Kamis, 15 Desember 2022

boneka 2

ambung lagi kabel kontak,
kabur dengan kereta keranda kencana  curiannya.
dan selesai sampai di situ. 
Sungguh tidak berseni! 
"Mereka itu bukan cuma tidak
tahu seninya mencuri." begitu
ayah angkat sekaligus "guru"
raden mas untung  dahulu  selalu berkata.
"Lebih malang lagi. mereka juga
tidak pernah bisa menikmati
asyiknya ketegangan mencuri
kereta keranda kencana  dari dalam makam berornamen rumah
pemiliknya sendiri!" 
Dan memang itulah yang dahulu 
dialami dan dinikmati oleh
raden mas untung . 
Beraksi dengan penampilan
model ninja. Topi kupluk
sebagai penutup wajah. plus
sarung tangan untuk tidak
meninggalkan sidik jari. Bekal
raden mas untung  dan  komplotannya
bukan cuma kunci T untuk
membuka pintu. namun  juga
serangkaian kunci pembuka
garasi. pintu. atau jendela.
Sebelumnya, mengintai makam berornamen rumah
sasaran saja sudah asyik.
sesudah  masuk dan penghuninya
terbangun apalagi. 
Adalah keasyikan tersendiri
melihat wajah-wajah yang
ketakutan di bawah todongan
senjata tajam konon pula senjata
api. Ada yang cantik lagi seksi" 
Makin asyik, tentunya. Tinggal
bilang, "Siapa yang suruh
bangun!" Lalu giring si cantik
atau si selai ke kamar, kalau
perlu ke dapur. Puaskan
berahimu, lalu minggat dengan
kereta keranda kencana  mereka. Tak perlu pakai
kunci T, sebab  toh kunci itu
bisa diminta dari si pemilik! 
Malangnya, suatu saat  mereka
keasyikan main
perkosa-bergiliran pula. Anak
salah seorang penghuni entah
bagaimana caranya berhasil
lolos dari kamar tempat mereka
disekap, lantas minggat sambil
menjerit-jerit minta tolong.
lalu  mereka dikepung oleh
penduduk-itu biasa dan
merupakan ketegangan
tersendiri pula. Yang bikin sial,
pas saat itu ada patroli polisi
lewat. Terjadilah pengejaran
lalu tembak-menembak. 
Darius-ayah angkat sekaligus
"guru" raden mas untung terkena di
jantung. la jatuh dalam pelukan
raden mas untung  dan mati sebagai
tumbal. sebab  sasaran
tembakan polisi sesungguhnya
adalah raden mas untung  yang kakinya
sudah terluka oleh sambaran
golok salah seorang penduduk.
namun  Darius keburu melompat
ke depan untuk melindungi
raden mas untung . Peluru yang sama
bukan hanya menembus jantung
Darius, sebab  masih berpacu
keluar sebelum akhirnya
mendekam di tulang iga raden mas untung .
raden mas untung  akhirnya tertangkap lalu
mendekam sekian tahun di
penjara. namun  bukan itu yang
ia sesali. Apa yang sangat ia
sesali. adalah tidak bisa
mengemban amanat ayah
angkatnya sebelum
mengembuskan napas terakhir di
pelukannya. 
"lari dan selamatkan adikmu si
Ronald. Bilangi dia. aku sangat
mencintai kalian berdua!" 
Jaringan komplotan mereka
terbongkar dan hampir
semuanya masuk penjara.
kecuali Reinaldi atau Ronald.
Tidak seorang pun yang tahu
keberadaan anak yang waktu itu
usianya baru meningkat remaja.
Bahkan sampai raden mas untung  keluar
dari penjara, keberadaan
Ronald tetap tidak ia ketahui.
Yang lebih menghantui pikiran
raden mas untung  terutama adalah
pertanyaan yang terus
menggerogoti: apakah Ronald
masih hidup atau sudah mati! 
Merekrut anggota baru lalu
memindahkan daerah
operasinya dari Botabek ke
daerah laki-laki ngan Timur. raden mas untung 
terus mengerahkan semua
tenaga dan  dana yang ada
untuk melacak keberadaan
Ronald. Semuanya berakhir
sia-sia. Uniknya, adalah sesudah 
raden mas untung  tertangkap lagi dan
mendekam di LP. Cirebon lalu
istrinya datang berkunjung. 
Pembicaraan mereka singkat
saja. 
Sambil menangis istrinya bilang.
"Hentikanlah sepak terjangmu
yang mengerikan itu. Atau
anakanak akan kubawa pulang
ke surabaya . Dan jangan
sekali-kali mengingat apalagi
mengunjungi kami!" 
Bercerai dengan istri, tak
apalah. namun  dengan
anak-anaknya tercinta" 
"Baiklah..." Akhirnya ia
mengalah. "namun  bagaimana
aku nanti harus menghidupi
kalian" Jangankan punya
keahlian selain mencuri. ijazah
saja cuma SD. Memang sempat
masuk SMP. namun  cuma
sampai kelas dua!" 
"Tak usah ijazah. kau punya
tenaga," istrinya menegaskan.
"juallah tenagamu yang masih
kuat itu. Ke mana saja. untuk
apa saja. Yang penting 
halal. Dan anak-anak kita tidak
lagi menanggung malu disebut
anak penjahat!" 
Istrinya sudah berdiri untuk
pamit saat  raden mas untung  bertanya
sambil lalu. "Sudah ada kabar
mengenai Ronald?" 
Istrinya menggeleng. lalu
lalu  berkata yakin. "Kalau
kita bertobat, percayalah. Kabar
gembira akan datang dengan
sendirinya!" 
Tidak menjanjikan, memang.
namun  apa salahnya mencoba" 
Perubahan diri raden mas untung 
membuahkan hasil nyata yang
menakjubkan. Selesai menjalani
hukuman. kepala penjara
berkata padanya,
"Kudengar-dengar. pelataran
parkir Pemda kotamadya
belakangan ini beberapa kali
dibobol pencuri. Kau sanggup
mengamankannya?" 
raden mas untung  menyatakan sanggup,
dan jadilah ia-dengan
rekomendasi kepala
penjara-diterima sebagai
satpam di kantor Pemda.
Mulanya honorer. namun  sesudah 
dengan kejelian mata masa
lalunya ia berhasil menangkap
pencuri yang ternyata
melibatkan salah seorang
petugas parkir, raden mas untung  pun
diterima sebagai pegawai tetap. 
Lalu. yang mengejutkan
muncullah Reinaldi. Bukan
cuma kabarnya saja. namun 
langsung orangnya! 
Hanya saja. Ronald tidak
sendirian. Ia datang bersama
setan masa lalu, yang tersenyum
menggoda. 
Dan setan itu.... 
'Birnya dua. Bu Esih!" 
raden mas untung  berpaling terkejut dan
melihat dua orang anak muda
melangkah masuk ke dalam
warung. Salah seorang dari
mereka menyapa ke arah dirinya
ditambah senyuman sopan. 
"lamunannya terganggu ya,
Om?" 
"Ah. enggak!" raden mas untung  balas
tersenyum lalu melirik ke
arlojinya. Tiba waktu berangkat
dan ia pun bangkit dari bangku
panjang yang ia duduki.
Selembar uang dua puluh ribuan
ia serahkan pada pemilik
warung. 
"mayonaise  dua. rokok tiga batang!"
ia memberitahu. Dan sebab 
uangnya lagi berlimpah. dengan
gembira ia menambahkan.
"Kembaliannya untuk lbu!' 
Si pemilik warung menatap
terbelalak ke lembaran uang di
tangannya. "Wah. Den.
namun ,..." 
namun  raden mas untung  sudah melangkah
keluar tenda warung, sambil di
belakangnya terdengar salah
seorang pemuda itu berkata .
"Sekalian untuk membayar bir
untuk kami. ya Bu Esih?" 
Diikuti sahutan tenang si pemilik
warung. "Boleh saja. namun 
kalian berdua kan tahu
bagaimana bapaknya si Dudung
kalau sudah naik darah...." 
"Iya deh. iya deh. Cuma
bergurau ini!" 
Setan-setan kecil itu. pikir
raden mas untung  sambil  memacu sepeda
motor tuanya menembus
kegelapan malam. Pemilik
warung yang wanita lesbi  lanjut
usia itu agaknya dapat
mengatasi mereka dengan
mudah. Lain halnya dengan
raden mas untung . Kemauan setan masa
lalu yang muncul bersama
kembalinya Ronald dalam
kehidupannya tak kuasa ditolak
raden mas untung . 
Mulanya. setan masa lalu itu
tidak menampakkan 
Yang ada hanya kejutan.
kegembiraan, dan  kebahagiaan
yang tiada duanya. Bayangkan
rasa terkejutnya! kereta keranda kencana  Pak
Wali yang menggantikan wali
kota lama, lewat di hadapan pos
jaga di depan mana raden mas untung 
tegak memberi hormat. Sopir
Pak Wali yang baru itu terus
saja melihati raden mas untung  sehingga
nyaris menabrak bagian
belakang kereta keranda kencana  patroli kawal
yang berhenti di dekat pintu
masuk utama kantor Pemda.
Beruntung seseorang
memperingatkan, sehingga sang
sopir keburu sadar dan insiden
pun terhindari. 
saat  membukakan pintu
untuk majikannya, yaitu  Pak
Wali. si sopir tentu saja ditegur.
Namun ia sama sekali tidak
memperhatikan. Dan begitu
sang majikan masuk ke dalam
gedung. si sopir langsung
berlari-lari ke arah raden mas untung 
sambil  berseru suka cita. 
"Bang raden mas untung ! Abang. aduh!" 
"Ya ampun, Reinaldi!" raden mas untung 
membelalak. "Kaukah itu?" 
Dan hari demi hari dihabiskan
raden mas untung  bernostalgia dengan
Reinaldi yang sudah lebih
matang dan lebih dewasa itu.
Terutama cerita "hilang
rimba"-nya Reinaldi yang
misterius itu. 
"sesudah  lolos dari kepungan
penduduk," adik angkatnya itu
beberapa kali harus mengulangi
kisah yang tak bosan-bosannya
didengarkan raden mas untung , "aku lari
sejauh mungkin dan tahu-tahu
sudah bersembunyi di dalam
kapal yang akan berlayar ke
Surabaya!" 
Di tengah laut-begitu kisah
Reinaldi-ia ketahuan sebagai
penumpang gelap. Sempat
digebuki awak kapal dan
diancam akan diserahkan ke
polisi pelabuhan setiba nanti di
Surabaya. Seorang penumpang
yang kebetulan melihat
pengeroyokan itu buru-buru
muncul menengahi sebelum
Ronald di buat babak belur.
Ongkos tiketnya plus denda
dibayarkan oleh sang dewa
penyelamat. Diobati dan
dilayani dengan baik sepanjang
sisa perjalanan, tiba di
Surabaya Ronald pun tak jadi
menghuni sel tahanan polisi. 
"Aku akan mengurus dan
mendidiknya supaya jadi anak
yang baik!" sang dewa
penyelamat berkata menjamin.
Dan Ronald pun dibebaskan
begitu saja. sebab  si penjamin
adalah seorang perwira militer
berpangkat Letnan Kolonel,
dengan kedudukan yang patut
dihormati pula. 
"Waktu itu, beliau masih jadi
Kasdim di Lombok," cerita
Ronald. mengenang masa
lalunya. "Dan sedang dalam
perjalanan pulang dari mojokerto 
saat  kami bertemu di kapal...." 
"Lalu, diapakan kau olehnya?" 
"Dijadikan anak asuh. Disuruh
menamatkan sekolahku yang
tanggung sampai akhirnya
punya ijazah SMA. namun  tak
diteruskan lagi...." 
"Kenapa?" 
"Abang kan tahu sendiri. Aku
sudah terbiasa pegang uang.
sehingga dari dahulu nya juga
paling emoh buka-buka buku
pelajaran, apalagi disuruh
menghafal. Beliau mengerti.
sebab  saat  di kapal aku
sudah menceritakannya dengan
jujur siapa diriku sebenarnya.
Dan...." 
"Dan." 
"Aku lantas dikasih pekerjaan
sesuai dengan keahlianku dahulu 
saat  masih ikut komplotan
ayah. Jadi sopir pribadi yang
harus terus ikut ke mana pun
beliau bertugas. Begitu pula
saat  beliau naik pangkat dan
dipindahtugaskan ke
Palangkaraya sebagai
komandan Kodim setempat!" 
"lalu, kau meninggalkannya!"
raden mas untung  berkata . Kecewa. 
Renald menggeleng, gembira.
"Terkutuklah bila itu
kulakukan!" katanya. "Aku kan
masih tetap jadi sopir beliau.
Sampai sekarang!" 
raden mas untung  pun tercengang.
"Maksudmu...' 
"Benar, Bang raden mas untung ." Ronald
tersenyum. Lebar dan bangga.
"Yang masuk tadi itulah dewa
penyelamatku dahulu . Wali kota
kalian yang baru!" 
Masih banyak kejutan dan kabar
gembira lainnya. Lalu setan
masa lalu itu pun menampakkan
diri. Begitu tampak. giginya
langsung menghunjam. Tak
terelakkan. Dan juga tanpa
ampun. 
Diawali dengan kunjungan
Ronald ke makam berornamen rumah raden mas untung .
Membawa oleh-oleh ekstra
berupa tas tangan impor untuk
istri raden mas untung  dan masing-masing
satu celana jeans untuk kedua
anak lelakinya. Selesai makan
malam yang penuh
kegembiraan, Ronald mengajak
raden mas untung  ngobrol berdua saja di
belakang makam berornamen rumah. Lebih dahulu 
mencicipi mayonaise  dari gelas di
tangannya. Ronald lalu 
batuk-batuk kecil lalu berkata
dengan suara serak,
"Bersediakah Abang
membunuhkan seseorang
untukku?" 
raden mas untung  langsung terenyak. 
Melukai orang ia sudah sering
bahkan dahulu  
menganggapnya sebagai
hiburan di kala masih aktif
beroperasi. 
Akan namun  membunuh! 
Saat itu juga ia teringat pada
masa bocahnya yang suram dan
menyedihkan. Tak tahu siapa
kedua orangtua dan hanya tahu
bagaimana pahitnya tumbuh dan
bekerja keras siang malam di
sebuah panti asuhan. Tak tahan
oleh hinaan dan  pukulan rotan
setiap kali berbuat salah atau
malas belajar, ia minggat lantas
berkeliaran jadi anak jalanan.
Seseorang membantunya untuk
bekerja sebagai penjaja
makanan, naik turun bis
antarkota jurusan
TangerangSerang atau
sebaliknya, sambil di mana ada
kesempatan. mencopet uang
atau dompet penumpang yang
lengah. 
Berpengalaman hampir sama
dengan cerita Ronald,
dahulunya juga ia sering
dipergoki, dipukuli. bahkan
sempat dua kali mendekam di
penjara anak-anak Tangerang.
Lalu suatu hari ia tertangkap
tangan sendiri oleh orang yang
jadi korban copetnya. Sebelum
sempat dipukuli penumpang
lain, orang ini  menyuruh
sopir bus untuk menghentikan
kendaraan. 
Lalu raden mas untung  diseret turun. 
Anehnya, raden mas untung  bukannya
diseret terus ke kantor polisi,
namun  dibawa ke makam berornamen rumah orang
ini , diberi makan, diberi
kamar untuk tinggal menetap.
"Kelak akan kuajari kau
bagaimana memperolah uang
dalam jumlah besar hanya
dengan sekali pukul," katanya.
"Untuk sementara, kau
kutugaskan menjaga bayiku
satu-satunya yang belum lama
ini 
ditinggal mati oleh ibunya.
Usahakan dan jadilah abang
yang baik. Oke?" 
Dan sekarang. sang adik-meski
tidak bermaksud
demikian-menuntut balas budi
atas kemurahan hati Darius,
ayahnya. Dan atas pengorbanan
orang yang sama saat 
menyelamatkan raden mas untung  dari
tcrjangan peluru. 
Setan masa lalu itu pun tertawa.
menang. 
chucky  mulawarman  memang
atasan yang dihormati raden mas untung .
namun  chucky  orangnya tertutup,
tidak begitu suka bergaul.
Ngobrol dengan raden mas untung  pun
cuma sebatas ada perlu saja.
Mereka berdua tidak begitu
akrab. Sehingga saat  pisau
lipat raden mas untung  menghunjam di
tubuh atasannya itu, raden mas untung 
tidak merasa kehilangan sama
sekali. Penyesalan memang ada.
namun  untuk membalas budi.
seseorang harus berkorban
bukan" Ada pun apa atau siapa
yang dikorbankan. itu nomor
dua. Tak perlu dirisaukan. 
Apalagi seperti kata Ronald
malam itu. "Hasil jamban yang
kita jadikan sebagai kamuflase.
semuanya untuk Abang
seorang." Dan yang lebih
menarik lagi. "Akan kuusahakan
Abang pindah kerja ke bagian
administrasi!" 
Dan gaji raden mas untung  nanti pasti
cukup untuk menghidupi juga
seorang istri muda" si janda
hitam manisnya, Ningrum. 
Adapun istri tua dan  kedua
anak lelaki mereka.... 
Ah, pintu gerbang terbuka! 
Memang cuma sedikit, namun  itu
tetap terbuka namanya. Tidak
seperti satu jam sebelumnya,
terkunci dari luar oleh dua
gembok besar. Bel yang ditekan
berkali-kali oleh raden mas untung  juga
tidak memperoleh  sambutan. 
Gerbang terbuka. Berarti Jalal
sudah siap menepati janji. 
Dengan gembira raden mas untung 
membunyikan klakson motornya
sebagai tanda kedatangannya.
sebab  tak juga ada yang keluar
untuk menyambut, raden mas untung  pun
membuka gerbang besar itu
sedikit lebih lebar agar sepeda
motornya bisa masuk. Sambil
sedikit heran, mengapa Jalal
membiarkan gerbang terbuka.
Bahkan gembok rangkap yang
besar-besar itu dibiarkan pula
tetap tergantung pada
tempatnya. 
Ah, barangkali akan segera
pergi lagi selesai berurusan
denganku, pikir raden mas untung 
menduga-duga sambil 
menyetandar motornya di
halaman bangunan besar yang
bagian depannya tertutup rapat
oleh pintu-pintu lebar dan
tinggi, dan  pasti terkunci dari
dalam. Halaman bangunan itu
seluruhnya tertutup oleh awning,
di bawah mana terlihat
beberapa kereta keranda kencana  tua dan
rongsokan yang dalam proses
perbaikan. kereta keranda kencana -kereta keranda kencana  yang
lebih baik atau termasuk baru
yang juga dalam proses
perbaikan atau pengecatan
ulang. biasanya terkunci di
dalam. 
Yang dimasuki raden mas untung  adalah
bengkel yang terdaftar resmi,
namun sebenarnya cuma usaha
sampingan jalal. Sebagai
kamuflase usaha sesungguhnya
yang jauh lebih menghasilkan,
yaitu  di suatu gudang tertutup
dengan pintu keluar sendiri bila
ter
jadi keadaan darurat. Di ruang
tertutup itulah mungkin kereta keranda kencana 
curian raden mas untung  sedang dalam
proses penggantian warna.
perubahan nomor mesin dan 
sasis. Atau barangkali juga
sudah dibedah habis. Dipreteli.
untuk dijual komponen demi
komponen. 
Tak juga ada yang membuka
pintu kecil di sudut kanan.
raden mas untung  pun memencet bel untuk
pintu keluar-masuk tambahan
itu. Menunggu satu dua saat
dengan perasaan mulai waswas
bahkan curiga, pintu kecil yang
terbuat dari lempengan baja itu
pun terdengar berderit lalu
membuka perlahanlahan. 
Dan di hadapan raden mas untung ,
berdirilah seorang wanita lesbi 
cantik dengan tubuh molek
menawan. Mengenakan gaun
merah hati, wanita lesbi  itu
berambut ikal tebal sebatas
tengkuk. Mata lebarnya yang
bulat menatap ceria. Dan, bibir
mungilnya merah segar! 
Bibir mungil itu tampak
mengulas senyum. Tipis.
memang. 
namun , sungguh mengundang
berahi! 
SILAKAN masuk. Bung
raden mas untung !" 
raden mas untung  mengerjap. Tersadar
dari pesona yang selama
beberapa detik memukau dirinya
dengan hebat. Padahal ia belum
mengenal orangnya dan hanya
dengan sekali melihat pula.
namun  sinar mata" terutama
senyuman bibir mungil itu,
seakan punya kekuatan sihir
luar biasa yang dengan sesaat 
dan tanpa ampun langsung
membangkitkan kejantanan
raden mas untung . Selangkangan
celananya bahkan sampai
mengejang. Keras. 
"...Terima kasih!" raden mas untung 
menyahuti sambil  melangkah
masuk. Dengan bingung
sekaligus gugup. 
Di belakangnya. si gaun merah
hati menutupkan pintu dengan
tenang. Bersamaan dengan itu,
pintu gerbang di luar ikut pula
menutup, tanpa ada tangan yang
menggerakkan. Kepala gembok
tampak terangkat lalu mengatup
sendiri ke lubangnya. Langsung
mengunci. 
Sementara itu. di dalam
bangunan. 
Meski sudah hafal, untuk
menutupi kegugupan
220 
nya raden mas untung  pura-pura
memperhatikan seantero
ruangan tunggal menyerupai
gudang besar yang ia masuki.
Ruangan tertutup tanpa
langit-langit sehingga seluruh
atap asbesnya terlihat nyata,
termasuk balok dan  plat-plat
besi penyangganya. Juga
terlihat bentangan kabel-kabel
listrik, baik yang tertutup oleh
pipa maupun yang dibiarkan
telanjang. 
Dan sebagaimana sudah  ia duga.
Jalal memang hanya
menampung order sah yang
terbatas. sebab  di dalam
ruangan berukuran 20 kali 30
meter itu hanya ada tiga
kendaraan. Satu kereta keranda  yang
bagian depannya ringsek bekas
tabrakan, dua lainnya sedan
yang sedang dalam proses
pengecatan. 
Meringis sejenak untuk
membiasakan hidungnya
terhadap bau dempul dan  tiner
yang terasa menyengat. raden mas untung 
lalu  berkata sambil
berpaling. "Aku..." 
Dan raden mas untung  pun kembali
terpana begitu melihat pada
siapa ia berbicara. Si gaun
merah hati tengah memantau 
dirinya dari ujung rambut
sampai ke ujung kaki. Sambil
wanita lesbi  itu setengah
menyandarkan tubuh ke
moncong kereta keranda kencana  sedan terdekat.
Dengan kedua tangan bersiku
pada kap sehingga payudaranya
tampak semakin menonjol,
membusung ke depan. seakan
ingin merobek bagian gaun yang
menutupinya. Sungguh
pemandangan yang
mendebarkan jantung! 
"Ya?" Si wanita lesbi  tersenyum.
Manis. 
raden mas untung  berusaha keras
menutupi kegugupannya dengan
mengepalkan tangan yang
diam-diam mulai terasa gatal
ingin meraba dan meremas
sajian mengasyikan di hadapan
matanya. 
"Eh. maksudku... eh, aku... tak
melihat Jalal!" 
"Oh. Dia ada urusan mendadak.
Dan mungkin memakan sedikit
waktu." wanita lesbi  itu
memberitahu. "ltu maka aku
disuruh datang lebih dahulu  ke
sini. Untuk menemanimu!" 
"Menemaniku?" tanya raden mas untung 
tercengang. 
"Dia bilang. untuk menghormati
kembalinya seorang teman lama
yang kembali bergabung dengan
keluarga besarnya..." si cantik
menjelaskan. "Dan perintahnya
adalah... aku harus melayani
bung raden mas untung  sebaik mungkin.
Apa pun permintaanmu, harus
kupenuhi!" 
raden mas untung  tambah tercengang,
benar-benar tak percaya pada
apa yang barusan ia dengar. 
"Melayaniku! Apa pun
permintaan..." ia menggagap.
terkejut. Lantas dengan cepat
tapi ragu-ragu. ia meneruskan.
"Maksudnya. pasti...
menghidangkan minuman ya?" 
Si gaun merah hati cemberut,
memicu  bibir mungilnya justru
tampak semakin sensual. "Aku
tidak berbicara mengenai isi
perut, Bung raden mas untung !" katanya.
"Melainkan yang ada di
bawahnya!" 
"Di..." raden mas untung  tak mampu
meneruskan, saking takjub
dengan apa yang sudah  ia
dengar. wanita lesbi  di
hadapannya berpenampilan
kelas tinggi. Masa iya Jalal
sehebat dan sebaik itu pada
dirinya yang cuma seorang
satpam di kantor Pemda" 
"Aku lihat...." Lawan bicaranya
yang cantik lagi molek itu
melirik ke bagian bawah
pinggang raden mas untung . lalu
mengerling nakal, ia
melanjutkan dengan senyuman
penuh arti. "Itu-mu jauh lebih
memahami apa yang
kumaksud!" 
Secara naluriah. raden mas untung 
merapatkan kedua pahanya.
Namun sia-sia belaka.
Selangkangan celananya malah
semakin menggembung ke
depan. "namun ...." 
Senyuman di bibir mungil itu
melenyap. Pada waktu
bersamaan, si gaun merah
meluruskan tegaknya dengan
sekali sentak. 
"Bukan salahku kalau kau tak
mau!" katanya tersinggung.
sambil mulai melangkah ke
depan. "Aku malah senang
pergi, sebab ..." 
"Hei. tunggu!" raden mas untung  cepat
menangkap lengan si wanita lesbi 
yang mau tak mau berhenti
melangkah namun dengan wajah
setengah merajuk. Menatap
wajah dan  potongan rambut
sebatas tengkuk yang begitu
dekat dengan wajahnya sendiri,
sebenarnya raden mas untung  sudah tak
sabar untuk mencium. namun 
ada sesuatu yang tiba-tiba
menahan dirinya, yang
lalu  ia utarakan dalam
pertanyaan bernada ragu. 
"Apakah kita... pernah
bertemu?" 
Sepasang mata bulat di hadapan
raden mas untung  sesaat  menatap tajam.
lalu , bibir mungilnya
berkata  acuh tak acuh.
"Mungkin. Di suatu tempat.
namun  apa peduliku?" 
"Aku hanya ingin tahu.
sebab ..." 
"Dan aku tak punya waktu untuk
obrolan yang tak ada gunanya!"
si gaun merah hati cepat
menyela. "Hanya akan
memicu ku bosan!" 
"Hmm.' raden mas untung  masih ragu. 
namun  begitu terasa ada gerak
memberontak pada lengan yang
dicengkeramnya, keraguan
raden mas untung  sesaat  dibuang
jauh-jauh. Terima kasih pada ke
jutanmu Jalal, ia membatin lalu
cepat merangkul. Sedemikian
tiba-tiba sehingga tubuh molek
itu terdorong mundur, sampai
akhirnya terhenti oleh moncong
depan kereta keranda kencana  di mana ia
sebelumnya menyandar. 
"Hei!" Si gaun merah hati
memprotes. 
namun  kekuatan sihir itu sudah 
menguasai raden mas untung  sepenuhnya.
Tanpa peduli ia menciumi wajah
dan  bibir mungil si wanita lesbi 
dengan membabibuta. Secara
membabibuta pula, dengan
sangat tidak sabar tangannya
bergerak liar. Menanggalkan
gaun merah hati yang ia anggap
menghalangi, lalu kemeja dan
celananya sendiri. Sambil terus
menciumi. 
Saat berikutnya, raden mas untung  sudah
akan memasuki tubuh telanjang
si wanita lesbi  yang tertekuk di
bagian atas kap depan kereta keranda kencana .
namun  dengan cepat wanita lesbi 
itu menggeliatkan pinggul. Dan
sambil balas merangkul, tubuh
telanjang raden mas untung  ia seret ke
lantai yang di sana-sini dikotori
dan nyaris dihitami oleh bekas
dempul bercampur tumpahan
oli. 
Sambil bibir mungilnya
menggumam penuh berahi,
"Lebih enak di sini...!" 
Konyolnya, raden mas untung  masih juga
mengomentari, "namun .
lantainya kotor...!" 
"Biar saja!" bisik si wanita lesbi .
sambil  rebah. menunggu. "Toh
nanti?" 
'... kita mandi!" Bisikan tajam
yang ditambah napas yang
tersengalsengal itu, terlontar
dari bibir mungil jessica . Yang 
dengan kelopak mata terpejam,
menggeliat-geliat resah di atas
ranjang tidur kamar hotel yang
mereka tempati. 
Sebelumnya. mandala krida sudah
terjaga dari tidur oleh sepakan
tak sengaja sebelah kaki jessica 
yang ribut menggelinjang
seakan tengah dilanda lonjakan
berahi yang hebat. mandala krida
sudah akan membangunkan
istrinya. saat  kalimat yang
mengherankan itu ia dengar dan
memicu  mandala krida tertegun
sendiri. Apa maksud igauan
jessica : Biar saja. toh nanti kita
bisa mandi" 
Selagi mandala krida masih
terbingung-hingung, sepasang
tangan jessica  tampak terangkat.
menggapaigapai. Dan tahu-tahu
saja, tangan mandala krida sudah
terpegang lalu dengan mata
masih terpejam. jessica  meraih
cepat dan kuat. Tubuh mandala krida
sesaat  ter seret. jatuh menindih
tubuh sang istri yang terus saja
menggelinjang. 
"Masuki aku sekarang! Ayo,
masukilah!" bibir mungil jessica 
mengerang. menuntut. 
"Eh, Ririn. Apa..." 
Protes sang suami terlambat.
sebab  jessica  sudah merangkul
dengan ketat, lalu menciumi
dengan liar. Terkejut. mandala krida
meronta dan kembali memprotes
sekaligus memperingatkan. 
"Sadar, Ririn. Bangunlah.
Kita..." 
Tangan sang istri sudah keburu
menjulur, dan dengan liar
mencengkeram selangkangan
piama tidur mandala krida. Sambil
bibir mungilnya merintih. tak
sabar, "Oh, oh. Mengapa..." 
Lalu tangan yang semula
mencengkeram itu ganti meraba.
Begitu menemukan apa yang
dicari, ta
ngan itu pun lantas
mengelus-elus. Penuh tuntutan. 
Mau tidak mau, berahi mandala krida
terbangkit juga akhirnya.
Maksud untuk membangunkan
jika perlu dengan menampar
pipi sang istri, ia abaikan
sesaat  itu juga. Ikut-ikutan tak
sabar. mandala krida pun mendesah. 
"jika itu maumu. baiklah!" 
Lalu dengan cepat mandala krida
menelanjangi dirinya lalu sang
istri. Dan sebentar lalu ,
mandala krida sudah memasuki tubuh
jessica  yang sesaat  menyambut
dengan menggebu-gebu".
Bagaikan seekor kucing betina
yang sudah kelaparan. 
lalu , terjadilah kejutan
berikutnya. 
mandala krida tengah sibuk
menggoyang pinggulnya,
saat  tiba-tiba dari bibir
mungil jessica  terdengar rintihan
tak terduga. "Terus. raden mas untung !
Aduh. raden mas untung . aduh... lebih
cepat lagi!" 
Tertegun untuk kedua kalinya.
mandala krida lantas berhenti.
Dengan berahi yang langsung
terbunuh mati. 
raden mas untung ! Siapa itu raden mas untung "! 
Namun seakan tak
menyadari-bahkan seperti tak
peduli--jessica  terus saja
merintih, terus saja bergoyang,
menggelinjang. Tampak asyik
sendiri. Menikmati lonjakan
berahinya yang aneh dan lambat
laun terasa menakutkan. 
Dari mulanya marah sebab 
cemburu dan merasa sudah 
dikhianati, secara perlahan
namun  pasti mandala krida lalu 
memahami apa yang tengah
berlangsung di hadapan
matanya. Tak tahu harus
berbuat apa, ia hanya diam,
membeku. Dan membiar
kan bagian bawah tubuhnya
dengan liat terus diserbu dan
dinikmati oleh istrinya. Sambil
menatap, ngeri. 
raden mas untung  apalagi! 
Perasaan ngeri yang melanda
dirinya jauh lebih hebat
dibanding dengan apa yang
dialami oleh mandala krida. 
raden mas untung  sudah mendekati puncak
berahi manakala sebagian pipi
dan juga pelipis wanita lesbi 
yang ditindihnya tiba-tiba
tampak mengelupas... oh, tidak,
bukan mengelupas. namun  retak
lalu pecah sendiri. Pecahan itu
lalu  jatuh menggelinding
ke permukaan lantai dengan
bunyi bendetak lembut
beradunya ubin dengan
kepingan tebal fiberglass. 
Dan dari lubang terbuka di
tempat mana kepingan-kepingan
itu melekat. tidak tampak adanya
tulang tengkorak atau urat-urat
darah. Yang sematamata terlihat
hanyalah rongga yang tampak
kosong dan hampa! 
sesudah  itu, kejutan ngeri
berikutnya pun datanglah.
Susul-menyusul. Juga serba
mencekam. 
Tak terelakkan. 
sebab  selagi raden mas untung  menatap
terpana dengan 
jantung yang seakan berhenti
berdenyut, kepala si wanita lesbi 
dengan Wajah yang sudah tidak
keruan bentuk itu tahu-tahu
tanggal sendiri dari batang
lehernya. Sambil bibir mungil itu
tersenyum lalu berkata
mengejek. 
"Ingat sekarang siapa aku,
raden mas untung ?" 
raden mas untung  membelalak ngeri. 
Lidahnya kelu. Dan otaknyalah
yang ribut menjerit-jerit.
wanita lesbi  bergaun merah hati,
di ruang makan chucky 
mulawarman ! Secangkir teh!
Ciuman bibir! Dan" 
"Bo... bo-boneka... pop!" Lepas
juga suara raden mas untung . Parau,
menggagap. 
Reaksi tali suara raden mas untung 
sesaat  langsung diikuti oleh
lecutan saraf dan  otot-otot di
sekujur tubuhnya yang ikut
bereaksi. Meronta dan meronta.
berjuang melepaskan diri. 
"Tidak mungkin! Lepaskan aku.
Oh, oh, aduh... lepaskan!" 
Bagaimanapun kuat dan  kekar.
dan bagaimanapun juga
kerasnya raden mas untung  meronta.
ternyata ia hanya
membuang-buang energi dengan
sia-sia. sebab  sepasang lengan
si wanita lesbi  yang sudah
berubah licin, keras dan kaku,
sudah lebih dahulu  menjepit
tengkuk dan bahu raden mas untung .
Menjepit bagaikan capit besi
yang berat, besar dan kokoh.
raden mas untung  hanya mampu
menggerak-gerakkan kepala
kian kemari tanpa bisa
melolOskannya dari jepitan
ini . 
"Tidaaak! Tidak! Jangaaaan...!'
raden mas untung  terus menjerit-jerit.
Meronta dan meronta. Dengan
tangan mcmukul-mukul, dan
kaki menendang-nendang yang
hanya memicu  tangan dan 
kakinya 
menderita, kesakitan sendiri,
sebab  berulang kali hanya
berhasil meninju atau
menendang lantai ubin. Sampai
tangan maupun kakinya
berdarah-darah. 
Lebih mengejutkan lagi.
pinggulnya. 
saat  raden mas untung  berusaha
meloloskan diri dengan
melengkungkan pinggang dan
mengangkat pinggul ke atas. ia
malah terpekik sendiri. Menjerit
tersiksa. sebab  kejantanannya
bukannya terlepas namun  malah
terjepit oleh vagina yang
sebelumnya ia masuki dengan
bernafsu. Dan kini, vagina itu
mendadak sudah  berubah keras.
bagai membatu. Maka. semakin
kuat raden mas untung  membetotkan
pinggul. kejantanannya justru
terjepit semakin kuat pula. 
Dan itu jelas siksaan yang tiada
terperi! 
Tak heran. bila lalu  tubuh
raden mas untung  lantas terjerembap
dalam rangkulan ketat batang
tubuh wanita lesbi  yang kini
tanpa kepala itu. Bukan
terjerembap diam, namun 
menggelepar hebat oleh
kemauan keras untuk
menyelamatkan diri. namun
terkalahkan oleh perasaan
frustrasi yang datang merambat
dengan cepat dan pasti. 
Dan di tengah cekaman ngeri
dan  perasaan frustrasinya,
raden mas untung  melihat seringai
mengejek pada bibir mungil di
kepala yang tanggal sendiri itu.
melenyap perlahan. Bibir itu
lalu  menggerimit kaku dan
memperdengarkan suara yang
mengandung iba namun tetap
berbau kebencian. 
"Tiba saatnya untuk
mengakhiri... penderitaanmu!" 
Gelepar tubuh raden mas untung  sedikit
mereda. Namun mulutnya masih
saja gemetar. Jangankan untuk
ber
bicara atau bertanya, untuk
bernapas pun raden mas untung  nyaris tak
mampu. 
Sementara alam bawah
sadarnya diam menunggu.
Tegang. 
Dan bergetarlah kepala dengan
wajah tak keruan bentuk di
hadapan raden mas untung . Sesaat cuma.
Lalu kepala itu tahu-tahu sudah
terangkat naik dari permukaan
lantai. Begitu terangkat. kepala
ini  langsung melesat ke
atas sedemikian cepat dan
tampak seperti akan membentur
atap. 
Oh, tidak. 
Kepala yang mengerikan itu
tidak sampai membentur apalagi
menembus keluar atap. Sang
kepala dengan rambut ikalnya
yang tebal hanya berkeliaran di
sekitar balok-balok dan 
plat-plat besi penyangga atap.
Tampak seperti mencari-cari.
sebelum lalu  kepala
ini  bergerak mendekati
salah satu bentangan kabel
listrik. Bentangan panjang. dan
sepenuhnya telanjang. Tidak
terbungkus pipa. 
Mulut mungil kepala itu
lalu  bergerak membuka,
lalu menggigit. Dan dengan
suatu sentakan kuat dan  cepat,
bentangan kabel panjang itu pun
terenggut putus. Dengan mulut
tetap menggigit salah satu ujung
potongan kabel panjang itu,
sang kepala perlahan lahan
bergerak turun mendekati
batang tubuhnya yang masih
terus menjepit tubuh raden mas untung . 
Namun bukan untuk menyatukan
kedua anggota tubuhnya yang
terpisah itu. 
Diam memantau  raden mas untung 
sejenak, sang kepala lalu 
menyentak-nyentakkan bagian
ujung kabel di luar mulutnya ke
permukaan lantai yang 
dibasahi tumpahan oli bekas,
dan percikan-percikan keringat
raden mas untung  saat  menyenggamai
lalu meronta ronta untuk lepas
dari dekapan batang tubuh yang
ditindihnya. Sentakan sentakan
yang seperti cambuk itu dengan
sesaat  menimbulkan
percikanpercikan api berwarna
kebiru-biruan. 
Puas dengan percobaannya,
sang kepala bergerak lebih
dekat... sangat dekat, ke batang
tubuhnya yang menyatu dengan
batang tubuh raden mas untung . Dan alam
bawah sadar raden mas untung  pun
sesaat  terlompat kaget
bercampur ngeri, melalui
mulutnya. 
"Apa"." raden mas untung  menggagap. 
Lalu mulut raden mas untung  tiba-tiba
diam mengatup. 
Ada sesuatu yang mendorong
naluri raden mas untung  untuk Iebih baik
melihat ke bawah saja. yaitu 
suara berderak samar-samar.
Seperti suara benda keras
namun kenyal. sedang memaksa
untuk retak. 
Dan raden mas untung  pun melihatnya. 
Diterangi lampu-lampu ruangan
yang terang benderang-dan jelas
sambungan kabelnya bukanlah
yang tadi terputus-terlihatlah
adanya proses retakan demi
retakan yang nyaris lurus,
memanjang. Dimulai dari
batang leher si wanita lesbi  yang
sudah berubah licin dan keras.
bergerak meretak ke arah
bagian dada. terus ke arah
lambung. 
raden mas untung  hanya bisa menatap.
Pucat dan terpana, manakala
retakan memanjang ini 
lalu  membelah dan tampak
bergerak merenggang dan
merenggang. Lalu tiba-tiba
semua proses gerakan itu diam,
berhenti. 
Seakan untuk memberi
kesempatan pada raden mas untung 
supaya dapat melihat lebih jelas,
dekapan sepasang 
lengan yang menjepit tengkuk
dan  bahu raden mas untung  terasa sedikit
mengendor. Benar saja. raden mas untung 
secara refleks langsung
mempergunakan kesempatan itu
untuk mengangkat naik dada
dan  perutnya. Supaya dapat
melihat lebih jelas, itu benar.
Namun diamdiam didan i
dorongan naluri menyelamatkan
diri. Satu pemberontakan keras
dan  tiba-tiba. dengan
mengerahkan seluruh tenaganya
yang masih tersisa. Dan, kali ini
ia harus lolos. Apa pun juga
risikonya! 
Akal bulus yang bagus. 
Namun sayang, tidak terlaksana.
Bahkan lalu  malah
terlupakan begitu saja! 
Tak lain tak bukan, sesudah  ia
menyaksikan apa yang ada di
bagian dalam belahan yang
terbuka selebar telapak tangan
itu. Di dalam mana bias lampu
menerangi dengan nyata
sejumlah benda-benda aneh
yang sangat tidak lazim berada
di dalam batang rubuh seorang
wanita lesbi , tak peduli bahwa
wanita lesbi  itu hanya boneka
pop. Tampak beberapa
komponen listrik, campur aduk
dengan batanganbatangan besi.
lempengan baja tipis, sejumlah
roda gigi dari bahan plastik dan
entah apa lagi, yang sesaat 
memicu  raden mas untung  langsung
dihantui oleh dugaan yang luar
biasa mengerikan. 
Bahwa. batang tubuh yang
ditindihnya. adalah batang
tubuh makhluk luar angkasa! 
"Ya Tuhan!" ia berbisik. Seram. 
Sayang, raden mas untung  sudah sangat
lama melupakan dan juga sudah
sangat terlambat menyebut
nama Yang Maha Pencipta. 
sebab  begitu raden mas untung 
mengangkat muka dengan 
kejutan luar biasa pada
wajahnya, sepasang lengan
sosok yang ditindihnya sudah
bergerak sangat cepat. Nyaris
tak terlihat oleh mata biasa,
konon lagi oleh mata raden mas untung 
yang sudah nanar digelapi teror.
Dan pergelangan tangan kanan
raden mas untung  tahu-tahu sudah
diringkus oleh sepasang telapak
tangan yang licin dan keras
membatu. 
lalu. sebelum raden mas untung  menyadari
apa yang terjadi, tangan
kanannya sudah didorong masuk
ke dalam belahan yang
membuka di lambung sang
sosok. Dan secepat tangan
raden mas untung  sudah berada di dalam,
secepat itu pula belahan pada
lambung sang sosok merapat.
Sehingga pergelangan tangan
kanan raden mas untung  langsung terjepit.
Dengan telapak dan  jemarinya
berada di sebelah dalam. 
"Apa!" raden mas untung  tersentak. 
Semata-mata sebab  refleks. ia
berusaha menarik keluar telapak
tangannya. dibantu oleh tangan
kiri yang membetot lantas
memukul-mukul dengan panik.
sambil  memohon-mohon putus
asa. 
"Lepaskan! Lepaskan! Oh,
tolonglah!" 
Terlambat sudah. 
Ekor mata raden mas untung  secara tak
sengaja keburu melihat sesuatu
bergerak. Dan saat  ia
berpaling. tampaklah sang
kepala yang masih menggigit
kuat ujung bentangan kabel
panjang di belakangnya, .sudah
terangkat dari permuan lantai.
Kepala dengan wajah yang tidak
lagi cantik sebab  sudah pecah
berlubang-lubang itu melayang
ringan ke samping kanan
raden mas untung . Lalu dengan cepat
menukik ke depan, sedikit ke
bawah. yaitu  ke arah pinggang
kiri batang tubuh si kepala itu
sendiri. langsung me
masukkan belahan ujung kabel
rangkap ke lubanglubang stop
kontak. yang muncul dengan
sendirinya di pinggang kiri sang
sosok. 
Dalam cekaman teror dan panik.
raden mas untung  cuma menatap. Tak
mengerti. sebab  memang tidak
mengetahui apalagi melihat
munculnya stop kontak
dimaksud. 
Sepersekian detik. tak terjadi
apa-apa. 
lalu di sepersekian detik
berikutnya, jemari dan  telapak
tangan kanan raden mas untung  yang
terkunci di sebelah dalam
rongga lambung tubuh yang
ditindihnya, tahu-tahu sudah
tersengat dengan hebat.
Sedemikian hebatnya. sehingga
saat  arus listrik tegangan
tinggi itu merambat naik ke atas.
raden mas untung  langsung terdongak
tanpa suara. Hanya tubuhnya
saja yang menggelepar dan
menggelepar. Untuk lalu 
berhenti, diam dengan satu
sentakan kuat dan tampak
mengejut. 
Ruangan yang luas dan
menyerupai gudang besar itu
pun sesaat  berubah sunyi.
Sesunyi kuburan tua. 
Cuma dua tiga saat. tapi. 
sebab  pada saat berikutnya.
sang kepala dengan wajah yang
rusak berat itu tampak bergerak
mundur. Berpaling ke samping,
mulut mungilnya lalu 
menyembur dengan keras. Dan
ujung kabel yang digigitnya pun
terlempar beberapa meter.
Lantas menyangkut
tergantung-gantung di atas kap
kereta keranda  yang ringsek bekas
tabrakan. Sambil sesekali
memercikkan bias api
kebiru-biruan, setiap ujung
kabel yang mengandung arus
positif bersentuhan dengan bodi
kereta keranda  dimaksud. 
Pada waktu bersamaan, di
permukaan lantai. 
Diawasi oleh sosok sang kepala,
sosok batang tubuh pop yang
menyerupai batang tubuh
manusia wanita lesbi  itu tampak
bergetar samar-samar. Getaran
itu menimbulkan dampak
langsung. yaitu  terbukanya lagi
belahan lambung yang menjepit
pergelangan tangan raden mas untung .
Secepat belahan membuka,
secepat itu pula sosok sang
batang tubuh bergerak. Hanya
satu gerakan menyentak saja.
Dan tubuh raden mas untung  pun sesaat 
jatuh terguling ke samping. 
Untuk lalu  terjerembap
diam. Menelentang. 
Dengan rambut dan  seluruh
kulitnya tampak sudah
menghitam. Gosong. 
"Tidak"!" 
jessica -lah yang merintih dan
terdengar sakit itu. jessica  yang
sepenuhnya bugil. dan saat itu
meringkuk ketakutan di sudut
ranjang kamar hotel. Dengan
wajah seputih kertas. dan
sepasang mata bulatnya melotot
lebar. Dilanda teror. 
Dan yang diam memantau  dari
sudut berhadapan di ranjang
yang sama. adalah
mandala krida-sang suami-yang
belum semenit lalu nyaris
terlempar dari atas ranjang,
saat  sang istri tiba-tiba
memberontak hebat. Dan begitu
tubuh mereka berdua terpisah,
sang istri langsung bangkit
bagai terlompat. Lantas duduk
meringkuk dengan sekujur tubuh
gemetar hebat. 
"Tidak...!" jessica  kembali
merintih. Sambil me
narap ngeri. Bukan ke arah
mandala krida. melainkan ke
permukaan kasur tempat
sebelumnya sanggama aneh itu
berlangsung. "Aku tidak
membunuhnya!" 
Untuk pertama kali semenjak
berahinya tadi mati terbunuh,
mandala krida menegur dengan
perkataan  lembut. "ririn..." 
jessica  sesaat  mengangkat
muka. Menatap pucat, kali ini
benar-benar ke arah sang suami.
lalu merintih lagi, setengah
memohon. 
"Katakanlah, Mas. Bahwa aku
tidak sebiadab itu! Aku cuma
bermimpi! Dan...!" 
Dan. di pinggir kota. 
Di bagian dalam bangunan
besar menyerupai gudang itu.
dua keping pecahan fiberglass
yang semula terkapar di lantai
tampak sedang bergerak
menyatu ke lubang menganga di
pipi dan  pelipis sosok sang
kepala. Yang mengambang
diam, namun bergetar, sosok
sang kepala itu lalu 
menyatukan diri ke leher batang
tubuhnya. Disusul belahan di
sepanjang tubuh. belahan yang
seperti bekas digergaji. Merapat
dan terus merapat. Sampai
akhirnya benar-benar menyatu.
Tanpa meninggalkan bekas.
Walau hanya satu goresan saja. 
Lalu, sosok bugil bertubuh licih
dan  tampak keras itu diam
membeku beberapa saat
lamanya. Diamnya suatu benda.
yang memang hanya sebuah
benda mati. Sediam dan semati
satu benda lain di dekatnya:
tubuh bugil raden mas untung  yang hitam
segosong arang. 
Ruangan itu pun kembali sunyi
dan mati. 
Sampai suatu saat, di tubuh
molek menawan yang semula
licin dan  keras membatu itu
bermunculan poriopori.
bulu-bulu halus, urat-urat darah
dan, garis-garis kehidupan. 
lalu , terdengarlah helaan
napas. Lembut dan samar.
Tubuh molek yang rebah diam
itu pun secara perlahan namun 
pasti mulai memperlihatkan
tanda-tanda adanya pergerakan.
Sang manekin, alias si boneka
pop sudah berubah kembali jadi
manusia. yang lalu  tampak
menggeliat. 
Lemah gemulai. 
 
WAJAH gundah Busrok
melenyap setiba ia di makam berornamen rumah dan
menemukan istri dan  ketiga
anak  lelaki dan dua
wanita lesbi -antre menunggu di
depan pintu. Benar-benar antre,
dengan putri bungsunya yang
baru masuk sekolah dasar,
berdiri paling depan. Sambil
keempat orang manusia
tercintanya itu sama tersenyum.
Misterius. 
"Apa-apaan ini?" fredy krueger 
menatap heran. "Kok seperti
mau beli tiket..."!" 
Sebagai jawaban, Melati-si
bungsu-menghambur ke depan
dengan kedua lengan
terkembang. fredy krueger  pun
membungkuk, mengangkat lalu
memangku. Ia sudah mau
bertanya lagi saat  Melati
dengan cepat mengecup kedua
pipinya sambil  berkata, ceria. 
"Selamat ulang tahun, Papa!" 
fredy krueger  mengerjap. tersadar.
Jadi itulah jawaban mengapa
manusia-manusia tercintanya
antre menunggu. Tersenyum
bahagia sekaligus terkejut.
fredy krueger  pun menyahuti. "Terima
kasih, manisku!" 
"Sebagai syamah," si bungsu
tidak memberi kesempatan,
"malam ini Papa boleh tidur di
kamar imel!" 
Itu bukan boleh. namun  harus.
Dan fredy krueger  sudah akan
menyanggupi saat  ekor
matanya menangkap kerlingan
Miranda, istrinya, yang antre
paling belakang. 
Diam-diam mencabut
kesanggupannya. fredy krueger  lalu
berkata membujuk, "Jangan
malam ini, Melatiku yang
indah!" 
"Besok?" 
"Oke kalau besok!" 
"Sumpah?" 
"Jangan pakai
sumpah-sumpahan. ah. Nanti
kualat," fredy krueger  tertawa. "Janji
saja deh!" 
"Demi apa, dahulu ...!" 
Berpikir sesaat. fredy krueger 
menyahuti. "Demi cintaku
padamu, pada kakakmu,
abangmu. dan tentu saja wanita
yang paling cantik di dunia
ini...." Menggantung kalimatnya.
fredy krueger  melirik ke arah Miranda,
yang malam itu tampak
berdandan lebih aduhai dari
malam-malam lainnya. "lbu
kalian!" 
Miranda memonyongkan bibir,
MB alias malu malu bangga.
Sementara Melati menyatakan
persetujuannya. "Beres kalau
begitu!" 
"Jangan berlama-lama Imel,"
Mawar si anak tengah,
memprotes. "Beri dong kami
kesempatan!" 
Melati pun turun, namun sambil
tetap merangkulkan sebelah
lengannya pada paha sang ayah,
seakan tak mau dipisahkan.
Rangkulan dan kecupan pipi
lagi, dan si anak tengah
berkata  lembut dan
sederhana, "Semoga panjang
umur, Papa!" 
Cuma itu. sebab  Mawar
memang bersifat pendiam.
Namun nilai rapornya selama
lima tahun terakhir, sampai kini
duduk di kelas satu SMP, selalu
ranking pertama. fredy krueger  pun
balas merangkul dan mengecup
penuh kasih. 
"Pertahankan terus prestasimu,
Mawar-ku yang cantik. Papa
bangga padamu!" 
"Terima kasih, Papa!" 
Rudi Angkasa atau panggilan
tetapnya Rudi-si anak
sulung-tidak merangkul apalagi
mengecup. Anak lelaki fredy krueger 
satu-satunya, yang akhir tahun
ini menamatkan SMP-nya,
hanya mengulurkan tangan
untuk bersalaman. Namun
jabatan tangannya kuat dan
hangat. Begitu pula kalimat
yang mengikuti ucapan
selamatnya. "Doaku selalu
mengikuti kapan dan di mana
pun Papa bertugas!" 
"Terima kasih. Nak," jawab
fredy krueger . terharu. "Aku tahu kau
selalu dapat diandalkan. ltu
memicu  hati Papa selalu
tenang. Dan yakin jika Papa
sedang tidak di makam berornamen rumah... ada
lelaki tangguh yang siap
melindungi adik-adik dan 
ibumu!" 
Dengan sinar mata yang
bangga, Rudi mengundurkan
diri untuk memberi tempat pada
ibunya. Miranda cuma
merangkul. lembut. Tidak
menge_ Cup. 
"Kecupannya nanti!" ia berkata,
yang memicu  ketiga anak
mereka tertawa gembira. namun 
yang selebihnya. tidak mereka
dengar. sebab  Miranda cuma
berbisik di telinga fredy krueger . Itu
pun pelan. dan terdengar
bergetar. 
"Malam ini, Kekasih. Kau diam
saja. Biar aku yang aktif!" 
Jantung fredy krueger  langsung
berdetak. Hangat. 
lstri dan  anak-anak fredy krueger 
silakan berpesta ria pada ulang
tahun mereka masing-masing.
namun  untuk fredy krueger  yang
memang tidak menyukai ritual
semacam itu, tidak ada pesta,
tidak ada kue ulang tahun, tidak
ada musik apalagi tamu. 
Kado" 
"Hanya ibu kalian seorang yang
kuperkenankan memberi kado!"
Begitu fredy krueger  selalu
memperingatkan pada
anak-anaknya. 
Aneh, memang. namun  Tuhan
sungguh Maha Pemurah. 
sesudah  bemakam berornamen rumah tangga dan
setiap kali berulang tahun-yang
sering kali dilupakannya fredy krueger 
pas selalu ada di makam berornamen rumah. Yang
tak kurang aneh, Miranda.
Selalu pula istrinya itu tidak
sedang menstruasi. Tidak pula
sedang bertengkar sebab  satu
atau lain hal. Dengan
sendirinya. kado rutin yang tak
pernah berubah tapi juga tak
pernah membosankan itu selalu
siap menunggu untuk
dipersembahkan oleh Miranda. 
Dan sang istri, malam itu,
memang memenuhi janjinya. 
fredy krueger  disuruh atau lebih tepat
dikatakan setengah dipaksa
untuk tetap rebah. Diam. 
"Abang rilek sajalah!" protes
Miranda saat  fredy krueger  mencoba
untuk mengimbangi. 
Dan hasilnya. fredy krueger  sudah
mengalami orgasme dua kali
namun Miranda tahu betul
bagaimana memicu  sang suami
supaya kembali tegak dengan
kokoh. Lalu saat  fredy krueger 
mengalami orgasme untuk yang
ketiga kalinya, barulah Miranda
ikut menycrtai. Dengan simfoni
penutup yaitu rintihan Miranda.
Yang lembut. bergetar. " 
lalu , gangguan itu pun
datang. 
Untungnya, sesudah  orkestra
berakhir dan Miranda sudah
tertidur pulas. saking kelelahan.
fredy krueger  sendiri pun sudah mulai
mengantuk. namun  entah
mengapa perasaan gundah itu
menampakkan diri kembali.
Dalam wujud sebuah boneka
pop: tegak di balik pintu lemari,
tergeletak di meja bedah dengan
kepala terpenggal dan  batang
tubuh yang sudah digergaji,
dan-yang ini samar-samar
sebab  cuma berupa bayangan
tak pasti sang manekin alias si
boneka pop mencegat taksi! 
Gangguan yang dimaksud
bukanlah dari si boneka pop
yang keberadaannya masih
misterius, melainkan dari
telepon genggam fredy krueger  yang
tersimpan di samping tempat
tidur. Ada kontak, dan dengan
malas sebab  kelopak mata yang
sudah mulai memberat, fredy krueger 
pun menyahuti. 
"Halo?" 
"Komandan?" Terdengar suara
penuh semangat di seberang
sana telepon. 
"Oh, kau syam. Ada apa?" 
Dengan suara bergairah orang
kepercayaannya itu
memberitahu, "Maaf
mengganggu. Komandan. namun 
kereta keranda kencana nya sudah kita temukan!" 
Sesaat  fredy krueger  mengernyitkan
dahi. "kereta keranda kencana ?" 
"Milik korban chucky ,
Komandan!" 
fredy krueger  melirik ke arlojinya,
lantas mengomentari dengan
suara khasnya yang kalau tidak
menaruh respek. datar. "Hanya
untuk itukah kau membangunkan
aku, Inspektur" Dini hari pula"!"
Tak ada pernyataan menyesal,
pertanda syam kamaruzaman  saat itu
jelas sangat percaya diri. "Ada
hal lainnya yang mereka
temukan, Komandan. Tak jauh
dari kereta keranda kencana  chucky !" 
syam kamaruzaman  lantas diam, tidak
merinci lebih jauh. Jelas,
maksudnya ingin bermain
teka-teki. 
fredy krueger  meluruskan tegaknya.
Sambil menebak. "Mayat lagi?" 
fredy krueger  tersenyum, dapat
membayangkan bagaimana
kecewanya wajah syam kamaruzaman .
Masih tersenyum, ia mengecup
pipi istrinya yang sedikit pun
tidak terusik. 
Tak ubahnya seorang pencuri,
dengan ekstra hati-hati fredy krueger 
bersijingkat turun dari tempat
tidur. Bersijingkat pula ia pergi
ke lemari. Sialnya, meski sudah
berusaha sehati-hati mungkin
toh saat  ditarik membuka,
pintu lemari itu bcrdcrit. fredy krueger 
terkejut sendiri, lantas cepat
berpaling ke tempat tidur
dengan pandangan cemas. 
Miranda malah semakin pulas! 
 
KECUALI dalam keadaan
darurat, Jalal selalu tepat janji
dan tepat waktu. 
Situasi darurat itulah yang
terjadi saat  Jalal memicu 
kesepakatan dengan raden mas untung .
Persediaan dananya di bank
kebetulan tidak mencukupi
sehingga. demi janji. Jalal
terpaksa harus meminjam dari
donatur sekaligus pelindung
usaha gelapnya. Hanya saja,
sang donator sedang ke mojokerto 
dan direncanakan baru tiba
kembali di Cirebon sekitar pukul
sembilan malam. lalu Jalal pun
memicu  janji temu pukul
sepuluh dengan raden mas untung . 
namun  sang donatur justru baru
tiba pukul sepuluh lewat lima
belas. Dan begitu mengantongi
dana yang ia perlukan. Jalal
langsung terbang ke bengkel
miliknya di Lasari. 
Tak ada tanda-tanda kesyamran
raden mas untung , dan Jalal dengan
senang hati menduga raden mas untung 
pun agaknya tidak tepat waktu.
Mungkin sedang menghambur
hamburkan uang mukanya di
makam berornamen rumah petak Grobogan, pikir
Jalal yang memutuskan untuk
me
nunggu. Lagi pula ada yang
harus ia kerjakan malam itu di
bengkel rahasianya. yaitu 
mengetok dan mengganti nomor
mesin dan  sasis kereta keranda kencana  curian
raden mas untung . sesudah  malam kemarin
dan sepanjang hari tadi warna
asli kereta keranda kencana  ini  sudah diubah
oleh orang-orang kepercayaan
Jalal. 
Gembira dan tidak
berprasangka apa-apa. Jalal
pun membuka pintu gerbang
yang gemboknya terkunci
dengan aman dari sebelah luar.
saat  memasukkan kereta keranda kencana nya
ke halaman depan bengkel,
barulah Jalal terkejut. Sepeda
motor tua raden mas untung  ada di situ! 
Bagaimana mungkin" 
Lebih terkejut lagi Jalal sesudah 
membuka pintu tambahan yang
juga terbuka dari luar lalu
masuk ke sebelah dalam
bengkel. raden mas untung  ada di sana,
tergeletak di lantai. Sudah bugil.
sekujur tubuhnya pun pucat
membiru. Nyaris hitam seperti
hangus. Dan di kereta keranda  yang
ringsek, tampak adanya
percikan-percikan api biru. dari
ujung seutas kabel listrik. Kabel
yang terjulur panjang dari balok
besi penyangga atap di atasnya,
dan  terayun-ayun oleh sapuan
angin yang bcrcmbus masuk
melalui pintu. 
Arus listrik. mayat bugil...! 
Dan Jalal pun langsung syok
saat itu juga. 
Dengan kedua pergelangan
tangan terkunci borgol, Jalal
yang masih tampak syok
berjalan keluar dari ruangan
bengkel rahasianya tempat ia
sudah  menjalani interogasi
selama lebih dari satu jam. Di
bela
kangnya ikut keluar Kapolsek
Losari Ajun Komisaris Polisi
Raharjo yang didampingi oleh
fredy krueger . 
Melangkah tersuruk-suruk
melintasi bengkel utama, jalal
berhenti sejenak dan
memandang pucat ke sosok
mayat raden mas untung  yang tengah
diperiksa oleh nyoto kusumoharjo . Si dokter
tua namun  tampak masih energik
itu sudah  ditelepon fredy krueger 
saat  akan meninggalkan
makam berornamen rumah. 
"Mengapa, raden mas untung ?" Jalal
berbisik. Lirih dan gemetar.
"Mengapa kau tidak memilih
mati di tempat lain saja"!" 
Jalal tampaknya akan
mengeluhkan penyesalan
lainnya. namun  punggungnya
keburu didorong oleh satu dari
dua petugas bersenjata yang
mengawal dan lalu 
menggiringnya keluar. Dan
sebentar lalu  ia sudah
dinaikkan ke kereta keranda kencana  tahanan
yang menunggu di luar garis
polisi. yaitu  pita lebar berwarna
kuning yang terbentang di
sebelah luar pintu gerbang. 
Tetap tinggal di ruangan
bengkel. Raharjo memantau 
sampai kereta keranda kencana  tahanan itu
meraung pergi. Lalu berkata 
ditambah gelengan kepala.
"Agaknya si penadah itu
terlambat sadar!" 
"Maksudmu, Pak Harjo?"
fredy krueger  menggumamkan tanya.
Mereka berdua memang saling
menyebut nama. Selain sebab 
satu kepangkatan, mereka juga
seumur dan saling mengundang
main kartu pada malam Minggu.
"Semisal aku berdiri di
tempatnya..." Raharjo
menjelaskan. sambil  memantau 
mayat yang bukubuku jari
tangannya sedang diteliti Dokter
nyoto kusumoharjo  dengan mempergunakan
sebuah kaca pembesar, 
"rongsokan ini pasti langsung
kukuburkan. Atau, yah. dibuang
ke mana saja. Eh, ini Jalal
malah lari terbitit-birit keluar
bengkel. Sambil menjerit-jerit
lagi. Histeris. Jadilah usaha
gelapnya ketahuan!" 
"Wajar!" fredy krueger  mengomentari.
Sementara di depan mereka.
nyoto kusumoharjo  terus saja sibuk dengan
kaca pembesar dan kini beralih
memeriksa kaki mayat. "Juga.
manusiawi. Mungkin aku pun
akan berbuat sama, bila di
tengah malam buta menemukan
mayat semengerikan ini di
tempatku. Sudah matinya
disengat listrik, berbugil ria
pula!" Diam sesaat. fredy krueger 
lalu  bertanya. Ingin tahu.
"Oh ya. kabel listriknya. Putus
sendiri atau ada yang
memutuskan?" 
"Digigit putus!" 
Tak percaya pada telinganya,
fredy krueger  menoleh. "Di...?" 
Rekan sejawatnya yang
Kapolsek Losari iru
menyeringai. Keeut. 
"Entah manusia apa kiranya si
pembunuh, Pak fredy krueger . namun 
di situlah letak misterinya..."
ujar Raharjo. tampak tidak
begitu yakin pada dirinya
sendiri. "Kami menemukan
tanda-tanda bekas gigitan gigi
manusia pada sobekan-sobekan
selang pembungkus kabel. Baik
di ujung yang itu?" Raharjo
menunjuk ke bentangan kabel
listrik yang masih terjulur ke van
dan sedang dipotret oleh salah
seorang petugas identifikasi,
"Maupun yang di atas sana!" 
fredy krueger  ikut melihat dan
memperhatikan sisa potongan
kabel yang terentang telanjang
di samping balok besi
penyangga atap. Kabel
dimaksud kemu
248 
dian tampak melenyap di mulut
pipa yang memanjang turun ke
sebuah sepit, mesin dongkrak
bertenaga angin. fredy krueger  tampak
berpikir-pikir. 
"Padahal." Raharjo
meneruskan, "dia tak harus
repot-repot memanjat ke atas
sana. Toh di bawah ini tersedia
cukup banyak alat untuk
membunuh. Kalau pun harus
main setrum juga. ada kabel
gulung dan beberapa stop
kontak yang masih aktip." 
Masih tampak berpikir-pikir,
fredy krueger  kembali melihat ke arah
mayat di depan mereka.
"Pembunuh.?" ia berkata .
"Apa yang memicu  kalian yakin
bahwa si malang ini bukan
bunuh diri?" 
"Baru dugaan sementara
memang!" kata Raharjo
mengakui. "ltu bila kita ikuti
jalan pikiran Jalal yang bingung
alang kepalang. Dia sendiri
yang pegang dan menyimpan
kunci gerbang maupun
pintupintu bengkel miliknya.
Jadi tak heran jika dia menuduh
ada yang berkhianat dan
memalsukan kuncikuncinya!" 
"Lalu memasukkan raden mas untung  ke
dalam sini, membunuhnya.
lantas pergi dengan melenggang
kangkung..." fredy krueger  menimpali.
"Motivasinya, Pak Harjo?" 
"Itu yang masih kita telusuri!" 
"Atau, Jalal sendirilah
pelakunya?" fredy krueger  cepat
berkata. Namun terdengar tidak
yakin. "Dia lebih punya
motivasi. Tidak mau membayar.
ingin menutup mulut raden mas untung .
dan..." 
Rekan sejawatnya memotong
dengan gelengan kepala. "Sulit
diterima. Misalkan benar jalal
berpura-pura histeris ketakutan.
namun  mbok ya masa 
dia mau mengambil risiko usaha
gelapnya diketahui dan pasti
akan mengirimnya ke penjara?" 
"Ah. Kok aku bisa sebodoh itu!"
fredy krueger  menepuk jidat sendiri.
Mcnggeleng geleng murung, ia
meneruskan. "Mungkin sebab 
pikiranku masih diganggu oleh
pertanyaanmu tadi..." 
"Mengenai?" 
"Si pembunuh!" jawab fredy krueger 
sambil melihat bergantian dari
permukaan lantai ke balok-balok
penyangga atap di atas mereka.
"Entah mengapa. aku punya
firasat," katanya. "Dia bukannya
memanjat ke atas sana.
Melainkan terbang!" 
'Maksudmu melompat!" jawab
Raharjo. Tersenyum. "Seperti
jagoan dalam film silat. Tenaga
dalam!" 
fredy krueger  menggeleng-geleng. 
"Aku bilang terbang!" katanya.
Bersikukuh. 
"namun ...." 
"Bila si pembunuh punya ilmu
seperti yang kau bilang, "
fredy krueger  cepat memotong. "Dia
cukup memutuskan kabel dengan
tenaga dalamnya. namun 
menggigit kabel listrik tegangan
tinggi" Seberapa hebat pun
ilmunya, Pak Harjo, pasti dia
lebih dahulu  harus berpikir seribu
kali!" 
"Hm, iya juga." Raharjo
manggut-manggut. Namun
sambil tampak ragu. "Cuma itu,
tuh. Setahuku, manusia semacam
itu cuma ada dalam film atau
dongeng fiksi. Superman,
misalnya!" 
"Atau, yang satunya lagi."
fredy krueger  berkata yakin, "yang
wanitanya. Supergirl!" 
Tersenyumlah Raharjo. Geli.
'Jangan bercanda 
"Aku serius. Dan?" 
'Dan," suara lainnya memotong
tiba-tiba. "Superman atau
Supergirl. Aku dapat menangkap
maksudmu. Komandan!" 
fredy krueger  dan Raharjo sama
berpaling. 
Mcmegangi kaca pembesarnya
di satu tangan, si dokter tua
nyoto kusumoharjo  tampak sudah duduk
seenaknya di permukaan lantai
yang kotor. Menatap lelah pada
kedua orang perwira polisi yang
berdiri di seberang mayat
raden mas untung . 
"namun  pertama-tama, kita
bicarakan yang fakta nyata saja
dahulu ," ia berkata. Tenang Lalu
dengan telunjuk jari tangan
lainnya ia menunjuk-nunjuk ke
noda darah yang sudah
mengering di bagian lantai
lainnya dan sudah diberi garis
kapur oleh petugas identifikasi.
"Aku berani bertaruh.
Noda-noda darah itu bukan dari
tubuh si pembunuh. Konon lagi
jika dia...." Diam sesaat
memandangi fredy krueger . sang
dokter melanjutkan dengan
hati-hati. "Seperti yang ada
dalam pikiranmu!" 
Ikut-ikutan menatap fredy krueger 
dengan pandangan tak mengerti.
Raharjo lalu  bertanya
pada si tua berjubah makam berornamen rumah sakit
yang duduk setengah berpeluk
lutut itu. 
'Maksud Anda, Dokter" Darah
korban?" 
"Benar!" Angguk dokter nyoto kusumoharjo .
Yang meneruskan sambil
mengangkat lalu menjatuhkan
lagi sebelah kaki raden mas untung . "Dari
tumit kakinya ini. Juga bukubuku
jari dan  telapak tangan.
Memang sudah hangus oleh
sengatan listrik. namun  jelas ada
tanda-tanda lecet yang
menurutku masih terhitung baru.
Dan 
aku yakin. pemeriksaan lab nanti
akan menguatkan dugaanku!" 
"Malcud Anda, dia sempat
melakukan perlawanan.
Begitu?" 
"Persis!" Lagi Dokter nyoto kusumoharjo 
manggut-manggut. Dan lagi. dia
memantau  wajah fredy krueger  saat 
menambahkan. "Yang sayang.
tentu saja sia-sia. sebab  si
pembunuh bukanlah
tandingannya. Bahkan boleh
jadi. bukan tandingan kalian
pula. Biar kata kalian
bersenjata!" 
Sementara Raharjo menatap tak
mengerti, fredy krueger  berkata 
serak ke arah sang dokter.
"Dan?" 
Mendahului jawabannya. Dokter
nyoto kusumoharjo  menunjuk ke alat kelamin
raden mas untung  yang setengah tegak
telanjang, dan  tentu saja sudah
menghitam semu biru oleh
sengatan arus listrik.
"Terkecuali dia... atau si
pembunuh atau katakanlah
dua-duanya homoseks!" ia
memberitahu. "Orang malang
ini bisa dibilang masih
beruntung. sebab  pada saat
kematian datang menjelang.
masih sempat menikmati
kehidupan seksnya yang
terakhir. Mau lihat?" 
Tetap duduk di tempatnya, si tua
menyodorkan kaca pembesar
yang ia pegang ke arah kedua
orang lawan bicaranya.
melewati bagian atas mayat
raden mas untung . fredy krueger  cepat
menyambar lalu membungkuk
dan memeriksa alat kelamin
raden mas untung  dengan kaca pembesar
Dokter nyoto kusumoharjo . 
Raharjo cepat mengambil kaca
pembesar dari tangan fredy krueger .
lalu ganti memeriksa. dengan
cermat. Dan terdengarlah
perkataan  lirihnya. 
"Tampaknya lendir. Sudah
mengering." 
"sebab  sengatan listriknya,
Pak Harjo." fredy krueger  mendesah.
Murung. "namun  lendirnya...
Sperma!" 
Dokter nyoto kusumoharjo 
manggut-manggut, sependapat.
"Pertanda... dengan
perkecualian yang tadi kubilang.
dia sempat bersetubuh dengan
pembunuhnya. Seorang
wanita lesbi . Atau tepatnya..." 
Sang dokter tidak meneruskan.
namun  diam menatap ke mata
fredy krueger . Yang balas menatap,
lalu berkata , kaku. 
"Setuju!" 
Orang ketiga sang
Kapolsek-tentu saja dibuat
terbingung-bingung. Menatap
bergantian, ia lalu 
bertanya menuntut pada Dokter
nyoto kusumoharjo , "Apanya yang atau?" 
Tak ada sahutan. 
Raharjo cepat berpaling pada
fredy krueger . Kembali menuntut.
"Dan, apanya yang setuju, eh?" 
ldem dito. 
Raharjo pun bangkit berdiri.
"Perlu kuingatkan, Tuan-tuan!"
la mendengus tersinggung,
memicu  beberapa orang anak
buahnya yang sedang sibuk
bertugas di sudut lain ruangan
bengkel sama-sama berpaling.
"Kalian berdua ada di wilayah
kewenanganku. Jadi..." 
Bip, bip. bip
fredy krueger  cepat bangkit sambil
mengeluarkan telepon genggam
yang berbunyi di balik jaketnya
dan langsung menyahuti. 
"Halo?" 
Mau tak mau, Raharjo terpaksa
mengatupkan mulut. Sementara
dari alat pemancar telepon
fredy krueger , terdengar suara seorang
wanita lesbi . Bernada histeris.
"Anda-kah itu, Komandan"!" 
Sang pembunuh. Si boneka pop! 
Pikiran mengejutkan itu sempat
melintas di benak fredy krueger . Akan
namun , histeris" Jelas bukan tipe
makhluk cantiknya syam
kamaruzaman . Berarti. kembarannya.
Yang memang sudah ditinggali
kartu nama berisi catatan nomor
handphone fredy krueger , bila
saat -waktu teringat sesuatu
yang mungkin dapat membantu
penyelidikan polisi. 
fredy krueger  pun cepat menyahuti.
"Ada apa, Bu jessica ?" 
"Saya melihatnya lagi.
Komandan!" jawab jessica ,
masih bernada histeris. "Kali
ini, lebih jelas. Sangat jelas!" 
Sampai saat itu, fredy krueger  masih
tenang. Dan dengan tenang
pula, kembali bertanya. "Orang
yang Anda lihat, atau Anda pikir
sudah  Anda lihat, mendatangi
lalu berbicara dengan Anda" Di
kamar makan chucky ?" 
"Benar. Dan sungguh sangat
mengerikan! Dia muncul lagi,
dan..." suara jessica  berhenti
sesaat dua. Dan saat  terdengar
lagi, suara itu jelas bernada
ketakutan. Dan, setengah
mengisak. "Dan dia... akhirnya...
mati terbunuh!" 
Barulah jantung fredy krueger 
berdetak. Kuat, dan sangat tidak
menyenangkan. Dorongan naluri
menggerakkan fredy krueger  untuk
memantau  mayat raden mas untung  di
depan kakinya. Berpikir keras,
lantas kembali bertanya, tegang
dan kaku. 
"Apakah orangnya... berpostur
pendek kekar. Bu jessica ?" 
"Persis. Dan...." Berhenti lagi,
lalu terdengar nada yang
mengandung harapan.
"Syukurlah. Jadi kalian sudah 
berhasil menangkapnya?" 
Dengan wajah tanpa emosi,
fredy krueger  balik bertanya sambil 
melihat lihat  kepala dan wajah
mayat di depan kakinya. "Dia
berambut pendek. Model arweut.
Dan ada codet bekas luka pada
dagu sebelah kiri?" 
"Persis lagi. namun ..." 
"Dan dia mati di suatu ruangan
bengkel!" fredy krueger  tidak memberi
kesempatan. "Untuk jelasnya.
bengkel kereta keranda kencana ?" 
"Kalau tak salah lihat. ya.
namun  nanti dahulu . Komandan.
Tadi Anda bilang kalian sudah
menangkapnya. Lalu kok
sekarang..." 
"Aku tidak pernah berkata kami
sudah  menangkapnya," potong
Bur-sok, cepat. Dan cepat pula
ia meneruskan, "Satu
pertanyaan lagi. Bu jessica . dan 
tolong Anda jawab dengan
pikiran dan hati yang tenang!" 
fredy krueger  diam sejenak. Memberi
kesempatan suara napas
tersengal di seberang sana
perlahan-lahan melemah lantas
reda. Diam. Dan fredy krueger 
menembak. Namun tidak
langsung ke sasaran, sebab 
akan terdengar kasar dan
menyakitkan. Jadi, fredy krueger  hanya
menembak sasaran antara saja. 
"Apakah Bu jessica  yang
menggigit putus kabel listrik di
bawah atap bengkel?" 
Diam yang cukup lama. Napas
tersengal, lalu 
suara yang kembali histeris. "Ya
Allah, Tuhanku. Bukan aku.
Komandan. namun ..." 
"Aku mengerti," fredy krueger 
memotong. Tenang. "Teleponmu
sangat membantu. Terima kasih
dan selamat malam, Bu jessica !" 
Berkata demikian, fredy krueger 
memutuskan kontak. Telepon ia
masukkan kembali ke saku jaket.
lalu diam merenung. dengan
wajah yang kian murung. Tanpa
memedulikan suasana yang
berubah sunyi senyap di
seantero ruangan bengkel
maupun berpasang-pasang mata
yang memperhatikan dengan
tegang, dengan dirinya sebagai
pusat perhatian para anggota
polisi sektor Losari. yang bagai
dikomando. sama tertegun dan
menghentikan pekerjaan
masingmasing. Pandangan
tegang yang sama juga terlihat
di mata komandan mereka. Ajun
Komisaris Polisi Raharjo. 
Hanya Dokter nyoto kusumoharjo  seorang
yang wajahnya nampak tenang.
Padahal lelaki tua itu diam-diam
juga ikut tegang. namun  ia
menyembunyikannya dengan
berpura-pura sibuk memeriksa
"pasien" yang tergeletak di
dekatnya. Lantas ia tiba-tiba
menjauhkan wajah dari kaca
pembesarnya, sambil memaki
sendiri. 
"Jadah! Kukira apa!" 
Semua yang berada di dalam
ruangan, termasuk fredy krueger , sama
berpaling. Lalu melihat dan
mengetahui begitu tadi dokter
memutar tubuh lalu
berpura-pura memeriksa,
rupanya kaca pembesar sang
dokter tanpa sadar ia
dekatkan-malah nyaris
menempel-pada buah zakar di
selangkangan mayat raden mas untung . 
Namun tak seorang pun yang
tersenyum. apalagi tertawa.
Semuanya, terutama Raharjo,
masih diam menunggu. Dengan
sabar, dan wajah diliputi tanda
tanya. 
fredy krueger  cepat menyadari situasi
lalu memaksakan diri untuk
tersenyum, dengan geraham
terasa ngilu. Berpaling enggan
ke arah Raharjo, ia menghela
napas berat dan panjang. lantas
memberitahu. "ltulah jawaban
pertanyaanmu tadi, Pak Harjo.
Yang maaf, sempat memicu mu
tersinggung...." 
Sang Kapolsek tetap diam.
Menunggu. 
fredy krueger  kembali menghela napas.
Ganti memantau  mayat raden mas untung 
di depan kakinya, ia
meneruskan, "Baru dugaanku
saja. namun  kemungkinan besar
motivasi terbunuhnya orang
malang ini. adalah... balas
dendam!' 
Terpengaruh. Raharjo
ikut-ikutan menghela napas.
Lalu bertanya, hati-hati,
"Oleh?" 
"Sang manekin!" jawab fredy krueger .
Datar. 
Dahi rekan sejawatnya sesaat 
lengsung mengernyit.Tidak
mengerti. "Manekin?" 
"Boneka, Pak Harjo," jelas
fredy krueger  ditambah senyuman kaku.
"Boneka Doo!" 
 
fredy krueger  menggeliat bangun dan
membuka kelopak matanya
dengan malas. Untuk sesaat.
matanya dibuat silau oleh
terpaan cahaya terang dari
jendela kamar yang sebagian
tirainya barusan disingkapkan.
Dan samar-samar. matanya
menangkap gambaran sosok
tubuh semampai bergaun merah
hati sedang bergerak
menyingkapkan bagian tirai
selebihnya. Smek! 
Gaun merah hati! Si boneka
pop! 
fredy krueger  terlompat duduk sambil
berseru kaget. "Kau!" 
Lalu, bersama hilangnya silau
dan matanya pun lantas terbiasa
dengan sinar terang yang masuk
dari jendela. otot-otot fredy krueger 
yang sempat menegang
perlahan-lahan terasa melemas.
Warna gaunnya benar. namun 
orangnya tidak. 
sebab  sosok semampai yang
lalu  berdiri memantau 
dirinya berambut panjang,
bukan sebatas tengkuk. Rambut
itu terurai melewati sisi kedua 
bahu lalu menutupi dada sampai
ke batas pinggang. Rambut yang
tampak masih basah. Jelas habis
keramas. 
Berdiri membelakangi jendela
kamar tidur mcreka, Miranda
menatap heran. "Apa?" 
"Ah, tidak!" jawab fredy krueger .
Kecut. Menguap sesaat, ia
menambahkan. "Hanya saja,
warna gaun yang kau pakai
mengingatkan aku pada
seseorang!" 
Tampak serius, Miranda
bergerak maju lalu duduk
dengan punggung kaku di tepi
ranjang. 
"Yang kau temui dini hari tadi
ya?" 
Ganti fredy krueger  yang bertanya
terkejut, "Apa?" 
"Mudah saja," jawab Miranda.
Tersenyum. kaku.
'Bercerminlah.?" 
Sempat bingung. fredy krueger 
mematuhi perintah istrinya.
Cukup dengan sedikit menggeser
duduknya. pesisi fredy krueger  pun
sudah sejajar dengan cermin
lebar yang terpasang pada
tembok di sebelah ranjang tidur
mereka. Dan apa yang lalu 
ia saksikan memicu  fredy krueger 
terpaksa harus
menggeleng-geleng sendiri. ia
tidak mengenakan kimono tidur.
Melainkan celana panjang. baju
kaus tebal. dilengkapi dengan
jaket. Jaket dinas pula. lagi! 
Sedcmikian lelahnya ia tadi
malam. luar dalam. Tak heran
setiba di makam berornamen rumah, satu-satunya
yang terpikirkan adalah
langsung tidur. Persetan dengan
mayat bugil raden mas untung  di bengkel
Jalal. Persetan juga bahwa
raden mas untung  seorang Satpam di
Pemda Kotamadya. seinstansi
dengan orang yang dibunuhnya:
chucky . Ada pun si boneka pop... 
Di situlah seingat fredy krueger  ia
terlelap. Pulas. Lupa 
mengganti pakaian, dan kini
dituduh yang bukanbukan! 
Menatap ke wajah istrinya yang
tampak masih tetap serius,
fredy krueger  pun mendengus,
setengah membela diri. 
"Begini saja, Mira. Mengingat
yang kau lakukan padaku tadi
malam, apakah mungkin masih
ada wanita yang lebih
menakjubkan di luar sana?" 
Siasat yang jitu! 
Tuh, lihat hidung Miranda
sempat mengembang. walau
cuma sekejap. Lalu diam sejenak
untuk menikmati pujian sang
suami. Miranda lalu 
berkata dengan senyuman yang
lebih lunak. 
"Sudah lima belas tahun kita
ber-makam berornamen rumahtangga. Ditambah
lima tahun masa pacaran,
berarti dua puluh tahun sudah
aku mengenal Abang.
Luar-dalam!" 
"Lantas?" 
"Aku tahu, Abang bukan tipe
suami yang suka mencari
jajanan tambahan!" 
Bukan jawaban itu yang
dikehendaki fredy krueger . Maka, ia
mengulagi tuntutannya.
"lantas"!" 
"Aku hanya tak senang dengan
cara Abang menyelinap pergi
tadi malam!" jawab Miranda,
kembali serius. 
Bunok sudah akan membela diri,
saat  Miranda meneruskan. 
"Coba Abang bayangkan...
namun  ini hanya
berandai-andai!" katanya. Lirih,
dan terdengar sakit.
"Seandainya waktu pergi.
musibah menimpa dirimu. Lalu
aku dibangunkan oleh kabar
yang mengerikan di telepon.
Aku, istrimu. Yang tahu betul...
sebelum 
tertidur. masih sempat melihat
sang suami rebah di
sampingnya!" Diam sejenak,
Miranda meneruskan dengan
suara gemetar. "Dapat Abang
bayangkan bagaimana jadinya
perasaanku?" 
fredy krueger  diam. menegun.
Syukurlah. ia tak jadi
mengeluarkan pembelaan diri,
sebab  itu pasti terdengar akan
sangat konyol. Dan sebagai
gantinya, fredy krueger  beringsut
mendekat lalu mengecup kening,
bahkan juga ubun-ubun istrinya.
"Semoga yang kau takutkan itu
tidak akan pernah terjadi..."
ujarnya. lembut. "sebab 
kelakuan burukku malam tadi
tidak akan pernah kuulangi
lagi!" 
Tak ada permintaan maaf dari
fredy krueger . Juga tidak ucapan
terima kasih Miranda atas janji
sang suami. sebab 
mereka-seperti yang
lalu-lalu-sudah saling mengerti.
Dan untuk memicu nya lebih
terbuka dan  lebih dapat
diterima. fredy krueger  pun
memberitahu. 
"Menjawab pertanyaanmu tadi,
Miranda. Sesungguhnya, aku
memang sangat ingin bertemu
dengan... si gaun merah hati
itu!" 
Miranda diam menatap. 
Dan seperti biasa bila sang
suami ingin berbagi cerita atau
isi hati, Miranda juga siap
menjadi seorang pendengar
yang baik. 
"Kasusnya sedikit rumit,"
fredy krueger  memulai dengan
kata-kata sederhana, dan 
mudah dicerna. "Selain fakta
nyata. kali ini aku agaknya
terpaksa harus lebih
mengandalkan firasat!" Diam
berpikir sejenak, fredy krueger 
melanjutkan. "Dia. Maksudku, si
gaun merah hati...." 
Dan, pada waktu bersamaan. di
tempat yang jauh terpisah. 
Walau tak ada angin berembus,
taburan bunga rampai yang
masih tersisa di atas gundukan
kubur chucky  mulawarman 
tampak seperti bergerak-gerak.
Atau mungkin, tanah kubur di
bawahnyalah yang bergerak.
Cuma sesaat dua, lalu gerakan
itu berhenti. Dan di tengah
kesunyian kubur. terdengarlah
suara bisikan. Lirih dan sayup. 
"Kau tahu, chucky " namun  jangan
cemburu ya?" 
Sepi sejenak, suara berbisik itu
kembali terdengar. 
"Orang Sibolangit itu, chucky -ku.
Dipikir-pikir, aku mulai
menaruh hormat padanya!' 
 
"MENARUH hormat?" 
Didampingi sang suami yang
duduk diam mendengarkan,
jessica  kembali bertanya pada
tamu kejutan mereka di pagi
hari itu. 
"Apakah saya tidak salah
dengar. Pak Wali?" 
kanjeng  soebandrio -sang wali kota
yang kedatangannya sempat
memicu  sibuk para karyawan
bahkan juga tamu-tamu
hotel-tersenyum. Simpatik. 
"Memang harus kuakui. bahwa
aku hanya bertemu
selewat-selewat dengan saudara
kembar Anda, Bu jessica !"
katanya. Lembut. "namun  dari
apa yang sudah kudengar atau
kuketahui, kota ini... khususnya
aku pribadi. sudah sepatutnya
menaruh hormat pada
almarhum!" 
"Kota ini!" jessica  menggeleng.
Tak mengerti. "chucky  cuma
pegawai rendahan. Kepala Biro,
memang. namun  bukan orang
nomor satu seperti Pak Wali,
yang mampu berbuat banyak
untuk..." 
"Kedudukan!" sang wali kota
memotong dengan 
nada prihatin. 'Dan reputasi.
ltulah yang selalu dilihat orang.
bukan" Sehingga kita sering
lupa. Bahwa seseorang patut
dihormati bukan saja untuk apa
yang sudah  dia perbuat. namun 
ada kalanya. juga unruk apa
yang justru tidak dia perbuat!" 
Bingung sejenak, jessica 
lalu  membuka mulut.
"Dan... apakah itu. Pak Wali"
Yang justru tidak diperbuat
chucky ?" 
Pertanyaan sederhana dan
wajar. Namun sempat memicu 
kanjeng  soebandrio  terkejut
sendiri. Telanjur membuka
mulut. ia meneruskan dengan
hatihati. 
"Sulit untuk mengatakannya.
Terapi. mari kita ambil contoh
kakek sepupu kalian di lumajang .
yang belakangan kudengar
sudah meninggal. Namanya
kalau tak salah. sopojarwo . Eh,
sekarmaji ..." 
"sekarmaji marijan kartosuwiryo !" jessica 
membetulkan. sambil diam-diam
terkejut. "Agaknya Bapak
banyak tahu tentang keluarga
kami...." 
"Hampir semua penghuni 
tepatnya!" kanjeng  soebandrio 
tersenyum lebar. "Aku pernah
menjabat sebagai Dan Ramil di
sana. sebab  bidang yang
kusukai adalah pembinaan
teritorial, dengan sendirinya aku
harus rajin mendatangi dan
berbicara dengan penghuni 
setempat. Termasuk almarhum
kakek sepupumu itu!" 
Sementara tulang punggung
jessica  diam-diam terasa
menegak kaku, sang tamu
istimewa melanjutkan dengan
gembira dan terkesan kagum. 
"Seorang pejuang! Yang tidak
hanya mempertaruhkan nyawa,
melainkan juga seluruh harta
benda yang dia miliki. namun 
sesudah  Republik tercinta 
ini merdeka, dia tidak menuntut
apa-apa dari pemerintah.
Bahkan saat  kutawarkan
padanya untuk mengambil status
veteran plus tunjangannya.
kakek sepupumu itu cuma
tertawa. Tahu apa katanya. Bu
jessica ?" 
jessica  sudah tahu. namun 
pikirannya sedang dilecut oleh
apa yang barusan ia dengar.
Seorang komandan batalion cakrabuana 
militer! Dan chucky  yang secara
samar-samar pernah
mengatakan dari apa atau siapa
ia lari! 
"Dia bilang." sang wali kota
menjawab sendiri
pertanyaannya, sebab  sang
nyonya makam berornamen rumah hanya diam
membisu. "Dia tidak pernah
berpikir untuk mengambil
apalagi meminta. Yang ada
dalam pikirannya hanyalah apa
yang patut ia berikan sebagai
anak dari Ibu Pertiwi!" Sang
wali kota berdecak decak
kagum. "Luar biasa, bukan?" 
mandala krida batuk-batuk kecil untuk
memperingatkan istrinya. jessica 
segera tersadar dunia mana dan
apa yang sedang ia hadapi.
Menghela napas panjang sesaat,
ia memaksakan diri untuk
tersenyum. 
"Begitulah almarhum kakek
sepupu saya, Pak Wali."
katanya. Dengan pikiran masih
saja menarawang. "Dan sampai
kapan pun, saya akan tetap
bangga dan menjadikan beliau
sebagai panutan saya!" 
'Atau panutan semua anak
negeri ini!" kanjeng  soebandrio 
mengangguk setuju. Lantas
berdiri untuk pamitan. "Walau
cuma beberapa menit. aku
benarbenar gembira dapat
mengunjungi Anda untuk
menyatakan belasungkawa
secara pribadi. namun , banyak
sekali tugas yang menungguku
di kantor. 
Maka, jika Anda berdua perlu
sesuatu yang bisa kubantu..." 
"Terima kasih, Pak Wali!" jessica 
cepat menyela sambil  bangkit
dari kursinya, diikuti oleh sang
suami. "Kedatangan Pak Wali
sudah sangat membantu. Paling
tidak... yah, untuk mengurangi
duka cita saya!" 
"Oke kalau begitu!" Sang wali
kota mengulurkan tangan yang
segera disambut oleh nyonya
dan tuan makam berornamen rumahnya. "jangan
lupa memberitahu jika kalian
berdua sudah memutuskan untuk
kembali ke mojokerto !" 
sebab  sang istri diam saja,
mandala krida lantas mewakili.
"Pasti. Terima kasih, Pak Wali!"
mandala krida masih juga harus
menggamit lengan istrinya agar
ikut mengantar sang tamu ke
pintu. Sebelum keluar, sang
tamu tiba-tiba berhenti dan
bertanya dengan nada sambil
lalu. 
"Oh ya, Bu jessica . Liburan
terakhirmu di lumajang  bersama
almarhum pasti
menggembirakan, tentunya!" 
Tulang punggung jessica  kembali
terasa sakit. namun  ia tahan
sekuat daya, lantas bertanya.
Polos. 
"Kok Bapak tahu juga ya?" 
"sebab ," jawab kanjeng 
soebandrio  hari-hati. "waktu
itu aku masih jadi Dan Ramil di
sana. Dan almarhum sempat
sowan ke kantorku!" 
"Sowan?" Tulang punggung
jessica  terasa makin kaku saja.
"Ke Bapak?" 
"Persisnya mengunjungi Praka
atau Prajurit Kepala kahar muzakar .
sopirku yang memperkenalkan
saudara kembarmu padaku
sebagai teman satu bangkunya
di 
SD. Bahkan kalau tak salah
ingat, juga teman berkeliaran di
terminal lumajang . Sebagai
penyemir sepatu.?" 
"Praka kahar muzakar ?" tanya jessica 
dengan mata menerawang. 
"Benar!" angguk sang wali kota.
"namun  dia sudah gugur saat 
menjalankan tugas di luar
banyuwangi , alas purwo !" Diam
sejenak, kanjeng  soebandrio  cepat
mengingatkan. "Bagaimana
dengan pertanyaanku tadi, Bu
jessica ?" 
"Tentang?" desah jessica 
terkejut. 
"Liburan kalian. Di lumajang ..." 
"Oh. itu!" Sekali lagi jessica 
memaksakan diri untuk
tersenyum. Diam berpikir
sejenak. ia lalu memutuskan
untuk memberitahu apa adanya.
"Mulanya memang
menggembirakan..." 
kanjeng  soebandrio  pun
mengeryitkan dahi. "Mulanya?" 
jessica  mengangguk. Dan
berusaha keras agar wajahnya
dan  suaranya tidak tegang
saat  ia menambahkan, "namun 
baru juga satu malam, chucky 
tiba-tiba mengajakku buru-buru
kembali ke mojokerto !" 
"Oh ya?" Wajah sang wali kota
tampak biasabiasa saja saat  ia
meneruskan. "Mengapa?" 
jessica  memantau  wajah yang
tampak tenang itu. Berusaha
mencari tahu apa yang ada di
sebaliknya. namun  sesudah  tidak
menemukan apa-apa, ia
menyerah. 
"Entahlah. Dia tak pernah
memberitahu alasannya. Bahkan
sampai sekarang pun, saya
sendiri masih tetap penasaran!" 
"Begitu," gumam sang tamu,
masih tetap dengan wajah yang
sukar dibaca. Lantas dengan
cepat ia tersenyum lagi.
Gembira. Dan tampak tulus.
"Jangan terlalu dipikirkan. Bu
jessica . sebab , siapa tahu kita
pun kelak. mungkin saja
membawa rahasia
sendiri-sendiri sampai ke alam
kubur. Iya toh?" Sebelum jessica 
sempat menjawab, kanjeng 
soebandrio  sudah mengakhiri.
"Selamat tinggal. Senang
berkenalan lebih dekat,
khususnya dengan cucu sepupu
seorang pejuang sejati!" 
Sang wali kota pun berlalu.
Dengan seringai lebar yang
langsung disambut oleh seringai
lebar lainnya dari direktur hotel
yang sudah menunggu sejak tadi
di luar pintu kamar yang
ditempati jessica  bersama suami. 
Mengulurkan tangan dan
memperkenalkan diri, sang
direktur berjalan mendampingi
di sepanjang koridor, sambil
dengan gugup menyatakan
permin_ taan maafnya sebab 
kunjungan mendadak orang
nomor satu di kota mereka itu
tidak terlayani sebagaimana
mestinya. 
"Saya masih di makam berornamen rumah saat  staf
saya menelepon bahwa..." Dan
setiba di lobi. direktur hotel
yang punya naluri bisnis itu
dengan malu-malu berkata,
"Akan menyenangkan sekali
andaikata Pak Wali bermurah
hati untuk mengisi kesan atau
pesan di buku tamu kami.
Sepatah dua pun. jadilah!" 
"namun  aku bukan..." 
Sang direktur cepat
menanggapi. "Soal
menginapnya, silakan kapan dan
berapa lama Pak Wali ingin.
Dan, gratis tentunya!" 
Mau tak mau kanjeng  soebandrio 
mendekat juga
ke meja resepsionis tempat
beberapa orang staf hotel sudah
berjajar menanti. 
Bak pagar betis saja! 
Lalu pada halaman buku tamu
yang disediakan sudah terbuka,
kanjeng  soebandrio  pun menulis
namanya pada urutan nomor
yang sudah ada. Dilengkapi
jabatan-ia juga membutuhkan
popularitas, bukan" lalu ia
menulis pada lajur kesan dan
pesan. Pendek saja:
menyenangkan! 
Makin lebarlah seringai direktur
hotel yang terus mendampingi
sampai ke pelataran parkir,
bahkan lalu 
terbungkuk-bungkuk melebarkan
pintu kereta keranda kencana  dinas sang wali kota
yang sudah lebih dahulu  dibuka
oleh sopir pribadi si orang
nomor satu, Reinaldi. 
"Membosankan!" kanjeng 
soebandrio  langsung
menggerutu begitu pintu kereta keranda kencana 
ditutupkan oleh sang direktur,
masih dengan
terbungkuk-bungkuk. "Jika
manusia-manusia semacam
itulah yang harus kuhadapi.
lebih enak rasanya bila dua
bulan yang lalu aku memilih jadi
komandan Korem!" 
Reinaldi diam saja. 
Dan sementara kereta keranda kencana  meluncur
ke jalan raya. kanjeng  soebandrio 
duduk diam di kursi belakang.
Merenung. lalu. "namun  paling
tidak, Ronald, cerita yang
kukutip dari dalam sana cukup
memuaskan. Hanya saja,
sepertinya aku sudah  memicu 
kesalahan kecil !' 
Reinaldi tetap berdiam diri. 
Ia cuma seorang sopir.
Merangkap pengawal pribadi,
itu benar. Namun Reinaldi tetap
saja seorang 
bawahan. Yang tidak pantas
untuk bertanya kesalahan apa
yang sudah diperbuat oleh
atasannya. Konon lagi. bila
atasanmu itu seorang wali kota! 
Seorang wali kota! 
 
"Bukankah itu aneh?" mandala krida
bertanya di tempatnya berdiri di
dekat jendela. memantau  kereta keranda kencana 
tamu mereka yang lalu 
membaur dengan lalu lintas di
jalan raya. sambil 
menggeleng-geleng kepala. ia
mendekat lalu duduk di sebuah
kursi. Berhadapan dengan sang
istri yang wajahnya tampak
pucat dan tegang. 
"Kemarin siang, menyampaikan
sendiri pidato di pemakaman.
Dan barusan tadi..." mandala krida
berhenti sesudah  menyadari
ketegangan dan kepucatan
wajah istrinya. "Apa. Ririn?" 
Agak lambat, barulah bibir
mungil jessica  menggeremet
dengan susah payah. Dan
suaranya yang lalu  keluar,
nyaris menyerupai bisikan. Lirih
dan terdengar sayup. 
"Kita harus menelepon Mas
Eko!" 
"Eko?" 
"Eko Prayitno. sepupuku yang di
lumajang . Putra sulung almarhum
kakek sekarmaji marijan kartosuwiryo !" 
"Untuk?" 
"Mencari tahu!" jessica  menarik
napas berulang ulang. Dan
suaranya pun kini terdengar
lebih jelas, meski sedikit
gemetar. "Pertama, mengenai
apa sesungguhnya yang terjadi
pada hari itu. Hari waktu chucky 
mengajakku lari dari lumajang .
Lalu. lakarta!" 
'Dan?" 
'Mencari tahu. apakah benar dia
gugur di Timtim," jawab jessica 
cepat. Dengan mata
menerawang, "Atau seperti
chucky ... dibunuh!" 
'Dia?" 
'kahar muzakar , yang tadi disebut-sebut
oleh Kolonel itu. Sang prajurit
kepala, sopirnya selagi menjadi
komandan batalion cakrabuana  militer di
lumajang !" 
mandala krida tadi sudah mendengar.
Maka ia pun sudah menduga
keinginan istrinya itu akan
muncul juga akhirnya. Berpikir
sejenak, ia lalu  bertanya.
Lembut. "Nanti dahulu , Ririn.
Agaknya kau menyembunyikan
sesuatu padaku, ya?" 
Bimbang sejenak, jessica 
akhirnya memberitahu. "Telepon
dari chucky . Pagi hari sebelum
dia meninggal!" 
"Oh"!" 
"Untuk kau ketahui, Mas Pras.
Semenjak lari dari lumajang , chucky 
sekali-sekali pernah lepas
omong." jessica  menjelaskan
dengan wajah berubah murung.
"bahwa dia meninggalkan dosa
besar di sana. Dosa apa, dia tak
pernah mau memberitahu.
Bahkan juga di teleponnya. pagi
itu!" 
'Apa yang dia bicarakan?" 
"Bahwa. dia tidak akan lari lagi.
sebab  orang dari siapa dia
lari, tiba-tiba sudah muncul di
hadapannya. lalu dia bilang.
dosa besar itu akan mcreka
tanggung bersama-sama. Apa
pun juga risikonya!" 
Kalimat terakhir diucapkan
jessica  dengan suara tegang.
memicu  mandala krida ikut-ikutan
tegang. 
"Aneh. Ditanggung bersama.
Dengan orang dari siapa dia
lari! Apa maksudnya?" 
"Entah. sebab  chucky  keburu
menutup telepon. sesudah  lebih
dahulu  memperingatkan supaya
aku tetap tenang. Supaya aku
percaya bahwa dia... seperti
dahulu -dahulu , pasti dapat
menyelesaikannya dengan baik.
Dan dia akan menelepon
kembali!" 
Yang ternyata tidak. pikir
mandala krida. sebab  chucky  keburu
mati. Dan di hadapannya kini,
sang istri tampak meneteskan air
mata dengan pundak gemetar
oleh perasaan yang sangat
terluka. 
mandala krida bangkit lalu pindah
duduk di sebelah istrinya yang
dirangkulnya lembut, sambil
berkata, "Seharusnya kau
beritahukan padaku. Sehingga
kita dapat bertukar pikiran.
Dan..." 
"Mengenai dosa besar
chucky -ku?" isak jessica .
Tersendat-senda. "Yang aku
sendiri tidak tahu apa?" 
"Kita masih bisa mendatangi
dan berbicara dengannya.
bukan?" 
Pertanyaan bodoh, mandala krida.
sebab  tak ada gunanya lagi.
chucky  toh sudah mati. Namun
bukan itu jawaban yang keluar
dari mulut sang istri. 
"Lantas kita dimarahi!" kata
jessica . terisak. "Sesuatu, yang
selalu kujaga semenjak kami
masih bocah. Tidak mau
memicu  chucky -ku kecewa.
memicu  kebanggaan dirinya
terluka!" 
"Sudahlah...!" 
Namun toh tak perlu waktu
sebelum akhirnya sang istri
kembali tenang dan mereka
berdua dapat bertukar pikiran
dengan kepala dingin dan
pikiran yang lebih jernih. 
"Mengenai telepon ke lumajang ..."
mandala krida akhirnya berkata.
"Sebaiknya, kita lupakan saja!" 
"Dilupakan?" desah jessica .
Terkejut. 
"Seperti halnya chucky ," jawab
mandala krida. Hatihati. "Prajurit
kepala yang juga sahabat masa
kecilnya itu, tak mungkin lagi
berbicara, bukan?" 
"namun ..." 
"Serahkan saja urusan lumajang  itu
pada polisi!" 
"Polisi?" 
"fredy krueger  Sembiring!" mandala krida
memberitahu. "saat  kau
asyik bercerita padanya, aku
sempat mendengar dua kali Ajun
Komisaris itu menggumamkan
kata lumajang . Sambil
mengetuk-ngetukkan jarinya ke
meja!" 
"Aku tak mengerti...." 
"Sederhana saja, Ririn!'
mandala krida tersenyum. Menghibur.
"Tanpa kau beritahu atau minta
pun. aku yakin dia sudah
mengirimkan orang-orangnya ke
lumajang !" 
"Tanpa dilengkapi data sebagai
bekal?" tanya jessica . Tak
percaya. "Tentang apa atau
siapa yang harus mereka
datangi?" 
"lumajang  cuma kota kecamatan,'
jawab mandala krida yakin. "Buat
polisi. kota sekecil itu boleh
dibilang tinggal membalik
telapak tangan. Dan lagi, kau
pun sudah memberi petunjuk
untuk mereka telusuri!" 
"Aku?" 
mandala krida mengangguk. Tenang. 
 
kereta keranda kencana  dinas wali kota
meluncur masuk tak berapa
lama sesudah  seorang polisi
berpakaian preman bersama
sepeda motornya berlalu dari
depan pos jaga di dekat gerbang
utama. Tegak menghormat, satu
dari dua orang satpam di pos
penjagaan itu tampak melambai
ke arah sopir di belakang
kemudi. 
Reinaldi mengangguk. Dan
sesudah  menurunkan majikannya
di pintu masuk gedung. ia
cepat-cepat memarkir kereta keranda kencana  di
pelataran yang ada tanda
khususnya, lalu bergegas
menuju pos. 
"Barusan tadi polisi ke sini
memberi kabar," satpam yang
tadi melambai berkata
terbata-bata, "Mengenai
saudara angkatmu. raden mas untung !" 
Dengan wajah pucat pasi, lima
menit lalu  Reinaldi sudah
menerobos masuk ke ruang kerja
majikannya lalu bercerita
dengan "gagap-gagap. Selesai ia
bercerita. bukan hanya wajah
Reinaldi saja yang pucat. 
namun  juga, sang wali kota. 
 
Pada waktu sama, di sekitar
kuburan chucky . 
Terdengarlah suara lirih dan
sayup itu berbisik tajam.
"Mereka mulai panik. chucky !" 
Seorang penghuni  setempat yang
biasa mengambil jalan pintas
lewat kompleks kuburan untuk
sampai ke halte bis yang
terdekat. sesaat  ter-tegak
menegun. Lalu cepat
memandang kiri-kanan. Tak ada
manusia lain di dekatnya.
Kecuali jajaran batu nisan dan 
gundukan kubur yang pada diam
membeku. 
'Bangkit?" bisikan itu terdengar
lagi. 
Si pejalan kaki cepat menoleh.
Langsung ke kuburan di sebelah
kirinya. Kuburan yang masih
baru. dengan taburan bunga
rampai yang sudah mulai layu.
Pada kayu nisannya terbaca
jelas satu nama: chucky 
Suhandinara. 
Dan kayu nisan itu bergetar.
ditambah suara bisikan lirih yang
terdengar sayup tadi. 
'Aku memang sudah tak sabar
untuk bangkit. chucky . namun ..." 
"Tidak. Jangan sekarang!" si
pejalan kaki berkata . Tegang.
Sebagai penghuni  setempat, ia
sudah terbiasa melihat apalagi
mendengar kejadian-kejadian
aneh di kompleks tetangganya
itu. namun  biasanya hanya pada
malam hari. Bukan di siang
bolong begini! 
"Kumohon dengan sangat,"
gumamnya lagi. Gemetar.
"Perkenankanlah aku lewat
dahulu . Tanpa diganggu!" 
lantas, dengan cepat si pejalan
kaki pun memutar tubuh. 
Lari secepat kakinya mampu dan
nyaris me. nabrak moncong bus
kota yang pas lagi berhenti di
halte yang ia tuju. Sopir bus
mengumpat dengan kasar.
namun  si pejalan kaki justru
membalas dengan seringai
lebar. 
Gembira sebab  banyak orang
di sekitarnya, ia pun naiklah. 
Dengan senang hati. 
 
FAKS. Komandan," syam
kamaruzaman  berkata. "Dari
Malang!" 
fredy krueger  cepat menyambar dan
langsung membaca faksimile
yang disodorkan oleh ajudannya
ini . Kop dan  cap yang
tercantum memang resmi dari
rekan sejawat mereka di Polres
Malang, ditandatangani oleh
inspektur Satu Polisi
Baharuddinsyah, teman satu
angkatan syam kamaruzaman  di
Institut Kepolisian Magelang. 
namun  isi faksimile hampir
keseluruhannya laporan dari
Polsek lumajang , yang agaknya
sudah  diperintahkan supaya
bekerja ekstra keras. Mungkin
dengan mengerahkan segenap
personel yang ada. Tertulis data
pribadi chucky  dan  saudara
kembarnya jessica , nama
beberapa orang kerabat dekat
dan  saksi-saksi lain yang
dimintai keterangan. Lengkap
dengan hari dan  tanggal kedua
orang bersaudara kembar itu
terakhir meninggalkan lumajang ,
ditambah sejumlah keterangan
yang dipecah menjadi tiga
bagian. 
A. Tidak ada peristiwa istimewa
pada hari ter
sebut, kecuali satu kasus
perampokan bersenjata, satu
bunuh diri (Hendarji, 35 thn.
pekerja pabrik kuningan), dan
satu kecelakaan biasa
(Ayuningsari, janda 25 thn,
desas desus mengatakan hamil
muda. Mati tergelincir ke
jurang). 
B. Tidak ada petunjuk bahwa
subjek maupun saudara
kembarnya terikat dengan ketiga
kasus. Namun masih akan terus
diselidiki, khususnya dengan
kasus bunuh diri. 
C. Tanggal dan  hari dimaksud,
diingat betul oleh saksi bernama
Eko Prayitno (45thn, kerabat
sepupu subjek). Dengan dua
alasan: 
C-1 Subjek dan  saudara
kembarnya berencana libur satu
minggu, namun  baru satu malam
subjek berdua mendadak
meninggalkan makam berornamen rumah saksi.
Pulang ke mojokerto , tanpa alasan
yang jelas. 
C-2. Hari berikutnya. ayah saksi
(sekarmaji marijan kartosuwiryo . 70 thn)
meninggal dunia sebab  usia
tua. Subjek berdua tidak datang
melayat. sebab  memang tidak
tahu dan saat  dihubungi ke
mojokerto  ternyata subjek berdua
sudah pindah mendadak. Juga
tanpa alasan dan alamat pindah
yang jelas. 
Sampai di situ, fredy krueger  sedikit
pun tidak menaruh minat.
Minatnya baru tergugah sesudah 
membaca bagian akhir faksimile
yang dimulai dengan dua
perkataan dan  digaris-bawahi:
senjata, kuasa. Yang
keterangannya juga dipecah. 
|. Menurut saksi EP, hari kedua
setiba subjek di lumajang , subjek
pergi berburu burung dengan
teman sekolah dan sahabat masa
kecil subjek, Praka TNIAD
kahar muzakar . Praka kahar muzakar  datang
melayat pada waktu ayah saksi
meninggal, dan bertanya-tanya 
mengenai keberadaan subjek
dan mengaku tidak tahu menahu
alasan subjek pulang mendadak
ke mojokerto . 
2. Praka kahar muzakar  sehari-harinya
adalah sopir Dan Ramil
setempat pada waktu dimaksud.
Kapten TNI-AD kanjeng 
soebandrio . Kabar terakhir
menyebut Prajurit Kepala itu
gugur di Timtim. dan... 
"kanjeng  soebandrio !" fredy krueger 
mengangkat muka. dengan
wajah yang tiba-tiba tampak
mengeras. 
"Wali kota kita yang baru!"
syam kamaruzaman  menyambung,
dengan wajah lebih serius. 
Diam berpikir sambil 
memantau  ajudannya, fredy krueger 
lalu  menggeleng-geleng
dan berkata raguragu. 
"Nama yang kebetulan sama
mungkin?" Diam lagi. ia lalu
memberi perintah pada syam
kamaruzaman . "Telusuri itu. inspektur!
Siapa tahu kita..." 
Tak perlu. 
sebab  keberuntungan agaknya
sedang berpihak pada fredy krueger . 
Dimulai dengan ketukan pada
pintu yang memutus kata-kata
fredy krueger . masuklah ke ruang
kerjanya tiga anggota tim kasus
chucky . Polwan buana  'Lady Di'
media , Bharada Polisi Sodikin,
dan Bharada Polisi Ahmad yang
mula mula tampak ragu namun 
lalu  menyodorkan
selembar kertas yang dibawanya
ke tangan syam kamaruzaman  yang
cepat membaca lantas wajahnya
tampak tegang. 
"Apa?" gumam fredy krueger . Tak
sabar. 
syam kamaruzaman  segera
menyodorkan lagi kertas yang ia
terima ke tangan Bunok.
Faksimile susulan dari Polres
Malang. Juga ditandatangani
lptu 
Baharuddiansyah, dan ditujukan
untuk temannya seakademi. 
Isinya singkat saja. "Bingo,
syam! Baru saja masuk info yang
menyebutkan bahwa H.H. kini
menduduki jabatan sebagai
orang nomor satu di kota Anda!"
fredy krueger  meletakkan faksimile
ini  di atas lembaran
faksimile pertama yang sudah
selesai ia baca. Lantas duduk
diam, berpikir. Sementara
keempat orang anak buahnya
berdiri menunggu dengan sabar.
Mcngetukkan buku-buku jari
tangannya ke meja, fredy krueger 
lalu  menghela napas lalu
berpaling pada Bharada
Sodikin. 
"Nah, Sodik?" 
"Siap, Komandan!" Sodikin
melunaskan tegaknya lantas
melapor. "Saya sudah menanyai
paling sedikit lima orang saksi.
khususnya petugas resepsionis.
Keterangannya sama. Saksi
utama kita bedan  suaminya.
sepanjang malam tadi tidak
terlihat meninggalkan hotel.
Terutama sekitar waktu yang
dicurigai!" 
"Seperti sudah kuduga!" Angguk
fredy krueger . murung. "Alibi yang
meyakinkan. namun . kekuatan
apa sesungguhnya yang dimiliki
oleh wanita itu?" 
Tak seorang pun yang
menyahuti sebab  memang
pertanyaan itu lebih ditujukan
fredy krueger  pada diri sendiri. Diam
lagi berpikir. ganti ia berpaling
pada Brigadir Dua Polisi buana 
media . 
"Bagaimana dengan kau. lady?" 
Cemberut sesaat, sang Polwan
memberitahu. dengan tenang.
"Pertama, Komandan. Saya dan
Bharada Sodikin tiba di hotel,
lima menit sesudah  
saksi utama kita ditinggalkan
oleh tamu istimewa mereka yang
tiba-tiba datang berkunjung!" 
"Tamu istimewa?" 
"Wali kota kita yang baru,"
jawab buana . Tetap tenang.
"Bapak kanjeng  soebandrio !" 
Sejenak bertukar pandang
dengan syam kamaruzaman . fredy krueger 
berkata  lirih. "Dewi
Fortuna-ku!" Lalu cepat
meneruskan. "Alasan kunjungan,
Brigadir?" 
"Saksi bilang. kunjungan biasa.
Untuk menyatakan
belasungkawa secara pribadi...."
"Cuma itu?" 
buana  mengangguk lalu
menambahkan, "Mengutip
kata-kata saksi. Komandan
mestinya lebih tahu!" 
fredy krueger  pun mengernyitkan dahi.
"Aku?" 
"Saya juga sudah
menanyakannya, Komandan!"
jawab buana . "namun  saksi tidak
bersedia mengatakan apa-apa
lagi!" 
"Hm, aneh juga. namun ..."
fredy krueger  diam lagi. Berpikir. lalu
menggeleng keras. "Ya.
sudahlah. Apa lagi?" 
"Sesuai perintah, saya beritahu
alasan sampingan kunjungan
saya. Membatalkan
pengidentihkasian oleh saksi,
sebab  tersangka yang dicurigai
sudah ditemukan...." 
"Jadi mayat!" Angguk fredy krueger .
Wajahnya kembali murung. Dan
matanya menerawang. Jauh.
Nyaris tanpa minat. ia bertanya
lagi. "Dan?" 
"Mengenai yang lainnya.
Komandan...' jawab buana . Kali
ini wajahnya tidak lagi setenang
tadi. Malah terkesan ragu.
"Mulanya. saksi enggan
bercerita. Katanya. malu!" 
"Malu?" 
"namun  akhirnya dia mau juga
bercerita. sesudah  saya bilang
mungkin saja status dirinya
ditingkatkan jadi tersangka.
Dan..." 
"Apa?" desak fredy krueger  sesudah 
sang polwan dua tiga detik
hanya diam saja. 
"Memang sangat sensitif,
Komandan. sebab  ceritanya
menyangkut..." Lagi buana 
terdiam. sebelum dengan kulit
muka yang berubah kemerahan
ia melanjutkan, "Hubungan
seks!" 
Sementara yang lain diam
menatap. syam kamaruzaman 
berkata  penuh gairah. 
"Wah. Asyik, pasti!" 
Menoleh pada sang Inspektur.
buana  berpikir sejenak lantas
tersenyum. Mengejek. 
"Ringkasnya," ia lalu 
kembali berbicara pada
komandan mereka. "saksi
merasa dirinya berada di
ruangan luas yang belum pernah
ia lihat sebelumnya. Ada kereta keranda kencana 
ringsek, bau cat, tiner, dan entah
apalagi. Saksi juga bilang,
bahwa dirinya merasa memang
sudah menunggu. Lalu
korban-yang kita kenali sebagai
raden mas untung -datang. Dan hubungan
seks pun berlangsung. Titik!" 
syam kamaruzaman  tersenyum. "Titik
bagaimana" Jangan begitu, ah.
Ceritakan saja apa yang kau
dengar, lady. Tahap demi
tahap...!" 
"Tutup mulutmu. Inspektur!"
fredy krueger  menyela. Tajam. 
syam kamaruzaman  sesaat 
mengentakkan kaki ke lantai.
'Tegak dengan wajah serius.
"Maaf. Komandan!" 
fredy krueger  hanya menanggapi
dengan gclengan ke
pala. Dan cepat beralih lagi
pada Polwan-nya. "Teruskan!" 
Puas kau lnspektur, pikir buana .
Dan di mulut ia melapor,
"Menurut saksi. dorongan seks
itu juga ditambah dorongan lain.
Dan sudah direncanakan!" 
"Untuk membunuh!" gumam
fredy krueger . Dengan mata kembali
menerawang. 
"Persis!" sahut buana , sambil 
menatap heran pada
komandannya. "Perlu saya
teruskan?" 
fredy krueger  diam saja. 
buana  memutuskan untuk terus.
"Saksi bilang. kepalanya... ia
tanggalkan!" 
fredy krueger  tetap saja menerawang. 
Tampak kecewa, buana  kembali
membuka mulut. "Menurut saksi.
kepalanya yang tanggal itu
rasanya lalu  terbang ke
atas. Dan menggigit putus
bentangan kabel listrik di bawah
atap. Lalu turun lagi dan...' 
"Memasukkan arus listrik ke
pinggang kiri batang tubuhnya!"
fredy krueger  tiba-tiba mendesah.
"Pada sebuah stop kontak!" 
Polwan buana  'Lady Di' media 
hanya diam menatap. Tak
mengerti. 
Hal yang tidak biasa dilihat
syam kamaruzaman  pada
komandannya terjadi sesudah 
anggota lainnya pergi dan
hanya mereka berdua saja yang
tinggal di ruang kerja sang Ajun
Komisaris. 
fredy krueger  Sembiring duduk
termenung-menung, dan
beberapa kali menghela napas
berat dan panjang tanpa berkata
apa-apa. Juga jelas
komandannya tidak punya
maksud apa-apa saat 
membolak-balik 
bahkan membaca ulang
faksimile dan dua berkas lain
yang sebelumnya mereka bahas. 
Isi masing-masing berkas
dihafal dengan baik oleh syam
kamaruzaman . Yang satu, laporan
data korban bernama raden mas untung ,
yang ternyata jebolan penjara
dan sang komandan tadi sudah
mengomentarinya. "sesudah 
sekian tahun, kembali
beroperasi. Mengapa?" 
Lalu berkas lainnya. Visum
sementara yang dikirimkan oleh
si dokter tua nyoto kusumoharjo . yang
menyatakan bahwa raden mas untung 
positif mati oleh sengatan arus
listrik tegangan tinggi. Juga
hasil pemeriksaan DNA pada
noda noda darah yang
ditemukan di sekitar TKP
menyatakan AB. Sesuai
golongan darah raden mas untung . Dan
tentu saja. mengenai lendir. 
"Sperma tunggal." lapor sang
dokter dalam visumnya. "Tidak
ada sperma atau lendir lain
kecuali sperma raden mas untung . Masuk
akal. ingat apa yang ada di
selangkangan boneka pop:
vibrator!" 
itu pun sudah dikomentari sang
komandan. "Sanggama atau
kenikmatan sepihak. Bukankah
begitu. syam?" 
syam kamaruzaman  menghela napas. 
fredy krueger  mendengar, lantas
tersadar. Menyandar di
kursinya. ia menggeleng sejenak.
Lalu bertanya. "Si antik jessica 
atau aku yang sakit, syam?" 
syam kamaruzaman  diam saja. tahu
pertanyaan itu hanya sebuah
keluhan. Dan memahami apa
yang dimaksud dengan kata
'sakit': menyangkut hal-hal gaib.
yang sulit dijangkau akal sehat
manusia awam. 
"Aku tidak ingin mewarisi darah
itu. syam," fredy krueger  kembali
mengeluh. "Seperti halnya aku
tidak 
pernah berkeinginan punya
kerabat yang dukun sohor di
Sibolangit sana. Kerabat dekat,
lagi!" 
syam kamaruzaman  terap berdiam diri.
Menunggu. 
Sampai akhirnya sang
komandan menguasai dirinya
kembali. Didahului dua kali lagi
tarikan napas panjang, fredy krueger 
meluruskan duduknya. melirik
sekilas ke faksimile susulan lalu
berkata serius, "Oke. Mari kita
bahas saja mata rantainya!" 
Dan. mata rantai itu sangat
jelas. 
Dugaan pertama, korban chucky 
minggat ketakutan dari lumajang .
Dari seseorang, yang selain
punya senjata juga kekuasaan.
Jelas bukan kahar muzakar , si prajurit
kepala. Selain bersahabat,
kahar muzakar  juga cuma seorang
sopir. 
Dugaan kedua, kanjeng 
soebandrio . Dahulu kapten,
dengan jabatan komandan batalion cakrabuana 
militer. Yang ini lebih pas.
Diperkuat fakta terbaru:
tersangka datang ke Cirebon,
dan chucky  pun mati. 
"namun  jangan lupa, dia kini
seorang wali kota. Dan konon
masih kolonel aktif!" fredy krueger 
berkata kaku. "Kita akan
menghadapi birokrasi yang akan
memicu  sakit kepala. Birokrasi
di korps kita, korps militer dan...
ini yang pasti akan sangat
menjengkelkan: Departemen
Dalam Negeri!" 
"Kita punya banyak orang di
atas sana, Komandan," syam
kamaruzaman  berkata  hati-hati.
"Mereka pasti lebih tahu
bagaimana mengutusnya." 
"ltu betul. namun ..." 
Telepon di meja fredy krueger 
berdering. fredy krueger 
menyambarnya, menyahuti,
diam mendengarkan dengan
penuh minat, lalu mengucapkan
terima kasih dengan suara
datar-datar saja. Juga datar, ia
berkata 
sambil meletakkan telepon ke
tempatnya semula, "Entah
mengapa. syam. Hari ini
agaknya keberunrungan terus
menyertai kita!" 
syam kamaruzaman  lagi-lagi harus
diam menunggu. 
"Dari rekan kita di Losari. Ajun
Komisaris Raharjo," fredy krueger 
akhirnya memberitahu. "Dia
bilang, dua orang staf dari biro
hukum Pemda Kotamadya baru
saja berlalu dari kantornya!" 
"Oh?" syam kamaruzaman  mendesah.
Tertarik. 
"Mereka cuma bertanya tentang
kematian raden mas untung  secara sambil
lalu saja. namun  setengah
memaksa" bahkan harus sampai
mengmayonaise  sendiri berkas
pemeriksaan Jalal. Tahu
kira-kira mengapa, syam?" 
"Pak Wali!" jawab syam
kamaruzaman , yakin. "Ingin tahu apa
saja yang sudah  dikatakan oleh
yang masih hidup. Bukan yang
sudah mati!" 
"Persis," fredy krueger 
manggut-manggut setuju.
Namun seperti biasa. tanpa
emosi apa-apa di wajahnya.
"Dengan itu saja, kita sudah
punya sasaran tembak!" 
"Pak Wali?" syam kamaruzaman 
mengulangi sebutan yang sama.
Kali ini dengan tanda tanya,
bukan tanda seru. "Maksud
Komandan, diakah tersangka
kedua" yang suaranya di'dengar'
oleh saksi utama kita?" 
"Pasti bukan." fredy krueger 
menggeleng-geleng. "Sangat
bodoh dan terlalu riskan apabila
ia memainkan tangan sendiri.
namun  kata-katamu barusan,
tiba-tiba memberiku ide!" 
"Apa, Komandan?" 
fredy krueger  menyandar santai di
kursinya. Dengan 
santai pula ia memberitahu.
"Suatu keajaiban, Inspektur.
Itulah yang harus kita tunggu!"
Diam berpikir, syam kamaruzaman 
lalu  tahu apa yang sedang
menari-nari di benak
komandannya. Suatu keajaiban
dari saksi utama mereka.
Kembaran si boneka! 
 
BENAR, buana  media  pernah
dua kali mendampingi saksi
yang akan diajukan ke
pengadilan, dan keselamatan
saksi itu menjadi taruhan
mereka maupun penuntut umum.
Juga si Lady Di pernah
mengencani tersangka
pembunuh, dalam batas-batas
yang diperbolehkan tugas. tentu
saja. Hanya untuk memperoleh
sidik jari si tersangka dari gelas
yang ia pakai saat  mereka
makan malam di restoran. 
namun , keajaiban"! 
Alasan orang Sibolangit itu
sederhana saja. "Potongan
rambut kalian sama, sebatas
tengkuk. Barangkali saja dengan
itu kalian berdua bisa cocok satu
sama lain!" 
Namun buana  juga tahu alasan
yang sesungguhnya. Penyakit
menahun yang entah kapan
dapat disembuhkan oleh
republik ini: kekurangan
personel. Dan kasus jessica 
mulawarman  memang istimewa.
Ada misteri segi tiga yang tidak
semua angota boleh mengetahui
apalagi ikut mencampuri. jessica ,
saudara kembarnya chucky  yang
sudah almarhum, dan misterinya
itu sendiri: boneka pop. 
Mengenai yang terakhir,
komandannya mengingatkan.
"Aku sudah berjanji pada
suaminya. Jadi di hadapan Bu
jessica . urusan manekin itu
jangan sampai masuk dalam
agenda pembicaraan!" 
Sulit, memang. 
namun  Bripda buana  media 
tahu memutuskan yang terbaik.
paling tidak untuk dirinya
sendiri. Anggap saja liburan
singkat. terbebas dari
tugas-tugas yang sering kali
terasa menjemukan. 
Maka, dengan senang hati
buana  pergi ke hotel, berbicara
secara singkat dan jelas dengan
kedua orang saksi utama
mereka. Yang ikut bergembira,
tentu saja sang suami. mandala krida
berterima kasih sebab  ia dapat
dengan leluasa mengunjungi
relasi bisnisnya di Cirebon,
pada siapa ia berencana untuk
menitipkan makam berornamen rumah maupun
segala sesuatu menyangkut
kematian saudara iparnya.
sesudah  ia dan istrinya nanti
diperbolehkan kembali ke
mojokerto . 
"Meski saya tahu, kami
sesungguhnya tidak dicekal!"
katanya. Tertawa. 
buana  sendiri lalu 
mendampingi saksi utama
satunya lagi pergi berbelanja
baju tambahan di sebuah toko
serba ada. Meski punya kartu
kredit dan  uang tunai lebih dari
cukup, jessica  tidaklah membeli
baju-baju mewah yang sesuai
dengan penampilan dirinya. 
"Aku punya butik sendiri,
bukan?" katanya tersenyum.
Senyuman lemah, pertanda
masih terpengaruh oleh
kematian saudara kembarnya.
"Jadi sekem
bali nanti ke mojokerto , bisa
kuberikan pada pelayan saya di
makam berornamen rumah. Ukuran kami kebetulan
sama!" 
"Kelak bila Anda ke mojokerto .
sempatkanlah singgah!" katanya
lalu , saat  mencari
belanjaan lainnya. "Pilih model
mana saja yang tersedia di butik
saya. Dengan catatan, jangan
sekali-kali berbicara soal
harga!" 
Maksudnya gratis, dan buana 
berjanji akan singgah sesudah 
tahu bahwa yang ia dengar
bukanlah tawaran basa-basi.
Terbukti dari penuturan jessica 
saat  mereka antre di meja
kasir. "Saya selalu menemui
kesulitan untuk berteman dengan
seseorang. namun  begitu melihat
dan mengenal Anda"." 
Dan seterusnya dan seterusnya.
Yang, kurang ajarnya,
membuktikan fredy krueger  Sembiring
kembali benar: kalian berdua
bisa cocok satu sama lain! 
Sialnya. sang ajun komisaris
lalu  masuk pula dalam
pembicaraan. 
"Tugas Anda pasti berat, Bu
buana ," kata jessica  sesudah 
mereka berkeliling-keliling lalu
berhenti untuk makan siang di
sebuah restoran seabad. tak jauh
dari pelabuhan Cirebon. "Coba
saja, sekarang ini. Anda harus
menunggu saya berbuat suatu
keajaiban. Yang belum tentu
akan terjadi hari ini, atau besok
lusa, minggu atau bulan depan.
Malah bukan mustahil. tidak
akan pernah lagi terjadi!" 
"Dia yakin akan terjadi, Bu
jessica ," buana  menanggapi.
Antara ingin dan ragu-ragu. 
"Dia?" 
"Komandan saya!" 
jessica  mengunyah daging udang
besar di mulut
nya, nyaris tanpa menikmati
sebab  pikirannya jelas berada
di tempat lain. 
"Oh, Pak fredy krueger ," desahnya
lalu , sesudah  berhenti
mengunyah. Lebih dahulu 
mencicipi sari jeruk dari gelas di
tangannya, jessica  melanjutkan,
"Sejak saya bertemu lalu
berbicara dengannya, saya
lantas bertanya-tanya. Dia itu
seorang polisi atau
paranormal!" 
"Murni polisi, Bu jessica !" jawab
buana . Tersenyum. 
"Kalau begitu, dia pasti punya
ilmu ya?" 
"Persisnya. naluri." jawab
buana . Tenang. 'Yang sering kali
memicu  kami anak buahnya,
bingung dan kalang kabut tak
menentu. Memang sekali dua dia
ada juga memicu  kesalahan.
Manusiawi, tentunya. Namun
lebih banyak kami terpaksa
harus angkat topi!" 
"Hm. Lalu. apa bisikan
nalurinya kali ini." 
"Hanya komandan yang tahu.
Yang pasti, saat  menugaskan
saya mendampingi Bu jessica . dia
bilang saya jangan berpikir soal
waktu. Juga tempat. Bisa terjadi
setiap saat. katanya. Dan di
mana saja!' 
Terdiam sejenak. bibir mungil
jessica  lalu 
menggeremetkan senyuman
kaku. 
"Anda memicu  saya takut, Bu
buana !" katanya. Serius. 
Siapa pula yang tidak, pikir
buana . Sambil memantau 
ulasan senyum pada bibir
mungil yang merah segar di
hadapannya, dan otomatis
mengingatkan buana  pada
senyuman sama yang
sebelumnya sudah  
terlihat dan entah mengapa
sukar untuk melupakannya. 
Ulasan senyum di balik pintu
lemari. Dari bibir mungil yang
rautnya persis sama. 
Bibir sang boneka. 
 
BUKAN boneka pop di
hadapannya yang menarik
perhatian Reinaldi. Melainkan
gaun hamil transparan yang
terpajang pada sosok pop
ini . Cuma tertarik saja,
tanpa niat untuk membeli.
sebab  Reinaldi keluar-masuk
toko lalu melihat-lihat di sana
sini pun cuma untuk sekadar
mengisi waktu dan membuang
pikiran tegang saja. 
"Kau pulang atau pergilah
menghibur diri, 'majikannya tadi
berkata di kantor. "Yang
selebihnya biar aku yang urus!" 
Yang selebihnya! 
Reinaldi yakin mengenai itu.
Majikannya akan mengontak ke
Pemda Kotamadya surabaya  untuk
dimintai bantuan mendatangi
alamat mertua raden mas untung  yang
nomor teleponnya tidak
diketahui. Atau memang tidak
ada. Juga supaya mengusahakan
agar istri dan  anak-anak
raden mas untung  bisa diberangkatkan
dengan pesawat pertama dari
surabaya  ke nganjuk . jika perlu
dengan transit Surabaya dan
dari nganjuk  nanti biarlah
istri dan  anak-anak raden mas untung  
yang memutuskan sendiri,
apakah mereka meneruskan
perjalanan ke Cirebon dengan
bus antarkota atau kereta api.
Yang pasti semua biaya
transportasi atas tanggungan
kanjeng  soebandrio  pribadi.
Bukan sebagai wali kota. 
Lalu, Jalal. Penadah raden mas untung . 
Dua orang staf dari biro hukum
Pemda sudah dikirim ke Losari
untuk mencari tahu sebanyak
apa Jalal sudah  berbicara.
Reinaldi yang tidak sabar, tadi
sudah menelepon ke kantor
majikannya. Jawaban yang ia
terima cukup melegakan hati. 
"Jalal tahunya cuma terima
barang. Tidak pernah bertanya
dari mana atau dengan cara apa
barang itu diperoleh!" 
Oke mengenai itu. Pertanyaan
berikut adalah, siapa pembunuh
raden mas untung " Dan apa yang sudah 
diceritakan raden mas untung  sebelum
mati" Biar aku yang urus, kata
majikannya. namun  sepanjang
pembunuh raden mas untung  belum
diketahui, apa yang bisa
diperbuat oleh kanjeng 
soebandrio " Dan apa pula
yang harus dikerjakan oleh
Reinaldi" 
Majikannya bilang, menunggu. 
Dan pulang. memang salah satu
pilihan terbaik. Di makam berornamen rumah kecil
yang ditempati Renaldi semenjak
tiba di Cirebon-atas tanggungan
Pemda-tidak ada siapa-siapa.
Sarifah masih di Palangkaraya
sana. Menyedihkan memang.
namun  mau apalagi. Demam
sedikit saja. Sarifah pasti
bersikeras untuk tergolek di
bawah ketiak ibu mertua
Reinaldi. Konon pula sedang
hamil tujuh bulan. Takut
membayangkan perjalanan jauh
dan  kota tujuan yang belum me
reka kenal, Sarifah manja yang
putri bungsu itu langsung
memvonis. 
"Aku ingin kelahiran anak
pertama kita ditunggui oleh
Mama!" 
Apa boleh buat. 
Reinaldi hanya seorang sopir,
dan... 
"Gaun hamil yang cantik bukan,
Om?" 
Terkejut. Reinaldi menoleh dan
melihat seorang pramuniaga
memantau  dirinya didan i
senyuman manis. Senyuman
bisnis. sebab  pikirannya
sedang kacau. Reinaldi pun
menjawab gugup. "Mungkin.
namun  istriku nanti tidak hamil
lagi. Dan..." 
"Tidak hamil lagi?" pramuniaga
manis itu menanggapi. Namun.
salah mengerti. "Maksudnya Om
bakal punya anak kedua. lantas
tantenya akan dikontrasepsi
ya?"" 
"Benar!" angguk Reinaldi.
Tanpa berpikir. 
'Saya ucapkan selamat, Om.
Kalau begitu...' 
Dan seperti orang bodoh
Reinaldi lalu  menuruti saja
usul si pramuniaga agar
melihat-lihat berbagai macam
dan  corak busana wanita di
blok pakaian jadi dari pusat
perbelanjaan yang tadinya cuma
iseng-iseng ia masuki. 
Lalu di depan sebuah pop,
Reinaldi berhenti menegun. 
Bukan gaun merah hati yang
terpajang pada pop itu yang
tiba-tiba menarik minatnya.
Melainkan pop itu sendiri.
Wajah cantik sang boneka
dengan potongan rambut
sebatas tengkuk itu tampak
sangat hidup. Sepasang mata
bulatnya yang terbuka lebar,
dan tidak sekalipun mengedip.
seakan menatap tajam ke mata
Reinaldi. Lalu bibir mungilnya
yang 
merah segar! Bibir itu terseyum
tipis dan kaku, namun terlihat
cantik menawan. Bahkan
terkesan sensual. 
Pada saat bersamaan,
pramuniaga yang mendampingi
Reinaldi juga ikut memantau 
sosok boneka yang sama. Sambil
membatin heran, "Sejak kapan
pop dan  busana ini dipajang"
Seingatku..." 
namun  ah. sudahlah. Komisi
lebih penting, Dan si
pramuniaga pun berkata
memuji, "Gaun yang hebat,
bukan" Mana warnanya seronok
pula!" 
Reinaldi mengerjap tersadar.
Menatap sekali lagi ke wajah
pop bergaun merah hati itu. ia
cepat berkata , "Maaf. Aku
memang berminat, namun  belum
punya maksud membeli. Entah
kapan-kapan!" 
Lantas Reinaldi buru-buru
berlalu, meninggalkan sang
pramuniaga yang dari terseyum
manis sesaat  langsung
cemberut. 
Sambil berjalan keluar dari
pusat perbelanjaan dimaksud,
Reinaldi kembali teringat lantas
menghitung-hitung di kepala.
berapa banyak uang yang
sebelumnya sudah ia habiskan di
meja biliar. Dan berapa lagi
yang masih tersisa di dompet
dan  saku celana. Hm. Agaknya
masih cukup untuk mencari
hiburan lainnya, pikir Reinaldi
lalu melirik ke arlojinya. 
Pukul empat sore. 
Masih ada waktu untuk
pertunjukan kedua. 
Melihat kiri-kanan, Reinaldi pun
berkata  setengah tak sadar,
"Bioskop mana yang terdekat
ya?" 
Dan di blok pakaian jadi yang
ditinggalkan Reinaldi. Pelupuk
mata boneka pop bergaun merah
hati yang semula keras dan kaku
itu, tampak mcngerjap. hidup.
Bibir mungilnya lalu 
menggeremet. 
Seakan berbicara! 
 
"Bioskop. eh?" desah jessica ,
lirih dan terdengar sayup. "Jika
memang itu pilihanmu, baiklah!"
Mereka sudah kembali ke hotel,
bergabung dengan suami jessica 
yang sudah lebih dahulu  tiba dan 
menunggu-nunggu dengan
cemas. Brigadir polisi buana 
media  sedang mendengarkan
cerita mandala krida tentang rencana
relasi bisnisnya untuk membuka
cabang di parahyangan suite hotel , saat 
telinga polwan andalan fredy krueger 
itu menangkap suara desahan
jessica . 
buana  cepat berpaling dan
melihat jessica  duduk dengan
punggung tegak di kursinya,
dengan sepasang mata bulatnya
yang indah tampak
bersinarsinar. Galak. 
Sesaat  waspada, buana 
menegur. Lembut. "Anda
mengatakan apa barusan. Bu
jessica ?" 
jessica  mengerjap dan cepat
menoleh. Sinar galak di matanya
sudah melenyap. Yang ada,
hanyalah sinar redup. Yang
masih diselimuti kabut duka cita.
Duduk jessica  pun berubah
rileks. Menatap bergantian pada
buana  dan  suaminya yang juga
memusatkan perhatian, ia
lalu  bertanya. Heran. 
"Apa?" 
Tak ada yang menyahuti. Baik
buana  maupun suaminya hanya
diam, menunggu. Sehingga
jessica  
kembali bertanya. Tak mengerti.
"Eh, eh, nanti dahulu . Mengapa
kalian berdua seperti itu?" 
Sang suamilah yang lalu 
menyahuti. Dengan
mengimbangi kelembutan suara
buana . "Agaknya. sayangku,
barusan kau mengatakan
sesuatu..." 
"Mengatakan apa?" 
mandala krida melirik pada tamu
mereka, yang segera
memberitahu, "Bioskop. Bu
jessica . Anda menyebut nyebut
bioskop. Dan sesuatu mengenai
pilihan..." 
"Pilihan?" jessica  menatap.
Bingung. 
"Biar saya kutip," buana 
berkata. lalu mengulangi apa
yang sudah  ia dengar. "Jika
memang itu pilihanmu, baiklah!"
"Pilihanmu" jessica 
menggeleng-gcleng. Semakin
tidak mengerti. "Pilihan siapa?" 
"Hanya Anda yang tahu, Bu
jessica !" 
"namun ..." 
mandala krida mengambil alih.
"Begini saja. Ririn. Coba
pikirkan lagi apa yang barusan
terbayang di mata atau dalam
pikiranmu. Mungkin itu akan
membantu...." 
jessica  diam. Tampak
mengingat-ingat sebentar, ia
lalu  kembali
menggelenggeleng. Seperti putus
asa. 
"Tak ada. Yang kuingat
hanyalah Mas Pras barusan
bercerita tentang rencana Pak
Hendrawan membuka cabang
usaha di lndramayu. Aku
bayangkan Mas Pras akan
bekerja semakin keras, seperti
biasa. Dan..." 
"Aku membicarakan bisnis
pengepakan hasil-hasil laut."
mandala krida menyela. "Tak ada
hubungannya sama sekali
dengan bioskop!" 
Mendengar itu. jessica  pun
mengerang. "Ya ampun, Mas.
Tolonglah!" 
mandala krida tersadar. Cepat ia
mendekat lalu merangkul sang
istri yang sesaat  terisak
gemetar di dadanya. 
"Jangan biarkan itu... terjadi
lagi padaku. Mas. Aku sangat
takut. Terlalu mengerikan.
Dan..!" 
"Tidak apa. sayangku. Kau
aman di dekatku. Mungkin kau
lelah. Cuma itu. Ayo, kubantu
kau ke tempat tidur!" 
Tak satu pun dari suami istri itu
yang meminta maaf apalagi izin
dari buana  saat  mandala krida
lalu  membimbing jessica  ke
ruang tidur kamar mite yang
mereka tempati. memicu  sang
brigadir risih. merasa
kesyamrannya pasti sudah  sangat
menggangu privasi orang lain.
namun  sebelum mengambil
keputusan apakah akan tetap
bertahan atau pergi saja, tak
ada salahnya mengontak dan
meminta saran dari markas
komando. 
Sang brigadir pun
mengoperasikan pesawat
HTnya, dan jawaban dari Mako
sangat jelas dan  tegas. 
"Kau angkat kaki sekarang dari
situ Brigadir," terdengar suara
fredy krueger  Sembiring di HT, berat
dan galak, "maka kau akan
kutembak mati!" 
Lady Di pun menyerah. 
Namun toh saat  keajaiban
yang mereka tunggu-tunggu
akhirnya terjadi juga, mereka
tetap saja kalah cepat. 
Dari. si boneka Doo! 
 
BARANGKALI penyebab
kegagalan mereka cuma satu:
peristiwanya berlangsung
sangat cepat. 
Padahal fredy krueger  sudah bertindak
benar. juga tepat. Meski jessica 
hanya menyebut kata bioskop
tanpa penjelasan bioskop apa
dan di mana, naluri polisi
fredy krueger  langsung bereaksi.
Dibekali foto-foto jessica  yang
diambil dari album milik
almarhum chucky  sebagai model
target yang harus dicari dan
ditahan, semua personel tim
buser atau buru sergap
diperintahkan untuk cepat
berpencar dan meluncur ke
setiap bioskop yang ada di
dalam kota. 
namun  pada saat perintah itu
dikeluarkan. Reinaldi sudah
antre di depan loket sebuah
bioskop model lama yang
berlokasi di bangunan tua dan
usang di pinggiran kota
Cirebon. Yang ruang tunggu
penontonnya bukan diisi oleh
sofa atau kursi berjok busa
empuk, melainkan jajaran kursi
yang juga model lama. terbuat
dari fiberglass dan  terkunci
oleh batangan besi panjang
yang dibautkan pada setiap
kursi. Barangkali sisi menarik
bioskop 
itu cuma satu saja : harga
karcisnya yang murah meriah
dan  pas dengan isi saku
Reinaldi.
Begitu memperoleh kan tiket, mata
Reinaldi pun mencari-cari lalu
melihat masih ada satu kursi
kosong di deretan belakang
banjaran kursi ruang tunggu. Ke
sanalah ia bergerak lantas
duduk menghenyakkan pantat di
sebelah seorang wanita cantik
berpotongan rambut sebatas
tengkuk dan memakai gaun
merah hati. 
Saat akan duduk, Reinaldi
sempat berpikir-pikir bahwa
yang ia lihat bukanlah si wanita,
melainkan boneka pop di blok
pakaian jadi pusat perbelanjaan
yang tadi iseng-iseng ia masuki. 
namun  kok mirip benar, ya" 
Model dan warna gaunnya pun
sama! 
Reinaldi sudah tergerak untuk
menyapa lalu membicarakan
kemiripan itu saat  bibir mungil
si wanita yang merah segar itu
sudah lebih dahulu  menggeremet.
Dan terdengarlah desahan lirih
dan sayup. namun jelas dan
terasa tajam di telinga Reinaldi. 
"Kursi yang kita duduki!" 
Entah pada siapa kalimat itu
ditujukan. sebab  saat 
mengucapkannya. wajah si gaun
merah hati menatap lurus ke
depan, sambil duduknya
bergeming pula. Dan, entah pula
mengapa Reinaldi merasa
ucapan si wanita itu ditujukan
pada dirinya. Sehingga tanpa
berpikir panjang, Reinaldi
segera menyahuti sambil
terheran-heran. 
"Apa?" 
"Terbuat dari fiberglass," bibir
mungil itu kembali mendesah.
"Spesiesku!" 
"Spesies?" Reinaldi ikut-ikutan
mendesah. Bukan Cuma heran,
namun  juga bingung. 
Wajah cantik dengan potongan
rambut sebatas tengkuk itu
tampak mengangguk.
samar-samar. Masih tanpa
menoleh, bibir merah segarnya
berbicara lebih jelas. 
"Jadi, mereka pasti akan
menuruti apa saja yang
kuperintahkan!" 
Reinaldi pun menatap.
Terbingung-bingung. 
"Aku tak mengerti!" 
"chucky !" 
Reinaldi dapat juga tersenyum.
lantas membetulkan. "Namaku
Reinaldi. Panggil saja Ronald.
Bukan Ren..." 
Lalu, Reinaldi berhenti
menegun. 
Dan si gaun merah hati dengan
tenang melengkapi ucapan
Reinaldi yang terputus itu.
"chucky  mulawarman . Yang
ditusuk oleh raden mas untung . Kau ada di
sana waktu itu. Dan..." 
Polisi wanita. Dari satuan serse!
Dengan pikiran itu menyentak di
otaknya. Reinaldi serempak
bangkit untuk melarikan diri. 
Hanya keinginan semata, betapa
pun kuatnya. sebab  baik pantat
celana maupun punggung
kemeja yang ia pakai seakan
menempel dengan ketat ke
dudukan maupun sandaran
kursi. Dan, sementara para
calon penonton lain yang duduk
atau berdiri di sekitar mereka
mulai memperhatikan, dengan
terkejut Reinaldi kembali
berusaha bangkit. Yang
mengakibatkan terdengarnya
suara robekan kain. yang tetap
saja menempel ke bidang kursi.
Semakin ketat. malah. 
"Apa!" Reinaldi mulai pucat.
Bahkan panik. 
Sementara wanita bergaun
merah hati di sebelahnya, sambil 
menatap ke sekitar mereka,
berbisik dengan sedikit keras
dan tajam. 
"Menyingkir! Ayo, semua
menyingkir. Cepat!" 
Tampak ragu, satu-dua orang
calon penonton di kiri-kanan
maupun pada banjaran kursi
depan, mulai bangkit satu
persatu. Dan saat  terdengar
suara plastik retak di sana-sini,
yang lain cepat mengikuti sambil
menatap bingung kian kemari.
Dan tampaklah bahwa kursi
yang sebelumnya mereka
duduki. bergerak meretak dan
terus meretak. Baik yang
berderet di banjaran depan,
maupun yang belakang. Malah
dudukan atau sandaran satu dua
kursi tampak mulai pecah. 
Ada seseorang yang terpekik. 
Ngeri. 
Dan di kamar suite hotel.
mandala krida yang baru saja
bergabung dengan tamunya
yang masih menunggu di ruang
duduk. sesaat  terlompat
bangkit dari kursi dan langsung
menghambur ke ruang tidur.
Diikuti oleh Brigadir buana ,
yang sesaat  dibuat tegang. 
"Pecah! Ayo pecah semua!" 
Suara desisan keras itulah yang
memicu  mereka berdua
terlompat dan setiba di ruang
tidur, menatap tertegun ke arah
ranjang. 
jessica  yang sebelumnya
ditinggalkan mandala krida sudah
tenang dan berjanji akan segera
tidur, tampak 
menggeliat-geliat resah sambil
jari jemari tangannya dengan
kuat mencengkerami seprai.
Wajah jessica  tampak pucat dan
bersimbah peluh. Sepasang
matanya, mengatup rapat.
Sementara dari mulutnya yang
terbuka, keluar suara
bisikan-bisikan keras dan tajam. 
"Ayo, terus pecah. Dan
menempellah! Menempellah!" 
"Ririn?" mandala krida menggagap
kuatir lalu dengan cepat
menghambur naik ke atas
ranjang. Sang istri dirangkul
dan dibujuk-bujuk dengan panik.
"Bangun, Ririn. Sadarlah. Dan
katakan..." 
"Menyingkir kubilang!" jessica 
menggeram dan sekaligus
meronta. Cepat dan
mengejutkan. mandala krida yang
tidak siap sesaat  terdorong
bahkan terlempar dari ranjang.
Punggungnya membentur buana 
yang berdiri memantau . dan
mengakibatkan mereka berdua
jatuh terguling ke lantai. 
mandala krida terkapar sejenak. Akan
halnya buana , secepat jatuh
terguling secepat itu pula ia
sudah bangkit lalu tegak kokoh
dan menatap waspada ke atas
ranjang. Tampak jessica  sudah
duduk dengan punggung tegak
kaku dan  mata yang menyorot
liar. Begitu pula bibir mungilnya
yang kini berubah memucat.
Bibit mungil itu tersenyum,
senyuman liar. Sambil berbisik
sama liarnya. 
"Bagus! Teruslah pecah.
Teruslah menempel seperti
lintah. Seperti lintah!" 
buana  berdiri diam memantau .
Tegang. namun tetap waspada.
Dan tanpa menoleh, ia tahu
bahwa mandala krida sudah
menggeliat bangun lalu berdiri
terhuyung di sampingnya. 
"Biarkan saja istrimu. Jangan
disentuh!" ia cepat berkata,
memperingatkan mandala krida.
"namun  tanyai dia dengan
hati-hati. Apa atau siapa yang
dia lihat. Dan, di mana!" 
Sementara mandala krida menatap
ragu-ragu bercampur rasa takut
ke arah jessica  yang
meliuk-liukkan ke kiri-kanan,
buana  cepat mengoperasikan
pesawat HT-nya dan melapor ke
markas komando. 
"Elang satu! Uang satu!
Kutilang melapor!" 
"Elang satu di sini," terdengar
suara fredy krueger  di HT buana .
"Teruskan!" 
buana  sudah membuka mulut
untuk memberitahu apa yang
sedang berlangsung di
hadapannya, saat  senyuman
liar di bibir mungil jessica 
berubah dengan cepat. Dan
mendadak tampak manis. 
"Hai, Komandan," bisik jessica  di
antara senyuman manisnya.
"Paket kedua untukmu!" 
"buana ?" Di pesawat HT
terdengar suara fredy krueger  yang
kebingungan. 
"Bukan saya. Komandan!" sahut
buana . gugup. "namun , dia!" 
"Dia?" 
Benar, dia. 
yaitu  si gaun merah hati. Yang
membisikkan pesan manis itu ke
alamat fredy krueger , sambil tetap
duduk bergeming di tempatnya
semula, pada salah satu dari
dua buah kursi yang masih tetap
utuh di deretan berbanjar ruang
tunggu bioskop. Sementara kursi
lainnya terus saja retak lalu
pecah dalam ke
pingan-kepingan kecil yang
lalu  bergerak melesat ke
satu arah: Reinaldi. Tanpa satu
pun kepingan itu menyentuh
tubuh si gaun merah hati. 
Reinaldi yang malang. 
Sadar dirinya tak mampu
melepaskan diri dari kursi yang
ia duduki, Reinaldi lalu 
hanya bisa menggerakkan kedua
lengan untuk secara naluriah
melindungi wajah. Yang toh.
sia-sia. sebab  serbuan itu
datang bertubi-rubi dari
berbagai arah. Seolah olah
setiap kepingan yang datang.
tahu bagian tubuh mana yang
dituju lalu cepat menempel
sambil menekan ke arah dalam.
Serpihan-serpihan fiberglass
yang menyerupai bubuk ikut
pula terbang seperti gerombolan
tawon. untuk lalu  ikut
hinggap lalu mengisi
celah-celah sempit di antara
pecahan pecahan yang sudah
lebih dahulu  menempel. 
Mengisi rapat bagai perekat
yang kuat dan  liat. 
Semua itu berlangsung cepat
dan serba mengejutkan. Bahkan
sebelum para penyaksi sempat
menyadari apa sesungguhnya
yang tengah terjadi. Malah
sebagian dari mereka sempat
menganggap bahwa dirinya
bukan berada di ruang tunggu.
namun  di dalam gedung
pertunjukan. Dan mengira sudah 
salah masuk. atau operator
bioskop keliru memutar film
teror atau horor, bukan
sebagaimana yang mereka
harapkan semula: drama
percintaan produksi lokal. yang
konon dibumbui adegan seks
yang vulgar! 
Hanya satu dua orang saja yang
sepenuhnya menyadari sedang
berhadapan dengan kejadian
nyata. Dan dengan cemas
sempat meneriaki si gaun merah
hati yang duduk bergeming di
kursinya. 
 "Ya ampun! Kau tertidur atau
apa, Neng"!" Dan yang lain.
"Hai. kau! Menyingkirlah dari 
sana. Cepat!" 
Seakan tersadar. si gaun merah
hati tampak menggeliat lalu
buru-buru bangkit terus
menyingkir di antara riuhnya
desingan fiberglass yang
berkelebatan dari berbagai
penjuru. Sambil, sekali lagi,
pecahan maupun serpihan itu
tak satu pun yang menyentuh
tubuhnya! 
Pada waktu si gaun merah hati
menyingkir, nyaris tak satu pun
kursi di ruang tunggu itu masih
utuh. Malah kebanyakan cuma
tinggal kerangka kaki atau
batangan besi penyambungnya
saja. Kecuali dua kursi di
deretan belakang. Satu kursi si
gaun merah hari yang barusan
menyingkir, dan satunya lagi,
kursi yang masih diduduki
Reinaldi. 
Hanya saja. sosok manusia
Reinaldi sudah tidak terlihat. 
Apa yang kini terlihat adalah
sesosok monster yang berwujud
manusia duduk, dengan kedua
lengan menyilang di depan
wajah. Duduk diam dan kaku.
tanpa bergerak-gerak. Dengan
sekujur tubuh mulai dari ujung
rambut sampai ke ujung kaki
sepenuhnya terbuat dari lapisan
fiberglass. 
Sesosok monster tanpa wajah. 
sebab  apa yang disebut kepala
maupun wajah, tak lebih dari
seonggok besar lapisan fbngbm,
dengan banyak guratan samar di
sana sini. Gila! dari
kepingan-kepingan fiberglass
yang sudah  menyatu dan direkat
oleh bubuk serpihan bekas
pecahan kursi. 
Dan pengaruh kesyamran
monster mengerikan 
 itu sungguh luar biasa. Tak
seorang pun dari para saksi
berani bergerak di tempat
masing-masing. Juga, jangankan
untuk berbicara, bahkan
bernapas pun, mereka serasa tak
mampu. 
Suasana yang sebelumnya ribut
dan panik, mendadak terasa
begitu sunyi. Mencekam. Sampai
suatu saat, terdengar suara
berderit lalu pintu keluar-masuk
ruang pertunjukan menganga
terbuka. Penonton pertunjukan
jam sebelumnya pun mulai
keluar. Mulai pula terdengar
suara ribut, lalu jeritan panik di
sana sini. 
Suasana kacau pun kembali
muncul. Lebih kacau dari
sebelumnya. Dan di tengah
hiruk-pikuk itulah dua orang
anggota tim buru sergap fredy krueger 
Sembiring tiba dan langsung
menyerbu masuk ke ruang
tunggu bioskop. 
Hanya untuk tegak.
Terbingung-bingung. 
 
Sementara di ruang tidur kamar
hotel jessica  menangis
tersedu-sedu di pelukan Bripda
buana  media . Di markas
komando datang laporan yang
menyakitkan hati, tapi juga
sekaligus mendebarkan jantung.
Mula-mula, melalui pesawat HT
di meja kerja fredy krueger : paket
ditemukan, namun  pengirimnya
menghilang. 
lalu satu jam berikutnya,
laporan langsung dari salah
seorang anggota buser di TKP,
yang wajahnya masih terlihat
pucat. 
"Ada beberapa orang saksi
mata," katanya. Takut-takut.
"Namun tak satu pun dari
mereka 
yang teringat untuk
memperhatikan ke arah mana si
gaun merah hati melenggang
pergi!" 
Sambil tersenyum mengejek,
pikir fredy krueger . Geram. 
Dan sang monster" 
Si anggota buser dengan wajah
ngeri menceritakan bagaimana
ia dan  rekannya sedang
memperdebatkan apakah lapisan
luar tubuh korban yang mungkin
masih bernapas, harus digergaji
atau cukup dipalu saja. Lalu
tahu-tahu. lapisan pembungkus
dari fiberglass itu entah
bagaimana meretak lantas pecah
sendiri. Dan begitu tubuhnya
terbebas, korban pun jatuh
terguling dari kursi. Dengan
mulut. hidung. telinga. bahkan
mata, mengeluarkan darah. 
"Kami langsung tahu bahwa
korban sudah meninggal," si
pelapor berkata. Getir. "Dengan
paruparu dan  jantung yang
pecah!" 
"ldentitasnya?" tanya fredy krueger .
Datar. 
"Ada dalam dompet di saku
belakang celana korban. SIM,
KTP, juga Kartu Pegawai.
Lengkap dengan nomor NIP.
Semuanya belum lama
diterbitkan. Korban diketahui
bernama Reinaldi." 
fredy krueger  mengibaskan tangan.
"Swasta atau pegawai negeri?" 
"Pegawai negeri. Komandan. Di
Pemda Kotamadya!" 
Sentuhan gaib tiba-tiba melecut
sel-sel otak fredy krueger  dengan
keras. 
"Rinciannya?" ia lalu 
bertanya. Parau. 
"Pada kartu pegawainya.
tercantum bahwa korban adalah
ajudan pribadi. sesudah  kami cek
per 
telepon. sumber kita di Pemda
mengatakan pekerjaan korban
lebih pas disebut sopir.
Persisnya, sopir pribadi..." 
fredy krueger  menahan napas. "Sopir
siapa?" 
"kanjeng  soebandrio ." jawab yang
ditanya. Polos. dan kali ini
tampak sudah lebih tenang.
"Wali kota kita yang baru!" 
fredy krueger  pun membuang napas
yang tadi ditahan.
selepas-lepasnya, namun toh,
jantungnya tetap saja berdebar.
Keras. 
"Masih ada pertanyaan.
Komandan?" 
fredy krueger  menggeleng. 
"Untuk sementara ini tidak!"
katanya. lantas tersenyum saat 
menambahkan. "Kau dan
anggota regumu pergilah makan
ke kantin. Bilangi Bu nyi girah .
bonnya masukkan dalam
rekeningku!' 
"Siap, Komandan!" 
Wajah fredy krueger  berubah serius
sesudah  si anggota buser berlalu
dari ruang kerjanya. Ada
setengah menit lamanya jari
telunjuk orang Sibolangit itu
mengetuk-ngetuk meja untuk
membantu otaknya berpikir.
Setengah menit berikutnya,
fredy krueger  sudah mengangkat
telepon. sesudah  memperoleh 
sambungan. ia minta
disambungkan dengan penghuni
kamar hotel yang ia tuju. 
buana  media  yang menerima
telepon. "Ada apa, Komandan?" 
Wajar, sebab  fredy krueger  bukan
mengontak lewat HT. Ia lalu
berkata menyeringai. "Eh, masih
di situ juga kau?" 
"Saya masih ingin hidup,
Komandan!" jawab sang
brigadir. Tenang. 
Tapi mungkin sambil cemberut,
pikir fredy krueger . 
"Suruh saksi utama kita datang
ke telepon. Si cantik, jangan
salah. Bukan yang satunya
lagi!" 
"Dia masih syok, Komandan..." 
"Tak peduli!" 
Sebentar lalu  suara si
brigadir sudah digantikan oleh
suara jessica . Yang selain lirih,
juga terdengar lemah."Halo?" 
"Aku tiba-riba berpikir untuk
pergi memancing. Bu jessica ,'
ujar fredy krueger . Kalem. "namun , aku
perlu umpan. Yang baik.
tentunya!" 
Diam sejenak. lalu di seberang
sana terdengarlah suara yang
jelas mengandung gairah
berapi-api. "Kapan?" 
fredy krueger  menarik napas lega. 
"Nanti kita atur"l" jawab
fredy krueger . Lembut. 
MALAM pun jatuh. 
Mayat Reinaldi terbujur pucat
dan kaku dalam salah satu kotak
lemari pendingin yang ditarik
keluar dari tempatnya
tersimpan. Noda darah di wajah
mayat itu sudah dibersihkan.
Pelupuk matanya tertutup rapat,
begitu pula mulut. Nyaris
tampak seperti tidur. Namun
gurat-gurat kematian pada
wajah itu jelas masih
memperlihatkan betapa hebat
teror yang ia alami menjelang
tibanya ajal. 
Gambaran itu memicu  kanjeng 
soebandrio  sesaat  terpejam,
dengan sekujur tubuh gemetar.
Sakit. Satu dari tiga stafnya
yang ikut mendampingi ke
makam berornamen rumah sakit, bahkan sampai
harus memalingkan muka, ngeri.
Detik-detik yang sunyi terus
berlalu, sampai akhirnya kanjeng 
soebandrio  membuka matanya
kembali dan berkata parau pada
petugas polisi yang berdiri
menunggu di sebelahnya. 
"Benar. Dia adalah Reinaldi.
Sopirku!" 
Lima menit lalu , yang
tetap tinggal di tem
pat hanyalah si polisi, petugas
kamar mayat, dan direktur
makam berornamen rumah sakit yang sengaja syamr
hanya untuk menghormati
kedatangan tamu yang orang
nomor satu di kota mereka itu. 
kanjeng  soebandrio  sendiri
bedan  ketiga orang stafnya
berjalan keluar, meninggalkan
bau parafin kamar mayat yang
sungguh menyesakkan hidung.
Masih gemetar. ia melangkah
tersuruk-suruk di sepanjang
koridor dengan kepala
menunduk dalam, tanpa
berbicara sepatah pun juga. 
Para pendampingnya
terpengaruh. lantas ikutikutan
membisu. Menjelang ujung
koridor, barulah terdengar
helaan napas berat sang wali
kota yang lalu  mengangkat
muka lalu berkata lirih pada
salah seorang stafnya. 
"Dia sudah seperti anakku
sendiri, Pak Joko..." 
"Saya tahu. Pak Wali!" jawab
orang yang namanya
disebutkan. Tanpa komentar
tambahan. 
"Oleh sebab  itu..." kanjeng 
soebandrio  berbelok ke kiri
setiba di sebuah pertigaan
koridor. "Selesai jenazahnya
diotopsi, kalian uruslah
penguburannya sebaik mungkin.
Dan?" Sang wali kota
menggeleng keras. Lantas
menambahkan dengan geram,
"Diselimuti fiberglass! Apakah
kalian memercayai omong
kosong itu, eh?" 
"Mereka bilang. ada puluhan
sakti mata!" jawab Joko.
Hati-hati. 
"Mungkin ratusan..." 
"Ratusan!" dengus kanjeng 
soebandrio . "Lalu ribuan
bahkan puluhan ribu. Bila yang
ratusan itu bercerita di luaran.
bayangkan heboh macam apa
yang bakal kita hadapi!" 
"Kita akan menetralisirnya, Pak
Wali!" ujar Joko. Tenang.
setengah menyabarkan. "Tinggal
bilang, semua itu cuma desas
desus. Dan penyebar desas
desus itu hanya terpengaruh
oleh film yang mereka tonton!" 
"Dengan isu tambahan...." staf
lainnya menimpali, "Ada unsur
provokator yang berniat jahat
menimbulkan kekacauan yang
bermuatan politik!" 
Joko manggut-manggut setuju.
"Melalui siaran atau jumpa pers
tentunya!" 
"Hm. Pers..." gumam kanjeng 
soebandrio . dengan mata
menerawang. "Salah seorang
dari mereka magrib tadi
menelepon ke makam berornamen rumah. Dia
bilang, polisi mencurigai
pembunuh Reinaldi adalah
seorang wanita yang minggat
diam-diam di tengah keributan
penonton!" 
"Akan kita dapatkan itu!" staf
ketiga Anwar Suhardiman,
sarjana hukum yang dari tadi
diam saja. akhirnya ikut
nimbrung. Dia dari biro hukum
yang pagi harinya ditugaskan
kanjeng  soebandrio  mencari
informasi ke losari. "Saya punya
teman dekat di kantor Polres.
Hanya saja..." 
"Bagus!" potong kanjeng 
soebandrio , bersemangat.
"sesudah  kau dapatkan
identitasnya, cepat serahkan
padaku. Akan ku..." Sang wali
kota cepat tersadar sesudah  ekor
matanya menangkap pandangan
heran dari Joko yang berjalan di
sebelahnya. "Eh, maksudku...
aku benar-benar dibuat
penasaran. Dan kau, Pak
Anwar," ia berbicara lagi pada
staf biro hukum yang berjalan di
belakangnya. "jangan
memikirkan soal jumlah.
Sepanjang masuk akal, bilang
saja temanmu di kepolisian itu
minta berapa. Nanti akan 
kukirimi cek. Atau mau langsung
ditransfer, terserah." 
"Beres, Pak Wali!" sahut Anwar.
Tenang. Sambil di dalam hati,
terheran heran. sebab  siang
harinya ia dan Joko yang kepala
personalia sempat ribut
berdebat apa sebab pimpinan
mereka lebih tertarik pada
kematian raden mas untung  yang cuma
satpam, dibanding chucky 
mulawarman  yang seorang
kepala biro. 
Lalu sekarang. Reinaldi, yang
cuma sopir! 
Seakan memahami jalan pikiran
Anwar. sang pimpinan terdengar
menggumamkan kata-kata yang
tadi sudah  ia utarakan pada
Joko. 
'Reinaldi itu seperti anakku
sendiri!" 
Kebisuan lagi. sampai mereka
tiba di koridor terakhir yang
menuju halaman parkir. Dan
kanjeng  soebandrio  tiba tiba
menghentikan langkah yang mau
tidak mau langsung diikuti oleh
ketiga pendampingnya yang
lalu  mengetahui apa
kiranya penyebab sang wali kota
menghentikan langkah. 
jessica  mulawarman ! 
Si cantik berbibir sensual yang
tampak beberapa langkah di
depan mereka sedang
berbincang-bincang dengan
wanita lainnya dan dari
seragam yang ia pakai jelas
seorang juru rawat. Diikuti oleh
para pengiringnya, kanjeng 
soebandrio  lalu 
meneruskan langkah. Dan pada
waktu bersamaan, jessica 
menoleh. Begitu pula dengan si
juru rawat. 
"Bu jessica !" desah kanjeng 
soebandrio  sesudah  berhadapan
dengan si cantik dengan rambut
sebatas tengkuk itu. "Sedang apa
Anda di sini" Ada kerabat yang
sakit?" 
"Oh. Pak Wali kiranya." jessica 
menyahuti. Juga 
tampak terkejut. "Saya ke sini
memang mengunjungi kerabat.
namun  dia baik-baik saja, Pak
Wali. Malah orangnya pun
sedang berdiri di hadapan
Anda!" 
Tak ada perkenalan. Apalagi
jabat tangan. 
Yang ada. hanya saling
menganggukkan kepala. Dan
jessica  tahu-tahu bertanya.
Polos-polos saja. 
"Baru dari kamar mayat ya?" 
kanjeng  soebandrio  menyahuri,
terkejut. 
"Kok tahu?" 
"Cuma menduga-duga!" jawab
jessica . ditambah senyuman tipis,
dan terkesan misterius. Lantas
seperti teringat sesuatu, ia
melirik ke arlojinya dan cepat
menambahkan dengan wajah
kuatir yang ditujukan pada si
juru rawat, "Oh, oh. Kita sudah
keasyikan mengobrol rupanya.
Mbakyu. Pasti Mas Pras sudah
tak sabar menunggu!" 
Dan pada kanjeng  soebandrio . ia
juga melemparkan senyuman
menyesal. 
"Maaf, Pak Wali. Bukan tak
sopan, namun ..." 
"Aku mengerti!" jawab kanjeng 
soebandrio . sambil
memaksakan senyum sebab 
memang tidak tahu, apa yang
harus dimengerti. 
"Selamat malam, Pak Wali!" 
"Malam, Bu jessica ?" 
Saling mengangguk lagi, dan
jessica  pun memegangi lengan si
juru rawat yang langsung diajak
pergi. Justru ke arah yang
barusan ditinggalkan oleh kanjeng 
soebandrio  dan  pengiringnya,
sambil jessica  terdengar
berbicara. 
"Mengenai kabar burung
tentang kematian saudara
kembarku itu, Mbakyu..." 
lanjutannya tidak lagi terdengar.
sebab  jessica  
dan si juru rawat terus saja
menjauh. Sementara sang wali
kota hanya bisa menatap dengan
wajah tertanya-tanya. Dan jauh
di sanubari: curiga! "  ' 
 
Dokter lndra berdiri memantau 
kegelapan malam di sekitar, lalu
ganti memantau  koridor
panjang di sebelah kirinya yang
tampak sepi. Angkat bahu
sesaat, asisten Dokter nyoto kusumoharjo  itu
lalu  memutar tubuh,
langsung masuk kembali ke
ruang kerjanya dan langung
pula berbicara pada lpru syam
kamaruzaman  yang menunggu dengan
pesawat HT terpegang di salah
satu tangannya. 
"Aman. Tak ada yang
mengikuti!" 
syam kamaruzaman  pun
mengoperasikan HT lantas
memanggil. 
"Tanggo pada Bravo. Tango
pada Bravo!" 
Di pesawat HT yang mana
terdengar bunyi bergemeretak,
lalu sahutan serak fredy krueger 
Sembiring. 
"Diterima, Tango!" 
"Lapor. Anak-anak sudah
kembali dengan selamat." syam
kamaruzaman  melapor sambil 
tersenyum menenangkan ke arah
jessica  yang duduk tegang di
kursi lainnya. Sementara teman
bicara jessica  tadi tampak
sedang menanggalkan topi dan 
seragam jururawatnya. Untuk
saaat lalu . ia sudah
kembali menjadi dirinya sendiri,
Brigadir Dua Polisi buana  'Lady
Di' media . 
"Bagaimana dengan sang
ayah?" tanya fredy krueger . 
"Barusan pergi!" 
"Ok. Tango. Salamku pada
anak-anak yang manis itu!" 
"Roger, Bravo. Tango out!"
syam kamaruzaman  mematikan
pesawat HT-nya lalu tersenyum
lagi pada jessica . Lebih lebar. 
Pada waktu sama, di ruang tamu
sebuah makam berornamen rumah besar bersuasana
nyaman dengan dua orang
satpam berjaga-jaga di pos
dekat pintu gerbang. fredy krueger 
juga melakukan hal yang sama.
Mematikan HT-nya yang
lalu  disimpan ke atas meja
di hadapannya. Ialu berpaling
pada nyonya makam berornamen rumah dengan
siapa ia semenjak tadi duduk
mengobrol. Umumnya mengenai
masa lalu dan  kematian
Reinaldi yang mengejutkan. 
"Sampai di mana kita tadi, Bu
soebandrio ?" tanya sang Ajun
Komisaris. Diiringi ulasan
senyum yang maniiis sekali. 
 
INGIN cepat-cepat menyendiri,
kanjeng  soebandrio  tidak
mengajak ketiga orang stafnya
untuk singgah, bahkan minta
diturunkan di depan pintu
gerbang saja. Sayang. keinginan
untuk menyendiri itu cuma
tinggal keinginan belaka.
sebab  begitu kereta keranda kencana 
pengantarnya berlalu dan ia
berbalik tubuh. sebuah kereta keranda kencana  tak
dikenal tampak sudah mendekam
di halaman makam berornamen rumahnya. Padahal
ia tidak punya jadwal menerima
tamu malam itu! 
Jantung soebandrio  sesaat 
berdebar tak enak. manakala
salah satu satpam yang keluar
menyongsong dari pos jaga
memberitahu siapa tamu yang
sudah menunggu dan sedang
ditemani mengobrol oleh
istrinya. Berjalan dengan
langkah kaku ke pintu depan
yang terbuka. soebandrio 
sempat menimbangnimbang.
Sebagai apa nanti ia
menghadapi tamunya. Wali kota
atau seorang kolonel" 
Jadi tuan makam berornamen rumah. 
Itulah yang lalu  terjadi.
sebab  begitu melangkah
masuk. ia melihat tamunya yang
cepat 
bangkit dari kursi hanya
mengenakan pakaian preman.
Dan istri soebandrio  sudah
keburu pula bergerak
menyongsong. memegang lengan
sang suami lalu bertanya
gemetar. 
"Ronald tampak tenang atau
bagaimana. Pak?" 
"Persis seperti orang tidur!"
jawab soebandrio  bijaksana.
memantau  wajah pucat istrinya
yang dengan mata masih
sembap bekas menangis pula.
soebandrio  cepat
menambahkan, "Kau masuk dan
istirahatlah, Bu. Aku akan
segera menyusul!" 
Kata "segera" diucapkan
soebandrio  dengan tekanan
khusus sambil  melirik sekilas ke
arah tamu mereka yang
tersenyum samar-samar.
Pertanda sang tamu memahami
maksudnya: tak ingin diganggu
berlama-lama! 
Menunggu sampai istrinya
berlalu dari ruang tamu.
barulah soebandrio  mendekat
dan menerima uluran tangan
yang disongsongkan sang tamu
sambil bertanya kuatir. 
"Anda tidak menceritakan
padanya sebagaimana yang saya
dan  staf saya dengar mengenai
kematian Ronald, bukan?" 
Ajun Komisaris Polisi fredy krueger 
Sembiring menggeleng manis. 
"Serangan mendadak pada
jantung," katanya. "Itu saja yang
saya bilang. Pak Wali. Ibu
percaya. meski tampak agak
ragu-ragul' 
"Terima kasih!" soebandrio 
mendesah lega. lantas sambil
mengambil tempat duduk. "Itu
sebab  dia... seperti juga saya.
sangat merasa kehilangan.
Maklum, Ronald itu sudah
seperti anak kami sendiri!" 
'Saya ikut berduka," gumam
fredy krueger . 
Tuan makam berornamen rumah mengangguk
sebagai pengganti terima
kasihnya atas belasungkawa
sang tamu. 
'Tak apa. nanti akan lebih saya
yakinkan istri saya..." katanya.
Mengambang, sebab  pikiran
yang tidak menentu. "Nah. Apa
yang dapat saya bantu, Pak
fredy krueger ?" 
Dia ingin aku cepat pergi. pikir
fredy krueger . lantas menanggapi
dengan tenang. 
'Hanya dalam tempo tiga hari.
Pak Wali. Kami tahu-tahu sudah
disodori tiga mayat. Korban
pembunuhan. Itu saja, sudah
mengejutkan!" fredy krueger  diam
sejenak untuk memberi
kesempatan tuan makam berornamen rumahnya
menerima apa yang lalu  ia
tambahkan. "Yang menimbulkan
tanda tanya, semua korban
tercatat sebagai pegawai di
kantor Pemda. Mula-mula,
chucky  mulawarman . Kepala biro.
Lalu. raden mas untung , Satpam. Dan sore
tadi. Reinaldi. Ajudan
merangkap sopir pribadi Anda!"
Pendahuluan yang jelas. rinci.
dan langsung. soebandrio 
sudah menduga. Maka ia pun
menjawab. sederhana. 
'Barangkali, Pak fredy krueger . Hanya
suatu kebetulan belaka!" 
fredy krueger  mengangguk setuju. 
'Hanya saja, Pak Wali. Menurut
saya, itu kebetulan yang sangat
menarik. sebab  masih ada
beberapa kebetulan lainnya.
lnformasi yang saya terima...
salah satunya barusan tadi. dari
istri anda. Mengenai masa lalu
Reinaldi!" 
soebandrio  tampak terkejut.
namun  cepat me
nyimpan perasaannya, lalu
mengomentari dengan perkataan 
pendek. 
"Oh?" 
"lainnya, dari rekan sejawat
saya di Losari!" fredy krueger  tak
memberi kesempatan. "Masa
lalu raden mas untung . Diketahui sebagai
mantan pencuri kereta keranda kencana . Dan
barusan... menurut istri anda,
raden mas untung  dan Reinaldi punya
hubungan saudara. Saudara
angkat. ltulah kebetulan
pertamanya. Dan..." 
"Nanti dahulu , Ajun Komisaris!"
soebandrio  meluruskan
duduknya. Tampak bersiaga.
"Sebelum Anda teruskan. tak
salah kiranya bila saya
mengingatkan posisi kita
masing-masing, bukan?" 
Ajun Komisaris, bukan Pak
fredy krueger ! 
Birokrasi dimulai, pikir fredy krueger .
Sambil kembali menanggapi.
Dengan lembut. 
"Itu maka saya tidak datang ke
kantor Anda. Pak Wali. sebab 
sifat kunjungan saya ini adalah
kunjungan pribadi." 
"Hm, begitu." gumam tuan
makam berornamen rumah. lantas meneruskan.
ditambah senyuman mengejek
yang samarsamar, "Dan saya
yakin, tanpa sepengetahuan
apalagi seizin atasan Anda,
bukan?" 
fredy krueger  manggut-manggut kalah.
Tak apa. pikirnya, yang penting
adalah hasil akhirnya! 
"Anda benar-benar nekat." kata
tuan makam berornamen rumah lagi. Dengan
senyuman mengejek yang kian
nyata "Bertindak sendiri, dengan
menempuh risiko yang menurut
saya cukup tinggi!" 
Risiko dipecat atau dimutasi,
pikir fredy krueger . Dipecat oleh
atasannya, tentu saja dengan
rekomendasi sang wali kota. 
Nekat" Itu sih 
modal hidup fredy krueger  semenjak
dahulu  
Contohnya, Miranda. 
Di Sibolangit dahulu , fredy krueger 
sempat dipukuli babak belur
sesudah  ayah Miranda
mengumpat umpat. 
"SMA saja pun belum tamat,
sudah berani-beranian
membawa putriku keluyuran
sampai tengah malam. Ayo,
enyah! Dan jangan lagi
tampakkan mukamu yang jelek
itu di makam berornamen rumahku!" 
Tidak di tempat lain, dengan dan
sembunyi-sembunyi. Lantas
saat  ketahuan juga. fredy krueger 
kembali dipukuli habis. Sampai
berdarah-darah. Juga diikuti
oleh umpatan ayah Miranda. 
"Awas! Lain kali, aku tidak lagi
pakai tangan. namun . golok!" 
namun  fredy krueger  pantang
menyerah. Ia dan Miranda jalan
terus. Dan tibalah hari
bersejarah itu. fredy krueger  sudah
lulus SMA dan sudah pula lulus
ujian saringan masuk di Institut
Kepolisian Magelang. Lalu ia
dan Miranda kencan lagi. 
Kencan pamitan di kebon mayonaise 
itu rupanya ada yang lihat, terus
melapor ke ayah Miranda.
Tahutahu ayah Miranda sudah
datang berlari-lari sambil
mengacung-acungkan golok dan
menjerit histeris. 
"Kau sudah kuperingatkan!" 
Bukannya takut oleh ancaman
bersenjata itu, 
cepat melindungi Miranda di
belakang punggungnya, fredy krueger 
langsung tegak menghadang.
Sambil menanggapi dengan
tenang. 
"Silakan. Pak. Bapak bisa saja
membunuhku. namun  tidak akan
pernah mampu membunuh
cintaku pada putri Bapak!" 
Mendengar itu, bukan hanya
sang ayah, bahkan Miranda pun
terkejut lantas berujar cemas
pada kekasihnya. 
"Jangan. Bang fredy krueger . Kau
cepatlah lari. Selamatkan
dirimu!" 
"Tidak!" Geleng fredy krueger . Tegas.
"Aku tidak akan pernah lari.
Sekali aku lari. itu berarti aku
tidak mencintaimu!" 
Dan, itulah lalu  yang
terjadi. 
Diam tertegun sejenak, sang
ayah menjatuhkan goloknya ke
tanah. Lantas memutar tubuh
dan berlalu pergi tanpa
menoleh-noleh ke belakang.
Sambil meninggalkan pesan
pada putrinya. 
"Bilangi dia, Mita. Kapan dia
nanti mau pergi ke Jawa, suruh
dia menemuiku lebih dahulu !" 
Tiba waktunya untuk memulai
kuliahnya di Magelang. tanpa
ragu sedikit pun fredy krueger 
memenuhi amanah tak langsung
itu. Bersilatutahmi sekaligus
pamit diri pada Miranda dan
kedua orangtuanya. 
Dalam pertemuan singkat yang
diakhiri dengan jamuan makan
malam itu, tidak banyak yang
mereka percakapkan kecuali
basa-basi keluarga saja. Namun
yang pasti. pada saat fredy krueger 
pamit. ayah Miranda yang
sebelumnya menyambut
kedatangan fredy krueger  dengan
jabatan tangan dingin dan kaku,
kali 
ini menggenggam tangan fredy krueger 
dengan sedikit Iebih kuat dan
hangat. Sambil mengulrimatum. 
"Baik-baiklah kau belajar. Dan
jangan lupa. Putriku
menunggu!" 
Dan fredy krueger  pun berangkat ke
Magelang. 
ditambah senyum kemenangan. 
"Aneh..." terdengar suara
perkataan  sang wali kota di
hadapannya. 
fredy krueger  mengerjap tersadar.
Lantas menatap lelaki gagah
dan perlente yang duduk di
hadapannya. 
"Apanya yang aneh, Pak Wali?" 
Tuan makam berornamen rumah menggeleng-geleng
sejenak, lantas memberitahu.
"sesudah  apa yang saya katakan
tadi... risiko tinggi yang Anda
ambil. Aneh bahwa Anda masih
bisa tersenyum-senyum." 
"Oh ya" Apakah barusan tadi
saya tersenyum. Pak Wali?"
tanya fredy krueger . heran. Lalu
lalu , benar-benar
tersenyum. Yang ini, dengan
kesadaran penuh. 
Terpengaruh, tuan makam berornamen rumah sedikit
melunak. 
"Berbicara mengenai raden mas untung ,
Pak fredy krueger ..." katanya, kembali
menyebut nama. Tenang. dengan
wajah seakan tak berdosa.
"Yang merekrut dia adalah wali
kota sebelumnya. Bukan saya." 
fredy krueger  lantas menguasai
dirinya. dan kembali pada
tugasnya yang terpantang
melewatkan kesempatan begitu
jalan terbuka. 
"Bagaimana dengan Reinaldi?" 
"Saya harus mengatakan, bahwa
saya tidak berbuat salah sudah 
merekrut Ronald. Jika pun
salah. maka kesalahan itu
terletak pada kelemahan hati
saya!" 
"Maksud, Pak Wali?" 
'Bukankah Anda bilang istri
saya sudah bercerita?" 
"Betul," angguk fredy krueger . "namun 
hanya sepintaspintas!" 
"Hm," soebandrio  diam
sejenak. Merenungrenung. Dan
tampak murung. "saat  melihat
Ronald digebuki para awak
kapal itu. hati saya langsung
tergugah. Dia tampak begitu
kurus dan lemah. Sementara
mereka yang mcnghajarnya
bergantian... Anda pasri tahu
sendiri yang namanya awak
kapal!" 
"Kekar-kekar." fredy krueger 
manggut-manggut. "Dan
menurut yang saya dengar, hal
seperti itu buat mereka dianggap
sebagai hiburan..." 
"Hiburan yang mengerikan!"
soebandrio 
menggeleng-geleng. Marah.
"Ronald yang malang! Nyaris
mati saat  kugotong menemui
dokter kapal. Dia tertolong, dan
saya langsung memutuskan
untuk memboyongnya ke
Lombok. Waktu itu, saya jadi
Kasdim di sana!" 
"Membawanya ke Lombok!"
gumam fredy krueger . heran. "Sedang
Anda tahu dari apa dia lahir' 
"Dia mengakui itu terus terang,
Pak fredy krueger " jawab soebandrio .
Datar. "Pada saya, juga pada
polisi pelabuhan setiba kami di
Surabaya. Bahkan pada polisi
pelabuhan itu sudah saya
bilangi, agar mereka
menghubungi polres Tangerang
dan memberitahu 
keberadaan Ronald. juga. kapan
saja mereka inginkan. Ronald
boleh mereka ambil ke Lombok.
Dengan catatan sesudah  anak itu
pulih dan cukup kuat untuk
kembali menempuh perjalanan
jauh...." 
"Dan?" 
"Memang lalu  ada telepon
ke Lombok. Mereka berjanji
akan datang menjemput. namun 
janji itu tak pernah mereka
penuhi!" 
"Mengapa?" 
Tuan makam berornamen rumah mengangkat muka.
lalu menyahuti dingin. 
"Sebaiknya pertanyaan itu Anda
tujukan pada mereka, Pak
fredy krueger . Bukan pada saya!" 
fredy krueger  terus melaju. 
"Bukan sebab  tekanan dari
pihak Anda?" 
Sesaat  itu juga. punggung tuan
makam berornamen rumah kembali tegak. Kaku.
Wajah maupun sinar matanya
tampak mengeras. Sehingga
fredy krueger  diam-diam sadar bahwa
orang yang duduk di
hadapannya bukan lagi seorang
wali kota, melainkan seorang
militer dan menyandang pangkat
kolonel. 
Menatap galak. sang kolonel
pun bertanyalah, sama
galaknya. 
"lni kunjungan pribadi atau
interogasi?" 
Diam-diam. fredy krueger  menelan
ludah. 
 
Lumayan. Pungung tuan makam berornamen rumah
tampak sedikit mengendur.
Namun sinar matanya masih
tetap galak. Secara naluriah,
fredy krueger  cepat-cepat melanjutkan.
"Dengan tulus saya katakan
bahwa kedatangan 
saya ke sini adalah untuk
mengharapkan kerja sama dari
Anda. Antar sesama pribadi
tentunya!" 
Tawaran yang manis.
Tanggalkan pangkat dan 
jabatan masing-masing, yang
tinggal hanya manusianya saja.
Untuk sebuah pembicaraan
pribadi. ltu sama artinya dengan
of the record. tidak untuk
diketahui oleh pihak luar. Lebih
jauh lagi. terpantang besar
untuk dibuka dan diberi nilai
atau kekuatan hukum. 
Naluri fredy krueger  langsung
memperlihatkan hasil nyata.
Sinar mata maupun sikap tuan
makam berornamen rumahnya terus mengendur.
sampai akhirnya benar-benar
berubah kembali. Dari seorang
kolonel yang tidak mengenal
kompromi, menjadi wali kota
yang harus memperhatikan
aspirasi penghuni nya. Wali kota
yang baru dilantik pula. yang
harus mengeruk popularitas
sebanyak-banyaknya. 
Tak peduli dikeruk dari siapa
atau dengan apa! 
"Baiklah!" akhirnya tuan makam berornamen rumah
berkata. Melunak, meski tanpa
senyum. "Kita lupakan saja
ucapan Anda barusan!" Diam
lagi, menghela napas, lalu,
"Tadi Anda bilang. kebetulan
yang pertama. Apa kebetulan
berikutnya?" 
"Almarhum chucky !" jawab
fredy krueger . Tenang. 
"chucky ?" 
"Mantan Kepala biro di kantor
Anda," fredy krueger  mengingatkan. 
"Saya tahu. Lantas." 
"saat  dia lari dari lumajang ...
terus terang saja. kami belum
tahu dia lari dari apa!" fredy krueger 
menekankan kata terakhir
sambil cepat meneruskan, 
"Informasi kami menyebut, pada
waktu itu Anda menjabat Dan
Ramil di sana!" 
Kelopak mata soebandrio 
mengerjap sesaat. Cuma itu.
Lalu sambil tersenyum jelas
nampak dipaksakan-ia
melancarkan pujiannya. "Kalian
rupanya sudah bergerak jauh
juga, Pak fredy krueger !" 
"sebab  memang tugas kami,
Pak Wali," sahut fredy krueger ,
sederhana. 
"Ah iya, betul. Dan sebaliknya,
Anda pun pasti tahu apa tugas
saya pada kota kita ini, bukan?" 
Dia sudah tak sabar untuk
mengusirku, pikir fredy krueger . Dan
di mulut, "Ada masukan untuk
saya mengenai kebetulan yang
itu. Pak Wali?" 
soebandrio  sesaat 
berwaspada. "Maksudnya?" 
"Yah, katakanlah... sedikit
pengetahuan dari Anda
barangkali, saat  menjadi
Dan Ramil di sana!" 
"Tentang?" 
"Dari apa almarhum chucky 
melarikan diri!' 
"Oh itu...." soebandrio 
mengangguk-angguk. lantas
diam berpikir. Sampai akhirnya
memperoleh jawaban yang tepat
dan pasti sulit ditolak oleh
tamunya. "Begini. Pak fredy krueger ...
saat  jadi Dan Ramil lumajang ,
tentu saja sangat banyak urusan
yang harus saya tangani. Dan
saya jelas menemui kesulitan
untuk mengingat semuanya.
Apalagi yang menyangkut
kalangan sipil!" 
fredy krueger  diam saja. Menunggu. 
"tapi untuk enaknya," tuan
makam berornamen rumah meneruskan. "berilah
saya tempo. Akan saya kontak
Dan Ramil yang sekarang
bertugas di sana supaya mau
bermurah hari membuka-buka
arsip lama. Setuju?" 
Sebuah isyarat pada fredy krueger 
untuk segera angkat kaki. 
Maka fredy krueger  pun mengangguk
setuju lantas bangkit dari
kursinya. 
"Saya tunggu. Pak Wali,"
katanya, sambil  mengulurkan
tangan. "Dan terima kasih
sebab  Bapak, bahkan juga lbu,
sudah  meluangkan waktu untuk
saya. Yang cuma orang kecil
ini!" 
"Ah, jangan begitu!" sang wali
kota tertawa senang. Terutama,
sebab  sang tamu akhirnya
pergi. "Datanglah lain kali.
Pada situasi yang lebih
menyenangkan, saya harap,
sehingga kami dapat menjamu
Anda dengan baik!" 
"Akan saya ingat-ingat itu, Pak
Wali. Terima kasih!" 
Tuan makam berornamen rumah mengantarkan tidak
hanya sampai di pintu namun 
juga ke teras. bahkan terus ke
kereta keranda kencana  di halaman. la perlu
popularitas dan pandangan
kagum dari penghuni nya bukan" 
fredy krueger  tahu itu, sambil dengan
sengaja memperlambat langkah
dan secara sambil lalu
menyinggung satu nama yang
dalam pembicaraan tadi tidak
mereka sebut-sebut. 
Sebuah tembakan peluru
terakhir. 
"Omong-omong, Pak Wali. Saya
benar-benar salut pada Bu
jessica ?" 
Kena! 
"jessica ?" sang wali kota tampak
tertegun. Mengejut. 
Sesaat. cuma. namun  untuk mata
elang fredy krueger . yang sesaat itu
sudah lebih dari cukup. 
"Saudara kembar almarhum
chucky !" 
'Ah ya, dia. Mengapa?" 
"Dia tampak begitu tegar
menerima kematian saudaranya.
Padahal saya dengar-dengar,
mereka saling mencintai satu
sama lain. Sangat, malah!" 
Langkah tuan makam berornamen rumah terhenti
lagi sesaat. Tampak
berpikir-pikir. lantas kembali
mengikuti langkah fredy krueger 
sampai akhirnya tiba di kereta keranda kencana .
Yang, tentu saja. pintunya
sengaja dibuka fredy krueger 
berlambat lambat. Mudah saja.
tinggal berlagak pintu macet
meski akhirnya, bingo... terbuka
juga! 
Namun sebelum pintu kereta keranda kencana  itu
terbuka dengan benar, sudah
terdengar pertanyaan yang
memang sudah ditunggu-tunggu
oleh fredy krueger . 
'Dipikir-pikir, Pak fredy krueger .
Mengapa tidak pada Bu jessica 
saja ditanyakan. Dari apa
saudara kembarnya lari?" 
Dan fredy krueger  pun menjejalkan
umpannya ke mata kail. 
"Agaknya, Pak Wali, dia sulit
untuk digoyahkan!" 
"Maksudnya kalian curiga
bahwa dia tahu. namun 
berpura-pura tidak tahu?" 
fredy krueger  diam saja. Sambil
dengan cepat masuk ke kereta keranda kencana 
dan langsung menghidupkan
mesin. Di luar pintu, sang Wali
kota berdiri termangu-mangu.
Dan baru tersadar sesudah 
fredy krueger  menggumamkan pamit. 
"Selamat malam. Pak Wali...." 
kanjeng  soebandrio  cepat
menggeleng. Jelas untuk
membuang sesuatu dari
pikirannya. lalu sambil 
memaksakan senyum di bibir ia
menyahuti. 
"Malam. Pak fredy krueger . Dan kirim
salam pada keluarga di makam berornamen rumah.
Oke?" 
"Itu sudah pasti. Terima kasih!" 
saat  membelokkan kereta keranda kencana  di
luar gerbang, ekor mata fredy krueger 
sempat melihat bahwa tuan
makam berornamen rumah masih berdiri
termangu-mangu di tempatnya
semula. 
Dengan gembira, bahkan sambil
bersiul-siul. fredy krueger  mengebut
kereta keranda kencana nya. langsung pulang ke
makam berornamen rumah, untuk memenuhi janjinya
pada Melati. si bungsu. 
Tiba di makam berornamen rumah, dia bersyukur
keluarganya syamr lengkap dan
semuanya sudah makan malam.
Seperti biasanya, kembali lebih
dahulu  menelepon, fredy krueger 
memang tidak ditunggu untuk
duduk bersama di meja makan. 
sebab  fredy krueger  makan siang
atau makan malam kapan saja.
dan di mana sempat atau ingat. 
sesudah  ia sendiri selesai makan,
sambil dengan setia ditunggui
oleh Miranda yang tidak ikut
makan, barulah fredy krueger  teringat
pada amanat sang wali kota.
Titip salam pun di sampaikan.
Terakhir. pada Melati saat 
rebah di antara ayah dan ibunya
di atas ranjang yang sama
sebagaimana sudah  dijanjikan
fredy krueger . 
"Dari orang nomor satu di kota
ini," komentar si bungsu.
Takjub. 
"Siapa orang nomor satu di
sekolahmu, Imel?" tanya fredy krueger ,
dengan pikiran menerawang ke
manamana. 
"Ya, kepala sekolah dong. Papa
ini bodoh amat
Dan si bungsu pun ribut
berceloteh tentang kegarangan
kepala sekolah yang ia sebutkan,
juga guru matematikanya.
Sangat jauh berbeda dengan Bu
Novi. guru PKn yang menurut
cerita Melati selain lembut juga
sangat perasa. 
'Bu Novi pernah kami pergoki
sedang menangis di balik pintu
kelas. Dan?" 
Dan Melati akhirnya capek
sendiri berceloteh. lantas
tertidur. fredy krueger  menyelimuti
putrinya dengan hati-hati.
Saling menukar senyum dengan
Miranda, lantas merebahkan
kepalanya di bantal. Dengan
pikiran yang kembali
menerawang. 
Ada satu kebetulan lainnya yang
tidak ia utarakan pada sang wali
kota. dan memang sengaja ia
simpan untuk dirinya sendiri.
Unsur kebetulan yang boleh jadi
sangat menentukan dalam kasus
yang dihadapi fredy krueger . 
yaitu . kanjeng  soebandrio  datang
ke Cirebon dan chucky 
mulawarman  pun mati terbunuh. 
Mengapa" 
 
sesudah  berhasil membujuk
istrinya masuk kamar tidur,
soebandrio  sendiri lalu 
naik dan masuk ke ruang kerja
pribadinya di lantai atas. 
Sebuah ruangan yang lumayan
luas, yang selain ditempati
lemari arsip dan satu lemari
besi, juga dilengkapi
perpustakaan kecil. lemari hias
berisi perangkat keramik antik
dan  beberapa piala yang ia
peroleh selagi masih aktif
sebagai atlet taekwondo.
Sementara di tembok ruangan
terpajang sejumlah piagam dan
tanda penghargaan. lalu
sejumlah cindera mata seperti
pedang, dan keris berlekuk khas
lombok, tongkat kehormatan
berukir yang terbuat dari kayu
hitam, busur berumbai yang ia
peroleh dalam upacara
perpisahan dengan penghuni 
setempat di Palangkaraya,
lengkap dengan sepasang anak
panah yang matanya konon
beracun. 
namun  soebandrio  masuk ke
ruang kerja pribadinya bukan
untuk mengagumi itu semua.
juga bukan untuk kerja lembur
atau membaca-baa buku.
sesudah  membuka jendela
lebat-lebar supaya 
udara malam yang segar dan 
alami masuk ke dalam,
soebandrio  langsung mendekat
lalu rebahan di sofa yang empuk
nyaman. Berharap bisa terlelap
sambil mengingat-ingat isi
pembicaraan dengan tamunya
tadi. 
Ada satu kesimpulan yang sudah
ia tarik dari pertemuan itu.
yaitu , fredy krueger  Sembiring
bukanlah polisi yang mudah
dibodohi apalagi digertak. Coba
saja. saat  soebandrio 
secara halus mengancam bahwa
fredy krueger  bisa dipecat sebab 
bertindak sendiri tanpa
sepengetahuan atasannya, Ajun
Komisaris Polisi itu malah
melamun, lantas
tersenyum-senyum! 
Nekat atau sudah edankah dia
itu" 
Lalu, kunjungan pribadi
katanya! 
Dengan pertanyaan-pertanyaan
yang menjurus dan juga
terkesan menjebak emosi,
soebandrio  bahkan sampai
terpancing saat  kepala Satuan
Serse itu bertanya menuduh, 
"Bukan sebab  tekanan dari
pihak Anda"!" 
Tadi, sebenarnya soebandrio 
ingin menjawab apa adanya.
Bahwa polisi lalu  hanya
menelepon dan berkata bahwa
mereka mempercayakan
pengurusan Reinaldi di tangan
soebandrio . Dan itulah yang
memang dilakukannya selama
ini. Mendidik Reinaldi supaya
berubah menjadi manusia
baik-baik, meski gagal
membujuk anak itu untuk
meneruskan studi. 
namun  semua itu tak sempat
diutarakan oleh soebandrio ,
sebab  harga dirinya keburu
tersinggung. Harga diri seorang
kolonel yang dituduh
macam-macam oleh seorang
ajun komisaris polisi, 
yang dalam hierarki militer
setingkat dengan kapten!
soebandrio  lupa, bahwa dalam
pertemuan itu statusnya adalah
seorang wali kota. Yang baru
menduduki jabatan pula. Dan
selain popularitas, soebandrio 
juga membutuhkan tinta emas
untuk mencatat keharuman
namanya dalam buku sejarah
kota Cirebon, kota kelahiran
soebandrio  sendiri! 
Tidak dan jangan pernah lagi
kesalahan seperti itu ia perbuat.
soebandrio  harus lebih
berhati-hati. Khususnya dalam
masalah rumit yang ia hadapi
sekarang ini. Dan tentunya juga,
dalam menghadapi seorang
fredy krueger  Sembiring, yang bukan
mustahil akan kembali
berkunjung. Bukan ke makam berornamen rumah,
namun  ke kantor soebandrio .
Bukan pula sebuah kunjungan
pribadi, namun  resmi. 
Oh ya. 
Bicara soal kehati-hatian, ia
juga harus waspada terhadap
orang satunya lagi: jessica 
mulawarman ! 
Dua hari yang lalu, Joko sudah
menyarankan biarlah dirinya
saja sebagai sekwilda yang
mengsyamri pemakaman chucky 
mulawarman . Namun
soebandrio  tetap memaksa
syamr, dengan dalih ia harus
rajin terjun untuk lebih
mengenal penghuni  kota yang akan
dipimpinnya. 
Alasan sesungguhnya. hanya
soebandrio  yang tahu. Ia tidak
kuat menahan godaan untuk
melihat sendiri bahwa chucky 
benar-benar sudah  mati, sudah 
dikuburkan. Dan di upacara
pemakaman itulah untuk
pertama kalinya soebandrio 
mengenal fredy krueger . 
Dan terutama, jessica . 
saat  masih menjabat Dan
Ramil di lumajang , 
soebandrio  hanya tahu nama.
Itu pun cuma dengar-dengar.
Sampai di situ tidak ada
masalah. Masalah baru muncul
sesudah  soebandrio  kembali
tergoda. Kali ini untuk mencari
tahu apa saja yang diketahui
jessica  mengenai insiden lumajang . 
Dari pembicaraan mereka,
kelihatannya jessica  juga tidak
tahu dan tidak mengenal siapa
soebandrio . Kecuali sebagai
wali kota. Seharusnya titik
sampai di situ saja dan
soebandrio  boleh pulang
dengan berlega hati. namun ,
godaan aneh itu datang lagi.
Dan soebandrio  pun menyebut
lumajang  dan bahwa dirinya pernah
menjadi Dan Ramil di sana.
Lalu. jessica  mendadak tampak
tegang bahkan terkesan
waspada! 
Memang, tak sepatah pun jessica 
menyinggung soal insiden
lumajang . namun  tadi, di makam berornamen rumah
sakit! 
"Baru dari kamar mayat ya?"
tanya jessica . seperti sambil lalu
pula. Juga, ucapan berikutnya.
"Hanya menduga-duga!" 
Dugaan apa yang ada di benak
jessica  mengenai kunjungan
soebandrio  ke kamar mayat.
Atau lebih jauh lagi. mengenai
kematian Reinaldi" Lalu
omongan lainnya dari jessica 
pada juru rawat yang kata jessica 
kerabatnya. 
"Kabar burung mengenai
kematian saudara kembarku
itu...!" 
Kabar burung apa yang sudah
beredar di luaran, dan sejauh
mana polisi mendengar lalu
menanggapinya" 
Polisi! 
Tadi saat  pamit, komandan
satuan serse itu tidak
membantah dugaan
soebandrio . Bahwa 
jessica  tahu, namun  berpura-pura
tidak tahu. fredy krueger  Sembiring
hanya mengatakan, bahwa
jessica  sulit digoyahkan. 
Sampai saat ini. ya. namun  besok
lusa" soebandrio  tahu betul
bagaimana cara kerja polisi.
Dan ia yakin, akan tiba
waktunya mereka berhasil juga
menggoyahkan jessica . 
Lalu, apa yang dimiliki atau
diketahui jessica " Dan apa yang
harus dilakukan oleh
soebandrio  sesudah ... atau lebih
bagus lagi, sebelum jessica 
digoyahkan" 
Dengan belakang kepalanya
yang terasa berdenyut-denyut
sakit, soebandrio  bangkit dari
sofa lalu berjalan
mondar-mandir di ruang kerja
pribadinya. Gelisah, dan dengan
pikiran kacau bahkan lalu 
melantur ke mana-mana. 
Andaikata tidak ada insiden
lumajang . pikir soebandrio .
Barangkali aku akan melihat
jessica  dari sisi lain. Sisi seorang
wanita. Dengan postur
semampai. dan  lekuk tubuh
menawan. Belum lagi wajah
cantik. sepasang mata bulat
yang terbuka lebar. Kontras
dengan bibir mungilnya yang" 
Ah, ya. Terutama, bibir mungil
itu! 
Bibir mungil yang merah segar.
Dan kalau bergerak. terkesan
sensual. memicu  laki-laki yang
melihat, tergoda untuk mencium
dan mengulumnya selama
mungkin. 
Itu adalah bibir mungil yang
sama. 
Di wajah lembut Ayuningsari! 
 
HUTANG budi dan nafsu berahi,
pikir soebandrio  sambil  duduk
menyandar di kursi kerjanya
yang ia putar menghadap ke
jendela terbuka. Dengan
lamunan yang terus
menerawang semakin jauh.
Melampaui lampu-lampu kota
yang terlihat dari tempatnya
duduk. Melampaui
gunung-gunung, lembah dan 
ngarai. sampai akhirnya
berhenti di satu kota kecamatan
kecil yang bernama lumajang . 
Utang budi dan nafsu berahi. 
Dua hal itulah yang selalu
membayangi lalu  malah
menghancurkan perjalanan
cinta yang singkat dari
soebandrio  dengan kekasih
gelapnya, Ayuningsari. Utang
budi itu bukan pada Ayuningsari
di lumajang  sana, melainkan pada
orang lain dan juga berbeda
tempat maupun waktu. 
Bermula saat  ibu soebandrio 
minggat dengan lelaki lain dan
ayahnya yang frustrasi nekat
pergi melaut sendirian di tengah
hantaman angin badai. Sang
ayah tak pernah kembali.
Kecuali perahunya saja, yang
ditemukan pada posisi terbalik
diayun
ayun ombak laut kian kemari.
Cuma perahu itu sajalah yang
resmi diwarisi soebandrio .
ditambah makam berornamen rumah dalam gadaian
yang akhirnya dirampas tanpa
ampun oleh si tengkulak pemilik
modal. 
Dalam keadaan
terkatung-katung sengsara
itulah soebandrio  diambil oleh
seorang kerabat yang lalu 
bertanya kepadanya, "Kau tahu
mengapa ibumu minggat dan
ayahmu frustrasi?" 
soebandrio  yang saat  itu
sudah menamatkan bangku SMP
dan sempat menganggur dua
tahun tentu saja tahu. Ibunya
minggat sebab  sudah tidak
tahan dan bosan harus selalu
bertengkar dengan ayah
soebandrio . Ayah yang baik,
sebenarnya. Ulet bekerja,
bertangan dingin pula sehingga
mampu memiliki armada perahu
sendiri. 
Namun sang ayah punya satu
titik lemah yang tidak bisa
diangkat-angkat atau
diungkit-ungkit oleh siapa pun
juga: ambisi. Ambisi untuk
diangkat sebagai seorang sultan
yang sah dan diberi kediaman
resmi di lingkungan keraton.
Jika mungkin di istana
Kasepuhan, lengkap dengan
semua atribut-atributnya. Tidak
lagi sebagai keturunan selir,
yang hanya diundang dalam
upacara tahunan saja, itu pun
cuma diberi tempat duduk di
deretan paling belakang.
Dengan nama yang selain
disebut selewat saja, bahkan
sering dilupakan! 
Ambisi ini lah yang rupanya
mendorong ayah soebandrio 
untuk banting tulang
sekeraskerasnya. Nyaris semua
hasil keringatnya ia habiskan
untuk menyumbang segala
keperluan yang dibutuhkan oleh
keluarga Kasepuhan. Istri dan
anak satusatunya hanya
kebagian ampasnya saja.
Ditambah 
ucapan-ucapan muluk namun 
mengambang seperti "Rejeki kita
tidak akan ke mana-mana!" atau
janji yang tak lebih dan' sebuah
impian "sesudah  kita nanti
tinggal di lingkungan istana,
maka"." 
namun  istana tetaplah ditempati
dan dimiliki oleh para keturunan
sultan yang murni dan sah. 
Mengenai ayah soebandrio " 
Armada perahunya sudah terjual
habis bahkan sampai terlibat
utang untuk ikut andil dalam
renovasi salah satu bagian
istana Kasepuhan yang nyaris
runtuh sebab  usia tua.
Hasilnya" Boro-boro di
Kasepuhan. Di istana
Kacirebonan dan  Kanoman
pun tidak ada tempat untuk ayah
soebandrio . Memang ada
ucapan terima kasih. Didan i
penjelasan bahwa pihak istana
akan selalu terbuka untuk
menerima dukungan dari luar. 
Gelar Sultan" 
Penasihat istana memberitahu,
"Darah memang ada. namun ..." 
ltulah keputusan dan memang
juga fakta nyatanya: keturunan
selir tetaplah keturunan selir.
lbu soebandrio  tiba pada
puncak kemarahannya pada
sang suami, lantas minggat. Dan
dengan wajah murung dan tanpa
pamit pada siapa-siapa, malam
harinya ayah soebandrio  naik
ke perahu milik satusatunya
yang masih tersisa. 
Dua orang mantan anak
buahnya yang sudah pindah
majikan sempat melihat dan
memperingatkan tentang badai.
namun  ayah soebandrio  terus
saja mengayuh perahunya
menembus kegelapan malam
yang ramai oleh angin ribut.
lalu . ayah Her
lambang pun resmi dinyatakan
meninggal sebab  kecelakaan di
laut. 
Sang kerabat bertanya lagi. 
"jika kau sudah tahu, apa yang
harus kau lakukan supaya tidak
mengalami hal yang serupa?" 
soebandrio  tidak tahu. 
"Belajarlah yang giat," sang
kerabat memberitahu. "Dan
jangan pernah berharap menjadi
orang lain. namun  jadilah dirimu
sendiri!" 
soebandrio  pun diharuskan
meneruskan sekolahnya. Dan
selain keperluan sekolah, biaya
hidup sehari-hari soebandrio 
juga ditanggung oleh kerabatnya
yang seorang kolonel dengan
nama dan  reputasi baik. Tamat
SMA. soebandrio  dibantu pula
masuk ke Akabri. Dan begitu
soebandrio  lulus tiga tahun
lalu  lantas pulang ke
Cirebon, ia disambut oleh
ciuman rindu Nawangsih. putri
kesayangan sang Kolonel. Yang
lalu  berbisik gemetar di
telinga soebandrio . 
"Lamarlah aku hari ini juga!" 
Meski sudah memperistri
Nawangsih. soebandrio  selalu
memperingatkan pada dirinya
sendiri bahwa utang budi
tidaklah berarti sudah terbayar
lunas. Utang budi itu tetap akan
terbawa ke mana pun kaki
dilangkahkan. Antara lain,
sesudah  ayah mertuanya pensiun
dengan pangkat brigadir
jenderal purnawirawan dan
pangkat soebandrio  sendiri
terus pula naik sampai akhirnya
ia ditempatkan sebagai
komandan batalion cakrabuana  militer di
lumajang , dengan pangkat kapten. 
Sukses awalnya. yang ia yakini
berbasis pada utang budi itu
juga. 
Lalu, nafsu berahi itu pun
datang! 
Bermula pada suatu hari
soebandrio  melakukan
perjalanan dinas penyuluhan
pada penghuni  sebuah desa.
Selama memberi pengarahan di
pendopo kelurahan. soebandrio 
diam-diam menyadari bahwa
ada sepasang mata yang terus
memperhatikan dirinya. Mata
seorang wanita lesbi , dari
barisan ibu-ibu PKK. 
Selesai penyuluhan dan
soebandrio  sedang berjalan
menuju jip dinas tempat
sopirnya sudah menunggu. si
pemilik mata tahu-tahu
mendekat dan berkata diiringi
senyuman manis. 
"Saya kebetulan mau ke pasar,
Pak Ramil. Boleh numpang ya?"
Melihat bibir mungil yang
tersenyum itu. jantung
soebandrio  langsung terasa
hangat, bergetar. Dan dengan
senang hati soebandrio  pun
mcmbantu si wanita lesbi  naik ke
dalam jip. Namun untuk
beberapa saat lamanya mereka
berdua tidak saling berbicara.
Entah apa yang mengunci
mulutnya. dan apa pula yang
mengunci bibir mungil yang
merah segar itu. 
Sampai suatu saat, mereka sama
menoleh dan sama membuka
mulut pula untuk berbicara.
soebandrio  pun tertawa. 
"Silakan dahulu an, Jeng Ayu!" 
Kulit wajah wanita lesbi  yang
duduk di sebelahnya tampak
memerah sebelum lalu 
menyahuti. Malu-malu. 
"Tadinya saya mau bertanya
mengapa kok Pak Ramil diam
saja!" 
"Sama dong. kalau begitu!"
jawab soebandrio . 
Jujur. Tertawa lagi sebab 
kebetulan yang menggelikan itu,
ia meneruskan. "Tapi
omong-omong. aku jangan
disebut Pak Ramil, ah. Itu kan
nama instansi tempatku
berdinas!" 
"Lantas saya panggil apa. Pak
Ramil" Kapten, begitu?" 
"Kapten boleh, nama juga boleh.
Namaku kau sudah tahu,
tentunya!" 
Si bibir mungil mengangguk. 
"Ada tertulis dalam surat
undangan yang saya terima
untuk mengikuti penyuluhan!"
katanya. Lalu membuka tas,
memperlihatkan surat dimaksud
yang resmi dari kelurahan.
tempat tercantum pangkat dan 
nama lengkap soebandrio 
sebagai pembicara utama.
"Dengan nama yang mana saya
harus memanggil. Kapten?" 
"Yang di depannya!" jawab
soebandrio . "kanjeng . Itu nama
kecilku. Kau, Jeng Ayu" Boleh
tahu siapa namamu?" 
Bibir mungil itu tersenyum.
merekah. memicu  jantung
soebandrio  kembali bergetar.
Suara si pemilik bibir terdengar
lirih saat  balik bertanya. 
"Pak Kapten ini kura-kura
dalam perahu ya?" 
'Lho. Kok?" 
"Nama saya kan sudah Bapak
sebut dari tadi," wanita lesbi  itu
memberi tahu. "Tapi
lengkapnya. Ayuningsari. Biasa
dipanggil Nining. Dan baru Pak
Kapten sendiri yang memanggil
saya Ayu!" 
"Oh?" soebandrio  terkejut
sendiri dan lagi-lagi ia harus
tertawa. Dan tanpa berpikir
panjang, langsung
mengomentari, "Sejujurnya saja,
aku menyebut 
Jeng dengan tambahan Ayu,
sebab  kupikir memang sesuai
dengan wajah orangnya.
Terutama..." 
"Terutama apa, Pak kanjeng ?"
tanya Ayuningsari sebab 
soebandrio  tiba-tiba
mengatupkan mulut. 
"Ah, tidak!" sahut soebandrio .
Kembali tertawa. namun kali ini
dipaksa. Lalu cepat-cepat
mengalihkan pembicaraan
mengenai urusan desa tempat
Ayuningsari berdomisili.
kegiatan ibu-ibu PKK dan entah
apa lagi. Sampai akhirnya
wanita lesbi  itu turun di pasar
yang memang dilewati
soebandrio  dalam perjalanan
kembali ke kantor. 
sesudah  saling melambai dan
saling menukar senyum, kereta keranda kencana 
pun meluncur kembali. Dan
prajurit kepala kahar muzakar -sopirnya
yang dari tadi diam saja
tahu-tahu angkat bicara. 
"Saya senang melihat Kapten
sangat gembira hari ini.?" 
soebandrio  diam saja. Dan
pulang kemakam berornamen rumah malam harinya.
ia rebah di sebelah Nawangsih
namun  dengan pikiran pada
Ayuningsari. Terutama. apa
yang tadi ditanya wanita lesbi  itu
dan tidak dijawab oleh
soebandrio : bibir mungilnya.
Dan. masih ada satu lagi: dari
Pak Ramil menjadi Pak Kapten,
lalu tiba-tiba... Pak kanjeng ! 
Mengapa tidak: Mas kanjeng " 
Sebutan yang diimpikan
soebandrio  datang juga
seminggu lalu . 
Sore itu ia habis mengikuti
latihan taekwondo di perguruan
setempat. Memakai baju
preman, naik kereta keranda kencana  sendiri, yang
ia kemudikan sendiri pula. Di
perjalanan pulang ia melihat
wanita lesbi  muda berdiri
menunggu kendaraan umum di
sebelah kiri ja
lan yang ia tempuh. sesudah 
dekat, temyata Ayuningsari.
soebandrio  memperlambat lalu
menepikan kereta keranda kencana nya. 
Ayuningsari mulanya sempat
cemberut dan akan menyingkir
sebelum akhirnya mengenali
siapa yang keluar dari belakang
kemudi. Dan wanita lesbi 
berwajah ayu itu pun berkata
terkejut. 
"Eh. Mas kanjeng  kiranya...!" 
soebandrio  tergetar mendengar
cara Ayuningsari memanggil
dirinya. Lalu bertanya diiringi
senyum. 
"Sedang apa kau di sini, Jeng
Ayu?" 
Kulit muka Ayuningsari
memerah sesaat. 
"Saya baru mengunjungi
keluarga yang sakit," katanya
sambil  menunjuk mulut gang di
belakang tempatnya berdiri.
'Dan sekarang lagi menunggu
angkutan umum!" 
"Bersedia diantar dengan
angkutan pribadi?" 
Sial dan benar-benar
memalukan, tiba-tiba ban
kempes di tengah jalan. Di jalan
kampung yang sunyi sepi pula.
soebandrio  terpaksa turun
untuk mengganti ban. Dan
Ayuningsari menolak untuk
duduk berpangku tangan lantas
turun membantu. 
Lalu saat  memasang roda
pengganti. tanpa sengaja wajah
mereka berdua saling mendekat.
Baik soebandrio  maupun
Ayuningsari, sama menatap.
Tertegun. sesudah  mereka duduk
kembali, berdampingan di kursi
depan kereta keranda kencana , soebandrio  tidak
langsung menghidupkan mesin.
Diam berpikir sejenak, ia
lalu  menoleh lalu berkata
ragu-ragu. 
"Tadi di luar, Ayu. Bahkan
mungkin sejak pertama kita
bertemu?" 
soebandrio . diam. Tak berani
melanjutkan. 
Ayuningsari-lah yang mendesak.
"Ya, Mas kanjeng ?" 
soebandrio  pun menatap apa
yang ingin ditatapnya berlama
lama, lalu mengutarakannya
dengan kata-kata. 
"Aku tak bisa menahan godaan
untuk... mencium bibir
mungilmu!" 
Ayuningsari tampak menahan
napas. lantas berkata.
"Mengapa tidak kau lakukan
sekarang. Mas?" 
Dan itulah lalu  yang
terjadi. 
sesudah  meyakinkan bahwa di
jalanan sepi itu tidak ada orang
yang melihat. soebandrio 
langsung meraih tubuh
Ayuningsari yang terasa hangat
dan gemetar. Lalu bibir mungil
yang merah segar itu dicium dan
dikulum soebandrio 
berlama-lama. Dibalas berapi
api pula. Sampai akhirnya
Ayuningsari menjauhkan
wajahnya yang lalu  ia
rebahkan di dada soebandrio .
Tersengal-sengal beberapa saat,
Ayuningsari lalu 
berkata , lirih. 
"Sebelum hubungan kita ini
berlanjut Mas... dan memang
itulah yang saya harapkan, saya
harus jujur padamu!" 
Jantung soebandrio  sesaat 
berdetak. Lalu bertanya, kuatir. 
"Kau... punya suami?" 
Wajah yang rebah di dadanya.
bergerak menggeleng-geleng.
"Justru tidak, Mas kanjeng ...." 
"Lantas?" 
Agak lambat. barulah terdengar
jawaban. Yang bukan cuma
lirih. namun  juga malu. 
"Saya ini... janda!" 
Satu dua detik. Serr. 
Dan pada detik berikutnya,
soebandrio  pun tertawa.
Tergelak-gelak. 
"Kukira apa!" katanya. 
Lantas kembali tergelak. 
Dan sesudah  hari itu. banyak
yang mengatakan bahwa terjadi
perubahan drastis pada diri
soebandrio . Dari seorang
pemurung dan suka menggebrak
meja jika perintahnya tidak
segera dilaksanakan atau
disalahtafsirkan, mendadak jadi
orang yang suka bercanda dan
penyabar pula. Untuk semua
pertanyaan yang diucapkan
secara berbeda itu, soebandrio 
memberi jawaban yang sama.
Pendek pula. 
"Mungkin sebab  pertambahan
umur!" Jawaban yang sama ia
berikan pada Nawangsih yang
akhirnya tak tahan juga untuk
bertanya. 
"Ada apa sih, Pak" Kok kau suka
mendadak memberi syamah"!" 
Dan saat  Nawangsih terus
mendesak juga. soebandrio 
memberi alasan lain. Yang lebih
masuk akal, lebih dapat
diterima, sebab  memang
demikianlah faktanya. 
"Kau sedang mengandung anak
pertama kita, bukan?" 
Nawangsih pun tidak lagi
menaruh curiga. 
Begitu pula pada waktu
kandungan Nawangsih semakin
membesar dan sudah memasuki
mingguminggu terakhir
kelahiran. Nawangsih percaya
saja alasan mengapa
soebandrio  mulai jarang
menidurinya. 
"Kita harus menjaga. jangan
sampai kandunganmu
terganggu!" 
Padahal, penyebab
sesungguhnya adalah Herlam
bang sudah memperoleh apa
yang diinginkan seorang suami
dari istrinya. 'namun  bukan dari
Nawangsih, melainkan
Ayuningsari. 
Itu terjadi dua bulan sesudah 
mereka menjalin cinta dalam
kencan yang dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Memasuki
bulan kedua kencan mereka,
soebandrio  dan Ayu tidak lagi
sekadar berpelukan atau
berciuman. Dan sesungguhnya,
tidak pula mereka niatkan
apalagi rencanakan. 
Itu terjadi begitu saja. 
Hujan tiba-tiba turun bagai
ditumpahkan dari langit. dan
mereka berdua terperangkap di
dalam pondok persinggahan di
hilir sungai yang bermuara ke
laut di pesisir Banyuwangi.
Terlambat tiba di pondok
termaksud, baju mereka tentu
saja samasama basah kuyup. 
Dengan mempergunakan
beberapa potong kayu bakar
sisa ditambah pecahan-pecahan
dinding pondok, soebandrio 
menyalakan mancis yang
dibawanya. Yang semula untuk
menyalakan rokok, kini untuk
memicu  api unggun kecil.
Cukup untuk menghangatkan
dan mengeringkan baju mereka
sambil menunggu hujan
berhenti. 
Penungguan itu berlangsung
selama tiga jam penuh. Dengan
tubuh mereka berdua yang
hanya dilapisi baju dalam saja.
Yang lalu . juga
didiangkan. Hanya saja, saat 
lapisan terakhir itu mereka
tempatkan dengan aman di
pendiangan, tubuh mereka
sudah menyatu. 
Dan terus menyatu, sedalam
yang hasrat mereka inginkan. 
Dan itu terus mereka ulang lagi
dan lagi, tiap kali mereka
bertemu. Pertemuan, yang jarak
waktunya semakin mereka
persempit pula. Terkadang
sampai melupakan keamanan.
sebab  sudah tak tahan oleh
desakan nafsu berahi. 
Lalu anak pertama soebandrio 
pun lahir. Ditunggui oleh kedua
orang mertuanya yang
dahulunya adalah orangtua
angkatnya. Dan mereka datang
ke lumajang  dengan penuh sukacita
sebab  sang putri kesayangan
akhirnya memperoleh keturunan
juga. dan  kebanggaan pada
sang menantu yang sudah dapat
lampu hijau untuk bersekolah ke
Suslapa di Lembang. Bandung.
Yang artinya jenjang karier sang
menantu akan terus menapak. 
Sekembali mertuanya yang
pensiunan brigjen itu ke
Cirebon, barulah soebandrio 
bertemu lagi dengan kekasih
gelapnya sesudah  satu bulan
lebih mereka berdua menahan
rindu. 
Wajah Ayuningsari tampak agak
pucat, dan saat  ditanya
mengapa oleh soebandrio ,
sang kekasih pun menjawab
takut-takut. 
"Saya hamil. Mas kanjeng !" 
soebandrio  pun langsung
terenyak. Dengan wajah yang
lebih pucat dari wajah
Ayuningsari. Lalu... 
"soebandrio ..."!" suara lirih
dan sayup. tiba-tiba terdengar
memanggil namanya.
soebandrio  tetap diam. Duduk
dengan mata 
menerawang di kursi kainnya.
menghadap jendela yang
terbuka. Suara lirih dan sayup
itu kembali terdengar. "Aku tahu
kau di situ, soebandrio !" 
soebandrio  mengerjap. 
Ayuningsari-kah itu" namun ,
soebandrio ! Bukan panggilan
kesayangan itu: Mas kanjeng . 
Mengerjap lagi lalu melihat
bangunan-bangunan tinggi dan 
lampu-lampu kota di luar
jendela, barulah soebandrio 
sadar bahwa ia ada di Cirebon,
di ruang kerjanya sendiri. Bukan
di lumajang . 
Nawangsih mungkin" namun 
semenjak anak mereka lahir,
yang lalu  disusul oleh
anak kedua. istrinya sudah
membiasakan diri memanggil
dengan sebutan Bapak, bukan
lagi nama. soebandrio  sudah
akan memutar kursinya untuk
mencari tahu siapa yang sudah 
memasuki ruang kerjanya
manakala suara itu terdengar
lagi. 
Lebih jelas, kini. 
"Aku di sini, soebandrio " 
Dari luar jendela! 
soebandrio  pun bangkit
serempak lalu dengan cepat
memantau  kegelapan malam di
luar. Dan. bingo! 
ltulah dia, di trotoar seberang
jalan. 
Seorang wanita bergaun merah
hati. berdiri persis di bawah
lampu penerangan jalan.
menengadah ke arah jendela
tempat soebandrio  tegak
memantau . sehingga sosoknya
terlihat jelas. Dan... mulanya
soebandrio  tidak mengenali
wajah itu. namun  sesudah 
mencondongkan tubuhnya lebih
ke depan lantas mengamat-amati
dengan lebih cermat akhirnya
wajah itu ia kenali juga. Dan
soebandrio  pun tertegak kaku.
Sambil menatap, tak percaya. 
jessica  mulawarman . 
Sendirian. di tengah malam
buta! 
soebandrio  sudah akan
menyerukan tanya, saat 
sebuah truk peti kemas dengan
sasis pendek menderu lewat.
Dan pandangan soebandrio 
pada wanita lesbi  bergaun merah
hati di bawah sana sesaat 
terhalang. Sesaat lalu 
terlihat lagi. namun  kembali
terhalang oleh munculnya truk
peti kemas lainnya, dengan sasis
yang lebih panjang. Satu. dua.
tiga. empat. Dan begitu truk
terakhir meluncur lewat, trotoar
di bawah lampu penerangan
jalan tampak sudah kosong. Tak
ada jessica . Yang ada hanya
kereta keranda kencana  yang meluncur cepat ke
arah konvoi tadi berlalu. 
Bertumpu ke bingkai jendela,
soebandrio  berusaha
mencari-cari dengan matanya. 
Hanya lampu-lampu,
bangunan-bangunan milik
tetangga dan  kegelapan malam
saja yang ada. Halusinasi,
barangkali" soebandrio 
meluruskan tegaknya. menghela
napas panjang dan sudah
bersiap-siap untuk menutup
jendela, saat  secara tak
sengaja ekor matanya
menangkap sesuatu di pertigaan
jalan. 
namun  sekarang. pertigaan jalan
itu tidak dalam keadaan kosong. 
Dia ada di sana. 
Si gaun merah hati. Tegak diam,
menengadah ke arah jendela
ruang kerja soebandrio . 
Tak pelak lagi, soebandrio 
menggeram. "Haram jadah!" 
Bersama umpatannya itu,
soebandrio  cepat menghambur
ke pintu yang ia buka dengan
sekali renggut. Berlari-lari
menuruni tangga dan melintasi
ruang tengah lalu ruang depan,
dengan cepat ia sudah keluar
dari makam berornamen rumah dan terus
menghambur menuju pintu
gerbang yang tertutup rapat.
Terkunci pula. Kedua orang
petugas piket yang sedang asyik
bermain kartu di pos jaga.
sesaat  dibuat kaget oleh
bentakan soebandrio . 
"Buka gerbang ini. Cepat!" 
Namun toh percuma saja. 
Mereka bertiga sudah
berlari-lari dan mencari ke
pertigaan dimaksud, juga
sudut-sudut lainnya.
kereta keranda kencana -kereta keranda kencana  yang oleh
pemiliknya diparkir di luar
makam berornamen rumah atau tepi jalan, semuanya
sudah  diperiksa. Begitu pula
kereta keranda kencana -kereta keranda kencana  yang kebetulan
lewat, tak luput dari perhatian.
Tetap saja tidak ditemukan
tanda-tanda keberadaan si gaun
merah hati. 
Sambil menutup dan mengunci
kembali pintu gerbang, salah
seorang petugas piket akhirnya
memberanikan diri untuk
mengemukakan apa yang
lalu  muncul dalam
pikirannya. 
"Maaf, Pak Wali." katanya,
takut-takut. "Kalau memang
seperti Bapak bilang bahwa
Bapak tidak bermimpi, ada
baiknya polisi kita telepon.
Dan..." 
 namun  soebandrio  terus saja
berlalu. Dengan
langkah-langkah panjang dan 
wajah yang memucat 
saking marah. 
Masuk kembali ke dalam makam berornamen rumah.
ia langsung melembari buku
dengan gerakan kasar sambil
bersungut-sungut tak jelas.
sesudah  menemukan apa yang
dicari, gagang telepon ia
renggut dari tempatnya.
Mengoperasikan nomor sesuai
yang tercantum pada buku
telepon, ia menunggu sesaat.
Dengan sangat tak sabar. Dan
begitu dapat sahutan, ia
langsung menggeram. 
"Ini dari kediaman Wali Kota.
Cepat sambungkan ke kamar
yang ditempati jessica 
mulawarman !" 
Menunggu lagi dengan sebelah
tangannya yang bebas
dikepal-kepalkan dengan marah,
dari ujung saluran telepon
terdengarlah sahutan mengantuk
dari seorang laki-laki . 
"Halo...?" 
"Siapa ini?" bentak
soebandrio . 
"mandala krida..." jawab yang
ditanya. Disusul suara
ragu-ragu. "Yang menelepon ini
Pak Wali Kota sendiri atau..." 
"Bukan kau, tapi aku yang
bertanya!" potong soebandrio .
Kasar, dan benar-benar lupa
pada popularitas yang
dibutuhkannya. "Apa maksud
istrimu berkeliaran di sekitar
makam berornamen rumahku. eh"!" 
Sepi sesaat dua. Lalu, "Istri
saya, Pak Wali" namun ... dia
sedang tidur. Pulas lagi. Atau
perlu saya bangunkan?" 
"ltulah maksudku!" 
namun  selagi menunggu.
soebandrio  mulai bim
bang. Sedang tidur, kata si
suami. Dan tadi sesudah  ribut
mencari kian kemari.
jangan-jangan Bapak cuma
bermimpi, kata petugas piket.
namun  soebandrio  yakin
dirinya sepenuhnya terjaga,
dan... 
"Halo?" terdengar sahutan lirih
seorang wanita lesbi  di
teleponnya. 
jessica -kah itu atau... 
Hm. bisa saja orang lain! 
Tanpa menyahuti lagi,
soebandrio  cepat meletakkan
telepon lantas duduk terenyak.
Ada yang salah di sini, pikirnya. 
namun , apa" 
mandala krida juga merasakan hal
yang sama. Ada yang salah.
pikirnya sambil  mendampingi
jessica  yang meletakkan telepon
dengan wajah bingung dan
tampak masih mengantuk. 
"Sungguh, kau tidak merasakan
apa-apa tadi?" mandala krida
akhirnya bertanya. Serius. 
"Tidak!" geleng sang istri sambil
mengingatingat. "Aku cuma
bermimpi. Dan kali ini... mimpi
benaran!" 
"Mimpi apa?" 
Duduk termenung-menung.
jessica  memberitahu. "Aku
merasa diriku seperti
melayang-layang. lantas...
hinggap di bawah sebuah lampu
penerangan jalan. Dan di tempat
yang rasanya kukenali!" 
"Tempat apa?" 
"makam berornamen rumah kediaman Wali Kota.?" 
Tulang punggung mandala krida
mendadak terasa 
kaku dan sakit. la lantas
menunggu, dengan tegang. 
"Aku seperti melihat ada jendela
terbuka," jessica  meneruskan.
Dengan mata menerawang.
"Dan dia ada di sana. Pak Wali
Kota!" 
'Lalu"' 
"Tiba-tiba ada konvoi yang
lewat. Konvoi peti kemas,"
jawab jessica , dengan wajah
tampak memucat. "Dan
tahu-tahu tubuhku sudah
menempel di bagian luar... salah
satu peti kemas! namun  dengan
cepat sudah melayang lagi. Dan
kembali hinggap di sekitar
kediaman Wali Kota. namun  di
tempat terpisah..." 
'Dan?" 
jessica  menggeleng dan menarik
napas panjang. 
'Tak ada apa-apa lagi," katanya.
"sebab  Mas tahu-tahu sudah
membangunkan aku dari tidur!" 
Dan mimpi aneh itu pun
berakhir. pikir mandala krida.
Merenung-renung. Beberapa
saat cuma" sebab  dengan
segera ia sudah bangkit lalu
menyambar gagang telepon
yang tadi sudah diletakkan oleh
jessica . 
jessica  menoleh lantas bertanya
gelisah. 
"Mau menelepon siapa, Mas?" 
mandala krida tidak menyahuti. 
Ajun Komisaris Polisi fredy krueger 
Sembiring menyambar
handphone yang berbunyi di
samping ranjang tidurnya dan
langsung menyahuti. 
'Halo?" 
Diam mendengarkan sejenak,
fredy krueger  memaksakan diri untuk
tersenyum. 
'Tak apa, Bung Pras. Aku
kebetulan memang belum juga
bisa tidur dari tadi. Nah, kabar
aneh apa yang Anda maksudkan
barusan." 
fredy krueger  diam lagi
mendengarkan. Kali ini lebih
lama, dan dengan wajah
perlahan-lahan berubah
mengeras. Bahkan sampai harus
duduk di pinggir ranjang untuk
lebih berkonsentrasi. la
mendengar Miranda mengeluh
dan menggeliat dalam tidurnya
namun fredy krueger  tidak tertarik
untuk berpaling. 
Lalu tanpa mengajukan
pertanyaan apa pun, fredy krueger 
lalu  mengakhiri
pembicaraan telepon itu dengan
suara lembut dan bernada
menghibur. 
"Biar kami saja yang
memikirkannya, Bung mandala krida.
Anda dan istri Anda tidur
sajalah lagi. Terima kasih untuk
pemberitahuannya. Selamat
malam!" 
Duduk berpikir sejenak, fredy krueger 
meletakkan handphone di tempat
semula dan ganti menyambar
HT polisinya yang tersimpan di
tempat yang sama. la sudah
akan menekan salah satu tombol
saat  tampak seperti teringat
sesuatu. fredy krueger  pun menoleh
dan melihat ke arah Miranda
yang merangkulkan sebelah
tangannya ke tubuh si kecil
Melati. Istri dan  putri
bungsunya benar-benar pulas,
dan fredy krueger  tak tega mengusik
kenyamanan orang-orang yang
dikasihinya itu. 
Maka fredy krueger  pun bangkitlah
dari tempat tidur. Bukan untuk
keluar dari kamar, melainkan
masuk ke kamar mandi yang
pintunya dibuka lalu ditutupkan
dengan hati-hati. Duduk
seenaknya di atas 
kloset, barulah tombol 'on' pada
HT-nya ditekan. sesudah  itu
fredy krueger  memanggil. 
"Buldog pada Herder satu!
Buldog pada Herder satu!" 
Terdengar suara bergemeresak
pada HT di tangan fredy krueger .
disusul terdengamya suara syam
kamaruzaman  yang sedikit tersengal.
Agaknya sedang kepayahan.
atau sesuatu sudah  mengganggu
pernapasannya. 
"Herder satu di sini. Roger" 
"Dia lolos lagi, bukan?" fredy krueger 
langsung bertanya. Serius. 
"Dari mana Anda tahu,
Komandan?" terdengar suara
heran sang inspektur satu yang
lalu  tiba-tiba menyesal
sebab  fredy krueger  diam saja. Ada
helaan napas, lalu, "Dia
tiba-tiba muncul begitu saja.
Komandan. Sekali lagi. begitu
saja! Di bawah salah satu lampu
penerangan jalan!" 
"Lantas?" 
"Kami bergegas keluar dari
kereta keranda kencana  untuk mendekat. namun 
suatu konvoi panjang peti kemas
tahutahu menghalangi langkah
kami. Dan dia pun lenyap!" 
"Lenyap bagaimana?" 
"Lenyap dari tempatnya di
bawah lampu penerangan jalan,
bersama munculnya konvoi peti
kemas. Konvoi itu lantas kami
kejar bahkan sempat kami tahan.
Dan?" 
Dan dengan suara yang
terdengar marah bercampur
malu. syam kamaruzaman 
memberitahu bahwa hasil yang
mereka peroleh Cuma omelan
marah bahkan juga
umpatan-umpatan kasar dari
satu dua so
pir truk. Si gaun merah hati"
Tak seorang pun dari sopir truk
itu yang mengaku sudah 
melihatnya. Sementara
tanda-tanda keberadaan si gaun
merah itu juga tidak mereka
temukan sesudah  berlelah-lelah
memeriksa truk demi truk. 
"Kami lantas lembali ke tempat
pengintaian semula," syam
kamaruzaman  mengakhiri ceritanya.
lagi, dengan napas tersengal.
"namun  hanya untuk terus lewat.
Menyingkir..." 
"Menyingkir?" 
"Apa boleh buat, Komandan.
sebab  di tempat itu kami lihat
target kita sedang sibuk.
Berkeliaran ditemani dua anjing
penjaganya. Tak syak lagi,
mereka juga pasti sibuk mencari
apa yang sudah  kami cari!" 
"Hm. Lantas ada di mana kalian
sekarang?" 
"Kembali lagi ke pos semula.
Tentu saja sesudah  melihat
situasinya sudah megizinkan!" 
"Dan?" 
"Tak ada apa-apa lagi.
Komandan. Semuanya
aman-aman saja sampai
sekarang!" 
"Aneh!" fredy krueger  berkata .
Lebih ditujukan pada diri
sendiri. "Kok tidak seperti
sebelum-sebelumnya. langsung
menyambar mangsa!" 
Pesawat HT fredy krueger  sepi. 
"Oke!" fredy krueger  akhirnya
memutuskan. "Suruh Herder
Dua mengambil alih. Dan kalian
pulanglah!" 
"Roger. Komandan. Out!" 
Semakin sepi sesudah  fredy krueger 
menekan tombol 'on pada HT di
tangannya. la masih duduk
beberapa saat di atas kloset.
Berpikir keras. laporan 
yang ia dengar memang sangat
mengecewakan. namun  ada dua
hal yang masih bisa dianggap
sebagai pelipur lara. Pertama,
target mereka dalam keadaan
selamat sampai saat ini. Besok
lusa" ltu urusan nanti! 
Yang sudah pasti adalah hal
kedua. Si gaun merah hati! 
Apa yang diduga fredy krueger 
ternyata tidak keliru. Bahwa
target berikutnya dari sang
manekin alias si boneka pop
adalah sang wali kota.
Pertanyaannya adalah. mengapa
ia cuma muncul untuk
menghilang lagi" Permainan
apa yang sedang ia lakoni" 
Atau lebih khusus lagi, apa yang
ia tunggu" 
 Dan. di komplek pemakaman. 
Si gaun merah hati bergerak
dengan langkahlangkah kaku di
antara batu-batu nisan, sebelum
akhirnya berhenti lalu duduk
bersimpuh menghadapi
gundukan kubur chucky 
mulawarman . Menatap gundukan
kubur itu sejenak, bibir mungil si
gaun merah hari lalu 
tampak menggeremet terbuka. 
lalu terdengarlah suaranya yang
lirih dan sayup Itu. 
"Asyik juga mengikuti jalan
pikiran orang Sibolangit itu,
chucky -ku. memicu  panik si
soebandrio  terkutuk itu dan
berharap dia melakukan
kesalahan!" 
Bibir mungil yang merah segar
itu tersenyum sesaat. Lalu, "Aku
jadi tergoda untuk ikut meramai
kan. Tak apa kan" Biarkan si
soebandrio  terkutuk itu
ketakutan dahulu  setengah mati.
Baru sesudah  itu..." 
Senyum manis si merah hati
melenyap. Pelupuk matanya
tampak terpejam pula. sesudah 
mana tubuh moleknya tampak
bergetar dan terus bergetar. 
Diterangi sinar rembulan yang
diam membeku di langit malam.
gundukan kubur chucky 
mulawarman  terlihatlah ikut pula
bergetar. Sampai suatu saat,
garis tengah kuburan ini 
sedikit demi sedikit mulai
terbelah dan terbelah. 
lantas akhirnya terbuka. 
Menganga. 
 
soebandrio  menatap nanar.
Ditingkahi suara dengkuran
keras Nawangsih yang sudah
pulas di sebelahnya, tentu saja
soebandrio  tidak menemukan
apa pun juga di langit-langit
kamar tidur mereka. Kecuali
benak yang terasa seakan-akan
pecah sehingga hampir tak
mampu berpikir. 
Maka, sang wali kota pun
bangkit dari rebahnya. Sekeluar
dari kamar tidur ia sempat
terniat untuk kembali lagi ke
ruang kerjanya di lantai atas.
Namun saking pikiran tak
menentu, kakinya lalu 
berganti arah menuju dapur.
Kepalang tak bisa tidur. ia
menyeduh secangkir mayonaise  lantas
mengenyakkan pantat di kursi
meja makan. Duduk
merenungrenung,
menduga-duga, dan
berandai-andai. 
Andai sesudah  tadi gagal
menemukan jessica  di luar sana,
ia tidak menelepon. namun 
langsung mengeluarkan kereta keranda kencana 
pribadinya dari garasi. terus
ngebut ke hotel tempat jessica 
menginap. Barangkali ia akan
tiba lebih dahulu, lalu
mengejutkan jessica  
yang tiba belakangan. Sekaligus
juga memergoki siapa yang oleh
mandala krida dikatakan istrinya dan
lalu  sempat menyahuti
telepon soebandrio . sesudah  itu
meteka akan berbicara. Terbuka
dan langsung! 
lsi pembicaraan" 
Jelas soebandrio  akan
membatasi maksud jessica 
berkeliaran di luar tempat
kediaman soebandrio . Tempat
kediaman seorang wali kota! 
namun  sesudah  itu apa" 
Oh ya. Biarkan jessica  yang lebih
dahulu  bercerita mengenai apa
yang diketahuinya, lalu apa
yang ditujunya. soebandrio 
tinggal menyesuaikan diri.
Dengan membantah. Atau kalau
tidak bisa membantah bukti yang
dipunyai jessica . tinggal
mengatur lalu mencari
kesepakatan. 
namun  bagaimana jika jessica 
menolak" 
"Aku seorang wali kota. kolonel.
lagi!" pikir soebandrio . Sambil
tersenyum sumbang. "Aku tingal
menekan dia!" 
Kalau tidak bisa ditekan" 
Masih ada. Katakanlah suatu
ancaman serius. 
"Aku punya pistol. Lengkap
dengan sekotak peluru yang
sudah lama menunggu untuk
dipakai.?" 
namun  kau seorang wali kota! 
"Oh ya. Tinggal meminjam
tangan orang lain. Seperti
terhadap..." 
Benar. 
chucky  mulawarman -lah biang
keladi dari semua urusan yang
menjengkelkan ini. Anak sialan
itu sudah melihat, terus lari
sambil  membawa dan  penge
tahuan mengenai apa yang
dilihatnya. Padahal chucky  tak
perlu lari. chucky  seharusnya
datang saja pada soebandrio ,
dan chucky  akan mengetahui
kejadian yang sebenarnya.
Kalau chucky  tak juga percaya,
mereka tinggal mencari
kesepakatan. Selesai. Titik
sampai di situ! 
Selesai" 
Tidak. sebab  itu cuma
angan-angan. sebab , sialnya,
chucky  juStru lari. Dan sekarang,
soebandrio  harus memicu 
kesepakatan lain. Dengan
saudara kembar chucky . Tentu
kesepakatan yang sangat tidak
mudah. Atau jika pun mudah,
nilai atau barangkali juga
tebusannya akan besar sekali.
Tidak apa. Yang penting nama
baik kanjeng  soebandrio  tetap
terjaga. Nama baik yang dengan
susah payah sudah  diperjuangkan
dan  dipertahankan
soebandrio  selama ini. 
Bukti nyatanya ada. 
sesudah  dibantu memasuki
Akabri, Hedambang boleh
dibilang tidak pernah lagi
memanfaatkan pengaruh nama
besar mertuanya yang dikenal
sebagai suri teladan untuk
sistem pembinaan teritorial yang
sukses. Bagaimanapun kacau
atau ingar-bingarnya suatu
wilayah, maka wilayah itu akan
berubah aman begitu mertua
soebandrio  masuk. 
Cara sang mertualah yang
lalu  ditiru oleh
soebandrio . Pendekatan
persuasif dengan tokoh-tokoh
masyarakat setempat. Dari
kalangan birokrat. alim ulama,
mahasiswa, sampai ke
masyarakat pinggiran di
pemukiman kumuh. Sambil
selalu turun sendiri, tanpa
pengawalan yang berlebihan,
tanpa 
aneaman-ancaman. Terkadang.
ancaman memang perlu bahkan
harus. 
"namun  susunlah kata-katanya
sehalus mungkin!" begitu
mertuanya selalu menasihatkan. 
Hasilnya memuaskan. 
Dengan pangkat yang terus
melejit, kedudukan soebandrio 
pun tents meningkat. Dari
seorang perwira bawahan yang
sebelumnya tidak diperhatikan,
tahu-tahu sudah berpangkat
kapten dengan jabatan Dan
Ramil sebagai titik awal karier.
Sukses dan nama baik lalu 
mengantarnya ke Suslapa. Lulus
dengan nilai cum-laude,
soebandrio  lalu ditempatkan
jadi Kasdim di Lombok. Naik
pangkat lagi, lantas meloncat
jadi Dandim di Palangkaraya.
Sukses dan mengikuti pendidikan
lagi. kali ini di Seskoad
Bandung, soebandrio  disuruh
memilih satu di antara tiga.
Menempati jabatan Danrem,
sekolah lagi di Seskogab dengan
tingkat kepangkatan tidak
terbatas, atau... jadi Wali kota! 
Tiba di situ. bukan soebandrio 
yang memutus
kan. 
Melainkan, istrinya. 
"Kasihan anak-anak,"
Nawangsih memberi alasan.
"Mereka sudah bosan harus
berpindah-pindah. Mana aku
sendiri pun sudah jemu pula!" 
Mertuanya ikut mendukung.
Bahkan kembali mengambil
peran yang sudah lama
diabaikan soebandrio . 
"Aku punya uang!" kata sang
mertua, bersemangat. "Juga, kau
tahu sendiri apa jabatanku di
partai yang selama ini kugeluti!"
Ketua dewan pakar dari sebuah
partai terkemuka jawab
soebandrio . membatin. 
"Dan mereka siap mendukung
pencalonan dirimu!" lanjut
mertuanya, meyakinkan. 
Dan terutama, menyangkut
sejarah keluarga! 
Mengapa tidak. pikir
soebandrio  waktu itu. Apalagi
sesudah  ia diberitahu oleh
atasan, jabatan wali kota
Cirebon yang lama sudah akan
berakhir dan penggantinya.
yang harus asli orang daerah
setempat, sudah ditunggu. 
Cirebon. 
Kota tempat soebandrio  dan
juga istrinya dilahirkan. K0ta
tempat... sebaliknya, ayah
soebandrio  mati sebab 
frustrasi. Dan. sekali
soebandrio  menjadi wali kota
di Cirebon, maka cita-cita
ayahnya bahkan mungkin juga
para leluhurnya, akan tercapai. 
Memang tidak akan pernah
memperoleh gelar seorang
sultan, namun  kedudukan mereka
akan sederajat. Tidak seperti
ayahnya yang hanya diberi
tempat di deretan belakang,
nama pun disebut selewat saja,
soebandrio  akan memperoleh
barisan paling depan. Dan
pembicara sultan akan
mendahului nama kanjeng 
soebandrio  dengan sebutan
pelengkap. 
"Yang terhormat..." atau malah
"Yang Mulia...!" 
Tenteramlah hendaknya roh
sang ayah di alam kubur saat 
soebandrio  mengambil pilihan
ketiga: menjadi orang nomor
satu di Cirebon. Suatu
kedudukan terhormat yang ia
raih dengan susah payah dan
nyaris tanpa cacat cela. Jika pun
soebandrio  pernah melakukan
kesalahan di sana sini,
kesalahan 
itu terlalu kecil dan tidak terlalu
berarti untuk ditulis dengan tinta
merah. 
Kecuali barangkali...
Ayuningsari! 
Tidak banyak orang tahu.
bahkan mungkin cuma dua tiga
saja. bahwa kasus Ayuningsari
boleh jadi adalah salah satu
kesalahan terbesar yang pernah
diperbuat soebandrio  di
sepanjang perjalanan kariernya
yang sukses. 
Ayuningsari yang suatu hari
memicu  kejutan yang sama
besar dengan sukses
soebandrio  lalu . Kejutan
melalui sebuah kalimat pendek
dan sederhana. "Saya hamil,
Mas Her!" 
lalu... 
Kompyang! 
Kelopak mata soebandrio 
mengerjap-kerjap. kaget. 
Lantas menyadari sumber suara
ingar-bingar yang barusan
membuyarkan lamunannya.
Pasti berpangkal pada
kemarahan yang tanpa ia sadari
tersalur ke lengan kanan dan
terlemparlah cangkir bedan 
tatakannya dari permukaan
meja. Jatuh berderai di lantai.
Bersama cairan mayonaise  kental yang
tadi ia seduh dan belum
sempat-sebab  memang tidak
ingat-dicicipi walau hanya
seteguk! 
Selagi soebandrio  tegak
termangu-mangu oleh pengaruh
kaget. ke ruang makan itu
masuklah berlari-lari tiga sosok
masa kini soebandrio . Mulanya
Sarijah. pelayan setia yang
mendampingi mereka semenjak
di Palangkaraya. Lalu pada
waktu ber
samaan, Nawangsih dan  putri
dan anak bungsunya, Angelia. 
Putri yang biasa dipanggil
soebandrio  dengan sebutan
Angel atau malaikatku itu
langsung bertanya dengan
tatapan mata kuatir.. 
"Ada apa. Papa?" 
soebandrio  menghela napas.
Lantas duduk kembali sambil 
berjuang keras untuk
menenangkan diri. 
"Saking asyik melamun?"
katanya, membara. 'Cangkirnya
tahu-tahu jatuh. Cuma itu!" 
"Dengan tatakannya?" ganti
Nawangsih yang bertanya.
Curiga. 
"Yah...." soebandrio  tak
meneruskan. Cuma angkat bahu.
Tak tahu harus menjawab apa. 
Beruntung pelayan mereka
tampil sebagai penyelamat.
Sambil sibuk memberesi
pecahan beling di lantai. Sarijah
menggumam lirih. 
"Makanya. Juragan. Saya sudah
bilang. relakan saja kepergian
Om Ronald!" 
Reinaldi. 
Bahkan kematiannya pun sudah
sempat terlupakan! 
Teringat ke situ. soebandrio 
terenyuh sendiri. Angelina cepat
mendekat lantas merangkul
lembut. sambil  mengingatkan.
sama lembutnya. 
"Sudah, Papa. Tidur sajalah.
Bukankah seperti kata Papa.
besok di kantor Papa akan
mencetuskan rencana besar. 
Rencana besar. 
Rencana besar apa" 
 
CIREBON masa depan. 
ltulah judul makalah yang pagi
harinya disampaikan
soebandrio  di ruang rapat
utama dan disimak dengan tekun
dan  penuh perhatian oleh
semua kepala stafnya yang syamr
lengkap. Tentu saja di antara
kilatan nyala blitz atau sorotan
lampu kamera elektronik dari
bagian dokumentasi. yang pada
waktunya nanti akan
disebarluaskan pada media
cetak maupun televisi. 
Sebagai kota transit
perdagangan, Cirebon sudah
oke. Begitu pula dengan kota
wisata, khususnya Sangkan
Hurip. Di daerah pemandian air
panas itu sudah banyak
pondok-pondok peristirahatan
dibangun, bahkan hotel tipe man
dengan segala Fasilitas yang
diperlukan. lstana Kasepuhan,
Kacirebonan dan  Kanoman" 
Teringat pada pengorbanan
besar almarhum ayah. nya, pada
bagian yang itu dengan enteng
soebandrio  berkata. "Mau
diapa-apakan. terserah pada
mereka-mereka yang
mendudukinya!" 
Contoh-contoh di atas adalah
program jangka pendek. Tiba
saatnya soebandrio 
membicarakan program jangka
panjang. Mulailah terlihat
gelagat bakal munculnya
perdebatan sengit. 
"Coba saja Bapak-Bapak
pikirkan sendiri," demikian
antara lain soebandrio 
memulai pembicaraan jangka
panjangnya. "Selama ini, hasil
udang dan  rajungan petani
nelayan kita dikirim ke Sidoarjo
untuk dikelola lalu dipasarkan.
Bandeng ke nganjuk . Kita di
sini yang banting tulang, mereka
di sana yang punya nama.
Terutama... duitnya!" 
Geerr sampai di situ. lantas
mendadak sepi saat 
soebandrio  mengajukan
pertanyaan. 
'Mengapa tidak kita bangun
pabrik-pabrik pengelolaan dan 
pengalengan sendiri di sekitar
pelabuhan?" 
Daerah pelabuhan, itulah
kuncinya. 
Selama ini. pelabuhan Cirebon
hanya disibukkan oleh ekspor
atau pemasaran barang yang
tidak ada kaitannya dengan laut
yaitu industri rotan. Hasil laut
melimpah, negara peminat tidak
kurang-kurang pula. Untuk itu.
sejumlah pabrik baru harus
dibangun. Pelabuhannya sendiri
juga harus diperbesar dan
diperluas, untuk meningkatkan
daya tampung, daya lempar,
daya saing. 
'Jika perlu, dengan mereklamasi
pantai !' ujar soebandrio ,
bersemangat. "Dengan adanya
pelabuhan yang saya
rencanakan itu,
pengusaha-pengusaha kita di
Cirebon ini dapat memasarkan
langsung hasil produk mereka.
Sekaligus menghemat apa yang
selama ini terpaksa mereka
keluarkan. Biaya transportasi,
gudang. biaya dari kontraktor 
dan entah apa lagi, yang
kesemuanya dikantongi
orang-orang luar!" 
Ide besar lainnya adalah
bandara Pegung, yang selama
ini hanya disingggahi
pesawat-pesawat perintis, atau
paling banter CN-ZSS. 
"Mengapa tidak DC-lO, atau
bahkan Boeing?" tanya
soebandrio , bergairah.
"landasan pacu, itulah kuncinya.
Landasan pacu yang harus
diperpanjang, diperlebar.
Dan..." 
Dan lain lainnya. Termasuk
sumber daya manusia yang akan
memperoleh lebih banyak
kesempatan kerja, dan 
jumlahnya tidak kurang-kurang
di Cirebon. 
namun  tinta emas yang mulai
ditorehkan soebandrio  itu
dengan segera langsung
memperoleh  tekanantekanan.
Terutama menyangkut dana dari
APBD yang kata para stafnya,
selama ini bukan saja tak
mencukupi, malah sering-sering
nombok, walau misalnya hanya
untuk menambah panjang
jalanan di pinggir kota! 
Investor, itulah pertanyaannya. 
Dan jawabannya sudah
dipersiapkan oleh soebandrio .
Dengan sedikit risi. ia pun
menyinggung nama besar
mertuanya dan  lima relasi sang
mertua yang sudah menyatakan
siap untuk membantu. Dua di
mojokerto , satu di Abu Dhabi, dua
lainnya dari Brunei Darussalam.
"Dalam hal ini, perlu kiranya
saya ingatkan," soebandrio 
berkata dengan dagu terangkat
dan sorot mata meyakinkan.
"Tolong Bapak-Bapak buang
jauh-jauh pikiran bakal adanya
kolusi atau nepotisme. Korupsi,
apalagi!" 
Sementara pedan  rapat
menyimak dengan pandangan
ragu-ragu, soebandrio  dengan
tenang memberitahu. 
"Saya berani menjamin hal itu
sebab  urusan berikutnya akan
saya serahkan pada
Bapak-Bapak sekalian, termasuk
mengenai pembagian saham
dengan calon investor. Tentu
saja, dengan persetujuan dari
anggota dewan kita yang
terhormat!" 
Keuntungan buat soebandrio 
dan  mertuanya" 
"Boleh dibilang tidak ada!"
soebandrio  menjelaskan. "Apa
yang kami upayakan,
semata-mata demi niat baik.
Cirebon masa depan! Cirebon
tempat saya, mertua saya,
bahkan istri dan anak-anak saya
tercinta dilahirkan!" 
Berkeringat dan lelah alang
kepalang seusai mengikuti rapat.
soebandrio  melangkah lunglai
menuju ruang kerjanya untuk
beristirahat. Namun apa daya.
seorang tamu sudah menunggu.
Tamu yang kesyamrannya tidak
bisa ditolak. sebab  sang tamu
ia harapkan membawa sesuatu
yang sudah ditunggu-tunggu
soebandrio  pula. Orang itu
adalah Anwar Suhardiman, SH.
dari biro hukum Pemda yang
tadi malam ikut mendampingi
soebandrio  mengidentifikasi
jenazah Reinaldi di kamar mayat
makam berornamen rumah sakit. 
"Ayo. masuklah," soebandrio 
mempersilakan dengan suara
lelah. Kini bukan cuma lelah.
namun  juga sakit. Terutama pada
otaknya. Yang disebut terakhir
itu muncul sesudah  si penasihat
hukum meletakkan selembar foto
di atas meja. 
Foto jessica  mulawarman ! 
saat  menerima foto dimaksud
dari sumber langganannya di
kepolisian, Anwar benar-benar
dibuat terkejut. sebab  yang
terpampang pada foto adalah
wajah yang sudah  dilihatnya di
makam berornamen rumah sakit. Bahkan sempat
mengagumi kecantikannya...
terutama gerak bibir mungilnya
yang sensual saat  berbicara
dengan soebandrio . 
Tak ayal lagi, dengan
bersemangat tinggi ia langsung
ngebut ke Pemda. Lalu dengan
penuh kesabaran namun tetap
bergairah. ia menunggu sampai
sang atasan selesai mengikuti
rapat dan berharap orang yang
ia tunggu akan memperlihatkan
reaksi yang sama. Terkejut. lalu
pujian. dan semoga juga
lalu ... bonus lumayan! 
Sang penasihat hukum terpaksa
harus menelan kecewa. 
sebab  sesudah  melihat sekilas
ke lembar foto di atas meja. sang
wali kota tampak tenang-tenang
saja. Dengan tenang pula
tangan si orang nomor satu itu
menjemput lantas
mengamat-amati foto yang
dimaksud. lalu 
berkomentar sama tenangnya. 
"Hasil mesin repro yang kurang
sempurna, menurutku!"
soebandrio  berkata. setengah
menggumam. "Sudah warnanya
terlalu pucat. ada bercakbercak
pula. Masih untung kecantikan
wajah pada foto ini tidak rusak
sebab nya!" 
Anwar pun menelan ludah. Baru
lalu  memberanikan diri
bertanya. Dengan suara yang
mendekati frustrasi. 
"Bapak tahu... itu foto siapa ?" 
"Bahkan sebelum Pak Anwar
datang aku sudah menduga
siapa orangnya!" jawab
soebandrio  sambil  meletakkan
kembali lembar foto yang ia
pegang ke atas meja yang
mereka hadapi, sambil berusaha
keras agar tidak mengernyitkan
dahi. 
"Kepalaku!" ia membatin.
"Makin sakit saja rasanya!" 
Anwar juga berusaha. Berusaha
mencoba, dengan motivasinya
sendiri. 
"namun  masih ada informasi lain
yang mungkin Bapak belum
tahu!" 
"Oh ya?" desah soebandrio ,
sambil  memaksakan senyum di
bibir. 
"Saya tidak akan bertanya dari
mana Bapak sampai lebih dahulu 
tahu siapa orangnya," Anwar
memulai secara profesional.
sesuai bidang yang ia lckuni
untuk cari makan. Penuh
kehati-hatian dan juga,
mengingat siapa yang dihadapi
sekarang ini, bijaksana. 
Si orang nomor satu diam
menunggu. Dan Anwar pun
memulai serangannya. 
"Sumber saya itu bilang, ada
sesuatu yang ikut bermain di
belakang kematian Reinaldi.
Boleh jadi juga. raden mas untung !" 
Lumayan. Si orang nomor satu
mengangkat muka. Tampak
mulai tertarik. Terbukti dari
desahannya. 
"Apa?" 
Apa. Bukan lagi: oh ya"! 
Anwar langsung menjatuhkan
palu. Melalui kalimat pendek
yang diucapkan dengan khidmat.
"llmu hitam!" 
soebandrio  diam sejenak.
Berpikir. Lalu. "Oh?" 
Cuma itu. 
Dan Anwar merasa dirinya
sedang berhadapan dengan
seorang hakim yang tahu betul
bagaimana memicu  orang
merasa bersalah. namun  ia terus
berusaha. 
"Bapak tentunya belum lupa
bagaimana caranya Reinaldi,
maaf, menemui ajal!" katanya,
mengingatkan dengan hati-hati.
"Bangku-bangku fiberglass yang
retak dan pecah sendiri lalu
menyelimuti Reinaldi. sesudah 
Reinaldi mati. selimut fiberglass
itu berpecahan sendiri lagi,
lantas kembali ke tempat dan
bentuknya semula.
Bangku-bangku yang utuh. siap
untuk diduduki!" 
Mendengar penuturan si
penasihat hukum, soebandrio 
terpejam, sakit. Terbayang lagi
betapa mengerikannya kematian
yang harus dialami Reinaldi
yang sudah dianggapnya seperti
anak sendiri itu. 
namun  cuma sebentar. Dengan
segera ia sudah menguasai diri.
Membuka kelopak matanya
kembali, soebandrio  lalu 
berkata. setenang yang mampu
ia perlihatkan.. 
"Di Lombok sana, Pak Anwar.
Banyak ilmu hitam yang sama
atau mungkin lebih hebat dari
itu. Akan saya kasih tahu salah
satu contoh!" 
Diam mengingat-ingat sejenak,
soebandrio  meneruskan. "Aku
pernah melihat dengan mata
kepalaku sendiri orang yang
merasa akan melewati pintu.
padahal yang dihadapinya
adalah tembok beton. Tubuhnya
memang menembus masuk, tapi
tak per
nah bisa keluar lagi walau kami
sudah beramai-ramai membetot
dari muka maupun dari
belakang. Tahu apa yang terjadi
lalu , Pak Anwar?" 
Anwar diam menunggu. 
Dan soebandrio  memberitahu.
"sesudah  beton di sekeliling
orang ini  dibongkar paksa,
dia tetap tegak bergeming di
tempatnya semula. namun  dalam
keadaan sudah tak bernyawa!" 
Membiarkan suasana hening
berlalu sejenak, soebandrio 
menggeleng-geleng dan kembali
berbicara, "Masyarakat dengan
kepercayaan seperti itulah yang
waktu itu harus kuhadapi dan
kubina. Mencemaskan, memang.
Namun aku tetap mendatangi
dan berbicara dengan mereka.
Hanya dengan berbekal
kepercayaan diri!" 
"Dan, tak pernah terjadi
apa-apa menimpa diri Pak
Wali?" tanya Anwar. Takjub
bercampur ingin tahu. 
"Aku sekarang duduk di
hadapanmu, Pak Anwar!" jawab
soebandrio  enteng. "Dalam
keadaan segar bugar, bukan?" 
Sepi lagi. Masing-masing
dengan pikirannya sendiri.
Sampai akhirnya soebandrio 
membuka tasnya dan
mengeluarkan buku cek sambil
bertanya setengah tak acuh. 
"Nah. Berapa yang harus
kubayar pada sumbermu di
kepolisian itu?" 
Si penasihat hukum diam
sejenak. Teringat bagaimana ia
sempat terkejut saat 
sumbernya menyebut angka lima
puluh juta rupiah, lalu sempat
memperdebatkannya. 
"Pak Anwar?" 
Anwar tersadar, lantas cepat
menyahuti. Tenang dan
polos-polos saja. 
"Dua puluh juta, Pak Wali. Dari
hasil nego, tentunya. Dan sudah
saya bayarkan uang muka lima
juta!" 
'Dua puluh juta!" soebandrio 
menatap, terkejut. Lalu sebelah
tangannya menyambar dan
mengibas-kibaskan oleh-oleh
yang tadi dibawa oleh stafnya
dari biro hukum ini . 
"Cuma untuk selembar foto jelek
ini?" 
Anwar tetap tenang. Wajahnya
pun tetap polos saat 
menjelaskan. 
"Saya juga sempat kaget. Pak
Wali. namun  dia bilang, dia
harus membayar beberapa
orang untuk memperoleh kannya.
Juga, foto dan  informasi yang
melengkapinya dia bilang
bersifat rahasia!" 
"Informasi apa?" 
"Identitas pemilik foto. Lengkap
dengan alamatnya...." 
"Yang semua itu sudah
kuketahui!" 
"Memang betul, Pak Wali.
namun ..." 
"Sudahlah!" potong soebandrio 
menahan jengkel. lalu mulai
menulis pada lembaran kosong
buku ceknya. "Biarkan dia telan
uang haramnya, Pak Anwar.
Ambillah dua puluh lima juta ke
bank. Lima belas juta serahkan
padanya. Lima juta untuk
pengganti uang muka yang sudah 
dibayarkan. Sisanya, pengganti
jerih payah Pak Anwar
bernegosiasi untuk memperoleh kan
foto di hadapanku ini...!" 
Si penasehat hukum sesaat 
memperlihatkan sikap
malu-malu. "Aduh. Pak Wali.
Tak usahlah repot-repot. Saya...'
soebandrio  sudah keburu
menyodorkan lembaran cek yang
sudah ia tandatangani. sambil
berkata tak acuh. 
"Sambil lewat, tolong beritahu
sekretarisku bahwa aku tak mau
diganggu. Baik oleh tamu
maupun telepon!" 
"Baik, Pak Wali!" Anwar
mengantongi cek. Lantas bangkit
dari kursi. "Oh ya. Apakah perlu
saya mintakan tanda terima dari
sumber saya itu?" 
jawabannya .sudah diduga oleh
si penasihat hukum. Tersenyum
kaku, sang wali kota menyahuti.
"Yang benar saja! Selamat
siang, Pak Anwar!" 
"Siang, Pak Wali!" 
Anwar Suhardiman, S.H.
lalu  berlalu sambil tak
lupa mengangguk hormat
sebelum menutupkan pintu.
Pada sekretaris di luar. ia
memberitahu pesan yang
dititipkan tadi. 
"Berapa lama beliau ingin
bertapa?" tanya si sekretaris.
Setengah bercanda. 
"Lupa kutanyakan!" jawab
Anwar Suhrdiman. "namun 
mulailah dengan menghitung
uban di kepala!" 
Dan sambil  meneruskan
langkah, Otak pegawai negeri
Anwar mulai pula
menghitung-hitung untuk apa
dan berapa yang harus ia
keluarkan dari keuntungan yang
ia peroleh sebagai perantara
sambilannya. 
Dengan, tentu saja, sedikit
me-mark up jumlah yang harus
dibayarkan pada kontak mereka
di kepolisian itu. 
PADA waktu sama, di ruang
kerja sang wali kota. 
Meski cuma beranda. umpan
sekretarisnya tidaklah jauh dari
kenyataan. sebab  soebandrio 
tampak duduk diam di kursi
empuk di belakang meja
kerjanya. Diam mematung.
dengan kedua siku lengan
bersitumpu ke permukaan meja
dan kepala setengah
tersembunyi di antara kedua
telapak tangannya. 
Persis patung pertapa.
Bertapanya pemikir. 
Staf biro hukum dan  uangnya
yang hilang sudah terlupakan.
Bahkan hasil repro foto jessica 
mulawarman  di hadapannya pun
tidak lagi menarik perhatiannya.
Seperti pada malam atau
hari-hari sebelumnya, pikiran
soebandrio  sudah kembali dan
kembali lagi pada hal yang
sama. Ayuningsari. Yang selalu
muncul bak suatu simbol dari
kesalahan yang diukir dengan
satu kalimat pendek, 
"Saya hamil. Mas kanjeng !" 
Hamil! 
Pertama kali mereka
melakukannya, soebandrio 
memang tak memakai apa-apa.
sebab  mereka berdua memang
tidak siap. Hujan deras yang
turun tiba-tiba, pondok
persinggahan, kobaran api
pendiangan. dan tubuh mereka
yang tahu-tahu sudah menyatu
oleh kobaran api yang lain.
Nafsu berahi. 
sesudah  hari yang mengejutkan
itu, barulah soebandrio 
memakai kondom dan
Ayuningsari pun tidak
keberatan. Ayuningsari juga
menganggukkan kepala saat 
soebandrio  pernah
mengingatkan, "Jika yang
pertama itu menimbulkan akibat,
kau pasti tahu apa yang harus
kau lakukan, bukan?" 
namun  toh Ayuningsari hamil
juga! 
Dan mereka berdua tahu-tahu
sudah ribut. Dimulai dengan
pertanyaan tak percaya dari
soebandrio  yang waktu itu
kepalanya bak disambar petir. 
"Kau yakin?" 
Ayuningsari mengangguk. 
"Mas tahu sendiri ibu saya
seorang dukun beranak,"
katanya. "Saya sudah berulang
kali mengelak, Mas. namun  Ibu
lalu  meraba-raba perut
saya saat  saya tertidur lelap.
Dan dia langsung memastikan
apa yang saya sudah tahu!" 
Diam terguncang, soebandrio 
lalu  bertanya lagi. Kali ini,
dengan bibit kemarahan yang
mulai merambat. 
"Mengapa, Ayu" dahulu  kau sudah
berjanji. Bila ternyata kau
hamil, kau akan
menggugurkannya!" 
"Sumpah mati, Mas, saya tidak
pernah berjanji seperti itu!" 
"namun ..." 
"Coba kau ingat-ingat sendiri
Mas kanjeng ," Ayuningsari
memotong dengan sabar. 'Pada
waktu itu Mas cuma berkata
bahwa saya pasti tahu apa yang
harus saya lakukan..." 
"Dan kau mengangguk setuju!' 
"Nanti dahulu , Mas Hen'. Saya
mengangguk bukan berani
setuju. namun  sebab  saya
benar-benar tahu apa yang
harus saya lakukan!" 
"Membiarkan dirimu hamil...." 
Ayuningsari diam saja. 
"Mengapa. Ayu?" Pertanyaan
itu lagi. Dengan kemarahan
yang terasa meningkat. 
"sebab  saya memang sangat
mendambakannya,' jawab
Ayuningsari. Sederhana. dan
lugu. 'Mendambakan keturunan
yang terlahir dari cinta saya dan
cinta Mas kanjeng . Apalagi saya
percaya Mas akan bersedia
mengawini saya." 
"Kawin! Astaga"!" soebandrio 
ingin tertawa namun tertahan
oleh kemarahannya. 
Dengan marah ia melangkah
mondar-mandir di hadapan
Ayuningsari tanpa memedulikan
jalan setapak di bawah kakinya.
Jalan setapak yang sempit.
dengan rimbunan semak belukar
tebal di salah satu sisi, semak
belukar yang mungkin saja
menyembunyikan lubang-lubang
menganga, atau celah terjal
yang mungkin saja
menjungkirkan dirinya jauh ke
bawah sana. 
"Padahal kau sudah tahu siapa
Nawangsih!" katanya lagi
sambil  mondar-mandir. "Tahu
mengapa sampai aku harus
menikah dengannya. Juga tahu
bahwa sulit untukku melepaskan
dirinya. Sampai kapan pun!" 
'Tak apa, Mas. Saya bersedia
menikah di bawah tangan!" 
"Dan merusak karierku begitu
saja, eh?" soebandrio  berhenti.
Menatap gusar ke arah
Ayuningsari yang duduk
mencangkung di atas
rerumputan. "Scmentara pintu
sudah dibukakan lebar-lebar
untuk kumasuki! Pintu di balik
mana jenjang pangkat dan 
kedudukan yang lebih tinggi
sudah menunggu! Apa kau pikir
aku bersedia melewatkannya
hanya sebab  sejemput cinta?" 
Ayuningsari tidak menjawab.
Hanya wajahnya saja yang
tampak memucat. Dan bersama
lelehan air matanya yang
lalu  keluar, Ayuningsari
tahu-tahu bangkit lantas
berlari-lari meninggalkan
soebandrio  yang dibuat
terkejut. 
"Hei!" 
Tersadar, soebandrio  cepat
berlari mengejar. Berlari di
jalan setapak yang naik turun.
dan di sana sini curam dan 
berbahaya. Ayuningsari
akhirnya terkejar juga. Dan
cepat dirangkul sambil
soebandrio  membujuk
terengah-engah. 
"Tahan, Ayu! Aku tidak
bermaksud melukai hatimu.
namun ..." 
"Tidak!" Ayuningsari
meronta-ronta. Bahkan sampai
memukul dan menendang
nendang. "lepaskan! Aku ini
cuma sejemput Cinta' Tidak!
Lepaskan aku! Aku tak sudi kau
sentuh lagi! Dan..." 
Dan musibah itu pun terjadi. 
Satu pukulan nyasar
menghantam mata soebandrio .
Tidak terlalu keras. memang.
Namun memicu  pandangan
matanya nanar dan
cengkeramannya sesaat 
melonggar. Ayuningsari
merenggut lepas, 
langsung berbalik tubuh. Pasti
maksudnya untuk melarikan diri.
Lalu, malang pun datang
menimpa. Ayuningsari berbalik
ke arah yang salah. Dan
tubuhnya tahutahu sudah
terjungkal ke bawah. 
soebandrio  masih sempat
membungkuk. Dan dengan
pandangan yang masih nanar,
berusaha meraih. Cuma angin
saja yang terpegang. Sementara
tubuh Ayuningsari terus saja
meluncur semakin jauh ke
bawah sana. Terkadang tampak
melayang. 
Seperti burung yang terbang...! 
"Pak Wali?" 
Punggung dan terutama
siku-siku lengan soebandrio 
terasa bagaikan remuk.
Ayuningsari-kah yang jatuh
terempas di dasar jurang atau
dirinya" 
"Pak Wali?" Suara lembut dan
terdengar jauh itu kembali
terdengar. "Bapak tidak sedang
tidur. bukan?" 
soebandrio  membuka kelopak
matanya dengan susah payah
dan langsung melihat garis tepi
bidang kayu jati berlapis kaca. 
Meja kerjanya! 
Dengan kedua lengan yang
terasa kesemutan. soebandrio 
berjuang untuk mengangkat
muka, bersama denyut-denyut
menyakitkan pada bagian
belakang kepalanya. Pandangan
matanya nanar dan nyaris gelap.
namun  jelas bukan oleh pukulan
tinju Ayuningsari, melainkan
sebab  terus terpejam entah
sejak kapan. Terpejam saja. tapi
tak tidur. 
"Bapak tidak sakit. bukan?"
Suara itu lagi. Kali ini terdengar
kuatir. 
soebandrio 
menggeleng-geleng. Bukan
untuk membantah. Melainkan
untuk menghilangkan perasaan
pusing di kepalanya. Sekaligus
membuang bayangan
Ayuningsari... yang terbang
seperti burung. 
Lambat namun  pasti.
pandangannya mulai menjelas
dan semakin jelas. Dan
soebandrio  pun mengenali
Wirdaningsih. wanita berusia 45
tahun dan satu dua helai
rambutnya sudah mulai ubanan.
Sekretarisnya. Yang konon juga
sekretaris tiga wali kota sebelum
soebandrio . 
"Aku baik-baik saja, Bu
Ningsih!" Keluar juga kata-kata
dari mulut soebandrio  yang
terasa kaku. 
"namun  wajah Bapak seperti?" 
"Ada perlu apa. Bu Ningsih?"
soebandrio  cepat memotong
sambil meluruskan punggung.
Aduh. sakitnya bukan main! 
"Sekarang sudah pukul lima,
Pak Wali dan..." 
"Pukul lima?" soebandrio 
terkejut sendiri. Berarti hampir
tiga jam ia duduk dalam posisi
seperti tadi. Oh ya. apakah dia
juga sudah makan siang" 
"Benar. Pak Wali. Pukul lima.
Dan saya sudah
mengetuk-ngetuk dari tadi.
sebab  tak ada sahutan. saya
merasa kuatir lantas membuka
pintu. Jadi, maaf bila saya sudah 
mengganggu tidur Bapak!" 
Tidur" 
soebandrio  memaksakan diri
untuk tersenyum. Lantas
bertanya lagi, seperti orang
bodoh. 
"Ada yang perlu kubantu?" 
Sang sekretaris balas tersenyum,
sambil tampak sedikit heran. 
"justru saya mau pamit untuk
pulang. namun  jika Bapak masih
membutuhkan sesuatu..." 
"Oh, tidak. Tidak. Selamat sore,
Bu Ningsih!" 
"Sore, Pak Wali. Permisi!" 
Pintu ruang kerjanya lalu 
ditutupkan si sekretaris dari
luar. soebandrio  cuma diam
memantau , lantas
perlahan-lahan menyandar ke
kursinya untuk mengurangi
perasaan sakit pada punggung
dan  bagian lain tubuhnya.
Kelopak matanya dipejamkan
beberapa saat. Lantas saat 
membuka lagi, secara tak
sengaja mata itu menangkap
lembaran foto yang terletak di
meja kerjanya. 
jessica . pikir soebandrio  tanpa
bergerak untuk menyentuh foto
dimaksud. Apa yang harus
kulakukan dengannya. Dan yang
lebih penting lagi, apa yang
dimiliki jessica " 
Duduk diam. berpikir, muncul
pertanyaan lain di kepala
soebandrio . 
raden mas untung  sudah mati. Lalu.
Ronald. Apakah yang berikutnya
aku. Juga yang lebih penting
lagi, jika memang ada ilmu
hitam atau unsur magis di balik
semua ini. Siapa sesungguhnya
yang bermaksud balas dendam
melalui tangan-tangan jessica " 
chucky  mulawarman -kah" 
Atau. Ayuningsari" 
 
SUNGGUH hari yang
menjemukan. 
Pagi masuk kantor, fredy krueger 
sudah ditunggu setumpuk berkas
di meja kerjanya. Terbanyak
menyangkut kasus pencopetan
dan pencurian biasa, lalu
penggelapan pajak, sengketa
hak waris yang berbuntut
penganiayaan, dan dua kasus
pemerkosaan yang salah satunya
dilakukan oleh ABG. 
sesudah  membaca lalu
menandatangani semua berkas
itu untuk nantinya diserahkan ke
kantor kejaksaan, fredy krueger 
berangkat ke markas polisi
wilayah untuk mengikuti
pertemuan khusus satuan serse
yang menurut pemberitahuan
sebelumnya akan diisi oleh
pembicara tamu seorang
petugas Interpol dari
Amsterdam. Nyatanya sesampai
fredy krueger  di Polwil, ada
pengumuman bahwa petugas
Interpol ini  batal syamr. 
Namun telanjur semua kepala
satuan serse sudah lengkap
syamr, Kapolwil tetap
meneruskan pertemuan dengan
topik membahas statistik kasus
kriminal semester terakhir dan 
peningkatan mitra kerja 
anak-anak serse. Hasilnya, ya
itu. Bukan cuma fredy krueger  dan
beberapa rekan sejawatnya.
Kapolwil sendiri pun akhirnya
tampak jemu. lantas mengakhiri
pertemuan lebih cepat dari
jadwal yang disepakati. 
namun  kejemuan itu belum
berakhir. 
Dari markas polisi wilayah.
fredy krueger  terbang lagi ke kantor
pengadilan untuk mengsyamri
sidang perusakan pabrik oleh
para karyawan yang di-PHK
dan sialnya, saat peristiwa itu
berlangsung fredy krueger  secara
kebetulan lewat di TKP lantas
tergerak turun tangan untuk
mengamankan situasi. Maka
jadilah fredy krueger  masuk daftar
saksi mata. saksi dari pihak
jaksa penuntut umum. 
Sudah lewat pukul tiga saat 
fredy krueger  akhirnya keluar juga
dari ruang sidang dan terpaksa
bermanis-manis muka-yang juga
menjemukan-di hadapan para
wartawan yang tahu-tahu sudah
mengerubungi dirinya. ribut
bertanya mengenai pembunuh
berantai, tiga korban dalam
waktu kurang dari satu minggu.
Khususnya menyangkut
kematian Reinaldi yang oleh
para nyamuk pers itu dikaitkan
dengan ilmu hitam. 
"sebab  kalian yang
mengatakannya," jawab fredy krueger 
mengelak, tentu saja didan i
senyuman manis yang
dipaksakan dan memicu 
giginya terasa sakit, "kalian
bantulah aku pergi bertanya
pada dukun!" 
Ada tawa berderai. lalu,
"Bagaimana dengan si gaun
merah hati?" 
fredy krueger  tersentak dan cepat
menatap si penanya. "Si gaun
merah hati?" 
"Wanita cantik yang duduk di
sebelah korban 
pada saat kejadian!" Angguk
wartawan dimaksud. setengah
mengingatkan. "Kami
dengar-dengar identitasnya
sudah diketahui. Lalu mengapa
belum ditangkap?" 
"Aku tahu siapa kalian," jawab
fredy krueger . Kalem. "namun  kok ya
sampai saat sekarang ini aku
belum tahu di mana kalian
tinggal!" 
"Bisa dicari, Komandan!" teriak
yang lain. 
"ltulah yang sedang kami
lakukan, bukan?" 
Dan fredy krueger  pun akhirnya lolos.
Begitu kereta keranda kencana nya meluncur ke
jalan raya, barulah perutnya
terasa melilit. Sudah hampir
pukul empat. pikirnya sesudah 
melirik ke jam digital kereta keranda kencana .
Pantas saja perutnya melilit. la
lupa belum makan siang. 
Kalau Miranda tahu... wah! 
Bosan makan pesanan nasi
bungkus di kantor atau makan di
restoran, fredy krueger  akhirnya
memarkir kereta keranda kencana  di depan
deretan kafe-tenda Cilutung,
pinggiran kali Cimanuk.
Mulanya ia akan memasuki
tenda yang menjual sop kaki
dengan embel-embel "abang
Tanah Abang mojokerto ." Namun
keburu teringat jenis makanan
itu adalah kesukaan
anak-anaknya dan fredy krueger 
merasa tak tega menikmatinya
sendiri, ia lalu  beralih ke
tenda yang menjual makanan
khas Sunda. 
Seperti ia duga, tenda yang ia
masuki tampak sepi dan fredy krueger 
justru merasa senang sebab 
bisa makan tanpa banyak
gangguan. Hanya ada sepasang
suami istri tengah baya yang
sedang bersantap di bawah
tenda yang sama. Maka fredy krueger 
pun duduk dengan nyaman pada
bangku panjang yang juga 
diduduki suami istri ini ,
namun  dengan mengambil jarak
yang cukup untuk kesopanan. 
Nasi putih yang asapnya
mengepulkan wangi
mengundang selera dengan
segera terhidang di depan
fredy krueger . Selebihnya. silakan pilih
dan ambil sendiri. fredy krueger  pun
mulai bersantap. sementara
suami istri tadi meneruskan
santapan dan  pembicaraan
mereka yang sempat terhenti
saat  fredy krueger  melangkah
masuk. Keduanya berbicara
dengan suara sengaja
direndahkan. dan tampak sangat
serius sehingga mau tak mau
fredy krueger  tergoda untuk mencuri
dengar. 
Anggap saja untuk membunuh
perasaan jemu! 
Meski hanya terdengar bagian
tengah dari pembicaraan
mereka-itu pun sebagian tak
begitu jelas-fredy krueger  toh dapat
menangkap akar pembicaraan.
Rupanya, menyangkut putri
bungsu mereka yang baru saja
menikah namun  harus ikut sang
suami pindah tugas ke Papua. 
"Ke Fakfak lagi!" Ia dengar
desahan berat lelaki tengah
baya yang duduk paling dekat
dengan dirinya. Dari nada suara
lelaki tengah baya itu, fredy krueger 
dapat memperkirakan perasaan
kasih yang dalam pada putri
mereka. 
"Justru lebih bagus, Pak,' kata
sang istri, menyabarkan. "Aku
dengar, mayoritas penduduk
Fakfak seagama dengan kita.
Cocok untuk Yanti dan suaminya
yang rajin ke pengajian!" 
"namun  Bu?" 
Rupanya mereka mulai
melupakan tempat mereka
berbiara. sebab  suara si
wanita lesbi  kini lebih ielas
terdengar oleh fredy krueger . "Aku
tahu Bapak me
mang sulit berpisah dengan
Yanti. namun  kan Bapak juga
tahu sendiri. semenjak masih
pacaran saja, dia tak tahan
berpisah lama-lama dengan
Jaka. Itu, saking dekatnya
mereka satu sama lain..." 
Si suami tengah baya hanya
diam membisu. 
Sang istrilah yang terus
berbicara. Untuk meyakinkan. 
"Bapak tahu apa kata anak kita
saat  kemarin itu aku bertukar
pikiran dengannya?" 
"Apa?" sang suami membuka
mulut dengan setengah hati. 
"Dia bilang. tekadnya sudah
bulat!" jawab sang istri. "Ke
mana pun Jaka pergi, dia akan
ikut. Katanya lagi, sampai ke
ujung langit pun jadi!" 
"Hm...!" sang suami mendesah.
Tampak mulai mengalah. 
Namun bukan itu yang memicu 
fredy krueger  tibatiba berhenti
mengunyah potongan babat
goreng yang sudah telanjur
masuk ke mulut. Bukan juga
sebab  gurihnya babat tidak
terasa. Enak, malah. 
Apa yang memicu  fredy krueger 
tertegun adalah kalimat-kalimat
yang barusan ia dengar. Tak
terpisahkan... saking dekatnya
satu sama lain" ke mana pun
pergi, ikut... ke ujung langit pun
jadi! 
Mengapa tidak ke" 
"Ada apa, Pak?" 
Itu bukan pertanyaan
wanita lesbi . namun  pertanyaan
bersuara laki-laki. fredy krueger 
mengerjap dan melihat pemilik
warung tenda tengah menatap
kuatir ke arah dirinya. Begitu
pula halnya dengan si suami
istri yang sesaat  menghentikan
pembicaraan mereka. 
Agak tersengal. fredy krueger 
meneruskan mengunyah babat
goreng di mulutnya dengan
susah payah. Susah payah pula
ia menyahut. 
"Eh. anu" eh, sakit maagku
barusan kambuh lagi. Tapi
sudah baikan kok!" 
fredy krueger  mengakhiri kata-katanya
dengan seringai. Seringai kecut.
memang. namun  si pemilik
warung tampak lega. Sementara
pasangan suami istri itu
meneruskan santapan mereka.
meneruskan pembicaraan
mereka. Hanya kali ini, nyaris
berbisik-bisik saja. 
namun  fredy krueger  tak peduli. Juga
mengenai dusta besarnya tadi.
Tak apa, pikirnya. demi
kebaikan scmua pihak! Dan ia
pun melanjutkan makannya
dengan lahap. Juga. dengan
perasaan jemu yang menghilang
sesaat . Akhir dari kejemuan
hari ini ternyata menyenangkan
sebab  keberuntungan lagi-lagi
berpihak padanya. 
Meninggalkan kafe tenda itu
setengah jam lalu , fredy krueger 
yakin memang
keberuntunganlah yang ia
peroleh. Bukan kebetulan.
Kebetulan belum makan siang.
kebetulan pindah ke tenda
berbeda, kebetulan suami istri
tengah baya itu menghadapi
masalah... yang semoga dapat
mereka selesaikan dengan baik. 
Itulah yang memenuhi pikiran
fredy krueger  selagi kereta keranda kencana nya ia
biarkan meluncur dengan
tenang. Kata demi kata dari
pembicaraan si suami istri
mengingatkannya pada
pembicaraan jessica  mulawarman 
dua malam yang lalu. 
"Kami dekat satu sama lain.
Sedemikian dekatnya, sehingga
sulit untuk dipisahkan...!" 
Pada saat mendengar umpan
jessica , sesuatu melintas di
sel-sel otak fredy krueger . Cuma
melintas, lantas hilang lagi.
namun  barusan tadi, suami istri
tengah baya itu mengulanginya
lagi. Sekaligus melengkapinya, 
"Ke mana pun pergi. ikut...!" 
Dan apa tadi yang ia ucapkan
pada salah seorang dari
wartawan itu" Oh ya, "Aku
sudah tahu siapa kalian.
'namun ..." 
fredy krueger  tidak merasa perlu
tergesa-gesa, yakin yang
dicarinya tidak akan pergi ke
mana-mana. Maka setiba di
komplek pemakaman Kemlaten.
ia turun dari kereta keranda kencana nya dengan
tenang. sebagaimana layaknya
orang yang akan berziarah.
Tenang-tenang pula ia
melangkahkan kaki diantara
blok demi blok kuburan, sampai
akhirnya tiba lalu berhenti di
depan kuburan chucky 
mulawarman . 
Dan jantung fredy krueger  langsung
bergetar. 
Sepintas lihat. gundukan kubur
chucky  tampak biasa-biasa saja
dalam jilatan matahari sore
yang sudah mendekati senja.
Begitu pula tebaran sedikit sisa
taburan bunga rampai yang
sudah layu bahkan ada yang
setengah tertanam di permukaan
tanah. Bekas terinjak-injak.
Namun mata elang fredy krueger  yang
awas toh melihat sesuatu, yaitu
garis samar-samar di bagian
atas kubur. 
Garis memanjang yang pasti
tidak terlihat sebab  permukaan
gundukan kubur itu tampak
biasa-biasa saja, seperti halnya
kuburan lain di sekitarnya.
'namun  cobalah perhatikan lagi
dan lagi. Terutama jika kau
punya mata seekor elang
pemangsa! 
Fiberglass adalah ciptaan
manusia. namun  tanah, 
Tuhanlah yang mencipta. Betapa
pun kau berusaha keras untuk
merapatkannya. konon lagi bila
tanah itu gembur dan mulai
mengering maka kau tak akan
pernah mampu menjadikannya
serapat dan serata batu. Tak
peduli kau itu seorang pakar
planologi atau bahkan... si gaun
merah hati! 
fredy krueger  sudah tahu! 
Namun ia tidak ingin
mengganggu. Biarlah semuanya
tetap berada di tempat
masing-masing. Terutama
mengingat betapa sulitnya
membuktikan cara-cara
kematian raden mas untung , terlebih lagi
Reinaldi. yang tak masuk akal.
Hukum perlu Fakta dan  bukti
nyata. Bukan dongeng yang
memicu  anakmu ketakutan
lantas tak bisa tidur. 
Dan satu-satunya cara supaya
mereka yang sok tahu hukum itu
mau membuka diri lalu
menerima dengan berlapang
dada adalah dengan bersabar
menunggu. Menunggu si gaun
merah hati tertangkap tangan!
Tidak gampang, memang. 
namun  jangan putus asa. orang
Sibolangit! Bergembiralah! 
Maka sambil tersenyum-senyum,
fredy krueger  pun meninggalkan
kuburan chucky  dengan sikap
seolaholah tidak tahu apa-apa.
Dan dengan senang hati pula, ia
lalu  melakukan sesuatu
yang sudah lama ia abaikan,
yaitu  menziarahi kuburan
seorang kembar jauh yang juga
dimakamkan di kompleks yang
sama. 
fredy krueger  tidak membawa kembang
setaman. Tak apa. Toh doa lebih
bermanfaat. Maka setiba di
kuburan kerabat dimaksud,
fredy krueger  pun duduk
mencangkung. lantas bertafakur.
Khusuk. Membiarkan 
menit demi menit yang sunyi sepi
terus berlalu. Baru kcmudian
fredy krueger  bangkit berdiri. Dan saat
memutar tubuh, ia langsung
tcrtcgak. Membeku. 
Tidak. Jangan sekarang, pikir
fredy krueger . 
Jangan, sebelum aku punya
bukti kuat untuk membekuk
dirimu! 
Namun si gaun merah hati terus
saja berjalan di antara dua blok
terpisah, tidak berapa jauh dari
blok tempat fredy krueger  tegak
memantau . Berjalan dengan
langkah-langkah kaku dan
tampak berat. Wajah terus
menghadap ke depan, lurus,
seakan tak peduli keadaan
sekitar. Mungkin dengan mata
tidak pernah berkedip,
sebagaimana yang pernah
dilihat dan tak pernah lekang
dari ingatan fredy krueger . Sampai
akhirnya si gaun merah hati
berhenti melangkah. Lalu
berdiri diam di tempat mana
sebelumnya fredy krueger  juga berdiri.
Di depan kuburan chucky . 
Untuk beberapa saat lamanya,
fredy krueger  juga tetap diam di
tempatnya berdiri. Dengan
pikiran tegang. Tangan
kanannya saja yang sempat
bergerak, menyelinap ke balik
jaket. Maksud semula
mengeluarkan pesawat HT-nya
lalu menghubungi markas
komando untuk meminta bala
bantuan. 
namun  niat itu sesaat 
dibatalkan. sebab  mungkin
saja si gaun merah hati tiba-tiba
melenyap, dan Bunok tidak sudi
nantinya dijadikan bahan
tertawaan di belakang
punggungnya. Maka tangan 
yang sudah telanjur masuk ke
balik jaket ia alihkan ke bawah
ketiak kiri. tempat Colt 38-nya
terkurung dengan aman. Katup
penutup sarung dibuka dengan
ujung jari. Lalu dengan tangan
dibiarkan tetap dekat pada
gagang pistol di balik jaketnya
itu. fredy krueger  pun mulai beranjak
dari tempatnya berdiri. 
la melangkah hati-hati melewati
kuburan demi kuburan di blok
tempatnya berada menuju blok
kuburan chucky . Tentu saja
dengan mengambil arah
memutar agar dirinya tidak
terlihat, namun sebaliknya ia
tetap dapat melihat sasarannya
dengan jelas dan bisa bertindak
jika tiba-tiba diperlukan. Sambil
sel sel otaknya terus ribut
berdebat satu sama lain. 
Jika makhluk cantiknya syam
kamaruzaman  itu mencoba terbang
untuk menghilang, apanya yang
harus ia tembak. Sayap"
Kelihatannya tidak punya.
Kepala" namun  menurut
penuturan jessica  yang didengar
fredy krueger  melalui mulut Bripda
buana . kepala itu justru mampu
terpenggal sendiri sebelum
lalu  menggigit putus kabel
listrik tegangan tinggi di bawah
atap bengkel Jalal. Boleh jadi,
kepala dengan rambut sebatas
tengkuk itu lebih dahulu 
menyerang sebelum fredy krueger 
sempat mencabut pistol. 
Jantung, barangkali" 
Apa, fredy krueger " Jantung" Lupakah
kau pada apa yang sudah kau
lihat sendiri di atas meja bedah
dokter tua itu" Isi lambung dan 
rongga dada makhluk itu
hanyalah engsel-engsel,
lempengan baja tipis. batangan
besi atau plastik dan" 
namun  dia hidup! 
Maka itu, fredy krueger . Lebih celaka
lagi. 
Ingat saja bagaimana Reinaldi
menemui ke
matiannya. llmu hitam, fredy krueger .
llmu hitam! ltulah yang
menghidupkannya. jika bukan
ilmu hitam, pastilah roh jahat
dari alam gaib. Roh yang bisa
jadi adalah... 
Si gaun merah hati tampak
bergerak. fredy krueger  cepat
menyentuhkan jari ke gagang
pistol manakala ia lihat gerakan
sang makhluk hanyalah untuk
berganti posisi berdirinya ke
posisi duduk. setengah
bersimpuh. Dari belakang
tampak seperti diam. Menekur.
Tampak jelas tengkuknya yang
putih mulus. Dan ke tengkuk
itulah nanti moncong pistol
fredy krueger  disentuhkan. Menyuruh
si makhluk cantik tidak
bergerak. baru ia memanggil
bala bantuan dari Markas
Komando. 
fredy krueger  kini bergerak maju.
Lurus ke depan. menuju sang
makhluk yang setengah duduk
membelakangi arah kedatangan
si elang pemangsa. Sambil
sel-sel otak fredy krueger  semakin
ribut saling menjerit. Awas, itu
adalah roh! Ah, omong kosong!
Ada Tuhan yang melindungiku,
dan" 
Sesuatu tiba-tiba menghantam
tulang kering kaki kiri fredy krueger 
dan sekaligus memicu 
tubuhnya terjungkir ke depan.
Sambil fredy krueger  terpekik, kaget. 
"Aduh!" 
Si gaun merah hati sesaat 
terlompat tegak dan memutar
tubuhnya sekalian. Menghadap
ke arah fredy krueger  yang untuk
sesaat tampak seperti menindih
sebuah kuburan semen namun 
dengan cepat dan sigap sudah
bangkit berdiri. Dan langsung
tegak, sambil tangan sudah
menggenggam gagang kaliber
38-nya dengan laras terarah ke
tanah. namun se
waktu-waktu siap diangkat lalu
diarahkan ke sasaran yang
dituju. 
Sambil wajah fredy krueger  tampak
meringis. tentu. Diam-diam ia
menyadari bahwa tulang kering
kakinya bukan dihantam
melainkan menghantam. atau
tepatnya. menubruk nisan batu
dari kuburan yang barusan ia
tindih. 
Sakitnya. ampun! 
namun  perasaan sakit itu segera
terlupakan manakala
menangkap rona kaget di wajah
si gaun merah hati. Disusul,
meski agak terlambat.
pertanyaan yang tidak kurang
kaget. 
"Astaga, Komandan. Anda
kiranya!" 
Sel-sel otak fredy krueger  yang
sebelumnya ribut alang
kepalang, mendadak pada diam.
Membisu. 
"Apa yang terjadi dengan Anda,
Komandan?" si gaun merah hati
bertanya lagi. Kini, bernada
kebingungan. "Sejak kapan Anda
di situ" Main pegangpegang
pistol pula!" 
Sel-sel otak fredy krueger  mulai
bersuara lagi. namun , hanya
berbisik-bisik. Lihat, kepalanya
tidak terpenggal! Oh ya" Itu
sebab  dia belum berniat
menyerang! namun , dia pakai tas
tangan. arloji, perhiasan! Dan
tuh juga lihat, ada seikat
kembang sedap malam di
samping kuburan chucky . Pasti
dia bermaksud ziarah. Jangan
bodoh,fredy krueger . itu hanya tipuan
mata! Cobalah jika berani, maka
benda-benda itu sesaat  akan
berubah menjadi... 
"Komandan?" 
fredy krueger  mengerjap. "Heh?" 
"Kok Anda seperti terlihat..."
Bibir mungil itu mengatup
sesaat dua. Wajah cantiknya
tampak se
perti berpikir-pikir. lantas
berubah terkejut. disusul
membukanya kembali bibir
mungilnya yang sensual. "Ya
Allah, Tuhanku! Apakah Anda
berpikir bahwa saya ini adalah
hantu, Komandan?" 
Hantu" 
Mengucapkan Ya Allah. 
Sel-sel otak fredy krueger  kini
berlarian kian kemari. Semua
sibuk menari-nari. lantas
tiba-tiba sepakat untuk
merangkai sebuah kalimat
tanya. yang mereka keluarkan
melalui mulut fredy krueger  yang
mendadak terasa kering. 
"Gaun merah hati yang Anda
pakai. Bu jessica . Dari mana
Anda peroleh?" 
"Tentu saja dapat beli!" jawab
yang ditanya. Heran. "Ya
ampun, Komandan. Demi
Tuhan, tolonglah saya beritahu.
Apa sih sesungguhnya yang
terjadi?" 
Demi Tuhan. 
Dan sel-sel otak fredy krueger  kembali
pada diam. 
Membisu. 
 
mandala krida yang baru saja usai
mandi terkejut saat  melihat
istrinya diantar pulang oleh
orang yang sudah tak asing lagi
buat mereka berdua: komandan
satuan serse Polresta Cirebon.
fredy krueger  Sembiring. si orang
Sibolangit, yang wajahnya
tampak kaku saat  mandala krida
mempersilakan masuk. 
saat  mengambil tempat
duduk masing-masing di kamar
mite yang mereka tempati,
mandala krida memandangi istrinya
dengan mulut terkatup rapat.
Mata dan  wajahnya saja yang
bertanya. 
"Aku ingin menyendiri barang
sejenak, Mas!" jessica  akhirnya
menjawab penanyaan yang tidak
terucap itu. "Maka begitu
kulihat Mas tertidur pulas. aku
lantas pergi naik taksi ke
Kemlaten!" 
Tak ada permintaan maaf,
sebab  tampaknya pun tak ada
tuntutan dari sang suami yang
menanggapi dengan perkataan 
lirih. penuh pengertian. 
"Ke kuburan chucky !" 
Sang istri mengangguk. dan
mandala krida menambah
kan dengan nada yang
wajar-wajar saja, "Padahal
baru pagi tadi kita berziarah ke
sana." 
"Seperti kubilang. Mas, aku
hanya ingin menyendiri. Dan..." 
"Dan aku menggagalkannya!"
fredy krueger  cepat menimpali. sebab 
ada hal yang jauh lebih penting
untuk mereka bicarakan,
ketimbang membiarkan
pertengkaran lembut dan  aneh
itu terus berlarut-larut. "Aku
kebetulan datang ke tempat yang
sama. Pada waktu yang hampir
bersamaan pula!" 
Tak pelak lagi. mandala krida
menatap heran. "Anda"
Menziarahi makam chucky ?" 
"Memangnya tak boleh?" fredy krueger 
balik bertanya. Lantas
menambahkan dengan senyuman
kaku. "Mungkin sebab  tak ada
izin dari Anda berdualah yang
menyebabkan kaki kiri saya
membentur batu nisan salah satu
kuburan di sana. Sakitnya sih
tidak seberapa. Malunya yang
minta ampun. Pada istri Anda,
tentu saja!" 
Pendahuluan yang baik. 
Kalimat itu memicu  suami isrri
di hadapannya sama tersenyum.
Dan fredy krueger  pun
mempergunakan kesempatan iru
untuk mengutarakan niamya
mengantar jessica  pulang ke
pangkuan sang suami. 
"Kita terpaksa membuka kartu,
Bang Pras!" katanya dengan
wajah berubah serius. 
"Tentang?" 
'lsi lemari almarhum chucky !" 
Dan akhir dari pembicaraan
yang terbanyak diborong oleh
fredy krueger  itu adalah kejutan dari
wajah jessica  yang lalu 
disusul oleh suatu pertanyaan
yang sulit untuk dijawab. yang
meluncur keluar le
wat bibir mungilnya nan merah
segar. Dimulai dengan sebuah
desahan lirih dan terdengar
sayup. "Sebuah boneka pop...!"
Baru sesudah nya, "namun ...
mengapa"!" Lalu telepon
tahu-tahu berdering. Mengejut
kan. 
Secara naluriah. mereka bertiga
berpaling serempak. Seakan
sudah sama-sama mengetahui.
telepon itulah yang akan
menjawab pertanyaan jessica 
Pembuluh darah otak fredy krueger 
bahkan sempat bergetar saat 
memperhatikan mandala krida yang
bangkit dari kursinya, lantas
melangkah gontai ke pesawat
telepon yang segera disahuti. 
"Halo?" 
Diam mendengarkan sejenak.
mandala krida menjauhkan gagang
telepon dari mulut dan 
telinganya, lalu berkata  serak
pada istrinya."Untukmu...!' 
Entah mengapa, sahutan jessica 
pada sang suami terdengar
serak. "Dari?" 
"Pak Wali!" 
Si orang nomor satu! 
Dan telepon penentu. 
Sedemikian menentukannya.
sehingga gundukan kubur chucky 
di Kemlaten yang sebelumnya
hanya diam membeku saat
fredy krueger  maupun jessica  berada di
dekatnya. tiba-tiba tampak
bergetar. Sepersekian detik
cuma. namun  getarannya jauh
lebih kuat dari biasa. Tiga
tangkai bunga sedap malam
yang sebelumnya ditinggalkan
jessica  di dekat nisan kepala
bahkan sampai tampak
terlompat-lompat. Untuk
lalu  jatuh kembali di
tempat semula dengan pengikat
yang sudah terlepas. 
Bersama terlepasnya penguat
bunga sedap malam itu,
terdengarlah suara bisikan uyup
namun tajam menusuk. dari
balik gundukan kubur. 
"Saatnya sudah tiba chucky -ku!" 
 
TENAR, pikir soebandrio . 
'Jika tidak ingin ada hitam pekat
menggantikan tinta emas
sebagai pengukir namanya,
singkirkan dahulu  duri yang
menghalangi. Itu sudah ia
lakukan pada duri lainya.
bukan" Dua duri yang sialnya
kebetulan lewat lantas tertegak
menengadah pada saat tubuh
Ayuningsari melayang jatuh lalu
terempas di depan kaki mereka.
lalu mereka melihat soebandrio 
yang setengah membungkuk
dengan kedua tangan terulur ke
depan. 
Siapa yang akan menduga
perannya bahwa gerakan
tangannya itu adalah untuk
meraih" 
Bukan mendorong jatuh
Ayuningsih" 
Dua duri, yang kesyamrannya
sungguh tak diharapkan oleh
soebandrio  hahkan mungkin
oleh mereka sendiri. Waktu itu
soebandrio  sempat panik. Dan
siapa sangka bahwa proses
penyelesaiannya berjalan mulus
dan mudah pula. Salah satu dari
duri ini . menyingkir sendiri
entah ke mana 
dan kelihatannya tanpa
membuka mulut pula. Duri
lainnya tersingkir dengan aman. 
Bukan oleh soebandrio .
Melainkan atas kehendak alam! 
Tiga jam sesudah  insiden
mengejutkan di tepi jurang itu.
Prajurit Kepala kahar muzakar  datang
menghadap secara pribadi.
Kepada sopirnya itu.
soebandrio  tidak mengajukan
pertanyaan langsung apalagi
yang menjurus. namun  memulai
pembicaraan mereka sehalus
dan serapi mungkin. 
"Katakan dengan jujur padaku,
Prajurit! Apa yang tersirat di
dalam pikiranmu?" 
"Tidak satu pun, Kapten!" jawab
kahar muzakar . Tegas dan tanpa
ragu-ragu. 
Setengah tak percaya,
soebandrio  kembali bertanya,
"Ttdak bagaimana?" 
"Untuk jelasnya. Kapten. Saya
tidak melihat apa-apa!" 
Mendengar jawaban yang juga
diutarakan secara halus dan
rapi itu, soebandrio  sesaat 
merasa lega. Berpikir sejenak.
barulah ia mengajukan
pertanyaan berikutnya dengan
nada lebih bersahabat. 
"Katakan lagi padaku, kahar muzakar .
Apakah kau menyukai
pekerjaanmu sekarang ini?" 
"Sebagai sopir?" 
soebandrio  mengangguk. 
Jawaban yang keluar dari mulut
kahar muzakar  sedikit lebih panjang,
namun terus terang. 
"saat  saya melamar lalu
mengikuti pendidikan untuk
diterima sebagai anggota ABRI,
Kapten. cita-cita saya adalah
mengangkat senjata sebagai
prajurit sejati. Bukan menjadi
sopir...." Diam sesaat, 
si perajurit kepala cepat
menambahkan. "Maksud saya.
terlepas dari siapa yang saya
sopiri!" 
Tersenyum mengerti,
soebandrio  berpikir lagi.
lalu  memberitahu. "Ada
kesempatan terbuka untuk itu.
Sekaligus untuk memperoleh
kenaikan pangkat lebih cepat.
Itu, jika kau nanti
memperlihatkan prestasi yang
memuaskan!" 
kahar muzakar  tidak bertanya. namun 
menunggu. 
soebandrio -lah yang bertanya. 
"Bersedia ditempatkan ke Timor
Timur?" 
Prajurit kepala yang sopir
setianya itu sesaat 
mengentakkan tumit sepatunya
ke lantai. Keras dan tuntas. 
"Siap, Kapten! Seorang perajurit
sejati harus siap ditempatkan ke
mana pun juga!" 
soebandrio  pun mengeluarkan
rekomendasi. Tanpa niat
apa-apa kecuali memenuhi
keinginan murni dari sang
prajurit. 
Dan tujuh bulan lalu .
kahar muzakar  memang memperoleh
kenaikan pangkat satu tingkat.
Hanya saja upacara kenaikan
pangkat itu diterimakan pada
sang istri, lengkap dengan
jenazah kahar muzakar . yang
lambungnya ditembus panah
beracun saat  bertempur
dengan gagah berani di luar
kota banyuwangi . 
Salah satu duri sudah teringkir.
Sekali lagi, oleh kehendak alam.
jika pun soebandrio  terlibat di
dalamnya dan sedikit banyak
ikut menyesal. maka
keterlibatannya hanya sebatas
memberi rekomendasi. Titik
sampai di situ! 
namun . duri satunya lagi! 
Sebelum berangkat ke Timtim,
kahar muzakar  sudah ia 
tugaskan secara pribadi untuk
mencari tahu bahkan sampai ke
mojokerto . Hasilnya nihil.
Bagaimana dengan keluarga
sang target di Bengkulu" idem
dito. 
"Jangankan orangnya." kahar muzakar 
melapor, "kabarnya saja pun tak
pernah mereka dengar!" 
Sang duri benar-benar hilang
tak tentu rimba. Petunjuk
satu-satunya yang ia tinggalkan
hanyalah kota tujuan pindah,
Medan. tanpa alamat yang jelas!
soebandrio  sendiri juga
lalu  harus
berpindah-pindah. sampai
akhirnya berhenti di kota tujuan
terakhir yang menjadi pilihan
keluarganya. Cirebon. 
Dan soebandrio  pun terkejut
alang kepalang. 
Duri yang hilang itu ada di kota
yang sama! 
 
Pertama kali melihatnya
kembali, mulanya soebandrio 
tidak mengenali chucky 
mulawarman -sang duri!
Waktunya pada hari
soebandrio  resmi dilantik
sebagai wali kota, yang disyamri
lengkap oleh seluruh staf. Tiba
waktu istirahat, seseorang
berbisik ke telinganya. 
"Dia terus memperhatikan
Bapak semenjak tadi"!" 
Si pembisik adalah Joko
Mardiansyah, kepala staf dan
duet kerjanya semasih di
Palangkaraya. Melalui
perdebatan sengit dan 
perjuangan keras soebandrio ,
oleh pimpinan komando di
tingkat yang lebih tinggi ia
akhirnya direkomendasikan
sebagai Sekwilda di Cirebon. 
"Dia siapa?" 
Tanpa menunjuk, joko
memberitahu tempat duduk dan 
ciri-ciri orang yang ia
sebut-sebut. soebandrio  pun
menoleh ke arah dimaksud.
Bertemu pandang sesaat. chucky 
cepat berpaling dan langsung
pula berlalu dari ruang aula
tempat dilaksanakannya
pelantikan. 
Pada malam jamuan makan
dan  pengenalan diri
soebandrio  sebagai wali kota
baru. tanpa alasan yang jelas
chucky  tidak ikut syamr dan
langsung terlupakan. Semakin
terlupakan lagi sesudah 
soebandrio  dibuat sibuk oleh
tugas-tugasnya sebagai wali
kota. Ditambah harus
bolak-balik ke mojokerto  untuk
melapor dan meminta petunjuk
dari pimpinannya di dua instansi
yang berbeda, Depdagri dan
Dephankam. Belum lagi
kesibukan bernegosiasi dengan
relasi bisnis mertuanya demi
mewujudkan cita-cita luhur
soebandrio , yaitu Cirebon
Masa Depan. 
Lalu suatu hari, joko melapor ke
ruang kerjanya. 
"Mereka bilang, akhir-akhir ini
dia sering mangkir dengan
alasan tak enak badan.
Pekerjaannya pun banyak yang
terbengkalai!" 
Pertanyaan yang itu lagi. 'Dia
siapa?" 
"chucky  mulawarman . Kepala
biro perlengkapan!" 
"Bagaimana dengan hari ini?" 
"Masuk. Sekarang ada di ruang
kerjanya. Tampak murung, dan
jauh lebih kurus dibanding
pertama kali saya melihatnya!" 
"Oke. Suruh dia menghadap ke
sini!" 
Selagi menunggu, soebandrio 
membaca sekilas 
data pribadi chucky  mulawarman 
yang sengaja ditinggalkan Joko
untuk dipelajari. Jantung
soebandrio  sesaat  berdenyut
keras manakala membaca
tulisan pada lajur tempat lahir
yaitu kecamatan lumajang , Malang.
Mau tidak mau soebandrio 
langsung teringat siapa chucky 
mulawarman  dan memicu 
dirinya sempat gugup saat 
terdengar pintu ruang kerjanya
diketuk dari luar. 
Saat berikutnya. di ambang
pintu berdirilah salah satu duri
yang bertahun-tahun
sebelumnya tegak menengadah
di dasar jurang. Ia tampak pucat
dan ragu-ragu sebelum
soebandrio  mempersilakan,
"Masuk dan duduklah!" 
"Terima kasih..." jawaban itu
nyaris tak terdengar. Sambil
chucky  mengambil tempat duduk
di kursi tamu, berhadapan
dengan kursi yang sebelumnya
sudah diduduki oleh
soebandrio . 
Tak ada jabat tangan. 
Bahkan selama beberapa detik
yang mendebarkan, juga tidak
kata-kata. Yang ada hanyalah
saling menatap. Di pihak
soebandrio . sambil
menguatkan diri. Di pihak lain.
jelas tampak sambil
memberanikan diri. Sampai
akhirnya soebandrio 
memutuskan untuk memulai.
Dengan suara yang dibuat
selembut mungkin. 
"Agaknya, kita sudah saling
mengenal, bukan?" 
Anggukan kaku. lantas diam. 
Terpaksalah soebandrio 
meneruskan, "Aku yakin Pak
chucky  juga pasti sudah menduga
kiranya apa yang akan kita
bicarakan.?" 
Anggukan lagi. lalu jawaban
yang luar biasa tenang. 
"Bukan menyangkut urusan
dinas tentunya!" 
Satu nol untuk kemenangan
chucky  mulawarman ! 
Ganti mengangguk, soebandrio 
kembali diam untuk memicu 
posisi mereka seimbang. Ada
saatsaat di mana kita harus
menunggu supaya lawanlah
yang lebih dahulu  memulai
pertempuran. Agar tahu dari
sudut mana dirimu diserang dan
kau siap untuk menangkis. jika
mungkin, melakukan serangan
balik. 
Memahami diamnya
soebandrio . chucky  batuk' batuk
kecil yang terdengar dipaksakan
dan ganti dirinya yang memulai.
Namun, ia ternyata menyerang
dari sudut tak terduga. Dengan
tembakan yang sambil lain pula.
"Oh ya, sebelum lupa," chucky 
berkata, 'bagaimana kabarnya
dengan teman masa kecil saya
itu. Pak kanjeng ?" 
Pak kanjeng , bukan Pak Wali! 
Bukan main, pikir soebandrio 
sambil  menyahuti dengan
bingung. "Teman masa kecil?" 
"Praka kahar muzakar !" 
"Oh, dia!" soebandrio 
langsung teringat. Dan langsung
pula menyahuti tanpa dipikir
panjang. "Menyesal sekali.
Sahabat karibmu itu sudah
meninggal dan?" 
Terlambat! 
soebandrio  baru menyadari
kekeliruannya sesudah  melihat
wajah lawan bicaranya tampak
berubah pucat, dan duduknya
pun sesaat  membeku.
Kekeliruan itu coba diperbaiki
soebandrio  dengan buru-buru
menambahkan. "Dia gugur
dalam per
tempuran di banyuwangi .
Kematian yang murni sebagai
halnya pahlawan. Bukan oleh
sebab-sebab lain...!" 
Percuma saja. 
Mulut chucky  sudah keburu
mengatup, sangat rapat. Jelas
menunjukkan seperti saat 
soebandrio  terlihat oleh chucky 
dan kahar muzakar  di bibir jurang.
Pembelaan diri tetap saja
sia-sia. sebab  siapa pula yang
mau percaya" Paling tidak,
soebandrio  sendirilah yang
mengusulkan dan
merekomendasi kahar muzakar  menuju
kancah pertempuran. Atau
dengan lebih spesifik,
merekomendasi kematiannya! 
Tak ubah seekor tikus yang
terpojok, soebandrio  pun diam
menunggu datangnya pukulan
berikut. Namun sebab  tak
datang-datang juga,
soebandrio  terpaksa
mengajukan penawaran. 
"Jika ada yang masih ingin
Anda tanyakan. Pak chucky ..." 
Agak lambat, barulah mulut
chucky  terbuka lagi. Namun
bukan untuk bertanya. namun 
untuk mcngeluarkan pernyataan.
"Ada dua hal yang harus saya
beritahu pada Anda, Pak kanjeng !"
desah chucky . Serak, dan
terdengar agak gemetar.
"Pertama, saya sudah kadung
mencintai kota ini. Dan juga
pekerjaan saya'" 
"Bagus" soebandrio  ikut-ikutan
mendesah. Menyatakan
persetujuannya yang tulus. "Hal
kedua?" 
"Saya sudah lelah," jawab
chucky . "Jadi, saya sudah
memutuskan... tidak akan lari
lagi dari kejaran dosa masa lalu
itu. Semuanya harus segera
diakhiri!" 
"Dengan?" tanya soebandrio .
Nyaris berbisik, 
saking kuatnya deburan
jantungnya yang terasa seperti
memberi harapan. 
"Nantilah. Saya pikirkan lagi!" 
itu saja. 
chucky  kembali mengatupkan
mulut. Dengan sinar mata yang
memperlihatkan keteguhan hati.
Tak tergoyahkan. Menyadari hal
itu. soebandrio  pun bangkit
dari duduknya. Sambil
memaksakan senyuman manis di
bibir. 
"Oke. Beritahulah aku kelak apa
keputusanmu!" 
"Pasti!" 
Lagi, tak ada jabat tangan. Juga
tidak kata atau salam
perpisahan. sesudah 
mengucapkan jawaban pendek
dan tegas itu, chucky  langsung
memutar tubuh dan sekaligus
berlalu. Berlalu begitu saja,
seakan tak peduli bahwa yang ia
tinggalkan di belakangnya
adalah pemimpinnya. Seorang
wali kota, berpangkat kolonel
pula! 
soebandrio  tidak merasa
terhina. 
Yakin bila dirinya menempati
posisi chucky  mulawarman , ia pun
akan bertindak serupa. Buat
lawanmu merasa bagai tunggul
yang sudah rapuh. Maka, walau
pertempuran baru saja dimulai,
kemenangan sudah tergenggam
di telapak tanganmu! 
namun , dengan apa gerangan
chucky  bakal meraih
kemenangannya" Dan setinggi
apa kiranya nilai yang harus
dikorbankan soebandrio " Tidak
ada jawaban yang pasti. Kecuali
satu hal. Bahwa sampai hari itu,
perjalanan karier soebandrio 
sukses dan mulus-mulus saja
adanya. Berarti di pihak lain.
chucky  mulawarman