Kamis, 15 Desember 2022

jujungan b

a resi  kaum goyim yang menjijikkan. 
kitabsuci  Markus, sebagai yang paling pertama yang biasanya di-
pandang paling dapat diandalkan, menampilkan utusan junjungan   kaum beragama  sebagai 
manusia biasa, memiliki keluarga yang terdiri dari saudara lelaki 
maupun perempuan. Tak ada malaikat yang mengumumkan kelahirannya atau bersenandung di buaiannya. Masa balita  maupun remajanya tidak ditandai sebagai sesuatu yang luar biasa 
sama sekali. saat  dia mulai mengajar, para penduduk di kotanya, Nazareth, terkagum bahwa anak seorang tukang kayu setempat 
ternyata bisa menjadi begitu berbakat. Markus memulai narasinya 
sejak awal karier utusan junjungan   kaum beragama . Tampaknya utusan junjungan   kaum beragama  awalnya  yaitu  
murid Yohanes Pembaptis, seorang asketik pengembara yang 
kemungkinan bermazhab Essenia: Yohanes memandang pihak 
penguasa Yerusalem sudah  menjadi sangat korup dan menyampaikan 
sebuah khotbah yang tajam mencelanya. Khalayak ramai diimbaunya 
untuk bertobat dan menerima ritus pemurnian Essenia melalui 
pembaptisan di Sungai Yordan. Lukas menyatakan bahwa utusan junjungan   kaum beragama  dan 
Yohanes sebetulnya  saling berhubungan. utusan junjungan   kaum beragama  sudah  menempuh 
perjalanan jauh dari Nazareth ke Yudea untuk dibaptis oleh Yohanes. 
Sebagaimana yang diceritakan Markus kepada chucky : "Pada saat la 
keluar dari air, la melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung 
merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari surga: 
'Engkaulah Anak-Ku yang Ku-kasihi, kepada-Mulah Aku berkenan'." 
Yohanes Pembaptis langung mengenali utusan junjungan   kaum beragama  sebagai Mesias (Al-
Masih). Apa yang kemudian chucky  dengar yaitu  bahwa utusan junjungan   kaum beragama  mulai 
mengajar ke segala kota dan desa di Galilea seraya memaklumatkan: 
"Kerajaan yang kuasa   sudah dekat!" 
sudah  banyak spekulasi mengenai  karakter sejati misi utusan junjungan   kaum beragama . Sangat 
sedikit dari kata-kata aktualnya yang sempat terekam dalam kitabsuci , 
dan banyak di antara bahan-bahan itu sudah  dipengaruhi oleh per-
kembangan kemudian  yang terjadi di tempat ibadah -tempat ibadah  yang didirikan 
oleh Paulus sesudah  kematian utusan junjungan   kaum beragama . namun  , ada  petunjuk yang mengarah kepada karakter Yahudi yang esensial dalam kariernya. sudah  dikemukakan bahwa penyembuh iman yaitu  figur religius yang lazim di Galilea: seperti utusan junjungan   kaum beragama , mereka dari kaum papa, yang berkhotbah, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir ruh jahat. Seperti utusan junjungan   kaum beragama  lagi, orang-orang suci Galilea ini sering memiliki  beberapa  besar murid wanita. Yang lain percaya 
utusan junjungan   kaum beragama  barangkali yaitu  seorang Farisi dari aliran yang sama dengan 
Hillel  seperti halnya Paulus, yang sudah  memaklumatkan diri sebagai 
pengikut Farisi sebelum beralih ke  kaum beragama   dan konon pernah ikut 
dalam kelompok Rabi Gamaliel.
 Tentu saja ajaran utusan junjungan   kaum beragama  sesuai dengan 
garis-garis besar ajaran Farisi, sebab  dia juga percaya bahwa derma 
dan kasihsayang  yaitu  mitzvot terpenting. Seperti kaum Farisi, 
dia taat kepada Taurat dan dikabarkan sudah  mengajarkan ketaatan 
yang lebih keras dibandingkan tokoh-tokoh lainnya yang sezaman.Dia juga mengajarkan suatu versi Hukum Emas Hillel, saat  mengata-
kan bahwa keseluruhan hukum Taurat dapat diringkas menjadi satu 
ungkapan: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki agar supaya   orang per-
buat kepadamu, perbuatlah  juga kepada mereka." 
Dalam kitabsuci  Matius, utusan junjungan   kaum beragama  ditampilkan mengeluarkan kecaman 
sangat keras terhadap "ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi", menyebut mereka sebagai kaum munafik.
 Selain bahwa ini yaitu  distorsi fakta yang penuh tuduhan dan pelanggaran mencolok 
terhadap kasihsayang  yang semestinya menjadi karakter dari misinya, 
kecaman pahit terhadap kaum Farisi ini hampir pasti tidak autentik. 
Lukas, contohnya, memberi  komentar yang cukup positif mengenai  
kaum Farisi, baik di dalam kitabsuci  maupun Kisah Para utusan junjungan  nya, dan 
Paulus tidak mungkin akan menyingkapkan latar belakang Farisinya 
jika mereka betul-betul yaitu  musuh besar utusan junjungan   kaum beragama  yang sudah  
menggiringnya ke tiang salib. Nada anti-Semitik kitabsuci  Matius raen-
cerminkan ketegangan antara orang-orang Yahudi dan  kaum beragama   selama 
tahun 8 -an. kitabsuci  sering menunjukkan utusan junjungan   kaum beragama  berdebat dengan kaum 
Farisi, namun  perdebatan itu mungkin saja bersifat bersahabat atau 
mungkin juga menunjukan  perselisihan pendapatnya dengan 
aliran Sammai yang lebih ketat. 
Sesudah  kematiannya, para pengikutnya berkeyakinan bahwa 
utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  kudus. Ini tidak terjadi secara langsung; sebagaimana 
akan chucky  saksikan, doktrin bahwa utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  junjungan  yang berwujud 
manusia baru terbentuk pada abad keempat. Perkembangan keper-
cayaan  kaum beragama   mengenai  Inkarnasi yaitu  proses yang kompleks 
dan berkembang secara perlahan. utusan junjungan   kaum beragama  sendiri tak pernah mengaku 
sebagai junjungan . Pada hari pembaptisannya, oleh suara dari langit dia 
dipanggil dengan sebutan Anak junjungan , namun ini mungkin hanya 
sebuah konfirmasi bahwa dia yaitu  Mesias yang dicintai. Tak ada 
yang luar biasa mengenai  maklumat dari atas seperti  itu: para rabi 
juga sering mengalami apa yang mereka sebut bat qol (secara harfiah 
berarti "Anak Perempuan Sang Suara"), sebentuk inspirasi untuk 
menggantikan berkatNya keutusan junjungan  an yang lebih langsung.
7
 Rabi Yohannan 
ben Zakkai sudah  mendengar bat qol seperti  itu yang meng-
konfirmasi misi baginya pada suatu kesempatan saat  Roh Kudus 
menjelma di hadapannya dan di hadapan murid-muridnya dalam 
bentuk nyala api. utusan junjungan   kaum beragama  sendiri biasa menyebut dirinya "Anak 
Manusia". Ada banyak kontroversi menyangkut masalah gelar ini, 
namun  sepertinya frasa aslinya dalam bahasa Aram (bar nasha) sekadar 
    

menekankan kondisi manusia yang lemah dan tidak abadi. Jika 
, kelihatan sekali bahwa utusan junjungan   kaum beragama  dengan caranya sendiri sudah  
menekankan bahwa dia yaitu  manusia lemah yang suatu waktu 
pasti akan menderita dan mati. 
kitabsuci  mengatakan kepada chucky  bahwa junjungan  sudah  memberi utusan junjungan   kaum beragama  
beberapa "kekuatan" berorientasi junjungan  (dunamis) yang, bagaimanapun, akan 
memampukan dia, meskipun hanya seorang manusia biasa, untuk 
menjalankan tugas-tugas yang seperti-junjungan : menyembuhkan 
penyakit dan mengampuni dosa. Oleh sebab  itu, saat  orang-
orang melihatlihat  perbuatan utusan junjungan   kaum beragama , tindakan itu tampak memiliki 
citra yang hidup mengenai junjungan . Pada suatu kesempatan, tiga orang 
muridnya mengklaim sudah  melihat hal ini lebih jelas dibanding  
biasanya. Kisah itu terabadikan dalam ketiga kitabsuci  sinoptik dan menjadi 
penting bagi generasi  kaum beragama   berikutnya. Diceritakan bahwa utusan junjungan   kaum beragama  
membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes naik ke sebuah gunung 
tinggi, yang secara tradisional dikenal sebagai Gunung Tabor di 
Galilea. Kemudian di sana utusan junjungan   kaum beragama  "berubah rupa" di hadapan mereka: 
"Wajahnya bercahaya seperti matahari dan pakaiannya menjadi putih 
bersinar."
8
 mose  dan Elia, masing-masing mewakili Taurat dan para 
utusan junjungan  , tiba-tiba muncul di sisinya dan ketiga orang itu berbincang-
bincang bersama. Petrus sangat terkesima dan berteriak keras, entah 
apa yang diucapkannya, bahwa mereka harus mendirikan tiga kemah 
untuk mengabadikan penampakan ini. Segumpalan awan, seperti 
yang pernah turun di Gunung Sinai, menyelimuti puncak gunung itu 
dan sebuah gema bat qol memaklumatkan: "inilah   Anak yang 
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."
9
Berabad-
abad kemudian, saat  orang  kaum beragama   Yunani merenungkan makna 
peristiwa ini, mereka memutuskan bahwa "kuasa" yang kuasa   sudah  bersinar 
melalui kemanusiaan utusan junjungan   kaum beragama  yang sudah  berubah bentuk. 
Mereka juga mencatat bahwa utusan junjungan   kaum beragama  tidak pernah mengklaim 
bahwa "kuasa-kuasa" (dynameis) ini hanya diberikan kepadanya saja. 
Berulang-ulang utusan junjungan   kaum beragama  menjanjikan kepada murid-muridnya bahwa 
jika mereka memiliki "iman", mereka pun bisa menikmati "kuasa-
kuasa" ini. Tentu saja yang dimaksudkannya dengan iman bukan 
berarti menganut suatu teologi yang benar, namun  penumbuhan sikap 
batin yang tunduk dan terbuka terhadap junjungan . Jika murid-muridnya 
membiarkan diri mereka terbuka kepada junjungan  tanpa pamrih, mereka 
pasti akan mampu melakukan apa saja yang bisa dia lakukan. Seperti 
para rabi, utusan junjungan   kaum beragama  tidak percaya bahwa Ruh hanya untuk segolongan 
    
 
elit istimewa, namun  tersedia bagi semua orang yang memiliki maksud 
baik: sebagian ayat bahkan menyatakan bahwa, lagi-lagi seperti 
pendapat sebagian rabi, utusan junjungan   kaum beragama  percaya bahwa seorang goyim pun 
bisa menerima kehadiran Ruh. Jika murid-muridnya memiliki "iman", 
mereka akan mampu untuk melakukan hal-hal yang besar. Mereka 
bukan hanya akan mampu menghapus dosa dan mengusir setan, 
namun  juga mampu memindahkan sebuah gunung ke laut.
  
 Mereka 
akan menemukan bahwa kehidupan mereka yang lemah dan tidak 
abadi sudah  diubah oleh "kuasa-kuasa" junjungan  yang hadir dan aktif di 
dunia Kerajaan Mesias. 
Sesudah  kematiannya, murid-murid itu tak mampu memupus 
keyakinan mereka bahwa dengan cara tertentu utusan junjungan   kaum beragama  sudah  meng-
hadirkan sebuah citra mengenai  junjungan . Sejak awal sekali, mereka sudah  
mulai berdoa kepadanya. Paulus percaya bahwa kuasa junjungan  harus 
diusaha kan agar bisa dijangkau oleh kaum goyim dan memberitakan 
kitabsuci  ke area  yang kini dikenal sebagai Turki, Makedonia, dan 
Yunani. Dia yakin bahwa orang non-Yahudi bisa menjadi anggota 
Israel Baru walaupun mereka tidak menjalankan Hukum mose  secara 
utuh. Hal ini dimengenai  oleh kelompok murid awal, yang menghendaki 
untuk tetap menjadi sekte Yahudi yang lebih eksklusif. Mereka 
kemudian memutuskan hubungan dengan Paulus sesudah  sebuah 
perselisihan keras. namun  , kebanyakan pengikut Paulus yaitu  
Yahudi diaspora atau Orang-orang yang Takut kepada yang kuasa  , sehingga 
Israel Baru tetap sangat berbau Yahudi. Paulus tidak pernah menyebut 
utusan junjungan   kaum beragama  sebagai "junjungan ". Dia menyebutnya "Anak junjungan " dalam 
pengertian Yahudinya: dia sungguh-sungguh tidak percaya bahwa 
utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  inkarnasi dari junjungan  itu sendiri. Menurut Paulus, 
utusan junjungan   kaum beragama  hanya memiliki "kuasa" dan "Ruh" junjungan , yang mewujudkan 
aktivitas junjungan  di bumi dan sama sekali tidak bisa disamakan dengan 
esensi junjungan  yang tak terjangkau. 
Namun , di dunia non-Yahudi,  kaum beragama   Baru tidak mem-
memiliki  kepekaan mengenai  perbedaan yang halus ini, sehingga pria 
yang sudah  menekankan kemanusiaannya yang lemah dan tidak abadi 
itu akhirnya dipercayai sebagai junjungan . Doktrin Inkarnasi junjungan  dalam 
diri utusan junjungan   kaum beragama  sudah  selalu dicela orang Yahudi, dan, belakangan, orang 
Muslim pun memandangnya sebagai penghujatan. Ini yaitu  
sebuah doktrin yang sulit dan berbahaya; orang  kaum beragama   sering meng-
interpretasikannya secara serampangan. namun  , jenis ketaatan 
atas dasar Inkarnasi ini yaitu  tema yang cukup konstan dalam 
  5 

sejarah kepercayaan : akan chucky  saksikan bahwa orang Yahudi dan Muslim 
pun mengembangkan beberapa bentuk teologi mereka sendiri yang 
hampir mirip. 
chucky  dapat melihat dorongan kepercayaan  di balik penuhanan 
utusan junjungan   kaum beragama  yang mengejutkan ini dengan meninjau secara singkat beberapa 
perkembangan di India pada waktu yang kira-kira sama. Dalam 
Buddhisme maupun Hinduisme ada  arus pasang penyembahan 
terhadap wujud-wujud yang diagungkan, seperti biksu  sendiri atau 
para resi  Hindu yang menjelma dalam bentuk manusia. Bentuk 
ketaatan personal ini, dikenal sebagai bhakti, mengekspresikan apa 
yang tampaknya yaitu  kerinduan abadi manusia terhadap kepercayaan  
yang humanis. Meski yaitu  sesuatu yang baru, namun, di dalam 
kedua keyakinan itu, hal ini terpadu dengan kepercayaan  tanpa mengubah 
prioritas-prioritas yang esensial. 
Sesudah  biksu  wafat pada akhir abad keenam SM, secara alamiah 
orang-orang ingin untuk tetap mengenangnya, namun mereka merasa 
bahwa sebuah patung tidaklah layak, sebab di nirvana, biksu  tak 
lagi "ada" dalam pengertian biasa. namun  , kecintaan personal 
terhadap biksu  terus berkembang dan kebutuhan   untuk merenungi 
kemanusiaannya yang sudah  tercerahkan menjadi begitu kuat sehingga 
pada awal abad kesatu SM, patung biksu  pertama muncul di 
Gadhara, yang terletak di sebelah barat daya India, dan Mathura di 
Sungai Jumna. Kekuatan dan ilham dari pencitraan seperti  ini 
memicu  patung-patung itu memiliki arti penting yang besar dalam 
spiritualitas biksu , meskipun penyembahan terhadap suatu wujud 
di luar diri seperti ini yaitu  hal yang sangat berbeda dari 
disiplin batiniah yang diajarkan Gautama. Semua kepercayaan  berubah 
dan berkembang. Jika tidak , kepercayaan  itu akan menjadi usang. 
Mayoritas orang biksu  merasakan bahwa bhakti itu sungguh-
sungguh bernilai dan mengingatkan mereka kembali akan beberapa 
kebenaran esensial yang mulai terlupakan. saat  biksu  pertama 
kali mencapai pencerahan, dapat diingat lagi bahwa dia pernah 
dibujuk untuk menyimpan itu sebagai pengalaman pribadi. Akan 
namun , rasa ibanya melihat penderitaan manusia sudah  mendorongnya 
melewatkan masa empat puluh tahun berikutnya untuk mengajarkan 
Jalan itu. Namun pada abad kesatu SM, rahib-rahib biksu  yang 
mengucilkan diri dalam biara-biara mereka dan berusaha mencapai 
nirvana mereka sendiri tampaknya sudah  melupakan pandangan 
seperti ini. Kehidupan biara juga yaitu  kehidupan ideal yang 
  6 
 
berat sehingga banyak yang merasa tak mampu menjalaninya. Sela-
ma abad kesatu M, muncul jenis pahlawan baru kaum Buddhis: 
bodhisattva, yang meneladani biksu  dan meninggalkan nirvana-
nya sendiri, berkurban demi kepentingan orang banyak. Dia siap 
menjalani kelahiran kembali agar dapat menyelamatkan orang-orang 
yang menderita. Sebagaimana dijelaskan dalam Prajna-paramitha 
Sutras (Khotbah-khotbah mengenai  Penyempurnaan Kebijaksanaan), 
bodhisattva, 
tidak ingin mencapai nirvana mereka sendiri. Sebaliknya, mereka sudah  
menjelajahi dunia wujud yang sarat derita, dan, walaupun sangat ingin 
memperoleh pencerahan tertinggi, mereka tidak takut akan siklus 
kelahiran-kematian. Mereka sudah  berangkat demi kepentingan dunia, 
demi kemudahan dunia, sebab  rasa iba pada dunia. Mereka sudah  
bertekad: "Kami akan menjadi tempat berlindung bagi dunia, tempat 
dunia beristirahat, pembebasan akhir dunia, pulau-pulau dunia, cahaya 
dunia, pembimbing menuju keselamatan dunia." 
kemudian , bodhisattva memperoleh  sumber kebaikan yang tak 
terbatas, yang dapat membimbing orang-orang yang kurang beruntung 
secara spiritual. Seseorang yang berdoa kepada bodhisattva akan 
dilahirkan  kembali di dalam salah satu surga menurut kosmologi 
kaum Buddhis, yang kondisinya memicu  pencapaian pencerahan 
menjadi lebih mudah. 
manuscript -manuscript  itu menekankan bahwa ide  ini tidak dapat 
diinterpretasikan secara harfiah. Tak ada kaitannya sama sekali 
dengan logika atau peristiwa-peristiwa di dunia ini, melainkan semata-
mata simbol dari kebenaran yang lebih sukar untuk dipahami. Pada 
awal abad kedua M, Nagarjana, filosof yang mendirikan Mazhab 
Kehampaan, memakai paradoks dan sebuah metode dialektika 
untuk membuktikan kekuranglayakan bahasa teori tual biasa. 
Kebenaran tertinggi, menurutnya, hanya mungkin ditangkap secara 
intuitif melalui latihan meditasi mental. Bahkan ajaran biksu  merupa-
kan ide-ide konvensional buatan-manusia yang tidak memiliki 
kesepadanan dengan fakta  yang ingin disampaikannya. Kaum 
Buddhis yang mengadopsi filsafat ini mengembangkan suatu ke-
percayaan bahwa segala yang chucky  alarm ini yaitu  ilusi: di Barat, 
mereka dinamakan  sebagai kaum idealis. Yang Mutlak, yaitu hakikat 
batiniah dari segala sesuatu, yaitu  kehampaan, kekosongan, yang 
tidak memiliki eksistensi dalam pengertian biasa. Sangat alamiah 
untuk menyamakan kehampaan ini dengan nirvana. saat  seorang 
biksu  seperti  Gautama sudah  mencapai nirvana, maka dengan 
cara yang tak dapat diucapkan dia sudah  menjadi nirvana dan identik 
dengan Yang Mutlak. Dengan , setiap orang yang berusaha 
memperoleh  nirvana berarti juga mencari keidentikan dengan 
biksu . 
Tidaklah sulit untuk melihat bhakti (pengabdian) kepada biksu  
dan bodhisattva ini mirip dengan kesetiaan orang  kaum beragama   kepada 
utusan junjungan   kaum beragama . Keyakinan ini jadi bisa dijangkau oleh lebih banyak orang, 
sebagaimana keinginan Paulus untuk memicu  Yudaisme terbuka 
bagi goyim. Pada saat yang sama terjadi kebangkitan  bhakti dalam 
Hinduisme yang berporos pada figur Syiwa dan Wishnu, dua dewa 
Weda yang terpenting. Lagi-lagi, pengabdian populer terbukti lebih 
kuat dibanding  kekakuan filosofis Upanishad. Orang Hindu kemudian  
mengembangkan sejenis Trinitas: Brahman, Syiwa, dan Wishnu 
menjadi tiga simbol atau aspek dari satu fakta  yang tak terucapkan. 
kadang  lebih mudah untuk merenungkan misteri junjungan  dalam 
simbol Syiwa, dewa paradoksikal kebaikan dan kejahatan, kesuburan 
dan kezuhudan, yaitu   Pencipta dan Perusak sekaligus. 
Dalam legenda populer, Syiwa juga seorang Yogi besar, sehingga 
dia juga mengilhami penyembahnya untuk melampaui teori  
personal mengenai  kesucian melalui meditasi. Wishnu biasanya tampil 
lebih ramah dan ringan. Dia suka menunjukan  dirinya kepada 
manusia dalam berbagai bentuk inkarnasi atau avatar. Salah satu 
personae-nya yang terkenal yaitu  karakter Krishna, yang dilahirkan  
dalam sebuah keluarga bangsawan, namun  tumbuh sebagai seorang 
penggembala. Legenda populer menyukai kisah kasihnya dengan 
para perempuan penggembala, yang menggambarkan junjungan  sebagai 
Pencinta Jiwa. Namun, saat  Wishnu muncul kepada Pangeran Arjuna 
sebagai Krishna dalam Bhagawad-Gita, pengalaman itu mengejutkan: 
Kulihat para resi  
di dalam tubuh-Mu, wahai junjungan  
dan sekelompok makhluk yang beraneka: 
Brahma, pencipta semesta, 
di atas singgasananya 
semua peramal dan ular-ular langit.
   
Segalanya dengan cara tertentu hadir di dalam tubuh Krishna: 
dia tak berawal atau berakhir, dia memenuhi ruang, dan mencakup 
  8 
 
semua dewa yang mungkin ada: "Dewa badai yang riuh, dewa-
dewa matahari, para resi  terang, dan para resi  ritual."
  
 Dia 
juga yaitu  "jiwa manusia yang tak pernah lelah", "esensi kemanusia-
an."
  
 Segalanya berlari menuju Krishna, seperti sungai mengalir ke 
laut atau seperti serangga terbang menuju cahaya terang. saat  
menatap pemandangan hebat  ini, Arjuna hanya bisa gemetar, 
menggigil, hampir kehilangan seluruh kesadarannya. 
Perkembangan bhakti menjawab kebutuhan   terdalam manusia 
akan sejenis hubungan pribadi dengan yang kudus . Sesudah  
menetapkan Brahman sebagai yang sungguh-sungguh transenden, 
muncul bahaya bahwa dia akan menjadi jauh dan, sebagaimana de-
wa langit zaman kuno, memudar dari kesadaran manusia. Evolusi 
bodhisattva dalam Buddhisme dan avatar-nya Wishnu tampaknya 
mewakili tahap lain dalam perkembangan kepercayaan  saat  orang-orang 
berpandangan bahwa Yang Mutlak itu pasti tak jauh berbeda dari 
manusia. namun  , doktrin dan mitos simbolik ini menyangkal 
bahwa Yang Mutlak dapat diekspresikan hanya melalui satu 
penampakan: sebab ada banyak biksu  dan bodhisattva, bahkan 
Wishnu memiliki bermacam-macam avatar. Mitos-mitos ini juga 
mengungkapkan sebuah keidealan bagi manusia: manusia yang 
tercerahkan atau dimuliakan, sebagaimana yang dimaksudkan 
baginya. 
Pada abad kesatu M, dalam Yudaisme ada  rasa haus yang 
sama akan kedekatan dengan yang junjungan . Manusia utusan junjungan   kaum beragama  tampaknya 
sudah  memenuhi kebutuhan   itu. Paulus, penulis  kaum beragama   paling awal 
yang menciptakan kepercayaan  yang kini chucky  kenal sebagai  kaum beragama  , percaya 
bahwa utusan junjungan   kaum beragama  sudah  menggantikan Taurat sebagai berkatNya pokok junjungan  
mengenai  dirinya kepada dunia.
 5
 Tidaklah mudah untuk mengetahui 
secara persis apa yang dia maksudkan dengan hal ini. Surat-surat 
Paulus lebih yaitu  jawaban kontekstual terhadap masalah -
masalah  tertentu dibanding  uraian koheren atas sebuah teologi yang 
utuh. Dia tentunya percaya bahwa utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  seorang Mesias: 
kata "kaum beragama " yaitu  terjemahan dari bahasa Ibrani Massiach, Yang 
Diurapi. Paulus juga berbicara mengenai  manusia utusan junjungan   kaum beragama  seakan-akan 
dia lebih dari seorang manusia biasa, meskipun, sebagai orang Yahudi, 
Paulus tidak percaya bahwa utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  inkarnasi junjungan . Dia selalu 
memakai kata "di dalam kaum beragama " untuk menjelaskan pengalamannya 
mengenai  utusan junjungan   kaum beragama : orang  kaum beragama   hidup "di dalam kaum beragama "; mereka dibaptis 
ke dalam kematiannya; tempat ibadah  membentuk tubuhnya.
 6
 Ini bukanlah 
  9 

kebenaran yang ingin dijabarkan Paulus secara logis. Seperti banyak 
orang Yahudi lainnya, dia kurang menghargai rasionalisme Yunani, 
yang digambarkannya sebagai "kekonyolan" semata.
 7
 yaitu  suatu 
pengalaman subjektif dan mistik yang memicu nya mengilustrasikan 
utusan junjungan   kaum beragama  sebagai seperti  atmosfer yang di dalamnya "chucky  hidup, 
bergerak, dan berwujud."
 8
 utusan junjungan   kaum beragama  sudah  menjadi sumber pengalaman 
kepercayaan  Paulus. Dengan , dia berbicara mengenai  utusan junjungan   kaum beragama  
dalam cara yang mungkin dipakai oleh orang sezamannya untuk 
membicarakan junjungan . 
saat  Paulus menjelaskan mengenai  iman yang sudah  diilhamkan 
kepadanya, dia mengatakan bahwa utusan junjungan   kaum beragama  sudah  menderita dan wafat 
"demi dosa-dosa chucky ."
 9
 Ini menunjukan  bahwa sejak awal sekali, 
pengikut-pengikut utusan junjungan   kaum beragama  yang dikejutkan oleh skandal kematiannya 
sudah  menjelaskan peristiwa itu dengan mengatakan bahwa bagai-
manapun itu yaitu  demi kepentingan chucky . Dalam Bab 9, akan chucky  
saksikan bahwa pada abad ketujuh orang Yahudi lain akan menemukan 
penafsiran yang serupa mengenai  kematian yang tidak biasa dari 
seorang Mesias yang lain. Orang  kaum beragama   awal merasakan bahwa 
utusan junjungan   kaum beragama , melalui cara yang misterius, masih hidup dan bahwa "kuasa-
kuasa" yang dimilikinya kini masuk ke dalam diri mereka, seperti 
yang sudah  dijanjikannya. chucky  mengetahui dari surat-surat Paulus 
bahwa generasi awal  kaum beragama   itu memiliki semua bentuk pengalaman 
tak lazim yang mungkin yaitu  indikasi bangkitnya sejenis 
kemanusiaan baru: ada yang menjadi penyembuh iman, ada yang 
berbicara dalam bahasa-bahasa langit, yang lainnya menyampaikan 
apa yang mereka percaya  sebagai nubuat yang diinspirasikan oleh 
junjungan . Pelayanan tempat ibadah  yaitu  kegiatan yang hiruk dan 
karismatik, sangat berbeda dari nyanyian sore yang merdu dalam 
tempat ibadah  sekarang. Tampaknya kematian utusan junjungan   kaum beragama  memang sudah  benar-
benar berguna dalam beberapa hal: ia melahirkan suatu "jenis 
kehidupan baru" dan "kreasi baru"  tema yang sering diulang dalam 
surat-surat Paulus.
   
namun  , tak ada teori yang terperinci mengenai  peristiwa 
penyaliban sebagai pertobatan atas "dosa asal" Adam: akan chucky  
saksikan bahwa teologi ini baru muncul pada abad keempat dan 
hanya memiliki kedudukan penting di Barat. Paulus dan para penulis 
kitabsuci  lainnya tidak pernah mengusaha kan sebuah 
penjelasan yang akurat dan definitif mengenai  penyelamatan yang 
sudah  mereka alami. Pernyataan mengenai  pengurbanan kaum beragama  melalui 
    
 
kematiannya mirip dengan cita-cita bodhisattva yang berkembang 
pada masa yang sama di India. Sebagaimana halnya bodhisattva, 
kaum beragama  sudah  dijadikan perantara antara manusia dengan Yang Mutlak. 
Perbedaannya yaitu  bahwa kaum beragama  yaitu  satu-satunya peran-
tara dan keselamatan yang didatangkannya bukanlah sebuah aspirasi 
yang tak dapat diwujudkan di masa depan seperti dalam bodhisattva, 
namun  yaitu  suatu fait accompli. Paulus menyatakan bahwa 
pengurbanan utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  hal yang unik. Meskipun dia percaya 
bahwa penderitaan yang dipikulnya atas nama orang lain yaitu  
bermanfaat, Paulus cukup jelas menyatakan bahwa penderitaan dan 
kematian utusan junjungan   kaum beragama  berada dalam tataran yang berbeda.
  
 Ada potensi 
bahaya di sini. biksu  yang tak terhitung banyaknya dan avatar-
avatar paradoksikal yang sukar dipahami, semuanya tetap tunduk 
pada fakta  tertinggi yang tidak dapat diekspresikan secara memadai 
dalam bentuk apa pun. namun  , Inkarnasi tunggal dalam  kaum beragama   
yang menyiratkan bahwa seluruh fakta  junjungan  yang tidak ada 
habisnya itu sudah  bermanifestasi hanya dalam diri seorang manusia 
bisa membawa pada bentuk pemberhalaan yang mentah. 
utusan junjungan   kaum beragama  sudah  mengajarkan bahwa "kuasa-kuasa" junjungan  tidak cuma 
untuk dirinya. Paulus mengembangkan wawasan ini dengan mengata-
kan bahwa utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  contoh pertama dari bentuk kemanusia-
an baru. Tidak saja dia sudah  berhasil mengerjakan segala hal yang 
sudah  gagal diraih oleh Israel lama, namun  dia pun sudah  menjadi 
addm baru, kemanusiaan baru yang di dalamnya seluruh manusia, 
termasuk goyim, ikut ikutserta .
  
 Lagi-lagi, ini bukanlah sesuatu 
yang berbeda dari kepercayaan kaum Buddhis bahwa, seluruh 
biksu  sudah  menjadi satu dengan Yang Mutlak, cita-cita manusia 
yaitu  terlibat dalam ke-biksu -an. 
Dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi, Paulus mengutip apa 
yang secara umum dianggap sebagai himne  kaum beragama   paling awal 
yang mengangkat beberapa masalah  penting. Dia berkata kepada 
para pengikutnya bahwa mereka harus memiliki sikap pengurbanan 
diri yang sama dengan utusan junjungan   kaum beragama : 
Yang walaupun dalam rupa yang kuasa   
Tidak menganggap kesetaraan dengan yang kuasa   itu 
sebagai milik yang harus dipertahankan, 
melainkan sudah  mengosongkan diri-Nya sendiri, 
dan mengambil rupa seorang hamba 
dan menjadi sama dengan manusia. 
    

Dan dalam keadaan sebagai manusia, 
la sudah  merendahkan diri-Nya dan taat sampai, 
bahkan sampai mati di kayu salib. 
Itulah sebabnya yang kuasa   sangat meninggikan Dia 
dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 
agar supaya   dalam nama utusan junjungan   kaum beragama  bertekuk lutut segala yang ada di langit 
dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 
dan segala lidah mengaku: "utusan junjungan   kaum beragama  kaum beragama  yaitu  junjungan  [kyrios]," 
bagi kemuliaan yang kuasa  , Ia!
   
Himne ini tampaknya mencerminkan sebuah kepercayaan di 
kalangan generasi pertama  kaum beragama   bahwa utusan junjungan   kaum beragama  sudah  mengalami 
sejenis eksistensi awal "bersama yang kuasa  " sebelum menjadi seorang 
manusia dalam tindakan "pengosongan diri" (kenosis) yang dengan-
nya, seperti seorang bodhisattva, dia memutuskan untuk ikut memikul 
penderitaan manusia. Paulus terlalu Yahudi untuk dapat menerima 
ide mengenai  eksistensi kaum beragama  sebagai wujud suci kedua di samping 
YHWH sejak zaman azali. Himne itu menunjukan  bahwa sesudah  
pengagungannya, dia tetaplah berbeda dengan, dan lebih rendah 
dibanding , yang kuasa   yang sudah  membangkitkannya dan menganugerahkan 
gelar kyrios kepadanya. Dia tidak dapat mengadakan hal itu untuk 
dirinya sendiri, namun  gelar itu pun diberikan hanya demi "kemuliaan 
yang kuasa   Ia." 
sekitar empat puluh tahun kemudian, penulis kitabsuci  Yohanes 
(ditulis sekitar tahun    ) memicu  pernyataan yang mirip. Dalam 
prolognya, dia menguraikan perkataan  (logos) yang sudah  ada "pada 
mulanya bersama-sama dengan yang kuasa  " dan menjadi agen penciptaan: 
"Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu 
pun yang sudah  jadi dari segala yang sudah  dijadikan."
  
 Si penulis 
tidak memakai kata Yunani logos dengan cara yang sama seperti 
Philo: dia tampaknya merasa lebih cocok dengan Yudaisme Palestina 
dibanding  Yudaisme yang sudah  terpengaruh budaya Helenis Yunani. 
Dalam terjemahan bahasa Aram atas kitabsuci  Yahudi yang dikenal 
sebagai targums, yang sedang disusun pada waktu itu, istjunjungan  Memra 
(perkataan ) dipergunakan untuk menyebut aktivitas junjungan  di dunia. 
Istjunjungan  ini memiliki fungsi yang sama dengan istjunjungan -istjunjungan  teknis 
lainnya, seperti "kemuliaan", "Roh Kudus", dan "Shekinah" yang me-
nekankan perbedaan antara kehadiran junjungan  di dunia dengan fakta  
junjungan  sendiri yang tak dapat dimengerti. Seperti halnya Hikmat 
junjungan , "perkataan " menyimbolkan rencana awal junjungan  dalam penciptaan. 
    
 
saat  Paulus dan Yohanes berbicara mengenai  utusan junjungan   kaum beragama  seakan-akan dia 
memiliki sejenis kehidupan praeksistensi, mereka tidak sedang 
menyarankan bahwa dia yaitu  "oknum" suci kedua dalam pe-
ngertian Trinitarian yang berkembang belakangan. Mereka mengin-
dikasikan bahwa utusan junjungan   kaum beragama  sudah  melampaui mode eksistensi temporal 
dan individual. sebab  "kuasa" dan "hikmat" yang dia hadirkan 
yaitu  aktivitas-aktivitas yang berasal dari junjungan , maka dalam 
cara tertentu dia sudah  mengungkapkan "apa yang sudah  ada sejak 
semula."
 5 
ide  ini dapat dipahami dalam konteks Yahudi yang ketat, 
meskipun generasi  kaum beragama   berikutnya yang berlatar belakang Yunani 
akan menafsirkannya secara berbeda. Dalam Kisah Para Rasul, yang 
ditulis pada     M, chucky  dapat melihat bahwa generasi awal  kaum beragama   
masih memiliki teori  mengenai  junjungan  yang sepenuhnya bersifat 
Yahudi. Dalam perayaan Pantekosta, saat  ratusan orang Yahudi 
berkumpul di Yerusalem dari berbagai penjuru diaspora untuk 
merayakan peberkatNyaan Taurat di Gunung Sinai, Roh Kudus turun 
kepada sahabat-sahabat utusan junjungan   kaum beragama . Mereka mendengar "dari langit suatu 
bunyi seperti tiupan angin keras ... dan tampaklah oleh mereka 
lidah-lidah seperti nyala api."
 6
 Roh Kudus sudah  mewujudkan dirinya 
kepada generasi  kaum beragama   Yahudi pertama ini sebagaimana yang sudah  
dilakukannya kepada orang-orang sezaman mereka, kelompok 
tannaim. Segera para murid itu bergegas keluar dan mulai berbicara 
kepada kerumunan orang Yahudi, Orang-orang yang Takut kepada 
yang kuasa   dari "Mesopotamia, Yudea, dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 
Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan 
dengan Kirene."
 7
 Mereka keheranan, setiap orang mendengar para 
pengikut itu berkata-kata dalam bahasa mereka masing-masing. saat  
Petrus bangkit untuk berkhotbah di hadapan keramaian itu, dia 
menyebut fenomena ini sebagai titik terjauh bagi Yudaisme. Para 
rasul sudah  meramalkan suatu hari saat  junjungan  akan mencurahkan 
Ruhnya ke atas semua manusia sehingga kaum wanita dan para 
budak sekalipun akan memiliki penglihatan dan memperoleh  mimpi.
 8 
Hari ini Kerajaan Mesias ditahbiskan, saat  yang kuasa   akan tinggal di 
bumi bersama umatnya. Petrus tidak mengatakan bahwa utusan junjungan   kaum beragama  dari 
Nazareth yaitu  junjungan . Dia yaitu  "seorang yang sudah  ditentukan 
yang kuasa   dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan 
dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh yang kuasa   
dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu." Sesudah  kematiannya 
    

yang tragis, yang kuasa   membangkitkannya untuk hidup kembali dan 
mengangkatnya ke derajat yang tinggi "oleh tangan kanan yang kuasa  ." 
Para utusan junjungan   dan penyusun Mazmur sudah  meramalkan kejadian-kejadian 
ini; sehingga "seluruh kaum Israel" harus tahu dengan pasti bahwa 
utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  Mesias yang sudah  lama dinanti itu.
 9
 Khotbah ini 
tampaknya yaitu  pesan (kerygma)  kaum beragama   yang paling awal. 
Pada akhir abad keempat,  kaum beragama   menguat persis di wilayah-
wilayah yang sudah  dinamakan kan di atas oleh para penulis Kisah: ia 
berakar di kalangan sinagoga Yahudi di diaspora dan sudah  menarik 
perhatian  beberapa  besar Orang yang Takut kepada yang kuasa   atau para 
pengikut baru. Yudaisme yang sudah  direformasi oleh Paulus tampak 
menjawab banyak dilema mereka. Mereka juga "berbicara dalam 
banyak bahasa," tidak memiliki satu suara dan posisi yang koheren. 
Banyak orang Yahudi diaspora beralih memandang Kuil di Yerusalem 
  yang memang sudah  banyak digenangi darah hewan  sebagai 
institusi primitif dan barbarik. Kisah Para Rasul mengabadikan sudut 
pandang ini dalam cerita mengenai  Stefanus, seorang Yahudi Helenistik 
yang beralih menganut sekte utusan junjungan   kaum beragama  dan dilempari batu sampai mati 
oleh Sanhedrin, mahkamah kepercayaan  Yahudi, sebab  menghujat. Da-
lam pidato terakhirnya yang berapi-api, Stefanus mengatakan bahwa 
Kuil yaitu  penghinaan terhadap hakikat yang kuasa  : "Yang Maha-
tinggi tidak diam di dalam apa yang dibuat oleh tangan manusia."
   
Sebagian Yahudi diaspora mengadopsi Yudaisme Talmudik yang 
dikembangkan oleh para rabi sesudah  kehancuran Kuil; yang lain 
menemukan bahwa  kaum beragama   menjawab beberapa pertanyaan mereka 
mengenai  status Taurat dan universalitas Yudaisme. Ajaran ini, tentu 
saja, menarik secara khusus bagi Orang-orang yang Takut kepada 
yang kuasa  , yang menjadi anggota penuh Israel Baru tanpa beban 6   
mitzvot. 
Selama abad pertama, orang  kaum beragama   terus berpikir mengenai  junjungan  
dan berdoa kepadanya seperti orang-orang Yahudi; mereka berbicara 
seperti para rabi dan tempat ibadah -tempat ibadah  mereka mirip dengan sinagoga. 
Pada tahun 8 -an terjadi perselisihan tajam dengan orang Yahudi 
saat  orang  kaum beragama   secara formal dikeluarkan dari sinagoga sebab  
mereka menolak untuk menaati Taurat. chucky  sudah  melihatlihat  bahwa 
Yudaisme sudah  menarik banyak penganut pada dekade awal abad 
pertama, namun  sesudah  tahun 7 , saat  orang Yahudi bersengketa 
dengan kekaisaran Romawi, posisi mereka mengalami kemunduran. 
Kepindahan Orang-orang yang Takut kepada yang kuasa   ke  kaum beragama   
    
 
memicu  orang Yahudi menaruh curiga kepada para penganut kepercayaan  
baru, dan mereka tak lagi berminat untuk pindah kepercayaan . Kaum 
pagan yang dahulu pernah tertarik pada Yudaisme kini beralih ke 
 kaum beragama  , namun  kebanyakan mereka yaitu  budak dan anggota kelas 
warga  yang lebih rendah. Baru pada akhir abad kedua, kaum 
pagan yang berpendidikan tinggi menjadi penganut  kaum beragama   dan 
mampu menjelaskan kepercayaan  baru itu kepada dunia pagan yang masih 
menaruh kecurigaan. 
Di kekaisaran Romawi,  kaum beragama   pertama sekali dianggap sebagai 
cabang dari Yudaisme, namun  saat  orang  kaum beragama   memperjelas diri 
bahwa mereka bukan lagi anggota sinagoga, mereka dipandang 
dengan kebencian sebagai religio kaum fanatik yang sudah  melakukan 
dosa besar sebab  meninggalkan kepercayaan leluhur. Etos Romawi 
sangatlah konservatif: mereka memberi  penghargaan tinggi 
kepada autoritas pemimpin keluarga dan adat-istiadat nenek moyang. 
Yang dianggap sebagai "kemajuan" yaitu  langkah kembali ke zaman 
keemasan yang sudah  lampau dan bukan menyiapkan masa depan 
yang cerah. Keterputusan dari masa lalu tidak dianggap sebagai 
tindakan yang berpotensi kreatif, seperti dalam warga  chucky  
sekarang ini, yang sudah  memungkinkan perubahan. Pembaruan 
dipandang berbahaya dan subversif. Orang Romawi sangat curiga 
terhadap gerakan massa yang akan mencampakkan batas-batas tradisi 
dan waspada untuk melindungi warga negara dari "pemalsuan" kepercayaan . 
namun  , dalam kekaisaran itu sudah  muncul sejumput kegelisahan 
dan kecemasan. Pengalaman hidup dalam sebuah imperium inter-
nasional yang besar sudah  memicu  para resi  yang lama tampak 
kecil dan tidak memadai; orang-orang menjadi sadar akan kebudayaan 
yang asing dan mengganggu. Mereka mencari solusi spiritual baru. 
Kultus-kultus Timur masuk ke area  Eropa: para resi  seperti 
Isis dan Semele disembah di samping para resi  tradisional Roma, 
yang menjadi pengawal negeri. Selama abad pertama M, kepercayaan -
kepercayaan  misteri baru menawarkan jalan keselamatan mereka dan apa 
yang dinamakan -sebut sebagai pengetahuan mendalam mengenai  dunia 
yang akan datang. 
namun  , tak satu pun dari antusiasme kepercayaan -kepercayaan  baru ini 
yang mengancam tatanan lama. para resi  Timur tidak menuntut 
pemutusan radikal dari kepercayaan  lama dan penolakan terhadap ritus-
ritus yang sudah dikenal, namun , seperti orang suci baru, ia mem-
berikan pandangan yang segar dan pemahaman mengenai  dunia yang 
  5 

lebih luas. Anda bisa saja bergabung dengan berbagai kultus misteri 
sebanyak yang Anda inginkan: selama mereka tidak berusaha  meng-
hancurkan para resi  lama dan tetap bersikap rendah hati, kepercayaan -
kepercayaan  misteri itu akan ditoleransi dan diserap ke dalam tatanan 
yang sudah mantap. 
Tak seorang pun mengharapkan kepercayaan  akan menjadi sebuah 
tantangan atau memberi  jawaban mengenai  makna kehidupan. Orang 
beralih kepada filsafat untuk mencari pencerahan seperti  itu. Di 
kekaisaran Romawi kuno, orang menyembah para resi  untuk me-
mohon pertolongan selama masa krisis, untuk menjaga agar perlin-
dungan junjungan  tetap dicurahkan atas negeri itu, dan untuk memperoleh 
rasa ketersambungan dengan masa lalu. kepercayaan  lebih yaitu  
masalah  kultus dan ritual dibanding  ide -ide . kepercayaan  didasar-
kan pada perasaan, bukan ideologi atau teori yang dipilih secara 
sadar. Ini bukanlah sikap yang asing bagi warga  masa sekarang: 
banyak orang yang menghadiri layanan kepercayaan  dalam warga  
chucky  saat ini tidak tertarik pada teologi, tidak menginginkan sesuatu 
yang terlalu eksotik dan tidak menyukai ide mengenai  perubahan. Me-
reka menemukan bahwa ritual-ritual yang sudah  mapan memberi 
mereka rasa keterkaitan dengan tradisi dan mempersembahkan rasa 
aman. Mereka tidak mengharapkan ide -ide  brilian dalam 
khotbah dan malah merasa terganggu oleh perubahan dalam liturgi. 
Dengan cara yang sama, banyak kaum pagan di zaman kuno senang 
menyembah para resi  leluhur, sebagaimana yang sudah  dilakukan 
oleh generasi-generasi sebelum mereka. Ritual-ritual lama memberi 
mereka rasa beridentitas, merayakan tradisi-tradisi lokal, dan tampak-
nya menjadi jaminan bahwa segala sesuatu akan tetap sebagaimana 
adanya. 
Peradaban tampaknya yaitu  pencapaian yang rentan dan 
tidak boleh terancam oleh pengabaian sembrono terhadap dewa-
dewa pelindung, yang akan menjamin keberlangsungan peradaban 
itu. Mereka akan merasa terancam jika suatu kultus baru muncul 
untuk mengalahkan kepercayaan nenek moyang mereka. Oleh sebab  
itu,  kaum beragama   tidak memiliki posisi yang menguntungkan di kedua 
dunia itu. la tidak memiliki masa silam Yudaisme yang dihormati 
dan juga tidak memiliki ritual paganisme yang menarik, yang 
dapat dilihat dan diapresiasi setiap orang.  kaum beragama   juga berpotensi 
mengancam, sebab orang  kaum beragama   mengajarkan bahwa junjungan  mereka 
yaitu  satu-satunya junjungan  dan bahwa seluruh para resi  lain 
  6 
 
hanyalah khayalan belaka.  kaum beragama   tampak yaitu  gerakan yang 
tidak rasional dan eksentrik bagi penulis biografi Romawi, Gaius 
Suetonius (7 - 6 ), sebuah superstitio nova et prava, yang "buruk" 
justru sebab  "baru."
   
Kaum pagan yang berpendidikan menoleh ke filsafat, bukan 
kepercayaan , untuk memperoleh  pencerahan. Orang-orang yang mereka 
dianggap suci dan tercerahkan yaitu  para filosof kuno seperti  
Plato, Pythagoras, dan Epictetus. Mereka bahkan menganggap para 
filosof itu sebagai "anak-anak Dewa": Plato, contohnya, dipercaya  sebagai 
anak Apollo. Para filosof bersikap hormat terhadap kepercayaan , namun  
memandangnya berbeda secara esensial dari apa yang mereka kerja-
kan. Mereka bukanlah para akademisi yang kering di menara gading, 
melainkan orang-orang yang memiliki misi, bertekad untuk me-
nyelamatkan jiwa orang-orang sezamannya dengan menarik mereka 
menjadi pengikut mazhab-mazhab mereka. Baik Sokrates maupun 
Plato bersikap sangat "religius" mengenai  filsafat mereka, merasakan 
bahwa kajian ilmiah dan metafisis itu sudah  mengilhami mereka 
dengan suatu penglihatan mengenai  keagungan alam. Oleh sebab  itu, 
pada abad pertama M, orang-orang yang cerdas dan berwawasan 
beralih kepada mereka untuk memperoleh  penjelasan mengenai  makna 
hidup, ideologi yang penuh ilham, dan motivasi etis.  kaum beragama   tampak 
seperti sebuah kredo yang barbarik. junjungan   kaum beragama   tampak sebagai 
junjungan  yang pemarah dan primitif, yang tak hentinya ikut campur secara 
tak rasional dalam urusan-urusan manusia: dia tak memiliki kesamaan 
apa pun dengan yang jauh dan tak berubah, 
seperti junjungan  dalam anggapan Aristoteles. namun  , mengatakan 
bahwa orang-orang sekaliber Plato atau Aleksander Agung yaitu  
anak-anak dewa, tidak sama dengan mengatakan hal yang setara 
bagi seorang Yahudi yang tewas mengenaskan di sebuah sudut ke-
kaisaran Romawi. 
Platonisme yaitu  salah satu aliran filsafat paling populer di 
akhir zaman kuno. Platonis baru dari abad pertama dan kedua tidak 
tertarik pada Plato yang pemikir etika dan politik, namun  kepada 
Plato yang mistikus. Ajarannya membantu si filosof untuk menyadari 
kesejatian dirinya, dengan cara membebaskan jiwa dari penjara ragawi 
dan memicu nya mampu untuk naik ke alam suci. Mistisisme Plato 
yaitu  suatu sistem yang tinggi, memakai kosmologi sebagai 
citra mengenai  kesinambungan dan keharmonisan. Yang Esa berada 
dalam kontemplasi jernih mengenai  dirinya sendiri melampaui pengaruh 
  7 

waktu dan perubahan di ujung mata rantai wujud. Semua yang ada 
berasal dari Yang Esa sebagai konsekuensi pasti dari wujudnya yang 
murni: bentuk-bentuk abadi sudah  memancar dari Yang Esa dan pada 
gilirannya menggerakkan matahari, bintang dan bulan, dalam bidang 
lintasan mereka masing-masing. Akhirnya para resi , yang kini 
dipandang sebagai malaikat-malaikat bagi Yang Esa, memancarkan 
pengaruh suci ke dalam dunia sublunar manusia. Kaum Platonis 
tidak memerlukan kisah barbar mengenai  seorang dewa yang tiba-tiba 
memutuskan untuk menciptakan dunia atau yang mengabaikan 
hierarki yang ada untuk berkomunikasi langsung dengan sekelompok 
kecil manusia. Dia tidak memerlukan  penyelamatan hebat melalui 
seorang Mesias yang disalib. sebab  dia serumpun dengan junjungan  
yang sudah  memberi hidup kepada segala sesuatu, seorang filosof 
bisa naik ke alam suci melalui usahanya sendiri dalam cara yang 
rasional dan tertata. 
Bagaimana orang  kaum beragama   bisa menjelaskan kepercayaan  mereka kepada 
dunia pagan?  kaum beragama   tampaknya berada di tengah-tengah, tidak 
dipandang sebagai sebuah kepercayaan , dalam pengertian Romawi dan 
bukan pula sebuah filsafat. Terlebih lagi, orang  kaum beragama   akan meng-
alami kesulitan untuk menyebutkan "kepercayaan-kepercayaan" 
mereka dan mungkin belum menyadari sistem pemikiran berbeda 
yang tengah berevolusi saat itu. Dalam hal ini, mereka mirip dengan 
tetangga-tetangga pagan mereka. kepercayaan  mereka tidak memiliki 
"teologi" yang koheren, namun  secara lebih tepat dapat dijelaskan 
sebagai sebuah sikap berkomitmen yang dibangun dengan sungguh-
sungguh. saat  mereka mengucapkan "kredo" mereka, mereka tidak 
memaksudkannya sebagai seperangkat proposisi. Kata credere misal-
nya, kelihatannya diturunkan dari cor dare, memberi hati. saat  
mereka mengucapkan "credo!" (atau pisteno dalam bahasa Yunani), 
ini lebih mengimplikasikan posisi emosional dibanding  intelektual. 
lah, Theodore, Uskup Mopsuestia di Sisilia dari tahun  9  
hingga   8, menjelaskan kepada para pengikutnya: 
saat  Anda berkata: "Aku mengikat diriku sendiri" (pisteno) di hadapan 
junjungan , Anda menunjukkan bahwa dengan tabah Anda akan tetap 
bersamanya, bahwa Anda tidak akan memisahkan diri darinya dan 
bahwa Anda akan memandangnya lebih tinggi dibanding  segala sesuatu 
yang ada dan akan hidup bersamanya serta berperilaku dalam cara 
yang sesuai dengan perintahnya.
   
  8 
 
Orang  kaum beragama   generasi kemudian  tidak perlu memberi pen-
jelasan yang lebih teoretis mengenai  iman mereka dan akan mengem-
bangkan kecintaan pada perdebatan teologi yang unik dalam sejarah 
kepercayaan  dunia. sudah  chucky  saksikan, contohnya, bahwa tidak ada ortodoksi 
resmi dalam Yudaisme, dan ide-ide mengenai  junjungan  pada dasarnya 
yaitu  masalah  pribadi. Orang  kaum beragama   awal juga mengambil 
sikap yang sama. 
Namun , selama abad kedua beberapa penganut baru 
 kaum beragama   dari kalangan pagan mencoba mendekati tetangga-tetangga 
mereka yang tidak percaya untuk menunjukan  bahwa kepercayaan  
mereka bukanlah penyimpangan destruktif dari tradisi. Salah seorang 
dari apologis ini yaitu  Justin dari Kaisarea (   - 65), yang me-
ninggal sebagai martir demi imannya. Dalam pencariannya yang tak 
kenal lelah akan makna, chucky  dapat merasakan kegelisahan spiritual 
pada periode itu. Justin bukanlah seorang pemikir besar ataupun 
brilian. Sebelum beralih ke  kaum beragama  , dia sudah  mengikuti ajaran Stoa, 
seorang filosof peripatetik dan Pythagorean, namun  gagal memahami 
apa yang ada di dalam sistem mereka. Dia tidak memiliki temperamen 
dan kecerdasan untuk filsafat, namun  tampaknya memerlukan  lebih 
dari sekadar penyembahan kultus dan ritual. Dia menemukan peme-
cahannya dalam  kaum beragama  . Dalam dua apologiae (kl.  5  dan  55) 
yang ditulisnya, dia menyatakan bahwa  kaum beragama   sebetulnya  mengikuti 
Plato, yang juga berpandangan bahwa hanya ada satu junjungan . Para 
filosof Yunani maupun para utusan junjungan   Yahudi sudah  meramalkan kedatangan 
utusan junjungan   kaum beragama   sebuah argumen yang akan sangat berkesan bagi para pagan 
di zamannya, sebab  saat itu ada  antusiasme baru terhadap 
ramalan-ramalan. Dia juga mengatakan bahwa utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  
inkarnasi logos atau akal junjungan , yang sudah  dilihat Stoa dalam keteraturan 
semesta; logos itu aktif dalam dunia sepanjang sejarah, mengilhami 
orang Yahudi maupun Yunani. namun  , dia tidak menjelaskan 
implikasi dari sebuah ide yang agak baru: bagaimana mungkin 
seorang manusia menjadi inkarnasi dari logos? Apakah logos itu sama 
dengan figur-figur kitab  lain, seperti perkataan  atau Hikmat? Apa 
hubungannya dengan junjungan  Yang Esa? 
Orang  kaum beragama   lain mengembangkan teolog yang lebih radikal, 
bukan semata sebab  kesenangan akan spekulasi, melainkan untuk 
mengobati kegelisahan yang besar. Secara khusus, gnostikoi, Orang-
orang yang Tahu, beralih dari filsafat ke mitologi untuk menjelaskan 
rasa keterpisahan mereka yang akut dari alam junjungan . Mitos-mitos itu 
  9 

menjawab ketidaktahuan mereka mengenai  junjungan  dan yang suci, yang 
secara jelas mereka rasakan sebagai sumber penderitaan dan rasa 
malu. Basilides, yang mengajar di Aleksandria antara     dan  6 , 
bersama rekan sezamannya, Valentinus, yang meninggalkan Mesir 
untuk mengajar di Roma, sudah  memperoleh   beberapa  besar pengikut 
dan menunjukan  bahwa banyak di antara orang yang beralih 
menganut  kaum beragama   mengalami rasa kehilangan, tersisih, dan secara 
radikal terbuang. 
Semua kaum Gnostik memulai dengan fakta  yang sama sekali 
tak terpahamkan yang mereka sebut junjungan  Tertinggi, sebab  ia 
yaitu  sumber dari wujud lebih rendah yang chucky  sebut "junjungan ". 
Sama sekali tidak ada yang dapat chucky  katakan mengenai nya, sebab  
dia sepenuhnya berada di luar jangkauan pikiran chucky  yang terbatas. 
Sebagaimana dijelaskan Valentinus, junjungan  Tertinggi itu, 
Sempurna dan ada sejak semula ... berdiam di ketinggian yang tak 
terlihat dan tak ternamakan: inilah   praawal dan pendahulu dan 
kedalaman. Ia tidak dapat tercakup dan tak terlihat, abadi dan tak 
dilahirkan , Tenang dan benar-benar Sendiri selama masa yang tak 
terhingga. Bersama Dia yaitu  pikiran, yang juga dinamakan  Berkah dan 
Hening.
   
Manusia sudah  selalu  berspekulasi mengenai  Yang Mutlak ini, 
namun tak satu pun dari penjelasan mereka yang memadai. yaitu  
mustahil untuk menggambarkan junjungan  Tertinggi ini, yang tidak "baik" 
atau "jahat" dan bahkan tidak bisa dikatakan "ada". Basilides meng-
ajarkan bahwa awalnya  tidak ada junjungan  namun  hanya ada junjungan  
Tertinggi, yang, dapat dikatakan secara ketat, yaitu  Tiada sebab  ia 
tidak bereksistensi dalam pengertian apa pun yang bisa chucky  pahami.
   
namun  , Ketiadaan ini ingin memicu  dirinya dikenali dan 
tidak puas untuk tetap sendirian dalam Kedalaman dan Keheningan. 
Terjadjunjungan  revolusi batin di kedalaman wujudnya yang tak terperi, 
menghasilkan serangkaian pancaran yang serupa dengan apa yang 
diuraikan dalam mitologi pagan kuno. Yang pertama dari pancaran 
itu yaitu  "junjungan ", yang chucky  kenal dan menjadi tujuan doa chucky . 
Walaupun , "junjungan " ini pun tak dapat chucky  jangkau dan 
memerlukan penjelasan lebih lanjut. Akibatnya, pancaran-pancaran 
baru muncul dari junjungan  secara berpasangan, masing-masing meng-
ekspresikan satu dari sifat-sifat kejunjungan annya. "junjungan " melampaui 
gender namun , seperti dalam Enuma Elish, masing-masing pasangan 
    
 
itu terdiri atas lelaki dan perempuan  sebuah skema yang berusaha 
menetralkan nada maskulin dalam monoteisme yang lebih konven-
sional. Setiap pasangan hasil emanasi semakin lama semakin melemah 
dan menipis sebab  letaknya semakin jauh dari Sumber junjungan  mereka. 
Akhirnya, saat  tiga puluh macam pancaran (atau aeon) itu sudah  
lahir, proses pun berhenti dan alam suci, Pleroma, sudah  sempurna. 
Kaum Gnostik tidak mengajukan suatu kosmologi yang betul-betul 
luar biasa, sebab  semua orang percaya bahwa kosmos memang 
dipenuhi oleh aeon-aeon, kekuatan jahat dan kekuatan spiritual 
seperti itu. Paulus sudah  menyebutnya Takhta, Dominasi, Kedaulatan, 
dan Kekuatan, sementara para filosof percaya bahwa kekuatan gaib 
ini yaitu  para resi  kuno dan menjadikan mereka perantara antara 
manusia dengan Yang Esa. 
Ada suatu bencana yang oleh kaum Gnostik dijelaskan melalui 
berbagai cara berbeda. Sebagian di antara mereka berkata bahwa 
Sophia (Hikmat), pancaran terakhir, jatuh dari surga sebab  dia 
mengilhami pengetahuan terlarang mengenai  junjungan  Tertinggi yang 
tak dapat dijangkau. Disebabkan kepongahannya, dia jatuh dari 
Pleroma, kesedihan dan kepiluannya membentuk dunia materi. 
Terasing dan tersasar, Sophia berkelana ke seluruh kosmos, rindu 
untuk kembali ke Sumber sucinya. Percampuran ide -ide  
Timur dan pagan ini mengekspresikan keyakinan pokok kaum 
Gnostik bahwa dunia chucky  dalam pengertian tertentu yaitu  
bentuk lain dari langit, lahir dari ketidaktahuan dan ketercerabutan. 
Kaum Gnostik lain mengajarkan bahwa "junjungan " tidak menciptakan 
dunia materi, sebab  dia tidak ada hubungan apa pun dengan materi 
yang rendah. Dunia materi yaitu  hasil karya aeon-aeon, yang 
mereka sebut sebagai demiourgos atau Pencipta. Dia cemburu kepada 
"junjungan " dan ingin menjadi pusat Pleroma. Akibatnya, dia jatuh dan 
menciptakan dunia untuk menantang saingannya. Dalam penjelasan 
Valentinus, dia "menciptakan langit tanpa pengetahuan; dia mem-
bentuk manusia dalam ketidaktahuan mengenai  manusia; dia meng-
hadirkan bumi tanpa memahami bumi."
 5
 namun  , logos, jenis 
aeon yang lain, datang untuk menyelamatkan dan turun ke bumi, 
mengambil bentuk fisik sebagai utusan junjungan   kaum beragama  untuk mengajarkan kepada 
manusia cara kembali kepada junjungan . Jenis  kaum beragama   seperti ini pada 
akhirnya ditindas, namun  akan chucky  lihat bahwa beberapa abad kemu-
dian orang Yahudi,  kaum beragama  , dan Muslim akan kembali kepada mitologi 
seperti  ini, dengan alasan bahwa mitologi itu mengungkapkan 
    

pengalaman kepercayaan  mereka mengenai  "junjungan " secara lebih akurat 
dibanding teologi ortodoks. 
Mitos-mitos ini tak pernah dimaksudkan sebagai uraian harfiah 
mengenai  penciptaan dan penyelamatan; mereka yaitu  ungkapan 
simbolik bagi sebuah kebenaran batin. "junjungan " dan Pleroma bukanlah 
fakta -fakta  eksternal yang ada "di luar sana", melainkan dapat 
ditemukan di dalam diri: 
Tinggalkan pencarian akan junjungan  dan ciptaan dan hal-hal lain yang 
serupa. Carjunjungan  dia dengan menjadikan dirimu sendiri sebagai titik 
awalnya. Cermati siapa yang berada di dalam dirimu yang menyebut 
segala sesuatu sebagai miliknya dan mengatakan, junjungan ku, pikiranku, 
akalku, jiwaku, tubuhku. Cermati sumber-sumber kesedihan, keba-
hagiaan, cinta, benci. Perhatikan bagaimana itu terjadi sehingga mem-
buatmu melihat tanpa berkehendak, mencintai tanpa berkehendak. 
Jika engkau secara saksama meneliti masalah -masalah  ini, engkau 
akan menemukan dia di dalam dirimu sendiri.
 6 
Pleroma mewakili sebuah peta jiwa. Cahaya junjungan  tetap akan di-
temukan bahkan di dalam dunia yang gelap ini, jika seorang Gnostik 
dapat mengetahui ke mana dia harus mencari: selama keruntuhan benteng kota   
Primal  pada Sophia ataupun Demiurge  sebagian dari kilasan junjungan  
ikut jatuh dari Pleroma dan terperangkap di dalam mated. Kaum 
Gnostik bisa menemukan kilasan junjungan  di dalam jiwanya sendiri, bisa 
menjadi sadar akan kehadiran unsur berorientasi junjungan  di dalam dirinya yang 
akan membantunya menemukan jalan untuk kembali. 
Kaum Gnostik menunjukkan bahwa banyak di antara para 
pengikut baru  kaum beragama   tidak puas dengan ide  tradisional mengenai  
junjungan  yang sudah  mereka warisi dari Yudaisme. Mereka tidak meng-
alami dunia sebagai sesuatu yang "baik", sebagai karya dari junjungan  
yang penyayang. Dualisme dan dislokasi yang serupa melahirkan 
doktrin Marcion (   - 65), yang mendirikan tempat ibadah  saingannya sendiri 
di Roma dan menarik banyak pengikut. utusan junjungan   kaum beragama  sudah  mengatakan 
bahwa sebuah pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik:
 7 
bagaimana mungkin dunia sudah  diciptakan oleh junjungan  yang baik 
jika dunia ini nyatanya penuh kejahatan dan penderitaan? Marcion 
juga dikagetkan oleh kitabsuci  Yahudi yang tampaknya menggambar-
kan junjungan  yang keras dan kejam yang sudah  menghancurkan semua 
penduduk sebab  kecintaannya akan keadilan. Dia berkesimpulan 
bahwa junjungan  Yahudi inilah  , yang "suka perang, tidak teguh dalam 
    
 
sikapnya dan bermengenai an dengan perkataannya sendiri,"
 8
 yang 
sudah  menciptakan dunia. namun  , utusan junjungan   kaum beragama  sudah  berperkataan  bahwa 
ada junjungan  lain, yang tak pernah dinamakan kan dalam kitabsuci  Yahudi. 
junjungan  kedua ini "tenang, lembut, dan sungguh-sungguh baik dan 
unggul."
 9
 Dia sama sekali berbeda dari Pencipta dunia yang kejam 
dan "penghukum". Oleh sebab  itu, chucky  mesti berpaling dari dunia 
yang, sebab  bukan yaitu  karyanya, tidak bisa memberitahukan 
chucky  apa pun mengenai  junjungan  yang penyayang dan mesti pula menolak 
Perjanjian "Lama", lalu memose tkan perhatian hanya kepada chucky b-
kitab kitabsuci  yang sudah  mengabadikan ruh utusan junjungan   kaum beragama . Popularitas 
ajaran-ajaran Marcion menunjukkan bahwa dia sudah  menyuarakan 
kecemasan orang banyak. Sekilas tampaknya dia akan mendirikan 
sebuah tempat ibadah  terpisah. Dia sudah  meletakkan tangannya pada sesuatu 
yang penting dalam pengalaman orang  kaum beragama  ; generasi-generasi 
 kaum beragama   sudah  merasakan kesulitan untuk berhubungan secara positif 
dengan dunia materi, dan masih ada  beberapa  besar yang tidak tahu 
bagaimana menyikapi junjungan  Ibrani. 
namun  , seorang teolog Afrika Utara, Tertullian ( 6 -   ), 
mengemukakan bahwa junjungan  yang "baik" menurut anggapan Marcion 
lebih mirip dengan junjungan  filsafat Yunani dibanding  junjungan  kitabsuci . 
junjungan  yang tenang ini, yang tak ada kaitannya dengan dunia yang 
cacat ini, lebih dekat dengan teori  Penggerak yang Tak Digerakkan 
dari Aristoteles dibanding  junjungan  Yahudi dari utusan junjungan   kaum beragama  kaum beragama . Memang, 
banyak orang di dunia Yunani-Romawi berpandangan bahwa junjungan  
kitab  yaitu  junjungan  yang keras dan banyak kekeliruan, yang tidak 
layak untuk disembah. sekitar tahun  78, filosof Celsus yang pagan 
menuduh orang  kaum beragama   sudah  mengadopsi pandangan yang picik 
dan terbatas mengenai  junjungan . Dia merasa heran bahwa orang  kaum beragama   
bahkan mengklaim peberkatNyaan khusus bagi mereka: junjungan  tersedia 
bagi semua umat manusia, namun  orang  kaum beragama   bersatu dalam sebuah 
kelompok kecil sembari menegaskan: "junjungan  bahkan sudah  men-
campakkan seluruh bumi dan langit untuk memberi perhatian hanya 
kepada kami."
  
 saat  orang  kaum beragama   diburu oleh penguasa Romawi, 
mereka dituduh "sayap kiri" sebab  anggapan mereka mengenai  kejunjungan an 
benar-benar bermengenai an dengan etos Romawi. sebab  tidak bisa 
memenuhi hak-hak para dewa tradisional, orang-orang merasa takut 
bahwa kaum Kristiani akan membahayakan negara dan meng-
hancurkan tatanan yang rentan.  kaum beragama   dipandang sebagai sebuah 
kredo barbar yang mengabaikan capaian-capaian peradaban. 
    

namun  , pada akhir abad kedua, beberapa orang pagan yang 
betul-betul mempelajarinya mulai beralih ke kepercayaan   kaum beragama   dan 
mampu mengadaptasikan junjungan  Semitik kitabsuci  dengan ideal Yunani-
Romawi. Salah seorang di antara mereka yaitu  Clement dari 
Aleksandria (kl.  5 -  5), yang mungkin sekali sudah  mempelajari 
filsafat di Atena sebelum kepindahan kepercayaan nya. Clement tidak ragu-
ragu bahwa yahw dan junjungan  filsafat Yunani yaitu  satu dan sama: 
dia menjuluki Plato sebagai mose  Atena. Sungguhpun , baik 
utusan junjungan   kaum beragama  maupun Paulus pasti akan dibuat kaget oleh teologinya. 
Sebagaimana junjungan  Plato dan Aristoteles, junjungan  Clement dicirikan 
oleh apatheia-nya: dia sama sekali kebal, tidak mampu menderita 
atau berubah. Orang  kaum beragama   dapat ikutserta  diri dalam kehidupan 
yang suci ini dengan cara meniru ketenangan dan kesentosaan junjungan  
sendiri. Clement menyusun aturan kehidupan yang sangat mirip 
dengan aturan perilaku terperinci yang disusun oleh para rabi, 
terkecuali bahwa ia lebih banyak memiliki kesamaan dengan cita-
cita kaum Stoa. Seorang  kaum beragama   wajib meniru ketenangan junjungan  di 
dalam setiap bagian terkecil kehidupannya: dia mesti duduk dengan 
benar, berbicara perlahan, menahan diri dari kekerasan dan tertawa 
terbahak-bahak, bahkan harus bersendawa dengan halus. Melalui 
latihan ketenangan ini, seorang  kaum beragama   akan menjadi sadar akan 
Ketenangan luas di dalam diri, yaitu   citra junjungan  yang 
terpahat dalam wujud mereka sendiri. Tak ada jurang pemisah antara 
junjungan  dan manusia. Begitu orang  kaum beragama   berhasil menyesuaikan 
diri dengan cita-cita junjungan , niscaya mereka akan menemukan bahwa 
mereka memiliki seorang Sahabat junjungan  "yang tinggal bersama di 
rumah chucky , duduk bersama, dan ikut dalam seluruh usaha  moral hidup chucky ."
Namun, Clement juga percaya bahwa utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  junjungan , "junjungan  
Mahahidup yang menderita dan disembah."
 Dialah yang sudah  
"mencuci kaki mereka, membungkus dengan handuk," dialah "junjungan  
yang tidak sombong dan Penguasa Semesta."
 Jika orang  kaum beragama   
meneladani kaum beragama , mereka juga akan menjadi seperti junjungan : suci, 
tak bisa rusak, dan tak berubah. sebetulnya , kaum beragama  yaitu  logos 
suci yang sudah  menjadi manusia "agar kalian bisa belajar dari seorang 
manusia bagaimana cara menjadi junjungan ."
 Di Barat, Irenaeus, Uskup 
Lyons (   -   ), sudah  mengajarkan doktrin yang serupa. utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  
inkarnasi logos, akal junjungan . saat  menjadi manusia, dia sudah  me-
nyucikan setiap derajat perkembangan manusia dan menjadi model  bagi orang  kaum beragama  . Mereka harus meniru dia dengan cara yang kurang 
lebih sama seperti seorang aktor dipercaya  menjadi satu dengan karakter 
yang dia perankan, dan dengan , memenuhi potensi kemanusiaan mereka.
 Clement maupun Irenaeus mengadaptasi junjungan  
Yahudi ke dalam ide  yang khas bagi zaman dan budaya mereka. 
Meskipun anggapan itu tak banyak kesamaannya dengan junjungan  para 
utusan junjungan  , yang terutama dicirikan oleh rasa iba dan kepeduliannya, doktrin 
aphatheia Clement akan menjadi fundamental bagi anggapan  kaum beragama   
mengenai  junjungan . Di dalam dunia Yunani, orang-orang rindu untuk 
bangkit dari kekacauan emosi dan perubahan, rindu untuk meraih 
keheningan supramanusiawi. Cita-cita ini tetap ada, meski dengan 
segala paradoks yang melekat dalam dirinya. 
Teologi Clement menyisakan beberapa pertanyaan krusial yang 
tak terjawab. Bagaimana mungkin seorang manusia biasa bisa menjadi 
Logos atau akal junjungan ? Apa sebetulnya  makna ucapan bahwa utusan junjungan   kaum beragama  
itu suci? Apakah Logos sama dengan "Anak junjungan ," dan apa makna 
gelar Yahudi ini di dunia Helenik? Bagaimana mungkin junjungan  yang 
kebal bisa menderita di dalam utusan junjungan   kaum beragama ? Bagaimana mungkin orang 
 kaum beragama   bisa percaya bahwa utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  wujud junjungan  sementara, 
pada saat yang sama, mereka menyatakan bahwa hanya ada satu 
junjungan ? Orang  kaum beragama   jadi semakin sadar akan masalah  ini selama 
abad ketiga. Pada tahun-tahun pertama abad itu di Roma, seorang 
Sabellius, figur yang agak samar-samar, mengatakan bahwa istjunjungan -
istjunjungan  kitab , seperti "Ia", "Anak" dan "Ruh" dapat dibandingkan 
topeng {personae) yang dipakai oleh aktor-aktor untuk memainkan 
suatu peran dramatik dan untuk memicu  suara mereka dapat didengar 
oleh hadirin. junjungan  Yang Esa dengan  sudah  memakai 
personae yang berbeda saat  berurusan dengan dunia. Sabellius 
berhasil menarik  beberapa  pengikut, namun  kebanyakan orang  kaum beragama   
keberatan atas teorinya: teori itu menyarankan bahwa junjungan  yang 
apofatik itu ternyata dalam pengertian tertentu sudah  menderita saat  
memainkan peranan Anak, ide  yang mereka rasa agak sulit 
untuk dapat diterima. Sungguhpun , saat  Paulus dari 
Samosata, Uskup Antiokhia dari tahun  6  hingga  7 , sudah  menyatakan bahwa sebetulnya  utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  seorang manusia biasa, yang di 
dalam dirinya perkataan  dan Hikmat junjungan  menghuni  sebagaimana 
dalam sebuah kuil. Pandangan ini juga dianggap tidak ortodoks. 
Teologi Paulus dikutuk dalam sebuah sinode di Antiokhia pada tahun 
 6 , meskipun dia berhasil mempertahankan keuskupannya atas 
sokongan dari Ratu Zenobea di Palmira. Sungguh menjadi sangat 
rumit untuk menemukan cara mengakomodasi keyakinan  kaum beragama   
bahwa utusan junjungan   kaum beragama  itu junjungan  dengan kepercayaan yang sama kuatnya 
bahwa junjungan  itu Satu. 
saat  Clement meninggalkan Aleksandria pada tahun     untuk 
menjadi pendeta di bawah keuskupan Yerusalem, kedudukannya di 
sekolah kateketik diambil alih oleh murid mudanya yang brilian, 
Origen, yang pada saat itu berusia dua puluh tahun. Sebagai seorang 
pemuda, Origen sudah  memiliki keyakinan kuat bahwa mati sebagai 
martir yaitu  jalan menuju surga. Ayahnya, Leonides, mati di 
arena empat tahun silam dan Origen berusaha untuk mengikuti 
jejaknya. namun  , ibunya menyelamatkannya dengan menyem-
bunyikan pakaiannya. Origen awalnya  berkeyakinan bahwa 
hidup sebagai seorang  kaum beragama   berarti harus berpaling dari dunia, te-
tapi kemudian dia meninggalkan pandangan ini dan mengembangkan 
sebentuk Platonisme  kaum beragama  . Alih-alih melihat ada jurang lebar antara 
junjungan  dan dunia, yang hanya mungkin dijembatani oleh dislokasi 
radikal melalui pengurbanan nyawa, Origen mengembangkan sebuah 
teologi yang menekankan kontinuitas antara junjungan  dengan dunia. 
Teologinya yaitu  spiritualitas yang terang, bercahaya, optimis, 
dan gembira. Selangkah demi selangkah, seorang  kaum beragama   dapat 
mendaki mata rantai itu hingga dia mencapai junjungan , unsur alamiah 
dan kampung halamannya. 
Sebagai seorang Platonis, Origen yakin akan keserumpunan 
junjungan  dan jiwa: pengetahuan mengenai  yang junjungan  yaitu  alamiah bagi 
manusia. Pengetahuan itu dapat "diingat kembali" dan dibangkitkan 
melalui latihan-latihan khusus. Untuk menyesuaikan pandangan filsafat 
Platoniknya dengan kitabsuci  Semitik, Origen mengembangkan 
sebuah metode simbolik untuk membaca kitabsuci . Dengan , 
kelahiran kaum beragama  dari rahim perawan Maria pada dasarnya tidak 
untuk dipahami sebagai suatu kejadian harfiah, melainkan harus dilihat 
sebagai kelahiran Hikmat junjungan  di dalam jiwa. Dia juga mengambil 
beberapa ide  kaum Gnostik. awalnya , semua wujud di 
dalam dunia spiritual berkontemplasi mengenai  junjungan  yang sudah  
mengungkapkan sendiri di dalam Logos, perkataan , dan Hikmat suci. 
namun  , mereka menjadi bosan dengan aktivitas kontemplasi 
sempurna ini dan jatuh ke dalam dunia materi yang segera meme-
rangkap mereka. namun  , tidak semuanya gagal. Jiwa berhasil 
mencapai junjungan  melalui perjalanan panjang yang akan terus 
berlangsung sesudah  kematian. Lambat laun jiwa akan meninggalkan 
tubuh dan naik menjadi ruh murni. Melalui kontemplasi (theoria), 
jiwa akan memperoleh  pengetahuan (gnosis) mengenai junjungan , yang 
akan mentransformasinya hingga, seperti yang diajarkan Plato, ia 
akan menjadi suci. junjungan  sangatlah misterius dan tak ada ucapan 
atau teori  chucky  sebagai manusia yang mampu mengungkapkannya, 
namun  jiwa memiliki kapasitas untuk mengenai junjungan  sebab  ia 
ikut memiliki watak kekuasaan nya. Kontemplasi mengenai  Logos me-
rupakan sesuatu yang alamiah bagi chucky , sebab semua makhluk 
spiritual (logikoi) pada dasarnya setara satu sama lain. saat  semua 
sudah  gagal, hanya jiwa manusia utusan junjungan   kaum beragama  kaum beragama  yang tetap bisa bertahan 
di alam suci seraya berkontemplasi mengenai  perkataan  junjungan , dan jiwa 
chucky  sendiri setara dengan jiwanya. Kepercayaan pada kesucian ma-
nusia utusan junjungan   kaum beragama  hanya yaitu  sebuah fase; ia akan membantu 
perjalanan chucky , namun  pada akhirnya akan lepas saat  chucky  sudah  
bertemu muka langsung dengan junjungan . 
Pada abad kesembilan, tempat ibadah  mencela beberapa ide  Origen 
sebagai bid'ah. Baik Origen maupun Clement tidak percaya bahwa 
junjungan  sudah  menciptakan alam dari ketiadaan (ex nihilo), yang dalam 
perkembangan kemudian  akan menjadi doktrin  kaum beragama   ortodoks. 
Pandangan Origen mengenai  kekuasaan  utusan junjungan   kaum beragama  dan penyelamatan umat 
manusia jelas tidak sejalan dengan ajaran resmi  kaum beragama  : dia tidak 
percaya bahwa chucky  sudah  "diselamatkan" oleh kematian kaum beragama , namun  
mempercayai   bahwa chucky  dapat naik menuju junjungan  atas usaha chucky  sendiri. 
masalah nya yaitu , saat  Origen dan Clement menulis dan meng-
ajarkan Platonisme  kaum beragama   mereka, belum ada doktrin resmi. Tak 
seorang pun betul-betul mengetahui apakah junjungan  sudah  mencipta-
kan alam atau apakah seorang manusia bisa menjadi junjungan . Peristiwa-
peristiwa yang bergejolak pada abad keempat dan kelima membawa 
pada sebuah definisi mengenai  kepercayaan ortodoks hanya sesudah  
melewati suatu pertarungan yang mengenaskan. 
Mungkin Origen paling dikenal sebab  tindakannya mengebiri 
diri sendiri. Di dalam kitabsuci , utusan junjungan   kaum beragama  mengatakan bahwa beberapa orang 
sudah  mengebiri diri mereka sendiri demi Kerajaan Langit, dan Origen 
menelan perkataan  itu mentah-mentah. Pengebirian yaitu  perilaku yang 
umum di akhir zaman kuno; Origen tidak langsung menyerang diri-
nya dengan sebjunjungan  pisau, keputusannya pun tidak diilhami oleh 
sejenis kebencian neurotik terhadap ritual ualitas sebagaimana yang 
sudah  menjadi karakter sebagian teolog Barat seperti  Santo Jerome 
(   -   ). Sarjana Inggris Peter Brown memperkirakan bahwa tindakan 
itu diambil sebagai usaha  untuk mendemonstrasikan doktrinnya 
mengenai ketidakpastian kondisi manusia, yang pasti akan ditinggal-
kan oleh jiwa. Rupanya faktor-faktor yang tak dapat diubah seperti 
gender akan ditinggalkan dalam proses panjang penyucian diri, sebab  
di sisi junjungan  tak akan ada lelaki atau perempuan. Pada zaman saat  
filosof ditandai oleh jenggotnya yang panjang (simbol kebijaksanaan), 
pipi Origen yang halus dan nada suaranya yang tinggi yaitu  
pemandangan yang mengherankan. 
Plotinus (  5- 7 ) sudah  belajar di Aleksandria di bawah bimbingan 
guru senior Origen, Ammonius Saccus, dan kemudian bergabung 
dengan tentara Romawi. Dia berharap akan dikirim ke India, tempat 
yang sangat ingin dipelajarinya. chucky ngnya ekspedisi itu gagal dan 
Plotinus pindah ke Antiokia. Belakangan dia mendirikan sebuah 
sekolah filsafat yang prestisius di Roma. chucky  tidak begitu mengenal-
nya sebab  dia yaitu  seorang laki-laki yang sangat pendiam dan 
tidak pernah bercerita mengenai  dirinya sendiri, bahkan juga tidak 
pernah merayakan hari ulang tahunnya sendiri. Seperti Celsus, Plo-
tinus memandang  kaum beragama   sebagai sebuah kredo yang sama sekali 
tidak bisa diterima, namun  dia berpengaruh terhadap 
generasi-generasi monoteis masa depan dalam ketiga kepercayaan  yang kuasa  . 
Oleh sebab  itulah, dirasakan penting untuk mengetengahkan uraian 
terperinci mengenai pandangannya mengenai  junjungan . Plotinus digambar-
kan sebagai garis batas yang penting: dia sudah  menyerap aliran-
aliran pemikiran utama dari 8   tahun pemikiran spekulatif Yunani 
dan mentransmisikannya dalam sebuah bentuk yang mempengaruhi 
tokoh-tokoh terkemuka pada abad chucky , seperti T.S. Eliot dan Henri 
Bergson. Berpijak pada ide -ide  Plato, Plotinus mengem-
bangkan suatu sistem yang dirancang untuk mencapai pemahaman 
mengenai  diri. Dia sama sekali tidak tertarik untuk menemukan pen-
jelasan ilmiah atas alam semesta atau berusaha  menjelaskan asal 
usul fisik kehidupan; bukannya mencari penjelasan objektif dari dunia 
luar, Plotinus justru mengajak murid-muridnya untuk surut ke dalam 
diri mereka sendiri dan memulai eksplorasi mereka dari kedalaman 
jiwa. 
Manusia sadar bahwa ada sesuatu yang tak beres dengan kondisi 
mereka; mereka merasakan kejanggalan dengan diri sendiri dan orang 
lain, tak terhubungkan dengan hakikat batin mereka dan kehilangan 
arah. Konflik dan hilangnya kesederhanaan tampak sudah  menjadi 
ciri eksistensi chucky . Meskipun  chucky  tak henti-hentinya ber-
usaha  untuk memadukan fenomena yang beragam itu dan mereduk-
sinya menjadi seperti  keujunjungan  yang tertata. saat  secara sepintas 
chucky  melihat seseorang, chucky  tidak hanya melihat sebuah kaki, tangan, 
dan kepala, namun  secara automatis chucky  mengorganisasikan unsur-
unsur ini menjadi sesosok manusia utuh. Dorongan ke arah keujunjungan  
ini bersifat fundamental bagi cara bekerja akal chucky  dan dipercaya  
Plotinus pasti juga mencerminkan esensi sesuatu secara umum. Untuk 
menemukan kebenaran mendasar fakta , jiwa mesti menata ulang 
dirinya, menjalani periode penyucian (katharsis) dan tenggelam dalam 
kontemplasi (theoria), seperti yang disarankan Plato. Jiwa perlu 
melihat melampaui kosmos, melampaui dunia indriawi, dan bahkan 
melampaui keterbatasan akal untuk menyelami inti fakta . Namun 
, ini bukanlah pendakian ke puncak fakta  yang berada di 
luar diri chucky , melainkan turun menyelam ke dalam lubuk hati. Pendek 
kata, sebuah pendakian ke dalam batin. 
fakta  tertinggi yaitu  sebuah kesatuan primal yang oleh 
Plotinus dinamakan  sebagai Yang Esa. Segala sesuatu meminjam eksistensi 
mereka dari fakta  potensial ini. sebab  Yang Esa yaitu  kese-
derhanaan itu sendiri, tak ada yang bisa diceritakan mengenainya: 
tak ada padanya suatu kualitas yang berbeda dari esensinya, yang 
dapat memungkinkan deskripsi dalam cara biasa. Dia ada begitu 
saja. Akibatnya, Yang Esa itu tidak bernama: "Jika chucky  berpikir positif 
mengenai  Yang Esa," jelas Plotinus, "kebenaran akan lebih banyak ada  dalam Hening."
 chucky  bahkan tak bisa mengatakan bahwa 
dia ada, sebab  sebagai Wujud itu sendiri, dia "bukanlah sesuatu namun  berbeda dari segala sesuatu."
 sebetulnya , Plotinus menjelas-
kan, dia "yaitu  Segala Sesuatu dan Bukan Sesuatu; dia bukanlah 
salah satu dari apa yang ada, namun  dia yaitu  semuanya."
 8 
chucky  akan melihatlihat  bahwa persepsi ini akan menjadi sebuah 
tema yang konstan dalam sejarah junjungan . 
namun  , Hening bukanlah keseluruhan kebenaran, kata 
Plotinus, sebab chucky  mampu untuk tiba pada pengetahuan tertentu 
mengenai  yang junjungan . yaitu  mustahil jika Yang Esa itu tetap terbungkus 
dalam rahasia yang tak bisa ditembus. Yang Esa mesti sudah  melampaui 
dirinya sendiri, melampaui Kesederhanaannya dengan tujuan men-
jadikan dirinya bisa dipahami oleh wujud-wujud tak sempurna seperti 
chucky . Transendensi junjungan  ini bisa digambarkan apa yang dinamakan  
"ekstasi", sebab  yaitu  peristiwa "keluar dari diri sendiri" dalam 
kebaikan murni: "Tak mencari apa-apa, tak memiliki apa-apa, 
tak kehilangan apa-apa. Yang Esa itu sempurna dan, secara metaforis, 
sudah  melimpah, dan kelimpahannya sudah  menghasilkan yang baru." 
Tak ada sesuatu yang bersifat personal di dalam semua ini; Plotinus 
memandang Yang Esa berada di atas semua kategori manusia, ter-
masuk kategori personalitas. Plotinus kembali ke mitos emanasi kuno 
untuk menjelaskan pemancaran semua yang wujud dari Sumber yang 
sangat sederhana ini, memakai  beberapa  analogi untuk meng-
gambarkan prosesnya: seperti pancaran sinar matahari atau panas 
yang memancar dari sebuah nyala api dan semakin Anda mendekat 
ke inti api itu, semakin panas terasa. Salah satu kiasan yang paling 
disukai oleh Plotinus yaitu  perbandingan antara Yang Esa dengan 
titik pusat sebuah lingkaran, yang mengandung kemungkinan muncul-
nya seluruh lingkaran lain yang berasal darinya. Ini mirip pula dengan 
efek gelombang yang ditimbulkan oleh jatuhnya sebuah batu ke 
dalam kolam. Berbeda dengan pemancaran yang dijelaskan dalam 
mitos seperti Enuma Elish, di mana masing-masing pasangan dewa 
yang berevolusi dari pasangan lain menjadi lebih sempurna dan 
efektif, yang ada  dalam skema Plotinus justru kebalikannya. Se-
bagaimana dalam mitos-mitos Gnostik, semakin jauh suatu wujud 
dari Yang Esa, semakin lemahlah ia. 
Plotinus memandang dua emanasi pertama yang memancar dari 
Yang Esa sebagai sesuatu yang berorientasi junjungan , sebab keduanya memicu  
chucky  mampu mengetahui dan terlibat dalam kehidupan junjungan . Bersama 
dengan Yang Esa, keduanya membentuk sebuah Segitiga berorientasi junjungan  
yang dalam cara tertentu mirip dengan Trinitas dalam  kaum beragama  . Pikiran 
(nous), emanasi pertama, dalam skema Plotinus bersesuaian dengan 
alam ide Plato: pikiran bisa memicu  kesederhanaan Yang Esa menjadi 
terpahami, namun  pengetahuan di sini bersifat intuitif dan langsung. 
Ia tidak dengan susah payah diperoleh melalui penelitian dan proses 
penalaran, namun  diserap melalui cara yang sama seperti saat  indra 
chucky  menyerap objek-objek yang dipersepsikan. Jiwa (psyche), yang 
beremanasi dari Pikiran dalam cara yang sama seperti emanasi Pikiran 
dari Yang Esa, yaitu  sesuatu yang sedikit lebih jauh dari 
kesempurnaan, dan di tingkat ini, pengetahuan hanya dapat diperoleh 
secara diskursif sehingga ia tidak memiliki simplisitas dan koherensi 
absolut. Jiwa bersesuaian dengan fakta  yang biasa chucky  alami: 
seluruh sisa eksistensi fisik dan spiritual memancar dari Jiwa, yang 
memberi  kepada dunia chucky  semua kesatuan dan koherensi yang 
dimilikinya. Lagi-lagi, mesti ditekankan bahwa Plotinus tidak membayangkan tiga serangkai Yang Esa, Pikiran, dan Jiwa ini sebagai 
suatu junjungan  "di luar sana". kekuasaan  melingkupi seluruh eksistensi. 
junjungan  yaitu  semua di dalam semua, dan wujud-wujud yang lebih 
rendah hanya ada selama mereka menjadi bagian dalam wujud absolut Yang Esa.
 Aliran emanasi ke arah luar diserap oleh gerakan kembali kepada 
Yang Esa. Sebagaimana chucky  tahu dari cara kerja pikiran chucky  sendiri 
dan dari ketidakpuasan chucky  terhadap konflik dan kemajemukan, 
semua wujud merindukan kesatuan; mereka rindu untuk kembali 
kepada Yang Esa. Lagi, ini bukanlah pendakian menuju suatu fakta  
yang ada di luar diri, melainkan jalan menurun menuju kedalaman 
pikiran chucky . Jiwa mesti mengingat kembali simplisitas yang sudah  
dilupakannya dan kembali kepada kesejatian dirinya. sebab  semua 
jiwa dihidupkan oleh fakta  yang sama, kemanusiaan mungkin 
dapat diperbandingkan dengan sekelompok paduan suara yang 
berdiri mengelilingi seorang konduktor. Jika ada seseorang yang 
melantur, maka akan timbul ketidakpaduan dan ketidakselarasan. 
Namun, jika semua memperhatikan konduktor dan berkonsentrasi 
kepadanya, keseluruhan komunitas akan diuntungkan sebab "mereka 
akan menyanyi sebagaimana mestinya, dan sungguh-sungguh berada 
bersamanya."
5  
Yang Esa sangat impersonal; tidak bergender dan sama sekali 
tidak menyadari chucky .  pula, Pikiran (nous) secara gramatikal 
yaitu  maskulin dan Jiwa (psyche) yaitu  feminin. Ini menunjukkan 
suatu keinginan dari Plotinus sendiri untuk mempertahankan visi 
kuno pagan mengenai  keseimbangan dan harmoni ritual ual. Tidak seperti 
junjungan  kitab , Yang Esa tidak datang untuk menemui chucky  dan mem-
bimbing chucky  pulang. Dia tidak merindukan chucky , atau mencintai chucky , 
atau mengungkapkan dirinya kepada chucky . Dia tidak memiliki penge-
tahuan mengenai  sesuatu di luar dirinya.
 Namun , jiwa manusia 
kadang tergetar dalam pengenalan memabukkan mengenai  Yang Esa. 
Filsafat Plotinus bukan yaitu  sebuah proses berlogika, melain-
kan sebuah pencarian spiritual: 
chucky  di sini, demi tujuan chucky , mesti mengesampingkan segala sesuatu 
yang lain dan menyediakan diri untuk Ini saja, menjadi Ini saja, 
meninggalkan semua beban; chucky  mesti bersegera keluar dari sini, tak 
sabar akan ikatan duniawi chucky , untuk merangkul junjungan  dengan 
 5  

segenap keberadaan chucky  sehingga tak ada bagian chucky  yang tidak 
tergantung kepada junjungan . Di sana chucky  bisa melihat junjungan  dan diri 
chucky  sendiri terungkap: diri chucky  dalam kemegahan, dipenuhi cahaya 
Akal, atau tepatnya, cahaya itu sendiri, murni, mengapung, terbang, 
menjadi  pada faktanya , yaitu   junjungan .
5  
junjungan  ini bukanlah suatu objek asing, melainkan diri chucky  yang 
terbaik. la timbul "bukan dengan cara mengetahui, bukan pula dengan 
Pemikiran yang menemukan wujud-wujud Akal [di dalam Pikiran 
atau nous], namun  melalui suatu kehadiran (parousid) yang melampaui 
semua pengetahuan."
5  
 kaum beragama   menemukan dirinya berada dalam sebuah dunia yang 
didominasi ide-ide Platonis. Semenjak itu, saat  para pemikir  kaum beragama   
mencoba menjelaskan pengalaman religius mereka sendiri, secara 
alamiah mereka beralih kepada visi Neoplatonis dari Plotinus dan 
pengikut-pengikut pagannya di kemudian hari. ide  mengenai  
pencerahan yang impersonal, di luar kategori-kategori manusia, dan 
alamiah bagi kemanusiaan juga dekat dengan cita-cita Hindu dan 
kaum biksu  di India, tempat yang begitu ingin dipelajari Plotinus. 
Dengan , meski ada beberapa perbedaan yang lebih 
superfisial, ada  kemiripan nyata antara monoteisme dan visi-
visi lain mengenai  fakta . Tampaknya saat  manusia berkontemplasi 
mengenai  yang mutlak, mereka tiba pada ide  dan pengalaman 
yang sangat mirip. Rasa kehadiran, mabuk, dan gentar dalam kehadiran 
sebuah fakta   yang dinamakan  nirvana, Yang Esa, Brahman, atau 
junjungan   sepertinya yaitu  keadaan pikiran dan persepsi yang 
alamiah dan tak henti-hentinya dicari manusia. 
Sebagian orang  kaum beragama   memutuskan untuk menjalin hubungan 
persahabatan dengan dunia Yunani. Yang lainnya tidak menginginkan 
hubungan apa pun dengan mereka. Selama masa merebaknya penyik-
saan terhadap  kaum beragama   di kekaisaran Romawi pada tahun  7 -an, 
seorang utusan junjungan   bafu bernama Montanus muncul di Phyrgia di wilayah 
Turki modern, yang mengaku sebagai avatar junjungan : "Akulah junjungan  
yang Mahakuasa, yang turun kepada seorang manusia," begitu pernah 
diucapkannya; "Aku yaitu  Ia, putra, dan Perantara." Sahabat-
sahabatnya Priscilla dan Maximilla juga memicu  klaim serupa.
55 
Montanisme yaitu  kredo apokaliptik keras yang melukiskan 
gambaran menakutkan mengenai  junjungan . Para pengikutnya bukan hanya 
diwajibkan berpaling dari dunia dan harus menjalani kehidupan 

 
membujang, mereka juga diajarkan bahwa mati sebagai martir 
yaitu  satu-satunya jalan menuju junjungan . Kematian mereka yang 
mengenaskan demi iman akan mempercepat kedatangan kaum beragama : 
para martir yaitu  prajurit-prajurit junjungan  yang terlibat dalam pertem-
puran melawan kejahatan. Kredo yang mengerikan ini menarik hati 
ekstremisme laten dalam semangat  kaum beragama  : Montanisme menjalar 
seperti kobaran api di Phyrgia, Thrace, Siria, dan Gaul. Aliran ini 
menjadi kuat secara khusus di Afrika Utara, yang penduduknya pernah 
menyembah para resi  yang menuntut pengurbanan manusia. 
Pemujaan mereka terhadap Baal, yang mencakup pengurbanan anak 
sulung, baru ditumpas oleh Kaisar pada abad kedua. Segera bid'ah 
itu pun menarik bagi pribadi sekaliber Tertullian, teolog terkemuka 
tempat ibadah  Latin. Di Timur, Clement dan Origen mengajarkan cara yang 
damai dan bahagia untuk kembali kepada junjungan , namun  di tempat ibadah  
Barat ada junjungan  yang lebih menakutkan yang menuntut kematian 
tragis sebagai syarat kesetiaan. Pada tahapan ini,  kaum beragama   yaitu  
kepercayaan  yang berjuang untuk tumbuh di Eropa Barat dan Afrika Utara, 
dan sejak awal sudah  ada  kecenderungan ke arah ekstremisme 
dan kekerasan. 
namun  ,  kaum beragama   di Timur sedang memicu  langkah besar, 
dan menjadi salah satu kepercayaan  terpenting di kekaisaran Romawi pada 
tahun   5. Orang-orang  kaum beragama   kini berbicara mengenai  sebuah tempat ibadah  
Agung dengan satu aturan loyalitas  yang jauh dari sikap ekstrem 
dan eksentrik. Para teolog ortodoks ini sudah  meninggalkan visi-visi 
pesimistik kaum Gnostik, Marcionis, dan Montanisme, dan mengambil 
jalan tengah.  kaum beragama   menjadi kredo perkotaan yang menghindari 
kompleksitas kultus-kultus misteri dan aksetisme yang tidak fleksibel. 
la mulai memikat orang-orang berkecerdasan tinggi yang mampu 
mengembangkan loyalitas  dalam garis yang bisa dipahami oleh 
dunia Yunani-Romawi. kepercayaan  baru itu juga memikat kaum wanita: 
kitabsuci nya mengajarkan bahwa di dalam kaum beragama  tak ada istjunjungan  
lelaki atau perempuan dan mengajarkan agar kaum pria menghargai 
istri-istri mereka sebagaimana kaum beragama  menghargai tempat ibadah nya.  kaum beragama   
memiliki semua keuntungan yang dahulu pernah memicu  Yudaisme 
menjadi sebuah loyalitas  yang menarik, dikurangi keharusan 
bersunat dan Hukum yang terasa asing. Orang-orang pagan terkesan 
oleh sistem kesejahteraan yang dikembangkan tempat ibadah -tempat ibadah  dan sikap 
kasihsayang  yang diamalkan orang  kaum beragama   satu sama lain. Dalam 
perjuangan panjangnya untuk selamat dari penyiksaan dari luar dan 
perselisihan dari dalam, tempat ibadah  juga sudah  mengembangkan organisasi 
yang efisien, yang memicu nya nyaris seperti mikrokosmos ke-
kaisaran itu sendiri: multirasial, meluas, internasional, ekumenikal, 
dan dijalankan oleh birokrasi yang efisien. 
Begitu ia menjadi sebuah kekuatan bagi stabilitas dan memikat 
Kaisar Konstantin, yang menjadi penganut  kaum beragama   sesudah  pertempuran 
di Jembatan Milvian pada tahun    ,  kaum beragama   dilegalisasi pada tahun 
berikutnya. Orang  kaum beragama   kini bisa memiliki rumah, bebas beribadah, 
dan memberi sumbangsih yang nyata bagi kehidupan warga . 
Meskipun paganisme masih berkembang selama dua abad berikutnya, 
 kaum beragama   menjadi kepercayaan  resmi kerajaan dan mulai menarik minat 
pengikut-pengikut baru yang datang bergabung ke tempat ibadah  demi 
memperoleh kesejahteraan material. Tak lama kemudian tempat ibadah  
yang mengawali kehidupan sebagai sebuah sekte terlarang yang 
memohon toleransi  juga menuntut kesesuaian dengan hukum dan 
kredonya sendiri. Alasan kemenangan  kaum beragama   tidak jelas; namun  pasti 
ia tidak akan berhasil tanpa dukungan kekaisaran Romawi, meskipun 
ini juga tak pelak memicu  masalah  sendiri. Pada puncaknya 
yaitu  kepercayaan  yang selalu dirundung malang,  kaum beragama   tak pernah 
benar-benar tiba pada suatu masa keemasan. Salah satu masalah  
utama yang mesti dipecahkannya yaitu  doktrin mengenai  junjungan : tak 
lama sesudah  Konstantin membawa kedamaian kepada tempat ibadah , bahaya 
baru pun muncul dari dalam yang memecah  kaum beragama   menjadi kubu-
kubu yang saling bermusuhan. 
sekitar tahun    , gairah teologis yang membara merasuki 
tempat ibadah -tempat ibadah  di Mesir, Siria, dan Asia kecil. Para pelaut dan 
pelancong melantunkan senandung masyhur yang menyata-
kan junjungan  yang sejati hanyalah sang Ia, yang tidak dapat dijangkau 
dan unik, namun  sang Putra tidaklah abadi dan bukannya tidak 
diciptakan, sebab  dia memperoleh  kehidupan dan wujud dari sang 
Ia. chucky  mendengar mengenai  penjaga tempat pemandian yang men-
ceramahi para pengunjung bahwa sang Putra berasal dari ketiadaan; 
mengenai  seorang penukar uang yang, saat  ditanya mengenai  nilai 
tukar, malah memberi pengantar jawabannya dengan uraian panjang 
mengenai  perbedaan antara tatanan yang diciptakan dengan junjungan  
yang tidak diciptakan; juga seorang tukang roti yang memberitahukan 
pelanggannya bahwa Ia lebih agung dibanding  sang Putra. Mereka 
mendiskusikan masalah  pelik ini dengan semangat yang sama 
seperti orang-orang memperbincangkan sepakbola di masa sekarang. 
Kontroversi ini disulut oleh Arius, seorang pemuka tempat ibadah  yang 
tampan dan karismatik dari Aleksandria, yang memiliki suara lembut, 
menawan, dan wajah yang sangat melankolis. Dia melemparkan 
sebuah tantangan yang oleh uskupnya, Aleksander, tidak mungkin 
diabaikan, namun  akan lebih sulit lagi untuk dijawab: bagaimana 
mungkin utusan junjungan   kaum beragama  kaum beragama  menjadi junjungan  dalam cara yang sama dengan 
junjungan  Ia? Arius tidak menyangkal kejunjungan an kaum beragama ; bahkan, dia 
menyebut utusan junjungan   kaum beragama  "junjungan  kuat" dan "junjungan  sepenuhnya,"
 namun  
percaya mempercayai   dia itu berorientasi junjungan  secara hakikinya 
yaitu  suatu penghujatan: utusan junjungan   kaum beragama  sendiri secara khusus  sudah  
mengatakan bahwa junjungan  Ia itu lebih agung dibanding  dirinya. 
Aleksander dan asistennya yang brilian, Athanasius, segera menyadari 
bahwa ini tidak lebih dari pernik-pernik teologis semata. Arius sudah  
mengajukan masalah  vital menyangkut hakikat junjungan . Sementara 
itu, Arius, seorang propagandis yang mahir, sudah  meramu ide nya 
ke dalam bentuk yang populer, dan tak lama kemudian kaum awam 
pun memperdebatkan isu tersebut dengan tak kalah hangatnya 
dibandingkan uskup-uskup mereka. 
Kontroversi itu menjadi begitu memanas sehingga Kaisar Kons-
tantin sendiri turun tangan dan mengimbau penyelenggaraan sebuah 
sinode di Nicaea, di area  Turki modern, Untuk membahas masalah 
ini. Pada masa sekarang, nama Arius menjadi kata lain untuk bid'ah, 
namun  pada saat konflik itu merebak belum ada posisi ortodoks yang 
resmi dan sama sekali tak bisa dipastikan mengapa, atau bahkan 
apakah, Arius salah. Sebetulnya tak ada yang baru dalam klaimnya: 
Origen, orang yang dihormati oleh kedua pihak yang berseberangan, 
pernah mengajarkan doktrin yang mirip. namun  , iklim intelektual 
di Aleksandria sudah  berubah sejak masa Origen dan orang-orang 
tidak lagi yakin bahwa junjungan  Plato dapat berhasil disandingkan 
dengan junjungan  kitabsuci . Arius, Aleksander, dan Athanasius, contohnya, 
mempercayai sebuah doktrin yang pasti mengejutkan setiap orang 
yang penganut Platonis: mereka beranggapan bahwa junjungan  sudah  
menciptakan alam dari ketiadaan (ex nihilo) dengan mendasarkan 
pendapat mereka pada kitabsuci . Pada faktanya , kitab Kejadian 
tidak memuat klaim seperti  ini. Penulis tradisi Para Imam pernah 
menyiratkan bahwa junjungan  sudah  menciptakan alam dari kekacauan 
primordial, namun  ajaran bahwa junjungan  menghadirkan seluruh alam 
dari sebuah kehampaan absolut sepenuhnya yaitu  pendapat 
yang baru. ide  ini asing bagi pemikiran Yunani dan tak pernah 
diajarkan oleh para teolog seperti  Clement dan Origen, yang 
berpegang pada skema emanasi Platonis. Namun pada abad keempat, 
orang  kaum beragama   mulai sependapat dengan kaum Gnostis bahwa dunia 
ini secara inheren rentan, tak sempurna, dan terpisah dari junjungan  
oleh suatu jurang yang sangat lebar. Doktrin baru penciptaan ex 
nihilo ini menekankan pandangan mengenai  kosmos yang pada 
dasarnya lemah dan sepenuhnya bergantung kepada junjungan  untuk 
mewujud dan hidup. junjungan  dan kemanusiaan tak lagi serumpun, 
sebagaimana dalam pemikiran Yunani. junjungan  menciptakan setiap 
satu wujud dari ketiadaan tak bertepi, dan kapan pun dia bisa menarik 
kembali tangannya yang memberi sokongan. Tak ada lagi mata rantai 
wujud yang secara abadi beremanasi dari junjungan . Tak ada lagi perantara 
alam wujud-wujud spiritual yang mengalirkan kekuatan mana junjungan  
kepada dunia. Manusia tak dapat lagi mendaki mata rantai wujud 
menuju junjungan  dengan usaha mereka sendiri. Hanya junjungan , yang 
sudah  menarik mereka dari ketiadaan awalnya  dan menjaga 
mereka agar terus mewujud, yang bisa menjamin keselamatan abadi 
mereka. 
Orang  kaum beragama   mengetahui bahwa utusan junjungan   kaum beragama  kaum beragama  sudah  menye-
lamatkan mereka melalui kematian dan kebangkitan nya; mereka sudah  
diselamatkan dari kebinasaan dan pada suatu masa akan ikut dalam 
eksistensi junjungan , yang Ada dan Hidup dengan sendirinya. Lewat 
suatu cara kaum beragama  sudah  memicu  mereka mampu menyeberangi 
jurang lebar yang memisahkan junjungan  dari manusia. Pertanyaannya 
yaitu , bagaimana cara dia melakukan hal itu? Pada sisi mana dari 
Jurang Lebar itu dia berada? Kini tak ada lagi Pleroma, tempat yang 
berisikan para perantara dan aeon-aeon. Apakah kaum beragama , sang perkataan , 
tergolong ke dalam alam suci (yang kini yaitu  wilayah junjungan  
sendirian) atau tergolong ke dalam tatanan ciptaan yang rentan. Arius 
dan Athanasius meletakkannya pada sisi yang berseberangan: 
Athanasius pada alam suci sedangkan Arius memilih tatanan makhluk. 
Arius bermaksud menekankan perbedaan esensial antara junjungan  
yang unik dengan semua makhluk ciptaannya. Seperti tertulis dalam 
suratnya kepada Uskup Aleksander, junjungan  yaitu  "satu-satunya yang 
tidak memperanakkan, satu-satunya yang abadi, satu-satunya yang 
tak berawal, satu-satunya kebenaran, satu-satunya yang memiliki 
keabadian, satu-satunya yang bijak, satu-satunya yang baik, dan satu-
satunya yang kuasa."
 
 Arius menguasai isi kitabsuci  dengan baik 
dan dia mempersenjatai argumennya dengan teks-teks kitabsuci  
untuk mendukung klaimnya bahwa kaum beragama  sang perkataan  tak lain yaitu  
makhluk seperti chucky  semua. Sebuah ayat kunci yaitu  deskripsi 
mengenai  Hikmat suci dalam kitab Amsal, yang menyatakan secara 
eksplisit bahwa junjungan  sudah  menciptakan Hikmat sejak dahulu kala.
  
Teks itu juga menyatakan bahwa Hikmat yaitu  sarana 
penciptaan, sebuah ide  yang diulang lagi dalam prolog kitabsuci  
Yohanes. perkataan  itu sudah  ada bersama yang kuasa   sejak semula: segala sesuatu dijadikan oleh Dia, Dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang sudah  jadi.
 Logos yaitu  instrumen yang dipakai  junjungan  untuk 
memicu  segala ciptaan menjadi ada. Oleh sebab  itu, ia sepenuhnya 
berbeda dari wujud-wujud lain dan memiliki status sangat tinggi. 
Namun sebab  diciptakan oleh junjungan , logos secara esensial berbeda 
dari junjungan  itu sendiri. 
Yohanes mempertegas bahwa utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  logos; dia juga 
mengatakan bahwa logos itu yaitu  yang kuasa  .
6
 Sungguhpun , 
menurut Arius, utusan junjungan   kaum beragama  bukanlah junjungan  dalam hakikatnya, namun  
diangkat junjungan  ke status berorientasi junjungan . Dia berbeda dengan chucky  semua 
sebab  junjungan  sudah  menciptakannya secara langsung sedangkan 
makhluk-makhluk lain diciptakan melalui dia. junjungan  sudah  mengetahui 
bahwa jika logos menjadi manusia, dia akan mematuhi junjungan  secara 
sempurna. Oleh sebab  itu, junjungan  sudah , bisa dikatakan , 
menganugerahkan kesucian kepada utusan junjungan   kaum beragama  sejak semula. namun  , 
kesucian utusan junjungan   kaum beragama  bukanlah alamiah baginya: itu hanyalah sebuah 
pemberian atau karunia. Lagi-lagi, Arius dapat menampilkan banyak 
teks yang tampaknya menopang pandangan ini. Kenyataan bahwa 
utusan junjungan   kaum beragama  sudah  menyebut yang kuasa   sebagai "Ia-"nya mengimplikasikan 
sebuah perbedaan; keIakan pada dasarnya menyiratkan eksistensi 
yang lebih dahulu dan menunjukkan superioritas terhadap anak. 
Arius juga mengetengahkan ayat-ayat kitab  yang menekankan 
kerendahan hati dan kerentanan kaum beragama . 
Arius tak bermaksud merendahkan utusan junjungan   kaum beragama , sebagaimana dituduh-
kan oleh musuh-musuhnya. Dia memiliki pandangan luhur mengenai  
keutamaan dan kerelaan pengurbanan utusan junjungan   kaum beragama , yang dipercaya  menjadi 
jaminan keselamatan manusia. junjungan  Arius menyerupai junjungan  para 
filosof Yunani, yang jauh dan sangat transenden terhadap dunia; 
sebab  itu pula dia menganut teori  Yunani mengenai  penyelamatan. 
Kaum Stoa, contohnya, selalu mengajarkan bahwa yaitu  mungkin 
bagi manusia yang baik untuk menjadi kudus. Ini juga yaitu  
hal yang esensial dalam pandangan Platonis. Arius secara antusias 
percaya bahwa orang  kaum beragama   sudah  diselamatkan dan dijadikan suci, 
ikut memiliki hakikat junjungan . Ini hanya mungkin sebab  utusan junjungan   kaum beragama  sudah  
merintiskan sebuah jalan bagi manusia. Dia sudah  menjalani kehidupan 
seorang manusia sempurna; dia sudah  mematuhi yang kuasa   bahkan hingga 
kematian di kayu salib; seperti dikatakan oleh Paulus, yaitu  sebab  
 58 

kepajunjungan nya hingga mati maka yang kuasa   sangat meninggikannya dan 
mengaruniakan kepadanya gelar junjungan  (kyrios).
7
 Andaikata utusan junjungan   kaum beragama  
bukan seorang manusia, takkan ada harapan buat chucky . Tak ada yang 
bisa chucky  teladani dari hidupnya jika dia memang yaitu  junjungan  secara 
hakiki. Justru dengan merenungkan kehidupan kaum beragama  yang sarat 
dengan nilai-nilai kepajunjungan  seorang anak maka orang  kaum beragama   dapat 
menjadikan diri mereka pun berorientasi junjungan . Dengan meneladani kaum beragama , 
makhluk yang sempuma, mereka juga bisa menjadi "makhluk ciptaan 
yang kuasa   dengan kesempurnaan yang tak dapat diubah dan tak dapat 
berubah."
Namun, Athanasius memiliki pandangan yang kurang optimis 
terhadap kapasitas manusia di hadapan junjungan . Dia memandang 
kemanusiaan secara inheren yaitu  sesuatu yang rapuh: chucky  
berasal dari ketiadaan dan akan kembali ke dalam ketiadaan jika chucky  
berdosa. Oleh sebab  itu, saat  merenungkan makhluknya, junjungan , 
melihat bahwa seluruh alam ciptaan, jika dibiarkan berjalan dengan 
sendirinya, akan berubah dan bisa mengalami kehancuran. Untuk 
mencegah ini dan menjaga agar alam semesta tidak kembali menjadi 
tiada, dia ciptakan segala sesuatu dengan logos-nya sendiri yang abadi 
dan mengaruniakan wujud kepada ciptaan.
Hanya dengan cara turut serta dalam junjungan , melalui logos-nya., 
manusia bisa terhindar dari ketiadaan sebab  junjungan  sajalah yang 
yaitu  Wujud sempurna. Jika logos pun yaitu  makhluk 
biasa, dia tak akan mampu menyelamatkan manusia dari kebinasaan. 
Logos dibuat menjadi daging untuk memberi hidup kepada chucky . Dia 
sudah  turun ke alam manusia yang tidak abadi untuk memberi chucky  
bagian dalam ketidakberubahan dan keabadian junjungan . Namun, 
pembebasan ini mustahil adanya jika logos sendiri yaitu  makhluk 
rentan, yang juga dapat jatuh ke dalam ketiadaan. Hanya dia yang 
sudah  menciptakan dunialah yang mampu menyelamatkannya, dan 
itu berarti bahwa kaum beragama , logos yang mendaging, pastjunjungan  berhakikat 
sama dengan junjungan  Ia. Sebagaimana dikatakan Athanasius, perkataan  
dibuat menjadi manusia dengan tujuan agar chucky  bisa menjadi kudus.
   
saat  para uskup berkumpul di Nicaea pada    Mei   5, untuk 
mengatasi krisis ini, sedikit sekali yang mendukung pandangan Atha-
nasius mengenai  kaum beragama . Kebanyakannya berpegang pada posisi mene-
ngah antara Athanasius dan Arius. Meskipun , Athanasius 
 59 

berhasil mendesakkan teologinya kepada para delegasi dan, di bawah 
ancaman kaisar, hanya Arius dan dua orang sahabatnya yang berani 
menolak untuk menyetujui Kredo Athanasius. Dengan ini maka creatio 
ex nihilo pun menjadi doktrin resmi  kaum beragama   untuk pertama kalinya, 
menegaskan bahwa kaum beragama  bukanlah sekadar makhluk atau aeon. 
Sang Pencipta dan Penebus itu yaitu  satu. 
Kami beroyalitas kepada yang kuasa   Yang Esa, 
junjungan  Ia yang Mahakuasa, 
pencipta segala sesuatu, yang dapat dilihat dan tak dapat dilihat, 
dan kepada satu junjungan , utusan junjungan   kaum beragama  kaum beragama , 
Anak yang kuasa  , 
satu-satunya anak junjungan  Ia, 
yang berasal dari substansi (ousid) junjungan  Ia, 
junjungan  dari junjungan , 
cahaya dari cahaya, 
junjungan  sejati dari junjungan  sejati, 
diperanakkan, tidak diciptakan 
dari satu substansi (homoousion) dengan junjungan  Ia, 
yang melaluinya segala sesuatu diciptakan, 
segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi, 
yang demi chucky  dan keselamatan chucky , 
turun dan dijadikan manusia, 
yang menderita, bangkit kembali pada hari ketiga, 
naik ke langit 
dan akan datang untuk menjadi hakim bagi yang hidup dan yang mati 
dan kami beroyalitas kepada Roh Kudus.
   
Tercapainya kesepakatan itu menyenangkan hati Konstantin yang 
tidak memiliki pemahaman mengenai  isu-isu teologis. namun , sebetulnya  
tidak ada sebuah kesepakatan pun di Nicaea. Sesudah  konsili itu, 
para uskup terus mengajar sebagaimana biasanya, dan krisis Arian 
pun terus berlanjut selama enam puluh tahun berikutnya. Arius dan 
pengikutnya terus melawan dan berhasil memperoleh dukungan 
kekaisaran. Athanasius diasingkan tak kurang dari lima kali. Sangat 
sulit untuk memegang kredonya. Khususnya, istjunjungan  homoousion 
(secara harfiah berarti "dibuat dari bahan yang sama") sangat 
kontroversial sebab  tidak berlandaskan kitabsuci  dan memiliki 
asosiasi materialistik. Dua uang logam, contohnya, bisa dikatakan 
homoousion sebab  keduanya dibuat dari substansi yang sama. 
 6  

Lebih jauh lagi, kredo Athanasius memicu  banyak per-
tanyaan penting. Dinyatakannya bahwa utusan junjungan   kaum beragama  itu berorientasi junjungan , namun  tidak 
dijelaskan bagaimana logos bisa berasal "dari bahan yang sama" 
dengan junjungan  Ia tanpa menjadi junjungan  kedua. Pada tahun   9, 
Marcellus, Uskup Ankira  teman setia dan kolega Athanasius, yang 
bahkan pernah ikut ke pengasingan bersamanya suatu kali  berpen-
dapat bahwa logos tidak mungkin yaitu  sebuah wujud suci 
yang abadi. la hanyalah sebuah kualitas atau potensi yang inheren 
di dalam junjungan : secara apa adanya, rumose n Nicene dapat dituduh 
sebagai triteisme, kepercayaan bahwa ada tiga junjungan : junjungan  Ia, 
Putra, dan Roh Kudus. Sebagai pengganti homoousion yang kontro-
versial, Marcellus mengusulkan istjunjungan  yang kompromistis, yaitu 
homoiousion, dari hakikat yang sama atau serupa. Perdebatan yang 
berliku-liku ini sering menjadi bahan olok-olok, terutama oleh Gibbon, 
yang merasa yaitu  tak masuk akal jika kesatuan  kaum beragama   mesti ter-
ancam hanya oleh sebuah diftong. namun  , yang menarik yaitu  
kegigihan yang terus dipertahankan oleh orang  kaum beragama   terhadap 
perasaan mereka bahwa kekuasaan  utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  hal yang esen-
sial, meski sangat sulit untuk merumuskannya dalam terma-terma 
yang nyata  Seperti Marcellus, banyak orang  kaum beragama   merasa 
terusik oleh ancaman terhadap kesatuan junjungan . Marcellus kelihatan-
nya percaya bahwa logos hanyalah sebuah fase sementara: ia mun-
cul dari junjungan  pada saat penciptaan, berinkarnasi dalam diri utusan junjungan   kaum beragama  
dan, saat  penebusan sudah  sempurna, ia akan kembali larut ke 
dalam alam suci. Dengan , junjungan  Yang Esa tetap mencakup 
segalanya. 
Akhirnya, Athanasius mampu meyakinkan Marcellus dan para 
pengikutnya bahwa mereka mesti menggalang kekuatan, sebab  
mereka memiliki lebih banyak kesamaan dibanding dengan sekte 
Arius. Dengan , siapa yang mengatakan bahwa logos 
berhakikat sama dengan junjungan  Ia dan yang mengatakan bahwa 
ia berhakikat mirip dengan junjungan  Ia yaitu  "bersaudara, yang 
memaksudkan apa yang chucky  maksudkan dan hanya berselisih dalam soal terminologi."
 Yang jadi prioritas seharusnya yaitu  menentang 
Arius, yang menyatakan bahwa sang Putra secara keseluruhan berbeda 
dari junjungan  dan secara mendasar memiliki hakikat yang berbeda. 
Bagi orang luar, tak pelak lagi bahwa argumen-argumen teologis 
seperti  ini tampak hanya membuang-buang waktu saja: toh tak 
ada pihak yang mungkin memberi bukti secara definitif, dengan 
cara apa pun, dan perselisihan itu sendiri justru terbukti sudah  memecah 
belah. namun  , bagi orang yang terlibat di dalamnya, ini bukanlah 
perdebatan yang kering, namun  menyangkut esensi pengalaman 
 kaum beragama  . Arius, Athanasius, dan Marcellus yakin bahwa sesuatu yang 
baru sudah  menyusup ke dunia bersama utusan junjungan   kaum beragama , dan mereka berusaha  
untuk mengartikulasikan pengalaman ini ke dalam simbol-simbol 
teori tual untuk menjelaskannya kepada diri mereka sendiri dan 
kepada orang lain. Kata-kata itu sendiri hanya mungkin bersifat 
simbolik, sebab fakta  yang ingin mereka tunjukkan memang tak 
terucapkan. Namun chucky ngnya, sebuah intoleransi dogmatik sudah  
merayap ke dalam kepercayaan   kaum beragama  , yang akhirnya menetapkan peng-
adopsian simbol-simbol yang "benar" atau ortodoks sebagai sesuatu 
yang penting dan wajib. Obsesi doktrinal ini, yang khas bagi  kaum beragama  , 
dapat dengan mudah menggiring kepada pencampuradukan simbol 
manusia dengan fakta  junjungan .  kaum beragama   sudah  selalu  yaitu  
sebuah loyalitas  yang bersifat paradoks: pengalaman kepercayaan  
generasi awal  kaum beragama   yang kuat sudah  mengalahkan keberatan ideo-
logis mereka terhadap skandal seorang Mesias yang disalib. Kini di 
Nicaea, tempat ibadah  sudah  memilih paradoks Inkarnasi, meskipun dengan 
ketidaksesuaiannya yang terang-terangan dengan monoteisme. 
Dalam karyanya yang berjudul Life of Anthony, mengenai  seorang 
asketik padang pasir yang masyhur, Athanasius berusaha memper-
lihatkan bagaimana doktrin barunya akan berpengaruh terhadap 
spiritualitas  kaum beragama  . Antonius, yang dikenal sebagai Iak monastisis-
me, sudah  menjalani kehidupan yang penuh keagar supaya n di padang 
sahara Mesir. Dalam The Sayings of The Fathers, sebuah antologi 
anonim mengenai  ujar-ujar para pendeta padang pasir, dia ditampilkan 
sebagai manusia biasa yang rentan, terusik juga oleh rasa bosan, ikut 
menderita sebab  problem-problem kemanusiaan, dan memberi  
nasihat langsung yang sederhana. namun  , dalam biografinya, 
Athanasius menghadirkan Antonius dengan cara yang sepenuhnya 
berbeda. contohnya, dia berubah menjadi tokoh yang sangat keras me-
nentang Arianisme; dia sudah  mulai mencicipi pengangkatannya ke 
status berorientasi junjungan  di masa depan, sebab  berhasil meraih apatheia junjungan  
hingga tingkat yang cukup tinggi. saat , contohnya, dia bangkit dari 
pusara tempat dia menghabiskan waktu selama dua puluh tahun untuk 
bertarung melawan setan-setan, Athanasius mengatakan bahwa tubuh 
Antonius tidak menunjukan  tanda-tanda menua. Dia yaitu  seorang 
 kaum beragama   yang sempurna, yang ketenangannya sudah  membedakannya 
dari manusia lain: "jiwanya tak terusik, dan dengan  penampilan luarnya tampak damai."
 Dia sudah  dengan sempurna meneladani kaum beragama : seperti logos yang sudah  mendaging, turun ke dunia 
fana dan memerangi kekuatan jahat, Antonius pun turun ke tempat-
tempat hunian setan. Athanasius tak pernah menyebutkan kontemplasi, 
yang oleh kaum Platonis  kaum beragama  , seperti Clement atau Origen diang-
gap sebagai sarana menuju kejunjungan an dan pensucian. Makhluk yang 
tak abadi tidak lagi dipandang mungkin untuk naik ke hadirat junjungan  
melalui kontemplasi dengan memakai kekuatan alamiah mereka 
sendiri. Alih-alih, orang  kaum beragama   harus meniru turunnya perkataan  yang 
mendaging ke dalam alam material yang fana. 
namun  , orang-orang  kaum beragama   masih kebingungan: Jika hanya 
ada satu junjungan , bagaimana bisa logos itu juga menjadi junjungan ? Akhirnya 
tiga teolog terkemuka dari Kapadokia di Turki Timur muncul dengan 
sebuah solusi yang memuaskan bagi tempat ibadah  Ortodoks Timur. Mereka 
yaitu  Basil, Uskup Caesarea (kl.   9-79), adiknya Gregory, Uskup 
Nyssa (  5-95), dan sahabatnya Gregory dari Nazianzus (  9-9 ). 
Kapadokian, begitu mereka sering dinamakan , yaitu  orang-orang yang 
sangat spiritualis. Mereka sangat gandrung akan spekulasi dan filsafat, 
namun berkeyakinan bahwa hanya pengalaman kepercayaan lah yang 
mampu memberi  kunci pemecahan atas masalah -masalah  
kejunjungan an. Dengan latar belakang filsafat Yunani yang kuat, mereka 
semua sadar akan perbedaan penting antara kandungan kebenaran 
faktual dengan aspek-aspeknya yang lebih sukar dipahami. Kaum 
rasionalis Yunani terdahulu sudah  memberi perhatian kepada masalah  
ini: Plato sudah  mempermengenai kan filsafat (yang diungkapkan lewat 
istjunjungan -istjunjungan  logika dan dengan  dapat dibuktikan) dengan 
ajaran-ajaran yang tak kalah pentingnya yang diwarisi melalui mitologi, 
yang mengelak dari pembuktian ilmiah. chucky  sudah  melihatlihat  
bahwa Aristoteles sudah  memicu  pembedaan serupa saat  menga-
takan bahwa orang-orang mendatangi misteri kepercayaan -kepercayaan  bukan 
untuk mempelajari (matbein) sesuatu, melainkan untuk mengalami 
(pathein) sesuatu. Basil mengungkapkan pandangan yang sama dalam 
pengertian Kristiani saat  dia membedakan antara dogma dan 
kerygma. Kedua ajaran Kristiani ini esensial bagi kepercayaan . Kerygma 
yaitu  pengajaran umum tempat ibadah  yang didasarkan pada kitab kitab suci  
namun  dogma mewakili makna kebenaran kitab  yang lebih dalam, 
yang hanya dapat dipahami melalui pengalaman kepercayaan  dan 
diungkapkan dalam bentuk simbolik. Di samping pesan-pesan kitabsuci  
yang jelas, ada  tradisi rahasia dan esoterik yang diwarisi "dalam 
sebuah misteri" dari para rasul; ini yaitu  "pengajaran yang 
pribadi dan rahasia," 
yang sudah  diabadikan Ia-Ia suci chucky  dalam keheningan yang 
menjauhkan kecemasan dan keingintahuan... agar dengan keheningan 
ini karakter suci misteri itu tetap terjaga. Orang awam tidak diizinkan 
untuk berpegang pada hal-hal seperti  ini: maknanya tidak boleh 
diungkap dengan cara menuliskannya.
   
Di balik simbol-simbol liturgikal dan ajaran-ajaran utusan junjungan   kaum beragama  yang 
jelas, ada  dogma rahasia yang ditujukan bagi tingkat pemahaman 
iman yang lebih lanjut. 
Pembedaan antara kebenaran esoterik dan eksoterik yaitu  
hal yang sangat penting dalam sejarah junjungan . Ini tidak terbatas kepada 
 kaum beragama   Yunani, orang Yahudi dan Muslim juga mengembangkan tradisi 
esoterik. ide  mengenai  adanya doktrin "rahasia" tidak dimaksudkan 
untuk memjunjungan -mjunjungan  orang. Basil tidaklah berbicara mengenai  bentuk 
awal Freemansory. Dia sekadar mengetengahkan imbauan untuk 
memose tkan perhatian kepada fakta bahwa tidak semua kebenaran 
kepercayaan  bisa diungkapkan dan didefinisikan dengan jelas dan logis. 
Beberapa ajaran kepercayaan  memiliki resonansi batin yang hanya mungkin 
dipahami oleh setiap individu pada waktunya masing-masing saat  
melakukan apa yang oleh Plato dinamakan  theoria, kontemplasi. sebab  
semua kepercayaan  diarahkan kepada fakta  tak terucapkan yang melam-
paui teori  dan kategori rasional, maka ucapan pun jadi membatasi 
dan membingungkan. Jika mereka tidak "melihat" kebenaran ini 
dengan mata batin, orang yang belum sangat berpengalaman bisa 
jadi akan memperoleh ide  yang keliru. Oleh sebab  itu, di 
samping makna harfiahnya, kitabsuci  juga memiliki signifikansi 
spiritual yang tidak selalu mungkin diartikulasikan. biksu  juga sudah  
menyatakan bahwa ada pertanyaan yang "tidak memadai" dan tidak 
layak buat dijawab, sebab  pertanyaan itu merujuk kepada fakta  
yang berada di luar jangkauan kata-kata. Anda hanya dapat menemu-
kannya dengan menjalani teknik kontemplasi introspektif: dalam 
pengertian tertentu Anda harus menciptakannya bagi diri Anda sendiri. 
usaha  menggambarkannya dalam kata-kata akan tak kurang sulitnya 
dengan uraian verbal atas salah satu kuartet terakhir Beethoven. Se-
bagaimana dikatakan Basil, fakta  kepercayaan  yang licin ini hanya 
mungkin didekati dengan isyarat liturgi yang simbolik atau, akan 
lebih baik, dengan diam.
 kaum beragama   Barat akan menjadi sebuah kepercayaan  sangat riuh berbicara 
dan memose tkan diri pada kerygma:. ini akan menjadi salah satu 
masalah terbesarnya dalam soal kejunjungan an. namun  , dalam tempat ibadah  
Ortodoks Yunani, semua teologi yang baik akan mengambil sikap 
diam atau apofatik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Gregory dari 
Nyssa, setiap teori  mengenai  junjungan  hanyalah sebuah simulakrum, 
kemiripan yang menyesatkan, sebuah berhala: ia tak bisa mengung-
kapkan junjungan  itu sendiri.

 Orang  kaum beragama   harus menjadi seperti 
Abraham, yang, dalam sejarah hidupnya versi Gregory, menyingkirkan 
semua ide  mengenai  junjungan  dan berpegang teguh pada sebuah 
loyalitas  yang "murni dan tidak bercampur dengan teori  apa 
pun."

 Dalam Life of Moses, Gregory menekankan bahwa "visi sejati 
dan pengetahuan mengenai  apa yang chucky  cari justru ada  pada 
sikap tidak melihat, dalam kesadaran bahwa tujuan chucky  melampaui 
semua pengetahuan dan terpisah dari chucky  oleh kegelapan ketidak-
tahuan."

 chucky  tak dapat "melihat" junjungan  secara intelektual, namun 
seandainya chucky  membiarkan diri chucky  terbungkus dalam kabut yang 
pernah turun di Gunung Sinai, chucky  akan merasakan kehadirannya. 
Basil memakai perbedaan yang sudah  dibuat oleh Philo antara 
esensi (ousia) dan aktivitas (energeiai) junjungan  di dunia: "chucky  mengenal 
junjungan  chucky  hanya melalui perbuatannya (energeiai), namun  chucky  tak 
berdaya untuk mendekati esensinya."
 9
 inilah   kata kunci dari semua 
teologi masa depan di tempat ibadah  Timur. 
Kapadokian juga ingin sekali untuk mengembangkan ajaran 
mengenai  Roh Kudus, yang mereka rasakan tidak ditelaah secara 
sungguh-sungguh di Nicaea: "Dan kami beroyalitas kepada Roh Kudus" 
kelihatannya hanya ditambahkan begitu saja kepada kredo Athanasius. 
Orang-orang kebingungan mengenai  Roh Kudus. Apakah ia bersinonim 
dengan junjungan  atau yaitu  sesuatu yang lebih? "Ada yang 
memahami [Roh itu] sebagai sebuah aktivitas," ujar Gregory dari 
Nazianzus, "ada pula sebagai makhluk, sebagai junjungan , dan sebagian 
lagi tak yakin harus menyebutnya apa."
  
 Paulus berbicara mengenai  
Roh Kudus sebagai usaha  pembaruan, penciptaan, dan penyucian, 
namun  aktivitas-aktivitas ini hanya mungkin dikerjakan oleh junjungan . 
Oleh sebab  itu, akibatnya, Roh Kudus, yang kehadirannya di dalam 
diri chucky  dipandang sebagai penyelamat chucky , pastjunjungan  berorientasi junjungan  dan 
bukan sekadar makhluk ciptaan. Kapadokian memakai rumose n 
 65 

yang pernah dipakai Athanasius dalam perselisihannya dengan Arius: 
junjungan  memiliki satu esensi (ousia) yang tak dapat chucky  pahami 
namun  tiga bentuk ekspresi (hypostases) yang memicu  dia diketahui. 
Alih-alih mengawali penjelasan mereka mengenai  junjungan  dengan 
ousia-nya yang tak dapat dikenali, Kapadokian memulai dengan 
pengalaman manusia mengenai  hypostases junjungan . sebab  ousia junjungan  
itu tak terpahamkan, maka chucky  hanya dapat mengenalnya melalui 
manifestasi-manifestasi yang sudah  dianugerahkan  kepada chucky  sebagai 
Ia, Putra, dan Roh. Namun , ini tidak berarti bahwa 
Kapadokian percaya kepada tiga wujud junjungan , sebagaimana dibayang-
kan oleh para teolog Barat. Kata hypostasis membingungkan bagi 
kebanyakan orang yang tidak mengenal bahasa Yunani, sebab  kata 
itu memiliki banyak makna: sebagian sarjana Latin, seperti St. Jerome 
percaya bahwa kata hypostasis memiliki arti yang sama dengan ousia 
dan berpikir bahwa orang-orang Yunani mempercayai adanya tiga 
esensi junjungan . Namun, Kapadokian menegaskan ada satu perbedaan 
penting antara ousia dengan hypostasis yang harus betul-betul diingat. 
Ousia sebuah objek yaitu  yang menjadikan objek itu sebagaimana 
adanya; ousia biasanya diterapkan pada objek sebagaimana adanya 
di dalam dirinya sendiri. Sedangkan hypostasis dipakai untuk meng-
ungkapkan suatu objek dilihat dari luar. kadang , Kapadokian 
suka memakai kata prosopon untuk menggantikan hypostasis. 
Prosopon pada dasarnya berarti "daya", namun  juga sudah  memperoleh  
 beberapa  arti sekunder sehingga ia juga dipakai untuk merujuk kepada 
ekspresi wajah seseorang yang mencerminkan keadaan pikirannya, 
juga untuk sebuah peran yang secara sadar diadopsinya atau karakter 
yang diniatkan untuk dijalaninya. Akibatnya, tidak berbeda dengan 
hypostasis, prosopon berarti ekspresi luar watak batin seorang individu 
sebagaimana tampak oleh orang lain. Jadi, saat  Kapadokian berkata 
bahwa junjungan  yaitu  satu ousia dalam tiga hypostasis, sebetulnya  
yang mereka maksudkan yaitu  junjungan  dalam dirinya sendiri itu 
Satu: hanya ada satu kesadaran-diri junjungan . namun  , saat  dia 
membiarkan bagian dari dirinya diketahui oleh makhluknya, dia yaitu  
tiga prosopoi. 
Dengan , hypostases Ia, Putra, dan Roh tidak mesti 
disamakan dengan junjungan  itu sendiri, sebab , seperti dijelaskan oleh 
Gregory dari Nyssa, "hakikat junjungan  (ousia) tak dapat dinamai dan 
dibicarakan"; "Ia", "Putra", dan "Roh" hanyalah "istjunjungan -istjunjungan  yang 
chucky  pakai" untuk membicarakan energeiai yang melaluinya junjungan  
 66 

menjadikan dirinya diketahui.
  
 Sungguhpun , istjunjungan -istjunjungan  
ini memiliki nilai simbolik sebab  mereka menerjemahkan fakta  
yang tak terucap itu ke dalam citra-citra yang dapat chucky  mengerti. 
Manusia sudah  mengalami junjungan  sebagai yang transenden (Ia, 
tersembunyi di dalam cahaya yang tak tertembus), dan sebagai yang 
kreatif (logos), dan sebagai yang imanen (Roh Kudus). Namun ketiga 
hypostases ini hanyalah kilasan parsial dan tak lengkap dari hakikat 
junjungan  itu sendiri, yang berada jauh di atas penggambaran dan teori -
tualisasi seperti ini.
  
 Dengan , Trinitas tidak boleh dilihat 
sebagai fakta harfiah, melainkan sebagai suatu paradigma yang berse-
suaian dengan fakta-fakta real yang tersembunyi dalam junjungan . 
Dalam suratnya To Alabius: That There Are Not Three Gods, 
Gregory dari Nyssa menguraikan garis besar doktrin pentingnya 
mengenai  ketakterpisahan atau koinherensi ketiga oknum berorientasi junjungan  atau 
hypostases. Orang tak mesti mengira bahwa junjungan  membelah dirinya 
ke dalam tiga bagian; itu yaitu  ide  yang berlebihan dan 
menghujat. junjungan  mengungkapkan dirinya secara penuh dan utuh 
dalam masing-masing dari ketiga manifestasi ini saat  dia ingin 
dianugerahi  dirinya kepada dunia. Dengan , Trinitas 
memberi chucky  petunjuk mengenai  pola "setiap perbuatan yang berasal 
dari junjungan  menuju ke tatanan makhluk": seperti yang ditunjukkan 
oleh kitab kitab suci  segalanya berawal dari Ia, berproses melalui 
bantuan Putra, dan menjadi efektif di dunia sebab  adanya Roh yang 
imanen. namun  , junjungan  tetap hadir dalam setiap fase perbuatan. 
Dalam pengalaman chucky  sendiri, chucky  dapat melihat kesalingtergan-
tungan antara ketiga hypostases: chucky  takkan pernah mengenal Ia 
sekiranya tak ada berkatNya kepada Putra,  pula chucky  takkan 
pernah mengenal Putra jika tak ada Roh yang memicu  chucky  mengenal-
nya. Roh mendampingi perkataan  suci Ia, tak bedanya dengan napas 
(dalam bahasa Yunani pneuma; bahasa Latin spiritus) mendampingi 
kata-kata yang diucapkan seorang manusia. Ketiga oknum ini tidak 
berada secara terpisah di alam suci. chucky  dapat membandingkan me-
reka dengan keberadaan berbagai bidang ilmu yang berbeda di dalam 
pikiran seseorang: filsafat boleh saja berbeda dari ilmu kedokteran, 
namun  ia tidak mendiami sebuah area  kesadaran yang terpisah. 
Ilmu-ilmu yang berbeda saling melingkupi satu sama lain, mengisi 
seluruh pikiran namun tetap berbeda.
   
namun  , pada akhirnya, Trinitas hanya bisa dipahami sebagai 
sebuah pengalaman mistik atau spiritual: ia harus dialami, bukan 
 67 

dipikirkan, sebab  junjungan  berada jauh di luar jangkauan teori  
manusia. la bukanlah sebuah rumose n logis atau intelektual, melainkan 
sebuah paradigma imajinatif yang membungkam akal. Gregory dari 
Nazianzus memicu  hal ini menjadi jelas saat  dia memaparkan 
bahwa kontemplasi mengenai  Tiga dalam Satu membangkitkan emosi 
yang hebat dan memukau yang membungkam pikiran dan kejernihan 
intelektual. 
Begitu aku memikirkan mengenai  yang Satu, aku dicerahkan oleh kese-
marakan yang Tiga; begitu aku membedakan yang Tiga maka aku 
segera dibawa kembali kepada yang Satu. saat  aku memikirkan 
salah satu dari yang Tiga, aku memikirkannya sebagai keseluruhan, 
dan mataku penuh, dan bagian yang lebih besar dari apa yang kupikir-
kan terluput dariku.
   
Orang  kaum beragama   Ortodoks Yunani dan Rusia selalu menemukan 
bahwa kontemplasi mengenai  Trinitas yaitu  sebuah pengalaman 
kepercayaan  yang penuh ilham. namun  , bagi kebanyakan kaum 
 kaum beragama   Barat, Trinitas justru membingungkan. Ini barangkali sebab  
mereka hanya memperhatikan apa yang oleh Kapadokian dinamakan  
sebagai kualitas-kualitas kerygmatik, sementara bagi orang Yunani 
itu yaitu  kebenaran dogmatik yang hanya bisa dicerap secara 
intuitif dan sebagai hasil pengalaman kepercayaan . Secara logis, tentu 
saja, itu sama sekali tidak bermakna. Dalam sebuah khotbahnya, 
Gregory dari Nazianzus pernah menjelaskan bahwa ketidakmungkinan 
memahami dogma Trinitas membawa chucky  berhadapan dengan misteri 
kejunjungan an yang mutlak; ini mengingatkan bahwa chucky  tak mesti 
berharap untuk memahaminya.
  
 Ini juga mencegah chucky  dari men-
ciptakan pernyataan-pernyataan sembarangan mengenai junjungan  yang, 
saat  dia mengungkapkan diri, hanya bisa tertuangkan dalam cara-
cara yang tak terucapkan. Basil juga memperingatkan chucky  untuk 
tidak membayangkan bahwa chucky  bisa mengetahui cara kerja Trinitas, 
katakanlah begitu; tak ada gunanya, contohnya, berusaha memecahkan 
teka-teki bagaimana ketiga hypostases junjungan  Tertinggi pada saat yang 
sama yaitu  identik dan berbeda. Ini berada di luar jangkauan kata-
kata, teori , dan daya analisis manusia.
 6 
Dengan , Trinitas tidak boleh diinterpretasikan secara 
harfiah; ia bukanlah sebuah "teori" yang musykil namun  hasil dari 
theoria, kontemplasi. saat  orang  kaum beragama   di Barat menjadi gusar 
 68 

oleh dogma ini pada abad ke8  dan mencoba untuk mencam-
pakkannya, mereka berusaha  agar junjungan  dapat dipahami secara 
rasional bagi Zaman Akal. Ini yaitu  salah satu faktor pemicu timbul-
nya teologi Kematian junjungan  pada abad kesembilan belas dan kedua 
puluh, seperti yang akan chucky  saksikan nanti. Salah satu alasan 
mengapa Kapadokian mengembangkan paradigma imajinatif ini 
yaitu  untuk mencegah agar junjungan  tidak diteori sikan lewat cara 
yang sama rasionalnya dengan filsafat Yunani, sebagaimana dipahami 
oleh pembid'ah seperti  Arius. Teologi Arius itu agak terlalu 
gamblang dan logis. Trinitas mengingatkan orang-orang  kaum beragama   bahwa 
fakta  yang chucky  sebut "junjungan " tak dapat dipahami oleh akal manusia. 
Doktrin Inkarnasi, seperti diekspresikan di Nicaea, memang penting, 
namun dapat mengarah kepada keberhalaan yang simplistik. Orang 
mungkin mulai berpikir mengenai  junjungan  lewat cara yang terlalu 
manusiawi: bahkan mungkin pula membayangkan "dia" berpikir, 
berperilaku, dan berencana seperti chucky . Dari sana, hanya tersisa 
sebuah langkah kecil menuju ke arah penisbahan semua bentuk 
pendapat yang penuh prasangka kepada junjungan  dan kemudian me-
mutlakkannya. Trinitas yaitu  usaha  untuk mengoreksi kecen-
derungan ini. Alih-alih memandangnya sebagai pemyataan faktual 
mengenai  junjungan , Trinitas mungkin harus dilihat sebagai sebuah puisi 
atau tarian teologis antara apa yang dipercayai dan diterima oleh 
manusia fana mengenai  "junjungan " dengan kesadaran bahwa setiap per-
nyataan atau kerygma pasti bersifat sementara. 
Perbedaan penggunaan kata "teori" di Yunani dan Barat dapat 
menjelaskan sesuatu. Bagi  kaum beragama   Timur, theoria selalu mengandung 
arti kontemplasi. Di Barat, "theory' diartikan sebagai hipotesis rasional 
yang harus dibuktikan secara logis. Mengembangkan sebuah "teori" 
mengenai  junjungan  menyiratkan arti bahwa "dia" bisa dimuat di dalam 
sistem pemikiran manusia. Hanya ada tiga teolog Latin di Nicaea. 
Kebanyakan orang  kaum beragama   Barat belum mencapai tingkatan diskusi 
seperti  ini dan, sebab  mereka tidak memahami beberapa termi-
nologi Yunani, banyak yang merasa tidak puas dengan doktrin Trinitas. 
Mungkin istjunjungan  itu tidak dapat sepenuhnya diterjemahkan ke dalam 
idiom lain. Setiap budaya memang mesti menciptakan ide nya 
sendiri mengenai  junjungan . Jika Barat merasa asing dengan interpretasi 
Yunani mengenai  Trinitas, mereka harus menciptakan versi mereka 
sendiri. 
 69 

Teolog Latin yang mendefinisikan Trinitas bagi tempat ibadah  Latin yaitu  
Agustinus. Dia juga yaitu  seorang Platonis yang fanatik, setia 
kepada pandangan Plotinus dan, sebab  itu, cenderung lebih simpatik 
kepada doktrin Yunani dibanding  kepada beberapa kolega Baratnya. 
Seperti yang dijelaskannya, kesalahpahaman sering diakibatkan oleh 
terminologi semata: 
Demi menjelaskan hal-hal tak terucapkan sehingga chucky  mampu dengan 
cara tertentu mengungkapkan apa yang tidak bisa chucky  ungkapkan 
sepenuhnya dengan cara lain, kawan-kawan Yunani chucky  sudah  berbicara 
mengenai  satu esensi dan tiga substansi, namun  kawan-kawan Latin bicara 
mengenai  satu esensi atau substansi dan tiga oknum (personae).
 7 
saat  orang Yunani mendekati junjungan  dengan cara memper-
timbangkan ketiga hypostases, dan menolak untuk menganalisis 
esensinya yang satu, maka Agustinus dan orang-orang  kaum beragama   Barat 
sesudahnya justru memulai dengan keesaan junjungan  dan kemudian 
berlanjut dengan mendiskusikan tiga manifestasinya. Orang  kaum beragama   
Yunani menghormati Agustinus, memandangnya sebagai salah satu 
Patriark tempat ibadah  terkemuka, namun  mereka tidak mempercayai teologi 
Trinitariannya, yang mereka rasa sudah  menjadikan junjungan  terlalu 
rasional dan antropomorfis. Pendekatan Agustinus tidaklah bersifat 
metafisik, seperti halnya orang-orang Yunani, namun  psikologis dan 
bahkan sangat personal. 
Agustinus bisa dinamakan  sebagai pendiri spiritualitas Barat. Tak 
ada teolog lain, kecuali Paulus, yang lebih berpengaruh di Barat. 
chucky  mengenalnya dengan lebih baik dibanding pemikir lain di akhir 
abad klasik, sebagian besar sebab  artikelnya Confessions, sebuah 
paparan yang fasih dan hangat mengenai  usahanya menemukan junjungan . 
Sejak awal, Agustinus sudah  mencari sebuah kepercayaan  yang bercorak 
teistik. Dia memandang junjungan  sangat esensial bagi kemanusiaan: 
"Engkau sudah  menciptakan kami untuk dirimu sendiri,"  
dia berkata mengenai  junjungan  pada pembukaan Confessions, "dan jiwa-
jiwa kami gelisah hingga bertemu denganmu!"
 8
 saat  mengajar 
retorika di Kartage, dia pindah menganut Manicheisme, sebuah bentuk 
Gnostisisme Mesopotamia, namun  akhirnya dia meninggalkan paham 
itu sebab  teori kosmologinya yang tak memuaskan. Dia merasa 
doktrin Inkarnasi yaitu  penyimpangan, pelecehan ide mengenai  
junjungan , namun  saat  berada di Italia, Uskup Ambrose dari Milan 
mampu meyakinkan dirinya bahwa  kaum beragama   bukannya tidak sejalan 
dengan Plato atau Plotinus. Meskipun , Agustinus masih 
berkeberatan untuk mengambil langkah akhir dan menerima baptisme. 
Dia merasakan bahwa baginya  kaum beragama   memicu  wajibnya kehidupan membujang dan dia enggan menempuh jalan seperti itu: "junjungan , berjunjungan  aku kesucian,"  dia pernah berdoa, "namun  jangan dahulu ."
 Konversinya yang terakhir yaitu  sebuah peristiwa Sturm und Drang, penuh gejolak, ketercerabutan keras dari masa lalunya 
dan kelahiran kembali yang menyakitkan, seperti yang mencirikan 
pengalaman kepercayaan  Barat. Suatu hari, saat  tengah duduk 
bersama sahabatnya Alypius di kebun mereka di Milan, sebuah 
pertarungan berkecamuk di dalam pikiran: 
Dari kedalaman introspeksi diri yang gelap sudah  bangkit tumpukan 
seluruh nestapaku dan menempatkannya "dalam penglihatan hatiku". 
la membangkitkan badai besar yang membawa banjir air mata. Untuk 
menumpahkan semuanya diiringi desah kesedihan, aku bangkit dari 
sisi Alypius (menyendiri tampak lebih pantas untuk meneteskan air 
mata) ... lalu kusandarkan diri di bawah pohon ara dan membiarkan 
air mataku mengalir bebas. Sungai-sungai seakan menderas dari kedua 
mataku, sebuah pengurbanan yang mungkin dapat engkau terima, 
dan  meskipun bukan dalam kata-kata ini, namun  setidaknya dalam 
pengertian ini  aku berulang-ulang berkata kepadamu, "Berapa lama, 
junjungan , berapa lama lagi Engkau akan begitu murka?" 
junjungan  tidak selalu datang dengan mudah kepada orang Barat. 
Konversi Agustinus tampak seperti sebuah reaksi psikologis, yang 
sesudah nya si mualaf jatuh kelelahan di pangkuan junjungan , semua 
hasrat sudah  sampai. saat  Agustinus bersimpuh menangis di tanah, 
tiba-tiba dia mendengar suara anak kecil dari rumah terdekat menye-
nandungkan bait "Tolle, lege: Bangkit dan bacalah, bangkit dan 
bacalah!" Menganggap ini sebagai sebuah nubuat, Agustinus berdiri 
dan bergegas kembali ke sahabatnya Alypius yang terkaget dan 
lama menanti, dan langsung mengambil kitab kitabsuci nya. 
Dia membukanya pada sabda Paulus kepada orang Romawi: "Jangan 
dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan 
hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati, namun  kenakanlah 
junjungan  utusan junjungan   kaum beragama  kaum beragama  sebagai perlengkapan senjata perang dan jangan-
lah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya." Pertarungan 
panjang itu sudah  usai: "Aku tak mengharap maupun perlu membaca 
lebih lanjut," kenang Agustinus. "Segera, sesudah  kata-kata terakhir 
dari kalimat ini, seolah-olah cahaya pembasuh seluruh kecemasan 
membanjiri hatiku. Semua bayang-bayang keraguan menjadi sirna." 
junjungan  bisa juga menjadi sumber kebahagiaan: namun , tak lama 
berselang sejak konversinya, suatu malam Agustinus mengalami 
ekstasi bersama ibunya, Monica, di Ostia di dekat Sungai Tiber. chucky  
akan mendiskusikan ini secara lebih terperinci pada Bab 7. Sebagai 
seorang Platonis, Agustinus menyadari bahwa junjungan  dapat ditemukan 
di dalam pikiran, dan di dalam artikel X dari Confessions, dia men-
diskusikan fakultas yang dinamakan nya Memoria, memori. Ini jauh lebih 
kompleks dibanding  daya ingat dan lebih dekat kepada apa yang 
oleh para psikolog dinamakan  alam bawah sadar. Bagi Agustinus, memori 
mewakili keseluruhan pikiran, kesadaran, dan juga ketidaksadaran. 
Kompleksitas dan kerkepercayaan nnya memenuhi dirinya dengan keka-
guman. Ini yaitu  "misteri yang mengilhami ketakjuban", dunia imaji 
yang tak dapat dibayangkan, menghadirkan masa lalu dan tak terhitung 
dataran, relung, dan gua.
 Melalui dunia batin yang ramai inilah   
Agustinus turun untuk menemukan junjungan nya, yang secara paradoks 
berada di dalam dan di atas dirinya. Tak ada gunanya mencari bukti 
junjungan  di dunia luar. Dia hanya bisa ditemukan di dalam alam pikiran 
yang real: 
Terlambat aku mencintaimu, keindahan yang begitu lama namun begitu 
baru; terlambat aku mencintaimu. Dan lihat, engkau ada di dalam, aku 
berada di dunia luar dan mencarimu di sana, dan dalam keadaan tidak 
mencintaimu aku tenggelam dalam ciptaan indah yang sudah  engkau 
buat. Engkau bersamaku, dan aku tidak bersamamu. Segala yang indah 
sudah  menjauhkan aku darimu, padahal jika mereka tidak memiliki 
eksistensinya di dalam engkau, mereka takkan pernah ada sama sekali. 
Oleh sebab  itu, junjungan  bukanlah sebuah fakta  objektif, melain-
kan suatu kehadiran spiritual di kedalaman batin yang kompleks. 
Pandangan Agustinus ini tidak saja sama dengan Plato dan Plotinus, 
namun  juga dengan para penganut biksu , Hindu, dan Shaman dalam 
kepercayaan -kepercayaan  nonteistik. Sungguhpun , junjungan  dalam 
pandangannya bukanlah junjungan  yang impersonal, namun  junjungan  yang 
sangat personal dari tradisi Yahudi- kaum beragama  . junjungan  sudah  berkenan 
memaklumi kelemahan manusia dan pergi mencarinya:  

Engkau memanggil, berteriak keras, dan memecah kesunyianku. 
Engkau bersinar dan gemerlap, kau sirnakan kebutaanku. Engkau 
semerbak, kuhirup dalam napasku hingga memenuhi rongga dadaku. 
Kucicipi engkau dan aku makin merasa lapar dan haus akan engkau. 
Engkau sentuh aku, dan aku terbakar api untuk meraih kedamaian yaitu   milikmu.
 
Para teolog Yunani pada umumnya tidak membawa pengalaman 
mereka sendiri ke dalam tulisan teologis mereka, namun teologi 
Agustinus justru berangkat dari kisahnya sendiri yang sangat 
individual. 
Keterpesonaan Agustinus terhadap pikiran sudah  membawanya 
untuk mengembangkan Trinitarianisme psikologisnya sendiri dalam 
risalah De Trinitate, yang ditulisnya pada tahun-tahun pertama abad 
kelima. sebab  junjungan  sudah  menciptakan chucky  di dalam citranya sendiri, 
maka chucky  harus mampu melihat trinitas di kedalaman pikiran chucky . 
Alih-alih mengawalinya dengan abstraksi metafisik dan pembedaan 
verbal yang disenangi orang Yunani, Agustinus memulai eksplorasi 
ini dengan pengalaman yang sebagian besar chucky  pernah dapatkan. 
saat  mendengar frasa-frasa, seperti "junjungan  yaitu  cahaya" atau 
"junjungan  yaitu  kebenaran," chucky  secara instingtif merasakan gejolak 
ketertarikan spiritual dan merasa bahwa "junjungan " dapat memberi 
makna dan nilai bagi kehidupan chucky . Namun, sesudah  pencerahan 
sekejap ini, chucky  kembali jatuh ke dalam bingkai pikiran chucky  yang 
biasa, saat chucky  terobsesi mengenai  "hal-hal yang biasa dan membumi." 
chucky  tak bisa meraih kembali momen kerinduan  yang tak terucapkan itu. Proses pemikiran normal tak dapat mem-
bantu; sebaliknya, chucky  harus mendengar "apa yang dimaksud oleh 
hati" dengan frasa-frasa seperti  "Dia yaitu  kebenaran." namun  , mungkinkah mencintai fakta  yang tidak chucky  kenal? Agustinus 
menjawab dengan membuktikan bahwa sebab  di dalam pikiran chucky  sendiri ada  trinitas yang mencerminkan junjungan , seperti citra 
Platonis mana pun, chucky  rindu pada Arketipe chucky   pola dasar yang 
dengannya chucky  dibentuk. 
Jika chucky  mengawali dengan mempertimbangkan pikiran yang 
mencintai dirinya sendiri, chucky  tidak menemukan trinitas melainkan 
dualitas, yaitu  cinta dan pikiran. Namun hanya jika pikiran itu sadar 
mengenai  dirinya sendiri, melalui apa yang chucky  sebut kesadaran diri, 
ia baru bisa mencintai dirinya sendiri. Mendahului Descartes, Agustinus menyatakan bahwa pengetahuan mengenai  diri sendiri yaitu  
pijakan dasar dari semua kepastian yang lain. Bahkan pengalaman 
mengenai  keraguan pun memicu  chucky  sadar akan diri sendiri. Di dalam jiwa ada tiga macam isi, yaitu: ingatan, pengertian, dan 
kehendak yang bersesuaian dengan pengetahuan, pengenalan diri, 
dan cinta. Seperti halnya tiga oknum junjungan , aktivitas-aktivitas mental 
ini secara esensial yaitu  satu sebab  mereka itu tidak membentuk 
tiga macam pikiran yang terpisah, namun  masing-masing mengisi 
keseluruhan pikiran dan mencakup dua yang lain: "chucky  ingat bahwa 
chucky  memiliki ngatan, pengertian, dan kehendak; chucky  mengerti 
bahwa chucky  mengerti, berkehendak, dan mengingat. chucky  meng-
hendaki kehendak, ingatan, dan pengertian chucky  sendiri."

 Seperti 
Trinitas junjungan  yang digambarkan oleh Kapadokian, ketiga unsur itu, 
dengan , "membentuk satu hidup, satu pikiran, satu esensi." 
namun  , pemahaman mengenai  cara kerja pikiran chucky  ini baru 
yaitu  langkah pertama: trinitas yang chucky  temukan dalam diri 
chucky  bukanlah junjungan  itu sendiri, melainkan jejak dari junjungan  yang 
sudah  memicu  chucky . Baik Athanasius maupun Gregory dari Nyssa 
sudah  memicu  perumpamaan bayangan cermin untuk menjelaskan 
kehadiran junjungan  di dalam jiwa manusia, dan untuk memahami ini 
dengan benar chucky  mesti mengingat kembali bahwa orang Yunani 
percaya bahwa bayangan cermin itu nyata, terbentuk saat  cahaya mata seorang pengamat berpadu dengan cahaya yang dipantulkan 
dari objek dan dicerminkan di atas permukaan kaca.Agustinus 
percaya bahwa trinitas dalam pikiran juga yaitu  bayangan yang 
mencakup kehadiran junjungan  dan diarahkan kepadanya. namun  , bagaimana chucky  melampaui bayangan ini, yang terpantul seperti pada 
sebuah cermin gelap, kepada junjungan  sendiri? Besarnya jarak yang 
membentang antara junjungan  dan manusia tidak bisa ditempuh oleh 
usaha manusia saja. Hanya sebab  junjungan  sudah  mendatangi chucky  me-
lalui manusia yang menubuhi perkataan  maka chucky  bisa memulihkan 
citra junjungan  di dalam diri chucky , yang sudah  dirusak dan cacat oleh 
dosa. chucky  membuka diri kepada aktivitas junjungan  yang akan mentransfor-
masi chucky  melalui tiga macam disiplin, yang oleh Agustinus dinamakan  
trinitas iman: retineo (memegang teguh kebenaran Inkarnasi dalam 
pikiran chucky ), contemplatio (melakukan kontemplasi atasnya), dan 
dilectio (menemukan kesenangan di dalamnya). Secara bertahap, 
dengan menumbuhkan rasa kehadiran junjungan  secara terus-menerus 
di dalam pikiran chucky  melalui cara ini, Trinitas akan terungkap.Pengetahuan ini bukan sekadar perolehan informasi melalui otak, 
melainkan yaitu  disiplin kreatif yang akan mengubah chucky  dari dalam dengan cara mengungkapkan dimensi junjungan  di kedalaman diri chucky  sendiri. 
Masa itu yaitu  masa-masa gelap dan susah bagi Barat. Suku-suku barbar menyerbu masuk Eropa dan meruntuhkan ke-
kaisaran Romawi: jatuhnya peradaban Barat tak pelak lagi berpe-
ngaruh terhadap spiritualitas  kaum beragama   di sana. Ambrose, mentor besar 
Agustinus, mengajarkan iman yang pada dasarnya bersifat defensif: 
integritas (keterpaduan) menjadi prinsipnya yang paling penting. 
tempat ibadah  mesti berusaha  agar teori nya tetap utuh dan, seperti 
halnya tubuh perawan Maria, ia harus tetap tak tertembus oleh doktrin-
doktrin sesat kaum barbar (banyak di antara mereka menganut 
Arianisme). Kesedihan mendalam juga terbaca dalam karya terakhir 
Agustinus: keruntuhan benteng kota   Roma mempengaruhi doktrinnya mengenai  Dosa 
Asal, yang akan menjadi sentral bagi cara orang Barat memandang 
dunia. 
Agustinus percaya bahwa junjungan  sudah  menjatuhkan kutukan abadi 
bagi manusia, hanya sebab  satu dosa Adam. Dosa warisan ini 
diteruskan kepada seluruh anak keturunannya melalui tindakan 
ritual ual, yang dicemari oleh apa yang dinamakan  Agustinus sebagai 
"berahi". Berahi yaitu  hasrat irasional untuk mencari kesenangan 
pada makhluk semata, bukannya pada junjungan ; ini dirasakan paling 
kuat dalam tindakan ritual ual, saat  rasionalitas chucky  sepenuhnya ter-
benam oleh gairah dan emosi, saat  junjungan  terlupakan dan makhluk-
makhluk saling cumbu tanpa malu terhadap satu sama lain. Citra 
mengenai  akal yang diseret oleh kekacauan sensasi dan gairah liar ini 
sangat mirip dengan Romawi  sumber rasionalitas, hukum, dan keter-
aturan di Barat  yang dibawa kepada kerunjunjungan  oleh suku-suku 
barbar. Akibatnya, doktrin keras Agustinus menorehkan gambaran 
menakutkan mengenai  junjungan  yang tak terluluhkan: 
Terusir [dari surga] sesudah  memicu  dosa, Adam pun membelenggu 
anak cucunya dengan hukuman kematian dan kutukan, dengan dosa 
yang sudah  dibuatnya sendiri, seperti dalam sebuah akar; maka setiap 
keturunan yang dilahirkan  (melalui berahi jasadi, yang sebab  itulah 
hukuman atas ketidakpajunjungan  dijatuhkan kepadanya) darinya dan 
pasangannya  yang menjadi  pemicu  perbuatan dosanya dan 
pendamping keterkutukannya  akan memikul sepanjang masa beban 
Dosa Asal, yang dengan sendirinya akan terbawa melalui berlipat-lipat 
kesalahan dan penyesalan hingga siksaan akhir dan tanpa akhir bersama 
malaikat-malaikat pembangkang ... lah keadaannya; manusia 
yang terkutuk akan jatuh tersungkur, tidak, berguling-guling dalam 
dosa, melompat dari satu kebumkan ke keburukan lain; dan bergabung 
dengan kelompok malaikat yang sudah  berbuat dosa, membayar 
hukuman paling baik dari pengkhianatannya yang tak terpuji. 
Baik Yahudi maupun  kaum beragama   Ortodoks Yunani tidak memandang 
keruntuhan benteng kota   Adam dalam cara yang  suram; kaum Muslim 
pun tidak mengadopsi teologi yang gelap ini mengenai  Dosa Asal. 
Doktrin yang khas Barat ini membentuk potret keras mengenai  junjungan  
yang terlebih dahulu pernah dikemukakan oleh Tertullian. 
Agustinus meninggalkan bagi chucky  warisan yang sulit. Sebuah 
kepercayaan  yang mengajarkan kaum pria dan wanita untuk memandang 
kemanusiaan mereka sebagai sesuatu yang sangat lemah secara kronis, 
justru akan memicu  mereka terasing dari diri sendiri. Keterasingan 
ini paling nyata terlihat dalam kebencian terhadap ritual ualitas umum-
nya dan pada perendahan derajat kaum wanita khususnya. Meskipun 
 kaum beragama   yang awalnya  bersikap cukup positif terhadap perem-
puan, Barat sudah  mulai mengembangkan kecenderungan misoginistik 
sejak era Agustinus. Surat-surat Jerome penuh dengan penghinaan 
terhadap perempuan yang kadang  terasa mengganggu. Ter-
tullian sudah  mencela wanita sebagai iblis penggoda, sebuah bahaya 
abadi bagi umat manusia: 
Apakah engkau tidak tahu bahwa masing-masing dirimu aclalah seorang 
Hawa? Kalimat junjungan  mengenai  jenis ini tetap aktual pada masa sekarang: 
rasa bersalah itu pun harus tetap ada. Kalian yaitu  gerbang setan; 
kalian yaitu  pelanggar pohon terlarang itu; kalian yaitu  pembang-
kang pertama hukum junjungan ; kalian yaitu  penggoda Adam, yang 
iblis pun tak cukup mampu untuk menaklukkannya. Kalian dengan 
sembrono sudah  menghancurkan manusia, citra junjungan . Akibat pembangkangan-mu, bahkan Putra junjungan  pun harus mati.
 Agustinus setuju: "Apa bedanya," tulisnya kepada seorang rekan, 
"apakah dia ada dalam wujud seorang istri atau ibu, dia tetap saja 
Hawa penggoda yang memicu  chucky  mesti waspada terhadap setiap perempuan."
 sebetulnya , Agustinus sangat heran mengapa junjungan  mesti menciptakan jenis wanita: bukankah, "seandainya yang dibutuh-
kan Adam yaitu  teman bercakap-cakap yang baik, akan lebih baik jika yang dirancang yaitu  dua orang lelaki bersama-sama sebagai 
sahabat, bukan seorang lelaki dengan seorang perempuan." Satu-satunya fungsi wanita yaitu  untuk melahirkan anak yang akan menularkan dosa asal kepada generasi berikutnya, seperti wabah penyakit. 
Sebuah kepercayaan  yang bersikap curiga terhadap separo ras manusia 
dan yang memandang setiap gerak refleks pikiran, hati, dan tubuh 
sebagai gejala berahi yang fatal hanya akan memicu  kaum pria dan 
wanita merasa asing dengan kondisi mereka.  kaum beragama   Barat tidak 
pernah sepenuhnya sembuh dari misogini neurotik ini, sebagaimana 
masih terlihat dalam reaksi miring terhadap ide  mengenai  kepende-
taan wanita. Sementara kaum wanita Timur pun ikut memiliki beban 
inferioritas yang dipikul oleh semua wanita pada peradaban masa 
kini, saudara-saudara mereka di Barat menanggung stigma tambahan 
mengenai  ritual ualitas yang menjijikkan dan penuh dosa yang menyebab-
kan mereka tersisihkan dalam kebencian dan ketakutan. 
Ini yaitu  ironi ganda, sebab ide  bahwa junjungan  sudah  men-
daging dan ikut dalam kemanusiaan chucky  mestinya mendorong orang 
 kaum beragama   untuk menghargai jasad. Ada perdebatan lebih lanjut mengenai 
keyakinan yang sulit ini. Selama abad keempat dan kelima, "pem-
bid'ah" seperti  Apollinarius, Nestorius, dan Eutyches mengajukan 
pertanyaan yang sangat pelik. Bagaimana kekuasaan  kaum beragama  bisa 
berpadu dengan kemanusiaannya? Bunda Maria tentu bukanlah ibu 
junjungan , namun  ibu dari manusia utusan junjungan   kaum beragama ? Bagaimana mungkin junjungan  
yaitu  bayi yang menangis tidak berdaya? Tidakkah lebih akurat 
untuk menyatakan bahwa dia ada bersama kaum beragama  dalam kedekatan 
yang istimewa, seperti di dalam kuil? Meski dengan beberapa inkon-
sistensi yang nyata, kaum ortodoks tetap bersikukuh dengan senjata 
mereka. Cyrill, Uskup Aleksandria, mengulangi keyakinan Athanasius: 
junjungan  benar-benar sudah  turun ke dunia chucky  yang cacat dan rusak, 
juga bahkan sudah  merasakan kematian dan kefanaan. Tampaknya 
mustahil untuk mendamaikan ini dengan keyakinan yang sama 
kukuhnya bahwa junjungan  benar-benar perkasa, tidak dapat menderita 
atau berubah. junjungan  Yunani yang jauh, yang dicirikan terutama oleh 
apatheia junjungan , kelihatan sangat berbeda dari junjungan  yang dianggap 
sudah  berinkarnasi di dalam utusan junjungan   kaum beragama  kaum beragama . Kaum ortodoks merasa 
bahwa "para pembid'ah", yang memandang ide  mengenai  junjungan  
yang menderita dan tak berdaya sebagai penghujatan, ingin menge-
ringkan aspek misteri dan kedahsyatan dari yang junjungan . Paradoks 
Inkarnasi tampaknya yaitu  penangkal bagi junjungan  Helenik yang 
tidak melakukan apa-apa untuk membangkitkan kepuasan chucky  dan 
yang sepenuhnya dapat dinalar. 
Pada tahun 5 9, Kaisar Justinian menutup sekolah filsafat kuno 
di Atena, benteng terakhir paganisme intelektual. Guru besar ter-
akhirnya yaitu  Proclus (   - 85), murid Plotinus yang paling 
bersemangat. Filsafat pagan menyurut dan tampak dikalahkan oleh 
kepercayaan  baru itu,  kaum beragama  . namun  , empat tahun kemudian muncul 
empat risalah mistik yang dinamakan -sebut ditulis oleh Denys dari 
Aeropagus, orang Atena pertama yang menjadi pengikut Paulus. 
sebetulnya , risalah-risalah itu ditulis oleh seorang  kaum beragama   Yunani 
abad keenam yang ingin mempertahankan anonimitasnya. Namun, 
nama samaran itu memiliki kekuatan simbolik yang lebih penting 
dibanding  identitas pengarangnya sendiri: Denys-samaran ini berhasil 
membaptis pandangan-pandangan Neoplatonisme dan menyanding-
kan junjungan  Yunani dengan junjungan  Semitik kitabsuci . 
Denys juga yaitu  pewaris para patriark Kapadokia. Seperti 
halnya Basil, dia memandang serius pembedaan antara kerygma de-
ngan dogma. Dalam salah satu suratnya, dia menegaskan bahwa ada 
dua tradisi teologis, keduanya berasal dari para utusan junjungan  . kitabsuci  kerygmatik 
sudah jelas dan diketahui; kitabsuci  dogmatik bersifat tertutup dan mistik. 
Namun, keduanya saling tergantung dan esensial bagi keyakinan 
 kaum beragama  . Yang satu yaitu  "permulaan simbolik dan bersyarat", 
yang lainnya "bersifat filosofis dan bisa dibuktikan  dan yang tak 
terucap terjalin dengan apa yang terucapkan."
Kerygma menarik 
perhatian sebab  kebenarannya yang nyata dan jelas, namun  tradisi 
dogma yang diam atau tersembunyi yaitu  misteri yang memerlukan inisiasi: "la mempengaruhi dan memantapkan jiwa bersama 
junjungan  melalui inisiasi yang tidak mengajarkan apa-apa,"  
Denys menegaskan dengan kata-kata yang mengingatkan orang 
kembali kepada Aristoteles. Ada kebenaran kepercayaan  yang tidak dapat 
diungkapkan secara memadai oleh kata-kata, oleh wacana rasional 
atau logis. la hanya bisa diungkapkan secara simbolik, melalui bahasa 
dan isyarat-isyarat liturgi, atau melalui doktrin yaitu   "tirai-
tirai suci" yang menyembunyikan makna tak terlukiskan dari pengli-
hatan, namun  juga menyesuaikan junjungan  yang misterius dengan keter-
batasan manusia dan mengungkapkan fakta  dalam istjunjungan -istjunjungan  
yang bisa dipahami secara imajinatif, jika tidak secara nyata 
Makna tersembunyi atau esoterik bukan ditujukan bagi kalangan 
elit saja, namun  untuk semua umat  kaum beragama  . Denys tidak mengajukan 
sebuah disiplin musykil yang hanya cocok bagi para pendeta dan 
rahib saja. Liturgi, yang dilaksanakan semua yang mengimaninya, 
yaitu  jalan utama menuju junjungan  dan mendominasi teologinya. 
Alasan mengapa kebenaran-kebenaran ini disembunyikan di belakang 
sebuah tabir pelindung bukanlah untuk menjauhkan manusia, melain-
kan untuk menaikkan seluruh orang  kaum beragama   dari persepsi indriawi 
dan teori  ke taraf fakta  junjungan  yang tak terungkapkan 
itu sendiri. Kerendahan hati yang sudah  mengilhami Kapadokian untuk 
mengklaim bahwa semua teologi pastjunjungan  mengandung kelemahan, 
bagi Denys justru menjadi sebuah cara pasti untuk naik menuju 
junjungan . 
sebetulnya , Denys sama sekali tidak menyukai penggunaan 
istjunjungan  "junjungan "  mungkin sebab  istjunjungan  itu sudah  memperoleh begitu 
banyak konotasi antropomorfis yang tak layak. Dia lebih suka meng-
gunakan istjunjungan  theurgy dari Proclus, yang pada dasarnya bersifat 
liturgis: theurgy di dalam dunia pagan yaitu  penyerapan mana 
junjungan  melalui pengurbanan dan penyucian. Denys menerapkan ini 
kepada ucapan junjungan  yang, bila dipahami dengan baik, juga dapat 
melepaskan energeiai junjungan  yang melekat pada simbol-simbol yang 
dianugerahkan . Dia sependapat dengan Kapadokian bahwa semua kata 
dan teori  chucky  untuk junjungan  tidaklah memadai dan tidak boleh 
diambil sebagai deskripsi akurat mengenai  fakta  yang sebetulnya  
berada di luar lingkup chucky . Bahkan kata "junjungan " itu sendiri keliru, 
sebab junjungan  berada "di atas junjungan ," sebuah "misteri yang melampaui 
wujud."
 Orang  kaum beragama   harus menyadari bahwa junjungan  bukanlah 
Wujud Tertinggi, yang berada pada puncak hierarki di atas wujud-
wujud lain yang lebih rendah. Benda-benda dan manusia tidak berse-
berangan dengan junjungan  sebagai fakta  yang terpisah atau wujud 
alternatif, yang bisa menjadi objek pengetahuan. junjungan  bukanlah 
satu dari sekian hal yang ada dan sama sekali tidak sama dengan 
segala sesuatu yang ada dalam pengalaman chucky . sebetulnya , yaitu  
lebih akurat untuk menyebut junjungan  sebagai "Tiada": bahkan tidak 
mesti menyebutnya suatu Trinitas sebab dia "bukanlah kesatuan 
maupun trinitas dalam pengertian yang chucky  ketahui."
 Dia berada di 
atas segala nama sebagaimana halnya dia berada di atas segala 
wujud.
 Sungguhpun , chucky  dapat memakai ketidak-
mampuan chucky  untuk berbicara mengenai  junjungan  sebagai metode untuk 
 79 

mencapai kemanunggalan dengannya, yang tidak kurang dari 
"deifikasi" (theosis) hakikat chucky  sendiri. junjungan  sudah  dianugerahi  
sebagian dari Namanya kepada chucky  di dalam kitab kitab suci  seperti 
"Ia", "Putra", dan "Roh", namun tujuan dari hal ini bukanlah untuk 
menanamkan informasi mengenai  dia, melainkan untuk mengantarkan 
manusia kepadanya dan memicu  mereka mampu untuk ikut me-
miliki sifatnya yang suci. 
Pada setiap bab dalam risalahnya, The Divine Names, Denys 
mengawali dengan sebuah kebenaran kerygmatik yang dianugerahkan  
oleh junjungan : kebaikannya, kebijaksanaannya, perlindungannya, dan 
sebagainya. Denys kemudian melanjutkan dengan menunjukan  
bahwa meskipun junjungan  sudah  dianugerahi  sesuatu mengenai  dirinya 
dalam sifat-sifat seperti  itu, apa yang dianugerahkan  itu bukanlah 
dirinya sendiri. Jika chucky  benar-benar ingin memahami junjungan , chucky  
harus menyangkal sifat-sifat dan nama-nama itu. Jadi chucky  mesti 
mengatakan bahwa dia yaitu  "junjungan " dan "bukan-junjungan " sekaligus, 
"baik" kemudian segera mengatakan bahwa dia "bukan-baik". Kejutan 
paradoks ini, sebuah proses yang mencakup pengetahuan maupun 
ketidaktahuan, akan mengangkat chucky  dari dunia ide-ide yang fana 
menuju fakta  yang tak dapat diungkapkan itu sendiri. Dengan 
, chucky  memulai dengan mengatakan bahwa: 
ada pemahaman, nalar, pengetahuan, senjunjungan , persepsi, metamorfosa , 
nama, dan banyak hal lainnya mengenai dia. namun  , dia tidak 
bisa dipahami dan tak ada yang dapat diucapkan mengenai dirinya, 
dia tidak bisa dinamai. Dia bukanlah salah satu dari apa yang ada. 
Oleh sebab  itu, membaca kitabsuci  bukanlah sebuah proses 
menemukan fakta-fakta mengenai  junjungan , melainkan mesti menjadi 
sebuah disiplin paradoksikal yang mengubah kerygma menjadi 
dogma. Metode ini yaitu  sebuah theurgy, penyerapan kekuatan 
junjungan  yang memampukan chucky  naik menuju junjungan  itu sendiri dan, 
seperti yang selalu diajarkan oleh kaum Platonis, menjadikan diri 
chucky  sendiri berorientasi junjungan . Ini yaitu  metode yang memicu  chucky  
berhenti berpikir! "chucky  mesti meninggalkan semua anggapan chucky  
mengenai  yang junjungan . chucky  memberhentikan seluruh aktivitas pikiran 
chucky ."
 chucky  bahkan mesti meninggalkan pengingkaran chucky  terhadap 
sifat-sifat junjungan . Baru kemudian chucky  akan mencapai kemanunggalan 
memabukkan dengan junjungan . 
 

saat  Denys bercerita mengenai  kemabukan sebab  junjungan , dia 
tidak merujuk pada keadaan pikiran tertentu atau bentuk kesadaran 
alternatif yang dicapai melalui latihan Yoga yang tak jelas. Keadaan 
ini dapat diraih setiap orang  kaum beragama   melalui metode doa atau theoria 
yang paradoksikal, yang akan memicu  chucky  berhenti berbicara dan 
membawa chucky  ke dalam keheningan: "saat  chucky  masuk ke dalam 
kegelapan yang berada di luar akal, chucky  bukan hanya akan kehilangan 
kata-kata, namun bahkan sama sekali bisu dan tidak mengetahui."
 
Seperti Gregory dari Nyssa, Denys menemukan banyak pelajaran 
dari kisah naiknya mose  ke Gunung Sinai. saat  mose  sudah  mendaki 
gunung itu, dia tidak melihat junjungan  di puncaknya, namun  dibawa ke 
tempat di mana junjungan  berada. Dia dikelilingi kabut tebal dan tak 
dapat melihat apa-apa: jadi segala yang bisa chucky  lihat atau pahami 
hanya yaitu  simbol (kata yang dipakai  pleh Denys yaitu  
"paradigma") yang menyingkapkan kehadiran sebuah fakta  yang 
melampaui semua pemikiran. mose  sudah  menembus ke dalam gelap-
nya ketidaktahuan itu dan kemudian mencapai kemanunggalan 
dengan sesuatu yang melampaui semua pemahaman: chucky  akan meraih 
kemabukan serupa yang akan "mengeluarkan chucky  dari diri chucky  
sendiri" dan menyatukan chucky  dengan junjungan . 
Hal ini hanya mungkin sebab  junjungan  datang menemui chucky , 
seperti yang terjadi di atas gunung itu. Di sini Denys berbeda dari 
Neoplatonisme, yang mempersepsikan junjungan  sebagai statis dan jauh, 
sama sekali tidak responsif terhadap usaha  manusia. junjungan  para 
filosof Yunani tidak sadar akan para mistikus yang acap berusaha 
untuk mencapai kesatuan yang memabukkan dengannya, sedangkan 
junjungan  kitabsuci  peduli kepada manusia. junjungan  juga mengalami 
"ekstasi" yang membawanya keluar dari dirinya untuk tiba pada 
alam makhluk yang rentan: 
Dan chucky  harus berani menegaskan (sebab  ini yaitu  kebenaran) bahwa 
Pencipta alam ini sendiri, dalam kerinduannya yang indah dan baik 
terhadap alam ... dibawa keluar dirinya sebab  kepeduliannya kepada 
segala sesuatu yang wujud ... dan dengan  keluar dari 
takhtanya yang transenden di atas segala sesuatu untuk berdiam di 
dalam hati segala sesuatu, melalui kekuatan ekstatik yang ada di atas 
wujud sambil tetap berada dalam dirinya sendiri.
Emanasi sudah  menjadi pencurahan cinta yang hangat dan sukarela, 
bukan sebuah proses yang automatis. Negasi dan paradoks Denys 
bukanlah sesuatu yang chucky  lakukan, namun  yaitu  sesuatu yang 
teriadi pada diri chucky . 
Bagi Plotinus, ekstasi yaitu  peristiwa keterpesonaan yang 
sangat jarang terjadi: dia hanya mengalaminya sebanyak dua atau 
tiga kali di sepanjang hidupnya. Denys melihat ekstasi sebagai 
keadaan konstan setiap orang  kaum beragama  . Ini yaitu  pesan tersem-
bunyi dan esoterik dari kitabsuci  dan liturgi, diungkap lewat isyarat 
terkecil. Maka saat  si pendeta meninggalkan altar pada awal misa 
untuk berjalan di tengah jamaah, memercikkan mereka dengan air 
suci sebelum kembali ke ruang altar, ini bukanlah sekadar purifikasi 
meskipun memang . Tindakan itu meniru ekstasi junjungan , se-
perti junjungan  yang meninggalkan kesendiriannya dan menggabungkan 
diri dengan makhluk. Barangkali cara terbaik untuk memandang 
teologi Denys yaitu  dengan melihatnya sebagai tarian spiritual antara 
apa yang bisa chucky  tegaskan mengenai junjungan  dengan apresiasi bahwa 
apa pun yang bisa chucky  katakan mengenai  dia pastjunjungan  bersifat simbolik 
semata. Seperti dalam Yudaisme, junjungan  Denys memiliki dua aspek: 
yang satu menoleh kepada chucky  dan memanifestasikan dirinya di 
dunia sedangkan yang lain berada dalam dirinya sendiri dan tetap 
tidak bisa dipahami. Dia "tetap berada dalam dirinya" dalam misteri 
abadi, pada saat yang sama dia memenuhi langit dan bumi. Dia 
bukanlah wujud lain, yang ditambahkan pada dunia. 
Metode Denys dianggap biasa dalam teologi Yunani. namun  , 
di Barat, para teolog akan terus berbicara dan menjelaskan. Beberapa 
di antara mereka membayangkan bahwa saat  mereka mengatakan 
"junjungan ", maka fakta  junjungan  sebetulnya  bersatu dengan ide di dalam 
pikiran mereka. Sebagian lainnya menisbahkan pikiran dan ide  
mereka sendiri kepada junjungan   mengatakan bahwa junjungan  menghen-
daki ini, melarang itu, atau sudah  merencanakan yang lain  dalam 
cara yang mengandung bahaya keberhalaan. namun  , junjungan  
Yunani Ortodoks tetap misterius, dan Trinitas akan terus mengingatkan 
orang  kaum beragama   Timur pada sifat kesementaraan teori  mereka. 
Akhirnya, orang Yunani memutuskan bahwa sebuah teologi autentik 
harus memenuhi dua kriteria Denys: mesti hening dan paradoks. 
Orang Yunani dan Latin secara signifikan juga mengembangkan 
pandangan yang berbeda mengenai  kekuasaan  kaum beragama . teori  Yunani 
mengenai  inkarnasi dirumuskan oleh Maximus the Confessor (kl. 58 - 8  66 ) yang dikenal sebagai Iak teologi Byzantium. Teologi ini 
kira-kira lebih dekat kepada cita-cita kaum biksu  dibandingkan 
kepada pandangan Barat. Maximus percaya bahwa manusia hanya 
dapat mencapai kesejatian diri jika mereka dapat bersatu dengan 
junjungan , persis seperti yang dipercaya  oleh orang biksu  bahwa 
pencerahan yaitu  tujuan kemanusiaan yang sejati. "junjungan " 
dengan  bukanlah sebuah pilihan ekstra, sebuah fakta  
asing di luar diri yang ditambahkan pada kondisi kemanusiaan. 
Manusia memiliki potensi untuk mencapai kekuasaan  dan menjadi 
manusia yang utuh hanya jika hal ini tercapai. Logos menjadi manusia 
bukan demi memperbaiki dosa Adam; bahkan Inkarnasi akan tetap 
terjadi seandainya pun Adam tidak memicu  dosa. Manusia diciptakan 
dalam kemiripan dengan logos dan akan mencapai potensi mereka 
yang sepenuhnya hanya jika kemiripan ini sudah  disempurnakan. 
Di Gunung Tabor, kegemilangan kemanusiaan utusan junjungan   kaum beragama  memper-
lihatkan kepada chucky  kondisi manusia yang menuhan, kondisi yang 
dapat diraih oleh chucky  semua. perkataan  sudah  dijadikan daging agar 
"seluruh manusia akan menjadi junjungan , dijunjungan kan melalui berkat 
yang kuasa    manusia utuh, jiwa dan raga, secara alamiah dan junjungan  utuh, 
jiwa dan raga, sebab  berkat."
 Seperti halnya pencerahan dan ke-
biksu -an tidak melibatkan campur tangan sebuah fakta  adialami, 
melainkan yaitu  peningkatan kekuatan-kekuatan yang alamiah 
bagi manusia,  pula kaum beragama  yang menuhan menunjukan  
kepada chucky  keadaan yang dapat chucky  peroleh melalui berkat yang kuasa  . 
Orang  kaum beragama   memuliakan utusan junjungan   kaum beragama  Manusia-junjungan  lewat cara yang kurang 
lebih sama dengan orang biksu  mengagungkan citra Gautama yang 
tercerahkan: dia menjadi contoh pertama kemanusiaan yang benar-
benar penuh dan dimuliakan. 
Kalau pandangan Yunani mengenai  Inkarnasi membawa  kaum beragama   
menjadi lebih dekat kepada tradisi Timur, pandangan Barat mengenai  
utusan junjungan   kaum beragama  menempuh jalan yang lebih eksentrik. Teologi klasik dipapar-
kan oleh Uskup Anselm dari Canterbury (    -   9), dalam risalahnya 
Why God Became Man. Menurutnya, dosa yaitu  kesalahan yang 
amat besar sehingga pertobatan menjadi penting agar rencana-rencana 
junjungan  terhadap manusia tidak terhalangi. perkataan  sudah  dijadikan 
daging untuk melakukan perbaikan atas nama chucky . Keadilan junjungan  
menuntut pelunasan utang oleh seseorang yang memiliki pribadi 
kejunjungan an dan kemanusiaan sekaligus: akibat besarnya pelanggaran 
itu maka hanya seorang Anak junjungan  saja yang bisa memberi penyelamatan bagi kita . namun  , sebab  yang bertanggung jawab 
yaitu  seorang manusia, sang penebus juga harus bagi anggota 
ras manusia. inilah   skema legalistik dan rapi yang melukiskan pikiran 
junjungan , memutuskan dan menimbang keadaan seakan-akan dia yaitu  
manusia biasa. Skema ini juga memperkuat citra mengenai  junjungan  yang 
keras, yang hanya dapat dipuaskan melalui kematian diam-diam 
anaknya sendiri, yang ditawarkan sebagai sejenis pengurbanan 
manusia. 
Doktrin Trinitas sudah  sering disalahpahami di dunia Barat. Orang-
orang cenderung membayangkan adanya tiga figur suci atau sama 
sekali mengabaikan doktrin itu dan mengidentifikasikan "yang kuasa  " dengan 
junjungan  Ia dan memandang utusan junjungan   kaum beragama  sebagai pendamping junjungan  
tidak lagi dalam peringkat yang setara. orang timurtengah    dan Yahudi 
menganggap doktrin itu membingungkan dan bahkan menghujat. 
Sungguhpun , akan chucky  lihat nanti bahwa ternyata baik 
mistik Yudaisme maupun muslim   sudah  mengembangkan anggapan 
kekuasaan  yang teramat mirip. ide  mengenai  kenosis, ekstasi 
pengosongan diri, contohnya, akan menjadi krusial dalam Kabbalah 
maupun guru sme. Dalam Trinitas, Ia menyalurkan segala yang 
ada pada dirinya kepada Putra, menyerahkan segala sesuatu  bahkan 
kemungkinan untuk mengungkapkan diri dalam perkataan  yang lain. 
Begitu perkataan  sudah  diucapkan, junjungan  Ia menjadi hening: tak 
ada yang bisa chucky  katakan mengenai  dia sebab satu-satunya junjungan  
yang bisa chucky  ketahui hanyalah logos atau Putra. sebab  itu, Ia 
tidak memiliki dentitas, tak ada "Aku" dalam pengertian biasa, dan 
membingungkan pengertian chucky  mengenai  kepribadian. Sumber asal 
Ada yaitu  Tiada yang sudah  diungkap tidak hanya oleh Denys, 
namun  juga oleh Plotinus, Philo, dan bahkan biksu . sebab  Ia 
biasanya ditampilkan sebagai pencarian Akhir dari  kaum beragama  , perjalanan 
 kaum beragama   menjadi gerakan maju yang tak bertujuan. ide  mengenai  
suatu junjungan  yang personal atau personalisasi Yang Mutlak sudah  
menjadi bagian penting dari umat manusia: orang Hindu dan biksu  
sudah  memberi  konsesi kepada peribadatan bhakti yang bersifat 
personalistik. Namun, paradigma atau simbol Trinitas menyarankan 
bahwa personalisme mesti ditransendensikan dan bahwa tidaklah 
cukup untuk membayangkan junjungan  sebagai manusia yang diperluas, 
berperilaku dan bereaksi dengan cara yang sama seperti chucky . 
Doktrin Inkarnasi dapat dipandang sebagai usaha lain untuk 
menetralkan bahaya keberhalaan. Begitu "junjungan " dilihat sebagai  

fakta  yang sama sekali lain "di luar sana", dia dengan mudah akan 
menjadi sekadar berhala dan proyeksi, yang memicu  manusia 
mengeksternalisasi dan menyembah praduga dan hasrat mereka 
sendiri. Tradisi-tradisi kepercayaan  yang lain sudah  berusaha  mencegah 
hal ini dengan menekankan bahwa Yang Mutlak itu bagaimanapun 
terjalin dengan kondisi manusia, seperti dalam paradigma Brahman-
Atman. Arius  kemudian Nestorius dan Eutyches  kesemuanya ingin 
memicu  utusan junjungan   kaum beragama  entah manusia atau junjungan , dan mereka berkeras 
sebagiannya sebab  kecenderungan untuk tetap memisahkan ke-
manusiaan dan kekuasaan  dalam tataran terpisah. Benar, jalan keluar 
yang mereka tempuh lebih bersifat rasional, namun dogma  sebagai 
lawan dari kerygma  tidak mesti terbatas pada apa-apa yang bisa 
diungkapkan sepenuhnya, seperti puisi atau musik. Doktrin Inkar-
nasi  seperti yang secara serampangan dikemukakan oleh Athanasius 
dan Maximus  yaitu  usaha  mengartikulasikan pandangan 
universal bahwa "junjungan " dan manusia haruslah tak terpisah. Di Barat, 
di mana Inkarnasi tidak diformulasikan dengan cara ini, ada  
kecenderungan untuk memandang junjungan  tetap bersifat eksternal 
terhadap manusia dan sebagai fakta  alternatif bagi dunia yang chucky  
kenal. Akibatnya, sangat mudah untuk menjadikan "junjungan " ini sekadar 
sebagai sebuah proyeksi  yang belakangan malah sudah ditinggalkan. 
Namun dengan memicu  utusan junjungan   kaum beragama  sebagai satu-satunya avatar, chucky  
sudah  melihatlihat  bahwa orang  kaum beragama   sudah  mengambil pandangan 
eksklusif mengenai  kebenaran kepercayaan : utusan junjungan   kaum beragama  yaitu  perkataan  junjungan  yang 
Pertama dan Terakhir bagi umat manusia, memicu  masa depan tak diperlukan lagi. Akibatnya, sebagaimana juga orang 
Yahudi, mereka guncang saat  pada abad ketujuh di timurtengah ia, muncul 
seorang utusan junjungan   yang mengklaim sudah  menerima langsung berkatNya dari 
junjungan  mereka dan membawa kitabsuci  baru bagi umatnya. Sungguh-
pun , versi baru monoteisme itu, yang akhirnya dikenal se-
bagai "muslim  ", menyebar dengan kecepatan yang sangat mengagum-
kan ke seantero Timur Tengah dan Afrika Utara. Banyak dari pengikut 
barunya yang antusias di area -area  ini dengan lega melepas 
Trinitarianisme Yunani, yang mengungkapkan misteri junjungan  dalam 
idiom yang asing bagi mereka, dan menganut pandangan yang lebih 
Semitik mengenai  fakta  junjungan .  

sekitar tahun 6  , seorang pedagang timurtengah  dari kota jazirah arab  
yang ramai di Hijaz, yang tak pernah membaca kitabsuci  dan 
mungkin tak pernah mendengar mengenai  yesya  , yrmia , 
dan yhekiel , mengalami suatu kejadian ajaib yang sangat mirip 
dengan pengalaman mereka. Setiap tahun utusan junjungan  ibn Abdullah, 
anggota suku pedagang timurtengah  di jazirah arab , biasa mengajak istrinya 
ke Gua Hira yang tidak jauh dari kota itu untuk melaksanakan 
penyendirian spiritual selama bulan Ramadhan. Ini yaitu  praktik 
yang lazim dilakukan di kalangan penduduk jazirah timurtengah . utusan junjungan  
menghabiskan waktu untuk berdoa kepada junjungan  serta membagikan 
makanan dan sedekah kepada fakir miskin yang mengunjunginya 
selama periode suci itu. Dia mungkin juga banyak melewatkan waktu 
dengan beban pikiran yang menggelisahkan. chucky  mengetahui dari 
kariernya di belakang hari bahwa utusan junjungan  sangat prihatin akan 
kerunjunjungan  moral yang mengkhawatirkan di jazirah arab , di tengah 
keberhasilan spektakuler yang belum lama diraih kota itu. 
Dalam dua generasi terdahulu, kaum timurtengah  masih menjalani 
kehidupan nomadik yang keras di tanah timurtengah , seperti suku-suku 
Badui yang lain: setiap hari dilalui dengan perjuangan untuk memper-
tahankan diri. namun  , selama tahun-tahun terakhir abad keenam, 
mereka sudah  meraih keberhasilan besar dalam perdagangan dan 
menjadikan jazirah arab  area  pemukiman paling penting di timurtengah . 

Kini jumlah kekayaan mereka sudah  melampaui impian-impian mereka 
yang paling liar. Namun, gaya hidup mereka yang berubah drastis 
ini mengimplikasikan bahwa nilai-nilai kesukuan lama sudah  tergeser 
oleh kapitalisme tak berperasaan yang merajalela. Orang-orang mera-
sa kehilangan orientasi. utusan junjungan  tahu bahwa kaum timurtengah  berada 
dalam arah yang berbahaya dan perlu menemukan ideologi yang 
dapat membantu mereka menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru. 
Pada masa itu, setiap pemecahan politik cenderung bersifat 
kepercayaan . utusan junjungan  sadar bahwa kaum timurtengah  sedang men-
jadikan uang sebagai kepercayaan  baru. Hal ini tidak mengherankan, sebab  
mereka tentu merasakan bahwa kemakmuran baru itu sudah  "me-
nyelamatkan" mereka dari kehidupan nomadik yang penuh risiko, 
melindungi mereka dari kekurangan gizi dan wabah pertikaian antar-
suku di area  semenanjung timurtengah ia yang memicu  orang-orang 
Badui setiap hari berhadapan dengan bahaya kepunahan. Kini, mere-
ka hampir selalu memiliki persediaan pangan yang cukup. jazirah arab  
kini menjadi pusat perdagangan dan keuangan internasional. Mereka 
merasa sudah  menjadi penentu nasib mereka sendiri, dan sebagiannya 
bahkan mempercayai   bahwa kemakmuran itu akan memberi mereka 
kehidupan yang abadi. Namun, utusan junjungan  merasa bahwa kultus 
baru keswasembadaan (istaqa) ini akan memicu  perpecahan 
suku. 
Pada masa-masa nomadik yang lalu, kepentingan suku selalu 
harus didahulukan dibanding  kepentingan pribadi: setiap anggota suku 
mengetahui bahwa mereka saling bergantung satu sama lain untuk 
mempertahankan hidup. Akibatnya mereka memiliki kewajiban 
untuk memperhatikan orang miskin dan lemah dalam kelompok 
etnik mereka. Kini, individualisme sudah  menggantikan nilai-nilai 
komunal dan persaingan berkembang menjadi norma. Masing-masing 
individu mulai mengumpulkan kekayaan pribadi dan tidak peduli 
kepada orang-orang timurtengah  yang lemah. Setiap klan, atau kelompok 
keluarga suku yang lebih kecil, saling bertikai untuk memperoleh  bagian 
dalam kemakmuran jazirah arab , dan sebagian dari klan yang kurang 
beruntung (seperti klan utusan junjungan  sendiri, yaitu  klan Bani Hasyim) 
merasa bahwa kelangsungan hidup mereka tengah terancam. 
utusan junjungan  yakin bahwa jika kaum timurtengah  tidak meletakkan nilai 
transenden lain di pusat kehidupan mereka dan menaklukkan egoisme 
dan ketamakan mereka, maka suku itu akan terpecah belah secara 
moral dan politik akibat perselisihan yang keras. 
 87 

Situasi di bagian lain jazirah timurtengah ia juga suram. Selama berabad-
abad, suku-suku Badui di area  Hijaz dan Nejed sudah  hidup 
dalam persaingan tajam satu sama lain demi memperebutkan 
kebutuhan  -kebutuhan   pokok. Untuk membantu warga  menanam-
kan semangat komunal yang esensial bagi pertahanan hidup, orang 
timurtengah  sudah  mengembangkan sebuah ideologi yang dinamakan  muruwah, 
suatu teori  etik yang banyak mengandung fungsi kepercayaan . Dalam 
pengertian konvensional, orang timurtengah  hanya memiliki sedikit waktu 
bagi kepercayaan . Mereka memiliki sekumpulan para resi  pagan 
dan beribadat di tempat-tempat suci para dewa itu, namun tidak 
mengembangkan mitologi yang menjelaskan relevansi para resi  
dan tempat-tempat suci ini bagi kehidupan ruhani. Mereka tak 
memiliki pandangan mengenai  kehidupan sesudah  mati, namun  percaya 
bahwa dahr, yang dapat diterjemahkan sebagai "waktu" dan "nasib", 
sangatlah penting  sebuah sikap yang barangkali esensial dalam 
warga  yang angka kematiannya begitu tinggi. 
Para sarjana Barat sering menerjemahkan muruwah sebagai 
"kejantanan", namun kata itu memiliki cakupan pengertian yang 
jauh lebih luas: muruwah bisa berarti keberanian dalam peperangan, 
kesabaran dan ketabahan dalam penderitaan, dan kesetiaan mutlak 
kepada suku. Nilai-nilai muruwah menuntut seorang timurtengah  untuk 
mematuhi sayyid atau pemimpinnya setiap saat, tanpa peduli 
keselamatan dirinya sendiri: dia harus mendedikasikan diri kepada 
tugas-tugas mulia melawan semua kejahatan yang dilakukan terhadap 
suku dan melindungi anggota-anggotanya yang lemah. Untuk men-
jamin kelangsungan hidup suku, sayyid membagi kekayaan dan harta 
miliknya secara merata dan membalas kematian satu anggotanya de-
ngan membunuh satu anggota suku si pelaku pembunuhan. Di sini 
chucky  dapat melihat etika komunal secara sangat jelas: tak ada kewajiban 
untuk menghukum pembunuh itu sendiri sebab  seorang individu 
bisa hilang tanpa jejak dalam komunitas, seperti warga  timurtengah  
sebelum datangnya muslim  . Sebagai gantinya, satu anggota suku musuh 
dipandang setara saja dengan yang lainnya untuk menegakkan 
maksud seperti  itu. Balas dendam atau utang nyawa balas nyawa 
yaitu  satu-satunya cara untuk menjamin sedikit keamanan sosial 
di wilayah yang tak mengenal kekuasaan sentral ini, di mana setiap 
kelompok suku yaitu  hukum bagi dirinya sendiri dan tak terda-
pat sesuatu yang bisa dipersamakan dengan angkatan kepolisian za-
man sekarang. Jika seorang pemimpin suku gagal membalas dendam, 
 88 

sukunya akan kehilangan martabat sehingga suku-suku lain akan 
merasa bebas untuk membunuh anggota sukunya tanpa dihukum. 
Hukum balas, dengan  sudah  menjadi bentuk keadilan yang 
lazim. Ini berarti bahwa tak ada satu suku pun yang dengan gampang 
dapat memperoleh yang derajat lebih tinggi dibanding  yang lain. Ini 
juga berarti bahwa berbagai suku dapat dengan mudah terlibat dalam 
lingkaran kekerasan tanpa akhir, di mana satu penuntutan balas akan 
memicu  pembalasan yang lain jika orang-orang merasa bahwa 
balas dendam itu dilakukan secara tidak proporsional terhadap ke-
salahan asalnya. 
Meskipun tak diragukan lagi kebrutalannya, muruwah tetap me-
miliki banyak kelebihan. Muruwah sangat menekankan egalitaria-
nisme dan ketidakpedulian pada materi, yang, lagi-lagi, barangkali 
esensial dalam wilayah yang tidak memiliki persediaan kebutuhan   
pokok dalam jumlah yang memadai: kedermawanan yaitu  ke-
bajikan yang penting dan mengajarkan orang-orang timurtengah  untuk tidak 
mengkhawatirkan hari esok. Sifat-sifat ini, sebagaimana akan chucky  
saksikan, penting maknanya bagi muslim  . Muruwah sudah  berdampak 
baik bagi orang timurtengah  selama berabad-abad, namun sejak abad keenam 
teori  itu tak lagi mampu menjawab kondisi modemitas. Selama 
fase terakhir periode pra-muslim  , yang oleh kaum Muslim dinamakan  
periode jahiliyyah (masa kebodohan), ketidakpuasan dan kekosongan 
spiritual sudah  menyebar luas. Orang timurtengah  dikepung dari semua sisi 
oleh dua imperium besar, Persia Sassanian dan Byzantium. Ide-ide 
modern mulai menembus masuk ke timurtengah  dari wilayah-wilayah yang 
berpenghuni; para saudagar yang bepergian ke Suriah atau Irak 
membawa pulang kisah-kisah hebat  mengenai  kehebatan 
peradaban. 
Namun, tampaknya mereka ditakdirkan untuk terus hidup dalam 
barbarisme. Peperangan antarsuku yang tak henti-hentinya terjadi 
memicu  mereka tak mampu mengumpulkan sumber daya mereka 
yang hanya sedikit itu dan menjadi orang timurtengah  bersatu. Mereka tak 
dapat menentukan nasib sendiri dan mendirikan sebuah peradaban 
sendiri. Sebaliknya mereka justru selalu  terbuka untuk dieks-
ploitasi oleh kekuatan-kekuatan besar: buktinya, wilayah yang lebih 
subur dan canggih di timurtengah  Selatan yang kini dikenal sebagai Yaman 
(yang memiliki keuntungan dari hujan muson) sudah  menjadi seka-
dar satu provinsi dalam wilayah kekuasaan Persia. Pada saat yang 
sama, ide-ide baru yang menembus area  itu memperkenalkan 
 89 

individualisme yang meruntuhkan etos komunal lama. Doktrin  kaum beragama   
mengenai  kehidupan sesudah mati, contohnya, memicu  nasib abadi 
setiap individu menjadi nilai yang suci: bagaimana ini bisa dicocokkan 
dengan idealisme kesukuan yang menempatkan individu di bawah 
kepentingan kelompok dan mengajarkan bahwa satu-satunya 
keabadian manusia terletak pada keberlangsungan hidup suku? 
utusan junjungan  yaitu  seorang jenius yang sangat luar biasa. saat  
wafat pada tahun 6  , dia sudah  berhasil menyatukan hampir semua 
suku timurtengah  menjadi sebuah komunitas baru, atau ummah. Dia sudah  
mempersembahkan kepada orang-orang timurtengah  sebuah spiritualitas 
yang secara unik sesuai dengan tradisi mereka dan yang membukakan 
kunci bagi sumber kekuatan yang besar sehingga dalam waktu seratus 
tahun mereka sudah  mendirikan imperium sendiri yang luas memben-
tang dari Himalaya hingga Pirenia, dan membangun sebuah peradaban 
yang unik. Namun, saat  utusan junjungan  duduk berdoa di gua kecil 
Hira selama masa ibadahnya pada bulan Ramadhan tahun 6  , dia 
tidak membayangkan kesuksesan fenomenal seperti itu. Sebagaimana 
kebanyakan orang timurtengah , utusan junjungan  percaya bahwa yang kuasa  , junjungan  
Tertinggi dalam keyakinan timurtengah  kuno, yang namanya secara seder-
hana berarti "junjungan '
!
, identik dengan junjungan  yang disembah oleh 
orang-orang Yahudi dan  kaum beragama  . Dia juga percaya bahwa hanya 
seorang utusan junjungan   dari junjungan  ini yang akan mampu memecahkan masalah 
warga nya, namun  tak sedikit pun terbetik dalam pikirannya bahwa 
dirinyalah yang akan menjadi utusan junjungan   itu. Orang timurtengah  pun secara prihatin 
sadar bahwa yang kuasa   belum pernah mengutus kepada mereka seorang 
utusan junjungan   atau menurunkan kitabsuci  bagi mereka, meski tempat suci 
baginya sudah  ada di tengah-tengah mereka sejak masa yang sudah 
tak dapat diingat lagi. Pada abad ketujuh, kebanyakan orang timurtengah  
percaya bahwa tempat ibadah , bangunan sangat tua berbentuk kubus besar 
yang terletak di jantung jazirah arab , awalnya  didirikan demi 
pengabdian kepada yang kuasa  , walaupun pada saat itu tempat tersebut 
diisi oleh dewa Hubal orang Nabatea. Semua penduduk jazirah arab  
sangat bangga akan tempat ibadah  yaitu   tempat suci paling 
penting di timurtengah ia. Setiap tahun orang-orang timurtengah  dari segala penjuru 
semenanjung melaksanakan ziarah ke jazirah arab , untuk menyeleng-
garakan ritus-ritus tradisional selama beberapa hari. Semua kekerasan 
dilarang di sekeliling tempat suci tempat ibadah , sehingga mereka dapat 
berdagang dengan damai satu sama lain di sana, sebab  mengetahui 
bahwa permusuhan-permusuhan lama untuk sementara harus ditunda. 
 9  

Kaum timurtengah  menyadari bahwa tanpa tempat suci itu mereka tak 
akan meraih kesuksesan berniaga dan bahwa sebagian besar prestise 
mereka di kalangan suku-suku bergantung pada penjagaan terhadap 
tempat ibadah  dan pada pelestarian kesuciannya yang ada di bawah tanggung 
jawab mereka. Namun meski yang kuasa   jelas-jelas sudah  mengistimewakan 
kaum timurtengah  untuk tugas ini, dia tidak pernah mengirim kepada 
mereka seorang utusan, seperti Ibrahim, mose , atau Isa, dan orang 
timurtengah  tak memiliki kitabsuci  dalam bahasa mereka sendiri. 
Oleh sebab  itu, tersebar luas rasa inferioritas spiritual di antara 
mereka. Orang Yahudi dan  kaum beragama  , mitra dagang yang sering ber-
hubungan dengan orang-orang timurtengah , acap mencela mereka sebagai 
orang barbar yang tidak memperoleh berkatNya dari junjungan . Orang 
timurtengah  merasakan campuran rasa benci dan hormat kepada orang-
orang yang memiliki pengetahuan yang tak mereka memiliki  ini. 
Yudaisme dan  kaum beragama   tidak memperoleh  banyak kemajuan di area  
itu, meskipun orang timurtengah  mengakui bahwa bentuk kepercayaan  yang 
progresif ini sebetulnya  lebih unggul dibanding  paganisme tradisional 
mereka. Ada beberapa suku Yahudi yang tidak jelas asal usulnya di 
pemukiman Yatsrib (kemudian menjadi Madinah) dan Fadak, hingga 
ke utara jazirah arab , serta beberapa suku utara di perbatasan antara 
imperium Persia dan Byzantium yang sudah  beralih menganut aliran 
Monofisit atau  kaum beragama   Nestorian. namun  , orang Badui sangat 
independen, mereka bertekad untuk tidak jatuh ke bawah salah satu 
kekuatan adidaya seperti saudara-saudara mereka di Yaman dan sangat 
menyadari bahwa baik orang Persia maupun Byzantium sudah  meng-
gunakan kepercayaan  Yahudi dan  kaum beragama   untuk mengembangkan pola-
pola imperial mereka di area  itu. Mereka barangkali juga menya-
dari secara instingtif bahwa mereka sudah  mengalami dislokasi kultural 
yang cukup parah, seiring erosi tradisi-tradisi mereka sendiri. Mereka 
sama sekali tak merasa menginginkan sebuah ideologi baru, apalagi 
yang terungkap dalam bahasa dan tradisi asing. 
Sebagian orang timurtengah  tampaknya sudah  berusaha  menemukan 
bentuk monoteisme yang lebih netral dan tidak ternoda kaitan impe-
rialistik. Sejarahwan  kaum beragama   Palestina, Sozomenos, mengemukakan 
kepada chucky  bahwa pada awal abad kelima beberapa orang timurtengah  di 
Suriah sudah  menemukan kembali apa yang mereka sebut kepercayaan  asli 
Ibrahim, yang berkembang sebelum junjungan  menurunkan Taurat atau 
kitabsuci  dan, dengan , bukan Yahudi atau  kaum beragama  . Tidak lama 
sebelum utusan junjungan  menerima panggilan keutusan junjungan  annya sendiri, 
 9  

penulis biografinya yang pertama, utusan junjungan  ibn Ishaq (w. 767), 
menjelaskan kepada chucky  bahwa empat orang tokoh timurtengah  jazirah arab  
memutuskan untuk mencari hanifiyyah, kepercayaan  asli Ibrahim. Sebagian 
sarjana Barat sudah  menyatakan bahwa sekte hanifiyyah yang kecil 
ini yaitu  sebuah fiksi kepercayaan  yang menyimbolkan kegelisahan 
spiritual zaman jahiliah, namun  pasti memiliki dasar pijakan yang 
faktual: Tiga di antara keempat hanif itu cukup dikenal oleh generasi 
pertama Muslim: Ubaidillah ibn Jahsy, keponakan utusan junjungan ; 
Waraqah bin Naufal, yang akhirnya berkepercayaan   kaum beragama  ; dan Zaid ibn 
Amr, paman Umar bin Khattab, salah seorang sahabat dekat utusan junjungan  
dan khalifah kedua dalam pemerintahan muslim  . Ada sebuah kisah 
bahwa pada suatu hari, sebelum meninggalkan jazirah arab  menuju Suriah 
dan Irak untuk mencari kepercayaan  Ibrahim, Zaid berdiri di sisi tempat ibadah , 
bersandar ke bangunan suci itu dan berkata kepada orang timurtengah  
yang sedang melakukan ritus mengelilinginya dalam cara yang sudah 
dilakukan sejak lama: "Wahai timurtengah , demi yang jiwa Zaid berada 
di tangannya, tak ada seorang pun dari kalian yang mengikuti kepercayaan  
Ibrahim kecuali aku." Kemudian dengan sedih dia menambahkan, 
"Ya junjungan , andaikan aku tahu bagaimana engkau ingin disembah, 
niscaya aku akan menyembahmu dengan cara itu; namun aku tidak tahu." 
Kerinduan Zaid terhadap berkatNya junjungan  akhirnya terpenuhi di Gua 
Hira pada tahun 6   di malam ketujuh belas bulan Ramadhan, saat  
utusan junjungan  dibangunkan dari tidur dan merasakan dirinya didekap 
oleh kehadiran berorientasi junjungan  yang dahsyat. Belakangan dia menceritakan 
pengalaman luar biasa ini dalam istjunjungan -istjunjungan  khas timurtengah . Dia berkata 
bahwa satu malaikat menampakkan diri kepadanya dan memberinya 
sebuah perintah singkat: "Bacalah!"  Seperti halnya utusan junjungan  -utusan junjungan   
Ibrani yang sering merasa berat mengucapkan perkataan  junjungan , 
utusan junjungan  menolak dan memprotes, "Aku bukan seorang pembaca!" 
Dia bukanlah seorang kahin, seorang peramal ekstatik timurtengah  yang 
mengaku fasih membaca nubuat-nubuat yang diilhamkan. namun  , 
utusan junjungan  berkata, malaikat itu kemudian mendekapnya semakin 
kuat, sehingga dia merasa seolah-olah napasnya akan meninggalkan 
tubuhnya. Persis pada saat utusan junjungan  merasa seakan tak mampu 
lagi bertahan, malaikat itu melepaskannya dan kembali memerintahkan, 
"Bacalah!" (iqra'!). utusan junjungan  lagi-lagi menolak dan malaikat itu 
pun mendekapnya lagi hingga dia merasa sudah  mencapai batas 
daya tahannya. Akhirnya, di akhir dekapan dahsyat yang ketiga,  

utusan junjungan  merasakan kata-kata pertama dari sebuah kitabsuci  baru 
mengalir keluar dari mulutnya: 
Bacalah dengan nama junjungan mu, yang sudah  menciptakan 
menciptakan manusia dari segumpal darah! Bacalah, dan 
junjungan mulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar [manusia] dengan 
perantaraan kalam  Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
 
perkataan  junjungan  sudah  diucapkan untuk pertama kalinya dalam 
bahasa timurtengah , dan kitabsuci  ini akhirnya akan dinamakan  kitab muslim  Bacaan. 
utusan junjungan  merasa dirinya berada dalam ketakutan dan 
perubahan, bergidik memikirkan bahwa dia mungkin sudah  menjadi 
sekadar seorang kahin tak terhormat yang dimintakan pendapatnya 
oleh orang-orang saat  mereka kehilangan unta. Seorang kabin 
diduga dikuasai oleh jin, sejenis makhluk halus yang dipercayai 
menghuni daratan timurtengah , yang bisa berubah-ubah wujud dan menyesat-
kan manusia. Para penyair juga percaya bahwa diri mereka dikuasai 
oleh jin-jin pribadi mereka. Hasan ibn Tsabit, seorang penyair Yatsrib 
yang kemudian masuk muslim  , berkata bahwa saat  dia pertama kali 
memperoleh  dorongan untuk menjadi penyair, jinnya menampakkan 
diri kepadanya, mengempaskannya ke tanah, dan mendorong kata-
kata ilham keluar dari mulutnya. Hanya inilah   bentuk pengilhaman 
yang dikenal oleh utusan junjungan . Bayangan bahwa dia mungkin sudah  
menjadi majnun, dikuasai jin, memenuhi dirinya dengan rasa putus 
asa seakan-akan keinginannya untuk hidup pupus sudah. Dia sangat 
tidak menyenangi para kabin itu, yang biasanya mengeluarkan nubuat 
berupa kata-kata kosong yang tak masuk akal, dan dia pun sangat 
berhati-hati untuk membedakan kitab muslim  dari syair-syair timurtengah  kon-
vensional. Kini, sembari bergegas keluar dari gua, utusan junjungan  merasa 
seakan ingin mengempaskan dirinya dari puncak bukit. Namun, di 
sisi bukit dia kembali melihat sesosok makhluk yang, kemudian, diketahui  sebagai malaikat : 
saat  aku berada di tengah jalan pegunungan , aku mendengar suara 
dari langit berkata: "Hai utusan junjungan ! Engkau yaitu  utusan junjungan  dan 
aku yaitu  malaikat ." Aku menengadahkan kepala ke arah langit untuk 
melihat siapa yang berbicara, dan, kulihat malaikat  dalam rupa seorang 
manusia dengan kaki di kedua sisi ufuk ... aku berdiri memandangnya, 
tak bergerak surut atau maju; kemudian aku memalingkan wajah darinya, namun ke bagian langit mana pun kulayangkan pandangan, 
dia tetap terlihat.
 Di dalam muslim  , malaikat  sering diidentifikasikan sebaga Ruh Suci 
pembawa berkatNya, perantara yang melaluinya junjungan  berkomunikasi 
dengan manusia. Dia bukanlah malaikat naturalistik, namun hadir di 
mana-mana sehingga mustahil bisa melarikan din darinya. utusan junjungan  
sudah  memperoleh  pemahaman luar biasa mengenai  fakta  junjungan , yang 
oleh utusan junjungan  -utusan junjungan   Ibrani dinamakan  kaddosh, kesucian, keberbedaan junjungan  
dan segala sesuatu. saat  mengalaminya, mereka juga sudah  merasa 
begitu dekat dengan kematian dan berada dalam ketegangan fisik 
dan mental. namun  , tidak seperti yesya   atau yrmia , utusan junjungan  
tidak memiliki penghibur berupa tradisi yang sudah  mapan untuk 
menyokongnya. Pengalaman yang menakutkan itu seolah-olah jatuh 
menimpanya secara tiba-tiba dan meninggalkannya dalam keadaan 
tercekam. Dalam deritanya, secara instingtif dia berpaling kepada 
istrinya, sahabat junjungan . 
Berjalan tertatih sambil gemetaran hebat, utusan junjungan  menjatuhkan 
diri ke pangkuan istrinya, "Selimuti aku, selimuti aku!" serunya, 
memohon istrinya untuk melindungi dirinya. saat  rasa takut mulai 
menghilang, utusan junjungan  bertanya kepada sahabat junjungan  apakah dirinya 
betul-betul sudah  menjadi majnun. sahabat junjungan  bersegera memberi kete-
gasan: "Engkau yaitu  orang yang baik dan penuh perhatian kepada 
sanak saudaramu. Engkau menolong fakir miskin dan orang yang 
kesulitan, dan ikut memikul beban mereka. Engkau berusaha  me-
ngembalikan akhlak mulia yang nyaris hilang dari kaummu. Engkau 
menghormati tamu dan membantu orang-orang yang susah. Tak 
mungkin engkau (majnun)."
 junjungan  tidak bertindak dengan sewe-
nang-wenang. sahabat junjungan  menganjurkan agar mereka berkonsultasi 
dengan keponakanya  , Waraqah, yang saat itu penganut  kaum beragama   dan mempelajari kitabsuci . Waraqah sama sekali tidak sangsi: utusan junjungan   sudah  menerima berkatNya dari junjungan  mose  dan utusan junjungan  -utusan junjungan   lain, dan 
sudah  menjadi utusan junjungan  bagi bangsa timurtengah . Akhirnya, sesudah  melalui 
periode beberapa tahun, utusan junjungan  menjadi yakin bahwa memang 
lah halnya dan mulai mendakwahi kaum timurtengah , menghadir-
kan bagi mereka sebuah kitabsuci  dalam bahasa mereka sendiri. 
Namun, tidak seperti Taurat yang menurut kisah kitab  diberkatNya-
kan kepada mose  dalam satu waktu secara sekaligus di Gunung Sinai, 
kitab muslim  dianugerahkan  kepada utusan junjungan  secara sepenggal-sepenggal,  
sebaris demi sebaris dan seayat demi seayat dalam kurun waktu dua 
puluh tiga tahun. PeberkatNyaan itu terus terjadi dalam pengalaman 
yang memberatkan. "Tak pernah aku menerima berkatNya tanpa pera-
saan bahwa jiwaku seolah-olah akan tercerabut dari diriku," ujar 
utusan junjungan  beberapa tahun kemudian.
 Dia hams menyimak perkataan -
perkataan  suci itu dengan penuh perhatian, berusaha memperoleh  visi 
dan arti penting yang tidak selalu sampai kepadanya dalam bentuk 
verbal yang jelas. kadang , katanya, kandungan pesan junjungan  
itu sangat jelas: dia seolah-olah melihat malaikat  dan mendengar apa 
yang diucapkannya. namun  , pada waktu lain, berkatNya itu sangat 
sulit diartikulasikan: "kadang  ia datang kepadaku bagaikan gema 
sebuah genta, dan itulah yang paling sulit; gema itu menyurut saat  
aku sudah  sadar akan pesan yang disampaikan."
 Para penulis biografi 
pertama pada periode klasik sering menunjukan  utusan junjungan  
menyimak secara tekun apa yang mungkin mesti chucky  sebut ungkapan 
alam bawah sadar dengan autoritas dan integritas yang secara misterius 
bukan yaitu  bagian dari dirinya  persis seperti seorang penyair 
menjelaskan proses "penyimakan" sebuah puisi yang secara perlahan 
muncul dari ruang pikiran yang tersembunyi. Di dalam kitab muslim , 
junjungan  memerintahkan utusan junjungan  untuk mendengarkan makna yang 
tidak koheren itu dengan saksama dan dengan apa yang dinamakan  
oleh Wordsworth sebagai "kepasifan yang bijaksana."
 Dia tidak boleh 
tergesa-gesa memaksakan kata atau makna teori tual tertentu pada berkatNya itu sebelum maknanya yang sejati terungkap pada saat yang 
tepat: 
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) kitab muslim  
sebab  hendak cepat-cepat (menguasai)-nya. sebetulnya  atas 
tanggungan Kamjunjungan  mengumpulkannya (di dadamu) dan (mem-
buatmu pandai) membacanya. Apabila Kami sudah  selesai membaca-
kannya maka ikutjunjungan  bacaannya itu. Kemudian, sebetulnya  atas tanggungan Kamjunjungan  penjelasannya.
 Sebagaimana semua bentuk kreativitas, ini juga yaitu  proses 
yang sulit. utusan junjungan  sering masuk ke keadaan trans dan kadang-
kadang seakan kehilangan kesadaran: dia sering jadi berkeringat, 
bahkan di hari yang dingin, dan merasakan beban batin yang berat 
seperti duka yang mendorongnya untuk merunduk meletakkan kepala 
di antara kedua lututnya, sebuah posisi yang diambil oleh sebagian 
mistikus Yahudi kontemporer saat  mereka masuk ke keadaan 
kesadaran yang berubah  meskipun utusan junjungan  tentunya tidak 
mengetahui hal ini. 
Tidak mengherankan jika utusan junjungan  merasakan berkatNya sebagai 
ketegangan yang begitu besar: dia bukan hanya sedang mengusaha -
kan sebuah solusi politik yang sama sekali baru bagi umatnya, melain-
kan juga sedang menyusun salah satu karya sastra dan spiritual klasik 
terbesar sepanjang zaman. Dia yakin bahwa dia tengah menyusun 
perkataan  junjungan  yang tak terucapkan ke dalam bahasa timurtengah , sebab  
kitab muslim  bersifat sentral bagi spiritualitas muslim   sebagaimana halnya 
utusan junjungan   kaum beragama , sang logos, bagi  kaum beragama  . chucky  mengetahui lebih banyak mengenai  
utusan junjungan  dibanding para pendiri kepercayaan  besar lainnya, dan, di 
dalam kitab muslim , yang waktu turun berbagai surah atau bagiannya 
dapat diketahui dengan tingkat akurasi yang masuk akal, chucky  dapat 
melihat bagaimana visi utusan junjungan  berevolusi secara perlahan dan 
menjadi semakin universal dalam cakupannya. awalnya  dia 
tidak melihat lingkup tugas yang harus dipikulnya, sebab  hal itu 
diperlihatkan kepadanya sedikit demi sedikit, seiring responsnya 
terhadap logika batin peristiwa-peristiwa yang terjadi. Di dalam Al-
kitabmuslim, chucky  bisa menemukan komentar orang-orang sezaman mengenai  
awal kedatangan muslim   yang unik dalam sejarah kepercayaan . Di dalam 
kitabsuci  ini, junjungan  tampaknya menjelaskan mengenai  perkembangan 
situasi: dia menjawab para pengkritik utusan junjungan , menguraikan mak-
na suatu peperangan atau konflik yang terjadi di dalam warga  
muslim   generasi pertama, dan menunjukkan dimensi berorientasi junjungan  kehidupan 
manusia. 
kitab muslim  tidak turun kepada utusan junjungan  dalam susunan seperti 
yang chucky  jumpai pada masa sekarang, namun  dalam susunan yang 
lebih acak, sesuai peristiwa-peristiwa yang datang dan penyimakannya 
atas makna yang lebih dalam. Setiap kali bagian baru dianugerahkan , 
utusan junjungan , yang tidak bisa membaca atau menulis, akan mengucap-
kannya keras-keras. Kaum Muslim pun menghafalnya sedangkan 
beberapa sahabat yang bisa baca-tulis menyalinnya. sekitar dua puluh 
tahun sesudah  wafatnya utusan junjungan , kompilasi resmi pertama atas 
berkatNya ini diselesaikan. Para editor meletakkan surah-surah terpanjang 
pada bagian awal dan yang tersingkat di bagian akhir. Susunan seperti 
ini tidaklah seacak kelihatannya, sebab  kitab muslim  bukanlah sebuah 
narasi atau argumen yang memerlukan  tatanan berurutan. Susunan 
itu merefleksikan berbagai tema: kehadiran junjungan  di dunia, kehidupan  
para utusan junjungan  , atau Hari Akhir. Bagi orang yang tidak bisa mengapresiasi 
keindahan bahasa timurtengah  yang luar biasa, kitab muslim  tampak membosan-
kan dan bertele-tele sebab  sering mengulang-ulang tema yang sama. 
Namun, kitab muslim  tidak dimaksudkan untuk menjadi bahan kajian 
secara pribadi, melainkan untuk pembacaan liturgis. saat  kaum 
Muslim mendengar sebuah surah dibacakan di dalam tempat ibadah , mereka 
diingatkan kembali kepada semua ajaran inti loyalitas  mereka. 
saat  mulai berdakwah di jazirah arab , utusan junjungan  hanya memiliki 
teori  yang sangat sederhana mengenai  perannya. Dia tidak berpikir 
bahwa dirinya tengah membangun sebuah kepercayaan  universal, melain-
kan keyakinan kuno yang mengajarkan keesaan junjungan  kepada orang-
orang timurtengah . awalnya  dia bahkan tak pernah mengira harus berdakwah kepada suku-suku timurtengah  selain penduduk jazirah arab  dan 
sekitarnya.
Dia tak pernah bermimpi akan membangun sebuah teo-
krasi dan mungkin sama sekali tidak mengetahui apa teokrasi itu: 
dia sendiri tak mesti memiliki fungsi politik di dalam pemerintahan, 
kecuali sebagai seorang nadzir, pemberi peringatan.
 yang kuasa   sudah  
mengutusnya untuk memperingatkan kaum timurtengah  mengenai  situasi 
berbahaya yang tengah mereka hadapi. namun  , pesan awal 
yang disampaikannya bukanlah mengenai  musibah dan bencana, melain-
kan mengenai  harapan yang membahagiakan. utusan junjungan  tidak harus 
membuktikan eksistensi junjungan  kepada kaum timurtengah . Mereka secara 
implisit sudah  beroyalitas kepada yang kuasa  , yang menciptakan langit dan 
bumi, dan kebanyakan dari mereka mempercayai  nya sebagai junjungan  yang 
disembah oleh orang Yahudi maupun  kaum beragama  . Keberadaannya sudah  
diterima begitu saja. Sebagaimana perkataan  junjungan  kepada utusan junjungan  
pada sebuah surah awal di dalam kitab muslim : 
Dan sebetulnya jika kamu tanyakan kepada mereka-. "Siapakah 
yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan 
bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "yang kuasa  , "maka betapakab mere-
ka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). 
Dan sebetulnya  jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah 
yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu 
bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "yang kuasa  , "namun  
kebanyakan mereka tidak memahami-(nya). 
masalah nya yaitu , kaum timurtengah  tidak memikirkan implikasi 
kepercayaan mereka itu. junjungan  sudah  menciptakan mereka dari setetes 
air mani, seperti dijelaskan oleh berkatNya yang pertama diturunkan; 
mereka bergantung kepada rezeki dan perlindungan dari junjungan , 
namun mereka masih menganggap diri sebagai pusat jagat raya 
berdasarkan praduga yang tidak realistis (yatqa) dan rasa sombong 
berlebihan (istaghna)
 tanpa memedulikan tanggung jawab mereka 
sebagai anggota warga  timurtengah  yang terhormat. 
Oleh sebab  itu, semua ayat pertama kitab muslim  menganjurkan 
kaum timurtengah  agar menyadari rahmat junjungan  yang dapat mereka 
lihat ke mana pun mata mereka memandang. Mereka akan sadar 
betapa banyak mereka masih berutang kepada junjungan  di tengah 
kesuksesan besar yang sudah  mereka capai, dan akan mengapresiasi 
kebergantungan mutlak mereka kepada Pencipta tatanan alam: 
Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya! 
Dari apakah yang kuasa   menciptakannya? 
Dari setetes mani, yang kuasa   menciptakannya lalu menentukannya. Kemu-
dian Dia memudahkan jalannya, kemudian Dia mematikannya dan 
memasukkannya ke dalam kubur, kemudian bila Dia menghendaki, 
Dia membangkitkannya kembali. 
Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang 
diperintahkan yang kuasa   kepadanya. 
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesung-
guhnya Kami sudah  benar-benar mencurahkan air (dari langit), kemu-
dian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan 
biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun danpohon 
kurma, kebun-kebun yang lebat, dan buah-buahan serta rumput-
rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang 
ternakmu.
 
Oleh sebab  itu, yang jadi masalah  bukanlah pengakuan atas 
keberadaan junjungan . Di dalam kitab muslim , "orang yang ingkar" (kafir bi 
ni'mah yang kuasa  ) bukanlah orang sayap kiri dalam pengertian yang lazim 
chucky  pahami atas kata tersebut, yaitu  orang yang tidak percaya kepada 
junjungan , melainkan orang yang tidak bersyukur kepadanya, yang mam-
pu melihat dengan jelas apa yang sudah  dilimpahkan yang kuasa   kepadanya, 
namun  menolak untuk mengagungkannya dengan semangat pembang-
kangan yang tak berterima kasih. 
kitab muslim  tidak mengajarkan sesuatu yang baru kepada kaum 
Quraish. Bahkan, kitab itu dengan teguh mengklaim sebagai "peng-
ingat" akan hal-hal yang sudah  diketahui, yang diungkapkannya dengan 
lebih jelas. kadang  kitab muslim  membuka suatu topik dengan 
anak kalimat: "Apakah kalian tidak melihat ...?" atau "Apakah kalian 
tidak berpikir ...?" perkataan  junjungan  tidak sekadar mengeluarkan perintah-
perintah yang arbitrer dari atas, namun  mengajak orang-orang timurtengah  
untuk berdialog. kitab muslim , contohnya, memperingatkan mereka bahwa 
tempat ibadah , rumah yang kuasa  , sangat berpengaruh terhadap keberhasilan mere-
ka yang pada hakikatnya yaitu  karunia junjungan . Kaum timurtengah  
senang menyelenggarakan thawaf mengelilingi tempat suci itu, namun  
saat  mereka meletakkan diri dan keberhasilan material mereka 
sendiri di pusat kehidupan, mereka lupa akan makna ritus-ritus kuno 
ini. Mereka harus melihat "tanda-tanda" (ayat) rahmat dan kekuasaan 
junjungan  di alam semesta. Jika mereka gagal mewujudkan kembali 
rahmat junjungan  dalam warga  mereka sendiri, mereka takkan dapat 
menangkap hakikat dari segala sesuatu. Oleh sebab  itu, para peng-
ikut utusan junjungan  diperintahkan untuk menunaikan ibadah shalat. 
Gerakan-gerakan eksternal ini akan membantu seorang timurtengah  mena-
namkan sikap batin dan menetapkan kembali arah kehidupan mereka. 
kepercayaan  utusan junjungan  dikenal dengan nama muslim  , kepasrahan eksis-
tensial yang diharapkan untuk diberikan setiap Muslim kepada yang kuasa  : 
seorang timurtengah  yaitu  seseorang yang menyerahkan segenap dirinya 
kepada Sang Pencipta. Kaum timurtengah  terkejut saat  melihat umat 
Muslim generasi pertama melakukan shalat: mereka tidak bisa 
menerima bahwa anggota suku timurtengah  yang selama berabad-abad 
sudah  membanggakan independensi Badui harus tersungkur bersujud 
di atas tanah seperti seorang budak. Hal ini memicu  kaum 
Muslim harus menarik diri ke lembah-lembah kecil tersembunyi di 
sekitar kota untuk melaksanakan shalat secara rahasia. Reaksi kaum 
timurtengah  menunjukan  bahwa utusan junjungan  sudah  mendiagnosis spirit 
mereka dengan sangat tepat. 
Dalam praktiknya, muslim   berarti bahwa kaum Muslim memiliki 
kewajiban untuk menciptakan warga  yang adil dan setara di 
mana orang-orang miskin dan lemah diperlakukan secara layak. Pesan 
moral kitab muslim  yang pertama sederhana saja: janganlah menimbun 
kekayaan dan mencari keuntungan bagi diri sendiri, namun  bagjunjungan  
kemakmuran secara merata dengan menyedekahkan sebagian harta 
kepada fakir miskin.
sangat mewaspadai spekulasi teologis, mengesampingkannya sebagai 
zhanna, yaitu menduga-duga mengenai  sesuatu yang tak mungkin 
diketahui atau dibuktikan oleh siapa pun. Doktrin  kaum beragama   mengenai  
Inkarnasi dan Trinitas tampaknya yaitu  contoh pertama zhanna 
dan tidak mengherankan jika orang timurtengah  memandang ajaran-ajaran 
itu sebagai penghujatan. Sebaliknya, sebagaimana di dalam Yudaisme, 
junjungan  dialami sebagai dorongan untuk menegakkan moral. Meskipun 
hampir tak pernah berhubungan dengan orang Yahudi atau kaum beragama 
maupun kitab kitabsuci mereka, utusan junjungan  sudah  langsung menero-
bos ke dalam inti monoteisme historis. 
namun  , di dalam kitab muslim , yang kuasa   tampil lebih impersonal 
dibanding  YHWH. Dia tidak dicirikan oleh sedih dan senang seperti 
junjungan  kitab . chucky  hanya mungkin memahami sesuatu mengenai 
junjungan  melalui "tanda-tanda" alam, dan begitu transendennya junjungan  
sehingga chucky  hanya bisa membicarakannya melalui "perumpamaan." 
Oleh sebab  itu, kitab muslim  berulang-ulang mengimbau kaum Muslim 
untuk melihat alam sebagai penampakan junjungan  (epiphany); mereka 
harus memakai usaha  imajinatif untuk melihat melalui dunia 
yang beraneka ini wujud asal yang utuh, fakta  transenden yang 
menapasi segala sesuatu. Kaum Muslim diajak untuk menumbuhkan 
sikap sakramental atau simbolik: 
sebetulnya  dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya 
malam dan siang, bahtera yang berlayardi laut membawa apa yang 
berguna bagi manusia, dan apa yang yang kuasa   turunkan dari langit 
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati 
(kering)-nya, dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan 
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan 
bumi; sungguh (ada ) tanda-tanda [ayat] (keesaan dan kebesaran 
yang kuasa  ) bagi kaum yang memikirkan.
kitab muslim  selalu menekankan perlunya penggunaan akal dalam 
menguraikan "tanda" atau "pesan" dari junjungan . Kaum Muslim tidak 
boleh merendahkan akal mereka, namun  harus mengamati alam de-
ngan penuh perhatian dan keingintahuan. Sikap inilah   yang memicu  
orang timurtengah  generasi berikutnya mampu membangun tradisi ilmu 
pengetahuan alam yang baik, yang tak pernah dianggap sebagai 
ancaman terhadap kepercayaan  sebagaimana yang terjadi di dunia  kaum beragama  . 
Kajian mengenai  sistem kerja alam menunjukkan bahwa alam ini memiliki 
dimensi dan sumber transenden, yang hanya dapat chucky  bicarakan 
melalui tanda-tanda dan simbol-simbol: bahkan kisah para utusan junjungan  , ajaran 
mengenai  Hari Kiamat, dan kesenangan-kesenangan surgawi tidak boleh 
diinterpretasikan secara harfiah, namun  sebagai perumpamaan mengenai  
fakta  yang lebih tinggi dan tak terlukiskan. 
Namun, yang paling besar dari semua tanda yaitu  kitab muslim  itu 
sendiri: bahkan bagian-bagian terkecilnya yang dinamakan  ayat. Orang 
Barat memandang kitab muslim  sebagai kitab yang sulit, dan ini terutama 
berkaitan dengan masalah penerjemahan. Bahasa timurtengah  memang sulit 
dan terasa janggal saat  diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris,  Kaum Muslim sering mengatakan bahwa saat  mereka 
membaca terjemahan kitab muslim , mereka merasa seperti membaca 
kitab yang berbeda sebab  tak ada lagi kandungan keindahan bahasa 
timurtengah nya yang tersampaikan. Sebagaimana tersirat dari namanya, Al-
kitabmuslim ditujukan untuk dibaca dengan suara keras, dan pengaruh 
yang timbul dari bunyi bahasa itu yaitu  bagian penting dari 
kitabsuci  ini. Kaum Muslim mengatakan bahwa saat  mereka 
mendengar kitab muslim  dibacakan di tempat ibadah , mereka merasa dilingkupi 
oleh suara yang berdimensi berorientasi junjungan , nyaris seperti utusan junjungan  saat  
didekap oleh malaikat  di Gua Hira atau saat  dia melihat malaikat me-
menuhi seluruh penjuru ufuk. kitab muslim  bukanlah sebuah kitab yang 
dibaca sekadar untuk memperoleh informasi. Membaca kitab muslim  
dimaksudkan untuk memetik rasa mengenai  yang junjungan , dan sebab nya 
tidak untuk dibaca dengan tergesa-gesa: 
Dan lah Kami menurunkan kitab muslim  dalam bahasa timurtengah , 
dan Kami telab menerangkan dengan berulang-ulang di dalamnya 
sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) kitab muslim  
itu memicu  pengajaran bagi mereka. 
Maka kudus  yang kuasa   Raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah 
kamu tergesa-gesa membaca kitab muslim  sebelum disempurnakan 
dianugerahi nya kepadamu, dan katakanlah: "Ya junjungan ku, tambah-
kanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
 7 
Dengan mendekati kitab muslim  dalam cara yang benar, kaum Muslim 
mengakui bahwa mereka betul-betul mengalami rasa transendensi, 
mengenai  fakta  dan kekuatan tertinggi di balik fenomena dunia fana 
    

yang rentan dan sementara. Oleh sebab  itu, membaca kitab muslim  
yaitu  latihan spiritual yang sukar dipahami oleh orang  kaum beragama   
sebab  mereka tak memiliki bahasa sakral seperti halnya orang-
orang Yahudi, Hindu, dan Muslim. utusan junjungan   kaum beragama lah yang menjadi perkataan  
junjungan , dan tak ada yang suci dalam kitabsuci  yang berbahasa 
Yunani itu. namun  , orang Yahudi memiliki sikap yang sama 
terhadap Taurat. saat  mereka mengkaji lima kitab pertama dari 
kitabsuci , mereka tidak sekadar melayangkan pandangan ke halaman 
demi halaman. Mereka sering melantunkan perkataan -perkataan  itu dengan 
suara keras, menikmati kata-kata yang dipercaya  sudah  diucapkan oleh 
junjungan  sendiri saat  dia menunjukan  dirinya kepada mose  di 
Sinai. kadang  mereka berayun ke belakang dan ke depan, seperti 
nyala api di depan embusan napas sang Ruh. Tak diragukan lagi 
bahwa orang Yahudi yang membaca kitabsuci  mereka dengan cara 
seperti ini memperoleh pengalaman yang berbeda mengenai  kitab 
suci dibanding orang  kaum beragama   yang memandang Lima kitab mose  
sebagai bagian yang membosankan dan tak jelas. 
Para penulis biografi awal utusan junjungan  sering menggambarkan 
ketakjuban dan keterkejutan yang dialami orang-orang timurtengah  saat  
mereka pertama kali mendengarkan kitab muslim . Banyak yang berpindah 
kepercayaan  sesaat  itu juga, sebab  percaya bahwa hanya junjungan lah 
yang bisa menyusun langgam bahasa dengan keindahan yang 
menakjubkan itu. Sering pula seorang penganut baru menggambarkan 
pengalaman itu sebagai rasukan junjungan  yang mengalirkan kerinduan 
terpendam dan membebaskan desakan-desakan perasaan. -
lah pengakuan pemuda timurtengah , seperti Umar ibn Khattab yang 
pernah menjadi musuh paling berbahaya bagi utusan junjungan ; dia dahulu-
nya penyembah setia para resi  paganisme kuno dan siap untuk 
membunuh utusan junjungan  . namun  , tokoh Muslim yang bisa diibaratkan 
sebagai Saulus dari Tarsus ini beralih kepercayaan  bukan sebab  melihat 
utusan junjungan   kaum beragama  sang perkataan , melainkan sebab  kitab muslim . Ada dua versi mengenai  
kisah konversi Umar, keduanya berharga untuk dicatat. Versi pertama 
mengisahkan Umar memperoleh i saudara perempuannya, yang sudah  
masuk muslim   secara diam-diam, tengah menyimak pembacaan sebuah 
surah baru. "Omong kosong apa itu?" dia membentak dengan keras 
sembari menyerbu masuk ke dalam rumah, dan mengempaskan 
Fatimah yang malang ke tanah. Namun saat  dia melihat saudara 
perempuannya berdarah, Umar mungkin merasa bersalah, raut wajah-
nya berubah. Dia memungut manuscript  yang tak sengaja terjatuh sebab  
    

takut dari tangan pembaca kitab muslim  yang didatangkan Fatimah ke 
rumah itu. sebab  Umar termasuk di antara sedikit orang timurtengah  
yang bisa baca-tulis, dia pun mulai membacanya. Umar diakui me-
miliki autoritas dalam soal syair lisan bahasa timurtengah  dan sering dimintai 
pendapat oleh para penyair mengenai  makna yang tepat dari bahasa 
itu, namun Umar belum pernah menjumpai sesuatu yang serupa de-
ngan kitab muslim . "Betapa agung dan indahnya kalimat ini!" dia berkata 
dengan penuh rasa takjub, dan pada saat itu juga dia berpindah 
menganut kepercayaan  yang kuasa  .
 8 
Keindahan kata-kata kitab muslim  sudah  menembus kebencian dan 
prasangka Umar ibn Khattab menuju pusat ketundukan yang belum 
pernah disadarinya. chucky  semua sudah  memiliki pengalaman yang 
mirip, saat  sebuah puisi menyentuh rasa pengakuan yang berada 
pada tingkat yang lebih dalam dibanding  akal. Dalam versi lain mengenai  
masuk muslim  nya Umar, dikisahkan bahwa pada suatu malam dia 
bertemu utusan junjungan  di tempat ibadah , yang tengah melantunkan kitab muslim  
dengan suara perlahan di depan tempat suci itu. sebab  merasa 
ingin mendengarkan perkataan -perkataan  itu, Umar menyelinap ke bawah 
tirai yang menutupi bangunan kubus besar itu dan berjalan menyelinap 
hingga akhirnya tiba persis di depan utusan junjungan  . Seperti yang dikatakannya, 
"Tak ada sesuatu pun di antara kami berdua kecuali tirai penutup 
tempat ibadah "  tak ada yang melindungi dirinya kecuali satu itu. Kemudian 
kekuatan gaib dari bahasa timurtengah  itu mulai berpengaruh: "saat  aku 
mendengar kitab muslim , hatiku menjadi lembut sehingga aku menangis 
dan kubiarkan muslim   menyelinap memasuki jiwaku."
 9
 kitab muslim  
menjadikan junjungan  bukan sebuah fakta  mahaperkasa yang berada 
"jauh di luar sana". kitab muslim  menghadirkan junjungan  di dalam pikiran, 
hati, dan wujud setiap orang yang beroyalitas (mukmin). 
Pengalaman Umar dan orang timurtengah  lainnya yang tergugah untuk 
menganut muslim   sebab  kitab muslim  mungkin bisa diperbandingkan 
dengan pengalaman seni seperti yang diketengahkan oleh George 
Steiner dalam artikelnya Real Presences: Is There Anything in What We 
Say? Steiner berbicara mengenai  apa yang dinamakan nya "penjalaran seni, 
sastra, dan musik serius" yang "mempertanyakan privasi terjauh eksis-
tensi chucky ," invasi atau pewartaan yang menerobos ke dalam "relung 
kecil wujud chucky " dan memerintahkan chucky  "ubahlah kehidupanmu!" 
Sesudah  panggilan itu, relung tersebut "tak lagi dapat dihuni dalam 
cara yang sama seperti sebelumnya."
  
 Muslim seperti Umar tampak-
nya memperoleh  pengalaman guncangan perasaan yang serupa, desakan 
    

yang membangunkan dan mengusik, yang memampukan mereka 
menjalani keterputusan yang menyakitkan dengan tradisi masa lalu. 
Bahkan orang-orang timurtengah  yang sudah  menolak muslim   tak luput 
terguncang oleh kitab muslim  dan menemukannya berada di luar semua 
kategori yang sudah  mereka kenal: tak ada sama sekali bagian kitab muslim  
yang mirip dengan inspirasi kahin atau penyair; juga sama sekali 
berbeda dari jampi tukang sihir. Beberapa kisah menunjukkan orang-
orang kuat timurtengah  yang tetap bersikukuh dalam sikap menentang 
tampak gemetar saat  mendengar pembacaan sebuah surah. utusan junjungan  
seakan-akan sudah  menciptakan bentuk sastra baru yang belum siap 
diterima oleh sebagian orang namun mengguncangkan sebagian lain-
nya. Tanpa pengalaman mengenai  kitab muslim  ini, hampir tidak mungkin 
bagi muslim   untuk dapat mengakar. chucky  sudah  melihatlihat  bahwa 
orang Israel kuno memerlukan  waktu sekitar 7   tahun untuk me-
mutuskan keterikatan dengan keyakinan lama mereka dan menerima 
monoteisme, namun  utusan junjungan  berhasil membantu orang timurtengah  untuk 
melalui transisi yang sulit ini hanya dalam waktu dua puluh tiga 
tahun. utusan junjungan  sebagai penyair dan utusan junjungan  , dan kitab muslim  sebagai 
manuscript  dan teofani, sungguh yaitu  keadaan yang dengan sangat 
tepat mencontohkan konkurensi mendalam antara seni dan kepercayaan . 
Dalam tahun-tahun pertama misi keutusan junjungan  annya, utusan junjungan  ber-
hasil menarik banyak pengikut dari generasi yang lebih muda, yang 
sudah  dikecewakan oleh etos kapitalistik jazirah arab , serta dari kelompok-
kelompok pinggiran dan tak beruntung, yang mencakup kaum wanita, 
para budak, dan anggota suku-suku yang lebih lemah. Pada suatu 
waktu,  sumber-sumber awal menyampaikan kepada chucky , 
kelihatan seakan-akan seluruh jazirah arab  bersedia menerima kepercayaan  
yang kuasa   yang baru diperkenalkan oleh utusan junjungan . Orang-orang kaya 
yang sudah mapan, yang lebih dari sekadar senang dengan keadaan 
status quo, sudah tentu bersikap tak peduli, namun tak ada perselisihan 
resmi dengan kaum timurtengah  hingga saat  utusan junjungan  melarang 
kaum Muslim untuk menyembah para resi  pagan. Selama tiga 
tahun pertama tampaknya utusan junjungan  tidak menekankan kandungan 
monoteistik dari risalahnya, dan orang-orang mungkin membayangkan 
bahwa mereka dapat terus menyembah dewa timurtengah  tradisional selain 
yang kuasa  , sebagaimana yang biasa mereka lakukan. Namun, saat  kultus-
kultus kuno ini mulai dicela sebagai pemberhalaan, utusan junjungan  kehi-
langan banyak pengikutnya dan muslim   kemudian menjadi keyakinan 
minoritas yang dianggap rendah dan dibenci. 
    

chucky  sudah  melihat bahwa kepercayaan kepada hanya satu junjungan  
menuntut perubahan kesadaran yang menyakitkan. Seperti halnya 
orang-orang  kaum beragama   awal, kaum Muslim generasi pertama dituduh 
sebagai penganut "sayap kirime" yang membahayakan warga . Di 
jazirah arab , di mana peradaban kota masih baru dan tentunya tampak 
sebagai keberhasilan yang rentan bagi kaum timurtengah  yang amat 
bangga akan kecukupan dirinya, banyak yang merasakan ketakutan 
dan kegelisahan yang sama seperti dirasakan penduduk Roma yang 
awalnya  menolak  kaum beragama  . Kaum timurtengah  tampaknya merasa 
keterputusan dengan para resi  leluhur mereka sebagai ancaman 
besar, dan tak lama kemudian nyawa utusan junjungan  sendiri pun terancam. 
Para sarjana Barat biasanya menghubungkan keterputusan yang 
dialami kaum timurtengah  ini dengan peristiwa fiktif Ayat-ayat Setan, 
yang menjadi terkenal sejak kasus tragis Salman Rushdie. 
Ada tiga sesembahan timurtengah  kuno yang secara khusus disenangi 
oleh orang-orang timurtengah  Hijaz, yaitu Al-Lat (yang secara sederhana 
berarti "Dewi") dan Al-Uzza (Yang Perkasa), masing-masing memiliki 
kuil suci di Thaif dan Nakhlah, sebelah tenggara jazirah arab , dan Manat 
(Sang Penentu), yang kuil sucinya bertempat di Qudaid, di pesisir 
Laut Merah. Sesembahan ini tidak sepenuhnya dipersonalisasikan 
seperti Juno atau Pallas Athene. Mereka sering dinamakan  banat yang kuasa  , 
yang arti harfiahnya Anak Perempuan yang kuasa  , namun  tidak yaitu  
sesembahan yang sudah  berkembang sepenuhnya. Orang timurtengah  meng-
gunakan istjunjungan  kekeluargaan seperti itu untuk menyatakan suatu 
hubungan yang abstrak: dengan , banat al-dahr (harfiahnya 
"putri-putri nasib") sekadar bermakna ketidakberuntungan atau pasang 
surut kehidupan. Istjunjungan  banat yang kuasa   mungkin sekadar merujuk kepada 
"wujud-wujud suci". Sesembahan ini tidak diwakili oleh patung yang 
realistik di dalam kuil-kuil, namun  oleh batu-batu besar yang berdiri 
tegak, seperti yang ada  di kalangan orang Kanaan kuno. Batu 
itu tidak disembah oleh orang-orang timurtengah  secara langsung, namun  
hanya menjadi sebuah fokus kekuasaan . Seperti jazirah arab  dengan 
tempat ibadah nya, kuil-kuil di Thaif, Nakhlah, dan Qudaid sudah  menjadi 
lambang spiritual yang penting di dalam hati orang-orang timurtengah . Nenek 
moyang mereka sudah  beribadah di sana sejak zaman antah-berantah, 
dan ini mereka memberi rasa ketersambungan yang melegakan. 
Kisah Ayat-ayat Setan tidak dinamakan kan di dalam kitab muslim  maupun 
sumber-sumber lisan dan tertulis yang terdahulu. Kisah ini juga tidak 
tercantum di dalam Sirah Ibn Ishaq, biografi utusan junjungan   yang paling autoritatif, 
  5 

namun  hanya ditemukan di dalam karya sejarahwan abad kesepuluh, 
Abu Ja'far Al-Thabari (w. 9  ). Dia menceritakan kepada chucky  bahwa 
utusan junjungan  mengkhawatirkan keretakan hubungan yang terjadi antara 
dirinya dengan sebagian besar anggota suku sejak dia melarang 
pemujaan terhadap dewi-dewi mereka. Lalu, utusan junjungan  mengucap-
kan beberapa bait janggal yang mengizinkan banat yang kuasa   diagung-
kan sebagai perantara, seperti halnya para malaikat. Dalam bait-bait 
yang dinamakan  sebagai "Ayat-ayat Setan" ini  sebab  konon diinspirasi-
kan oleh "setan"  ketiga dewi itu tidak dipandang setara dengan 
yang kuasa   namun  yaitu  wujud spiritual lebih rendah yang bisa 
memohon kepada yang kuasa  , atas nama manusia. namun  , Al-Thabari 
kemudian berkata bahwa malaikat  memperingatkan kepada utusan junjungan  
bahwa bait-bait tersebut berasal dari setan dan harus dikeluarkan 
dari kitab muslim  untuk digantikan oleh ayat-ayat berikut ini yang me-
nyatakan bahwa banat yang kuasa   hanyalah proyeksi dan isapan jempol 
metamorfosa : 
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap 
Al-Lata dan Al-Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian 
(sebagai anak perempuan yang kuasa  ) .... 
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan Iak-Iak 
kamu mengadakannya; yang kuasa   tidak menurunkan satu keterangan 
pun untuk (menyembah)-nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti 
sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, 
dan sebetulnya  sudah  datang petunjuk kepada mereka dari junjungan  
mereka.
   
Ini yaitu  ayat-ayat yang paling radikal di antara semua ayat Al-
kitabmuslim yang mencela para resi  pagan leluhur kaum timurtengah . Sesudah  
ayat ini dicantumkan di dalam kitab muslim  maka tak ada lagi kesempatan 
rekonsiliasi dengan kaum timurtengah . Mulai saat ini, utusan junjungan  menjadi 
seorang monoteis yang keras, dan syirk (secara harfiah berarti menye-
kutukan yang kuasa   dengan sesuatu yang lain) menjadi dosa paling besar 
dalam pandangan muslim  . 
utusan junjungan  tidak memberi konsesi apa pun terhadap politeisme 
dalam peristiwa Ayat-ayat Setan  kalaupun peristiwa ini memang 
pernah terjadi. Juga tidak tepat untuk membayangkan bahwa keter-
libatan "setan" itu memicu  kitab muslim  untuk sesaat sudah  dinodai 
oleh kejahatan: di dalam muslim  , setan yaitu  karakter yang lebih 
  6 

dapat dikendalikan dibandingkan dengan.di dalam  kaum beragama  . kitab muslim  
menyatakan kepada chucky  bahwa setan-setan itu akan diampuni di 
Hari Akhir, dan orang timurtengah  sering memakai kata "syaithan" 
untuk menyebut penggoda manusia atau godaan yang alamiah.
   
Peristiwa itu bisa memberi indikasi mengenai  kesulitan yang tentu 
dialami oleh utusan junjungan  saat  dia berusaha menurunkan taraf pesan 
suci yang tak terlukiskan ke dalam bahasa manusia: peristiwa itu di-
kaitkan dengan ayat-ayat kitab muslim  kanonikal yang menyatakan bahwa 
sebagian besar utusan junjungan  -utusan junjungan   lain juga pernah melakukan kekeliruan 
ucap yang serupa saat  menyampaikan pesan junjungan , namun junjungan  
selalu meluruskan kesalahan mereka dan menurunkan berkatNya yang 
baru dan lebih unggul sebagai penggantinya. Cara pandang alternatif 
dan lebih sekular terhadap hal ini yaitu  dengan melihat bahwa 
utusan junjungan  merevisi karyanya di bawah bimbingan wawasan baru 
tak ubahnya seperti seorang pekerja kreatif seni. Sumber-sumber itu 
menunjukkan bahwa utusan junjungan  secara mutlak menolak berkom-
promi dengan kaum timurtengah  dalam soal keberhalaan. Dia yaitu  se-
orang yang pragmatis dan siap memicu  konsesi dalam hal-hal yang 
dianggapnya tidak esensial. namun  , setiap kali kaum timurtengah  
memintanya untuk mengadopsi solusi yang memadukan tauhid dengan 
pemberhalaan, membiarkan mereka menyembah para resi  leluhur 
mereka, sementara dia dan kaum Muslim menyembah yang kuasa   saja, 
utusan junjungan  dengan keras menolak usulan itu. Seperti yang diperkataan -
kan di dalam kitab muslim : Aku tak akan menyembah apa yang kalian 
sembah, dan kalian tak akan menyembah apa yang aku sembah ,.. 
bagimu kepercayaan mu dan bagiku kepercayaan ku/
 5
 Kaum Muslim hanya akan 
tunduk kepada yang kuasa   saja dan tidak akan menyerah kepada objek-
objek ibadat yang keliru  apakah itu para resi  maupun nilai-nilai 
seperti dianjurkan oleh orang-orang timurtengah . 
Persepsi mengenai  keunikan junjungan  yaitu  basis moralitas Al-
kitabmuslim. Menyembah benda-benda material atau meletakkan keper-
cayaan pada wujud yang lebih rendah yaitu  syirk (keberhalaan). 
kitab muslim  menumpahkan celaan terhadap para resi  pagan dalam 
cara yang sangat mirip dengan kitabsuci  Yahudi: para resi  itu 
sama sekali tak bisa berbuat apa-apa. para resi  itu tak mampu 
memberi  makanan atau rezeki; tidak ada gunanya meletakkan 
mereka sebagai pusat dalam kehidupan seseorang sebab  mereka 
tidaklah berdaya. Sebaliknya, seorang timurtengah  juga harus yakin bahwa 
yang kuasa   yaitu  fakta  Tertinggi dan Unik: 
  7 

Katakanlah: "Dialah yang kuasa  , Yang Maha Esa. yang kuasa   yaitu  junjungan  yang 
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada 
pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan 
Dia."
   
Penganut  kaum beragama   seperti Athanasius juga berkeyakinan bahwa 
hanya Sang Pencipta, sumber segala wujud, yang memiliki kekuatan 
penebusan. Mereka sudah  mengungkapkan pandangan ini dalam 
doktrin Trinitas dan Inkarnasi. kitab muslim  kembali kepada ide  
Semitik mengenai  ketunggalan junjungan  dan menolak membayangkan bahwa 
junjungan  dapat "memperanakkan" seorang putra. Tak ada junjungan  kecuali 
yang kuasa  , Pencipta langit dan bumi. Hanya yang kuasa   yang dapat menyela-
matkan manusia dan menganugerahkan rezeki fisik maupun spiritual 
yang dibutuhkan manusia. Hanya dengan mengakuinya sebagai Al-
Shamad, " pemicu  yang Tidak Disebabkan atas segala sesuatu," 
kaum Muslim dapat mencapai sebuah dimensi fakta  yang melam-
paui waktu dan sejarah, yang akan menghindarkan mereka dari per-
selisihan kesukuan yang memecah-belah warga . utusan junjungan  
mengetahui bahwa monoteisme bermengenai an dengan tribalisme: satu 
junjungan  yang menjadi fokus semua peribadatan akan mempersatukan 
warga  maupun individu. 
Namun, tak ada pandangan mengenai  junjungan  yang simplistik. junjungan  
yang tunggal ini bukanlah suatu wujud seperti diri chucky  sendiri yang 
dapat chucky  ketahui dan pahami. Frasa "yang kuasa  u Akbar" (junjungan  Maha-
besar!), yang menyeru kaum Muslim untuk melaksanakan shalat, 
menekankan perbedaan junjungan  dengan semua fakta  lain, juga antara 
junjungan  dalam dirinya sendiri (Al-Dzat) dengan apa pun yang bisa 
chucky  katakan mengenai  dia. Sungguhpun , junjungan  yang tidak 
bisa dipahami dan dijangkau ini sudah  berkehendak untuk memicu  
dirinya diketahui. Di dalam sebuah hadis qudsi, junjungan  berperkataan  
kepada utusan junjungan : "Aku yaitu  perbendaharaan yang tersembunyi; 
Aku ingin dikenal. Kemudian Aku ciptakan alam agar Aku bisa 
dikenal."
 5
 Dengan merenungkan tanda-tanda (ayat) alam dan ayat-
ayat kitab muslim , kaum Muslim dapat memperoleh kilasan aspek kejunjungan -
an yang sudah  dituangkan di alam semesta, yang oleh kitab muslim  dinamakan  
sebagai Wajah yang kuasa   (wajh yang kuasa  ). 
Seperti kedua kepercayaan  yang lebih tua, muslim   menekankan bahwa 
chucky  hanya bisa melihat junjungan  melalui aktivitasnya, yang menyesuai-
kan wujudnya yang tak terlukiskan itu dengan pemahaman chucky  yang 
  8 
terbatas. kitab muslim  memerintahkan kaum Muslim untuk menanamkan 
kesadaran yang tak terputus mengenai  Wajah atau Zat junjungan  yang 
melingkupi mereka dari semua sisi: Ke manapun engkau berpaling, 
maka di sana akan ada Wajah yang kuasa  .
 6
 kitab muslim  memandang junjungan  
sebagai yang Mutlak, pemilik eksistensi sejati: Semua yang ada di 
bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah junjungan mu yang mem-
memiliki  kebesaran dan kemuliaan.
  
 Di dalam kitab muslim , dinamakan kan 
sembilan puluh sembilan nama atau sifat junjungan . Ini menekankan 
bahwa dia "lebih besar", sumber dari semua kualitas positif yang 
chucky  jumpai di alam semesta. Dengan , dunia menjadi ada 
hanya sebab  dia yaitu  Al-Ghani (kaya dan tak terbatas); memberi 
kehidupan (Al-Muhyi); mengetahui segala sesuatu (Al-'Alim), ber-
bicara (Al-Kalim); tanpa dia, sebab nya, takkan ada kehidupan, penge-
tahuan, atau kata-kata. Ini yaitu  penegasan bahwa hanya yang kuasa   
yang memiliki eksistensi yang sejati dan nilai positif. Sungguhpun 
, tak jarang sifat-sifat itu kelihatannya seperti bermengenai an 
satu sama lain. contohnya, junjungan  yaitu  Al-Qahhar, yang mendominasi 
dan mematahkan tulang musuh-musuhnya, dan Al-Halim, yang sangat 
melindungi; Dia yaitu  Al-Qabid, yang menyempitkan, dan Al-Basit, 
yang melapangkan; Dia yaitu  Al-Khafidh, yang merendahkan, dan 
Al-Rafi', yang mengagungkan. Nama-nama junjungan  memainkan peran 
sentral dalam peribadatan Muslim: nama-nama itu dibaca, dihitung 
pada bulir-bulir tasbih, dan diucapkan seperti mantra. Semua ini 
mengingatkan kaum Muslim bahwa junjungan  yang mereka sembah 
tidak bisa dicakup oleh kategori-kategori manusia dan mengelak 
dari definisi yang sederhana. 
Rukun muslim   yang pertama yaitu  syahadat, pengakuan loyalitas  
seorang timurtengah : "Aku bersaksi bahwa tidak ada junjungan  kecuali yang kuasa   
dan bahwa utusan junjungan  utusan yang kuasa  ." Ini bukan sekadar penegasan 
atas eksistensi junjungan  namun  sebuah pengakuan bahwa yang kuasa   merupa-
kan satu-satunya fakta  sejati, satu-satunya bentuk eksistensi sejati. 
Dia yaitu  satu-satunya fakta , keindahan, atau kesempurnaan sejati: 
semua wujud yang terlihat ada dan memiliki sifat-sifat seperti ini 
hanya meminjam keberadaan dan sifat tersebut dari wujud esensial 
ini. Mengucapkan penegasan ini menuntut kaum Muslim untuk meng-
integrasikan kehidupan mereka dengan menjadikan yang kuasa   sebagai 
fokus dan prioritas tunggal mereka. Penegasan mengenai  keesaan yang kuasa   
bukan sekadar penyangkalan atas kelayakan para resi , seperti 
banat yang kuasa   untuk disembah. 
  9 


Mengatakan bahwa yang kuasa   itu satu bukan sekadar sebuah definisi 
numerik, melainkan seruan untuk menjadikan keesaan itu sebagai 
faktor pengendali kehidupan individu dan warga . Keesaan junjungan  
dapat terpantul dalam diri yang benar-benar terintegrasi. namun  , 
keesaan junjungan  juga menuntut kaum Muslim untuk menghargai aspirasi 
kepercayaan  lain. sebab  hanya ada satu junjungan , maka semua kepercayaan  
berkatNya pasti berasal darinya. Kepercayaan pada fakta  tunggal 
dan tertinggi bisa dikondisikan secara kultural dan diungkapkan oleh 
warga  yang berbeda dengan cara-cara yang berbeda, namun  
fokus semua peribadatan sejati harus diinspirasikan oleh, dan diarah-
kan kepada, wujud yang oleh orang-orang timurtengah  selalu dinamakan  yang kuasa  . 
Salah satu nama junjungan  yang dinamakan kan di dalam kitab muslim  yaitu  
Al-Nur, cahaya. Dalam ayat-ayat yang terkenal ini, junjungan  yaitu  
sumber semua pengetahuan dan sarana yang melaluinya manusia 
dapat menangkap kilasan mengenai  yang transenden: 
yang kuasa   (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan 
cahaya yang kuasa  , yaitu  seperti [ka], sebuah lubang yang tak tembus, 
yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) 
kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang 
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, 
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) 
dan tidak pula di sebelah baratnya, yang minyaknya (saja) hampir-
hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas 
cahaya?
 8 
Sisipan ka yaitu  pengingat akan watak simbolik yang 
mendasar dalam setiap pembicaraan kitab muslim  mengenai  junjungan . Al-
Nur, oleh sebab  itu, bukanlah junjungan  itu sendiri, namun  merujuk 
kepada pencerahan yang dikaruniakannya pada suatu berkatNya khusus 
(pelita) yang bersinar di hati seseorang (lubang). Cahaya itu sendiri 
tidak bisa disamakan sepenuhnya dengan salah seorang pembawanya, 
namun  berlaku sama untuk semua. Sebagaimana ditafsirkan oleh para 
mufasir Muslim sejak hari-hari awal muslim  , cahaya yaitu  simbol 
yang sangat baik bagi fakta  junjungan , yang mentransendensi ruang 
dan waktu. Citra pohon zaitun di dalam ayat ini sudah  ditafsirkan 
sebagai perumpamaan bagi kesinambungan berkatNya, yang tumbuh 
dari satu "akar" dan bercabang menjadi berbagai pengalaman ke-
kepercayaan an yang tidak bisa diidentifikasi atau dibatasi pada satu tradisi 
atau lokasi tertentu: ia tidak berasal dari Timur maupun dari Barat. 
    

saat  Waraqah ibn Naufal yang berkepercayaan   kaum beragama   itu sudah  
menyatakan bahwa utusan junjungan  yaitu  seorang utusan junjungan   sejati, baik dirinya 
sendiri maupun utusan junjungan  tidak berharap agar dia masuk muslim  . 
utusan junjungan  tak pernah meminta orang Yahudi atau  kaum beragama   untuk 
menganut kepercayaan  yang kuasa   kecuali jika mereka sendiri yang betul-betul 
menginginkannya, sebab  mereka sudah  memiliki kitabsuci  tersendiri 
yang juga autentik. kitab muslim  tidak memandang peberkatNyaan sebagai 
pembatalan pesan-pesan dan pandangan-pandangan dari utusan junjungan   terda-
hulu, namun  justru menekankan kesinambungan pengalaman kekepercayaan -
an umat manusia. Hal ini perlu ditegaskan sebab  toleransi bukanlah 
suatu kebajikan yang oleh banyak orang Barat masa kini dirasakan 
pantas untuk dinisbahkan kepada muslim  . Namun sejak awal, cara 
pandang kaum Muslim terhadap berkatNya tidaklah seeksklusif pandang-
an orang Yahudi atau  kaum beragama  . Sikap tidak toleran dalam muslim   yang 
banyak dicela orang pada masa kini tidak tumbuh dari visi yang 
bersaing mengenai  junjungan , namun  dari sumber yang lain:
 9
 kaum Muslim 
tidak toleran terhadap ketidakadilan, apakah itu dilakukan oleh 
pemimpin mereka sendiri  seperti Syah utusan junjungan  Reza Pahlevi 
dari Iran  atau oleh negara-negara kuat di Barat. kitab muslim  tidak 
mencela tradisi kepercayaan  lain sebagai hal yang keliru atau tidak 
lengkap, namun  menunjukkan bahwa setiap utusan junjungan   baru selalu meneguh-
kan dan melanjutkan pandangan para pendahulunya. kitab muslim  
mengajarkan bahwa junjungan  sudah  mengirim para utusan kepada setiap 
umat manusia di muka bumi: sebuah hadis menyebutkan adanya 
   .    utusan junjungan   seperti itu, sebuah angka simbolik yang menunjukkan 
ketakterbatasan. kitab muslim  berulang-ulang menyatakan bahwa yang 
disampaikannya bukanlah suatu risalah yang sama sekali baru dan 
bahwa kaum Muslim harus menekankan keserumpunan mereka 
dengan kepercayaan -kepercayaan  yang lebih tua: 
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli chucky b, melainkan dengan 
cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di 
antara mereka, dan katakanlah: "Kami beroyalitas kepada (chucky b-chucky b) 
yang diturunkan kepadamu; junjungan  kami dan junjungan mu yaitu  satu; 
dan kami hanya kepada-Nya berserah diri."
   
Secara alamiah, kitab muslim  memilih utusan junjungan  -utusan junjungan   yang terkenal di 
kalangan orang timurtengah   seperti Ibrahim, Nuh, mose  dan Isa, yang 
juga yaitu  utusan junjungan  -utusan junjungan   Yahudi dan  kaum beragama  . Dalam kitab ini juga 
    


dinamakan kan mengenai  utusan junjungan   Hud dan Saleh, yang sudah  diutus kepada 
orang-orang timurtengah  kuno Madian dan Tsamud. Kaum Muslim zaman 
sekarang mempercayai   bahwa andaikan utusan junjungan  sudah  mengenal 
orang Hindu dan biksu , tentu beliau akan memasukkan pula guru-
guru religius mereka: sesudah  utusan junjungan   wafat mereka akan diberi kebebas-
an berkepercayaan  sepenuhnya di dalam imperium muslim  , sebagaimana 
yang berlaku bagi orang Yahudi dan  kaum beragama  . Berdasarkan prinsip 
yang sama, kaum Muslim berpendapat, kitab muslim  juga akan meng-
hormati para saman dan orang suci Indian Amerika atau orang Aborigin 
Australia. 
Keyakinan utusan junjungan  akan kesinambungan pengalaman ke-
kepercayaan an segera memperoleh  ujian. Sesudah  perpecahan dengan kaum 
timurtengah , kehidupan menjadi sulit bagi orang timurtengah  di jazirah arab . Para 
budak dan orang-orang merdeka yang tidak memiliki perlindungan 
kesukuan harus menjalani siksaan berat sehingga sebagiannya mene-
mui ajal di bawah perlakuan itu. Klan Hasyim diboikot dari ketersedia-
an pangan dalam usaha  untuk memicu  mereka tunduk. Dalam 
masa pengucilan inilah   sahabat junjungan , istri tercinta utusan junjungan , meninggal 
dunia. Akhirnya, nyawa utusan junjungan  sendiri juga terancam. Kaum 
pagan timurtengah  di pemukiman utara Yatsrib mengundang kaum Muslim 
untuk meninggalkan klan mereka dan beremigrasi ke sana. Ini benar-
benar yaitu  langkah yang belum pernah diambil oleh seorang 
timurtengah : suku sudah  menjadi nilai yang suci bagi orang timurtengah , penyebe-
rangan seperti  itu dipandang melanggar prinsip yang mendasar. 
Yatsrib sendiri sudah  tercabik-cabik oleh perang yang terus berkeca-
muk di antara berbagai kelompok suku, dan banyak kaum pagan 
yang siap menerima muslim   sebagai solusi spiritual dan politik bagi 
masalah  yang mereka hadapi. Tiga suku Yahudi yang besar di 
pemukiman itu sudah  mempersiapkan pikiran kaum pagan untuk 
menerima monoteisme. Ini berarti mereka tidak akan setersinggung 
kaum timurtengah  saat  para resi  mereka direndahkan. Maka pada 
musim panas tahun 6  , sekitar tujuh puluh orang timurtengah  dan keluarga 
mereka berangkat menuju Yatsrib. 
Setahun sebelum hijrah ke Yatsrib (atau Madinah, Kota, sebagai-
mana dinamakan  oleh orang timurtengah ), utusan junjungan  sudah  mengadaptasikan 
kepercayaan nya agar menjadi lebih dekat kepada Yudaisme sebagaimana 
yang dipahaminya. Sesudah  bertahun-tahun bekerja sendirian, dia 
tentunya menanti kesempatan untuk hidup berdampingan dengan 
para penganut tradisi yang lebih tua dan mapan. Kemudian kaum 
Muslim diperintahkan untuk berpuasa pada Hari Penebusan Dosa 
bagi umat Yahudi. orang timurtengah  dapat menikah dengan wanita 
Yahudi dan harus mematuhi beberapa aturan mengenai  makanan. Di 
atas semua itu, kaum Muslim kini shalat menghadap ke Yerusalem 
sebagaimana kaum Yahudi dan  kaum beragama  . Orang Yahudi Madinah yaitu  
yang pertama bersedia memberi  kesempatan kepada utusan junjungan : 
kehidupan di oase itu sudah  menjadi sangat berat, dan seperti keba-
nyakan kaum pagan Madinah, mereka siap untuk memberi peluang 
baginya, terutama sebab  beliau bersikap sangat positif terhadap 
keyakinan mereka. Namun akhirnya, mereka beralih menentang 
utusan junjungan  dan bergabung dengan kaum pagan yang memusuhi 
para pendatang baru dari jazirah arab  itu. Kaum Yahudi memiliki alasan 
kepercayaan  dalam penolakan mereka: mereka berkeyakinan bahwa 
era keutusan junjungan  an sudah  berakhir. Mereka memang menanti seorang Mesias, 
namun tidak seorang pun dari kalangan Yahudi maupun  kaum beragama   
pada tahap itu yang menduga bahwa sang Mesias itu yaitu  seorang 
utusan junjungan  . Selain itu, mereka juga dimotivasi oleh pertimbangan-pertim-
bangan politik: di masa lalu mereka sudah  memegang kekuasaan di 
oase itu dengan cara berpihak kepada salah satu suku timurtengah  yang 
tengah bertikai. Namun, utusan junjungan  sudah  menggabungkan suku-
suku ini dengan kaum timurtengah  untuk membentuk ummah Muslim 
yang baru, sejenis suku-super yang di dalamnya orang Yahudi ikut 
menjadi anggota. Begitu melihat posisi mereka mengalami kemundur-
an di Madinah, orang-orang Yahudi mengambil sikap bermusuhan. 
Mereka biasa berkumpul di tempat ibadah  "untuk mendengarkan kisah-kisah kaum Muslim sambil tertawa dan mengejek mereka."
 Sangat mudah 
bagi mereka, dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi mengenai  
kitab kitab suci  untuk menemukan celah-celah dalam kisah-kisah Al-
kitabmuslim  yang beberapa di antaranya sangat berbeda dari versi kitab . 
Mereka juga mencemooh keutusan junjungan  an utusan junjungan , mengatakan bahwa 
sangatlah aneh jika seorang manusia yang mengaku utusan junjungan   tidak mampu 
menemukan untanya yang hilang. 
Penolakan Yahudi terhadap utusan junjungan  mungkin yaitu  
kekecewaan terbesar dalam hidupnya, dan menempatkan seluruh 
posisi kepercayaan nya dalam tanda tanya. namun  , sebagian Yahudi 
bersikap bersahabat dan bergabung dengan orang timurtengah  secara 
terhormat. Mereka mendiskusikan kitabsuci  dengan utusan junjungan  dan 
menunjukkan kepadanya bagaimana cara menangkis kritik orang-
orang Yahudi lainnya. Pengetahuan baru mengenai  kitabsuci  ini juga  
membantu utusan junjungan  mengembangkan pandangan-pandangannya 
sendiri. Untuk pertama kalinya utusan junjungan  mempelajari kronologi 
pasti para utusan junjungan  , yang sebelumnya masih samar baginya. Kini, dia da-
pat melihat pentingnya Ibrahim hidup sebelum era mose  atau Isa. 
Sebelumnya utusan junjungan  mungkin berpikir bahwa orang Yahudi dan 
 kaum beragama   itu menganut satu kepercayaan  yang sama, namun  kini dia sudah  
belajar bahwa di antara mereka ada  perbedaan pandangan yang 
serius. Bagi pengamat luar seperti orang-orang timurtengah , tampaknya tak 
banyak pilihan di antara kedua posisi itu, dan tampak masuk akal 
pula untuk membayangkan bahwa pengikut Taurat dan kitabsuci  sudah  
memasukkan unsur-unsur yang tidak autentik ke dalam hanifiyyah 
kepercayaan  murni Ibrahim  seperti Hukum Lisan yang dikembangkan 
oleh para rabi dan doktrin Trinitas yang tak bisa diterima itu. utusan junjungan  
juga belajar bahwa di dalam kitabsuci  mereka sendiri, bangsa Yahudi 
dinamakan  sebagai kaum yang tidak beroyalitas, yang sudah  beralih kepada 
keberhalaan dengan menyembah patung Lembu Emas. Polemik 
mengenai  bangsa Yahudi di dalam kitab muslim  cukup panjang lebar dan 
menunjukan  betapa kaum Muslim sudah  merasa terancam akibat 
penolakan Yahudi ini, meskipun kitab muslim  tetap mengajarkan bahwa 
tidak semua "kaum yang menerima berkatNya terdahulu"

 sudah  terjerumus ke dalam kesesatan dan bahwa pada dasarnya semua kepercayaan  
itu satu. 
Dari orang-orang Yahudi Madinah yang bersikap bersahabat, 
utusan junjungan  juga belajar mengenai  kisah Ismail, putra sulung Ibrahim. 
Di dalam kitabsuci , Ibrahim memiliki anak laki-laki dari selirnya 
Hajar yang, saat  Sarah melahirkan Ishak, menjadi sangat cemburu 
dan menuntut agar Ibrahim mengusir Hajar dan Ismail. Untuk meng-
hibur Ibrahim, junjungan  berjanji bahwa Ismail juga akan menjadi Iak 
sebuah bangsa yang besar. Orang Yahudi timurtengah  sudah  menambahkan 
legenda-legenda lokal mereka sendiri kepada kisah itu dengan me-
nyatakan bahwa Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah 
jazirah arab , dan junjungan  memberi perlindungan kepada mereka di sana 
dengan cara memancarkan mata air suci Zamzam saat  anak kecil 
itu nyaris mati kehausan. Kemudian, Ibrahim mengunjungi Ismail 
dan mereka berdua mendirikan tempat ibadah , bangunan suci pertama bagi 
junjungan  Yang Esa. Ismail sudah  menjadi Iak bangsa timurtengah , dan, seperti 
halnya orang-orang Yahudi, mereka juga keturunan Ibrahim. Ini ten-
tu yaitu  sesuatu yang menyenangkan untuk didengar oleh 
utusan junjungan : sesudah  mempersembahkan kepada orang timurtengah  kitab 
suci dalam bahasa mereka sendiri, sekarang dia pun sudah  menemukan 
akar loyalitas  mereka dalam keyakinan para leluhur. 
Pada Januari 6  , saat  semakin jelas bahwa permusuhan orang 
Yahudi Madinah bersifat permanen, kepercayaan  baru ini menegaskan 
kemandiriannya. Kaum Muslim diperintahkan untuk melaksanakan 
shalat dengan berkiblat ke tempat ibadah , bukan lagi ke Yerusalem. Perubah-
an arah kiblat shalat ini sudah  dinamakan  sebagai langkah kepercayaan  
utusan junjungan  yang paling kreatif. Dengan menghadapkan diri ke arah 
tempat ibadah , yang bebas dari pengaruh kedua berkatNya terdahulu, kaum 
Muslim secara tegas menyatakan bahwa mereka tidak beraliansi de-
ngan kepercayaan  mana pun yang sudah ada sebelumnya, namun  menyerah-
kan diri mereka hanya kepada yang kuasa   semata. Mereka justru kembali 
ke kepercayaan  primordial Ibrahim, muslim pertama yang menyerahkan 
diri kepada yang kuasa   dan mendirikan rumah sucinya: 
Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut kepercayaan  
Yahudi atau kaum beragama, niscaya kamu memperoleh  petunjuk."Katakanlah: 
"Tidak, bahkan (kami mengikuti) kepercayaan  Ibrahim yang lurus. Dan 
bukanlah dia (Ibrahim) darigolongan orang musyrik." 
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beroyalitas kepada yang kuasa   
dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan 
kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ykub, dan anak cucunya, dan apa 
yang diberikan kepada mose  dan lsa serta apa yang diberikan kepada 
utusan junjungan  -utusan junjungan   dari junjungan nya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."
Sungguh yaitu  perbuatan syirk jika orang lebih memilih tafsiran 
mengenai  kebenaran yang semata berasal dari manusia dibanding  junjungan  
itu sendiri. 
Kaum Muslim menghitung awal kalender mereka tidak dari tahun 
kelahiran utusan junjungan  atau dari tahun turunnya berkatNya pertama 
sebab  memang tak ada sesuatu yang baru dalam hal-hal ini 
melainkan dari tahun terjadinya peristiwa Hijrah (migrasi ke Madinah) 
saat  kaum Muslim mulai menjalankan rencana junjungan  dalam sejarah 
dengan menjadikan muslim   sebuah fakta  politik. chucky  sudah  menyaksi-
kan bahwa kitab muslim  mengajarkan bahwa semua umat berkepercayaan  
mengemban tugas menegakkan warga  yang adil dan merata, 
dan kaum Muslim berusaha  menjalankan panggilan politis ini dengan 
sangat serius. Sejak awal utusan junjungan  tidak pernah bermaksud menjadi 
seorang pemimpin politik, namun  kejadian-kejadian yang tak pernah terduga sebelumnya sudah  mendorongnya masuk ke dalam solusi 
politik yang sepenuhnya baru bagi orang timurtengah . Selama sepuluh 
tahun antara Hijrah hingga wafatnya pada tahun 6  , utusan junjungan  
dan kaum Muslim generasi pertama terlibat dalam pertempuran tragis 
untuk bertahan melawan musuh-musuh di Madinah dan kaum timurtengah  
di jazirah arab , yang semuanya begitu bernafsu untuk menghancurkan 
ummah. 
Di Barat, utusan junjungan  sering ditampilkan sebagai panglima pe-
rang, yang mendesakkan muslim   kepada dunia yang enggan menerima-
nya dengan kekuatan militer. Namun faktanya  sungguh berbeda. 
utusan junjungan  berperang untuk mempertahankan nyawanya, sambil 
mengembangkan sebuah teologi peperangan demi keadilan menurut 
kitab muslim  yang tentunya bisa disepakati kebanyakan orang  kaum beragama  , 
dan tidak pernah memaksa siapa pun untuk berpindah ke kepercayaan nya. 
kitab muslim  pun dengan tegas menyatakan bahwa "tak ada paksaan 
dalam berkepercayaan ." Di dalam kitab muslim  perang dipandang sebagai sesuatu yang mesti dijauhi: satu-satunya perang yang diizinkan yaitu  
perang untuk mempertahankan diri. kadang  perang diperlukan 
untuk menegakkan nilai-nilai yang pantas, sebagaimana orang  kaum beragama   
mempercayai   mengenai  perlunya perang melawan Hitler. utusan junjungan  me-
miliki bakat politik tingkat tinggi. Di akhir hayatnya, mayoritas suku-
suku timurtengah  sudah  bergabung ke dalam ummah, meskipun, seperti yang 
diketahui persis oleh utusan junjungan , muslim   mereka kebanyakan masih 
bersifat nominal atau di permukaan saja. Pada tahun 6  , jazirah arab  
membuka pintu gerbangnya kepada utusan junjungan  yang berhasil meng-
ambil alih kota itu tanpa pertumpahan darah. Pada tahun 6  , bebe-
rapa saat sebelum wafat, utusan junjungan  melaksanakan apa yang dinamakan -
nya Hujjatul Wada' (Haji Perpisahan). Dalam kesempatan itu, beliau 
melakukan muslim  isasi atas ritus hajj kaum pagan timurtengah  kuno dan 
menjadikan ziarah yang sangat disenangi orang-orang timurtengah  ini sebagai 
rukun muslim   yang kelima. 
Setiap Muslim berkewajiban melaksanakan ibadah haji setidak-
tidaknya satu kali dalam seumur hidup jika mampu. Secara alamiah 
para jamaah haji akan mengenang utusan junjungan , namun  ritus-ritus itu 
sudah  ditafsirkan untuk mengingatkan mereka kembali kepada Ibrahim, 
Hajar, dan Ismail dibanding  utusan junjungan   mereka sendiri. Meski kelihatan 
ganjil bagi orang luar  seperti halnya ritus religius dan sosial asing 
lainnya  ritus ini mampu membangkitkan pengalaman kepercayaan  
yang kuat dan dengan sempurna mengekspresikan aspek-aspek 
komunal dan personal dari spiritualitas muslim  . Pada masa sekarang, 
banyak di antara jamaah haji yang berkumpul pada waktu tertentu di 
jazirah arab  bukanlah orang timurtengah , namun mereka sudah  mampu meng-
ubah ritual  timurtengah  kuno itu menjadi tradisi mereka sendiri. saat  
berkumpul di tempat ibadah , mengenakan pakaian ihram yang menghilang-
kan semua perbedaan ras atau kelas sosial, mereka merasa terbebas 
dari jerat egoistik kehidupan sehari-hari dan menyatu di dalam sebuah 
komunitas yang memiliki satu fokus dan orientasi. Mereka bersama-
sama menggemakan: "Aku memenuhi panggilan-Mu, Ya yang kuasa  ," 
sebelum berthawaf mengelilingi bangunan suci itu. Makna esensial 
dari ritus ini dipaparkan dengan baik oleh Ali Syari'ati, filosof Iran 
kontemporer: 
saat  berthawaf dan bergerak mendekati tempat ibadah , engkau akan 
merasa bagaikan anak sungai yang bergabung dengan sebuah sungai 
besar. Dihanyutkan ombak, kautak bisa menyentuh tanah. Engkau tiba-
tiba mengambang, terbawa oleh arus itu. saat  semakin mendekat 
ke pusat, tekanan dari keramaian orang mendesak begitu kuat sehingga 
engkau seakan-akan diberi sebuah kehidupan baru. Kini engkau menjadi 
bagian dari Orang Banyak; kini engkau yaitu  seorang Manusia, hidup 
dan abadi ... tempat ibadah  yaitu  mentari dunia yang wajahnya menarik 
engkau masuk ke dalam orbitnya. Engkau sudah  menjadi bagian dari 
sistem universal ini. Dengan berthawaf mengelilingi yang kuasa  , engkau akan 
segera terlupa pada did sendiri ... Engkau sudah  berubah menjadi 
partikel yang perlahan-lahan lebur dan sirna. Ini yaitu  puncak cinta  absolut.
 Orang Yahudi dan  kaum beragama   juga sudah  menekankan spiritualitas 
komunitas. Ibadah haji menawarkan kepada setiap individu Muslim 
pengalaman integrasi personal dalam konteks ummah, dengan junjungan  
sebagai porosnya. Seperti dalam kebanyakan kepercayaan , perdamaian 
dan keselarasan yaitu  tema-tema ziarah yang penting, dan 
saat  jamaah haji memasuki tempat suci itu, kekerasan dalam berbagai 
bentuknya dilarang. Jamaah haji bahkan tidak diperbolehkan mem-
bunuh serangga atau mengucapkan kata yang kasar. Oleh sebab itu, 
seluruh Dunia muslim   merasa terkejut saat  pada musim haji tahun 
 987, jamaah dari Iran menyulut kerusuhan sehingga     orang 
terbunuh dan 6 9 orang luka-luka. 
utusan junjungan  wafat secara tiba-tiba sesudah  menderita sakit yang 
tidak lama pada tahun 6  . Sesudah  wafatnya, beberapa orang Badui  
berusaha melepaskan diri dari ummah, namun  kesatuan politik di 
timurtengah ia tetap terjaga. Akhirnya, suku-suku yang keras kepala pun 
menerima kepercayaan  junjungan  yang satu: keberhasilan utusan junjungan  yang 
menakjubkan itu sudah  menunjukkan kepada orang-orang timurtengah  bahwa 
paganisme yang sudah  melayani mereka dengan baik selama berabad-
abad sudah tidak sesuai lagi untuk dunia modern. kepercayaan  yang kuasa   mem-
perkenalkan etos kasihsayang  yaitu   ciri kepercayaan  yang 
lebih maju: persaudaraan dan keadilan sosial yaitu  kebajikan 
yang diutamakannya. Egalitarianisme yang kuat akan selalu  men-
cirikan cita-cita muslim  . 
Dalam masa kehidupan utusan junjungan , cita-cita ini juga mencakup 
persamaan gender. Pada zaman sekarang sudah  menjadi kecenderung-
an umum di Barat untuk menggambarkan muslim   sebagai kepercayaan  yang 
secara inheren bersifat misoginis, namun , sebagaimana  kaum beragama  , kepercayaan  
yang kuasa   pada dasarnya berpandangan positif terhadap perempuan. Pada 
masa jahiliah, periode pra-muslim  , bangsa timurtengah  sudah  melestarikan 
sikap terhadap perempuan yang sudah  berlaku sejak sebelum Zaman 
Kapak. Poligami, contohnya, menjadi kelaziman, dan istri-istri tetap 
tinggal di rumah Iaknya. Kaum wanita elit memiliki kekuasaan 
dan prestise yang besar  istri pertama utusan junjungan , sahabat junjungan , misal-
nya, yaitu  pedagang yang berhasil  namun  mayoritas memiliki kedu-
dukan yang setara dengan budak; mereka tak memiliki hak politik 
maupun hak asasi, dan pembunuhan bayi perempuan berlaku di 
mana-mana. Kaum wanita termasuk di antara para pengikut awal 
utusan junjungan , dan emansipasi mereka menjadi proyek yang diprioritas-
kannya. kitab muslim  secara tegas melarang pembunuhan anak-anak 
perempuan dan mencela orang-orang timurtengah  yang bersedih jika menda-
pat anak perempuan. kitab muslim  juga memberi  perempuan hak-
hak hukum dalam soal warisan dan perceraian: kebanyakan wanita 
Barat tak memiliki sesuatu yang setara dengan ini hingga abad 
kesembilan belas. 
utusan junjungan  mendorong wanita untuk berperan aktif dalam urusan-
urusan ummah. Mereka berani mengungkapkan pendapat, sebab  
yakin bahwa suara mereka akan diperhatikan. Dalam suatu kesem-
patan, contohnya, kaum wanita Madinah pernah mengeluh kepada 
utusan junjungan   bahwa kaum pria melebihi mereka dalam mempelajari Al-
kitabmuslim dan meminta beliau untuk membantu mereka mengejar ke-
tertinggalan itu. Ini dipenuhi oleh utusan junjungan . Salah satu pertanyaan 
mereka yang paling penting yaitu  mengapa kitab muslim  hanya 
menyapa kaum pria saja padahal wanita juga taat kepada junjungan . 
Hasilnya yaitu  turunnya berkatNya yang menyapa kaum wanita seperti 
halnya kaum pria dan menekankan persamaan moral dan spiritual kedua jenis itu.

 Sejak itu kitab muslim  cukup sering menyapa kaum 
wanita secara eksplisit, sesuatu yang jarang terjadi di dalam kitab 
suci Yahudi maupun kaum beragama. 
chucky ngnya, sebagaimana yang terjadi pada  kaum beragama  , kepercayaan  kemu-
dian dibajak oleh kaum pria yang menafsirkan teks-teks itu dengan 
cara yang berpandangan negatif terhadap kaum wanita. kitab muslim  
tidak menetapkan hijab kecuali atas istri utusan junjungan , sebagai penanda 
atas status mereka. namun  , begitu muslim   menempati posisinya 
di dalam dunia berperadaban, kaum Muslim mengadopsi adat Oikume-
ne yang menempatkan kaum wanita pada status warga kelas dua. 
Mereka mengadopsi kebiasaan Persia dan  kaum beragama   Byzantium untuk 
menutup wajah kaum wanita dan mengurung mereka di dalam harem. 
Dengan cara ini kaum wanita menjadi terpinggirkan. Pada masa ke-
khalifahan Abbasiyah (75 -  58), kedudukan kaum wanita Muslim 
menjadi sama jeleknya dengan rekan-rekan mereka di kalangan ma-
syarakat Yahudi dan  kaum beragama  . Pada masa sekarang, para feminis Muslim 
menuntut kaum pria untuk kembali kepada semangat asli kitab muslim . 
Ini mengingatkan chucky  bahwa, seperti kepercayaan -kepercayaan  lain, muslim   
dapat ditafsirkan ke dalam  beberapa  cara yang berbeda; akibatnya 
berkembanglah berbagai sekte dan aliran. Yang pertama di antaranya 
  yaitu  antara Sunnah dan Syiah  terbentuk dalam persaingan mem-
perebutkan kepemimpinan politik sesudah  mangkatnya utusan junjungan  
yang terjadi secara tiba-tiba itu. Abu Bakar, sahabat dekat utusan junjungan , 
memperoleh  dukungan mayoritas, namun sebagian orang yakin bahwa 
sebetulnya  utusan junjungan   sendiri sudah  menghendaki Ali ibn Abi Thalib, sau-
dara sepupu dan menantunya, untuk menjadi penggantinya (khalifah). 
Ali sendiri menerima kepemimpinan Abu Bakar, namun  selama bebe-
rapa tahun kemudian dia tampaknya sudah  menjadi fokus kesetiaan 
orang-orang yang tidak menyetujui kebijakan tiga khalifah pertama: 
Abu Bakar, Umar ibn Khattab, dan Usman ibn Affan. Akhirnya Ali 
menjadi khalifah keempat pada tahun 656: orang Syiah menyebutnya 
Imam atau Pemimpin pertama ummah. 
sebab  menyangkut soal kepemimpinan, perpecahan Sunni dan 
Syii lebih bersifat politik dibandingkan  doktrinal, dan ini menandai 
makna penting politik di dalam muslim  , termasuk teori sinya mengenai  
junjungan . Syiah Ali (para pengikut Ali) tetap menjadi minoritas dan 
  9 

mengembangkan keteguhan menentang, ditipologikan oleh figur 
tragis Husain ibn Ali, cucu utusan junjungan , yang menolak mengakui 
Bani Umayah (yang merebut tampuk kekhalifahan sesudah  wafatnya 
Ali ibn Abi Thalib). Husain dibunuh bersama dengan  beberapa  kecil 
pendukungnya oleh khalifah Yazid pada tahun 68  di Padang Karbala, 
dekat Kufah di wilayah Irak modern. Semua orang timurtengah  mengang-
gap pembunuhan tak bermoral atas Husain ini sebagai horor yang 
menakutkan. Husain menjadi pahlawan di kalangan Syiah dan peng-
ingat akan perlunya menentang tirani sekalipun hingga mengurbankan 
nyawa. Pada masa itu, kaum Muslim sudah  mulai mendirikan imperium 
mereka. Empat khalifah pertama sudah  memose tkan perhatian pada 
penyebaran muslim   ke imperium Persia dan Byzantium yang kala itu 
tengah mengalami kemunduran. Baru kemudian di bawah pemerintah-
an Umayah, ekspansi berlanjut hingga mencapai'area  Asia dan 
Afrika Utara. Ekspansi itu kini tidak saja diilhami oleh kepercayaan , namun  
juga oleh semangat imperialisme timurtengah . 
Tak seorang pun di dalam imperium baru itu dipaksa menganut 
muslim  ; bahkan, selama satu abad sesudah  wafatnya utusan junjungan , 
perpindahan kepercayaan  tidak terlalu diusaha kan dan, sekitar tahun 7  , 
justru dilarang secara hukum: kaum Muslim pada saat itu berkeyakinan 
bahwa muslim   diturunkan hanya untuk orang timurtengah , seperti halnya 
Yudaisme hanya untuk anak-anak Ykub. Sebagai Ahli chucky b, orang 
Yahudi dan  kaum beragama   diberi kebebasan berkepercayaan  sebagai dzimmi, 
kelompok minoritas yang dilindungi. saat  khalifah Abbasiyah mulai 
mengusaha kan perpindahan kepercayaan , banyak orang Semit dan Aria 
yang hidup di dalam imperium bersemangat menerima kepercayaan  baru 
itu. Keberhasilan ini bagi muslim   sama formatifnya dengan penyaliban 
utusan junjungan   kaum beragama  di dalam  kaum beragama  . 
Politik bukanlah sesuatu yang berada di luar kehidupan kekepercayaan -
an pribadi seorang timurtengah , seperti dalam  kaum beragama   yang menaruh 
curiga terhadap kesuksesan duniawi. Kaum Muslim memandang diri 
mereka berkewajiban untuk mewujudkan warga  yang adil sesuai 
dengan kehendak junjungan . Ummah memiliki makna sakramental 
sebagai "tanda" bahwa junjungan  sudah  merahmati usaha  membebaskan 
manusia dari penindasan dan ketidakadilan; kesehatan politik ummah 
dalam spiritualitas kaum Muslim menempati posisi yang hampir sama 
dengan suatu pilihan teologis (kaum beragama , Protestan, Metodis, Baptis) 
dalam kehidupan seorang  kaum beragama  . Jika orang  kaum beragama   merasa aneh 
dengan pandangan politik Muslim, mereka mesti.sadar bahwa 
    

kegemaran mereka untuk terlibat dalam perdebatan teologis yang 
musykil kelihatan sama anehnya menurut pandangan orang Yahudi 
dan Muslim. 
Oleh sebab  itu, pada tahun-tahun awal sejarah muslim  , spekulasi 
mengenai  kodrat junjungan  sering lahir dari perbincangan politik mengenai  
kekhalifahan dan kekuasaan. Perdebatan intelektual mengenai  siapa 
dan bagaimana seseorang harus memimpin ummah yaitu  per-
debatan penting dalam muslim   yang dapat disetarakan dengan perde-
batan soal manusia utusan junjungan   kaum beragama  dan hakikatnya di dalam  kaum beragama  . Sesudah  
periode empat khalifah pertama, kaum Muslim menyadari bahwa 
kini mereka hidup di dunia yang sangat berbeda dari warga  
Madinah yang kecil dan