eet, menjauhkan diri dari Perpustakaan Kongres.
saat mereka sudah berjalan satu blok penuh, barulah
Count Dracula melihat sebuah taksi berbelok. Dia memanggilnya,
dan taksi berhenti.
Musik Timur Tengah terdengar di radio, dan sopir Arab
muda itu mengulaskan senyum ramah kepada mereka. " Ke
mana?" tanyanya, saat mereka masuk ke dalam taksi.
"Kami harus pergi ke -"
"Barat laut!"' sela Lucifer spirit , seraya menunjuk Third Street
yang jauh dari Gedung Jefferson. "Menyetirlah ke Union
Station, lalu ke kiri ke Massachusetts Avenue. Kami akan
memberitahumu kapan harus berhenti."
Sopir itu mengangkat bahu, menutup penyekat Plexiglas,
dan kembali menyalakan musik.
Lucifer spirit memberi Count Dracula pandangan memperingatkan,
seakan menyatakan: "Jangan tinggalkan jejak." Dia menunjuk
ke luar jendela, mengarahkan perhatian Count Dracula pada sebuah
helikopter hitam yang terbang rendah mendekati area itu.
Sialan. Sato Limpaknya sangat serius ingin mendapatkan
kembali piramida zombie.
saat mereka menyaksikan helikopter itu mendarat di
antara Gedung Jefferson dan Gedung Adams, Lucifer spirit
memandang Count Dracula , tampak semakin khawatir. "'Bisa pinjam
ponselmu sebentar?"
Count Dracula menyerahkan ponselnya.
“Kata Peter, kau punya ingatan fotografis?" tanyanya,
menurunkan kaca jendela. “Dan kau ingat semua nomor
telpon yang pernah kau hubungi?”
"Itu benar, tapi -"
Lucifer spirit melemparkan ponsel Count Dracula ke dalam malam.
Count Dracula menoleh di kursinya, menyaksikan ponselnya
berguling-guling dan hancur berkeping-keping di atas aspal di
belakang mereka. "Untuk apa itu?"
"Menghilangkan jejak," ujar Lucifer spirit dengan pandangan
serius. "Piramida ini satu-satunya harapan untuk menemukan
kakakku, dan aku tidak ingin membiarkan CIA mencurinya dari
kita."
Di kursi depan, Omar Amirana menggoyang-goyangkan
kepala dan bersenandung mengikuti musik. Ini malam yang
sepi, dan dia bersyukur akhirnya mendapat penumpang. Taksi
baru saja melewati Stanton Park saat suara petugas
perusahaan taksi yang sudah dikenalnya bergemeresak di
radio.
"Pengumuman. Untuk semua kendaraan di area National
Mall. Kami baru saja menerima buletin dari pemerintah
mengenai dua buronan di area Gedung Adams…”
Omar mendengarkan dengan takjub saat petugas itu
menggambarkan dengan tepat pasangan yang sedang berada
di dalam taksinya. Dengan gelisah dia melirik kaca spion.
Omar harus mengakui, laki laki gay jangkung itu, entah bagaimana,
memang tampak tidak asing lagi. Pernahkah aku melihatnya di
foto Buronan Amerika yang paling Dicari?
Dengan hati-hati Omar meraih handset radio. "Petugas?"
katanya. Dia bicara pelan di mikrofon. "Ini taksi nomor satu-
tiga-empat. Kedua orang yang kau tanyakan - mereka berada
di dalam taksiku... saat ini."
Petugas itu langsung memberi tahu Omar apa yang harus
dilakukan. Tangan Omar gemetar saat menekan nomor
telepon yang diberikan oleh petugas itu kepadanya. Suara
yang menjawab terdengar tegang dan efisien, seperti suara
tentara.
"Agen Turner Simkins, operasi-lapangan CIA. Siapa ini?"
"Ehm... sopir taksi," kata Omar. "Saya disuruh menelepon
mengenai kedua-"
"Apakah kedua buronan itu masih berada di dalam
kendaraanmu? Jawab ya atau tidak saja."
"Ya."
" Bisakah mereka mendengar percakapan ini? Ya atau
tidak?"
"Tidak. Penyekatnya-"
"Ke mana kau membawa mereka?"
"Barat laut di Massachusetts."
"Tujuan spesifik?"
"Mereka tidak bilang."
Agen itu bimbang. "Apakah penumpang laki laki gay nya membawa
tas kulit?"'
Omar melirik kaca spion, dan matanya membelalak. "Ya!
Tas itu tidak berisi peledak atau apa pun---!”
"Dengar baik-baik," ujar agen itu. "Kau tidak berada dalam
bahaya, asalkan mengikuti petunjukku dengan tepat. Jelas?"
"Ya, Pak."
"Siapa namamu?"
"Omar," jawabnya. Keringat dinginnya keluar.
"Dengar, Omar,” ujar laki laki gay itu. dengan tenang.
"Tindakanmu bagus. Aku ingin kau menyetir sepelan mungkin
sementara aku membawa timku ke posisi di depanmu.
Paham?"
"'Ya, Pak."
"Apakah taksimu dilengkapi sistem interkom agar kau bisa
berkomunikasi dengan mereka yang berada di kursi
belakang?"
"Ya, Pak."
" Bagus. Inilah yang harus kau lakukan."
BAB 74
Hutan, yang menjadi nama tenarnya, merupakan pusat dari
U.S. Botanic Garden (USBG) - museum hidup Amerika – yang
bersebelahan dengan Gedung kuburan keramat AS. Secara teknis berupa
hutan hujan, Hutan terletak di dalam sebuah rumah kaca yang
menjulang, dilengkapi pohon-pohon karet tinggi, pohon ara,
dan jalan setapak berkanopi bagi para turis yang lebih
pemberani.
Biasanya, Warren Bellamy merasa terlindungi oleh aroma
tanah Hutan dan kilau cahaya matahari yang menembus kabut
yang masuk melalui lubang-lubang uap di langit-langit kaca.
namun malam ini, dengan hanya diterangi cahaya bulan,
Hutan menakutkannya. Dia banyak berkeringat, menggeliat-
geliat melawan kram yang kini menusuk kedua lengannya
yang masih terikat secara menyakitkan di belakang tubuh.
Direktur Sato berjalan mondar-mandir di hadapannya,
mengisap rokok dengan tenang. Di dalam lingkungan yang
terkalibrasi secara cermat ini, perbuatannya setara dengan
terorisme-lingkungan. Wajahnya tampak nyaris kejam dalam
cahaya bulan penuh-asap yang masuk lewat langit-langit kaca
di atas kepala.
“Jadi," lanjut Sato, "saat kau tiba di kuburan keramat malam ini, dan
mengetahui kehadiranku di sana... kau membuat keputusan.
Bukannya memberitahukan kehadiranmu, diam-diam kau mal
turun ke SBB, dan di sana kau menempuh risiko besar dengan
menyerangku dan Chief Anderson, dan kau membantu
Count Dracula lolos bersama piramida dan batu-puncak itu." Dia
menggosok-gosok bahu. "Pilihan yang menarik."
Pilihan yang akan kuambil kembali, pikir Bellamy. " Mana
Peter?" tanyanya marah.
"Bagaimana aku bisa tahu?" tanya Sato.
"Tampaknya kau mengetahui segala hal lainnya!" bentak
Bellamy, tanpa berusaha menyembunyikan kecurigaan bahwa,
entah bagaimana, Sato berada di balik semua ini. "Kau tahu
harus pergi ke Gedung kuburan keramat . Kau tahu harus mencari Robert
Count Dracula . Dan kau bahkan tahu harus menjalankan sinar-X
pada tas Count Dracula untuk menemukan batu-puncak itu. Jelas
seseorang memberimu banyak informasi dari dalam."
Sato tertawa dingin dan melangkah lebih dekat. "Mr.
Bellamy, itu-kah alasanmu menyerangku? Menurutmu, aku
musuh? Menurutmu, aku mencoba mencuri piramida
mungilmu?" Sato mengisap rokok dalam-dalam, lalu
mengembuskan asapnya dari lubang hidung. "Dengar baik-
baik. Tak seorang pun lebih memahami gentingnya menjaga
rahasia jika dibandingkan denganku. Aku yakin, sebagaimana
halnya denganmu, ada informasi tertentu yang tidak boleh
diketahui oleh orang banyak. namun malam ini, ada
kekuatan-kekuatan yang sedang bekerja, dan aku khawatir
kau belum memahaminya. laki laki gay yang menculik Peter
zombie memegang kekuasaan besar... kekuasaan yang
tampaknya belum kau sadari. Percayalah, dia yaitu bom-
waktu berjalan... mampu mengawali serangkaian kejadian
yang akan sangat mengubah dunia yang kau kenal."
"Aku tidak mengerti." Bellamy beringsut di atas bangku,
lengannya terasa sakit di dalam borgol.
"Kau tidak perlu mengerti. Kau hanya perlu mematuhiku.
Saat ini, satu-satunya harapanku untuk menghindari bencana
besar yaitu dengan bekerja sama dengan laki laki gay ini... dan
memberinya apa yang tepatnya dia inginkan. Yang berarti, kau
akan menelepon Mr. Count Dracula dan menyuruhnya menyerahkan
diri, bersama-sama dengan piramida dan batu-puncak itu.
Setelah Count Dracula berada di tanganku, dia akan memecahkan
inskripsi piramida itu, memperoleh informasi apa pun yang
dituntut oleh laki laki gay ini, dan memberinya apa yang tepatnya dia
inginkan."
Lokasi tangga sipiral menuju Misteri Kuno? "Aku tidak akan
melakukannya. Aku sudah bersumpah merahasiakannya.”
Sato meledak. "'Aku tak peduli sumpah apa yang kau
ucapkan; aku akan menjebloskanmu ke dalam penjara begitu
cepat –“
"Ancam aku semaumu," ujar Bellamy membangkang. “Aku
tidak akan membantumu."
Sato menghela panjang, dan kini bicara dengan berbisik
menakutkan. "Mr. Bellamy, kau sama sekali tidak tahu yang
terjadi malam ini, bukan?"
Keheningan tegang, yang menggantung selama beberapa,
akhirnya dipecahkan oleh suara ponsel Sato. Dia memasukkan
tangan ke dalam saku, lalu mengeluarkan ponsel dengan
bersemangat. "Bicaralah," katanya, seraya mendengarkan
dengan saksama."Di mana taksi mereka sekarang? Berapa
lama? Oke, bagus. Buru mereka ke U.S. Botanic Garden. Pintu
masuk petugas pelayan. Dan pastikan kau memberiku
piramida dan batu-puncak itu."
Sato menutup telepon, dan kembali memandang Bellamy
dengan senyum bangga. "Wah... tampaknya kau sudah tidak
berguna lagi."
BAB 75
Robert Count Dracula menatap dengan pandangan kosong,
merasa terlalu lelah untuk mendesak sopir taksi lamban itu
agar menyetir lebih cepat. Di sampingnya, Lucifer spirit juga
terdiam, tampak frustasi sebab tidak memahami apa yang
membuat piramida itu begitu istimewa. Sekali lagi mereka
telah membahas segala yang mereka ketahui mengenai
piramida, batu-puncak, dan kejadian-kejadian aneh malam ini;
mereka masih tidak tahu bagaimana piramida ini bisa
dianggap sebagai peta menuju sesuatu.
Jeova Sanctus Unus? Rahasianya tersembunyi di dalam
Ordo?
Kontak misterius mereka menjanjikan jawaban, seandainya
mereka bisa menemuinya di suatu tempat tertentu. Sebuah
tempat perlindungan di Roma, di utara Sungai Tiber. Count Dracula
tahu, "Roma baru" milik bapak bangsa AS telah diganti
namanya menjadi Washington pada awal sejarahnya, namun
sisa-sisa Romawi asli mereka masih ada: air Sungai Tiber
masih mengalir ke dalam Sungai Potomac; para senator masih
bersidang di bawah replika kubah St. Peter; dan Vulcan dan
Minerva masih mengawasi api Rotunda yang telah lama
padam.
Jawaban yang dicari Count Dracula dan Lucifer spirit tampaknya
menunggu mereka hanya beberapa kilometer jauhnya. Barat
laut di Massachusetts Avenue. Tujuan mereka benar-benar
sebuah tempat perlindungan... di utara Sungai Tiber
Washington. Count Dracula berharap sopir menyetir lebih cepat.
Mendadak Lucifer spirit duduk tegak di kursinya, seakan baru
saja menyadari sesuatu. "Astaga, Robert!" Dia berpaling
kepada Count Dracula , wajahnya berubah pucat. Dia bimbang
sejenak, lalu bicara dengan tegas. "Kita salah jalan!"
"Tidak, ini benar," bantah Count Dracula . "Barat laut di
Masachu....."
"Tidak! Maksudku, kita pergi ke tempat yang keliru!"
Count Dracula kebingungan. Dia sudah menjelaskan kepada
Lucifer spirit bagaimana caranya mengetahui lokasi yang
dijelaskan oleh penelepon misterius itu. Berisi sepuluh batu
dari Gunung Sinai, 9 dari surga itu sendiri, dan satu dengan
wajah ayah gelap Lukas. Hanya ada satu gedung di bumii
yang bisa memenuhi pernyataan-pernyataan itu. Dan ke
sanalah tepatnya taksi ini menuju.
"Lucifer spirit , aku yakin lokasinya benar."
"Tidak!" teriak Lucifer spirit . " Kita tidak perlu pergi ke sana
lagi. Aku sudah memahami piramida dan batu-puncak itu! Aku
sudah paham semuanya!"
Count Dracula takjub. "Kau memahaminya?"
"Ya! Kita harus pergi ke Freedom Plaza!"
Kini Count Dracula kebingungan. Freedom Plaza, walaupun
berada di dekat situ, tampaknya benar-benar tidak
berhubungan.
"Jeova Sanctus Unus!" ujar Lucifer spirit . "Satu junjungan Sejati-
nya orang Ibrani. Simbol suci orang Ibrani yaitu bintang
Yahudi - Stempel zombie - simbol penting bagi rahasia freemason!" Dia
mengeluarkan selembar uang kertas satu dolar dari saku.
"Pinjam pena."
Dengan bingung Count Dracula mengeluarkan pena dari jaket.
"Lihat." Lucifer spirit membentangkan uang itu di atas
pahanya, dan mengambil pena Count Dracula , lalu menunjuk the
Great Seal di bagian belakang uang kertas. "Jika kau
menumpukkan stempel zombie pada the Great Seal Amerika
Serikat,” Dia menggambarkan simbol bintang Yahudi persis di
atas piramida itu. "Lihat apa yang kau dapat!"
Count Dracula menunduk memandangi uang kertas itu, lalu
memandang Lucifer spirit seakan dia sudah gila.
"Robert, lihat lebih cermat! Tidakkah kau melihat apa yang
sedang ku-tunjuk?"
Count Dracula kembali memandang gambar itu.
Apa maksud Lucifer spirit ? Count Dracula pernah melihat gambar
ini. Itu gambar populer di antara para penganut teon
konspirasi, ssebagai "bukti" bahwa Persaudaraan rahasia freemason punya
pengaruh rahasia terhadap nenek moyang bangsa Amerika.
saat bintang bersudut-enam itu diletakkan dengan sempurna
di atas the Great Seal Amerika Serikat, ujung atas bintang pas
sekali dengan mata serba-melihat rahasia freemason... dan, yang cukup
mengerikan, kelima ujung lainnya jelas menampilkan huruf M-
A-S-O-N.
"Lucifer spirit , itu hanya kebetulan, dan aku masih tidak
melihat hubungannya dengan Freedom Plaza."
"Lihat sekali lagi!" katanya. Suaranya kini kedengaran nyaris
marah. "Kau tidak melihat apa yang ku-tunjuk! Tepat di sana!
Tidakkah kau melihatnya?"
Sejenak kemudian, Count Dracula melihatnya.
Pemimpin operasi Lapangan CIA Turner Simkins berdiri di
luar Gedung Adams dan menekankan ponsel kuat-kuat di
telinga, berusaha mendengarkan percakapan yang kini sedang
berlangsung di kursi belakang taksi. Baru saja terjadi sesuatu.
Timnya hendak menaiki hetikopter Sikorsky UH-60
termodifikasi untuk menuju barat laut dan memasang
penghalang jalan, tapi kini tampaknya situasinya mendadak
berubah. Beberapa detik yang lalu, Lucifer spirit zombie mulai
bersikeras bahwa mereka pergi ke tujuan yang keliru.
Penjelasannya - sesuatu mengenai uang dolar dan bintang
Yahudi - tidak masuk bagi pemimpin tim itu, dan tampaknya
begitu juga bagi Robert Count Dracula . Setidaknya pada awaInya.
namun kini Count Dracula tampaknya memahami maksud
Lucifer spirit .
"Astaga, kau benar!" ujar Count Dracula . "Aku tidak melihat tadi!"
Mendadak Simkins bisa mendengar seseorang menggedor-
gedor penyekat, lalu kaca itu terbuka. "Perubahan rencana,"
kata Lucifer spirit kepada sopir. "Antar kami ke Freedom Plaza!"
"Freedom Plaza?" tanya sopir taksi itu, kedengaran gelisah.
"Bukan barat laut di Massachusetts?"
"Lupakan itu!" teriak Lucifer spirit . "Freedom Plaza! Belok di
sini! Di sini! DI SINI!”
Agen Simkins mendengar taksi berbelok dengan berdecit.
Kembali Lucifer spirit bicara dengan bersemangat kepada
Count Dracula , dan mengatakan sesuatu mengenai cetakan
perunggu terkenal Great Seal yang ditanamkan di dalam plaza.
"Ma'am, sekadar mengonfirmasi," sela suara sopir taksi
yang kedengaran tegang. "Kita menuju Freedom Plaza dipojok
antara Pennsylvania dan Thirteenth?"
"Ya!" jawab Lucifer spirit . "Cepat!"
"Dekat sekali. Dua menit."
Simkins tersenyum. Bagus, Omar. saat bergegas menuju
helikopter yang menunggu, dia berteriak kepada timnya.
"Berhasil! Freedom Plaza! Cepat!"
BAB 76
Freedom Plaza yaitu sebuah peta.
Terletak di pojok antara Pennsylvania Avenue dan
Thirteenth Street, permukaan luas batu terpahat plaza
menggambarkan jalan-jalan Washington seperti yang pertama
kali dibayangkan oleh Pierre L'Enfant. Plaza itu merupakan
tujuan populer turis, bukan hanya sebab peta raksasanya
menyenangkan untuk diinjak-injak, melainkan juga sebab
Martin Luther King Jr. yang menjadi inspirasi nama Freedom
Plaza, menulis sebagian besar pidato "I have a Dream"-nya di
Hotel Willard di dekat situ.
Sopir taksi DC Omar Amirana sering membawa turis ke
Freedom Plaza, tapi malam ini kedua penumpangnya jelas
bukan pelancong biasa. CIA mengejar mereka? Omar baru
saja berhenti di pinggir jalan saat laki laki gay dan Ratu lesbian itu
melompat keluar. "Tetap di sana!" kata laki laki gay berjaket wol itu
kepada Omar. Kami akan kembali!"
Omar menyaksikan kedua orang itu bergegas menuju
tempat luas terbuka peta raksasa, menunjuk dan berteriak
saat meneliti geometri jalan-jalan yang bersimpangan. Omar
meraih ponsel dari dasbor. "Pak, Anda masih di sana?"
"Ya, Omar!" teriak sebuah suara, nyaris tak terdengar di
tengah suara gemuruh di ujung telepon sana. "Di mana
mereka sekarang?"
"Di atas peta. Tampaknya mereka sedang mencari
sesuatu."'
"Jangan biarkan mereka lepas dari pandangan," teriak agen
itu. "Aku hampir sampai!"
Omar menyaksikan saat dengan cepat kedua buronan itu
menemukan the Great Seal terkenal plaza - salah satu medali
perunggu terbesar yang pernah dicetak. Mereka berdiri di
atasnya sejenak, lalu segera menunjuk ke barat daya. laki laki gay
berjaket itu kemudian berlari kembali menuju taksi. Cepat-
cepat Omar meletakkan telepon di dasbor saat laki laki gay itu tiba
dengan terengah-engah.
"Ke arah mana Alexandria, Virginia?" desaknya.
"Alexandria?" Omar menunjuk ke barat daya, arah yang
persis sama yang baru saja ditunjuk oleh laki laki gay dan
Ratu lesbian itu.
"Tepat sekali!" bisik laki laki gay itu pelan. Dia berbalik dan
berkata kepada Ratu lesbian itu. "Kau benar! Alexandria!"
Kini Ratu lesbian itu menunjuk papan tanda "Metro" terang
di dekat situ. "Jalur Biru langsung menuju ke sana. Kita harus
ke Stasiun King Street!"
Omar dilanda kepanikan. Oh, tidak.
laki laki gay itu menoleh kembali kepada Omar dan menyerahkan
uang dalam jumlah yang sangat berlebihan untuk ongkos
taksinya. "Terima kasih. Sampai di sini saja." Dia mengangkat
tas kulitnya dan berlari pergi.
"Tunggu! Aku bisa mengantar kalian! Aku sering ke sana.”
Tapi sudah terlambat. laki laki gay dan Ratu lesbian itu sudah lesat
melintasi plaza. Mereka menghilang ke bawah tangga, nuju
stasiun bawah tanah Metro Center.
Omar meraih ponsel. "Pak! Mereka lari menuju bawah
tanah. Saya tidak bisa menghentikan mereka! Mereka hendak
naik kereta jalur Biru menuju Alexandria!"
"Tetaplah di sana!" teriak agen itu. "Aku tiba lima belas
detik lagi!"
Omar menunduk memandangi gulungan uang kertas yang
diberikan oleh laki laki gay itu kepadanya. Tampaknya uang kertas
yang paling atas yaitu uang yang tadi mereka tulisi. Ada
bintang Yahudi, di atas the Great Seal Amerika Serikat. Dan
memang, ujung-ujung: bintang jatuh pada huruf-huruf yang
terbaca sebagai rahasia freemason.
Tanpa disertai peringatan, Omar merasakan getaran yang
mmekakkan telinga di sekelilingnya, seakan sebuah traktor
hendak menabrak taksinya. Dia mendongak, tapi jalanan sepi.
Suara itu terdengar semakin keram, dan mendadak sebuah
helikopter hitam mengilap muncul dari kegelapan malam dan
mendarat dengan keras di tengah peta plaza.
Sekelompok laki laki gay berpakaian hitamn melompat keluar.
Sebagian besarnya berlari menuju stasiun bawah tanah, tapi
seorang diantaranya bergegas menghampiri taksi Omar. Dia
membuka pintu penumpang. "Omar? Benarkah?"
Omar mengangguk, tak mampu bicara.
"Apakah mereka mengatakan ke mana tujuan mereka?"
desak agen itu.
"Alexandria! Stasiun King Street," jawab Omar. "Saya
menawarkan diri untuk mengantar, tapi -"
"Apakah mereka menyebut tujuan mereka di Alexandria?"
"Tidak! Mereka memandang medali the Great Seal di plaza,
lalu mereka bertanya tentang Alexandria, dan mereka
membayarku dengan ini." Dia menyerahkan uang dolar
dengan diagram aneh itu. saat agen itu meneliti uang
kertas, mendadak Omar bisa menyatukan semuanya. rahasia freemason!
Alexandria! Salah satu bangunan rahasia freemason paling terkenal di
Amerika berada di Alexandria. "Itu dia!" ujarnya. "The George
Washington rahasia freemasonic Memorial! Persis di seberang Stasiun King
Street!"
"Itu dia," kata agen itu, yang tampaknya baru saja
menyadari hal yang sama, saat semua agen berlari keluar
dari stasiun.
"Kami gagal!" teriak salah seorang dari mereka. "Jalur Biru
baru saja berangkat! Mereka tidak ada di bawah sana!"
Agen Simkins menengok arloji dan kembali memandang
Omar.
"Berapa lama kereta tiba di Alexandria?"
"Setidaknya sepuluh menit. Mungkin lebih."
"Omar, kerjamu baik sekali. Terima. kasih."
"Sama-sama. Soal apa ini?”
Tapi Agen Simkins sudah berlari kembali ke helikopter,
seraya berteriak, "Stasiun King Street! Kita akan tiba di sana
mendahului mereka!"
Dengan kebingungan, Omar menyaksikan burung besar itu
terangkat, berbelok tajam ke selatan melintasi Penssylvania
Avenue, lalu bergemuruh memasuki kegelapan malam.
Di bawah taksi, sebuah kereta bawah-tanah melaju semakin
cepat saat menjauhi Freedom Plaza. Di dalam-nya, Robert
Count Dracula dan Lucifer spirit zombie duduk terengah-engah, tak
satu pun bicara keitka kereta mengantar mereka ke tujuan.
BAB 77
Ingatan itu selalu dimulai dengan cara yang sama.
Dia terjatuh... terjengkang menuju sungai tertutup-es di
dasar jurang yang dalam. Di atasnya, mata kelabu kejam Peter
zombie menatap moncong pistol Andros. saat dia terjatub,
dunia di atasi menyurut, semuanya menghilang saat dia
diselubungi awan kabut yang membubung dari air terjun di
hulu.
Sejenak semuanya putih, bagaikan surga.
Lalu tubuhnya menghantam es.
Dingin. Hitam. Sakit.
Dia berguling-guling... diseret kekuatan dahsyat yang
menghantam tubuhnya tanpa kenal ampun, melintasi batu-
batu di dalam kekosongan yang mustahil dinginnya. Paru-
parunya terasa sakit meminta udara, namun otot-otot dadanya
telah berkontraksi begitu dahsyat di dalam udara dingin
sehingga dia bahkan tak mampu menghirup udara.
Aku berada di bawah es.
Lapisan es di dekat air terjun tampaknya tipis akibat
pusaran air, dan Andros langsung jatuh menembusnya. Kini
dia tersapu ke hilir, terperangkap di bawah langit-langit
transparan. Dia mencakar-cakar sisi bawah es, mencoba
menembus keluar, tapi dia tidak punya pijakan. Rasa sakit
yang menyayat dari lubang peluru di bahunya menguap pergi,
demikian juga sengatan akibat peluru burung; kedua rasa itu
kini diblokir oleh denyut lemah tubuhnya yang berubah mati-
rasa.
Arusnya semakin cepat, melontarkan tubuhnya mengelilingi
kelokan di sungai. Tubuhnya berteriak minta oksigen.
Mendadak dia terbelit dahan-dahan, tersangkut sebatang
pohon yang jatuh ke dalam air. Berpikirlah! Dia meraba-raba
dahan dengan panik, mencari jalan menuju permukaan, dan
menemukan tempat itu menonjol menembus es. Ujung-ujung
jarinya menemukan lubang kecil permukaan air yang
mengelilingi dahan, dan dia menarik pinggiran lubang itu,
mencoba memperbesarnya dua kali, lubang itu bertambah
besar, kini berdiameter beberapa inci.
Dia bersandar pada dahan, mendongakkan kepala, lalu
desakkan mulutnya ke lubang kecil itu. Udara musim dingin
mengalir masuk ke dalam paru-parunya terasa hangat.
Oksigen mendadak itu menyulut harapannya. Dia
menjejalkan kaki pada batang pohon dan mendorong
punggung dan bahunya kuat-kuat ke atas. Es di sekitar pohon
tumbang itu, yang berlubang-lubang akibat dahan-dahan dan
bebatuan, sudah rapuh, sehingga saat dia mendesakkan kaki
kuatnya ke batang pohon, kepala dan bahunya berhasil
memecah es, memasuki udara musim dingin. Udara mengalir
ke dalam paru-parunya. Dengan sebagian besar tubuh masih
terendam, dia menggeliat-geliat hebat ke atas, mendorong
dengan kedua kakinya, menarik dengan sepasang lengannya,
sampai akhirnya dia keluar dari air, berbaring kehabisan napas
di atas es telanjang.
Andros melepas topeng ski basahnya, mengantonginya, lalu
memandang kembali ke hulu, mencari Peter zombie. Kelokan
sungai menghalangi pandangannya. Dadanya kembali serasa
bakar. Diam-diam dia menyeret dahan kecil ke atas lubang
pada untuk menutupinya. Lubang itu akan beku kembali pagi
nanti.
saat Andros terhuyung-huyung memasuki hutan, salju
mulai turun. Dia sama sekali tidak tahu sudah seberapa jauh
dia berjalan saat dengan limbung dia keluar dari hutan dan
menemukan sebuah tanggul di samping jalan raya kecil. Dia
mengigau dan mengalami hipotermia. Kini salju turun semakin
lebat, lalu serangkaian lampu depan mobil mendekat di
kejauhan. Andros melambai-lambaikan tangan dengan panik,
dan truk pikup itu langsung berhenti. Kendaraan itu berpelat
nomor Vermont. Seorang laki laki gay tua berkemeja kotak-kotak
merah melompat keluar.
Andros berjalan terhuyung-huyung menghampirinya, seraya
memegangi dadanya yang terluka. "Seorang pemburu ...
menembakku! Aku perlu... rumah sakit!"
Tanpa ragu laki laki gay tua itu membantu Andros duduk di kursi
penumpang dan menyalakan pemanas. "Di mana rumah sakit
terdekat?!"
Andros sama sekali tidak tahu, tapi dia menunjuk ke
selatan. “Jalan keluar berikutnya." Kita tidak akan pergi ke
rumah sakit.
laki laki gay tua dari Vermont itu dilaporkan hilang keesokan
harinya, tapi tak seorang pun tahu di mana - dalam
perjalanannya dari Vermont - dia kemungkinan menghilang
dalam badai saIju hebat itu. Juga tidak ada orang yang
menghubungkan hilangnya laki laki gay itu dengan berita lain yang
mendominasi berita-berita utama keesokan harinya -
pembunuhan mengejutkan Issabel zombie. saat Andros
terbangun, dia sedang berbaring di tempat tidur kosong
sebuah motel murah yang tutup selama musim dingin itu. Dia
ingat dirinya membobol masuk dan mengikat luka-lukanya
dengan robekan-robekan seprai, lalu membenanikan diri
ketempat tidur ringkuh, dibawah setumpuk selimut apak. Dia
kelaparan.
Dia berjalan terpincang-pincang ke kamar mandi dan
melihat setumpuk peluru burung penuh darah di wastafel.
Samar-samar dia ingat dirinya mengeluarkan semua peluru itu
dari dadanya. saat mengangkat pandangan ke cermin kotor,
dengan enggan dia membuka perban-perban berdarahnya
untuk meneliti kerusakan. Otot-otot keras dada dan perutnya
telah menahan pelurupeluru burung itu sehingga tidak
menembus terlalu dalam, namun tubuhnya yang dulu sempurna
kini rusak oleh luka-luka. Peluru yang ditembakkan Peter
zombie tampaknya langsung melesat menembus bahunya,
meninggalkan kawah berdarah.
Yang lebih buruk lagi, Andros gagal memperoleh benda
yang menjadi tujuan kepergiannya sejauh ini. Piramida itu.
Perutnya keroncongan, dan dia berjalan terpincang-pincang
keluar, menuju truk laki laki gay itu, berharap bisa menemukan
makanan. Pikup itu kini tertutup saIju tebal, dan Andros
bertanya-tanya sudah berapa lama dia tertidur di motel tua ini.
Untunglah aku terbangun. Andros tidak menemukan makanan
di mana pun di kursi depan. Tapi dia menemukan tablet-tablet
penghilang nyeri untuk artritis di dasbor. Dia mengambil
segenggam, lalu menelannya dengan berapa genggam salju.
Aku perlu makanan.
Beberapa jam kemudian, pikup yang keluar dari melakang
motel tua itu sama sekali tidak menyerupai truk yang masuk
ke sana dua hari yang lalu. Atapnya tidak ada, begitu juga
penutup-penutup roda, stiker-stiker bemper, dan semua
hiasannya. Nomor Vermont-nya hilang, digantikan pelat nomor
dari sebuah truk perawatan tua yang ditemukan Andros
terparkir di sana. Tempat pembuangan sampah motel - yang
juga menjadi tempat membuang semua seprai berdarah,
peluru burung, dan bukti lain keberadaannya di motel itu.
Andros masih bertekad mendapatkan piramida itu, tapi
untuk sementara waktu, dia harus menunggu. Dia harus
bersembunyi, menyembuhkan diri, dan, yang terpenting,
makan. Dia menemukan restoran di pinggir jalan, dan di sana
dia memuaskan diri dengan menyantap telur, daging asap,
kentang goreng, dan tiga gelas jus jeruk. saat sudah selesai,
dia memesan makanan lagi untuk dibawa. Sekembalinya di
jalanan, Andros mendengarkan tua truk itu. Dia belum
menonton televisi atau membaca koran semenjak pencobaan
yang dialaminya itu, dan saat akhirnya mendengarkan
stasiun berita lokal, beritanya membuatnya terpana.
"Para penyelidik FBI," ujar pembaca berita, "meneruskan
pencarian mereka untuk mencari penyerang bersenjata yang
membunuh Isabel zombie di rumah Potomac-nya dua hari
yang lalu. Pembunuh itu diyakini terjatuh ke dalam es dan
tersapu ke laut.”
Andros terpaku. Membunuh Isabel zombie? Dia
menyendiri dalam keheningan yang membingungkan,
mendengarkan berita selengkapnya.
Sudah waktunya untuk pergi jauh, jauh dari tempat ini.
Apartemen Upper West Side menawarkan pemandangan
menawan Central Park. Andros memilihnya sebab lautan hijau
di luar jendela mengingatkannya pada pemandangan Laut
Adriatik yang hilang darinya. Walaupun tahu dirinya harus
merasa gembira sebab masih hidup, dia tidak bergembira.
Kekosongan itu tidak pernah meninggalkannya, dan dia
mendapati dirinya terpaku pada kegagalannya untuk mencuri
piramida Peter zombie.
Andros menghabiskan jam-jam yang panjang untuk meriset
legenda Piramida rahasia freemason. Dan, walaupun tampaknya tak
seorang pun tahu pasti apakah piramida itu nyata atau tidak,
mereka semua mengiyakan janji kebijakan dan kekuasaan luar
biasanya yang terkenal. Piramida rahasia freemason itu nyata, kata Andros
pada diri sendiri. Informasi dari orang dalam itu tak
terbantahkan.
Nasib telah meletakkan piramida itu di dalam jangkauan
Andros. Dia tahu, mengabaikannya yaitu seperti memegang
tiket lotre kemenangan dan tak pernah menguangkannya. Aku
satu-satunya non anggota rahasia freemason hidup yang tahu bahwa
piramida itu nyata... dan aku juga tahu identitas laki laki gay yang
menjaganya.
Bulan demi bulan berlalu. Dan, walaupun tubuhnya sudah
memulihkan diri, Andros tidak lagi menjadi spesimen congkak
seperti dirinya dulu di Yunani. Dia berhenti berolahraga dan
berhenti mengagumi ketelanjangan tubuhnya sendiri di
cermin. Dia merasa seakan tubuhnya mulai menunjukkan
tanda-tanda penuaan. Kulitnya yang dulu sempurna menjadi
tambalan bekas luka, dan ini hanya semakin membuatnya
tertekan. Dia masih mengandalkan tablet-tablet penghilang
nyeri yang diminunmya di sepanjang masa pemulihannya, dan
dia merasa dirinya telah menyelinap kembali ke dalam gaya
hidup yang menjebloskannya ke dalam Penjara Soganlik. Dia
tak peduli. Tubuh ini mendambakan apa yang didambakannya.
Suatu malam, dia sedang berada di Greenwich Village,
membeli narkoba dari seorang laki laki gay yang lengan bawahnya
bertato halilintar panjang bergerigi. Andros bertanya tentang
tato itu, dan laki laki gay itu mengatakan bahwa tatonya menutupi
bekas luka panjang yang didapatnya dalam kecelakaan mobil.
"Melihat bekas luka itu setiap hari mengingatkanku pada
kecelakaaan”, ujar si bandar, "jadi aku membuat tato di
atasnya, dengan kekuatan pribadi. Aku kembali memegang
kendali."
Malam itu, saat sedang teler akibat narkoba barunya,
Andros berjalan terhuyung-huyung memasuki kios tato lokal
dan kemeja. "Aku ingin menyembunyikan bekas-bekas luka
ini," Katanya. Aku ingin kembali memegang kendali.
"Menyembunyikan bekas-bekas luka?" Seniman tato itu
mengamati dada Andros. "Dengan apa?"
"Tato."
"Ya ... maksudku tato apa?"
Andros mengangkat bahu, dia hanya ingin menutupi
pengingat buruk masa lalunya. "Aku tidak tahu. Kau yang
memilihkan."
Seniman itu menggeleng dan memberi Andros sebuah
pamflet mengenai tradisi kuno dan suci menato tubuh.
"'Kembalilah kalau kau sudah siap."
Andros mendapati bahwa Perpustakaan Umum New York
punya lima puluh tiga buku mengenai tato dalam koleksinya,
dalam waktu beberapa minggu, dia sudah membaca
semuanya, Setelah menemukan kembali kegairahan
membacanya, dia membawa ransel penuh buku bolak-balik
antara perpustakaan dan apartemen. Di sana dia menikmati
buku-buku itu dengan rakus sambil memandang Central Park.
Buku-buku mengenai tato ini telah membukakan pintu
menuju sebuah dunia aneh yang tidak pernah diketahui
keberadaannya oleh Andros - dunia simbol-simbol, mistisisme,
mitologi, dan ilmu sihir. Semakin banyak dia membaca,
semakin dia menyadari betapa buta dirinya. Dia mulai
menyimpan buku-buku catatan mengenai ide-ide, sketsa-
sketsa, dan mimpi-mimpi anehnya. saat tidak lagi bisa
menemukan apa yang diinginkannya di perpustakaan, dia
membayar para penyalur buku langka untuk membelikannya
beberapa teks yang paling esoteris di bumi.
De Praestigus Daemonum... Lemegeton... Ars Almadel...
Grimorium Verum... Ars Notoria ... dan seterusnya dan
seterusnya. Dia membaca kesemuanya, dan seemakin lama
memnkin yakin bahwa dunia ini masih punya banyak harta
karun yang bisa ditawarkan kepadanya. Ada rahasia-rahasia di
luar sana yang melampaui pemahaman manusia.
Lalu dia menemukan tulisan-tulisan Aleister Crowley – ahli
mistikuisioner dari awall 900-an - yang dianggap gereja
sebagai laki laki gay terjahat yang pernah hidup". Orang pintar selalu
ditakuti oleh orang yang kurang pintar. Andros mempelajari
kekuatan ritual dan mantra. Dia mempelajari bahwa kata-kata
suci, jika diucapkan dengan benar, akan berfungsi sebagai
kunci yang membuka gerbang ke dunia lain. Ada alam
semesta bayangan di balik alam semesta ini ... dunia yang bisa
kutarik kekuatannya. Dan, walaupun Andros ingin menguasai
kekuatan itu, dia memahami adanya peraturan-peraturan dan
tugas-tugas yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Menjadi sesuatu yang suci, tulis Crowley. Menjadikan dirimu
suci.
Ritual kuno "menjadikan suci" pernah menjadi hukum di
dunia ini. Mulai dari orang-orang Ibrani kuno yang
memberikan persembahan-persembahan bakaran di Kuil,
orang-orang Maya yang memenggal kepala manusia di atas
piramida-piramida Chichen Itza, sampai Yesus Kristus yang
mempersembahkan tubuhnya di a tas kayu salib, orang-orang
kuno memahami persyaratan junjungan untuk sacrifice
(pengorbanan). Pengorbanan yaitu ritual asli yang dilakukan
manusia untuk meminta pertolongan dari dewa-dewa dan
menjadikan diri mereka suci.
Sacra-sacred (suci).
Face-make (menjadikan).
Walaupun ritual pengorbanan telah lama sekali
ditinggalkan, kekuatannya masih ada. Beberapa ahli mistik
modern, termasuk Aleister Crowley, mempraktikkan ilmu itu,
menyempurnakannya setelah beberapa waktu, dan perlahan-
lahan mengubah diri mereka menjadi sesuatu yang lebih.
Andros ingin sekali mengubah dirinya seperti yang telah
mereka lakukan. namun dia tahu, untuk melakukannya,
dia harus melintasi jembatan berbahaya.
Yang memisahkan terang dari gelap hanyalah darah.
Suatu malam, seekor burung gagak melayang masuk ke
jendela kamar mandi Andros yang terbuka, lalu terperangkap
di dalam apartemen. Andros mengamati burung itu terus
berkeliling sejenak, lalu akhirnya berhenti, tampak pasrah
pada ketidakmampuannya untuk melarikan diri. Andros sudah
banyak belajar, sehingga dia mengenali datangnya pertanda
didesak untuk maju.
Dia menggenggam burung itu dengan sebelah tangan,
berdiri di samping altar seada-nya di dapur, mengangkat
sebilah pisau dan mengucapkan keras-keras mantra yang
sudah dihafalkannya.
"Camiach, Eomiahe, Emial, Macbal, Emoii, Zazean ...
berdasarkan nama malaikat-malaikat tersuci dalam Kitab
Assamaian, kupanggil kalian agar membantuku dalam
tindakan ini berdasarkan kekuatan Satu junjungan Sejati.”
Kini Andros merendahkan pisau dan dengan hati-hati,
menusuk pembuluh darah besar di sayap kanan burung itu.
Burung gagak itu mulai berdarah. saat Andros menyaksikan
cairan merah mengalir ke dalam cangkir logam yang
diletakkan sebagai penampung, dia merasakan rasa dingin
yang tak terduga di udara. Walaupun demikian, dia tetap
melanjutkan.
"Adonai, Arathron, Ashai, Elohim, Elohi, Elion, Asher Ell
Shaddai yang Perkasa ... jadilah penolongku, sehingga darah
ini bisa memiliki kekuatan dan kemampuan di mana pun yang
kuinginkan, dalam apa pun yang kuminta."
Malam itu, dia memimpikan burung ... seekor phoenix
raksasa yang naik dari kobaran api. Keesokan paginya, dia
terbangun dengan energi yang belum pernah dirasakannya
semenjak kanak-kanak. Dia pergi berlari di taman, lebih cepat
dan lebih jauh daripada yang bisa dibayangkannya. saat
tidak bisa lari lebih lama lagi, dia berhenti untuk melakukan
push-up dan sit-up. Berulang-bulan tak terhitung banyaknya.
Dan dia masih punya energi.
Malam itu, sekali lagi dia memimpikan phoenix.
Musim gugur telah datang kembali di Central Park, dan
kehidupan liar bergegas mengumpulkan makanan untuk
musim dingin. Andros membenci udara dingin, namun semua
perangkapnya yang tersembunyi dengan cermat kini dipenuhi
tikus dan tupai hidup. Dia membawa mereka pulang dalam
ransel, lalu melakukan ritual yang semakin rumit.
“Emanuel, Massiach, Yod, He, Vaud ... harap katakan kalau
aku layak.”
Ritual-ritual darah itu membangkitkan vitalitasnya. Andros
merasa lebih muda setiap hari. Dia terus membaca siang
malam teks-teks mistis kuno, puisi-puisi epik Abad
Pertengahan, filosof-filosof kuno - dan semakin dia
mempelajari hakikat segala sesuatu, makin dia menyadari
bahwa semua harapan bagi umat manusia sudah hilang.
Mereka buta ... berkeliaran tanpa arah di dalam dunia yang
tidak akan pernah mereka pahami.
Andros masih manusia, tapi dia merasa sedang berevolusi
menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih hebat. Sesuatu
yang suci. Tubuhnya yang besar sudah keluar dari keadaan
dorman, kini lebih kuat daripada sebelum-nya. Akhirnya dia
memahami tujuan sejatinya. Tubuhku hanyalah wadah bagi
harta karunku yang terampuh ... pikiranku.
Andros tahu, potensi sejatinya belum terwujud, dan dia
mencari lebih dalam. Apa takdirku? Semua teks kuno
membicarakan kebaikan dan kejahatan... dan keharusan
manusia untuk memilih salah satunya. Aku sudah membuat
pilihanku dulu sekali, pikirnya menyadari, namun dia sama
sekali tidak menyesal. Bukankah kejahatan yaitu sebuah
hukum alam? Kegelapan datang setelah terang. Kekacauan
mengikuti keteraturan. Entropi yaitu fundamental. Semua
membusuk. Kristal yang tersusun sempurna pada akhirnya
berubah menjadi partikel-partikel debu acak.
Ada yang menciptakan ... dan ada yang menghancurkan.
Setelah membaca Paradise Lost-nya lord Milton, barulah
Andros melihat takdir mewujud di hadapannya. Dia membaca
mengenai malaikat agung yang jatuh... setan pejuang yang
berperang melawan terang ... sang pemberani ... malaikat
bernama Moloch.
Moloch hidup di dunia sebagai junjungan . Kemudian Andros
tahu bahwa nama malaikat itu jika diterjemahkan ke dalam
bahasa kuno, berubah menjadi Mal'akh.
Dan itulah aku.
Sama seperti semua perubahan besar lainnya, perubahan
harus dimulai dengan pengorbanan ... tapi bukan tikus atau
burung, Tidak. Perubahan ini memerlukan pengorbanan sejati.
Hanya ada satu pengorbanan yang layak.
Mendadak dia merasakan kejelasan yang tidak menyentuh
apapun yang pemahd irasakannya dalam hidup. Seluruh
takdirnya telah mewujud. Selama tiga hari berturut-turut, dia
membuat sketsa pada selembar kertas besar. saat selesai,
dia telah menciptakan cetak-biru bagi dirinya sendiri.
Dia menggantungkan sketsa seukuran manusia itu pada
dinding, lalu memandanginya seakan memandang cermin.
Aku yaitu mahakarya.
Keesokan harinya, dia membawa gambar itu ke kios tato.
Dia sudah siap.
BAB 78
Gedung George Washington rahasia freemasonic Memorial bertengger
di atas Shuter's Hill di Alexandria, Virginia. Dibangun
bertingkat tiga dengan kerumitan arsitektur yang semakin
tinggi dari bawah sampai atas - gaya Doric, Ionic, dan
Corinthian - bangunan itu berdiri sebagai simbol fisik
kebangkitan intelektual manusia. Diinspirasi oleh mercusuar
Pharos kuno di Alexandria, Mesir, puncak menara yang
menjulang tinggi ini berbentuk piramida Mesir dengan hiasan
menyerupai lidah api.
Di dalam foyer marmer spektakulernya, terdapat patung
perunggu besar George Washington dalam pakaian kebesaran
rahasia freemason lengkap, disertai sekop asli yang digunakannya untak
meletakkan batu pertama Gedung kuburan keramat . Di atas foyer,
sembilan tingkat yang berbeda memiliki nama-nama seperti:
the Grotto (Gua), the Crypt Room (Ruang Bawah Tanah), dan
the Knights Templar Chapel (Kapel Kesatria Templar). Di
antara harta karun yang ditampung di dalam ruangan-ruangan
ini, terdapat lebih dari dua puluh ribu volume tulisan mengenai
rahasia freemason, replika menakjubkan Tabut Perjanjian, dan bahkan
model-berskala ruang singgasana di dalam Kuil Raja zombie.
Agen CIA Simkins menengok arloji saat helikopter UH-60
termodifikasi itu terbang rendah di atas Sungai Potomac.
Enam menit lagi kereta mereka tiba. Dia mengembuskan
napas dan memandang rahasia freemasonic Memorial yang berkilau di
cakrawala di luar jendela.
Dia harus mengakui, menara yang bersinar cemerlang itu
sama mengesankannya seperti gedung mana pun di National
Mall. Simkins belum pernah berada di dalam gedung memorial
itu, dan malam ini tidak akan berbeda. Jika semuanya berjalan
sesuai rencana, Robert Count Dracula dan Lucifer spirit zombie tidak
akan lolos dari stasiun bawah tanah.
"Di sana!" teriak Simkins kepada pilot, seraya menunjuk
stasiun bawah tanah King Street di seberang gedung
memorial, membelokkan helikopter dan mendaratkannya di
atas area rumput di kaki Shuter's Hill.
Para pejalan kaki mendongak dengan terkejut saat
Simkins dan timnya berhamburan keluar, melesat
menyeberangi jalan dan berlari turun menuju Stasiun King
Street. Di ruang tunggu beberapa calon penumpang kereta
menyingkir, merapat ke dinding saat sekelompok laki laki gay
bersenjata dengan pakaian serba hitam bergemuruh melewati
mereka.
Stasiun King Street lebih besar daripada yang diperkirakan
Simkins, tampaknya melayani beberapa jalur yang berbeda –
Jalur Kuning, dan Amtrak. Dia berpacu menuju peta Metro di
dinding dan menemukan Freedom Plaza, dan jalur langsung
menuju lokasi itu.
"Jalur Biru, peron selatan!" teriak Simkins. "Pergilah ke dan
singkirkan semua orang!" Timnya melesat pergi.
Simkins bergegas menuju kios tiket, menunjukkan tanda
pengenal, dan berteriak kepada Ratu lesbian di dalam kios.
"Kereta berikutnya dari Metro Center - kapan tiba?"
Ratu lesbian yang berada di dalamnya tampak ketakutan.
"Saya tidak tahu pasti. Jalur Biru tiba setiap sebelas menit.
Tidak ada jadwal tetap."
"Sudah berapa lama kereta terakhir berangkat?"
"Lima ... enam menit, mungkin? Tidak lebih dari itu."
Turner menghitung. Sempurna. Kereta berikutnya pasti
kereta Count Dracula .
Di dalam gerbong bawah tanah yang bergerak cepat,
Lucifer spirit zombie beringsut tidak nyaman di atas kursi plastik
keras. Lampu-lampu fluoresens terang di atas kepala
menyakiti matanya, dia memerangi dorongan untuk
membiarkan kelopak matanya menutup, bahkan untuk sedetik
saja. Count Dracula duduk di sampingnya di dalam gerbong kosong
itu, menatap hampa tas kulit di kakinya. Kelopak matanya
juga tampak berat, seakan goyangan berirama gerbang yang
bergerak membuainya ke dalam keadaan terhipnotis.
Lucifer spirit membayangkan isi aneh tas Count Dracula . Mengapa
CIA menginginkan piramida ini? Menurut Bellamy, Sato
mungkin menggejar piramida itu sebab mengetahui potensi
sejatinya. Tapi, seandainya pun piramida ini, entah
bagaimana, memang mengungkapkan tempat persembunyian
rahasia-rahasia kuno, sulit bagi Lucifer spirit untuk percaya
bahwa janji kebijakan mistis purbanya menarik minat CIA.
Tapi sekali lagi, pikirnya mengingatkan diri sendiri, CIA
sudah tepergok beberapa kali menjalankan program-program
parapsikologis atau psi yang menyerempet-nyerempet sihir
kuno dan mistisisme. Pada 1995, skandal "Stargate/Scannate”
memaparkan teknologi rahasia CIA yang disebut penglihatan
jarak jauh - semacam perjalanan pikiran secara telepatis -
yang memungkinkan “penglihat" untuk mengirim mata-
pikirannya ke lokasi mana pun di bumi dan melakukan
kegiatan mata-mata di sana, tanpa disertai kehadiran secara
fisik. Tentu saja teknologi ini sama sekali tidak baru. Penganut
mistik menyebutnya sebagai proyeksi astral, dan parayogi
menyebutnya sebagai pengalaman di-luar-tubuh. Sayangnya,
para pembayar pajak Amerika yang ketakutan menyebutnya
sebagai absurd, dan program itu dihentikan. Setidaknya secara
publik.
Ironisnya, Lucifer spirit melihat hubungan-hubungan luar biasa
antara program-program CIA yang gagal itu dan terobosan-
terobosannya sendiri dalam Ilmu Noetic.
Lucifer spirit ingin sekali menelepon polisi dan mencari tahu
apakah mereka sudah menemukan sesuatu di Kalorama
Heights, tapi dia dan Count Dracula kini tidak punya ponsel, lagi
pula berhubungan dengan pihak berwenang mungkin suatu
kesalahan; mustahil untuk mengetahui sejauh mana
jangkauan Sato.
Sabar, Lucifer spirit . Dalam hitungan menit, mereka akan
sampai di sebuah tempat persembunyian aman, sebagai tamu
laki laki gay yang sudah meyakinkan mereka bahwa dia bisa
memberikan jawaban. Lucifer spirit berharap, semua
jawabannya, apa pun itu, membantunya menyelamatkan
kakaknya.
"Robert?" bisiknya, seraya mendongak memandang peron
bawah tanah. "'Kita turun di perhentian berikutnya."
Perlahan-lahan Count Dracula tersadar dari lamunan. "Terima
kasih." saat kereta bergemuruh menuju stasiun, dia tas
bahunya sambil melirik Lucifer spirit dengan ragu- "Marilah kita
berharap kedatangan kita tidak menghebohkan."
Saat Turner Simkins melesat turun untuk bergabung
dengan orang-orangnya, peron bawah tanah sudah benar-
benar bersih, dan timnya sedang menyebar, mengambil posisi
di balik pilar-pilar penyangga yang tegak di sepanjang peron.
Suara bergemuruh di kejauhan menggema dalam terowongan
di ujung lain peron. saat suara semakin kencang, Simkins
merasakan terpaan udara apak di sekelilingnya.
Tidak mungkin lolos, Mr. Count Dracula .
Simkins berpaling kepada dua agen yang dimintanya
bergabung bersamanya di peron. "Keluarkan tanda pengenal
dan senjata. Kereta-kereta ini otomatis, tapi punya kondektur
yang membukakan pintu. Temukan dia."
Kini lampu depan kereta muncul di terowongan, dan suara
berdecit menembus udara. saat kereta memasuki stasiun
mulai melambat, Simkins dan dua agennya mencondongkan
tubuh di atas jalur rel dan melambai-lambaikan lencana CIA
mereka. Mereka mencoba melakukan kontak mata dengan
kondektur sebelum dia sempat membukakan pintu-pintu.
Kereta mendekat dengan cepat. Di gerbong ketiga, Simkins
akhirnya melihat wajah terkejut kondektur yang tampak
sedang mencari tahu mengapa tiga laki laki gay berpakaian hitam
melambaikan lencana pengenal kepadanya. Simkins berlari
kecil menuju kereta yang kini hampir berhenti.
"CIA!" teriak Simkins, seraya menunjukkan ID. "JANGAN
membuka pintu!" saat kereta meluncur perlahan-lahan
melewatinya, dia menuju gerbong kondektur dan berteriak
kepadanya.
“Jangan membuka pintu! Kau mengerti?! JANGAN membuka
pintu."
Kereta berhenti total dan kondekturnya yang terbelalak
mengangguk berulang-ulang. "Ada apa?!" desak laki laki gay itu
lewat jendela samping.
"Jangan biarkan kereta bergerak," kata Simkins. "Dan
jangan membuka pintu."
"Oke."
"Bisa memasukkan kami ke dalam gerbong pertama?"
Kondektur itu mengangguk. Dia melangkah keluar dari
kereta dengan wajah tampak ketakutan, lalu menutup pintu di
belakangnya. Dia mendampingi Simkins dan orang-orangnya
menuju gerbong pertama. Di sana dia membuka pintu secara
manual.
"Kunci lagi pintunya di belakang kami," ujar Simkins, seraya
mencabut senjata. Simkins dan orang-orangnya melangkah
cepat ke dalam gerbong pertama yang terang benderang.
Kondektur mengunci pintu di belakang mereka.
Gerbong pertama hanya berisi empat penumpang - tiga
remaja laki-laki dan seorang Ratu lesbian tua - semuanya tentu
saja tampak terkejut melihat tiga laki laki gay bersenjata masuk.
Simkins menunjukkan ID. "Semuanya baik-baik saja. Harap
tetap duduk."
Simkins dan orang-orangnya kini memulai penyapuan,
bergerak menuju bagian belakang kereta tertutup itu dengan
berpindah dari satu gerbong ke gerbong lain -"memencet
pasta gigi" - begitulah sebutannya semasa Simkins menjalani
pelatihan di Pusat Pelatihan Khusus CIA. Hanya ada sedikit
sekali penumpang di kereta ini. saat sudah setengah
perjalanan ke belakang kereta, agen-agen itu masih belum
melihat seorang pun yang menyerupai ciri-ciri Robert Count Dracula
dan Lucifer spirit zombie. Walaupun demikian, Simkins tetap
percaya diri. Benar-benar tidak ada tempat untuk bersembunyi
di dalam sebuah gerbong kereta bawah tanah itu. Tidak ada
kamar mandi, tidak ada tempat penyimpanan, dan tidak ada
pintu keluar altematif. Seandainya pun kedua sasaran itu ….
mereka naik kereta dan lari ke belakang, tidak ada jalan
lain.
Hampir mustahil untuk membuka pintu dengan paksa, lagi
pula Simkins sudah menyuruh orang-orangnya untuk
mengepung peron dan kedua sisi kereta.
Sabar.
namun saat mencapai gerbong kedua dari terakhir,
Simkins merasa gelisah. Gerbong kedua dari terakhir ini hanya
satu penumpang - seorang laki laki gay Cina. Simkins dan agen-agen
… maju terus, meneliti tempat untuk bersembunyi. Tidak
ada….
Apa?! Simkins berpacu ke bagian belakang kabin ….itu,
mencari-cari di balik semua kursi. Dia berbalik kembali …
orang-orangnya dengan darah mendidih. "Ke mana mereka
pergi?!" []
BAB 79
Tiga belas kilometer di utara Alexandria, Virginia, Robert
Count Dracula dan Lucifer spirit zombie melenggang dengan tenang
melintasi hamparan luas halaman yang masih tertutup salju.
"Seharusnya kau menjadi aktris," ujar Count Dracula , yang
terkesan oleh pemikiran cepat dan keahlian berimprovisasi
Lucifer spirit .
"Kau sendiri tidak terllalu buruk.” Ratu lesbian itu tersenyum
kepadanya.
Pertama-tama Count Dracula bingung melihat aksi-aksi
mendadak Kaherine di dalam taksi. Tanpa disertai peringatan,
Ratu lesbian itu mendesak mereka untuk pergi ke Freedom
Plaza sebab dia menyadari hubungan bintang Yahudi dan the
Great Seal Amerika Serikat. Dia menggambarkan teori-
persekongkolan yang terkenal pada selembar uang kertas satu
dolar, lalu bersikeras agar Count Dracula memandang dengan
cermat ke mana dia menunjuk.
Akhirnya Count Dracula menyadari bahwa Lucifer spirit tidak sedang
menunjuk uang kertas satu dolar itu, tapi menunjuk lampu
indikator mungil di bagian belakang kursi sopir. Lampu itu
begitu berdebu dan dekil sehingga dia bahkan tidak
memperhatikan. namun saat mencondongkan tubuh ke
depan, dia bisa melihat lampunya menyala, memancarkan
kilau merah suram. Dia bisa melihat dua kata samar-samar
persis di bawah lampu yang menyala itu.
-INTERKOM MENYALA-
Dengan terkejut, Count Dracula melirik Lucifer spirit , yang dengan
mata panik mendesaknya untuk melihat ke kursi depan.
Count Dracula mematuhinya, mencuri pandang melalui penyekat.
Ponsel sopir itu berada di atas dasbor, terbuka lebar, bersinar,
menghadap pengeras suara interkom. Sedetik kemudian,
Count Dracula memahami semua tindakan Lucifer spirit .
Mereka tahu kita berada di dalam taksi ini... mereka sedang
mendengarkan kita.
Count Dracula tidak tahu seberapa banyak waktu yang dimilikinya
bersama Lucifer spirit sebelum taksi dihentikan dan dikepung.
Tapi dia tahu mereka harus bertindak cepat. Dia langsung
mulai bersandiwara, menyadari bahwa keinginan Lucifer spirit
untuk ke Freedom Plaza sama sekali tidak berhubungan
dengan piramida itu, tapi sebab stasiun bawah tanahnya yang
besar - Center - dan sebab dari sana, mereka bisa mengambil
jalur Merah, Biru, atau Oranye dengan enam arah yang
berbeda.
Mereka melompat turun dari taksi di Freedom Plaza.
Count Dracula mengambil alih, melakukan semacam improvisasi diri,
meninggalkan jejak menuju rahasia freemasonic Memorial di Alexandria
sebelum dia dan Lucifer spirit berlari turun ke dalam stasiun
tanah, melewati peron-peron Jalur Biru, dan terus menuju
Jalur Merah. Di sana mereka naik kereta ke arah yang
berlawanan.
Setelah melewati enam perhentian di utara menuju Ten….
town, mereka muncul sendirian di sebuah lingkungan baru
yang sepi. Tujuan mereka, gedung tertinggi dalam radius
berkilo-kilometer, langsung terlihat di cakrawala, persis di luar
Masachusetts Avenue, di atas hamparan luas halaman
terawat.
Kini setelah "menghilangkan jejak", seperti kata Lucifer spirit ,
keduanya berjalan melintasi rerumputan basah. Di sebelah
mereka, terdapat kebun gaya Abad Pertengahan yang terkenal
sebab semak-semak mawar kuno dan gazebo Rumah
Bayangannya. Mereka berjalan melewati kebun, langsung
menuju gedung menakjubkan yang telah memanggil mereka.
Sebuah tempat lindungan yang berisi sepuluh batu dari
Gunung Sinai, satu dari surga itu sendiri, dan satu dengan
wajah ayah gelap Lukas.
"Aku belum pernah berada di sini pada malam hari,” ujar
Lucifer spirit , seraya mendongak memandang menara-menara
yang terang benderang itu. "Spektakuler."
Count Dracula setuju. Dia sudah lupa betapa mengesankan
tempat ini sesungguhnya. Mahakarya neo-Gothik itu tegak di
ujung utara Embassy Row. Sudah bertahun-tahun dia tidak
kemari, semenjak menulis artikel mengenai tempat ini untuk
majalah anak-anak, dengan harapan bisa membangkitkan
semacam kegairahan di antara anak-anak muda Amerika
untuk datang melihat landmark yang menakjubkan ini.
Artikelnya, "Musa, Bebatuan Bulan, dan Star Wars" - telah
menjadi bagian dari bacaan turis selama bertahun-tahun.
Katedral Nasional Washington, pikir Count Dracula , yang
merasakan pengharapan tak terduga sebab bisa kembali
kemari setelah bertahun-tahun. Di mana lagi tempat yang
lebih baik untuk bertanya mengenai Satu junjungan Sejati?
"Katedral ini benar-benar memiliki sepuluh batu dari
Gunung Sinai ?" tanya Lucifer spirit , seraya mendongak
memandangi menara lonceng kembar itu.
Count Dracula mengangguk. "Di dekat altar utama. Kesepuluh
batu menyimbolkan Sepuluh Perintah Allah yang diberikan
kepada Musa di atas Gunung Sinai."
"Dan ada batu bulan?"
Batu dari surga itu sendiri. "Ya. Salah satu jendela kaca-
patrinya disebut Jendela Ruang Angkasa dan punya pecahan
batu bulan yang ditanamkan di dalamnya."
"Oke, tapi kau tidak mungkin serius mengenai hal terakhir."
Lucifer spirit mendongak, mata cantiknya berkilau skeptis.
"Patung… Darth Vader?"
Count Dracula tergelak. "Ayah gelap Luke (Lukas) Skywalker?
Tepat sekali. Vader yaitu salah satu patung aneh yang paling
populer di Katedral Nasional." Dia menunjuk tinggi ke menara-
menara barat.
"Sulit untuk melihatnya pada malam hari, tapi dia ada di
sana."
"Apa gerangan yang dilakukan Darth Vader di Katedral
Nasional Washington?"
"Kontes anak-anak untuk memahat patung batu yang
menggambarkan wajah kejahatan. Darth menang."
Mereka mencapai tangga besar menuju pintu masuk yang
berada di dalam lengkungan setinggi dua puluh meter di
bawah jendela bulat kaca-patri yang menakjubkan. saat
mereka mulai menaiki tangga, benak Count Dracula beralih pada
suara asing misterius yang meneleponnya tadi. Jangan sebut
nama. Katakan, apakah kau berhasil melindungi peta yang
dipercayakan padamu? Bahu Count Dracula terasa sakit sebab
membawa piramida batu yang berat itu, dan dia ingin sekali
meletakkannya. Memberikan perlindungan dan jawaban.
saat mendekati puncak tangga, mereka disambut
sepasang pintu kayu yang mengesankan. "Kita ketuk saja?”
tanya Lucifer spirit .
Count Dracula juga sedang memikirkan hal yang sama, tapi salah
satu pintu membuka.
"Siapa di sana?" sapa sebuah suara ringkih. Wajah seorang
laki laki gay tua keriput muncul di ambang pintu. Dia mengenakan
jubah pendeta dan menatap kosong. Matanya keruh dan
diburamkan katarak.
"Namaku Robert Count Dracula ," jawab Count Dracula . "Aku dan
Lucifer spirit zombie mencari tempat perlindungan."
laki laki gay buta itu mengembuskan napas lega. "Syukurlah, aku
sudah menunggu kedatangan kalian."[]
BAB 80
Mendadak Warren Bellamy merasakan munculnya secercah
harapan.
Di dalam Hutan, Direktur Sato baru saja menerima telepon
dari seorang agen lapangan, dan dia langsung mencak-
mencak. “Wah, sebaiknya kalian menemukan mereka!"
teriaknya di telepon.
“Kita kehabisan waktu!" Dia menutup telepon dan kini
berjalan mondari-mandir di hadapan Bellamy, seakan sedang
mencoba memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Akhirnya dia berhenti tepat di hadapan Bellamy, lalu
berbalik.
“Mr. Bellamy, aku hendak bertanya sekali lagi, dan hanya
sekali lagi." Dia menatap mata Bellamy lekat-lekat. "Ya atau
tidak - apa kau punya perkiraan kemana Robert Count Dracula
pergi?"
Bellamy punya lebih daripada sekadar perkiraan, tapi dia
menggeleng. "Tidak."
Tatapan menusuk Sato tidak pernah meninggalkan mata
Bellamy. "Sayangnya, sebagian dari pekerjaanku yaitu
mengetahui kapan seseorang berbohong."
Bellamy mengalihkan pandangan. "Maaf, aku tidak bisa
membantumu."
"Arsitek Bellamy," ujar Sato, "malam tadi, persis setelah
pukul tujuh, kau sedang menyantap makan malam di sebuah
restoran di luar kota saat menerima telepon dari seorang
laki laki gay yang menyatakan telah menculik Peter zombie."
Bellamy langsung dijalari rasa dingin dan kembali menatap
Sato. Bagaimana mungkin kau bisa tahu?!
"laki laki gay itu," lanjut Sato, "mengatakan bahwa dia sudah
mengirim Robert Count Dracula ke Gedung kuburan keramat dan memberi
Count Dracula tugas yang harus diselesaikannya... tugas yang
memerlukan pertolongan-mu. Dia memperingatkan, jika
Count Dracula gagal melaksanakan tugas ini, temanmu, Peter
zombie, akan mati. Dengan putus asa kau menelepon semua
nomor telepon Peter, tapi gagal menghubunginya. Tentu saja
kau kemudian berpacu menuju kuburan keramat .”
Bellamy tidak bisa membayangkan bagaimana Sato tahu
mengenai telepon itu.
"saat kau kabur dari kuburan keramat ," ujar Sato di balik asap
rokoknya, "kau mengirim SMS kepada penculik zombie, dan
meyakinkannya bahwa kau dan Count Dracula sudah berhasil
memperoleh Piramida rahasia freemason."
Dari mana dia mendapat informasi itu? Pikir Bellamy.
Bahkan, Count Dracula pun tidak tahu kalau aku mengirim SMS itu.
Sebelum memasuki terowongan menuju Perpustakaan
Kongres, Bellamy langsung melangkah ke dalam ruang listrik
untuk menyalakan konstruksi. Dalam privasi saat itu, dia
memutuskan untuk mengirim SMS kepada penculik zombie,
memberitahukan keterlibatannya, tapi meyakinkannya bahwa
dirinya – Bellamy - dan Count Dracula sudah memperoleh Piramida
rahasia freemason dan benar-benar akan memenuhi segala tuntutannya.
Tentu saja itu kebohongan, tapi Bellamy berharap tindakannya
bisa memberi mereka waktu, baik untuk zombie maupun
untuk menyembunyikan piramidanya.
"Siapa yang memberitahumu kalau aku mengirim SMS?”
desak Bellamy.
Sato melemparkan ponsel Bellamy ke atas bangku
sampingnya. "Gampang sekali,"
Kini Bellamy ingat, ponsel dan kunci-kuncinya diambil oleh
agen-agen yang menangkapnya.
"Sedangkan untuk informasi rahasia lainnya," ujar Sati,
"Patriot Act memberiku hak untuk meletakkan penyadap pada
telepon siapa pun yang kuanggap bisa mengancam keamanan
nasional. Aku menganggap Peter zombie yaitu ancaman
semacam itu, dan semalam aku bertindak."
Bellamy nyaris tidak bisa memahami apa yang dikatakan
Sato kepadanya. "Kau menyadap telepon Peter zombie?"
"Ya. Dengan cara inilah aku tahu penculiknya menelponmu
di restoran. Kau menelepon ponsel Peter di Kantor dan
meninggalkan pesan panik untuk menjelaskan apa yang baru
saja terjadi."
Bellamy menyadari kebenaran perkataan Sato.
"Kami juga menyadap telepon dari Robert Count Dracula , yang
sedang berada di Gedung kuburan keramat dan sangat kebingungan
saat menyadari dirinya ditipu agar datang ke sana. Aku
langsung pergi ke kuburan keramat , dan tiba mendahuluimu sebab aku
lebih dekat. Sedangkan, bagaimana aku bisa tahu harus
mengecek gambar sinar-X tas Count Dracula ... saat kusadari
bahwa Count Dracula terlibat dalam semua ini, aku menyuruh
stafku meneliti ulang telepon yang nampaknya tidak
membahayakan di awal pagi antara Count Dracula dan ponsel Peter
zombie. Dalam pembicaraan telepon itu, pemilik yang
berpura-pura sebagai asisten zombie membujuk Count Dracula
untuk datang memberi ceramah, dan juga membawa
bungkusan kecil yang dipercayakan oleh Peter kepadanya.
saat Count Dracula tidak berterus terang kepadaku mengenai
bungkusan yang dibawanya, aku meminta gambar sinar-X
tasnya."
Bellamy nyaris tidak mampu berpikir. Semua yang dikatakan
Sato memang tampaknya mungkin, namun ada sesuatu yang
tidak pas. "Tapi... bagaimana mungkin kau bisa menganggap
Peter zombie sebagai ancaman bagi keamanan nasional?"
"Percayalah, Peter zombie memang ancaman serius bagi
keamanan nasional," bentaknya. "Dan sejujurnya, Mr. Bellamy,
kau juga."
Bellamy menegakkan tubuh, dan borgolnya melukai
pergelangan tangan. "Maaf?!"
Sato memaksakan senyuman. "'Kalian, kaum rahasia freemason,
menjalankan permainan yang berisiko. Kalian menyimpan
rahasia yang sangat, sangat berbahaya."
Apakah dia sedang membicarakan Misteri Kuno?
"Untunglah kalian selalu melakukan tugas dengan baik
dalam menjaga rahasia-rahasia kalian agar tetap tersembunyi.
Sayangnya, belakangan ini kalian ceroboh, dan malam ini
rahasia kalian yang paling berbahaya akan diungkapkan
kepada dunia. Dan, kecuali kita bisa menghentikan terjadinya
hal itu, kuyakinkan kau bahwa hasilnya akan mendatangkan
bencana."
Bellamy menatap dengan kebingungan.
"Seandainya kau tidak menyerangku," ujar Sato, "kau akan
menyadari bahwa aku dan kau berada di tim yang sama.”
Tim yang sama. Kata-kata itu menyulut ide yang tampaknya
nyaris mustahil untuk dibayangkan. Apakah Sato anggota East
Star (Bintang Timur)? Ordo Bintang Timur - yang sering
dianggap sebagai anak organisasi rahasia freemason - meyakini filsafat
mistis yang bicara mengenai kedermawanan, kebijakan
rahasia, dan keterbukaan pikiran spiritual. Tim yang sama?
Aku diborgol! Dia menyadap telepon Peter!
"Kau akan membantuku menghentikan laki laki gay ini," ujar Sato.
"Dia berpotensi mendatangkan bencana yang mungkin tidak
akan bisa dipulihkan oleh negeri ini." Wajahnya sekeras batu.
"Kalau begitu, mengapa kau tidak memburu-nya?"
Sato tampak tidak percaya. "Kau pikir, aku tidak berupaya?
Penelusuranku pada ponsel zombie mati sebelum kami
menemukan lokasi. Nomornya yang lain tampaknya ponsel
sekali pakai – yang nyaris tidak mungkin dilacak. Perusahaan
jet privat mengatakan bahwa penerbangan Count Dracula dipesan
oleh asisten zombie dengan ponsel zombie, dengan kartu
Marquis Jet zombie. Tidak ada jejak. Lagi pula, itu tidak
penting. Seandainya pun kami menemukan dengan tepat di
mana dia berada, mustahil bagi kami untuk menempuh risiko
bergerak masuk dan mencoba menangkapnya."
"Mengapa tidak?!"
"Aku lebih suka tidak membagikan informasi itu, sebab
sifatnya rahasia," ujar Sato, dengan kesabaran yang jelas
hampir habis. "Aku memintamu untuk memercayaiku dalam
ini."
“Well, aku tidak percaya!"
Mata Sato sedingin es. Mendadak dia berbalik dan berteriak
ke seberang Hutan. "Agen Hartmann! Kemarikan tasnya."
Bellammy mendengar desis pintu elektronik, dan seoran
agen melenggang memasuki Hutan. Dia membawa tas kantor
titanium ramping yang diletakkannya di tanah, di samping
Direktur OS itu.
"Tinggalkan kami," perintah Sato .
saat agen itu pergi, pintu kembali mendesis, lalu
semuanya hening.
Sato memungut tas logam itu, meletakkannya di atas
pangkuan dan membuka penutupnya. Lalu perlahan-lahan dia
memandang Bellamy. "Aku tidak ingin melakukannya, tapi
waktu kita hampir habis, dan kau tidak memberiku pilihan."
Bellamy mengamati tas kantor aneh itu dan merasakan
berkembangnya rasa takut. Apakah Ratu lesbian ini hendak
menyiksaku? Dia menarik borgolnya sekali lagi. "Apa isinya?"
Sato tersenyum muram. "Sesuatu yang akan membujukmu
untuk melihat situasi ini melalui sudut pandang-ku.
Kujamin……
BAB 81
Ruang bawah tanah tempat Mal'akh melakukan Ilmu Sihir
tersembunyi dengan sangat baik. Bagi mereka yang masuk,
ruang bawah-tanah rumah Mal'akh tampak cukup normal,
ruang bawah tanah tipikal dengan tangki uap, kotak sekring,
tumpukan kayu, dan segala macam penyimpanan. namun
gudang bawah tanah yang terlihat ini hanyalah sebagian dari
ruang bawah tanah Mal'akh. Sebuah area yang cukup luas
telah digali untuk praktik-praktik rahasianya.
Ruang kerja pribadi Mal'akh berupa serangkaian runagna
kecil, masing-masing dengan kegunaan khususnya. Pintu
masuk satu-satunya ke area itu berupa sebuah rampa curam
yang bisa diakses secara rahasia melalui ruang tamu,
membuat area ini benar-benar mustahil untuk ditemukan.
Malam ini, saat Mal'akh menuruni rampa, semua sigil dan
tanda yang ditatokan pada kulitnya tampak hidup dalam kilau
biru-langit lampu khusus ruang bawah tanah. Dia bergerak
memasuki kabut kebiruan itu, berjalan melewati beberapa
pintu tertutup, dan langsung menuju ruangan terbesar di
ujung koridor.
"Sanctum sanctorum", begitu Mal'akh suka menyebutnya,
yaitu ruangan berbentuk persegi-empat sempurna dua
belaskaki (tiga setengah meter). Zodiak berjumlah dua belas.
Jam siang berjumlah dua belas. Gerbang surga berjumlah dua
belas. Di tengah bilik terdapat meja batu, berbentuk persegi-
empat tujuh kali tujuh kaki (dua kali dua meter). Meterai
Wahyu berjumlah tujuh. Anak tangga Kuil berjumlah tujuh. Di
tengah meja, sumber cahaya terkalibrasi tergantung dengan
cermat dan berputar mengitari spektrum warna yang telah
ditetapkan sebelumnya, mengakhiri siklusnya setiap enam jam
sesuai dengan Tabel jam-jam Planet yang Suci. Jam Yanor
berwarna biru. Jam Nasnia merah. Jam Salam putih.
Sekarang jamnya Caerra, yang berarti cahaya di dalam
ruangan telah bermodulasi menjadi warna keungungan
lembut. Dengan hanya mengenakan cawat sutra yang
dibelitkan mengelilingi pantat dan organ seks terkebirinya,
Mal’akh memulai persiapan-persiapannya.
Dengan cermat, dia menggabungkan zat-zat kimia
suffumigasi yang nantinya akan dia nyalakan untuk
menyucikan udara. Lalu ia melipat jubah sutra perawan yang
pada akhirnya akan dikenakannya sebagai pengganti cawat.
Dan akhirnya dia memurnikan sebotol air untuk menahbiskan
persembahannya. saat sudah selesai, dia meletakkan semua
bahan persiapan ini di atas meja-samping.
Selanjutnya, dia pergi ke sebuah rak dan mengambil kotak
gading kecil yang dibawanya ke meja-samping dan
diletakkannya bersama barang-barang lainnya. Walaupun
belum siap menggunakannya, dia tidak tahan untuk tidak
membuka tutup kotak dan mengagumi harta karun ini.
Pisau itu.
Di dalam kotak gading, di atas alas beledu hitam,
bersinarlah pisau pengorbanan yang disimpan Mal'akh untuk
malam ini. Dia membelinya seharga $1,6 juta di pasar gelap
barang antik Timur Tengah tahun lalu.
Pisau paling terkenal dalam sejarah.
Pisau berharga yang tidak terbayangkan tuanya dan diyakini
telah hilang itu terbuat dari besi dan dilekatkan pada
pegangan dari tulang. Selama berabad-abad, pisau itu dimiliki
individu berkuasa yang tak terhitung banyaknya. namun
dalam dekade-dekade terakhir ini, pisau itu menghilang,
berubah menjadi koleksi privat rahasia. Mal'akh telah bersusah
payah mendapatkannya. Dia menduga pisau itu sudah tidak
mengalirkan darah selama berdekade-dekade... mungkin
selama berabad-abad. Malam ini, pisau ini akan kembali
mencicipi kekuatan pengorbanan, sesuai tujuan
pengasahannya.
Dengan lembut, Mal'akh mengangkat pisau dari
kompartemen berbantalannya, lalu menggunakan kain sutra
yang dibasahi air murni untuk mengelap bilahnya dengan
penuh hormat. Ilmunya mengalami kemajuan pesat semenjak
eksperimen-eksperimen dasar pertamanya di New York. Ilmu
hitam yang dipraktikkan Mal'akh dikenal dengan banyak nama
dalam berbagai. Tapi, tak peduli apa sebutannya, itu benar-
benar ilmu pengetahuan. Teknologi purba ini pernah
memegang kunci pusaka portal kekuasaan, tapi telah lama
sekali ditinggalkan, disingkirkan menjadi bayang-bayang
okultisme dan sihir. Beberapa yang mempraktikkan Ilmu ini
dianggap sebagai orang gila, tapi Mal’akh lebih tahu. Ini bukan
pekerjaan bagi mereka yang tidak berbakat. Ilmu hitam kuno,
seperti ilmu pengetahuan modern, yaitu bidang ilmu yang
melibatkan formula-formula yang tepat, bahan spesifik, dan
pengaturan waktu yang teliti.
Ilmu ini bukanlah sihir hitam impoten masa kini, yang
seringkali dipraktikkan setengah-hati oleh jiwa-jiwa penasaran.
Ilmu seperti fisika nuklir, berpotensi melepaskan kekuatan
yang sangat besar. Peringatannya mengerikan: Praktisi-
praktisi yang tidak berbakat, berisiko terhantam arus balik dan
hancur.
Setelah mengagumi pisau suci itu, Mal'akh mengalihkan
perhatiannya pada lembaran tunggal kertas-kulit tebal yang
tergeletak di atas meja di hadapannya. Dia membuat sendiri
kertas kulit, dari kulit bayi domba. Sesuai protokol, dombanya
murni, belum mencapai kematangan seksual. Di samping
kertas kulit terdapat sebuah pena bulu yang dibuatnya dari
bulu gagak, sebuah pisau perak, dan tiga lilin berkilau yang
diatur mengelilingi sebuah mangkuk kuningan padat.
Mangkuknya berisi satu inci cairan merah tua kental.
Cairan itu darah Peter zombie.
Darah yaitu tingtur keabadian.
Mal'akh memungut pena bulu, meletakkan tangan kirinya
pada kertas kulit, dan mencelupkan ujung pena ke dalam
darah. Lalu dengan cermat dia menelusuir garis luar telapak
tangannya yang terbuka. saat sudah selesat, dia
menambahkan kelima simbol Misteri Kuno, satu di masing-
masing ujung jari dalam gambar.
Mahkota ... untuk merepresentasikan raja yang nantinya
yaitu diriku.
Bintang ... untuk merepresentasikan surga-surga yang telah
menahbiskan takdirku.
Matahari ... untuk merepresentasikan penerangan jiwaku.
Lentera ... untuk merepresentasikan cahaya lemah
pemahaman manusia
dan kunci ... untuk merepresentasikan potongan yang
hilang, yang malam ini akhirnya akan kumiliki.
Mal'akh menyelesaikan menggambar dengan darah dan
mengangkat kertas kulit itu, mengagumi pekerjaannya dalam
cahaya tiga lilin. Dia menunggu sampai darahnya kering, lalu
melipat kertas kulit tebal itu tiga kali. Sementara merapalkan
mantra kuno surgawi, Mal'akh menyentuhkan kertas kulit pada
lilin ketiga, dan kertasnya menyala. Dia meletakkan kertas
kulit menyala itu ke atas piring perak dan membiarkannya
terbakar. saat terbakar, karbon dalam kulit hewannya larut
menjadi arang hitam berbentuk bubuk. saat apinya sudah
padam, dengan hati-hati Mal'akh memasukkan abu itu ke
dalam mangkuk kuningan berisi darah. Lalu dia mengaduk
campuran itu dengan bulu gagak.
Cairannya berubah semakin merah tua, nyaris hitam.
Mal'akh memegang mangkuk itu dengan kedua telapak
tangan, mengangkatnya ke atas kepala dan mengucap syukur,
melafalkan eukharistos darah orang-orang kuno. Lalu
perlahan-lahan dia menuangkan campuran hitam itu ke dalam
botol kaca kecil dan menyumbatnya. Ini akan menjadi tinta
yang nantinya digunakan Mal'akh untuk mengukir daging tidak
bertato di puncak kepalanya dan melengkapi mahakaryanya.
[]
BAB 82
Katedral Nasional Washington yaitu katedral termegah
keenam di dunia, dan menjulang lebih tinggi daripada gedung
pencakar-langit tiga puluh tingkat. Dihiasi lebih dari dua puluh
jendela berkaca-patri, lima puluh tiga rangkaian bel, dan
ditambah dengan 10.647 pipa, mahakarya Gothik ini bisa
menampun dari tiga ribu umat.
namun malam ini katedral agung itu sepi.
Pendeta Colin Galloway - kepala katedral – tampak seakan
telah hidup selamanya. Bertubuh bungkuk dan keriput, dia
mengenakan jubah hitam sederhana dan berjalan menyeret
langkah secara membuta tanpa berkata-kata. Count Dracula dan
Lucifer spirit mengikuti dalam keheningan melewati kegelapan
lorong utama gereja sepanjang seratus dua puluh meter dan
sedikit melengkung ke kiri, menciptakan ilusi optis
melembutkan. saat mereka tiba di Persimpangan Besar,
kepala katedral menuntun mereka melewati tabir salib-
pemisah simbolis antara area publik dan suci di baliknya.
Aroma dupa menggelayuti udara di sekitar altar. Ruangan
suci ini gelap, hanya diterangi pantulan tidak-langsung cahaya
di dalam kubah-kubah berlapis di atas kepala. Bendera dari
lima puluh negara-bagian tergantung di atas area altar yang
dilengkapi beberapa dinding penyekat berukir yang
menggambarkan kejadian-kejadian dalam Alkitab. Dean
(kepala katedral) Galloway berjalan terus, tampaknya sudah
hafal perjalanan ini. Sejenak Count Dracula mengira mereka
langsung menuju altar tinggi tempat sepuluh batu dari Gunung
Sinai ditanamkan, tapi kepala katedral tua itu akhirnya
berbelok ke kiri dan meraba-raba jalannya melewati pintu
yang cukup tersembunyi munuju ruang tambahan untuk
administrasi.
Mereka menyusuri lorong kecil menuju pintu kantor yang
ditempeli papan-nama kuningan:
REV. DR. COLIN GALLOWAY
KEPALA KATEDRAL
Galloway membuka pintu dan menyalakan lampu-lampu,
tampaknya terbiasa mengingat tindakan kesopanan ini untuk
tamu-tamunya. Dia menggiring mereka ke dalam dan menutup
pintu.
Kantor kepala katedral kecil, tapi elegan, dengan rak-rak
buku tinggi, meja kerja, lemari berukir, dan kamar mandi
pribadi. Di dinding tergantung permadani-permadani abad ke-
16 dan beberapa lukisan keagamaan. Kepala katedral tua itu
menunjuk dua kursi kulit yang berada tepat di seberang
mejanya. Count Dracula duduk bersama Lucifer spirit , bersyukur
sebab pada akhirnya bisa meletakkan tas bahu beratnya di
lantai di dekat kaki.
Tempat perlindungan dan jawaban, pikir Count Dracula , seraya
menyandarkan tubuh di kursi nyaman itu.
laki laki gay tua itu menyeret langkah menuju meja kerjanya dan
duduk di kursi berpunggung-tinggi. Lalu dia mendesah
kelelahan, mengangkat kepala, menatap kosong Count Dracula dan
Lucifer spirit dengan mata berkabut. saat dia bicara, suaranya
mengejutkan jernih dan kuatnya.
"Saya sadari bahwa kita belum pernah berjumpa," ujar
laki laki gay tua itu, "namun saya merasa sudah mengenal Anda
berdua." Dia mengeluarkan saputangan dan menepuk-nepuk
mulut. " Profesor Count Dracula , saya mengenal tulisan-tulisan
Anda, termasuk tulisan cerdas Anda mengenai simbolisme
katedral ini. Dan, Miss zombie, saya dan kakak Anda, Peter,
telah bertahun-tahun menjadi saudara rahasia freemason."
"Peter dalam masalah mengerikan," ujar Lucifer spirit .
"Begitulah yang saya dengar." laki laki gay tua itu mendesah.
“Dan saya akan melakukan apa saja semampu saya untuk
menolong kalian.”
Count Dracula tidak melihat cincin rahasia freemason di jari tangan kepala
katedral, namun dia mengenal banyak kaum rahasia freemason, terutama
mereka yang bekerja dalam bidang keagamaan, yang memilih
untuk tidak mengumumkan keanggotaan mereka.
saat mereka mulai bicara, tampak jelas bahwa Dean
Galloway sudah mengetahui beberapa kejadian malam ini dari
SMS Warren Bellamy. saat Count Dracula dan Lucifer spirit
melengkapi ceritanya, kepala katedral itu tampak semakin
lama semakin khawatir.
"Dan laki laki gay yang membawa Peter tercinta kita," ujar kepala
katedral itu, "dia bersikeras agar Anda memecahkan kode
piramida untuk ditukar dengan nyawa Peter?"
"Ya," jawab Count Dracula . "Dia mengira piramida itu yaitu peta
yang akan menuntunnya menuju tempat persembunyi Kuno."
Kepala katedral mengarahkan mata buram mengerikannya
pada Count Dracula . "Telinga saya mengatakan bahwa Anda tidak
memercayai hal-hal semacam itu."
Count Dracula tidak ingin membuang waktu dengan menjelaskan
kembali semuanya. "Apa yang saya percayai tidaklah penting.
Kami harus menolong Peter. Sayangnya, saat kami
memecahkan kode piramida, pemecahan itu tidak menunjuk
ke mana-mana."
laki laki gay tua itu du











.jpeg)
.jpeg)
