Tampilkan postingan dengan label dan brown malaikat dan setan 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dan brown malaikat dan setan 1. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Februari 2025

dan brown malaikat dan setan 1

 



FASILITAS PENELITIAN ILMU pengetahuan terbesar di 

dunia—Conseil Europeean pour la Recherche Nucleaire 

(CERN) di Swiss—baru-baru ini berhasil membuat partikel 

antimateri pertama. Antimateri sama dengan materi yang kita 

kenal, tapi tersusun dari partikel-partikel dengan muatan listrik 

yang berlawanan dengan yang terdapat di materi biasa.  

Antimateri adalah sumber energi terkuat yang pernah 

dikenal manusia. Dia bisa menghasilkan energi dengan efisiensi 

sebesar 100% (efisiensi pembelahan nuklir hanya 1,5%). 

Antimateri tidak menimbulkan polusi atau radiasi, dan setetes 

antimateri dapat menghasilkan listrik untuk New York City 

sepanjang hari.  

Tapi, ada satu kekurangannya ....  

Antimateri sangat tidak stabil. Dia akan langsung terbakar 

begitu bersenJunjungan  dengan apa saja ... bahkan dengan udara 

sekalipun. Padahal, satu gram antimateri saja mengandung 

kekuatan setara dengan 20 kiloton bom nuklir atau seukuran 

dengan bom yang dulu dijatuhkan di Hiroshima.  

Hingga kini, antimateri hanya diciptakan dalam jumlah sedikit 

(hanya beberapa atom). Tapi CERN berhasil membuat terobosan 

dengan penemuan terbarunya yang bernama Antiproton 

Decelerator—fasilitas untuk memproduksi antimateri dengan 

teknologi yang lebih maju sehingga menjanjikan kemampuan 

untuk membuat antimateri dalam jumlah yang jauh lebih besar.  

Satu pertanyaan penting muncul: Apakah zat yang sangat 

tidak stabil ini akan menyelamatkan dunia, ataukah malah

digunakan untuk menciptakan senjata paling berbahaya yang 

pernah dibuat manusia?


 

 

SEMUA REFERENSI mengenai benda-benda seni, beberapa 

makam, terowongan, dan arsitektur di Viking city  adalah betul-betul 

nyata (tepat sesuai dengan tempatnya) dan dapat disaksikan 

hingga kini. 


 

LEONARDO Louis Viton , seorang ahli fisika, mencium aViking city  

daging terbakar. Dia tahu yang terbakar itu adalah tubuhnya 

sendiri. Dengan penuh ketakutan dia menatap sosok hitam yang 

membungkuk kepadanya. “Apa maumu?” 

“La chiave,” jawabnya dengan suara parau. “Kata 

kuncinya.” 

“namun  ... aku tidak—” 

Penyusup itu menekankan benda itu lebih kuat sehingga 

benda panas itu masuk lebih dalam lagi ke dada Louis Viton . 

Terdengar suara mendesis yang keluar dari daging yang 

terpanggang. 

Louis Viton  menjerit kesakitan. “Tidak ada kata kuncinya!” Dia 

merasa dirinya sebentar lagi hampir pingsan. 

Mata orang itu melotot, “Ne avevo paum. Itu yang 

kutakutkan.” 

Louis Viton  berusaha untuk tetap sadar, namun kegelapan telah 

menyelimutinya. Satu-satunya hal yang membuatnya senang 

adalah dia tahu orang yang menyerangnya itu tidak akan 

memperoleh apa yang dicarinya. Sesaat kemudian, sosok itu 

mengeluarkan sebilah pisau dan mendekatkannya ke wajah 

Louis Viton . Pisau itu terayun dengan cermat dan menyayat seperti 

pisau bedah. 

“Demi kasih Junjungan !” jerit Louis Viton . Sayang, sudah terlambat.[] 


TINGGI DI ATAS puncak anak tangga Great Pyramid Giza, 

seorang perempuan muda tertawa dan berseru ke bawah kepada 

seorang lelaki. “Robert, cepatlah! Aku tahu aku semestinya 

menikah dengan lelaki yang lebih muda!” Senyum perempuan 

itu begitu memesona. 

Robert berjuang untuk mengimbanginya, tapi tungkai 

kakinya seperti terpaku. “Tunggu,” pintanya. “Kumohon ....” 

saat  lelaki itu berusaha mendaki, pandangannya mulai 

mengabur. Dia seperti mendengar suara-suara di telinganya. Aku 

harus menangkap perempuan itu! Tapi saat  dia mendongak 

lagi, perempuan itu telah menghilang. Di tempat di mana 

perempuan itu sebelumnya berada, berdiri seorang lelaki tua 

dengan gigi yang berwarna kecokelatan. Lelaki tua itu menatap 

ke bawah, ke arahnya, dan tersenyum penuh kesedihan. 

Kemudian dia menjerit keras penuh penderitaan sehingga 

menggema ke seluruh padang pasir. 

Robert Lonelyranger  tersentak bangun dari mimpi buruknya. 

Telepon di samping tempat tidurnya berdering. Dengan linglung 

dia mengangkatnya. 

“Halo?” 

“Aku mencari Robert Lonelyranger ,” suara seorang lelaki 

berkata. 

Lonelyranger  duduk tegak di atas tempat tidurnya dan mencoba 

menjernihkan pikirannya. “Ini Robert Lonelyranger .” Dia 

menyipitkan matanya saat  menatap jam digitalnya. Pukul 5.18 

pagi.  

“Aku harus bertemu denganmu segera.” 

“Siapa ini?” 

“Namaku Maximilian Kohler. Aku seorang ahli fisika 

partikel.” 

“Apa?” Pikiran Lonelyranger  masih kacau. “Kamu yakin saya 

Lonelyranger  yang kamu cari?” 

“Kamu dosen ikonologi religi di Harvard University. Kamu 

menulis tiga buku tentang simbologi dan—” 

“Kamu tahu jam berapa sekarang?” 

“Maafkan aku. Tapi aku mempunyai sesuatu yang harus 

kamu lihat. Aku tidak dapat membicarakannya lewat telepon.” 

Lonelyranger  mendesah maklum. Ini sudah pernah terjadi 

sebelumnya. Salah satu risiko menjadi penulis buku-buku 

tentang simbologi religi adalah telepon dari para penganut 

sebuah agama yang fanatik yang ingin agar ia membenarkan 

keyakinan mereka kalau mereka baru saja menerima pertanda 

dari Junjungan . Bulan lalu, seorang penari telanjang dari Oklahoma 

menjanjikan pelayanan seks habis-habisan kalau Lonelyranger  mau 

terbang ke rumahnya untuk memeriksa keaslian dari bentuk 

salib yang secara ajaib muncul di atas sprei tempat tidurnya. 

Kain Kafan dari Tulsa, begitu Lonelyranger  menyebutnya. 

“Bagaimana kamu mendapatkan nomor teleponku?” tanya 

Lonelyranger  mencoba bersikap sopan walau orang itu 

meneleponnya pada waktu yang sungguh tidak sopan. 

“Dari internet. Dari situs bukumu.” 

Lonelyranger  mengerutkan keningnya. Dia sangat yakin situs 

bukunya tidak mencantumkan nomor teleponnya. Lelaki itu 

pasti berbohong. 

“Aku harus bertemu denganmu,” desak orang itu. “Aku 

akan membayarmu dengan harga yang pantas.” 

Sekarang Lonelyranger  mulai kesal. “Maafkan aku, namun  aku 

betul-betul—” 

“Jika kamu segera berangkat, kamu akan tiba di sini pada—

” 

“Aku tidak mau pergi ke mana-mana! Ini jam lima pagi!” 

Lonelyranger  menutup teleponnya dan menjatuhkan dirinya lagi di 

atas tempat tidur. Dia menutup matanya dan mencoba tidur 

kembali. Tidak ada gunanya. Mimpi itu masih membayanginya. 

Dengan enggan, dia mengenakan jubah kamarnya dan turun ke 

lantai bawah. 

Robert Lonelyranger  berjalan mondar-mandir dengan 

bertelanjang kaki di rumah bergaya zaman Victoria miliknya 

yang lengang di Massachusetts dan menikmati ramuan “sulit 

tidur” kesukaannya—secangkir besar Nestles Quik panas. Sinar 

rembulan di bulan April tampak menembus masuk dari jendela 

rumahnya yang menjorok ke luar dan memberikan senJunjungan  

tersendiri pada permadani oriental yang terhampar di lantai. 

Rekan-rekan Lonelyranger  sering mengoloknya dengan mengatakan 

rumahnya lebih mirip sebuah museum antropologi daripada 

sebuah rumah. Rak bukunya dipenuhi oleh berbagai artifak 

religius dari seluruh penjuru dunia, seperti ekuaba dari Ghana, 

salib emas dari Spanyol, patung berhala dari Aegean Selatan, 

dan bahkan tenunan langka bernama boccus dari Kalimantan 

yang merupakan simbol keabadian usia muda milik seorang 

ksatria. 

saat  Lonelyranger  duduk di atas peti kuningan Maharesi-nya 

dan menikmati minuman cokelat hangat kesukaannya, kaca 

jendela yang menjorok itu memantulkan bayangan dirinya. 

Bayangan itu tampak berubah dan pucat ... seperti hantu. Hantu 

tua renta, katanya seperti mengejek dirinya sendiri dengan 

berpikir jiwa mudanya telah berlalu meninggalkannya. 

Walaupun tidak terlalu tampan menurut ukuran biasa, 

Lonelyranger  yang berusia empat puluh tahun ini memiliki apa yang 

disebut rekan kerja perempuannya sebagai daya tarik “seorang 

terpelajar”—rambut cokelat tebal yang mulai tampak beruban, 

mata biru yang tajam menyelidik, suara yang berat sekaligus 

menawan, dan senyuman menggoda milik seorang atlet kampus. 

Sebagai mantan anggota regu selam di sekolah lanjutan dan 

perguruan tinggi, Lonelyranger  masih memiliki tubuh yang gagah 

setinggi 180 sentimeter dan tetap terjaga berkat latihan renang 

yang dilakukannya setiap hari sebanyak lima puluh putaran di 

kolam renang kampus. 

Teman-teman Lonelyranger  selalu menganggapnya sebagai 

orang yang agak membingungkan—seseorang yang 

terperangkap di antara abad yang satu dengan abad yang 

lainnya. Pada akhir pekan, Lonelyranger  sering terlihat mengenakan 

jeans, duduk-duduk santai di alun-alun kampus sambil 

berdiskusi tentang grafik komputer atau sejarah agama dengan 

para mahasiswa; di lain waktu dia terlihat mengenakan jas wol 

rancangan Harris, dan rompi dari wol halus seperti yang terlihat 

dalam berbagai foto di halaman majalah seni ternama saat  

hadir dalam pembukaan museum untuk memberikan pidato. 

Walau dianggap sebagai dosen yang keras dan sangat 

disiplin, Lonelyranger  juga dipuji sebagai orang yang suka 

bergembira. Dia sangat menyukai kegiatan rekreasi sehingga 

diterima di lingkungan mahasiswanya dengan baik. Julukannya 

di kampus adalah “si Lumba-lumba” karena sifatnya yang 

ramah dan karena kemampuannya yang legendaris dalam 

menyelam dan berenang saat  bertanding dalam pertandingan 

polo air. 

saat  Lonelyranger  duduk sendirian dan menatap ke dalam 

kegelapan, kesenyapan rumahnya terusik lagi. Kali ini oleh 

suara dering mesin faksnya. Merasa terlalu lelah untuk 

diganggu, Lonelyranger  hanya berusaha untuk tertawa sendiri. 

Umat Junjungan  ini, katanya dalam hati. Sudah dua ribu tahun 

menunggu Mesiah untuk menyelamatkan mereka, masih saja 

keras kepala seperti batu. 

Dengan letih dia mengembalikan cangkir besarnya ke dapur 

dan berjalan perlahan menuju ruang kerjanya yang memiliki 

dinding yang berlapis kayu ek. Lembaran faks yang baru tiba itu 

tergeletak di atas meja. Sambil mendesah, dia memungut kertas 

itu dan mengamatinya. 

Tiba-tiba dia merasa mual. 

Gambar yang tertera pada lembaran itu adalah gambar 

sesosok mayat manusia. Mayat itu ditelanjangi, dan kepalanya 

diputar hingga sepenuhnya mengarah ke belakang. Ada luka 

bakar yang parah di dada mayat itu. Lelaki itu diberi cap ... 

hanya satu kata yang tertera di sana. Lonelyranger  mengenalinya 

dengan baik. Sangat baik. Dia menatap huruf ornamen itu 

dengan rasa tidak percaya. 

 

“Illuminati,” dia tergagap, jantungnya berdebar keras. Tidak 

mungkin .... 

Dengan gerak lambat, karena takut akan apa yang bakal dia 

lihat, Lonelyranger  memutar kertas itu sebesar 180 derajat. Lalu dia 

menatap huruf yang terbalik itu dan membacanya perlahan-

lahan. 

Dia langsung terkesiap seolah baru saja dihajar oleh truk. 

Dia hampir tidak dapat memercayai penglihatannya. Kemudian 

dia memutar kertas faks itu kembali, membaca huruf itu sekali 

lagi dalam posisi yang benar, lalu diputar balik lagi. 

“Illuminati,” bisiknya. 

Merasa sangat terguncang, Lonelyranger  jatuh terduduk di atas 

kursinya. Sesaat dia merasa sangat kebingungan. Dengan 

perlahan matanya menatap ke arah lampu merah yang berkedip 

di mesin faksnya. Siapa pun orang yang mengiriminya faks 

masih berada di sana ... menunggunya untuk berbicara. Lonelyranger  

menatap lampu mesin faksnya yang masih terus berkedip-kedip. 

Kemudian dengan gemetar, dia mengangkat gagang 

telepon. 

 

“APAKAH KAMU MEMERHATIKANKU sekarang?” suara 

seorang lelaki berkata saat  akhirnya Lonelyranger  mengangkat 

teleponnya.  

“Ya. Saya benar-benar memerhatikan Anda sekarang. Siapa 

diri Anda sesungguhnya?” “Aku sudah berusaha untuk 

mengatakannya kepadamu tadi.” Suara itu terdengar kaku 

seperti mesin. “Aku seorang ahli fisika. Aku mengelola sebuah 

fasilitas penelitian. Salah seorang staf kami dibunuh. Kamu 

sendiri sudah melihat gambar mayat itu.” 

“Bagaimana Anda dapat menemukan saya?” Lonelyranger  

hampir tidak mampu memusatkan perhatiannya. Pikirannya 

masih tertuju pada gambar yang terpampang di kertas faks. 

“Aku sudah mengatakannya padamu. Dari internet. Dari 

situs bukumu, The Art of The Illuminati.” 

Lonelyranger  mencoba mengingat-ingat. Bukunya itu 

sesungguhnya tidak begitu terkenal di lingkungan penerbitan 

konvensional, namun  ternyata cukup ngetop juga di dunia maya. 

Walau demikian, pengakuan orang yang meneleponnya ini 

sungguh tidak masuk akal. “Situs itu tidak mencantumkan 

informasi tentang alamat saya,” tan tang Lonelyranger . “Saya yakin 

akan hal itu.” 

“Staf saya di lab sangat ahli dalam menemukan informasi 

pengguna internet dari sebuah situs.” 

Lonelyranger  menjadi ragu. “Sepertinya lab Anda tahu banyak 

tentang situs.” 

“Memang harus begitu,” sahut lelaki itu ketus. “Kami yang 

menciptakannya.” 

Dari suaranya, Lonelyranger  tahu lelaki itu tidak bergurau. “Aku 

harus bertemu denganmu,” desak lelaki yang meneleponnya itu. 

“Ini bukan masalah yang dapat dibicarakan lewat telepon. 

Labku hanya satu jam penerbangan dari Boston.” 

Lonelyranger  berdiri di dalam keremangan cahaya di ruang 

kerjanya dan memeriksa lembaran faks di tangannya. Gambar 

yang sangat memengaruhinya itu bisa menjadi penemuan 

terbesar abad ini. Penelitiannya selama berpuluh-puluh tahun 

kini ditegaskan hanya oleh satu simbol saja. 

“Ini mendesak,” suara itu berkata dengan nada memaksa. 

Mata Lonelyranger  terpaku pada tanda itu. Illuminati, dia 

membacanya berulang kali. Pekerjaannya selama ini bisa 

dibilang berdasarkan pada fosil masa lalu seperti dokumen-

dokumen kuno dan kisah-kisah sejarah. Tapi gambar yang 

berada di hadapannya itu diambil pada masa kini. Lonelyranger  

merasa seperti seorang ahli paleontologi yang bertemu muka 

dengan seekor dinosaurus hidup. 

“Aku sudah mengirimkan sebuah pesawat terbang,” lelaki 

berkata lagi. “Pesawat itu akan tiba di Boston dalam waktu dua 

puluh menit.” 

Lonelyranger  merasa tegang. Satu jam penerbangan .... 

“Aku harap Anda mau memaafkan kelancangan saya,” 

lanjutnya. “Aku memerlukanmu di sini.” 

Lonelyranger  kembali menatap kertas faks di tangannya dan 

merasa sebuah mitos kuno telah diperjelas dengan gambar 

hitam-putih itu. Dampaknya mungkin saja menakutkan. 

Dia lalu menatap kosong ke luar jendela. Tanda-tanda fajar 

menyingsing mulai tampak dari pepohonan birch di halaman 

belakang rumahnya, tapi pemandangan itu tampak berbeda pagi 

ini. Dengan perasaan takut dan gembira yang campur aduk di 

dalam dirinya, Lonelyranger  tahu dia tidak punya pilihan. 

“Kamu menang,” katanya. “Katakan di mana aku dapat 

menemukan pesawatmu itu.” 

RIBUAN MIL JAUHNYA dari rumah Lonelyranger , dua orang 

lelaki bertemu. Ruangan itu gelap. Bergaya abad pertengahan. 

Berdinding batu. 

“Benvenuto,” sambut lelaki yang berwenang itu. Dia duduk 

di dalam kegelapan, jauh dari cahaya. “Kamu berhasil?” 

“Si,” kata si lelaki berkulit gelap. “Perfettamente.” Kata-

katanya terdengar sekeras dinding batu ruangan itu. 

“Dan dapat dipastikan tidak akan terlacak siapa yang 

bertanggung jawab?” 

“Tidak seorang pun.” 

“Hebat. Kamu mendapatkan apa yang kuminta?” 

Mata pembunuh itu berkilap, hitam seperti minyak. Dia 

kemudian mengeluarkan sebuah alat elektronik berat dan 

meletakkannya di atas meja. 

Lelaki yang duduk dalam kegelapan tampak senang. “Kamu 

bekerja dengan baik.” 

“Melayani persaudaraan merupakan kehormatan bagiku,” 

kata si pembunuh. 

“Bagian kedua akan segera dimulai. Beristirahatlah. Malam 

ini kita akan mengubah dunia.” 

MOBIL SAAB 900S yang dikemudikan Lonelyranger  keluar dari 

Terowongan Callahan dan muncul di sisi timur Pelabuhan 

Boston, tak jauh dari pintu masuk Bandara Logan. saat  

memeriksa tujuannya, Lonelyranger  menemukan Aviation Road. Dia 

kemudian membelok ke kiri dan melewati gedung Eastern 

Airlines. sesudah  300 yard melewati jalan masuk, terlihat sebuah 

hanggar berdiri di balik kegelapan dengan nomor “4” berukuran 

besar dicat di atas atapnya. Dia memarkir mobilnya, lalu keluar. 

Seorang lelaki berwajah bulat mengenakan setelan jas pilot 

berwarna biru muncul dari gedung itu. “Robert Lonelyranger ?” 

serunya. Suaranya terdengar ramah. Dari aksennya, Lonelyranger  

tidak dapat menerka dari mana lelaki itu berasal. 

“Benar,” kata Lonelyranger  sambil mengunci pintunya. 

“Sangat tepat waktu,” ujar lelaki itu. “Saya baru saja 

mendarat. Mari ikuti saya.” 

saat  mereka mengelilingi gedung itu, Lonelyranger  merasa 

tegang. Dia tidak terbiasa dengan telepon yang tidak jelas 

tujuannya dan pertemuan rahasia dengan orang yang belum 

dikenalnya. Karena dia tidak tahu apa yang akan dihadapinya, 

dia hanya mengenakan pakaian yang biasa dikenakan saat  

mengajar; celana panjang khaki dari bahan katun, kaus 

turtleneck, dan jas wol rancangan Harris. saat  mereka 

berjalan, Lonelyranger  memikirkan faks yang berada di dalam saku 

jasnya. Dia masih belum dapat memercayai gambar yang 

terpampang dalam kertas tersebut. 

Pilot itu tampaknya merasakan kecemasan Lonelyranger . 

“Terbang bukan masalah bagi Anda, ’kan, Pak?” 

“Sama sekali tidak,” sahut Lonelyranger . Mayat yang diberi cap, 

itu baru masalah bagiku. Kalau hanya terbang aku masih bisa 

mengatasinya. 

Lelaki itu membawa Lonelyranger  berjalan di sepanjang 

hanggar. Mereka membelok di sudut dan menuju ke landasan 

pacu pesawat terbang. 

Lonelyranger  berhenti dan menjadi kaku di atas landasan pacu. 

Dia melongo saat  menatap pesawat yang diparkir di tempat 

parkir pesawat. “Kita akan naik itu?” 

Lelaki itu tersenyum. “Suka?” 

Lonelyranger  menatap benda itu, lama. “Suka? Benda apa itu?” 

 

PESAWAT DI DEPAN mereka besar sekali. Benda itu hampir 

menyempai pesawat ulang-alik, namun  bagian atasnya dipangkas 

sehingga meninggalkan sisa yang sangat rata. Terpakir seperti 

itu, pesawat tersebut tampak seperti bongkahan kayu yang besar 

sekali. Kesan pertama Lonelyranger  adalah, dia pasti sedang 

bermimpi. Kendaraan !tu tentunya masih bisa terbang seperti 

sebuah Buick. Kedua sayapnya hampir tidak tampak, hanya 

menyerupai sirip-sirip gemuk di bagian belakang tubuh pesawat 

tersebut. Sepasang sirip belakangnya mencuat ke luar di bagian 

buritan. Bagian lain dari pesawat itu adalah lambung yang 

panjangnya sekitar 200 kaki dari depan ke belakang. Tidak ada 

jendela, hanya lambung pesawat. 

“Bobotnya 250 ribu kilogram dengan bahan bakar terisi 

penuh,” jelas si pilot dengan gaya seorang ayah yang 

membanggakan bayinya yang baru lahir. “Bahan bakarnya 

berupa hidrogen cair. Rangkanya terbuat dari titanium matriks 

dengan serat silikon karbit. Pesawat ini memiliki rasio daya 

23  

tolak/berat sebesar 20:1, tidak sebanding dengan kebanyakan 

rasio jet biasa yang hanya sebesar 7:1. Pak Direktur pasti sangat 

ingin bertemu dengan Anda. Tidak biasanya beliau 

•mengirimkan bocah besar ini.” 

“Benda ini bisa terbang?” tanya Lonelyranger . 

Pilot itu tersenyum. “Oh, tentu.” Kemudian dia membawa 

Lonelyranger  menyeberangi landasan pacu menuju pesawat tersebut. 

“Saya tahu Anda terkejut, tapi sebaiknya Anda membiasakan 

diri. Lima tahun lagi Anda akan melihat pesawat-pesawat 

semacam ini yang disebut HSCT atau High Speed Civil 

Transport. Laboratorium kamilah yang pertama kali 

memilikinya.” 

Pasti sejenis laboratorium yang tergila-gila dengan 

kecepatan, pikir Lonelyranger . 

“Ini adalah prototipe Boeing X-33,” pilot itu melanjutkan, 

“namun  masih ada belasan jenis lainnya seperti National Aero 

Space Plane, Scramjet milik Rusia, dan HOTOL milik Inggris. 

Masa depan itu berada di sini. Tidak lama lagi pesawat-pesawat 

seperti ini akan menjadi kendaraan umum. Anda boleh 

mengucapkan selamat tinggal pada jet-jet kuno.” 

Lonelyranger  memandang pesawat itu dengan hati-hati. 

“Rasanya saya lebih menyukai jet kuno saja.” 

Pilot itu memberi isyarat ke arah tangga pesawat. “Ke arah 

sini, Pak Lonelyranger . Hati-hati.” 

Beberapa menit kemudian, Lonelyranger  sudah duduk di dalam 

kabin pesawat yang kosong. Pilot itu memasangkan sabuk 

pengaman untuknya di barisan kursi depan, kemudian dia 

sendiri menghilang ke bagian depan pesawat. 

Kabin itu sendiri tampak luas seperti kabin di pesawat 

komersial biasa. Perbedaannya hanyalah, pesawat itu tidak 

punya jendela, dan hal itu membuat Lonelyranger  merasa tidak 

nyaman. Dia sudah lama dihantui oleh perasaan takut kepada 

tempat tertutup atau claustrophobia; kenangan akan kejadian di 

masa kecil yang tak pernah berhasil disingkirkannya. 

Ketidaksukaan Lonelyranger  pada ruang tertutup tidak 

membuatnya sakit, namun  hal itu selalu membuatnya frustrasi. 

Perasaan itu muncul tanpa dia sadari. Karena itulah Lonelyranger  

menghindari olah raga di dalam ruangan tertutup seperti 

racquetball atau squash. Dia juga rela mengeluarkan uang 

ekstra untuk membuat langit-langit tinggi yang sanggup 

memberikan udara lebih banyak di rumah bergaya Victoria 

miliknya, walaupun perumahan sederhana bagi para dosen 

sudah tersedia untuknya. Lonelyranger  sering menduga 

ketertarikannya di masa muda pada dunia seni muncul karena 

dia sangat menyukai ruangan luas dan terbuka yang terdapat di 

berbagai museum. 

Mesin pesawat menyala dan menderu di bawahnya sehingga 

membuat lambung pesawat bergetar. Lonelyranger  merasa sesak. Dia 

menunggu. Lonelyranger  merasakan pesawat tersebut mulai berjalan. 

Musik country mulai terdengar lirih dari bagian atas kabin 

pesawat. 

Pesawat telepon yang menempel di dinding di sisinya 

berbunyi dua kali. Lonelyranger  pun mengangkatnya. 

“Halo?” sapanya. Anda merasa nyaman, Pak Lonelyranger ?” 

tanya sang pilot. 

“Tidak juga,” jawab Lonelyranger . Santai saja. Kita akan tiba di 

sana satu jam lagi.” 

“Dan ke mana sebenarnya di sana itu?” tanya Lonelyranger  

saat  sadar dia tidak tahu ke mana tujuan mereka. 

“Jenewa,” jawab sang pilot sambil menambah daya mesin 

pesawatnya. “Laboratoriumnya berada di Jenewa.” 

25  

“Jenewa,” ulang Lonelyranger . Dia merasa agak lebih baik 

sekarang. “Di utara New York? Saya sebenarnya memiliki 

saudara di dekat Danau Seneca. Saya tidak tahu kalau Jenewa 

memiliki laboratorium fisika.” 

Pilot itu tertawa. “Bukan Jenewa New York, Pak Lonelyranger . 

Jenewa di Swiss.” 

Lonelyranger  membutuhkan waktu cukup lama untuk mencerna 

kalimat itu. “Swiss?” Lonelyranger  merasa denyut nadinya menjadi 

lebih cepat. “Saya kira tadi Anda mengatakan bahwa perjalanan 

ini hanya memakan waktu satu jam!” 

“Memang, Pak Lonelyranger .” Pilot itu terkekeh. “Pesawat ini 

memiliki kecepatan 15 mach.” 


 

DI SEBUAH JALAN yang sibuk di Eropa, si pembunuh 

menyelinap di antara kerumunan orang. Dia lelaki yang kuat, 

berkulit gelap dan perkasa. Dia juga luar biasa tangkas. Otot-

ototnya masih terasa keras karena ketegangan pertemuannya 

tadi. 

Pekerjaanku sudah berlangsung dengan baik, katanya 

dalam hati. Walau bosnya tidak pernah memperlihatkan 

wajahnya, si pembunuh sudah merasa terhormat boleh 

berhadapan langsung dengannya. Bukankah baru 15 hari sejak 

bosnya pertama kali menghubunginya? Si pembunuh itu masih 

dapat mengingat dengan jelas tiap kata dalam pembicaraan 

telepon mereka ... 

“Namaku Janus,” kata orang yang meneleponnya waktu itu. 

“Kita masih sanak saudara atau semacam itu. Kita memiliki 

musuh yang sama. Aku dengar orang bisa menyewa 

keahlianmu.” 

“Tergantung kamu mewakili siapa,” sahut si pembunuh. 

Orang yang meneleponnya itu kemudian memberitahunya. 

“Kamu sedang bercanda?” 

“Tampaknya kamu pernah mendengar nama kami,” jawab 

lelaki yang meneleponnya itu. 

 “Tentu saja. Persaudaraan itu adalah sebuah legenda.” 

“Tapi, kamu tidak percaya kalau aku mewakili organisasi 

yang asli.” 

“Semua orang tahu kalau persaudaraan itu sudah punah.” 

27  

“Itu hanya akal-akalan kami saja. Musuh yang paling 

berbahaya adalah sesuatu yang tidak ditakuti oleh seorang pun.” 

Pembunuh itu ragu-ragu. “Persaudaraan itu masih ada?” 

“Semakin tersembunyi daripada sebelumnya. Akar kami 

menyusup ke semua tempat yang kamu lihat ... bahkan ke dalam 

benteng suci milik musuh bebuyutan kami.” 

“Tidak mungkin. Mereka tidak dapat dilukai.” 

“Jangkauan kami jauh.” 

“Tidak seorang pun dapat menjangkau sejauh itu.” 

“Kamu akan segera memercayainya. Sebuah demonstrasi 

kekuatan persaudaraan yang sulit untuk dibantah telah terjadi. 

Satu tindakan pengkhianatan dan pembuktian.” 

“Apa yang kamu lakukan.” 

Orang yang meneleponnya itu mengatakannya. 

Mata si pembunuh membelalak. “Itu tugas yang tidak 

masuk akal.” 

Keesokan harinya, koran-koran di seluruh dunia 

menampilkan berita utama yang sama. Si pembunuh pun 

akhirnya memercayai keberadaan persaudaraan itu. 

Kini, lima belas hari kemudian, keyakinan pembunuh itu 

semakin kuat sehingga tidak ada keraguan lagi. Persaudaraan 

itu masih ada, pikirnya. Malam ini mereka akan menunjukkan 

kekuasaan mereka. 

saat  dia menyusuri jalan itu, mata hitamnya berkilauan 

oleh gambaran masa depannya. Salah satu dari persaudaraan 

yang paling tertutup dan paling ditakuti yang pernah ada telah 

meneleponnya untuk meminta bantuannya. Mereka sudah 

memilih dengan bijaksana, pikirnya. Reputasinya dalam 

menjaga kerahasiaan hanya bisa dikalahkan oleh reputasinya 

dalam memenuhi tenggat waktu. 

Sejauh ini, dia sudah melayani mereka dengan rasa hormat. 

Dia telah melakukan pembunuhan dan menyampaikan barang 

seperti yang dikehendaki oleh Janus. Sekarang terserah Janus 

mau ditempatkan di mana benda tersebut. 

Penempatan ... 

Si pembunuh bertanya-tanya bagaimana Janus dapat 

menangani tugas yang begitu pelik seperti itu. Lelaki itu pasti 

memiliki koneksi orang dalam. Sepertinya dominasi 

persaudaraan itu tidak terbatas. 

Janus, pikir sang pembunuh. Pasti itu hanya sebuah nama 

sandi. Dia bertanya-tanya apakah itu mengacu pada nama dewa 

Viking city wi yang memiliki dua wajah ... atau pada bulan Saturnus? 

Baginya tidak ada bedanya. Janus memiliki kekuasaan yang luar 

biasa. Dia telah membuktikannya. 

saat  pembunuh itu berjalan, dia membayangkan nenek 

moyangnya tersenyum padanya dari atas sana. Hari ini dia telah 

bertempur untuk memperjuangkan tujuan mereka. Dia 

memerangi musuh yang sama yang sudah mereka perangi 

selama berabadabad sejak sebelas abad silam ... saat  tentara 

salib musuh mereka itu pertama kali menjarah tanah mereka, 

memerkosa dan membunuh rakyatnya, menuduh mereka sebagai 

orang-orang yang tidak suci, lalu menghancurkan kuil-kuil dan 

dewa-dewa mereka. 

Nenek moyangnya telah membentuk pasukan kecil namun  

mematikan untuk melindungi diri mereka sendiri. Pasukan itu 

mulai terkenal di seluruh negeri sebagai pelindung—penghukum 

handal yang menjelajahi seluruh negeri untuk membunuhi setiap 

musuh yang mereka temukan. Mereka terkenal tidak hanya 

karena pembunuhan-pembunuhan brutal yang mereka lakukan, 

namun  juga karena mereka merayakan pembantaian itu dengan 

29  

cara mabukmabukan. Pilihan mereka adalah minuman keras 

yang sangat memabukkan yang mereka sebut hashish. 

saat  nama buruk mereka mulai tersebar, kelompok 

pembunuh itu menjadi terkenal dengan satu sebutan saja, 

hassassin, yang makna harfiahnya berarti “pengikut hassish”. 

Nama hassassin sendiri memiliki makna yang sama dengan 

kematian dalam hampir tiap bahasa di muka bumi ini. Kata itu 

masih digunakan hingga karang, bahkan dalam bahasa Inggris 

modern ... namun seperti juga keahlian mereka untuk 

membunuh, kata itu lambat laun mengalami sedikit perubahan. 

Sekarang kata itu diucapkan sebagai assassin.

 

ENAM PULUH EMPAT menit telah berlalu saat  Robert 

Lonelyranger , yang masih tidak percaya dan mabuk udara, menuruni 

tangga pesawat dan berjalan di landasan yang disinari cahaya 

matahari. Angin dingin membuat kerah jas wolnya berkibar. 

Udara terbuka membuatnya senang. Dia menyipitkan matanya 

saat  menatap lembah hijau subur yang menjulang ke puncak 

berselimut salju di sekeliling mereka. 

Aku sedang bermimpi, katanya dalam hati. Sebentar lagi 

aku akan terjaga. 

“Selamat datang di Swiss,” seru sang pilot keras untuk 

mengalahkan deru mesin pesawat X-33 yang bising dan 

berbahan bakar HEDM yang menimbulkan kabut di belakang 

mereka. 

Lonelyranger  memeriksa jam tangannya. Pukul 7:07 pagi. 

Anda baru saja melintasi enam zona waktu,” jelas sang pilot 

tanpa diminta. “Di sini pukul satu siang lebih sedikit.” 

Lonelyranger  menyesuaikan jam tangannya. 

“Bagaimana perasaan Anda?” 

Lonelyranger  mengusap perutnya. “Seperti baru saja menelan 

styrofoam.” 

Pilot itu mengangguk. “Mabuk ketinggian. Kita tadi terbang 

di ketinggian 60 ribu kaki di atas permukaan laut. Berat tubuh 

Anda 30% lebih ringan. Untunglah kita hanya terguncang-

guncang sedikit. Kalau kita pergi ke Tokyo, aku harus 

menerbangkan pesawat itu lebih tinggi lagi, beberapa ratus mil 

31  

lagi. Pada saat itulah baru Anda akan merasa perut Anda jungkir 

balik.” 

Lonelyranger  mengangguk lesu dan menganggap dirinya 

beruntung. Semuanya terasa seperti penerbangan yang biasa-

biasa saja. Kecuali percepatan yang mereka alami saat  

mengudara, gerakan pesawat itu hampir sama dengan pesawat 

lainnya—kadang-kadang mengalami sedikit turbulensi, lalu 

mengalami beberapa perubahan tekanan udara saat  mereka 

mulai menanjak, namun  tidak terasa kalau mereka sedang melesat 

di udara dengan kecepatan luar biasa sebesar 11.000 mil per 

jam. 

Sejumlah teknisi bergegas menuju landasan untuk 

mengurus pesawat X-33 itu. Sang pilot kemudian menemani 

Lonelyranger  menuju ke sebuah sedan Peugeot hi tarn yang diparkir 

di samping menara pengawas. Beberapa saat kemudian mereka 

sudah meluncur cepat menyusuri jalan aspal yang terbentang di 

atas dataran lembah. Sekelompok gedung tampak samar 

menjulang di kejauhan. Di luar mobil mereka, Lonelyranger  melihat 

padang rumput tampak kabur karena kecepatan mobil mereka. 

Lonelyranger  menatap pilot itu dengan tatapan tidak percaya 

saat  dia menaikkan kecepatan menjadi sekitar 170 kilometer 

per jam—lebih dari 100 mil per jam. Ada masalah apa antara 

orang ini dengan kecepatan? Lonelyranger  bertanya-tanya. 

“Lima kilometer lagi kita akan tiba di laboratorium,” kata si 

pilot. “Saya akan mengantar Anda ke sana dalam waktu dua 

menit.” 

Lonelyranger  berusaha mencari sabuk pengaman dengan sia-sia. 

Mengapa tidak tiga menit saja dan tiba di sana dengan 

selamat? 

Mobil itu terus melesat seperti berpacu. 

“Anda suka Reba?” tanya si pilot sambil memasukkan 

sebuah kaset ke dalam mesin pemutar kaset. 

Terdengar suara perempuan mulai menyanyi. “Itu hanya 

ketakutan akan kesendirian ...” 

Tidak ada ketakutan di sini, pikir Lonelyranger . Rekan kerjanya 

yang perempuan sering mengolok-olok dirinya dengan 

mengatakan bahwa koleksi artifaknya yang setara dengan 

koleksi museum itu tak lebih dari usahanya untuk mengisi 

rumahnya yang kosong, rumah yang menurut mereka akan 

tampak lebih cantik dengan kehadiran seorang wanita. Lonelyranger  

selalu menertawakan gurauan itu dan mengingatkan mereka 

bahwa dirinya sudah memiliki tiga cinta dalam hidupnya: 

simbologi, polo air, dan status lajang. Yang terakhir ini berarti 

kebebasan yang memungkinkan dirinya untuk bepergian keliling 

dunia, tidur selarut yang dia kehendaki, dan menikmati malam-

malam tenang di rumah sambil meneguk brandy dan membaca 

sebuah buku bagus. 

“Kompleks kami seperti sebuah kota kecil,” kata si pilot 

seperti menyadarkan Lonelyranger  dari lamunannya. “Tidak hanya 

berisi laboratorium. Kami juga memiliki beberapa toko 

swalayan, sebuah rumah sakit, bahkan sebuah gedung bioskop.” 

Lonelyranger  mengangguk tanpa ekspresi dan melihat ke luar, 

ke arah gedung-gedung yang menjulang di hadapan mereka. 

“Sebetulnya,” tambah si pilot, “kami juga memiliki mesin 

terbesar di dunia.” 

“Sungguh?” tanya Lonelyranger  sambil menyusuri pedesaan itu 

dengan matanya. 

“Anda tidak akan melihatnya dari situ, Pak.” Pilot itu 

tersenyum. “Mesin itu kami tanam enam tingkat di bawah 

tanah.” 

Lonelyranger  tidak punya waktu lama untuk bertanya. Tiba-tiba, 

pilot itu menginjak pedal remnya. Mobil tersebut berhenti 

dengan suara berdecit di luar sebuah pos penjagaan dari beton. 

Lonelyranger  membaca tulisan di depannya. SECURITE. 

ARRETEZ*. Tiba-tiba Lonelyranger  merasakan gelombang 

kepanikan karena sadar di mana dia berada sekarang. “Ya 

Junjungan ! Aku tidak membawa paspor.” 

Paspor tidak diperlukan,” kata sang pilot meyakinkannya. 

Kami memiliki hak istimewa dari pemerintah Swiss.” 

Lonelyranger  hanya terpaku saat  supirnya memberikan sebuah 

kartu identitas kepada sang penjaga. Penjaga itu kemudian 

menggesekkannya pada sebuah alat pemeriksa. Alat itu menyala 

hijau. 

“Nama penumpang?” 

“Robert Lonelyranger .” 

“Tamu siapa?” 

“Pak Direktur.” 

Penjaga itu menaikkan alisnya. Dia kemudian menoleh dan 

memeriksa kertas hasil cetakan komputer lalu 

membandingkannya dengan informasi yang ada di layar 

komputer. Dia kemudian kembali ke jendela mobil. “Nikmati 

kunjungan Anda, Pak Lonelyranger .” 

Mobil itu melesat lagi, meluncur sepanjang 200 yard, lalu 

mengitari sebuah bundaran luas yang membawa mereka di 

depan pintu masuk utama gedung itu. Sebuah gedung persegi 

bergaya ultra modern, terdiri atas kaca dan baja, menjulang di 

depan mereka. Lonelyranger  kagum pada rancangan tembus pandang 

gedung itu. Dia selalu menyukai arsitektur. 

“Katedral Kaca,” jelas pengawalnya tanpa diminta. 

                                                 

* Pos Keamanan. Berhenti. 

“Sebuah baitsuci ?” 

“Ya ampun, bukan. baitsuci  adalah satu-satunya yang tidak 

kami miliki di sini. Fisika adalah agama di sekitar sini. Anda 

bisa menyebut nama Junjungan  sebanyak yang Anda mau dengan 

sia-sia di sini,” dia tertawa. “Asal Anda tidak menjelek-jelekkan 

quark dan meson* saja.” 

Lonelyranger  duduk dengan bingung saat  supirnya 

membelokkan mobil dan menghentikannya di depan gedung 

kaca tersebut. Quark dan meson? Tidak ada pemeriksaan di 

perbatasan? Jet berkecepatan 15 mach? Siapa orang-orang ini? 

Sebuah lempengan batu granit di depan gedung menunjukkan 

jawaban untuk pertanyaan Lonelyranger : 

 

(CERN) 

Conseil Europeen pour la 

Recherche Nucleaire 

 

“Penelitian nuklir?” tanya Lonelyranger  yang tidak terlalu yakin 

dengan keakuratan terjemahannya. 

Supirnya tidak menjawabnya. Dia hanya mencondongkan 

tubuhnya ke depan dan sibuk mengatur pemutar kaset di 

mobilnya. “Ini tujuan Anda. Pak Direktur akan menemui Anda 

di pintu masuk.” 

Lonelyranger  melihat seorang lelaki yang duduk di atas kursi 

roda, keluar dari gedung. Tampaknya lelaki itu berusia awal 60-

an. Terlihat cekung, berkepala botak dan berahang keras, dia 

mengenakan jas lab putih dan sepatu dari kain yang tampak 

                                                 

* quark: elemen dasar yang dianggap muncul secara 

berpasangan; meson: kelompok partikel dasar yang membentuk 

quark dan antiquark (istilah dalam ilmu fisika)—peny. 

35  

menyembul dari bantalan kaki kursi rodanya. Bahkan dari 

kejauhan, matanya tampak kosong seperti sepasang batu kelabu. 

“Itu Pak Direktur?” tanya Lonelyranger . 

Supirnya mendongak. “Yah, aku akan seperti itu,” dia 

menoleh kepada Lonelyranger  dan tersenyum menyebalkan. “Kalau 

bicara tentang setan.” 

Dengan perasaan tidak pasti dengan apa yang akan 

dihadapinya, Lonelyranger  keluar dari mobil. 

Lelaki di atas kursi roda itu meluncur ke arah Lonelyranger  dan 

menjulurkan tangannya yang lembab.  

“Pak Lonelyranger ? Kita sudah berbicara di telepon. Namaku 

Maximilian Kohler.” 


 

DI BELAKANGNYA, Maximilian Kohler, Direktur Jenderal 

CERN, sering disebut sebagai Konig atau Sang Raja. Julukan 

yang diberikan oleh para pegawainya itu lebih disebabkan oleh 

rasa takut dibandingkan dengan kenyataan bahwa “sang raja” 

memerintah ari singgasana yang berupa kursi roda. Walau hanya 

sedikit orang yang mengenal Kohler secara pribadi, kisah 

mengenai penyebab kelumpuhannya itu telah tersebar di CERN. 

Begitu pula dengan kisah tentang penyebab sifat dinginnya dan 

sumpah setianya pada ilmu-ilmu murni. 

Meski Lonelyranger  baru beberapa saat berada di depan Kohler, 

dia sudah dapat merasa kalau sang direktur adalah orang yang 

menjaga jarak. Lonelyranger  hams berlari-lari kecil agar bisa tetap 

berada di samping kursi roda listrik yang membawa sang 

direktur meluncur tanpa suara ke arah pintu masuk utama. 

Lonelyranger  belum pernah melihat kursi roda seperti itu. Kursi roda 

itu dilengkapi dengan tempat penyimpanan peralatan elektronik 

termasuk telepon multi saluran, sistem penyeranta, layar 

komputer, bahkan sebuah kamera video yang dapat dilepas. 

Kursi roda listrik itu sepertinya menjadi pusat kendali berjalan 

Raja Kohler. 

Lonelyranger  mengikutinya melewati pintu mekanis dan 

memasuki lobi utama CERN yang sangat luas. 

Katedral Kaca, kata Lonelyranger  senang sambil melihat ke 

arah langit. 

Di atasnya, langit-langit kaca berwarna kebiruan yang 

berkilauan di bawah sinar matahari sore memberikan pantulan 

sinar dengan pola-pola geometris di udara sehingga 

menimbulkan kesan agung pada ruangan di bawahnya. 

Bayangan siku-siku terlihat seperti urat nadi dan menghiasi 

dinding keramik putih dan lantai pualam. Udara tercium bersih 

dan bebas hama. Sejumlah ilmuwan hilir mudik dengan cepat. 

Lonelyranger  mendengar bunyi langkah mereka menggema di 

ruangan kosong tersebut. 

“Ke sebelah sini, Pak Lonelyranger .” Suara Kohler terdengar 

hampir seperti suara dari komputer. Aksennya kaku dan tepat 

seperti penampilannya. Kohler terbatuk dan menyeka mulutnya 

dengan sapu tangan putih sambil menatap Lonelyranger  dengan mata 

kelabunya. “Ayo cepat.” Kursi rodanya terlihat seperti 

melompati lantai pualam itu. 

Lonelyranger  mengikutinya dan melewati ribuan koridor yang 

bercabang ke atrium utama. Setiap koridor ramai dengan 

berbagai kegiatan. Para ilmuwan yang melihat Kohler tampak 

terkejut dan memerhatikan Lonelyranger  seolah mereka bertanya-

tanya siapa gerangan tamu yang menemani pimpinan mereka. 

“Aku malu mengakui kalau saya belum pernah mendengar 

tentang CERN sebelumnya,” Lonelyranger  berusaha untuk 

membangun percakapan dengan Sang Raja. 

“Tidak heran,” sahut Kohler cepat. Jawabannya terdengar 

sangat efisien. “Sebagian besar orang Amerika memang tidak 

menganggap Eropa sebagai pemimpin dunia di bidang penelitian 

ilmiah. Mereka hanya melihat Eropa tak lebih dari sekadar 

distrik pertokoan kuno. Sebuah pemikiran yang aneh kalau 

Anda ingat dari mana Einstein, Galileo dan Newton berasal.” 

 38

Lonelyranger  tidak yakin bagaimana dia harus menjawab. Dia 

lalu menarik kertas faks itu dari dalam sakunya. “Orang dalam 

foto ini, dapatkah Anda—” 

Kohler memotong kalimat Lonelyranger  dengan mengibaskan 

tangannya. “Jangan di sini. Aku sedang membawa Anda untuk 

melihatnya.” Dia kemudian mengulurkan tangannya. “Mungkin 

sebaiknya saya saja yang menyimpannya,” katanya sambil 

mengambil kertas faks dari tangan Lonelyranger . 

Lonelyranger  menyerahkan kertas faks itu dan melanjutkan 

melangkah tanpa berkata-kata. 

Kohler membelok tajam ke kiri dan memasuki koridor lebar 

yang dihiasi oleh berbagai tanda penghargaan. Sebuah plakat 

yang sangat besar mendominasi koridor itu. saat  mereka 

melewatinya, Lonelyranger  memperlambat langkahnya untuk 

membaca ukiran di atas sebuah logam perunggu. 

 

PENGHARGAAN ARS ELECKTRONICA 

Untuk Inovasi Budaya Di Era Digital 

Diberikan kepada Tim Berners Lee dan CERN 

Atas Penemuan WORLD WIDE WEB 

 

Wah, kurang ajar, pikir Lonelyranger  saat  membaca tulisan 

tersebut. Orang ini tidak main-main. Selama ini Lonelyranger  selalu 

mengira kalau internet diciptakan oleh orang Amerika. Terlebih 

lagi, pengetahuannya tentang situs hanya terbatas pada 

penjelajahan online mengenai Louvre atau El Prado dengan 

menggunakan komputer Macintosh tuanya. 

“Internet,” kata Kohler sambil terbatuk lagi lalu menyeka 

mulutnya, “dimulai dari sini sebagai sebuah jaringan situs 

komputer internal. Teknologi ini memungkinkan para ahli dari 

berbagai divisi untuk berbagi penemuan mereka dengan rekan 

39  

kerja mereka setiap hari. Tapi tentu saja, semua orang mengira 

internet adalah teknologi dari Amerika.” 

Lonelyranger  berusaha mengikuti kecepatan kursi roda Kohler. 

“Mengapa tidak meluruskan pemahaman itu?” 

Kohler mengangkat bahunya dan nampak tidak tertarik. 

“Kekeliruan sepele untuk sebuah teknologi yang sepele. CERN 

jauh lebih hebat dibandingkan dengan koneksi komputer global. 

Ilmuwan kami menghasilkan banyak keajaiban hampir setiap 

hari.” 

Lonelyranger  menatap Kohler dengan tatapan tidak mengerti. 

“Keajaiban?” Kata “keajaiban” jelas tidak ada dalam kamus di 

fakultas ilmu pasti di Harvard. Keajaiban hanya untuk mereka 

yang belajar teologi.. 

“Anda sepertinya ragu-ragu,” kata Kohler. “Saya pikir 

Anda seorang ahli simbologi agama. Anda tidak percaya pada 

keajaiban?” 

“Sikap saya netral dengan keajaiban,” kata Lonelyranger . 

Terutama dengan keajaiban yang terjadi di lab ilmu pasti. 

“Mungkin keajaiban adalah kata yang salah. Saya hanya 

berusaha untuk menggunakan istilah dalam bahasa Anda.” 

“Bahasa saya?” Lonelyranger  tiba-tiba merasa tidak nyaman. 

“Saya tidak bermaksud untuk mengecewakan Anda, Pak, namun  

saya mempelajari simbologi agama—saya seorang akademisi 

bukan seorang pendeta.” 

Tiba-tiba Kohler memperlambat lajunya dan menoleh ke 

arah Lonelyranger . Tatapannya agak melunak. “Tentu saja. Betapa 

bodohnya saya. Orang tidak perlu mengidap kanker untuk 

memahami gejala yang dimiliki oleh penyakit itu.” 

Lonelyranger  belum pernah mendengar ada orang memberikan 

garnbaran seperti yang dikatakan oleh Kohler. 

saat  mereka berjalan di sepanjang koridor itu, Kohler 

mengangguk. “Saya kira Anda dan saya bisa saling memahami 

dengan sangat baik, Pak Lonelyranger .” 

Entah bagaimana, Lonelyranger  meragukannya. 

saat  mereka berjalan dengan terburu-buru, Lonelyranger  

merasakan adanya getaran kuat yang berasal dari atas. Suara 

bising itu menjadi semakin keras setiap kali dia melangkah, dan 

getaran tersebut seperti bergema di dinding. Sepertinya suara itu 

berasal dari ujung koridor di hadapan mereka. 

“Apa itu?” akhirnya Lonelyranger  bertanya dengan suara keras. 

Dia merasa seakan sedang mendekati sebuah gunung api yang 

sedang aktif. 

“Tabung Terjun Bebas,” jawab Kohler. Suaranya yang 

tanpa ekspresi dapat menembus kebisingan itu dengan mudah. 

sesudah  itu dia tidak menjelaskan lebih lanjut. 

Lonelyranger  juga tidak bertanya lagi. Dia letih. Selain itu 

Maximilian Kohler juga sepertinya tidak tertarik untuk 

memenangkan penghargaan sebagai tuan rumah yang ramah. 

Lonelyranger  mengingatkan dirinya sendiri untuk apa dia berada di 

sini. Demi Illuminati. Dia menduga di fasilitas yang sangat besar 

ini ada sesosok mayat ... mayat yang dicap dengan sebuah 

simbol yang membuatnya terbang sejauh 3000 mil agar dapat 

melihatnya. 

saat  mereka mendekati ujung koridor tersebut, 

kebisingan itu menjadi hampir memekakkan dan menggetarkan 

telapak kaki Lonelyranger . Mereka berbelok, dan menemukan 

ruangan di sisi kanan mereka. Empat pintu berlapis kaca tebal 

terdapat di dinding yang melengkung sehingga terlihat seperti 

jendela di kapal selam. Lonelyranger  berhenti dan melongok ke 

dalam salah satu lubang itu

Profesor Robert Lonelyranger  pernah melihat beberapa hal aneh 

dalam hidupnya, tapi ini adalah yang paling aneh. Dia 

mengejapkan matanya beberapa kali sambil bertanya-tanya 

apakah dia sedang berhalusinasi. Dia mengintip ke dalam 

sebuah ruangan bundar yang berukuran luar biasa besar. Di 

dalam ruangan itu dia melihat beberapa orang mengambang 

seolah tidak berbobot. Semuanya ada tiga orang. Salah satu dari 

mereka melambaikan tangannya dan berjungkir balik di udara. 

Ya, Junjungan , seru Lonelyranger . Aku berada di negeri para peri! 

Di lantai ruangan itu terdapat jalinan yang saling bertautan 

seperti lembaran kawat ayam yang besar sekali. Di bawah 

jalinan itu samar-samar terlihat sebuah baling-baling besar dari 

metal. 

“Tabung Terbang Bebas,” kata Kohler sambil berhenti 

menunggu Lonelyranger . “Skydiving di dalam ruangan. Bagus untuk 

menghilangkan stres. Ini adalah terowongan angin vertikal.” 

Lonelyranger  memandang dengan kagum. Salah satu dari 

orangorang yang melayang-layang itu adalah seorang 

perempuan yang sangat gemuk dan dia sekarang bergerak 

mendekati jendela. Perempuan itu melayang dengan ditopang 

hanya oleh putaran arus udara. Dia tersenyum dan memberi 

isyarat kepada Lonelyranger  dengan mengangkat ibu jarinya. 

Lonelyranger  tersenyum samar dan membalas isyarat itu sambil 

bertanya-tanya dalam hatinya, apakah perempuan itu tahu 

bahwa dia baru saja memberi simbol phalus, simbol kejantanan 

pria, padanya. 

Lonelyranger  melihat kalau perempuan gemuk itu adalah 

satusatunya orang yang mengenakan parasut kecil. Secarik 

bahan yang menggelembung di atas perempuan itu tampak 

seperti mainan. “Parasut kecil itu untuk apa?” tanya Lonelyranger  

kepada Kohler. “Saya yakin diameternya tidak lebih dari satu 

yard.” 

“Friksi,” jawab Kohler. “Mengurangi aerodinamika 

tubuhnya sehingga baling-baling di bawah itu dapat 

mengangkatnya.” Lalu dia mulai berjalan lagi. “Satu yard 

persegi parasut dapat memperlambat jatuhnya tubuh sebesar 

hampir dua puluh persen.” 

Lonelyranger  mengangguk walau masih agak bingung. 

 

Dia tidak tahu kalau malam harinya, di sebuah negara yang 

berjarak ribuan mil jauhnya, informasi seperti itu bisa 

menyelamatkan hidupnya. 

saat  KOHLER dan Lonelyranger  keluar dari bagian belakang 

kompleks utama CERN dan menyambut sinar matahari Swiss, 

Lonelyranger  merasa seperti dipulangkan ke rumah. Pemandangan 

yang baru saja dilihatnya ini seperti yang terdapat di sebuah 

kampus bergengsi di Amerika. 

Lonelyranger  melihat lereng yang menurun ke arah dataran luas 

di mana sekelompok pohon sugar maples tumbuh di lapangan 

persegi yang dibatasi oleh gedung asrama dari batu bata dan 

jalan kecil untuk pejalan kaki. Beberapa orang dengan 

penampilan serius dan membawa tumpukan buku, bergegas 

keluar masuk dari gedung itu. Seperti ingin mempertajam kesan 

bahwa ini adalah lingkungan orang yang terpelajar, dua orang 

hippies sedang main lempar-lemparan Friesbee sambil 

menikmati Simfoni Keempat karya Mahler yang suaranya 

terdengar keras dari salah satu jendela asrama. 

“Ini asrama tempat tinggal kami,” jelas Kohler sambil 

mempercepat laju kursi rodanya di atas jalan kecil yang 

membawa mereka ke arah gedung-gedung tersebut. “Kami 

mempunyai lebih dari tiga ribu ahli fisika di sini. CERN sendiri 

mempekerjakan hampir separuh dari ahli fisika partikel di 

seluruh dunia. Mereka orangorang terpandai di dunia. Mereka 

berasal dari Jerman, Jepang, Italia, Belanda, dan lain-lain. Ahli-

ahli fisika kami berasal dari lebih lima ratus universitas dan 

enam puluh bangsa.” 

Lonelyranger  kagum. “Bagaimana caranya mereka 

berkomunikasi?” 

“Dalam bahasa Inggris tentu saja. Bahasa ilmu pengetahuan 

universal.” 

Selama ini Lonelyranger  selalu mendengar bahwa 

matematikalah yang merupakan bahasa ilmu pengetahuan 

universal, tapi dia sudah terlalu letih untuk berdebat. Dengan 

patuh dia mengikuti Kohler menuruni jalan kecil itu. 

Di tengah perjalanan menuruni lereng, seorang pemuda 

berlari-lari kecil melewati mereka. Kausnya bertuliskan pesan: 

NO GUT, NO GLORY!* 

Lonelyranger  menatap punggung pemuda itu dengan bingung. 

“Gut?” 

“General Unified Theory,” jelas Kohler. 

“Oh begitu,” sahut Lonelyranger  tanpa memandang lawan 

bicaranya. Setahunya kata gut hanya berarti keberanian. “Anda 

tahu fisika partikel, Pak Lonelyranger ?” Lonelyranger  mengangkat 

bahunya. “Saya hanya tahu tentang fisika umum, seperti benda-

benda yang jatuh karena gravitasi atau semacam itulah.” 

Pengalaman Lonelyranger  dalam kegiatan loncat indah selama 

bertahun-tahun telah membuatnya terpesona dengan kekuatan 

percepatan gravitasi yang mengagumkan. “Fisika partikel adalah 

kajian tentang atom, bukan?” 

Kohler menggelengkan kepalanya. “Atom terlihat seperti 

sebuah planet kalau dibandingkan dengan apa yang kami 

tangani ini. Minat kami adalah pada inti atom yang berukuran 

1/10.000 dari ukuran atom secara keseluruhan.” Kohler batuk 

lagi dan suaranya terdengar seperti sakit. “Para ilmuwan di 

CERN berusaha mencari jawaban dari berbagai pertanyaan yang 

                                                 

* Tiada kemasyhuran tanpa keberanian—peny. 

sudah ditanyakan oleh manusia sejak awal peradaban. Dari 

mana kita berasal? Dari elemen apa kita dibuat?” 

“Dan jawaban-jawaban itu ada di dalam lab fisika?” 

“Anda sepertinya terkejut.” 

“Memang. Pertanyaan itu sepertinya lebih bersifat spritual.” 

“Pak Lonelyranger , semua pertanyaan tadi memang spiritual 

pada awalnya. Sejak awal peradaban, spiritualitas dan agama 

digunakan untuk mengisi celah-celah yang tidak dapat 

dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Terbit dan tenggelamnya 

matahari dulu pernah dihubungkan dengan dewa Helios dan 

kereta kuda berapi. Gempa bumi dan gelombang pasang 

dianggap sebagai kemarahan dewa Poseidon. Ilmu pengetahuan 

kini membuktikan bahwa dewa-dewa itu adalah sembahan 

palsu. Tidak lama lagi Junjungan  juga akan terbukti sebagai 

sembahan palsu. Kini ilmu pengetahuan telah menemukan 

jawaban untuk hampir semua pertanyaan yang bisa ditanyakan 

oleh manusia. Hanya ada beberapa pertanyaan yang masih 

belum terjawab, dan itu semua merupakan pertanyaan-

pertanyaan yang luar biasa sulit. Dari mana kita berasal? Apa 

yang kita lakukan di sini? Apa arti kehidupan dan alam 

semesta?” 

Lonelyranger  kagum. “Dan CERN berusaha untuk menjawab 

pertanyaan-pertanyaan itu?” 

“Ralat. Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang kita semua 

berusaha untuk menjawabnya.” 

Lonelyranger  terdiam saat  mereka terus berjalan ke arah 

kompleks asrama. Saat itulah sebuah Frisbee melayang ke arah 

mereka dan mendarat tepat di depan mereka. Kohler tidak 

memedulikannya dan terus berjalan. 

Terdengar suara berseru dari sisi lain lapangan, “S’il vous 

plait!” dalam bahasa Perancis. “Tolong ambilkan!” 

Lonelyranger  mencari sumber suara itu. Seorang lelaki yang 

sudah tidak muda lagi, berambut putih, dan mengenakan 

sweatshirt bertuliskan COLLEGE PARIS melambai ke arahnya. 

Lonelyranger  kemudian memungut Frisbee itu lalu dengan terampil 

melemparkannya kembali ke sana. Lelaki tua itu 

mengangkapnya dengan satu jari dan melambung-

lambungkannya beberapa kali sebelum dia melemparkannya 

kembali kepada teman bermainnya. “Merci!” serunya kepada 

Lonelyranger . “Terima kasih!” 

“Selamat,” kata Kohler saat  Lonelyranger  kembali berjalan di 

lsinya lagi. “Anda baru saja main lempar-lemparan dengan 

seorang pemenang Nobel, Georges Charpak, sang penemu 

multiwire proportional chamber.” 

Lonelyranger  mengangguk. Mungkin ini hari keberuntunganku. 

 

sesudah  TIGA MENIT berjalan, Lonelyranger  dan Kohler 

akhirnya sampai ke sebuah ruang duduk asrama yang terawat 

dengan baik di balik rerimbunan pohon aspen. Dibandingkan 

dengan asramaasrama lainnya, gedung ini tampak mewah. Di 

plakat dari batu tertulis: GEDUNG C 

Nama yang imajinatif, ejek Lonelyranger . 

Walau nama itu terdengar dingin, arsitektur Gedung C yang 

konservatif dan kokoh itu menarik perhatian Lonelyranger . Gedung 

tersebut memiliki bagian depan yang terbuat dari bata merah, 

kusen dengan hiasan yang menarik, dan dikelilingi oleh pagar 

berukir yang simetris. saat  kedua lelaki itu menaiki tangga 

batu menuju ke pintu, mereka melewati gerbang yang terbentuk 

dari dua pilar pualam. Sepertinya seseorang memasang stiker di 

salah satu tiang. Di sana tertulis: 

 

PILAR INI IONIS 


 

Grafiti yang dibuat oleh ahli ilmu fisika? kata Lonelyranger  lucu 

sambil melihat pilar tersebut dan tertawa sendiri. “Ternyata 

seorang ahli fisika yang sangat pandai sekalipun bisa membuat 

kesalahan.” 

Kohler melihatnya. “Apa maksud Anda?” 

“Siapa pun yang menuliskan catatan itu pasti tidak tahu 

kalau tulisannya salah. Pilar itu bukan pilar gaya Ionia. Pilar-

pilar Ionia selalu sama lebarnya. Yang ini ujungnya meruncing. 

Itu pilar gaya Doria. Salah kaprah seperti memang ini sering 

terjadi.” 

Kohler tidak tersenyum. “Penulisnya tidak bermaksud untuk 

bergurau, Pak Lonelyranger . Ionis artinya mengandung ion atau 

partikel-partikel yang dialiri listrik. Sebagian besar benda berisi 

ion. 

Lonelyranger  menatap pilar itu lagi dan melongo. 

 

Lonelyranger  MASIH MERASA bodoh saat  dia melangkahkan 

kakinya keluar dari lift yang membawa mereka ke lantai teratas 

Gedung r Dia mengikuti Kohler berjalan ke koridor yang 

mewah. Dekoinya luar biasa: bergaya kolonial Perancis. Dia- 

bisa melihat sebuah sofa dari kayu cherry, jambangan bunga 

dari keramik, dan ukiran kayu bermotif melingkar-lingkar. 

“Kami suka membuat para ilmuwan kami merasa nyaman,” 

jelas Kohler. 

Tidak diragukan lagi, sahut Lonelyranger  dalam hati. “Jadi, 

orang yang fotonya Anda kirimkan lewat faks ke saya pernah 

tinggal di sini? Dia salah satu dari pegawai eselon tinggi?” 

“Tenang,” kata Kohler. “Lelaki itu tidak hadir dalam rapat 

denganku pagi ini dan tidak menjawab penyerantanya. Aku 

 48

datang ke sini dan menemukannya meninggal di ruang 

tamunya.” 

Lonelyranger  tiba-tiba merinding saat  dia sadar kalau sebentar 

lagi dia akan melihat mayat. Perutnya tidak cukup kuat untuk 

menghadapinya. Ini adalah kelemahan yang baru diketahuinya 

saat dia menjadi mahasiswa jurusan seni saat  dosennya 

berkata bahwa Leonardo Da Vinci mendapatkan keahliannya 

dalam memahami bentuk tubuh manusia dengan cara menggali 

kembali mayat dari kuburan dan mengiris tubuh mayat tersebut. 

Kohler mengajak Lonelyranger  ke ujung koridor. Ada sebuah 

pintu saja di sana. “Griya tawang, seperti istilah Anda,” ujar 

Kohler sambil menyeka keringat yang muncul di dahinya. 

Lonelyranger  melihat pintu kayu ek di depan mereka. Plakat 

nama yang terdapat di sana bertuliskan: 

 

LEONARDO Louis Viton  

 

“Leonardo Louis Viton ,” kata Kohler, “akan genap berusia 58 

tahun minggu depan. Dia adalah salah satu ilmuwan terpandai 

pada masa kini. Kematiannya merupakan kehilangan besar bagi 

dunia ilmu pengetahuan.” 

Saat itu Lonelyranger  melihat luapan perasaan Kohler dari 

wajahnya yang mengeras. Namun secepat itu terlihat, secepat itu 

juga perasaan itu menghilang. Kohler merogoh sakunya dan 

mulai memilah-milah seikat besar kunci. 

Tiba-tiba Lonelyranger  merasa aneh. Gedung ini tampak sangat 

lengang. “Ke mana orang-orang yang lain?” tanyanya. Dia tidak 

melihat adanya kegiatan apa pun, padahal mereka akan 

memasuki tempat kejadian pembunuhan. 

“Penghuni lainnya sedang bekerja di lab,” jawab Kohler. 

Tangannya sudah berhasil menemukan kunci pintu tersebut. 

49  

“Maksud saya polisi,” jelas Lonelyranger . “Apakah mereka 

sudah pergi?” 

Kohler berhenti. Sesaat, kuncinya berhenti di udara. 

“Polisi?” 

Mata Lonelyranger  bertemu dengan mata sang direktur. “Polisi. 

Anda mengirimi saya selembar faks berisi sebuah gambar 

pembunuhan. Anda pasti sudah menelepon polisi.” 

“Aku belum memanggil mereka.” 

“Apa? 

Mata kelabu Kohler menajam. “Situasinya rumit, Pak 

Lonelyranger .” 

Lonelyranger  mulai dilanda rasa cemas. “namun  ... tentunya ada 

orang lain yang tahu tentang hal ini!” 

“Ya. Putri angkat Leonardo. Dia juga ahli fisika di CERN. 

Mereka berdua bekerja di lab yang sama. Mereka adalah rekan 

kerja. Nona Louis Viton  sudah pergi selama satu minggu untuk 

melakukan penelitian lapangan. Saya sudah memberitahukan 

kematian ayahnya, dan dia sedang menuju ke sini saat kita 

sedang berbicara sekarang.” 

“namun  orang ini telah dibun—” 

“Sebuah investigasi resmi,” sela Kohler dengan tegas, 

“akan dilakukan. Walau bagaimana, penyelidikan itu akan 

membuat digeledahnya lab Louis Viton , sebuah ruangan yang sangat 

pribadi bagi mereka berdua. Karenanya, kami harus menunggu 

sampai Nona Louis Viton  kembali. Aku merasa harus berusaha untuk 

sedikit merahasiakannya. Demi Nona Louis Viton .” 

Kohler akhirnya memutar kunci itu. 

saat  pintu terbuka, hembusan udara sedingin es mendesis 

dari ruangan dan menerpa wajah Lonelyranger . Dia merasa sangat 

bineung. Lonelyranger  memandang ke dalam ruangan yang terasa 

sangat asing baginya. Ruangan di depannya seperti terbenam 

 50

dalam kabut putih tebal. Kabut tidak tembus pandang itu 

berputarputar di antara perabotan ruangan tersebut. 

“Apa ini ...?” seru Lonelyranger . 

“Sistem pendingin freon,” jawab Kohler. “Saya 

membekukan flat ini untuk mengawetkan mayat itu.” 

Lonelyranger  mengancingkan jasnya untuk menahan dingin. Aku 

benar-benar berada di negeri para peri, katanya lucu. Dan aku 

lupa membawa serta sandal ajaibku. 

MAYAT YANG TERGELETAK di hadapan Lonelyranger  tampak 

mengerikan. Mendiang Leonardo Louis Viton  terbaring terlentang, 

ditelanjangi, dan kulitnya berwarna kelabu kebiruan. Tulang 

lehernya mencuat ke luar di tempat yang patah, dan kepalanya 

di putar ke belakang dengan sempurna, dan mengarah ke arah 

yang salah. Wajahnya tidak terlihat karena terpelintir mencium 

lantai. Lelaki itu terbaring di atas genangan urin bekunya, 

rambut di sekitar kemaluannya yang membeku berserabut 

karena bunga es. 

Untuk melawan perasaan mualnya, Lonelyranger  mengalihkan 

tatapannya ke arah dada korban. Walau Lonelyranger  telah melihat 

luka simetris itu lusinan kali di kertas faks yang diterimanya, 

luka bakar itu tampak sangat meyakinkan saat  melihatnya 

dengan mata kepalanya sendiri. Daging yang terkelupas dan 

terpanggang itu betul-betul menggambarkan ... simbol yang 

terbentuk dengan sempurna. 

Lonelyranger  bertanya-tanya apakah rasa dingin yang menggigit 

ini hanya berasal dari pengatur udara atau karena keheranannya 

yang luar biasa pada apa yang dilihatnya sekarang. 

Jantungnya berdebar saat  dia berjalan mengitari mayat itu 

sambil membaca tulisan yang tertera di dadanya dari arah atas 

untuk menegaskan kejeniusan simetris yang dilihatnya. 

Sekarang, simbol itu terlihat luar biasa saat  dia melihatnya 

secara langsung. 

“Pak Lonelyranger ?” 

Lonelyranger  tidak mendengarnya. Dia sedang berada di dunia 

lain ... dunianya, bagiannya. Ini adalah dunia tempat sejarah, 

mitos dan fakta saling bertabrakan, dan membanjiri benaknya. 

“Pak Lonelyranger ?” Mata Kohler menyelidik penuh harap. 

Lonelyranger  tidak mengalihkan pandangannya dari mayat itu. 

Perhatiannya sekarang semakin dalam dan sangat terfokus. “Apa 

saja yang Anda ketahui dari kata ini?” tanyanya kemudian. 

“Hanya yang sudah kubaca dari situs Anda. Kata Illuminati 

berarti ‘mereka yang tercerahkan’. Itu adalah nama sebuah 

persaudaraan kuno.” 

Lonelyranger  mengangguk. “Anda pernah mendengar nama itu 

sebelumnya?” 

“Tidak sampai aku melihatnya tercap pada tubuh Pak 

Louis Viton .” 

“Jadi Anda membuka internet untuk mencari keterangan 

tentang itu?” 

“Ya.” 

“Dan kata itu menghasilkan ratusan petunjuk tentunya.” 

“Ribuan,” kata Kohler. “Namun situs Anda berisi informasi 

dari Harvard, Oxford, sebuah penerbit yang mempunyai reputasi 

baik, dan sebuah daftar dari penerbit lain yang berhubungan. 

Sebagai seorang ilmuwan, saya tahu mutu informasi yang baik 

berasal dari sumber yang baik. Informasi Anda tampak 

meyakinkan.” 

Mata Lonelyranger  masih terpaku pada mayat itu. 

Kohler tidak berkata apa-apa lagi. Dia hanya menatap dan 

menunggu Lonelyranger  untuk memberikan keterangan mengenai 

apa yang dilihatnya sekarang. 

Lonelyranger  mendongak, dan melihat ke sekeliling ruangan 

yang membeku itu. “Mungkin kita dapat membicarakannya di 

tempat yang lebih hangat?” 

“Kamar ini baik-baik saja.” Tampaknya Kohler terbiasa 

dengan suhu rendah. “Kita berbicara di sini saja.” 

Lonelyranger  mengerutkan keningnya. Sejarah Illuminati tidak 

bisa dibilang sederhana. Aku akan mati beku saat mencoba 

menjelaskannya. Lonelyranger  lalu menatap cap itu sekali lagi, dan 

merasa bertambah kagum. 

Walaupun kisah tentang lambang Illuminati merupakan 

legenda dalam simbologi modern, belum ada ilmuwan yang 

betul-betul melihatnya. Berbagai dokumen kuno menjelaskan 

simbol itu sebagai sebuah ambigram—ambi berarti “bisa dua-

duanya” dan itu maksudnya bisa dilihat dari dua sisi. Dan 

walaupun ambigram sering terlihat di berbagai simbol seperti 

pada swastika, yin yang, bintang Yahudi, dan salib sederhana, 

pemikiran bahwa sebuah kata dapat diukir menjadi sebuah 

ambigram tampaknya sangat tidak mungkin. Para ahli simbologi 

modern sudah bertahun-tahun mencoba untuk menulis kata 

Illuminati dengan gaya simetris, namun  mereka selalu gagal. 

Umumnya para ilmuwan sekarang memutuskan bahwa simbol 

itu hanyalah sebuah mitos belaka. 

“Jadi, siapakah orang-orang Illuminati itu?” tanya Kohler 

mendesak. 

Ya, pikir Lonelyranger . Siapa mereka sebenarnya? Dia lalu 

memulai ceritanya. 

“SEJAK AWAL PERADABAN,” jelas Lonelyranger , “sebuah 

jurang dalam telah terbentuk di antara ilmu pengetahuan dan 

agama. Ilmuwan-ilmuwan yang berani bicara seperti 

Copernicus—” 

“Dibunuh,” sela Kohler. “Dibunuh oleh baitsuci  karena 

mereka menguak kebenaran ilmiah. Agama selalu menganiaya 

ilmu pengetahuan.” 

“Ya. namun  pada tahun 1500-an, sebuah kelompok di Viking city  

melawan baitsuci . Beberapa orang Italia yang sangat terpelajar, 

seperti para ahli fisika, matematika, dan ahli astronomi, diam-

diam mulai mengadakan pertemuan untuk berbagi keprihatinan 

terhadap pengajaran baitsuci  yang tidak benar. Mereka takut kalau 

monopoli baitsuci  pada ’kebenaran’ akan mengancam pencerahan 

ilmuwan di seluruh dunia. Mereka mendirikan sebuah think 

tank, lembaga pemikir pertama di dunia, dan menyebut diri 

mereka sendiri sebagai ’orang-orang yang tercerahkan.’” 

“Kelompok Illuminati itu.” 

“Ya,” sahut Lonelyranger . “Orang-orang paling pandai di Eropa 

... mengabdi untuk mencari kebenaran ilmiah.” 

Kohler terdiam. 

“Tentu saja kelompok Illuminati itu diburu dengan kejam 

oleh baitsuci  Katolik. Hanya karena mereka dapat bersembunyi 

dengan baik, mereka bisa selamat. Pemikiran mereka pun 

tersebar ke seluruh ilmuwan bawah tanah, dan persaudaraan 

Illuminati berkembang serta melibatkan seluruh ilmuwan di 

55  

seluruh Eropa. Para ilmuwan itu mengadakan pertemuan secara 

teratur di Viking city  di sebuah markas yang sangat dirahasiakan 

yang mereka sebut baitsuci  Illuminati*.” 

Kohler terbatuk dan menggerakkan tubuhnya. 

“Beberapa anggota kaum Illuminati,” lanjut Lonelyranger , 

“ingin melawan tirani baitsuci  dengan kekerasan, namun  anggota 

yang paling mereka hormati membujuk mereka untuk tidak 

melakukan itu. Dia adalah orang yang cinta damai dan seorang 

ilmuwan yang paling ternama dalam sejarah.” 

Lonelyranger  yakin Kohler tahu nama ilmuwan itu. Bahkan 

orang awam pun mengenali seorang ahli astronomi yang 

bernasib malang. Ilmuwan itu ditangkap dan hampir dihukum 

oleh baitsuci  karena meneatakan bahwa matahari, dan bukan 

bumi, adalah pusat tata surya. Walau fakta yang 

dikemukakannya itu tidak dapat disangkal, ahli astronomi 

tersebut tetap di hukum berat karena secara tidak langsung 

mengatakan bahwa Junjungan  menempatkan manusia di tempat lain 

selain di pusat semesta-Nya. 

“Namanya Galileo Galilei,” kata Lonelyranger . 

Kohler mendongak. “Galileo?” 

“Ya. Galileo adalah seorang Illuminatus. Dan dia juga 

seorang Katolik yang taat. Dia berusaha untuk memperlunak 

pemikiran baitsuci  terhadap ilmu pengetahuan dengan 

mengatakan bahwa ilmu pengetahuan tidak mengecilkan 

keberadaan Junjungan , namun  malah memperkuatnya. Dia pernah 

menulis saat  dia memerhatikan planet-planet yang berputar 

melalui teleskopnya, dia dapat mendengar suara Junjungan  dalam 

musik alam semesta. Dia meyakinkan bahwa ilmu pengetahuan 

dan agama bukanlah musuh, namun  rekanan—dua bahasa 

berbeda yang menceritakan sebuah kisah yang sama, kisah 

                                                 

* baitsuci  Pencerahan 

tentang simetri dan keseimbangan ... surga dan neraka, malam 

dan siang, panas dan dingin, Junjungan  dan setan. Ilmu pengetahuan 

dan agama keduanya bergembira bersama dalam simetri Junjungan  

... pertandingan tak pernah berakhir antara terang dan gelap.” 

Lonelyranger  berhenti sejenak lalu menghentakkan kakinya supaya 

tetap hangat. 

Kohler hanya duduk di atas kursi rodanya dan 

memerhatikan Lonelyranger . 

Celakanya,” lanjut Lonelyranger , “penggabungan ilmu 

pengetahuan dan agama tidak diinginkan baitsuci .” 

“Tentu saja tidak,” sela Kohler. “Pengabungan itu akan 

menghancurkan apa yang sudah dikatakan baitsuci  sebagai 

satusatunya kendaraan yang dapat digunakan manusia untuk 

mengerti luhan. Jadi baitsuci  mengadili Galileo sebagai orang 

yang sesat, diputus bersalah dan dijatuhi hukuman tahanan 

rumah seumur hidup. Saya paham benar sejarah ilmu 

pengetahuan, Pak Lonelyranger . namun  itu sudah terjadi berabad-

abad yang lalu. Apa hubungannya dengan Leonardo Louis Viton ?” 

Pertanyaan bagus. Lonelyranger  tidak menghiraukannya. 

“Penangkapan Galileo membuat kaum Illuminati bergejolak. 

Tapi mereka membuat kesalahan sehingga baitsuci  dapat 

mengenali empat orang anggota Illuminati. Mereka kemudian 

ditangkap dan diinterogasi. namun  keempat ilmuwan itu tidak 

mengatakan apa-apa ... walau” pun mereka disiksa.” 

“Disiksa?” 

Lonelyranger  mengangguk. “Mereka dicap hidup-hidup di dada 

mereka dengan simbol salib.” 

Mata Kohler membelalak, dia menatap mayat Louis Viton  dengan 

tatapan gelisah. 

“sesudah  itu para ilmuwan dibunuh dengan sadis, mayat 

mereka di buang di jalan-jalan di Viking city  sebagai peringatan bagi 

yang lainnya supaya tidak bergabung dengan kaum Illuminati. 

Karena serangan baitsuci  yang begitu gencar, anggota Illuminati 

yang masih tersisa akhirnya melarikan diri dari Italia.” 

Lonelyranger  berhenti sesaat. Dia memandang mata Kohler 

yang menatap tanpa ekspresi. “Kaum Illuminati bergerak di 

bawah tanah dan mulai bergabung dengan para pelarian lainnya 

yang berusaha men