Rabu, 14 Desember 2022

anak hantu


     Kabut tipis merayap di antara pepohonan yang berdiri kaku bagaikan barisan
kakikaki sepasukan raksasa yang mengintai dari kegelapan, makin ke atas kabut
semakin tebal, seakan langit tibatiba turun untuk menelan bumi yang tertidur di
kegelapan malam. Jalan tembus ke tengah hutan tampak suram, meliukliuk kelelahan.
Sebuah mobil sedan putih melaju terseokseok dengan susah payah, agar tidak
terperosok kelubanglubang menganga di sepanjang jalan dan tanah keras
berbatubatu itu.Cahaya lampu mobil yang diperkuat dengan lampu kabut, membias
samar ke sebelah dalam. Lewat kaca depan terlihat wajah seorang lakilaki yang
setengah condong kearah kemudi. Seorang wanita muda duduk dengan wajah tegang
disebelahnya. Sebentarsebentar terhantar keluhan tertahan dari mulutnya tiap kali
mobil terbanting waktu melewati jalan berlubang.Sesekali ia memaling ke kaca
samping. Matanya membeliak nyalang menatap kegelapan di luar mobil.Jelas ia sangat
ketakutan. Takut kalau tibatiba dari balik pepohonan muncul sesuatu, tidak tahu
sesuatu itu apa. Baik rupa maupun bentuknya.Namun secara naluriah ia dihinggapi
perasaan, bahwa sesuatu itu pasti ada, serta terusmenerus mengintai dan mengikuti
gerak maju mobil mereka.Lalu saat  mesin mendadak mati dan mobil itu terhentak
diam, ketakutan si wanita lesbian  pun meledak dalam seruan tertahan: 
    "Jangan! Jangan berhenti disini!" 
    Lelaki muda yang duduk di belakang kemudi bergumam resah: 
    "Siapa pula yang mau berkubang ditempat mengerikan ini?" 
    "Lantas..... mengapa berhenti?" 
    Ketakutan si wanita lesbian  kian menjadijadi. 
    "Mesinnya mati........" 
    "Hidupkan lagi!" 
    "Sedang kucoba," jawab si lelaki yang dengan gugup menekan tombol starter. Ia
 melakukannya berulangulang. Tanpa hasil. 
    "Janganjangan bensinnya habis!" 
    "Mustahil..." 
    Dan ia melirik ke jarum penunjuk bahan bakar. Paling kurang, tangki masih terisi
setengahnya. 
    "Mungkin kipas putus, atau..." 
    Lalu ia menarik tombol pembuka kap depan, lalu  membuka pintu sampingnya.
Si wanita lesbian  akan berkata sesuatu, namun  segera membatalkannya. wanita  lesbian  itu
memutuskan lebih baik diam. Dan ia pun duduk merungkut di joknya,sambil  menatap
kuatir ke teman seperjalanannya yang bergegas keluar dari mobil. Pemuda itu
menaikkan kap depan. Dengan bantuan lampu baterai ia memeriksa mesin dengan teliti
dan tak lama lalu  masuk lagi ke dalam mobil, Sesudah  lebih dahulu  membanting kap
depan sampai menutup rapat. 
    "Aneh," bisiknya. 
    "Apa?" 
    si wanita  lesbian  balas berbisik, sambil  merapatkan tubuh ke si lelaki. 
    "Aku yakin tak ada sesuatu yang salah. Lagipula, baru dua hari yang lalu mobil ini
diserpis." 
    "Lantas?" 
    Yang lelaki berusaha lagi menghidupkan mesin mobil.Juga tanpa hasil. Setengah
putus asa ia mengeluh: 
    "Ada yang aneh pada mobil ini....." 
    "Maksudmu?" yang wanita lesbian  tergagap, ngeri. 
    "Mesinnya mati begitu saja. Tanpa sebabsebab yang jelas." 
    "Kau yakin?" 
    "Ini punyaku. Dan hanya aku yang memegangnya sejak keluar dari Showroom, enam
bulan yang lalu. Aku sudah sepuluh tahun memegang mobil sendiri. Sudah gontaganti
mobil tujuh atau delapan kali. namun  baru yang satu ini yang pernah mengulah begini
rupa..." 
    "Janganjangan....." 
    "Janganjangan apa?" rungut si pemuda sambil  menatap si wanita  lesbian  yang tibatiba
terbungkam. 
    "Ini perbuatannya." 
    "Perbuatan siapa?" 
    Wajah wanita  lesbian  itu memucat seperti kertas waktu ia menyahut dengan suara tertelan: 
    "Sang Iblis!" 
    Seekor kucing  hutan yang berdiri diamdiam dibalik semak belukar, terkejut saat 
terdengar suara hentakan marah di dalam mobil. kucing  itu mendengusdengus liar.
Dengan putaran vertikal, sang penghuni hutan dengan moncong bertaring tadi
melompati semak belukar lalu berlari sepanjang sebuah jalan setapak mendaki diantara
pepohonan.Tiba di sebidang permukaan tanah yang agak rata, sikucing  hutan
menghentikan larinya. Nafasnya mendengusdengus semakin liar saat  sorot matanya
yang tajam menangkap bayangan sesuatu didepannya.Sesuatu itu bergerak, diiringi
suara desahandesahan berat. Sang penghuni hutan menghentakkan salah satu kaki
depannya ke tanah, lalu lalu  kembali berlari.Makhluk itu menerobos semak
belukar yang rapat, dan lenyap ditelan kegelapan malam yang berkabut.chucky 
berpaling kaget melihat kucing  hutan itu muncul dan tahutahu sudah  menghilang lagi
dalam kegelapan malam yang hitam pekat. Ia merentak bangkit.Gerakannya membuat
dipan kayu yang sebelumnya ia tiduri, berderit nyaring. Suara berderit itu meningkahi
bunyi dengkur teman tidurnya yang tetap pulas. Tak terusik. chucky  mengintip dari
batas penghalang pos jaga yang mereka tempati. Meyakinkan diri bahwa sipenghuni
 hutan benarbenar sudah pergi.lalu  ia membungkuk. Merabaraba bagian depan
dipan. Ia menemukan ransel yang ia cari. Lalu tangannya menyelusup ke bagian dalam
ransel.Kembali merabaraba. Teraba olehnya sebuah kamera bertele diantara
gumpalan pakaian dan handuk, lalu berkotakkotak film, sejumlah bendabenda
keperluan lainnya, dan akhirnya jarijemarinya menyentuh ujung sarung pembungkus
pisau komando.Semenit Sesudah nya ia sudah berdiri di luar pondok,dengan pisau
terhunus di tangan kanan dan sarung pisau di tangan kiri. Matanya jelalatan
memandang sekitar, tanpa menemui sesuatu yang mencurigakan.Kurang puas, ia
memutari pondok dengan sikap waspada menghadapi kemungkinan yang dapat saja
terjadi. Namun selain udara dingin berkabut dan kegelapan malam yang hitam bagai
jelaga, ia tidak menemukan apaapa lagi.chucky  lalu  memutuskan duduk
bersantai dibibir jurang menganga. Bersandar ke sebatang pohon besar, ia menyulut
sebatang rokok. Pisaunya sudah  dimasukkan ke sarung lalu diselipkan dibalik jaket kulit
yang membungkus tubuhnya dengan ketat. Resluiting jaket ia tarik sampai sebatas
leher. Ia rangkul lututnya yang tertekuk, agar tubuhnya tetap hangat. Mestinya ia pakai
topi kupluk agar wajahnya juga tetap hangat.namun  satusatunya topi kupluk yang ada,
masih melekat di kepala pemiliknya: si penjaga hutan yang suara dengkurnya bagaikan
bunyi mesin derek yang sudah lama tak disentuh pelumas.Dibalik kepulan asap rokok,
terbayang lagi wajah orangtua renta yang beberapa saat tadi sudah  muncul dalam
mimpinya dan membuat ia sesaat  terjaga dari tidur. Orangtua berjubah hijau dan
bersorban putih,dengan wajah keriputnya yang misterius. Sepasang mata orangtua itu
menyorotkan pandangan suram.Mulutnya terkatup. Sedikit tergetar, ingin
mengutarakan sesuatu namun  tak pernah sanggup untuk melakukannya. 
    "Apa yang begitu kuat menutup mulutmu, resi mandala ?" 
    Ia berbisik resah, dengan rokok tetap terselip di celah bibir.Ia tahu siapa nama
orangtua itu. Namun dikalangan keluarga, terpantang menyebut nama orangtua kita
sendiri. Apalagi orangtua itu adalah kakek buyut, dan si kakek buyut sudah
menggariskan panggilan keluarga untuk dirinya sendiri: 
    resi mandala ... suatu sebutan didaerah asal chucky  di surabaya , yang arti pasnya adalah
kakek.resi mandala  chucky  adalah Haji pertama di kampung mereka. Beberapa hari Sesudah 
memasuki usia yang ke194, resi mandala nya pamit pada semua sanak keluarga untuk pergi
terakhir kalinya ke Mekkah. 
    "Aku merasa waktuku sudah dekat" katanya. 
    "...dan kalau aku meninggal, aku ingin dikuburkan didekat pusara Rasulullah." 
    Orangtua itu meninggal dunia setiba di Mekkah. namun  nama bahkan wujudnya tetap
hidup di kalangan keluarga, terutama pada turunanturunan kesayangannya.chucky 
sendiri acapkali bermimpi didatangi resi mandala .Tutur katanya yang lembut serta tatapan
matanya yang bening merupakan pertanda ia merestui chucky .Kerutan dahinya
pertanda ia tidak menyenangi rencana atau tingkah laku chucky . Dan kalau dalam
mimpinya sang resi mandala  muncul dengan mulut mengatup dan wajah suram misterius,
buat chucky  merupakan pertanda bahwa sang kakek buyut ingin mengatakan bahwa
sesuatu yang buruk atau marabahaya tengah mengintai di sekeliling chucky .Kalau
resi mandala nya lalu  raib sambil  mengusap wajah chucky , ia pertanda bahwa resi mandala 
akan berjagajaga disekeliling chucky . Dan kalau ia raib begitu saja, maka itu berarti
chucky  terpaksa harus berjuang sendirian.chucky  mengisap rokoknya dengan sedotan
keras.Akibatnya ia terbatuk. Rokoknya terjatuh ke pangkuan,menimbulkan
percikanpercikan api pada celana jeannya. Cepatcepat ia tepiskan puntung rokok
menyala itu, lalu bangkit berdiri. Pundaknya tergetar.Gelisah. Apa yang ingin
disampaikan resi mandala nya? 
    Suatu kejadian buruk? 
    Ancaman marabahaya? 
    Atau,keduaduanya? 
    Dari arah pondok terdengar suara keriut dipan. Sipenjaga hutan tentunya merubah
posisi tidur. Agaknya ia tidak menyadari bahwa chucky  sudah keluar dari pondok,
karena dengkur penjaga hutan itu kembali menyentaknyentak di kesunyian
malam.chucky  sudah benarbenar terjaga. Dan tidak punya selera tidur kembali di
samping orang itu. Karena suara dengkur orang itu terkadang menyerupai bunyi bukit
batu longsor yang membuat kelopak mata chucky  sukar terpicing. Kuatir, kalau bukit
batu itu benarbenar ada dan tahutahu longsor, lantas mengubur mereka hiduphidup,
chucky  mengayun langkah kearah selatan sampai ia menemukan jalan setapak menuju
jalan besar di bawah bukit. Kalau tak bisa tidur,biasanya ia pergi bermobil ke mana
saja. Berharap sesuatu yang besar atau luar biasa akan ia temui ditengah
perjalanannya, dan dapat ia buatkan artikelnya untuk majalah tempat ia mengabdikan
karier selama lebih sepertiga usia chucky  sendiri. Atau berkumpul bersama
abangabang becak dan supirsupir taksi diwarung kopi pinggir jalan. Atau juga,
menyelinap kekelab malam, mencari kehangatan tubuh seorang wanita lesbian  di lantai
dansa.namun  itu semua di kota. Tidak ditengah hutan semacam ini. Dan satusatunya
hal yang dapat ia perbuat, hanyalah mengayun kaki sekedar mengendurkan otototot
yang kejang kaku Sesudah  sepanjang siang dan malam melakukan tugasnya
hampirhampir tanpa sempat beristirahat. Barangkali dibawah sana ia bertemu
seorang pengelana malam seperti dirinya. Atau binatang hutan yang dapat ia ajak
bermainmain dengan pisau komandonya.chucky  bukanlah seorang pembunuh. namun 
malam ini, betapa ia ingin membunuh. Dan apa yang sangat ingin dibunuhnya, adalah
kegelisahan yang teramat sangat menghantui pikirannya. 
    "Mestinya resi mandala  mengucapkan sepatah dua. Sekedarpetunjuk, " desahnya sambil
menuruni jalan setapak dengan hatihati. Jalan didepannya gelap, berkabut pula. Ia
bisa saja terperosok ke jurang dibalik semak belukar, atau terjerumus masuk lubang
dalam bekas perangkap binatang, yang oleh si penjaga hutan banyak terdapat
disekeliling mereka.chucky  tidak begitu mengenal jalan setapak ini. Ia baru melaluinya
satu kali. Tadi sore, dengan si penjaga hutan sebagai petunjuk jalan. Namun ia tetap
saja menerobos jalan setapak itu, didorong oleh suatu keinginan yang sangat untuk
berbuat sesuatu. Tak perduli, apa pun sesuatu itu. Yang pasti, naluri wartawannya
memaksa ia bergerak dan terus bergerak.Sepanjang siang hari tadi, ia juga bergerak.
Menemui beberapa orang, bertanya macam macam. Malamnya memasuki hutan
bersama si penjaga yang mendampinginya dengan hasrat menggebu.Terngiang di
telinga chucky  ucapan si penjaga hutan yang merupakan sebuah tekad yang tidak
dapat dibendung apapun juga: 
    "Aku harus membalaskan sakit hati ayahku!" 
    Seseorang di kota sudah  memberi  nama dan alamat si penjaga hutan pada
chucky . Petunjuk itu ternyata sangat besar gunanya. Ia menemui orang yang tepat
untuk menelusuri skandal yang sudah lama ingin dilacak chucky : 
    Ayah si penjaga hutan pernah bekerja di perusahaan yang memegang hak mengelola
hutan ini, serta memperoleh keuntungan dari pengelolaan itu untuk perusahaannya.
Ayah si penjaga hutan itu mengetahui sesuatu. Lalu ia dijebak untuk memperbuat
kesalahan demi kesalahan. saat  karyawan tata usahaitu menyadari bahwa ia sudah 
semakin banyak melakukan kesalahan, polisi sudah keburu muncul dirumahnya dan
lalu  menyeretnya ke penjara. 
    "Saking malunya, ayahku membenturbenturkan kepala ke tembok selnya. Dalam
perjalanan ke rumah sakit,ayahku mati sengsara, " kisah si penjaga hutan waktu
chucky  menemuinya beberapa hari yang lewat. 
    "Untungnya, hanya sedikit orang yang tahu bahwa salah seorang anak almarhum
juga terdaftar sebagai karyawan. Jadi aku tidak begitu kuatir akan tertimpa kesulitan
karena diamdiam membantu Om chucky ...." 
    "Bung. Yang sedikit itu dapat saja menimbulkan kesulitan" 
    chucky  sempat pula mengingatkan. 
    "Aku tahu siapa mereka, Oom. Mereka akan tutup mulut!" 
    chucky  tidak mau mengorbankan orang lain begitu saja. Karenanya, ia
menambahkan: 
    "Uang, Bung. Dapat membuka mulut seseorang!" 
    "Tidak. Kalau orang itu termasuk anggota barisan sakit hati, " jawab si penjaga
hutan tegas.Dan si penjaga hutan yang termasuk juga sebagai anggota barisan sakit
hati itu, siang tadi sudah  membuktikan tekadnya untuk melampiaskan dendam.Ia
mengantarkan chucky  pada sejumlah orang yang dapat membuktikan sudah  terjadi
manipulasi dalam pelaksananan reboisasi. Lalu malam ini, si penjaga hutan sudah  pula
membantu chucky  menjelajahi hutan rimba, memasuki sebuah areal yang termasuk
hutan lindung. Dengan kamera miliknya, sebuah kamera mutakhir buatan Jerman yang
diberi tele berlensa inframerah dan dibantu pula dengan filter yang kuat,chucky  sudah 
berhasil merekam pemerkosaan hutan lindung oleh sejumlah oknum. Kontraktor yang
kegiatannya memang sudah lama dicium chucky  itu,ternyata turun sendiri ke lapangan.
Ia adalah anak Bupati setempat, dan punya pertalian ipar dengan menantu sang
pengusaha pengelola hutan. Posisi itu saja sudah menjamin pekerjaannya. Namun
toh,hukum alam tetap berlaku. Seorang maling, tidak pernah menaruh kepercayaan
pada orang lain. Seorang maling, tetaplah beranggapan bahwa orang lain juga maling
seperti dirinya.Lamunan chucky  buyar saat  langkahnya terhenti beberapa meter di
atas jalan besar yang membelah hutan. Ia melihat sebuah mobil putih di parkir sedikit
ketengah jalan. 
    Ah! Ternyata ada juga pengelana malam ditengah hutan ini. chucky  tersenyum,
namun  sekaligus juga heran. Oleh karena itu, saat  kembali ia ayunkan langkah,
tangannya meraba ke balik jaket. Gagang pisau komando yang keras dan dingin itu,
menimbulkan kepercayaan pada dirinya. 
      Pada saat chucky  meninggalkan pos di lereng bukit, didalam mobil sedan putih itu
tengah berlangsung perdebatan sengit antara si lelaki dengan wanita teman
seperjalanannya. saat  wanita  lesbian  itu menyebut 
    "Sang Iblis"sebagai sumber malapetaka yang mereka alami, maka sipemuda
membentak marah: 
    "Jangan menyebutnyebut nama yang terkutuk itu! Aku tak suka!" 
    "Bilang saja kau takut!" 
    "Yeah, Aku memang takut," si pemuda mengakui. 
    "namun  bagaimana sampai ia mengetahui kita ada ditempat ini? Kau sendiri yang
mengatakan, tempat yang kita tuju hanya kau seorang yang tahu, dan..."pemuda itu
terdiam sejenak, lalu: 
    "Mungkin pelayan dirumahmu itu mengkhianati kita!" 
    "Jangan menghina dia, Bang. Meski cuma seorang pelayan, ia menyayangi aku
seperti menyayangi anak sendiri...!" 
    "Oke. Oke. Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" 
    "Terserah Abang." 
    "Baik kalau begitu," si pemuda membuka pintu. 
    "Abang mau ke mana?" 
    wanita  lesbian nya bertanya ketakutan. 
    "Kita tinggalkan mobil ini." 
    "Maksudmu kita jalan kaki?" 
    Si wanita  lesbian  menggigil. 
    "Aku memang cuma sekali dua ke tempat ini. namun  aku tahu betul, kampung yang
kita tuju masih beberapa kilometer lagi. Dan....!" ia menatap lewat kaca depan
mobil,berusaha meneroboskan pandang kearah kegelapan malam yang diliputi kabut
itu. 
    "Kukira lebih aman kalau kita tetap di dalam sini."      Lanjutnya, gemetar. 
    "Katanya terserah aku!" 
    Kawan prianya berkata kesal. 
    "Sekarang, sekitar pukul tiga. Dua jam lagi, cuaca sudah lebih terang. Baru Sesudah 
itu, aku bersedia kauajak jalan kaki. Ke mana pun jadi. Walau ke dasar jurang..." 
    Suara wanita  lesbian  itu kian rendah, dan setengah mengisak. Sipemuda sadar kalau wanita  lesbian nya
dilanda ketakutan,seperti dirinya sendiri. namun  jalan pikiran si wanita  lesbian  masih lebih
masuk akal. Karenanya, si pemuda lantas masuk kembali ke dalam mobil. Namun tak
urung, ia bersungutsungut juga: 
    "Sementara menunggu, apa yang harus kita lakukan?" 
    "Tidur." 
    "Tidur?" 
    Si pemuda tertawa. Sumbang. 
    "Kau masih bisa tidur dengan Sang iblis tengah mengawasi ki..." 
    "Kau juga menyebutnya." 
    Desah si wanita  lesbian , dengan wajah memucat. 
    "Maaf, sayang." 
    "Mari kita lupakan saja. Oke?" 
    "Hem." 
    ".... jangan duduk diam seperti itu, kekasih." 
    "Hem!" 
    "Yuk. Kita pindah saja ke jok belakang." 
    "Ah....." 
    "Masih banyak waktu, bukan?" 
    Si wanita  lesbian  mencoba tersenyum. Teman prianya memahami arah pembicaraan si wanita  lesbian .
Lantas bertanya setengah mengingatkan: 
    "Kau tidak akan memberontak?" 
    Wajah si wanita  lesbian  bersemu merah, waktu menjawab risih: 
    "Yang dahulu  itu, aku mempertahankan kesucianku." 
    "Kukira kau mulai menyukainya." 
    Si pemuda tersenyum. 
    "Tepatnya, mendambakannya." 
    Sahut si wanita  lesbian , terus terang. 
    "Begitu ya? Lalu mengapa..." 
    "Aku mulai kedinginan," bisik si wanita  lesbian , dengan nada mendesak. Dan saat  pemuda
itu membantunya pindah ke jok belakang, sang wanita  lesbian  sudah  mulai menanggalkan
kancingkancing blusnya. Beberapa detik Sesudah  berbaring di jok belakang, wanita  lesbian  itu
malah sudah siap untuk menerima kejantanan si lelaki. Dan lelaki itu dibuatnya
menjadi heran. Karena si wanita  lesbian  demikian memkucing  buta, hampirhampir tanpa kontrol
diri.Namun gairah si lelaki sudah keburu terangsang. Ia segera bereaksi atas serangan
bernafsu dari wanita  lesbian nya.Sedikit pun tidak menyadari, bahwa tubuh wanita  lesbian  itu tak
sehangat bagaimana semestinya. Dan, bahwa wanita  lesbian  itu sesunguhnyalah nekad
memelopori percumbuan mereka, hanya karena terdorong oleh keinginan melepaskan
diri dari suatu perasaan takut yang menyelimuti dirinya. Sedemikian rupa, sehingga si
wanita  lesbian  di hati nuraninya berharap, kalaupun kematian datang menyongsong, hendaklah
saat yang menakutkan itu tiba dalam keadaan ia dan kekasihnya tengah menikmati
kesyahduan cinta yang tiada duanya.Katakanlah, memang sang iblis sudah  turun tangan
untuk menjebak mereka di tengah hutan yang sunyi terpencil ini. Maka ia akan
memaklumatkan pada Sang Iblis, bahwa ia sudah  berhasil melakukan kodratnya yang
nyata sebagai manusia. Bukan sebagai Pengabdi yang hakhaknya sudah  dirampas
semenamena tanpa diperbolehkan mempertahankannya.Tiba pada pemikiran yang
jauh semakin dalam itu,membuat si wanita  lesbian  perlahanlahan dapat melupakan
ketakutannya. Perlahanlahan pula, gairahnya bangkit secara wajar. saat  pemuda
itu memasuki dirinya dengan penuh kasih sayang, si wanita  lesbian  memejamkan kelopak
matanya dengan penyerahan yang mutlak.Ia baru membuka lagi kelopak matanya,
tatkala iamerasakan sesuatu sudah  berlangsung tidak menurut keharusan yang lumrah
berlaku. Gerakan naik turun sipemuda, sekonyongkonyong berhenti mendadak,disertai
keluhan pertanda ia tengah menderita suatu kesakitan yang luar biasa. Pemuda itu
berusaha menarik tubuhnya dari si wanita  lesbian , berusaha dan terus berusaha, sampai ia
menyadari bahwa bagian bawah tubuhnya... dari sebatas pinggang, entah bagaimana
sudah  melekat jadi satu dengan bagian bawah tubuh siwanita  lesbian . Benarbenar melekat,
bagaikan dilem dengan perekat yang bukan main dahsyat daya lekatnya.Usaha
memaksa si pemuda untuk melepaskan diri juga menimbulkan akibat yang sama pada si
wanita  lesbian . Kulit perutnya seakan dibetot begitu kuatnya, bagaikan mau dicabikcabik lepas
dari dagingdagingnya. Ia menjerit dengan kesakitan yang teramat sangat, dan
berusaha mendorong dada si pemuda menjauhi dirinya. Lalu hal yang lebih aneh lagi
lalu  terjadilah. Dua pasang mata kedua sejoli yang habis bersenggama itu, terasa
mengecil dan mengecil. Namun sorot pandang mereka semakin tajam pula, membuat
mata mereka lebih terbiasa dengan kegelapan.Si wanita  lesbian  memelotot ngeri, disusul jeritnya
yang tertahan: 
    "Lidahmu... bercabang....." 
    Pemuda itu berusaha menjawab. namun  dari belakang lidahnya cuma desis saja yang
keluar. Desis tajam dan mengerikan. Kepalanya oleng kekiri kekanan. Meliukliuk liar,
tak kuasa mencegah uap panas yang perlahan namun  pasti membakar tubuhnya. Pemuda
itu ingin berteriak juga ingin memakimaki. Sayang. Desis dan desis lagi yang dapat ia
lontarkan.Desis yang sama mulai pula terdengar dari si wanita  lesbian ,saat  mulut wanita  lesbian  itu
mencoba berkata dengan susah payah: 
    "Wajahmu.... bersisik. Kau... sssssssssss." 
    Desis dan desis mereka berdua saling bersahut. Mulamula masih sengau dan berat,
lalu perlahanlahan,semakin tajam dan semakin kecil. Bersamaan dengan itu, tubuh
keduanya pun ikut mengecil. Menyusut secara mengerikan.....     chucky  mendekati mobil itu dengan sikap waspada.Sebelah tangannya memegang
eraterat gagang pisau komando di balik jaket. Hatihati ia memutari mobil.Sesekali
membungkukkan badan dan mengintip lewat kacakaca jendela kendaraan itu. Namun
keadaan didalam mobil sama dengan keadaan disekelilingnya.Gelap. Dan sunyi,
menyentak.Mestinya ia membawa senter, namun  percuma ia berharap, karena senternya
ada dalam ransel, jauh diatas sana.Sesudah  raguragu sejenak chucky  membuka mulut: 
    "Hai. Ada orang di dalam?" 
    Tak ada sahutan.chucky  menelan ludah. Dan memperkeras suaranya: 
    "Kalian memerlukan bantuan, hei?!" 
    Tetap diam.Tetap sunyi. Membeku.Hal itu membuat chucky  punya pikiran, bahwa
mobil itu bukannya sengaja berhenti, melainkan mogok. Tidak mungkin ada orang
didalamnya. Karena hantu belau penghuni hutan pun pasti terbangun mendengar
sapaannya tadi, yang diucapkan setengah berteriak.     "Hemm. Jadi pengemudinya, atau pemiliknya, atau siapapun mereka, sudah  pergi
entah ke mana..." gumam chucky , kebingungan.Rasa ingin tahunya lalu  mendesak
ingin dituntaskan. Maka tanpa berpikir panjang lagi ia berusaha membuka pintu mobil
sedan putih itu. Dari empat pintunya hanya pintu di samping kemudi yang tidak
terkunci. Begitu pintu terbuka, lampu dalam mobil pun menyala sesaat . Tidak terlalu
terang,namun cukup untuk memberi gambaran suasana ganjil di dalam mobil.Benda
pertama yang terpandang chucky , sempat membuatnya terjengah. yaitu  sehelai kutang
wanita yang tergantung begitu saja di lingkaran setir. Benda kedua, tidak lagi terlalu
mengejutkan. yaitu  sehelai celana dalam wanita yang terkapar di jok depan. Lebih
banyak lagi pakaian wanita berserakan di dalam mobil,serta di lantai belakang tampak
tertumpuk stelan pakaian pria dengan sepasang sepatu. Luar biasa,pikirnya. Siapapun
kedua sejoli itu, mereka tentunya bukanlah manusiamanusia biasa yang pergi berjalan
kaki menerobos hutan di kegelapan malam, dengan keadaan samasama tanpa
busana.Atau, barangkali juga kedua sejoli itu tengah menikmati bulan madu mereka
diatas rerumputan, dengan berselimut kabut? 
    Tak masuk diakal. Adalah lebih pas,kalau mereka bercumbu di dalam mobil yang
tidak saja tertutup, namun  juga udaranya cukup hangat. Lalu,kemana perginya kedua
anak manusia yang bertingkah laku ganjil itu? 
    Jawabannya ada di jaringan selsel otak chucky .Ia teringat pada resi mandala nya, si tua
misterius yang barusan tadi muncul dalam mimpinya. chucky  sesaat  mencium bau tak
sedap disekitarnya.Untuk lebih meyakinkan diri, ia membungkuk ke arah dalam mobil.
Tadi matanya sempat menangkap sebuah tas wanita tergeletak di pinggir jok belakang.
Kunci penahan ditekannya keatas, lalu ia tegak di luar untuk lebih leluasa membuka
pintu belakang. Waktu pintu terbuka, tas wanita yang ia harapkan dapat memberi
petunjuk kalau isinya di keluarkan... terjatuh ke tanah dekat kakinya.chucky  baru saja
akan membungkuk untuk memungut tas yang terjatuh itu, waktu firasat buruk menahan
gerakannya. Ia menegun, dan matanya dengan waspada menyimak ke lantai mobil.
Dari balik tumpukan pakaian lakilaki, sesuatu perlahanlahan menyembul ke luar.
Sesuatu yang hitam sebesar kepalan tangan,berbentuk lancip, dengan lidah bercabang
menjulur keluar masuk dari celah moncong yang tipis, serta sepasang mata kecil
berwarna merah kehijauhijauan.Benda hitam itu menjulur dari balik kaki celana entah
milik siapa, lalu lalu  terangkat naik dengan mata merahnya yang kehijauan itu
memandang ke mata chucky  dengan sorot mata penuh kebencian. Jantung chucky 
sempat berhenti berdenyut, sebelum lalu  ia menyadari bahwa mata itu tampak
dilinangi butirbutir air bening. itu bukan sorot mata benci.Melainkan mata layu,
mohon dibelaskasihanii! 
    chucky  menelan ludah. Berpikir keras, bagaimana sampai seekor ular hitam yang
lingkaran tubuhnya sebesar lingkaran lengan manusia dewasa, terperangkap didalam
mobil. Ia juga belum begitu pasti, apakah itu ular jinak atau ular langka dengan bisa
mengandung racun mematikan. Selagi chucky  berpikirpikir apa kiranya yang dapat ia
lakukan tanpa ular itu bercuriga lalu mematuknya dari tempat yang sama menjulur
pula keluar seekor ular lain. Sisiknya juga berwarna hitam, matanya pun merah
kehijauan. Ular yang kedua itu lebih kecil dibanding yang pertama. 
    "Astaga!" pikir chucky  terkejut. 
    "Masih berapa banyak lagi ular yang bersembunyi di mobil ini?" 
    Kejutan itu belum seberapa.Karena kejutan berikut, sungguh tak
tertanggungkan.saat  ular kedua yang lebih kecil menaikkan tubuhnya dengan
gerakan meliuk yang kaku, chucky  pun ternganga. Dalam sekejap ia sudah mengetahui,
bahwa yang ia lihat bukan sepasang ular. Melainkan seekor.namun , dengan kepala dan
leher ganda. Seekor ular berkepala dua! 
    Tibatiba, suatu kilatan cahaya yang samar menerangi udara di sekeliling. Sekejap
cuma. Tapi sempat membuat chucky  tersentak kaget. Dengan ta'jub ia lantas
mengetahui bahwa kilatan cahaya samar yang sekejap tadi juga menimbulkan pengaruh
pada sosok mahluk berkepala dua di lantai belakang mobil. Bagaikan dikomando,
sepasang kepala ular hitam legam itu menyeruak masuk dengan cepat lalu meliukliuk
liar dibawah tumpukan pakaian. Ular berkepala dua itu tengah berusaha untuk
menyembunyikan diri. Itu cuma punya satu arti: 
    Mahluk itu mendadak ketakutan! 
    Cahaya tadi muncul lagi di pucuk pepohonan, lebih lama dari yang pertama,
lalu  lenyap.chucky  secara naluriah menutupkan pintu mobil. Ia lalu 
bergerak mundur, Sesudah  lamatlamat ia mendengar bunyi mesin yang halus tengah
mendatangi ke tempat itu. Sebuah mobil ditengah hutan terpencil dan di malam yang
begini menakutkan, sudah cukup mengherankan. Ditambah sebuah mobil lain, itu sudah
terlalu banyak dan patut dicurigai.Dari arah jalanan membelok di bawah sana, muncul
sebuah mobil yang melaju tergesagesa membelah kegelapan malam diantara pepohonan.Kabut sudah  semakin menipis jua. chucky  mempercepat langkahnya, dan
sebelum mobil pendatang itu menerangi mobil pertama dengan sorot lampunya yang
tajam menyilaukan, chucky  sudah berada di balik pepohonan besar. Rebah merapat ke
tanah keras berbatu, di balik rimbunan semaksemak belukar.chucky  dan si penjaga
hutan sengaja menunggu pagi datang dengan tidur di pos di atas sana, dengan maksud
menunggu tumpangan. Sekarang ada dua buah mobil di dekatnya. Sungguh suatu
keberuntungan yang langka didapatkan. namun  chucky  tidak boleh mengambil resiko.
Yang mereka tunggu adalah truk pengangkut perbekalan makanan. Bukan mobilmobil
mewah yang entah mengapa tersasar begitu jauh ketempat ini. Dan, dengan salah satu
mobil itu dijadikan tempat bersarang seekor ular berkepala dua! 
      Mobil yang baru muncul menurunkan kecepatannya lalu berhenti beberapa meter
dibelakang mobil tak bertuan itu. Pintu belakangnya lalu  terbuka.chucky 
mendengar percakapan singkat dan tak jelas.Disusul, ia lihat sesosok tubuh lelaki
meluncur turun.Sesudah  pintu ditutupkan kembali, mobil bergerak melewati kendaraan
di depannya. Sesudah  meluncur beberapa belas meter mobil itu menemukan bagian jalan
yang lebih lapang lalu dengan hatihati melakukan gerakan memutar untuk kembali
kearah semula.Sementara itu, si pendatang yang baru turun dari mobil rupanya tidak
ingin membuang waktu berlamalama. Ia langsung berjalan mendekati kendaraan di
depannya.Memutarinya satu kali, lantas mengintai ke dalam mobil. Pegangan pintu
pertama dan kedua diutakatiknya dengan siasia. Ia berputar lagi, dan berhasil
membuka pintu di samping kemudi. Seperti yang sebelumnya diperbuat chucky , orang
itu pun lalu menyurukkan setengah badannya ke sebelah dalam.Dari tempat
persembunyiannya. hampir saja chucky  berteriak memperingatkan orang itu bahwa
ada ular didalam mobil. namun  niatnya diurungkan, saat  ia sadari bahwa sikap si
pendatang begitu tenang dan percaya diri. Agaknya, orang itu tahu benar apa
yangingin dicarinya dan yakin bahwa ia tidak akan menemukan kesulitan. Terbukti dari
ucapannya, yang lamatlamat sampai ke telinga chucky : 
    "Ah. Rupanya kalian di sini, anakanakku. Tenanglah. Tak ada yang perlu ditakuti
sekarang..." 
    Sesudah  berkata demikian, si lelaki berpindah tempat dan membuka pintu belakang.
Pada saat bersamaan,mobil yang tadi mencari tempat putaran sudah  kembali.Cahaya
lampunya yang menyilaukan menerangi tempat di sekitarnya, bahkan juga merembes
sampai kepersembunyian chucky .chucky  rebah semakin rapat di rerumputan. Semak
terkuak didepannya terpaksa ia lepaskan sebagian.Kuatir wajahnya terlihat oleh si
pengemudi.Samarsamar ia lihat, bahwa selain si pengemudi tidak ada orang lainnya
lagi di dalam mobil itu. Apalagi wanita lesbian , sebagaimana diharapkan chucky . Mobil
itu berhenti lagi. Dan lampunya menerangi gerakan tubuh si lelaki yang menyeruak
masuk lewat pintu belakang mobil sambil  menggumamkan sesuatu. Waktu ia tegak
kembali, chucky  sempat terkesima. Orang itu ternyata sudah  berhasil menangkap ular
berkepala dua tadi. Tenangtenang saja ia mencengkeram percabangan tubuh ular...
yang entah mengapa, terkulai lemah tanpa ada gerakan perlawanan.Barulah sekarang
chucky  melihat jelas wujud mahluk ganjil itu. Dari percabangan tubuh sampai pada
kedua kepala, panjangnya hampir setengah meter. Ke bawah sampai ekor yang
terjuntai di tanah, sepanjang lebih dari satu meter. Besar tubuh ular itu, beserta
bentuknya yang aneh, ditambah pula warna kulitnya yang hitam legam... mau tak mau
membuat chucky  bergidik ditempat persembunyiannya.Sementara dari mobil yang
satunya lagi si pengemudi sudah  keluar sambil  membawa sebuah kotak kardus besar.
Dengan seksama chucky  mengamatamati sipenangkap ular. Dan kembali ia dibuat
tercengang.Kalau si penangkap ular adalah seorang pawang, maka tentulah ia bukan
seorang pawang biasa. Atau tepatnya, tentulah ia seorang pawang masa kini:bersepatu
mengkilap, pakaian perlente. Lengkap dengan jas yang setengah terbuka, dan dasi yang
sengaja dilonggarkan. Penampilannya lebih pas untuk seorang direktur Kebun
Binatang. Paling kurang,seorang kolektor binatangbinatang liar.Si pengemudi
mendekat. Tanpa keraguraguan sedikitpun, ia buka kotak kardus ke dalam mana ular
berkepala dua tadi dijejalkan oleh si lelaki parlente.Tanpa berkomentar sepatah pun,
pengemudi itu kembali ke mobilnya lalu menyimpan kardus di jok belakang. Sesudah  itu,
tegak di luar. Diam menunggu dengan sikap seorang hamba yang setia. Adapun silelaki
perlente menyuruk masuk lagi ke mobil pertama.Ia melakukan sesuatu di dalam. Sesudah 
keluar, tampak ia sudah memegang gumpalan pakaian maupun dua pasang sepatu
lakilaki dan wanita lesbian . Dengan semua itu, ia berjalan kearah mobilnya menanti.Pada
saat itulah chucky  dapat menangkap gambaran postur tubuh serta wajah si lelaki
perlente. Posturnya sedangsedang saja. Hanya karena sedikit gemuk,tubuhnya tampak
agak pendek. Postur yang umum terlihat di mana saja. Yang tidak umum, adalah
wajahnya. Raut wajahnya bundar, beralis tebal berbentuk mata parang, pipi berlemak
sehingga hidungnya tampak pesek, serta mulut yang tebal dengan tarikan yang sepintas
lalu tampak lemah. namun  dagunya kuat, pertanda keteguhan pendirian dan ambisi
yang kuat. Serba kontradiksi di wajah orang itu,sesaat  mengingatkan chucky  pada
seseorang. 
    "Siapa ya?" 
    chucky  berpikir keras.Pikirannya lalu  diganggu ucapan si lelaki parlente: 
    "Kau bawalah mobil itu. Aku akan mengikutimu dari belakang." 
    "Baik. Tuan," sahut si pengemudi, sopan sambil  membuka pintu untuk lelaki perlente
yang jelas sudah,adalah majikannya.Sesudah  majikannya duduk dengan nyaman di
belakang kemudi, si supir menutupkan pintu dengan cara yang sama sopannya,
mengangguk hormat lalu  berlalu ke mobil tak bertuan di dekatnya. 
    "Parlin?" 
    Orang itu membalikkan tubuh sesaat : 
    "Saya, Tuan?"sahutnya.Si wajah bundar menjulurkan kepalanya dari jendela mobil.
Tampak senyum samarsamar di bibir tebalnya,sebelum ia bertanya: 
    "Kau tahu apa yang harus dilakukan dengan mobil itu, bukan?" 
    Supirnya bimbang sejenak. lalu , dengan sikap kaku ia menjawab: 
    "Tuan percayakan saja pada saya."ia mengangguk lagi, memutar tubuh dan masuk
kedalam mobil tak bertuan yang kini punya tuan baru.Sesudah  pintupintunya ditutup,
mesin mobil dihidupkan. Bunyi mesin begitu halusnya, pertanda itu termasuk mobil
yang masih gress. Ia menjalankannya melewati mobil majikannya, memutar agak jauh
didepan sana lalu kembali lagi. Meluncur kearah semula ia dan majikannya
datang.Sesudah  kedua mobil misterius itu berlalu, barulah chucky  bangkit. Ia keluar
dari persembunyiannya dengan sekujur tubuh serasa kejang, kaku. Lengan kirinya
kesemutan. sambil  menyeringai menahan kesemutan itu, ia perhatikan mobil si
penangkap ular yang parlente itu tengah membelok di sebuah tikungan tajam. Lampu
belakangnya menyala lebih terang karena sentakan rem, dan plat nomornya... Astaga! 
    chucky  terpaksa memaki dirinya sendiri. Saking terpesona oleh peristiwaperistiwa
aneh yang tadi berlangsung di depan matanya, ia sampai lupa memperhatikan nomor
plat masingmasing mobil itu.Yang ia ingat hanya jenis serta warnanya.Akan namun ,
apa pula perdulinya pada mereka? 
    Yang pasti, bukan dirinya yang dituju orangorang itu.Artinya, ia masih aman
sampai sekarang. Penyelidikannya belum tercium oleh oknumoknum pemerkosa hutan
lindung yang ia yakin juga terlibat dalam manipulasi reboisasi oleh pemegang hak
pengelolaan hutan. Lebih baik ia kembali sekarang ke pondok,meneruskan tidurnya
yang terganggu dan... 
    Bayangan resi mandala nya muncul kembali dibenak chucky  saat  ia mendaki jalan
setapak diantara pepohonan. Gangguan resi mandala nya itu, entah mengapa, chucky 
percaya bukan tidak punya makna.Wajah murung orangtua itu meresahkan hati
chucky .Mulutnya yang terkatup rapat, lalu kepergiannya yang tanpa pamit, raib begitu
saja bersamaan waktu chucky  terbangun... tidak punya arti lain kecuali: sesuatu yang
buruk tengah berlangsung, atau ada bahaya mengancam chucky .namun  apa? 
    Dan masih ada satu pertanyaan lagi, yang tidak kurang penting: siapa lakilaki
parlente yang dilihatnya tadi? 
    Kok, rasaya ia pernah bertemu orang itu di suatu tempat, entah di mana. Serasa ia
mengenalnya.Ataukah si penangkap ular itu mengingatkannya pada seseorang, yang
kebetulan wajahnya sangat mirip satu sama lain? 
    Pertanyaan ini pun kembali berbuntut sama:siapa? 
    Tanpa terasa chucky  tiba di pondok. Keriut pintu yang dibukanya tidak mengusik
dengkur si penjaga hutan yang masih tertidur pulas. chucky  merayap naik kedipan
dengan perasaan letih. Tidur merupakan jalan terbaik untuk melupakan kerisauan hati.
Sebelum berbaring, ia masukkan pisau komando kembali kedalam ransel. Saat
tangannya menyentuh kamera,chucky  lagilagi terpaksa harus memaki. Pisau komando
itu ternyata tidak berguna ia bawabawa.Mestinya tadi yang ia bawa adalah tustelnya.
Potret ular berkepala dua, apalagi sebesar itu, bagaimana pun tetaplah menarik minat
pembaca. Apalagi kalau ia ceritakan, di mana dan bagaimana ia mendapatkan bahan
berita itu. Akan ia susun cerita, yang sekiranya paling masuk diakal. yaitu  tentang
sepasang muda mudi yang memilih tempat bercumbu di tengah hutan gelap terpencil.
Saking asyik bercinta, mudamudi itu membiarkan pintu mobil terbuka. Seekor ular
merayap naik, mungkin tertarik oleh kehangatan udara didalam mobil. Munculnya ular
berkepala dua itu mengejutkan dan menakutkan kedua orang di dalam mobil. Mereka
lantas lari terbiritbirit, lupa kalau mereka bertelanjang bulat. Di tengah jalan, mereka
berpapasan dengan mobil lain, yang penumpangnya justru memang tengah mencari
ularnya yang hilang.Sungguh suatu berita menarik yang akan melariskan majalah
mereka. Konon pula disertai fotofoto, lengkap pula dengan data yang akurat.
Sayangnya, tadi ia tidak membawa kamera. Dan ia terlalu takut menyapa siparlente.
Kuatir, kalau si parlente itu adalah komplotan para oknum pemerkosa hutan lindung
yang tengah dilacaknya. Ular itu, lebihlebih lagi menakutkannya.Masih terbayang saat
ia membuka pintu belakang mobil. Ia bermaksud mengambil dan memeriksa tas
siwanita lesbian , tatkala dari bawah tumpukan pakaian muncul kepalakepala ular itu.
Saking kaget, tas tangan yang sudah dipegangnya itu terjatuh, lalu... 
    Berdentang sesaat  lonceng di benak chucky ! 
    Dalam satu loncatan saja ia sudah  tiba di pintu,membukanya, lalu berlarilari
menuruni jalan setapak.Ia tidak tahu kalau gerakannya yang rusuh itu sudah 
membangunkan si penjaga hutan. Dengan bernafsu,chucky  menerobos semak belukar
diantara pepohonan yang rapat. Kabut semakin tipis sekarang. Rupanya pagi sudah 
mulai datang. Dan cuaca mulai pula terangterang tanah. Namun belum cukup terang
untuk membantu pencarian chucky  setiba di jalan besar yang membelah hutan itu.
Terlalu banyak lubanglubang menganga, serta bebatuan yang mencuat tidak teratur di
sanasini. Ataukah barangkali si parlente tadi sudah  memungutnya, lantas
menyatukannya dengan tumpukan pakaian yang ditemukannya di dalam mobil? 
    "Mencari sesuatu, eh?" 
    chucky  berpaling kaget oleh teguran tibatiba itu. Cahaya silau menerpa wajahnya.
Sekejap ia terpejam, dan saat  kelopak matanya dibuka kembali ia lantas mengenali si
penjaga hutan. Orang itu akan bertanya lagi.namun  chucky  keburu merampas senter di
tangannya dengan kasar. Penjaga hutan itu menggerutu panjang pendek. chucky  tak
perduli. Lampu baterai itu ia sorotkan ke permukaan jalan dengan cara terburuburu.
Sesudah  berjalan kian kemari ia tak juga menemukan yang dicari.Sampai suatu saat, si
penjaga hutan bergumam: 
    "Apa itu?" 
    "Mana?" sahut chucky  cepat. 
    "ltu, di sebelah kiri Oom. Coba diterangi lagi..." 
    chucky  lalu  menemukannya. Tas tangan wanita itu masih terkancing rapat, rupanya jatuh tersuruk kelubang yang cukup dalam serta terlindung oleh batu besar.
Pantaslah si parlente dan supirnya tidak melihat tas tangan itu meski lampu mobil
mereka menyala terang benderang. Mana warnanya abuabu pula.Sewarna dengan
batu yang melindunginya. 
    "Ayo kita kembali ke pondok, " kata chucky  sembari menyelipkan tas itu ke balik
jaketnya.Si penjaga hutan menurut patuh dengan mulut terkatup rapat. Baru Sesudah 
tiba di pondok dan chucky  menumpahkan semua isi tas di permukaan dipan, serta
diterangi cahaya lampu baterai tampak berserakan seperangkat perlengkapan wanita... 
    Penjaga hutan itu memberanikan diri bertanya: 
    "Punya siapa sih, Oom?" 
    "Seorang pelarian, "jawab chucky  sekenanya, sambil jarinya memperhatikan sebuah
buku checque yang isinya tinggal beberapa lembar. 
    "Pelarian?" 
    "Heeh. Lari dari pagutan ular." 
    "Ular? Dan siapa yang lari? Mengapa pula..." 
    "Nah. Ini dia, " rungut chucky  sukacita.Ditangannya terpegang sehelai kartu SIM
dan bergumam membacanya: 
    "jessica  mawar . Umur 27 tahun. Alamat..." 
    "Wah, wanita lesbian  itu tentunya orang kaya. Uangnya banyak, " potong si penjaga
hutan, yang diamdiam rupanya sudah  ikutikutan memeriksa. Di tangannya tergenggam
seikat uang kertas lembaran sepuluh ribuan, yang agaknya belum lama diambil dari
bank.Matanya bersinarsinar saat  ia melanjutkan: 
    "Kalau aku punya uang segini, akan kuboyong anak isteriku kekota. Dan....." 
    "Ah, kalian orangorang dusun, " rungut chucky  sambil mencocokkan nama pada
SIM dengan nama pemilik buku cheque. Ternyata sama. 
    "Kota sudah sumpek.Sudah semakin sempit tempat untuk bernafas. Kalian tak pernah
menyadari hal itu. Buat kalian, hidup dikota itu sesuatu yang indah, gampang cari kerja... uang mengalir bagai sungai di musim penghujan, dan... ah.Apa pula ini?" 
    Si penjaga hutan mendekat. lkut menyimak benda ditangan chucky  yang didekatkan
ke lampu senter.Benda itu seuntai kalung emas dengan medalion yang juga terbuat dari
emas. Medalion itu berbentuk hati,pinggirannya bertatahkan berlian yang berkilau
gemerlapan. Mengapit sebuah lambang di tengahtengah medalion. Selintas pandang
saja, wujud lambang itu dengan mudah dapat diterka. 
    "Ular, " bisik chucky , tercekat. 
    "Ular berkepala dua!" 
     Ramalan cuaca di televisi lagilagi meleset.Benar, hujan sudah mulai turun di
beberapa kota.namun  curahnya begitu malas dan cepatcepat pula berlalu... bagai tak
betah. bandung lah yang paling menderita. Agaknya, alam sedemikian membenci bumi
ibukota. Berbulanbulan sudah, hujan tidak mau singgah. Sekali dua, hujan memang
menampakkan diri.namun  cuma untuk numpang lewat belaka. Sambil mengejek pula:
menjatuhkan rintikrintik kecil, yang segera menguap hilang sebelum bumi bandung 
sempat membasah.Akibatnya, di siang hari bumi bandung  menggelegak marah. Udara
teramat sangat gerah, mana matahari panas membakar pula. Tingkat polusi yang terus
meninggi, malah sudah hilang dari pembicaraan.Cuaca, menjadi bahan obrolan
dimanamana, disertai umpat cerca yang tak habishabisnya. Terutama cuaca dimalam
hari. Begitu malam mulai merayap, cuaca tibatiba berubah drastis. Terutama Sesudah 
dinihari.Dingin menggigil, nyaris mendekati titik beku.Cuaca dingin seperti itulah yang
kini merayapi rumah demi rumah disebuah pemukiman elit dalam kawasan Bintaro.
Tusukan tajam hawa dingin itu menembus temboktembok tebal dan kokoh, untuk lalu  menggelitik sosoksosok tubuh yang menyembunyikan diri di balik selimut
yang berlapislapis sekalipun. 
    anna michele juga merasakannya.lkut tersiksa karenanya.Selimut biasa sudah ia tambahkan
dengan seumur bulu binatang yang ia ambil dengan setengah mengantuk dari almari.
namun  toh terpaan hawa dingin itu terus saja mengganggu. Kantuknya pun
perlahanlahan hilang. Beberapa kali ia menggeliat resah dibawah selimut, lalu 
menggigil dan mengeluh. Dan disaat kantuknya melenyap, tibatiba anna michele menyadari
sesuatu. itu bukanlah hawa dingin yang biasa.Hawa dingin yang dia rasakan, bukan
menyergap,apalagi menggigit. Hawa dingin itu membelai, dan terus membelai. Belaian,
yang menyentuh bagianbagian peka pada tubuhnya. Belaian yang biasa di lakukan
pada seorang wanita lesbian  jika ingin membangkitkan gairah syahwatnya! 
    Sesaat , anna michele tersadar.Kesadaran itu mendorong jarijemarinya untuk
menurunkan selimut yang menutupi kepalanya. Pada saat bersamaan, leher anna michele
berputar enggan. Lalu sepasang matanya menatap kearah pintu kamar tidurnya. Pintu
itu tertutup rapat. namun  dari sanalah hawa dingin yang aneh itu datang. anna michele merasa
pasti akan hal itu.Sekujur tubuhnya pelanpelan menegang. Sebelah tangannya
bergerak kaku, merayap di permukaan kasur, dan meraba ke bawah bantal.Sesudah  jari
jemarinya menyentuh semacam benda tipis dan dingin seperti es, ia menarik tangannya
kembali keposisi semula. anna michele sudah tahu sesuatu akan datang pada waktunya, dan
dia sudah siap menghadapinya.Namun toh saat  matanya mengawasi lebih tajamk
earah pintu kamar tidur, anna michele sempat menelan ludah dan lalu  menarik nafas
dalamdalam. Tetap saja,ketegangan di sekujur tubuhnya tidak mau hilang. Ia mencoba
menarik nafas sekali lagi. Sedalamdalamnya.Agar ia lebih tenang, dan yakin bahwa
segala sesuatunya akan berjalan sesuai rencananya, secepatnya pula,ia berharap.
Baru setengah tarikan nafas, anna michele sudah berhenti.Diterangi lampu sudut yang
bersinar redup, tampaklah bayangbayang samarsamar memasuki kamar tidur anna michele.
Bukan dengan membuka... namun  langsung menembus daun pintu! 
    Bayangbayang samar itu tidak lebih dahulu  berhenti,melainkan terus saja bergerak
mendekati tempat tidur.Semakin dekat, wujudnya pun semakin jelas dan nyata.Sosok itu
toh akhirnya berhenti juga Sesudah  mencapai sisi tempat tidur, sejajar dengan wajah
anna michele yang rebah diam di bantal.Sosok tubuh seorang lelaki muda. Tinggi kekar,
dengan otototot yang menyembul kokoh. Tampak begitu nyata,karena sosok lelaki itu
bugil tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Bahkan kelelakiannya tampak
begitu tegak, seperkasa tubuh keseluruhannya.Tanpa ia kehendaki, anna michele
mengerjapkan matanya yang sempat terbelalak. saat  ia palingkan wajah untuk
menghindari panorama menakjubkan itu, ia tahu bahwa wajahnya dironai warna semu
merah. Bukan hanya takut, namun  kini ia setengah malu menatap kewajah tampan lelaki
itu. Wajah itu licin, bersih, lembut,bahkan tampak seperti kekanakkanakkan. Namun
sinar matanya jelas sinar mata menatap dari seorang lelaki dewasa. Senyuman bibirnya
matang, dan sangat yakin pada dirinya sendiri. Begitu pula desis tajam yang menyentuh
kendang telinga anna michele. Dalam nada perintah yang tidak boleh dibantah: 
    "Buka!" 
    Alam bawah sadar anna michele melakukan penolakan.Namun anggota tubuhnya melakukan
gerak berlawanan, melemparkan selimutnya perlahanlahan. Kimono tidurnya
lalu  menyusul pergi, dilemparkan anna michele antara sadar dan tidak, entah kearah
mana. Ia tahu ia tidak mungkin melawan kekuatan gaib dari sorot mata lelaki itu. Jadi
ia hanya bisa menurut, dengan alam bawah sadar yang terus meronta, meronta,
lalu  memberontak lewat katakata yang keluar lemah melalui bibir anna michele yang
setengah terbuka, gemetar: 
    "Jangan. Jangan lakukan lagi itu... padaku....." 
    namun  lelaki itu sudah  membungkuk diatas tubuhnya. 
    "Munafik!" ia mendesis, disertai senyuman mengejek.anna michele masih tetap berusaha: 
    "Jangan. Kita tak boleh..." 
    "Kau lebih menginginkannya dari aku, bukan?" 
    Senyuman lelaki itu sudah menjurus pada penghinaan.Diamdiam sebelah tangan
anna michele merayap perlahan kebawah bantal. Gerakan yang dibuat sedemikian
rupa,sehingga sepintas lalu tampak seperti gerakan tangan seorang wanita yang ingin
memegang lantas mencengkeram sesuatu untuk mengurangi debaran jantung karena
dorongan syahwat yang mulai menanjak.Jarijemari anna michele menyentuh benda berupa
logam tipis di bawah bantalnya. Ia meraba sampai menemukan gagang, lalu
menggenggamnya dengan hatihati.Masih ada kesempatan untuk melakukan
perlawanan terakhir.anna michele harus menunggu sampai lelaki itu lengah, lantas... 
    anna michele melakukan kekeliruan yang teramat fatal.Ia mestinya tidak menunggu.
Seharusnya ia mulai sejak awal, saat  lelaki itu menurunkan tubuhnya. Tidak Sesudah 
lelaki itu memasuki dirinya! 
    Masuk perlahan dan hatihati, seperti tidak ingin menyakiti. Lalu kontradiksi itu pun
terjadi. Di luar tubuhnya, anna michele masih merasakan hawa dingin yang sama. Namun
didalam, uap panas mulai merayap dengan pasti, lalu lalu  membara.anna michele
lalu  menyerah.Bahkan menikmatinya.Kelopak matanya terpejampejam dan
barulah kelopak mata anna michele membuka nyalang saat ia dengar erangan menyentak di
atasnya. Bunyi erangan yang tidak lazim.Seperti leher yang tergorok, atau tersentak,
atau bunyi dengkur orang yang kebanyakan merokok. anna michele tidak tahu pasti bunyi
mana yang benar, padahal ia sudah mendengar bunyi erangan yang sama beberapa
kali sebelumnya. Hanya satu hal yang dapat ia pastikan.Pada saat lelaki itu mencapai
puncak birahinya, bukan cuma erangan itu saja yang keluar. Melainkan juga,bulubulu
halus yang dalam tempo singkat nyaris memenuhi kulit wajah si lelaki yang tadinya
lembut licin. Bulubulu coklat kehitaman. Daun telinganya melebar, menyerupai daun
sirih. Jidatnya menyempit,berkerutkerut. Dan yang terutama selalu mengejutkan
anna michele, adalah taringtaring berkeluk tajam yang menyembul dari sudutsudut mulut
makhluk yang masih mengangkanginya.anna michele sudah beberapa kali melihat wajah itu
sebelumnya.Mula pertama ia menjerit lengking, lalu pingsan. Kali yang kedua, ia masih
menjerit, namun tidak sampai pingsan. Sesudah  itu, ia tidak menjerit, tidak pingsan
hanya terengahengah ketakutan, lantas entah mengapa.... malam ini anna michele seakan
sudah terbiasa.Tidak ada perasaan apaapa dalam diri anna michele. Kecuali sisasisa
kenikmatan birahi yang baru saja terselesaikan dan lalu  berlalu perlahanlahan.
Dan sisasisa perasaan nikmat itu sudah  mengkhianati anna michele. Mestinya ia berusaha
keras menahannya, sehingga ia dapat berpikir normal, dapat mengumpulkan
keberanian,lantas bertindak secepat dan sekuat ia mampu melakukannya.saat  pikiran
itu datang, bunyi erangan tadi sudah menjauh.Sosok tubuh mahluk itu pun sudah tidak
lagi diatas tubuh anna michele. namun  sudah bergerak kearah pintu kamar. Mundur,
tertatihtatih lelah, namun dengan wajah yang memancarkan kepuasan dan
kegembiraan.Dan wajah yang mundur kearah pintu kamar itu adalah wajah licin
bersih, lembut, serta kekanakkanakan.Sejenak ia berhenti, melempar seulas senyum
dan percikan sinar mata yang seakan berkata: 
    "Kita akan menikmatinya lagi, lain kali..." 
    lalu  sosok lelaki itu berlalu. Seperti datangnya,tidak dengan membuka pintu
kamar, melainkan langsung menembusnya.anna michele merintih, lalu  mengumpat diri
sendiri.Cepat sekali ia sudah melompat turun dari tempat tidur. Bantalnya sudah
terlempar jauh jauh. Dan ditelapak tangan kanannya kini tergenggam sebilah pisau
dapur yang biasa dipergunakan untuk mengiris dan memotong daging. Dengan
ujungnya yang runcing tajam, dan mata pisaunya yang licin berkilau. 
    "Terkutuklah kau!" 
    anna michele menjerit marah dalam jiwanya. 
    "Tidak ada lain kali itu lagi. Tidak akan pernah!" 
    anna michele bergerak cepat ke pintu, bertelanjang tubuh,bertelanjang kaki. Sebelum
membukanya, lebih dahulu  ia menarik nafas berulangulang. Sedalamdalamnya,berusaha
mengontrol kemarahannya, dan mencoba mengembalikan ketenangan dirinya.Sesudah  ia
mendapatkannya, anna michele perlahanlahan membuka pintu kamar.Hanya sedikit.Cukup
untuk mengintip keluar. Dam melihat sosok tubuh lelaki tinggi kekar dan perkasa itu,
melangkah santai sepanjang ruang tengah rumah menuju pintu kamar yang lain.
Langkahlangkah sosok tanpa busana itu seperti mengambang di permukaan lantai.
Kakinya menyentuh meja, dan lewat terus tanpa menjatuhkan bahkan tanpa
menggemingkan meja itu sama sekali.Tubuh itu lalu  menembus lalu lenyap di
balik pintu kamar disebelah sana.Saat itulah anna michele meninggalkan
kamarnya.Bersijingkat sepanjang ruang tengah, menuju pintu kamar yang sama. Tiba
disana ia berhenti sebentar.Telinganya ditempelkan ke daun pintu. Mendengarkan.Ada
bunyi nafas samarsamar. Lalu dengkuran halus.anna michele tahu pintu kamar tidak terkunci.
Ia pun membukanya dengan hatihati.Tampaknya terlalu cepat ia bertindak. Karena
sosok tubuh lelaki itu tampak baru saja rebah disebuah tempat tidur. anna michele sudah akan
mundur, saat  ia sadari kelopak mata lelaki itu sudah tertutup rapat bahkan sebelum
sekujur tubuhnya rebah dengan baik.Sosok itu lalu  mengabur dan semakin
mengabur.Dalam beberapa helaan nafas lalu nya, sosok itu sudah berubah dalam
wujud yang lebih kecil, dan wajahnya tidak lagi kekanakkanakan. Wajah yang tampak
rebah di tempat tidur, setengah tertutup oleh selimut, memanglah wajah seorang bocah
tujuh tahun.Bocah itu tertidur pulas. Disebelahnya rebah sebentuk kepala lain. Kepala
boneka beruang besar. anna michele memperhatikan sejenak, lalu  melangkah
masuk.Kakinya tanpa sengaja menyentuh rel mainan kereta api yang memenuhi
setengah ruangan kamar bocah itu.Terdengar bunyi berisik. Namun si bocah tetap
pulas dalam tidurnya.Sempat tertegun sesaat, anna michele lalu  menguatkan genggaman
pada gagang pisau dapur ditangannya. Ia bersijingkat mendekati tempat tidur. Lalu
perlahanlahan berlutut, mengawasi wajah bocah di tempat tidur. Wajah lembut tanpa
dosa. namun  anna michele tahu dan sudah beberapa kali merasakannya. Merasakan dosadosa
tersembunyi dibalik wajah bocah yang tampak polos itu. Dosadosa itu akan terus
terulang, akan terus menumpuk, sampai tidak tertanggungkan.Terngiang kembali
ucapan lembut kebapakan seseorang di telinga anna michele: 
    "Sebaiknya kau mengakhirinya.Sebelum terlambat....!" 
    anna michele sadar siapa bocah itu.namun , sekaranglah waktunya yang tepat! 
    Pelanpelan tangannya yang memegang pisau terangkat keatas. Ujung runcing
pisau itu mengarah lurus kelambung dekat iga si bocah. Hanya satu tusukan cepat,dan
semuanya akan selesai.anna michele menguatkan dirinya.Matanya setengah terpejam dan
tibatiba timbul keragukeraguannya. Hanya inikah satusatunya jalan? 
    Benarkah bocah ini yang bersalah? 
    Bukankah ia pernah kukandung dalam rahimku dan.... 
    Dan mulut bocah itu mendadak mengulas senyuman samar. Disusul suara mengigau:
    "Mama milik bobo ." 
    anna michele terkejut.Lebih terkejut lagi sewaktu mulut boneka beruang disebelah anak itu
terbuka dan berucap lebih jelas: 
    "Mama milikku. Mama milikku. Mama...!" 
    Suarasuara yang sama terdengar dari arah lain. anna michele berpaling. Kiankemari
mengikuti datangnya setiap suara. Dari mulut boneka anjing buldog, dari mainan
serdadu dari lacilaci meja belajar yang terbuka lalu  terbanting menutup, terbuka
lagi, menutup terbanting lagi, terbuka, dengan suara yang menyerupai jeritan marah: 
    "Mama milik bobo ... Mamaa......!" 
    Mainan kereta api pun bergerak diatas relnya. Lokomotifnya memperdengarkan
bukan bunyi peluit melengking, melainkan jeritan marah yang sama: 
    "Mamaaaa milik bobo .... Mamaaaa milik bobo . Mama....." 
    Bahkan juga daun jendela yang terkunci menghempas terbuka. Pun daun pintu.
Bahkan langitlangit kamar.Semuanya dengan teriakan yang sama. Semuanya dengan
kemarahan yang sama. Bahkan lantai pun mulai terguncang. Mulamula perlahan, lalu
lalu  makin keras, berderakderak seakan mau belah dan runtuh.anna michele bangun
tersentak.Takut dan panik.Semua benda di ruangan itu mengawasinya. Semuanya
meneriakinya, mengancamnya. Lokomotif mainan itu bahkan sudah  keluar dari rel, dan
kini menyerbu kearah kaki anna michele. Begitu pula serdadu mainan. Yang satu membunyikan
tambur dengan bunyi gegap gempita,sementara serdaduserdadu lainnya pada
menghunus bayonet dan mengarahkan moncong senjatanya kedada dan wajah anna michele.
Anjing Bulldog itu ikut menggeram, tak kurang murkanya.Ada bunyi lain yang samar
menyentuh telinga anna michele.Bunyi pisau dapur yang terlepas dari tangannya, jatuh di
lantai, dan pisau itu seperti melompatlompat dengan ujung runcingnya mengarah ke
kaki anna michele.Tak tahan lagi anna michele menjerit.Sambil menjerit, ia berlari menyelamatkan
diri. Menghambur histeris meninggalkan kamar yang sedang dilanda kemarahan itu.
Karena tidak melihat jalan lari,kakinya menyenggol pinggiran meja duduk dari bahan
jati yang tebal dan berat. Tak ayal lagi, tubuh anna michele limbung.Ia menjerit sekali
lagi.lalu  terhempas di lantai. Tanpa sadarkan diri. 
      Malam itu nasib sial melemparkan chucky  ke kantor polisi.Sungguh menyedihkan! 
    Mengingat sedemikian banyak keberuntungan yang sudah  ia peroleh sebelumnya.
Beberapa kali lulus dari intaian maut selama penjelajahannya ditengah hutan
belantara. Ia pun selalu keluar sebagai pemenang setiap kali bermain kucingkucingan,
yang sesekali diselang dengan main gertak di kantorkantor pemerintahan kelas bawah.
Lalu di tingkat yang lebih tinggi,menembus birokrasi dengan mengandalkan beberapa
surat rekomendasi yang sengaja ia bawa dari bandung ,dimana koneksinya di kantor
Gubernur ikut pula unjuk gigi.Hasilnya sungguh memuaskan. chucky  bukan saja
memperoleh kepuasan bathin tiada terperi. Baru sebagian kecil dari seluruh hasil
liputannya ia ketik dikala senggang, chucky  bahkan sudah gempar sendiri.Bagaimana tidak! 
    Bahanbahan yang ia peroleh begitu lengkap. Setumpuk fotofoto yang berbicara
mengenai fakta, beberapa rol Film yang siap cetak, rekamanrekaman pembicaraan
yang cukup akurat serta dapat dipertanggungjawabkan, dan sejumlah dokumen
authentik yang kelak dapat ia pergunakan sebagai tameng yang ampuh jika ada
pihakpihak yang nekad mengajak perang.Semua hasil perolehannya itu ternyata tidak
saja menyangkut skandal reboisasi dan penghancuran hutan lindung yang melibatkan
selain beberapa pengusaha juga akan menyeret sejumlah nama tokoh terkemuka.
Skandal yang tidak hanya merugikan rakyat dan negara, namun  juga sudah  meminta
korban empat nyawa manusia. Tiga diantaranya, manusiamanusia jujur dan teramat
lugu: percaya kebenaran akan melindungi mereka.Manusia satunya lagi, memang patut
mati sebagai penebus dosa. Ia termasuk anggota komplotan yang terpaksa harus
dilenyapkan dari peredaran, karena ia tahu terlalu banyak, dan pengetahuannya itu
mendorong dirinya untuk mulai bertingkah.Apa yang membuat chucky  selain puas
juga gempar sendiri, adalah apa yang ia peroleh di luar target semula dibalik
semuanya itu. yaitu  adanya perkawinan antar keluarga yang lebih bersifat bisnis,
bahkan bertendensi politik. chucky  mengantongi beberapa pernyataan dibawah
sumpah yang dikuatkan sejumlah bukti otentik, bahwa salah seorang pengusaha itu
adalah bekas tokoh sebuah partai terlarang. Tokoh itu sudah  lama menghilang, dan
pernah dinyatakan sudah mati. Nyatanya, ia masih hidup, dan putera sulungnya bahkan
kini menikah dengan puteri tersayang seorang tokoh berpengaruh luas di kalangan
pemerintahan daerah setempat. 
    Ada petunjuk kuat: pernikahan itu dari pihak si wanita lesbian  bermotipkan bisnis.
Sedang dari pihak si lelaki bermotipkan peningkatan karier dibidang politik: puteri si
pengusaha, diamdiam sudah menanam pengaruh sebagai pengurus teras dalam sebuah
organisasi pemuda setempat. chucky  sempat melantunkan piala Adinegoro yang bakal
direnggutnya tahun ini, saat  pagi tadi ia pamit dan meninggalkan rumah koneksinya
di kantor Gubernur itu. Ia masih punya waktu sisa sekitar dua jam lebih untuk chekin
dibandara. Maka ia manfaatkan sisa waktu itu berkeliling dengan taksi carteran
melihatlihat kota, dan disana sini membeli beberapa souvenir kecil untuk
kerabatkerabat dekatnya di bandung .Lalu, bencana kecil itu pun terjadi.Ia baru saja
keluar dari sebuah toko, saat  seorang wanita tengah baya yang berjalan di
trotoir, tibatiba menjerit lengking: 
    "Aduh. Tasku. Tolooooong...!" 
    Seorang pemuda tampak berlari meninggalkan wanita itu. Arah larinya ke sebuah
sepeda motor yang ditunggangi seorang pemuda lain, yang berhenti dengan mesin
tetap hidup. Pemuda pertama, dengan tas rampasan ditangannya harus melewati
chucky  untuk sampai ke sepeda motor dimaksud. Refleks menggerakkan kaki kanan
chucky , dan membuat pemuda itu terhuyung, limbung. Tas wanita lesbian  ditangannya
terlepas. Jatuh di trotoir. Sayangnya, si pemuda tidak ikut terjatuh. Cepat sekali ia
sudah tegak. Dan chucky  yang coba mendekati untuk meringkusnya, tahutahu sudah
berhadapan dengan sebilah pisau komando.chucky  masih sempat mengelak, namun tak
urung lengan bajunya robek. Terdengar teriakanteriakan disekeliling. Lalu dalam
tempo sekejap, pemuda itu bersama pemuda temannya, sudah kabur dengan sepeda
motor mereka.chucky  tidak menunggu datangnya ucapan terimakasih atau pernyataan
simpati. Waktu chekin sudah mendekat. Maka ia langsung saja menyelinap masuk
kedalam taksi dan setengah membentak supir: 
    "Jangan hanya melongo saja. Ke Bandara, cepat!" 
    Bencana berikutnya tidak terlalu mendebarkan.namun  betapa sangat
menjengkelkan.Jadwal penerbangannya ditunda. Pesawat satusatunya yang berangkat
hari itu ke bandung  dijejali tamutamu penting dari luar negeri. Hanya seorang dua
penumpang murni yang beruntung terangkut. Karena chucky  chekin ia pada
detikdetik terakhir, ia sudah didahului penumpangpenumpang lain yang sama marah
dan sama kecewa seperti dirinya. Dua penerbangan hari berikutnya penuh sudah, dan jadwal untuk chucky  hanya mungkin pada hari ketiga.Dua hari menunggu di kampung
orang.Dengan tas penuh berisi dinamit yang dapat dipastikan akan membuat beberapa
orang setempat akan meledak. 
    Hancur berkepingkeping! 
    Benar, sumbu dinamit belum dinyalakan chucky . Belum semuanya ia alihkan
kemesin tik. Dan belum tentu dapat segera naik cetak,karena masih harus melalui
diskusi dan perdebatan panjang untuk menutup semua lobanglobang resiko yang
dipastikan bakal muncul.Untuk selama beberapa hari mendatang orangorang itu
masih tetap aman tenteram. Yang tidak aman dan sedikit pun tidak merasa tenteram,
adalah orang yang menyimpan dinamit. Mungkin saja ada yang sudah buka mulut. lalu
desasdesus mulai menebar. Bahkan siapa tahu, jejak chucky  sudah mulai dibaui
anjing pemburu.chucky  berpikir cepat.Ia tidak membooking penerbangan untuknya di
hari ketiga. Bahkan tak lupa ia tinggalkan pesan pada petugas yang mencatat
bookingnya, agar jika terjadi lagi perubahan jadwal supaya chucky  ditelepon kehotel
tempatnya menginap. Lalu ia menyebut nama hotel sampai ke nomor kamar yang ia
tempati malam tadi.Dari bandara, ia naik taksi yang lain dan minta diantarkan ke
sebuah pasar swalayan terdekat. Turun didepan sebuah pasar swalayan, chucky  tidak
segera masuk. Ia tunggu sampai taksi itu berlalu cukup jauh,dan lalu  menggapai
kearah sebuah becak bermesin, yang lalu  membawanya ke pangkalan sebuah
perusahaan bis antar pulau.chucky  beruntung.Ia tiba hanya beberapa menit sebelum
bis berangkat.Ada seorang penumpang yang batal berangkat, dan chucky  mengambil
alih kursi yang mestinya ditempati orang itu. Kursi yang bersebelahan dengan
supir.chucky  mengagumi keterampilan supirsupir bis antarkota disepanjang pulau
Jawa. Ia dengar, supirsupir bis antarpulau lebih hebat lagi. Siapa nyana ia beruntung
dapat membuktikannya hari ini. Meski harus mengorbankan sekian ratus ribu rupiah
dengan siasia,karena tidak memanfaatkan tiket pesawat yang masih dikantonginya.namun , astaga! 
  Apakah pengorbanan itu perlu? 
    Apakah tindakan berjagajaga dan kewaspadaannya tidak terlampau berlebihan? 
    Oh... oh! ia sudah terpengaruh oleh filmfilm spionase yang selama ini merupakan
pavorit chucky ! 
    Teringat semua itu, chucky  tertawa sendiri dan baru terjengah sewaktu supir
disebelahnya menoleh, lantas bertanya sopan: 
    "Ada yang lucu, Oom?" 
    "Ah. Nggak... Hanya..." 
    chucky  menggagap. 
    "Teringat seseorang, barangkali?" 
    "Ah. Ya. Ya..." 
    chucky  manggutmanggut. Terpojok.Supir bis itu tersenyum. 
    "Pasti orang yang menggelikan,ya?" 
    "Menggelikan, benar. Dan tololnya minta ampun!" 
    chucky  menyetujui. Berpikir sebentar. chucky  lalu  mulai membual. Tentang
seseorang dari negeri antah barantah..... 
    Dan, bencana ketiga benarbenar mengerikan! 
    Terjadinya di sekitar daerah Baturaja, menjelang tengah malam. chucky  yang
sempat terlelap, mendadak bangun karena ingin kencing. Tersuruksuruk ia sampai
juga kebagian belakang bis. Masuk ke toilet. Ia baru saja menutup pintu toilet saat  bis
itu terasa membelok tajam. Mungkin teramat tajam, sehingga tubuh chucky  meliuk
keras. Wajahnya pasti membentur kaca belakang bis, andai saja ia tidak keburu
merangkul dan berpegangan kuatkuat pada tiang penyangga yang tegak kokoh
disamping jamban. Namun toh punggung chucky  sempat terhempas dengan deras,
menghantam pintu toilet yang terkuak membuka dalam sesaat . Ada bunyi berderak
yang terdengar begitu hingarbingar.Seperti bunyi logam beradu logam. Juga
kayukayu,lantas kaca yang pecah berderai disana sini.Bis berhenti secara tibatiba.Persisnya dipaksa berhenti dengan suatu hentakan keras yang mengejutkan.
Masih tetap berpegangan ketiang penyangga dengan punggung setengah meliuk
menahan nyeri, mana mata sempat berkunangkunang pula... telinga chucky  lalu 
mendengar suarasuara lainnya. Suarasuara orang menjerit
merintih,berteriakteriak... 
    Dua jam berikutnya, barulah chucky  menyadari sepenuhnya apa yang sudah  terjadi.
Itupun, Sesudah  ambulans silih berganti datang lalu pergi dengan membawa tiga orang
yang meninggal sesaat  dan sekitar tujuh orang lainnya yang menderita luka
berat.chucky  bersama beberapa orang lainnya yang mengalami lukaluka ringan sudah 
selesai pula dirawat di sebuah posyandu setempat.saat  ia meninggalkan posyandu, ia
melihat jalanan yang tadinya sepi dan gelap gulita diramaikan kerumunan penduduk.
Sejumlah polisi dibantu beberapa sukarelawan sibuk mengatur lalu lintas yang
macet.Lampulampu sorot mobil polisi, dibantu lampulampu petromak menerangi bis
yang semula ditumpangi chucky . Bagian depan bis itu ringsek berat, bagian sisi
sebelah kiri nyaris terpapas habis. Bak belakang sebuah truk yang berciuman rapat
dengan kepala bis, boleh dibilang hancur berantakan.Menurut pembicaraan yang
ditangkap chucky  disana sini, konon truk itu mendadak mogok. Kernetnya baru saja
melompat turun untuk memasang ramburambu pemberitahuan, tahutahu saja sudah
muncul memasuki belokan yang tajam, dibalik belokan mana truk berhenti. Si kernet
yang malang. Kata orang, tubuhnya hancur tak tentu rupa. 
    "Jadi perkedel...!" bisik seseorang lirih, entah siapa.chucky  bergidik. Ngeri.Ia
bergidik lebih hebat lagi sewaktu dengan bantuan cahaya lampu sorot.... matanya
menangkap bagian depan sebelah dalam kepala bis. Salah satu pecahan besar kayu bak
belakang truk masih terhunjam di kap depan bis yang berlipatlipat mengerikan. Ujung
runcing kayu itu menerobos kedalam dan terus menembus sandaran sebuah
kursi.yaitu , kursi di sebelah supir.Kursi yang beberapa detik sebelum peristiwa naas itu
terjadi, ditinggalkan oleh chucky  karena desakan mendadak. Ingin kencing. 
    Sesaat , wajah chucky  yang masih pucat, kini bertambah pucat. Desakan itu pun
datang kembali.Desakan untuk kencing.... 
    Kesempatan untuk itu diperoleh chucky  setengah jam lalu . Di kantor Polisi
setempat, diselasela pemeriksaan darurat oleh para petugas pada para penumpang
yang selamat untuk dimintai keterangan atau kesaksiannya Sebelum diperiksa, chucky 
minta diberi kesempatan pergi ke kamar kecil. Selesai pemeriksaan, chucky  masih
memerlukan sekali lagi kembali menyelinap masuk jamban kantor polisi.Baru Sesudah 
menemukan tas dan ranselnya diantara tumpukan barangbarang penumpang yang
dipindahkan dan disimpan disalah satu ruangan, keterkejutan dan ketegangan chucky 
agak mereda. Ranselnya robek.namun  tasnya masih tetap utuh, terkunci. Tak ada
tandatanda kerusakan akibat benturan bis dengan truk. Hasil perjuangan kerasnya
selama satu bulan lebih, jelas tidak terganggu.chucky  lalu  rebah di lantai
ruangan itu. Berbantalkan ransel pakaian dan memeluk erat tas yang seakan menyatu
dengan dadanya. Ia terpaksa harus menunggu sampai pagi berikutnya tiba dan ada bis
lain yang masih mungkin menampung penumpang tambahan. Sementara itu, lebih baik
mata dipejamkan.Barangkali dengan tidur barang sejenak.... 
    Kelopak mata chucky  terbuka lagi. Malas. Terasa ada sesuatu yang mengganggu.
Rupanya, salah satu bagian tas sedikit menyembul keras, menekan dadanya. 
    Ah. Itu pastilah kamera miliknya. Jika tidak salah ingat, rol film negatif di dalam
kamera itu belum terpakai seluruhnya.Diluar sana, ada peristiwa menarik untuk
diabadikan,dan chucky  membalikkan tas dalam pelukannya.Setiap orang, siapa dan
kapan pun juga, suatu saat  perlu beristirahat. Dan chucky  begitu lelah. Ia pun masih
terkejut. Kelelahan dan kejutan itu perlahanlahan mengaburkan kesadaran chucky . Ia
tertidur juga.Tidur, yang jelas tidak pulas. Karena sesekali chucky  tampak menggeliat.
Resah. Sesekali matanya setengah terbuka, menerawang terjaga, lantas terpejam
lagi.Mendengkur sebentar, lantas dengkuran chucky  berubah jadi erangan
gelisah.Barangkali, dalam tidur chucky  ada yang usil membisikkan, bahwa bencanabencana yang dialami sepanjang hari dan malam itu, belum apaapa. Itu semua tak lebih dari pemulaan. Hanya sebuah overtur belaka, pembukaan sebuah
opera, sebelum memasuki opera sesungguhnya. Sebuah opera maut. Dimana kejadian
sebetulnya , justru berlangsung diatas panggung. Menimpa diri para pelakunya.
Dengan chucky  sebagai pemeran utama.Entah benar entah tidak. Yang pasti, dalam
tidur chucky , bayangan sang resi mandala  melintas tanpa kata.chucky 
menggapai.lalu  merintih. Rintihan resah. 
    Dan, takut... 
     Sekitar pukul dua dinihari, Dokter aidit  menutupkan pelan pintu kamar tidur
dibelakangnya. Sesaat  ia didatangi serempak oleh tiga sosok tubuh.nyi girah ,pelayan
bertubuh montok, sehat. 
    "....dengan majikannya yang begitu lemah dan bertambah kurus akhirakhir ini!" 
    Dokter aidit  membathin, selagi ia mengawasi wajahnyi girah  yang sedang
menyembunyikan kegugupan. Sementara wajah nyoto  suaminyi girah ,tampak jelas
memperlihatkan kebingungan. namun  sikap supir pribadi yang merangkap pengurus
rumah itu, masih tetap waspada.Perhatian aidit  lebih tertarik pada wajah orang
ketiga. Bukan hanya karena wajah itu memperlihatkan intelektualitas tinggi pemiliknya,
melainkan terutama karena wajah dengan lekuk mata yang khas itu memancarkan
kekuatiran.Kearah wajah itulah Dokter aidit  menggumamkan kata: 
    "Tak ada yang perlu dicemaskan. Ia hanya shock.....!" 
   nyi girah  mendesahkan sesuatu yang tak jelas. nyoto un menarik nafas lega. Sementara
si pemilik mata yang khas tadi, tetap saja dengan reaksi yang sama: kuatir.aidit 
tersenyum lembut padanya. 
    "Punya waktu untuk ngobrol barang semenit dua, slendrina ?" 
    "Dengan senang hati, " wanita  lesbian  itu menjawab dengan suara mengambang. Tanpa
menunggu, ia langsung melangkahkan kakinya kearah sebuah kursi di ruang tengah
yang luas dan megah dengan perabotannya yang serba wah. Dokter aidit  bermaksud
mengikuti,namun  keburu teringat sesuatu. Ia mengawasi kedua orang lainnya yang
sudah akan beranjak ke koridor yang menuju bagian belakang rumah. 
    "Sebentar!" 
    aidit  menahan mereka. Suami isteri itu berdiri menunggu. 
    "Kuharap aku hanya salah dengar saja." 
    Dokter itu mendesah lembut. 
    "Tadi, salah seorang dari kalian meributkan sebilah pisau..." 
    "Pencacah daging!" 
   nyi girah  berujar cepat. Wajahnya memerah karena semangat tinggi. 
    "Bayangkan, Tuan Dokter. Pisau pencacah daging! Sungguh mengerikan jika sampai
terjadi." 
    nyoto , suaminya tampak tak senang.aidit  segera menembak: 
    "Apa yang kau perkirakan akan terjadi. girah? Nyonyamu bermaksud bunuh diri?" 
    "Bunuh diri? Astaga, Tuan Dokter. Jika saja Tuan tahu." 
    Deheman nyoto  menghentikan ucapannyi girah  yang semakin bersemangat itu. 
    "Tuan Dokter pasti haus.Pergilah ambil minuman, girah !" 
    "namun ...." 
   nyi girah  mencoba bertahan. 
    "Kopi atau teh, Tuan Dokter?" suaminya menyambar,sambil  melempar seulas
senyum sopan pada tamu mereka. 
    "Teh saja." 
    "Nah, girah . Tunggu apa lagi?" 
    nyoto  mendeliki isterinya.Kecewa dan sakit hari,nyi girah  berlalu dari ruangan itu.
Baru Sesudah  menghilang di ujung koridor nyoto  berpaling lagi ke aidit , memandang
dengan tatap mata segan dan setengah menyesal. 
    "Maafkan isteri saya,Tuan Dokter..." ujarnya dengan suara direndahkan. 
    "Ia begitu keranjingan film horor. Sehingga saat  menemukan pisau pemotong
daging di kamar Tuan Muda, Ia lantas berpikir yang bukanbukan..." 
    aidit  mengangguk penuh pengertian. 
    "Kau bermaksud mengatakan, bukan Nyonyamu yang membawa pisau itu ke kamar
bobo ?" 
    nyoto  memerlukan tempo dua tiga detik untuk berpikir,sebelum lalu  ia
menjawab hatihati: 
    "Tuan pasti tahu banyak mengenai Tuan Muda...." 
    "Aku dokter keluarga, bukan?" 
    aidit  mengingatkan dengan senyuman manis. 
    "Nah. Jadi Tuan tentunya sependapat bahwa Tuan Muda suka berlaku nakal.
Terkadang, Tuan Muda malah...." 
    nyoto  berhenti. Bimbang.aidit  lantas membantu:     "Agak liar. Begitu?" 
    nyoto  tampak lega. Namun masih tetap bimbang.Sekali lagi aidit  menolongnya: 
    "Pernah selagi aku berkonsultasi dengan ibunya di tempat atau praktek,bobo 
diamdiam mengambil gunting bedah. Ia mempergunakannya untuk memotong
kuku....." 
    Mendengar itu, barulah nyoto  bisa tersenyum. Bicaranyapun lantas lebih lancar. 
    "Begitulah Tuan Muda, Tuan.Jika sifat badungnya bangkit, apa saja diambil. Apa
saja dibongkar. Beberapa kali, saat  saya tengah memperbaiki mesin mobil, saya
dibuat kalang kabut. Dan...." 
    aidit  memotong tak sabar, namun tetap dengan nada lembut: 
    "Anak seusia bobo  terkadang memang suka menjengkelkan. namun , bagaimana
dengan pisau yang tadi diributkan istrimu?" 
    "Itulah, Tuan. Menurut saya, tentulah Tuan Muda yang mengambilnya dari dapur.
Pernah, isteri saya meributkan setumpuk sendok dan garpu, yang baru dua hari
lalu  kami temukan berserakan di kolong ranjang Tuan Muda. Di situ juga ada
beberapa buah kaleng bekas. Tuan Muda hilang, ia mau minta band.Di lain saat ..." 
    aidit  mengerling kearah lain. 
    "Ah. Minumanku sudah datang!" 
   nyi girah  memang sudah muncul lagi. Menating baki dengan cangkir teh diatasnya,
lengkap dengan pocipoci kecil yang tentunya berisi gula dan susu.aidit  menyambar
cangkir itu dengan cepat. 
    "Cukup teh saja girah . Terima kasih." 
    Lalu aidit  meninggalkan suami isteri yang mendadak tampak saling tidak menyukai
itu. aidit  terus saja berjalan ke kursi yang berhadapan dengan kursi lain,dimana
slendrina  sudah duduk menunggu. 
    "Rasanya kurang pantas jika aku minum sendirian..." 
    "Rilek sajalah, Pak Dokter..." 
    slendrina  menyahuti. 
    "Eh, yang harus rilek itu aku atau siapa, slendrina ?" 
    "Kau menguatirkan cuaca yang dingin menghunjam ini, ya?" 
      Dan di perjalanan menuju ke kamar tidur mereka,suami isteri pelayan itu saling tak
mau melihat satu sama lain. Konon pula untuk bertegur sapa.nyi girah  menyimpang
sebentar ke dapur, menyimpan baki dan pocipoci yang tidak disentuh oleh tamu mereka tadi. nyoto  menunggu di luar pintu. namun  isterinya justru malah purapura
sibuk di dapur.Tak sabar, nyoto  masuk ke dapur.Tangan isterinya direnggut.nyi girah 
dipaksa menengadah. 
    "Lihat padaku, girah !" 
   nyi girah  ingin memprotes, namun tak jadi, karena ia melihat sinar mengancam
dibalik sepasang mata suaminya. Bobot tubuh nyoto  yang jangkung kurus itu,barangkali
tidak sampai setengah dari bobot tubuhnyi girah , namun sang isteri tahu betul siapa
suaminya.Belum sampai dua bulan lewat, tiga orang pemuda berandalan cobacoba
mengutakatik pintu mobil majikan mereka yang diparkir di halaman depan. Salah
seorang diantaranya bersenjatakan pisau. nyoto  memergoki mereka. Dan saat  polisi
yang dipanggil penelepon datang ke rumah itu, ketiga pemuda berandalan tadi sudah
bergeletakan. Yang satu masih belum siuman dari pingsannya. Dua yang lain terikat
tali tambang dengan punggung keduanya saling beradu. Yang seorang kakinya patah,
satunya lagi wajahnya babakbelur.Suami yang bertampang 'tak ada apaapanya' itu
kini mendesis marah dengan wajah merah padam. 
    "Kau tahu apa akibatnya jika kau salah omong, girah !!" 
    Sebelum isterinya sempat membuka mulut, nyoto  sudah menjawab sendiri: 
    "Kau pasti kehilangan pekerjaan.Bukan itu saja. Kita juga akan kehilangan seorang
majikan yang selama ini begitu baik pada kita. Tanpa kemurahan hatinya, kita belum
tentu punya tempat menetap senyaman yang ada di rumah ini. Kita pun belum tentu
dapat menabung....." 
    "namun , Kang. Lenganku....." 
   nyi girah  meringis. Sakit.nyoto  tersadar, dan buruburu melepaskan cengkraman
jarijemarinya yang menjepit lengan sang isteri tak ubahnya jepitan batangbatang
besi.nyi girah   mengeluh setengah menangis: 
    "Mudahmudahan tidak patah...." dan untuk meyakinkan, ia rabaraba lengannya
yang masih sakit. Lengan itu lalu  digerakgerakkan. Tampaknya tidak ada yang cidera. 
    "Ah. Syukurlah!" 
   nyi girah  menarik napas lega. 
    "namun ,Kang..." 
    "Apa lagi?!" 
    nyoto  masih marah, namun kini lebih terkendali. 
    "Pisau itu. Pasti Nyonya yang..." 
    "Aku tahu!" 
    "Dan beberapa malam yang lalu. Aku pergoki Nyonya menjatuhkan bantal ke wajah
Tuan Muda yang sedang tidur nyenyak......" 
    nyoto  menghela nafas panjang. 
    "Sudah. Sudah.Lupakan saja!" 
    "Lalu. Nyonya.....?" 
    "Percayakan saja pada dokter." 
    "Bukan itu yang kumaksud, Kang..." 
    "Ya. Ya. Aku pun tahu apa maksudmu. namun  perlukah kau kuingatkan lagi, girah ?
Kita sebaiknya membantu Nyonya. Bukan menambah kesulitannya. Kita ini tahu apa
sih? Kita hanya orang kecil. Orang bodoh. Dokter lebih pintar. Lebih tahu
mengatasinya. Begitu pula Non slendrina ....." 
    "Hem. Andai saja Oom chucky  ada disini....." 
   nyi girah  berkata mengharap. Setengah melamun.     "Kau merindukan dia, eh?" 
    "Idiiiiih, Akang ini. Yang enggakenggak saja!" 
   nyi girah  cemberut. 
    "Aku cuma berpikir hanya Oom chucky  yang begitu dekat dengan majikan kita.
Sayangnya,Oom chucky  sudah lama tidak menampakkan batang hidung. Yang aneh,
Nyonya sudah lebih satu bulan ini tidak pernah menyinggungnyinggung soal Oom
chucky ..." 
    "Itu bukan urusan kita." dengus nyoto , sambil memegang tangan istrinya. Kini
dengan lembut. Selembut katakata yang keluar dari mulutnya: 
    "Ayo kita ke kamar, ah!" 
    "Sesudah  apa yang terjadi, mana aku bisa tidur, Kang?" 
   nyi girah  mendesah lirih. Namun sambil menuruti langkah suaminya berjalan menuju
kamar tidur mereka yang terletak disamping kiri halaman belakang rumah induk. 
    "Siapa bilang kita akan tidur?" 
   nyi girah  sempat heran mendengar ucapan suaminya.Baru Sesudah  mereka masuk ke
kamar dan pintu ditutupkan, keheranannya hilang. nyoto  langsung menyeretnyi girah  ke
tempat tidur. Terus buka celana. 
    "Apaapaan si Akang ini...?" 
   nyi girah  ternganga.Lantas lalu  tertawa. 
    "Hem. Hem. Pasti karena tadi Akang sempat menyentuh dada majikan kita. Pasti
Akang sempat meremas, dan....." 
    "Diamlah!" 
    nyoto  menggerutu sambil menaiki tubuh isterinya.     "Dan buka bajumu segera. Atau perlu aku robekrobek?" 
    "Sabar, Kang. Sabar, dong..." 
    lalu nyi girah  cekikikan. 
        "......... itulah semuanya yang kuketahui dan kudengar,Pak!" 
    slendrina  mengakhiri ceritanya dengan suara lelah. 
    "Dan, aku benarbenar mencemaskan anna michele. Lebihlebih Sesudah  apa yang terjadi
dan kusaksikan sendiri barusan tadi!" 
    aidit  merenung. Lama.lalu : 
    "Apakah saat  nyoto  muncul, anna michele masih tetap dalam keadaan telanjang bulat?" 
    slendrina  menjawab antara sadar dan tidak: 
    "....saat  aku mendengar jeritan anna michele, aku sedang belajar di kamarku, Pak aidit .
Aku masih mengenakan pakaian rumah. Berlapiskan selimut, karena tak tahan pada
cuaca dingin membeku. Bagusnya aku tak melemparkan selimut itu sewaktu aku
berlarilari ke ruangan ini.anna michele kutemukan disini..." telunjuk jari slendrina  mengarah ke
lantai dekat kakinya. 
    "Dengan selimutku itulah tubuh telanjangnya sempat kututupi, sebelum nyoto  dan
isterinya muncul. nyoto  yang membopong anna michele ke kamar. Sementara aku pergi ke
telepon,dan....." 
    slendrina  berhenti tibatiba.Lekuk matanya yang khas, menarik tajam. Lantas
mendesah, heran: 
    "Aku percaya, Anda tidak sematamata ingin mempercakapkan tetekbengek belaka,
Pak aidit !" 
    Dokter itu memaksakan senyum di bibir. Namun toh tidak menghilangkan
kemurungan yang terpateri diwajahnya. Ucapan yang keluar dari bibirnya pun bernada
murung: 
    ".... ah. Aku hanya sekedar ingin mengendurkan urat syaraf saja!" ia lantas
tertawa.Parau. 
    "Tak baik jika terlalu tegang, bukan?" 
    "Dan?" 
    slendrina  menuntut. Tidak terlalu memaksa.aidit  menghela nafas. Berat. 
    "Kamar yang katanya berantakan, bukan bidangku..." ia bergumam, prihatin. 
    "Apalagi dalam kenyataan, kamar itu masih tetap seperti keadaan semula. Tidak ada
yang berubah. Tidak ada beruang melompatlompat berang, anjing yang menggeram,
kereta api yang menderuderu....." 
    "Plus, sepasukan tentara bersenjatakan bayonet!" 
    slendrina  menambahkan. Terngat pada igauan anna michele sewaktu anna michele sempat siuman
sebentar, merontaronta seperti orang kesurupan, lalu pingsan lagi, sampai akhirnya
Dokter aidit  datang memenuhi panggilan telepon slendrina . 
    "Bonekaboneka mati. Tak berjiwa....!" 
    Wajah aidit  terangkat. Menegun.Diamatinya wajah slendrina  sambil  diamdiam
mencerna apa yang barusan diucapkan wanita  lesbian  itu. Bukan gaya hiperbolisnya, melainkan
katakarta itu sendiri, 
    "Kau mengingatkan aku. Untuk mengutarakan apa yang seharusnya kautarakan....." 
    slendrina  diam. Menunggu.Namun meski ia diam, Dokter aidit  menyadari bahwa
slendrina  sebetulnya  sudah tahu. 
    "Ahli jiwa!" 
    aidit  mendesah. 
    "Itulah yang harihari ini akan sangat dibutuhkan oleh sahabatmu, slendrina ....." 
    Kelopak mata slendrina  memejam.Ia sudah menduga. Namun toh, ia sempat terpukul
juga.aidit  tidak tega melihatnya. Pelanpelan aidit  berdiri. Bunyi kursi bergeser,
sesaat  membuka mata slendrina . aidit  memaksakan seulas senyuman menghibur. 
    "Lebih baik memanfaatkan waktu yang masih tersisa, bukan?" ia berkata. 
    "Sudah waktunya aku pulang ke rumah. Sambil mengingatingat, psikiater mana
yang paling pas untuk anna michele. Kuharap, kau bersedia membantu." 
    slendrina  membelalak: 
    "Aku?" 
    "Dunia kedokteran adalah bidangku, " aidit  menyeringai lebar. Semangatnya kini
kembali. 
    "Bantuan yang kuperlukan darimu adalah mendekati sahabatmu. Ingat jangan terlalu
tergesa. Kau tahu, bagian terbesar bangsa kita masih saja mencakmencak jika
padanya kita beritahu, ia harus pergi menemani seorang dokter jiwa."  
    "Akan kupikirkan, Pak aidit ." 
    slendrina  balas menyeringai. 
    "namun  tularilah aku barang sedikit semangat Anda ini!" 
    slendrina  mengantar tamunya ke pintu depan. 
    "Oh ya..." dengus aidit  sewaktu mereka berjabat tangan untuk berpisah. 
    "Aku baru sekali dua saja bertemu denganmu. Dan nyaris kita tidak punya
kesempatan berbintangbincang seperti sekarang ini....." 
    "Dunia sudah semakin sibuk, barangkali, " ujar slendrina .Diakhiri dengan tertawa
lunak dan enak didengar. 
    "Agaknya Anda ingin mengutarakan sesuatu. Tentang cinta, mungkin?" 
    Diledek begitu, mau tak mau aidit  pun tertawa. 
    "Mungkin itu, jika saat pertama kali aku bertemu denganmu, usiaku lebih muda 20
tahun...!" ia mengamati sejenak, lurus ke mata slendrina . 
    "namun  terusterang, aku memang tertarik pada lekuk matamu yang khas...." 
    "Oh oh. Jantungku mendadak berdebar..." 
    "Berhentilah menggoda orangtua ini, slendrina !" 
    aidit  berusaha keras menahan tertawanya yang siap meledak. Suaranya lalu 
berubah jadi gumaman bingung. 
    "slendrina . Tidak dengan tulang pipi menonjol.Kulit putih kekuningan pula...." 
    "Aduh...!" 
    slendrina  mengerling nakal. 
    "Ayo, terus. Terus!" 
    "Biar kuakhiri saja. Namamu memang slendrina . Namun,sedikit pun aku tidak mau
percaya ditubuhmu mengalir darah orang Batak..." 
    slendrina  tercengang.Andaikata ia ada ditempat lain, dalam situasi yang berbeda,
mungkin tawanya sudah pecah berderaiderai.Susah payah ia berusaha bersikap
setakzim mungkin,sewaktu ia menjelaskan: 
    "Ibu saya orang Solo. Tulen.Tentu saja bukan dia yang memberiku nama
slendrina .Namaku pemberian Ayah. Sayangnya aku tak pernah ingin bertanya, mengapa?
Jadi aku cuma mengirangira saja. Ayah ingin mengambil nama yang mirip namanama
orang di daerah asalnya. Sebuah dusun kecil di wilayah manila , philipina..." 
    Mulut aidit  terbuka untuk mengucapkan sesuatu.namun  slendrina  sudah mendahului: 
    "Pantas!" 
    "Sialan!" 
    aidit  memaki. Dalam sekejap ia sudah menghilang didalam mobil miliknya yang
diparkir didepan teras. Disana, barulah tawanya lepas.Meledakledak. Gembira. 
    slendrina  menyeringai. Sama gembiranya. lalu  mereka saling melambai, Sesudah 
mana mobil dokter keluarga itu berlalu di jalanan yang sudah mulai terangterang
ayam.slendrina  lalu  menutup pintu.Sewaktu akan kembali ke kamarnya, secara tidak
sengaja ekor mata slendrina  menangkap bayangan daun pintu kamar anna michele yang tertutup.
Sesaat slendrina  tertegun. Bayangan sahabatnya yang terbaring sakit dibalik pintu itu,
membuat kegembiraan slendrina  terenggut hilang.Kesunyian yang merayapi ruangan di
mana ia berdiri, mendadak dipecahkan oleh bunyi berdentang. Hanya satu kali. Dan
dentangnya tidak terlalu keras. slendrina  menoleh ke jam dinding di tembok. Jarum jam
menunjukkan pukul setengah lima pagi.slendrina  tidak jadi masuk ke kamar.Ia
mengalihkan langkah ke kamar mandi. Untuk mengambil air wudhu. sambil  di hati
diamdiam memanjatkan do'a: 
    "Ampunilah dosadosa hambaMu yang malang ini, ya Allah. Terutama dosadosa
sahabatku....." 
    Do'a slendrina  disambut muadzin mengumandangkan adzan shubuh dari masjid
terdekat. Menggapaigapai.Sayupsayup sampai. 
        Konon, seseorang yang pulas karena pengaruh obat penenang, tidak akan
tergangggu sedikit pun, walau misalnya, atap rumahnya berdetak ribut lalu runtuh
menimpa tempat di mana ia tidur. Jika memang benardemikian, maka anna michele harus
dikecualikan.Getaran lembut, sudah  membangunkan anna michele.Getaran itu terasa di
permukaan dadanya. Mulamula anna michele hanya membuka kelopak mata. Ia belum terjaga
sepenuhnya. namun  kesadarannya muncul setahap demi setahap. Matanya membuka
lebih lebar. Mengawasi lelangit diatasnya.lalu  ia bangkit. Duduk di tempat tidur.
Ganti mengawasi sekelilingnya, saperti ingin mengenali setiap benda yang terlihat oleh
matanya, sampai ia yakin betul bahwa ia berada di kamar tidurnya sendiri.Sejenak, ia
mengingatingat. Membayangkan sesosok tubuh besar dengan wajah berbulu, dan
taringtaringyang mencuat dari sudutsudut bibir tebal kehitamhitaman. Lalu gema
raung beruang, geramam buas seekor anjing, kereta api yang menderuderu....
semuanya dengan penuh kemarahan. lalu  terasa ia bagai terbang menjauh, lalu
terhempas, entah dimana.Apakah semua itu hanyalah mimpi buruk belaka,atau.... 
    Getaran itu terasa lagi.Lebih keras dari tadi.Tangan kanan anna michele terangkat
perlahanlahan, menggapai kearah dada. Tersentuhlah oleh jari jemarinya liontin
bertatahkan berlian, pada kalung yang melingkari lehernya. Dengan kelopak mata tak
sekalipun berkedip, induk jati tangan kanan anna michele menekan lambang di bagian tengah
liontin dengan gerakan mengusap. Usapan yang teratur, sekali ke kiri, sekali kekanan,
sekali keatas, terakhir kali ke bawah, lalu berhenti.Perlahanlahan getaran tadi pun
berhenti pula.anna michele masih tetap dalam posisi duduk.Diam
membelai.Menunggu.Perlahan namun  pasti, dalam kamar tidur yang semula sunyi
senyap, terdengarlah bunyi semilir angin. Lembut saja. anna michele lantas terpesona. Hawa
yang tadinya dingin menusuk, dalam sesaat  berubah hangat, membelai,seperti ingin
melindungi. Disusul terdengarnya suara seseorang yang seakan datang dari kejauhan.
Suara orang itu menimbulkan pengaruh yang sama: hangat,membelai, ingin
melindungi. 
    ".... ada apa, Anakku?" 
    Mulut anna michele membuka. Bergetar. 
    "Aku.... gagal lagi..." 
    "Hemm...." 
    Sepi menyentak sebentar, lalu: 
    "Dia memang terlalu kuat untukmu!" 
    Bibir anna michele semakin bergetar. Kecemasan membayang di pelupuk matanya. 
    "Apakah aku... masih diterima sebagai... anggota keluarga?" 
    "Anakku terkasih. Kau masih tetap punya kesempatan." 
    "'namun ....." 
    "Tidak usah cemas. Bukankah aku ada untuk membantu? Waktunya akan tiba...
segera, namun begitu... perlu kuingatkan sekali lagi. Jangan biarkan ia mendatangimu,
lalu menguasaimu. Sekarang tidurlah kembali. Aku akan membelaimu... memberimu
mimpimimpi indah...sampai kau terpuaskan kau akan menikmati sepenuhnya dan..." 
    Dan, sementara suara itu masih terus berbicara dengan penuh kasih serta cinta,
anna michele merebahkan diri.Terkulai pasrah, setengah menanti.Angin semilir di kamar tidur
anna michele, berputarputar sebentar, mengitari ranjang, lalu belaiannya mengarah
perlahanlahan ke bagianbagian yang sensitip disekujur tubuh anna michele.anna michele mulai
bernafas terengahengah. Ia menggelinjang, terus menggelinjang, sampai suatu saat 
tubuhnya terangkat melengkung dalam getaran yang hebat.Saat berikutnya, tubuh
anna michele menggelepar.Ia menjerit pelan. Diakhiri oleh suara merintih tersengalsengal,
tubuh anna michele lalu  terhempas ditempat tidur. Diam tak bergerakgerak. Kelopak
mata anna michele perlahanlahan mengatup.Ia lalu  tertidur.Dengan bibir mengurai
senyuman puas dan bahagia tiada terperi. Tak lama Sesudah  itu, lidah matahari
menggapai dari ventilasi jendela, masuk ke kamar. Dan perlahanlahan menjilati wajah anna michele. Membuat tidur anna michele semakin pulas saja. 
    Lidah matahari yang sama menerobos masuk ke kamar mandi sebuah rumah makan
di sekitar daerah Baturaja.chucky  berfoyafoya dengan air yang melimpah didalam bak
mandi. Nyeri di punggung lenyap sudah.saat  ia mengeringkan tubuh dengan sehelai
handuk,perasaannya begitu segar, tubuh pun teramat bugar.chucky  lalu  menyisir
rambut di depan cermin yang digantungkan pada dinding bambu kamar mandi.Kaca
cermin itu tinggal sepotong,bekas pecah. namun  dengan mundur dua langkah,muncul
jugalah seraut wajah pada cermin yang tidak karuan itu. Wajah siapa lagi jika bukan
wajah anak ibunda yang tampan. Dengan sinar mata tajam walau masih menampakkan
sisasisa kelelahan, hidung yang kokoh, mulut yang sedikit kaku, dagu yang keras
dengan lekukan samar ditengahtengah, lalu  leher dan...chucky  pun mengerjap.
Terperanjat. 
    "Ya, ampun! Apa yang sudah  kulakukan?!" 
    Tibatiba ia merasa dirinya tak ubahnya seorang perempuan. Dan wanita lesbian  itulah
yang shubuh tadi bersujud menghadap Tuhan, dengan seuntai kalung melingkari
leher. Lebih celaka lagi, liontin di ujung kalung, itu menggambarkan sebuah lambang
dengan wujud menjijikkan: 
    ular berkepala ganda! 
    "Memalukan!" 
    chucky  menyesali dirinya. 
    "Punya orang lagi!" 
    Dengan hatihati, kalung ditanggalkan chucky  dari lehernya. Ia bertukar salin.
Pakaian kotor ia masukkan ke sebuah kantong plastik. Handuk dan perlengkapan mandi
di kantung plastik yang lain. Lalu dengan kalung tadi tergenggam di telapak tangan, ia
berjalan masuk kedalam rumah makan, menuju sebuah meja di atas mana tas beserta
ranselnya ia tinggalkan: sepenuhnya yakin pada apa yang tertulis pada plakat di atas
pintu masuk sebelah dalam dari rumah makan itu: 
    "kenyamanan dan kepercayaan adalah motto kami". 
    apalagi di atas plakat itu ada pula plakat lain yang berbunyi: 
    "jangan lupa.mulailah dengan blsmlllaah........"
    chucky  menyimpan kalung itu kedalam tas kopernya.lalu  memesan sarapan
pagi. Satu jam lalu ,sebuah bis antar pulau memasuki halaman parkir rumah
makan. Bis Patas, dan tampaknya belum begitu lama keluar dari pabrik. Beberapa
penumpang yang sebelumnya seperjalanan dengan chucky , pada menghambur
mendatangi bis bahkan sebelum pintupintunya dibuka. Dua diantaranya tampak
berbenturan sikut. Keduanya pun bertengkar. Seorang petugas jaga rumah makan
berjalan tenangtenang kepintu depan sebelah kanan bis. Berbicara dengan supir yang
tengah bersiapsiap untuk turun. Sebelum chucky  tadi pergi ke kamar mandi, ia sudah 
menghadiahi petugas jaga rumah makan itu sebungkus penuh rokok kretek, plus
selembar uang kertas ribuan. Selesai berbicara dengan supir bis, si petugas berjalan
santai memasuki rumah makan. Langsung mendekati meja dimana chucky  duduk
menanti sambil mencicipi secangkir kopi panas.Petugas itu tersenyum gembira. 
    "Beres. Oom bisa ikut dengan bis itu." 
    "Terima kasih!" 
    namun  si petugas tidak segera berlalu. chucky  sempat berpikir bahwa tip yang tadi ia
berikan barangkali masih kurang.chucky  sudah siap merogo saku, tatkala matanya
menangkap sinar mata di hadapannya. Apa yang dilihatnya jelasjelas bukan sinar
mata seorang pengemis pinggir jalan. namun  lebih mirip sinar mata seorang ahli
purbakala. Yang tibatiba menemukan sebuah benda kuno paling langka di dunia. 
    "Saya sudah  berulangkali melihatlihat bis yang sebelumnya Oom tumpangi..." 
    Orang itu berujar pelan dan penuh perasaan. 
    "Terutama kursi di sebelah supir.Dan... eh setiap kali saya tetap merinding!" 
    Terbayang dimata chucky  ujung runcing potongan kayu bak belakang truk yang
menembus kap depan bis dan lalu  menghunjam ke sandaran kursi dimaksud.
Tanpa tertahan, bulubulu romanya pada tegak berdiri. 
    "Begitu pula aku...." ia mengakui dengan jujur. 
    "Oom ini pastilah memiliki ilmu gaib. Ilmu penolak bala!" 
    chucky  tercengang. Lalu tertawa, sopan. 
    "Ah. Aku tak punya ilmu apaapa kok. Barangkali saja malaikat lagi berbaik hati.
Memaksaku pergi kamar kecil sebelum peristiwa naas itu terjadi." 
    Penjaga rumah makan itu ikut tertawa. Disusul doa yang tulus: 
    "Semoga Oom tetap dilindungi malaikat.Jangan lupa. Kursi nomor sembilan..." 
    chucky  kembali mengucapkan terima kasih.Sesudah  penjaga rumah makan itu berlalu
dari depannya, chucky  menyandar di kursinya dengan pikiran menerawang. Seingat
chucky , bukan sekali dua ia menghadapi ancaman bahaya. Terutama semenjak ia
menempuh karir di bidang jurnalistik. Akan namun ,bahayabahaya cuma terasakan,
namun belum pernah menampakkan muka. Berbeda halnya dengan apa yang dia alami
sepanjang hari dan malam kemarin. Bahaya itu bukan lagi mengancam. Bahaya itu
sudah langsung memperlihatkan kehadirannya. Tidak tanggungtanggung pula dalam
wujud bencana yang mengerikan! 
    Apakah ia hanya kebetulan saja sedang bernasib sial? 
    Dan ia selamat, hanya karena kebetulan ia sedang beruntung? 
    chucky  diamdiam berharap, semoga benar bahwa malaikat masih berbaik hati mau
melindunginya. Dengan kata lain, Tuhan masih tetap bersama chucky . chucky  patut
mensyukurinya. Akan namun  Tuhan juga tidak menghendaki umatNya duduk diam dan
pasrah begitu saja. Karena Tuhan sudah  mengaruniai umatNya otak untuk berpikir ,jiwa
untuk merasakan, dan naluri untuk berjagajaga.Naluri itulah yang kini menyeruak
pikiran dan perasaan chucky . Naluri yang membisikkan, bahwa bencana yang dia
alami bukanlah sekedar nasib sial belaka. Bencana itu, terutama dalam kecelakaan tadi
malam, bukan mustahil ada yang menggerakkan.Dengan maksud tertentu, dan sasaran
tertentu pula.Apa yang dimaksud memang tercapai. Hanya saja sasarannya yang
salah.Dan yang disasar adalah chucky . Melalui ujung pisau.Dan kayu
menghunjam.Teringat sampai di sini. chucky  bergidik seram. Untuk meredakan getaran nalurinya, chucky  mengangkat cangkir kopi didepannya. Didekatkan ke mulut.Dengan tangan gemetar.     Karena sang majikan belum juga bangun, tentu sajanyi girah  gelisah bukan main.
Padahal sekarang sudah tengah hari. Dan apa kata Dokter aidit  di telepon satu jam yang lalu? 
    "Tenang sajalah. Pada waktunya nanti, dia akan bangun sendiri!" 
    Mana bisanyi girah  tenang, jika ia hanya diperbolehkan melongok dari pintu. Di
larang masuk ke dalam, supaya majikannya tidak terganggu. 
    "Biarkan majikanmu beristirahat!" 
    Dokter aidit  mewantiwanti.Betul, majikannya perlu beristirahat. namun  apa
salahnyanyi girah  masuk kedalam. Ia akan mendekati tempat tidur, tanpa menimbulkan
suara. Hanya untuk memastikan majikannya masih bernafas. Coba, andaikata majikan
nyi girah   mendadak dapat serangan jantung, berusaha bangun, berusaha
memanggilmanggil seseorang untuk dimintai pertolongannya.namun  tidak mampu. 
    Wah...! 
    Biarlah ia tunggu sebentar lagi. Mudahmudahan saja nantinya yang pergi menjemput ke sekolahan Tuan Muda, pulang segera. Mereka akan bertukar
pikiran.Apakah perlu menghubungi dokter sekali lagi, atau tetap bersabar menunggu,
atau nekad memasuki kamar tidur majikan mereka.Keputusan yang diambilnya, sedikit
mengurangi kegelisahannyi girah .Namun toh ia sempat terkejut juga saat 
terdengar bunyi sesuatu di sebelah kirinya. Bunyi pintu berderit terbuka. Itupun lembut
saja. Untunglahnyi girah  tidak sampai menjatuhkan kaleng ditangannya. Serempak
nyi girah   berpaling. Serempak pula wajahnya tampak lega. 
    "Oh, Nyonya kiranya. Selamat siang..." ia menggagap.Memang benar, anna michelelah
yang muncul dihadapannyi girah . Dalam kimono tidur yang tadi malam dipasangkan
sendiri olehnyi girah  ke tubuh lembut namun semampai itu. Apa yang membedakan
adalah cara majikannya memandangi. Sepasang mata anna michele memang terbuka, namun
tidak tampak bercahaya. Cara berdiri anna michele tidak sesantai yang biasanya dilihat
nyi girah  . Begitu kaku. Seperti tidak ingin didekati oleh siapa pun juga.Karena tidak
juga ada sahutan dari bibir majikannya yang tetap mengatup rapat,nyi girah  berujar
lagi: 
    "Saya akan siapkan makan siang Nyonya, dan..." 
    Masih tanpa kata, anna michele memutar tubuh. Lantas berjalan ke koridor yang menuju
kebelakang rumah. Meninggalkan pelayannya begitu saja.nyi girah  jadi linglung
sendiri. 
    "Astaga... Ia seperti tidak mendengarkanku.Malah sepertinya... tidak mengenal siapa
aku..." 
   nyi girah  mengeluh. Dalam hati.Berdiri kebingungan,nyi girah  lalu 
menyimpulkan sendiri kelakuan sang majikan tentu dikarenakan majikannya itu belum
sembuh benar. Barangkali juga majikannya masih terlalu lemah. Tidak ingin
ngomong.Tidak ingin diganggu, seperti kata dokter. namun  mau apa dia pergi ke
belakang sana? 
   nyi girah  meletakkan kaleng penyemprot diatas meja ruang tengah. Lantas
segansegan ia mengikuti arah perginya sang majikan. Siapa tahu majikannya ingin
memasak sendiri hidangan makan siangnya.nyi girah  akan membantu diamdiam, dan...
    Kebingungannyi girah  pun kian menjadijadi.Tampak anna michele terus saja melewati
dapur. Melewati kamarkamar di halaman belakang. Turun ke jalan setapak di taman
bunga. Menuju ke kolam renang, disiang hari yang panasnya seterik hari ini, siapapun
juga orangnya pasti ingin mencebur ke kolam renang.Tempat ada. kesempatan pun
luang pula.Apa yang membuat kebingungannyi girah  menjadijadi selagi ia berdiri
mengawasi diambang pintu belakang adalah tingkah laku sang majikan.anna michele sudah 
tiba diinggir kolam renang. Tampak berdiri sejenak, seperti tidak tahu akan berbuat
apa.Lalu, begitu saja menanggalkan kimono. Padahal,anna michele tidak mengenakan
apaapa lagi dibalik kimonoitu! 
    Majikannyi girah  berdiri di sana. Berbugil ria. Seolah ingin mempertontonkan
keindahan tubuhnya. Baru beberapa saat berikutnya, nyebur ke kolam. Diambang pintu
belakang rumah,nyi girah  masih tetap bengong sendiri. Tembok halaman belakang
memang tingginya lebih dari dua meter. Diatasnya masih ada lagi pagar besi yang
kokoh dan rapat. Pemandangan dari luar memang hanya sampai sebatas bibir tembok
saja. namun  bagaimana dengan dua rumah lain di luar tembok.Rumah bertingkat yang
masingmasing mempunyai jendela yang mengarah ke halaman belakang ini? 
    Dengan wajah cemas,nyi girah  mangawasi jendela lantai atas rumah. Tuan Atmo
agak jauh di seberang sana. Syukurlah matahari siang mengarah langsung kejendela
itu. Kreinya diturunkan. Tampak rapat, namun  bukankah bisa disingkapkan untuk
mengintip keluar? 
    Sambil mengawasi jendela yang tertutup krei itu,nyi girah   berbisik mengancam: 
    "Awas Tuan Atmo.Ingatlah. Tuan sudah tiga kali naik haji!" 
   nyi girah  berpaling ke jendela satunya lagi disebelah kanan, jendela itu terbuka lebar.
Tak tampak orang didalam. Semoga saja Nyonya Vonny, janda yang saking cerewet
bahkan membuat anakanaknya sendiri tak betah diam di rumah itu, sedang tertidur
pulas. Atau sedang ribut mengomeli Mbok Ijah di lantai bawah.namun  mungkin saja
Nyonya Vonny yang sok alim dan suka menyalahkan itu akan.... 
    Kekuatirannyi girah  dihentakkan oleh deringan telepon.Ia melirik sekilas ke kolam
renang. Majikannya tampak baru saja menyelam.nyi girah  berlarilari ke ruang depan,
mengangkat telepon dengan nafas tersengalsengal. 
    "Ya? Hal..... looo...." 
    "Kau itu, girah ?" 
    Terdengar sapaan lunak seorang wanita lesbian . 
    "Oh
, Non slendrina . Ada apa?" 
    "anna michele sudah bangun?" 
    "Sudah. Malah sedang asyik berenang. Aduh. Non,saya..." 
    Ingin sekalinyi girah  memberitahu semuanya.Memberitahu bahwa majikannya baru
saja bangun.Lalu bertingkah anehaneh. Tidak terlihat lapar. Tidak bertanya kemana
semua orang, atau apakah ada pesan telepon untuknya. Pun apakah bobo  tidak
terlambat berangkat ke sekolah, atau... 
    slendrina  sudah mendahului, 
    "Ya, sudahlah. Biarkan saja dia bersenangsenang. Yang penting ia sudah
bangun.Dan karena ia lagi asyik di kolam renang, itu pertanda ia baikbaik saja. Oh ya,
nyi girah  . Aku cuma sebentar,ini. Aku masih harus mengikuti dua mata kuliah
lagi.Sesudah  itu masih ada responsi. Mungkin malam baru pulang. Tolong beritahu
anna michele, nanti aku akan pulang langsung ke tempatku kost saja. Jadi...." 
    "Aduh. Non. Pulangnya ke rumah ini saja, "
       nyi girah  menyela, dengan penuh harap. 
    "Enakan Non di sini.Semua tinggal minta dan ambil. Tak perlu membayar,dan...." 
    Helaan nafas diseberang sana telepon, menyadarkannyi girah . Wajahnya memucat.
Lebihlebih Sesudah  mendengar desahan tajam di corong telepon: 
    "Jangan kuatir. Lain kali aku akan membayar!" 
    "Ya ampun Non, Maaf. Saya tidak bermaksud....." 
    "Sampaikan salamku pada majikanmu!" 
    slendrina  berujar dingin dan jelas sekali telepon dihentakkan di seberangsana. Tinggal
bunyi dengingan panjang saja yang tersisa. Menyakitkan telinga.nyi girah   menjauhkan
gagang telepon dari telinganya.Lantas memandangi benda itu dengan wajah teramat
sangat menyesal. lalu  ngomong sendiri: 
        "Ya Tuhan. Kesalahan apa yang sudah  kuperbuat? Padahal...aku hanya bermaksud
mengatakan.... alangkah baiknya Non slendrina  pulang ke rumah ini... supaya ia saksikan
sendiri bagaimana tingkah laku Nyonya..." 
   nyi girah  menyimpan telepon dengan perasaan galau.Tanpa sengaja ia melihat keluar
jendela. Tampak mobil majikannya baru saja membelok masuk ke halaman depan
rumah. Rupanya Tuan Mudanya sudah pulang.Pasti Tuan Muda akan menanyakan
ibunya, dan... 
    Sesaat nyi girah  melupakan kekecewaannya.Ia bergegas ke teras. Bukan Tuan
mudanya yang ia cemaskan, melainkan nyoto , suaminya. Tidak akan pernah ia lupakan,
bagaimana malam tadi saat  suaminya membopong majikan mereka yang pingsan
kekamar tidur, wajah suaminya sesekali tampak memerah. Tentu saja. Karena dibalik
selimut yang ditutupkan sembarangan majikan mereka tidak memakai sehelai benang
pun juga. Secara tidak langsung, di kamar tidur mereka sendiri lalu  nyoto 
mengatakan bahwa ia sempat melihat dada telanjang majikan mereka. Apakah tangan
nyoto  lalu  meremas atau bagaimana, tidak akan membedakan apaapa.nyi girah  
tiba di dekat mobil, bersamaan dengan turunnya bobo  sambil menanggalkan ransel
sekolah dari punggungnya. Anak itu langsung menanyakan apa yang jelas
pertamatama diingatnya: 
    "Mama sudah bangun, Mbak?" 
    "Sudah, Tuan Muda, "
       nyi girah  mengambil alih ransel dari tangan bobo . 
    "Nanti Mbok antarkan Tuan Muda menemui beliau." 
    Dan pada suaminya yang sudah pula turun dari mobil,nyi girah  berujar kaku: 
    "Akang tetap di situ!" 
    nyoto  menoleh heran. 
    "Lho....?" 
    "Akang tetap di sini!" 
   nyi girah  mengulangi lebih tegas. 
    "Nyonya sedang tidak boleh didekati siapa pun juga!" 
    nyoto  sudah akan bertanya. bobo  ternyata lebih cepat: 
    "Memangnya Mama kenapa sih?" 
    Sumitah mengulas senyum manis pada anak majikannya. 
    "Tuan Muda sih bulehboleh saja. namun  nanti, Sesudah  ibu Tuan Muda selesai
berenang..." 
    "Kirain apa, Mbok. Iya deh!" 
    bobo  tertawa. Senang.Anak itu makin senang saja saat  melihat supir keluarganya
tampak menggarukgaruk kepala.Bingung. Jelas nyoto  sudah mendengar. namun 
majikannya berenang di kolam 'kan sudah biasa.Mengapa harus..... 
    "Hem!" 
    Akhirnya nyoto  mengeluh. 
    "Lantas, aku harus kerjakan apa di sini?" 
   nyi girah  nyerocos: 
    "Bersihin mobil, kek. Bersihin sampah, kek. Atau nyebor tanaman. Apa saja,
deh.Pokoknya tidak sampai Akang berkeliaran ke dalam rumah. Tunggu sampai aku
memberi lampu hijau!" 
    Tanpa menunggu protes dari suaminya,nyi girah  menarik tangan bobo . 
    "Mari, Tuan Muda. Haus pasti,ya?" 
    bobo  mengiringkan pelayan rumahnya masuk kedalam. 
    "bobo  rindu Mama." 
    "Tentu, " sahutnyi girah . 
    "Tuan Muda ganti pakaian dahulu  di kamar. Saya akan ambilkan Coca atau Tuan
Muda maunya Sprite?" 
    bobo  menatap. Bertanya pelan: 
    "Mama lagi bugil ya?" 
    "Ya, Tuan Muda. Maka itu..." 
    Sepasang mata bocah itu bersinarsinar. 
    "bobo  jadi pingin lihat!" 
    "Hei....." 
    "Apa salahnya, Mbok? Ibu bobo  sendiri ini!" 
    Anak itu bersikeras. 
    "Salah sih tidak. namun ..." 
    bobo  sudah pergi. Berlarilari kecil di koridor kehalaman belakang. Cepat sekali
bayangan anak itu sudah lenyap. Tinggal suaranya yang terdengar dihalaman
belakang, memanggilmanggil: 
    "Mama, Mama!bobo  datang, Mama, bobo  mau cium Mama.....!" 
   nyi girah  angkat tangan. Menyerah. 
    "Mau apalagi? Anak itu pun lakilaki juga!" 
    Teringat pada kaum lelaki,nyi girah  pergi ke ruang depan. Pintu mobil
ditutupkannya. Sewaktu hal itu dilakukannyi girah , suaminya yang sudah membuka kap
depan mobil, langsung saja membantingkan kap itu menutup kembali. Tinjunya
diacungkan ke arahnyi girah . 
    "Kunci sekalian!" 
    "Akang yang suruh!" 
   nyi girah  menjawab teriakan jengkel suaminya.Diputarnya anak
kunci.Berdetakdetak.Terus menghilang ke dapur. Untuk menyiapkan hidangan makan
siang. Tanpa mengetahui maksud baiknya menahan sang suami di luar sana, justru
merupakan suatu kesalahan besar yang lama Sesudah nya, akan terus ia sesali. 
    Saat suara bobo  menyentuh kendang telinganya,anna michele sedang menelentang di
permukaan kolam, dibagian yang paling dalam. Terapung, diam. Dan disaat bobo 
berkata memohon: 
    "Naik dong, Mama..." 
    Yang disusul pengulangan kalimat sebelumnya: 
    "bobo  mau cium Mama!" 
    saat  itulah, liontin pada kalung yang melingkari leher jenjang anna michele, bergetar
tibatiba. Tidak perlahan seperti biasa. Getaran itu kuat, langsung menyentak.Entah
tahu entah tidak anna michele, warna kuning emas pada lambang liontin itu sudah  berubah
menjadi hitam,semakin hitam, sampai lalu  tampak legam. Ada bias
kemerahmerahan memancar dari dua titik kecil,mungkin tak lebih besar dari dua titik
debu. yaitu  dimasingmasing kepala ganda lambang ular pada liontin tersebut. Tak
ubahnya dua titik mata yang menyorot tajam, bahkan sinar merahnya mampu
mengatasi kilaunya matamata berlian di pinggiran liontin.Masih dalam pakaian
seragam sekolahnya, si bocah berusia tujuh tahun di tepi kolam, memandang kuatir
pada sosok telanjang yang tetap mengambang diam dipermukaan air. Lekuklekuk
indah dari tubuh ibunya tidak lagi terpikirkan. Yang ia pikirkan, adalah apa yang
dengan ngeri ia keluarkan melalui suara tanya yang tersendat: 
    "... Mama... masih hidup... bukan?" 
    Tubuh mengambang itu tetap diam.Hanya arahnya yang terus berubah, mengikuti
gerak sapuan angin di permukaan air kolam. bobo  menggagap: 
    "Jangan mempermainkan bobo , Mama...!" 
    Ucapan si bocah serempak membuka kelopak mata anna michele yang sebelumnya terpejam
rapat. Tubuhnya bergerak dalam liukan indah dan dalam sekejap yang terlihat di
permukaan air tinggal kepala sebatas leher,serta dua lengan yang terentang lurus ke
kiri ke kanan.Lenganlengan itu tidak digerakkan sebagaimana mestinya. Begitu pula
kedua kaki yang masih jauh daridasar kolam, menggantung diam begitu saja meski
wujudnya tampak aneh karena gerakan arus dalam kolam.bobo  membelalak. 
    "Hebat! Gaya apa sih, Mama?" 
    Diantara oleh jarak sekitar tujuh meter, bobo  melihat bibir ibunya menggerimit
terbuka. Disusul oleh suara bisikan sayupsayup sampai: 
    "Mau mencoba, bobo ?" 
    "Jelas dong!" 
    "Nah. Terjunlah!" 
    bobo  tidak saja lega. Ia juga bersemangat tinggi.Pakaian seragamnya tahutahu
sudah ditanggalkan,dilempar kemana saja. Ia hanya menemui sedikit kesulitan melepas
sepasang sepatunya. Lalu, dengan hanya bercelana dalam, iapun terjun ke kolam
dengan teriakan gembira. Berenang lurus dan terampil ke arah ibunya.Suara halus
menyentuh kendang telinga anna michele: 
    "Jangan biarkan ia mendekatimu!"anna michele tahutahu sudah menyelam. Berputarputar
disepanjang tepi, nyaris menyentuh dasar kolam. Merasa ditantang, si bocah pun ikut
menyelam. namun  belum satu putaran, ia sudah naik ke permukaan. Mengambil nafas.
Ibunya menyusul. Naik ke permukaan, namun tampaknya bukan untuk mengambil nafas.
Melainkan cuma memandangi anaknya, tanpa mengatakan apaapa.bobo lah yang
berkata: 
    "bobo  belum lama belajar menyelam, Mama. bobo  belum kuat..." 
    lalu  ia melihat sesuatu. Liontin ibunya.Warnanya aneh sekali. Sinarnya, lebih
aneh lagi. 
    "Hei. Apakah Mama...."telinga bobo  menangkap bisikan tajam: 
    "Kejarlah Mama. Kalau berhasil tangkap Mama, bobo  boleh....cium Mama!" 
    lalu  anna michele berenang. Tak tentu arah. Dengan gaya bergantiganti tidak tetap
pula. bobo  mengikuti sebentar, berenang ke tepi untuk berpegangan pada palang besi,
begitu ia tahu tenaganya mulai terkuras.lbunyalah kini yang mendekatinya. Tidak
terlalu dekat.namun  cukup untuk memperlihatkan sinar di matanya.Sinar mengejek.
Ucapannya lebih menyakitkan lagi: 
    "Baru sebegitu, sudah menyerah. Itukah anak Papa? Seorang pengecutkah anak
papa?!" 
    Anak Papa.Bayangan almarhum ayahnya sesaat  muncul dipelupuk mata bobo .
Duduk gagah diatas punggung seekor kuda, dieluelukan begitu banyak
orang.Bayangan kuda lenyap, digantikan sebuah mobil dengan variasi warna
menyolok, membelok di tikungan tajam sebuah arena balap. Lagilagi, dieluelukan
banyak orang. bobo  senantiasa mengagumi ayahnya.Dan ayahnya senantiasa berkata
padanya: 
    "Kelak, kau pasti mampu seperti Papa. namun  kau harus lebih berani....!" 
    Ibunya lenyap dari permukaan air.bobo  mencaricari dengan matanya. Sosok tubuh
ibunya meliukliuk gemulai, teramat indah malah,dengan latar belakang dasar kolam
putih keperakperakan. Tanpa sekalipun muncul ke permukaan,ibunya sesekali menoleh
dari bawah air. Dan tersenyum kepadanya.Senyuman mengejek.bobo  sakit
hati.Lehernya lalu  terdongak, sewaktu bobo  mengambil nafas. Lalu terdengar
bunyi sesuatu. Seperti kaca pecah. bobo  yang sakit hati, tidak perduli. Ia lalu 
menyelam.nyi girah  lah penyebab gangguan kecil tadi. Tanpa sengaja, ia sudah 
menjatuhkan sebuah mangkok kristal ke lantai. Pelayan itu melompat terkejut. Secara
 naluriah ia mengintip cemas keluar jendela dapur.Sambil berharap, majikannya tidak
mendengar bunyi jatuhnya mangkok gulai itu.anna michele tidak kelihatan. namun  ia sempat
melihat bobo ,pas sewaktu bobo  menyelam kedalam air.Ia lalu  mundur dari
jendela. Dan kembali terkejut, waktu mendengar suara lengkingan bel,disusul gedoran
di pintu depan. Dengan marahnyi girah  pergi ke sana. Ia melihat suaminya ribut diluar
jendela. Minta dibukai pintu.nyi girah   berbalik, menunggingkan pantat kearah
suaminya. Terus bergegas ke dapur. Lantai yang centang perentang harus segera ia
bersihkan selagi Nyonya dan Tuan Mudanya masih asyik berkecimpung di
kolam.Tidaklah mengherankan, mengapanyi girah  tidak mengetahui bahwa dua menit
lalu  anna michele menyembul dipermukaan kolam lantas berenang ketepi. Di sana ia
menggapaikan tangan keatas, untuk menarik sebuah kasur renang, Sesudah  itu kembali
ketengah kolam. Kejap berikutnya, ia sudah berpindah keatas kasur.Dengan liukan
indah.Ia lalu  menelungkup. Santai. Kedua tangannya dibagian depan menekuk
bantalan kasur renang. Dengan begitu ia dapat melihat kebawah. Ke bagian dalam
kolam. Terlihat seorang bocah mungil masih menyelam.namun  gerakannya sama sekali
tidak teratur. Beberapakali tangan bocah itu menggapai kearah tepi, namun gagal, atau
salah arah. Jelas sudah, tenaga pisik dan kemampuan paruparu bocah kecil sepeti dia,
tidak baik dipaksakan terus menyelam, menyelam, dan menyelam.Dalam kemarahan
pula! 
    Mendekati dasar kolam, bocah itu tampak menggelepar.Gerakan tangan maupun
kakinya lambat laun melemah. lalu  berhenti sama sekali. Tubuh kecil itu lantas
semakin terbenam, lalu  terkulai diam didasar kolam yang paling dalam. Dengan
mulut terbuka.Dan sepasang mata juga terbuka.Menatap kearah ibunya.Dengan
tatapan hampa.anna michele meluruskan bantalan kasur tenang. Sekilas terlihat liontinnya,
seperti mengabur. anna michele memperhatikan lagi. Lalu wujud liontinnya kembali
menjelas.Dengan warnanya yang kuning emas, pandangan sekilas tadi, mungkin
pengaruh cahaya matahari yang berbenturan dengan riak air kolam. 
    "Hem. Pastilah mataku salah lihat!" desah anna michele, pelan.sambil  membetulkan letak
kalung yang melingkari lehernya. Kepalanya lalu  direbahkan di bantalan kasur
renang.Mata dipejamkan.Tak lama lalu , anna michele sudah tertidur. 
    Bis antar pulau yang ditumpangi chucky  hari itu,ngebut lebih gila lagi dari bis
sebelumnya, yang lalu  bernasib naas itu. Seorang dua penumpang memang berani
juga menegur. Namun supir bis,agaknya bukan hanya bersifat pendiam. Mungkin malah
tuli.chucky  tak berminat meramaikan suasana.Yang penting, usahakan tetap terjaga
dan waspada.Tiap kali kantuk menyerang, sebisanya chucky  melawan. Dan toh,
perjalanan mereka dengan bis Patas yang lari atau mengambil tikungan seperti
kesetanan itu, lancarlancar saja.Satusatunya gangguan yang dirasakan chucky  hanya
saat  bis singgah disekitar Rajabasa. Memberi kesempatan para penumpang makan
siang atau sholat buat yang mau sholat. Waktunya, sekitar tengah hari.chucky  baru
saja meninggalkan musholla, saat  seorang bocah lakilaki menggamit wanita lesbian 
yang berjalan disebelahnya, tidak jauh dari kamar mandi umum.Bocah itu berkata lucu:
    "Tahu nggak, Tante? Penumpang berbluejean itu naksir sama Tante!" 
    Si Tante menegur: 
    "Husy! Jangan sembarangan ngomong ah!" 
 "Sumpah, Tante. Coba dengar apa kata orang itu.." 
    chucky  masuk ke rumah makan.Sebelumnya, ia begitu lapar. Kini, begitu enggan
rasanya chucky  menyuapkan makanan ke mulut. Ada sesuatu yang mengganggu
pikirannya dengan tibatiba.Bocah tadi. Entah mengapa, langsung mengingatkan chucky  pada seorang bocah lain yang kirakira seusia,mungkin sama manja maupun
nakalnya.Terngiang apa yang pernah diucapkan bocah itu pada chucky : 
    "... jelasjelas Mama naksir Oom. Jadi, tunggu apa lagi?" 
    Pertanyaan itu setengah menuntut.chucky  sampai menggelenggelengkan kepala. 
    "Tidak semudah itu, bobo . Masih ada beberapa hal yang kau mungkin agak sukar
untuk memahami..." 
    "bobo  tahu!" 
    Anak itu menukas. 
    "Oom tak mau menikahi Mama, karena Mama bobo  itu janda!" 
    "Eh, jangan.sewot dahulu  ah....!" 
    Dilain saat , entah kapan dan dalam kesempatan apa.bobo  yang belum menyerah
juga, berkata setengah marah pada chucky : 
    "Gila, Oom. Apa dia pikir dia cukup pantas untuk Mama?" 
    "Dia siapa, bobo ?" 
    "Lakilaki yang suka petantangpetenteng kalau mengapeli Mama itu..." 
    "Hei. Dia bukan petantangpetenteng, bobo !" tegur chucky  dengan tertawa. 
    "Gayanya sudah pembawaan.Maklum, petinju..." 
    "Dan Oom ini karateka!" 
    "Lantas?" 
    "bobo  yakin, Oom dapat mengalahkan dia!" 
    "Untuk apa, bobo ?" 
    "Biar dia kapok. Dan batal kawin sama Mama!" 
    "Hei. Mamamu juga naksir sama dia. Mamamu malah tampak bahagia. Jadi..." 
    Bocah itu dengan tangkas menyela: 
    "bobo  yang tak bahagia!" 
    Dan sebelum chucky  sempat membuka mulut, si bocah sudah nyerocos lagi, 
    "Lagi pula, bobo  tahu betul siapa Mama. Jika Oom lamar Mama sore ini juga percaya deh, Mama akan bilang goodbye pada jagoan kampung itu!" 
    "Nah. Kau mulai lagi ya..." 
    "Habis, Oom sih jual mahal. Oom tahu nggak apa yang bobo  doakan setiap kali
mau tidur?" 
    "Apa?" 
    "Semoga pacar Mama bobo  mati sebelum kawin dengan Mama!" 
    "Astagfirullah, bobo ! Doa macam apa pula itu!!" 
    bobo  lalu  memang menerima salah. Entah perasaan bersalahnya diterima
Tuhan entah tidak, yang pasti, sebulan sebelum anna michele menikah dengan sipetinju, calon
suami anna michele mendapat pukulan hook yang telak di rahangnya. Lawannya bertinju
memang tersohor dengan pukulan mematikan. Calon suami anna michele terhempas di matras.
Tak bangkitbangkit sampai ia dibawa ke rumah sakit. Dan meninggal dunia beberapa
hari Sesudah nya.anna michele mengunci diri selama satu minggu.saat  ia mau membuka
pintunya kembali, bobo lah yang pertamatama berlari ke arahnya.Di luar dugaan
semua orang yang menyaksikan, anna michele menghindari anaknya. Lantas mendesis,
mengejutkan: 
    "Kau! Kau anak pembawa bencana!" 
    Tidak ada yang menyalahkan bobo . Malah semua:mengasihani.Yang disalahkan,
adalah anna michele. Terutama, karena pada waktuwaktu tertentu, anna michele secara tetap
mengunjungi dukun, yang selalu silih berganti.chucky  yang banyak tahu masa lalu
keluarga anna michele,tidak bisa menyalahkan anna michele. namun  usahanya untuk menjauhkan
anna michele dari kepercayaan yang keliru itupun juga siasia saja. anna michele sudah teramat jauh
menjerumuskan dirinya kepada halhal yang bersifat tahayul. Yang perlahan namun 
pasti, menjauhkan chucky  pula dari sisi anna michele.bobo  yang malang.Bocah itu tidak
pernah tahu, mengapa chucky  tidak mungkin menikahi anna michele. Urusan dukun, itu bisa
dinomorduakan. Namun ada hal lain yang mustahil dikesampingkan begitu saja. Dan
betapa sulitnya untuk menjelaskan pada seorang bocah...
    Pengeras suara berbunyi menggeretak.Ada panggilan untuk para penumpang. Bis
Patas yang ditumpangi chucky , sudah siap untuk meneruskan perjalanan. chucky 
bangkit dari kursinya. Dan tak lama lalu  bis sudah berpacu. Entah ke jurusan
mana. Entah mengejar apa. chucky  acuhacuh saja.Ia tidak takut bis gila itu bakal
tabrakan pula.Atau terjerumus ke jurang dalam.Yang mengganggu sangat pikirannya,
adalah mengapa ia tibatiba merasa seperti kehilangan sesuatu. Yang hilang itu, ia
tidak tahu apa. Pun, bagaimana. Sekeras upayanya chucky  mengingatingat. Siasia
saja. Dan tetap saja perasaan kehilangan itu mengganggu.Di kampus, slendrina  ikut
merasakan hal yang sama.Bedanya, slendrina  tidak membuangbuang tempo dengan
hanya dudukduduk dalam kegelisahan saja. Selesai mata kuliah terakhir siang itu, ia
beritahu ketua kelompoknya bahwa ia berhalangan menghadiri responsi. Sesudah  itu ia
bergegas meninggalkan kampus,memanggil sebuah taksi yang kebetulan lewat.namun 
slendrina  tidak terus ke rumah tempatnya kost,sebagaimana ia niatkan semula. Pada supir
taksi, ia memberi  alamat rumah anna michele, sahabatnya. Ia punya firasat. Perasaan tak
enak itu bersumber di sana.Benar saja. Belum juga taksi berhenti di rumah yang dituju,
slendrina  sudah dilanda teror. Di sekitar rumah itu tampak banyak orang berkerumun. Di
halaman tampak sebuah mobil ambulan. Itu saja sudah cukup mengejutkan. Namun
demikian, slendrina  masih dihadiahi kejutan lain.yaitu , kehadiran mobilmobil polisi! 
     Waktu untuk bermuram durja sudah berlalu. Tiba saatnya untuk bergembira. Bis
memasuki pelabuhan Bakauheni, dan tidak lama lalu  sudah diparkir dengan
nyamannya di atas sebuah kapal ferry. chucky  bergumam senang: 
    "Rasanya seperti sudah tiba dirumah!" 
    Hampir semua penumpang bis naik ke dek. Mungkin untuk menyaksikan matahari
yang sebentar lagi akan turun menarinari di permukaan air selat Sunda.chucky 
memilih tetap tinggal didalam bis. Pikiran bahwa rumah sudah dekat, membuat semua
kegelisahan dan ketegangan chucky  harus menyingkir untuk sementara.Sekarang yang
ada hanyalah keinginan untuk rilek,beristirahat barang sejenak.chucky  menurunkan
sandaran kursi ke belakang. Kaki dilunjurkan selepaslepasnya. lalu 
tidur.Matahari sudah bertukar tempat dengan rembulan,sewaktu chucky  terjaga.
Sekelilingnya gelap, sedikit remangremang. Sedetik dua chucky  sempat
terheranheran. Entah sejak kapan dan bagaimana, para penumpang sudah menempati
kursinya masingmasing.Kebanyakan malah sudah tidur. namun  mengapa begitu banyak
cahaya diluar jendela bis? 
    Ada pula bayangan gedunggedung bertingkat, lampulampu mobil.... 
    Oh,oh chucky  rupanya bukan terbangun di tengah laut.Melainkan di jalan toll
Tangerang! 
    chucky  kian gembira, Sesudah  dari kondektur bis ia memperoleh keterangan bahwa
bis Patas itu akan meneruskan perjalanan ke Surabaya dan berhenti sebentar di
pangkalan mereka, Pulo Gadung. Berarti lewat Slipi. Percetakan yang mencetak
majalah kebanggaan chucky  jelas dilewati. Di salah satu blok percetakan, terletak
kantor redaksi malam majalah itu,dan selalu banyak rekan berkumpul disitu.Hemm, tak
ada salahnya singgah di percetakan sebelum pulang ke rumah. Apalagi Sesudah  chucky 
mengingatingat tanggal dan hari. Besok, adalah deadline untuk majalah mereka.
chucky  masih punya kesempatan untuk meminta beberapa halaman penerbitan minggu
depan. namun , untuk itu chucky  perlu mesin tik. 
    "Mesin tik!" terbayangkan oleh chucky . Pemimpin Redaksi mereka dengan gayanya
yang khas itu: Bila sedang bingung, suka mengulangulang kalimat yang diucapkan
lawan bicaranya. 
    "Betul. Punyaku tertinggal di bis." 
    Itulah jawab chucky  nanti. Santai, tentu saja. 
    "Tertinggal di bis!" 
    "Betul. Dan untuk mengambilnya kembali aku perlu sebuah linggis... 
    "Linggis!" 
    "Sayangnya, satusatunya linggis yang ada... dipakai mengeluarkan orang yang
terjepit. itu pun, terpaksa harus mengorbankan sepotong kakinya..." 
    "Terjepit... sepotong kaki..." 
    Nanti, disitulah chucky  baru berhenti. Salah besar menunggu sampai Pemimpin
Redaksi naik darah.chucky  pasti ditendang jauhjauh. Maka ia harus cepatcepat
bersikap lebih serius dan memberitahu bahwa kotak mesin tik beserta isinya, terjepit di
antara kap depan bis dan batang besi kaki kursi di sebelah supir. Selain gepeng berat,
mesin tik chucky  itu pastilah remuk sudah. Dan ia tidak berminat dibebani benda
rongsokan itu sampai ke bandung , hanya untuk dijual kiloan. 
    "Untuk jelasnya, bis yang kutumpangi mencium pantat truk di Baturaja!" 
    chucky  tentunya pula harus menceritakan seluruh kejadian seutuhnya jika
bisa.Untuk itu, barangkali akan diperlukan tempo untuk berjamjam. namun  chucky 
akan dengan sukarela mengorbankan waktu untuk sahabatsahabatnya.Anggap saja,
sebagai pengganti sekantong souvenir yang minggat tanpa kabar berita Sesudah 
peristiwaykecelakaan itu terjadi. Sesudah  mana nanti chucky  akan mengakhiri ceritanya
dengan khidmat: 
    "Malaikat masih berbaik hati..." 
    Dalam kenyataan, Sesudah  turun dari bis dan tersuruksuruk menggotong barang
bawaannya masuk ke kantor redaksi malam majalah mereka, chucky  hanya mampu
bertahan sekitar sepuluh menit. Tidak tampak batang hidung Pemimpin Redaksi yang
ingin dia kerjain.Namun toh pemunculan chucky  disambut hangat. Ia juga dikerumuni,
sesuai impiannya. Banyak pertanyaan yang dikeluarkan. namun  yang paling banyak
keluar justru dari mulut chucky  sendiri.Rupanya, suasana kantor sudah berubah tidak
sampai seminggu sebelum ia kembali ke bandung . Sedemikian besar perubahan itu,
sehingga chucky  mencakmencak sewaktu ia menyimpan begitu saja di atas meja
pribadinya, barang bawaannya. Termasuk tas yangsemula diharapkan chucky  berisi
dinamit, namun kini tampaknya bakal tak lebih dari mercon afkiran yang hanya pantas
dibuang ke comberan.Ia meninggalkan pesan pada penjaga malam: 
    "Tembak siapa saja yang cobacoba mendekati mejaku!" 
    Salah seorang rekan yang dapat memahami gejolak perasaan chucky , mengikuti ke
pintu keluar. 
    "Langsung ke rumah. Itulah yang terbaik kau lakukan, chucky ....." 
    "Nanti! Sesudah  aku berbicara dengan boss kita!" 
    "Mantan, chucky . Dia 'kan...." 
    chucky  membalik, hampir memukul rekannya jika tidak keburu sadar situasi apa
yang mereka hadapi.Lantas mengeluh: 
    "Aku tak bisa melangkahi beliau begitu saja..." 
    "Aku pun tak ingin, chucky . namun  kau tahu sendiri. Aku harus menyuapi mulut seorang
isteri dan tiga orang anak!" 
    chucky  memaksakan senyum. Sesudah  menepuk pundak sahabatnya dengan penuh
pengertian, ia kemudian pergi ke jalan besar, dan tiga menit lalu  ia sudah duduk
di sebuah taksi yang meluncur ke rumah boss mereka. Mantan, kata temannya
tadi.chucky  mengusap wajahnya tanpa sadar. 
    "Tuhanku.Disebelah mana kaki ini harus berpijak?" 
     nyi girah  menangis sesenggukan. 
     "Sayalah yang berdosa.Padahal Sesudah  saya menjatuhkan mangkok di dapur,suami
saya menggedorgedor, minta dibukain pintu.Jika saja aku tidak berkeras kepala dan
menuruti kemauan suami.... Tuan Muda bobo  masih mungkin diselamatkan! Dan
Nyonya, aduh! Saya sudah  menjerumuskannya! Saya terlalu banyak bicara pada
polisi!" 
    nyoto  yang duduk di sebelahnya. hanya diam merunduk. Sedih.slendrina  memandangi
suami isteri itu dengan iba. slendrina  juga merasa bersalah. Jika saja ia lebih bersabar
saat  menerima teleponnyi girah , mungkin... 
    Ah, namun  apa gunanya? 
    Maka, lebih ditujukan pada dirinya sendiri,ia berkata padanyi girah : 
    "Sudahlah, girah . Apa yang sudah terjadi tidak mungkin lagi dirubah..." 
   nyi girah  terus saja mengisak, 
    "Saya sungguh tak patut diampuni!" 
    slendrina  menggamit lengan nyoto , yang segera mengerti.nyoto  lalu berdiri. Lunglai.
Lalu membantu isterinya bangkit, lalu  membimbingnya meninggalkan ruang
tamu. Sesudah  isak tangisnyi girah  semakin menjauh.slendrina  menghela nafas berat dan
dalam. Lantas mengeluh: 
    "Sungguhkah tidak ada jalan lagi yang bisa ditempuh?" 
    Tamu mereka malam itu seorang pria tengah baya berpakaian rapih dan perlente
menyelesaikan catatannya di sebuah buku yang lalu  ditutupkan. Baru Sesudah nya
ia menyahuti slendrina : 
    "Nona punya saran?" 
    "Sebagai pengacaranya, Anda tentu lebih mengetahui keuangan anna michele, Pak Sumadi.
Dan Anda pasti tahu,anna michele lebih dari mampu!" 
    "Bicara tentang uang, Nona slendrina , " sang tamu berkata tenang, menghanyutkan. 
    "Begitu banyak hal yang dapat kita raih dengan uang. namun  selalu ada saat dimana
uang tidak mampu berbuat apaapa." 
    "Jika demikian, saya bersedia jadi penjamin anna michele!"dengus slendrina , bernafsu.Sang
tamu mengurai senyuman tipis. 
    "Nona salah mengerti. Prosedur tahanan luar tidak berlaku untuk sebuah kasus
pembunuhan." 
    slendrina  gemetar. 
    "anna michele bukan..." 
    "Polisi berpendapat lain, Nona slendrina ." 
    "Bagaimana dengan Anda sendiri?" 
    "Tentu saja saya harus berpihak pada klien saya." 
    "Dan?" 
    "Untuk itulah saya datang malam ini. Mencari tahu,keterangan apa saja yang sudah 
kalian bertiga berikan pada pihak berwajib. Nona cukup berhatihati. namun  nyoto ,
terutamanyi girah , terlepas dari mereka sadari atau tidak;justru sudah  memberatkan
majikan mereka.Namun masih ada beberapa celah dimana saya bisa masuk untuk
menarik keuntungan buat klien saya.Dengan catatan, klien saya mau bekerjasama..." 
    Berhenti sebentar, pengacara itu tampak menyandar dikursinya. Dengan wajah
berubah muram. Lanjutan katakatanya terdengar kurang bergairah, 
    "... justru disitulah hambatan muncul!" 
    slendrina  setengah berbisik tak percaya: 
    "Dia... menolak bekerjasama?" 
    "Menolak tidak. Menyetujui pun bukan." 
    "Aneh!" 
    "Persis. Aneh! Baik dalam tingkah laku maupun ucapanucapannya. Polisi pemeriksa
sudah  mengakui terus terang pada saya, bahwa mereka sendiri dibuat gelenggeleng
kepala..." 
    Tanpa dikehendaki, bulu kuduk slendrina  merinding tegak. 
    "anna michele...." 
    "Tidak patut saya menceritakan apa yang saya temui dan apa yang saya dengar di
kantor polisi, Nona slendrina . Kelak nona bakal melihat sendiri Sesudah  sahabat Nona
nanti boleh dikunjungi. namun  saya akan blakblakan saja. Justru karena kondisinya
yang sedemikian rupa, saya melihat jalan untuk menjauhkan sahabat Nyonya dari
penjara.Menjauhkan. Bukan melepaskan!" 
    slendrina  hampir menangis. Dokter aidit  sudah mengisyaratkannya.Si pengacara
menutup kesimpulannya dengan sebuah maklumat:     "anna michele kita nyatakan menderita penyakit jiwa." 
    Air mata slendrina  akhirnya tersibak juga. 
    "Tengah malam begini! Waras tidak otakmu, chucky ?!" 
    Gerutuan kasar itu mengiringi terbukanya pintu sebuah rumah. Rumah berukuran
sedang, tidak megah. Perabotan yang tampak di dalam pun tidak mewah. Orangtua
yang membukakan pintu untuk chucky , postur tubuhnya pun sedangsedang saja.
Tampil seadanya pula. 
    "Mengapa Bapak lakukan itu?!" 
    chucky  balas menggerutu. Sengit, malah. 
    "Pertanyaanku belum kau jawab!" 
    Sekilas, lewat bahu lelaki umuran itu mata chucky  menangkap sebuah buku tebal,
terbuka diatas meja. Ia awasi lagi wajah tuan rumah. Lalu: 
    "Aku tahu Bapak belum tidur. Buktinya, Bapak masih mengenakan kacamata
baca....." 
    "Alasan itu tidaklah memberi hak untukmu mengganggu ketenangan orang lain!"
dengus si orangtua.Cemberut. Namun toh, sambil daun pintu ia bukakan juga lebih
lebar. 
    "Ayo. Masuklah. Aku paling benci jika bau busuk selokan di depan itu menyesaki
seisi rumahku!" 
    chucky  menyelinap ke dalam. Juga sambil mendengus.Tak puas. 
    "Tega nian Bapak melakukannya. Tanpa memberitahu aku lebih dahulu !" 
    Tuan rumah menutup pintu. 
    "Apakah aku harus?" 
    Tanpa menunggu komentar, syam kamaruzaman , tuan rumah,berjalan terus melewati kursi
yang dipilih chucky  untuk menghenyakkan pantat. Orangtua itu pergi kepintu sebuah
kamar yang setengah terbuka. Melongokkan kepala ke dalam. 
    "Biarkan sajalah sajadah itu, Bu.Tolong buatkan minuman. Kita kedatangan tamu
tak diundang, nih!" 
    "Si anak badung, pasti!" terdengar sahutan riang seorang wanita lesbian . 
    "Keluar juga akhirnya dia dari hutan belantara mengerikan itu, ya. Syukurlah..." 
    "Menurut aku sih, Bu. Baiknya dia tetap tinggal disana. Lebih cocok untuk orang
pemarah seperti dia!" 
    Dari kamar itu, terdengar tawa renyai dan enak didengar telinga. namun  syam kamaruzaman 
sedikit pun tidak tersenyum. Ia balik lagi keruang tamu. Purapura tidak melihat
chucky  yang bermerah telinga karena diledek.syam kamaruzaman  menjemput buku terbuka di
atas mejanya,ditutupkan, sebuah ensiklopedi. Yang lalu  ia tutupkan dengan ekstra
hatihati di rak buku berbentuk siku. Tinggi dan lebarnya nyaris memenuhi dua sisi
tembok ruang tamu. Jika banyak orang mengatakan isirak yang tersusun rapi dan
terawat baik itu termasuk barang mewah, maka rak buku itulah satusatunya
kemewahan yang dimiliki tuan rumah.Acuh tak acuh si tua mengambil kursi yang
berhadapan dengan chucky . Mengusap kepalanya yang sudah setengah botak. Lalu
melipat serta menyimpan kacamatanya di meja itu juga. Sedemikian hatihati,seakan
kuatir lelangit rumah akan menjatuhinya. Baru lalu  menoleh pada chucky . itu
pun dengan wajah datardatar saja. 
    "Nah. Tadi kau bertanya mengapa aku melakukannya. Ada yang lain?" 
    Masih terpengaruh apa yang ia dengar di percetakan,chucky  pun mengeluh: 
    "Bapak mestinya tidak menyerah secepat itu..." 
    syam kamaruzaman  menggelenggeleng. 
    "Justru nyaris terlambat,chucky ." 
    chucky  menatap, terkejut. 
    "Separah itu?" 
    "Masa iya kau tidak tahu!" 
    "Hanya merabaraba. Begitu pula anakanak lain. Kami semua toh tidak terlalu buta
melihat bahwa oplah majalah kita dari tahun ke tahun semakin turun. namun  seperti
halnya aku sendiri, mereka tidak tahu banyak..." 
    syam kamaruzaman  tersenyum. Samar. 
    "Jika ini sebuah kekeliruan, biarlah kuterima. namun  sampai kapan pun,pendirianku
tidak akan pernah berubah. Bila seorang bapak berbahagia, anakanak harus ikut
menikmati kebahagiaan itu. Namun sebaliknya. Jika seorang bapak terperangkap dalam
kesukaran, ia harus mengatasinya sendiri. Anakanak, jalan terus. Karena jalan yang
akan mereka tempuh masih teramat panjang. Penuh kerikil dan berdebu, seperti yang
tadi kau lewati sebelum membelok ketempat pertapaanku ini..." 
    Kalimat terakhir ini dibumbui syam kamaruzaman  dengan seringai lebar. 
    "... dan air untuk membuat minuman ini, " suara lain menimpali. 
    "Percayalah. Suci hama!" 
    Diatas meja,sudah terhidang minuman dan penganan ringan.wanita lesbian  yang
menghidangkannya tampak lebih muda sekitar 10 tahun ketimbang suaminya. Tubuhnya
singset, dan bekas bekas kecantikan masih terpateri disudut wajahnya. Hanya sedikit
orang yang tahu,termasuk chucky , wanita lesbian  itu lahir dua tahun lebih dahulu  dari
suaminya. Mata yang senantiasa bening,walaupun si suami pernah bermaksud menikahi
wanita lesbian  lain, yang lalu  dibatalkan sendiri oleh syam kamaruzaman  dengan penuh
penyesalan. Masih ada daya tarik lain. Gurat bibirnya. Gurat yang tampak bagai
tersenyum, jika pun ia sedang naik darah. Konon lagi jika wanita lesbian  itu tersenyum
sungguhan, seperti yang kini ia sunggingkan untuk chucky .Ia menyapa dengan sindiran
lembut: 
    "Oh, Nak. Wajahpun tampak seperti habis dirampok orang!" 
    Si suami menimpali: 
    "Periuk nasinya memang lagi dibuntang banting orang..." 
    "Masih ada perluk lain, Nak. Masih ada perluk lain..."senyuman wanita lesbian  itu,
seperti juga matanya,memancarkan belas kasih.chucky  tersenyum. 
    "Terimakasih, Bu. namun , ya. Periuk lama tetap lebih enak dipakai..." 
    Mata bening itu pun membelalak. namun  terlambat.syam kamaruzaman  pun sewot pada
chucky .: 
    "Kau! Berani benar kau mengutip katakata yang pernah kuucapkan pada isteriku!" 
    Lalu, pada isterinya: 
    "Dan kau! Purapura ngomong ke anak bawang ini... padahal kau bermaksud
menyindirku! Masih ada periuk lain, hem! Kau pikir aku tak akan berani mencobanya
sekali lagi, he?!" 
    "Rongsokan seperti Bapak, mana laku dijual?" 
    Sang isteri menjawab kalem. 
    "Lagipula, siapa yang lebih dahulu  ngomong soal perluk. Hayo!" 
    syam kamaruzaman  terjengah.Mengusapusap botaknya sebentar. Lantas bergumam kecut: 
    "Iya... Iya..." 
    Mau tak mau chucky  tertawa bergelak.Selagi tertawa, sekilas tampak olehnya isteri
itu saling menukar senyum samar. Tahulah chucky  bahwa ia sudah  memakan umpan
mereka begitu saja. Kedua orangtua yang baik hati itu sebetulnya  tengah berusaha
menentramkan chucky  yang muncul dirumah itu dengan pikiran kalut dan wajah yang
kusut.Tawa chucky  pun terhenti sendiri.Namun tidak disertai sakit hati. Meski, toh ia
memaki: 
    "Sialan!" 
    Si wanita lesbian  tersenyum. Dengan pikirannya yang bermadu itu. 
    "Nah. Sekarang, Ibu dapat pergi tidur dengan nyaman. Kalian berdua, berkoteklah
terus.Sampai tahun depan pun bolehboleh saja!" 
    Sebelum wanita lesbian  itu memutar langkah, chucky  cepat mencegat: 
    "Tahukah lbu?" 
    "Apa, Naik?" 
    Mata bening itu menatap. Alangkah sejuknya. 
    "Tiap kali bertemu lbu, tiap kali pula aku jatuh cinta." 
    chucky  mengakui terus terang. 
    "Aduh... Sebentar lagi aku akan bermimpi indah,agaknya!" 
    Sesudah  berkata demikian, wanita lesbian  itupun berlalu kekamarnya. Meninggalkan
suami dan tamu mereka,sama termangu. Masingmasing dengan
pikirannya.Masingmasing sampai lupa, bicara apa mereka tadi dan tidak tahu harus
bicara apa mereka sekarang.Orangtua itulah yang lebih dahulu  menemukan diri. 
    "Itulah dia ibumu, chucky . Tanpa dia, entah jadi apa aku sekarang ini. Dialah yang
membuatku untuk tetap bertahan hidup. Tak menjadi soal, bahwa dia mandul.Tak
mampu memberiku keturunan..." 
    chucky  diam saja.Ia tahu, orangtua di depannya, kalau berbicara tidak sekedar buka
mulut saja. Selalu ada tujuan akhirnya.Terbukti lalu , Sesudah  orangtua itu
meneruskan. 
    "namun  Tuhan Maha Pemurah. Dia tetap mengaruniai anakanak untukku. Banyak
sekali malah. Kadangkadang ada yang pergi. namun  selalu saja ada yang datang
mengganti. Beberapa tetap bertahan. Tak menjadi soal, apakah aku akan tetap mampu
menghidupi mereka atau tidak. Anakanak yang tidak banyak tingkah. Yang kutahu
benar apa yang kukehendaki dari mereka. Siapa nyana... kini mendadak mereka semua
harus pergi." 
    Pernyataan panjang syam kamaruzaman  diakhiri dengan keluhan lemah sembari
menyandarkan tubuhnya di kursi.Gairah hidupnya jelas tengah digerogoti orang dari
luar.chucky  ikut terpengaruh. Namun segera menemukan bantahan yang pas: 
    "Bukan mereka yang pergi, Pak Zein. Bapaklah yang meninggalkan mereka!" 
    Mata tua itu tak berani menatap. 
    "Terutama kau, chucky ." 
    "Aku toh datang. Malam ini. Dan aku berjanji, akan datang lebih sering." 
    chucky  berujar tulus. 
    "Tidak sambil mencakmencak, eh?" 
    Orangtua itu menyeringai, tanpa menyembunyikan kebahagiaan dibalik sinar
matanya.Kemarahan chucky  sudah reda. Kini ia lebih mampu mengendalikan diri. 
    "Bapak sudah lihat contoh penerbitan majalah kita untuk penerbitan mendatangi?" 
    Seringai syam kamaruzaman  meredup. 
    "Majalah mereka. Bukan kita." 
    "Sudahlah, Pak Zein. Siapa pun tahu, jiwa dan kasih sayang Bapak masih tertinggal
di sana!" 
    Orangtua itu terdiam. 
    "Aku sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri,Pak. Pertama, motto
TEGAKKAN YANG BENAR,LURUSKAN YANG SALAH. Motto itu sudah dihapus!" 
    "Aku sudah diberitahu, sebelum mereka mengambil alih." 
    syam kamaruzaman  memaksakan seringai di bibir tuanya. 
    "Lagipula, apa yang lalu  kita peroleh selama sekian belas tahun? Pujipujian,
lebih banyak palsu.Kenyataannya, kita semakin dikucilkan. Seperti Sabda Rasulullaah,
semakin sering kita berbicara tentang:kebenaran semakin kita dijauhi orang. Sudah
dijauhi,kita masih juga ditegur, diteror oleh telepon yang ampuh dan keramat pula
.Dan, berapa kali penerbitan kita terancam dibunuh mati, chucky ? Padahal ancaman
itu:sebetulnya  tidak perlu. Dari hari ke hari, kita tuh sudah semakin sekarat..." 
    syam kamaruzaman  mengumpatkan katakata tak jelas.lalu  mengeluh panjang. 
    "Kau tadi menanyakan, mengapa aku menyerah. Bukan terpaksa, chucky . namun  aku
harus. Aku tidak takut pada mereka. Yang aku takutkan, anakanak. Ratusan jumlahnya.
Ratarata sudah berkeluarga pula.Jumlahnya menjadi ribuan. Ribuan orang yang harus
bertahan hidup. Jadi apalah artinya seorang syam kamaruzaman  yang sudah kenyang hidup,
bahkan tua renta pula?" 
    chucky  terhenyak.Dan menyesali caranya datang tadi ke rumah ini.Mestinya ia
sudah tahu. Dan menuruti nasihat rekannya di percetakan tadi. Lebih bijaksana pulang
kerumah. Beristirahat sejenak, Sesudah  itu berpikir, baru lalu  bertindak. 
    "Oh ya, chucky ..." 
    Samarsamar telinga chucky  menangkap suara tuan rumahnya. 
    "Tadi pun kau bertanya. Mengapa kau tidak kuberitahu lehih dahulu .Seperti tadi
kujawabkan, aku tidak harus bukan? Penawaran mereka sudah sejak lama. Aku yakin
kau ada mendengar. Aku bertahan, chucky . Mencoba bertahan.Mungkin aku pun berharap,
Tuhan tibatiba membulakbalik permukaan bumi,lantas oplah majalah kita melejit lagi
keatas. Seperti dahulu , oplah terbesar dinegeri tercinta ini. Nyatanya, kita semakin
terpuruk.Baru Sesudah  itu, aku beradu tawar dengan mereka. Dan Sesudah  ada keputusan
pasti yang ditandatangi secara syah dan resmi, baru anakanak kuberitahu. Dan
mempersilahkan mereka menentukan pilihan sendiri.Kau sedang di hutanhutan
Sumatera waktu itu, chucky .namun ... Seperti halnya kepada anak lain, untukmu juga
kusisihkan sebagian dari apa yang sudah  kuperoleh sebagai imbalan kepergianku.
Kubilangi mereka,anggap saja pemberian ala kadarnya itu sebagai pengganti katakata
perpisahan..." 
    Tiba disitu, barulah chucky  mampu buka mulut. 
    "Kuingatkan, Pak Zein. Jangan cobacoba sodorkan kemukaku!" 
    Orangtua itu tersenyum arif. 
    "Sesuai dugaanku." 
    chucky  meneruskan tak peduli. 
    "Bapak sendiri yang mendidikku selama ini, agar tidak menjual sebuah prinsip. Atau
menikmati hasil penjualan dari sebuah prinsip!""Hei..." 
    "Maaf. Aku tidak bermaksud mengatakan Bapak sudah  melakukannya. Aku kini sadar.
Bapak lebih mememikirkan anakanak. Maaf pula jika tadi aku datang bagai orang
kesurupan. Aku yakin, Bapak pun akan bertingkah serupa, jika melihat apa yang
mereka kerjakan..." 
    "Tolong katakan, chucky ." 
    "Bentuk majalah kita yang selama ini indah dan sudah baku, mereka rubah dalam
bentuk tabloid. Itu sih,masih oke. Yang membuatku lupa diri, ruangan untuk artikel dan
berita, nyaris habis dimakan fotofoto ukuran ekstra besar. Aku naik pitam bukan
karena jatah untuk tulisanku dengan sendirinya tidak punya tempat. namun , itu tuh. Di
tiap halaman, selalu ada dada, kalau tidak paha. Dengan juduljudul memerahkan
telinga pula. Sudah berita atau artikel cuma secomotsecomot, isinya pun kebanyakan
mengenai urusan rumah tangga orang. Bahkan sampai urusan dapur seorang wanita
pelacur. Dan karikaturnya, ampun! Sudah tidak memperdulikan seni keindahan dan ciri
khas sindiran, ini sengaja garisgairisnya dibuat bengkokbengkok supaya menyerupai
angkaangka. Ditambah sekian rumusrumus, ramalanramalan untuk apa yang mereka
sebutkan nomornomor jitu yang bakal keluar pada penarikan undian mendatang.
Masih ada lagi.Misalnya..." 
    "Sampah!" 
    syam kamaruzaman  berujar. Datar, dan tenang. Tidak terusik seujung rambut pun. 
    "Semuanya sampah belaka. namun , chucky . Jaman memang sudah  berubah.Agaknya,
sampah sekarang ini sudah menjadi dagangan yang laku keras. Dan, para pengaisnya,
lagi naik daun..." 
    chucky  sudah akan membuka mulut, saat  telpon berdering. Menyentakkan mereka
berdua.Karena ia yang paling dekat dengan meja telepon,syam kamaruzaman lah yang lebih dahulu 
mengangkatnya. 
    "Hallo?Ah, kau kiranya... Apa... Wah, yang benar saja... Hernya, dia masih disini.
Sebentar..." 
    Gagang telepon disodorkan kearah chucky . 
    "Untukmu.Dari untung , penjaga kantor kita... Eh, bekas kantor kita,di percetakan!" 
    chucky  bangkit dari duduknya.Mengambil alih telepon, dan begitu ia sahuti,
diseberang suara terdengar suara gempar: 
    "Bisa datang kemari secepatnya, Oom chucky ?" 
    "Apa yang terjadi?" 
    "Mengerikan. Sungguh tak masuk diakal... semuanya berantakan sekarang. Polisi
baru saja pergi, namun ..." 
    chucky  terperanjat. Berkata kaget: 
    "Hei, aku tidak serius saat  menyuruhmu untuk menembak..." 
    "Tidak seorang pun menyentuh bahkan mendekati meja Oom chucky . Senjataku pun tidak
pernah disentuh... Ada angin ribut... gempa dan... Lebih baik datang dan lihat
sendiri...." 
    Entah mengapa, pundaknya merinding. Bencana.Itulah yang sesaat  menyeruak
pikirannya. Sekali lagi,ditujukan pada dirinya. Paling tidak, memaksanya untuk terlibat
dalam bencana itu! 
    Setengah jam berikutnya, ia tiba di percetakan.Dugaannya, tidak keliru. 
    Bangunan megah dan luas itu, masih tegak ditempatnya.Kokoh dan tampak sedikit
sombong dalam jilatan rembulan dan lampulampu merkuri yang mengitarinya.Dilihat
dari luar, tenang dan damai. Didalam, riuh dan penuh kegiatan. Terutama dinihari ini,
di blok ketiga yang kata mereka sudah  dilanda angin ribut dan gempa.Yang
mengherankan, angin ribut dan gempa itu tidak sedikit pun menyentuh dua blok
lainnya. Gudang perbekalan dan penyimpanan amanaman saja. Tidak terasa getaran
samasekali. Di blok satunya lagi,memang getaran itu terasa nyata, mana gaduh
pula.Tentu saja. Disitu terdapat mesinmesin raksasa yang bergerak, terus bergerak,
nyaris tanpa mengenal istirahat. Ada angin ribut dan gempa? 
    Mereka yangsibuk di dua blok itu, saat  diberitahu, hanya mencibir tak percaya.Lain
halnya dengan blok terakhir. Yang pintu gerbangnya mengarah ke jalan raya. Di situ
berlokasi kantorkantor berbagai media cetak, yang baik siang maupun malam, tidak
pernah sepi. Tidak sampai dua jam sebelumnya, salah satu kantor disitu, sudah  diharam
jadahkan chucky . Saat ia memasukinya lagi sekarang,jika ia mau, bolehlah chucky 
menarinari gembira sambil  berteriakteriak histeris.Nyatanya, di sana sini ia hanya
tertegun dan tertegun memandang tercengang, menggeleng tak percaya,bahkan
mengusap dada segala.Di manamana yang tampak hanyalah keberantakan semata.
Yang paling porak poranda, adalah kantor paling belakang di blok itu. Kantor dimana
selama beberapa tahun, chucky  sering makan dan tidur. Yang dua jam sebelumnya, ia
sudah berjanji tak akan sudi lagi menginjakkan kaki.Sepanjang blok perkantoran itu
sampai ke tepi jalanraya, yang terlihat hanyalah sampah dan sampah.Sungguh,
sampahsampah menakjubkan. Dengan wujud berbagai bentuk dan rupa. Misalnya,
kertas.Mulai dari serpihan sampai lembaran utuh surat kabar,sampai majalah yang
masih terjilid. Hampir sama banyaknya dengan pecahan atau serpihan kaca. Yang
tadinya bekas gelas, piring, mangkuk, lapis meja, bufet,pintu atau jendela. Begitu pula
pecahan papan atau potongan kayu, sebagian diantaranya masih memperlihatkan
sisasisa bentuk asalnya semula... entah itu kursi, meja, atau rak. Belum lagi keranjang,
tong,karduskardus dan banyak lagi bendabenda lainnya yang biasa ditemukan di
sebuah perkantoran, yang menyeramkan, di sana sini terlihat pula ceceran darah... 
    chucky  tidak bisa membayangkan, berapa banyak diperlukan orang, berapa lama
diperlukan tempo,lantas kesabaran. yaitu , untuk memisahkan sampahsampah yang
masih mungkin terpakai, dengan sampah yang semurnimurninya sampah. Belum
lagi;memikirkan berapa banyak dokumen penting yang hancur bahkan hilang...chucky 
tersentak. 
    "..... Tasku!" 
    Kesibukan manusia disekitarnya, suarasuara teriakan marah, atau keluh kesah
berkepanjangan, bahkan ada yang masih bisa tertawa.... tentu saja menelan desahan
chucky  yang lirih. Namun, begitu melihat chucky  yang celingakcelinguk dengan
wajah pucat,untung  yang berdiri disampingnya sesaat  menggamit:chucky  dan
mengajaknya pergi ke salah satu sudut.chucky  nyaris tidak mengenali meja
kerjanya.Atau, bekas meja kerja.Pelapis kacanya sudah jadi serpihan yang berserakan
dilantai. Dua kaki patah. Sebagian papan meja itu berbelahbelah. Tempat dimana
mestinya terdapat laci,kosong melompong. Mantan meja kerjanya itu setengah
menungging ke tembok.untung  mengangkat sebelah kaki, dengan mana ia mendorong
meja itu pelanpelan. Sesaat  meja itu terbalik, dengan suara berderak. Dan dibawah
mana meja itu tadi menungging, tampaklah ransel dan tas koper chucky . Dan
tampaklah menyembul ujung:sepotong celana dalam. Bekas pakai yang belum sempat
dicuci. Membuat chucky  yang melihatnya terpaksa harus nyengir. lalu 
cengirannya hilang perlahanlahan Sesudah  melihat hal lainnya.Tas koper yang tadinya
bersih mulus, tampak begitu kotornya. Kulit luarnya robek disanasini. Penyokpenyok
dibeberapa bagian tas itulah yang menggiriskan perasaan chucky . Ia sudah dapat
membayangkan bagaimana nasib bendabenda yang tersimpan di dalam tas. Terutama,
kamera. Plus perlengkapannya: tele lens,zoom, lampulampu blitz... 
    Agaknya, mesin tik yang ditinggalkannya di Baturaja,merindukan temanteman untuk
mendampingi.chucky  mengangkat tas itu dengan tangannya yang gemetar. Tampaknya,
tidak ada yang mengganggu tas itu. Nomernomer seri kuncinya tidak ada yang
berubah. Toh, chucky  tetap saja merasakan dukacita yang dalam. 
    "Heran!" 
    untung  nyeletuk. 
    "Dia... bisa bertingkah. Galak pula!" 
    chucky  menatap, tak mengerti. 
    "Lihat benjolan ini?" 
    untung  menunjuk ketulang pipinya sendiri. Mata chucky  mengikuti. Tulang pipi untung 
yang kiri, tampak membengkak kebirubiruan. 
    "Masih ada lagi. Ini..." 
    untung  membuka kancingkancing baju seragamnya. Memperlihatkan memarmemar di
dada,iga, lambung. Bajunya dikancingkan kembali. Lalu bertanya dengan suara
bergetar: 
    "Ingin tahu bagaimana aku mendapatkan semua ini, Oom chucky ?" 
    chucky  melupakan kesedihannya. 
    "Ayolah. Kau ceritakan apa yang sebetulnya  terjadi...." 
    untung  lalu  bercerita. Dari awal sampai akhir.Di sebuah warung kopi pinggir
jalan. 
      Sekitar dinihari, angin dingin yang tidak biasa, bertiup memasuki blok perkantoran.dul latief yang sedang mengoreksi hasil zetting IBM bergumam menggigil. 
    "Hiih. Ini bukan lagi dingin namanya...!" 
    "Nenekku pernah bilang..." 
    Rausin, penata letak yang guyonnya sering keterlaluan itu, menimpali. 
    "Yang begini ini angin kiriman iblis. Tahu kirimannya darimana?" 
    "Pasti bukan dari neraka." 
    "Memang bukan. Neraka 'kan penuh kobaran api!" 
    "Dari Kutub Utara, ya?" 
    "Salah!" 
    "Lantas, Iblis ngirimnya dari mana dong?!" 
    Rausin menyeringai. 
    "Dari pantatnya!" 
    "Kok tidak berbau......" 
    "Namanya juga kentut iblis!" 
    Rausin tertawa ngakak.Saat itulah, seseorang, berteriak marah.untung  yang kebetulan
berdiri di luar pintu, menggerakgerakkan otot tangan dan kaki supaya tidak merasa
terlalu dingin menoleh terkejut. Teriakan itu ternyata berasal dari kantor paling depan,
di dekat pintu gerbang. Seseorang tampak berlari keluar, mengejar kertaskertas yang
berhamburan. Terbang kian kemari.Sebelum untung  sempat menyadari, apa yang terjadi,
dikantorkantor lainnya muncul keributan yang susul menyusul. Di manamana
terdengar teriakan marah,seruan terkejut, umpatan kasar. Terlihat pula orangorang
melompat untuk menangkap atau berlari untuk mengejar sesuatu. Namun semakin
banyak saja yang berhamburan, lalu diterbangkan angin, yang bertiup semakin
kencang. Dan bukan lagi hanya kertas... 
    dul latief sampai menjatuhkan kursi sewaktu melompat untuk menangkap settingan
naskah yang baru dikoreksinya. saat  untung  berlari masuk untuk membantu,kepala
untung  disambar kotak kardus yang melesat kearah pintu. Ia keburu berkelit dan selamat.
Rausin hanya tegak terpaku, dengan wajah pucat.lalu  dul latief ikut terpaku diam.
Begitu pula untung .Suarasuara berteriak, berseru, mengumpat di kantorkantor lainnya,
pun melenyap. Serempak. Padahal angin ribut itu masih menghantam kian
kemari,menghumbalangkan dan menerbangkan apa saja.Penyebabnya tidak lain,
getarangetaran pada lantai dimana kaki mereka semua berpijak. Mulamula samar
saja, lantas tahutahu bergetar kuat. Menggoncangkan dindingdinding kantor. Bahkan
mejameja berat bergeser, lalu seperti terangkatangkat. Apa saja yang dari kaca,
mulai pecah, bahkan papan, lalu ...Entah siapa dan dari sebelah mana, seseorang
berseru ketakutan: 
    "Gempa!" 
    Disusul: 
    "Keluar! Keluar semua! Keluar!" 
    Keadaan semakin bertambah kacau dan hingar bingar.dul latief sudah berlari
meninggalkan kantor.Rausin bermaksud mengikuti. namun  ia kalah cepat oleh sebuah
kursi yang terangkat dari lantai lantas, terbang melesat kearah Rausin dan lalu 
menghantam kepalanya. Rausin terhuyung. Muka dan kepalanya berdarah. untung  meski
panik, masih sempat menghambur kearah Rausin. Pemuda itu untungnya masih mampu
berdiri bahkan berlari mengikuti untung  yang memegangi tangannya, namun  kaki untung 
terantuk sesuatu.Pegangannya lepas. Namun Rausin terus saja berlari,entah kemana.
untung  yang sempat terjatuh cepatcepat bangkit untuk lari menyelamatkan diri.Pada
waktu ia bangkit, sesuatu melesat melewati tubuhnya, lalu jatuh ke lantai membentur
ambang pintu. Dalam paniknya, untung  masih sempat mengenali apa itu kiranya. Tas
koper, yang dipercayakan chucky  kepadanya. Secara naluriah untung  menyambar tas
itu.Pas saat  tas itu bergeser menjauh oleh sedotan angin bertenaga besar yang
sekaligus menarik tubuh untung  keluar pintu.untung  sempat terhumbalang, namun  mampu
tegak kembali. Tas dipeluknya eraterat, sembari berjuang melawan kekuatan angin,
yang terkadang menyedot,lain kali bagai menghempaskannya.Lambat laun, disadari
oleh untung , tubuhnya semakin mendekati pintu gerbang di depan sana. Jika ia terseret
arus angin atau siapa tahu, diterbangkan lalu terhempas di jalan raya...untung  bertambah
panik. Bahkan ngeri.Tanpa sadar, ia mulai menjeritjerit minta tolong. Lalu saat 
keputusasaan mulai mencekam dirinya, untung  tertolong. Bukan oleh seseorang.
Melainkan oleh tiang penyanggah bingkai pintu gerbang. Tiang besi yang tegak kokoh,
tak tergoyahkan. Refleks untung  bereaksi.Sementara tangan yang satu masih
menggenggam pegangan tas, tangan lainnya cepat menyambar tiang.Tubuh untung  sedikit
terputar, lalu punggungnya menghempas sesuatu. Tembok gedung. Di situlah, untung 
bertahan. Dengan punggung merapat ke tembok gedung dan sebelah tangan merangkul
tiang pintu gerbang. Ia terbebas dari sedotan angin dahsyat itu.Angin yang bersiut, dan
marah. untung  tidak perduli. Ia juga tidak takut tertimpa oleh runtuhan gedung.Karena
semakin mendekati pintu gerbang, permukaan bumi tempat kaki untung  bertahan, semakin
terasa melemah getarannya.Bahkan saat  ia selamat dalam perlindungannya sekarang,
getaran itu sudah  berhenti, sama sekali.Tinggal hempasan angin yang masih terasa.
Dalam kemarahan yang semakin menggila. Salahsatu hempasannya, menarik tas di
tangan untung . Karena semangatnya sudah kembali, untung  lantas melawan tarikan
itu.Tarik menarik pun terjadi.Lalu untung  terheranheran. Sepertinya, ada tangantangan
gaib menggerakkan tas itu. Belum habis keheranan untung , tas di tangannya mulai
bertingkah.Mulamula seperti melompatlompat dalam genggamanuntung . lalu , tas
itu menghantam lambungnya,mundur, lalu menghantam iga, terus dada, terakhir, tas itu
menampar wajahnya.Hantaman keras, tamparan menyakitkan untuk menggerakkan
tas.Tak ada siapasiapa di dekat untung , untuk menggerakkan tas. Yang ada, hanya
tangannya sendiri, yang masih menggenggam.... 
    Astaga! 
    Tangannya sendirikah? 
    Bingung dan ngeri, untung  merenggangkan cengkeraman tangannya pada pegangan
tas. lalu  melepaskannya sama sekali.Tas itu tidak jauh ke tanah. Mungkin tak sempat. Angin sudah  menyedotnya dengan kuat. Melayang, terbang diudara malam,
sepasang mata untung  membelalak takjub,mengawasi bagaimana tas itu melesat lurus
kearah sebuah mobil yang sedang diparkir di tepi Jalan sejajar pintu gerbang. Bias
lampulampu merkuri menerangi samarsamar bagian dalam mobil yang gelap. Ada
sesosok tubuh disana. Duduk tenangtenang dibelakang kemudi. Mungkin menunggu
seseorang, atau barangkali sengaja berhenti disana menunggu sampai badai angin
mereda.Dan, tas justru melesat ke jendela sebelah kiri pengemudi.untung  ingin berteriak
memperingatkan orang itu. Namun yang mampu dikeluarkan untung  hanyalah keluhan
lemah belaka. Ia sudah siap menunggu bunyi kaca jendela mobil terhantam, pecah. 
    Oh, tidak. Jendela mobil itu justru memang terbuka. 
    "Celaka! Kepala orang itu bakal..." 
    Syukurlah, orang itu membungkuk. Atau barangkali tas sudah menghantam
kepalanya? 
    Oh, tidak lagi! Karena orang yang ada dibelakang kemudi sudah duduk lurus
kembali. Dan tas melayang keluar jendela mobil.Dilemparkan dengan marahnya. Jatuh
terhempas didekat pintu gerbang. Menggeletak, diam.Mobil itu lalu  bergerak
perlahan. lalu  berlalu.Perlahan namun  pasti, badai angin pun ikut berlalu.
Dijalan raya mobilmobil dan sepeda motor saling berpacu dengan raungan mesin yang
memekakkan telinga.Kontras dengan suasana blok perkantoran. Mendadak sunyi sepi.
Samarsamar, terdengar suara berisik mesinmesin dari arah blok percetakan.
lalu ,banyak orang mulai keluar entah dari mana memasuki blok perkantoran.
Suarasuara manusia pun mulai terdengar. Makin lama makin ramai. Ada seseorang
menjerit. Dan orang lainnya menangis seperti kesakitan... 
    Sejenak, untung  linglung.lalu  ia membungkuk. Menjemput tas di dekatnya. 
    "...anehnya, dia tak bertingkah lagi!" desah untung , sambil  memandang kearah tas
dekat ransel di meja warung kopi itu. chucky  ikut menatap. Namun keprihatinan akan
nasib barangbarang miliknya yang mungkin penyok itu, tidak lagi terasa. Perasaan lain, mengusik lebih keras.Ada sesuatu menghampiri dirinya. Entah apa dan mengapa,
ia belum tahu. namun  ia harus mencari tahu.Karena sesuatu itu pastilah betapa
jahatnya dan keji.Yang disetiap langkahnya untuk mendekati chucky ,meninggalkan
bencanabencana mengerikan. Itulah yang dia rasakan. Meski, hampir tidak masuk
diakal chucky  sendiri! 
    ".... Sesudah  menelpon Oom, saya lantas berpikirpikir!" 
    untung  meneruskan. Sisa kopi di gelasnya ia habiskan dengan wajah memperlihatkan
bahwa ia tidak menikmati citarasa yang mengaliri lidahnya. 
    "Apa anehnya tingkah tas itu dibanding keanehankeanehan lain. Mencengangkan
lagi. Penyebab bencana di blok perkantoran seujung rambut pun tidak menyentuh dua
blok lain. Lalu mereka bilang, angin ribut dan gempa itu hanya perbuatan orang jahat
tukang tenung!" 
    chucky  memikirkannya.namun  akal sehat serta otaknya tidak menerima.Lagilagi
untung  yang membuka mulut: 
    "Terus, Oom. Adalagi yang bilang, blok dimana perkantoran itu berdiri,dahulunya
konon bekas pekuburan..." 
    chucky  menghela nafas. 
    "Tambah kopinya, Pak untung ?" 
    Dijawab dengan pertanyaan pula: 
    "Oom mengantuk?" 
    "Hanya lelah." 
    "Astaga... Saya baru ingat. Oom baru pulang dari perjalanan jauh. Belum sempat
istirahat..." 
    Tiba di rumah chucky  kembali harus kehilangan waktu istirahatnya. Seisi rumah
gempar menyambut kepulangannya. namun  chucky  sedikit terhibur oleh kegembiraan
dan kehangatan yang ia didapatkan dari mereka. Dan untuk kesekian kalinya, ia
relakan diri untuk menghadapi sekian banyak pertanyaan. Mana simpang siur
lagi.Bunyi bedug dari masjid menyelamatkan chucky .Pamannya mengajak ke Masjid.
chucky  menolak.Katanya: 
    "Aku sholat di kamar saja." 
    Pamannya mengangguk paham, lalu  meninggalkan rumah. Bibi chucky 
mengingatkan kedua anak wanita lesbian  mereka agar segera berhenti mengganduli
chucky . 
    "Biarkan abang kalian pergi ke kamarnya.Jangan lagi ada yang mengganggu!" 
    Sepupusepupu chucky  yang sedang meningkat remaja itu pada protes, namun 
akhirnya menyerah. Bahkan mereka bantu mengangkatkan barang bawaan
chucky .Lantas meninggalkan kamar, sambil  mengancam chucky  agar nanti kalau
sudah istirahat, chucky  harus melanjutkan obrolan mereka yang terputus tadi. 
    "Atau, aku tidak akan sudi lagi menyetrika baju Abang!" 
    Nurmala berkata sengit.farida  tidak mau mengalah: 
    "Dan, harus menyapu sendiri kamar Abang!" 
    Ancamanancaman yang menyenangkan! 
    chucky  ingin tertawa, namun betapa sukarnya. Berada sendirian di kamarnya,
selsel otak chucky  kembali pada berlarilari, tanpa arah yang jelas. Sampai kusut
sendiri. Air hangat untuk mandi yang disediakan oleh bibinya, sedikit menggendurkan.
Lantas bersujud menghadap Ilaahi, memohon petunjuk dan kekuatan.Pelanpelan
mengembalikan ketenangan pikirannya.Lupakan semua itu untuk sementara, dan
melompatlah ke tempat tidur.farida  menyimpan ransel dekat pintu. namun  Nurmala
sudah  menyimpan tas koper chucky  justru diatas tempat tidur. Sebelum menyingkirkan
tas itu ke tempat lain, chucky  mengawasinya sebentar. Lalu iseng saja,ia merapikan
kulit pembungkus tas yang robek disanasini. Salah satu bidang yang robek, sukar
dirapatkan. Pada saat itulah ia melihatnya. Diterangi lampu kamar yang benderang,
robekan pembungkus kulit itu ternyata mustahil dirapatkan. Karena pinggiran kulit
yang robek, tampak mengeriting,warnanya pun kehitamhitaman. Seperti halnya kulit
yang beradu dengan api, atau hawa panas berkekuatan tinggi. Busa pelapis
disebaliknya lebih nyata lagi kehangusannya.Antara sadar dan tidak, jari jemari
chucky  mengoreki robekan busa yang sepertinya bekas hangus itu.Tersentuhlah
lalu , baja tipis, pembungkus utama tas kopernya.Robek juga! 
    chucky  berdebar. Nomornomor seri kunci tas kopernya segera diputar ke netral.
Lalu tutup tas ia sentakkan terbuka. Firasat mengejutkan menggerakkan pikiran chucky 
untuk mengabaikan saja semua dokumen dalam map, kamera serta
perlengkapannya,rolrol film, pesawat rekam ukuran mini dan
sebagainya.Perhatiannya langsung dipusatkan ke satu arah.Sebuah tas tangan
wanita lesbian . Dan apa yang ia harapkan untuk ia lihat, memang terlihat.Tas tangan itu
pun robek. Malah kulit tas itu sampai melepuh. Tangan chucky  semakin gemetar saja
saat  tas tangan itu diambilnya perlahanlahan. Isinya ia tumpahkan ke tempat tidur.
Ia tidak merasa perlu mengingat semua isinya. chucky  hanya ingin memastikan
keberadaan satu benda saja. Yang secara tidak patut, sempat dipakainya tanpa hak.
Lalu begitu ia menyadari keteledorannya, mengembalikan benda itu ke tempat yang
semestinya.Firasat chucky  terbukti benar.Benda itu sudah raib.Tidak perduli
bagaimana caranya dan siapa yang meng ambilnya. Yang pasti, kalung dengan liontin
bertatahkan berlian itu sudah  hilang. Liontin dengan lambang ular berkepala
ganda.Tanpa dia kehendaki, membayang sesaat  di pelupuk mata chucky  kesunyian
malam ditengah hutan belantara. Sebuah mobil tak bertuan, terdampar disana.chucky 
membuka pintu mobil itu. Lampu dalam segera menyala. Temaram. Lalu dari balik
tumpukan pakaian yang centangperenang menggeliat keluar seekor ular besar,
panjang, bersisik hitam legam.Seekor ular berkepala ganda.Menatap kearah chucky 
dengan dua pasang bintikbintik mata yang berlinanglinang.     chucky  terhenyak di pinggir tempat tidur. Lemas.Perasaan bersalah melecut
pikirannya. chucky  bukan saja sudah  memakai barang milik orang lain, tanpa
hak.Barang itu kini bahkan sudah hilang lenyap. Diluar kekuasaannya chucky 
memang. Namun tetap harus dipertanggungjawabkan! 
    chucky  adalah chucky .Menyesal atau marahmarah memang sifat alami manusia.
namun , menyesali diri berlamalama, bukanlah sifat chucky . Dan, biarkanlah
kemarahan ini menguasai dirimu. Nanti akan kau lihat bahwa pada akhirnya kau tidak
akan memperoleh apaapa.Peredaran darah disekujur tubuh chucky  yang sempat
membeku, kembali mengalir. Otaknya mulai bekerja.Otot dan syaraf pun lantas
bereaksi. Perlahanlahan chucky  bangkit dari duduknya. Ia kemasi barangbarang
yang berserakan di tempat tidur. Dengan menyisihkan selembar Kartu Tanda Penduduk
atas nama jessica  mawar  sejenak lamanya, ia amati pasfoto wanita di kartu tersebut.
Sebelumnya, chucky  sudah beberapa kali melakukan hal yang sama.Semakin chucky 
mengenali wajah itu, semakin kekaguman pada kehalusan dan kelembutan yang
terpancar dari wajah jessica .Jika lalu  timbul ketertarikan dalam diri chucky 
sebagai seorang laki laki, itu wajarwajar saja adanya.Yang tidak wajar adalah
perasaan lain yang ikut membonceng. Perasaan menyayangi. Terutama,keinginan untuk
melakukan sesuatu yang dapat membuat bibir mungil itu tersenyum bahagia. Entah
mengapa, perasaan dan keinginan itu terus mendera.Sehingga lambat laun berkembang
menjadi semacam kewajiban yang harus chucky  selesaikan sampai tuntas. 
    "Aneh juga!" 
    chucky  bergumam lirih.Ia membuang jauhjauh pikiran yang agak mengganggu itu.
Lalu kini ganti membenahi isi tas kopernya sendiri. Sedikit pun chucky  tidak berminat
lagi pada tumpukan mapmap, fotofoto, gulungan rol film maupun bendabenda lain
yang merupakan hasil liputan sewaktu chucky  menjalankan tugas kewartawanannya
nun jauh salah satu pelosok Sumatera.Semuanya dikeluarkan lalu disimpan semau
hatinya dimeja kerja dekat jendela kamar tidur. Kamera serta perlengkapannya saja
yang tetap ia biarkan di dalam tas. Disusun hati hati, untuk memberi tempat yang luang
dan nyaman pada tas tangan jessica  mawar .Kamera dan perlengkapannya akan
diantarkan chucky  ke studio langganannya. Untuk diservis dan, jika ada komponen
yang rusak supaya segera diganti. Begitu pula tas koper, chucky  tahu pada siapa ia
harus menyerahkannya. Bukan untuk diperbaiki. Melainkan untuk diperiksa, diteliti
penyebab kerusakannya yang begitu rumit bahkan misterius. Jika perlu, dengan
menggunakan mikroskop. Betapa kuat hasrat chucky  untuk mengetahui bagaimana... 
    Ada kilau gemerlapan di pojok dalam tas.chucky  memungut hatihati. Lalu
didekatkan kecahaya lampu. Tiga butir mata berlian yang besar,masingmasing
mendekati biji kacang hijau. Dengan bentuk dan potongan yang sama.chucky  tidak
berpikir mengenai harga. Yang ia pikirkan hanyalah, bahwa benda dimana semestinya
batu permata itu tersimpan, memang ada dan nyata.Bukan sekedar halusinasi. Dan
benda itu sudah  diambil paksa oleh seseorang. Tak perduli siapa, bagaimana dan
mengapa. Yang pasti dan senyatanya, benda itu hilang.Meskipun sekarang chucky 
beruntung masih menemukan sebagian dari apa yang hilang itu. chucky  tidaklah lantas
bersorak gembira. Justru perasaan bersalahnya semakin terlecut.chucky  menarik keluar selembar foto diatas meja dari pembungkus plastiknya. Ke pembungkus mana
batubatu mulia itu ia masukkan, lalu  disimpan pada tempat yang ia perkirakan
cukup aman: dalam loketnya. Sesudah  itu ia bersalin pakaian, mengenakan sepatu, lalu
keluar dari kamar dengan menjinjing tas disatu tangan dan KTP jessica  mawar 
ditangan lainnya.Di luar kamar ia berpapasan dengan bibinya yang memandang heran.
Di ruang duduk, pamannya yang sudah kembali dari masjid dan tengah menikmati kopi
susu sambil membaca harian pagi, juga menatap heran.Terlebihlebih Sesudah  mata
sang paman menatap tas koper yang wujudnya tidak karuan itu. Namun orangtua itu
tidak mengutarakan sepatah kata pun juga. Ia kembali memusatkan perhatiannya ke
suratkabarnya.chucky  langsung berjalan ke pesawat telepon, dengan pesawat mana ia
lalu  berkomunikasi ke luar.Diperlukan waktu menunggu beberapa saat. Baru
Sesudah nya ada hubungan, mengucapkan salam, lalu memastikan nomor telepon yang ia
hubungi tidaklah salah sambung, lantas pada orang yang menyambut teleponnya ia
minta berbicara dengan jessica  mawar .Saat itulah sang paman mengangkat
muka.Tergerak ingin tahu.chucky  berbicara di telepon: 
    "... siapa saya tidaklah penting. namun  saya menyimpan barang milik Zus jessica  yang
harus saya kembalikan padanya... oh,begitu. Memang itulah maksud saya menelepon.
Maaf,jika saya sudah  mengganggu sepagi ini, dan... Baiklah.Saya akan datang
secepatnya kesana. Terima kasih!" 
    chucky  menyimpan gagang telepon.Memutar tubuh untuk pamit. Dan menyadari
sesuatu dibalik sinar mata pamannya yang tidak keburu menghindar. chucky 
tersenyum. Riang, ia menggoda orangtua itu: 
    "Tenang saja Paman. Jika kita ada umur panjang, percaya saja deh. Akan
kupersembahkan calon isteriku kepada paman..." 
    Lawan bicaranya membelalak. chucky  menyeringai, lantas meralat kalimatnya tadi: 
    "Maksudku, kuperkenalkan. namun  bukan dia orangnya..."Ya. Bukan jessica 
mawar  orangnya.chucky  merasa pasti. namun  mengapa ia merasa pasti? 
    "Jangan berlamalama, chucky !" 
    Sang paman akhirnya buka mulut. 
    "Oh. Calon sih banyak, hanya..." 
    "Yang kumaksud, Nak. Kau jangan pergi berlamalama!" 
    Orangtua itu menjelaskan dengan sabar. 
    "Kau baru saja pulang dari perjalanan jauh. Kau mau memaksakan diri sih...
Bolehboleh saja. Yang jadi masalah, aku masih saja tidak kuat menahan sebal jika
didekatku ada orang sakit yang merintihrintih sengsara." 
    Suara lain, tahutahu sudah nimbrung: 
        "... yang paling baik, Pak. Seret lalu ikat dia di tempat tidur. Beres!" 
    Bibi chucky  mendekat lalu dari baki memindahkan meja duduk, segelas kopi susu
dan mangkok berisi dua butir telur rebus. Juga plesples berisi bubuk garam dan
merica. Si suami memandang penuh minat, lantas menggapaikan tangan ke mangkok
berisi telur rebus.Belum juga tersentuh, mangkok itu sudah menjauh. 
    "Tadinya memang jatah Bapak, 
    " isterinya mengomel. 
    "Yang dua butir lagi, sedang direbus  farida ..." 
    Lalu pada chucky : 
    "Ada yang gatal?" 
    chucky  berhenti menggaruk kepala.lalu  duduk untuk menikmati sarapan
paginya.Telur rebus diletakkan ke pinggiran sebuah gelas kecil.Ke gelas mana telur
setengah matang itu dimasukkan,diaduk dengan bumbu, lantas dengan gerakan sengaja
dilambatlambatkan, disendok ke mulut. Sedikitsedikit,mata dipejampejamkan
pula.Sang Paman hanya mampu memandang saja.Dengan iri.Syukurlah, farida  segera
muncul untuk mengantarkan bagiannya. Melihat tas koper yang wujudnya berantakan
itu, farida  berkata: 
    "Tadi malam pun aku sudah berpikir. Pasti tas Abang itu tersenggol kereta api.
Heran ya, Abang masih hidup...!" 
    Hidup, memang terkadang menyenangkan.Puas saling menggoda, chucky  lalu 
pergi kegarasi, masuk ke mobil mini bus miliknya, disebelah mobil sedan milik
pamannya. Mesin dipanaskan, turun lagi, membuka pintu garasi lalu pintu gerbang
depan. Ia merentangrentangkan lengan dan kaki sebentar,meliukliukkan pinggangnya
sampai terdengar bunyi berkeretak lemah, menghirup hawa sejuk pagi hari dengan
perasaan lebih nyaman dan gembira.Waktu mengeluarkan mobilnya ke halaman dan
berputar menuju gerbang, di teras ia melihat sosok bibinya memperhatikan dengan
gundah. chucky  melambai dengan mulut tersenyum. Bibinya balas melambai, namun
tidak ikut tersenyum.wanita lesbian  itu lalu  masuk ke dalam rumah.farida  sudah
menghilang lagi di dapur, hanya si suami saja yang masih tetap duduk di kursi semula,
sudah  pula asyik dengan surat kabarnya. Menyadari sang isteri tetap memperhatikan, si
suami mengangkat muka.Tanpa menunggu pertanyaan, ia sudah paham apa yang
menjadi masalah. Lalu, Sesudah  menghela nafas iapun berujar: 
    "Mengapa pula aku mencegah dia? Semua juga tahu. Sekali chucky  ingin bergerak,
maka ia akan terus bergerak. Siapa pun tidak bisa menahan!" 
    Kembali menyimak ke surat kabarnya, ia mengakhiri: 
    "Dinamis.Itulah chucky . Dan aku beruntung menjadi pamannya!" 
    "namun , Pak..." 
    "Hem?" 
    Sambil si suami tetap menekuni bacaannya. 
    "Aku didatangi firasat yang..." 
    Kalimat sang isteri dihentikan oleh komentar pendek sisuami: 
    "wanita lesbian ....!" 
    Menjengkelkan. Tentu saja.Si isteri pun minggat ke dapur. Larut dibawa perasaan
dan firasat kewanitaannya. Disebelahnya, farida  sibuk mengiris rempahrempah,
sambil menyanyikan lagu cinta yang waktu itu lagi trendi. 
    "...senyum manismu... pertama kali kita bertemu... Aduhai lembutnya tutur kata.." 
    "...diamlah!" 
    Mulut farida  mengatup sesaat . Lalu ia berpaling.Bukan menghadap ke ibunya.
Ibunya pun ikut berpaling. Di pintu dapur, ayah farida  berdiri tegang dan pucat.
Tangannya masih memegang surat kabar yang tadi dibacanya.Dari mulut lakilaki
setengah baya itu, terdengar suara menggagap: 
    "... kalian dengar? Nama anak itu...bobo ... apakah...." 
    "Anak yang mana, Ayah?" 
    Mulut itu terus menggagap, 
    "... dan, inisial ibu si anak,kata mereka emem... Bisa saja dia itu anna michele...." 
    "...z, "
        farida  melanjutkan katakata ayahnya,tanpa sadar. 
    "Memangnya ada apa sih. Ayah bikin kaget orang saja!" 
    farida  tanpa sengaja melihat ke surat kabar ditangan ayahnya. Dan terbaca olehnya
sebuah judul dalam huruphurup cetak besar: 
    "IBU MUDA JELITA DIDUGA MEMBUNUH ANAK KANDUNG" 
    farida  melompat ke pintu. Suratkabar dirampas dari tangan ayahnya, tanpa minta
ijin lebih dahulu . Ibunya hanya berdiri, bengong. Sementara sang ayah tahutahu sudah
lenyap dari ambang pintu. Hanya bunyi langkahnya saja yang terdengar. Berlarilari
menuju pintu depan rumah. sambil  memanggilmanggil: 
    "chucky ? Tunggu sebentar, chucky . Ada yang...chucky ?!" 
    Agaknya lupa, ponakannya sudah lama berlalu. 
        Lima menit Sesudah  meninggalkan ujung toll Jagorawi,chucky  menemukan jalan yang
ia cari. Terselip diantara tembok tinggi dua buah rumah atau mungkin bungalow. Jalan
menurun yang tidak seberapa lebar.Hanya pas untuk dua buah mobil berpapasan, itu
pun harus sambil mengurangi kecepatan. namun  mulus,dihotmix. Nyaman pula dalam
kendaraan karena belokanbelokan ditata tidak terlalu tajam, dengan panorama indah
terhampar penuh pesona dibagian yang tanahnya terbuka. Dengan syarat, pikir
chucky ,anggap kita belum pernah melihat alam Sumatera.Sesudah  berhenti sejenak
untuk bertanyatanya pada seorang pejalan kaki yang kebetulan berpapasan,tibalah
chucky  dibagian jalan lurus dan panjang.Sesuai penjelasan si pejalan kaki, mendekati
akhir jalan lurus itu, chucky  melihat sebuah pintu gerbang besar dari lembaran besi
yang dicat warna orange. Nomor yang tertera pada pada penyangga gerbang, cocok
dengan nomor rumah yang tercantum pada KTP yang dikeluarkan lalu disimpan
kembali oleh chucky  di saku kemejanya.chucky  berhenti lalu turun.Mencari sebentar
dengan matanya, lalu ia tentukan lobang persegi pada lembaran besi warna
oranye,sejajar bahunya chucky  menjulurkan tangan ke depan menembus lubang
terbuka itu, dan menekan bel yang ada di situ. Membayangkan ada sabetan golok dari
balik lembaran besi, lantas pergelangan tangannya lenyap sesaat . chucky  pun
bergegas menarik mundur tangan yang dicintainya itu.Bel itu disambut sebuah
suara.Bukan musik lembut atau ning nong yang monoton,melainkan gonggongan keras
seekor anjing, jauh dari sebelah dalam pintu gerbang.Gonggongan itu pun dengan
segera sudah berhenti diam. Namun toh chucky  sempat merasa miris juga.Sadar,
belum pernah ia teringat untuk belajar ilmu tentang menangkal serangan seekor anjing,
yang selain besar dan galak, sedang marah pula. 
    "Baiknya sih... urusanku cepat selesai. Dan disini, bukan didalam sana, " dalam hati
chucky  berharap. Ngeper.Ada bunyi gemerincing dibalik pintu gerbang. Lalu bunyi
sesuatu berderak. chucky  melompat terkejut.Lalu mundur dua langkah, mendekati pintu
mobil.Diamdiam meyakinkan, pintu mobil itu tidak ia kunci sebelum turun sehingga
jika perlu, ia dapat melompat masuk kedalam untuk mengamankan diri.Gemerincing
rantailah yang terdengar tadi.Dan bunyi berderak, ternyata suara pintu kecil di sudut
kiri lembaran pintu gerbang. chucky  pun pasang kudakuda untuk merenggut terbuka
pintu mobil. 
    Lalu... 
    Bukan sosok anjing setinggi pinggang yang muncul.Melainkan sosok manusia,
tingginya pun tidak melebihi pundak chucky . namun , jangan buruburu menarik nafas
lega. Lelaki itu boleh pendek, namun kekar.Dengan otototot mencuat kencang dari
balik baju kaus serta celana jean ketat yang membungkus tubuh yang penuh vitalitas
itu. Dibawah rambut yang dicukur model tentara, terpampang seraut wajah
persegi.Dahinya kuat, sorot matanya keras, tulang pipi kukuh,dagu pun liat, dan
melihat tarikan bibir orang itu,bukan mustahil Charlie Chaplin akan buruburu cari
makan dengan cara lain saja. 
    Belum cukup? 
    Dengarlah suaranya. Sudah dalam, serak;dan kering pula: 
    "Mau bertemu siapa?!" 
    Wah! 
    namun  karena yang dia hadapi jelas manusia biasa juga seperti dirinya, chucky 
sedikit lebih tenang. Tanpa mengabaikan kewaspadaan, ia perlihatkan harga dirinya.
Lewat jawaban pendek: 
    "Zus jessica . Sudah ada janji!" 
    Dahi yang keras itu berkerut. Tidak segera berkomentar.Sama seperti sebelumnya
chucky  menelepon ke alamat ini, orang yg menyahutinya terdiam sejenak.
Bedanya,chucky  tidak tahu, apakah diamnya orang yang menerima teleponnya juga
disertai kerutan di dahi.Pertanyaan lagi: 
    "Anda siapa?!" 
    Lumayan: Anda. Bukan, kau.chucky  tambah berani. 
    "Ada atau tidak?" 
    Barulah Sesudah  itu ada sahutan,yang nadanya bukan kalimat tanya. 
    "Bukalah pintu gerbang, Johan..." 
    Suara yang itu bersiul dari balik pintu gerbang. Tidak terlalu dekat. Malah agak
sayupsayup sampai.Lelaki yang dipanggil dengan nama Johan itu mengangkat
pundak. 
    "Ya. Jika Bi nyi  kembang  sudah angkat bicara, siapa yang berani membantah?" 
    Masih kalimat tanya, memang. namun  selagi Johan membuka pintu gerbang, chucky 
menangkap dua hal.Pertama, suara bernada tinggi itulah yang menerima telepon
chucky  pagi tadi. Kedua, Johan menaruh segan, paling kurang menurut perintah
pemilik suara,dengan sesaat . Ini membawa perubahan pada gaya pembicaraan
Johan. 
    "Kadangkadang ada truk besar lewat disitu..." 
    Dagu itu gerakkan kearah jalan. 
    "Lebih baik dibawa ke dalam." 
    chucky  memundurkan mobil, untuk lalu  memasuki jalan kerikil diantara
rerumputan dan tanaman hias. Dengan pepohonan pinus di kiri kanan jalan,diatur
berselangseling sehingga sinar matahari tidak akan mengganggu kenyamanan pada
orang yang melaluinya. Pepohonan mangga dan rambutan juga tampak dibagian lain,
lalu  patungpatung, air mancur yang mengalir deras dan bening seperti
kaca.Semua itu melengkapi sebuah rumah gedung besar dan tampak megah,
arsitekturnya merupakan kombinasi dari dua jaman berbeda. chucky  memarkir
mobilnya dipekarangan yang cukup untuk menampung paling sedikit sepuluh mobil.
Saat itu hanya ada satu mobil didekatnya, sebuah sedan rakitan terbaru, dari merk yang
chucky  tidak berani mengimpikannya. Dua lainnya tampak sekilas lewat pintu garasi
yang menganga terbuka. Salah satunya minibus yang lebih besar dari punya chucky ,
namun tetap saja membuat mobil chucky  seakan baru saja memasuki halaman
parkir;yang salah.Selagi turun dari mobil, diamdiam chucky  menyesali mengapa ia
selalu mengabaikan teguran farida . 
    "Dicuci setahun sekali! Andai mobi Abang punya hak suara...!" 
    Seorang wanita menunggu chucky  diambang masuk beranda. Tubuhnya
sedangsedang saja namun  tampak semampai dibalik pakaian rumah yang rapi serta
serasi:dengan suasana disekitar. Umurnya sukar ditebak.namun  pasti sudah melewati
40 an atau mungkin sudah mendekati 50. Namun satu hal membedakan ia dengan orang
pertama yang menyambut kedatangan chucky  di tempat itu. wanita lesbian  itu menunggu
dengan senyuman manis.Namun pikiran chucky  tengah dipenuhi oleh sosok lain. Sosok
yang belum jelas dan tidak utuh. Betapa tidak sabar chucky  untuk segera bertemu
dengannya.Melihat dirinya seutuhnya. Bukan hanya sekedar raut wajah lembut dengan
tatap mata yang seperti minta:dilindungi itu. chucky  lebih tidak sabar lagi untuk
mengetahui, mengapa chucky  mendadak terikat pada wanita yang malah belum pernah
dikenalnya itu.Sedemikian meluapluap hasrat chucky  untuk bertemu muka dengan
jessica  mawar . Sehingga sambil turun dari mobil ia langsung saja main sambar tas
di tempat duduk sebelahnya. Lumrah. Kebiasaan seseorang memang sering mengikuti
orang itu kemana pun ia pergi. Yang tidak lumrah adalah perubahan di wajah
siwanita lesbian  tengah baya yang menunggu di beranda.wanita lesbian  itu tidak lagi
tersenyum. Melainkan tercengang, meski masih dalam batasbatas yang sopan.Arah
tatap mata kebingungan itulah yang menyadarkan chucky . chucky  pun menggerutu
samarsamar. Lantas buruburu mengembalikan tasnya ke dalam mobil. Wujud benda
itu betapa menyebalkan,sehingga tong sampah pun pasti enggan menampungnya.
Seperti habis disenggol kereta api, kata farida . 
    Sialan! 
    chucky  mengeluarkan tas tangan warna abuabu,dengan mana ia lalu 
bergegas naik ke beranda.Ada rona terkejut di mata si wanita lesbian  tengah baya saat 
melihat apa yang dipegang chucky , sepintas,tubuhnya yang kecil semampai itu seperti
bergetar.Sebuah pemandangan sepersekian detik saja, dan chucky  menganggap yang
tampak sepintas itu hanyalah tipuan mata belaka. Senyum sopan itu kini disertai ajakan
ramah: 
    "Silahkan masuk." 
    chucky  melangkah ke ambang pintu yang terbuka.Satu langkah, dua langkah, tenang
dan penuh kepercayaan diri. Langkah ketiga, barulah mengendor.Jatuhnya di lantai
pun tak ubahnya daun yang gugur.Teramat perlahan, seperti takut mengganggu orang
yang tertidur pulas. Sayangnya sang makhluk yang dilihatnya bukanlah sedang tertidur.
Gerakannya pun nyaris tidak terlihat. Dari posisi rebah ke posisi tegak,diatas empat
kakinya yang kokoh. chucky  benar.namun  sungguh betapa celakanya kebenaran itu:
tinggi mahluk memang sebatas pinggang chucky . Mata galak,moncong terbuka
mempertontonkan taringtaring runcing mengkilat. Siap merobek, tak peduli yang harus
dirobek itu lembaran baja.Mahluk itu tidak menggonggong, kini.Ia hanya menggeram.
Geraman yang seakan tertelan,untuk kelak muncul lagi dalam sebuah impian yang
paling buruk.Suara lunak menyebut sebuah nama, disusul perintah: 
    "soebandrio ? Masuk!" 
    chucky  tidak berani berpaling. Konon pula, bukan namanya yang disebut. Ia tetap
mengawasi makhluk itu, tanpa berani berkedip. Ia coba tersenyum kearahnya. Karena
terlalu dipaksa geraham chucky  malah kaku. saat  mahluk itu menggeram lagi
chucky  pun mengatupkan geraham, ekstra hatihati. 
    "Kau dengar tidak soebandrio ?" 
    chucky  masih belum berani berpaling kearah pemilik suara, entah diarah mana
chucky  tak perduli. chucky  tidak boleh lengah. Benar saja, mahluk itu mulai
bergerakgerak. Otototot pahanya yang kokoh tampak bergetar. Tas kecil di tangan
chucky  digenggam kuat.Siap dipukulkan. Atau, dipakai melindungi pergelangan
tangan. Konon, bagian itulah yang paling pertama diserang. Atau justru leher.namun 
mahluk itu sudah memutar tubuh besarnya. Lalu berjalan melintasi ruang tengah
kearah sebuah pintu lainnya. Disana ia membalik lagi 180 derajat,memandang galak
sejenak kearah chucky . Baru lalu  rebah diatas keempat kakinya di lantai.Si
wanita lesbian  tengah baya berkata disampingnya: 
    "Silahkan duduk, Tuan." 
    chucky  mengangkat sebelah kaki. Pelan saja. Namun cukup membuat terangkat
sangat cepat. Matanya mengancam. chucky  menurunkan kakinya ke tempat
semula."Kopi atau teh, Tuan?" 
    "...teh." 
    wanita lesbian  itu melintasi ruang tengah pula, berhenti sebentar di pintu lainnya.
Mengawasi mahluk yang tidak mengalihkan perhatiannya dari chucky . Siwanita lesbian 
mengangkat pundak, lalu  menghilang dibalik pintu. Ada helaan nafas di ruang
tengah itu. Lalu suara lunak tadi terdengar lagi: 
    "... Oh. Aku masih disini, Jalius. Maaf, barusan soebandrio  bertingkah agak tidak biasa.
Sampai dimana kita tadi... Begini saja,Jalius. Urusan negosiasi itu kulimpahkan
sepenuhnya padamu.... Tidak. Jangan hari ini. Besok saja kaumelapor ke kantorku. Satu
jam Sesudah  waktu makan siang... Ya, ya... Boleh juga. Dan Jalius, tolong beritahu
Nadia untuk membereskan urusan dengan kantor pajak. Apa... toh. Aku merasa lebih
sehat sekarang.Terimakasih, Jalius. Sampai besok siang!" 
    Terdengar bunyi gagang telepon berdetak lembut ditempat penyimpanannya. Helaan
nafas lagi. Lantas suara langkahlangkah kaki mendatangi. Dan,muncullah dia di pintu.
Seraut wajah yang selama beberapa hari belakangan ini seakan menyertai chucky 
kemana pun chucky  pergi. Kalimat pertamanya untuk chucky  adalah: 
    "Astaga. Saya kira Anda sudah duduk dari tadi..." 
    chucky  mempelajari sekilas sosok tubuh yang berdiri didepannya. Lantas
menyeringai. Tersipusipu. 
    "Dobberman Anda...  saya lagi asyik mengaguminya!" 
    "soebandrio ! Itulah yang mengherankan. Entah mengapa...Eh, mari duduk!" 
    "Terima kasih." 
    chucky  menggerakkan kaki. Tidak ada reaksi apaapa,kecuali dengusan pelan dari
hidung sang mahluk.chucky  mengambil tempat disebuah kursi yang besar dan empuk.
Langsung menyandar. Mengendurkan syaraf serta ototototnya yang tegang dari tadi.
Si wanita  lesbian  melirik sebentar ke anjing ras yang masih mendekam dipintu lainnya.
Dobberman itu melengking lemah,menurunkan kepalanya diatas kakikaki
depannya.Seakan menyesal. Si wanita  lesbian  menggelengkan kepala.lalu  mengambil
tempat duduk disebelah kiri chucky .Dia tidak semungil yang kubayangkan, chucky 
membathin. Mungkin benar dia baru sembuh dari sakit,namun  dia tampak tidak lemah.
Bukan type orang yang suka mencari perlindungan dibalik punggung orang lain.
Barangkali chucky  sudah  keliru menilai gambaran jessica  mawar  yang hanya ia
kenal melalui foto diselembar KTP saja.wanita  lesbian  itu rupanya tahu dirinya sedang dinilai.
Ia tersenyum samarsamar, lantas buruburu mengingatkan: 
    "nyi  kembang  memberitahu saya bahwa Anda menyimpan sesuatu. Dan....". 
    wanita  lesbian  itu berhenti sampai di situ. Ia sudah  melihat apa yang dari tadi dipegang
tamunya. chucky  tersadar. Tas tangan wanita abuabu itu ia letakkan diatas meja
duduk. Dan saat  ia sodarkan kearah tuan rumah,wanita  lesbian  itu sesaat  mengejang
ditempat duduknya. 
    "Agaknya, Anda langsung mengenali..." 
    chucky  menggumam.Suara ramah tadi berubah datar dan dingin: 
    "Dimana Anda menemukannya?" 
    "Sebaiknya diperiksa dahulu , Nona. Apakah ini memang tas Anda. Apakah isinya..." 
    "Dimana?!" 
    chucky  pun tersinggung. Ia paling tidak suka ditekan. 
    "Sebentar, Nona. Saya kira Anda tentu lebih tahu dimana Anda meninggalkan tas ini.
Mengapa Anda meninggalkannya begitu saja disebuah tempat terasing.... saya sendiri
pun ingin tahu. Banyak hal sudah  saya alami karenanya..." 
    Di pelupuk mata chucky  membayang kegelapan dan kesunyian di tengah hutan. Ada
mobil tak bertuan... 
    tumpukan pakaian.... 
    ular yang menakjubkan... 
    mobil lainnya datang... 
    lalu  membawa pergi ular itu... 
    bis tabrakan... 
    gedung percetakan... 
    tas koper chucky  rusak berat, dan... 
    chucky  mengeluarkan loket dari saku celananya.Kantong plastik bekas pembungkus
foto, ia keluarkan dan diletakkan dekat tas. Sinar matahari pagi yang mengintip dari
jendela, langsung memantulkan warna bening itu. chucky  mendengus tak sabar. 
    "Saya juga penasaran mengenai sesuatu yang ada kaitannya dengan butirbutir
berlian ini!" 
    Ada langkahlangkah kaki mendekat.nyi  kembang  muncul membawa minuman. Ia sudah akan
meletakkan di meja, sewaktu ia melihat tas tangan warna abuabu itu. nyi  kembang  menegun.
Wajahnya berubah pucat pasi. Bahkan suaranya bernada ketakutan: 
    "Oh.Bukankah..." 
    nyi  kembang  lalu  menatap chucky .Menatap dengan pandangan ngeri. Seakan yang
dilihatnya adalah hantu seseorang yang sudah mati dilindas truk. wanita lesbian  itu
berjuang keras menguasai diri.Dan akhirnya mampu juga ia meletakkan
cangkircangkir berisi minuman meski dengan tangantangan gemetar. lalu 
Sesudah  meliriklirik lagi ke tas tangan itu, ia memutar tubuh. Lantas berlalu tanpa
menolehnoleh lagi ke belakang. Langkahnya, jelas agak limbung.Seolah terpengaruh
oleh kelakuan pelayannya, si wanita  lesbian  ikutikutan pula membayangkan kengerian di sinar
matanya. Mata yang menatap tidak berkedip ke batumulia yang terus saja bersinar
semakin gemerlap itu. Ia menggagap, 
    "... itu, tampaknya adalah..." 
    "Bagian dari sebuah kalung..." chucky  memberitahu.Mulai bingung sendiri dengan
situasi ganjil yang dihadapinya. 
    "Kalung! Dan tentunya milik... jessica ..." 
    wanita  lesbian  itu mengerang.Tekanan suara tuan rumah saat  menyebut nama jessica ,
sesaat  menyentaknyentakkan pikiran chucky . Ia pun terbawa latah. 
    "Anda..." 
    "Rani... saudara kembar jessica . Rani skandinavia ..." 
    wanita  lesbian  itu memberi tahu. Namun tampak seperti tidak menyadari, bahwa ia tengah
memperkenalkan diri. Pandangan matanya nanar menatap ke tas tangan di
depannya.Lurus ke kulit tas yang robek... dan robekan itu seperti tidak wajar. Tanpa
berpaling dari robekan itu, ia berujar getir. 
    "Oh. Katakanlah segera... Jangan biarkan aku tersiksa berlamalama. Katakan...
bahwa firasatku benar. Kalung itu sudah..." 
    Setengah terpana chucky  menyahut tak sadar: 
    "Hilang!" 
    Tubuh si wanita  lesbian  meliuk keras. Lalu mendadak tersandar lemas di kursinya. Menyangka
wanita  lesbian  itu pingsan,chucky  bangkit. Ada suara geraman marah. chucky  tahu apa yang
menggeram itu. Ekor matanya bahkan sempat menangkap bayangan sosok mahluk
disana itu,serempak berdiri. chucky  mendekati si wanita  lesbian .Menepuknepuk pundaknya
dengan lembut. 
    "Nona? Nona Rani...." 
    Rani skandinavia  membuka kelopak matanya. 
    "Aku baikbaik saja...." 
    namun  sudutsudut matanya membasah. 
    "Ada yang dapat saya bantu?" 
    chucky  bertanya kuatir.wanita  lesbian  itu menangkupkan wajah di kedua telapak tangannya
yang tampak bergemetaran. 
    "Pergilah!" 
    "namun , Anda..." 
    wanita  lesbian  itu mulai terisak. 
    "Tolonglah. Tinggalkan aku sendirian!" 
    chucky  bimbang.Geraman tadi terdengar lagi, lebih keras. chucky  berpaling.
Tampak mahluk disana itu melengkungkan tubuhnya yang besar. Sepasang matanya
berkilatkilat buas. Yang aneh, dia tidak terus menyerbu. Ia seperti memberi
kesempatan pada chucky , untuk memilih.chucky  pun tidak bimbang lagi. 
    "Oke, Oke. Aku akan pergi!" 
    chucky  sendiri tidak tahu kepada siapa ucapan itu ia tujukan. Pun ia tidak merasa
perlu untuk bersikap hatihati pada mahluk disana itu. Ia langsung berjalan kearah
pintu depan. Tanpa sekali pun menoleh kebelakang, ia tiba dengan segera di
mobilnya.Waktu mobilnya mendekati pintu gerbang, sosok lain muncul dari rimbunan 
mawar. Johan, dengan sebuah gunting besar di tangannya. Tubuhnya yang pendek
namun  luar biasa kekar, hanya berdiri mematung.Mengawasi kepergian chucky . 
    "Bahkan sorot mata tukang kebun itu pun mengandung misteri!" 
    chucky  mengeluh.Ada suara klakson menyentak garang. Moncong sebuah truk besar
tahutahu muncul di depan chucky . Relleks,chucky  membanting setir. Begitu pula truk
tadi. Truk itu menghantam sebuah pilar rendah. namun  chucky  lolos.Seseorang
berteriakteriak marah di belakangnya.chucky  malah tancap gas. Sudah terlalu banyak
kesulitan dan keanehan yang ia hadapi. chucky  memang ingin memukul seseorang,
namun  bukan supir truk itu. 
    Tiga hari sebelumnya, insiden kecil menimpa Rani skandinavia  sewaktu menghadiri
jamuan makan malam disebuah hotel berbintang lima. Selesai berdansa dengan
seorang relasi, ia temukan tempat duduknya semula sudah diisi sosok tubuh seseorang.
jessica  mawar . Sosok saudara kembarnya itu hadir dalam wujud transparan, tembus
pandang.jessica  tidak berbicara apaapa pada Rani, hanya airmatanya saja yang
tampak menggenang. namun  dibalik genangan itu, tampak mata jessica  menuntut.
Menuntut sebuah pembalasan dendam... Sesudah  mana sosok transparan itu retak
berkepingkeping. lalu  lenyap menghilang... sepotong demi sepotong.Sebelum
potongan terakhir menghilang, Rani sudah tidak ingat apaapa lagi. saat  matanya
lalu  terbuka, Rani sudah terbaring diatas ranjang salah satu kamar di hotel
tersebut. Ia ditunggui beberapa kenalan yang berwajah kuatir. Lalu seorang dokter
berkata menghibur, namun dengan pernyataan menyakinkan: 
    "Tidak ada yang salah pada organorgan tubuhmu. Kau hanya terlalu lelah..." 
    Istirahat total, itulah yang dilakukan Rani skandinavia .Dan ia baru saja pulih dari
shock mengejutkan itu,saat  si pemuda datang menemuinya. Jelas kehadiran pemuda
itu sematasemata karena itikad baik. Anak muda itu memperlihatkan sesuatu, lalu
menjelaskan sesuatu yang lain. Tanpa menyadari bahwa apa yang ia perlihatkan dan ia
jelaskan bukan saja mengingatkan Rani pada pukulan mengejutkan tiga hari
sebelumnya.Anak muda itu bahkan menghadiahi Rani sebuah pukulan tambahan. Yang
menyakitkan.Lantas semuanya berantakan. Terutama sekali apa yang sempat dilihat
Rani Puparani dibalik sinar mata pemuda itu, pertamakali mereka beradu pandang.
Apa yang dilihat Rani sudah  menambah semangat dan melecut gairahnya yang sempat
padam. Ia yakini sepenuhnya pada apa yang sudah  ia buat. Karena Rani merasakan
jantungnya langsung berdenyutdenyut pula. 
    Dan...Terdengar geraman lembut disamping tempat duduknya. Dengusandengusan
nafas berat, lantas sesuatu yang lunak, basah, namun  hangat menjilati pipi Rani.
Ternyata soebandrio , yang lidahnya disapukan dengan hatihati. Mengeringkan air mata di
wajah tuannya.Tangan Rani menggapai tengkuk mahluk besar itu.Mengusapusap
teratur, sebagai pengganti ucapan terimakasih. Sekaligus memberitahu soebandrio , bahwa ia
tidak perlu dicemaskan benar. Kepala doberman besar itu lantas mundur menjauhi
wajah Rani. lalu  duduk diatas dua kaki belakangnya yang kokoh, sambil 
melengking lemah. Sekali panjang lalu pendekpendek.Rani akhirnya mampu tersenyum
juga. 
    "Aku sudah tahu, soebandrio . Sesudah  aku melihat ke mata anak muda itu.Kau pun tentu
sudah  melihat dan membauinya, bukan? Lantas kau tak senang. Kau tahu anak muda
itu... tidak beritikad jahat terhadapku. Namun kau... toh tidak menyukainya." 
    Rani skandinavia  menatap lurus ke mata anjing ras itu. Senyuman bibirnya tampak
menggoda. 
    "Mengaku sajalah, soebandrio . Diamdiam kau takut terhadapnya, bukan?" 
    Dengkingan hewan itu terdengar lagi.Pendek dan hanya satu kali. Sesudah  mana soebandrio 
melonjorkan dua kaki depannya di lantai, lalu menaruh kepalanya di situ. Kelopak
matanya dipejamkan pula,seakan bosan.Melihat kelakuan soebandrio , senyum di bibir Rani
skandinavia  melebar lepas. 
    "Bagus. Aku merasa lebih gembira sekarang, soebandrio . Lucu, bukan? Kau takut
padanya,tanpa anak muda itu mengetahui. Begitu pula sebaliknya. Ah, ah... masih
kuingat apa jawabannya sewaktu kutanyakan mengapa ia belum duduk. Asyik
mengagumimu... inilah yang dia bilang!" 
    soebandrio  mendengus. Tak senang.Rani tidak mendengarkan. Perhatiannya sudah  beralih
pada tas tangan warna abuabu diatas meja duduk.Rani mengenal tas itu,
memperhatikan sekilas robekan tak wajar pada kulit luar tas. Baru Sesudah  itu isi tas
dikeluarkan, lalu  jarijemari Rani memilahmilahnya di permukaan meja. Selesai
memeriksa, ia bergumam sendiri. 
    "Nah, semuanya ada disini. Kecuali satu.Yang harus selalu dibawa seseorang,
kemana pun ia pergi..." 
    Ia merenungkannya sejenak lantas tersenyum gembira.Baru Sesudah  melihat robekan
tadi sekali lagi, kegembiraannya meredup hilang. Dengan sangat hatihati Rani
skandinavia  mendekatkan telapak tangannya pada robekan tersebut. Disentuhkan
pelanpelan dengan kelopak mata dipejamkan, bibir pun kumat kamit tidak
jelas.Sesaat , tas tangan itu dijatuhkan Rani.soebandrio  mengangkat kepalanya. Lalu
mendengus kuatir,sewaktu mata soebandrio  menangkap bayangan cemas diwajah tuannya.
Memang hanya sedetik dua. namun  pandangan sekejap itu cukup untuk membuat Rani
menghentikan sikapnya yang berpurapura bosan.Rani menyandar di tempat
duduknya.Berusaha keras menenangkan diri. 
    Di dapur rumah besar itu, lagilagi nyi  kembang  keliru mengambil atau mengerjakan apa
yang ia maksudkan,yang ini lebih parah dari sebelumnya.Benar ia sudah  meletakkan
butir telur supaya terbuka.Benar pula telur mentah itu ia masuklah ke katel penggoreng
yang menteganya sudah mulai panas.namun  nyi  kembang  menjatuhkan ke katel itu selain telur,
juga kulitnya sekalian. Dan ia baru menyadari Sesudah  gorengannya siap dipindahkan
ke piring.Andaikata nyi  kembang  awas, tentulah Johan akan melemparkan sarapan paginya
langsung ke muka nyi  kembang .nyi  kembang  mengeluh. Kompor gas ia padamkan, lalu duduk terhenyak
di sebuah bangku, dengan wajah kusut dan pikiran kacau. 
    "... tidak mungkin!" 
    Ia berkeluh kesah sendirian. 
    "Tidak seorang pun yang tahu jessica  pergi kesana. jessica  pasti selamat...!Lagipula...
bukankah ia didampingi calon suaminya yang begitu pemberani... Oh mungkin mereka
tersasat.Lantas ada rampok..." 
    nyi  kembang  terperanjat sendiri. 
    "Jangan.Jangan rampok. Barangkali hanya..." 
    "nyi  kembang !" ada panggilan sayup. 
    "Yang penting, mereka bukan terperangkap oleh..." 
    "nyi  kembang !" panggilan itu makin nyata.nyi  kembang  terlompat dari bangku. Malah bangku itu
sampai terguling jatuh. nyi  kembang  mengabaikannya, lantas meninggalkan dapur sambil
berusaha mengatur napas, supaya dirinya lebih tenang.la tidak melihat soebandrio  di tempat
semula.nyi  kembang  baru melihatnya Sesudah  ia tiba di ruang depan.soebandrio  duduk di dekat kursi
tuannya, dan tampak waspada. Dan jika mahluk itu tengah menguatirkan sesuatu, nyi  kembang 
senantiasa berusaha agar tidak terlalu dekat padanya. nyi  kembang  lantas mendekat, Sesudah 
lebih dahulu  memutari kursi yang tadi diduduki tamu mereka. 
    Oh.oh. 
    Jadi tamu itu sudah pergi, pikir nyi  kembang  Sesudah  ekormatanya pun tidak lagi melihat
bayangan mobil minibus itu di halaman depan.nyi  kembang  menunggu dengan
tertib.Tampaknya sang majikan tidak melihat kehadirannya.Karena wanita  lesbian  itu tengah
memandang kearah lain.Pandangan mata si wanita  lesbian  begitu jauh, menembus tembok,
menembus alam lepas diluar sana. Alam lepas yang sulit ditentukan batasbatasnya
yang pasti.Namun Rani mengetahui kehadiran nyi  kembang . Tanpa menoleh, ia berkata: 
    "Tolong dibenahi, nyi  kembang . lalu  simpan di kamar jessica ..." 
    Mencuri sekilas pandang, nyi  kembang  segera mengetahui maksud majikannya. Ia lantas
berjongkok untuk membenahi meja. nyi  kembang  melihat, tas tangan itu kini terbuka. Isinya
berserakan, entah siapa yang menyerakkan. Bukan urusan nyi  kembang . Namun sewaktu
tangannya menyentuh segepok uang kertas yang masih terikat pada label bank yang
mengeluarkannya, sempat juga nyi  kembang  membelalak. Oh, oh. Andai ini punyanya sendiri... 
    "Oh ya, nyi  kembang . Uang itu masukkan ke amplop. Letakkan di mejaku!" 
    "Baik Non." 
    "...budi baik orang patut kita hargai..." 
    Rani skandinavia  terus berbicara. Entah pada nyi  kembang , entah pada dirinya sendiri. Tidak
jelas. 
    ".....namun  apa yang sudah  kita berikan? Perlakuan yang tidak pantas... Bahkan ia
belum sempat meminum tehnya!" 
    Teh di cangkir tamu memang masih utuh. nyi  kembang  menggeleng tak mengerti. 
    "Anak muda tadi, nyi  kembang . Sudah sepatutnya aku menyatakan penyesalan yang
dalam..." 
    Sepasang mata nyi  kembang  berkilat. 
    "Non Rani akan menemuinya lagi. Segera?" 
    Barulah Sesudah  menangkap kegairahan tersembunyi didalam suara pelayannya, Rani
menoleh. Memandang sejenak, ia lalu  tersenyum. Manis, walau katakata yang ia
keluarkan agak pahit. 
    "Aku memahami perasaanmu pada jessica , nyi  kembang . Terlepas dari  kenyataan bahwa kau
agak membedakan aku dengan saudara kembarku... aku tetap menghargai
perasaanmu.Bersabarlah, nyi  kembang . Mungkin belum saatnya kau bisa mendengar lebih
banyak tentang perihal jessica ..." 
    nyi  kembang  terenyuh. 
    "Non Rani..." 
    "Bukankah kau yang menerima telepon anak muda itu pagi tadi, nyi  kembang ?" 
    "Benar, Non." 
    "Apakah ia memberitahu nomor teleponnya. Atau..." 
    Kilatan dibalik mata nyi  kembang  meredup perlahan. 
    "Tadi Non tidak menanyakan...?" 
    Rani meneruskan lirih. 
    "Jangankan alamat. Bahkan nama anak muda itu pun lupa kutanyakan!" 
    Kelopak mata Maharani memejam sejenak. Lalu lalu  membuka lagi, dan mata
itu tampak bersinar ceria. 
    "Tak apa. Dia yang akan datang menemuiku..." 
    "Non... yakin?" 
    "Dia pasti datang, nyi  kembang . Karena... dia harus!" 
    nyi  kembang  semakin tidak mengerti, namun perasaan itu ia simpan untuk dirinya sendiri. 
    "Non jadi berangkat?" 
    Seperti diingatkan pada sesuatu yang terlupakan, Rani skandinavia  meluruskan
duduknya. Semangat hidupnya seolah muncul dengan tibatiba saja. 
    "Aku tetap masuk kantor hari ini, nyi  kembang . namun  sebelum itu aku harus bersemadhi
lebih dahulu . Sekitar satu jam. Selama aku dikamar, aku tidak mau diganggu oleh
panggilan telepon atau pun tamu. Beritahu itu pada Johan..." 
    "Saya, Non..." 
    Rani skandinavia  menunggu sampai pelayannya berlalu dari ruangan itu. lalu  ia
memandang lurus kemata soebandrio  yang juga tengah melihat kearahnya.Binatang itu
rupanya memahami situasi. Instingnya yang peka sudah  bereaksi sesaat . 
    "Kau tetap disana, soebandrio . namun  bantulah aku!" 
    soebandrio  tidak mendengking. Pun tidak mendengus.Mereka sudah saling mengerti.soebandrio 
hanya memandang kepergian majikannya dari ruangan itu. Sepasang matanya bersinar
aneh. soebandrio  duduk tegak menunggu.Sementara itu Rani melintasi ruang tengah,
lalu  masuk ke dalam kamar tidurnya, tanpa lupa mengunci pintu dari dalam. Ia
menanggalkan pakaian resminya,untuk lalu  diganti dengan sehelai gaun terusan
longgar. Tanpa lengan... dan tepi bawahannya hanya sebatas pertengahan paha. Ia
lewati ranjang besar disebelah kirinya, sebuah ranjang besi model antik,berkelambu
sekelilingnya. Kelambu warna merah jambu, sprei maupun sarungsarung bantal juga
merah jambu.Rani skandinavia  berjalan ke meja rias.Rambutnya digerai lepas, bahkan
lalu  diacakacak. Lalu dari rak dibawah meja rias berlapis kacabening, ia rahup
setumpuk cat bibir, lalu  bedak,krem pelapis dasar dan entah apa lagi. Yang
pertama ia poles adalah bibir. Dengan polesan ungu. Setebaltebalnya... 
    Sementara nyi  kembang  meninggalkan pintu dapur untuk pergi menemui Johan di
pekarangan depan, Rani skandinavia pun meninggalkan tempat duduknya di depan
cermin.Wajahnya yang semula mulus cemerlang sungguh sukar dikenali sekarang.
Karena wajah itu sudah dipenuhi polesan cat warna warni yang serba kontras.Begitu
pula sebagian lengan dan batang pahanya.Dari sebuah meja sudut ia menyambar
tempat lilin yang terbuat dari perunggu. Lilin dinyalakan, lalu  Rani skandinavia 
yang berdandan luar biasa mengherankan itu, berjalan ke sebuah pintu di sisi lain
tembok kamar tidurnya. saat  pintu dibuka, bukan kamar mandilah yang terlihat.
Kamar mandi terletak disebelah berlawanan.Kamar di sebelah dalam pintu itu tidak
seberapa lebar.Tidak pula berjendela, maupun ventilasi untuk keluar masuk angin. Dan
begitu pintu ditutupkan kembali sesaat  kamar itu berubah gelap gulita dan hanya
diterangi sinar lilin yang meliukliuk lemah... temaram,remangremang.Cahaya yang
sudah lemah itu toh masih juga tertelan oleh warna dindingdinding maupun lantai
yang merah pekat, semerah darah yang mulai membeku.Namun masih cukup untuk
menerangi beberapa pasang mata yang melotot memperhatikan. Dari dindingdinding
tembok ruangan. Topengtopeng besar berbagai rupa dan bentuk dengan mulut sama
lebar,menyeringai. Kejam dan buas.Rani berjalan ke bagian tembok yang agak
menjorok kedalam. Cahaya lilin sesaat  menerangi seperangkat instrumen musik yang
serba lengkap. Rani lantas mengoperasikan instrumen itu yang sesaat  memancarkan
sinarsinar lampu listrik bervoltase lemah dari beberapa bagian instrumen.Sesudah 
menekan tombol "on", jari jemari lentik berkuku lancip warna merah dadu, menyentuh
lalu memutar tombol pengeras suara. Awalnya pelan dan lembut saja.lalu ,
alunan musik yang menakjubkan dalam tempo singkat sudah  memenuhi isi ruangan.
Oleh sentakan panas dan liar dari nadanada yang biasa terdengar di pedalaman
benua hitam Afrika. Sosok tubuh Rani bergetargetar. Topengtopeng disepanjang
dinding pun bergetar. Bahkan dinding tembok pun ikut pula bergetar. Rani skandinavia 
dengan hatihati menyimpan tempat lilin di salah satu sudut. Nyala lilin lantas
menerangi sebuah patung yang berdiri tegak,tidak tergoyahkan suara hingar bingar
disekelilingnya.Patung itu berwarna hitam pekat namun berkilatkilat karena tidak
pernah lalai diminyaki. Patung itu sedikit lebih tinggi dari tubuh Rani, namun  jauh lebih
besar dan kekar. namun  sinar lilin yang lemah tak berdaya itu tidak mampu
memperlihatkan apakah patung itu berbentuk manusia atau binatang, begitu pula
dengan jenis kelaminnya.Sebentar lalu  Rani sudah berlutut di depan patung.
Kedua lengan terangkat lurus ke atas, seakan ingin menggapai setinggi mungkin. Lalu
dari mulut Rani skandinavia  terdengar suara samarsamar diantara sentakan musik liar
dan hingar. 
    "Maruta maruti... yang berjalan bersama angin dan hujan... Ooo, Durga Dewi yang
menabur butirbutir darah di taman penuh cinta dan birahi. Dengar dan kabulkanlah
permohonan hambamu yang hina dina ini..." 
    Tubuh atas skandinavia  lalu  meliuk, lalu menyentaknyentak ke kiri ke kanan,
atau berputar,seirama dengan hentakan musik yang sudah  berganti keirama mistis,
namun tidak kalah liar, khas musik puja puji di kuilkuil tua di sebelah selatan
India.Tarikan kecapinya melilitlilit, hentakan gendangnya mendentumdentum
menggetarkan jantung.Di luar pintu kamar tertutup itu suasana tenang dan tenteram
saja. Bahkan desir angin menyapu rimbunan pepohonan pun terdengar nyata. Rupanya
kamar istimewa itu kedap suara. Tidak heran jika dipekarangan nyi  kembang  ngobrol dengan
Johan tanpa merasa terganggu. 
    "... aku tidak tahu kemana perginya Non jessica , Binyi  kembang , "
    
    Johan sedang mengomel. 
    "namun  jangan lantas kau berpikir aku tidak menguatirkan keselamatan diri Non..." 
    "Sayangnya, kau tidak berusaha menahan anak muda itu..." 
    "Aku tidak mengetahui maksud kehadirannya. Lagipula, apa hakku menahan dia?" 
    "Setidaktidaknya..." 
    Pembicaraan mereka terhenti. Keduanya sesaat  sama berpaling ke arah rumah.
Dari mana terdengar lolongan lirih namun bernada tinggi, menyayup sebentar
lalu  muncul lagi dengan nada lebih tinggi.Yang melolong itu adalah soebandrio .Masih
tetap duduk di dua kaki belakangnya, sekujur tubuh mahluk itu tampak bergetar. Begitu
pula kepala yang moncongnya lurus diarahkan ke langitlangit,tanpa sekalipun
diturunkan. Otototot leher maupun tenggorokannya bergerak menyesuaikan diri
dengan irama lolongannya. Lolongan yang juga disesuaikan dengan getargetar irama
yang tertangkap oleh indera pendengaran soebandrio  yang teramat peka. Yang mampu
meraba, merasa, lantas menyatu dengan getarangetaran yang hanya soebandrio  tahu,
berasal dari balik kamar sempit dan kedap suara itu.Bertambah tinggi lolongan soebandrio ,
bertambah liar pula liuk tubuh Rani skandinavia  di kamar pemujaannya.Setiap liukan
selalu menyentuh bagianbagian tertentu di tubuh patung yang kini sudah  dirangkul
wanita  lesbian  itu dengan kuat. Dari mulut Rani yang terengahengah,sesekali terdengar ratap
permohonan, kesedihan. Dan juga kemarahan.Sekali lagi, hanya soebandrio  yang tahu dan
mendengar.Lolongannya semakin mendayudayu.Di pekarangan depan nyi  kembang  bergidik
tak senang. 
    "Bersemedhi katanya....!" 
    Johan angkat bahu. 
    "Akan kututup pintu gerbang." 
    Lalu, Johan melangkah pergi.nyi  kembang  puh kembali pula ke dapur. Di sana, ia sempat
merinding. Berpikir, hawa sekitar begitu dinginnya,suasana pun betapa sunyi sepi. nyi  kembang 
duduk diamdiam di bangku. Tak berani bergerak. Seperti takut, gerakan sekecil apa
pun pasti menimbulkan suara yang akan membuat dirinya melompat terkejut.Jika saja
nyi  kembang  tahu bunyi berkecakkecak di salah satu ruangan rumah besar itu... 
    Dan, tubuh Maharani yang bergoyang mengikuti hentakan musik Bali yang membuat suasana di kamar sempit itu tambah dirasuki bau magis. Yang semakin menggiris oleh
rintihan Rani skandinavia  yang terputusputus, disusul jeritanjeritan lengking dan
menyentaknyentak, sampai akhirnya sekujur tubuh wanita  lesbian  itu menggelepar. Lalu
pelanpelan meluncur turun, dalam liukan mempesona.lalu  rebah di lantai yang
basah oleh butirbutir keringat.Mengejang sebentar. Tersengalsengal mengutarakan
ratapan jiwanya: 
    ".....aku mendengar, Durga Dewi!Aku mendengar.....!" 
    Di dekat kaki patung, lilin pun meliuk pelan. Lalu padam. Dan di ruang depan, suara
lolongan soebandrio  melemah, lalu  hilang. Kepalanya turun,direbahkan perlahanlahan
diatas kakikaki depannya.Nafas mahluk itu memburu. Dan sepasang matanya tampak
kemerahmerahan. Mata yang lalu  meredup dan terus meredup.Di kamar tidur
Rani skandinavia  terdengar bunyi pintu dibuka lalu ditutupkan. soebandrio  menutupkan kelopak
matanya. Malas. namun  pendengarannya yang peka membuat telinga soebandrio  terangkat
tegak. Agaknya menunggu, siapa tahu ada perintah untuknya.Ternyata bukan untuk
soebandrio . Karena yang terdengar berikutnya dari kamar tidur tuannya adalah bunyi dial
telepon diputar, lalu suara Rani yang lelah namun tegas 
    "kita.... harus berkumpul. Di tempatku. Beritahu yang lain..." sepi sejenak. Lalu. 
    "Benar. Bahkan dia sudah melangkah terlalu jauh. Dan sudah waktunya dia kita
hentikan..." 
    Sepi lagi. Baru Sesudah nya terdengar suara membujuk. 
    "Jangan dahulu  patah semangat. Situasinya kali ini berbeda. Ada petunjuk. Kali ini kita
tidak akan dan tidak boleh kuulangi, tidak boleh gagal lagi. Atau kita yang akan
dihancurkannya!" 
    Di tempatnya rebah tubuh besar soebandrio  menyentak.Sepasang matanya bersinarsinar
merah. Dan, marah soebandrio  menggeram pelan, namun  kejam. Kepalanya lalu  rebah,
dengan kelopak mata mengatup.Satu menit berikutnya soebandrio  sudah tertidur pulas.