Tampilkan postingan dengan label wajah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wajah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Desember 2022

wajah

   Dengan belokan tajam, mobil
merah darah itu meluncur
masuk halaman depan sebuah
rumah, menggilas malam yang
merangkak tertatih-tatih.
Injakan yang keras pada rem.
menyebabkan empat buah ban
tersentak lalu menggeram
dahsyat di atas batu-batu kerikil
yang menjerit kaget" Angin
menggelepar resah di dedaunan
cemara ketika pintu mobil itu
terbuka. dan sesosok tubuh
melangkah keluar. 
   chucky  berdiri sejenak,
seraya mengerak-gerakkan kaki
agar perasaan kebas hilang.
Lengan lengannya yang kokoh
direntang. sehingga udara sejuk
merembes masuk ke dalam
peruparunya yang sesak. Dingin
berkabut diluar sini, pikirannya
dengan gembira akan namun 
hangat dan betapa romantisnya
nanti di dalam rumah. Sesudah 
berpuas-puas diri dengan
lamunan-lamunan indah,
chucky  menjemput sebuah
kotak kecil berpita merah jambu
dari tempat duduk depan mobil,
kemudian bergegas menaiki
teras. 
   ia belum sempat memijit bel,
pintu sudah terbuka. 
   Seorang wanita lesbian  setengah
umur melempar seulas
senyuman lega di bibir yang
merah kehitaman, 
   "Benar apa yang saya bilang
pada nyonya," ia bergumam
puas. 
   "Maksudmu. nyi kembang ?" tanya
chucky  menyimpan perasaan
gembira di hati yang senantiasa
berbunga bunga tiap kali ia
memasuki rumah yang sama. 
   "bahwa mobil tuan yang
datang!" 
   "Tukang tebak yang jitu,"
chucky  menambah kepuasan
wanita lesbian  itu, menutup pintu di
belakangnya dan bertanya
setengah berbisik: dia?" 
   "Di kamar. tuan. Baru saja
selesai mandi." 
   ."Aha!" chucky  mengerling
nakal. "waktu yang tepat.
bukan?" 
   "Selalu, tuan. Selalu tepat!" ' 
   "Nah. Ini lima ribu perak.
pergilah tidur. Besok pagi pagi
benar, belilah sekeranjang
kapur sirih dan tembakau
untukmu. nyi kembang . Oke" 
   "Terimakasih, tuan. Eh,
perlukah saya buatkan
minuman?" 
   Seraya menyeringai lebar.
chucky  balas bertanya: 
   "Apakah kami
membutuhkannya, nyi kembang '"' 
   "Siapa tahu.... Ah, jangan
tersinggung, tuan. Tentu saja.
tidak" pelayan wanita lesbian  itu
tertawa lebar. lantas bergegas
menghilang di pintu belakang. . 
   chucky  menunggu sebentar.
Sesudah ia yakin wanita lesbian  itu
benar-benar sudah  masuk di
kamarnya sendiri, chucky  baru
meneruskan langkah menuju
sebuah pintu yang setengah
terbuka. Bau parfum yang
aromanya menusuk hidung,
seketika menggelitik
kelelakiannya. Ia dapat melihat
tempat tidur dari busa tebal
berbentuk oval, dengan sebuah
jembangan bunga di atas sebuah
meja kecil dan antik. Juga sisi
sebuah lemari ukir yang salah
satu pintunya terbuka.
memperlihatkan seperangkat
gaun beraneka corak serta
warna warni menyolok
tergantung dalam susunan yang
apik. 
   "Perlu sesuatu. bi?" _ 
   Suara lunak dengan irama
menggetarkan sampai ke telinga
chucky . Pura-pura tidak tahu
eh. dalam hati ia memaki
dengan senang. Pelan pelan
pintu kamar ia dorong dengan
ujung sepatu. Dan itu
menyebabkan nafasnya tertahan
seketika. Sesosok tubuh langsing
semampai dengan pinggul yang
mencuat keras tengah bersolek
di depan kaca berbingkai
perunggu. Lampu kamar
memantulkan bagian depan
tubuh itu pada cermin. Seruat
wajah yang muda. cantik
mendebarkan menampakkan
sepasang mata indah terbelalak,
mulut mungil penuh setengah
terbuka kaget. Rambutnya yang
hitam dan bersinar sinar terurai
sampai ke batas bahu yang putih
mulus. wanita lesbian  itu hanya
mengenakan sehelai anduk yang
dibelitkan seadanya. sehingga
gumpalan 'dada yang kenyal
seolah ingin menerjang lepas
supaya apat menghirup udara
bebas. ?" mas, kau kiranya!"
bibir ranum itu mendesah. "Hai,
manis." chucky  melangkah
masuk. Kakinya tertegun tegun.
dan matanya tidak berkedip
memandang cermin. 
   Kau selalu datang pada waktu
yang salah!" 
   "Oh ya?" chucky  hampir
meledak dalam tawa. Apakah
karena aku masih berpakaian
lengkap?" 
   "Mmmm. mas nakal ah!" 
   chucky  merangkul pinggang
yang terbelit handuk itu dengan
sebelah tangan. sementara
tangan yang lain ia sembunyikan
di balik punggung. Nova
Juanita. -yang 
   dilahirkan pada'bulan
November oleh seorang ayah
yang sudah  kapok hidup sebagai
seorang don-juan , dengan
manja merebahkan kepalanya di
dada chucky  yang bidang,
sedikit tengadah. kelopak mata
terpeiam, namun  mulut setengah
terbuka. menanti. 
   Bagai orang kelaparan
disodori roti yang baru keluar
dari oven, chucky  mencium
dan mengulum bibir itu dengan
rakus. sehingga tanpa sadar
tangannya yang lain ikut
merangkul ke depan. 
   "Hai, apa ini. Sakit!" Nova
Juanita meronta dengan nafas
tersengal-sengal. Reflek
tangannya menangkap sesuatu
yang tergenggam kuat dan
menekan sama kuatnya di
telapak tangan chucky . yang
segera membukanya sambil
berkata dengan tidak sabar: 
   "Sebuah kado kecil. Nova,
namun  nanti sajalah...!" 
   "Kado!" jesica Juanita
membelalak. "Untuk?" 
   "Gadisku tercinta!" 
   "Ahhhh." 
   Rencana untuk memberikan
surprisa dengan main teka-teki
lebih dahulu. terbang seketika
dari benak chucky  karena
birahinya yang tertekan. hampir
kasar. ia copoti pita merah
jambu pada kotak kecil di
tangannya. Pembungkusnya
dirobek robek dengan suara
berisik. Tutup kotak berlapis
beludru itu terbuka dengan
cepat. 
   jessica terpesona. 
   Manik-manik matanya
memantulkan sinar dari seuntale
kalung emas dengan liontin
berbentuk hati. dengan warna
merah hati pula. yang tergeletak
nyaman dalam kotak. Selama
beberapa helaan nafas, dadanya
yang bundar kenyal naik turun
dengan cepat. kemudian: 
   "Ahhhh" desahnya lagi,
panjang dan tertelan. 
   "Kau suka?" 
   "Alangkah indahnya!" 
   "Tidak. Tidak indah. sebelum
melingkar di lehermu..." kali ini
chucky  lebih bersabar
manakala ia lingkarkan kalung
emas itu di leher jenjang dengan
liontin batu menikam merah hati
itu tampak betapa kontras
dengan kulit dada jesica Juanita
yang putih bersih. licin
bersinar-sinar. chucky 
terpesona sendiri dengan
penampilan yang mentakjubkan
dari wanita lesbian  di depan biji
matanya. Saat saat
mendebarkan berlalu dalam sepi
yang mencekam. sebelum
chucky  bergumam parau: 
   "Dewi-ku yang cantik.
bidadari ku terkasih..." 
   "Oh, mas!" jesica Juanita
merangkul leher chucky 
kuat-kuat, dan menghadiahi
laki-laki yang umurnya hampir
seusia dengan ayahnya sendiri
itu. ciuman yang bertubi-tubi.
panas berapi-api. Teringat
sesuatu dengan tiba tiba. ia
kemudian melepaskan diri.
mundur satu tindak. Lalu
bertanya dengan nafas
tersengal: 
   "Apa... apa artinya semua ini,
mas" 
   'Do'amu. jesica kecilku:
chucky  menyeringai "Do'amu
terkabul." 
   "namun  aku kira. aku tidak"." 
   "Mulutmu tidak, kekasih.
namun  hatimu. aku tahu. selalu
mendo'akan agar perjuanganku
tidak sia sia. Dengan susah
payah, Nova. akhirnya aku
berhasil mendaki lebih tinggi!" 
   "Aduh mas, jangan membuatku
bingung. mas." 
   "Hai. Lupakah kau"
Berbulan-bulan aku kerja keras
supaya dapat menggoalkan cita
citaku. Berbulan bulan aku
harus menyingkirkan sejumlah
saingan. sampai tinggal satu
orang yang masih bertahan. Kini
orang itu Nova. untung 
Tanudireja boleh berpikir untuk
mulai menggulung tikarnya yang
sudah lapuk!" 
   "Rat-no Ta-nudir.?" Nova
Juanita tersendat, kemudian
berkata setengah berseru:
"Jabatan itu! Jabatan kepala
proyek di departemen! Kau
berhasil memperoleh nya. mas
chucky " 
   "Hem. Matamu tidak saja
indah. Nova. Matamu juga jeli!" 
   "namun  bagaimana mungkin"
Kudengar. ia termasuk calon
kuat " 
   "Aku punya uang, Nova. Aku
punya pengaruh!" 
   "Aiiii. mengapa aku sampai
lupa....' jessica kembali
merangkul chucky .
menyatukan bibir mereka dalam
pagutan yang kuat. Demikian
tergesa gesa. sehingga tubuh
mereka berdua terdorong
ketempat tidur. chucky 
terguling dengan si wanita lesbian 
tertindih di bawahnya, dengan
handuk yang terlepas bebas. 
   "Aku sudah  memberikan
hadiahku," desah chucky 
dengan nafas tertahan
menyaksikan keindahan yang
dipersembahkan Tuhan untuk ia
miliki sepuas hati. "Apa
hadiahmu?" 
   "Terserah kau. mas." 
   "Boleh kuambil sekarang?" 
   "Belum..." 
   "Ah. mengapa?" 
   "Jas. Dasi. Sepatu!" Nova
Juanita tersenyum menggoda.
"Kita bukan sedang mengikuti
sidang-sidang menjemukan,
sayangku." 
   "Astagaaa!" chucky 
tersadar. lantas cepat-cepat
berdiri. Betapa tak sabarnya ia
mencopoti apa saja yang sudah  ia
kenakan selama mengikuti
sidang yang melelahkan hampir
satu hari penuh tadi dibalai
pertemuan departemen. la
hampir menanggalkan
semuanya. ketika jesica terguling
di bawah selimut. Matanya
redup menatap. suaranya merdu
mengundang. 
   "Adalagi. mas...." 
   "Hem?" 
   "Bau keringatmu
mengganggu." 
   "Sialan. namun  kau benar.
Tunggulah sebentar." chucky 
memberengut masam lalu
berjalan ke pintu kamar mandi.
ia baru saja membukanya ketika
dia dengar jesica Juanita
memanggil
   "Mas?" 
   "Apa lagi?" 
   "Kuucapkan selamat untuk
suksesmu, mas chucky .
Sayangnya. mengapa sukses itu
baru sebagian?" 
   "Apa"
   "Kau belum memberi kabar
tentang janjimu yang lain." 
   "Nova..." chucky  dirayapi
perasaan dingin. sehingga
dengan lunglai ia terpaksa
berpegangan ke hendel pintu
kamar mandi agar tidak sampai
sempoyongan. "Aku... aku masih
berusaha... " 
   'Sampai kapan?" 
   Mata redup di atas tempat
tidur. memelas. dan menuntut
sekaligus. Seolah pandangan
yang menghiba itu 
   belum cukup. jesica Juanita
menurunkan selimutnya sedikit
lebih ke bawah. disertai tarikan
nafas yang kuat sehingga
gelembung dadanya seakan mau
meledak karena putus asa. 
   chucky  terguncang. 
   Bisiknya. 
   ?" aku akan memaksa Indriaty
menandatangani surat cerai, Ia
dan kelima anak-anak akan
memperoleh sebuah rumah.
sebuah mobil. beberapa hektar
sawah dan sejumlah deposito di
bank. Kalau ia bertindak bodoh
dengan berlaku keras kepala.
Nova. kau akan lihat. ia tidak
akan memperoleh apa apa.
kecuali batang tubuhnya yang
sudah reot kehabisan tenaga itu.
Akan kubayar seorang
pengacara. Atau dua. tiga.
empat sekaligus. Pokoknya.
Indriaty harus menerima
kenyataan. betapapun pahit.
Puas?" 
   "Aku puas. mas chucky . bila
kau sendiri merasa puas." Nova
Juanita tersenyum manja dari
tempat tidur. 
   chucky  masuk ke kamar
mandi. membuka kran air
hangat, lalu membenamkan
tubuhnya yang gempal berlemak
sampai ke dasar bak. la sudah 
bercinta selama empat tahun
denqan Indriaty sebelum mereka
berdua memutuskan untuk
menikah dan melahirkan
anak-anak. Kemudian mata
chucky  terbuka. Melek dengan
tibatiba. Indriaty bukan saja
seorang pemboros. Ia juga
memanjakan anak anak secara
berlebihan. mendidik mereka
dengan cara yang salah.
sementara chucky  sibuk
banting tulang di luar rumah.
Akhirnya Indriaty tidak sempat
lagi mempersolek diri. apalagi
memikirkan bagaimana
mendampingi suami dengan
penampilan yang tetap menarik.
Terlanjur salah langkah,
lndriaty kemudian lebih
menyerupai babu daripada babu
mereka sendiri. Masih pemboros
memang. namun  sudah semakin
cerewet. cepat tersinggung.
sakit-sakitan dan menjadi 
   nenek nenek sebelum
waktunya. 
   Dan yang paling menyakitkan
hati chucky .suatu ketika. ia
pergoki isterinya sedang mandi
tengah malam buta di sebuah
anak sungai. dibantu seorang
laki-laki asing. Indriaty mulai
berdukun. dengan dalih.
chucky  sudah jarang
memperhatikan rumah tangga.
sering main gila dengan
wanita lesbian  lain. Kepalang
basah. chucky  mengabulkan
kecurigaan Indriaty. Dan Nova
Juanita. bekas model yang
kemudian jadi sekretarisnya,
membuka pintu lebar-lebar... 
   Di atas tempat tidur busa
berbentuk oval, jesica Juanita
melamunkan ayahnya yang
berhasil menghentikan sifat don
juan yang bertahun-tahun
dimilikinya. namun  gagal untuk
menjadi ayah yang baik. Laki
laki itu tidak saja cemburuan
kepada isterinya sendiri. namun 
juga cemburuan kepada
anak-anaknya yang kemudian
meningkat remaja. Ia lalu
berlaku keras. main bentak dan
senang mencambuk. bahkan
jesica pernah dikeram satu hari
satu malam di gudang karena
ketahuan hamil muda. Tengah
malam. ayahnya muncul dalam
kegelapan gudang. Bukan untuk
membebaskan anaknya
tersayang. melainkan untuk
memperkosanya. 
   jessica berhasil
melarikan diri. bertualang tanpa
harapan sampai ia bertemu
dengan chucky , yang tidak saja
memberinya harapan namun  juga
kasih sayang. Baik sebagai
seorang laki-laki. maupun
sebagai seorang ayah. 
   Dengan perasaan terharu
bercampur cinta. jesica Juanita
menatap potret chucky  yang
terpaku rapi di tembok kamar,
dalam bingkai keemasan.
berhadapan dengan tempat
tidur. Potret seorang lakilaki
yang mendadak sadar umurnya
belum terlalu tua. mendadak
sadar pula. ia masih dapat
bercinta meski dengan
wanita lesbian  yang pantas ia
angkat sebagai anaknya sendiri.
Indriaty 
   sudah  menjadi tua dan kurus
demi karier laki-laki itu. Dan
jessica akan tetap muda
dan cantik. demi cintanya
kepada iaki laki yang sama. Laki
laki yang perasa, hangat dan
butuh belaian kasih sayang. Tak
ubahnya seorang anak kecil
yang lemah dan ketakutan
berlindung dalam dekapan
ibunya dari hempasan hujan
yang membadai. 
   jessica menatap potret
chucky , dengan mata tak
berkedip. 
 Sebuah potret lain terletak di
atas sebuah meja yang diterangi
lampu yang terang benderang.
Lampu lampu cemerlang juca
menyala di sekeliling rumah
besar dan megah itu, yang
letaknya berjarak empat jam
naik mobil dari rumah Nova
Juanita. Penghuni rumah yang
berbeda dan letaknya berjauhan
itu tidak ada hubungannya satu
sama lain. Keluarga bukan,
relasi pun tidak. Kalaupun ada.
barangkali tidak lebih dari
pertalian bathin belaka. Itupun
sifatnya sepihak. yakni dari
orang yang kini duduk
menghadapi meja di atas mana
terletak potret besar yang
direkam ketika chucky  pernah
menghadiri sebuah jamuan
makan. 
   Jari-jemari tebal. hitam dan
kasar menggunting salah satu
sisi potret besar itu sehingga
chucky  yang tampak berdiri
lurus menghadap lensa, terpisah
dari orang orang lain
disekitarnya. Ia mengenakan
baju safari dari bahan kelas
satu, berkacamata tebal dan
hitam, dengan senyuman lebar
berbau menjilat. Guntingan
potret chucky  yang gagah
mentereng itu kemudian
ditempelkan dengan hati hati ke
selembar kertas putih bersih, di
sekitar mana berserakan potlot
warna. 
   Sesudah  sesuai dengan apa
yang dikehendaki orang yang
duduk di belakang meja,
terdengar suara helaan nafas
berat. sedikit mendesing bagai
kerbau yang siap di sembelih.
Perlahan namun  jelas. kemudian
terdengar suara berat dan serak
bergumam ' 
   "aku tahu kau menemui
wanita lesbian  itu lagi. anak"
   Kata 'anakku'diucapkan
dengan irama yang sinis
mengejek, sedikit buas dan
kejam. 
   "Kau mengotori kehidupan
keluargamu. Merusak kodrat
anak anakmu yang masih suci
dan mengabaikan pengorbanan
isterimu yang tidak kenal lelah
untuk dapat tetap
mempertahankan rumahtangga
kalian. bergema suara tawa
yang rgirah  dan parau. Sekilas
cuma, lalu : "Kau hanya
mengikuti nafsu bejatmu! Nafsu
yang kuinginkan merajalela
dalam jiwamu yang kotor.
Karena itu. anakku yang
menjijikkan. kau tanpa sadar
sudah  mengikuti jejak yang
kutunjukkan. Kau sudah  jadi
pengikutku sekarang' suaranya
berubah keras dan tidak kenal
belas kasihan : 'Kau harus
melakukan kehendakku!" 
   Jari-jemari besar hitam dan
kasar itu menggapai potlot
warna sekenanya saja. Ujung
yang runcing menari nari di atas
potret chucky . seolah mencari
tempat yang cocok untuk
memulai sebuah rencana jahat.
Sesudah  membuat titik titik aneh
di sekitar potret. suara parau itu
menggema lagi dalam kamarnya
yang tertutup rapat. 
   "Jadi apa ya kau pantasnya.
anakku?" 
   Sepi sejenak. 
   Sunyi, mencekik. 
   "Haa! Kau sedang berendam
di kamar mandi. ya" Bersiul-siul
melamunkan tubuh montok yang
menantimu di tempat tidur.
Tunggu! Jangan keluar dulu
dari bak mandi. Kau belum
bersih benar. Dan ah.
sebenarnya. aku 
   belum menentukan rupa
bagaimana yang pantas
untukmu. Ah. ya-yaaa. gosoki
terus selangkanganmu. Rupanya
kau bermaksud melampiaskan
nafsu seksuilmu dengan cara
yang jorok dan menjijikkan ya"
Aku melihat tikus di bagian yang
kau gosok. Astagaaa! Mengapa
tidak?" 
   Lantas seraya tertawa parau
dan tersendat-sendat. jenis
suara yang hanya dapat
didengar seorang penakut ketika
lewat di dekat kuburan tua,
tangan itu menjemput 
   potlot warna. lalu membuat
corat coret yang aneh di ekitar
potret chucky . 
   Dan." 
 Dan suara air bersibak dengan
hebat di kamar mandi, membuat
jessica yang rebah
menanti di tempat tidur.
geleng-geleng kepala Sambil
tersenyum senyum sendirian. ia
menggapai tombol lampu di
dekat nya. Klik, Lampu kamar
padam seketika. Gelap mendekat
jessica tidak menyukai
cahaya terang tiap kali ia
bersenggama dengan chucky .
Cahaya terang akan
memperlihatkan garis-garis
ketuaan dan lemak lemak pada
tubuh laki laki itu. yang dapat
mengingatkan jesica pada
ayahnya, Ia ingin menikmati
senggama itu dilandasi perasaan
menyukai. Bukan karena
diperkosa. 
   Suara berisik memantul lagi
dari kamar mandi. 
   jessica tertawa kecil. 
   'Engga usah digosoki semua.
mas!" ia berseru nyaring. "Nanti
juga bakal mandi lagi'" 
   Sunyi sejenak ' 
   jessica memanggil
   mas?" " 
   Terdengar suara sesuatu
keluar dari bak mandi.
Desahdesah nafas berat lalu
pelanpelan pintu kamar mandi
terbuka. Dari bawah selimut.
jessica tersilau oleh
cahaya lampu yang menerobos
lewat pintu terbuka ku. Mula
mula ia tidak melihat apa apa
kecuali wastafel, gantungan
handuk. perlengkapan mandi di
samping wastafel. Sesudah 
mengerjap-ngerjapkan mata dan
bertelekan dengan kedua siku
pada kasur, barulah Nova
Juanita melihatnya. 
   wanita lesbian  itu terheran-heran
sebentar. 
   Lalu: 
   "Aiih. mas chucky . Kok
merangkak segala!" ia nyeletuk
menahan ketawa. 
   Tubuh besar bungkuk itu tidak
segera bangkit. Melainkan
mendengusdengus sesaat, lalu
perlahan-lahan merangkak maju
menuju ke gelapan di dekat
tempat tidur. Nava Juanita tidak
mengerti, mengapa bukan bunyi
telapak tangan atau kaki yang ia
dengar, melainkan bunyi seperti
menggaruk garuk pada lantai
disertai dengus nafas berat yang
mendesing desing. 
   "Mas?" ia mulai kuatir. 
   Bunyi menggaruk itu makin
keras begitu tubuh yang
merangkak di permukaan lantai
berhenti di samping tempat
tidur, lalu diam sejenak. Nova
Juanita mendecap decapkan
lidah ketika matanya terbiasa
oleh kegelapan kamar. Dibantu
cahaya samar samar yang
terlempar dari pintu kamar
mandi. matanya kemudian
menangkap bentuk tubuh besar
yang masih dalam posisi
merangkak itu. Ia melihat
sesuatu yang bersinar merah
kecoklatan di bagian punggung
yang mengingatkan Nova
Juanita pada baju mantel bulu
yang pernah dibelikan chucky 
waktu kencan mereka yang
pertama. 
   "Kau tampak aneh. mas
.Menggelikan..." 
   Namun jessica tidak
tertawa geli. Karena hidungnya
perlahan lahan menangkap bau
busuk yang menjijikkan diantara
helaan helaan nafas yang ganjil
di bawah tempat tidurnya.
Punggung berbulu itu bergerak
sedikit. jessica terkesiap. 
   Mas" Mas chucky ! Jangan
bermain-main lagi! Lepaskan
mantel bulu itu. dan naiklah ke
tempat tidur. Aku sudah tidak?" 
   Sesuatu menyembul dari
pinggir tempat tidur. 
   Dan sesuatu itu. jelas bukan
chucky . melainkan seraut
wajah makhluk yang paling
ditakuti wanita lesbian  normal.
'tikus' .Dan tikus yang ini.
demikian besar. demikian
menyeramkan jesica Juanita
sampai tak mampu berkata
apa-apa kecuali ternganga.
Mata tikus itu beradu dengan
matanya Merah. berkilat kilat
seolah ingin menerangi misainya
yang kasar panjang di ujung
moncongnya. dari mana
mencuat gigigigi taring meleng
kung tajam.
   jessica berbisik kuatir: 
   ' e . lepaskan... topengmu. mas
Is. "
   Makhluk itu mencicit 
   Bau busuk menerjang hidung
jesica Juanita. Ia sampai
terlonjak bangkit dari bawah
selimut. dan bergerak mundur ke
patok tempat tidur. Ia tidak
sadar tubuhnya sudah  menggigil
demikian hebat. disertai keringat
dingin yang membercik bercik. 
   ".. . mas" Mas chucky ?" ia
berbisik lagi. Penuh harap. 
   Kepala tikus yang sebesar
kepala manusia itu naik semakin
tinggi, lalu pelan pelan
mendarat di atas kasur. Kepala
Itu maju sejengkal demi
sejengkal. tak ubahnya gerakan
seenki r tikus yang membaui
sesuatu di depan hidung namun
belum berani ia ambil, 
   "Aduh. mas. Aku... aku tak
tahan lagi" 
   Dan jesica Juanita
sebetulnya  sudah  terkencing 
   kencing .
   Tikus itu mengangkat
kepalanya. Tampak marah oleh
bau pesing yang menerpa
penciumannya yang tajam.
Sesaat moncongnya
memperlihatkan seringai kejam.
disusul sepasang tangan... ah.
itu bukan tangan. melainkan
kaki kaki kecil ramping, berbulu
dan kuku kuku tajam
mengancam. 
   jessica membuka mulut
lebar-lebar. 
   Siap untuk menjerit. 
   namun  ia terlambat. Makhluk
dahsyat itu sudah  menerjang naik
ke atas tempat tidur. bertumpu
pada kedua kaki belakang
sementara kaki-kaki depannya
mengelus elus misai. Dalam
panik yang menterornya
sedemikian rupa.
senki nyong-konyong Juanita
menjerit lengking 
   "Tidaaak! Pergiii. Pergiii kau
tikus busuk!" 
   Kemurkaan menjalari wajah
makhluk berupa tikus itu
.Dengan kemurkaan itu. ia
menerkam ke depan tampaknya
ingin mendekat dan menciumi
tubuh telanjang yang mulus
molek itu dengan bernafsu. Nova
Juanita merasakan cakaran kuku
kuku yang tajam. mencium bau
busuk yang memualkan. bukan
merasa dan mencium belaian
kasih campur birahi. Sambil
berteriak-teriak minta tolong,
jessica memberikan
perlawanan sekuat tenaga,
sehingga kamar tidur itu
menjadi hingar bingar. 
   Mendadak jesica mendengar
geraman marah. 
   "Berani kau menghina aku,
wanita lesbian  jalang ! Rasakan
ini.. !" 
   jesica terbeliak. Lalu menjerit
lengking. jerit kesakitan yang
menyayatkan hati. 
7 jam perjalanan naik
mobil dari rumah yang
mengerikan itu, dalam sebuah
kamar tertutup. terdengar suara
desah nafas panjang dan letih.
Tiada perasaan puas sama
sekali dalam desah nafas itu.
kecuali kekecewaan yang dalam.
   "berakhir sudah. anakku."
gumam suara itu " Berakhir
sudah, untuk kekasihmu. Tidak
untukmu." 
   Potret chucky  yang sudah
tak tentu rupa itu direkatkan
pada secarik kertas itu,
kemudian diangkat dari meja.
Sebuah pemantik api menyala.
Potret itu kemudian didekatkan
ke lidah api yang menyala
kemerahan. Kertas dan potret itu
perlahanlahan terbakar. hangus
menjadi debu yang jatuh
berserakan di antara potlot
potlot warna. 
   "Kau pengikutku yang baik.
anakku.' ujar suara gumam itu
lagi Lebih sabar dan rilek kini. 
   Tangannya yang besar
kehitam hitaman kemudian
menjangkau gagang telepon di
ujung meja. Beberapa nomor
diputar dengan gerakan pasti.
kemudian me nunggu .
   Terdengar bunyi dering
panjang di seberang telepon
sana."Hai" suara seseorang
menjawab samar samar. 
   Orang yang duduk di belakang
meja. bicara: 'ini aku. nak."
suaranya persis suara seorang
ayah yang demikan cinta
terhadap anak anaknya yang
pemalu namun  nakal. Kau boleh
berlapang dada sekarang.
chucky . tidak akan muncul lagi
dalam pencalonan akhir minggu
depan!" 
   Suara khidmat itu, dibalas
suara takut takut dari seberang
sana: 
   "mati?" 
   "Belum. anakku. namun  aku
berpendapat. ia akan sia sia saja
menempuh hidup dari
kehidupannya. mulai detik ini." 
   'Oh! 
   "Kau tidurlah. Pekerjaan kita
masih banyak. Kau. aku, kita
semua. butuh istirahat yang
panjang. bukan" Pekerjaan kita
masih banyak. Dan terlalu besar
dan indah. untuk kita abaikan
begitu saja Kuingatkan. nak.
berlakulah wajar. Kaget dan
sedikit memperlihatkan dukacita.
kukira tidak ada salahnya " 
   Tak ada sahutan. 
   'Kau sudah tldur"' 
   "Belum pak." 
   'Dia"'
   'Pulas 
   "Makin cantik, tentu." 
   "cantik sekali. pak.' 
   "Bagus. Dunia ini makin jelek
dan menyedihkan dari abad ke
abad. anakku. Adalah tugas kita
mempercantiknya. bukan" Nah
Peluklah dia .Pelan pelan saja.
Jangan sampai ia terbangun.
Kemudian cium dia untukku." 
letkol untung  menutup
buku laporan yang sudah  ia
terima dari salah seorang
bawahannya yang berpangkat
letnan dua. 
   Sejenak ia diam merenung 
   "tak masuk diakal" pelan pelan
ia kemudian bergumam. 
   "Kita paksa lagi dia supaya
bicara terus terang. Pak"'' 
   untung  melirik ke arah
chucky  yang duduk terhenyak
di sebuah kursi berjok tebal.
seolah ingin terbenam sedalam
mungkin. Wajah itu tampak
pucat seperti kertas. dengan
sepasang mata menatap jauh.
hampa. 
   tak bersinar. Sedikitpun ia
tidak terpengaruh oleh
kesibukan yang terjadi di
sekelilingnya. Kedua tangannya
terkulai lemas di atas paha. Den
paha itu. gemetar. terus gemetar
dari tadi. 
   'Nanti saja dulu, untung 
geleng kepala. 'MaSih shock
tampaknya " 
   'Shock dan hampir gila pak"
.bawahannya yang berpangkat
letnan dua itu ikut melirik
memandangi chucky  'ia sama
sekali tidak tampak punya niatan
melarikan diri. Ketika pelayan
menelpon. Ia menangis
menjerit-jerit lalu duduk
menunggu di kursi yang ia
duduki sekarang. ia hampir tidak
melihat kami datang .namun 
ketika aku mau bertanya. tahu
tahu ia mencuap dengan suara
ganjil. "aku sudah 
membunuhnya" Katanya lagi, ia
bermimpi buruk, Merasa panas
sekujur tubuhnya ketika
berendam di bak mandi .Tiba
tiba saja ia marah dan ingin
menciderai wanita lesbian  itu ' 
   "Membunuhnya maksudmu'" 
   "MenCiderai. pak Sekedar
melukai" 
   "Apa lagi" ' 
   "Katanya. wanita lesbian  itu
melawan, pak. Bahkan
menghinanya. Mengatakan ia
seenki r tikus busuk. dan
menyuruhnya enyah. Ia
demikian marah. sehingga" .' 
   "Ia cekik wanita lesbian  itu,'
untung  geleng geleng kepala
masygul. "Alasan yang jelas
dicari cari. Sudah kau temukan
senjata apa yang ia pergunakan
untuk mencercah tubuh
korbannya"'' 
   'Tak sebuahpun, pak. ' letnan
dua itu lebih masygul lagi "Kita
bakal menemui kesulitan . Luka
luka mengerikan pada tubuh
mayat itu. menurut saya bukan
diakbiatkan goresan senjata
tajam Melainkan 
   "Apa let "' 
   seperti bekas gigitan pak. Dan
bekas cakaran kuku. namun  gigi
tersangka. normal .Demikian
pula kuku
   kukunya. Semua dipotong
pendek...." 
   "Kau mau bilang itu perbuatan
seenki r binatang ya," untung 
menyeringai hambar. "Binatang
apa. kalau aku boleh tahu?" 
   Anak buahnya terbungkam. 
   "Sudahlah," untung 
mendengus. "Orang itu jelas
manusia biasa. seperti kita-kita
ini. Bukan seenki r binatang
yang...." untung  tersenyum
kecut. Katanya lirih : "Biarkan
dokter selesai memeriksa. Ia
lebih ahli. Dan yang jelas. ia
bukan orang penghayal macam
kau. 
   "Apa. pak"!" 
   "Penghayal macam kau."
untung  mencoba tertawa.
"Manusia hantu kau bilang, eh"
Mengapa tidak kau jamah lagi
dia?" 
   Yang ditanya. tidak bergerak 
   Dan dari kursinya, chucky 
menatap mereka dengan
pandangan bingung. gelisah.
putus asa. panik, sekaligus
histeri. Ketika dua orang
petugas mendatanginya, ia tidak
berbuat sesuatu apa pun juga.
Seolah ia memang tengah
tertidur dan baru saja
mengalami impian buruk, ia
patuh saja digiring ke luar
menuju sebuah mobil tahanan.
dengan dagu jatuh menyapu
dadanya. 
Dokter menjauhi tempat tidur. 
   Wajahnya tampak keruh ketika
ia bersungut-sungut pada
untung . 
   "Ini baru kesimpulan. Jadi tak
usah dianggap serius...." 
   "Ya?" untung  menahan
nafas. 
   "chucky  jelas tersangka kuat.
Tak dapat dipungkiri lagi.
namun ?" 
   untung  menunggu. 
   Dokter tertawa kering, lalu: 
   "Jangan membuat aku malu
dengan mengumbar 
   omongan sana-sini. namun  aku
berani angkat sumpah. 
   perbuatan keji itu mustahil
diakukan oleh seorang manusia
normal!" 
   untung  terdiam sesaat. 
   Menghela nafas panjang
sejenak. kemudian. 
   "Tugas yang bakal sulit dan
melelahkan," ia mengeluh. 
   'Tidak buat mereka!" nyeletuk
dokter setengah mengejek.
seraya memperhatikan beberapa
orang wartawan sibuk
menjepretkan lensa kian kemari.
"Buat mereka. ini sebuah berita
besar ' 
   "Dengan gambar gambar
menggemparkan." untung 
memberengut masam.
menyetujui. 'Dibumbui sensasi
murahan. aku berani bertaruh.
Lihatlah tubuh di tempat tidur
itu. Dalam keadaan tidak
bernyawa dan begitu
mengerikan. jessica masih
tetap menerbitkan aroma yang
merangsang..." 
   'Setan!" 
   "Apa kau biang. dokter?" 
   setan!" 
   "Sebuah kesimpulan
tambahan?" 
   "Benar, kapten. Dalam
pikiranmu yang bejat." 
   untung  terlongong. 
   Dan dokter cengar-cengir.
seperti kuda jantan menyeringai
kuda betina yang terpojok di
sudut kandang.
    farida  selesai dengan
bacaannya. melipat surat kabar
lalu meletakkannya di pangkuan
seraya menghela nalas panjang.
Namun matanya tidak juga
beralih dari foto yang
terpampang di halaman depan
surat kabar itu. 
   gadis yang benar benar cantik!
'akhirnya ia ber gumam. 
   "Lebih cantik dari yang kau
lihat.' suaminya yang duduk di
belakang setir ikut memuji.
Sesudah  melirik sekilas ke surat
kabar yang terletak di pangkuan
farida . ia melanjutkan. Foto '"
hasil reproduksi. ketika Nova
Juanita masih sedang top topnya
   "Sebagai?" 
   Model Sekaligus gadis
panggilan.
   "Ooo.' farida  manggut
manggut mengerti. Kembali
melirik ke surat kabar. ia
perhatikan baik baik foto
seorang laki laki yang tertelak
pada kolom yang lain. sedikit di
atas foto jessica .Aku
heran. bagaimana orang setua
chucky  dapat menggaet
wanita lesbian  secantik dan semuda
Nova. 
   'Uang. mirna . Dan popularitas"
   "Apakah kau akan mengikuti
jejaknya pula"' 
   "Siapa!. 
   "chucky " 
   'Tentu dong 
   'Apa"! ', farida  mendelikkan
mata. Masih ditambah cubitan
keras di paha suaminya.
sehingga laki laki itu terpekik
Manja. apalagi  ."Kalau itu kau
lakukan. untung . akan kusediakan
sekaleng endrin di balik pintu'" 
   untung  Tanudireja tercengang.
kemudian tertawa membahak .Ia
membelokkan mobil memasuki
sebuah jalan yang lebih kecil,
yang di kiri-kanannya
berdempetan rumah rumah
penduduk yang penuh sesak.
Seenki r anjing berlari
menyeberangi jalan. dan
sekelompok anak anak kecil
mengorek ngorek sesuatu dari
dalam selokan yang mampet. 
   'Aku hanya mencintai farida 
Kuswandari seorang. sayangku.
untung  mengerling nakal. 'Boleh
potong sebelah kupingku. kalau
tak percaya: 
   "Hem ! ' farida  cemberut.
Aku tak mau punya suami cacat.'
   'Dan tentu kau tak mau pula
punya suami yang mendekam di
balik jeruji besi penjara. Oh ya.
mirna . Berapa tahun kata mereka
vonnis yang dijatuhkan
pengadilan?" 
   "Tujuh," 
   "Lama juga." 
   Habis. Selain membunuh.
sekaligus ia dituduh melakukan
penganiayaan berat. celakanya
lagi, hakim yang mengadilinya
seorang wanita yang sudah
berumah tangga. Menurut surat
kabar ini. kuat dugaan vonnis itu
berbau sentimen dari sesama
wanita lesbian  yang dibokong dari
belakang oleh suami tercinta." 
   Ah. Itu hanya sensasi. kukira
ada alasan lain. mirna ._ Aku
rajin mengikuti surat kabar, dan
pernah sekali menyempatkan
diri hadir dalam sidang yang
mengadili chucky . Kau tahu"
Ia selalu memberi jawaban
berbelit belit dan membuat
sidang jadi penuh cemoohan. la
berteriak-teriak. menangis
tersedu sedu menceritakan ia
tidak bermaksud melakukan
perbuatan sekeji itu. Ia malah
menggambarkan bagaimana ia
katanya tiba tiba merasakan bak
mandi tempatnya berendam
berubah jadi air yang bergolak.
Mendidih seperti api neraka.
kata nya...." 
   "Barangkali ia hanya memutar
kran air panas. dan tidak
mencampurnya dengan air
dingin: farida  memberikan
pendapat. 
   "Salah. Ia malah yakin sudah 
memutar keduaduanya. namun 
tiba-tiba tubuhnya terasa bagai
direbus. ditambah perasaan
gatal gatal yang tidak pernah ia
rasakan. Ketika merangkak
keluar dari bak mandi. ia malah
tak sanggup berdiri .Dalam
kesakitan yang amat sangat. ia
terus saja merangkak, keluar
dari kamar mandi dan
mendekati tempat tidur Nova.
wanita lesbian  itu bukannya
menolong. malah berteriak
teriak mengatakan hal yang
bukan bukan Lalu ia menerkam
wanita lesbian  itu.?" ' 
   'Dan menganiayanya "' 
   'Menurut dia. bukan. Ketika ia
bangkit dan melihat Nova
Juanita melemparkan selimut. ia
malah terangsang. Ingin
bersenggama. Sebaliknya. Nova
malah memandangnya dengan
ketakutan. malah jijik. sambil
mengatakan ia seenki r tikus
busuk dan menyuruh chucky 
enyah dengan kasar.' 
   Rumah-rumah yang
berdempetan seperti takut
kehabisan tempat itu. mulai
berjauhan satu sama lain.
Pepohonan yang rindang dan
kebun kebun yang subur berlari
larian ke arah berlawanan
dengan mobil mereka yang
mulai memasuki jalan mendaki. 
   "Demikianlah. la mencekik
jesica dengan amarah yang
meluap luap. Pengakuan itu
sebenarnya dapat meringankan
hukuman chucky . namun 
sayangnya ia tetap bersikeras
mengatakan tidak
menyembunyikan senjata
apapun yang ia pergunakan
untuk menganiaya Nova.
Memang ia merasa sudah 
menggigit dan mencakar
wanita lesbian  itu. namun  majelis
hakim. bahkan pembelanya
sendiri tidak percaya perbuatan
sadis itu dihasilkan oleh sebaris
gigi yang rata serta jari jemari
yang kukunya dipotong pendek.
Bukti bukti dan hasil autopsi
mengatakan. wanita lesbian  itu
dikerat dengan mempergunakan
sesuatu berbentuk cakar yang
panjang dan runcing  chucky 
menjadi gila mendengar tuduhan
itu. Ia menuduh jaksa
memberatkan dirinya dengan
cerita yang bukan bukan. berbau
tahayul. lantas sesudah  memaki
maki jalsa. ia bilang ia seorang
yang sakit "' 
   'Penyakit gila." gumam
farida . menggigil. 'Itu yang
dikatakan surat kabar. Gila
membunuh dan ia punya
kelainan. untung !" 
   "Ia bersih .Team dokter yang
mengatakan. Mereka ahli
penyakit sarap yang terpercaya.
Dan celakalah lskandar. la
dituduh mencoba menipu dan
mendustai pengadilan.
Hukumannya pun lantas
diperberat." 
   "Kasihan anak anak dan
isterinya." farida  mengeluh.
Simpati. 
   Kau keliru. mirna . Anak
anaknya tak perduli. Mereka
sudah lama tidak mendapatkan
kasih sayang seorang ayah. Dan
isterinya" Ia merasa sudah 
dikhianati' 
   Ia sendiri berkhianat. dengus
farida . "Main dukun segala .
Jangan jangan, untung .
perbuatan suaminya akibat ilmu
hitam yang dianut sang isteri.
Mengapa hukum tidak
memperhatikannya"' 
   "Belum ada hukum yang
mengatur soal ilmu hitam,
farida  ! Belum saja untung 
Tanudireja bersungut sungut.
Ada kesenduan dalam suaranya.
namun  farida  tidak
memperhatikan. Ia tengah
memikirkan sesuatu yang sangat
menggundahkan nuraninya.
Tanpa sadar ia mengutarakan
isi hatinya dalam bisikan yang
seolaholah tidak ditujukan pada
siapa siapa, 
   "Kadang kadang aku ngeri." 
   "Mengapa, mirna  sayang'" 
   'Kita bangkit di atas puing
puing kehancuran orang lain, '
jawab Meranti, kecut 
   "Alaaaa " untung  tersenyum.
mengelus paha isterinya dengan
penuh kasih sayang 'Tak usah
berpikir yang bukan bukan,
mirna . Ini hanya soal luck.
Keberuntungan !
   Sainganku tersingkir dengan
mudah. Itu saja. Itu pun karena
tingkah polahnya sendiri Dan ..
apakah kau lupa. sayangku"
Dua belas tahun yang aku sudah 
mengabdi. Bekerja keras tanpa
kenal lelah. jujur dan terbuka.
Hasilnya. dua belas tahun aku
hanya beruntung jadi pesuruh.
kadang-kadang pengawas, dan
hanya pernah sekali menduduki
jabatan kepala bagian. Itupun
sebagai penyeling. Sedang
orang orang lain" Mereka
datang. menang. lalu pergi
dengan kantong semakin padat
.Apakah salah kalau aku
bergembira sedikit. sesudah  dua
belas tahun berjuang
mati-matian aku akhirnya
memperoleh kedudukan yang
sudah  lama kucita citakan, mirna "'
   "Tentu saja tidak, sayangku.
farida  tersenyum pada
suaminya. Hanya kuharap saja
kau menduduki jabatan itu
melalui jalan yang selama ini
kau tempuh. Jujur. bersih dan
terbuka." 
   untung  Tanudireja
menyeringai. 
   namun  tidak mengomentari
apa apa. 
 
   Mobil tua yang mereka naiki
terbatuk batuk ketika memasuki
halaman sebuah rumah besar
berpekarangan luas dengan
pemandangan yang nyaman di
sekelilingnya. Matahari senja
menggeliat di balik bukit ketika
mereka turun dan berjalan ke
beranda. Langit di ufuk barat
memerah darah, dan bayangan
pegunungan nun di kejauhan
berselimut warna biru. coklat
dan jingga dengan lingkaran
pelangi menggapai ke langit
tinggi untuk kemudian tenggelan
di balik bayangan bukit 
   "Indah nian." bisik farida .
kagum .
   untung  tersenyum puas. ' 
   "Artinya kau menyukai tempat
kita yang baru. kasihku !
   farida . mencium pipi
suaminya dengan mesra. 
   "Pijit belnya.' ia berbisik. "Aku
sudah tak sabar ingin melihat
tempat tidur kita " 
   Seorang pelayan laki laki yang
sudah setengah umur
berpakaian rapi dan ber-wajah
jernih menyambut mereka
dengan senyuman bersahabatan.
Pelayan itu mengangkat  koper
kecil milik farida  dari mobil.
kemudian menolong pula
memasukkan mobil itu ke garasi
.
   'Masuklah. Dewiku ' untung 
Tanudireja setengah
membungkukkan kepala. 
   farida  menyeringai lebar lalu
melangkah masuk dengan kaki
kaki yang ringan dan bebas.
Ruang tamu tidak begitu besar.
namun perabotannya antik dan
disusun oleh orang yang
berselera tinggi. Lampu gantung
kristal memberikan warna redup
pada tembok berlapis karpet
wool merah jambu . Sebuah
pigura terpaku manis di salah
satu sisi. menggambarkan
Rahwana yang berwajah seram
berusaha merenggut Shinta yang
cantik jelita dari perlindungan
Jatayu. burung raksasa yang
mengepakkan sayapnya yang
lebar sebagai senjata pembelaan
diri. Lukisan cat minyak itu
tampak jelas di sengaja memberi
warna warna hitam serta merah
tua yang sangat menyolok. Mata
Rahwana melotot lebih merah
agi. bersinar sinar buas,
sementara Shinta tampak
demikian lemah dan tidak
berdaya. 
   'Ah" Gembira melihat kalian
datang'" 
   Suara yang menyenangkan
tadi menyadarkan farida  dari
pesona aneh yang
mempengaruhi perasaannya
selagi mengawasi pigura.
Seorang laki laki berusia lanjut
menyongsong mereka dari ruang
dalam .
   Semua rambutnya sudah
berubah putih. namun sinar
matanya yang sejuk itu pasti
masih tidak membutuhkan kaca
mata. Manakala ia tersenyum.
dua baris giginya yang masih
utuh mengingatkan farida  pada
iklan iklan pasta di televisi. 
   "Kau makin tampan dan gagah
saja. nak untung ! ia
mengguncang-guncang tangan
untung  Tanudireja dengan gaya
seorang ayah yang merindukan
anaknya yang sudah  lama pergi
tanpa kabar berita. 
   'Dan paling akhir aku ke sini,
bapak tidak sesehat sekarang,"
untung  tidak kalah lihai.
"Perkenalkan pak. Isteriku" 
   "farida  Kuswandari," gumam
farida  sambil menerima uluran
tangan orangtua itu. "Panggil
saja mirna ," 
   "Nama yang cantik. Orangnya
lebih cantik lagi." laki laki
berusia lanjut itu
mengamat-amati wanita lesbian  di
hadapannya dengan mata
seorang pemuda belasan tahun
yang baru saja memutuskan
untuk menaksir salah seorang
gadis untuk temannya berkencan
. "Namaku Kutil" ' 
   "Kutil?" 
   'Tak usah malu malu kalau kau
ingin tertawa. mirna . Memang
namaku yang sebenarnya Kurdi
Tirendeh. Maksudnya si Kurdi
dari Rendeh, kampung
kelahiranku di pesisir selatan.
Ketika musim memendekkan
kata kata sedang berjangkit.
teman-teman satu senki lah
menyebutku si Kutir. Sebutan itu
lantas berubah sesudah  seorang
anak cadel memanggil nama
kependekanku itu dengan salah.
Kutil! ' Orang tua itu tertawa
lebar. "Aku tak marah pula. kau
tahu" Sebab di pantatku ada
sebuah kutil besar yang tidak
mau hilang. Sayang. kutil itu
hanya boleh dimiliki isteriku
saja. jadi tak berhak aku
pamerkan di hadapan
wanita lesbian  lain. Benar Toh?" 
   Seketika saja hati farida 
sudah  bersatu dengan rumah
serta penghuninya yang baru
hari itu ia kenal. Tahu orangtua
di depannya senang berseloroh,
sifat nakal farida  keluar begitu
saja. 
   "Ibu tentunya senang
mengusap-usap kutil bapak!" 'ia
berkata. 
   Orangtua itu tertawa. 
   Jawabnya: 
   'Bukan senang lagi. Aku sering
sampai lupa diri dibuatnya.
Kemudian. anak kamipun lahir ' 
   Hampir saja untung  dan
farida  tergelak gelak, kalau
tidak tiba tiba saja wajah
orangtua itu berubah muram .
Dengan cemas untung  meminta
maaf kalau isterinya sudah 
bicara lancang. namun  laki laki
berusia lanjut itu menggeleng. 
   'Aku menyukai mirna ." ujarnya
'Hanya, mendadak saja aku
teringat pada anak tunggal kami
yang sebiji mata itu. Ia
meninggal ketika masih berusia
tUjuh tahun." 
   'Ooo_' untung  dan farida 
membuka mulut serempak.
Serempak pula wajah mereka
dikomando menampakkan
simpati. 
   dul latief  tarik nafas. lalu
kembali tersenyum. 
   'Biarlah masa lalu pergi. Tak
usah dikenang lagi." katanya
dengan suara lembut Lalu
menambahkan de ngan riang :
"Lagipula. isteriku masih rajin
mengusap usap kutil di pantatku.
Sayang. kemujarabannya hanya
berlaku satu kali saja * Ia
kemudian menepuk nepukkan
tangan lebih riang. ketika ia
mengajak : 'Mari Kuperkenalkan
kau pada isteriku yang lebih
cantik dari kau. mirna ." 
   Mereka bertiga masuk ke
ruang dalam .
   Ruangan itu megah dan luas.
Perabotannya masih tetap antik,
masih tetap ciptaan selera
tinggi. Demikian pula rak-rak
hias. lemari minuman dan
langit-langit akustik. Televisi
berwarna tengah memancarkan
siaran anakanak tidak jauh dari
sebuah lemari pendingin.
Kecuali perabotan antik, maka
rumah itu samasekali tidak
memperlihatkan bahwa kedua
orang penghuninya, ditambah 
   seorang pelayan. terdiri dari
orang-orang yang tidak lama
lagi akan berpulang ke dunia
baka. 
   Seorang wanita lesbian  yang lebih
muda beberapa tahun dari pak
Kutil begitu asyiknya melihat
keributan anak-anak dalam
sandiwara televisi, sehingga ia
tidak mengetahui kehadiran
mereka. wanita lesbian  itu baru
menoleh sesudah  pundaknya
ditepuk dul latief  yang berkata
dengan bernafsu: 
   'Yang kau lihat itu anak-anak
orang lain, bu. Berputarlah Dan
lihatlah anak anakmu sendiri' 
   Untuk tidak menyusahkan
wanita lesbian  tua itu, untung  dan
farida  bergerak cepat ke
samping kursinya. sedikit lebih
ke depan. farida  melihat
seorang wanita lesbian  berusia
sekitar lima puluhan. dengan
rambut seluruhnya masih hitam.
sepasang mata yang teduh di
balik kelopak yang mulai
mengeriput. Pipinya juga
sebagian sudah berkeriput.
namun jelas pernah terawat
baik. Ditambah gurat bibirnya
yang lembut tipis. farida 
percaya apa yang tadi dikatakan
oleh Kutil. wanita lesbian  ini
dulunya tentulah sekuntum
bunga diantara mawar yang
rimbun. yang dalam keadaan
layu masih tetap harum
semerbak. 
   Sayang. ketika ia bangkit. kaki
wanita lesbian  itu ternyata timpang
sebelah. Seolah memberitahu
kepada seluruh ummat. bahwa
tiada manusia yang sempurna di
muka bumi ini. Belakangan
farida  mendengar kaki timpang
itu pembawaan lahir. 
   'lnilah dia. mirna  mu yang kita
pUja puja itu. nak untung "' ia
mendesah lembut seraya
mengulurkan tangan kepada
farida  Sambil tersipu dalam
hati sesudah  tahu suaminya tak
pernah lupa memuja mUji
istrinya di hadapan orang lain.
farida  menerima uluran tangan
kecil dan kurus itu. dan mencium
telapaknya yang tinggal tulang
berbalut kulit dengan hormat. 
   ' Kau benar. pak' ia setengah
bersorak saking suka 
   cita. "Nak mirna  berlaku seolah
ia anak kandungku sendiri!" 
   "Saya senang dapat diterima
di sini, bu," tukas farida ,
sendu. "Ibu kandungku sendiri
sudah  berpulang ketika aku
dilahirkan. Dan ayahku.
menyusul tidak lama
kemudian...." 
   'Dan di mana kamu tinggal
sesudah  itu?" tanya ibu Kutil
dengan prihatin . 
   Dengan seorang nenek. bu.
Itupun. nenek jauh." 
   'Hem. Hem. Hem... Pilihan
yang cocok_' wajah wanita lesbian 
tua itu bersinar-sinar tajam. 
   'Cocok untuk apa. bu?" tanya
farida . ingin tahu. 
   Yang ditanya menatap
suaminya. Si suami balas
menatap. Lalu keduanya beralih
tatap ke mata untung  Tanudireja.
Seolah tidak mengandung
rahasia apa apa. ibu Kutil lalu
menjawab dengan polos disertai
senyuman manis: 
   "Cocok untuk untung  yang
tampan, tentu!" 
   farida  tersipu. sementara
untung  mukanya bersemu merah. 
   Sesudah  berbasa basi beberapa
menit. wanita lesbian  tua itu
mengajak farida  meninggalkan
suaminya dan suami farida 
berbincang bincang tentang
beberapa rencana selama
mereka menetap di rumah itu
untuk sementara. Melalui pintu
penghubung dari ruang yang
sama. mereka berdua kemudian
pergi ke pavilyun. 
   Kepada farida  ditunjukkan
kamar tamu tersendiri di
pavilyun itu. Perabotannya
sudah ada ,demikian pula kamar
tidur yang luas dengan ranjang
berkaki rgirah  yang lebar diberi
sprei bersulam warna merah
jambu. Tak ada lukisan dinding
sama sekali. namun  farida  tidak
perlu kecewa Lukisan dinding
atau hiasan apapun. menurut dia
dapat merusak woll-paper halus
yang melapisi tembok.
Warnanya hijau lumut. kontras
dengan lantai 
   yang krem. Ada lemari
pakaian berpintu tiga. sebuah
lemari kecil untuk perlengkapan
laki-laki, toilet yang kaca bagian
atasnya cukup lebar menerima
seperangkat kosmetik. Cermin
bersatu dengan dinding.
bentuknya bujur telur. 
   Seakan tidak mengetahui
kepuasan yang terpancar di
wajah anak semangnya, ibu
Kutil menarik tangan farida  ke
belakang .
   'Mari kutunjukkan kamar
mandi. kamar cuci dan dapur
kalian ' katanya. sementara
farida  semakin menyatu hati
dengan seisi rumah. dan
membayangkan kalau kelak
mereka punya rumah sendiri
akan menjiplak segala sesuatu di
rumah ini tanpa malu malu. 
    Pukul sepuluh lewat beberapa
menit. farida  memadamkan
lampu kamartidur. Ia menarik
selimut sampai sebatas leher
untuk berlindung dari udara
malam yang sangat dingin. Di
sebelahnya. untung  Tanudireja
tertidur pulas. farida  sadar
suaminya sangat letih. untung 
sudah  pulang balik dari rumah
kontrakan mereka yang jelek di
gang sempit persis ditengah
tengah kota ke rumah yang
menyenangkan ini. dua tiga kali
selama beberapa hari. Selain
mempersiapkan segala sesuatu
di sini. untung  masuh harus
menyelesaikan tugas yang
bertumpuk di kantor. Warisan
yang menjengkelkan dari kepala
bagian sebelumnya yang sudah 
dimutasi ke departemen lain. 
   namun  betapapun nyaman dan
menarik hati, tinggal di
kediaman baru untuk
pertamakalinya selalu
meresahkan. Paling tidak,
karena suasana sepi mencekik di
sekeliling rumah yang semakin
larut malam, semakin di
gerogoti oleh suara burung
burung hantu serta desau 
   pepohonan yang dilanda angin
kencang. Sekali, farida 
mendengar lolongan anjing di
kejauhan. Lolongan yang sangat
lirih. melambangkan kesedihan
makhluk yang hidupnya
senantiasa penuh derita. 
   farida  tak habis mengerti.
mengapa udara cerah sore
harinya malam ini mendadak
demikian rupa. Waktu tadi ia
pergi mengambil sepasang
sepatunya yang tertinggal di bak
tempat duduk belakang mobil, ia
melihat langit dipekati mendung
tebal kehitaman. Beberapa menit
yang lalu hujan gerimis sudah 
mulai jatuh, dan kesepian malam
sesekali disentakkan oleh guntur
yang menggemuruh dan petir
yang saling sambar menyambar.
   Ia sudah  mengajak untung 
ngobrol menjelang tidur.
Tentang rencana rencana
mereka. tentang rumah ini dan
penghuninya yang
menyenangkan. tentang
kesibukan yang akan dihadapi
farida  sehari hari karena dari
dulu ia tidak pernah mau punya
pembantu. bahkan tentang
keinginannya untuk kembali
memperoleh anak dua kalau bisa
empat. 
   Semua itu dijawab dan
dikomentari untung  seenaknya
saja. Laki laki itu sudah  demikian
ngantuk sehingga ia tidak
menyadari sama sekali bahwa
farida  mengharapkan sesuatu
yang lain. Sesuatu yang lebih
penting dan lebih berani dari
sekedar obrolan yang
bagaimanapun berisi. Suasana
kamar tidur dan ranjang tempat
mereka berbaring itulah yang
menggelitik keperempunan
farida . Sesudah  anak mereka
yang kedua akhirnya meninggal
juga. ia dan suaminya boleh
dihitung dengan jari sebelah
tangan. berapa kalilah mereka
bercumbuan intim dalam satu
bulan. Malah. semenjak
suaminya tekun
memperjuangkan kedudukan
yang sekarang ia peroleh sesudah 
chucky  dipaksa mundur oleh
keadaan, untung  hanya satu kali
menggumuli farida  di tempat
tidur. 
   Dalam kegelapan kamar yang
pekat. samar samar .
   farida  memandangi pundak
untung  yang telanjang. Pundak
yang kekar. jantan dan kuat. Ia
seorang yang jalang pada
waktu-waktu tertentu. sehingga
farida  kewalahan melayaninya.
Malam ini, farida  mendadak
berpikir. Apakah kejalangan
suaminya di tempat tidur. sudah 
dapat dipuasi farida . Ataukah
semakin jarangnya mereka
berhubungan sebagai suami
isteri. sebagai pertanda untung 
sudah mulai melampiaskan
kejalangan di tempat tidur
wanita lesbian  lain" 
   farida  belum pernah
berkunjung ke kantor suaminya. 
   namun  ia mendengar. seorang
kepala bagian biasanya punya
beberapa orang sekretaris, plus
seorang sekretaris pribadi ia
tahu pula. jabatan sekretaris
jarang dipegang oleh kaum pria.
apalagi yang namanya pribadi.
farida  tidak akan pernah lupa.
bahwa yang bernama Nova
Juanita yang kini sudah
berpulang penasaran itu.
dulunya juga sempat jadi
sekretaris pribadi chucky  yang
sekarang meringkuk di penjara. 
   Tangan farida  digerakkan
oleh naluri di bawah selimut. 
   Menggapai pundak telanjang
di depan matanya. Membelai,
mengusap. malah meremas dan
sedikit menekankan
kuku-kukunya. disertai bisikan
birahi : 
   "untung . sayang untung  sayang' 
   untung  tetap memunggungi
farida . Tetap pulas.
barangkali. semakin pulas. 
   ' Hei..?" tangan farida 
beralih ke bagian yang lain di
tubuh suaminya. Menggelitik,
sambil mengeluarkan tawa yang
munafik. Dengkur untung  hilang,
namun  matanya masih pula
terpejam. Ia hanya menggeliat
sedikit. 
   "Hai. dengarlah. Aku
kedinginan." 
   untung  mendesah. Sekejap
cuma. 
   "Aku membutuhkan engkau.
kekasih." bisik farida  
   lebih keras. lalu ia mengecup,
kemudian menggigit cuping
telinga suaminya. Laki laki itu
menggeliat di bawah selimut,
mendengus dengus perlahan.
lalu perlahan pula ia membuka
matanya. 
   "Ada apa?" ia bertanya.
setengah mengantuk. 
   "Aku... eh. aku...." farida 
iustru terpojok. Malu kepada
dirinya sendiri. 
   "Hem?" 
   "Aku .. ah. tidak. Tidak
apa-apa." 
   "Sudah larut. mirna . Tidurlah. '
   "Oh...." 
   mirna  hampir sakit hati. namun 
ia belum menyerah. Tahu
suaminya tidur celentang.
tangan farida  merayap lagi di
bawah selimut. Merayap ke
bawah. ke bawah. semakin ke
bawah. Lagi untung  menggeliat.
dan membuka matanya. 
   'Apa. , yang kau lakukan?" ia
bertanya. seolah... bukan seolah.
pikir farida  . ia kebingungan 
   "Aku menginginkanmu.
sayang' bisik farida  di telinga
untung . 
   'Kau sudah memiliki aku.
Mir!" 
   "Aduh ..'farida  menarik
tangannya cepat cepat. lantas
memunggungi suaminya dengan
marah. 
   Seorang wanita lesbian  yang
dicengkeram birahi tidak pernah
benar-benar marah. Hal itu
berlaku pula pada diri farida .
Ia memunggungi. ia cemberut. ia
terpejam, ia bungkam. namun 
naluri kewanita lesbian nya, tidak.
Tidak akan. 
   Naluri kewanita lesbian  itu
menuntut pernyataan maaf.
Lewat kata kata. jelas tidak ia
terima. Ia mau. hanya lewat
rabaan mesra. lewat belaian
sayang lewat ciuman panas di
pundaknya. 
   Seraya menggigit juga
silahkan! Lantas dengan masih
pura pura marah. farida  akan
merajuk. Renggutkan 
   pundak menjauhi dia. lantas
memakilah : 
   "Sudah tak mau sekarang!" 
   Makian "munafik. tentu saja. 
   ia menunggu dengan sabar.
Sangat sabar. serta sekujur
tubuhnya tegang. seluruh
pembuluh darahnya mengalir
kencang. dan segenap cairan
yang ada mendidih panas.
berapi api. Namun tidak ada
sesuatu apa pun juga yang dapat
ia bakar. Tak ada gigitan. tak
ada ciuman. tak ada sentuhan.
bahkan tidak ada meski hanya
sepatah kata: maaf. 
   Yang ada cuma: untung 
mendengkur lagi! 
   farida  bersimbah air mata
waktu berjingkat turun dari
tempat tidur. Sejenak ia tegak
sempoyongan. menatap dalam
kegelapan pada si suami yang
terlalu tidak tahu diri itu.
Tampan, jantan. sekaligus
menjengkelkan. jerit farida 
dalam hati. 
   Ia akan duduk di ruang depan
saja. 
   Di kursi tamu 
   Duduk terus. sampai pagi
datang. mata untung  melek. dan
seruan heran terucap : hai. apa
kerjamu di situ! 
   farida  benar benar duduk di
kursi tamu. Sempat ia menabrak
salah satu kursi yang
terpelanting ribut. Namun masih
kalah ribut dengan derai hujan
yang sudah  membadai di luar
rumah. ia duduk dengan lutut
terlipat dalam dekapan
tangannya yang tegang kaku.
dingin menggigil. Kegelapan
mengejek kekalahannya. dan
bunyi guntur dan topan
mentertawakan kemalangannya. 
   Tubuh yang tegang kaku
berjam jam. akan lelah dengan
sendirinya. 
   farida  berkeluh kesah di
kamar depan yang gelap. la
lonjorlan kaki mauPun tangan
berulang ulang. meringkuk lagi.
bersandar dengan gelisah.
beralih ke kursi panjang. rebah
lebih gelisah lagi. lantas
mendadak ia 
   terduduk tegang. 
   Suara apa itu" 
   Bukan hujan. Bukan topan.
Bukan guntur. Bukan petir.
Benar ! terdengar sayup-sayup
lolongan anjing yang tinggi
melengking. namun  dalam hujan!
Anjing itu tidak pda sendirian.
Lolongan lain juga menggema
dalam badai. Ratap tangis yang
bergaung naik turun dalam
Irama tinggi ketika badai
mereda, lalu menurun ketika
badai melanda kembali.
Terdengarnya dekat dekat jauh.
Suatu saat. seolah suara itu
bergaung sampai ke jendela
pavilyun. dilain saat melarikan
diri ke gunung-gunung. 
   farida  meluruskan duduknya.
   Suara itu hilang dengan
mendadak. Hujan pun seakan
ikut berhenti. Demikian pula
topan. guntur serta petir. Anjing
entah serigala yang tadi tidak
henti-hentinya melolong.
senki nyong konyong menyerah
karena kehabisan tenaga; 
   Sepi yang menyeruak 
   Sepi yang mencekam. Dan
mengandung rahasia. 
   farida  bersijingkat oleh
dorongan keinginan tahu yang
melecut-lecut jantungnya. Ia
mendekati jendela. dan dengan
gerakan patah-patah tangannya
menyingkapkan tirai beludru. 
   Sesaat. ia hanya melihat
kegelapan di luar rumah. 
   Kemudian. ia menangkap
bayangan pepohonan. bayangan
rumah rumah tetangga. langit
yang biru kelam. awan putih
yang berarak bagai
iring-iringan yang sering
terkejut tanpa sebab. lalu sinar
rembulan yang dingin. pucat.
tertekan. 
   Tarikan gaib di kuduk.
menggerakkan leher farida 
sedikit ke sebelah kiri. Mula
mula ia lihat pagar besi ukir
terpaku diam sepanjang
halaman samping. Lebih ke sana
dari pagar itu. tanah-tanah
rumput yang naik turun menuju
lembah. 
   Dan di bibir bukit. seolah
mencuat dari dasar bumi
kelihatan gundukan batu
raksasa. Hitam menjulang. Tadi
sore. ketika mereka melewati
rumah rumah penduduk yang
rapat dengan bermobil, sisi yang
ini tidak mereka lihat. karena
letaknya diarah yang
berlawanan. Dan onggokan batu
raksasa itu terpantul garang di
biji mata farida . dengan latar
belakang langit yang biru. 
   Perasaan takjub menyentuh
ulu hati farida . Sekejap cuma.
Karena manakala kelopak
matanya mengerjap karena
sengatan perih. ia lamat lamat
menangkap sebuah bayangan
bergerak sangat lambat.
Bayangan itu demikian kabur.
namun farida  merasa pasti
bahwa ia sudah  melihat sesuatu. 
   Ia menanti dengan nafas
tertahan. dan mata terpentang. 
   Tidak lama. Bayangan kabur
itu kelihatan seperti menggeliat.
lalu pelan pelan berdiri di
puncak batu yang tertinggi.
Sosok tubuh seseorang, yang
dari pavilyun kelihatan demikian
samar. Akan namun  langit yang
biru di belakangnya. serta
cahaya rembulan yang pucat
tepat di atasnya. seketika
memberi wujud pada sosok
tubuh itu. 
   Samar kehitam hitaman. sosok
tubuh itu tegak dengan tangguh.
Berdiri seperti patung yang
tertanam kokoh ke batu
tempatnya berpijak. farida 
tidak mengetahui apakah itu
sosok tubuh laki laki atau
wanita lesbian . Ia hanya tertarik
kepada sesuatu di bagian
kepalanya. Sesuatu yang
kembar. mencuat di sisi kiri dan
kanan. sedikit di atas tempat
telinga seharusnya terletak.
Benda itu bentuknya lancip.
agak melengkung ke atas. dan
hitam pekat. 
   ?" tanduk'" bisik farida .
gemetar dan terkesima. 
   "Apa"!
   farida  memutar tubuh
dengan terperanjat. Sosok tubuh
yang lain tegak hanya setengah
meter dari dia. 
   tinggi kekar dan tampak hitam
dalam kegelapan. Panik 
   seketika melanda dada
farida . la menjerit tertahan.
kemudian rubuh dengan sekujur
tubuh yang lemah lunglai.
Dalam kekaburan panjang. ia
lihat sosok tubuh itu. 
   menghambur ke arahnya.
farida  ingin menjerit lagi.
namun  ia sudah keburu tidak
sadarkan diri. 
   farida  bangun manakala
matahari tinggi. 
   Mula-mula kelopak matanya
mengerjap-ngerjap heran.
Kemudian ia mengenali kamar
tidur yang sempat tampak asing
sebentar tadi. Lapis dinding
hijau lumut. lemar lemari. toilet
dan karpet lantai berwarna
krem. Segera ia teringat ia dan
suaminya sudah  meninggalkan
kamar tidur mereka yang lama.
Kamar sempit dengan tembok
yang kapurnya berbercak bercak
oleh air hujan yang mengendap.
lantai abu-abu yang kusam dan
langit langit yang terlalu rgirah 
sehingga nafas terasa selalu
sesak tiap kali bangun pagi. 
   Pagi ini nafasnya begitu
lapang .
   Jendela kamar masih tertutup.
namun  untung  sudah 
menyingkapkan tirainya
sehingga matahari memantulkan
cahayanya dipermukaan karpet
yang bersih cemerlang. farida 
melemparkan selimut untuk
melihat bahwa ia masih
mengenakan gaun malam yang
terkancing rapih. Waktu
geliatkan otot leher yang terasa
kejang. farida  meringis. Reflek
tangannya meraba bagian
belakang kepalanya yang terasa
ngilu. Tidak ada benjolan.
Namun ketika jarinya menekan.
sakitnya bukan main. 
   ia segera menarik jarinya. 
   Lalu mencium bau minyak
gosok. Terheran heran kembali
ia memandangi sekeliling
kamar. Siapa yang
menggosokkan minyak krem di
belakang kepalanya" Ah.
tentulah untung . suaminya. namun 
mengapa" 
   Astaga! Bukankah ia rasanya
sudah  pingsan tadi malam, dan
ketika jatuh belakang kepalanya
lebih dahulu membentur lantai"
farida  mengejang seketika. ia
tahu sekarang. Tadi malam ia
dikecewakan oleh untung .
melampiaskan kemarahan di
kamar depan, gelisah oleh 
   lolongan anjing dan ratapan
yang aneh. lalu menyingkap tirai
jendela. 
   "Makhluk hitam ?" ia berbisik.
kecut. "Makhluk hitam dengan
tanduk di kepala!" 
   Saat itu juga farida  meloncat
dari tempat tidur. la berlari-lari
kecil ke ruang tamu. Rasanya ia
sudah  menabrak salah satu kursi
sampai terguling. namun 
kursikursi tamu tampak tersusun
rapih, seolah belum pernah
dijamah. Tirai tidak saja
tersingkap. Jendela depan
pavilyun malah terbuka .
   Takur-takut farida  mendekati
jendela. 
   Meninjau keluar 
   Apa yang dia saksikan saat itu.
adalah apa yang sudah  ia
saksikan pada malam hari
sebelumnya. Pagar besi ukir.
tanah perbukitan yang naik
turun. pepohonan yang rindang.
langit yang biru jernih. serta
onggokan batu raksasa di bibir
bukit. Bedanya. semua itu kini
tampak lebih tegas dibawah
siraman cahaya matahari, bukan
di bawah naungan bulan yang
pucat. Masih ada satu hal lagi.
di puncak batu yang paling
tinggi. ia tidak melihat bayangan
apa pun juga. Jangankan
makhluk hitam bertanduk
kembar di kepala. Seenki r
nyamuk pun tidak! 
   "Apakah aku hanya bermimpi"
farida  bergumam sendiri.
   Ia yakin sudah  melihat
pemandangan yang ada di luar
jendela kamar depan paviliun.
Memang lebih hitam, lebih
suram. lebih menakutkan. Tidak
secerah. seindah dan
semempesona siang ini. Lalu
bayangan siapa pula yang
mendadak muncul di
belakangnya" Dan menegur tiba
tiba" "Apa" '. begitulah yang ia
dengar. 
   "Sudah bangun mirna "' 
   farida  berpaling ke sebelah
kanan. Seorang wanita lesbian  tua
berwajah lembut. mendekati
jendela dengan langkah yang
agak timpang. Di tangannya ia
menggenggam seikat kembang
berwarna-warni yang helai helai
daunnya hijau segar. 
   "Oh. Bu Kutil!" 
   wanita lesbian  Itu tertegun 
   "Apa ?" 
   'Maaf, bu. Saya tak tahu harus
memanggi apa. kecuali dengan
menyebut nama bapak." 
   wanita lesbian  itu tersenyum. 
   "Jadi ia sudah  menceritakan
kutil di pantatnya yang
menjengkelkan itu?" bertanya
dengan sungguh sungguh.
farida  menganggukkan kepala 
   "Apakah ia ceritakan aku suka
mengusap usap kutilnya?" 
   Anggukan lagi. 
   wanita lesbian  tua itu geleng
geleng kepala. 
   "Ya. ampun. Ia sudah 
mengakali kau. anakku!" 
   "Mengakali bagaimana, bu?" 
   "Bapakmu memang punya kutil
sebesar biji jagung di pantatnya.
Ada bulunya lagi. Selembar."
senyuman wanita lesbian  tua itu
melebar. "namun  mengusap...
sialan dia! Malah aku pernah
diam diam mengiret kutilnya
pakai pisau silet. ia sampai tak
dapat duduk selama satu
minggu. Benar-benar sangat
menderita. Aku jadi menyesal
dan kubantu merawat lukanya
setiap hari. Ia kemudian dapat
duduk lagi seperti semula.
namun . mirna . dengan kutil yang
semakin besar di tempat yang
sama. dengan bulu yang sama.
Selembar doang!" 
   Kedua wanita lesbian  itu tertawa
berbarengan. 
   "Oh ya," wanita lesbian  tua Itu
menjulurkan tangan yang
memegang kembang ke jendela.
"Bunga yang ada dalam
jembanganmu sudah tiga hari.
Gantilah dengan yang ini. biar
kecantikanmu semakin tampak
menawan." 
   "Ah, ibu ini!" farida 
tersenyum malu. sambil
menerima bunga itu. 
   "Ada lagi," 
   "Ya bu?" 
   'Suamimu sudah  berangkat ke
kantor pagi pagi benar. Ia
berpesan, agar kau
bersenang-senang saja di
rumah. Mungkin akan pulang
terlambat. Katanya ia
merindukan engkau ingin pamit
namun tak tega mengusik
tidurmu yang lelap." 
   "Oh: 
   "Pergilah engkau mandi. mirna .
Sarapan pagimu sudah dingin.
Sementara kau bebersih, aku
akan menghantarkannya." 
   farida  tidak ingin
merepotkan induk semangnya.
akan namun  wanita lesbian  itu sudah 
berlalu. Masuk ke dalam rumah
melalui pintu induk. Selama
beberapa saat farida  masih
tercenung di jendela. Jadi untung 
sudah berangkat ke kantor. Akan
pulang terlambat. Tentu saja. Ia
kini seorang kepala bagian
proyek yang sangat sibuk. dan
sudah  menerima warisan
setumpuk pekerjaan yang sudah 
dibengkalaikan oleh pejabat
sebelumnya. Apakah untung  juga
mendapat warisan seorang
sekretaris pribadi yang tidak
saja cantik namun  juga genit"
Masih gadis" Atau janda yang
kesepian" 
   Baru satu jam kemudian
farida  duduk menghadapi meja
makan di ruang tengah rumah
induk semangnya. Selesai mandi,
ia berjemur dulu di bawah
siraman matahari sambil
menghirup udara perbukitan
yang tidak mungkin ia cicipi
ketika masih menetap di rumah
kontrakannya yang lama.
kecuali di akhir minggu. Itupun
jarang sekali. karena untung 
harus banting tulang cari objek
sambilan di luar jam kantor
bahkan pada hari-hari libur
yang semestinya harus diberi
kehormatan tersendiri .
   Sambil menikmati sarapan
paginya yang sudah terlambat
itu. farida  bertanya kepada
induk semangnva: 
   "Mengapa sepi benar di
sekitar kita, bu Kutil?" 
   wanita lesbian  tua yang tengah
merajut sehelai kaos kaki,
berpaling dengan bibir
cemberut. 
   "Kutil lagi! Bosan'" 
   "Maaf. bu." farida  menahan
ketawa di perut. "Aku tak tahu
hams memanggil apa." 
   "Namaku indah Fajarwaty.
Aku lahir tepat ketika fajar baru
saja menyingsing Fajar yang
paling indah. menurut
orangtuaku. Sayang kakiku
dilahirkan pendek sebelah.
sehingga aku sering malu
mempergunakan nama depan
pemberian mereka. Maka.
panggil saja aku nyi girah ." 
   "Masih tetap enak di telinga."
puji farida  tulus iklas 
   "Terimakasih mirna . Oh ya.
bicara apa kita tadi?" 
   "Suasana di sekeliling kita. bu
girah . Sesudah  mandi tadi, aku
sempat melihat lihat di sekitar
rumah. Jalanjalan di aspal
mulus. berbelok-belok memasuki
hampir setiap pekarangan
rumah rumah tetangga. Sepintas
lalu aku melihat beberapa orang
yang maSih asing bagiku. namun 
aku sama sekali tidak pernah
melihat ada anak kecil." 
   Rajutan di tangan si
wanita lesbian  terhenti sebentar. 
   Lalu: 
   "000. itu. Tak usah heran, nak.
Kau dan suamimu. tidak saja
pendatang baru di tempat ini.
Malah juga" penghuni yang
termuda. Aku dan bapakmu.
lantas tetangga tetangga kita
yang lain, paling sedikit sudah 
lima puluh tahun " 
   farida  terbelalak Ta'jub. 
   wanita lesbian  itu meneruskan
pekerjaannya. merajut kaos kaki
yang selintas pandang jelas
terlihat. kaos yang sangat kecil.
Terlalu kecil untuk ukuran kaki
suaminya. bahkan untuk ukuran
kakinya sendiri. Sambil
menggerakkan jarum rajut
dengan terampil. wanita lesbian  itu
menjelaskan: 
   'Jangan berpikir yang
bukan-bukan. mirna . Kolonel
pensiunan yang tinggal di rumah
sebelah tenggara yang atapnya
merah. benar mandul. Ia dan
isterinya tidak punya anak. Aku
dan bapakmu lebih beruntung.
meski anak kami meninggal
ketika masih berusia tujuh
tahun. Apakah sudah diceritakan
oleh bapakmu" 0, sudah. Nah.
Tetangga tetangga kita yang
lain. semua punya anak. Ada
yang dua. tiga. empat. bahkan
ada yang satu lusin." 
   "Lantas. nyi girah . Kemana
semua anak anak itu?" 
   'Lupakah kau yang kukatakan
tadi nak" Kami kami di sini.
berusia paling sedikit lima puluh
tahun. Jadi sudah kakek-nenek.
Nah. secara kebetulan saja"
katakanlah kebetulan yang
ajaib. semua anak anak mereka
sudah  menikah. punya rumah dan
anak anak sendiri. Punya
kesibukan sendiri-sendiri pula.
Kerja mereka macam macam.
Hampir di semua lapangan ada.
Dari pegawai negeri. pedagang
kel iling, petani, peternak
sampai pengusaha yang sukses.
Beberapa orang jadi politikus.
Beberapa yang lain. memegang
jabatan yang penting penting
diberbagai instansi. Apakah aku
bertele tele. nak?" 
   "Tidak Teruskan saja' 
   'Cukuplah. Kalau kau sempat,
berkunjunglah ke rumah rumah
tetangga. Nanti akan kau kenali
mereka. kau ketahui siapa dan
apa apa pekerjaan anak anak
mereka. Meskipun kau lihat
tidak ada anak kecil tinggal di
sekiiling kita. percayalah... kami
semua merasa bahagia.
Berkumpul sama sama dengan
teman sebaya. lebih
menyenangkan bukan" Biarlah
anak anak atau cucu-cucu
berkunjung hanya satu dua kali
setahun. Kalau rindu. toh
siapapun juga akan dibukakan
pintu oleh anak cucunya dengan
senang hati. ' 
   "Semuanya pensiunan bu
girah " 
   'Hampir. Ada juga yang masih
bekerja. Tidak di sini, 
   tentu. Di kota. Bahkan ada
yang di luar daerah. yang selalu
mengunci rumah mereka untuk
sesekali dipergunakan tempat
beristirahat...." 
   "Kehadiran kami berdua
tentunya akan mengganggu,"
gumam farida  hati hati. 
   '0. tak usah kuatir. anakku.
Melihat muka muka yang sama
sepanjang tahun. terkadang
membosankan. Wajah-wajah
baru. muda dan bersemangat
akan merupakan pergantian
suasana yang menggembirakan.
Oh ya, mirna ....' wanita lesbian  itu
menatap farida  dengan mata
tajam. "Kata untung . kalian juga
pernah punya anak." 
   "Benar. bu." jawab farida .
Muram. "Dua. namun  sudah
pada meninggal. Keduanya lahir
prematur. Anak pertama kami.
laki-laki, meninggal ketika
berusia satu bulan. Step yang
terlambat diobati. Yang kedua.
wanita lesbian . Hanya dua tahun.
Kolera sedang berjangkit ketika
itu. Aku sendiri sedang demam
berat, dan suamiku sepanjang
hari mencari uang untuk makan
dan pembeli obat obatan.
Hasilnya tidak memadai. sedang
kolera. yang menjangkiti anak
kami sudah sedemikian
parahnya." 
   "Anak-anakku yang malang!"
desah nyi girah  . turut
belasungkawa. Sekilas mata
tuanya bersinar sinar aneh,
namun tidak sempat
diperhatikan oleh farida  yang
tengah melamunkan masa
silamnya yang centang
perenang. 
   Sesudah  berdiam sejenak. bu
girah  bertanya kembali.
   "Apakah kalian tidak
bermaksud punya anak lagi?" 
   Aku ingin, bu. Sangat ingin'"
sahut farida  disertai tarikan
nafas panjang. "Sayang. untung 
sudah keburu putus harapan. la
kecewa karena kematian anak
anak kami. Sering
mempersalahkan dirinya yang
selalu gagal dalam menjamah
segala sesuatu. Kadang kadang
ia ber
   teriak mengatakan Tuhan tidak
adil. Sampai aku ada kalanya
ketakutan sendiri." 
   'Mungkin suamimu benar,
mirna ," 
   farida  terjengah. 
   "Maksud ibu?" 
   "Seperti aku lihat. Kakiku
timpang sebelah. Pantat
suamiku digerogoti kutil yang
tak mati mati. Anak kami lahir
dan tumbuh sempurna. namun 
sebuah mobil menabraknya
waktu baru saja keluar dari
gerbang senki lah...." . 
   Ingin farida  memeluk
wanita lesbian  tua itu. 
   namun  sebetulnya , ia
sendiri sangat ingin dipeluk dan
dihibur seseorang. Karena itu ia
diam saja di tempat duduknya.
merenungi piring di mana bekas
sarapan paginya yang masih
tersisa. 
   nyi girah  mengeluh pahit. 
   'Sudahlah. Kita lupakan saja
masa lalu. Tak mungkin dapat
dirubah lagi. kukira. Kembali
kepersoalan tadi. mirna  ! Katamu
kau sangat ingin punya
keturunan. Benar kah?" 
   "Aku akan berbuat apa saja
untuk keinginanku yang musykil
itu. bu." 
   'Musykil?" 
   "Sesudah  meninggalnya kedua
anak kami. kukira aku sendiri
pernah dihinggapi perasaan
takut. Takut hamil. melahirkan.
repot mengurus anak sih aku tak
perduli. Yang kutakutkan.
adalah kalau kalau kami berdua
ditinggalkan lagi dalam keadaan
yang semakin putus asa...."
farida  mengibas ngibaskan
tangan ke kiri kanan, seolah
ingin membuang jauh jauh
sesuatu yang tidak ia sukai di
sekeliling dirinya .
   'namun  bilamana ada bocah
bocah yang nakal dan lucu
bermain di dekatku sedang aku
kesepian menunggu suami yang
pulangnya tidak menentu, nah.
Hasrat itu pun menggebu gebu
kembali." 
   "Wajar, mirna . Itu sangat
wajar. Kalau boleh aku
mengeluarkan pendapat.
sekaranglah waktunya kalian
berdua memikirkan paling
kurang seorang anak lagi. Hidup
kalian berdua Sudah lebih
tenteram. Karier suamimu baru
saja dimulai, dengan masa
depan yang cerah. Kau sendiri.
masih muda belia. Segudang
anak, kukira kau masih mampu
melahirkannya ' 
   "Masih ada kesulitan, bu
girah . untung  sangat tertutup
dalam soal yang satu namun  peka
ini.?" 
   ' Ia anak baik." nyi girah 
tersenyum menghibur. "Aku dan
bapakmu akan membujuknya.
Percayakan saja pada kami.
Pokoknya. pikirannya akan
terbuka. Kau hanya tinggal
menanti saja di atas ranjang'" 
   Demikian bersemangatnya
wanita lesbian  itu, sehingga farida 
tidak saja terhibur. melainkan
juga heran. Tanpa segan-segan
ia mengemukakan isi hatinya 
   'Ibu sangat bernafsu." 
   'Mengapa tidak. nak" Aku tak
punya anak. Tak mungkin lagi.
Katakanlah. karena kutil
bapakmu itu makin
menjengkelkan. Namun lewat
kau dan suamimu, mirna . siapa
tahu kami diperkenankan lagi
memomong cucu!" 
   Mereka berdua kemudian
ngobrol tak berujung pangkal
soal anak sampai suatu saat
induk semangnya bertanya
serius kepada farida : 
   'Kau di-ikat?" 
   iya. nyi girah ." 
   'Pergilah temui dokter
syam kamaruzaman . Ia salah seorang
tetangga kita yang baik dan tak
pernah mengeluh kalau pintunya
digedor tengah malam buta. Ia
memang dokter umum. namun 
pernah jadi spesialis kandungan.
Temuilah dia. syam kamaruzaman  akan
membuka ikat-mu tanpa kau
merasakan meski hanya sakit
seperti tergigit nyamuk. Bilang
saja atas suruhanku. Ia tidak
akan menyodorkan rekening." 
   'Sekarang. bu?" 
   "Lebih cepat lebih baik. Siapa
tahu. suamimu mendadak
tergilagila nanti malam.
Cemberut saja sedikit. Merajuk,
jual mahal. pura pura capek
atau lagi tak berselera.
Pokoknya apa saja yang dapat
membuat suamimu jadi uring
uringan. Lalu pura puralah
menyerah. Masih ogah ogahan.
Tunggu sampai ia naik... " bu
girah  mengerling nakal. lalu
bisikkan padanya ikat-mu su dah
kau buka. Ia mungkin sedikit
kaget. Namun karena hasrat
sudah numplek di kepala. ia
kukira akan mengalah. Resep
yang ditanggung halal bukan.
anakku" ' 
   farida  bukan saja
bersukacita. 
   Ia malah geregetan. 
   Tak sabar. 
   Sayang dokter syam kamaruzaman  sedang
mengunjungi pasien di tempat
lain. Isterinya yang sudah
berusia lima puluh tujuh tahun
menyambut farida  dengan
ramah tamah. wanita lesbian  itu
bertubuh ramping. dan tegaknya
masih kokoh dalam usia begitu
lanjut. Dapat membaca dengan
jelas tanpa bantuan kaca min
atau plus, hanya pendengaran
saja yang agak kurang sehingga
terkadang selama ngobrol
farida  terpaksa sedikit ber
teriak Ia mengaku punya anak
tujuh orang. Yang sulung
bekerja di pedalaman sebagai
insinyur pentanian. Dua yang
lain. wanita lesbian  ikut suami.
Anak wanita lesbian  ketiga belum
kawin, dan sekarang mengajar
di sebuah perguruan tinggi di
luar daerah. Anak keempat. laki
laki. seorang wakil rakyat dari
salah satu fraksi politik. Dua 
   yang bungsu, masih studi. Satu
di Jerman. satunya lagi di
Pilipina. 
   praktis hanya cucu-cucu saja
yang sering datang melongok ke
sini. Jumlahnya ada sebelas."
nyonya dok ter itu terus
berkicau. farida  terus pula
mendengarkan, meski sudah
mulai bosan. Salah tafsir menilai
perubahan di wajah tamunya.
wanita lesbian  yang nyinyir Itu
cepat cepat menghibur: 
   "Tak usah cemas. nak mirna .
Biar cucu sebelas. suamiku
masih tangkas dan kuat. Tidak
lamur, tidak pikun. tidak pula
bungkuk. Ia lebih muda enam
tahun dari aku. ketika surat
cintanya yang pertama aku
terima. Tahukah kau apa yang ia
tulis dalam surat yang tulisan
nya seperti cakar ayam itu"
Begini..." 
farida  bersyukur sesudah  lebih
dari dua jam kemudian ia dapat
terbebas dari wanita lesbian  nyinyir
namun ramah dan periang itu.
Dengan alasan ia tiba tiba
teringat kompor di rumah belum
ia matikan. farida  berjanji
akan kembali pukul tiga siang
pada saat mana dokter syam kamaruzaman 
menurut isterinya pasti sudah
ada di rumah. 
   Ia kemudian berkeliling
sebentar. Daerah perumahan di
atas bukit itu tidak banyak
penghuninya. Ia perkirakan
paling banyak empat belas
kepala keluarga. untung  sendiri
pernah menceritakan. di tempat
kediaman mereka yang baru
tidak seramai di tempat yang
lama. Hanya ada rumah dalam
jumlah belasan saja. namun 
semuanya orang kaya. orang
berpengaruh, atau pernah kaya.
pernah berpengaruh. farida 
malah sempat ngobrol di pintu
pagar sebuah rumah mentereng
bersama seorang wanita lesbian 
gemuk dan susah bernafas.
Mengherankan dalam usianya
yang tua. Namanya Maryam.
isteri bekas kepala jawatan
kereta api. yang kini sudah
pensiun namun  nasehatnya masih
tetap didengarkan. 
   Sebelum masuk ke pavilyun
yang ia tempati. farida  
   mendadak berubah niat. ia
sudah  berjalan dari sisi lain
rumah itu untuk kembali pulang,
dan melihat onggokan batu
raksasa di bibir bukit yang
paling tinggi terlalu dekat untuk
dilampaui begitu saja. Dengan
nafas tersengal sengal. farida 
mendaki jalan yang aspalnya
sudah pada hancur. berbelok
melewati sebuah rumah tua yang
tampak suram dan sunyi sepi.
Seolah tidak berpengaruh. wajar
kalau melihat bentuk
bangunannya yang model jaman
penjajahan. barangkali lebih
lama lagi. Asap yang terkepul
dari celah celah atap dapurnya
saja sebagai pertanda. masih
ada orang yang betah tinggal di
rumah yang berbau misteri itu. 
   farida  benar benar merasa
betisnya kejang waktu ia
kemudian duduk bermandi
keringat di permukaan sebuah
batu yang rata dan cukup lebar.
Matahari sudah  mulai bergeser
ke sebelah barat. tepat dibalik
onggokan batu raksasa itu.
sehingga farida  terlindung dari
sengatan panas. Angin bertiup
sepoi sepoi basah. sedikit
kencang. menggigit. Di
sekitarnya tumbuh rerumputan
hijau yang subur dan terawat
rapih. Hidungnya sesekali
membaur aroma lembab yang
aneh. Antara bau rumput, batu
yang lembab dan bau pohon
kina. Hanya, di situ tidak ada
pohon sebatangpun jua. Yang
ada cuma rerumputan di tanah
yang naik turun plus onggokan
batu bersusun hasil ciptaan
alam dari masa silam .
   Dari tempat duduk. farida 
dapat melihat rumah yang
mereka diami. rumah rumah
tetangga. jalan aspal yang
berbelok belok, jalan utama
yang menurun curam dan
kemudian membelah perumahan
penduduk yang kemarin sore
mereka lalui. Tampak kesibukan
di sekitar perumahan yang
miskin itu. Demikian pula di
tempat tempat yang lebih jauh.
lebih sibuk. lebih hirup pikuk.
Kota tempat ia lahir dibesarkan.
kawin, punya anak, kematian
anak. putus harapan dan
kesepian. 
   Sungguh aneh. ia maupun
untung  tidak pernah terpikir
untuk datang ke tempat ini
selama sekian belas tahun.
farida  yang yatim piyatu
hampir sepanjang hari
berkurung di rumah nenek
misannya yang sudah tua renta
dan membutuhkan perhatian.
untung  berjuang menyelesaikan
senki lah yang sering
tersendat-sendat. Sesudah  mereka
bertemu. kemudian menikah.
kebiasaan sebelumnya boleh
dibilang tetap berlaku. farida 
mengurung diri di rumah, dan
untung  memeras keringat demi
kelangsungan asap dapur
mereka. 
   Jeritan liar sekelompok
burung yang terbang dari balik
bebatuan raksasa itu
mengagetkan farida  sesaat. la
perhatikan burung burung itu
terbang melayang. Ia yang di
atasnya. Berputar putar dua tiga
kali. seolah memastikan memang
ada makhluk lain yang tengah
duduk di atas batu. Lalu tak
lama sesudah nya. terbang
menjauh, menuju langit biru.
sampai tinggal titik titik kecil
berwarna hitam, 
   Apa kiranya yang jadi
penyebab burung-burung itu
bagai terkejut" 
   farida  memperhatikan ke
sekitar. Ia tidak melihat sesuatu
yang patut dicurigai. Kecuali
mungkin kehadirannya di tempat
asing itu. Ataukah ada sesuatu
di balik onggokan batu raksasa"
Sesuatu yang tinggi kekar,
kokoh, hitam dan kasar. dengan
tanduk kembar di kepala.
farida  terperanjat sendiri oleh
gambaran seram itu. 
   Perasaan was-was menggelitik
dadanya ketika ia memanjat
batu demi batu. sampai
kemudian ia berdiri di puncak.
Semula ia duga akan melihat
hamparan sawah. sungai yang
mengalir seperti ular naga, dan
para petani yang sibuk
membajak tanah mereka.
Kemudian ia kaget sendiri. Batu
raksasa tempatnya berpijak,
tertanam kokoh dalam tanah.
Lalu turun dengan curam pada
batu 
   karang terjal yang usianya
sudah  berabad abad. Semak
belukar dan batang batang
pohon yang kurus kering. cepat
mati lalu tumbuh lagi, merayap
sepanjang tebing terjal di
bawahnya. Berbidang bidang
kebun palawija terhampar jauh
di bawah. Lebih ke sana. rumah
rumah kecil bagai kotak korek
api, disusul ramai serta sibuknya
kota mereka. 
   Kelamaan berdiri dalam
pesona. farida  agak gamang. 
   Ia hampir saja rubuh ketika
terdengar suara lunak di
belakangnya. ' 
   sedang apa. nak" 
   farida  tidak langsung
berpaling. Lebih dulu ia duduk
perlahan lahan, berjaga jaga
jangan sampai terpeleset.
Sesudahnya. baru ia berputar
sedikit demi sedikit. Batu yang
sebelumnya ia duduki. dari atas
kelihatan seperti altar
persembahan dalam
dongeng-dongen Mesir kuno
yang pernah ia pelajari di
senki lah. Di tempat itu. kini
berdiri sesosok tubuh. Tampak
pendek dan gempal. menatap
kearahnya dengan sorot mata
yang tajam. 
   'Turunlah ! Berbahaya duduk
di situ Dan. astaga. seorang
wanita lesbian  pula. Alangkah
nekad!" 
   Jelas itu teguran. 
   Namun diutarakan dengan
lemah lembut. 
   Segan segan dan malu hati,
farida  meluncur turun. 
   Sesudah  mereka berhadap
hadapan. barulah ia sadar tubuh
laki laki di depannya ternyata
jangkung, gempal berisi. Kulit
mukanya yang kehitam-hitaman
tidak ditumbuhi kumis maupun
janggut. Rambutnya hitam pekat.
keras, kasar. Sekeras dan
sekasar otot-otot lengan serta
jari jemarinya, yang juga
berkulit kehitaman. 
   "Kau tentunya pendatang baru
ya"' orang itu tersenyum. 
   Kepala farida  terangguk
angguk. Patah patah. 
   
Amat sukar baginya
menghindari tatap mata yang
tajam berkilat kilat dan kelopak
yang mengeriput di hadapannya.
Ada semacam daya tarik yang
sangat kuat dalam dirinya untuk
jangan memalingkan muka dari
orang yang sudah 
mengagetkannya itu. 
   "mirna , kalau tak salah?" 
   "Benar, pak." sahut farida 
dengan tenggorokan yang terasa
kering kerontang. "farida 
Kuswandari." ia mengulurkan
tangan. Segera telapak yang
tebal, kuat dan kasar menjabat
telapak tangan farida  yang
kecil lemah dan halus. 
   "Aku. Abu Lahuba
Pumadijaya. Sebut saja lukman ,
sebagaimana orang orang lain
menyebut namaku selama ini.
Tinggal di rumah sana" laki-laki
besar itu menunjuk ke bawah
mereka. Rumah di depannya.
tahulah farida  kenapa rumah
tua tadi berbau misteri 
   "Jadi... bapak ketua er te di
sini?" desah farida , terjengah.
untung  pernah menyebut nama
dan jabatan orang itu sebelum
mereka pindah. 
   "Menyenangkan, kau sudah
tahu. nak mirna . Kuharap
demikian seterusnya. Meski tadi
dari jendela dapur. aku sangat
menguatirkan dirimu. waktu
kulihat kau memanjat ke atas...."
orang itu mengamat amati
farida  sejenak, tampak
berpikir, lalu: _ 
   "Cari sesuatu?" 
   "Oh. Tidak. Tidak...." 
   "Memang tidak ada apa apa di
atas sana. bukan?" ujar orang
tua itu dengan tajam. 
   Entah mengapa. farida 
dihinggapi perasaan gelisah. 
   ingin memperbaiki situasi. Abu
Lahuba Purwadijaya yang ketua
er te itu tertawa lunak. Ujarnya: 
   "Sudah lama aku hanya
berurusan dengan orang orang
yang usianya mendekati pintu
kubur. Waktu untung  
   bertamu di rumahku beberapa
hari yang lalu, sudah  kukatakan
padanya bahwa kesediaan
kalian menyeruak di antara
kerumunan kakek nenek.
merupakan suatu keajaiban yang
membahagiakan " 
   "Kuharap demikian, lukman ."
   'Nah Supaya kebahagiaan itu
tidak dirusak oleh musibah yang
kita semua jelas tidak
menghendaki, sebaiknya pulang
saja sekarang. anakku. Petang
hari. anginnya kencang di sini.
Dengan tegak seperti tadi di
puncak. batu! Kau pasti
menemukan burung burung.
terbang melayang sebelum kau
sempat menyadarinya. Setuju.
mirna " 
   Kalau bapak bilang... " 
   'Uh. Jangan karena aku. '
tukas lukman . tersenyum ramah
"Lebih tepat, demi keselamatan
dirimu sendiri.' 
   "T erimakasih. lukman  ' 
   "Selamat siang. nak mirna ...." 
   siang, lukman  ' 
   Mereka lantas berpisah
menempuh jalan yang berlainan
arah. Selama perjalanan pulang
ke rumah. kuduk farida 
tergetar. Nalurinya berbisik pak
Abu tidak langsung pergi.
melainkan terus mengawasi dari
jauh. Begitu juga kedua kakinya
berubah sangat ringan. waktu ia
kemudian berlari-lari kecil
menjelang tiba di pavilyun. 
   dul latief  yang pada waktu
bersamaan baru pulang dari
kota. menyapanya di pintu pagar
   'Siapa mengejarmu. mirna "
Biar kupukul! ' 
   farida  segera terhibur. 
   "Hanya bayangan. pak. Hanya
bayangan." jawab nya. bernafas
lega. 
   "Bayangan" Bayangan apa"' 
   'Kutil kena silet !' 
   Orang tua itu meringis. seakan
pantatnya didekati pisau silet. 
   "Ibumu pasti yang
memberitahu. Hanya dia yang
tahu. Hem-hem...! Awas.
kucakar dia nanti. Belagak suci.
Pura-pura jijik. Nyatanya. hem
hem! Bakal tahu rasa dia," pak
Kutil bergegas masuk rumah
sebelum farida  sempat
mencegah. 
   Nyatanya, farida  tidak perlu
kuatir. 
   Dari dalam rumah, terdengar
sapaan riang: 
   "O, Kutilku sayang. Apa oleh
olehmu kali ini?" 
   "Banyak.' terdengar jawaban
dul latief . 
   "Mana?" 
   "Di pantatku." 
   Lalu keduanya tertawa
bergelak gelak. nyi girah  yang
melihat farida  masuk ke
paviyun tak lama kemudian
muncul dari pintu belakang.
Wajahnya berseriseri. dan ia
sungguh-sungguh tidak sabar
ketika ia berujar: 
   "Kau sudah sehat secepat itu.
mirna ?" 
   tercengang. mirna  menyahuti: 
   "Aku tidak sakit. bu." 
   "Nah. benar bukan" syam kamaruzaman 
seorang ahli!" 
   farida  mengeluh: 
   "Ya ampun, lupa Pukul berapa
sekarang, bu?" 
   'Hampir pukul empat 
   Oh. oh. oh'" bergegas farida 
keluar rumah lagi. 
Dan dokter syam kamaruzaman  bukan saja
seorang ahli. Ia juga periang
seperti isterinya. hanya tidak
nyinyir dan sangat pemurah.
Sesudah  ikat kabe nya dilepas.
farida  bukan diberi resep.
melainkan bermacam macam
pil. kapsul dan puyer. Semuanya
gratis 
   "Kalau kurang. boleh minta
lagi." kata dokter syam kamaruzaman 
sebelum farida  pamit. 'Dan
kalau tidak matig, silahkan
melempari rumahku dengan
batu!' 
   Entah bagaimana cara dokter
itu bekerja. farida  tidak begitu
jelas. ia tidak dibius sama sekali.
ia dihipnotis 
   selama operasi yang singkat
itu berlangsung. Hanya ada
sedikit pendarahan yang dengan
cepat sudah  berhenti .
   Ketika farida  berjalan
pulang. ia hanya limbung
beberapa langkah. Begitu pintu
rumah dokter ia lalui.
langkahnya berubah mantap,
ringan, nyaman. Tiba di
pavilyun ia langsung menelan
dua butir kapsul atas petunjuk
dokter. Perasaan nyaman kian
menjadijadi. Pil yang ia telan
seperempat jam berikutnya.
menambah kekuatan pisiknya.
Perlahan namun  pasti. dapat
dirasakan farida . betapa
hasrat kewanita lesbian annya mulai
berkobar kobar. 
   Senki nyong-konyong ia sudah 
siap. 
   Mandi. makan sedikit. berhias.
memilih bedak dan minyak
wangi yang terbaik, mengenakan
gaun tidur yang paling tipis
serta paling mudah dicopot.
Lalu berbaring di tempat tidur 
   Menunggu 
   Wahai. untung . suamiku
tercinta. Pulanglah segera.
Bergegaskan sayang. Aku sudah
tak sabar. Sudah tak kuat
menahan hasrat .. 
   Oh. oh. cepatlah. Cepatlah. 
   Betapa aku butuh belaian
mesramu. Rindu cumbu.
remasmu! 
 
   Malam yang penuh riwayat itu
akhirnya tiba. 
   itupun sesudah empat hari
yang menyiksa berlalu dengan
kejam. Boleh dibilang farida 
hampir putus harapan. tidak di
jamahjamah sama sekali oleh
suaminya. seolah jamahan di
tubuh farida  dapat melukai
tangan laki laki itu. 
   untung  sendiri tenang tenang
saja. Matanya seperti buta.
Tidak memahami tingkah laku
isterinya yang selalu gelisah.
uring uringan dan pernah marah
marah tanpa sebab. Selama
empat hari ia selalu berangkat
ke kantor pagi pagi benar.
pulang sesudah  malam jatuh. lalu
sibuk melembur pekerjaan
sengaja ia bawa pulang untuk
diselesaikan sampai larut malam
atau dinihari. Ia tampak
demikian tekun, sibuk dan
apabila pekerjaannya selesai. ia
tampak sedemikian letih
sehingga farida  hanya mampu
menangis diam-diam .
   Hanya berkat bujukan bu
girah  dan dul latief  yang tak
putus-putusnya menasihati anak
semang mereka agar bersabar
dan bersikap menunggu. farida 
tidak sampai memukul mukul
untung  di tempat tidur mencakari
punggung laki-laki itu seraya
menjerit-jerit minta cerai. 
   ' "Ia seorang kepala bagian.
Proyek pda lagi. Mana belum
lama menduduki jabatan yang
begitu penting. ia ingin
memperlihatkan dedikasinya.
memperlihatkan prestasi. Untuk
membuktikan. apa yang ia
perjuangkan dengan susah
payah selama ini tidaklah sia
sia." suami isteri yang baik hati
itu mengemukakan berbagai
pembelaan. seakan-akan untung 
itu menantu mereka sendiri. 
   "Apakah ia tidak memberitahu
sesuatu kepada engkau" 
   mirna mi angkat bahu. Bosan. 
   "Itulah. Kau bersikap antipati.
Jadi suamimu enggan
mengatakannya. Kuatir kau
salah tangkap. Dan rupanya, dia
pun agak tersinggung." 
   "Hem!" 
   "Mestinya kau gembira.
anakku. Sudah ada aba-aba dari
atasannya. bahwa tidak lama
lagi untung  akan memperoleh
promosi yang akan
mengukuhkan jabatannya.
Paling kurang. sejumlah bonus
diluar gaiinya yang tetap. Nah,
kau gembira, bukan?" 
   farida  tidak bergembira
sedikitpun .
   Suatu hari. ia malah
mengeluh: 
   "untung  makin dingin saja. bu
girah ." 
   "Sabar. nak. Ia . ." 
   "ia tentulah sudah punya
simpanan..." tukas farida  cepat
dan bernafsu. "Lebih cantik,
Lebih muda. Lebih merangsang.
ketimbang aku yang makin
kurus. jelek. menyebalkan!' 
   "Hai! hai' Kau melantur makin
jauh. mirna ! Apakah pernah kau
pergoki surat surat cinta di
sakunya?" 
   "Tidak
   "Pakaiannya kau yang cuci.
bukan?" 
   "Heeh." 
   "Dan aku percaya. sebelum
dicuci. lebih dulu kau
membauinya." 
   farida  terdiam. Tanda
mengaku. 
   induk semangnya tersenyum
manis. lantas mendesak dengan
sabar: 
   "Kau cium bau parfum ,arang
asing" Parfum yang bukan
kesukaanmu" Atau bedak yang
menempel di kemeja" Lipstik
yang melekat di belakang
telinga?" 
   tidak!" mengaku juga farida 
akhirnya. 
   "Jadi. dia bersih!" 
   Namun hati kecil farida  tetap
curiga. Bayangan 
   chucky  yang menduakan
isteri. tak lekang lekang dari
ingatan. Bertahun tahun
chucky  sudah  hidup serumah
dengan jesica Juanita. main
kucing kucingan di belakang
isteri serta anakanaknya.
bersandiwara dengan purapura
sibuk bekerja. di kantor, di luar
kota. mengawasi sejumlah
proyek. mengikuti rapat rapat
penting dan segala macam. Dari
apa yang sudah  dibaca farida  di
surat kabar. lndriaty baru tahu
suaminya seorang penghianat
busuk, beberapa bulan sebelum
kejadian yang mengerikan itu.
melemparkan chucky  ke dalam
penjara. 
   untung  kenal baik pada
chucky . 
   Dengan sendirinya, untung 
tentuah kenal baik liku liku
permainan chucky  yang lihai. 
   farida  dihinggapi perasaan
sakit hati. Ia merasa tertipu! 
   Maka. tak alang kepalang
herannya farida  manakala
suatu hari ia melihat suasana
yang ganjil begitu tiba di rumah.
Sepanjang hari farida  ada di
kota. Menghabiskan waktu
dengan ngobrol apa saja dengan
beberapa teman lama.
berbelanja di pasar dan sebelum
pulang sore harinya ia habiskan
pula waktu lebih dari satu jam di
kapsalon. 
   Ia masuk ke pavilyun dengan
rencana tidak akan
mengacuhkan untung  kalau
suaminya sudah  pulang. Tidak
pula menyediakan makan
malam. Segelas kopi pun tidak
sudi. Ia hanya akan bermuka
masam. cemberut ketika
menyelinap ke kamar tidur.
lantas memunggungi lakilaki
sialan itu sampai besok siang.
Biarkan pula untung  bangun.
membuat kopi sendiri lantas
pergi tanpa makan pagi. Begitu
suaminya berangkat. farida 
pergi_ber 
   senang senang di kota. 
   ' Rencana gila gilaan itu buyar
waktu ia lihat bunga di
jambangan sudah  diganti.
farida  tidak merasa sudah 
memperhatikan jambangan itu
selama empat hari. Masih ada
lagi. sebuah buket kembang
anggrek tampak menyambut
kedatangannya di atas bufet.
Ruang tamu sudah  disemprot pda
dengan spray penyegar. Kamar
tidur malah berbau parfum yang
semerbak. Sprei sudah  diganti
dengan yang bersih. demikian
pula sarung bantal. Dan di atas
salah satu bantal susun itu.
terkulai setangkai bunga ros
berwarna merah hati. sebesar
kepalantangan. Belum pernah
farida  melihat bunga ros yang
begitu besar. begitu segar.
begitu indah. 
   Selama beberapa detik.
farida  berdiri terpesona. 
   Baru kemudian pelan-pelan ia
bersijingkat mendekati tempat
tidur. Takut lantai bergerak oleh
Injakan kaki nya sehingga bunga
ros itu terguling dari atas bantal
sehingga rusak kelopaknya. Hati
hati ia sentuh tangkainya dulu.
baru sehelai daunnya yang hijau
muda dan akhirnya bagian
paling pinggir dari salah satu
kelopak bunga ros tersebut.
Sebenarnyalah. itu bukan bunga
plastik. melainkan bunga ros
murni yang belum lama dipetik. 
   "Aaahhhh...." farida 
berdesah. kagum. 
   Suara langkah langkah kaki
mendatang dari kamar mandi.
seketika mengagetkan farida .
Ia tegak dengan serempak. dan
melihat untung  Tanudireja yang
tampan dan gagah berjalan
menghampiri seraya
memperlihatkan waiah yang
polos tak berdosa. tidak pula
menunjukkan ia sudah  membuat
surprise. 
   "Hallo. manisku." laki laki itu
menyapa. Merdu. 
   farida  terjengah. Ingat
rencana gilanya. Ingat
sebab-sebab rencana gila itu
terbit di otaknya yang butek.
Secara naluriah. farida 
berusaha menaikkan gengsi diri
   nya. Dagu terangkat. kepala
sedikit ditelengkan tak acuh. lalu
bibir cemberut. Sayang. ia
gagal. Karena tanpa ia sadari.
matanya berkilau kilauan
melambangkan rindu yang lama
terpendam, hasrat yang lama
tidak terlampiaskan. 
   "Cantik benar kau petang ini,"
ujar suaminya tibatiba. seraya
mengawasi wajah farida 
dengan pandangan mata yang
mengandung birahi. 
   farida  terguncang.
Jiwanyalah yang terguncang.
karena tubuhnya masih terasa
tegang. 
   'Senang jalan jalan di kota.
mirna ku sayang?" 
   "Mmmh...." 
   Tentunya ketemu kawan kawan
lama." 
   "Mmmhh!" 
   "Kau tahu" Ketika bunga itu
kubeli langsung dari kebun
pemiliknya, aku percaya bunga
itu adalah persembahan yang
paling cantik di dunia ini. namun 
sekarang. baru kusadari. Tuhan
sudah  lama mempersembahkan
sesuatu yang lebih cantik dari
segala ros yang paling cantik...."
   "Mmmhhh...." suara gumam
dari hidung farida  melemah.
Terkulai. kalah. 
   'Apa yang kau kulum di
mulutmu. mirna " Permen" bagi
dong!" 
   Celaka! farida  tidak dapat
menahan senyum. 
   "Lagi. mirna !" 
   "La lagi apa paa?" mulut
farida  juga tidak terkendali.
   "Senyum manismu " 
   "Oh...." 
   Senyum. sayang. senyum
Bukan oh!" 
   "Ya Allah. untung -ku terkasih!'
farida  berbisik padahal ia
ingin menjerit. Jangan kau siksa
aku lagi .
   Ia kemudian menghambur ke
dalam pelukan suaminya,
menangis tersedu sedu bahagia
di dadanya dengan sekuiur
tubuh lemah lunglai. untung 
Tanudireja mendekap sang isteri
dengan kuat. mengusap lelehan
air mata di pipi wanita lesbian  yang
sangat ia cintai itu mengangkat
dagunya penahan-lahan"
membenamkan bibirnya di mulut
yang ranum. bergetar. panas
berapi api itu. Lidahnya
menggapai gapai. rindu. 
   Cium memabukkan itu secara
tidak langsung ikut membuat
untung  lunglai, sehingga agar
sampai tidak terjerembab jatuh
ia seret tubuh isterinya ke atas
ranjang. membaringkan farida 
dengan lembut disertai tatapan
mata kasih sayang. Rambutnya
tebal hitam, halus ber sinar
sinar. lembut berurai itu ia belai
dengan hati terenyuh. 
   kau tidak marah lagi, mirna "' ia
berbisik lirih 
   'Tidak." 
   'Kau maafkan kelakukanku
yang tolol selama ini "'' 
   "Tidak...." 
   "Hah?" 
   'Maksudku, kau tak pernah
berlaku tolol Hanya dungu.'
farida  tersenyum. menggoda. 
   'Kau. sialan!' maki untung 
Tanudireja Makian mesra.
Sekaligus ia cubit pipi isterinya
yang lunak berseri seri. 
   "Aaauuuu!" jerit farida .
Jeritan manja. 
   Tanpa sengaja ia tepiskan
helai helai rambut yang
menutupi salah satu matanya,
dan gerakan itu mengakibatkan
sikunya menyentuh sesuatu di
sampingnya. Sesuatu yang
lunak. dingin dan baunya segar 
   "Astaga' Aku sudah 
merusaknya." farida  berseru
tertahan. lalu memungut bunga
ros berwarna merah hati yang
sudah  tergulir dari bantal dan
hampir saja hancur lumat di
bawah tekanan siku farida .
Kalau ia tidak keburu berguling
ke sebelah lain. 'Hem,
harumnya, 'farida  mengendu
enduskan hidung dengan
sukacita. "Masih
   utuh lagi!" 
   Ia bangkit dari ranjang. Bunga
ros baru saja ia letakkan dengan
sangat hati hati di antara
peralatan kosmetik di depan
cermin. untung  sudah menyusul
bangkit dan menjemput bunga
itu. 
   "Mari kuletakkan di tempat
yang benar." 
   la pandangi rambut isterinya
sejenak. lalu menyelip ekan
tangkai bunga ros berwarna
merah hati itu sejajar dengan
telinga kiri. dan posisi miring ke
depan. farida  kemudian
meneguhkannya dengan
mempergunakan sebuah penjepit
sambil berkaca. Terpesona
untung  Tanudireja menatap
wajah isterinya di cermin, di
mana terpantul warna merah
hati yang redup itu berlatar
belakang rambut farida  yang
hitam berkilauan. 
   'Sedikit gelap. Tapi antik!" ia
bergumam. farida 
menyandarkan kepalanya di
dada suaminya. Bermaksud
mengutarakan sesuatu. namun 
pintu penghubung ke rumah
induk, mendadak ada yang
mengetuk. 
   Enggan, untung  pergi membuka
pintu. 
   Terdengar oleh'farida  suara
nyi girah  yang bernada
menyesal : 
   "Maaf. nak untung . Kami tidak
bermaksud mengganggu
keaSyikan kalian berdua. namun 
makan malam sudah menanti
dari tadi....' 
   Wah. Kok repot-repot bu."
untung  menyela 
   'Alaaa. sudahlah. Aku
menyediakan segala sesuatunya
dengan senang hati. Tahu kalau
mirna  belum masak. Dan eh,
percayakah kalian kalau
kubilang. entah mengapa ingin
sekali kami menjamu kalian
malam ini" 
   Jamuan makan malam yang
hanya diikuti empat orang yang
terdiri dari dua pasang suami
isteri berlainan generasi itu,
berlangsung menggembirakan.
dul latief  tak henti-hentinya
bergurau. yang diselang-seling
isterinya dengan teguran
teguran marah namun lucu
farida  
   sendiri ikut latah. berceloteh
dengan sindiran-sindiran yang
meng-geer kan meja makan.
Hanya untung  yang paling sedikit
buka mulut. Makannya juga
sedikit. la lebih banyak minum.
dibantu oleh pelayan setengah
umur yang dengan senang hati
bulak balik antara meja makan
dan lemari minuman .
   Sesudah mereka sendirian di
kamar tidur. sambil membenahi
letak bunga ros pada rambutnya
di depan Cermin. farida 
bertanya dengan kuatir. 
   ada apa untung ?" 
   Yang ditanya diam saja. Rebah
tercelentang di ranjang,
menatap langit langit kamar
dengan mata tidak berkedip
kedip. 
   Kau gelisah dari tadi. Belum
pernah kau habiskan demikian
banyak minuman keras selama
ini. Sampai sekarangpun.
wajahmu masih kemerah
merahan. Ada sesuatu yang
salah ketika kita makan tadi?" 
   Heeehhh. Diamlah. Aku
sedang berpikir" 
   farida  membalikkan tubuh di
kursi yang ia duduki. Menatap
suaminya yang berbantalkan
kedua lengan terlipat. bingung. 
   'Aku tak tahu apa yang sudah 
kuperbuat. untung . namun  aku
minta maaf. Dan"." 
   'Bukan kau yang salah!" 
   "namun  aku terlibat. Waktu
makan tadi. ku kira aku sudah 
keluarkan beberapa perkataan
yang tidak pantas.' 
   'Semua perkataanmu pantas.
mirna  ! Enak di telinga. Hanya. 
   'Hanya?" farida  berdebar. 
   'Heehhh!" untung  terpejam.
mengeluh panjang. "Keadaan,
mirna ! Keadaan yang salah.
Keadaan yang tidak dapat
kupungkiri lagi sekarang " 
   Cemas. farida  bangkit, dan
rebah di sebelah suaminya. 
   "Apa yang keliru?" itu.... Ah,
sudahlah. tak ada sesuatupun
yang keliru. Semua sudah 
berjalan sesuai dengan
rencana." Rencana"' farida 
menjadi tegang seketika. 
   Sadar ia terlanjur ngomong.
untung  cepatcepat memperbaiki
sikap. Ia gapai tangan isterinya.
diusap lembut. kemudian
dikecup mesra. Sambil menatap
mata isterinya lebih mesra lagi.
ia berujar dengan gundah: 
   Maksudku, rencana kita
selama ini Menduduki jabatan
penting, pindah ke rumah
kediaman yang lebih baik. dapat
menabung sedikit-sedikit dan
tidak lama lagi. membuang
mobil tua yang memusingkan
kepala itu serta menggantinya
dengan yang baru. Kemudian,
rencana untuk membeli tanah.
Membangun rumah sendiri
Dan...." 
   Kau mendustaiku, untung ."
bisik farida  lunak. 
   untung  terbungkam seketika.
   'Ada persoalan lain. bukan"' 
   Agak lama. baru terdengar
jawaban si suami. 
   Tidak. Tidak ada persoalan
apa-apa... " 
   Bohong" 
   "mirna  . ' sang suami membelai
pipi si isteri dengan lembut.
Lupakanlah tingkah polahku
barusan. Kukira. selama ini aku
terlalu letih terlalu kerja keras.
Aku dipujipuji atasanku, namun
dalam hati aku tak juga merasa
puas. Kau tahu. masa silam yang
mengerikan itu senantiasa
mengejar ngejar di belakangku.
Tidak mau melepaskan aku
barang sekejap jua. . " 
   Luluh hati farida  .
   Tangan suami di pipinya. ia
genggam. Dicium bertubi tubi . 
   'Maafkan, sayang. Aku sudah 
berprasangka buruk. Dan. Ia
mendadak tegang lagi "Aku
malah sudah  melakukan
perbuatan yang sangat bodoh!" 
   'Maksudmu" 
   "Kenal pak syam kamaruzaman ?" 
   'Dokter yang rumahnya
beratap merah menyala" tentu
saja kenal. Ia yang merawat
kepalaku yang dulu sering
pusing pusing. Dari dia pula aku
tahu tempat yang menyenangkan
ini. dan diperkenalkan kepada
dul latief . Ada hubungan apa
dengan dia. mirna ?" 
   'Kukira kau sudah tahu."
farida  gemetar. 
   "Sungguh mati, tidak." 
   "Aku takut menceritakannya.
untung ." 
   "Lho. Soal kesehatan diantara
kita, tak pernah saling kita
rahasiakan. Apa yang kau
takutkan"' 
   "ini bukan masalah kesehatan.
namun ..." 
   farida  menguatkan
semangatnya. lantas
memberanikan diri mengaku
terus terang. 'Aku ingin punya
anak lagi'" 
   Kelopak mata farida  lantas
terpejam. Rapat. Wajahnya
pucat bergetar menanti amarah
suaminya yang meluap luap Sepi
mencekik di kamar tidur yang
selama beberapa menit,
sehingga farida  hampir
pingsan rasanya. Lebih baik ia
ditampar oleh untung . daripada
di bungkam begitu rupa. Ia akan
minta maaf. berjanji akan
kembali lagi ke dokter syam kamaruzaman 
supaya" 
   "Jadi ikatmu sudah kau buka:
gumam untung  tibatiba.
   Pedas. Dan tajam. 
   Tak ada sahutan. Tak
mungkin. susah bagi farida 
membuka mulut. Membuka
kelopak matanyapun tidak. Was
was. ia dengar nafas suaminya
mendengus. panas. lalu. Ah!
Bukan tamparan marah.
melainkan ciuman hangat pada
matanya yang terpejam. untung 
berbisik lirih: 
   Justru aku yang kuatir, kau tak
sudi melakukan hal itu. mirna .
Pengalaman kita di masa lalu. 
   Mranti membuka matanya
lebar-lebar. merenggut
suaminya dalam dekapan yang
dahsyat. lantas terisak 
   isak dalam tangis bahagia: 
   "untung ku. sayangku,
kekasihku. suamiku tercinta...!"
ia menciumi wajah suaminya
sepuas-puas hati. "Aku sudah
siap memulainya lagi
malaikatku. Sudah lama aku
siap. Datanglah. Datanglah
padaku"!" 
   Mendadak, kepala farida 
berdenging denging. 
   Terperanjat. ia menutup
telinga dengan kedua jarinya.
Denging itu lenyap perlahan
lahan. Akan namun  kepalanya
perlahan-lahan pula mulai
terasa pening. Melihat wajah
isterinya yang berubah pucat.
untung  terkejut. Ia usap wajah
itu. ia pijit bagian-bagian tubuh
farida  yang ia perkirakan sudah 
menerbikan rasa sakit farida . 
   "Ada apa" Apa yang terjadi?" 
   "Pusing. Pusing sekali
kepalaku. untung . Rasanya
berputar putar...." 
   "Wah...." 
   Perasaan pusing yang
menyiksa itu. reda sedikit demi
sedikit. farida  berkeluh kesah: 
   "Tak usah cemas. Ini salahku
sendiri. Sudah tiga hari ini obat
yang diberikan dokter syam kamaruzaman 
tidak kuminum. Akibatnya sekali
dua kali perasaan pusing itu
datang. namun  belum pernah
sesakit barusan...." 
   "Dimana kau simpan?" 
   "Dalam laci lemari...." 
   Tak lama sesudah nya: 
   'Ini. Minumlah' 
   Berturut-turut farida 
menelan dua butir pil. dua butir
kapsul dan sebungkus puyer
dengan bantuan segelas air
dingin. Denyut denyut di
belakang kepalanya semakin
hilang sesudah ia rebah
beberapa saat dengan mata
terpejam. Namun bersamaan
dengan lenyapnya gangguan
rasa sakit itu, dalam tubuhnya
timbul gangguan lain.
Gangguan yang pernah ia alami
empat hari yang lalu. sesudah  ia
menelan obat yang sama.
Perasaan 
   mengantuk. pandangan kabur
dan berat ketika ia coba
membuka kelopak matanya,
namun  tidak mengantuk sama
sekali. Dan birahinya.
menerjang nerjang. mendesak
desak hebat. menuntut
pelampiasan. 
   Tangannya menggapai gapai.
Mencari suaminya. 
   Tidak ketemu. Ia buka mata. Ia
lebarkan sekuat tenaga.
Alangkah kabur. Alangkah
samar:. Kabur dan samar pula.
ia lihat sosok tubuh suaminya
menjauh dengan gerakan
lambat. lenyap dalam kegelapan
yang pekat menghantu. farida 
memanggil manggil memelas.
memohon dengan amat sangat.
Lalu bayangan suami nya
muncul lagi. Menari nari ganjil
mula muka hanya seorang diri,
kemudian dua. tiga, empat....
Atau lima. tujuh. sebelas" Aduh.
ada apa dengan matanya"
Mengapa tubuh suaminya
tampak demikian banyak
demikian bergoyang-goyang. 
   ia dengar suara desah. 
   Berat. Mendesing 
   Lalu bisikan halus, hilang
hilang timbul. Seingatnya,
berbunyi begini . 
   "Hati hati... pelan sedikit...
apakah kau sudah siap'"... ah.
betapa pucat wajahnya." 
   Kemudian tubuh farida 
seolah direnggut tangan tangan
kasar. 
   Diangkat. 
   Melayang layang 
 farida  tidak tahu berapa lama
ia seolah melayang layang itu.
Rasanya naik turun tidak
menentu. Barangkali ia sudah 
pula tertidur. Waktu ia buka
matanya lagi, kegelapan kian
menyelimuti diri. ia merasakan
udara dingin. 
   yang teramat sangat. Di
sekelilingnya. dan terutama di
bawah punggungnya yang
terbaring. Tempatnya berbaring
bukan saja dingin. malah
rasanya keras. rata. serta
sebelah kakinya terjuntai pada
semacam pinggiran yang kasar. 
   Ia mulai takut. 
   Takut buta. Takut mati. Takut
tersiksa Dan paling takut
ditinggalkan untung  Tanudireja. 
   "untung ?" dengan bibir
gemetar. ia memanggil manggil.
untung " Di mana kau"' 
   Dari bayangan kegelapan itu.
muncul sesosok bayangan kabur.
   "Aku di sini. sayang." 
   "Peganglah tanganku." 
   Tangannya dipegang. Hampir
tidak berasa. 
   'untung '?" 
   'Ya. sayang...." 
   "Kau masih di dekatku"' 
   "Kau malah memegang
tanganku. mirna  " 
   'Aneh sekali rasanya di _sini.
Betapa gelap Begitu dingin.
Rasanya aku melihat rembulan
yang pucat .Jauh. jauh, jauh
Tinggi Tinggi sekali 
   Tak ada komentar apa-apa. 
   "untung ?" 
   "Ya. mirna  " 
   "Peluklah aku. untung  Ciumlah
aku Berikan kehangatan pada
tubuhku Oh -ohhh. aku
mengingini engkau. sayangku.
aku membutuhkan belai
mesramu. merindukan cumbu
rayumu. Tolonglah. jangan
biarkan aku... menunggu
berlama lama 
   Pegangan di tangannya
terlepas. 
   Cemas. ia buka matanya
semakin lebar. Bayangan
rembulan kian membesar. Juga
bayangan lain di sekelilingnya.
Bayangan batu batu raksasa.
menjulang hitam, membusung
seram. Ia juga menicum bau
rerumputan. bau lembahnya
batu. bau kina dan sesekali bau
bunga ros yang segar. Wahai.
apakah ros itu masih dirambut'"
reflek tangan farida  bergerak.
menggapai rambutnya.
menjejaki di sana sini. Ia
temukan jepitan, namun  tidak
menyentuh bunga apapun juga ..
   'Lebarkan kaki sedikit,'
terdengar suara sayup sayup. 
   Heran. farida  bermaksud
melebarkan letak kaki nya. Akan
namun  tidak usah ia repot-repot.
Kedua kakinya sudah  dilebarkan
oleh tangan tangan yang kasar
dan kokoh. Perih karena terus
melotot. farida  terpejam. Angin
malam berhembus perlahan.
makin lama makin bertambah
kencang. makin bertambah
dingin. 
   Sesaat. farida  menegang 
   la dengar suara lolongan yang
pernah ia dengar. Sayup. jauh.
tinggi. memelas. Lolongan
anjing itu kemudian disusul
suara suara bergumam. yang
segera berubah dalam suara
gaungan yang teratur. Naik
turun. lambat. cepat, lambat dan
panjang. meninggi Seolah irama
sekelompok penyanyi gereja
sedang latihan koor. Sesekali
gaung nyanyian yang religius itu
tersentak-sentak dalam ratap
tangis yang aneh. Angin seolah
mengguruh dengan tiba tiba. 
   Panik melanda farida  
   Ia goyang goyang kepala ke
kiri kanan, ia guncang
guncangkan. Namun hanya
perih dan linu saja yang terasa.
Matanya bergerak liar mencari
cari suaminya. Tampak bayang
bayang kabur Lebih banyak dari
tadi. Bayangan itu terdiri dari
sosok-sosok tubuh yang aneh
aneh. bergerak di sekeliling
tempatnya berbaring, maju
mundur. berputar dan sesekali
serempak mencondongkan
tubuh. dengan wajah seakan
mau menerkam farida  bersama
sama. Dan wajah wajah itu.
penuh corang
   moreng. 
   Guntur menggelegar di
angkasa. 
   Lolongan anjing dikejauhan.
sekarang bersahut sahutan. Dan
nyanyian magis di telinganya
berkumandang dalam irama
rintihan yang lirih. lalu mulai
perlahan, makin nyaring. makin
membahana. bersama
menyambar petir yang
menyilaukan dari langit yang
kelam. farida  seakan buta
seketika. Guruh menggelegar
dahsyat. disertai tiupan angin
puyuh yang seolah ingin
merobek-robek kulit tubuhnya. 
   Ia berteriak. 
   Lengking. menyayat hati. 
   Suara suara berbau magis itu
melenyap saat itu juga. seolah
direnggut oleh roh roh jahat
yang menampilkan diri dengan
kutukan kutukan yang berbisa.
farida  membelalak. mencari,
menanti. Lalu ia lihat bayangan
sesosok tubuh mendekati
tempatnya berbaring. bersimpuh
diantara kedua kakinya. 
   "untung "' farida  berbisik. 
   "Heehhhh... " ' 
   "Tunggu apa lagi?" birahi
farida  mendesak se konyong
konyong pada saat ia merasakan
rabaan tangan pada kedua betis
yang perlahan-lahan namun 
pasti. naik sampai ke pahanya.
Mengelus. menekan. meremas.
mencengkeram. disertai dengus
nafas yang berat.
tersendat-sendat, mendesing. 
   "untung -ku. cepatlah" farida 
mengerang. 
   Bayangan tubuh itu tegak.
Tinggi menjulang. Hitam
kecoklatan. Kedua lengan
farida  terangkat. Terkembang
lebar ke depan. siap dengan
undangan yang merangsang
birahi. Tubuh hitam perkasa dan
kabur itu merayap naik.
menyambut uluran
lengan-lengan farida  dengan
suara menggeram dahsyat 
   farida  menggelinjang.
Senang Sekilas ia agak bingung
waktu telapak tangannya
meraba bulu-bulu kesat kasar.
kaki serta tangan yang
bentuknya ganjil, kemudian
kepala yang keras. bertanduk!
farida  terkesiap. lalu
hempasan-hempasan yang luar
biasa itu mendera sekujur
tubuhnya. menghancurkannya.
meluluh lantakkan jiwa raga
farida  dalam suatu pesona
yang belum pernah ia nikmati
selama ia mengenal artinya
seorang laki-laki melalui
cumbuan untung  Tanudireja.
sang suami. 
   Berdesah-desah farida  dalam
pesona yang memabukkan itu. 
   " .. oh. oh .. untung  sayang. oh.
oh. kekasih pujaanku'" 
   Ia terus melambung.
Melambung dan melambung.
Tinggi di awang-awang. 
   Dan mendadak terhempas. 
   Diam. 
   farida  membuka matanya
perlahan lahan. 
   SekUjur tubuhnya terasa letih
lunglai. Jendela kamar tidur
masih tertutup. Juga gorden.
Namun cahaya matahari pagi
sekuat tenaga menerobos masuk
ke dalam. menghasilkan cahaya
samar yang temaram. 
   Belakang kepala farida 
berdenyut keras waktu ia coba
duduk. 
   la meringis. menggigit bibir .
Denyut itu lenyap dengan
lambat. lalu dengan mata yang
mengerjap ngerjap
membiasakan diri, farida 
akhirnya melihat sprei tempat
tidur yang centang perenang.
Sebuah bantal terguling sampai
ke dekat pintu. Dan selimut
teronggok tak berdaya di kaki
tempat tidur 
   "Sudah bangun. mirna " 
   Suara lirih itu memalingkan
kepala farida  ke arah pintu 
   untung  Tanudireja. melempar
seulas senyuman hangat 
   Nyenyak benar tidurmu." ia
berujar. 
   Tidur" 
   farida  mengamat-amati
setiap inci kamar tidur itu.
Setiap jengkal ranjang yang
mereka pergunakan. Hangat di
dalam. Tidak dingin. Tidak ada
bau rerumputan. bau lembahnya
batu. bau kina. Tak ada pula
lolongan anjing ratap tangis.
nyanyian magis 
   "Memikirkan sesuatu" untung 
duduk di sampingnya. 
   'Rasanya.. rasanya...." 
   Ya"' untung  membelai, lembut. 
   "Aku bermimpi. Mimpi yang
sangat buruk!" 
   'Ahhh Pantas kau meronta
ronta dalam tidurmu. Hanya
aneh ketika kubangunkan, kau
justru merahup ku. mengajakku
bercumbu.' 
   'Oh, ya?" farida  benar benar
bingung. 'namun  banyak sekali
orang. Wajahnya dicorang
coreng. Ada pula manusia besar,
hitam, bertanduk" 
   untung  tertegun 
   Namun tidak mengomentari
apa apa. 
   'sudah  dua kali aku
memimpikan hal yang sama,
untung . Ataukah itu suatu
kejadian nyata" Belum lama ini,
rasanya aku menyelinap ke
kamar depan. Waktu itu. hujan
sedang membadai. Aku dengar
suara suara aneh. Lalu aku
mengintip dari jendela. Dan aku
melihatnya...." 
   Sambil berdesah dengan nafas
sesak. untung  menghibur : 
   Betapa jelek mimpi seperti itu. 
   'Tidak" farida 
menggelengkan kepalanya Ia
seakan tengah mengigau. 'Waktu
itu. aku jatuh pingsan. 
   Terhempas ke lantai, karena
ada sosok tubuh lain memergoki
dari belakang. Ketika aku
bangun esok siangnya. tiba tiba
saja. Kepalaku sakit. Bekas
jatuh. Apakah kau yang
menggosoknya dengan krem?" 
   "He eh"." 
   jadi kau yang memergoki aku
dan mengangkatku ke tempat
tidur!" 
   Tak ada yang kepergok. tidak
ada yang memergoki mirna .
dengarlah. Malam itu kau
gelisah sekali. Menjelang
dinihari, aku terbangun. dan
melihat kau tergelimpang
dilantai. Kukira kau terjatuh
dari tempat tidurmu. Kau
tertidur nyenyak Susah
dibangunkan tanpa sengaja aku
meraba benjolan di belakang
kepalamu lalu kugosok dengan
krem. 
   'Dan . tadi malam"' farida 
terengah-engah 
   Hampir mustahil! ia hanya
bermimpi! 
   "Tadi malam"' untung  tertawa
Sumbang "Kau menggelinjang
gelinjang- sepanjang malam
Mengerang lirih. Aku sampai
kewalahan Setengah mati! ' 
   Terkejut, farida  memandang
SUaminya.
   "Kau . kau tidak
menikmatinya" 
   "Hanya sejenak "
    "Suamiku yang malang,"
farida  tersenyum. lantas
mendekap suaminya dengan hati
terenyuh 'Kita akan
mengulanginya kembali. kalau
kau ingin ' 
   Aku ingin." 
   ' Sekarang?" 
   "Jangan ! Aku sudah terlambat
masuk kantor. Dan ah. kalau
tidak salah aku harus
menangani sebuah proyek
rehabilitasi jalan utama di
kota." untung  bangkit bergegas.
berpakaian dengan rapi diawasi
oleh isterinya lengan mata tidak
berkedip 
   'Tidak sekarang. manisku".
untung  mengecup bibirnya
'Mungkin nanti malam?" 
   Dan sebelum malam tiba.
farida  sudah  menemukan
sesuatu. 
 Siang hari menemani nyi girah 
berkunjung ke seorang tetangga
yang sakit. Karena orang orang
tua itu keasyikan ngobrol.
farida  diam diam
mengundurkan diri. Ia bingung
ke mana ia harus pergi Pulang
ke rumah, tak ada sesuatu yang
harus ia kerjakan. Tadi ia sudah 
membereskan segala persiapan
menunggu untung  pulang nanti
petang. dan memenuhi janjinya
yang mendebarkan hati itu. 
   Tanpa ia sadari. farida  sudah 
duduk di batu lebar berbentur
altar yang terletak di bibir
lembah. Heran, pikirnya.
mengapa pula untung  masih
mengingini hubungan badan,
padahal baru tadi malam
mereka menikmatinya" Mereka"
Dari percakapan untung  tadi,
farida  tiba-tiba sadar. hanya ia
sendiri yang menikmati
hubungan itu. Betapa ia
menyesal. sudah  mengecewakan
suami tersayang .
   Ia tercenung. Dalam. Sekali.
kaki kanannya bergerak untuk
menghindari seenki r binatang
melata kecil yang disebut kaki
seribu. Tepat pada saat yang
sama ia lihat sesuatu yang lain.
Terselip di celah dua buah batu
yang menjorok ke rerumputan.
Sesuatu yang bewarna pekat.
dan ketika ia pertajam mata.
berubah jadi merah hati. 
   Benda itu ia pungut dengan
tangan gemetar. Setangkai
bunda ros. 
   farida  mengamat amati
bunga itu dengan jantung
berdebar. Warna. bentuk dan
besar maupun panjang
tangkainya. sama benar dengan
bunga yang tadi malam
diselipkan untung  di rambutnya.
Masih segar pula. Tak ada tanda
tanda layu. namun  dua kelopak
dan ujung tangkainya, tampak
hancur kehitam hitaman.
Tentulah bunga itu terjatuh dari
rambut farida  ketika ia dan
suaminya naik ke tempat tidur.
Lalu salah seorang dari mereka,
tanpa sengaja sudah 
menginjaknya. 
   "Apakah untung  yang
membuangnya?" ia berpikir.
bingung. lalu menatap rumah
yang mereka tempati dan
letaknya hampir dua ratus meter
dari tonjolan batu batu di bibir
bukit itu. "Sejauh ini'?" desah
farida . 
   Mendadak perasaan tidak
enak menyelinap di sanubarinya.
ia teringat mimpi buruknya tadi
malam. Seolah olah untung 
muncul dari kegelapan.
kemudian menggeluti dirinya.
Bukan di atas ranjang.
melainkan di atas batu
berbentuk altar yang kini ia
duduki. Apakah semua itu bukan
sekedar mimpi" Atau" 
   Pundaknya terasa dingin
seketika. 
   Nalurinya membisikkan bahwa
saat itu ia tengah diawasi
seseorang. Reflek. lehernya
berputar dengan sepasang mata
memandang ke sekitar tempat
itu. Tak ada siapa-siapa yang
kelihatan. kecuali rumah rumah
yang berdiri megah. diam
membatu seolah tidak
berpenghuni. Tidak ada bocah
berlarilarian di jalan. atau
anjing yang mengais-ngais
tempat sampah sebagaimana
yang sering dilihat farida  di
tempat tinggal mereka yang
lama. Suasana di sekitarnya
sepi. tanpa ada tanda tanda
kehidupan. 
   Takut takut, ia menoleh ke
belakang. Memandang 
   tonjOlan batu yang paling
tinggi. paling curam dari batu
batu lainnya. Ia mengharapkan
dengan cemas, di atas sana
tegak sesosok tubuh kehitam
hitaman. tinggi berbulu. dengan
dua tanduk di kepala. Namun
selain langit yang biru jernih
serta sekelompok awan putih
perak. ia tidak melihat apa
apapun lagi. 
   'Pasti! Pasti ada yang
mengawasiku" desahnya.
gemetar. Lantas ia menghambur
turun dari batu. bermaksud lari
secepat mungkin ke rumah.
Untunglah akal sehatnya segera
muncul. Mungkin hanya
perasaannya saja yang
mengatakan ia diawasi.
Kalaupun ada orang jahil yang
mengintipnya dari tempat
tersembunyi. ia tak perlu takut.
Ia harus menunjukkan bahwa ia
seorang wanita lesbian  yang berhati
tegar. angkuh dan tidak mau
tahu. ia lantas melangkah
dengan tenang dan sabar. Makin
dekat ke rumah. perasaan
diawasi itu pun makin hilang
pula .
   Sebuah mobil tua muncul
dengan suara mesin menggerung
gerung di jalan mendaki, lalu
sesudah  lebih dulu terbatuk batuk
berhenti di depan rumah
bersamaan waktunya ketika
farida  tiba di tempat yang
sama. Lewat jendela mobil
untung  melempar seulas senyum
manis seraya melambaikan
tangan. farida  berlari lari
mendekat. dan membukakan
pintu mobil. sambil
memberengut manja. pura pura
merajuk 
   "Pergi kok enggak bilang
bilang"'ia bersungut sungut .
   untung  turun. tertawa kecil.
kemudian berbangkis 
   "tidurmu terlalu nyenyak'
sahutnya, seraya menyeka
kening dengan sehelai sapu
tangan. Kau baikbaik saja
kekasih?" 
   farida  diam saja ketika untung 
mencium pipinya. kemudian
berjalan mengiringi si suami
masuk ke dalam rumah. Begitu
mereka di pintu. untung 
berbangkis lagi .
   "Flu?" tanya farida . kuatir. 
   "He-eh...." 
   "Aneh!" 
   'Apa anehnya orang kena flu?"
rungut untung  setengah
tersinggung, seraya membiarkan
tas kerjanya diambil farida 
yang kemudian membawanya
masuk ke dalam dan meletakkan
tas di atas meja. 
   "Aku tadi ikut meninjau
sebuah proyek. Hujan sedang
turun. Derasnya bukan main.
Eh. apakah di sini tidak hujan"' 
   Sebagai jawaban. farida 
justru balas bertanya: 
   'Kau keluar malam ya?" 
   "Kapan?" tanya untung .
bingung. Atau resah" 
   "Tadi malam." 
   "Apa maksudmu, mirna "
Bukankah sepanjang malam tadi
kita berdua ada di...." 
   'Ah. Hanya ingin tahu."
farida  angkat bahu. lantas
sambil bergegas ke belakang ia
mendengus : "kubuatkan air
panas untuk mandimu " " Di
pintu dapur ia berhenti. Ia
mengawasi untung  yang juga
tengah melakukan hal yang
sama terhadapnya. lantas
bertanya dengan penuh selidik :
"Oh. ya". Ketika bangun pagi.
aku tidak melihat bunga ros
pemberianmu. Kau buang?" 
   untung  membasahi bibir. 
   Berpikir sebentar. lalu: 
   "He-eh" 
   "Kemana?" 
   "Emmm... ke keranjang
sampah. kalau tak salah. Atau ke
luar jendela" Ah. aku lupa.
Benar benar lupa. Mengapa sih
soal sepele itu harus kau
tanyakan. mirna "'' 
   Belum lagi farida  menjawab,
pintu penghubung kerumah
induk di ketuk dari sebelah
dalam. untung  membukanya. dan
induk semang mereka berdiri di
sana. menghadiahkan seulas
senyum keibuan untuk suami 
   
Isteri muda yang tengah
bersitegang itu. wanita lesbian 
berusia lanjut itu memandang
mereka silih berganti. lantas
mendengus dengan nada
menyesal: 
   "Oh. Rupanya aku sudah 
memilih waktu yang tidak
cocok!" 
   'Hampir. Barusan kami
memang lagi asyik...!" untung 
menyeringai sumbang.
sementara farida  diamdiam
menyelinap masuk dapur. "Ada
apa. bu Kutil?" 
   'Husy! Panggil aku nyi girah .
atau ibu saja. Jangan dibawa
bawa kutil bapakmu."
wanita lesbian  berusia lanjut
dengan wajah keibuan itu
tertawa. Kemudian ia melirik ke
pintu dapur. lalu dengan suara
yang seolah sengaja dikeraskan
ia berkata : "lukman 
menanyakanmu tadi. Katanya.
kalian berdua sudah ada
janji...." 
   "Janji" Aku...." protes yang
keluar dari mulut untung  terhenti
ketika matanya beradu dengan
sorot mata nyi girah  yang
berkilau tajam. Berbangkis
sebentar. untung  kemudian
merubah nada suaranya menjadi
serius. "Astagaaaa!' ia berseru.
lantang. "Memang aku berjanji
untuk menemui lukman  dua hari
yang lalu. Untuk menyelesaikan
surat surat pindah kami yang
belum beres. Wah, wah. Dia
marah tentunya... Tidak" Oh,
syukurlah. Kapan aku harus
datang menemuinya. bu
girah ?" 
   "Katanya. sekarang juga kalau
kau ada waktu...." 
   Di dapur. farida  mendengar
percakapan itu dengan pikiran
melantur tidak menentu. Mimpi
buruk. untung  dengan birahi
menggebu gebu. sosok tubuh
kehitam hitaman. bunga ros
merah hati. batu altar.... untung 
sudah  berdusta. pikiran farida 
dengan gundah. Tentang bunga.
dan tentang di mana mereka
bersetubuh tadi malam. Dengan
hati kecewa farida  menjerang
air panas. kemudian
menghidangkan makan sore di
atas meja. Selama ini untung 
seorang suami yang jujur,
sebaliknya farida  berusaha
memperhatikan kesetiaan
seorang 
isteri untuk mengimbangi
kejujuran untung . Dengan begitu
rumah tangga mereka tetap
utuh, mereka pun tetap saling
membutuhkan. Tidak terganggu
oleh godaan godaan maupun
goncangan yang datang dari
luar terutama pihak keluarga
untung . Apabila sesudah  farida 
sampai dua kali mengalami
keguguran sehingga banyak
gunjingan yang menuduh
farida  tidak akan mampu
memberikan anak kepada untung .
Begitu untung  jatuh bangkrut.
gunjingan makin hebat. Sampai
timbul tuduhan. Lihat! Dalam
soal rejeki pun farida  itu
pembawa sial. Dan.... 
   Dan farida  terjengah.
manakala bahunya disentuh
seseorang dari belakang. 
   "Maaf. sayangku. Aku pergi
agak lama," untung  berbisik
dekat telinga farida  yang
duduk menunggu dari tadi di
dekat meja makan. "Pak er we
sedikit rewel. se hingga
pembicaraan jadi bertele tele.
namun  semua sudah beres
sekarang " 
   "Hem!" 
   'Masih marah'' untung 
mendekap. dan menengadahkan
wajah farida  dengan mesra.
dan mengecup bibirnya dengan
penuh kasih. Lanjutnya : "Aku
menyesal sudah  berdusta
mengenai bunga itu....' 
   ini dia. jerit farida  dengan
jantung berdebar. 
   "Sudah kulupakan." desahnya.
berpurapura. 
   "namun  kau harus berterus
terang. mirna . Aku harus minta
maaf. karena tadi malam aku
kerasyukan set... ah, maksudku.
aku agak sedikit gila-gilaan." 
   "Aku... aku tak mengerti." 
   "Tentu saja. mirna . Kau terlalu
banyak menelan obat. Kau benar
benar setengah lupa diri ketika
aku membopongmu ke luar
rumah" 
   'Apa"!" farida  tersentak. 
   "Tadi malam"." untung 
memandangi wajah isterinya 
   dengan mata penuh rasa cinta.
Gugup dan terputusputus ia lalu
menceritakan bagaimana ia
membopong farida  dengan
bersemangat menuju tumpukan
batu di bibir bukit itu. Keadaan
farida  yang setengah lupa diri
itu memudahkan pekerjaannya.
la meletakkan farida  di
permukaan batu yang
menyerupai altar itu. di mana
kemudian mereka berdua saling
melampiaskan birahi. 
   'Di tempat terbuka" Astaga.
untung ..." 
   Bersemu merah wajah untung . 
   Kemalu-maluan ia bergumam:
   "Aku yakin tidak ada yang
melihat kta." 
   "namun ... mengapa... " 
   "Maaf. Sengaja kau tidak
kuberitahu sebelumnya. Kuatir
kau menolak. dan menuduh aku
kekanak kenakan, atau... atau
terpengaruh mistik." 
   "Mistik" Hai, kau membuatku
semakin bingung, sayangku."
farida  mendekapkan telapak
tangan si suami ke gumpalan
payudaranya yang naik turun
dengan kencang. Ia ingin tangan
yang kuat itu melindungi
dadanya dari
goncangan-goncangan aneh
yang menakutkan. 
   "Yah...." untung  membasahi
bibirnya. 'Beberapa orang
kerabat mengusulkan agar aku
memilih tempat yang sedikit
berbau rituil bila kita bermaksud
untuk memperoleh anak lagi." 
   "Oh!" 
   Sepi sebentar. 
   Lantas: 
   'untung ?" 
   "Mmm...." 
   'Rasanya. banyak benar
manusia manusia lain di sekitar
kita. ketika kita melakukan itu,"
farida  teringat mimpi
buruknya. "Dan kau begitu
hitam. Begitu kuatnya. Aku
sampai kewalahan.... Orang
orang itu. untung . Wajah mereka
dicoreng-moreng. Berkelakuan
aneh. Bernyanyi 
   dan"." 
   "itu hanya perasaanmu.
mirna -ku." untung  mendengus.
sesudah  tubuhnya tegang sesaat.
"Aku juga merasakan hal yang
sama. Sehingga. seperti
kukatakan tadi pagi. aku
hampir-hampir tidak dapat
menikmatinya. Aku menyesal.
lalu membopongmu kembali
masuk ke rumah." 
   "Dan bunga ros-ku terjauh."
gumam farida . "Di bawah altar
   "Lalu karena kau desak
tiba-tiba. kukatakan aku
membuangnya ke keranjang
sampah. Bodoh benar bukan.
mirna ?" ujar untung  dengan
bersemangat. seolah olah
seorang murid tolol yang
mendadak tahu apa jawaban
yang harus diberikan atas
pertanyaan gurunya yang serba
rumit. 
   Suami isteri itu tertawa.
gembira. 
   Kemudian. 
   "mirna , kekasih 
   'Ya. untung . pujaanku?" 
   "Aku lapar." 
   'Makanlah. Semua sudah
terhidang!" farida 
mengembangkan kedua lengan
di permukaan meja makan. di
atas mana santapan sore yang
lezat-lezat sudah lama ia
siapkan. 
   "Mmm. bukan perutku." 
   "Ah?" 
   "Aku ku yang lain yang lapar.
mirna .' 
   "namun  semua ini jadi dingin
nanti." rungut farida . dengan
jantung berdebar. 
   Biar." 
   "Kau belum mandi...." 
   " Nanti saja sekalian." 
   kau bau keringat!" 
   "namun  keringatku enak!" 
   "ldiih, nakal....' farida 
mencubit  suaminya. untung 
terpekik. manja. lalu dengan
kasar mengangkat tubuh farida 
dari kursi. Agak kasar dan
terburu nafsu. Namun farida 
tidak tersinggung. Ia justru
menyukainya. Jantungnya pun
kian berdebar. apalagi sesudah 
untung  membopongnya ke kamar
tidur. 
   Di ambang pintu. lakilaki itu
bersin lagi. 
   Keras sekali. 
   farida  menggigit telinga
suaminya. pura pura marah.
Sesaat. ketika gigitan itu
terlepas. cahaya lampu kamar
tidur yang terang benderang.
menyinari belakang telinga
untung . Tampak bekas gigi
farida . berwarna kemerah
merahan. namun  di bawah
rambut. agak ke bawah dari
telinga untung . terlihat lingkaran
merah yang lain. Merah.
kehitam hitaman. Seperti tattoo.
farida  memperhatikannya
terheranheran. karena lingkaran
sebesar uang logam yang aneh
itu. tidak ada sebelumnya. Ia
mau bertanya. namun untung 
Sudah merebahkannya di tempat
tidur. melepaskan gaunnya
seraya menjelajahi lehernya
kemudian dadanya dengan
ciuman ciuman berapi api. 
   Seketika. farida  melupakan
tattoo yang ganjil itu. 
   Satu-satunya yang masih
teringati. ia cetuskan tidak lama
kemudian: 
   "Padamkan dulu lampu.
untung ..." 
   untung  tidak memadamkan
lampu. 
   farida  pun tidak perduli. 
   Hanya sebentar saja dokter
syam kamaruzaman  memeriksa farida .
Itupun sambil lalu. dan hampir
tidak ada pertanyaan yang
keluar dari mulutnya yang sudah
mulai keriput. Tampaknya tanpa
pemeriksaan itupun ia sudah
tahu apa yang harus dilakukan.
Begitu farida  duduk kembali di
seberang meja kerja dokter tua
yang rambut nya sudah memutih
itu. ia langsung bertanya dengan
harap-harap cemas: 
   ' Ba-bagaimana. dokter..?" 
   syam kamaruzaman  menarik nafas
panjang. Kemudian mengulas
senyum seorang ayah yang ingin
menyabarkan anaknya. Matanya
bersinar ganjil ketika ia
menatap perut farida . lantas
berbisik pelan: 
   positip!" 
   farida  sudah menduga.
Selama minggu-minggu terakhir
ia sudah merasa adanya
perubahan-perubahan yang
nyata pada kondisi pisiknya. la
gembira tentu saja. sangat
gembira. Namun dua kali
menerima kekalahan yang
sangat pahit menggantikan
kegembiraan itu dalam bentuk
kekuatiran yang menakutkan 
   'Sungguh?" ia minta
diyakinkan. 
   syam kamaruzaman  dengan ramah
mengingatkan farida : 
   'Dulu. nak. sudah kutawarkan
padamu untuk me lempari
rumahku kalau aku memberikan
obat yang salah. Penawaranku
masih tetap berlaku...." 
   farida  ingin bersorak. 
   Namun tubuhnya masih terlalu
tegang. dan ketakutannya masih
menggigit. Gagap. ia
menanyakan apa yang tersurat
dalam benaknya 
   "ia... ia akan hidup. dokter?" 
   syam kamaruzaman  terkejut. 
   Kemudian: 
   "Lupakan masa lalumu yang
suram. anakku." ia berkata
khidmat seperti seorang ulama
yang tengah berkhotbah di
depan mimbar. "Kau kini
memasuki babak baru. yang
akan merubah seluruh masa
depanmu. Aku sudah menangani
beratus-ratus kasus yang sama.
namun  belum pernah aku seyakin
hari ini. Ia akan hidup. benar
benar hidup. Melebihi
kehidupan kita semua yang hina
dina ini. Melebihi..." 
   Kali ini. farida  dapat berdiri
tegak. 
   "Boleh saya pinjam telepone.
dokter?" 
   "Silahkan!" 
   untung  sendiri yang menerima
telepone farida . 
   Isteri yang sedang berbahagia
itu. tanpa kata pembukaan
berteriak di mulut telepon. 
   'Aku hamil!" 
   Jam-jam berikutnya bukan
main menggembirakan. 
   Pavilyun kecil yang mereka
tempati tak henti hentinya
kedatangan tamu. Semua sudah
berumur, tentu saja. karena
mereka adalah tetangga yang
sama sama tinggal di daerah
pemukiman yang letaknya
terpencil dari kota yang hiruk
pikuk di bawah bukit. Ucapan
ucapan selamat. petuah-petuah
dan do'ado'a yang semoga di
kabulkan Tuhan. mengalir
seperti air bah. Malah lukman 
Lahuba yang jarang muncul di
depan umum itu. sengaja datang
dengan membawa seikat
kembang. 
   Dengan bibirnya yang hitam.
ia mencium pipi farida  yang
putih, dan menghadiahkan seikat
kembang beraneka ragam
namun seluruhnya berwarna
merah hati. 
   "Untuk makhluk kecil
dirahimmu. yang akan
membawa perubahan besar di
muka bumi..." ia berujar dalam
dan takzim. 
   "Bapak berlebih lebihan."
sahut farida . sambil menatap
suaminya yang tersenyum
senyum riang. 
   
   ' Aku mengatakan apa adanya.
anakku, ' Abu Lahuba yang
menjadi penanggung jawab
daerah pemukiman itu. berkata
dengan tegas tapi lembut.
Suaranya seolah guyuran air
dingin yang merembes masuk ke
seluruh pembuluh darah. tulang
belulang, bahkan sampai ke
sumsum farida . Entah
mengapa. farida  tergetar dan
nyanyian nyanyian rituil yang
datang dari langit. seolah.olah
menyentuh selaput telinganya. 
   la mengawasi orang-orang tua
yang ada di se kelilingnya.
tibatiba teringat sesuatu yang
membuat ia tersenyum
sendirian. dul latief  yang suka
usil. bertanya .
   'Apa yang kau pikirkan nak?" 
   farida  menjawab: 
   'Anakku' ia pandangi wajah
wajah tua namun semua cerah
dan gembira itu. kemudian
meneruskan ' Aku bayangkan
bagaimana kalau ia kelak lahir
ke dunia. Tak ubahnya seenki r
anak kucing yang manis tersesat
di tengah kumpulan harimau
harimau tua yang sudah tidak
bergigi!" 
   Gelak tawa memenuhi
pavilyun itu seketika. 
   Sesudah  semua tamu pulang ke
rumah masmg masing. dul latief 
beserta isterinya masuk pula ke
rumah induk semangnya. Hari
sudah larut malam namun  bu
girah  tidak langsung pergi
tidur. Ia mengambil
keranjangnya duduk di kursi
malas lalu mulai merajut.
Suaminya bertanya hati hati 
   'Apakah ia tadi meminumnya
sampai habis"'' 
   Tanpa menoleh. sang isteri
menyahut: 
   "Tanpa setetespun yang
tinggal. ' 
   "Anak yang penurut dia itu.
bukan" 
   "Penurut benar sih tidak. Ia
sempat memprotes. Malah
sampai muntah. Katanya. susu
itu terlampau masam. mana
dingin lagi. Sesudah  kuberitahu
itu susu kambing yang sudah
dibasikan. ia menggigil. Hampir
saja minumannya ia buang.
kalau syam kamaruzaman  tidak segera
datang menolong. la
menghabiskan susu itu. pak.
namun  belum menyentuh
sedikitpun hidangan satunya
lagi...." 
   "Maru itu?" 
   "Ya! ' 
   'Cuma segumpal kecil darah
ayam yang dikeringkan." pak
Kutil bersungut sungut. "Apakah
dokter syam kamaruzaman  tidak
menjelaskan pula kepada
farida . maru itu akan membuat
ia cukup kuat selama
mengandung bayi yang sudah
lama sama sama kita
harapkan?" 
   "Jangan tergesa-gesa. kata
syam kamaruzaman . pak Nanti nak mirna 
curiga"." wanita lesbian  tua yang
sudah  asyik merajut itu,
mendadak menggoyang
goyangkan kepala. lantas
bersungut-sungut pada
suaminya : 'Jangan berdiri
mematung saja. pak. Tolong
garukkan belakang telingaku.
Gatal sekali rasanya...." 
   dul latief  mendekati isterinya. 
   Dengan bantuan cahaya
lampu. ia menemukan yang ia
cari di belakang telinga bu
girah . Itupun sesudah  lebih dulu
menyibakkan sebagian rambut
wanita lesbian  itu. sehingga bagian
yang gatal itu dapat terlihat
dengan jelas. Sebuah lingkaran
merah kehitam hitaman. sebesar
uang logam. 
   Sambil menggaruk lingkaran
yang ganjil itu. dul latief 
berbisik : 
   "Kau dengar apa yang tadi
diucapkan lukman ?" 
   "Kudengar. pak." 
   "Akan terjadi perubahan besar
di muka bumi....' 
   "Benar. Akan terjadi
perubahan besar di muka buni."
isterinya mengiyakan. 
   Di kamar tidur mereka.
farida  mengomeli suaminya: 
   "Jauhkan maru itu dari
dekatku. untung . Aku jijik!" 
   untung  memandangi gumpalan
kecil di atas piring 
   yang ia pegang. berusaha
membujuk : 
   "Cuma sekerat. sayangku.
Anggap saja dandang kering." 
   "itu darah, untung . Darah
mentah!" 
   Apa salahnya?" 
   "Hukumnya haram!" 
   "ini demi kesehatanmu. Tanya
saja dokter syam kamaruzaman ." untung 
kewalahan. namun wajahnya
tetap memperlihatkan muka
manis dan kesabaran yang
mengagumkan. "Lupakah kau.
sudah  dua kali kau mengalami
keguguran?" 
   "Oh...." 
   "Makanlah." 
   "Ya Tuhan. Tadi susu dingin
asam dan baunya bukan main.
Sekarang darah...." farida 
hampir menangis, namun ia
jumput juga potongan maru di
piring itu. Berkali kali ia
menelan ludah. sambil
mengamat amati potongan maru
di antara jari jemarinya yang
gemetar. Berkali kali pula ia
mengutarakan perasaan jijiknya,
mengucapkan kata kata haram,
dan akhirnya dengan bantuan
segelas air. obat yang lain dari
yang lain itu ia kunyah juga.
Sesudah menelannya dengan
susah payah, ia menggerutu : 
   "Demi anakku." 
   "Anak kita. mirna ." 
   '". Demi anak kita. ' mirna 
manggut-manggut. lantas
merebahkan tubuhnya yang letih
lesu di ranjang. untung 
menyelimuti isterinya dengan
teliti. sehingga hanya tampak
kepala farida  sampai sebatas
leher saja. 
   Sesudah  lampu kamar
dipadamkan. untung  ikut rebah di
sisi farida . 
   "... peluklah aku, kekasih:
isterinya berbisik. 
   untung  memeluk isterinya di
bawah selimut. 
   "Apakah badanku dingin.
untung ?" 
   "Hangat." 
   'Rasanya membeku." 
   'Kau letih. mirna . Mungkin juga
karena cuaca. Ketika tadi aku
menutup pintu. langit dipenuhi
pekat yang mendung.
Tampaknya hujan akan turun.?" 
   Aneh. Padahal tadi siang.
bahkan sampai sore. begitu
cerah.' farida  bergumam.
Resah. 'Apakah ini pertanda
buruk. untung " 
   "Untuk petani yang sudah
lama ditimpa kemarau. penanda
baik. namun  untuk kepala proyek
seperti aku. benar benar buruk.
Aku masih baru memegang
jabatan. Namun tampaknya
harus membuat perubahan
rencana besar besaran. kalau
musim hujan tiba...." 
   Kau punya staf, bukan?" 
   "He-eh," 
   Biarkan mereka yang
mengurusnya. Pikirkanlah
mengenai masa depan kita,
sayangku. Aku sudah bosan
mengontrak rumah terus
terusan. Tiap akhir tahun. ke
takutan dikejar uang sewa yang
semakin tinggi. Belum lagi harus
berpindah pindah Seperti
pengungsi...." 
   Katamu," potong untung .
tertekan lngin mengganti mobil
kita dengan yang baru Soal
tanah atau rumah.. ." 
   'Aku berubah pikiran. untung ." 
   Mengapa"' 
   "dul latief  dan nyi girah .
memang orangorang tua yang
ramah. baik hati.
memperhatikan kita seperti
memperhatikan anak-anak
mereka sendiri. namun  suasana
di sekitar rumahini, untung .
kadang kadang membuatku
takut. Lebih-lebih tumpukan
batu di bibir bukit itu....' 
   "Apakah kau pernah disakiti
mereka?" tukas untung  dengan
cepat. Ia tidak ingin
membicarakan mengenai batu
batu besar yang salah satu
berbentuk altar itu.
Membayangkan tempat itu, ia
sama takutnya dengan farida .
Ia tidak akan melupakan
bagaimana isterinya pada suatu
malam, di permukaan altar...." 
   "Tidak. Mereka semua orang
baik." 
   "Jadi" 
   "Agak misterius. itu saja.
Jarang berkumpul satu sama
lain. Lebih jarang lagi bergaul
dengan pemukiman tetangga di
bawah bukit. Tidak ada anak
anak kecil. Tidak ada suasana
hiruk pikuk orang berkeluarga.
Yang lebih tidak mengenakan
lagi. omongan mereka kalau
kebetulan kami bertemu satu
sama lain.... Dunia yang sudah
rusak. Kiamat yang sudah
menunjukkan pertanda segala
macam. Pokoknya. pembicaraan
yang itu ke itu juga. Dengan
harapan yang itu ke itu juga:
suatu hari, akan ada
perubahan," farida  bernafas
tersengat-sengat. 
   Susah payah ia melanjutkan : 
   paling akhir. tadi Pak Lahuba
bilang. anak kita kelak akan
membawa perubahan di muka
bumi. Hai. hai. hebat benar.
Luar biasa. Emangnya anak kita
kelak bakal jadi apa sih. untung "
   'Presiden, siapa tahu Atau.
ketua Dewan Keamanan pe-be
be! ' untung  menjawab dengan
sungguh sungguh. Disusul suara
memohon : 'Sudahlah. Mari kita
tidur. Aku harus masuk kerja
pagi-pagi benar " 
   Di luar rumah. guntur
menggelegar tiba tiba 
   farida  bergidik. Dengan mata
nyalang ia memandang jendela
kamar tidur. Tertutup tirai.
Namun ventilasinya
memperlihatkan cuaca yang
hitam kelam, dan seSekali
mendadak putih menyilaukan
manakala petir sambar
menyambar. Lewat tengah
malam. hUjanpun turun deras.
membadai. Topan seakan
menggoncangkan rumah itu.
namun tidak  mampu
menggugah tidur untung  yang
lelap. 
   Mata farida  tak mau
terpicing. 
   Ia teringat saat saat pertama
kali ia mengandung. Hujanpun
membadai seperti sekarang. Ia
sampai terserang flu berat.
hampir selama masa kandungan.
Anak 
   mereka yang pertama. tidak
saja lahir prematur. namun  juga
ukuran panjang dan timbangan
berat badannya tidak normal.
sehingga perlu dibantu dengan
arus listrik selama dirawat di
rumah sakit. namun  baru
beberapa hari pulang ke rumah.
anak itu terserang panas. Di
bawah hujan deras mereka
melarikannya kembali ke rumah
sakit. Tiba di sana. meninggal
sebelum sempat mendapat
pertolongan. 
   Marianna. anak mereka yang
kedua. juga lahir prematur.
namun  lebih sehat dari yang
pertama. Sayang. suatu hari
untung  dipecat dari pekerjaannya
karena hasutan orang. Mereka
terpaksa menjual apa saja untuk
membiayai hidup selama untung 
belum dapat kerjaan lain.
Sesudah  semuanya habis. mereka
terpaksa pindah ke rumah
kontrakan yang lebih kecil.
sempit dan jorok. Itupun dengan
meninggalkan hutang di rumah
kontrakan mereka yang lama.
Lalu musim hujan yang bertemu
dengan wabah kolera itu.
merenggut Marianna pula.... 
   farida  gemetar ketika
mendengar curah hujan yang
bagai air bah menyapu atap
rumah. Kaca jendela seakan
mau pecah oleh hempasan angin
topan. Apakah ini pertanda
buruk pula untuk anak mereka
yang ketiga" namun  dokter
bilang. anak ini akan hidup.
"melebihi hidup kita semua!"
lukman  bilang. malah akan
membawa perubahan besar di
muka bumi. Kata orang tua tua.
biasanya manjur. Bakal jadi
Presiden. kata untung . atau
siapa. tahu. ketua Dewan
keamanan pe be-be. Ia
tersenyum sekali mengingat
harapan suaminya yang
mustahil itu. Tumbuh sehat
pintar dan sesudah  dewasa jadi
orang yang berguna pun sudah
cukup. farida  akan
merawatnya. mendidiknya
mengajarinya tentang apa
artinya hidup dan kehidupan.
Kemudian... 
   Guntur menggelegar lagi. 
   Keras luar biasa. sampai
ranjang yang mereka tiduri 
   seolah terangkat dari lantai. 
   "Gempa!" farida  setengah
berteriak. terduduk di ranjang. 
   untung  tetap saja terlelap.
Terlalu capai belakangan ini
sesudah  menduduki jabatan
kepala bagian proyek yang sibuk
itu. Haruskah ia bangunkan
saja" Ah. jangan. untung 
membutuhkan istirahat. Pagi
pagi benar ia harus masuk
kantor. sibuk merubah rencana
pembangunan. dan.... namun 
kalau terjadi gempa" 
   farida  bergidik. 
   Ia harus memeriksanya. Siapa
tahu! 
   Pelan pelan ia bangkit dari
tempat tidur. Guntur sudah
berhenti. Hanya kilat yang
sesekali masih menyambar.
disertai tiupan angin topan dan
hujan badai yang seolah tidak
akan mau berhenti. malah
semakin keras saja. Tirai jendela
ia singkapkan. Namun hanya
kegelapan yang ada di luar.
Lalu. bayangan samar samar
rumah tangga. Kalau tak salah.
rumah pak Jumadi. yang
menurut cerita nyi girah ,
dulunya bekas petani dan kini
melonjak jadi penasihat di salah
satu departemen pemerintah.
Banyak memiliki bintang jasa.
dan untuk itu' terpaksa sering
meninggalkan rumah dan
isterinya yang sudah tua renta.
Kemudian, isterinya pindah ke
rumah salah seorang anak
mereka di kota. Namun rumah
itu tetap mereka tempati pada
waktu-waktu tertentu. Sering
kosong. seperti malam ini. Tak
ada cahaya apa apa di dalam
rumah tetangga itu. Tak ada
kehidupan. Jadi. tentu saja tidak
seorangpun yang ia harapkan
keluar dari rumah pak Jumadi
untuk berteriak : "Gempa. Hayo.
semua keluar. Ada gempa"!" 
   farida  beranjak ke ruang
depan. 
   Lantai tidak bergeming
sedikitpun. Ah. memang tidak
ada gempa. barangkali.
Mungkin karena terlalu kesepian
seorang diri. ia merasa hujan
kecil sebagai hujan
   badai. Tahu-tahu saja. farida 
sudah  menyingkap tirai jendela
depan pavilyun. Kegelapan yang
sama. butir, butir hujan yang
sama. Dengan suara angin
bersiut siut yang sayup sayup
sampai ke telinga. Pepohonan di
depan rumah tampak bergoyang
goyang di bagian daun nya yang
rimbun. namun  batang batangnya
tetap utuh, tak tergoyangkan. 
   Tak ada apa-apa lagi selain
bayangan pepohonan itu 
   farida  baru saja akan
menutupkan tirai jendela dan
bermaksud untuk tidur saja.
ketika petir menyambar di
tengah kepekatan malam yang
gelap gulita. farida  terkejut
bukan main. Ia pegangi tirai
kuat-kuat. sehingga kaca jendela
tetap telanjang di depan
matanya. Sambaran kilat yang
kedua kali. tidak mengejutkan.
Hanya. mentajubkan. 
   Kilat itu bersinar cukup lama. 
   Cukup pula bagi farida  untuk
melihat segala galanya.
Tanaman bunga yang setengah
rebah di pekarang an,
pepohonan yang tegak dengan
tangguh, lapangan rumput. jalan
setapak yang mendaki. lalu
tumpukan batu-batu besar di
bibir bukit. 
   Altar tampak menyala. 
   Ah. bukan menyala Melainkan
terang benderang dalam jiatan
lidah petir. Dan di belakang
altar di tonjolan batu yang
paling tinggi, sosok tubuh yang
sudah pernah ia lihat, muncul
sekilas. Tinggi kekar dan hitam,
dengan sepasang tanduk di
kepala. berdiri lurus menghadap
farida . Ia melihat sepasang
mata besar yang merah menyala
nyala. yang kemudian lenyap,
bersama hilangnya petir 
   Lalu. perlahan-lahan,
hujanpun turut mereda 
   Tergetar farida  karena
perubahan suasana yang
mendadak itu. Suara riuh rgirah 
diluar rumah lenyap begitu saja.
Tinggal sepi yang menganga
seperti ada roh roh jahat
tertegun dalam kegelapan. Ingin
rasanya farida  lari dari
jendela. bersembunyi dalam
pelukan untung  di kamar tidur.
Wahai, mengapa begitu lelap
suaminya. tiap kali farida 
dihadapkan pada cengkeraman
iblis yang menggapai dari luar
sana" 
   Betapapun farida  mencoba.
kakinya tetap saja terpaku di
lantai. Bahkan tangannya yang
menyingkap tirai jendela. tak
mampu ia gerakkan sama sekali.
Nafasnya berdesahdesah.
mengeluarkan uap putih yang
segera mengendap dipermukaan
kaca jendela. Namun matanya
yang terpentang lebar masih
dapat melihat perkembangan
yang terjadi di pekarangan.
kemudian di sepanjang
perbukitan. Meskipun pucat,
cahaya rembulan yang kembali
muncul cukup lantang
menyuarakan kekuasaannya.
Kabut tipis seperti sutera putih
merayap diatas rerumputan,
merangkak malas sejauh mata
memandang. Tiba di bibir bukit
yang ketinggian. kabut itu
tampak dengan susah payah
merangkul tumpukan batu batu
hitam. terutama batu yang
paling menonjol kuat dan
menjulang ke langit biru. 
   Berkedip mata farida 
seketika. 
   Ada sesuatu disana, agak
kesebelah kanan tumpukan batu
misterius itu. Sesuatu itu
bergerak lambat memanjat
sebuah batu besar dan lebar.
Mulut farida  terbuka lebar.
ingin menjerit karena kaget.
manakala sesuatu itu berdiri
tegak. memandang kian kemari
dan berhenti tepat kearah rumah
yang didiami farida  bersama
suaminya. 
   Ketika sesuatu itu bergerak
turun. farida  terengah. Komat
kamit mulutnya membaca apa
saja yang teringat untuk
mengusir ketakutan yang
kembali mendera. Sesuatu itu.
makhluk berwujud manusia.
berjalan tersaruk saruk dengan
kaki kaki tenggelam dalam
pelukan kabut. Suram. hitam.
menjurus langsung ke tempat
farida  mengintip. di balik
jendela. 
   Tidak jangaaan...." tahu tahu
saja mulut farida  dapat
bersuara. sesudah  kelu sejenak
tadi. "Jangan dekati aku...
jangan kesini. oh jangan...!" 
   Nalurinya untuk
menyelamatkan diri
mengerakkan otot otot farida 
yang tegang kaku. Sarap
sarapnya mulai pula bekerja.
demikian pula pembuluh darah
serta denyut jantungnya. Tanpa
sadar. tirai yang ia cengkeram
terlepas. dan ia bertindak
mundur. selangkah. dua
langkah, tiga. empat sambil
berbisik mohon perlindungan. 
   untung " untung ?" kemudian.
disusul dengan putaran tubuh.
gerakan kaki yang semakin
cepat. berlari ke kamar tidur
seraya berteriak histeris:
untung oooo!" 
   untung  terbangun bukan oleh
teriakan isterinya. Melainkan
oleh terkaman tubuh farida 
yang terbang ke atas ranjang,
lalu memeluk suaminya dengan
sekujur tubuh bergetar hebat.
Sesudah  mengucek ucek mata
sebentar, untung  menggapai
tombol lampu, Klik, kamar tidur
terang benderang menyilaukan.
untung  terkesiap melihat wajah
isterinya yang pucat seperti
kertas itu. basah bersimbah
peluh Dingin. 
   'Ada apa mirna ?" . 
   'Didddi aaa menuju kkeee
kemariii..._' farida  menceracau
gugup. tak ubahnya orang sehat
walafiat yang mendadak gagu 
   'Dia" Siapa?" 
   'Haaa -hantuuu .." 
   Han . Astaga, mirna . untung 
perlahan lahan dapat menguasai
dirinya. "Kau membuatku kaget
saja. Hantu, hem. Sejak kapan
kau percaya pada hal hal gaib
yang menggelikan itu" Tak ada
hantu, mirna . tak...." 
   "Ada. Diluar pintu!" ' 
   "Apa". untung  hampir saja
tertawa. Namun iba kasihan
melihat isterinya yang sangat
ketakutan itu menekan keinginan
konyol itu. Ia menarik nafas
pantang, kemudian bangkit dari
tempat tidur. 
   "Baiklah." ia berkata lembut.
"Akan kulihat sebentar." 
   "Jangan!" farida  ketakutan. 
   "Alaaa, paling juga
bayanganmu saja. Kalaupun
pencuri, kukira ia itu tertalu
nekad menyatroni rumah dimana
aku menetap." untung  tersenyum,
dan berjalan keluar kamar tidur.
Seketika terbayang masa-masa
mereka masih menetap ditempat
kediaman mereka yang lama.
Tempat yang sumpek, semrawut
dan rawan, tempat dimana ia
sering ikut keluar ronda malam,
sering memergoki maling
bahkan menangkapnya dengan
tangan sendiri. Mau tidak mau
selagi berjalan ke pintu depan.
otot otot lengan. dada serta
paha untung  mengembang oleh
dorongan naluri membela diri. 
   Diam-diam. farida  menguntit
di belakangnya. Bukan karena
ingin ikut. Melainkan semata
mata karena tidak mau ditinggal
sendirian di kamar tidur. Ketika
untung  menjangkau pegangan
pintu. farida  menyambar
lengan suaminya. untung  sampai
kaget sendiri, hampir marah,
namun naluri ingin melindungi
menekan kemarahannya itu jauh
ke sanubari. 
   "Berdirilah diam diam di
belakangku," ia berbisik. 
   Lalu. jari jemarinya
menyentuh anak kunci,
sementara tangannya yang lain
mengintip lewat celah celah tirai
jendela yang sedikit tersingkap.
Kegelapan diluar sudah  diterangi
bulan yang semakin benderang,
mana lampu beranda ikut pula
menerobos kabut. Ia melihat 
   sesosok tubuh kehitam hitaman
mendekat dari arah perbukitan.
dan berjalan sejajar dengan
pagar pekarangan pavilyun. 
   untung  bergerak cepat dan
terampil. . 
   Kunci pintu disentak berderak,
daun pintu direnggut terbuka.
Dengan satu kali lompatan ia
sudah  berdiri di beranda seraya
berseru lantang" 
   "Berhenti, siapapun kau
adanya!" , 
   Terdengar seruan kaget, lantas
sosok tubuh ke hitam hitaman itu
berhenti, hanya selangkah dari
pintu pagar. Di belakang untung ,
farida  bergidik. Selama
beberapa detik. ia pejamkan
mata dan berdo'a semoga
makhluk itu tidak menghambur
menyerang ia dan suaminya. 
   "Siapa kan"," untung  bertanya
kejam. 
   Sepi menyentak sejenak,
farida  hampir Jatuh pingsan. 
   Lalu: 
   "Saya, juragan...." terdengar
jawaban parau. 
   "Saya siapa?" 
   "aidit ." 
   Seketika itu juga. farida 
membuka kedua belah matanya.
lalu berdiri tegak di samping
untung . bersama sama menatap
sosok tubuh kehitaman yang
tampak tegak dengan gelisah di
luar pagar. Karena belum yakin,
untung  mendengus: 
   "Mendekatlah. Supaya aku
dapat melihatmu." 
   Sosok tubuh itu bergerak ragu
ragu ke pintu pagar.
membukanya dengan suara
berderit kemudian melangkah
memaSuki pekarangan. Dalam
sekejap. ia sudah  berdiri
dihadapan kedua orang muda
itu. Gelisah dan ketakutan
tergambar di wajahnya yang
kehitam hitaman. Lampu
beranda menerangi sekujur
tubuhnya. Ia tidak saja berkulit
kehitam-hitaman, namun  juga
berpakaian 
   warna gelap. Pantaslah
penampilannya menakutkan
ketika muncul dari balik kabut.
Namun, meski sudah  mangenali
laki laki itu sebagai pelayan di
rumah induk semang nya,
farida  belum puas 
   "Apa apa kerjamu di luar"," ia
mendesah. lirih. 
   "Ya, Apa kerjamu di luar",'
untung  mengulang"  pertanyaan
isterinya. Curiga. _ 
   "Saya baru pulang. juragan,"
jawab orang itu. Dari kebun." 
   "Kebun siapa?" 
   'Ya, kebun siapa lagi. Kebun
dul latief , tentu. Saya...." 
   "Mengapa larut malam
begini?" 
   "Oh. itu. Saya pulang sore
sore. juragan muda. !'tapi
mendadak hujan turun begitu
saja. Derasnya bukan main.
Dinginnya, beeer orang itu
menggigil. dan merapatkan
sarung pelekat yang terbelit di
lehernya. 'lantas saya berteduh
di tengah jalan. Ada ceruk yang
lebar dan hangat,
hampir-hampir saya ketiduran.
Kemudian hujan tahu tahu
berhenti, lalu saya...." 
   "Kau datang dari arah sana.
Mengapa?" tanya farida 
bernafsu, seraya menunjuk ke
bibir bukit, di mana terletak
tumpukan batu-batu hitam
misterius yang kini seolah
berkumpul diamdiam. mengintai
pembicaraan mereka dari
kejauhan. 
   'Saya suka memilih lewat dari
situ, juragan. Ada jalan setapak.
curam dan berbahaya memang.
namun ! lebih singkat. dan
sekalian melatih mental saya...;
ia tersenyum sumbang. "Biar
sudah tua saya ingin lebih
pingin sehat dan gagah seperti
juragan muda." ia menunjuk
dengan sopan kearah untung 
yang tinggi kekar dan berdiri
kokoh di samping farida  yang
kecil mungil. 
   "Hem! .' farida  mendengus,
tidak tahu lagi apa yang akan ia
utarakan. untung  demikian pula.
Ia merasa puas 
   sudah  membuktikan pada
isterinya bahwa tidak ada hantu
di dunia ini. farida  tidak perlu
takut lagi. Yang mereka hadapi
bukan pula pencuri, melainkan
pelayan laki-laki induk semang
mereka sendiri! Tidak perlu
dicurigai sama sekali. 
   "Boleh saya pergi. juragan"
Saya letih dan ingin tidur." , 
   untung  mempersilahkan.
laki-laki itu membungkuk sopan.
kemudian berlalu Ketika ia
menutup pintu pagar, orang itu
membungkuk lagi. Baru
sesudah nya ia bergegas pergi ke
bagian belakang rumah besar
itu. dimana ia punya kamar
dengan kunci tersendiri. 
   untung  mengawasi isterinya. 
   "Puas"." ia tersenyum. 
   farida  geleng kepala. 
   "Apa lagi. mirna ?" _ 
   "Aku masih curiga padanya." 
   "Uh. Kukira.... namun  marilah
kita ke dalam dulu. Dingin sekali
di luar sini... ia menarik
isterinya ke dalam. yang
menurut saja bagai kerbau
dicucuk hidung, dengan wajah
tetap kelihatan tidak puas dan
mata kosong mengambang
seakan terhipnotis. untung 
memaksanya supaya tidur saja,
namun  farida  menolak. 
   "ia muncul tidak lama sesudah 
aku melihat makhluk itu."
gumamnya, serius. 
   "Makhluk apa?" 
   "Makhluk hitam bertanduk.
Dengan mata merah
bernyala-nyala!" 
   "Hai, itu lagi. Apakah aidit 
bertanduk?" 
   "Tidak?" 
   "Matanya merah?" 
   Tidak." 
   "Jadi?" , 
   "Tak ayal lagi. Ada sesuatu di
sekitar tempat ini. 
   "untung . sudah  lama aku
memikirkannya. namun  kau
terlalu menganggap sepele.
menganggap remeh. malah
kukira kau menganggap aku
sudah berotak miring. Eh.
jangan menyela dulu.
Dengarkan aku, untung . Aku
tidak menyukai tempat ini. Kita
harus pindah!" 
   untung  ternganga. 
   Tak bersuara. ' 
   "Apa jawabmu?" farida 
mendesak, tak sabar. 
   "Kau letih. mirna . Kurang
tidur. Dan sedang hamil muda.
Itu sebabnya kau suka berpikir
yang bukan bukan. Dan"." 
   "Itu lagi!" farida 
menghentakkan kaki ke lantai.
Kesal. 
   "Lantas. apa maumu?" 
   "Pindah." 
   "Tempat ini enak. Semua yang
kau perlukan tersedia di rumah
ini. Dan bukankah kau pernah
berkata, dul latief  dan isterinya
begitu baik hati, begitu
pengasih, sehingga kau benar
benar merasa menemukan kasih
sayang orang tua yang tidak kau
peroleh lagi semenjak ayah
ibumu meninggal?" 
   "Tempat ini membuatku takut 
   "Takut pada apa?" 
   "Makhluk itu." 
   "Alaaa, mirna .?" 
   "Kau percaya si aidit . ya"."
farida  menukas. "Ia selama ini
tidak banyak bicara. Bahkan
jarang terlihat" 
   "Itu karena ia tahu diri. Dan
soal jarang terlihat. karena ia
tidak saja sering diperbantukan
di rumah lukman  yang tinggal
seorang diri itu. melainkan juga
karena -seperti ia ceritakan tadi
harus sering pergi mengurus
kebun dul latief ." 
   "Aku tidak yakin. Pasti ada
sesuatu yang
disembunyikannya." 
   "Wah. Apa pula itu?" 
   'Entahlah. Pokoknya sesuatu.
yang semata-mata ditujukan
padaku. Apa. aku tidak tahu.
Namun aku begitu takut. Jangan
jangan... memang ia sendiri
makhluk jahat bertanduk dan
bermata merah bernyala bagai
api neraka itu. Aku tak percaya
hantu. benar! Oleh karena itu.
apa yang kulihat muncul
mengerikan ditonjolkan batu
yang paling tinggi itu. bukan
jelmaan roh jahat. Melainkan
buatan aidit  sendiri. Entah
bagimana caranya. Yang jelas.
ia punya maksud maksud
jahat...!" 
   "mirna , mirna . Kau terlalu
menaruh curiga dan...." untung 
berpikir sebentar. Sesuatu
membuat kepalanya mendadak
dingin dan pikirannya jernih.
Lebih-lebih lagi semenjak
melihat mata isterinya yang
panik serta suaranya yung
begitu bernafsu. "Kukira,
pendapatmu masuk akal." ujar
untung . berubah pikiran dengan
tiba-tiba saja. farida  yang
sedang terguncang perasaan,
tidak menyadari perubahan yang
terjadi begitu cepat itu. Dengan
serius dan sama bernafsu. untung 
mendesah: "Aku akan
menyelidiki orang itu. namun 
mirna . selagi kecurigaanmu
belum terbukti kumohon.
Janganlah berpikir untuk
pindah." 
   'namun  aku...." 
   'Nanti dulu. mirna . ingat kita
belum lama di sini. Pindah
begitu saja tanpa sebab sebab
yang jelas, akan membuat
tetangga-tetangga dan bapak
serta ibu Kutil bertanya tanya.
Karena hanya kita berdua orang
muda di daerah pemukiman ini.
mereka lantas keliru menduga.
lalu tersinggung, sakit hati. Itu
tidak baik. Masih ada lagi. Aku
belum lama bekerja. Belum
sempat kumpul-kumpul uang.
Memikirkan pindah dalam
keadaan kita sekarang. benar
benar membuat aku kau
pojokkan dalam kesulitan " 
   farida  mendengus: 
   "Kau memikirkan dirimu
sendiri. Tak kau pikirkan 
   "mirna ...." 
   "Apakah kau sudah  mengikuti
jejak pejabat lama yang kau
gantikan" Mengabaikan isteri.
dan mulai tertarik pada
wanita lesbian  lain'?" 
   "Hai. hai. Apa lagi ini?" untung 
tercengang. farida  melotot,
kemudian berlalu ke kamar tidur
tanpa menjawab sepatahpun jua.
untung  kebingungan, kemudian
menyusul. Di kamar tidur, ia
berusaha membujuk farida .
namun  isterinya tidak mau
dibujuk. untung  kesal sendiri. ikut
marah. dan mempersetankan
sikap aneh isterinya yang ganjil
malam itu. Tempat ganjil malah.
Pertengkaran mulut itu berlanjut
dalam pertengkaran berupa
perang dingin, dan berakhir
dengan tidur di ranjang sambil
punggung-memunggungi. 
"Beberapa hari ini kalian
tampak tegang." nyi girah 
berkata hati'hati ketika ia dan
farida  tinggal berdua di rumah
besar itu. dan sang induk
semang yang baik hati itu
dengan Sengaja mengundang
anak semangnya yang sedang
gelisah untuk duduk minum
bersama di rumah induk,
sekalian mengisi kesepian
ditinggal pergi suami masing
masing. untung  ke kantor, dan
dul latief  bersama aidit  turun
ke kota. Mengambil uang
pensiun di bank. 
   "Bukannya aku mau ikut
campur, nak mirna ," desah bu
girah , lembut dan setengah
menyalahkan dirinya sendiri.
"Namun aku dan bapakmu tak
enak makan, melihat kalian
berdua berlaku seperti kucing
dan anjing," ia tersenyum.
"Jangan lupa. kalian sudah.
kami anggap sebagai anak
sendiri." 
   farida  mengucapkan
terimakasih. Ragu ragu
sebentar. apakah ia harus
membukakan rahasia rumah
tangganya kepada wanita lesbian 
tua yang budiman itu. Sambil
mengawasi jari-jemari nyi girah 
yang dengan terampil
menggerakkan jarum pada kaos
kaki yang ia rajut, ia kemudian
bergumam: 
   "Hanya soal sepele saja. bu. 
   "Boleh aku tahu?" 
   "Ah...." 
   "Tak usahlah, kalau kau
enggan!" nyi girah  tersenyum
lagl. "Hanya yaa, tadinya kukira
aku dapat membantu." 
   Sepi sejenak. 
   Lalu tiba tiba: . 
   "Ibu percaya hantu?" 
   "Apa?" nyi girah  kaget.
Hampir saja jamm menusuk ibu
jarinya. Sekejap kemudian.
wajahnya sudah nampak biasa
kembali. 'Pertanyaanmu aneh
benar. nak mirna ." 
   . "Ibu percaya?" desak
farida . 
   "Tentu saja percaya." 
   "Mengapa, nyi girah ?" 
   "Karena selain makhluk nyata.
.dunia ini juga dipenuhi oleh
hal-hal gaib. Bukankah itu
tertera dalam kitab . suci?" 
   "Yang disebut gaib. bisa saja.
dan aku yakin. nyi girah , pasti
ditujukan pada ciptaan Tuhan
semata...." 
   "Apakah makhluk gaib bukan
ciptaan Tuhan. nak mirna ?" 
   _"Itu aku tak.... Hem. namun 
makhluk gaib itu seperti apakah
rupa dan wujutnya. nyi girah ?" 
   "Tergantung dari sudut apa
kita merasakan dan
melihatnya..." wanita lesbian  tua itu
menatap farida  dengan sorot
mata tajam. "Kau melihat
makhluk gaib. itukah yang kau
maksudkan. mirna ?" ' 
   "Ya. bu?" __ 
   "Astaga. Dimana?" 
   mirna  menyebutkan tempatnya.
Kemudian menceritakan
suasana serta bagaimana rupa
makhluk yang pernah ia lihat.
nyi girah  mendengarkan
dengan takut. dengan sesekali
mengucap sesuatu samar samar.
sesekali geleng kepala. dan
pernah sampai mengatakan
"Setan Itu dia. Sang Penguasa"
Ia mengucapkannya begitu
samar, sehingga farida  tidak
mendengar, hanya bercuriga
ketika melihat wajah nyi girah 
berubah kemerah-merahan serta
matanya kelihatan berkilat kilat
penuh semangat. 
   "ibu merasakan sesuatu"'
Desah mirna . ingin tahu. 
   "Oh. Hanya kegembiraan." 
   "Mengenai?" 
   "Ceritamu. Ceritamu itu
membuktikan kebenaran yang
sudah  disebut dalam kitab suci.
Tentang adanya Penguasa di
muka bumi. Ah. jangan bertanya
apa-apa dulu. Aku juga sama
bodohnya seperti kau dalam soal
soal begituan. Namun aku
percaya. sesuatu akan lahir di
dekat kita. dan sesuatu itu diberi
pertanda lewat apa yang kau
lihat." 
   "Makhluk jahat itu?" farida 
terkejut. 
   _ "Siapa mengatakan yang kau
lihat itu makhluk jahat,
anakku?" 
   "Tidak " eh. aku...." 
   "Pernah kau diganggunya?" 
   "Tidak." 
   "Jadi. ia baik. Selama ia tidak
mengganggu, ia tidak jahat..."
nyi girah  berkata khidmat.
Melihat anak semangnya
kebingungan. ia mengalihkan
percakapan pada hal lain: 'Oh
ya. sambil lalu aku ingin tanya
padamu. nak mirna . Apakah kau
mencurigai si aidit ?" 
   '.'Bu aku..." farida  terpojok. 
   "Tak usah cemas. Ia hanya
pelayan di sini. Tenaganya pun
tidak begitu kami perlukan,
kecuali di kebun. dan sesekali
menemani lukman  yang sudah
tua itu. kalau ada sesuatu yang
tak dapat dilakukan lukman 
seorang diri. Memang
belakangan ini aidit  jarang
sekali di rumah. Kukira ia
memperoleh seorang majikan
baru secara diam diam. namun 
tidak memberitahu. Ia memang
suka berlaku aneh aneh... namun 
bertanduk dengan mata merah
bernyala, kedengarannya
menggelikan." 
   "Apa saja yang aneh aneh dari
kelakuannya. bu'?" 
   "Ah. tak jelas benar.
Didekatku, ia biasa biasa saja.
Hanya kalau ia sudah jauh dari
rumah ini. dan sering berkumpul
dengan orang-orang kampung
tak jauh dari lembah. kudengar
ia sering berbuat aneh. Aneh
macam apa. aku sendiri tidak
jelas. namun  sesudah  mendengar
kisahmu yang menakutkan itu.
aku kira aku dan bapakmu harus
lebih berwaspada." 
   Kaos kaki itu selesai ia rajut. 
   Lalu diletakkan di keranjang.
dimana hasil rajutan nya yang
lain sudah  bertumpuk tumpuk.
Dengan sengaja ia arahkan
perhatian farida  pada
keranjang itu. sekedar untuk
mengalihkan bahan
pembicaraan dengan halus. 
   'Delapan setel. Kaos kaki dan
kaos tangan. Cukuplah. nak
mirna "' 
   Untuk apa. bu"'' 
   'Astaga, kandunganmu tak
lama lagi akan lahir. bukan" ' bu
girah  pura pura tersinggung 
   'Untuk anakku" farida 
terkejut sudah  lama ia
perhatikan kesibukan induk
semangnya merajut. Namun tak
pernah ia duga. hasil rajutan itu
untuk anaknya, terutama yang
mengherankan dia, karena
bentuknya yang ganjil. "Aduh.
bu. Aku sangat berterimakasih'
ia memegang tangan wanita lesbian 
itu dengan perasaan terharu.
"namun  
   "namun  apa nak mirna " 
   "Dari dulu kuperhatikan. hasil
rajutan itu... yah. agak aneh.
Yang mana kaos kaki" Yang
mana kaos tangan" Hampir
serupa bentuknya. Dan apakah
tidak terlalu panjang
lengannya?" 
   "Jadi. tak ada beda kaos
tangan dan kaos kaki?" bu
girah  mengernyitkan dahi. "Ya
ampun. rupanya hal itu baru
kusadari sekarang. Maklum
sudah tua bangka sudah lama
tidak mengerjakan hal yang
serupa. Untung kau ingatkan.
nak... Hem, untuk apakah ini
cocok di pakai?" 
   "Kaos kaki saja, bu. namun 
kebanyakan." 
   "Biarlah." 
   "Lagipula. bu." farida 
mengamat amati salah satu kaos
ditangannya 'Lengannya yang
kepanjangan ini, dapat sebagai
pengganti kaos. Cuma ya bu.
apa bentuk ujung pada kaki
nantinya. tidak terlalu bundar." 
   "Biar saja. nak. Agar jari jari
kaki si kecil tidak terjepit." ia
mengambil benang rajut. Jadi
aku akan memulai lagi Membuat
kaos tangan. namun  nanti dulu.
Bau apa itu. dari dapur" 
   "Biar kulihat. bu. ' farida 
bangkit dan bergegas pergi ke
dapur. 
   "Ah. rupanya nyi girah 
menjerang air dan lupa
mematikan kompor. Air di periuk
sudah  habis kering. dan dasar
periuk hangus mengering,
tinggal warna kehitam hitaman
yang mengepulkan asap berbau
pesing. Dengan bantuan sehelai
lap. farida  mengangkat periuk
dan meletakkannya di atas meja
perabotan yang permukaannya
terbuat dari porselen. 
   Waktu memadamkan kompor
perhatiannya tertarik pada
bahan bahan masak didekatnya.
Ada setengah periuk susu.
rempah-rempah, kemudian
setumpuk maru di atas sebuah
piring. Rempah rempah itu
baunya bukan main. sehingga
kepala farida  agak pening,
ditambah sebagian maru itu
belum kering benar sehingga
tampak darah masih kental
meleleh di tengah tengah piring.
ia tahu. semua itu disediakan
untuk nanti di berikan padanya
seperti biasa, rasanya ia ingin
muntah. Darah merah
kehitaman itu membuat perutnya
mengulah. 
   Ia lari ke kamar mandi. 
   Dan di sana. muntah benar
benar. Keluar dari kamar
mandi. perasaannya lebih enak.
Ia berpaling kearah lain waktu
melewati dapur. Dan karena
perbuatannya itu. matanya
menangkap sesuatu yang aneh
lewat sebuah pintu gudang yang
agak terbuka. Mua mula. ia
terkejut dan menduga ada
banyak wajah-wajah
mengerikan mengintai dari
dalam kegelapan gudang. Ia
tertegun. tak dapat bergerak
gerak. Matanya melotot.
menunggu dengan ngeri kalau
kalau wajah wajah mengerikan
itu muncul dan menyerangnya. 
   Namun, saat demi saat berlalu
tanpa terjadi apaapa. 
   Tidak ada suara apa apa dari
gudang. Tidak ada gerakan. Dan
ketika mata farida  terbiasa
dengan kegelapan yang temaram
dibagian dalam gudang lewat
pintu dari tempatnya berdiri. ia
melihat apa yang di sangkanya
wajah wajah mengerikan.
Ternyata cuma topeng topeng
belaka, dengan cat warna warni
yang simpang siur sehingga
tampak mengerikan. Topeng
topeng itu banyak sekali
jumlahnya. bergantungan pada
paku di tembok gudang. 
   "Periukku periukku, pasti
hang.... Eh. apa kerjamu disitu.
nak mirna ?" tahu tahu saja bu
girah  sudah  berdiri di pintu
masuk ruang tengah.
memperhatikan farida . Mata
wanita lesbian  itu berkilat ganjil.
Sekejap cuma. lalu ia berjalan
mendekati farida . "Hem. Kau
tentu terkejut melihat benda
benda busuk itu." ia berkata
lunak, seraya
   menutupkan pintu gudang
cepat cepat. 
   farida  menarik nafas. 
   Lalu mengurut dada. sehingga
paru parunya terasa lapang
kembali .
   'Buat apa topeng topeng
mengerikan itu bu?" tanyanya.
setengah berbisik. 
   "Mana aku tahu." runggut bu
girah  gusar. Itu pekerjaan si
aidit . Katanya sih untuk dijual
kalau turun ke kota. namun 
nyatanya. ditumpuk saja.
mengotori gudang. Hem. hem."
nyi girah  kelihatan sangat
gusar. "Kalau besok ia tidak
memindahkannya akan kubakar
semua topeng-topeng busuk itu!"
   Seolah tidak menyukai
persoalan ini ia menoleh ke arah
dapur. 
   Katanya: 
   "Jadi periukku yang rusak
tambah satu lagi ya?" ia angkat
bahu. menarik farida  kembali
ke tengah rumah induk seraya
berkata tak acuh 'Biarlah. Masih
banyak yang lain." 
   Namun percakapan mereka
tidak menyenangkan lagi. 
   Pemandangan di dapur.
kemudian di gudang sudah 
membuat perasaan farida  tidak
menentu. Terutama topeng
topeng itu. Mengingatkannya
pada sesuatu. Apakah ia pernah
melihat topeng-topeng sejenis"
Di pasar" Di toko" Atau
disekitar tempat ini" Topeng
yang bergerak-gerak. namun 
dimana" Kapan" Bagaimana" ia
mengingat ingat setengah mati,
namun sia sia. 
   Akhirnya ia minta diri untuk
masuk ke paviliun. 
   nyi girah  tak dapat
menahannya. wanita lesbian  tua itu
melepas ia pergi lewat pintu
penghubung. Begitu farida 
tidak tampak lagi. nyi girah 
bersungut sungut sendirian. 
   "Celaka! Celaka! Apa yang
harus kuperbuat?" 
   Dan ia merajut dengan gugup. 
   Akibatnya. jari telunjuknya
tertusuk jarum. Ia tidak kaget
atau kesakitan. Ia biarkan bekas
tusukan jarum mengeluarkan
butir butir darah Lalu sesudah 
darah itu hampir menetes, ia
bergumam: Abuuuu. abuuuu,
abuuuu." lalu menjilati darah
itu. Bekas tusukan tidak tampak
sama sekali. Lenyap mengebu
begitu saja. 
   Sambil menatap jari
jemarinya, ia mengeluh' 
   "Topeng..." lalu. wajahnya
berubah cerah "Ya. Topeng.
Mengapa tidak" aidit  dan
topeng Sungguh cocok." . 
   Lalu ia bangkit. 
   Berjalan keluar rumah. seraya
bergumam puas; 
   'Aku harus beritahu dia. Dan
minta persetujuannya?" . 
   Tak lama kemudian dia
menghilang di balik pintu salah
sebuah rumah yang terdapat di
daerah pemukiman terpencil di
atas perbukitan itu. 
 
   untung  pulang menjelang
malam. 
   ia makan diam diam ditemani
farida . Tak seorangpun mereka
yang berbicara. farida  masih
terpengaruh oleh apaapa yang
ia lihat siang harinya. dan yang
jelas ia masih marah pada
suaminya yang begitu
menyepelekan pendapatnya
selama ini. Padahal nyi girah .
yang begitu tua dan tentunya
sudah berpengalaman.
menyetujui dugaan farida .
Bahwa ada makhluk jahat di
sekitar mereka dan.... 
   "mirna ?" untung  bergumam
tiba-tiba. 
   "Nggg?" farida  tidak
mengangkat muka. 
   'Aku sudah menghubungi...
hem. maksudku. tanpa 
   persetujuanmu aku sudah 
menghubungi beberapa orang
teman teman dekatmu." 
   "Untuk?" barulah farida 
angkat muka, memandang
suaminya. bingung. 
   "Kukira kau kesepian. Dan
yah. bukankah tiap kali kita
merencanakan punya anak, kita
selalu mengundang makan
seorang dua kawan kawan baik"
Jadi, harap kau maafkan aku.
Mereka kuundang untuk makan
malam di rumah kita." lalu
untung  menyebut beberapa nama,
yang tiap nama membuat wajah
farida  yang keruh berubah
cerah. makin cerah dan cerah. ' 
   "Kapan?" ia berbisik pelan,
oleh luapan kegembiraan.
   "Sabtu malam. Minggu depan
   "Oh, " farida  telonjak dari
kursinya. berlari memeluk si
suami. "Alangkah senangnya.
sudah  lama aku merindukan
mereka semua. Hem. hem. apa
apa saia yang akan kuhidangkan
ya?", ia mereka-reka sejumlah
nama dan jenis masakan. dan
tiba tiba. seraya merenggangkan
pelukannya. ia berbisik dengan
suara manja: 'Mengapa kau
tiba-tiba begitu baik padaku,
untung "' 
   "Karena aku merasa
bersalah," untung  tersenyum
gembira. 'Aku lupa kau tengah
mengandung, Seharus nya aku
tidak keras kepala dan yah ..
mengapa pula kita
pertengkarkan soal soal sepele
itu?" 
   Mereka berciuman sejenak. 
   Mesra. 
   "Dan: 
   "mirna ?" 
   "Ya untung ?" 
   "Sekarang. aku akan berjaga
jaga Supaya kau dapat tidur
nyenyak. Maafkan, selama ini
aku terlalu menurutkan nafsu
tidurku sendiri. Jadi, mirna ,
mulai malam ini aku akan tahu
diri. Sehingga kalau makhluk
yang kau 
   ceritakan itu muncul...." 
   Makhluk itu baru muncul
malam berikutnya. 
   farida  baru saja terlelap.
ketika untung  membangunkannya
dan berbisik dengan suara
gugup: 
   "Aku melihatnya!" 
   farida  segera bangun. Di
luar, hujan memang turun. namun 
tidak begitu deras. Suara
anginpun tidak terdengar
membadai. Namun ada kilat
menyambar sesekali, dan guntur
yang mengguruh samar samar.
farida  dengan gemetar
menempel di belakang suaminya
ketika untung  mengajaknya
berjingkat jingkat ke jendela.
lalu dengan hati hati
menyingkapkan tirai. 
   Gelap sekali di luar. 
   namun  tidak demikian halnya.
ketika petir menyambar. Dalam
perubahan cuaca yang sekilas
itu, kelihatan tumpukan
batu-batu hitam di bibir bukit.
Selebihnya. tak ada apaapa lagi.
   "Aku tak melihat...." 
   'Sssst!" untung  meletakkan jari
telunjuk di bibir. "."Sabar 
   Sabar" Lucu benar kau ini,
pikir farida . ia masih gemetar.
namun bersama suaminya ia
merasa tidak setakut
sebelumnya. Anehnya. ketika
kilat menyambar lagi di luar
rumah. dan ia melihat sesuatu di
permukaan tonjolan batu yang
paling tinggi. ia juga tidak
setakut sebelumnya. Dengan
mata nyalang ia melihat
makhluk itu. 
   Berdiri lurus di atas batu.
Hitam pekat. dengan posisi
langsung menghadap ke jendela
tempat mereka mengintai. Dua
kali petir menyambar. Dua kali
farida  melihat bentuk seperti
tanduk. mencuat di kiri kanan
kepala makhluk misterius itu. 
   "Mau apa kau?" farida 
tersentak. ketika untung  berjalan
ke pintu. 
   "Memergoki dia' 
   "Dia siapa?" barulah farida 
ketakutan 
   "Hantumu yang terkutuk itu!" 
   Sebelum farida  sempat
mencerna arti ucapan suaminya.
untung  sudah  membuka pintu dan
dengan kecepatan yang tidak
terduga. ia menghambur keluar
rumah, berlari di bawah
siraman hujan menuju tumpukan
batu-batu hitam di tempat
ketinggian itu. 
   Guntur menggelegar di langit
kelam. 
   Dan lantai tempat farida 
berpijak seakan tergoncang
tiba-tiba.  
   PADA malam yang sama,
dalam kamar sempit tak jauh di
belakang pavilyun. aidit  
gelisah setengah mati. Begitu
masuk tidur. ia sudah  dapat
merasakan ada sesuatu yang
tengah menunggunya di luar.
Sesuatu yang bersembunyi di
balik kegelapan malam yang
dingin berkabut. Sekali ia buka
pintu atau jendela. ia pasti
langsung diterkam. Dicekik.
Dicabik-cabik. Dan kalau itu
terjadi, ia tahu pula, bahwa ia
tidak akan mampu melakukan
perlawanan. 
   Sore tadi. perasaan itu belum
timbul. 
   Ia sengaja menemui kedua
majikannya. Mengutarakan niat,
minta berhenti. Baik sebagai
pelayan, maupun pengurus
kebun. Tentu saja suami isteri
dul latief  kaget bukan kepalang.
lama kedua majikannya saling
bertukar pandang, sebelum pak
Kutil membuka mulut: 
   'Begitu mendadak. Astaga'
Apakah kami sudah 
mengecewakan kau selama ini
aidit ?" 
   "Saya cukup puas. juragan...." 
   lantas" 
   "Saya eh. saya bemaksud
menikah dalam waktu dekat ini,'
aidit   mengakui dengan malu
malu. Ia harapkan.
pengakuannya yang terus terang
itu dapat menggembirakan hati
kedua orang majikannya.
Nyatanya tidak. dul latief 
tertegun. Dan nyi girah 
kelihatan bingung. 
   "Hem... ' majikannya yang
lelaki, menarik nafas panjang.
'Jadi kau ada kemajuan. Bagus!
Kami senang mendengarnya . "
namun tekanan suaranya sama
sekali tidak menampakkan rasa
senang. "Lantas. mengapa harus
pindah" Ajak saja isterimu
tinggal bersama kita." 
   "Ia tidak mau. juragan. Sudah
saya paksa paksa." 
   ?"Mengapa?" 
   "Anu eh. begini. Ia Sudah
janda. Punya anak empat.
Katanya, ia tidak ingin
menyusahkan, eh lagipula ia
sudah punya rumah sendiri. Tak
mau meninggalkan rumahnya.
Dan. apalagi" Haruskah
diceritakan aidit  , wanita lesbian 
itu sudah  mengajaknya tinggal
bersama. dengan syarat aidit  
mau meninggalkan sifat sifat
buruknya selama ini. itu.
bolehlah. namun  ucapan yang
lain dari si wanita lesbian "
Perumahan di atas bukit itu.
perumahan orang orang
terkutuk' Lupakan mereka'
Jangan mau diperbudak
setan-setan itu' Mereka semua
pasti penjelmaan roh roh jahat
yang tengah merencanakan
sesuatu yang mengerikan. Entah
apa. namun  mereka dulu konon
orang-orang baik dan
menempuh jalan lurus 
   Pokoknya segala macam
hinaan yang mengandung
curiga. 
   "Kapan kau bermaksud pindah
"'' mendadak nyi girah  bertanya
.
   aidit   menarik nafas lega.
Jadi ia tak harus menceritakan
alasan mengapa calon isterinya
tidak mau di boyong ke atas
bukit. dan lebih suka tinggal di
rumahnya.
   Sesudah membasahi bibir yang
sempat kering. aidit  
menjawab. 
   "Sore ini juga!" 
   Kaget lagi suami isteri itu .
   namun  tidak lama. nyi girah 
kemudian pergi meninggalkan
rumah tanpa berkata apa apa.
Sedang suaminya. sesudah 
termenung cukup lama. menatap
aidit   dengan wajah muram.
Katanya: 
   "Sebenarnya kami merasa
berat melepaskanmu. namun 
karena tampaknya pendirianmu
cukup teguh. apa boleh buat.
Baiklah. Begini. Saat sekarang
kami tidak 
   punya uang kontan yang cukup
membayar sisa gaji dan
pesangonmu. Datanglah lain
kali. Namun kami ingin
memberimu sebuah tanda
mata...." 
   dul latief  tertatih-tatih pergi
ke gudang. 
   Ketika kembali. ia memegang
sesuatu yang terbungkus kertas
dan segera ia sodorkan ke
tangan nyoto  di yang
menerimanya dengan kepala
dipenuhi tanda tanya. Maklum
jalan pikiran pelayannya. pak
Kutil menerangkan: 
   "Hanya sebuah topeng. namun 
dibuat dari bahan karet yang
kuat. dan dirias sangat menarik.
ini yang terbaik dari semua
topeng yang ada dalam
persediaan kita. Eh, mengapa
kau gelisah" Wajahmu pun
tampak pucat. Sakit?" 
   "Tid -eh. hanya sedikit pusing.
juragan." 
   "Perlu kuantar ke rumah pak
syam kamaruzaman ?" 
   "Tidak terima kasih. Saya akan
sembuh segera." aidit  
kemudian pamit. dan berjalan
meninggalkan rumah induk
dengan langkah goyah dan
tangan yang seakan terbakar
selama memegang tanda
kenang-kenangan itu. Topeng
karet. pikirnya dengan cemas.
Topeng yang berbau kematian!
Topeng berbau maksiat! Topeng
yang pantas dipergunakan
manusia manusia durjana yang
sudah  melupakan Tuhan! 
   ia berani mengatakan seperti
itu. karena ia sudah tahu. 
   Bahkan bukan sekali dua ia
sudah  melihat bagaimana
topeng-topeng aneh menari nari
di bawah jilatan rembulan, di
antara suara-suara nyanyian
yang bergaung menakutkan di
tengah malam buta. Melengkapi
upacara upacara ganjil yang
kadang kadang sempat
mengalirkan darah manusia.. . 
   Sambil tersuruk suruk menuju
kamar pondoknya. aidit  
menatap kegelapan malam yang
dingin berkabut. Tiba-tiba ia
merasa takut. Dan topeng di
tangannya seperti bergerak
gerak. Karena tidak tahan lagi,
ia buang topeng yang dibungkus
kertas itu jauh jauh. Entah
kemana ia tidak perduli. Yang
penting, sejauh tangannya
mampu melemparkannya.
Kemudian dia pun lari terbirit
birit memasuki kamar
pondokkannya .
   Ia hampir menjerit karena
panik dan takut. manakala pintu
susah sekali terbuka. Rupanya
kunci pintu kali ini mengulah.
Sambil terus berusaha
mendorong, mengangkat.
menekan dan menarik
pengangan pintu supaya kunci
pas masuk di lobangnya, mata
aidit   liar jelalatan kian
kemari. takut kalau-kalau ada
sesuatu yang menguntitnya
diamdiam. Akhirnya pintu
terbuka juga, Ia menerobos
masuk seketika. dan membanting
pintu sampai tertutup. dan
menguncinya rapat-rapat. 
   Namun toh terbaring di tempat
tidurnya. tak mendatangkan
perasaan aman. Siapa tahu. apa
yang ia takutkan sudah  sempat
mengikutinya sampai ke dalam.
ketika tadi ia membuka pintu.
Dan kini bersembunyi di kolong
ranjang. atau di bawah lemari.
Ia biarkan lampu menyala
terang benderang. dan mencoba
tidur. Tidak ada sesuatu yang
perlu ia takutkan di kamarnya.
Yang ia kuatirkan. justru berada
di luar rumah. 
   Entah mengapa. ia merasa
sangat yakin sesuatu sudah 
mengintai diam-diam. begitu
topeng tadi ia lemparkan.
Sesuatu itu bahkan berusaha
mengejarnya. ketika ia membuka
pintu, Untung aidit   cukup
cepat.... 
   aidit   sudah terbiasa dikejar
kejar orang. Jadi bahan olok
olok anak kecil. dilempari batu,
dicap orang gila, dicemoohkan
orangorang tua. dianggapnya
makanan sehari-hari. Ia juga
tidak merasa aneh kalau
mendadak orang yang
berpapasan meludahi mukanya
begitu saja. tanpa sebab sebab
yang jelas. 
   Pernah sekali. ia ketiduran di
pos hansip. Ngorok. Melindur
pula. Liurnya melelehi lantai.
tanpa ia sadari. Karena jijik.
petugas ronda yang masuk pos
haram menjamahnya. namun  ia
harus dibangunkan. bukan"
Maka orangorang yang mau
ronda. saling berebut usul cara
bagaimana yang paling mujarab
membangunkan aidit   tanpa
harus mengotori tubuh dan
pakaian masing masing .
   Diambilnya usul yang terbaik.
Salah seorang yang paling
muda. paling nakal dan
dianggap paling jagoan. tampil
ke depan. Ia berdiri
mengangkangi aidit   yang
tidur celentang. menghadap ke
mulut aidit   yang mangap
seperti mulut buaya siap
menerkam bangkai. Orang tadi
membuka celananya. lantas
kencing sepuaspuas hati di
comberan menganga itu. 
   Tentu saja. minuman ajaib itu
membuat aidit   terloncat. Ia
mencak-mencak. namun tak
dapat berbuat apa-apa kecuali
ngacir bagai anjing kurap
disodori sapu lidi. Ia merasa
terhina. tak pelak lagi. namun  ia
belum pernah seterhina ketika ia
pertama kali jatuh cinta. 
   aidit   yang gelandangan.
makan bagaimana belas kasihan
orang tidur bagaimana belas
kasihan alam, sungguh celaka.
Ia jatuh cinta kepada perawan
yang jadi bunga desa. Lebih
celaka lagi. perawan itu puteri
tunggal. anak sebiji wayang pak
Lurah yang terkenal kaya raya.
Pemuda pemuda tampan.
berkedudukan dan berpangkat
terhormat terbang disekeliling
bunga desa itu. Termasuk anak
pak Camat sendiri. yang pernah
mengencingi aidit  . 
   Tahu diri. aidit   hanya
berani mengintip sang kekasih
dari kejauhan. sembunyi secepat
cepatnya kalau ada yang melihat
ada gelisah bagai cacing
terperangkap di pasir kalau
kebetulan sang kekasih melirik.
wanita lesbian  itu lebih terhina dan
tersiksa lagi: masa iya. gadis
yang paling cantik dan paling
kaya di desa. dicintai aidit  .
Begitulah. Suatu senja, ketika ia
mandi di kali. ia pergoki aidit  
mengintipnya dari balik semak
belukar. 
   Sutiningsih, perawan yang
bunga desa itu, menjeritjerit
setinggi langit. Penduduk desa
gempar, dan hampir setiap
pemuda mengajukan balas jasa
untuk menolong mencari siapa
yang dimaksud si perawan
ketika ia lari terbirit birit:
'Hantu kudisan! Anjing kurap
yang tak tahu ibu bapak! Babi,
ular kadal dan segala macam
itu. 
   Mujur aidit   tahu gelagat. 
   la keburu meloloskan diri. lari
ke tengah-tengah hutan
belantara. Sakit hatinya tidak
terperi. Sesudah  melewati
rawa-rawa yang penuh ular dan
kalajengking. ia selamat pula
mendaki bukit batu karang yang
dihuni binatang-binatang buas. 
   Tanpa ia sadari. akhirnya ia
jatuh tertidur di puncak bukit.
tepat di bibir jurang bebatu batu
curam. Tumpukan batu batu
besar hitam yang menjulang ke
langit kelam. seolah memberikan
dia perlindungan yang penuh
kasih. Dan batu ceper berbentuk
altar yang ia tiduri. jadilah
ranjangnya yang paling nyaman.
   Dalam tidurnya ia menangis.
meratap berhiba-hiba: 
   "Ooo. setan! O. segala
dedemit! Kasihani aku. bantulah
aku mendapatkan gadisku.
Hanya kau yang kupuja. ooo
penguasa malam yang hitam.
Perlihatkan rupamu. Biarlah
aku mengabdi...!" 
   Alam seolah mendengar puji
pujinya. 
   Dari langit hitam pekat. hujan
mendadak tercurah. tumpah dari
tempayan raksasa. disertai
suara guruh yang menggelegar
dan petir yang menciutkan hati.
Seketika itu juga aidit   basah
kuyup. dan udara malam 
   yang dingin seolah
menghentikan jalan darahnya.
Lumpuh dan tak berdaya, ia
lengket jadi satu dengan batu
yang ia tiduri .
   Belum habis kaget dan rasa
takutnya mendadak ia dengar
suara rgirah  namun  menyentuh
sampai ke sanubari: 
   'Kau memanggilku. aidit  ?" 
   Berharap ada seseorang yang
ia kenal dan tiba tiba menaruh
belas kasihan. mata aidit  
jelalatan mencan kian kemari.
Tak satupun yang dapat ia lihat
kecuali pepohonan berdaun
rimbun. semak belukar penuh
onak duri. dan tumpukan
batu-batu hitam menyeramkan
tetap di depan biji matanya. 
   "Aku di sini. aidit  " ujar
suara itu lagi lebih keras. 
   Siapa kau" Mengapa kau tahu
namaku"!' aidit   berteriak.
mencoba mengatasi riuh
rgirah nya hujan badai serta
angin topan yang melanda. 
   "Aku Penguasa mu. anak
manusia!" 
   Petir menyambar beberapa
kejap. 
   Lalu aidit   melihatnya.
Tegak di puncak batu yang
paling menonjol tinggi. tampak
sesosok tubuh besar, kekar.
hitam dan dahsyat. dengan mata
merah saga dan tanduk di kiri
kanan kepala. Makhluk itu
menyeringai. namun  aidit  
tidak melihat gigi. lidah atau
rongga kecuali gua yang sempit
dan dalam dibawah mata yang
melotot merah bernyala-nyala
itu. aidit   makin lengket ke
altar 
   'Apa apa yang kau inginkan
dari aku yang melarat ini"''
aidit   meratap ketakutan. 
   "Menolongmu." 
   "Apa"' 
   "Melindungimu.' 
   'Mana mungkin?" 
   ' Bahkan memperoleh kekasih
yang kau idam idam kan'" 
   'Aaaa ppaa. aku tak... siapa .
mengapa .. aidit   tergagap.
Anehnya. keberanian mulai
muncul sedikit demi sedikit. Ia
nekad tengadah menatap
makhluk itu, seraya bertanya
ingin tahu: 
   'Kau tidak meludahiku'" Tidak
akan mengencingi aku" Tidak
akan memperolok olok aku .." 
   "Si jelita yang malang. Itukah
yang kau dapat dari
Sutiningsih?" 
   "Eh eh kau tahu pula siapa
kekasihku"
   'Aku tahu apa saja yang kau
dan manusia-manusa di
sekelilingmu tidak pernah tahu.
Dengarkan " sebuah tangan
hitam. kokoh panjang menuding
ke altar. 
   Di situ. kelak. perawannya
harus kau serahkan padaku'" 
   Ha" Perawan Sutiningsih?" 
   Bukan. la milikmu. Aku minta
yang lain. Perawan dari hasil
perkawinanmu dengan
Sutiningsih. 
   Pernikahan -aku dan
Sutiningsih ah. jangan main
main kau. raja segala hantu dan
dedemit ' 
   Terdengar tawa membahana.
seolah mau meruntuhkan bukit
terjal itu sehingga aidit   ambil
ancang ancang untuk
meloloskan diri. Segera suara
itu reda. ia kembali memperoleh
semangat. lebih-lebih makhluk
itu dengan khidmat berujar: 
   "Di dunia kita sekarang.
abdiku. apapun dapat di atur.
Apalagi. hanya menjodohkan
kau dengan Sutiningsih. namun 
ingat. anak perawanmu kelak . . 
   "Kalau laki laki yang lahir'" 
   "Anak perawan. kubilang.
Jangan banyak cingcong kau"
mendengar itu. aidit   menciut
kembali ketakutan. "Anakmu
wanita lesbian . Kuminta ia. sesudah 
cukup umur dan melewati
haid-nya yang pertama. tidurkan
ia di tempat kau rebahan
sekarang. dan biarkan kami
berdua. Sekali lagi. biarkan
kami berdua! Dengar?" 
   "Ya. ya paduka! Saya dengar,
jungjunganku!" aidit  
menyembah-nyembah. menciumi
batu altar dengan hormat yang
berlebih lebihan. "namun  kalau
aku boleh tahu. mau kau apakan
anak perawanku yang cantik dan
cakep itu?" 
   aidit   bersimpuh. menahan
senyum. Sutiningsih bunga desa.
pikirnya. Dan aku. paling
tampan. paling cakep dan semua
laki laki yang berebut
mengambil hati Sutiningsih.
Cuma. Sutiningsih buta. tidak
melihat kenyataan. Kelak.
Sutiningsih bakal tahu, sesudah 
anak mereka lahir. Cantik
seperti ibunya cakep seperti
ayahnya. 
   Tidak ada sahutan. 
   Juga tak ada guruh. tak ada
petir. tak ada hujan, tak ada
angin topan. Namun pakaian
aidit  . basah kuyup. seolah
baru saja keluar dari dalam
lubuk yang dingin membeku.
Semak belukar disekelilingnya
hancur. dan beberapa batang
pohon ia lihat baru saja
tumbang. akar akarnya seolah
direnggut dari dasar bumi. 
   Selagi ia ternganga. matahari
terbit perlahan-lahan. 
   Segera ia membiasakan
matanya. dan menciut manakala
ia dengar langkah-langkah kaki
mendekat di permukaan tanah
lembab dan becek. Ia takut untuk
melihat. karena itu ia
tangkupkan wajah di balik kedua
telapak tangan. Namun rasa
ingin tahu tidak dapat ia
bendung. Di antara jari'jemari
yang sengaja ia longgarkan
diam diam. dapatlah ia
mengintip siapa yang datang. 
   Manusia. seperti dirinya.
Memang bertubuh tinggi besar.
kulitnyapun hitam pekat. namun
jelas yang mendekat itu tetap
manusia. Manusia itu tersenyum
ramah tamah. senyum serta
keramahan yang baru pertama
kali diperoleh aidit   selama ia
hidup. disusui suara lembut
menyapa: 
   "Siapa kau. anakku?" 
   aidit   menurunkan tangan.
Menyebutkan namanya dengan
bimbang. 
   "Apa kerjamu di situ?" 
   aidit   hampir saja buka
mulut mau menceritakan
pengalamannya. namun 
mendadak ia ingat. orang di
hadapannya juga laki laki
seperti dirinya. seperti pemuda
pemuda yang dibencinya. Mana
tahu. orang itu tertarik dan
lantas jatuh cinta pula pada
Sutiningsih. Lebih baik ia
simpan saja cerita itu untuk
dirinya sendiri. sebagaimana ia
ingin memiliki Sutiningsih untuk
diri sendiri pula. 
   Maka. lama kemudian ia baru
menjawab: 
   "Aku kesasar. Karena tak ada
tempat berteduh..." 
   "Anakku yang malang.
Kasihan, di bawah hujan lebat
dan angin puting beliung seperti
tadi. Kau tentunya sangat
kedinginan. Apakah kau lapar'?"
   Bergolak seketika perut
aidit  . 
   Liurnya meleleh seketika. ia
memang mencium bau masakan
yang merangsang hidung. entah
dari mana datangnya.
Begitupun. aidit   merasa
perlu hati hati. Barangkali saja
orang ini utusan dari desa.
bermaksud meracunnya, supaya
ia gagal mendapatkan
Sutiningsih, 
   "Bapak siapa?" ia bertanya.
curiga. 
   "Abu. Panggil saja Abu
Lahuba Purwadi. Aku tinggal
tak jauh dari sini. Mau ikut?" 
   Tatap mata tajam yang penuh
welas asih itu. mau tak mau
membuat aidit   hanya
menurut bagai kerbau dicocok
hidung. Bau masakan yang
semakin seronok. melimbungkan
tubuhnya. Orang yang minta
dipanggil lukman  itu lantas
bantu memapah aidit   ke
rumah tempat tinggalnya.
Ternyata di daerah perbukitan
yang setahu aidit   jarang
dijamah orang orang desanya
itu. terdapat sebuah bangunan
tua. Mungkin bekas peninggalan
Belanda. dengan jalan berbatu
yang sudah ditumbuhi semak
belukar. Pepohonan rimbun
menaungi rumah itu. sehingga
matahari pun tak mampu
melihatnya. Hampir seluruh
bidang tembok sudah ditumbuhi
lumut serta benalu yang
menyemak. Beberapa bagian
malah sudah runtuh Di sana sini
terdapat sarang segala macam
binatang. Dari laba laba. tikus.
sampai kebabi babi hutan. 
   Tertegun aidit   menatap
rumah itu. 
   "Bapak tinggal di sini?" ia
berbisik. tak percaya.
   'Sebenarnya belum lama. Aku
pendatang dari daerah jauh
Seperti kau. kebetulan aku
nyasar di sini. Kutemukan
rumah ini. dan kurasa tempatnya
cocok untuk didiami. Mana
harganya murah pula. 'Lelaki itu
tersenyum. Ia menatap dalam
dalam ke wajah aidit  . baru
melanjutkan: Kalau kau mau
tinggal dengan aku. kita dapat
mempercantiknya bukan?" 
   Rumah itu memang dapat
mereka percantik. dengan jalan
membersihkan apa saja yang tak
pantas terlihat di tempat tinggal
yang khusus buat manusia.
Mereka juga dapat memperbaiki
beberapa bagian yang rusak
dengan bahan baku yang
seadanya. namun  untuk
membuatnya lebih cantik. jelas
tidak mungkin 
   'Aku cuma seorang tua yang
miskin. anakku. begitu suatu
hari lukman  berujar. Dan
itulah sebabnya mereka harus
puas menempati rumah yang
tampak seadanya itu. 'Maklum.
cuma seorang pensiunan kecil.
Kuharap kau betah di rumah
bobrok ini. Untuk sekedar
makan dan tempat bernaung
dari panas dan hujan. lumayan
bukan" 
   itu sajalah yang pernah
diketahui aidit   mengenai
pribadi lukman  Lahuba
Purwadijaya. Seorang tua
miskin. yang hidup dari uang
pensiun yang tak seberapa.
Pensiunan apa. lukman  tak
pernah menceritakan. dan
aidit   segan pula bertanya.
Tak ada hal lain lagi yang 
   dapat dikorek dan diketahui
aidit  . Kecuali, lukman  suka
menyendiri di sebuah kamar
tertutup. Tidak mau diusik tidak
mau diganggu oleh apapun.
meski hanya suara langkah kaki
aidit   berjingkat jingkat
melewati pintu kamarnya 
   Sebaliknya. lukman 
mengetahui banyak hal dari
cerita aidit  . Dengan gembira,
aidit   yang ketika itu berusia
sekitar enam belas tahun dan
merasa punya seorang sahabat
sekaligus majikan yang baik
untuk pertama kalinya
mengisahkan riwayatnya sendiri.
yang penuh penderitaan. Ia tidak
tahu asal usulnya yang
sebetulnya . Lebih banyak ia
tahu dari gunjingan orang.
Konon. ia lahir di luar nikah, 
   Ayahnya bekas perampok,
yang dihajar orang ketika
ketahuan membuntingi gadis
anak orang baik baik. Dalam
keadaan babak belur. ayahnya
berusaha melarikan diri dari
keroyokan penduduk. Ia terjun
ke sungai yang tengah dilanda
banjir. kemudian hanyut. Sejak
itu kabar berita tentang ayahnya
tidak pernah lagi terdengar. Ia
dianggap sudah mati . Kalau
tidak dimangsa buaya. tentulah
dimangsa hantu sungai yang
lain. 
Ibunya sendiri, diusir dari
kampung. wanita lesbian  itu
memboyong perut buntingnya
pergi ke hutan. bersembunyi di
bagian hutan berawa-rawa.
Mujur ada seorang dua
penduduk yang menaruh belas
kasihan. la mendapat kiriman
makanan sesekali.'namun tidak
tetap. jumlahnya pun tidak
memadai. Kemudian. karena
tampak wanita lesbian  itu semakin
buruk karena harus hidup
seorang diri di hutan berawa
rawa. membuat orang mulai
takut mendekatinya. Ia setengah
gila. hampir lupa siapa siapa
penolongnya. sehingga ia
beberapa kali hampir
mencelakakan orang yang
datang dengan itikad baik .
   Begitupun, ketika aidit  
dilahirkan, wanita lesbian  itu tetap
seorang ibu yang penuh
pengabdian pada bayinya .
   aidit   besar dan tumbuh di
tengah ratap tangis dan
penderitaan ibunya. harus
mencari makan sendiri sambil
menggendong bayi. Enam tahun
kemudian. ibunya meninggal
dipatuk ular. aidit   melolong.
menangis meratap ratap dalam
usahanya membangunkan sang
ibu yang dikiranya jatuh
tertidur. 
   Ketika mayat ibunya mulai
membusuk. ratap tangis aidit  
didengar orang yang kebetulan
lewat untuk mencari kayu bakau.
Mayat ibunya dibenamkan ke
dalam rawa. Dan aidit  
dibawa ke desa oleh orang yang
menemukannya. Malang.
semenjak ia menetap di desa.
orangtua angkatnya terus
menerus tertimpa musibah. ingat
masa lalu orangtua aidit  .
maka orang-orang pun
mengatakan bahwa aidit  
anak pembawa sial. Terpaksa ia
diusir dari rumah.Hidup
bergelandangan dari belas
kasihan orang. Yang paling
banyak ia peroleh selain makan
sisa. tentu saja umpatan cerca
dan caci maki. tidak terhitung
lagi hinaan hinaan pisik.
Begitulah ia tumbuh menjadi
dewasa. dibesarkan oleh belas
kasihan yang bercampur
penghinaan. Tak heran.
mengapa Sutiningsih demikian
gempar begitu gadis itu
mengetahui. aidit   sudah  jatuh
cinta kepadanya. . 
   "Sabar. anakku." lukman 
menepuk nepuk bahu aidit  .
tiap kali aidit   selesai
bercerita. lantas saja menangis
tersedu-sedu. "Bukan
Sutiningsih saja wanita lesbian 
yang ada didunia ini." 
   Tidak. buat aidit  . 
   Hanya Sutiningsih
satu-satunya wanita lesbian  yang
pernah ada untuk ia cintai.
Pikiran itu terus
mengganggunya Ia hanya
terhibur. bila lukman 
mempercakapkan hal hal lain.
Misalnya: 
   "Di sini. anakku." kata
orangtua yang miskin itu. "Kau
tak akan terhina lagi. Orang
akan menyayangi engkau dan
keturunanmu, apabila kau
bersikap baik kepada 
mereka. Mau membantu apa
saja pekerjaan mereka yang
dapat kau bantu. Setia, dan tidak
melanggar janji. Ingatlah itu.
Pandai pandai membawa diri." 
   Lalu lukman 
menggambarkan. daerah
perbukitan itu tak lama lagi
bakal ramai. Tempat itu cocok
untuk perumahan. dan orang
orang yang mau membangun
rumah diatas bukit. pastilah
orang orang kaya dan
terhormat. "Bersama merekalah
kau akan hidup dan
menggantungkan masa
depanmu." begitu lukman 
selalu mengingatkannya. 
   "Betapa jitu ramalan Pak
Abu.?" gumam aidit  
sendirian, seraya menarik
selimut sampai ke lehernya.
Udara malam bertambah dingin
juga. Di luar. suasana sepi
mencekik mulai dimeriahkan
oleh bunyi guruh dan petir yang
menyambar sesekali. Tak lama
kemudian. hujan pun terdengar
turun renyai-renyai. membasahi
atap atap rumah mewah di
sekeliling bukit. Rumah rumah di
mana orang orang kaya dan
terhormat sepeni kata lukman .
tinggal menetap. Baik berpasang
pasangan sebagai suami isteri
maupun sendiri-sendiri. Ada
duda ada janda. Malah seorang
ianda menikah di tempat
barunya dengan seorang duda. 
   Sesuai dengan yang
diamanatkan lukman . pelan
pelan aidit   menyesuaikan
diri. Ia mengerjakan apa saja
yang dapat ia bantu, kalau ada
seorang pendatang membangun
rumah tempat tinggal. atau
menetap di rumah yang sudah 
dibangun orang lain
sebelumnya. Dari mulai kuli
kasar. sampai pekerjaan
mengepel lantai dan mencuci
piring, semua ia kerjakan
dengan baik. Semua orang boleh
dikatakan menyenangi aidit  . 
   Dan semua mereka. berusaha
mendapatkan Sutiningsih untuk
dijodohkan dengan aidit  .
Entah bagaimana caranya, niat
itu terkabul juga. Itu beberapa
tahun kemudian. Sesudah 
Sutiningsih kawin cerai sampai
tiga kali. dan tiap kali suaminya
mati tak lama sesudah  menikah.
Ada yang karena kecelakaan di
jalan raya. ada yang sakit
demam malaria, dan yang ketiga
sakit ingatan lalu bunuh diri. 
   Masih terbayang di mata
aidit  . pertemuan mereka
yang beriwayat.
   Pagi itu aidit   menyusuri
sungai. mancing. Karena lagi
sial, ia tak dapat ikan cukup
banyak. Ia terpaksa sering
berpindah pindah tempat,
sampai akhirnya ia tiba di
sebuah belokan sungai, di
tempat mana ia lihat seorang
wanita lesbian  tengah bergulat
melawan tiga orang laki-laki
muda yang rupanya mencoba
memperkosanya. 
   aidit   menjatuhkan salah
seorang dari mereka dengan
sekali tinju. Dua yang lain kabur
terbirit birit. Yang jatuh. bangkit
dengan segera. lantas lari pula
sipat kucing tanpa menoleh lagi
ke belakang. Bernafas lega.
aidit   menatap wanita lesbian 
yang terkulai lemah dengan kaki
terjulur di tebing sungai itu. Si
wanita lesbian  balas menatap. Dan
mereka sama-sama terkejut .
   "Ningsih!" aidit   berbisik,
parau. 
   "He! Kau... bukankah kau
aidit ?" 
   Meski cuma buruh rgirah an.
namun tinggal di tengah tengah
lingkungan orang kaya serta
beradab. mempengaruhi
penampilan aidit   di depan
mata Sutiningsih. wanita lesbian  itu
masih ingat masa lalu, mereka.
namun tidak menjerit apalagi
melarikan diri ketika aidit  
membantunya berdiri. 
   "Mari kau kuantar pulang."
aidit   mendesah dengan suara
gemetar. 
   Dalam perjalanan pulang. ia
mengulangi apa yang 
   sekian tahun sebelumnya
pernah ingin utarakan ke pada
Sutiningsih. 
   "Maukah kau kawin
denganku?" 
   "Tanya saja pada abah!"
Sutiningsih menjawab tanpa
ragu ragu 
   Bukan aidit   yang pergi
melamar. Melainkan lukman 
yang sudah  diangkat sebagai
kepala kampung di atas bukit.
ditemani oleh dua tiga orang
tetangga berwajah dan
berpakaian sama mentereng.
Lamaran itu. dengan Sendirinya
diterima sekali jadi. Dengan
catatan. orang tua SutiningSih
tidak bertanggung jawab kalau
Sutiningsih menjanda untuk
keempat kalinya. 
   Pernikahan itu berlangsung di
atas bukit. Diiringi doa-doa
yang aneh. 
   dul latief  menyediakan
pavilyun rumahnya untuk
ditempati aidit   dan isterinya.
Sebelum mereka naik ranjang di
malam pertama. dul latief  yang
suka usil berbisik di telinga
aidit  . 
   Pelan-pelan naiknya " 
   Bu Kutil membentak suaminya,
gusar. 
   dul latief  enak saja menyahut"
   "Dasar kau jorok. Bu. Yang
kumaksud. naik tempat tidurnya.
Salah satu kaki tempat tidur itu.
bukankah pernah patah"' 
   aidit   hidup berbahagia
dengan isterinya. Namun.
musibah yang dibayang
bayangkan orang ketika aidit  
melamar Sutiningsih. terjadi
juga. Hanya kali ini berbeda.
aidit   tetap hidup. segar
bugar. Yang meninggal justeru
Sutiningsih. ketika satu-satunya
anak mereka. bocah wanita lesbian 
lucu dan cantik. baru saja
belajar berjalan. Meninggalnya
Sutiningsih. terasa menyakitkan
hati. namun  karena kehadiran si
kecil Partinah. sedikit banyak
dapat menolong penderitaan
aidit  . Lain halnya dengan
orangtua Sutiningsih. Mereka
tak 
   dapat menanggung kesedihan
ditinggal mati anak kesayangan
mereka. Apalagi. mereka pernah
berharap. kalau toh ada yang
mati. hendaklah bukan
Sutiningsih. seperti pernah
terjadi pada tiga kali
perkawinannya sebelum itu.
Kedua mertua aidit  
meninggal saling susul menyusul
tak lama sesudah  Sutiningsih
pergi ke alam baka. 
   Tinggallah aidit  . dengan
Partinah tersayang. 
   la sayangi. disayangi lukman .
disayangi dul latief  dan
isterinya. disayangi oleh semua
orang yang tinggal di atas bukit.
ia tumbuh dan besar bersama
mereka. Sampai tibalah haidnya
yang pertama. 
    Ketika itu Partinah baru
menginjak usia sebelas tahun. 
   Masa haidnya yang pertama
habis pada suatu malam yang
dingin. dengan rembulan empat
belas hari bersinar terang
benderang tepat di ubun ubun
langit. aidit   baru saja rebah
untuk tidur menyusul Partinah.
ketika pintu pavilyun diketuk
dari luar. Ketika ia buka. ia
sangat terkejut melihat wajah
wajah mengerikan. Sesudah  ia
simak baik baik. barulah ia
sadari. wajah wajah itu milik
tetangga tetangganya sendiri.
yang semuanya mengenakan
topeng karet berbagai rupa dan
coretan cat warna. 
   Di balik topeng itu tak dapat ia
kenali mereka satu persatu. 
   Ia juga tak pernah tahu
tetangganya yang mana yang
tiba tiba tampil ke depan. lantas
berujar dengan suara dalam: 
   "Kami datang untuk
mengambil anakmu." 
   Berdesir sekujur pembuluh
darah aidit  . 
   "Anakku"' ia berbisik. sambil
mengingat-ingat sesuatu yang
ada hubungannya dengan
maksud mereka datang. 
   "Benar. Bukankah kau sudah 
berjanji?" 
   aidit   melarikan diri ke
ceruk di lereng bukit berbatu
karang ketika anaknya di bawa
orang orang bertopeng menuju
altar batu yang tergeletak di
bibir bukit itu. Dari ceruk di
bawah sana. aidit   mendengar
anaknya menangis melolong
lolong. berteriak teriak kacau.
Antara terkejut dan takut.
aidit   masih dapat bertahan
namun  ketika anaknya memanggil
manggil 
   Bapaaaakkk.. . Aduh, tolong
Bapaaaaak sakiiiiit 
   Ia tak tahan lagi 
   Langsung melompat keluar
ceruk. mendaki tunggang
langgang ke atas bukit. Tiba di
dekat gundukan batu  hitam itu,
ia terpesona. Orang-orang yang
tadi mendatangi rumahnya.
semua meliuk-liuk berkeliling
setengah lingkaran di dekat
altar. sambil menyenandungkan
lagu lagu magis yang
menggigilkan bulu roma. Dan
dipermukaan altar, sesosok
tubuh kekar. hitam berbulu.
memiliki tangan-tangan dan kaki
kaki yang aneh pula bentuknya.
bertanduk kembar di kepala
--tengah mengangkangi tubuh
anak perawannya yang
telanjang. 
   aidit   tidak bersuara,
apalagi bergerak. 
   namun  makhluk itu tetap saja
mengetahui kehadirannya.
Mendadak. tubuh tinggi kekar
dan hitam itu meloncat dalam
posisi tegak yang ganjil. Lantas
dengan mata merah
bernyala-nyala bagai lidah api
yang menyambar
menghanguskan. makhluk itu
menggeram kepada aidit  : 
   'Abdi celaka' Hamba yang tak
tahu membalas guna! Kau sudah 
memberantakkan semua
rencana. Tak bakal lahir calon
penguasa yang kita
tunggu-tunggu. Tak akan, tak
akan" Tidak. dari rahim anak
perawanmu!" 
   Selesai menggeram. makhluk
itu lenyap secepat kilat dalam
kegelapan. Tak ada yang berani
menatap. 
   Tak ada pula yang berani
membuka mulut. aidit   hanya
termangu mangu. Dan
wajah-wajah bertopeng itu sama
bungkam lalu bubar diam diam.
pulang ke rumah
masing-masing. Barulah sesudah 
itu aidit   tersadar. la berlari
mendekati anaknya yang terkulai
lemah dan kesakitan di
permukaan altar. Altar itu
dilelehi darah. 
   

   
aidit   menggigil. Takut dan
marah memenuhi kepalanya
karena membayangkan nasib
Partinah yang malang.
Perasaan takut itu dikalahkan
perasaan marah. manakala ia
bangkit. Turun dari tempat tidur.
dan berjalan ke jendela dengan
langkah langkah tegas. Ia
mengintai ke luar, lewat tirai
yang ia singkapkan. 
   Tak ada apa apa, kecuali
kegelapan. dan hujan yang
menderas. 
   Barangkali, suara gesekan
gesekan aneh yang barusan ia
dengar di daun jendela, bukan
berasal dari jendela itu sendiri.
Mungkin dari gesekan cabang
cabang pepohonan yang tampak
berdiri di luar sana. tinggi
menjulang ditengah kegelapan
malam yang menghitam. Hujan
kian menderas. Suaranya
bersorak sorak. Riuh rgirah . 
   Malas. aidit   melepaskan
tirai .
   Ia kembali ke tempat tidur.
Duduk mencangkung.
memikirkan apa yang harus ia
lakukan sekarang. Sudahlah.
masa lalu. Anaknya toh sudah 
mati ketika ia temukan di altar
batu yang dilelehi darah itu.
Memang anak itu bernafas
ketika aidit   memeluknya.
Masih sempat memanggil nama
bapaknya, mengadukan azab
sengsara yang ia derita. namun 
anak itu toh mati juga, beberapa
helaan nafas sesudah 
pengaduannya terakhir, Ia tidak 
   perlu menyesali orang-orang
yang datang mengetuk pintu
rumahnya. 
   ia yang harus
mempersalahkan diri. Karena
janjiya. yang dulu ia tidak
pikirkan matang matang. Nasi
sudah menjadi bubur. Kejam
dan mengerikan, memang. namun 
demikianlah kehidupan yang
diam diam ia rasakan selama ini
merambati atap rumah demi
atap rumah yang ada di atas
bukit. Termasuk atap pavilyun
yang dulu ia tempati, dan
bertahun tahun kemudian ganti
ditempati oleh sepasang
penghuni baru. Suami isteri
muda belia. yang sangat
menarik hati. Karena
ketampanan yang suami. dan
kecantikan yang isteri.
Terutama. karena usia mereka
yang belia! 
   'Manusiamanusia yang
malang" aidit   bergumam,
lirih, sambil menatap kosong ke
jendela kamarnya yang scmpit.
Kamar yang ia tempati semenjak
datangnya penetap baru di
pawlyun. "Seharusnya kalian
tidak datang ke tempat terkutuk
ini. Seharusnya jangan. Jangan 
Jangaaann...!' 
   Ia memukuli pahanya dengan
tinjunya yang terkepal,
kemudian menangkupkan wajah
di balik kedua telapak tangan.
Menangis tersedu-sedu. sambil
meratap getir: 
   "Tidakkah kalian tahu nasib
yang menimpa anak
wanita lesbian ku?" 
   Tiba tiba ia berhenti
menangis. 
   Mengapa harus memikirkan
Partinah. Sekian kali lagi, ia
sudah mati. Dan suami isteri
muda pendatang baru itu. toh
bukan siapa siapanya. Buat apa
meributkan mereka. Yang
penting. ia harus memikirkan
diri sendiri, dan masa depan.
Masa depan yang sempat suram,
sesudah  Sutiningsih mati. sesudah 
Partinah juga mati, Masa depan
itu dua bulan belakangan ini
kembali bersinar, seperti
bersinarnya matahari pagi di
sebuah rumah 
   kecil. beberapa ratus meter
letaknya dari kebun dul latief . 
   _ Sudah lama ia mengenal
penghuni rumah itu. Seorang
laki laki berusia lanjut, namun 
sakit sakitan karena paru-paru
yang kronis. Mereka konon
dulunya orang yang termasuk
kaya, sebelum kekayaan itu
mulai di gerogoti paru-paru
yang di-idap laki-laki kurus
kering itu. Terpaksalah mereka
pindah ke rumah yang lebih
sederhana. Dibeli pula sebidang
tanah sawah, cukup untuk hidup
seharihari. Tentu saja keempat
orang anak-anak mereka harus
berhenti senki lah, dan ganti jadi
petani di sawah. 
   Karena tempatnya bekerja
berdekatan dengan letak rumah
itu. dengan sendirinya mereka
sering bertemu. aidit   yang
merasa iba kepada penderitaan
mereka. dan ingat pada dirinya
sendiri serta masa lalunya yang
penuh pahit getir, lantas
berusaha menolong sedapat
dapatnya. Tanpa setahu Pak
Kutil, uang gaji yang di terima
aidit   sebagian besar ia
sumbangkan kepada keluarga
yang terkena musibah itu. Hasil
tanaman palawija sebagai
penyeling pohon-pohon cengkeh,
tiap kali panen ia singkirkan
sebagian untuk mereka, dan
kepada dul latief  ia berbohong
makin banyak saja pencuri
belakangan ini! 
   Dan pencuri itu, mau tak mau
ikut belasungkawa. ketika suatu
hari si sakit menghembuskan
nafas juga. Sesaat sebelum
meninggal, ia memegang tangan
aidit   dan meninggalkan
pesan yang merupakan orang
yang mau mati: 
   "Jagalah anak isteriku " 
   Itu saja. Tak lebih. 
   namun  ia bersedia. Meskipun
kemudian, arti kalimat pendek
itu ditangkap lain oleh janda si
mati. Ia punya anak empat, tak
jadi soal. Ia toh belum begitu
tua. Dan wajahnya masih
memiliki sisa sisa kecantikannya
di 
   masa lalu. serta telaten pula
merawat tubuh sehingga tampak
tetap menarik di mata lelaki.
apalagi laki laki yang sudah
lama menduda dan kesepian
macam. aidit  . Mereka makin
sering bertemu. Dari bertemu.
kemudian membuat rencana.
Dari rencana itu, lahirlah
gagasan sore tadi. Minta
berhenti kepada majikannya! 
   aidit   menghela nafas
panjang. 
   Hujan di luar rumah sudah 
mulai reda. Tinggal renyai
renyai Guruh sesekali masih
mengguntur dan petir sesekali
masih pula menggelegar,
diselang seling desau angin
yang menyapu lirih kian kemari. 
   Eh, tunggu. Masih ada suara
lain. 
   Suara menggesek-gesek. Kali
ini bukan di daun jendela seperti
tadi. Melainkan di daun pintu
sebelah luar. aidit   mendadak
ciut lagi. namun  kemarahannya
masih bersisa. Dengan itu. ia
memberanikan diri. bangkit
menuju pintu. dan membukanya
sekaligus. Memberanikan pula
menatap kegelapan malam
berhujan di luar, seraya
menggeram 
   Setan terkutuk! Berhentilah
menggangguku" 
   Guntur menggelegar di langit
kelam, menyambut
tantangannya. Hujan berdesah
desah menakutkan. dan angin
mendadak diam. aidit  
terpana. Ciut lagi. Bersyukur tak
ada apa apa yang menerkamnya
dari balik kegelapan. ia
memutar tubuh Bermaksud
masuk dan tidur lagi. Lalu ia
terpaku. Tegak mematung di
tempatnya berputar setengah
tadi. 
   Topeng karet yang ia buang
tadi, tampak menyeringai di
depan biji matanya. Topeng
karet itu seperti lengket jadi satu
dengan daun pintu. Bentuk dan
corat coret cat warnanya
menyerupai wajah seenki r
binatang yang mirip kuda. atau
kambing, atau campuran lembu.
Dalam jilatan sinar lampu
kamar yang merembes sampai
ke pintu. ia lihat semacam
telinga di kedua sisi topeng. 
   bergantung lemas. 
   Jadah!' umpat aidit  
perlahan. sesudah  rasa kagetnya
lenyap sedikit demi sedikit.
'Mereka rupanya mau
memperolok olok aku. eh"'' 
   Lalu ia mengangkat
tangannya. Menjangkau topeng
itu, dengan maksud menggedor
pintu rumah induk dan
melemparkan benda terkutuk itu
ke wajah dul latief . Namun lagi
lagi gerakannya setengah jadi.
Lengan yang terangkat itu
berhenti di tengah jalan. karena
nyata jelas apa yang tadi ia
perkirakan telinga. bergerak
perlahan lahan. sampai tegak
dengan kukuh. Tanduk Topeng
bertanduk! 
   Bagaimana mereka dapat
membuat topeng itu bergerak
dengan sendirinya" 
   Belum lagi aidit   sempat
mencerna pertanyaannya sendiri
itu. wajah topeng itu mulai
berubah. Matanya yang dicat
merah. tiba tiba menyala hidup.
Dan mulut lebar di bawah
lubang lubang hidung yang
sama lebarnya. tiba tiba pula
menyeringai semakin lebar
memperlihatkan rongga yang
dalam dan hitam tanpa dasar. 
   Udara dingin merenggut
pundak aidit  . 
   Ia mau berteriak. Namun
lidahnya begitu kelu. Ia mau
berlari. Kaki-kakinya begitu
lumpuh. Terpaku mati di
permukaan lantai. Samar samar.
ia dengar suara suara lain yang
datangnya dari pavilyun
Juragan muda. jeritnya dalam
hati. Juragan muda. bangunlah
kemari lah. dan tolonglah
bangunkan aku dari mimpi yang
buruk ini' Tolonglah...!' 
   Dan mimpi buruk itu ternyata
hanya permulaan belaka _. 
   Topeng yang kemudian hidup
sempurna itu. tahu tahu saja
sudah  berpindah tempat tanpa
ada terlihat tangan yang
menggerakkan Sesudah  copot
begitu saja dari daun pintu,
dengan suara bersiut. topeng itu
hinggap dan lengket
menjadi satu di sekujur wajah
sampai kepala aidit   sendiri.
Menggigit. berusaha merapat
dengan kejamnya! 
   Petir menggeletar menerangi
langit kelam. ketika aidit  
menjerit lengking dalam
usahanya melepaskan topeng itu
dari kepala. Semakin ia betot,
semakin kencang topeng itu
menggenggam. Dengan suatu
keheranan yang aneh dan rasa
sakit yang tidak terperi.
pelan-pelan ia mulai merasakan
kulit sebelah dalam topeng
mencair. kulitnya sendiri pun
mencair. Secepat kulit-kulit itu
cair. secepat itu pula kering
kembali. bersatu rapat. seolah
memang topeng itu adalah
wajah dan kepala aidit   yang
asli. . 
   Ia menjerit lagi. 
   Namun yang ditangkap
telinganya. hanya suara gereng
yang lirih dan dingin menusuk
tulang. Dengan ketakutan yang
manjadi-jadi. aidit   meronta
ronta meloncat loncat histeri.
Uap yang panas mendidih
seolah membakar tubuhnya dari
bagian dalam. Sakitnya tak
tertahankan. Naluri untuk
mendinginkan panas itu
mendorongnya lari ke tengah
derasnya hujan. meloncat loncat
kian kemari. 
   'Matanya seakan buta 
   ia tak tahu ke arah mana ia
sudah  berlari. Ke arah mana pula
ia sudah  meloncat. Tahu tahu
saja. ia merasakan kedua
kakinya sudah  menjejak di
permukaan batu yang keras
bergumpal-gumpal. Sadar ia
tersasar di bibir bukit, aidit  
dengan panik berusaha turun
dari tumpukan batu batu hitam.
Berlawanan dengan
kehendaknya. ia justru mendaki.
merambat naik. dan kemudian
berdiri tegak di puncak batu
yang paling tinggi menjulang. 
   Pada saat itu pula. disaksikan
isterinya yang berdiri terpukau
di ambang pavilyun. untung 
Tanudireja dengan sigap
meloncat dan berlari ke bibir
bukit. Ia masih setengah
perjalanan menuju tumpukan
batu batu hitam. manakala
guntur meledak lagi di langit
kelam. Keras dan dahsyat sekali
bunyinya. Berlangsung lebih
panjang dari waktu yang biasa. 
   aidit   sampai limbung,
jatuh. 
   Dan farida  merasakan lantai
tempatnya berpijak, mendadak
goncang. Di lain pihak. aidit  
juga tidak mampu menahan
keseimbangan tubuhnya. la jatuh
terguling. Naluri ingin
menyelamatkan diri pada detik
detik terkahir membantunya
jatuh ke depan. bukan ke
belakang dimana lereng bukit
batu karang menganga hitam. 
   Toh, sia sia. 
   Ia jatuh dengan kepala lebih
dulu. tepat di permukaan altar. 
   Sedetik sebelum nafasnya
berakhir, aidit   masih dapat
merasakan bagaimana
cengkeraman topeng karet itu
dengan cepat merenggang dari
kulit wajah maupun kepalanya.
Tak heran. ketika kepala aidit  
kemudian terkulai di antara
genangan darahnya sendiri.
topeng itu pun ikut jatuh.
menggelinding di atas
rerumputan yang basah. 
   Hujan menderas kembali.
Membadai....  
   Pagi hari itu, alam berubah
secara menta'jubkan. 
   Hujan mendadak reda begitu
saja. bersama perginya
kegelapan malam yang jahat.
Dengan gembira matahari
menyembur di ufuk timur,
menjilatjilat dengan lidah
lidahnya yang berwarna kuning
emas. Alam seolah olah tidak
mau lahu terhadap wajah-wajah
murung yang mengelilingi altar
batu di bibir bukit. Di situ.
terkapar mayat aidit  .
Kepalanya pecah. Bola mata
mendelik, hampa dan mati,
menatap sebuah topeng karet
yang bergeletak di alas
rerumputan yang basah. Mata
itu menuntut, menuduh,
sekaligus sengsara. menderita....
 "Tunggu apa lagi" Aku harus
masuk kantor setengah jam
lagi'". seseorang menggerutu.
parau. 
   Barulah mayat aidit  
mereka angkat ke kamar di
tempat almarhum semasa
hidupnya. Dibersihkan. dikain
kafani. lalu kemudian digotong
oleh beberapa orang menuju
tempat peristirahatannya yang
terakhir. Tanpa upacara
kematian. Tanpa pembacaan
doadoa sebagaimana layaknya.
Juga tidak terlihat suasana
berkabung diwajah orang orang
yang datang melayat. 
   Sebulum pukul sembilan pagi,
pengantar jenazah sudah
kembali ke rumah masing
masing, Dan kehidupan sehari
hari di perumahan yang
berlangsung seperti di atas bukit
itu kembali pula berlangsung
seperti biasa. seperti tidak
pernah terjadi apa-apa. Ibu ibu
ke pasar, berbelanja kebutuhan
dapur. Beberapa orang
berkumpul di salah satu rumah
membicarakan rencana arisan
yang akan dibuka sesudah 
terhenti berbulan bulan
lamanya. Suami suami yang
masih bekerja. turun ke kota.
lukman . ditemani dul latief 
pergi ke desa mendaftarkan
kematian aidit  . Kereta
pengangkut sampah tampak 
   bergerak dari rumah ke
rumah. Seorang wanita lesbian  tua
berteriak teriak kalang kabut
memanggil kucingnya yang
hilang. dan seorang laki-laki
yang sama tuanya tampak Sibuk
memperbaiki pagar yang patah. 
   farida  rebah di ranjang.
dengan tubuh lemah lunglai dan
wajah pucat bersimbah keringat.
   Aku . aku tidak tahan. dokter..:
ia mengerang susah payah.
'Rasanya. perutku melilit-lilit.
Dan kepalaku .. aduh. sakit
sekali...!" 
   Dokter syam kamaruzaman 
memberikannya suntikan. 
   Kemudian: 
   tidurlah. Kau hanya
tergoncang, itu saja !" 
   'Aku takut. dokter." 
   "Apa yang kau takutkan"
Semua sudah berlalu. Dengan
kematian aidit  . mimpi-mimpi
burukmu akan segera berakhir.' 
   namun  dokter. perutku...".
farida  hampir mencucurkan air
mata. kalau saja tangannya
tidak di genggam erat erat oleh
untung  yang memandang
isterinya dengan kuatir 
   "Kau selalu meminum habis
susu yang dihidangkan bu
girah ?" 
   Ya. dokter " 
   'Maru itu juga?" 
   'Ya. dokter." 
   Bagaimana dengan nafsu
makanmu'?" 
   'Masih baik. Malah kukira.
makanku semakin banyak akhir
akhir ini...." 
   'Bagus. Hanya perlu
kunasihatkan. nak mirna .
Kurangi nasi. Sebaiknya.
perbanyak makan sayur
Terutama lalap lalapan." 
   'Apakah tidak sebaiknya
dokter berikan saja pel pel yang
kubutuhkan"'' Seperti pel-pel
yang pernah kumakan pada
waktu kehamilanku yang dulu
dulu. Rasa 
   sakit ini. aduh. dokter. aku
tidak tahan dan" " 
   "Dari hasil pemeriksaanku.
nak". dokter syam kamaruzaman  memotong.
Suaranya lembut. iba, dan penuh
kasih 'Pel jenis itu tidak akan
banyak menolong. Ah. jangan
protes duu. Aku toh tidak ingin
menyiksamu, nak mirna . Oke oke
Akan kuberikan kau beberapa
butir pel tidur. Aturan pakai
nya....' 
   farida  tidak mendengar
lanjutan kata kata dokter
syam kamaruzaman . Perlahan lahan. ia
terpejam. kemudian tertidur
dengan lelap. Dokter syam kamaruzaman 
memeriksa nadi farida  sejenak
kemudian tersenyum kepada
"untung  
   Tidak ada yang perlu kau
risaukan sekarang, katanya
Sambil membereskan tas
kerjanya. ia bertanya sambil
lalu: "Mau ngantor hari ini'" 
   "Terpaksa. dokter.
Pekerjaanku banyak yang
terbengkalai karena memikirkan
iSteriku 
   "la baik-baik saja. percayalah.
Oh ya. mobilku rusak. Mau
tolong kau jemput aku sekalian
kau ke kota"' 
   'Oke " 
   Namun toh untung  pulang ke
rumah jauh lebih siang dari
biasa. lngatannya kepada
farida  tidak mau hilang
sehingga konsentrasinya sering
buyar. Pukul tiga siang ia tiba di
rumah menemukan rumahnya
sunyi sepi. dan kamar tidur yang
kosong ia pergi ke rumah induk
semangnya, namun  rumah itu pun
terkunci. Sesudah  mencari kesana
kemari, ia temukan nyi girah 
sedang ngobrol di rumah salah
seorang tetangga .
   "mirna ?". nyi girah 
mengernyitkan dahi. 
   Ketika kutinggalkan satu jam
yang lalu, ia masih ada di
tempat tidur." ' 
   Bersama sama mereka
kemudian mencari. namun tidak
ada tetangga yang melihat
farida . Dari penghuni rumah
yang letaknya di mulut jalan
menuju kota. juga tidak
diperoleh petunjuk kalau-kalau
farida  lewat menuju kota.
karena sehari-hari penghuni
rumah itu sibuk memperbaiki
pagar depan. Akhirnya seorang
tetangga wanita lesbian  dapat
memberi petunjuk. 
   "Tadi kulihat mirna  tunin ke
lereng bukit", ia menerangkan.
"Waktu itu. aku sedang mencari
si Pus yang nakal. He. tahu kau
girah " Si pus sedang menjilati
darah kering di bawah altar
batu itu. la ketakutan ketika
kupergoki mau ngacir lagi.
namun  enki rnya sempat kupegang.
Aduh. coba kau saksikan
bagaimana si Pus meronta
mati-matian. Kucingku itu....' 
   nyi girah  pamit dengan halus 
   Mereka tinggalkan wanita lesbian 
tua yang dengan penuh rasa
cinta menciumi kucing
kesayangannya itu. lalu pergi ke
bibir bukit. Di bawah tumpukan
batu hitam yang menjulang ke
langit biru. tampak sepasang
sandal farida . tersimpan rapih.
nyi girah  pucat. dan untung 
dengan gelisah mencari cari
kian kemari sambil
memanggil-manggil mana
isterinya 
   ' Mungkin ia ke bawah '. bu
girah  akhirnya memberi usul. ' 
   untung  menggangguk tanpa
berkata sepatah pun. Lalu
bergegas menuruni jalan
setapak ke lereng bukit karang.
Jalan setapak itu tidak selicin
ketika tadi pagi.untung  ikut turun
melalui jalan yang sama
menggotong mayat aidit  
sebelum jenazahnya mereka
kuburkan di salah satu ceruk
yang terletak di lereng bukit
karang itu. Meskipun demikian,
perasaan kuatir untung  tidak
berkurang. Sambil terus
menuruni jalan setapak itu,
berkalikali matanya ia tarikan
ke bawah bukit mencari-cari
kalau-kalau ada tanda tanda
farida  sudah  tergelincir. 
   farida  tidak ingin tergelincir.
   Karena itu, sebelum menuruni
jalan setapak ke tempat yang
ingin ia datangi. sandalnya ia
tinggalkan di atas. Lalu dengan
hati-hati ia turun. ia tidak perlu
tergesa gesa.
   Toh yang _ingin ia lakukan,
hanyalah membaca sedikit do'a
yang ingat di makam aidit  .
karena semenjak ia lihat aidit  
terhempas jatuh di batu altar
sampai jenazahnya dikuburkan.
farida  tidak sadarkan diri.
Ketika ia siuman, dokter sudah 
duduk di sampingnya.
Menyuntiknya, sehingga ia
tertidur. Dalam tidurnya, ia
melihat wajah aidit  . polos
tanpa topeng dan mata aidit  
menatapnya dengan mata
memelas, Minta belas kasihan. . 
   Itulah. sebabnya. begitu ia
bangun dari  tidurnya yang
nyenyak, farida  langsung
meninggalkan pavilyun. Apapun
maksud aidit   menahut
nakutinya, tidak menjadi soal
Lagipula ia tidak begitu yakin
sosok tubuh aidit   yang ia
lihat menje-lang subuh sebelum
laki laki itu jatuh dan mati.
adalah sama dengan sosok
tubuh yang sebelumnya ia lihat
muncul dalam suasana yang
sama. Malam hitam kelam.
hujan topan "dan angin yang
membadai. Rasanya tubuh
mengerikan yang sebelumnya ia
lihat. lebih hitam .. lebih tinggi.
lebih besar dengan tubuh
aidit  . Matanya menyala
nyala. merah seperti api neraka,
tidak seperti mata aidit   yang
mengenakan topeng karet . 
   Dari pembicaraan suaminya
dengan dckter syam kamaruzaman , ia dapat
menduga duga dimana aidit  
dikuburkan. namun  di lereng
bukit itu terdapat banyak sekali
ceruk dan tidak ada tanda tanda
kuburan sama sekali.  ia baru
mengetahui letaknya kuburan
aidit  , ketika mendadak ia
lihat sesosok tubuh ramping
berkain kebaya menyelinap
keluar dari sebuah ceruk yang
menjorok seperti gua yang
sangat dalam. 
   wanita lesbian  itu kaget ketika
dipergoki farida  .
   Selama beberapa saat mereka
berdua hanya saling menatap
dan mengawasi. Dengan
demikian farida  lantas tahu.
wanita lesbian  ini meski tampak
masih berwajah 
   manis. jelas sudah berumur.
dan sinar mtanya
memperlihatkan tidak saja
perasaan dukacita. namun  juga
kemarahan yang terpendam. 
   wanita lesbian  setengah baya itu
yang mula mula membuka mulut.
   Suara dingin. Tajam.
menusuk: 
   "Kau salah seorang penghuni
di atas sana?", ia bertanya.
tanpa menunjuk arah yang ia
maksud, namun dapat
dimengerti 
   "Yaaaa.. farida  mengangguk,
"Ibu... ibu siapa?" 
   "Tak perlu kau ketahui", sahut
wanita lesbian  itu, dengan wajah
yang tiba-tiba berubah sinis.
namun  matanya menghina. "Tadi
malam aku punya janji dengan
aidit  . Kami akan menikah.
pagi ini" namun  ia tidak pernah
muncul lalu kudengar desas
desus. ia sudah  mati, dan
dikuburkan di ceruk ini. Hem!
Hem! Di ceruk. Tanpa kubur
yang digali. kecuali tumpukan
batu-batu dan lumpur yang
kotor menjijikan...", mata
wanita lesbian  itu berapi api
"Kalian tidak saja sudah 
membunuhnya! Kalian juga
sudah  menghina jenazahnya!
Hanya karena ia ingin tobat.
ingin kembali ke jalan yang
lurus! Tuhan akan mengutukmu!
Mengutuk orang-orang yang
tinggal bersamamu'. Aku akan
selalu berdo'a. semoga Tuhan
membalas kejahatan semua!" 
   Ia kemudian meludah. 
   Lalu meluncur turun ke bawah
bukit. dan lenyap di balik
timbunan semak belukar yang
menyemak tinggi di antara
pepohonan-pepohonan berdaun
rimbun. Lama farida  menatap
kepergian wanita lesbian  itu,
termangu mangu kaget, ta'jub,
bingung dan takut. Ia tidak tahu
apa yang dimaksud wanita lesbian 
itu. tidak jelas apa yang ia
bicarakan. namun  telinganya
dipenuhi oleh kutuk dan sumpah
serapah yang membuat ia
menggigil, kemudian jatuh
terduduk di tanah yang becek. Ia
masih terduduk di situ, ketika
untung  menemukannya. 
   Melihat pakaian isterinya yang
kusut dan kotor. serta wajahnya
demikian pucat kurus dan
tersiksa. tanpa berpikir panjang
lagi untung  memeluk farida .
mendekapkan wajah wanita lesbian 
itu ke dadanya. seraya
membujuk bujuk dengan suara
getir. 
   ' Kita kembali ke atas. ya
mirna " Kau menyiksa dirimu
sendiri. Kata dokter. kau harus
banyak beristirahat.... O. mirna .
kau tidak tahu betapa aku cemas
memikirkanmu, betapa aku
kuatir kalau-kalau kau?" 
   "Mengapa?". bisik farida .
sesudah  mengigau 'Mengapa
untung ?" 
   'Apa yang mengapa. mirna ?",
untung  menatap mata isterinya
dengan gelisah, "Kau
membuatku bingung. Tidakkah
kita lebih baik naik saja ke atas.
dan.... 
   "aidit  . untung . aidit  !
Mengapa kalian menguburnya di
ceruk ini?" 
   Sesaat, untung  terdiam. 
   Lalu: 
   "Entahlah. Aku---aku sendiri
tidak tahu. Kata mereka ya. ya.
kata mereka. karena ketika
masih hidup aidit   pernah
meminta agar ia dikuburkan di
ceruk ini. apabila ia mati 
   "Dan hanya ditumpuki batu
serta lumpur. Tak di tanam!".
desah farida , masih setengah
mengigau. 
   "Ah. Itu aku tidak tahu. mirna .
Aku tidak ikut masuk ke dalam,
ketika mereka menguburkan
jenazah, mirna ! Kau sempat
masuk ke dalam" Ke gua yang
hitam dan mengerikan itu'" '.
untung  menatap ke ceruk yang
menerjang ganas sampai ke
hidung. 
   'Tidak. Aku belum sempat
masuk".' 
   "Lantas"' 
   'wanita lesbian  itu yang
mengatakan." 
   "wanita lesbian " wanita lesbian 
mana" Siapa?" 
   mirna  angkat bahu. 
   Lalu pelan pelan ia berdiri.
Sempoyongan. 
   'Aku lemas sekali. untung , ia
mengeluh ' Dan jabang bayi di
pcrutku aduh. rasanya ada
tendangan halus. Wahai untung .
Kandunganku belum lama jadi.
namun  namun  seolah olah sesuatu
tengah hidup. tumbuh dan
berkembang dengan pesatnya.
Aku takut. untung ... " 
   'Mari kubantu kau naik....
Pelan-pelan saja. Salah langkah
sedikit. kau bisa keguguran
He,mirna . Jangan kau kecewakan
aku untuk ketiga kalinya. Jangan
.Awas tanganmu! Rumput itu
kotor. tak kuat jadi pegangan.
Hem kau tidak mau mengatakan
siapa wanita lesbian  itu. mirna ?" 
   'Aku tidak tahu 'Ia muncul
tibatiba. menghilang tibatiba
pula. Mungkin ia penduduk desa
di bawah sana.. . 
   "Hem. Akan kuselidiki siapa
dia." 
   "Ah" Buat apa untung " 
   'Memperingati dia Agar tidak
menakut nakuti engkau lain kali"
   "Dari mana kau tahu ia
menakut nakuti aku?" 
   "Naluri, mirna . Naluri seorang
suami" untung  dapat juga
menjawab seraya tersenyum
manis. sesudah  agak lama ia
terdiam mendengar pertanyaan
isterinya. "Aku mencintaimu.
farida ". 
   'Apakah aku tidak" farida 
tersenyum 
   "Kuragukan. . ' untung 
menggoda 
   "Astagaa. kau' farida 
mendelik. pura pura marah
lantas tanpa pemberitahuan ia
langsung menyergap pundak
suaminya dengan terkaman gigi
giginya. yang menghunjam. Tak
keras. tentu saja. melainkan.
manja. untung  memeluk kaget.
kemudian tertawa tawa. Saking
gembiranya mengetahui farida 
sudah  menemukan pribadinya
kembali. untung  sampai tidak
menyadari bahwa farida  tidak
ikut tertawa dengannya. Pada
saat itu. farida  tengah menatap
belakang telinga suaminya
dengan nafas yang tertahan tiba
tiba. 
   Ia melihat bundaran kehitam
hitaman. semacam tattoo. 
   Sebuah tanda yang aneh, dan
belum pernah ia lihat
sebelumnya di belakang telinga
untung . namun  rasanya ia pernah
melihat di belakang telinga
orang lain.... farida  menempel
ketat di punggung suaminya.
sambil ber usaha naik dibantu
untung . Kaki-kakinya gemetar. 
   Jantungnya, apalagi! 
   Di atas, nyi girah  menyambut
mereka dengan bahagia. 
   'Aduhai, nak mirna  '. ia hampir
menangis karena gembira ketika
ia membimbing anak semangnya
pulang ke rumah. "Seharusnya
tak kubiarkan kau keluar
sendirian. Bagaimana kalau kau
sampai tergelincir jatuh dan....
Hiii, tak berani aku
membayangkannya Apa kata
dia. kalau kalau kau sampai
celaka. 
   "Dia?" farida  mendesah. 
   nyi girah  tertegun sejenak.
Sesudah  beradu pandang dengan
untung . ia tersenyum, menjawab: 
   "Suamimu. tentu. Ia begitu
panik. ketika pulang ke rumah
dan melihat tempat tidurmu
kosong"." 
   nyi girah  kemudian ikut
membantu memandikan farida ,
Mengenakan pakaian tidur yang
terbaik ke tubuh anak
semangnya yang cantik molek,
ramping dan kulitnya halus
mulus itu, Mulutnya tidak
henti-hentinya mengagumi
keberuntungan untung 
memperoleh isteri seperti
farida . yang pasti menjadi
idaman banyak lelaki. 
   namun , betapapun ia berkicau
berkepanjangan untuk mengelak,
toh akhirnya farida 
memperoleh kesempatan juga
untuk bertanya .
   "Menyedihkan". ujar farida 
mula mula. "Ia tidak selayaknya
dikubur dalam ceruk. Apa
salahnya menggali sebuah kubur
di sekitar sini" Tanah-tanah
yang kosong masih cukup
banyak...." 
   nyi girah  menelan ludah.
Berulang-ulang. 
   Kemudian' 
   'Tak ada salahnya. nak.
Soalnya. kita harus mematuhi
amanat' 
   Amanat. uh" Apa pula yang
menarik hati aidit   di ceruk
itu?" 
   Masa lalunya nak mirna " bu
girah  lantas bercerita tentang
sedikit yang ia ketahui mengenai
aidit  . Tentu saja hanya
terbatas pada saat aidit  
menikah dengan wanita lesbian 
yang ia cintai. Dari wanita lesbian 
yang bersama Sutiningsih itu.
lahir seorang anak wanita lesbian .
Sayang meninggal dunia ketika
masih perawan, begitu
dituturkan nyi girah  dengan hati
hati. "isteri dan anak
perawannya itu dikuburkan
sendiri oleh aidit  . bukan
ditempat yang semestinya.
Melainkan dalam ceruk. Juga
tidak ditanam dalam tanah.
karena kata aidit  , ia ingin
melindungi jenazah jenazah itu
sampai hancur dimakan cacmg.
"
   'Ia memang sedikit tidak
waras, kalau kau ingin tahu"
kata nyi girah , polos. Untuk
meyakinkan pendengarannya. ia
menambahkan. "Lihat saja.
kelakuannya sebelum meninggal.
Naik ke puncak. mengenakan
topeng, dan menakut-nakutimu
di tengah malam buta...." 
   'Untuk apa ia menakut nakuti
aku. nyi girah ?" 
   'Siapa yang tahu" Yang jelas,
kudengar si aidit  itu pernah
bersekutu dengan roh jahat Ah.
tak usah tanya, roh jahat macam
apa. Sudah kubilang. hanya
desas desus. Hem. apa tidak
sebaiknya kau minum susu itu"
Oh ya sudah  kupersiapkan lalap
segar untuk makan malammu.
Tentu saja. kau boleh makan
sedikit nasi.. . Perlu
   kuambilkan pel tidurmu. nak
mirna ?" 
   wanita lesbian  tua itu begitu
memperhatikan dan
mengasihinya. 
   farida  sampai tak dapat
menolak. Ia tidak lapar, namun  ia
harus makan, demi
kesehatannya demi jabang
bayinya. namun  begitu banyak
susu yang dibasikan pula. Begitu
banyak maru kering. Begitu
banyak lalap mentah. dan hanya
sedikit nasi putih Ia makan
tanpa selera, hanya untuk
menyenangkan induk semang
dan suaminya. 
   Baru menjelang tengah
malam, ia merasa lapar. 
   Yakin untung  sudah  tertidur. ia
berjingkat jinqkat ke dapur.
membuka lemari makan.
Thermos berisi nasi yang masih
hangat. ia keluarkan. Sisa lalap
tidak ia sentuh. Karena tidak
ada lauk. ia membuka kulkas. Ia
ingat ada ikan segar dan tahu.
Ikan dapat ia panggang. dan
telur disayur asem. Mendadak,
ia tertegun 
   Dalam kulkas. terletak di atas
sebuah piring tampak sepotong
besar daging mentah yang masih
segar. Tumben, pikirnya, Retno
membelikan daging sepulang
dari kantor sore ini. namun  apa
perduli farida " Ambil daging
itu. Lebih nikmat dari ikan.
Bakar, beri bumbu kecap. selada
dan saos. Ia menutup pintu
dapur dengan hati hati. agar
kalau ia membakar daging,
baunya tidak tercium sampai ke
kamar tidur. 
   Pelan pelan. ia iris daging
segar itu 
   Rupanya belum begitu beku
sesudah  disimpan di dalam
kulkas. Tak heran. dari bagian
dalam irisan daging, tampak
meleleh butir-butir darah.
Merah, segar, merangsang.
Seketika, bayangan daging besar
lenyap dari pikiran farida .
Takut takut ia menatap irisan
irisan daging bercampur darah
segar itu. Ada suatu kekuatan
gaib yang mendorong tangannya
untuk mendekati seiris daging
tadi ke mulutnya 
   Dengan kelopak mata
terpejam. la cicipi daging itu. 
   Bau hanyir membuat perutnya
mengulah sesaat. namun 
kekuatan aneh yang
mempengaruhi dirinya.
mendorong tangannya untuk
memasukkan irisan daging itu
lebih masuk ke mulutnya lantas
dengan setengah terpaksa
setengah bernafsu, daging
mentah itu ia kunyah kunyah.
kemudian ditelan. Nikmat
sekali.... 
   Tanpa terasa ia menghabiskan
tiga iris daging yang paling
banyak darahnya. Selain itu.
baru ia merasa kenyang, dan
menyimpan sisa daging ke
dalam kulkas. Masih diliputi
keheranan oleh nikmat yang ia
capai. farida  lantas berjingkat
jingkat kembali ke kamar tidur.
rebah di sebelah suaminya. dan
mendengkur dalam sekejap. 
   Tak lama sesudah  ia
mendengkur. suaminya
membuka mata .
   untung  bangkit perlahan
mengawasi farida . la betulkan
letak selimut wanita lesbian  itu,
agar isterinya cukup hangat dan
terlindung Kemudian. ia turun
dari tempat tidur. pergi ke
dapur. berjingkat-jingkat
sebagaimana yang dilakukan
farida  sebelumnya. Thermos
nasi masih terletak di atas meja.
untung  memasukkan thermos itu
ke lemari makan. Lalu ia
berjalan mendekati kulkas. dan
membukanya. 
   Daging yang ia beli tadi sore.
masih terletak di piring yang
sama. namun  sudah tidak utuh.
Tampak sudah  diiris iris, dan
sebagian sudah lenyap tentu ke
dalam perut farida . Darah
merah segar masih menetes
netes di permukaan piring 
   untung  menutup kulkas hati
hati. 
   Mulutnya tersenyum. 
   Puas. 
 Suara cekikikan bergema di
pojok ruang tamu. 
   Rupanya seorang wanita lesbian 
muda terpancing oleh tingkah
polah dan cerita dul latief  yang
nakal. sesudah  salah seorang
tamu lainnya bertanya asal usul
namanya yang ganjil. Seraya
berseru, 'Begini"!" wanita lesbian 
muda yang gatal tangan itu
dengan sengaja mendaratkan
telapak tangan di pantat orang
tua itu. Meng usap usap. Karuan
saja dul latief  blingsatan.
karena reaksi tak terduga itu.
Mana dilakukan di hadapan
banyak orang. . 
   Dari tengah tengah
sekelompok wanita lesbian  tua yang
sedang asyik berceloteh di pojok
lainnya, nyi girah  meneriaki si
suami dengan kesal: 
   "Awas. pak Kusilet kutilmu
nanti. Biar tahu rasa!" 
   Dasar dul latief . Kepalang
basah ia balas berteriak: 
   'Alaaa. bu. Ngaku sajalah.
Mana tega kau membeset kutil
kesayanganmu!" 
   'Oh ya" _ nyi girah  bangkit
dari duduknya. 
   Diperhatikan belasan pasang
mata yang ingin tahu.
wanita lesbian  tua itu berjalan
tertimpang timpang menuju rak.
la buka salah satu sebuah laci.
Mencari cari. Tidak lama, ia
sudah  mengacungkan sepotong
silet yang tajam berkilat kilat di
antara ibu jari dan telunjuknya.
Dengan silet itu ia kembali ke
tempat duduknya semula,
meletakkan dengan gaya kalem
dipermukaan meja. Lalu kembali
berceloteh dengan teman
temanya, seolah olah tidak
terjadi apa apa 
   dul latief  nyengir seketika. 
   Buru buru ia minta maaf pada
tamunya yang masih muda-muda
itu. lantas bergabung dengan
tamu lain. Tetangga tetangga,
yang sebaya dengan dirinya
sendiri. Sementara tamu-tamu
yang muda dihinggapi perasaan
kuatir. maka tamu tamu yang
sudah pada lanjut usia. tertawa
berderai-derai. dul latief 
mencak-mencak. Marah 
   pada salah seorang temannya
yang ketawa paling keras.
Umpatnya: 
   "Mau kupindahkan kutil
dipantatku ke puncak hidungmu
ya?" 
   Geeeer' suara tertawa
bertambah ramai, Kali ini pak
Kutil mau tak mau Ikut ketawa.
Malah tawanya paling keras.
Membahak. Di bagian lain
ruang tamu mereka yang terang
benderang itu. sang isteri hanya
dapat cemberut. 
   Kelompok orang orang muda
yang tadi ngobrol dengan pak
Kutil. saling bertukar pandang.
Heran. 
   'Orang orang pikun yang
aneh". salah satu dari mereka.
berbisik perlahan sambil
mengawasi kelompok kakek
kakek yang meneruskan
permainan bridge mereka yang
sempat terhenti oleh insiden
kecil tadi. 
   "Pikun dan menakutkan". bisik
yang lain. "Terutama itu tuh' ia
menuding. ' .. yang sedang
mengatakan sesuatu ke telinga
dul latief . Ketika bersalaman
tadi, entah mengapa aku
gemetar. Berkeringat dingin! la
menggenggam kuat sekali.
Telapak tangannya kasar. Jari
jemarinya apalagi. Tebal hitam,
berbulu!" 
   "Apa sih anehnya! wanita lesbian 
yang tadi mengusap pantat pak
Kutil. berkata acuh tak acuh.
Sambil lalu ia menyambar
segelas minuman dari baki yang
diantarkan oleh seorang pelayan
berkeliling. Dua temannya
mengikuti. Sesudah pelayan itu
menjauh. wanita lesbian  tadi me
neruskan: 'Aku juga disalam.
namun  tidak merasa apaapa 
   "Tidak kau lihat sinar
matanya. lala ?" 
   Yang dipanggi lala . angkat
bahu. 
   Sahutnya: 
   "Kulihat. dong" 
   'Dan?" 
   "Biasa biasa saja. Seperti
mata kita. Apalagi" Cuma
   yaaah, jauh lebih tua. tentu" 
   "Benar. denied . Berhentilah
menakut nakuti kami. Lihat.
isterimu sampai pucat pasi".
Kasihanilah dia." 
   "Dia memang penakut. Mau
kencingpun harus ditemani"
runggut laki laki bernama
denied  sambil melirik isterinya
dengan pandangan menyesali. la
kemudian beralih pada teman
temannya yang lain. lantas
berbisik dengan jengkel "Aku
berani sumpah. Ada hal hal
yang gaib di sini. Naluriku
berkata. sejak kita datang. kita
terus diperhatikan" 
   "Oleh siapa. denied ?" 
   "Roh roh jahat dan terkutuk'" 
   Mana" nyeletuk Margono.
orang gemuk yang dari tadi
diam saja. Ia belalakkan mata
kian kemari. Mengejek. 
   "Roh jahat' tak berwujud.
Gono' desah denied  tak perduli.
namun  aku dapat merasakan
wujut yang terkutuk itu. Di
sana!" sekali lagi ia menuding
dengan cara sembunyi-sembunyi
agar tidak terlihat oleh orang
yang ia maksud. Semua mata
otomatis ikut menatap.
Memperhatikan kelompok kakek
kakek yang main bridge. tertuju
pada salah satu yang duduk
menonton permainan itu 
   'lukman  bisa naik pitam kalau
ia dengar hasutanmu. denied '
lala  bergumam seraya
tersenyum. 
   Yang ditegur. malah senang. 
   'Haaa'" ia setengah berseru.
sehingga salah seorang yang tua
tua itu menoleh. Dan orang itu
justru orang yang mereka
perbincangkan. denied 
cepat-cepat berpaling kearah
lain dengan nafas tertahan.
Untunglah. lala 
menganggukkan kepala disertai
seulas senyuman manis yang
seolah memintakan maaf atas
kelancangan kawannya yang
berseru terlalu keras. dengan
segera dibalas orang tua itu
dengan senyuman pula. Lalu
kem
   bali menekuni permainan
kartu kawan kawannya. Suara
suara lumrah dalam permainan
bridge terus saja ber kumandang
di meja yang mereka kerubungi.
diselang seling bunyi botol
minuman beradu dengan bibir
gelas. 
   lala  menarik nafas panjang. 
   "Suamimu baru saja lolos dari
marabahaya. Ningrum..." ia
berbisik pada isteri denied  yang
dari tadi sudah  pucat gemetaran.
Yang dibisiki. berterimakasih
lewat anggukan kepala. Dengan
mata liar ia menggamit lengan
suaminya. Berbisik lirih. malu
malu: ' 
   "denied , 
   'Hem"' denied  mendekatkan
telinga ke mulut isterinya.
Serius. 'Apa"' 
   "Aku... aku mau kencing!" 
   "Jadah sialan!' denied 
meluruskan tegaknya. dengan
hentakan nyaring. yang seketika
membuat suasana meriah di
ruang tamu rumah dul latief  itu
mendadak sepi menyentak.
Semua mata tertuju kepada
denied . yang gelagapan sendiri.
Ia berusaha tersenyum. manggut
manggut pada semua orang,
lantas mendengus resah; "Perut
isteriku mules. Siapa yang tahu
letaknya kamar mandi?" 
   nyi girah  mau bangkit. 
   namun  diluar dugaan semua
orang. lukman  sendiri yang
bergerak lebih dahulu. Ia
menyongsong Ningrum.
mengulurkan tangan dengan
sopan ke arah tamu tuan rumah
yang bertubuh kecil mungil dan
sangat pucat pasi itu. Ningrum
ternganga sekejap. dan sesudah 
merasa kakinya disepak lala 
diam diam di bawah meja,
dengan enggan ia terpaksa
menerima uluran tangan laki
laki berkulit hitam legam dengan
tubuh tinggi kekar menyeramkan
itu. 
   "Mari kuantar. nyonya" pak
Abu bergumam. lembut
menawan. 
   Suatu pesona yang kuat
membuat Ningrum terjengah.
Dari enggan dan terpaksa. ia
dengan senang hati dan ikhlas
bersedia dibimbing orangtua
yang mendadak sangat menarik
hatinya itu. menuju ke kamar
mandi. diiringi pandangan
cemburu sang suami, pandangan
cemas teman temannya. dan
pandangan mengerti dari bu
girah  serta tetangga tetangga .
   Ningrum buang hajat dengan
leluasa. 
   Ketika ia keluar dari kamar
mandi, lukman  masih
menunggu. laki laki itu berdiri
membelakanginya. dengan
kepala sadikit tengadah,
matanya menatap lurus ke
rembulan yang pucat di langit
biru. Seenki r kelelawar
menggelepar lewat di wuwungan
atap rumah, mencicit cicit ribut.
Tanpa berpaling, laki-laki itu
bergumam: 
   "Merasa lebih enak sekarang"
   Ningrum mengangguk. 
   Lalu sadar anggukannya tidak
terlihat, ia menambahkan
dengan kaa kata" 
   'Ya. Terimakasih 
   Dengan ucapan itu ia
berharap dapat segera masuk
untuk bergabung dengan
teman-temannya di ruang
dalam. Namun sikap laki laki itu.
yang berdiri diam tak
bergerak-gerak, menahan
langkahnya. Ia tidak perlu
menunggu berlama lama.
Karena lukman  sudah  berujar
tanpa basa-basi lagi. 
   'salah seorang teman kalian.
menghilang dari tadi. Ia tidak
muncul sampai makan malam
selesai. Siapa namanya, kalau
boleh saya tahu. nyonya
Ningrum?" 
   "enki ...." 
   "enki ?" 
   ' Benar. enki  Prasetyo' 
   Apa pekerjaannya" 
   Wartawan. Ia memang tidak
pernah mau diam kalau
berkunjung ke suatu tempat. Ada
saja yang ia cari. 
   Selagi kami berencana untuk
memperolok-olokkan dia. tahu
tahu saja ia sudah memperoleh
berita besar yang membuat
majalah tempat ia bekerja
semakin laris. si enki  'itu. pak
Abu.. ." 
   Patut di puji ' desah lukman .
tanpa alamat. "Nyonya tahu ia
orang mana?" 
   'Maksud anda?" 
   "Daerah asalnya..." lukman 
membalik dengan tiba tiba.
Matanya bersinar-sinar aneh
dalam jilatan lampu koridor,
namun seulas senyum di
bibirnya memberi daya tarik
tersendiri dalam hati Ningrum
yang lemah. 'Si enki  itu. apakah
ia orang dari pesisir selatan?" 
   Kudengar demikian, lukman "
Ningrum mengangguk heran.
'Ada apa?" 
   Hem . 'lukman  melebarkan
senyumannya. "Bukan apa apa.
Aku hanya tertarik
memperhatikan orang yang
dengan ulet memanfaatkan
setiap kesempatan yang ia
peroleh. Tanpa pandang waktu.
Tak pandang tempat..." di
telinga Ningrum. dua kalimat
tajam yang ditujukan kepada
teman mereka yang memang
batang hidungnya tak tampak
lagi begitu ramah tamah
sebelum makan malam, selesai.
Sudah lama menikah?" lukman 
mengalihkan persoalan sambil
mereka kembali ke ruang dalam.
   'Empat tahun. pak" 
   'Kalian tentunya berbahagia" 
   Terimakasih. Kuharap
demikian. Hanya suamiku sedikit
nakal. dan tak dapat menjaga
mulut...." 
   Ucapan yang ini. di telinga
lukman  jelas sebagai
pernyataan minta maaf yang
tidak langsung atas kelancangan
suami si wanita lesbian . yang
sempat membuat Ningrum
hampir terkencing kencing di
tempat duduknya tadi 
   'Tak aneh" orangtua itu
tertawa. lunak. 'ia orang 
   yang bersemangat 
   "Senang mendengarkannya"
Ningrum mengangguk. terharu,
sekaligus bangga. ia akan
mempunyai cerita yang menarik
untuk disampaikan kepada
denied , namun  kemudian berpikir,
cerita itu lebih baik ia simpan
untuk dirinya sendiri. Kalau
sampai ke telinga denied ,
suaminya bakal makin lancang
dan tidak tahu diri. Atau seperti
kata lukman  tadi; tak pandang
tempat. tak pandang waktu. 
   Berpikir sampai di situ. ia
minta maaf pada lukman . 
   "Saya mau menengok farida 
sebentar .' katanya. lalu
menghilang lewat pintu
penghubung ke pavilyun. Tepat
pada waktu bersamaan. ia
melihat enki  Prasetyo masuk
lewat pintu depan pavilyun
dengan wajah bersimbuh peluh
dan kaki celananya kotor
berlumpur. Memahami kearah
mana Ningrum memandang.
pemuda tegap tampan dengan
wajah sedang-sedang itu.
tersenyum manis 
   "Aku terjatuh di luar sana' ia
berkata. "Sudah makan"' 
   Kau kehabisan!" timpal
Ningrum, 
   "Tak apa. Aku sendiri sudah
merasa kenyang dan puas
dengan apa yang kuperoleh
malam ini....' 
   "Boleh nguping?" 
   "Baca saja nanti. kalau
majalahku terbitan bulan depan
bersedia dipinjam lala 
untukmu" 
   "Menyindir, eh?" Ningrum
menyeringai, dan sekaligus
membalas dengan kata-kata
yang pedas. Uang sih punya.
namun  mubazir kalau dipakai
membeli majalah gossip!" 
   Yang disindir hanya angkat
bahu. Tak acuh. 
   "Apakah mirna  sudah baikan?" 
   "Aku justru mau melihat dia" 
   Mereka berjalan bersama
sama masuk ke kamar tidur.
Sebelum enki  keluar rumah
hampir Satu jam lebih. ia sempat
melihat farida  limbung mau
jatuh. Ia ingin menolong. namun 
kesibukan orang orang akibat
perubahan kondisi farida  buat
dia jelas merupakan kesempatan
baik untuk menyingkir diam
diam. 
   untung  keluar bersama seorang
laki-laki berumur dari kamar
tidur, dan berpapasan dengan
kedua temannya itu. Wajah
untung  tampak layu. sebaliknya
wajah teman nya berjalan
kelihatan berseri seri. Ia
menyapa kedua tamu. dan
sebelum menghilang ke rumah
induk semangnya sempat
memberi kata kata hiburan
untuk untung : 
   "Kegelisahanmu berlebihan.
Tenang sajalah. Isterimu hanya
terserang gangguan
pencernaan...." 
   'Ia dokter yang menghandel
mirna ' untung  bergumam seraya
mengiringi teman-temannya
masuk ke kamar. "syam kamaruzaman "
jawabnya. atas pertanyaan yang
diajukan enki  sambil lalu. 
   farida  duduk di tempat tidur. 
   Kurus. pucat dan jelas tampak
sakit. Ia tersenyum kepada tamu
tamunya. dan minta maaf bahwa
ia sudah  mengecewakan
kegembiraan mereka malam ini. 
   'Jabang bayiku rupanya
berbakat jadi pemain sepakbola'
katanya. tertawa. "Aku lupa
bertanya. Ningrum. Sudah
berapa anakmu sekarang" 
   "Dua
   'Terakhir kita bertemu 
   "Yang kedua baru lahir tiga
bulan yang lalu". potong
Ningrum, tersenyum. "Kalau kau
sudah lebih sehat. aku mau
pamit dengan suamiku. Kau
tahu. bayiku mencret kalau
diberi susu kaleng Lihat susuku
sudah keras dan sakit
rasanya..." ia memijiti
payudaranya sendiri, yang
memang menggembung. kenyal
dan kuat. 
   Pada saat itu. angin dingin
merembes masuk ke kamar. 
   farida  menggigil. 
   "Barangkali aku lupa menutup
pintu depan" ujar enki  lalu
berlalu. namun  untung 
mgirah ului, 
   'Biar aku yang menutupkan" 
katanya, lalu pergi. diiringi oleh
Ningrum yang lebih dulu pamit
sambil mencium kedua belah
pipi farida  dan mendo'akan
kesehatan dan harapannya untuk
mendapatkan turunan. 
   "Aku mencium bau busuk di
sini" enki  nyeletuk. sesudah  ia
tinggal berdua saja dengan
farida . "Ah, dingin sekali.
Mestinya kau tidak tinggal di
kamar yang kelewat sejuk
seperti ini" 
   Kamar ini tertutup dan selalu
hangat. enki " jawab farida .
'Udara begini. belum pernah
kualami" 
   enki  Prasetyo menatap
kesekeliling kamar. 
   Lampu bergoyang-goyang
tanpa sebab. 
   'mirna '"' 
   'Hem . ' 
   "Kau bilang. berapa bulan
sudah kandunganmu?" 
   'Tiga Atau empat. kata dokter
syam kamaruzaman . namun  rasanya seperti
sudah enam atau tujuh bulan.
Coba lihat. begini besarnya...."
farida  mengusap usap perutnya
yang menggunung 
   "Pasti ada kelainan' desah enki 
kuatir. "Dan, hai. Tidakkah kau
sadar betapa kurusnya kau
sekarang" Pernah mengukur
timbanganmu?" 
   "Kata dokter tak perlu. Hanya
menambah risau saja. Dan soal
kelainan yang kau sebut sebut.
aku juga berpikir sama dengan
suamiku.namun  tadi dokter
bilang cuma gangguan
pencernaan. Bayiku tumbuh
pesat. namun katanya masih
dalam ukuran wajar...." 
   "Kembar, barangkali?" 
   "Menurut pemeriksaan dokter,
tidak' 
   "Gangguan pencernaan, eh?"
enki  manggut manggut. sambil
menatap lampu yang sudah
berhenti bergoyang goyang.
Udara tetap dingin, menusuk
sampai kesumsum. farida 
sampai berselimut. dan enki 
gelisah. "Aku mencium bau
busuk di sini'. gumamnya lagi.
sambi menatap lurus ke pojok
kamar. Apakah ada sesuatu yang
kehitam-hitaman di pojok itu"
Sesuatu yang tinggi besar dan
ah. seperti bertanduk" Sesuatu
berupa makhluk yang
menyebarkan udara dingin dan
bau busuk" 
   enki  Prasetyo kumat kamit. 
   Kata-katanya ganjil dan
simpang siur berbaur dengan
ayat ayat kitab suci yang
terpotong potOng. lalu sambil
menyebut: "Allah, Allah, Allah!
', enki  terus melangkah ke pojok
yang menjadi tumpuan
perhatiannya. 
   Ada desiran aneh ketika ia
meraba tembok. 
   Dan udara dingin berbau
busuk itu. mendadak sontak.
lenyap begitu saja.  
   "He, hangat lagi' berseru
farida , heran. Ia tanggalkan
selimut yang menutupi tubuhnya.
Dan menatap bingung pada laki
laki yang tegak kaku di pojok
kamar dengan mata
membelalak. tak berkedip." 
   'Apa kerjamu di situ"' 
   enki  Prasetyo tidak meniawab. 
   Ia bergidik. Perubahan suhu
udara yang tiba tiba itu sama
sekali tidak menyenangkan
hatinya. Mungkin cuma ilusi. ia
berpikir namun  jelas tadi
matanya menangkap bayangan
hitam yang samar-samar berdiri
di tempatnya sekarang. Ketika
farida  menegur, ia cepat
berpaling. Ia tidak melihat
farida , namun  melihat ke pintu.
lurus-lurus. Sesuatu yang hitam
berkelebat keluar. 
   "Diam di tempatmu! enki 
berbisik tajam pada farida 
yang berniat bangkit. untuk
bergabung dengan teman
temannya di rumah induk. enki 
bergegas melewati tempat tidur.
keluar dari kamar. Koridor
menuju dapur sepi menganga.
Ruang tamu pavilyun demikian
pula. Gelas gelas minuman
berserakan di atas meja. Ada
botol tergelimpang di lantai. dan
puntung rokok menghitam di
serap cairan bening yang
menggenang dekat kaki kursi.
Kegelapan yang hitam pekat
mengintai dari luar jendela
depan. 
   enki  tertegun di depan pintu
terusan ke rumah induk. 
   Seingatnya. tadi pintu itu
terbuka. Siapa yang sudah 
menutupnya" Ningrum" Atau
untung " Kedua orang itu tengah
tertawa ngakak di salah satu
sudut ruang tamu rumah induk.
bersama teman temannya yang
lain. Rupanya dul latief  sudah
mulai berseloro lagi. tanpa
mengaCUhkan isterinya yang
mendelik dari sudut lain. 
   Mata enki  yang waspada.
berputar ke sudut yang 
   berlawanan. Sekelompok pria
pria tua bangka. masih
menekuni kartu kartu di tangan
mereka. Dan di belakang
kelompok orang-orang tua itu.
berdiri tegak sosok tubuh yang
ia cari. Besar, hitam. tinggi
kekar dan perkasa. Orang itu.
lukman  Lahuba Purwadijaya .
ia akan mencatat nama itu di
benaknya. menoleh ke pintu
terusan. waktu melihat enki , ia
angkat gelas minuman Lalu
menganggukkan kepala disertai
senyuman ramah. 
   enki  membalas anggukkan itu. 
   Dan mencoba membalas
senyuman yang tampaknya
bersahabat itu. Lalu dengan
bulu kuduk pada tegak berdiri.
ia kembali ke kamar tidur.
farida  duduk gelisah
memandangi enki  yang wajahnya
tampak serius. Baru saja mulut
farida  terbuka untuk bertanya,
enki  Prasetyo sudah mgirah ului:
   "Jiwamu tertekan!" ia
menuduh langsung. 
   "Kau menyembunyikan sesuatu
untuk dirimu sendiri. Sesuatu
yang berharga, yang
menghancurkanmu dari dalam.
Mengapa tidak berterus terang
saja?" . 
   farida  menganga. 
   Ketika tamu tamunya datang
berkunjung ia sudah 
membulatkan tekad untuk
menutup mulut rapat rapat.
namun  ketika di antara mereka
ia lihat enki  Prasetyo. ia mulai
ragu akan pendiriannya. ia tak
dapat menyimpan rahasia
terhadap orang yang satu ini.
Tak pernah dapat. ia lebih suka
membohongi suaminya sendiri.
ketimbang menyakiti hati enki 
Prasetyo. 
   Laki laki itu pernah jatuh cinta
pada farida  ketika mereka
masih sama sama satu kelas di
senki lah lanjutan. namun  untung 
Tanudireja memotong mereka di
tengah tengah. untung  lebih
agressip, sehingga enki  terpaksa
mundur teratur. ia tahu diri. ia
dan untung  masih terhitung
saudara sepupu. dan keluarga
kedua belah pihak semenjak dari
jaman nenek moyang tetap
bersahabat. 
   namun  saling lindung
melindungi biarpun salah
seorang keluarga sudah 
menghina anggota keluarga
yang lain. "Itu hanya
kekhilafan'. demikian petuah
yang di turunkan dari generasi
ke generasi. enki  ingin memper
tahankan tradisi itu. lebih dari
mempertahankan cintanya yang
rapuh 
   Kesibukannya bekerja di
sebuah penerbitan yang
oplahnya besar dan tersebar
luas ke mana mana. banyak
menolong. Gadis gadis model
yang cantik ganti berganti
menempel punggungnya namun 
ia lebih menekuni tugasnya.
mengejar berita berita berbau
skandal. dan belakangan lebih
suka menuruti bakatnya sebagai
seorang penulis cerita-cerita
misteri. Paling tidak. ia masih
memiliki garis keturunan dari
seorang moyangnya yang
pernah mencapai usia satu
setengah abad hidup menyendiri
dan menghabiskan waktunya
untuk menyembuhkan orang
orang sakit dengan ilmunya
yang ajaib "Aku sudah  didatangi
malaikat elmaut." kata
moyangnya itu pada suatu hari
'Besok aku akan pergi. namun 
tak perlu kalian menangisiku.
Dan tak perlu kalian gali
kuburan untukku ' 
   Moyangnya itu mengunci diri
dalam kamarnya. semalam
suntuk. 
   Pagi pagi benar. bau harum
menebar di sekeliling rumah.
Pintu masih tertutup rapat.
demikian pula jendela. Sesudah 
bau harum itu lenyap dua hari
kemudian. pintu yang terkunci
didobrak dari luar. Di dalam.
orang hanya menemukan
sarung. pakaian dan peci yang
dikenakan orangtua ajaib itu.
sebelum ia mengunci diri .namun 
jasadnya raib. tak meninggalkan
bekas. enki  selalu merenungi
kisah yang ganjil itu. dan
kemudian menekuni kisah kisah
ganjil yang kemudian ia temui
sepanjang hidupnya. 
   mirna nli sadar akan hal itu. 
   
?" aku memang membutuhkan
perlindungan," ia berbisik.
parau. dengan sudut sudut mata
yang basah. "Jangan menuduh
aku seorang isteri yang tidak
setia. enki . Kucintai untung 
seperti aku mencintai diriku." Ia
melihat enki  mengangguk setuju.
kemudian meneruskan. aku
meragukan. perlindungan itu
tidak akan kuperoleh lagi dari
untung ." 
   "Aku menerima uluran
tanganmu." enki  tersenyum.
"Sayang sekali. kalian tidak
memberitahu sebelumnya. ketika
kalian memutuskan untuk pindah
ke tempat ini. Itulah sebabnya
aku kaget ketika menerima
undangan untung . Banyak kisah
kisah berbau busuk sampai ke
telingaku. dan bau busuk itu
sudah  kucium begitu untung 
menyebut tempat tinggal kalian
yang baru 
   ' Baiklah... ' berdesah farida .
gugup. 'Apa yang ingin kau
ketahui"' 
   "Semuanya! ' 
denied  sudah lama menghilang
bersama enam orang sahabat
dalam mobil denied  yang besar.
Sudah hampir tengah malam
sekarang. dan jalan menurun
yang curam menuju kota.
tampak gelap menyeramkan.
enki  Prasetyo duduk diam diam
di belakang setir. melamun kan
farida  yang mereka tinggalkan
di atas bukit. enki  kuatir. sangat
kuatir. meski ia cukup puas
dengan persetujuan farida 
untuk mengikuti petunjuk
petunjuknya. apabila dalam
tempo satu minggu. enki  tidak
muncul menemui farida 
sebagaimana yang mereka
janjikan tadi di kamar tidur
bekas kekasihnya itu. 
   Di jok belakang. Margono
yang bertubuh gemuk padat,
langsung mendengkur begitu
tadi masuk ke mobil 
isterinya yang bertubuh ramping
kecil. mengomeli suaminya
panjang pendek. Mengatakan
Margono karung nasi sialan. ia
makan begitu banyak, minum
lebih banyak lagi. begitu sang
isteri yang sedang diliputi
perasaan malu itu berkata
kepada lala , yang duduk di
samping enki . "Kalau tak
kupelototi. si karung nasi ini
tentulah sudah menyikat semua
yang terhidang di atas meja
makan' 
   ia kemudian berkicau pula
tentang pengetahuannya yang
baru .Bahwa farida  dan untung 
sudah  maju sangat pesat dalam
tempo yang demikian singkat.
Punya mobil baru perabotan
rumah yang baru, sudah
membeli tanah yang segera akan
dibangun pula. Dan lain lain
dan lain lain. yang rupanya ia
dapat nguping di atas sana.
Diakhiri dengan omelan
memelas ' Sedangkan si karung
nasi ini, makin lamban saja
bekerja Makan. tidur. makan.
tidur. itu saya yang ia pikirkan" 
   lala  hanya memberi komentar
satu dua. Ia tahu suami isteri itu
senang memaki maki satu sama
lain, namun  keduanya tetap
mencintai. Caci  maki, pikir
lala . ternyata bisa juga jadi
bumbu penyedap ketimbang
sebuah sebuah perkawinan yang
berjalan terlalu lancar . terlalu
adem kalem. sehingqa terasa
hambar. Ia tidak ingin rumah
tangganya kelak dengan enki .
hambar. namun  juga ia tidak
ingin kebahagiaan mereka
dipenuhi caci maki. 
   Dan yang penting enki  belum
melamarnya juga' 
   Suami isteri itu mereka
antarkan pulang lebih dulu ke
rumahnya. Betapa sukar dan
merepotkan membangunkan si
karung nasi, yang tetap
mendengkur sampai pintu mobil
dibuka. Sesudah  didamprat
isterinya dengan suara keras.
barulah Margono membuka
matanya. Setengah mengantuk ia
mengikuti isterinya masuk ke
dalam rumah. lupa
mengucapkan terimakasih. 
   Dari pintu tertutup. masih
terdengar omelan sang isteri. 
   lala  geleng geleng kepala.
sesudah  enki  duduk kembali di
belakang setir. 
   'Heran." bisiknya. "Mereka
dapat bertahan sepuluh tahun!' 
   Mereka hanya dapat
dipisahkan oleh sakit jantung
Margono." tambah enki  acuh tak
acuh. dan kembali menelusuri
jalan di depannya. lala  diam
saja. Ia agak tersinggung
dengan sikap tunangannya.
namun ia masih dapat menahan
hati. Sayang. mulutnya tidak: 
   "sudah  berapa tahun kita
bertunangan. enki ?" 
   'Lupa." 
   "Astagaaaa...." 
   'Jangan marah. lala . Aku
tengah memikirkan sesuatu.
Kukira. sesuatu itu membuatku
takut?" 
   'farida . ya?" 
   "He eh. 
   Kau seperti si denied  saja.
Percaya kepada adanya roh-roh
jahat yang gentayangan di
sekeliling kita. Sudahlah, enki .
Desas-desus mengenai
orangorang di atas bukit itu.
kukira terlalu berlebihan.
Mengapa tidak kita pikirkan
mengenai diri kita sendiri"
Misalnya, mengingatkan kau.
Pernah kau berjanji. untuk
menemui orangtuaku akhir
bulan ini .. " ' 
   ' Maaf. Terpaksa kutunda." 
   'Apa"!" 
   'Ada yang harus kukerjakan " 
   "enki . ampun. Aku sudah bosan
jadi perawan tua. Bosan ditanya
terus oleh mama, mengenai
banyak lamaran yang harus
kutolak. Bekerja jadi sekretaris
memang enak sebagai pengisi
waktu. enki . namun  aku kuatir.
lama-lama aku tidak kuat
menghadapi godaan yang
datang bertubi tubi." 
   "'Hanya satu minggu." bisik
enki . lirih. 
   "Hanya satu...." lala 
terkesiap. "Maksudmu, kau di
tugaskan lagi keluar kota?" 
   "Aku menugaskan diriku
sendiri. lala . Dan kali ini, tidak
untuk di badan orang." 
   "farida  lagi." 
   "He-eh.. .' 
   "Kau masih mengingat dia.
ya?" 
   'Sebagai isteri untung . isteri
sepupuku." pelan-pelan enki 
melingkarkan lengannya yang
bebas ke pundak lala , menarik
wanita lesbian  itu supaya mendekat.
dan mencium ubun ubun lala 
dengan penuh kasih sayang.
"Cintaku hanya untukmu." 
   "Aku tak yakin." 
   enki  menghentikan mobil di
pinggir jalan yang gelap. 
   "Kau ingin kita menikah?" ia
bertanya. sungguhsungguh. 
   "Tentu saja. Siapa bilang aku .
   "Oke. Kita akan menikah.
begitu aku pulang..." tanpa
memperdulikan kegembiraan
yang tampak samar samar di
wajah lala , ia meneruskan:
'Dengar." 
   "Apa?" 
   "Sekali lagi kudengar kau
meragukan cintaku. kita putus!" 
   "Astaga. enki ...." 
   "Mau menciumku?" 
   lala  maju ke depan 
   Mencium bibir enki . Mereka
kemudian berpelukan. Erat,
hangat. kuat. Bibir mereka
saling berpagut, saling
menggapai. disertai nafas yang
berdesah desah. seolah itu
adalah Cium perpisahan. dan
yang tak boleh mereka akhiri. 
   Jantung lala  berdegup
kencang. ketika mobil melaju
kembali. 
   "Kemana kau akan pergi.
kalau boleh aku tahu?" _ ".?"
."0 
   enki  menggenggam erat tangan
kekasihnya Menjawab: 'Pesisir
selatan...." 
   Sebagaimana yang
dinasihatkan enki  Prasetyo,
selama satu minggu itu farida 
bersikap wajar dan biasa biasa
saja. Baik terhadap suaminya.
terhadap dul latief  dan isteri,
tetangga tetangganya yang aneh
aneh. mau pun terhadap pak
Abu. ketua erte yang hampir tak
pernah terlihat keluar dari
rumahnya yang terletak me
nyendiri dan dikelilingi semak
belukar itu. Meski berpendapat
bahwa dokter syam kamaruzaman  benar
benar merawat kandungannya.
farida  tetap saja heran
mengapa enki  mengatakan agar
farida  berusaha menyempatkan
diri menemui dokter kandungan
yang lain. enki  menyebut sebuah
nama. yang menjabat sebagai
kepala sebuah rumah sakit
swasta terkenal. yang dengan
mudah dapat diingat farida ,
dan berjanji akan mengunjungi
suatu hari 
   Beruntung. susu basi itu boleh
ia lupakan. Hari hari berikutnya
ia sudah boleh minum susu
kambing, murni, hanya baunya
yang sangat berbeda dengan
susu sapi saja yang masih
membuat perutnya suka
mengulah. Nasi ia hentikan.
bukan karena menurut nasihat
dokter. melainkan karena suatu
dorongan yang kuat untuk
melahap semakin banyak lalap
mentah. Pernah ia sampai
tertarik mengunyah rerumputan
yang subur di bibir bukit, namun 
sesudah  melihat seenki r anjing
tetangga kencing di tempat itu.
keinginannya dapat ia tahan.
Menu lain yang diam diam ia
turuti dengan perkiraan tanpa
setahu suami .. adalah daging
mentah. dan darah segar. 
   Aku membeli seenki r ayam
gemuk di pasar, suatu hari
untung  berkata. "Kupotong untuk
makan malam kita " 
   Biar olehku saja," jawab
farida . 'Bukankah kau harus
melihat tanah yang baru kita
beli itu?" 
   Malamnya, untung  kelihatan
murung karena farida  tidak
tertarik dengan gule dan ayam
goreng yang terhidang. Tak enak
melahapnya sendirian. katanya.
begitu lezat begitu gurih. Aku
sudah puas dengan daun-daun
segar ini.  farida .
memperlihatkan lalap yang
bertumpuk di piringnya. untung 
menyuruh isterinya makan
sedikit nasi. yang dipatuhi saja
oleh farida . namun  kemudian 
muntah muntah. 
   "Bayiku tak mau nasi."
katanya kemudian kepada
suaminya, terengah-engah dan
pucat sekeluar dari kamr mandi.
   Maka. untung  membiarkan saja
selera makan mirna  itu yang
ganjil. Ia malah menyingkir
diam diam. ketika suatu hari ia
pergoki farida  menghirup
darah ayam segar yang ia
potong. dan melahap potongan
paha ayam yang bulunya belum
dibersihkan. 
   farida  tidak tahu suaminya
mengintip. 
   ia juga tidak tahu. suaminya
kemudian pergi menemui induk
semang mereka untuk
menyatakan perasaan kuatir.
Kepada induk semangnya untung 
mengeluh. Menu farida 
membuat tubuh isterinya
semakin kurus dan lemah, bukan
semakin kuat, sebagaimana yang
mereka katakan. Dijawab induk
semangnya dengan kata kata
menghibur: "Tak lama lagi,
anakku. Semua itu akan
berakhir, dan isterimu akan
pulih, sehat dan lebih cantik dari
biasa. Oh. ya apakah kau
kemarin mengatakan kau
menemui kesulitan untuk
memperoleh pinjaman dibank"
Hem. temui saja seseorang.
Namanya... . ' 
   

   
Banyak nama nama yang harus
ditemui enki  Prasetyo selama
satu minggu itu. Ia juga
membuka lembaran lembaran
surat kabar tua yang pernah
terbit namun  kemudian mati
karena kurang pasaran di
daerah pesisir selama itu. Dari
pamannya yang punya hobby
mengumpulkan buku buku
bersejarah sebagai koleksi. ia
juga memperoleh sebuah buku
tebal yang sisi sisinya hampir
habis dimakan rayap. 
   ia hanya membuka beberapa
halaman dari isi buku itu. namun 
ia memerlukan keterangan dari
banyak orang orang tua
mengenai istilah istilah yang
kurang ia mengerti. Pada hari
yang kelima. dengan semua
pengetahuan yang sudah  ia
peroleh dengan susah payah.
enki  Prasetyo pergi menemui
kakeknya yang hidup menyendiri
di sebuah rumah apung yang
terletak di tepi pantai. 
   Apabila Tuhan mengijinkan.
tahun depan kakeknya akan
genap berusia satu abad. "Aku
lahir di rumah ini. dan ingin
mati di rumah ini," kakeknya
berkata seraya memandang
ombak yang memecah di tiang
tiang pancang yang terbenam
kokoh jauh ke dalam pasir keras.
"Kesepian" Mana mungkin
orang yang hidup dengan laut.
pernah merasa kesepian?" Dan
cucu-cucuku memang senang
pula berkunjung. karena
menyukai ikan ikan laut yang
khusus ditangkap kakek dari
celah celah batu karang jauh di
bawah permukaan air. 
   Sesudah  menghabiskan
beberapa cangkir kopi. sebakul
penuh nasi. ikan bakar dan
ganggang laut yang diasap.
barulah mereka sampai kepada
pokok persoalan. Mereka
berbicara sepanjang sore dan
sepanjang malam, tidur sebentar
menjelang subuh. bangun lagi.
sembahyang. kemudian
menunggu sampai hari siang
sambil ngobrol ngalor ngidul.
Namun enki  sudah demikian
tidak sabarnya untuk pamit
sehingga ia langsung saja
mencium kening kakeknya begitu
bias bias matahari" mulai
menjilati butir butir pasir yang
putih kemilau. 
   Satu nasihatku. enki ." kata
kakeknya sebelum berpisah.
'Orang itu bukan manusia biasa
seperti kita. Ia pernah tinggal di
daerah ini jauh sebelum aku
sendiri lahir. Hanya karena
tradisi dan kepercayaan rakyat
di sini yang begitu teguh yang
mampu menyingkirkan dia.
Konon ia sudah  berpindah
pindah tempat sesudah 
meninggalkan pesisir ini. Dan
itu sudah berlalu hampir dua
ratus tahun. namun  ia tetap
bertahan. Banyak orang orang
berilmu sudah  mati. namun  ia
tetap hidup. Kau tak dapat
menghadapi dia sendirian.
Hanya Tuhan dengan segala
kebesaranNya yang dapat
menjatuhkan dia, Karena itu.
cucuku. kunasihatkan, lupakan
dia. Dan pikirkan masa
depanmu bersama lala ..." 
   "Aku tidak bermaksud
melawan orang itu kek." 
   "Jadi?" 
   Aku hanya bermaksud
menolong seorang manusia yang
terperangkap. ' 
   "Biarkan ia menolong diri
sendiri." 
   "Aku tak mungkin, kek. Aku
pernah mempunyai ikatan bathin
dengan dia. Dan sampai
sekarang ikatan bathin itu
semakin kuat, melalui hubungan
darah dengan suaminya.
Lebih-lebih, kek. kalau
kubayangkan iabang bayi yang
ia kandung...' 
   "Nasihatku yang kedua: ujar
orang tua renta itu dengan
wajah masygul "Begitu lahir.
bayi itu harus dibunuh." 
   enki  Prasetyo ngebut seperti
orang gila. 
   Ia hanya singgah untuk
mendinginkan mesin dan makan
di tengah jalan selama bermobil
hampir dua puluh jam penuh.
Ganggang laut yang
dihidangkan kakeknya sebagai
sarapan pagi benar-benar obat
pelawan kantuk 
yang yang sangat menta'jubkan.
Ia juga tetap merasa sehat dan
fit setiba di kota, sebagaimana
yang di ramalkan sang kakek. 
   enki  tiba di rumah tempatnya
kost menjelang pukul empat
pagi. Sesudah  mandi air hangat.
sembahyang. ia kemudian
langsung tidur. namun  matanya
tidak mau terpejam. Apa yang ia
dengar. ia baca ia selidiki, benar
benar membuat ia takut. Jauh
lebih takut dari farida . ketika
wanita lesbian  itu menceritakan
bahwa untung  memiliki tanda
yang ganjil di belakang
telinganya. 
   "Tanda dari pengikut setan
jahanam! enki  mengigau dalam
tidurnya yang setengah sadar.
"Tinggalkan suamimu, mirna .
Jauhi orang orang murtad itu
sekarang juga!" 
   la bangun dengan kepala
pusing pukul delapan Pagi 
   Selintas ia ingin berkunjung
sebentar ke rumah lala . untuk
memberitahu gadisnya kalau ia
sudah  tiba untuk merencanakan
hari perkawinan mereka. namun 
ingatan pada farida .
mengurungkan niatnya 'Bayi itu
akan lahir sesudah  berada dalam
rahim ibunya setengah dari
tempo yang dibutuhkan oleh
bayi bayi manusia yang
normal.." terngiang ngiang
ucapan kakeknya. 
   Berapa bulan usia kandungan
farida . . pikir untung  gelisah
seraya menjalankan mobilnya di
tengah tengah lalu lintas yang
padat. Tiga, atau empat bulan
menurut dokter syam kamaruzaman .
Mungkin enam atau tujuh.
menurut perasaan farida . enki 
menghitung-hitung. dan
memutuskan untuk mengambil
jalan tengah. Tiga dan enam. 
   Jumlahkan angka-angka itu.
kemudian bagi dua. 
   Empat setengah bulan. 
   Dan bayi normal lahir sesudah 
sembilan bulan dalam
kandungan ibunya. 
   "Tuhanku! ' enki  pucat pasi,
ketika ia bunyikan klakson
berulang-ulang untuk minta
jalan. namun  mobil di 
depannya ngantri cukup
panjang. berderet deret pula,
menunggu lampu merah.
Jangan! Jangan lahir hari ini,
bayi terkutuk!" enki  menyumpah
serapah dan merasa lega begitu
lampu menyala hijau dan mobil
mobil di depannya merangkak
maju satu persatu. 
   Apakah ia akan berhadapan
dengan orang itu?" 
   Abu Lahuba Pumadijaya. Dari
terjemahan kata kata kuno yang
terdapat pada lembaran buku
yang mulai dimakan ngengat itu,
kata Abu Lahuba Purwadijaya
mempunyai satu arti yang
mutlak: Abu Lahuba". puing
puing gaib Purwadijaya.
mungkin nama turunan.
Mungkin pula simbolik dari
masa lalu raja jaman dahulu
kala. Jadi, Abu lahuba
Purwadijaya sama artinya
dengan "Turunan penguasa
alam gaib dari masa silam!" 
   "Turunan Penguasa Alam
Gaib Dari Masa Silam ' enki 
mengeja kata demi kata dengan
suara bergetar kering dan nafas
sesak "Abu. Lahuba. . Purwa. .
di. jaya .. turunan... penguasa"
alam gaib dari _' 
   Jalanan di depannya tampak
lengang 
   ia sudah  berada di pinggiran
kota. Dalam setengah jam ia
akan tiba di perumahan yang
terletak di atas bukit, menemui
farida . berdo'a untung  sudah
pergi ke kantor, dan ia akan
melarikan farida  langsung ke
rumah sakit. Kepada dul latief ,
atau isterinya. yang mungkin
menjaga farida . akan ia
terangkan sebuah cerita bohong.
Katakan saja. salah seorang
teman farida  yang hadir pada
makan malam minggu yang lalu.
mendadak meninggal dunia
karena kecelakaan. 
   "Bohong yang jahat. tapi
manis' kata enki  sambi tancap
gas. ?"Seorang teman baik
farida . Meninggal karena
kecelakaan.. " mendadak ia
sendiri merasa iba dan bersalah'
'Astaga. Tuhan ku, ini bukan do
a. bukan keinginan yang tulus
Ampunilah hamba-Mu !
   Sebuah titik kecil tampak di
kaca mobil. 
   Warnanya hitam. Mungkin
debu. Atau potongan daun
kering. namun  titik itu makin
lama makin besar. kemudian
menjauhi kaca depan mobilnya.
Ternyata seekor burung yang
melesat dengan cepat dari
daerah perbukitan. langsung
menyongsong mobil yang
dikendarai enki . ia baru saja
bernafas lega tidak jadi
bertabrakan dengan burung
yang nekad itu. ketika disadari
enki  adanya perubahan suhu di
dalam mobil. Dingin, membeku,
berbau busuk 
   "Apa ini" enki  mencium-cium
dengan hidung. Mungkin
sampah busuk di pinggir jalan.
"Hei ! ia tersen tak. ketika
mendengar suara sayap
berkepak mula mula samar.
kemudian jelas dan semakin
jelas. Lalu. burung yang tadi
berkelebat di samping mobil.
tahu tahu saja sudah  menerobos
masuk ke dalam. hinggap
didashboard. 
   "Astaga. Kelelawar?" enki 
mengucap. kaget dan sekaligus
terkesiap. 'Siang-siang begini.
Apakah kesasar dan... namun 
mengapa...." 
   Tidak. 
   Burung jenis kelelawar itu
tidak kesasar. Besarnya melebihi
ukuran kelelawar yang normal.
hampir mencapai ukuran seenki r
ayam kampung. Sayapnya
terkembang menutupi
permukaan dashboard mobil
dengan salah satu ujungnya
menyentuh setir.
Cakar-cakarnya panjang.
runcing dan mengerikan. Lalu
satu hal yang membuat enki 
terpesona. adalah matanya.
Matanya yang biasa berwarna
merah menyala kalau muncul di
kegelapan malam. tampak putih.
kosong dan mati. 
   Lonceng tanda bahaya
berdentang di benak enki . 
   Sayang terlambat .ia bereaksi
Dengan tangan yang satu tetap
memegang setir. ia kibaskan
tangan yang lain ke arah burung
kelelawar yang aneh itu. sambil
berteriak mengusir: 
   "Enyah! Enyah!' 
   Kibasan tangannya bergerak
lebih lamban dari gerakan
burung itu. Kelelawar berbulu
hitam legam dengan sayap
coklat kemerah-merahan itu
melayang dengan
cepat.langsung menerkam wajah
enki  Prasetyo. Cakar cakarnya
yang runcing menqqaruk garuk
pipi enki  dengan ganas. dan
paruhnya yang tajam
mengerikan. mematuk matuk ke
mata enki . 
   enki  memukul. 
   Bahkan menendang Histeri.
dan benar-benar gila sekarang.
Perlawanan yang membabi buta
itu tidak mengurangi
cengkeraman dan patukan si
kelelawar yang makin kejam
saja. Darah mulai mengalir.
Secara naluriah, enki  menjerit.
kakinya menginjak rem. Ban
mobil itu berdecit decit dengan
kecepatan yang menurun dengan
mendadak. 
   Dengan mata yang hampir
buta dan sakit luar biasa. enki 
terus saja menarik burung itu
dari wajahnya. Ia tidak
mengetahui. mobilnya berhenti
begitu tiba tiba. arahnya pun
tidak terkendali. Supir sebuah
mobil tangki dari arah
berlawanan, tidak keburu
menginjak rem dan membanting
setir. 
   Supir Itu menjerit 
   'Babi !Menyingkir dari
jalanku! Babi. menyingkir cepat"
   namun  tubrukan tidak lagi
dapat dihindarkan. Suara hingar
bingar meledak seperti bom
waktu di jalan raya yang
lengang itu. Supir truk tangki
sampai terlempar keluar pintu
mobilnya. jatuh di jalan aspal
dengan suara berdebum.
pingsan seketika. dengan tulang
rusuk dan kaki yang patah. 
   Api kemudian berkobar-kobar.
menjilat-jilat kian kemari.
seperti lidah lidah api neraka 
   Dan. di sebuah rumah tua
yang terletak di atas bukit. 
   dalam sebuah kamar sempit
berbau pepak. sesosok tubuh
besar dan kekar. duduk berjuntai
di kursi goyang. Dalam jilatan
lampu kamar yang redup,
tampak kedua telapak tangannya
terbuka. memperlihatkan kulit
yang hitam pekat. dengan
jari-jari yang tebal berbau. 
   Telapak-telapak tangan hitam
itu. menyatu. 
   Dua ibu jarinya, mencuat
lurus ke atas. kemudian
ujung-ujungnya disatukan. Ada
getaran-getaran samar dari
perpaduan ujung ujung ibu jari
itu, dan kursi goyang mendadak
berhenti bergerak. 
   Dalam kegelapan. terdengar
suara serak, berbisik tajam: 
   meninggal karena kecelakaan.
eh?" 
   Sepi. menggigit. beberapa
detik. 
   Lalu: 
   'Keinginanmu terpenuhi!" 
   Kursi bergoyang-goyang lagi.
lambat, namun  mantap. Penanda
orang yang duduk di atasnya.
penuh rasa keyakinan diri. 
   Bayangan itu sangat samar.
Hitam. hampir hampir tanpa
wujut. namun  kehadirannya
terasa begitu dekat Begitu nyata.
farida  bergidik. Uap dingin
terasa menerpa sekujur
tubuhnya. menusuk-nusuk.
tajam. Ia mencoba melarikan
diri dari bayangan samar namun 
menakutkan itu. Namun
punggungnya entah mengapa
lekat menjadi satu dengan batu
yang keras dan licin.
mencengkeramkannya demikian
kuat 
   Ketika bayangan hitam itu
kian mendekat. dengan
ketakutan farida  melihat
sepasang kaki berbulu berbentuk
aneh. Kaki kaki itu menggapai
ke depan. menjelajahi sekujur
tubuh farida  yang terkapar
lunglai. farida  meronta ronta
melepaskan diri. Ia merasa sakit
luar biasa. Sengsara. tersiksa
dan kemudian menjerit putus
asa. 
   Tak ada suara jeritan lepas
dari mulut farida  .
   namun  usahanya yang
setengah putus asa itu dengan
ajaib sudah  membangkitkan
tubuhnya yang terkUlai. Ia
merentak duduk. dan hampir
gila oleh kegelapan yang
menyengat di sekelilingnya.
Terdengar suara igauan samar.
setengah merintih setengah
marah Lalu gerakan halus di
sampingnya, menyebabkan
farida  sadar mendadak. Ia
rupanya tengah bermimpi buruk.
dan terbangun dalam kegelapan
yang menyiksa. 
   Gemetar. tangannya
menggapai tombol lampu. 
   "Kletak!" 
   Dan kamar tidurnya yang
gelap berubah jadi terang
berderang. Disebelahnya. untung 
masih tertidur. Tidur yang
resah. tampaknya. karena untung 
sebentar sebentar menggeliat.
Sudut sudut matanya basah. dan
lewat mulutnya yang bergetar.
terdengar igauan memelas: 
   Jangan" jangan enki ! Oh.
jangan dia. mengapa"!" 
   Seketika farida  melupakan
mimpi buruknya. 
   Ia guncang guncang pundak
suaminya. 
   'untung '" He. untung !
Bangunlah. bangun ..!" 
   Laki laki itu berhenti
mengigau. Lalu pelan pelan
membuka matanya. Ia menatap
liar kian kemari. dan ketika
mengetahui dimana ia berada.
untung  langsung terduduk. Ia
meringkuk di pojok tempat tidur.
dan menatap isterinya dengan
pandangan ganjil. 
   Tadi sore. ia pulang jauh lebih
lambat dari biasa. Begitu
farida  membuka pintu
untuknya. untung  menatap lurus
ke mata farida . Pandangan
matanya sama seperti saat ini.
Ganjil. mengkhawatirkan !
Tanpa bicara sepatahpun juga.
ia terus saja masuk kamar.
meringkuk di tempat tidur.
Sampai larut malam untung  tak
juga terpejam. Anehnya. tidak
pula ia menaruh perhatian atas
pertanyaan-pertanyaan farida 
mengapa ia bersikap begitu
ganjil tampak lesu dan pucat. Ia
hanya berujar. "Jangan
mengganggu aku. mirna " dan
lewat tengah malam barulah ia
tertidur. disusul oleh farida 
yang rebah dengan perasaan
gelisah. 
   'Kau bermimpi. sayang"
farida  berbisik. kecut. Ia ingin
mengatakan bahwa ia juga
bermimpi buruk. namun menelan
keinginan itu dalam hatinya.
Lantas. dengan bingung ia
melanjutkan 'Kau menyebut
nyebut enki ...." 
   Sesaat. pundak untung 
terguncang. 
   Matanya berubah panik. 
   Apa yang terjadi. untung "''.
farida  berbisik, tajam.
Perasaan tak enak yang
menyelimuti benaknya semenjak
untung  pulang malam tadi.
menimbulkan kecurigaan dalam
hati. Lama untung  tak menjawab.
Ia hanya menatap farida 
dengan pandangan matanya
yang ganjil. dan linangan air
matanya yang jatuh satu persatu
   farida  semakin gelisah. 
   untung '"' ia mengusap pipi
suaminya. 
   untung  mengelak 
   "Hai. Apa...." 
   "Kau menanti kedatangan enki 
bukan. mirna ?" potong untung 
tiba tiba. 
   "Maksudmu" '. farida 
terkejut. 
   "Aku... aku tak ada janji
dengannya. namun  ia tadi pagi
dalam perjalanan ke sini.
ketika... ketika ia...' untung 
menjilati bibirnya yang kering.
dan bertanya gugup: "Kau
menanti dia. bukan?" 
   "Sebentar. untung !" farida 
kini mencengkeram lengan
suaminya kuat kuat. Dadanya
mendadak terguncang tanpa
sebab. "Tadi kau katakan ia
dalam perjalanan ke sini. ketika
ia... Ketika ia apa. untung ?" 
   Mata untung  terpejam. 
   Ia mengisak. menangis seperti
anak kecil. Meski terheran
heran. farida  memeluk
suaminya. membelai pipinya.
mengusap air matanya. mencoba
tersenyum. ketika ia mendesak
dengan hati hati' 
   "Katakanlah Aku akan tabah 
   namun  toh farida  terpukul
dengan hebat, manakala ia
dengar jawaban untung  yang
terbata bata: 
   'Ia.. ia maaati. !' 
   Ia sama sekali tidak
mendengar lagi penuturan untung 
berikutnya. Yang menerangkan.
bagaimana da lam perjalanan
pulang dari kantor untung 
melihat sisa sisa kecelakaan lalu
lintas di bawah bukit. Kedua
mobil yang bertubrukan dengan
hebat pagi itu sudah  disingkirkan
ke tepi jalan. Dari keterangan
seorang pemilik warung di
pinggir jalan. untung  kemudian
mengetahui apa yang terjadi.
Tanpa sengaja, matanya
tertubruk pada plat nomor mobil
yang terbakar hangus. dan
sesudah  memperhatikan dengan
teliti jenis dan tahun dirakitnya
mobil tua yang bentuknya sudah
tidak karuan itu. untung  tertegun.
Ia kemudian pergi ke pos polisi
terdekat. dan dari petugas piket
di situ ia tak syak lagi: enki 
PraSetyo meninggal dalam
keadaan yang sangat sengsara. 
   "... Aku kemudian pergi ke
rumah sakit" untung  berujar
dengan pandangan kosong dan
getir "Di sana aku bertemu lala 
dan keluarganya. Mayat enki 
hampir tidak dapat dikenali.
Hancur. hangus mengerikan
dan...." 
   "Tidak...". farida  mengerang
"Tidaaaak'", menjerit lebih
keras. dan kemudian jatuh tidak
sadarkan diri 
   
farida  tidak menaruh perhatian
sedikitpun ketika ia dan untung 
turun bukit ditemani nyi girah .
Ia percaya saja ketika untung 
sambil lalu mengatakan. dari
pemakaman ia bermaksud terus
pergi ke kantor untuk
menyelesaikan satu dua urusan
penting. kemudian akan
menjemput farida  di rumah
lala . Kuatir ada apa apa dan
farida  ingin pulang sebelum
suaminya datang menjemput.
maka ia mengajak serta bu
girah . 
   "Sekalian aku ingin melayat. '
induk semang mereka itu
menambahkan dengan nada
gundah 
   Rumah yang mereka tuju
hampir penuh oleh tamu tamu
yang datang melayat. meski
sudah sama sama mendengar
kabar jenazah enki  Prasetyo
tidak akan dibawa ke rumah itu.
melainkan terus saja ke
pemakaman dari rumah sakit.
Sesudah  menurunkan isterinya
dan nyi girah . untung 
berbincang-bincang sejenak
dengan beberapa sanak
keluarga tuan rumah dalam
suasana kaku. kemudian pergi ke
rumah sakit 
   farida  tidak begitu intim
dengan keluarga lala . 
   Ia mendengar isak tangis di
sana-sini. mencoba menjawab
tegur sapa seorang dua kenalan
dan keluarga jauh suaminya.
dan langsung saja menuju
kamar lala  sesudah  lebih dilu
mendapat janji dari nyi girah 
yang akan menunggu di ruang
depan bersama tamu tamu yang
lain. ia diantarkan deh ayah
gadis itu ke kamar.
   Mata laki-laki setengah umur
itu merah bekas menangis. dan
terbata-bata ia menceritakan
bagaimana ia sudah  berusaha
sehati hati mungkin
menyampaikan kabar buruk itu
kepada anaknya. 
   "lala  tidak menangis." kata
orang tua itu. tanpa nada
gembira. "Ia terus saja masuk ke
kamar dan tidak mau ditemui
siapa siapa. Bahkan ibunya
sendiri juga tidak." Sebelum
ayah yang malang itu mengetuk
pintu kamar anak gadisnya ia
sempat berpesan lebih dahulu
kepada farida . 
   'Kuharap kau dapat berbicara
dengan dia, nak mirna . Bukannya
kami mau mergirah kan
almarhum. namun ... yah. Tolong
ingatkan lala . bahwa akan
sia-sia saja memikirkan orang
yang sudah  meninggal. Dan satu
hal..." orang tua itu mencoba
tersenyum, kecut dan masam. "Si
enki  itu toh belum jadi
suaminya" 
   lala nyoto  memang tidak
menangis 
   Namun ia duduk di pojok
tempat tidur seperti pertapa
yang tiba tiba hilang ingatan.
Bersila diam. lengan lengan
terkulai layu di kedua lutut. bibir
terkatup rapat rapat. Sebaliknya,
sepasang matanya yang biasa
berSinar cerah dan hidup.
tampak kosong dan mati meski
terbuka lebar-' lebar. Sekilas
pandang. farida  sudah dapat
menangkap apa yang tersirat
dibalik sinar mata yang dingin
dan pudar itu. Duka yang dalam
dari hati seorang wanita lesbian 
yang terluka. 
   Ia mendekat bimbang ke
tempat tidur. 
   nyoto  melihatnya.
namun  matanya tidak
menggambarkan apa apa.
farida  menggigit bibir.
menelan ludah berkali kali, dan
tibatiba ia ingin menangis ingin
menjerit, ingin bersatu dengan
penderitaan sahabatnya itu. enki 
Prasetyo seorang yang bersifat
pembosan. termasuk soal
wanita lesbian . Itu sebabnya suatu
ketika farida  mengingatkan
sepupu iparnya itu "Umurmu
kian bertambah. Terlambat
kawin, kau akan kehilang an
kesempatan yang ingin diraih
oleh setiap orang manusia
dewasa. Kecuali, kau merasa
kau masih seorang bocah tolol
dan sedikit tidak waras!" Lalu
enki  datang, memperkenalkan
nyoto  pada farida .
dan menjawab tantangannya:
"ia yang terbaik. Demi kau, ia
akan kuperisteri!" 
   Dan tujuh tahun lebih berlalu
dengan sisa-sisa. 
   Kesetiaan nyoto .
ternyata sia-sia farida 
menyadari hal itu ketika ia
dengar bisikan lala  yang parau.
   "Apa yang mesti kuperbuat,
mirna " Menangis?" 
   Pertanyaan tak terduga itu
membuat farida  gugup sendiri.
Tak tahu apa yang akan ia
jawab. Dan aneh, mendadak
lala melahirkan seulas senyum
di bibirnya yang pucat. Sayang.
senyum itu demikian kaku,
demikian dingin dan hambar,
sehingga farida  merasa
tertekan. 
   rasanya seperti baru kemarin
terjadinya." bisik lala lagi. "Ia
menjanjikan untuk pertama kali
Menjanjikan mau melamarku
pada orangtuaku, dan matanya
berkilat tajam, berapi-api.
'Waktu yang ia janjikan. mirna ,
justru hari ini!" 
   "Tuhanku!" farida  bergidik,
menghambur ke tempat tidur.
Namun ia seketika tertegun, dan
mengurungkan niatnya untuk
memeluk dan menangis bersama
sahabat nya itu, manakala lala
justru menjauhkan diri. Senyum
getirnya lenyap. la menatap
farida  dengan gusar. kemudian
bersungut sungut setengah
sadar: 
   " Lalu ia pergi, mirna . Pergi.
Bukan untukku. Ia pergi
Untukmu. Dan ia... ia mati, juga
hanya untukmu. Mengapa,
farida . mengapa?" 
   "lala . aku." farida  menggigit
bibir, menahan tangis dan shock
yang tiba-tiba melanda dadanya.
Ia sadari 
   betapa benarnya kata kata
lala. enki  pergi ke pesisir
selatan, untuk farida , dan
untuk jabang bayi dalam
kandungan farida . Tanpa
sengaja ia mengelus perutnya
sendiri. dan merasakan
hentakan hentakan halus pada
kandungannya .
   lala merintih. 
   'Kau tahu. mirna " Tujuh tahun
aku bersabar. Tujuh tahun lebih
aku mempersetankan laki laki
lain. Malah" malah aku pernah
bersumpah Aku hanya mau
dijamah enki  seorang. Untuk dia,
keperawananku kupertahankan.
Kau tidak tahu itu. bukan" Papa
juga tidak. Mama tidak. enki 
sendiri bahkan tidak pernah
mengetahui sumpah yang
kuucapkan diam diam di
sanubariku yang kuanggap
kokoh dan cukup ampuh
mempertahankannya. Kukira.
mirna , aku tak akan pernah
rapuh. Tak akan pernah!
Katakan itu pada orangtuaku.
dan pergilah._" gemetar. lala
menuding ke pintu. "Enyahlah.
mirna  Kau sudah  merenggut
kesetiaan yang kudambakan
sekian lama. Enyah lah, sebelum
aku mencabik cabikmu
Dengar?" 
   farida  terpukau 
   Ia masih terpukau ketika
sesaat kemudian ibu lala
menghambur masuk ke kamar
meloncat ke tempat tidur,
memeluk anaknya kuat kuat
seraya menangis meratap ratap' 
   "Apa apa yang kau katakan.
anakku" Ya Tuhan. jangan
katakan kau sudah  bersumpah
sejahat itu. Jangan jangan. ' . 
   farida  tidak tahu kapan ia
meninggalkan runah lala.
Tahu-tahu saja ia sudah  duduk di
jok belakang sebuah taksi yang
sengaja dipesan oleh nyi girah .
induk semangnya itu duduk
diam-diam disebelahnya. tidak
tega mengusik farida  .Ia hanya
mampu mengusap usap
pergelangan lengan anak
semangnya itu. berusaha
memperlihatkan senyum dan
tatap mata seorang ibu yang
bijaksana. 
   
Baru sesudah  farida  tampak
sedikit terang. nyi girah 
berujar: 
   'Apakah kau ingin kuantar
pulang" Aku bermaksud belanja
sebentar ke pasar. Kalau kau
mau ikut..." 
   Bawalah aku kemana saja. bu.
Kemana saja..." farida 
mendesah lirih. 
   "Bagus ! Aku sudah cemas.
kalau kalau kau sudah  melupakan
dirimu sendiri. Aku tak tahu
bagaimana hubunganmu
sebenarnya baik dengan lala
maupun dengan enki . namun 
kunasihatkan. nak. Kau tengah
mengandung. Pikirkanlah dirimu
sendiri. Dan jabang bayimu,
yang sama sama kita
rindukan..." nyi girah  tersenyum
manis. Lalu seolah melupakan
sesuatu ia meralat ajakannya
semula: "Hem. Kalau tak salah.
tempat praktek pak syam kamaruzaman  tak
jauh dari pasar. Selagi aku
berbelanja. apa salahnya kau
konsultasi sebentar dengan dia"
Kau begitu pucat. begitu kurus
dan..." 
   Dokter syam kamaruzaman ' 
   Pesan enki  Prasetyo sebelum
meninggalkan farida  beberapa
waktu yang lalu. mendadak
terngiang ngiang kembali. 
   'Jangan temui dia lagi.
Temuilah dokter yang lain.
Seorang dokter yang sudah 
berpengalaman. yang akan
merawatmu sebagaimana ia
sudah  merawat isteri-isteri hamil
yang lain dengan wajar. Bukan
menurut caracara kerja dokter
syam kamaruzaman  yang aneh itu.." enki 
benar. syam kamaruzaman  yang aneh.
Pel-pelnya yang aneh. Susu basi.
maru. ramu ramuan yang
memualkan, yang entah
mengapa menimbulkan selera
farida  yang ganjil terhadap
daging dan darah mentah! 
   farida  membasahi bibirnya
yang kering. 
   Ia tidak akan menemui dokter
syam kamaruzaman . namun  bagaimana ia
harus mengatakannya kepada bu
girah " Dan ah, ya! Mengapa
untung  mengajak nyi girah  untuk
   menyertainya" Menyertai
farida " Atau mengawasi"
Tahukah mereka apa yang sudah 
enki  dan farida  rencanakan" 
   Semakin dekat ke pasar.
semakin gelisah farida  .
   Namun akhirnya pikiran
cemerlang menjelma di otaknya
yang butek. 
   Ia menarik nafas panjang,
berusaha agar tetap tampak
wajar ketika ia mendengus acuh
tak acuh: 
   "Aku pucat" Dan kurus?" ia
memberanikan diri menatap
mata induk semangnya yang
terheran heran oleh ucapannya.
'Kukira ibu benar. Dan yah.
Beberapa hari ini rambutku
rontok terus-terusan. Ibu
tentunya berpura pura. Ibu ingin
mengatakan. aku tampak jelek
dan menyedihkan..." 
   "Astaga. anakku! Apa yang
kau bicarakan ini"' nyi girah 
terkejut. 
   Sebagai jawabannya, farida 
yang kini tersenyum manis. 
   ia telan kedukaannya di dalam
hati. Lalu berkata lebih manis
lagi: 
   "Aku senang ibu mengingatkan
keadaanku. Aku jadi 'malu
sendiri. Pantas belakangan ini
untung  kurang memperhatikan
diriku. Tidak seperti biasanya ia
begitu mesra. kadang-kadang
begitu bernafsu... Ah. bu. jangan
tertawa. Aku cuma bermaksud
menjelaskan. bahwa aku ingin
tampak cantik kembali. Ingin
merayu untung  sebagai seorang
mempelai wanita yang
ketagihan?" farida  entah
mengapa dapat tertawa oleh
leluconnya yang kasar itu. lantas
berkata dengan sungguh
sungguh: "Jangan ke dokter
syam kamaruzaman . Antarkan saja aku ke
salon." 
   Mendengar itu. mau tidak mau
nyi girah  tertawa 
   "Anakku cantik." katanya,
bernafas lega. "Syukurlah kau
sudah  menemukan dirimu sendiri
sekarang. Jadi ke 
   salon. eh" Mau yang mana"
Ibu sudah lama tak masuk salon.
Maklum... ah. si Kutil itu suka
cemberut. Katanya. kakiku yang
timpang tak akan pernah dapat
di .." 
   "Itu!' potong farida . seraya
menuding ke depan. dimana
kebetulan tampak wave salon
yang cukup mentereng juga. ia
belum pernah ke salon ini, dan
sebelumnya cukup hati hati
memilih tempat perawatan
kecantikan yang sesuai dengan
seleranya. namun  sekarang. . . . 
   nyi girah  menyuruh supir
berhenti di depan salon
termaksud. 
   namun  ia tidak langsung
meninggalkan farida  begitu
saja. Ia menunggu sampai
giliran farida  tiba. dan anak
semangnya itu siap untuk
dirawat. dan ahli kecantikan
yang menerimanya mengatakan
akan makan tempo sekitar tiga
jam untuk perawatan
permulaan. 
   "Cukup lama. Di pasar aku
paling paling setengah jam. Aku
akan segera menemanimu lagi.
anakku. nyi girah  membelai pipi
farida  dengan penuh kasih."
Kau akan memesan apa"'' 
   farida  berpikir sebentar 
   Pura-pura saja. dan
menyebutkan satu dua keperluan
dapur yang ia minta tolong
dibelikan induk semangnya dan
dibayar nanti setiba di rumah. ia
kemudian duduk di kursi yang
tersedia. bersandar santai
dengan mata terpejam seakan
ingin tidur. nyi girah  tersenyum
puas. masuk kembali ke taksi
dan meluncur ke pasar. 
   Ia tidak membutuhkan
setengah jam seperti yang ia
katakan. 
   Sesudah  membeli apa apa yang
dipesan farida . wanita lesbian  itu
masuk ke toko perlengkapan
anak anak dan bayi. Ia
keluarkan secarik kertas pada
pelayan toko. dan membaca
pesanannya ranjang bayi,
komplit. Keperluan 
   bersalin. komplit. Sejumlah
popok. gurita, pakaian bayi... Ia
membayar harga semua pesanan
itu. dan mengingatkan agar
semuanya dikirimkan langsung
ke alamat Abu Lahuba di
perumahan yang terletak di atas
bukit. 
   Sepuluh menit sebelum waktu
yang ia janjikan, nyi girah  sudah 
kembali ke salon. Ia tidak
melihat farida . Orang yang
tadi merawat anak semangnya
itu. dengan sikap terang
terangan tersinggung
menceritakan bahwa begitu bu
girah  meninggalkan salon.
farida  langsung melepaskan
diri dari kursi kelihatan gugup
ketika mengatakan ada sesuatu
yang penting ingin ia katakan
pada nyi girah , kemudian
tergopoh gopoh meninggalkan
salon dan tak pernah kembali. . 
   nyi girah  terhenyak dan pucat
seketika. 
   Menit berikutnya ia sudah 
terbang dengan taksi yang sama
langsung ke atas bukit. Tiba di
depan rumah Abu Lahuria ia
turun dari taksi dengan wajah
kecut dan sikap takut takut. lalu
mengetuk pintu dengan tangan
gemetar 
   Orangtua bertubuh tinggi
besar. berkulit hitam pekat dan
berbulu tebal pada punggung
tangannya itu yang membuka
pintu. Wajahnya tampak datar
dan dingin. Sebelum tamunya
sempat mengatakan sesuatu.
Abu sudah  berujar lebih dulu 
   "Jadi ia berhasil minggat,
bukan"'' 
   nyi girah  mengangguk. 
   "Aku sudah  mencoba mengikuti
jalan pikiran anak itu. namun 
aku tidak begitu berhasil " kata
Abu Lahuba. kecewa namun
tampak tetap tenang tenang saja.
Ia melanjutkan dengan suara
getir 'Jabang bayi yang ia
kandung seperti berkomplot
dengan dia. Kekuatan pikiran
ibu dan bayi itu tidak dapat
kutembus. namun . kau
pulanglah. Kukira ia tidak akan
pergi jauh jauh..." Sebelum ia
menutup pintu di depan batang
hidung bu 
   girah  yang masih tetap
diliputi perasaan bersalah. Abu
Lahuba sempat Mendengus:
"Sudah kau pesan barang
barang yang kita perlukan." 
   Abu Lahuba Purwadijaya
tidak keliru. 
   Dari salon farida  langsung
naik taksi ke sebuah klinik
bersalin milik swasta yang
punya nama besar. Perawat jaga
yang ia temui memberitahu
bahwa dokter kepala klinik yang
ingin ia temui baru saja selesai
menolong kelahiran seorang
bayi kembar. dan saat itu tengah
bersiap siap untuk pulang.
farida  disuruh menunggu
sebentar. dan kemudian
dipersilahkan masuk ke sebuah
ruangan sejuk dan
menyenangkan susunan
perabotannya. 
   Dokter Hasudungan masih
muda belia. 
   Ia menyambut farida  dengan
ramah tamah. dan gembira
ketika farida  mengatakan
alamat dokter itu ia peroleh dari
enki  Prasetyo. Seorang sahabat
lama. kata Hasudungan. lalu
dengan wajah berduka ia
meneruskan: "Sayang. ia terlalu
cepat pergi. Aku justru baru saja
akan pergi melayat... ah. itu bisa
ditunda." ia menarik nafas
panjang. Lalu: 'Nyonya
tampaknya gugup dan
ketakutan" Mengenai kandungan
nyonya. tentunya?" 
   "Benar. dokter." 
   "Ada kelainan?" 
   "Ya." 
   "Mari kita periksa. Sementara
berbaring. ceritakanlah apa saja
yang nyonya anggap tidak pada
tempatnya?" 
   farida  menceritakan
semuanya dengan bernafsu.
terkadang setengah menangis.
terkadang menggigil ketakutan,
dan paling akhir ia
mencucurkan air mata ketika 
   mengemukakan isi hatinya; 
   'Semuanya terlalu ganjil dan
mengerikan, dokter. Obat obat
yang lain dari biasa. efek efek
yang membingungkan. Saya kira
dokter... saya tengah
terperangkap suatu komplotan
jahat. atau saya mulai mengidap
peyakit gila!" 
   'Nyonya berlebihan." jawab
dokter, menghibur farida .
Sesudah  selesai memeriksa
kandungan pasiennya, ia sendiri
bingung dan bertanya tak
percaya: "Anda katakan, empat
bulan?" 
   "Empat atau lima. dokter.
Saya tak tahu pasti!" 
   "namun ..." dokter berkata
degan susah payah" "Anak
nyonya tampaknya akan lahir
dalam tempo satu dua hari lagi.
Paling lambat. empat hari!" 
   "Prematur?" farida  berubah
pucat" 
   "Lebih dari itu..." Hasudungan
berpikir keras. dan seperti
teringat sesuatu, ia bertanya
dengan sungguh sungguh' 'Kau
katakan kau tinggal di atas bukit
itu?" 
   "Ya. dokter " 
   'Dan yang merawatmu, dokter
syam kamaruzaman ?" 
   "Benar." 
   "Hem"' Hasudungan
mengerutkan dahi. Kemudian ia
memperlihatkan senyuman
ramah, mempersilahkan farida 
duduk kembali di tempat semua.
"Tunggulah sebentar," ia
berkata. lalu keluar dari ruang
periksa. Tak sampai lima menit
kemudian. ia sudah  kembali.
Wajahnya sudah  cerah pula
seperti semula. dan senyuman
lebarnya menyenangkan hati. 
   "Nyonya sehat dan kandungan
nyonya normal" ia berujar.
"namun  sebelum kita
mempersoalkannya lebih
terperinci, mengapa tidak kita
bicarakan mengenal hal hal
yang lain. Misalnya. mengenai
keinginan nyonya untuk dirawat
di klinik ini sampai bayi nyonya
lahir. dan sesudah  itu.... Oh ya.
sesudah  itu. apa yang dapat saya 
   bantu" Dan mengenai suami
nyonya. apakah harus kami
beritahu" 
   "Jangan'" farida  mendengus.
takut. 
   Tanpa memperlihatkan
perasaan heran. Hasudungan
mengangguk 
   "Saya mengerti; katanya
'Omong omong. bagai mana
dengan kelahiran anak anak
nyonya sebelum ini'?" 
   farida  berusaha
menceritakan secara ringkas.
namun  dokter Hasudungan terus
saja bertanya ini itu. sehingga
cerita Mrranti berkembang
meniadi panjang dan memakan
tempo yang lama. didengarkan
oleh dokter Hasudungan dengan
tekun dan penuh perhatian.
Kadang kadang ia mencatat
sesuatu di buku notesnya. dan
beberapa kali dengan halus ia
mengalihkan persoalan tiap kali
mirna nth mengingatkan. "Aku
ingin dirawat di sini tanpa
seorangpun yang tahu!" 
   Lama kelamaan, farida  mulai
curiga. Pembicaraan yang
berlangsung tampaknya
disengaja. seperti mengulur ulur
waktu namun  mengapa"
Terhadap apa" Jawabannya
muncul hampir satu beberapa
menit kemudian. ketika pintu
ruang praktek dibuka orang. dan
ke dalam ruangan itu berturut
turut muncul dokter syam kamaruzaman .
untung  suaminya. dan nyi girah .
Saking terkejut dan kecewa.
farida  terhenyak lunglai.
bersimbah keringat dingin. 
   Ia diam saja tidak bereaksi
ketika nyi girah  memeluknya
dan pura-pura menangis terharu
ketika berkata penuh suka cita 
   'Aduhai. nak .Kau membuat
kami cemas. Syukur, syukur kau
baik-baik saja Aduh' Kau akan
tertawa kalau kuceritakan
bagaimana marahnya pemilik
salon itu dan...." 
   untung  memegang tangannya
dan berbisik lembut: 
   Bangunlah. Kita pulang ke
rumah 
   Dan dokter syam kamaruzaman  menjabat
tangan dokter 
Hasudungan. seraya berujar
dengan ikhlas: 
   "terimakasih. kau menelepon
kami. Pasienku tentu bercerita
yang bukan bukan. benar"
namun  biarlah. Biasa. kalau
orang sedang shock. Maklum.
baru saja ditinggal mati salah
seorang keluarga dekat. Hem.
dengar-dengar Anda juga kenal
wartawan yang bernama enki 
Prasetyo" 
   Seakan lumpuh. farida 
menurut saja ketika dibimbing
suaminya dan nyi girah  menuju
pintu keluar. namun  di ambang
pintu. ia menemukan sisa sisa
semangatnya.
mengumpulkannya dengan susah
payah. lantas mem balikkan
tubuh, menghadap lurus ke
dokter Hasudungan. Katanya,
memohon panik. 
   "Demi Tuhan. Tolongah
lepaskan aku dari manusia
manusia ini" 
   Lantas ia menangis melolong
lolong. meronta ronta liar ketika
diseret untung  yang dibantu bu
girah  dan dokter syam kamaruzaman 
masuk dengan paksa ke mobil
yang menunggu di depan klinik.
dibawah pandangan mata
beberapa orang suster. pasien
dan pengunjung yang
terheran-heran dan kebingungan
Karena didalam mobil ia masih
terus juga berontak sambil
menjerit jerit setengah gila.
dokter syam kamaruzaman  menyuntik
lengan kirinya dengan hati hati.
farida  jatuh tertidur dalam
perjalanan pulang ke atas bukit.
Tidur yang tersiksa. tidur yang
hambar, kosong tanpa mimpi. 
   Di klinik yang mereka
tinggalkan. seorang suster
masuk ke ruang kerja dokter
Hasudungan. la meletakkan
sejumlah berkas untuk
ditandatangani. Dan sebelun
keluar. bertanya sambil lalu 
   "Pasien tadi. dokter. Apa yang
terjadi?" 
   Dokter Hasudungan terjengah.
Lalu sambil tersenyum kecut. ia
meletakkan jari telunjuk dalam
posisi miring pada jidatnya.
Suster melongo. kemudian
manggut-manggut mengerti.
Ketika menandatangani 
   berkas-berkas itu. dokter
Hasudungan merasa telinganya
gatal gatal. Ia garuk-garuk
bagian yang gatal itu. Belakang
telinga. hampir tertutup oleh
rambutnya yang tebal dan
bersinar sinar oleh polesan
minyak kelas satu. tepat pada
sebuah lingkaran samar-samar.
merah kehitam hitaman 
Akhirnya farida  terbangun
sesudah  mengalami serangkaian
mimpi buruk yang sangat
menyiksa. Mula mula terlihat
warna hijau lumut, luas dan
samar samar, sehingga ia
sempat berperasaan dirinya
terperangkap di tengah rimba
belantara. namun  ketika matanya
menangkap bentuk lemari
pakaian dan jendela kaca yang
tirainya tersingkap. sadarlah ia
warna tadi berasal dari wall
paper yang melapisi tembok
kamar tidurnya. 
   Ia memaling manakala ia
menangkap gerakan halus
disamping kirinya. 
   'Hai, mirna  ini aku untung  "
seorang menyapa Lembut. penuh
sayang 
   farida  mengerjap Berulang
ulang. Lantas pandangan
matanya menangkap segala
sesuatu semakin jelas. Dan
benarlah. Ia melihat suaminya,
untung . Bukan untung  yang
sempat menyiksanya dalam
mimpi mimpi buruk itu.
Melainkan untung nya yang dulu
untung  yang penuh rasa cinta,
untung  yang setia. untung  yang
berusaha tetap melindunginya.
untung  yang senantiasa
menghiburnya" "Demi kau
sayangku apapun akan
kulakukan' 
   "untung ?" ia berbisik. Getir. 
   ya, mirna .' untung  menggapai
tangannya. mengusapnya mesra.
   "Peluklah aku, kekasih ."
untung  memeluknya, dan untung 
mengecup bibir farida ,
mengulumnya berlama lama.
sampai farida  merasa sesak
nafas dan untung  menyadari
ciuman panjang yang
memabukkan itu sudah saatnya
diakhiri. 
   'Kau baik-baik saja, untung " 
   Aku" Oh. aku baik baik saja.
mirna ." mata untung 
membesar. "Justru aku harus
mengajukan pertanyaan itu
padamu.: 
   "Rasanya sakit sekali. untung ."
farida  menarik nafas
Kemudian terpejam. "Sakit
sekali. Dan mengerikan luar
biasa?" ia genggam tangan
untung  kuat-kuat. tak ingin
ditinggalkan, terbaur dengan
hasrat ingin dilindungi. "Aku
terumbang ambing dalam menit
menit yang penuh kesengsaraan.
Aku melihat petir, untung .
Menyambar perutku... ah, ah.
ah! Lalu... lalu di antara suara
topan badai yang riuh rgirah .
aku merasa tubuhku terangkat
tinggi. terbang ke langit yang
gelap. pekat. yang menjepitku
kuat-kuat. Sesuatu... sesuatu
bagai dibetot dari tubuhku.
Kasar dan kejam! Kemudian...
kemudian .. rasanya aku
melayang lagi. Terhempas.
Jatuh ke bumi. Hancur
berkeping-keping...." 
   "Mimpimu sudah berakhir,
mirna  ku ' 
   "Ya. Ya. Berakhir sudah.
namun  untung ...' farida  menatap
suaminya. minta penjelasan
"Mengapa rasanya begini
pusing" Semuanya berputar
putar.-Aku melihat banyak
orang. Dengan wajah wajah
yang aneh. Penuh corat-morat.
menyeringai. tertawa. menari
nari, liar tak terkendali,
kadang-kadang menjerit-jerit
menyeramkan. Dan... dan di
antara mereka . aku melihat kau.
untung . Melihat kau mengenakan
topeng hitam, bertaring.
bermoncong panjang. mirip...
mirip babi. itu tidak benar.
bukan untung " Kau tidak ikut
bersama mereka. bukan" Kau
tidak turut menari-nari di atas
tubuhku yang hancur, dan...
dan: 
   "Tentu saja tidak. mirna ."
untung  memeluknya Demikian
rupa. sehingga tubuh farida 
setengah terangkat dari kasur.
"Kau sendiri bilang, kau hanya
bermimpi buruk saja"
   "Tunggu, untung !" bisik
farida . tajam. 
   "Hem?" 
   farida  mencoba duduk.
Dengan susah payah dan
menahankan keperihan yang
amat sangat seolah beberapa
bagian tubuhnya diiris-iris
sembilu. akhirnya ia berhasil. Ia
duduk dengan sikap waspada.
seolah seenki r induk beruang
yang mencium adanya bahaya
mendekati sarang anak anaknya.
"Aneh! Rasanya begitu
ringan..." farida  bergidik,
seram. Lalu mengerang; Ada..
ada sesuatu yang hilang...!" 
   Wajah untung  berubah pucat. 
   Sekejap cuma. Wajahnya
berubah wajar dan biasa
kembali, ketika farida 
berpaling dan dua pasang mata
mereka bertemu. 
   "Benarkah?" desis farida . 
   "Ya. mirna ?" 
   "Di sini..." farida  meraba
perutnya. Mala-mula ragu.
kemudian lebih mantap. lebih
keras menekan. Kosong. Rata,
tanpa isi. Ia gemetar. Berpetuh
dingin, lalu: "Apakah... apakah
dia.. dia sudah iahir. untung "
gagapnya. kecut. 
   Tak ada sahutan. 
   farida  mengawasi suaminya.
Semakin kecut. Karena ia lihat
untung  yang menderita ketika
bayi pertama mereka. . laki laki,
meninggal. untung  yang putus
asa ketika harus menerima
kenyataan. anak
perampuan'mereka. akhirnya
juga meninggal. Pundak untung 
terkulai Layu. Lehernya bagai
patah. dengan sorot mata
hampa. kehilangan semangat. 
   Lalu farida  tahu .
   Seketika. ia menjerit. rebah
terhempas. 
   Pingsan. 
      Dokter syam kamaruzaman  menutup
tasnya dengan tenang, meski
hatinya sedang tertekan.
Sebelum berlalu. matanya
sempat mencuri lirik farida 
yang duduk mematung di pojok
tempat tidur. Wajah wanita lesbian 
itu teramat sukar digambarkan.
Kurus. pucat. dengan tulang
tulang pipi menonjol nyata.
Garis garis bibirnya begitu
tajam. seolah mengguratkan
penderitaan yang tidak kunjung
habis. Mata terbuka nyalang,
hampir tidak pernah berkedip
dari tadi. Begitu kelam. Pudar.
Dan mati 
   syam kamaruzaman  semakin tertekan. 
   Belasan tahun yang silam,
sumpah kedokteran sudah  ia
buang ke tong sampah bersama
botol botol obat yang sudah
tidak terpakai. Namun
bagaimanapun syam kamaruzaman  tetaplah
seorang manusia biasa. dengan
segala
kelemahan-kelemahannya. Dua
kali farida  menghadapi
kematian anak anaknya. Dan
hari ini. ia terpaksa
menghadapkan farida  pada
kematian yang ketiga. Meski
menyatakan keguguran tidak
dapat diartikan sama dengan
menyatakan kematian, syam kamaruzaman 
tetap yakin bahwa farida  ingin
yang terakhir tetap hidup. 
   Andaikata wanita lesbian  itu tahu 
   syam kamaruzaman  menelan ludah 
   "ia perlu istirahat, itu juga"
katanya gundah pada untung 
yang mengantarnya sampai ke
pintu. "Pel pel yang kuberikan
harus diminum..." syam kamaruzaman 
mengawasi farida  lagi, lantas
mengakhiri kalimatnya dengan
suara getir "Kalau ia mau'" 
   Sampai malam jatuh, tak
sebutir pun pel itu yang diminum
farida . Jangankan pel. sebutir
nasi atau bahkan setetes air pun
tidak. farida  seakan akan sudah 
menyatu dengan tempat
tidurnya. meraih penderitaan
dan kesengsaraan agar tidak
meninggalkannya begitu saja.
sendirian dalam kesepian. Bu
girah  tidak dapat membujuknya
bicara. dul latief  kehilangan
humor-humornya 
   yang biasa. dan
tetangga-tetangga lainnya.
begitu melihat farida , begitu
memutuskan mundur teratur dan
melupakan keinginan
menyatakan simpati yang dalam.
   Wajar. apabila untung 
Tanudireja terperanjat tatkala 
   menjelang dinihari farida 
membuka mulut juga. Apalagi.
kalimat pertama yang muncul
adalah kalimat yang perlu
dipertimbangkan dengan hati
hati sebelum dijawab 
   'untung ?" desah farida , tanpa
berpaling pada suaminya yang
duduk dengan sabar
mengawasinya dengan 
   melupakan perasaan letih,
ngantuk dan kecewa. 
   'Ya. sayang." 
   'Apakah sebetulnya  yang
sudah  terjadi?" 
   Lama, dengan jantung
gedebak gedebuk. baru untung 
dapat menyahut: 
   "Maksudmu"
   "Semua omong kosong kalian
itu 
   'Ka.. . kami"' 
   "Ya syam kamaruzaman , dul latief  suami
isteri tetangga tetangga. Dan
kau. tentu saja. Bukankah kau
yang tadi siang lebih dulu
mengatakan. kita akan memulai
kembali dari semula"
Perkataanmu itu dapat kuartikan
sebagai pernyataan. harapan
kita yang ketiga toh sia sia juga"
   mirna  Bukankah ' 
   "Ia tidak mati. bukan" 
   untung  terkesima. dengan bulu
punduk pada meremang. Susah
payah ia menyembunyikan kaget
dan kuatir yang melanda dirinya
tiba tiba. lalu tergagap
menyahuti 
   "Dokter sudah bilang bahwa" 
   Lagi lagi farida  menukas.
tandas
   "Aku tanya kau!" 
   "mirna  ." rasanya untung  lebih
baik minggat Melarikan diri ke
mana saja. asal ia tidak
diharuskan menjawab tuduhan
itu 'Mengapa kau berpikir yang
bukan bukan"' 
   Aku memikirkan yang
sebenarnya. Bahwa anakku 
masih hidup." 
   "Mustahil. mirna ...' 
   "Naluriku mengatakan tidak.
Naluri seorang ibu. untung .
Bukan naluri seorang laki-laki
yang mendadak kehilangan
pendirian!" 
   ' Kau mencurigai aku." untung 
memperlihatkan wajah angker,
meski jauh dalam hati. ia
terpukul. Kalah mutlak. 
   "Aku bukan curiga." 
   "Jadi?" 
   "Aku malah yakin. Kau. untung 
dengan komplotanmu. sudah 
membual yang bukan bukan.
Hem. Apa saja yang sudah  kalian
jejalkan ke benakku" Bahwa aku
shock begitu keluar dari rumah
lala . Bahwa di mobil. aku
terhempas hempas karena
kematian enki . Kemudian"
farida  menyeringai dingin.
"Aku tiba-tiba seperti hilang
ingatan. Bukannya pulang. tapi
minta diantarkan ke salon. Lucu.
bukan" Ditengah suasana
berkabung. justru aku pergi ke
salon. Dan apalagi kegilaan
yang kuperbuat atau seperti
kalian buatkan?" 
   farida  menggigil sesaat. 
   Lalu: 
   . . entah setan apa yang
merasuki diriku. tahu-tahu saja
aku melarikan diri dari salon.
Sakit peruu kata kalian, eh"
Mual. ingin muntah. kemudian
terjerembab di pinggir jalan"
Lantas nyi girah  yang
membatalkan niatnya pergi ke
pasar. menemuiku terlunta lunta
dibantu oleh beberapa pejalan
kaki yang kebetuan lewat " Aku
ditawan secepatnya ke rumah.
syam kamaruzaman  dipanggil.Malang
menimpa. Anakku keguguran.
masih dalam kandungan.
Karena kegilaanku. karena
gerakanku yang tidak terkendali.
Manis sekali kisah yang kalian
bikin bikin. untung ." farida 
tersenyum, namun  senyuman itu
sebenarnya tidak enak untuk
dinikmati. 
   "Itu kenyataan. mirna !" bantah
untung . "Kau keterLaluan kalau
menyangka kami
memperdayaimu. Kau?" 
   "Kalian tidak saja
memperdayakan aku Kalian juga
memotong bagian kisah yang
lain. Bahwa, untung ku yang
manis. dari salon. aku langsung
pergi ke klinik yang dikepalai
dokter Hasudungan. Ia
menanyakan identitasku. keluar
sebentar, menelepon. lalu
menemuiku lagi. Bicara panjang
lebar. Mengulur ulur waktu.
sampai kalian datang.... Ataukah
bagian kisah yang ini, hanya
sebuah mimpi buruk belaka?" 
   "mirna ..." untung  maju.
mencoba merangkul farida 
sebagai pertanda ia cukup
bersabar dan mengerti perasaan
isterinya. namun  farida 
menjauh. seolah jijik. 
   "Baiklah," untung  mulai kesal.
"Kalau kau tak percaya. mari
kubantu kau pergi ke rumah
terdekat. Kau dapat menelepon
klinik itu. Atau. barangkali
kubopong kau ke mobil dan kau
langsung saja menemui dokter...
dokter apa tadi kau bilang?" 
   "Hem" farida  tersenyum
Mengejek. "Semua sudah diatur.
bukan" Hasudungan toh
menelepon salah seorang dari
kalian. Jadi mudah ditebak.
kalau aku bertanya. ia akan
bilang: nyonya siapa" Nama
nyonya tak tercatat sebagai
pasien kami" Saya belum pernah
melihat nyonya. Dan
sebagai-nya. dan sebagainya?"
bibir farida  menggurat tajam.
"Apa yang sebetulnya  terjadi.
untung " Dan anakku. Kalian
apakan anakku"! ' 
   "Anak itu mati. mirna . la. 
   "Ia masih hidup!" 
   "He. Dengarkan..." untung 
mulai panik. 
   "Kau yang harus
mendengarkan. untung . Dadaku
sakit sekali. lni, coba, coba
raba," lantas farida  merenggut
pergelangan suaminya.
menekankan telapak tangan
untung  ke dadanya "Keras.
bukan" Susuku mengeras! Kau
dengar" Susuku mengeras!" 
   Dan dengan menahan perih
dan sengsara. telapak tangan
suaminya terus saja ia tekankan,
ia putar-putarkan begitu keras.
begitu kejam. tanpa untung  yang
terpesona. sempat berpikir,
sempat menghambur tangannya.
Lalu perlahan lahan namun  pasti.
bagian depan baju tidur farida .
tepat pada bagian puting
susunya terletak. mulai lembab.
basah 
   Berapa lama aku kalian buat
tidak sadarkan diri. untung " Dan
kapan anakku lahir.
Kemarin.Dua hari yang lalu"
Dimana 'ia sekarang" Di mana"
Ia ingin menyusu! Anakku ingin
menyusu!" farida  berteriak
teriak histeris, menekankan
telapak tangan suaminya
menghambur keluar, mengalir
seperti anak sungai. membasahi
dadanya. membasahi perutnya
pinggangnya. rahimnya 
   "Bawa aku kepadanya. untung !
Kumohon bawa aku pada
anakku. Aku dengar ' kepalanya
ia telengkan ke kiri. ke kanan. ke
kiri lagi, lantas menjerit
setengah gila 'Anakku menangis!
Anakku minta disusui. Ya Tuhan.
Tuhan Yang Maha Pengasih!
Benar aku sudah  mengabaikan
Engkau selama ini namun  aku
tetap percaya akan kekuatan dan
kekuasaanMu yang besar. Bawa
aku kepada anakku, Tuhan.
bawa aku pada anakku ..!' 
nyi girah  pada saat itu menoleh
ke box bayi Terbungkus dalam
kantong tidur yang hangat.
wajah bayi yang merah itu
tampak semakin merah. dan dari
mulutnya yang mungil terdengar
jerit tangis yang menyayat hati.
Tiga orang wanita lesbian  lain di
dekat box, ikut menoleh. Dua
laki laki di sudut ruangan
tertegun. Keduanya
menghentikan pekerjaan
memaku topeng topeng karet ke
tembok. Langit langit ruangan
yang dihias dengan cat warna
warni berubah terang, seolah
ada sinar gaib yang memantul di
ruangan yang remang remang
itu. 
   "Beri dia minum . ' terdengar
seseorang. 
   nyi girah  mencelupkan kapas
ke cangkir air hangat dan
dengan kapas yang basah itu ia
lepaskan air itu ke mulut bayi.
Mulut mungil itu terbuka
sekedar, bergerak anak liar,
kemudian memuntahkan apa
yang barusan ia Cerna
   "Ia tidak mau. Dari tadi ia
menolak ' kata nyi girah . putus
asa
   "Andai susuku Terisi" salah
seorang wanita lesbian  di dekatnya
mengeluh. 
   'Susu kempot begitu. mana
bisa. Paling paling yang
mengucur cuma keringat ' Salah
seorang dari laki laki itu
mencoba tertawa. "Hayo.
mengapa tidak kalian temui saja.
lukman . "
   'Ia benar' nyi girah  manggut
manggut 'Tolong awasi anak ini
dan usahakan agar ia mau
minum . ' 
   nyi girah  kemudian menjauhi
box. Berjalan melewati ruangan
yang perabotannya sudah  disusun
sedemikian rupa sehingga
tampak siap untuk menerima
kehadiran  puluhan orang tamu.
Baru saja tangannya akan
mengetuk sebuah pintu kayu
besar. tinqgi dan bercat hitam,
sudah terdengar suara parau
dari dalam: 
   ' masuk !" 
   nyi girah  mendorong pintu 
   begitu terbuka  matanya tak
dapat menangkap apapun di
kamar yang ia akan masuki
kecuali kegelapan yang memekat
hitam. terdengar suara tombol
diputar, dan lampu baca di
sudut sebuah meja setinggi
pinggang menyala. Redup
namun cukup untuk menerangi
sosok tubuh kekar yang saat itu
duduk terbadai lemah lunglai di
tempat duduk. Kamar itu terasa
pengap, hampa udara. bukan
sebuah tempat yang
menyenangkan untuk dimasuki
orang lain. namun merupakan
kamar abadi yang teramat
disukai penghuninya 
   nyi girah  melangkah masuk.
beberapa tindak. 
   "Anakku tidak mau minum.
benar'?" wajah hitam dari
kegelapan yang samar-samar
itu. berujar lembut. 
   "Benar, lukman ." 
   "Jangan dipaksa." 
   "namun ..." 
   "Tak seorangpun kalian yang
sanggup mengatasi dia. Tak
seorangpun. Bahkan juga tidak
aku sendiri. ayahnya"." 
   'Apa yang harus kami
perbuat?" 
   'Susu ibunya." Abu Lahuba
Purwadiiaya bergumam parau
dari kegelapan. "Ia
menghendaki susu ibunya. Aku
tak dapat menolaknya. kalian
apalagi." 
   "Jadi?" 
   "Usahakan mendapatkan susu
yang ia kehendaki. Tanpa
kehadiran wanita lesbian  itu.
ingat?" 
   "Baiklah..." 
   Seorang diri nyi girah  pulang
ke rumahnya. la menemukan pak
Kutil. suaminya. setengah
membungkuk di dekat pintu
penghubung ke pavilyun.
Nguping. Cepat ia berdiri lalu
berjalan berjingkat-jingkat
mendekati isterinya yang baru
masuk. lantas berbisik cemas: 
   "Apa yang kita kuatirkan sudah 
terjadi." . 
   'Maksudmu?" 
   "Ia tahu anaknya masih
hidup!" 
   "Astaga!" 
   "Coba dengarkan..." 
   Dari pavilyun, samar-samar
terdengar suami isteri muda
anak semang mereka. tengah
bertengkar hebat. Seraya
membantah anak mereka masih
hidup. dan marah oleh
tuduhan-tuduhan isterinya.
untung  berteriak-teriak meminta
agar tangannya dilepaskan.
Sebaliknya. farida  rupanya
tetap menahan telapak tangan
suaminya pada dadanya,
menekan dan memutar
mutarkannya
   makin keras. sambi meratap
histeri: 
   "Peraslah, untung . Peraslah.
Dan persetan. dimana pun anak
itu kini. berikanlah susuku
padanya sekarang juga!" 
   Di rumah induk. dul latief 
bertukar pandang dengan
isterinya 
   "Tunggu apalagi?" ia berbisik.
rgirah . 
   Sang isteri manggut-manggut
ia pergi ke dapur dan kembali
dengan sebuah gelas porselen
antik yang mengkilat bersih.
Sesudah  menatap suaminya.
ragu-ragu ia mendekati pintu
penghubung, lantas
memberanikan diri untuk
mengetuk. Pertengkaran di
dalam terus saja berlangsung.
Kemudian terdengar suara
hempasan keras. disusul jerit
tertahan farida . Seketika itu
juga. tahu pintu penghubung
tidak terkunci. nyi girah  segera
membukanya dan menerobos
masuk ke pavilyun, berlari lari
memasuki kamar tidur anak
semangnya. untung  sedang
terduduk lemas di pinggir
tempat tidur. Dan farida 
terkulai di lantai. Menangis. 
   'Ya ampun" nyi girah  pura
pura terkejut dan marah. 'Kau
apakan mirna ku yang manis,
untung ?" 
   untung  menoleh. 
   "Aku tak ia lepaskan, '
sahutnya, muak "Jadi
kutampar!" 
   "Oh oh. Sampai begitu parah.
Apa yang terjadi di sini?" 
   "Apa yang terjadi?" farida 
bergidik. mengangkat kepalanya
dan menatap nyi girah  dengan
marah ber campur jijik. "Kau
tahu. Kau wanita lesbian  busuk
terkutuk, kau pasti tahu! Lihat
apa di tanganmu. Bukan susu
basi untukku isinya. bukan"
Gelas itu 
   "Oh." nyi girah  terkesiap.
"Tadinya memang akan kuisi
minuman untukmu. "namun  ketika
kudengar..." 
   "Puih!" farida  meludah ke
lantai. "Omongan setan." 
   
Katakan saja, gelas itu ingin kau
isi dengan susu lain. Susu segar.
Susu murni. Susu seorang ibu.
Air susuku sendiri!" 
   "farida ..." nyi girah  gugup. 
   "Apakah kalian akan
memukuliku sekarang"' farida 
berdiri tegak. ketika dibelakang
nyi girah  ia lihat dul latief 
mengintip "Kalian akan
memaksaku rebah, mengikatku.
kalau perlu membiusku pula.
Demi Tuhan, akan kuberitahu
kalian semua. Anakku. aku
bersumpah. tidak akan mau
menerima apapun lewat tangan
tangan kalian yang kotor
terkutuk" Demi Tuhan, anakku
hanya akan mau menerimanya
dari puting susuku!" 
   Setengah jam berikutnya
sesudah  nyi girah  pulang pergi
dari rumahnya ke rumah Abu
Lahuba Purwadijaya, berbicara
dengan orang tua yang
tampaknya tengah sekarat itu,
memberitahu itu sebentar
kepada teman temannya, lalu
pulang kembali ke rumah.
Sementara teman temannya yang
lain pergi mengetuk pintu lain
pintu rumah. ia sendiri pergi
menemui farida . lalu ber kata
dengan nada kuatir _ 
   Anakmu menunggu" 
Rumah tua itu tampak gelap
gelap saja dari luar. Demikian
pula ruang depan. yang pintunya
terbuka untuk menerima
sejumlah tamu tamu. Semua
sudah berusia lanjut.
mengenakan pakaian parlente
dengan berbagai corak dan
warna kesukaan masing masing.
untuk menunjukkan kebolehan
diri bila nanti saling bercerita:
anakku yang senator itu ..
Ponakanku dicalonkan jadi
menteri... meski sudah tua
begitu. aku masih berpengaruh
di kalangan atas .. isteriku
bermaksud membuka
   bank baru yang lebih besar...
kalian tahu apa usulku mengenai
sistim pemerintahan dalam
kongres partai ' yang akan
datang" 
   farida  mengenali mereka
sebagai tetangga tetangganya
yang semua tinggal di
perbukitan itu. tak bernafsu
untuk membalas anggukan atau
sapaan satu dua yang menyapa
dan menegur. Ia segera masuk
ke ruang dalam dibimbing bu
girah . Kakinya gontai. namun 
hatinya berapi api, Suasana
ruangan yang kontras dibanding
ketika di luar sama sekali tidak
menarik perhatiannya. Tidak
pada banyaknya tamu. tidak
kepada hiasan hiasan dinding
yang ganjil, patung patung yang
aneh, lukisan yang seram, lampu
lampu antik yang terang
benderang. Tidak juga pada
pintu hitam yang tertutup rapat
di salah satu tembok
   Di belakangnya. berjalan
tertunduk. untung  suaminya.
   laki laki ini sudah  gagal
membujuk farida , agar ia mau
menerima kenyataan. Ia sudah 
bersusah payah menceritakan
rencananya akan segera pindah
dari atas bukit. membangun
rumah mewah di tanah mereka
yang baru. dan mungkin mampu
melahirkan anak anak yang lain.
Kalau perlu, memungut bayi
dari rumah sakit, asal mereka
tetap bersatu. saling cinta dan
setia satu sama lain seperti dulu.
Penuh pengertian dan mau
menerima kekalahan. Tak
sepatahpun isterinya menyahuti,
wanita lesbian  itu terus saja
berjalan dengan kepala tegak,
sampai di rumah yang mereka
tuju. 
   Dan saat ini. farida  tetap
berjalan dengan kepala tegak,
langsung menuju box bayi di
tengah tengah ruangan yang
dibuat seperti mimbar. Beberapa
langkah sebelum mencapai box
itu. farida  tertegun. dan
berdo'a dengan tulus: , 
   'Tabahkan hatiku. Tuhan !
Dan tunjukkan aku jalan yang
lurus " ' Langkah langkah
berikutnya. begitu berat. begitu
menakutkan. 
   Lalu ia melihatnya. 
   Melihat bayinya yang merah.
yang mungil. montok dan sehat.
terbungkus rapat dalam kantong
tidur yang hangat. ia hanya
dapat melihat wajah bayi itu
saja. sampai sebatas leher.
Selebihnya hanya terlihat topi
yang menutupi kepala bayinya.
Topi itu lebih panjang dan lebih
menonjol dari topi bayi yang
biasa. seolah olah ada sesuatu
yang tidak patut untuk
diperlihatkan pada orang lain.
meskipun orang itu ibunya
sendiri. 
   Keajaiban lain muncul di
sekeliling box. 
   Semacam cahaya. kuning
kebiru biruan memantul pada
kisi-kisi box. membuat warna
kantong tidurnya seperti pelangi
di senja hari. Cahaya itu tidak
berasal dari cat gemerlap. tidak
pula dari sinar lampu.
melainkan. mengambang begitu
saja di sekeliling bayi, seperti
embun mengambang di
permukaan rerumputan. 
   farida  mengerjap. terpejam
lama. 
   Sanubarinya menjerit: 
   "Ia anakku." dan dalam
kegelapan pandang yang hanya
sekejap itu. ia bukan melihat
cahaya kuning kebiruan...
melainkan cahaya kilat. Cahaya
petir yang menyambar-nyambar,
disertai hujan badai yang seperti
dicurahkan dari langit. Ia
dengar suara untung  yang sayup
sayup. namun  yang ia lihat
adalah gambaran sosok tubuh.
tinggi kekar. hitam berbulu.
berkuku keras. dengan tanduk
kembar di kepala. Makhluk itu
menindih tubuhnya di altar batu
yang dingin. lembab dan
basah.... 
   farida  gemetar 
   Masih dengan mata terpejam.
ia berbisik: 
   "Boleh aku melihat
keseluruhan wujud anakku?" 
   Sepi menyentak dalam
ruangan yang penuh sesak 
   oleh tamu-tamu itu. Semua
orang saling bertukar pandang
Lalu bisikan parau terdengar di
telinga nyi girah : 
   'Perlihatkan padanya " 
   nyi girah  menganggukkan
kepala. 
   "Demi kau, lukman .' ia
menjawab samar, lalu
membungkuk. Kantong tidur
anak itu ia lepaskan kancing
kancingnya. demikian pula
selimut. pakaian dan topi. Bayi
itu diam, tidak memperlihatkan
protes, tidak menangis justru
mulutnya yang merah mungil.
tersenyum. dan sepasang
matanya bersinar sinar hidup.
Memang bukan orang yang
menelanjanginya. melainkan
orang yang tegak dengan
punggung lurus dan mata
terpejam. 
   Orang Itu, farida , merasakan
goncangan yang dahsyat di
jantungnya. 
   ia hampir lumpuh, dan pasti
Jatuh kalau tidak berpegang
pada bagian atas kisi-kisi box.
dan bertanya dalam bisikan lirih
   'Sudah" 
   nyi girah  mengangguk. Sadar
anggukkannya. 
   Sudah ingin memangkunya"'" 
   Ya .
   Semua yang hadir. serempak
berdiri tegak dari kursinya.
Yang tengah berjalan, menatap
tertegun. Yang Sibuk
mengedarkan minuman,
meletakkan kaki, lalu berputar
menghadap mimbar. Pintu hitam
di sudut dinding ruangan. pelan
pelan terbuka. memancarkan
bau aneh namun tanpa sesuatu
keluar lewat pintu terbuka itu
untuk memperlihatkan bahwa ia
juga hadir di antara mereka
semua .
   'Perlu kubantu. nak mirna ?" 
   Bisikan ramah nyi girah .
menggugah farida . 
   'Tidak terimakasih" sahut
farida , seraya mengumpulkan
kekuatannya. Ia meluruskan
punggung. lalu pelan pelan
mengembangkan kedua lengan
ke depan. siap 
   menerima bayinya. Sesaat, ia
hanya merasakan tubuh kecil
berkulit halus. hangat dan
menyenangkan. Ada geliat
samar samar. lalu erangan lirih,
lembut menggetarkan 
   farida  membuka matanya 
   Sedikit tunduk, menatap . ' 
   Benar!. Yang ia tatap. adalah
sesosok tubuh bayi mungil,
merah dan montok sehat. namun 
ada bulu-bulu pirang yang
samar samar di seluruh
permukaan kulit. Tangan
tangannya gemuk. namun  tiap
tangan tidak berjari lima.
melainkan berjari . tepatnya.
berkuku tunggal. Demikian pula
kedua kakinya. Telinganya
begitu lucu dan manis namun  tak
jauh dari tiap telinga itu,
mencuat daging daging berkulit
keras, menyembul kemerahan di
antara helai helai rambutnya
yang hitam pekat. 
   Bagai lolos jantung farida 
seketika. 
   Matanya nanap. 
   Ia ingin menjerit. Ingin
melemparkan bayi itu sesaat itu
juga. namun  mendadak puting
susunya mengeras. Pada saat
bersamaan, sepasang mata bayi
itu menatapnya. Begitu lemah
begitu tidak berdaya. Bayi itu
seakan minta dilindungi. dan
satu satunya yang dapat
melindungi dirinya dari tangan
tangan kotor yang terkutuk,
hanyalah ibu kandungnya.
Mulutnya yang merah mungil,
terbuka sedikit, lantas terdengar
suara erangnya yang lembut.
lirih dan menyedihkan. Erangan
seorang anak telanjang yang
terperangkap di tengah derasnya
hujan. 
   ". . anakku.' farida 
mendesah, penuh iba 
   Segenap perasaan takut dan
ngeri, lenyap dalam satu tarikan
nafas, ketika ia sebutkan
perkataan yang menyentuh itu.
Lalu. dengan segenap kasih
sayang seorang ibu, bayi itu ia
dekap, mulut mungilnya
didekatkan ke puting susunya
sendiri .Tak ubahnya pengelana
sengsara yang terdampar di
tengah gurun, bayi itu merahup 
   air susu ibunya dengan rakus
Gejolak aneh. penuh pesona.
nikmat dan menyenangkan,
menjalari tubuh farida  di
setiap detik yang berlalu. selama
bayinya menyusu. dengan kedua
lengannya yang kecil dan
bentuknya aneh itu tampak
mendekap susu sang ibu. Erat.
kuat. tak mau dilepaskan. 
Pagi tiba 
   Lidah matahari menerobos
masuk lewat ventilasi jendela,
menjilati wajah wajah kaku dan
dingin di ruang tengah rumah
tua itu Tidak seorangpun yang
bergerak. Tidak satupun suara
yang terdengar, Kecuali bunyi
mulut kecil mendecap decap
menikmati air susu ibunya.
sesekali diselang helaan nafas
bahagia sang ibu.
   Betapa tidak . 
   Dalam kesunyian yang
mencengkam itu. jiwanya sudah 
memohon petunjuk 
   "Apapun yang kau kehendaki.
akan kulakukan demi anakku.
yang Penguasa, seluruh alam
dan seolah mendengar jawaban
yang kalaulah seorang nabi.
tentulah berupa sebuah wahyu.
farida  manggut-manggut puas
seraya berbisik di hati "Ya.. Ya
..Aku tak akan berpisah dengan
anakku " tak seorangpun dari
makhluk makhluk terkutuk di
rumah ini boleh menjamah nya."
   Kemudian ia berputar. 
   Menghadap semua yang hadir.
Sekilas. senyuman ramah dan
manis bermain di bibirnya yang
pucat. Dengan bayi itu melihat
dalam pelukannya. ia tiba tiba
memperoleh kekuatan gaib, dan
tahu apa yang harus ia perbuat. 
   Ia tidak memandang suaminya
seujung rambutpun. 
   Ia langsung menghadap lurus
ke arah pintu hitam yang sudah
terbuka itu. Seolah ia menyadari
ada sesuatu yang mengawasinya
dari sana. Lalu ia berkata
hati-hati: 
   'Bayiku membutuhkan cahaya
matahari! ' 
   Dari kegelapan kamar itu.
terdengar erangan lemah. 
   'Tunggu. Aku belum . " 
   "Tidak. Bayiku tak dapat
menunggu." jawab farida .
teguh. Bagaimanapun aku
berhak. Karena aku adalah
ibunya!" 
   "namun  waktuku sudah  tiba.
Aku akan mati. Dan dia.
penggantiku. pewarisku. penerus
keturunan dan kekuasaanku,
harus ada didekatku " 
   "Keluarlah Temui dia. '
farida  memberanikan diri 
   Tak ada sahutan. 
   Semua yang hadir menatap ke
pintu. Dari kegelapan di
dalamnya. terasa kesunyian
yang mengerikan, kesunyian
yang hanya dapat kau temukan
di liang kubur Kemudian.
disertai helaan nafas berat dan
tertahan tahan. terdengar suara
derit tempat tidur. disusul
langkah langkah kaki Satu-satu.
Tertegun tegun 
   Sebuah tangan hitam
menggapai bendul pintu 
   Terdengar suara kaki
menyeret sesosok tubuh berat.
lalu Abu Lahuba Purwadijaya
muncul dihadapan semua orang.
Jelas ia berusaha mati matian
agar tampak kokoh dan
berwibawa. Berdiri tegak kekar
tinggi. hitam. dengan sepasang
mata menyorot merah.
melambangkan api neraka. Di
setiap langkahnya. terjadi
perubahan yang nyata pada
penampilannya. Kulitnya yang
hitam. tersembunyi di balik
pakaian tidur. Penampilan
wajar dan tidak asing dari
seorang laki-laki tua yang
keletihan. Apabila. kedua
lengannya tidak ditumbuhi
bulu-bulu hitam. dan ujung
lengan itu seolah membentuk
kepalan. padahal itu adalah
kuku tunggal dari makhluk yang
disebut kuda. Kakinya tidak
beralas .Tentu saja. karena kaki
kuda. kalaupun punya atas.
adalah apa yang disebut ladam.
Dan Abu Lahuba tidak
memerlukan ladam kuda untuk
berjalan mendekati farida  dan
anak yang akan mewarisi segala
yang ia miliki. 
   farida  membelalak sebentar. 
   Kemudian. mundur ke pintu 
   "Biarkan aku dan anakku
pergi sendirian." ia berbisik.
parau. 
   "Ayahnya harus ikut," desah
Abu Lahuba. "Hampir seribu
tahun aku menunggu. Kini,
sesudah  ia lahir, aku harus pergi
seperti orang orang sebelum
aku. juga sudah  pergi . . Dan kau
tidak berhak. wanita lesbian ! Kalau
kau ingin mendampingi sebagai
ibunya. kau boleh berdiri di
dekatku. dan biarkan aku yang
memangku anak itu di bawah
karunia matahari...." 
   Abu Lahuba melompat ke
depan. 
   namun  ia segera
terhumbalang. jatuh terjerembab
di lantai. Bumi mendadak
tergoncang. dan di luar,
matahari seakan sudah  keliru
memilih waktu. sehingga tanpa
dapat ditahan. tahu tahu sudah 
menyembunyikan diri dibalik
awan pekat. mendung yang
hitam legam yang tahu tahu
muncul entah dari mana. Ketika
Abu Lahuba mampu berdiri.
farida  sudah  mencapai pintu
keluar. 
   'Tahan dia! ' teriak Abu.
parau. kepada orang orang
dibelakangnya 
   Tidak ada yang bergerak 
   Semua diam. 
   Mematung 
   "Tuhan tidak menghendaki
mereka menjamah anak ku!"
jerit farida  
   "wanita lesbian ! Tunggu!" 
   'Tidak! ' 
   Guruh menggelegar lagi di
langit kelam. Petir menyambar
dari selatan. Disusul tiupan
angin badai, sehingga farida 
terpaksa setengah merangkak
ketika berlari lari menuju bibir
bukit. ke arah tumpukan
batu-batu hitam yang menjulang
samar dalam kegelapan. Tiba
disana. hujan deraspun jatuh.
dengan butir butir sebesar
kerikil. 
   "Perlihatkan kekuasaanmu.
Tuhan!" farida  tegak di altar.
berteriak lantang ke langit
kelam berhujan. 
   Semakin keras guruh
menggelegar. semakin keras
bumi terguncang guncang
seolah makhluk penunggu bumi
yang selama ini tidur. mendadak
bangkit untuk mengetahui siapa
yang mengusiknya. Semakin
banyak pula petir yang
menyambar. Sebuah pohon
besar. terhumbalang. hangus.
menimpa rumah di dekatnya.
Rumah itu terbakar dalam
sekejap. Api neraka menjilat
kian kemari, menggapai apa
saja yang terjamah. menelan
habis sehingga daerah
perumahan di atas bukit dari
kejauhan tampak seperti puncak
gunung berapi yang
menyemburkan lahar berwarna
merah kuning. biru ber kilauan. 
   Sesudah  sekian ribu tahun,
alam tiba tiba mengamuk
dengan marah!
    Beberapa hari kemudian,
udara pag" begitu cerah
menyenangkan. Matahari
menjilati pinggiran sebuah
kota, di mana pernah bukit
terpencil yang sudah  berdiri
selama ratusan tahun, seakan
goyah dan kini ambruk
seperti puing puing bangunan
berpondasi lemah, dilanda
gempa yang dahsyat.
   
Getatan gempa.. menurut
jawatan yang berwenang,
menunjukkan 6,7 skala richter.
Belasan desa
desa di dekatnya ikut hancur,
dan sebagian penduduk
kota terpaksa mengungsi dari
rumah mereka yang
rusak. Korban jiwa mencapai
ratusan orang. dan penghuni
perumahan bukit tak satupun
yang tinggal
hidup.
   
Jauh di bawah bukit. air sungai
mengalir tenang.
Bening, berkilau-kilauan.
Seorang penduduk desa yang
tengah memancing.
tertegun mendengar  rengek
tangis bayi. Orang itu
sebenarnya tengah gundah
gulana karena rumah dan
ladangnya yang hancur, dengan
memancing.
dia berharap pancingnya
tersangkut kopor penuh
berisi uang. Isterinya yang
setengah gila, menunggu di
tengah-tengah puing reruntuhan
rumah mereka, dan
Isterinya itu juga berharap
suaminya pulang membawa
harta karun yang terseret arus
dari reruntuhan perumahan
mewah di atas bukit.
Terkesima, ia lemparkan
pancingnya.
Ia kemudian mendekati semak
belukar yang dilanda
reruntuhan batu karang.
Tercium bau busuk, yang
membuatnya takut. namun 
sesudah  melihat sesosok tubuh
kecil
mungil. telanjang menyedihkan
dalam pelukan mayat
seorang wanita lesbian , hatinya
tergugah.
   Jerit tangis bayi itu berhenti,
ketika orang itu mendekat. 
   'Hai. nak, 'Ia menegur. "Apa
kerjamu di sini?" 
   Bayi yang normal, bersih.
gemuk dan sehat itu. tersenyum. 
   Inilah rupanya yang ditunggu
isterinya selama ini'