mendiskusikan pengetahuan yang dia miliki. Lebih

senang lagi melihat antusiasme mpu tirta terhadap ceritanya. Dia

lupa lelaki inilah yang menculik dan menyekapnya di Kam-
pong Walang. Inilah irasionalitas ilmu pengetahuan, membuat
realitas menjadi ham bar. .

"Satu nama berhasil mengungkit masa silam Pieter
Erberveld saat anaknya Pieter Erberveld mewarisi kekayaan
yang besar di Batavia."

"Frans:ois Valentijn."

Pada awalnya, dia dididik untuk menjadi pendeta. namun ,
dia tergoda bertualang aersama armada dagang VOC ke
Timur Jauh. Dia menelusuri Kepulauan Nusantara selama
delapan belas tahun, sejak tahun 1685. Cukup lama tinggal

di Kepulauan Maluku, kemudian bertualang di pesisir Mi-
nangkabau. Petualangannya dituliskan lewat sebuah risalah
lengkap berjudul, Oud en Nieuw Oost-Indien.

"Valentijn memiliki pengetahuan yang luas tentang dae-

rah pesisir Minangkabau pada masa itu,” ucap CatHleen.

, Termasuk Salido?"

"Tentu saja. Walaupun tidak menuliskan secara spesifik

apa yang terjadi di Salido, aku percaya Valentijn berhasil
memperoleh kan cerita tentang monopoli emas itu. Rahasia yang
terus menerus memancing keingintahuan. Dan, lama-kelamaan
menimbulkan perasaan benci dan muak terhadap komplotan
rahasia itu.”

"Apa yang dia lakukan?"”

"Menjelang tahun 1721, saat sudah berada di- negeri

Belanda, Valentijn menulis cerita tentang rencana pengkhia-
natan Pieter Erberveld di Batavia. Menurut pengakuannya,
cerita itu didapatkan dari hasil korespondensi dengan kawan-
kawannya di Batavia."

"Dan masyarakat Belanda memercayai begitu saja cerita
itu?” potong mpu tirta hrgi.

449

"Tentu saja. Reputasi Valentijn sebagai penulis tidak

diragukan lagi. Oud en Nieuw Oost-Indien pada masa itu
dijadikan acuan untuk mengenal negeri-negeri di Tiinur Jauh.
Lebih celaka lagi, Hereen Zeventeen memercayai semua
ceritanya. "

"Bagaimana Tuan-Tuan yang tujuh belas itu mudah per-
caya?"

"Sebab Valentijn berhasil menjelaskan, apa yang sebenar-
nya terjadi dengan perbedaan laporan kandungan emas Salido
antara Maetsueyker' dan Jacob Spits. Di Salido dia berhasil
mengetahui: siapa yang bertanggung jawab terhadap monopoli
emas itu.”

"Pieter Erberveld?" mpu tirta langsung menebak.

"Tepat sekali.”

"namun kenapa laporan itu tidak jauh-jauh hari diungkap-
kan saat Erberveld masih hidup?"

" Surapati. Kulit putih perlu bersatu menghadapi peng-

ikut Surapati dan beberapa gerakan pembangkangan di Jawa.”
"Pieter Erberveld adalah sasaran empuk untuk kebencian
yang meluap-Iuap. Tentu banyak pihak yang membenci
keluarga Indo-Jerman itu."

mpu tirta membayangkan ketegangan masa itu. Sesudah han-
cumya periode singkat kekuasaan Monsterverbond, orang-
orang kulit putih menjauhi keluarga Erberveld yang diduga
dekat dengan Speelman. Walaupun tidak banyak orang yang
bisa membuktikan kedekatan itu sejauh mana. Penemuan
Valentijn di Salido tentu saja membuat Hereen Zeventeen
bersorak gembira. Ada harapan tumpukan emas yang dahulu
dianggap tidak pernah ada itu akan ditemukan. Mereka perlu
I menekan Erberveld. Sebuah perintah dikirimkan ke Batavia
lewat opsir muda, Kapten Clusse.

"Bukankah tragedi itu dimulai dari kisah cinta Meede,

putri Erberveld dengan opsir muda VOC, Kapten Clusse?"
mpu tirta ingin memperoleh tempat dalam ruang fakta yang dibe-
berkan tribuanatunggadewi .

"Va. Hereen Zeventeen tinggal menyiapkan satu ekseku-

tor untuk menghukum keturunan Erberveld."

Zwaardecroon, yang terpilih. Satu tahun sesudah naik menjadi
Gubernur Jenderal VOC pada 1718, Zwaardecroon berhasil
menghabisi sisa-sisa pengikut Surapati. Dia sangat setia
kepada Hereen Zeventeen. Pada masa awal kekuasaannya,
VOC masih mempertahankan kejayaannya walaupun itu
penampakan luar saja. Sebab, sebetulnya pada saat itu VOC
mulai kesulitan membayar dividen yang telanjur dipatok
tinggi. Dana yang dikeluarkan untuk kapal, senjata, dan
pegawai meningkat berkali lipat akibat perang perluasan

teritorial yang dilakukan oleh gubernur jenderal sebelumnya.
Perdagangan gelap yang dilakukan oldl banyak pegawai

VOC juga dituding sebagai penyebabnya. Pada masa awal
kekuasaannya, sebetulnya VOC tengah limbung.
Zwaardecroon berhasil memperbaiki keadaan. Dia mem-
perkenalkan tanaman baru diJawa, indigo atau nila. Mening-
katkan hasil dari tanaman kapas. Dan, yang paling berhasil
pada masa itu adalah peningkatan penerimaan pemerintah
dari tanaman kopi. Dengan restu dari Hereen Zeventeen,
Zwaardecroon mengeluarkan kebijakan forced deliveries, yaitu
petani dipaksa untuk menanam kopi dan hasilnya harus
diserahkan kepada VOC dengan harga yang sudah ditetapkan
sebelumnya oleh VOc. Selain itu, Zwaardecroon lewat direk-
tur jenderalnya juga mengelarkan kebijakan Contingencies,
yaitu upeti yang dibebankan kepada daerah-daerah yang
berada di bawah kekuasaan VOC.

-"Keberhasilan Zwaardecroon menyelamatkan kapal eko-
Rahasla Me ede

nomi VOC yang limbung membuat kepercayaan Hereen
Zeventeen bertambah besar. Momennya bertepatan dengan
terbitnya laporan Valentijn di Amsterdam. Zwaardecroon

bisa dipercaya untuk membulll kekayaan yang hilang itu.”
Nada suara tribuanatunggadewi mengecil. Sedikit banyak energinya
terkuras untuk cerita sangat panjang tanpa jeda ini. namun ,
ketekunan mpu tirta mendengarkan, membuat dia bertahan.
jadi, Zwaardecroon yang menjadi supervisor langsung

Clusse di Batavia?"

"Ya. Ketika tiba di Batavia, dia langsung menghadap
Gubemur Jenderal. Merancang cara yang tepat untuk memak-
sa Erberveld buka mulut."

"Sasaran antaranya, Meede, putri Erberveld?"

"Ya."

"Jadi, kisah cinta antara Meede dan Kapten Clusse itu

sebuah fakta?"

"Aku pikir kau sudah tahu sisa ceritanya. Walaupun

banyak versi cerita yang berkembang. namun , tidak ada yang
meragukan hubungan an tara Clusse dan Meede. Lewat
Meede, dia berhasil mengungkap lingkaran dalam orang-
orang yang dekat dengan Erberveld. Perkara sebidang tanah
dan isu komplotan rahasia dijadikan sebagai alasan untuk
memeerangus kelompok Erberveld. Celakanya, Erberveld,
sebagaimana ayahnya, sangat dekat dengan golongan pribumi.
Sisa kekuatan.Surapati yang sudah habis pada 1719 dituduh
berkomplot dengan Erberveld,” jawab tribuanatunggadewi walaupun
yakin mpu tirta sudah tahu kelanjutan ceritanya. tribuanatunggadewi merasa
perlu menambahkan penjelasan.

"Dari Meede, Clusse memperoleh kan nama orang-brang
yang dekat dengan Erberveld. Informasi itu diolah sedemikian
rupa sehingga isu pemberontakan komplotan Erberveld bisa
E.S. ITO

diterima oleh logika masyarakat Batavia," tambah mpu tirta .
Mereka tinggal saling mengisi cerita sekarang .

. "namun beberapa saat sebelum fitnah terhadap Erberveld
ditiupkan, Zwaardecroon sudah memulai kampanye pembe-
rangusan para pegawai yang pernah terlibat dengan Monster-
verbond. Dalam lingkaran kekuasaan, dua puluh enam pega-
wai tinggi dihukum mati. Tuduhan resmi karena mereka
terlibat dalam perdagangan gelap yang merugikan. Padahal,
alasan sebetulnya adalah karena dua puluh enam orang itu
memiliki bitan masa silam dengan Monsterverbond.”

Senyum di bibir mpu tirta . merekah. Cadis Belanda itu
menelanjangi sejarah masa silam. Menghalalkan sesuatu yang
diharamkan dalam kaidah sejarah dua negara, negerikita dan
Belanda. Mereka tidak lagi membicarakan spekulasi, namun
fakta yang tersembunyi di balik. sejarah kolonial. tribuanatunggadewi
sudah menghabiskan atu berbulan-bulan untuk menjalin
rangkaian cefita ini. Tidak percuma dia membongkar tum-
pukan arsip dari Leiden sampai Amsterdam.

mpu tirta membayangkan Batavia tiga ratus tahun silam.
Jauh di bawah tanah Stadhuis, di dalam Donker Cot yang
lembap dan menjadi sumber penyakit, Erberveld disiksa
untuk berbicara ten tanK peninggalan ayahnya. namun , dia
tidak pernah mengakuinya. Erberveld menolak untuk. buka
suara. Itu sebabnya dia dihukum dengan cara yang sangat
kejam dan menjijikkan. Erberveld dihukum untuk dosa besar
yang sudah dibuat oleh ayahnya.

"Bagaimana dengan Meede?" Pertanyaan mpu tirta seolah-
olah tidak pernah habis. Dia benar-benar KO dan sekarang
sudah menjadi murid yang haus.

"Aku pikir, dalam hal ini kita dihadapkan pada fakta

yang sarna. Sejak pengadilan Erberveld di Stadhuisplein,
Rahas ia Me eae 4-53

Meede tidak pernah ditemukan di sudut mana pun di Kota
Batavia."

"Ya. Kelak orang-orang berspekulasi bahwa rahasia harta
VOC itu dibawa hilang oleh Meede. He! Geheim 'Van Meede
atau Rahasia Meede, itulah awal perburuan harta karun yang
aku lakukan."

Aku ,. percaya.

Senyum mpu tirta membingungkan. Dalam diam, lelaki itu
kembali ‘pada sosok aslinya, asing dan rilisterius. Walaupun
mpu tirta sudah mengungkapkan keinginannya untuk menemukan

harta karun itu, tribuanatunggadewi tidak sepenuhnya percaya pada
motif itti.. Bagaimana dia bisa memercayainya, jika laki-laki

itu, sama dengan dirinya, penuh gairah saat berbicara

sejarah? Motifnya lebih besar dari itu. Dugaannya tentang

mpu tirta berbalik seratus delapan puluh derajat. Laki-Iaki itu
bahkan memiliki salinan dokumen pengiriman peti dokumen
KMB. mpu tirta lebih dekat pada harta karua itu dibandingkan
tribuanatunggadewi .

namun apa pedulinya, jika' mpu tirta menemukan harta karun
VOC, itu bukan urusannya. Sebab, dia tidak menginginkan,
kecuali rahasianya.

Seorang lelaki mengenakan kemeja rapi datang menghampiri
bangku panjang putih meraka. Di dalam nampan berwarna

kuning keemasan, dia membawa dua cangkir kopi. laki-laki itu
tampaknya juga orat?-gnya mpu tirta ., Setidaknya pikiran itu yang
berkecamuk dalam otak tribuanatunggadewi . Jaringan mpu tirta memang
luar biasa. Dia bisa masuk ke mana saja. Tidak ada yang bisa
mendekatinya. Hanya dia yang bisa dan boleh mendekati

orang lain. mpu tirta tampak seperti seorang penguasa sejati tanpa
mahkota duri.

4

"Kopi Lampung, Bos," ucap lelaki dengan kepala separuh

gundul itu.

"Pakai gula, nggak?,’ tanya mpu tirta .

"Biasa, pahit tanpa gula. Itu yang kita sebut 'kalek’!"

mpu tirta tertawa lepas. Dia tidak pernah melewatkan kopi
Lampung tanpa gula. Dia menolak kontradiksi. Pahit kopi

tidak mungkin dibaurkan dengan manis gula.. Dia harus

memilih salah. satu di antaranya.

"Puihhh ...."

tribuanatunggadewi membuang ludah. Pangkal lidahnya' bereaksi
cepat. Dia tidak pernah mencicipi kopi tanpa gula. laki-laki
berkepala bota!<, itu tertawa senang. Kemudian, berlalu begitu
saja. Dia tidak memedulikan tatapan tribuanatunggadewi . mpu tirta ter-
senyum senang.

‘apa hubungan semua ini dengan CSA?" Tatapan
tribuanatunggadewi tajam menghunjam. Membuat mpu tirta terlihat gela-
gapan. °

. "Maksud Nona?" Dia berusaha tampak tenang.

"Semuanya. Apa hubungan pencarian harta karunmu

dengan CSA? Peristiwa demi peristiwa yang aku alami terke-

san dirahasiakan. Dijauhkan dari keadilan yang sesungguh-

nya?" Nada suara tribuanatunggadewi meninggi. Cukup sudah, dia akan
keluarkan semuanya.

"Tenang, Nona.” mpu tirta mengumbar senyum. ‘aku hanya
terlibat beberapa episode dari kehadiran Nona di negeri

kepulauan ini. Masalah itu sebaiknya Nona tanyakan kepada
mereka yang menampung Nona.”

"mpu tirta , siapa kau ini sebetulnya ?"

"Kenapa?" .

"Kau menyembunyikan bayak hal dariku.”

"Nona tidak akan sanggup mendengarkannya."
tribuanatunggadewi tidak mengerti dangan ucapan mpu tirta . Dia lihat
Rahas ia Me eae 455

lelaki itu mengeluarkan sebatang rokok kretek dad saku
kemejanya. Pada pertemuan mereka di Banda, mpu tirta menahan
did untuk tidak merokok. Sekarang, dia tidak tahan lagi.
Secangkir kopi pahit dan sebatang rokok untuk sebuah pera-

yaan pengetahuan.

"Kenapa?" desak tribuanatunggadewi .

"Lupakan saja. Lebih baik kita membicarakan ten tang

diri Nona. Kedatangan Nona ke negeri ini bukan sekadar

masalah tesis bukan? Aku sudah bisa menduganya dari nama
Nona."

"Apa maksudmu?" Wajah tribuanatunggadewi berubah tegang.
"Zwinckel, itu bukan nama fam biasa di Belanda. Izinkan

aku menduga, bukankah Zwinckel itu jika kami baca di sini
berarti Singkel, daerah di selatan Aceh? Kedatangan Nona

ke sini untuk menjemput masa lalu yang hilang bukan?

Ekspedisi LetkolJ.}; Roeps yang berhasil mendepak kekuatan
Aceh dari Singkel pada tanggal 23 Maret 1840, momen itu

perlu dikenang lewat sebuah nama, bukan?"

‘a tidak mengerti!"

Wajah tribuanatunggadewi benar-benar terlihat pucat. Dia merasa
ditelanjangi. Inilah bagian tergelap dan menakutkan dati

lorong hitam dunia misterius mpu tirta . Lorong yang terus-
menerus mengisap masa lalu tanpa melewatkan satu kejadian
pun. Ini tidak bisa. lagi disebut sebagai sebuah kebetulan.
Perencanaan dari permainan ini jauh lebih hebat dari yang

pernah -dia bayangkan.

"Tenang, Nona: sebab aku sudah mengetahui seauanya.

Aku tidak butuh pengakuan dari mulut Nona. namun , mung-

kin kita masih akan bertemu. Dokumen pengiriman barang

itu perlu kita baca bersama, bukan?" Tawarannya menggoda.
"Dan aku kembali menjadi pion dalam permainan besar-

mu?"

E.S.ITO

"Tidak, Nona. Kita bermain pada papan catur yang sarna.
Sekadar untuk bermain remis, bukan untuk saling mengalah-
kan."

"Bagaimana aku bisa memercayaimu? Sementara yang
aku lihat hanya sisi gelapmu. Kau -tidak bisa menganggapku

selugu itu. Anarki Nusantara, penyerbuan bersenjata, kemati-
an fiktif, dan buronan nomor satu. Jangan berpikir, aku tidak
mengetahui semua itu.” sebetulnya , dia tidak ingin meng-
ungkapkan semua itu dalarn pertemuan ini. namun , karena
mpu tirta sudah berani menyentuh masa lalunya, dia mesti mela-
kukan hal yang sarna. Dia masih menyimpan spekulasi soal
kematian Suqadi.

"Lalu, kenapa Nona masih mau bertemu denganku?"
tribuanatunggadewi tidak menjawab pertanyaan itu. Dia bahkan
sudah sedari tadi mengajukan pertanyan itu dalam hati.

namun , hubungannya derigan Kalek seperti gairah terlarang
dari pengetahuan masa lalu. Gairah yang memancing alam
bawah sadar untuk menerabas kawat berduri larangan tabu.
"Alm tidak :U<an melakukannya lagi. Ini yang terakhir,"
tribuanatunggadewi menguatkan diri.

"Ttulah dilema nilai. Tentang baik dan jahat, benar atau

salah, pantas dan tabu. Jika Nona berasal dari dunia angkuh
yang sering kali menganggap diri beradab, lantas kenapa Nona
masih bisa terjebak d.alam dilema nilai? ,ltu membuat dunia
jadi. tidak menarik, persis kisah picisan Hollywood. Lupakan
nilai, pikirkan gairah kita yang sarna terhadap hal ini . -urusan
kita hanya sebatas apa yang kita inginkan. Jika aku iblis dan
Nona malaikat, bukankah kita pasangan sempurna untuk
memecahkan misteri ini? Kita berdua Monsterverbond, Nona.
Perikatan dari dua orang yang saling bertolak belakang. Hanya
Monsterverbond yang bisa menemukan'Mec8.e."

Rahas fa M eede

457

"Aku tidak ingin lagi terjebak dalam kegilaan ini," suara
tribuanatunggadewi tersendat di pangkal tenggorokan.
"Gairah itu tidak mungkin padam, Nona. Dia adalah

udara, tanah, dim air. Dia adalah kehidupan. Kita pasti akan
bertemu kembali. Goede morgen.32"

mpu tirta meninggalkan tribuanatunggadewi yang masih terbenam
dalam bangku putih. Dia tidak menghiraukan tanya dalam
bola mata gadis Belanda itu.

Kepercayaan diri mpu tirta yang tinggi meruntuhkan kete-
garan tribuanatunggadewi . Jika saja Suhadi tidak meninggal dunia, dia
tidak mungkin tergoda dengan anarkis misterius ini.

Jika gairah sudah merasuki, peduli setan dengan nilai-

nilai.

32Selamat pagi.

52

HOT EL ALI LA diJ alan Pecenongan tidak jauh berbeda
dengan kebanyakan hotel berbintang lain di Jakarta. Tinggi,

angkuh,. dan melenyapkan identitas Nusantara. Hotel ini
dikenal karena memiliki klub eksekutif khusus perempuan.
Itulah kemajuan yang memenahi semua tuntutan kaum
feminis. Dengan demikian, ruang untuk Tuhan perlu disem-
bunyikan. Mushala umum terletak di pojok .bawah dekat
dapur yang untuk menjangkaunya perlu naik lift barang.
Shalat dan Tuhan hanya untuk karyawan miskin. Tuan dan
Nyonya kaya tidak butuh Tuhan.

Kamar 1704.

Lift berhenti di lantai empat. Dua orang laki-laki dengan
perawakan Timur Tengah masuk. Dia sengaja bersandar pada
dinaing lift sehlngga leluasa mengamati orang lain yang
berada satu lift bersamanya. Tiga lantai berikutnya, seorang
wanita berpakaian norak ikut masuk. Mungkin pesanan khu-
sus untuk "bobo siang”. Tidak ada yang mencolok selain
perawakan Timur Tengah dan kesan norak perempuan ini.
Lift meluncur cepat ke atas. Dia tiba di lanta tujuh belas.
Keluar dari lift, berjalan menuju lorong kanan. Kurang dari
setengah menit, dia sudah sampai di depan kamar 1704. Suara
bel memberi pesan pada penghuni kamar.

Rahas ia Me ede 459

‘a turut prihatin dengan apa yang kaualami di ANRI."

Roni "melepaskan jaaet, kemudian menarik kursi meng-
hadap ranjang. Dia lihat perempuan Belanda itu dalam ke-
adaan terguncang. tribuanatunggadewi Zwinckel menghubunginya tadi
malam. Dua hari sesudah dia diperiksa sebagai saksi di Polres
Metro Jakarta Selatan. Sejak penjemputan di Banda, dia sudah
menawatkan kepada gadis itu untuk menghubunginya kapan
pun dia butuh. Dengan syarat, kerahasiaan tetap dijaga.
"Terima kasih. negerikita memang tidak persahabat de-
nganku. Negerimu tidak henti menawarkan horar yang men-
cekam," suara tribuanatunggadewi Iemah. Mungkin karena lelah dan
tegang.

"Apakah ada yang mengetahui keberadaanmu di sini?"

tanya Roni.

"Tidak."

"Kau yakin?"

"Ya. Aku tadi minta sopir taksi beqlUtar-:putar dahulu
sebelum ke sini.” .

"Bagus. Aku curiga ada kebocoran di CSA."

"Maksudmu mpu tirta punya orang di sana?"

"Bagaimana menurutmu?" Roni membalikkan pertanYaan.
"Mungkin. Penculikan di Sunda: Kelapa jelas sudah diren-
canakan. Ya, sebuah perencanaan yang rapi.” tribuanatunggadewi ingat
pertemuan dengan wartawan negerikita raya di Sion dan sosok
Galesong di atas KM Borneo.

‘Ladi, apa yang bisa aku bantu?" Roni langsung masuk
pada pokok masalah.

"Kau tahu, aku merasa seperti bola. Ditendang, ditang-

kap, dilemparkan, dan digiring tanpa mengerti permainan

apa yang sebetulnya tengah dimainkan. A.ku terjebak dalam
kegelapan, namun tidak seorang pun yang bisa memberikan
jawaban."

4-60

"Sudah menghubungi Profesonnu di Leiden?"

"Ya."

"Apa yang dia katakan?"

"Mungkin beberapa hari lagi dia tiba di Jakarta."

"Jawaban apa yang kamu butuhkan?"

"Aku ingin tahu apa yang sebetulnya tengah terjadi.

Siapa mpu tirta sebetulnya , kenapa dia menculikku, apa yang
dia inginkan dan apa hubungannya dengan kematian Suhadi?
Lebih dari seaua itu, kenapa tidak satu pun dari kalian yang
menghubungi Kedutaan Besar Belanda? Aku tidak yakin
negara kalian ini bisa melindungiku!" tribuanatunggadewi menumpah-
kan kegelisahannya. . *

"Anarki Nusantara;" jawab Roni pendek.

"Aku sudah pernah mendengarnya darimu. Maksudku,

siapa lelaki itu sebetulnya ? Kenapa dia begitu menginginkan
cerita masa lalu itu dariku?"

Roni melipat kaki, kepalanya disorongkan ke depan.

Mimik wajahnya berubah serius. "Cerita tentang mpu tirta adalah
sebuah riwayat ten tang keterasingan."”

Detail kehidupan mpu tirta tidak pernah lepas dari ingatan-
nya. ""Dia lahir dengan nama Attar Malaka di Pulau Lancang.
Bapaknya seorang nelayan Bugis. Pada saat berumur dua
tahun, ibunya kabur. Meninggalkannya dan sang bapak. Tiga
tahun kemuqian, bapaknya hilang di laut. Mayatnya tidak
pernah ditemukan. Sejak itu dia berpindah-pindah dari satu
panti asuhan ke panti asuhan lainnya. Tidak ada keluarga
terdekat. Lagi pula, siapa yang mau disusahkan dengan bocah
yang tidak bisa dipekerjakan itu? Otak pintar membawanya
ke Sekolah Menengah Atas Taruna Nusantara. Kemudian,
kuliah di Jurusan [mu Perpustakaan Universitas negerikita .
Terakhir, sebelum dinyatakan mati, dia bekerja sebagai warta-
wan negerikita raya."

Rahas ia Meeae

"Taruna Nusantara,” dahi tribuanatunggadewi berkerenyit. Dia
ingat saat mencuri dengar percakapan di perek besar. "Seko-
lah yang sam a denganmu, bukan? Kalian sahabat dekat?"
"dahulu . Yang terburuk dalam sebuah pertemanan adalah
saat itu berakhir dipicu oleh suatu kondisi yang sebe-

narnya tidak menyentuh hati. Ruang yang berada di luar
pertemanan itu sendiri. ltu yang terjadi pada kami," Roni
mengucapkannya dengan suara berat.

"Satu orang bekerja untuk pemerintah, satu lagi ingin
melenyapkan pemerintah itu sendiri. Yang satu memburu

yang lainnya. a

"Ttulah yang terjadi, sangat menyakitkan. Kadang, aku
berharap bahwa berita kematiannya empat tahun yang lalu

itu benar-benar terjadi. namun kenyataannya, dia masih hidup.
Aku pula yang harus menghadapinya.”

"Apakah dia memiliki kaitan dengan kematian Suhadi?"
tribuanatunggadewi berharap jawabannya adalah tidak.
Pertanyaan yang sulit. Roni tidak mau buru-buru men-

. jawabnya. Pembunuhan Suhadi hanyalah bagian dari rangkai-
an kematian yang tidak pernah dihubungkan, dianggap seba-
gai kejadian terpisah. Kematian Haji Saleh Sukira di Bukit-
tinggi diduga keracunan Karbon Monoksida di dalam sedan,
namun sopir mobil tidak pernah ditemukan. Kematian
Nursinta Tegarwati di Bangka disimpulkan sebagai aksi bunuh
diri. namun , polisi setempat tidak bisa menjelaskan bagaimana
perempuan bongsor itu bisa mencapai bukit untuk kemudian
terjun ke lahan bekas galian timah.

Penembakan terhadap Santoso Wanadjaja diduga ber-
motifkan persaingan bisnis untuk memperoleh kan kontrak pe-
ngadaan pistol FN untuk Korps Marinir. namun , kalau iru
persaingan pengusaha lokal, kenapa pembunuhan harus jauh

dilakukan di Brussel sana? JP Surono, kematiannya masih

menyisakan misteri. Dugaan yang berembus, dia dibunuh
terat sepak tetjangnya saat memimpin Badan Pengawas

Pasar Modal. namun , tidak ada bukti kuat yang mengarah ke
situ. Terakhir, penemuan mayat Dr. Nano Didaktika pada
sumur tua di Kampong Lonthor disimpulkan sebagai tindak-
an oknum masyarakat setempat yang tidak senang dengan
kehadirannya.

"Pertanyaan itu sulit dijawab," Roni ingin menyimpan

sendiri jawabannya.

"Artinya, walaupun sulit, kau sudah punya jawabannya?"
tribuanatunggadewi semakin curiga.

Dunia bawah tanah yang dia diami aemberikan keleluasaan
untuk memperoleh kan informasi dari mana saja. namun pada
sisi lain, tidak memberi celah unruk melepaskan informasi

itu begitu saja. Sumber informasi intelijen lebjh sering bersifat
terbuka. Sesuatu yang juga .didapatkan oleh masyarakat awam.
Perbedaannya, bagi masyarakat awam informasi itu hanya
sebatas berita. Dalam dunia intelijen, informasi itu diolah .

dan dianalisis sehingga bisa ditangkap pesan dan petunjuknya.
Dia dihadapkan dalam .dilema. Jika mendiamkan per-

tanyaan tribuanatunggadewi , dia tidak bisa memakai perempuan
itu lebih jauh untuk memancing mpu tirta . Dia perlu melakukan
barter. Sedikit informasi mungkin tidak akan berarti banyak
untuk gadis Belanda ini.

"aejauh -penyelidikana, Suhadi adalah korban keenam

dari sebuah rangkaian pembunuhan yang terjadi enam bulan
belakangan,” Roni berdamai dengan keadaan. Dia masih
membutuhkan tribuanatunggadewi .

. "Apa?" tribuanatunggadewi terpekik. "Bagaimana kesimpulan itu
kau dapatkan?” .

Rahasia Meede

"Salah satu sumber kami menyebut pembunuhar:t beran-

tai itu dengan istilah Pembunuhan Gandhi. Sang pembunuh
meninggalkan pesan berupa dosa yang dipikul korban."
"Pengetahuan Tanpa Karakter,"” tribuanatunggadewi cepat menyela.
"Kenapa?" .

"Itu pesan yang ditinggalkan pada mayat Suhadi."

Roni mananggapinya biasa saja. Dia audah menduganya.
Pesan-pesan itu sebetulnya sudah menghancurkan motif dan
modus yang dikembangkan kepolisian secara terpisah selama
ini. namun , malah dirinya yang diberi perintah untuk menun-
taskan penyelidikan secara menyeluruh. Kesimpulan ini tidak
pernah diberitakan kepada masyarakat luas.

"Perniagaari Tanpa Moralitas, Politik Tanpa Etika, Sains
Ta';pa Humanitas, Peribadatan Tanpa Pengorbanan, dan
Kekayaan Tanpa Kerja Keras. ltu pesan yang ditemukan pada
lima mayat sebelumnya,” Roni membongkarnya perlahan.
"Lalu, apa yang menghubungkan pesan itu satu sarna

lain?" tribuanatunggadewi tambah bingung.

"Mahatma Gandhi.”

"Gandhi?"

. "Gandhilah yang pertama kali merumuskan enam dosa

itli. sebetulnya masih ada satu lagi, Kesenangan Tanpa Nu-
rani. Gandhi menyebutnya dengan istilah Tujuh Dosa Sosial. "
Inilah paradoks yang menjijikkan atau mungkin lebih

tepat disebut oksimoronitas. Nama Gandhi, penganjur ahimsa,
gerakan antikekerasan dicatut menjadi sebuah pesan pembu-
nuhan. Ini sarna buruknya dengan perilaku India yang terus
mengembangkan senjata nuklir sembari melantunkan Gitanjali
Tagore untuk kedamaian Gandhi.

"Kau sudah punya gambaran pelakunya?"

"Jawabannya sangat tidak menyenangkan sebab penyeli-

dikanku mengarah pada mpu tirta dan komplotannya. ltu sebe-

narmya misi utama penyerbuan malam yang gaga! di Walang.”
"Jadi, kau tidak berniat membebaskan.ku waktu itu?"
tribuanatunggadewi setengah bergurau.

"Bukankah mpu tirta menyebutmu sebagai bonus untuk
menyelamatkan mukaku diJakarta?” Roni menanggapi dengan
gurauan pula. "Tentu saja kami juga mencarimu. Walaupun
kami sempar teperdaya di Makassar. namun , pertemuan de-
ngan Andi Hakiem Moenta membuka petunjuk lebar-Iebar
bahwa dia melindungi orang yang sarna.”

"Kenapa mpu tirta ?"

"dahulu , sebelum melakukan kekerasan bersenjata, Anarki
Nusantara hanyalah kelompok diskusi mahasiswa biasa. Mere-
ka dikenal dengan serial diskusi pemikiran Mahatma Gandhi
dan Mohamad Hatta. Mereka adalah pengagum Hatta dan
Gandhi." Informasi ini sarna dengan penjelasan Rian, mem-
buat tribuanatunggadewi semakin tidak nyaman jika memikirkan lelaki
klimis itu.

"Mohamad Hatta, putra Sumatra yang brilian itu?"

Melewatkan Hatta bagi tribuanatunggadewi sarna artinya dengan mele-
watkan separuh cerita kemerdekaan negerikita .

"Ya," Roni akan mengungkapkan semuanya. "Yang lebih
menakutkan dari rangkaian pembunuhan itu adalah bahwa
semua ini direnca!lakan sampai pada lokasi pembunuhannya.”
"Bagaimana?"

"Lokasi pembunuhan itu unik karena semuanya diawali

dengan huruf 'B'. namun sebetulnya , bukan itu yang lebih
menakutkan, sebab menurut sumber kami, lokasi-Iokasi itu
terkait dengan perjalanan hidup Mohamad Hatta."

"namun , Suhadi di Jakarta? Tanpa huruf B."

"Batavia, tribuanatunggadewi !" Roni mengoreksi. "Kota tempat
Hatta aenghabiskan sisa hidupnya."

Rallas ia Meede

" GodverdommeP3"

Akhirnya, umpatan itu keluar juga dari mulut tribuanatunggadewi .
Dia tidak bisa menahan perasaan jijik pada komplotan itu.
Kejahatan mereka disamarkan dengan dua tokoh yang dia
kagumi. .

"Jadi, mpu tirta terlib'at dalam pembunuhan Suhadi?" Cadis

itu kembali pada pertanyaan awal.

"Peabunuhan Suhadi semakin menguatkan dugaanku

bahwa mpu tirta dan komplotannyalah pe,aku tunggal rangkaian
pembunuhan itu."

"Kenapa?" Gathleen bergidik ngeri, ingat peJiteauannya

dengan mpu tirta di Cereja Sion.

"Katena mpu tirta pernah sangat dekat dengan Suhadi. Se-
belum bekerja sehagai wartawan negerikita raya, dia cukup lam.a
magang di ANRI. Bekerja di bawah supervisi Suhadi pada
bagian arsip kolonial." » »

"Apa motifuya?"” tanya tribuanatunggadewi . Cukup sudah. Dia tidak
sanggup membayangkan sosok tenang mpu tirta lagi.

"Sangat mudah. Dia tidak ingia Suhadi buka suara

padamu. Dia ingin menguasai cerita harta karun itu sendiri.”
Roni sudah membongkar peti jawaban. tribuanatunggadewi sadar, ini
bukan pemberian cuma-cuma. Dari gelagat Roni, jelas terlihat
bahwa dia juga membutuhkan tribuanatunggadewi .

"Hari Minggu kemarin, aku bertemu dengannya.”

"mpu tirta , kamu menemuinya?" Roni nyaris tidak percaya.
Cadis Belanda ini lepas dari pengawasannya. namun , di dalam
hati'dia bersorak. Kontak ini bisa dilanjutkan. "Membongkar

peti sejarah sebagaimana yang kalian lakukan di Banda?"
lBajingan.

E.8. ITO

"Ya. Dia menitipkan pesan lewat nyi girah yang baru dibebas-
ka fn.

‘aeh, seorang korban mau menemui penculiknya. Kena-

pa kau mau?"

. "Untuk dokumen-dokumen ini,” tribuanatunggadewi memperlihat-
kan tujuh lembar dokumen yang diberikan mpu tirta . Roni hanya
menggelengkan kepala.

"Jika dia memiliki begitu banyak dokumen, untuk apa

dia mengejar cerita masa lalu darimu?"

"Dugaanku, dia ingin memastikan kebenaran cerita harta

karun ifu. Tidak ingin terjebak dalam pencarian sia-sia.”

"Alasan itu terdengar logis,” Roni menariggapi sekenanya.
"Apakah masih mungkin untuk menangkapnya?" tribuanatunggadewi
tidak ingin terjebak dalam pembicaraan harta karun. Sejak
pertama kali menceritakannya kepada Roni di atas pesawat
menuju Jakarta, dia !nenyimpulkan penculikan itu sebagai
tindakan orang sinting yang tidak perlu terjadi.

"Seharusnya lebih mudah. Dia berani memenuhi janji

datang ke Jakarta:namun rencana berubah, kami tidak ingin
buru-buru menangkapnya.”

" Kenapa?"

. "Kita berhadapan dengan kelompok anarkis yang bangkit
kembali. Ketiadaan hierarki menyebabkan kami sulit menen-
tukan aktor utama kelompok itu. mpu tirta bisa . saja terlihat
sebagai peIJ?impin, namun siapa tahu dia tidak lebih dari pion.
Kami juga ingin menyelidiki lebih jauh motif mpu tirta terkait
harta karun itu. Mungkin dia tengah merencanakan sesuatu

yang besar sebab lima korban selain Suhadi adalah tokoh-

tokoh nasional di bidangnya. Atau, pembunuhan dan harta

karun itu tidak lebih dari pengalih untuk sesuatu. Ini masih

sulit dimengerti. Kami butuh orang yang terus memelihara
kontak dengan mpu tirta ."

Rahasia Meeae

tribuanatunggadewi cepar menangkap gerak mata Roni. Perwira
intelijen militer ini sudah membuka transaksi di bursa nyawa.

Jelas dia menginginkan tribuanatunggadewi terus menjaga kontak de-
ngan mpu tirta .

"Aku tidak ingin menjadi korban ketujuh,” tribuanatunggadewi
menolak tawaran yang belum terucap itu.

"Dia tidak akan melakukannya. Dia masih membutuh-

kanmu, aku tahu itu. tribuanatunggadewi , ini saatnya kamu bermrun
dan tidak lagi meAjadi bola. Aku menjamin keselamatanmu

dua puluh lima jam dalalll sehari. Bonus satu satu jam untuk

risiko pertemuan dengan mpu tirta ."

tribuanatunggadewi tersenyum tipis. Dia juga merasakan bahwa
Kalea tidak berminat meleny:\pkannya. namun , bagaimana jika

dia tidak dibutuhkan lagi dan mpu tirta merasa perlu untuk
membungkamnya? Ada satu titik dalam diri mpu tirta yang

masih menjadi misteri baginya. Itu terus menggodanya.

"Kita lihat nanti saja. jika dia mengontakku, kau segera

akan mengetahuinya.” Tersirat, tribuanatunggadewi memberikan perse-
tujuan.

"Kerahasiaan pembicaraan ini harus kaujaga. Tidak se-

orang pun boleh tahu. Kebocoran di CSA tidak boleh meng-
hancurkan rencana ini."

"Kau punya gambaran siapa orang KaJ.ek "di CSA?"

"Bagaimana dengan nyi girah ?" Roni tidak sepenuh hati
mencungamya.

"Tidak. Dia terlalu lugu untuk urusan ini.”

"Kau mencurigai seseorang?"

"Rian," tribuanatunggadewi tidak ingin menyembunyikan nama itu.
"Kenapa?" "

"Dia terlalu banyak tahu tentang masalah ini. Sebagian

cerita tentang Anarki Nusantara malah sudah dia ceritakan

padaku. Tidak berbeda jauh dengan keteranganmu. Yang

1t68 "

lebih mencurigakan sebetulnya adalah sikap pro-Barat-nya

yang berlebihan jika berbicara denganku. Aku yakin, dia
menyembunyikan sesuatu.”

caku akan mengirim orang untuk menjadi bayangannya.

Semoga kita menemukan sesuatu darinya," Roni cepat tang-

gap.

* Bagi Roni, transaksi ini telah " berjalan sesuai dengan
keinginannya. Kalau tribuanatunggadewi bisa terus menggiring mpu tirta
pada perdebatan tentang masa lalu dan rahasia harta karun,

pastilah nanti perlahan motif utamllnya akan terungkap. Bagi
tribuanatunggadewi , akhir pembicaraan "ini adalah saat yang tepat untuk
mengajukan satu permintaan.

"Bisakah kau menghubungi Kedubes Belanda untukku

atau aku mendatanginya sendiri? Aku tidak yakin dengan
keselamatanku di sini.”

"Mereka akan segera memulangkanmu jika tahu semua .. " 1m.
"Kenapa kalian menutupi operasi ini?" Pertanyaan ini

sudah terlalu sering dia tanyakan.

" “tribuanatunggadewi , kami menyebutnya dengan istilah Operasi
Omega. Operasi tanpa bentuk yang "direstui, namun tidak
diakui oleh pemerintah. Hanya dengan kerahasiaan seperti

ini kami bisa men9ayung perahu sarna cepatnya dengan *
kelompok anarkis. Maaf, aku tidak bisa memenuhi pe!niin-
taanmu untuk menghubungi Kedubes Belanda. namun_per-
cayalah, taruhan untuk nyawamu adalah nyawaku.”
tribuanatunggadewi tidak mau memperpanjang pembicaraan. Ini
saja sudah cukup memusingkannya. Lorong gelap kehidupan
mpu tirta mulai terkuak. Menakutkan memang, namun sekaligus
menantang. Dia tidak takut pada mpu tirta , dia malah takut pada
wajah lain yang tersembunyi di balik keramahannya yang

bisa muncul kapan saja.

53

MOT ORBAT u tiba di Pancoran. Seharusnya, hari ini dia
melakukan liputan di gedung MPRIDPR Senayan. namun ,

dia tidak melakukan itu. Dia menunggu lampu merah,

kemudian bel0k kiri ke arah Manggarai. aurang lebih satu
kilometer, motor itu masuk ke gang S'empit di sebelah
Universitas Sahid.

Tidak ada janji di DPR sebagaimana ceritanya kepada

Rosihan alias Ajo. Mungkin anggapan banyak orang benar,
anggota parlemen tidak lebih dari badut berlidah ganda. Satu
mengumbar janji, ujung lainnya menjilat ludah sendiri. Dia
kembali menauri jalan Rasamala. namun , melewatkan begitu
saja kantor PT Ale Cipta Kartasamitra. Motor itu malah

belok kiri masuk ke Gang Madrasah yang sempit dan buntu.
Berhenti di depan sebuah rumah petak yang terletak tidak

jauh dari kantor sebuah lembaga swadaya masyarakat.

Dia sudah menunggu kedatangan wartawan itu dari tadi. Perut
buncitnya tertutup seragam kelurahan. Ketika dia lihat motor
berhenti di depan rumah, wajahnya langsung sumringah.

"Saya sengaja pulang lebih cepat dari kelurahan menung-

gu Anda.” Dia langsung mengajak Batu ke dalam.

"MaafPakJajang, aku tadi -ada sedikit urusan yang harus
dibereskan. "

"Oh, baiklah, tidak apa-apa. Wartawan memang banyak
tempat singgahnya.”

Batu menanggapinya dengan senyum. Jajang, pria berusia
hampir empat puluh tahll0 itu, sudah hampidima belas tahun
bekerja di kantor Keluraban Menteng Dalam, Tebet. Karier-
nya tidak pemah aeranjak dari staf administrasi pengurusan
izin dan surat.

‘Ladi, kita mulai saja uru"san ini?”

"Silakan Pak Jajang."

Ini terlihat seperti bisnis yang selama bertahun-tahun

. sudah -dilakoni Jajang. Urusan di luar rutinitas kantor yang
membosankan. namun , dia tetap bangga mengenakan seragam
walaupun -pekerjaan ini di luar kerja sebagai abdi masyarakat.
"Jadi, Anda membutuhkan informasi tentang pemilik
bangunan yang dikontrakkan kepada PT Ale Cipta Kartasa-

mitra? Kalau saya boleh tahu untuk apa?"

"Nanti kalau beritanya sudah diturunkan, PakJajang akan
tabu sendiri." Senyum Batu mengirim isyarat.

"Oh, baiklah."

Jajang melewatkan begitu saja pertanyaannya tadi. Ber-
urusan dengan wartawan di luar kantor memang mengasyik-
kan. Tawaran kemungkinannya banyak, mulai dari popularitas
hingga fasilitas. namun , yang paling diinginkan tentu bentuk
mentahnya, amplop berisi uang.

"Pemilik bangunan itu bernama Dani Hermanto. Data

kami menunjukkan, dia punya rumah lain di Tebet Timur.
Alamat lengkapnya ada di sini, kalau Anda butuh .... "
"Pekeljaannya?" potong Batu.

"Di sini hanya tertulis karyawan swasta. Dia belum

pernah berurusan aengan saya.”

Sumber data Jajang hanya map tipis berwarna merah .

. Catatan yang merangkum data kepemilikan bangunan di
Jalan Rasamala. Batu tidak tertarik dengan nama itu.
"Sebelum Dani Hermanto, ada pemilik lain?" Dia waswas
jika jawabannya meagecewakan.

Jajang membolak-balik lembaran kertas di dalam map
merah. Matanya tekun mencari. .

"Ini dia," Jajang berseru gembira, "Agus Hermawan, itu
nama pemilik rumah sebelum Dani Hermanto."

"Tahun berapa dia menjualnya?"

"Di sini tercatat .... 2003!"

"Membelinya kapan?"

"Oh, rumah itu tampaknya dia bangun sendiri. Selesai
pada akhir tahun 2000. Kami ada datanya kalau itu. Salinan
Izin Mendirikan Bangunan.”

Nama itu kembali tidak menarik minatnya. Tidak me-
miliki arti sebab nama kebanyakan yang mudah dilupakan.
Instingnya juga mengatakan tidak ada yang istimewa dari

dua nama yang disodorkan J ajang.

"Apakah rumah itu sempat dikontrakkan juga oleh Agus
Hermawan?"

"Wah, kalau itu saya tidak punya datanya.”

Batu menelan kecewa. Teh manis hangat yang dihidang-
kan istri Jajang teras a hambar di tidaho Dia datang untuk
sebuah kesia-siaan. Percuma saja mungkin menelusuri dua
nama itu. Perasaannya mengatakan tidak ada yang salah de:-
ngan dua orang itu. Sarna seperti kesan tidak berdosa PT
Ale Cipta Kartasamitra.

Batu menyelipkan amplop ke dalam kancing baju Jajang
yang separuh terbuka. Wajah pegawai kelurahan itu langsung
sumringah menerima bungkusan uang. namun , dia bisa me-
E.S.-ITO

nangkap kesan kecewa dari sang tamu. Dia mengitimkan
pesan optimisme. Uang akan membuat segalanya mungkin.
"namun , mungkin kita bisa melacaknya dengan cara lain,”
dia menahan sang tamu. Masuk ke dalam kamar, kemudian
keluar membawa lembaran file yang eukup tebal. "Dalam
urusan seperti ini, orang-orang RT perlu dikasih jatah. Buku
besar ini milik RT tempat bangunan itu berada. Berisi data
pe

"

mbayaran uang keamanan dan kebersihan sejak tahun 2001.
Mungkin ini bisa membantu." "

Ada sedikit harapan:Dia mulai membuka lembaran data.

U ang kebersihan dan keamanan itu dibayar satu bulan sekali.
Dari awal hingga bulan Juni 2001, pemoayaran pungutan

oleh penghuni Rasamala 41C atas nama Agus Hermawan.
Selanjutnya, dilakukan atas nama Rahmayulinda. Bisa jadi
nama itu pengontrak pertama atau anggota keluarga Agus
Hermawan.

Gerak jemari Batu langsung berhenti saat dia mem-

buka lembaran tahun 2002. Awal tahun dengan penghuni
berbeda. Dia meinbalik tiga lembar berikutnya. Nama itu
berakhir pada bulan April tahun 2002. Rentang waktu yang
sarna dengan datang dan punahnya para pemuda yang dida-
tangkan dari Siberut. Nama yang sangat istimewa. Batu tidak
mengerti bagaimana segala jenis teka teki ini terangkum pada

sebuah nama. tunggul wirya .
54

DASAAD" Mus IN Building. Nama itu terlihat samar
dalam bentuk huruf eetak muncul pada dinding kusam yang
sulit terbaca jelas. Gedung kusam itu tiga lantai. Dinding
pada lantai tiga separuh hancur. Bagian yang masih utuh
ditumbuhi oleh semak alang-alang. Sedangkan, deretan kaea-
kaea peeah sudah diganti dengan kayu-kayu kasar terpaku
pada dinding lantai dua menghadap Jalan Kalibesar Timur

Ill yang merupakan bagian belakang dari gedung.

Gedung tua itu memiliki satu menara pada sudut kiri
belakang atapnya. Satu kubah keeil memuneaki gedung. Pada
bagian depannya terhampar Stadhuisplein atau Taman Fata-
hillah. Dari kejauhan, Museum Sejarah Jakarta tampak ber-
hadapan dengan gedung ini. Sementara di samping kirinya,
gedung putih Kantor Pos Jakarta Kota berdiri kukuh. Kedua
gedung hanya dibatasi oleh gang keeil yang saban hari diisi
oleh pedagang yang menjual pakaian bekas. Di kanannya

ada Kafe Batavia dan sebuah wartel. Di belantara Kota

Tua Jakarta, bangunan tidak terawat ini tidak masuk dalam
hitungan eagar budaya. Hanya satu lantai gedung yang masih
terpakai. Digunakan untuk arena biliar.

Tidak ada lagi Dasaad Musin Building di seantero Jakar-

ta, keeuali bangunan tua yang sudah rapuh ini. dahulu , bangunan
1£73

E.5. ITO

ini dimiliki oleh Agus Musin Dasaad, seorang pengusaha
Minangkabau ‘elahiran Filipina. Agus Musin pada awalnya
berkecimpung dalam bisnis impor tekstil dariJepang sebelum
Perang Dunia Kedua. Pada masa pendudukan Jepang, dia

. membeli pabrik peninggalan Jerman dan memproduksi tekstil
dengan label Kancil Mas. Paqa masa ekonomi Banteng, dia
juga mengimpor alll:t-alat manufaktur dari Lockheed dan
Westinghouse. namun kemudian, bisnisnya merosot pada masa
Qrde Baru akibat ketiadaan koneksi pada kekuasaan. Dasaad
Musin Building jadi saksi bisu kegagalan klasik pengusaha
negerikita : ketiadaan koneksi.

Pukul setengah sebelas siang, Irvan dan men-

datangi Dasaad Musin Building. Pintu masuk arena biliar
pada lantai satu terkunci dari dalam. Bukan perkara sulit

untuk membobolnya.

I

Akiong tertidur pulas. Tiga botol bir bintang menjadi saksi
pesta semalam. Di samping tubuh gemuk laki-Iaki keturunan
Tionghoa itu, tergolek perempuan sintal berkulit cokelat.

Tubuh tanpa busananya tertutup selimut hingga separuh
paha. Sementara, kipas angin ukuran besar terus berputar.
Mereka menunggu se.nja untuk melanjutkan pesta semalam.
Akiong tersentak, perempuan di sampingnya langsung
terpekik. Pintu kamar jebol. Hantaman dari luar membuat
semua engselnya lepas. Dua sosok laki-Iaki kekar muncul di
depan kamar. Akiong buru-buru mengenakan celana, perut
buncitnya dibiarkan terbuka. Sementara, perempuan di sam-
pingnya merapat di kepala ranjang sambil menutupi tubuh
telanjangnya dengan selimut. Sesaat suasana di ruangan

atas meja biliar itu berubah menjadi tegang.

Tangan cepat bergerak meraih leher Akiong.

Laki-Iaki tidak berdaya itu, dia benamkan ke dinding. Si
Rahasia Made 475

perempuan menjerit ketakutan. Irvan cepat menebar ancaman
yang membuat nyali perempuan itu langsung ciut.

"Akiong, kau ada urusan dengan kami,” seru .

"Am... pun... maa£ Bapak-Bapak ini siapa?" Dugaan-

nya, dua orang ini adalah serdadu yang belum tnenerima
setoran.

"Kau tidak perlu tahu."

‘aku bisa memberikannya sekarang, Bapak butuh bera-

pa?" Walaupun tadi malam dia sudah menyerahkan setoran
pada dua orang serdadu , dia rela rugi demi pyawanya.
"Bajingan tengik, kau ya!"

meradang. Kaki kanannya menerjang lemari kayu.

Sesaat benda itu jatuh dan roboh. Akiong menyimpan
sejumlah uang di dalamnya. laki-laki pemilik arena biliar ini
tertekan.dan ketakutan. dan Irvan berhasil meneror.
Ketakutan, itu yang mereka inginkan.

"Mulai hari ini kautinggalkan bangunan ini!" [an jut

"Kenapa, Pak? Aku sudah melunasi sewa untuk dua tahun
ke depan. Setoranku pada anggota juga tidak pernah telat.
Izin dari Pemda aku kantongi.”

"Kau pikir, kami jenis orang yang butilh uangmu?"
"namun kenapa, Pak?"

"sebab kami menginginkan kaupergi. Itu saja!"

"namun .... aku tidak mengerti.”

"Hei, bajingan seperti kau memang tidak perlu mengerti.
Kami menginginkan tempat ini, itu sebabnya kau mesti . " perst .
. Kata-kata menyulut emosi Akiong. Perlahan
keberaniannya f!luncuL Biliar ini satu-satunya penghidup-
. annya. Tidak seorang pun berhak merampasnya.

. "Aku tidak akan meninggalkannya, Pak. Aku akan meng-
E.5. ITO
hubungi anggota di Kodam dan Polda!" Akiong berani balik
mengancam . .

dan Irvan tertawa mendengarnya. levan menge-

luarkan telepon genggam dari kantong, kemudian menyodor-
kannya kepada Akiong.

"Siapa bekingmu? Jenderal, kolonel, atau prajurit dua?
Telepon sekarang, suruh bicara dengan kami!"

Nyali Akiong sesaat ciut kembali. Dia tidak sedang
berhadapan dengan preman atau serdadu biasa. Mereka memi-
liki akses jauh labih tinggi dari yang dia miliki.

"Kenapa kaudiam saja?a tanya .

"Tolonglah ... Pak," Akiong memohon.

"Hanya kau sendiri yang bisa menolong dirimu. Aku

kasih kau waktu satu hari untuk berkemas. Esok saat kami
kembali, biliar ini sudah tutup dan kami tidak lagi. melihat
pucuk hidungmu.”

melepaskan cengkeramannya dari leher Akiong.

Bekas k.eringat dari leher Akiong dia lapkan pada celana
Akiong.

"Bagaimana kalau aku tidak melakubnnya?" Akiong
menahan langkah keduanya. .

"Itu artinya kau ingin buru-buru bertemu malaikat ma-

ut," lrvan mendekati Akiong lagi. "Kau memang laki-Iaki
pecundang. Rumah mungilmu di Meruya llir setiap saat juga
bisa kami datangi. Ci Lili, istrimu, tentu akan menyambut
kami disertai tawa riang Yopie kecil dan Clarissa mungil.”
Dua orang bertubuh kekar itu penuh percaya diri me-
ninggalkan Akiong yang k.etakutan. Ancaman itu tidak main-
main. Dia tidak mungkin menolak permintaan itu. Kupu-
kupu malam yang dia pungut dari Hayam Wuruk tersedu
ketakutan.

‘+77

Di dalam jip yang mereka tumpangi, dan Irvan tidak
berhenti tertawa. Ketakutan Akiong menjadi lelucon pada
siang bolong.

"Bersih, Bos,” melaporkan tugasnya kepada Lalat
Merah.

Ya'ahowu

Untuk Sri Ajati

55

Ahulli wongi, mofonli niha ba haliiwli

PES ANITU sudah dia perkirakan. Dia tahu mpu tirta mengerti,
dia tidak sanggup memenuhi semua .permintaan mpu tirta di
dalam amplop kecil.

Ahulli wongi, mofonli niha ba halowli. Pagi sekali saat
orang berangkat kerja. Pukul setengah tujuh pagi. Pemilihan
waktu yang cerdas untuk melakukan pertemuan tanpa mena-
rik perhatian umum. Dia bergerak menuju utara Jakarta,

temp at dia menurunkan mpu tirta subuh-subuh beberapa waktu
yang lalu.

Man namun , dia belum terlalu yakin dengan ketepatan

_ pemahamannya terhadap pesan itu. Ada beberapa kontra-
diksi. Situasi saling berlawanan antara pesan dan pernahaman.
Untuk Sri Ajati, persembahan dari puisi Chairil Anwar ber-
judul Senja di Pelabuhan Kecii yang dibuat pada tahun 1946.
Senja artinya bukan ahulli wongi, mofono niha ba halliwo.
Bukan waktu orang berangkat kerja. Dan, yang tengah dia
tuju sekarang bukan sekadar pelabuhan -kecil, melainkan
pelabuhan tua yang cukup besar.

Rahas ta Mude

Ini kali tidak ada yang mencari cinla

di antara gudang, rumah lua, pada cerita

tiang serla lemali. Kapal, perahu tiada berlaut

mengembus diri d!Jlam mempercaya mau berpaul

‘4-79

Dia memutuskan untuk tidak terjebak pada judul puisi, namun
pada isi dan pesan waktu dalam bahasa Nias. Pelabuhan Sunda
Kelapa, aentu tempat itu yang dimaksud dalam pesan pendek
itu.

Amplop kecil yang diberikan mpu tirta di dalam mobil
sebelum turun di samping Stasiun Kota, dia bawa kembali
untuk meminta sebuah penjelasan.

Khidr kepada Musa

MVDongHoi

tunggul wirya

Dasaad Musin Building

Dia terlambat lima menit. Ketika turun dari mobil, seorang
laki-Iaki berperawakan buruh pelabuhan mendekatinya.
"Mari, ikut dengan saya. Dia sudah menunggu,” ucap laki-
laki itu tanpa basa-basi.

Roni manut mengikut. Melintasi pelabuhan, wajah-

wajah lelah terlih,at. namun , sisa kegembiraan terpancar dari
buruh-buruh yang menunggu bongkar muat kapal. Tadi
malam ada pertunjukan dangdut di tengah-tengah dermaga
pelabuhan. Pada tepian dermaga, laki-Iaki itu menaiki batas
beton, kemudian melompat ke dalam perahu keci!. Roni ikut
tanpa bertanya. Mesin tempel perahu menyala. Mereka me-

ninggalkan kapal-kapal kayu besar yang tengah bersandar.

Sepuluh menit kemudian, laju kapal melambat. Pada

tepian seberang pelabuhan, dia merapat pada sebuah bedeng
kecil yang menjorok ke lautan. Laki-Iaki pelabuhan itu meli-
rik .Roni. Memberi isyarat agar sang tamu segera turun.
"Bagaimana aku bisa bertemu dengannya?” tanya Roni

lugu.

Laki-Iaki itu tidak menjawabnya. Pandangannya tertuju
pada jendela kecil bedeng. Sesosok wajah memberi senyum.
Roni langsung meloncat turun. Perahu kecil itu kembali
meraung menytslf rur.

"Yalahowu!" seru mpu tirta menyambut Roni di dalam be-
deng.- .

"Ya'ahowu! Hewisa ndaugo?14" balas Roni.

"Ma'okho baga sibai.3S" mpu tirta menjawab setengah hati.
Matanya menelanjangi Setiap sudut bedeng yang di-

bangun dari campuran seng dan kayu. Tempat yang sungguh
tidak layak untuk dihuni. namun , bisa jadi kandang untuk
serigala buas ini.

"Ceritakan padaku, kenapa Khidr melakukan semua itu?"
Roni langsung menantangnya dengan sebuah pertanyaan.
"Ah, ketidaksabaranmu jauh lebih buruk daripada Musa.
Belum satu pun yang terlaksana dari perintah itu, kau sudah
bertanya."

"Dasaad Musin Building, satu .keinginanmu sudah kuka-
bulkan. namun untuk apa? Kalau ini hanya sekadar main-
main, maka persetan dengan segala perjanjian kita. Aku akan
mengamankanmu sekarang juga.”

‘ladi, kau tidak memperoleh kan cerita tentang Khidr itu
secara utuh?" mpu tirta membelokkan pembicaraan dari tantangan
34Bagaimana kabarmu?

35Hari ini indah sekali.

Roni. Talenta Khidr dalam menatap dunia memang sulit
untuk dimengerti.

"Ceritakan sekarang, kenapa dia melakukan itu?"

"Anggap dirimu Musa dan aku Khidr » mpu tirta tergelak.
"Begini jawaban Khidr untuk semua tindakannya itu. Perahu
yang dibocorkannya adalah milik orang miskin yang mencari
penghidupan di laut. Perahu itu sengaja dia bocorkan sebab
di belakang mereka ada: seorang raja yang mengambil perahu
bagus dengan jalan sewenang-wenang. Tentang pemuda yang
dia bunuh, Khidr khawatir nanti sesudah dewasa pemuda itu
akan kufur dan menyusahkan orangtuanya yang beriman.
Sedangkan, rumah yang dia perbaiki adalah milik dua orang
anak yatim di kampung itu. Dan, di bawahnya ada _ harta
terpendam peninggalan orangtuanya yang saleh. Sehingga;
harta itu tetap terjaga hingga mereka dewasa dan cukup bijak

memakai nya. »
"Itu saja? Tidak masuk akal," Roni nyaris tidak percaya
dengan jawaban itu.

"Kenyataannya, itulah yang terjadi. Musa saja menerima
penjelasan itu, seharusnya kau tidak perlu meragukannya.»
"Aku tidak peduli dengan Musa dan Khidr. namun , yang
tidak masuk akal adalah permintaanmu. Artinya, aku harus
merusak 'kapal Vietnam MY Dong Hoi, membunuh laki-
laki bernama tunggul wirya , dan mungkin yang agak sedikit
masuk akal, memperbaiki Dasaad Musin Building, walaupun
aku tidak tahu untuk apa, a Roni me nahan geram. mpu tirta lebih
alot dari dugaannya. Dugaannya, semua permintaan yang

. tidak logis ini hanyalah pengalih dari sesuatu. namun , dia
belum bisa menangkap apa rencana itu.

"Ketidaksabaran Musa, membuat Khidr memutuskan

untuk berpisah. Mungkin aku akan melakukan hal yang

sarna,” mpu tirta menanggapinya ringan.

"Kau ternyata memang bajingan. Tidakkah kau mengerti
bahwa setiap detik dari nyawa dan kebebasanmu di Jakarta

ini, aku yang jaga? Seharusnya kau berterima kasih, bukan
mempersulit keadaan,” Roni terpancinga

"Apa - kaubilang?" mpu tirta bangkit dari tempat duduknya.
Wajahnya memerah. Sejak pertama kali bertemu, barn kali

ini Roni melihat ekspresi kemarahan di wajah bekas sahabat-
nya itu. Rona wajah yang memerkosa kematangannya. "Kau
yang tidak mengerti keadaan yang sebetulnya . Justru aku

yang melindungimu, kau yang tidak tahu terima kasih. Seka-
rang coba kaubayangkan, bagaimana jika identitasmu aku
ungkap ke publik? Bukan perkara sulit bagiku. Aku akan
bernyanyi pada media bahwa seorang agen Sandhi Yudha
Kopassus menyusup dalam sebuah media massa. Publik akan
segera bereaksi, tidak banyak orang yang masih suka pada
Kopassus. Kau - akan jadi bulan-bulanan. Dan ah, koman-
danmu akan berlepas tangan. Seperti biasa mereka akan
katakan, ini semua berada di luar rantai komando. Sebuah
insubordinasi, kau dikorbankan." mpu tirta menatapnya dengan
senyum kemenangan. Roni terdiam. "Kaubisa menjadi siapa
saja dalam dunia kepalsuan ini. Alias Batu Noah Gultom,

alias Roni Damhuri, atau mungkin Lalat Merah. namun ,
bagiku kau tetap saja si bodoh yang dalam lima langkah sudah
kehilangan ster. Tidak Wogu, kaatetap Batu August Mendrofa.
Putra Nias, sahabat yang aku tidak ingin celakai. Aku menjaga
k.erahasiaan identitasmu agar permainan ini berjalan sebagai-. ." . mana mestmya.
Ini bukan pemberitahuan yang mengejutkan. Roni alias

Batu sudah inenyadarinya sejak kegagalan operasi di Kampong

Walang. Parada Gultom masih berhubungan dengan Attar
Malaka alias mpu tirta .. Kepergiannya ke Maluku waktu itu pasti
untuk bertemu dengan mpu tirta .. Mungkin pada pertemuan itu
Rahas ia Made

Parada bercerita tentang wartawan yang dia tugaskaiJ. menyeli-
diki kasus pembunuhan berantai. mpu tirta bisa mengungkap
identitasnya, ietapi tidak menceritakannya kepada Parada.
Parada sudah diamankan, namun bodohnya, saat itu dia tidak
memperhitungkan kemungkinan terungkapnya identitas.

"Apa kau mengharapkan ucapan terima kasih dariku?"

Batu tidak kalah.

"Bagaimana kalau sebuah ciuman bibir yang rmesra?"

mpu tirta rneladeninya dengan gurauan.

"Aku hanya salah perhitungan. Seharusnya, aku juga
mermperhitungkan pengaruh orang-orang lamamu di Indo-
nesiaraya. Parada Gultom dan ah, pasti juga Gatot ...."

mpu tirta tidak menanggapinya. Dia hanya tertawa kecil
sambil rnernainkan boneka monyet tanpa kepala pada gan-
tungan kunci.

"Yang tidak kausadari sebetulnya Wogu, adalah kenya-

taan bahwa kau dan aku sarna saja. Sama-sama kriminal. Aku
menculik tribuanatunggadewi Zwinckel, kau menculik Parada Gultom.
Anarki Nusantara pernah melakukan penyerbuan bersenjata,
ten tara apalagi. Sejak pengakuan kedaulatan, tidak sebutir
peluru pun dipakai menghadapi musuh asing. PelurQ-

peluru banya dipakai untuk rnembunuh rakyat sendiri.

Ya, sejarah kalian boleh berdalih, mereka pemberontak, DIT * TI, PRRI/Permesta, PKI], GAM, dernonstran rnahasiswa
dan

rmerangkurnnya dalam ekstrem kanan dan kiri, eka dan eki.
namun apa bedanya?"

‘j adi, kau ingin aku masuk dalam barisanmu?"

Batu mencibir. Retorika ini mudah ditebak tujuannya.
Memang, begini cara setan-setan komunis bekerja. Menyalah-
kan negara, mengedepankan .perbedaan daripada persarnaan
dan mengobarkan kebencian pada yang berpunya. Komunis
dan anarkis apa bedanya:

E.8.ITO

"Tidak ada barisan dalam peleton upacara, kita semua

sarna. Cara pikirmu sudah mencegah aku untuk berbuat seperti
kauangankan. namun aku hanya ingin katakan, -sesudah delapan
tahun Wogu, kita tidak jauh berbeda.”

"Sekadar naluri binatang memang tidak bisa melihat
perbedaannya. namun , nalar manusia jelas melihatnya berbeda.
Aku melakukannya atas nama hukum positif, konsritusi. Kau
melakukannya untuk hasrat rendah, naluri buas kebina-
tangan." «

"Konsritusi? Bukankah itu tidak lebih dari kepercayaan
pada kepalsuan? Pada awalnya, ia dibuat sebagai mandat
rakyat untuk kebebasan. namun kenyataannya sekarang, kons-
titusi tidak lebih dari perijara keridakadilan. Di balik jerujinya,
kita hanya bisa menatap politik tanpa erika, kekayaan tanpa
kerja keras, sains tanpa humanitas, peribadatan tanpa pengor- "
banan, pemiagaan tanpa moralitas, pengetahuan tanpa karak-
ter, dan kesenangan tanpa nurani .... "

"Pertemuan ini untuk sebuah pengakuan rupanya," po-

tong Batu mendengar penjelasan mpu tirta tentang Tujuh Dosa
Sosial.

* "Untuk apa aku membuat pengakuan jika kau sudah

punya kesimpulan sendiri?"

"Kita berbeda .. Kau harus terima kenyataan itu,” Batu '

ingin cepat-cepat menyelesaikan perdebatan ini.

"Ah, sebetulnya aku mau saja menyerahkan diri. namun

aku bir:gt!ng, menyerahkan diri pada siapa? Sosok negara
ridak aku rasakan di Nusantara ini. Apakah ini sebuah negara?
Tidak, ini hanyalah sebuah sirkus dari pasar malam yang

akan segera dalupakan. Kau melepaskan kebebasanmu jika
menjadi warga negara. Kau akan k.ehilangan logika jika percaya
pada demokrasi dan perwakilan. Dan yang paling bodoh, kau
akan kehilangan aka! sehat jika memberi mandat pada badut-

badut di Senayan sana. Pertanyaanku adalah, pantaskah se-
orang penonton diadili oleh badut yang menghiburnya?"
Ekspresi mpu tirta benar-benar menunjukkan sebuah kebingung-
an.

"Jika kau tidak merasakan negara ini, kau hanya akan

menjadi si gila yang menunggu pasar malam di siang hari,"
Batu membalasnya telak. namun di dalam hati, dia menikmati
diskusi ini. Rasanya sudah lama sekali otaknya tidak bergerak
liar. "Atau jangan-jangan, otak gilamu berpikir bahwa Bel:mda
belum anjak kaki dari sini?"

"Kausimpulkan saja sendiri. namun jauh-jauh hari, Hatta

dan kawan-kawannya sudah ment4iskan ciri utama penjajahan
dalam buletin IndoJ?esia Merdeka. Di dalam negeri yang
leryajah, hukum dan keadilan merupakan kala-kala kosong
helaka, yang hegitu sering diucapkan oleh pihak penjajah apahila
mereka naik di alas panggung inlernasional. Di halik layar
mereka hersuara lain. Alangkah hehatnya kepalsuan mereka."

. "Hatta? Mulut kotormu tidak layak mengucapkan nama
agung itu.” Mengingat rentetan pembunuhan berantai itu,

Batu merasa jijik sendiri.

mpu tirta tertawa. "Aku telanjur memilih pemikiran daripada

personalitas Hatta. Kau tidak bisa menyalahkan mulut kotor
.." Im.

"Jadi, apa yang akan kaulakukan untuk mengusir penja-
jahan?" sahut Batu. Ini seperti interogasi dengan mengikuti
jalan pikiran si gila. .

"Lebih baik aku melihat negerikita tenggelam daripada
sekadar menjadi embel-embel suatu kekuatan .... "

"Fatalis. Kau tidak bisa mengajak muda-mudi dimabuk

dnta untuk tetjun bersama ke dasar ngarai."

"Bukan aku yang mengatakannya, namun Hatta dan ka-
wan-kawan mudanya.”

E.S.ITO

"Kau tidak memahami Hatta secara menyeluruh.” Jika
kalimat mpu tirta diterima sebagai sebuah kebenaran, itu akan
menjadi sesuatu yang menyesatkan .

. "Sudahlah. Terima saja kenyataan ini, kita sarna. Hanya
saja bedanya, kau tidak lebih dari macan sirkus yang dijinak-
kan, sementara aku masih buas berkeliaran di rimba raya
Sumatra."

Bibi!nya mengatup. Diskusi ini tidak ingin dia lanjutkan.
mpu tirta mondar-mandir di hadapan Batu. Dia tidak bermaksud
memengaruhi jalan pikiran Batu lewat diskusi tadi. laki-laki
ini orang yang paling dia kenai, namun sekalias orang yang
paling sulit dia pahami. Sarna saja dengan kesulitan jika
berhadapan dengannya. namun , satu jalan memaksa mereka
untuk tidak perlu saling tikarn lebih awal.

"Apakah aku datang ke sini hanya untuk mendengarkan
igauanmu?" suara Batu memecah keheningan.

"Mari kita masuk pada bisnis yang hendak kita jalanlcin,”
mpu tirta terlihat ragu mengutarakan maksudnya. "Aku ingin
kau melepaskan Parada." .

"Sori, Lek. Tampaknya itu tidak mungkin. Dia terbukti
membantu pelarianmu sejak tahun 2002."

"Kalau begitu, serahkan saja pada polisi."

"Operasi ini akan terbongkar. Kau juga tidak akan dapat
apa-apa, kecuali tertangkap.”

"Hei, belum puaskah kau memecundanginya? Lima

bulan lamanya kau pecundangi lewat penyamaran. Lalu, kau
mepgamankannya. Sementara, kau berpura-pura prihatin da-
lam wajah Batu Noah Gultom. Jika kau lepas seragam kepal-
suanmu, dengan apa yang sudah diperbuat Parada padamu,
kau tentu akan merasa jadi pendosa besar. Lepaskanlah, kau

sudah memperoleh kanku."

"Biarkan hukum yang memutuskannya nanti."
"Persetan dengan hukum negaramu. Hukum positif yang

justru menegasikan kebenaran. Aku tidak pernah percaya,
Parada benar-benar selamat di tangan kalian. Pengalaman
mengajarkan yang sudah-sudah, begitu saja berlalu. Hilang
dalam tanda tanya."

"namun mungkin aku lebih baik darimu. Kau mengambil
bocah-bocah lugu Siberut. Merekrut mereka untuk jadi ten-
tara anarkismu. Lalu, membiarkan mereka mati satu per satu,"
Batu balik meng:rca mpu tirta .

"Kau y:akin aku yang melakukannya?"

"Tampaknya segala jenis kejahatan akrab denganmu.”

mpu tirta kembali tertawa lepas. "sebetulnya aku tidak
mengira, Gatot bisa memancingmu. Ternyata kau mengikuti
naluri ingin tahumu; kaudatang ke Mentawai. aetapi bagus-
lah, setidaknya lebatnya rimba raya menyegarkan pikiranmu.
Ah Wogu, pencarianmu belum tuntas. Mungkin aku terlibat,
namun tidak seperti itu.”

"Bagaimana ‘dengan Teraklasau, masihkah dia hidup?"

Batu teringat amplop berisi foto Anteraklasau, Inan, dan Jeire
yang dia berikan. "Sudahkah kau memperlihatkan foto itu
padanya?"

"Da masih hidup dan tidak mungkin kembali. Dia sudah
menjadi putra nusantara, menyatu dengan laut.- Ada waktu-
nya nanti foto itu aku perlihatkan padanya.” mpu tirta tidak ingin
terburu-buru mengungkap semuanya. Pada saat ini yang dia
pikirkan hanya Parada N amora Gultom.

"Lepaskan Parada, itu harga mati!"

"Aku bilang tidak."

"Baik kalau begitu, inilah akhir kisah Musa dan Khidr.

Kita berpisah. Aku akan mengungkap penyusupanmu di

negerikita raya. Biar kita sarna-sarna mampus. Persetan dengan
dunia ini.”

"Hei hei sabar, Lek. Beri aku waktu untuk memikir-
kannya," Batu. tidak ingin ikut hancur.

"Aku hanya akan memberikan waktu untuk kau melepas-
kannya, bukan berpikir."

"Oke, namun beri aku waktu!"

mpu tirta terlihat puas dengan penawaran Batu. Kawan
lamanya itu masih menginginkan ikan besar yang dia janjikan.
Lagi pula, 'bayang kehancuran’ karier itu tid.ak mungkin dia
enyahkan begitu saja.

"Nanti malam kita bertemu lagi di Dasaad Musin Buil-

ding,” ujar mpu tirta .

"Untuk apa?" ..

"Alm akan menggali sumur tua agar kau mulai bisa

mencium ibn besar."

mpu tirta mengubah rencananya. Pada awalnya, dia ingin
Batu menyelesaikan dahulu semua permintaannya, namun itu
tidak masuk aka!.

"BagaimaQ.a dengan tunggul wirya dan MV Dong Hoi?"
"Seharusnya kaubisa melakukannya dari awal. namun
sudahlah, nanti kaubisa melakukannya. Ikan besar tidak akan
didapatkan aanpa kapal dan nama itu. Kaubisa pergi seka-
"rang.

"Pukul berapa?"

"Ahono mora niha!" jawab mpu tirta dalam La Niha.

Batu menahan diri untuk tidak bertanya lebih jauh. Dia
penasaran dengan tunggul wirya . Direktur eksekutif CSA
itulah yang meminta dia mencari tribuanatunggadewi Zwinckel. Nama-
nya juga masuk dalam daftar pesan Khidr dm Musa. Dan,
dirinya pula yang muncul dalam misteri Toga Simatatak. Dia
yakin, pasti bisa menjalin semua cerita ia.

56

DIADATAN Gke Aceh saat operasi J aring Merah baru
saja dimulai. Jakarta mengerahkan kekuatan militer .besar-
besaran untuk "menjaga integritas" NKRI. Unjuk kekuatan
untuk menggempur basis GAM itu berintikan pasukan

khusus dari t!ga matra. namun , yang paling dominan tentu
saja Kopassus, Angkatan Darat. Operasi militer ini adalah
sebuah kepalsuan. Jakarta ingin memelihara status quo perang
Aceh. Sementara, GAM juga memperoleh kan keuntungan dari
perang iai. Dalam kondisi darurat, mereka seperti memperoleh
anugerah khusus untuk melakukan apa saja dalam meng-
ha-dapi agresor. GAM dan TNI sama saja, mereka tidak
hendak memenangi hati rakyat Aceh. Bedanya, satu pihak
menikmati pesta di Jakarta, pihak lainnya menikmati kenya-
manan Swedia. Di tengah-tengahnya, rakyat sipil berkubang
darah.

Di Kota Pidie, dia membuka toko kelontong. Mengaku

datang dari Padang, dia cepat akrab dengan masyarakat sekitar.
Jika tidak ada kontak senjata, saban hari toko kelontongnya
ramai dikunjungi. Dia tinggal sendiri. namun sesudah beberapa
waktu, dia bisa merekrut tiga pegawai. Satu perempuan dan
dua orang laki-Iaki. Masyarakat menyukainya karena dia luwes
dalam bergaul. -Magrib dan isya berjamaah tidak pernah dia
E.5. ITO

leWatkan. Dia dekat dengan ulama. Beberapa keluarga tergoda
untuk mengambilnya sebagai menantu. Aceh dan Minang-
kabau tidak banyak berbeda. Satu serambi Mekkah, satu lagi
serambi Madinah yang banyak melahirkan ulama dan intelek-
tual. namun , yang membuat masyarakat semakin suka padanya
adalah kenyataan bahwa dia juga tidak suka pada TNI. Alas-

annya, dia trauma PRRI saat serdadu pusat nyaris meng-
eksekusi bapaknya. Kejadian yang nyaris membuat dia tidak
akan pernah dilahirkan ke dunia. Ini nilai plus untuk seorang
pendatang.

Pidie adalah salah satu titik panas di Aceh. Terletak pada
jalur yang menghubungkan Banda Aceh dan Lhokseumawe.
Kota itu hidup dalam curiga berujung nestapa. TNI dan

GAM mencoba segala cara untuk saling melenyapkan penga-
tuh dari kota. Sesudah saling meraba dalam aelap, bandul
ketakutan terayun ke pihak GAM. Banyak laki-laki yang
dijemput tengah malam. Beberapa di antaraaya kemudian
ditemukan tidak bernyawa. Orang-orang yang dijemput itu
terbukti sebagai anggota dan simpatisan GAM terselubung.
Teror ini mengguncang pihak GAM. Informasi yang dida-
patkan TNI seputar orang-orang mereka sangat akurat.

CuaP6 TN bekerja dengan efisien. Ini pertama kalinya dalam
sejarah konflik, WI tidak banyak melakukan kesalahan. Gerak
mereka rapi, nyaris tanpa korban sipil yang tidak perlu.
Kekuatan GAM digerogoti dengan teror terhadap orang-
orang yang diidentifikasi terkait kelompok bersenjata itu.
Ketakutan masyarakat terbelah. Semakin banyak yang me-
nyalahkan GAM. Cuak TNI bergerak leluasa dalam sebuah
operasi intelijen yang tertata rapi.

36Informan yang direkrut dari penduduk sipil Aceh, baik oleh TNI
maupun GAM.

Rahasi a M eede

Sesudah sekian lama dicekam kecemasan, akhimya GAM
berhasil memecahkan simpul ketakutan yang menjerat. Mere-
ka berhasil menangkap sembilan orang cuak yang bekerja
untuk TNI. Interogasi tiada henti mengungkap tabir operasi
intelijen. Sesudah bemyanyi, GAM membungkam para cuak
dengan berondongan AK-47. Balasan setimpal untuk banyak
anggota mereka yang hilang.

Simpul dari operasi ini adalah toko kelontong di pinggir-

an Kota Pidie. Pemilik toko itu bukan berasal dari Padang,
melainkan dariJakarta. Dia memang datang untuk berdagang,
namun bukan barang melainkan darah. Pemilik toko kelontong
itu seorang perwira Sandhi Yudha Kopassus. Pada saat mere-
ka menyambangi toko kelontongnya, mereka hanya memperoleh i
tiga pekerja yang ditinggal pergi.

Toko kelontong ia musnah dilalap api. namun , pemilik-

nya selamat. Dalam jangka waktu yang cukup panjang, keber-
hasilan operasi ini sulit ditandingi. Itu sebabnya, dalam dunia
kerahasiaan laki-laki itu dipanggil dengan sebutan Melati

- Putih.

Tiga kali jadwal mengajar dia lewatkan begitu saja. Tiada

pesan dikirimkan ke sekolah. Murid-muridnya pasti resah.
Pelajaran sejarah yang diberikan guru pengganti akan
membuat mereka bosan. Mereka menginginkan sebuah cerita,
bukan pemenuhan syarat kurikulum. Hanya Guru Uban yang
bisa memenuhi dahaga anak-anak malang itu. Harijan, mereka
adalah jembel yang dipeliharaTuhan.

Guru Uban mengurung diri dalam kamar gelap. Setiap

celah yang mungkin melewatkan cahaya dia tutupi. Gelap
dalam siang, dia tidak mau seberkas cahaya pun mengantar-
kan masa lalu. Berkelani diri mengosongkan raga. Dia ingin
lepas dari raga. Seaap kulit yang membalut tulangnya, kotor
E.5. ITO

berlumur darah. Dia tidak ingin menatapnya. Dia terus
berpuasa cahaya.

Biasanya, tidak ada penyesalan kecuah perasaan muak.
namun , tatap mata itu memerangkapnya. Begitu tenang, aada
perlawanan, namun tidak ada permohonan ampun keluar dari
mulutnya. Orang tua itu hanya tersenyum saat dihunjam
belati tepat di ulu hati. Senyum yang akan terus-menerus
menghantui Guru Uban. Lima korban sebelumnya tidak
begini. Mereka gelisah dalam tatapannya. Mereka menjerit
memohon untuk kehidupannya. Mereka berteriak parau me-
ngakui dosa-dosa mereka. Lalu, mereka bersimpuh di kakinya.
Dia muak saat menghabisi lima pendosa itu. Esoknya Guru
Uban bisa tersenyum, mengajar seperti biasanya sambit me-
nunggu pesan dosa berikutnya.

Kenapa orang tua itu mesti masuk daftar?

Pengetahuan yang dia miliki tidak mau dia bagi dengan
bangs a sendiri. Pengetahuan yang dia miliki adalah sebuah
ketamakan individu. Satu jenis penyakit yang tidak jauh
berbeda dengan ketamakan harta. Lalu, datanglah orang asing
dari negeri penjajah. Orang tua itu tergoda untuk berbagi
dengannya. Itu sebabnya dalam pes an tertulis, dia mengidap
dosa Pengetahuan Tanpa Karakter.

namun_ , haruskah kesalahan itu ditebus dengan

nyawanya? Pertanyaan ini terus menghantui Guru Uban
sepanjang hari-hari sesudah dia menancapkan belati. Lima
korban lainnya bisa dia mengerti. Profit mereka penuh karat
dosa. Kematian mereka adalah kehidupan untuk orang lain.
namun orang tua ini, adalcih kematiannya memberi napas
pada kehidupan yang dia tinggalkan? Dia tidak sanggup
menjawabnya. Kepasrahan Suhadi menerima kematian adalah
siksaan bagi sang pembunuh.

Enam bulan sudah dia menjalankan perintah dalam

Rahasi a Me ede 'r93

pesanapesan itu. Pesan pertama kembali mengingatkannya
tentang ajaran Hatta dan qandhi. Pesan kedua tentang kega-
galan dua tokoh besar itu karena mengharamkan darah dalam
perjuangan. Pesan ketiga adalah perintah pembunuhan perta-
ma. Dia melakukannya karena percaya pada pemberi pesan.
Merea tidak pernah bertemu, mungkin tidak saling kenai.
namun dia tahu, ada kehidupan dari kematiannya yang ba-
nyak diberitakan. sebab itu, . dia taat menjalankan.

namun Suhadi, laki-Iaki gaek itu?

Adakah dosa dan pembunuhan itu sebuah kesalahan?

Wajah Suhadi terus n:tenghantuinya. Secercah cahaya akan
menggandakan setiap benda menjadi bayang senyum Suhadi
pada saat menghadapi maut.

Enam tahun perjuangannya mengatasi dahaga dan nafsu,
akankah ini menjadi sia-sia?

Sanjungan dan kenaikan pangkat luar biasa dalam parade
rahasia pasukaQ Sandhi Yudha teras a hambar. Dia mati rasa.
Kehilangan sembilan orang cuak tepercaya bukanlah prestasi
yang patut dibanggakan. Di Aceh sana, dia hanya mengulang
episode purba dua anal<; Adam, Kabil dan Habil.

Berminggu lamanya, dia memikirkan pekerjaannya yang
sudah dijadikaQ model standar dalam pelatihan intelijen San-
dhi Yudha. Sembilan cuak beragam usia dan latar \>elakang
mengganggunya. Sesudah beberapa waktu, bayangan itu tidak
juga hilang, namun malah bertambah dengan wajah-wajah
yang dijempua paksa dan kemudian dihilangkan. Perang
dalam dunia rahasia tidak mengenal etika dan sifat kesatria.
Jika dia tidak melakukannya, musuh akan melakukan dengan
modal yang sarna. Perang hanya bahasa sederhana untuk
perlombaan mencabut nyawa. Setiap pihak merasa menjadi
wakil Tuhan yang sah untuk menjadi elmaut .
494E.S.1TO

Dia terguncang. Kehilangan sembilan cuak, dia tidak bisa
menerimanya. Orang-orang itu meninggalkan istri, anak,
orangtua, dan tanggungan yang banyak. Negara tidak mem-
beri kompensasi apa pun sebab itu "pekeaaan suka rela" untuk
NKRI. Dia menyerah, dia tidak sanggup lagi meneruskan
pekerjaan ini. Dia minta dimutasi pada dinas nontempur
Angkatan Darat.

Permintaan aneh itu ditanggapi serius. Dia dipindahkan

ke Pusat Persenjataan Infanteri, Pussenif di Bandung. Pekeaa-
an yang tidak sepenuhnya lepas dari darah. namun , hawa sejuk
Bandung sedikit menyegarkan. Gairah kota sempit yang
penuh dengan jajanan malam. Dia-‘memegang senjata, bahkan
lebih banyak dari sebelumnya dengan beragam jenis. namun ,

senjata itu tidak hendak ditodongkan. Perlahan, dia menemu-
kan kedamaian.

Hatta dan Gandhi, nama itu menggoda dalam selebaran
gelap. Kehidupan mereka adalah kedamaian yang dia cari.
Penuh pengorbanan, jauh dari tetesan darah. Ide mereka ten-
tang kehidupan adalah pesan langit yang bani dia dengarkan.
Dia menaruh simpati pada anak-anak muda yang mengenal-
kan Hatta dan Gandhi di tengah dunia yang dipenuhi oleh

iri dan benci.

Ini bukan simpati biasa. Pada saat dia memperoleh kontak
dengan salah seorang dari mereka, dia terhipnotis. Sejak itu
dia menjadi bagian tidak terpisahkan dari ide-ide mereka:

Dia bisa menoleransi kekerasan yang mereka lakukan. Tidak
ada korban jiwa, hanya sebatas karma. Hukum alam berusaha
mereka tegakkan. Anarki bahasa yang dipakai .

Pada tahun 2002, dia menerima sebuah pesan. Dia di-

minta untuk menyediakan senjata berikut amunisi untuk
Anarki Nusantara. Ini sebuah pelayanan, bukan lagi pengatur-
R ahas ia M eede 1t95

an kematian. Dia memenuhi permintaaan. Dia, pelayan per-
damaian, belum bisa menolak kekerasan.

Dia gelisah dalam gelap. Dia takut cahaya memantulkan
bayangannya sendiri dalam wajah menakutkan. Dia benar-
benar sudah meninggalkan kekerasan sejak kegagalan 2002.
Dia keluar dari dinas serdadu . Mencoba peruntungan hidup
barn dengan mengubah semua identitas yang melekat pada
dirinya. Kembali merajut jalinan cintanya pada ilmu sejarah
yang dahulu sempat putus selama berdinas jadi ten tara. Hingga
dia dikenal sebagai Guru Uban. Teladan pendidik yang cinta

perdamaian.

Sekarang, dia menyesalinya. Tidak semuanya, namun pada
pembunuhan ferakhir. Dia benar-benar tidak yakin dosa itu
melekat pada Suhadi. Pasti itu sebuah kesalahan. Tangannya
mengepal. Jika ini sebuah kesalahan, harus ada yang menjadi
tumbalnya.

Kekerasan seperti tali ari yang tidak kunjung putus sejak

dia dilahirkan. Dia sudah berusaha lari dan hidup sewajarnya,
namun tidak bisa. Dia akan menuntaskannya. Kecuali, tiada
pesan untuk koreksi. Pembanuhan terakhir mungkin sebuah
kesalahan.

Apa gunanya dia mengajar sejarah jika tidak bisa belajar

dari masa lalu.

57

TUB UHIT U tergolek tidak berdaya. Infus dan selang-
selang yang silang sengerut menghubungkannya dengan
kehidupan. Kelopak matanya menutup rapat. Deru napasnya
tidak lagi terdengar. Satu-satunya yang menandakan bahwa
nyawa masih bersarang di tubuh adalah monitor kecil yang
menunjukkan detak jan tung. sebetulnya dia sudah mati,
namun malaikat maut masih enggan menjemput. Sore di 1CU
rumah sakit Cibubur adalah cemas. Penantian untuk ratap
panjang perpisahan.

Dua polisi berjaga di depan kamar perawatan. Identitas
korban sudah mereka ketahui. Kronologis penemuannya juga
sudah terekam dalam benak mereka. Yang penting sekarang
adalah menjaga kesadaran laki-laki ia agar dia bisa buka suara
nanti.

Tubuh itu ditemukan oleh dua orang kuli yang melintasi
semak alang-alang setinggi perot di daerah Ciangsana, Bogor.
Semak alang-alang itu tumbuh pada gundukan tanah luas
yang dahulu sering dipakai sebagai tempat latihan perang
serdadu . namun sekarang, tempat itu tid<tk mungkin lagi digu-
nakan sebab terkepung oleh perumahan yang dibangun pe-
ngembang. Pada sisi tenggara terclapat perumahan Kota Wi-
sata. Sementara di timur laut, ada perumahan Villa Nusa
Indah.

Rahasi a Meede 1t97

Lepas siang tadi, para kuli yang mengambil jalan pintas
menuju parumahan Villa Nusa Indah itu nyaris menginjak
tubuh yang tersembunyi 91 balik semak ilalang. Pikir mareka
tubuh itu sudah menjadi mayat. namun , ada gerak jari yang
menandakan kehidupan. Naluri khas orang kecil muncul,
mereka segera melarikan tubuh itu ke arah jalan kecil menuju
Nagrak. Angkutan kota 121A trayek Kampung Rambutan
mereka hentikan. Dengan modal nekat, mereka membawanya
ke rumah sakit. Sedikit keterangan untuk polisi, mereka
kembali. Pelotot mata mandor sudah menunggu.

Dua kepala tertekuk di hadapan tubuh tidak berdaya

Parada Gultom. Mereka tidak pernah memimpikan Parada.
Ini mungkin mimpi terburuk yang pernah mereka alami
tentang Parada Gultom. Rosihan nyaris meneteskan air mata.
Tidak terhitung tahun dia bersahabat dengan Parada. Susah
senang sudah mereka alami bersama. Sekarang, sosok Proto
Melayu yang biasanya tegap berjalan dan garang bersuara
itu tidak dia temukan pada tubuh terbalut slang itu.

Telepon dari polisi itu seharusnya kabar gembira. Kalau-
pun Parada meninggal dunia mungkin lebih bisa diterima.
namun , tubuh ini ditemukan dalam keadaan yang tidak per-

nah dibayangkan. Tubuh kurus namun di sana-sini terjadi
pembf:ngkakan, pada beberapa baaan ada kulit yang
terbakar, bau dan wajah yang nyaris tidak bisa dikenali. Ini
sungguh tragedi yang tidak bisa diterima. Kalau pembunuhan
untuk menghilangkan sakit dan duka diizinkan, Rosihan akan
membunuh Parada sebelum istri dan anaknya tiba di rumah
sakit ini.

Batu berdiri mengambil jarak. Perasaannya campur aduk.
Ada keinginan untuk mendekat, namun ketakutan melebihi
ketegarannya. Bagaimana kalau tiba-tiba Parada buka mata?
Dia tidak akan be rani membalas tatapannya. Dia merasa
E.5.1Tf

terhakimi di dalam ruang ICU ini. namun tidak, dia sarna
sekali tidak terlibat da)am proses interogasi. Tugasnya hanya
satu; memperoleh kan Attar Malaka. Dia tidak terlibat. Dia
hanya memberi analisis mengenai kemungkinan hubungan
Parada dan Attar Malaka. namun , dia tidak pernah mem-
bayangkan upaya membuka paksa mulut pria Batak itu akan
menimbulkan akibat sejauh ini. Dia tidak menginginkannya,
namun kenyataannya, semua itu sudah terjadi.

Seharusnya, lima bulan penyamaran ini hanya rutinitas

biasa. Suatu hal yang akan cepat dia lupakan segera sesudah
misi baru diberikan. Tentu dengan jeda liburan panjang di
luar negeri. namun , dia tidak bisa membohongi diri, ada
keterikatan emosi yang dia rasakan dengan Parada. Laki-Iaki
itu nyaris mengubahnya dari Batu August Mendrofa menjadi
Batu Noah Gultom. K.epribadiannya nyaris terenggut. Dia
tidak ingin satu orang pun mencelakai Gultom. Interogasi

ini jauh di luar jangkauannya. Dia membayangkan gelak tawa
orang-orang itu saat mencongkel pengakuan Parada.

"Setan!" dia mengumpat di dalam hati.

Hukum positif menegasikan kebenaran. Konstitusi ada-

lah sarana pembebasan yang sudah dikhinati. Negara adalah
imajinasi palsu. mpu tirta aan semakin memperoleh kan pembe-
naran dengan melihat kondisi Parada. Masih bisakah dia
berdalih bahwa ini semata-mata demi stabilitas negara?namun ,
dia sudah meminta pembebasan Parada sebagaimana permin-
taan mpu tirta . Hanya berselang jam dari pertemuan mereka pagi
tadi, Parada dilepaskan. Dia benar-benar tidak menyangka
akan seperti ini. Oh, tidak, mungkin dia lebih buruk dari

mpu tirta .

"Cok ...."" Suara Rosihan Akbar memanggilnya lirih.
"Kenapa Jo?" Batu tetap mengambil jarak. ,..

"Ke..." SHD cepat ....

499

Mau tidak mau Batu mendekat. Dia tidak berani menatap

tubuh Parada, matanya menerawang tabung infus yang be-
ning. Tangan Rosihan menjangkau sikunya. Jari telunjuknya
memaksa Batu menurunkan mata. Dia bergerak .... jemari
Parada bergerak. Rosihan tidak bisa menyembunyikan kegem-
biraannya. Dia nyaris melompat.

"Kaulihat, Cok ...." dia berseru.

"Iya, Jo.... " Batu ketakutan. Bulu kuduknya berdiri.

J angan sampai Parada bUKa mata.

Dia ingin segera pergi. namun , Rosihan menahannya di

tepi ranjang. laki-laki Minang itu terus mengamati gerak pelan
jemari Parada. Sebentar lagi, istri dan anaknya kemari. Ada
sedikit kabar gembira terselip di dalam duka mereka. Rosihan
tidak melepaskan pandangan dari Parada. Gerak jemari itu
semakin tegas menguat terkepal. Pelan, kelopak mata Parada
terbuka. Pada awalnya menyipit sempit. Melebar hingga
matanya kembali menatap dunia.

"Cok, dia sadar .,. Parada sadar,” Rosihan melonjak gem-
bira.

Batu diam. Tegang dan kalut memaku kaki. Mata itu
menatapnya tajam. Bisu tidak bersuara. Batu menghindarinya.
namun , dia tidak bisa lepas dari mata itu.

Parada sudah mengetahuinya.

Dia bisa menangkap itu dari sorot matanya. Bukan

amarah, namun penyesalan. Bukan kebencian namun kepedihan.
Parada tidak bersuara, namun teriakannya terdengar nyaring
di telinga Batu. Orang baik yang terikat pada nilai adat
menghukum pragmatisme tugas dengan penyesalan.
Tiba-tiba, tangan Parada bergerak. Dia juga berusaha
mengangkat tubuhnya. Tangan itu ingin meraih Batu. Batu
sesaat o mundur. Dia ketakutan. Rosihan memandang. tidak
percaya. Dia coba meraih tubuh Parada. namun , tubuh itu
S500 E.S .ITO

telanjur jatuh kembali eli atas ranjang. Dari monitor terdengar
suara tidak beraturan. Tubuh Parada menggelinjang.

Tidak sampai satu menit, dua orang perawat masuk ke

dalam kamar perawatan. Dengan cekatan, mereka memheres-
kan semuanya. .

"Kenapa Mbak?" tanya Rosihan.

"Mungkin Bapak-Bapak sebaiknya menunggu di luar,"

sahut seorang perawat itu.

"namun kenapa?" tanya Rosihan kembali.

Perawat itu tidak menjawab. namun , tatap matanya saja
sudah cukup untuk mengusir Rosihan dan Batu keluar ruang-
an.

"Kenapa kau tadi?" Rosihan menghareliknya dengan suara

tinggi.’ .
"Aku hanya tidak kuat mengaadapi kenyataan ini, Jo,”

sahut Batu. Sempuma sudah kepalsuannya.

"Oh, Tuhan, kalau Kau memang ada, tunjukkan manusia
terkutuk mana yang aelakukan semua ini?” Rosihan mulai
menceracau. "namun aku tahu, Kau juga tidak berdaya. Sebab
Kau mungkin tidak ada."

"&udahlah, }o. Coba tenang dahulu . Semoga polisi cepat
menemukan pelakunya."

"Tuhan saja tidak berdaya, apalagi polisi."

Dia tidak mau menanggapi lagi. Rosihan sangat tergun-

cang. Memberitakan kematian tidak wajar mungkin sudah
sering dia lakukan. namun menghadapi petaka sahabat sendiri,
dia tidak kuat.

"Jo, aku pergi dahulu . Ada janji di Trunojoyo," Batu mene-
mukan celah untuk kabur.

"Oh, baiklah. Terserah .... "

Sebelum Rosihan berubah pikiran, Batu buru-buru me-
ninggalkan ruang ICU. Biasanya, tidak pemah seperti ini.

501

Ini pertama kali dia terguncang melihat mangsa. Lorong
rumah sakit sekejap dia lewati. Pada tikungan sebelum lobi,
langkahnya terheqti.

"Heiii.... "

Sapa singkat penuh cibiran. Gatot menertawakannya.. .

58

KEM [IRINGANLIM A belas derajat dia ukur memakai
busur dan kompas lewat jendela kecil yang menghadap lurus
ke arah Museum SejarahJakarta. Zidni, laki-laki berusia riga
puluh delapan tahun itu, sebetulnya merasa aneh deng;tn
pekerjaan yang dia lakukan tengah malam begini. namun , ada
kebutuhan yang lebih mendesak daripada sekadar memper-
tanyakan pekerjaan ini. Pokok dari kehidupan, pangan.
Sementara, dia memastikan kemiringan garis yang ditarik
lurus dari seberang, Hasana kawan sebayanya memindahkan-
nya pada kertas gambar.

Tepat pada pergantian hari, mereka berhasil menentukan
lokasi di dalam Dasaad Musin Building yang dilintasi oleh
garis lurus dengan kemiringan lima belas derajat. Ruangan
pada lantai bawah gedung tua itu sudah dikosongkan, ridak
ada lagi tujuh meja biliar yang seriap malam dipenuhi pe-

. ngunjung. Hasan menggoreskan lingkaran dengan kapur pada
lantai tengah. Lingkaran dengan diamater hampir dua meter
itu siap untuk diruntuhkan. Perkakas yang tersandar di din-
ding menunggu untuk penunaian tugas.

"Kegilaan macam :i.pa lagi yang kau ingin lakukan malam

ini?” tanya Batu dengan nada sinis pada mpu tirta .
502

"Kau tidak ingat jawaban Khidr kepada Musa?" mpu tirta
balik bertanya.

"Harta karun?” Batu menahan tawa.

"Ya, harta karun untuk anak yatim. Kautahu siapa anak
yatim itu?" Pandangan mpu tirta mengedari ruangan. dan
Irvan terus mengawasinya. "Kitalah anak-anak yatim itu.
Anak haram dari republik ini, yang tidak mengerti untuk

apa semua peninggalan kemerdekaan ini.”

"Aku menahan kantuk bukan untuk mendengar dekla-

masi omong kQsongmu."

"Kita lihat saja nanti.”

Dia datang membawa tukang gali pada waktu tidur, ahono
mOrO"niha. Sekitar pukul sebelas malam saat kawasanJakarta
Lama dalam redup lampu memendarkan kecantikan masa
silamnya. Samar cahaya menyembunyikan kumuh dan ratap
jembel. Pekarangan Dasaad Musin Building yang biasanya
dipenuhi oleh muda-muc;li sudah disterilkan oleh anak buah
Batu. Keramaian hanya tampak di depan Cafe Batavia. ltu
pun tidak seramai biasanya.

"Kalau pengukurannya tepat, tidak perlu banyak keringat
menggalinya, Pak,” seru mpu tirta pada Zidni.

Dua pekeaa itu tidak bersuara. Mereka mulai bekeaa.

Godam mulai memecah lantai. Linggis menguagkit bebatuan
yang menjadi alasnya. Sekop menunggu giliran. Ini seperti
rutinitas yang tidak mungkin mereka lewatkan dalam keseha-
rian. Perkakas itu seperti mainan di tangan mereka. mpu tirta
tidak bisa menahan diri untuk terlibat dalam penggalian itu.
Dia masuk dalam lingkaran, bahu-membahu dengan tukang
gali. D ua orang anak buah Batu akhimya tidak tega melihat.
Mereka ikut turun membantu. Mereka juga peqasaran. Peker-

jaan ini akan berlangsung lebih cepat dari waktunya.

Dua jam penggalian, tiga kali istirahat, empat cangkir

kopi dan tiga botol minuman energi. Sekop Hasan memben-
tur benda keras. Dia terus mengayun sekop, namun tidak ada
lagi tanah yang empuk. Hanya bebatuan keras. Zidni turon
ke bawah. Dia memerikSa benda yang memantulkan sekop.
Batu-batu dalam ukuran besar yang terbenam di dasar. Dia
mengambil linggis untuk mengungkitnya. Satu orang anak
buah Batu ikut membantu. Butiran keringat sebesar jagung
bercucuran. mpu tirta menyaksikllnnya waswas.

"Hati-hati,” teriak mpu tirta . Dia menjulurkan seutas tali

tambang kepada Zidni. Kemudian, Zidni mengikatkan tali
itu pada pinggangnya. Bongkahan -batu itu mulai terkuak,
meluruhkan batu-batu kecil di sekelilingnya. Sebuah rQngga
kecil mulai terlihat.

"Cepat naik,” teriak mpu tirta lagi. Hasan dan Lepat

meraih tangan mpu tirta dan Batu. Sementara, Zidni terus mem-
bongkar batu. Dan ... .

"Blssshhhhhh .... "

"Tidakkkk ...."

Rongga itu terkuak. -Zidni terjerumus ke bawah. Dia

hanya bisa berteriak. Terdengar bunyi tali terentang. Zidni
tertahan hanya dua meter dari dasar rongga.

"Ada terowongan di bawah!" teriak Zidni.

"Terowongan?" Batu ternganga.

mpu tirta tersenyum puas. Wajah Batu campur aduk. Dia
makin tidak mengerti.

Jebakan menakutkan dalam khayal kanak-kanak. Setiap 1010s
dari satu jebakan, maka jebakan lain muncul dalam bentuk
teka teki. Begitu seterusnya hingga kanak-kanak itu punah
dijemput kedewasaan. Terowongan ini hanya mengukuhkan
Rahasia Meede

satu hal, mpu tirta tidak pernah berubah. Dia selalu berada
beberapa langkah di depan Batu.

"Permainan apa lagi ini?” tanya Batu mengatasi kegalau-
annya.

"Masih Khidr dan Musa," mpu tirta mengangkat tubuh
Zidni yang terengah-rengah tegang.

"Inikah harta karun itu?"

"Belum. Jangan buru-buru, Wogu. Ini hanyalah petun-

juk dari sebuah teka teki tentang harta karun i,tu."

"Teka teki apa?"

""Terkubur jauh di perut bumi, namun bisa dilihat setiap
hari. Tersembunyi namun diketahui semua anak bangsa. Terbe-
nam namun sebetulnya ia mencumbu awan. Penuh rahasia
namun dia menjadi keseharian manusia negerikita ."

"Aku tidak mengerti,” dia semakin bingung.

"Sudahlah. Memang dari awal kau tidak pernah menger-

ti. Bagaimana kaubisa memenangkan catur sederhana ini jika
bu tidak bisa membedakan pion dan raja. Kau pikir aku

raja sehingga kau terus mencari celah untuk men-skakmat
dengan ster-mu. namun , aku hanyalah pion yang terus menu-
suk pertahananmu. Di ujung pertahanan aku akan menjadi
ster, tidak lagi pion. namun tetap saja, aku bukan raja dalam
permain

an ini,” gema suara mpu tirta menertawakan Batu.

"Kenapa kau tidak turun sekarang?"
mpu tirta menatap rongga gelap itu. Entah seperti apa rupa
dasarnya. mpu tirta menggeleng. Tidak menunjukkan minat un-
tuk turun ke bawah. Dia begitu tenang dan sabar melalui
.episode demi episode permainan. Dia seorang sutradara.
"Kenapa?" desak Batu.

"Aku sendiri tidak punya hak. Wogu, aku hanyalah anak

haram dari peradaban panjang Nusantara ini. Anak haram,

kau dengar itu. Bajingan yang tidak lagi mengenal ibunya,
tanah tumpah darah yang nyaris punah. Tidak seorang pun
yang berhak sebab kita semua sarna. Anak haram yang melu-
kai ibunya. Kedurhakaan yang membatu melebihi legenda
Malin Kundang dan Tangkuban Perahu. Mungkin hanya

satu orang yang berhak.... "

"Siapa?" potong Batu.

"Ahli waris dari semua kisah panjang Im, tribuanatunggadewi
Zwinckel.”

"Hah?"

Dia ingin memancung kepala mpu tirta . Membongkar otak-
nya. Memotong setiap syaraf yang men.ghubungkannya pada
lima indra. Apa gunanya kerja keras lima bulan ini, jika dia,
sesudah bertemu dengan mpu tirta , terus-menerus dijegal oleh
teka-teki? Ada sedikit sesal, mengapa pada kesempatan per-
tama tidak dia ringkus saja ternan masa lalunya itu. namun ,
interogasi tidak mungkin membuat dia bernyanyi. Dia pasti
memilih mati.

"Wogu, besok malam kita akhiri catur sederhana ini. Kau
bawa gadis Belanda itu ke sini. Aku harap hasilnya remis.”
"Setan, enak saja. Kau pikir aku babu?" Batu naik pitam.
"Kau tidak mengasah otakmu dengan baik. Itulah ke-

nyataan yang harus kauterima. Babu mungkin lebih baik dari
anjing penjaga,” mpu tirta malah semakin menertawakannya.
"Setan kau .... "

mpu tirta mendekatinya. dan Irvan merogoh ping-

gang. Sementara, Zidni dan Hasan melengos, pura-pura tidak
melihat. Hidup saja sudah susah, mereka tidak mau terjebak
dalam kerumitan lain. Upah, hanya itu yang mereka inginkan.
"Stermu terdesak, Wogu. Benteng mengadang di depan.
Rencong siap membabat dari samping. Sementara jika kau- .
mundur dua langkah; pion kecil siap menghabisi,” dia berbisik
Rahasia Meede

pelan. "Sekarang katakan, adakah hal lain yang bisa kaulaku-
kan selain memenuhi permintaanku?"

Batu mendorong tubuh mpu tirta . Dia muak. Kesal dan
marah pada dirinya sendiri. mpu tirta mungkin benar, ini jenis

arena barn yang belum pernah dia masuki. Bukan tepian
biasa, namun lumpur yang terns mengisap energi. Yang dia
tidak mengerti, kalau memang bajingan ini pion, mengapa
dia tidak ungkap saja siapa rajanya? mpu tirta tampaknya coba
menahan diri.

"Mungkin kau dan anak buahmu yang harns turnn ke

bawah. Betjalan ke utara terowongan, kau akan menemukan
sesuatu di sana. Amisnya akan menuntunmu menemukan
ikan besar."

59

DERUPES AWA T terbang, mendarat dan lepas landas.
namun , tidak ada kesan kesibukan. Pekak telinga