Kamis, 15 Desember 2022

leluhur


   sesudah  terkentut-kentut
beberapa kali bus reot itu
berhenti di stanplat sesudah  lebih
dulu membuang
bergumpal-gumpal asap
menghitam dari knalpot yang
ujungnya menjulang ke atas di
bagian belakang. Sepanjang
perjalanan hampir satu hari
penuh dari kota memang ada
yang naik lagi naik lagi, akan
namun  tidak kurang pula yang
bergantian turun. Sehingga
begitu suara kentut ' terakhir
dari knalpot bus mereda.
penumpang yang turun tinggal
segelintir. Salah seorang di
antaranya tampak berpakaian
perlente meski sedikit lusuh dan
berdebu. sesudah  menerima
uluran koper dari kenek yang
menurunkannya dari bagian atas
bus, ia menarik nafas sebentar,
kelelahan. 
   Sekilas ia menatap ke arah
lampu-lampu warung yang
mulai dinyalakan satu persatu.
Perutnya sedikit keroncongan.
namun  ia merasa sudah terlalu
sore untuk berhenti. Karena itu
ia langsung menaiki sebuah
oplet. Satu-satunya oplet yang
ada di terminal. Lebih reot lagi
dari bus tadi. Untunglah ia
mendapat tempat duduk di
sebelah 
   supir, sehingga bisa
melonjorkan kaki yang letih 
   dengan leluasa.
Berulang-ulang kenek oplet
mengguncang-guncang engkol
sampai mesin opiet itu menderu.
sesudah  terbatuk-batuk sebentar
kendaraan yang sudah setua
supirnya sendiri itu melaju
perlahan-lahan di atas jalan
tidak beraspal dan di sana sini
berlubang. 
   "Untung lagi kemarau," supir
kurus dan bermuka pucat di
sebelah laki-laki berpakaian
perlente itu nyeletuk seraya
mengebul-ngebulkan asap dari
pipa cangklongnya yang
ujung-ujungnya sudah retak. ?"
kalau di musim hujan. aku tak
akan narik." 
   Merasa ia yang diajak
ngomong, laki-laki di sebelah
supir menyahut: 
   "Sudah lama narik, Pak?" 
   "Aku?" supir menoleh.
Diperhatikannya sebentar si
penanya. "Aden orang baru ya?"
   Laki-laki perlente itu
mengangguk. 
   "Hem," menyambung supir.
"Aku jadi supir mungkin sebelum
Aden lahir. Oplet ini warisan
ayahku. Satu-satunya. Waktu itu
masih baru. Belum sebulan
dibeli. Larinya pun, boleh diadu
dengan lari beberapa ekor kuda.
namun  sekarang... bukan saja
oplet ini semakin tua seperti
pemiliknya sendiri. namun 
jalan-jalan yang harus
dilaluinya bukannya semakin
baik sesudah  jaman merdeka.
Dulu di jaman Walanda..." 
   "Walanda?" 
   "Kami menyebut Walanda
pada orang-orang bule yang
pernah menjajah negeri ini.
namun  ketika mereka pergi,
jalan-jalan sangat baik dan...." 
   
Dan kemudian ia bercerita
panjang lebar tentang jalan
jalan yang licin meski terbuat
dari tanah. namun  keras dan
mulus. Memang hasil kerja rodi.
namun terasa benar manfaatnya.
Apalagi bagi supir oplet seperti
dia atau bapaknya. Ia juga
menceritakan bagaimana
dengan hasil seminggu ia bisa
ongkang-ongkang kaki satu
bulan lamanya. 
   "Harga-harga waktu itu masih
murah. Dengan sebenggol Aden
bisa memperoleh sepuluh kilo
beras. namun  sekarang?" ia
mendecik-decik. "Sayang, dulu
aku tidak menyadari kalau
jaman merdeka semakin lama
semakin pahit rasanya....
Penyesalan yang datang
terlambat. Sekarang ini semua
serba mahal. jalan-jalan
semakin rusak dan
onderdil-onderdil oplet setua ini
sukar dicari. Semua uangku
habis. Rumah juga begitu. Tiga
orang istri mudaku terpaksa
kucerai. Tinggal yang tua. ia
begitu setia. Tak sampai hati aku
melepaskannya." 
   "Sampai sekarang?" nyeletuk
si lelaki perlente. 
   "Sampai sekarang,"
mengangguk si supir. 
   "Banyak anak, Pak?" 
   . "Anak" Anak-anak saya
malah sudah beranak pihak." 
   "Wah...." 
   "Begitulah, Den. Aku juga
sering mengeluh seperti Aden.
Wah...." ' 
   "Engga punya sawah?" 
   "Pernah. namun  pahitnya
jaman merdeka menyebabkan
sawah-sawah itu terpaksa
kujual. Aku malah pernah jadi
pemetik teh. Memang
perkebunan teh sekarang yang
laku keras. Di jaman ' smp"
Wolanda dulu. tak pernah aku
memikirkannya. Kukira dengan
beberapa puluh ringgit uang di
kantong... namun  ah, itu dulu.
Nyatanya sekarang banyak di
antara anak-anak atau
cucu-cucuku yang jadi pemetik
teh. Coba kalau dulu aku
membeli beberapa petak?" 
   "Ada anak atau cucu kakek
yang bekerja di perkebunan teh
chuck  . " 
   Cangklong di mulut supir
terjatuh tiba-tiba. Serbuk-serbuk
tembakaunya mungkin
berserakan ketika-ia
perlahan-lahan memungutnya
kembali. Ketika ia pasangkan di
mulut. batang cangklong itu
menggeletar. Laki-laki yang
bertanya menunggu jawaban.
namun  si supir terus bungkam.
Ketika ia perhatikan
benar-benar, laki-laki itu
kemudian menyadari kalau
wajah si supir agak pucat dalam
remang-remang bias lampu
kamar yang sedang mereka
lewati di pinggir jalan. Karena
orang-orang yang sedang
berbincang-bincang di tempat
duduk belakang juga pada
terdiam di waktu yang
bersamaan, laki-laki itu
menoleh.
Penumpang-penumpang di
belakang melarikan pandangan
ketika ia menoleh, beberapa di
antaranya masih menatap
dengan tajam. 
   Laki-laki perlente itu menjadi
heran. 
   ia mau bertanya pada supir
ketika oplet itu terguncang.
Kemudian. mesinnya mati.
Laki-laki itu mendengar supir
gemeletuk giginya. Kemudian
mengumpat-umpat menyuruh
kenek memutar engkol. Sekali.
Dua kali. Tiga. Empat. Lima.
Dan 
   pada saat sang supir
menyumpah-nyumpah dengan
kata-kata yang kotor. oplet itu
hidup kembali mesinnya. Lalu
dengan merangkak berusaha
dengan susah payah keluar dari
lubang besar yang menganga
menelan ban ban oplet. Udara
malam yang dingin terasa
menusuk tulang ketika
kendaraan tua itu melejit-lejit
lagi dan sesekali terbatuk. Supir
seperti menghargai oplet tuanya
dan ikut terbatuk-batuk. Lalu : 
   "Aden mau ke perkebunan
itu?" tanyanya. 
   "Ya." 
   "Ooo!" 
   Kemudian supir itu diam.
Laki-laki perlente itu semakin
penasaran. namun  tiba-tiba oplet
telah berhenti. Kampung di
mana oplet itu berhenti terasa
agak sepi, namun  masih ada
beberapa andong yang segera
mendekat begitu oplet minggir. 
   "Di sinilah aden berhenti,"
rungut supir. 
   Laki-laki perlente itu menoleh
ke luar. Beberapa warung kecil
sedang akan tutup. 
   "Sudah malam, namun  banyak
andong yang bisa aden sewa ke
perkebunan itu...." 
   Laki-laki itu membuka pintu.
Kenek oplet turun bersamaan
dan menyodorkan koper si
lelaki. Kemudian oplet itu
terbatuk-batuk. lalu menjauh.
Namun sempat si ielaki menatap
pandangan yang aneh dari
berpasang pasang mata
penumpang belakang oplet. ia
semakin tidak mengerti. namun 
tidak banyak kesempatan
baginya untuk berpikir karena
andong-andong telah
mendekatinya dan 
   seorang kusir yang terdekat
menawarkan kereta kudanya. 
   
'" murah, Den. Trip terakhir...."
kusir itu tersenyum ramah. 
   Laki-laki itu naik dan
meletakkan kOpernya di tempat
duduk yang kosong. 
   "Ke mana, Den?" tanya kusir
begitu andong berjalan. 
   "Komplex Perkebunan
chuck ." jawab lakilaki itu. 
   Kusir andong terjengkat
dengan kepala mendongak ke
belakang, pada penumpangnya.
Sepasang matanya mengecil
penuh curiga, kemudian
menghentikan andong dengan
tiba-tiba. 
   "Maafkan. Den. namun  Aden
terpaksa turun di sini." 
   "Ha?" 
   '... saya agak pusing, Den.
Engga usah bayar. 
   Maafkan saya." Meskipun
agak mendongkol, laki-laki
perlente 
   itu kemudian turun juga. Dan
begitu andongnya kosong dari
penumpang, sang kusir segera
mencambuk kudanya
keras-keras disertai suara "Husy
!
Husy! Husy !"nya. Laki lakl
perlente itu termangu mangu
memandang andong yang
kembali ke pangkalan kemudian
terus ke arah lain sesudah 
berbicara kepada kusir-kusir
andong yang lain. Anehnya,
sesudah  pembicaraan itu para
kusir segera melecut kuda-kuda
mereka dan kemudian menjauh.
Jalanan di kampung itu menjadi
sepi dalam seketika.
Warung-warung telah tutup
semua. "Tinggal sebuah andong
yang mendekat perlahan-lahan
ke arah tamu asing itu. 
   
"Ke perkebunan chuck  eh?"
tanya kusir dengan pandangan
tajam. 
   "He-eh." 
   "Boleh. namun  taripnya
tinggi!" 
   'Persetanlah. Pokoknya. hari
sudah semakin malam dan tak
mungkin aku jalan kaki ke
sana...' dan laki-laki perlente itu
segera menaikkan kopernya
kemudian tubuhnya. 
   Andong itu kemudian berjalan
terseok-seok. dan tahulah si
laki-laki kalau kuda yang
menarik andong tampak sangat
kurus dan berkeringat di bawah
jilatan cahaya rembulan. Kuda
itu berulang kali mogok di jalan
sehingga kusir menghantam
hantamkan cambuknya dengan
suara melejit-lejit lengking
menyakitkan telinga disertai
sentakan sentakan kasar. Dan
andong itu berusaha melalui
jalan yang semakin kecil
rasanya dan juga semakin
mendaki. Melewati
rumah-rumah yang saling
berjauhan akhirnya andong itu
tiba di jalanan sepi yang di kiri
kanannya cuma pohon-pohon
yang rimbun di antara
batang-batang teh yang
bertumpuk-tumpuk di sana sini. 
   '.... Aden tamu rumah tua itu?"
kusir tiba-tiba nyeletuk sesudah 
lama berdiam diri. 
   "He-eh! 
   "Aden akan lama?" 
   "Mungkin tak akan kembali!" 
   Gigi kusir itu gemeletuk,
seperti kedinginan. Ia memecut
kudanya keras-keras. Kemudian
dengan suara menggeletar
menggerutu perlahan, seperti
pada dirinya sendiri: 
   
'Tak akan kembali. Ya, ya...
Aden mungkin tak akan
kembali." 
   Laki-laki perlente itu melongo.
   "Apa maksud Bapak?" 
   Lama kusir itu tidak
menjawab. Kemudian: 
   "Aden mau bertamu ke rumah
itu?" 
   "Bertamu" Aku baru saja
menerima rumah serta
perkebunan itu sebagai
warisan.?" 
   Kusir itu batuk-batuk kecil.
Suara pecutnya menimpa
punggung kuda dengan suara
nyaring, sahut bersahut dan
terdengar seperti letupan
letupan petir di tengah-tengah
alam sekitar yang semakin gelap
dan semakin sepi. Lampu damar
di balik kaca yang tergantung di
kiri kanan andong.
terguncang-guncang ke sana ke
mari menimbulkan
bayangan-bayangan memanjang
dan menari. nari kian ke mari.
Laki-laki perlente di tempat
duduk belakang merasakan
sesuatu yang janggal dan tidak
mengenakkan. namun  apa dan
mengapa ia tidak tahu, dan ia
benar-benar ingin tau. 
   "Aden sial kalau begitu,"
celetuk kusir. 
   "Sial?" 
   "Kalau saya jadi Aden, saya
akan pulang ke kota malam ini
juga." 
   'E-eh. kenapa rupanya?" 
   ia tidak memperoleh jawaban.
Karena kusir itu telah menarik
tali kekang kuda keras-keras
sehingga andong itu berhenti.
Senyap seketika. Yang terdengar
cuma dengus nafas kuda yang
kelelahan. Sebentar-sebentar
kuda itu
menyembur-nyemburkan liur
berbuih dari mulutnya. Kusir 
   didepan memandang ke
belakang dengan wajah yang
tampak tegang dalam
remang-remang malam. 
   "Cuma sampai di sini, Den." 
   Laki-laki perlente itu
memandang ke depan. Jalan
setapak yang akan ia lalui
rasanya masih teramat panjang
dan di kejauhan ia melihat
sebuah bangunan yang seperti
kotak bersegi-segi berwarna
hitam. Kotak-kotak itu ia ketahui
sebagai bangunan rumah,
karena tampak sinar lampu yang
kelap kelip dari balik kaca
sebuah jendela. Dan ia juga
melihat dua titik cahaya lampu
agak di bawah bangunan.
Mungkin lampu pintu gerbang.
ia mau mengomel karena harus
jalan kaki sejauh itu. namun 
ketakutan kusir pertama,
kusir-kusir lain dan supir oplet
serta penumpang-penumpang
lain membuatnya berpikir
panjang. Maka ia segera
meloncat turun. mengangkat
kopernya dan membayar uang
sewa dengan selembar uang
ribuan. 
   "Ambillah kembaliannya,"
sungutnya. kemudian berlalu. 
   Kusir mengucapkan terima
kasih. memandang laki-laki itu
sesaat, mendecik-decikkan lidah,
menggeleng-gelengkan kepala
kemudian memutar andong ke
arah semula. Lecutan
cambuknya memecah-macan di
kesepian malam, dan suara
teriakan-teriakannya menggema
semakin jauh. Suara itu semakin
lama semakin hilang. 
   Lelaki perlente itu berjalan
terseok-seok dengan koper besar
di pundaknya. la mengumpat
berulang-ulang dan beberapa
kali hampir terjatuh. 
   Lama-lama ia terbiasa dengan
jalan yang gelap dan sepi
mencekik itu. Suara jangkerik
dan burung burung di
pepohonan ikut menyepi begitu
si lelaki terbatuk atau lewat
dengan dengus nafas yang berat.
Sekali dua ia menoleh ke kiri
kanan dan sekali dua lagi ia
berhenti dan mendengarkan
dengan diam bila ada suara
berisik di sekitarnya. sesudah 
merasa aman. ia meneruskan
langkah langkahnya. Dan
bangunan yang hitam kelam dan
tampak bagaikan raksasa di
tengah perkebunan teh itu
semakin dekat jua. 
   Laki-laki itu berhenti. Menarik
nafas sebentar. Lalu: ' "Hei! Ada
orang?" ia berseru. Lantang. 
   Seruan lelaki itu menggema
memecahkan kesepian malam.
Sahut bersahut dengan si
ponggang dan kembali ke
telinganya dalam bentuk
gaungan memanjang. Sesaat
tubuhnya menggeletar. Ia
mengumpat dirinya sendiri dan
berusaha melenyapkan perasaan
kacau dengan melambangkan
geletar tubuhnya sebagai
pertanda lelah dalam perjalanan
sepanjang hari dan hampir
setengah malam untuk sampai ke
daerah terpencil dan di
sekelilingnya tidak terdapat
rumah-rumah penduduk ini.
Matanya yang nanap mencoba
memandang jendela di bagian
atas bangunan yang hitam kelam
di depannya. 
   Sesaat, tidak terjadi sesuatu
apa. 
   ia mau menyeru lagi, ketika
jendela itu terbuka. dan sesosok
bayangan tubuh muncul di sana.
   "Hai...!" segera ia berteriak,
namun  lebih perlahan seraya
berjalan terseok-seok melalui
dua lampu damar yang terpacak
di kanan kiri pintu gerbang
halaman bangunan itu. Koper di
pundaknya terasa semakin berat.
Peluh sudah membasahi sekujur
tubuhnya. la benar-benar sangat
kecapaian sehingga berteriak
keras-keras untuk
membangunkan siapapun juga
yang tengah berada di dalam
rumah besar dan bertingkat itu.
Ketika ia menoleh, jendela di
atas sudah tertutup. Lalu cahaya
lampu di sana ikut menghilang.
Gelap lagi seketika. Rembulan
yang pucat yang menolongnya
untuk bisa mencapai anak
tangga teratas dari teras depan
bangunan itu dan kemudian
diam menunggu. Dengan nafas
lelah ia membanting kopernya.
Berderak keras menimpa lantai
teras yang terbuat dari papan.
Kemudian ia menoleh ke
belakang. Ke jalan yang barusan
diialuinya. ia tidak menampak
sesuatu apapun juga. ia heran,
bagaimana ia bisa menempuh
perjalanan di tempat segelap itu
semenjak turun dari andong, dan
merasa bersyukur telah sampai
di alamat yang ia tuju, meski
pandangan curiga dan ketakutan
dari orang-orang yang ia temui
sepanjang perjalanan dari
stanplat bus. memberikan
gambaran yang aneh dari...
rumah yang kini siap ia masuki.
Suara berderak yang tiba-tiba
membuat ia terkejut. la
membalik. Pintu di depannya
menganga. Ada bias lampu
terlempar ke luar. Lalu sesosok
bayangan besar. Memanjang,
menyapu dan kemudian
melewati tubuhnya. Ketika
lampu minyak diacungkan ke
depannya, dengan terkejut 
   ia menyadari laki-laki apa
yang berdiri di hadapannya.
Sesosok wajah yang 'sesaat
membuat jantungnya berhenti
berdenyut. Kedua mata di
depannya masih terbuka, namun 
tanpa alis dan sebelah pipinya
tampak rusak hebat. 
   Pemuda perlente di depan
pintu, kaget bukan main. ia
terlonjak selangkah. Mundur,
namun segera bisa menguasai
diri. Mengapa harus takut" 
   sesudah  menarik nafas
sebentar, ia bertanya hati-hati: 
   "... Mang aidit ?" 
   Laki-laki dengan tampang tak
sedap dipandang itu, menyahut
parau: 
   "Saya sendiri...." Matanya
yang tanpa alis. memandang
tamunya. Tajam. 
   "Aden chucky  chuck ?" 
   "He-eh." 
   Laki-laki itu membuka pintu.
Lebar-lebar. 
   "Masuklah. Den chucky ." 
   Memang. tanpa dipersilahkan
pun laki-laki pendatang itu
menerobos saja masuk.
meletakkan koper besarnya di
sebelah pintu dan kemudian
menarik nafas panjang. Seraya
menutupkan pintu besar itu
kembali dengan suara
berderak-derak, laki-laki yang
dipanggil Mang aidit  nyeletuk: 
   "Saya kira aden tak jadi
datang." Aku sendiri sudah
diberitahu kalau di rumah 
   ini aku telah dinantikan oleh
seorang pelayan lakilaki
bernama mang aidit . namun 
tidak kukira kalau orangnya
memiliki wajah rusak dan tanpa
alis mata, pikir chucky  dalam
hatinya. ' 
   Dan di mulut ia mendumel: 
   "... salah satu ujian semesterku
gagal. Aku harus asistensi
beberapa hari di fakultas dan
mengulang ujian yang gagal
itu." 
   "Dan lulus?" Mang aidit 
tersenyum. Sebenarnya _ramah,
namun  dengan wajah yang
demikian bentuknya, tampak
senyuman itu mengerikan.
chucky  menahan gejolak
hatinya dengan balas tersenyum.
   "Berkat do'a Mang aidit ,
ujianku lulus." 
   "Syukurlah." dan pelayan
rumah tangga itu kemudian
berjalan mendahului chucky 
sambil melanjutkan: "Mari saya
antar ke kamar Aden di atas.
Kopernya biarkan saja, besok
pagi saja saya urus..." 
   chucky  mengikuti laki-laki itu.
namun  sesaat ia tertegun.
Ternyata bukan wajah mang
aidit  saja yang rusak. Laki-laki
setengah baya itu berjalan
terseok-seok, seperti mau jatuh.
namun  mungkin sudah terbiasa,
ia melangkah dengan lancar
meski sebelah kakinya ternyata
pincang. Kerusakan wajah mang
aidit  membuat hati chucky 
bergolak, namun  kaki pincang
laki-laki yang malang itu
membuat hati chucky  renyuh
dan diam-diam menaruh
simpati. ia masih ingat pesan
pengacara yang menguruskan
warisan dan menemuinya di
kota: "Pelayan rumah itu telah
mengabdikan dirinya dengan
baik, karena itu perlakukanlah
ia dengan baik-baik juga
sebagaimana paman. ayah dan
kakek serta moyangmu
memperlakukan ayah dan kakek
mang aidit ." 
   Dengan terlatih-tatih mang
aidit  berjalan menaiki anak
tangga demi anak tangga
menuju bagian atas rumah yang
dari dalam tampak lebih besar
dan lapang itu. Sambil berjalan
di belakangnya chucky 
memperhatikan potret-potret
berbentuk lukisan-lukisan besar
berbingkai bergantungan
sepanjang tepi tembok di bagian
atas anak tangga. Namun
bayangan lampu yang suram
tidak mendorong minatnya untuk
memperhatikan lukisan-lukisan
besar itu secara serius dan
berniat untuk melaksanakan itu
besok pagi. Sekarang, ia perlu
beristirahat panjang dan tidur
selelap-lelapnya. Mang aidit 
segera membuka salah sebuah
pintu kamar di bagian loteng. 
   "lnilah kamar untuk Den
chucky ." 
   "Kenapa dengan kamar-kamar
lain." tanya chucky  sambil
menunjuk pintu-pintu kamar
yang sejajar.
"Saya belum sempat berbenah.
namun  kalau Aden tak merasa
puas dengan kamar ini"." 
   "Tak merasa puas?" chucky 
tertawa sambil memperhatikan
ruangan kamar yang ia masuki.
"Kamar sebesar ini. dengan satu
set meja belajar, lemari pakaian
yang begini lebar dan tempat
tidur... amboi. antik benar
tempat tidur berkelambu ini. " 
   'Sambil berkata begitu.
chucky  melontarkan
tubuhnya ke atas kasur yang
tebal sehingga _badannya
terangkat sejenak ke atas dan
ketika jatuh kembali di kasur. ia
merasa puas dengan
keempukannya yang sangat
nyaman. Mang aidit  tersenyum
memperhatikan tingkah chucky .
Dan sedikit demi sedikit
senyuman itu mendatangkan
ketenangan di hati pemuda itu,
karena dia pikir toh senyuman
mang aidit  tidak bisa dirubah
oleh seorang pun juga karena
sudah semestinya demikian. ia
berpikir tentu ada sebab
mengapa lakilaki setengah baya
itu bernasib sedemikian malang.
dan ingin menanyakan hal itu
suatu saat yang tepat tanpa
menyinggung perasaannya. 
   '... rumah ini tidak disentuh
oleh peralatan modern." kata
mang aidit  lembut. "Besok
Aden akan melihatnya sendiri.
Mudah-mudahan Aden tetap
menjaganya agar tetap
demikian." 
   "Mengapa?" tanya chucky 
heran. 
   "Demikianlah yang berlaku
semenjak rumah ini dibangun
oleh moyangmu yang pertama.
Den chucky ." Mang aidit 
tersenyum pula, tampak lebih
agung dari keadaan wajahnya
yang begitu buruk. "Nah.
selamat tidur dan bermimpilah
yang indah. Karena mulai besok
Aden akan bekerja berat sebagai
pewaris perkebunan teh yang
luasnya berhektar-hektar ini...." 
   ia kemudian mengangguk
sedikit. menyalakan
lampu-lampu lilin yang terselip
di antara pipapipa tembaga
sebuah lampu gantung di
pertengahan kamar. sesudah  itu
ia beranjak ke pintu,
memperhatikan chucky  yang
juga melakukan hal 
   yang sama, tersenyum dan
kemudian keluar sesudah  lebih
dulu menutupkan pintu
perlahan-lahan. Berderit bunyi
pintu itu ketika tertutup. 
   "Minyak pelumas memang
pengaruh abad modern. namun 
derak-derak pintu bukanlah
suara warisan." pikir chucky 
termangu. "Besok akan kusuruh
salah seorang pegawai
perkebunan untuk membelinya
ke kampung terdekat. Kasihan
kalau mang chucky  yang
kusuruh membeli. Tentu
orang-orang kampung akan
ketakutan atau melecehkan
wajah dan kakinya yang cacat." 
   Seraya memikirkan cacat
tubuh pelayan rumah
peninggalan yang kini menjadi
miliknya itu. chucky  mencoba
memejamkan mata. Dipejamkan
pertama terbayang di kepalanya
wajah seorang gadis yang manis
bertubuh tinggi semampai.
chucky  tersenyum. Teringat
pada pacarnya yang ia
tinggalkan di kota. ia bertekad
untuk mengurus perkebunan ini
sebaik mungkin. Kalau bisa
menempatkan seorang wakil
selama ia pergi ke kota untuk
meneruskan kuliahnya suatu
ketika sampai tamat. 
   Dan kemudian membawa
pacarnya itu kembali ke
perkebunan ini. Bukan lagi
sebagai seorang kekasih semata.
namun  juga sebagai seorang istri.
Dari gadis itu ia akan
memperoleh beberapa orang
anak. dan belasan tahun
mendatang anak-anak itu kawin
beranak lagi. sehingga rumah
besar dan luas ini tidak akan
sesepi dan sekosong sekarang. 
   Ia baru saja terlelap ketika
telinganya menangkap suara
yang sayup-sayup: 
   "chucky .... chuck ...!" 
   Matanya nyalang terbuka. 
   'chucky ...!" 
   Semakin nyalang matanya
terbuka. Bermimpikah dia"
Apakah ingatan terhadap
kekasihnya yang ia tinggalkan di
kota, membuat khayalnya
melambung" la memikirkan itu
sejenak. dan tibatiba hatinya
berdenyut. Tak mungkin. Ia tidak
bermimpi. 
   Kekasihnya selalu memanggil
nama depannya, tidak pernah
memanggilnya dengan nama
keturunannya. namun  sesudah 
memperhatikan ke sekeliling
kamar, ia tidak melihat ada
siapa-siapa. Dengan perasaan
ganjil memenuhi benak, ia coba
berbaring kembali. Karena lelah
oleh perjalanan seharian,
dengan cepat ia terlelap. namun 
tak lama. 
   Tiba-tiba ia merasakan
sesuatu yang dingin menyentuh
tubuhnya. 
   Ia tersentak bangun. 
   '... siapa?" gumamnya. 
   Ternyata yang dingin itu
bukan seseorang atau sesuatu
benda. Melainkan deru angin
dari luar yang menyapu ke
dalam kamar. Api lilin sampai
menari-nari dan satu dua di
antaranya mulai padam. sesudah 
menggoyang-goyangkan kepala
untuk menenangkan
perasaannya, chucky 
memperhatikan arah angin itu
datang. Ternyata jendela kamar
terbuka. Tirai gordyn jendela
berkibarkibar ditiup angin. Dari
luar menderu suara angin itu
dan jilatan rembulan yang pucat
menyapu dan beradu 
   dengan jilatan lampu lilin
yang hampir padam seluruhnya. 
   Dengan mendongkol. chucky 
bangkit. 
   la berjalan ke jendela.
Meninjau sebentar ke luar
sebelum menutupkannya .Dari
tingkat atas di mana ia sekarang
berdiri. ia melihat ke bawah.
Ternyata jendela di mana
sekarang ia tegak rupanya
adalah jendela yang tadi terbuka
ketika ia berteriak dan kemudian
ditinggalkan mang aidit  waktu
turun ke bawah untuk
membukakan pintu. Rupanya
mang aidit  lupa menutup
jendela kembali karena
tergesa-gesa. Dan waktu mereka
tadi masuk ke sini, arah angin
mungkin ke jurusan lain
sehingga suasananya tidak
seribut sekarang. 
   chucky  baru saja mau
menutupkan jendela ketika
tiba-tiba ia terpana. Nun. jauh di
puncak bukit yang dikitari
perkebunan teh, persis di bawah
lingkaran bulan yang pucat, ia
melihat sesosok bayangan putih.
Hatinya tersentak. Dengan dada
berdebar keras ia perhatikan
bayangan itu lebih teliti. Sangat
samar-samar tampaknya
sehingga ia ragu untuk
memastikan apakah ia melihat
sesuatu benda yang nyata
ataukah ia terpengaruh oleh
hallusinasi. Ah, tentunya
cerita-cerita film horror atau
buku-buku saku tentang
hantu-hantu yang banyak ia
baca dan sering dilecehkan di
kota, tiba-tiba telah
mempengaruhi dirinya. 
   namun  tidak! 
   Bayangan putih itu
bergerak-gerak. 
   Mula-mula ujung-ujung kain
yang mungkin baju kemudian
bayangan itu menghilang
merupakan titik yang semakin
jauh dan jauh, lantas kemudian
lenyap sama sekali. Tinggal
matanya menangkap sinar
rembulan yang putih pucat. dan
tiba-tiba chucky  yang sesaat
agak bimbang, tersenyum pada
dirinya sendiri.?"Mungkin
bentuk bulan itu menimbulkan
bayangan-bayangan ganjil di
kaki langit. Terlalu, mana
mungkin ada bidadari turun dari
bulan di bumi ini" Hah!" lantas
ia membantingkan jendela
sampai tertutup, kemudian 
   memasang kunci-kuncinya lalu
naik ke tempat tidur. 
   Esok paginya chucky  bangun
dengan perasaan yang lebih
segar. Namun ingatannya tidak
bisa ia lepaskan dari bayangan
putih yang menghilang di bawah
rembulan yang pucat. Entah
mengapa. ketika ia bangun pagi
itu ia merasa bayangan itu
bukan bidadari yang turun ke
bumi namun  bukan pula
bayangan khayal. Apalagi
sesudah  ia hubung-hubungkan
dengan suara mendayu-dayu
memanggil nama keturunan
bukan namanya sendiri. 
   Tidak pernah ada orang yang
memanggilnya dengan
chuck . Selalu chucky  atau
oleh beberapa kawan-kawannya
dipanggil chucky , kadangkadang
juga chuckie . namun  chuck "
Seumur ia menerima predikat
nama keturunan itu di belakang
nama kecilnya, tak pernah
seorang pun juga yang menyebut
chuck . Dan tadi malam ia
ielas mendengar panggilan itu
dalam keadaan masih sadar.
Panggilan seorang wanita lesbian .
Lalu bayangan putih yang
menghilang di puncak bukit di
kejauhan itu, tampaknya juga
bayangan wanita lesbian . 
   namun  mungkinkah wanita lesbian 
itu berteriak di
tengah malam dari puncak bukit
untuk membangunkannya, yang
juga bisa membangunkan
penduduk di kampung-kampung
sekitarnya" Dan kalaupun ia
berteriak setinggi-tingginya,
jarak yang sangat jauh ke bukit
itu tidak akan mungkin dijalani
oleh suara seorang manusia
biasa. Kecuali, kalau bayangan
putih itu adalah bayangan
seorang manusia luar biasa.
Namun luar biasa bagaimana" 
   Bingung memikirkan itu, ia
berjalan ke jendela dan
membukanya. Yang
pertama-tama ia lihat adalah
puncak bukit itu. Ternyata
gundul sama sekali. Tanahnya
coklat kehitaman. Tidak. tidak
mungkin seorang wanita lesbian 
berada di tempat itu di tengah
malam buta. Penasaran, ia
mencari-cari dengan matanya. 
   Di bawah puncak bukit gundul
itu terdapat seonggok semak
menghutan, kemudian pohon
pohon turi dan beberapa batang
kelapa di selang seling oleh
pohon-pohon jenis lainnya. Di
bawah jilatan matahari pagi,
pemandangan itu tampak sejuk
dan nyaman. Terlebih-lebih
sesudah  matanya memandang
jauh ke sekeliling, ke
perkebunan teh yang luas dan
kini telah syah menjadi miliknya
Perkebunan itu sedang subur
subumya dan sebentar lagi akan
panen, begitu kata
pengacaranya di kota. Dan
puluhan bahkan mungkin
ratusan pemetik teh akan
memenuhi daerah itu. Laki
wanita lesbian . tua muda. Betapa
indahnya nanti bila dipandang
dari tempat di mana kini ia
berdiri. Dan keindahan itu
semakin ia rasakan waktu
memandang halaman rumah
yang besar dan luas itu. Di 
   sebelah selatan ada kolam
ikan yang lebar. di arah yang
berlawanan kandang-kandang
ternak. Dan di dekat teras.
terikat dengan ujung tali pada
tiang teras tegak seekor kuda
jantan berwarna hitam legam
dan tampak sangat gagah. 
   "Hem. Pagi-pagi mang aidit 
sudah menyediakan kuda
tunggangan untukku." pikir
chucky  seraya menghirup udara
segar sepuas puas hati. 
   ia baru saja menikmatinya,
ketika pintu di ketuk dari luar.
bergegas chucky  membukanya.
Tampak sosok tubuh mang aidit 
yang besar namun  sedikit doyong
karena kakinya yang pincang.
Cahaya yang lebih terang kini
memperjelas kerusakan di wajah
laki-laki setengah baya itu. Tadi
malam chucky  menyangka
wajah itu mungkin terkena air
keras. namun  kini jelas ia melihat
gurat gurat seperti cakaran
binatang buas. Bergidik bulu
kuduk chucky  membayangkan
bila binatang buaslah yang
merusak wajah laki-laki
didepannya. 
   "Saya kira Den chucky  belum
bangun." sapa pelayan itu
dengan ramah. "Sarapan telah
menunggu di bawah. Juga
beberapa orang tamu." 
   'Tamu?" chucky  tercengang. 
   "Ya." 
   "Untukku?" 
   'Ya.' . 
   "Dari mana mereka tahu aku
ada di sini" Siapa siapa mereka"
   "Mereka itu lurah desa yang
wilayahnya mencakup juga
perkebunan ini. ia disertai
seorang Mantri Polisi. Dan
setiap orang baru yang datang 
apalagi dengan tujuan ke rumah
ini. akan cepat tersiar sama
cepatnya dengan nomor buntut
judi toto gelap"." 
   Senda gurau itu membuat bibir
chucky  melepas senyum. 
   "namun ... mengapa Mantri
polisi harus ikut?" 
   "Nanti akan Aden ketahui
sendiri. Lebih baik dari mulut
orangnya langsung. Jangan dari
saya"." 
   chucky  mau bertanya
mengapa tidak harus dari mang
aidit  sendiri. namun  laki-laki
setengah baya itu cepat-cepat
meneruskan. 
   ?" sarapannya bisa dingin.
dan chucky . Dan lagi Aden harus
mandi. Pakai air hangat?" 
   chucky  menggelengkan
kepala. 
   "Udara dingin harus dilawan
dengan air dingin." jawabnya,
kemudian bergerak ke lemari. 
   Di dalamnya telah tersedia
pakaian-pakaian tidur, beberapa
stelan pakaian perkebunan yang
mengingatkan ia pada tuan-tuan
tanah. dan di bagian bawah
beberapa potong handuk yang
terlipat rapih. Dengan
menyambar juga selembar kain
ia mengambil handuk itu dan
kemudian turun ke bawah. 
   Ketika melewati anak-anak
tangga, pandangnya tertarik
pada lukisan-iukisan besar di
tembok yang tadi malam cuma ia
lihat sekilas. ia tahu lukisan
pertama seorang laki-laki
berambut, berKUMiS dan
berjenggot putih adalah kakek
moyangnya, pendiri perkebunan
dan rumah tua ini. Di sebelah
kakek moyangnya itu berdiri
seorang wanita lesbian  berkulit
putih dan mata biru dan rambut
kemerah-merahan. Dari cerita
yang ia dengar, istri kakek
moyangnya itulah sebenarnya
yang menghadiahkan daerah ini
kepada kakek moyangnya,
sebagai pertanda cinta kasih
istri berkebangsaan Belanda itu.
   chucky  mencoba mencukur
kumis dan jenggot itu dalam
benaknya, dan menghapus kerut
merut di dahi dan sudut-sudut
mata kakek moyangnya. Maka ia
seperti melihat wajah itu akan
sama dengan lukisan di
sebelahnya. Lukisan yang dari
usianya pastilah kakek chucky .
Wajah itu juga hampir sama
dengan lukisan di sebelahnya
lagi. Ayah chucky  yang
meninggal ketika ia masih
ingusan dan belum dibawa
uwanya ke kota. Uwanya pun
mirip ayahnya, dan nasibnya
pun sama. Meninggal sebelum
punya keturunan. Untunglah
chucky  sudah dewasa dan bisa
menghidupi diri sendiri dari
uang yang ditabungkan uwanya
itu atas namanya. la berterima
kasih pada uwanya di dalam hati
seraya memperhatikan lukisan
terakhir. Itu adalah lukisan
pamannya yang meninggal
beberapa bulan yang lalu
sehingga tinggal chucky 
pewaris tunggal. Dan ia
membayangkan wajahnya
sendiri. Dan merasakan
keajaiban Tuhan menciptakan
generasi demi generasi yang
terlahir dengan ciri-ciri tubuh
dan wajah yang hampir serupa.
"Suatu ketika kelak, lukisan
diriku pun akan tergantung di
tembok ini." pikir chucky  seraya
tersenyum. 
   Ia menuruni anak tangga demi
anak tangga 
   dengan mata mencari-cari. ia
tidak melihat seorang tamu pun
di ruangan tengah itu. Set kursi
dan meja kayu yang umurnya
mungkin sudah puluhan tahun,
tampak kosong. Di pojok dekat
pintu masuk bukan orang yang
berdiri mengangguk padanya.
akan namun  sebuah patung besi
yang mengingatkan ia pada
tentara romawi dahulu kala. Di
sebelahnya lagi, patung pualam
seorang wanita lesbian . Ketika ia
perhatikan wajah wanita lesbian 
itu. ia merasakan sesuatu yang
aneh pada dirinya. la seperti
pernah mengenal seseorang
yang wajahnya mirip dengan
wajah patung itu. Cantik namun 
binal dengan daya tarik yang
luar biasa mempengaruhi
dirinya. 
   
   Lama ia terpaku memandang
patung pualam yang
seakan-akan hidup itu, sampai
mang aidit  muncul dari pintu
ruang belakang dan berkata: 
   "Segeralah mandi, Den chucky .
Biar kita sarapan bersama." 
   ia mengikuti mang aidit  ke
ruang belakang menuju kamar
mandi. Tak ada bad-kuip
ataupun kran leiding. Yang ada
ialah sebuah bak besar dan
tinggi penuh dengan air yang
ditimba dari sumur di luar
tembok kamar mandi dan
disalurkan ke dalam bak melalui
pipa bambu yang menembus
tembok. Untuk mandi. ia harus
membuka sebuah 
   potongan karet dari mana
kemudian air mengucur dengan
deras. 
   ?" tamu-tamu kita di mana?"
tanyanya sebelum menutupkan
pintu kamar mandi. 
   Mang aidit  yang sudah akan
pergi, membalik. 
   "Di ruang tamu." 
   "Yang mana?" 
   "Di sebelah ruangan yang
pertama kali Aden masuki tadi
malam." 
   "Ooo...." 
   Dan chucky  baru saja
membuka seluruh bajunya dan
siap untuk mandi, ketika
telinganya seperti dihembus
angin sejuk dan disapu oleh
sebuah suara mendayu-dayu: 
   "chucky ...!" 
   chucky  tertegak dengan tubuh
tegang. 
   Disambarnya handuk, dan
secepat kilat ia membuka pintu
kamar mandi. namun  ruangan di
depannya kosong melompong.
Juga ruang tengah. Ketika
matanya memandang ke arah
patung pualam di sebelah
patung besi, ia merasakan
tubuhnya tegang. Mata patung
itu seperti memandang tajam
padanya. dan mulut patung itu
seperti tersenyum jalang
padanya. 
   'Persetan !' chucky  memaki
dirinya sendiri. "Mengapa aku
berkhayal yang tidak-tidak" 
   ia kemudian kembali ke kamar
mandi, meneruskan maksudnya
dan tidak mendengar suara
wanita lesbian  yang mendayu-dayu
memanggil nama keturunannya
itu lagi sampai ia selesai mandi.
meski sesekali ia pasang
kupingnya tajam-tajam. 
   sesudah  kembali ke kamar dan
mengenakan pakaian seragam
perkebunan yang mirip seragam
tentara namun  berwarna kelabu,
ia kemudian turun ke bawah
bersamaan dengan waktunya
mang aidit  naik ke atas
membawakan koper chucky .
Dengan koper yang berat itu
tampak mang aidit  semakin
doyong karena kakinya yang
pincang. chucky  bermaksud
menolong. namun  senyum
simpatik di wajah yang
mengerikan itu menahan
maksudnya. 
   "Tamu-tamu sudah lama
menunggu, Den." 
   chucky  mengangguk, terus
turun, melewati ruang tengah
dengan berusaha sekuatnya agar
tidak menoleh ke arah patung
pualam itu. Ia kemudian
membuka sebuah pintu lain yang
besar dan tinggi dengan
ukiran-ukiran perang dalam
pewayangan di daun pintu yang
terbuat dari papan itu. Dua
orang tamu yang duduk di kursi
yang sama tuanya dengan kursi
di ruang tengah. Cepat cepat
berdiri begitu chucky  masuk.
Mereka mengangguk bersamaan
seraya mengucapkan selamat
pagi. ' 
   sesudah  membalas ucapan
selamat pagi itu, chucky 
mempersilahkan tamu-tamunya
untuk duduk kembali sementara
ia sendiri mengambil tempat
duduk sendiri. 
   "Berlakulah biasa. Seperti di
mmah sendiri." katanya. 
   Kedua tamu itu mengangguk
setuju. 
   "Nah. saya senang sekali
kedatangan tamu sepagi ini.
Rumah ini kosong dan sepi. Tak
adateman bicara." ia
melanjutkan. 
   "Untuk itulah kami datang."
sahut laki-laki tua yang
tampaknya lurah desa itu. la
mendehem sebentar, kemudian
meneruskan: "sekalian kami
berkenalan. Saya nyoto . lurah
di sini dan Bapak ini." ia
menunjuk kepada laki-laki yang
lebih muda serta mengenakan
seragam polisi desa. "...
namanya Jaka. polisi setempat." 
   Menteri polisi itu mengangguk.
   "Senang berkenalan dengan
bapak-bapak." sambut chucky 
ramah. "Adakah sesuatu yang
bisa saya bantu?" 
   "Ah. tak banyak," sahut lurah
desa. Ia membuka map yang
dari tadi ia letakkan di atas meja
"Cuman minta pertolongan agar
Den chucky  menanda tangani
surat tanda menetap didesa ini.."
ia menyodorkan surat yang ia
maksud. menyebabkan chucky 
agak tersipu waktu menyahut: 
   "Wah, seharusnya saya yang
datang ke kantor desa." 
   "Ah. tak usah repot-repot Den
chucky . Hitung hitung kami gerak
badan jalan pagi ke perkebunan
ini. Udara segar, matahari yang
hangat membuat usia kita bisa
bertambah panjang.?" 
   "Wah. Pak nyoto  ini. Usia
orang kan sudah ditentukan
Tuhan." 
   "Benar. Den. namun  kita kan
harus berusaha...." . 
   chucky  kemudian
menandatangani surat tanda
penduduk setempat itu yang
kemudian dimasukkan sang
lurah kembali ke dalam map.
sesudah  itu ia diam, rupanya
memberi kesempatan kepada
kawannya yang lain. Menteri
polisi itu sesaat ragu-ragu,
namun  sinar mata chucky  yang
lembut dan ramah
menyenangkan hatinya. ia
segera membuka mulut: 
   "Sebenarnya saya segan
mengutarakannya, Den chucky ..."
ia batuk-batuk kecil sebentar.
"namun  kami harap. kalau
terjadi apa-apa di rumah ini,
ataupun atas diri Den chucky .
segeralah beritahu kami.
Mudah-mudahan kami bisa
menolong, dan Den chucky  pun
bisa menolong kami
memecahkan misteri yang
selama ini terjadi." 
   "Misteri?" 
   "Ah." Menteri Polisi itu agak
gugup. "Bukankah Aden sudah
tau, kalau penghuni rumah ini
semenjak orang yang pertama,
senantiasa mati secara aneh dan
mengerikan" Beberapa di
antaranya malah tak diketahui
di mana mati dan dikuburnya...."
   chucky  memang mendengar
hal itu juga dari pengacaranya.
Pengacara itu malah
menekankan, kematian kakek
moyang dan turunan berikutnya
oleh penduduk
dihubung-hubungkan dengan
takhayul atau tepatnya
misterius. Dan itulah yang
mendorong hati chucky 
memang untuk datang dan
menetap di perkebunan ini. 
   Selesai makan pagi. lurah dan
menteri polisi itu kemudian
pamit untuk kembali ke tempat
kerjanya masing-masing.
chucky  masih termangu mangu
di meja makan memikirkan
pembicaraannya dengan
tamunya terutama polisi desa
tersebut. Tentang kakek
moyangnya yang meninggal
dunia tanpa diketahui di mana
kuburnya. Orang orang tua di
desa itu percaya kalau kakek
moyang chucky  mati ditelan
siluman penyihir yang pernah
menghantui penduduk sekitar
tempat itu. Kakek chucky  mati
dengan tubuh terhantar di
puncak bukit, seluruh tubuhnya
robek-robek seperti dimakan
binatang buas. 
   Hanya ayahnyalah yang lebih
bernasib agak baik.
Diketemukan tergeletak di
antara batang batang teh. dan
menurut keterangan dokter
terkena serangan jantung.
Sedang paman chucky , mati
dalam keadaan duduk di kursi
goyang di ruang tengah.
Sepasang matanya melotot
lebar. sedang mulutnya
menganga Di lambung
terhunjam sebuah sebilah
pedang panjang oleh tangannya
sendiri. menembus jantung terus
punggung dan kulit sandaran
kursi goyang di mana tubuh
pamannya melekat berlumur
darah. 
   Polisi desa bahkan telah
mendatangkan beberapa orang
reserse dari kota. Tidak pernah
bisa dibuktikan kalau semua
kejadian itu dikarenakan
pembunuhan. Karena tidak ada
saksi. Tidak ada jejak-jejak.
Bahkan tidak ada petunjuk sama
sekali. 
   Menggigil tubuh chucky 
ketika menunggangi kuda
mengitari perkebunan teh itu
dan mampir di 
   warung-warung penduduk.
Begitu ada yang tau ia pewaris
terakhir dari rumah tua di
tengah-tengah perkebunan.
banyak yang memanjatkan do'a
kepada Tuhan semoga dia
selamat. dan sebagian di
antaranya buru-buru menyingkir
dengan wajah ketakutan.
Seorang pemilik warung yang
sudah tua menjelaskan kepada
chucky  mengapa mereka
ketakutan: 
   ?" mereka menyangka setan
penyihir selalu ' mengintai Aden
dan takut tempat...!" 
   Mandor perkebunan teh yang
ia temui sedang mengawasi
pekerjaan beberapa orang
pegawai yang menyemprot obat
anti hama, malah menekankan: 
   "Pada waktu panen. akan
banyak teh-teh yang menjadi tua
dan layu tidak terpetik." 
   "Mengapa?" 
   "Perkebunan ini teramat tuas.
Sedang pemetik 
   teh sedikit." "Sedikit"
Bukankah penduduk di sekitar
sini banyak yang melarat
hidupnya?" 
   "namun  tak semua berani ikut
memetik di tempat kita." 
   "Ah?" 
   "Mereka percaya kalau
hantu-hantu yang menguasai
daerah ini semenjak jaman
kakek moyang Aden, mengintai
di mana-mana, biarpun di siang
bolong. Bukankah ayah Aden
diketemukan mati tergeletak
siang bolong di antara
batang-batang teh?" 
   chucky  menyipitkan mata.
Tidak tega mengingat kejadian
itu. 
   "Kau percaya hantu-hantu itu.
Pak Cakra" 
   Mandor perkebunan yang
bertubuh tegap dan wajah kekar
itu bergidik sesaat. 
   Kemudian: 
   "Mula-mula tidak. namun 
semakin santernya desas-desus
di tengah penduduk.?" 
   chucky  sudah paham lanjutan
dari katakata yang terputus itu.
Karena itu ia segera menyingkir
dengan pundak yang panas,
karena terngiang ngiang di
telinganya ucapan polisi desa
tadi pagi: 
   "... hati-hatilah, Den chucky .
Aden keturunan terakhir. Dan
tampaknya apa yang oleh
penduduk dikatakan hantu
penyihir. tidak akan melepaskan
Aden begitu saja. namun 
yakinlah. Tuhan di atas kita
semua!" 
   Menjelang sore chucky  tiba di
rumah. Mang aidit  telah
mempersiapkan makanan di atas
meja ruang makan. Segala
santapan lezat yang didatangkan
dari tukang masak khusus dari
desa, tidak menarik selera
chucky , sehingga mang aidit 
yang diam-diam memperhatikan
bertanya hati hati: 
   'Ada yang dirisaukan, Den" 
   chucky  memandang pelayan
rumah tangga yang makan
bersamanya itu. 
   "Ah... hanya soal-soal kecil." 
   "namun  bisa menjadi besar.
Dan." 
   "Maksud Mamang?" 
   "Di perkebunan ini, hal-hal
yang kecil itu justru soal-soal
yang aneh dan tidak masuk di
akal. 
   Seperti kepercayaan penduduk
misalnya.' chucky  meletakkan
sendok garpunya. "Terkutuk
dengan kepercayaan yang
konyol itu' 
   Mang aidit  mencoba
tersenyum di antara rona merah
yang mewarnai wajah rusaknya.
Berkata dengan suara yang
dingin menenangkan: 
   "Saya senang Den chucky  tidak
mempercayainya. "Apakah kau
juga tidak?" 
   "Saya tidak berkata demikian.
namun  selama 
   Den chucky  tidak
mempercayainya. selama itu
wabah ketakutan yang
mengerikan dan selama ini 
   mengintai rumah ini, bisa
berpikir dua kali sebelum
mendekati Aden...." 
   chucky  menyipitkan matanya. 
   "Wabah apakah itu kira-kira,
Mang aidit ?" 
   "Balas dendam roh atau wujud
nyata dari si penyihir...." 
   Menurut cerita mang aidit .
kakeknya yang juga pelayan
rumahtangga yang setia dari
keluarga chuck  melihat
dengan mata kepala sendiri
bagaimana secara
sembunyi-sembunyi Juragan
chuck  bermain cinta di
belakang punggung istri
Belandanya. wanita lesbian  kedua
yang hadir di hati juragan
chuck  itu adalah salah
seorang 
   pelayan rumah tangga yang
ketika itu sangat banyak. Kedua
insan itu saling mengadakan
pertemuan sembunyi-sembunyi
dan konon mencapai batas
hubungan bersuami istri di
beberapa bagian rumah. di
tengah-tengah perkebunan
bahkan di banyak tempat
lainnya, sampai suatu ketika istri
gelap juragan chuck 
dipergoki oleh juragan itu
sendiri tengah bergumul dengan
saudara laki-laki si wanita lesbian 
di rumah tempat tinggal mereka.
   "Biadab. nista!" teriak juragan
chuck . lalu sesudah 
mengutuk gundik dan
turunannya akan terus berzinah
dengan keluarga sedarah
sepanjang hidup mereka.
kemudian mengusir pembantu
itu dari lingkungan
perkembunan. Ia pergi bersama
saudara laki-lakinya. dan
menetap di suatu tempat yang
tidak diketahui. Semenjak itu
juragan chuck  sering jatuh
sakit, sampai seorang dukun
terkenal mengatakan juragan
diguna-gunai oleh seorang yang
pernah ia sakiti hatinya.
Mendengar itu. juragan marah
besar. Ia melupakan sakit yang
ia derita. bertualang ke sekitar
daerah itu mencari bekas
gundiknya dan semenjak itu
juragan chuck  tidak pernah
kembali ke rumah. Orang-orang
berkata cuma melihat bekas
gundiknya itu bersama
saudaranya bertapa di gunung
dan hidup sebagai penyihir. 
   "... dan semenjak itu. kedua
penyihir bersaudara itu
dianggap sebagai biang keladi
kematian demi kematian yang
menimpa penghuni rumah ini." 
   "namun ... sejak jaman kakek
moyang. Tak mungkin." gerutu
chucky . 
   "Mengapa tidak" Kedua
bersaudara itu toh melakukan
hubungan suami istri. Mereka
punya anak, dan anak-anak
mereka meneruskan kutuk yang
dititipkan oleh orang tuanya.
Begitu seterusnya...." 
   "Apakah Mang aidit 
maksudkan?" 
   Lelaki setengah baya itu
manggut-manggut. 
   "Begitulah. Keturunan terakhir
dari penyihir itu, mungkin juga
sudah lahir dan kini sudah
dewasa dan siap memasang
jaring-jaring sebagai penerus
balas dendam kakek neneknya.?"
   chucky  tiba-tiba tertawa.
Katanya: 
   "Pingin pula aku bertemu
dengan penyihir muda itu.
Mudah-mudahan ia wanita lesbian ,
cantik pula lagi..." lalu ia
tertawa semakin bergelak. Mang
aidit  menggerimit.
memanjatkan do'a-do'a
kemudian menempatkan jari
telunjuk di bibirnya. sesudah  itu
ia beranjak dari tempat duduk,
menaiki tangga menuju kamar
chucky  seraya berkata: 
   "Pakaian-pakaian Aden yang
kotor harus segera saya
kumpulkan. Sebentar lagi tukang
cuci dari desa akan
mengambilnya." 
   chucky  memandang laki-laki
yang berpincang-pincang
menaiki anak tangga demi anak
tangga. la menggeleng
gelengkan kepala. Masih
tersenyum. namun  ketika
pandang matanya beradu
dengan lukisan demi lukisan di
tembok yang dilewati mang
aidit , jantungnya tiba-tiba
berdenyut. Kembali rasa ajaib
mendatangi dirinya. Mengapa
wajah kakek moyangnya.
menurun sama 
persis dengan wajah generasi
kemudian. sampai kepada
wajahnya sendiri" chucky  coba
berdiri. Tegak, seperti kakeknya.
Kepala sedikit ditengadahkan.
Angkuh. Mata sedikit dikecilkan.
Tajam dan keras.'Lalu tiba-tiba.
ia merasakan sesuatu yang
ganjil pada dirinya. Ia merasa
seolah-olah yang berdiri di
tempatnya tegak sekarang.
bukanlah dirinya. melainkan
kakek moyangnya. 
   Angkuh dan keras, tubuh
chucky  yang seolah-olah
membawa kakek moyangnya,
berjalan ke ruang tengah,
kemudian duduk dengan tenang
di kursi goyang yang sudah tua
namun  di matanya tiba-tiba
tampak baru dibuat itu. Bahkan
kulit sandaran kursi itu masih
berbau daging kambing. la
duduk di sana,
menggoyang-goyangkan kursi
sedikit dan di hadapannya.
tiba-tiba berdiri sesosok tubuh
yang semampai. montok dengan
senyum dan tatap mata yang
jalang. 
   "chucky .." bisik wanita lesbian 
itu. 
   chucky  tanpa sadar bangkit
dari duduknya. Tenang, ia
melangkah mendekati sosok
tubuh wanita lesbian  itu. dan
berbisik: 
   "Kekasihku..." 
   Lalu. mereka kemudian
berpelukan dengan hangat.
Hangat sekali, bibir mereka
saling beradu sementara jari
jemari chucky  menyelusup kian
kemari menikmati
bagian-bagian tubuh si
wanita lesbian  yang lembut namun 
panas bagaikan bara api. Ia
terus menekan tubuh wanita lesbian 
itu ke dinding, berusaha
menelanjanginya dan mereka
hampir terjatuh berguling di
lantai kalau saja tidak terdengar
pekik yang tiba-tiba: 
   "Den chucky !" 
   Lantas sebuah tamparan yang
deras hinggap di pipi chucky .
Laki-laki itu terperangah,
bergerak mundur dan
terheran-heran melihat Mang
aidit  berdiri di sebelahnya
seraya memegangi patung
pualam di sebelah patung besi
yang hampir jatuh ke lantai. 
   "... mengapa Mang aidit 
menamparku?" tanyanya gugup. 
   'Mengucaplah, Den.
Mengucaplah." 
   chucky  mengucap. ia semakin
sadarkan dirinya. Kemudian.
heran melihat bahwa kancing
kancing bajunya terbuka dan
dadanya basah oleh keringat.
Dengan mata terbelalak ia
memandang patung pualam di
depannya yang sudah
ditegakkan kembali oleh mang
aidit . Wajah patung itu. Persis
seperti wajah yang sempat
menghayati diri dan
merangsangnya. namun  patung
itu diam. Tegak membisu. Tidak
mungkin. Tidak mungkin. ia
ingat samar-samar si wanita lesbian 
melepaskan kancing-kancing
bajunya sementara chucky 
sendiri melepaskan peniti yang
melekat di baju si wanita lesbian .
Peniti-peniti itu terbuat dari
emas. la ingat betul. wanita lesbian 
itulah yang melepaskan
kancing-kancing kemeja
chucky .
'Oh. Apa yang terjadi?". chucky 
terduduk di sebuah kursi seraya
memukul mukulkan tangan ke
kepalanya. 
   Mang aidit  mendekat.
Menyodorkan segelas air dingin.
"Minumlah, Deni" 
   chucky  mereguk habis
minuman itu. 
namun ... mengapa?" ia berguman
tak percaya. 
   "Tenanglah. Dan jangan
kaget, paman Aden juga sempat
mengalami hal yang sama"." 
   "Mamang temukan lagi
memeluk patung pualam itu?" 
   "Menurut pandanganku, ya.
namun  menurut paman Aden, ia
memeluk seorang wanita lesbian ....
Sayang. ketika itu saya tidak
ingat untuk menamparnya
seperti Aden. Saya membetot
tubuhnya. Paman Aden menjadi
marah. la seperti memperoleh
kekuatan luar biasa. ia
menyerangku, berteriak-teriak
mengutuk, memaki-maki dan
mencaci seraya mencakari
wajahku. Di saat itulah
kusadari, kuku-kuku jari jemari
beliau seperti bertambah
panjang dan panjang. Habis
sebagian wajahku ia cakar,
seperti dicakar harimau. Aku
bergerak mundur melanggar
patung besi dan jatuh
bersamaan. Patung besi yang
besar dan berat itu menimpa
kakiku. Semenjak itulah kakiku
pincang dan wajahku rusak
berat?" ia mengakhiri kisahnya
dengan wajah murung. 
   'Dan... paman?" bisik chucky .
   "Tidak saya ketahui apa yang
terjadi dengannya. Ketika saya
sadar, orang-orang telah
menolong saya dari jepitan
patung besi itu. Sedang paman
Aden.?" ia bergidik sesaat.
"Semua menyaksikan beliau mati
di ujung pedang yang menembus
jantung sampai punggungnya,
terduduk di kursi goyang.
Tahukah Aden" Beliau tetap
dalam keadaan seperti yang
saya lihat sebelumnya. berkuku
panjang dan runcing. yang
tumbuh dalam seketika. sedang
wajah beliau menyeringai dan
ada taring-taring runcing di
antara gigi-giginya. Hampir
seluruh wajahnya penuh dengan
bulu...!" 
   Ketegangan masih menguasai
diri chucky  sesudah  ia kembali
masuk ke dalam kamarnya.
Seluruh otot-otot tubuhnya yang
kejang ia coba lemaskan dengan
bersenam sedikit kemudian
menggoler di atas tempat tidur.
Namun ketegangan itu tidak
juga mereda. 
   Dengan gelisah ia menyambar
sebuah kursi. mendekatkannya
ke jendela dan duduk disana. Ia
harapkan udara segar dari luar
dan panorama yang menarik
disenja kala itu bisa
menenangkan hatinya sedikit.
Namun memandang jauh ke
luar. melewati perkebunan teh.
melewati lembah dan
bukit-bukit. melewati
gunung-gunung. bahkan
melewati batas kesanggupan
mata memandang. terbayang di
pelupuk matanya wajah Prawira
Kusumah SH seorang pengacara
terkemuka di kotanya. 
   Wajah pengacara yang
biasanya tenang dan tak pernah
lepas dari senyum itu juga
tegang ketika ia
memberitahukan hal hal yang
patut diperhatikan oleh chucky . 
   "Kematian-kematian yang
menimpa leluhur-leluhurmu
sebaiknya tidak kau pandang
enteng," 
   kata pengacara itu. 'Saya
menyarankan agar kau
menempatkan sejumlah orang
orang yang bisa dipercaya...." 
   Ketika itu, chucky  tertawa
kecil. 
   "Apakah kehadiran sejumlah
bodyguard bisa menghalau
tahayul yang dipercaya
penduduk setempat?" tanyanya
tak acuh. 
   "itu bukan tahayul. Kau tahu
itu?" 
   "Saya tak tahu. namun  saya
memang tidak
mempercayainya." 
   "Karena itu. pikirkanlah
keamanan dirimu. ingat. kaulah
satu-satunya pewaris yang
tinggal. Dari pengamatan saya.
ada pihak-pihak tertentu yang
menghendaki harta peninggalan
leluhurmu jatuh ke tangan
mereka." 
   "Tapi... siapa?" 
   Pengacara itu tidak menjawab.
Dan memang ia tidak bisa.
seperti chucky  sendiri tidak
melihat adanya kemungkinan
itu. Bukankah tinggal ia
satu-satunya keturunan yang
masih hidup dari juragan
chuck " Dan setahunya, tidak
pernah keluarganya mempunyai
musuh. 
   Baru kini. dari mulut mang
aidit  ia dengar kalau sang
juragan yang ditakuti di masa
hidupnya itu pernah mengusir
gundik dan saudara gundiknya
itu dari rumah besar yang kini ia
tempati. namun  si gundik dan
saudaranya tidak pernah dilihat
orang lagi. Cuma timbul
desas-desus kedua bersaudara
yang dipergoki juragan
Adlchucky  sedang melakukan
persetubuhan terlarang itu,
kemudian hidup sebagai
penyihir. 
   Dan itu telah terjadi lebih dari
seratus tahun berselang! 
   chucky  mengeluh. 
   Menyandarkan kepala ke
bandul jendela. 
   "... apakah tidak sebaiknya aku
ikut?" terngiang-ngiang ucapan
kekasihnya sesaat sebelum ia
meninggalkan kota. 
   "Bersabarlah. sayang. Bila
segala sesuatunya telah beres,
aku akan menjemputmu !' 
   "namun  aku takut. Sur!" 
   "Takut" Mengapa pula kau
yang ketakutan?" 
   Kekasihnya merebahkan wajah
di dada chucky . Terisak. 
   "Cerita-cerita mengerikan
tentang leluhurmu membuat
perasaanku senantiasa cemas,
Sur....!
"Justru karena itu aku mau pergi
sendirian. Mau kubuktikan pada
mereka kematian leluhurku
semua adalah kematian wajar.
Setiap orang toh akan mati
dan...." 
   'Dan aku tak ingin kau ikut
mati." potong kekasihnya. 
   chucky  tertawa 
   "Kalau sudah kodrat. sayang.
Tak bisa ditolak," katanya. 
   "Tapi tidakkah ada baiknya
saran pak Prawira kau turuti"
Setidak-tidaknya keamananmu
terjamin." 
   'Tak perlu. sayang. Toh
sayatidak punya musuh." 
   "Kau memang tidak. namun 
leluhurmu?" 
   Tubuh chucky  tiba-tiba
menegang kembali. Ucapan
terakhir dari kekasihnya masih
terngiang ngiang dan seperti
menghantam telak telinganya
berulang-ulang. ketika sepasang
matanya terbuka lebar. Sesuatu
membersit dalam manik-manik
matanya. Sebentuk bayangan
putih, kecil dan terpencil. namun
tampak jelas karena berada di
tengah tengah lembayung warna
senja di ufuk barat. 
   chucky  tegak seketika. 
   Dan bayangan putih itu
bergerak. Gerakan yang tidak
akan terlihat andaikata
sepasang mata chucky  tidak
terpelotot memperhatikan
bayangan itu. Sebuah lambaian.
Lambaian tangan. 
   Dari seorang wanita lesbian ! 
   Mata chucky  mencari-cari ke
sekitar perumahan di mana kini
ia berada. Tidak seorang
manusia lain pun ada di sana.
Dan bayangan itu terus juga
melambai. Jelas, hanya tertuju
pada dirinya. Sesaat angin
dingin menerpa wajah chucky .
ia merasakan hal yang
sebaliknya pada tubuhnya.
Kehangatan. Kehangatan yang
tidak ia mengerti namun  terasa
betapa kehangatan itu berbau
kembang semerbak. Bau melati.
Bau mawar. Dedaunan teh di
bawah sana bergeming tertiup
angin senja. Gemulai. Dan
bayangan putih di atas bukit
melambai semakin gemulai jua.
Jadi aku. pikir chucky  dengan
perasaan tidak menentu. 
   Aku yang kau panggil.
Siapakah kau gerangan. gadis
yang dengan sengaja
memperlihatkan dirimu
sekarang dan tadi malam" 
   Dalam beberapa loncatan,
chucky  teiah ke
luar dari kamarnya. la
bergegas-gegas menuruni
tangga, membuka pintu depan
lebar-lebar dengan suara
berderak-derak menyakitkan
telinga. Ia tidak perduli pada
suatu itu, juga tidak perduli
pada wajah heran dari mang
aidit  yang berpapasan
dengannya di ruang tengah. Dan
ia sama sekali tidak
memperdulikan bahkan tidak
mendengar suara mang aidit 
memanggil-manggil namanya. 
   Bagaikan terbang ia berlari ke
istal tempat penyimpanan kuda.
Ada beberapa ekor di dalamnya,
juga beberapa ekor sapi. Di
kandang paling ujung ia
membuka pintu-pintu kayu
dan-mengeluarkan si hitam
legam yang keringatnya masih
belum kering sesudah  sepanjang
hari ia tunggangi berkeliling
perkebunan. 
   Kuda jantan yang gagah itu
meringkik keras begitu chucky 
duduk di punggungnya. 
   'Hoyaah !" chucky  berteriak,
lantas kakinya menggerakkan
sanggurdi. 
   Kuda itu terlonjak ke depan.
Kemudian lari menggebu. 
   Dengan menggebrak kudanya
berlari sepanjang jalanan
setapak menuju ke luar daerah
perkebunan, sepasang mata
chucky  terus menerus
memandang ke puncak bukit di
kejauhan. Bayangan putih itu
masih tampak samar-samar.
Langit semakin lembayung dan
perlahan-lahan mulai gelap, dan
ia harus berpacu dengan waktu.
Tidak boleh ia abaikan
kesempatan ini. Harus ia ketahui
dengan pasti. manusia
wanita lesbian  apa bayangan putih
itu dan siapa sebenarnya dia.
Tadi malam ia 
hampir percaya kalau bayangan
hantu seperti yang sudah ia
dengar dari beberapa orang
penduduk disekitar perkebunan.
namun  sekarang masih sore.
Tidak ada hantu yang muncul
sebelum malam tiba!_ 
   Seperti mengerti kegelisahan
dan jalan pikiran majikannya,
kuda jantan yang ditunggangi
oleh chucky  berlari dengan
kecepatan yang hampir
menyamai deru angin yang
berseliweran di sekitar mereka.
Beberapa orang penduduk
sebuah kampung yang mereka
lewati memperhatikan dengan
tercengang penunggang kuda
yang lewat. namun  chucky  tidak
ambil perduli. Selagi keliling
tadi siang ia telah mempelajari
daerah ini dan kini ia ingin
mencapai bukit yang
berhadapan langsung dengan
jendela kamarnya. Mungkin
jaraknya puluhan kilometer,
namun  ia harus menempuhnya
juga ' 
   ia harus tahu bahwa ia
berhadapan dengan manusia
biasa. Bukan manusia-manusia
yang hanya hidup di alam
khayal penduduk dan yang
menyebabkan
kematian-kematian leluhurnya
dianggap sebagai
kematian-kematian yang berbau
sihir. 
   Sudah dua perkampungan ia
lewati ketika tiba-tiba ia sadari
kudanya berhenti. Nafasnya
beradu dengan nafas kuda yang
ngos-ngosan seperti lokomotip
tua yang kelelahan. Tidak ada
suara lain. Tenang, sepi
mencekam. Senja semakin turun.
Tidak sampai satu jam lagi
daerah itu akan gelap. ia
berpikir sebentar. Memandangi
sungai yang mengalir di
depannya. Cukup lebar, namun  di
beberapa tempat tidak begitu
dalam. Sungai itu berbatu-batu.
Di seberangnya, terdapat hutan
yang tampaknya tidak terurus
sama sekali. 
   chucky  menghela nafas
panjang. 
   "Apakah kau takut seperti
mereka?" dengusnya pada
telinga kudanya. 
   Seakan mengerti, kuda itu
meringkik keras. Kemudian kaki
depannya yang kukuh, berkilau
oleh kucuran keringat menjejak
air. Berdecak decak air sungai
ketika mereka menempuhnya di
bagian yang jarang batubatu
dan tampak tenang alirannya.
chucky  sesaat bimbang
memikirkan kalau-kalau mereka
bisa terperosok pada bagian
bagian dalam di tengah sungai,
namun  dengan kebulatan tekad ia
percayakan dirinya sepenuhnya
pada indera binatang yang
tampak gagah dengan sepasang
matanya yang berkilauan itu. 
   Ternyata kepercayaannya
tidak sia sia .Meskipun agak
lambat karena kaki-kaki depan
kuda mencari-cari jalan di
kedalaman air, tubuh chucky 
hanya basah sampai batas lutut.
itu berarti kuda itu harus
berjuang melawan arus yang
melanda sampai ke lambungnya
.
Ringkikan yang keras dari kuda
itu memecah kesepian senja
begitu keempat kakinya
menginjak tanah berumput di
seberang sungai. Kemudian
tidak dengan tergesa-gesa kuda
itu berjalan seperti merangkak
ke depan, mulai menempuh
semak-semak di antara
batang-batang pohon beraneka
ragam yang berbentuk tabir
berwarna warni di hadapan
mereka. 
   Dan begitu mereka memasuki
hutan bersemak belukar itu.
chucky  segera menyadari kalau
mereka telah dicengkeram oleh
kegelapan yang membutakan
mata. 
   Sejenak,' ia menahan tali les
sehingga kuda itu berhenti. 
   Mata chucky  ia pejamkan
berulang-ulang. Kemudian ia
menjadi biasa dalam kegelapan
yang remang-remang itu. Di
beberapa tempat dari
pohon-pohon masih mengintip
cahaya senja. namun  di
tempat-tempat lainnya
remang-remang bahkan gelap
sama sekali. Tidak ada jalan
yang harus mereka lalui. Tidak
ada petunjuk untuk sampai ke
tempat yang ia tuju. chucky 
mulai lesu. Diam-diam ia
mendengarkan dengan telinga
yang dipertajam. Hutan itu sunyi
senyap. Bahkan suara binatang
binatang gunung pun tidak ia
dengar sama sekali. Seolah-olah
hutan yang kini ia masuki. tidak
berpenghuni. chucky  menggigit
bibir. Mengingat-ingat. 
   ?" kalau tak salah, sebelum
menyeberang sungai bukit itu
lurus di depan." ia bergumam
sendiri. Perlahan, namun  teramat
keras sehingga baik ia maupun
kudanya tersentak kaget sendiri. 
chucky  tersenyum.
Memperkeras suaranya: "Bodoh
benar aku ! Terpengaruh oleh
suasana yang begini saja. Hayo.
kudaku sayang. Majulah. Jangan
biarkan waktu mendahului kita."
   Kuda itu ragu-ragu. Untuk
pertama kali semenjak ia
tunggangi. kuda itu ragu-ragu. 
   chucky  menepuk-nepuk kepala
kuda itu. kemudian
mengelus-elus helai-helai
rambutnya. 
   "Mengapa" Takutkah kau?" 
   Kuda itu menggerang sesaat.
Kemudian: 
   "Majulah. Tak akan lama. kita
akan segera kembali." chucky 
berbisik di telinga kuda, sebagai
bujukan terakhir. 
   Memperoleh belaian kasih.
sang binatang yang diberi
kepercayaan oleh manusia yang
menungganginya itu
perlahan-lahan mengangkat kaki
depannya. kemudian kaki-kaki
belakangnya. Gedebag gedebug
ladam-ladam kuda menimbulkan
irama baru yang mengejutkan di
telinga chucky . namun  ia
kuat-kuatkan hatinya. 
   Beberapa kali kuda itu harus
menerobos semak belukar,
sedangkan chucky 
menggerak-gerakkan tangan
untuk menghindari tumbuhan
berduri atau dedaunan tajam
yang bisa menggores kulit wajah
ataupun merobek bajunya.
Tenang namun  mencekam di
kesepian hutan yang hanya
dimeriahkan oleh
langkah-langkah kaki kuda dan
semak-semak yang terlanda.
mereka maju dengan garis
lurUs. 
   Semakin jauh ke dalam.
semakin sepi dan gelap jalan
yang mereka lalui. namun 
chucky  sudah merasa terlanjur
maju. ia berharap, kegelapan
hutan di depannya segera
berubah jadi suasana senja yang
tenggelam namun  lepas terbuka
dengan sebuah pemandangan
yang lebih mengenakkan
perasaan. Apakah itu
perkebunan ataukah juga
persawahan bukit, bahkan juga
bukit tandus dengan sebuah
gubuk yang memancarkan
kelipan lampu lewat jendela dan
kepulan asap dari atap dapur.
Dan ia akan membuktikan
sendiri, di dalam ' gubuk itu ada
penghuninya. Entah berapa
orang, namun  salah seorang di
antaranya pastilah wanita lesbian 
yang telah dua kali ia lihat
muncul di puncak bukit. 
   Sedetik. ia masih berpikir
mengapa ia begitu bernafsu
menguber wanita lesbian  itu dan
tidak menunggu waktu yang
tepat atau meminta bantuan
orang lain. Mang aidit 
misalnya. namun  di detik
berikutnya, pikirannya terpecah.
   Kuda tunggangannya
meringkik keras. 
   chucky  merasa tubuhnya
terangkat dan punggung kuda. 
   Lalu limbung mau jatuh.  
   chucky  tidak sempat menjerit. 
   Ia cuma mendengar ringkikan
kuda. Kemudian punggungnya
terasa membentur benda keras.
la terdongak kesakitan. Rasa
pusing menyerang kepalanya
dengan hebat. Ia merasa akan
jatuh pingsan. bahkan
diam-diam ia merasa takut
kematian itu sudah siap
menjemput dirinya. Susah payah
ia menggerak gerakkan tubuh.
namun  siasia. 
   Dalam keadaan setengah
sadar setengah pingsan ia
mendengar ringkikan yang
melengking-lengking dekat
telinganya. Mula-mula keras.
Kemudian perlahan-lahan
melemah. Ia coba menoleh. Dan
terkejut melihat sepasang mata
yang besar bersinar-sinar.
Cahaya yang memantul dari
sepasang mata itupun perlahan
meredup. Dengan mengerahkan
sekuat tenaganya untuk melawan
rasa takut pada kematian,
chucky  mencoba duduk. 
   Seketika, debur jantungnya
kian mengencang. 
   Tangannya meraba sesuatu
benda. Rasanya 
   dari kayu. Ia raba lebih lama
dan kemudian ia mengira-ngira.
Kayu itu pastilah tumbak yang
dipancangkan di dalam lubang
di mana ia beserta kudanya
telah terjerumus. la tajamkan
pandangan matanya untuk
melawan kegelapan yang
memekat di dalam lubang.
Samar-samar ia melihat
tumbak-tumbak kayu lain yang
bagian runcingnya menganga ke
atas. la menggigil ketika
menyadari apa yang telah
menimpa diri kudanya. 
   Binatang yang perkasa dan
tidak mengenal takut itu telah
diam tidak bergerak sedikitpun
juga. Tubuhnya yang besar dan
kukuh. terhantar menggeletak di
sebelah chucky . Di beberapa
bagian perut dan di pertengahan
ekornya, tersembul ujung-ujung
tombak. 
   Gemetar, chucky 
menggapaikan tangannya. 
   Ujung-ujung tombak itu
berlumuran darah. 
   "Kudaku yang malang," rungut
chucky  dengan susah. 
   Genangan darah yang hangat
di tangannya menyemburkan
bau amis yang membuat rasa
pusing di kepalanya kian
menjadi. Bau kuda bercampur
tanah lubang yang lembab mulai
pula menerpa hidung. chucky 
menengadah. Gelap sekali di
atas. gelap sekali. Namun ia
coba juga menghirup udara
sebanyak-banyaknya. 
   la bersyukur kuda itu jatuh
tanpa menimpa salah satu
bagian tubuh chucky . dan tidak
sebuah pun batang-batang
tumbak yang menembusi
tubuhnya sendiri. Namun di
balik semua perasaan itu.
kekhawatiran melanda hatinya.
Lubang jebakan ini tampaknya
cukup dalam. 
   ia tidak tahu berapa tinggi
permukaan lubang. dan apakah
ia bisa naik tanpa menghadapi
resiko tergelincir dan ia jatuh
kembali. Kali ini dengan tubuh
langsung menimpa
batang-batang tumbak lainnya
yang menganga runcing di
langit kelam. 
   Entah berapa lama ia
berperang dengan keinginan
untuk naik ke atas dan untuk
tetap diam menunggu sampai
datang siang, sampai kemudian
samar-samar ia dengar suara
langkah-langkah kaki. 
   Tubuh chucky  menegang. 
   Langkah-langkah kaki itu! 
   Begitu halus dan perlahan,
namun  dalam kesenyapan malam
yang menghantui rimba
belantara itu, terdengar
bagaikan langkah-langkah
raksasa yang berdebum-debum
menuju dirinya dan siap
melumatnya. chucky 
memepetkan diri ke dinding
lubang. Tanpa bersuara. Nafas
ia tahan agar jangan sampai
keluar. Kalau yang di atas sana
bukan raksasa. ah. tolol benar.
Tentu saja bukan. namun  itu
belum berarti keselamatan bagi
dirinya. Karena
langkah-langkah kaki ditengah
hutan pada malam hari hanya
diciptakan oleh langkah-langkah
kaki binatang buas. Binatang
yang seharusnya terjerumus ke
dalam lubang, namun  beruntung
karena nasib itu lebih dulu
dialami oleh chucky  dan
kudanya. 
   Keringat dingin sudah
membasahi sekujur tubuhnya,
ketika di bibir lubang ia melihat
bayangan putih. Hatinya
tersentak keras. Bayangan putih
!
Namun demikian gelapnya
suasana ketika itu. Sehingga ia
cuma melihat bayangan putih
semata. Tanpa mengetahui
apakah bayangan itu bayangan
binatang ataukah bayangan
wanita lesbian  berbaju putih yang
ia lihat di puncak bukit dan yang
   menyebabkan ia harus celaka
seperti sekarang dan kudanya
mati tersiksa. 
   ia tidak melihat raut wajah.
Tidak pula anggota-anggota
tubuh. Semua gelap. Gelap.
Gelap. Dan bayangan putih itu
seperti berjongkok. Mungkin
juga menjulurkan salah satu
bagian tubuhnya ke dalam
lubang. 
   chucky  mendengar helaan
nafas di bibir
lubang. 
   Berdegup jantungnya.
Tiba-tiba " keinginan untuk
menjerit. Ia tahan nafas
kerasnya, kemudian melepasnya
dalam sebuah teriakan. Tatapi
teriakan itu cuma tertahan
ditenggorokan. Lidahnya kelu.
sementara mulutnya tidak mau
terbuka. ia mengetahui
kekejangan telah menguasai
seluruh persendian tubuh
sampai ke sanubarinya yang
paling dalam, sehingga
jangankan bergerak, untuk
menjerit pun ternyata ia tidak
sanggup. 
Karena itu, dengan putus asa ia
kemudian  
   melihat bayangan putih itu
seperti berdiri kembali,
kemudian lenyap. Tinggal
langkah-langkah kaki yang
semakin menjauh dan menjauh,
kemudian hilang sama sekali.
Barulah chucky  bisa membuang
nafas. Cuma nafas. Ia terlalu
takut untuk 
   menjerit. Tanpa yakin makhluk
apa yang bakat muncul di bibir
jurang. 
   namun  ia pun takut mati di
dalam lubang.  Kalau itu terjadi,
sungguh konyol. Tak akan
seorang pun yang mengetahui di
mana ia berada dan di berkubur.
T erlintas nasib kakek
moyangnya. Juragan chuck 
pun lenyap tanpa bekas. Dan
orang-orang lalu mengatakan
juragan chuck  ditelan oleh
kekuatan penyihir bersaudara
yang mambalas dendam
padanya. Dan kalau . chucky 
tidak berhasil keluar
hidup-hidup dari dalam lubang.
maka kepercayaan penduduk itu
akan  semakin menebal. Dan
sia-sialah ia mempertahankan
pendiriannya selama ini.
.Sia-sialah ia datang ke
kampung ini, meninggalkan
studi. kesenangan dan pacarnya
di kota. Pacarnya. 
   "Duh. kekasih!" ia mengerang.
"Kalau kuingat dirimu. tak kan
aku menguber bayangan
wanita lesbian  di pwuoak bukit itu.
0, maukah kau memaafkan
pengkhianatan dan memberikan
kekuatan pada diriku. sayang?" 
   la ingin menangis, namun  ia
merasa malu pada dirinya. 
   la harus berjuang. Tidak boleh
berputus asa. 
   sesudah  beberapa saat
berusaha mengendurkan
otot-otot yang kejang. chucky 
kemudian merangkak.
Kepalanya membentur benda
keras. Ternyata kepala kuda.
Kalau di siang hari, ia bisa
membayangkan di kepala kuda
itu akan ada sepasang mata
yang membesar, melotot
menahan rasa sakit. namun 
karena gelap dan sinar
kehidupan dari mata itu telah
mati, chucky  tidak melihat
apa-apa. Namun ia masih
mengharapkan 
   pertolongan dari binatang
yang belum berapa lama ia
kenal namun  seakan-akan sudah
sehidup semati dengannya. 
   "Maafkan aku. kuda yang
baik." ia berbisik. 
   Lantas. ia berdiri di bagian
atas tubuh kuda yang
menggeletak itu. Sesaat ia agak
terhuyung karena rasa sakit
akibat terjatuh ke dalam lubang.
Cuma sesaat. Karena ingatan
begitu dekatnya tadi bayangan
putih yang muncul hanya
beberapa detik mendorong
hatinya. Bibir lubang pastilah
tidak terlalu tinggi. Dengan
berdiri di atas tubuh binatang
yang telah mati itu ia berharap
bisa mencapai tepi lubang. 
   Terdorong oleh semangat yang
kembali berkobar-kobar. ia
menggapai-gapaikan tangan.
namun  ternyata tidak mencapai
tepi lubang. Seketika ia
hempaskan kaki dengan kesal.
Terbentur pada ujung tumbak
yang menembus leher kuda. 
   "Hem, Tuhan masih mau
menolongku," ia bergumam. 
   Lalu ia iejakkan kakinya di
ujung tumbak itu. Karena
sepatunya beralas karet. tidak
sampai tertembus. Kaki yang
lain meraba-raba. Segera ia
menemukan ujung tumbak yang
menembus perut kuda. la jejak
lagi. Kini tinggi tubuhnya
mencapai apa yang ia
kehendaki. sesudah  meraba-raba
di bibir lubang, ia merasa
memegang akar-akar kayu yang
besar dan kuat. la
sentak-sentakkan sesaat.
menguji kekuatan bertahan akar
itu. sesudah  yakin cukup kuat, ia
kemudian melambungkan
dirinya keras-keras ke atas.
kemudian siku-siku kakinya
melipat. 
   Benturan sepatunya
menggempur tepi lubang dengan
keras sehingga tubuhnya
melambung lagi. Dengan
meminjam kekuatan lambungan
itu ia melejit ke atas dan
kemudian jatuh berdebum di
atas tanah berumput. 
   "Selamat!" pikirnya seraya
duduk dan menarik nafas lega. 
   Sekarang. persoalannya ialah.
Ke arah mana ia akan menuju"
Meneruskan penguberannya
terhadap bayangan wanita lesbian 
berselubung kain putih di
puncak bukit" 
   "Konyol benar," ia tersenyum
sendiri. "Bukankah aku mengaku
salah dan meminta maaf pada
kekasihku?" 
   Namun dalam hati kecilnya ia
merasa akan dan harus bertemu
dengan wanita lesbian  misterius itu,
siapapun juga dia adanya. Entah
kapan, namun  pasti saat itu akan
terjadi. Yang penting. ia harus
hidup dan kembali untuk
menyegar bugarkan tubuhnya.
Karena itu ia berdiri. Mencoba
memandang dalam kegelapan
dengan mata yang nyalang. la
ingat-ingat arah kuda jatuh ke
dalam lubang kemudian ia
merangkak. meraba-raba.
Segera ia temukan semak
belukar yang terlanda tubuh
kudanya. 
   Dengan berpedoman pada
arah yang samarsamar itu ia
terus merangkak seraya terus
meraba raba. Sesekali ia
tersandung jatuh. namun  bangkit
lagi. Berulangkali pula wajah
dan bajunya ditusuk tusuk semak
tajam sehingga ia merasakan
perih 
yang amat sangat. 
   Jalan yang ia tempuh
seolah-olah tidak akan berujung
dan telah banyak tahun berlalu
sampai kemudian samar-samar
ia mendengar suara ribut. ribut
yang semakin lama semakin
jelas. la tertegak, diam
mendengarkan. 
   Suara-suara itu adalah
suara-suara manusia. Seketika,
perasaan capek lenyap. la
menghambur menerobos semak
belukar dengan berpedoman
pada suara-suara itu. Dengan
jatuh bangun ia berhasil keluar
dari hutan dan melihat beberapa
orang yang membawa obor baru
saja menyeberangi sungai. 
   Sambil berlari. chucky 
berteriak: 
   "Hai!" 
   Lampu-lampu obor itu
tertegun. Suara-suara itu diam.
Melihat ada bayangan
berlari-lari dari dalam hutan
mendekati mereka. ada yang
berteriak: 
   "Hantuuu !" 
   Lantas chucky  melihat
beberapa di antara nyala-nyala
obor itu menjauh mengikuti
orang orang yang memegangnya
menyebur kembali ke dalam
sungai untuk berenang ke
seberang. namun  sebuah suara
yang dikenal oleh chucky 
menahan orang-orang lain yang
sudah siap pula melarikan diri: 
   "Tahan! Aku tahu benar itu
bukan hantu!" 
   Dengan bersemangat, chucky 
menyahut: 
   "Aku memang bukan hantu.
Mang aidit . Aku chucky !"
Orang-orang yang sudah terjun
ke sungai pada naik kembali
beramai ramai. chucky  lega
sekali. namun  ia sudah terlalu
capek, sehingga akhirnya
terjatuh bergulingan di atas
tanah berumput. Dengan
dipimpin oleh mang aidit  orang
orang yang memegangi
obor-obor itu berlari larian
mendekat. Perlahan-lahan
tampak tubuh chucky 
menggeletak kelelahan di atas
rumput. Sekujur tubuhnya basah
oleh keringat. Beberapa bagian
wajah dan lengannya berdarah
oleh goresan lukaluka. Hampir
seluruh pakaiannya robek. 
   'Tuhan masih mengabulkan
doa ku. Den chucky .' mengucap
mang aidit  seraya
melemparkan obornya dan
berjongkok. 
   "Terimakasih, Mang." jawab
chucky , tersenyum. ' 
   "Kau... tidak apa-apa bukan.
Den?" 
   "Aku selamat. Selamat, seperti
yang kau lihat.' 
   "namun  Aden tentu capek dan
sakit Mari saya bopong." 
   chucky  menolak dan berusaha
berdiri. Namun 
   ' sesudah  selamat dari kematian
yang mengerikan. terasa
bagaimana kekuatannya sebagai
manusia biasa cuma terbatas. 
   Ia sudah hampir jatuh lagi
kalau mang aidit  tidak segera
menangkap pinggangnya.
kemudian memanggulnya.
Dengan bantuan beberapa
orang yang mengangkat
tubuhnya tinggi-tinggi agar
tidak menyentuh air. chucky 
diseberangkan melalui sungai.
Air matanya menetes satu
persatu oleh perasaan syukur
selama kembali dalam keadaan
hidup. dan oleh perasaan haru
atas pertolongan orang-orang
yang berusaha menahan rasa
takut untuk bisa menemui
dirinya. Dalam hati ia berniat
untuk mengadakan upacara
selamatan sebagai tanda
terimakasih. 
   Dan menjelang tiba di rumah
besar yang rasanya seperti
sudah lama rumah yang sangat
ia rindukan. orang-orang yang
mengantar sudah pulang satu
persatu. Tinggal mang aidit 
berdua dengan chucky  saja. 
   'Apa yang mereka takutkan,
Mang?" tanya chucky  ketika ia
terbaring di kamar sementara
mang aidit  membalut tubuhnya
yang luka-luka. 
   "... mereka takut. Selalu
begitu. Takut memasuki rumah
ini di malam hari." 
   "Apakah rumah ini berhantu?"
chucky  tertawa. 
   Mang aidit  tertegun. 
   "Kalau kau hidup lebih lama
di rumah ini, Dan," keluhnya
perlahan. "kau tak akan
berbicara seceroboh itu." 
   "Lantas mengapa pula mereka
pada berserabutan ketika aku ke
luar dari hutan?" 
   "Untuk kuajak ke sana saja
mereka sukar, Den. Hanya
dengan membujuk mereka
dengan kenyataan bahwa Aden
satu-satunya pewaris yang
masih hidup untuk memperbaiki
keadaan yang telah merusak
jiwa orang-orang di sekitar
perkebunan ini, beberapa
orang-orang berani mau ikut
mencari Aden. namun  ketika
menjelang sampai ke dalam
hutan dengan mengikuti
jejak-jejak kaki kuda... ah. kuda
itu tidak mungkin kembali
dengan 
   selamat, bukan." Mang aidit 
menatap serius pada chucky . 
   "Kuda yang malang. Dan
orang-orang itu akan semakin
percaya. di hutan itulah dua
penyihir bersaudara lebih dari
seratus tahun yang lalu. hidup
dan memperhebat ilmu sihirnya.
Dan di hutan itulah kakek
moyang Aden paling akhir
terlihat. Juragan chuck 
lenyap bagaikan ditelan bumi
dalam hutan yang tidak pernah
dijamah manusia itu...." 
   Dingin sekujur tubuh chucky 
mendengar penuturan mang
aidit  itu. Jadi ia telah
memasuki apa yang oleh
penduduk dianggap sebagai
hutan larangan. namun  jebakan
itu" Dan bayangan putih yang
muncul dalam beberapa detik
itu" Diam-diam ia merasa yakin
kalau bayangan putih itu pasti
bayangan manusia. Entah siapa.
namun  kuat dugaan pasti
wanita lesbian  yang selalu
menampakkan diri di puncak
bukit. Ada misteri yang
terpendam di tengah-tengah
hutan itu. Misteri inilah yang
berhasil membuat kakek
moyangnya bagaikan lenyap di
telan bumi sehingga penduduk
percaya kalau juragan
chuck  ditelan para penyihir.
ia harus menyingkapkan tabir
misteri itu. ia harus
membuktikan pada penduduk
bahwa di dalam hutan itu ada
manusianya yang juga hidup
seperti 
   mereka! 
   '... hem," ia bergumam. "Akan
kuperlihatkan sesuatu pada
kalian besok." 
   "Ya Den?" Mang aidit 
memandang heran. 
   "Besok. Bila aku sudah kuat,
kau dan beberapa orang
penduduk akan kuajak masuk
kembali ke dalam hutan." 
   Mang aidit 
menggeleng-gelengkan kepala. 
   "Mereka tak akan berani," 
   "Meskipun di siang bolong?" 
   "Munculnya Aden dengan
pakaian robek-robek berlumur
darah dari dalam hutan itu
semakin meyakinkan
kepercayaan yang menghinggapi
mereka selama ini." 
   "namun  jebakan itu!" 
   "Jebakan?" mang aidit 
bertanya. 
   "Ya, Jebakan binatang buas.
Tak mungkin hantu atau peri
yang membuatnya karena
mereka tak takut pada binatang
buas. Lubang menganga,
ditutupi jerami dan semak
belukar buatan dengan
tombak-tombak runcing di
dasarnya. ltu adalah hasil karya
tangan manusia untuk
menghalau atau menjebak
binatang. Dan kuda kita yang
malang itulah salah satu
korbannya!" 
   Mang aidit  termenung. Lalu: 
   "Mereka tetap akan
ragu-ragu...." 
   "Termasuk manteri polisi"
Dan Kepala Desa?" 
   "Entahlah.' 
   'Setidak-tidaknya bawalah
mereka berdua sebagai saksi.
Sekarang. perutku sudah
keroncongan. Maukah mang
aidit  membawakan makanan
ke dalam kamar" Kakiku masih
terasa sakit....' 
   Selesai makan malam, ia ingin
menulis sepucuk surat. la
berjingkat-iingkat ke meja.
Mengambil pulpen. namun  ketika
membongkar lemari dan
pakaian. sadarlah ia kalau dari
kota ia tidak membekali diri
dengan buku apalagi kertas
tulis. Membangunkan mang
aidit  ia tidak sampai hati.
Orang tua itu sudah susah payah
mengumpulkan orang-orang
kampung untuk mencarinya ke
hutan dan kemudian
membawanya pulang untuk
dirawat. Biarlah ia tertidur
nyenyak di kamarnya ditingkat
bawah. chucky  akan mencari
kertas tulis sendiri. Biarpun
kakek moyangnya tidak
menghendaki adanya bau-bau
modern di rumah ini. namun 
kertas tulis sudah dipakai jaman
kakek moyangnya. seperti juga
sendok garpu dan piring,
cangkir. lampu gantung
peninggalan istri Belandanya
yang meskipun rata-rata
berbentuk antik namun  jelas
merupakan pengaruh dunia
modern yang dibawa oleh
Belanda ke negeri ini. Kalau
begitu, kertas tulis mesti ada.
namun  di mana" 
   Karena tak juga menemui
kertas di kamarnya sendiri. ia
berniat mencarinya di kamar
lain yang oleh mang aidit  tidak
boleh ia masuki. Apa sebabnya
mang aidit  belum menceritakan
dan ia sendiri belum sempat
menanyakannya. Kalau
dugaannya benar, pastilah
menyangkut apa yang mereka
katakan hantu-hantu atau
barangkali ada benda benda
peninggalan di dalam kamar
yang tidak boleh diganggu
gugat. 
   namun . mengapa" 
   Bukankah semua itu kini milik
chucky , termasuk rumah dan
setiap pelosok kamar-kamarnya"
Dan ia cuma ingin mencari
kertas, untuk menulis surat pada
kekasihnya di kota
Memberitahukan ia telah tiba
dengan selamat dan tidak
mengalami kesulitan apa-apa di
perkebunan ini, mohon maaf
terlambat berkirim kabar,
sekalian memberitahu mungkin
lama ia baru bisa kembali ke
kota. _ 
   sesudah  keluar dari kamarnya.
ia berjalan ke arah kamar lain
di ujung koridor tingkat yang
sama. Dengan berbekal sekotak
korek api dan sebatang lilin
yang menyala pada tangkai
perak, ia tiba di depan ambang
pintu. Tenang dan beku rasanya
pintu itu, seperti enggan
dimasuki. Ada perasaan aneh
menyelinap ke dalam hati
chucky  ketika ia memegang
tombol pintu dan memutarnya
dengan hati-hati. Apapun yang
mungkin ia lihat di dalam, namun 
ia cuma ingin mencari secarik
kertas. 
   Menulis surat pada pacar akan
sedikit menolongnya dari
kegelisahan dan kekacauan
pikiran oleh apa yang ia alami
semenjak tiba di rumah ini
sampai ia hampir mati tak
berkubur di tengah hutan tadi.
Dengan suara berderit. pintu
terbuka.  
   chucky  menahan nafas. 
   ia ulurkan tangannya yang
memegang tangkai perak berlilin
menyala ke dalam kamar.
Mula-mula ia tidak melihat
apa-apa, kecuali sebuah tempat
tidur yang lebih tua dan besar
dari yang ada di kamarnya.
Tempat tidur itu juga
berkelambu. hanya kelambu
yang kini ia lihat sudah kumal
karena debu dan jaring
laba-laba. Rupanya kamar ini
jarang atau sama sekali tidak
pernah dibersihkan. Masuk ke
dalam, ia juga melihat lemari.
Terkunci. 
   Ada satu set kursi antik dari
marmer. Alat-alat tulis di
atasnya iuga dipenuhi sarang
laba-laba. Ia merasa tidak
memerlukannya. Ia coba
menarik laci. Ada buku-buku
tua. juga beberapa potong
benda-benda lama seperti pipa
cangklong dari gading gajah,
kertas penyerap tinta. cincin
emas yang besar, pisau lipat dan
berbagai benda lain yang
dipakai sehari-hari. sesudah 
membongkar laci demi laci
akhirnya ia menemukan
tumpukan kertas tulis di laci
paling bawah. 
   sesudah  menyisihkan beberapa
lembar uang kertas Belanda
yang berserakan di atas
kertas-kertas itu ia mengambil
beberapa helai kertas tulis yang
kosong .
Sekarang. apakah ia kembali
saja ke kamar atau menulis di
tempat ini saja" Toh ada lilin
yang menyala terang, ada meja
meski berdebu. ada kursi yang
bisa ia duduki sesudah  lebih dulu
menerpis-nerpiskan sarang
laba-laba yang memenuhinya.
Mengapa ia harus capek-capek
kembali ke kamar" Kalaupun
nanti ia ketiduran. kasur empuk
di atas tempat tidur itu kiranya
telah lama menantikan
kehadiran tubuh manusia untuk
menghangatkannya kembali.
Lengkaplah sudah. 
   Sekarang, ia lebih baik duduk.
meletakkan lilin di atas meja dan
mulai menulis. Terasa enak
duduk di kursi berkaki marmer
beralas karet busa itu. ia
hamparkan kertas di atas meja.
Siap untuk menulis. namun 
kata-kata apa yang paling tepat
la ucapkan sebagai pendahuluan
isi surat. Meskinya kata-kata
yang mesra, namun  apa yaaa" 
   la bersandar ke kursi. 
   Mencari kata-kata lamunan.
namun  kepalanya yang
tertengadah, tiba-tiba menegun.
Lamat-lamat matanya
menangkap dua buah potret
besar yang digantungkan
bersebelahan pada dinding di
hadepannya. 
   Dua pasang mata memandang
tajam pada chucky . 
   Yang sepasang adalah mata
kakek moyangnya sendiri.
Juragan chuck . Seolah
menatap tajam dan menegur
pada dirinya. Namun bibir
keriput itu melepas seukir
senyum yang gagah. 
   sedikit angkuh namun 
menyenangkan hati. ia
membayangan dirinya dalam
keadaan seperti kakek
moyangnya di dalam potret.
Mengenakan pakaian
bangsawan kampung dengan
bintang-bintang perak dari
Belanda dan rumbai-rumbai
hias, berdiri gagah. perlente dan
penuh daya perintah yang tidak
terbantah. 
   Aneh. namun  itulah yang
dialami chucky . 
   Ia merasa yang duduk di kursi,
adalah kakek yang telah
memasuki dirinya. Dan ketika ia
menoleh ke potret satunya lagi,
ia melihat wajah seorang
wanita lesbian  muda yang cantik
jelita. bermata jalang dan
berbibir menantang. Cuma
sedetik ia teringat pada
persamaan wajah itu dengan
patung pualam di ruang tengah
di tingkat bawah. karena di detik
berikutnya sebuah kekuatan gaib
telah membuat chucky  berdiri
perlahan-lahan. Dari depannya
muncul bayangan wanita lesbian 
berkain putih seperti bidadari,
tanpa penutup lain di baliknya
sehingga seluruh liku-liku
tubuhnya tampak nyata
menggairahkan. _ 
   "chucky ..." berbisik
wanita lesbian  itu. dengan nafas
hangat. 
   "Kekasihku," menjawab
chucky . 
   Ia mengembangkan kedua
belah tangannya. wanita lesbian 
cantik itu menyelusup di
tengah-tengah. merebahkan
wajah di dadanya dan mereka
berpelukan dengan kemesraan
tiada tara dan kehangatan yang
menggelora. Harum semerbak
mekar wangi dari rambut si
wanita lesbian . menimbulkan
aroma-aroma kegairahan yang
melanda 
   seluruh tubuh dan jiwanya. 
   "... tidak takutkah kau.
chucky ?" berbisik wanita lesbian 
itu. 
   "Takut?" 
   "Ya, Kalau ketahuan istrimu
kau masuk ke kamar ini,
bercumbu denganku dan"." 
   "Sekali ia marah, di saat itu
juga ia kucerai." 
   "namun  semua kekayaan dan
kedudukanmu yang berpengaruh
di daerah ini berasal dari istri
Belandamu itu, chucky "." 
   "Aku pun bisa hidup tanpa
harta, kekasih! Dengan cintamu
yang lembut kita bisa mencari
kebahagiaan dan kekayaan
berlimpah. Kita akan menikah,
hidup sebagai suami istri dan
tidak bercumbu di bawah rasa
takut dan harus selalu
bersembunyi-sembunyi..." 
   "Alangkah indahnya, chucky ." 
   "Ya. kekasihku. lndah sekali.
seindah wajah dan tubuhmu. 0,
kerinduan yang selalu melanda,
terimalah kehadiran hambamu
yang pasrah tanpa kata..." dan
sepasang tangan chucky 
mengangkat tubuh wanita lesbian 
itu perlahan-lahan ke tempat
tidur. Sepasang bola mata
wanita lesbian  itu tenggelam di
balik kelopak matanya yang
indah. Terpejam dalam ketika
bibirnya dicium chucky  dengan
perlahan. Ada rintihan halus
dari bibir si wanita lesbian . Dan
ketika chucky  merasakan
gejolak gairah mulai menempur
kejantanannya pakaian putih
yang tipis satu-satunya milik
wanita lesbian  itu telah terbang ke
sisi ranjang. Melayang layang
sesaat di udara kemudian jatuh
mengelimpang di atas tantai. 
   "Kekasihku." bisik chucky 
dengan suara gemetar. 
   "chucky , sayangku," balas si
wanita lesbian . Mendesah. Seraya
mengigit bawah telinga chucky .
Jari jemarinya yang lembut dan
berkuku bagus menggapai-gapai
ke arah kemeja yang dikenakan
chucky . membuka
kancing-kancing satu persatu
dengan sepasang mata yang
terus terpejam. 
   Helaan. nafas mereka saling
berpadu. harum semerbak tubuh
mereka saling berpagut. Jiwa
mereka seperti dilanda oleh
kebahagiaan yang menyatu.
seperti tubuh mereka yang tidak
terpisahkan lagi. 
   Bagaikan terbang ke
surgaloka bersama dewa dan
dewi. mereka menari-nari
gembira, bersenyum tertawa,
merintih bersenda, dihibur nafas
kuda yang mereka tunggangi... 
   Dan akhirnya mereka tertidur
lelap sampai 
   pagi. 
   "Den chucky ! Den chucky ! Den
chucky !" 
   Panggilan yang samar-samar
itu membangunkan chucky .
Mula-mula, ia merasa dipanggil
oleh kekasihnya, namun  ketika
suara itu terus
memanggil-manggil ia kenali
sebagai suara laki-laki.
Perlahan lahan ia buka
matanya. ia kucak-kucek 
   dengan kedua lengannya.
Kemudian ia menoleh ke
samping. Kasur di sisinya
kosong, dingin seperti juga
bantal yang bersatu dengan
bantalnya. 
   Tidak ada wanita lesbian  cantik
jelita yang begitu hangat dan
bergelora di tubuhnya. Tidak
ada kemesraan dan keindahan
yang berlambang syorga. Yang
ada cuma tubuhnya sendiri,
telentang dalam keadaan
telanjang di atas kasur yang
spreinya acak acakan. berdebu
dan sebagian kelambu yang
menganga masih dipenuhi oleh
sarang labalaba. 
   'Ya Tuhan. Den chucky .
lihatlah. Tutupilah dirimu!" 
   chucky  serentak berdiri. 
   Di ambang pintu. tegak Mang
aidit . pucat pasi dengan wajah
tuanya yang rusak mengerikan
dan kakinya yang
terpincang-pincang ketika
melangkah masuk ke kamar.
Terkejut dan takjub. chucky 
menyambar celana paniangnya
yang terhampar di lantai. la
iuga menyambar kemejanya.
namun  ia tidak melihat di sana
juga terhampar kain putih si
wanita lesbian . Yang ada cuma
lantai papan yang kering
berdebu. 
   "Mengapa Aden masuk dan
tidur di kamar ini?" tanya mang
aidit  gugup. 
   chucky 
menggoyang-goyangkan
kepalanya yang terasa sakit. 
   "Aku..; aku tidak tahu...."
gumamnya. Untuk meyakinkan
diri ia melangkah ke meja.
Kertas tulis itu masih kosong.
dihimpit oleh pulpennya sendiri.
ketika memandang ke dinding, ia
melihat potret 
   kakeknya dan potret
wanita lesbian  berwajah seperti
patung pualam. tengah
tergantung bersisian. Potret
kakeknya berwajah kaku.
dengan mata menegur namun 
tersenyum angkuh namun
menyenangkan hati. Dan si
wanita lesbian  bermata jalang,
berbibir menantang. 
   "Siapa wanita lesbian  ini" bisik
chucky  gemetar. 
   Mang aidit  melihat potret itu,
dan menjadi lebih pucat.
Gemetar bibirnya waktu
menjawab. 
   'itu konon potret pelayan yang
jadi penyihir itu. Dan kamar ini
adalah kamar pribadi kakek
moyangmu, di mana mereka
sering bertemu secara
sembunyi-sembunyi." 
   Tersendat nafas chucky . 
   Apa yang dialaminya barusan
benar-benar bagaikan sebuah
mimpi yang indah namun 
mencemaskan dalam
kenyataannya. ia benar-benar
merasa hidup lebih dari seratus
tahun yang lalu. bercumbu di
tempat tidur dengan wanita lesbian 
cantik yang kini potretnya
tergantung di dinding. 
   Tiba-tiba ia merasa takut
memikirkan itu. dan tanpa
memperdulikan bagian-bagian
dan benda benda lain di dalam
ruangan yang luas itu, cepat
cepat ia menghambur ke luar
diikuti oleh mang aidit  yang
cepat-cepat pula menutupkan
pintu. Dengan lembaran kertas
serta pulpen di tangan beberapa
saat kemudian chucky  terduduk
di atas 
   debur-debur kencang. ia tidak
tahu apakah ia harus menulis
surat juga pada kekasihnya di
kota. 
   Yang ia tahu, pikirannya
sedang terguncang hebat oleh
impian yang seakan-akan nyata
ia alami di kamar kakek
moyangnya. 
   "Sarapan pagi sudah siap, Den
chucky ." tak lama kemudian
mang aidit  muncul kembali. 
   "Aku... aku tak lapar." 
   "Nanti Aden masuk angin. Dan
hari ini para pemetik teh akan
mulai bekerja. Sebaiknya Den
chucky  melihat-lihat mereka
sebagai selingan kegembiraan di
perkebunan ini...." 
   Seraya mengeluh. chucky 
bangkit berdiri. menuruni
tangga ke tingkat bawah tanpa
berani menoleh pada dinding di
mana lukisan kakek moyangnya
dan leluhur-leluhurnya yang lain
bergantung. la terlalu takut
untuk memperlihatkan mukanya
kepada juragan chuck ,
seperti suatu keharusan yang
mesti ia perlihatkan. ia pun
segan pada kakeknya, pada
ayahnya. pada pamannya.
Semua itu menimbulkan
bayangan-bayangan yang
mencemaskan dan mengharu
birukan perasaannya.
Desas-desus tentang kematian
demi kematian
leluhur-leluhurnya itu yang
terjadi secara misterius. mulai
membingungkan dirinya terlebih
lebih sesudah  apa yang ia yakini
ia alami secara sadar di kamar
kakek moyangnya. 
   Selama sarapan chucky 
diam-diam saja. Pelayan
satu-satunya dirumah itu pun
tidak berani 
   mengganggu. ia makan pula
diam-diam. berulangkali
mengeluh melihat
keanehan-keanehan yang sering
dilakukan tuan mudanya. dan
berulangkali pula ia menyeka
wajahnya yang setengah rusak 
   menyapu keringat yang
mengucur satu persatu. meski
udara di pagi hari itu
sebenarnya cukup dingin.
sesudah  sarapan selesai dan
pelayan membersihkan meja. ia
beranikan diri untuk berkata: 
   "Saya akan menyuruh orang
memanggil kepala desa dan
menteri polisi. namun  sebelum
mereka datang, ada baiknya Den
chucky  memperlihatkan muka
pada para pemetik teh sekedar
memberitahu mereka telah ada
majikan yang baru." 
   chucky  memandangi mang
aidit . Wajah rusak di depannya
menggetarkan hatinya. Laki-laki
tua yang telah lama hidup dalam
rumah ini pun telah mengalami
hal-hal misterius yang
menyebabkan wajahnya rusak
dan sebelah kakinya pincang.
Mestinya laki-laki itu juga
mengetahui mengenai tabir
misteri yang menggantung
selama ini, namun  mang aidit 
tampaknya tidak pernah
berminat untuk
mengungkapkannya. Atau,
memang ia tidak terlalu banyak
mengetahui. 
   "Apakah aku harus
berpidato?" ia bertanya dengan
seloroh. sekedar menghilangkan
ketegangan yang menjepit di
antara mereka berdua. 
   Mang aidit  tersenyum. Untuk
orang lain. tampak mengerikan. 
   "... sebagai permulaan. makan
sianglah bersama mereka. itu
merupakan sebuah cara
pendekatan yang juga telah
dilakukan ayah dan paman Den
chucky . Mereka akan senang.
Jangan lupa, beberapa di antara
mereka ikut mencari dan chucky 
ke hutan tadi malam...." 
   "Kalau begitu, sediakanlah
santapan siang 
yang lezat. Semua pegawai
suruh makan di halaman
depan...." 
   "Berarti saya harus memotong
salah seekor anak sapi, meminta
tenaga bantuan sejumlah
pekerja dan tukang masak serta
mempersiapkan meja-meja dan
kursi-kursi di pekarangan.' kata
mang aidit  puas, seraya
berdiri. "Bila Den chucky  sudah
siap, pak Cakra akan segera
datang untuk menjemput dan
menemani berkeliling...." 
   Bersama mandor kebunnya
bernama Cakra itu chucky 
berkeliling. Kali ini jalan kaki.
karena kuda jantannya yang
gagah itu telah mati dalam
lubang jebakan di hutan
sedangkan kuda lain dalam istal
tidak ada yang menarik hatinya.
Pengalamannya yang
mengerikan dan menyebabkan
kuda tunggangannya mati
penasaran tidak ingin ia ulangi
kembali. 
   Ingatan pada semua yang ia
alami itu membuat pikiran dan
perhatiannya tidak tertuju pada
puluhan pemetik-pemetik teh
yang tengah bekerja, laki
wanita lesbian . tua dan muda.
Pakaian mereka
berwarna-warni, topi-topi
pandan mereka yang lebar-lebar
seperti tudung saji sangat
menarik hati. dan pandang mata
mereka yang berminat melihat
kehadiran chucky  di
tengah-tengah mereka, sama
sekali tidak mengurangi
kerisauan yang melanda
hatinya. 
   sesudah  berbincang-bincang
dengan beberapa orang pemetik
teh ia kemudian meninggalkan
mereka sibuk dengan
pekerjaannya lalu berjalan 
   sendirian ke bawah rindangan
sebatang pohon beringin untuk
bernaung. 
   Matahari sudah mulai naik
ketika seseorang lewat di
hadapannya membawa bakul
besar berisi daun-daun teh yang
baru dipetik. Kehadiran orang
itu mungkin tidak akan menarik
perhatian chucky  kalau saja
orang itu tidak mendehem halus
sehingga perhatian chucky  yang
dari tadi tidak lepas-lepas ke
arah bukit di mana bayangan
wanita lesbian  itu ia lihat muncul,
segera teralih. ia tertegun
melihat orang di depannya.
Seorang gadis tinggi semampai
dengan lekuk-lekuk tubuh yang
menonjolkan keremajaan yang
tengah menjadi. 
   "Lagi melamunin apa.
Juragan?" sapa gadis itu. 
   Lembut dan merdu sekali
suaranya. Sesaat. chucky 
memperhatikan gadis itu dari
ujung rambut ke ujung kaki.
Dalam pakaian pemetik tehnya
yang sederhana dan bertambal
rapih di sana-sini, wajah gadis
itu tampak cantik dan menarik.
chucky  merasakan sesuatu yang
menyentuh dalam hatinya ketika
memandangi wajah gadis itu. ia
seperti mengenal raut wajah itu.
namun  sesudah  susah payah
mengingat-ingat ia tak juga bisa
manebak. Mungkin bukan wajah
itu yang memberi kesan
padanya, namun  potongan
tubuhnya yang tinggi semampai. 
   "Siapa kau?" ia membuka
mulut. 
   Gadis itu meletakkan bakul
tehnya. duduk di tempatnya tadi
tegak. 
   "Nama saya jessica . Kata
ayahku. berarti cahaya hati."
"Ayahmu tepat sekali
memberikan nama." memuji
chucky . 
   "Mengapa tidak mendekat
kemari dan duduk di bawah
naungan bayang bayang yang
begini sejuknya?" _ 
   "Ah. tidak sepantasnya saya
berbuat demikian, Juragan." 
   "Jangan panggil aku dengan
sebuatan itu. Panggil saja
namaku, atau kalau kau pun
enggan memanggil namaku
panggillah aku sebagai mana
pembantu-pembantu"
memanggilku. Dan karena
kebetulan nama depan kita
serupa, dengan nama apakah
kau harus kupanggil jessica ?" 
   "Empat huruf terakhir cukup
baik, Den chucky ." 
   "Baiklah. Yati. Nah. mengapa
tidak mendekat kemari" Apakah
kau takut?" 
   Gadis itu tertunduk malu.
Wajahnya yang disengat mentari
tampak kemerahan. Segar dan
mempesona hati yang
memandang. 
   "Saya malu, Den chucky ." 
   "Mengapa harus malu?" 
   "Karena kata orang terlarang
berdekatan dengan Juragan." 
   "chucky . Namaku chucky ." 
   '" kata orang. terlarang
berdekatan dengan Den chucky ."
ulang gadis itu. mengikutkan
pembetulan dari chucky . Si lelaki
yang bernaung di bawah pohon
mengernyitkan alis mata. Namun
cuma sebentar. karena segera
wajahnya menjadi biasa
kembali. Ia sedikit tertengadah
ketika tersenyum membujuk.
Persis seperti juragan Adi, 
   chucky  tersenyum pada potret
atau lukisannya di dinding .Hati
chucky  berdetak tanpa sesuatu
sebab yang tak mengerti .Dan
agak gugup ketika ia menyapa 
   'Sudah lama kerja di sini" 
   lumayanlah, Den chucky 
Hampir setahun ' 
   'Jadi kau pun mendengar
kematian ayahku. Setidak
tidaknya, pamanku ' 
   Gadis itu menganguk
Wajahnya sedikit pucat 
   "Cerita-cerita itukan yang
membuatmu takut" 
   Mengangguk lagi si gadis.
Semakin pucat 
   '... kau terlalu dipengaruhi
tahayul kalau begitu. Yati." 
   Si gadis tidak menjawab. 
   'Nah. Sudahlah Sebentar lagi
akan tiba waktu makan siang.
Maukah kau ikut bersamaku
mengatur meja makan di
halaman rumah sana. Yat"
chucky  menunjuk ke
pekarangan rumah besar di
pertengahan perkebunan. 
   Mang aidit  tampak tengah
sibuk dengan sejumlah
pembantu-pembantu yang ia
datangkan dari desa. Ia akan
senang sekali kalau di dekat
ujung meja duduk juga gadis itu.
meskipun hal Itu akan
merupakan gejala
pengkhianatan pada kekasihnya
di kota .
Namun seperti ada perasaan
yang menyuruhnya untuk
bergaul lebah intim dengan
gadis itu. Terlebih-lebih sesudah 
lebih memperhatikan dengan
teliti.tampak betapa cantiknya
gadis itu.dan betapa tubuhnya
membentuk bagus sekali. Tanpa
ulasan dan balutan
barangbarang atau pakaian
pakaian mode dari kota. namun
justru semakin menambah daya
tarik. 
   namun  si gadis tiba-tiba
berkata: 
   "Maafkanlah. Den chucky .
namun  hari ini ayah saya sakit.
dan saya harus segera pulang
untuk 
menemaninya...." 
   "Oh." chucky  agak kecewa.
"Di mana ayahmu tinggal?" 
   "Jauh. Den chucky . Jauh sekali
dari sini." 
   "Oh ya?" 
   "Melewati desa-desa. Den
chucky . namun  dengan jalan
setapak yang biasa saya tempuh
dengan ayah, cuma memakan
beberapa jam berjalan kaki.?" 
   "Hem. Kalau begitu, pergilah
pada pak Cakra. Mintakan
beberapa potong daging dan
ikan untuk kau bawa pulang
sebagai lauk pauk ayahmu yang'
sakit! 
   Si gadis mengucapkan terima
kasih. kemudian berdiri. 
   Namun sebelum pergi. ia
memperhatikan chucky  dengan
mata tajam. chucky  terpana.
Heran, mengapa si gadis
memandanginya demikian rupa.
Dan juga heran mengapa gadis
itu dengan sengaja seolah lewat
di dekatnya kemudian duduk
memenuhi permintaannya. 
     la memikirkan hal itu dengan
perasaan gundah. Kemudian
mengambil kesimpulan. 
   Ia seorang majikan yang kaya
dan berpengaruh dan si gadis
sebagai pegawainya yang cantik
dan menarik. Kemudian, ia
teringat kehidupan modern di
kota. Di kantor-kantor tertentu,
juga bisa terjadi hal yang sama.
Mungkin dengan cara yang
berbeda, namun  tetap saja bahwa
sama. Seorang majikan ada
main dengan pegawai
wanitanya. namun  mungkinkah si
gadis itu bertujuan sama dengan
sekretaris-sekretaris pribadi
direktur di kota kota" 
   chucky  menghela nafas. 
   "Sampaikan salamku pada
ayahmu. Semoga ia cepat
sembuh." 
   Si gadis mengucapkan terima
kasih lagi. Kemudian melangkah
menjauh, semakin jauh dan jauh
sampai kemudian ia hilang di
antara pekerja pekerja lainnya
yang masih bertekun di antara
batang-batang teh yang
memenuhi beberapa perbukitan
di sekitar itu. Yang tinggal cuma
bayangan pinggulnya yang
bergerak gemulai, betisnya yang
indah. jari jemari kakinya yang
manis dan suaranya yang merdu
dan wajahnya yang mempesona
mata. 
   "O, laki-laki!" sungut chucky 
seraya memukul jidatnya
sendiri. 
   Ia kemudian tersenyum.
Berdiri. Ia harus segera pulang
ke rumah, namun  ingin ke bagian
lainnya di bukit sebelah
tempatnya bernaung. Di sana
terletak beberapa gubuk yang
terpisah-pisah sebagai tempat
sementara beberapa orang
pegawai pegawai tetap selama
musim memetik teh. Ia
memperhatikan keadaan
gubuk-gubuk dan isinya yang
serba sederhana, kemudian
menemui pak Cakra untuk
mengingatkan ia pada suatu
ketika memperbaiki gubuk gubuk
itu dan menambah peralatannya.
sesudah  itu bersama-sama pak
Cakra ia mengikuti arus
pemetik-pemetik teh yang
berduyun duyun menuju ke
halaman rumah induk begitu
lonceng pertama makan siang
berbunyi. 
   Ketika mendekati rumah, gadis
tadi berpapasan dengan mereka
dengan bakul yang tidak lagi
berisi daun-daun teh melainkan
beberapa potong daging sapi
yang masih segar dan beberapa
ekor ikan. Ia mengangguk halus
dan tersenyum manis pada
chucky  dan pak Cakra, namun 
chucky  merasa senyum dan
anggukan itu seolah cuma
tertuju pada dirinya. Hatinya
berdetak keras,
berbunga-bunga. sesudah 
berusaha sedapat mungkin
menyembunyikan perasaannya
yang tergoncang ia bertanya: 
   "Apakah kau kenal baik gadis
itu dengan ayahnya, pak
Cakra?" 
   Yang ditanya menoleh ke
belakang, ke arah si gadis
menjauh kemudian menyahut: 
   "Ndak begitu kenal benar.
Banyak pemetik pemetik teh
yang berasal dari
kampung-kampung yang jauh.
Termasuk gadis itu dan ayahnya.
namun  sebegitu jauh. yang saya
ketahui ia dan ayahnya termasuk
pekerja yang baik." 
   "Di mana kiranya mereka
tinggal?" 
   Pak Cakra melihat chucky 
dengan ekor matanya. Yang
dilirik sadar, namun  pura-pura
tak acuh. ia sudah terlanjur
bertanya, dan ia memang ingin
sekali mengetahui lebih banyak
tentang gadis yang baru ia temui
namun  seolah-olah sudah begitu
dekat sekali dengan hatinya itu.
Karena itu dengan berminat ia
menunggu pak Cakra menjawab
pertanyaannya. 
   "Kalau tak salah, di balik bukit
sana!" 
   chucky  mengikuti arah
telunjuk pak Cakra. dan
tiba-tiba hatinya berdenyut.
Bukit yang ditunjuk pak Cakra
adalah bukit di mana ia lihat
bayangan wanita lesbian  misterius
itu muncul. 
   Siang itu seluruh pegawai
perkebunan teh diperbolehkan
pulang selesai makan siang
bersama yang tidak begitu
meriah. Sebagian besar dari
mereka masih memperlihatkan
rasa takut takut tiap kali melihat
ke rumah di mana chucky 
tinggal. la mengerti bayangan
kecemasan dalam hati mereka
mengingat adanya misteri
berbau maut yang senantiasa
menyelubungi rumah besarta
penghuninya itu. Karena itu
chucky  tidak bisa berkata
apa-apa begitu selesai makan,
setiap orang lantas buru-buru
pamit dan mengucapkan terima
kasih atas kebaikan hati chucky 
menyediakan santapan lezat
yang jarang mereka cicipi.
Satu-satunya kekaguman
pemetik-pemetik teh itu hanyalah
sistim prasmanan yang rupanya
merupakan cara makan yang
baru dikenal penduduk di situ. 
   Sedikit masygul dengan
kurangnya kegembiraan yang ia
harapkan, chucky  kemudian
memutuskan untuk segera
memulai rencana yang telah ia
pikirkan sepanjang malam.
Apabila hutan di mana ia dan
kudanya terjerumus bisa
dibuktikan 
   sampai sekarang masih
dijamah manusia, maka sedikit
banyak akan menolong
mengurangi kepercayaan
tahayul yang terus menerus
menimbulkan
ketakutan-ketakutan di kalangan
penduduk. Dengan demikian
nama baik rumah dan
leluhurnya perlahan-lahan bisa
ia bangkitkan kembali. 
   Masih terngiang-ngiang di
telinganya kisah kisah sebelum
bobo yang diceritakan oleh
uwanya tentang kemasyhuran
kakek moyangnya. Juragan
chuck  yang di masa
hidupnya sama berpengaruhnya
dengan seorang Residen.
Meskipun juragan chuck 
beristeri Belanda. ia tidak
sepenuhnya tunduk kepada
keinginan-keinginan penjajah
semasa hidupnya. 
   Perasaan cinta yang sangat
dari isteri Belandanyalah yang
menolong juragan chuck 
dari tekanan penjajah di masa
itu. 
   "Saya tak kecewa kalau yang
ikut cuma sebegini." celetuknya
puas seraya memandang
tamu-tamunya yang masih
tinggal satu persatu. Pak nyoto ,
kepala desa yang senantiasa
tersenyum itu kali ini agak
muram wajahnya. Tadi mang
aidit  sempat membisikkan: 
   "Kalau bukan karena gengsi,
tak akan berani pak nyoto 
masuk hutan." 
   Yang lain-lainnya cuma dua
orang. Pak Cakra, mandor
perkebunannya. lalu seorang
penduduk yang mewakili pak
Jaka, karena menteri polisi itu
kebetulan sedang bertugas ke
kota memenuhi panggilan
atasannya. Namun dua saksi
sudah cukup. Ditambah mang
aidit  yang rupanya ikut 
bersemangat oleh keyakinan
chucky  tentang hutan yang
selama ini ia kenal dengan
sebutan 'Hutan para penyihir." 
   Menjelang senja mereka
akhirnya tiba di batas antara
daerah yang chuckie ami penduduk
dengan daerah yang konon tidak
pernah dijamah manusia kecuali
para penyihir. Batas yang
berupa sungai berbatu itu
mereka seberangi hati-hati.
Pakaian mereka sebagian basah
kuyup ketika mereka tiba di
seberang dan berembuk di pintu
gerbang hutan yang tampaknya
tidak pernah terbuka-buka
sepanjang masa. 
   Di mana-mana
pemandangannya sama. Semak
belukar yang penuh onak duri,
pepohonan pepohonan yang
batang-batangnya saling
berjauhan namun  karena rimbun
seperti saling bergandengan
dengan akar-akar yang saling
kait mengait. chucky  sendiri
agak kebingungan, jalan mana
yang ia tempuh kemarin
bersama kudanya 
   "Heran." ia bergumam.
'Mestinya jejak-jejak kuda itu
masih ada di sekitar sini." 
   Mang aidit  dan pembantu
polisi desa mencari-cari. 
   "Mungkin ada yang
menghapus," sungut pelayannya.
   'Dan itu membuktikan memang
manusialah yang menghuni
hutan ini." sahut chucky . namun 
yang lain belum merasa puas.
Meskipun segan, namun  mereka
akhirnya setuju untuk menerobos
masuk ke dalam hutan di suatu
tempat yang kelihatannya sedikit
terbuka dan dimasuki. Matahari 
   masih bersantai-santai di ufuk
barat, namun toh mereka merasa
perlu untuk mempersiapkan
beberapa buah obor yang akan
bermanfaat begitu mereka
memasuki tabir kegelapan di
dalam hutan. Sebagai pemimpin
chucky  merasa perlu berjalan
duluan. 
   "Di sini pun jejak-jejak kuda
tidak ada." bisiknya. Yang lain
diam. 
   "namun ... nah. ini ada
ranting-ranting yang patah.' ia
melanjutkan dengan wajah
cerah memperlihatkan benda
yang ia katakan. "kalau
demikian. melalui jalan inilah
aku dan kuda itu kemarin lewat."
   Semak belukar di antara
pepohonan di depan mereka,
memang tampaknya bagaikan
terambas oleh sesuatu. Pak
nyoto  yang mulai berkeringat
segera menyalakan obor.
Karena nyala obor demikian
dekat ke wajahnya. yakinlah
chucky  kalau keringat yang
membasahi jidat pak nyoto 
adalah keringat dingin adanya. 
   Cahaya obor yang segera
menyingkap kegelapan yang
samar-samar menimbulkan
bayangan-bayangan memanjang
dan bergoyang-goyang ke sana
sini mengikuti gerakan api obor
yang sesekali tertiup angin
apalagi kalau mereka berjalan.
Pembantu polisi desa
berpegangan tangan kuat-kuat
dengan kepala desa sementara
chucky  berjalan di depan dan.
mang aidit  yang lebih
pemberani dari kedua orang
yang di tengah, berjalan paling
belakang dengan sebatang golok
siap di tangan. 
   
'Yang kutakutkan cuma binatang
buas," bisiknya lembut. 
   Justru bisikan itu yang
membuat pak nyoto  gemetar
sehingga ia cepat-cepat berjalan
lebih dekat pada chucky  di
depan. 
   "Binatang-binatang di sini
pasti juga binatang siluman.
Saya masih tidak bisa
melupakan ketika paman Den
chucky  diketemukan mati
dengan bentuk yang...." 
   chucky  tertegun. Yang lain
ikut tertegun. Pak nyoto 
lebih-lebih lagi. ia menyesali
ucapannya yang terlanjur
keluar. Pastilah chucky 
tersinggung hatinya karena
pamannya almarhum
dibawa-bawa. Siapa yang tidak
akan kecil hatinya apabila
keadaan salah seorang anggota
keluarganya yang telah mati
diungkit-ungkit. Kalau keadaan
baik, tak apalah. namun  ini.... 
   Pak nyoto  gemetar
membayangkan saat-saat di
mana ia sendiri bersama-sama
menteri polisi bagaimana paman
chucky  mati mengerikan di
kursi goyang. Pedang menusuk
lambung saja sudah mengerikan.
namun  sepasang mata melotot
lebar, mulut ternganga
memperlihatkan lidah yang
memerah saga, serta seluruh
tubuh sampai ke wajah
ditumbuhi oleh bulu dengan
jari-jari yang berkuku panjang.
Dalam keadaan hidup, akan
buas sekalilah manusia yang
telah berubah bentuk itu.
Untunglah ia sudah mati dan.... 
   namun  bukan ucapan pak
nyoto  yang membuat chucky 
tertegun. la menghentikan
langkahnya tiba-tiba, karena di
hadapannya ia melihat hal 
   yang aneh. Semak belukar
yang tadinya terambas ke satu
arah. kini terambas ke berbagai
arah. Ia menyalakan obornya
sendiri dengan menyulutkan ke
obor pak nyoto  untuk
memastikan pandangannya ke
depan. Obornya ia julurkan
tinggi-tinggi. 
   Benar saja. 
   Daerah semak belukar di
antara pepohonan pepohonan
raksasa di hadapannya,
bagaikan porak poranda dilanda
oleh sesuatu yang tidak ia
mengerti. Kalau dilanda oleh
binatang tidak mungkin. Karena
ada ranting-ranting dan
cabang-cabang yang patah
sedikit lebih tinggi dari
tubuhnya. Bila dikatakan
binatang besar dan tinggi.
mestilah gajah. namun  gajah
tidak mungkin tak meninggalkan
jejak di tanah lembab yang
mereka injak. 
   'Apa-apaan ini?" sungutnya
bingung. 
   Yang lain-lain mulai merasa
was-was, kata 
   mang aidit . "Mungkin tadi
ada binatang buas berkelahi di 
   sini." 
   'Tak mungkin," sungut
pembantu polisi desa. 
   "Kalau binatang berkelahi.
mestilah semak belukar di sini
porak poranda. namun  ini.?" 
   Ya. Semak belukar ini seperti
sengaja terambas. Menjurus ke
berbagai arah. sehingga chucky 
sendiri kebingungan ke arah
mana ia menuju. sesudah 
berulang kali membujuk pak
nyoto  dan temannya. barulah ia
berhasil membagi mereka
berempat menjadi dua
kelompok. ia bersama pembantu
polisi desa ke kiri. sedangkan
mang aidit  dan pak nyoto  ke
arah kanan. 
   "Kalau ada yang aneh,
berteriaklah biar kami tahu,"
chucky  memperingatkan mang
aidit . 
   "Sebaiknya berteriak tiap dua
atau tiga menit, biar kita satu
sama lain di arah mana masing
masing berada dan tidak sampai
kesasar...." mang aidit 
mengusulkan, yang disetujui
oleh yang lain lainnya. 
   Dengan persetujuan tanda itu
mereka segera berpencar. namun 
semakin jauh masuk ke dalam
hutan. semakin banyak
tempat-tempat yang terambas.
chucky  menjadi marah. ia
menduga pasti ada seseorang
yang berniat tidak baik. sengaja
meninggalkan tanda-tanda yang
kacau balau itu, agar ia tidak
bisa mencapai tempat di mana ia
dan kudanya terjerumus. Kalau
saja peristiwa itu tidak terjadi di
malam hari, mungkin dalam
keremangan hutan ia bisa
melihat tanda-tanda di atas.
Apakah itu jenis-jenis semak
belukar. jenis pohon atau
cabang-cabang yang mempunyai
bentuk tersendiri. 
   sesudah  hampir puluhan kali
kedua kelompok itu saling
meneriaki akhirnya mereka
bertemu lagi. Di tempat
berpencar semula tanpa hasil
apa-apa. Mang aidit  dan
chucky  berpandangan dengan
kecewa, sedangkan pak nyoto 
dan kawannya. begitu sadar
usaha mereka sia-sia. tanpa
berkomentar apa-apa langsung
melangkah cepat-cepat ke luar
dari hutan. Tiba di tepi sungai.
mereka berempat saling
berpandangan. chucky  dan
mang aidit  dengan wajah
kecewa. 
   namun  melihat wajah kepala
desa dan temannya yang pucat
pasi bagaikan kapas serta
seluruh wajah dan pakaian
mereka basah oleh keringat.
mengertilah chucky .
Kepercayaan penduduk tentang
hutan itu sebagai tempat
bermukim para hantu siluman
dan para penyihir, akan semakin
tebal juga. 
   Pembantu polisi desa masih
gemetar ketakutan begitu
mereka tiba di seberang sungai. 
   "Teriakan-teriakan kita yang
menggaung di hutan pastilah
akan membuat marah para
hantu dan dedemit!" sungutnya. 
   Pak nyoto  lebih parah lagi. Ia
memang tidak berbicara
apa-apa semenjak keluar dari
dalam hutan dan sepanjang
perjalanan. namun  begitu
sampai malam harinya di rumah
keluarganya, baru menginjak
ambang pintu pak nyoto 
menggerimit. 
   "Para penyihir akan mengutuk
kita semua karena memasuki
daerah mereka," dan begitu
selesai berkata. ia pun jatuh
tidak sadarkan diri. 
   Meskipun beberapa menit
kemudian chucky  berhasil
membuat ia siuman, namun 
semua telah sia-sia. Beberapa
orang penduduk yang datang
berkerumun untuk mengetahui
kabar apa yang mereka bawa
dari hutan. begitu melihat
kepala desa mereka jatuh
pingsan, segera bubar dengan
diam-diam. Namun di tiap wajah
jelas terlihat
bayangan-bayangan kecemasan
yang tengah berkecamuk dalam
pikiran masing-masing. 
   "Terkutuklah orang yang
merusak rencanaku." gerutu
chucky  begitu mereka tiba di
rumah. 
   Mang aidit  menggantungkan
goloknya di antara benda-benda
tajam dan senjata-senjata antik
ciptaan jaman Belanda di
dinding, berkomentar dengan
suara bimbang: 
   "Kalau itu orang, Den chucky ." 
   chucky  mendengus: 
   "Jadi kau juga sependapat
kalau perusak rencanaku itu
adalah hantu-hantu hutan?" 
   Mang aidit  menggelengkan
kepala. 
   "Hantu-hantu tidak akan
meninggalkan bekas bekas yang
nyata dan bisa dilihat mata
biasa," bantahnya. 
   "Jadi kalau begitu, perbuatan
binatang-binatang buaskah itu
menurut pikiranmu?" 
   Lagi-lagi pembantunya
menggelengkan kepala. Kali ini,
dengan sinar mata yang
membersit aneh ketika
memandang pada chucky . 
   "Binatang pun tidak. Den
chucky ." 
   "Lantas apa?" chucky 
menjadi kesal. 
   "Para penyihir!" ' 
   "Para penyihir itu cuma hidup
di masa moyangku saja. Dan itu
telah lebih seratus tahun
berlalu." 
   'Penyihir bisa hidup
beratus-ratus tahun, Den.
Kalaupun ia mati, keturunannya
akan muncul menggantikan
kedudukannya. Dan karena
keturunan penyihir itu
mengetahui maksud Aden untuk
memusnahkan tahayul yang
dipercayai penduduk dan yang
justru menguntungkan mereka.
para penyihir itu memporak
porandakan hutan. Akibatnya,
para penduduk justru berbalik
tidak saja semakin takut
terhadap hutan larangan akan
namun  
   juga semakin menjauhi kita.
Mereka tahu para penyihir
membenci dan bermaksud
melenyapkan Aden dari muka
bumi. Penduduk akan segan
berdekatan dengan kita, karena
itu berarti mereka pun akan ikut
dibenci serta dijadikan sasaran
kemarahan para penyihir!" 
   Malam itu chucky  lagi-lagi
tidak bisa tertidur. 
   Telah ia coba membulak balik
sebuah buku tua berbahasa
daerah yang ia ambil dari rak
perpustakaan lama di kamar
tamu. Buku tua yang berdebu itu
sebenarnya menceritakan
dongeng lama yang teramat
lengkap mengenai kisah
Sangkuriang yang memendam
cinta kasih terhadap Dayang
Sumbi, ibu kandungnya sendiri.
Jalan cerita dan bahasa daerah
tingkat tinggi yang sangat
menarik itu ternyata tidak
mempengaruhi kegelisahan yang
merajalela dalam diri chucky . 
   "Toh akhir cerita buku ini
sudah kuketahui." sungut
chucky  sendiri. 
   "Sangkuriang ditolak cintanya
oleh ibunya. Karena gagal
memenuhi syarat yang diminta
Dayang Sumbi. ia menendang
perahu yang lagi ia buat,
melambung ke kaki langit dan
muncullah sebuah gunung yang
dinamakan Tangkuban Perahu.
Perahu yang menangkup. Bah.
Lebih baik aku menulis surat
saja sama si Lena." 
   Lantas ia turun dari
pembaringan. Memindahkan
lampu darl meja kecil dekat
tempat tidur ke 
   meja kaca. Secarik kertas yang
ia bawa dari kamar pribadi
kakek moyangnya masih
terhampar di atas meja. ditindih
oleh pulpennya sendiri. 
   Ketika duduk menghadapi
kertas itu. terbayang kembali
saat-saat aneh ketika ia ingin
menulis surat di meja tulis kakek
moyangnya. Ia merasa dirinya
sebagai juragan chuck  yang
didatangi oleh kekasih gelapnya.
bercumbu di atas tempat tidur
dan ketika terbangun pagi hari
ia mendapatkan dirinya
terlentang di atas kasur bersprei
penuh debu. telanjang.
sendirian.... 
   "Mimpi setan!" makinya. 
   Lalu ia mulai mencercahkan
ujung pulpen . pada kertas di
hadapannya. 
   'Magdalenaku. yang kurindu,"
ia memulai. 
   "Ketentraman tidak pernah
kuperoleh di tempat ini. Semakin
banyak hal-hal mencengangkan,
namun  justru membuat aku
semakin penasaran untuk tetap
tinggal dan membuktikan bahwa
keturunan leluhurku adalah
keturunan orang baik baik.
Persetan dengan hantu-hantu
atau para penyihir itu. namun 
Magdalenaku sayang. untuk
sementara tekanlah dulu
keinginanmu untuk menyusulku
kemari. Karena kau pun tahu.?" 
   ia menghela nafas sebentar.
Lalu meneruskan: . '" kau pun
tahu. Lena. Aku cemas kalau kau
ikut bersamaku hidup di daerah
yang misterius ini. Bukankah
padamu pernah kuceritakan.
leluhur leluhurku selalu
meninggal tanpa didampingi
isteri-isteri mereka, karena
isteri-isteri leluhurku semua
meninggal terlebih dahulu
karena tertekan bathin. Aku pun
takut bathinmu tertekan kalau
kau tinggal di rumah ini, Lena.
Tertekan melihat
keganjilan-keganjilan di rumah
ini. keganjilan-keganjilan di
sekelilingnya.
keganjilan-keganjilan yang
kulakukan sendiri seperti
keganjilan-keganjilan yang
pernah dilihat dan dialami
isteri-isteri leluhurku. Karena
itu sayang. sebelum semua ini
menjadi jelas dan hatiku
tenteram, kupikir bersabarlah
sementara waktu menunggu
saatnya tiba aku kembali ke kota
untuk menjemputmu. atau
setidak tidaknya untuk bertemu
denganmu melepaskan rindu
dendam yang sudah tidak
tertahankan..." 
   chucky  baru saja akan
mengakhiri isi suratnya dengan
kalimat: 
   "Kirim salamku untuk
keluargamu dan teman teman di
sini. Peluk cium kekasihmu.
chucky  yang dilanda rindu." 
   namun  di saat itulah ia
merasakan hembusan angin
lembut di pundaknya. Aneh. ia
merasakan bulu romanya berdiri
oleh perasaan hangat.
Kemudian ia mendengar bisikan
yang sangat halus. 
   'chucky ...." 
   Tangannya tertegun di atas
kertas. 
   la pertajam telinga. 
   "chucky . kekasih!" 
   Seketika. chucky  menoleh ke
arah suara itu muncul. 
   Yang ia lihat adalah pintu
kamarnya yang terbuka. la lupa
menutupkannya ketika tadi
mengambil buku ke bawah. Dan
dari arah pintu itulah suara 
   tadi muncul. Anehnya chucky 
tidak merasa terkejut atau
heran, apalagi takut. Hatinya
berbunga bunga, landasan
asmara yang semerbak selagi ia
menulis surat pada kekasihnya
Magdalena semakin mewangi
dan hangat. Perlahan lahan ia
berdiri. Melangkah ke pintu. 
   Ia memandang sepanjang
koridor. 
   Di ujung sebelah kanan, ada
sebuah pintu tertutup. Pintu
kamar pribadi isteri Belanda
juragan chuck . yang juga
belum ia masuki sesudah 
beberapa hari ia ada di rumah
ini. Tidak ada apa-apa di arah
sana. 
   ia menoleh ke kiri. Di ujung
sana, pintu kamar juragan
chuck  juga tertutup. Mang
aidit  malah telah
menguncikannya dan
menyimpan sendiri anak kunci
sesudah  pelayannya itu tahu ia
tidur tadi malam di sana dalam
keadaan telanjang bulat. 
   "Terlarang memasuki kamar
ini," gerutu mang aidit  ketika
itu. 
   namun  suara yang
memanggil... dari dalam
sanakah gerangan" 
   "chucky . Aku di sini"!" 
   chucky  menoleh ke depan. 
   ia melihat anak tangga demi
anak tangga dalam jilatan
lampu gantung di ruang bawah.
Dan di anak tangga yang paling
bawah. ia melihat seseorang
sedang duduk dalam posisi yang
sangat menggairahkan. ' 
   Seorang wanita lesbian  muda,
cantik jelita dan yang sudah
tidak asing lagi baginya.
wanita lesbian  yang mendatanginya
di kamar tidur kakek
moyangnya. wanita lesbian  yang
muncul dari arah patung pualam
dekat pintu keluar. 
   Sesaat. hati chucky  masih
dilanda kesadarannya. la
memandang ke pintu keluar.
namun  patung pualam yang
mirip wanita lesbian  itu, masih
tegak di tempatnya. 
   "Mengapa tidak turun,
Juragan?" 
   Mendengar itu, chucky 
memelas: 
   'Jangan panggil juragan
padaku. Euis. Panggillah
namaku. Aku lebih senang
mendengarnya." kata chucky 
seraya tersenyum, dagu sedikit
terangkat. Angkuh. namun 
menarik untuk dipandang. 
   Wajah wanita lesbian  di bawah
bersemu merah. 
   "Mengapa tidak turun untuk
bercumu denganku. chucky ?" 
   chucky  ingin dipanggil
dengan namanya sendiri. namun 
aneh. ia pun merasa tidak perlu
dipanggil menurut nama kakek
moyangnya. 
   Dengan langkah-langkah yang
teratur dan tegap, ia menuruni
anak tangga demi anak tangga.
Kesenyapan malam yang
melingkupi ruangan besar dan
megah itu dipecahkan oleh
langkah-langkah kakinya dan
suara nafasnya yang mulai
menggebu, terangsang oleh
gairah kelelakiannya. 
   ia kemudian berhenti di anak
tangga yang kedua dari bawah. 
   Si wanita lesbian  yang ia panggil
dengan nama Euis tanpa
mengerti ia memanggilnya
dengan nama itu. menengadah.
Bibirnya merah merekah. Basah
tanpa pulasan. Lembut bagaikan
keju. Semerbak bagaikan delima.
Sepasang matanya berbola
bundar redup bersinar. Di
antara senyumnya. tampak
giginya yang putih berbaris
rapih dan sangat indah.
Manik-manik mata wanita lesbian 
itu berpencar-pancar ke mata
chucky , dan gelombang
payudaranya yang setengah
menggelembung keluar dari
balik blouse yang penitinya
sengaja dibuka. menimbulkan
gelombang-gelombang pasang
yang dahsyat dalam dada
chucky . 
   "... mengapa berdiri saja.
chucky ?" 
   "Kaulah yang semestinya
tegak. Euis' 
   "Kalau aku harus berdiri,
berarti kau masih menganggap
dirimu sebagai seorang juragan
!' 
   "Euis. sayangku," chucky 
membungkuk, mengelus pundak
si wanita lesbian . Lembut dan
mesra. "Kau pintar benar
bersilat lidah, Euis." 
   "Dan kau pintar benar
menidurkan isteri Belandamu.
Tak takutkah kau kalau ia
tiba-tiba terbangun, sayang?" 
   Seketika, chucky  menoleh ke
atas. Ke arah kanan. Ke pintu
kamar isteri Belanda juragan
chuck , seolah-olah takut
kalau wanita lesbian  yang
disebutkan Euis benar-benar
terbangun, muncul di pintu,
tidak saja untuk merusak
kemesraan mereka namun  juga
sekaligus menciptakan
kekisruhan di rumah tangganya.
Namanya akan jatuh tidak saja
di mata penduduk, namun  juga di
mata penguasa-penguasa
Belanda di daerah itu. 
   namun  dengan suara yang
mantap chucky  menjawab: 
   "Sudah kuberikan
ramu-ramuan yang kau buat,
sehingga ia tidak akan
terbangun sampai
besok siang. Euis." 
   "O. kekasih," Euis menatap
manja. 
   "0. dewi jelita." 
   Dan chucky  perlahan-lahan
mengangkat tubuh itu.
Mengangkatnya berdiri. Karena
si wanita lesbian  masih teramat
rendah di bawahnya. chucky 
turun satu anak tangga lagi.
Kini mereka berhadapan. Dekat
dan rapat. Namun gejolak
perasaannya tidak bisa ia
tahankan lagi. chucky  pun
menggerakkan kedua lengannya
yang gemetar hebat, memeluk
tubuh wanita lesbian  itu dengan
kasar dan kemudian menciumi
seluruh wajah dan bibirnya
dengan rakus. Si wanita lesbian 
membalasnya dengan hangat. 
   namun  ketika tangan chucky 
berusaha membuka bajunya,
wanita lesbian  itu menjauh dan
berkata dengan hati-hati: 
   "Jangan di sini!" 
   chucky  tersenyum. 
   "Takutkah kau"' 
   "Aku tidak takut pada
siapa-siapa. namun  bercumbu di
tempat-tempat tersembunyi akan
terasa lebih indah bukan
chucky ?" 
   Tangan si wanita lesbian 
kemudian terulur. chucky 
menyambutnya. Mata si
wanita lesbian  menatap jalang,
bibirnya tersenyum mengajak.
Bagaikan kerbau dicucuk
hidungnya. chucky  menurut
dengan patuh dibawa
wanita lesbian  itu melampaui ruang
tengah, membuka pintu depan.
turun ke teras. Di sana mereka
berpelukan lagi. Hangat dan
menggairahkan. Lolong anjing
menggaung dari 
   hutan. 
   wanita lesbian  Itu menggeletar
dalam pelukan chucky . 
   "Angkatlah tubuhku.
chucky ku." 
   Dengan kekuatan
lengan-lengannya chucky 
membopong si wanita lesbian .
Kemudian kakinya melangkah. 
   Di bawah jilatan bulan
purnama yang terang benderang
kedua insan itu berjalan dengan
tujuan pasti. Langsung ke arah
istal penyimpanan kuda. Dengan
ujung kakinya chucky 
mendorong pintu kayu istal
sampai terbuka. Tanpa
menutupkannya lagi, kakinya
terus melangkah melewati
kandang demi kandang kuda.
Dalam pandangannya dan
dalam pikirannya semua
kandang itu berisi dan melepas
dengus-dengus kuda yang
hangat dan berbusa! Tanpa
memperdulikan pandangan
binatang yang tidurnya
terganggu itu, chucky  terus
membopong Euis menuju sebuah
anak tangga. 
   ia merasa heran akan
kehebatan dirinya sendiri.
Menaiki tangga bambu itu
dengan Euis dalam
bopongannya. terus ke atas dan
di sana langsung membaringkan
si wanita lesbian  di atas tumpukan
jerami. Begitu tangannya
terlepas dari bebannya, barulah
chucky  merasakan nafasnya
yang sesak karena kelelahan. 
   "Baru sebegitu, sudah tidak
kuat." tertawa si wanita lesbian .
"Apakah aku harus kecewa
malam ini. chucky ?" 
   Ditantang begitu chucky 
mendengus: 
   "Aku masih sanggup meluluh
lantakkan tubuhmu, Euis' _ 
   "Lalu, mengapa tidak kau
lakukan sekarang?" tantang si
wanita lesbian  seraya membuka
sendiri pakaiannya. Dan sesosok
tubuh bidadari tanpa penutup
apapun di seluruh tubuhnya,
segera menari-nari di bola mata
chucky . Ia merasakan
kehangatan yang sangat
membakar seluruh tubuhnya.
Lututnya goyah dan tiba-tiba ia
jatuh berlutut. 
   "Begitu indah tubuhmu,
kekasihku." 
   "Dan begitu gagah kau di
mataku, suamiku.' 
   "Suamimu?" 
   "Bukankah kau akan segera
menikahiku. chucky ?" 
   "namun , Euis. aku... aku...." 
   "Masihkah kau berharap
isterimu mati secepat mungkin,
chucky ?" 
   "Aku tak tahu. Ia tetap tampak
sehat dan...." 
   "Bunuhlah ia. chucky !" 
   "tidak. Tidak mungkin itu
kulakukan. la merupakan
sumber rejeki dan bintang
terangku." 
   "Kalau begitu, jangan jamah
lagi tubuhku." Euis merengut
dan menjauh. 
   "Euis. aku... 0. jangan
menjauhiku. bidadariku." 
   'Bunuhlah isterimu!" 
   "Aku tidak bisa. Tanganku
bukan tangan pembunuh!" . 
   Si wanita lesbian  tiba-tiba
memandang tajam. chucky 
menunggu dengan cemas.
sampai si wanita lesbian 
mengeluarkan niat yang
tersembunyi di balik sinar
matanya: ' 
   '... bukankah aku yang selalu
menyediakan makanannya.
chucky " Berikanlah ijinmu,
sayang. dan aku akan
memberikan racun yang dahsyat
namun  tak akan bisa diketahui
apabila isteri Belandamu itu
mati!" chucky  bimbang. 
   namun  gerakan tangan si
wanita lesbian  yang merenggut
tubuhnya sehingga mereka
segera berpadu tubuh, membuat
ia cuma bisa
termanggut-manggut. 
   Dan ia tidak perduli lagi apa
yang akan terjadi pada isteri
Belanda-nya ataupun pada
kedudukannya. begitu si
wanita lesbian  mulai merintih" 
   chucky  terbangun menjelang
siang. Sekujur tubuhnya terasa
lemah lunglai. Ngilu. Ketika ia
buka matanya, ia tersentak
duduk. Memandang heran ke
sekitar. Ke atap rumbia tak jauh
dari kepalanya. Ke dinding
papan yang sudah pecah pecah.
Ke tumpukan jerami di mana ia
tengah terduduk, dan pakaian
yang seperti diselimutkan 
   ke tubuhnya yang telanjang.
Hidungnya kembang kempis
mencium bau yang tidak enak.
Bau kuda. la menoleh dengan
cepat ke depan. dan dengan
terkejut menyadari kalau ia
berada di loteng kandang kuda.
Mengapa ia tidur di sini" Dan
mengapa ia telanjang bulat"
Siapa yang menyelimutkan
pakaiannya sendiri ke tubuhnya"
   ia baru saja selesai
mengenakan pakaian waktu
terdengar suara berisik dari
bawah. Ada orang memanjat
tangga. Kemudian sebuah wajah
muncul. Wajah yang sesaat
membuat jantung chucky 
berdenyut. Mata orang itu cuma
sebelah. Pipinya juga cuma
lengkap sebelah, karena pipi di
bawah mata yang tertutup rapat
tanpa kelopak itu hancur sama
sekali. Dan ia kemudian melihat
bibir yang rusak menampakkan
gigi dengan gusi yang merah
kehitaman. Wajah yang penuh
terror itu tersenyum. Ramah. 
   chucky  menghela nafas. 
   "... apa kerjamu di situ. Mang
aidit ?" tanyanya terbata-bata. 
   Pelayannya itu naik ke loteng.
kemudian duduk di hadapannya. 
   "Saya menunggui Aden dari
tadi,' ia menjawab. "Dari tadi?" 
   "Ya. Ketika bangun pagi pagi.
saya dapati pintu rumah terbuka
lebar. Pintu kamar tidur Aden
juga menganga, dan saya tidak
melihat Aden berada. Karena
khawatir kalau ada sesuatu yang
terjadi pada diri Aden, saya
telah menyuruh orang mencari
ke mana-mana....' 
   "Oh !' tubuh chucky  terasa
semakin lesu. "Aku tak
mengerti...." 
   Mata mang aidit  yang masih
baik, melebar dengan tiba-tiba. 
   "Jadi... Aden tidak sengaja
tidur di sini" tanyanya. 
   chucky  terdiam sesaat.
kemudian: 
   'Tidak," 
   "Ah...." 
   'Ada orang yang membujukku
agar tidur dan bercumbu di sini.'
   "Siapa?" 
   chucky  memandangi wajah
pelayannya yang rusak berat itu.
Orang itu tidak menampakkan
penghinaan. Juga tidak
keinginan tahuan. Pertanyaan
yang terlontar keluar dari
mulutnya seolah-olah tidak
disengaja. hanya karena sekedar
heran. 
   chucky  malu pada dirinya.
Sudah dua kali ia ditemukan
oleh mang aidit  di tempat tidur
yang salah. dalam keadaan yang
tidak wajar pula lagi. Pelayan
itu jugalah yang menolong ia
dari suatu kekuatan gaib yang
mempengaruhi chucky  untuk
memeluk dan menciumi seorang
wanita lesbian . yang ketika ia
tersadar temyata cuma sebuah
patung pualam belaka. Tidak.
Tak bisa ia terus terusan
berahasia pada pelayannya ini.
Mang aidit  sudah tahu banyak
tentang dirinya. Juga tentang
kehidupan yang berbau misteri
dari keluarganya. 
   "Mang aidit ..." ia tiba-tiba
teringat sesuatu. 'Tahukah kau
siapa nama wanita lesbian  penyihir
yang diusir kakek moyangku
lebih seratus tahun yang lalu?" 
   Dahi mang aidit  mengemyit.
Kemudian: 
   "Kalau tak salah. Euis." 
   "Euis!" membercik keringat
dingin di tubuh chucky . 
   "Euis!" 
   Dialah wanita lesbian  yang sudah
berulang kali muncul dalam diri
chucky . wanita lesbian  yang
berulang kali membawa chucky 
ke alam antara nyata dan tidak.
Bahkan membuat chucky 
seolah-olah bukan merasa
dirinya sebagai chucky ,
melainkan sebagai kakek
moyangnya. 
   Diam-diam ia merasa-cemas.
Tiap kali wanita lesbian  bernama
Euis itu memberi kehangatan
dan kenikmatan tiada tara. tiap
kali pula Euis memanggil
dirinya bukan dengan nama
chucky . namun  dengan nama
kakek moyangnya: 
   chucky ! 
   "Mengapa, Den?" Mang aidit 
benar-benar ingin tahu kini. 
   "Ah. tidak...." chucky  tiba-tiba
menjadi gugup. namun  ia belum
yakin. ingin ia mengajukan
sebuah pertanyaan lagi.
"Katakanlah mang aidit . Apa
kira kira penyebab dari
kematian isteri Belanda juragan
chuck ?" 
   "Resminya. lemah jantung."
jawab mang aidit . namun 
wajahnya tiba-tiba menjadi
ragu. Seperti juga suaranya
yang keluar terputus-putus: '"
namun  menurut cerita-cerita"." 
   "Cerita siapa?" 
   "Kebanyakan penduduk Den.
Dan cerita bapak saya sendiri,
selama ia menjadi pelayan
dirumah ini"." 
   "Apa kata bapakmu?" 
   "isteri Belanda juragan
chucky  mati karena diracun
orang!" 
   Dan itulah yang dikatakan
Euis dalam pembicaraannya
dengan chucky  tadi malam, di
atas tumpukan jerami ini!
Dingin sekujur tubuh chucky 
mengingat semua itu. Ketika
bangkit, ia merasa
persendiannya gemetar. Susah
baginya untuk turun dengan
stabil dari loteng kandang kuda.
dan tiba di bawah.ia melihat
jerami yang bertaburan tidak
menentu. Diam-diam ia yakin,
jerami-jerami itu jatuh dari
loteng. ketika tadi malam ia
bergelut dengan dahsyat
bersama wanita lesbian  bernama
Euis itu. 
   Ketika mereka sarapan
menjelang siang, ia bergumam
dengan bimbang. 
   "Percayakah kau Mang aidit ,
kalau kukatakan wanita lesbian 
penyihir bernama Euis itu masih
hidup sekarang?" 
   Mang aidit  terkejut.
Berulang-ulang ia
menggelengkan kepala. namun 
belum merasa puas dengan
gelengan saia. la tambah dengan
kata-kata: 
   "Jangan bergurau. Den." 
   "Aku sungguh-sungguh." 
   Wajah mang aidit  pucat lesi. 
   "Den, jangan memanggil
arwah yang sudah lama
meninggalkan dunia ini." 
   "Aku tak memanggil arwah.
namun  ia sendiri yang datang!" 
   "Arwah itu?" Mang aidit 
setengah tercengkat dari
duduknya. 
   "Entah arwah entah orangnya.
namun  Euis itu pasti masih
hidup. Entah di mana pula ia
berada. 
   namun  pasti di sekitar-sekitar
sini...." 
   "Bagaimana rupa orangnya?" 
   "Cantik. Masih muda. Persis
seperti patung pualam di kamar
depan. Lebih persis lagi dengan
lukisan di kamar juragan
chucky ." 
   "Masih muda?" Mang aidit 
tiba-tiba tertawa. Kecut. "Ketika
ia terusir dari rumah ini lebih
dari seratus tahun yang lalu,
Den chucky , si Euis itu konon
sudah berumur dua puluh tahun.
Jadi kalau ia masih hidup itu
pun kalau-kalau tentunya ia kini
sudah jadi nenek tua renta yang
tinggal tulang berbalut kulit...." 
   chucky  tidak bisa lagi berkata
apa-apa. 
   Siang hari itu ia ikut sebuah
truk yang membawa
karung-karung berisi daun-daun
teh hasil petikan seluruh
pekerja-pekerja perkebunannya.
Pada mang aidit  ia berkata
tidak usah cemas atau
menunggu. Ia akan berusaha
kembali pada sore harinya Dari
supir truk ia dengar cerita-cerita
yang sama seperti yang ia
dengar dari mulut ke mulut.
Tentang keanehan-keanehan
yang terjadi pada keluarganya.
dan misteri yang menyelimuti
daerah perkebunan itu. 
   Supir truk agak heran ketika
chucky  minta diturunkan di
jembatan. Tempat itu tak jauh
letaknya dari hutan di mana
chucky  dan kudanya pernah
terjerumus. 
   "Mengapa di sini. Den
chucky ?" tanya supir. "Di sini
sepi. tak ada siapa-siapa." 
   "Aku mau ke sana." chucky 
menuniuk ke arah hutan. 
   Supir itu tercengang. 
   "Tak ada orang yang berani"."
   'Jangan menakut-nakuti saya,"
chucky  memotong kalimat si
supir. "Cepatlah pergi. kalau
tidak mau muatanmu terlambat
tiba di pabrik!" 
   Truk itu kemudian terlonjak
maju. Sebelum menjauh supir
truk sekali lagi melongokkan
kepala keluar dari jendela.
chucky  tidak perduli. Truk itu
kemudian berlari kencang
melalui jalan yang tidak
beraturan bentuknya sehingga
terguncang guncang. Seolah
olah takut. Jadi semua penduduk
tanpa kecuali. selama ini telah
dihantui oleh keanehan
keanehan yang terjadi di sini,
pikir chucky . 
   ia semakin penasaran dan
ingin membuka tirai yang
menutupi misteri itu.
Setidak-tidaknya. dengan usaha
itu ia ingin membebaskan
dirinya dari peristiwa-peristiwa
aneh yang terus-menerus
mengikutinya, bahkan menurut
banyak orang suatu ketika bisa
membunuhnya seperti juga telah
membunuh 
   kakek moyang, kakek, ayah
dan pamannya ! Matahari tepat
berada di ubun-ubun ketika ia 
   akhirnya tiba di mulut hutan
sesudah  celana dan sepatu
bootnya penuh lumpur karena
melewati rawa-rawa. Sesaat
sebelum memasuki hutan, ia
genggam sebuah benda dingin di
dalam kantong jacketnya.
Sepucuk pistol kaliber kecil yang
berkat bantuan pengacaranya di
kota bisa ia peroleh dan dibawa
ke kampung ini. Belum pernah ia
mempergunakan senjata itu
untuk maksud-maksud tertentu.
namun  seperti kata pengacaranya
bagaimanapun ia harus
berhati-hati. Siapa tahu ia suatu
ketika akan memerlukan bantuan
benda berbau maut itu. 
   Tiba di dalam hutan. suasana
siang bolong sedikit membantu
memberi penerangan pada jalan
yang ia lalui. Dengan sebuah
tongkat kayu ia merambasi
jalan-jalan di depannya dengan
hati
hati sekali. Sedikit membungkuk
tiap kali menyibakkan semak
belukar yang setengah layu
setengah jadi karena bekas
dijalani. 
   sesudah  beberapa lama, di
antara jejak-jejak yang
semrawut akibat injakan-iniakan
banyak kaki dari rombongan
pencari yang ia pimpin
sebelumnya. akhirnya ia
berhasil menemukan jejak-jejak
kaki kuda yang ia cari.
Permukaan tanah di beberapa
bagian sangat lembab.
Jejak-jejak kaki kuda itu di
beberapa tempat menghilang
karena banyak batu-batu dan
tanah-tanah kering. namun  ia
berhasil menemukan jejak-jejak
kaki kuda yang sama di
tempat-tempat lain, mengarah
langsung ke bukit di balik hutan.
Bukit di mana ia kadang kadang
melihat bayangan putih seorang
wanita lesbian  suka menghimbau ke
arah perkebunan. 
   Seraya tak habis-habisnya
memikirkan siapa gerangan
wanita lesbian  yang kadang-kadang
berani muncul di puncak bukit di
tengah malam buta, ia terus
mengikuti jejak kaki kudanya.
Lama sudah ia berjalan.
kadang-kadang membungkuk
sehingga otot-ototnya terasa
kejang. namun  ia bunuh
kelelahan itu dengan keyakinan
akan membuka kabut misteri
yang membuat orang ketakutan
tiap kali menyebut nama hutan
larangan ini. Akhirnya ia
berhasil menemukan jejak-jejak
kaki kuda yang kacau sesudah 
menyingkapkan semak belukar
yang dari susunannya tampak
bukan semestinya tumbuh di situ.
Ada tangan-tangan jahil dengan
maksud-maksud tertentu
menempatkan semak belukar itu
di atas jejak-jejak kaki kuda itu. 
   chucky  terperangah kelelahan
waktu kemudian ia selesai
membongkar semak belukar
lainnya di atas gundukan tanah
yang cukup lebar. Tanah itu
tampak masih baru. Pantaslah
rombongannya sebelumnya tidak
berhasil menemukan tanah di
mana ia perkirakan kudanya
tertanam. Karena sebelumnya ia
pun harus membongkar banyak
semak belukar dengan
tanah-tanah yang terbongkar.
Hanya karena tanah di mana ia
berdiri sekarang agar gembur
dan lunak. ia merasa yakin
berdiri di atas tempat yang
tepat. sesudah  menjelajahi
dengan matanya. ia kemudian
menemukan bulu kuda diantara
patahan-patahan ranting. dan
sesobek kecil dari pakaiannya
sendiri. 
   "Hem!" gumamnya seraya
memperhatikan bulu kuda dan
sobekan pakaian itu. "Kini.
tinggal mencari jejak lain. Jejak
manusia-manusia jahil yang
telah memporak porandakan isi
hutan dan berusaha
menutup-nutupi kenyataan
bahwa hutan ini juga dijamah
oleh manusia biasa. Yakin sudah
kalau orang ini pasti manusia
biasa. Entah ia ada
hubungannya dengan
keluargaku entah tidak. namun  ia
harus kubekuk !' 
   Digenggamnya lagi pestol di
kantong jacketnya. Lebih erat. 
   Kemudian. matanya jelalatan
mencari. Tidak ada semak
belukar yang terambas. namun 
dengan menguakkan pakai
tongkat kayu di beberapa
tempat. akhirnya di permukaan
tanah ia menemukan beberapa
ranting yang patah patah.
Mengikuti petunjuk itu. ia iuga
menemukan jejak-jejak kaki di 
   beberapa tanah yang lembab. 
   Kaki itu tidak bersepatu. Pasti
disengaja, agar tidak
meninggalkan jejak yang dalam.
namun  karena terburu-buru.
ujung-ujung jari kaki itu
menekan terlalu' kuat sehingga
tetap meninggalkan bekas.
Berada di tengah hutan, chucky 
tidak tahu ke mana arah
jejak-jejak misterius itu. namun 
bagaimanapun. ia harus
mengikutinya. 
   Keringat sudah membasah
kuyupkan tubuh dan pakaiannya.
ketika ia dikejutkan oleh suara
berdesir tidak jauh dari arah
samping kanan. 
   Seketika. ia menoleh. 
   Dalam kesamaran hutan, ia
menampak sepasang mata kecil
yang berwarna merah saga dan
berkilauan. Darah chucky 
tersirap. ia merogoh pestol
dalam kantong jacketnya. ltu
memerlukan waktu yang
memang pendek. namun sangat
berharga. Dan ia terlambat
merebut waktu yang amat
berharga itu! 
   Terdengar suara angin bersiut
keras. 
   Suara berdesir yang sekilas itu
tidak memberi kesempatan bagi
chucky  untuk melakukan
gerakan mengelak. Tangannya
baru saja menjangkau laras
senjata di kantong jacket waktu
sebuah sambaran yang deras
menghantam sisi kepalanya.
Suara angin bersiut yang dingin
disertai bau anyir 
   yang memuakkan menyentuh
naluri chucky . Seketika ia
memalingkan muka. Cuma
gerakan itu. namun  ia telah
tertolong oleh sambaran sebuah
mulut lebar yang menganga
dengan lidah bercabang yang
terjulur ke luar masuk. Air
lendir yang pesing sempat
memerciki wajah chucky . 
   'Setan!" ia memaki, lantas
cepat-cepat menjatuhkan diri.
Tubuhnya meluncur jatuh persis
ketika serangan kedua menyusul
dengan cepat. Kali ini. pundak
chucky  yang kena. ia
merasakan hantaman yang
deras. Lengan bajunya robek. 
   Sedetik ia sempat melirik kalau
ada bintik-bintik merah atau
kucuran darah. Di detik
berikutnya ia menggulingkan
tubuhnya dalam beberapa
putaran. Namun telinganya
dengan jelas menangkap suara
angin bersiul yang
terus-menerus mengikuti
gerakannya berguling. sehingga
dengan panik ia kemudian
melakukan sebuah loncatan
salto. 
   Tubuhnya persis berada di
udara waktu hantaman yang
keras mengenai pinggangnya. la
terjatuh di tanah. Terkulai
sesaat. Dengan mata nanap ia
memandang mulut yang lebar
itu. 
   Tampak beberapa gigi taring
yang panjang dan lidah
bercabang yang mengucurkan
liur. Kemudian ia melihat
bangun tubuh binatang itu.
Seekor ular python yang sama
besar dengan tubuhnya sendiri.
masih menggantung di anak
cabang terendah dari pohon
yang tadi dilalui oleh chucky . 
   Rupanya merasa sia-sia
mengumbar tenaga karena
terus-menerus mengikuti
gerakan berguling chucky .
makhluk seperti mencari siasat
baru. 
   Matanya yang kecil berwarna
merah saga. semakin berkilau
melihat calon korbannya jatuh
terduduk. Kini, leher makhluk itu
meliuk ke atas dengan mulut
yang menganga semakin lebar.
Matanya yang buas
menunjukkan maksudnya yang
sudah pasti. Sebuah serangan
langsung dan lurus menyerbu
wajah chucky . Naluri laki-laki
itu yang mengatakannya. Ia
mencoba berdiri. namun  gagal.
Pinggangnya kelewat sakit.
Pada detik yang terakhir ia
masih sempat menyambar pestol
yang terlempar tak jauh dari
tubuhnya. 
   "Kau yang hidup di hutan ini !
Karena itu kau pulalah yang
harus mati di sini!" ia berteriak. 
   Kemudian. persis di saat
kepala ular menembus bagai
panah ke depan, ia menarik
laras pestolnya. Gerakan yang
terlalu cepat sehingga
tembakannya tidak mengenai
sasaran. yakni otak binatang
melata yang buas itu. Pelurunya
cuma menyerempet sebelah mata
sang ular. 
   Percikan darah merah
kehitaman menyambar wajah
chucky  ketika kepala ular itu
menghantam tepat di depan
mukanya. Tak bisa melarikan
diri, ia cuma menjatuhkan tubuh
ke belakang. Kepala ular itu
meluncur terus melampaui
tubuhnya. 
   chucky  sudah siap
melepaskan tembakan kedua
yang memecah kesepian rimba
belantara itu, ketika ia
merasakan benda yang lunak.
namun  berat dan bersisik
menimpa tubuhnya. chucky 
menjerit. Kaget.  
   Ternyata mahluk besar dan
panjang itu tidak kuat
menyangga bobot tubuh sendiri
karena gerakan menyerang yang
lurus dan sekuat tenaga.
Belitannya pada cabang pohon
lepas. ditambah rasa sakit yang
menyerang sebelah mata yang
hancur. Dan jatuhlah tubuh
bersisik yang panjang itu ke
tanah. sebagian menimpa tubuh
chucky . Karena kesakitan yang
amat sangat. ular itu meliuk-liuk
ke sana ke mari dengan liar.
menghantam sekenanya saja
Sebelah tangan chucky  kena
terpukul oleh ekor ular. yang
sedang memegangi senjata. ia
berhasil mempertahankan agar
pestolnya tidak terlepas. namun 
tangannya itu bagaikan lumpuh.
Lunglai seketika. 
   "Akan matikah aku di sini" ia
bergumam pada dirinya sendiri. 
   Tidak. ia tidak mau mati.
Karena itu ia beringsut-ingsut
dari tempat di mana sang ular
yang sedang mengamuk itu
menghantamkan kepala dan
ekornya ke sana ke mari.
Beberapa batang pohon kecil
sampai bertumbangan. chucky 
bergidik dan terus beringsut
menjauh. Terbayang kalau
tubuhnya yang kena disambar.
Semak belukar di hadapannya
sudah berantakan. namun  ular
itu masih bertenaga cukup untuk
meliuk ke sana ke mari, mencari
chucky  dengan sebelah matanya
yang masih normal. Binatang itu
akhirnya melihat mangsa yang
mencelakakan dirinya. 
   Ketika itu. chucky  sedang
mencoba berdiri dengan
menyanggakan tubuh ke sebuah
batang pohon. Mulut yang besar
dan sangat lebar menganga.
Mata yang tinggal satu-satunya
tampak mengerikan di sebelah
mata lain yang hancur
berantakan. Sesaat. ular itu
menggeleng-gelengkan kepala.
Di saat berikutnya. kepala yang
besar dan lonjong itu meluncur
ganas. Entah karena sudah
kehabisan tenaga, entah karena
matanya yang masih normal
tidak terbiasa bekerja sendirian
tanpa mata yang lain. namun 
yang pasti chucky  sangat
bersyukur kepada Tuhan ketika
ia sudah tidak berdaya untuk
mengelak, gerakan ular itu
justru sedikit menyamping.
Langsung menghantam batang
pohon. Berderak keras. dan
darah memercik ke mana-mana. 
   "Ya Allah," bisik chucky ,
merasa ngeri dan menjatuhkan
diri. Seraya berguling-guling ia
masih sempat memperhatikan
ular python yang semaput itu
meliuk-liukkan tubuh ke sana ke
mari. makin lama makin lemas.
namun  chucky  tidak mau
memilih kemungkinan ular itu
mati. dan merasa lebih baik
menghindar selagi si ular masih
hidup. Suara berdesir-desir
masih menyentuh telinganya
waktu ia berhasil menyambar
sepotong ranting sebesar 
   lengan yang patah bekas
sambaran ular. 
   Dengan ranting pohon itu ia
berusaha berdiri, kemudian
setengah merangkak berjalan
menjauhi tempat itu. Tanpa ia
lihat ia sudah yakin ular itu
akan mati. namun  ia tidak ingin
melihat bagaimana makhluk
yang hampir menamatkan
riwayatnya itu. meregang
nyawa. Dengan sekuat tenaga ia
terus merangkak,
kadang-kadang berdiri dan
berlari dengan bantuan tongkat.
Ia tidak tahu ke arah mana ia
menuju. 
   Semakin lama. ia merasa
semakin tidak tahu jalan mana
di hutan itu yang ia rambas.
Dalam kepanikan ia teringat
untuk memberikan tanda. Ketika
ia terbaring kelelahan di atas
rerumputan yang lapang. ia
mengangkat mengacungkan
pestol ke udara kemudian
melepaskan beberapa kali
tembakan. Sampai pelurunya
habis. Ia berharap ada yang
mendengar tembakan itu, dan
kemudian berusaha merangkak
tanpa tujuan. 
   Namun jauh dalam bathin ia
ragu-ragu apakah akan ada
yang akan datang sebagai juru
selamat. Kampung yang
berdekatan teramat jauh
letaknya. Kalaupun ada orang
yang mendengar, belum pasti
mereka bersedia memasuki
hutan larangan. 
   Tidak, tak akan seorang pun
yang mau mengambil resiko
untuk mati secara mengerikan
atau hilang lenyap tanpa bekas
di dalam hutan yang sejak lebih
dari seratus tahun dianggap
sebagai tempat bersemayamnya
arwah para penyihir. 
   Ingat pada kenyataan yang
pahit itu, chucky  mulai putus
asa. 
   Tubuhnya semakin lemah juga.
Dan pada saat ia tidak
mengetahui kalau ia justru
sudah mendekati pinggiran
hutan. ia kemudian merasa
bintang-bintang menari di
kepala, dunia berputar,
terangkat ke atas kemudian
jatuh dengan cepat menuju ke
bawah. Lalu tubuh chucky  pun
meluncur, berdebuk dengan
suara ribut karena terjatuh di
atas tanah yang berawa. Ia
merasakan kedinginan yang
amat sangat. Kemudian
semuanya menjadi hitam. Sepi
dan menakutkan. 
  
   Tiba-tiba chucky  merasa
didatangi seseorang. 
   "Kasihan, sayangku." bisik
orang itu. Sayup sayup. 
   Ia merasa pusing. Tergoncang.
Bayangan orang itu terlalu
samar untuk dilihat. namun 
aneh. Dengan cepat ia telah bisa
mengenalinya. 
   "Euis!" rungut chucky  penuh
harap. "Tolonglah aku." 
   "Mengapa. chucky " Mengapa
sayang" Tak pernah aku
menemukanmu dalam keadaan
semengerikan ini. Mengapa kau"
0, dengarlah tangisku.
Peganglah dadaku. Kau rasakan
denyut jantungku. chucky "
Terlalu! Terlalu benar. Ku tak
ingin dia membunuhmu sekejam
ini. 0. aku cuma meminta agar
saudaraku mempengaruhi
dirimu 
dengan kekuatan sorot matanya.
dan dengan kekuatan itu kau
harus mengakui aku sebagai
isterimu. membawa aku kembali
ke rumahmu menggantikan
kedudukan isteri Belandamu
yang sudah mati itu.?" 
   "Persetan dengan saudaramu,
Euis. namun  tolonglah aku"." 
   "namun  kutukmu padaku,
chucky ?" 
   "Kutukku" Apa yang telah
kuucapkan. Euis?" 
   "Kau mengusirku dan
saudaraku. Kau mengutuk
karena kami kau temukan
berzinah?" 
   "0. aku tak ingat itu. Kepalaku
sakit. Euis. Seluruh tubuhku
hancur-hancur rasanya... o.
tulang-tulangku seperti lepas
satu sama lain. 0. darah-darah
di tubuhku menggumpal.
Perutku melilit. Sakit, Euis!
Sakit sekali!" 
   "Tarik dulu kutukmu, chucky ." 
   "Aduh, kutuk apa" Sakit sekali,
Euis." 
   "Kau mengutuk keturunanku
dan saudaraku yang terlahir
dari hubungan kami. Akan
berzinah dengan saudaranya
sendiri. Apakah itu saudara
setingkat ataukah saudara
berbeda tingkat. Sesama anak
ibu. anak bapak, atau
sebagainya. Kau bilang...." 
   chucky  menggeliat. 
   "Sakit!" teriaknya dengan
suara lemah. tidak perduli pada
celoteh mulut Euis. "Racun apa
yang diberikan saudaramu itu,
padaku" Racun apa. Euis?" 
   "Ah, tadinya yang kuberikan
cuma ramuan pelupa ingatan."
"Pelupa ingatan" Tak tahu aku
itu." 
   "Ya. Agar ingatanmu pada
semua yang terjadi selama ini
lenyap. kecuali pada cintamu
atas diriku. pemberi ramuan itu.
0. tak tahu aku kalau saudaraku
memberikan ramuan lain yang
mematikan. O. chucky .
Maafkanlah dia. Maafkanlah." 
   "Aku memaafkannya, namun 
cepatlah berikan obat
penangkal." 
   'Tak mungkin. chucky ." 
   "Demi cintamu. Euis. Demi
cintaku!" 
   "Ah, kau telah mengusirku...." 
   "namun  kau menangis!" 
   "Aku cuma menangisi akhir
hidupmu yang malang.
Menangisi keinginanku yang
gagal." 
   "Keinginanmu?" 
   "Memperoleh tidak saja
dirimu. namun  seluruh harta
kekayaanmu. chucky ...." 
   "Ambillah semua apa yang
kumiliki. namun  lepaskan aku
dari siksaan ini." 
   "Percuma, chucky . Kau masih
punya anak. malah kudengar tak
lame lagi kau akan terima
cucu.?" 
   'Apa salahnya" O. sakit sekali.
apa salahnya Euis?" 
   "Mereka akan jadi
pewarismu." 
   "O. sudahlah, Euis. Jangan
berbelit-belit lagi. Tolonglah
aku.?" chucky  merasa ia
mengucurkan air mata. Sekujur
tubuhnya semakin berantakan
rasanya. Seluruh
tulang-tulangnya yang seperti
dibetot satu sama lain
menimbulkan keperihan yang
amat sangat. Ususnya la
rasakan hangus 
   terbakar, sedangkan
jantungnya perlahan-lahan
mulai rapuh dan sukar
berdenyut. 
   "Hentikan cumbu rayu itu,
Euis!" tiba-tiba terdengar
sebuah hentakan yang keras. 
   Wajah _Euis terangkat, lalu
terdengar sebuah tamparan.
Euis terjajar, memekik halus.
Kemudian samar-samar chucky 
melihat wajah saudara
wanita lesbian  yang telah ia usir
dari rumah itu. Sesosok wajah
keras dan kejam, dengan mata
seperti nganga jurang yang
hitam menjorok. Mulut laki laki
itu menyeringai. Giginya sama
hitam, kemudian ia tertawa.
Mengakak. Tertawa
sekeras-kerasnya. tidak
memperdulikan chucky  yang
merasa sudah mendekati ajal. 
   "Maafkan aku. saudaraku
terkasih!" bisik Euis seraya
memeluk laki-laki itu yang ia
sebut saudaranya itu. Mesra.
Yang dipeluk membalik,
kemudian menghentikan
tawanya. Pandangan matanya
yang hitam tak berkilau itu.
menusuk langsung ke mata Euis.
chucky  melihatnya. Melihat
bagaimana Euis dicium oleh si
lelaki. Kemudian seluruh tubuh
Euis dijamah dan diremas oleh
tangan lakilaki itu. Pakaian
yang melekat di tubuh Euis
kemudian melorot satu persatu,
disusul pakaian si lelaki.
Kemudian chucky  mendengar
dengus-dengus nafas yang
berpacu, erang dan rintih dan
seluruh ruangan gubuk di mana
mereka berada. seperti mau
runtuh. ' 
   chucky  menjadi nanap
matanya. 
   "Tuhanku!" ia berucap. 
   Dan tiba-tiba. ia merasa
kekuatannya pulih. Ia 
   menggerakkan sedikit
tubuhnya lalu membuka mata
dengan susah payah. Ia
mencium bau yang aneh, dan
kemudian melihat wajah seorang
wanita lesbian  muda yang cantik.
Menatap dengan pandangan
cemas ke arahnya. 
   "jessica  !" erang chucky .
Heran melihat kehadiran gadis
pemetik teh itu. 
  
   Bau yang aneh itu berasal dari
sebuah baskom. chucky 
melihatnya ketika gadis pemetik
teh yang duduk di pinggir tempat
tidur mencelupkan sebuah gelas
ke dalam baskom. Taburan
kembang berwarna warni
memercikkan air dan uap halus
mengebul ke udara. Gelas yang
sudah berisi air setengah itu
kemudian disodorkan pada
chucky . la menerimanya dengan
ragu-ragu. 
   "Harus kuapakan ini?" 
   "Minumlah. Juragan chucky ." 
   Alis chucky  mengernyit. 
   "... sudah pernah kukatakan
agar kau jangan..." 
   "Baiklah. chucky ,' potong si
gadis cepat-oepat. 'Habiskanlah
isi gelas itu kalau kau tidak mau
terbaring berlama-lama di
tempat tidur yang reot ini." 
   chucky  sebenarnya mau
muntah mencium baunya saja.
namun  ucapan si gadis
mengingatkan 
dirinya yang terkapar dengan
sebagian tubuh yang ngilu dan
seperti ditusuk-tusuk jarum,
terutama di bahunya. Minuman
itu tentu ramuan obat. Si gadis
sudah bersusah payah untuk
menyediakannya, mana mungkin
chucky  menolak" 
   Dengan menarik nafas agar
tak tercium baunya ia kemudian
mereguk minuman itu sekali
teguk. Terasa agak licin di
tenggorokan sehingga perut
chucky  kian melilit .Namun
perlahan-lahan ia sadari
minuman itu memberi
kehangatan pada dadanya.
Selama menekan rasa mual yang
menyerang perut diam-diam ia
merasa denyut-denyut yang tidak
mengenakkan di pundak mulai
mengurang. 
   "... bagaimana aku sampai
berada di sini?" tanyanya
kemudian, memperhatikan
keadaan di sekeliling. 
   "Ayah yang menemukanmu." 
   'Ooo.?" ucap chucky . Tidak
bersemangat. 
   la perhatikan keadaan kamar
itu. Peralatannya tidak banyak.
Cuma sebuah meja. dua potong
kursi kayu dan tempat tidur yang
kini menampung tubuhnya.
Ditambah sebuah rak pendek
dekat pintu. Melihat tumpukan
pakaian dalam rak dan sebuah
potongan kaca besar yang
disandarkan ke tembok. chucky 
mengira-ngira rak dan kaca itu
buat gadis penolongnya
berfungsi sebagai lemari
merangkap toilet. Dinding kayu
di sekeliling mereka bersih,
demikian iuga atap rumbia di
atas. Kalau tidak ada baskom di
atas meja tentulah udara di
kamar ini sangat nyaman.
lebih-lebih dengan jendela lebar
tak jauh dari kepala tempat
tidur. 
   Lewat jendela itu chucky 
melihat kebun palawija yang
tidak begitu besar berlatar
belakangkan hutan. 
   "Ayah sedang berjalan-jalan
menguatkan otot otot tubuhnya
yang kejang sesudah  sakit
beberapa hari," si gadis
menerangkan seraya mengikuti
pandangan mata chucky . "Ia
kemudian mendengar tembakan
di kejauhan. Lalu berlari ke
arah hutan. Di sana ia
menemukanmu terkapar.
Mula-mula ia kira sudah mati.
namun  sesudah  diseretnya keluar
dari dalam hutan ia lihat
ternyata kau masih hidup. ia lalu
membawamu ke mari, persis
ketika aku baru pulang kerja
dari perkebunan milikmu untuk
menemani ayah makan siang." 
   "Ayahmu baik sekali. Aku
berhutang budi padanya." kata
chucky  dengan jujur. 
   "Ah. anggaplah itu tugas
sesama manusia. Namun?" gadis
yang seingat chucky  cuma
mempunyai perbedaan satu
huruf dengan namanya sendiri
itu, tiba-tiba memandang
chucky  dengan aneh. '" jangan
kecewa kalau ayah nantinya
tampak kurang simpatik." 
   "Mengapa?" tanya chucky 
heran. 
   "ia kurang menyukai
kehadiran orang asing di rumah
ini." 
   "Lho!" 
   "Memang aneh, namun 
begitulah kenyataannya. Lebih
lebih kalau orang itu berasal
dari daerah perkebunan teh
juragan chuck ." 
   "namun ... bukankah kalian
bekerja di perkebunan itu?" 
   "Pekerjaannya yang kami cari.
Bukan orang orangnya." 
   "Aku tak mengerti.?" 
   "Kalau kau sering mendengar
desas-desus di kalangan
penduduk, kau akan mengerti,
chucky ." 
   Laki-laki itu menghela nafas. 
   "Jadi kalian pun percaya pada
hantu-hantu penyihir itu!"
keluhnya. 
   Si gadis tersenyum. 
   "Mungkin juga," katanya
tanpa nada. Dan tiba tiba
melengak lagi keluar lewat
jendela. "Nah, ayah sudah
pulang dari kebun." 
   Beberapa detik sesudah  si gadis
berkata dari pintu muncul
seorang laki-laki tinggi
semampai. Wajahnya tirus
dengan kulit yang hitam legam.
Tanpa kumis dan jambang
maupun jenggot. Seharusnya
rapi. namun  karena rambutnya
dibiarkan tumbuh acak-acakan.
jadi kelihatan seperti brewok. la
tersenyum tipis pada chucky .
Yang disenyumi balas
tersenyum, dengan hati yang
penuh tanda tanya. Betapa tidak.
Senyum tipis itu saja sudah
terasa tidak enak, lebih-lebih
lagi sinar mata yang berongga
dalam itu. Tidak ada senyum di
mata itu. Yang ada hanyalah
sinar mata tajam yang rasanya
sangat menusuk karena terjulur
ke luar dari rongga yang
menjorok. 
   '... sudah baik?" sapanya
pendek. 
   "Sudah. berkat bantuan Bapak.
Saya berterima kasih untuk.?" 
   "Ah. Tak usah berbasa basi.
Sudah kewajibanku untuk
menolongmu." 
   ia kemudian melemparkan
seikat ubi kayu ke 
   lantai. "Rebuskan ini untuk
teman minum kopi. Yati !' 
   
   Ditambah dengan segelas kopi
dan beberapa potong ubi rebus,
sore harinya chucky  merasa
sudah agak kuat. Canggung oleh
sikap ayah Sur-yati yang kaku ia
kemudian permisi untuk pulang.
Laki-laki setengah baya itu
tampak mengernyitkan semua
alis-alis di dahinya waktu
jessica  buru-buru berkata: 
   "Kau belum cukup sehat.
Juragan. Biar kutomani pulang."
   Namun orang tua itu tidak
mengucapkan katakata protes
sepatah pun juga. 
   "Mengapa tergesa-gesa?"
tanya jessica  sesudah  chucky 
bersama gadis itu berjalan di
atas jalan setapak tak jauh dari
rumahnya. 
   "... ah." chucky  mencari
jawaban yang terbaik. '" kasihan
kalau mang aidit  kehilangan
aku kembali !' 
   "Kehilangan?" 
   "Sudah beberapa kali ia
terpaksa mencari cariku
karena....' 
   "Ya?" desak Suyati sesudah 
chucky  terdiam lama. 
   "Ah, tidak apa-apa," jawab
chucky  buru-buru. Tidak
mungkin menceritakan
kisah-kisah aneh
yang dialaminya pada gadis
yang baru ia kenal ini. Memang
jessica  seperti sudah tidak asing
baginya. setidak-tidaknya
karena telah menolongnya hari
ini. Akan namun  kalau ia
bercerita tentang hal-hal
yang-aneh itu. Ia takut ia akan
menambah kecemasan yang
selama ini saja telah membuat
tidak tentram penduduk daerah
perkebunan itu. terutama para
pegawai-pegawainya. Dan
sebuah truk yang mendatang
dari arah pedesaan di mana
chucky  pertama kali turun
datang dari kota. menolongnya.
"Nah. Mau kan cegatkan
kendaraan itu untukku. Yati"
Aku belum kuat berlari...." 
   Si gadis mengangguk,
kemudian berlari-lari ke arah
jalan besar. 
   Truk itu berhenti. 
   'Terima kasih." kata chucky 
sesudah  berada di tepi jalan,
mengulurkan tangan untuk
bersalaman dengan jessica . 
   "Tak usah berterima kasih.
Kau belum sembuh betul." " 
   "0, kau baik sekali Yati. tak
akan kulupakan." 
   Sebuah kepala terjulur ke luar
dari jendela truk. 
   "Hai. Den chucky " Kita
bertemu lagi ya?" 
   chucky  menoleh. Ternyata
supir truk yang menjelang siang
tadi membawanya numpang.
chucky  melambaikan tangan. 
   "Mau kemana lagi?" tanyanya
sambil lalu. 
   "Mengambil sisa-sisa teh
untuk hari ini, Den chucky ." 
   "O," chucky  menjadi gembira.
Berarti truk itu langsung menuju
perkebunan miliknya. la
kemudian setengah terseok-seok
karena pinggangnya yang masih
sakit menuju ke pintu truk di
sebelah lain yang telah
dibukakan si supir. jessica 
nguntit di belakang seraya
memegangi lengan chucky 
seolah-olah takut kalau lelaki itu
terpeleset. chucky  mengucapkan
terima kasih lalu naik ke sebelah
supir. ia mau menutupkan pintu
ketika dengan heran. la
menyadari si gadis tidak mau
beranjak dari tempatnya berdiri.
rapat ke pintu truk. 
   'Ada apalagi. Yati?" tanyanya
heran. 
   Mata gadis itu memandang
tajam. Langsung menusuk ke
jantung chucky  sehingga yang
ditatap berdebar dadanya. 
   "Kau belum sembuh betul
chucky  !' 
   'Jangan khawatir. Besok aku
sudah...." 
   'Kalau kau bisa. namun  aku
membawa ini..." ia mengulurkan
sebuah bungkusan kecil yang
dibawanya semenjak dari
rumah. 'Hanya aku yang bisa
membuat
ramuan-ramuannya...." 
   chucky  berpikir-pikir sesaat.
Rasa herannya membuat ia
bertanya ragu: 
   'namun  ayahmu?" 
   "Ayah sudah sembuh. ia tak
akan marah kalau aku tidak
tidur di rumah malam ini...." 
   chucky  bimbang. Dalam
kebimbangannya, tanpa sengaja
ia menoleh pada supir. Sang
supir pura-pura membuang
muka. namun  bibirnya melepas
sebuah senyum. Wajah chucky 
bersemu merah. Ia tidak tahu
keputusan apa yang akan ia
ambil. Dan ia kemudian menjadi
heran mengapa dengan cepat
sekali ia tiba-tiba berkata: 
   "Baiklah!" lantas ia turun,
membiarkan jessica  naik lebih
dulu untuk duduk di antara supir
dengan dirinya. Kemudian truk
itu melaju menuju ke
perkebunan. 
   sesudah  agak jauh truk itu
berjalan, supir tiba tiba
memecahkan kesepian yang
mencekik di antara mereka: 
   "Ehm." ia mulai dengan batuk
kecil. "... ini trip saya yang
kesekian Den chucky . Saya sudah
empat kali pulang balik dari
perkebunan ke pabrik. Kali yang
keempat tadi, mang aidit 
mencari-cariku. Katanya ia
dengar dari orang-orang aku
membawa Juragan chucky 
dengan truk ini dan...." 
   chucky  tersenyum. 
   "Ia memang pelayan yang
baik. Tentu ia cemas sekali.
bukan?" 
   "Memang demikianlah. Den.
Ketika kukatakan Aden berhenti
di jembatan dan bermaksud
jalan kaki menempuh rawa-rawa
menuju ke hutan larangan...." 
   "Mang aidit  jadi, pucat, ya?" 
   'Pucat dan gugup, Den chucky ." 
   Wajah mang aidit  yang
setengah rusak itu memang
masih pucat ketika chucky  tiba
di depan rumah. Ia melihat
beberapa orang berkumpul
kumpul, ada yang membawa
kuda. Mang aidit  berlari-lari
menyongsong kedatangan
chucky  dan tanpa bisa menahan
dirinya langsung memeluk
tuannya itu. 
   "0. saya baru saja
mempersiapkan regu pencari,
Den," katanya dengan gugup.
"Aden tidak apa-apa?" 
   "Seperti kau lihat, Mang
aidit ." jawab chucky  terharu.
"Nah. barang kali kau sudah
kenal dengan jessica .' ia
menolehkan dagu pada gadis di
sebelahnya. "la termasuk salah
seorang pemetik teh yang telah
menolongku dan....' 
   Dan chucky  tiba-tiba
tertegun. 
   Mata mang aidit  yang masih
normal, tampak menyipit.
Karena mata itu tanpa alis,
kelihatan sangat tajam sinar
matanya dalam jilatan matahari
yang hampir jatuh tidur di ufuk
langit barat yang lembayung.
Sukar untuk menebak isi hati
orang tua itu dengan keadaan
wajahnya yang rusak dan 
   penuh gurat-gurat bekas luka.
namun  chucky  yang sudah
mengenalnya dengan baik.
menyadari kalau ada pancaran
ketidaksukaan pada mata mang
aidit  terhadap jessica .
Perasaan chucky  menjadi tidak
enak. Tak tahulah ia mau
memihak pada siapa. sampai
mang aidit  akhirnya membuka
mulut: 
   "Saya senang berkenalan
dengan Eneng.' 
   "Panggil saja saya Yati," si
gadis tersenyum. Manis. 
   Mang aidit  mengangguk.
Kemudian berjalan mendahului
kedua remaja itu menuju
kumpulan orang-orang. 
   "Masukkan kuda-kuda kembali
ke kandang." ia setengah
berteriak. "Ambil seekor anak
domba yang sudah cukup umur
untuk kalian bawa ke
perumahan dan berpestalah
kalian malam ini demi
keselamatan juragan kita
semua." 
   Orang-orang yang
berkumpul-kumpul dan dikenal
chucky  sebagai
pegawai-pegawai tetap
perkebunan tehnya yang diam di
perumahan di sebelah sana
bukit. bersorak-sorak gembira.
sesudah  mengucapkan terima
kasih pada chucky  dan Mang
aidit  mereka beramai-ramai
memasukkan kuda ke istal.
beramai-ramai pula menuju ke
kandang ternak lain di sebelah
istal. Ketika berjalan masuk ke
dalam rumah mengikuti mang
aidit  yang sudah melangkah
jauh lebih dulu. jessica  tiba tiba
bergumam: 
   "Tampaknya pelayanmu itu
mengatur segala sesuatu di
sini." 
   chucky  terlengak. Nalurinya
menangkap nada yang aneh dari
gumaman itu. Nada yang
terpancar dari sinar mata mang
aidit . Ketidaksukaan !
sesudah  mempersilahkan jessica 
mencari tempat duduk sendiri di
ruang tamu. chucky  langsung
pergi ke ruang tengah. ia tahu
kalau pandang mata gadis itu
tertuju pada
langkah-langkahnya yang sedikit
kaku. Pinggang chucky  memang
masih agak terasa sakit. Namun
ia gagah-gagahkan juga,
sekedar menjaga agar si gadis
tidak pula ikut ke ruang tengah
untuk membantunya berjalan.
Sampai di dalam, ia lihat Mang
aidit  sedang menurunkan
lampu gantung besar yang
sesudah  ia hidupkan sumbunya
langsung dinaikkan lagi ke atas.
kemudian mengikatkan tali
penaik turun lampu itu pada
sebuah pasak yang tersembul
pada dinding dekat tangga
menuju ruangan-ruangan di
atas. 
   "Mang aidit ..." 
   Pelayan itu tampak terkejut
dipanggil begitu tiba-tiba. 
   "Ya Den?" tanyanya. Aneh.
matanya memandang curiga
untuk pertama kali ke arah
majikannya. chucky  menyadari
hal itu dan membathin: "Ada
apa dengan mang aidit ?" 
   ?" kalau sudah selesai kau
hidupkan semua lampu-lampu.
tolong sediakan kamar untuk
Yati." 
   Wajah mang aidit  jadi
tegang. 
   "Kamar?" ' 
   "Lha. apakah kita harus
menyuruhnya pulang malam
ini?" 
   Ketegangan di wajah mang
aidit  mengendur. ia
mengangguk perlahan-lahan.
kemudian berjalan ke arah pintu
yang terbuka. dari mana tampak
koridor panjang yang di sebelah
sisinya merupakan dinding
dengan pintu-pintu kamar
berhadapan dengan halaman
samping rumah. 
   "Mang aidit ?" 
   Pelayan itu kembali lagi. 
   "Ya Den?" 
   "Mau ke mana kau?" 
   'Lho, bagaimana aden ini. Kan
katanya mau menyediakan
kamar....' 
   "Tidak. Untuk jessica  tak baik
kau sediakan salah satu dari
kamar-kamar pelayan itu,"
chucky  menunjuk ke koridor.
Telunjuknya kemudian
diarahkan ke lantai atas. 'Apa
tidak lebih baik kau siapkan saja
bekas kamar nenek moyangku
yang tak pernah terbuka itu?" 
   Tiba-tiba. mata mang aidit 
mengecil. Bibir. nya bergerimit.
tampak seperti membacakan
do'a do'a. Heranlah chucky .
Katanya: 
   "Ada apa. Mang?" 
   'Tidak." mengeluh mang
aidit . Kecut. "Kamar itu tidak
boleh diisi." 
   chucky  mulai jengkel. 
   'Apa-apaan ini" Kunci kamar
bekas isteri Belanda kakek
moyangku tidak pernah kau
berikan. Memakai kamar bekas
kakek moyangku. kau lantas
ribut. Apakah kau mau
membiarkan kamar kamar besar
itu menjadi lapuk dan runtuh
bersama 
   bangunan rumah yang
semakin tua ini" 0, jijik aku
mengingat kamar kakek
moyangku penuh debu dan
sarang laba-laba. seperti itu
jugakah keadaan kamar
isterinya?" 
   Mang aidit  menjadi pucat. 
   "Maafkan saya, Den chucky ,"
katanya berbatabata. Matanya
yang tinggal sebelah itu
berlinang linang. chucky 
tersadar. Untuk pertama kali ini
berkata keras pada pelayannya
ini. Phisiknya yang sudah
sedemikian menyedihkan
sepatutnya dikasihani. namun  ia
malah telah memarahinya
chucky  merasa menyesal.
namun  apa boleh buat. Ia
teringat pada sindiran jessica 
sebelum memasuki rumah tadi.
Seolah-olah mang aidit  yang
mengatur di rumah ini. bukan
dia sebagai pemilik dan majikan.
   "Hem!" gumam chucky .
"Sudahlah. Pokoknya, tempat
untuk Yati tidak pantas apabila
disediakan kamar pelayan." 
   Terbungkuk-bungkuk mang
aidit  menaiki tangga menuju ke
atas. 
   "Baiklah, Den chucky . Biar
kamar juragan chuck  saja
yang saya bersihkan..." 
   "Mengapa tidak kamar
isterinya?" 
   Mang aidit  tertegun di
puncak tangga. Selintas ia
memandangi potret-potret yang
tergantung berjajar di tembok
yang sejajar dengan tangga. ia
menghela nafas. Berat. Lalu
berkata. sama beratnya: 
   ?" setidak-tidaknya, kamar
juragan chucky  telah pernah
dijamah oleh den chucky !" Ia
menggeleng-gelengkan kepala
sesaat. Kemudian melanjutkan:
"namun  maafkan saya. den.
Kamar-kamar pribadi itu
terlarang untuk orang-orang
yang bukan termasuk penghuni
rumah ini. Karena itu. neng Yati
hanya boleh tidur di kamar Aden
sedangkan Aden terpaksa tidur
di bekas kamar kakek moyang
Aden." 
   "Aku tidak melihat bedanya,"
sungut chucky  seraya
mengangkat bahu. ia kemudian
memutar tubuhnya, berjalan
menuju ke ruang tamu.
Pelayannya memperhatikan
pemuda itu menjauh. Wajahnya
tampak menjadi murung. Lama
ia termenung di tempatnya
berdiri. sampai kemudian ia
menggeleng-gelengkan kepala
dan membuang nafas
banyak-banyak. sesudah  itu. ia
berjalan di atas lantai papan
menuju kamar juragan
chuck  yang pintunya masih
tertutup. Detak-detak langkah
kakinya yang halus terasa
menyentak-nyentak di ruangan
yang sepi senyap itu. kemudian
tertegun di depan ambang pintu.
Lalu terdengar suara berderit
nyaring ketika pintu itu ia buka. 
   Sementara mang aidit  dengan
perasaan terharu biru
bercampur takut membersihkan
kamar pribadi pendiri rumah itu
di atas. maka di ruang tamu di
bawah chucky  menemui gadis
pemetik teh yang kini menjadi
tamunya untuk menanyakan ia
ingin minum apa. 
   "... biar saya buatkan sendiri,"
sahut gadis itu tersenyum. la
rupanya baru saja mengalihkan
perhatiannya pada benda-benda
serba antik serta perpustakaan
buku-buku lama di ruang tamu
itu 
   ketika chucky  masuk. "Kau
sendiri minum apa. chucky ?" 
   "Kalau kau sudi, tolong
buatkan teh yang terpahit.
Mungkin akan menolong
pinggangku yang masih terasa
ngilu ini." 
   "Ramuan-ramuan yang akan
kubuat malam nanti akan
menolong menyembuhkan
pinggangmu. namun  baiklah,
akan kubuatkan juga teh yang
sangat pahit. sehingga lidahmu
akan segan mencicipinya." la
tertawa sesaat, disambut oleh
chucky . 
   "Boleh aku tahu. dapur di
sebelah mana?" 
   chucky  memberikan
petunjuk-petunjuk seperlunya,
kemudian membaringkan
tubuhnya yang terasa sangat
lelah di atas kursi panjang
berlapis tali-tali rajut. Lapisan
itu terasa amat keras. namun
agak lumayan dibanding dengan
ranjang kayu berlapis tikar di
rumah jessica . Pikirannya
kemudian bercabang. la
berminat mengganti iapisan
kursi-kursi tamu itu dengan busa
dan bulu domba. Kalau busa
dianggap sebagai pengaruh
modernisasi. apa salahnya diisi
dengan kapuk seperti halnya
kasur-kasur tempat tidur" 
   Kemudian lagi, pikirannya
tertuju pada gadis yang baru
saja menghilang ke ruangan
dalam. Sepintas lalu sebelum
menghilang ia sempat
menampak punggung gadis itu.
Lunak sekali bentuknya, dengan
pinggul yang padat dan
bergoyang lembut tiap kali
kakinya melangkah. Kaki si
gadis manis pula susunannya.
Mungkin tadinya putih. namun 
karena hidup di perkebunan
sering 
   terpanggang matahari
sehingga tampak agak
kecoklat-coklatan. Betis jessica 
kelihatannya agak keras.
Mungkin karena terlalu banyak
berjalan pulang pergi dari
rumahnya ke perkebunan ini.
namun  kulit pahanya tampak
halus, dan betisnya pasti akan
semakin halus kembali andai
saja ia tidak berjalan jauh
sepanjang hari. 
   Dan itu baru mungkin terjadi,
kalau jessica  tidak tinggal di
rumah ayahnya, melainkan di
rumah ini! 
   chucky  tersenyum memikirkan
kemungkinan itu. 
   Dan menjadi malu pada
dirinya sendiri waktu menyadari
jessica  sudah berada di
dekatnya tanpa diketahui. 
   "Melamun. chucky ?" 
   Ia menoleh. Wajah gadis itu
tampak berseriseri. semakin
cantik dalam suasana ruang
tamu yang dijilati lampu minyak.
Semenjak ia melihat gadis itu
untuk pertama kalinya waktu
beristirahat di tengah-tengah
perkebunan teh, chucky  telah
tertarik pada kecantikan gadis
itu. Diam-diam matanya
menjelajahi liku-liku tubuh
jessica  selagi si gadis
meletakkan dua cangkir teh di
atas meja. Dan buru-buru
mengalihkan mata ke arah lain
sesudah  si gadis duduk kembali di
tempatnya semula. 
   'Silahkah minum chucky . ' 
   Ia buru-buru duduk. Kemudian
menyambar cangkir teh pahit di
depannya. Uapnya mengebul 
   ke atas. Harum sekali baunya.
Rasanya lebih harum dari biasa.
chucky  berpikir-pikir. apakah
kelainan bau itu disebabkan
yang membuatnya bukanlah
seorang laki-laki setengah baya
dengan tubuh
terbungkuk-bungkuk dan wajah
rusak melainkan hasil tangan
seorang gadis cantik bertubuh
indah dengan wajah yang tiap
kali dilirik tiap kali tampak
semakin cantik" 
   "Enak!" gumamnya sesudah 
meneguk teh yang masih panas.
"Pahit. namun  terus terang
sangat enak." dan dalam hati ia
membathin: "Aneh, lebih enak
dari biasanya." 
   "Bolehkah saya pergi mandi?" 
   Pertanyaan itu mengejutkan
chucky . 
   'Oh. ya. Ya. Silahkan" Sudah
tahu tempatnya?" 
   "Sudah. ketika tadi pergi ke
dapur. namun ..." ia tampak
ragu-ragu. . 
   "Mengapa?" 
   "Aku takut." 
   "Hah?" chucky  terlonjak. 
   "Kamar mandi itu terlalu
besar. Baknya tinggi sekali. dan
kehitam-hitaman. Maaf, saya
bukan bermaksud tidak baik.
namun  angin yang berembus
dari lubang di atas talang.
membuat lampu teplok
berkibar-kibar.
Bayangan-bayangan yang
ditimbulkannya di kamar mandi
benar-benar membuat perasaan
saya tidak enak.' 
   "Nah," chucky  mendengus.
"Kau pun sudah mulai dijangkiti
perasaan cemas dari penduduk
terhadap isi rumah ini." 
   "Aku cuma berjaga-jaga,
chucky ." 
   "Hem. baiklah. Apakah harus
kutemani sampe ke dalam kamar
mandi?" tanya chucky  seraya
berdiri. 
   Si gadis memberengut. 
   "Idih. Belum apa-apa sudah
begitu.' 
   Mata chucky  meredup. 
   "Belum apa-apa?" bisiknya. 
   Wajah jessica  bersemu merah.
Dengan tersipu ia kemudian
bersungut-sungut: 
   'Jangan memandangiku seperti
itu." 
   "Mengapa, Yati?" chucky 
mendekat. 
   'Malu." 
   'Aduuuh !' chucky  tersenyum. 
   'E-eh. Mau menggoda apa
mau nemanin saya ke kamar
mandi?" jessica  buru buru
mengelak ketika pemuda itu
semakin dekat juga. Kemudian
berlari mendahului menuju ke
kamar mandi. Sambil berjalan
mengikuti gadis itu. chucky 
sendiri berpikir pikir dalam
hatinya. ia merasa aneh, namun 
ia juga tidak perduli pada
keanehan yang menimpa
dirinya. Mengapa begitu cepat
ia tertarik pada gadis yang
belum lama ia kenal. Bahkan di
dalam dadanya memekar
bunga-bunga yang mendorong
kelelakiannya untuk melepaskan
suatu naluri yang terpendam.
Naluri yang tidak pernah
terlampiaskan semenjak ia
meninggalkan Magdalena di
kota. 
   Magdalena! la tiba-tiba
teringat pada gadis itu. Dan
ajaib. la tidak ingin
mengingatnya terus menerus.
Karena. ia telah tiba di depan
pintu kamar mandi dan melihat
bagaimana jessica  membuka 
   pintunya hati-hati. la berdiri
diam menunggu sampai jessica 
masuk. Ia berharap akan melihat
pintu kamar mandi kembali
ditutupkan. namun  tidak. Pintu
itu tetap terbuka dan si gadis
tidak segera membuka bajunya.
Melainkan. menjulurkan kepala
ke luar dari dalam kamar mandi
dan berbisik: 
   "chucky " 
   'Nghm?" 
   'Kesinilah....' 
   chucky  mendekat. Ditarik oleh
kekuatan luar biasa yang
terpancar lewat sorot mata
gadis itu. _ Tarikan itu terasa
semakin kuat sesudah  wajahnya
semakin dekat dengan wajah si
gadis. dan semakin lama kuat
juga. la sama sekali tidak bisa
menghindar bahkan merasa
kehangatan yang luar biasa di
dalam dadanya ketika wajah
mereka saling beradu. Bibir
gadis itu terasa panas
membakar waktu mencercah di
bibir chucky . sesudah  itu. pintu
kamar mandi tertutup. chucky 
termangu mangu di luar.
Ciuman yang singkat itu masih
menghangati bibirnya ketika
dekat telinganya ada suara
berbisik diiringi hembusan angin
yang sangat dingin: 
   'Jangan permainkan diriku,
kekasih...!' 
   Terkejut. chucky  memandang
ke sekelilingnya. Lengang dan
sepi. Tak ada siapa-siapa,
sementara dari kamar mandi
terdengar bunyi air diguyurkan
diiringi suara jessica 
menggumamkan sebuah lagu
daerah. 
   chucky  gugup. Siapa yang
berbisik itu" Gadis pemetik teh
tidak mungkin! Gadis itu sedang
membersihkan tubuhnya di
dalam kamar mandi. Lagipula ia
bernyanyi-nyanyi kecil. chucky 
melirik lagi ke sana ke mari.
Tetap tidak ada siapa-siapa Dan
angin dingin menerpa tubuhnya
semakin keras. chucky  merasa
terdorong dengan kuat. Ia
terhuyung-huyung. Kemudian
tubuhnya membentur dinding.
Pinggangnya yang sakit kambuh
kembali. 
   chucky  mengeluh: 
   'Siapa kau" Siapa kau?" 
   Dan bisikan itu mendesir lagi. 
   'Jangan permainkan diriku.
Jangan permainkan diriku"." 
   chucky  memekakkan telinga. 
   'Jangan..."
Ditutupnya dengan jari telunjuk.
   'Jangan permainkan diriku.
Jangan....' 
   chucky  menggigil.
Kedinginan. Semakin lama
semakin dingin. Semakin keras
pula bisikan di tubuhnya Dan
bisikan itu menghunjam terus.
Mendesir terus, menembus
jari-jari yang menutupi 
   telinga. menembus selaput
telinga terus ke otak, disertai
angin dingin yang menderu-deru
menyakitkan. Seluruh
persendian di tubuh chucky 
gemetar dengan hebat. Ia tak
tahan. Benar-benar tidak tahan.
Lalu berteriak keras-keras: 
   "Tidak! Tidaak ! Tidaaaaak !" 
   la goyang goyangkan
tubuhnya ke kiri kanan. Dan
tiba-tiba ia membentur sesosok
tubuh. Lunak dan hangat.
chucky  membuka matanya yang
terpicing sejak ia membentur
dinding. 
   "Ada apa. chucky " Ada apa?" 
   la menghela nafas. Angin
dingin itu mati dengan tiba-tiba.
   "Ndak," jawabnya gugup.
"Maafkan. aku mengejutkanmu
bukan" Sudah selesai kau mandi,
Yati?" 
   "Sudah, namun ..." 
   "Ah. Cuma pinggangku
rasanya sakit sekali. Aku tak
tahan dan jeritanku lepas begitu
saja!" 
   jessica  yang tampaknya
mengenakan pakaiannya dengan
bergegas-gegas lantas
membimbing chucky 
meninggalkan ruangan yang
pengap dan gelap itu. Mereka
tiba di ruangan tengah persis
dengan saat mang aidit 
bergegas-gegas turun dengan
langkah langkah kakinya yang
terseret-seret itu. Melihat kedua
insan itu muncul dari arah
kamar mandi di mana chucky 
dibimbing oleh jessica , ia
tertegun. Pandangannya dengan
curiga tertuju kepada si gadis
yang tidak memperdulikannya.
'Bantu Den chucky  ke kamar
tidurnya. Mang 
   aidit ." ujar jessica . "Saya
akan membuatkan ramuan
obat...." 
   Kecurigaan di mata mang
aidit  melenyap. Segera ia
memburu dan kemudian
menerima tubuh chucky  yang
lemas sekali dari tangan jessica .
Perlahan-lahan ia membantu
majikannya itu menaiki tangga.
chucky  yang masih sadar
berusaha berpegang sekuat
tenaga ke bahu pelayannya.
Sebaliknya si pelayan
berpegangan pada tangan
tangan yang mendaki terus ke
atas. Susah baginya membawa
tubuh majikannya yang
kehilangan tenaga itu sementara
ia sendiri harus terseok-seok
dengan kakinya yang salah
satunya tidak normal lagi.
Wajah pelayan itu basah kuyup
oleh keringat begitu ia selesai
membaringkan tubuh chucky  di
atas tempat tidur. 
   "Tenang. Den. Tenanglah," ia
coba membujuk ketika chucky 
masih menggigil seraya
mengerang erang. 
   "Seluruh tubuhku dingin,
Mang. Seluruh tubuhku...." 
   "Aku akan mengambilkan
minuman hangat." 
   "Tidak. Cepat bantu jessica 
membuatkan ramuan itu." 
   Mang aidit  ragu-ragu.
Dengan wajahnya yang masih
pucat pasi, chucky  membentak. 
   "cepat kubilang!" 
   Terbungkuk-bungkuk mang
aidit  meninggalkan kamar itu.
Terbungkuk-bungkuk pula ia
menuruni tangga. Tiba di
bawah. ia memandang ke atas.
Dan tiba tersadar. Tanpa ia
sengaja. ia telah membaringkan
tubuh chucky  di tempat tidur
pemuda itu sendiri. Bukan di
tempat tidur kakek moyangnya.
Sesaat, ia kebingungan.
Membiarkan keadaan itu terus
demikian berarti memberi
kesempatan pada gadis yang
hampir sama namanya dengan
nama majikannya itu, tidur di
kamar juragan chuck .
Tidak, itu tidak boleh terjadi! 
   Namun mang aidit  belum
sempat untuk memutuskan
apa-apa ketika dari arah dapur
muncul jessica  membawa
baskom berisi air panas. Ketika
melewati mang aidit  gadis itu
tidak berbicara sepatah pun.
Matanya justru menatap tajam
pada mang aidit . membuat
yang ditatap merasa tidak enak.
Lebih-lebih tidak enak lagi
perasaan mang aidit  melihat isi
baskom. Selain air panas, juga
bunga-bunga warna dan
beberapa potong akar akaran.
Tercium olehnya bau yang
sangat menusuk hidung. Bau
yang aneh.... 
   Mang aidit  mau mencegah
namun  jessica  sudah masuk ke
kamar tidur majikannya. ia
menjadi gugup. Sebenarnya ia
bisa memanggil orang untuk
mencarikan manteri kesehatan
di desa terdekat. Dekat rak
perpustakaan di ruang tamu
juga banyak obat-obatan. 
   "Bah. Mungkin ramuan
kampung lebih mujarab,"
akhirnya ia menggerutu sendiri. 
   Dan dari atas terdengar
seruan lembut: 
   "Bawakan sebuah gelas,
Mang!" 
   Mang aidit  menghela nafas.
Bersungut-sungut 
   "Gadis itu mulai pula
memerintah diriku!" 
   Namun ia bergegas juga ke
dapur mengambil gelas dan
kemudian membawanya naik ke
atas, ke kamar tidur majikannya.
Di sana, matanya yang tinggal
sebelah yang bekerja baik,
memperhatikan jessica 
mengacau ramuan obatnya.
Ketika gelas berisi air ramuan
itu disodorkan si gadis ke mulut
majikannya, tangan mang aidit 
bergerak untuk mencegah.
namun  chucky  sudah menerima
uluran gelas itu, dan
mendekatkan ke mulutnya
sendiri. Mang aidit  menggigit
bibirnya yang sudah tidak tentu
bentuknya itu waktu
memperhatikan bagaimana jari
jemari jessica  mencengkeram
jari jemari chucky  yang
memegang gelas dan
menekannya terus sampai isi
gelas habis diminum oleh
majikannya. Semakin dalam
giginya mengigit ketika di saat
berikutnya jessica  terus
menggenggam tangan chucky ,
sementara majikannya itu
dengan nafas terengah-engah
berucap: 
   "Terima kasih Yati, terima
kasih!" 
   Mang aidit  cuma bisa
mengeluh menyadari ia tidak
diperhatikan sama sekali oleh
majikannya. Sedangkan jessica ,
dengan tenang memintanya agar
keluar meninggalkan mereka. 
   "Tak akan lama Den chucky 
sudah baikan kembali," bisiknya.
   Mang aidit  mencoba
memperhatikan majikannya.
meminta pendapat. namun 
chucky  benar
benar sudah terpengaruh oleh
kehadiran gadis cantik yang
telah menolongnya lagi untuk
kesekian kalinya itu. Pelayan itu
merasa terluka di hatinya. Ia
kemudian bergerak mundur.
Kakinya terseret-seret. Lesu. Ia
terus turun dari tingkat atas ke
bawah. Melewati anak tangga
demi anak tangga.
Sebentar-sebentar tertegun.
Memandang potret-potret yang
bergantungan di dinding yang
sejajar dengan anak tangga. ' Di
depan potret juragan chuck 
wajahnya pucat sekali dan ia
menggumam: "Maafkan saya.
juragan suci!" 
   Dan di depan potret kakek
chucky , anak dari 
juragan chuck . ia
bergumam pula: "Tolonglah
cucumu." Pada potret ayah
chucky  ia berbisik: "Tolonglah
anakmu." 
   Dan ia mau meminta
pertolongan pula ketika.
memperhatikan potret paman
chucky . namun  pandangan mata
dari potret itu membuat
tubuhnya gemetar. Tidak. Tak
pernah mang aidit  berhasil
berhadapan dengan tenang
dengan paman chucky .
Laki-laki itulah yang membuat
wajahnya rusak berat. Yang
menyebabkan sebelah kakinya
terpincang-pincang. Terbayang
di mata pelayan itu bagaimana
wajah paman chucky  yang
bagus dengan bangun tubuhnya
yang gagah itu, mati di kursi
malas. Terpancang pada
sandaran kursi oleh sebilah
pedang yang ditusukkan oleh
tangannya sendiri. Dan tangan
paman chucky  ditumbuhi
bulu-bulu yang panjang. dengan
kuku-kuku yang 
   runCing-runcing memanjang
pula. 
   Mang aidit  mendengus. 
   Kemudian meloncat turun. la
menyeret-nyeret kakinya dengan
susah payah menuju pintu
samping. sesudah  membukanya,
ia menghirup udara pekarangan
yang segar. Langit di atas
tampak membiru. Bulan
bertengger dengan mekarnya
menerangi permukaan bumi. 
   "Wahai, sudah purnama
kiranya." ia berbisik sendiri. 
   Tampak bola matanya
bersinar-sinar. 
   sesudah  cukup lama
memandangi bulan itu, ia
kemudian melangkah sepanjang
koridor. Tiba di depan kamarnya
sendiri. ia membukanya dengan
hati-hati. Kamar itu gelap. la
meraba kantong. Mengeluarkan
korek api dan menyalakan
sebuah lampu teplok di dinding.
Ruangannya tidak begitu lebar
itu tampak sangat sederhana
akan namun  bersih dan teratur
perabotannya. Perlahan-lahan
ia membungkuk ke arah kaki
tempat tidur yang rapat di
dinding. Digeserkannya kaki
tempat tidur itu dengan
hati-hati. Dalam jilatan lampu
dinding ia memperhatikan ubin
yang agak rekah lalu
mengangkatnya pula. Ternyata
di bawah ubin itu ada lekukan
kecil terbuat dari papan. Dari
dalam lekukan itu. pelayan yang
dipercaya chucky  itu kemudian
mengeluarkan sebuah anak
kunci. 
  
   Di kamar tidur, chucky 
rupanya sudah mulai tenang dan
tidak menggigil lagi. Dalam
keadaan setengah sadar
setengah tertidur ia berbisik
lemah: 
   'Yati?" 
   "Nghm?" si gadis
menggenggam tangannya erat
erat. 
   "Maukah kau....' 
   'Ya. chucky ?" wajah gadis itu
mendekat. 
   "Maukah kau... tidur
bersamaku malam ini?" 
   Bersemu merah wajah si
gadis. Lama ia tidak menjawab
dan cuma memperhatikan mata
chucky  yang penuh harap.
Lantas sesudah  cukup lama
berpikir ia akhirnya
menganggukkan kepala dan
berkata: 
   'Asal kau tidak nakal!" 
   jessica  tersenyum. ' 
   "Kau baik sekali, Yati." 
   'Jangan katakan itu, sayang." 
   Mata chucky  yang sudah
setengah mengantuk. nyalang
terbuka. 
   "Apa katamu?" tanyanya
bernafsu. 
   jessica  menunduk. Mencium
bibir pemuda itu berlama-lama
sehingga chucky 
terengah-engah nafasnya. 
   '" aku sayang padamu. chucky .
Aku sayang padamu." 
   "Yati...." 
   Tidurlah. Tidurlah dengan
rasa sayangku." 
   "Berbaringlah di sebelahku.
Yatiku sayang!" 
   Dengan canggung. gadis itu
naik ke tempat tidur dan
berbaring di sebelah chucky .
Pemuda itu 
memeluknya dengan hangat dan
erat. seperti tidak akan
melepaskannya lagi. jessica 
balas memeluk. Mata chucky 
terpejam, namun  mata jessica 
tidak. Sepasang bola matanya
yang bundar nyalang menatap
kelambu di atas mereka.
menembus kelambu itu, menatap
dinding loteng, menembus loteng
entah menatap apa lagi dalam
angan angannya yang
melambung. Tak lama kemudian
nafas chucky  mulai teratur dan
pemuda itu mendengkur dengan
halus. 
   Perlahan-lahan jessica 
melepaskan diri dari pelukan
chucky . Pemuda itu ternyata
telah tidur. Gadis itu kemudian
meluncur dari tempat tidur.
Hati-hati sekali. Dari sana ia
terus berialan ke meja baca. Ia
dekatkan lampu pada sehelai
kertas yang dihimpit oleh sebuah
pulpen. Karena matanya agak
kabur oleh rasa panas yang
terlempar dari semprong lampu
ia mengucek-nguceknya sesudah 
itu mulai membaca tulisan yang
tertera diatas kertas: 
   "Magdalenaku yang kurindu?"
   Ternyata surat itu adalah surat
yang tak pernah selesai ditulis
oleh chucky . Diam diam,
jessica  memandangi chucky 
yang tertidur pulas di atas
tempat tidur. Sorot matanya
berkilau dalam jilatan cahaya
lampu, dan mulut gadis itu
tersenyum tipis. Ia kemudian
mau meneruskan membaca
ketika telinganya menangkap
suara halus di luar pintu. 
   jessica  menjadi tegang. Diam
mendengarkan. 
   Mata mang aidit  sempat
menangkap perubahan letak
cahaya dari sela-sela bawah
pintu kamar tidur majikannya.
Cepat-cepat ia merapatkan
tubuh ke dinding. Dengan muka
tegang ia menunggu. Menunggu
dengan nafas yang ditahan
sekuat-kuatnya. namun  pintu
kamar tidak terbuka. Tak ada
suara menyapa ataupun wajah
yang keluar untuk
memperhatikan gerak geriknya.
ia bernafas lega. Dan
perlahan-lahan berjalan
setengah mengingsut ke sudut
koridor atas yang berlawanan
dengan arah kamar juragan
chuck . ia segera tiba di
pintu kamar tertutup yang
semenjak chucky  datang ke
perkebunan ini belum pernah
menjamahnya. 
   Dan kini mang aidit 
mengeluarkan anak kunci. 
   Dimasukkannya hati-hati ke
dalam lubang kunci pintu.
Dengan merapatkan telapak
tangannya yang satu di bagian
lubang kunci Itu ia bisa
menahan suara berdetak ketika
anak kunci ia putarkan. Sesaat,
ia diam menunggu. Tidak ada
garak atau suara mencurigakan
dari arah kamar 
majikannya. 
   ' la menghela nafas lega,
namun tampak gelisah ketika ia
mulai mendorong pintu kamar
bekas istri Belanda juragan
chuck  itu. Gelap sekali di
dalam. Tidak ada lampu sama
sekali. Sinar lampu gantung di
ruang tengah yang sejajar
dengan koridor atas tidak
mencapai kamar sehingga
sejenak mata mang aidit  seperti
buta. Bau-bauan yang aneh
menyerbak keluar dari dalam
kamar. 
   Mang aidit  menarik nafas. 
   Kemudian menerobos masuk
lantas menguncikan pintu
perlahan-lahan. Tiba didalam ia
membiasakan diri dengan
kegelapan. Lama ia bertegak di
tempatnya berdiri, sampai dari
tengah-tengah ruangan yang
selama ini ia rahasiakan pada
majikannya. terdengar sebuah
suara yang berat dan parau: 
   "... kau itu, aidit ?" 
   Mang aidit  melepas nafas
panjang. 
   "Ya, Ayah!" 
   Sesaat sepi mencekam, Mang
aidit  duduk bersimpuh di
lantai. Dia menanti. Matanya
mencoba menembus kegelapan.
tepat ke tengah-tengah ruangan.
Di atas tempat tidur dalam
kelambu yang pasti tertutup
samar-samar ia melihat
bayangan sesosok tubuh sedang
duduk mencangkung. la
seolah-olah melihat bintik-bintik
mata yang berkilauan dari balik
kelambu itu. Bintik-bintik mata
yang memandang tajam ke arah
dirinya. Dingin dan menusuk. 
   "... sudahkah bulan purnama?"
"Sudah. Ayah." 
   Diam lagi. Lama sekali. Yang
terdengar cuma helaan-helaan
nafas yang berat berulang-ulang
dari atas tempat tidur, disusul
oleh bunyi mulut kemak-kemik
membacakan mantera dan
doa-doa yang tidak bertitik
koma. Bau menyan menyapu
hidung mang aidit . bercampur
baur dengan bau bauan lain.
Ruangan yang tertutup rapat itu
membuat sesak nafasnya, namun 
karena sudah terbiasa ia
sanggup juga untuk tetap duduk
bertahan dan tidak segera kabur
dari dalam kamar yang
suasananya tidak mengenakkan
Itu. 
   Laki-laki yang duduk
mencangkung di atas tempat
tidur tiba-tiba merubah posisi.
Kini berbaring. Sangat
perlahan, tanpa menimbulkan
suara meski mang aidit  yakin
besi-besi tempat tidur yang
sudah karatan itu. tidak pernah
diminyaki. 
  
   "Aku lelah sekali. aidit .
Selama bertapa di tujuh gunung,
tenagaku sudah hampir punah.
Kalau tak mengingat tugas-tugas
yang dibebankan pada pundak.
maulah aku menolak
permintaanmu untuk kembali ke
rumah ini. Dan kini sudah bulan
purnama. Genap sudah tapaku.
Genap pula rencana dari pihak
lain yang sewaktu-waktu siap
dijalankan.?" 
   "Mereka sudah siap, Ayah."
mang aidit  memberanikan diri
memotong. 
   Tak ada sahutan. 
   lama mang aidit  menunggu.
sampai dari tempat tidur lepas
lagi beberapa helaan nafas yang
disusul oleh pertanyaan yang
sangat tenang: 
   "Bisa kau katakan dengan
jelas?" 
   "... seorang asing telah
memasuki rumah ini." 
   "Bau tidak enak itu pun
kucium. aidit . namun  siapakah
orang asing itu?" 
   "Seorang gadis." 
   "Seorang gadis..." dari tempat
tidur kalimat itu diucapkan
berulang. 
   "Seorang gadis. Ha!"
bayangan yang berbaring
tiba-tiba terduduk, kemudian
mencangkung seperti semula.
Ada hembusan hembusan nafas
berat berkepanjangan.
Kemudian: 
   "Kau harus melakukan
sesuatu, aidit ! 
   "Ya, ayah?" 
   "Lakukanlah sesuatu yang bisa
menyebabkan mereka memulai
tindakan!" ujar orang di tempat
tidur. Ia menghela nafas sesaat.
Kemudian suaranya terdengar
puas: 'Telah tiba waktunya bagi
kita untuk bertindak!" 
   Mang aidit  perlahan-lahan
berdiri. 
   Begitu berdiri. ia membuka
pintu tanpa menjaga suara lagi.
Keras sekali ia memutar
kuncinya. dan tiba di luar segera
menutupkan pintu itu kembali.
Suara hantaman pintu lebih
keras lagi memecahkan kesepian
malam. Reaksi dari tindakan
pelayan itu segera muncul. Pintu
kamar tidur majikannya terbuka
dengan cepat. Sebuah kepala
terjulur ke luar. disusul oleh
sesosok bayangan tubuh. Tubuh
seorang wanita lesbian . Dalam
jilatan cahaya lampu. kedua
bola mata wanita lesbian  itu
bersinar-sinar dengan tajam. 
   "Siapa itu?" serunya. 
   Mang aidit  tegak dengan
muka tegang di depan pintu
kamar yang barusan ia tutupkan.
   "Aku Neng Yati!" 
   wanita lesbian  yang ternyata
jessica  itu terjengah sesaat.
Matanya dengan liar
memperhatikan wajah pelayan
itu seraya lebih mencondongkan
lampu ke depan. la bergidik
sesaat sesudah  cahaya lampu
yang menembus kegelapan
menangkap raut wajah mang
aidit  yang rusak hebat itu.
namun  rasa takut cepat-cepat ia
tekan dan dengan tidak berpikir
panjang ia bertanya tegas: 
   'Apa kerjamu di situ?" 
   "Akulah yang bertanya, Neng
Yati. Apa kerjamu di kamar den
chucky ?" 
   "Cuma menidurkannya dan"." 
   "Dan?" tantang pelayan itu. 
   Mata jessica  membelalak. 
   "Tahan mulutmu. pelayan!" 
   Wajah mang aidit  memerah
padam. Darah naik ke
kepalanya. 
   "Mengapa" Takutkah
rahasiamu terbuka?" rungutnya
lantang. "Pikiranmu buruk dan
busuk. pelayan!" 
   "Hem!" si gadis tiba-tiba
mendesis. 'Kau mau
menyembunyikan sesuatu dariku.
eh" Menutupinya dengan
berbincang kata?" ia kemudian
maju 
   ke depan dengan berani.
"Minggir kau. pelayan!
Sebaliknya. mang aidit  juga
maju. 
   'Jangan coba-coba!"
senggaknya. 
   "Kau menyembunyikan sesuatu
di kamar itu. Kau
menyembunyikannya !" 
   "Tinggalkan rumah ini. Neng
Yati. Tinggalkan rumah ini
segera." 
   "Tidak. Tak sudi aku kau
perintah. Bukan kau yang
berkuasa.?" 
   Sekali sentak. lengan jessica 
terenggut oleh tangan mang
aidit  yang kukuh. Tangannya
yang lain berusaha menampar
namun  segera pula dibetot oleh si
pelayan. 
   "Lepaskan aku!" memekik
jessica . 
   namun  si pelayan justru
membetot lebih keras. Lampu di
tangan jessica  jatuh ke lantai.
Berdering bunyi semprong
kacanya yang pecah. Minyak
yang tertumpah dijilati api.
Sambil mendorong tubuh si
gadis si pelayan
menginjak-injakkan kaki di atas
api. Ia meringis menahan rasa
sakit namun  api itu berhasil ia
padamkan. Dengan sekali
dorong, tubuh si gadis berguling
ke arah tangga terus ke bawah.
Pekikan halus mengiringi
gerakan tubuh gadis itu
meluncur dan terhenyak di
lantai bawah. 
   "Kau... kau...." ia mengerang. 
   "Masih belum mau keluar
juga?" dengus mang aidit  dari
puncak tangga. 
   "Sialan kau, pelayan bermuka
buruk. Menyesal aku memberi
ramuan yang membuat
majikanmu tertidur pulas. Kalau
tidak. ia pasti sudah terbangun
untuk membanting dan
membunuhmu." 
   Tiba-tiba mang aidit  tertawa.
   "Jadi senjata makan tuan, ya"
Ramuanmu justru mencelakakan
dirimu sendiri. Karena itu.
segeralah enyah. wanita lesbian 
picisan !' 
   "Ou!" gadis itu mengerang
dengan suara sakit. 
   "Eh. masih belum mau pergi?"
dengus mang aidit  lalu
meluncur turun dengan kaki
terseret seret dari atas dan tiba
di bawah langsung mengangkat
tubuh si gadis yang bersikeras
bertahan pada kaki tangga.
Selama beberapa saat mereka
bergulat dan kali ini si gadis
mempergunakan taktik lain. Ia
gigit tangan mang aidit  yang
membetot pundaknya dan
sebelah kakinya menendang
selangkangan mang aidit .
Pelayan itu menjerit tertahan,
pegangannya terlepas. 
   Begitu dirinya bebas, jessica 
berusaha menaiki tangga. 
   Teriaknya. 
   "Akan kubongkar isi kamar
yang kau rahasiakan itu. Akan
kubongkar!" 
   "Tak bisa. anak setan!" gerutu
mang aidit  dan dengan
melupakan rasa sakitnya ia
melonjak-lonjak menaiki anak
tangga demi anak tangga
menyusul si gadis. Tiba di lantai
koridor atas kaki gadis itu
terpegang olehnya sehingga
tubuh yang bertahan pada kaki
itu jatuh terjerembab. jessica 
terpekik lengking. 
   "Terkutuk kau, pelayan.
Terkutuklah kau !" 
   la terus mengutuk selama
diseret oleh si pelayan menuruni
tangga terus melewati ruangan
tengah yang lebar. Menjelang
pintu keluar mang 
   aidit  agak tertegun ketika
memandang patung pualam
didekat patung besi. Seolah olah
ia melihat mata patung itu
bercahaya. Bergidik tubuh mang
aidit . dan membuang pikiran
mengerikan yang selintas
mengisi benaknya. 
   ia yakin pada kekuatan yang
membantunya dari balik pintu
kamar bekas isteri juragan
chuck . Dan dengan
keyakinan itu ia terus menyeret
jessica  keluar rumah. Dari
teras. ia kumpulkan tenaga
sekuat-kuatnya dan tubuh si
gadis itu meluncur ke halaman.
jatuh menggelimpang di atas
rerumputan. 
   'Nyah dan jangan coba-coba
kembali memasuki rumah ini,
Neng Yati. Kalau tidak aku akan
membunuhmu !" 
   Kemudian ia membantingkan
pintu besar sampai tertutup.
Keras sekali. Sehingga terasa
memecahkan kesepian ruangan.
menimbulkan suara menggaung
yang tinggi dan sambut
bersambut ia bergidik sesaat.
merasa ada tarikan pada
pundaknya dari arah patung
pualam. 
   Dengan susah payah mang
aidit  menyeret kakinya yang
pincang itu untuk menjauh.
Terbayang di matanya saat-saat
mengerikan ketika paman
chucky  sedang berpelukan
dengan patung pualam itu.
Adegan yang sama ia lihat. juga
dilakukan oleh chucky . namun 
bukan itu yang membuatnya
ngeri. 
   Yang ia takutkan adalah
saat-saat di mana ia harus
berjuang melawan patung besi
yang hampir jatuh akibat
gerakan tubuh paman chucky 
dengan 
   patung pualam itu. Patung
besi itu jatuh menimpa kakinya.
sementara wajahnya penuh
darah oleh cakaran yang sempat
dilancarkan oleh paman
chucky . 
   Dengan kaki terseret-seret ia
terus menaiki tangga. menuju ke
kamar yang tadi ia tinggalkan.
Sementara itu. di luar rumah
jessica  menangis tersedu-sedu.
Sekujur tubuhnya terasa sakit.
Lebih-lebih hatinya. Seraya
mencium tanah berumput ia
meratap: 
   "Mereka menyiksaku, Ayah.
Mereka menyiksaku!" 
   Lalu tiba-tiba ia tertengadah.
Menatap bulan. Tepat di
pertengahan langit. Terang
bagaikan matahari. Sepasang
mata jessica  bersinar-sinar di
antara butir-butir air bening
yang melelehi pipinya. Mulutnya
kemak-kemik di antara sedu
sedan. dan tiba-tiba ia
menengadahkan kedua lengan ke
udara. Dengan wajah tertuju
tepat pada bulan purnama. ia
mengerang: 
   "Purnama, 0 purnama.
Bangunkan dia untukku.
Bangunkan dia untukku.
Semenjak lahir aku diajar untuk
mencintaimu, purnama. Telah
lama pula aku mengabdikan diri
padamu. 0. purnama.
Bangunkan dia untukku.
Bangunkan dia, purnama!" 
   Kemudian ia berdiri.
Terhuyung-huyung. 
   Kakinya gemetar. Angin
malam yang dingin menyapu
tubuhnya. namun  ia tidak
perduli. Sekilas ia menoleh ke
samping atas, ke arah jendela
kamar tidur chucky  yang masih
tertutup. sesudah  itu, 
   ia berjalan terseok-seok
meninggalkan pekarangan
rumah besar itu. makin lama
makin cepat dan akhirnya ia
berlari-lari menembus udara
malam yang dingin menusuk
tulang. 
   Ia berlari dan terus berlari
dengan air mata yang
berlinang-linang.  
   Seperti dibangunkan oleh
kekuatan gaib, chucky  tersadar
dari tidurnya. Mula-mula
matanya terpantang lebar,
menatap kelambu yang putih
bersih. Kemudian, matanya
terpejam. Mengingat ingat. Lalu
ketika matanya terbuka kembali.
ia menoleh ke samping. Tempat
di sisinya kosong. ia raba.
Dingin. namun  bantai di
sebelahnya sedikit cembung.
Jelas baru saja ditiduri orang
lain. 
   "Yati...." ia berbisik. 
   ia coba bangkit. Susah sekali.
namun  sesudah  duduk di tepi
tempat tidur dan menggelengkan
kepalanya yang terasa berat
berulang ulang, ia memperoleh
kekuatan kembali. Matanya
terasa sangat mengantuk dan ia
ingin untuk terus tidur, namun 
hatinya menyuruhnya agar terus
berjaga jaga.
ia tidak tahu mengapa. Ia
bahkan tidak yakin kalau ia
dalam keadaan bangun dan
sadar ataukah bangun di dalam
mimpi. Lantas ia menolehkan
kepala sedikit waktu terdengar
bisikan halus: 
   "chucky ...." 
   Tubuh chucky  menggigil. 
   "Bangkitlah, chucky . Sudah
tiba waktunya kau menemuiku!" 
   ' "Euis!" desah chucky .
Mulutnya terasa sukar
mengucapkan nama itu. Ia
beranjak ke arah jendela.
Membukanya perlahan-lahan.
Aneh sekali. ia tidak merasa
takut dengan kegelapan yang
merajalela di kamarnya. Juga
tidak merasa kedinginan oleh
angin yang menampar dari luar
begitu jendela terbuka. Ia
memang menggigil. namun 
gigilan itu bukan disebabkan
oleh rasa dingin. namun  oleh
suara bisikan yang seperti
datang bersama sambaran
angin: 
   "Datanglah padaku,
chucky ...!" 
   Ia tidak tahu siapa dirinya
yang sebenarnya. Ia merasa
dirinya adalah kakek
moyangnya, memandang angkuh
ke bawah. Ke halaman yang
luas. perkebunan tehnya yang
lebar terpentang, perbukitan
miliknya. hutan palawija hasil
garapan pegawainya lalu nun di
kejauhan sana. dibatasi oleh
hutan bersemak belukar ia
melihat puncak bukit yang
gundul di bawah jilatan bulan
purnama empat belas hari. 
   Lalu ketika kepalanya yang
agak pusing ia gelengkan
berulang-ulang. ia merasa
dirinya bukanlah juragan
chuck  melainkan chucky .
Turunan terakhir dari juragan
yang di masa hidupnya dulu
menjadi sebutan penduduk.
seperti sekarang mereka juga
menyebut-nyebut dirinya
sebagai turunan juragan yang
terakhir dan segera akan
mengikuti jejak
leluhur-leluhurnya. Mati dalam
keadaan yang sama mengerikan
dan misterius! 
   Lalu tiba-tiba ketika ia melihat
nun jauh di bawah sana. chucky 
terhenyak. Ia melihat bayangan
orang berlari-lari di bawah
jilatan bulan purnama. Semakin
lama semakin jauh dan semakin
mengabur. namun  sosok tubuh
itu jelas sosok tubuh wanita lesbian .
Samar samar tadi ia mendengar
suara: 
   "Purnama. bangunkan dia
untukku !' 
   Tanpa sadar, chucky  berbisik
pada dirinya sendiri. 
   'jessica kah itu?" 
   Lantas masih tanpa sadar. ia
berpegang kuat ke bendul
jendela dan berteriak sekeras
suaranya: 
   'Yatiiiiiiiiii !" 
   Suaranya membelah kesepian
di malam buta itu. bergaung
dengan si pongang di gunung
dan di bukit. la gemetar
mendengar suaranya sendiri.
dan semakin gemetar waktu
melihat bayangan tubuh yang
berlari-lari di bawah sinar
bulan purnama itu tertegun. 
   'jessica  !" desahnya. ia mau
berteriak lagi. namun  bayangan
itu kemudian pasti si jessica !
"Mengapa ia lari tengah malam
begini" Mengapa" 0. tidak boleh
aku membiarkannya. Tidak
boleh...!" 
   Ia kemudian meraba-raba ke
bawah tempat tidur. Karena
yang dicarinya tidak ketemu, ia
mengeluarkan sekotak korek api
dari bawah bantal. Ia hidupkan
sebatang. Nyala terang segera
menjilat ruangan. Ternyata yang
ia cari tidak berada di bawah
tempat tidur. melainkan dekat
meja baca. Bergegas ia
menyambarnya. Sepasang
sepatu 
   boot, yang dalam waktu
singkat telah melekat di kedua
kakinya. Dinyatakannya lagi
korek api. 
   Ternyata suratnya kepada
Magdalena. 
   Wajah chucky  memucat. 
   "Jadi. suratku pada
Magdalena inikah yang
menyebabkan jessica  melarikan
diri?" 
   Tiba-tiba, rasa kesal muncul
dalam hatinya. Surat itu ia
sambar, lantas ia sulut ke nyala
korek api. Jilatan api membesar
dan surat itu kemudian terbakar
hangus. debunya jatuh
berserakan ke lantai. 
   "Persetan si Magda." ia
menggerutu sendiri. '0. karena
dia Yati melarikan diri di tengah
malam buta. Tak akan aku
menulis surat dan memikirkan
engkau lagi, Magda. Telah ada
si Yati dalam hatiku. la telah
menolongku berulangkali. dan
kini waktunya bagiku untuk
menolongnya. O. menempuh
bukit demi bukit seorang diri di
tengah malam buta. O. ia akan
diterkam binatang buas!" 
   ia kemudian merogoh kantong
jacketnya yang tergantung di
kapstok. Pestol yang
menolongnya tadi siang dari
serangan ular phyton di hutan
kembali tergenggam di
tangannya. Ketika ia periksa
ternyata pelurunya sudah
kosong. Di bongkar bongkarnya
lemari. namun  ia tidak
menemukan kotak peluru. 
   "Setan!" makinya. "Bodohnya
aku. Coba kalau kuturuti pesan
pengacara itu agar aku
membekali diri dengan sekotak
peluru cadangan. Mengapa aku
begitu percaya kalau senjata ini
toh tidak 
   berguna" Dan. ternyata kini
memang tidak berguna sama
sekali. Bah !" 
   la lemparkan senjata itu
seenaknya. Membentur dinding.
kemudian jatuh dengan suara
berdegar di lantai. chucky  tidak
perduli. Secepat ia sanggup ia
keluar dari kamar. 
   la agak heran melihat lampu
yang berasal dari kamarnya
berserakan di lantai koridor
dengan bau terbakar. namun 
keheranannya itu tidak ia
pikirkan berlama-lama. Segera
saja ia menuruni tangga dalam
beberapa kali loncatan. Tiba di
bawah ia melihat pintu ke
koridor samping tertutup. Mang
aidit  tentunya tengah tidur.
namun  tidak. Ia tidak
membutuhkan pelayannya itu.
Masih ia ingat bagaimana tadi
sore pelayannya menyambut
kedatangan jessica  dengan
sikap dan pandangan mata tidak
suka. 
   "Pelayan celaka itu pulakah
yang membuat jessica  tidak
betah di sini?" ia memaki sendiri
terus menerobos ke pintu depan. 
   Sesaat, ia tertegun. 
   Ada suatu tarikan aneh
membetot dirinya. Tarikan aneh
yang datang dari patung pualam
di pintu. 
   Kemudian suara bisikan yang
halus: 
   "... temui aku. chucky !" 
   chucky  berteriak lengking: 
   "Setan! itu pasti suara setan.
Jangan menggangguku!" _ 
   Lantas ia melemparkan
tubuhnya keras-keras ke depan.
melepaskan diri dari gaya tarik
yang seperti magnit dan tidak
berwujud itu. Ia membentur
pintu depan. Ternyata tidak
terkunci. Pintu itu terbuka
melebar menerima kedatangan
tubuh chucky  sehingga si
pemuda jatuh bergulingan di
teras terus di tanah berumput. 
   namun  dengan cepat ia berdiri.
   Bulan purnama menerangi
daerah di sekelilingnya. ia coba
mengingat jalan yang ditempuh
jessica  ketika tadi ia lihat
berlari lari. Kemudian. bagaikan
berlomba dengan maut ia
berlari sekencang-kencangnya. 
   ia sama sekali tidak
mengetahui kalau di
belakangnya. dari dalam rumah
muncul dua sosok tubuh. Yang
seorang kekar, namun  terbungkuk
bungkuk dan pincang dengan
wajah rusak. 
   Ia adalah mang aidit .
pelayan chucky . 
   Di sebelahnya. berdiri tegak
lurus menatap bulan purnama.
seorang laki-laki berambut dan
berjenggot putih yang
berkibar-kibar di sapu angin,
sehingga tubuhnya yang tinggi
tampak sangat kurus. Mirip
jerangkong. Cuma kulit
membalut tulang. namun  sorot
matanya tajam bagai sembilu.
berkilau-kilau ketika beradu
dengan sinar bulan purnama.
Suaranya juga jelas terdengar: 
   ?" memang sudah waktunya!" 
   "Apalagi yang kita tunggu,
Ayah?" tanya anaknya. mang
aidit . 
   'Biarkan pemuda itu memenuhi
keinginannya untuk sementara.
aidit . Aku masih ingat ke arah
mana dulu juragan chucky 
menghilang. Melihat arah lari
den chucky  mengikuti gadisnya,
jelaslah sudah kita akan
menempuh arah yang sama....' 
   "namun  kita akan terlambat.
Ayah !' 
   "Baiklah. Kau bisa
mengikutiku" 
   Lalu tubuh yang kurus kering
dan tua renta itu melangkah
tenang dan ringan mengikuti
jalan ke arah mana chucky 
berlari. Mang aidit  terseok
seok di belakang. sehingga
berulang kali ayahnya terpaksa
berhenti menunggu jangan
sampai anaknya yang malang itu
tertinggal jauh. 
   Semua itu berlangsung tanpa
sepengetahuan chucky . Yang ia
tahu ialah suatu keajaiban yang
seolah-olah muncul pada
dirinya. Ia rasakan tenaganya
berkumpul menjadi luar biasa. 
   Kaki-kakinya melayang
dengan ringan. kadang-kadang
ia sampai setengah membungkuk
dan berhasrat untuk ikut
menjejakkan kedua lengannya
agar membantu kecepatannya
berlari seperti binatang berkaki
empat. Darah di sekujur
tubuhnya mengalir deras. panas
membara dan nafasnya
menggebu-gebu. 
   Ia juga menyadari hal-hal
yang lain. Bila di tempat
kegelapan ia tadinya merasa
takut tidak bisa melihat jalan.
maka ternyata kemudian ia bisa
memandang jalanan di
depannya dengan jelas.
bagaimana juga gelapnya. Telah
terbiasakah ia" Atau karena
dorongan semangatnya untuk
menolong kekasihnya" 
   chucky  sudah tidak ingat
berapa lama ia berlari. la tidak
merasa lelah sedikitpun. Sekujur
tubuhnya basah kuyup oleh
peluh sehingga berulang kali ia
harus menyeka wajahnya.
Selama berlari. ia tidak pernah
terjatuh sama sekali. Seolah
olah jalan yang ia tempuh ia
hafal betul, meskipun diam-diam
ia menyadari kalau jalan itu
baru untuk pertama kalinya ia
tempuh. Namun nampaknya bagi
jessica  merupakan jalan biasa
yang ia pakai memotong dari
rumahnya ke perkebunan untuk
memetik teh milik chucky . 
   Seraya berlari chucky 
bergumam sendiri: 
   "Dari nama saja kami sudah
serupa benar. Menyebut
namanya, seperti aku menyebut
namaku sendiri. 0. ia adalah
bagian dari diriku. Bagian
jiwaku. Yati. Yati. Mengapa kau
meninggalkan aku" Mengapa"
Tidak tahukah kau betapa kini
aku tergila-gila pada dirimu?" 
   Angan-angannya mulai
melambung. 
   Di antara dengus nafasnya
yang berpacu dengan kecepatan
kakinya berlari ia melihat
jessica  berpakaian pengantin.
Dibimbingnya gadis itu
memasuki rumah mereka di
pertengahan perkebunan.
Rumah yang lain dari yang
sekarang. Modern, serba
mutakhir dan dibangun menurut
selera yang sedang laris di kota. 
   jessica  akan kagum dan tidak
berhenti-hentinya melontarkan
seruan kebahagiaan kalau ia
melihat kamar tidur mereka
dengan ranjang berputar dengan
dinding yang terbuat dari kaca
seluruhnya. Di sebelahnya
ruangan hias khusus untuk
jessica  dengan kaca rangkap
tujuh, tidak lagi toilet darurat
dengan rak pakaian dari kayu
yang sudah usang dengan
sepotong pecahan kaca besar di
atasnya. 
   Berapapun jauhnya chucky 
akan mengusahakan air leiding
masuk ke perkebunan itu. dan
jessica  akan leluasa mandi
dalam bak dari porselein di
bawah cahaya lampu berwarna
warni. Tidak lagi kamar mandi
yang pengap dan gelap sehingga
chucky  harus menemani jessica 
dari luar pintu. 
   Di bak itu mereka bisa
bercumbu. Tidak lagi cuma
sekedar berkecupan lewat pintu
yang sudah karatan. 
   Angan-angan chucky  yang
melambung tiba tiba lenyap
terenggut oleh cahaya lampu
yang kelap-kelip dari arah
kejauhan. Ketika semakin dekat
ia kemudian mengenali rumah
itu sebagai rumah di mana
tinggal gadis yang ia cintai itu
bersama ayahnya. Ayah jessica 
tampaknya kurang sympatik,
namun  kalau chucky  bermaksud
sungguh-sungguh melamar anak
gadisnya tentulah laki-laki tua
berwajah tak terbaca itu akan
berubah sikapnya. Apalagi kalau
ia dibawa chucky  pindah ke
rumah mereka yang baru dan
mutakhir di tengah perkebunan
suatu hari kelak. 
   chucky  tersenyum begitu
sampai di belakang rumah
kekasihnya. ia tidak merasa
capek sedikitpun. dan heran atas
kesanggupannya. la cuma
berdiri sejenak untuk mengatur
nafas dan agar tampak tenang
dan tidak jorok kalau ia nanti
memasuki rumah. 
   Kemudian ia melangkah
hati-hati. Memutar ke depan.
Dan melihat daun pintu sedikit
terbuka. Jadi. jessica  belum
lama memasuki rumahnya dan
saking tergesagesa telah lupa
menutupkan pintu. 
   Dan tiba-tiba ia tertegun. Di
lantai tengah ruangan ia melihat
sesuatu yang sangat memporak
porandakan isi hatinya. Dalam
kelap kelip lampu dinding, ia
melihat jessica  tengah bergelut
dengan ganas bersama ayahnya,
berguling-guling dalam dekapan
yang saling bertaut.
Kedua-duanya tanpa sehelai
benang pun juga. 
   jessica  tidak menangis seperti
yang ia bayangkan 
   .namun  merintih dan
mengerang oleh lampiasan
kenikmatan. 
Tanpa terasa lagi tubuh chucky 
menjadi lemas. la jatuh
meluncur ke lantai. Suara
jatuhnya tidak mengejutkan
kedua anak beranak yang
sedang berada di puncak birahi
itu. Mereka bahkan tidak perduli
pada kehadiran orang lain di
antara mereka. meski sesaat
mata mereka memandang juga
pada chucky  yang lemah
terduduk di ambang pintu. 
   Si gadis dan ayah kandungnya
sendiri itu terus
bergulung-gulung bersama
ayahnya sampai kemudian kedua
tubuh mereka saling terhempas
diiringi nafas puas dan lelah. 
   "Jadi dia datang juga?" tak
lama kemudian ayah jessica 
berdiri seraya mengenakan
pakaiannya. 
   '... buaian purnama memenuhi
panggilanku. Ayah." rungut
jessica  dengan suara lelah. 
   'Dan laki-laki itu tidak
berdaya." 
   "Seperti kakek moyangnya
dulu tak bisa berbuat apa-apa di
hadapan kakek dan nenek. Ayah.
Bukankah seperti itu yang sering
kau ceritakan?" 
   Laki-laki itu tampak tidak
sympathik dengan 
   wajah banyak kerut dan mata
menjorok jauh ke dalam itu.
tersenyum. la melemparkan
pakaian anak gadisnya seraya
menyuruh agar segera
mengenakannya disusul dengan
kata-kata lain: 
"Kita akan menunaikan tugas
terakhir kita. Yati." 
   jessica  menerima pakaian
yang diulurkan ayahnya. namun 
tidak mengenakannya. ia masuk
ke kamarnya dan tidak lama
kemudian keluar kembali dengan
mengenakan pakaian lain.
Dalam kegoncangan yang
sedang melanda diri chucky  ia
tidak perduli bahan apakah yang
dipakai jessica  itu. namun 
diam-diam ia mengeluh.
Pakaian itu pastilah pakaian
yang sering dipergunakan
jessica  dengan maksud-maksud
tertentu. Seakan akan mengerti
arah pikiran chucky . si gadis
tertawa. Senang. 
   "Memang aku yang sering kau
lihat berada di puncak bukit.
chucky  yang malang...." 
   chucky 
menggeleng-gelengkan kepala
dengan susah. 
   'Terkutuklah kau. Yati." 
   Tawa jessica  semakin
lengking. dibumbui oleh tawa
ayahnya yang bergelak. Di
antara derai tawanya. ayah
jessica  menggeram: 
   "T ak henti-hentinyakah
keluargamu mengutuk. anak
muda" 0, memang kami ini
terkutuk. Sayang, dulunya
keluarga kami adalah keluarga
baik-baik. namun  kakek dan
nenek si Yati. ah, jelasnya. ayah
dan ibuku salah jalan. Mereka
terlalu bernafsu dan saling
menginginkan satu sama lain.
Moyangmu mengetahui hal itu
lalu mengusir mereka. Tahu kau
kutuk apa yang ia jatuhkan atas
diri ayah dan ibuku?" 
   chucky  mendengus. ia ingat
betul. Dan laki laki bertampang
keras di depannya menegaskan: 
   "Moyangmu mengutuk ayah
ibuku. Keturunan mereka akan
berzinah sesama mereka pula.
Seperti yang kau lihat. anak
muda. Yang kau lihat barusan.
itu adalah hasil kutukan kakek
moyangmu. juragan chuck 
yang tidak tahu diri itu. Ketika
tadi Yati pulang seraya
menangis. aku membujuknya
dan kemudian pelukan dan
belaianku menimbulkan
rangsangan lain. Kami tidak
bisa menahan diri. Memang
kami tahu kau akan muncul,
namun  tidak sesegera ini. Namun
semua sudah terjadi. Ada
baiknya juga, untuk
membuktikan padamu
bagaimana kutuk kakek
moyangmu telah berlaku
semenjak lama atas keluarga
kami. Kutuk yang menyakitkan
hati, namun  menimbulkan
kenikmatan yang menyenangkan.
Setujukah kau dengan
pendapatku itu?" 
   chucky  meludah ke lantai. 
   "Ho-ho. Mengapa cuma
meludah. Mengapa tidak
menyerang?" 
   chucky  ingin. namun
bathinnya berperang. Ada jiwa
kedua yang sedang menguasai
dirinya. Jiwa yang bukan milik
chucky  yang asli. Jiwa
pemdompreng itu memaksa
dirinya untuk tidak bergerak
namun  menunggu dengan patuh.
Jiwanya yang asli menyuruhnya
melawan. namun  jiwanya yang
lain tetap sama kuat
pengaruhnya memaksanya untuk
tetap diam. la merasakan
pergolakan yang dahsyat itu
tidak saja di dalam hati akan
namun  juga di pembuluh
pembuluh darahnya. 
   "Kau tak akan bisa, anak
muda," laki-laki terkutuk itu
terbawa membahak. "Kau tak
akan bisa, karena ramuan yang
diberikan jessica  sudah meresap
masuk ke seluruh pembuluh
darah bahkan ke hatimu." 
   Ia kemudian menoleh pada
anaknya yang sedang
mempersiapkan sebuah obor.
Entah untuk apa obor itu. 
   "Katakanlah Yati.
ramu-ramuan apa yang kau
minumkan padanya." 
   "Bukankah itu dinamakan
orang guna-guna, Ayah" Agar ia
jatuh cinta padaku. Tidak itu
saja. Tidak pernah ia tahu kalau
dalam ramuan yang kita berikan
di rumah ini juga dicampuri
bubuk hitam itu. Bubuk yang
bertahun-tahun kita ramu dari
bahan bulu, tulang, taring.
darah. hati dan jantung
harimau! Aha, Ayah. Apakah
pemuda kesayangan kita ini
nantinya bisa menjadi harimau
jadi-jadian yang sangat jinak,
Ayah" Aku perlu teman jalan
jalan di tengah hutan. tak usah
sendirian lagi seperti selama
ini"!" 
   chucky  gemetar sekujur
tubuhnya. Gemetar hebat. 
   namun  ia tetap tidak bisa
menggerakkan anggota
badannya. 
   Keterangan anak beranak itu
bagaikan sambaran petir ke
wajahnya. dan hunjaman batu
gunung yang bertumpuk-tumpuk
melanda dirinya. 
   Ia merasakan kesakitan yang
teramat sangat. Ingin
memberontak. namun  ingin pula
untuk diam dan penurut. 0, apa
yang tengah menjangkiti
dirinya" Benarkah apa yang
mereka katakan" Mungkinkah"
Apakah cuma mimpi buruk
belaka" 
   "Ini bukan sihir. Bung. namun 
aku ini termasuk ahli
obat-obatan yang diajar baik
oleh ayah ibuku yang terusir
oleh kakek moyangmu.
Sayangnya. keahlianku hanya
dikhususkan untuk dipergunakan
terhadap para pencela ayah
ibuku dan keturunan mereka.
Yakni leluhur-leluhurmu, dan
kini kau sebagai keturunan
terakhir. 0. tak menyesal aku
menyuruh Yati mengikuti kau ke
rumahmu kemarin sore. Dengan
begitu, ramuan yang lebih
banyak bisa ia minumkan
padamu, tanpa merasa khawatir
kalau ramuan-ramuan itu tidak
diberikan oleh pelayanmu
apabila kami titipkan begitu
saja! Sekarang baru
gejala-gejala permulaan anak
muda. Larimu cepat seperti
harimau. Matamu tajam biar
dalam kegelapan. Tenagamu
luar biasa. Eh. heran" Atau
kagum, karena kau telah
membuktikan sendiri ketika
berlari-lari mengejar jessica 
tadi?" 
   chucky  ingin meludah. namun 
tak bisa. Celaka. Telah kalahkah
jiwanya yang asli" 
   ?" purnama akan segera turun,
Ayah." si gadis tiba-tiba
mendesah. Wajahnya tampak
bernyala nyala dalam kobaran
api obor. "... apakah tidak
sebaiknya kita sekarang naik ke
bukit?" 
   "Wah, hampir aku lupa," yang
ditanya terkejut. "namun  eh, apa
tidak sebaiknya kuceritakan juga
   padanya cerita yang sering
kusampaikan padamu?" 
   "Tentang apalagi. Ayah?" 
   ?"Tentang bagaimana kakek
moyangnya dulu di saat-saat
menjelang tiba ajalnya
memergoki ayah dan ibuku
sedang berzinah tanpa ia kuasa
untuk memprotes apalagi
mengusir seperti yang pernah ia
lakukan sebelumnya?" _ 
   Jantung chucky  berdenyut.
Peristiwa itu seperti pernah ia
alami. Tidak. Bukan ia alami.
namun  peristiwa itu melalui
sebuah kekuatan gaib telah
muncul dalam diri dan
pikirannya, hampir-hampir
merupakan kenyataan. Ia
semakin panik. Jadi kisah-kisah
lain yang misterius itu juga
merupakan kenyataan.
Kisah-kisah ketika ia bergelut
dengan wanita lesbian  bernama
Euis di ruangan tengah. di
kamar mandi di anak tangga dan
di kandang kuda! Ya Tuhan.
Mu'jizat apakah yang sedang
Kau perlihatkan ke dunia ini" 
   "Sambil berjalan ke bukit saja.
Ayah." 
   Si ayah menurut dan ia pun
kemudian membimbing chucky 
keluar dari rumah dengan
dipelopori oleh jessica  yang
berjalan lebih dulu dengan obor
di tangannya. Purnama di langit
memang masih mekar namun 
betapa tidak terasa indah di
mata chucky . 
   Purnama itu seperti tumpukan
bola kristal para ahli nujum
lewat mana nasibnya segera
akan ditentukan. Dan sambil
berjalan mendaki bukit ia
mendengar kedua anak beranak
itu saling berceloteh.
Menceritakan hal-hal yang
selama ini merupakan kabut
misteri bagi dirinya dan bagi
penduduk di desa-desa
sekitarnya. 
   Tahulah ia sekarang.
bagaimana akhir hidup nenek
moyangnya. Juragan chuck 
yang sudah tua renta, dengan
nekad telah menerobos masuk ke
tengah hutan belantara untuk
mencari kedua penyihir
bersaudara. yang tidak saja
telah mengganggu ketenteraman
desa. Akan namun  terutama. telah
merusak nama baik juragan
chuck . 
   Malang. orang tua yang
sedang marah itu. kurang
hati-hati. la terperosok masuk ke
dalam salah satu lubang jebakan
binatang buas. Dalam keadaan
luka-luka. kedua bersaudara
yang di. amuk dendam itu
meringkus juragan Adiwlnata
dengan mudah. Mereka
mengangkutnya ke bukit. tubuh
tua renta itu mereka baringkan
di atas tanah gundul. di bawah
jilatan bulan purnama. Kedua
bersaudara penyihir itu lalu
membaca mantera mantera.
Memuja angin. Memuja langit.
Memuja bulan kemudian
sama-sama berseru: 
   "0. purnama raya! Terimalah
persembahan
pengabdi-pengabdimu inii" Lalu
tubuh tua renta, yang sudah
kepayahan menerobos hutan.
sudah terluka di lubang jebakan.
tubuh tua renta yang sudah tak
berdaya apa-apa itu, mereka
siksa semene-mana. Mereka
menusuk-nusuk tubuhnya.
bagian demi bagian, tak
menyisakan walau sejengkal pun
juga. Darah tuanya muncrat
dengan hebat, anyir memualkan.
Namun dengan lahap, Euis
mereguk muncratan darah itu.
Tak ubahnya mereguk air
pegunungan yang segar
menyejukkan. "Aku akan terus
hidup menemani keturunannya.
wahai purnama!" kemudian Euis
menjerit lantang, menyebutkan
sumpah. 
   "Seperti kau lihat sendiri,
chucky ," mendengus jessica ,
menutup cerita tentang nenek
moyang mereka yang
mengerikan itu. "Aku masih
hidup. Aku, titisan moyangku.
Aku, dengan sumpahnya yang
mengalir serta meresapi
darahku. jantungku.
sumsumku.?" jessica 
menyeringai, kemudian tertawa
mengikik. disambut desau angin
yang seolah-oleh membadai
dengan tiba-tiba. 
   
   chucky  menggigil. 
   ingin ia menjerit, menyumpah
serapah kedua anak beranak
yang terkutuk itu. Ingin ia
meneriakkan. mereka dusta.
Mereka bohong. Mereka
pembual. Pokoknya mereka dua
orang anak beranak yang tidak
saja terkutuk. namun  juga haram
jadah! 
   namun . 0, lidah, mengapa
begini kelu" 
   Dan sanubari. Sanubarinya
yang paling dalam. Seolah-olah
membenarkan segala sesuatunya
tanpa mengurangi titik komanya.
Seolah-olah tidak saja
menyentuh telinga chucky .
namun  me nyentuh
jaringan-jaringan serta sel-sel
matanya. Ia tidak mendengar, ia
justru melihat apa yang mereka
ceritakan. Kekuatan gaib dan
aneh. seolah olah
melambungkan dirinya. 
   Melambungkan dirinya ke
tempat dan waktu. di mana ia
bukan seorang chucky .
melainkan seorang juragan
chuck  Melambungkan kedua
anak beranak itu. ke tempat dan
waktu, di mana mereka adalah
dua orang bersaudara kandung.
Mereka tidak berdusta. Mereka
tidak berbohong. Mereka tidak
membual. jessica  dan ayahnya.
menceritakan apa adanya. 
   Mereka benar. 
   namun . mereka tetap terkutuk.
Mereka tetaplah haram jadah! 
   jessica  tertawa lagi, mengikik.
Senang. Ah. bukan. Misteri.
Tawa yang tidak sedap di
telinga. Tawa yang mengerikan. 
   "Ketika beberapa malam yang
lalu kau dan kudamu terperosok
pula ke dalam salah satu lubang
jebakan," katanya bernafsu. "...
kami kira kau sudah mati.
Karena lubang jebakan itu
penuh bambu-bambu runcing
yang beracun. Sungguh mati,
kami banyak menyediakan
lubang-lubang jebakan di dalam
hutan untuk menjaga dari
serangan binatang-binatang
buas dan ternyata kau yang jadi
korban. Karena malam gelap
aku tak tahu kau masih hidup...
karena itu cepat-cepat aku
meninggalkanmu untuk
melaporkannya pada ayah. Lalu
esok harinya kami cuma
menemukan kudamu. Kau sudah
menghilang. Khawatir kalau
rahasia misteri yang
menyelubungi hutan diketahui
penduduk. cepat-cepat ayah
memporak porandakan isi hutan
dan menanam kudamu di lubang
di mana kalian terjebak. 
   Jadi jessica lah bayangan
putih yang muncul di mulut
lubang sesudah  chucky 
terperosok. Dan ayah jessica lah
yang membuat rombongan yang
ia pimpin tidak berhasil
menemukan apa yang mereka
inginkan sehingga lurah nyoto 
sampai jatuh pingsan setiba di
rumah dan penduduk semakin
percaya hutan belantara itu
dipenuhi arwah dan hantu
penyihir. 
   ' chucky  menggigit bibir
menahan rasa sakit hati.
sementara darah ditubuhnya
semakin menggelegak juga.
Meskipun tidak terikat. tetap
saja persendian-persendian otot
dan otot-ototnya lemah tidak
berdaya. Sama sekali ia tidak
bisa memberontak dari
pegangan ayah jessica  yang
terus menyeretnya ke puncak
bukit. 

   Mereka akhirnya tiba di
puncak bukit gundul yang
tampak dari jendela kamarnya
di perkebunan. 
   Di sana. ia dibaringkan
mereka. Persis seperti dua
bersaudara penyihir dulu
membaringkan juragan
chuck . la tidak bisa
memikirkannya dengan jelas,
karena segera saja tempat itu
dikebuli oleh asap menyan dan
bau beraneka ragam ramu
ramuan yang dibakar oleh
jessica . Obor telah dipacakkan
gadis itu ke tanah. Nyalanya
yang kuat menyilaukan mata
chucky . 
   la menoleh ke arah lain.
Kebetulan. arah itu adalah arah
ke perkebunan teh, beberapa
bukit di sebelah sana. Dalam
jilatan bulan purnama dan
mungkin oleh ketajaman
matanya yang bertambah
dengan ramuan yang telah
meresap ke tubuhnya. kini ia
lihat bangunan rumahnya
sendiri. Seperti gundukan
kotak-kotak kecil, namun  dari
sanalah ia melihat bayangan
putih yang ternyata bayangan
jessica . 
   "0. purnama!" Yati tiba-tiba
mengerang. 'Tak akan kuhirup
darah korban ini. purnama.
namun  
berikanlah ia kesempatan untuk
hidup. sesudah  kami gagal
merubah pamannya menjadi
binatang buas seperti yang kami
harapkan, jadikanlah korban ini
manusia berwujud harimau, dan
berjiwa harimau. ia akan
menjadi penjaga kami dan
keturunan kami sepanjang masa.
Dan karena ia sudah menjadi
binatang, ia akan menyetubuhi
binatang pula. Sebagaimana
lazimnya binatang, tidak
memandang ayah ibu atau
saudara lagi. Mereka akan
berhubungan kelamin satu sama
lain. Mereka akan berzinah.
Keturunan laki-laki ini akan
berzinah sesamanya seperti
keturunan dan leluhur-leluhur
kami berzinah karena kutuk
juragan chuck !" 
   Lalu gadis berpakaian putih
itu tiba-tiba merunduk. chucky 
memperhatikan dengan penuh
minat upacara yang tanpa ia
kehendaki justru ditujukan pada
dirinya itu. Ternyata gundukan
gundukan tanah di antara mana
gadis itu bersimpuh, adalah
kuburan-kuburan tua. 
   "Kakek, nenek dan ibu?" si
gadis mulai meratap.
"Keinginan kalian akan segera
terkabul!" 
   Ratapan itu menyayat dan
memilukan. Angin pegunungan
yang dingin berdesir menyapu
sehingga chucky  menggigil.
Kian lama ratapan jessica  kian
pilu. Dan bulan purnama di
langit biru diam dengan tenang.
Menyinarkan cahayanya ke
bumi. tanpa berdaya untuk ikut
campur dalam kejadian-kejadian
yang berlangsung di depan sinar
matanya. 
   Ataukah, purnama itu
membiarkan saja apa yang
terjadi pada diri chucky , karena
sang purnama telah dipuja oleh
manusia-manusia yang katanya
pengabdi bulan itu" 0. perutnya
melilit waktu ayah jessica 
meniupkan asap dari dupa ke
hidung dan mulut chucky . 
   "Jangan..." tiba-tiba ia
membuka mulut. oleh
ketegangan yang terlahir dari
dua jiwa yang saling berhantam.
'Jangan lakukan itu...." 
   namun  asap dupa itu terus
berkebul-kebul. chucky 
terbatuk. 
   Dan jessica  terus meratap: 
   "Nenek. kecantikanmu telah
berhasil membunuh musuhmu.
Telah kau hirup darah juragan
chuck . Telah kau hancurkan
dan hirup pula darah dari tubuh
anak juragan jahanam itu.
Kemudian kau sebar-sebarkan
anggota tubuhnya di bukit agar
ditemukan orang-orang. 0. Ibu,
telah pula kau racun cucu
juragan itu ketika ia
mencumbumu di kebun teh.
Memang kami gagal
menamatkan niat kami pada
cucu muda juragan chuck ,
namun  ia telah mati oleh
tangannya sendiri. Entah karena
tubuhnya sudah berbulu.
mulutnya sudah bertaring dan
kukunya sudah memanjang serta
runcing karena ramuan yang
kuberikan ketika ia
mencumbuku. Entah karena
sebab lain. namun  ia telah mati.
Terimalah kini. persembahan
kami. Turunan sang juragan
yang terakhir!" 
   Lalu kepala chucky  diangkat. 
   Sebuah batok didekatkan ke
mulutnya. Dari dalamnya
tercium bau busuk. Dari nyala
obor. chucky  melihat warna air
yang hitam legam dalam batok
itu. itukah ramuan terakhir yang
akan merubah 
   wujudnya menjadi wujud
harimau" Dengan segala 
   daya dan sisa pikiran
sehatnya. chucky  berjuang 
   mati-matian dan dari mulutnya
meluncur kata-kata 
   yang telah bergumpal dari tadi
di dadanya: "Tuhankul' 
   Dan tiba-tiba kesepian malam
di puncak bukit itu dipecahkan
oleh teriakan: 
   "Hentikan upacara terkutuk
itu. manusiamanusia celaka!" 
   jessica  dan ayahnya terlonjak
berdiri. chucky  menolehkan
muka. Di bawah. ia melihat dua
orang laki-laki dalam sinar
rembulan dan cahaya obor
mendaki bukit cepat-cepat.
Melihat yang jalannya
terbungkuk-bungkuk seraya
menyeret kakinya chucky 
memuji syukur pada Tuhan.
Ternyata orang yang di
saat-saat terakhir ia anggap
remeh itu telah muncul sebagai
dewa penyelamat. 
   "Mang aidit ." erangnya.
ingin berteriak. 'Mang aidit .
Mang aidit ! Tolonglah aku,
Mang aidit !" 
   Ayah jessica  menggeram: 
   "Pengacau!" teriaknya
lengking dan mengeluarkan
sebilah golok dari balik bajunya.
   "Majulah. penyihir!" Mang
aidit  mendorong tubuh ayahnya
ke samping dan terseok-seok
naik ke puncak bukit. 
   Bulan purnama menangkap
rona wajahnya 
   yang rusak mengerikan. dan
ayah jessica  agak bergidik
melihat siapa lawannya. ia
pernah mendengar cerita-cerita
tentang manusia yang satu ini,
namun  ia tidak tahu kalau
sedemikian betul wujudnya. 
   Sesaat ia lengah dan pelayan
rumah chucky  mempergunakan
kesempatan itu dengan
melayang ke udara. Ya. laki-laki
yang selama ini dianggap
chucky  lemah. ternyata
mempunyai kekuatan pisik
tersendiri dengan jurus-jurus
silat yang sukar di percaya. 
   Segera saja suasana di sekitar
itu menjadi ribut oleh senggak
menyenggak antara kedua laki
laki yang tengah bertempur itu.
kadang-kadang dibumbui oleh
pekik tertahan jessica .
Sementara itu chucky  cuma bisa
memperhatikan seraya
berbaring tanpa kuasa untuk
membantu. Gejolak gejolak
darah di tubuhnya semakin
menggila. ia mau berteriak pada
para penolongnya bahwa ia
mungkin saja berubah wujud
sewaktu-waktu. namun 
teriakan-teriakan mang aidit 
dan ayah jessica  menelan pekik
yang cuma berupa keluhan yang
keluar dari mulut chucky .
Bertahun-tahun rasanya ia
berjuang melawan ketakutan
yang melanda dirinya. Sampai
tak tertahankan lagi air matanya
mengucur keluar. 
   ia sudah mulai putus asa
ketika bulan purnama semakin
condong dan ayah jessica 
terguling guling ke bawah bukit
dengan golok menghunjam di
pinggangnya sendiri. Mang
aidit  jatuh terduduk kelelahan
di depan tubuh chucky  dan 
   berteriak pada ayahnya: 
   "T olong den chucky . Ayah!" 
   Bersamaan waktunya dengan
mendekatnya kakek-kakek yang
misterius itu. terdengar isak
tangis jessica . Gadis itu
berlari-lari menuruni bukit,
langsung menuju ke hutan.
Mang aidit  tegak siap untuk
mengejar namun  ayahnya
mencegah: 
   "Kita urus dulu den chucky !" 
   Lalu mang aidit  membantu
chucky  berdiri. 
   "... maafkan saya. juragan.
Pamanmu terlambat kutolong.
namun  kalaupun kau berhasil
kuselamatkan sekarang, namun 
apa yang akan kuberikan adalah
sesuatu yang menjijikkan." ia
kemudian mengeluarkan sebuah
tempolong. yang isinya sangat
bau. "ini adalah hasil tapaku di
kamar juragan isteri. Selama
duduk mencangkung. keringat
mengucur melalui duburku.
Harimau paling tidak menyukai
kotoran manusia. dan bau
duburku tentunya sangat ia
benci. Maafkan saya. Den
chucky !" lalu isi tempolong itu ia
percikkan ke tubuh dan wajah
chucky , sesudah  lebih dulu mang
aidit  menelanjangi majikannya
itu. 
   Sejuk rasanya sekujur tubuh
chucky . meskipun hidungnya
mencium bau pesing yang
sangat menjijikkan. namun  ia
tahan bau yang tidak enak itu.
Tak lama kemudian ketika
tubuhnya perlahan-lahan mulai
segar dan jalan darahnya
normal. mang aidit 
membantunya mengenakan
pakaian kembali. 
   ia kemudian berhasil duduk.
bahkan ketika 
   menjelang dini hari ia telah
berhasil berdiri di antara mang
aidit  dan orang tua aneh dan
asing itu. Seraya membantu
chucky  mengenakan pakaian.
pelayan yang setia itu
memperkenalkan ayahnya. 
   Sekaligus Mang aidit 
meminta maaf telah me nutup
rahasia kamar tidur juragan
isteri. Semata mata karena
kamar tidur chucky  tak mungkin
di tempati sementara kamar
juragan chuck  tak berani
mereka mengusiknya. Lagipula
ayah mang aidit  yang sudah
tua renta itu semasa mudanya
sering melayani keperluan
sehari-hari Juragan isteri di
kamarnya. Sehingga kamar itu
sudah tak asing lagi baginya.
ketika berpuluh-puluh tahun
kanwdian ia kembali dari
pengembaraannya mencari
rahasia hilangnya juragan
chuck  sekaligus mencari
ilmu. 
   Sementara mang aidit 
menggali salah satu kuburan di
dekat kaki mereka dengan
mempergunakan golok dan
tangan, kakek-kakek itu
bercerita pada chucky  yang
sudah mampu menguasai diri. 
   '... dalam tapaku di tujuh
gunung naluriku mengatakan
arwah si penyihir masih
gentayangan di rumah juragan.
Ketika aku kembali atas
panggilan si aidit . kulihatlah
patung pualam itu. Juga lukisan
Euis di kamar juragan
chuck . Kedua benda itu
tidak berani kuusik. karena itu
adalah benda-benda
kesayangannya meski Euis dan
saudaranya telah ia usir. Namun
benda-benda itu cuma penyalur.
Penyalur dari arwah yang
sesungguhnya !' 
   Kokok ayam dari hutan dan
burung-burung 
   mulai bersahut sahutan ketika
akhirnya lubang kuburan itu
tergali seluruhnya. Kini. dalam
tanah di bawah mereka. dalam
jilatan obor yang masih terus
bernyala-nyala terlihatlah
sesosok bentuk yang membuat
jantung chucky  berdenyut. 
   Matanya terbelalak melihat
sosok tubuh seorang wanita lesbian 
muda yang cantik jelita. lengkap
berpakaian. Sosok tubuh yang
selama ini mengikuti dirinya dan
bercumbu rayu dengannya 
   "Euis...!" ia bergumam dengan
suara menggigil. 
   Kakek di sebelahnya
menggelengkan kepala. 
   "Yang di depanmu itu cuma
tulang belulang. Den chucky .
namun  saya maklum. Kau masih
belum lepas dari pengaruhnya.
Karena itulah kita terpaksa
harus menunggu sampai cahaya
pagi mulai menjilati bumi dan
purnama tidak berkuasa lagi
atas alam raya ini." 
   Saat yang ditunggu-tunggu itu
datang dengan perlahan.
Mula-mula cahaya yang
buta-buta ayam, remang-remang
menguning. pucat kebiruan dan
akhirnya terang seterang pagi
yang cerah berembun. Dan
bersamaan dengan proses
datangnya pagi itu.
perlahan-lahan mata chucky 
melihat pakaian yang melekat di
tubuh Euis dalam kubur
perlahan-lahan lenyap.
menyusul daging-daging
tubuhnya. bagian-bagian lunak
lainnya seperti lenyap ditelan
bumi. chucky  hampir pingsan
oleh kegoncangan perasaannya
ketika bersamaan dengan
munculnya matahari ia
bergumam kelelahan: 
   "Ya, cuma tulang belulang
belaka...i' 
   Mendengar suara chucky .
kakek-kakek itu meneriakkan
pada anaknya: 
   "Kuburkan kembali, aidit !" 
   Mang aidit  menurut dengan
patuh. 
   la menutup kembali lubang
kubur itu dengan diam-diam.
Tak sepatah kata pun keluar dari
mulutnya yang kumat-kamit"
Entah apa yang ia ucapkan.
Atau, mungkin ia sedang
berdo'a. 
   Dan, ayahnya yang sudah tua
bangka itu. bergumam lirih
kepada chucky : 
   "wanita lesbian  ini dikuburkan
anak-anaknya di tengah malam.
kala bulan purnama muncul. itu
memang keinginannya Sehingga
usahanya untuk menghirup
darah moyangmu. bisa
kesampaian. ia terus hidup
dalam bayangan
keturunan-keturunan juragan
Adrchucky . Dan ia akan mati
untuk kedua kalinya, mati yang
sesungguh-sungguhnya, mati
apabila ia telah dikubur secara
wajar. Sebagaimana kita
mengubur manusia-manusia
lainnya. Yakni. di kala matahari
masih bersinar dipermukaan
bumi"." 
   
Matahari. Ah. matahari telah
bersinar di permukaan bumi. 
   Ketika semuanya telah berlalu
dan mereka tiba dengan selamat
di rumah, chucky  seakan-akan
memasuki sebuah dunia yang
baru. Dunia yang terasa asing,
namun dekat dan akrab dengan
hati. 
   Meski patung pualam serta
potret Euis pernah menjadi
perantara arwahnya, namun
chucky  tidak mengganggu gugat
benda-benda yang seakan tetap
hidup itu. ia tempatkan
benda-benda itu di tempat
semula. sebagaimana dulu kakek
moyang nya menempatkannya. 
   la tergugah juga, ketika mang
aidit  mengabarkan perihal
jessica . Gadis itu diketemukan
telah mati dalam salah satu
lubang jebakan binatang buas,
di tengah hutan belantara. Cara
kematian yang aneh. memang,
namun  hidup ini memang serba
aneh. 
   Bagaimana tidak. 
   Tiba-tiba saja, ia teringat
kepada Magdalena. Tiba-tiba
saja, cintanya kembali
meluap-luap. Kerinduan
membuat tangannya gemetar.
ketika ia duduk menghadapi
meja dan mulai menulis surat." 
   "Magdalenaku tersayang. 
   Akhirnya, lepaslah aku dan'
kekhawatiran yang pernah kau
cemaskan. Apa yang kini
kupikirkan adalah perbaikan
total di rumah perkebunan ini.
Kuharap. kau akan
menyukainya. sesudah  itu,
kembali ke kota untuk membeli
pakaian pengantin yang indah.
Katakan pada mama dan papa,
Magda. aku akan datang untuk
melamarmu. chucky 
chuck "