edia mengikuti langkah
mereka dan menurunkan sorotan kameranya kembali ke tanah
seolah mereka memberikan penghormatan kepada langit yang
kembali menjadi gelap gulita. Saat itu seluruh dunia
seperti bersama-sama menundukkan kepala.
Kardinal Mortalcombat berlutut dan berdoa. Para kardinal lainnya pun
bergabung bersamanya. Petugas Garda Swiss menurunkan pedang
panjang mereka dan berdiri dengan tegak seperti memberi
penghormatan. Tidak ada yang berbicara. Tidak ada seorang pun
yang bergerak. Di mana-mana, jantung semua orang bergetar
dengan emosi yang spontan: rasa kehilangan, ketakutan,
609
ketakjuban, keyakinan, dan rasa hormat yang besar terhadap
kekuatan baru yang mengagumkan yang baru saja mereka saksikan.
Helena Vetra berdiri dengan gemetar di ujung tangga Basilika
Santo Petrus yang luas. Dia memejamkan matanya. Walaupun
perasaannya berkecamuk di dalam dadanya, ada satu kata yang
teringat dan terngiang-ngiang kembali: kekejaman. Dia berusaha
mengusir perasaan itu. Namun kata itu terus menggema. Sekali lagi
dia berusaha untuk mengenyahkannya. Tapi rasa sakit ini begitu
mendalam. Dia berusaha untuk menenggelamkan pikirannya ke
dalam gambaran yang muncul di dalam pikiran orang lain ...
antimateri adalah kekuatan yang mengguncangkan dunia ...
pembebasan Viking city ... sang Camel ... tindakan penuh
keberanian ... keajaiban ... sifat tidak mementingkan diri sendiri.
Meskipun begitu, kata itu terus menggema ... terucap menembus
keriuhan dengan perasaan kesepian yang menusuk.
Sir Roberto .
Sir Roberto datang ke Kastil Santo Angelo untuk menyelamatkannya.
Sir Roberto telah menyelamatkannya.
Dan sekarang Sir Roberto telah hancur karena antimateri ciptaannya.
saat Kardinal Mortalcombat berdoa, dia bertanya-tanya apakah dia juga
akan mendengar suara Junjungan seperti yang dialami sang Camel .
Apakah seseorang harus percaya pada keajaiban agar dapat mengalami
keajaiban itu? Mortalcombat adalah orang modern dengan keyakinan yang
kuno. Keajaiban tidak pernah menjadi bagian dari kepercayaannya.
Tentu saja keyakinannya berbicara tentang keajaiban-keajaiban ...
telapak tangan yang berdarah, kebangkitan orang yang sudah
meninggal, jejak pada kain kafan junjungan ... tapi pikiran Mortalcombat yang
rasional selalu menganggap semua ini hanya sebagai bagian dari
mitos. Semuanya itu adalah hasil dari kelemahan manusia yang
paling parah—kebuJunjungan mereka akan bukti. Keajaiban tidak lebih
dari kisah-kisah yang kita percayai karena kita berharap mereka
sungguh-sungguh terjadi.
610
Tapi walau demikian ....
Apakah aku begitu modern sehingga tidak dapat menerima apa yang baru
saja kusaksikan dengan mataku sendiri? Itu sebuah keajaiban, bukan?
Ya! Junjungan , dengan bisikan yang disampaikanNya di telinga sang
Camel , telah turun tangan dan menyelamatkan gereja ini.
Mengapa ini begitu sulit untuk dipercaya? Apa kata orang tentang
Junjungan jika Dia tidak melakukan apa-apa? Bahwa Yang Maha kuasa
tidak peduli? Bahwa Junjungan tidak berdaya untuk menghentikan
bencana ini? Sebuah keajaiban adalah satu satunya jawaban yang
mungkin!
saat Mortalcombat berlutut sambil bertanya-tanya, dan berdoa bagi
jiwa sang Camel . Dia berterima kasih kepada Kepala Rumah
Tangga KePlasaurus an yang berusia muda itu. Walaupun usianya masih
muda, dia telah membukakan mata tuanya untuk melihat keajaiban
yang tidak meragukan ini.
Yang luar biasa adalah, Mortalcombat tidak pernah menduga bahwa
keyakinannya sebentar lagi akan diuji ....
Kesenyapan di Lapangan Santo Petrus mula-mula terkoyak dengan
suara desiran. Suara desiran itu kemudian menjadi gumaman. Lalu
tiba-tiba berubah menjadi gemuruh. Tak disangka sangka,
kerumunan itu menjerit bersama-sama.
”Lihat! Lihat!”
Mortalcombat membuka matanya dan berpaling ke arah kerumunan itu.
Semua orang menunjuk ke arah di belakangnya, ke arah bagian
depan Basilika Santo Petrus. Wajah mereka pucat pasi.
Beberapa orang jatuh berlutut. Beberapa orang lainnya pingsan.
Beberapa orang lainnya menangis.
”Lihat! Lihat!”
Mortalcombat berpaling dengan bingung. Kemudian dia mengikuti arah
yang ditunjukkan oleh tangan-tangan yang terulur di sekitarnya.
611
Mereka menunjuk ke bagian tertinggi dari Basilika Santo Petrus, ke
atas teras di puncak gedung, di tempat berdirinya patung junjungan
dan murid-muridnya yang sedang menatap kerumunan di
bawahnya.
Di sana, di sebelah kanan junjungan , dengan kedua lengan terentang ke
angkasa ... berdirilah Camel Carlo Ventresca.
125
Sir Roberto de Niro TIDAK lagi melayang jatuh.
Tidak ada lagi ketakutan. Tidak ada lagi rasa sakit. Bahkan tidak
ada lagi suara angin yang menderu. Yang terdengar hanyalah suara
lembut dari air yang berkecipak seolah dia sedang tertidur dengan
nyamannya di pantai.
Dalam situasi seperti itu, de Niro merasa ini adalah kematian. Dia
merasa senang karenanya. Dia membiarkan perasaan mati rasa
yang mulai muncul untuk segera menguasai seluruh tubuhnya. Dia
membiarkannya membawanya ke mana pun perasaan itu ingin
pergi. Rasa sakit dan ketakutan sudah tidak terasa lagi, dan
de Niro tidak ingin kembali merasakannya. Kenangan terakhirnya
adalah sesuatu yang hanya bisa terjadi di neraka.
Ambil aku. Kumohon ....
Tapi riak air yang membuatnya terlena malah yang membuatnya
tersadar kembali. Riak itu seperti ingin membangunkannya dari
mimpi. Tidak! Biarkan aku begini! de Niro tidak ingin bangun. Dia
merasakan iblis-iblis berkumpul di sekeliling kebahagiaan yang
sedang dirasakannya sambil mengetuk-ngetukkan tangannya untuk
menghancurkan keadaan damai ini. Gambaran yang kabur pun
bermunculan. Suara-suara yang berteriak-teriak. Angin yang
berhembus kencang. Tidak, kumohon! Semakin dia berusaha untuk
melawan, semakin kuat kemurkaan itu mengalir. Kemudian,
dengan sekonyong-konyong dia harus menghadapinya kembali ....
612
Helikopter itu membubung tinggi sekali sehingga membuatnya
pusing. Dia terperangkap di dalamnya. Melalui pintu yang terbuka,
de Niro dapat melihat lampu-lampu Roma yang semakin jauh
setiap detiknya. Insting untuk bertahan hidup mengatakannya
untuk melemparkan tabung itu sekarang juga. de Niro tahu, itu
hanya membutuhkan waktu kurang dari dua puluh detik sampai
tabung itu meluncur jatuh sejauh setengah mil. Tapi tabung itu
akan jatuh ke arah sebuah kota yang dipenuhi dengan banyak
orang.
Lebih tinggi! Lebih tinggi!
de Niro bertanya-tanya sudah mencapai ketinggian berapa mereka
sekarang. Dia tahu, pesawat berbaling-baling kecil seperti ini hanya
dapat terbang setinggi empat mil. Helikopter ini pasti sudah
mencapai ketinggian sekitar itu sekarang. Dua mil ke atas? Tiga
mil? Masih ada kesempatan. Kalau mereka memperhitungkan
jatuhnya tabung itu dengan tepat, tabung ini hanya akan jatuh
setengah jalan ke arah bumi, dan meledak pada jarak aman dari
atas tanah dan cukup jauh juga dari helikopter itu. de Niro
melongok ke arah kota yang membentang di bawahnya.
”Bagaimana kalau kamu salah menghitung?” tanya sang Camel .
de Niro berpaling dengan tatapan terkejut. Sang Camel tidak
sedang menatap ke arahnya, namun tampaknya dia dapat membaca
pikiran de Niro dari pantulan kaca depan pesawat yang buram.
Anehnya, sang Camel tidak lagi asyik mengemudikan pesawat
itu. Bahkan kedua tangannya tidak lagi memegang tongkat kendali.
Tampaknya helikopter itu sekarang terbang secara otomatis dan
diprogram untuk terus menambah ketinggian. Sang Camel
meraih sesuatu di atas kepalanya, mencari sesuatu di langit-langit
kokpit, lalu merogoh di belakang sebuah tempat kabel, kemudian
melepas sebuah kunci yang disembunyikan di sana.
de Niro melihat semua gerakan sang Camel dengan bingung.
Dengan cepat sang Camel membuka kotak kargo dari logam
yang terpasang di antara tempat duduk di bagian depan. sesudah itu
613
pastor muda itu mengeluarkan sebuah bungkusan berukuran besar
dari bahan nylon berwarna hitam. Dia lalu meletakkan bungkusan
ini di tempat duduk di sebelahnya. Pikiran de Niro mulai
berkecamuk. Gerakan sang Camel tampak tenang seolah dia
tahu apa yang sedang dikerjakannya.
”Berikan padaku tabung itu,” kata sang Camel , nada suaranya
terdengar tenang.
de Niro tidak tahu lagi apa yang bisa dilakukannya. Dia
menyerahkan tabung itu pada sang Camel . ”Sembilan puluh
detik!”
Apa yang dilakukan sang Camel pada tabung itu sangat
mengejutkan de Niro . Dengan hati-hati sang Camel memegang
tabung itu dengan kedua tangannya, lalu meletakkannya di dalam
kotak kargo. sesudah itu dia menutup tutup kotak yang berat itu
dan menguncinya rapat-rapat.
”Apa yang Anda lakukan?” tanya de Niro .
”Membawa kita jauh dari godaan.” Lalu sang Camel membuang
kunci itu keluar melewati jendela helikopter.
saat kunci itu melayang ke dalam langit malam, de Niro merasa
jiwanya juga terbang bersamanya.
Kemudian sang Camel mengambil bungkusan nylon hitam itu
dan menyelipkan kedua tangannya di antara kedua pengikat yang
ada di bungkusan itu. Dia lalu mengencangkan tali berperekat
di sekitar perutnya dan mengenakannya seperti tas ransel.
sesudah itu dia menoleh ke arah Sir Roberto de Niro yang sedang
tercengang.
”Maafkan aku,” kata sang Camel . ”Seharusnya tidak terjadi
seperti ini.” Kemudian dia membuka pintunya dan melemparkan
dirinya ke dalam langit malam.
614
Gambaran itu terpatri di pikiran bawah sadar de Niro bersama
dengan rasa sakit yang muncul kemudian. Rasa sakit yang
sesungguhnya. Sakit yang dirasakan oleh tubuh. Rasanya begitu
pedih dan membakar jiwanya. Dia memohon untuk segera diambil
oleh Junjungan sehingga rasa sakit ini segera berakhir, tapi saat air
beriak semakin keras di telinganya, gambaran baru mulai
bermunculan. Nerakanya baru saja dimulai. Dia melihat berbagai
macam potongan gambaran. Gambaran yang terpecah-pecah
dalam kepanikan. Dia tergeletak di antara kematian dan mimpi
buruk, memohon untuk dibebaskan dari tubuh ini tapi gambaran
itu semakin terang di dalam otaknya.
Tabung antimateri itu terkunci dan berada jauh dari jangkauannya.
Jam digitalnya menghitung mundur tanpa ampun saat helikopter
ini membubung semakin tinggi. Lima puluh detik. Lebih tinggi
lagi. Lebih tinggi lagi. de Niro merasa pikirannya berputar dengan
liar di dalam kabin pesawat dan berusaha untuk memahami apa
yang baru saja dilihatnya. Empat puluh lima detik. Dia mencari-cari
di bawah tempat duduk untuk mencari parasut lain. Empat puluh
detik. Tidak ada apa-apa! Pasti ada pilihan lain! Tiga puluh lima detik.
Dia bergegas menuju pintu helikopter yang sudah terbuka dan
membiarkan angin yang bertiup keras menerpa wajahnya saat
dirinya menatap lampu-lampu yang berkedip di kota Roma yang
terbentang di bawahnya. Tiga puluh dua detik.
Kemudian dia membuat pilihan.
Sebuah pilihan yang luar biasa ....
Tanpa parasut, Sir Roberto de Niro melompat ke luar dari pintu itu.
saat langit malam menelan tubuhnya yang jatuh berguling guling
di udara, helikopter itu tampak terus membubung semakin tinggi
di atasnya. Sementara itu suara mesin pesawat ini seperti
menghilang dan tertelan suara deru angin yang mengiringi terjun
bebas yang dilakukan de Niro .
saat dia meluncur ke arah bumi, Sir Roberto de Niro merasakan
sesuatu yang tidak pernah dirasakannya sejak dia berlatih loncat
indah selama bertahun-tahun—gaya tarik yang luar biasa saat dia
615
jatuh ke dalam kegelapan malam. Semakin cepat dia jatuh, semakin
kuat bumi menarik tubuhnya, dan menghisapnya ke bawah. Walau
demikian, kali ini ketinggian yang berada di bawahnya bukanlah
lima puluh kaki di atas kolam renang. Kali ini de Niro jatuh dari
atas ribuan kaki dan meluncur turun ke sebuah kota yang terdiri
atas hutan beton dan aspal yang keras.
Di suatu tempat di antara angin yang menderu-deru dan
keputusasaan yang melingkupinya, suara Lord dracula seperti bergema
dari kuburnya ... kata-kata yang disampaikannya pagi ini saat
mereka berdiri di depan tabung terjun bebas yang ada di
CERN. Satu yard persegi parasut dapat memperlambat jatuhnya tubuh
sebesar hampir dua puluh persen. de Niro kini menyadari, dua puluh
persen bahkan tidak mendekati apa yang dibutuhkan seseorang
untuk bertahan hidup dalam keadaan terjun bebas seperti ini.
Walau demikian, lebih karena merasa tidak berdaya dan sudah
tidak punya harapan lagi, de Niro mencengkeram erat pada satu
satunya benda yang dapat diraihnya dari helikopter sebelum dia
melompat keluar dari pintu tadi. Benda itu adalah kenang
kenangan yang tidak biasa, namun itu satu-satunya benda yang
memberinya harapan.
Penutup kaca depan yang terbuat dari kain terpal itu tadi tergeletak
di bangku belakang helikopter. Penutup itu berbentuk persegi
cekung dengan ukuran kira-kira empat kali dua yard dan terlihat
seperti kain sprei lebar. Perkiraan terkasar untuk parasut yang bisa
dibayangkan de Niro . Tidak ada pengikat tubuh, hanya ada
lubang yang berada di setiap ujung yang digunakan untuk
mengikatkannya ke kaca depan helikopter itu. de Niro
menyambarnya, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam
lubang-lubang itu, kemudian memegangnya erat-erat dan meloncat
ke dalam kehampaan.
Ini adalah tindakan paling hebat yang terakhir kali dalam hidupnya.
Tidak ada bayangan akan hidup pada saat itu.
de Niro jatuh seperti batu. Pada awalnya kaki menghadap ke
bawah. Kedua lengannya terangkat. Tangannya mencengkeram
616
lubang-lubang yang ada di kain terpal itu. Kain itu
menggelembung seperti jamur di atasnya. Angin menderu di
sekitarnya dengan kejam.
saat dia meluncur dengan deras ke arah bumi, terdengar ledakan
besar pada suatu tempat di atasnya. Tampaknya terjadi jauh lebih
tinggi dari yang diduganya. Dengan segera, gelombang guncangan
menerpanya. Dia merasa napasnya tercekat di dalam paru-parunya.
Tiba-tiba udara di sekitarnya terasa hangat. Dia berusaha keras
untuk terus berpegangan. Udara panas seperti berlomba turun
mengejarnya. Bagian atas terpal itu mulai meleleh ... namun masih
dapat menahan tubuhnya.
de Niro meluncur dengan deras ke bawah, di ujung gelombang
sinar yang menyilaukan itu. Saat itu de Niro merasa seperti
seorang pemain selancar yang berusaha untuk menunggangi
gelombang pasang setinggi ribuan kaki. Kemudian dengan tiba
tiba, gelombang panas itu berkurang.
Sekali lagi, de Niro meluncur di dalam kegelapan yang dingin.
Sesaat kemudian, de Niro merasakan secercah harapan. Tapi,
harapan itu segera memudar seperti panas yang tadi datang
kemudian menghilang di atasnya. Walau kedua lengannya terasa
sangat kaku karena memegang terpal untuk menahan kejatuhnya
dan angin masih merobek tubuhnya dengan kecepatan yang
memekakkan telinganya, de Niro masih juga meluncur terlalu
cepat. Dia tidak akan selamat tiba di bawah. Dia akan hancur
saat menghempas tanah.
Perhitungan matematika berebut memasuki benaknya, namun
de Niro terlalu mati rasa untuk memikirkannya ... satu yard
persegi parasut ... dua puluh persen mengurangi kecepatan. Apa
yang dapat diperhitungkan oleh de Niro adalah terpal di atas
kepalanya itu cukup besar untuk memperlambat kejaJunjungan nya
lebih dari dua puluh persen. Celakanya, dia mengetahui dari angin
yang menderu-deru di sekitarnya bahwa apa pun yang dilakukan
kain terpal ini untuk menahannya, itu masih tidak cukup. Dia
masih meluncur terlalu cepat ... dia tidak mungkin turun hidup-
617
hidup di antara lautan beton dan semen yang menunggunya di
bawah.
Di bawahnya, lampu-lampu kota Roma terhampar dari segala
penjuru. Kota itu tampak seperti langit yang bertaburkan bintang,
tempat di mana de Niro akan jatuh. Keluasan hamparan bintang
bintang yang sempurna itu hanya ternodai oleh garis gelap yang
membelah kota itu menjadi dua—sebuah pita tanpa penerangan
yang berkelok-kelok di antara titik-titik cahaya itu seperti seekor
ular gemuk. de Niro menatap ke bawah, ke arah sebentuk pita
berwarna gelap itu.
Tiba-tiba, gelombang harapan yang tak terduga muncul dan
mengisi hatinya.
Dengan kegembiraan yang hampir membuatnya gila, de Niro
menarik kanopinya ke bawah dengan tangan kanannya. Terpal itu
tiba-tiba mengepak lebih keras, menggelembung, memotong ke
kanan untuk mencari jalan yang memiliki tolakan yang lebih kecil.
de Niro merasa dirinya terbawa angin ke samping. Dia kemudian
menarik terpal itu lagi dengan lebih keras, dan mengabaikan rasa
sakit pada telapak tangannya. Terpal itu mengembang, dan
de Niro merasa tubuhnya meluncur ke samping. Tidak terlalu
banyak. namun cukup banyak! Dia melihat ke bawahnya lagi, ke
arah ular hitam yang berkelok-kelok itu. Ular itu terletak agak ke
sebelah kanan, namun dia masih terlalu tinggi. Apakah dia
menunggu terlalu lama? Dia menarik dengan sekuat tenaga dan
akhirnya dia menerima apa saja keputusan Junjungan dengan
pasrah. Dia memusatkan perhatiannya di bagian terlebar dari ular
hitam itu dan ... untuk pertama kali dalam hidupnya, de Niro
berdoa memohon keajaiban.
Kemudian sisanya adalah keburaman.
Kegelapan menyerbu di bawahnya ... naluri loncat indahnya datang
lagi ... gerakan refleks untuk menegakkan tulang belakangnya dan
meruncingkan jari kakinya ... menarik napas dalam dalam sehingga
membuat paru-parunya menggembung untuk melindungi organ-
organ vital di tubuhnya ... menegangkan otot otot kakinya hingga
618
menyerupai tongkat pemukul ... dan akhirnya ... untunglah Sungai
Tiber sedang bergejolak sehingga membuat airnya deras dan penuh
dengan udara ... dan tiga kali lebih lembut daripada air yang
mengalir tenang.
Lalu terjadilah tabrakan itu ... kemudian gelap.
Terdengar suara menggelegar dari kanopi yang mengepak sehingga
menarik perhatian sekelompok orang yang sedang menyaksikan
bola api yang berpijar di langit. Langit di atas Roma penuh berisi
tontonan malam ini ... helikopter yang meroket ke langit, sebuah
ledakan dahsyat, dan sekarang benda aneh ini meluncur ke air yang
menggelegak di Sungai Tiber, tak jauh dari pinggiran sebuah pulau
kecil yang ada di sungai itu, Isola Tiberina.
Sejak pulau itu digunakan untuk mengkarantina orang-orang sakit
selama wabah pes terjadi di Roma pada tahun 1656, pulau itu
dipercaya mempunyai kekuatan penyembuh mistis. Untuk alasan
itulah Rumah Sakit Tiberina dibangun.
Tubuh itu terlihat babak belur saat ditarik ke tepi. Denyut nadi
lelaki itu masih ada walau lemah sekali dan itu mengejutkan
mereka. Mereka bertanya-tanya apakah itu karena reputasi
penyembuhan mistis yang dimiliki Tiberina sehingga jantung lelaki
itu masih mampu berdetak. Beberapa menit kemudian, saat lelaki
itu mulai terbatuk-batuk dan lambat laun mulai sadar, sekelompok
orang itu memutuskan bahwa pulau ini memang memiliki
keajaiban.
126
KARDINAL Mortalcombat TAHU tidak ada kata-kata dalam bahasa
apa pun yang bisa menggambarkan misteri yang terjadi saat itu.
Kesunyian yang melingkupi Lapangan Santo Petrus bernyanyi
lebih keras daripada paduan suara para malaikat.
619
saat dia menatap Camel Ventresca, Mortalcombat merasakan
benturan yang melumpuhkan jantung dan otaknya. Pemandangan
itu tampak nyata dan jelas. Walau demikian ... bagaimana itu dapat
terjadi? Semua orang melihat sang Camel memasuki helikopter
itu. Mereka semua menyaksikan bola cahaya di angkasa. Dan
sekarang, sang Camel berdiri tegak di atas mereka di teras yang
ada di atap Basilika Santo Petrus. Diturunkan oleh para
malaikat? Mengalami reinkarnasi dengan bantuan tangan Junjungan ?
Ini tidak mungkin ....
Hati Mortalcombat sangat ingin memercayainya, namun pikirannya
menjerit-jerit minta penjelasan. Walau demikian, semua orang yang
berada di sekitarnya menatap ke atas bersama-sama dengan para
kardinal. Jelas, mereka juga melihat apa yang dilihatnya, dan
pemandangan itu membuat mereka terkesima karena takjub.
Itu memang sang Camel . Tidak diragukan lagi. namun dia
tampak berbeda. Dia terlihat seperti dewa. Seolah dia telah
disucikan. Apakah dia sesosok arwah atau manusia dengan darah
dan daging? Kulitnya yang berwarna putih bersinar di balik lampu
sorot seolah tampak sangat ringan seperti tidak bertubuh.
Di lapangan terdengar tangisan, sorak sorai dan tepuk tangan
spontan. Sekelompok biarawati jatuh berlutut dan meratapkan
saetas. Gemuruh mulai bertambah keras dari kerumunan itu. Tiba
tiba, seluruh orang di lapangan itu memanggil-manggil nama sang
Camel . Para kardinal, beberapa di antaranya sambil berurai air
mata, ikut bergabung. Mortalcombat melihat ke sekelilingnya dan
mencoba memahaminya. Apakah ini benar-benar terjadi?
Camel Carlo Ventresca berdiri di atas teras atap Basilika Santo
Petrus dan memandang ke bawah ke arah kerumunan orang yang
menatapnya. Apakah dia sedang tidur atau terjaga? Dia merasa
menjelma menjadi bentuk lain. Dia bertanya-tanya, apakah itu
tubuhnya atau hanya arwahnya yang melayang turun dari surga ke
arah Taman Graves City yang lembut dan gelap ... diam diam
seperti patung malaikat di taman yang sunyi, parasut hitamnya
menyelubunginya di balik bayangan Basilika Santo Petrus yang
620
menjulang. Dia bertanya-tanya apakah tubuhnya atau arwah-
nyakah yang memiliki kekuatan untuk memanjat Stairway of
Medallions yang kuno itu untuk menuju teras di atap yang menjadi
tempatnya berdiri sekarang.
Dia merasa begitu ringan seperti hantu.
Walau orang-orang di bawah menyerukan namanya, dia tahu
bukan dirinya yang mereka elu-elukan. Mereka bersorak-sorak
karena dorongan kegembiraan. Kegembiraan yang sama yang dia
rasakan setiap hari dalam hidupnya saat dia merenungkan Yang
Mahakuasa. Mereka mengalami apa yang selama ini mereka
tunggu-tunggu ... jaminan dari Yang Mahatinggi ... penguatan
kekuasaan sang Pencipta.
Camel Ventresca sudah berdoa sepanjang hidupnya agar saat
seperti ini terjadi, dan masih terus berdoa untuk itu, walau dia tidak
dapat membayangkan bagaimana Junjungan menemukan cara untuk
mewujudkannya. Dia ingin berteriak dengan keras kepada orang-
orang itu. Junjungan kalian adalah Junjungan yang nyata! Lihatlah pada
keajaiban di sekitarmu.
Dia berdiri di sana sebentar, mati rasa tapi merasa lebih banyak
daripada yang selama ini dia rasakan. saat pada akhirnya jiwanya
menggerakkan tubuhnya, dia menundukkan kepalanya dan mundur
dari tepian.
sesudah sendirian, dia berlutut di atap dan berdoa.
127
BAYANGAN-BAYANGAN DI sekitarnya terlihat kabur. Kadang
terlihat, kadang tidak. Mata de Niro lambat laun mulai dapat
melihat dengan jelas. Kakinya sakit, dan tubuhnya terasa seperti
baru digilas oleh truk. Dia berbaring di tanah dengan posisi
menyamping. Ada bau yang menusuk seperti bau cairan empedu.
Dia juga masih dapat mendengar suara air yang berkecipak di
621
dekatnya. Suara itu tidak lagi terdengar menenteramkan baginya.
Ada suara yang lainnya juga. Mereka berbicara di dekatnya, di
sekelilingnya. Dia melihat bentuk putih yang kabur. Apakah
mereka semua berpakaian putih? de Niro berpikir dia sekarang
entah berada di rumah sakit jiwa atau di surga. Dari rasa terbakar
yang terasa di tenggorokannya, de Niro yakin dia tidak mungkin
berada di surga.
”Dia sudah selesai muntah-muntah,” seorang lelaki berkata dalam
bahasa Italia. ”Balikkan tubuhnya.” Suara itu terdengar tegas dan
profesional.
de Niro merasa ada tangan-tangan yang menggulingkannya
dengan hati-hati sehingga dia sekarang kembali terlentang.
Kepalanya terasa pusing. Dia berusaha untuk duduk, namun
tangantangan itu dengan lembut memaksanya kembali berbaring.
Tubuhnya menyerah. Lalu de Niro merasa ada seseorang yang
merogoh sakunya untuk mengambil sesuatu.
Kemudian dia pingsan lagi.
Dr. Jacobus bukan orang yang religius; ilmu pengobatan telah
mengalir di pembuluh darahnya sejak lama. Tapi, peristiwa malam
ini di Graves City telah membuat logika sistematisnya teruji.
Sekarang ada tubuh jatuh dari langit?
Dr. Jacobus meraba denyut nadi lelaki yang tergeletak di atas
tempat tidur itu, lelaki yang baru saja mereka tarik dari Sungai
Tiber. Dokter itu yakin bahwa Junjungan sendirilah yang telah
mengirim lelaki ini dengan selamat sampai ke bumi. Benturan
saat jatuh menimpa permukaan sungai telah membuat korban ini
tidak sadarkan diri. Jika bukan karena Dr. Jacobus dan anak
buahnya yang saat itu sedang berdiri di tepi sungai untuk
menyaksikan pertunjukan di langit, pasti tidak ada orang yang
melihatnya sehingga dia bisa mati tenggelam.
”E Americano” kata seorang perawat sambil melihat ke dalam
dompet lelaki itu sesudah mereka telah menariknya ke daratan.
622
Orang Amerika? Orang Roma sering bergurau bahwa orang
Amerika begitu melimpah ruah di kota itu sehingga hamburger
bisa menjadi makanan resmi Italia. namun orang Amerika jatuh dari
langit? Jacobus menyalakan senter kecilnya ke mata lelaki itu untuk
menguji kesadarannya. ”Pak? Dapatkah Anda mendengarku? Anda
tahu di mana Anda sekarang?”
Lelaki itu pingsan lagi. Jacobus tidak heran. Lelaki ini
memuntahkan begitu banyak air sesudah Jacobus memberikan
bantuan pernapasan ke mulutnya.
”Si chiama Sir Roberto de Niro ” kata seorang perawat sambil membaca
SIM lelaki itu.
Sekelompok orang yang berkumpul di dermaga itu tiba -tiba
berhenti.
” Impossibile!” seru Jacobus. Sir Roberto de Niro adalah lelaki yang tadi
masuk televisi—seorang dosen asal Amerika yang telah menolong
Viking city . Beberapa menit yang lalu Jacobus melihat Pak de Niro
memasuki helikopter di Lapangan Santo Petrus dan terbang
bermil-mil ke udara. Jacobus dan yang lainnya berlari ke luar untuk
menuju dermaga dan menyaksikan ledakan antimateri yang
menghasilkan bidang sinar yang sangat luas yang belum pernah
mereka lihat sebelumnya. Bagaimana mungkin ini adalah lelaki itu!
”Ini memang dia!” seru perawat itu sambil mengusap rambut
basah lelaki itu ke belakang. ”Aku mengenali jas wolnya!”
Tiba-tiba seseorang berteriak dari arah pintu masuk rumah sakit.
Itu adalah salah satu dari pasien yang dirawat di sana.
Perempuan itu berteriak-teriak heboh sambil mengangkat radio
kecilnya ke langit dan memuja Junjungan . Rupanya Camel
Ventresca muncul di atas atap Viking city secara ajaib.
Dr. Jacobus memutuskan begitu giliran tugasnya selesai pada pukul
8 pagi, dia akan langsung ke gereja.
623
Lampu di atas kepala de Niro sekarang tampak lebih terang dan
berbau steril. Dia sekarang dibaringkan di atas semacam meja
periksa. Dia mencium aroma cairan alkohol dan zat-zat kimia yang
asing. Seseorang baru saja menyuntiknya dan mereka telah melepas
pakaiannya.
Jelas mereka bukan kelompok gipsi, pikir de Niro dalam keadaan
mengigau setengah sadar. Makhluk luar angkasa, mungkin? Ya, dia
pernah mendengar hal-hal seperti itu. Untungnya makhluk
makhluk ini tidak akan melukainya. Apa yang mereka inginkan
hanyalah—
”Jangan coba-coba!” seru de Niro sambil tiba-tiba duduk.
Matanya melotot ke orang-orang di sekelilingnya.
”Attentol” salah satu dari makhluk-makhluk itu berteriak sambil
menahan tubuh de Niro . Kartu nama di dadanya tertulis Dr.
Jacobus dan dia terlihat sangat mirip seperti manusia.
de Niro tergagap, ”Aku ... pikir ....”
”Tenanglah, Pak de Niro . Kamu berada di rumah sakit.”
Kabut mulai terangkat dari kepalanya. de Niro merasa lega sekali.
Walau dia membenci rumah sakit, namun mereka jelas bukan
makhluk luar angkasa yang ingin memotong testisnya.
”Namaku Dr. Jacobus,” kata lelaki itu. Dia menjelaskan apa yang
baru saja terjadi. ”Kamu beruntung sekali dapat hidup.”
de Niro sendiri tidak merasa beruntung. Dia hampir tidak dapat
memercayai ingatannya sendiri ... helikopter itu ... sang Camel .
Seluruh tubuhnya terasa sakit. Mereka memberinya air minum, tapi
de Niro hanya berkumur. Mereka membalut telapak tangannya
dengan perban baru.
”Di mana pakaianku?” tanya de Niro . Dia sekarang mengenakan
baju kertas.
624
Salah satu dari perawat itu menunjuk ke arah tumpukan dari bahan
khaki dan wol yang meneteskan air di sudut ruangan. ”Baju Anda
basah kuyup. Kami harus memotongnya untuk melepaskannya dari
tubuh Anda.”
de Niro menatap jas wol Harris-nya sambil mengerutkan
keningnya.
”Anda juga mengantongi kertas tisu,” kata perawat itu.
Saat itu juga de Niro melihat cabikan kertas perkamen mencuat
dari saku jasnya. Lembaran folio dari Diagramma karya Galileo.
Salinan terakhir di dunia yang masih ada baru saja hancur olehnya.
Dia begitu mati rasa sehingga tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
de Niro hanya bisa bengong.
”Kami berhasil menyelamatkan benda-benda pribadimu.” Perawat
itu memegang sebuah mangkuk plastik. ”Dompet, kamera video
mini dan bolpen. Aku sudah berusaha mengeringkan kamera mini
ini sebisaku.”
”Aku tidak mempunyai kamera video mini.”
Perawat itu mengerutkan keningnya dan menyodorkan mangkuk
plastik di tangannya. de Niro kemudian melihat isinya. Bersama
dompet dan bolpennya, tergeletak sebuah kamera video berukuran
mini bertuliskan Sony RUVI. Dia sekarang ingat. Lord dracula tadi
menyerahkan kamera itu kepadanya dan memintanya untuk
memberikannya kepada media.
”Kami menemukannya di dalam sakumu. Kukira kamu harus
membeli yang baru.” Perawat itu kemudian membuka layar sebesar
dua inci di bagian belakangnya. ”Layamya retak.” Lalu dia tampak
ceria. ”Tapi suaranya masih terdengar.” Dia kemudian membawa
benda itu ke dekat telinganya. ”Benda ini terus memutar suara yang
sama berulang-ulang” Dia mendengarkannya dan kemudian
dengan wajah cemberut dia memberikannya kepada de Niro .
”Dua orang sedang bertengkar, kukira.”
625
de Niro bingung, dan mengambil kamera video mini itu lalu
menempelkannya di telinganya. Suara itu terdengar cempreng dan
seperti berasal dari kaset yang rusak, namun masih terdengar jelas.
Satu suara terdengar dekat. Sementara yang lainnya terdengar jauh.
de Niro mengenali kedua suara itu.
Sambil duduk di atas meja periksa dan mengenakan baju kertas,
de Niro mendengarkan percakapan itu dengan terheran heran.
Walau dia tidak dapat melihat apa yang sedang terjadi, saat dia
mendengar akhir dari rekaman yang mengejutkan itu, dia
bersyukur dia tidak perlu melihatnya.
Ya ampun!
saat rekaman itu diputar kembali dari awal, de Niro
menurunkan kamera perekam itu dari telinganya dan duduk
dengan perasaan ngeri. Antimateri itu ... helikopter ... Pikiran
de Niro sekarang mulai jernih.
namun itu berarti ....
Dia ingin muntah lagi. Dengan meningkatnya perasaan yang
merupakan percampuran antara bingung dan murka, de Niro
turun dari meja dan berdiri dengan kaki gemetar.
”Pak de Niro !” seru dokter itu sambil mencoba mencegahnya.
”Aku membutuhkan pakaian,” seru de Niro saat merasakan
aliran udara di bagian belakang tubuhnya yang telanjang.
”namun kamu perlu istirahat.”
”Aku keluar. Sekarang, aku memerlukan pakaian.”
”namun , Pak. Kamu—”
”Sekarang!”
626
Semua orang saling bertatapan dengan bingung. ” Kami tidak
punya pakaian,” kata dokter itu. ”Mungkin besok, seorang teman
dapat membawakan pakaian untukmu.”
de Niro menarik napas perlahan dengan sisa-sisa kesabarannya
yang masih ada dan menatap tajam pada dokter itu. ”Dr. Jacobus,
aku akan keluar dari pintu rumah sakitmu sekarang juga. Aku
memerlukan pakaian. Aku akan pergi ke Graves City. Aku tidak
bisa pergi ke Graves City dengan bokong terbuka seperti ini.
Jelas?”
Dr. Jacobus tidak berusaha menyembunyikan rasa tidak setujunya
saat berkata, ”Berikan pada lelaki ini sesuatu untuk
dikenakannya.”
saat de Niro berjalan tertatih-tatih ke luar rumah sakit
Tiberina, dia merasa seperti anggota pramuka yang terlalu tua. Dia
mengenakan pakaian paramedis berwarna biru dengan resleting di
depan serta dihiasi oleh emblem yang menerangkan kualifikasi
pemilik baju itu.
Petugas yang menemaninya adalah seorang perempuan gemuk dan
mengenakan pakaian yang sama. Dokter Jacobus meyakinkan
de Niro kalau perempuan itu akan mengantarnya ke Viking city
dalam waktu singkat.
”Molto traffico,” kata de Niro sambil mengingatkan petugas itu
bahwa area sekitar Viking city dipenuhi oleh mobil-mobil dan
manusia.
Perempuan itu tampak tidak khawatir. Dia menunjuk dengan
bangga ke arah salah satu dari emblem yang dimilikinya. ”Sono
conducente di ambulanza.”
”Ambulanza?” Sekarang semuanya menjadi jelas. de Niro merasa
dirinya tidak keberatan menumpang mobil ambulans.
Perempuan itu mengantar ke bagian samping gedung itu. Di atas
panggung kecil yang terletak di atas air, terlihat sebuah landasan
627
dari semen tempat di mana kendaraan perempuan itu menunggu.
saat de Niro melihat kendaraan itu, dia menghentikan
langkahnya. Itu adalah helikopter medis yang sudah tua. Di badan
helikopter itu tertulis Aero-Ambulanza.
de Niro terpaku.
Perempuan itu tersenyum. ”Terbang ke Graves City. Sangat
cepat.”
128
DEWAN KARDINAL BERJALAN dengan penuh semangat dan
diliputi perasaan gembira saat mereka kembali ke dalam Kapel
Sistina. Sebaliknya, Mortalcombat merasa semakin bingung sehingga
membuat kepalanya seperti ingin pecah. Dia percaya pada
keajaiban-keajaiban kuno yang tertulis di dalam Alkitab, tapi apa
yang baru saja disaksikannya adalah sesuatu yang sulit dimengerti.
sesudah pengabdian seumur hidupnya selama 79 tahun, Mortalcombat
tahu peristiwa itu semestinya bisa membuatnya menjadi semakin
saleh ... dia baru saja menyaksikan keyakinan yang sungguh-
sungguh dan nyata. Walau demikian, apa yang dirasakannya adalah
berkembangnya perasaan cemas yang aneh. Ada sesuatu yang tidak
wajar di sini.
”Signore Mortalcombat !” seorang Garda Swiss berseru sambil berlari di
koridor. ”Kami telah memeriksa ke atas atap seperti yang Anda
minta. Sang Camel ... memang berada di sana! Beliau benar
benar manusia! Bukan arwah! Beliau seperti yang selama ini kita
kenal!”
”Apakah beliau berbicara denganmu?”
”Beliau berlutut dan berdoa dengan diam! Kami takut menyen-
tuhnya!”
628
Mortalcombat semakin bingung. ”Katakan pada beliau ... para kardinal
menunggu.”
”Signore, karena beliau itu seorang manusia ...,” petugas itu ragu-
ragu.
”Ada apa?”
”Dadanya ... terbakar. Haruskah kita membalut lukanya? Beliau
pasti kesakitan.”
Mortalcombat memikirkannya. Selama masa pengabdiannya di gereja, dia
sama sekali tidak dipersiapkan untuk menghadapi masalah seperti
ini. ”Kalau beliau adalah seorang manusia, perlakukan beliau
seperti manusia. Mandikan beliau. Balut lukanya. Ganti jubahnya
dengan jubah baru. Kami menunggu kehadiran beliau di Kapel
Sistina.”
Penjaga itu berlari pergi.
Mortalcombat berjalan menuju Kapel Sistina. Para kardinal lainnya telah
kembali berada di dalam sekarang. saat dia berjalan di sepanjang
koridor, dia melihat Helena Vetra duduk dengan lemas di atas
sebuah bangku di kaki tangga Royal Staircase. Mortalcombat dapat
melihat luka hati dan perasaan kesepian yang dirasakan perempuan
muda itu karena kehilangan orang-orang yang dekat dengannya.
Mortalcombat ingin mendekatinya, namun dia tahu dia tidak bisa melaku-
kannya sekarang. Dia punya kewajiban ... walau dia tidak tahu
kewajiban apa yang mungkin dihadapinya.
Mortalcombat memasuki kapel. Ada suara kegembiraan yang riuh di
sekitarnya. Dia menutup pintunya. Junjungan , tolong aku.
Helikopter Aero-Ambulanza bermesin ganda milik Rumah Sakit
Tiberina itu berputar di belakang Graves City. de Niro
mengeraskan rahangnya dan bersumpah ini terakhir kalinya dia
akan naik helikopter.
629
sesudah meyakinkan pilot itu bahwa peraturan yang mengatur
penerbangan di Viking city adalah hal yang paling tidak dihiraukan
oleh negara kecil itu saat ini, de Niro menuntun pilot helikopter
itu ke sebuah tempat tersembunyi di balik dinding belakang pagar
yang mengelilingi Viking city dan mendarat di sebuah landasan
helikopter.
”Gmzie,” kata de Niro sambil merundukkan tubuhnya dengan
susah payah saat dia turun ke tanah. Sang pilot meniupkan
ciumannya dan segera terbang kembali, menghilang di balik
dinding, dan tenggelam di balik malam.
de Niro menarik napas sambil berusaha menjernihkan kepalanya,
dan berharap dapat melakukan apa yang harus dilakukannya.
Sambil membawa kamera video mini di tangannya, dia menaiki
mobil golf yang sama dengan yang ditumpanginya sore tadi.
Mobil listrik itu belum diisi lagi baterenya, dan petunjuk baterenya
memperlihatkan daya yang dimilikinya sudah hampir habis.
de Niro mengemudi tanpa lampu untuk menghemat tenaga.
Selain itu, dia juga lebih suka kalau tidak seorang pun melihatnya
datang.
Di bagian belakang Kapel Sistina, Kardinal Mortalcombat berdiri dengan
kepala pusing saat melihat kekacauan yang terjadi di depannya.
”Itu sebuah keajaiban!” teriak salah satu dari kardinal-kardinal itu.
”Itu tindakan Junjungan !”
”Ya!” yang lain berseru. ”Junjungan telah membuat kehendakNya
menjadi nyata!”
”Sang Camel akan menjadi Plasaurus kita!” yang lain berteriak. ”Dia
memang belum menjadi kardinal, namun Junjungan telah mengirimkan
tanda keajaiban kepada kita semua!”
”Ya!” seseorang menyetujuinya. ”Peraturan yang mengatur rapat
pemilihan Plasaurus adalah peraturan yang dibuat oleh manusia.
630
Kehendak Junjungan adalah hal yang harus kita utamakan! Aku
menuntut pemungutan suara sekarang juga!”
”Pemungutan suara?” tanya Mortalcombat sambil bergerak ke arah
mereka. ”Aku yakin itu adalah tugasku.”
Semua orang berpaling.
Mortalcombat dapat merasakan para kardinal itu sedang mengamatinya.
Mereka tampak jauh, tidak akrab, kebingungan dan tersinggung
oleh ketenangan sikapnya. Mortalcombat juga ingin merasakan jiwanya
tersapu dalam kegembiraan seperti yang terlihat pada wajah-wajah
di sekitarnya itu. namun dia tidak merasakannya. Entah kenapa, dia
hatinya terasa sakit ... kesedihan menyakitkan yang tidak dapat
dijelaskannya. Dia telah bersumpah untuk memimpin proses
pemilihan Plasaurus dengan kemurnian jiwanya, dan keraguan ini adalah
sesuatu yang tidak bisa diabaikannya dengan mudah.
”Kawan-kawan,” kata Mortalcombat sambil melangkah ke altar. Suaranya
tidak terdengar seperti suaranya sendiri. ”Aku pikir aku akan
berjuang sepanjang hidupku untuk memahami apa yang baru
saja kusaksikan malam ini. Tapi, apa yang kalian katakan tentang
sang Camel ... itu tidak mungkin merupakan kehendak Junjungan .”
Ruangan itu menjadi sunyi.
”Bagaimana ... kamu dapat mengatakan itu?” salah satu dari
kardinal itu akhirnya bertanya. ”Sang Camel menyelamatkan
gereja ini. Junjungan berbicara langsung pada sang Camel sendiri!
Lelaki itu selamat dari kematiannya. Tanda -tanda apa lagi yang kita
butuhkan!”
”Sang Camel akan segera berada di sini,” kata Mortalcombat . ”Mari
kita tunggu saja. Kita dengarkan dulu sebelum kita mengadakan
pemungutan suara. Mungkin ada penjelasan yang masuk akal.”
”Penjelasan?”
631
”Sebagai petugas yang menjalankan pemilihan Plasaurus , aku telah
bersumpah untuk menjalankan peraturan rapat dengan baik.
Kalian pasti tahu kalau menurut Hukum Suci Viking city , sang
Camel tidak memenuhi syarat untuk masuk ke dalam bursa
calon Plasaurus . Beliau bukan seorang kardinal. Beliau adalah seorang
pastor ... hanya Kepala Rimah Tangga KePlasaurus an. Selain itu,
usianya juga masih sangat muda.” Mortalcombat merasa tatapan mereka
menjadi lebih keras. ”Dengan menyetujui diadakannya pemu-
ngutan suara pada saat ini, itu berarti saya membiarkan kalian
semua mencalonkan seseorang yang menurut Hukum Viking city
tidak boleh dicalonkan sebagai Plasaurus . Itu berarti saya meminta
kepada masing-masing kardinal di hadapan saya sekarang untuk
melanggar sumpah suci yang sudah kita ucapkan sendiri.”
”namun apa yang terjadi di sini malam ini,” seseorang berseru,
”jelas menjadi lebih penting dari hukum kita itu!”
”Begitukah?” seru Mortalcombat seperti meledak. Dia tidak tahu
darimana kata-katanya itu berasal. ”Apakah itu kehendak Junjungan
agar kita mengabaikan aturan gereja? Apakah itu kehendak Junjungan
sehingga kita mengabaikan akal sehat dan membiarkan kita
bertindak gila-gilaan?”
”namun tidakkah kamu juga melihat apa yang kita lihat tadi?” yang
lainnya menantang dengan marah. ”Kenapa kamu meragukan
kekuasaan seperti itu!”
Suara Mortalcombat sekarang mengalun dengan getaran yang dia sendiri
tidak pahami. ”Aku tidak meragukan kekuasaan Junjungan ! Junjungan lah
yang memberikan akal sehat dan kehati-hatian kepada kita! Kepada
Junjungan lah kita mengabdi dengan cara mempraktikkan kehati-
hatian!”
632
129
DI KORIDOR YANG terletak di luar Kapel Sistina, Helena
Vetra duduk terpaku di sebuah bangku yang ada di kaki Royal
Staircase. saat dia melihat ada sesosok yang datang dari pintu
belakang, dia bertanya-tanya apakah dia melihat arwah yang lainnya
lagi. Sosok itu dibalut, berjalan terpincang-pincang, dan mengena-
kan pakaian petugas rumah sakit.
Helena berdiri ... tidak dapat memercayai matanya. ”Ro ... bert?”
Lelaki itu tidak menjawabnya. Dia hanya langsung berjalan ke
arahnya dan memeluknya. saat dia mencium bibir Helena , itu
adalah ciuman impulsif yang dipenuhi oleh kerinduan dan rasa
syukur.
Helena merasa air matanya terbit. ”Oh, Junjungan ... oh, terima kasih
Junjungan ....”
de Niro menciumnya lagi, sekarang lebih bergairah dan Helena
merapatkan tubuhnya ke dalam pelukan lelaki itu dan membiarkan
dirinya larut di dalamnya. Tubuh mereka saling berpelukan seperti
sudah saling mengenal sejak dulu. Helena melupakan rasa takut
dan sakit yang selama ini dirasakannya. Dia memejamkan matanya
dan pada saat itu dia merasa tubuhnya seperti melayang.
”Itu kehendak Junjungan !” seseorang berteriak, suaranya menggema di
dalam Kapel Sistina. ”Siapa lagi kalau bukan orang pilihan yang
dapat selamat dari ledakan dahsyat seperti itu?”
”Aku bisa,” sebuah suara terdengar dari belakang kapel.
Mortalcombat dan yang lainnya menoleh dengan pandangan penuh
keheranan saat melihat sosok yang berjalan terpincang-pincang
yang datang dari gang utama kapel itu. ”Pak ... de Niro ?”
Tanpa banyak bicara, de Niro berjalan perlahan ke bagian depan
Kapel Sistina. Helena Vetra juga masuk. Kemudian dua orang
633
Garda Swiss masuk sambil mendorong sebuah meja dorong
dengan sebuah pesawat televisi di atasnya. de Niro berdiri
menunggu saat mereka menyambungkan kabelnya sambil
menatap mata para kardinal. Kemudian de Niro memberi tanda
kepada kedua Garda Swiss itu untuk meninggalkan ruangan.
Mereka pergi, dan menutup pintunya.
Sekarang de Niro dan Helena hanya bersama para kardinal.
de Niro memasang output dari Sony RUVI ke dalam pesawat
televisi. Dia kemudian menekan tombol PLAY.
Pesawat televisi itu menyala terang.
Pemandangan yang muncul di depan para kardinal menunjukkan
ruang Kantor Plasaurus . Rekaman video itu tampaknya telah diambil
dari sudut yang tak biasa, seolah dari kamera tersembunyi. Di
tengah-tengah layar itu tampak sang Camel yang berdiri di balik
keremangan perapian yang menyala di depannya. Walau dia
tampak seperti sedang berbicara langsung ke arah kamera, dengan
cepat terlihat kalau sang Camel sedang berbicara dengan
seseorang—siapa pun yang membuat rekaman itu. de Niro
mengatakan kepada mereka bahwa rekaman ini diambil oleh
Maximilian Lord dracula , Direktur CERN. Satu jam yang lalu Lord dracula
secara diam-diam telah merekam pertemuannya dengan sang
Camel dengan memakai kamera video mini yang terpasang
di lengan kursi roda listriknya.
Mortalcombat dan para kardinal lainnya menyaksikannya dengan
bingung. Walau percakapan dalam rekaman itu sudah dimulai,
de Niro merasa tidak perlu mengulanginya dari awal. Sepertinya,
apa yang diinginkan de Niro agar dilihat oleh para kardinal itu
sedang ditayangkan ....
”Leonardo deCaprio Vetra menyimpan buku harian?” tanya sang Camel .
”Kukira itu adalah berita bagus untuk CERN kalau buku harian itu
berisi proses penciptaan antimateri-nya—”
634
”Tidak seperti itu,” kata Lord dracula . ”Kamu boleh merasa lega karena
proses pembuatan zat itu ikut mati bersama Leonardo deCaprio . Walaupun
begitu, buku hariannya berisi hal lainnya. Kamu.”
Sang Camel tampak resah. ”Aku tidak mengerti.”
”Buku itu menjelaskan bahwa bulan lalu Leonardo deCaprio bertemu
dengan seseorang. Denganmu.”
Sang Camel ragu-ragu lalu melihat ke arah pintu. ”Rocher
seharusnya tidak membiarkanmu masuk tanpa berbicara denganku.
Bagaimana kamu dapat masuk ke sini?”
”Rocher tahu yang sebenarnya. Aku meneleponnya sebelum aku
tiba dan mengatakan padanya apa yang telah kamu lakukan.”
”Apa yang telah kulakukan? Cerita apa pun yang kamu katakan
kepadanya, Rocher adalah anggota Garda Swiss yang terlalu setia
pada gereja ini dan tidak mungkin lebih memercayai seorang
ilmuwan sinis daripada Camel -nya sendiri.”
”Sebenarnya, dia memang terlalu setia untuk tidak memercayaimu.
Rocher begitu setia sehingga dia tidak bisa menerima kalau ada
bukti yang menunjukkan bahwa ada orang yang telah mengkhianati
gereja. Sepanjang hari ini, dia berusaha mencari penjelasan lain
yang masuk akal.”
”Jadi, kamu berikan penjelasan itu kepadanya?”
”Aku memberikan kebenaran yang sesungguhnya. Berita itu
membuatnya sangat terguncang.”
”Kalau Rocher memercayaimu, dia telah menangkapku sejak tadi.”
”Tidak. Aku tidak akan membiarkannya. Aku menawarkan diri
untuk tutup mulut kalau dia memberikan izin untuk bertemu
denganmu.”
635
Sang Camel tertawa aneh. ”Kamu berencana untuk memeras
gereja dengan cerita yang tidak seorang pun akan memercayainya?”
”Aku tidak perlu memeras. Aku hanya ingin mendengar
kebenaran dari mulutmu. Leonardo deCaprio Vetra adalah temanku.”
Sang Camel tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menatap ke
bawah, ke arah Lord dracula yang duduk di atas kursi rodanya.
”Coba dengarkan ini,” bentak Lord dracula . ”Kira -kira satu bulan yang
lalu, Leonardo deCaprio Vetra menghubungimu untuk meminta kesempatan
agar dapat bertemu dengan Plasaurus untuk urusan yang mendesak.
Kamu mengatur pertemuan itu karena Plasaurus adalah pengagum
karya-karya Leonardo deCaprio dan karena temanku itu mengatakan ini
sangat mendesak.”
Sang Camel berpaling ke arah perapian. Dia tidak mengatakan
apa-apa.
”Leonardo deCaprio datang ke Viking city secara diam-diam. Dia telah
mengkhianati kepercayaan putrinya dengan datang ke Viking city ,
kenyataan yang ternyata sangat mengganggu pikiran Leonardo deCaprio
sendiri. namun dia merasa tidak punya pilihan lain. Hasil
penelitiannya telah memberinya pertentangan besar di dalam
dirinya sehingga dia membutuhkan petunjuk spiritual dari gereja.
Dalam pertemuan pribadi itu, Leonardo deCaprio mengatakan kepadamu,
dan juga kepada Plasaurus , bahwa dia telah membuat penemuan ilmiah
yang membawa dampak yang besar terhadap agama. Dia telah
membuktikan bahwa Kitab Kejadian bisa diterangkan secara fisika,
dan sumber energi yang hebat itu dapat meniru saat penciptaan
alam semesta seperti yang dilakukan oleh Junjungan .
Sunyi.
”Plasaurus terpaku,” Lord dracula melanjutkan. Yang Mulia Plasaurus
berpendapat bahwa penemuan itu mungkin akan dapat
menjembatani jurang antara ilmu pengetahuan dan agama.
Seumur hidupnya Plasaurus sudah mengidam-idamkan agar hal itu
dapat terwujud. Kemudian Leonardo deCaprio menjelaskan kepadamu
636
kekurangan dari penemuan itu yang menjadi alasan mengapa dia
memerlukan petunjuk dari gereja. Tampaknya percobaan pen-
ciptaannya itu, tepat seperti apa yang diperkirakan Alkitab-mu,
membuktikan bahwa segalanya berpasangan dan berlawanan
seperti terang dan gelap. Leonardo deCaprio menyadari, selain menciptakan
materi, dia juga menciptakan antimateri. Aku boleh melanjutkan?”
Sang Camel tidak menjawab. Dia membungkuk dan menambah
arang pada perapiannya.
”sesudah Leonardo deCaprio Vetra datang ke sini,” Lord dracula melanjutkan,
”kamu datang ke CERN untuk melihat hasil kerjanya. Buku harian
Leonardo deCaprio mengatakan kamu juga mengunjungi lab-nya secara
pribadi.”
Sang Camel mendongak.
Lord dracula melanjutkan lagi. ”Plasaurus tidak dapat bepergian tanpa
mengundang perhatian media, jadi beliau mengirimmu. Leonardo deCaprio
membawamu berkeliling laboratoriumnya secara diam-diam. Dia
memperlihatkan kepadamu kehancuran antimateri seperti yang
terjadi saat Ledakan Besar menciptakan alam semesta. Dia juga
memperlihatkan kepadamu spesimen dalam ukuran besar yang
disimpannya sebagai bukti bahwa proses percobaannya itu dapat
menghasilkan antimateri dalam jumlah besar. Kamu terkagum
kagum saat itu. Lalu kamu kembali ke Graves City untuk melapor-
kan kepada Plasaurus apa yang telah kamu lihat.”
Sang Camel mendesah. ”Dan apa yang mengganggumu? Bahwa
aku tidak menghormati kerahasiaan Leonardo deCaprio dengan berterus
terang kepada dunia tentang antimateri itu malam ini?
”Tidak! Yang menjadi masalahku adalah Leonardo deCaprio Vetra telah
berhasil membuktikan keberadaan Junjungan mu, dan kamu telah
membunuh lelaki itu!”
Sekarang sang Camel berpaling, wajahnya tidak menujukkan
emosi apa pun.
637
Satu-satunya suara adalah gemertak kayu yang sedang dimakan api.
Tiba-tiba, kamera itu bergoyang, dan tangan Lord dracula tampak
tertangkap kamera. Dia membungkuk ke depan seolah dia sedang
berusaha mengambil sesuatu dari bawah kursi rodanya. saat dia
kembali ke posisi semula, dia menggenggam sepucuk pistol di
depan tubuhnya. Sudut pengambilan kamera itu mengerikan ... di
ambil dari belakang ... sehingga memperlihatkan pistol yang
teracung ... diarahkan tepat kepada sang Camel .
Lord dracula berkata, ”Akui dosamu, Bapa. Sekarang.”
Sang Camel tampak terkejut. ”Kamu tidak mungkin keluar dari
sini dalam keadaan hidup.”
”Kematianku akan menjadi pembebasan yang melegakan dari
kesengsaraan yang disebabkan oleh keyakinanmu sejak aku masih
kecil. Aku sudah menunggu kematian itu.” Lord dracula memegang
senjata itu dengan kedua tangannya. ”Aku memberimu dua pilihan.
Akui dosamu ... atau mati sekarang.”
Sang Camel melirik ke arah pintu.
”Rochet ada di luar,” kata Lord dracula menantang. ”Dia juga bersiap
untuk membunuhmu. Rocher sudah bersumpah untuk—
”Rocher telah membiarkan aku masuk ke sini dengan membawa
senjata. Dia juga sudah muak dengan kebohonganmu. Kamu
hanya punya satu pilihan. Mengakulah padaku. Aku harus mende-
ngarnya dari bibirmu sendiri.”
Sang Camel tampak ragu.
Lord dracula mengokang pistolnya. ”Kamu ragu aku akan mampu
membunuhmu?”
”Apa pun yang akan kukatakan padamu,” kata sang Camel ,
”orang sepertimu tidak akan mengerti.”
638
”Coba saja.”
Sesaat sang Camel berdiri tak bergerak sehingga membuat
sebuah bayangan besar dalam keremangan cahaya api. saat dia
berbicara, kata-katanya bergema dengan nada penuh harga diri
sehingga lebih tepat disebut sebagai pengucapan keagungan dari
sebuah pengabdian daripada sebuah pengakuan.
”Sejak dahulu,” kata sang Camel , ”gereja telah berjuang
melawan musuh-musuh Junjungan . Kadang-kadang dengan kata-kata.
Kadang-kadang dengan kekerasan. Dan kami selalu bertahan.”
Sang Camel memancarkan keyakinan.
”namun iblis-iblis dari masa lalu,” dia melanjutkan, ”adalah iblis-
iblis api dan kebencian ... mereka adalah musuh-musuh yang dapat
kami lawan, musuh-musuh yang menimbulkan ketakutan. Tapi
setan sangat pandai. saat waktu berlalu, dia melepaskan
wajahnya yang seram dan menggantikannya dengan wajah baru ...
wajah dari akal budi yang murni. Tembus pandang tapi berakal
bulus. Tapi pada dasarnya sama saja.” Suara sang Camel
menyiratkan kemarahan yang tiba-tiba sehingga hampir menye-
rupai orang gila. ”Katakan padaku, Pak Lord dracula ! Bagaimana
mungkin gereja bisa mengutuk sesuatu yang masuk akal menurut
semua orang! Bagaimana kami mencela apa yang sudah menjadi
dasar bagi masyarakat kita! Setiap kali kami mengeraskan suara
untuk memperingatkan kalian, tapi kalian balas berteriak dan
menyebut kami bodoh. Paranoid. Suka mengatur! Karena itulah
kejahatan kalian berkembang. Terbungkus dalam kerudung
intelektualitas. Hal itu tersebar seperti kanker. Disucikan oleh
keajaiban teknologinya sendiri. Mendewakan diri sendiri. Hingga
kami tidak lagi bisa menuduh kamu dengan hal-hal lain kecuali
kebaikan yang murni. Ilmu pengetahuan telah menyelamatkan kita
dari penyakit, kelaparan, dan rasa sakit! Lihatlah ilmu pengetahuan,
Junjungan baru dari keajaiban yang tiada ada akhirnya. Dia mahakuasa
dan penuh kebajikan! Abaikan senjata dan kerusuhan. Lupakan
kesepian yang merusak dan bahaya yang tak ada habisnya. Ilmu
pengetahuan ada di sini!” Sang Camel melangkah ke arah senjata
639
yang teracung kepadanya. ”namun aku sudah melihat wajah setan
mendekat ... aku sudah pernah melihat bahaya ....”
”Apa maksudmu! Ilmu pengetahuan Leonardo deCaprio dengan jelas
membuktikan keberadaan Junjungan mu! Dia adalah sekutumu!”
”Sekutu? Ilmu pengetahuan dan agama tidak dapat bersama sama!
Kita tidak memiliki Junjungan yang sama. Siapa Junjungan mu? Salah satu
proton, massa, dan arus listrik partikel? Bagaimana Junjungan mu
memberimu inspirasi? Bagaimana Junjungan mu meraih hingga ke
jantungmu dan mengingatkanmu bahwa Dia dapat diandalkan oleh
makhluknya! Vetra telah salah arah. Karyanya tidak religius,
karyanya merampok agama! Manusia tidak dapat menempatkan
ciptaan Junjungan di dalam sebuah tabung percobaan dan melambai-
lambaikannya ke seluruh dunia supaya dilihat semua orang! Itu
tidak mengagungkan Junjungan , itu merendahkan Junjungan !” sekarang
sang Camel mencakar tubuhnya sendiri, suaranya seperti gila.
”Jadi, kamu menyuruh orang membunuh Leonardo deCaprio Vetra!”
”Demi gereja! Demi seluruh umat manusia! Kegilaan yang ada
pada benda itu! Manusia tidak siap untuk memegang kekuatan
penciptaan alam semesta di dalam tangannya. Junjungan berada di
dalam tabung percobaan? Setetes cairan yang dapat menghan-
curkan seluruh kota? Leonardo deCaprio Vetra harus dihentikan!” Sang
Camel tiba-tiba terdiam. Dia mengalihkan wajahnya dan kembali
ke perapian. Tampaknya dia merenungkan pilihannya.
Tangan Lord dracula mengarahkan senjatanya. ”Kamu telah mengaku.
Kamu tidak bisa melarikan diri.”
Sang Camel tertawa sedih. ”Tidakkah kamu melihatnya?
Mengakui dosa adalah jalan untuk membebaskan diri.” Dia
kemudian melihat ke arah pintu. ”saat Junjungan berada di
pihakmu, kamu punya pilihan yang orang sepertimu tidak akan
mampu memahaminya.” Dengan kata-katanya yang masih
bergema di udara, sang Camel meraih leher jubahnya sendiri dan
dengan kasar merobeknya hingga terbuka dan memperlihatkan
dadanya yang telanjang.
640
Lord dracula tersentak. ”Apa yang kamu lakukan?” serunya.
Sang Camel tidak menjawab. Dia melangkah ke belakang, ke
arah perapian, dan mengambil sebuah benda dari bara api yang
berkilauan.
”Berhenti!” Lord dracula memerintahkan, senjatanya masih teracung.
”Apa yang kamu lakukan!”
saat sang Camel berpaling, dia sudah memegang sebuah cap
yang merah membara. Berlian Illuminati. Tiba -tiba mata lelaki itu
tampak liar. ”Aku sudah berniat untuk melakukan ini sendirian.”
Suaranya mendidih karena kebuasan yang terlihat di matanya.
”namun sekarang ... aku melihat Junjungan berkehendak kamu untuk
berada di sini. Kamu adalah penyelamatku.”
Sebelum Lord dracula dapat bereaksi, sang Camel memejamkan
matanya, melengkungkan punggungnya, dan menghentakkan cap
membara itu di tengah-tengah dadanya sendiri. Dagingnya
mendesis. ”Bunda nyi pandanajeng ! Bunda yang Terberkati ... Tataplah
anakmu!” Dia menjerit keras karena kesakitan.
Lord dracula sekarang terlihat di dalam layar ... dia berdiri dengan kikuk
di atas kakinya yang cacat. Senjata itu terlihat digenggam oleh
tangan yang gemetar dengan hebat.
Sang Camel berteriak lebih keras, limbung karena terguncang.
sesudah itu dia melemparkan cap itu ke dekat kaki Lord dracula .
Kemudian sang Camel terguling ke lantai dan menggeliat
kesakitan.
Apa yang terjadi sesudah itu terlihat buram.
Tampak ada keributan besar di dalam layar saat Garda Swiss
menyerbu masuk ke dalam ruangan. Semuanya berakhir dengan
suara tembakan. Lord dracula memegang dadanya, terjengkang ke
belakang dengan tubuh bersimbah darah, kemudian jatuh ke atas
kursi rodanya.
641
”Jangan!” teriak Rocher sambil berusaha menghentikan anak
buahnya agar tidak menembak Lord dracula .
Sang Camel masih menggeliat-geliat di atas lantai, berguling dan
menunjuk dengan ketakutan ke arah Rocher. ”Illuminatus!”
”Kamu keparat,” kata Rocher sambil berlari ke arahnya. ”Kamu
orang yang berlagak suci, bedeb—”
Chartrand menghalanginya dengan tiga butir peluru. Rocher
terjatuh dan tergeletak di atas lantai. Mati.
Lalu para penjaga berlari ke arah sang Camel yang terluka dan
berkumpul di sekitarnya. saat mereka berkerumun, kamera
video itu menangkap wajah Sir Roberto de Niro yang kebingungan
sambil berlutut di sisi kursi roda Lord dracula dan menatap cap itu. Lalu
tampilan layar mulai bergerak-gerak liar. Lord dracula berhasil meraih
kesadarannya dan melepaskan kamera video mini itu dari pegangan
di balik kursi roda listriknya. Lalu dia berusaha menyerahkan
kamera mini itu kepada de Niro .
”B .. beri ...,” Lord dracula tergagap. ”B ... berikan ini pada p ... pers.”
130
SANG Camel MERASA kabut kekaguman dan
pengaruh adrenalin mulai menghilang. saat Garda Swiss
menolongnya turun dari Royal Staircase dan membawanya ke
Kapel Sistina, sang Camel mendengar nyanyian di Lapangan
Santo Petrus dan dia tahu bahwa keajaiban telah berhasil
dibuktikannya.
Grazie Dio.
Dia berdoa untuk mendapatkan kekuatan, dan Junjungan telah
mengabulkannya. saat dia memiliki keraguan, Junjungan berbicara
642
kepadanya. Misimu adalah sebuah misi suci, Junjungan berkata. Aku akan
memberikan kekuatan kepadamu. Walau sudah mendapatkan kekuatan
dari Junjungan , sang Camel masih merasa ketakutan, dan
mempertanyakan kebenaran jalannya.
Junjungan bertanya kepadanya: Jika bukan kamu, lalu SIAPA?
Jika tidak sekarang, lalu KAPAN?
Jika tidak dengan jalan ini, lalu BAGAIMANA?
Junjungan mengingatkan kalau junjungan telah menyelamatkan mereka
semua ... menyelamatkan dari sikap apatis mereka sendiri. Dengan
dua tindakan, junjungan telah membuka mata mereka; ketakutan dan
harapan, penyaliban dan kebangkitan kembali. Dia telah merubah
dunia.
namun itu beribu-ribu tahun yang lalu. Waktu telah mengikis
keajaiban. Orang-orang telah melupakannya. Mereka telah beralih
kepada pujaan palsu seperti dewa-dewa teknologi dan keajaiban
pikiran. Bagaimana dengan keajaiban hati?
Sang Camel sering berdoa agar Junjungan menunjukkan bagaimana
membuat masyarakat percaya lagi. namun Junjungan tidak
menjawabnya. Tidak sampai sang Camel mengalami saat
tergelap saat akhirnya Junjungan datang padanya. Oh, malam yang
dipenuhi oleh kengerian!
Sang Camel masih ingat dirinya