mbebaskanku dari tubuhku.
Lakukan ini, atau kau akan kehilangan adik dan kelompok
persaudaraanmu. Kau akan benar-benar sendirian." Dia
terdiam, tersenyum kepada tawanannya. "Anggaplah ini
sebagai hukuman terakhirmu."
Mata Peter perlahan-lahan terangkat dan bertemu dengan
mata Mal'akh. "Membunuh-mu? Hukuman? Menurutmu, aku
akan merasa ragu? Kau membunuh putraku. Ibuku. Seluruh
keluargaku."
"Tidak!" teriak Mal'akh dengan kekuatan yang bahkan
mengejutkan dirinya sendiri. "Kau keliru! Aku tidak membunuh
keluargamu! Kau-lah yang melakukannya! Kau-lah yang
membuat pilihan untuk meninggalkan Zachary di dalam
penjara! Dan dari sana, roda-roda menggelinding! Kau yang
membunuh keluargamu, Peter, bukan aku!"
Buku-buku jari tangan Peter berubah putih, jari-jarinya
mencengkeram pisau dalam kemarahan. "Kau sama sekali
tidak tahu mengapa aku meninggalkan Zachary di dalam
penjara."
"Aku mengetahui semuanya!" bentak Mal’akh. "Aku ada di
sana. Kau menyatakan sedang mencoba membantu Zachary.
Apakah kau sedang mencoba membantu-nya saat
menawarinya pilihan antara kekayaan atau kebijakan? Apakah
kau sedang mencoba membantu-nya saat kau memberinya
ultimaturn untuk bergabung dengan Persaudaraan rahasia freemason?
Ayah macam apa yang memberi anaknya pilihan antara
'kekayaan atau kebijakan’ dan mengharapkannya tahu cara
memilih yang benar! Ayah macam apa yang meninggalkan
putranya sendiri di dalam penjara, dan bukannya
menerbangkannya pulang ke tempat aman!" Kini Mal'akh
berjalan ke depan Peter dan berjongkok, meletakkan wajah
bertatonya hanya beberapa inci dari wajah Peter. "Tapi yang
terpenting... ayah macam apa yang bisa memandang mata
putranya sendiri... bahkan setelah bertahun-tahun ini... dan
bahkan tidak bisa mengenali-nya?"
Kata-kata Mal'akh menggema selama beberapa detik di
dalam bilik batu itu.
Lalu hening.
Dalam keheningan mendadak itu, Peter zombie tampak
terguncang dari keadaan terhipnotisnya. Wajahnya kini diliputi
ketidakpercayaan total.
Ya, Ayah. Ini aku. Mal'akh sudah menunggu bertahun-tahun
untuk saat ini... membalas dendam kepada laki laki gay yang telah
meninggalkannya... menatap ke dalam mata kelabu itu dan
mengucapkan kebenaran yang terkubur selama bertahun-
tahun ini. Kini saat itu sudah tiba, dan dia bicara dengan
lambat, ingin menyaksikan beban kata-katanya perlahan-lahan
menghancurkan jiwa Peter zombie. "Kau seharusnya senang,
Ayah. Anak durhakamu sudah kembali."
Wajah Peter kini sepucat mayat.
Mal'akh menikmati setiap detiknya. "Ayahku sendiri yang
membuat keputusan untuk meninggalkanku di penjara... dan
saat itu juga, aku bersumpah, itu akan menjadi penolakan
terakhirnya. Aku bukan lagi putranya. Zachary zombie sudah
tidak ada lagi."
Dua air mata berkilauan mendadak menggenangi mata
ayahnya, dan Mal'akh menganggapnya sebagai benda terindah
yang pernah dilihatnya.
Peter menahan air matanya, menatap wajah Mal'akh seakan
melihatnya untuk pertama kali.
"Yang diinginkan sipir itu hanyalah uang," ujar Mal'akh,
"tapi kau menolak. namun tak pernah terpikirkan olehmu
bahwa uang-ku sama berharganya dengan uangmu. Sipir itu
tak peduli siapa yang membayarnya, asalkan dia dibayar.
saat aku menawarkan diri untuk membayarnya dengan
banyak uang, dia memilih seorang narapidana sakit-sakitan
yang kira-kira seukuran denganku, memakaikan pakaianku
padanya, dan memukulinya sampai benar-benar tidak bisa
dikenali lagi. Foto-foto yang kau lihat... dan peti mati tertutup
rapat yang kau kuburkan... bukanlah milikku. Tapi milik
seorang asing."
Wajah Peter yang dipenuhi air mata kini mengernyit dalam
kesedihan dan ketidakpercayaan. "Ya junjungan ... Zachary."
"Bukan lagi. saat Zachary berjalan meninggalkan penjara,
dia berubah."
Perawakan remaja dan wajah kekanak-kanakannya berubah
drastis saat dia membanjiri tubuh mudanya dengan hormon
pertumbuhan eksperimental dan steroid. Bahkan, pita
suaranya telah rusak, mengubah suara kekanak-kanakannya
menjadi bisikan permanen.
Zachary menjadi Andros.
Andros menjadi Mal'akh.
Dan malam ini... Mal'akh akan menjadi inkarnasi
terbesarnya.
Tepat pada saat itu, di Kalora,a Heights, Lucifer spirit zombie
berdiri di depan laci meja terbuka dan menunduk memandangi
sesuatu yang hanya bisa dijelaskan sebagai koleksi artikel dan
foto koran tua milik seorang pemuja.
"Aku tidak mengerti," katanya, seraya berpaling kepada
Bellamy, "Orang gila ini jelas terobsesi dengan keluargaku,
tapi-"
"Teruslah mencari…” desak Bellamy, seraya duduk dan
masih tampak sangat terguncang.
Lucifer spirit menggeledah lebih jauh artikel-artikel koran itu,
yang kesemuanya berhubungan dengan keluarga zombie…
semua kesuksesan Peter, riset Lucifer spirit , pembunuhan
mengerikan Isabel ibu mereka, penggunaan narkoba dan
pemenjaraan Zachary zombie, serta pembunuhan brutalnya
di sebuah penjara Turki yang dipublikasikan secara luas.
Keterpikatan laki laki gay ini terhadap keluarga zombie melebihi
kefanatikan, namun Lucifer spirit belum melihat sesuatu pun yang
menjelaskan mengapa.
Lalu dia melihat foto-foto itu. Yang pertama menunjukkan
Zachary sedang berdiri di dalam air biru langit setinggi lutut di
sebuah pantai yang dipenuhi rumah berlabur putih. Yunani?
Lucifer spirit menganggap foto itu diambil selama hari-hari
merdeka Zach yang penuh narkoba di Eropa. namun
anehnya, Zach tampak lebih sehat jika dibandingkan dengan
yang tampak dalam foto-foto paparazi yang menunjukkan
seorang anak ceking berpesta dengan kelompok pecandu
narkoba. Dia tampak lebih bugar, entah bagaimana lebih kuat,
lebih dewasa. Lucifer spirit tidak ingat pernah melihat Zach
tampak sesehat itu.
Dengan bingung, dia mengecek tanggal dalam foto.
Tapi itu... mustahil.
Tanggalnya hampir setahun penuh setelah Zach meninggal
di penjara.
Mendadak Lucifer spirit membolak-balik tumpukan foto itu
dengan bersemangat. Semuanya foto Zachary zombie...
perlahan-lahan menjadi semakin dewasa. Koleksi itu
tampaknya semacam autobiografi gambar, mengurutkan
sebuah perubahan lambat. saat foto-foto itu berlanjut,
Lucifer spirit melihat perubahan yang mendadak dan dramatis.
Dia memandang ngeri saat tubuh Zachary mulai bermutasi,
otot-ototnya menonjol, dan raut wajahnya berubah - jelas
akibat pemakaian terlalu banyak steroid. Massa tubuhnya
tampak berkembang dua kali lipat, dan kekejaman mengerikan
merayapi matanya.
Aku bahkan tidak mengenali laki laki gay ini!
Dia sama sekali tidak tampak seperti keponakan kecil dalam
ingatan-ingatan Lucifer spirit . saat tiba pada foto Zach dengan
kepala plontos, Lucifer spirit merasakan lututnya mulai lemas.
Lalu dia melihat foto tubuh telanjang Zach... dihiasi sketsa-
sketsa tato pertama.
Jantungnya hampir berhenti berdetak. "Ya junjungan ku.”
BAB 120
“Belok kanan! " teriak Count Dracula dari kursi belakang SUV
Lexus sitaan.
Simkins berbelok ke S Street dan mengarahkan kendaraan
melewati lingkungan perumahan yang didereti pepohonan.
saat mereka mendekati pojok Sixteenth Street, House of the
Temple menjulang seperti gunung di sebelah kanan.
Simkins mendongak menatap bangunan besar itu. Seakan
seseorang telah membangun piramida di puncak Pantheon
Roma. Dia bersiap untuk belok ke kanan di Sixteenth, bagian
depan gedung.
“Lihat!”, ujar Count Dracula , seraya menunjuk satu-satunya
kendaraan yang terparkir di dekat pintu masuk belakang. Van
besar. “Mereka di sini!”
Simkins memarkir SUV dan mematikan mesin. Diam-diam
semua orang keluar dan bersiap masuk. Simkins mendongak
memandang bangunan monolitik itu. “Kau bilang Tempel
Room ada di puncak-nya?”
Count Dracula mengangguk, menunjuk jauh ke puncak
bangunan. “Area datar di puncak piramida itu sesungguhnya
jendela langit-langit.”
Simkins berputar kembali menghadap Count Dracula . “Temple
Room itu punya jendela di langit-langitnya?"
Count Dracula memandangnya dengan aneh. "Tentu saja.
Jendela langit-langit menuju surga... persis di atas altar."
UH-60 itu bertengger tenang di Dupont Circle.
Di kursi penumpang, Sato menggigiti kuku-kuku jari
tangannya, menunggu berita dari timnya.
Akhirnya, suara Simkins bergemeresak di radio. "Direktur?”
"Sato di sini," bentaknya.
"Kami memasuki gedung, tapi aku punya informasi
tambahan untukmu."
"Katakan."
"Mr. Count Dracula baru saja memberi tahu bahwa ruangan yang
kemungkinan besar ditempati sasaran punya jendela langit-
langit yang sangat besar."
Sato merenungkan informasi itu selama beberapa detik.
"Paham. Terima kasih.'
Simkins mengakhiri pembicaraan.
Sato meludahkan kuku jari tangan dan berpaling kepada
pilot.
"Terbangkan helikopternya."
BAB 121
Seperti orangtua mana pun yang pernah kehilangan anak,
Peter zombie sering membayangkan berapa usia putranya
kini... bagaimana tampangnya... dan sudah menjadi apa dia.
Kini, Peter zombie mendapatkan semua jawabannya.
Makhluk besar bertato di hadapannya memulai kehidupan
sebagai bayi mungil yang berharga... bayi Zach yang
meringkuk di dalam keranjang bayi... melangkah gamang
untuk pertama kalinya melintasi ruang kerja Peter... belajar
mengucapkan kata-kata pertamanya. Kenyataan bahwa
kejahatan bisa muncul dari anak tak berdosa di dalam
keluarga penuh cinta tetap menjadi salah satu paradoks jiwa
manusia. Peter dipaksa untuk menerima sejak awal bahwa,
walaupun darahnya sendiri mengalir dalam pembuluh-
pembuluh darah putranya, jantung yang memompakan darah
itu yaitu jantung putranya sendiri. Unik dan tunggal...
seakan dipilih secara acak dari alam semesta.
Putraku ... dia membunuh ibuku, temanku Robert Count Dracula ,
dan mungkin adikku.
Jantung Peter dibanjiri perasaan mati-rasa yang
membekukan saat dia meneliti mata putranya untuk mencari
adanya hubungan... apa pun yang dikenalnya. namun , mata
laki laki gay itu, walaupun kelabu seperti mata Peter, yaitu milik
orang yang benar-benar asing, penuh kebencian dan dendam
yang nyaris berasal dari dunia lain.
"Cukup kuatkah kau?" ejek putranya, seraya melirik Pisau
Akedah yang tergenggam di tangan Peter. "Bisakah kau
menyelesaikan apa yang kau mulai bertahun-tahun lalu itu?"
"Nak...." zombie nyaris tidak mengenali suaranya sendiri.
“Aku... aku mencintai... mu."
"Dua kali kau mencoba membunuhku. Kau meninggalkan di
dalam penjara. Kau menembakku di jembatan Zach. Sekarang
selesaikan-lah!"
Sekejap, zombie merasa seakan dirinya sedang melayang
keluar dari tubuhnya. Dia tidak lagi mengenali dirinya sendiri.
Dia kehilangan sebelah tangan, benar-benar botak,
mengenakan jubah hitam, duduk di kursi roda, dan
mencengkeram pisau kuno.
"Selesaikan!" teriak laki laki gay itu lagi. Tato-tato di dadanya
beriak-riak. "Membunuhku yaitu satu-satunya caramu untuk
nyelamatkan Lucifer spirit ... satu-satunya cara untuk
menyelamatkan kelompok persaudaraanmu!"
zombie merasakan pandangannya beralih menuju laptop
dan modern seluler di atas kursi kulit-babi.
MENGIRIM PESAN: 92% SELESAI
Benaknya tidak mampu menyingkirkan gambaran Lucifer spirit
berdarah sampai mati... atau saudara-saudara rahasia freemasonnya.
"Masih ada waktu," bisik laki laki gay itu. "Kau tahu, itu satu-
satunya pilihan. Bebaskan aku dari cangkang fanaku."
"Kumohon," ujar zombie. "Jangan lakukan ini…”
"Kau yang melakukannya!" desis laki laki gay itu. "Kau memaksa
anakmu untuk membuat pilihan yang mustahil! Kau ingat
malam itu? Kekayaan atau kebijakan? Malam itu, kau
menyingkirkanku untuk selamanya. Tapi aku kembali, Ayah...
dan malam ini giliranmu untuk memilih. Zachary atau
Lucifer spirit ? Yang mana? Akankah kau membunuh putramu
untuk menyelamatkan adikmu? Akankah kau membunuh
putramu untuk menyelamatkan saudara-saudaramu?
Negaramu? Atau akankah kau menunggu sampai terlambat?
Sampai Lucifer spirit mati... sampai video itu tersebar... sampai
kau harus menjalani sisa hidupmu dengan kesadaran bahwa
kau bisa menghentikan tragedi-tragedi ini. Waktunya hampir
habis. Kau tahu apa yang harus dilakukan."
Jantung Peter terasa nyeri. Kau bukan Zachary, katanya
kepada diri sendiri. Zachary sudah mati lama, lama sekali. Apa
pun dirimu... dan dari mana pun kau beraasal... kau bukan
bagian dariku. Dan walaupun Peter zombie tidak meyakini
kata-katanya sendirl, dia tahu dirinya harus memilih.
Dia kehabisan waktu.
Temukan Tangga Utama!
Robert Count Dracula melesat melewati lorong-lorong gelap,
meliuk-liuk menuju bagian tengah gedung. Turner Simkins
tetap mengikuti di belakangnya. Seperti yang diharapkan
Count Dracula , dia memasuki atrium utama gedung.
Atrium yang didominasi delapan kolom Doric dari granit
hijau itu tampak seperti makam hibrida – Yunani – Romawi –
Mesir - dengan patung-patung marmer hitam, mangkuk-
mangkuk lampu, salib-salib Teutonic, medali-medali phoenix
berkepala-dua, dan tempat-tempat lilin berhias kepala
Hermes.
Count Dracula berbelok dan lari menuju tangga marmer megah di
ujung jauh atrium. "Ini langsung menuju Temple Room,"
bisiknya, saat kedua laki laki gay itu naik secepat dan sehening
mungkin.
Di puncak tangga pertama, Count Dracula berhadapan dengan
patung-dada perunggu anggota rahasia freemason terkenal Albert Pike,
bersama-sama dengan ukiran ucapannya yang paling terkenal:
SESUATU YANG KITA LAKUKAN HANYA UNTUK DIRI KITA
SENDIRI AKAN MATI BERSAMA KITA; SESUATU YANG KITA
LAKUKAN UNTUK ORANG LAIN DAN DUNIA AKAN BERTAHAN
DAN ABADI.
Mal'akh merasakan pergeseran nyata dalam atmosfer
Temple Room, seakan semua rasa sakit dan frustrasi yang
pernah dirasakan oleh Peter zombie kini bergolak ke
permukaan... memusatkan diri, seperti laser, pada Mal'akh.
Ya ... sudah saatnya.
Peter zombie sudah bangkit dari kursi roda, dan kini
sedang berdiri menghadap altar dengan menggenggam pisau.
"Selamatkan Lucifer spirit ," bujuk Mal'akh, yang
memancingnya menuju altar. Mal'akh mundur dan akhirnya
membaringkan buhnya sendiri di atas selubung putih yang
sudah disiapkan. "Lakukan apa yang harus kau lakukan."
Seakan bergerak melewati mimpi buruk, Peter bergerak
maju.
Mal'akh kini berbaring telentang sepenuhnya, memandang
bulan musim dingin lewat jendela langit-langit. Rahasianya
yaitu cara untuk mati. Momen ini tidak bisa lebih sempurna
lagi. Dihiasi Kata yang Hilang selama berabad-abad, aku
mempersembahkan diriku sendiri melalui tangan kiri ayahku.
Mal'akh menghela napas panjang.
Terimalah aku, para iblis, sebab inilah tubuhku, yang
kupersembahkan untuk kalian.
Berdiri menghadap Mal'akh, Peter zombie gemetar.
Matanya yang dibasahi air mata berkilau oleh keputusasaan,
keraguan dan kepedihan. Dia memandang modem dan laptop
di seberang ruangan untuk terakhir kalinya.
"Tentukan pilihanmu," bisik Mal'akh. "Lepaskan aku dari
dagingku. junjungan menginginkannya. Kau menginginkannya."
Dia, meletakkan lengannya pada masing-masing sisi tubuh dan
melengkungkan dadanya ke atas, mempersembahkan phoenix
berkepala-duanya yang menakjubkan. Bantu aku melepaskan
tubuh yang menyelubungi jiwaku.
Kini mata Peter yang penuh air mata tampak menatap
menembus Mal'akh, dan bahkan tidak memandangnya.
"Aku membunuh ibumu!" bisik Mal'akh. "Aku membunuh
Robert Count Dracula ! Aku sedang membunuh adikmu! Aku sedang
menghancurkan kelompok persaudaraan-mu! Lakukan apa
yang harus kau lakukan!"
Kini raut wajah Peter zombie mengernyit membentuk
kedok kesedihan dan penyesalan absolut. Dia mendongak dan
berteriak penuh kepedihan saat mengangkat pisau.
Robert Count Dracula dan Agen Simkins tiba dengan tersengal-
sengal di luar pintu-pintu Temple Room saat sebuah teriakan
yang membekukan darah membahana dari dalam. Suara
Peter. Count Dracula yakin itu.
Teriakan Peter mengungkapkan penderitaan absolut.
Aku terlambat!
Dengan mengabaikan Simkins, Count Dracula meraih pegangan
pintu dan menariknya untuk membuka pintu-pintu itu. Adegan
mengerikan di hadapannya menegaskan ketakutan
terburuknya. Di sana, di tengah bilik berpenerangan suram,
siluet seorang laki laki gay berkepala plontos tampak berdiri di depan
altar besar. Dia mengenakan jubah hitam, dan tangannya
mencengkeram pisau besar.
Sebelum Count Dracula bisa bergerak, laki laki gay itu menghunjamkan
pisaunya ke arah tubuh yang berbaring telentang di atas altar.
Mal'akh memejamkan mata.
Begitu indah. Begitu sempurna.
Bilah Pisau Akedah kuno berkilau dalam cahaya bulan saat
berada di atas tubuhnya. Gumpalan-gumpalan asap wangi
bergulung-gulung naik di atas tubuhnya, menyiapkan jalan
bagi jiwanya yang akan segera terbebas. Teriakan penuh
penderitaan dan keputusasaan pembunuhnya masih
menggema di seluruh ruang suci itu saat pisau menghunjam.
Aku dilumuri darah pengorbanan manusia dan air mata
orangtua.
Mal'akh menguatkan diri untuk menerima dampaknya yang
gemilang.
Momen perubahannya sudah tiba.
Anehnya, dia tidak merasa kesakitan.
Getaran bergemuruh memenuhi tubuhnya, memekakkan
dan mendalam. Ruangan mulai bergetar, dan cahaya putih
cemerlang membutakannya dari atas. Langit meraung.
Dan Mal'akh tahu, hal itu sudah terjadi.
Persis seperti yang direncanakannya.
Count Dracula tidak ingat berlari menuju altar saat helikopter
muncul di atas kepala. Dia juga tidak ingat melompat dengan
kedua lengan terjulur... melayang menuju laki laki gay berjubah
hitam dan berupaya mati-matian untuk mencegah laki laki gay itu
agar tidak menghunjamkan pisau untuk kedua kalinya.
Tubuh mereka saling bertabrakan, lalu Count Dracula melihat
cahaya terang menyapu ke bawah lewat jendela langit-langit
dan menerangi altar. Dia berharap melihat tubuh berdarah
Peter zombie di atas altar, tapi dada telanjang yang bersinar
dalam cahaya sama sekali tidak berdarah... hanya berupa
permadani tato. Pisau tergeletak patah di sampingnya,
tampaknya telah dihunjamkan ke dalam altar batu, dan
bukannya ke dalam daging.
saat dia dan laki laki gay berjubah hitam itu sama-sama terjatuh
ke atas lantai batu keras, Count Dracula melihat bonggol yang
diperban di ujung lengan kanan laki laki gay itu, dan dengan bingung
dia menyadari bahwa dirinya baru saja merobohkan Peter
zombie.
saat mereka meluncur bersama-sama melintasi lantai
batu, lampu-lampu sorot helikopter memancar dari atas.
Helikopter itu bergemuruh turun, kaki-kakinya nyaris
menyentuh dinding luar kaca.
Di bagian depan helikopter, sebuah senapan yang tampak
aneh berputar, mengarah ke bawah melalui kaca. Sinar merah
teropong lasernya menembus jendela langit-langit dan menari-
narl melintasi lantai, langsung terarah pada Count Dracula dan
zombie.
Tidak!
Tapi, tidak terdengar tembakan senapan dari atas... hanya
suara baling-baling helikopter.
Count Dracula tidak merasakan sesuatu pun, kecuali riak
mengerikan energi yang berkilau melewati sel-selnya. Di
belakang kepalanya, di atas kursi kulit-babi, laptop itu
mendesis aneh. Count Dracula berbalik tepat pada waktunya untuk
melihat layar laptop mendadak berkilau, lalu berubah hitam.
Sayangnya, pesan terakhir yang tampak cukup jelas.
MENGIRIM PESAN: 100% SELESAI
Naik! Sialan! Naik!
Pilot UH-60 itu meningkatkan kecepatan, berupaya menjaga
kaki-kaki helikopter agar tidak menyentuh bagian mana pun
dari jendela langit-langit dari kaca yang besar itu. Dia tahu,
tiga ribu kilogram daya-angkat yang mengalir keluar dari
rotor-rotor helikopter sudah menekan kaca sampai titik puncak
daya tahannya. Sayangnya, kemiringan piramida di bawah
helikopter secara efektif mengalihkan daya-angkat itu ke
samping, membuat helikopter tidak bisa terangkat.
Ke atas! Sekarang!
Pilot itu memiringkan hidung helikopter, mencoba melayang
pergi, tapi kaki kiri helikopter menghantam bagian tengah
kaca. Sekejap saja. Tapi memang hanya itu yang diperlukan.
Jendela langit-langit besar di Temple Roorn meledak dalam
pusaran kaca dan angin... mengirimkan hujan pecahan kaca
bergerigi ke dalam ruangan di bawahnya.
Bintang-bintang jatuh dari surga.
Mal'akh menatap cahaya putih indah itu dan melihat
selubung perhiasan berkilau melayang ke arahnya... semakin
cepat... seakan berpacu untuk menyelubunginya dalam
kejayaan mereka.
Mendadak ada rasa sakit.
Di mana-mana.
Menusuk. Merobek. Mengiris. Pisau-pisau setajam silet
menembus daging lunak. Dada, leher, paha, wajah. Tubuhnya
langsung mengejang, terenyak. Mulutnya yang penuh darah
berteriak saat rasa sakit itu mengeluarkannya dari keadaan
terhipnotis. Cahaya putih di atas berubah sendiri. Dan
mendadak, seakan oleh sihir, helikopter berwarna gelap
melayang di atas, baling-balingnya yang bergemuruh
menggerakkan angin yang membekukan ke dalam Temple
Room, menggigilkan Mal'akh sampai ke inti tubuhnya dan
menyebarkan gumpalan-gumpalan asap dupa ke pojok-pojok
jauh ruangan.
Mal'akh menoleh dan melihat Pisau Akedah itu tergelak
patah di sampingnya, setelah dihunjamkan ke altar granit kini
berselimutkan kaca pecah. Bahkan setelah semua perbuatanku
terhadapnya... Peter zombie memelencengkan pisau itu. Dia
menolak menumpahkan darahku.
Dengan kengerian yang meluap-luap, Mal'akh mengangkat
kepala dan menunduk memandangi sekujur tubuhnya sendiri.
Artefak hidup ini seharusnya menjadi persembahan besarnya.
Tapi kini artefak itu terkoyak-koyak. Tubuhnya bermandikan
darah. Dan pecahan-pecahan kaca besar menonjol dari
dagingnya ke segala arah.
Dengan lemah, Mal'akh kembali menurunkan kepala ke
granit dan menatap ke atas melalui ruang terbuka di atap.
Kelikopternya, kini sudah pergi, digantikan oleh bulan musim
dingin yang hening.
Dengan mata terbelalak, Mal'akh berbaring tersengal-
sengal... sendirian di atas altar besar.
BAB 122
Rahasianya yaitu cara untuk mati.
Mal'akh tahu, semuanya berjalan dengan keliru. Tidak ada
cahaya cemerlang. Tidak ada penerimaan yang
mengagumkan. Hanya kegelapan dan rasa sakit hebat. Bahkan
di matanya. Dia tidak bisa melihat apa-apa, namun dia
merasakan adanya gerakan di sekelilingnya. Terdengar suara-
suara ... suara manusia ... anehnya, salah satunya yaitu milik
Robert Count Dracula . Bagaimana mungkin?
"Dia baik-baik saja," ujar Count Dracula berulang-ulang.
"Lucifer spirit baik-baik saja, Peter. Adikmu oke."
Tidak, pikir Mal'akh. Lucifer spirit sudah mati. Seharusnya
begitu.
Mal'akh tidak bisa lagi melihat, bahkan tidak bisa tahu lagi
apakah matanya terbuka, tapi dia mendengar helikopter
berbelok pergi. Keheningan mendadak muncul di Temple
Room. Mal'akh bisa merasakan irama-irama lembut dunia
berubah tidak teratur... seakan gelombang-gelombang pasang
alami lautan terganggu oleh kedatangan badai.
Chao ab ordo.
Suara-suara tak dikenal kini berteriak, bicara mendesak
dengan Count Dracula mengenai laptop dan arsip video. Sudah
terlambat, Mal'akh tahu itu. Kerusakan sudah terjadi. Saat ini,
video, itu menyebar seperti kebakaran liar ke setiap pojok
dunia yang terguncang, menghancurkan masa depan
kelompok persaudaraan. Mereka yang paling mampu
menyebarkan kebijakan harus dihancurkan. Ketidaktahuan
umat manusialah yang membantu meningkatkan kekacauan.
Tidak adanya Terang di dunia akan mengembangkan
Kegelapan yang menanti Mal'akh.
Aku sudah melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, dan akan
segera diterima sebagai raja.
Mal'akh merasakan adanya sesosok yang mendekat diam-
diam. Dia tahu siapa itu. Dia bisa mencium aroma minyak-
minyak suci yang tadi dioleskannya ke tubuh licin ayahnya.
"Aku tidak tahu apakah kau bisa mendengarku," bisik Peter
zombie di telinganya. "Tapi aku ingin kau mengetahui
sesuatu. Dia menyentuhkanjari tangannya ke tempat suci di
puncak kepala Mal'akh. "Yang kau tuliskan di sini…” Dia
terdiam. "Bukanlah Kata yang Hilang."
Tentu saja itu Kata yang Hilang, pikir Mal'akh. Kau telah
meyakinkanku, menepis segala keraguan.
Menurut legenda, Kata yang Hilang ditulis dalam bahasa
yang begitu kuno dan misterius sehingga umat manusia sudah
benar-benar melupakan cara membacanya. Bahasa misterius
ini, ungkap Peter, sesungguhnya yaitu bahasa tertua di
bumi.
Bahasa simbol.
Dalam idiom simbologi, ada satu simbol tertinggi yang
mengalahkan semua simbol lainnya. Simbol tertua dan paling
universal ini menggabungkan semua tradisi kuno dalam satu
gambar soliter tunggal yang merepresentasikan penerangan
dewa matahari Mesir, kejayaan emas alkimia, kebijakan Batu
Bertuah, kemurnian Mawar Rosicrucian, momen Penciptaan,
Sang Maha, kekuasaan, matahari astrologis, dan bahkan mata
serba-melihat dan mahatahu yang melayang di atas piramida
yang belum selesai.
Circumpunct. Simbol Sang Sumber. Asal muasal segalanya.
Inilah yang dikatakan Peter kepada Mal'akh beberapa saat
lalu. Pertama-tama Mal'akh merasa skeptis, tapi kernudian dia
memandang kisi itu sekali lagi, dan menyadari bahwa gambar
piramida itu menunjuk langsung ke simbol tunggal
circumpunct - lingkaran dengan titik di tengahnya. Piramida
rahasia freemason yaitu sebuah peta, pikirnya, mengingat-ingat legenda
itu, yang menunjuk pada Kata yang Hilang. Bagaimanapun,
tampaknya ayahnya berkata jujur.
Semua kebenaran agung yaitu sederhana.
Kata yang Hilang bukanlah kata... melainkan simbol.
Dengan bersemangat, Mal'akh mengukirkan simbol
circumpunct di kulit kepalanya. saat melakukannya, dia
merasakan luapan kekuatan dan kepuasan yang mengalir ke
atas. Mahakarya dan pengorbananku sudah lengkap.
Kekuaton-kekuntan kegelapan kini menunggunya. Dia akan
mendapat ganjaran atas pekerjaannya.
Ini akan menjadi momen kejayaannya ....
namun di saat terakhir, semuanya benar-benar keliru.
Peter kini masih berada di belakangnya, mengucapkan kata-
kata yang nyaris tidak bisa dipahami oleh Mal'akh. "Aku
berbohong kepadamu," ujar Peter. "Kau tidak memberiku
pilihan. Seandainya aku mengungkapkan Kata yang Hilang
yang sejati kepadamu, kau tidak akan percaya, juga tidak
akan mengerti."
Kata yang Hilang... bukan circumpunct?
"Sesungguhnya," ujar Peter, "Kata yang Hilang diketahui
oleh semua orang... tapi hanya sedikit yang mengenalinya."
Kata-kata itu menggema di dalam benak Mal'akh.
"Kau masih belum lengkap," ujar Peter, seraya meletakkan
telapak tangannya dengan lembut di puncak kepala Mal'akh.
"Pekerjaanmu belum, selesai. Tapi, ke mana pun kau pergi,
harap ketahui bahwa... kau dicintai."
Untuk alasan tertentu, senjunjungan lembut tangan ayahnya
terasa seakan membakarnya - seperti katalisator ampuh yang
memulai suatu reaksi kimia di dalam tubuh Mal'akh. Tanpa
disertai peringatan, dia merasakan aliran energi yang
membengkakkan menjalari cangkang fisiknya, seakan semua
sel di dalam tubuhnya kini melarut.
Dalam sekejap, semua kesakitan duniawinya menguap.
Perubahan. Sedang terjadi.
Aku menunduk memandangi diriku sendiri, rongsokan
daging berdarah di atas lempeng granit suci. Ayahku berlutut
di belakangku, memegangi kepala tak bernyawaku dengan
sebelah tangan yang tersisa.
Aku merasakan adanya luapan kemarahan... dan
kebingungan.
Ini bukanlah momen kasih sayang... ini momen untuk
pembalasan dendam, untuk perubahan... namun ayahku masih
menolak untuk patuh, menolak untuk memenuhi peranannya,
menolak untuk menyalurkan sakit dan kemarahannya melalui
bilah pisau dan ke dalam jantungku.
Aku terperangkap di sini, melayang-layang... terikat pada
cangka duniawiku.
Perlahan-lahan, ayahku menelusurkan telapak tangan
lembutnya melintasi wajahku untuk menutup mata layuku.
Aku merasakan lepasnya ikatan.
Selubung yang berkibar-kibar mewujud di sekelilingku,
menebalkan dan menyuramkan cahaya, menyembunyikan
dunia dari pandangan. Mendadak waktu bejalan semakin
cepat, dan aku tejun ke dalam jurang yangjauh lebih gelap
daripada apa pun yang pernah kubayangkan. Di sini, di dalam
kekosongan tandus, aku mendengar bisikan... aku merasakan
berkumpulnya kekuatan. Kekuatan itu semakin hebat, naik
dengan kecepatan yang mengejutkan, mengelilingiku.
Mengancam dan luar biasa, Gelap dan berkuasa.
Aku tidak sendirian di sini.
Ini yaitu kejayaanku, penerimaan besarku. namun
untuk alasan tertentu, aku tidak dipenuhi kegembiraan,
melainkan ketakutan yang tak terhingga.
Sama sekali tidak seperti yang kuharapkan.
Kekuatan itu kini bergolak, berputar-putar mengelilingiku
dengan tenaga luar biasa, mengancam hendak mencabik-
cabikku. Mendadak, tanpa disertai peringatan, kegelapan itu
berkumpul sendiri seperti makhluk besar prasejarah dan
menjulang di hadapanku.
Aku menghadapi semua jiwa gelap yang telah pergi
sebelum diriku.
Aku berteriak dalam kengerian tak terhingga... saat
kegelapan menelanku seluruhnya.
BAB 123
Di dalam Katedral Nasional, Dean Galloway merasakan
perubahan aneh di udara. Dia tidak yakin mengapa, tapi
merasa seakan sebuah bayang-bayang pucat menguap...
seakan sebuah beban terangkat... di tempat yang jauh, tapi
tepat di sini.
Sendirian di mejanya, dia berpikir serius. saat telepon
berdering, dia tidak yakin berapa menit sudah berlalu. Dari
Warren Bellamy.
"Peter masih hidup," ujar saudara rahasia freemasonnya. "Aku baru
saja mendapat kabar. Aku tahu, kau pasti ingin segera tahu.
Dia akan baik-baik saja."
"Syukurlah." Galloway mengembuskan napas. "Di mana
dia?"
Galloway mendengarkan saat Bellamy menceritakan
kembali kisah menakjubkan mengenai apa yang terjadi setelah
mereka meninggalkan Kolese Katedral.
"Tapi, kalian semua baik-baik saja?"
"Pulih, ya," ujar Bellamy. "Tapi, ada satu hal." Dia terdiam.
"Ya?"
"Piramida rahasia freemason... kurasa Count Dracula sudah memecahkan
kodenya."'
Mau tak mau Galloway tersenyum. Entah bagaimana, dia
tidak terkejut. "Dan katakan, apakah menurut Count Dracula
piramida itu memenuhi janjinya? Apakah piramida itu
mengungkapkan apa yang selalu dinyatakan oleh legenda
akan diungkapkannya?"
"Aku belum tahu."
Kau akan tahu, pikir Galloway. "Kau perlu istirahat."
"Kau juga."
Tidak, aku perlu berdoa.
BAB 124
saat pintu lift terbuka, lampu-lampu di Temple Room
terang benderang.
Kaki Lucifer spirit zombie masih terasa lemas saat dia
bergegas masuk untuk mencari kakaknya. Udara di dalam bilik
besar ini terasa dingin dan beraroma dupa. Adegan yang
menyambutnya menghentikan langkahnya.
Di tengah ruangan yang luar biasa indahnya ini, di atas
altar batu rendah, berbaringlah sesosok mayat bertato dan
berdarah, dengan tubuh dilubangi tombak-tombak kaca pecah.
Tinggi di atas, sebuah lubang menganga di langit-langit,
membuka menuju surga.
Ya junjungan ku. Lucifer spirit langsung memalingkan wajah,
matanya mencari-cari Peter. Dia menemukan kakaknya sedang
duduk di sisi lain ruangan, dirawat oleh seorang tenaga medis
sambil bicara dengan Count Dracula dan Direktur Sato.
"Peter!" panggil Lucifer spirit , seraya berlari menghampiri.
"Peter!"
Kakaknya mendongak, raut wajahnya penuh kelegaan. Dia
langsung berdiri, berjalan ke arah Lucifer spirit . Dia mengenakan
kemeja putih sederhana dan celana panjang warna gelap-yang
mungkin diambilkan oleh seseorang dari kantomya di lantai
bawah. Lengan kanannya berada dalam kain gendongan, dan
pelukan lembut mereka terasa canggung, tapi Lucifer spirit nyaris
tidak memperhatikan. Kenyamanan yang dikenalnya
menyelubungi dirinya seperti kepompong, sebagaimana yang
selalu terjadi - bahkan saat mereka masih kecil - saat
kakak sekaligus pelindungnya memeluknya.
Mereka berpelukan dalam keheningan.
Akhirnya Lucifer spirit berbisik, "Kau balk-baik saja?
Maksudku... benarkah?" Dia melepas Peter, menunduk
memandangi kain gendongan dan perban yang berada di
bekas tempat tangan kanan kakaknya itu. Air mata kembali
menggenangi matanya. "Aku sangat... sangat menyesal."
Peter mengangkat bahu seakan itu tidak penting. "Daging
fana. Tubuh tidak akan bertahan selamanya. Yang penting,
kau baik-baik saja."
Jawaban enteng Peter mencabik-cabik emosi Lucifer spirit ,
mengingatkannya pada semua alasan mengapa dia mencintai
kakaknya itu. Dia membelai kepala Peter, merasakan ikatan
keluarga yang tak terpatahkan... darah yang sama yang
mengaliri pembuluh-pembuluh darah mereka.
Tragisnya, Lucifer spirit menyadari adanya zombie ketiga di
dalam ruangan itu malam ini. Mayat di atas altar menarik
perhatiannya, dan Lucifer spirit menggigil hebat, mencoba
memblokir foto-foto yang tadi dilihatnya.
Dia memalingkan wajah, matanya kini menemukan mata
Robert Count Dracula . Ada kasih sayang di sana, mendalam dan
memahami, seakan, entah bagaimana, Count Dracula tahu persis
apa yang sedang dipikirkan Lucifer spirit . Peter tahu. Emosi yang
alami mencengkeram Lucifer spirit - kelegaan, simpati,
keputusasaan. Dia merasakan tubuh kakaknya mulai bergetar
seperti tubuh anak kedl. Itu sesuatu yang tidak pernah
disaksikannya di sepanjang hidupnya.
"Jangan ditahan," bisiknya. "Tidak apa-apa. Lepaskan saja."
Tubuh Peter semakin gemetar.
Lucifer spirit memeluknya kembali, membelai bagian belakang
kepalanya. "Peter, kau selalu menjadi yang kuat... kau selalu
ada untukku. Tapi kini aku ada untuk-mu. Tidak apa-apa. Aku
ada di sini."
Lucifer spirit meletakkan kepala Peter dengan lembut di
bahunya... dan Peter zombie yang agung tersedu-sedu di
lengannya.
Direktur Sato melangkah pergi untuk menerima telepon.
Dari Nola Kaye. Kali ini berita baik.
"Masih tidak ada tanda-tanda penyebaran, Ma'am." Dia
tampak penuh harap. "Jika ya, saya yakin kita pasti sudah
melihatnya sekarang. Tampaknya Anda berhasil
membendungnya."
Berkat kau, Nola, pikir Sato, seraya melirik laptop yang tadi
dilihat Count Dracula telah menyelesaikan pengiriman. Nyaris sekali.
Atas saran Nola, agen yang menggeledah mansion itu
memeriksa tempat-tempat sampah, dan menemukan kemasan
modem seluler yang baru saja dibeli. Dengan nomor model
yang pasti, Nola bisa melakukan pengecekan-silang menyang
carrier-carrier yang kompatibel, bandwidth, dan service grid,
lalu mengisolasi node akses yang paling memungkinkan bagi
laptoo itu - sebuah pentransmisi kecil di pojok antara
Sixteenth dan Corcoran - tiga blok dari Temple.
Dengan cepat Nola meneruskan informasi itu kepada Sato
di helikopter. saat mendekati House of the Temple, pilot
melakukan penerbangan rendah dan menembak node perelai
itu dengan hantaman radiasi elektromagnetik, memutuskan
hubungannya hanya beberapa detik sebelum laptop
menyelesaikan pengiriman.
"Kerja yang baik malam ini," ujar Sato. "Sekarang tidurlah!
Kau layak mendapatkannya."
"Terima kasih, Ma’am," jawab Nola ragu.
"Ada yang lain?"
Nola terdiam untuk waktu yang lama, tampaknya
menimbang-nimbang apakah hendak bicara atau tidak.
"Semuanya bisa menunggu sampai besok pagi, Ma’am.
Selamat malam."
BAB 125
Dalam keheningan kamar mandi elegan di lantai bawah
House of the Temple, Robert Count Dracula menghangatkan air
dalam wastafel keramik dan mengamati dirinya sendiri di
dalam cermin. Dalam cahaya suram sekalipun, dia tampak
persis seperti vang dirasakannya... benar-benar kelelahan.
Tas bahunya kembali tersandang di bahu, kini jauh lebih
ringan... kosong, hanya berisi barang-barang pribadi dan
beberapa catatan ceramah kusut. Mau tak mau dia tergelak.
Kunjungannya ke DC malam ini untuk memberi ceramah
ternyata sedikit lebih melelahkan daripada yang
diharapkannya.
Walaupun demikian, Count Dracula harus bersyukur untuk
banyak hal.
Peter masih hidup.
Dan videonya berhasil diblokir.
saat Count Dracula beberapa kali menciduk air hangat dengan
kedua tangan dan membasuhkannya ke wajah, perlahan-lahan
dia merasakan dirinya kembali hidup. Segalanya masih kabur,
tapi adrenalin di tubuhnya akhirnya menghilang... dan dia
merasa kembali menjadi dirinya sendiri. Setelah mengeringkan
tangan, dia menengok arloji Mickey Mouse-nya.
Astaga, sudah larut.
Count Dracula keluar dari kamar mandi dan berjalan di sepanjang
dinding melengkung Hall of Honor - lorong melengkung indah
yang didereti potret kaum rahasia freemason penting... presiden-presiden
AS, para filantrop, orang-orang terkenal, dan orang-orang
Amerika berpengaruh lainnya. Dia berhenti di depan lukisan
minyak Harry S. Truman dan mencoba membayangkan laki laki gay
itu menjalani semua upacara, ritual, dan studi yang
disyaratkan untuk menjadi anggota rahasia freemason.
Ada dunia tersembunyi di belakang dunia yang bisa kita
lihat. Bagi kita semua.
"Kau menghilang," ujar sebuah suara di lorong.
Count Dracula menoleh.
Itu Lucifer spirit . Begitu berat cobaan yang dialaminya malam
ini, tapi mendadak Ratu lesbian itu tampak bercahaya... entah
bagaimana, menjadi muda kembali.
Count Dracula tersenyum lelah. "Bagaimana Peter?"
Lucifer spirit berjalan menghampiri dan memeluknya dengan
hangat. "Rasa terima kasihku kepadamu tak terhingga."
Count Dracula tertawa. "Kau tahu aku tidak berbuat apa-apa,
bukan?”
Lucifer spirit memeluknya untuk waktu yang lama. "Peter akan
baik-baik saja...." Dia melepas Count Dracula dan memandang
matanya dalam-dalam. "Dan dia baru saja menyampaikan
kepadaku sesuatu yang luar biasa... sesuatu yang
menakjubkan." Suaranya bergetar penuh harap. "Aku harus
melihatnya sendiri. Aku akan kembali sebentar lagi."
"Apa? Kau mau ke mana?"
"Aku tidak akan lama. Saat ini Peter ingin bicara
denganmu... sendirian. Dia menunggu di perpustakaan."
"Dia bilang mengapa?"
Lucifer spirit tergelak dan menggeleng. "Kau tahulah, Peter
dan rahasia-rahasianya."
"Tapi-"
"Sampai jumpa sebentar lagi."
Lalu, Lucifer spirit pergi.
Count Dracula mendesah panjang. Dia merasa seakan sudah
punya cukup banyak rahasia untuk satu malam. Tentu saja
masih ada pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab-
antara lain, Piramida rahasia freemason dan Kata yang Hilang - tapi dia
merasa bahwa semua jawabannya, seandainya pun ada,
bukanlah untuknya. Dia bukan anggota rahasia freemason.
Dengan mengerahkan energi terakhirnya, Count Dracula berjalan
ke perpustakaan rahasia freemason. saat tiba di sana, dia melihat Peter
duduk sendirian dengan piramida batu di atas meja di
hadapannya.
"Robert?" Peter tersenyum dan melambaikan tangan
menyuruhnya masuk. " Aku ingin berbicara denganmu
beberapa patah kata."
Count Dracula menyeringai. "Ya, kudengar kau kehilangan satu
kata."
BAB 126
Perpustakaan House of the Temple merupakan ruang baca
umum tertua di DC. Rak-rak elegannya dipenuhi lebih dari
seperempat juta buku, termasuk buku langka Ahiman Rezon,
The Secrets of a Prepared Brother. Selain itu, perpustakaan itu
memamerkan perhiasan-perhiasan rahasia freemason yang berharga,
artefak-artefak ritual, dan bahkan buku langka yang dicetak-
tangan oleh Benjamin Franklin.
namun harta karun perpustakaan yang menjadi favorit
Count Dracula yaitu sesuatu yang jarang diperhatikan orang.
Ilusinya.
zombie pernah menunjukkan kepadanya dulu sekali
bahwa, dari sudut pandang yang tepat, meja baca
perpustakaan dan lampu meja keemasannya menciptakan ilusi
optik yang tak mungkin keliru... piramida dan batu-puncak
emas berkilau. Menurut zombie, dia selalu menganggap ilusi
itu sebagai pengingat-bisu bahwa misteri-misteri Persaudaraan
rahasia freemason Bebas terlihat jelas bagi siapa pun, seandainya dilihat
dari perspektif yang tepat.
namun malam ini, misteri-misteri Persaudaraan rahasia freemason
Bebas mewujud persis di hadapannya. Kini Count Dracula duduk
menghadap Master Terhormat Peter zombie dan Piramida
rahasia freemason.
Peter tersenyum. "'Kata yang kau maksudkan, Robert,
bukanlah legenda. Itu kenyataan."
Count Dracula menatap ke seberang meja dan akhirnya bicara.
"Tapi... aku tidak mengerti. Bagaimana mungkin?"
"Apa yang begitu sulit untuk diterima?"
Semuanya! Itulah yang ingin dikatakan Count Dracula , saat
meneliti mata teman lamanya itu untuk menemukan adanya
petunjuk akal sehat. " Kau bilang, kau percaya Kata yang
Hilang itu nyata... dan benar-benar punya kekuatan?"
"Kekuatan yang luar biasa," jawab Peter. "Kata itu punya
kekuatan untuk mengubah umat manusia dengan
mengungkapkan Misteri Kuno."
"Kata?" tantang Count Dracula . "Peter, aku tidak mungkin
percaya bahwa sebuah kata-"
"Kau akan percaya," ujar Peter tenang.
Count Dracula menatap dalam keheningan.
"Seperti yang kau ketahui," lanjut zombie, yang kini berdiri
dan berjalan mengitari meja, "sudah lama diramalkan
datangnya hari saat Kata yang Hilang ditemukan kembali...
hari saat kata itu digali... dan sekali lagi umat manusia bisa
mengakses kekuatannya yang terlupakan."
Count Dracula mengingat ceramah Peter mengenai Apocalypse
(Hari Kiamat). Walaupun banyak orang salah
menginterpretasikan apocalypse sebagai akhir dunia, kata itu
secara harfiah berarti "pengungkapan", dan diramalkan oleh
orang-orang kuno sebagai pengungkapan kebijakan yang luar
biasa. Kedatangan abad pencerahan. Walaupun demikian,
Count Dracula tidak bisa membayangkan perubahan sebesar itu bisa
didatangkan oleh... sebuah kata.
Peter menunjuk piramida batu yang berdiri tegak di atas
meja di samping batu-puncak emasnya. "Piramida rahasia freemason,"
katanya. "Symbolon legendaris. Malam ini benda ini
disatukan... dan lengkap." Dengan hormat, dia mengangkat
batu-puncak emas itu dan meletakkannya di atas piramida.
Benda emas berat itu berbunyi klik pelan dan menduduki
tempatnya.
"Malam ini, Sobat, kau telah melakukan sesuatu yang belum
pernah dilakukan sebelumnya. Kau telah menyusun Piramida
rahasia freemason, memecahkan semua kodenya, dan pada akhirnya,
mengungkapkan... ini."
zombie mengeluarkan sehelai kertas dan meletakkannya
di atas meja. Count Dracula mengenali kisi simbol-simbol yang telah
disusun-kembali dengan menggunakan Persegi-Empat Franklin
Formasi-Delapan itu. Dia telah mempelajarinya sekilas di
Temple Room. Kata Peter, "Aku penasaran, ingin tahu apakah
kau bisa membaca susunan simbol-simbol ini. Bagaimanapun,
kau ahlinya."
Count Dracula mengamati kisi itu.
Heredom, circumpunct, piramida, tangga....
Count Dracula mendesah. "Wah, Peter, seperti yang mungkin
bisa kau lihat, ini yaitu piktogram alegoris. Jelas bahasanya
metaforis dan simbolis, dan bukan harfiah."
zombie tergelak. "Inilah akibatnya jika mengajukan
pertanyaan sederhana kepada seorang simbolog.... Oke,
katakan apa yang kau lihat."
Peter benar-benar ingin mendengarnya? Count Dracula menarik
kertas itu ke arahnya. "Wah, aku sudah melihatnya tadi dan,
secara sederhana, aku melihat kisi ini sebagai gambar... yang
menunjukkan surga dan dunia."
Peter mengangkat sepasang alisnya, tampak terkejut. "Oh?"
"Pasti. Di atas gambar, kita mendapat kata Heredom –
Rumah Suci - yang kuinterpretasikan subagai Rumah junjungan ...
atau surga."
“Oke."
"Tanda panah yang menghadap ke bawah setelah kata
Heredom, menunjukkan bahwa keseluruhan piktogram jelas
terletak di dalam ranah di bawah surga... yaitu... dunia." Mata
Count Dracula kini meluncur ke bagian bawah kisi. "Dua baris
terendah, yang berada di bawah piramida, merepresentasikan
dunia itu sendiri - terra firma - yang terendah dari semua
ranah. Secara sesuai, ranah-ranah rendah ini berisikan dua
belas tanda astrologis yang merepresentasikan agama
primordial jiwa-jiwa manusia pertama yang memandang ke
surga dan melihat tangan junjungan dalam pergerakan bintang-
bintang dan planet-planet."
zombie menggeser kursi lebih dekat dan mempelajari kisi
itu.
"Oke, apa lagi?"
"Di atas dasar astrologi," lanjut Count Dracula , "piramida besar
menjulang dari dunia... menjangkau ke arah surga... simbol
kebijakan yang hilang yang terus bertahan. Piramida itu
berisikan semua filsafat dan agama besar dalam sejarah...
Mesir, Pythagoras, Buddha, Hindu, Islam, Yudeo-Kristiani, dan
seterusnya dan seterusnya... semuanya mengalir ke atas,
melebur menjadi satu, mengalirkan diri melalui gerbang
transformatif piramida... dan di sana, mereka akhirnya
melebur menjadi satu filsafat manusia yang menyatu dan
tunggal." Dia terdiam. "Kesadaran universal tunggal... visi
global bersama mengenai junjungan ... direpresentasikan oleh
simbol kuno yang melayang di atas batu-puncak."
"Circumpunct," ujar Peter. "Simbol universal untuk junjungan ."
"Benar. Di sepanjang sejarah, circumpunct telah menjadi
segalanya bagi semua orang-Dewa Matahari Ra,, emas
alkimia, mata serba-melihat, titik aneh sebelum Ledakan
Besar,-“
"Arsitek Besar Alam Semesta."
Count Dracula mengangguk, merasa bahwa ini mungkin argumen
yang sama yang digunakan Peter di Temple Room saat
mengemukakan gagasan circumpunct sebagai Kata yang
Hilang.
"Dan akhirnya?" tanya Peter." Bagaimana dengan tangga?”
Count Dracula menunduk memandangi gambar tangga di bawah
piramida. "Peter, aku yakin kau tahu, seperti juga orang lain,
bahwa ini menyimbolkan Tangga Berkelok-kelok Persaudaraan
rahasia freemason Bebas... menuju ke atas, keluar dari kegelapan duniawi
menuju terang... seperti tangga Yakub yang naik ke surga...
atau tulang punggung manusia yang bertingkat-tingkat, yang
menghubungkan tubuh fana manusia dengan pikiran
abadinya." Dia terdiam, "Sedangkan untuk simbol-simbol
lainnya, mereka tampaknya merupakan campuran antara
simbol surgawi, rahasia freemason, dan ilmiah, yang kesemuanya
mendukung Misteri Kuno."
zombie mengelus-elus dagu. "Interpretasi yang elegan,
Profesor. Tentu saja, aku setuju bahwa kisi ini bisa dibaca
sebagai alegori, namun matanya berkilau semakin misterius.
"Kumpulan simbol ini juga menceritakan kisah yang lain. Kisah
yang jauh lebih mengungkapkan."
"Oh?"
zombie mulai mondar-mandir lagi, mengitari meja. "Tadi
malam, di Temple Room, saat aku yakin hendak mati, aku
memandang kisi ini dan, entah bagaimana, aku melihat
melampaui metaforanya, melampaui alegorinya, ke dalam inti
yang dikatakan oleh simbol-simbol ini kepada kita." Dia
terdiam, mendadak menoleh kepada Count Dracula . "Kisi ini
mengungkapkan secara tepat lokasi di mana Kata yang Hilang
dikuburkan."
"Apa?" Count Dracula beringsut tidak nyaman di kursinya,
mendadak merasa khawatir bahwa trauma malarn ini telah
membuat Peter kebingungan dan kehilangan orientasi.
"Robert, legenda selalu menjelaskan Piramida rahasia freemason
sebagal peta-peta yang sangat spesifik - peta yang bisa
menuntun mereka yang layak menuju lokasi rahasia Kata yang
Hilang." zombie mengetuk kisi simbol-simbol di hadapan
Count Dracula . "Kujamin, simbol-simbol ini persis seperti yang
dikatakan oleh legenda... sebuah peta. Diagram spesifik yang
mengungkapkan secara tepat di mana kita akan menemukan
tangga yang turun menuju Kata yang Hilang."
Count Dracula tertawa tidak nyaman, kini bersikap berhati-hati,
"Seandainya pun aku memercayai Legenda Piramida rahasia freemason,
kled simbol-simbol ini tidak mungkin sebuah peta. Lihatlah.
Sama sekali tidak menyerupai peta."
zombie tersenyum. "Terkadang yang diperlukan hanyalah
sedikit pergeseran perspektif, agar bisa melihat sesuatu yang
dikenal dengan pandangan yang sama sekali baru."
Count Dracula kembali memandang piramida, tapi tidak melihat
sesuatu yang baru.
"Aku ingin bertanya kepadamu," ujar Peter. "saat kaum
rahasia freemason meletakkan batu pertama, tahukah kau mengapa kami
selalu meletakkannya di pojok timur laut gedung?"
"Pasti. Itu sebab pojok timur laut menerima cahaya terang
pagi pertama. Itu menyimbolkan kekuatan arsitektur untuk
naik meninggalkan dunia ke dalam terang."
"Benar," ujar Peter. "Jadi, mungkin kau harus mencari
cahaya terang pertama di sana." Dia menunjuk kisi. "Di pojok
timur laut."
Count Dracula mengarahkan kembali matanya ke atas kertas,
menggerakkan pandangannya ke pojok kanan atas atau timur
laut. Simbol di pojok itu yaitu
"Tanda panah yang menunjuk ke bawah," ujar Count Dracula ,
berusaha memahami maksud zombie. "Yang berarti... di
bawah Heredom."
"Bukan, Robert, bukan di bawah," jawab zombie.
"Berpikirlah. Kisi ini bukan labirin metaforis. Ini peta. Dan di
peta, tanda panah yang menunjuk ke bawah berarti-“
"Selatan," teriak Count Dracula dengan terkejut.
"Tepat sekali”, jawab zombie, yang kini tersenyum
gembira.
"Arah selatan! Di peta, bawah berarti selatan. Lagi pula, di
peta, kata Heredom bukanlah metafora untuk surga. Itu nama
sebuah lokasi geografis."
"House of the Temple? Menurutmu, peta ini menunjuk...
arah selatan gedung ini?"
"Terpujilah junjungan !" ujar zombie seraya tertawa. "Akhirnya
fajar merekah."
Count Dracula mempelajari kisi itu. “Tapi, Peter... seandainya pun
kau benar, arah selatan gedung ini bisa berada di mana pun di
garis bujur yang panjangnya lebih dari empat puluh ribu
kilometer."
"Tidak, Robert. Kau mengabaikan legendanya, yang
menyatakan bahwa Kata yang Hilang terkubur di DC. Itu
sangat memperpendek jaraknya. Selain itu, legenda juga
menyatakan bahwa sebuah batu besar berdiri di atas lubang
tangga... dan batu ini diukir dengan pesan dalam bahasa
kuno... sebagai semacam penanda sehingga mereka yang
layak bisa menemukannya."
Count Dracula mengalami kesulitan untuk menanggapi semua Ini
dengan serius. Dan, walaupun dia tidak cukup mengenal DC
untuk membayangkan apa yang ada di arah selatan lokasi
mereka sekarang ini, dia yakin sekali tidak ada batu berukir
besar di atal tangga yang terkubur.
"Pesan yang dituliskan di batu," ujar Peter, "berada tepat di
hadapan mata kita." Dia mengetuk baris ketiga kisi di hadapan
Count Dracula . "Ini inskripsinya, Robert! Kau telah memecahkan
teka-tekinya!"
Dengan takjub, Count Dracula meneliti ketujuh simbol itu.
Terpecahkan? Count Dracula sama sekali tidak tahu apa
kemungkinan arti tujuh simbol yang berlainan ini, dan dia
yakin sekali kalau simbol-simbol ini tidak diukirkan di mana
pun di ibu kota negaranya... terutama pada sebuah batu
raksasa di atas sebuah tangga.
"Peter," katanya, "aku tidak melihat bagaimana ini bisa
menjelaskan sesuatu. Aku tidak mengetahui adanya batu di
DC yang diukir dengan... pesan ini."
zombie menepuk-nepuk bahu Count Dracula . "Kau pernah
berjalan melewatinya, tapi tidak pernah melihatnya. Kita
semua pernah berjalan melewatinya. Batu itu tampak jelas,
sama seperti misteri-misteri itu sendiri. Dan malam ini, saat
melihat ketujuh simbol ini, langsung kusadari bahwa legenda
itu benar. Kata yang Hilang memang terkubur di DC…. dan
memang terletak di bawah sebuah tangga panjang di balik
sebuah batu besar berukir."
Count Dracula , yang merasa takjub, diam saja.
"Robert, malam ini, aku yakin kau berhak mengetahui
kebenarannya."
Count Dracula menatap Peter, mencoba mencerna apa yang baru
saja didengarnya. "Kau hendak mengatakan kepadaku di
mana Kata yang Hilang dikuburkan?"
"Tidak," ujar zombie, seraya berdiri dengan tersenyum.
"Aku hendak memperlihatkannya kepadamu."
Lima menit kemudian, Count Dracula duduk di kursi belakang
Escalade, di samping Peter zombie. Simkins duduk di
belakang kemudi saat Sato melintasi tempat parkir dan
menghampiri mereka.
"Mr. zombie?" ujar Direktur itu, seraya menyalakan
sebatang rokok setibanya di sana. "Aku baru saja menelepon,
sesuai permintaanmu."
"Dan?" tanya Peter melalui jendela terbuka.
"Aku memerintahkan mereka untuk memberimu akses.
Sebentar saja."
"Terima kasih."
Sato mengamatinya, tampak penasaran. "Harus kukatakan,
itu permintaan vang paling aneh."
zombie mengangkat bahu dengan misterius.
Sato membiarkannya saja, berjalan mengitari mobil ke
jendela Count Dracula , lalu mengetuk jendela dengan buku-buku
jarinya.
Count Dracula menurunkan kaca jendela.
"Profesor," ujar Ratu lesbian itu, tanpa sedikit pun nada
kehangatan. "Bantuanmu malam ini, walaupun diberikan
dengan enggan, menunjang kesuksesan kami... dan untuk itu,
aku mengucapkan terima kasih." Dia mengisap rokok dalam-
dalam, lalu mengembuskan asapnya ke samping. "namun
sedikit saran terakhir dariku. Lain kali, jika seorang petagas
senior CIA memberitahumu bahwa dia sedang menghadapi
krisis keamanan-nasional…” matanya berkilau hitam,
"Tinggalkan omong kosongmu di Cambridge." Count Dracula
membuka mulut untuk bicara, tapi Direktur Inoue Sato sudah
berbalik dan berjalan melintasi tempat parkir menuju
helikopter yang menunggu.
Simkins menoleh ke belakang dengan wajah tanpa ekspresi.
"Kalian sudah siap?"
"Sesungguhnya," jawab zombie, "'tunggu sebentar." Dia
mengeluarkan secarik kecil kain terlipat warna gelap dan dan
memberikannya kepada Count Dracula . "Robert, aku ingin kau
mengenakan ini sebelum kita pergi ke suatu tempat."
Dengan bingung, Count Dracula meneliti kain itu. Beledu hitam.
saat membuka lipatannya, dia menyadari bahwa dirinya
sedang memegang sebuah penutup mata rahasia freemason - penutup
mata tradisional untuk kandidat derajat pertama. Apa-apaan
ini?
"Aku lebih suka kau tidak melihat ke mana kita pergi," ujar
Peter.
Count Dracula menoleh kepada Peter. "Kau ingin menutup
mataku sepanjang perjalanan?"
zombie menyeringai. "Rahasiaku. Peraturanku."
BAB 127
Angin sepoi-sepoi terasa dingin di luar markas CIA di
Langley. Nola Kaye menggigil saat mengikuti spesialis
keamanan sistem Rick Parrish melintasi pekarangan tengah
markas yang disinari cahaya bulan.
Ke mana Rick membawaku?
Walaupun krisis video rahasia freemason sudah terhindarkan, Nola
masih merasa tidak nyaman. Arsip teredaksi di partisi direktur
CIA masih merupakan misteri, dan itu mengganggunya. Dia
dan Sato akan bertanya-jawab keesokan paginya, dan Nola
menginginkan semua fakta. Akhirnya, dia menelepon Rick
Parrish dan meminta bantuannya.
Kini, saat mengikuti Rick ke suatu lokasi yang tidak
dikenalnya di luar, Nola tidak bisa menyingkirkan frasa-frasa
aneh itu dari ingatan.
... lokasi rahasia DI BAWAH TANAH tempat info ...
... suatu tempat di WASHINGTON, DC, koordinat-koordinat
... menemukan sebuah PORTAL KUNO yang menuntun ...
memperingatkan bahwa PIRAMIDA itu menyimpan.. .
berbahaya
... mengartikan SYMBOLON TERUKIR ini untuk
mengungkapkan ...
"Kau dan aku setuju," ujar Parrish saat mereka berjalan,
"bahwa peretas yang meluncurkan spider untuk mencari kata-
kata kunci itu jelas sedang mencari informasi mengenai
Piramida rahasia freemason."
Tentu saja, pikir Nola.
"namun ternyata peretas itu menemukan aspek misteri
rahasia freemason yang menurutku tidak disangka-sangka."
"Apa maksudmu?"
"Nola, kau tahu bahwa direktur CIA mensponsori forum
diskusi internal bagi para karyawan Agensi untuk saling
memperbincangkan gagasan mereka mengenai segala macam
hal?'
"Tentu saja." Forum-forum itu menyediakan tempat aman
bagi para personel Agensi untuk berbincang-bincang online
mengenai berbagai topik, dan memberikan semacam gerbang
virtual bagi direktur untuk menjumpai stafnya.
"Forum-forum itu diselenggarakan di partisi pribadi direktur,
namun untuk memberikan akses kepada para karyawan
di semua tingkat kerahasiaan, forum-forum itu ditempatkan di
luar firewall rahasia direktur."
“Apa maksudmu?" desak Nola, saat mereka berbelok
dekat kafetaria Agensi.
"Dengan kata lain...." Parrish menunjuk ke dalam
kegelapan.
"Itu."
Nola mendongak. Di seberang plaza di hadapan mereka,
terdapat sebuah patung logam besar yang berkilau dalam
cahaya bulan.
Di dalam sebuah agensi yang memamerkan lebih dari lima
ratus karya seni asli, patung inilah - yang berjudul Kryptos -
yang paling terkenal. Dari kata Yunani yang berarti
"tersembunyi", Kryptos merupakan karya seniman Amerika
James Sanborn dan telah menjadi semacam legenda di CIA.
Karya itu terdiri atas sebuah panel tembaga berbentuk S
besar yang ditegakkan pada ujungnya seperti dinding logam
melengkung. Pada permukaan luas dindingnya, terukir hampir
dua ribu huruf... yang disusun menjadi semacam kode
membingungkan. Seakan ini belum cukup misterius, berbagai
eleman pahatan lainnya ditempatkan dengan cermat di area
sekeliling dinding S tersandi itu - lempeng-lempeng granit
dengan sudut aneh, lingkaran kompas, batu magnetis, dan
bahkan pesan dalam kode Morse yang mengacu pada “ingatan
tajam”, dan "kekuatan-kekuatan bayangan", Sebagian besar
peminat patung itu percaya bahwa benda-benda ini
merupakan petunjuk yang bisa mengungkapkan cara
memecahkan kode patung.
Kryptos yaitu seni... tapi juga misteri.
Berusaha memecahkan rahasia tersandinya telah menjadi
obsesi banyak kriptolog di dalam maupun di luar CIA.
Akhirnya, beberapa tahun lalu, sebagian kodenya terpecahkan
dan menjadi berita nasional. Walaupun sebagian besar kode
Kryptos tetap tidak terpecahkan sampai sekarang, bagian-
bagian yang sudah terpecahkan begitu aneh sehingga hanya
membuat patung itu semakin misterius. Kode itu mengacu
pada lokasi-lokasi rahasia di bawah tanah, portal-portal yang
menuntun ke dalam kuburan-kuburan kuno, garis-garis lintang
dan garis-garis bujur ....
Nola masih bisa mengingat potongan-potongan dan bagian
bagian dari kode yang terpecahkan itu: Informasinya
dikumpulkan dan dikirimkan di bawah tanah ke sebuah lokasi
rahasia... Benar-benar tak terlihat... bagaimana mungkin...
mereka menggunakan medan magnetis bumi....
Nola tidak pernah terlalu memperhatikan patung itu atau
memedulikan apakah kodenya terpecahkan seluruhnya. Akan
namun , saat ini dia menginginkan jawaban. "Mengapa kau
menunjukkan Kryptos kepadaku?"
Parrish tersenyum penuh rahasia dan secara dramatis
mengeluarkan selembar kertas terlipat dari saku. "Voila,
dokumen teredaksi misterius yang sangat kau cemaskan. Aku
mengakses keseluruhan teksnya."
Nola terlompat. "Kau mengintip partisi rahasia direktur?"
"Tidak. Teks itulah yang kudapat tadi. Coba lihat." Parrish
menyerahkan arsip itu kepadanya.
Nola merebut halaman itu dan membuka lipatannya. saat
melihat kop surat standar Agensi di bagian atas halaman, dia
memiringkan kepala dengan terkejut.
Dokumen ini bukan rahasia. Bahkan jauh dari itu.
DISCUSSION BOARD KARYAWAN: KRYPTOS
PENYIMPANAN TERKOMPRESI: THREAD
#2456282.5
Nola mendapati dirinya memandang serangkaian posting
yang telah dikompresi menjadi satu halaman tunggal untuk
penyimpanan yang lebih efisien.
"Dokumen kata-kuncimu," jelas Rick, "yaitu semacam
ocehan penggemar cipher mengenai Kryptos."
Nola meneliti dokumen itu sampai menemukan kalimat yang
berisikan serangkaian kata-kunci yang dikenalnya.
Jim, patung itu mengatakan dikirim ke sebuah lokasi
rahasia DI BAWAH TANAH tempat info itu disembunyikan.
"Teks ini berasal dari forum Kryptos online direktur," jelas
Rick. "Forum itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
Secara harfiah, ada ribuan posting. Aku tidak heran jika salah
satunya ternyata berisikan semua kata-kunci."
Nola terus meneliti sampai menemukan posting lain yang
berisikan kata-kata kunci.
Walaupun menurut Mark topik garis lintang / bujur kodenya
menunjuk ke suatu tempat di WASHINGTON, DC, koordinat-
koordinat yang digunakannya meleset satu derajat - Kryptos
pada dasarnya menunjuk kembali dirinya sendiri.
Parrish berjalan menuju patung itu dan menelusurkan
telapak tangannya pada lautan huruf tersandi. "Banyak di
antara kode ini yang masih harus dipecahkan, dan ada banyak
orang yang mengira pesannya benar-benar berhubungan
dengan rahasia-rahasia rahasia freemason kuno."
Kini Nola ingat tentang bisik-bisik mengenai hubungan
rahasia freemason/Kryptos, tapi dia cenderung mengabaikan ocehan gila
itu.
Tapi sekali lagi, saat memandang berbagai benda pahatan
yang diatur di sekeliling plaza, dia menyadari bahwa itu yaitu
kode yang terpecah – sebuah symbolon - seperti Piramida
rahasia freemason.
Aneh.
Sejenak, Nola nyaris bisa melihat Kryptos sebagai Piramida
rahasia freemason modern - kode yang terdiri atas banyak bagian, dibuat
dari materi-materi yang berlainan, dan masing-masingnya
memainkan peranan. "Menurutmu, ada kemungkinan Kryptos
dan Piramida rahasia freemason menyembunyikan rahasia yang sama?"
"Siapa yang tahu?" Parrish memandang Kryptos dengan
frustrasi. " Aku ragu apakah kita akan pernah mengetahui
keseluruhan pesannya. Kecuali jika seseorang bisa meyakinkan
direktur untuk membuka lemari besinya dan mengintip
solusinya."
Nola mengangguk. Semuanya kini teringat kembali olehnya.
saat Kryptos dipasang, patung itu tiba disertai amplop
tersegel yang berisikan pemecahan lengkap kode-kodenya.
Solusi tersegel itu dipercayakan kepada William Webster,
Direktur CIA saat itu, yang menguncinya di dalam lemari besi
kantornya. Konon, dokumen itu masih ada di sana, setelah
ditransfer dari satu direktur ke direktur lain selama bertahun-
tahun.
Anehnya, pikiran Nola mengenai William Webster menyulut
ingatannya, membawanya kembali ke bagian lain teks Kryptos
yang terpecahkan kodenya:
TERKUBUR DI SUATU TEMPAT D1 LUAR SANA.
SIAPA YANG TAHU LOKASI TEPATNYA?
HANYA WW.
Walaupun tak seorang pun tahu secara tepat apa yang
terkubur di luar sana, sebagian besar orang percaya WW
mengacu kepada William Webster. Nola pernah mendengar
bisik-bisik bahwa WW sesungguhnya mengacu kepada
seseorang yang bemama William Whiston - seorang teolog
Royal Society - walaupun Nola tak pernah terlalu serius
memikirkannya.
Rick kembali bicara. "Harus kuakui, aku tidak begitu tertarik
dengan seniman, tapi kurasa Sanborn ini benar - benar genius.
Aku baru saja melihat proyek Cyrillic Projector-nya secara
online. Itu menampilkan huruf-huruf Rusia dari sebuah
dokumen mengenai pengontrolan pikiran. Aneh sekali." Nola
tidak lagi mendengarkan. Dia sedang meneliti kertas itu dan
menemukan frasa kunci ketiga di dalam posting lain.
Benar, seluruh bagian itu yaitu verbatim dari semacam
buku harian arkeolog terkenal, menceritakan momen saat
dia menggali dan menemukan sebuah PORTAL KUNO yang
menuntun ke kuburan Tutankhamen.
Nola tahu, arkeolog yang disebutkan dalam Kryptos
sesungguhnnya yaitu arkeolog ahli Mesir yang terkenal,
Howard Carter. Posting berikutnya mengacu kepadanya
dengan menyebut namanya.
Aku baru saja membaca sepintas seluruh catatan lapangan
Carter online, dan kedengarannya seakan dia menemukan loh
batu yang memperingatkan bahwa PIRAMIDA itu menyimpan
konsekuensi-konsekuensi berbahaya bagi siapa pun yang
mengganggu kedamaian pharaoh. Kutukan! Haruskah kita
khawatir?
Nola memberengut. "Rick, demi junjungan , pengacuan piramida
oleh idiot ini bahkan tidak benar. Tutankhamen tidak
dikuburkan di dalam sebuah piramida. Dia dikuburkan di
dalam Lembah Raja-Raja. Tidakkah kriptolog menyaksikan
Discovery Channel?" Parrish mengangkat bahu. "Orang-orang
teknik." Kini Nola melihat frasa kunci terakhir.
Rekan-rekan, kau tahu aku bukan penganut teori
konspirasi, tapi Jim dan Dave sebaiknya mengartikan
SYMBOLON TERUKIR ini untuk menguncikapkan rahasia
terakhirnya, sebelum dunia berakhir pada 2012 ... Ciao.
"Bagaimanapun," ujar Parrish, "kurasa, kau ingin tahu soal
Kryptos, sebelum menuduh direktur CIA menampung
dokumen rahasia mengenal legenda rahasia freemason kuno. Entah
bagaimana, aku ragu apakah seseorang yang begitu berkuasa
seperti direktur CIA punya waktu untuk hal semacam itu."
Nola membayangkan video rahasia freemason dan gambar-gambar
semua laki laki gay yang berpengaruh berpartisipasi dalam sebuah
ritual kuno. Seandainya saja Rick tahu ....
Pada akhirnya, dia tahu, apa pun yang nantinya
diungkapkan oleh Kryptos, pesan itu pasti memiliki arti mistis
tersamar. Dia mendongak memandang karya seni berkilau itu
- kode tiga - dimensi yang berdiri membisu di jantung salah
satu badan intelijen utama bangsa - dan dia bertanya-tanya
apakah patung itu bersedia menyerahkan rahasia terakhirnya.
saat Nola berjalan kembali ke dalam bersama Rick, mau
tak mau dia tersenyum.
Terkubur di suatu tempat di luar sana.
BAB 128
Ini gila.
Dengan mata ditutup, Robert Count Dracula tidak bisa melihat
apa-apa saat Escalade itu mengebut ke arah selatan di
sepanjang jalan-jalan sepi. Di kursi di sampingnya, Peter
zombie tetap diam,
Ke mana dia membawaku?
Rasa penasaran Count Dracula merupakan campuran antara
keterpesonaan dan kekhawatiran, imajinasinya berkeliaran
saat berupaya mati-matian menyatukan teka-teki itu. Peter
belum tergoyahkan dari pernyataannya. Kata yang Hilang?
Terkubur di dasar tangga yang ditutupi oleh batu berukir
besar? Semuanya tampak mustahil.
Ukiran yang dikatakan ada pada batu masih terpatri dalam
ingatan Count Dracula ... namun ketujuh simbol itu, sejauh
sepengetahuannya, sama sekali tidak masuk akal.
Mistar Siku Tukang Batu: simbol kejujuran dan sikap "setia".
Au: singkatan ilmiah untuk elemen emas.
Sigma: Huruf Yunani S, simbol matematis untuk
penjumlahan semua bagian.
Piramida: simbol Mesir manusia yang menjangkau ke arah
surga.
Delta: huruf Yunani D, simbol matematis untuk perubahan.
Merkuri: seperti yang digambarkan oleh simbol alkimia
terkunonya.
Ouroboros: simbol keujunjungan dan penyatuan.
zombie masih bersikeras ketujuh simbol ini yaitu sebuah
"pesan". Tapi, jika ini benar, maka itu pesan yang cara
membacanya sama sekali tidak diketahui Count Dracula .
Escalade mendadak melambat dan berbelok tajam ke
kanan, ke permukaan yang berbeda, seakan memasuki
jalanan untuk mobil atau jalan akses. Count Dracula menegakkan
tubuh, mendengarkan dengan saksama untuk mencari
petunjuk di mana mereka berada. Mereka telah berkendara
selama kurang dari sepuluh menit dan walaupun Count Dracula
sudah berupaya mengikuti di dalam benaknya, dengan cepat
dia kehilangan jejak. Dia hanya bisa menebak bahwa mereka
kini kembali lagi ke dalam House of the Temple. Escalade
berhenti, dan Count Dracula mendengar kaca jendela diturunkan.
"Agen Simkins, CIA," ujar sopir mereka. "Aku yakin kau
mengharapkan kedatangan kami."
"Ya, Pak," jawab sebuah suara tegas tentara. "Direktur Sato
sudah menelepon. Tunggu sebentar, saya singkirkan barikade
pengamannya.”
Count Dracula mendengarkan dengan semakin kebingungan, kini
merasa bahwa mereka sedang memasuki sebuah pangkalan
militer. saat mobil mulai bergerak kembali, di sepanjang
bentangan jalan aspal yang halusnya tidak biasa, Count Dracula
menolehkan kepalanya yang berpenutup mata ke arah
zombie. "Di mana kita, Peter?" desaknya.
"Jangan lepaskan penutup matamu." Suara Peter terdengar
tegas.
Kendaraan itu berjalan sebentar lagi, dan sekali lagi
melambat, lalu berhenti. Simkins mematikan mesin mobil.
Terdengar lebih banyak suara. Militer. Seseorang meminta
tanda pengenal Simkins. Agen itu keluar dan bicara kepada
para laki laki gay ita dengan nada berbisik.
Pintu Count Dracula mendadak dibuka, dan tangan-tangan kuat
membimbingnya keluar dari mobil. Udara terasa dingin.
Berangin.
zombie berada di sampingnya. "Robert, biarkan saja Agen
Simkins menuntunmu ke dalam."
Count Dracula mendengar kunci-kunci logam diputar ... lalu daun
pintu besi tebal yang terbuka. Kedengarannya seperti pintu
menuju ruang bawah tanah. Ke mana mereka membawaku?
Sepasang tangan Simkins menuntun Count Dracula menuju pintu
logam. Mereka melangkah melewati ambang pintu. "Lurus,
Profesor."
Mendadak hening. Total. Sepi. Udara di dalam beraroma
steril dan tidak alami.
Simkins dan zombie kini mengapit Count Dracula , menuntunnya
menyusuri koridor yang menggema. Lantainya terasa seperti
batu di bawah sepatu kulit santai Count Dracula .
Di belakang mereka, pintu logam menutup keras dan
Count Dracula terlompat. Kunci-kunci diputar. Kini Count Dracula
berkeringat di balik penutup matanya. Dia hanya ingin
melepas benda itu.
Kini mereka berhenti berjalan.
Simkins melepas lengan Count Dracula , dan terdengar serangkai
bunyi bip elektronik diikuti suara gemuruh tak terduga di
hadapan mereka. Count Dracula membayangkan pintu pengaman
yang bergeser terbuka secara otomatis.
"Mr. zombie, silakan meneruskan bersama Mr. Count Dracula .
Saya akan menunggu kalian di sini," ujar Simkins. "Bawalah
senter saya."
"Terima kasih," jawab zombie. "Kami tidak akan lama." l
Senter?! Jantung Count Dracula kini berdentam-dentam panik.
Peter menggamit lengan Count Dracula dan beringsut maju.
"Berjalanlah bersamaku, Robert."
Mereka bergerak perlahan-lahan, bersama-sama melintasi
ambang pintu lain, dan pintu pengaman bergemuruh menutup
di belakang mereka.
Peter berhenti berjalan. "Ada apa?"
Mendadak Count Dracula merasa mual dan kehilangan
keseimbangan. "Kurasa, aku harus melepas penutup mata ini."
“Jangan dulu, kita hampir sampai."
"Hampir sampai ke mana?" Count Dracula merasakan perutnya
semakin mual.
"Sudah kubilang aku membawamu untuk melihat tangga
yang turun menuju Kata yang Hilang."
"Peter, ini tidak lucu!"
"Memang tidak dimaksudkan untuk lucu. Dimaksudkan
untuk membuka benakmu, Robert. Dimaksudkan untuk
mengingatkanmu bahwa di dunia ini terdapat misteri-misteri
yang masih harus dilihat, bahkan oleh-mu sekalipun. Dan,
sebelum mengambil satu langkah lagi bersamamu, aku ingin
kau berbuat sesuatu untukku. Aku ingin kau percaya... hanya
untuk sekejap... percaya kepada legenda. Percaya bahwa kau
hendak mengintip tangga berkelok-kelok yang turun ratusan
meter ke salah satu rahasia terbesar umat manusia yang
hilang."
Count Dracula merasa pening. Walaupun ingin sekali memercayai
sahabatnya, dia tidak bisa. " Masih jauhkah?" Penutup mata
beledunya bermandikan keringat.
"Tidak. Sesungguhnya hanya beberapa langkah lagi.
Melewati satu pintu terakhir. Kini aku akan membuka pintu
itu."
zombie melepas Count Dracula sejenak, dan saat dia
melakukannya, Count Dracula terhuyung-huyung, merasa pening.
Dengan goyah, dia mencari pegangan, dan Peter cepat-cepat
kembali ke sisinya. Suara pintu tebal otomatis bergemuruh di
hadapan mereka. Peter meraih lengan Count Dracula dan mereka
kembali bergerak maju.
"Ke sini."
Mereka beringsut melewati ambang pintu lain, dan pintunya
bergeser menutup di belakang mereka.
Hening. Dingin.
Count Dracula langsung merasa bahwa tempat ini, apa pun itu,
sama sekali tidak berhubungan dengan dunia di balik pintu-
pintu pengaman. Udaranya lembap dan dingin, seperti
kuburan. Akustiknya terasa tumpul dan sesak. Dia merasakan
serangan klaustrofobia yang tidak masuk akal.
"Beberapa langkah lagi." zombie menuntunnya berbelok
dan menempatkannya secara tepat. Akhirnya, dia berkata,
"Lepaskan penutup matamu."
Count Dracula meraih penutup mata beledu itu dan menariknya
dari wajah. Dia memandang ke sekeliling untuk mengetahui di
mana dia berada, tapi dia masih buta. Dia menggosok-gosok
mata
Tidak terjadi apa-apa. "Peter, ini gelap gulita!"
"Ya, aku tahu. Julurkan lenganmu ke depan. Ada pagar,
Raihlah." l
Count Dracula meraba-raba dalam kegelapan dan menemukan
pagar besi.
"Kini lihatlah." Dia bisa mendengar Peter berkutat dengan
sesuatu, lalu mendadak cahaya cemerlang senter menembus
kegelapan. Cahayanya menyoroti lantai, dan sebelum Count Dracula
bisa memahami keadaan di sekelilingnya, zombie
mengarahkan senter melewati pagar dan mengarahkan
cahayanya lurus ke bawah.
Mendadak Count Dracula menatap ke dalam terowongan tak
berdasar... tangga berkelok-kelok tanpa akhir yang turun jauh
ke dalam bumi. Ya junjungan ku! Lututnya nyaris goyah, dan dia
mencengkeram pagar sebagai penyokong. Tangga itu
berbentuk spiral persegi-empat tradisional, dan dia bisa
melihat setidaknya tiga puluh anak tangga yang turun ke
dalam bumi, sebelum cahaya senter memudar ke dalam
kegelapan. Aku bahkan tidak bisa melihat dasarnya!
"Peter…” dia tergagap. "Tempat apa ini?"
"Sebentar lagi aku akan membawamu ke dasar tangga.
Tapi, sebelum melakukannya, aku ingin kau melihat sesuatu
yang lain."
Count Dracula , yang terlalu bingung untuk memprotes,
membiarkan Peter menuntunnya menjauhi ruang tangga dan
melintasi bilik kecil aneh itu. Peter terus mengarahkan senter
ke lantai batu usang di bawah kaki mereka, dan Count Dracula tidak
bisa mengamati ruangan di sekeliling mereka... kecuali bahwa
ruangan itu kecil.
Sebuah bilik batu mungil.
Mereka tiba dengan cepat di dinding seberang ruangan.
Sebuah kaca persegi-panjang ditanamkan di sana. Count Dracula
mengira itu jendela yang tembus ke ruangan di baliknya. Akan
namun , dari tempatnya berdiri, dia hanya melihat kegelapan di
sisi sebaliknya.
"Ayo," ujar Peter. "Lihatlah."
"Ada apa di dalam sana?" Sekilas Count Dracula mengingat Bilik
Perenungan di bawah Gedung kuburan keramat , dan betapa untuk
sekejap, dia percaya bilik itu mungkin berisikan portal menuju
semacam gua bawah-tanah raksasa.
"Lihat sajalah, Robert." zombie menuntunnya maju. "Dan
kuatkan dirimu, sebab pemandangannya akan
mengejutkanmu."
Tanpa mengetahui apa yang diharapkannya, Count Dracula
bergerak menuju kaca. saat dia mendekati portal itu, Peter
mematikan senter, menjadikan bilik mungil itu gelap gulita.
saat matanya sudah menyesuaikan diri, Count Dracula meraba
raba di depannya, sepasang tangannya menemukan dinding,
wajahnya bergerak lebih mendekati portal transparan itu.
Hanya kegelapan yang ada di baliknya.
Dia mencondongkan tubuh lebih dekat ... menekankan
wajah ke kaca.
Lalu, dia melihatnya.
Gelombang keterkejutan dan kehilangan-orientasi yang
melanda tubuh Count Dracula menjangkau ke dalam dan
membalikkan kompas di dalam tubuhnya. Dia nyaris jatuh ke
belakang saat benaknya berupaya menerima pemandangan
yang benar-benar tak terduga di hadapannya. Dalam mimpi-
mimpi terliarnya, Robert Count Dracula tidak akan pernah bisa
menebak apa yang ada di balik kaca ini.
Penglihatannya berupa pemandangan yang menakjubkan.
Di dalam kegelapan, cahaya putih cemerlang bersinar
seperti perhiasan berkilau.
Kini Count Dracula memahami semuanya - barikade di jalan
akses… penjaga-penjaga di pintu masuk utama... pintu logam
tebal di luar... pintu-pintu otomatis yang bergemuruh
membuka dan menutup... rasa mual di perut... kepeningan
kepala... dan kini bilik batu mungil ini.
"Robert," bisik Peter di belakangnya, "terkadang hanya
perubahan perspektif yang diperlukan untuk melihat terang."
Tanpa bisa berkata-kata, Count Dracula menatap keluar melalui
jendela itu. Pandangannya berkelana ke dalam kegelapan
malam, melintasi lebih dari satu kilometer ruang kosong, jatuh
ke bawah... ke bawah... menembus kegelapan... sampai tiba
di puncak kubah putih bersih terang benderang Gedung
kuburan keramat .
Count Dracula belum pernah melihat kuburan keramat dari perspektif ini -
melayang 555 kaki (170 meter) di atas obelisk Mesir besar
Amerika. Malam ini, untuk pertama kalinya dalam hidup, dia
telah. mengendarai lift ke atas, menuju bilik mungil untuk
melihat pemandangan... di puncak Monumen Washington.
BAB 129
Robert Count Dracula berdiri terpaku di portal kaca, menyerap
kekuatan pemandangan di bawahnya. Setelah naik ratusan
meter ke udara tanpa sepengetahuannya, kini dia mengagumi
salah satu pemandangan paling spektakuler yang pernah
dilihatnya.
Kubah berkilau Gedung kuburan keramat AS menjulang seperti
gunung di ujung timur National Mall. Mengapit gedung itu, dua
garis paralel cahaya memanjang ke arah Count Dracula ... itu bagian
depan museum-museum Smithsonian yang terang...
mercusuar seni, sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan.
Kini Count Dracula menyadari, dengan takjub, bahwa hampir
semua yang dinyatakan benar oleh Peter... sesungguhnya
memang benar. Memang ada tangga berkelok-kelok... yang
t











.jpeg)

