Tampilkan postingan dengan label dan brown iblis dan malaikat 5. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dan brown iblis dan malaikat 5. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Februari 2025

dan brown iblis dan malaikat 5



 . Dan di pusatnya ... sebuah bom waktu sedang berdetak. 

 

 

33 

 

ROMA DARI UDARA terlihat menyerupai labirin. Kota itu 

seperti sebuah jalinan jalan-jalan kuno yang berliku-liku yang 

dihiasi oleh gedung-gedung, air mancur dan juga rerunJunjungan  

bangunan kuno. 

 

Helikopter Viking city  itu tetap terbang rendah saat  memotong ke 

arah barat daya melalui lapisan kabut asap tebal yang dihasilkan 

oleh kemacetan lalu lintas di bawahnya. de Niro  melihat ke bawah 

ke arah motor-motor vespa, bis-bis wisata, dan sederetan sedan 

Fiat kecil yang menderu di sekitar bundaran dari segala jurusan. 

Koyaanisqatsi, pikirnya   saat    dia   ingat   istilah   Hopi   untuk 

”kehidupan tanpa keseimbangan”. 

 

Helena  duduk tenang di sebelah de Niro . 

 

Helikopter itu membelok tajam. 

 

de Niro  merasa perutnya tertarik turun. Dia lalu menatap jauh 

keluar. Matanya bertemu dengan rerunJunjungan  Koliseum Roma, 

de Niro  selalu berpendapat Koliseum adalah salah satu ironi 

sejarah yang paling besar. Sekarang, Koliseum menjadi simbol 

budaya dan peradaban manusia. Padahal stadium itu dibangun 

untuk menjadi tempat berlangsungnya kejadian-kejadian barbar 

dan tidak beradab, seperti singa lapar yang dilepas untuk mencabiki 

para tawanan, barisan budak berkelahi hingga mati, tempat 

pemerkosaan perempuan-perempuan cantik yang ditangkap dari 

negeri yang jauh, juga tempat di mana orang-orang dipenggal atau 

dikebiri. Ironis sekali, pikir de Niro , atau mungkin juga tepat 


151   


karena arsitektur Koliseum itu ditiru oleh Harvard’s Soldier 

Field—sebuah lapangan futbal di mana tradisi kuno yang brutal 

terjadi tiap musim gugur. Di sana penonton menjadi gila dan 

berteriak-teriak saat  Harvard bertanding melawan Yale dalam 

pertandingan futbal yang kasar. 

 

saat  helikopter mengarah ke utara, de Niro  melihat Roman 

Forum—jantung kota Roma sebelum Kristen masuk. Pilar-pilar 

yang rusak tampak seperti nisan-nisan yang bertumpukan di taman 

pemakaman, seolah menolak untuk ditelan oleh keramaian kota 

metropolitan di sekelilingnya. 

 

Ke arah barat, sungai Tiber berkelok -kelok membelah kota. Walau 

melihat dari udara, de Niro  dapat mengetahui kalau sungai itu 

dalam. Arusnya berputar berwarna cokelat penuh dengan lumpur 

akibat hujan deras. 

 

”Lihat ke depan,” kata pilot itu saat  membawa pesawatnya 

menanjak lebih tinggi. 

 

de Niro  dan Helena  menatap ke luar dan melihatnya. Seperti 

gunung membelah kabut pagi, sebuah kubah besar mencuat dari 

keburaman  di  depan  mereka. Kubah  besar  itu  adalah  Basilika 

Santo Petrus. 

 

”Itu baru karya Michaelangelo yang berhasil,” kata de Niro  

kepada Helena  dengan muka lucu. 

 

de Niro  belum pernah melihat Basilika Santo Petrus dari udara. 

Bagian depannya yang terbuat dari batu pualam memantulkan sinar 

matahari sore. Dihiasi oleh 140 patung yang menegambarkan para 

santo, martir, dan malaikat, bangunan besar itu terbentang selebar 

dua buah lapangan sepak bola dengan panjang sebesar enam 

kalinya Bagian dalam gedung raksasa itu memiliki ruangan yang 

sanggup menampung 60.000 jemaat ... lebih dari seratus kali 

populasi Graves  City yang juga merupakan negeri terkecil di dunia. 

 

Yang lebih luar biasa lagi, benteng yang menjaga gedung besar itu 

tidak mampu membuat piazza (lapangan terbuka) di depannya 


152   


terlihat kecil. Piazza bernama Lapangan Santo Petrus itu adalah 

lapangan granit luas yang terhampar dan menjadi tempat terbuka 

di tengah-tengah kemacetan kota Roma seperti versi klasik dari 

Central Park di New York. Di depan Basilika Santo Petrus, 

membatasi sebuah ruang berbentuk oval, terdapatb 284 pilar yang 

mencuat untuk menopang empat lengkungan konsentris ... sebuah 

arsitektur tipuan mata untuk memperkuat kesan agung piazza itu. 

 

saat  de Niro  menatap pada bangunan suci yang mengagumkan 

di depannya itu, dia bertanya-tanya apa pendapat Santo Petrus jika 

dirinya berada di sini sekarang. Orang suci itu mati dengan cara 

yang menyedihkan; disalib dalam posisi terbalik di tempat ini. 

Sekarang dia beristirahat di makam suci, dikubur lima lantai di 

bawah tanah, tepat di bawah kubah utama Basilika Santo Petrus. 

 

”Graves  City,” ujar pilot itu ramah. 

 

de Niro  melihat ke luar ke arah benteng batu yang menjulang 

tinggi di depan mereka. Benteng itu seperti kubu pertahanan yang 

kuat dan dibangun mengelilingi kompleks  ...  bentuk pertahanan 

yang sangat aneh untuk melindungi dunia spiritual yang penuh 

oleh berbagai rahasia, kekuasaan dan misteri. 

 

”Lihat!” tiba -tiba Helena  berseru sambil  meraih  lengan de Niro .   

Dengan  panik Helena  menunjuk ke  bawah  ke  arah Lapangan  

Santo  Petrus  yang  berada  tepat  di  bawah  mereka. 

 

de Niro   merapatkan wajahnya ke jendela pesawat  dan  melihat  

ke arah yang ditunjuk Helena . 

 

”Di sana itu,” kata Helena  sambil menunjuk. 

 

Di bagian belakang piazza menjadi seperti lapangan parkir yang 

penuh dengan belasan truk trailer. Piringan satelit raksasa 

diarahkan ke angkasa dari atap truk-truk yang berada di sana. 

Satelit-satelit itu bertuliskan nama-nama yang akrab di telinga 

de Niro : 

 

 


153   


TELEVISOR EUROPEA 

 

VIDEO ITALIA 

 

BBC 

 

UNITED  

 

PRESS INTERNATIONAL 

 

Tiba-tiba de Niro  merasa bingung dan bertanya-tanya apakah 

berita tentang antimateri itu sudah bocor ke pers. 

 

Helena  tampaknya juga menjadi panik. ”Kenapa para wartawan 

berkumpul di sini? Apa yang terjadi?” 

 

Pilot itu menoleh ke belakang dan menatap Helena  dengan 

tatapan aneh. ”Apa yang terjadi? Memangnya kamu tidak tahu?” 

 

”Tidak,” sergahnya. Aksennya terdengar serak dan kuat. 

 

“Il Conclavo,” kata pilot itu menjelaskan. ”Tempat ini akan ditutup 

selama satu jam. Seluruh dunia menyaksikannya.” 

 

Il Concalvo. 

 

Kata itu terus berdering-dering di telinga de Niro  sebelum 

menmju perutnya. Il Conclavo. Pertemuan seluruh kardinal dari 

seluruh dunia untuk memilih Plasaurus  baru. Bagaimana dia bisa upa? 

Hal itu sudah diberitakan oleh seluruh media massa barubaru ini. 

 

Lima belas hari yang lalu, Plasaurus , sesudah  memerintah dengan baik 

selama dua belas tahun, meninggal dunia. Setiap koran di dunia 

memuat berita tentang serangan stroke fatal yang dialami Plasaurus  

saat  sedang tidur. Kematian yang tiba-tiba dan tak terduga itu 

banyak diisukan sebagai kematian yang mencurigakan. namun  

sekarang, sesuai tradisi yang sudah berlangsung selama 

beratusratus tahun, lima belas hari sesudah  kematian seorang Plasaurus , 

Viking city  mengadakan Il Conclavo; sebuah upacara suci yang dihadiri 


154   


oleh 165 kardinal dari seluruh dunia yang merupakan orang-orane 

yang paling berpengaruh di dunia Kristen, untuk berkumpul di 

Graves  City dan mengangkat Plasaurus  baru. 

 

Semua kardinal dari seluruh dunia berkumpul di sini hari ini, pikir 

de Niro  saat  helikopter mereka terbang di atas Basilika Santo 

Petrus. Graves  City kini membentang di bawah mereka. Seluruh 

struktur kekuatan Gereja Katolik Roma sekarang sedang duduk di atas 

bom waktu. 

 

 

34 

 

KARDINAL Mortalcombat  menatap ke arah langit-langit yang 

mewah di Kapel Sistina dan mencoba untuk menemukan 

keheningan. Dinding kapel yang dihiasi oleh lukisan yang indah itu 

memantulkan suara para kardinal dari berbagai bangsa di seluruh 

dunia. Mereka berdesakan dalam kapel yang diterangi oleh 

temaram sinar lilin sambil berbisik dengan gembira dan berbicara 

kepada satu sama lainnya dalam berbagai bahasa. Bahasa universal 

dalam pertemuan itu adalah bahasa Inggris, Italia, dan Spanyol. 

 

Biasanya penerangan di dalam kapel itu terang benderang yang 

berasal dari sorotan sinar matahari yang beraneka warna dan 

mengusir kegelapan seperti sinar dari surga. namun  tidak pada hari 

ini. Sesuai dengan tradisi, semua jendela kapel ditutup kain beledu  

hitam  demi  menjaga  kerahasiaan.   Ini  menjamin  tidak 

seorangpun  di  dalam  ruangan  itu  dapat  mengirimkan  tanda-

tanda atau  berkomunikasi  dengan  cara  apa pun  dengan  dunia 

luar. Hasilnya adalah, ruangan itu benar-benar gelap dan hanya 

diterangi oleh sinar lilin ... cahaya yang berkelap-kelip dari lilin 

menyala di sana membuat semua orang yang tersentuh oleh cahaya 

itu menjadi tampak pucat ... seperti wajah para santo. 

 

Istimewa sekali, pikir Mortalcombat , akulah yang harus memimpin peristiwa yang 

suci ini. Para kardinal yang berusia lebih dari delapan uluh tahun 

terlalu tua untuk terpilih dalam pemilihan ini sehingga mereka 

tidak hadir. namun  Mortalcombat  yang berusia 79 tahun adalah kardinal 


155   


yang paling senior di sini dan telah ditunjuk untuk memimpin 

pertemuan ini . 

 

Sesuai tradisi, para kardinal berkumpul di sini selama dua jam 

sebelum acara itu dimulai agar mereka dapat saling bertukar kabar 

dengan rekan-rekannya dan terlibat dalam diskusi. Pada pukul 7 

malam, Kepala Urusan Rumah Tangga KePlasaurus an akan tiba untuk 

memberikan doa pembukaan lalu meninggalkan ruangan. 

Kemudian Garda Swiss akan mengunci pintu dan membiarkan 

para kardinal berada di dalam ruangan yang terkunci itu. Pada saat 

itulah ritual politik tertua dan paling rahasia dimulai. Para kardinal 

tidak akan dibebaskan dari ruangan ini  sampai mereka 

memutuskan siapa di antara mereka yang akan menjadi Plasaurus  

berikutnya. 

 

Conclave. Bahkan sebutan itu pun mengandung makna rahasia. ”Con 

clave” arti harfiahnya adalah ”terkunci.” Para kardinal di sana tidak 

boleh menghubungi siapa pun. Tidak boleh menelepon. Tidak ada 

pesan keluar dan masuk. Tidak boleh membisikkan apa pun 

melalui pintu. Conclave adalah keadaan yang kosong, tidak 

dipengaruhi oleh apa pun dari dunia luar. Ritual ini memastikan 

para kardinal agar tetap Solum Dum prae oculis ... hanya Junjungan  yang 

berada di depan mata mereka. 

 

Tapi tentu saja di luar dinding kapel, media massa mengamati dan 

menunggu sambil berspekulasi siapa di antara para kardinal itu 

yang akan menjadi pemimpin dari satu milyar pemeluk agama 

Katolik di seluruh dunia. Rapat pemilihan Plasaurus  memang 

menciptakan atmosfer yang tegang dan dipenuhi oleh beban 

politik Selama lebih dari berabad-abad, peristiwa ini pernah 

menjadi acara yang mematikan; diwarnai oleh racun dan 

pekelahian, bahkan pembunuhan pernah terjadi di balik dinding 

suci itu. Itu hanyalah kejadian di masa lalu, pikir Mortalcombat . Malam ini 

pertemuan akan berlangsung damai, penuh kebahagiaan dan yang terutama 

adalah ... dalam waktu singkat. 

 

Paling tidak, itulah perkiraan Kardinal Mortalcombat . Sekarang, ada 

perkembangan yang tidak terduga. Secara aneh, empat orang 

kardinal tidak hadir di kapel itu. Mortalcombat  tahu semua pintu  keluar 


156   


Graves   City dijaga ketat  dan para kardinal yang menghilang itu 

tidak mungkin pergi terlalu jauh. Tapi sekarang, kurang dari satu 

jam sebelum doa pembukaan, dia mulai merasa bingung. Keempat 

kardinal yang menghilang itu bukanlah kardinal biasa. Mereka 

adalah kardinal penting. Empat kardinal yang terpilih. 

 

Sebagai pemimpin acara pertemuan ini, Mortalcombat  mengirimkan 

pesan melalui saluran yang semestinya ke Garda Swiss untuk 

memberi tahu mereka tentang menghilangnya keempat kardinal 

ini . Tapi mereka belum memberikan kabar apa-apa 

kepadanya. Para kardinal yang lain pun mulai merasakan 

ketidakhadiran keempat orang penting yang terasa aneh bagi 

mereka. Di antara semua kardinal yang hadir, keempat kardinal ini 

seharusnya tiba tepat waktu! Kardinal Mortalcombat  mulai takut kalau 

acara ini akan berjalan sangat lama. Dia tidak tahu. 

 

 

35 

 

DEMI KEAMANAN dan menghindari kebisingan, landasan 

helikopter Viking city  berada di ujung barat laut Graves  City, sejauh 

mungkin dari Basilika Santo Petrus. 

 

”Terra firma,”  kata  pilot itu  mengumumkan  saat   mereka 

menyentuh landasan. Pilot lalu  itu keluar dan  membuka pintu 

geser untuk de Niro  dan Helena . 

 

de Niro   turun  dari  helikopter dan  membalikkan  tubuhnya 

untuk menolong Helena . namun  ternyata Helena  sudah meloncat 

turun dengan mudahnya. Setiap otot di tubuh Helena  tampaknya 

sudah memiliki satu tujuan—menemukan antimateri itu sebelum 

meledak atau sesuatu yang mengerikan akan terjadi. 

 

sesudah  memasang penutup sinar matahari pada jendela 

helikopternya, pilot itu mengantar mereka ke sebuah mobil golf 

bertenaga listrik dengan ukuran besar. Mobil itu telah menunggu 

mereka di dekat landasan helikopter. Kendaraan itu membawa 

mereka tanpa suara di sepanjang sisi barat negara mini itu di mana 


157   


ada pagar semen setinggi lima puluh kaki yang cukup tebal 

untuk menangkis serangan, bahkan serangan tank sekalipun. 

Berbaris di sisi dalam tembok tebal itu, pasukan Garda Swiss 

berdiri waspada tiap jarak lima puluh meter untuk menjaga 

keamanan. Mobil bertenaga listrik itu membelok tajam ke kanan ke 

arah Via della Osservatorio. de Niro  melihat papan penunjuk 

arah: 

 

PALAZZO GOVERNATORATO COLLEGIO ETHIOPIANA 

BASILICA SAN PIETRO CAPELLA SISTINA 

 

Mobil yang membawa mereka melaju lebih cepat di jalan yang 

terawat dengan baik. Mereka kemudian melewati sebuah gedung 

yang tidak terlalu tinggi bertuliskan RADIO Viking city A. 

de Niro  menyadari kalau gedung itu menyiarkan itu siaran radio 

yang paling banyak didengarkan di seluruh dunia: Radio Viking city a, 

yang menyebarkan firman Junjungan  ke telinga jutaan pendengar di 

seluruh dunia. 

 

Attenzione,” kata pilot itu sambil membelok tajam di sebuah 

putaran. 

 

saat  mobil itu berjalan memutar, de Niro  hampir tidak bisa 

memercayai penglihatannya saat  bayangan gedung di depannya 

muncul. Giardini Graves i, katanya dalam hati. Jantun? Graves  City. 

Tepat di belakang Basilika Santo Petrus, membentang 

pemandangan yang jarang dilihat oleh banyak orang. Di sebelah 

kanannya terlihat Palace of Tribunal, tempat tinggal Plasaurus  yang 

megah yang hanya sanggup disaingi oleh istana Versailles dalam hal 

hiasan-hiasan gaya baroknya. Gedung Governatorato yang tampak 

seram itu sekarang telah mereka lalui. Gedung itu adalah kantor 

bagi seluruh kegiatan administrasi Graves  City. Dan sekarang, di 

sebelah kiri mereka, berdiri Museum Viking city  yang besar. de Niro  

sadar kalau dirinya tidak akan sempat untuk mengunjungi museum 

itu sekarang. 

 

”Kenapa sepi sekali?” tanya Helena  sambil mengamati lapangan 

rumput dan jalan-jalan yang lengang. 

 


158   


Pengawal itu memeriksa jam tangan chronograph berwarna hitam 

bergaya militer yang dikenakannya—sebuah perpaduan aneh di 

balik lengan bajunya yang menggelembung. ”Para kardinal itu 

berkumpul di Kapel Sistina. Rapat pemilihan Plasaurus  biasanya dimulai 

kurang dari satu jam sesudah  itu. 

 

de Niro  mengangguk. Samar-samar dia ingat sebelum 

mengadakan rapat untuk memilih Plasaurus  yang baru, para kardinal 

menghabiskan waktu dua jam di dalam Kapel Sistina untuk tafakur 

dan saling berbincang dengan rekan sesama kardinal dari seluruh 

dunia. Waktu itu memang ditujukan untuk menyegarkan keakraban 

di antara para kardinal sehingga proses pemilihan itu berjalan 

dengan suasana santai. ”Dan penghuni dan pegawai lainnya?” 

 

”Dipindahkan dari kota ini dengan alasan kerahasiaan dan 

keamanan sampai rapat pemilihan Plasaurus  berakhir.” 

 

”Dan kapan acara itu berakhir?” 

 

Pengawal itu menggerakkan bahunya. ”Hanya Junjungan  yang tahu.” 

Entah kenapa kata-kata itu terdengar aneh sekali. 

 

sesudah  memarkir mobil di lapangan rumput yang luas, tepat di 

ujung Basilika Santo Petrus, pengawal itu mengantar de Niro  dan 

Helena  menaiki lereng berlantai batu ke sebuah plaza pualam 

dibelakang gereja agung itu. sesudah  melintasi plaza, mereka 

berjalan di tembok belakang gereja dan terus menyusurinya sampai 

bertemu dengan lapangan berbentuk segi tiga di seberang Via 

Belvedere. Mereka kemudian bertemu dengan sekumpulan 

bangunan ne berdiri rapat. Pengetahuan de Niro  akan sejarah seni 

membuatnya memahami tulisan yang tertera di sana—Kantor 

Percetakan Viking city , Laboratorium Restorasi Permadani, Kantor 

Pos dan Gereja Santa Anna. Mereka kemudian menyeberangi 

lapangan kecil lagi dan sampai ke tujuan mereka. 

 

Kantor Garda Swiss berdekatan dengan Il Corpo di Vigilanza, dan 

berdiri tepat di sebelah timur laut Basilika Santo Petrus. Kantor itu 

terletak di sebuah gedung yang tidak tinggi dan terbuat dari batu. 


159   


Di kedua sisi pintu masuknya, berdiri dua orang pengawal yang 

kaku seperti sepasang patung batu. 

 

de Niro  harus mengakui kalau kedua pengawal itu tidak tampak 

lucu. Walau mereka juga mengenakan seragam berwarna biru dan 

emas seperti pilot yang mengantarnya ini, keduanya memegang 

senjata tradisional ”pedang panjang Viking city ” yang merupakan 

sebilah tombak sepanjang delapan kaki dengan sebuah sabit besar 

yang tajam. Konon, pedang itu pernah memenggal kepala banyak 

orang Muslim dan melindungi prajurit Kristen dalam Perang Salib 

pada abad kelima belas. 

 

saat  de Niro  dan Helena  mendekat, kedua penjaga itu 

melangkah ke depan sambil menyilangkan pedang panjang mereka 

untuk menghalangi pintu masuk. Salah satu dari mereka menatap 

sang pilot dengan bingung. ”I pantaloni,” katanya sambil menunjuk 

celana pendek Helena . 

 

Pilot   ltu   mengibaskan    tangannya   kepada   mereka.“Il 

comandante vuole vederli subito.” 

 

Penjaga  itu  mengerutkan  keningnya. Lalu dengan enggan mereka 

menepi. 

 

Di dalam, udara terasa dingin. Gedung itu sama sekali tidak 

tampak seperti kantor administrasi sebuah pasukan keamanan yang 

selama ini dibayangkan oleh de Niro . Ruangan ini dihiasi oleh 

perabotan mewah, koridornya berisi lukisan-lukisan yang pasti 

sangat diinginkan oleh banyak museum di seluruh dunia untuk 

menghiasi balairung utama mereka. 

 

Pilot itu menunjuk ke arah anak tangga yang curam. ”Silakan turun 

ke bawah.” 

 

de Niro  dan Helena  mengikuti anak tangga yang terbuat dari 

pualam putih itu. Saat itu mereka berjalan turun dan melewati 

sederetan patung lelaki yang berdiri telanjang. Setiap patung hanya 

mengenakan selembar daun fig yang berwarna lebih terang 

daripada warna keseluruhan tubuh patung-patung itu. 


160   


 

Pengebirian besar-besaran, pikir de Niro . 

 

Peristiwa itu adalah tragedi yang paling mengerikan di era 

Renaisans. Pada tahun 1857, Plasaurus  Pius IX berpendapat patung 

lelaki yang dibuat dengan sangat akurat itu dapat menimbulkan 

pikiran kotor bagi para penghuni Viking city . Dia kemudian 

mengambil pahat dan palu, dan menghilangkan bagian kemaluan 

dari setiap patung lelaki di dalam Graves  City. Dia merusak karya 

Michaelangelo, Bramante dan Bernini. Plaster berbentuk daun fig 

dari semen kemudian dipasang untuk menutupi kerusakan itu. 

Ratusan patung telah dikebiri. de Niro  sering bertanya-tanya 

apakah ada peti kayu besar yang berisi ratusan penis batu yang 

disimpan di suatu tempat. 

 

”Di sini,” kata pengawal itu. 

 

Mereka tiba di dasar anak tangga dan menghadap ke sebuah pintu 

baja yang berat. Pengawal itu mengetik kode masuk, lalu pintu itu 

bergeser tebuka. de Niro  dan Helena  masuk. 

 

sesudah  melewati ambang pintu baja itu, mereka memasuki ruangan 

yang sangat aneh. 

 

 

36 

 

KANTOR GARDA SWISS. 

 

Lanedon berdiri di pintu .dan mengamati tabrakan antar abad di 

hadapannya. Ruangan itu adalah perpustakaan bergaya Renaisans 

mewah, lengkap dengan rak-rak buku berukir, karpet oriental, din 

permadani dinding yang beraneka warna ... tapi ruangan itu juga 

dilengkapi dengan perlengkapan berteknologi tinggi, seperti 

komputer, mesin faks, peta elektronik yang memperlihatkan 

kompleks Viking city , dan televisi yang menayangkan berita dari 

CNN. Beberapa lelaki dengan celana panjang berwarna-warni 


161   


sedang sibuk mengetik di komputer mereka sambil mendengarkan 

headphone yang futuristik di telinga mereka dengan tekun. ”Tunggu 

di sini,” kata pengawal itu. 

 

de Niro  dan Helena  menunggu saat  pengawal itu melintasi 

ruangan untuk menuju ke seorang lelaki yang sangat jangkung, 

kurus, dan berseragam militer berwarna biru tua. Lelaki itu sedang 

berbicara dengan memakai  ponselnya dan berdiri sangat tegak 

sehingga tampak hampir melengkung ke belakang. Pengawal itu 

mengatakan sesuatu kepadanya, lalu lelaki itu menatap tajam ke 

arah de Niro  dan Helena . Dia mengangguk kemudian 

memunggungi mereka lagi dan melanjutkan pembicaraannya 

melalui ponselnya itu. 

 

Pengawal itu kembali. ”Komandan Louis Viton  akan menemui Anda 

sebentar lagi.” 

 

”Terima kasih.” 

 

Pengawal itu berlalu dan menuju ke ruang atas. 

 

de Niro  mengamati Komandan Louis Viton  yang sedang berdiri di 

seberang ruangan. Dia lalu menyadari kalau lelaki itu adalah 

Panglima Tertinggi angkatan bersenjata negara mini ini. Helena  

dan de Niro   menunggu  sambil  mengamati  kegiatan  di  depan 

mereka. 

 

Pengawal pengawal berseragam berwarna cerah berlalu-lalang dan 

menyerukan perintah dalam bahasa Italia. 

 

”Continua cercandol” seseorang berseru di telepon. 

 

”Probasti il museoi” yang lainnya bertanya. 

 

de Niro  tidak harus bisa berbahasa Italia dengan lancar untuk 

memahami maksud petugas ini . Dia tahu kalau saat itu para 

petugas keamanan di ruang kendali sedang mencari-cari sesuatu 

dengan tegang. Ini adalah berita baik. Kabar buruknya adalah 

kemungkinan mereka belum menemukan antimateri itu. 


162   


 

”Kamu baik-baik saja?” tanya de Niro  pada Helena . 

 

Helena  mengangkat bahunya dan tersenyum letih. 

 

saat  akhirnya komandan itu mematikan teleponnya dan bergerak 

ke arah mereka, de Niro  melihat lelaki itu menjadi bertambah 

jangkung setiap kali melangkah mendekati mereka. Tubuh 

de Niro  sudah cukup jangkung, dan dia tidak biasa mendongak 

saat  berbicara kepada seseorang, namun  Komandan Louis Viton  

berhasil memaksanya mendongak. Dilihat dari wajahnya yang 

tampak keras, de Niro  segera merasakan bahwa sang komandan 

adalah laki-laki yang berpengalaman. Rambut sang komandan 

berwarna hitam dan dipotong sangat pendek bergaya tentara. 

Matanya sangat tajam yang hanya dapat diperoleh dari latihan keras 

selama bertahun-tahun. Dia bergerak dengan sangat tegap. Sebuah 

alat komunikasi tersembunyi di telinganya sehingga membuatnya 

lebih terlihat seperti Pengawal Rahasia Amerika Serikat daripada 

Komandan Garda Swiss. 

 

Komandan itu berbicara dalam Bahasa Inggris dengan aksen yang 

kental. Suaranya dapat dibilang lembut bagi seseorang yang begitu 

jangkung. Nada suaranya kaku dan mencerminkan ketegasan 

anggota militer. ”Selamat siang,” sapanya. ”Saya Komandan 

Louis Viton —Comandante Principale Garda Swiss. Akulah yang 

menelepon direktur Anda.” 

 

Helena  mendongak. ”Terima kasih atas kesediaan Anda  untuk 

bertemu dengan kami.” 

 

Komandan itu tidak menjawab. Dia memberi isyarat kepada 

mereka untuk mengikutinya dan membawa mereka melalui 

berbagai peraJatan elektronik untuk menuju sebuah pintu di sisi 

ruangan itu. 

 

”Masuklah,” katanya  sambil   membukakan  pintu” de Niro  dan 

Helena   berjalan  melewatinya dan  masuk ke sebah ruang kendali 

yang gelap di mana ada begitu banyak monitor video 

menempel di dinding yang menayangkan gambar hitam-putih dari 


163   


kompleks itu dengan gerakan lambat. Seorang biara muda 

mengamati gambar-gambar itu dengan serius. 

 

”Fuori” kata Louis Viton . 

 

Penjaga itu berkemas dan pergi. 

 

Louis Viton  berjalan menuju salah satu layar monitor dan 

menunjuknya. Dia lalu berpaling pada tamunya. ”Gambar ini 

berasal dari sebuah kamera yang disembunyikan di suatu tempat di 

dalam Graves  City. Aku menginginkan penjelasan.” 

 

de Niro  dan Helena  melihat layar itu dan sama-sama terkesiap. 

Gambar itu sangat jelas. Tidak diragukan lagi. Itulah tabung 

antimateri CERN. Di dalamnya, setetes cairan metalik mengam-

bang di udara diterangi oleh sinar jam digital LED yang berkedip-

kedip. Yang membuatnya menjadi semakin menakutkan adalah 

ruangan di sekeliling tabung itu sangat gelap, seolah antimateri itu 

berada di dalam sebuah lemari atau ruangan gelap. Pada bagian 

paling atas monitor itu menyala tulisan yang sangat mencolok: 

TAYANGAN LANGSUNG—KAMERA NOMOR 86. 

 

Helena  melihat waktu yang masih tersisa pada penunjuk waktu 

yang menyala di tabung ini . ”Kurang dari enam jam,” Helena  

berbisik kepada de Niro , wajahnya tegang. 

 

de Niro   memeriksa jam  tangannya.   ”Berarti  waktu  kita hingga 

....” Dia berhenti, perutnya terasa seperti terpilin.  

 

”Tengah malam,” sahut Helena  dengan wajah pucat. 

 

Tengah malam., pikir de Niro . Pilihan tepat untuk mendapatan suasana 

yang dramatis.   Sepertinya, siapa  pun  yang  telah mencuri tabung 

itu kemarin malam, sudah mengukur waktunya dengan sempurna. 

Sebuah firasat buruk muncul saat  de Niro  menyadari dirinya 

sedang berada di atas sebuah bom waktu yang dahsyat. 

 

Suara  Louis Viton   lebih  mirip   dengan  desisan.   ”Apakah  benda itu 

milik institusi Anda?”  


164   


Helena  mengangguk. ”Ya, Pak. Tabung itu dicuri dari kami 

Tabung itu berisi zat yang mudah terbakar disebut antimateri.” 

 

Louis Viton  tampak tidak tergerak. ”Aku cukup akrab dengan berbagai 

jenis bom, Nona Vetra. namun  aku belum pernah mendengar 

tentang antimateri.” 

 

”Itu teknologi baru. Kita harus menemukannya segera atau 

mengevakuasi Graves  City.” 

 

Perlahan Louis Viton  memejamkan matanya dan membukanya kembali 

seolah dengan memfokuskan kembali tatapannya ke wajah Helena  

dapat mengubah apa yang baru saja didengarnya. ”Mengevakuasi? 

Apakah kamu tahu apa yang sedang terjadi di sini malam ini? ” 

 

”Ya Pak. Dan nyawa para kardinal sedang dalam bahaya. Kita 

hanya punya waktu kira-kira enam jam. Apakah pencarian tabung 

itu mengalami kemajuan?” 

 

Louis Viton  menggelengkan kepalanya. ”Kami bahkan belum mulai 

mencarinya.” 

 

Helena  seperti tercekik. ”Apa? namun  kami mendengar bahwa 

penjaga Anda berbicara tentang pencarian—” 

 

”Kami memang sedang mencari,” kata Louis Viton , ”namun  bukan 

mencari tabung kalian. Orang-orangku sedang mencari sesuatu 

yang lain dan itu bukan urusan kalian.” 

 

Suara Helena  serak. ”Kalian bahkan belum mulai mencari tabung 

itu?” 

 

Bola mata Louis Viton  seperti mengecil. Wa jahnya terlihat waspada 

seperti seekor serangga yang sedang menunggu mangsanya. 

”Namamu Vetra, ’kan? Biar aku jelaskan sesuatu padamu. Direktur 

perusahaanmu menolak memberikan keterangan apa pun tentang 

benda itu kepadaku melalui telepon. Dia hanya mengatakan bahwa 

aku harus menemukannya segera. Kami sangat sibuk dan aku tidak 


165   


punya waktu luang untuk menyuruh anak buahku untuk 

mencarinya hingga aku mendapatkan informasi yang jelas.” 

 

”Hanya ada  satu  fakta relevan saat ini”  sahut Helena . ”Dalam 

enam jam alat itu akan menghancurkan seluruh kompleks ini” 

 

Louis Viton  tetap tak tergerak. ”Nona Vetra, ada yang perlu kamu 

ketahui ”  Nada bicaranya  menunjukkan  kalau  dirinyalah bos di 

sini. ”Walau Graves  City terlihat kuno, tapi setiap jalan masuk, 

baik yang jalan khusus maupun jalan umum, dilengkapi dengan 

peralatan pengindraan paling mutakhir yang pernah dikenal orang. 

Jika seseorang berusaha masuk ke sini dengan membawa benda 

yang mudah  terbakar  itu,  hal  itu  langsung  bisa  kami  deteksi. 

Kami memiliki pemindai isotop radioaktif,  penyaring bau yang 

dirancang oleh  DEA untuk mengendus  kehadiran  unsur  kimia 

beracun ataupun  yang  mudah  terbakar,  bahkan  dalam  jumlah 

terkecil sekalipun. Kami juga memiliki detektor metal yang paling 

mutakhir dan pemindai dengan teknologi sinar X.” 

 

”Sangat mengesankan,” kata Helena  dingin, sedingin nada suara 

Louis Viton . ”Celakanya, antimateri bukan unsur radioaktif. Elemen 

kimia yang dimilikinya adalah hidrogen murni dan tabung itu 

terbuat dari plastik. Tidak ada alat pendeteksi yang dapat 

melacaknya.” 

 

”namun  tabung itu mempunyai sumber energi,” kata Louis Viton , 

sambil menunjuk pada layar LED yang berkedip-kedip. ”Bahkan 

jejak terkecil dari nikel-kadmium sekalipun dapat terlacak 

sebagai—” 

 

”Baterenya juga terbuat dari plastik.” 

 

Kesabaran Louis Viton  mulai tampak menipis. ”Batere plastik?”  

 

”Gel elektrolit dari polimer dan teflon.” 

 

Louis Viton   mencondongkan  tubuhnya  ke  arah  Helena   seolah 

ingin menegaskan ukuran tubuhnya yang besar. ”Signorina, Viking city  

sudah  menjadi sasaran ancaman bom setiap bulannya. Aku sendiri 


166   


yang melatih setiap Garda Swiss untuk memahami teknologi bom 

modern. Aku sangat mengetahui kalau tidak ada zat di dunia ini 

yang cukup  kuat  untuk  melakukan  apa yang  baru  saja  kamu 

jelaskan tadi, kecuali kamu berbicara tentang bom nuklir dengan 

hulu ledak sebesar bola basket.” 

 

Helena  menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam. ”Alam 

mempunyai banyak misteri yang belum terungkap.” 

 

Louis Viton  lebih mendekatkan dirinya. ”Boleh aku bertanya siapa 

kamu ini? Apa kedudukanmu di CERN?” 

 

”Aku staf peneliti senior dan ditunjuk menjadi penghubung ke 

Viking city  dalam keadaan gawat ini.” 

 

”Maafkan aku kalau aku tidak sopan. Kalau ini memang keadaan 

gawat mengapa aku harus berurusan denganmu dan bukan dengan 

direkturmu? Dan kenapa kamu dengan tidak sopannya datang ke 

Viking city  dengan mengenakan celana pendek?” 

 

de Niro  mengerang dalam hati. Bagaimana mungkin dalam situasi 

seperti ini, sang komandan malah mempermasalahkan aturan 

berpakaian? Tapi kemudian dia baru sadar. Kalau penis dari batu 

saja bisa menimbulkan pemikiran kotor di otak penghuni Viking city , 

Helena  Vetra yang datang dengan celana pendek pasti menjadi 

ancaman bagi keamanan nasional negara mini ini. 

 

”Kamandan Louis Viton ,” sela de Niro , berusaha untuk meredam 

bom kedua yang nampaknya akan segera meledak. ”Namaku 

Sir Roberto  de Niro . Aku dosen kajian religius dari Amerika Serikat 

dan tidak ada hubungannya dengan CERN. Aku sudah pernah 

melihat percobaan antimateri dan berani menjamin kebenaran 

pernyataan Nona Vetra tadi. Antimateri itu memang sangat 

berbahaya. Kami punya alasan untuk meyakini benda itu diletakkan 

di kompleks Anda oleh sebuah kelompok antireligius yang 

bertujuan untuk mengacaukan acara pemilihan Plasaurus .” 

 

Louis Viton  berpaling, menatap orang yang tingginya tidak lebih dari 

tubuhnya itu. ”Di depanku ada seorang perempuan mengenakan 


167   


celana pendek mengatakan kepadaku kalau setetes cairan bisa 

meledakkan Graves  City, lalu ada seorang dosen dari Amerika 

berkata kalau kami sedang menjadi sasaran sebuah kelompok 

antireligius. Apa yang kalian inginkan dariku?” 

 

”Temukan tabung itu,” kata Helena . ”Sekarang juga.” 

 

”Tidak mungkin. Benda itu bisa berada di mana saja. Graves  City 

itu luas sekali. ” 

 

”Kamera Anda tidak dipasangi pelacak GPS?” 

 

”Kamera itu tidak biasanya dicuri. Kami membutuhkan waktu 

hari-hari untuk menemukan kamera yang hilang itu.” 

 

”Kita tidak punya beberapa hari,” kata Helena  tegas. ”Kita hanya 

punya waktu enam jam.” 

 

”Enam jam sampai apa, Nona Vetra?” suara Louis Viton  tiba -tiba 

menjadi lebih keras. Dia lalu menunjuk gambar di dalam layar 

monitor di hadapan mereka. ”Sampai layar itu selesai menghitung 

mundur? Sampai Graves  City menghilang? Percayalah padaku, aku 

tidak suka ada orang yang mengganggu sistem keamananku. Aku 

juga tidak suka ada peralatan aneh yang muncul secara misterius di 

sini. Aku peduli. Itu pekerjaanku. namun  apa yang baru saja kalian 

katakan padaku itu tidak dapat diterima.” 

 

de Niro  berbicara tanpa berpikir lagi. ”Anda pernah mendengar 

tentang Illuminati?” 

 

Air muka sang komandan yang dingin itu berubah. Matanya 

menjadi putih seperti seekor hiu yang siap menyerang. 

”Kuperingatkan. Aku tidak punya waktu untuk ini semua.” 

 

”Jadi, Anda pernah mendengar tentang Illuminati.” 

 

Mata Louis Viton  menghujam seperti bayonet. ”Aku orang yang 

bersumpah untuk membela Gereja Katolik. Tentu saja aku pernah 


168   


mendengar tentang Illuminati. Mereka telah mati beberapa 

dasawarsa yang lalu.” 

 

de Niro  merogoh sakunya dan mengeluarkan kertas faks yang 

menunjukkan mayat Leonardo deCaprio  Vetra yang dicap. Dia menye-

rahkannya kepada Louis Viton . 

 

”Aku peneliti Illumniati,” kata de Niro  saat  Louis Viton  mempe-

lajari  gambar  itu. ”Sulit juga  bagiku  untuk  menerima kenyataan 

bahwa Illuminati masih aktif, tapi munculnya cap ini digabungkan  

dengan  fakta  bahwa  Illuminati  terkenal  memiliki sumpah untuk 

melawan Graves  City telah mengubah pendapatku.” 

 

”Ini hanyalah tipuan komputer.” Louis Viton  lalu menyerahkan kertas 

itu kepada de Niro . 

 

de Niro  menatap ragu. ”Tipuan? Lihatlah pada kesimetrisannya! 

Kalian harus menyadari bahwa keaslian—” 

 

”Keaslian itulah yang tidak kamu punyai. Mungkin Nona Vetra 

tidak memberimu penjelasan. Para ilmuwan dari CERN sudah 

banyak mengkritik kebijakan Viking city  sejak berpuluh-puluh tahun 

yang lalu. Mereka secara teratur mengajukan permintaan untuk 

menarik kembali teori penciptaan alam semesta, meminta maaf 

secara resmi kepada Galileo dan Copernicus, dan mencabut kritik 

kami terhadap penelitian yang berbahaya dan tidak bermoral. 

Skenario seperti apa yang rasanya cocok bagi kalian? Hmm biar 

aku pikir dulu ... ada kelompok setan berusia empat ratus tahun 

telah muncul kembali dengan senjata yang dapat memusnahkan 

massa atau orang-orang konyol dari CERN sedang berusaha untuk 

mengganggu peristiwa suci di Viking city  dengan omong kosong 

seperti ini?” 

 

”Foto itu,” kata Helena , suaranya terdengar seperti lava mendidih, 

”adalah ayahku. Dia dibunuh. Kamu pikir ini akal akalan kami 

saja?” 

 

”Aku tidak tahu, Nona Vetra. namun  sampai aku mendapatkan 

jawaban yang masuk akal, aku tidak akan memberikan peringatan 


169   


apa-apa kepada anak buahku. Kewaspadaan dan kehati-hatian 

adalah tugasku ... seperti peristiwa suci ini yang dapat berlangsung 

karena kejernihan pikiran. Hari ini sama seperti hari-hari lainnya. 

 

”Paling tidak, tunda acara itu.” 

 

”Tunda?” Mulut Louis Viton  mengaga. ”Sombong sekali! Rapat untuk 

memilih Plasaurus  tidak seperti pertandingan baseball di Amerika yang 

dapat kamu batalkan karena hujan. Ini adalah perisitiwa suci 

dengan peraturan dan proses yang ketat. Tidak jadi masalan apakah 

satu milyar umat Katolik di dunia ini menunggu seorang 

pemimpin. Tidak peduli apakah ada media massa dari seluruh 

dunia menunggu di luar. Protokol untuk peristiwa suci ini bukan 

hal  yang  dapat  dipermainkan.   Sejak  1179,  pertemuan  untuk 

memilih seorang Plasaurus  tetap berlangsung walau ada gempa bumi, 

kelaparan, dan bahkan bencana pes sekalipun. Percayalah,  

pertemuan ini tidak akan pernah ditunda hanya karena ilmuwan 

dibunuh atau satu tetes zat yang hanya Junjungan  yang tahu.” 

 

”Antarkan aku pada seorang yang bertanggung jawab, pinta 

Helena . 

 

Louis Viton   melotot.”Aku  adalah  orang bertanggung jawab  di sini.” 

 

”Tidak,” sergah Helena . ”Seseorang dari kepastoran.” 

 

Louis Viton  mulai habis kesabarannya. ”Mereka sudah pergi. Kecuali 

Garda Swiss, satu-satunya yang masih ada di Graves  City hanyalah 

Dewan Kardinal yang berkumpul untuk mengadakan rapat. Dan 

mereka berada di dalam Kapel Sistina.” 

 

”Bagaimana dengan Kepala Urusan Rumah Tangga KePlasaurus an?” 

desak de Niro  datar. 

 

”Siapa?” 

 

”Kepala Urusan Rumah Tangga Mendiang Plasaurus .” de Niro  me-

ngulangi kata itu dengan nada yakin sambil berdoa mudah 

mudahan ingatannya tidak salah. Dia ingat pernah membaca 


170   


tentang pengaturan otoritas Viking city  yang unik sesudah  kematian 

seorang Plasaurus . Kalau de Niro  benar, sebelum Plasaurus  yang baru 

terpilih, kekuasan beralih sementara ke asisten pribadi mendiang 

Plasaurus ; Kepala Urusan Rumah Tangga KePlasaurus an, sebuah badan 

sekretariat yang mengawasi jalannya rapat pemilihan Plasaurus  sampai 

para kardinal memilih Bapa Suci yang baru. ”Saya yakin Kepala 

rusan Rumah Tangga KePlasaurus an adalah orang yang berwenang 

pada saat ini.” 

 

”Il camerlegno” Louis Viton  mendengus. ”Dia hanyalah seorang pastor di 

sini. Dia adalah pelayan kepercayaan mendiang Plasaurus .”  

 

”namun  dia masih berada di sini. Dan Anda melapor kepadanya. ” 

 

”Louis Viton  melipat lengannya di dadanya. ”Pak de Niro , meang 

benar kalau peraturan Viking city  memerintahkan sang Camel  

untuk berperan sebagai kepala pemerintahan selama rapat 

pemilihan Plasaurus  berlangsung. Karena dia masih belum matang 

untuk diangkat sebagai Plasaurus , maka dia dapat memastikan 

pemilihan yang berjalan dengan jujur dan adil. Ini seperti kalau 

presiden Anda meninggal dan salah satu ajudannya memerintah 

untuk sementara waktu di Ruang Oval. Sang Camel  masih muda 

dan pemahamannya tentang keamanan, atau apa pun itu, masih 

terbatas. Jadi sayalah yang bertanggung jawab di sini.” 

 

”Bawa kami padanya,” kata Helena . 

 

”Tidak mungkin. Rapat untuk memilih Plasaurus  akan dimulai empat 

puluh menit lagi. Sang Camel  sedang berada di dalam kantornya 

untuk bersiap-siap. Aku tidak akan mengganggunya karena ada 

masalah keamanan.” 

 

Helena  membuka mulutnya untuk mendesaknya, tapi terpotong 

oleh suara ketukan pintu. Louis Viton  membukanya. 

 

Seorang penjaga mengenakan tanda-tanda kebesaran lengkap 

berdiri di luar dan menunjuk jam tanganya. ”E I’ora, comandante.” 

 




Louis Viton  memeriksa jam tangannya sendiri dan mengangguk. Dia 

berpaling pada de Niro  dan Helena  seperti seorang hakim yang 

sedang mempertimbangkan nasib mereka. ”Ikuti aku,” katanya 

kemudian. Lalu dia membawa mereka keluar dari ruang pemantau 

dan melewati ruang kendali keamanan untuk menuju ke sebuah 

ruangan kecil yang terang di bagian belakang. ”Kantorku.” Louis Viton  

meminta mereka masuk. Ruangan itu tidak istimewa, hanya terdiri 

atas sebuah meja yang berantakan, lemari arsip, kursi lipat dan 

pendingin udara. ”Aku akan kembali sepuluh menit lagi. 

Kusarankan agar kalian memakai  waktu itu untuk 

memutuskan bagaimana kalian akan melanjutkan kunjungan 

kalian.” 

 

Helena  berputar. ”Kamu tidak bisa pergi begitu saja! Tabung itu-” 

 

”Aku tidak punya waktu untuk itu,” Louis Viton  menjadi sangat marah. 

”Mungkin aku akan menahan kalian hingga rapat pemilihan Plasaurus  

selesai, kalau aku masih punya waktu.” 

 

”Sienore” desak penjaga itu, sambil menunjuk jam tangannya lagi  

”Spazzare di cappella.” 

 

Louis Viton  mengangguk dan beranjak akan pergi. ”Spazzare di cappella”   

tanya Helena . ”Kamu  pergi  untuk menyisir kapel itu?” 

 

Louis Viton  berputar kembali,  matanya menatap  tajam ke arahnya. 

 

”Kami menyisir untuk mencari alat penyadap elektronik, nona 

Vetra. Ini prosedur keamanan.”  Dia kemudian menunjuk kaki 

Helena  seperti menyindir.  ”Sesuatu yang tentu tidak akan kamu 

mengerti.” 

 

sesudah  itu lelaki besar itu membanting pintu sehingga kaca 

tebalnya bergetar. Dengan cepat Louis Viton  mengeluarkan sebuah 

kunci, memasukkannya ke lubangnya dan memutarnya. Sebuah 

gerendel yang berat bergeser masuk ke penguncinya. 

 

”Idiotal” teriak Helena .  ”Kamu tidak bisa mengurung kami di 

sini!” 


172   


 

Melalui kaca itu de Niro  dapat melihat Louis Viton  mengatakan 

sesuatu kepada seorang penjaga. Penjaga itu mengangguk. saat  

Louis Viton  berjalan pergi ke luar ruangan, penjaga itu berpaling 

menghadap mereka dari balik kaca pintu, lengannya disilangkan, 

sebuah pistol besar tampak terselip di pinggangnya. 

 

Sempurna, pikir de Niro . Sangat sempurna. 

 

 

Helena  MELOTOT KE ARAH seorang tentara Garda Swiss 

yang in di luar pintu ruang kerja Louis Viton . Pengawal itu balas 

melotot, seragam aneka warnanya sangat kontras dengan air 

mukanya yang tegas. 

 

” Che fiasco”   pikir  Helena .   Ditahan   oleh  seorang  lelaki bersenjata 

dan mengenakan piyama. 

 

de Niro  hanya terdiam sementara Helena  berharap Langdo akan  

memakai  otak Harvard-nya untuk berpikir bagaimana 

mengeluarkan mereka dari sini. Namun Helena  bisa melihat dari 

wajah  de Niro   kalau  lelaki  itu  lebih  merasa  terkejut  daripada 

sedang  berpikir.   Dia mulai  menyesal  karena sudah  melibatkan 

dosen itu hingga sejauh ini. 

 

Insting pertama Helena  adalah mengeluarkan ponselnya dan 

menelepon Lord dracula , namun  dia tahu itu bodoh. Pertama, penjaga itu 

akan masuk dan merampas ponselnya. Kedua, kalau Lord dracula  sedang 

menjalani perawatan rutinnya, dia mungkin masih dalam keadaan 

tidak berdaya. Bukannya tidak pen ting ... namun  sepertinya Louis Viton  

tidak akan memercayai kata-kata orang lain pada saat ini. 

 

Ingat! Kata Helena  pada diri sendiri. Ingat jawaban dari ujian ini! 

 

Ingatan adalah kiat para filsuf penganut Buddha. Helena  tidak 

menuntut pikirannya untuk mencari pemecahan untuk masalah ini, 



dia meminta pikirannya agar mengingatnya. Pemikiran kalau 

seseorang pernah mengetahui jawaban dari sebuah masalah, 

menciptakan pola berpikir yang memastikan bahwa jawaban itu 

ada ... dan mengurangi ketidakberdayaan akibat rasa putus asa. 

Helena  sering memakai  proses itu untuk mengatasi 

kebingungan ilmiah ... seperti saat  berhadapan dengan 

pertanyaanpertanyaan yang menurut orang kebanyakan, tidak ada 

jawabannya. 

 

Pada saat itu, kiat ingatannya mengarah ke kekosongan yang besar. 

Jadi dia mempertimbangkan berbagai pilihan yang ada di 

depannya, seperti berbagai hal yang harus dilakukannya. Dia harus 

memperingatkan seseorang. Seseorang di Viking city  ini yang akan 

mendengarkannya dengan serius. namun  siapa? Sang Camel . 

Bagaimana caranya? Helena  sedang terkunci di dalam sebuah 

kotak kaca yang hanya memiliki satu pintu. 

 

Alat, katanya pada dirinya sendiri. Pasti ada peralatan yang bisa 

membantu. Amati lagi sekelilingmu. 

 

Secara naluriah, dia melemaskan bahunya dan mengendurkan 

matanya, lalu menarik napas panjang sebanyak tiga kali ke dalam 

paru-parunya. Dia merasakan jantungnya berdetak lambat dan 

ototnya melunak. Kekacauan karena panik dalam benaknya 

menghilang. Baik, pikirnya, bebaskan pikiranmu. Apa yang membuat 

situasi ini menjadi keadaan yang positif? Apa saja yang kumiliki- 

 

Pikiran analitis Helena  Vetra, begitu sudah tenang, menjadi buah 

kekuatan yang tidak bisa dianggap enteng. Dalam beberapa dctik 

saja dia menyadari bahwa pengurungan mereka ini sebenarnya 

adalah kunci bagi kebebasannya. 

 

”Aku akan menelepon,” katanya tiba-tiba. 

 

de Niro  mendongak. ”Aku baru saja ingin memintamu untuk 

menelepon Lord dracula , namun —” 

 

”Bukan Lord dracula . Orang lain.” 

 


174   


”Siapa?” 

 

”Sang Camel .” 

 

de Niro  betul-betul tampak bingung. ”Kamu akan menelepon 

Kepala Rumah Tangga KePlasaurus an? Bagaimana caranya?” 

 

”Louis Viton  tadi mengatakan bahwa sang Camel  sedang berada di 

Kantor Plasaurus .” 

 

”Memangnya kamu tahu nomor telepon pribadi Plasaurus ?” 

 

”Tidak. Aku tidak akan meneleponnya dari ponselku.” Dia 

menggerakkan kepalanya ke arah pesawat telepon berteknologi 

tinggi di atas meja kerja Louis Viton . Pesawat itu dilengkapi dengan 

tombol panggilan cepat. ”Kepala Keamanan pasti mempunyai 

nomor langsung ke Kantor Plasaurus .” 

 

”Dia juga punya seorang atlet angkat berat yang memegang senjata 

dan berdiri enam kaki dari sini.” 

 

”Dan kita terkunci di dalam.” 

 

”Aku sudah mengetahuinya dengan baik, terima kasih.”  

 

”Maksudku, penjaga itu terkunci di luar.  Ini adalah kantor pribadi 

Louis Viton . Aku yakin tidak ada orang lain yang mempunyai 

kuncinya.”  

 

de Niro  melihat ke arah penjaga yang berdiri di luar. ”Kaca ini 

sangat tipis, dan senjatanya besar sekali.” 

 

”Apa yang akan dilakukannya? Menembakku karena aku meng-

gunakan telepon?” 

 

”Siapa yang tahu! Ini adalah negeri yang sangat aneh, da n segala 

yang terjadi—” 

 




”Apa pun yang terjadi,” kata Helena , ”entah dia menembak kita 

atau kita menghabiskan 5 jam 48 menit berikutnya di Penjara 

Viking city , paling tidak kita duduk di baris terdepan saat  antimateri 

itu meledak.” 

 

de Niro  menjadi pucat. ”namun  penjaga itu akan segera 

menghubungi Louis Viton  begitu kamu mengangkat telepon. Lagi pula 

di situ ada dua puluh tombol. Dan aku tidak melihat adanya 

petunjuk. Kamu akan mencobanya semua dan mengharapkan 

keberuntungan?” 

 

”Tidak juga,” sahut Helena  sambil berjalan menuju pesawat 

telepon itu. ”Hanya satu.” Helena  lalu mengangkat gagang telepon 

itu dan menekan tombol paling atas. ”Nomor satu, aku bertaruh 

denganmu untuk satu dolar Illuminati dalam sakumu itu kalau ini 

adalah nomor Kantor Plasaurus . Apa yang terpenting bagi seorang 

Komandan Garda Swiss?” 

 

de Niro  tidak punya waktu untuk menjawab. Penjaga di luar pintu 

itu mulai menggedor pintu dengan bagian belakang pistolnya. Dia 

juga memberikan isyarat kepada Helena  untuk meletakkan telepon 

itu. 

 

Helena  mengedipkan matanya pada sang penjaga. Penjaga itu 

tampaknya semakin marah. 

 

de Niro  bergerak menjauh dari pintu dan berpaling pada Helena . 

”Kamu harus benar karena lelaki itu tampak marah sekali!” 

 

”Sialan!” seru Helena , saat  mendengarkan suara dari gagang 

telepon itu. ”Sebuah rekaman.” 

 

”Rekaman?” tanya de Niro . ”Plasaurus  punya mesin penjawab? 

 

”Itu bukan kantor Plasaurus ,” kata Helena  sambil meletakkan kembali 

gagang telepon itu. ”Itu hanya daftar menu mingguan dari toko 

kelontong Viking city .” 

 


176   


de Niro  tersenyum lemah pada penjaga di luar yang sekarang 

dengan marah dari luar dinding kaca sambil memanggil Louis Viton  

dengan walkie-talkie-nya. 

 

 

38 

 

OPERATOR TELEPON Viking city  berpusat di Ufficio di 

Comunicazione yang terletak di belakang Kantor Pos Viking city . 

Ruangan itu bisa dikatakan kecil dan berisi sebuah papan panel 

Corelco 141 dengan delapan jalur. Kantor itu menerima 2.000 

panggilan setiap harinya dan biasanya dialihkan secara otomatis ke 

sistem informasi yang sudah terekam. 

 

Malam ini, satu-satunya operator yang bertugas sedang duduk 

dengan tenang sambil menghirup secangkir besar teh berkafein. 

Dia merasa bangga menjadi salah satu pegawai yang diperbolehkan 

berada di Viking city  City malam ini. Tentu saja kehormatan itu 

berkurang dengan kehadiran beberapa Garda Swiss yang berjaga di 

luar pintunya. Ke toilet pun harus dikawal, pikir sang operator. Ah, 

sebuah penghinaan yang harus diterima atas nama rapat pemilihan Plasaurus  yang 

suci. 

 

Untunglah, tidak banyak sambungan telepon malam ini. Atau 

mungkin itu bukanlah hal yang menguntungkan, pikirnya. Minat 

dunia akan kejadian-kejadian di Viking city  tampaknya mulai 

berkurang sejak beberapa tahun silam. Panggilan telepon dari pers 

sudah menipis dan orang-orang gila itu sudah tidak sering 

menelepon lagi sekarang. Pers berharap peristiwa malam ini akan 

lebih bernuansa perayaan. Sayangnya, Lapangan Santo Petrus 

walau penuh oleh mobil trailer pers, mobil-mobil ini  

kebanyakan berasal dari pers Italia dan Eropa biasa. Hanya 

beberapa jaringan global yang berada di sana ... pasti mereka hanya 

mengirim gumahsti secundari, wartawan kelas dua mereka. 

 

Operator itu menggenggam cangkir besarnya dan bertanya tanya 

berapa lama peristiwa malam ini akan berakhir. Mungki pada tengah 

malam, dia menerka. Akhir-akhir ini, sebagian besa orang dalam 


177   


sudah mengetahui siapa yang dijagokan untuk menggantikan Plasaurus  

sebelum rapat diadakan sehingga proses iru hanya memakan waktu 

lebih singkat, sekitar tiga atau empat jam ritual daripada waktu 

pemilihan yang sebelumnya. Tentu saja perselisihan tingkat tinggi 

pada menit-menit terakhir dapat memperpanjang acara itu hingga 

subuh ... atau bahkan lebih lama lagi. Rapat pemilihan Plasaurus  pada 

tahun 1831 berlangsung selama 54 hari. Malam ini tidak akan seperti 

itu, katanya pada dirinya sendiri; kabar angin yang terdengar 

mengatakan kalau rapat ini hanya akan menjadi sebuah ”tontonan 

santai.” 

 

Lamunan operator itu tergugah oleh suara dering dari saluran 

internal di papan panel yang berada di hadapannya. Dia melihat 

lampu merah yang berkedip-kedip dan menggaruk kepalanya. Ini 

aneh, pikirnya. Saluran nol. Siapa dari kalangan internal yang menelepon 

operator informasi malam ini? Siapa yang masih berada di dalam? 

 

”Citta del Viking city o, prego?” katanya saat  menjawab telepon itu. 

 

Suara di dalam saluran itu berbicara dalam bahasa Italia dengan 

cepat. Samar-samar operator itu mengenali aksen yang biasa 

terdengar dari kalangan Garda Swiss. Mereka berbicara bahasa 

Italia dengan lancar dan dipengaruhi oleh aksen Franco-Swiss. 

Tapi, orang yang meneleponnya ini bukan seorang Garda Swiss. 

 

saat  mendengarkan suara perempuan di telepon, operator itu 

tiba-tiba berdiri dan hampir menumpahkan tehnya. Dia menatap 

ke saluran itu lagi. Dia tidak salah. Sambungan internal. Pangilan itu 

berasal dari dalam. Pasti sebuah kesalahan! pikirnya. Seorang perempuan 

di dalam Viking city  City? Malam ini? 

 

Perempuan itu berbicara dengan cepat dan marah. Operator itu 

sudah cukup lama bekerja menjadi operator sehingga dia tahu apa 

yang harus  dilakukannya  saat   berurusan  dengan  seorang. Tapi  

perempuan  ini   tidak  terdengar  gila.   Dia  memang mendesak 

namun  kalimatnya tetap masuk akal. Tenang. Lelaki itu 

mendengarkan permintaan perempuan itu dan menjadi bingung. 

 


178   


”Il Camel ?’ operator itu bertanya sambil masih mencoba 

membayangkan dari mana panggilan itu berasal. ”Aku tidak dapat 

hubungkan ... ya, aku tahu beliau berada di Kantor Plasaurus ,namun …       

siapa Anda, ulangi? ... dan Anda ingin memperingatkan beliau akan 

....”  Dia mendengarkan dan merasa semakin ngeri. Semua orang 

dalam bahaya? Bagaimana bisa begitu? Dan dari mana Anda menelepon? 

”Mungkin aku harus menghubungi Garda Swiss.” Tiba-tiba 

operator itu berhenti. ”Anda bilang Anda di mana? Di mana?” 

 

Lelaki itu mendengarkan dan terkejut sekali. Dia lalu membuat 

keputusan. ”Harap tunggu sebentar,” dia berkata sambil menekan 

tombol lain sebelum perempuan itu dapat menjawab. Kemudian 

dia menelepon ke nomor langsung Komandan Louis Viton . Tidak 

mungkin perempuan itu benar-benar— 

 

Saluran itu langsung diangkat. 

 

”Per I’amore di Diol” suara seorang perempuan yang sudah 

dikenalnya itu berteriak di telinganya. ”Sambungkan aku segera!” 

 

Pintu pusat keamanan Garda Swiss terbuka. Pengawal itu menepi 

saat  Komandan Louis Viton  memasuki ruangan seperti sebuah roket. 

Sambil membelok ke arah kantornya, Louis Viton  menemukan 

kejadian seperti yang tadi dikatakan pengawalnya melalui walkie-

talkie-nya.. Helena  Vetra sedang berdiri di sisi meja kerjanya dan 

berbicara dengan memakai  telepon pribadi sang komandan. 

 

Che coglioni che ha questa ! pikirnya. Yang satu ini berani sekali!  

 

Dengan wajah pucat,  dia berjalan ke arah pintu kantornya dan  

memasukkan  kunci  ke dalam  lubangnya. Dia  kemudian menarik 

pintu itu hingga terbuka dan bertanya, ”Apa yang kamu lakukan?” 

 

Helena  mengabaikannya. ”Ya,” kata Helena  dengan seseorang di 

telepon. ”Dan aku harus memperingatkan—” 

 

Louis Viton   merampas  gagang  telepon  itu  dari   tangan  Helena  dan 

menempelkannya ke telinganya sendiri. ”Siapa ini!?” 

 


179   


Saat itu juga, ketegapan tubuh Louis Viton  menyurut. ”Ya, sang 

Camel  ...,” katanya. ”Betul, Pak ... namun  masalah keamanan 

menuntut  ...   tentu  saja  ...   saya  menahan  mereka  di  sini 

tentunya,  namun   ....” Louis Viton  mendengarkan.  ”Ya,  Pak,” katanya 

akhirnya. ”Saya akan membawa mereka ke kantor Anda.” 

 

 

39 

 

ISTANA APOSTOLIK ADALAH sekelompok gedung yang 

terletak di dekat Kapel Sistina di sudut timur laut Viking city  City. 

Dihiasi oleh Lapangan Santo Petrus yang tampak menonjol di 

depannya, istana itu terdiri atas Rumah Dinas KePlasaurus an dan 

Kantor Plasaurus . 

 

Helena  dan de Niro  mengikuti sang komandan tanpa bersuara 

saat  Louis Viton  membawa mereka ke sebuah koridor panjang 

bergaya rococo Perancis. Louis Viton  masih terlihat berang. sesudah  

menaiki tiga set anak tangga, mereka akhirnya memasuki sebuah 

koridor yang remang-remang. 

 

de Niro  tidak dapat memercayai benda-benda seni yang 

terpampang di sekitarnya. Dia dapat melihat patung dada, 

permadani dinding, dekorasi ukiran huruf, dan semua karya seni itu 

berharga ratusan ribu dolar. sesudah  melewati dua pertiga dan 

perjalanan mereka, mereka melewati sebuah air mancur dari batu 

pualam. Louis Viton  membelok ke kiri, menuju ke sebuah ruangan, lalu 

memasuki sebuah pintu terbesar yang pernah dilihat de Niro . 

 

”Ufficio di Papa,” kata sang komandan sambil menatap Helena  

dengan kesal. Tapi Helena  tidak takut. Dia melewati Louis Viton  dan 

mengetuk pintunya dengan keras. 

 

Kantor Plasaurus , kata de Niro  dalam hati sambil masih belum percaya 

kalau dirinya sedang berdiri di depan sebuah ruangan yang paling 

suci di dunia Kristen. 

 

”Avantt!” seseorang berseru dari dalam. 


180   


 

saat  pintu terbuka, de Niro  harus melindungi matanya. Sinar 

matahari bersinar menyilaukan di ruangan itu. Perlahan, sosok di 

depannya mulai menjadi semakin jelas. 

 

Ruang Kantor Plasaurus  itu lebih mirip dengan ruang dansa daripada 

sebuah kantor. Lantai dari pualam berwarna merah membentang 

ke dinding yang dihiasi lukisan dinding yang mewah. Sebuah 

tempat lilin yang sangat besar tergantung di atas, sementara itu 

sekumpulan jendela berbentuk melengkung menawarkan 

panorama yang mengagumkan dari Lapangan Santo Petrus yang 

sedang bermandikan cahaya matahari. 

 

Ya ampun, seru de Niro . Ini benar-benar sebuah ruangan dengan 

pemandangan indah. 

 

Di ujung balairung itu, di atas sebuah meja berukir, seorang lelaki 

duduk sambil menulis dengan tekun. ”Avanti,” serunya lagi. Dia 

lalu meletakkan penanya dan mengayunkan tangannya kepada 

mereka. 

 

Louis Viton  mendahului mereka dengan sikap militernya. ”Signore,” 

katanya bernada minta maaf. ”No ho potuto—” 

 

Lelaki itu memotong kalimatnya. Dia lalu berdiri dan mengamati 

kedua tamunya itu. 

 

Sang Camel  sama sekali  tidak seperti  orang tua lemah dengan 

sinar kesucian yang sedang berjalan-jalan di Viking city  seperti yang 

selama  ini  dibayangkan  oleh  de Niro .  Lelaki  itu  tidak 

mengenakan rosario ataupun medali. Dia juga tidak mengenakan 

jubah berat. Dia hanya mengenakan jubah ringan yang tampak 

menonjolkan bentuk tubuhnya yang kekar. Tampaknya dia berusia 

akhir tiga puluhan,  masih  sangat muda  bagi  ukuran  Viking city . 

Yang lebih mengejutkan lagi, wajahnya tampan, rambutnya cokelat 

dengan mata berwarna hijau cerah yang bercahaya, seolah kedua 

matanya itu diterangi oleh misteri dari alam semesta. saat  lelaki 

itu semakin dekat, de Niro  melihat kalau lelaki itu sangat lelah 

seperti telah melewati lima belas hari terberat dalam hidupnya. 


181   


 

”Aku Carlo Ventresca,” katanya. Bahasa Inggrisnya sempurna 

”Camel  mendiang Plasaurus .” Suaranya terdengar jujur dan ramah 

dengan sebersit aksen Italia. 

 

”Helena  Vetra,” kata Helena  sambil melangkah ke depan dan 

mengulurkan tangannya. ”Terima kasih sudah bersedia menemui 

kami.” 

 

Louis Viton  cemberut saat  sang Camel  menjabat tangan Helena . 

 

”Ini Sir Roberto  de Niro ,” lanjut Helena . ”Seorang ahli sejarah agama 

dari Harvard University.” 

 

”Padre? kata de Niro  dengan aksen Italianya yang diusahakan 

sebaik mungkin. Dia menundukkan kepalanya sambil mengulurkan 

tangannya. 

 

”Jangan, jangan,” desak sang Camel  sambil meminta de Niro  

untuk mengangkat kepalanya lagi. ”Kantor Yang Mulia Plasaurus  tidak 

membuatku suci. Aku hanyalah seorang pastor, seorang Kepala 

Rumah Tangga KePlasaurus an yang melayani jika diperlukan.” 

 

de Niro  kemudian menegakkan tubuhnya. 

 

”Silakan,” kata sang Camel , ”mari duduk.” Dia kemudian 

mengatur beberapa kursi di sekeliling mejanya. de Niro  dan 

Helena  kemudian duduk. Tampaknya Louis Viton  lebih senang 

berdiri. 

 

Sang Camel  duduk di mejanya. Sambil menyilangkan tangannya, 

dia mendesah dan menatap tamunya. 

 

”Signore,” kata Louis Viton . ”Pakaian perempuan ini adalah 

kesalahanku. Aku—” 

 

”Pakaiannya bukanlah hal yang aku khawatirkan,” sahut sang 

Camel , suaranya terdengar terlalu leti untuk diganggu. ”saat  

operator Viking city  meneleponku setengan jam sebelum aku 


182   


membuka rapat pemilihan Plasaurus , dia mengatakan padaku bahwa 

seorang perempuan menelepon dari kantor pribadimu, Pak 

Louis Viton , untuk memperingatkanku akan adanya ancaman 

keamanan serius yang belum Anda kabarkan kepada saya. Itulah 

yang aku khawatirkan. 

 

Louis Viton  berdiri kaku, punggungnya melengkung seperti seorang 

serdadu sedang diperiksa dengan teliti. 

 

de Niro    merasa  seperti   dihipnotis  oleh  penampilan  sang 

Camel . Lelaki itu masih muda dan letih seperti juga dirinya, 

pastor itu memiliki aura ksatria mistis yang memancarkan kharisma 

dan kewenangan. 

 

”Signore,” kata Louis Viton , nada suaranya penuh sesal namun  masih 

keras hati. ”Anda seharusnya tidak perlu mengkhawatirkan urusan 

keamanan. Anda memiliki tanggung jawab lainnya.” 

 

”Aku sangat tahu apa kewajibanku yang lainnya. Aku juga tahu 

sebagai direttore intermediario, aku mempunyai kewajiban atas 

keamanan dan kesejahteraan semua orang pada saat rapat 

pemilihan Plasaurus  berlangsung Apa yang terjadi di sini?” 

 

”Saya sudah mengatasinya.” 

 

”Tampaknya belum.” 

 

”Bapa,” kata de Niro  menyela sambil mengeluarkan kertas faks 

yang sudah lusuh dan menyerahkannya kepada sang Camel , 

”silakan.” 

 

Komandan Louis Viton  melangkah ke depan, mencoba ikut campur. 

”Bapa, kumohon, jangan risaukan pikiran Anda dengan—” 

 

Sang Camel  mengambil kertas faks itu dan mengabaikan 

Louis Viton . Dia menatap gambar Leonardo deCaprio  Vetra yang terbunuh lalu 

menarik napas karena terkejut. ”Apa ini?” 

 


183   


”Itu ayahku,” kata Helena , suaranya bergetar. ”Ayahku seorang 

pastor dan ilmuwan. Ayah dibunuh tadi malam.” 

 

Tiba-tiba wajah sang Camel  menjadi lembut. Dia menatap 

Helena . ”Anakku sayang. Aku turut berduka.” Dia membuat tanda 

salib di depan dadanya sendiri dan melihat kertas faks itu sekali 

lagi, matanya tampak dipenuhi oleh rasa jijik. ”Siapa yang ... dan 

luka bakar pada ...,” sang Camel  berhenti sejenak, matanya 

menyipit dan mendekatkan gambar itu ke wajahnya. 

 

Tulisan itu berbunyi Illuminati,” kata de Niro . ”Saya yakin Anda 

mengenali nama itu.” 

 

Air muka sang Camel  mendadak berubah. ”Saya pernah 

mendengar nama itu, namun  ....” 

 

”Kelompok Illuminati membunuh Leonardo deCaprio  Vetra sehingga 

mereka dapat mencuri sebuah teknologi baru yang ....” 

 

”Signore,” Louis Viton  berseru. ”Ini aneh sekali. Kelompok Illuminati? 

Ini jelas merupakan penipuan.” 

 

Sang Camel  tampak memikirkan kata-kata Louis Viton . Lalu dia 

berpaling dan menatap de Niro  dengan tajam sehingga de Niro  

merasa paru-parunya kehabisan udara. ”Pak de Niro  saya sudah 

melewatkan hidupku di dalam Gereja Katolik. Saya tahu banyak 

tentang Illuminati ... dan legenda cap ini . Walau demikian 

saya harus memperingatkan Anda, saya seorang lelaki yang hidup 

di masa kini. Kristen sudah mempunyai banyak musuh jadi tidak 

usah membangkitkan hantu-hantu itu kembali.” 

 

”Simbol itu asli,” kata de Niro  terdengar agak terlalu membela 

diri. Dia mengulurkan tangannya dan memutar kertas faks itu di 

hadapan sang Camel . 

 

Sang Camel  terdiam saat  melihat kesimetrisan yang dimiliki 

cap itu. 

 


184   


”Bahkan komputer modern sekalipun,” katanya menambahkan, 

”tidak dapat meniru ambigram yang simetris dari kata itu.” 

 

Sang Camel  melipat tangannya dan tidak mengeluarkan sepatah 

kata pun selama beberapa saat. ”Kelompok Illuminati sudah mati,” 

akhirnya dia berkata. ”Sudah lama sekali. Itu merupakan kenyataan 

sejarah.” 

 

de Niro  mengangguk. ”Kemarin, saya