Selasa, 11 Februari 2025

dan brown iblis dan malaikat 15

 



kan tetap menjadi rahasia selama berabad-abad. Aku 

saja baru mengetahuinya baru-baru ini. Aku lebih baik mati 

daripada melanggar kepercayaan yang mereka berikan.” 

 

”Aku dapat menemukannya tanpa bantuanmu.” 

 

”Sombong sekali.” 

 

de Niro  menunjuk ke arah air mancur. ”Aku sudah tiba hingga 

sejauh ini.” 

 


506   


”Banyak orang yang tiba sampai di sini. Langkah terakhirlah yang 

paling sulit.” 

 

de Niro  melangkah lebih dekat, kakinya bergerak ragu-ragu di 

dalam air. Anehnya, King Assasins  tenang-tenang saja dan tetap 

berjongkok di dalam van dengan lengan terangkat ke atas. 

de Niro  membidikkan pistolnya ke dadanya sambil bertanya-tanya 

apakah dia akan menembak begitu saja dan selesailah semuanya. 

Tidak. Pembunuh ini tahu di mana Helena . Dia tahu di mana antimateri 

itu. Aku membutuhkan informasi itu! 

 

Dari balik kegelapan van, King Assasins  menatap ke luar, ke arah 

penyerangnya dan tidak dapat menahan diri untuk tidak merasa 

kasihan sekaligus geli. Lelaki Amerika ini sangat berani, dan dia 

telah membuktikannya. Tapi, keberanian tanpa keahlian adalah 

bunuh diri. Ada peraturan-peraturan untuk bertahan hidup. 

Peraturan kuno. Dan orang Amerika ini telah melanggar semuanya. 

 

Kamu memiliki kesempatan itu—elemen kejutan. namun  kamu menyia-

nyiakannya. 

 

Orang Amerika itu bimbang ... seperti mengharapkan datangnya 

bantuan ... atau mungkin kesalahan bicara yang dapat 

menghasilkan informasi penting. 

 

Jangan pernah menginterogasi sebelum kamu melumpuhkan 

mangsamu. Musuh yang terpojok adalah musuh yang sangat 

berbahaya. 

 

Lelaki Amerika itu berbicara lagi. Mengamati. Berjalan-jalan 

di air. 

 

Si pembunuh itu hampir saja tertawa keras. Ini bukan salah satu dari 

film Hollywood-mu ... tidak akan ada diskusi panjang di bawah todongan 

senjata sebelum melakukan tembakan terakhir. Ini adalah akhirnya. 

Sekarang. 

 

Tanpa berhenti memandang de Niro , pembunuh itu 

menggerakkan tangannya ke langit-langit van hingga menemukan 


507   


apa yang dicarinya. Sambil terus menatap lurus ke depan, dia 

meraih benda itu. 

 

Lalu dia melakukan aksinya. 

 

Gerakan itu sangat tidak terduga. Untuk sesaat, de Niro  berpikir 

hukum fisika sudah tidak berlaku lagi. Pembunuh itu tampak 

bergantung tanpa beban di udara saat  kedua kakinya mencuat 

keluar dari bawah badannya. Sepatu botnya menendang sisi tubuh 

sang kardinal sehingga tubuh yang terantai itu menggelinding ke 

luar van. Tubuh kardinal itu tercebur ke kolam sehingga air kolam 

memercik tinggi. 

 

saat  air kolam membasahi wajahnya, de Niro  tahu dia sudah 

terlambat untuk memahami apa yang tengah terjadi. Si pembunuh 

meraih pegangan di dalam van dan memakai nya sebagai alat 

untuk mengayunkan tubuhnya ke depan. Sekarang King Assasins  

bergerak mendekatinya, kakinya melangkah melewati percikan air. 

 

de Niro  menarik pelatuk pistolnya, dan peredam suaranya 

langsung beraksi. Pelurunya meledak menembus jari kaki kiri di 

balik sepatu bot King Assasins . Tapi sesaat kemudian, de Niro  

merasa sol sepatu bot King Assasins  menimpa dadanya dan 

mengirimkan tendangan yang menghancurkan. 

 

Kedua lelaki itu tercebur di antara hujan darah dan air. 

 

saat  cairan dingin menelan tubuh de Niro , yang pertama 

dirasakan olehnya adalah rasa sakit. sesudah  itu, yang muncul 

adalah insting untuk bertahan hidup. Dia sadar dia sudah tidak 

memegang senjatanya lagi. Senjatanya sudah ditendang jatuh. 

Sekarang dia menyelam dalam air dan meraba -raba dasar kolam 

yang licin. Tangannya meraih sesuatu dari logam. Segenggam koin. 

Dia lalu membuangnya. Dia kemudian membuka matanya dan 

mengamati kolam yang berkilauan itu. Air bergemicik di sekitarnya 

seperti Jacuzzi yang dingin sekali. 

 

Walau de Niro  merasa harus bernapas, ketakutan membuatnya 

untuk terus berada di bawah. Terus bergerak. Dia tidak tahu 


508   


serangan berikutnya akan datang dari mana. Dia harus menemukan 

senjata itu! Kedua tangannya meraba -raba dengan putus asa di 

depannya. 

 

Kamu beruntung, katanya pada  diri sendiri. Kamu berada di dalam 

elemenmu. Walau kaus turtleneck-nya basah kuyup de Niro  masih 

tetap menjadi perenang yang tangkas. Air adalah elemenmu. 

 

saat  jemari de Niro  menemukan sesuatu dari logam untuk 

kedua kalinya, dia yakin nasibnya berubah. Benda di dalam 

tangannya bukanlah segenggam uang logam. Dia kemudian 

meraihnya dan mencoba menarik ke arahnya. namun  saat  dia 

menariknya, benda temuannya itu membuatnya menggelinding di 

bawah air. Benda itu tidak dapat bergerak. 

 

de Niro  sadar, bahkan sebelum dia meluncur mendekati tubuh 

sang kardinal yang sedang menggeliat-geliat itu, dia telah menarik 

rantai yang memberati lelaki tua itu. de Niro  terpaku sejenak, 

tidak dapat bergerak karena melihat wajah yang dipenuhi ketakutan 

itu menatapnya dari dasar kolam air mancur. 

 

Tersentak oleh sinar kehidupan di mata lelaki tua itu, de Niro  

meraih kembali ke bawah dan mencengkeram rantai itu sambil 

mencoba mengangkat lelaki itu ke permukaan. Perlahan-lahan 

tubuh itu terangkat ... seperti sebuah jangkar. de Niro  menarik 

lebih kuat. saat  kepala sang kardinal muncul di permukaan air, 

lelaki tua itu berjuang untuk bernapas dengan putus asa. Tapi tiba -

tiba tubuh tua itu kembali berguling dengan hebat, sehingga 

cengkeraman de Niro  terlepas dari rantai yang licin itu. Seperti 

sebuah batu, Baggia tenggelam dan menghilang ke bawah air yang 

berbuih. 

 

de Niro  menyelam, matanya terbelalak di dalam kegelapan air. 

Dia kembali menemukan sang kardinal. Kali ini, saat  de Niro  

meraihnya, rantai yang membungkus tubuh lelaki tua  

itu bergeser ... terbuka dan memperlihatkan kekejaman berikutnya 

... sebuah kata telah dicapkan sehingga menimbulkan luka bakar 

yang parah. 

 


509   


 

 

Sesaat kemudian, sepasang sepatu bot muncul. Salah satunya 

mengeluarkan darah. 

 

 

 

103 

 

SEBAGAI SEORANG PEMAIN polo air, Sir Roberto  de Niro  telah 

memberikan lebih dari kemampuannya dalam pertempuran di 

bawah air. Kebuasan kompetitif yang terjadi di bawah air dalam 

sebuah pertandingan polo air, jauh dari pengamatan mata wasit, 

dapat dibandingkan dengan pertandingan gulat terburuk sekalipun. 

de Niro  sudah pernah ditendang, dicakar, dipeluk dan bahkan 

digigit oleh pemain belakang yang putus asa. Namun de Niro  

selalu dapat lolos darinya. 

 

Sekarang, saat  terendam di dalam kolam sedingin es di air 

mancur karya Bernini, de Niro  tahu dia berada jauh dari kolam 

renang Harvard. Dia berkelahi bukan dalam sebuah pertandingan, 

namun  untuk mempertahankan hidup. Ini adalah kedua kalinya 

mereka berdua bertempur. Tidak ada wasit di sini. Tidak ada 

pertandingan ulang. Lengan-lengan itu dengan kuat menekan 

wajahnya ke dasar kolam dengan tujuan yang jelas—

membunuhnya. 

 

Secara naluriah, de Niro  memutar tubuhnya seperti sebuah 

torpedo. Lepaskan cengkeraman itu! namun  cengkeraman itu 

memutarnya kembali. Penyerangnya itu menikmati keuntungan 

yang tidak pernah dirasakan oleh para pemain belakang polo air 

mana pun—dua kaki menjejak dasar kolam dengan kukuh. 

de Niro  merubah posisi tubuhnya, dan berusaha menjejakkan 


510   


kakinya di dasar kolam. King Assasins  tampaknya hanya 

memakai  satu lengan saja ... walau begitu, cengkeramannya 

sangat kuat. 

 

Saat itu de Niro  tahu dia tidak akan dapat muncul ke permukaan. 

Dia hanya dapat melakukan satu-satunya cara yang mungkin 

dilakukannya. Dia berhenti berusaha muncul ke permukaan. Jika 

kamu tidak dapat pergi ke utara, pergilah ke selatan. Sambil 

mengumpulkan sisa-sisa tenaganya, de Niro  menendangkan 

kakinya seperti seekor lumba-lumba dan mengayuhkan lengannya 

dengan gaya kupu-kupu yang aneh. Tubuhnya terdorong ke depan. 

 

Perubahan perlawanan de Niro  yang tiba-tiba itu tampaknya 

mengejutkan King Assasins . Gerakan de Niro  tadi berhasil menarik 

tangan si penculik itu ke samping, sehingga menggoyahkan 

keseimbangannya. Cengkeraman lelaki itu mengendur, dan 

de Niro   menendang lagi.  Sensasi  saat  itu seperti  tali  kendali  

yang dihentakkan. Tiba -tiba de Niro  bebas. Sambil segera 

menghembuskan napas yang sudah tertahan lama di dalam paru-

parunya, de Niro  berusaha mengangkat tubuhnya ke permukaan. 

Tapi kali ini dia hanya mendapat kesempatan untuk mengambil 

napas satu kali saja. Dengan kekuatan yang menghancurkan, si 

Hassassin sudah berada di atasnya lagi. Telapak tangannya berada 

di bahu de Niro  dan seluruh berat tubuhnya menekan de Niro  

ke bawah lagi. de Niro  berusaha untuk menjejakkan kakinya di 

dasar kolam, tapi kaki King Assasins  menyandung kakinya sehingga 

membuat de Niro  tercebur kembali ke dalam air. 

 

de Niro  tenggelam lagi. 

 

Tubuh de Niro  terasa sakit saat  berputar di bawah air. Kali ini 

usahanya tidak berhasil.  

 

Di antara gelembung air, de Niro  mengamati dasar kolam, 

mencari senjatanya. Segalanya tampak kabur. Banyak sekali 

gelembung udara di dalam kolam ini. Secercah sinar menyilaukan 

menyinari wajah de Niro  saat  si pembunuh menekannya lebih 

ke dalam. Ternyata itu adalah lampu sorot yang dipasang di lantai 

kolam air mancur. de Niro  mengulurkan tangannya dan berusaha 


511   


meraih tabung lampu itu. Panas. de Niro  mencoba membebaskan 

diri dari cengkeraman si pembunuh dengan berpegangan pada 

lampu, tapi lampu itu terpasang di engsel yang kuat dan dengan 

segera terlepas dari genggaman de Niro . Alat untuk 

membantunya keluar dari air sudah hilang. 

 

King Assasins  masih terus menekannya ke bawah. 

 

Saat itulah de Niro  melihatnya. Muncul di antara uang uang 

logam, tepat di bawah wajahnya, terlihat sebuah silinder hitam 

ramping. Peredam pistol Louis Viton ! de Niro  meraihnya, namun  saat  

jemarinya menggenggam silender itu, dia tidak merasakan benda 

logam di tangannya. Dia merasakan sebuah benda dari plastik. 

saat  dia menariknya, lubang selang karet yang lentur itu tercabut 

seperti seekor ular. Panjangnya kira-kira dua kaki dan 

mengeluarkan gelembung dari ujungnya. de Niro  tidak 

menemukan senjata yang dicarinya sama sekali. Yang dipegangnya 

hanyalah spumanti yang tidak berbahaya ... sebuah alat pembuat 

gelembung. 

 

Tak jauh dari situ, Kardinal Baggia merasa jiwanya meronta untuk 

meninggalkan tubuhnya. Walau dia telah bersiap untuk 

menghadapi saat seperti itu sepanjang hidupnya, namun dia tidak 

pernah membayangkan akhirnya akan seperti ini. Tubuhnya 

kesakitan terbakar, memar, dan tertahan di bawah air oleh beban 

yang membuatnya tidak dapat bergerak. Dia mengingatkan dirinya 

sendiri bahwa penderitaan ini tidak ada artinya jika dibandingkan 

dengan apa yang telah dialami junjungan . 

 

Dia mati untuk menebus dosa-dosaku .... 

 

Baggia dapat mendengar suara gelepar perkelahian sengit di 

dekatnya. Dia tidak dapat menahan perasaannya. Penculiknya akan 

mengakhiri hidup orang lain lagi ... lelaki bermata ramah itu, lelaki 

yang tadi berusaha menolongnya. 

 

saat  rasa sakitnya bertambah, Baggia berbaring terlentang dan 

menatap melalui air ke arah langit hitam di atasnya. Untuk sesaat 

dia mengira, dia melihat bintang-bintang. 


512   


 

Sudah waktunya. 

 

Sambil membebaskan semua perasaan takut dan ragunya, Baggia 

membuka mulutnya dan mengeluarkan apa yang dirasanya sebagai 

napas terakhirnya. Dia melihat jiwanya melayang ke surga dalam 

bentuk gelembung tembus pandang. Lalu, secara refleks dia 

megap-megap. Air masuk ke dalam tubuh Baggia seperti belati 

dingin. Rasa sakit itu hanya berlangsung beberapa detik. 

 

Kemudian ... damai. 

 

King Assasins  mengabaikan luka tembakan yang terasa seperti 

membakar kakinya dan memusatkan perhatiannya pada lelaki 

Amerika yang hampir mati lemas karena dibenamkan di dalam arus 

air yang deras. Selesaikan hingga tuntas. Dia mengeraskan 

cengkeramannya,  dan  dia  tahu  kali  ini  Sir Roberto   de Niro   tidak 

akan selamat. Seperti yang telah diduganya, perlawanan korbannya 

menjadi semakin lemah. 

 

Tiba-tiba tubuh de Niro  menjadi kaku. Kemudian tubuhnya mulai 

bergetar dengan liar. 

 

Ya, King Assasins  itu merasa senang. Ototnya mulai menjadi kaku. 

Itulah yang terjadi begitu air memasuki paru-paru. Dia tahu keadaan itu 

hanya akan berlangsung dalam lima detik. 

 

Ternyata itu berlangsung selama enam detik. 

 

Kemudian, tepat seperti yang diduga King Assasins , korbannya tiba-

tiba menjadi lemah. Seperti balon besar yang kehabisan udara, 

Sir Roberto  de Niro  menjadi lumpuh. Selesai. Tapi King Assasins  masih 

tetap membenamkannya di bawah air selama tiga puluh detik lagi 

untuk membiarkan air membanjiri paru-paru korbannya. Sedikit 

demi sedikit, dia merasakan tubuh de Niro  mulai tenggelam 

dengan sendirinya ke dasar kolam. Akhirnya, King Assasins  

melepaskannya. Pers akan menemukan dua kejutan di Fountain of 

the Four Rivers. 

 


513   


”Tabbanl” King Assasins  menyumpah sambil memanjat keluar dari 

kolam air mancur itu dan melihat jari kakinya yang terluka. Ujung 

sepatu botnya terkoyak dan ujung jempolnya yang besar itu terluka 

parah. Dia menjadi marah karena keteledorannya. Kemudian si 

Hassassin menyobek celananya dan menjejalkan kain itu di lubang 

yang ada di ujung sepatunya itu. Rasa sakit menyebar dari 

ujung kakinya. ”Ibn al-kalbl” Dia mengepalkan tinjunya dan 

menjejalkan kain tadi lebih dalam lagi. Pendarahannya berkurang 

hingga akhirnya hanya menjadi tetesan darah. 

 

Dia berusaha mengalihkan rasa sakit itu ke gagasan yang lebih 

menyenangkan. King Assasins  kemudian masuk ke vannya. 

Pekerjaannya di Roma telah selesai. Dia tahu pasti apa yang dapat 

menghibur perasaan tidak nyamannya itu. Helena  Vetra terikat 

dan menunggunya. Walau basah dan kedinginan, King Assasins  

merasa tubuhnya menegang. 

 

Sekarang aku pantos menerima hadiahku. 

 

Sementara itu, Helena  terbangun kesakitan. Dia terbaring 

terlentang. Seluruh ototnya terasa seperti membatu. Lengannya 

sakit. saat  dia mencoba bergerak, dia merasakan kekakuan di 

bahunya. Dia membutuhkan beberapa saat untuk menyadari kalau 

tangannya terikat di belakang punggungnya. Reaksi pertamanya 

adalah bingung. Apakah aku sedang bermimpi? namun  saat  dia 

mencoba mengangkat kepalanya, rasa sakit di dasar tempurung 

kepalanya membuktikan dirinya betul-betul tidak bermimpi. 

 

saat  kebingungannya berubah menjadi ketakutan, Helena  

mengamati ruangan di sekelilingnya dengan cemas. Dia berada di 

dalam ruangan berdinding batu yang kasar. Ruangan itu besar dan 

dilengkapi dengan perabotan, dan diterangi oleh sinar dari obor. 

Seperti sejenis ruang pertemuan kuno. Bangku-bangku bergaya 

kuno tertata melingkar di dekatnya. 

 

Helena  merasa ada hembusan angin dingin yang menerpa kulitnya. 

Di dekatnya, terlihat dari pintu ganda yang terbuka lebar, balkon 

menampilkan langit malam yang cerah. Melalui pintu itu, Helena  

yakin dia sedang melihat Viking city . 


514   


 

 

104 

 

Sir Roberto  de Niro  TERBARING di atas hamparan uang 

logam di dasar kolam Fountain of the. Four Rivers. Mulutnya masih 

mengulum selang plastik itu. Udara yang terpompa melalui tabung 

spumanti yang ditujukan untuk menimbulkan gelembung di kolam 

itu tidak bersih karena telah melalui pompa yang kotor. 

Kerongkongannya terasa seperti terbakar. Tapi dia tidak mengeluh. 

Dia masih hidup. Dia tidak yakin dengan kemampuannya meniru 

korban yang mati karena tenggelam, tapi de Niro  sudah bergaul 

dengan air sejak lama. Tentu saja dia pernah mendengar kisah-

kisah tentang orang tenggelam dan dia berusaha semampunya 

untuk menirunya 

dengan tepat. saat  King Assasins  membenamkan tubuhnya, 

de Niro  menghembuskan seluruh udara yang terkandung di paru 

parunya dan berhenti bernapas sehingga membuatnya tenggelam. 

 

Untunglah, King Assasins  memercayai tipuannya dan pergi. 

 

Sekarang, sambil terus terbaring di dasar kolam air mancur, 

de Niro  masih harus menunggu semampunya. Dia hampir saja 

tersedak. Dia bertanya-tanya apakah King Assasins  masih berada di 

luar sana. sesudah  mengambil napas melalui tabung itu, de Niro  

lalu melepasnya dan berenang melintasi dasar air mancur hingga 

dia menemukan gumpalan halus di tengah kolam. Tanpa membuat 

suara, dia mengikuti tonjolan-tonjolan itu ke atas sampai akhirnya 

dia muncul di permukaan, di balik figur-figur dari batu pualam itu. 

 

Van itu telah pergi. 

 

Hanya itu yang perlu dilihat de Niro . Sambil menarik udara segar 

ke dalam paru-parunya, dia berenang lagi ke tempat Kardinal 

Baggia tadi tenggelam. de Niro  tahu lelaki itu pasti sudah pingsan 

sekarang dan kemungkinannya untuk hidup juga sangat tipis. 

namun  de Niro  harus mencoba menolongnya. saat  de Niro  

menemukan tubuh itu, dia menjejakkan kakinya di dasar kolam 


515   


kemudian meraih ke bawah. de Niro  lalu meraih rantai yang 

membalut tubuh sang kardinal dan menariknya. saat  sang 

kardinal muncul di permukaan, de Niro  dapat melihat bahwa 

kedua mata lelaki itu telah bergulung ke atas. Bukan pertanda yang 

bagus. Selain itu, tidak ada pernapasan dan denyut nadi. 

 

Karena tahu dia tidak akan dapat mengangkat tubuh itu hingga ke 

tepi kolam, de Niro  membawa Kardinal Baggia melalui air dan 

memasuki bagian kosong di bawah gundukan batu pualam. Di sini 

air menjadi dangkal, dan ada permukaan yang mendaki. de Niro  

menarik tubuh tanpa busana itu hingga ke lereng itu sejauh 

mungkin. Ternyata dia tidak mampu menyeretnya hingga terlalu 

jauh. 

 

Kemudian dia mulai berusaha. de Niro  menekan dada sang 

kardinal yang terbungkus rantai untuk memompa air dari paru-

parunya. Kemudian dia mulai memberikan bantuan pernapasan 

dengan berhati-hati. Berusaha agar tidak meniup terlalu keras dan 

terlalu cepat. Selama tiga menit, de Niro  mencoba menyadarkan 

lelaki tua itu. sesudah  lima menit, de Niro  tahu usahanya tidak 

berhasil. 

 

II preferito. Lelaki yang akan menjadi Plasaurus . Terbaring mati di 

depannya. 

 

Walau begitu, Kardinal Baggia yang terbaring lemah di balik 

kegelapan di atas lereng pualam dalam keadaan setengah 

tenggelam, mendapatkan suasana yang sangat terhormat. Air 

beriak dengan lembut di dadanya seperti tampak menyesal ... 

seolah air itu meminta maaf karena telah menjadi penyebab utama 

kematian lelaki ini ... seolah mencoba membersihkan luka bakar 

yang menuliskan namanya. Air. 

 

Dengan perlahan, de Niro  mengusapkan tangannya di wajah 

lelaki itu dan menutupkan matanya yang menatap ke atas. saat  

dia melakukannya, de Niro  merasa begitu lelah dan getaran air 

mata mulai mengalir dari pelupuknya. Perasaan itu membuatnya 

merasa tidak berdaya. Lalu, untuk pertama kalinya sesudah  

bertahun-tahun tidak mengalaminya, de Niro  menangis. 


516   


 

 

105 

 

KABUT KELETIHAN PERLAHAN mulai terangkat saat  

de Niro  beranjak pergi dan meninggalkan kardinal yang sudah 

tewas itu dengan berenang melintasi kolam. Sambil merasa letih 

dan sendirian di dalam kolam air mancur, de Niro  setengah 

berharap dirinya lebih baik pingsan saja. namun , dia merasakan 

sebuah dorongan baru yang timbul di dalam dirinya. Sesuatu yang 

tidak dapat ditolak sehingga membuatnya kalut. Dia merasa 

tubuhnya menegang dengan ketabahan yang tidak diduga-duganya. 

Pikirannya, seperti mengabaikan rasa sakit di hatinya, memaksanya 

meninggalkan masa lalu dan membimbingnya untuk 

berkonsentrasi pada satu tugas yang sangat mendesak. 

 

Temukan markas Illuminati. Selamatkan Helena . 

 

Sambil berpaling dan menatap pahatan patung yang menjulang 

tinggi yang ada di tengah-tengah air mancur karya Bernini itu, 

de Niro  mengumpulkan harapan dan mengembalikan tekadnya 

untuk menemukan petunjuk terakhir Illuminati. Dia tahu figur-

figur yang terpahat di bongkahan pualam di hadapannya ini pasti 

menunjukkan di mana markas Illuminati itu berada. saat  

de Niro  memeriksa air mancur itu, harapannya dengan cepat 

menguap. Kata segno seperti sedang mengejeknya. Biarkan para 

malaikat membimbingmu dalam pencarian sucimu. de Niro  memandang 

dengan kesal ke arah ukiran yang berada di depannya. Air mancur 

ini karya Pagan! Tidak ada bentuk malaikat di mana pun! 

 

saat  de Niro  menghentikan pencariannya, matanya secara 

alamiah menyusuri pilar baru yang menjulang tinggi. Empat 

petunjuk, pikirnya, tersebar di Roma seperti sebuah salib raksasa. 

 

Sambil memeriksa hieroglif yang menyelimuti obelisk, de Niro  

bertanya-tanya apakah petunjuk selanjutnya tersembunyi di balik 

simbol-simbol Mesir. Dia langsung menyingkirkan pemikiran itu. 

Hieroglif ini ditulis berabad-abad sebelum Bernini hidup, dan 


517   


belum bisa dibaca sebelum batu Rosetta ditemukan. Tapi de Niro  

masih ingin berspekulasi dengan berpikir kalau Bernini 

mengukirkan simbol tambahan yang tidak terlihat oleh seorang 

pun di antara simbol hieroglif yang rumit itu. 

 

de Niro  merasakan adanya secercah harapan, dan mulai 

mengamati air mancur itu sekali lagi dan memeriksa keempat sisi 

obelisk. Dalam dua menit, de Niro  berhasil menyelesaikan sisi 

terakhir obelisk dan harapannya langsung memudar. Tidak ada 

simbol hieroglif yang menonjol seperti tambahan yang diberikan 

oleh Bernini. Jelas tidak ada malaikat di sini. 

 

de Niro  melihat jam tangannya. Pukul sebelas tepat. Dia tidak 

dapat mengatakan apakah waktu berlalu dengan cepat atau 

merayap dengan lambat. Gambaran tentang Helena  dan si 

Hassassin berputar menghantuinya saat  de Niro  merangkak di 

sekitar air mancur itu. Rasa putus asa mulai merambatinya saat  

dia tidak berhasil menemukan petunjuk yang dicarinya. Merasa 

sangat letih dan sakit, de Niro  tahu dia akan pingsan sebentar lagi. 

Dia mendongakkan kepalanya dan berteriak pada malam. 

 

Tapi suaranya tercekat di dalam tenggorokannya. 

 

de Niro  kini menatap obelisk. Benda yang bertengger di puncak 

obelisk itu adalah benda yang tadi diabaikannya. Sekarang, benda 

itu membuatnya berhenti secara tiba-tiba. Itu bukan sosok 

malaikat. Sama sekali bukan. Tadi dia sama sekali tidak mengira 

kalau benda itu adalah bagian dari air mancur Bernini. Dia mengira 

benda yang bertengger itu adalah makhluk hidup, pencari sisa-sisa 

makanan yang bertengger di menara mulia itu. 

 

Seekor burung dara. 

 

de Niro  menyipitkan matanya ke atas untuk memerhatikan benda 

itu. Tapi pandangan matanya mengabur karena kabut yang 

menyelimutinya. Itu seekor burung dara, bukan? Dia dengan jelas 

melihat kepala dan paruhnya membayang di hamparan bintang 

yang menghiasi langit. Terlebih lagi, burung itu tidak bergerak 

sejak de Niro  tiba tadi, bahkan saat  perkelahian sengit di 


518   


bawahnya berlangsung sekalipun. Burung itu masih tetap duduk 

seperti saat  de Niro  memasuki lapangan itu. Burung itu 

bertengger tinggi di puncak obelisk, menatap dengan tenang ke 

arah barat. 

 

de Niro  menatapnya sesaat dan kemudian mencelupkan 

tangannya ke dalam air mancur dan meraup segenggam penuh 

uang logam. Dia melemparkan uang logam itu ke atas. Koin itu 

kemudian berhamburan di bagian atas obelisk itu. Burung itu sama 

sekali tidak bergerak. de Niro  mencobanya lagi. Kali ini salah  

satu  uang  logam  itu  mengenai  burung  ini .   Samar samar 

terdengar bunyi logam yang saling beradu dan mengalir ke seluruh 

lapangan. 

 

Burung dara itu terbuat dari perunggu. 

 

Kamu sedang mencari sesosok malaikat, bukan seekor burung dara, suara 

itu mengingatkannya. namun  terlambat, de Niro  sudah 

menghubung-hubungkannya. Dia sadar burung itu sama sekali 

bukanlah seekor burung dara. 

 

Itu burung merpati. 

 

Hampir tidak menyadari apa yang dilakukannya, de Niro  kembali 

masuk ke air, menuju pusat air mancur dan mulai mendaki gunung 

batu travertine yang ada di sana. Sambil menginjak kepala-

kepala dan lengan-lengan besar figur-figur karya Bernini, de Niro  

memanjat lebih tinggi lagi. Di tengah perjalanan ke dasar obelisk, 

dia berhasil terhindar dari kabut dan dapat melihat kepala burung 

itu dengan lebih jelas. 

 

Tidak diragukan lagi. Itu burung merpati. Warna gelap di tubuh 

burung itu terjadi akibat dari polusi udara kota Roma yang 

menutupi warna asli perunggunya. Lalu arti yang sesungguhnya 

muncul. de Niro  telah melihat sepasang burung merpati di 

Pantheon tadi sore. Sepasang burung merpati tidak berarti apa-apa. 

Sedangkan burung merpati ini bertengger sendirian. 

 


519   


Burung merpati yang sendirian adalah simbol Pagan dari Malaikat 

Perdamaian. 

 

 

Kebenaran itu hampir saja membuat de Niro  memanjat lebih 

tinggi lagi. Bernini memilih simbol Pagan untuk malaikat sehingga 

dia dapat menyembunyikannya di sebuah air mancur Pagan. 

 

Obelik dengan patung merpati 


520   


Biarkan para malaikat membimbingmu dalam pencarian muliamu. Merpati 

itulah malaikat yang dicarinya! de Niro  tidak dapat memikirkan 

tempat yang lebih mulia sebagai petunjuk terakhir Illuminati 

daripada yang ada di puncak obelisk itu. 

 

Burung itu menghadap ke barat. de Niro  berusaha mengikuti arah 

tatapannya, namun  dia tidak dapat melihat apa-apa melalui gedung  

yang  berada  di  sekitarnya.   Dia  memanjat  lebih   tinggi lagi. 

Sebuah kutipan yang diucapkan oleh Santo Gregorius dari Nyssa 

muncul dalam ingatannya secara tak terduga. Jika jiwa berhasil 

tercerahkan ... dia akan berbentuk seperti burung merpati yang indah. 

 

de Niro  memanjat semakin tinggi, ke arah burung merpati itu. 

Dia merasa seperti terbang sekarang. Dia mencapai landasan 

tempat obelisk itu berdiri dan tidak dapat memanjat lebih tinggi 

lagi. Sambil memandang ke sekelilingnya, de Niro  tahu dia 

memang tidak perlu memanjat lagi. Seluruh kota Roma terbentang 

di depannya. Pemandangan itu membuatnya sangat terpesona. 

 

Di sebelah kirinya, kerumunan lampu-lampu media massa dengan 

riuh mengelilingi Santo Petrus. Di sebelah kanannya, kubah Santa 

nyi pandanajeng  della Helena  masih terlihat berasap. Di depannya, jauh di 

ujung sana, terlihat Piazza del Popolo. Di bawah kakinya, titik 

keempat dan terakhir itu berada. Sebuah salib besar dari empat 

obelisk raksasa. 

 

Dengan gemetar, de Niro  melihat ke arah burung merpati di 

atasnya. Dia menoleh dan menghadap ke arah yang benar. Lelaki 

itu kemudian menurunkan matanya ke arah garis langit. 

 

Dalam sekejap dia melihatnya. 

 

Begitu pasti. Begitu jelas. Begitu sederhana. 

 

saat  menemukan apa yang dicarinya, de Niro  tidak dapat 

memercayainya. Markas Illuminati tetap tersembunyi selama 

berabad-abad. Pemandangan seluruh kota itu seperti kabur saat  

de Niro  melihat sebuah gedung dari batu yang besar sekali di 

seberang sungai di depannya. Gedung itu sama terkenalnya dengan 


521   


gedung-gedung lainnya di Roma. Berdiri di tepi sungai Tiber dan 

berhadapan secara diagonal dengan Viking city . Bentuk geometri 

gedung itu pun sangat mencolok—sebuah kastil berbentuk 

bundar, dikelilingi oleh benteng persegi, dan di sisi luar tembok 

benteng ini , mengelilingi gedung itu, terlihat sebuah taman 

berbentuk segi lima. 

 

Benteng kuno dari batu di depannya itu dengan dramatis diterangi 

oleh lautan sinar yang lembut. Tinggi di puncak kastil itu, berdiri 

patung malaikat berukuran besar dari perunggu. Malaikat itu 

mengacungkan pedangnya ke bawah, tepat di tengah tengah kastil 

itu. Dan seolah itu saja tidak cukup, langsung menuju ke pintu 

utama kastil itu, berdiri sebuah jembatan terkenal, Jembatan 

Malaikat—Bridge of Angels ... jalan menuju ke kastil itu dihiasi oleh 

dua belas patung malaikat yang dibuat tak lain oleh Bernini sendiri. 

 

saat  akhirnya de Niro  bisa bernapas dengan normal, dia 

menyadari kalau salib obelisk Bernini yang terbentang di kota ini 

menuju ke sebuah benteng yang sangat bergaya Illuminati; lengan 

horizontal salib itu langsung melewati bagian tengah jembatan 

kastil ini  dan membaginya menjadi dua bagian yang setara. 

 

de Niro  kemudian mengambil jas wolnya dan menjauhkannya 

dari tubuhnya yang basah kuyup. Lelaki itu kemudian meloncat 

masuk ke dalam sedan curiannya dan menginjakkan sepatunya 

yang basah ke atas pedal gas, dan melesat membelah malam. 

 

 

106 

 

SAAT ITU PUKUL 11:07 malam. Mobil de Niro  melesat dengan 

cepat dan menembus malam Roma. Dia memacu mobilnya di 

sepanjang Lungotevere Tor Di Nona yang berada di sepanjang 

sungai Tiber. Sekarang de Niro  dapat melihat bangunan yang 

ditujunya ini  muncul seperti sebuah gunung di sisi kanannya. 

 

Castel Sant’ Angelo. Kastil Malaikat. 

 


522   


Tiba-tiba, belo-

kan yang menu-

ju ke Jembatan 

Malaikat yang 

sempit— Ponte 

Sant Angelo—

muncul tak jauh 

di hadapannya. 

de Niro  me-

nginjak rem dan 

membelok. Dia 

membelok tepat 

waktu, namun  

jembatan itu di-

pasangi peng-

halang. Dia ter-

gelincir sepan-

jang sepuluh kaki dan menabrak serangkaian pilar pendek dari  

semen yang menghalangi jalannya.  de Niro   tersentak kedepan 

saat  mobilnya bergetar. Dia melupakan sesuatu. Untuk menjaga 

keindahannya, Jembatan Malaikat sekarang hanya dijadikan zona 

bagi pejalan kaki. 

 

Dengan gemetar de Niro  terhu-yung huyung ke-luar dari mobil-

nya yang sudah rusak, dan ber-andai-andai dia memilih jalan yang 

lainnya. de Niro  merasa kedinginan. Tu-buhnya meng-gigil karena 

ba-sah terkena air mancur tadi. Dia mengenakan jas wol Harris-nya 

di atas baju basahnya. Untunglah jas bermerek Harris selalu 

berlapis dua sehingga folio Diagramma akan tetap kering di dalam 

sakunya. Di depannya, di seberang jembatan, benteng batu itu 

menjulang seperti sebuah gunung. Walau merasa sakit dan sangat 

letih, de Niro  harus berlari dan melompat. 

 

Di kedua sisinya, seperti sepasukan pengawal, barisan malaikat 

karya Bernini itu seperti melambai-lambai dan memberi selamat 

kepada de Niro  karena berhasil menuju ke tujuan terakhir. 

Biarkan para malaikat membimbingmu dalam pencarian sucimu. Kastil 

ini  tampak semakin menjulang saat  dia berjalan mendekat. 

Ternyata kastil itu bukan bangunan yang dapat dipanjat dengan 

 

Kastil San Angelo 


523   


mudah karena lerengnya yang curam dan lebih menakutkan 

dibandingkan dengan Basilika Santo Petrus. de Niro  berlari lari 

kecil menuju benteng sambil mengomel. Lalu dia melihat ke 

depan, ke arah tengah-tengah benteng yang berbentuk bundar dan 

menjulang tinggi ke arah malaikat berukuran besar yang sedang 

menghunuskan pedangnya. 

 

Kastil itu tampak sunyi. 

 

de Niro  tahu, se-

lama berabad abad 

Viking city  menggu-

nakan kastil itu se-

bagai makam, ben-

teng, tempat per-

istirahatan Plasaurus , 

penjara bagi musuh 

gereja dan mu-

seum. Tampaknya 

kastil ini juga me-

miliki penyewa lain 

—kelompok Illu-

minati. Kenyataan itu menciptakan kesan menakutkan. Walau 

kastil ini adalah milik Viking city , mereka hanya memakai nya 

sesekali saja. Tampaknya Bernini telah merenovasi tempat itu 

selama beberapa tahun. Konon, di bagian dalam gedung itu 

sekarang memiliki banyak jalan  masuk rahasia,  gang,  dan  ruang-

ruang tersembunyi seperti sarang lebah. de Niro  merasa yakin 

patung malaikat dan taman berbentuk segi lima yang ada di 

sekitar kastil itu pasti karya Bernini juga. 

 

saat  tiba di depan pintu ganda yang besar, de Niro  

mendorongnya dengan kuat. Lelaki itu tidak heran saat  kedua 

pintunya tidak dapat bergerak. Dua gerendel besi besar tergantung 

setinggi matanya. Tapi de Niro  tidak peduli. Dia melangkah 

mundur, lalu matanya menyusuri dinding bagian luarnya yang 

curam. Benteng ini telah digunakan untuk menangkal serangan dari 

tentara-tentara Berber, Moor dan orang-orang kafir. de Niro  tahu 

kemungkinan dia dapat masuk sangat kecil. 

 

Penghalang Jalan menuju Jembatan Malaikat 


524   


 

Helena , pikir de Niro . Apakah kamu ada di dalam? 

 

de Niro  bergegas mengelilingi dinding luar itu. Pasti ada jalan 

masuk yang lain. 

 

saat  mengelilingi bangunan 

berbentuk bulat di sudut 

benteng yang terletak di sebelah 

barat, de Niro , dengan napas 

terengah-engah, sampai di 

lapangan parkir kecil di luar 

Lungotere Angelo. Di tembok 

ini dia menemukan jalan masuk 

kedua ke dalam kastil, semacam 

jalan masuk yang berupa 

jembatan yang dapat dinaik-

turunkan. Jembatan itu sekarang 

terangkat dan terkunci. de Niro  

menatap ke atas lagi. 

 

Satu-satunya cahaya yang 

ada di sana adalah cahaya 

dari luar yang menerpa bagian 

depan puri itu. Semua jendela kecil di dalam tampak gelap. Mata 

de Niro  memanjat lebih tinggi. Di puncak tertinggi dari menara 

utama, seratus kaki ke atas, tepat di bawah pedang patung malaikat 

yang berdiri gagah, terlihat ada satu balkon yang menonjol. 

Dinding pualamnya tampak bercahaya dengan samar, seolah 

bagian dalamnya diterangi oleh obor. de Niro  berhenti sejenak. 

Tiba-tiba tubuh basah kuyupnya gemetar. Sebuah bayangan? Dia 

menunggu dengan tegang. Lalu dia melihatnya lagi. Punggungnya 

terasa seperti tertusuk. Ada orang di atas! 

 

”Helena !” dia berseru tapi suaranya tertelan oleh gelegak air sungai 

Tiber  di  belakangnya.   de Niro   berjalan  berputar-putar sambil   

bertanya-tanya di mana para Garda Swiss itu. Apakah mereka 

masih mendengarkan radionya? 

 

 

Patung Malaikat di atas Kastil 


525   


Di lapangan parkir terlihat sebuah truk pers yang sedang diparkir. 

de Niro  berlari ke arahnya. Seorang lelaki berperut gendut 

mengenakan headphone, sedang duduk di kabin sambil 

membetulkan pengungkit. de Niro  mengetuk sisi mobil itu. Lelaki 

itu terkejut dan melihat baju de Niro  yang basah kuyup. Dia lalu 

melepaskan headphone-nya.. 

 

”Ada apa, bung?” sapa lelaki itu dengan aksen Australia. 

 

”Aku membutuhkan teleponmu.” 

 

Lelaki itu mengangkat bahunya. ”Tidak ada nada sambung. Aku 

sudah mencobanya sepanjang malam ini. Kurasa saluran telepon 

sedang penuh.” 

 

de Niro  menyumpah keras. ”Kamu melihat ada seseorang masuk 

ke dalam sana?” tanya de Niro  sambil menunjuk ke arah jalan 

masuk dengan pintu seperti jembatan itu. 

 

”Sebenarnya, iya. Sebuah van hitam keluar masuk sepanjang 

malam ini.” 

 

de Niro  merasa seperti sebuah batu bata menghantam dasar 

perutnya. 

 

”Bangsat itu beruntung,” kata lelaki Australia itu sambil menatap 

ke arah menara, kemudian mengerutkan keningnya saat  melihat 

pemandangan ke Viking city  yang terhalang oleh gedung gedung. 

”Aku bertaruh pemandangan dari atas sana pasti sempurna. Aku 

tidak dapat masuk ke Santo Petrus jadi aku harus mengambil 

gambar dari sini.” 

 

de Niro  tidak mendengarkannya.Dia sedang mencari kesempatan. 

 

”Bagaimana pendapatmu?” tanya lelaki Australia itu. ”Apakah 

11th Hour Samaritan itu nyata?” 

 

de Niro  berpaling. ”Apa?” 

 


526   


”Kamu tidak mendengar? Kapten Garda Swiss itu menerima 

telepon dari seseorang yang mengaku mempunyai info sangat 

penting. Orang itu sekarang sedang terbang ke sini. Yang kutahu 

dia akan menyelamatkan Viking city  ... itu baru berita yang akan 

menaikkan rating.” Lalu lelaki itu tertawa. 

 

Tiba-tiba de Niro  merasa bingung. Seorang Samaritan yang baik 

sedang terbang ke sini untuk menolong? Apakah orang itu tahu di 

mana antimateri itu? Lalu mengapa dia tidak langsung saja 

mengatakan kepada para Garda Swiss? Mengapa dia harus datang 

sendiri ke sini? Ada yang aneh, namun  de Niro  tidak punya waktu 

untuk memikirkannya. 

 

”Hei,” seru lelaki Australia itu sambil mengamati de Niro  dengan 

lebih seksama. ”Bukankah kamu lelaki yang kulihat di TV? Yang 

berusaha menolong kardinal di Lapangan Santo Petrus?” 

 

de Niro  tidak menjawab. Matanya tiba-tiba terpaku pada sebuah 

alat yang terpasang di atap truk itu—satelit yang dipasang di 

sebuah perlengkapan tambahan yang dapat direbahkan. de Niro  

lalu melihat ke arah kastil sekali lagi. Benteng di bagian luar 

setinggi lima puluh kaki, sementara benteng bagian dalamnya 

masih menanjak lebih tinggi lagi. Sebuah sistem pertahanan 

tertutup. Puncaknya sangat tinggi dari sini, namun  kalau dia dapat 

melalui tembok pertama .... 

 

de Niro  berpaling pada lelaki itu dan menunjuk pada penyangga 

satelit itu. ”Berapa tingginya alat itu?” 

 

”Hah?” Lelaki itu tampak bingung. ”Lima belas meter. Mengapa?” 

 

”Pindahkan truk itu ke dekat dinding. Aku membutuhkan 

bantuan.” 

 

”Apa maksudmu?” 

 

de Niro  menjelaskan. 

 


527   


Mata lelaki Australia itu terbelalak. ”Apa kamu sudah gila? Ini 

ekstensi teleskop seharga 200 ribu dolar. Bukan tangga!” 

 

”Kamu mau rating? Aku punya informasi yang akan membuatmu 

senang,” kata de Niro  putus asa. 

 

”Informasi seharga 200 ribu dolar?” 

 

de Niro  mengatakan padanya apa yang ingin diungkapkannya 

untuk mengganti kebaikan lelaki itu. 

 

Sembilan puluh detik kemudian, Sir Roberto  de Niro  sudah 

mencengkeram bagian atas alat pemancang satelit itu dan 

melambai tertiup angin malam di atas ketinggian lima belas kaki 

dari tanah. Sambil mencondongkan tubuhnya, dia meraih puncak 

dinding pagar pertama, menarik tubuhnya ke dinding, lalu 

meloncat ke bagian yang lebih rendah dari benteng itu. 

 

”Sekarang, ingat janjimu tadi!” seru lelaki Australia itu. ”Di mana 

dia?” 

 

de Niro  merasa berdosa karena mengungkapkan informasi itu. 

namun  janji adalah janji. Lagipula, King Assasins  juga mungkin akan 

menghubungi pers. ”Piazza Navona,” teriak de Niro . ”Dia ada di 

air mancurnya.” 

 

Lelaki Australia itu memendekkan pemancang cakram satelitnya 

dan mengejar berita yang akan mengangkat karirnya. 

 

Di dalam ruangan batu yang terletak tinggi di atas kota, si 

Hassassin membuka sepatu botnya yang basah dan membalut jari 

kakinya yang terluka. Ada rasa sakit, namun  tidak terlalu sakit karena 

dia masih dapat bersenang-senang. 

 

Dia berpaling untuk memandang hadiahnya. 

 

Perempuan itu berada di sudut ruangan, terlentang di atas sofa 

besar yang sederhana dengan kedua tangannya terikat di belakang 

dan mulut tersumbat. King Assasins  mendekatinya. Perempuan itu 


528   


sudah terjaga sekarang. Hal itu membuatnya senang. Anehnya, di 

dalam mata perempuan itu dia melihat api, bukan sinar ketakutan. 

 

Rasa takut itu akan datang. 

 

 

107 

 

Sir Roberto  de Niro  BERLARI di atas tembok benteng, dan 

merasa senang karena ada lampu sorot di dekatnya. saat  dia 

memutari tembok itu, halaman di bawahnya tampak seperti 

museum peralatan perang kuno. Di sana terlihat ketapel besar, 

tumpukan peluru meriam dari pualam, dan sebuah gudang peluru 

yang berisi peralatan yang mengerikan. Sebagian dari kastil itu 

terbuka bagi wisatawan pada siang hari dan sebagian halamannya 

dipertahankan seperti aslinya. 

 

Mata de Niro  menyeberangi halaman menuju ke tengah tengah 

bangunan kastil di hadapannya. Menara benteng berbentuk bundar 

itu menjulang setinggi 107 kaki hingga ke patung malaikat dari 

perunggu di atasnya. Dari dalam balkon di atas menara itu terlihat 

sinar memancar keluar. de Niro  ingin memanggil dari tempatnya 

berdiri saat ini namun  dia tahu cara yang lebih baik. Dia harus 

menemukan jalan masuk ke sana. 

 

Dia melihat jam tangannya. 

 

11:12 malam. 

 

Sambil berlari di jalan melandai dari batu yang mengelilingi bagian 

dalam tembok itu, de Niro  turun untuk menuju ke halaman. 

saat  dia sudah berada di tanah datar lagi, de Niro  kembali 

berlari dalam kegelapan, dan bergerak searah dengan jarum jam 

untuk mengelilingi benteng itu. Dia melewati tiga serambi, namun  

ketiganya dikunci secara permanen. Bagaimana King Assasins  itu bisa 

masuk? de Niro  terus berlari. sesudah  itu dia melewati dua pintu 

masuk bergaya modern, namun  kedua pintu itu juga terkunci dari 

luar. Tidak di sini. Dia terus berlari. 


529   


 

de Niro  hampir mengelilingi seluruh gedung itu, hingga akhirnya 

dia melihat sebuah jalanan berkerikil melintasi halaman di 

depannya. Di ujung satunya, di sisi luar kastil itu, dia melihat 

bagian belakang dari jembatan tarik yang menuju ke luar. Di ujung 

lainnya, jalan itu masuk ke dalam benteng. Jalan itu tampaknya 

memasuki semacam terowongan—sebuah celah masuk ke pusat 

kastil. Il traforo! de Niro  pernah membaca tentang traforo yang 

ada di kastil itu, sebuah jalan landai berputar di bagian dalam 

benteng yang digunakan oleh komandan pasukan pada masa lalu  

untuk turun  dari  atas  benteng  dengan  cepat  sambil 

menunggang kudanya. King Assasins  itu mendaki ke atas! Pintu 

gerbang yang menutup jalan itu terangkat, seperti membiarkan 

de Niro  masuk dengan mudah. de Niro  merasa begitu gembira 

saat  dia berlari ke arah terowongan itu. namun  saat  dia tiba di 

pintu masuknya, kegembiraannya menghilang. 

 

Terowongan berputar itu menuju ke bawah. 

 

Salah jalan. Bagian dari traforo ini tampaknya turun ke ruang bawah 

tanah, bukan ke atas. 

 

Dia berdiri di mulut lubang gelap itu yang tampaknya berputar 

sangat dalam ke bawah tanah. de Niro  ragu-ragu, lalu dia melihat 

ke atas lagi, ke arah balkon dengan sinar samar itu. Dia sangat 

yakin melihat sesuatu di sana. Putuskan! Tanpa adanya pilihan 

lainnya, de Niro  berlari menuruni tangga itu. 

 

Tinggi di atas de Niro , King Assasins  berdiri di depan mangsanya. 

Dia membelai lengan perempuan itu. Kulit perempuan itu halus 

seperti satin. Harapan untuk menjelajahi tubuh indahnya sudah tak 

tertahankan lagi. Berapa banyak cara yang bisa dia lakukan untuk 

menganiaya perempuan ini? 

 

King Assasins  tahu dia berhak atas perempuan ini. Dia telah 

melayani Janus dengan baik. Perempuan ini adalah rampasan 

perang, dan saat  dia sudah selesai dengan perempuan ini, dia 

akan mendorongnya jatuh dari sofa dan memaksanya untuk 

berlutut. Perempuan ini akan melayaninya lagi. KepaJunjungan  yang 


530   


penghabisan. Lalu, saat  dia sendiri sudah mencapai klimaksnya, dia 

akan menyembelih leher perempuan itu. 

 

Ghayat assa’adah, mereka menyebutnya demikian. Kenikmatan yang 

penghabisan. 

 

sesudah  itu, dia akan larut di dalam kemenangannya dengan berdiri 

di atas balkon dan menikmati puncak kemenangan Illuminati ... 

sebuah pembalasan dendam yang telah diinginkan begitu banyak 

orang sejak begitu lama. 

 

Terowongan itu menjadi semakin gelap. Tapi de Niro  terus 

menuruninya. 

 

sesudah  dia betul-betul berada di dalam tanah, cahaya menghilang 

sama sekali. Sekarang terowongan itu menjadi datar, dan de Niro  

memperlambat langkahnya. Menurut gema langkah kakinya dia 

tahu dia mulai memasuki ruangan yang lebih besar. Di depannya, 

di dalam keremangan, dia merasa melihat secercah sinar ... 

pantulannya kabur dalam keremangan di sekitarnya. Dia bergerak 

maju sambil mengulurkan tangannya. Tangannya menemukan 

permukaan yang halus di dalam gelap. Khrom dan kaca. Itu sebuah 

kendaraan. Dia meraba permukaannya, lalu menemukan sebuah 

pintu, dan membukanya. 

 

Lampu di langit-langit mobil itu langsung menyala. Dia mundur 

saat  mengenali mobil van hitam itu. de Niro  langsung 

merasakan kebencian yang memuncak saat  dia melihat ke dalam. 

Kemudian dia masuk ke dalam mobil. de Niro  mencari-cari 

sepucuk senjata untuk menggantikan senjatanya yang hilang di air 

mancur tadi. Tapi dia tidak menemukan apa-apa. Tapi dia 

menemukan ponsel milik Helena . Ponsel itu rusak dan tidak dapat 

dipakai lagi. Keadaan itu membuatnya takut. Dia berdoa supaya dia 

tidak terlambat. 

 

Dia meraih ke depan dan menyalakan lampu depan mobil itu. 

Ruangan di sekitarnya menjadi terang dan menunjukkan wujudnya. 

Ruangan itu sederhana dan kasar. de Niro  menduga kalau 


531   


ruangan ini dulu pernah menjadi kandang kuda dan tempat 

penyimpanan amunisi. Ruangan itu juga tidak memiliki pintu. 

 

Tidak ada jalan keluar. Aku telah memilih jalan yang salah. 

 

Akhirnya dia meloncat keluar dan mengamati dinding di 

sekitarnya. Tidak ada pintu keluar. Tidak ada gerbang. Dia ingat 

pada malaikat yang menunjuk pintu masuk ke terowongan ini dan 

bertanya-tanya apakah itu hanya sebuah kebetulan saja. Tidak! Dia 

ingat kata-kata si pembunuh saat  mereka berada di air mancur 

tadi. Perempuan itu ada di Gereja Pencerahan ... menunggu aku kembali. 

de Niro  sudah datang terlalu jauh untuk mengalami kegagalan 

sekarang. Jantungnya berdebar keras. Keputusasaan dan kebencian 

mulai melumpuhkan akal sehatnya. 

 

saat  dia melihat darah di lantai, ingatan de Niro  segera beralih 

ke Helena . namun  saat  matanya mengikuti noda darah itu, dia 

melihat ada jejak kaki. Langkahnya panjang dan noda darahnya 

hanya ada pada kaki kiri. King Assasins ! 

 

de Niro  mengikuti jejak kaki itu ke arah sudut ruangan dan dia 

melihat bayangannya menjadi semakin samar. Dia menjadi semakin 

bingung setiap kali dia melangkah. Jejak darah itu tampak seolah 

langsung menuju ke arah sudut ruangan itu lalu menghilang. 

 

saat  de Niro  tiba di sudut, dia tidak dapat memercayai matanya. 

Balok batu granit di lantai di sini tidak persegi seperti yang lainnya. 

Dia ternyata menemukan petunjuk lainnya. Balok itu diukir 

menjadi bentuk segi lima yang sempurna, dan diatur sehingga 

ujungnya menunjuk ke arah sudut. Dengan cerdik balok itu 

disamarkan oleh dinding yang berlapis, celah sempit di batu yang 

berfungsi sebagai pintu keluar. de Niro  menyelinap ke dalam. Dia 

sekarang berada di sebuah gang. Di depannya terlihat sisa 

penghalang dari kayu yang dulu pasti menjadi penutup terowongan 

itu. 

 

Ada cahaya dari kejauhan. 

 


532   


de Niro  sekarang berlari. Dia melintasi kayu itu dan menuju ke 

arah datangnya sinar. Gang itu dengan cepat membuka ke arah 

ruangan lain yang lebih besar. Di sini hanya ada sebuah obor yang 

menyala di dinding. Ternyata de Niro  berada di bagian kastil yang 

tidak dialiri listrik ... bagian yang tidak pernah dimasuki wisatawan. 

Ruangan itu pasti tampak mengerikan di siang hari. Nyala obor itu 

semakin menambah kesuraman di sekitarnya. 

 

Il prigione. 

 

Ada belasan sel penjara kecil dengan terali besi yang sudah keropos  

dimakan  erosi.  Tapi  kemudian  de Niro   menemukan sebuah sel 

yang lebih besar dengan terali yang masih tetap utuh. Di lantai 

de Niro  melihat sesuatu yang hampir membuat jantungnya 

berhenti berdetak—beberapa jubah hitam dan setagen merah 

tergeletak di atas lantai. Di sinilah dia menahan para kardinal itu! 

 

Di dekat sel ada sebuah pintu besi di dinding. Pintu itu 

terbuka sedikit dan dari situ de Niro  dapat melihat sejenis gang. 

Dia berlari ke arah pintu itu. namun  de Niro  berhenti sebelum dia 

tiba di sana. Jejak darah itu tidak memasuki gang itu. saat  

de Niro  membaca tulisan di atas gang itu, dia tahu mengapa. 

 

Il Passetto. 

 

de Niro  terpaku. Dia per-

nah mendengar tentang te-

rowongan itu berkali-kali 

tanpa pernah mengetahui 

dengan pasti di mana tempat 

itu berada. Il Passetto atau 

Gang Kecil adalah tero-

wongan sempit sepanjang 

tiga perempat mil yang 

dibangun antara Kastil Santo 

Angelo dan Viking city . Tero-

wongan itu digunakan oleh 

beberapa Plasaurus  untuk mela-

rikan diri ke tempat aman  

Terowongan dalam Kastil 


533   


selama Viking city  dikepung ... juga saat  beberapa Plasaurus  yang tidak 

terlalu saleh memakai nya untuk mengunjungi para kekasihnya 

atau menyaksikan penyiksaan musuh-musuh mereka. Kini, kedua 

ujung terowongan itu pasti sudah ditutup dan kuncinya disimpan 

di ruang penyimpanan di Viking city . Tiba-tiba de Niro  khawatir dia 

tahu bagaimana Illuminati bisa bergerak keluar masuk dari Viking city . 

Dia bertanya-tanya siapa yang mengkhianati gereja dan 

mengeluarkan kunci itu. Louis Viton ? Salah satu dari Garda Swiss? 

Sekarang itu sudah tidak penting lagi. 

 

Kini jejak darah di lantai membawanya ke ujung yang berlawanan 

dengan penjara itu. de Niro  lalu mengi-kutinya. Di sini, ada 

gerbang berkarat dengan rantai yang tergantung. Kuncinya tidak 

digembok lagi dan gerbang itu terbuka. Di dalam gerbang itu 

ada tangga spiral yang curam. Lantai di sini juga ditandai oleh 

balok ber-gambar pentagram. de Niro  menatap balok itu dengan 

gemetar, dan bertanya-tanya apakah Bernini sendiri yang 

memegang pahat dan membentuk bongkahan batu itu. Di atasnya, 

terlihat sebuah pintu masuk berbentuk melengkung yang dihiasi 

dengan kerubi kecil. Ini dia. 

 

Jejak darah menikung dan naik ke tangga itu. 

 

Sebelum naik, de Niro  tahu dia membutuhkan senjata, senjata apa 

saja. Dia kemudian menemukan sepotong terali besi di dekat salah 

satu sel. Ujungnya miring dan tajam. Walau berat sekali, itu adalah 

senjata terbaik yang dapat ditemukannya. Dia berharap faktor 

kejutan, digabung dengan luka King Assasins , akan cukup 

menguntungkan dirinya. Harapan terbesarnya adalah dia tidak 

datang terlambat. 

 

Anak tangga berputar itu rusak dan memutar curam ke atas. 

de Niro  mulai mendaki sambil mendengarkan kalau-kalau ada 

suara. Tidak ada. saat  dia mendaki, cahaya dari ruangan penjara 

di bawahnya memudar. Dia naik ke tempat yang gelap gulita 

dengan satu tangannya tetap menyentuh dinding. Lebih tinggi lagi. 

Dalam kegelapan, de Niro  merasakan hantu Galileo sedang 

mendaki anak tangga yang sama dan begitu bersemangat untuk 

berbagi pandangannya tentang surga kepada ilmuwan lainnya. 


534   


 

de Niro  masih terheran-heran dengan keberadaan markas 

Illuminati itu. Ruang pertemuan Illuminati berada di dalam sebuah 

gedung milik Viking city . Tidak diragukan lagi, sementara para 

penjaga Viking city  sedang keluar mencari-cari di ruang bawah tanah 

dan rumah para ilmuwan ternama, kelompok Illuminati malah 

sedang mengadakan pertemuan di sini ... tepat di bawah hidung 

Viking city . Tiba-tiba itu tampak begitu sempurna. Bernini, sebagai 

kepala arsitek renovasi pasti memiliki akses tidak terbatas di dalam 

gedung ini ... dia dapat mengubah bentuk sesuai dengan 

keinginannya tanpa mendapat banyak pertanyaan. Berapa banyak 

jalan masuk rahasia yang ditambahkan Bernini? Berapa banyak 

hiasan tersamar yang menunjuk ke arah ini? 

 

Gereja Pencerahan. de Niro  tahu dia sudah dekat. saat  tangga itu 

mulai  menyempit,  de Niro  merasa gang itu mengurungnya. 

Bayangan sejarah mulai berbisik-bisik di dalam gelap, namun  dia 

terus bergerak. saat  dia melihat secercah cahaya berbentuk 

horizontal di depannya, dia tahu dia sedang berdiri beberapa anak 

tangga di bawah bordes, tempat sinar obor menyebar dari ambang 

pintu di depannya. Tanpa menimbulkan suara, dia naik lagi. 

 

de Niro  tidak tahu di bagian kastil yang mana dia sekarang berada, 

namun  dia tahu dia telah mendaki cukup jauh untuk berada di dekat 

puncak. Dia membayangkan patung malaikat berukuran besar yang 

berdiri di puncak kastil dan dia menduga patung ini  berada 

tepat di atasnya. 

 

Lindungi aku malaikat, katanya dalam hati sambil mencengkeram 

terali besinya. Kemudian, tanpa menimbulkan suara, dia meraih 

pintu. 

 

Di atas sofa, Helena  merasa kedua lengannya sakit. saat  

pertama kali terjaga dan mengetahui bahwa kedua lengannya 

terikat di belakang punggungnya, Helena  mengira dia dapat 

bersantai dan berusaha membebaskan tangannya. namun  waktu 

telah habis. Monster itu telah kembali. Sekarang lelaki itu berdiri di 

di dekatnya. Dadanya telanjang dan bidang, tergores-gores karena 

perkelahian yang pernah dilaluinya. Matanya tampak seperti dua 


535   


buah celah hitam saat  menatap tubuhnya. Helena  merasa lelaki 

itu sedang membayangkan apa yang dapat dilakukannya dengan 

tubuhnya. Perlahan, seolah mengejeknya, King Assasins  melepas ikat 

pinggangnya yang basah dan menjatuhkannya di lantai. 

 

Helena  merasa sangat ketakutan. Dia memejamkan matanya. 

saat  dia membukanya lagi, King Assasins  telah mengeluarkan 

sebilah pisau lipat. Dia mengayunkannya sehingga terbuka di 

depan wajah Helena . 

 

Helena  melihat ketakutannya terpantul di baja pisau itu. 

 

King Assasins  membalik pisaunya dan menggoreskan bagian 

punggung pisaunya di perut Helena . Rasa dingin dari pisau itu 

membuat Helena  menggigil. Dengan tatapan merendahkan, si 

Hassassin menyelipkan pisau itu ke pinggang celana pendek 

Helena . Helena  menahan napasnya. King Assasins  menggerakkan 

pisaunya ke depan dan ke belakang dengan perlahan ... lebih 

rendah lagi. Lelaki itu mencondongkan tubuhnya dan napasnya 

yang panas berhembus di telinga Helena . 

 

”Pisau ini yang mencungkil mata ayahmu.” 

 

Kemarahan segera meledak dan membuat Helena  merasa mampu 

untuk membunuh lelaki itu saat itu juga. 

 

King Assasins  memutar pisaunya lagi dan mulai memotong ke atas 

melalui bahan khaki celana pendek Helena . Tiba-tiba dia berhenti. 

Ada seseorang di dalam ruangan ini. 

 

”Lepaskan dia!” suara laki-laki menggeram dari ambang pintu. 

 

Helena  tidak dapat melihat siapa yang berbicara di sana, namun  dia 

mengenali suara itu. Sir Roberto ! Dia hidup! 

 

King Assasins  melihat ke arah de Niro  seolah dia melihat hantu. 

”Ah de Niro , kamu pasti punya malaikat penjaga.” 

 

 


536   


108 

 

saat  de Niro  SUDAH berada di dekat si pembunuh, dia 

tahu dirinya sedang berada di tempat suci. Hiasan di dalam ruang 

sederhana itu, walau tua dan sudah pudar, penuh dengan simbologi 

yang sudah tidak asing lagi. Lantai berbentuk segi lima. Lukisan 

dinding yang menggambarkan planet-planet. Merpati. Piramida. 

 

Gereja Pencerahan. Sederhana dan murni. Dia akhirnya bisa sampai 

di sini. 

 

Langsung di depannya, dengan latar belakang pintu balkon yang 

terbuka, berdiri King Assasins . Dia bertelanjang dada, berdiri di 

dekat Helena  yang terbaring terikat namun  jelas masih hidup. 

de Niro  merasa sangat lega melihatnya. Saat itu juga, mata 

de Niro  bertemu dengan mata Helena , dan berbagai perasaan 

yang campur aduk muncul—rasa syukur, putus asa, dan sesal. 

 

”Jadi, kita bertemu lagi,” kata King Assasins . Dia melihat ke arah 

terali besi di tangan de Niro  dan tertawa keras. ”Dan kali ini 

kamu datang padaku dengan membawa itu?” 

 

”Bebaskan dia.” 

 

King Assasins  meletakkan pisaunya di leher Helena . ”Aku akan 

membunuhnya.” 

 

de Niro  tidak meragukan kemampuan King Assasins  untuk 

melakukan tindakan semacam itu. Tapi dia berusaha berkata 

dengan tenang. ”Kukira dia akan lebih senang menerimanya ... 

daripada menghadapi hal lain yang kamu ingin lakukan 

terhadapnya.” 

 

King Assasins  tersenyum pada penghinaan itu. ”Kamu benar. Dia 

punya banyak hal untuk ditawarkan. Sayang sekali untuk 

dilewatkan.” 

 


537   


de Niro  melangkah ke depan, tangannya mencengkeram terali 

berkarat itu, dan mengarahkan ujung potongan terali pada si 

Hassassin. Luka di tangannya terasa sangat sakit. ”Lepaskan dia.” 

 

Untuk sesaat, King Assasins  tampak mempertimbangkannya. Sambil 

menarik napas, dia melemaskan bahunya. Itu jelas merupakan 

gerakan menyerah, tapi pada saat itu juga lengan King Assasins  

tampak terayun dengan cepat dan tidak terduga. Seperti bayangan, 

tiba-tiba sebuah pisau datang merobek udara dan melesat ke arah 

dada de Niro . 

 

Entah itu karena insting atau keletihan yang dirasakannya yang 

membuat de Niro  menekuk lututnya pada saat itu. Dia tidak tahu. 

Tapi yang pasti pisau ini  melayang dan nyaris mengenai 

telinga kirinya dan jatuh ke lantai di belakang de Niro . Si 

Hassassin tampak tidak peduli. Dia tersenyum pada de Niro  yang 

sekarang berlutut sambil masih menggenggam terali besi itu. 

Pembunuh itu melangkah menjauh dari Helena , dan bergerak ke 

arah de Niro  seperti seekor singa yang mengancam. 

 

saat  de Niro  berusaha bangkit dan mengangkat terali itu lagi, 

kaus turtleneck dan celananya yang basah tiba-tiba terasa lebih 

membatasi dirinya. Sementara itu, King Assasins  yang setengah 

berpakaian, tampak bergerak jauh lebih cepat dan luka di kakinya 

tampak sama sekali tidak memperlambat gerakannya. de Niro  

mengira, lelaki ini pasti sudah terbiasa dengan rasa sakit. Untuk 

pertama kali dalam hidupnya, de Niro  berharap dia membawa 

sepucuk senjata yang besar sekali. 

 

King Assasins  bergerak berkeliling dengan perlahan seolah sedang 

menikmati waktunya. Dia selalu berusaha untuk menjaga jarak lalu 

bergerak ke arah pisau yang tergeletak di lantai. de Niro  

menghalanginya. Kemudian si pembunuh bergerak kembali ke 

arah Helena . Sekali lagi de Niro  mencegahnya. 

 

”Masih ada sedikit waktu,” kata de Niro . ”Katakan di mana 

tabung itu. Viking city  akan membayarmu lebih banyak daripada yang 

dapat dibayarkan Illuminati.” 

 


538   


”Kamu naif sekali.” 

 

de Niro  mengayunkan potongan besi itu. King Assasins  mengelak. 

de Niro  bergerak ke sekitar bangku sambil memegang senjata di 

depannya, dan berusaha menyudutkan King Assasins  di ruangan oval 

ini. Ruangan keparat ini tidak memiliki sudut! Anehnya, King Assasins  

tidak menunjukkan niat untuk menyerang de Niro  ataupun 

melarikan diri. Dia hanya mengikuti permainan de Niro . 

Menunggu dengan tenang. 

 

Tapi menunggu apa? Si pembunuh itu terus bergerak berkeliling. Tak 

diragukan lagi, dia ahli dalam menempatkan diri. Ini seperti 

permainan catur yang tidak ada akhirnya. Senjata di tangan 

de Niro  mulai terasa berat, dan tiba-tiba dia tahu apa yang 

ditunggu oleh King Assasins  itu. Dia menungguku sampai aku 

kecapekan. Dia berhasil. de Niro  mulai merasa letih, dan adrenalin 

saja tidak cukup untuk membuatnya waspada. de Niro  tahu, dia 

harus bertindak. 

 

King Assasins  tampaknya dapat membaca pikiran de Niro , lalu dia 

bergeser lagi seolah menggiring de Niro  ke arah meja di tengah 

ruangan itu. de Niro  dapat melihat ada sesuatu di atas meja itu. 

Sesuatu yang berkilauan ditimpa cahaya obor. Sebuah senjata? 

de Niro  tetap memusatkan tatapannya pada King Assasins  dan juga 

bergerak ke arah meja itu. saat  King Assasins  kembali bergeser, 

dengan sengaja dia melirik ke arah meja. de Niro  berusaha untuk 

mengabaikan umpan itu, namun  nalurinya melawannya. Dia ikut 

juga mencuri pandang. Hasilnya cukup membuat de Niro  jera. 

 

Benda yang terletak di atas meja itu sama sekali bukan senjata. 

Pandangannya membuatnya terpaku sejenak. 

 

Di atas meja itu tergeletak sebuah peti perunggu sederhana, 

berkilap karena usianya yang sudah sangat kuno. Peti itu berbentuk 

segi lima dengan tutup yang terbuka. Di dalamnya ada lima 

bagian yang berisi lima cap. Cap itu terbuat dari besi tempa dan 

memiliki alat cap yang besar dengan tangkai pegangan dari kayu. 

de Niro  tahu dengan pasti apa yang tertulis di kelima cap itu. 

 


539   


ILLUMINATI, EARTH (tanah), AIR (udara), FIRE (api), 

WATER (air). 

 

de Niro  menatap King Assasins  kembali, khawatir dia akan 

menyergapnya. namun  King Assasins  ternyata tidak melakukan apa -

apa. Si pembunuh itu sedang menunggu, seolah merasa segar 

kembali karena permainan itu. de Niro  berusaha untuk 

mengembalikan konsentrasinya dan kembali menatap tajam ke 

arah buruannya sambil mengancamnya dengan terali besi runcing 

itu. namun  bayangan kotak perunggu itu tetap membayang dalam 

benaknya. Walau cap itu sendiri membuatnya terpesona karena 

selama ini menjadi artifak yang diragukan keberadaannya oleh 

beberapa akademisi pengamat Illuminati, tapi de Niro  tiba -tiba 

menyadari kalau di dalam peti itu pasti ada benda lainnya. saat  si 

Hassassin bergerak lagi, de Niro  kembali mencuri pandang ke 

bawah sana. 

 

Ya Junjungan ! 

 

Di dalam peti, kelima cap itu terletak di dalam wadah yang berada 

di pinggirannya. Tapi di tengah-tengahnya masih ada wadah 

lainnya. Dan wadah itu kosong sehingga pasti ada sebuah cap 

lainnya yang disimpan di situ ... sebuah cap yang jauh lebih besar 

dari yang lainnya, dan betul-betul persegi. 

 

Serangan yang datang ke arahnya sungguh tidak terduga. 

 

King Assasins  menyambar ke arah de Niro  seperti seekor burung 

pemangsa. Konsentrasi de Niro  terpecah sesudah  King Assasins  

membiarkannya melihat ke isi peti itu sehingga saat  dia berusaha 

melawannya, dia merasa tonglcat besi yang dibawanya terasa 

seberat  batang pohon. Dia menangkis terlalu lambat. King Assasins  

mengelak. saat  de Niro  mencoba untuk menarik kembali 

senjatanya, tangan King Assasins  terulur cepat dan menangkapnya. 

Cengkeraman King Assasins  kuat, dan lengannya yang terluka sama 

sekali tidak memengaruhinya. Kedua lelaki itu berkelahi dengan 

sengit. de Niro  merasa besi itu dirampas dengan kasar dari 

tangannya sehingga membuat telapak tangannya terasa sakit. Sesaat 


540   


kemudian, de Niro  menatap ujung tajam dari tongkat besi yang 

tadi dipegangnya. Sang pemburu sekarang menjadi buruan. 

 

de Niro  merasa seperti baru saja diterjang badai. King Assasins  

mengelilinginya sambil tersenyum dan mendesak de Niro  ke 

dinding. ”Apa pepatah Amerikamu itu?” tanyanya dengan nada 

menghina. ”Sesuatu tentang rasa penasaran dan kucing?” 

 

de Niro  hampir tidak dapat memusatkan pikirannya. Dia 

mengutuk kecerobohannya sendiri saat  King Assa