Tampilkan postingan dengan label Lost symbol. 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lost symbol. 9. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Desember 2025

Lost symbol. 9

 



eet, menjauhkan diri dari Perpustakaan Kongres. 

saat  mereka sudah berjalan satu blok penuh, barulah 


Count Dracula  melihat sebuah taksi berbelok. Dia memanggilnya, 

dan taksi berhenti. 

Musik Timur Tengah terdengar di radio, dan sopir Arab 

muda itu mengulaskan senyum ramah kepada mereka. " Ke 

mana?" tanyanya, saat  mereka masuk ke dalam taksi. 

"Kami harus pergi ke -" 

"Barat laut!"' sela Lucifer spirit , seraya menunjuk Third Street 

yang jauh dari Gedung Jefferson. "Menyetirlah ke Union 

Station, lalu ke kiri ke Massachusetts Avenue. Kami akan 

memberitahumu kapan harus berhenti." 

Sopir itu mengangkat bahu, menutup penyekat Plexiglas, 

dan kembali menyalakan musik. 

Lucifer spirit  memberi Count Dracula  pandangan memperingatkan, 

seakan menyatakan: "Jangan tinggalkan jejak." Dia menunjuk 

ke luar jendela, mengarahkan perhatian Count Dracula  pada sebuah 

helikopter hitam yang terbang rendah mendekati area itu. 

Sialan. Sato Limpaknya sangat serius ingin mendapatkan 

kembali piramida zombie. 

saat  mereka menyaksikan helikopter itu mendarat di 

antara Gedung Jefferson dan Gedung Adams, Lucifer spirit  

memandang Count Dracula , tampak semakin khawatir. "'Bisa pinjam 

ponselmu sebentar?" 

Count Dracula  menyerahkan ponselnya. 

“Kata Peter, kau punya ingatan fotografis?" tanyanya, 

menurunkan kaca jendela. “Dan kau ingat semua nomor 

telpon yang pernah kau hubungi?” 

"Itu benar, tapi -" 

Lucifer spirit  melemparkan ponsel Count Dracula  ke dalam malam. 

Count Dracula  menoleh di kursinya, menyaksikan ponselnya 


berguling-guling dan hancur berkeping-keping di atas aspal di 

belakang mereka. "Untuk apa itu?" 

"Menghilangkan jejak," ujar Lucifer spirit  dengan pandangan 

serius. "Piramida ini satu-satunya harapan untuk menemukan 

kakakku, dan aku tidak ingin membiarkan CIA mencurinya dari 

kita." 

Di kursi depan, Omar Amirana menggoyang-goyangkan 

kepala dan bersenandung mengikuti musik. Ini malam yang 

sepi, dan dia bersyukur akhirnya mendapat penumpang. Taksi 

baru saja melewati Stanton Park saat  suara petugas 

perusahaan taksi yang sudah dikenalnya bergemeresak di 

radio. 

"Pengumuman. Untuk semua kendaraan di area National 

Mall. Kami baru  saja menerima buletin dari pemerintah 

mengenai dua buronan di area Gedung Adams…” 

Omar mendengarkan dengan takjub saat  petugas itu 

menggambarkan dengan tepat pasangan yang sedang berada 

di dalam taksinya. Dengan gelisah dia melirik kaca spion. 

Omar harus mengakui, laki laki gay  jangkung itu, entah bagaimana, 

memang tampak tidak asing lagi. Pernahkah aku melihatnya di 

foto Buronan Amerika yang paling Dicari? 

Dengan hati-hati Omar meraih handset radio. "Petugas?" 

katanya. Dia bicara pelan di mikrofon. "Ini taksi nomor satu-

tiga-empat. Kedua orang yang kau tanyakan - mereka berada 

di dalam taksiku... saat ini." 

Petugas itu langsung memberi tahu Omar apa yang harus 

dilakukan. Tangan Omar gemetar saat  menekan nomor 

telepon yang diberikan oleh petugas itu kepadanya.  Suara 

yang menjawab terdengar tegang dan efisien, seperti suara 

tentara. 


"Agen Turner Simkins, operasi-lapangan CIA. Siapa ini?" 

"Ehm... sopir taksi," kata Omar. "Saya disuruh menelepon 

mengenai kedua-" 

"Apakah kedua buronan itu masih berada di dalam 

kendaraanmu? Jawab ya atau tidak saja." 

"Ya." 

" Bisakah mereka mendengar percakapan ini? Ya atau 

tidak?" 

"Tidak. Penyekatnya-" 

"Ke mana kau membawa mereka?" 

"Barat laut di Massachusetts." 

"Tujuan spesifik?" 

"Mereka tidak bilang." 

Agen itu bimbang. "Apakah penumpang laki laki gay nya membawa 

tas kulit?"' 

Omar melirik kaca spion, dan matanya membelalak. "Ya! 

Tas itu tidak berisi peledak atau apa pun---!” 

"Dengar baik-baik," ujar agen itu. "Kau tidak berada dalam 

bahaya, asalkan mengikuti petunjukku dengan tepat. Jelas?" 

"Ya, Pak." 

"Siapa namamu?" 

"Omar," jawabnya. Keringat dinginnya keluar. 

"Dengar, Omar,” ujar laki laki gay  itu. dengan tenang. 

"Tindakanmu bagus. Aku ingin kau menyetir sepelan mungkin 

sementara aku membawa timku ke posisi di depanmu. 

Paham?" 


"'Ya, Pak." 

"Apakah taksimu dilengkapi sistem interkom agar kau bisa 

berkomunikasi dengan mereka yang berada di kursi 

belakang?" 

"Ya, Pak." 

" Bagus. Inilah yang harus kau lakukan." 

 

BAB 74 

Hutan, yang menjadi nama tenarnya, merupakan pusat dari 

U.S. Botanic Garden (USBG) - museum hidup Amerika – yang 

bersebelahan dengan Gedung kuburan keramat  AS. Secara teknis berupa 

hutan hujan, Hutan terletak di dalam sebuah rumah kaca yang 

menjulang, dilengkapi pohon-pohon karet tinggi, pohon ara, 

dan jalan setapak berkanopi bagi para turis yang lebih 

pemberani. 

Biasanya, Warren Bellamy merasa terlindungi oleh aroma 

tanah Hutan dan kilau cahaya matahari yang menembus kabut 

yang masuk melalui lubang-lubang uap di langit-langit kaca. 

namun  malam ini, dengan hanya diterangi cahaya bulan, 

Hutan menakutkannya. Dia banyak berkeringat, menggeliat-

geliat melawan kram yang kini menusuk kedua lengannya 

yang masih terikat secara menyakitkan di belakang tubuh. 

Direktur Sato berjalan mondar-mandir di hadapannya, 

mengisap rokok dengan tenang. Di dalam lingkungan yang 

terkalibrasi secara cermat ini, perbuatannya setara dengan 

terorisme-lingkungan. Wajahnya tampak nyaris kejam dalam 

cahaya bulan penuh-asap yang masuk lewat langit-langit kaca 

di atas kepala. 


“Jadi," lanjut Sato, "saat  kau tiba di kuburan keramat  malam ini, dan 

mengetahui kehadiranku di sana... kau membuat keputusan. 

Bukannya memberitahukan kehadiranmu, diam-diam kau mal 

turun ke SBB, dan di sana kau menempuh risiko besar dengan 

menyerangku dan Chief Anderson, dan kau membantu 

Count Dracula  lolos bersama piramida dan batu-puncak itu." Dia 

menggosok-gosok bahu. "Pilihan yang menarik." 

Pilihan yang akan kuambil kembali, pikir Bellamy. " Mana 

Peter?" tanyanya marah. 

"Bagaimana aku bisa tahu?" tanya Sato. 

"Tampaknya kau mengetahui segala hal lainnya!" bentak 

Bellamy, tanpa berusaha menyembunyikan kecurigaan bahwa, 

entah  bagaimana, Sato berada di balik semua ini. "Kau tahu 

harus pergi ke Gedung kuburan keramat . Kau tahu harus mencari Robert 

Count Dracula . Dan kau bahkan tahu harus menjalankan sinar-X 

pada tas Count Dracula  untuk menemukan batu-puncak itu. Jelas 

seseorang memberimu banyak informasi dari dalam." 

Sato tertawa dingin dan melangkah lebih dekat. "Mr. 

Bellamy, itu-kah alasanmu menyerangku? Menurutmu, aku 

musuh? Menurutmu, aku mencoba mencuri piramida 

mungilmu?" Sato mengisap rokok dalam-dalam, lalu 

mengembuskan asapnya dari lubang hidung. "Dengar baik-

baik. Tak seorang pun lebih memahami gentingnya menjaga 

rahasia jika dibandingkan denganku. Aku yakin, sebagaimana 

halnya denganmu, ada informasi tertentu yang tidak boleh 

diketahui oleh orang banyak. namun  malam ini, ada 

kekuatan-kekuatan yang sedang bekerja, dan aku khawatir 

kau belum memahaminya. laki laki gay  yang menculik Peter 

zombie memegang kekuasaan besar... kekuasaan yang 

tampaknya belum kau sadari. Percayalah, dia yaitu  bom-

waktu berjalan... mampu mengawali serangkaian kejadian 


yang akan sangat mengubah dunia yang kau kenal." 

"Aku tidak mengerti." Bellamy beringsut di atas bangku, 

lengannya terasa sakit di dalam borgol. 

"Kau tidak perlu mengerti. Kau hanya perlu mematuhiku. 

Saat ini, satu-satunya harapanku untuk menghindari bencana 

besar yaitu  dengan bekerja sama dengan laki laki gay  ini... dan 

memberinya apa yang tepatnya dia inginkan. Yang berarti, kau 

akan menelepon Mr. Count Dracula  dan menyuruhnya menyerahkan 

diri, bersama-sama dengan piramida dan batu-puncak itu. 

Setelah Count Dracula  berada di tanganku, dia akan memecahkan 

inskripsi piramida itu, memperoleh informasi apa pun yang 

dituntut oleh laki laki gay  ini, dan memberinya apa yang tepatnya dia 

inginkan." 

Lokasi tangga sipiral menuju Misteri Kuno? "Aku tidak akan 

melakukannya. Aku sudah bersumpah merahasiakannya.” 

Sato meledak. "'Aku tak peduli sumpah apa yang kau 

ucapkan;  aku akan menjebloskanmu ke dalam penjara begitu 

cepat –“ 

"Ancam aku semaumu," ujar Bellamy membangkang. “Aku 

tidak akan membantumu." 

Sato menghela  panjang, dan kini bicara dengan berbisik 

menakutkan. "Mr. Bellamy, kau sama sekali tidak tahu yang 

terjadi malam ini, bukan?" 

Keheningan tegang, yang menggantung selama beberapa, 

akhirnya dipecahkan oleh suara ponsel Sato. Dia memasukkan 

tangan ke dalam saku, lalu mengeluarkan ponsel dengan 

bersemangat. "Bicaralah," katanya, seraya mendengarkan 

dengan saksama."Di mana taksi mereka sekarang? Berapa 

lama? Oke, bagus. Buru mereka ke U.S. Botanic Garden. Pintu 

masuk petugas pelayan. Dan pastikan kau memberiku 


piramida dan batu-puncak itu." 

Sato menutup telepon, dan kembali memandang Bellamy 

dengan senyum bangga. "Wah... tampaknya kau sudah tidak 

berguna lagi."  

 

BAB 75 

Robert Count Dracula  menatap dengan pandangan kosong, 

merasa terlalu lelah untuk mendesak sopir taksi lamban itu 

agar menyetir lebih cepat. Di sampingnya, Lucifer spirit  juga 

terdiam, tampak frustasi sebab  tidak memahami apa yang 

membuat piramida itu begitu istimewa. Sekali lagi mereka 

telah membahas segala yang mereka ketahui mengenai 

piramida, batu-puncak, dan kejadian-kejadian aneh malam ini; 

mereka masih tidak tahu bagaimana piramida ini bisa 

dianggap sebagai peta menuju sesuatu. 

Jeova Sanctus Unus? Rahasianya tersembunyi di dalam 

Ordo? 

Kontak misterius mereka menjanjikan jawaban, seandainya 

mereka bisa menemuinya di suatu tempat tertentu. Sebuah 

tempat perlindungan di Roma, di utara Sungai Tiber. Count Dracula  

tahu, "Roma baru" milik bapak bangsa AS telah diganti 

namanya menjadi Washington pada awal sejarahnya, namun  

sisa-sisa Romawi asli mereka masih ada: air Sungai Tiber 

masih mengalir ke dalam Sungai Potomac; para senator masih 

bersidang di bawah replika kubah St. Peter; dan Vulcan dan 

Minerva masih mengawasi api Rotunda yang telah lama 

padam. 

Jawaban yang dicari Count Dracula  dan Lucifer spirit  tampaknya 

menunggu mereka hanya beberapa kilometer jauhnya. Barat 


laut di Massachusetts Avenue. Tujuan mereka benar-benar 

sebuah tempat perlindungan... di utara Sungai Tiber 

Washington. Count Dracula  berharap sopir menyetir lebih cepat. 

Mendadak Lucifer spirit  duduk tegak di kursinya, seakan baru 

saja menyadari sesuatu. "Astaga, Robert!" Dia berpaling 

kepada Count Dracula , wajahnya berubah pucat. Dia bimbang 

sejenak, lalu bicara dengan tegas. "Kita salah jalan!" 

"Tidak, ini benar," bantah Count Dracula . "Barat laut di 

Masachu....." 

"Tidak! Maksudku, kita pergi ke tempat yang keliru!" 

Count Dracula  kebingungan. Dia sudah menjelaskan kepada 

Lucifer spirit  bagaimana caranya mengetahui lokasi yang 

dijelaskan oleh penelepon misterius itu. Berisi sepuluh batu 

dari Gunung Sinai, 9 dari surga itu sendiri, dan satu dengan 

wajah ayah gelap Lukas. Hanya ada satu gedung di bumii 

yang bisa memenuhi pernyataan-pernyataan itu. Dan ke 

sanalah tepatnya taksi ini menuju. 

"Lucifer spirit , aku yakin lokasinya benar." 

"Tidak!" teriak Lucifer spirit . " Kita tidak perlu pergi ke sana 

lagi. Aku sudah memahami piramida dan batu-puncak itu! Aku 

sudah paham semuanya!" 

Count Dracula  takjub. "Kau memahaminya?" 

"Ya! Kita harus pergi ke Freedom Plaza!" 

Kini Count Dracula  kebingungan. Freedom Plaza, walaupun 

berada di dekat situ, tampaknya benar-benar tidak 

berhubungan. 

"Jeova Sanctus Unus!" ujar Lucifer spirit . "Satu junjungan  Sejati-

nya orang Ibrani. Simbol suci orang Ibrani yaitu  bintang 

Yahudi - Stempel zombie - simbol penting bagi rahasia freemason!" Dia 


mengeluarkan selembar uang kertas satu dolar dari saku. 

"Pinjam pena." 

Dengan bingung Count Dracula  mengeluarkan pena dari jaket. 

"Lihat." Lucifer spirit  membentangkan uang itu di atas 

pahanya, dan mengambil pena Count Dracula , lalu menunjuk the 

Great Seal di bagian belakang uang kertas. "Jika kau 

menumpukkan stempel zombie pada the Great Seal Amerika 

Serikat,” Dia menggambarkan simbol bintang Yahudi persis di 

atas piramida itu. "Lihat apa yang kau dapat!" 

Count Dracula  menunduk memandangi uang kertas itu, lalu 

memandang Lucifer spirit  seakan dia sudah gila. 

"Robert, lihat lebih cermat! Tidakkah kau melihat apa yang 

sedang ku-tunjuk?" 

Count Dracula  kembali memandang gambar itu. 

 

 

 


Apa maksud Lucifer spirit ? Count Dracula  pernah melihat gambar 

ini. Itu gambar populer di antara para penganut teon 

konspirasi, ssebagai "bukti" bahwa Persaudaraan rahasia freemason punya 

pengaruh rahasia terhadap nenek moyang bangsa Amerika. 

saat  bintang bersudut-enam itu diletakkan dengan sempurna 

di atas the Great Seal Amerika Serikat, ujung atas bintang pas 

sekali dengan mata serba-melihat rahasia freemason... dan, yang cukup 

mengerikan, kelima ujung lainnya jelas menampilkan huruf M-

A-S-O-N. 

"Lucifer spirit , itu hanya kebetulan, dan aku masih tidak 

melihat hubungannya dengan Freedom Plaza." 

"Lihat sekali lagi!" katanya. Suaranya kini kedengaran nyaris 

marah. "Kau tidak melihat apa yang ku-tunjuk! Tepat di sana! 

Tidakkah kau melihatnya?" 

Sejenak kemudian, Count Dracula  melihatnya. 

Pemimpin operasi Lapangan CIA Turner Simkins berdiri di 

luar Gedung Adams dan menekankan ponsel kuat-kuat di 

telinga, berusaha mendengarkan percakapan yang kini sedang 

berlangsung di kursi belakang taksi. Baru saja terjadi sesuatu. 

Timnya hendak menaiki hetikopter Sikorsky UH-60 

termodifikasi untuk menuju barat laut dan memasang 

penghalang jalan, tapi kini tampaknya situasinya mendadak 

berubah. Beberapa detik yang lalu, Lucifer spirit  zombie mulai 

bersikeras bahwa mereka pergi ke tujuan yang keliru. 

Penjelasannya - sesuatu mengenai uang dolar dan bintang 

Yahudi - tidak masuk bagi pemimpin tim itu, dan tampaknya 

begitu juga bagi Robert Count Dracula . Setidaknya pada awaInya. 

namun  kini Count Dracula  tampaknya memahami maksud 

Lucifer spirit . 

"Astaga, kau benar!" ujar Count Dracula . "Aku tidak melihat tadi!" 


Mendadak Simkins bisa mendengar seseorang menggedor-

gedor penyekat, lalu kaca itu terbuka. "Perubahan rencana," 

kata Lucifer spirit  kepada sopir. "Antar kami ke Freedom Plaza!" 

"Freedom Plaza?" tanya sopir taksi itu, kedengaran gelisah. 

"Bukan barat laut di Massachusetts?" 

"Lupakan itu!" teriak Lucifer spirit . "Freedom Plaza! Belok di 

sini! Di sini! DI SINI!” 

Agen Simkins mendengar taksi berbelok dengan berdecit. 

Kembali Lucifer spirit  bicara dengan bersemangat kepada 

Count Dracula , dan mengatakan sesuatu mengenai cetakan 

perunggu terkenal Great Seal yang ditanamkan di dalam plaza. 

"Ma'am, sekadar mengonfirmasi," sela suara sopir taksi 

yang kedengaran tegang. "Kita menuju Freedom Plaza dipojok 

antara Pennsylvania dan Thirteenth?" 

"Ya!" jawab Lucifer spirit . "Cepat!" 

"Dekat sekali. Dua menit." 

Simkins tersenyum. Bagus, Omar. saat  bergegas menuju 

helikopter yang menunggu, dia berteriak kepada timnya. 

"Berhasil! Freedom Plaza! Cepat!" 

 

BAB 76 

Freedom Plaza yaitu  sebuah peta. 

Terletak di pojok antara Pennsylvania Avenue dan 

Thirteenth Street, permukaan luas batu terpahat plaza 

menggambarkan jalan-jalan Washington seperti yang pertama 

kali dibayangkan oleh Pierre L'Enfant. Plaza itu merupakan 

tujuan populer turis, bukan hanya sebab  peta raksasanya 


menyenangkan untuk diinjak-injak, melainkan juga sebab  

Martin Luther King Jr. yang menjadi inspirasi nama Freedom 

Plaza, menulis sebagian besar pidato "I have a Dream"-nya di 

Hotel Willard di dekat situ. 

Sopir taksi DC Omar Amirana sering membawa turis ke 

Freedom Plaza, tapi malam ini kedua penumpangnya jelas 

bukan pelancong biasa. CIA mengejar mereka? Omar baru 

saja berhenti di pinggir jalan saat  laki laki gay  dan Ratu lesbian  itu 

melompat keluar. "Tetap di sana!" kata laki laki gay  berjaket wol itu 

kepada Omar. Kami akan kembali!" 

Omar menyaksikan kedua orang itu bergegas menuju 

tempat luas terbuka peta raksasa, menunjuk dan berteriak 

saat  meneliti geometri jalan-jalan yang bersimpangan. Omar 

meraih ponsel dari dasbor. "Pak, Anda masih di sana?" 

"Ya, Omar!" teriak sebuah suara, nyaris tak terdengar di 

tengah suara gemuruh di ujung telepon sana. "Di mana 

mereka sekarang?" 

"Di atas peta. Tampaknya mereka sedang mencari 

sesuatu."' 

"Jangan biarkan mereka lepas dari pandangan," teriak agen 

itu. "Aku hampir sampai!" 

Omar menyaksikan saat  dengan cepat kedua buronan itu 

menemukan the Great Seal terkenal plaza - salah satu medali 

perunggu terbesar yang pernah dicetak. Mereka berdiri di 

atasnya sejenak, lalu segera menunjuk ke barat daya. laki laki gay  

berjaket itu kemudian berlari kembali menuju taksi. Cepat-

cepat Omar meletakkan telepon di dasbor saat  laki laki gay  itu tiba 

dengan terengah-engah. 

"Ke arah mana Alexandria, Virginia?" desaknya. 


"Alexandria?" Omar menunjuk ke barat daya, arah yang 

persis sama yang baru saja ditunjuk oleh laki laki gay  dan 

Ratu lesbian  itu. 

"Tepat sekali!" bisik laki laki gay  itu pelan. Dia berbalik dan 

berkata kepada Ratu lesbian  itu. "Kau benar! Alexandria!" 

Kini Ratu lesbian  itu menunjuk papan tanda "Metro" terang 

di dekat situ. "Jalur Biru langsung menuju ke sana. Kita harus 

ke Stasiun King Street!" 

Omar dilanda kepanikan. Oh, tidak. 

laki laki gay  itu menoleh kembali kepada Omar dan menyerahkan  

uang dalam jumlah yang sangat berlebihan untuk ongkos 

taksinya. "Terima kasih. Sampai di sini saja." Dia mengangkat 

tas kulitnya dan berlari pergi. 

"Tunggu! Aku bisa mengantar kalian! Aku sering ke sana.” 

Tapi sudah terlambat. laki laki gay  dan Ratu lesbian  itu sudah lesat 

melintasi plaza. Mereka menghilang ke bawah tangga, nuju 

stasiun bawah tanah Metro Center. 

Omar meraih ponsel. "Pak! Mereka lari menuju bawah 

tanah. Saya tidak bisa menghentikan mereka! Mereka hendak 

naik kereta jalur Biru menuju Alexandria!" 

"Tetaplah di sana!" teriak agen itu. "Aku tiba lima belas 

detik lagi!" 

Omar menunduk memandangi gulungan uang kertas yang 

diberikan oleh laki laki gay  itu kepadanya. Tampaknya uang kertas 

yang paling atas yaitu  uang yang tadi mereka tulisi. Ada 

bintang Yahudi, di atas the Great Seal Amerika Serikat. Dan 

memang, ujung-ujung: bintang jatuh pada huruf-huruf yang 

terbaca sebagai rahasia freemason. 

Tanpa disertai peringatan, Omar merasakan getaran yang 


mmekakkan telinga di sekelilingnya, seakan sebuah traktor 

hendak menabrak taksinya. Dia mendongak, tapi jalanan sepi. 

Suara itu terdengar semakin keram, dan mendadak sebuah 

helikopter hitam mengilap muncul dari kegelapan malam dan 

mendarat dengan keras di tengah peta plaza. 

Sekelompok laki laki gay  berpakaian hitamn melompat keluar. 

Sebagian besarnya berlari menuju stasiun bawah tanah, tapi 

seorang diantaranya bergegas menghampiri taksi Omar. Dia 

membuka pintu penumpang. "Omar? Benarkah?" 

Omar mengangguk, tak mampu bicara. 

"Apakah mereka mengatakan ke mana tujuan mereka?" 

desak agen itu. 

"Alexandria! Stasiun King Street," jawab Omar. "Saya 

menawarkan diri untuk mengantar, tapi -" 

"Apakah mereka menyebut tujuan mereka di Alexandria?" 

"Tidak! Mereka memandang medali the Great Seal di plaza, 

lalu mereka bertanya tentang Alexandria, dan mereka 

membayarku dengan ini." Dia menyerahkan uang dolar 

dengan diagram aneh itu. saat  agen itu meneliti uang 

kertas, mendadak Omar bisa menyatukan semuanya. rahasia freemason! 

Alexandria! Salah satu bangunan rahasia freemason paling terkenal di 

Amerika berada di Alexandria. "Itu dia!" ujarnya. "The George 

Washington rahasia freemasonic Memorial! Persis di seberang Stasiun King 

Street!" 

"Itu dia," kata agen itu, yang tampaknya baru saja 

menyadari hal yang sama, saat  semua agen berlari keluar 

dari stasiun. 

"Kami gagal!" teriak salah seorang dari mereka. "Jalur Biru 

baru saja berangkat! Mereka tidak ada di bawah sana!" 


Agen Simkins menengok arloji dan kembali memandang 

Omar. 

"Berapa lama kereta tiba di Alexandria?" 

"Setidaknya sepuluh menit. Mungkin lebih." 

"Omar, kerjamu baik sekali. Terima. kasih."  

"Sama-sama. Soal apa ini?” 

Tapi Agen Simkins sudah berlari kembali ke helikopter, 

seraya berteriak, "Stasiun King Street! Kita akan tiba di sana 

mendahului mereka!" 

Dengan kebingungan, Omar menyaksikan burung besar itu 

terangkat, berbelok tajam ke selatan melintasi Penssylvania 

Avenue, lalu bergemuruh memasuki kegelapan malam. 

Di bawah taksi, sebuah kereta bawah-tanah melaju semakin 

cepat saat  menjauhi Freedom Plaza. Di dalam-nya, Robert 

Count Dracula  dan Lucifer spirit  zombie duduk terengah-engah, tak 

satu pun bicara keitka kereta mengantar mereka ke tujuan.  

 

BAB 77 

Ingatan itu selalu dimulai dengan cara yang sama. 

Dia terjatuh... terjengkang menuju sungai tertutup-es di 

dasar jurang yang dalam. Di atasnya, mata kelabu kejam Peter 

zombie menatap moncong pistol Andros. saat  dia terjatub, 

dunia di atasi menyurut, semuanya menghilang saat  dia 

diselubungi awan kabut yang membubung dari air terjun di 

hulu. 

Sejenak semuanya putih, bagaikan surga. 

Lalu tubuhnya menghantam es. 


Dingin. Hitam. Sakit. 

Dia berguling-guling... diseret kekuatan dahsyat yang 

menghantam tubuhnya tanpa kenal ampun, melintasi batu-

batu di dalam kekosongan yang mustahil dinginnya. Paru-

parunya terasa sakit meminta udara, namun  otot-otot dadanya 

telah berkontraksi begitu dahsyat di dalam udara dingin 

sehingga dia bahkan tak mampu menghirup udara. 

Aku berada di bawah es. 

Lapisan es di dekat air terjun tampaknya tipis akibat 

pusaran air, dan Andros langsung jatuh menembusnya. Kini 

dia tersapu ke hilir, terperangkap di bawah langit-langit 

transparan. Dia mencakar-cakar sisi bawah es, mencoba 

menembus keluar, tapi dia tidak punya pijakan. Rasa sakit 

yang menyayat dari lubang peluru di bahunya menguap pergi, 

demikian juga sengatan akibat peluru burung; kedua rasa itu 

kini diblokir oleh denyut lemah tubuhnya yang berubah mati-

rasa. 

Arusnya semakin cepat, melontarkan tubuhnya mengelilingi 

kelokan di sungai. Tubuhnya berteriak minta oksigen. 

Mendadak dia terbelit dahan-dahan, tersangkut sebatang 

pohon yang jatuh ke dalam air. Berpikirlah! Dia meraba-raba 

dahan dengan panik, mencari jalan menuju permukaan, dan 

menemukan tempat itu menonjol menembus es. Ujung-ujung 

jarinya menemukan lubang kecil permukaan air yang 

mengelilingi dahan, dan dia menarik pinggiran lubang itu, 

mencoba memperbesarnya dua kali, lubang itu bertambah 

besar, kini berdiameter beberapa inci. 

Dia bersandar pada dahan, mendongakkan kepala, lalu 

desakkan mulutnya ke lubang kecil itu. Udara musim dingin 

mengalir masuk ke dalam paru-parunya terasa hangat.  


Oksigen mendadak itu menyulut harapannya. Dia 

menjejalkan kaki pada batang pohon dan mendorong 

punggung dan bahunya kuat-kuat ke atas. Es di sekitar pohon 

tumbang itu, yang berlubang-lubang akibat dahan-dahan dan 

bebatuan, sudah rapuh, sehingga saat  dia mendesakkan kaki 

kuatnya ke batang pohon, kepala dan bahunya berhasil 

memecah es, memasuki udara musim dingin. Udara mengalir 

ke dalam paru-parunya. Dengan sebagian besar tubuh masih 

terendam, dia menggeliat-geliat hebat ke atas, mendorong 

dengan kedua kakinya, menarik dengan sepasang lengannya, 

sampai akhirnya dia keluar dari air, berbaring kehabisan napas 

di atas es telanjang. 

Andros melepas topeng ski basahnya, mengantonginya, lalu 

memandang kembali ke hulu, mencari Peter zombie. Kelokan 

sungai menghalangi pandangannya. Dadanya kembali serasa 

bakar. Diam-diam dia menyeret dahan kecil ke atas lubang 

pada untuk menutupinya. Lubang itu akan beku kembali pagi 

nanti. 

saat  Andros terhuyung-huyung memasuki hutan, salju 

mulai turun. Dia sama sekali tidak tahu sudah seberapa jauh 

dia berjalan saat  dengan limbung dia keluar dari hutan dan 

menemukan sebuah tanggul di samping jalan raya kecil. Dia 

mengigau dan mengalami hipotermia. Kini salju turun semakin 

lebat, lalu serangkaian lampu depan mobil mendekat di 

kejauhan. Andros melambai-lambaikan tangan dengan panik, 

dan truk pikup itu langsung berhenti. Kendaraan itu berpelat 

nomor Vermont. Seorang laki laki gay  tua berkemeja kotak-kotak 

merah melompat keluar. 

Andros berjalan terhuyung-huyung menghampirinya, seraya 

memegangi dadanya yang terluka. "Seorang pemburu ... 

menembakku! Aku perlu... rumah sakit!" 


Tanpa ragu laki laki gay  tua itu membantu Andros duduk di kursi 

penumpang dan menyalakan pemanas. "Di mana rumah sakit 

terdekat?!" 

Andros sama sekali tidak tahu, tapi dia menunjuk ke 

selatan. “Jalan keluar berikutnya." Kita tidak akan pergi ke 

rumah sakit. 

laki laki gay  tua dari Vermont itu dilaporkan hilang keesokan 

harinya, tapi tak seorang pun tahu di mana - dalam 

perjalanannya dari Vermont - dia kemungkinan menghilang 

dalam badai saIju hebat itu. Juga tidak ada orang yang 

menghubungkan hilangnya laki laki gay  itu dengan berita lain yang 

mendominasi berita-berita utama keesokan harinya - 

pembunuhan mengejutkan Issabel zombie. saat  Andros 

terbangun, dia sedang berbaring di tempat tidur kosong 

sebuah motel murah yang tutup selama musim dingin itu. Dia 

ingat dirinya membobol masuk dan mengikat luka-lukanya 

dengan robekan-robekan seprai, lalu membenanikan diri 

ketempat tidur ringkuh, dibawah setumpuk selimut apak. Dia 

kelaparan. 

Dia berjalan terpincang-pincang ke kamar mandi dan 

melihat setumpuk peluru burung penuh darah di wastafel. 

Samar-samar dia ingat dirinya mengeluarkan semua peluru itu 

dari dadanya. saat  mengangkat pandangan ke cermin kotor, 

dengan enggan dia membuka perban-perban berdarahnya 

untuk meneliti kerusakan. Otot-otot keras dada dan perutnya 

telah menahan pelurupeluru burung itu sehingga tidak 

menembus terlalu dalam, namun  tubuhnya yang dulu sempurna 

kini rusak oleh luka-luka. Peluru yang ditembakkan Peter 

zombie tampaknya langsung melesat menembus bahunya, 

meninggalkan kawah berdarah. 

Yang lebih buruk lagi, Andros gagal memperoleh benda 


yang menjadi tujuan kepergiannya sejauh ini. Piramida itu. 

Perutnya keroncongan, dan dia berjalan terpincang-pincang 

keluar, menuju truk laki laki gay  itu, berharap bisa menemukan 

makanan. Pikup itu kini tertutup saIju tebal, dan Andros 

bertanya-tanya sudah berapa lama dia tertidur di motel tua ini. 

Untunglah aku terbangun. Andros tidak menemukan makanan 

di mana pun di kursi depan. Tapi dia menemukan tablet-tablet 

penghilang nyeri untuk artritis di dasbor. Dia mengambil 

segenggam, lalu menelannya dengan berapa genggam salju. 

Aku perlu makanan. 

Beberapa jam kemudian, pikup yang keluar dari melakang 

motel tua itu sama sekali tidak menyerupai truk yang masuk 

ke sana dua hari yang lalu. Atapnya tidak ada, begitu juga 

penutup-penutup roda, stiker-stiker bemper, dan semua 

hiasannya. Nomor Vermont-nya hilang, digantikan pelat nomor 

dari sebuah truk perawatan tua yang ditemukan Andros 

terparkir di sana. Tempat pembuangan sampah motel - yang 

juga menjadi tempat membuang semua seprai berdarah, 

peluru burung, dan bukti lain keberadaannya di motel itu. 

Andros masih bertekad mendapatkan piramida itu, tapi 

untuk sementara waktu, dia harus menunggu. Dia harus 

bersembunyi, menyembuhkan diri, dan, yang terpenting, 

makan. Dia menemukan restoran di pinggir jalan, dan di sana 

dia memuaskan diri dengan menyantap telur, daging asap, 

kentang goreng, dan tiga gelas jus jeruk. saat  sudah selesai, 

dia memesan makanan lagi untuk dibawa. Sekembalinya di 

jalanan, Andros mendengarkan tua truk itu. Dia belum 

menonton televisi atau membaca koran semenjak pencobaan 

yang dialaminya itu, dan saat  akhirnya mendengarkan 

stasiun berita lokal, beritanya membuatnya terpana. 

"Para penyelidik FBI," ujar pembaca berita, "meneruskan 


pencarian mereka untuk mencari penyerang bersenjata yang 

membunuh Isabel zombie di rumah Potomac-nya dua hari 

yang lalu. Pembunuh itu diyakini terjatuh ke dalam es dan 

tersapu ke laut.” 

Andros terpaku. Membunuh Isabel zombie? Dia 

menyendiri dalam keheningan yang membingungkan, 

mendengarkan berita selengkapnya. 

Sudah waktunya untuk pergi jauh, jauh dari tempat ini. 

Apartemen Upper West Side menawarkan pemandangan 

menawan Central Park. Andros memilihnya sebab  lautan hijau 

di luar jendela mengingatkannya pada pemandangan Laut 

Adriatik yang hilang darinya. Walaupun tahu dirinya harus 

merasa gembira sebab  masih hidup, dia tidak bergembira. 

Kekosongan itu tidak pernah meninggalkannya, dan dia 

mendapati dirinya terpaku pada kegagalannya untuk mencuri 

piramida Peter zombie. 

Andros menghabiskan jam-jam yang panjang untuk meriset 

legenda Piramida rahasia freemason. Dan, walaupun tampaknya tak 

seorang pun tahu pasti apakah piramida itu nyata atau tidak, 

mereka semua mengiyakan janji kebijakan dan kekuasaan luar 

biasanya yang terkenal. Piramida rahasia freemason itu nyata, kata Andros 

pada diri sendiri. Informasi dari orang dalam itu tak 

terbantahkan. 

Nasib telah meletakkan piramida itu di dalam jangkauan 

Andros. Dia tahu, mengabaikannya yaitu  seperti memegang 

tiket lotre kemenangan dan tak pernah menguangkannya. Aku 

satu-satunya non anggota rahasia freemason hidup yang tahu bahwa 

piramida itu nyata... dan aku juga tahu identitas laki laki gay  yang 

menjaganya. 

Bulan demi bulan berlalu. Dan, walaupun tubuhnya sudah 


memulihkan diri, Andros tidak lagi menjadi spesimen congkak 

seperti dirinya dulu di Yunani. Dia berhenti berolahraga dan 

berhenti mengagumi ketelanjangan tubuhnya sendiri di 

cermin. Dia merasa seakan tubuhnya mulai menunjukkan 

tanda-tanda penuaan. Kulitnya yang dulu sempurna menjadi 

tambalan bekas luka, dan ini hanya semakin membuatnya 

tertekan. Dia masih mengandalkan tablet-tablet penghilang 

nyeri yang diminunmya di sepanjang masa pemulihannya, dan 

dia merasa dirinya telah menyelinap kembali ke dalam gaya 

hidup yang menjebloskannya ke dalam Penjara Soganlik. Dia 

tak peduli. Tubuh ini mendambakan apa yang didambakannya. 

Suatu malam, dia sedang berada di Greenwich Village, 

membeli narkoba dari seorang laki laki gay  yang lengan bawahnya 

bertato halilintar panjang bergerigi. Andros bertanya tentang 

tato itu, dan laki laki gay  itu mengatakan bahwa tatonya menutupi 

bekas luka panjang yang didapatnya dalam kecelakaan mobil. 

"Melihat bekas luka itu setiap hari mengingatkanku pada 

kecelakaaan”, ujar si bandar, "jadi aku membuat tato di 

atasnya, dengan kekuatan pribadi. Aku kembali memegang 

kendali." 

Malam itu, saat  sedang teler akibat narkoba barunya, 

Andros berjalan terhuyung-huyung memasuki kios tato lokal 

dan kemeja. "Aku ingin menyembunyikan bekas-bekas luka 

ini," Katanya. Aku ingin kembali memegang kendali. 

"Menyembunyikan bekas-bekas luka?" Seniman tato itu 

mengamati dada Andros. "Dengan apa?" 

"Tato." 

"Ya ... maksudku tato apa?" 

Andros mengangkat bahu, dia hanya ingin menutupi 

pengingat buruk masa lalunya. "Aku tidak tahu. Kau yang 


memilihkan." 

Seniman itu menggeleng dan memberi Andros sebuah 

pamflet mengenai tradisi kuno dan suci menato tubuh. 

"'Kembalilah kalau kau sudah siap." 

Andros mendapati bahwa Perpustakaan Umum New York 

punya lima puluh tiga buku mengenai tato dalam koleksinya, 

dalam waktu beberapa minggu, dia sudah membaca 

semuanya, Setelah menemukan kembali kegairahan 

membacanya, dia membawa ransel penuh buku bolak-balik 

antara perpustakaan dan apartemen. Di sana dia menikmati 

buku-buku itu dengan rakus sambil memandang Central Park. 

Buku-buku mengenai tato ini telah membukakan pintu 

menuju sebuah dunia aneh yang tidak pernah diketahui 

keberadaannya oleh Andros - dunia simbol-simbol, mistisisme, 

mitologi, dan ilmu sihir. Semakin banyak dia membaca, 

semakin dia menyadari betapa buta dirinya. Dia mulai 

menyimpan buku-buku catatan mengenai ide-ide, sketsa-

sketsa, dan mimpi-mimpi anehnya. saat  tidak lagi bisa 

menemukan apa yang diinginkannya di perpustakaan, dia 

membayar para penyalur buku langka untuk membelikannya 

beberapa teks yang paling esoteris di bumi. 

De Praestigus Daemonum... Lemegeton... Ars Almadel... 

Grimorium Verum... Ars Notoria ... dan seterusnya dan 

seterusnya. Dia membaca kesemuanya, dan seemakin lama 

memnkin yakin bahwa dunia ini masih punya banyak harta 

karun yang bisa ditawarkan kepadanya. Ada rahasia-rahasia di 

luar sana yang melampaui pemahaman manusia. 

Lalu dia menemukan tulisan-tulisan Aleister Crowley – ahli 

mistikuisioner dari awall 900-an - yang dianggap gereja 

sebagai laki laki gay  terjahat yang pernah hidup". Orang pintar selalu 

ditakuti oleh orang yang kurang pintar. Andros mempelajari 


kekuatan ritual dan mantra. Dia mempelajari bahwa kata-kata 

suci, jika diucapkan dengan benar, akan berfungsi sebagai 

kunci yang membuka gerbang ke dunia lain. Ada alam 

semesta bayangan di balik alam semesta ini ... dunia yang bisa 

kutarik kekuatannya. Dan, walaupun Andros ingin menguasai 

kekuatan itu, dia memahami adanya peraturan-peraturan dan 

tugas-tugas yang harus diselesaikan terlebih dahulu. 

Menjadi sesuatu yang suci, tulis Crowley. Menjadikan dirimu 

suci. 

Ritual kuno "menjadikan suci" pernah menjadi hukum di 

dunia ini. Mulai dari orang-orang Ibrani kuno yang 

memberikan persembahan-persembahan bakaran di Kuil, 

orang-orang Maya yang memenggal kepala manusia di atas 

piramida-piramida Chichen Itza, sampai Yesus Kristus yang 

mempersembahkan tubuhnya di a tas kayu salib, orang-orang 

kuno memahami persyaratan junjungan  untuk sacrifice 

(pengorbanan). Pengorbanan yaitu  ritual asli yang dilakukan 

manusia untuk meminta pertolongan dari dewa-dewa dan 

menjadikan diri mereka suci. 

Sacra-sacred (suci). 

Face-make (menjadikan). 

Walaupun ritual pengorbanan telah lama sekali 

ditinggalkan, kekuatannya masih ada. Beberapa ahli mistik 

modern, termasuk Aleister Crowley, mempraktikkan ilmu itu, 

menyempurnakannya setelah beberapa waktu, dan perlahan-

lahan mengubah diri mereka menjadi sesuatu yang lebih. 

Andros ingin sekali mengubah dirinya seperti yang telah 

mereka lakukan. namun  dia tahu, untuk melakukannya, 

dia harus melintasi jembatan berbahaya.  

Yang memisahkan terang dari gelap hanyalah darah. 


Suatu malam, seekor burung gagak melayang masuk ke 

jendela kamar mandi Andros yang terbuka, lalu terperangkap 

di dalam apartemen. Andros mengamati burung itu terus 

berkeliling sejenak, lalu akhirnya berhenti, tampak pasrah 

pada ketidakmampuannya untuk melarikan diri. Andros sudah 

banyak belajar, sehingga dia mengenali datangnya pertanda 

didesak untuk maju. 

Dia menggenggam burung itu dengan sebelah tangan, 

berdiri di samping altar seada-nya di dapur, mengangkat 

sebilah pisau dan mengucapkan keras-keras mantra yang 

sudah dihafalkannya. 

"Camiach, Eomiahe, Emial, Macbal, Emoii, Zazean ... 

berdasarkan nama malaikat-malaikat tersuci dalam Kitab 

Assamaian, kupanggil kalian agar membantuku dalam 

tindakan ini berdasarkan kekuatan Satu junjungan  Sejati.” 

Kini Andros merendahkan pisau dan dengan hati-hati, 

menusuk pembuluh darah besar di sayap kanan burung itu. 

Burung gagak itu mulai berdarah. saat  Andros menyaksikan 

cairan merah mengalir ke dalam cangkir logam yang 

diletakkan sebagai penampung, dia merasakan rasa dingin 

yang tak terduga di udara. Walaupun demikian, dia tetap 

melanjutkan. 

"Adonai, Arathron, Ashai, Elohim, Elohi, Elion, Asher Ell 

Shaddai yang Perkasa ... jadilah penolongku, sehingga darah 

ini bisa memiliki kekuatan dan kemampuan di mana pun yang 

kuinginkan, dalam apa pun yang kuminta." 

Malam itu, dia memimpikan burung ... seekor phoenix 

raksasa yang naik dari kobaran api. Keesokan paginya, dia 

terbangun dengan energi yang belum pernah dirasakannya 

semenjak kanak-kanak. Dia pergi berlari di taman, lebih cepat 

dan lebih jauh daripada yang bisa dibayangkannya. saat  


tidak bisa lari lebih lama lagi, dia berhenti untuk melakukan 

push-up dan sit-up. Berulang-bulan tak terhitung banyaknya. 

Dan dia masih punya energi. 

Malam itu, sekali lagi dia memimpikan phoenix. 

Musim gugur telah datang kembali di Central Park, dan 

kehidupan liar bergegas mengumpulkan makanan untuk 

musim dingin. Andros membenci udara dingin, namun  semua 

perangkapnya yang tersembunyi dengan cermat kini dipenuhi 

tikus dan tupai hidup. Dia membawa mereka pulang dalam 

ransel, lalu melakukan ritual yang semakin rumit. 

“Emanuel, Massiach, Yod, He, Vaud ... harap katakan kalau 

aku layak.” 

Ritual-ritual darah itu membangkitkan vitalitasnya. Andros 

merasa lebih muda setiap hari. Dia terus membaca siang 

malam teks-teks mistis kuno, puisi-puisi epik Abad 

Pertengahan, filosof-filosof kuno - dan semakin dia 

mempelajari hakikat segala sesuatu, makin dia menyadari 

bahwa semua harapan bagi umat manusia sudah hilang. 

Mereka buta ... berkeliaran tanpa arah di dalam dunia yang 

tidak akan pernah mereka pahami. 

Andros masih manusia, tapi dia merasa sedang berevolusi 

menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih hebat. Sesuatu 

yang suci. Tubuhnya yang besar sudah keluar dari keadaan 

dorman, kini lebih kuat daripada sebelum-nya. Akhirnya dia 

memahami tujuan sejatinya. Tubuhku hanyalah wadah bagi 

harta karunku yang terampuh ... pikiranku. 

Andros tahu, potensi sejatinya belum terwujud, dan dia 

mencari lebih dalam. Apa takdirku? Semua teks kuno 

membicarakan kebaikan dan kejahatan... dan keharusan 

manusia untuk memilih salah satunya. Aku sudah membuat 


pilihanku dulu sekali, pikirnya menyadari, namun  dia sama 

sekali tidak menyesal. Bukankah kejahatan yaitu  sebuah 

hukum alam? Kegelapan datang setelah terang. Kekacauan 

mengikuti keteraturan. Entropi yaitu  fundamental. Semua 

membusuk. Kristal yang tersusun sempurna pada akhirnya 

berubah menjadi partikel-partikel debu acak. 

Ada yang menciptakan ... dan ada yang menghancurkan. 

Setelah membaca Paradise Lost-nya lord  Milton, barulah 

Andros melihat takdir mewujud di hadapannya. Dia membaca 

mengenai malaikat agung yang jatuh... setan pejuang yang 

berperang melawan terang ... sang pemberani ... malaikat 

bernama Moloch. 

Moloch hidup di dunia sebagai junjungan . Kemudian Andros 

tahu bahwa nama malaikat itu jika diterjemahkan ke dalam 

bahasa kuno, berubah menjadi Mal'akh. 

Dan itulah aku. 

Sama seperti semua perubahan besar lainnya, perubahan 

harus dimulai dengan pengorbanan ... tapi bukan tikus atau 

burung, Tidak. Perubahan ini memerlukan pengorbanan sejati.  

Hanya ada satu pengorbanan yang layak. 

Mendadak dia merasakan kejelasan yang tidak menyentuh 

apapun yang pemahd irasakannya dalam hidup. Seluruh 

takdirnya telah mewujud. Selama tiga hari berturut-turut, dia 

membuat sketsa pada selembar kertas besar. saat  selesai, 

dia telah menciptakan cetak-biru bagi dirinya sendiri. 

Dia menggantungkan sketsa seukuran manusia itu pada 

dinding, lalu memandanginya seakan memandang cermin. 

Aku yaitu  mahakarya. 

Keesokan harinya, dia membawa gambar itu ke kios tato. 


Dia sudah siap. 

 

BAB 78 

Gedung George Washington rahasia freemasonic Memorial bertengger 

di atas Shuter's Hill di Alexandria, Virginia. Dibangun 

bertingkat tiga dengan kerumitan arsitektur yang semakin 

tinggi dari bawah sampai atas - gaya Doric, Ionic, dan 

Corinthian - bangunan itu berdiri sebagai simbol fisik 

kebangkitan intelektual manusia. Diinspirasi oleh mercusuar 

Pharos kuno di Alexandria, Mesir, puncak menara yang 

menjulang tinggi ini berbentuk piramida Mesir dengan hiasan 

menyerupai lidah api. 

Di dalam foyer marmer spektakulernya, terdapat patung 

perunggu besar George Washington dalam pakaian kebesaran 

rahasia freemason lengkap, disertai sekop asli yang digunakannya untak 

meletakkan batu pertama Gedung kuburan keramat . Di atas foyer, 

sembilan tingkat yang berbeda memiliki nama-nama seperti: 

the Grotto (Gua), the Crypt Room (Ruang Bawah Tanah), dan 

the Knights Templar Chapel (Kapel Kesatria Templar). Di 

antara harta karun yang ditampung di dalam ruangan-ruangan 

ini, terdapat lebih dari dua puluh ribu volume tulisan mengenai 

rahasia freemason, replika menakjubkan Tabut Perjanjian, dan bahkan 

model-berskala ruang singgasana di dalam Kuil Raja zombie. 

Agen CIA Simkins menengok arloji saat  helikopter UH-60 

termodifikasi itu terbang rendah di atas Sungai Potomac. 

Enam menit lagi kereta mereka tiba. Dia mengembuskan 

napas dan memandang rahasia freemasonic Memorial yang berkilau di 

cakrawala di luar jendela. 

Dia harus mengakui, menara yang bersinar cemerlang itu 


sama mengesankannya seperti gedung mana pun di National 

Mall. Simkins belum pernah berada di dalam gedung memorial 

itu, dan malam ini tidak akan berbeda. Jika semuanya berjalan 

sesuai rencana, Robert Count Dracula  dan Lucifer spirit  zombie tidak 

akan lolos dari stasiun bawah tanah. 

"Di sana!" teriak Simkins kepada pilot, seraya menunjuk 

stasiun bawah tanah King Street di seberang gedung 

memorial, membelokkan helikopter dan mendaratkannya di 

atas area rumput di kaki Shuter's Hill. 

Para pejalan kaki mendongak dengan terkejut saat  

Simkins dan timnya berhamburan keluar, melesat 

menyeberangi jalan dan berlari turun menuju Stasiun King 

Street. Di ruang tunggu beberapa calon penumpang kereta 

menyingkir, merapat ke dinding saat  sekelompok laki laki gay  

bersenjata dengan pakaian serba hitam bergemuruh melewati 

mereka. 

Stasiun King Street lebih besar daripada yang diperkirakan 

Simkins, tampaknya melayani beberapa jalur yang berbeda – 

Jalur Kuning, dan Amtrak. Dia berpacu menuju peta Metro di 

dinding dan menemukan Freedom Plaza, dan jalur langsung 

menuju lokasi itu. 

"Jalur Biru, peron selatan!" teriak Simkins. "Pergilah ke dan 

singkirkan semua orang!" Timnya melesat pergi. 

Simkins bergegas menuju kios tiket, menunjukkan tanda 

pengenal, dan berteriak kepada Ratu lesbian  di dalam kios. 

"Kereta berikutnya dari Metro Center - kapan tiba?" 

Ratu lesbian  yang berada di dalamnya tampak ketakutan. 

"Saya tidak tahu pasti. Jalur Biru tiba setiap sebelas menit. 

Tidak ada jadwal tetap." 

"Sudah berapa lama kereta terakhir berangkat?" 


"Lima ... enam menit, mungkin? Tidak lebih dari itu." 

Turner menghitung. Sempurna. Kereta berikutnya pasti 

kereta Count Dracula . 

Di dalam gerbong bawah tanah yang bergerak cepat, 

Lucifer spirit  zombie beringsut tidak nyaman di atas kursi plastik 

keras. Lampu-lampu fluoresens terang di atas kepala 

menyakiti matanya, dia memerangi dorongan untuk 

membiarkan kelopak matanya menutup, bahkan untuk sedetik 

saja. Count Dracula  duduk di sampingnya di dalam gerbong kosong 

itu, menatap hampa tas kulit di  kakinya. Kelopak matanya 

juga tampak berat, seakan goyangan berirama gerbang yang 

bergerak membuainya ke dalam keadaan terhipnotis. 

Lucifer spirit  membayangkan isi aneh tas Count Dracula . Mengapa 

CIA menginginkan piramida ini? Menurut Bellamy, Sato 

mungkin menggejar piramida itu sebab  mengetahui potensi 

sejatinya. Tapi, seandainya pun piramida ini, entah 

bagaimana, memang mengungkapkan tempat persembunyian 

rahasia-rahasia kuno, sulit bagi Lucifer spirit  untuk percaya 

bahwa janji kebijakan mistis purbanya menarik minat CIA. 

Tapi sekali lagi, pikirnya mengingatkan diri sendiri, CIA 

sudah tepergok beberapa kali menjalankan program-program 

parapsikologis atau psi yang menyerempet-nyerempet sihir 

kuno dan mistisisme. Pada 1995, skandal "Stargate/Scannate” 

memaparkan teknologi rahasia CIA yang disebut penglihatan 

jarak jauh - semacam perjalanan pikiran secara telepatis - 

yang memungkinkan “penglihat" untuk mengirim mata-

pikirannya ke lokasi mana pun di bumi dan melakukan 

kegiatan mata-mata di sana, tanpa disertai kehadiran secara 

fisik. Tentu saja teknologi ini sama sekali tidak baru. Penganut 

mistik menyebutnya sebagai proyeksi astral, dan parayogi 

menyebutnya sebagai pengalaman di-luar-tubuh. Sayangnya, 


para pembayar pajak Amerika yang ketakutan menyebutnya 

sebagai absurd, dan program itu dihentikan. Setidaknya secara 

publik. 

Ironisnya, Lucifer spirit  melihat hubungan-hubungan luar biasa 

antara program-program CIA yang gagal itu dan terobosan-

terobosannya sendiri dalam Ilmu Noetic. 

Lucifer spirit  ingin sekali menelepon polisi dan mencari tahu 

apakah mereka sudah menemukan sesuatu di Kalorama 

Heights, tapi dia dan Count Dracula  kini tidak punya ponsel, lagi 

pula berhubungan dengan pihak berwenang mungkin suatu 

kesalahan; mustahil untuk mengetahui sejauh mana 

jangkauan Sato. 

Sabar, Lucifer spirit . Dalam hitungan menit, mereka akan 

sampai di sebuah tempat persembunyian aman, sebagai tamu 

laki laki gay  yang sudah meyakinkan mereka bahwa dia bisa 

memberikan jawaban. Lucifer spirit  berharap, semua 

jawabannya, apa pun itu, membantunya menyelamatkan 

kakaknya. 

"Robert?" bisiknya, seraya mendongak memandang peron 

bawah tanah. "'Kita turun di perhentian berikutnya." 

Perlahan-lahan Count Dracula  tersadar dari lamunan. "Terima 

kasih." saat  kereta bergemuruh menuju stasiun, dia tas 

bahunya sambil melirik Lucifer spirit  dengan ragu- "Marilah kita 

berharap kedatangan kita tidak menghebohkan." 

Saat Turner Simkins melesat turun untuk bergabung 

dengan orang-orangnya, peron bawah tanah sudah benar-

benar bersih, dan timnya sedang menyebar, mengambil posisi 

di balik pilar-pilar penyangga yang tegak di sepanjang peron. 

Suara bergemuruh di kejauhan menggema dalam terowongan 

di ujung lain peron. saat  suara semakin kencang, Simkins 


merasakan terpaan udara apak di sekelilingnya. 

Tidak mungkin lolos, Mr. Count Dracula . 

Simkins berpaling kepada dua agen yang dimintanya 

bergabung bersamanya di peron. "Keluarkan tanda pengenal 

dan senjata. Kereta-kereta ini otomatis, tapi punya kondektur 

yang membukakan pintu. Temukan dia." 

Kini lampu depan kereta muncul di terowongan, dan suara 

berdecit menembus udara. saat  kereta memasuki stasiun 

mulai melambat, Simkins dan dua agennya mencondongkan 

tubuh di atas jalur rel dan melambai-lambaikan lencana CIA 

mereka. Mereka mencoba melakukan kontak mata dengan 

kondektur sebelum dia sempat membukakan pintu-pintu. 

Kereta mendekat dengan cepat. Di gerbong ketiga, Simkins 

akhirnya melihat wajah terkejut kondektur yang tampak 

sedang mencari tahu mengapa tiga laki laki gay  berpakaian hitam 

melambaikan lencana pengenal kepadanya. Simkins berlari 

kecil menuju kereta yang kini hampir berhenti. 

"CIA!" teriak Simkins, seraya menunjukkan ID. "JANGAN 

membuka pintu!" saat  kereta meluncur perlahan-lahan 

melewatinya, dia menuju gerbong kondektur dan berteriak 

kepadanya. 

“Jangan membuka pintu! Kau mengerti?! JANGAN membuka 

pintu." 

Kereta berhenti total dan kondekturnya yang terbelalak 

mengangguk berulang-ulang. "Ada apa?!" desak laki laki gay  itu 

lewat jendela samping. 

"Jangan biarkan kereta bergerak," kata Simkins. "Dan 

jangan membuka pintu." 

"Oke." 


"Bisa memasukkan kami ke dalam gerbong pertama?" 

Kondektur itu mengangguk. Dia melangkah keluar dari 

kereta dengan wajah tampak ketakutan, lalu menutup pintu di 

belakangnya. Dia mendampingi Simkins dan orang-orangnya 

menuju gerbong pertama. Di sana dia membuka pintu secara 

manual. 

"Kunci lagi pintunya di belakang kami," ujar Simkins, seraya 

mencabut senjata. Simkins dan orang-orangnya melangkah 

cepat ke dalam gerbong pertama yang terang benderang. 

Kondektur mengunci pintu di belakang mereka. 

Gerbong pertama hanya berisi empat penumpang - tiga 

remaja laki-laki dan seorang Ratu lesbian  tua - semuanya tentu 

saja tampak terkejut melihat tiga laki laki gay  bersenjata masuk. 

Simkins menunjukkan ID. "Semuanya baik-baik saja. Harap 

tetap duduk." 

Simkins dan orang-orangnya kini memulai penyapuan, 

bergerak menuju bagian belakang kereta tertutup itu dengan 

berpindah dari satu gerbong ke gerbong lain -"memencet 

pasta gigi" - begitulah sebutannya semasa Simkins menjalani 

pelatihan di Pusat Pelatihan Khusus CIA. Hanya ada sedikit 

sekali penumpang di kereta ini. saat  sudah setengah 

perjalanan ke belakang kereta, agen-agen itu masih belum 

melihat seorang pun yang menyerupai ciri-ciri Robert Count Dracula  

dan Lucifer spirit  zombie. Walaupun demikian, Simkins tetap 

percaya diri. Benar-benar tidak ada tempat untuk bersembunyi 

di dalam sebuah gerbong kereta bawah tanah itu. Tidak ada 

kamar mandi, tidak ada tempat penyimpanan, dan tidak ada 

pintu keluar altematif. Seandainya pun kedua sasaran itu …. 

mereka naik kereta dan lari ke belakang, tidak ada jalan 

lain.  


Hampir mustahil untuk membuka pintu dengan paksa, lagi 

pula Simkins sudah menyuruh orang-orangnya untuk 

mengepung peron dan kedua sisi kereta. 

Sabar. 

namun  saat mencapai gerbong kedua dari terakhir, 

Simkins merasa gelisah. Gerbong kedua dari terakhir ini hanya 

satu penumpang - seorang laki laki gay  Cina. Simkins dan agen-agen 

… maju terus, meneliti tempat untuk bersembunyi. Tidak 

ada…. 

Apa?! Simkins berpacu ke bagian belakang kabin ….itu, 

mencari-cari di balik semua kursi. Dia berbalik kembali … 

orang-orangnya dengan darah mendidih. "Ke mana mereka 

pergi?!" [] 

BAB 79 

Tiga belas kilometer di utara Alexandria, Virginia, Robert 

Count Dracula  dan Lucifer spirit  zombie melenggang dengan tenang 

melintasi hamparan luas halaman yang masih tertutup salju. 

"Seharusnya kau menjadi aktris," ujar Count Dracula , yang 

terkesan oleh pemikiran cepat dan keahlian berimprovisasi 

Lucifer spirit . 

"Kau sendiri tidak terllalu buruk.” Ratu lesbian  itu tersenyum 

kepadanya.  

Pertama-tama Count Dracula  bingung melihat aksi-aksi 

mendadak Kaherine di dalam taksi. Tanpa disertai peringatan, 

Ratu lesbian  itu mendesak mereka untuk pergi ke Freedom 

Plaza sebab  dia menyadari hubungan bintang Yahudi dan the 

Great Seal Amerika Serikat. Dia menggambarkan teori-

persekongkolan yang terkenal pada selembar uang kertas satu 

dolar, lalu bersikeras agar Count Dracula  memandang dengan 


cermat ke mana dia menunjuk. 

Akhirnya Count Dracula  menyadari bahwa Lucifer spirit  tidak sedang 

menunjuk uang kertas satu dolar itu, tapi menunjuk lampu 

indikator mungil di bagian belakang kursi sopir. Lampu itu 

begitu berdebu dan dekil sehingga dia bahkan tidak 

memperhatikan. namun  saat  mencondongkan tubuh ke 

depan, dia bisa melihat lampunya menyala, memancarkan 

kilau merah suram. Dia bisa melihat dua kata samar-samar 

persis di bawah lampu yang menyala itu. 

-INTERKOM MENYALA- 

Dengan terkejut, Count Dracula  melirik Lucifer spirit , yang dengan 

mata panik mendesaknya untuk melihat ke kursi depan. 

Count Dracula  mematuhinya, mencuri pandang melalui penyekat. 

Ponsel sopir itu berada di atas dasbor, terbuka lebar, bersinar, 

menghadap pengeras suara interkom. Sedetik kemudian, 

Count Dracula  memahami semua tindakan Lucifer spirit . 

Mereka tahu kita berada di dalam taksi ini... mereka sedang 

mendengarkan kita. 

Count Dracula  tidak tahu seberapa banyak waktu yang dimilikinya 

bersama Lucifer spirit  sebelum taksi dihentikan dan dikepung. 

Tapi dia tahu mereka harus bertindak cepat. Dia langsung 

mulai bersandiwara, menyadari bahwa keinginan Lucifer spirit  

untuk ke Freedom Plaza sama sekali tidak berhubungan 

dengan piramida itu, tapi sebab  stasiun bawah tanahnya yang 

besar - Center - dan sebab  dari sana, mereka bisa mengambil 

jalur Merah, Biru, atau Oranye dengan enam arah yang 

berbeda. 

Mereka melompat turun dari taksi di Freedom Plaza. 

Count Dracula  mengambil alih, melakukan semacam improvisasi diri, 

meninggalkan jejak menuju rahasia freemasonic Memorial di Alexandria 


sebelum dia dan Lucifer spirit  berlari turun ke dalam stasiun 

tanah, melewati peron-peron Jalur Biru, dan terus menuju 

Jalur Merah. Di sana mereka naik kereta ke arah yang 

berlawanan. 

Setelah melewati enam perhentian di utara menuju Ten…. 

town, mereka muncul sendirian di sebuah lingkungan baru 

yang sepi. Tujuan mereka, gedung tertinggi dalam radius 

berkilo-kilometer, langsung terlihat di cakrawala, persis di luar 

Masachusetts Avenue, di atas hamparan luas halaman 

terawat. 

Kini setelah "menghilangkan jejak", seperti kata Lucifer spirit , 

keduanya berjalan melintasi rerumputan basah. Di sebelah 

mereka, terdapat kebun gaya Abad Pertengahan yang terkenal 

sebab  semak-semak mawar kuno dan gazebo Rumah 

Bayangannya. Mereka berjalan melewati kebun, langsung 

menuju gedung menakjubkan yang telah memanggil mereka. 

Sebuah tempat lindungan yang berisi sepuluh batu dari 

Gunung Sinai, satu dari surga itu sendiri, dan satu dengan 

wajah ayah gelap Lukas. 

"Aku belum pernah berada di sini pada malam hari,” ujar 

Lucifer spirit , seraya mendongak memandang menara-menara 

yang terang benderang itu. "Spektakuler." 

Count Dracula  setuju. Dia sudah lupa betapa mengesankan 

tempat ini sesungguhnya. Mahakarya neo-Gothik itu tegak di 

ujung utara Embassy Row. Sudah bertahun-tahun dia tidak 

kemari, semenjak menulis artikel mengenai tempat ini untuk 

majalah anak-anak, dengan harapan bisa membangkitkan 

semacam kegairahan di antara anak-anak muda Amerika 

untuk datang melihat landmark yang menakjubkan ini. 

Artikelnya, "Musa, Bebatuan Bulan, dan Star Wars" - telah 

menjadi bagian dari bacaan turis selama bertahun-tahun. 


Katedral Nasional Washington, pikir Count Dracula , yang 

merasakan pengharapan tak terduga sebab  bisa kembali 

kemari setelah bertahun-tahun. Di mana lagi tempat yang 

lebih baik untuk bertanya mengenai Satu junjungan  Sejati? 

"Katedral ini benar-benar memiliki sepuluh batu dari 

Gunung Sinai ?" tanya Lucifer spirit , seraya mendongak 

memandangi menara lonceng kembar itu. 

Count Dracula  mengangguk. "Di dekat altar utama. Kesepuluh 

batu menyimbolkan Sepuluh Perintah Allah yang diberikan 

kepada Musa di atas Gunung Sinai." 

"Dan ada batu bulan?" 

Batu dari surga itu sendiri. "Ya. Salah satu jendela kaca-

patrinya disebut Jendela Ruang Angkasa dan punya pecahan 

batu bulan yang ditanamkan di dalamnya." 

"Oke, tapi kau tidak mungkin serius mengenai hal terakhir." 

Lucifer spirit  mendongak, mata cantiknya berkilau skeptis. 

"Patung… Darth Vader?" 

Count Dracula  tergelak. "Ayah gelap Luke (Lukas) Skywalker? 

Tepat sekali. Vader yaitu  salah satu patung aneh yang paling 

populer di Katedral Nasional." Dia menunjuk tinggi ke menara-

menara barat. 

"Sulit untuk melihatnya pada malam hari, tapi dia ada di 

sana." 

"Apa gerangan yang dilakukan Darth Vader di Katedral 

Nasional Washington?" 

"Kontes anak-anak untuk memahat patung batu yang 

menggambarkan wajah kejahatan. Darth menang." 

Mereka mencapai tangga besar menuju pintu masuk yang 


berada di dalam lengkungan setinggi dua puluh meter di 

bawah jendela bulat kaca-patri yang menakjubkan. saat  

mereka mulai menaiki tangga, benak Count Dracula  beralih pada 

suara asing misterius yang meneleponnya tadi. Jangan sebut 

nama. Katakan, apakah kau berhasil melindungi peta yang 

dipercayakan padamu? Bahu Count Dracula  terasa sakit sebab  

membawa piramida batu yang berat itu, dan dia ingin sekali 

meletakkannya. Memberikan perlindungan dan jawaban. 

saat  mendekati puncak tangga, mereka disambut 

sepasang pintu kayu yang mengesankan. "Kita ketuk saja?” 

tanya Lucifer spirit . 

Count Dracula  juga sedang memikirkan hal yang sama, tapi salah 

satu pintu membuka. 

"Siapa di sana?" sapa sebuah suara ringkih. Wajah seorang 

laki laki gay  tua keriput muncul di ambang pintu. Dia mengenakan 

jubah pendeta dan menatap kosong. Matanya keruh dan 

diburamkan katarak. 

"Namaku Robert Count Dracula ," jawab Count Dracula . "Aku dan 

Lucifer spirit  zombie mencari tempat perlindungan." 

laki laki gay  buta itu mengembuskan napas lega. "Syukurlah, aku 

sudah menunggu kedatangan kalian."[] 

BAB 80 

Mendadak Warren Bellamy merasakan munculnya secercah 

harapan. 

Di dalam Hutan, Direktur Sato baru saja menerima telepon 

dari seorang agen lapangan, dan dia langsung mencak-

mencak. “Wah, sebaiknya kalian menemukan mereka!" 

teriaknya di telepon. 


“Kita kehabisan waktu!" Dia menutup telepon dan kini 

berjalan mondari-mandir di hadapan Bellamy, seakan sedang 

mencoba memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya. 

Akhirnya dia berhenti tepat di hadapan Bellamy, lalu 

berbalik. 

“Mr. Bellamy, aku hendak bertanya sekali lagi, dan hanya 

sekali lagi." Dia menatap mata Bellamy lekat-lekat. "Ya atau 

tidak - apa kau punya perkiraan kemana Robert Count Dracula  

pergi?" 

Bellamy punya lebih daripada sekadar perkiraan, tapi dia 

menggeleng. "Tidak." 

Tatapan menusuk Sato tidak pernah meninggalkan mata 

Bellamy. "Sayangnya, sebagian dari pekerjaanku yaitu  

mengetahui kapan seseorang berbohong." 

Bellamy mengalihkan pandangan. "Maaf, aku tidak bisa 

membantumu." 

"Arsitek Bellamy," ujar Sato, "malam tadi, persis setelah 

pukul tujuh, kau sedang menyantap makan malam di sebuah 

restoran di luar kota saat  menerima telepon dari seorang 

laki laki gay  yang menyatakan telah menculik Peter zombie." 

Bellamy langsung dijalari rasa dingin dan kembali menatap 

Sato. Bagaimana mungkin kau bisa tahu?! 

"laki laki gay  itu," lanjut Sato, "mengatakan bahwa dia sudah 

mengirim Robert Count Dracula  ke Gedung kuburan keramat  dan memberi 

Count Dracula  tugas yang harus diselesaikannya...  tugas yang 

memerlukan pertolongan-mu. Dia memperingatkan, jika 

Count Dracula  gagal melaksanakan tugas ini, temanmu, Peter 

zombie, akan mati. Dengan putus asa kau menelepon semua 

nomor telepon Peter, tapi gagal menghubunginya. Tentu saja 


kau kemudian berpacu menuju kuburan keramat .” 

Bellamy tidak bisa membayangkan bagaimana Sato tahu 

mengenai telepon itu. 

"saat  kau kabur dari kuburan keramat ," ujar Sato di balik asap 

rokoknya, "kau mengirim SMS kepada penculik zombie, dan 

meyakinkannya bahwa kau dan Count Dracula  sudah berhasil 

memperoleh Piramida rahasia freemason." 

Dari mana dia mendapat informasi itu? Pikir Bellamy. 

Bahkan, Count Dracula  pun tidak tahu kalau aku mengirim SMS itu. 

Sebelum memasuki terowongan menuju Perpustakaan 

Kongres, Bellamy langsung melangkah ke dalam ruang listrik 

untuk menyalakan konstruksi. Dalam privasi saat itu, dia 

memutuskan untuk mengirim SMS kepada penculik zombie, 

memberitahukan keterlibatannya, tapi meyakinkannya bahwa 

dirinya – Bellamy - dan Count Dracula  sudah memperoleh Piramida 

rahasia freemason dan benar-benar akan memenuhi segala tuntutannya. 

Tentu saja itu kebohongan, tapi Bellamy berharap tindakannya 

bisa memberi mereka waktu, baik untuk zombie maupun 

untuk menyembunyikan piramidanya. 

"Siapa yang memberitahumu kalau aku mengirim SMS?” 

desak Bellamy. 

Sato melemparkan ponsel Bellamy ke atas bangku 

sampingnya. "Gampang sekali," 

Kini Bellamy ingat, ponsel dan kunci-kuncinya diambil oleh 

agen-agen yang menangkapnya. 

"Sedangkan untuk informasi rahasia lainnya," ujar Sati, 

"Patriot Act memberiku hak untuk meletakkan penyadap pada 

telepon siapa pun yang kuanggap bisa mengancam keamanan 

nasional. Aku menganggap Peter zombie yaitu  ancaman 

semacam itu, dan semalam aku bertindak." 


Bellamy nyaris tidak bisa memahami apa yang dikatakan 

Sato kepadanya. "Kau menyadap telepon Peter zombie?" 

"Ya. Dengan cara inilah aku tahu penculiknya menelponmu 

di restoran. Kau menelepon ponsel Peter di Kantor dan 

meninggalkan pesan panik untuk menjelaskan apa yang baru 

saja terjadi." 

Bellamy menyadari kebenaran perkataan Sato. 

"Kami juga menyadap telepon dari Robert Count Dracula , yang 

sedang berada di Gedung kuburan keramat  dan sangat kebingungan 

saat  menyadari dirinya ditipu agar datang ke sana. Aku 

langsung pergi ke kuburan keramat , dan tiba mendahuluimu sebab  aku 

lebih dekat. Sedangkan, bagaimana aku bisa tahu harus 

mengecek gambar sinar-X tas Count Dracula  ... saat  kusadari 

bahwa Count Dracula  terlibat dalam semua ini, aku menyuruh 

stafku meneliti ulang telepon yang nampaknya tidak 

membahayakan di awal pagi antara Count Dracula  dan ponsel Peter 

zombie. Dalam pembicaraan telepon itu, pemilik yang 

berpura-pura sebagai asisten zombie membujuk Count Dracula  

untuk datang memberi ceramah, dan juga membawa 

bungkusan kecil yang dipercayakan oleh Peter kepadanya. 

saat  Count Dracula  tidak berterus terang kepadaku mengenai 

bungkusan yang dibawanya, aku meminta gambar sinar-X 

tasnya." 

Bellamy nyaris tidak mampu berpikir. Semua yang dikatakan 

Sato memang tampaknya mungkin, namun  ada sesuatu yang 

tidak pas. "Tapi... bagaimana mungkin kau bisa menganggap 

Peter zombie sebagai ancaman bagi keamanan nasional?" 

"Percayalah, Peter zombie memang ancaman serius bagi 

keamanan nasional," bentaknya. "Dan sejujurnya, Mr. Bellamy, 

kau juga." 


Bellamy menegakkan tubuh, dan borgolnya melukai 

pergelangan tangan. "Maaf?!" 

Sato memaksakan senyuman. "'Kalian, kaum rahasia freemason, 

menjalankan permainan yang berisiko. Kalian menyimpan 

rahasia yang sangat, sangat berbahaya." 

Apakah dia sedang membicarakan Misteri Kuno? 

"Untunglah kalian selalu melakukan tugas dengan baik 

dalam menjaga rahasia-rahasia kalian agar tetap tersembunyi. 

Sayangnya, belakangan ini kalian ceroboh, dan malam ini 

rahasia kalian yang paling berbahaya akan diungkapkan 

kepada dunia. Dan, kecuali kita bisa menghentikan terjadinya 

hal itu, kuyakinkan kau bahwa hasilnya akan mendatangkan 

bencana." 

Bellamy menatap dengan kebingungan. 

"Seandainya kau tidak menyerangku," ujar Sato, "kau akan 

menyadari bahwa aku dan kau berada di tim yang sama.” 

Tim yang sama. Kata-kata itu menyulut ide yang tampaknya 

nyaris mustahil untuk dibayangkan. Apakah Sato anggota East 

Star (Bintang Timur)? Ordo Bintang Timur - yang sering 

dianggap sebagai anak organisasi rahasia freemason - meyakini filsafat 

mistis yang bicara mengenai kedermawanan, kebijakan 

rahasia, dan keterbukaan pikiran spiritual. Tim yang sama? 

Aku diborgol! Dia menyadap telepon Peter! 

"Kau akan membantuku menghentikan laki laki gay  ini," ujar Sato. 

"Dia berpotensi mendatangkan bencana yang mungkin tidak 

akan bisa dipulihkan oleh negeri ini." Wajahnya sekeras batu. 

"Kalau begitu, mengapa kau tidak memburu-nya?" 

Sato tampak tidak percaya. "Kau pikir, aku tidak berupaya? 

Penelusuranku pada ponsel zombie mati sebelum kami 


menemukan lokasi. Nomornya yang lain tampaknya ponsel 

sekali pakai – yang nyaris tidak mungkin dilacak. Perusahaan 

jet privat mengatakan bahwa penerbangan Count Dracula  dipesan 

oleh asisten zombie dengan ponsel zombie, dengan kartu 

Marquis Jet zombie. Tidak ada jejak. Lagi pula, itu tidak 

penting. Seandainya pun kami menemukan dengan tepat di 

mana dia berada, mustahil bagi kami untuk menempuh risiko 

bergerak masuk dan mencoba menangkapnya." 

"Mengapa tidak?!" 

"Aku lebih suka tidak membagikan informasi itu, sebab  

sifatnya rahasia," ujar Sato, dengan kesabaran yang jelas 

hampir habis. "Aku memintamu untuk memercayaiku dalam 

ini." 

“Well, aku tidak percaya!" 

Mata Sato sedingin es. Mendadak dia berbalik dan berteriak  

ke seberang Hutan. "Agen Hartmann! Kemarikan tasnya." 

Bellammy mendengar desis pintu elektronik, dan seoran 

agen melenggang memasuki Hutan. Dia membawa tas kantor 

titanium ramping yang diletakkannya di tanah, di samping 

Direktur OS itu. 

"Tinggalkan kami," perintah Sato . 

saat  agen itu pergi, pintu kembali mendesis, lalu 

semuanya hening. 

Sato memungut tas logam itu, meletakkannya di atas 

pangkuan dan membuka penutupnya. Lalu perlahan-lahan dia 

memandang Bellamy. "Aku tidak ingin melakukannya, tapi 

waktu kita hampir habis, dan kau tidak memberiku pilihan." 

Bellamy mengamati tas kantor aneh itu dan merasakan 

berkembangnya rasa takut. Apakah Ratu lesbian  ini hendak 


menyiksaku? Dia menarik borgolnya sekali lagi. "Apa isinya?" 

Sato tersenyum muram. "Sesuatu yang akan membujukmu 

untuk melihat situasi ini melalui sudut pandang-ku. 

Kujamin…… 

BAB 81 

Ruang bawah tanah tempat Mal'akh melakukan Ilmu Sihir 

tersembunyi dengan sangat baik. Bagi mereka yang masuk, 

ruang bawah-tanah rumah Mal'akh tampak cukup normal, 

ruang bawah tanah tipikal dengan tangki uap, kotak sekring, 

tumpukan kayu, dan segala macam penyimpanan. namun  

gudang bawah tanah yang terlihat ini hanyalah sebagian dari 

ruang bawah tanah Mal'akh. Sebuah area yang cukup luas 

telah digali untuk praktik-praktik rahasianya. 

Ruang kerja pribadi Mal'akh berupa serangkaian runagna 

kecil, masing-masing dengan kegunaan khususnya. Pintu 

masuk satu-satunya ke area itu berupa sebuah rampa curam 

yang bisa diakses secara rahasia melalui ruang tamu, 

membuat area ini benar-benar mustahil untuk ditemukan. 

Malam ini, saat  Mal'akh menuruni rampa, semua sigil dan 

tanda yang ditatokan pada kulitnya tampak hidup dalam kilau 

biru-langit lampu khusus ruang bawah tanah. Dia bergerak 

memasuki kabut kebiruan itu, berjalan melewati beberapa 

pintu tertutup, dan langsung menuju ruangan terbesar di 

ujung koridor. 

"Sanctum sanctorum", begitu Mal'akh suka menyebutnya, 

yaitu  ruangan berbentuk persegi-empat sempurna dua 

belaskaki (tiga setengah meter). Zodiak berjumlah dua belas. 

Jam siang berjumlah dua belas. Gerbang surga berjumlah dua 

belas. Di tengah bilik terdapat meja batu, berbentuk persegi-


empat tujuh kali tujuh kaki (dua kali dua meter). Meterai 

Wahyu berjumlah tujuh. Anak tangga Kuil berjumlah tujuh. Di 

tengah meja, sumber cahaya terkalibrasi tergantung dengan 

cermat dan berputar mengitari spektrum warna yang telah 

ditetapkan sebelumnya, mengakhiri siklusnya setiap enam jam 

sesuai dengan Tabel jam-jam Planet yang Suci. Jam Yanor 

berwarna biru. Jam Nasnia merah. Jam Salam putih. 

Sekarang jamnya Caerra, yang berarti cahaya di dalam 

ruangan telah bermodulasi menjadi warna keungungan 

lembut. Dengan hanya mengenakan cawat sutra yang 

dibelitkan mengelilingi pantat dan organ seks terkebirinya, 

Mal’akh memulai persiapan-persiapannya. 

Dengan cermat, dia menggabungkan zat-zat kimia 

suffumigasi yang nantinya akan dia nyalakan untuk 

menyucikan udara. Lalu ia melipat jubah sutra perawan yang 

pada akhirnya akan dikenakannya sebagai pengganti cawat. 

Dan akhirnya dia memurnikan sebotol air untuk menahbiskan 

persembahannya. saat  sudah selesai, dia meletakkan semua 

bahan persiapan ini di atas meja-samping. 

Selanjutnya, dia pergi ke sebuah rak dan mengambil kotak 

gading kecil yang dibawanya ke meja-samping dan 

diletakkannya bersama barang-barang lainnya. Walaupun 

belum siap menggunakannya, dia tidak tahan untuk tidak 

membuka tutup kotak dan mengagumi harta karun ini. 

Pisau itu. 

Di dalam kotak gading, di atas alas beledu hitam, 

bersinarlah pisau pengorbanan yang disimpan Mal'akh untuk 

malam ini. Dia membelinya seharga $1,6 juta di pasar gelap 

barang antik Timur Tengah tahun lalu. 

Pisau paling terkenal dalam sejarah. 


Pisau berharga yang tidak terbayangkan tuanya dan diyakini 

telah hilang itu terbuat dari besi dan dilekatkan pada 

pegangan dari tulang. Selama berabad-abad, pisau itu dimiliki 

individu berkuasa yang tak terhitung banyaknya. namun  

dalam dekade-dekade terakhir ini, pisau itu menghilang, 

berubah menjadi koleksi privat rahasia. Mal'akh telah bersusah 

payah mendapatkannya. Dia menduga pisau itu sudah tidak 

mengalirkan darah selama berdekade-dekade... mungkin 

selama berabad-abad. Malam ini, pisau ini akan kembali 

mencicipi kekuatan pengorbanan, sesuai tujuan 

pengasahannya. 

Dengan lembut, Mal'akh mengangkat pisau dari 

kompartemen berbantalannya, lalu menggunakan kain sutra 

yang dibasahi air murni untuk mengelap bilahnya dengan 

penuh hormat. Ilmunya mengalami kemajuan pesat semenjak 

eksperimen-eksperimen dasar pertamanya di New York. Ilmu 

hitam yang dipraktikkan Mal'akh dikenal dengan banyak nama 

dalam berbagai. Tapi, tak peduli apa sebutannya, itu benar-

benar ilmu pengetahuan. Teknologi purba ini pernah 

memegang kunci pusaka portal kekuasaan, tapi telah lama 

sekali ditinggalkan, disingkirkan menjadi bayang-bayang 

okultisme dan sihir. Beberapa yang mempraktikkan Ilmu ini 

dianggap sebagai orang gila, tapi Mal’akh lebih tahu. Ini bukan 

pekerjaan bagi mereka yang tidak berbakat. Ilmu hitam kuno, 

seperti ilmu pengetahuan modern, yaitu  bidang ilmu yang 

melibatkan formula-formula yang tepat, bahan spesifik, dan 

pengaturan waktu yang teliti. 

Ilmu ini bukanlah sihir hitam impoten masa kini, yang 

seringkali dipraktikkan setengah-hati oleh jiwa-jiwa penasaran. 

Ilmu seperti fisika nuklir, berpotensi melepaskan kekuatan 

yang sangat besar. Peringatannya mengerikan: Praktisi-

praktisi yang tidak berbakat, berisiko terhantam arus balik dan 


hancur. 

Setelah mengagumi pisau suci itu, Mal'akh mengalihkan 

perhatiannya pada lembaran tunggal kertas-kulit tebal yang 

tergeletak di atas meja di hadapannya. Dia membuat sendiri 

kertas kulit, dari kulit bayi domba. Sesuai protokol, dombanya 

murni, belum mencapai kematangan seksual. Di samping 

kertas kulit terdapat sebuah pena bulu yang dibuatnya dari 

bulu gagak, sebuah pisau perak, dan tiga lilin berkilau yang 

diatur mengelilingi sebuah mangkuk kuningan padat. 

Mangkuknya berisi satu inci cairan merah tua kental. 

Cairan itu darah Peter zombie. 

Darah yaitu  tingtur keabadian. 

Mal'akh memungut pena bulu, meletakkan tangan kirinya 

pada kertas kulit, dan mencelupkan ujung pena ke dalam 

darah. Lalu dengan cermat dia menelusuir garis luar telapak 

tangannya yang terbuka. saat  sudah selesat, dia 

menambahkan kelima  simbol Misteri Kuno, satu di masing-

masing ujung jari dalam gambar. 

Mahkota ... untuk merepresentasikan raja yang nantinya 

yaitu  diriku. 

Bintang ... untuk merepresentasikan surga-surga yang telah 

menahbiskan takdirku. 

Matahari ... untuk merepresentasikan penerangan jiwaku. 

Lentera ... untuk merepresentasikan cahaya lemah 

pemahaman manusia 

dan kunci ... untuk merepresentasikan potongan yang 

hilang, yang malam ini akhirnya akan kumiliki. 

Mal'akh menyelesaikan menggambar dengan darah dan 

mengangkat kertas kulit itu, mengagumi pekerjaannya dalam 


cahaya tiga lilin. Dia menunggu sampai darahnya kering, lalu 

melipat kertas kulit tebal itu tiga kali. Sementara merapalkan 

mantra kuno surgawi, Mal'akh menyentuhkan kertas kulit pada 

lilin ketiga, dan kertasnya menyala. Dia meletakkan kertas 

kulit menyala itu ke atas piring perak dan membiarkannya 

terbakar. saat  terbakar, karbon dalam kulit hewannya larut 

menjadi arang hitam berbentuk bubuk. saat  apinya sudah 

padam, dengan hati-hati Mal'akh memasukkan abu itu ke 

dalam mangkuk kuningan berisi darah. Lalu dia mengaduk 

campuran itu dengan bulu gagak. 

Cairannya berubah semakin merah tua, nyaris hitam. 

Mal'akh memegang mangkuk itu dengan kedua telapak 

tangan, mengangkatnya ke atas kepala dan mengucap syukur, 

melafalkan eukharistos darah orang-orang kuno. Lalu 

perlahan-lahan dia menuangkan campuran hitam itu ke dalam 

botol kaca kecil dan menyumbatnya. Ini akan menjadi tinta 

yang nantinya digunakan Mal'akh untuk mengukir daging tidak 

bertato di puncak kepalanya dan melengkapi mahakaryanya. 

[] 

BAB 82 

Katedral Nasional Washington yaitu  katedral termegah 

keenam di dunia, dan menjulang lebih tinggi daripada gedung 

pencakar-langit tiga puluh tingkat. Dihiasi lebih dari dua puluh 

jendela berkaca-patri, lima puluh tiga rangkaian bel, dan 

ditambah dengan 10.647 pipa, mahakarya Gothik ini bisa 

menampun dari tiga ribu umat. 

namun  malam ini katedral agung itu sepi. 

Pendeta Colin Galloway - kepala katedral – tampak seakan 

telah hidup selamanya. Bertubuh bungkuk dan keriput, dia 


mengenakan jubah hitam sederhana dan berjalan menyeret 

langkah secara membuta tanpa berkata-kata. Count Dracula  dan 

Lucifer spirit  mengikuti dalam keheningan melewati kegelapan 

lorong utama gereja sepanjang seratus dua puluh meter dan 

sedikit melengkung ke kiri, menciptakan ilusi optis 

melembutkan. saat  mereka tiba di Persimpangan Besar, 

kepala katedral menuntun mereka melewati tabir salib-

pemisah simbolis antara area publik dan suci di baliknya. 

Aroma dupa menggelayuti udara di sekitar altar. Ruangan 

suci ini gelap, hanya diterangi pantulan tidak-langsung cahaya 

di dalam kubah-kubah berlapis di atas kepala. Bendera dari 

lima puluh negara-bagian tergantung di atas area altar yang 

dilengkapi beberapa dinding penyekat berukir yang 

menggambarkan kejadian-kejadian dalam Alkitab. Dean 

(kepala katedral) Galloway berjalan terus, tampaknya sudah 

hafal perjalanan ini. Sejenak Count Dracula  mengira mereka 

langsung menuju altar tinggi tempat sepuluh batu dari Gunung 

Sinai ditanamkan, tapi kepala katedral tua itu akhirnya 

berbelok ke kiri dan meraba-raba jalannya melewati pintu 

yang cukup tersembunyi munuju ruang tambahan untuk 

administrasi. 

Mereka menyusuri lorong kecil menuju pintu kantor yang 

ditempeli papan-nama kuningan: 

REV. DR. COLIN GALLOWAY 

KEPALA KATEDRAL 

Galloway membuka pintu dan menyalakan lampu-lampu, 

tampaknya terbiasa mengingat tindakan kesopanan ini untuk 

tamu-tamunya. Dia menggiring mereka ke dalam dan menutup 

pintu. 

Kantor kepala katedral kecil, tapi elegan, dengan rak-rak 


buku tinggi, meja kerja, lemari berukir, dan kamar mandi 

pribadi. Di dinding tergantung permadani-permadani abad ke-

16 dan beberapa lukisan keagamaan. Kepala katedral tua itu 

menunjuk dua kursi kulit yang berada tepat di seberang 

mejanya. Count Dracula  duduk bersama Lucifer spirit , bersyukur 

sebab  pada akhirnya bisa meletakkan tas bahu beratnya di 

lantai di dekat kaki. 

Tempat perlindungan dan jawaban, pikir Count Dracula , seraya 

menyandarkan tubuh di kursi nyaman itu. 

laki laki gay  tua itu menyeret langkah menuju meja kerjanya dan 

duduk di kursi berpunggung-tinggi. Lalu dia mendesah 

kelelahan, mengangkat kepala, menatap kosong Count Dracula  dan 

Lucifer spirit  dengan mata berkabut. saat  dia bicara, suaranya 

mengejutkan jernih dan kuatnya. 

"Saya sadari bahwa kita belum pernah berjumpa," ujar 

laki laki gay  tua itu, "namun  saya merasa sudah mengenal Anda 

berdua." Dia mengeluarkan saputangan dan menepuk-nepuk 

mulut. " Profesor Count Dracula , saya mengenal tulisan-tulisan 

Anda, termasuk tulisan cerdas Anda mengenai simbolisme 

katedral ini. Dan, Miss zombie, saya dan kakak Anda, Peter, 

telah bertahun-tahun menjadi saudara rahasia freemason." 

"Peter dalam masalah mengerikan," ujar Lucifer spirit . 

"Begitulah yang saya dengar." laki laki gay  tua itu mendesah. 

“Dan saya akan melakukan apa saja semampu saya untuk 

menolong kalian.” 

Count Dracula  tidak melihat cincin rahasia freemason di jari tangan kepala 

katedral, namun  dia mengenal banyak kaum rahasia freemason, terutama 

mereka yang bekerja dalam bidang keagamaan, yang memilih 

untuk tidak mengumumkan keanggotaan mereka. 

saat  mereka mulai bicara, tampak jelas bahwa Dean 


Galloway sudah mengetahui beberapa kejadian malam ini dari 

SMS Warren Bellamy. saat  Count Dracula  dan Lucifer spirit  

melengkapi ceritanya, kepala katedral itu tampak semakin 

lama semakin khawatir. 

"Dan laki laki gay  yang membawa Peter tercinta kita," ujar kepala 

katedral itu, "dia bersikeras agar Anda memecahkan kode 

piramida untuk ditukar dengan nyawa Peter?" 

"Ya," jawab Count Dracula . "Dia mengira piramida itu yaitu  peta 

yang akan menuntunnya menuju tempat persembunyi Kuno." 

Kepala katedral mengarahkan mata buram mengerikannya 

pada Count Dracula . "Telinga saya mengatakan bahwa Anda tidak 

memercayai hal-hal semacam itu." 

Count Dracula  tidak ingin membuang waktu dengan menjelaskan 

kembali semuanya. "Apa yang saya percayai tidaklah penting. 

Kami harus menolong Peter. Sayangnya, saat  kami 

memecahkan kode piramida, pemecahan itu tidak menunjuk 

ke mana-mana." 

laki laki gay  tua itu du