Tampilkan postingan dengan label kudeta 10. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kudeta 10. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Desember 2022

kudeta 10

Selanjutnya, sampailah kita sekarang kepada tanggal 15 Januari 1966. Hari Sabtu. Sidang 
Kabinet yang diperluas di Istana Bogor, yang juga dikepung oleh demonstrasi pemuda pemuda 
dan mahasiswa yang datang diorganisasi bukan saja dari Ibukota, namun  juga dari berbagai kota di 
Jawa Barat.   
Saya hadir pula  pada Sidang Kabinet itu, ikut melihat  apa yang terjadi. Beginilah ceritanya: Hari 
itu (15 Januari 1966) pagi pagi sekali saya ditilpon oleh saudara Chaerul Saleh,Waperdam 
/Deputy III, agar   datang ke Istana Bogor berhubung akan ada Sidang Kabinet diperluas hari 
itu. Dikatakan  diperluas  sebab hadir pula  juga wakil pemuda dan mahasiswa dalam sidang Kabinet 
itu, katanya. Chaerul pesan kepada saya agar   naik helikopter bersama sama dengan Dr. J. 
Leimena (Oom Jo) dari Markas Besar Polisi Jakarta Raya (KAPOLDA) di J1. Jendral Sudirman. 
Chaerul Saleh dan soebandrio   sudah di Bogor sejak kemarin sore.   
saat  akan naik ke` helikopter saya bertanya pada Oom Jo:  Apa belum selesai juga Revolusi 
kita ini,   OomJo dengan senyum yang spesifik itu menjawab:  Ohoo, nog lang niet, nog lang 
niet  (Ohooi, belum, masih jauh, masih lama).   
Mestinya saya menanyakan atau dia menanyakan kepada saya, mengenai sikap sukarno  yang 
meragakan political solution yang pernah  saya usulkan kepadanya.namun   saya merasakan tak ada 
suasana untuk menyinggung hal ini  di saat itu. Namun saya terpancang pada harapan yang 
dikemukakan sukarno  dengan mengumumkan sesuatu langkah untuk mencegah atau untok 
membelokkan banjir bencana yang akan menimpa, mungkin di dalam sidang kabinet  diperluas  
hari ini. Nah, jika  tidak juga, apa gunanya saya ditahan, tunggu dahulu  jangan pulang  ke Kuba 
dahulu , sampai saya tidak sempat menghadiri  Sidang Tricontinental, sampai tersiar tulisan di koran 
Juventud Rebelde dan Granma, tulisan yang mencemarkan nama sukarno . Demikianlah 
fikiran yang merasuk ke dalam otakku sementara helikopter melayang di udara menuju Bogor. 
Saya berdua dengan Oom Jo saja dengan pilotnya di heli itu. Indah sekali letaknya geografis kota 
Bogor ini tampak dari Udara. Coba, jika  dahulu  jadi dilaksanakan ide sukarno  untuk 
memindahkan Ibu kota ke Bogor ini, dan Jakarta hanya dijadikan kota pelabuhan samudra saja! 
Saya terkenang saat  saya diikutkan dalam flying tour di masa ide ini  sedang difikirkan.   
Waktu helikopter turun mendarat, sebuah jeep sudah menunggu kedatangan kami. Saya melihat 
di dalam ruang sidang semua Menteri dan Kepala Staf ABRI sudah lengkap hadir pula :Jendral A.H. 
Nasution Letjen Soeharto dari Angkatan Darat; Laksamana Martadinata Laksamana Ali Sadikin 
dari Angkatan Laut; Komjen Sutjipto Yudodihardjo dari Kepolisian dan dari AURI saya belum 
kenal. Juga yang dikatakan Chaerul  wakil pemuda dan mahasiswa  itu saya belum kenal. 
Sebagai biasa, saya selalu mengambil tempat menghadapi sukarno . Di kiri dan di kanannya 
duduk semua Waperdam dan semua Kepala Staf ABRI. Saya terharu melihat wajahnya Jendral 
A.H. Nasution yang mengalami musibah cedera kakinya, saat  lari menyelamatkan diri, juga 
sebab  kehilangan putrinya, si bocah Ida Suryani. Haru kemanusiaan mengimbau rasa kasihan di 
dalam hatiku.   
saat  saya menuliskan baris baris ini dengan mesin ketikku yang sudah tua juga , kenanganku 
kembali pada jendral saya A.H. Nasution ini yang secara amikal saya panggil Pak Nas (jangan 
lupa, saya pernah  di bawah komandonya langsung saat  saya Letkol PEPOLIT di Jawa Barat, 
1946 1947, sebelum saya ditarik ke Kementerian Perta  hanan di Yogyakarta). Terbayang 
kembali saat  kita sama sama bergerilya. Sekarang ini, bulan Mei 1997, di negara kita  di sana 
sedang bergolak udara panas permainan sandiwara  Pemilihan Umum  Presiden Soeharto, 
tentara kontra pemuda dan rakyat pendukung Megawati Sukarnoputri.Walaupun saya mengetahui , dahulu , 
pada waktu 1967 di Bandung, skenario sandiwara  Pemilihan Umum  itu yaitu  kreasi MPR 
yang diketuai oleh Jendral Nas, sehingga saya menyebut di dalam brosur saya yang diterbitkan 
oleh YAWF (Youth Against War and Fascisme) di NewYork yang berjudul  Dikmilfas Nasuh & 
Co.  (Diktatur Militer Fasis Nasution Soeharto & Co.)   namun sekarang, sesudah  30 tahun  
berlalu, dengan ini saya sampaikan kontrak perdamaian yang tulus dari lubuk hatiku kepada 
beliau, Pak Nas Sebab saya sudah  menginsafi, bahwa beliau itu, sejak 1 Oktober 1965 hanya 
dijadikan korban manipulasi  Letjen Soeharto yang amat licik dan licin.   
Sebelum saya berangkat ke Kuba, saya dibawa mutar oleh Ketua PARTINDO Sumatra Utara 
oleh Pak Jacob Siregar (Paman Amir Sjarifuddin) ke daerah Sumatra Utara dan Tapanuli. Saya 
sempat menyinggahi rumah ayah Pak Nas itu, sebuah rumah yang amat sederhana, seperti 
kebanyakan rumah kami di Sumatra biasanya , di Pematang Siantar, yang amat terkenal 
dengan buah salak yang manis, namun   kontrak damai  seperti itu tidak akan aku buat untuk 
Soeharto. Never and never! Pembunuhan satu juta manusia yang tidak berdosa dan ngegerakan gerakan  
Presiden Sukarno, sebagaimana dilakukan oleh Soeharto itu   tidak ada pintu maaf baginya, 
kecuali Pintu Gerbang Revolusi Massa Pemuda dan Rakyat Total. Hatiku selalu di pihak mereka 
yang didera derita ketidakadilan. Lagi sebuah peribahasa kami di Sumatra: Raja adil raja 
disembah   Raja murka raja disanggah . Ini dia prinsip keadilan dan demokrasi di zaman 
purbakala! Sekarang negara kita  dibuat oleh Soeharto seperti zaman Jahiliah Kafir Raja Fir'aun di 
Mesir sebelum dunia kita bertarich! Apakah manusia yang bisa berfikir harus diam saja,  No! 
sedang  Amerika yang dijuluki jagonya dunia kapitalis itu, sudah begitu panas dan benci 
melihat praktek praktek kediktatoran Presiden Soeharto. Buktinya, bacalah Laporan 
 negara kita  HUMAN RIGHTS PRACTICES, 1995 1997  yang dibuat oleh U.S. Depart  
ment of State mengenai negara kita .   
Selanjutnya, marilah kita saksikan apa yang terjadi di dalam Sidang Kabinet di Istana Bogor di 
hari itu.   
Saya hidangkan terlebih dahulu apa yang sudah  dicatat oleh Dwipayana dan Sjamsuddin di dalam 
buku Jejak Langkah Pak Harto: Sabtu, 15 Januari 1966. Pagi iniPresiden Sukarno memimpin 
sidang paripuna Kabinet Dwikora di Istana Bogor, dan mengundang tokoh  tokoh mahasiswa 
untuk menghadiri nya. Oleh sebab itu, hari ini kota Bogor tidak hanya didatangi oleh sebuah 
delegasi mahasiswa, melainkan ribuan mahasiswa yang bergabung dalam KAMI. Mereka ingin 
mengikuti dari dekat sidang Kabinet Dwikora ini , sebab  berdasar keterangan saksi  rencana, Presiden 
Sukarno akan memberikan keterangan dan jawabannya secara langsung kepada rakyat.   
Sementara sidang berlangsung, di luar istana sudah  terjadi keributan antara massa KAMI dengan 
anggota anggota Cakrabirawa pengawal Istana Bogor sehingga yang terakhir ini melepaskan 
tembakan. Situasi baru dapat ditenangkan sesudah  Letjen Soeharto, yang didampingi oleh Pangal 
Laksdya (L) Martadinata dan Pangak Komjen (P) Sutjipto Judodihardjo, datang melerai.   
Sementara itu di dalam sidang, Presiden Sukarno mengatakan bahwa siapa yang sanggup 
menurunkan harga harga dalam waktu 3 bulan, akan diangkatnya menjadi menteri, namun    
jijika  gagal, maka orang ini  akan ditembak mati. Presiden juga mengatakan bahwa 
persoalan harga ini sangat sulit, sehingga ia tidak menyetujui cara cara mahasiswa 
mengemukakan tuntutan mereka dengan men  caci maki dan malah mengatakan bahwa menteri 
menteri itu goblok.   
Selanjutnya Presiden Sukarno menyerukan kepada para pengikutaya agar menyusun barisan, dan 
berdirilah di belakang Sukarno. Sehubungan dengan itu Mayjen (Tituler) Achmadi diperintahkan 
untuk membentak barisan itu. Komando inilah yang lalu  diistilahkan oleh soebandrio   
sebagai 'Barisan Soekarno '.   
Sekianlah kutipan, catatan yang sebetulnya  terjadi di hari itu yaitu : Sidang Kabinet Dwikora 
kali ini bukanlah untuk bertukar pikiran, bukan juga  untuk menyusun suatu konsepsi dan 
hasil penelitian  mengenai situasi politik yang sedang berlangsung melainkan untuk mendengarkan 
sikap sukarno  yang tegas tidak mau menyerah dan mundur terhadap intimidasi kaum 
demonstran pemuda, mahasiswa KAMI yang dihasut dan digerakkan oleh Tentara yang direstui 
oleh Letjen Soeharto.   
sukarno  sudah  melihat dan menyadari,bahwa persatuan nasio  nal yang sudah  disemangatinya 
dengan seluruh jiwanya yang anti  kolonialis sejak usianya yang muda belia di tahun  1926, 
persatuan nasional itu kini sudah  pecah berderai oleh hantaman Peristiwa GESTAPU. Di tahun  
1926 itu, dengan keberaniannya sebagai Demosthenes orator, Plato, bersama Socrates dan 
Aristoteles, para ahli filsafat dari zaman republik pertama  diYunani Kuno, dan dengan 
kepandaian seninya yang bernilai tinggi keindahannya, sepan  dai Praxiteles dan Phidias di zamanYunani ini    sukarno  di tahun  1926 itu sudah  membangun berdirinya sebuah 
 Tugu Persatuan Nasional  dari batu padas penderitaan bangsanya sejak berabad abad,yang 
terdiri dari elemen elemen, zat zat nasionalisme  agama marxisme. Maka dengan keberanian 
jiwa persatuan nasional ini ,Angkatan 45 berhasil memutuskan rantai belenggu penja  jahan 
Belanda tiga setengah abad, dan mendirikan Republik Indo  nesia dari Skakak  hingga ke 
Merauke, teguh tegap di atas UUD '45 dan Pancasila.   
Begitulah mata khayalku melihat sukarno  di dalam Sidang Kabinet di hari itu. Hatiku 
bangga dan terharu, namun   juga gemes (kesal) mendengarkan pidatonya itu. Mengapa,  Sebab, 
sukarno  tidak juga mau mengambil keputusan mengenai  political solution yang saya sudah  
usulkan kepadanya. Saya kira tadi di Sidang Kabinet hari inilah kesempatan yang sebaik baiknya 
untuk mengeluarkan dia memiliki  solution  untuk mencegah atau membelokkan banjir intimidasi 
politik neo kolonialisme yang saban hari kian meningkat mau menenggelamkannya.   
Ternyata kemasyang ulan saya itu dibenarkan oleh fakta . Selang dua bulan berikut, yaitu pada 
tanggal 11 Maret 1966, membrojol itu SUPERSEMAR yang oleh Letjen Soeharto secara licin 
dan licik dibuatnya menjadi  linggis konsitusional  untuk secara anti  konstitusional mendongkel 
sukarno  dari kekuasaannya yang sah sebagai Presiden R.l. untuk mencari dasar legitimasi 
bagi tindakan tindakannya yang non konstitusional itu. DPR GR dan MPRS dibubarkannya dan 
diganti dengan DPR dan MPR yang baru tanpa pemilihan umum demokratis. Katanya, 
berdasarkan  konsensus nasional  yang dicabutnya dari kantong celananya sendiri, tidak melalui 
pemilihan umum, sebagaimana seharusnya berdasar keterangan saksi  UUD '45. Konsensus Nasional yang betul, 
yaitu yang dengan lain perkataan yaitu  kerukunan atau kemufakatan nasional yang betul, 
haruslah dicapai secara demokratis, dan bukan  konsensus nasional  yang palsu yang dicapai di 
bawah todongan bayonet tentara dan demonstrasi pemuda KAMI yang diperalatnya. Di dalam 
hal inilah saya melihat dan saya sayangkan Jendral A.H. Nasution dibuat menjadi figur tragis, 
dibuat korban manipulasi  politik oleh Letjen Soeharto di dalam rencana kudetanya untok 
memperoleh stempel  konstitusional  dari MPR yang diketuai oleh Jendral Nas itu.Tragis, 
kukatakan, sebab saya mengetahui  betul dan semna orang mengetahui , bahwa Pak Nas itu lebih politics 
conscious, lebih sadar politik. Pak Nas yaitu  seorang jendral yang correct dalam sikap, tidak 
sekotor Soeharto dalam sejarah kemiliteran Republik kita ini, secara politik, sosial maupun 
material dan keuangan .   
 Saudara saudara, kita semua sekarang sedang berada di dalam situasi yang amat sulit, sebagai 
akibat perbuatan subversi kaum Nekolim yang tidak berhenti sejak kita mendirikan Negara 
Republik Indo  nesia kita ini. Kita menghadapi persoalan persoalan di bidang politik, ekonomi; 
kouangan, keamanan dalam negeri, akibat perbuatan subversi kaum Nekolim yang sudah  
meningkatkan serangan  serangannya sampai terjadilah apa yang disebut GESTAPU atau 
GESTOK. sebab  itu Saudara saudara, kita semua di dalam situasi sedemikian itu, 
hendaknyalah, seharusnya bersikap tenang. sukarno  mohon, minta, kepada Saudara saudara 
bersikap tenang jangan kehilangan kepala, saya memerlukan kondisi  tenang untuk bisa 
mengambil dan melaksanakan keputusan politik, political solution. Sekah lagi, saya minta 
agar   jangan sampai terjadi 'menguber tikus sampai rengkiang padi jadi terbakar'. Berdirilah 
semua bangsa dan rakyat kita di belakang sukarno , sebagai satu Barisan Sukarno. Saya 
t~dak akan mundur selangkah pun, saya tidak akan mundur setapak pun menghadapi perbuatan 
subversi Nekolim itu. Insya Allah.   
Demikianlah uraian isi pidato sukarno  di dalam Sidang Kabinet pada hari Sabtu, 15 Januari 
1966 yang dapat saya ingat  ingat sampai sekarang.   
sesudah  sukarno  selesai menguraikan pidatonya itu, beliau mempersilahkan Ketua 
MPRS/Waperdam III Chaerul Saleh untuk berbicara. Bagaimana uraian Chaerul Saleh,  Dengan 
bersemangat Angkatan 45 beliau memperkoat dukungan nya terhadap pidato sukarno , dengan 
kata penutup semna bersatu ke dalam Barisan Sukarno. Soeharto kasih unjuk siapa Dia...  
Sehabis pidatonya Chaerul Saleh, sidang Kabinet diistirahatkan untuk makan siang bersama di 
Istana. Makan secara  prasmanan  semua. Waktu saya sedang makan, datang Menteri 
Pertambangan Armunanto menghampiri dan duduk di sebelah kiri saya. Sebagai sama sama 
wakil ketua Partindo, dia rupanya ingin membicarakan sesuatu yang penting pada saya.namun  , 
tiba tiba datang juga  Letjen Soeharto langsung duduk di samping kanan saya dengan sepiring 
nasi di tangannya. Sambil makan bersama beliau segera mengajukan pertanyaan: Apakah Pak 
Hanafi, sudah pergi meninjau ke daerah  daerah,  Ada baiknya untuk mengetahui  kondisi  yang 
sebetulnya  apa yang terjadi. Bukan kami tentara, yang melakukan pembunuhan  pembunuhan 
rakyat itu .   
Dalam hatiku segera terlintas kesan sungguh tipikal seorang tokoh militer Pak Soeharto ini. Siap 
selalu dengan strategi sivis pacum parabellum, serang dahulu  untuk bertahan! Saya agak terkejut 
tadi melihat kedatangannya tiba tiba itu dan langsung duduk di sebelah kanan saya. Saya kira,dia 
sudah sejak dari sidang kabinet tadi memperhatikan saya.Artinya saya diincar! Saya letakkan 
sendok dan saya pandangi dia dengan senyumku saya menjawab:  Belum, Pak Harto, memang 
ada maksud saya begitu, nanti saya ingin dapatkan bantuan jendral, untuk kemudahan perjalanan 
saya .   
Soeharto:  Silahkan datang saja ke MBAD .   
Hanafi:  Tentu, tentu, Pak Harto, terima kasih lebih dahulu .   
lalu  beliau dengan sopan permisi untuk kembali ke tempat semula dari mana dia datang 
tadi. Cobalah lihat, dan renungkan. Jendral Soeharto yang sepenting itu, pemegang kunci rahasia 
di belakang layar Gestapu dengan cara yang cerdik sekali datang sendiri menyalami saya 
menawarkan simpatinya. Andaikata, kewaspadaan  politik saya tetap tumpul saja walaupun 
sudah diasah dan dikikir oleh baja pengalaman langsung atau yang tak langsung yang saya alami 
sendiri sejak saya datang dari Kuba ke Jakarta, lalu bersorak gembira masuk ke dalam pintu 
gerbang yang dibukakan oleh Jendral Soeharto itu ke dalam dunia pengkhianatannya itu.... 
tentulah dan pastilah saya tidak akan mampu lagi menuliskan sejarah seperti buku Menggugat 
ini! Sekarang berbanggalah Ayah dan Bundaku dan anak  anakku yang tercinta dan kawan 
kawan seperjuanganku Angkatan 45, bahwa saya tidak menjadi pengkhianat bersama dengan 
sementara mereka itu di dalam zaman Orde Baru ini.   
Dalam buku saya  Menteng 31; Membangun Jembatan Dua Angkatan  ada saya singgung 
sekadarnya mengenai pembunuhan  rakyat satu juta di daerah daerah itu, namun   belum mengetahui  jelas 
bahwa pihak tentara melakukan pembunuhan itu pakai sarung tangan  Banser  dari Ki Achmad 
Sjaichu dan Ki H. Subchan.   
Saya tidak bisa menghabiskan makan saya, sebab saya lihat di beranda belakang Istana Bogor 
itu, tampak banyak orang dan menteri menteri berkerumun tak karuan apa yang dibicarakan. 
Beberapa Tjakrabirawa tampaknya gelisah ke sana kemari. Maka saya dekati Brigjen Sabur, 
komandanTjakrabirawa mau menanyakan ada apa,  Ternyata demonstrasi pemuda sedang 
berlangsung hebat di luar istana itu. Beberapa gerombolannya sudah masuk menerobos ke dalam 
pekarangan istana yang dijaga ketat oleh Barisan Pengawal Tjakrabirawa. Memang pekarangan 
istana itu tidak berjarak jauh dari Jalan raya di mana ada puluhan jika  tidak ratusan ribu 
pemuda  pemuda yang seperti kesurupan dan fanatik berteriak teriak menyerukan yel yelnya. 
saat  saya berdiri di dekat Brigjen Sabur Kolonel Mangil wakil komandanTjakrabirawa datang 
melapor dan memmta misi , mendesak, sebab lini pertama Barisan Pengawal Tjakrabirawa 
sudah bobol diterobos kaum demonstran yang kalap, barisan pengawal itu sudah terkurung di 
tengah kaum demonstran itu. Maka itu jelas terdengar teriakan teriakan mereka yang bikin bising 
gerakan gerakan ing. Lini kedua sudah melepaskan tembakan peringatan ke atas  rraang rraaang rrraaang  
dengan senjata A.K.nya sebagai peringatan. Kaum demonstran berhenti, namun  tidak mau mundur. 
Kolonel Mangil minta misi  pada komandannya Brigjen Sabur jika  kaum demonstran tetap 
mau maju merangsek terus menyerbu lebih janh lagi ke dalam pekarangan istana, mereka tidak 
lagi akan disambut dengan tembakan peringatan ke atas, namun  laras mitraliur A.K. itu akan 
langsung  waterpas  dihadapkan ke arah demonstran yang menggila gila itu.   
Saya kenal betul siapa Kolonel Mangil, bekas anggota Brigade Polisi  Macan  di zaman Jepang, 
asal  Wonosaren  (Wonosari, Yogyakarta), setia bersedia berjibaku jika  diperintah demi 
keselamatan Presiden Sukarno. sebab  melihat  hal ini , saya cepat cepat mencari 
Jendral Soeharto yang kebetulan sedang dengan tenang saja bercakap cakap dengan Laksamana 
Martadinata,  Kombes Sutjipto Judodihardjo dan komandan CPM Brigjen Sudirgo:  .... jika  
Pak Harto dan para kepala staf tidak turun tangan, kita akan mengalami banjir darah hari ini , 
kataku. Kuceritakan juga  pembicaraan Sabur dan Mangil tadi.   
Maka sesudah mereka itu herunding sejenak, Letjen Soeharto diiringi oleh jendral jendral 
lainnya itu tadi, pergilah turun ke bawah menampakkan diri. kepada kaum demonstran ribnan itu. 
Melihat kedatangan Letjen Soeharto itu kaum demonstran yang sudah  menginjak injak segala tata 
tertib dalam lingkungan pekarangan istana itu menjadi diam dan tenang semua. Letjen Soeharto 
bicara tenang saja, agar   kaum demonstran pulang  dengan tentram, dan bahwa tuntutan mereka 
itu akan diperhatikan. Pidatonya yang pendek sederhana itu memiliki  kekuatan menekan gejolak 
semangat kaum demonstran yang menggila gila tadi. lalu  para jendral itu kembali naik ke 
istana lagi, untuk pamitan pulang  kepada Presiden Sukarno, sebab sidang Kabinet diperluas itu 
sudah selesai.namun   di dalam hati saya berkata: Letjen Soeharto kasih unjuk siapa dia.   
Tafsirkan sendirilah sangkut pautnya dengan pengepungan istana di hari itu!   
namun  langsung esok harinya tanggal 16 Januari 1966, Letjen Soeharto mengadakan rapat dengan 
Menpangad Jendral Nas dan kepala staf ABRI lainnya mengeluarkan larangan pembentukan 
Barisan Sukarno ini . Artinya, secara kontan menentang keputusan Presiden 
Sukarno/PanglimaTertinggi ABRI pada sidang Kabinet tanggal 15 Januari kemarinnya itu. 
Apapun juga dalihnya yang dipakai pada pelarangan itu, tanpa dikonsultasikan lagi pada 
Panglima Tertinggi; apakah itu artinya jika  bukan  ultimatum  perang  terhadap Presiden 
Sukarno,  Lalu pada ke mana ABRI   di luarnya Letjen Soeharto dan Jendral Nas   yang setia 
kepada Panglima Tertinggi Sukarno,  Laksamana Martadinata, Marsekal Srimuljono 
Herlambang, Jenpol Sutjipto Judodihardjo, sampai dengan Brigjen Sudirgo (CPM) dan 
Laksamana Hartono (KKO), sudah lumpuh. Sebab takut dituduh membela Gestapu yang sudah  
membunuh  Dewan Jendral  (Panglima A.Yani dan lainnya itU), namun   tidak berani mengusut 
mengapa Gestapu/Untung itu justru menyelamatkan Letjen Soeharto sendiri, sedang  lainnya 
mau dihabisi,  Untunglah Jendral Nas bisa selamat! Dengan logika sederhana saja bukankah 
sudah cukup   alasan untuk menaruh curiga terhadap Letjen Soeharto itu!,    
Diperkenalkan kepada Agathocles oleh Machiavelli  
Dalam merenungkan kekejian dan kelicikan Letjen Soeharto, di dalam khayalku aku bertemu 
dengan arwah Niccolo Machiavelli dari Florence, Italia, yang hidup di tahun  1469 1527, seorang 
politikus besar pada zamannya. Machiavelli mengenalkan aku kepada tokoh  gila 
kekuasaan yang pernah  ditulisnya dalam bukunya  Il Principe . Aku dikenalkannya kepada 
Agathocles dari Sicilia dan Oliverroto de Fermo. Machiavelli mengatakan kepadaku:  Orang 
orang seperti Agathocles dan de Fermo dapat merebut kekuasaan, namun   bukan kemuliaan, 
sebab  mereka melakukan perbuatan perbuatan khianat dan keji. Agathocles, dari kedudukan 
yang paling hina dan rendah, anak seorang tukang loak menjadi raja di Siracusa, dia diakui sah 
secara  konstitusional  sesudah membunuh semua anggota senat yang sedang bersidang. Dan 
Oliverroto de Fermo, seorang anak yatim yang dibesarkan oleh pamannya, Giovani Fogliani, 
sesudah  merebut pasukan Vettellazo, sebab  ambisi kekuasaan untuk menguasai Fermo, 
membunuh pamannya itu sampai mati; namun   saat  mau merebut Orisini, dia disiasati oleh 
Cesare Borgia, akhirnya di kota Orisini itu, dia dicekik sampai mati bersama dengan Vitellozo, 
yaitu gurunya yang mengajarkan kecakapan dan kejahatan kepadanya.   
namun  kita jangan salah salah. Niccolo Machiavelli sebetulnya  bukan seorang yang jahat dan 
kejam! Dia seorang politikus dan penulis yang hebat. namun   sebab  pengalaman di zamannya 
yang diriwayatkannya di dalam bukunya  Il Principe  (Pangeran) itu mengenai  orang  
penting yang gila kekuasaan itu begitu kejam dan seram, tak kenal susila dan perikemanusiaan, 
segala cara ditempuhnya untuk kuasa dan harta, maka orang  di zaman lalu nya 
sampai sekarang mengidentifikasi orang seperti  itu sebagai  machiavellis . Dalam kamus 
politik, istilah  machiavellis  menjadi populer sebab  buku  Il Principe . Silakan jika  mau 
perbandingkan sendiri kemiripan Letjen Soeharto di antara dua type sosok yang dikenalkan oleh 
Machiavelli itu tadi: Agathocles atau Oliverroto de Fermo dari Sicilia itu.   
sesudah  selesai sidang Kabinet di Istana Bogor yang ditandai oleh pengepungan puluhan ribu 
kaum demonstran yang memalukan itu, lalu sekitar istana menjadi sepi dan kota Bogor pun 
menjadi sepi juga , laksana kota yang baru habis diserang garuda dalam cerita pewayangan. Saya 
dan Chaerul Saleh duduk terhenyak di tangga Istana itu keletihan. Bukan keletihan fisik namun  
keletihan batin yang terasa berat menekan di dalam hati.   
Sepasang menjangan yang sedang berteduh memamah biak di bawah pohon beringin di kebun 
istana itu agaknya memandangi kami, merasa kasihan.  
Berangkat ke Kuba untak Mengclearkan Salah Paham Kuba terhadap negara kita   
Sebagaimana sudah  saya singgung terdahulu, saya sudah  minta izin kepada Presiden Sukarno 
untuk sementara harus pergi ke Kuba guna clearing kesalah pahaman Kuba terhadap situasi di 
negara kita . Saya berjanji akan berusaha secepatnya kembali ke Jakarta lagi, sebagaimana pesan 
beliau, untok mendampinginya mencarikan penyelesaian politik untuk mengatasi kemelut yang 
menimpa negara. jika  tidak salah, saya berangkat pada tanggal 22 Januari 1966.   
Betul saja saya alami langit Sukarno, langit saya di Kuba saat  itu, saat  saya datang, sudah 
berganti, berganti rupa tidak secermerlang seperti dahulu  lagi. Dua hari sesudah  saya tiba di Ha  
vana ada upacara resmi di Malecon, itu jalan besar yang tercantik di Havana, kebanggaan Kuba 
seperti Champs Elysées buat orang Paris. Fidel Castro akan berpidato dari atas podium yang 
sudah  dibuatkan di bawah lereng Hotel Nacional rnenghadap ke Jalan Raya Malecon diTeluk 
Havana itu. Semua Corps Diplomatik hadir pula . Juga Tentara dan massa revolusioner Kuba. Dari 
atas podium itu di dalam pidatonya, saya merasakan seperti  dibanting  ke tanah oleh Fidel 
Castro, yang mengatakan di antara lain : Kuba yaitu  tanah merdeka yang pertama di Amerika 
(Cuba el primero territorio libre de America). Kami tidak akan mengkbianati rakyat kami seperti 
yang terjadi di negara kita  pada saat ini.Tentara revolusioner Kuba bersama rakyat revolusioner 
Kuba tidak akan mundur sejengkal pun menghadapi serangan atau subversi Amerika dan CIA 
yang mau mendarat dan menjamah Tanah Merdeka ini!    
Itu yaitu  gara gara cerita versi delegasi ke Tricontinental orang  orang negara kita  dari Mesir dan 
Peking yang sudah  saya ceritakan di bagian lain terlebih dahulu.   
Esok harinya, saya langsung datang ke Kemlu Kuba, tanpa appointment audiency lagi. Saya kira 
Dr. Raul Roa sudah maklum mengapa saya datang dan meminta jumpa mendadak itu. 
Kepadanya saya jelaskan semua apa yang sebetulnya  terjadi di negara kita  dan jika  Fidel 
mengetahui  hal hal yang sebetulnya  itu, dia tidak akan membanting saya ke tanah seperti keluar 
dari pidatonya itu.   
lalu  saya minta dia mencari mengetahui  siapa yang memicu  berita yang menghina Presiden 
Sukarno seperti termuat di dalam surat kabar Juventud Rebelde dan di surat kabar PartaiGranma 
itu. lalu  sesudah  saya betul betul mendesak, beliau memberitahukan  bahwa orang 
negara kita  yang menulis di surat kabar itu. Saya anggap orang itu konyol, tidak perlu saya 
perkenalkan nama si orang konyol itu di buku ini. Dengan itu, hubungan diplomatik R.I.   Kuba 
saya perbaiki kembali.   
Upacara resmi di Malecon ini  di atas yaitu  upacara untuk memperingati El Segundo 
Declaration de la Habana, 4februari 1962 mengenai Reform Agraria dan Industrialisasi. Di hari 
itu, 4 Februari 1962 sebnah kapal tua Amerika, sisa pendaratan di Playa Giron yang memalukan 
Amerika, namun  menaikkan  gengsi  Kuba, ditarik ke Teluk Havana. Sehabis pidato, Fidel, kapal 
tua itu ditembak dengan meriam sampai tenggelam, sebagai simbol akan tekad Kuba untuk 
menghancurkan setiap kapal Amerika jika  berani mendarat lagi. Seperti diketahui , di tengah 
lautan beberapa mil jaraknya dari Ha  vana, kadang kadang muncul kapal Amerika untuk 
beberapa hari, menghilang, muncul lagi, menghilang, seperti menantang dan memperingatkan 
bahwa Kuba itu diblokade. Namun demikian, baik Kuba mau pun Amerika, walaupun kedua 
duanya masing masing panas hatinya, mereka mengetahui  menjaga kepala tetap dingin. Sebab 
pengalaman serbuan Amerika di Playa Giron (Pantai Babi) dahulu itu ternyata membuat  malu 
Amerika sendiri sebagai negara besar. Juga pihak Kuba membiarkan saja provokasi Amerika itu, 
walaupun ia memiliki  juga senjata mutakhir dari Uni Sovyet. Si Jenggot, E1 Barbudo, 
Commandante Fidel Castro itu, tidak tergiur air liurnya melihat pancingan provokasi dengan 
kapal terbang pengintai Amerika yang terbang tinggi di langit di atas Havana, maupun kapal 
pengintai Amerika yang berlayar di lautan hanya tiga mil jaraknya dari Havana. namun  si Bung, si 
jantan macho yang berjenggot, Sang Commandante bernama Fidel Castro itu, jiwa dan moral 
revo  lusionernya lebih tabah dan kebal terhadap pancingan pancingan provokasi yang telanjang 
bulat di muka rumahnya itu.   
Sekali pernah  Amerika mengirimkan beberapa kapal berisi mercenaries, serdadu serdadu 
bayaran dan kaum kontra revolusioner Kuba dari NewYork dan Miami (Florida) untuk mencoba 
mendarat di Playa Giron (Bay of Pigs   Pantai Babi 16 19 April 1961).Terkenal dengan sebutan 
La Embarcacion de Playa Giron yang sampai kini setiap tahun  diperingati. Pertempuran di Playa 
Giron itu dipimpin langsung oleh Fidel Castro sendiri, sementara E1 Commandante Ché Guevara 
memimpin kubu pertahanan di sebelah Utara di daerah Pinal del Rio. Serdadu serdadu bayaran 
dan kaum kontra revolusioner Kuba yang tidak mati, sehabis dilucuti semua dikirim pulang . Ini 
artinya apa,  Artinya, ialah Kubanya Fidel Castro, mengerti dan menjunjung hukum perang , 
walaupun pendaratan di Playa Giron itu yaitu  suatu undeclared war dari Amerika. Pada tanggal 
17 April 1961, saya dan Sukendah, sebagai Dubes, diundang pertama kali berziarah ke Playa 
Giron.   
Ya, mengapa kita pantas juga  merenungi pelajaran agama, percaya , tauhid, rendah hati, atau 
mengapa juga  meng écé ilmu kejawen mengenai  larangan ojo 'M'  ojo maling, ojo madat, ojo 
mabok, ojo main, ojo madon. Sepanjang cerita, di dalam agama Jawa itu tersimpan mutiara 
mutiara agama Kristen dan agama Islam yang besar itu. Berdasarkan hal itu maka di dalam 
negara nasional negara kita  kita ini, bisa dan layak hidup berdampingan secara damai antara kedua 
agama ini . Saya teringat akan pengalaman saat  saya mengiringi perjalanan Presiden 
Sukarno ke luar negeri pada tahun  1956. Kami singgah di Libanon. sukarno  dalam nada 
meng  ingatkan, berkata kepada Presiden Cagille Chamun:  jika  Libanon membiarkan saja 
kefanatikan agama Kristen dan Islam saling  berhadapan, tidak mengkonsentrasikannya kepada 
kesatuan nasional, bahayanya nanti ialah perang  saudara .   
Benar sekali peringatan sukarno  itu, terjadilah tragedi Libanon dalam sejarahnya. Dua 
golongan, Islam dan Kristen, sama fanatiknya, sampai terjadi tragedi perang  saudara yang 
dimanfaatkan pihak pihak luar.   
Bisa ditarik beberapa hasil penelitian  dari uraian pengalaman ini  di atas:   
a. Bahwa seorang pemimpin yang bertanggungjawab, harus kenal situasi dan kondisi, namun   juga 
mengenal Hak dan Kewajibannya, tidak lemah dan mudah terpancing pada  provokasi , seperti 
GESTAPU di negara kita .   
b. Bahwa kepentingan Nasional dan rakyat bersama harus lebih dijunjung di atas segalanya.   
c. Bahwa kerukunan hidup dalam semangat kebangsaan bernegara Merdeka yaitu  sendi 
kehidupan perdamaian dunia.   
saat  saya diundang pertama kali ke Playa Giron, saya terkenang pada Pertempuran di 
Surabaya 10 November 1945 yang sampai sekarang kita peringati sebagai Hari Pahlawan 
Nasional, sama besar arti pentingnya dengan sejarah perjuangan Kuba di Playa Giron. namun   
saya percaya , kita semua percaya  betul, bahwa para Pahlawan 10 November itu dengan rakyat yang 
setia menyertai pertempuran yang gemerlap dengan gagah berani, walaupun sekarang ini 
mereka itu sudah tua tua dan jompo. Kesemuanya mereka itu pasti tidak rela pengorbanan yang 
sudah  mereka abdikan kepada Rl yang mer  deka berdasarkan Pancasila dan UUD'45 itu 
dikhianati oleh Letjen Soeharto, diktator Orde Baru yang despot dan autokratik itu.   
Para pemuda yang petentengan yang dihadiahi Soeharto dengan julukan  Angkatan 66  yang 
tidak masuk buku Angkatan 45 itu, sama sekali tidak bisa membayangkan persabungan nyawa di 
Surabaya antara Rakyat negara kita  yang membela kemerdekaan nasional dengan Tentara Sekutu 
yang mau menghina dan merebut Indone  sia untuk dihadiahkan kepada Belanda agar   dijajah 
lagi. saat  itu, di hari hari bersejarah itu, tidak ada sukarno R, tidak ada TKR (walaupun sudah 
diumumkan terbentuknya 5 Oktober 1945!), belum ada TRI, dan TNI, apalagi ABRI. Belum ada 
jendral jendralan.Yang ada ialah Rakyat negara kita , Rakyat negara kita  yang bersenjata, bersenjata 
segala macam, sejak dari bambu runcing, golok dan tombak, sampai ke segala macam senjata 
api, dari senapan  sampai M 12,7 yang dapat direbut oleh para pemuda yang lalu  menjadi 
PESINDO, dari Angkatan LautJepang.Jadi, anak kandung Revolusi yaitu  Rakyat. Sebagian dari 
Rakyat itu dijadikanTentara.   
Jadi jangan salah salah memproklamirTentara atau ABRI itulah anak kandung Revolusi! Salah! 
Dalam zaman Orba, ABRI berdiri terjauh dari Rakyat sebab  ulahnya Soeharto untuk 
kepentingannya yang sama, secita cita dan sejalan dengan para konglomerat untuk menumpuk 
kekayaan, dollar, untuk kepentingan mereka itu sendiri. Pembangunan ekonomi Nasional,  Tentu, 
tentu! Tanpa konsepsi pembangunan ekonomi nasional ...á la Soeharto, tentu USA, Bank Dunia, 
IMF, Negeri negeri Eropa Barat dan negeri negeri demokrasi liberal lainnya, tidak akan 
menyalurkan bantuannya. Sepèsèr pun tidak! Saya katakan  bantuan  antara tanda kutip. Dan 
kita mengetahui , saat   perang  Dingin  dalam era Sukarno, investasi  kapital ini  memusuhi kita, 
mereka tidak mau bersahabat dengan negara kita  di bawah Presiden Sukarno. Mereka tidak mau 
membantu kita, sebab Presiden Sukarno dianggap memelihara PKI, untuk bekerja sama dengan 
golongan agama dan golongan nasionalis.   
Heran,  No, R.I. terjepit dan jadi korban konfrontasi kapitalisme contra komunisme. negara kita  
sebagai bangsa yaitu  yang pertama mencapai fighting independece, juga bangsa merdeka yang 
termuda pada sesudah  perang  Dunia ke lI, walaupun sejarah dan kebudayaannya lebih tua dari 
bangsa bangsa Eropa Barat sekarang. Kita ketinggalan zaman tiga setengah abad sebab  dijajah 
Belanda, sebab , sebab ... banyak lagi  sebab  , di antaranya yang penting tercatat dalam sejarah 
berhubung dengan runtuhuya Kerajaan Majapahit dan wafatnya Brawijaya (1478), yang 
dikhianati oleh puteranya sendiri Raden Patah (berasal dari Fathimah dalam bahasaArab berarti 
kemenangan, perebutan) yang mendirikan Kerajaan Islam Demak zamannya Kasunanan Gunung 
Jati,Wali Islam yang terpenting di jawa Barat. lalu  Kasunanan Gunung Jati runtah juga  
sebab  perlawanan Kerajaan Mataram ke I yang mulai didirikan oleh Ki Gede Pamanahan di 
Kota Gede (1568) di dekat kotaYogyakarta sekarang. Menyusul lalu  kepahlawanan 
Senopati Ing Ngalogo, lalu Sul  tan Agung Hanyokrokusumo yang dua kali mengepung 
Jayakarta (Batavia), artinya Belanda sudah datang menjajah kita.   
Saya pernah  mendengar cerita, legenda dari orang  tua di Yogyakarta, bahwa Brawijaya, 
Raja Majapahit yang terbesar namun  yang terakhir itu, tidaklah sedo (wafat) melainkan, saat  
berada dalam tahanan di Keratonnya di Kediri, dikatakan sedo, namun  sebetulnya  dia menjelma 
menjadi Naga Geni, kepalanya kadang  kadang muncul di puncak Gunung Merapi (di 
utaraYogyakarta), namun  tubuhnya melingkari bumi, dan nanti jika  ekornya bertemu kembali 
dengan kepalanya, itulah tandanya kebesaran Majapahit akan datang kembali. Wallahu'alam. 
Saya teringat akan cerita dongeng ini (legenda ini) saat  saya bertiga dengan dua putra saya 
Dias dan Adityo naik ke puncak Gunung Eufrere di Guadalupe, yang seperti diberi tanda oleh 
Harun Tazief (vulkanolog Prancis yang terkenal) yaitu   saudara sejalur  dengan Gunung 
Merapi di Jawa Tengah. Bumi, planet kita ini bagaikan bola. Di bawah Gunung Merapi itu 
berada Gunung Eufrere di Guadelupe Prancis di Karibia. Demikian sebaliknya, tergantung dari 
mana kita berada dan memandangnya.   
Masa masa berlalu silih berganti. perang  Dingin USA Uni Sovyet RRC resminya kini sudah 
menjadi masa lampau. Sekarang Rusia dan RRC sudah bekolaborasi  dengan gembong kapitalis 
USA di dalam bidang ekonomi dalam dan luar negeri, yang sama sama bertujuan untuk 
menjamin Perdamaian Dunia, sebab  itu mem  butuhkan kapital di samping teknologi; di 
samping tenaga kerja, yaitu elemen terpokok untuk menciptakan produktivitas masyarakat. 
sedang Vietnam, Korea Utara dan Kuba, rupa rupanya sudah mengarah seperti Cina dan 
Rusia juga.   
Saya sekeluarga pernah , sebab  dengan terpaksa , sebagai refugee politik l0 tahun  berada di Kuba. Saya 
bisa memaklumi jika  sekarang negeri negeri dengan terpaksa  berhati hati untuk 'banting stir'. Kuba 
butuh kapital, butuh hubungan ekonomi dan perdagangan. Blokade ekonomi dari Amerika 
memicu nya terisolasi dan menyengsarakan rakyat,walaupun moral revolusioner tetap kuat 
bertahan.namun  sampai kapan,  Saya kira mereka sedang memikirkan pengalaman sampai di mana 
bisa mengaplikasikan mundur selangkah untuk maju dua langkah . Sebab cita cita sosialisme 
yaitu  Tuntutan Hati Nurani Rakyat, yaitu tercapainya  masyarakat adil dan makmur  yang bagi 
kita, bangsa negara kita , sudah tegas dan jelas tersimpul di dalam Pancasila. namun  jangan salah 
salah saya menyebut sosialisme di sini, bukan dalam pengertian sosialisme ortodoks, namun   
Sosialisme In  donesia, yaitu: Pancasila! Berketuhanan, berperi kemanusiaan, demokrasi, 
sosialisme (kesejahteraan sosial). Dus tidak boleh ada diktator klas atau militer. Ekonomi 
disusun berdasarkan Pasal 33 UUD'45,Peraturan Negara tidak boleh mematikan perkembangan 
manusia. Motivasi dan pengaturan pembangunan nasional harus berdasarkan keselarasan 
keseimbangan kepentingan masyarakat bersama.Tidak seperti Orde Baru Soeharto yang hanya 
ngaher GNP, namun   memasa bodohkan bahkan main gusur kepentingan rakyat banyak, yaitu 
kaum pekerja.   
Itulah di antara lain pokok pokok perbedaan sosialisme Indone  sia, yaitu Pancasila Sukarno, 
dengan sosialisme nya Marx.  Masyarakat sosialis itu hanya dapat diwujudLan dengan 
perjuangan klas; yang sanggup melakukan perjuangan klas hanyalah kaum buruh (kaum 
Proletar) , demikian kata Marx. Itulah dia komunisme yang di dalam praktek sejarahnya sudah  
membuka pada peningkatan jalan kemajuan kapitalisme di zaman Abad ke XXI ini. Begitu 
banyak korban manusia yang sudah  diberikan.   
Aksioma hukom dialektika selalu berlaku: tese, antitese, sintese. Memang kapitalisme yang 
membangkitkan kerakusan manusia, sehingga menyerupai binatang. sedang  sosialisme 
bertujuan untuk menciptakan kondisi  yang lebih berperikemanusiaan. namun   apakah kaum 
Komunis  Indonesia   tidak salah menerapkan marxisme di negara kita ,  Sebagai bukan komunis, 
saya cenderung mengatakan begitulah. Salah penerapan sebab  salah menilai tempat dan 
kondisi , situasi dan kondisi.   
Yang ada di negara kita  sebagai basis masyarakat sebagaimana dirumuskan oleh sukarno , 
ialah kaum marhaen. Bukan proletar. Rakyat yang dimiskinkan oleh kolonialisme Belanda 
selama tiga setengah abad yang satu kakinya masih berada di alam kerajaan Majapahit, dan yang 
sebelah lagi belum juga bisa sampai ke pinggir pekarangan Pabrik Baja Cilegon (yang di bawah 
tanah fondasi pabrik ini , oleh kami a.n.Angkatan 45, saya dan Chaerul Saleh, sebagai 
Menteri Industri dan Pertambangan, sudah  ditanamkan sebalok besi aluminium bertuliskan 
 Pabrik Baja Cilegon  Angkatan 45, tanggal ... saya lupa tanggal peresmiannya itu).   
Kaum buruhnya pun yaitu  kaum buruh marhaen (yang tidak bisa dimasukkan ke dalam daftar 
nothing to lose). Itulah sebabnya, mengapa sukarno  menasihatkan  jangan diperuncing itu 
perjuangan klas .   
Kaum miskin memang banyak, yang hidupnya  sebenggol sehari , namun   mereka itu bukan kaum 
proletariat. Mereka itu yaitu  kaum marhaen yang dimiskinkan oleh kolonialisme Belanda. Itu 
diakui oleh orang Belanda sendiri seperti ditulis oleh Mr. C. Th. van Deventer di dalam de Gids 
'Een Eereschuld' ( Hutang Budi ), Agustus 1889. sebab  itu Belanda melancarkan politik etik di 
Hindia Belanda.Van Deventer menyarankan  memperluas pengajaran dan mempertinggi 
perekonomian penduduk. Keuntungan yang diperoleh dari negara kita  seyogianya dapat 
dipakai  untuk keperluan tadi. namun   Belanda mempergunakan keuntungan itu untuk 
keperluan jalan jalan kereta api di Nederland. Kehormatan untuk Mr. Conrad Theodor Van 
Deventer! Lihatlah bagaimana serakahnya kapitalisme hari ini. Mereka sekarang bahkan 
memeras bangsa negara kita  bersama sama orang Pribumi seperti Soeharto.   
Demikianlah sekadar tanggapan saya mengenai dasar dasar materie yang melahirkan teori 
Marhaenisme sukarno , secara pokok dan singkat sekali.   
sukarno  yaitu  seorang marxis. Itu beliau akni sendiri.namun  ada sementara  marxis 
gadungan  yang berteriak:  Revisionis! Bernstein! Kautsky!  Tidak! Sukarno yaitu  Sukarno, 
Bapak Marhaenisme! Andai kata, Marx itu orang negara kita ,janganjangan dia akan turut dan  
bersama Sukarno menggali Pancasila itu. Faktor tempat, situasi, dan kondisi itulah yang 
menentukan aksi dan reaksi! namun  ada lagi pihak yang lain yang tidak mau Sukarno itu dengan 
jujur dan berani mengaku bahwa sukarno  itu Marxis. Bahkan ada lagi yang lain sebab  tidak 
begitu mengerti apa itu marxisme, serampangan mengecapnya sebagai komunis.   
Apakah marxisme itu,   
sukarno  sendiri memberikan jawaban:  Orang mengatakan marxisme yaitu  seolah olah'satu 
agama sendiri', orang mengatakan dia satu star system juga , orang malah mengatakan dia 
seperti  satu hocus pocus yang dikira bisa dipakai buat menyelami semua sedalam dalamnya 
roh dan jiwa, padahal dia hanyalah satu metode saja untuk memecahkan soal soal ekonomi, 
sejarah, politik dan kemasyarakatan, satu ilmu perjuangan di dalam ekonomi, politik dan 
kemasyarakatan. Sesuatu metode berfikir dan sesuatu ilmu perjuangan tidak mesti harus 
bertentangan  dengan sesuatu agama, apalagi jika  agama itu yaitu  satu agama rasional yang 
saya visikan itu . . . Kini cukup  lah kiranya saya menggambarkan kepada pembaca  pembaca 
garis garis besarnya saya memiliki  jiwa. Saya tetap nasionalis, tetap Islam, tetap marxis. Syntese 
dari tiga hal inilah memenuhi saya memiliki  dada, satu sintese yang berdasar keterangan saksi  anggapan saya sendiri 
yaitu  sintese yang geweldig .   
Demikian jawaban sukarno  yang ditulisnya di Bengkulu dan dimuat dalam surat 
kabar Pemandangan , 1941.   
Di zaman Orde Baru, Soeharto melarang adanya, dibacanya marxisme. Marxisme sebagai ilmu 
sosial tidak bisa ditiadakan dengan Surat Keputusan. Eksesnya, yang salah mengaplikasikannya, 
sepertiputch GESTAPU itu, bisa dan harus ditindak hapuskan. namun   marxisme sebagai ilmu 
sosial politik secara keseluruhan tidak bisa ditiadakan. Akan sia sialah, seperti menjaring angin 
di pematang. Dia yaitu  angin zaman modern yang berhembus di dalam zaman kapitalisme. 
Yang harus dijaga dan dicegah yalah eksesnya yang membahayakan kepentingan nasional. 
Seperti juga kita harus terus  terang bersikap rasional pada kapitalisme, kita membutuhkan 
kapital bantuannya, namun  kita harus menjaga dan mencegah muncul nya ekses penyalah gunaan 
oleh bangsa negara kita  sendiri atas bantuan kapital itu, sehingga tidak membahayakan 
kepentingan nasional dan selanjutnya membahayakan kapital kapital itu sendiri yang kita 
dapatkan tidak secara gratis atau budi baik, melainkan dengan susah  payah, bahkan dengan 
segala pengorbanan bangsa dan rakyat yang tidak tepermanai. Baik korban korban dari golongan 
kiri, maupun korban korban dari golongan kanan, temasuk korban satu juta manusia akibat 
GESTAPU atas tanggungjawab Soeharto.   
Agak ngelantur, ya ngelantur lagi sedikit, uitstomen sedikit lagi mengeluarkan uneg uneg saya 
sebagai seorang pejuang yang sudah menjadi tua begini, saya ingin mengatakan jika  
kolonialisme Belanda selama tiga setengah abad menjajah kita dan nenek moyang kita itu, tidak 
begitu kelewatan kejam dan onmenselijk, sudah keterlaluan tidak berperikemanusiaannya 
(bacalah antara lain Multatuli). Saya kira PKI yang menggantikan ISDV Sneevlet itu, tidak akan 
menjadi extra extrem radikal, seperti yang dapat kita ketahui  sepanjang sejarahnya, apalagi 
mempelajari ilmu marxisme itu selengkap lengkapnya dan sedalam dalamnya.   
Saya ingat lelucon sukarno  di hadapan Kursus Pemuda Menteng 31 pada tahun  1943, di 
mana ada juga pemuda D.N.Aidit di situ.Yaitu mengenai  orang  buta yang mau mengetahui  
rupa, bentuk gajah dengan sekali raba saja. Begitulah, ada yang kebetulan pegang buntut saja, 
ada yang pegang gerakan gerakan inguya, ada yang mempegang  senjatanya  saja   namun  masing masing 
berkeras hati mengatakan begitulah rupa dan bentuk gajah seperti yang sudah  terpegang olehnya  tadi. Demikianlah, maka senang sekali hati Aidit terpaut pada cara dan karisma sukarno  
memberikan kursus politik.   
Saya mau mengatakan bahwa bagaimana aksi itu sendiri, demikianlah reaksi, yang 
dilahirkannya!   
Lalu, sekarang bagaimana dengan Pancasila,  Di zaman apa yang disebut sesudah  Sukarno, di 
zaman mencairnya perang  Dingin, di zaman masuknya kita ke abad ke XXT yang katanya 
menyerokan era globalisasi, ,  Di zaman tegak bertolak pinggangnya kapitalisme internasional di 
atas seluruh jagad sendiri yang sudah  merobohkan pilar kekuasaan Bolshewik Uni Sovyet, musuh 
dan sekutunya sekaligus di dalam perang  Dunia ke II.   
Lalu bagaimana kita harus bersikap sekarang,  Kita bangsa Indo  nesia yang relatif kecil dalam 
arti GNP, namun   besar daam arti cita  cita dan ideal, kita harus bertolok ukur pada bagaimana 
akseptasinya zaman baru kapitalisme internasional ini kepada Pancasila, yaitu Sosialisme 
negara kita . Sejak Presiden Jimmy Carter yang pertama  tama memasukkan Hak Asasi Manusia 
(HAM) ke dalam kebijakan politik luar negeri Amerika, daya fantasiku seakan akan melihat 
bintang di cakrawala, Stars and Stripes itu. Daya fantasiku itu melayang juga  
kepadaThomasJefferson, penggaris Declaration of Independen, Juli 1776, seorang demokrat 
yang besar dan pendiri Partai Demokrat yang pertama di Amerika. Presiden Bush saya anggap 
seorang war monger! Sesudah Partai Demokrat mengalahkan Partai Republik dan menaikkan 
Bill Clinton sebagai Presiden Amerika Serikat, saya undang seluruh keluarga mengadakan 
selamatan di restoran kami yang sederhana itu,di  Djakarta   Bali . Saya kirimkan ucapan 
selamat kepada H.E. President Bill Clinton dengan harapan yang terbaik semoga ia menjadi 
symbol of newAmerica. Begitu juga saat  beliau dipilih untuk kedua kalinya pada tahun  1996. 
White House menya  takan sudah  menerima surat saya ini . Mengapa,  Naif,  Terserah! Satu 
insan manusia ciptaan dan diciptakan Tuhan, kepadanya kita memohon dan kepadaNya juga  kita 
akan kembali. SedangLan batu sekalipun memiliki  arti penting di dalam conturenya.   
Di zaman kapitalisme internasional inilah di dalam hemisphere demokrasi liberal kita 
memakai  kesempatan untuk berjuang terus menegakkan Pancasila, masyarakat yang 
berkeadilan sosial atau Sosialisme negara kita .   
Namun bagaimana pun Pancasila yang jelasjemelas berasaskan demokrasi, tidak mungkin 
ditegakkan di bawah alam kediktatoran militer Soeharto seperti tigapuluhan tahun  ini. Dua ratus 
juta manusia, artinya dua ratus juta manpower, tenaga produktif kapital menuntut demokrasi 
sebagai Hak Asasi Manusia. Logisnya, tentulah tidak bisa terus terusan dianggap sepi oleh 
duniaAmerika dan dunia Eropa, seperti sudah  terjadi tigapuluhan tahun  ini. Sebab pasti akan 
merugikan kedua belah pihak: negara kita  dan negeri negeri kapitalis pemberi dana. Saya mengetahui , 
suara suara demokratis di USA dan di Eropa sudah saya dengar, dan tulisan tulisannya sudah 
saya baca. Memang! mengenai  pseudo demokrasi, korupsi, autokrasi. Memalukan!   
Rezim diktatorial Soeharto dan Orde Barunya yang autokratik dan korup harus diganti dengan 
pemerintahan yang demokratis yang lebih menghargai kepentingan nasional di atas keserakahan 
segolongan kecil elit konglomerat, dan menjunjung tinggi hubungan ekonomi dan perdagangan 
dengan pihak luar negeri demi kepentingan pembangunan nasional.  

Amanat sukarno  Ingin Dimakamkan di Batu Tulis  
Sidang Kabinet sudah selesai. Semuanya sudah pada pulang . Juga kaum demonstran yang 
kesurupan setan balas dendam di luar istana itu sudah pergi menghilang semua, sesudah 
disembur oleh mantra jampi jampi Letjen Soeharto. Hanya sampah sampah dan kertas  kertas 
yang mengotori jalan yang tinggal.   
Saya dan Chaerul duduk terpesonangelemprok keletihan di tangga Istana. Bukan letih fisik, namun  
letih batin yang berani menekan di dalam hati kami berdua.   
Saya belum pernah   melihat anak Lintau ini menangis, baik di zaman pendudukan Jepang 
maupun di zaman revolusi bersenjata. Sekarang dia menangis, air matanya meleleh pada pipinya. 
 Apalagi, Fi, mau apa lagi, kepalaku ini sudah kuserahkan tadi kepadanya  (Maksudnya kepada 
sukarno ). Dia tidak keluar juga dengan political solution itu. Kenapa jij tadi tidak maju,  
Mestinya jij yang maju minta bicara, jangan saya .   
 Apa legitimasi saya berbicara jika  tidak diminta,  , kataku rada kesal.   
Chaerul diam, saya pun terdiam. Beberapa menjangan di bawah pohon beringin itu memamah 
biak, mungkin  memperhatikan kami yang termenung dengan pikiran pikiran masing masing, 
namun terhadap persoalan yang sama, yaitu bagaimana cara menyelamatkan Presiden dan negara 
keluar dari kemelut ini. Chaerul Saleh  sudah  menyerahkan kepalanya  kepada sukarno , 
Presiden R.I. yang dia turut tegakkan. Sekarang kepresidenan itu dalam bahaya, jika  itu terjadi 
akan menimpa kepala Chaerul juga . Aku teringat pada nasib Plato, ahli negara Yunani yang 
linuhung itu, mati sebab  disurah minum racun sebab  taatnya kepada Hukum Republik yang dia 
dirikan sendiri.   
Ternyata sekarang ini, kita memiliki  dua tokoh nasional yang mengalami nasib hampir seperti 
Plato di dalam Republik pertama di Yunani: sukarno  dan Bung Chaerul Saleh. Bukan 
minum racun, namun   korban pengkhianatanJendral Soeharto dan GESTAPU.   
Suasana sepi di sekitar saya dan Chaerul Saleh di tangga Istana itu, tiba tiba terganggu oleh 
kedatangan sebuah Jeep dikemudikan oleh Brigjen Sabur sendiri.   
 Bapak berdua diminta oleh Bapak Presiden turut beliau ke rumah di Batu Tulis. Presiden, Pak 
Dasaad, Bung Hasyim ning, Pak soebandrio  dan Oom Jo sedang berangkat bersama ke sana. Kita 
mengikuti dari belakang , kata Sabur.   
Maka berangkatlah kami bersama sama denganJeepnya Brigjen Sabur. Mobil Chaerul yang 
kosong dengan supirnya, dan mobil  mobil lainnya yang kosong juga , mengikut di belakang.   
saat  saya dan Chaerul tiba, sukarno  sedang mengaso di kamarnya yang amat sederhana. 
Di ruang tengah, yang rupanya bisa dipakai  tempat makan, sebab ada meja oval saya lihat di 
situ, di atasnya tampak terletak selembar blue print dari rumah itu. Rumah itu belum selesai, 
lantainya belum rata diubin semua, apalagi pekarangannya. Saya mengetahui  sukarno  senang sekali 
pada pekarangan rumah yang apik, pepohonan diatur rapi. Itu pengalaman saya saat  bersama 
sama dengan sukarno  di Bengkulu, tempat pembuangannya di zaman Belanda.namun   
letaknya rumah itu ideal sekali, cocok sekali dengan jiwa sukarno  yang mencintai tanah 
priangan  Jawa Barat itu.   
Priyangan, atau Parahiyangan, artinya tempat para dewa dewa, para Hiyangan. Dari bumi tanah 
priangan  dengan flora dan fauna dan  rakyat petaninya yang rajin dan berbudi basa (atas 
kehendak para dewata dari Kahiyangan) lahirlah di situ ide sukarno  yang besar, yang disebut 
MARHAENISME, simbol kesatuan dan pemersatu Bangsa negara kita . Dari segi sosial, ekonomi, 
kaum marhaen, posisinya di antara kaum proletar dan kaum burjuis. Pekarangan rumah itu 
berada di atas jurang, di bawahnya mengalir kali Ciliwung, di bagian atas kali itu menjalarjalan 
kereta apiJakarta  Bandung. Dari beranda rumah tampak pegunungan Salak dan Pangrango 
dengan sawah sawah turun bersusun sampai ke pinggir kali. Ah, sungguh pemandangan yang 
indah dan yang memicu  setiap seniman dan pelukis menundukkan kepala dan hati me  
nyembah kepadanya.   
 Kenapa rumah ini belumklaar juga,   saya berkata dengan nada yang kecewa.   
 Ya,ya, jika  Hanafi bisa bantu keuangannya bisa kita klaarkan cepat , Dr. J. Leimena yang 
simpatik dan biasa dipanggil Oom Jo itu menjawab dengan senyumnya yang sudah kita kenal.   
 Ah, jika  itu, ya, tiga bulan gaji Dubes boleh saja disumbangkan, itu saya pastikan, namun  mana 
bisa cukup   untuk selesai , kataku.  Goed zo,goed zo, my dear brother Hanafi,serahkan saja pada 
saudara A.M. yang satu lagi itu (maksudnya A.M. Dasaad). Sebab dialah yang tukang catat 
sumbangan , kata Oom Jo, seraya memanggil Dasaad yang sedang duduk bersama dengan 
soebandrio  , Brigjen Sabur dan Hasjim Ning. sedang  Chaerul Saleh selalu di dekat saya dan 
Oom Jo. Lalu Bung Dasaad mendekati kami, saya ulangi pertanyaanku tadi: Kenapa rumah ini 
belum klaar juga, dan catatlah sumbanganku tiga bulan gaji Dubes, nanti saya kirim dari Kuba.    
 Akan selesai  nanti, jangan khawatir , kata Dasaad.  saya barusan berunding juga dengan Hasjim 
Ning, terimakasih sumbangan Bung . Di situlah Dasaad menceritakan pada saya bahwa, 
walaupun dia tidak lagi bisa mengharapkan  pukulan  dari kontrak Lockheed, dia akan jamin 
rumah itu akan segera diselesaikan.namun   ... entah bagaimana kelanjutannya, saya tidak mengetahui , 
sebab saya belum pernah   lihat lagi rumah itu sampai sekarang, tahun  1997.   
Saudara saudara Hasjim Ning dan A.M.Dasaad sudah meninggal dunia. Sementara itu tampak 
sukarno  keluar dari kamar dari berbaring melepaskan lelahnya. Boleh jadi juga sebab  
terdengar berisik percakapan kami, apalagi suaraku yang seperti orang memimpin latihan Laskar 
Rakyat di lapangan Bekasi dahulu . Orang yang tidak kenal saya, mungkin  akan berkata  
temperamen saya suka menantang nantang. namun  tidak, dalam omong omong resmi atau 
persahabatan juga begitu, sama saja.   
sukarno  berpakaian kemeja sport, ia keluar lalu ke beranda perang inan, mengarahkan 
pandangan di kejauhan, ke lereng gunung Salak yang melandai, yang sedang dihias oleh sawah 
sawah. Ada yang sedang menguning, ada yang sudah dituai (dipotong padinya), di sebelah sana 
masih ada juga yang masih menghijau. Dan bagi gerakan gerakan ing orang yang dikecup kesepian alam itu, 
terdengar desau arus kali Ciliwung yang mengalir mencapai Laut Jawa. Aku, dan kami semua, 
menemani sukarno  berdiri di situ. Di saat itulah, sejenak lalu , beliau berkata:  jika  
nanti saya tidak menjabat Presiden lagi, di rumah inilah saya ingin mengaso, melepaskan 
lelahku, belajar  belajar lagi, berjuang berjuang lagi, terus berjuang, terus.  Mata sukarno  
besar, namun  tak bersinar gemerlap seperti di muka lautan massa rakyat, beliau membalikkan 
badannya pada kami:  Oom Jo, Chaerul Saleh, soebandrio  , Dasaad dan Hasjim Ning .... Berjuang 
terus untuk bangsaku kaum marhaen, berderap bersama untuk mencapai cita cita kita Pancasila, 
dan jika datang saatnya aku dipanggil kembali oleh Illahi, inginlah aku dimakamkan di dekat 
rumahku ini, dan dari sini alam Parahiyangan akan dapat terus  terus membelai dan menyayang 
kepadaku.    
Sejenak lalu  rupa rupanya OomJo terpecut jiwanya oleh kata kata sukarno  yang sayu, 
yang kam~ semua rasakan sebagai amanat:  Dengarlah, Bung Hanafi, kata kata sukarno  itu, 
sebagai anak marhaen, camkanlah baik baik, kita semua akan kembali kepada Tuhan, bukan 
sukarno  sendiri, dan jika  Bapak kita itu pergi dahulu, kita yang tinggal akan melaksanakan 
amanatnya itu. jika  sukarno  pergi dahulu, jiwanya tetap mengawani kita.   
...jika  kereta api Bandung   Jakarta pulang  pergi dan Kali Cillmung mengalir mendesau terus 
Sarinah dan Marhaen di sawah herjuang terus Gunung Salak dan Pangrango menguraikan 
cintanya terus Untuk didengarkan oleh sukarno , Dan sukarno  akan mendengar terus 
Akan deru gelombang perjuangan bangsanya...  
Kami terdiam, terharu mendengarkan kata kata sukarno  dan kata kata sajaknya OomJo itu 
yang membawa bawa  perasaan kami terseret ke suasana melankolik.   
 Bravo! Oom Jo, cocok sekali! Bagus Oom, kenapa saya tidak mengetahui  dari dahulu  baLwa OomJo ini 
memiliki  jiwa seni seorang seniman, yang mengingatkan saya pada Multatuli , kataku. Sebab, jika  
tidak saya  pukul  suasana menyayu itu dengan bravo, sayalah yang akan menangis terhisak 
hisak seperti anak kecil cÅ ngÅ ng yang tak mau ditinggal ibunya pergi ke pasar.   
Hari sudah menjelang sore. Dasaad dan Hasjim Ning minta permisi pulang .   
lalu  kami juga, bersama sukarno . sukarno  pulang  ke Pavilyun di Istana Bogor, 
saya dan Chaerul Saleh pulang  keJakarta. Dr. soebandrio   masih mau tinggal bersama Bung 
Karno, turut ke Istana.   
Beberapa tahun  lalu  ...   
Saya mendengar kabar dari radio BBC yang aku stel terus  menerus, saat  saya sekeluarga 
masih di Kuba, bahwa pada tahun  1970, persisnya pada tanggal 21 Juni 1970, mengenai  wafatnya 
sukarno . saat  itu saya bangunkan seluruh keluarga dari tidurnya. Saya ajak mereka bicara, 
kuceritakan mengenai  berita dukacita itu. saat  itulah saya putuskan, bahwa sekarang datanglah 
saatnya saya harus pergi, kita semua sekeluarga pergi dari Kuba, ke negeri lain, entah ke mana, 
sebab ingin pulang  sudah tak bisa sebab  paspor kami semua sudah di revoked   ditarik  oleh 
Orde Baru pemerintah Soeharto. Dengan seboah surat sandi yang dikirimkan kepada seluruh 
perwakilan di luar negeri, sudah  diumumkan baLwa paspor kami nomor sekian, nomor sekian, 
sekeluarga tujuh orang tidak berlaku lagi, sudah dianulir. Itu terjadi di bulan Mei 1966. Sejuga h 
hari sebelum kawat sandi itu, kawat yang pertama memanggil saya pulang . Tiga hari sesudah 
kawat sandi yang pertama itu, saya sebagai Dubes dimisi kan menemui delegasi pemerintah 
negara kita  di Mexico: Kolonel Hertasning dan Brigjen Sudirgo. Sepulang  dari Mexico itulah saya 
menerima kawat sandi yang mencabut validity paspor diplomatik saya sekeluarga dengan cara 
ini  di atas, yang artinya mencabut hak warganegara kami semua. Itukah  ganjaran  buat 
pejuang kemerdekaan,    
Saya tetap bertahan di Kuba, teguh menjunjung sumpah ja  batan saya sebagai Duta Besar 
Republik Indonesia  . Apalagi pember  hentian saya itu menyalahi UUD '45, sebab seorang Duta 
Besar diangkat dan diberhentikan hanya oleh Presiden, Kepala Negara yang sah, bukan oleh 
pejabat Deparlu sekalipun berpangkat Menteri. Wapres Adam Malik (alm.), saat  bertemu 
dengan saya di Brussel pada tahun  1979, menyatakan dengan sumpah mati tidak mengetahui  
adanya pemberhentian saya itu, dan malah:  Saya kira memang Bung sendiri yang masih mau 
tinggal di luar negeri , katanya.   
Walaupun itu  tidak lucu , namun  begitulah  sarkasme  hidup yang menimpa kami sekeluarga.   
Nah, nasib seperti itu menimpa juga  pada pribadi sukarno , Pemimpin Besar Revolusi 
negara kita  itu. Beberapa hari lalu  saya dengar berita lagi, baLwa sukarno  dimakamkan 
di Blitar, bukan di Batu Tulis, seperti yang diamanatkannya kepada kami 15 Januari 1966, 
seperti yang sudah  kuceritakan di atas tadi.   
Saya termenung. jika  dahulu, saat  masih hidup Ibunya, Ibu Idayu, ada yang mengatakan 
bahwa nanti sukarno  ingin dimakamkan di dekat Pesarean Ibunya itu. Hal itu masuk akal 
juga . Apalagi jika  ditanyakan pendapatoya Mbakyu Werdoyo (Ibu Sukonjono dan Sujoso) yang 
saya kenal. Ya, logis juga jika  Mbakyu Werdojo dan suaminya, Kangrnas Werdojo, itu akan 
senang bila sukarno  dimakamkan di Blitar,'kan tidak merepotkan baginya dibanding jika  
makamoya sukarno  itu di Batu Tulis,  namun  ayah sukarno , Bapak Sukemi Sosrodihardjo, 
walaupun silsilahnya keturunan dari Sultan Kediri, beliau dimakamkan di Jakarta di Pekuburan 
Karet, biar dekat dengan putera yang disayang, Kusno Sosro Sukarno. Ayahanda sukarno  itu 
meninggal dunia tahun  1943. Empat serangkai (sukarno , Bung Hatta, Ki Hajar Dewantoro, 
Ki Haji Mas Mansur) dan semua kami pemuda  pemuda Menteng 31 ditambah    rakyat dan kawan 
sejawat lainnya turut mengiring beliau sampai ke Pesareannya di Karet. Seandainya keputusan 
dan ketentuan itu ada pada Ibu Fatmawati dengan putra  puterinya (Guntur, Mega, Rahma, 
Sukma dan Guruh) atau ditambah  Ibu Hartini dengan kedua putranya (Taufan dan Bayu) saya 
percaya , mereka ini akan memilih tempat Pesarean sukarno  itu di Batu Tulis. Bukan sebab  
akan lebih praktis bagi mereka saja, dan mengingat akan amanatnya sukarno  sendiri, namun  
kiranya berdasarkan pertimbangan politik dan kepentingan nasional juga.   
Ada yang berkata:  Yang lalu dan berlaku, itulah pertimbangan yang Berkuasa: pertimbangan 
politik, nasional, moral, keke  luargaan. . .     
Itu semua bullshit! Soeharto tidak mau ada sukarno  di dekatnya.Jahil!! Segala kebesaran 
sukarno   menghantui  segala  Pikiran, Ucapan dan Tindakannya . Dia ingin memupus habis 
segala  Pikiran, Ucapan dan Tindakan sukarno  . Demokrasi Terpimpin,  Marhaenisme,  
Pancasila,  Kepribadian Nasional, They are all nonsense! Itu semua komunis. Komunis No! 
Dollar,Yes! Hutang saja, hutang lagi. Toh bukan dia yang bayar kembali, anak cocu, tujuh 
turunan! Masabodoh! Dia akan tinggal aman di Mangad,eg. Begitu maunya. Tidak seperti Bung 
Karno, rumah pun tidak memiliki  Jahil!!!   Siapa yangjahil,  Gampang menunjuk hidungnya!   
Yang pasti bukan saya, terhadap almarhum sukarno , Father of the Nation!  
 Barisan Sukarno Dibunuh Mati dalam Kandungan  
Para pembaca yang terhormat!  
Saya bukanlah menulis sebuah memoar di bawah cahaya bulan purnama, 
bertabur kembang melati dan bunga rampai harum aneka warna. Saya 
menuliskan perasaan hati peri kemanusiawian saya yang menderita, 
merasakan pedih kehilangan milik berharga dari sejarah perjuangan Bangsa 
negara kita  sebagai akibat pengkhianatan Jendral Soeharto.   
1) Saya mengumandangkan Protes dan Gugatan sukarno , 
Presiden/PanglimaTertinggi ABRI, Pemimpin Besar Revolusi Agustus 1945, 
kepada Jendral Soeharto yang ingkar dan menyalah gunakan Surat Perintah 
11 Maret 1966, menjadi  kannya dasar penipuan untuk merebut koknasaan 
negara (coup d'etat).   
2) Saya meneruskangugatan bersama sama dari Panglima Jendral 
AhmadYani, LetnanJendral Suprapto, LetnanJendral Haryono M.T., Letnan 
Jendral S. Parman, Mayor Jendral D.l. Panjaitan, MayorJendral Sutoyo 
Siswomiharjo, dan J. Katamso, Ign Soegiono, PierreTendean dan KS.Tuban   
kepadaJendral Soeharto yang pura pura innocent, maka par expresse (dengan 
sengaja) membiarkan dibunuh oleh pemberontak G30S/PKI yang khianat.   
3) Saya meneruskan jeritan permohonan keadilan perikema  nusiaan dari 
satu juta manusia tidak berdosa,yang dibunuh secara kejam, dalam satu 
holocaust atas hasutan balas dendam oleh sebagianTentara di bawah perintah 
dan tanggung jawab Jendral Soeharto, tanpa proses hukum pengadilan.   
4) Saya mengimbau kepada para tokoh pembela perikemanusiaan dari segala 
bangsa di dunia agar mendirikan Komite Pembela Perikemanusiaan untuk 
memohon kepada PBB dan Pengadilan Internasional mengadakan penyidikan 
kudeta dengan holocaust seperti dilakukan oleh Jendral Soeharto di 
negara kita , Oktober 1965.Dan mengadili pelaku utamanya, Jendral Soeharto 
diktator negara kita  (sekarang Presiden R.I., yang berdasar keterangan saksi  majalah FORBES:  
The world's shrewdest businessman , yang memiliki  kekayaan US $ 16 
billion, orang terkaya ketiga sesudah Sultan Hasanul Bolkiah, dan King Fahd 
Bin Abdulaziz Alsaud).  
5) Saya mengingatkan kepada seluruh Bangsa negara kita , agar   setia dan 
menjunjung UUD '45 dengan Mukadimahnya, dan bersama saya sebagai 
Pemuda Pelopor Revolusi 1945 yang terakhir yang masih hidup, agar 
mengembalikanTimorTimur kepada rakyat Timor Timur yang di anschlus, 
dicaplok, oleh diktator Soeharto, oleh sebab  tindakan ini  bertentangan  
dan mengkhianati UUD'45. Bersamaan dengan itu, untuk memohon kepada 
PBB membantu pelaksanaan Mosi Komite Rakyat negara kita  untuk 
mengembalikan kemerdekaan Timor Timur kepada rakyat Timor Timur 
secara demokratis.   
Demikian adanya, lima pasal tuntutanBuku Menggugat Diktator Soeharto 
ini.   
Sekarang mengenai  Barisan Sukarno  
Barisan Sukarno ini sudah dibunuh mati, saat  masih di dalam kandungan, 
artinya masih janin belum berwujud apa apa. Itu yaitu  ide yang diserukan 
oleh Presiden Sukarno saat  menghadapi situasi politik yang jelas sedang 
menyerang untuk menjatuLkannya dari kekuasaan, diserukannya saat  itu di 
dalam Sidang Kabinet yang diperluas 15 Januari 1966. namun   apakah 
maksud dan tujuannya,  Apakah Presiden Sukarno menginginkan Barisan 
Sukarno itu merupakan satu Barisan yang militan yang setia kepadanya 
sebagai Presiden/Kepala Negara, dan membela Persatuan dan  Kesatuan 
Republik Indonesia  ,  Jawaban atas pertanyaan itu yaitu :Ya! Jawaban 
ini  ditegaskan oleh sukarno , saat  Dr. soebandrio   dan Chaerul 
Saleh mengusulkan agar   saya, A.M. Hanafi, ditunjuk untuk memimpin 
Barisan Sukarno itu. namun   oleh sukarno , menga  takan bahwa beliau 
masih memerlukan saya di Kuba berhubung dengan rencana Konferensi 
CONEFO pada bulan Oktober 1966, maka pilihan jatuh kepada Mayor 
Jendral Achmadi.   
Pada tanggal 17Januari 1966, jadi dua hari sesudah demonstrasi saat  
Sidang Kabinet di Istana Bogor, saya diberitahu   oleh Presiden Sukarno, 
bahwa Surat Keputusan pengangkatan saya menjadi Mayor Jendral TNI 
Kehormatan, sudah beliau siapkan, namun  upacara pelantikan akan 
dilaksanakan oleh Menpangad Letjen Soeharto, kata beliau.   
Tanggal 21 Januari, saat  jumpa Letjen Soeharto yang didam  pingi Brigjen 
Sugiharto di istana, langsung pada kesempatan itu saya gunakan untuk 
menanyakan kapan beliau akan melaksanakan pelantikan saya itu . Beliau 
agak terkejut. Lalu sejenak memandangi saya, maka langsung saya 
ceploskan:  Pak Harto, pengangkatan saya menjadi Mayjen TNI Kehormatan 
itu, bukan atas kemauan sukarno  sendiri, namun   itu yaitu  amanat 
Panglima Ahmad Yani .   
Tampak beliau terkejut, dengan suaranya merendah beliau menyahut: jika  
begitu, maaf, saya tidak mengetahui . Besok saja, saya minta Pak Hanafi datang ke 
MBAD, jam 10 pagi untuk dilantik.    
Sebelum saya masuk ke ruangan upacara di MBAD saya disambut oleh 
Kolonel Alamsyah Prawiranegara. Saya mengetahui , dia ini asal dari Dewan Gajah 
yang pasang pengeras suara di rumahnya kala Azan Maghrib, yang suaranya 
nyaring sekali terdengar sampai ke rumah Gubernur Husin di mana saya 
menginap, saat  saya berkunjung ke Palembang tahun  1957.   
Kolonel Alamsjah bertanya:  Apakah Pak Hanafi dari PARTINDO atau dari 
MURBA,     
 Dua duanya ,jawab saya. Sebab saya tidak suka pertanyaan intel seperti  
itu. Bahwa saya memang dari MURBA, belakangan memang ada disebutkan 
oleh Ex Wapres Adam Malik di dalam bukunyaMengabdi Republik.  
Selesai pelantikan Pak Harto menasihatkan saya agar   saya pergi berziarah 
ke Makam Pahlawan, di mana dimakamkan pahlawan  pahlawan yang 
menjadi korban GESTAPU. Demikianlah, saya, diantar oleh seorang kolonel 
dengan jeep Angkatan Darat, berangkat ke Kalibata. Sejenak dengan khusuk 
saya bersemedi, yang pertama di makam Jendral A. Yani (yang sudah  saya 
juluki Panglima Harapan Angkatan 45), selanjutnya ke makam Jendral S. 
Parman, lalu ke makam Jendral Suprapto yang saya kenali di Yogyakarta di 
masa Revolusi, lalu Jendral Haryono, ex mahasiswa Ika Daigaku, yang saya 
kenal saat  di Prapatan 10, September 1945. Seterusnya saya ke makam 
pahlawan pahlawan yang lain, yang menjadi korban pembunuhan 
GESTAPU.   
 Semoga arwah mereka disambut di Suwargaloka, di samping TuhanYang 
Maha Esa. Saya mohon diberi kekuatan dan restu oleh Allah untuk dapat 
mengetahui  rahasia tersembunyi di belakang komplotan GESTAPU itu. 
Amien, Amien.    
Bagaimana dengan persoalan Barisan Sukarno,   
Kita semua mengetahui , bahwa pribadi sukarno  memiliki  sifat kemanusiaan yang 
begitu mulia dan tinggi.Jangankan kepada binatang yang tidak berdaya, jika  
diberikan kepadanya seekor burung untuk dipelihara di dalam sangkar yang 
molek, janganlah terkejut  nanti, jika  burung itu dilepas pergi bebas 
meninggalkan sangkarnya yang molek itu. Ibu Inggit suka memelihara seekor 
kucing, mending jika  kucing anggora yang bulunya halus bagus itu, ini 
kucing kampung yang lepas tak memiliki  tuan. Kucing itu dipungut dan 
dipelihara, saya mengetahui  hal itu saat  sama sama di Bengkulu. Nah, 
sukarno  suka juga mengelus ngelusnya, sebab  kucing itu suka 
menunggu di dekat sukarno , jika  sukarno  habis sembahyang.   
Di zaman GESTAPU, saya terkenang kembali akan hal yang remeh temeh 
itu. Di masa zaman sukarno  berkoasa, sementara orang yang 
memusuhinya tidak diapa apakannya, bahkan ada yang dimutasi naik 
pangkat. Kapten AURI Maukar, yang memberondong istana dengan mitraliur 
dari kapal terbang, saat  hari sidang sesudah saya disumpah menjadi 
Anggota DPA, diampuni oleh sukarno . Lebih hebat lagi terhadap 
penerbang Amerika Alan Pope yang mengebom Ambon, ratusan rakyat mati 
sebab  sedang ada hari pa  saran. Eee, Alan Pope itu dibebaskannya, sesudah 
Robert Kennedy (adik J.F. Kennedy) dan isterinya Alan Pope itu memohon 
kepadanya. Semua pemberontak PRRI/Permesta diberi amnesti. Ini saya 
sambut baik.   
Demikianlah antara lain sifat mulia yang tinggi dari de grote Bung.namun   di 
balik sifatnya yang mulia dan tinggi itu, beliau juga memiliki  ijdelheid 
(kegenitan) yang merangkai pada sifatnya yang mulia itu.namun   lagi, 
kegenitannya itu sudah menjadi patent nasional tidak bisa dia apa apakan 
lagi. Mulai dari peci nasional di zaman PNI pertama, sampai baju nasional di 
zaman Revolusi 1945, dan titel BUNG yang menjadi predikat pada orang 
orang pergerakan   nasional. Yang dikatakan ijdel di samping sifat Bung 
Karno yang mulia dan tinggi itu, sebetulnya  tidak bisa dipakai  untuk 
mengecilkan arti penting kepribadian sukarno , sebab dasar seluruh 
kepribadiannya sepenuh penuhnya mengabdi pada kepentingan Bangsa 
negara kita  yang mau dibesarkannya.   
Kriteria yang dipakai untuk mengatakan sukarno  ijdel dalam arti positif 
atau negatif, bagi sukarno  hanya piranti seni politik. Berguna dan 
memang berhasil untuk mengkonsolidasi secara positif sentimen 
nasionalisme negara kita  pada zamannya yang mem  butuhkannya. Rakyat 
negara kita  yang minder sebab  dijajah kolonialisme Belanda tiga setengah 
abad, membutaLkan seorang pemimpin dengan penjelmaan watak dan sifat 
perjuangan seperti sukarno  itulah! Zaman berubah. Sekarang orang yang 
anti  Sukarnois mengejek dan mengolok olok kepadanya. Louis ke XIV, 
Raja Prancis di abad ke 17 yang dikenal dalam sejarah sebagai Roi Soleil, 
baginda matahari ijdelheidnya melebihi sukarno . Pakaiannya, jubah 
kerajaannya yang menampangkan rambutnya terurai ke bahunya itu, begitu 
mempesonakan, sehingga di zaman feodal di Eropa saat  itu, orang meniru 
pakaian jubah kerajaan Louis ke XIV itu, menjadi tradisi berpakaian kaum 
monarkh di zaman feodal itu. Kondisi dan situasi di zaman itu di Prancis 
membutuhkan seorang Raja yang sifat dan wataknya dijelmakan oleh Louis 
ke XIV, Roi Soleil itu, yang dapat mengatasi kondisi  dan perseteruan di 
kalangan kaum monarkh Prancis saat  itu. Dan sampai sekarang di zaman 
modern ini dalam hal mode berpakaian, Prancis yaitu  paling top.   
Sekarang kembali ke Barisan Sukarno.   
Sudah saya katakan bahwa Barisan Sukarno itu sudah  dibunuh mati dalam 
kandungan, belum sempat menjelma ke dunia.   
Keesokan hari sesudah Sidang Kabinet di Istana Bogor (15Januari 1966), di 
mana sukarno  mengumandangkan tidak akan mundur setapak pun dan 
menyerukan pembentukan Barisan Sukarno, maka pada tanggal 16 Januari 
1966, Menpangad Letjen Soeharto, tanpa ragu ragu dan terang terangan 
menyabotnya. Ingat, saat  itu masih jauh belum ada Supersemar!Walaupun 
saya sendiri mengetahui  betul, sebab  memperhatikan kejadian itu, di hari 
hari saya masih berada di Jakarta, baiklah saya kutipkan di sini bagian dari 
Brosur Team manuscript tasi Presiden RI, berjudul Jejak Langhah Pak Harto, 
dengan editor G. Dwipayana dan Nazaruddin Sjamsuddin:   
 Minggu, 1 6Januari (1966). Menanggapi pembentukan 'Barisan Sukarno', 
maka hari ini pimpinan ABRI mengeluarkan pernyataan bahwa pembentukan 
Barisan Sukarno hanya dalam arti mental ideologis saja. maka  
pimpinan ABRI melarang pembentukan Barisan Sukarno dalam arti fisik, 
sebab  membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Seiring dengan itu, 
pimpinan ABRI juga menyatakan ketaatannya kepada Presiden Sukarno. 
Pernyataan ini ditandatangani oleh Menko/Hankam KASAB Jendral 
Nasution, Menpangad Letjen Soeharto, Menpangal Laksdya (L) Martadinata, 
Menpangau Laksda (U) Sri Muljono Herlambang, dan Menpangak Komjen 
(Pol) Sutjipto Judodihardjo.    
Catatan AMH. Semua kepala Angkatan Bersenjata R.I. menan  datangani 
larangan pembentukan Barisan Sukarno itu.Yang penting diketahui , mereka 
itu hanya dimanipulasi , disalah gunakan oleh Letjen Soeharto, dipaksa 
berdasar keterangan saksi i pikirannya Soeharto yang sejak dari pecah pemberontakan 
GESTAPU yang mengkili kili mereka itu untuk turut konfrontasi di bawah 
pimpinannya melawan Presiden Sukarno di dalam skenario perebutan 
kekuasaan. Untuk itu Untung dan Latief merupakan Bagian Pendahuluan, 
yang ternyata gagal, dengan Letjen Soeharto yang terjun langsung di bagian 
kedua, yang tadinya  sesuai dengan rencana  belum muncul di belakang 
GESTAmemiliki  Untung dan Latief.   
Saya merasa kasihan kepada Jendral Nas, yang saya mengetahui  memiliki  dendam 
pribadi kepada sukarno , apalagi sebab  anti  komunisnya, tidak 
menginsafi apa sebetulnya  opzet atau siasat GESTAPU itu yang sengaja 
mereservir (mengecualikan) Letjen Soeharto, tidak memasukkannya ke 
dalam daftar jendral jendral ABRI yang harus dihabisi.   
Pikirlah. jika  jujur secara hokom, untuk menghantam balik GESTAPU dan 
pimpinannya, apa itu unsur tentara atau unsur PKI, sewajarnyalah berdasar keterangan saksi  
logika dan hokum yang harus ditangkap untak diadili ialah anggotanya  anggotanya  
yang berbuat makar itu saja. Wajarnya tidak harus lebih jauh dari itu, 
tidaklah seharusnya membakar negara dengan demam holocaust yang 
menghabiskan satu juta manusia, dan menyalah gunakan para pemuda 
KAMI  KAPPI menghasutnya dengan demonstrasi demonstrasi anti Orla, 
sampai membuat  berantakan Deparlu dan menyerang Istana Bogor, saat  
Pemerintah sedang mengadakan Sidang Kabinet. Semua tindakan itu tidak 
lain yaitu  bagian dari planning yang dimulai sejak Gestapu. Last, but not 
least, mengapa harus menyalah gunaka Surat Perintah SUPERSEMAR, 
mengada ada dalih busuk untuk menjatuhkan Presiden Sukarno,  Apakah itu 
bukan komplementasi kudeta GESTAPU yang happy ending sukses bagi 
pemain utamanya Letjen Soeharto,    
Para pembaca yang terhormat,  
jika  kita sekarang merenungi kembali drama GESTAPU/PKI di atas pentas 
sejarah yang secara rieel dan obyektif saya rekonstruksi kembali di dalam 
buku ini, maka kita tidak bisa mengatakan lain: GESTAPU/PKI itu yaitu  
kadetanya Letjen Soeharto sendiri! Kita menyadari sekali bahwa kita ini 
bukanlah hanya penonton yang tidak memiliki  tanggungjawab atau  masa bodo  
terhadap kejadian drama GESTAPU/PKI itu. Sebab kita yaitu  putra bangsa 
dan warganegara R.I.yang hidup memikul tanggungjawab. Oleh sebab  itu, 
pada suatu hari kita harus ajukan semua ke Mahkamah Pengadilan, nasional 
dan internasional, pelaku utamanya Letjen Soeharto, sekarang Presiden, 
billioner dollar yang kaya raya di atas kerusakan moral dan spiritual bangsa 
negara kita . jika  kudeta Soeharto itu dibiarkan tidak dihokam, tidak diadili 
oleh hakum, precedent itu akan berulang dengan kudeta yang lain dan 
seterusnya begitu, selama tidak ada tangan kuat yang memancangkan 
kembali tihang bendera Demokrasi di negeri ini.   
Perkembangan proses prolitik ekonomi dunia yang sedang mendatang akan 
menentukan bagaimana langkah langkah politik yang harus kita ambil demi 
kepentingan yang menguntungkan bagi pembangunan bangsa dan negeri R.I. 
kita, tanpa mengorbankan prinsip perJuangan, yaitu R.I. yang Merdeka dan 
Demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD'45. Prinsip perjuangan itulah 
dasar pegangan hidup kita di atas segala galanya, berapa pun harganya! 
jika  dahulu di zaman apa yang disebut zaman perang  Dingin kita sudah  
menjadi korban, dengan terpaksa  tidak memilih salah satu pihak demi tegaknya 
kedaulatan nasional kita   sekarang ini praktisnya tidak ada yang harus kita 
pilih, kita membutuhkan kapital untuk pembangunan negeri namun  bukan untuk 
sesuatu golongan sendiri, dan kapital dunia sekarang ini yaitu  satu.mengenai  
kedaulatan rakyat yang pernah  ada di tangan kita, berkat hasil perjuangan di 
bawah pimpinanTritunggal Sukarno Hatta Sjahrir, yaitu  tergantung pada 
kita sendiri dan tidak tergantung pada pihak luar untuk merebutnya kembali 
dari tangan Soeharto.   
Saya harap dan saya mohon kepada arwahnya sukarno , dapat memahami 
dengan baik bahkan sebaik baiknya akan pendirian dan pandangan politik 
yang saya uraikan di atas. Sebagai patriot dan sebagai kadernya, saya belajar 
berusaha demi kepentingan nasional secara sebaik baiknya mengaplikasikan 
teori marhaenisme, sesuai dengan sikon yang rieel dalam kategori sejarah 
zaman sekarang di mana demokrasi dan kapital Amerika dan Eropa 
mengungguli negeri negeri Timur.   
jika  siang hari berganti tengah malam , kita berdayung dengan segala alat yang kita 
memiliki i, sadar dan berani mengikuti arus kapital dan demokrasi Amerika dan 
Eropa Barat tanpa diktator Soeharto dan Orde Baru yang autokratik.   
Para pembaca yang terhormat,  
Sebelum saya meneruskan sejarah sabotase Letjen Soeharto terhadap 
 Barisan Sukarno , saya sudah  menguraikan tanggapan politik saya yang saya 
anggap cukup   penting untuk diketahui . Saya tidak akan memperpanjang 
menjadi diskusi. Saya tidak mau mimpi di siang hari.   
Senin, 17 Januari. Kader Front Nasional, sesudah  mempelajari Amanat 
Presiden Pangti ABRI/Pemimpin Besar Revolusi/Pemimpin Tertinggi Front 
Nasional/PemimpinTertinggi Kader Revolusi sukarno , menyatakan dan 
menyerukan kepada selurnh kader Front Nasional di mana pun berada, 
menyiapkan barisan untuk menerima dan melaksanakan Komando 
PBR/Presiden Seumur Hidup/Pangti ABRI/Pemimpin Tertinggi Front 
Nasional/Pemimpin Tertinggi Kader Front Nasional.   
Rabu, 19 Januari. Kepala KOTI, Letjen Soeharto, atas nama Presiden/ Pangti 
ABRI/Panglima Besar KOTI, hari ini mengumumkan bahwa setiap 
organisasi massa, partai politik, badan badan, persorangan dan siapa pun 
yang menyatakan dukungan, kesetiaan dan kesiap siagaan melaksanakan 
Komando Presiden/PBR sukarno , agar   menyampaikan pernyataan dan 
mendaftarkan diri pada Gabungan 5 (G 5) KOTI,Jalan Merdeka Barat No. 
14,Jakarta.    
keterangan  AMH. Pernyataan Letjen Soeharto 19 Januari ini , yaitu  
ultimatum terselubung terhadap Front Nasional yang bersiap untuk 
mendirikan Barisan Sukarno, namun   juga sekaligus tantangan  yang kurang 
ajar  terhadap wibawa Presiden Sukarno  atas nama Presiden Sukarno .   
Saya mau mengingatkan kepada bangsaku, memanggil pada akal dan logika 
sebagai bangsa yang berbudaya kemanusiaan yang mulya. Apakah mungkin 
Letjen Soeharto mendadak sontak menjadi pembangkang walaupun semua 
pihak menggoncengi kata kata  Presiden Sukarno/ PBR/Pangti ABRI (etc) 
yang kita hormati dan kita cintai ,  Beberapa hari lalu  ternyata kata 
kata manis itu hanya lip service yang palsu semata. Tidaklah mungkin 
perubahan sikap yang membangkang dan menentang Presiden Sukarno, 
datang tiba tiba pada saat Barisan Sukarno  diumumkan.   
lngatlah dengan memakai budi akal normal, kita akan mengetahui  pemberontakan 
GESTAPU itu tidaklah jatuh dari langit sebagai meteor yang jatoh dari langit 
seperti Hajaratul'aswad yang menjadi Pusat Ka'bah di Mekah sampai 
sekarang dan ke akbir zaman.namun   tentulah didahului oleh proses 
permulaan yang panjang, planning dan programming, strategi dan taktik 
pelaksanaannya dan akhirnya barulah sampai ke hari nahas jam 1.00 tanggal 
1 Oktober 1965 itu.   
jika  fakta nya demikian seperti dikatakan oleh sukarno , bukanlah 
30 September namun   ternyata 1 Oktober, maka sebutan GESTAPU itu sebutan 
rekayasa Soeharto sendiri sebagai resultat pertemuannya dengan Kolonel A. 
Latief sebelum waktu tengah tengah malam  30 September 1965.Tentulah Soeharto 
tidak bodoh untok mengatakan apa sebetulnya  yang dibicarakan Latief 
kepadanya pada pertemuan itu, namun   dengan mangatakan kedatangan Latief 
ialah untuk sowan  sebagai bawahannya yang menunjukkan rasa 
persahabatannya berkenaan dengan musibah sebab  putranya, Tommy, 
ketumpahan sop panas. Keterangan Soeharto hanyalah dalih yang tidak 
nyaman bagi dirinya sendiri untuk menghapus jejak keterlibatannya dengan 
pemberontakan GESTAPU atau GESTOK itu! Hanya Tuan O.G. Roeder, itu 
orang Jerman, ahli make up, penyunting buku The Smiling General   
President Soeharto Of Indone sia itu, hanya dia saja, dia saja yang tidak 
kelolodan menelan keterangan palsu Soeharto itu! Buat dia uang  di atas 
segalanya! Buat kita kehormatan bangsa di atas segalanya!   
Jum'at, 21 Januari, 1965. Sehubungan dengan pelarangan Barisan Sukarno 
di Jawa Barat, Menpangad Letjen Soeharto, sesudah  menghadap Presiden 
Sukarno di Istana Merdeka, menjelaskan bahwa pelarangan ini  yaitu  
untuk memelihara persatuan nasional yang kompak di belakang PBR Bung 
Karno. Dikatakannya lebih lanjut, bahwa  sudah sejak revolusi, ABRI, 
organisasi politik, dan organisasi massa di Jawa Barat itu menjadi Barisan 
Sukarno.    
keterangan  AMH. Sengaja saya kutipkan Jejak langLah Pak Harto ini untuk 
mengingatkan kembali segara perilaku Soeharto sebelum dia terang terangan 
menyerobot kekuasaan Presiden Sukarno dengan memalsu Surat Perintah 
Sebelas Maret. Betul, benar sekali bahwa sejak revolusi, ABRI, organisasi 
politik, dan organiasasi massa di Jawa Barat itu menjadi Barisan Sukarno. 
Dalam arti di belakang mengikuti segala perintah Presiden Sukarno sampai 
ke saat munculnya GESTOK, di saat munculnya Soeharto mengeliminir 
orang  GESTAPU, orang nya sendiri, di mana dia sendiri berada 
di belakang layar komplotan ini . Selanjutnya sesudahnya semua pucuk 
pimpinan tertinggi ABRI terbunuh semuanya, Soeharto pada 1 Oktober 1965 
meneruskan langkahnya yang kedua: mengeliminir Presiden Sukarno sebagai 
principal target dalam tujuannya untuk merebut kokuasaan Presiden.   
sukarno  menyadari akan hal yang membahayakan kedu  dukannya itu. 
Maka itulah pada sidang Kabinet Dwikora di Istana Bogor,beliau 
menyerukan agar   berdirilah Barisan Sukarno, sebab  Barisan Sukarno  
yang dikatakan oleh Soeharto sebagai Letjen Menpangad yang praktis sudah 
mengambil oper pimpinan ABRI dan kekuasaan Pemerintahan, sudah 
dijauhkan dari sukarno  dan semuanya ditempatkannya di belakang dia 
sendiri, Soeharto. sebab  itulah, sukarno  berseru kepada Bangsanya, 
agar   membentok Barisan Sukarno, yang dekat dan taat kepadanya!   
Bagaimana pendapat pembaca mengenai Barisan Sukarno itu,    

Apakah dianggap, atau disangka Barisan Sukarno itu untuk dikonfrontasikan 
secara fisik, disiapkan untuk bertempur terhadap pihakTentara yang dibuat  
goyang kepercayaannya kepada Presiden Sukarno,  Tidak! Seperti sudah  
dinyatakan oleh Dr. soebandrio  , yang dituju, yang hendak dicapai Bung 
Karno, ialah ketegasan semangat, jiwanya, dipersatukan dalam Barisan 
Sukarno.namun   Soeharto, bukan saja sebab  dia militer, namun   sebab  ambisi 
yang sudah  ditempanya sejak berhubungan dengan GESTAPU (Untung, 
Latief, Supardjo dan Syam) untuk merebut kekuasaan dari tangan Presiden 
Sukarno, menganggap Barisan Sukarno akan menjadi kekuatan fisik atau 
people´s army yang diasosiasikan dengan Angkatan ke V yang pernah  
diusulkan PKI. Oleh sebab itulah begitu Sidang Kabinet tanggal 15 Januari 
itu selesai, esok harinya, tanggal 16 Januari 1966 itu, kontan Soeharto 
memakai  segala saluran kekoatan yang dikuasainya untuk membunuh 
ide dan kelahiran Barisan Sukarno itu.   
jika  saya boleh bicara terus, andakata sukarno  bukan sukarno , 
namun   seorang militer seperti Soeharto, ada kemungkinan hal itu bisa 
terjadi.namun   di dalam situasi yang gawat ini, sekalipun, beliau tetap saja 
seorang manusia Sukarno yang tulen, yang asli. Seorang Bapak Nasion! 
Jiwa jiwa cerita pewayangan selalu dekat kepadanya. Dalam situasi yang 
sudah gawat itu beliau masih bisa minta digelarkan wayang di Istana Negara 
dengan judul cerita ... yang saya lupa namanya. Beliau masih bisa menikmati 
cerita wayang di tengah malam  itu, sedang  saya, walaupun turut hadir pula , pikiranku 
melayang layang ke luar gedung, memikirkan, akan bagaimana jadinya nasib 
sukarno  pada akhir kemelut ini nanti. Muallif Nasution, Sekretaris 
Pribadi, bekas Pemuda Menteng 31, memiliki  hubungan keluarga dengan Bung 
Karno, sebab menikah dengan gadis masih famili dengan sukarno , di 
tengah malam  itu menceritakan pada saya, Pak Rahim, dukun di Petojo itu 
menujumkan bahwa sukarno  akan mati berdarah.   
Lalu saya menanyakan pada Muallif, apa kau sudah berkata  itu pada Bung 
Karno. Tidak usah saya berkata  , sahut Muallif,  Pak Rahim itu yang sudah 
berkata , saat  sowan ke Istana dan memeluk sukarno  sambil bertangisan 
berdua .   
Lain lagi cerita Pak Darmosugondo, yang pada tengah malam  pagelaran wayang di 
istana itu hadir pula  juga  dengan sikap dan wajahnya yang, saya lihat sayu.   
 Sudah diramalkan bahwa sukarno  jatuh , katanya. Saya tidak tanya, 
ramalan siapa,  Saya tanya, siapa yang akan meng  gantikannya,  Dengan 
suara berat Pak Darmosugondo mengatakan:  Raja Jawa . Saya tidak spesial 
mempelajari kebatinan Jawa, sebab  itu saya tidak melanjutkan percakapan 
itu. Saya teringat padaJendral Nas dan Sri Sultan Hamengku Buwono yang 
saya kenal dan hormati. Dua tokoh itu meleset dari bayangan ramalan itu. 
Hanya logika intelek saya bertanya tanya apakah tidak Soeharto yang sudah 
diberi oleh sukarno  banyak keknasaan itu yang sengaja menyebarkan 
isu isu demikian itu. Orang tidak boleh lupa kekuatan gaib dalam apa yang 
disebut  kebatinan Jawa , yang pada hal hal tertentu memiliki  daya 
pengaruh juga . Kepercayaan yang terbentuk sejak masa dahulu  kala.   
hasil penelitian :  
1). Pelarangan Barisan Sukarno oleh Menpangad Letjen Soeharto itu yaitu  
satu bukti yangjelas tingkat tingkat persiapan dan pelaksanaan kudeta secara 
merangkak dan licik itu, tahap demi tahap dengan memakai  GESTAPU 
sebagai tabis asap, penutup mata bagi sebagian besarABRI yang masih mau 
tetap setia kepada Presiden/ Panglima Tertingginya.   
2). Massa atau rakyat jutaan itu tidak bisa disalahkan, sebab psikologi massa 
jutaan orang yaitu  ibaratkudde, kawanan hewan yang jika  kehilangan 
penggembalanya,jadi tidak berketentuan mau ke mana. Bangsa negara kita  
saat  itu laksana itulah. Kehilangan atau terputus hubungan dengan 
massaleider nya. Perkataan terputus hubungan  itu penting sekali arunya. 
Sukarno itu tidak bisa berhubungan dengan massa rakyat lagi, diblokir dan 
ditakut takuti, harus melapor dan mendaftar segala macam. Sukarno, tanpa 
disadari oleh pengikut  pengikutaya yang sudah  diangkat pada kedudukan 
penting, tentulah tidak sengaja, atau pun sebab   kegoblokannya , menyia 
nyiakannya, sampai tak terpikirkan hubungan per radio di dalam kondisi  
sulit. Ketelodoran security, itulah yang saya saksikan sendiri, yang sudah  
terjadi. Para pembaca akan melihat bagaimana Soeharto dengan liciknya 
merangkak terus sampai ke puncak kudeta SUPERSEMAR. Dan para 
pemuda yang tersesat di jalan sejarah itu yang menamakan dirinya Angkatan 
66 , notabene yang berkontradiksi dengan Angkatan 45 (yang memutuskan 
belenggu penjajahan Belanda tiga setengah abad)  Angkatan 66 itu nanti 
akan menjadi laksana kayu  kayu jembatan yang membusuk, sekalipun anai 
anai kekayaan Soeharto tak akan membutuhkannya lagi.   
3). Percaya kepada kekuatan rakyat sebagai motor perkembangan sejarah 
yang abadi, kita melihat juga  bahwa dalam kategori sejarah nasional 
sekarang ini, sedang lahir tokoh  nasional kerakyatan yang baru, yang 
sedang menggali kuburan Rezim Soeharto Orde Baru yang autokratis demi 
kepentingan tegak Rl yang demokratik berdasarkan Pancasila dan UUD'45. 
Inilah garis politik perjuangan nasional kita di masa ini.yaitu  bodoh 
mencegah dan membendung arus perkembangan sejarah itu. Tidak ada rezim 
diktatur yang langgeng dalam dunia. Demokrasi pasti menang! Inilah satu 
peringatan yang berani dan jujur, tanpa pamrih!  
Nomor satu: Letjen Soeharto  
Dia pernah  memperoleh  predikat  orang baik  dari kalangan PESINDO. Dan juga dipandang 
 orang baik  juga dari kalangan simpatisan Tan Malaka.   
Untuk membuktikan hasil penelitian  saya bahwa Letjen Soeharto itu yaitu  The Number One dari 
komplotan GESTAPU, saya harus kembali kepada sejarah sekitar Peristiwa 3 juli 1946, tragedi 
Tan Malaka bersama kawan kawan saya golongan radikal kiri: Adam Malik, Sukarni, Chaerul 
Saleh dan lain lain.   
namun   sebagai  aIat pelejang  memori saya ini, saya mau mulai dengan memakai  daya 
fantasi tanpa izinnya dari Pramoedya Ananta Toer yang luar biasa kuat dan tepatnya, yaitu 
simbolik mengenai sukarno  HATTA SJAHRIR: yanq tumbuh sebagai sebatang bambu 
dengan ruas ruasnya. Lebih kuat dan lebib hidup dari istilah yang biasa suka dipakai  untuk 
ketiga Pemimpin Nasional kita itu: Tritunggal. Simbolik ini  automatik mengingatkan saya 
pada dua rumpun bambu betung, di belakang rumah saya di dusun, di pinggir Sungai Talo.   
Betul sekali, Pramoedya Ananta Toer, apa kata itu:  Sukarno Hatta Sjahrir memang tumbuh 
sebagai sebatang bambu dengan ruas ruasnya, dan jelas Sukarno berada di ruas yang lebih dekat 
dengan akar. Bukan sebab  ia tidak dididik di Eropa, tak pernah  mengenyam nikmat Demokrasi 
Barat ...    
Demikian Pram (begitulah biasanya dia gerakan gerakan anggil), yang kukenal sebagai Penulis, yang hidup 
mati dari menulis, namun  tidak ragu turut dalam masa perjuangan Krawang Bekasi sebab  
panggilan Proklamasi 17 Agustus 1945. Demikianlah, sumbangannya  Nyanyi Sunyi  dari pulau  
Buru, sudah  menjawil saya dalam uraian uraianku ini.   
namun   di belakang rumahku di dusun Lubuk Ngantungan (Bengkulu) sebagai tadi kukatakan ada 
dua rumpun bambu betung. Sebatang yang sesuai dengan simbolik yang dicirikan Pram, namun  
yang sebuah lagi itu saya harus berkata  apa, untuk simbolik sejarah Semaun, Musso, Alimin, Tan 
Malaka,  Sebab ruas ruasnya bambu yang sebuah lagi itu sudah pada  bocel  sebab  diketok 
ketok oleh tangan gatal atau sejarah yang latah,  Jadinya seperti  kerakak tumbuh di batu, hidup 
segan mati tak mau !   
Selain saya harus kembali kepada sejarah sekitar Peristiwa 3 Juli 1946, saya harus juga  kembali 
kepada apa yang disebut Peristiwa Madiun, yang di zaman ORBA diungkit ungkit, namun  
sebetulnya  yaitu  provokasi red drive dan hasil Konferensi Sarangan, 1948.   
Dari kedua Peristiwa ini  di atas, saat  itulah Overste Soeharto memperoleh kesempatan 
bermain dalam arus politik mengasah keahliannya bermuka dua tiga.   
sukarno  dan jendral Nas, sudah salah menilai Soeharto. sukarno  sebab  jengkel, 
mengatakan dia itu koppig*) sebab dia tidak mau melaksanakan perintah sukarno , sebagai 
Presiden/Panglima. APRI menangkap Mayjen Sudarsono dan Yamin yang mau mengadakan 
perebutan kekuasaan Presiden saat  Peristiwa 3 Juli 1946. Jendral Nas, mengatakan kepada 
Mayor Firmansyah, Soeharto itu  bodoh , sebab  itu dia tidak turut dibawa dan  saat  Jendral 
Nas berkunjung ke Amerika. namun  dalam Peristiwa GESTAPU, saya anggap sukarno lah 
yang koppig dan Jendral Nas itulah yang  bodoh .   
Persatuan Perjuangan lahir di Purwokerto, 4 Januari 1946 di bawah dorongan Tan Malaka, 
sebab  tidak setuju pada politik diplomasi Hatta Sjahrir yang mau mengadakan  Perjanjian 
Linggarjati  yang didiktekan oleh Van Mook.  Persatuan Perjuangan  banyak memperoleh  
sambutan persetujuan dari banyak Laskar Laskar Bersenjata, kecuali dari Laskar PESINDO yang 
kuat sekali persenjataannya. Jelas, sebab  di dalam Kabinet, ada tokoh  mereka, yaitu 
Sjahrir dan Amir Sjarifuddin. Pak Sudirman, sebagai Panglima Besar sebetulnya  lebih 
menyetujui politik perjuangan bersenjata, namun  sebagai militer pejuang tidak goyah menempatkan 
wibawanya kepada Presiden Sukarno dan Pemerintah R.I. Yamin cs. dan Mayjen Sudarsono 
Panglima Divisi III Yogyakarta, berspekulasi pada posisi Panglima Besarnya itu.   
Konfrontasi PP versus Pemerintah Sjahrir dimulai pada tanggal 27 Juni 1946 dengan diculiknya 
Perdana Menteri Sjahrir saat  sedang berada di Solo. Saya ingat saat  itu saya sebagai 
Komandan Laskar PESINDO Jawa Barat atau merangkap Pimpinan Lasjkar Rakyat Jakarta Raya, 
sedang berada di Madiun dalam Konferensi PESINDO di Rejoagung. Berita mengenai  diculiknya 
Bung Sjahrir itu dibawa oleh Bambang Kaslan yang datang bersama Des Alwi yang menangis 
tersengguk senggukan sebab  Oom Sjahrirnya kena culik. Apa akal,   Jangan nangis, Dik  kata 
Krisubanu, Ketuaoa PESINDO, menyabarkan Des Alwi.  Kita akan bikin beres  namun  anak muda 
ini menangis terus. Sumarsono pun mengatakan juga  jangan khawatir , mengusulkan agar   
kami lekas mencari Ruslan Wijayasastra, Komandan Tertinggi Laskar PESINDO seluruh 
negara kita  yang sedang berada di Mojokerto. Pertimbangan kami bukansaja sebab  laskar 
PESINDO memiliki  kekuatan bersenjata yang terkuat di masa itu, namun   juga sebab  kami 
mengetahui  Ruslan Wijayasastra itu yaitu  kader Djohan Sjahruzah saat  jadi Pimpinan Serikat Buruh 
di Cepu di masa pendodokan Jepang, dan Johan Syahruzah ini yaitu  kemanakan Bung Sjahrir 
juga . Jadi jelas Bung Johan dan Bung Ruslan itu pengikutnya Bung Sjahrir. Sekarang ini saudara 
Des Alwi, syukur masih hidup, dia hadir pula  dalam peluncuran buku  MENTENG 31  di Jakarta 
1996, mungkin  dia masih ingat perjalanan kami dalam satu mobil dengan dia menuju ke 
Mojokerto di hari hujan gerimis pola.   
Sedikit mengenai  Johan Sjahruzah yang saya kenal baik. Dia yaitu  menantu Pak Haji Agus Salim, 
itu tokoh Serikat Islam. saat  Adam Malik dan semua orang Kantor Berita  Antara  ditangkap 
Belanda sebelum kedatangan tentara Jepang, Bung Johan itu meminta saya membantunya 
meneruskan pekerjaan  ANTARA . Kami berkantor di Jalan tanah abang , presisi di muka 
jembatan Jalan Budi Kemuliaan itu. Terakhir saya ketemu Bung Johan di kantor Partai Sosialis, 
di Kota Baru, Yogyakarta.   
Saya tanya:  Kenapa Bung nggak turut Uda Sjahrir di Kementerian.  ltu di tahun  1967.   
 Ah, biarkan saja saya begini , sahutnya. Sesudah itu saya tak jumpa lagi pada Bung Johan 
Sjahruzah itu. jika  dia PSI, dialah PSI yang terbaik saya nilai. Pandai berteman, tidak sok 
petentengan. Jelas kiri, merakyat.   
Nah, sukarno  membela Sjahrir, Perdana Menteri R.I. Beliau umumkan S.O.B. (Staat van 
Oorlog en Beleg) yang pertama kali. Maka gegetunlah para penculik Sjahrir, ditambah lagi 
dengan  ultimatum  Laskar PESINDO. Maka Sjahrir dibebaskan begitu saja oleh penculiknya, 
sesudah disembunyikan 2 hari saja. Sesudah Sjahrir bebas, kembali ke atas kursinya sebagai 
Perdana Menteri, dilakukanlah pada tanggal 1 Juli 1946, penangkapan pada tokoh  
Persatuan Perjuangan, di antaranya kawan kawan sendiri dari Menteng 31, yaitu Adam Malik, 
Chaerul Saleh, Pandu Kartawiguna, Sukarni; lainnya ialah Sayuti Meliik, Moh. Saleh (Wk. 
Walikota Yogyakarta), Surip Suprastio, Sumantoro, Joyopranoto, Suryodiningrat, Marlan, Mr. 
Subarjo dan Tan Malaka yang saya kagumi. sedang  Moh.Yamin dan Iwa Kusuma Sumantri 
dapat meloloskan diri. saat  itu saya sudah kembali berada di front Krawang lagi, dalam misi  
sebagai anggota Pimpinan Laskar Rakyat Jakarta Raya dan merangkap Komandan Laskar 
PESINDO Jawa Barat. Saya tidak bisa menduga, kok sampai jadi begitu!   
saat  ke Yogya lagi, saya langsung ke Gondolayu muntahkan kejengkelan saya pada Wikana, 
Menteri Negara Urusan Pemuda, kenapa tidak dicegah terjadinya penangkapan itu, sebab akan 
bisa berlarut panjang problim PP Tan Malaka itu, paling sedikit  menetralisir  kawan kawan dari 
Menteng 31, sebab yang akan senang dengan adanya  baku hantam  ini tidak lain pihak NICA 
juga. Sebermula kita semua satu melawan Belanda, sekarang persatuan itu pecah. jika  Bung 
Hatta dan Syahrir mau  Linggarjati , sebab  takut pada Belanda dan dunia barat semua akan 
menggempur kita, itu memang sudah konsekwensi terhadap proklamasi kemerdekaan. Semua 
rakyat memilih perjuangan bersenjata lawan NICA untuk membela Proklamasi, kedaulatan 
nasional. Pun sudah begitu tekad kita sejak semula!,    
Saudara Wikana mengelak, mengatakan bahwa itu putusan kabinet Sjahrir Amir. Sekarang 
soalnya bukan lagi soal berunding atau perjuangan bersenjata  namun  perebutan kekuasaan negara. 
Dia menceritakan selama saya di Krawang:  sudah  terjadi hal hal yang lebih parah .   
Bung Wikana menerangkan:  Pada tanggal 2 Juli 1946, mereka menggerakkan 2 batalion: 1 
Resimen dari Mayor Abdul Kadir Jusuf dan satu lagi dari Resimen Overste Soeharto dari Markas 
Wiyoro. Mereka menguasai Gedung Radio dan Gedung Telepon Yogyakarta, di Kota Baru, dan 
lalu  menyerbu Penjara Wirogunan untuk membebaskan 14 tawanan yang sudah  ditangkap 
pada tanggal 1 Juli itu. Dari penjara Wirogunan mereka itu dibawa ke Markas Overste Soeharto 
dan dilindungi di sana, di mana sudah berada Mayjen Sudarsono, Panglima Divisi III.  Dus 
Panglimanya dari Overste Soeharto.   
 Siapa itu Mayor Abdul Kadir Jusuf dari Resimen I itu,   saya bertanya,  Masa jij nggak mengetahui ,  
jawab Wikana. Itu yang kita kenal di Jakarta, biasa dipanggil Jusuf Bokser, tinggal di 
Kemayoran Gempol, anak buahnya Pak Joyopranoto yang jika  pergi ke mana mana suka bawa 
senapan  dubbelloop . Jusuf Bokser inilah yang dilaporkan oleh Wikana dan Tisnaya kepada kita 
di Menteng 31, tanpa lapor pada kita membentuk API, dan menduduki Istana Bogor. Jij masih 
ingat, kan,     
 Ya, saya ingat , sahutku.   
 Pada tanggal 3 Juli , Wikana meneruskan keterangannya, Yamin, Mayjen. Sudarsono Panglima 
Divisi III, Iwa Kusuma Sumantri dan Dr.Sucipto (Kepala Intel Tentara ex PETA Stodent Ika 
Daigaku) membawa bawa  beberapa draft MAKLUMAT. No.l, No.2 No.3, No.4, No.5 yang semuanya 
sudah  disiapkan oleh mereka saat  di Markas Overste Soeharto di Wiyoro. Semua Maklumat 
ini  berwatak kudeta, contohnya  yang No.2 itu berbunyi, ini jij baca sendiri:  
 Atas desakan rakyat dan Tentara dalam tingkatan kedua revolusi negara kita  yang berjuang untuk 
membela seluruh Rakyat dan seluruh kepulau an di bawah Kedaulatan Negara Republik 
negara kita , atas prinsip Kemerdekaan Seratus Persen, pada hari ini memberhentikan seluruh 
Kementerian negara Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin.   
Yogyakarta, 3 JULI 1946  
tertanda  
PRESIDEN Republik Indonesia  .    
Lanjut Wikana:  Sementara itu Menteri Amir Sjarifuddin datang dengan mengendarai mobilnya 
sendirian. Sebab rumahnya digerebeg oleh pasukan Jusuf Bokser, dia dapat meloloskan diri dan 
langsung setir mobil sendiri ke istana. Yang dapat ditangkap oleh pasukan Jusuf, ialah 
sekretarisnya Ahmad namun  sebab  keliru, lalu  dilepas lagi. Letkol Mangil, pengawal istana 
menyiapkan pasukannya, lalu segera menangkap: Yamin, Mayjen Sudarsono, Iwa Kusuma 
Sumantri dan Dr Sucipto, terus dibawa ke Penjara Wirogonan. sedang  yang lainnya, 
katanya, diamankan  oleh Overste Soeharto di Wiyoro.  Sekali lagi saya mengeluh  Saya tidak 
bisa menduga, kok sampai jadi begitu .   
Para pembaca yang terhormat,  
Sehubungan dengan uraian saya ini  di atas, mengenai persoalan percobaan kudeta oleh 
Mr.Moh. Yamin dan Mayjen. Sudarsono Panglima Divisi III, saya ketahui  lalu  bahwa baik 
Chaerul Saleh maupun Adam Malik, dan Pandu Kartawiguna, semuanya menyalahkan Yamin 
sebab  tindakannya yang gegabah itu. Apalagi seluruh kekuatan persenjataan Divisi Mayjen. 
Sudarsono itu tidak akan bisa mengimbangi kekuatan persenjataan PESINDO Jawa Timur, 
apalagi jika  ditambah dengan kekuatan Divisi IV Kolonel Sutarto yang di masa itu menjadi 
tulang belakang kekuatan Pemerintah Sjahrir Amir Sjarifuddin.   
namun  , ... ini dia, ... andakata percobaan kudeta ini berhasil, Soeharto sudah menang satu set, 
dengan modalnya Markas Wiyoro dan tindakannya menyelamatkan mereka yang ditahan di sana. 
Apakah dia akan bersikap setia kepada Presiden Soekarno dan Pemerintah resmi Sjahrir Amir 
Sjarifuddin,  Watak mulia demikian akan ada pada Soeharto, ya... kelak  jika  kuda bertanduk . 
Sebab kita sudah lihat performance dan wataknya, watak yang begitu ambisius harta dan kuasa. 
Buktinya Peristiwa GESTAPU. Dalam hal tidak berhasilnya percohaan kodeta 3 Juli itu, dia pun 
sudah mengantongi  set  kemenangannya juga, dia dianggap berjasa oleh Sjahrir dan Amir, 
walaupun oleh Presiden Sukarno dijuluki  opsir koppig . namun  mulai dari masa itulah saya 
dengar orang  PESINDO, termasuk saya, menganggapnya  opsir yang baik  dan sebutan 
ang naif itu saya masih dengar sampai lama sesudah Peristiwa Madiun, terus sampai ke masa 
 Konfrontasi Malaysia .   
namun  , jika  mau mengetahui  watak Soeharto yang sebetulnya , bacalah sendiri otobiografinya 
Soeharto    Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya  halaman 37 dan 38  Saya mau diapusi. Tidak 
ada jalan lain, selain balas ngapusi dia . jika  dalam Peristiwa 3 Juli 1946, Majen Sudarsono 
Panglima Divisinya sendiri, Divisi III yang kena  diapusi , lalu  dalam Peristiwa 
GESTAPU, sukarno  dan Jendral Nas yang kena  diapusi , dan tidak kepalang tanggung it 
was nobody else than Jendral Ahmad Yani dan lima rekan lainnya yang dijadikan tumbal sebagai 
justifikasi untuk mencabut Anggota g menebas leher Brigjen Supardjo dan Kolonel Latief cs. dan 
terus semua insan komunis di padang komonisto phobi, itu warisan kolonialisme Belanda yang 
dipelihara dan dibesar besarkan oleh CIA.   
Saya tidak anti Amerika, apalagi sejak Jimmy Carter menegakkan demokrasi dan HAM, namun   
saya konsisten anti kudeta, setiap kudeta kiri maupun kanan. Sebab saya seorang demokrat dan 
yaitu  Anggota   bahkan Pemuda Pelopor Proklamasi 17 Agustus 1945. Bukan sesumbar, 
melainkan hanya fakta  sejarah yang sederhana. Bukan seperti Soeharto yang 
mempermainkan sabdo Jawa: mendem jero mikul duwur, yaitu refleksi ambisi pribadinya sendiri 
yang mencuat keterlaluan!   
Saya tidak lupa, kata kata Bang Ali (Jendral KKO Ali Sadikin, seorang Republikein 
ANGKATAN 45 yang konsekwen, pengikut sukarno  yang setia) saat  mengantar Bu Nani 
(alm.) dioperasi di Belanda:  Oh, dia itu (Soeharto) mau jadi Presiden sampai mati, Presiden 
seumur hidup .   
Ucapan Bang Ali ini  tampaknya akan terbukti kebenarannya, sebab sekarang (sementara 
saya menyiapkan buku ini) Presiden Soeharto sedang giat giatnya bikin lagi siasat liciknya 
agar   dipilih lagi terus jadi Presiden lagi dengan melemparkan pola seperti  SUPERSEMAR 
ke II. Tentulah dengan memproyeksikan surga  pembangunan nasional bagi konglomerat dan 
keluarga sendiri, dengan dalih demi persatuan dan kesatuan bangsa Kubu Soeharto, yang oleh Yoga Sugama disebut team, bukanlah untuk pertama kali. saat  
masih di Jawa Tengah dahulu , TRIO ini juga sudah  membuktikan satu  team  kerja yang baik. Asal 
mula prosesnya diceritakan begini: Mayjen Soeharto menilgram Yoga, dimintanya menjadi 
kepala Intelijen KOSTRAD. Yoga tiba di Jakarta tanggal 5 Februari 1965, langsung menghadap 
Panglima KOSTRAD di rumah nya di Jalan Haji Agus Salim. Tiba di sana segera terlibat ke 
dalam pembahasan masaalah nasional. Dibahas bahwa keputusan keluar dari PBB hanya akan 
mengucilkan negara kita  dan percaturan internasional, sementara dukungan dari negara negara 
NON BLOK tak akan sepenuhnya dapat diharapkan. saat  KASAD Ahmad Yani berkunjung 
ke Beograd, Yoga pun sempat mengingatkan masalah ini. Bila politik konfrontasi Malaysia 
dilanjutkan, hal ini  akan sangat berbahaya bagi Angkatan Darat. Yoga mengetahui  bahwa Ahmad 
Yani yaitu  seorang yang amat setia kepada Presiden Soekarno, dan ia tidak sependapat dengan 
Yani bahwa Presiden Sukarno akan tetap di belakang Angkatan Darat.   
Yoga yaitu  seorang yang sangat berjasa terhadap Soeharto. Ia mengabdi Soeharto sampai 1989. 
(Yoga Sugama inilah yang pertama  memberitakan interviewnya kepada AFP, bahwa saya 
(AMH) boleh saja pulang  namun  dengan sendirinya harus diinterogasi; jika  saya tidak salah 
sesudah sukarno  di Proklamirkan sebagai Proklamator   AMH). namun   sampai dipensiunkan 
Yoga Sugama tidak pernah dianugerahi oleh Soeharto dengan jabatan Menteri seperti rekan 
rekannya seperti Ali Murtopo, Alamsyah dan lain lainnya. Tampak ada rasa kecewa pada Yoga 
terhadap Soeharto. Hal ini terlihat dalam bukunya , di mana dimuat antara lainnya: 
 Pernyataan Kepribadian (Keprihatinan,    LSSPI) Petisi 50 .   
namun   betapapun juga, dari memoar Yoga dapat dipastikan bahwa kubu Soeharto benar benar 
ada, di samping kubu Yani dan Nas.   
Ada tiga indikasi kuat untuk sampai pada hasil penelitian  ini :   
Pertama, Yoga kembali bekerja   di negara kita  tidak melalui jalur hierarki yang normal. Ingat, 
saat  Ketua Pemuda PATHOK, Sundjojo, membawa bawa  Perintah Presiden Sukarno kepada Overste 
Soeharto, agar   menangkap Mayjen Sodarsono yang mau kudeta, dia menolak dengan alasan 
hirarki tidak normal. Walaupun sesudah disusul secara tertulis dan melalui Panglima Besar 
Sudirman, ia pun masih menolak, sebagai seorang militer yang baik.   
Kedua, tujuan kedatangannya yaitu  untuk bersama dengan Soeharto menyabot politik 
 Kofrontasi Malaysia  Presiden Sukarno.   
Ketiga, dengan rasa bangga Ali Murtopo menyingkapkan tujuan  kotor  ini tanpa tedeng aling 
a1ing:  
Berdasarkan penjelasan Pak Yoga kepada Pak Harto, Ali berkata  maka kita bertiga kumpul lagi di ruang 
Pak Harto. Di sini kita tentukan lagi nasib bangsa selanjutnya . 
Di samping TRIO: Soeharto Yoga Ali Murtopo, ada lagi kubu Soeharto yang lain, yang tidak kurang 
pentingnya, terdiri dari: Suwarto (lebih dinamakan Kolonel Suwarto), Yan Walandow, Alamsjah, 
Amir Machmud, Basuki Rachmat, Andi Yusuf dan Supardjo. Yang paling penting yaitu  yang disebut 
pertama dialah,  braintrust nya: Kolonel Suwarto. Di tahun  1958, Kolonel Suwarto membentuk 
SESKOAD. Mereformasi SSKAD. Pada tahon 1959, sebagai akibat korupsi Soeharto di Semarang, 
Soeharto dicopot dari kedudukannya sebagai Panglima Divisi Diponegoro. Ini terjadi atas desakan 
Perdana Menteri Djuanda kepada Jendral Nas. Tanpa mengetahui  adanya barter Semarang itu, 
beberapa bulan sebelumnya saya sempat mengunjungi Kolonel Soeharto di markasnya di Semarang 
dalam kapasitas sebagai Menteri PETERA meresmikan Proyek Gotong Royong  Kali Gatel  di daerah 
Kebumen. Kolonel Soeharto dan Gubernur Hadisubeno menyambut saya di Semarang di Markas Divisi 
Soeharto. Dasarnya sukarno  terlalu  ke Bapak Bapakan  dan Jendral Nas terlalu  sok gentlemen  
(maaf, bukan menghina Pak Nas, sebab dahulu  kitika apa yang disebut percobaan Kudeta 17 Oktober 1952, 
gara gara Dr. Mustopo mendemonstrasi Parlemen dan Kemal Idris dengan tank tank menodong Istana 
Merdeka, ia sampai dicopot sebagai KSAD, lalu Zulkifli Lubis bertindak sebagai Wk.KSAD, namun  tidak mau 
di angkat oleh sukarno  jadi KSAD sampai  ngambek  bikin  Peristiwa Cikini  dan sebagainya), 
Soeharto bukan dicopot dari dinas kemiliteran, sementara waktu kek, eee malah disekolahkan ke 
Bandung, sampai bangkit sinisnya Menteri Veteran Chaerul Saleh terhadap Nas ... Memang type yang 
begini yang diharap harap oleh Kolonel Suwarto. Di masa itu Kol. Suwarto memiliki  seorang informan  yaitu 
Syam Kamaruzaman. Mengenai hal ini saya akan singgong lagi dalam bagian berikut, sehubungan 
dengan keterangan Wikana pada saya.   
Di Seskoad itu Suwarto sudah  mencurahkan perhatiannya untuk mendorong Soeharto maju ke 
depan. Hubungan in berkelanjutan sampai bulan bulan menjelang GESTAPU. Soeharto 
mengangkatnya (Kolonel Suwarto) menjadi penasihat politiknya yang penting. Di samping itu, 
seperti diceritakan oleh Chaerul Saleh, kesalahan bebetapa oknum oknum PSI bukan hanya 
memberi bekal idee kepada Kolonel Suwarto ini , namun  beragam  lagi, sehingga 
akhirnya meledaklah GESTAPU. jika  oknum PSI hanya cenderung pada balas dendam, lain 
lagi dengan Kolonel Suwarto yang memang memiliki  design politik, sebagai agen CIA.   
Yan Walandow, seorang yang memiliki  hubungan lama dengan CIA, yaitu  tugas   Soeharto untuk 
memperoleh  dana dari luar negeri. Baca SCOTT:  Sudah sejak Mei 1965 perusahaan 
perusahaan leveransir Amerika (terutama Lockheed) melakukan transaksi mengenai penjualan 
persenjataan dengan pembayaran pada orang  orang perantara  dengan cara demikian rupa bahwa 
pembayaran itu tidak akan sampai ke tangan pembantu pembantu Nasution dan Yani. namun   
kepada fraksi ketiga Tentara, Mayjen Soeharto  (kursif AMH)   
Alamsyah Prawiranegara, dahulu  juga pernah  bekerja   di Seskoad. Sejak 1960 ia bekerja   untuk 
Soeharto, antara lain untuk mencari dana dari luar negeri. misi  ini dipermudah sebab  dia 
melakukannya dengan seorang yang memiliki  pertalian keluarga dengan dia, yaitu A.M.Dasaad 
(Agus Munir Dasaad), yang memiliki  hubungan suka memberi nasihat di bidang perdagangan 
kepada sukarno , dan yang juga memiliki  hubungan simpatik dengan beberapa tokoh pergerakan   
sejak mendekati runtuhnya Hindia Belanda. Bahwa Alamsjah berada dalam kubu Soeharto, 
selain memang sudah  kita ketahui  sejak semula, terbukti juga dari Memo Lockheed, 1968:   
 sesudah  perebutan kekuasaan dengan mana Sukarno digantikan oleh Soeharto, Alamsjah menyediakan 
Dana yang besar yang ada dalam penguasaannya untuk kepentingan Soeharto, dengan mana Presiden 
yang baru itu menunjukkan rasa terima kasih kepadanya.   
Ketiga: Soeharto sabot  Konfrontasi Malaysia   
Mengenai politik  Konfrontasi Malaysia  Presiden Sukarno bertolak dari kepentingan 
Pertahanan negara kita  dan solidaritas terhadap Perjuangan Rakyat Kalimantan Utara. Sampai 
batas menyatakan solidaritas terhadap aspirasi demokratik Rakyat Kalimantan Utara, kami 
bertiga, Chaerul Saleh, Kolonel Djuhartono dan saya sebagai Pimpinan Angkatan 45, memang 
yang paling pertama berdiri di depan dalamn rapat di gedung MENTENG 31. namun  kami tidak 
setuju Dr. soebandrio   sebagai Menteri Luar Negeri meningkatkan masalah ini  menjadi 
bagian dari Policy luar negeri Pemerintah. Inilah kesalahan kami  memicu  permulaan, namun  
tidak bisa mengakhiri .   
Hal ini penting diakui dan dijelaskan! Sebab lalu  ternyata bahwa Pernyataan solidaritas 
organisasi Angkatan 45 itu, sesudah  menjadi Policy pemerintah dimanfaatkan juga  oleh Angkatan 
Darat untuk memperpanjang S.O.B. Di situlah permainannya Kolonel Djuhartono dan Dr. 
soebandrio  , sedang  Chaerul Saleh dan saya tidak diajak rundingan lagi.   
Selanjutnya, di belakang Sukarno, Angkatan Darat menyabot politik Konfrontasi Malaysia itu, 
walaupun tampak seakan akan menyokongya. Hal ini tampak dari pengakuan Yoga Sugama 
sendiri. Pada tanggal 5 Februari 1965, sesudah  kembali ke Jakarta dari posnya sebagai Atase 
Militer negara kita  di Beograd, Yoga menyusun laporan untuk menghentikan Konfrontasi 
Malaysia. Panglima KOSTRAD/Wakil Panglima KOLAGA, Mayjen Soeharto, lalu  
menugaskan Ali Murtopo untuk mencari kontak kontak dengan Malaysia. Dalam Tim Ali 
Murtopo ada  antara lain Benny Moerdani, A.R.Ramli dan Sugeng Jarot. Di Malaysia, Tim 
ini berkoordinasi dengan beberapa orang sipil seperti Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Des 
Alwi dan beberapa lainnya lagi. Ali Murtopo berdasar misi  Mayjen Soeharto, melanjutkan 
mengorganisasi kontak kontak ini melalui kontak intelijen yang dipimpinnya, OPSUS (Operasi 
Khusus) dengan sepengetahuan  Menlu Dr. soebandrio  . Di samping itu semua, PKI juga main, pegang rol kekuatan massa rakyat, memicu  sukarno  hanya sebagai kapstok sebagai alat 
bergantung. Semua masalah itu jalin menjahn, simpang siur, namun  benang merahnya kelihatan 
jelas sabotase Mayjen Soeharto sebagai Panglima KOSTRAD/Wakil Panglima KOLAGA (Baca 
juga Memoar Oei Tjoe Tat). Dalam kedudukannya sebagai Asisten 1 KOSTRAD, Yoga Sugama 
langsung terlibat dalam intrik sabotase ini.   
Di atas segala proses yang sudah  terjadi ini  di atas, saya kembali mengingatkan  penyesalan  
saya akan sukarno , yang sudah  men Dubeskan saya ke Kuba; yang sudah  termakan oleh 
 pinternya  manipulasi  manis Menlu soebandrio   yang menganggap saya bisa menjadi 'penyakit  
dalam kepintarannya memanipulasi  sukarno .   
Hal ini sudah saya singgung sedikit dalam buku  MENTENG 31    Membangun Jembatan Dua 
Angkatan . Sekarang, buat apa memiliki  rasa dendam, saya tidak butuh, tidak kepada Mas Ban, ahli 
manijuga tor itu, sebab nasibnya juga tidak lebih dari saya yang terbuang ini, juga tidak kepada 
siapapun juga, juga tidak kepada Pak Harto.   
Yang saya harapkan ialah keberesan, saya minta ditegakkan kembali Demokrasi dalam negara 
R.I. hasil perjuangan seluruh Angkatan 45 ini, saya hanya minta bisa ditegakkan dasar dan tujuan 
Pancasila dan UWD '45 itu. jika  di sini saya ajak kita semua Kenali Kembali Beberapa 
Peristiwa dan tokoh  Penting yang lalu  Mendalangi GESTAPU, agar kita semua 
mawas diri, demi generasi baru, agar negara R.I. kita nanti tidak dijadikan bola untuk disepak 
oleh semua  orang  di padang era globalisasi di abad ke XXI yang mendatang ini. Tegakkan R.I. 
sebagai Negara Hukum yang berperikemanusiaan, yang tidak melacur pada autokrasi dan 
korupsi!   
Tegakkan Prinsip Kedaulatan Rakyat: bukan Rakyat untuk Pemerintah namun  Pemerintah untuk 
Rakvat. Titik harmoni bertemunya Rakyat dan Pemerintah yaitu  dalam suasana demokratik!   
Bukan seperti Orde Baru sekarang ini, di mana Rakyat ditundukkan kepadanya di bawah bayonet 
dwi fungsi, yang berdasar keterangan saksi  sang penciptanya yaitu Jenderal Nas: salah dipakai ! yaitu  Rakyat 
yang harus menjadi dasar dan tujuan pembangunan!   
Saya mau kongkretkan pendirian politik yang terkandung dalam jiwaku:   
1. Presiden Soeharto harus diganti.   
Sebab alasan saya, walaupun dalam buku MENTENG 31 saya usulkan agar   beliau dipilih 
untuk periode yang terakhir, namun dalam Pidato Negara 17 Agustus 1996, dia tetap menutup 
Keterbukaan, Rekonsiliasi Nasional dan Demokratisasi, yang menjadi aspirasi Rakyat seperti 
yang saya usulkan. Latar belakang usul saya itu ialah: menarik rambut di dalam tepung, rambut 
jangan putus dan tepung jangan berserakan. namun  beliau sombong tetap dengan sikapnya yang 
terus mau menggebuk. Menggebuk siapa saja yang tidak mau tunduk kepadanya.   
2. Adakan suatu Referendum oleh partai partai politik yang demokratik untuk:  
a. Membatalkan hasil P.U. yang baru lalu yang tidak LUBER (Langsung Umum Bebas Rahasia).   
b. Bikin program pembangunan nasional yang demokratis di segala bidang: politik, ekonomi dan 
kebudayaan, yang menjaga harmonisasi dan kedamaian dalam era globalisasi.   
c. Usulkan calon calon pengganti Presiden Soeharto yang dapat didukung oleh Rakyat seluas 
mungkin, yang tidak cuma hanya sekedar  radikal anti kapital: Amerika, Inggris, peranserta cis dan Jepang. Tanpa 
good understanding empat negara demokrasi Barat itu, akan sempit jalan kita maju ke depan 
mengejar ketinggalan.  
3. Musyawarahkan sasaran referendum yang mau dicapai. jika  tergantung pada saya (ini mungkin  
tidak mungkin), calonkan tokoh  seperti: Gus Dur, atau Megawati, atau Bang Ali, atau Subadio 
(Tokoh Angkatan 45), dan kenapa tidak Jendral Nas untuk memberikan kesempatan beliau mawas diri 
atas segala kekeliruannya di masa lampau sejak dia dipilih oleh API Bandung (Sutoko. Sudjono .) 
menjadi Kepa]a Divisi 1 (Siliwangi).   
Saya, A.M.Hanafi, walaupun dibuang 35 tahun  di luar negeri, tidak mengganti kewarga negaraan 
saya, saya tetap warga mnegara R.I. yang memiliki  hak kewajiban yang sama di bawah UUD'45. 
Saya tidak menuntut apa apa, kecuali ganti Soeharto dan perbaiki kesalahan Orde Baru.   
 Keempat: mengenai  bagaimana Soeharto menunggangi  Dewan Jendral  dan  GESTAPU   
Sampai sekarang para cendekiawan, ilmuwan dan peneliti sejarah masih belum berhenti 
menyelidiki apa sebetulnya  yang terjadi di negara kita  pada 1 Oktober 1965, yang dikenal 
sebagai peristiwa GESTAPU itu,  Di luar maupun di dalam negeri keluar buku buku dan tulisan 
tulisan mengenai peristiwa ini ; peristiwa yang sudah  mengorbankan sejuta manusia dibunuh  
tanpa proses hukum dan hancurnya satu republik nasionalis dan demokratik Presiden Sukarno. 
menjadi setalam adonan tepung roti yang dibakar dengan api anti komunis untuk menjadi 
santapan para penguasa baru: diktator Soeharto dengan regimnya Orde Baru.   
Mereka hebat dalam banyak data dan fakta namun   masih samar  samar mengenai  latar belakangnya, 
mereka kutip surat surat kabar, manuscript  manuscript , namun   belum sampai kepada apa yang tersirat 
di belakangnya itu yang sebenar benarnya. Ini bisa dimaklumi. GESTAPU yaitu  peristiwa 
@litik yang maha besar. Dan soal politik itu tempatnya yaitu  di atas segala soal di dalam 
masyarakat. Di antara buku buku yang ditulis ada  antaralain::   
1. Nugroho Notosusanto Ismail Saleh. 
2. B.Anderson & Ruth Mc.Vey. 
3. Harold Crouch. 
4. Peter Dale Scott. 
5. W.F. Wertheim. 
6. Van den Heuvel. 
7. Manai Sophian. 
8. A.C.A Dake 
9. M.R. Siregar 
10. Oel Tjoe Tat 
11. dan lain lainnya  
Kita bisa terbantu juga  oleh karya Goenawan Mohammad, yang berjudul: 'Bayang bayang PKl' 
yang bagi saya menarik sekali. Kompilasi dan penyimjuga nnya saya anggap obyektif dan benar 
terhadap tanggapan herbagai pihak, termasuk para penulis yang saya sebut di atas.   
Saya sendiri bukan penulis, peneliti apalagi ahli sejarah. Saya tulis buku ini sebagai seorang ex 
pemuda peIopor revolusi 17 Agustus 45 yang dirampas Hak Azasinya oleh Soeharto dan 
regimnya sekarang ini, demi kepentingan negeri dan bangsaku yang kucinta, angkatan sekarang 
maupun angkatan yang mendatang!. Saya tulis tanpa memiliki  akses atas data dan manuscript , seperti 
yang cukup   tuntas sudah  disajikan oleh Ex Dubes Manai Sophian dalam bukunya Kehormatan 
Bagi yang Berhak . Saya menulis sepenuhnya berdasarkan pengalaman dan kesaksian langsung 
saya sendiri. Saya tulis sementara fosfor di kepalaku ini masih mau bekerja dalam umur lanjut 80 
tahun  ini dalam kondisi  bertahan hidup sebagai refugee politik.Tidak untuk membela siapa 
siapa, kecuali kebenaran sejarah yang saya alami dan saya saksikan langsung dari peristiwa 
GESTAPU itu.   
orang  nyinyir, asal saja ada daging yang bernama bibir di mulut dan lidah tidak bertulang 
berkata  dengan latah berkokok: Itu Peristiwa G3OS/PKI, sebab pihak penguasa negara sekarang 
yang berkata  begitu. Saya mengatakan secara bulat bulat saja: Peristiwa GESTAPU atau 
GESTOK, tanpa ada tambahan l. jika  mau diberkata  GESTAPU/PKI wajarnya harus diberkata  
juga NEKOLIM dan oknum yang tidak benar, yaitu Letjen Soeharto cs!. Dus, 
GESTAPU/PKI/Nekolim/Soeharto cs. Dengan catatan bahwa yang dimaksud PKI itu ialah 
beberapa orang pimpinannya, di lain pihak oknumang tidak benar itu bukanlah seluruh anggota 
AbRI, melainkan hanya Letjen Soeharto saja.   
Sebab Peristiwa GESTAPU itu yaitu  provokasi, provokasi yang tumpang tindih yang lebih 
kompleks dari peristiwa provokasi Madiun. Peristiwa GESTAPU yaitu  provokasi dari tiga 
pihak yang bersatu pada waktu tertentu:   
a.NEKOLIM   
b.Pemimpin Pemimpin PKI yang sombong    
c.Oknum oknum yang tidak benar, yang ternyata ialah Letjen Soeharto cs.   
agar   lebih jelas perkenankan saya kutip Manai Sophian  Kehormatan Bagi yang Berhak  
halaman 172:   
 Dengan memperhatikan Pidato sukarno  di depan rapat Panglima Angkatan Darat seluruh negara kita  
28 Mei 1965, diperkuat oleh manuscript  manuscript  State Department dan CIA yang diumumkan di Amerika 
dan  proses di pengadaan yang mengadili tokoh  G3OS/ PKI, membantu kita memahami 
konstatasi sukarno  mengenai  terjadinya G3OS/PKI dalam pidato  Pelengkap Nawaksara  yang 
disampaikan kepada MPRS pada 10 Januari 1967 yang mengatakan bahwa berdasar penyelidikannya 
yang seksama, Peristiwa G3OS/PKI itu dimuncul kan oleh pertemuannya 3 sebab:   
1. kesombongan  pemimpin pemimpin PKI.   
2. Kelihaian subversi Nekolim   
3. Memang adanya oknum oknum yang tidak benar.  
Mengapa ketiga pihak itu bertemu pada satu waktu tertentu: pada 30 September 1965,  Saya 
menanggapinya sebagai disambungkan oleh Tiga Faktor:   
a. Tancep gas nya pergerakan  NEKOLIM sesudah menggagalkan Konferensi AA ke II di Aljazair 
yang ditandai oleh Kudeta Kolonel Boumedienne terhadap Presiden Ben Bella.   
b. Meningkatnya Konfrontasi Malaysia dalam suasana paranoia pro dan kontra yang melahirkan 
isu  Dewan Jendral  di dalam Pimpinan PKI dan Pimpinan A.D.   
c. Menyabot rencana CONEFO yang sudah ditetapkan oleh Presiden Sukarno, akan 
dilangsungkan OKTOBEk 1966.   
Untuk lebih jelasnya itu provokasi, yang berpangkal pada issu  Dewan Jendral , perkenankan 
juga  saya kutip dari bukunya M.R. Siregar  Tragedi Manusia dan Kemanusiaan  halaman 142. 
Sebab kebetulan saya kenal beberapa orang yang tersangkut, seandainya  Mayor Rudhito 
Kusnadi Herukusumo, Ketua CC PNKRI (Pendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia  ), 
yang sejak semula saya sudah mulai curigai mengapa dia tidak masuk saja ke dalam salah satu 
partai politik jika  betul betul mau turut mendukung Negara Kesatuan R.I., yang memberikan 
keterangan dalam  Pengadilan Untung di depan MAHMILUB II . Saya kutip: Rudhito pertama 
kali mendengar adanya  Dewan Jendral  dari rekannya dari CC PNKRI (Comite Central 
Pendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia  ), Amir Achsan.   
namun   cerita yang paling mencemaskan yaitu  yang disampaikan pada tanggal 26 September 
1965 di ruangan P.B.Front Nasional oleh empat orang  sipil , yaitu: Muchlis Bratanata, Nawawi 
Nasution, Sumantri Singamenggala dan Agus Herman Simatupang. berdasar keterangan saksi  keempat orang itu 
diadakan rapat Dewan Jendral di gedung AHM (Akademi Hukum Militer) dan mengajak 
Rhudito, dalam kedudukannya sebagai Ketua CC PNKRI, agar   membantu pelaksanaan 
rencana.   
Keempat orang itu menceritakan rencana Dewan Jendral lengkap dengan cara caranya. Pertama, 
jika  toh bisa maka akan dipakai  cara seperti matinya Singman Ree, Presiden Republik Korea 
Selatan, dan jika  tidak berhasil akan dibuat seperti Bhao Dai dari V d nam Selatan, jika  toh itu 
masih tidak bisa akan di  Ben Bella  kan. Rencana lainnya dari Dewan Jendral yaitu  mengenai 
susunan Kabinet Dewan Jendral. Ini diketahui  oleh Rhudito dari catatan Muchlis Bratanata yang 
ditunjukkan kepadanya. namun  itu saja belum cukup  . agar   Rhudito benar benar percaya, 
keempat orang itu memutar rekaman dari Rapat Dewan Jendral, di mana Mayor Jendral Parman 
membacakan susunan Kabinet dimaksud. Mereka yang akan duduk dalam Kabinet jika  
Kudeta Dewan Jendral itu berhasil, yaitu : Jendral A.H.Nasution sebagai Perdana Menteri, 
Letnan Jendral Amhad Yani sebagai Wakil Perdana Menteri I merangkap Menteri 
Pertahanan/Keamanan, Letnan Jendral (tituler) Dr. Ruslan Abdul Gani sebagai Wakil Perdana 
Menteri II merangkap Menteri Penerangan, Mayor Jendral Haryono Sebagai Menteri Luar 
Negeri, Mayor Jendral Suprapto sebagai Menteri Dalami Negeri, Mayor Jendral S. Parman 
sebagal Menteri Jaksa Agung, Brigadir Jendral Sutojo sebagai Menteri Kehakiman, Brigadir 
Jendral Drs. Sukendro sebagai Menteri Perdagangan, Dr. Sumarno sebagai Menteri 
Pembangunan, Mayor Jendral Dr. Ibnu Sutowo sebagai Menteri Pertambangan Dasar, dan 
Jendral Rusli sebagai Menteri Kesejahteraan Rakyat. berdasar keterangan saksi  Rhudito berdasarkan laporan dan 
rekannya Mohammad Amir Achsan, manuscript  dokumeen ini  sudah  dimiliki Supardjo, 
Presiden, Jaksa Agung dan KOTRAR (Komando Tertinggi Retuling Aparatur Revolusi.   
Note dari saya AMH: Yang dikatakan bahwa manuscript  atau kaset itu sudah ada di tangan 
Presiden, sudah dibantah oleb sukarno , saat  saya dan Brigjen Imam Syafi'i menghadap di 
Istana Bogor. Malah justru beliau menanyakan hal itu kepada Brigjen M.I.Syafi'i.   
Menarik untuk diperhatikan, sekalipiunn Soeharto yaitu  anggota Dewan Jeudral, namun 
namanya tidak tercantum dalam susunan Kabinet Dewan Jendral. Ada udang di balik batu,    
Dua butir rencana Dewan Jendral   satu mengenai  cara cara menghentikan aksi  Sukarno dan satu lagi 
mengenai susunan Kabinet Dewan Jendral, berdasar keterangan saksi  sifatnya yaitu  rencana yang sangat peka 
dan gawat yang seharusnya dengan ketat dirahasiakan. jika  bukan untuk maksud provokasi, 
mengapa rencana sepeka dan segawat itu justru sengaja dibocorkan,  Bukankah CC PNKRI yang 
diketuai oleh Rhudito suatu organisasi pemuja dan pendukung Sukarno,  Mungkin dua butir 
rencana ini  dibuat hanya  seolah olah , dan bukannya sungguh  sungguh . namun  yang 
manapun gerangan yang benar, dan yang manapun yang akan menjadi kesan orang yang 
mendengarnya, namun  pembocoran  dari dua butir rencana ini  memiliki  tujuan yang 
sama dan, pada fakta nya, dengan efek yang sama: provokasi!   
Petunjuk yang tak meragukan lagi mengenai maksud ini dapat ditemukan pada identitas keempat 
orang sipil  yang membocorkan  itu dan para jendral yang berada di belakang mereka. Muchlis 
Bratanata dan Nawawi Nasution (keduanya dan Partai NU), dan  Sumantri Singamenggala dan 
Agus Herman Simatupang (keduanya dari Partai IP KI, partainya Jendral Nasution) yaitu  
penghubung langsung dari orang nya Jendral S.Parman, Jendril Harjono dan Jendral 
Sutojo. Berdasarkan cerita dari keempat orang  sipil  ini, tiga Jendral yang disehut di atas yaitu  
tokoh  puncak dari Dewan Jendral (anggota Pleno Dewan Jendral terdiri dari 40 
orang.Yang aktif ada sebanvak 25 orang.   
Dari yang 25 ini ada 7 yang memegang peran  penting. Mereka yaitu : 
1. Jendral A.H. Nasution, 
2. Letjen Ahmad Yani, 
3. Mayjen Suprapto, 
4. Mayjen S.Parman, 
5. Mayjen. Harjono, 
6. Brigjen Sutojo. 
7. Brigjen Drs. Sukendro.  
Demikianlah saya kutip M.R. SIREGAR dari bukunya tragedi manusia dan 
kemanusiaan.
Dari kutipan nama nama saya merenungi nama seorang jendral, yang saya merasakan memiliki  
simpati terhadap saya. Namun diri saya tersembunyi teka teki di sudut hatiku. Beliau itu ialah 
Brigjen Drs. Sukendro. Dia tinggal di Jalan Lembang di depan danau, saya di Jl. Madura 5, jadi 
tidak jauh, sama sama di daerah Menteng. Adiknya, saudara Abioso demikian juga  malah 
menjadi anggota PARTINDO.   
Saat terakhir saya ketemu Brigjen Sukendro, ialah di hari Peristiwa bersejarah 11 Maret 1966 di 
dalam Sidang Kabinet di Istana Negara. Dia duduk di belakang saya, di samping Brigjen 
Achmadi. Saya kira biasanya , sudah mengetahui  bahwa saat  sidang Kabinet sedang 
berlangsung di istana itu, dikepung oleh tentara tentara yang tidak pakai tanda pengenal 
(sebetulnya  tentara RPKAD, anak  buahnya Brigjen Kemal Idris), sehingga sukarno , 
soebandrio   dan Chaerul Saleh dinasihatkan oleh Dr. J.Leimena sebaiknya segera berangkat ke 
Bogor demi keselamatan. Semua yang tinggal mengira Presiden Sukarno hanya keluar ruangan 
dan akan segera kembali lagi untuk meneruskan sidang, sehab tidak mengetahui  apa yang sudah  
terjadi. Sejenak lalu  sesudah  Dr. Leimena menutup sidang, dengan alasan bahwa Presiden 
ada urusan penting dengan terpaksa  harus pergi ke Bogor. Brigjen. Sukendro itu memegang bahu saya 
seraya mengatakan dengan mimiknya yang selalu senyum itu:  Pak Hanafi, sebaiknya harus 
cepat ikuti Presiden ke Bogor, ikuti dia ke mana dia pergi,jangan tinggalkan Bapak itu sendiri!    
Cepat saya muncul  berbagai tanda tanya dalam kepalaku.  Apakah Sukendro itu sudah mengetahui  apa 
yang sedang terjadi dan yang akan terjadi dengan sukarno , apakah soebandrio   dan kawan 
saya Chaerul Saleh itu dianggapnya kurang cukup   bisa dipercaya untuk mendampingi (untuk 
membela) sukarno  jika  terjadi apa apa, ,   Namun, oke, saya terus berdiri, bergegas 
mengejar sukarno , saya loncat menuruni tangga, terus berlari, berlari sampai terasa nafas 
sengal sengal, sampai di pintu gerbang Istana Merdeka, kulihat dengan rasa kecewa. helicopter 
sukarno  sudah start mengangkat badannya ke udara, meninggi seperti rasa kecewa saya yang 
ketinggalaii di bawah sendiri dan sendirian.   
Inilah salah satu bagian drama permulaan di hari 11 MARET 1966, hari bersejarah yang penting, 
dan amat penting itu. Hari dimulainya penodongan langsuug kepada sukarno , Presiden/ 
Panglima Tertinggi ABRI, bukan oleh PKI AIDIT atau sebangsanya, namun  Letjen. Soeharto yang 
menunggangi dua kuda sekaligus: Dewan Jendral (dengan Trionya Yoga Sugama dan Ali 
Murtopo) dan GESTAPU (dengan Trionya Syam dan Latief cs). Satu kakinya di Dewan Jendral, 
satu lagi di GESTAPU uutuk mengganti R.I. Proklamasi dengan Orde Baru.   
mengenai  bagaimana kelanjutan penodongan ini  yang menghasilkan SUPERSEMAR yang 
disalah gunakan oleb Soeharto, sebagai seorang yang gila kekuasaan dan gila harta, lalu  
bernafsu mau menjadi diktator seumur hidup, akan saya buka di bagian berikut ini nanti.   
Sebelum sampai ke bagian ini , saya anggap penting diketahui  mengenai  bagaimana Soeharto 
bisa dan berhasil menunggangi GESTAPU, hingga sampai ke 30 September 1965.   
 Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 1945. ditandatangani atas nama Bangsa negara kita  
Sukarno Hatta, dibacakan oleh sukarno , dengan didampingi oleh Bung Hatta, telab 
dikumandangkan ke udara dan ke seluruh Nusantara. Tanah Air Pusaka, warisan Sriwijaya, 
Gajah Mada dan Brawijaya. Dari Bukit Siguntang guntang dan dari Gunung Mahameru 
(Semeru) Dewa dewi naik ke angkasa mene  barkan harum mawar dan melati oleh sebab saking 
gembira bersuka ria mengetahui  bahwa keturunan Dinasti Syailendra sudah  berani membebaskan 
dirinya sendiri dari penjajahan asing selama tiga  setengab abad.   
Radio transmisi di kantor Domei di bawab pimpinan Djawoto, setiap ada kesempatan dipakai  
untuk menyiarkan Proklamasi, dan Jusuf Ronodipuro begitu berani mencuri kesempatan 
memakai  radio transmisi luar negeri Radio Hosokiuku yang masih dikuasai Jepang. Siaran 
inilah yang sampai tertangkap di udara Singapura sehingga segera seperti epidemi dibawa angin 
ke seluruh negeri. Seluruh dunia menjadi mengetahui , juga pihak kaum kolonial.   
namun  juga kaum pangrehpraja dan kaum pengikut Belanda yang terlalu banyak minum  cekokan  
kolonial pada jadi terkejut  dan mengejek secara sinis sekali:  Huh mana bisa Sukarno. Yang bisa 
kasih merdeka itu hanya Sri Baginda Ratu, Hare Majesteit de Koningin .... Bom bom waktu 
seperti itu banyak ditanam Belanda di daerah Pekalongan, Brebes, Pemalang dan di sepanjang 
pesisir Utara Jawa Tengah. Inilah juga  salah satu sebabnya maka pecah apa yang disebut 
 revolusi sosial  lebih dinamakan Peristiwa Tiga Daerah, 1946. Apalagi di Jakarta, kota 
besar Ibu kota Proklamasi. Namun para pemuda dan Rakyat yang dipelopori oleh Komite Van 
Aksi yang bermarkas di Menteng 31 menginsafi benar apa arti Proklamasi 17 8 45 itu 
sebetulnya . Revolusi! Sekali Merdeka Tetap Merdeka! Itu meminta darah dan air mata. 
Pengorbanan jiwa dan harta benda.   
Maka bermufakatlah kami, agar   sebaiknya anak isteri yang sudah sejak persiapan dan dimulai 
revolusi tidak sempat kami perhatikan sebab  obsessie revolusi kemerdekaan, masing masing 
kami carikan tempat pengungsiannya. Ada yang mengusulkan agar   disatukan pada satu tempat 
atau kota. Chaerul Saleh, Wikana dan Sukarni, mengusulkan di Sukabumi, agar tidak terlalu 
jauh. namun  saya mengambil cara lain. Saya ungsikan isteriku Sukendah, dengan dua bayi di 
bawah umur 3 tahun , ke Jawa Tengah, ke desa Gondang di atas Blabak atau ke Jetis di lereng 
Gunung Merapi. Sebab ada banyak keluarga kakeknya dihuni  di sana turun temurun. Memang 
saya ini  sinting  seperti ditegor oleh mertua saya. sebab  panggilan Proklamasi, sampai  segitu 
gitunya . Sukendah, Ketua Lembaga Putri di zaman Jepang dan Ketua Putri indonesia muda  di 
zaman Belanda, sebetulnya  hatinya ingin turut dan  bersama dengan saya dalam perjuangan, 
namun  saya mohon kepadanya berikan kesempatan pada saya, keinginan hatinya kubawa bersama 
saya, namun  demi kesayangan bersama pada anak, kita bagi sementara misi  mulia kita.   
namun   saat  di lereng Merapi di daerah Kedu berkecamuk pergerakan  Herucokro (pergerakan  
kebatinan ciptaan Van der Plas!), masih sempat saya pindahkan keluarga saya itu ke Yogyakarta. 
pergerakan  Herocokro itu mengajarkan kepercayaan, bahwa semua orang yang sudah dewasa harus 
dimatikan semua, sebab  hidupnya mengandung dosa, bahwa bayi bayi dan anak anak di bawah 
umur saja boleh dibiarkan hidup. Gila! Nanti, katanya, Ratu Agung akan turun ke Gunung 
TIDAR untuk menyelamatkan tanah Jawa. sesudah  saya laporkan pergerakan  Van der Plas itu 
kepada Pemerintah R.I., malah Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin, mengatakan bahwa 
Menteri Dalam Negeri R.A.A. Wiranatakusuma mau mengangkat saya menjadi Residen Kedu. 
Ini gila'. Menandakan bahwa Kabinet Pertama R.I. itu belum siap dengan konsepsi Pemerintah 
Dalam Negeri di dalam pergolakan menegakkan Proklamasi. Tentu saja saya yang keberatan, 
sebab itu bukan bidang perjuangan saya. Apalagi bahasa Jawa saya, amat memalukan!   
Nah,di Yogya inilah saya mengenali beberapa ex Pemuda Pathok, yang markasnya tadinya 
berada di Jl. Pakuningratan arah ke Jalan Tugu Lor. Di sana masih dihuni  saudara Sulistio 
bersaudara (adiknya Dr. Sulianti dan Sulendro Sulaiman, semua pangkal namanya pakai 
 Su ).Arah ke rumah saya Pakuningratan no. 60 ada rumah saudara Sumantoro Tirtonegoro 
(biasa kami panggil Mas Mantoro Waterleiding!). Dia inilah yang mengenalkan saya kepada 
saudara Sundjojo, Ketua Pathok yang aktif di sekitar hari hari Proklamasi. Pemuda Pathok 
yaitu  hasil kaderisasi saudara Djohan Sjahruzah yang sudah saya kenal. Dan para Pemuda 
Pathok inilah yang mempelopori  agar Sri Sultan Hamengku Buwono dan anggota sukarno R yang 
bernama Soeharto berdiplomasi dengan Militer Jepang di Markasnya di Kota Baru secara damai 
menyerahkan senjata senjata kepada Sri Sultan, demi keamanan. Dan dari saudara Sumantoro 
Tirtonegoro ini juga saya pertama kali mendengar sebuah nama Pemuda Pathok: Syamsul Qamar 
Mubaidah (yang di zaman Peristiwa GESTAPU, berubah sedikit namanya menjadi Syam 
Kamaruzaman Bin Mubaidah).   
Jadi, bisa disimipulkan Syam Kamaruzaman itu sudah mengenal Letjen Soeharto, sejak dari 
zaman  penyerbuan  Markas Jepang pada hari hari permulaan Revolusi di Yogyakarta. saat  
saudara Mantoro Waterleiding itu bicara dengan saya itu, Syam sudah tidak berada di Yogya 
lagi, namun  bergabung dengan AMKRI yang diketuai oleh saudara Ibnu Parna di Semarang, dan 
kabarnya bersama Ibnu Parna turut mengorganisasi Penyerbuan Kidobutai di Semarang. 
lalu  jadi  informan  rahasia  dari Komisaris Polisi Mudigdo di Pekalongan. Komisaris 
Polisi Mudigdo ini (masih memiliki  hubungan Famili dengan Mukarto Notowidigdo). Dia di masa 
Provokasi Madiun mati ditembak tentara di Pati, oleh sebab ternyata bersimpati kepada Amir 
Syarifuddin. Anak Komisaris Mudigdo itu, Dr. Sutanti biasa dipanggil 'Bolle , lalu  kawin 
dengan D.N. Aidit. Dari riwayat ini agaknya mulai ada hubungan Syam dengan Aidit sampai ke 
Peristiwa GESTAPU. namun  kabarnya D.N. Aidit baru mengenal Syam di Jakarta di tahun  l95O 
an diTanjung Priok. Mengenai hal  cerita  di Tanjung Priok ini akan saya singgung lagi 
lalu .   
Saya sendiri mengenal langsung Syam Kamaruzaman Bin Mubaidah itu, barulah secara 
kebetulan di dalam penutupan Konferensi PESINDO di Solo, di akhir tahun  1946. Sebab 
sepanjang saya mengetahui , dia tidak ada fungsi apa apa dalam PESINDO. Pada suatu tengah malam  sesudah  
sidang selesai di tengah malam  itu (untuk diteruskani lagi besok hari), saya dan Wikana sedang duduk 
ngobrol ngopi dengan Fatkur, Tjugito, Krisubanu dan Ibnu Parna. Tiba tiba datang dua orang 
menghampiri menyalami Wikana. Siapalah yang tidak kenal Wikana, selain Pemuda MENTENG 
31, menjabat Menteri Negara dan menjabat Wakil Ketua PESINDO, di samping Krisubanu, 
Ketua Umum. Wikana mengenalkan pada saya dua orang itu: Syamsul Qamar, pemuda Laskar 
PAI (Partai Arab negara kita ) asal Pekalongan, dan seorang lagi Polisi Sudjono Jemblung, asal 
Jawa Tiniur.   
 Syamsul Qamar boleh, Syam Kamaruzaman boleb juga, asal ada Syam nya namun  yang penting 
juga  bin Mubaidah,  berseloroh Syam itu sambil ketawa mengoreksi Wikana.   
Syam perawakannya sedang, kulitnya tidak putih bersih seperti beberapa keturunan Arab, 
anggota Laskar PAI yang saya pernah  kenal di Jakarta. Kulitnya agak kehitam hitaman dan pakai 
kumis sedikit. Saudara Fatkur mengatakan kedua orang itu yaitu  polisi. Syam itu dikatakannya 
yaitu   restan  Peristiwa Tiga Daerah. Entah Fatkur itu berseloroh saja, ataukah betul saya tidak 
ada kesempatan untuk berkenalan lebih panjang. Kedua orang itu lalu  diajak Fatkur pergi.   
Yang kedua kalinya saya ketemu pada Syam itu, kebetulan lagi juga di gedung PESINDO Pusat 
di Solo itu juga, pada akhir Juli 1948 sebelum terjadi Peristiwa Provokasi Madiun. mungkin  
dia datang untuk melihat  apakah PESINDO Pusat itu masih ada,  Sebab pernah  gedung 
PESINDO itu diduduki oleh Tentara Siliwangi. saat  kondisi  di Solo sangat kacau dekat 
sebelum kejadian Peristiwa Madiun ini .   
 Mau apa lagi itu Arab, itu mata mata polisi Komisaris Mudigdo datang ke mari , ucap saya 
sebel pada Krisubanu.  Saya juga tidak kepadanya. mungkin  dia mau melihat  kekalahan 
kita, namun  Fatkur yang mengurusi dia itu  kata Krisubanu. Itu kali Syam melaporkan mengenai  
Konferensi Rahasia Sarangan, 21 Juli 1948, antara pihak Amerika (Gerald Hopkins dan Merle 
Cochran) dan dari pihak negara kita  Sukarno Hatta Sukiman  Moh.Natsir Moh.Rum dan 
Sukamto. namun   sukarno  pulang  dahulu an, tidak menunggu sampai selesai begitulah dia 
melapor.   
Bahwa kabar nya Syam itu begitu penting mengenai Red Drive Pro o*me ba¢o*memud©an kami 
menginsafinya, sesudah  kejadian Provokasi Madiun. Dan bagaimana Syam bis amengetahui  itu 
Konferensi Rahasia Sarangan jika  tidak memiliki  jalur hubungandengan kalangan PSI,  O, 
sebetulnya  saya sudah dengar berita begitu dan akhirnya begitu banyak sudah orang  
PESINDO yang menjadi korban dalam Peristiwa Provokasi Madiun itu. Seperti Kolonel Dahlan, 
suaminya Maasje Siwi anggota Dewan Penerangan PESINDO di mana saya menjabat sebagai 
Ketua. Dan lain lain lagi. sebetulnya  mengenai saya, saya sudah lama ex officio dan kedudukan 
saya sebagai Ketua Dewan Penerangan PESINDO, sejak kesibukan saya di Kementerian 
Pertahanan sebagai Opsir Staf PEPOLIT. Dan jabatan saya sebagai Komandan Laskar PESINDO 
Jawa Barat, sudah saya letakkan pada pertengahan Juli 1949 dan saya percayakan kepada 
saudara Wahidin Nasution dari Laskarr Rakyat Jakarta Raya.   
Sesudah dua kali saya ketemu, melihatnya bermuka muka, itu informan , atau polisi mata mata 
gelap dari Komisaris Mudigdo, ex Pemuda Pathok, yang orang kata kadernya Djohan Sjahruzah 
yang saya sangsikan pantasnya disebut kader, namun  sebetulnya seorang insan yang memberi kesan 
seorang pengabdi perjuangan, namun  hanya seorang avonturir yang berpretensi bisa mengetahui  semua, 
namun  akhirnya mendorong R.I. terjerembab ke bawah sepatu seorang diktator.   
Dua kali saya bertemu dengannya seperti ini  di atas, namun  lama sekali lalu  saya melihat 
sekali lagi, yang terakhir, di tahun  1963, sebelum saya berangkat ke Kuha.   
Dari 11 orang Pemuda Pelopor Proklamasi dari MENTENG 31, hanya saya sendiri yang 
beruntung melihat  peristiwa Penyerahan Kedaulatan R.I., di mana manuscript  serah terima 
itu ditandatangani oleh Komisaris Lovink atas nama Kerajaan Belanda dan Sri Sultan Hamengku 
Buwono ke IX atas nama Republik Indonesia  , di Istana Merdeka, 27 Desember 1949. Saudara 
Wikana masib menghilang, akibat Provokasi Madiun, sedang  Chaerul Saleh dengan Pasukan 
Bambu Runcingnya berada di Jampang Kulon (Banten), konsekwen menentang K.M.B. Sukarni 
saya tak mengetahui  ada di mana, Adam Malik anggota DPR, namun  ogah ogahan, Pandu kerja di 
ANTARA.   
Saya pun melihat  peristiwa sejarah itu dengan perasaan kecewa juga , namun  saya menyadari 
sebab kami Pemuda Radikal itu tak berdaya apa apa lagi. Maka itu, saya membangun Organisasi 
Angkatan 45 di tahun  l953.   
Dengan hasil KMB itu kita harus membayar  retribusi  milyunan dollar, begitupun semua biaya 
pendudukan dan penyerbuan NICA ditimpakan kepada R.I. yang harus dibayar, dan lain lain pil 
pahit. Semua itu dengan terpaksa  kita telan, demi bisa memiliki Republik Proklamasi, dengan 
Presidennya sukarno  dan Wapresnya Bung Hatta.   
namun  rasa sakit di hati itu bisa dilembutkan, saat  melihat  lautan gelombang massa yang 
menyambut kedatangan sukarno  dan Bung Hatta sejak dari lapangan terbang Kemayoran 
sampai ke Istana Merdeka. Itu saya sempat melihat , dengan perasaan  masih beruntung 
Republik ini tidak tenggelam . Sekarang teruskan saja berdayung dengan segala daya dan cara, 
dengan segala piranti yang ada pada kita ke arah pulau  tujuan: negeri adil sejahtera bagi seluruh 
rakyatnya, ber Pancasila.   
Bulan Februari 1950, saya boyong keluarga kembali ke Jakarta. Naik kereta api dari stasiun 
Tugu via Magelang dan Semarang, sambil membawa bawa  segala suka duka pengalaman perjuangan 
menegakkan Republik yang takkan cukup   waktu untuk diceritakan sampai nafas terakhir 
sekalipun.   
jika  saya pikir pikir,Jakarta dan Yogyakarta yaitu  dua muka dari satu mataa wang 
Proklamasi 17 Agustus l945. Tergantung di tangan siapa dan untuk apa dipakai nya.   
Sukarno dan Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX sudah  menempa kekuatan persatuan nasional 
sedemikian rupa sehingga berhasil mencapai pengakuan internasional terhadap negara Republik 
In  donesia di atas nyala api Proklamasi 17 Agustus 45. Sukarno berperanserta  di bidang nasional 
seluruh Nusantara. Hamengkubuwono dengan mempertaruhkan tanah pusaka warisan Kerajaan 
Mataram dan akhirnya memimpin perjuangan di bawab tanah, menyatukan semua kekuatan 
tenaga pejuang, baik yang Merah, yang Hijau maupun yang Kuning, untuk meledakkan 'bom 
waktu' penyerbuan terhadap pendudukan Belanda 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Dialah orang dan 
pahlawan sebetulnya  penyerbuan 1 Maret 1949 di Yogya itu. Bukan Kolonel Soeharto! Kapten 
Latief dengan pasukannya tidak akan berani jibaku, jika  tidak ada kekuatan yang sudah siap 
menunggu, dan pasukan Pramudjilah yang memberikan sinyal kepadanya di Godean untuk mulai 
bergerak. Itu saya mengetahui . Sejarah yang benar harus dibuka, jangan diselimuti oleh kepentingan 
politik pribadi yang berbau uang  dan harta itu.   
sesudah  Wikana sudah berani muncul kembali, sesudah D.N.Aidit mengadakan pembelaannya 
mengenai Provokasi Madiun di muka Pengadilan yang diketuai Jaksa Dali Mutiara, 2 Februari 
1955, saya berkesempatan lagi jumpa lagi dengan Wikana. Dalam suatu percakapan secara iseng 
saya tanyakan, apakah dia masih ingat akan Syam Kamaruzaman, yang dia pernah  kenalkan 
kepada sava di konferensi PESINNDO dahulu itu, apa dan di mana kerjanya sekarang,  namun  
lebih dahulu  siapa Wikana ini.   
Wikana ini yaitu  tokoh PKI illegal sejak zaman Belanda dan di zaman Jepang yang memiliki  
sikap menentang Sukarno dan siapa saja yang sedia kolaborasi  dengan Jepang. Dr Adnan Kapau 
Gani Ketua P.B.GERINDO memberhentikannya dari Ketua Barisan Pemuda GERINDO di tahun  
1939, lalu menunjuk saya A.M.Hanafi sebagai Sekretaris Jendral Barisan Pemuda GERINDO, 
administratif langsung di bawah Pengurus Besar GERINDO. sesudah  sukarno  kembali ke 
Jawa dari pembuangan inginnya Wikana, sukarno  gabung 'ke bawah tanah  berjuang illegal 
bersama rakyat menentang pendudukan militer Fasis Jepang. Rupanya ada pengaruh pikiran 
Amir Sjarifuddin padanya.   
Tentu saja pikiran Wikana itu dilawan   oleh sukarno . Bagaimana mungkin menjadi  
singa podium menjadi tikus mencicit cicit di bawah tanah. Buug Karno sudah waspada bahwa 
kaum komunis, dengan tidak menyebut Wikana, menghendaki dia jadi seperti itu. Saya dipanggil 
di rumah nya si Oranje Boulevard no.11 (kakak  saya Asmara Hadi yang sudah kawin dengan 
puteri angkatnya Ratna Djuami juga tinggal di situ). Satu tengah malam  penuh saya dikursus, di mana 
links radikalisme komunis Wikana itu dicabuti bulu bulunya habis habisan. sebab  tidak ada 
orang lain yang bisa disuruhnya untuk mempercayai kebenaran politik dan siasatnya  menunggangi 
kuda kesempatan  untuk mencapai kemerdekaan melalui masa pendudukan Jepang itu, maka 
sayalah yang dipekerjakan  untuk menyampaikan pandangan politik dan siasatnya kepada kaum 
komunis via Wikana.   
Singkatnya kaum komunis jangan menyabotnya! sukarno  sudah mengetahui  sejak masih di 
Bengkulu, bahwa Wikana itu  jago  komunis di bawah tanah sebab  diberitahu   oleh utusan 
Wikana yaitu saudara Ismail Wijaya. Beliau juga memberikan dukungan  untuk disampaikan 
kepada Wikana sebanyak 75 gulden. Maka, dari peristiwa inilah orang  komunis lalu  
menyalah gunakan nama saya dan sukarno . Kasarnya mencatut nama saya dan sukarno  
dan menganggap saya orang komunis. Hal hal ini wajib saya uraikan, sebab saudara Sukisman 
suami Umi Sardjono menulis sebuah brosur yang tidak tepat mengenai saya. Tidak tepat isinya 
maupun waktu dikeluarkannya.   
Seorang Sukarnois harus bisa berhubungan dengan segala golongan tanpa pilih pilih aliran 
partai, nasionalis, agama, ataukah marxis demi kepentingan strategi perjuangan sesuai dengan 
garis politik sukarno  sebagai pemimpin nasional. sukarno  rupa  rupanya dilahirkan 
Tuhan ke dunia untuk memenuhi sejarah hidupnya, dan dia memiliki  panggilan untuk menjadi 
Bapak Nasion, El Padre y el Libertador de la nacion negara kita , yang seyogyanya sesuai dengan 
budi daya atau kebudayaan manusia negara kita  harus dijunjung selama hidupnya dan sampai 
wafatnya! Dengan segala hormat kepada beliau, di dalam hatiku berkata kata, dia bukanlah 
orang seperti Lenin atau Mao. sebab  itu saya tidak heran saat  B.M. Diah atas nama BPI 
(kebetulan saya hadir pula ) mengusulkan agar   sukarno  langsung memimpin PNI, beliau 
menolak. Panggilan hidupnya memimpin partai sudah masa lampau. Untuk itu mesti ada satu 
Partai Pelopor yang sesuai dengan harapannya dan memiliki  kemampuan di zaman negara kita  
Merdeka. Itulah yang justru tidak ada.   
PKI yang bisa menampung sebagian dari harapannya menjunjung cita cita rakyat marhaen, 
berani turun ke bawah dan bersatu dengan rakyat marhaen. namun   kita mengetahui , PKI di samping 
berpenyakit kekiri kirian, memiliki  cacat (berdasar keterangan saksi  sukarno ) obsessi perjuangan klas. 
Sebaliknya sukarno  berjiwa seniman yang memiliki  obsesi persatuan dan kesatuan negara kita . 
Alle familieleden aan de eettafel en aan de werk tafel, yang sebetulnya  tidak bisa diciptakan di 
atas sebuah kanvas warisan 3,5 abad kolonialisme, yang sudah sobek sobek juga . PNI yang 
tadinya sangat diharapkannya untuk jadi Partal Pelopor ternyata sudah kejangkitan penyakit 
arrive. Maka dilahirkannya kembali PARTINDO yang sebetulnya  lahir terlambat, sebab 
sebahagian besar massa marhaen sudah kesabet slogan  kerakyatan dari PKI. Salah siapa,  
Kekecewaan sukarno  itulah akibat penyakit arrive PNI. sebetulnya  tidak ada yang salah. 
Proses perkembangan sosial masyarakat memang begitu. Semuanya hal ihwal berputar pada 
sumbu pusarnya kerezekian, kebutuhan hidup. Saya dihadapkan pada masaalah itulah, saat  
saya disuruh oleh sukarno  turut PARTINDO itu sebagai Wakil Ketua. sedang  saya ingin 
berkiprah menjadi  Angkatan 45 sebagai katalisator atau  bumper  sekalipun untuk 
menghindarkan tabrakan rebutan rezeki dan posisi di masyarakat agar semua keluarga bangsa 
rukun di belakang sukarno . namun  itu pun rupanya satu cita cita yang terlalu lugu!   
Sekarang ini bulan Agustus 1997. Saya tidak mau hitung lagi berapa lama saya sekeluarga 
berada dalam pembuangan di luar negeri. Dan itu bangsaku yang turut kuangkat dan kujunjung 
kini berpesta pora dengan gercing dollar dalam kondisi  lupa daratan, bahwa di dalam dunia ini 
tak ada yang kekal abadi. Vandaag is toch geen morgen, morgen komt wel terech. Yang penting 
urus hari ini, urusan besok   besok lagi pikirkan dan selesaikan.   
Namun saya percaya , percaya  betul, bahwa tidak semua insan bangsa ini yang lupa daratan seperti 
bangsa Sodom dan Gomora yang laknat dan terkutuk, sebab  itu dihancurkan Tuhan. Walaupun 
sebagian dari bangsa negara kita  ini sementara bisa hidup senang dan merasa terima kasih pada 
Soeharto dan Orde Baru, mereka tidak mengetahui  atau pura pura tidak mengetahui  bahwa Soeharto itulah 
jagonya GESTAPU. Mereka menjadi kaum profiteur yang harus dihentikan dari sikapnya yang 
berbohong pada diri sendiri dan menipu pada bangsanya.   
Pada bagian terdahulu, mengenai  bagaimana Soeharto menunggangi Dewan Jendral, sudah  saya 
uraikan bagaimana team Soeharto Yoga Sugama Ali Murtopo menyabot Konfrontasi Malaysia . 
Maka para peneliti sejarah sudah bisa menunjukkan bagaimana team ini  bekerja sama 
dengan Inggris dan Amerika untuk menjatuhkan Presiden Sukarno. manuscript  Provokasi 
Gilchrist mencapai hasil tujuannya. Menlu soebandrio   dipandang  berjasa  menelan mentah  
mentah provokasi yang disuguhkan para NEKOLIM itu, sehingga dia mengambil Ali Murtopo 
menjadi tangan kanannya di dalam BPI (Biro Pusat Intelijen yang diketuai oleh Menlu 
soebandrio  ).   
Bersamaan denganTeam de drie musketier ini  dikerjakan juga  Team nya yang lain secara 
full speed yang terdiri dari: Letjen. Soeharto Suwarto (SESKOAD) Amir Machmud Basuki 
Rachmat  Andi Jusuf dan lain lain jendral lagi. ltulah de club van vijf dari Soeharto yang menari 
nari di atas bangkainya korban GESTAPU sesuai dengan manipulasi  kotor dan tak bermoral dari 
Soeharto dan Suwarto (SESKOAD) untuk merampungkan secara tuntas rencana kudeta, 
mengganti Presiden Sukarno dengan Soeharto. Dan Jendral Nas,  Ah, dia hanya figur tragis, 
sebagai wayang di tangan dalang Ki Soeharto.   
Dengan uraian di atas, saya sudah  tunjuk hidung siapa dalang  DewanJendral  dan GESTAPU 
sekaligus. Selanjutnya dengan cara merayap laksana ular yang kelaparan sambil mendesiskan 
kata kata  Presiden Sukarno/Panglima Tertinggi yang tercinta dan yang kita hormati  
diterkamlah Presiden Sukarno itu menjadi mangsanya melalui secarik kertas Surat Perintah 1 
Maret 1 966 yang dikenalkan sebagai SUPERSEMAR. Presiden Sukarno dijatuhkan mencium 
debu melalui Surat Perintah yang dia tanda tangani sendiri sebagai Presiden/Panglima Tertinggi 
ABRI. Masya Allah! Bukan main, alangkah  hebatnya  Jendral Soeharto ini.Tunggu dahulu ! Kerja 
kudeta bukan perbuatan Soeharto secara magic, secara ahli sulap sim salabim dalam satu hari, 
No!. Melainkan sejak Peristiwa 3 Juli di Yogya, sejak barter Semarang sampai dia dicopot dari 
kedudukannya Panglima Divisi Diponegoro, sampai  distrap  dimasukkan ke SESKOAD, lalu 
kontak komplotan dengan Kolonel Suwarto Direktur SESKOAD sebetulnya  agen CIA (di mana 
Syam Kamaruzaman sudah lama menjadi  informan   di SESKOAD itu).  Hebatnya  Soeharto 
itu selaku abdi NEKOLIM! jika  Jendral Yani tidak bakal mungkin mau begitu. Maka itu 
Jendral Yani dihabisi oleh orangnya Soeharto sendiri (GEST PU). Yang sebetulnya  hebat itu, 
ialah Gilchrist dan Marshall Green, di mana Menlu Dr. soebandrio   turut salah main, sebentar 
center kiri, sebentar center  kanan, akhirnya ditendangnya bola masuklah Marshall Green ke 
dalam goal nya sendiri. Ya, toh,  Tadinya sukarno  sudah tidak mau politik konfrontasi, 
soebandrio   mendesak. Sebagai diplomat kaliber tinggi, dia pikir sebaiknya lebih baik insiden 
diplomatik dari pada insiden fisik di dalam negeri. Masih bisa menang waktu rundingan dengan 
Washington. Sama Marshall Green tidak ada yang bisa dirunding, sebagai pejabat tinggi hanya 
melakukan misi . Dan misi nya ialah menjatuhkan Sukarno sekaligus dengan PKI. Amerika 
tidak menghendaki adanya komunis di Asia Tenggara. Ini jelas.   
Di atas saya sudah  menyinggung sambil lalu mengenai  Syam Kamaruzaman. Sekarang akan saya 
bereskan keterangan saya mengenai dia itu sampai selesai bagaimana dia sampai jadi informan  
Kolonel Suwarto di SESKOAD di Bandung, akhirnyi kecantol pada Kolonel Soeharto di tahun  
1959.   
Di zaman Jepang dia kerja jadi polisi mata mata di bawah Kornisaris Polisi Mudigdo di 
Pekalongan (yang lalu  jadi mertua D.N.Aidit). Ini keterangan Fatkur dari Biro Khusus 
Dewan Pimpinan Pusat PESINDO. namun  sebelum sampai di Semarang ketemu dengan Kompol 
Mudigdo, dia yaitu  salah seorang Pemuda Pathok di Yogyakarta dan termasuk dalam barisan 
kadernya Djohan Sjahruzah.   
jika  di Jakarta yang jadi central aktivis pemuda ialah NIENTENG 31, maka di Yogyakarta 
yang bangun memelopori aktivitas revolusioner dikenal lalu  ialah Pemuda Pathok ini. Atas 
desakan pemuda pemuda yang dipelopori pemuda Pathok ini Sri Sultan Hamengkubuwono dan 
anggota sukarno R Soeharto didesak merebut senjata Jepang di Kota Baru. Dapat disimpulkan dari 
masa itulah kontak pertama Sjam Kamaruzaman dengan Soeharto. Ini sesuai dengan keterangan 
Sumantoro Tirtonegoro tetangga saya di Pakuningratan. Ia di zaman Belanda anggota PNI 
Pendidikan (Hatta  Sjahrir).   
Di zaman mulainya revolusi bersenjata, Syam bergabung dengan pemuda di Semarang di bawah 
pimpinan Ibnu Parna (lalu  menjadi AKOMA). lalu  Syam turut dalam apa yang 
disebut  revolusi sosial  di Peristiwa Tiga Daerah (Brebes Tegal Pemalang) yang pada mulanya 
dalam prinsip disetujui oleh Bung Sjahrir, namun   sesudah  ia menjadi Perdana Menteri 
dengan terpaksa  distop sebab tidak terkendalikan lagi. Seorang di antara tokoh pimpinan Peristiwa Tiga 
Daerah ini bernama Widarta, seorang komunis, dihukumn mati oleh PKI sendiri atas desakan 
Menteri Amir Sjarifuddin. (Baca Anton Lucas, Peristiwa Tiga Daerah). Syam Kamaruzaman lari 
ke Pekalongan; di sini ia kembali menjadi polisi mata mata (informan ) dari Komisaris Polisi 
Mudigdo yang Amir minded. Oleh sebab itu dalam peristiwa Provokasi Madiun dia di tembak 
mati oleh tentara di Pati.   
Selama Peristiwa Madiun ini  Syam menghilang, tidak ada yang mengetahui  dia ada di mana. Juga 
saya tidak pernah dengar dia ada di mana selama perang  Kolonial ke II saat  Yogyakarta, Ibu 
Kota R.I. diduduki NICA (Tentara Belanda).   
saat  saya ketemu dengan Wikana, di tahun  1955, saat  saya aktif memimpin Kongres Rakyat 
untuk Pembebasan Irian Barat dia menceritakan babwa Syam Kamaruzaman itu selama Peristiwa 
Madiun lari menyelundup ke Jakarta dan bersembunyi di Tanjung Priok. Di sana ditemukan oleh 
saudara Mr. Hadiono Kusumo Utoyo yang seperti Syam cenderung kepada Sjahrir, namun  banyak 
hubungan dengan orang nya Amir Sjarifuddin (PKI).   
Hadiono menyarankan  Syam sebaiknya mendirikan organisasi Serikat Buruh. Maka berdirilah 
Ssukarno P (Serikat Burub Kapal dan Pelabuhan). Mr. Hadiono Kusumo Utoyo ini asal dari anggota 
P.I. Belanda, dia hanya menyarankan  saja. Pimpinan Ssukarno P itu terdiri dari Syam sebagai Ketua. 
Lainnya Munir, Hartojo. Sudio (guru Taman Siswa Ki Mohamad Said di Kemayoran).   
Mulai dari sejarah Ssukarno P inilah, D.N.Aidit dan Lukman tahun  1950 mulai kenal dengan Syam 
Kamaruzaman . Sebab sebeIumnya Aidit dan Syam tidak pernah kenal saat  masih di 
pedalaman R.I.   
Sejak Peristiwa Madiun dan PKI babak belur, Aidit dan Lukman menyelamatkan diri ke Jakarta. 
Di sana oleh Munir yang memang sudah dikenal Aidit, di masa Munir mengorganisasi supir 
becak di Jakarta di hari hari Proklarnasi, Adit bersembunyi bersama Syam dan Munir di Tanjung 
Priok; lalu  pindah bersembunyi di rumahnya saudara Husein (ex Ketua B.P. GERINDO 
ckakak  Sawah Besar). Ini diceritakan Husein langsung kepada saya yang tetap bersimpati kepada 
saya sebagai ex sekjen B.P. GERINDO.   
Sehubungan dengan hal ini penting saya menunjuk pada  isapan jempol  Sugiarso Surojo  Siapa 
menabur angin ...  halaman 230, yang menyebut Aidit ke Peking 1950, mengenai  Tanti dokter 
keluaran Moskow, dan mengenai  Dokter Mudigdo, mengenai  D.N.Aidit, semua itu isapan jempol 
komunisto phobi Sugiarso Surojo.   
saat  saya tanya kepada Husein  apa betul Aidit dan Lukman sempat pergi ke Vietnam dan 
ketemu dengan Ho Chi Minh dan ke Tiongkok ketemu Mao, seperti desas desus yang saya 
dengar,   Husein senyum senyum saja. Dia tidak bisa dan tidak berani bohong pada saya. Maka 
mulai dari masa itulah saya mulai bertambah khawatir terhadap Aidit. Apalagi lalu  saya 
ketahui  dia jadi ketua PKI. Saya jadi tambah khawatir. Qua intelek dia oke, sebab rajin baca, namun  
pengalaman politik kurang sekali, pengalaman revolusi bersenjata tak ada sama sekali (waktu 
pertempuran bergolak di Jakarta dan di Krawang Bekasi, waktunya habis terbuang dalam 
tahanan Belanda di pulau  Onrust. saat  keluar dari Onrust tahun  1947 dia cari saya di 
Pakuningratan Yogyakarta. Dia datang pamit mau masuk PKI.   
Saya berkata :  Jangan, saya sendiri, terus terang tidak berani, berdasar keterangan saksi  saya orang yang masuk 
PKI orang yang tidak akan kehilangan apa apa dan tidak akan memperoleh  apa apa, kecuali 
memberi, sekali lagi memberi kepada orang lain, kepada Rakyat. Turut saja sama saya ke Front 
Krawang!  Dia minta waktu pikir pikir. Aidit sejak zaman Belanda dan zaman Jepang di Barisan 
Pemuda GERINDO dan MENTENG 31 selalu turut sama saya, di masa permulaan zaman 
Jepang di mana kehidupan rakyat mulai jadi tambah sulit, saya dan Pardjono angkat dia dari itu 
 bedeng liar  di daerah Pasar Senen, kerja upahan sama Si Ali  Padang menjahitkan pakaian tua, 
pantalon satu bisa dijadikan dua celana pendek dan sebagainya. Saya masukkan dia ke 
MENTENG 31, Asrama Angkatan Baru negara kita  bersama Pardjono dan lain  lain, untuk 
menjadi Pejuang Kemerdekaan yang tangguh. Dia memang betul jadi seorang pejuang betul 
betul, namun  sejak dari mudanya wataknya suka keblacut sebab  semangat petualangannya dan 
ambisius. Saya ceritakan ini bersih dari penghinaan atau sanjungan, melainkan dengan rasa 
persaudaraan yang sewajarnya saja. Oleh sebab itulah saya tidak merasa segan untuk selalu 
menasihatinya, bahkan memarahinya jika  caranya saya pandang agak keterlaluan. namun  , 
sesudah dia menjadi Ketua PKI, saya mengetahui  membatasi diri saya, dan diapun menjadi jarang 
ketemu saya lagi.   
pernah  dia mengatakan,  orang berkata  Bung itu orang burjuis . sebetulnya  dia menyindir.namun  
saya tidak merasa maju atau mundur dengan sindiran demikian.   
Oleh sebab  itu saya tidak heran jika  orang berkata  Aidit itu berspekulasi politik dengan Syamn 
Kamaruzaman, mulainya dari persembunyiannya di Tanjung Priok dalam Ssukarno P yang diketuai 
oleh Syam di tahun  1948 itu. berdasar keterangan saksi  Sudio, sejak saat  razia Agustus 1951, Syam menghilang 
tidak ada yang mengetahui  ke mana dia pergi.   
namun  apa itu razia Agustus,  Itu zaman Dr. Sukiman, Perdana Menteri. Katanya Kantor Polisi 
Tanjung kena serbu orang  PKI, buktinya ada ditemui bendera palu arit. sesudah  dibuktikan 
bendera itu bukan palu arit PKI, sebab letak palu arit itu terbalik, jadi bendera itu palsu. 
Mestinya palunya di kanan dan aritnya di kiri. PKI sejarah romantiknya ialah tidak berhenti kena 
Provokasi, mulai Madiun, saat  itu Tanjung Priok, dan akhirnya yang ketiga dengan adanya 
Peristiwa GESTAPU, di mana Aidit dan Syam terpancing oleh  isu Dewan Jendral  dengan 
bersemangat anggotanya al bergerak  dibandingkan  didahului lebih baik mendahului . Di situlah apesnya. 
Aidit jalan  keluar rel , mesti saja terbalik kereta api PKI. Artinya hanya pinter  pinteran 
persekongkolan berdua duaan dengan Syam yang sebetulnya  agen informan  tiga rangkap: PSI 
Tentara Aidit. Dus, Aidit secara pribadi, bukan PKI'. jika  Syam sungguh  sungguh komunis 
mengapa urusan kudeta ditangani sendirian tidak oleh Partai, PKI. Ini logika yang sederhana 
saja. jika  urusan kudeta dihadapkan pada Partai, maka cara Aidit/Syam menghadapi  isu 
Dewan Jendral  itu, saya kira akan lebih banyak yang tidak setuju dibandingkan  yang acc. Lagi ini 
logika yang sederhana, demokratik saja.   
Itulah kenapa saya sebut  keluar rel . namun  buat apa lagi analisa ini. Tidak ada gunanya lagi 
sebab PKI sudah dilibas habis oleh Soeharto masuk ke alam neraka yang tersiksa menebus 
kesalahan ... yang bukan kesalahannya. Sebab Soeharto: Himmler nya GESTAPU  Mbah 
Provokasi.   
Saya tidak akan nenjelaskan lagi. Biarlah para para penulis roman, cerpen, politisi, peneliti 
sejarah mengadakan riset dan memakai  daya imaginasi mereka, fantasi rasa demokrasi dan 
kepekaan manusiawinya bekerja, agar   dunia yang bundar ini bisa berputar pada sumbunya 
dengan kedamaian.   
Masa'le ... semua kang mas dan diajeng di negara kita  mau disulap oleh Soeharto menjadi penjilat 
semua,    
Kita kembali pada Syam Kamaruzaman. Sesudah razia Agustus di mana Ssukarno P jadi sasaran di 
tahun  1951. Syam lari menghilang akhirnya diketemukan sudah menjadi  tentara  katanya, 
menjadi informan   SESKOAD, katanya orang lagi, berpangkat mayor. Ini ceritanya Wikana. 
 Katanya , atau  kata orang , itulah sebab  tidak ada orang mengetahui  kepastiannya. namun , 
lama kelamaan, bahwa kepergiannya Syam ke Bandung itu atas kemauannya, inisiatipnya, namun  
dengan persetujuan Aidit Ketua PKI. oleh sebab dia (Syam) mengatakan bisa ber camuflage 
berlindung menjadi informan   pada tentara. Kepada siapa dia berhubungan dengan Tentara yang 
dikatakannya itu tidak jelas, barulah lalu , sesudah  kolonel Suwarto pulang  dari Amerika 
membawa bawa  konsepsi membangun SESKOAD, Syam Kamaruzaman dengan sendirinya 
menginsafi bahwa dirinya atau missinya sebagai  informan   rangkap itu, memiliki  arti yang 
bertambah penting, berdiri kuat di antara dua rival : Tentara versus PKI. Sesudah PKI: 
PERMESTA berantakan dipukul oleh tentara di bawah pimpinan Jendral Yani, kolonel Suwarto 
sebagai Direktur SESKOAD Me refomasi konsepsinya yang sesuai dengan garis kepentingan 
CIA untuk menghancurkan Sukarno dan PKI (komunis). Dengan kedatangan Soeharto ke 
SESKOAD sebagai  setrapan  dan Jendral Nas sebab  barter Semarang dan sebab  pembakaran 
 Gedung Papak  yang menggegerkan itu, kolonel Suwarto menemukan diri kolonel Soeharto itu 
satu kecocokan untuk dijadikan  ujung tombak  untuk dipakai  kepada sasarannya. Salah satu 
sebab tentulah berdasar kekecewaan dan kejengkelan Soeharto dicopot dari kedudukannya 
sebagai Panglima Divisi Diponegoro yang sudah  dibangunnya dengan dua anggota trionya: Yoga 
Sugama dan Ali Murtopo dan tentulah juga sebab  ambisinya sesudah  Suwarto sendiri kontak 
dengan Guy Pauker di Amerika (baca Peter Dale Scott).   
Tampaklah jelas aktor aktor utama di belakang layar GESTAPO dan Dewan Jendral yaitu: 
Soeharto Suwarto Syam Kamruzaman. Namun, sesudah  layar adegan GESTAPU 
diangkat/dibuka, yang tampak atau ditampakkan hanyalah Syam Kamaruzaman dengan Latief cs. 
Soeharto ganti peran nya jadi  dewa Semar palsu . Jadi kerja pengkhianatan Soeharto itu 
bukanlah tiba tiba dalam satu hari, sudah jauh hari sebelumnya, bulan dan tahun  sebelum 
GESTAPU, jadi bukan baru dimulai tanggal 1 Oktober l965 jam 6 pagi, saat  saudara Mashuri 
datang ke rumahnya memberitahu  kan mengenai  pembunuhan jendral jendral, seakan akan dia 
tidak mengetahui  sebelumnya akan kejadian mengerikan itu. Itulah yang lalu  dia gunakan sebagai 
 pretext  (dalih) sekaligus justifikasi untuk melibas PKI dan lalu  memenjarakan Presiden 
Sukarno di rumah Ibu Dewi sampai beliau meninggal. namun  saat  Mashuri datang ke rumahnya 
itu, Soeharto sudah siap berpakaian uniform tempur. Alangkah tidak lucunya dimunculkannya 
Soeharto sebagai penyelamat Pancasila sehubungan dengan Peristiwa 1 Oktober 1966 itu.   Sekalipun kodok kodok yang biasa hidup di comberan, tidak akan mau  mengorek ngorek  
begitu. Sungguh saya malu melihat ulahnya jendral bangsa saya ini.   
sesudah  penumpasan pemberontakan PRRI/PERMESTA di Sumatra Barat, dan ditariknya Letkol 
Latief ke Jakarta menjadi Komandan Brigade Infanteri pada Kodam JAYA, Syam Kamaru  
zaman kerjanya bolak balik antara Bandung Jakarta. lalu  menetap di Jakarta sesudah  
jendral Soeharto diangkat menjadi Panglima KOSTRAD. Syam jadi bertambah kuat sandarannya 
dalam berhubungan dengan Aidit. Selain menempatkan dirinya sebagai informan  di bawah 
lindungan Brigade Infanteri Kodam V Jaya (overste Latief), dia juga memiliki  hubungan dengan 
KOSTRAD (Jendral Soeharto). Dapatlah kiranya disimpulkan hahwa mulai masa itu, ditambah 
lagi dengan datangnya masa  Konfrontasi Ganyang Malaysia , dan kondisi  SOB oleh Tentara 
dipertahankan terus, avonturisme ke arah KUDETA yang di isukan Dewan Jendral dan di isukan 
juga oleb Biro Khusus Aidit dan Syam, sesuai dengan perkembangannya mencapai bentuk yang 
lebih kongkret. Sampai bulan Apustus, Dewan Jendral dan Biro Khusus masing masing saling 
berhadapan dengan nyala api provokasinya sendiri sendiri sampailah ke 30 September 1965, di 
mana Biro Khusus (Syam Kamaruzaman dan D.N.Aidit dengan Untung dan Latief keduanya 
terakhir orangnya Jendral Soeharto juga ) bergerak menerjuni perang kap provokasi yang 
diciptakan Suwarto (SESKOAD) dan Jendral Soeharto (baca MAHMILUB II mengenai  Kolonel 
Latief).   
Ada sedikit peristiwa lagi mengenai Syam dan Aidit yang penting saya tambahkan di sini. saat  
saya sedang sibuk sibuknya mempersiapkan keberangkatan saya ke Kuba di bulan Desember 
1963 pada suatu hari tiba tiba datang D.N.Aidit ke rumah saya di jalan Madura No.5 dengan 
seorang temannya. Aidit lebih dahulu  turun dari mobil segera langsung naik ke tangga. Temannya 
itu menyusul dari jalan mulai masuk ke pekarangan. sesudah  saya perhatikan siapa temannya itu, 
dengan suara keras saya membentak Aidit:  Kenapa kau bawa itu polisi pada saya,  Polisi dia itu 
...  Orang itu ialah Syam Kamaruzaman yang pernah  ketemu saya di Konperensi PESINDO 
dahulu dan yang sudah banyak saya dengar cerita yang mencurigakan mengenai dia: Badannya 
sudah agak gemukan, tidak seperti masih muda dahulu.   
Mendengar bentakan keras saya kepada Aidit itu, Syam jadi terkejut  terus mambalikkan badan 
kembali masuk ke mobil lagi tanpa mau melihat dan berkata apa apa. Aidit pun tanpa berkata 
tanpa pamit pergi menyusul Syam masuk ke mobil. Begitulah. Saya betul betul jengkel dan tidak 
mengerti apa maunya Aidit dengan orang Itu dan kenapa dia bawa orang itu mau dikenalkan 
pada saya,  Dia kira dia bisa bikin surprise bagi saya, sedang  saya sudah lebih dahulu dari dia 
kenal si Syam itu. Andaikata Aidit dari jauh jauh hari mau menceritakan pada saya mengenai  
kontaknya pada Syam itu, sudah pasti saya mau berkata :  jauhi itu penyakit''. namun  Aidit bukan 
orang bodoh, apalagi dia Ketua PKI, buktinya dia memiliki  kelebihan tertentu, tidak mungkin dia 
tidak mengetahui  siapa dan apa yang ada di belakang Si Syam itu. mungkin  dia kira dia bisa 
memakai  Syam. Bagaimana seorang Ketua Partai bisa begitu,  Tidak ada yang bisa jamin 
apa kerjanya Syam itu. Ideologi tidak memiliki . Katanya orang PSI, katanya, kenapa tidak ditelusuri 
betul tidaknya, kan Aidit kenal L.M. Sitorus Sekjen PSI, dahulu  sama sama anggota asrama 
MENTENG 31,  jika  bagi saya jelas siapa Syam, dia itu hantu   boleh saja ketemu di jalan 
namun jangan dibawa masuk ke dalam rumah.   
namun  seperti sudah saya katakan di muka sejak D.N.Aidit, asal nama Ahmad, oleh Pemuda 
GERINDO Ckakak  Jakarta diganti menjadi Dipa Nusantara Aidit, menjadi orang penting, Ketua 
PKI, saya membatasi diri, mengetahui  diri, dan dia pun sudah jarang datang ketemu. Namanya 
 Ahmaad  itu diganti oleh teman temannya Barisan Pemuda GERINDO, sebab kata mereka 
sudah terlalu banyak yang bernama Amat atau Ahmad di situ.   
 
Sekarang mengenai  Soeharto dan Abdul Latief  
Overste Soeharto lalu  naik menjadi kolonel Soeharto sejak dari zaman peristiwa Provokasi 
Madiun, dikenalkan di dalam kalangan kaum kiri dan di kalangan PESINDO biasanya  
sebagai  orang baik   TNI yang baik , beda dari Kolonel A.H.Nasution Komandan Divisi 
SILIWANGI yang menggempur PKI Madiun dan kolonel Gatot Subroto yang tanmpa proses 
pengadilan langsung tembak mati ex Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin dengan 10 orang 
pemimpin FDR di Ngalian.   
Sebelum saya melanjutkan mengenai  mengapa ada sentimentalisme di kalangan kaum kiri dan 
PESINDO terhadap Overste Soeharto, agar   tidak terlupa, saya mau tambahkan di sini satu 
peristiwa yang saya alami, sebelumnya Amir Sjarifuddin . ditembak mati. kakak  saya, 
Asmara hadi, yang tinggal di Padokan, di luar kota Yogyakarta di mana ia disuruh sukarno  
menyelesaikan buku SARINAH sebab percaya pada kemampuannya Asmara Hadi dab style 
menulisnya pun hampir sama dengan sukarno , datang mencari saya di Pakuningratan.   
Sambil berlinang air niata dia berkata: Fi, jika  kau bisa, tolong selamatkan Bung Amir, tolong 
dia Fi, dia bekas Ketua kita di GERINDO, ex Menteri Pertahanan dan ex Perdana Menteri. 
Untuk menyelamatkan Bung Amir kau sendiri coba ketemu sukarno .   
Saya nggak bisa , jij saja, jij bisa. Saya tidak bisa sebab hari sudah sore, saya mesti pulang  ke 
rumah, ke Padokan kan jauh juga . Saya tambahi:  Juga bekas Menteri Penerangan Kabinet 
Pertama R.I.  Sehabis sembahyang magrib saya tunggu sukarno  keluar dari kamarnya di 
Istana (diYogya). Sementara itu saya duduk dengan Bu Fat. Saya minta bicara dengan Bung 
Karno sendirian, namun  Bu Fat (yang biasa saya panggil Zus Fat) maklum keperluan kedatangan 
saya, ia permisi masuk ke dalam. Saya berkata  tanpa omong putar  putar:  Saya minta Bung 
Karno selamatkan Bung Amir, Hadi yang menyuruh saya ketemu Bung .   
sukarno  bertanya, apakah saya mengetahui  di mana Amir sekarang,  Saya katakan:  Dia ada di 
depan kita ini, di dalam benteng di depan Istana ini, tadi siang dia dengan   
dibawa oleh sepasukan tentara di dalam truck terbuka ke dalam benteng itu.    
 Baiklah akan saya urus ... namun  kau tidak mengetahui  persoalannya . Saya jawab saja:  Saya mengetahui  
soalnya, saya kan bukan pemuda seperti bengkulu dahulu , saya sudah Bung angkat jadi letnan 
kolonel, kan, yang penting selamatkan Amir itu dahulu , nanti bisa diurus perkaranya .   
namun   apa yang terjadi,  Pada tengah malam  itu tanpa sepengetahuan   sukarno  sebagai presiden, 
Amirsjarifuddin . diangkut dari benteng Vredesburg itu entah ke mana, ke Solo mungkin  
untuk ditembak mati cepat cepat di Ngalian.   
Sampai sekarang tidak pernah ada orang yang tulis peristiwa itu. Biarlah orang zaman sekarang 
bisa berpikir pikir lagi bahwa sukarno  bukanlah orang The Number One yang 
bertanggungjawab atas terjadinya Provokasi Madiun di tahun  1948 itu. Walaupun dia berpidato: 
 Pilih SUKARNO HATTA atau PKI MUSSO . Apalagi jika  diketahui , bahwa sukarno  
sebagai Presiden tidak menghadiri  sampai selesai Konperensi Sarangan bulan Juli l948 itu, di 
mana pihak Amerika diwakili oleh Gerald Hopkins dan Merle Cochran yang mengusulkan 
pembasmian kaum Komunis  Indonesia   untuk bisa membantu R.I. yang membutuhkan keuangan 
dan sebagainya dalam menghadapi Belanda. (Terjadinya Konperensi Sarangan itu, Syam 
Kamaruzaman yang memberitahu   pada kita saat  di Konperensi PESINDO di Solo, seperti sudah  
saya ceritakan di bagian di muka). Yang melanjutkan perundingan itu sampai selesai ialah Bung 
Hatta Dr.Sukiman Moh. Roem Moh.Natsir dan Sukamto (Kepala Kepolisian R.I.). Saya mengetahui  
bahwa Peristiwa Mediun itu yaitu  pelaksanaan Red Drive Proposal dari Amerika, walupun saya 
tidak perlu gembar gembor seperti orang  komunis. sebab  saya mengetahui  pokok pangkal 
kesalahan, yaitu  sebab  kesalahan Amir Sjarifuddin yang menyerahkan kembali Mandat 
Perdana Menteri kepada Presiden secara sukarela. (Amir orang beragama Kristen Protestan, 
sebab  didikan agama dia memiliki  moral, dahulu  di Jakarta sama isterinya saban minggu ke Gereja, 
sampai pada suatu hari Minggu mestinya dia berpidato di rapat umum di bioskop Rialto Tanah 
kakak  dengan terpaksa  diganti oleh Asmara Hadi).   
Overste Soeharto sejak Affair Madiun oleh kalangan kiri dan PESINDO dipandang  orang baik  
( TNI yang baik ). Baiklah saya jelaskan sedikit apa yang dimaksud dengan istilah  orang baik . 
Istilah itu sebetulnya  suatu  jargon  di kalangan golongan kiri/ komunis yang dipakai  
terhadap orang yang dianggap  jelas bukan komunis atau marxis, namun    cukup   progresif. 
Kira kira sudah merah  jambu . Soeharto memperoleh  predikat itu, sebab sebelum meletusnya 
Peristiwa Madiun itu, dialah yang melaksanakan misi  perintah Panglima Besar Sudirman untuk 
memeriksa dan melihat  kondisi  di Madiun yang sehenarnya. Ada dua hal penting dapat 
dicatat sehubungan hal ini. Pertama, Panglima Besar Sudirman, orang jujur bijaksana dan 
menjunjung tanggungjawab kedudukannya sebagai Panglima Angkatan perang  di dalam zaman 
Revolusi. Kedua, dari sebab dan akibat Peristiwa Madiun itulah, maka seorang pemimpin 
pasukan PESINDO Kapten Abdul Latief dengan  Batalion 100  bergabung ke dalam Brigade 
Letkol. Soeharto. Dari masa itulah dimulainya tali perhubungan antara Soeharto dengan Latief 
yang mencuat sejak dari Peristiwa Enam Jam di Yogja, 1 Maret 1949, sampai berdua itu 
bersama sama juga  mencong ke Peristiwa GESTAPU sialan itu. Berdua bersama berjalan namun  
antara satu sama lain saling siasat mensiasati ditambah jadi bertiga dengan Syam yang memiliki  
dua tiga muka: AD dan Biro Khusus (Aidit Syam) dan sebuah muka lagi mukanya dia sendiri, 
yang dia bisa jual kepada siapapun dia mau. Dari semula memang saya tidak percaya sama itu 
orang. Saya ambil hasil penelitian  ini  dari bahan bahan cerita Wikana, bahwa sejak Latief 
ditarik kembali ke Jakarta dan Operasi 17 Agustus di bawah Komando jendral A.Yani dalam 
menumpas PRRI/PERMESTA, dan di Jakarta menjadi Komandan Batalyon Infanteri Kodam V 
JAYA, Syam bekerja sebagai informan  kepada Latief di Kodam V Jaya itu dan di samping itu 
juga menempatkan dirinya sebagai informan  pada KOSTRAD yang dikepaiai oleh jendral 
soeharto. Klop: Trio Soeharto Latief Syam! Di samping itu ada Trio: Soeharto  Yoga   AIi 
Murtopo.   
Saya ketemu Wikana yang terakhir di rumahnya di simpangan Matraman Plantsoen dalam 
kondisi  sengsara, di isolasi oleh Aidit, namun  dia dapat ditarik oleh Chaerul Saleh menjadi anggota 
MPRS. Saya ketemu dengan Wikana Januari 1965, saat  saya datang konsultasi ke Jakarta dari 
Kuba. Saya sempatkan memberi sekadar sumbangan, jangan tidak, sebagai kawan lama di 
MENTENG 31.  Tolong saya, Fi , katanya.   
Saya terharu jika  saya mengenang dia. Dia hilang tak ketahuan ditelan gelombang GESTAPU, 
sepulang nya dari Peking bersama  sama dengan Chaerul Saleh Ketua MPRS, walaupun sudah 
dinasihatkan oleh Chaerul, sebaiknya dia jangan pulang  dahulu . jika  saya kenangkan kembali 
hari bersejarah Proklamasi 17 Agustus 1945, saya kenangkan diriku di hari itu yang sudah  
meriskir segalanya yang ada padaku, anak isteriku yang tercinta, hatiku yang pedih jadi gembira. 
sebab  bersatunya seluruh Rakyat kita menang.   
Dengan gegap gempita kita menyerukan: Sekali Merdeka Tetap Merdeka, merdeka atau mati 
letupan semangat semua pejuang. namun   jika  kuingat kembali Peristiwa Madiun, yang di muka 
sudah  kusebut dengan sadar yaitu Provokasi, yaitu  pelaksanaan Red Drive Proposal hasil 
Konperensi Sarangan, sebab  peduli akan perjuangan yang belum selesai, hati pedih bukan 
kepalang. sebab  kita kaum pejuang jadi berpecah saling baku hantam.   
Saya mengetahui  persoalannya. jika  saja pemerintah Hatta mau mencegah pertumpahan darah itu, 
mestinya dia bisa. Keributan di Madiun itu pada mulanya yaitu  soal kecil dan sederhana sekali: 
seorang anggota Ssukarno A dipukuli oleh seorang tentara. Diurus oleh Ssukarno A, agar si prajurit itu 
mau berdamai, minta maaf, selesai. namun  rasa kehormatan Ssukarno A (yang merasa kaum pejuang 
juga), merasa di ece dan dihina. Maka Ssukarno A mengadakan aksi mogok. Overste Sumantri 
komandan Resimen TNI Madiun sedang tidak ada di kota.   
Pak Residen Samadikun sedang sakit. Walikota Madiun juga sedang bepergian. Wakil Walikota 
Saudara Supardi mengambil inisiatif. Saya kenal orang ini. Sama sekali tidak memiliki  karakter 
 jagoan . Saya pernah  di Madiun atas perintah langsung Panglima Besar Sudirman, sebagai 
Opsir PEPOLIT mengepalai Biro Penerangan/Propaganda Markas Besar Pertempuran Jawa 
Timur (MBP) dalam rangka perjuangan yang bekerja   merebut kembali Mojokerto. Staf saya 
terdiri dari Mayor Karnen, Sutomo Djauhar Arifin, Yetti Zain, Rusjati Suprio, Rudhito, dan 
Fransisca Fangidae yang lancar Belanda dan Inggerisnya; dan dapat bantuan Radio  Gelora 
Pemuda  yang diurus oleh saudara Supardi ini  dengan staf  Gelora Pemuda .   
Jadi, jika  saja dicegah itu serbuan Tentara Siliwangi ke Madiun, pertempuran dan 
penyembelihan kaum komunis dan rakyat rakyat lainnya tidak bakal terjadi. Apalagi di Madiun 
itu ada kekuatan PESINDO bersenjata juga . Sekali lagi, jika  saja, kekacauan di Solo bisa 
dilokalisir (di mana kolonel Sutarto ditembak mati oleh orang yang tak dikenal, hilangnya Dr. 
Muwardi Kepala Barisan Banteng, ditembak matinya Mayor Sutarno dengan pengawalnya di 
Markas Siliwangi di Srambatan saat  mau mengadakan perundingan agar   lima orang Perwira 
TNI anak buah Mayor Slamet Riyadi dibebaskan, dan lain lain perbuatan provokatif, sampai 
Markas Pusat PESINDO diduduki beberapa hari oleh Pasukan Siliwangi), jika hal pengacauan 
itu dilokalisir hanya di Solo saja dan dicegahnya Long Mars Siliwangi ke Madiun, tidak 
mungkin pecah Peristiwa Madiun itu.   
Pembaca yang terhormat,  
Silahkan baca juga dan renungkan juga , apa yang dikatakan Jendral Presiden Soeharto dalam 
bukunya  Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya , istimewa halaman 53 54. Jadi saat  itu Madiun 
masih aman tentram. Bahkan jika  berdasar keterangan saksi  keterangan saudara Sumarsono (Bekas Ketua B.P. 
sukarno PRI, sekarang berada dalam exile di Australia):  Dia jemput Letkol. Soeharto di desa 
Mantingan (perbatasan Solo Madiun) dibawanya ke Madiun. Sesudahnya mengadakan 
pembicaraan dengan Pak Musso: dibuatlah oleb Soeharto satu keterangan bersama yang ditulis 
dengan tangannya sendiri mengenai  situasi kondisi  yang aman tentram dan kesediaan dari pihak 
Musso/PKI untuk berunding lagi dengan sukarno  dan Bung Hatta. manuscript  itu ditanda  
tangani oleb Letkol Soeharto di satu pihak dan Pak Musso dan Sumarsono di pihak PKI, untuk 
dijadikan laporan kepada Panglima Sudirman dan Pemerintah Hatta. namun   sementara letkol 
Soeharto masih di dalam perjalanan pulang  ke Yogva, pasukan Siliwangi sudah datang 
menyerbu Madiun. Bahkan Soeharto tertahan, ditangkap Siliwangi di jembatan Srambatan 
(Keterangan Pak Harto sendiri dalam bukunya itu). Saya tulis uraian ini dengan bahan 
pengetahuan  saya sendiri yang saya cocokkan dengan keterangan Soeharto dalam bukunya 
ini .   
Kendatipun begitu, bahwa Peristiwa Madiun itu yang sebetulnya  yaitu  Provokasi dan 
Pemerintah Hatta yang melaksanakan Red Drive Proposal Merle Cochran di Konperensi 
Sarangan yang men  janjikan bantuan senjata dan keuangan yang sangat diperlukan  R.I. yang 
berdasar keterangan saksi  hemat saya tak perlu dihangat hangatkan dan dihebohkan lagi demi persatuan dan 
kesatuan R.I. dan juga  sebab  menyangkut nama Dwi Tunggal Sukarno Hatta yang mesti dijaga, 
  masih saja sampai sekarang pun pihak pihak phobi komunis mengatakan bahwa Peristiwa 
Madiun itu pengkhianatan PKI. Sadarlah jika  masih bisa!   
Dari uraian ini  di atas karuan saja mudah dimengerti kenapa orang  PESINDO dan 
kaum kiri umumnya sejak masa itu menganggap Letkol Soeharto itu  orang baik , apalagi 
dikejar  hantu  Re Ra (Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan perang ) menggabungkan 
kekuatan pasukannya kepada letkol TNI Soeharto yang juga memang butuh untuk menambah 
kekuatan Brigadenya.   
Begitulah jadinya maka Kapten Latief masuk ke dalam TNI Brigade Soeharto, lainnya mencari 
saluran masing masing dengan membawa bawa  anggota anggotanya yang bersenjata satu/satu.   
Saya sendiri pun menganggap Pak Soeharto begitu juga;  TNI yang baik , walaupun saya sudah 
lebih dahulu resmi sudah menjadi TNI sejak tahun  1946 diangkat menjadi Letkol PEPOLIT 
berkedudukan di Jawa Barat dalam Divisi Siliwangi yang dikepalai oleh kolonel A.H.Nasution.   
Bertolak dari naluri saya demikian, saya masih menganggap pak Harto  orang baik , saat  
Lebaran Februari (, ) 1966, saat  halal bihalal kepadanya di rumahnya di Jalan H.Agus Salim, 
saya nyatakan sikap saya sungguh sungguh untuk membantunya. Beliau menyambut sikap saya 
itu.  Baik, Pak Hanafi bersama kita . Meski segala kecurigaan saya yang sudah mulai muncul  
mengenai GESTAPU saya meriskir diri dengan harapan masih bisa menyelainatkan sukarno . 
Memang ada reaksinya, lalu  saya diminta oleh kolonel Sudarto, katanya atas nama Pak 
Harto, untuk meggantikan Menlu soebandrio  . namun   saya tidak bisa memberikan jawab yang 
tegas, sebab sukarno  sudah memerintahkan saya kembali ke pos saya di Kuba demi 
kepentingan rencana CONEFO, seperti sudah  saya singgung di bagian lain di muka. Juga lagi 
saya pikir secara administratif Soeharto harus mengusulkan kepada Sukarno.   
Berhubung dengan alasan ini , saya mengusulkan agar   Adam Malik ditunjuk jika  perlu 
menggantikan saya. Ternyata lalu , memang Adam Malik yang dijadikan Menlu. Sehari 
sebelum saya berangkat kembali ke Kuba, Adam Malik sebagai Menlu, menilpon saya di Hotel 
negara kita  agar   saya mendampingi Presiden Sukarno yang diundang dubes Pakistan pada pesta 
Perayaan Hari Nasional Pakistan di Hotel negara kita , tanggal 23 Maret. Ada manuscript tasi fotonya 
dalam majalah New Times di mana tampak Dubes Pakistan, sukarno , Adam Malik dan 
Dubes A.M.Hanafi.   
jika  saya mengenangkan hal ini, dalam kondisi  saya menjadi korban  akibat sampingan , ini 
istilah Wapres Adam Malik saat  saya jumpa beliau terakhir di Brussel 1979, sesudah 30 an 
tahun  terbuang, saya kembali menyadari bahwa nasib di tangan Tuhan. jika  Pak Soeharto 
bukan  nasib pemberian Tuhan  namun  pemberian Guy Pauker (CIA) dan lnggris Amerika. Sebab 
saya percaya Tuhan melarang orang berbuat dosa, melarang membunuh orang yang tidak 
berdosa satu juta, melarang orang mengkhianati Bapaknya, Gurunya dan Pemimpinnya, dan 
melarang serakah menumpuk harta benda secara tidak halal, dan berdasar keterangan saksi  hukum Islam 
Zakat/Fitrah harus diamalkan, tidak untuk dikekepin sendiri.   
Bagaimana Ki Gus Dur dan Ki Idham Chalid, betul apa tidak keteranganku menyangkut hukum 
Islam ini,  Kurang tepat,  Haraplah dibetulkan. Yang terakhir: Mengenai Soeharto dan Latief  
Pembaca yang terhormat,  
Baiklah dibaca lagi pleidooi kolonel Latief di mana dia menjelaskan, balwa dua hari sebelum 1 
Oktober 1965, dus tanggal 28 September 1965 dia sudah berkunjung ke rumah Panglima 
KOSTRAD Letjen Soeharto di Jalan Haji Agus Salim. Pada kesempatan itu ia melaporkan 
kepada Soeharto mengenai  kabar   Dewan Jendral.