Tampilkan postingan dengan label kudeta 13. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kudeta 13. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Desember 2022

kudeta 13

Ke tidak senangan Amerika terhadap sukarno  dan Republik Indonesia   yang  
dipimpinnya, sudah muncul saat  kunjungannya yang pertama ke negara Uncle Sam  
pada bulan Mei 1956 Waktu itu sukarno  menjelaskan kepada Menteri Luar Negeri  
A.S., John Foster Dulles, dasar politik negara kita   Kami tidak memiliki  hasrat  
untuk meniru Uni Sovyet, juga tidak mau mengikuti dengan membabi buta jalan yang  
direntangkan oleh Amerika untuk kami. Kami tidak akan menjadi satelit dari salah  
satu blok, kata sukarno  kepada Menlu Dulles.  
namun  politik seperti ini mudah sekali disalah artikan oleh Amerika. Amerika hanya  
menyukai jika  kita memilih pihak seperti yang dikehendakinya. jika  tidak  
sependirian dengan dia, secara otomatis dianggapnya tergolong dalam blok Uni  
Sovyet.  
Jawaban yang tajam datang dari John Foster Dulles:  Politik Amerika Serikat bersifat  
global. Suatu negara harus memilih salah satu pihak. Aliran yang netral yaitu   
immoral (tidak bermoral),  katanya.  
Ini dialog antara sukarno  dengan Dulles :  
lalu  sukarno  menyampaikan isi hatinya kepada Presiden Eisenhower yang  
mengaku kesenangannya nonton film koboi, yang dilakukannya tiap tengah malam .  
Lebih dahulu  sukarno  mengatakan bahwa ia menonton film hanya 3 kali seminggu  
dan yang disukainya ialah film film yang menceriterakan pengalaman sejarah dan  
biografi.  
Di antara adegan adegan dalam film Amerika, menunjukkan bahwa A.S. tidak dapat  
memahami masalah Asia. Benua Asia sekarang sedang  dimabuk  kemerdekaan.  
Seluruh benua itu merasakan kemerdekaan dengan kegembiraan yang amat sangat.  
Jadi, tolonglah sampaikan kepada rakyat Amerika agar memahami, bahwa jijika   
suatu bangsa selama hidupnya menderita kepahitan hidup; kutukan, laknatan dan  
penindasan terhadap hasrat untuk merdeka, maka ia tidak akan melepaskan  
kemerdekaan itu lagi, jika  sekali sudah  berhasil merebutnya.  
 Sebagai sahabat yang bijaksana dan lebih tua, jika Amerika memberi kami nasehat,  
itu bisa! namun    mencampuri persoalan kami, jangan! Kami sudah  melihat   
kapitalisme dan demokrasi Barat pada orang Belanda. Kami tidak mernmemiliki i  
keinginan untuk memakai sistim itu. Kami akan menumbuhkan suatu cara baru yang  
hanya cocok dengan kepribadian kami. Ia bukanlah barang yang bisa diekspor ke  
luar, namun    sebaliknya juga kami tidak bisa menerima bararig impor berupa  
ajaran yang mengikat . Demikian sukarno .  
 sukarno  Penyambung Lidah Rakyat negara kita , hal. 409 410  
Lama sebelum itu kekhawatiran Amerika terhadap kepemimpinan Sukarno di  
negara kita , sudah nampak. Mulamula Amerika terkejut, begitu cepat persetujuan KMB  
yang arsiteknya Amerika, dibatalkan begitu saja oleh negara kita  secara sepihak.  
Peter Dale Scott mengatakan, nampaknya sudah sejak 1953, Amerika  
berkepentingan untuk membantu mencetuskan krisis regional di negara kita , yang  
sudah  diakui sebagai penyebab langsung yang merangsang Sukarno untuk pada  
tanggal 14 Maret 1957 meniadakan sistem Parlementer di negara kita  dan menyatakan  
berlakunya kondisi  darurat militer, dan  memasukkan korps perwira secara legal ke  
dalam kehidupan politik.  
Pada tahun  1953, Menteri Luar Negeri John Foster Dulles sudah mengatakan kepada  
Duta Besar Amerika di Jakarta, Hugh S. Cumming Jr, supayà dia jangan berbicara  
tidak bisa menarik kembali politik keterikatan Amerika memelihara persatuan  
negara kita . Dipeliharanya persatuan sesuatu bangsa bisa memicu  bahaya,  
sebagai contohnya: Cina. 33)  
Program aksi politik khusus yang mendukung pemberontakan regional, secara resmi  
sudah  disetujui di Washington pada bulan Nopember 1957. namun  perwiraperwira dan  
agen agen CIA sudah melakukan kegiatan di kalangan kaum pembangkang, jauh  
sebelum itu. 
Keputusan NSC (National Scurity Counsil) 171/1 20 Nopember 1953, sudah  
mempertimbangkan latihan latihan militer sebagai suatu cara meningkatkan pengaruh  
Amerika Serikat, walau pun usaha usaha utama CIA ditujukan kepada partai partai  
politik moderat sayap kanan, khususnya MASYUMI dan PSI (Partai Sosialis  
negara kita ). Jutaan dollar yang sudah  dituangkan oleh CIA kepada kedua partai itu  
dalam pertengahan 1950, merupakan faktor yang berpengaruh atas peristiwa 1965, di  
mana seorang bekas kader PSI, Syam (Kamaruzzaman) didalihkan sebagai pelopor   
G30S/PKI. 
Slanjutnya Peter Dale Scott mengatakan bahwa di tahun  1957 1958, CIA sudah   
menginfiltrasikan senjata senjata dan personil dalarn mendukung pemberontakan  
regional PRRI/PERMESTA melawan Sukarno. Sebuah pesawat terbang militer A.S.  
(B25) ditembak jatuh oleh APRI di Ambon dan pilotnya seorang penerbang Amerika,  
Allan Pope, ditangkap. Usaha usaha CIA ini didukung oleh sebuah task force lepas  
pantai dari Armada ke VII (AL A.S.)  
Peter Dale Scott mengutip Mosley (1978) hal. 437.  
Memorandum 7 April 1961 dari Direktur CIA, Allen W. Dulles, Hal.  
1: negara kita  22 (Oktober 1976) hal. 168.  
 Peter Dale Scott mengutip studi CIA hal. 107 dan Wertheim (1979)  hal. 203.  
Dalam tahun  1957, suatu Komisi Khusus Senat yang mempelajari kegiatan CIA, sudah   
menemukan apa yang dinamakanya  beberapa bukti mengenai  keterlibatan CIA dalam  
rencana hendak membunuh Presiden Sukarno . namun  sesudah  melakukan suatu  
pemeriksaan awal atas usaha pembunuhan itu, komisi memilih sikap untuk  
menghentikan pemeriksaanya. 
sebetulnya  sukarno  mengetahui  semua rencana ini meski pun tidak terperinci  
dari laporan laporan Intelligen dan membacanya dari surat surat kabar Amerika yang  
sering membocorkan rahasia, contohnya  majalah  US World and News Report  sering  
disebut oleh sukarno  sebagai salah satu sumber informasi nya.  Memang sukarno  sering memperoleh  pertanyaan, apakah sikapnya anti Amerika,   sukarno  menjawab:  Bertahun  tahun  lamanya aku sangat ingin menjadi sahabat  
Amerika, namun    sia sia . 
 manuscript  manuscript  yang di deklasifikasi, 1982, 002386, seperti  yang dikutip oleh Peter Dale Scott   sukarno  Penyambung Lidah Rakyat negara kita , hal. 430.  
Puncak penghinaan Amerika terhadap sukarno  terjadi pada tahun  1960, saat  ia  
diundang mengunjungi Washington oleh Presiden Dwight Eisenhower. Pertama sudah  
terasa, saat  sukarno  mendarat di lapangan terbang Washington, Presiden  
Eisenhower tidak datang menyambutnya seperti yang menjadi keumum an protokol  
kenegaraan yang berlakù waktu itu. Dengan kejadian ini, sukarno  belum berkata  
apa apa. lalu  ia menuju Gedung Putih dan mengira bahwa Eisenhower akan  
menyambutnya di pintu Gedung Putih. namun  ternyata tidak juga. Terhadap periakuan  
ini pun sukarno  masih sabar, sebab  mungkin Eisenhower terlalu sibuk dan tidak  
bisa meninggalkan tempatnya.  
namun  saat  Eisenhower membiarkan sukarno  menunggu di luar, di ruang tunggu,  
sukarno  merasa, ini sudah keterlaluan. sesudah  menunggu hampir satu jam,  dengan tajam ia menyampaikan kepada protokol:  Apakah saya harus menunggu  lebih lama lagi,  jika  harus begitu, saya akan berangkat sekarang juga . Orang itu  
pucat mukanya dan berkata:  Saya mohon dengan sangat kiranya tuan dapat  
menunggu barang satu menit , dan dengan gugup ia berlari ke dalam. lalu   
keluarlah Eisenhower, dia tidak minta maaf.  
sukarno  menceritakan lalu  bahwa hanya Presiden Kennedy pada tahun   
1961 yang berjanji akan datang ke negara kita  di musim semi 1964.  Aku begitu  
gembira , kata sukarno ,  sehingga aku membentuk satu team arsitek dan  
insinyur untuk membangun Gedung Tamu Agung, siap menyambut kedatangannya,  
terletak dalam lingkungan pekarangan Istana .  
namun , kata sukarno , secara umum memang Amerika memperhatikan  
negara negara Asia yang terbelakang, sebab  dua alasan. Pertama, negara negara itu  
merupakan pasar yang baik untuk melemparkan barang  barang hasil industrinya.  
Kedua, Amerika takut negara negara itu menjadi komunis. Oleh sebab  itu, ia  
mencoba membeli kesetiaan negara negara ini  kepadanya, dengan  
membagi bagikan pinjaman ditambah   peringatan bahwa pinjaman tidak akan diteruskan  
lagi, kecuali si penerima pinjaman tetap  berkelakuan baik .  
Menanggapi sikap Amerika yang demikian itu, sukarno  mengutip ucapan Manuel  
Quezon dari Filipina yang mengatakan:  Lebih baik pergi ke neraka tanpa  
Amerika, dari pada pergi ke sorga bersama dia .  
Anthonie A.C. Dake yang anti Sukarno, mengatakan bahwa pertemuan 4 mata antara  
Sukarno dengan Perdana Menteri RRT, Chou Enlay, bulan Nopember 1964, sesudah   
RRT meledakkan bom atomnya yang pertama, negara kita  dijanjikan akan memperoleh   
Atom Device dalam tahun  1965. Kunjungan Menteri Luar Negeri Chen Yi ke negara kita   
sesudah pertemuan Nopember antara Sukarno dan Chou Enlay (di Shanghai, dalam  
perjalanan dari Korea Utara), juga membicarakan soal ini. Brigjen Hartono, Kepala  
Logistik Angkatan Darat, dikutip oleh Dake, mengatakan bahwa semuanya  
tergantung dari Sukarno, sebab  negara kita  sudah memiliki  ahli  ahli untuk  
memicu  atom. 
Bahkan dikatakannya dengan mengutip sumber kantor berita  Antara  bahwa 200 ahli  
negara kita  bekerja untuk memproduksi bom atom dan akan terjadi surprise pada 5  
Oktober 1965 (Hari Angkatan perang ).  
 Dake mengatakan mengutip dari  Indonesia Observer  23  
Desember 1964.  
Dikatakannya sebuah delegasi di bawah pimpinan Wu Heng, wakil ketua Komisi  
Atom RRT, tiba di Jakarta berunding dengan Prof. Soedjono Djuned Pusponegoro  
sebagai Menteri Riset Nasional. 
berdasar keterangan saksi  pendapat saya, cerita mengenai  bom atom dari RRT ini, bertentangan  dengan  
fakta  lain, di mana saya waktu itu sebagai Duta Besar negara kita  di Moskow,  
dipekerjakan  menandatangani atas nama Pemerintah Rl, Perjanjian Sedunia mengenai   
Non Proliferation Nuclear (tidak mengembang biakkan senjata nuklir).  
Jadi tuduhan Dake bahwa negara kita  akan mengadakan percobaan bom atom di pulau   8
Mentawai, 40) tidak benar, meski pun katanya persetujuan itu sudah  ikut  
ditandatangani oleh Prof. Soedjono.  
In the Spirit of the Red Benteng, hal. 335.  
 Ibid, hal. 328.  
Ini semua tujuannya untuk dijadikan dalih agar   Amerika Serikat segera bertindak  
terhadap Sukarno, sebab  rencana rencananya dianggap sudah terlalu berbahaya.  
Rencana penyelenggaraan Konperensi Asia Afrika kedua di Aljazair, bulan Juni 1965,  
juga dikacau oleh CIA, dimana bertepatan dengan saat saat persiapan akhir, tibatiba  
terjadi ledakan di gedung konperensi.  
Guy Pauker, yang dipercaya sebagai tokoh CIA, yaitu  orang Amerika yang di setiap  
peristiwa internasional penting selalu muncul, tepat waktu itu berada di Aljir dan  
memerlukan mengunjungi Ny Supeni, Duta Besar Keliling Rl yang waktu itu sudah  
berada di Aljir untuk ambil bagian dalam konperensi sebagai anggota delegasi Rl.  
Pauker mengatakan, keberadaannya di Aljir untuk memantau KAA II secara  
langsung, sebab  peristiwa ini penting bagi Amerika.
 Supeni Wanita Utusan Negara, hal. 220.  
sesudah  terjadi ledakan bom di gedung konperensi, Menteri Luar Negeri RRT, Chen  
Yi, yang memimpin delegasi negaranya dan sudah lebih awal tiba di Aljir, langsung  
mengusulkan agar   konperensi ditunda saja, sebab  katanya, mereka datang ke  
Aljazair bukan untuk dibunuh. Usul ini disetujui oleh Aljazair dan negara  negara  
Anggota   lainnya, yang lalu  disetujui juga  oleh 3 kepala Negara/Pemerintahan  
yang sedang menunggu di Kairo, yaitu Presiden Sukarno, Perdana Menteri Chou  
Enlay dan Presiden Gamal Abdel Nasser.  
jika  KAA II jadi dilangsungkan, Menteri Luar Negeri negara kita , Dr. soebandrio  , sudah  
siap dengan satu pengumuman yang akan disampaikan dalam konperensi itu, bahwa  
negara kita  memiliki  bukti adanya satu plot Amerika lnggeris akan mengadakan  
serangan militer terhadap negara kita . sebab  konperensi tidak jadi diadakan, oleh  
soebandrio   hanya diberikan interview kepada wartawan harian terbesar di Kairo,  
Al Ahram (dipimpin Heykal), mengenai rencana Amerika  lnggeris ini . Semenjak  
itu ketegangan makin terasa mencekam.  
Presiden Sukarno dalam pidatonya di depan rapat Panglima TNI Angkatan Darat  
seluruh negara kita  bertempat di Markas Besar GANEFO Senayan 28 Mei 1965, sudah  
memperingatkan kemungkinan yang bakal terjadi.  
la menunjuk kepada makin meningkatnya kegiatan Nekolim (Neo  
kolonialisme/imperialisme) untuk memukul mundur  revolusi negara kita , sambil  
memperingatkan bahwa dalam negeri pun sudah ada kaki  tangan yang mereka  
tanam. Beberapa bagian pidato itu kutipannya sebagai berikut:  
Kaum imperialis sejak mereka bisa mengadakan peacefull coexistence dengan  
Moskow, mereka memiliki  anggapan bahwa yang menjadi musuh bukan lagi  
Moskow, melainkan kita: Indonesia Revolution, Sesudah the Indonesia Revolution  
naik aktivitas dan gengsinya, bahkan sesudah revolusi negara kita  benar benar  
universal, suaranya memperoleh  resonansi di bangsa  bangsa lain.  
Sesudah mereka melihat bahwa negara kita  yaitu  salah satu pokok dalam kesatuan  
Asia Afrika, sesudah mereka melihat bahwa di dalam Dasa Warsa AA. (18 april 1965)  
negara kita  tidak tenggelam kedudukannya di dunia AA, malahan naik, malahan  
negara kita  oleh beberapa negara AA dianggap sebagai mercu suarnya, sesudah  
negara kita  menyarankan  agar agar   Konperensi AA II di Aljazair lekas diadakan,  
sesudah negara kita  mengambil inisiatif untuk mengadakan CONEFO (Conference of  
the New Emerging Forces) dan ternyata inisiatif negara kita  ini memperoleh  sambutan  
yang hebat dari negara negara AsiaAfrika, Amerika Latin dan negara negara komunis,  
sesudah itu maka pihak imperialis boleh dikatakan terbuka matanya dan  
mengatakan: Here in negara kita  lies the danger. Revolusi negara kita  ini harus  
di contain.  
dahulu  mereka mencoba menghancurkan revolusi komunis di Rusia, sebab  Sovyetlah  
yang pertama memberontak terhadap sistim kapitalisme dan sistim kolonial. Pada  
waktu itu segala usaha diadakan oleh mereka untuk menghancurkan Sovyet Uni.  
Ini in geuren en kleuren (panjang lebar) diceritakan oleh Leon Trotzky dalam bukunya  
 Mein Leben . Bagaimana Trotzky sendiri memimpin ketahanan terhadap gempuran  
dari lima jurusan. Trotzky sebagai Panglima Besar tentara Sovyet mondar mandir ke  
lima front itu dalam Markas Besarnya di gerbong Kereta Api.  
Sejak usaha itu gagal untuk menghancur lemburkan Sovyet Uni, mulailah mereka  
mengadakan international campaign terhadap komunis. Maka tiap usaha dari bangsa  
apa pun yang anti imperialis, dicap komunis.  
Bahkan Petrus Bloemberger dalam bukunya  De Communistische Beweging In  
Nederlandsch Indie , Dr. Cipto Mangunkusumo dan Ir. Sukarno juga dikatakan: Ze  
Zijn communisten   mereka komunis. Dan sampai sekarang masih saja  the  
communist danger in negara kita     
Baca bukunya Arnold Brackman, wartawan Amerika dahulu  tinggal di Jakarta dan kawin  
dengan noni Jakarta, bukunya tebal,  Communism in negara kita  , kita semua  
dikatakannya komunis, di samping PKI.  
Sebutan komunis itu bagi kita sudah oude koek (basi). Kita sebetulnya  sekedar  
mempertahankan tanahair kita, mempertahankan kemerdekaan kita dan  
mempertahankan revolusi kita. Oleh sebab  revolusi kita anti imperialisme, ; mereka  
sebut komunis. Dijual oleh mereka omongan bahwa negara kita  yang paling berbahaya,  
oleh sebab  negara kita  is going communist. Padahal tidak. negara kita  hanya ingin  
mempertahankan kemerdekaannya, hanya ingin menggabungkan semua tenaga anti  
imperialis di 3 dunia menjadi satu barisan yang berhasrat menentang imperialisme.  
sebab  revolusi kita dianggap sebagai yang paling berbahaya, enemy number one    
musuh nomor satu,  . maka segala usaha mereka sebetulnya  ditumpahkan kepada  
menghancurkan kita, revolusi kita. Itulah yang penting harus kita pahami. We are in  
the centre  kita berada di pusat aktivitas mereka untuk menghancurkan. Kita yang  
akan dihancurkan, dengan beragam  jalan.  
Panglima Angkatan Darat sudah disclose (menyingkap) bahwa ada plan yang nyata  
bisa dibuktikan zwart op wit dari mereka untok menghantam kita. Ada plan yang  
nyata en jullie moet het weten (kalian harus mengetahui ). Bukah sekedar plan yang nyata  
ada untuk mengadakan propaganda per radio dan surat kabar anti kita, tidak! Dan  
Jenderal Yani pun sudah berkata: Kita tidak gentar! jika ; mereka serang kita,  
sekaligus kita hancur leburkan Singapura. Ya, memang sebab  Singapura yaitu   
pokok, mile stone di dalam life line of imperialism.  
Sebetulnya selain plan plan itu, kita mengetahui  juga beragam  plan dari  
mereka untuk menghancurkan revolusi negara kita , Salah satu plan itu untuk  
membunuh beberapa pemimpin negara kita : Sukarno, Yani dan soebandrio  . Itu yang  
pertama  harus dibunuh, malah jika  bisa, sebelum Konperensi AA   II di  
Alzajair (April 1965).  
jika  tidak bisa, sesudah Konperensi di Aljazair, diadakan limited attack on  
negara kita  gempuran terbatas terhadap negara kita . Dan pada waktu itu sedang ada  
limited attack, maka seperti disebutkan dalam mereka memiliki  plan, kawan kawan  
mereka (di dalam negeri) akan bertindak membantu menggulingkan Sukarno, Yani  
dan soebandrio  .  
jika  ini gagal juga, mereka akan berikhtiar lain untuk menggulingkan Sukarno, Yani  
dan soebandrio  , yaitu membuka segala rahasia mereka terutama yang mengenai  
personal life (rahasia hidup pribadi), sehingga rakyat akan bertindak memberontak  
terhadap Sukarno, Yani dan soebandrio  .  
Kita mengetahui :  They are preparing an attack of negara kita . They are going to try to  
kill Sukarno, Yani and soebandrio  . They are going to make a limited attack on  
negara kita . They have the* friends here    mereka mempersiapkan serangan terhadap  
negara kita . Mereka mencoba hendak membunuh Sukarno, Yani dan soebandrio  .  
Mereka akan melakukan serangan terbatas terhadap negara kita . Dan mereka  
memiliki  teman teman di sini    
Demikian kutipan sebagian dari isi pidato sukarno  yang rekamannya sesudah   
ditranskrip terdiri dari 14 halaman folio tik tikan (2 spasi).  
Apa yang diuraikan oleh sukarno , ada kemiripannya dengan manuscript  manuscript   
State Department dan CIA yang diumumkan di Amerika dan dikutip oleh berbagai  
peneliti sejarah seperti Prof. Peter Dale Scott dan Gabriel Kolko yang sudah dicatat  
di atas.  
Dengan memperhatikan pidato sukarno  di depan rapat Panglima Angkatan Darat  
seluruh negara kita  28 Mei 1965, dipérkuat oleh manuscript  manuscript  State Department  
dan CIA yang diumumkan di Amerika dan  proses di pengadilan yang mengadili  
tokoh  G30S/PKI, membantu kita memahami konstatasi sukarno  mengenai   
terjadinya G30S/PKI dalam pidato  Pelengkap Nawaksara  yang disampaikan kepada  
MPRS pada 10 Januari 1967 yang mengatakan bahwa berdasarkan penyelidikannya  
yang seksama, peristiwa G30S/PKI itu dimuncul kan oleh pertemuannya 3 sebab:  
1. Kebelingernya pemimpin pemimpin PKI.  
2. Kelihaian subversi Nekolim.  
3. Memang adanya oknum oknum yang tidak benar.  Namun jauh sebelum sukarno  mengucapkan pidatonya itu, Wakil Perdana  
Menteri/Menteri Luar Negeri Dr. soebandrio   yang juga Kepala Badan Pusat Inteligen  
(BPI) dan sebab nya tentu lebih banyak mengetahui  detail situasi dari laporan laporan  
Intel, pada tanggai 3 Januari 1965 dalam resepsi peringatan harian  Duta Masyarakat   
sudah menyatakan bahwa tahun  1965, memang merupakan tahun  gawat. Gawat  
bukan saja sebab  kaum Nekolim terus menambah gencarnya sorangan dan  
rongrongan terhadap revolusi negara kita  namun  juga berbagai macam hal lainnya,  
sebagai akibat keluarnya negara kita  dari keanggotaan PBB, sebab  PBB menjadi   
 Malaysia  anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang dilawan   keras oleh  
negara kita .  
tahun  1965 juga gawat sebab  kita dalam tahun  ini akan berusaha memperbaiki  
perekonomian kita, sedang  kaum Nekolim sudah. pasti tidak senang terhadap  
perbaikan ekonomi negara kita  itu dan akan terus menghalang halanginya.  
Dikatakannya juga bahwa tahun  1965 yaitu  tahun  kristalisasi dari  
kekuatan kekuatan dalam revolusi negara kita .  Jangan terkejut jika  saya katakan  
bahwa mungkin dalam tahun  1965 ini kawan kawan seperjuangan kita dengan terpaksa  ada  
yang rontok dan kita tinggalkan, sebab  tidak lagi dapat mengikuti jalannya revolusi.  
Untuk meninggalkan kawan kawan yang tadinya merupakan kawan kawan  
seperjuangan itu, memang hati kita menangis, namun  hal itu dengan terpaksa  kita lakukan, demi  
keselamatan revolusi kita , kata soebandrio  .  
Mengenai usaha Pemerintah untuk memperbaiki kondisi  ekonomi dikatakannya  
selain usaha kaum Nekolim merongrong, juga dari kalangan bangsa kita sendiri ada  
tanda  ke arah itu. Pada saat ini tidak saja ada multimilyuner, namun  sudah  
terdengar juga  adanya rnulti milyarder yang hanya memakai  ludah, lidah dan  
dengkul sebagai modalnya.  
Dr soebandrio   kemudian divonis hukuman mati oleh MAHMILLUB, namun   
lalu  dirubah menjadi hukuman seumur hidup.  
Juga Menteri Penerangan Achmadi dalam sambutannya mengatakan bahwa bagi  
revolusi negara kita , tahun  1965 yaitu  tahun  to be or not to be, sebab negara kita   
berhadapan dengan kaum Nekolim yang merongrong kita. Rongrongan itu tidak saja  
dari luar, namun  sudah di dalam tubuh kita sendiri, sebab sadar atau tidak, di tengah   
tengah kita ada saudara saudara yang ikut dan  membantu rongrongan kaum  
Nekolim itu.
 Berita negara kita  , Jakarta, 5 Januari 1965.  
Juga Achmadi divonis 10 tahun  penjara.  
Kecurigaan sukarno  atas keterlibatan CIA di negara kita , memuncak pada bulan  
Juni 1965, sesudah  menerima pemberitahuan  dari Washington bahwa Marshall Green  
diangkat menjadi Duta Besar AS yang baru untu k negara kita , menggantikan Howard  
Jones yang sudah 7 tahun  bekerja  .  
Pers negara kita  diinstruksikannya melalui ketua umum PWI Pusat, A. Karim DP,  
agar   menggerakkan public opinion untuk menolak kehadiran Marshall Green. Bung  
Karno mengatakan, sudah mempelajari riwayat hidup ; Marshall Green yang berperanserta   
dalam penggulingan Perdana Menteri Mohammed Mossadegh dari Iran yang  
menasionalisasi perusahaan minyak Abadan pada tahun  1956 Juga ia yang berperanserta   
dalam penggulingan Presiden Syngman Rhee di Korea Selatan pada tahun  1960.  
namun  instruksi sukarno  ini dilawan   oleh soebandrio   dan berusaha membujuk Bung  
Karno agar   melunakkan sikapnya dan jangan menolak Marshall Green, sebab  ia  
khawatir akibatnya yang tidak bisa terduga, contohnya  Armada ke VII AS tiba tiba  
menampakkan diri di Teluk Jakarta.  
Akhirnya sukarno  mengalah, namun  sikapnya tetap tidak sreg dengan kehadiran  
Marshall Green di negara kita . Howard Jones juga ikut mendesak sukarno  agar    
tidak menolak Marshall Green.  
Gabriel Kolko mengungkapkan adanya sebuah laporan dari Duta Besar Howard Jones  
di Jakarta kepada Gedung Putih yang diterima tanggal 3 Juni 1964 pukul 09.20 waktu  
Washington, menjelaskan adanya pembicaraan antara Duta Besar Jones dengan  
Jendral A.H. Nasution selama 1 jam 10 menit. Jones mula mula mengatakan bahwa  
ia datang membawa bawa  semangat yang bersahabat dengan negara kita , namun  katanya, ia  melihat badai sedang nampak di cakrawala dan oleh sebab nya baik diperhatikan  
peribahasa lama: Secercah persiapan pencegahan lebih baik dari mengharapkan  
sekali penyembuhan.  
43) Gabriel Kolko: manuscript  manuscript  State Department dan CIA  
mengenai debat mengenai  peran  Amerika Serikat di lndonesia 1965,  
13 Agustus 1990   mengutip dari copy Lyndon B. Johnson Library.  
Nasution mendengarkan dengan sabar selama setengah jam uraian Jones mengenai   
situasi ekonomi negara kita  yang sangat kritis. Situasi akan menjadi lebih serius  
jika pembicaraan Bangkok (mengenai sengketa Rl dengan Malaysia), gagal.  
kondisi  yang demikian  akan berkembang menguntungkan PKI dengan me  ngambil  
langkah langkah yang bisa berakibat putusnya hubungan negara kita  dengan  Dunia  
Bebas , tèrutama Amerika.  
Jones mengingatkan kepada Nasution bahwa bantuan kepada negara kita  akan  
dengan terpaksa  dihentikan dan kewajiban  kewajiban Amerika terhadap Pakta ANZUS  
{Australia, New Zealand dan Amerika Serikat) akan diberlakukan, jika  Australia dan  
Selandia Baru terlibat di dalamnya.  
Nasution menjawab bahwa ia membenarkan analisa  itu sebab  ia juga menilai  
kondisi  dalam dan luar negeri sangat gawat. Ia ingatkan bahwa beberapa bulan lalu  
ia sudah  menyatakan pandangannya yang sangat pesimistis mengenai  masalah  
Malaysia dan kemungkinan bahwa pembicaraan di Manila dan Tokyo tidak bisa  
menyelesaikan masalahnya. Ia mengakui dengan jujur bahwa konfrontasi dengan  
Malaysia, menyakitkan.  
Jones mengatakan bahwa ia sampai kepada satu hasil penelitian :  sebab  tidak ada  
penyelesaian politik (mengenai Malaysia), militer negara kita  bertekad melanjutkan  
konfrontasi, namun  dengan hati hati akan mencegah eskalasi menjadi sengketa besar.  
Bagaimana pun akan diusahakan lewat penyelesaian politik. Nasution setidaknya  
sadar akan bahaya komunis dan sebab nya mementingkan pembinaan ke dalam,  
agar militer negara kita  sudah siap jika  tantangan datang. Tentara negara kita   
dipercaya, masih anti kominis. Meski pun demikian, ia menghindari dengan keras  
mengenai  kemungkinan tentara ambil alih kekuasaan, sekali pun masalah ini sudah  
menjadi issue .  
Jones menganggap pembicaraan ini konstruktif dan tidak pernah sekali pun Nasution  
menyatakan permintaan bantuan, jika  krisis datang.   Saya rencanakan , kata Jones,  untuk menghubungi lain lain Jenderal dan yang  
pertama dengan Jenderal Yani   
Jones melaporkan bahwa, Nasution menyatakan kepada saya, kata laporan Jones,  
 secara rahasia Angkatan Darat sedang mengembangkan suatu rencana  
istimewa untuk mengambil alih kekuasasn, yaitu pada saat Sukarno turun .  
Catatan lain dari H. W. Brands (The Journal of American History) mengatakan, 2  
minggu lalu  Jones bertemu lagi dengan Nasution yang mempercayakan  kepadanya  
bahwa militer negara kita  tetap pro Amerika dan anti PKI.  
Jones melaporkan juga bahwa dalam satu pertemuan seorang stafnya dengan  
Jenderal Parman, ia sudah  mendiskusikan suatu rencana dengannya. Dikatakan,  
sekali pun sudah ada rencana sehubungan dengan era post Sukarno, sentimen kuat  
memang tumbuh di antara golongan penting pimpinan puncak tentara, untuk ambil  
alih kekuasaan sebelum Sukarno meninggal. Kapan hal ini terjadi, tergantung dari  
perkembangan beberapa minggu mendatang. Tekanan tekanan yang saling  
bertentangan  tumbuh dengan cepat dan berdasar keterangan saksi  pendapat Parman, Angkatan Darat  
mungkin akan mengambil tindakan dalam waktu 30 sampai 60 hari, untuk  
menghalangi kegiatan PKI.  
Kaum komunis sedang membangun kekuatan para militer dan mulai mempersenjatai  
kekuatan itu. Inte I tentara sudah  mengetahui  lokasinya dan merencanakan sesuatu  
untuk menjalankan isolasi segera terhadap pusat kekuatan itu, jika  detik detik  
bertindak sudah tiba.  
namun  dikatakan, tidak ada sentimen di antara kepemimpinan militer untuk bergerak  
terhadap Sukarno. jika  tentara bergerak, mungkin melakukan fait a acompli, coup  
akan dilakukan sedemikian rupa untuk mempertahankan kepemimpinan Sukarno.  
Mereka yang mengeritik kepemimpinan Sukarno sekali pun,  berpendapat bahwa  
tidak ada kemungkinan akan berhasilnya sesuatu coup terhadap Sukarno. Ia masih  
dicintai oleh rakyat.  
Demikian laporan Jones yang disampaikan ke Gedung Putih di Washington pada  
tanggal 3 Juni 1964.  
Jones menyatakan kesannya:  Dalam pembicaraan itu Nasution menyadari, bahwa ia  
tidak perlu terkejut, oleh pandangan yang saya kemukakan kepadanya .  
berdasar keterangan saksi  buku  negara kita  Crisis and Transformation 1965  1868  yang ditulis oleh  
Marshall Green sesudah ia bekerja   sebagai Duta Besar AS di Jakarta,44) rasa anti  
Amerika yang dikobarkan oleh Sukarno mencapai puncaknya pada bulan Mei 1965.  
Sebelumnya, pada awal tahun  1965, Rl menyatakan keluar dari keanggotaan PBB.  
Selain itu negara kita  juga makin dekat dengan RRT, Korea Utara dan Vietnam Utara.  
Di luar negeri Sukarno juga sedang hebat hebatnya meng  galang persatuan  
negaranegara berkembang Asia dan Afrika guna menentang kaum imperialis.  
 Ringkasan dan resensi buku itu dimuat dalam harian  Suara  
Pembaruan  Jakarta berturut turut tanggal 15, 16, 17 dan 18 Juni 1991  
yang ditulis oleh wartawannya di Amerika Albert Kuhon. lalu   
terjemahan buku itu dalam bahasa negara kita  diterbitkan oleh  Grafiti .  
Jakarta, 1992.  
Di dalam negeri, Sukarno menolak bantuan Amerika yang disalurkan lewat program  
USAID (United State Aid), dan  mengisyaratkan kemungkinan pengambil alihan  
perusahaan Amerika Serikat seperti Calltex, Stanvac, Good Year dan Union Carbide.  
Pada saat saat seperti itulah Marshall Green ditawari jabatan Duta Besar di  
negara kita , menggantikan Howard Jones yang pensiun. Waktu itu ia menjabat Deputy  
Asisten Menteri luar negeri AS untuk Wilayah Timur Jauh, mendampingi sahabatnya  
sejak kecil, William Bundy, yang menjabat Asisten Menteri Luar Negeri untuk wilayah  
Tirnur Jauh. .  
Waktu itu Presiden Amerika Serikat dijabat oleh Lyndon Johnson. Dalam banyak hal  
langkah Duta Besar Howard Jones dinilai terlalu membela Sukarno. Bahkan  
hubungan Jones dengan Sukarno dianggap terlalu dekat, sehingga menutupi  
buruknya hubungan antara Rl dengan Pemerintah AS. Jones juga  yang membujuk  
Sukarno agar bersedia menerima Marshall Green sebagai Duta Besar AS untuk  
negara kita . Walau pun saat  itu Sukarno tegas  tegas mengatakan kepada pers  
bahwa Green yang dicalonkan menggantikan Jones, bukan NEFOS (New Emerging  
Forces), bahkan disebutnya Green yaitu  tokoh yang amat dekat dengan CIA.  
sesudah  ada isyarat bisa diterima oleh Jakarta, maka Marshall Green diambil  
sumpahnya di Gedung Putih sebagai Duta Besar, pada tanggal 11 Juni 1965.  
Marshall Green dan Lisa, istrinya, dan  putera bungsu mereka Grampton (14),  
berangkat ke Jakarta 13 Juli 1965. Mereka terbang melalui Honolulu dan Hongkong.  
Wakil Dubes AS di Jakarta, Frank Gilbraith, saat  itu mengirim kabar ke  
Washington, agar keberangkatan Green ditunda. Situasi agak keruh sebab  di Jakarta  
sedang berlangsung demonstrasi besar  besaran menentang kehadiran Marshall  
Green. Kabar itu diterima oleh Green di perjalanan. Akibatnya, Green rnenunggu  
sekitar seminggu di Hongkong, baru lalu  melanjutkan perjalanan ke Jakarta.  
Mereka beruntung sebab  pesawatnya tertunda lagi di Singapura selama 2 jam.  
Pesawat ini  baru tiba di Jakarta larut tengah malam  dan para demonstran yang  
menunggunya sudah menghilang. Bandar Udara saat  itu dijaga ketat, rombongan  
Marshall Green dikawal sampai rumah  Duta Besar AS di daerah Menteng.  
Poster poster, menentang kehadiran Green masih tampak di berbagai tempat dalam  
perjalanan dari Bandar Udara Kemayoran ke tempat rumah nya di Jakarta Pusat  
rumah nya di Jakarta Pusat.  
Sebagai layaknya pendatang baru, Green mengunjungi 3 Menteri untuk berkenalan,  
yaitu Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Dr. soebandrio  , Menteri Koordinator  
Pertahanan/Keamanan Jenderal A.H. Nasution dan Menteri Negara Adam Malik.  
Green menilai soebandrio   sebagai pelaksana politik yang cerdik dan merasa  
berpeluang besar menggantikan Presiden Sukarno. Jenderal Nasution dicatatnya  
sebagai pejuang yang menentang komunisme. Sedang Adam Malik merupakan  
politisi dan diplomat pendukung Sukarno, namun melihat betapa PKI  
menyelewengkan semua keputusan dan pendapat Sukarno.  
Marshall Green menuturkan betapa Duta Besar Jepang di Jakarta, Shizo Saito  
memiliki  jalur khusus ke Istana Merdeka, berkat bantuan Dewi, istri (wanita  
Jepang) ketiga Sukarno, Saito sempat membantu Green pada awal penugasannya  
sebagai Duta Besar AS di negara kita .  
Tulis Green: Setidaknya ada beberapa kesan yang menggores sangat dalam ke  
hatinya. Pertama, waktu ia membacakan dan menyerahkan Surat Kepercayaan dari  
Presiden AS kepada Presiden Sukarno dalam upacara resmi di Istana Merdeka 26  
Juli 1965, lima hari sesudah  rombongannya tiba di Jakarta. Sukarno dalam pidato  
sambutannya menyerang kebijaksanaan politik luar negeri Pemerintah  
AS, sehingga ia merasa amat tersinggung. sebetulnya  ia ingin meninggalkan begitu  
saja upacara itu, namun  tak berani melakukannya, sebab  takut dikenai persona non  
grata.  
Green secara diplomatis membalas dengan menggoda Ny. Supeni, seorang pejabat  
tinggi Departemen Luar Negeri Rl yang hadir pula  dalam upacara itu. Dubes Green  
mengatakan betapa Ny. Supeni yang mengenakan kebaya hijau itu (green) memiliki  
daya tarik yang sangat hebat, sehingga ia tak sempat menangkap kalimat kalimat  
terakhir yang diucapkan oleh Sukarno. Maksudnya, bagian yang menyerang  
kebijaksanaan luar negeri AS. Godaan itu diucapkan dengan suara yang sangat  
keras, sehingga tertangkap oleh mikrofon dan terdengar oleh seluruh hadir pula in. Tentu  
saja suasana jadi tegang.  
Tindakan Green ini ternyata berbuntut. Beberapa jam lalu , ribuan demonstran  
berkumpul di dekat rumah  Duta Besar Green. Wakil demonstran yang diterima  
oleh Green mengemukakan banyak hal mengenai imperialise Amerika Serikat, CIA  
dan berbagai hal lainnya yang mengecam Amerika Serikat.  
Kesan kedua yang diterima oleh Green dari Sukarno yaitu  betapa seringnya ia  
dikata katai sebagai orang yang menolak sebutan sebagai Marshall of Air Force  
(Marsekal Udara). sebab nya Sukarno di hadapan orang banyak beberapa kali  
menyebut Green sebagai Marshall of CIA (Marsekal Intelligen AS).  
Bulan September 1965, hubungan Rl dengan beberapa negara tertentu memburuk,  
terutama dengan AS. Green segera mengirim telegram kepada Menteri Luar Negeri  
Dean Rusk di Washington meminta, agar   menyampaikan ultimatum kepada  
negara kita . Isi ultimatum dirancang oleh Green sendiri. Bunyinya: Segala bentuk  
pengrusakan terhadap harta diplomatik dan konsuler AS, akan memicu   
ditutupnya Konsulat Jenderal Rl di New York dan  tempat tempat lainnya di Amerika  
Serikat. Green sengaja menekankan penutupan Konsulat Jenderal Rl di New York,  
sebab  ia mengetahui , Menlu soebandrio   dan sebagian besar anggota Kabinet negara kita   
saat  itu, mengharapkan peranserta  khusus Konjen Rl di New York dalam bidang  
keuangan. Ultimatum yang diharapkan, didapat dari Washington dalam waktu kurang  
dari 24 jam. Green menyampaikannya kepada Dr. soebandrio   tanggal 13 September  
1965.  
Ternyata soebandrio   tidak marah menerima ultimatum itu. Bahkan menanyakan  
hal hal apa yang bisa dibantu oleh Pemerintah negara kita .  
Sejak itu tidak pernah ada lagi demonstrasi terhadap Kedutaan AS sampai akhir  
1965.  
Menyinggung peristiwa G30S/PKI, analisa  pertama dari Kedutaan Besar AS di  
Jakarta mengatakan, pergerakan  itu dilakukan oleh PKI sebab  khawatir mengenai  
kesehatan Sukarno yang memburuk. sebab nya, PKI buru buru bertindak menghabisi  
lawan nya di lingkungan Angkatan Darat, selama Sukarno masih bisa  
melindungi PKI. Jika Sukarno harus turun dari kepemimpinan negara, PKI berasumsi  
bahwa Angkatan Darat tak memiliki  lagi kesempatan untuk menyaingi komunis.  
analisa  kedua dari pihak Kedutaan Besar, yaitu  kecurigaan mereka terhadap peranserta   
Sukarno dalam coup d'état. Green menyatakan, kecurigaan itu antara lain disambungkan  
oleh munculnya Sukarno di Halim Perdanakusumah, di mana berada para perencana  
coup d'état. Green menambahkan, keterlibatan Sukarno dalam pembunuhan para  
perwira tinggi AD, dimungkinkan sebab  merekalah yang sejauh ini menghalangi  
Sukarno mencapai tujuan NASAKOM.  
analisa  ke tiga, berdasar keterangan saksi  Green, yang lebih dicurigai lagi yaitu  pihak Cina Komunis.  Pihak Cina mengetahui  daftar nama para Jenderal yang terbunuh pada pukul 11 siang 1  
Oktober 1965, satu jam sebelum daftar itu diumumkan di Jakarta. Dalam daftar yang  
diperoleh Cina, ada  nama Jenderal A.H. Nasution sebagai yang terbunuh,  
sehingga muncul dugaan daftar Jenderal yang akan dijadikan sasaran, sebetulnya   
sudah ada di tangan pihak Cina sebelum G30S/PKI meletus.  
Dua hari sesudah  Marshall Green kembali dari Washington berkonsultasi dengan  
Presiden Lyndon Johnson, wakil Presiden Hubert Humprey dan  Menlu Dean Rusk,  
tepatnya 7 Maret 1966, Presiden Sukarno berpidato di muka umum yang menyatakan  
Marshall Green akan di usir dari negara kita . Tanggal 8 Maret 1966, kedutaan Besar  
AS di jalan Merdeka Selatan diserbu demonstran yang pro Sukarno.  
Dikatakan oleh Green, International Governmental Group on negara kita  (IGGI)  
merupakan realisasi dari rencana Deputy Asisten Menteri Luar Negeri AS, Robert  
Barnett pada awal tahun  1966.  
Dalam resepsi memperkenalkan bukunya  negara kita  Crisis and Transformation  
1965 1968  di Gedung Asia Society Washington awal Juni 1991, Marshall Green  
mengatakan bahwa tujuannya menulis buku itu, terang terangan ia sebutkan untuk  
membantah tuduhan sebagian pihak mengenai keterlibatan AS dalam pembantaian  
kaum komunis di negara kita .  Amerika sama sekali tidak ikut campur dalam soal itu.  
negara kita  menyelesaikan kemelutnya dengan kemampuannya sendiri , kata Green.  
Marshall Green menunjukkan ketersinggungannya sebab  dituduh sebagai pihak yang  
bekerja untuk CIA. namun  sebaliknya dalam kata sambutan di bagian awal buku karya  
Green itu, seorang rekan sejak kecilnya yang lalu  menjadi atasan Green,  
Asisten Menlu AS, William P. Bundy, mengakui bahwa Green pernah  bekerja di  
lingkungan CIA.  
Wartawan  Suara Pembaruan   menutup resensinya sehubungan dengan apa yang  
dituliskan dalam buku itu, Green sama sekali tidak menyebut nama George Benson.  
Disekitar meletusnya G30S/PKI tahun  1965, Benson yaitu  seorang atase di  
lingkungan Kedutaan Besar AS yang memiliki  hubungan khusus dengan beberapa  
tokoh militer negara kita . Green cuma hanya sekedar  mengatakan, salah seorang atasenya yang  bernama Willis Ethel, memiliki  hubungan istimewa dengan ajudan Jenderal A.H.  
Nasution.  
Buku Green ini bisa menjadi pelengkap khazanah sejarah negara kita , namun  tentu saja  
diperlukan kepastian akan kebenaran dan keruntutan urainnya, kata Albert Kuhon  
(Wartawan  Suara Pembaruan ), menutup tulisannya.  
Apa yang dikutip di sini hanya bagian bagian yang terpenting saja.  
Pengakuan Marshall Green di atas, membuktikan betapa beralasannya kecurigaan  
sukarno  bahwa Amerika memang campur tangan mengenai persoalan dalam  
negeri negara kita  dengan tujuan akhirnya menggulingkan Presiden Sukarno yang  
terlalu anti imperialisme dan kapitalisme yang justru menjadi strategi dasar politik  
global Amerika Serikat.  
sukarno  yang tadinya sudah bulat sikapnya menolak kehadiran Marshall Green,  
lalu  merubah sendiri sikap itu sesudah  dicairkan oleh soebandrio  . Memang  
dilalu  hari memicu  pertanyaan juga, apa yang tersembunyi di balik peranserta   
soebandrio   itu, yang sangat kuat mendesak sukarno  agar   jangan. menolak  
Marshall Green,   
Kelemahan sukarno , sebab  ia sendiri ambivalent (mendua) dalam sikapnya,  
biasanya  orang  yang bernaung di bawah bintang Gemini, dan  
masih berpikir dapat merubah sikap agresif Amerika Serikat, jika saja ia memberikan  
konsesi. Padahal konsesi itu terbukti tidak menolong apa apa.  
Cerita mengenai  penerbang Amerika, Allan Pope yang disewa oleh kaum pemberontak  
PRRI/PERMESTA dan dalam satu kali serangan saja sudah mernbunuh 700 rakyat di  
Ambon, akhirnya di ampuni oleh sukarno  dengan memakai  hak  
prerogatipnya sebagai Presiden, meski pun dengan imbalan yang tidak seimbang  
dengan subversi AS di negara kita , yaitu  sebuah contoh. Juga kemurahan hati Bung  
Karno ini, sama sekali tidak merubah politik Amerika Serikat terhadap negara kita .  
Tentu maksud sukarno  hendak menunjukkan bahwa ia ingin nunjukkan bahwa ia  
ingin bersahabat dengan Amerika, tanpa memahami lebih jauh strategi politik  
Amerika yang justru hendak meruntuhkan kepemimpinannya.  
Ada baiknya kita kaji kembali kisah kebaikan hati sukarno  menyelesaikan masalah   
Allan Pope.  
 Di satu pagi hari Minggu bulan April 1958  kata sukarno , penerbang Amerika,  
Allan Pope, yang disewa oleh kaum pemberontak PRRI/PERMESTA, melakukan  
serangan terhadap pulau  Ambon, menyerang sebuah Gereja dan gedung itu hancur,  
yang di dalamnya jama'at sedang melakukan kebaktian dan terbunuh semua. Juga  
ditenggelamkannya sebuah kapal Republik dan semua awak kapal mengalami nasib  
yang malang. Serangan pagi itu sudah  membunuh 700 rakyat yang tak berdosa.  
Prajurit prajurit kita yang memakai  meriam penangkis serangan udara yang  
sudah tua menembak jatuh pesawat B 25 dan penerbangnya, Allan Pope, jatuh di  
pohon kelapa. Sebelah kaki dan tulang pahanya patah. Ia harus bersyukur sebab   
jiwanya diselamatkan oleh Republik, ia diangkut ke rumah sakit.  
sukarno  menanyakan kepada Duta Besar Amerika Serikat, mengapa penerbang  
itu memerangi kami,   
Jawab sang Duta Besar:  Oleh sebab  dia dengar tuan komunis dan dia hendak  
menyumbangkan tenaga dalam perjuangan melawan komunisme .  
Surat surat Pope yang ditemukan di tempat dia jatuh, menyatakan bahwa ia seorang  
penerbang yang diberi ijin untuk angkutan udara sipil dengan menjelaskan haknya  
untuk memakai  lapangan terbang Clark di pangkalan Amerika dekat Manila.  
sukarno  percaya , Allan Pope seorang agen CIA, meski pun tidak ditemukan bukti  
yang tertulis. Tentu ia tidak ; sebodoh itu untuk membawa bawa  bukti bukti yang dapat  
memberatkan dirinya.  
Di setiap negara yang baru berkembang, orang akan melihat agen agen Amerika  
banyak berkeliaran. Kami pun melihat mereka berkeliaran di Jakarta, kata Bung  
Karno.  
Isteri Allan Pope, bekas pramugari pada perusahaan penerbangan PAN American  
Airways datang kepada sukarno  dan menerimanya Dia menangis mencurahkan,  
seluruh kesedihannya dan memohon agar   suaminya diampuni. sukarno  tidak  
dapat memandangi air mata seorang wanita , sekali pun dia seorang asing.  
lalu  ibu dan saudara wanita nya juga datang dengan sedu sedan yang  
melebihi dari perasaan yang dapat ditahankan oleh sukarno .  
Saat itu Allan Pope sudah keluar dari rumah sakit sesudah  dokter  dokter negara kita   
menyelamatkan jiwanya tanpa memotong kakinya. Ia sedang berada dalam tahanan  
rumah menunggu pemindahannya ke penjara tentara untuk dihukum mati.  
namun  sukarno  menyampaikan kepadanya:  Atas kemurahan hati Presiden  
Republik Indonesia  , engkau diberi ampun. Putusan ini dilakukan secara diam diam.  
Saya tidak menghendaki propaganda mengenai hal ini. Pergilah dan sembunyikan  
dirimu di Amerika Serikat dengan diamdiam. Jangan bikin cerita cerita sensasi di  
surat surat dan sembunyikan dirimu di Amerika Serikat dengan diam diam. Jangan  
bikin cerita cerita sensasi di surat surat kabar. Jangan buat pernyataan pernyataan.  
pulang lah, sembunyikan dirimu, kami akan melupakan semua yang sudah  terjadi .
sukarno  Penyambung Lidah Rakyat negara kita , hal. 400 402  
Begitu besar kemurahan hati sukarno , sampai sampai ia memakai  hak  
prerogatipnya mengampuni agen CIA yang sudah  membunuh ratusan mungkin ribuan  
rakyat negara kita  dan menenggelamkan banyak kapal Republik.  
Tergerakkah hati Pemerintah Amerika Serikat untuk membalas budi baik sukarno   
dengan menghentikan subversinya di negara kita ,  Tidak! Justru Amerika meningkatkan  
kegiatannya hendak menggulingkan sukarno .  
Namun cukup   mengejutkan pengakuan Ladislav Bittman, bekas kepala Departemen  
VIII Dinas Intelligen Cekoslowakia dalam bukunya  The Deception Game   permainan  
curang yang lalu  disadur ke dalam bahasa negara kita  oleh Oejeng Soewargana.  
46) Digambarkannya bahwa Dinas Intelligen Cekoslowakia dan KGB (Dinas Intelligen  
Uni Sovyet), pada saat  saat pengganyangan Amerika di negara kita , nimbrung  
memancing di air keruh.  
46) Diterbitkan oleh PT. Tjandrasertamerta , Jakarta, 1973.  
Pengakuan itu mengatakan, Mayor Louda seorang perwira senior intel Ceko yang  
beroperasi di negara kita , menyampaikan manuscript  manuscript  palsu kepada  
pejabatpejabat negara kita , pimpinan partai partai politik dan pers, yang langsung  
memper  cayainya. Adegan dimulai dengan menyampaikan informasi  palsu kepada  
Duta Besar Rl di Praha (yang tidak disebut namanya), mengenai apa yang  
dinamakannya  Operasi Palmer . Sang Duta Besar yang katanya juga seorang  
perwira intelligen BPI (Badan Pusat Intelligen), percaya kepada informasi  itu dan  
meneruskannya ke Jakarta, sebab  memang pesan Mayor Louda, harus diketahui   
oleh soebandrio   dan sukarno .  
Akibatnya, bukan Bill Palmer saja yang menghadapi kesulitan, juga  Peace Corps   
Amerika yang banyak melatih di bidang olah raga, dituduh menjadi mata mata CIA,  
diusir dàri negara kita .  
Pada akhir bulan Maret 1965, Presiden Lyndon B. Johnson mengirim wakil khusus ke  
negara kita , Ellsworth Bunker, untuk mengusahakan peredaan ketegangan antara  
Amerika dengan negara kita . Misi Bunker gagal dan sesudah ia pulang , permusuhan  
terhadap AS makin menjadi jadi.  
Pada bulan April 1965 datang di Jakarta seorang Armenia yang tinggi langsing,  
dengan rambut dan kumis yang sudah mulai ubanan, sikapnya aristokratis dan tidak  
banyak menarik perhatian orang. Padahal dia sebetulnya  Jenderal Agayant, kepala  
Departemen Berita berita Palsu KGB yang bekerja sama dengan Dinas Rahasia  
Cekoslowakia. Dia merasa puas melihat hasil  hasil yang dicapai oleh  Operasi  
Palmer . Hasilnya, hubungan negara kita  Amerika sudah  mencapai taraf yang sangat  
kritis.  
Tanpa takut kemungkinan akan diketahui  bahwa sumber kampanye anti Amerika  
didapat dari Dinas Berita Palsu Blok Sovyet, Jenderal Agayant memerintahkan siaran  
luar negeri Radio Moskow yang ditujukan ke negara kita , meningkatkan  
siaran siarannya dengan keterangan  keterangan  yang sebelumnya sudah terbukti sangat  
berhasil. Salah satu keterangan  yang disiarkan 3 Juni 1965, merupakan contoh yang  
dinilai baik.  
Kutipannya sebagai berikut:  
 Pendengar pendengar yang terhormat! Anda tentu banyak mengetahui  mengenai   
kegiatan keg atan subversif yang dilakukan oleh United States Intelligence Agency  
(Dinas Intelligen AS). beberapa  besar agen agen rahasianya ditempatkan di seluruh  
dunia Dalam mempekerjakan agen agen yang dapat digambarkan  sebagai  
 pembunuh pembunuh tersembunyi  (the knights of cloak and dagger), ahli ahli  
subversi Amerika Serikat mengarahkan perhatian khusus mereka ke negara negara  
Asia dan Afrika. Mereka sedang berusaha keras untuk mengubah suasana politik di  
negara negara ini  dengan subversi.  
Sebagai biasa, agen agen rahasia CIA memperoleh  dukungan pasukan pasukan AS di  
seluruh duriia. Hal ini dapat dibuktikan dengan kejahatan kejahatan AS di Vietnam,  
Laos dan Konggo.  
sudah  diketahui , bahwa sejak lama CIA merencanakan kejahatan  kejahatan yang  
sama di negara kita . Belum lama berselang seorang agen rahasia CIA yang  
kerkemuka, Bill Palmer, sudah  tertangkap basah. Ia mengatur sebuah jaringan  
komplotan baru Palmer yaitu  seorang agen rahasia kawakan la menyamar sebagai  
wakil dari AMPAI (American Motion Picture Association in negara kita ). Selama 19  
tahun  ia melakukan kegiatan kegiatan subversi di negara kita . berdasar keterangan saksi  berita berita  
pers, Palmer memelihara hubungan hubungan yang luas di negara kita  la  
memakai  dana yang di sediakan oleh CIA dan iuran yang dikumpulkan dari  
pemutaran film film Amerika di negara kita , yaitu film film yang mempropagandakan  
imperialisme dan aspek aspek penghidupan Amerika, untok menyogok agen agen  
rahasia negara kita  dan Amerika dan untuk membiayai unsur unsur anti revolusioner  
yang merencanakan komplotan komplotan.  
misi  Palmer yang paling penting ialah merencanakan pemberontakan   
pemberontakan di negara kita  antara tabun 1957 dan 1959, yang memicu   
hilangnya banyak harta benda dan ribuan jiwa orang negara kita   
Palmer sudah  mengadakan kontak dengan pemimpin pemimpin pemberontak seperti  
Simbolon, Kawilarang dan lain lain di Bungalawnya di Puncak Palmer sudah   
menyerahkan uang kepada mereka dan memberi nasehat Palmer di Bungalawnya  
juga sudah  mengatur sebuah pertemuan antara pimpinan CIA, Allen Dulles, dan  
pemimpin pemimpin jaringan spionase, di mana mereka merencanakan komplotan  
untuk membunuh Presiden Sukarno dalam tabun 1957.  
Dalam beberapa tahun  belakangan ini, Palmer giat sekali mengumpulkan  
orang  kontra revolisioner di negara kita  untuk merencanakan  
petualangan petualangan baru. Disamping itu ia merongrong perkembangan ekonomi  
negara kita  dengan pergerakan  subversi dan sabotase. Memang tepat, jika negara kita   
menuduh CIA dan Palmer sebagai negara kita  dengan pergerakan  subversi dan  
sabotase. Memang tepat, jika negara kita  menuduh CIA dan Palmer sebagai otak  
subversi pada kedudukan kedudukan militer di Jawa dan Sumatera akhir bulan Maret  
dan awal bulan April yang baru lalu, yang memicu  banyak korban jiwa.  
Kegiatan kegiatan subversi di Jawa dan Sumatera dilaksanakan pada saat utusan  
Gedung Putih, Michael Forrestal, berada di negara kita . Kantor berita peranserta cis AFP  
(Agency France Press) menghubung  hubungkan subversi di Jawa dan Sumatera itu  
dengan kunjungan Forrestal. Sangat besar kemungkinannya, Forrestal  
mengharapkan akan dapat memakai  subversi itu sebagai alasan untuk  
melakukan tekanan tekanan pada Pemerintah negara kita  dan memaksa Presiden  
Sukarrio agar   membatalkan maksudnya menasionalisasi perusahaan  perusahaan  
asing, termasuk perusahaan perusahaan AS di negara kita .  
Pembukaan kedok Palmer mengungkapkan juga  kegiatan kegiatan yang tidak  
pantas, yang di lakukan oleh Duta Besar Howard Jones di negara kita . Seperti  
diketahui , Howard Jones sudah  dipanggil pulang  beberapa waktu yang Ialu untuk  
menghapus kegiatan kegiatannya yang ilegal Jones sudah  menterapkan kolonialisme  
AS di negara kita  selama kira kira 7 tahun  la sendiri sudah  ikut dan  mengorganisasi  
pemberontakan pemberontakan terhadap pemerintah negara kita  dan memelihara  
kontak dengan agen agen CIA dan  memimpin kegiatan kegiatan subversif mereka  
Seperti ditulis oleh wartawan wartawan Ross dan Wise dalam buku mereka  The  
Invisible Government  (Pemerintahan yang tidak nampak), Jones sudah  mengambil  
bagian dalam komplotan komplotan CIA di negara kita . Ia mengetahui  perincian siasat  
C/A untuk memberikan senjata kepada kaum pemberontak di Sumatera dan Jawa.  
Ia sendiri juga terlibat dalam pemberian senjata itu. beberapa  besar kegiatan  
subversif yang dilakukan agenagen C/A di bawah pimpinan Palmer, yang  
berlangsung di negara kita  dalam beberapa tahun  belakangan ini, sudah  memperoleh   
persetujuan Jones Pers International sudah  memuat artikel artikel mengenai  
keterlibatan Jones dalam komplotan untuk membunuh Presiden Sukarno di Teluk  
Sulawesi  
Duta Besar Amerika, Howard Jones, menyerahkan jabatannya kepada Marshall  
Green. Jones akan mengepalai apa yang dinamakan   East West Center  di Hawai.  
Palmer sudah  meninggalkan negara kita  sebab  takut akan pembalasan. Jones juga  
akan meninggalkan negara kita , namun   jaringan CIA tetap tinggal di negara kita . Rakyat  
negara kita  selalu menuntut, agar pengaruh modal AS dan kegiatan kegiatan CIA di  
negara kita  di hentikan    
Demikian siaran radio Moskow.  
Buku  The deception game  juga mengatakan bahwa manuscript  Gillchrist, Duta Besar  
Inggris di Jakarta, yang terkenal itu, katanya diproduksi oleh Dinas Rahasia Blok  
Sovyet, berupa sebuah surat kepada Kementerian Luar Negeri di London, yang  
dialamatkan kepada Sir Harold Cassia, Sekertaris Muda Kementrian Luar Negeri di  
London bertanggal 24 Maret 1965.  
manuscript  itu katanya, diteruskan kepada Wakil Perdana Menteri/ Menteri Luar Negeri  
Dr. soebandrio   dan Presiden Sukarno. Antara lain isinya seperti yang dikutip oleh  
Ladislav Bittman sebagai berikut:  
Saya sudah  mengadakan pembicaraan pembicaraan dengan Duta Besar Jones  
mengenai masalah yang ini  dalam surat No. 67785/65. Duta Besar Jones pada  
pokoknya sepakat dengan pendirian kita. namun    ia meminta lebih banyak  waktu untuk mempelajari persoalan itu dari berbagai segi.  
Menjawab sebuah pertanyaan, pengaruh apa yang akan muncul  dari kunjungan  Bunker, utusan istimewa Presiden Johnson ke Jakarta untuk membicarakan  masalah perbaikan hubungan Amerika lndonesia, Duta Besar Jones mengatakan,
bahwa ia tidak melihat suatu kemungkinan untuk memperbaiki kondisi , dan bahwa  hal itu akan memberikan waktu kepada kita untuk memicu  persiapanpersiapan  yang lebih mantap. Duta Besar Jones juga mengingatkan perlunya mengambil  langkah langkah baru untuk menciptakan koordinasi yang lebih baik dan ia  
mengatakan, tidak perlu menekankan keharusan memicu  rencana itu menjadi  sukses. Saya sudah  berjanji akan memicu  persiapan  persiapan yang diperlukan dan  saya akan melaporkan pendapat saya mengenai masalah ini dalam waktu yang tidak  begitu lama. Yang dimaksud ialah serangan bersama terhadap negara kita  dari  pangkalan pangkalan di Malaysia.  Surat itu disangkal oleh Inggris.  Dari pengakuan Ladislav Bittman, menunjukkan bahwa Dinas Rahasia Cekoslowakia 
dan KGB (Sovyet) juga ikut terlibat mendorong meletusnya G30S/PKI, meski pun  diakui lalu  bahwa tindakan itu menjadi bumerang, sebab  akibatnya melampaui  apa yang direncanakan. Rencana mereka hanyalah hendak menunggangi situasi anti  Amerika yang meningkat di negara kita  untuk menghancurkan sama sekali pengaruh  
AS di negara ini .  Akibat yang tidak mereka perhitungkan, justru yang hancur Partai Komunis  Indonesia    (PKI).  namun  seorang cendekiawan Inggris, Neville Haxwell, menemukan sepucuk surat dari  seorang Duta Besar Pakistan di Paris yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri  
Pakistan waktu itu, Zulfikar Ali Bhuttho, yang melaporkan ucapan seorang pejabat  Belanda di Nato pada bulan Desember 1964 yang mengatakan bahwa negara kita  akan  jatuh ke tangan Barat seperti apel busuk. Agen  agen intelligen Barat memiliki  rencana  untuk mengorganisasi  premature communist coup  (gerakan gerakan  komunis pradini), untuk  
memberi peluang kepada Angkatan Darat menumpas PKI dan menjadi  Sukarno  
sebagai sandera. New York Review of Books, Juni 1978  Seorang peneliti, Geofrey Robinson (Boston, AS) dalam manuscript nya  Some  Arguments Concerning S. Influence and Complicity in Indonesia   coup of October 1,  1965  (1990) mencatat bahwa surat Gillchrist yang kesohor itu terlihat sebagai  manuscript  yang tidak mengherankan dan akibat akibatnya sama sekali bukan tak  masuk akal. Apa yang dinamakan surat Duta Besar Inggris di Jakarta, Sir Andrew  Gillchrist kepada Departemen Luar Negerinya, dilaporkan berisi alinea:  ..Akan baik untuk menekankan sekali lagi kepada para sahabat kita di  dalam Angkatan Darat, (our local army friends, pen.) bahwa kehati hatian  yang paling seksama, disiplin dan koordinasi, yaitu  esensial dari suksesnya  usaha. New York Review of Books, Mei 1978  orang  Inggris dan Amerika menyatakan bahwa surat ini palsu dan memang  mungkin  begitu. namun  siapa yang memalsunya,  biasanya  diperkirakan bahwa  surat ini dimasak oleh jaringan Intelligen soebandrio   yang akan dipakai  dalam  pertarungan politik di dalam negeri menghadapi Angkatan Darat dan sudah tentu juga  menghadapi Inggris (dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia). namun  surat itu juga  
berguna (meski pun dikatakan palsu) untuk mempolarisasi politik negara kita  dan  memicu  PKI waspada terhadap desas desus kemungkinan kudeta tentara. Sampai  sejauh itu, ia juga agak berguna bagi tujuan tujuan politik AS dalam menenangkan  krisis politik ke arah yang tak terhindarkannya bentrokan antara Angkatan Darat dan  PKI.  namun  jika manuscript  Gillchrist itu di balik menjadi pemalsuan CIA dan sengaja  
diedarkan untuk menghasut PKI dan Sukarno, kita akan memiliki  bukti yang  mempercayakan  bahwa usul usul pemerintah AS dan CIA, sudah  benar benar dilaksanakan  dengan atau melalui manuscript  itu.  Nyatanya, kita tidak memiliki  bukti bahwa manuscript  Gillchrist yaitu  produk CIA. Yang  ada hanya bukti bukti lingkungan kondisi  dari usaha  usaha  intelligen luar negeri  
untuk menggerakkan polarisasi dan saling curiga mencurigai di kalangan  pengomplot pengomplot kudeta, bulan dimana surat Duta Besar Pakistan beredar,  Chaerul Saleh dianggap taruhan anti komunis yang baik oleh CIA, sebab  ia  membongkar manuscript  adanya rencana kudeta PKI,  Ruth McVey, Korespondensi pribadi dengan George Kahin,  Benedict Anderson dan Prederick Bunnel. Namun  Harian Rakyat   (harian PKI 2 Januari 1965, mengatakan bahwa manuscript  yang  dimaksud yaitu  palsu.  Ini dapat dimengerti sebab  kerjaan Chaerul Saleh itu, dianggap sebagai gerak awal  dari Intelligen Barat untuk mengembangkan suasana curiga mencurigai sehubungan  dengan tanda  bahaya dari  kiri  yang direncanakan untuk membangkitkan dan  
mempercepat reaksi Angkatan Darat. Surat Gillchrist dan lalu  desas desus  mengenai  akan adanya gerakan gerakan   Dewan Jenderal , kedua  duanya sudah  sengaja diedarkan  untuk menghasut PKI masuk ke dalam komplotan mengadakan  gerakan gerakan  pradini  atau  
apa yang dikenal dengan  gerakan gerakan  Untung . Apa pun nilainya, suratsurat ini bersama   
sama dengan bukti bukti yang menyangkut CIA dan usul usul pemerintah AS  mengenai ancaman komunis, sudah  memberikan beberapa  kepercayaan kepada  interpretasi yang memasukkan kegiatan AS dan asing lainnya, sebagai kegiatan  sengaja menghasut atau memprovokasi suatu pertarungan terbuka antara  kiri  dan   kanan  dengan asumsi bahwa yang  kanan  dapat menang. Ralp McGehee  mengatakan, strategi ini sudah  menjadi seperti  trade mark dari CIA semenjak  1965. Ralp McGehee, wawancara pribadi dengan Geofrey Robinson, Nop.  1983  Namun perlu dicatat bahwa bertahun  tahun  sebelum itu, AS dengan ClA nya sudah  berusaha  untuk menggulingkan Sukarno, seperti secara terperinci diuraikan di  atas.  
Amerika Serikat memang sudah lama menghendaki agar   negara kita  mengikuti  
petunjuknya, jangan anti imperialis mau pun kapitalis. Bahkan pemberontakkan  PRRI/ PERMESTA yang dibantu oleh Amerika Serikat, yaitu  untuk menggulingkan  Pemerintah Pusat di Jakarta yang dianggap radikal bersama dengan Sukarno yang  anti imperialis dan anti kapitalis.  
Sesudah itu masih bertahun  tahun  lagi Amerika Serikat memamerkan dukungannya  terhadap Belanda di PBB, dengan menolak Irian Barat dikembalikan kepada  negara kita .  sesudah  negara kita  mulai menerjunkan gerilyawannya di daratan Irian Barat, dibantu  kapal kapal selam yang bertebaran diperairan sekitarnya dan bomber bomber jarak  jauh menyerang sasaran tertentu di Irian Barat, barulah Amerika Serikat mendesak  
Belanda agar   menyerahkan saja Irian Barat kepada negara kita , sebab  khawatir  sengketa itu akan meluas menjadi konflik internasional.  
sebab  terlampau kasarnya campur tangan Amerika Serikat terhadap persoalan  dalam negeri negara kita , maka Pemerintah negara kita  merasa perlu membalas dengan  menasionalisasi perusahaan perusahaan minyak dan perusahaan perusahaan   Amerika lainnya.  Alasan Amerika Serikat bahwa  Sosialisme negara kita   yang dicanangkan oleh Bung  Karno, dikhawatirkan akan merubah negara kita  menjadi komunis, sangat tidak  realistis. Syarat syarat untuk menjadi negara sosialis, sama sekali tidak tersedia.  
Disamping itu meski pun PKI dikatakan makin kuat dan makin agresif, namun  kekuatan  yang anti PKI jauh lebih besar dan lebih kuat, termasuk ABRI.  Seperti yang ditulis oleh Gabriel Kolko, kontroversi mengenai peranserta  CIA dalam  
pergolakan politik di negara kita  Oktober 1965, sudah  memicu  perhatian yang lebih  mendalam oleh adanya manuscript   manuscript  rahasia yang terungkap di Amerika yang  memastikan bahwa memang Amerika campur tangan dalam persoalan dalam negeri  negara kita .  Hanya tuduhan Letnan Kolonel Untung mengenai  adanya  Dewan Jenderal  yang  disponsori oleh CIA yang akan meng gerakan gerakan  Presiden Sukarno, yaitu  tuduhan yang  tidak bisa dibuktikan di muka persidangan MAHMILLUB. Juga PKI yang menuduh  seperti itu, tidak bisa membuktikan kebenaran tuduhannya.  namun  20 Januari 1965, CIA sudah menyampaikan sebuah memorandum kepada  Pemerintahannya, yang menyatakan bahwa  kita sekarang menghadapi bukan saja  
bahaya dari Sukarno, namun  juga ketidak pastian suatu kemungkinan negara kita  tanpa  Sukarno .  
Apa yang dicatat diatas, hanyalah untuk membuktikan bahwa Amerika Serikat  dengan ClA nya memang selalu terlibat dalam setiap pergolakan dan mencampuri  persoalan dalam negeri negara kita .  Namun yang cukup   menarik bahwa di luar negeri, terus saja terbit banyak buku atau  manuscript  mengenai G30S/PKI dan hubungannya dengan pergerakan  menggulingkan  Sukarno, bahkan sesudah seperempat abad peristiwa itu, pembahasannya masih  berjalan terus. Sementara di negara kita  sendiri hal ini malah menjadi tabu, kecuali jika  sekedar mencaci maki PKI dan mendiskreditkan sukarno  tanpa me  ngaitkannya  dengan ulasan yang berpandangan lain.  Terakhir ada lagi manuscript  yang terbit di luar negeri (1990) mengenai G30S/PKI dan  
Keterlibatan Amerika dalam kudeta 1 Oktober 1965 di negara kita , sebagian besarnya  
memuat pembahasan seberapa jauh keterlibatan PKI dalam apa yang dinamakan  kudeta Untung. Masalah ini tetap penting, sebab  adanya pembenaran yang  bersandar pada penerimaan kalangan politik yang menganggap PKI sebagai partai  terlibat, dan anggapan keterlibatan PKI ini dipakai  sebagai dalih membasmi kaum  
komunis, bahkan pendukung Sukarno, dan semua anggota organisasi yang berafiliasi  dengan PKI. Dalam waktu kurang lebih 6 bulan sesudah kudeta Untung, antara  500.000 sampai 1.000.000 orang dibunuh dan mendekati 75.000 yang ditangkap dan  ditahan, Angka yang dikutip di sini berasal dari Amnesti Internasional  Report, The New York Review of Books, 24 Nopember 1977.  Isu keterlibatan PKI ternyata memiliki  arti lebih luas, sebab  tampaknya dijadikan  tameng agar orang tidak melihat keterlibatan pelaku lain yang lebih penting, yaitu  Pemerintah A.S. dan berbagai agennya.  manuscript  ini dimaksudkan untuk membuka dengan sebuah gambaran singkat  
mengenai bukti bukti  domestik  dan  internal  yang mendukung berbagai penjelasan  alternatif dari kudeta itu. Dengan bahan bahan ini  akan tampak lebih terang  pengaruh dari pasang surutnya hubungan AS   RI. Pendekatan yang demikian  diharapkan akan memberikan gambaran yang lebih lengkap, sebab  akan menarik  perhatian kita kepada akibat akibat komplementer dari beberapa  faktor dalam negeri  
dan internasional, yang memungkinkan kita lebih baik menilai watak dan seberapa  jauh keterlibatan AS dalam peristiwa itu. Lebih lebih jika hal ini dikaitkan  dengan  bantuan militer dan ekonomi dari CIA dalam pemberontakan PRRI/PERMESTA 1958,  sudah  lama ada usaha  AS menggulingkan Pemerintahan Sukarno.  
Pemberontakan daerah daerah di luar Jawa merupakan hal yang penting bagi  Amerika untuk menetapkan kembali politik dan strateginya terhadap komunisme di  negara kita . Beberapa Departemen melihat dalam pemberontakan itu, terbuka  kesempatan baik untuk menjatuhkan Pemerintahan Sukarno dan dengan begitu,  
menghancurkan komunisme di negara kita .  
Satu catatan lain yang dimuat dalam  The Journal of American History , tulisan H.W.  Brands, dikatakan bahwa dalam pemberontakan di Sumatera (maksudnya:  PRRI/PERMESTA, PEN.), CIA membantu sekitar 300 serdadu yang terdiri dari  orang  Amerika, Filipina dan Cina Taiwan, dan  beberapa pesawat terbang  transport dan beberapa bomber B 26. 53)  
H.W. Brands, The Limits of Manijuga tion: How the United States  Didn't Topple Sukarno, The Journal of American History, published by  
The Organisation of Historians, Vol. 76 No.3, Des. 1989, hal. 790.  tahun  berbahaya, berdasar keterangan saksi  Geofrey Robinson, ialah tahun  terakhir sebelum kudeta  Untung ditandai oleh mengentalnya tiga kecenderungan politik negara kita  yang  kait mengait. Pertama, politik luar negeri Sukarno yang makin bergeser ke kiri ini  
mencerminkan pertumbuhan polarisasi kekuatan politik di negeri itu. Kedua,  perjuangan politik yang semakin berlangsung di luar lembaga dan jalur politik   normal . Ini sebagian besar sebab  reaksi atas kegiatan Sukarno dan PKI. Ketiga,  
selaku musuh utama, Sukarno dan PKI sudah  semakin menjadi titik peradikalan dan  polarisasi pertarungan politik dalam negeri. AS disini menjadi seperti  wakil dari  negara asing lainnya, termasuk Inggris. Ia juga menjadi sasaran ancaman kekerasan  politik yang serius dari kaum kiri.   Suasana ini digambarkan  oleh Mortimer sebagai satu  krisis dan  histeria  dan  sikap kekerasan yang sudah dipolarisasi dari segmen  
penduduk yang sudah dipolarisasikan, 
Serangan langsung terhadap Amerika, dimulai oleh Sukarno saat  mengeritik politik  Amerika di Vietnam dan Malaysia dalam pidato 17 Agustus 1964. Kritik kritik  Sukarno ini sudah  membuka tutup bendungan banjir dan sikap anti Amerika menjadi  pusat logika politik dalam negeri negara kita . contohnya  AS dituduh terlibat dalam  
komplotan hendak membunuh Sukarno.  Nasehat yang disampaikan oleh Washington kepada Kedutaan Besar AS di Jakarta  sehubungan dengan tuduhan itu berbunyi:   Hasil yang baik mungkin akan tumbuh dengan sangkalan formal terhadap  keterlibatan AS dalam komplotan pembunuhan. Bagaimana pun juga, kita ingin  
menghindar dari tuduhan berat yang tak pantas diucapkan oleh seorang Presiden .  Duta Besar Howard Palfrey Jones diinstruksikan agar   mengemukakan kepada  Sukarno reaksi Presiden Johnson dengan mengatakan bahwa Presiden Johnson  merasa terganggu oleh tuduhan itu dan bahwa ada unsur unsur jahat yang sengaja  
berusaha  meracuni suasana kemajuan hubungan antara negara kita   Amerika yang  sudah  ditegakkan oleh Kominike Bersama Sukarno dengan Duta Besar Keliling,  Bunker.
Dalam konteks pertarungan politik yang demikian, harus dinilai arti penting berbagai  macam desas desus akan adanya kudeta militer yang didukung AS, CIA dan Inggris  dengan dibantu intervensi militer langsung terhadap negara kita .  Departement of State: Telegram kepada Kedutaan Besar AS . di  Jakarta, 3 Juni 1965, National Security Files, negara kita , jilid III.  Politik anti Amerika yang langsung dan keras sudah  memaksa pembuat politik di  Amerika mempertimbangkan atau menilai kembali tujuan dan caranya Arnerika  bertindak. Sebuah manuscript  CIA bertanggal 26 Januari 1965, terang terangan  mengatakan bahwa kepentingan Amerika dan Sukarno bertabrakan di hampir setiap  lapangan. ClA Office of National Estimates Special Memorandum No. 4 65  Principle Problems and Prospects in negara kita  , 26 Januari 1965  (Jones File)  Walau pun ada perbedaan mengenai usul berbagai Departemen dan agen agen,  ada  pengakuan yang meningkat sepanjang tahun  1965, mengenai sudah  
waktunya untuk mengurangi kepercayaan mengenai kemungkinan mempengaruhi  Sukarno dan agar   memulai perencanaan yang serius bagi pemecahan krisis untuk  keuntungan kekuatan kekuatan anti komunis dan anti konfrontasi.  
namun  sebuah telaah CIA yang lain (Office of National Estimates, 26 Januari 1965),  
memberikan perhatian yang lebih besar pada kurangnya persatuan di kalangan  kekuatan non komunis yang diharapkan bisa menjadi sekutu Amerika.  Sedang manuscript  CIA lainnya menyimpulkan satu perkiraan yang suram terhadap  alternatif dari krisis yang ada bahwa saat saat  dan arah yang sudah  ditanam  
Sukarno pada kecenderungan  kecenderungan yang  ada sekarang, sudah   membawa bawa nya ke arah kemungkinan perang  dengan Inggris dan Amerika Serikat di  mana Sukarno mengharapkan bantuan Cina (RRT) atau pengambil alihan kekuasaan  oleh PKI.  Geofrey Robinson mengatakan bahwa fakta intervensi AS sesudah kudeta 1 Oktober  1965, dapat dibenarkan menjadi subjek studi yang terpisah dan berjilid jilid, sambil  
menyimpulkan, ia di sini hanya memicu  sketsa kasar, mengenai kemungkinan  keterlibatan AS.  
Dikatakannya, tindakan AS mengambil tiga bentuk. Pertama, pengakuan politik  langsung kepada pihak yang menumpas kudeta Untung, tanpa intervensi langsung.  Kedua, memberikan bantuan militer dan ekonomi terselubung, sesuai dengan  
kebutuhan mendesak, untuk menghindari penampilan mencampuri urusan dalam  
negeri negara kita .  Ketiga, bantuan propaganda mengenai  perkembangan negara kita ,di luar negeri.  
Mengutip: Van Langenberg (1967) hal 8  
Jadi, Amerika Serikat berkepentingan menjauhkan diri dari setiap campur tangan  terang terangan atas peristiwa yang terjadi di negara kita . Segala bantuan harus  disalurkan melalui saluran tertutup.  Bulan bulan sesudah kudeta Untung, walau pun Sukarno masih tetap Presiden,  Amerika secara efektif menggeser pangakuan politiknya dari de jure Kepala Negara,  kepada yang de facto berkuasa, politik yang memberikan keuntungan luar biasa bagi  penentang Presiden Sukarno di tengah tengah satu perubahan politik yang terus  
menerus.  Secara publik, Administrasi Johnson jarang menyatakan kegirangannya atas  
 perubahan  di negara kita , bahkan ia membentuk satu citra toleran non intervensi,  terhadap masalah  dalam negeri  negeri itu.  Sebuah manuscript  DOS (Department of State) menyatakan:  Sampai akhir Maret  1966, politik kita atas perkembangan di negara kita , yaitu  diam,  Department of State: Post Mortem dari Kudeta, 1966, (D.D.1981).  namun  sambil melanjutkan posisi ini di hadapan umum, seluruhnya sudah  jelas bahwa  pada waktu yang tepat, Amerika Serikat siap memberikan sumbangan materi untuk  membantu tegaknya kepemimpinan baru.. Inilah satu penyamaran yang mulia,  liberal dan efektif, kata Geofrey Robinson.  Para pejabat Kedutaan Besat AS tampil menyerupai tokoh  dalam lukisan  goa goa Romawi, di mana mereka mengamati pertarungan di pinggir ring sambil  mencatat  kemajuan  perkembangan  sebagai berikut:  
1) PKI sekarang sudah melarikan diri untuk pertama kalinya dan Aidit  bersembunyi, organisasi Partai rontok, manuscript  manuscript  bertebaran  dan Markas Besar nya dibakar.  
2) Angkatan Darat sudah  memegang saat saat  pembasmiannya  terhadap PKI dan menangkap beberapa ribu aktivis Partai.Department of State: Laporan Situasi Kelompok Kerja negara kita , 9  
Oktober 1965.  Geofrey Robinson menutup manuscript nya dengan mengatakan bahwa atas dasar fakta  yang dikemukakan, kita sungguh dapat memastikan bahwa Amerika Serikat sudah   
berbuat apa yang dapat dilakukannya untuk memiliki kekuatan kekuatan ditambah    
peluang yang menguntungkan untuk bertindak (di negara kita ) dengan jaminan bahwa  mereka dapat berbuat begitu dengan bebas dari hukuman.  sepuluh tahun  lamanya Amerika mengusaha kan penggulingan Sukarno. Hitung  saja sejak suksesnya Konperensi Asia Afrika April 1955 di Bandung, yang berhasil  rnenjadikan sukarno  pemimpin dunia, setidaktidaknya dunia Asia Afrika, hal yang  mengkhawatirkan Amerika.  usaha  Amerika ini akhirnya menjadi sempurna sesudah  ketua MPRS Jenderal  A.H. Nasution menandatangani Ketetapan MPRS No.XXXIII/MPRS11967, yang  mencabut semua kekuasaan pemerintahan negara dari tangan Presiden Sukarno,  bahkan melarangnya melakukan kegiatan politik untuk akhirnya dijebloskan ke dalam  tahanan. sukarno  dituduh terlibat G30S/PKI.  Penyelesaian hukum berdasar keterangan saksi  ketentuan hukum dalam rangka menegakkan hukum  dan keadilan, sebagaimana tercantum dalam pasal 6 dari Ketetapan MPRS XXXIII,  tidak diindahkan lagi, sebab  jika  prosedur hukum ini ditempuh, dikhawatirkan akan  
mencairkan kembali sasaran pokok Ketetapan ini , yaitu membenarkan  pencabutan semua kekuasaan pemerintahan negara dan larangan melakukan  kegiatan politik terhadap diri sukarno .  Belakangan muncul  pendapat yang meragukan mengenai prosedur yang ditempuh oleh  MPRS menggulingkan Sukarno dengan alasan terlibat pergerakan  30 September 1965,  sebab  alasan alasan yang dikemukakan tidak didukung oleh pembuktian yang sah di  muka sidang pengadilan. 
Sebagai contoh, keberadaan Presiden Sukarno di Kompleks Halim Perdana  Kusumah contohnya , daerah yang dinyatakan sebagai sarang G30S/PKI, dianggap  sebagai salah satu bukti keterlibatannya.  mengenai  tuduhan ini, Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa, kolonel Maulwi Saelan,  yang membawa bawa  sukarno  ke Halim, memberikan kesaksiannya bahwa tindakan itu  
diambil sesuai dengan ketentuan  Operating Standing Procedure  (OSP)  Tjakrabirawa, yaitu dalam kondisi  darurat, Presiden harus diselamatkan melalui cara  yang paling mungkin. Dalam masalah  ini sesudah  dipertimbangkan dengan seksama,  diputuskan Presiden dibawa ke Halim, sebab  di sana selalu standby pesawat  
terbang Kepresidenan  Jet Star  yang setiap saat dapat menerbangkan Presiden ke  tempat lain yang lebih aman.  Tuduhan lain di samping keterangan Brigjen Sugandhi, mantan Ajudan Presiden,  seperti yang sudah diuraikan  juga ada keterangan dalam 14 Berita Acara  
Pemeriksaan (BAP) setebal 90 halaman, hasil interrogasi Team Pemeriksa Pusat  (TEPERPU) atas diri mantan Ajudan Presiden Sukarno yang lain, letnan kolonel  (KKO) Bambang Setyono Widjanarko yang menerangkan bahwa Presiden Sukarno  pada tengah malam  30 September menerima surat dari letnan kolonel Untung Samsuri,  komandan batalyon I Resimen Tjakrabirawa yang memimpin pergerakan  30 September,  di tengah  tengah penyelenggaraan acara penutupan Musyawarah Besar Teknik yang  
dihadiri  oleh Presiden di ISTORA Senayan.  
Keterangan Widjanarko ini dibantah keras oleh Wakil Komandan Resimen  Tjakrabirawa, kolonel Maulwi Saelan, yang tengah malam  itu bertanggungjawab atas  pengawalan dan keselamatan Presiden, yang memastikan bahwa sama sekali tidak  ada adegan seperti yang dikatakan oleh Widjanarko. Maulwi Saelan selama acara  berlangsung di ISTORA Senayan, selalu berada di dekat Presiden.  di hari berikutnya , keterangar keterangan yang dinyatakan sebagai bukti keterlibatan  
sukarno  dalam pergerakan  30 September, dinilai oleh Jaksa Agung Singgih, SH.,  
bersifat audita, artinya sekedar didengar atau diketahui  dari orang lain, tanpa  
dikonfimmasikan atau dikuatkan oleh alat bukti lain, sehingga pembuktiannya  
mengambang. Manai Sophiaan, Apa yang masih teringat, Bisa dimengerti bahwa penilaian Bung Kamo dalam Pelengkap Nawaksara mengenai   
 adanya oknum oknum yang tidak benar  bisa saja dirasakan oleh Jenderal A.H.  
Nasution sebagai sindiran atas dirinya, mengingat adanya desas desus negatif  
mengenai sikapnya. Hubungan sukarno  dengan Nasution waktu itu memang  
kurang baik, sehingga dalam menentukan sikap, emosi masing masing dimungkinkan  
sekali ikut berperanserta .  
Ini terbukti sesudah  kondisi  menjadi lebih tenang, 25 tahun  lalu  Nasution  
memberikan keterangan sambil mengutip pengakuan ajudan Presiden Sukarno,  
kolonel (KKO) Bambang Widjanarko, yang menyatakan bahwa Presiden Sukarno  
sudah  memerintahkan agar   Jenderal A. Yani datang menghadap ke Istana pada 1  
Oktober 1965, memberi petunjuk bahwa Presiden Sukarno tidak mengetahui   
sebelumnya akan terjadi pergerakan  30 September, dan maka  tidak  
mengetahui  juga akan terjadinya pembunuhan atas 6 Jenderal di Lubang Buaya.62)  
62) Ibid, hal. 455.  
Bahkan Presiden Sukarno mempertanyakan dalam Pelengkap Nawaksara, mengapa  
dia saja yang diminta pertanggungjawaban atas peristiwa G30S/PKI dan justru bukan  
Menteri Koordinator Pertahanan/Keamanan yang waktu itu dijabat oleh Jenderal A.H.  
Nasution,   
Lalu Presiden Sukarno bertanya:  
 Siapa yang bertanggungjawab atas usaha hendak membunuhnya dalam peristiwa  
Idul Adha di halaman Istana Jakarta,    
 Siapakah yang bertanggungjawab atas pemberondongan dari pesawat udara atas  
dirinya (di Istana Jakarta) oleh Maukar,    
 Siapakah yang bertanggungjawab atas pericegatan bersenjata atas dirinya di dekat  
gedung Stanvac (Jakarta) ,    
 Siapakah yang bertanggungjawab atas pencegatan bersenjata atas dirinya di  
Selatan Cisalak (antara Jakarta Bogor) ,    
Presiden Sukarno menyebut 7 peristiwa usaha hendak membunuhnya dan siapa  
yang harus dimintai tanggungjawab atas semua kejadian itu,  namun  masih ada bukti  
lain mengenai  adanya oknumoknum yang tidak benar .  
Geofrey Robinson yang sudah banyak dikutip dalam Bab terdahulu, mengutip sebuah  
telegram dari Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta, 21 Januari 1965, kepada  
Department of State (DOS) di Washington, di mana dilaporkan pertemuan yang baru  
saja diadakan antara seorang pejabat Kedutaan Besar dengan Jenderal S. Parman,  
yang mengungkapkan kuatnya  perasaan dalam Angkatan Darat  terhadap  
pengambilan alih kekuasaan sebelum meninggalnya Sukarno.  
Angkatan Darat, berdasar keterangan saksi  telegram itu, sangat prihatin terhadap pergerakan  PKI untuk  
membangun Angkatan ke V, sebab  itu merasa perlu mengambil tindakan langsung  
untuk  mengimbangi pergerakan  PKI . Angkatan Darat menyadari bahwa bagaimana  
pun, tidak ada gerakan gerakan  terhadap Sukarno yang akan berhasil. Oleh sebab  itu dianjurkan  
agar   gerakan gerakan  dilakukan demikian rupa, seakan akan menjaga kepemimpinan Sukarno  
tetap utuh.63)  
63) Geofrey Robinson mengutip Departmenr of Defence, telegram dari  
Kedutaan Besar Amerika di Jakarta, 21 Januari 1965 (dari Jones File).  
Seperti diuraikan dalam Bab Vl, Gabriel Kolko yang menulis mengenai  negara kita   
dengan mengutip manuscript manuscript  Kementerian Luar Negeri AS dan CIA yang tidak  
dirahasiakan lagi mengenai debat mengenai  peranserta  Amerika Serikat di negara kita  1965,  
mengatakan mengenai  adanya telegram dari Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta,  
Howard Jones 22 Januari 1965. Dengan menghilangkan nama orangnya dalam  
telegram, orang itu menerangkan kepada saya (Duta Besar) berita yang sangat  
rahasia, bahwa tentara mengembangkan rencana spesifik untuk megambil alih  
kekuasaan pada saat Sukarno akan turun tahta. Orang itu baru datang dari  
pertemuan dengan Jenderal Parman yang mendiskusikan rencana itu dengannya. Ia  
berkata, sekali pun sudah  ada rencanarencana mengenai  contingency (kemungkinan)  
basis dengan perhatian kepada post Sukarno era, ada  satu sentimen kuat di  
antara segment top military command untuk mengambil kekuasaan sebelum Sukarno  
turun.  
Dapat dipercaya, bagaimana pun dirahasiakannya, Presiden Sukarno menerima  
laporan mengenai kegiatankegiatan ini melalui jalur khusus, sehingga cukup   alasan  
baginya untuk mengatakan bahwa salah satu sebab terjadinya pergerakan  30  
September, sebab   adanya oknum  oknum yang tidak benar .  
Pada tahun  1957 saat  seorang wartawan Belanda Willem Oltmans, beraudiensi  
ke Istana (dikatakannya sudah diulas dalam 2 bukunya, pen.), ia mengatakan kepada  
sukarno  agar   tidak sepenuhnya mem  percayai Dr. soebandrio  , namun  sukarno   
meneruskan saja percaya kepadanya. William Oltmans mengatakan bahwa  
soebandrio   lah yang membakar bakar sukarno  mengenai konfrontasi terhadap  
Malaysia.  
William Oltmans menceritakan juga bahwa di dalam Tentara ada Jenderal Jenderal  
yang menyuruh orang  seperti Oejeng Soewargana pergi ke Den Haag dan  
Washington untuk mempercayakan  orang  Belanda dan Washington agar    
menaruhkan kartunya pada Tentara, sebab  Jenderal A.H. Nasution siap menjadi  
Presiden dan sukarno  akan diturunkan. Dikatakan, pergerakan  internasional dari  
Panjaitan dan Parman, sudah  dimulai sejak 1961.  Permainan ini berjalan terus dan  
Jenderal Parman pernah  menemui  saya di New York. Kolonel Sutikno yang  
mengatur pertemuan itu. Ia menghubungi saya dan seorang bekas agen CIA bernama  
Werner Verrips. Ternyata maksudnya, kami berdua harus dilenyapkan. Saya tetap  
hidup dan Verrips terbunuh .64)  
64) Resensi Willem Oltmans atas buku  Otobiografi Soeharto , edisi  
bahasa Belanda. Amsterdam 24 Maret 1991.  
Demikian tulis Willem Oltmans, yang Mei 1994 kembali berkunjung ke negara kita   
dalam rombongan Perdana Menteri Belanda, Lubbers.  
Mengapa Willem Oltmans dan Warner Verrips harus dilenyapkan,  sebab  keduanya  
sudah mengetahui  adanya kegiatan mencari dukungan dari Belanda dan Washington  
atas rencana hendak menggulingkan Sukarno, rencana yang mereka tidak setujui  
dan dikhawatirkan akan melaporkannya kepada Sukarno.  
Mudah untuk dimengerti bahwa rencana ini akhirnya disampaikan oleh Willem  
Oltmans kepada sukarno . maka , sukarno  tidak asal menuduh  
begitu saja tanpa alasan yang kuat mengenai   adanya oknumoknum yang tidak benar .  
sedang  mengenai  Dr. soebandrio  , saat  ia sebagai Menteri Luar Negeri menyelesaikan  
sengketa Irian Barat dengan Belanda lewat Dewan Keamanan PBB dengan bantuan  
wakil Amerika di PBB, E. Buncker, pada 16 Agustus 1962, sehingga negara kita  tidak  
perlu lagi membebaskan Irian Barat dengan kekuatan militer, secara serius ia  
berbicara dengan seseorang yang dipercayainya, bahwa dengan prestasinya itu,  
pantaslah memicu  dirinya diangkat menjadi Wakil Presiden, yang waktu itu  memang lowong.  
Analisa CIA juga mengatakan bahwa jika Sukarno tidak lagi mampu menjalankan  misi nya, maka Dr. soebandrio  lah yang berambisi menggantikannya. 
namun  pergerakan  30 September 1965 yang gagal, memicu   harapan Dr. soebandrio    
manjadi buyar.  manuscript  Amerika mengungkapkan bahwa sebelum keluarnya Surat Perintah 11  Maret 1966 yang memicu   banyak Menteri dari Kabinet 103 Menteri yang  
ditahan, ABRI sudah merencanakan hendak menangkap Dr. soebandrio  , sebab   menganggap dia termasuk biang keladi peristiwa pergerakan  30 September 1965.  Sebuah telegram dari Kedutaan Besar Amerika di Jakarta tanggal 26 Pebruari (1966)  ditujukan kepada Menteri Luar Negeri di Washington menyatakan sebagai berikut:
1. Minta perhatian Departemen Luar Negeri dan Duta Besar Green  untuk .... sedang kita sudah tentu tidak dalam  kedudukan untuk mengatakan apakah kegiatan kita sebetulnya  harus  di ambil terhadap soebandrio  . Sumber laporan ini dapat dipercaya dan  saya anggap harus diperhatikan dengan sungguh  sungguh.  
2. Sudah ada laporan terdahulu, paling sedikit tanggal 10 Nopember  yang lalu (1965) bahwa Tentara akan  mengambil  soebandrio  . Ini  
ternyata palsu. namun    Tentara sekarang merasa lebih putus asa.  
Kelompok berhaluan keras memperbesar tekanan mereka untuk  
sesuatu bentuk tindakan dan Tentara memiliki  risiko untuk  
memperoleh  nama buruk, jika  gagal melakukan tindakan lanjut dengan  
kesempatan baik yang sudah diciptakan mahasiwa. Tambahan juga   
laporan menunjukkan bahwa pimpinan tertinggi Tentara jauh lebih  
bersatu dari pada sebelumnya dalam keputusan untuk menghentikan aksi   
soebandrio  . Ia menempel bagai lem pada Istana. namun    Tentara  
pasti memiliki  kekuatan untuk memperoleh  dengan salah satu  
cara, jika  memang memiliki  kemauan untuk melakukannya.  
3. Penyingkiran soebandrio   tidak akan seluruhnya mengubah  
kecenderungan sekarang di negara kita . Tentara masih harus  
menghadapi Sukarno dan tujuannya tidak akan berubah. namun   ,  
tanpa soebandrio   sebagai wakilnya, Sukarno akan memiliki  jauh lebih  
banyak kesulitan untuk memaksakan rencananya (CONEFO, Poros  
Peking, kebangkitan neo PKI). Lagi juga  fakta tentara bertindak  
terhadap anteknya, akan memiliki  pengaruh yang menenangkan  
kepadanya dan dia mungkin akan lebih mudah dikendalikan. Bahkan  
jika  ia akan mencoba menyerang tentara sebagai pembalasan,  
fakta  bahwa tentara sudah melakukan langkah pertama, akan  
memudahkan langkah kedua terhadap Sukarno sendiri.  
4. Kami tidak mengetahui  sifat atau penentuan waktu untuk bergerak, akan  
namun   berdasar keterangan saksi  perkiraan pendahuluan kami, Tentara memiliki   
kemampuan untuk melakukannya tanpa me  nimbulkan perang  saudara  
atau kerusuhan lokal yang serius. pergerakan  cepat dan efektif terhadap  
soebandrio  , mungkin tidak akan berulang, tidak akan dilawan   oleh  
unit unit militer yang lain, teristimewa jika  Sukarno tidak cedera. Akan  
namun   selalu ada kemungkinan perkembangan yang tidak diduga atau  
ceroboh. Oleh sebab  itu kami mengulangi peringatan kepada orang   
orang Amerika untuk sedapat mungkin dihuni  diri dan kami akan  
mengambil tindakan selanjutnya untuk memperketat keamanan  
perwakilan. Kami merasa tidak perlu mengulang, tidak perlu ada  
tindakan lebih lanjut pada waktu ini.  
CP 1  
Lydman  
BT  
Catatan:  
Advance copy ke S/S o pukul 1:27 pagi, 26/2/66 melewati Gedung Putih pukul 1:37  
pagi, 2612166. Gedung Putih menasehatkan staf Kedutaan Besar Amerika  untuk  
dihuni  diri  jika  Tentara negara kita   mengambil  soebandrio  ,  The Declassified Documents Respective Collection, 1977, # 129 D,  
26 Pebruari 1966. Disunting oleh William L Bradley dan Mochtar Lubis  
dalam  manuscript  manuscript  pilihan mengenai  politik luar negeri Amerika  
Serikat di Asia , 
Pada tanggal 4 Maret 1966, Pak Harto minta izin kepada Presiden Sukarno hendak  
menangkap beberapa  Menteri yang dianggap terlibat G30S/PKI, namun  Presiden  
menolaknya. berdasar keterangan saksi  Jenderal Soemitro dalam bukunya (disunting oleh Ramadhan  
K.H.)  Soemitro, Dari PANGDAM Mulawarman Sampai PANGKOPKAMTIB  (terbit  
April 1994), Sebelum 11 Maret 1966, ada rapat staf SUAD yang dipimpin oleh Pak  
Harto. Rapat itu mendengarkan briefing dari Pak Harto, dan sampai pada keputusan  
hendak memisahkan sukarno  dari apa yang disebut   Durno  durno  nya.  
Diputuskan, beberapa  Menteri akan ditangkap, yang harus dilakukan oleh RPKAD  
pada saat ada sidang Kabinet di Istana Merdeka, 11 Maret 1966.  
Yang dipekerjakan  memicu  Surat Penangkapan, Jenderal Soemitro selaku Asisten  
Operasi MEN/PANGAD, lalu  meneruskan kepada KOSTRAD dan RPKAD  
untuk pelaksanaannya.  
Namun sebelum penangkapan dilaksanakan, tiba tiba datang perintah lagi dari Pak  
Harto kepada Jenderal Soemitro melalui Asisten Vll, Alamsyah, agar   Surat  
Perintah Penangkapan dicabut kembali. Jenderal Soemitro menyatakan, pencabutan  
tidak mungkin dilaksanakan, sebab  pasukan sudah bergerak.  
Sebelum itu, Panglima KOSTRAD Umar Wirahadikusumah sudah memerintahkan  
Kepala Stafnya, Kemal Idris, agar   membatalkan perintah menangkap soebandrio  ,  
namun  ditolaknya, dengan alasan perintah sudah jalan dan Istana sudah dikepung sehari  
sebelum sidang Kabinet.  
Meski pun demikian penangkapan soebandrio   tidak berhasil dilaksanakan hari itu.  
Sesudah keluarnya Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR) 1966, soebandrio   baru  
ditangkap di Wisma Negara dalam komplek Istana Jakarta, yang dilakukan sesudah   
Presiden Sukarno lebih dahulu  disingkirkan oleh  Tjakrabirawa , dibawa ke Istana  
Bogor. Tjakrabirawa menolak penangkapan soebandrio   dilakukan, selagi Presiden  
berada di Istana Jakarta. Ternyata Presiden Sukarno sendiri tidak berusaha  
menyelamatkan soebandrio   dari penangkapan.  
mengenai  usaha hendak menangkap soebandrio  , dilalu  hari diceritakan oleh  
Letnan Jederal (purn.) Achmad Kemal Idris kepada mingguan  Tempo  (20 Oktober  
1990) bahwa sehari sebelum sidang Kabinet 103 Menteri di Istana Merdeka, ia dalam  
statusnya sebagai Kepala Staf KOSTRAD, menempatkan pasukan RPKAD tanpa  
inisial mengelilingi Istana, dengan misi  untuk menangkap soebandrio   yang dianggap  
salah satu tokoh G30S. Dikatakannya bahwa Pak Harto lah yang memerintahkan  
penangkapan itu, bagaimana caranya, terserah.  
namun  saat  sidang Kabinet sedang berjalan (11 Maret 1966) Ajudan Senior Presiden,  
Brigadir Jenderal Moh. Sabur, melapor kepada Presiden bahwa ada pasukan yang  
tidak dikenal me  ngelilingi Istana dan ada kekhawatiran pasukan ini akan menyerbu.  
Oleh sebab  itu Presiden Sukarno segera diamankan ke Istana Bogor dengan  
Helicopter yang tersedia di halaman depan Istana. soebandrio   yang menjadi sasaran  
hendak ditangkap, ikut dengan sukarno  ke Bogor. Hari itu usaha menangkap  
soebandrio  , gagal.  
Pada tahun  1993, Kemal Idris menceritakan lagi kepada wartawan  Forum Keadilan   
66) bahwa Amirmachmud sebagai Panglima KODAM V/Jaya mengetahui  dialah yang  
menempatkan pasukan tanpa tanda  pengenal di sekeliling Istana. namun  kata  
Kemal Idris, dia memang yang bertanggungjawab mengenai pengpergerakan  pasukan,  
sedang Amirmachmud sebagai Panglima KODAM, hanya melaksanakan misi   
teritorialnya.  
 Forum Keadilan , 22 Juni 1993  
Waktu berkumpul di KOSTRAD, Kemal Idris dapat perintah agar   menarik pasukan  
itu. Yang memerintahkan penarikan pasukan, ialah Letnen Jenderal Maraden  
Panggabean (Pejabat Panglima Angkatan Darat) melalui Amirmachmud, Panglima  
KODAM V/jaya. Kemal Idris tidak mau melaksanakannya.   jika  pasukan saya  
tarik, apa SUPERSEMAR akan jadi,  , kata Kemal Idris.  
berdasar keterangan saksi  Kemal Idris, sebab  pasukan tetap berada di sekitar Istana, maka Bung  
Karno kabur ke Bogor. sesudah  sukarno  pergi, Pak Harto menulis surat kepada  
sukarno  yang dibawa oleh 3 Jenderal (Basuki Rachmat, M. Yusuf dan  
Amirmachmud), isinya kira kira menyatakan tidak bisa bertanggungjawab mengenai  
keamanan, jika  tidak diberikan lebih banyak kekuasaan untuk menumpas  
G30S/PKI dan mempertanggungjawabkan  keamanan.  
saat  ditanya, sesudah  keamanan pulih, haruskah kewenangan itu dikembalikan  
kepada sukarno , , Kemal Idris menjawab:  Iya, cuma hanya sekedar  sampai di situ saja, tidak  
berarti dia (Soeharto) me  ngambil alih kekuasaan. Jadi, sesudah  keamanan bisa  
dipulihkan, kekuasaan itu harus dikembalikan kepada sukarno . namun  MPRS  
menghendaki lain .  
Sebelum sidang Kabinet dimulai, Presiden Sukarno bertanya kepada Amirmachmud,  
apakah situasi keamanan memungkinkan Sidang Kabinet diadakan, , yang dijawab  
 bisa , sambil memberikan jaminan: AMAN!  
Itulah sebabnya saat  3 Jenderal yang diutus oleh Pak Harto menemui sukarno   
di Bogor, sekali lagi sukarno  bertanya kepada Amirmachmud, bagaimana situasi  
sebetulnya , yang dijawab oleh Amirmachmud bahwa kondisi  AMAN. Waktu itu ia  
dibentak oleh sukarno  sambil mengatakan  Kau berkata  aman, aman, namun   
demonstrasi jalan terus .
 H. Amirmachmud Menjawab, 
Kedatangan 3 Jenderal ke Bogor yang berdasar keterangan saksi  Kemal Idris membawa bawa  surat Pak  
Harto memicu   lahirnya Surat Perintah 11 Maret. namun  mantan Asisten Operasi  
MEN/ PANGAD Jenderal Soemitro mengatakan, bukan 3 Jenderal yang  
memicu   SUPERSEMAR keluar, melainkan sebab  RPKAD mengepung Istana.  
saat  membaca teks SUPERSEMAR dalam perjalanan dari Bogor ke Jakarta untuk  
disampaikan kepada Pak Harto, Amirmachmud mengatakan:  Koq ini penyerahan  
kekuasaan .
Akhirnya sesudah  pemegang SUPERSEMAR melaksanakan perintah itu,  
pertama  dilakukannya membubarkan PKI, disusul dengan penahanan 15  
Menteri. Tindakan ini sangat mengejutkan sukarno , sebab  tidak dikonsultasikan  
dahulu  dengan Prèsiden/Panglima Tertinggi ABRI, seperti yang dimaksud dalam Surat  
Perintah ini . Langkah pun dipercepat dengan memanggil Sidang Umum IV  
MPRS 25 Juli 1966, lalu membubarkan Kabinet Dwikora yang menteri  menterinya  
sudah ditangkap lebih dahulu  15 orang, sesudah mana Jenderal Soeharto lalu  
membentuk Kabinet AMPERA dengan ia sendiri sebagai ketua Presidium Kabinet itu.  
Klimaksnya, diselenggarakan Sidang Istimewa MPRS dari tanggal 7 s/d 12 Maret  
1967, yang mengangkat Jenderal Soeharto menjadi Pejabat Presiden, sebab   
Presiden Sukarno sudah divonis oleh Sidang Istimewa MPRS dengan Ketetapan  
No.XXXIII/1967 yang mencabut semua kekuasaannya dari Pemerintahan Negara.  
Semua itu kata Amirmachmud, berhulu dari SUPERSEMAR.70)  
70) H. Amirmachmud Menjawab, hal. 61.  
Sejak SUPERSEMAR diluncurkan, sebetulnya  sukarno  tidak mampu lagi  
mengantisipasi situasi secara tepat.  
Berikut ini kutipan penilaian sukarno  yang meleset mengenai perkembangan  
situasi yang diucapkannya dalam Amanat Proklamasi 7 Agustus 1966. sukarno   
berkata:  
  .......tahun  1966 ini,   kata mereka  , ha, eindelijk, eindelijk at long last, Presiden  
Sukarno sudah  dijambret oleh rakyatnya sendiri; Presiden Sukarno sudah  digerakan gerakan ;  
Presiden Sukarno sudah  dipreteli segala kekuasannya; Presiden Sukarno sudah   
ditelikung oleh satu  triumvirat  yang terdiri dari Jenderal Soeharto, Sultan Hamengku  
Buwono dan Adam Malik. Dan   Perintah 11 Maret  kata mereka:  Bukankah itu  
penyerahan pemerintahan kepada Jenderal Soeharto,    
Dan tidakkah pada waktu sidang MPRS yang lalu, mereka   reaksi musuh musuh kita  
  mengharapkan, bahkan menghasut hasut, bahkan menujumkan, bahwa sidang  
MPRS itu sedikitnya akan menjinakkan Sukarno, atau akan mencukur Sukarno  
sampai gundul sama sekali, atau akan mengdongkel Presiden Sukarno dari  
kedudukannya semula,   
Kata mereka dalam bahasa mereka,  The MPRS session will be the final setlement  
with Sukarno , artinya sidang MPRS ini akan menjadi perhitungan terakhir   laatste  
afrekening   terhadap Sukarno. Surat Perintah 11 Maret itu mula mula, dan memang  
sejurus waktu, memicu  mereka bertampik sorak sorai kesenangan. Dikiranya Surat  
Perintah 11 Maret yaitu  satu penyerahan pemerintahan. Dikiranya Surat Perintah 11  
Maret itu satu  transfer of authority . Padahal tidak! Surat Perintah 11 Maret yaitu   
satu perintah pengamanan .......bukan penyerahan pemerintahan. Bukan transfer of  
authority.  
Mereka, musuh, sekarang kecele sama sekali, dan sekarang pun, pada hari  
Proklamasi sekarang ini, mereka kecele lagi: Lho, Sukarno masih Presiden, masih  
Pemimpin Besar Revolusi, masih Mandataris MPRS, masih Perdana Menteri: Lho,  
Sukarno masih berdiri lagi di mimbar ini! Presiden Sukarno, Amanat Proklamasi IV 1961 1966, Inti Idayu  Press bekolaborasi  dengan Yayasan Pendidikan Soekarno, hal.  199 200.  
Demikian Cuplikan pidato sukarno  yang mengevaluasi situasi waktu itu, penilaian  
mana meleset sama sekali. Yang benar justru penilaian musuh, yang diejek oleh  
sukarno .  
Urut urutan kejadian yang mengikuti Surat Perintah 11 Maret, sama sekali tidak  
membuktikan kecelenya musuh, seperti yang digambarkan oleh sukarno .  
Baru belakangan, 10 Januari 1967, sukarno  memberikan penilaian yang benar  
mengenai sebab musabab terjadinya pergerakan  30 September 1965, antara lain sebab   
ada oknum  oknum yang tidak benar dalam tubuh kita sendiri.  
 PADA bulan Mei 1978, KOPKAMTIB di bawah Panglima Sudomo, pernah   
menerbitkan seperti  BUKU PUTIH mengenai  G30S/PKI, yang isinya memastikan  
PKI sebagai dalang, juga menuduh sukarno  sebagai pihak yang terlibat. Satu  
tuduhan yang sungguh mengandung risiko tinggi. sebab  seperti sudah diuraikan  
pada bagian lain, tidak ada pengadilan yang pernah  memastikan sukarno  terlibat,  
padahal pengadilanlah satu satunya instansi yang kompeten untuk pemastian itu.  
Apa lagi persyaratan ini dicantumkan dalam Ketetapan MPRS No. XXXIII 1967,  
menyebutkan bahwa  penyelesaian persoalan hukum selanjutnya yang menyangkut  
diri Dr. Ir. Sukarno, dilakukan berdasar keterangan saksi  ketentuan ketentuan hukum dalam rangka  
menegakkan hukum dan keadilan .  
Mantan Jasa Agung dan Menteri Kehakiman, Ismail Saleh, S.H., dalam wawancara  
dengan mingguan  Detik  16 Pebruari 1994 menanggapi tuduhan keterlibatan Bung  
Karno dalam G30S/PKI menyatakan bahwa kita harus membedakan antara sekedar  
memihak PKI dengan memihak dalam arti pemberontakan. jika  memihak PKI  
sebagai Presiden untuk tujuan mempersatukan, dapat dipahami, sebab  semuanya  
harus dirangkul. Dan merangkul seperti itu, memang biasa dilakukan oleh pimpinan  
dan ini tidak berarti terlibat. Orang ingin mengatakan bahwa sukarno  memihak  
(PKI). Ini sesuatu yang simplistik. Tidak demikian! Kita kan sudah bisa menilai peranserta   
sukarno  dalam sejarah kita. Tidak patut dan  meria turut menghakimi bakwa  
beliau terlibat, kata Ismail Saleh.  
Juga Mantan Panglima KOPKAMTIB Soemitro, menyatakan kepada wartawan  
 Amanah  21 Maret 1 994, bahwa meski pun ABRI kecewa atas sikap sukarno   
yang tidak mau membubarkan PKI, namun  tidak terlintas sedikit pun menuduh Bung  
Karno terlibat G30S/PKI. Sama sekali tidak!  
Jadi, penyidik hukum mana yang sudah memastikan bahwa sukarno  terlibat  
G30S/PKI, sehingga ketua MPRS waktu itu Jenderal A.H. Nasution berusaha  keras  
menggiring MPRS agar   mengadakan Sidang Istimewa yang dibuka pada 7 Maret  
1967 untuk menggulingkan Presiden Sukarno dengan alasan keterlibatan itu,   
Banyak yang berpendapat bahwa Jenderal A. H. Nasution meng  harapkan, sesudah  
Presiden Sukarno digulingkan, dialah yang berpeluang dipilih menggantikannya,  
sesuai dengan apa yang ditulis oleh wartawan Belanda, William Oltmans, bahwa  
rencana ini jauh hari sebélumnya, sudah dipolakan dan dikampanyekan di luar negeri.  
namun  pada saat saat yang menentukan, justru ia tidak berani mengambil inisiatif untuk  
tampil, sedang waktu itu yang diperlukan, di samping kemampuan, juga keberanian.  
Syarat ini dinilai ada pada Pak Harto. Itulah sebabnya yang diusulkan dan dipilih oleh  
MPRS untuk menggantikan Presiden Sukarno yang digulingkan, Jenderal Soeharto  
dan bukan Jenderal A.H. Nasution.  
Dengan tangkas Jenderal Soeharto pada 13 Maret 1967 mengucapkan pidato dalam  
rangka mengamankan pelaksanaan proses penggantian Presiden, dengan  
mengatakan:  
Kedudukan Presiden Sukarno sudah  ditegaskan oleh MPRS, oleh pemegang  
kekuasaan tertinggi, oleh pemegang kedaulatan rakyat yang merupakan penjelmaan  
seluruh rakyat negara kita , yang akan kami laksanakan sebaik baiknya dengan  
bantuan dan kepercayaan dari seluruh rakyat.  
Marilah kita semua tidak lagi mempersoalkan kedudukan sukarno !  
Tidak terduga, sesudah sukarno  terguling, Jenderal A. H. Nasution tidak lagi bisa  
melanjutkan kiprahnya, sebab  ia pun segera tersingkir dan di hari tuanya  
sakit sakitan.  
sedang  bekas tahanan politik (tahanan Politik ) G30S/PKI, sesudah melalui masa seperempat  
abad, tetap saja dinyatakan sebagai bahaya laten dan komunisme meski pun sudah  
dilarang masih saja dinyatakan sebagai ancaman di negara kita . Sebuah buku  
berjudul  Sekitar Padnas, Bahaya Laten & tahanan Politik  G30S/PKI  diterbitkan oleh  
Lembaga Pertahanan Nasional, memuat 16 tulisan yang menyoroti bahaya laten  
komunis dan sisa sisa kekuatannya.  
Buku ini menjelaskan bahwa keruntuhan komunisme, tidaklah dengan sendirinya  
membawa bawa  kelumpuhan pada kekuatan sosial yang berorientasi kepada Marxisme,  
sebab  adanya 4 faktor pendukung:  
1. Masalah sosial ekonomi yang diidentifikasi dan dideskripsikan oleh  
analis Marxis sebagai kritik sosial, tetap menarik, seperti kesenjangan  
sosial, kemiskinan dan eksploatasi tenaga manusia.  
2. Janji kesanggupan Marxisme untuk mengubah nasib hidup menuju  
emansipasi.  
3. peralatan  teori Marxisme sebagai disiplin ilmu dan  metodologi  
yang mendukungnya, sudah  berkembang dan menjadi daya tarik  
tersendiri, terutama di Barat.  
4. Komunisme sebagai sistim, ajaran, metode dan pergerakan , tetap  
menarik dan dapat saja dimanfaatkan oleh siapa pun dalam mencapai  
tujuannya, tanpa yang bersangkutan menjadi komunis.  
Marxisme sebagai filsafat dan teori sosial, tidak menghilang dengan runtuhnya sistim  
komunisme.  
Itulah sebabnya mengapa G30S/PKI tetap bahaya laten dan berbagai hak azasi ratusan ribu orang  
yang pernah  ditahan sebab  masalah  itu, direnggut dengan   Instruksi Menteri Dalam Negeri No.  32/1981 , dimana ditetapkan banyak ketentuan yang harus ditaati. Untuk menyebutkan sebagian  kecil saja dari padanya, antara lain:  
1. Keharusan mencantumkan kode ET (Eks tahanan Politik ) pada Kartu Tanda Penduduk.  
Pencantuman kode ET ini memicu  dihambatnya yang bersangkutan mencari  pekerjaan dan semua pasar kerja akan takut menerimanya.  
2. Melakukan pembatasan pekerjaan bagi mereka untuk menjadi dosen/guru,  wartawan, lembaga bantuan hukum, pendeta dan sebagainya yang tidak diperinci,  sehingga sangat elastis.  
3. Mencegah mereka memasuki kegiatan kemasyarakatan yang dianggap mungkin  
memicu  kerawanan di bidang sosial  politik, sosial ekonomi, sosial budaya dan  
KAMTIBMAS.  
4. Untuk bepergian dalam negeri meninggalkan kelurahan/desa tempat domisilinya  lebih dari 7 hari, harus dengan izin khusus. Warganegara biasa, tidak memerlukan  izin itu.  
5. Untuk bepergian ke luar negeri atau melakukan ibadah Haji, harus memiliki  reputasi  baik dan ada jaminan tertulis dari seseorang/instansi yang dapat  dipertanggungjawabkan  bahwa yang bersangkutan akan kembali ke daerah domisili  
semula, dan  sudah  memperoleh  santiaji dari pejabat atau tugas   setempat.  
Meski pun Panglima ABRI Jenderal Faisal Tanjung dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR 13  Desember 1993 sudah  menyatakan tidak keberatan atas penghapusan kode ET yang terkesan  tidak manusiawi itu, mengingat tidak ada lagi masalah dari segi keamanan, namun  Departemen  Dalam Negeri tetap mempertahankan sistim hukuman tanpa putusan pengadilan itu, berlaku bagi  orang  bekas tahanan politik.  Berbagai lembaga yang bergerak di bidang Hak Azasi Manusia sudah  mengajukan persoalan ini  kepada Komisi Nasioanal Hak Azasi Manusia untuk diperhatikan. Hukuman kolektif seperti  ini,  tidak memiliki  dasar hukum dalam sistim UUD 1945 dan bertentangan  dengan Deklarasi  Sedunia mengenai  Hak Azasi Manusia yang diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB  10  Desember 1948.  Dalam Mukaddimah Deklarasi itu antara lain dikatakan:  Bahwa sikap tidak memperdulikan dan sikap menghina hak hak azasi manusia, memicu   tindakan biadab yang mendatangkan amarah pada hati nurani manusia.  
Bahwa penting sekali hak hak azasi manusia dilindungi oleh hukum, agar   manusia tidak  
mengambil jalan lain yang terakhir, dengan pemberontakan terhadap tirani dan penindasan.  
Pasal 13:  
Setiap orang berhak untuk bergerak dan memilih tempat tinggalnya secara bebas  dalam batas wilayah setiap negara.  
Pasal 23:  
Setiap orang berhak untuk bekerja, untuk memilih pekerjaan yang bebas, untuk  memperoleh  syarat bekerja yang menguntungkan dan perlindungan terhadap  pengangguran.  Oleh sebab  itu apa yang diterapkan dengan instruksi Menteri Dalam Negeri No. 32/1981, tidak lain  dari usaha  untuk mempertahankan agar   G30S/PKI tetap menjadi issue bahaya laten.  Bahwa PKI yang menggerakkan coup d'état yang gagal itu, tidak terbantahkan lagi. Hanya  masalahnya tidak sederhana dan selesai sampai di situ, sebab  ternyata banyak juga jaringan lain  yang dikabarkan  ikut terkait di dalamnya. Jika masalah  ini tidak segera ditutup, akan makin  
merebak saja dan makin banyak lubang  lubang yang selama ini seolah olah tertutup, potensial  
berpeluang terbuka.  
Yang jelas makin terungkap: Bahwa sukarno  ternyata tidak terlibat masalah  G30S/PKI, seperti  
tuduhan bertubi tubi sebelumnya.  
masalah  G30S/PKI sendiri seperti yang disimpulkan MPRS dan dituduhkan kepada sukarno ,  
tidak pernah dimasukkan dalam GBHN yang disampaikan kepada Mandataris agar    
dipertanggung  jawasukarno an. Yang disampaikan kepada Presiden/ Mandataris, hanya NOTA  PIMPINAN MPRS No. 2/1966 yang minta melengkapi Laporan Pertanggungjawaban Presiden yang  dikenal dengan  Pelengkap Nawaksara , yang isinya dengan mudah saja ditolak oleh MPRS.  Waktu menyampaikan   Pelengkap Nawaksara  itu, Presiden Sukarno sudah menegaskan bahwa  sesuai dengan bunyi pasal 3 UUD 1945 dan penjelasannya, hanyalah Keputusan MPR mengenai  GBHN yang harus dipertanggungjawabkan  dan bukan mengenai  hal hal yang lain. Sedang masalah   G30S/PKI tidak masuk GBHN.  Alasan bahwa Presiden sebagai Mandataris MPRS tidak dapat memenuhi pertanggungjawaban  Konstitusionalnya (mengenai masalah  G30S/PKI), menjadi tidak jelas, bahkan absurd.  Apa lagi alasan yang dicantumkan dalam TAP MPRS No. XXXIII 1967 yang menuduh  Presiden/Mandataris tidak dapat memenuhi pertanggungjawaban Konstitusionalnya, sangat sumir,  tidak dijelaskan apa bentuk konkrit pelanggaran yang dilakukan, padahal Ketetapan itu  menyangkut perubahan ke tata negaraan yang sangat fundamental, yaitu menjatuhkan seorang  Presiden Konstitusional.  
Ketetapan MPRS No. XXXIII/1967 itu, lebih dirasakan sebagai ketetapan emosional atau balas  dendam.  Oleh sebab  itu alasan keterlibatan sukarno  dalam G30S/PKI yang diangkat oleh MPRS untuk  menggulingkannya sebagai Presiden dan mencabut semua hak politiknya, dengan mengatas   namakan wewenang Konstitusi, landasannya sangat rapuh.  
Ketetapan MPRS No. XXXIII 1967, mengandung kekurang cermatan Konstitusional yang  
memerlukan koreksi.   segera sesudah  Presiden Sukarno diturunkan dari tahta kekuasaan dan mencabut  semua hak politiknya, ia pun dikenakan tahanan, resminya diumumkan .1968 namun   
sebelumnya sudah dilakukan sampai wafatnya, 21 Juli 1970. Begitu ketatnya  penahanan ini, sehingga jenazahnya pun tidak boleh dibawa ke rumah keluarganya  (Ibu Fatmawati), namun  harus dibawa kembali ke tempat tahanannya di Wisma Yaso,  sebelum dimakamkan.  Banyak waktu untuk mengusut dan menyusun Berita Acara Pemeriksaan (BAP) bagi  sukarno  sebelum wafatnya, jika ia memang dianggap bersalah, untuk memenuhi  ketentuan pasal 6 Ketetapan MPRS No. XXXIII/1967 yang berbunyi:  
Menetapkan penyelesaian persoalan hukum selanjutnya yang menyangkut Dr. Ir.  Sukarno, dilakukan berdasar keterangan saksi  ketentuan  ketentuan hukum dalam rangka menegakkan  
hukum dan keadilan, dan menyerahkan pelaksanaannya kepada Pj. Presiden.  
namun  ketentuan ini tidak pernah dilaksanakan, sedang vonnis sudah jatuh mendahului  
penyidikan hukum yang seharusnya dilakukan. Azas  praduga tak bersalah  yang  dianut dalam sistim hukuom Republik Indonesia  , tidak berlaku untuk masalah  sukarno .  Sesudah sukarno  digulingkan, histeria atas semua yang berbau Sukarno,  dikobarkan. Juli 1967 lahir apa yang dikenal dengan  Tekad Yogya , yaitu tekad para  
Panglima KODAM se Jawa mengenai   de Sukarnoisasi .  Jenderal A. H. Nasution dalam bukunya   Dari gerakan gerakan  1 Oktober 1965 ke Sidang  Istimewa MPRS 1967 , menyambut  Tekad Yogya  dengan mengatakan bahwa sikap  
TNI dalam persoalan ini, dapat dimengerti 
De Sukarnoisasi cepat sekali merebak seperti epidemic yang menyerang ke  mana mana. Semua ajaran sukarno  dinyatakan: Dilarang! Sampai sampai Dasar  Negara,  Pancasila  yang dirumuskan oleh sukarno  dalam pidato 1 Juni 1945,  harus diperlakukan sebagai bukan hasil pemikiran sukarno .  saat  jajaran Pembina Politik di Departemen Dalam Negeri berusaha menahan  
desakan arus bawah yang murni, bukan direkayasa, (di lingkungan GOLKAR katanya  
ada arus bawah yang direkayasa, Pen.), yang mendukung tampilnya Megawati  Sukarnoputri memimpin Partai Demokrasi negara kita  (PDI) yang sedang mengalami  krisis kepemimpinan dalam kongres ke V (Kongres Luar Biasa) di Surabaya (26  Desember 1993), dianggap lah Mega sebagai pewaris  Sukarnoisme  akan  
menghidupkan kembali ajaran Sukarno yang selama ini tabu. Terutama yang paling  
ditakuti, dihidupkannya kembali NASAKOM.  
Ketakutan terhadap NASAKOM yang dianggap masih gentayangan, sangat tidak  logis, sebab  KOM (komunis) dalam fakta  sudah  dibasmi dan tidak ada lagi.  Bukan saja Pemerintah sudah  membasminya, namun  juga golongan Agama dan  Nasionalis sudah menolaknya, sehingga persekutuan itu tidak lagi terkondisi untuk  
direalisasi dan oleh sebab nya tidak mungkin juga dimaterialisasikan.  NASAKOM bukan suatu pandangan hidup yang memiliki  peralatan  teori. Di masa  hidupnya, hanya dipakai  oleh masyarakat negara kita  waktu itu untuk satu tujuan  tertentu: bersatu. saat  kebutuhan itu sudah lewat dan kondisinya berubah, maka  
dasar hidupnya pun menjadi absurd.  Istilah  Sukarnoisme  juga memiliki  sejarah yang berada di luar keinginan Bung  Karno, bahkan ditolaknya.  
Rupanya orang pura pura melupakan siapa yang merekayasa lahirnya istilah   Sukarnoisme' sebagai penamuan atas ajaran sukarno . jika  para pembenci  ajaran Sukarno waspada, mereka tidak akan memakai   Sukarnoisme  sebagai  senjata mengintimidasi Megawati, sebab  bisa menampar muka sendiri.  Mengapa,   sebab  bukan saja sejak diperkenalkannya istilah  Sukarnoisme , sudah memperoleh   dukungan dari Angkatan Darat, juga   Sukarnoisme  yaitu  1 ajaran yang  dimanfaatkan oleh satu pergerakan  yang bernama  Badan Pendukung Sukarnoisme   (BPS), menjelang kelahiran  Orde Baru . Organisasi ini bergerak di lingkungan pers,  radio dan televisi. tokoh nya antara lain B.M. Diah, Adam Malik, Sayuti Melik,  
J.K. Tumakaka, Harmoko, Sukowati, Djoehartono dan beberapa tokoh Angkatan  Darat lainnya.  
Yang diterima menjadi anggota: surat kabar, majalah, wartawan profesional,  orang  yang mengaku wartawan, atau yang baru diangkat menjadi wartawan  dengan memenuhi syarat: Anti PKI. Mereka memperkenalkan diri sebagai organisasi  persurat kabaran, sama dengan Serikat Penerbit Suratkabar (SPS). Ini untuk  
menghindarkan agar   tidak dituduh sebagai organisasi tandingan PWI (Persatuan  Wartawan negara kita ). namun  SPS sama sekali tidak menerima keanggotaan wartawan  atau orang yang baru diangkat menjadi wartawan seperti yang dilakukan oleh BPS.  Anggota SPS hanyalah perusahaan suratkabar, bukan perorangan. Organisasi ini  bergerak di bidang bisnis.  
BPS didirikan pada 1 September 1964, setahun  mendahului G30S dengan  mempopulerkan  Sukarnoisme  sebagai senjata untuk mendukung penyelesaian  revolusi dan terbentuknya masyarakat Sosialisme negara kita  berdasarkan Pancasila  dan berpedoman MANIPOL/ USDEK.  
berdasar keterangan saksi  siaran BPS, simpati langsung diperolehnya dari Jenderal A.H. Nasution, di  samping sejak awal juga sudah menerima dukungan dari Amerika Serikat. namun   dukungan Washington dikritik oleh pers Amerika sendiri sebagai satu kekeliruan,  sebab  terlalu cepat memberikan dukungan, sehingga memicu  kecurigaan  rakyat negara kita .  Presiden Sukarno dalam Pidato Kenegaraan 17 Agustus 1965 mengatakan, tujuan  BPS yang sebetulnya  ialah memecah persatuan nasional dengan  
mengacau balaukan pengertian NASAKOM. BPS malah dikatakan terlibat satu . BPS  malah dikatakan terlibat satu rencana jahat. Organisasi ini melakukan kriminalitas  politik dan kriminalitas biasa.  Sebelum pidato ini, pada 17 Desember 1964 Presiden sudah membubarkan BPS dan  
pada 23 Pebruari 1965 memerintahkan agar   semua atribut BPS ditutup dan  dihentikan kegiatannya.  Sukarnoisme  yang dimaksudkan sebagai ajaran Bung  Karno, di tangan BPS menjadi lain artinya, yaitu menunggu saat saat  untuk  menghancurkan ajaran itu.  misi  BPS sebetulnya , dinyatakan dalam program perjuangannya yaitu berperanserta   sebagai champion social dengan melakukan economic reform dan political reform,  satu tatanan baru yang menolak tatanan ekonomi dan politik yang sedang  operasional, seperti yang digariskan oleh sukarno  dan sudah disahkan menjadi  
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) oleh MPRS.  
Oleh tindakan sukarno  di atas, BPS merasa dirinya sudah  menjadi martir dari satu  
perjuangan. Maka pada 13 Nopember 1982, bertempat di kantor PWI (waktu itu  
beralamat jalan Veteran 7 C), diadakan pertemuan sehari yang dipimpin oleh ketua  PWI (tokoh BPS) Harmoko (lalu  Menteri Penerangan 3 periode berturut turut),  dihadiri  kurang lebih 50 wartawan bekas anggota BPS.  Pertemuan ini mengangkat sejarah kepahlawanan orang  BPS melawan  
komunis dan sekutu sekutunya, yang berhasil meruntuhkan PKI dan lahirlah ORDE  BARU.  
Sepuluh tokoh BPS yaitu: 1. Sumantoro, 2. Asnawi Idris, 3. Suhartono, 4. Sutomo  Sutiman, 5. Sumantri Martodipuro, 6. Tengku Sjahril, 7. H.A. Dahlan, 8. Arif Lubis, 9.  Sayuti Melik dan 10. Zein Efendi, dianugerahi Piagam Penghargaan  Satya Penegak  Pers .  
Di samping itu pada 1983, diterbitkan buku yang berjudul  Perlawanan Pers negara kita   BPS terhadap pergerakan  PKI , ditulis oleh Tribuana Said dan D.S. Muljanto. Buku ini  sangat menarik, sebab  membuka baju penyamaran BPS dan memakai baju aslinya  sambil mengakui adanya hubungan BPS dengan unsur unsur Angkatan Darat dan  beberapa partai politik MURBA, NU, IPKI dan PSII.  Tipu muslihat lain yang menyesatkan, ditampilkannya program ikut membantu,  membela, memberikan penerangan dan mendukung kebijaksanaan Pemerintah Pusat  
(Orde Lama) sebagai konsekwensi berdirinya BPS di belakang Pemimpin Besar  Revolusi sukarno , untuk menyelesaikan revolusi dan  sebagai pengemban   Sukarnoisme .  Untuk mencapai semua ini, dijanjikan langkah menjaga pelaksanaan  Sukarnoisme  dengan seksama, berusaha mengumpulkan buku  buku ajaran sukarno  sejak  zaman perjuangan di masa penjajahan, sampai pada zaman kemerdekaan, guna  disebar luaskan dan dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. Berusaha  mengumpulkan ucapan ucapan sukarno , baik yang tertulis mau pun tidak, dahulu  dan sekarang sampai pidato TAVIP dan ajaran ajaran pada waktu waktu selanjutnya  namun  dalam fakta , semua itu hanyalah jargon. Terbukti sesudah sukarno   
ditumbangkan, semua ajaran sukarno  disapu bersih.  Oleh sebab  itu sukarno  tidak keliru menilai BPS sebagai pergerakan   to kill  
Sukarnoisme    hendak mematikan ajaran Sukarno.  saat  memerintahkan pelarangan seluruh atribut BPS dalam rapat umum PWI  Maju  Tak Gentar , sukarno  menegaskan lagi, BPS itu anti NASAKOM. NASAKOM  yaitu  wadah yang diciptakan oleh sukarno  untuk mempersatukan kekuatan  
nasional melawan neokolonialisme/imperialisme dan membangun tanah air.  NASAKOM disetujui oleh 10 partai politik yang ada di negara kita  dalam pertemuan di  Istana Bogor 12 Desember 1964: PNI, NU, PKI, PERTI, PARTINDO, PSII, MURBA,   IPKI, Partai Kristen dan Partai Katolik yang melahirkan Ikrar 4 pasal:  
1. Mendukung politik konfrontasi dengan Malaysia.  2. Memelihara persatuan nasional yang progresif revolusioner  berporoskan NASAKOM.  
3. Menempuh musyawarah dalam menyelesaikan sengketa tanah.  
4. Membantah issue bahwa sukarno  akan meletakkan jabatan.  
Tinggal seorang B.M. Diah dengan suratkabarnya  Merdeka , mantan pemimpin  tertinggi BPS, sesudah ia tidak lagi menjadi Menteri Penerangan dalam Kabinet I  Orde Baru, tampil membela sukarno  dan ajarannya dari gilasan bekas  
kawan kawan seperjuangannya yang   dahulu  berjuang bersama sama dalam BPS. Ia  dahulu  menjadi  BPS sebagai senjata untuk melawan komunis dan bukan rnelawan  Sukarno, seperti yang dilakukan teman temannya yang lain.  
Sementara BPS sendiri semakin berterus terang membuka rahasia, dengan  mengakui bahwa organisasinya memang pergerakan  kewartawanan dan bukan  seperti  SPS yang hanya mengurus masalah bisnis persurat kabaran.
Hal ini sudah diantisipasi oleh PWI sejak semula dan mengambil langkah langkah  untuk ditaatinya ketentuan Peraturan Dasar PWI, yang tidak membenarkan  anggotanya rnerangkap menjadi anggota organisasi kewartawanan nasional selain  PWI.  Itulah sebabnya, pada waktu itu PWI menjatuhkan skorsing terhadap semua  
anggotanya yang menjadi anggota BPS.  Untuk selanjutnya BPS tidak perlu lagi berbicara banyak, sebab  tinggal  menggaris bawahi apa yang ditulis pendukung mereka di luar negeri, seperti Ricklefs  
yang menyambut bahwa BPS dibentuk oleh sekelompok wartawan yang anti PKI,  Van der Kroef mencatatnya sebagai organisasi anti PKI yang dilarang. Sedang Legge  mengatakan, BPS yaitu  salah satu langkah dalam membangun tirai asap ideologis  dari mana suatu kampanye anti PKI dapat diluncurkan. Semua pengakuan ini dapat  dibaca dalam buku  Perlawanan Pers negara kita  BPS Terhadap pergerakan  PKI .  
BPS lah yang menciptakan  Sukarnoisme  dan sekarang menjelma menjadi hantu  untuk menakut nakuti orang.   sebuah film manuscript ter yang diproduksi oleh ABC melukiskan kegiatan CIA di  
berbagai negara, dengan sasaran pokoknya menghancurkan komunis, bukan saja di  
negara negara sosialis Eropa Timur dan Cina, namun  juga dinegara negara bukan  komunis yang kuat partai komunisnya, seperti Italia dan negara kita .  Mengenai negara kita , film ini merekam ulang kunjungan sukarno  ke Uni Sovyet  
dan Cina pada tahun  1956, di mana digambarkan  sukarno  bermesraan dengan  komunis. Tentu saja gerak gerik sukarno  dibayangi terus oleh CIA, bahkan  merupakan obsesi yang makin lama makin memuncak dan akhirnya bermuara pada  
pergerakan  30 September yang membawa bawa  CIA kepada kemenangan sempurna di  negara kita . Untuk kemenangan itu, Presiden Richard Nixon (AS) menilai bahwa  perubahan politik di negara kita  tahun  1966, merupakan kemenangan terbesar bagi  Amerika di Asia Tenggara, sesudah sebelumnya mengalami kekalahan yang  
memalukan di Vietnam.  Tampil sebagai salah satu narrator pada bagian mengenai negara kita , Dewi Ratnasari  (istri sukarno  wanita Jepang) yang berpindah pindah tinggal di Amerika, peranserta CIS  dan Jepang. Ia mengemukakan bagaimana kegiatan CIA menggulingkan Sukarno  
sambil mengemukakan juga  bahwa dalam penumpasan pergerakan  30 September 1965,  
dua juta rakyat negara kita  dibunuh . Mengenai pembantaian ini, pers atau  penulis penulis Barat hanya mencatat angka 500.000, meski pun angka yang lebih  kecil ini, sudah lebih dari cukup   untuk mendirikan bulu roma, namun tidak terlalu  
diributkan.  Hardi, SH., salah satu ketua PNI dalam periode 19631966, bercerita bahwa pada  bulan Mei 1965 ia merasa sangat gelisah melihat pesta peringatan 45 tahun   berdirinya PKI. Waktu itu sinarnya sang surya mulai galak menggarang warga  ibukota. namun  sekali sekali tampak langit kelabu sebagai tanda peralihan ke musim  
kemarau. Dalam pikirannya, suatu kekeringan dalam politik pun akan datang,  kegersangan politik akan muncul, di mana PKI akan melancarkan perebutan  kekuasaan. Ia berpikir dan berpikir terus. Satu firasat semakin merasuk pikirannya,  apakah ini sekedar bayangan atau impian tanpa sadar.  namun  yang mendorong muncul nya firasat itu, ialah keinginannya memperoleh  kesempatan bertemu muka dengan sukarno .  Pada 18 Mei 1965, ia diterima oleh sukarno , katanya di kamar tidurnya di Istana  
Merdeka. Maka disampaikanlah perhitungan politiknya bahwa PKI akan merebut  kekuasaan dengan mengemukakan sebagai alasan, terjadinya peristiwa Bandar Betsi  di mana seorang Pembantu Letnan dibunuh oleh BTI sebab  sengketa tanah, aksi  sepihak yang dilancarkan oleh BTI di Klaten (Jawa Tengah) dan Banyuwangi (Jawa  Timur) melawan pemilik tanah anggota anggota PNI. Semua itu yaitu  senamsenam  revolusioner yang merupakan persiapan menuju perebutan kekuasaan.  Kita semua  khawatir negara Rl atir negara Rl yang Pancasila, mau dirubah menjadi negara  
komunis, maka kita pasti akan yang Pancasila, mau dirubah menjadi negara  komunis, maka kita pasti akan mengalami malapetaka dan perang  saudara , kata  Hardi kepada sukarno .  
Lalu sukarno  minta, agar   ia berjuang terus dan  baik juga sekali sekali datang  ke mari berbicara dengan saya . kata sukarno  kepadanya berdasar keterangan saksi  Hardi.  Hardi mengatakan, sukarno  tidak mengoreksi atau menyanggah pendapat ini.  Malah kata sukarno    berdasar keterangan saksi  Hardi  ,  Ya, jika begitu, saya dapat mengikuti dan  mengerti perasaanmu .  
 Dengan terjadinya peristiwa G30S/PKI sebagai perwujudan nyata firasat yang  dikemukakan dalam pembicaraan dengan sukarno  pada tanggal 18 Mei 1965,  sering memicu  rasa penyesalan yang tidak habis habisnya, sebab  sukarno   ternyata melupakan warning voice yang tersirat dalam firasat seorang muridnya .  
Hardi mengatakan bahwa ia yaitu  murid sukarno .  Pada tahun  1968, saat  sukarno  sudah dikenakan karantina politik di Istana  Bogor, Hardi bersama istrinya diundang nonton wayang kulit di Istana Bogor dan  kebetulan memperoleh  tempat duduk persis di kursi belakang sukarno . sukarno   
berbisik kepadanya,  Mas Hardi, achteraf heb je gelijk (Mas Hardi, ternyata engkau  benar). Hardi mengatakan, andaikata pikirannya diperhatikan oleh sukarno ,  G30S/PKI dapat dicegah.
Dalam masalah  ini, Hardi juga perlu disesali, mengapa  perhitungan politiknya yang  
begitu penting tidak disampaikan kepada aparat keamanan, padahal aparat  keamananlah yang harus bertindak jika ada sesuatu yang membahayakan negara .  namun  berbeda dengan Hardi, Mayor Jenderal Alamsyah Ratu Prawiranegara, mantan  Sekretaris Negara dan pernah  Menteri Agama Rl, justru memiliki  penilaian,  G30S/PKI tidak mungkin terjadi jika PNI tidak menjalankan politik yang mendekatkan  
diri kepada PKI.Hardi, Bung Kamo Dalam Kenangan, hal. 32 38, disajikan dalam  
peringatan Hari Wafat Bung Kamo 21 Juni 1991 yang diselenggarakan  oleh Yayasan MARINDA Jakarta.  Nazaruddin Sjamsuddin, PNI dan Kepolitikannya, hal. 142  Kedua penilaian yang berbeda itu, hakekatnya penilaian hitam  putih yang sederhana  tanpa mempertimbangkan relasinya dengan aspek lain seperti peranserta  Amerika,  terutama CIA, yang berprespektif terjadinya tragedi nasional dan berakhir dengan  
digulingkannya Presiden Sukarno, yang bagi Amerika Serikat menjadi tujuan pokok.  PNI yang memiliki  keterkaitan historis ideologis dengan sukarno , yang  seharusnya tampil melindungi pada saat saat yang paling kritis dalam sejarah  
kepemimpinannya, justru bersikap Politik . saat  sukarno  dinista oleh  komponen Orde Baru dan menuntutnya agar   di MAHMILLUsukarno AN, PNI tidak  membelanya. Pemimpin  pemimpin PNI yang bekerja sama dengan Orde Baru,  dengan cara kasar mengambil alih kepemimpinan Partai dalam Kongres  Pemersatuan yang dipenuhi intrig dan ancaman, dengan melibatkan unsur luar partai.  Kongres Pemersatuan di Bandung dari tanggal 24 sampai 28 April 1966 itu,  
mengingkari komitmen PNI terhadap sukarno  sebagai pendiri PNI dan Bapak  Marhaenisme yang disahkan dalam 2 kali kongres, dengan klimaksnya mengeluarkan  Pernyataan Kebulatan Tekad 21 Desember 1967.  Pernyaratan kebulatan Tekad menegaskan bahwa di bidang ideologi, Marhaenisme  bukan lagi ditafsirkan seperti rumusan penciptanya, yaitu sebagai Marxisme yang  diterapkan sesuai dengan kondisi negara kita  dan alat persatuan anti imperialisme,  
kapitalisme dan feodalisme, melainkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Sosio  Nasionalisme dan Sosio Demokrasi. sedang  di bidang politik dengan tegas PNI  menyatakan melaksanakan ketetapan MPRS No. XXXIII/1967 yang tidak  menghendaki lagi kembalinya kepemimpinan politik Sukarno dan menyatakan PNI  tidak terikat pada pemikiran pemikiran politik Sukarno Prediksi  Bapak Marhaenisme   yang selama ini melekat pada diri sukarno , ditiadakan.Nazaruddin Sjamsuddin, PNI dan Kepolitikannya, hal. 197.  Sebelum Pernyataan Kebulatan Tekad diambil, pada tanggal 11 Desember 1967,   Dewan Pimpinan PNI yang diwakili oleh Hardi, SH., Mh. Isnaeni dan Gde Djaksa,  SH., menghadap Soeharto. Mereka minta agar   Pak Harto membantu PNI  mempercepat proses konsolidasi dan kristalisasi Partai. Soeharto mengatakan  bahwa sikapnya terhadap PNI, akan tergantung bagaimana sikap Angkatan Darat.  Oleh sebab  itu pada tangal 14 Desember 1967, Osa Maliki, Mh. Isnaeni dan Gde  
Djaksa menemui pejabat Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Maraden  Panggabean, untuk menanyakan bagaimana sikap Angkatan Darat terhadap PNI.  Jika PNI memang tidak diperlukan, maka partai ini segera dibubarkan. Panggabean  menjawab bahwa dengan segala kejujuran dan keikhlasan, Angkatan Darat ingin  
memberikan bantuan kepada PNI dalam usahanya melakukan konsolidasi dan  
kristalisasi.  Penegasan Panggabean ini, oleh PNI disampaikan lagi kepada Pak Harto dan pada  
tanggal 21 Desember 1967, datanglah Osa Maliki, Mh. Isnaeni dan Gde Djaksa  menghadap Pak Harto dan menyerahkan Pernyataan Kebulatan Tekad.  Sejak itu, sukarno  sudah ditempatkan oleh PNI pada satu posisi yang tidak lagi  didukung.  namun  sejak itu juga  PNI mencatat bagaimana massanya berbondong  bondong  
meninggalkan partainya dan dalam Pemilihan Umum I yang diselenggarakan~oleh  Orde Baru 1971, partai yang bertanda gambar  Banteng dalam segi tiga  ini  mangalami kekalahan tragis dengan hanya kebagian 8% suara, untuk lalu   
mengumumkan kematiannya dengan memasuki fusi ke dalam Partai Demokrasi  negara kita  (PDI) tanpa melalui putusan Kongres, bergabung dengan partai partai kecil:  
MURBA, IPKI, Partai Katolik dan Partai Kristen. PNI mengakhiri eksis  tensinya  sebagai partai terbesar simbul nasionalisme negara kita  yang pernah  menjadi partai  nomor I dalam Pemilihan Umum I 1955.  Sebetulnya PNI dibangun oleh sukarno  bersama teman teman sepahamnya,  
untuk mewadahi berbagai aliran politik yang ada di negara kita , dipersatukan dalam  satu ideologi baru yaitu MARHAENISME. Marhaenisme dirumuskan sebagai satu  ajaran yang memiliki  konsep dasar perjuangan baru melawan penjajahan,  kapitalisme dan feodalisme, sesudah  sukarno  melihat terpecah belahnya tiga aliran  
politik besar yang ada, yaitu: Budi Utomo yang nasionalistis namun  Jawa sentris,  Serikat Dagang Islam yang menekankan kesetiaan kepada agama, dan Partai  Komunis  Indonesia   yang kebarat baratan sebab  menganut paham sosialisme Barat  dan Marxisme. Usaha sukarno  mempersatukan aliran aliran politik dalam  
Permufakatan Perhimpunan  Perhimpunan Politik Kebangsaan negara kita  (PPPKI),  mengalami kegagalan. PNI dengan Marhaenismenya diharapkan bisa menjadi Partai  Pelopor mepersatukan semua kekuatan politik yang ada. Tiga aliran besar yang  merupakan realitas kekuatan politik di negara kita , diperhitungkan akan mampu  menumbangkan penjajahan, jika  berjuang bersama sama dalam satu koordinasi  
yang baik.  Program ini memperoleh  rumusan yang lebih sempurna dalam Pidato 1 Juni 1945  
yang dikenal dengan Pidato  Lahirnya Pancasila , yang kembali menekankan  mutlaknya persatuan seluruh kekuatan rakyat untuk menopang kemerdekaan.  29 Mei sampai 1 Juni 1945, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan  
negara kita  (BPUPKI) atau yang dalam bahasa Jepangnya disebut  Dokuritsu Zyunbi  
Tyoosakai , bersidang di Jakarta di bawah pimpinan ketuanya, dr. K.R.T. Radyiman  
Wediodiningrat. Sidang diminta oleh ketua agar   mengemukakan dasar bagi Negara  negara kita  Merdeka.  sukarno  sebagai pembicara terakhir, mengemukakan secara terperinci mengenai  
dasar yang dimaksud, diucapkan tanpa teks dan isi pidatonya dicatat dalam suatu   stenografische verslag  secara lengkap.  Radjiman Wediodiningrat saat  memberikan Kata Pengantar untuk penerbitan buku  pidato yang bersejarah itu tertanggal Walikukun 1 Juli 1947 menulis:  
Selama fasisme Jepang berkuasa di negeri kita,  
Democratische Idee tak pernah  dilepaskan oleh sukarno ,  selalu dipegangnya teguh teguh dan senantiasa dicarikannya  jalan untuk mewujudkannya. Sukamo, Pancasila sebagai Dasar Negara, Inti Idayu Press  Yayasan Pendidikan Sukamo, Jakarta, 1986.  
Democratische Idee yang dimaksud ialah Pidato Lahirnya Pancasila yang dikatakan  oleh sukarno  sebagai Philosofische grondslag dibandingkan  negara kita  Merdeka atau  satu Weltanschauung di atas mana kita mendirikan negara negara kita .  
Weltanschauung ini, Kata sukarno , harus kita bulatkan di dalam hati dan pikiran  kita, sebelum negara kita  Merdeka datang. Kita bersama sama mencari persatuan  Philosofische grondslag, mencari Weltanschauung yang kita semua setujui. 
Ini berarti kita harus mendirikan suatu negara  semua buat semua . Bukan buat satu  orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan mau pun golongan yang  kaya,   namun    semua buat semua .  Pendek kata, bangsa negara kita , natie negara kita  bukanlah satu golongan yang hidup  dengan  le desir d'etre ensemble  seperti yang dikatakan oleh Ernest Renan, di atas  daerah yang kecil seperti Minangkabau, Madura, Jawa, Sunda atau Bugis, namun   bangsa negara kita  yaitu seluruh manusia manusia yang berdasar keterangan saksi  geopolitik tinggal di  kesatuannya semua pulau  pulau  negara kita  dari ujung utara Sumatera sampai Irian.  Seluruhnya, sebab  antara manusia 1000.000  sudah ada  le desir  d'etre ensemble : sudah jadi  Karakter  gemeinschaft , Natie negara kita , bangsa  negara kita  jumiah orangnya 1000.000, namun   1000.000 yang menjadi satu. 
Yayasan Pendidikan Sukarno, Jakarta 1986.  
Pidato ini diterima oleh sidang dengan aklamasi dan lalu  dirumuskan menjadi  Pancasila yaitu 5 dasar Negara Republik Indonesia   yang didirikan pada tanggal 17  Agustus 1945. Dasar negaranya dahulu  yang dirumuskan, barulah di atas dasar itu  didirikan Negara Republik Indonesia  .  
Itulah sebabnya 1 Juni disebut sebagai hari lahirnya Pancasila yang menjadi dasar  
lahirnya Republik Indonesia  .  Namun sukarno  dilawan   oleh kekuatan besar dan dengan dibantu G30S/PKI  yang sayap militernya dipimpin oleh kolonel A. Latief (Komandan Brigade Infantri I  Kodam V Jaya) dan letnan kolonel Untung Samsuri (Komandan Batalyon I Resimen  
Tjakrabirawa) dan  seorang tokoh sipil misterius yang bernama Kamaruzzaman,  berhasil menciptakan saat saat  yang menentukan bagi terjungkirnya kekuasaan  Sukarno.  Ide besar yang diperjuangkan oleh sukarno , dipaksa mengubah nilai seperti  dirumuskan oleh PNI gaya baru, dan kali ini sukarno  tidak mampu lagi banting  stir.  
Tragisnya, dengan sikap pimpinan PNI yang ikut mendiskreditkan sukarno , tokoh  tidak berhasil tampil sebagai juru selamat bagi PNI, meski pun sudah begitu banyak  memberikan konsesi politik. Sikap Orde Baru terhadap PNI, tetap mencurigainya  memiliki  keterkaitan ideologis dengan Sukarno. Oleh sebab  itu, untuk  
memastikan kehancuran Sukarno, PNI juga harus dihancurkan, sebab  bagaimana  pun tetap ada kekhawatiran bahwa dalam tubuh PNI masih mengendap kekuatan  Sukarno yang pada saatnya yang tepat, berusaha bangkit kembali.  Dr. Elisio Rocamora dari University of Phylippines dalam thesisnya untuk meraih  gelar Doctor di Cornell Univesity (AS), menulis bahwa pada tahun  1966 dan 1967  Angkatan Darat melakukan pembersihan terhadap PNI dengan alasan yang dicari cari  bahwa PKI sudah  melakukan penyusupan ke dalam pimpinan PNI. Kalangan pimpinan  Orde Baru yang melihat Sukarno sebagai bajingan besar, membayangkan PNI  
sebagai salah satu alat utamanya. berdasar keterangan saksi  tema propaganda ini, pimpinan PNI  membiarkan dirinya diperalat Presiden Sukarno dan PKI, agar dapat memetik  
keuntungan dari dominasi keduanya, dalam politik Demokrasi Terpimpin sesudah   1963.  
Memang mudah menangkis tuduhan ini dengan menyebutnya sebagai propaganda  pemerintah yang seenaknya sendiri. namun  sampai taraf tertentu, hal ini mencerminkan  ke tidak percayaan yang mendalam terhadap PNI dan ke tidak sediaan untuk  mempercayai bahwa partai ini sudah banyak berubah dan bukan lagi PNI yang  
terombang  ambing dan oportunistik.
Bukan saja terus menerus dipompakan kepada masyarakat dengan sangat  melebih lebihkan kekuatan PKI sebagai bahaya laten dan potensial, namun  sejak  kembali ke UUD 1945 dan diberlakukannya UU Darurat (SOB), kegiatan partai partai  dibatasi dengan sangat ketat. Tokohtokoh partai yang duduk dalam Kabinet, harus  menyatakan keluar dari partainya masing masing, sehingga menutup kemungkinan  
bagi partai partai memicu  keputusan besar di tingkat nasional. Dalam sistim  Demokrasi Terpimpin, yang mengendalikan kegiatan politik yaitu  Presiden. Dan  sebab  berlakunya UU SOB, maka dalam prakteknya Angkatan Darat yang  
menjalankan kekuasaan, berperanserta  membatasi kegiatan partai partai politik.  
Dengan memakai  UU SOB itu juga, Konstituante yang memang macet, terus  dibubarkan dan diganti dengan MPRS yang anggota  anggotanya diangkat oleh  Presiden. DPR hasil Pemilihan Umum 1955, diganti dengan DPR Gotong Royong  
yang anggota anggotanya meski pun sebagian besar masih terdiri dari hasil PEMILU  (1955), namun  semuanya diangkat oleh Presiden. Anggota anggota MASYUMI dan PSI  tidak dimasukkan lagi baik dalam DPR mau pun MPRS sebab  kedua partai itu  dianggap terlibat pemberontakan PRRI/PERMESTA, maka kedudukan mereka  digantikan oleh wakil wakil golongan fungsional, contohnya  fungsional politik,  fungsional sarjana, fungsional Angkatan Bersenjata, fungsional buruh, fungsional tani,  
fungsional pemuda, fungsional wanita, fungsional wartawan dan sebagainya.  Meski pun peranserta  partai lalu  berangsur angsur dilonggarkan, namun  PNI sudah  cukup   menjadi lemah, terutama sebab  adanya Peraturan Presiden No. 2/1959 yang  melarang semua pegawai negeri golongan F  1 ke atas menjadi anggota sesuatu  partai. Di sini PNI sangat dirugikan, sebab  anggota anggotanya banyak yang  menduduki jabatan tinggi di jajaran birokrasi.  sedang  PKI tidak terlalu dirugikan, sebab  anggotaanggota mereka tidak banyak  
yang menduduki jabatan atas di birokrasi.  
Dengan pelonggaran itu, PNI bisa bangkit. Di samping bisa menduduki jabatan  Gubernur di Jawa Tengah. (Mochtar), juga berhasil merebut 23 dari 34 Kepala Daerah.  Dalam kondisi  SOB, memang terasa pihak militer berusaha merebut pengaruh  politik, sebab  wakil wakil mereka duduk di DPRGR dan MPRS. Usaha ini dilakukan  
lewat Badan kolaborasi  dengan militer dan Front Nasional. Namun kedua duanya  gagal, sebab  baik sukarno  mau pun partai partai enggan bekerja sama.Dalam laporan DPP PNI pada sidang Badan Pekerja Kongres (1961 ) dikatakan  
bahwa selama periode 1960 1961 , kegiatan anti partai Angkatan Darat merupakan  satu satunya rintangan paling penting bagi usaha  PNI membangun kembali dirinya  untuk memperoleh pengaruhnya yang dahulu , terutama di daerah daerah.  Larangan kegiatan politik yang mula mula diumumkan Juni 1959, diperpanjang masa  
berlakunya pada bulan September 1960 dan sekali lagi diperpanjang Januari 1961.  Dengan kewenangan peraturan ini, Panglima Daerah Militer menghalangi PNI dan  partai partai lainnya menggelar rapat raksasa dan berbagai kegiatan yang diperlukan  untuk memperoleh dukungan masyarakat. Suluh negara kita , 8 September 1960 dan 18 Januari 1961.  Pada waktu itu PNI berusaha memperkecil kekuasaan politik militer yang terasa  makin besar. Pada 16 September 1960 DPP PNI mengirimkan telegram kepada  
Presiden/Panglima Tertinggi, memprotes Peraturan Penguasa perang  Tertinggi
 Tahun 1965 yaitu  puncak pergolakan ideologi dan politik di Indonesia. Partai Komunis Indonesia (PKI) yaitu  salah satu partai yang ada di Indonesia waktu itu. Namun dalam perjalanannya PKI pernah menapakkan jejak hitam. sudah  dua kali PKI dituduh mendalangi pemberontakan: pertama, 
pemberontakan di Madiun pada tahun 1948; kedua, pemberontakan 30 September 1965 di Jakarta (G 30S). PKI diduga melakukan pembunuhan tujuh jenderal yang sangat disegani ditahun 1965. PKI dianggap hendak menggulingkan dan merebut 
kekuasaan dari pemerintah Republik Indonesia yang sah.Pasca 30 September 1965, Mayor Jenderal Soeharto membentuk dan memimpin sendiri pemulihan keamanan yang dikenal dengan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Kopkamtib mendapatkan 
pijakan hukum sesudah  Sukarno meneken Surat Keputusan Presiden/Panglima Tertinggi/Komando Operasi Tertinggi ABRI pada 1 November 1965, yang berisi antara lain tentang pemulihan keamanan dan ketertiban pasca 30 September.2 
Sesudah  turun Surat Keputusan, terjadi pembunuhan terhadap orang-orang  PKI atau mereka yang dianggap PKI. Militer, santri, dan Gerakan Pemuda Anshor sebagai Algojo tergerak membunuhi simpatisan PKI. Surat Keputusan ini  
dijadikan legalitas membunuh untuk alasan dendam sebab  konflik yang sudah  terpendam lama. Sebelum 1965,PKI juga membunuh orang-orang NU. Monumen Pancasila Jaya di Dusun Cemethuk, kecamatan Cluring, Banyuwangi sebagai 
saksi yang cukup popular, ditempat ini  sekelompok Pemuda Anshor juga dibunuh oleh orang-orang PKI. Setengah abad sudah  berlalu. Buku, penelitian, jurnal hingga media massa 
berlomba mengurai konflik yang terjadi di tahun 65. Hasilnya seolah membuka  luka lama, menggambarkan rumitnya pergolakan yang terjadi saat itu. Ada yang  menyatakan G30S bukanlah sebuah peristiwa. 7 perwira tinggi yang hilang 
tidak dibunuh di tanggal 30 September tahun 1965. G30S hanya sebuah nama dari  kelompok militer yang melancarkan operasi penculikan dan pembunuhan, sebab  operasi tidak sesuai rencana lalu  dibubarkan.Media massa tidak luput mengambil bagian dengan membangun opini 
publik dengan mengisahkan kembali tragedi berdarah yang terjadi. Salah satu media ini  yaitu  Tempo, media nasional yang konsisten menghadirkan konflik masa lampau sebagai isu menariknya. Beberapa kali majalah Tempo 
konsisten mengawal isu 65, seperti “Pengakuan Algojo 65” pada tahun 2012, “Lekra” pada tahun 2013, dan “keterlibatan CIA dalam kasus 65” pada tahun 2015. Konflik selalu dianggap memiliki  nilai berita yang tinggi. majalah Tempo dengan narasinya yang khas menerbitkan  peliputan khusus “Pengakuan Algojo 65” edisi 1-7 Oktober 2012.  Tempo  menarasikan alur cerita yang menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa 
yang lain, ada pemberitaaan teks yang mengambil sudut pandang sepeti ini sebelumnya, yaitu dengan menghadirkan para pelaku pembunuhan sebagai narasumber.  negara  ini memerlukan  solusi, bukan provokasi untuk mencapai rekonsiliasi. saat  isu kebangkitan PKI kini muncul kembali, media harus bijak menyikapi polemik yang terjadi. Jurnalisme damai bisa hadir sebagai solusi dalam 
pemberitaan media. Tempo memiliki peran dan pilihan di dalam pemberitaan konflik ini . Perannya sebagai jurnalisme dan pilihan apakah lebih memilih sebagai jurnalisme damai atau provokasi. 
apakahTempo sudah  memakai  jurnalisme damai, atau justru lebih memilih sebagai media 
provokasi, dalam kaitanya dengan konflik 65 ini . pemberitaan konflik sara lurah Susan. Kompas lebih banyak memberikan ruang  kepada salah satu pihak sementara tempo lebih fokus pada kejadian di lapangan. Tempo lebih berhati-hati dalam menulis pernyataan yang dianggap bias dan 
berbahaya.   bahwa, framing Kompas dan Republika ternyata berbeda. Kompas lebih menonjolkan Israel yang menyerang Palestina dalam pemberitaan, sementara kesulitan warga 
palestina tidak ditonjolkan. Sedangkan framing Republika dalam pemberitaan sudah   melibatkan warga Palestina tanpa menghilangkan usaha  Israel 
menyerang Palestina  Megawati  menyimpulkan bahwa, dalam pemberitaan hilangnya pesawat Malaysia pada narasi surat kabar Kedaulatan Rakyat, banyak peristiwa yang tidak disajikan 
secara kronologis. Banyak struktur narasi yang tidak lengkap. Ada bagian yang ditonjolkan dan dikaburkan demi menarik perhatian pembaca.  
  bagaimana suatu teks berita bercerita, bagaimana alur dan sudut penggambaranya, dan  penokohan dalam suatu teks untuk menarik pembaca. 
Narasi berasal dari kata narre yang berarti membuat tahu. Artinya, narasi yaitu  informasi, usaha menyampaikan suatu peristiwa. Tapi, tidak semua informasi bisa dibilang narasi. contoh , papan petunjuk larangan parkir atau larangan merokok, itu bukan sebuah narasi meski menyampaikan informasi. Narasi yaitu  representasi dari peristiwa-peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Sebuah teks bisa dikatakan narasi saat  ada  beberapa peristiwa 
atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa.8 
Dengan demikian satu peristiwa yang disampaikan juga belum layak dikatakan narasi.  membagi menjadi tiga karakteristik tentang  peristiwa dikatakan narasi. Pertama, narasi yaitu  rangkaian dari peristiwa. Sebuah narasi terdiri atas lebih dari dua peristiwa yang dirangkai.9 contoh , 
militer, santri, Anshor dan Militer membantai orang-orang PKI. Itu belum layak  dikatakan sebuah narasi sebab  hanya ada  satu peristiwa, membantai orang  PKI. Peristiwa ini  bisa dikatakan sebuah narasi jika ada peristiwa lanjutanya. 
Kedua, peristiwa yang dituliskan tidak berdasarkan acakan, melainkan  mengikuti logika tertentu, runtut membuahkan sebab akibat. Meski peristiwa 
dirangkai namun tidak megikuti logika dan runtut, maka tidak bisa dikatakan narasi sebab  tidak mewakili maksud dan makna tertentu. Contoh, peristiwa “PKI  dibantai” disambung dengan peristiwa “Santri mengaji” belum layak dinamakan  
narasi. Alasanya, antara kedua peristiwa ini  belum ada hubungan yang logis, kecuali ada peristiwa peristiwa lainya yang membuat logis peristiwa ini . 
contoh , “PKI dibantai sebab  sudah  melecehkan agama Islam”. Kedua peristiwa ada hubungan logis, “PKI dibantai” dan “PKI melecehkan agama Islam”. 
 , tidak semua peristiwa dituliskan dalam sebuah teks cerita. Ada bagian-bagian yang sengaja di tonjolkan untuk mendominasi informasi dan ada 
peristiwa yang sengaja dikaburkan. Sebuah narasi hanya akan menyampaikan apa yang dimaksud oleh  si pembuat cerita dan jalan pikirnya. 
Sebuah peristiwa yang diceritakan bukanlah cerita (story) yang seutuhnya. sebab  cerita dan diceritakan berbeda. Di dalam cara bertutur atau bercerita wartawan melalui tulisan ada  struktur bercerita, alur/plot, penokohan dan karakter layaknya sebuah novel dan cerpen. Penjelasan mengenai berita sebagai sebuah peristiwa yang dinarasikan seperti dimaksud oleh Eriyanto yaitu  sebagai  berikut:
. Cerita (story) dan alur (plot) 
Cerita berbeda dengan alur, cerita yaitu  urutan kronologis dari suatu peristiwa, di mana peristiwa ini  bisa ditampilkan dalam teks dan bisa juga 
tidak ditampilkan. Sedangkan alur yaitu  bagian yang ditampilkan secara eksplisit kedalam sebuah teks. Cerita yaitu  peristiwa yang utuh, yang sebetulnya , dari awal hingga akhir. Sementara alur yaitu  peristiwa yang secara eksplisit 
ditampilkan dalam suatu teks. Alur peristiwa bisa dibolak-balik oleh pembuat berita. 
 Struktur narasi 
Sebuah narasi memili struktur bercerita. Jika sebuah narasi dipotong-
potong, maka narasi memiliki  beberapa bagian (sub) di mana di masing-masing 
bagian saling terhubung. Dalam narasi, peristiwa tidak datar (flat), sebaliknya 
terdiri atas berbagai bagian. Narasi tidak mesti identik dengan peristiwa 
sebenarnya, sebab  narator tidak hanya memilih peristiwa yang pentingbaginya 
namun juga menyusun peristiwa ini  ke dalam tahapan tertentu, memiliki  
awal dan akhir.  Dalam peristiwa sebetulnya , tahapan itu tidak selalu 
ditemukan sebab  tahapan ini  yaitu  cara pembuat narasi dalam 
menampilkan peristiwa kepada pembaca. Berbeda dengan fiksi, narasi berita biasanya tidak semua struktur ditulis 
semua oleh narator. Seringkali narasi berita dituliskan dengan tidak menyertakan 
sebuah penyelesaian. Berita juaga biasa hanya mengambil beberapa tahap saja 
struktur narasi, misalnya tahap 1-3 atau 1-4, di mana pengarang hanya mengambil 
bagian saat  muncul gangguan (konflik) dan ganngguan mencapai puncak saja. 
. Karakter dalam narasi: Vladimir Propp 
Di dalam narasi (cerita) ada  karakter, yakni orang atau tokoh yang 
memiliki  sifat atau perilaku tertentu. Karakter-karakter ini , masing-masing 
memiliki  fungsi di dalam narasi, sehingga narasi menjadi koheren (menyatu). 
Setidaknya Propp membaginya menjadi 31 fungsi narasi yaitu sebagai berikut: 
situasi awal, ketidakhadiran, pelarangan, kekerasan, pengintaian, pengiriman, tipu 
daya, keterlibatan, kejahatan atau kekurangan, mediasi, tindakan balasan, 
keberangkatan, fungsi pertama seorang penolong, reaksi dari pahlawan, resep dari 
dukun atau paranormal, pemindahan ruang, perjuangan, cap, kemenangan, 
pembubaran, kembali, pengejaran, pertolongan, kedatangan tidak dikenal, tidak 
bisa mengklaim, tugas berat, solusi, pengenalan, pemaparan, perubahan rupa, 
hukuman, dan pernikahan. 
Dari ke-31 fungsi dalam narasi ini , tidak semua ada dalam cerita. 
Yang dikemukakan oleh Propp yaitu  cerita yang sempurna. Biasanya, dalam 
cerita tidak semua fungsi dan karakter ada  pada narasi. Hanya ada beberapa 
saja dari karakter dan fungsi narasi yang dikemukakan oleh Propp. Artinya, 
peneliti tidak perlu membuktikan semua narasi yang ditulis oleh Propp ini . 
Dari 31 fungsi narasi ini , setidaknya ada tujuh karakter yang 
dimaksud oleh Propp. Karakter menjalankan funsi tertentu di dalam bagian narasi 
atau cerita yang ditulis oleh narator, di antaranya: penjahat, penderma (donor), 
penolong (helper), putrid (princess), pengirim (dispatcher), pahlawan (hero), dan 
pahlawan palsu (false hero). 
. Posisi narator 
Narator yaitu  bagian penting dari sebuah narasi, posisinya sebagai 
pembuat berita (wartawan). Lewat narator, peristiwa atau disajikan kepada 
khalayak. Wartawan bisa saja menempatkan dirinya sebagai orang pertama (kata 
ganti “aku”), orang yang melihat peristiwa dan melaporkanya kepada khalayak. 
Wartawan juga bisa menempatkan dirinya sebagai orang ketiga, memberikan 
kesempatan kepada narasumber yang diwawancarai untuk melaporkan peristiwa. 
Pengarang bisa menempatkan dirinya sebagai narator dan bersifat dramatis 
dan juga bisa menempatkan dirinya sebagai narator tidak dramatis. Perbedaan 
keduanya terletak pada apakah pengarang (author) memiliki  keterkaitan 
langsung dengan cerita dan apakah pengarang bertindak sebagai narator atau 
tidak.  Jenis yang pertama termasuk kedalam narator tidak dramatis, sebab  
pengarang tidak memiliki keterkaitang dengan cerita.  
Narasi dramatis berbeda dengan narasi tidak dramatis. Pada jenis ini, 
pengarang masuk ke dalam bagian cerita yang diceritakan. Pengarang bisa 
mengambil dua bentuk penceritaan, bisa menjadi narator atau bisa narator 
diposisikan pada karakter lain yang ada di dalam narasi. Pertama, pengarang 
mengambil bagian sebagai narator, pengarang menjadi narator atas kisah 
hidupnya sendiri. Kedua, pengarang menceritakan kehidupanya dalam narasi, tapi 
Peristiwa 
tidak dituliskan langsung menjadi narator. Narator memakai  karakter atau 
orang lain dalam narasi.  
Oposisi binner 
Oposisi Binner yaitu  aspek paling penting yang bisa menyingkap tentang 
bagaiman manusia berfikir, bagaimana manusia memproduksi makna dan 
memahami realitas. Oposisi binner sendiri setidaknya memiliki dua pengertian, 
oposisi binner yang bersifat eksklusif dan oposisi binner yang tidak eksklusif. 
Oposisi binner dalam narasi ini  bisa mengungkapkan makna-makna di balik 
cerita, logika dibalik cerita, Memberikan petunjuk atas bekerjanya nalar manusia, 
bagaimana nalar manusia bekerja. 
Ada beberapa tahapan penting untuk menemukan oposisi binner. Pertama, 
mencari (mytheme) atau unsur terkecil seperti kata, kalimat dan sebagainya. 
Kedua, mencari relasi antara miteme-miteme yang sudah  ditemukan. Ketiga, 
menyusun miteme-miteme ini  secara sintagmatik dan paradigmatik.  
3. Konflik dan Media Massa 
Konflik yaitu  suatu yang melahirkan ketegangan sosial sebab  
perebutan oleh pihak yang bertikai. Sehingga pertikaian ini  mengeras pada 
Narator aku 
(pengarang) Karakter orang lain 
peristiwa peristiwa 
suatu pertikaian bersenjata atau kekerasan untuk menyelesaikan konflik. 
Terjadinya pembantaian terhadap orang-orang PKI pada tahun 1965 yaitu  
sebuah konflik. Pertikaian itu nyata, mengeras dan memakai  senjata untuk 
menyelesaikan konflik. Konflik belum selesai, sebab  hingga sekarang, antara 
pihak yang bertikai masih melahirkan ketegangan. 
Konflik selalu memiliki nilai berita yang tinggi. Namun, posisi media 
selain sebagai sarana informasi juga sebagai kontrol sosial. Jurnalis harus pandai 
menempatkan diri sebelum melakukan peliputan yang berbau konflik. Wartawan 
harus mampu menjadi mediator pihak yang berkonflik. Jangan sampai 
menimbulkan wacana pemicu konflik. sebab  berita yaitu  hasil dari 
pertarungan wacana antara berbagai kekuatan yang ada di dalam masyarakat yang 
selalu melibatkan pandangan wartawan, yang biasanya dimenangkan oleh 
kelompok dominan.12 Jika wacana yang dibangun mengedepankan jurnalisme 
damai maka konflik akan teredam, begitu sebaliknya.  
Idealnya, nilai dan hal-hal di luar objek dihilangkan dalam proses 
pembuatan berita oleh seorang jurnalis. Artinya, pertimbangan moral yang ada 
dalam banyak hal selalu bisa diterjemahkan sebagai bentuk keberpihakan haruslah 
disingkirkan.13 Setidaknya ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan 
wartawan dalam meliput konflik, di antaranya yaitu  sebagai berikut:1. Semangat jurnalis yaitu  untuk mendorong terwujudnya perdamaian, 
menghentikan konflik, berdasarkan rasa saling menghargai perbedaan yang 
ada di dalam masyarakat 
2. Dalam peliputan, hindari cara peliputan yang bisa diartikan memihak salah 
satu kelompok yang bertikai. 
3. Dalam penulisan, jurnalis menghindari gaya bahasa atau penggunaan kata 
yang justru bisa makin mengobarkan konflik. 
4. Jurnalis harus berhati-hati untuk tak gampang menyebut salah satu atau lebih 
figur tertentu sebagai mewakili pandangan masyarakatnya yang sedang 
bertikai 
4. Jurnalisme Damai 
Jurnalisme damai berangkat dari pertanyaan kritis seorang wartawan 
tentang manfaat dari sebuah konflik, pertikaian yang menuju pada kekerasan 
untuk menyelesaikanya. Jurnalisme damai lebih mengedepankan perdamaian 
daripada provokasi yang dapat meningkatkan konflik. Pendekatan jurnalisme 
damai pertamakali dikenalkan oleh John Galtung seorang Veteran asal Norwegia 
pada tahun 1959.15 
Pada perjalananya, jurnalisme damai mendapat sambutan baik dikalangan 
jurnalis yang bekerja dalam situasi di mana mereka tidak mungkin untuk tidak 
memikirkan akibat atas laporan yang mereka susun. Artinya, jurnalisme damai 
sangat penting kehadirannya agar seorang jurnalis tidak semakin ikut  memperkeruh konflik. 
Jurnalisme damai berusaha meminimalisir celah antara pihak yang terlibat 
pertikaian dengan tidak mengulangi “fakta” yang dapat memperparah terjadinya 
konflik. Oleh sebab  itu, pertanyaan mendasar yang harusnya diajukan oleh 
jurnalis damai sebelum menarasikan ceritanya yaitu : “Apa yang bisa saya 
lakukan agar pihak yang bertikai dapat segera mencapai perdamaian?” 
Beberapa poin yang diperjuangkan oleh jurnalisme damai diantaranya sebagai 
berikut. 
1. Hindari penggambaran konflik sebagai dua pihak yang memeperebutkan satu 
tujuan. sebab  hal ini  akan menghasilkan pihak yang menang dan pihak 
kalah. Sebaliknya, jurnalisme damai akan memecah kedua pihak yang bertikai 
menjadi beberapa kelompok kecil, mengejar beberapa tujuan, membuka 
selang hasil yang lebih kreatif dan potensial. 
2. Hindari menerima perbedaan antara diri sendiri dan orang lain. Hal ini dapat 
dipakai  untuk membangun rasa bahwa pihak lain yaitu  ancaman atau 
memiliki sikap yang di luar batas: keduanya yaitu  justifikasi untuk 
kekerasan. Sebaliknya cari “orang lain” dalam “diri sendiri”, begitu 
sebaliknya. 
3. Hindari memperlakukan konflik sebagai sesuatu yang hanya terjadi di tempat 
dan waktu di mana kekerasan terjadi. Sebaliknya coba untuk menelusuri 
hubungan dan konsekuensi bagi orang di tempat lain pada saat itu dan di masa 
depan. Ajukan pertanyaan: Siapa saja orang-orang yang dipertaruhkan?; apa 
 yang akan terjadi jika?; apa manfaatnya bagi orang menyaksikan konflik 
ini ?; dan sebagainya. 
Secara luas, ada pendekatan terhadap konflik, kompetitif dan kooperatif. 
Pendekatan kompetitif: berbagai pihak saling melawan, ada  hubungan lemah 
antar setiap pihak, ada  derajat kepercayaan yang rendah, memberikan hasil 
nol, berakhir dengan penyelesaian antar pihak. Pendekatan kooperatif: setiap 
pihak bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah, menciptakan komunikasi 
untuk memperbaiki hubungan, menghasilkan kepercayaan yang meningkat, kedua 
belah pihak mendapat hasil positif, mengarah pada hasil resolusi dan transformasi. 
Kedua pendekatan ini  tidak terlepas dari diri seorang jurnalis saat  
meliput konflik. Banyak variabel yang mungkin akan menggoda seorang jurnalis 
untuk memilih pendekatan ini , seperti latar belakang wartawan, kepentingan, 
pasar dan sebagainya. Namun, mengingat fungsi media dan kepentingan publik, 
seorang jurnalis juga harus mempertimbangkan untuk memilih pendekataan 
kooperatif. Konsep Jurnalisme damai akan berjalan saat  wartawan dibekali 
dengan keahlian resolusi konflik, sebab  hal ini  lebih memungkinkan 
seorang wartawan menjadi profesional dan lebih efektif. Berikut indikator untuk 
memberi gambaran jurnalisme damai. 
a. Perdamaian diorientasikan. 
Orientasi perdamaian bisa dilakukan dengan memberikan suara kepada semua 
pihak, empati dan pengertian, menjadikan konflik transparan, melihat konflik 
sebagai suatu masalah, dan proaktif melakukan pencegahan sebelum terjadi 
kekerasan. 
b. Kebenaran diorientasikan 
Orientasi kebenaran bisa dilakukan dengan membeberikan semua 
ketidakbenaran dari semua sisi yang ditutup-tutupi. c. Masyarakat diorientasikan 
Orientasi masyarakat bisa dilakukan dengan fokus pada penderitaan semua 
pihak dan fokus pada orang-orang yang membawa perdamaian.  
d. Penyelesaian diorientasikan 
Orientasi penyelesaian bisa dilakukan degan fokus kepada struktur budaya 
masyarakat yang tentram, memikirkan resolusi, dan rekonsiliasi.  
 pemberitaan Tempo edisi 1-7 Oktober 2012 yang membahas 
Pengakuan Algojo 65, di antaranya: 
a. Tentara, Santri, dan Tragedi Kediri 
b. Kalau Saya Mati, Saya Mati Syahid 
c. Sesudah  ‘Tuhan mati’ di Mlancu 
Sumber data primer yang akan dipakai  dalam penelitian ini yaitu  
majalah Tempo liputan khusus Pengakuan Algojo 65 edisi 1-7 Oktober. Adapun 
data sekunder yang dipakai  berupa buku, jurnal, skripsi, dan artikel yang 
berhubungan dengan jurnalisme damai, narasi pemberitaan, dan algojo 65. 
Sesudah  melakukan analisis naratif dan jurnalisme damai terhadap pemberitaan 
Tempo yang berjudul Pengakuan Algojo 65, peneliti bisa menarik kesimpulan 
mengenai rumusan masalah seperti yang diuraikan pada BAB I, apakah prinsip 
jurnalisme damai sudah  diterapkan dalam narasi pemberitaan majalah Tempo edisi 
khusus Pengakuan Algojo 65 (1-7 Oktober 2012)?. Maka sudah terjawab bahwa 
Tempo lebih memilih sebagai media provokatif daripada menerapkan jurnalisme 
damai dalam pemberitaan pengakuan Algojo 65 sebab  kesimpulan sebagai berikut:   
1. Pada orientasi perdamaian: Tempo melihat konflik sebagai masalah yang belum 
ada kejelasan solusi dan memakai  kekerasan. Hal ini bisa dibuktikan pada 
analisis naratif, cerita yang ditulis tidak ada usaha  menuju keseimbangan. Dari 
judul berita yang dianalisis, ketiganya masih pada level kesadaran akan adanya 
konflik/gangguan. 
2. Pada orientasi kebenaran dan masyarakat: banyak sekali ditemukan dalam 
pemberitaan Tempo ada  diksi-diksi yang bias untuk memprovokasi pembaca. 
Selain itu, Tempo sangat minim menampilkan tokoh untuk menuju perdamaian 
sebagai narasumber. 
3. Pada orientasi penyelesaian: pada pemberitaan ini, Tempo tidak menawarkan 
solusi atau penyelesaian. Sebaliknya Tempo lebih fokus pada pemberitaan konflik 
yang terjadi pada tahun 1965. Tempo tidak berusaha untuk melakukan inisiatif 
dan  menggali informasi mengenai usaha  rekonsiliasi alami yang dilakukan oleh 
warga NU dengan PKI di Kediri. 
Sesudah  melakukan analisis terhadap pemberitaan Tempo tentang pengakuan 
Algojo 65, peneliti memiliki keinginan untuk memberikan saran-saran sebagai 
berikut:  
1. Untuk media  
Kebebasan pers yang diberikan paska runtuhnya orde baru tidak diperuntukan 
kepada suatu kepentingan golongan tertentu.  Sebaliknya, Kepentingan suatu 
golongan hendaknya ditanggalkan oleh media massa agar negara  ini bisa belajar dari 
sejarah dan tidak mengulang kembali sejarahnya yang kelam.  
Peneliti berharap kepada media massa di Indonesia dan Tempo secara khusus, 
bisa memberikan pengarahan kepada wartawan dalam meliput suatu konflik. 
Pemahaman ini  sangat berarti agar narator tidak mencampurkan fakta dengan 
opini yang bisa melebarkan konflik. Pun demikian,  dengan pengarahan wartawan 
akan bisa lebih bijak menyikapi konflik horizontal yang terjadi. Selanjutnya, sikap 
media yang bisa menawarkan solusi dalam konflik juga sangat penulis harapkan, 
bukan sebagai media provokasi.  
2. Untuk pembaca berita 
Literasi media sangat penting dipahami sebagai penangkal informasi yang kita 
cerna dari media setiap hari. Maka, masyarakat harus memiliki kecerdasan dalam 
menelaah sebuah informasi dari media massa. Peneliti berharap kepada khalayak agar 
tidak mudah percaya kepada pemberitaan media, sebab  semua media pasti memiliki 
kepentingan di balik pemberitaan.