Kamis, 15 Desember 2022

kera



chucky  menyelesaikan ketikanya  lalu mengoreksi sambil lalu. la tahu kalau itu yaitu  artikel terburuk yang dibuatnya satu minggu terakhir ini, namun  tidak berbuat sesuatu untuk penerbitan besok  pagi yaitu  lebih buruk lagi. Ia akan ditegur Pemimpin  Redaksi dan bonus bulanannya besar kemungkinan dipotong. Dan, kalau terus-terusan begini ada harapan chucky  
dilarang getting lalu  diserahi tugas  mengedit berita-berita yang masuk dan  merelai press-release. jessica  mungkin 
bersukacita mendengarnya. Mereka dapat 
berbaikan kembali. Sialnya, semua rekan 
sekantor sudah tahu kalau chucky  paling 
ogah ditempatkan sebagai redaktur. Sebabnya 
cuma satu; ia paling benci duduk seharian di 
belakang meja !  Tak banyak koreksian. Hanya satu dua  huruf salah tik dan sebuah kalimat yang perlu 
direvisi. chucky  beranjak dari mejanya. 
Enggan ia berjalan menuju meja Kepala 
Pelaksana Redaksi Malam dan menyerahkan 
hasil pekerjaannya dengan wajah tak bersalah. 
soebandrio  yang usianya sepuluh tahun lebih tua 
dari chucky  menerima naskah yang 
disodorkan anak buahnya itu, membaca sekilas 
lintas. Lalu apa yang ditunggu-tunggu 
chucky  segera ia peroleh. Lipatan kulit 
dahi soebandrio  bertambah satu garis, lalu  
dengan alis naik matanya menatap lurus ke 
mata anak buahnya yang lagi apes itu. 
“Cuma ini hasilmu selama 24 jam, eh?!” 
soebandrio  mulai mengomel. 
chucky  tertawa kaku. Dengan ibu 
jari dibengkokkan ke arah mesin tik di atas 
mejanya sendiri, ia menyeringai sambil 
berkata: “Tak lebih dari sepuluh menit…” 
soebandrio  mengikuti arah ibu jari 
chucky . Memperhatikan kertas-kertas 
berserakan di atas meja, dan  keranjang 
sampah yang sudah penuh sesak. Omelannya 
yang kedua muncul sesaat : “… artikel dua 
setengah halaman… yang tak ada apa-apanya 
pula. Untuk itukah kau habiskan kertas 
sebanyak satu rim?” 
“Alaaa... Cuma beberapa lembar kok. 
Perusahaan toh tidak akan rugi apabila...” 
“Aku tidak membicarakan apakah 
kertas-kertas itu kau buang atau kau kunyah-
kunyah.” tukas soebandrio  sengit. “Aku membicara 
kan hasil kerjamu...” naskah chucky  
dihempaskannya ke meja. “Artikel beginian 
bisa membuat surat-kabar kita bangkrut dalam 
tempo satu menit !” “Secepat itu?” chucky  pura-pura membelalak. “Ngajak bercanda, ya?l” soebandrio  bergumam, tajam. Dan chucky  yang seharian sudah 
menekan perasaan oleh sebab  jessica  minggat lagi  ke rumah orangtuanya dengan membawa si 
kecil aidit , kini meledak, la tidak sudi lagi 
bechucky h tamah. la kini marah: “Lalu apa yang 
harus kuperbuat, bang Totok? Pergi menemui 
seorang pelacur? Memperkosanya, membeset 
isi perutnya, menjerumuskannya ke lubang 
kakus; dan bergegas kemari untuk membuat 
beritanya? Atau kau lebih suka aku mendatangi 
seorang Menteri yang korup, lalu oleh sebab  kita 
tidak bolah memberitakan tingkah lakunya, 
maka lebih baik kukencingi saja mukanya?!” 
soebandrio  tersedak. Lalu, tiba-tiba mulutnya 
mengulas senyum. Seperti orang sakit gigi, ia 
mendesah: “Eh. Kok jadi serius !” chucky  
terdiam. Mulai menyadari situasi, namun  
sebaliknya tidak sudi minta maaf. oleh sebab  itu ia 
biarkan soebandrio  yang mendinginkan voltase yang sudah terlanjur tinggi, sementara ia sendiri 
menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk 
mengisi rongga dada yang kering. 
“Ucapan-ucapanmu tadi membuatku 
seram,” berkata soebandrio , sambil melirik ke teman  lain yang saat itu sama tertegun 
menghentikan pekerjaan masing-masing 
oleh sebab  tidak menduga mendadak terjadi 
perang besar tanpa pemberitahuan lebih dahulu . 
soebandrio  melotot ke masing-masing mereka 
supaya meneruskan pekerjaan, lantas berkata 
lesu pada chucky : “Maafkan aku, chucky . 
Aku sendiri lagi sue. Tadi siang aku dipanggil 
pimpinan dan diberitahu oplah surat kabar kita 
belakangan ini jatuh merosot...” ia tersenyum, 
getir dan duduknya berubah gelisah. “Mereka 
sepertinya tak maklum, bahwa banyak bahan 
yang dapat kita muat. Namun lebih banyak lagi 
off-de-record, himbauan tertulis atau per 
telepon. Mereka memaksaku agar mengikuti 
arus koran-koran mingguan yang sedang 
menjamur itu. Buat lebih banyak berita sensasi. 
Skandal seks, cerita-cerita tentang hantu 
gentayangan, perdukunan dan semacamnya. 
Pendeknya, sensasilah. Dan kau kan tahu, 
membuat yang begituan aku bisa kencing di 
tempat tidur...!”  Dingin kepala chucky  sesaat . Sifat suka berselorohnya kembali muncul. Katanya: 
“Tak apa, kalau tempat kencingnya enak. 
Isterimu cantik...” “Jorok !” memaki soebandrio , sambil tertawa  lebar. “Isterimu sendiri bagaimana? Melihat hasil kerjamu satu minggu ini, aku lantas 
curiga.” “Ah! Persetan. Dia boleh enyah ke 
neraka!” umpat chucky , tanpa mem 
beritahu persoalan sebetulnya , la berjalan 
kembali ke mejanya. Membuang semua berkas 
yang tak terpakai ke keranjang sampah, 
memasukkan nota dan perlengkapan potret ke 
dalam tas dan bersiap-siap untuk pergi. 
“Mau ke mana, chucky ?” soebandrio  bertanya. 
Ingin tahu.  “Getting. Siapa tahu aku ketemu hantu 
yang bersedia kita muat potretnya untuk 
penerbitan besok  ,” chucky  nyengir kuda 
lalu berjalan ke pintu ke luar, pas saat  telepon 
berdering nyaring. soebandrio  mengangkat telepon,  bicara sepatah dua lantas berseru pada 
chucky : “Hei. Untukmu !”  chucky  membalikkan tubuh. 
Bertanya malas: “Dari siapa?” 
Corong telepon ditutup soebandrio  dengan 
telapak tangan, lantas bergumam acuh tak 
acuh: “Maumu dari siapa, kecoa?” 
Kecoa! Hem, pas untuk jessica . Lari 
terbirit-birit, lalu mendadak terhenti oleh sebab  
menyesal. Mengendus-endus sejenak, 
lalu  kembali pada suaminya dengan 
alasan aidit  sakit, aidit  bertanya terus 
tentang ayahnya, aidit  tak betah di rumah 
neneknya. Atau segala, macamlah. jessica  tahu 
chucky  sangat menyayangi aidit . 
Membawa aidit  minggat, dapat merupakan 
pembalasan dendam. Sebaliknya, membawa 
aidit  pulang kembali, dapat dijadikan alasan 
oleh jessica  untuk tidak meminta maaf pada 
chucky . 
Anak itu dia jadikan alat saja, pikir 
chucky  geram sambil menerima gagang 
telepon dari soebandrio . la sudah bersiap-siap untuk 
menyumpah serapah isterinya, kalau tak 
keburu sadar bahwa bukan jessica  yang 
menelepon, melainkan seorang laki-laki yang 
suaranya sudah tak asing di telinga 
chucky : “chucky ? Selamat malam, bung. 
Mau menemaniku sebentar? Ada makanan 
enak di 
“Terimakasih. pak. Aku sedang...” 
“Kalau begitu, kuajak orang lain saja !” 
“Astaga!” chucky  tersadar. “Tunggu 
dahulu . Ke mana aku harus datang? Ke kantor 
bapak?” 
“Temui seja aku di...” terdengar suara 
keretek-keretek seperti seseorang di seberang 
sana sedang melembari buku notes. lalu  
terdengar suara orang itu menyebut sebuah 
alamat di daerah darmo permai  ditambah  
sedikit petunjuk agar chucky  tidak sukar 
mencarinya. “Aku akan ke sana lima menit lagi. 
Punya waktu?” “Untuk bapak, selalu ada.” 
“Syukurlah. Jadi kita ketemu di sana saja ya?” 
“Oke.” 
chucky  meletakkan gagang telepon, lalu 
bertanya enthusias pada soebandrio : “Masih ada 
tempat untuk satu berita lagi?” 
“Kalau kau dapet datang ka sini sebelum 
jam dua, masih... Hem. Berita besar, kuharap.” 
“Atau hantu ya? Supaya mereka di atas 
sana dengan senang hati menaikkan gaji kita?”  
chucky  tertawa lantas bergegas 
meninggalkan kantor Redaksi Malam yang 
berlokasi di salah satu sudut percetakan milik 
Negara itu, menuju sepeda motor yang la 
simpen di pinggir jalan besar, la lebih suka 
menyimpan kendaraannya di situ oleh sebab  
pelataran parkir percetakan sempit lagi kotor; 
untuk keluar masuk harus rela membuang 
tenaga menggeser kendaraan lain yang sudah 
penuh sesak, entah berapa belas kali 
chucky  menjatuhkan kendaraan orang lain 
oleh sebab nya, sebelum ini. sebetulnya  banyak 
percetakan di surabaya  yang lebih luas tempat 
parkirnya. Lebih bagus ruangan-ruangan 
kantornya. Lebih bagus hasil cetakannya. 
namun  percetakan Negara, berarti biaya murah. 
Selain itu dapat menunggak pembayaran 
sekian lama, dengan sedikit “omong-omong” 
dengan Direktur Administrasi yang biarpun 
berpangkat Direktur toh tetap digaji sebagai 
Pegawai Negeri. Namun sebaliknya, berarti 
pula harus ikhlas menjalani kebudayaan 
telepon dan  off-de-record yang memuakkan 
itu.  Makan hati, memang. Buat mereka yang 
di atas, maupun buat wartawan keliling macam 
chucky . Semoga saja ada berita bagus 
malam ini yang tidak terkena tilang sebelum 
dicetak, pikir chucky  sambil memacu 
kendaraannya membelah udara malam yang 
dingin berembun. Baru beberapa ratus meter, 
sepeda motornya sudah batuk-batuk keras lalu 
mandek begitu saja. chucky  menstarter 
sambil ngomel tak berkeputusan, menendang 
dan memukul sampai ia tahu bahwa 
persediaan bensin kendaraannya sudah licin 
tandas. Udara dingin menggigit, namun toh ia 
banjir peluh sesudah  lima menit berikutnya tiba 
dengan mendorong sepeda motor sialan itu ke 
sebuah kios bensih dua tak, yang pemiliknya 
sedang sibuk merumus kode buntut dari 
selembar stensilan.  Tahu isi kantongnya sendiri, begitu si keranjingan judi buntut mendekat dengan 
perlengkapannya, chucky  buru-buru 
memberitahu: “Satu liter saja bang...” la 
terpaksa menulikan telinga, agar tidak 
mendengar suara bersungut-sungut pemilik 
kios yang merasa terganggu keasyikannya itu. 
 laki-lakiyang tergeletak di mulut gang, 
mengenakan pakaian seragam lengkap 
bersepatu. Di depan saku kemeja seragamnya 
terkancing kartu pengenal. Menunjukkan 
bahwa laki-laki itu berasal dari Sumatera Utara 
menilik marga di belakang namanya, berusia 
sekitar 35 tahun, pekerjaan nyi kembang r taksi resmi 
milik sebuah perusahaan terkemuka di surabaya . 
Tak ada tanda-tanda penganiayaan. 
Pakaiannya tidak diganggu, demikian pula isi 
saku dan arloji yang melingkari lengan. 
Sepintas lalu posisinya tampak seperti 
orang sedang tidur nyenyak. Hanya bedanya, ia 
memilih tempat untuk tidur yang salah dan  
wajah yang memperlihatkan tanda-tanda ia 
sebelumnya seolah sudah  bermimpi sangat 
buruk. Wajah itu kaku dan dingin seperti es 
balok, pucat seperti kertas yang baru keluar 
dari toko. Mulut ternganga memperlihatkan 
gigi kuning kehitam-hitaman sebagai pertanda 
ia seorang perokok yang kuat. Dan, matanya! 
Hanya sel-sel tubuhnya yang kuat yang 
masih mampu menahan biji mata itu tidak 
sampai terloncat ke luar rongganya. Sepasang 
mata itu melotot lebar. Seolah ingin bertanya 
pada orang-orang yang mengerubunginya, 
mengapa ia sampai terkapar di tempat yang 
sama sekali tidak nyaman itu. chucky  
menjepretkan kameranya beberapa kali. Nyala 
lampu blitz yang menyambar-nyambar wajah 
mayat itu membuatnya tampak semakin 
mengerikan. Bagai ada kutukan terlontar dari 
balik biji matanya, ditujukan pada orang yang 
tengah memotretnya. 
chucky  sampai mundur selangkah, 
dengan bulu kuduk merinding. 
“... apa penyebab kematiannya?” ia 
bertanya, tersendat. 
“Jantung, kata pak Leman,” jawab orang 
setengah baya berpakaian preman yang tadi 
menyambut kedatangan chucky  dan 
mendampinginya semenjak itu. dul latief , 
yaitu  dokter kepolisian khusus untuk perkara-
perkara pembunuhan. “Mari kita temui dia 
untuk mengetahui apa komentarnya tentang 
korban satunya lagi...” “Ma… masih ada?” 
“Oh, yang barusan kau potret belum seberapa !” 
“Maksud bapak ...” 
“Ayolah. Siapkan kameramu.” 
Kamera sudah dalam keadaan siap 
tembak. Tinggal mengatur posisi dan angle; 
vertikal atau horisontal, sedikit ke atas atau 
dari bawah. Korban yang kedua layak 
menempati halaman satu surat-kabarnya. 
Berita tentangnya patut dijadikan head-line 
utama. soebandrio  tidak lagi tertekan bathin, oleh sebab  
pimpinan mereka di atas dalam sekejap sudah  
menyedot untung dalam jumlah besar oleh sebab  
oplah yang mendadak naik, bahkan mungkin 
perlu dicetak ulang dua tiga kali oleh sebab  
permintaan dari agen datang tak berkeputus 
an; sama seperti apabila tak ada apa-apa dalam 
koran mereka, para agen itu tak berkeputusan 
meminta oplah, namun  untuk dikurangi... 
soebandrio  malang! la tetap harus makan hati. 
oleh sebab  chucky  tidak sekalipun menekan 
shutter kamera. Alat potret itu lepas tanpa ia 
sadari, tergantung berayun-ayun dengan tali 
kulit pada pundaknya. Padahal, betapa 
sensasionilnya keadaan mayat itu. Berbaring di 
beranda sebuah rumah kecil mungil dengan 
sepasang kaki mengangkang, la juga masih 
bersepatu. namun  celana yang dipakainya jelas 
bukan dibuka dengan sukarela. Tali pinggang 
maupun resluting celana laki-laki itu bagai 
direnggut tangan-tangan raksasa sehingga 
robek berkeping keping. Alat kejantanannya 
hilang lenyap, meninggalkan luka mengerikan 
berlumur darah. 
Cairan anyir berwarna merah itu 
terdapat lebih banyak lagi di sekitar leher, leher 
yang boleh dikata hampir tanggal dari pundak. 
Sehingga tanpa sengaja chucky  setengah 
berlari mundur sambil memegangi leher 
sendiri, lalu  jatuh terduduk di ujung lain 
beranda terbuka itu. Kerumunan manusia hilir 
mudik, suara bentak, teriak, perintah-perintah 
dan tanya jawab yang bergalau seperti keadaan 
darurat perang; tak sedikitpun menarik 
perhatiannya. chucky  terduduk diam, lesu dan 
bagai hilang ingatan. Nafasnya sesak. Berapa kali ia terpaksa  mengurut dada. Beberapa kali pula meludah  kasar, tanpa memperdulikan ada orang 
mendekatinya. Ternyata orang setengah baya 
tadi, yang lalu  duduk santai di sebelah 
chucky  sambil membujuk: “Kalau mau muntah, silahkan...” chucky  diam. 
Menarik nafas panjang, lalu mengeluh 
setengah mengigau: 
“Apa… yang… menggororok dia?” 
“Clurit, golok, mungkin juga kampak. Itu 
menurut aku. namun  pak Leman bilang, bukan. 
saat  kubilang, mungkin juga garpu pengeduk 
sampah, lagi-lagi dia bilang bukan. Sampai aku 
mulai kuatir kalau-kalau dokter kita yang sudah 
hampir pensiun itu… he, kau masih mendengar 
ku, nak?” “He eh...” 
“Seperti kubilang tadi. Aku kuatir, si tua 
itu sudah mulai pikun. Lantas nekad mengambil 
kesimpulan yang bukan-bukan.” 
“Apa?” “Cakar, katanya. Cakar besar dan runcing 
luar biasa !” 
“Ha… hhari… mau?” mata chucky  
jelalatan kian kemari. Ke arah orang 
berkerumun dan hilir mudik. Ke pintu-pintu 
dan jendela-jendela rumah yang menganga 
terbuka. Ke langit kelam, hitam pekat dan 
masih tetap berembun. 
“Seorang pembantuku sudah 
menelepon ke Kebon hewan . Petugas yang 
menerima telepon di Ragunan bilang, tak ada 
harimau yang lepas. Demikian pula mahluk 
buas lain… mahluk bercakar! Uh, pak Leman 
sudah edan barangkali. Jangan-jangan ia mulai 
percaya tahayul dan...” 
“Aku mau pergi!” potong chucky  
tiba-tiba. Beranjak bangkit dari duduknya. 
Sedikit sempoyongan, sehingga pendamping 
nya terpaksa membantu agar chucky  tidak 
sampai terpeleset jatuh. 
“Kau tidak memotret mayat itu?”  
“Tidak.” 
“Ceritanya! Kisah tentangnya sangat 
menarik. Apakah kau juga...” 
“Tidak. Terima kasih.” 
“Hei. Kau sakit, nak?” 
chucky  manggut. “Sakit sekali,” katanya, 
setengah berbisik. 
“Kau bukan Pengecut. Kau sudah 
seringkali kuajak melihat mayat-mayat lain 
yang lebih menakutkan. Mengakulah!” 
“Bapak benar.” 
“Jadi?” 
“Bukan kekejaman yang menimpanya itu 
yang membuatku kehilangan gairah...” 
“Jadi?” 
“Ya Tuhan. Biarkan aku pergi, pak syam kamaruzaman . 
Aku harus menemui seseorang. Aku harus 
menceritakan padanya, bahwa… bahwa...”  
chucky  semakin pucat. Semakin gemetar.  
“Bagaimana aku menceritakannya? Lalu, 
astaga! Apa akibatnya pada dia?' 
“Berhentilah linglung. Dia siapa?” 
“martini ...” 
“Aduh, nak. Sebutlah seribu atau sejuta 
nama. namun  katakan padaku, apa hubungan 
nya dengan peristiwa malam ini.” 
chucky  tengadah, menghirup udara lebih 
banyak lagi. Lalu menjelaskan dengan suara 
terengah-engah:  
“martini  isterinya mayat… maksudku 
orang yang sengsara itu,” ia setengah meng 
gerakkan dagu, enggan, ke arah kerumunan 
petugas yang membantu dokter dul latief  
mengurus mayat dimaksud. “Namanya Tedi. 
Tedi hulk . la sudah seperti saudara kandung 
buatku.” 
syam kamaruzaman , Kapten Polisi yang berpakaian 
preman itu terpukau sejenak, la mengawasi 
chucky  dengan hati-hati, dan melihat 
sudut-sudut mata laki-laki muda bertubuh 
kekar tampan itu pelan-pelan digenangi butir-
butir air bening. Akhirnya, syam kamaruzaman  berbisik 
lembut: “Kau yakin?” 
“Dari sini pun, aku dapat mengenali 
wajah Tedi!” 
syam kamaruzaman  tidak mengulurkan tangan, la 
hanya berucap: “Maafkan, nak. Aku tak dapat 
berbuat atau mengatakan sesuatu, kecuali… 
yah. Terimalah ucapan belasungkawa dariku, 
dan… ” 
“Bapak dapat berbuat sesuatu.” 
“Katakanlah.” 
“Angkat jenasah Tedi dari tempat 
terkutuk ini, sekarang! Bawalah ke kamar 
mayat, atau ke mana saja; pendeknya, jangan 
biarkan ia jadi tontonan yang menjijikkan 
seperti sekarang ini…” 
“namun , nak. Prosedur belum sepenuh 
nya kami…” 
“Demi Tuhan. Kumohon.” 
Kapten berusia setengah baya itu 
berpikir dua tiga detik, lalu  mendekati 
kerumunan orang orang di sekitar mayat yang 
kepala hampir tanggal dari tubuhnya itu. 
Tampak ia bicara sebentar. Beberapa anak 
buahnya bergerak dengan sigap, siap 
menjalankan perintah. namun  dokter dul latief  
kelihatan mencak-mencak dan mereka berdua 
bertengkar sebentar, sebelum dokter 
dul latief  berpaling ke arah chucky  
berdiri, lalu  mengangguk tanda 
menyerah. Dokter itu langsung mendekati 
chucky . Merangkul pundak orang muda 
itu, bertanya lunak:  
“Ada yang dapat kubantu. nak?” 
Masih pucat, chucky  menjawab kasar:  
“Bukankah sudah diberitahu oleh pak syam kamaruzaman ?” 
“Betul,” jawab dokter dul latief , sabar. 
“namun  barangkali kau lupa, aku seorang 
dokter.” 
“Terimakasih. Aku baik-baik saja.” 
“Sebuah pendapat, barangkali?” 
chucky  mengawasi wajah dokter 
tua berkepala botak dan berkacamata itu, 
sambil berpikir. Lalu:  
“Misalkan kita tukar posisi, dokter. 
Dokter harus pergi menemui martini , isteri 
orang yang terbunuh itu. Apa yang akan dokter 
katakan padanya?” 
“faktanya , nak. faktanya . Betapapun 
pahit dan menakutkan.” 
“la akan terpukul,” keluh chucky , 
cemas.  “Lambat atau cepat, toh ia akan tahu 
juga. Aku mengerti kesulitanmu, nak chucky . 
namun  coba dengarkan ini. Anggaplah 
pendapat seorang tua renta yang sudah banyak 
makan asam garam. Mendustai seseorang, 
meski sifatnya sementara dan meski dengan 
tujuan baik… dapat melukai hatinya, kelak bila 
ia tahu kau sudah  berdusta. Padahal, barangkali 
ia sudah siap menerima kebenaran. Itu satu. 
Yang kedua; kau berbelit-belit, sedikit putar 
sana putar sini. Maka akibatnya, ia akan gelisah 
dan bertambah takut. Itu sama artinya dengan 
membunuh dia perlahan-lahan...” 
“Langsung saja !” gerutu chucky , tak 
sabar. 
“Ah. Itu dia. Satu-satunya jalan terbaik, 
langsung saja dia sekaligus. Lalu anggap 
persoalannya sudah selesai.” 
“Begitu gampang?” 
“Teorinya, memang. Prakteknya, dia 
mungkin mengalami shock yang hebat. 
Mungkin pula tidak, siapa tahu? Lagipula, 
dengan cara itu kau akan banyak membantu 
sahabatmu, si syam kamaruzaman  yang kebingungan itu.” 
“Membantu? Dalam hal apa?” 
“Melihat apa reaksi martini ...” 
“Kau !” nafas chucky  menjadi sesak 
lagi. Tegaknya berubah tegang. Kaku.  
“Dokter… menuduh martini  sebagai si 
pembunuh?!” 
“Ungkapan yang kasar, chucky !” kata 
dokter dul latief , tak setuju. “Kita perhalus 
saja: dia pelaku kejahatan, atau dia terlibat 
dalam tindak kejahatan. Ini kita lihat dari 
kacamata syam kamaruzaman . Untuk perkara-perkara 
tertentu, orang pertama yang dicurigai yaitu  
orang yang paling dekat dengan korban 
kejahatan...” 
“Itu dapat diartikan, saya termasuk salah 
seorang tersangka.” 
“Persis.” 
chucky  menyeringai. Kecut. Tanpa 
berkata sepatah pun lagi ia tinggalkan dokter 
itu dan berjalan tersuruk-suruk menerobos 
kerumunan orang menuju kendaraannya. 
Belum juga ia naik, sebuah mobil lambhorgini  dinas 
kepolisian sudah meluncur dan berhenti di 
sebelahnya. Pintu mobil lambhorgini  sebelah kiri dengan 
dibuka seseorang dari dalam ditambah  suara 
lembut namun  berbau perintah:  
“Untuk menghemat waktu, naiklah. 
Seorang pembantuku akan mengantarkan 
motormu ke rumah...” 
Bersamaan waktunya, seorang petugas 
berseragam datang mendekat. Tangannya 
terulur ke depan, namun  dengan sikap tegak 
yang tetap sopan dan menaruh respek. 
chucky  mau tak mau menyerahkan kunci 
motornya ke tangan yang terulur itu. 
menyelusup ke tempat duduk di sebelah 
syam kamaruzaman , lalu menyandar dengan kelopak mata 
terpejam. Tak lupa ia menggerutu: “Bapak 
main cepat ya? Takut aku kabur ya?” 
syam kamaruzaman  mengeluh: “Jangan seperti anak-anak. 
Diamlah. Biarkan aku berpikir...” 
chucky  tidak memberi kesempatan 
berpikir, la ngoceh: “Aku masuk kantor sekitar 
pukul tujuh. Baru keluar sesudah  bapak telepon. 
Alibi tentang ini dapat bapak kejar. Kapan saja.” 
“Hei, bung. Dengarkan.” 
“Aku dan Tedi bersahabat. Sebagai dua 
orang bersahabat, kami akrab satu sama lain, 
namun ada kalanya kami bermusuhan. Aku 
pernah dibuatnya marah. Kecewa. Sakit hati. 
Tapi jangan coba membuat catatan tentang itu, 
oleh sebab ...” 
mobil lambhorgini  di rem dengan tiba-tiba. 
 chucky  terlonjak ke depan. 
Kepalanya hampir membentur dashboard, 
oleh sebab  tidak siap menghadapi kejutan itu. 
Mana tangan secara reflek mendekap tustel ke 
dada. Melihat itu, syam kamaruzaman  ingin tertawa. 
Orang ini lebih sayang kamera ketimbang 
kepalanya, pikir sang kapten. Lalu katanya:  
“Bung. Bersediakah kau mengendurkan 
otot sedikit? Aku belum ingin bertarung 
denganmu. namun  bila kau memaksa…, biar kau 
lebih muda, lebih berotot… percayalah. Kau 
dapat kujatuhkan, sebelum tubuhku kau 
sentuh !” 
“Eh. Kok jadi galak,” chucky  
menyeringai. syam kamaruzaman  menyeringai juga.  “Habis. Kau sih.” dan mobil lambhorgini  meluncur lagi  sesudah  syam kamaruzaman  menanyakan alamat rumah 
martini  dan chucky  memberitahunya. 
“Rupanya dokter brengsek itu ngoceh 
yang bukan-bukan tadi ya?” 
“He-eh. Aku salah seorang tersangka, 
katanya.” 
“Secara dinas, ya. namun  secara pribadi, 
kaulah orang terakhir yang akan kuseret ke 
kantorku.” 
“Dan... martini ?” 
“Maaf. Dia tetap yang pertama.” 
chucky  terbungkam, la sudah lama 
kenal syam kamaruzaman . Demikian pula beberapa anak 
buah kapten ini. Jadi ia tahu benar cara-cara 
kerja mereka, tahu cara berpikir nereka. 
Acapkali mereka salah. namun  kesalahan itu 
tidak lantas membuat mereka menyesal dan 
mundur. Kesalahan itu justru mereka 
manfaatkan jadi petunjuk menuju sasaran yang 
benar. 
“Apa yang sudah  kalian peroleh, pak syam kamaruzaman ?” 
“Kuakui saja, nol. Satwanya masih gelap. 
Lebih gelap dari malam yang terkutuk ini!” 
“Informasinya?” 
 “kami sudah  menanyai sejumlah taksi,” 
syam kamaruzaman  bercerita. Bermula dan laporan 
telepon ke kantor dari salah seorang warga di 
tempat peristiwa. syam kamaruzaman  segera memerintahkan satu team anak buahnya bergerak ke  sasaran, la menyusul beberapa menit berikut 
nya, oleh sebab  harus membereskan sesuatu, 
menelepon doktar dul latief  dan teringat pula 
untuk menghubungi chucky . “Selalu, kau 
satu-satunya wartawan yang pertama ku 
beritahu.” katanya tersenyum. 
“Mengharapkan terima kasih?” ejek 
chucky . “Katakan saja, harga sebuah kebaikan. 
oleh sebab  namaku banyak kau sebut-sebut dalam skripsimu dahulu .” 
“Hah, Sampai aku lupa. Waktu itu bapak 
masih Sersan Dua, kalau tak salah. Berapa 
tahunkah itu? Cepat juga ya, bapak naik 
pangkat...” 
“oleh sebab  kerja keras. Juga, berkat 
promosimu. Berita beritamu yang gencar 
mengenai kegiatanku banyak membantu.” 
“Ah. Bapak membuatku malu,” 
chucky  menyeringai. “Tahukah pula 
bapak, bahwa berkat bapak pula aku berhasil 
membuat sebuah skripsi yang berbobot. Aku 
lulus, orongtuaku senang. namun  lalu  
mereka kecewa, oleh sebab  bapak pula.” 
“Aku?” 
“He-eh. Orangtuaku bermimpi aku jadi 
Hakim, Jaksa, paling kurang seorang advokat. 
namun  oleh sebab  kelewat sering mengikuti 
kegiatan bapak, aku menyimpang. Jadi 
keranjingan menulis berita Berhenti kuliah, 
lalu… inilah aku sekarang. Ngelayap tengah 
malam untuk memotret orang orang mati. 
Kadang-kadang aku sampai ngeri memikirkan, 
bahwa aku cari makan dari bencana yang 
menimpa diri orang lain. Orang-orang yang 
menangis oleh sebab  habis dirampok; orang-orang 
yang menjerit malu oleh sebab  anaknya ketahuan 
mencuri atau memperkosa; orang-orang yang 
suaminya terkapar mati dengan leher hampir 
putus…,” chucky  gemetar. “Mengapa Tedi 
harus mati dengan cara itu. Mahluk biadab apa 
yang sudah  merenggut nyawanya?” 
“Untuk itulah kita tidak boleh tidur 
malam ini. chucky . Untuk mencari jawaban dari 
'mengapa' itu. Memecahkan apa motifnya, 
mencari tahu siapa orangnya. Jadi kau tak perlu 
terlalu berkecil hati tentang caramu mencari 
makan... ” syam kamaruzaman  menepuk-nepuk pundak 
chucky , menghibur. “Kuteruskan laporan 
ku?” 
“... aku siap mendengar, pak syam kamaruzaman .” 
“Mana notesmu?” 
“Otakku dapat mencatatnya.” 
“Oke...” syam kamaruzaman  menarik nafas. “saat  
tiba di tempat, para pembantuku sudah  
menanyai beberapa orang saksi...” 
Dan toh, chucky  mengeluarkan juga 
notesnya saat  syam kamaruzaman  menyebut beberapa 
nama dan identitas mereka. 
Saksi 1, fredy krueger  Hutagalung. Pekerjaan, 
pedagang. 
Semua keluarganya sudah tidur. fredy krueger  
masih bekerja. Sendirian, la seorang pemilik 
kios oli di Jl. elm street , dan malam itu sedang 
menyusun daftar pemasukan dengan 
pengeluaran uang sepanjang siang sampai ia 
tutup pukul delapan malam dan pulang ke 
rumah. Sekitar pukul 10.15 ia sedang 
menelepon seorang relasi, saat  dari rumah 
sebelah terdengar suara-suara ribut yang aneh. 
Mulanya tidak ia perdulikan. Baru sesudah  ia 
dengar suara orang menjerit, fredy krueger  
meletakkan telepon. 
la membuka jendela depan namun  tidak 
dapat meninjau ke rumah sebelah yang 
pekarangannya jauh masuk ke dalam. Oleh 
oleh sebab  itu ia bergegas membuka pintu, namun 
lalu  berpikir mungkin tetangga sebelah 
tengah bertengkar dengan seseorang, la ragu-
ragu. Tidak ingin turut campur. 
Lalu teriakan kedua terdengar. Teriak 
ngeri, yang membuat fredy krueger  segera 
menghambur ke luar. Pemilik kios oli itu lari ke 
halaman, melompati pagar pemisah memasuki 
pekarangan rumah sebelah. 
fredy krueger  menemukan mayat Tedi. 
Terpekik ngeri lalu  lintang pukang 
kembali ke dalam rumahnya sendiri. 
Saksi inilah yang menelepon ke kantor 
polisi. Isteri dan anak-anaknya pada terbangun. 
Kuatir mereka tergoncang, isteri dan anak-
anaknya tidak ia perbolehkan meninggalkan 
rumah, la sendiri lalu  menutup pintu. 
Mengunci rapat-rapat. Dan menunggu polisi 
datang. 
“Saya ketakutan,” katanya memberi 
alasan pada polisi pemeriksa. “Saya kira terjadi 
perampokan di rumah sebelah. Bukan mustahil 
kalau perampok itu tahu-tahu muncul di rumah 
kami, dan membunuh keluarga kami pula...” 
fredy krueger  tidak melihat ada mayat lain 
kecuali Tedi. la juga tidak melihat slendrina , 
gadis penghuni rumah sebelah, oleh sebab  begitu 
melihat mayat Tedi ia langsung ambil langkah 
seribu. Dengan sendirinya, ia tidak melihat ada 
orang lain di sekitar tempat kejadian. 
Saksi 2, farida . Janda. Pekerjaan, usaha 
warung kecil-kecilan. 
saat  warungnya masih buka, ia melihat 
Tedi memasuki rumah slendrina . Malah adik 
slendrina , seorang bocah laki-laki yang masih 
duduk di bangku kelas satu es-em-pe, sempat 
membeli sebungkus rokok. resi mandala , bocah itu, bukan perokok. Jadi farida  beranggapan tentu 
rokok itu untuk keperluan tamu kakaknya. 
Mereka sempat ngobrol sebentar. 
“Kudengar, kakakmu si Ros akan 
menikah,” kata farida . 
“Memang.” 
“Si Ros mau?” 
“Itu urusannya, Bu,” kata si anak, rupa 
nya tak senang. 
“Kau menyukai calon suami kakakmu itu?”  
“Tidak.” 
“oleh sebab  ia sudah punya isteri?” 
“Ya. Katanya ia akan menceraikan isteri 
nya yang sekarang. namun  bila itu ia lakukan, 
suatu saat  kelak dapat pula kakakku ia 
ceraikan...” 
“Kok kau membelikannya rokok.” 
“Terpaksa. Takut kak Ros marah.” 
resi mandala  lalu  kembali ke rumahnya. 
saat  farida  akan menutup warung ia lihat bocah 
itu keluar dan tampaknya akan pergi. farida  
bertanya heran:  
“Mau ke mana, nak?” 
“Ke rumah teman.” 
“Diusir ya?” 
“Engga. Cuma aku emoh melihat kakak 
ku dicium orang itu di depanku...” 
“Mereka biarkan kau pergi?” 
“Aku menyelinap lewat pintu dapur.” 
“Tidur di sini sajalah, nak.” 
resi mandala  menolak lalu  menghilang. 
farida  geleng-geleng kepala. Ikut prihatin dengan 
nasib anak kecil itu. la tidak melihat sesuatu 
yang aneh terjadi di rumah seberang gang.  
“Pasti mereka lagi asyik di kamar tidur. 
Kudengar, si Ros sudah bunting...” 
Sebelum tidur ia memeriksa dahulu  apakah 
keempat orang anak-anaknya sudah berangkat 
ke alam mimpi. Di kamarnya, ia menangis. 
Teringat suaminya, yang kabur dengan 
wanita lesbian  lain. Katanya wanita lesbian  lain itu 
sudah  mengguna-gunai suaminya, sehingga tak 
pernah ingat pulang ke rumah. Tak pernah 
ingat anak-anaknya. Tak pernah mengirimkan 
uang belanja... 
farida  tidak tahu apakah ia sudah tidur atau 
masih bangun saat  tiba-tiba ia dikejutkan 
oleh bunyi berisik di luar rumah. “Rasanya ada 
suara menggeram-geram. Seperti geram 
hewan  buas...”  
Mengira ia bermimpi, farida  makin 
merungkut di dipannya. Tak berapa lama 
lalu , ia mendengar suara orang menjerit.  
“Wah. hewan  itu sudah menerkam 
mangsanya,” pikir farida , dan ia lari ke kamar 
tidur anak-anaknya. Tak seorang pun anaknya 
yang terbangun waktu itu. farida  semakin takut, 
waktu terdengar jeritan kedua, terdengarnya 
dari arah mulut gang. Sebelum jeritan kedua itu 
bergema, sempat farida  mendengar suara aneh 
tadi seperti lewat di depan rumahnya.  
“Geram hewan  buas. Pekik-pekik 
tertahan yang mengerikan. Seperti pekik 
mawas di Ragunan...” 
farida  baru ke luar sesudah  mendengar 
bunyi sirene polisi dan banyak suara langkah-
langkah orang berlari dan berteriak-teriak di 
sekitar rumahnya. saat  ia dengar suara 
membentak:  
“Hayo minggir. Biarkan kami lewat!” 
barulah farida  berani mengintip lewat jendela 
depan,  
la lihat banyak tetangganya berkerumun 
di depan rumah slendrina , dan di sepanjang 
gang. Barulah farida  berani ke luar, dan 
mengetahui dari cerita orang dan penglihatan 
nya sendiri ada dua mayat tergeletak tak jauh 
dari rumahnya.  
“Mawas itu yang membunuh mereka. 
Pasti!” kata farida  pada polisi yang menanyainya. 
“Mawas? Ibu melihatnya?” 
“Melihat sih tidak. namun  aku 
mendengar, suaranya. Mengerikan !” 
Saksi 3, hwang jang lee . Pekerjaan, kuli 
bangunan. hwang jang lee  malam itu mendapat tugas ronda  malam bersama tiga teman yang lain. Mereka terbagi dua kelompok. Dengan berbagai dalih . hwang jang lee  berusaha menutupi faktanya  bahwa  udara dingin berembun dan malam begitu 
larut, mana daerah mereka termasuk aman 
dan tenteram selama ini; keempat penjaga 
malam itu lebih banyak ngobrol di pos jaga 
yang malangnya, justru terletak di ujung gang 
yang berlawanan dari tempat mayat nyi kembang r taksi ditemukan. 
“Kami juga sudah lama mendengar 
bahwa orang itu… siapa ya namanya. Oh ya. Ya. 
Tedi. Entah Tedi apa… Dia sudah punya isteri. 
Malah semua orang di sini boleh dikata sudah 
tahu, bahwa isterinya pernah mendatangi si 
Ros...” demikian antara lain kesaksian hwang jang lee .  “Mereka bertengkar. Tentu saja. Tapi tak 
sampai saling caci-maki. Apalagi jambak-
jambakan. wanita lesbian -wanita lesbian  hebat, 
mereka itu...” 
“Berapa kali isteri korban datang ke sini?” 
“Setahu saya, cuma satu kali.” 
hwang jang lee  malam itu tidak melihat Tedi 
datang menemui slendrina .  
“Saya baru tahu, sesudah  melihat mayat 
nya,” hwang jang lee  bergidik. 
“Melihat sesuatu yang aneh di dalam 
atau sekitar rumah gadis itu?” 
“Tidak.” 
Saksi 4, john liu . Juga peronda malam itu. 
john liu  dan seorang temannya meronda 
sempat melihat sebuah taksi warna kuning 
berhenti tak jauh di mulut gang. john liu  
melihatnya dari kejauhan, tak dapat mengenali 
siapa yang turun oleh sebab  ia saat itu juga 
meneruskan perondaan bersama temannya ke 
jurusan lain.  
“Kami sudah terbiasa melihat taksi 
mundar-mandir di sekitar ini…,” katanya, 
membela diri. 
Kira-kira antara pukul 10.15 dan pukul 
10.20 malam itu ia dan teman yang sama 
berkeliling kembali di tempat yang tadi. Sayup-
sayup ia mendengar suara orang berteriak, la 
dan temannya berlari mendatangi.  
“Kami lihat sebuah taksi melewati kami. 
Cepat sekali. Jalannya zig-zag. Mungkin taksi 
yang tadi. Mungkin taksi lain, yang pengemudi 
nya sedang mabok. Kami berlari-lari memasuki 
gang dari arah itu, dan menemukan mayat laki-
laki. Mayat seorang nyi kembang r taksi...” 
“Tidak kalian uber taksi yang melarikan 
diri itu?” 
“Dengan apa? Kaki?!” 
hwang jang lee  dan teman satunya lagi buru buru 
pula datang. Mereka berempat menemukan 
korban lain. “Dari keadaan tubuhnya, luka-luka 
dan pakaiannya yang tercabik-cabik kami 
berpendapat, tentulah ada seekor hewan  
buas sudah  kesasar memasuki kampung 
kami…,” john liu  mengusap wajahnya, cemas.  
“Apakah kalian sudah  menangkap 
hewan  buas itu? Harimaukah? Orang Hutan? 
Atau serigala?” 
Petugas yang memeriksa john liu  dan hwang jang lee  menjawab tenang: “Tak ada orang hutan, 
harimau atau serigala yang dapat menyetir dan 
kabur dengan sebuah taksi !” 
Saksi 5, stephen  king. ketua RT. 
stephen  king sedang ada di tempat seorang 
keluarganya saat  peristiwa itu terjadi, la 
segera datang sesudah  dijemput oleh salah 
seorang anaknya. Tiba di tempat, ia terkejut 
melihat begitu banyak orang, begitu banyak 
polisi, dan begitu panik dan ributnya suasana. 
Tentulah sudah  terjadi peristiwa hebat, 
pikirnya. stephen  king tidak mengenal nyi kembang  taksi itu. namun  ia mengenal Tedi sambil lalu.  
“Saya baru tahu kalau ia punya isteri, 
sesudah  isterinya pernah datang ke rumah si 
Ros. Semenjak itu saya mendengar gunjingan 
yang tidak enak di kalangan kaum ibu. Jadi saya 
putuskan untuk mendatangi slendrina  pada 
suatu hari untuk membuktikan kebenaran 
desas-desus itu. la mengakui bahwa ia sudah  
hamil. oleh sebab  itu saya beri ia saran. Agar 
kampung kami tidak tercemar, ia boleh 
memilih. Angkat kaki dari sini, atau menikah 
segera dengan laki-laki itu…” 
stephen  king mengatakan Ros anak baik, sebenar 
nya, la bekerja sebagai juru tulis di keslenderman an 
setempat. Waktu lowong ia manfaatkan 
dengan bekerja mengkreditkan pakaian, tas. 
dan sepatu wanita. Dengan demikian 
slendrina  dapat menghidupi dirinya sendiri 
dan menyekolahkan adiknya, resi mandala . Dua-dua  pekerjaan itu ia tinggalkan, begitu slendrina  
bertemu Tedi hulk . “Mungkin laki-laki itu 
sudah  memberinya uang belanja yang cukup 
padanya,” kata stephen  king menyimpulkan. Tedi 
sendiri bersikap baik dan sopan tiap kali datang 
ke kampung itu. Tak ada orang yang memusuhi 
dia, apalagi slendrina  yang menurut stephen  king: “Si kecil mungil yang lembut dan perasa.” 
Saksi 6, mestinya resi mandala . 
namun  ia belum diketemukan malam ini. 
Sesekali ia memang suka tidur di rumah 
temannya. Belajar bersama. namun  temannya 
banyak. Beberapa orang warga setempat dan 
anggota polisi masih terus mencarinya. Untuk 
memberitahu peristiwa yang menimpa kakak 
wanita lesbian nya, dan menyelidiki apakah ia 
terlibat dalam peristiwa itu. 
“namun  aku berani potong kuping, bila 
ternyata anak itulah pembunuh sahabatmu.” 
kata Kapten syam kamaruzaman , memastikan. 
“Bagaimana dengan slendrina  sendiri?” 
tanya chucky . 
“Kau tidak melihat dia?” 
“Tak ingat. Aku begitu shock melihat 
mayat temanku.” 
Keempat petugas ronda malam itu yang 
pertama kali melihat slendrina , syam kamaruzaman  
menerangkan. Si kecil mungil yang lembut dan 
perasa itu, mereka temukan jatuh pingsan di 
ambang pintu. hwang jang lee  dan teman-temannya 
membopong wanita lesbian  itu ke kursi panjang 
dan berusaha menyadarkannya. Begitu mata 
nya terbuka, slendrina  langsung meronta-
ronta. Gadis itu menendang. Memukul. 
Mencakar. Sambil berteriak-teriak:  
“Jauhkan hantu itu dari akui Tolonglah, 
enyahkan mahluk mengerikan itu...” 
“Hantu?” chucky  menyela. 
“Tak usah ditanggapi. chucky . Itu cuma 
pekik orang yang histeri.” 
“Tidak kalian sadarkan?” 
“Oleh dokter Leman sudah diberi 
suntikan penenang. Mungkin baru besok   ia 
bangun dan dapat bercerita lebih jelas, la saksi 
utama, tentu saja. namun  dokter kita yang 
sudah pikun itu mengkuatirkan bahwa kita 
tidak akan memperoleh apa-apa dari gadis 
itu...” 
“Mengapa?” 
“Dia bilang, ada kemungkinan slendrina  
harus dikirimkan untuk dirawat beberapa lama 
di sanatorium.” 
“Gila?” 
“Gangguan mental, tepatnya.” 
“Oh.” 
“Kau tak ingin bertanya, apakah aku 
tidak mencurigai dia sebagai si pelaku?” 
“Mestinya.” 
“Kau benar. Mestinya dia juga kucurigai. 
namun  ia begitu kecil dan lemahnya, untuk 
dapat berbuat sedahsyat itu. Entah, kalau ia 
dalam keadaan tegang syaraf sebelum 
pembunuhan itu terjadi.” 
“Dan... martini ?” 
“Maaf. Dia tetap yang pertama.” 
“martini  juga wanita lesbian . Memang 
posturnya sehat dan kuat. namun  tetap saja dia 
wanita lesbian , yang tak akan mampu berbuat...” 
“Nanti akan kita lihat. Sesudah  kita 
bertemu dia.” 
chucky  ingin menangis. Bukan 
oleh sebab  tuduhan martini  terlibat dalam 
pembunuhan Tedi dan nyi kembang r taksi itu.  
Melainkan, oleh sebab  ia harus memberitahu 
bahwa semenjak malam ini, martini  resmi jadi 
janda...  
“Gadisku yang malangi” ia mengeluh, 
tanpa sadar. 
“Siapa?” 
“Ah !” 
mobil lambhorgini  terus melaju. Berkejar-kejaran 
dengan perasaan cemas yang berkecamuk 
dalam bathin chucky . Berpacu dengan 
otak seorang polisi dalam kepala syam kamaruzaman . Di 
suatu tempat, hujan gerimis tampak turun 
sebentar. Menjelang tiba di rumah yang 
mereka tuju, gerimis itu berhenti. 
“Nak...” 
“Heh?” 
“Boleh menanyakan sesuatu?” 
“Aku masuk kantor di percetakan pukul 
tujuh dan baru ke luar sesudah  menerima 
telepon bapak. Alibi ini bisa bapak kejar dan 
tentang…” 
”Bung! Bersediakah kau mengendurkan 
otot sedikit? Aku belum siap bertarung 
denganmu. namun  bila kau memaksa, biarpun 
kau lebih muda dan lebih berotot ketimbang 
aku, percayalah. Kau… dapat kujatuhkan, 
sebelum tubuhku kau sentuh !” 
Mau tak mau, chucky  akhirnya 
tersenyum juga. Katanya:  
“Apa yang ingin bapak ketahui?” 
“Namamu.” 
“Lho. Bukankah...” 
“Begini, nak. Biasanya, seseorang 
dipanggil dengan memenggal bagian depan 
atau bagian belakang nama. Mengapa kau 
justru mengambil yang tengah. chucky ?” 
“Masa kecilku, aku dipanggil Bram, pak 
syam kamaruzaman .” 
“Sudah kuduga.” 
“Waktu es-em-a, beberapa teman 
mengganti huruf M jadi P. Demikianlah, 
mereka penggal namaku agak panjang, dengan 
panggilan nyoto ta. Mulanya, oleh sebab  aku 
pernah ikut sebuah sandiwara sekolahan, dan 
aku mendapat peran sebagai seorang pendeta 
yang memberontak terhadap gereja.” 
“Dan. chucky ?” 
“Kuperoleh saat  memasuki universitas.” 
“Tampaknya bukan nama panggilan 
sembarangan. chucky . Gagah didengar, mesra 
diucapkan,” syam kamaruzaman  melamun. “Lantas kau balas memanggil seseorang dengan panggilan,  nyi momo .” 
“Ya.. .” 
“Oleh siapa, nak?” 
“Seseorang...” 
“Itu sudah pasti. namun , boleh aku tahu 
siapa kiranya nyi momo  yang beruntung itu?” 
“Mungkin ia beruntung. Mungkin juga, 
sebaliknya.” 
“Oh-oh. Menarik. Sebabnya?” 
“Sebabnya. Kita sekarang sedang 
menuju dia, untuk memberitahu bahwa 
peniwise  sudah  gugur !” 
syam kamaruzaman  tercengang. 
lalu  manggut-manggut, meski 
dalam hati sebetulnya  ia tetap bingung. 
MASA lampau yang manis itu sudah 
diatur; seperti sebuah skenario yang sudah siap 
dilayar-putihkan. Dibuat atas kehendak alam, 
dan sutradaranya ialah keadaan. Margono 
mendadak sakit perut. Si perut gembul yang 
pantang disodori makanan itu menceritakan, ia 
diundang menghadiri pesta ulang tahun di 
rumah tetangga sebelah tempatnya kost. 
Maklum yang ulang tahun anak perawan 
tanggung. Acaranya tentu saja disko sambil 
rujak party. Selagi yang lain asyik berjingkrak-
jingkrak, putar sana putar sini gonta-ganti 
pasangan di lantai dansa, Margono duduk 
sendirian menghabiskan lima porsi rujak. 
“Ketimbang beli sendiri. Mana enak 
lagi!” kisahnya tanpa malu-malu. “Makin 
pedas, makin kusikat...” Lalu lima porsi rujak itu 
ia lengkapi dengan menghabiskan tiga botol 
bier. Tak heran, begitu bangun pagi Margono 
langsung mencret. 
Si kembar Dina dan Dini juga 
berhalangan datang. Kakek mereka datang 
menjemput oleh sebab  nenek sudah lama tidak 
bertemu dan rindu setengah mati. Gadis 
kembar itu punya raut wajah, potongan tubuh, 
dandanan dan cara berpakaian yang sukar 
dibedakan satu sama lain. namun  suami-suami 
mereka di kelak lalu  hari tidak usah 
cemas. Dina berkulit kuning langsat, sedang 
Dini… konon tak pernah kecewa atau 
meributkannya, berkulit merah kehitaman 
seperti orang Negro. Perbedaan yang 
menyolok ini memicu  mereka dijuluki 
warga sekampus sebagai si Kembar hitam-
putih yang ajaib. Salah satu keajaiban mereka 
hari itu, yaitu  meninggalkan sepucuk surat 
yang ditujukan pada chucky : “Kami pergi 
ya. Biar kau lebih leluasa merayu dia.” 
Ambarita paling menderita. Mahasiswa 
asal Nias itu terkenal necis dan apik menjaga 
setiap barang miliknya. Sore hari sebelumnya ia 
pergi nonton bioskop. Bubaran film ia tunggu 
hujan reda dahulu  baru pulang ke rumah, 
tempatnya inde-kos. Ambarita baru bisa 
memasuki rumah itu sesudah  dini hari, oleh sebab  sepanjang sore dan malam, perkampungan di 
mana rumah kostnya terletak digenangi air 
banjii sampai setinggi ventilasi jendela. Waktu 
Tedi hulk  datang menyamper, kawan yang 
malang itu tengah sibuk mencuci empat potong 
pakaiannya yang tersisa, menjemuri buku 
buku, sepatu, dan kasur yang mungkin setahun 
baru bisa kering. “dasar  sialan  mereka, bah !” 
katanya ngomel ngomel. “Mereka bilang 
daerah ini bebas banjir. Apa !” la lalu  
sibuk mencari sisir di antara genangan lumpur 
lantai kamarnya. Melanjutkan marah: “Nanti 
aku pindah ke Depok saja. Biar tahun depan, 
mereka kukirimi banjir sebanyak-banyaknya. 
Sampai mereka semua kelelep!” 
Tedi menceritakan nasib Ambarita yang 
menyedihkan itu saat  bertemu chucky  
menjelang rumah martini . chucky  
menyesalkan Tedi tidak membantu Ambarita 
bebersih rumahnya. namun  Tedi dengan 
dongkol berdalih, ia tidak sampai hati 
membiarkan martini  menunggu kami semua 
tanpa kabar berita. Gadis cantik molek itu 
sedang asyik membaca buku komik waktu 
mereka berdua memasuki pavilyun yang ia 
sewa bersama seorang gadis lain. Nancy, gadis 
temannya sekamar, pagi itu harus mengikuti 
tentamen sebanyak empat mata kuliah, 
sehingga baru dapat pulang sekitar pukul dua 
siang. 
oleh sebab  grup studi mereka tidak lengkap, 
dengan sendirinya rencana belajar bersama 
dibatalkan. martini  tidak memperkenankan 
mereka berdua itu pulang sebelum menyantap 
makan siang yang segera ia hidangkan. Sambil 
makan, ia memberitahu bahwa sambil 
menunggu tadi ia sudah  menghabiskan 17 jilid 
buku komik. “Klasik.” katanya. “Tentang jatuh 
bangunnya Rahwana sesudah  nekad menculik 
nyi momo .” 
Lalu martini  berkata terus terang 
bahwa ia sangat interesan dengan tokoh 
nyi momo , lalu tiba-tiba bertanya: “Apakah aku 
pantas jadi nyi momo ?” 
chucky  mengawasi martini  dengan 
segan, lantas berucap jujur: “Setahuku, tokoh 
nyi momo  montok berisi. Kau terlalu ramping...” 
Tedi langsung menimpali: “la salah. Kau 
pantas jadi nyi momo . namun  apabila kau dan 
nyi momo  disandingkan, maka nyi momo  harus 
mundur. Kau lebih cantik, martini  !” 
martini  bersemu merah kulit mukanya, 
la tersenyum pada chucky , lalu dengan 
sikap tersipu-sipu ganti memandang; Tedi. 
Bertanya: “Benarkah?” 
“Aku menyatakan yang sebetulnya .” 
“Alasanmu?” 
“oleh sebab ,” suara Tedi memberat: “Aku 
mengagumi kau.” 
“Oh.” 
Yang mendesahkan “oh” itu dua orang. 
martini , oleh sebab  bangga dan semakin malu. 
Dan chucky . oleh sebab  hatinya panas, namun 
tak berani memandang baik martini  maupun 
Tedi. ia pura-pura minum dengan nikmat, dan 
sempat melihat gelas di tangannya bergoyang. 
“Lalu, siapa kau pikir yang pas jadi 
chucky ?” yang bertanya itu, Tedi. Bernafsu. 
“Hem,” martini  berpikir seraya 
membereskan meja dari perabotan bekas 
makan. “Kalian berdua sama-sama gagah. 
Sama tampan. Selagi aku menekuni komik itu, 
aku teringat pada kamu berdua. Jadi aku 
berumpama chucky , jelas namanya bisa 
kuganti jadi chucky ...” 
chucky  bagai ingin melambung ke 
angkasa. Nyatanya, pantatnya justru terhenyak 
semakin dalam di jok kursi yang ia duduki. 
Ketiak, bahkan mungkin juga pantatnya, tahu-
tahu saja sudah basah berpeluh. Dan agar tidak 
terhempas jatuh berderai, gelas yang ia pegang 
buru-buru ia antarkan ke bak cuci. Langkah 
kakinya seolah tidak menginjak lantai. Ribuan 
mata seolah mengawasinya, dan membuatnya 
serba salah tingkah lalu  balik ke tempat 
duduknya ia pura-pura asyik menekuni salah 
satu buku komik martini . Gambar-gambarnya 
kuno. Kalimat-kalimat ceritanya maupun 
dialog, sudah lama ditelan jaman, la hampir 
lupa melembari komik itu sebagai pertanda ia 
memang asyik membaca. oleh sebab  pikirannya 
terpusat pada ucapan martini  tadi. Telinganya 
ingin mendengarkan kalimat lain, yang lebih 
menegaskan maksud martini . 
Yang angkat suara, ternyata Tedi: 
“Untung cuma umpama. Komik lama lagi...” 
“Eh, kok kau cemberut!” tegur martini , 
lembut. 
“Aku, apa?” 
Terdengar suara kursi bergeser, dan 
waktu chucky  mengintip lewat bagian atas 
tepi buku komik yang sengaja ia rendahkan 
sedikit, dilihatnya martini  mendekati Tedi dan 
dengan gaya manja seorang gadis merangkul 
lengan Laki-laki  yang sedang cemberut tak 
senang itu. Berkata si gadis: “Kau kan sudah 
bilang, ini cuma umpama. Jangan lantas marah, 
dong.” 
Senang lengannya dirangkul, Tedi 
mendekatkan wajah dengan lagak tak sengaja 
ke dada martini … yang sungguh terkutuk, 
tidak pula menghindarinya. 
“Umpama,” kata Tedi, yakin akan 
kemampuan dirinya. “Umpama saja ya. 
Umpama ini sungguhan, siapa yang akan kau 
pilih sebagai chucky ?” 
Mendengar pertanyaan itu, martini  
terkejut dan berpaling kaget. Persis saat itu 
matanya bertemu dengan mata chucky . 
martini  bergegas melepaskan rangkulannya, 
menjauhi Tedi dan pura-pura sibuk mencuci 
piring di bak dapur yang bersatu dengan ruang 
makan itu. martini  kini membelakangi 
mereka. Tedi menoleh, namun  chucky  
sudah menaikkan buku komik di tangannya 
lebih tinggi dari tadi. Itulah kesalahannya. Dina 
dan Dini sudah mengisyaratkan: “Rayu dia!” 
chucky  tidak punya keberanian 
melakukan itu. Lain halnya dengan Tedi. la 
nekad menyerbu martini , merangkul gadis itu 
dari belakang dan seolah hanya mereka berdua 
yang ada di rumah itu. Tedi langsung mengakui 
isi hatinya:  
“Marahkah, sayangku. Kalau kukatakan, 
aku mencintaimu?” 
Piring yang dicuci martini  terlepas dari 
tangannya. Jatuh di permukaan bak dan 
porselen itu. Pecah berentakan, dengan suara 
memekakkan. 
“Lepaskan aku, Tedi.” kata martini , 
tersendat-sendat, lantas berlari-lari masuk ke 
kamar tidurnya. Tak keluar-keluar lagi sampai 
Tedi akhirnya mau diajak pulang oleh 
chucky . 
“Aku tahu dia juga mencintaiku. Dan 
akan kau lihat, hal itu segera dapat kubukti 
kan.” 
chucky  diam saja. 
Dengan hati yang terasa hancur luluh. 
 DAN Kini, kehancuran itu terulang kembali. 
martini  tampak jauh lebih kurus 
dibanding terakhir kalinya chucky  mene-
muinya, dan itu belum sampai setengah tahun 
saat  wanita lesbian  itu bersama suaminya 
datang mengunjungi chucky , yang ber-
untung waktu itu tidak ditinggal sendirian oleh 
aidit . Beberapa bulan yang lalu martini  
masih tampak sehat dan penuh gairah hidup 
sebagaimana keadaannya semasih gadis. 
Kini martini  tampak kurus, lemah dan 
sakit-sakitan. Namun begitu kemolekan wajah 
nya tidak pernah hilang, la justru semakin 
cantik terbungkus gaun tidurnya yang 
berwarna merah dan berpotongan anggun. 
Berlawanan dengan apa yang diharap syam kamaruzaman  
dan apa yang dicemaskan chucky , martini  
mendengarkan semua yang diceritakan oleh 
bekas sahabatnya dan laki-laki lain yang 
memperkenalkan diri sebagai seorang polisi 
berpangkat Kapten itu. Tak sepatah kata pun 
wanita lesbian  itu memotong, la memang pucat, 
namun  tidak gemetar apalagi melolong histeris. 
Komentar pertama yang keluar dari 
mulutnya yaitu : “Jadi, dia sudah meninggal.” 
Tenang, dalam. Tanpa emosi. 
chucky  mengangguk mengiyakan. 
Sedang syam kamaruzaman , tak berkedip matanya 
mengawasi tuan rumah mereka. Namun 
tampak jelas dari wajah kapten polisi itu bahwa 
ia sudah  keliru apabila ia beranggapan tugasnya 
malam itu berakhir di rumah ini. 
Berkata dia: “Kami lega, nyonya cukup 
tabah menghadapi musibah ini.” 
“Apakah seember air mata dapat 
menghidupkan kembali orang yang sudah 
mati?” balas martini . 
syam kamaruzaman  terbatuk dibuatnya. 
namun  tentu saja ia bukan orang yang 
mudah menyerah, la langsung menyerang: 
“Nyonya tidak keluar rumah sepanjang 
malam?” 
“Justru aku tidur nyenyak,” jawab 
martini , datar. “Pelayan saya boleh Anda 
tanya.” 
“Tak ada saksi lain?” 
“Dengan suami saya, kami cuma bertiga 
di rumah ini.” 
“Hem. Pelayan nyonya akan saya tanyai. 
namun  begitu ia membuka pintu waktu kami 
datang, saya sudah dapat menggambarkan, ia 
tentunya tidur lebih nyenyak lagi dari 
nyonya...” 
chucky  ingin protes, namun  
kedahuluan oleh martini  yang berkata seraya 
tersenyum: ”Itulah kelemahan alibi saya, 
bukan? Andai pun saya tahu suami saya mati 
terbunuh malam ini, tentulah mencurigakan 
kalau saya tiba-tiba mengundang orang 
sekampung untuk kujamu di rumah tanpa 
suatu alasan yang masuk di akal.” 
“Saya mengerti.” gumam syam kamaruzaman . 
Dalam hati, chucky  bersorak: “Puas. 
Kena kau. Satu nol!” Dan ia tidak lagi 
memprotes saat  sang petugas negara yang 
kukuh pendirian itu mengajukan pertanyaan 
berikut:  
“Apakah suami nyonya punya musuh?” 
“Musuh?” martini  mengerutkan dahi 
sebentar, lalu menyimpulkan dengan pasti:  
“Saya dan suamiku sangat akrab satu 
sama lain. Kesulitanku selalu saya beritahukan 
padanya, demikian pula sebaliknya. Dengan 
demikian kami dapat menanggulanginya 
bersama-sama. oleh sebab  itulah rumahtangga 
kami dapat bertahan hampir tujuh tahun 
lamanya. Biar kami tidak beruntung 
memperoleh keturunan ...” 
“Dia punya musuh?” ulang syam kamaruzaman , 
menegaskan pertanyaan semula. 
“Setahu saya, di luar rumah tidak.” 
“Maksud nyonya?” 
“Musuh suamiku yang sebetulnya , 
ada di rumah ini !” 
“Saya akan berterimakasih, kalau nyonya 
bersedia menerangkan maksud kata-kata 
nyonya...” syam kamaruzaman  sedikit menganggukkan 
kepala, hormat namun  mendesak. Orang dekil, 
pikir chucky : kau akan kena batunya 
malam ini ! 
“... seperti saya terangkan tadi,” gumam 
martini , hambar. “Hampir tujuh tahun rumah 
tangga kami berjalan harmonis dan lancar. 
namun  tidak, selama beberapa bulan terakhir. 
Mendadak ia ingin punya anak. Keinginan yang 
sudah lama, memang! Namun baru beberapa 
bulan yang lalu ia mendesak saya. Dan saat  
saya katakan saya sudah berusaha namun  sia-
sia, ia mulai bertingkah. Sampai beberapa 
minggu yang lalu kudengar kabar, ia bergaul 
intim dengan seorang wanita lesbian  lain.” 
“Siapa?” 
martini  balas bertanya, heran: 
“Tidakkah wanita lesbian  itu mengatakannya?” 
“wanita lesbian ... wanita lesbian  yang mana?” 
“Penghuni rumah, di mana mayat suami 
saya kalian temukan.” 
chucky  tertegun. Baru sekarang ia 
sadari, bahwa ia sudah  menanggalkan profesi 
kewartawanannya saat  ia tinggalkan tempat 
yang mengerikan itu. Jiwa jurnalistiknya sirna 
begitu saja saat  mengenali mayat Tedi 
hulk . Sehingga ia sampai alpa memikirkan, 
mengapa sahabatnya nyasar dan mati di 
beranda rumah orang. soebandrio  yang malang! 
Kepala Pelaksana Redaksi Malam itu akan 
pingsan sesaat  apabila ia tahu sebuah berita 
besar sudah  lolos malam itu dari mejanya. 
“Oh…,” keluh syam kamaruzaman . “wanita lesbian  itu 
begitu histeri. Kata dokter kami, kemungkinan 
shock luar biasa yang dapat membuatnya lupa 
ingatan. Gadis itu duduk di kursinya seperti 
patung tak bernyawa. Mata terbuka nyalang, 
namun jangankan menceritakan sesuatu. 
Mengerdip pun, ia hampir tak pernah. Entah 
sesudah  kami tinggalkan tadi...”  
“Bagus!” 
“Bagus apanya, nyonya?” 
“Dia sudah dapat pelajaran, apa akibat 
nya merebut suami orang!” jawab martini , 
dingin.  “Nyonya...” 
“Demikianlah ceritanya, bukan?” sela 
martini , acuh tak acuh. “Saya tidak suka 
desas-desus. Jadi saya datangi gadis itu, 
berbicara dengan dia, dan mengetahui 
faktanya  sebetulnya . Dia sudah  saya minta 
baik-baik agar melepaskan suami saya. Benar, 
dia tidak mengatakan setuju. Tidak pula, 
menolak. Dia saya tinggalkan. Tanpa ancaman 
apa-apa. Dan pulang ke rumah, besok  harinya 
saya habis dipukuli suami saya...” 
“skandinavia ...” chucky  memotong. 
“Biarkan aku. chucky . Biarkan kubeberkan 
semua. sudah  lama hal ini kusimpan sendirian. 
Aku terluka, parah. namun  kini aku sudah bebas 
dari luka menyakitkan itu. Jadi biarkan aku jelas 
kan semua, sebagai aplaus untuk kebebasan 
ku.” la tidak tersenyum pada chucky . 
Matanya saat  menatap, juga bukan mata 
yang selama ini dikenal dan pernah diimpikan 
olehnya. chucky  gemetar. 
Diam-diam, berduka cita.  
Untuk dirinya sendiri…! 
“Teruskan, nyonya,” desak syam kamaruzaman , 
oleh sebab  tidak mau kisah menarik itu lolos dari 
tangannya. “Teruskan.” 
“... begitulah. Cuma sekali ia memukuli 
saya. namun  yang sekali itu saja, sudah cukup. 
Saya tidak mau kehilangan dia. Jadi semenjak 
itu, tak pernah lagi mendatangi gadis pelihara 
annya. Sampai tadi siang, suami saya berkata 
terang-terangan bahwa gadis itu sudah  hamil 
dan mereka akan segera menikah. lalu  ia 
pergi...” 
“Dan nyonya masih bisa tidur nyenyak?” 
ucap syam kamaruzaman , tak habis pikir. 
“Mengapa tidak? Tiga butir pel tidur 
cukup untuk membuat seseorang lupa bahwa 
kakinya baru saja putus disambar mobil lambhorgini ...”  Perumpamaan yang keterlaluan, pikir chucky . Dan martini  tampak semakin 
asing di matanya. “Ada yang melihat nyonya menelan pel tidur Itu?” 
“Pelayan saya. la sendiri ikut 
meminumkan air ke mulut saya, oleh sebab  saya 
tersedak. Lupa tidak menyediakan air minum 
saat  pel tidur itu saya telan...” 
“Hem. Pantas tadi pelayan nyonya agak 
lama membangunkan nyonya.” 
“Bukti yang dapat menguatkan alibi 
saya, benarkah?” martini  tersenyum. Seolah-
olah ia bukan sedang berbicara tentang 
kematian suaminya, melainkan tentang 
kematian Rahwana dari negeri Alengka. Mana 
martini  yang manja dan sembrono itu; yang 
lari terbirit-birit ke kamar tidur saat  Tedi 
hulk  menyatakan cinta? 
Seolah menyelami jalan pikiran 
chucky , wanita lesbian  itu tiba-tiba berpaling. 
martini  menatap lurus ke mata Laki-laki  yang 
pernah jadi sahabat, pernah dicintai dan 
mencintainya, pernah dia mohon agar untuk 
seterusnya mereka saling menganggap sebagai 
saudara kandung saja. Dan di balik sinar mata 
yang tajam menusuk itu, chucky  pelan-
pelan menangkap suatu permintaan maaf: 
ketahuilah. chucky , aku sudah  begitu banyak 
berkorban selama ini! 
chucky  menggapai tangan martini . 
Mengelusnya. Lembut. lalu  
menariknya pelan-pelan sesudah  menangkap 
lirikan mata mencuri dari wajah si kapten polisi 
yang serba ingin tahu dan serba penuh selidik 
itu. chucky  mengambil minumannya, 
meneguknya tetes demi tetes, membiarkan 
waktu terus berlalu. martini  kembali berpaling 
pada tamunya yang lain, tampak lebih tenang 
dan tabah kini. Dan berujar lebih tenang lagi:  
“Itulah semuanya. Musuh suamiku, bila 
ada, terdapat di rumah ini. Yakni, isterinya 
sendiri. Saya!” 
Mengekori perbuatan chucky , 
Kapten syam kamaruzaman  ikut-ikutan menjemput gelas 
minuman di meja dan meneguknya… sekaligus, 
sampai tak bersisa walau setetes. Tak perduli 
pada kerakusannya yang aneh itu, syam kamaruzaman  
merogoh saku jaketnya yang tebal dan 
mengeluarkan dua pucuk amplop manila. 
bercap resmi kepolisian, namun belum disegel. 
“Saya akan berterimakasih apabila 
nyonya dapat menolong saya mengenali 
barang-barang bukti ini,” katanya, tenang dan 
terdengar seolah tidak berpengharapan. 
Salah satu amplop itu ia letakkan di meja. 
Amplop Iainnya ia buka simpulnya dan diangkat 
miring sedemikian rupa sehingga isinya jatuh 
ke permukaan amplop pertama. Selembar 
cabikan kain yang kelihatannya disobek dari 
kain utama. 
“Apa itu?” tanya martini  dengan dahi 
mengernyit. 
“Bagian dari sesuatu. Mungkin saja 
kemeja laki-laki. namun  jaman moderen, yah… 
dapat pula bagian dari blouse atau rok seorang 
wanita lesbian . Pernah lihat?” 
“Tidak.” 
“Pasti?” 
“Ya.” 
“Hem,” syam kamaruzaman  tidak menyembunyikan 
perasaan kecewa di wajahnya selagi 
memasukkan cabikan kain itu ke amplop 
semula. Amplop itu ia letakkan pula di meja, 
dan mengambil amplop lainnya. Dia berbuat 
sama, memiringkan amplop kedua sedemikian 
rupa sehingga dengan sedikit digoyangkan 
isinya jatuh ke permukaan amplop manila putih 
yang berisi cabikan kain itu.  
“Bagaimana dengan yang ini?” 
martini  sedikit membungkuk ke depan, 
demikian pula chucky  Mereka berdua 
dengan heran mengawasi sejemput kecil. 
mungkin rambut, berwarna pirang, terikat 
selembar benang halus.  
“Rambut siapa ini?” bertanya martini . 
“Ah. Jadi anda setuju dengn saya, bahwa 
itu rambut. Dokter kami menyebutnya dengan 
ucapan lain.” 
“Apa?” chucky  menyela, penasaran. 
“Bulu.” 
“Bulu? Bulu manusia?” 
“Menurut dia, bulu hewan .” 
“hewan  apa?” 
“Kalau aku tahu, Nak, tak akan aku 
duduk bersantai-santai di rumah ini !” dan 
kepada martini  ia mendesak: “Oke. Kita 
sependapat bahwa ini rambut. Pernah 
mengenali seseorang dengan rambut ini?” 
“Asli? Atau wig?” martini  balas 
bertanya. 
“Terserah.” 
martini  meluruskan duduknya. Dan apa 
yang diharapkan baik oleh chucky  maupun 
oleh syam kamaruzaman  sendiri, dengan segera 
dikeluarkan oleh martini . “Tidak!” jawabnya, 
tegas dan yakin. 
syam kamaruzaman  mengantongi lagi kedua amplop 
itu. chucky  yang tak kuat menahan 
penasaran, langsung menembak: “Dari mana 
semua itu Bapak peroleh?” 
“Dari telapak tangan mayat sahabat 
karibmu itu, nak. Kami kira ia sempat 
merenggutnya sebelum ia mati.  Kesimpulan 
nya, ia tidak mau meninggal tanpa memberi 
jejak. Itu satu. Kesimpulan kedua, perbuatan 
itu dilakukannya tanpa sengaja selagi ia 
memberi perlawanan habis-habisan untuk 
mempertahankan nyawa yang cuma 
selembar.” Perwira polisi itu masih akan mengata 
kan sesuatu. namun  cepat ia batalkan, 
manakala ia melihat pipi martini  dilelehi butir-
butir air mata. Ternyata wanita lesbian  tegar ini 
dapat juga menangis, pikirnya. Gundah. Pura-
pura tak tahu ia bangkit dan duduknya. 
Berkata: “Terimakasih untuk bantuanmu, 
nyonya. Katakanlah, bila ada hal-hal yang ingin 
kami bantu.” 
martini  diam saja. 
Terpaksa syam kamaruzaman  menelan ludah. “Ikut 
denganku?” ia bertanya, seraya mengerling 
chucky  yang terharu biru mengawasi 
martini . 
“Aku akan tinggal sebentar, pak.” 
Tolol untuk menyatakan: tabahkan 
hatimu, nyonya. Maka syam kamaruzaman  terus saja 
keluar, berjalan menuju mobil lambhorgini nya di 
pekarangan. Sesudah  meliuk sebentar pada 
martini . chucky  mengikuti perwira itu. 
Membukakan pintu untuknya. Dan sebelum 
syam kamaruzaman  menyelinap masuk, chucky  
mendesak: “Tidak meninggalkan sesuatu 
untukku, pak syam kamaruzaman ?” 
Kapten polisi itu tertegun. Sejenak, in 
berpaling ke pintu rumah martini . Hanya 
tampak sebagian tubuh wanita lesbian  itu, masih 
tetap duduk di kursinya semula. Diam. Tak 
bergeming. “Kukira, sebentar lagi ia akan 
histeris...” 
“Setuju. namun  bukan itu yang kuminta.” 
“Kau benar-benar tak mau membuang 
ke sempatan ya?” syam kamaruzaman  bersungut-sungut. 
“Baiklah. martini , tidak lebih kuat dari 
slendrina . Lagi, martini  begitu polos. Jujur. 
Dia tidak berusaha menutup-nutupi sesuatu 
yang dapat memberatkan dirinya. Sepintas 
lalu, 99% ia bebas dari sangkaan.” 
“Dan,” chucky  menarik wajah lega. 
“Persetan dengan yang satu persen sisanya. 
Apa yang harus kutulis?” 
“Biarkan aku bernafas. chucky .” 
“Dan, berikan sesuatu untuk kukunyah,” 
chucky  tak mau kalah. 
“sialan ! Okelah. Untuk sementara, 
kesimpulanku pembunuh itu seorang laki-laki. 
Laki-laki  tinggi besar, kuat. Berdarah dingin, 
mampu berbuat hal-hal luar biasa. Mungkin 
maniac. Dan supaya koranmu laris seperti 
kacang goreng, kau tambahkan saja: mungkin 
dia itu mahluk penghisap darah !”  
syam kamaruzaman  masuk ke mobil lambhorgini , menghempas 
kan pintu sampai tertutup dengan bunyi keras, 
lantas meluncur pergi. 
“benarkah dia sudah mati, chucky ?” 
chucky  menutupkan pintu di 
belakangnya. Menatap martini  yang duduk 
kaku dengan pipinya yang pucat dibasahi air 
mata. “Mengapa kau masih...” 
“Benarkah dia sudah mati?!” 
“Mayatnya kulihat sendiri, skandinavia . Dan...” 
Dan, betapapun kuat martini  menggigit 
bibir; betapapun keras kedua tangannya 
mengepal…, akhirnya wanita lesbian  itu meledak 
juga dalam isak tangis. Sekujur tubuhnya yang 
ramping tergetar hebat. “Mengapa?” ia 
mengerang. “Mengapa dia harus mati? 
Mengapa… dia meninggalkan aku begitu 
cepat? Apa… apa yang sudah  kuperbuat?” Lalu 
dengan liar tangannya menjambaki rambut 
sendiri dengan kaki dihentak-hentakkan ke 
lantai. “Apa kesalahanku… apaa…?” 
“skandinavia !”  
chucky  menyerbu wanita lesbian  itu, 
hanya dua tiga detik sebelum tubuh martini  
jatuh ke lantai. Panik chucky  memanggil-
manggil pelayan, membopong tubuh martini  
dalam pelukan lengan-lengannya yang kokoh 
lalu  membaringkannya di ranjang kamar 
tidur wanita lesbian  itu. Pelayan yang tak muncul-
muncul semenjak membukakan pintu untuk 
tamu tamu nyonyanya, datang berlari-larian 
dari belakang. 
“Ada apa, Tuan? Apa yang… Astaga!” 
“Punya minyak angin, bi nyi kembang ?” 
 chucky  menepuk-nepuk pipi 
martini  yang pingsan. 
Pelayan berlari ke luar kamar, dan 
kembali dengan obat yang diminta chucky . 
Dengan minyak angin berbau keras itu 
chucky  mengusap-usap tengkuk dan 
bawah hidung martini , sampai martini  
perlahan-lahan bergerak, namun  belum juga 
membuka matanya. Sibuk lagi chucky  
mengusap, memijit, memanggil-manggil nama 
wanita lesbian  itu. “Bi nyi kembang . Ambilkan segelas air.” 
Lama chucky  menunggu, martini  
tak juga sadarkan diri. Demikian pula air putih 
yang dimintanya tidak juga muncul. 
chucky  berpaling ke belakang, oleh sebab  
merasakan sesuatu yang ganjil pada 
tengkuknya. Dan ia terkejut setengah mati 
sesudah  menyadari bahwa bi nyi kembang  tegak 
mematung persis di belakangnya. Sepasang 
mata wanita lesbian  tua itu menyorot tajam tak 
berkedip. Mulutnya kumat-kamit, namun tak 
ada suara, wanita lesbian  yang rambutnya sudah 
memutih semua itu maju ke depan. 
chucky  bergeser dengan sendirinya. 
Begitupun, ia masih kurang cepat. 
oleh sebab  jalannya terhalang, bukannya bi 
nyi kembang  menghindari tubuh chucky . 
Melainkan, melabraknya! chucky  sampai 
hampir terjatuh, terbelalak kaget oleh sebab  
kekuatan dorongan tubuh pelayan wanita lesbian  
yang tampaknya kecil dan tak berdaya itu. Bi 
nyi kembang  terus membungkuk. Kedua tangannya 
memegang dan lalu  memijit masing-
masing ibu jari kaki martini . 
“Bangunlah, nak,” bisiknya. Lembut. 
Sepasang kelopak mata martini  tahu-
tahu saja terpentang. Nyalang. Bola matanya 
berputar sebentar. Liar. Dan sesudah  bi nyi kembang   melepaskan pijitannya pada ibu jari kaki 
martini , putaran mata yang liar itu berhenti. 
martini  mengerjap-ngerjap sementara bi nyi kembang  mundur menjauh, la tersenyum pada 
chucky . Berbisik chucky h: “Dengan cara 
itulah tadi dia saya bangunkan saat  Tuan 
chucky  datang,” lalu wanita lesbian  itu 
mengundurkan diri dari kamar. 
“... chucky ?” 
chucky  yang masih ternganga bingung 
menatap kepergian pelayan wanita lesbian  itu, 
tersentak sesaat , la berpaling dan mendekat 
ke tempat tidur. “Ya, skandinavia ?” 
“Maafkan ketololanku barusan.” 
martini  mencoba tersenyum, sambil tangan 
nya melambai menyuruh chucky  duduk di 
sampingnya, yang segera dipatuhi laki-laki itu 
dengan senang hati. 
“Wajar, skandinavia .” 
“Tidak. Sifat sentimentil paling kubenci. 
Waktu temanmu masih ada, aku dapat 
bertahan. Namun begitu yang tinggal cuma kita 
berdua, aku lantas teringat ada sesuatu yang 
kurang. Sesuatu itu yaitu  orang ketiga. 
peniwise ,” martini  menggigit bibir, lalu  
menarik nafas panjang. “Kematian yang 
mengerikan, bukan?” 
“skandinavia . Cobalah lupakan...” 
“Aku tak bisa.” 
“peniwise  sudah pergi.” 
Mendengar itu, sepasang mata martini  
berkilat selagi menatap lurus ke mata 
chucky .  “Tahukah kau apa arti ucapanmu 
itu, chucky ?” 
“Ya?” 
“Berarti, yang tinggal cuma chucky  dan nyi momo .” 
“skandinavia …,” chucky  tercekat. 
“Mengapa kau tidak berhenti memanggil 
ku skandinavia ? Bukankah kau pernah memanggilku, 
nyi momo ? Walau hanya satu kali?” 
chucky  gemetar. Terkilas peristiwa 
masa silam di matanya, la demam, martini  
datang menjenguk. Dalam demamnya, ia 
diganggu pikiran akan hati yang patah. Waktu 
itu, chucky  mengigau keras, setengah 
berteriak memelas: “Sinta! Menyapa kau justru 
mencintai peniwise ?!” Waktu itu pula. sadar 
akan keadaan chucky , sadar pula akan jerit 
hatinya sendiri. martini  langsung memeluk 
dan menciumi chucky . Naluri yang lama 
tertekan mendorong chucky  bertindak 
ceroboh. la balas memeluk, balas mencium. 
oleh sebab  tidak ada perlawanan dari martini , ia 
akhirnya kesurupan. Tidak lagi sekedar 
mencium atau memeluk, la menggerayangi 
tubuh gadis itu, berusaha dengan paksa 
menanggalkan pakaiannya. Namun sebelum 
semuanya terlambat, sekonyong-konyong 
martini  menampar pipi chucky  dengan 
keras, meronta; menjatuhkan diri di lantai, 
lalu  menangis. Kata martini :  
“Dia sudah  mendahuluimu, chucky . 
peniwise  sudah mengambil apa yang seharus 
nya kuberikan pada seorang suami. Jangan, 
chucky . Jangan paksa aku menerima dua benih 
sekaligus, meski dua-dua kalian sama kucintai!” 
 “Mengapa membisu, chucky ?” 
 chucky  tergetar. “Semuanya sudah 
berlalu, skandinavia .” 
“nyi momo . Panggil aku nyi momo ,” martini  
setengah tegak dari baringnya, untuk 
menggapai tangan chucky  dan menekan 
kan telapak tangan laki laki itu ke dadanya. 
chucky  merasakan gunung di 
telapak tangannya berdentum dentum, siap 
meletus dan menghancurkan benteng 
pertahanannya. “Tidak mungkin, skandinavia ...” ia 
mengeluh, setengah hati. 
“Mungkin. chucky . oleh sebab  peniwise  sudah 
mati.” 
“oleh sebab  itulah...” 
“Tahukah kau?” martini  duduk kini. 
Bersimpuh di tempat tidur. Sepasang telapak 
tangannya mengusap-usap kedua belah pipi 
chucky , lalu  melingkari leher laki-
laki itu, menarik wajahnya lebih dekat. 
“Tahukah kau,” bisiknya, kembali histeri. 
“Sudah lebih dari empat bulan peniwise  tidak 
menyetubuhi aku. la lebih suka menyetubuhi 
wanita lesbian  lain itu!” 
“skandinavia ...” 
“Peluk aku. chucky . Cium aku seperti dahulu . 
Lakukanlah apapun yang kau kehendaki waktu 
itu. Aku… aku menginginkan engkau. chucky . 
Oh,… ” dan martini  tidak menunggu, la 
langsung bertindak, la mencium bibir 
chucky , mengulumnya seperti orang gila, 
menyeret tubuh tinggi kekar itu dengan 
kekuatan yang luar biasa dahsyat. Sampai 
chucky  tercelentang di tempat tidur dan 
martini  lampung menjatuhkan seluruh tubuh 
nya di atas  tubuh laki-laki itu, tanpa 
melepaskan pelukan maupun ciuman tubirnya. 
Dan setengah jam berikutnya, selagi 
martini  masuk ke kamar mandi yang menyatu 
dengm kamar tidur itu. chucky  terbadai di 
bawah selimut, dengan sepasang mata nyalang 
menatap langit-langit kamar. Di langit-langit ia 
menemukan apa yang ia cari. Tedi hulk  
menghambur dengan tangkas, merangkul 
tubuh martini  dan belakang. Berbisik mesra: 
“... aku mencintaimu!” Piring kotor di tangan 
martini  jatuh berderai di bak cuci Air dari 
kraan terus mengucur. Putih bening, lalu  
berubah merah. merah dan semakin merah. 
Bak cuci penuh darah. Dan chucky  
terkapar di lantai. Ataukah beranda? Lehernya 
hampir putus, dan alat vitalnya… 
“skandinavia ?” Bramindita mengerang oleh sebab  
tak ada sahutan, ia memperkeras suaranya: 
“skandinavia r?” 
Dari kamar mandi, muncul martini  
dengan tubuh setengah telanjang terbungkus 
handuk. “Ya, chucky ?” wanita lesbian  itu bergerak 
naik ke tempat tidur, melemparkan handuk 
dan menyelusup ke bawah selimut satu 
satunya yang ada di ranjang itu. 
“Tahukah kau apa yang barusan kita 
perbuat?” tanya chucky , lirih. 
“Menyesal, chucky ?” 
“Seharusnya kita berkabung!” 
“Untuk seseorang yang pernah 
mendepakmu? lalu  mendepak aku?!” 
martini  berkata sengit. “Tidak tahukah kau 
besarnya hasratku membunuh dia, saat  aku 
dipukulinya,… dan saat  dia bilang akan 
menceraikan aku?” 
“skandinavia . Ingatlah, la suamimu...” ujar 
chucky , menegur. 
“Memang. namun  itu oleh sebab  aku tidak 
punya pilihan.” 
“Maksudmu?” 
“Waktu ia tahu aku juga mencintaimu 
diam-diam, ia langsung mengambil jalan 
pintas. Suatu malam ia datang menemuiku 
dengan dalih meminjam buku catatan kuliah, la 
merayuku. saat  aku menolak, ia memperkosa 
aku,…” sudut-sudut mata martini  kembali 
dilinangi butir-butir air bening. “Mau tak mau 
terpaksa pinangannya kuterima.” 
chucky  terdiam. 
la berpikir. namun  otaknya buntu. Kalut, 
la menyesali sesuatu. Bangga akan sesuatu. 
namun  ia tidak dapat menguraikan, apa yang ia 
sesali. Apa yang mesti ia banggakan. 
Pelan-pelan ia turun dari ranjang. 
Menjangkau pakaiannya yang 
berserakan. Kemeja terhampar di lantai. 
Celana tertumpuk di sudut ranjang, la 
mengenakannya satu persatu, dengan tangan-
tangan gemetar. 
“Mau ke mana, chucky ?” 
“Pulang.” 
“Ke isterimu?” 
“la minggat lagi,” jawab chucky , 
terus terang. 
martini  bangkit, menutupkan selimut 
ke tubuhnya. Dan merangkul chucky  dari 
belakang. Berbisik: “Katakanlah, kau tidak 
pernah mencintai jessica .” 
chucky  diam. 
“Hebat bukan peniwise ? la sodorkan 
salah seorang bekas pacarnya padamu. 
Mengatakan jessica  anak baik. Punya sifat 
keibuan. Tahu menjaga diri. Setia. Jujur. Segala 
macamlah. Apa nyatanya, la sudah hamil dua 
bulan saat  dia berhasil merayumu supaya 
menidurinya. Lalu ia… dengan perut bunting 
nya, menuntut supaya kau kawini dengan syah. 
Dan kau… ” 
Sekujur tubuh chucky  tegang kaku. 
la ingin berteriak lantang. Namun yang keluar 
hanya rintihan sayup-sayup: “Jangan berpikir, 
bayi itu yaitu  aidit .” , 
“Siapa yang menghendaki jessica  meng 
gugurkan kandungannya, chucky ?” 
“Aku. Sebagai syarat,…” chucky  
menggigil. ”Aku tidak mau punya seorang anak 
yang tiduk kuketahui siapa ayahnya!” 
“Dan. aidit ?” 
chucky  melepaskan rangkulan 
martini . Berbalik menghadap wanita lesbian  itu, 
dan dengan wajah merah padam ia 
menantang: “Akan ku bunuh siapapun juga 
yang lancang mengatakan aidit  bukan 
anakku!” 
martini  terduduk di tepi ranjang. 
“Maafkan aku, chucky .” 
chucky  tidak menjawab, la bergegas 
meninggalkan kamar tidur. Menyambar tustel 
nya yang tertinggal di ruang tamu, dan 
beranjak ke pintu depan. martini  menyusul, 
namun  hanya sampai di ambang pintu kamar. 
“chucky ...” 
chucky  ingin terbang. namun  
jiwanya memerintahkan jangan. Jiwa itu 
pernah terkapar hampir sekarat oleh sebab  cinta. 
jessica , atau tepatnya anaknya aidit ,… 
membangkitkan jiwa itu kembali, untuk tetap 
hidup. Tetap tabah. Namun biar bagaimana, 
toh cinta yang mengerikan itu tidak juga mau 
padam. 
Itulah yang membuatnya tidak lantas 
terbang begitu saja. 
“Apa lagi, skandinavia ?” 
“Tentang Tedi...” 
“Oh,” lemas sekujur tubuh chucky . 
“Dia tetap sahabatku. oleh sebab  itu, aku akan 
mengurusnya.” 
“Terimakasih, chucky .” 
“Kalau kau masih perlu sesuatu, telepon 
saja aku di kantor...” 
BUAT apa pulang ke rumah kosong? 
Maka dengan perasaan muak, begitu 
mendapat kan taksi, chucky  langsung 
pergi ke kantor mereka yang berlokasi di 
percetakan negara itu. la tidak tahu apakah ia 
harus membuat berita tentang kematian 
sahabatnya atau jangan, la ke kantor, hanya 
oleh sebab  ia tidak tahu harus pergi ke mana. 
“Abang ini wartawan?” nyi kembang r taksi 
bertanya ingin tahu.  
“Apa?” 
“Abang bawa tustel. Dan abang minta 
diantarkan ke sebuah alamat di mana aku tahu 
ada pencetakan sekian banyak suratkabar yang 
beredar di metropolitan ini.” 
“Hem. Lantas?” . 
“Sudah dengar tentang peristiwa itu?” 
“Yang mana?” chucky  bertanya, 
hanya sekedar ingin bertanya. oleh sebab  ia sudah 
tahu arah pembicaraan orang itu. 
Bagaimanapun, dia ini nyi kembang r taksi. Dan salah seorang rekannya sepropesi, sudah  mati malam ini. 
“Pembunuhan di Ciputat. Gang Masturi...” 
“Oh. Itu. Hanya dengar sambil Jalu,” 
chucky  akan ditertawakan nyi kembang r taksi, 
kalau sebagai seorang kuli tinta ia tidak 
mengetahui peristiwa yang pasti mengheboh 
kan itu. “Kudengar ada seorang kawanmu 
terbunuh.” 
“Betul, bang. Kasihan. Dia baru menikah 
minggu kemaren. Masih hangat-hangatnya. 
Isterinya terpaksa jadi janda dua kali...” 
“Oh ya? Jadi ia menikahi seorang janda?” 
timpal chucky , sambil mencatat 
pembicaraan itu dalam otak jurnalisnya. Pelan-
pelan, hasrat untuk menulis berita yang sempat 
hilang, kembali tampil ke depan. chucky  
mulai bersemangat. Dan ia harus tetap hidup, 
bukan? 
“Benar, Oom. Janda, dengan empat anak.” 
“Wah. la mau?” 
“Masih muda, Oom. Dan lumayan molek. 
Anak-anaknya masih kecil. Dua di antaranya 
kembar. Mereka ditinggal mati oleh ayah 
mereka yang berpenyakit liver.” 
“Termasuk kaya dong, bekas suami janda itu.” 
“Bukan kaya lagi. Sebagian armada taksi 
ini yaitu  sahamnya.” 
“Lho. Kok kawanmu itu masih menarik 
penumpang, kalau begitu.” 
“Alasannya dapat diterima sang isteri. 
Membawa sendiri, perawatan taksi lebih 
terjamin. Alasan lainnya, ia tidak ingin hidup di 
bawah ketiak isteri. Ingin punya penghasilan 
sendiri.” 
“Hebat!” 
“Benar. Anak hebat kawanku itu. Belum 
seminggu kawin, sudah punya simpanan di 
luar. Lebih muda, tentu. Lebih cantik. Masih 
perawan lagi. Mungkin oleh sebab  itu, malam ini 
dia apes. Ketemu hantu, lalu mati.” 
“Hantu?” 
“Apa lagi. Bukankah ia tidak luka. Tidak 
pula digerayangi miliknya. Kata mereka, 
wajahnya begitu menyeramkan. Apa lagi kalau 
bukan oleh sebab  melihat hantu?” 
“Kudengar, ia berperyakit jantung.”  
“Bohon. Aku kenal dia. la seorang 
perenang juga gemar angkat besi. Ah, inilah 
misteri hidup, bukan? Ia bertemu pacarnya di 
arena renang, empat hari yang lalu. Beberapa 
minggu sebelumnya ia bertemu istrinya yang 
janda itu, di arena angkat besi.” 
“Istrinya juga atlit angkat besi?” 
“Bukan. Malah kupikir, wanita lesbian  itu 
tidak tahu menahu soal angkat besi. la datang 
menonton, oleh sebab  keranjingan pada otot-otot 
baja yang mentakjubkan. Dalam pikirannya, 
tentulah laki-laki berotot baja itu juga 
mentakjubkan di atas ranjang.” 
“Kau mengada-ada.” 
“Serius, bang. Aku sendiri hadir saat  
kawanku yang mati itu dahulu  habis latihan 
anqkat besi di gymnasium, sang janda datang 
membantu menyeka keringatnya. Semenjak 
hari itu mereka tak pernah lepas satu sama 
lain...” 
Tentu saja, soal-soal pribadi itu lebih 
diperhalus chucky  saat  ia membuat 
beritanya di kantor. Sebelumnya ia sudah  
menelepon ke kantor polisi. Kapten syam kamaruzaman  
memberitahu bahwa taksi yang misterius itu 
sudah  ditemukan di sebuah jalanan yang sepi. 
Bagian depannya penyok oleh sebab  menabrak 
pilar sebuah rumah. syam kamaruzaman  juga memberi 
tahu bahwa mayat Tedi sudah  diangkut ke 
rumah sakit untuk autopsi. Hasilnya baru 
diketahui paling cepat besok   siang, oleh sebab  
dokter dul latief  tidak sudi bekerja sendirian. 
“Dia sudah sedeng, barangkali. Coba saja 
chucky . Masa untuk mengotopsi mayat orang, 
dia merasa perlu mengundang kehadiran 
seorang dokter hewan dan seorang ahli yang 
khusus menangani hewan -hewan  besar 
dan  buas? hewan  apa yang dapat menyetir 
mobil lambhorgini  dan lalu  meninggalkannya begitu 
saja tanpa membuat kegaduhan?” demikian 
syam kamaruzaman  mencak-mencak di telepon. 
Selesai membuat berita, chucky  
mendatangi petugas kamar gelap, la 
mendapatkan beberapa seri foto yang sudah 
dicetak, dan menyerahkannya pula pada soebandrio  
yang asyik menekuni naskah hasil kerja 
chucky . soebandrio  begitu antusias terhadap 
naskah berita yang satu itu, sehingga ia merasa 
perlu menghubungi kepala bagian lay-out dan 
memberitahu agar head-line utama yang sudah 
disusun agar dicabut dan dipindahkan ke kolom 
yang lain. 
namun  begitu soebandrio  menerima foto-foto 
yang disodorkan chucky , wajah soebandrio  
mendadak berubah, la seolah kehilangan nafsu 
makan meski sudak sebulan berpuasa penuh.  
“Cuma ini yang kau dapat? Wajah 
seorang nyi kembang r taksi yang sedang tidur lelap?”  
soebandrio  menghempaskan !embaran-lembaran 
foto itu ke atas mejanya. Mendelik pada 
chucky , dan menuntut: “Mana leher yang 
hampir putus diterkam mahluk biadab itu? 
Mana alat vital korban yang direnggut putus 
itu?” 
“Alat vitalnya lenyap secara misterius,” 
jawab chucky  kalem. “Kalaupun ditemu 
kan, jangan berpikir aku bersedia memotret 
nya. Sedang leher, sudah dibawa oleh 
pemiliknya ke rumah sakit.” 
soebandrio  bagai dilanda tank baja. Ia 
terhenyak di kursinya dengan wajah pucat dan 
mulut megap-megap kehabisan nafas. 
Merasa iba, chucky  bergumam 
halus: “Kalaupun kita muat foto mayat yang 
satu lagi,… tegakah abang membawa pulang 
surat kabar terbitan pagi ini untuk dibaca anak 
isteri di rumah?” 
Barulah soebandrio  tenang kembali. 
la mengawasi mata chucky , 
lalu  berbisik parau: “Kau menyembunyi 
kan sesuatu dari aku.” 
chucky  tersenyum. Pahit. 
“Berilah alasan sebetulnya , chucky , 
agar besok   siang aku rela hati dibentak-bentak 
bos kita…” 
“Ajukan saja sebuah pertanyaan pada 
mereka...”  
“Apa?” 
“Tanyakan, apa yang akan mereka 
perbuat, andaikata yang mati terbunuh itu 
seorang sahabat yang sudah seperti saudara 
kandung layaknya?” 
soebandrio  tersenyum. Menghina. “Buat 
mereka, apabila ada kesempatan menampung 
banjir uang ke dalam laci, mereka tak akan 
perduli apakah yang kita muat foto nenek 
kandung mereka yang sudah pikun, berak di 
tengah jalan tol...” senyuman soebandrio  melebar, 
senang akan leluconnya itu. Lalu menambah 
kan: “namun  alasanmu itu dapat kupakai 
sebagai alat penuli telinga.” 
chucky  merasakan sesuatu yang 
aneh mengganjal dadanya, tatkala jenasah Tedi 
“peniwise ” hulk  diturunkan ke liang lahat. 
Pemandangan itu mirip sebuah nostalgia yang 
sampai kapan pun akan tetap menggurat 
hatinya yang paling dalam. 
Mungkin mereka sudah gila semua, 
namun  mereka sudah  melakukannya dan 
berhasil. Atau sebetulnya . Tedi hulk  
seorang yang sudah  berhasil menenangkan 
sesuatu. Paman Margono memperbolehkan 
sebuah peti perkakas miliknya yang sudah tua 
namun  masih kuat, dipinjam oleh keponakannya 
dengan alasan untuk dipakai main perahu-
perahuan di sungai... menyenang-nyenangkan 
hati rombongan kecil temannya yang datang 
dari kota. Dibantu Ambarita dan Tedi sendiri, 
Margono menutup setiap celah yang terdapat 
di setiap sisi, termasuk tutup peti. Pada tutup 
peti itu di bor sebuah lubang, cukup untuk 
memasukkan sebatang lidi. 
Peti persegi empat dan panjangnya 
kebetulan pas seukuran manusia dewasa itu 
mereka gotong ke tempat penumpukan pasir 
hasil galian paman Margono dari tengah 
sungai. Sesudah  diletakkan di sebuah bidang 
tanah datar. Tedi menyelusup masuk ke dalam 
peti. Sebelumnya lebih dahulu  ia berteriak: 
“Semua sudah menyimpan taruhannya?” 
Semua bilang sudah, kecuali chucky . 
Margono meletakkan pulpen merk Parker 
dekat kaki martini . Di tempat yang sama 
Ambarita meletakkan kacamatanya yang paling 
disayangi. Dina meletakkan arloji, demikian 
pula Dini. Sedang martini  sendiri meletakkan 
di atas tumpukan barang-barang kecil namun  
bernilai tinggi itu sepasang anting berlian 
miliknya. 
Hampir tak ada yang memperhatikan 
bahwa chucky  tidak meletakkan sesuatu 
apapun juga. Mereka semua terlalu tegang 
memikirkan apa yang bakal terjadi, resiko apa 
yang akan mereka hadapi. Lain halnya dengan 
Dina dan Dini. Si kembar Hitam Putih yang ajaib 
itu serempak berdiri di kiri kanan chucky  
yang dilanda gelisah. Dua bersaudara itu 
rupanya tidak dapat dikelabui. 
Dina berbisik di telinga kiri chucky : 
“Aku yakin, kau yang punya ide!” 
Dini berbisik di telinga kanan chucky : 
“Taruhanmu pastilah nyi momo ...!” 
Demikian juga, taruhan Tedi hulk . 
Dia yang punya ide itu. saat  dalam 
gudang paman Margono Tedi menemukan peti 
usang yang beriwayat itu. Dan Tedi masih 
punya taruhan lain yang sangat berbahaya: 
mati. 
Meremang bulu roma chucky  
sesaat . Mulutnya sudah mangap mau 
berteriak supaya permainan edan itu 
dihentikan saja. namun  Tedi hulk  sudah 
lenyap ke dalam peti. Disusul teriakannya yang 
lantang: “Lima menit. Tak kurang, tak lebih!” 
Margono, Ambarita dan chucky  
segera bekerja dengan sekop dan pacul, 
menumpukkan pasir di sekitar peti. saat  akan 
mencapai tepi bagian atas, dari dalam peti Tedi 
memperlihatkan senyuman tipis, ditujukan 
pada chucky . Senyuman itu melambang 
kan ketetapan hati dan keyakinannya akan diri 
sendiri. “Aku akan menang,” bisiknya. 
Lalu tutup peti dikatupkan rapat-rapat. 
Hilang sudah Tedi hulk . Tinggal sebatang lidi 
sepanjang lengan, yang diselusupkan ke dalam 
lubang kecil itu. Kembali mereka bertiga 
menumpukkan pasir secepat mereka mampu. 
Sesudah  seluruh peti benar-benar tertimbun 
rapat tanpa ada celah untuk udara keluar 
masuk, mereka berenam yang berkerumun di 
luar timbunan maut itu memperhatikan arloji 
di tangan martini . Semua menghitung, detik 
demi detik. Keringat bercucuran membanjiri 
tubuh Margono. Ambarita beberapa kali 
menyeka wajahnya yang pucat. chucky  
sempoyongan, namun dengan mata sekop 
tetap mengambang di permukaan gundukan 
pasir, siap untuk sewaktuwaktu  diperlukan. Dina 
lalu  duduk dengan nafas tersengal-
sengal. Sedang Dini permisi, katanya mau 
kencing; semua maklum, mengapa Dini 
mendadak ingin kencing. 
Hanya martini  yang tetap tenang. 
Matanya tak lepas mengawasi putaran 
jarum arloji. Tak pernah sekalipun berkedip. 
Mulut terkatup, rapat, seolah tanpa perasaan. 
Hanya dadanya saja yang tampak naik turun. 
Tidak teratur. Sesekali martini  melirik ujung 
lidi yang tersembul sepanjang lima jari di 
tengah gundukan pasir. Tiap kali ia berpaling ke 
lidi, yang lain ikut melihat arah yang sama. 
Kalau ia kembali mengawasi jarum jam 
tangannya, yang lain berbuat serupa. 
chucky  seorang saja yang tidak mau 
melepaskan matanya dari ujung lidi itu. 
Berharap, lidi itu bergerak naik turun dalam 
setiap detik. Bukan oleh sebab  ia ingin keluar 
sebagai pemenang. Melainkan, oleh sebab  ia tidak 
dapat membayangkan Tedi hulk  mati 
oleh sebab  idenya yang menyeramkan itu. Dan, 
ujung lidi itu tetap tegak. Diam. 
“… enam lima empat tiga dua satu. 
Sekarang !” sekonyong-konyong martini  
berteriak. 
chucky  langsung menggerakkan 
sekop di tangannya. Berteriak-teriak bagai 
orang kesetanan: “Hayo, Gono. Cepat. Ambar, 
pakai  saja tanganmu! Hei, kau Dini. 
Minggir! Ayo skandinavia , pakai sepatumu 
mengoreknya… Tuhanku! Tolonglah…” 
Tutup peti dibuka oleh chucky  
sebelum semua pasir yang menumpukinya 
berhasil disingkirkan. Di dalam, Tedi hulk  
terbaring diam. Mulanya mengatup rapat. 
Demikian pula mulutnya yang menjepit ujung 
lain lidi itu. chucky  muncabut lidi tersebut, 
melemparkannya dan berbisik tertahan: 
“Katakanlah kau masih hidup, saudaraku. 
Persetan, apapun yang ingin kau kehendaki 
dari diriku!” 
Tedi hulk  membuka matanya.  
Lalu tersenyum lebar. Dia sudah  
memenangkan taruhannya. Dan chucky … 
dengan siapa Tedi diam-diam morencanakan 
ide itu… semenjak detik pertama Tedi 
membuka matanya di dalam peti; harus 
mengatakan “tidak”, apabila martini  bertanya 
apakah chucky  cinta padanya… 
“waktunya untuk pulung, nak.” 
Suara Kapten syam kamaruzaman  membuyarkan 
lamunan chucky . la tersedak sekali. Lalu: 
“Siapa yang pulang?” 
syam kamaruzaman  tertegun. lalu  berpaling 
ke gundukan makam Tedi hulk . Katanya: 
“Kau tidak berdo'a agar ia pulang dengan 
tenang ke haribaan-Nya?” 
chucky  mencobanya. 
namun  ia tidak mampu, kecuali 
mengingat beberapa ayat-ayat pendek. Itu pun 
kacau balau. Hampir semua pengiring jenasah 
sudah meninggalkan tempat itu. Tinggal 
seorang dua keluarga yang tetap bersimpuh. 
Berdo'a, seraya mencucurkan air mata. 
Akhirnya chucky  menurut saat  di 
bimbing oleh syam kamaruzaman  menuju ke mobil lambhorgini nya  yang diparkir di luar komplek pemakaman. “Kuantar ke mana, nak?” “Kantorku saja.” “Oke.” 
 mobil lambhorgini  meluncur ke jalan raya. Suasana 
mati di pemakaman dalam sekejap berubah 
hiruk pikuk dengan suasana surabaya  yang tetap 
hidup biarpun panas terik memanggang ubun-
ubun. Jalanan macet total menjelang kantor 
yang dituju. namun  syam kamaruzaman  melupakan 
kebiasaannya memaki-maki. Kalau ia memaki, 
ia akan melukai hati chucky . Selain itu, ia 
tidak mau memaki korpsnya sendiri… meski 
dari satuan yang lain. 
“Beritahu pagi ini...” syam kamaruzaman  nyeletuk 
sekedar nyeletuk. “Mendorongku untuk 
berpikir lebih keras.” 
“Mengenai apa?” 
“nyi kembang r taksi yang mati itu. Sesudah  
membaca berita yang kau tulis, aku lantas 
menghubungi sejumlah orang dan beberapa 
saksi. Yang awam, maupun yang ahli. 
Kesimpulan mereka, kau benar. Orang itu 
bukan penderita penyakit jantung...” 
“Lantas?” 
“Itu berarti, ia mati oleh sebab  kejutan yang 
luar biasa. Jauh lebih dahsyat dari kejutan yang 
dialami seorang Jenderal manakala ia lihat 
seluruh pasukan nya gugur bergelimpangan, 
padahal dia yakin kemenangan sudah di depan 
mata...” 
“Jelasnya?” 
“nyi kembang r taksi itu mati sesudah  melihat 
sesuatu. Sesuatu yang walau tidak menyentuh 
nya, namun  sudah  mampu menghentikan detak 
jantungnya,” syam kamaruzaman  meludah ke luar, oleh sebab  
sebuah mobil lambhorgini  menyalip mereka di tengah 
macetnya lalu lintas. “Hei. Ia pikir aku ini apa? 
Tidakkah ia hargai barang sedikit plaat dinas 
polisi pada mobil lambhorgini ku?” sang kapten menggerutu 
panjang pendek. “Mau kutangkap, ya?” 
chucky  tersenyum. “Tangkaplah dia, 
pak. Hanya terima saranku. Sekali bapak turun, 
lalu lintas akan tidak karu-karuan. Aku akan 
memotret bapak adu otot dengan ribuan 
pengemudi dan  penumpang mobil lambhorgini  itu. Itu  dapat dijadikan sebuah foto dan berita 
eksklusif.” “sialan  !” “Bagaimana skenarionya, pak syam kamaruzaman ?” 
“Begini. Tedi baru saja ke luar pintu. 
Diantar slendrina  sampai ke beranda. 
Katakanlah; mereka sempat berciuman dahulu . 
Cium perpisahan… yang ternyata untuk 
selama-lamanya. Pada saat itulah sang mahluk 
datang menyerbu. Tedi mendorong slendrina  
ke dalam rumah. Dan ia berjuang sendirian 
melawan si mahluk. Namun oleh sebab  yang ia 
hadapi bukan mahluk sembarangan, Tedi 
menyerah dalam tempo singkat. 
slendrina  menjerit. fredy krueger  
mendengar jeritannya, lantas membuka 
jendela depan rumahnya. Mungkin terlalu 
keras. Mahluk itu mendengarnya, dan 
lalu  kabur. Sementara fredy krueger  masih 
ragu-ragu apakah akan keluar atau tidak. nyi kembang r 
taksi juga mendengar jeritan slendrina . la 
turun dari taksinya. Baru beberapa langkah, ia 
sudah berhadapan dengan mahluk yang sama. 
nyi kembang r taksi yang kaget itu, berteriak. Lalu 
mati. Mahluk itu masuk ke dalam taksi. Lantas 
lenyap, entah ke mana.” 
“Bagaimana dengan taksi yang penyok itu?” 
“Tak ada petunjuk. Kecuali sidik-sidik jari 
Yang aneh. Sidik jari mana masih kami periksa 
di laboratorium.” 
“Seseorang mesti melihatnya lari sesudah  
taksi itu terhenti begitu menyambar pilar. 
Sudah dilacak?”  
“Sedang.”  
“Hasilnya?”  
“Negatip positip.”  
“Apa pula itu?” 
“Negatip. oleh sebab  tidak seorang pun yang 
melihat saat  mahluk itu keluar dari dalam 
taksi. Tempat sunyi, ingat. Tengah malam lagi,” 
syam kamaruzaman  memajukan mobil lambhorgini  perlahan-lahan, 
mengikuti arus yang bergerak terus ke depan. 
“Yang positip, keterangan dari seorang pemilik 
rumah yang pilarnya kena tabrak. oleh sebab  
anjingnya terus menggonggong ribut, ia 
mengintip lewat jendela. Tampak sebuah taksi 
warna kuning berlalu. Di pinggir jalan, ia lihat 
ada sebuah mobil lambhorgini  lain diparkir. mobil lambhorgini  warna 
gelap, yang merk maupun tahunnya tidak 
begitu ia ingat. 
oleh sebab  anjingnya berhenti menggong-
gong, ia meneruskan pekerjaannya membuat 
sebuah sket bangunan. Orang itu arsitek, kalau 
kau tertarik. Suatu saat. ia dengar suara 
berderak di luar rumah. Anjingnya kembali 
ribut menyalak. namun  oleh sebab  arsitek itu lagi 
terpusat konsentrasinya pada sket yang hampir 
selesai, baru beberapa menit lalu  ia 
teringat untuk menyelidiki suara apa yang tadi 
ia dengar, mengapa anjingnya yang tadi 
menyalak kini diam lagi. Lewat jendela, ia lihat 
mobil lambhorgini  warna gelap tadi sudah lenyap. Sebagai 
gantinya, kembali ia temukan sebuah mobil lambhorgini  
taksi kuning, la mengumpat-umpat dahulu  
sesudah  mengetahui pilar tembok pagar 
rumahnya runtuh. Baru menelepon polisi...” 
mobil lambhorgini  meluncur lebih cepat sesudah  
mereka melewati lampu hijau. 
oleh sebab  syam kamaruzaman  tak lagi mengatakan 
apa-apa, chucky  nyeletuk: “Habis?” 
“Apa? Pilar itu?” 
“Cerita bapak.” 
“Oooo. Habis. Untuk sementara.” 
“Kukira belum.” 
“Ada yang salah?” 
“Ya. Bapak beberapa kali menyebut kata 
'mahluk'. Bukan lagi 'manusia', itu menarik 
perhatian saya. Punya sebab?” 
“Oh-oh. Kukira, aku juga ikut pikun.” 
“oleh sebab  dokter dul latief ?” 
“Betul. Dia punya dugaan kuat, 
pembunuh yang kita cari bukan manusia biasa. 
Kubilang: kalau begitu, manusia luar biasa 
dong. Dokter sialan itu geleng kepala. Dia 
bilang, ia tidak tahu apa yang menyerang Tedi 
dan lalu  mengejutkan si nyi kembang r taksi. 
Namun ia dapat memberi gambaran kasar.” 
“Gambarkan pula padaku, pak syam kamaruzaman .” 
“Baik. namun  off-de-record ya?” 
“Hei. Seram banget!” seru chucky , 
kecewa. 
“Aku tak mau reputasiku jatuh. Itu satu 
Yang kedua, siapapun tak menghendaki kota 
metropolitan ini goncang, gaduh, gempar. Atau 
semacam itu. Mungkin 80% penduduk surabaya  
akan mentertawakan. namun  sisa yang 20% itu 
dapat saja membuat mereka berhenti 
tertawa.” 
“Wah!” 
“Memang wah. Si pikun botak berkaca 
mata min satu setengah itu bilang, hanya 
manusia biasa yang dapat menyetir mobil lambhorgini  
sejauh itu, tanpa mengalami gangguan 
sepanjang jalan. Sebaliknya dia juga bilang, dia 
dan teman-teman yang dia undang 
sependapat, luka-luka yang terdapat pada 
tubuh Tedi hanya dapat dibuat oleh kuku atau 
gigi taring yang selain besar, juga panjang dan 
runcing setajam pisau silet. Belum lagi bulu-
bulu yang kita jadikan barang bukti itu...” 
“Bulu. Bukan rambut.” 
“Bisa benar, bisa salah. oleh sebab  kata 
mereka, sukar memastikan apakah bulu atau 
rambut yang tumbuh di sekujur tubuh seekor 
kera.” 
“Ke… ke... raaa?” 
“Kok wajahmu pucat. chucky . Apa kau 
belum pernah melihat kera?” 
chucky  punya kebiasaan buruk. 
Sering melek malam. Ngebut mengejar berita 
mendadak. Atau mengetik artikel apa saja yang 
menyangkut dunia kriminil dan menarik.untuk 
dihidangkan pada pembaca. Terkadang ia juga 
membuat cerita pendek berbau perkara-
perkara kejahatan. Sekitar pukul tiga atau 
empat pagi barulah chucky  merayap ke 
tempat tidur. Letih. Dan mengantuk setengah 
mati. 
Sebaliknya, justru pada jam-jam itulah 
isteri-nya bangun. Semenjak anak mereka lahir. 
jessica  pelan-pelan mulai belajar menjadi 
seorang Muslimat yang taat. Katanya, untuk 
menebus dosa-dosa masa lalu. Alasan lain, tak 
ingin anak mereka kelak mengikuti jejaknya 
yang pernah keliru langkah. Habis menunaikan 
sholat subuh, jessica  mencuci pakaian kotor. 
Terus memperiapkan santapan pagi. Lalu 
mengurus aidit  yang menyusul bangun. Pukul 
tujuh, aidit  pergi ke sekolah Taman Kanak-
Kanak di mana ia bekerja sebagai guru. Di mana 
juga lalu  aidit  terdaftar sebagai murid. 
Baru sekitar pukul sembilan pagi 
chucky  bangun. la terpaksa makan 
sarapan pagi yang sudah dingin, itu pun 
acapkali harus sendirian. Tak heran chucky  
sering tidak menyentuh makanan yang tersedia 
di meja. la lebih suka sarapan di warung yang 
berdekatan dengan kantornya. Ia berkubang di 
kantor itu sekitar setengah atau satu jam. 
Tergantung apa yang harus ia kerjakan. Sesudah  
itu getting cari berita di luaran. Bila ada berita 
menarik dan beberapa sumber harus didatangi 
untuk wawancara atau pemotretan, maka ia 
baru pulang ke rumah sekitar pukul lima sore. 
Kadang malah tak pulang sama sekali. Kumpul 
sebentar dengan anak isteri, lantas minggat lagi 
ke kantor untuk menyusun berita-berita yang ia 
peroleh hari itu. Atau, memburu bahan-bahan 
baru. Menjelang tengah malam baru ia bisa 
pulang, dan menemui anak isterinya sudah 
terlelap dalam mimpi. 
Kebiasaannya itulah yang membuat 
jessica  berulangkali uring-uringan. Apalagi kalau 
bertengkar soal agama. Wah! chucky  pasti 
selalu jadi pecundang. Untuk menjaga wibawa 
ia mengingatkan jessica  bahwa ia melakukan itu 
semua demi perut anak isteri juga. Kalau perlu, 
dengan bentakan. Sekali dua, dengan main 
tampar. Hanya oleh sebab  kecintaan pada aidit  
saja yang membuat mereka lalu  saling 
memaafkan dan mengurungkan niat untuk 
bercerai. chucky  punya cara paling mudah 
dan paling mujarab untuk menundukkan jessica  
seret dia ke atas ranjang, telanjangi, lalu 
hancurkan naluri seksuilnya.  
Sesudah  itu, semuanya akan beres! 
 namun  bukan Itu semua yang membuat 
chucky  malam ini kembali menggeliat 
resah di tempat tidurnya. Matanya tak juga 
mau dibawa tidur. oleh sebab  kebiasaan. Dan 
oleh sebab  memikirkan apakah tindakan yang 
diambilnya hari ini, pantas. 
syam kamaruzaman  tidak keberatan martini  
meninggalkan kota surabaya . “Dengan syarat, 
setiap saat dipanggil ia harus hadir di kota ini,” 
kata syam kamaruzaman . Mulanya enggan. namun  lalu  malu sendiri sesudah  chucky  
menandaskan: “Aku jaminannya! “ 
Baik Pemimpin Redaksi maupun soebandrio  
tentu saja keberatan. Tapi chucky  punya 
alasan yang kuat untuk bolos kerja. “Tiga tahun 
terakhir ini aku belum pernah ambil cuti. 
Apalagi, cuma dua hari!” Dan mereka terpaksa 
menyerah dan bersedia memberikan uang 
sangu sebanyak yang diminta chucky . 
Mereka juga sempat mengeluarkan syarat: 
“Bawalah oleh-oleh menarik untuk koran kita. 
bi!a kau nanti pulang kembali.” Dengan tegas 
chucky  menolak: “Namanya juga cuti. 
oleh sebab  itu aku ingin istirahat total,” katanya. 
Tak ada kesulitan. 
Baik di surabaya . Demikian pula di 
perjalanan. Kuatir mengantuk di tengah jalan, 
mereka memutuskan tidak mempakai  
mobil lambhorgini  martini  namun  berangkat ke Bandung 
dengan taksi. Dari Bandung mereka naik bus di 
terminal Cicaheum. 
Turun di mojokerto . Makan sebentar di 
restoran tak jauh dari terminal bus. Terus 
melanjutkan perjalanan dengan naik Colt 
penumpang. Lewat sidoarjo , mereka ganti 
kendaraan lagi. Naik oplet Morris tua renta 
yang tersendat-sendat membawa penumpang 
yang berat melalui jalan-jalan kelas kambing 
yang tidak pernah disentuh aspal. Turun dari 
oplet, mereka berdua naik ojek sepeda motor 
menuju kampung kelahiran martini . 
Dapat dimengerti mengapa selama di 
perjalanan mereka tidak banyak membicara 
kan hal-hal yang sifatnya pribadi. Tak mau 
dikuping penumpang lain. Mereka hanya 
mempercakapkan hal-hal remeh, atau sesuatu 
yang mereka lihat dan ingat selama di 
perjalanan… terutama sesudah  mereka 
memasuki daerah Kabupaten mojokerto , yang baru 
pertama kalinya diinjak oleh chucky . Soal 
matinya Tedi hulk  seolah mereka abaikan. 
Begitu pula faktanya , bahwa martini  kini 
berstatus janda, dan chucky  masih punya 
isteri dan seorang anak. Konon pula 
memperdebatkan mengapa martini  
bersikeras cepat pulang kampung, selain 
menerima faktanya : bahwa martini  rindu 
keluarga sekalian melipur lara. 
Apa yang digelisahkan chucky  
malam ini yaitu  resiko dari kesediaannya 
menemani martini . Semakin jauh perjalanan 
mereka tempuh, semakin terasa dalam hati 
sanubari masing-masing bahwa cinta yang 
pernah tumbuh dan pernah dibunuh oleh 
keadaan, kini tumbuh kembali. Semakin mekar. 
Semakin membara. Tiap sentuhan kulit, tiap 
mata memandang, tiap mulut tersenyum; tiap 
kali itu pula diam-diam mereka mengutuk masa 
lampau. chucky  mengutuk mengapa dahulu  
ia sangat pemalu menghadapi martini . 
martini  mengutuk, mengapa dahulu  ia mau saja 
diperkosa Tedi hulk , dan pada akhirnya 
menikmati pemerkosaan itu dengan 
kesenangan tiada tara. 
Mereka diterima oleh keluarga martini  
dongan sambutan yang berbeda-beda. Ibu 
martini  tentu saja memeluk anaknya dengan 
tangis dukacita bercampur rindu. Ayah 
Mirnndn, meski merindukan anaknya namun 
tidak dapat menyembunyikan wajah muram. 
chucky  sulit menebak, mengapa ayah 
martini  begitu lesu saat  melihat mereka 
datang. oleh sebab  kematian menantunya? oleh sebab  
anaknya otomatis menjadi janda? Atau oleh sebab , 
martini  pulang didampingi seorang laki-laki 
lain yang belum pernah sekalipun ia kenal? 
chucky  menggeliat lagi. 
la merungkut dalam selimut 
menghindari sergapan hawa dingin 
pegunungan yang menerobos lewat ventilasi 
jendela. Di sebelahnya, gufi  mendengkur 
tak perduli. gufi  yaitu  satu-satunya 
saudara martini . Katanya drop out sekolah 
lanjutan atas, tidak berniat sedikitpun untuk 
meneruskan ke perguruan tinggi seperti 
kakaknya; oleh sebab  ingin mendampingi 
orangtua. terutama ibunya yang sering sakit-
sakitan. gufi  bekerja sebagai tenaga 
administratur di balai desa. Tadi sore ia 
mengunjungi pacarnya dan baru pulang ke 
rumah lewat Isya. la memeluk kakaknya 
dengan tangis haru dan menyalami chucky  
dengan uluran tangan bersahabat. Katanya:  
“... selain bang Tedi, nama bang chucky  
beberapa kali disebut kak skandinavia  dalam surat-
suratnya.” 
Pembicaraan mereka malam itu singkat saja. 
“nyi kembang  sudah menceritakan semuanya, 
begitu ia tiba kemarin siang,” kata ayan 
martini . “Apa rencanamu?” 
martini  mengatakan belum tahu. Apakah akan 
terus menetap, atau kembali lagi ke surabaya .  
“Lihat-lihat keadaanlah,” katanya pendek. 
“Kami enggan berjauhan lagi denganmu, 
Nak,” komentar ibu martini . 
Atas pertanyaan, chucky  mencerita 
kan sedikit-sedikit tentang apa dan bagaimana 
ia bekerja. Entah belum diberitahu, atau entah 
pura-pura tidak tahu… yang jelas tidak seorang 
pun dari mereka tampaknya ingin mengetahui 
apakah chucky  sudah berkeluarga. saat  
chucky  menjelaskan bahwa ia harus 
pulang lagi besok  , martini  tampak gelisah. 
Ibunya cepat-cepat bergumam:  
“Kami akan berterimakasih kalau nak 
chucky  tinggal lebih lama.” 
“namun ...” 
Ayah martini  menyela: “Bukan cuti 
nama nya, kalau cuma dua hari.” 
“Betul bang !” gufi  menambahkan, 
sesudah  lebih dahulu  mengerling kakaknya: 
“Banyak cerita-cerita aneh di sini yang pasti 
akan menarik hatimu. Misalnya…,” gufi  
mendadak berhenti ngomong sesudah  
mendengar ayahnya batuk-batuk. Namun 
cepat ia melanjutkan lagi: “Sekarang lagi 
musim buah durian. Tentu sangat mahal 
harganya di surabaya .” 
Lalu percakapan dialihkan ke soal buah 
durian itu, buah-buahan lainnya, hasil sawah, 
hama dan lain sebagainya. lalu  gufi  
permisi tidur dahulu an meski malam masih siang. 
Ibunya pergi ke dapur untuk membantu bi nyi kembang  mempercepat hidangan jamuan malam. 
Sedang chucky  pergi ke jamban untuk 
buang air. la dibekali lampu senter, oleh sebab  
kakus letaknya di sebelah pancuran tempat 
mandi. Agak jauh dari rumah. Mana gelap pula. 
Terpaksa gufi  dibangunkan dengan tugas 
sebagai penunjuk jalan. chucky  menanyakan ucapan gufi  tadi yang terpotong oleh batuk ayah 
nya, selagi Laki-laki  itu menunggu chucky  
berak... “Ah. besok  -besok   sajalah,” jawab 
gufi .  Pulang ke rumah, yang mereka temui 
hanya ibu martini  seorang. wanita lesbian  itu 
menerangkan bahwa suaminya, anaknya dan bi 
nyi kembang  pergi ke rumah pak slenderman  oleh sebab  dijemput. “Pak slenderman  menganggap martini  sebagai anak sendiri. Jadi ia lantas dipanggil  begitu mereka tahu ia sudah  datang.” 
Terpaksa chucky  makan malam 
hanya ditemani ibu martini . gufi  katanya 
sudah  makan di rumah pacarnya. Maka, biarpun 
dipaksa-paksa gufi  hanya makan sedikit, itu 
pun sekedar menghormati tuan rumah. Selama 
makan, ibu martini  menyinggung-nyinggung 
masa lalu anak mereka, la mengatakan tadinya 
mereka menghendaki martini  lulus dahulu  
Sarjana Hukum baru kawin. “Itulah sebabnya, 
mengapa bapakmu kurang akrab dengan nak 
Tedi almarhum. Bapakmu menganggap, oleh sebab  nak Tedi cita-cita anak kami tak tercapai. Yah... 
biarpun almarhum punya kedudukan dan gaji 
besar sesudah  menikahi skandinavia , tetap saja 
bapakmu kurang senang. Maklumlah nak. Dari 
semua keluarga kami, baru skandinavia  seorang yang 
sempat menduduki bangku perguruan tinggi...” 
“Bagaimana dengan ibu sendiri?” tanya 
chucky . Sambil lalu. 
“Oh. Aku sih, lebih mementingkan 
kebahagiaan anakku. Jadi sarjana atau tidak, 
yang penting ia senang. Tidak tahunya… Ah. 
Maaf nak chucky . Bukannya menyalahkan 
sahabatmu itu. namun  yah… hancurnya rumah 
tangga mereka belakangan ini mau tak mau 
membuatku masygul juga.” wanita lesbian  itu 
menyelesaikan makannya, sesudah  dengan 
sopan menunggu chucky  berhenti lebih 
dahulu . la tampaknya masih akan mengutarakan 
sesuatu Namun keburu suaminya masuk 
rumah. “skandinavia  dipaksa tinggal oleh pak slenderman ,” katanya menerangkan. “Katanya akan menghibur skandinavia  dengan kisah-kisah lucu dan menarik, agar skandinavia  tidak terlalu memikirkan kesedihannya…” 
“Kok diiyakan saja. pak,” istrinya memprotes. 
“Lha. Apa yang mau kuperbuat, Bu. 
Beliau itu slenderman . Dan kau tahu sendiri, ia 
banyak membantu biaya sekolah anak kita…” 
Isterinya tak berkata apa-apa lagi. 
kecuali menyediakan makan malam sang 
suami. Merasa tidak diperlukan lagi, 
chucky  akhirnya permisi untuk pergi tidur. 
Sesudah  menutup pintu, ia sempat mendengar 
percakapan suami isteri itu. 
Sang isteri berbisik: “... kau membuat 
nak chucky  kecewa.” 
Jawab suami, tenang: “Sudahlah. Toh 
besok   mereka akan bertemu lagi “ 
“skandinavia  mau ditinggal?”  
“Alaa... Bu! Bagaimana pula ia menolak 
keinginan pak slenderman ? Sudah seperti Uwa-nya sendiri kok ini !” 
Dan chucky  terbadai di tempat tidur. 
Berpikir risau : tentu saja martini  
dipaksa tidur di rumah pak slenderman , la kan janda.  Masih dalam suasana berkabung. Jadi tak 
pantas tidur satu atap dengan seorang laki-laki 
lain. Laki-laki yang tak mereka kenal pula. Apa 
kata orang sekampung nanti? 
Lebih parah lagi ini : chucky  
mendadak ingin tidur sekasur dengan martini . 
Bukan dengan gufi ! 
Ah. Mengapa ia lupakan jessica . 
Hei, jessica . dasar  sialan  kau. Mengapa 
kau lari? 
chucky  menyembul ke permukaan 
lubuk. 
Kaki dan tangan ia gerak-gerakkan dalam 
air menjaga keseimbangan tubuh. martini  
berenang mendekatinya. Sebelum sampai 
disemburkannya air ke wajah chucky  
sehingga chucky  menyelam lagi, meng 
hindari semburan itu. martini  ikut menyelam. 
Tubuh mereka bersentuhan tak sengaja. Ke 
luar lagi ke permukaan mereka sudah saling 
berpegangan tangan, tertawa malu oleh sebab  
sekali lagi tanpa disengaja, tangan chucky  
menyentuh dada martini . 
“Masih kuat menyelam?” tanya 
wanita lesbian  itu terengah-engah, sementara 
kaki-kakinya bergerak gerak dalam air. 
“Kau sendiri?”  
“Masih.” 
“Berani bertaruh?”  
“Oke.” 
“Taruhannya?” 
chucky  berharap martini  menjawab: 
ciuman bibir yang lama, selama chucky  
ingin. Namun sesudah  menatap wajah 
chucky  sejenak, martini  bergumam: “Aku 
punya usul menarik.” 
“Apa?” 
“Kita ke tepian dahulu .” 
“Mari.” 
Dan mereka berenang saling kejar 
mencapai tepian lubuk di bagian paling dalam 
menjelang kelokan sungai yang berarus tenang 
itu. Matahari terus menyambut mereka. 
Pepohonan, rimbunan daun-daun hijau, hutan -
hutan  kelabu, lereng gunung berwarna coklat 
kebiruan, memperhatikan diam-diam.  
Demikian pula, sepasang mata tajam 
yang bersembunyi di balik rimbunan semak 
belukar tak jauh dari tempat kedua sejoli itu 
duduk setengah rebahan di rerumputan. Sosok 
tubuh di semak belukar itu menjatuhkan diri 
rapat-rapat ke tanah tanpa suara, saat  
chucky  menoleh ke arah tempat 
persembunyiannya. chucky  menoleh, 
tanpa maksud apa-apa. 
martini  juga menoleh. namun  ke arah 
lain. Nun jauh dan tinggi di pucuk-pucuk 
pepohonan yang menjulang ke langit, 
bergelayutan segerombolan lutung berbulu 
hitam pekat, sambil mangeluarknn suara ribut 
yang terdengar sayup-sayup sampai, martini  
segera melupakan hewan -hewan  hutan itu 
sesudah  mendengar suara chucky  
mendesak : “Apa usulmu, skandinavia ?” 
Mlranda berpikir dahulu , sebelum 
menjawab: “Ingat waktu kita masih di 
universitas.” 
“Tak pernah lupa,” cetus chucky  
begitu cepat, sehingga membuat kulit mukanya 
memerah lendlrl. 
“Waktu Itu kita sering membuat hal-hal 
yang aneh, bukan?” 
“Hem,… ya.” 
“Sekadar nostalgia. Mengapa tidak kita 
lakukan sekali lagi? Kali ini saja !” 
“Melompat dari tempat yang tinggi? 
Beradu lama tegak dengan kepala di tanah kaki 
di awang-awang? Aku selalu kalah. Tak mau,” 
chucky  memikirkan hal lain, lantas 
nyeletuk: “Atau… beradu kuat nafas dalam,... 
peti mati?” 
“Jangan membuat hatiku terluka 
kembali. chucky ,” rungut martini . murung. 
“Maaf.” 
“Begini saja,” kata Mlranda, hampir-
hampir tanpa semangat. “Kita membuat 
permainan baru. Padu darah, lalu minum.“ 
“Hai. Bagaimana pula Itu?” 
martini  menjelaskan.  
“Aku punya peniti,” katanya sambil 
menuding ke tumpukan pakaian mereka di 
belakang chucky . Peniti itu. kata martini . 
harus ditusukkan ke masing-masing ujung jari 
telunjuk mereka. Darah yang menetes 
ditampung, pada sesuatu. lalu  mereka 
sama-sama menyelam lagi di lubuk. Terserah 
berapa menit yang mereka sepakati. Siapa yang 
dahulu an menyembul ke permukaan, dialah yang 
harus menjilat tetesan darah mereka tadi. 
chucky  berkomentar, kecut: “Aku 
bukan peminum darah.” 
“Demikian pula aku,” sahut martini , 
agak pucat wajahnya mendengar ungkapan 
kasar temannya. “namun , itulah taruhannya. 
Bukankah itu sangat menarik dan hebat?”  
oleh sebab  chucky  tampak ragu-ragu. 
martini  mendesak: “Ayolah. Cuma dijilat kok. 
Sesudah  itu, terserah. Apa mau dimuntahkan, 
apa mau ditelan.” 
“Kalau begitu, baiklah.” 
“Dengan apa kita tampung ya?” martini  
agak bingung. 
chucky  mencari-cari di sekitar 
mereka.  
“Aku tahu,” katanya. Lalu ia memetik 
setangkai daun sirih yang banyak menjalar di 
pohon-pohon dekat mereka, la memetik daun 
di pohon yang cuma beberapa langkah dari 
tempat bersembunyi sosok tubuh yang 
tertutup semak belukar rimbun itu. 
chucky  kembali ke dekat martini . 
Ia letakkan daun sirih itu di rumput dengan 
bagian bawah menghadap ke atas, sehingga 
tetesan darah tidak akan tercecer dari daun 
sirih. martini  sudah  mengambil sebuah peniti, 
dan tanpa menunggu lebih lama langsung saja 
ujung peniti ditusukkan ke ujung jari telunjuk 
tangan kirinya, la meram sekejap menahan 
perih, lalu membiarkan darah dari telunjuknya 
menetes ke daun sirih. Satu, dua, tiga tetes. 
chucky  melakukan hal yang sama. Perih 
oleh tusukan jarum memang lumayan, namun  
gengsi toh? Maka, ia tahankan agar tidak 
meram atau meringis. Melainkan tersenyum 
simpul. Tiga tetes juga. Sesudah  itu, bekas 
tusukan peniti sama-sama mereka jilat, agar 
pendarahan berhenti. Tentu saja diacungkan 
dahulu  bekas tusukan itu, mengarah matahari. 
“Siap?” martini  menyeringai. Senang. 
“Oke.” 
“Berapa lama kau kuat?” 
“Terserah kau.” 
“Lima menit?” 
“Kau gila!” chucky  memaki. 
“oleh sebab  itu, sebutkanlah perkiraanmu.” 
“Bagaimana dengan sepuluh kali tarikan 
nafas?” 
martini  berpikir, lantas: “Jadikan lima 
belasl” 
Mereka berjabatan tangan sebagai 
tanda setuju. Tak sampai satu menit 
berikutnya, dengan aba-aba: “Mulai !” dari 
chucky , keduanya lantas menyelam 
sedalam mungkin ke bawah air yang dingin dan 
bening itu. chucky  berpikir cepat. Ia tidak 
mau menjilat darah itu. oleh sebab  nya dia akan 
berusaha naik sebelum hitungan kelima belas 
menarik nafas. namun , itu berarti ia lagi-lagi 
akan kalah. Kalau begitu bertahanlah. Kalau 
mampu, sampai hitungan dua puluh atau lebih. 
Pendeknya ia tidak boleh ke luar ke atas 
sebelum ia yakin martini  sudah  naik lebih dahulu .  Pada hitungan keempat, sosok tubuh 
tadi keluar dari persembunyiannya. Tanpa 
berpaling kiri kanan ia mendekati daun sirih di 
atas rumput itu, dengan mata nyalang 
mengawasi permukaan lubuk. Gelembung 
gelembung air bermunculan beberapa kali. 
meletup halus dan menyatu lagi dengan 
permukaan yang bening seperti cermin itu. 
Tampak sosok tubuh chucky  dan martini  
bergerak-gerak dalam air yang beriak. Satu 
sama lain begitu dekat. Satu sama lain 
melakukan hal yang sama: menatap ke depan, 
pada lawannya bertaruh. 
Pada hitungan ketujuh, sosok tubuh itu 
sudah  melesat pergi dengan daun sirih berdarah 
itu di pegangnya begitu sangat hati-hati, seolah 
daun sirih dan  darah curiannya itu barang 
antik yang paling langka di dunia. Pada 
hitungan kelima belas, sosok tubuh itu sudah 
lenyap di balik jalan setapak menuju desa. 
Hitungan ketujuh belas, dada 
chucky  hampir pecah dan air entah sudah 
berapa banyak memasuki rongga mulutnya 
Belum lagi mata yang perih oleh sebab  dipaksa 
terus terbuka, kuatir satu kerdipan singkat saja 
dapat membuat ia salah menafsirkan gerakan 
tubuh martini . Tatapi akhirnya ia terpaksa 
menyerah, la tidak mau mati dengan paru-paru 
dipenuhi air, mana jauh dari sanak keluarga. la 
langsung menyerbu ka permukaan air. Megap-
megap beberapa lama dan lalu  tertawa 
tersendat sendat: nyatanya ia muncul ke 
permukaan, bersamaan waktunya dengan 
martini  yang juga megap-megap kehabisan 
nafas. 
“Kau baik-baik saja?” tanya martini . 
Bukan: “Kau kalah!” 
“Dan kau?” 
“Aku bisa tenggelam kalau kita tetap di sini.” 
Lantas ia berenang lebih dahulu  ke tepi, disusul 
oleh chucky . Merangkak ke tanah 
berumput, dua-duanya lalu  sama 
terhempas. chucky  telentang, martini  
menelungkup. 
“Aku yang harus menjilatnya, bukan?” 
tanya chucky , enggan. 
“Bukan kau. Tapi aku,” |awab martini , 
tenang. 
“namun . skandinavia .” 
“Kukira kita seri,” jawab skandinavia , sambil 
tertawa lembut, la membalikkan tubuh. 
Sedemikian rupa sehingga pahanya langsung 
jatuh di atas paha chucky .  
“Eh. Aku…“  
martini  berujar gagap dan malu. 
“Biarkan pahamu di situ,” bisik 
chucky , terengah. 
“chucky …” 
“Sshhh, diamlah. Tidakkah kau tahu 
betapa aku merindukanmu tadi malam?” 
“Sungguh?” 
“Sampai aku hampir gila, skandinavia .” 
“Kau pikir, aku tidak?” jawab martini , 
dan kini bukan saja paha namun  juga seluruh 
tubuhnya sudah mendarat di atas tubuh 
chucky . Mereka saling menatap dengan 
mata setengah mengatup dalam kehangatan 
dan getaran luar biasa yang langsung melonjak-
lonjak dalam hati mereka. 
“Boleh aku menciummu. chucky ?” 
“Lebih dari itu pun, aku mau skandinavia .” 
martini  menjatuhkan wajahnya ke 
wajah chucky . 
lalu , chucky  berguling dan 
menempatkan tubuh wanita lesbian  itu di bawah 
tubuhnya. “skandinavia …,” ia berbisik, sesak. 
“nyi momo . Panggil aku nyi momo , chucky .” 
“Oh...” 
Matahari semakin jauh meninggalkan 
titik sentral langit biru, bergeser ke arah Barat. 
chucky  hampir tertidur dengan martini  
tetap dalam pelukannya, tatkala martini  
berseru: “Hei…” 
“Ehm?” gumam chucky  mengantuk 
“Taruhan kita.” 
“Sudahlah Kita seri ini.” 
“Bukan itu.” 
“Lantas?” 
“Coba kau lihat…” 
Ogah-ogahan, chucky  melepaskan 
rangkulannya di tubuh martini  yang segera 
bangkit. Mereka lalu  berjalan ke tempat 
di mana daun sirih itu mereka tinggalkan 
sebelumnya. 
“Hilang. Kok aneh,” rungut martini  
sambil ia berjalan kian kemari, dengan mata 
mencari-cari. 
“Aneh apanya,” chucky  nyeletuk. 
“Pasti diterbangkan angin. Dan kalaupun 
ketemu, toh tidak seorang pun dari kita 
diharuskan menjilat darah itu.” chucky  
setengah berlari ka tepian. berseru: “Hayolah, 
membersihkan tubuh. Nanti mereka curiga 
oleh sebab  kita terlalu lama pergi.” 
Mereka terjun ke air. 
Dan tak pernah lagi memikirkan hilang 
nya daun sirih berdarah itu. Apalagi untuk 
memikirkan kemungkinan adanya jejak-jejak 
kaki di rerumputan, yang pasti bukan jejak-
jejak kaki baik martini  maupun chucky . Di 
perjalanan pulang ke rumah orang tua 
martini , chucky  bertanya: “Bagaimana 
yaaa… Andai ada orang yang melihat 
perbuatan kita tadi.” 
“Ah. Jarang orang mandi di situ. Mana 
jauh pula dan tempat tempat yang biasa 
dilewati orang, jawab martini , menghibur. 
“Kubilang tadi, andaikata!” 
“Hem. Taruhlah ada yang melihat. Lalu?” 
“Penduduk desamu pasti heboh. Orang 
tuamu tercemar malu. Dan kau…” 
“Tak usah pikirkan aku.” kata martini . 
tertawa. “Pikirkanlah dirimu sendiri.” 
“Kau betul. Aku pasti dituduh pembuat 
onar, lantas diusir.” 
“Itu masih lumayan,” martini  berkata 
sungguh-sungguh. “Di desa kami, ada hukuman 
lain yang lebih parah lagi.” 
“Oh ya?” wajah chucky  berubah 
pucat. “Apa?” 
Sebelum menjawab, martini  memegang 
tangan chucky . Serius, ia berujar:  
“Kita… dipaksa… kawin!” “Wah ...” 
Sinar mata martini  berkilat resah. 
“Mengerikan, bukan?” 
“Untuk siapa?” desah chucky . 
Gugup. 
“Kau.” 
“Kok. aku ...” 
“oleh sebab  kau masih punya isteri. Kau 
mencintainya. Dan...” 
“Aku membencinya!” umpat chucky  
buru-buru. “la membawa lari anakku… ” 
“Belum jera?” 
“Aku?” 
“Dia.” 
“Uh! Selama aidit  masih dapat 
dijadikannya senjata untuk memukulku, maka 
jessica  akan tetap merasa posisinya kuat.” 
“Duh! Bilang saja, kau masih cinta” 
“Apa maksudmu? Kau kira aku ini…” 
”Kok kita jadi bertengkar ya?” martini  tersenyum. 
chucky  terbelalak. 
lalu , tertawa bergelak. 
Dan nyatanya, setiba di rumah martini  
mereka tak mendengar atau melihat tanda-
tanda penduduk desa itu heboh. 
Ibu martini  menyambut mereka dengan 
ucapan sayang: “Lama juga kalian pergi. Tadi 
banyak tamu yang datang untuk silaturahmi.” 
“Maklumlah, Bu…” jawab martini  
“Tempatnya jauh. Dan orangtua kawanku satu 
sekolah di es de itu, bukan main ributnya. Apa 
saja dikeluarkan. Mana kami sanggup meng 
habiskannya? Jadinya aku sempat tertidur di 
rumah kawanku itu. Untung chucky  
mengingatkan, kalau kami berlama-lama ia 
takut ibu dan ayah cemberut…” 
Di kamarnya, chucky  nyengir kuda. 
tidur siang, yaitu  hak setiap orang. 
Tak perduli apa yang terjadi di sekeliling. Konon 
pula sudah beberapa hari, kesempatan meng 
istirahatkan baik jiwa maupun jasmani itu tidak 
kau lakukan. Akibat terlalu banyak berpikir, 
berjalan, dan terutama, kau baru saja 
menyetubuhi seorang wanita lesbian  yang begitu 
liar dan agresip semacam martini . 
Maka tak ayal lagi. Begitu mencium 
bantal, chucky  langsung mendengkur. 
Ajaibnya pula, ia tidak bermimpi apapun juga. 
Seolah dunia ini selalu tenang, damai, tidak 
berbahaya, usah bermawas diri. chucky  
baru melek pukul enam kurang beberapa menit 
sore hari. Itu pun sesudah digoncang-goncang 
oleh martini  yang lalu  berkata: 
“Kusangka kau sudah mati.” Sebuah ciuman 
hangat mendarat di bibirnya. Membuat 
chucky  terjaga sesaat . 
la lalu pergi mandi ke pancuran. 
Pulangnya, semua penghuni rumah 
sudah menunggu di meja makan. Selama dan 
sehabis santap malam, mereka ngobrol ngalor 
ngidul. Wajah martini  begitu cerah. Riang ria. 
Senyum manis menghias bibirnya hampir 
setiap kali ia angkat suara. Tawanya sungguh 
enak di telinga. Dapat dimengerti mengapa 
martini  begitu bahagia, biarpun ia baru saja 
kematian suami. Soalnya, chucky  
memutuskan untuk tinggal satu dua hari lagi. 
“Kecuali satu di antara kalian sudah 
bosan melihatku, dan ...” 
“Kami kuatir, sebaliknya yang terjadi,” 
potong ayah martini , tertawa untuk pertama 
kali semenjak chucky  mengenalnya. Sinar 
matanya masih tampak murung, namun wajah 
maupun tutur katanya memperlihatkan 
kegembiraan yang tulus. Bukan dibuat-buat. 
Apakah ada sesuatu yang sudah  berubah di 
rumah ini? 
Seakan menyelami pikiran chucky , 
ibu martini  pura-pura mengejek: “Baru rejeki 
segitu, ayahmu sudah lupa diri, skandinavia …” Kalimat 
ditujukan pada, anak wanita lesbian nya, sedang 
ekor mata dilirikkan ke arah chucky , yang 
dengan sendirinya berlagak tidak melihat. 
chucky  pura-pura memperhatikan 
martini , yang bertanya. 
“... bagi dong, Yah !” 
“Nanti. Kalau aku sudah mati,” jawab 
yang ditagih. 
“Lho. Kok gitu...” 
“Habis? Kau wanita lesbian , mana tidak 
berpengalaman. Mana bisa kau menggarap 
nya?” 
“Menggarap apa?” 
“Dua hektar tanah di sebelah Utara desa 
kita. Ditumbuhi semak perdu, pohon-pohon 
liar tak pernah diurus. Tempat bersarang tikus 
dan segala macam ular. namun  punya masa 
depan, apabila kita mulai merambasnya, 
lalu  menanaminya kelapa. Kalau perlu, 
cengkeh.” Senyumnya melebar. “Imbalan jerih 
payahku selama delapan tahun mengabdi jadi 
kerani. Surat Keputusannya baru tadi siang 
diberikan pak slenderman .” 
Petani merangkap kerani desa yang 
beruntung itu, lalu  menoleh pada 
chucky . Bertanya: “Kau sudah menemui 
beliau tadi pagi, nak chucky . Apa komentarmu?” 
“Hebat.” 
“oleh sebab  dia menghadiahiku dua hektar 
tanah?” 
“Ah. Aku toh tidak kebagian apa-apa, 
pak,”' jawab chucky , membuat gerrrr seisi 
rumah. “Aku berkata jujur. 32 tahun dipercaya 
Pemerintah menduduki jabatan slenderman ; dan 
tidak berminat untuk naik lebih atas lagi, 
oleh sebab  merasa dekat dengan rakyatnya. Itu 
sudah hebat. Belum lagi ini, usia menjelang 100 
tahun, pak slenderman  tidak membutuhkan tongkat 
atau kacamata. Gigi masih utuh, bicara masih 
lantang, dapat mendengar suara pintu dibuka 
dari jarak dua puluh kaki. Manusia macam itu 
mestinya mengisi halaman setiap surat kabar 
dan majalah. Untuk ruang: Tokoh Kita Abad Ini! 
namun  ada kekurangannya, yang membuat 
pejabat tertentu di Pusat akan marah besar.” 
Kalimat terakhir itu membuat suasana 
hening sejenak. 
Lalu: “Sebutkan!” ujar ayah martini , waspada. 
“Pak slenderman  punya empat isteri. Dan...” 
“la berhak. Tak ada larangan. Selama ia 
...” ayah martini  mengatupkan mulut saat  
melihat senyum tipis di bibir chucky . “Jadi 
bukan itu soalnya.” 
“Memang.” 
“Lalu?” 
“Anaknya. Memang tersebar di berbagai 
daerah, dan kudengar mereka orang-orang 
yang berhasil. Baik di bidang karier, maupun 
keuangan. namun  17 orang, itu sudah 
kelewatan. Luar biasanya lagi. 14 dari 17 orang 
anaknya itu, dia dikaruniai 65 cucu, 24 cicit,… 
beberapa di antara cicitnya sudah siap pula 
menurunkan generasi berikut. Yang entah apa 
disebutnya.” chucky  geleng-geleng kepala. 
“Kalau ini mereka dengar mereka bisa botak 
oleh sebab  tak habis mengerti.” 
“Mereka siapa?” 
“Para pejabat yang mengurus Program 
Keluarga Berencana!” 
Menggelegar lagi tawa berkepanjangan 
di rumah itu, sehingga seorang tetangga di 
sebelah rumah memerlukan membuka jendela 
untuk memastikan kegaduhan apa yang 
membuatnya tersentak dari tidur. Sesudah  
tahu, orang itu kembali menutup jendela dan 
menggerutu pada sang isteri: 
“Katanya baru kematian menantu.” 
Yang dijawab: “Apa salahnya? Toh mereka 
sudah punya calon menantu baru.” 
Dan di dalam rumah keluarga martini , 
sang ibu mengawasi teman laki-laki anaknya, 
lalu  bergumam lirih: “Heran ya nak. Baru 
dua hari, rasanya kau sudah seperti anak kami 
sendiri.” 
Dan itu, membuat chucky  tidak bisa 
tidur malam itu. 
la teringat pada anaknya sendiri, aidit . 
Ibunya pasti mengurus aidit  dengan telaten. 
Mendidik anak itu, agar mencintai dan 
mengabdi pada orangtua. Coba kalau jessica  
tahu cinta suaminya sudah  berpaling pada 
wanita lesbian  lain!  chucky  berkeringat dingin. 
Perasaan bersalah pada isteri, berdosa 
pada anak, memicu  udara dingin 
pegunungan berubah panas dan pengap. 
Gerah, chucky  bangun dari tempat tidur, la 
membuka jendela. Sedikit saja. Sekedar udara 
segar masuk kc dalam, dan gufi  yang tidur 
lelap tidak terganggu, la hirup hawa dari luar 
sebanyak paru-parunya menerima. lalu  
ia pelan-pelan menutupkan jendela, lalu 
mendadak saja gerakannya terhenti. 
Dibukanya jendela kembali. 
Kali ini lebih lebar, la mengawasi 
kegelapan malam di luar. Kepala sedikit 
tengadah. Merasa kurang yakin, ia condongkan 
tubuh lebih jatuh ke depan. Membuka mata 
lebar-lebar. Menyekanya sekali, dan membuka 
nya lagi. Apakah itu nyala lilin, nun jauh di atas 
hutan ? Atau kobaran api, ah… bukan. Nyala lilin 
tidak sebesar itu. Kobaran api tidak selemah 
itu.  Obor barangkali? 
“Eh. Apa pula perduliku?” gerutu 
chucky , pelan. Menutup jendela lagi. 
Namun pikirannya tidak lepas dari 
cahaya ganjil itu. Lilin, obor, atau api tak ada bedanya.  Yang membuat nyala kuning kemerahan itu membuat perbedaan, yaitu  letaknya. Waktu 
mandi di pancuran tadi pagi, chucky  sudah  
berhasil mengorek secuil demi secuil apa yang 
dirahasiakan gufi .  
Laki-laki  itu menceritakan beberapa 
kisah atau dongeng aneh dan menarik yang 
sudah  lama berlangsung atau dipercaya oleh 
penduduk desa mereka, dan desa-desa di 
sekitarnya. Salah satu, yaitu  hutan  dari mana 
cahaya misterius tadi terlihat chucky . 
“... hutan  itu,” kata gufi  tadi pagi. 
“Dijuluki hutan  Larangan” 
“Kenapa?” 
“Banyak versi. Yang satu bilang, hutan  itu 
dihuni setan-setan terkutuk. Yang lain bilang, 
hutan  itu dihuni segerombolan  orang penderita 
kusta. Ada lagi yang mengatakan di sana 
terdapat sebuah kuburan kechucky t dari masa 
ratusan, mungkin malah ribuan tahun yang 
silam. Banyak lagi dongeng-dongeng seram 
tentangnya. Yang jelas, hampir tak ada 
penduduk yang waras otak, berani mendekati 
hutan  itu. Apalagi untuk mengetahui apa dan 
bagaimana sebetulnya  maka hutan  itu tak 
pernah diinjak manusia macam kita ini…” 
“Hanya oleh sebab  mendengar? Lalu percaya 
begitu saja. Katanya, beberapa dari kalian 
terdiri dari orang-orang moderat. Orang-orang 
yang menganggap tahayul sebagai dongeng 
untuk menakut-nakuti anak badung. namun  
mereka tetap menjauhi tempat itu, dan 
sependapat menjulukinya hutan  Laranngan?” 
gufi  tersenyum. Pahit. Desahnya: 
Ada beberapa yang nekad mencoba.” 
“Dan?” 
“Kebanyakan, hasil nguping. namun  ada 
satu dua yang kulihat sendiri, akibat apa yang 
dialami orang-orang gila itu.” gufi  tidak 
bergidik. Atau menampakkan perasaan takut, 
la hanya menarik nafas panjang, lalu berkata 
tenang: “Mati. Kalau tak mati, mereka gila. 
Kalau tak mati dan gila, mereka lenyap...” 
“Lenyap?” 
“Lenyap. Begitu saja. Banyak yang 
percaya, orang orang itu bukan kesasar atau 
mati di suatu tempat yang belum diketahui. 
Desas-desus santer mengatakan, orang-orang 
yang raib itu mati ditelan penghuni kubur hutan  
Larangan. Atau, dimangsa para penderita 
kusta, oleh sebab  mereka membutuhkan 
makanan.” 
Sesudah  berpikir agak lama, chucky  
bergumam sendiri: “Bila itu kutulis, bosku akan 
memperbolehkan aku cuti satu bulan lagi. 
Dengan sekarung uang, sebagai bonus...” 
Tentu saja chucky  lalu  
menyepelekan cerita gufi . 
Dan soebandrio  akan menjabat tangannya, 
mengatakan. “Lucu. Kau kok mirip saudaraku 
yang sudah lama meninggal dunia.” 
Itu, tadi pagi. 
Malam ini lain lagi. chucky  bukan 
ingin menulis sebuah sensasi yang 
mengundang para alim ulama dan  orang-
orang yang beriman, adu urat leher. 
Masalahnya, sederhana saja. 
 chucky  yaitu  seorang wartawan. 
Dan bukan wartawan namanya, kalau tidak 
punya naluri ingin tahu! 
 SALAH besar chucky  bilang pada 
bosnya, mau istirahat total. 
Kesalahannya yang paling besar, yaitu  
ini: biar mulanya bimbang, akhirnya diputuska 
nnya meninggalkan tustel di kantor. 
faktanya  pahit itu baru ia sadari 
sesudah  ia tiba di hutan  Larangan. 
Sebelum meninggalkan rumah keluarga 
yang chucky h tamah itu, diam-diam chucky  
mengambil sebilah pisau panjang, tajam 
berkilat-kilat, dari dapur. Senjata itu diselipkan 
nya di balik lipatan sebuah koran mingguan 
yang ia dapatkan di rak buku gufi . “Buat 
bacaan di jalan,” katanya pada Laki-laki  itu. 
martini  percaya kalau ia ingin lihat-lihat 
suasana. “Sekedar perintang waktu,” dalihnya. 
Lalu petualangan berbahaya itu dia 
mulai. 
Lebih dahulu  ia berputar sana-sini, singgah 
beli jajanan di sebuah warung kecil, bertukar 
sapa dengan satu dua orang di jalan, lalu  
pergi ke lubuk yang sehari sebelumnya 
membuat kesan romantis itu. Dari sana hutan  
Larangan itu tetap terlihat, meski agak 
terhalang oleh rimbunan pepohonan hutan di 
sekitarnya. chucky  menyelusuri pinggiran 
sungai beberapa menit, lalu  menye-
berangi sebuah titian dari bambu. Jalan 
setapak sesudah  titian itu daerah pesawahan 
yang subur dan di sebelah sananya, lembah 
yang pemandangannya mentakjubkan. 
chucky  tidak mengambil jalan 
setapak itu. la menyimpangkan langkah 
menyusuri pematang sawah, lalu mendaki 
hutan  yang hampir seluruhnya ditanami pohon 
durian dan nangka. 
la memberi, alasan tersesat apabila 
ketemu orang. Pura-pura mengikuti arah yang 
benar ke desa sebagaimana ditunjuk penyawah 
atau peladang itu. lalu mengendap-endap 
kembali ke jalan semula dengan jalan berputar. 
Terkadang ia terpaksa harus turun untuk 
menyeberangi sungai pada bagian yang 
dangkal. 
Beberapa kali ia kehilangan hutan  
Larangan itu. Namun dengan berpatokan pada 
bayang-bayang pohon dan perjalanan 
matahari, ia temukan lagi arah yang benar. 
Sekali ia terperosok di sebuah lereng terjal 
berbatu-batu. Jatuh tersungkur, celananya 
robek dan lututnya memar. Istirahat sebentar, 
ia meneruskan perjalanan dengan langkah agak 
pincang tersaruk-saruk. Semakin jauh ia 
berjalan, mendaki, menurun dan mendaki lagi, 
melompat-lompat, sesekali berlari-lari untuk 
mempersingkat waktu semakin sukar pula jalan 
yang ditempuh. Tak ada jalan setapak. Tak ada 
manusia, bahkan rasanya juga tak ada mahluk 
hidup lainnya. Kecuali seekor musang yang 
ngacir menyembunyikan diri saat  kepergok 
manusia. 
Pisau panjang itu ternyata banyak 
gunanya, selain untuk membela diri. Untuk 
merambat semak belukar yang menghalangi 
jalannya. Untuk memotong sebuah dahan 
kecil, yang ia pakai  mengorek-ngorek 
ilalang lebat atau ceruk-ceruk di balik belukar, 
yang mungkin menjerumuskannya. Dahan 
sebesar lengan anak kecil dan sepanjang satu 
meter itu tak pernah lagi lepas dari tangannya. 
Itu merupakan senjata kedua, yang barangkali 
dia perlukan. 
Herannya, jangankan penderita penyakit 
kusta. hewan -hewan  buas tak satu pun 
ditemuinya selama perjalanan. Sekeliling 
tempat-tempat yang dilaluinya, terutama 
mendekati hutan  Larangan itu, suasananya 
begitu sunyi senyap. Bagai tak berpenghuni. 
Atau memang ada: hantu dan  dedemit. 
“Sialan. Mengapa aku takut?!” 
chucky  membentak. Dan kalau rasa 
takutnya berkembang, ia lantas berteriak: 
“Hayo. Keluar semua. Ini aku. Makanlah!” dan 
ia bersenandung keras-keras. Lagu apa saja 
yang teringat. Tak perduli apakah ichucky nya pas 
atau fals. 
Tibalah ia di tengah kelompok hutan 
yang mengelilingi pinggiran hutan  yang dituju. 
Suara chucky  makin lama makin 
tenggelam oleh suara riuh rendahnya jerit 
monyet, lutung, ada juga mawas yang lari 
serabutan. Di pohon-pohon, di lereng-lereng, 
di semak belukar, di sepanjang anak sungai 
yang sumbernya pasti berasal dari hutan  
Larangan. chucky  tercekat. 
Seolah bermimpi buruk. Betapa tidak. 
Selama beberapa menit, riuh rendah hewan -
hewan  pencinta pohon itu terdengar begitu 
memekakkan. Hiruk pikuknya mahluk itu lari 
serabutan kian kemari, melemahkan jantung 
oleh degup-degup keras yang memukul-mukul 
tanpa henti. Semuanya berjumlah ratusan. 
Boleh jadi ribuan. Jangankan semua 
mengurung, salah satu saja dari mawas atau 
lutung itu nekad menghadang jalannya, ada 
harapan chucky  langsung jatuh pingsan. 
Ini, dalam tempo beberapa menit pula… 
seluruh mahluk mengerikan itu sudah  lenyap 
entah ke mana. Baik sosok tubuhnya, maupun 
suara pekik dan jeritnya. yaitu  memeras 
jantung, apabila mendadak terjadi perang 
mortir di sekitar kita, lalu mortir-mortir itu 
lalu  berhenti memuntahkan peluru… dan 
para penembaknya, lenyap entah ke mana! 
Apakah ia tengah bermimpi buruk? 
chucky  mencubit pahanya. Sakit. la berteriak. namun  hanya bisikan serak lepas dari mulutnya. Wajahnya pucat pasi. 
Peluh membuat punggungnya bagai melekat ke 
kulit. Apa yang harus diperbuat sekarang? Lari? 
Baiklah. namun  ke mana? Mundur atau maju, 
sama saja chucky  sudah  terperangkap di 
tengah hutan lebat yang daun-daunnya seolah 
bersatu padu menghadang matahari. 
Hanya ada sinar-sinar lemah. Sekedar 
tidak membuat chucky  buta. Takut-takut, 
mata chucky  jelalatan liar kian kemari. 
Sebelah tangan menghunus pisau. Sebelah lagi, 
mengacungkan tongkat tinggi-tinggi.  
lalu , tongkat itu turun. Ditekankan 
ke tanah. Memang itulah fungsi sebetulnya  
dari tongkat kayu itu : menopang tubuh 
chucky  yang sempoyongan mau jatuh ... 
namun  keadaan itu berlangsung tidak 
lama. Matanya pelan-pelan terbiasa oleh 
kegelapan semu itu, dan dengan sendirinya 
melihat salah satu barisan pohon menyorotkan 
silau kuning terang. Matahari. Dan matahari 
itu, memperlihatkan sesuatu yang memberi 
pengharapan hanya beberapa belas meter di 
depannya. Tanpa ragu lagi, chucky  
bergerak. Naluri akan adanya bahaya 
memicu  semangatnya tumbuh kembali. 
Kaki-kakinya melangkah dan melompat-lompat 
cepat dan tangkas, sambil sesekali ia 
rambaskan tongkat pada semak belukar di 
depannya. 
Lalu, ia tiba di sebuah kelokan. 
 sebetulnya lah. Sebuah kelokan jalan 
yang orang buta pun tahu, pasti dibuat 
manusia.  
Para penderita kusta? 
chucky  tergetar, la sadar bahwa ia 
sudah  memasuki bagian paling terlarang, dari 
hutan  Larangan itu. Kalau mau, tidak seorang 
pun yang melarangnya pulang. Jelas dong. 
Mana orangnya yang akan melarang? Maka, 
kepalang basah ya mandi saja sekalian... 
Dengan waspada dan mata mengawasi 
setiap sudut yang dilewati, chucky  
mengikuti jalan setapak yang cukup lebar itu. 
Mendaki. Sesudah  satu putaran, ia sampai di 
sebuah bidang datar tanpa penghalang apapun 
sebagai latar depan yang menghadap ke 
lembah jauh di bawahnya. Sebagai latar 
belakang, yaitu  bagian puncak hutan  itu, yang 
seluruhnya terdiri dari sebuah batu raksasa 
yang mengingatkan chucky  pada gunung 
Tangkuban Perahu apabila ditatap dari 
kejauhan. Batu sebesar gajah yang paling besar 
itu hitam pekat, kusam membosankan. 
Dan ... 
chucky  berseru tertahan, sesudah  ia 
melihatnya. Melihat sesosok tubuh tegak 
dengan kaki dan  tangan terpentang, namun  
dengan kepala terkulai sampai dagu 
menyentuh dada. Tak dapat diragukan lagi, 
bahwa tubuh itu milik seorang manusia 
dewasa. Usianya sekitar 30-an, mengenakan 
pakaian yang biasa membalut tubuh seorang 
petani. Topi pandannya jatuh ke tanah tak jauh 
dari kakinya yang telanjang. 
Dua buah kayu besar dan kuat 
dipacakkan dalam ke tanah, dengan posisi 
bersilang. Dua tangan laki-laki itu terikat erat 
dengan tambang pada masing-masing ujung 
kayu paling atas. Hal yang sama terlihat pada 
sepasang pergelangan kaki di kedua ujung kayu 
sebelah bawah.  Orang itu sudah  mati. 
Dapat dipastikan dari sepotong bambu 
sebesar lengan chucky , yang terhunjam di 
lambung orang itu, pada bagian mana 
kemejanya disingkapkan. Warna merah 
kehitaman darah yang sudah  mengering, 
membercaki baik bambu, kemeja, celana, salah 
satu kaki dan tanah berumput di bawah tubuh 
manusia malang itu. 
Dalam bentuk setengah lingkaran di 
belakang dan kedua patok silang itu terhunjam 
beberapa atang bambu lain yang lebih kecil, 
yang dari ujungnya yang hitam jelas 
merupakan obor. Tepatnya, bekas obor. 
Terbukti dari banyaknya abu di sekitar obor-
obor itu, dan rerumputan yang kering 
terpanggang api, berbau minyak. 
chucky  dengan gemetar meraba 
salah satu ujung sisa obor itu. 
Terasa masih hangat. 
Dan ia yakin, uap hangat itu bukan 
dioleh sebab kan panas matahari! 
Tersentak oleh faktanya  itu, 
chucky  terlompat mundur saking kaget 
menyadari bahwa ia sudah  melihat sesuatu tadi 
malam, lewat jendela kamar tidurnya. Sesuatu, 
yang mustahil dipungkiri: di tempat ini sudah  
berlangsung sebuah upacara kematian yang 
menyeramkan... 
Tanpa ingin tahu mayat siapa yang 
sengsara itu, chucky  segera memutar 
tubuh. lalu … lari. Tiga jam ditempuhnya 
untuk sampai ke hutan  Larangan itu dari desa. 
Namun tidak sampai satu jam perjalanan yang 
dilakukannya, saat  pulang. Bukan oleh sebab  ia 
sudah mengetahui jalan pulang. Melainkan 
oleh sebab  ia berlari “melebihi kecepatan suara”. 
Tunggang langgang, jatuh bangun. Tak perduli 
alam sekitar. Rasanya ada segerombolan  orang 
mengejarnya dari belakang. Penderita kusta, 
kaum yang terkutuk itu. 
Atau, hantu. 
“chucky  sudah pulang, bi?” tanya 
martini  begitu ia muncul di pintu dapur. 
“Belum, neng.” 
“Ya ampun! Pergi ke mana sih dia?” 
keluh martini  gelisah. Hidungnya lalu  
mengendus-endus, membaui sesuatu. Lalu 
mengintip lewat pundak bi nyi kembang , ke katel. “Apa itu?” 
“Semur hati, neng,” jawab pelayan itu 
seraya memasukkan irisan tomat ke katel. 
Mengaduknya sebentar. Lantas mengecilkan 
api di tungku. 
“Kenapa rupanya? Engga doyan?” 
“Siapa bilang? Aku paling suka semur. 
Cuma baunya kok agak asing. Hati domba ya?” 
“...menjangan, Neng.” 
“Oh ya?” wajah martini  berseri-seri. 
“Dapat beli di mana?” 
“Bukan dapat beli. namun  ada yang 
memberi, Neng. Tadi malam ada seekor 
menjangan itu dan gemuk kesasar masuk 
kampung yang di lembah itu. Beberapa orang 
penduduk mengepung dan berhasil 
menangkapnya. Pagi-pagi benar disembelih. 
Dagingnya dibagi-bagikan sesama mereka. 
Sedang hati, langsung dikirim ke sini. Mereka 
bilang, sudah tahu kalau kau pulang dari 
surabaya , neng skandinavia . Lagi bingung mau kasih apa 
sebagai ucapan selamat datang, eh… hadiah itu 
datang sendiri masuk kampung. Tentu saja 
mereka girang bukan main, dan...” 
“Siapa-siapa mereka itu, bi nyi kembang ?” 
“Teman-temanku. Juga pak guy fawkes , salah 
seorang penggarap sawah ayahmu.” 
“Pak guy fawkes ? Wah, jadi kangen! Sudah 
lama tak bertemu. Kok dia tidak nunggu ya?” 
“Tadinya nunggu, neng. namun  oleh sebab  
dia ada perlu ke kecamatan, pak guy fawkes  tak 
berlama-lama di sini. Dia ketitipan salam...” 
“Dari anaknya?” 
Bi nyi kembang  terdiam. Murung, dan sedikit 
pucat. Agar tidak kelihatan oleh martini , 
pelayan itu pura-pura sibuk mematikan api di 
tungku, batuk-batuk seolah kemasukan asap, 
lantas sibuk membenahi meja makan. 
martini  segera membantunya. 
Mengambilkan perlengkapan; piring, gelas, 
sendok garpu, kocokan. Sambil, mengingatkan:  
“Kau belum jawab pertanyaanku, bi . ..” 
“Apa? Eh… oh, ya. Ya. Lupa. Lupa. Maaf 
ya neng?” Batuk-batuk lagi. “Uh, asap sialan 
itu...” bi nyi kembang  mengusap-usap dada. Kembali 
tenang. Katanya: “Yang kirim salam, isterinya.” 
“Ooo. Begitu. Apa pak guy fawkes  engga 
cerita-cerita tentang anaknya, si bobo ?” 
“Mungkin dia lupa.” 
“Kok aneh ya,” martini  setengah 
melamun, duduk di kursi makan. “Padahal pak 
guy fawkes  kan tahu, bobo  dan aku teman 
bermain semenjak kecil. Waktu aku ikut ayah 
melihat-lihat ke sawah. Aku ingat betul, bi. 
Suatu kali bobo  membuatkan aku alat tiup 
dari batang padi. Tapi oleh sebab  nadanya begitu-
begitu saja, aku merengek minta yang lebih 
bagus. Lalu aku dibuatkannya sebuah suling 
bambu. Malah diajari cara meniupnya. Sayang 
aku tak bisa-bisa. oleh sebab  jengkel suling bambu itu kubenamkan ke lumpur. Kuinjak-injak. 
Sesudah  itu, seminggu, lamanya bobo  tak 
mau mencakapi aku. Kami baru berbaikan 
kembali, sesudah ayah menegur dan menyuruh 
ku minta maaf. Kata ayah, tak baik menyakiti 
hati orang. Apalagi, orang itu sudah bersusah 
payah memberikan kita sesuatu, padahal ia 
miskin dan... namun  pak guy fawkes  dan keluarganya 
tidak miskin, kan begitu bi nyi kembang ?” 
“Memang tidak.” 
“Ya. Mereka tidak miskin. Mereka cukup 
banyak memperoleh bagi hasil sawah kita. 
Buktinya, begitu tamat es-em-pe dan aku akan 
meneruskan sekolah ke surabaya , bobo  
memberiku sehelai halsduk penutup leher. Aku 
tahu, dia sengaja pergi jauh-jauh ke Bandung 
untuk membeli halsduk yang mahal itu. 
Katanya, sebagai kenang-kenangan dan agar 
aku tidak masuk angin selama di perjalanan. 
Lama juga aku memakainya, sampai…” 
“Kau membuangnya lagi,” bi nyi kembang  
menyela, lembut. 
“Ya. Sampai aku membuangnya pula. 
Maksudku, membakarnya...” 
“Aku yang membakarnya, neng. Atas 
suruhanmu. Ingat engga?” 
“Ah, lupa.” 
“Aku yang membakarnya...” ulang bi 
nyi kembang . “Dan aku tahu, mengapa kau suruh aku 
membakarnya. oleh sebab  kau tak mau dia 
cemburu itu, pacar pertamamu saat  kau naik 
kelas dua es-em-a...” 
martini  tersenyum teringat kenangan 
lama itu. Desahnya: “Yang begituan saja 
dicemburui. namun  kau benar, bi nyi kembang . Aku 
takut dimarahi pacarku. Takut dibilangin, aku 
mencintai si pemberi halsduk.” 
“Nyatanya, kau pernah dicium si bobo ,” bi 
nyi kembang  geleng kepala. “Dan kau mau…” 
“Dasar tukang ngintip!” rungut martini . 
bermerah muka. “Itu kan cuma iseng. Cari 
pengalaman baru yang mengasyikkan. Bukan 
cinta.” 
“Iseng atau cinta, toh kau kena hukum. 
Sebelum semua orang tahu apa yang sudah  
kalian perbuat, kau lantas cepat-cepat dikirim 
ke surabaya . Untungnya, bobo  tutup mulut. 
Kalau tidak, wah. Payah!” 
“Bi nyi kembang  kira, ia masih tutup mulut 
sampai sekarang?” 
“Pasti. oleh sebab  selain aku dan ayahmu, 
tak pernah sekalipun kudengar orang lain 
meributkannya. Yang jelas, bobo  tidak akan 
pernah lagi menceritakannya pada siapapun 
juga. oleh sebab  tadi malam… Astaga, apa yang 
kuperbuat?” bi nyi kembang , dengan wajah pucat pasi 
menatap pecahan beling dan sambal yang 
berceceran di lantai, dekat kakinya, la sudah  
menjatuhkannya… dan hanya ia yang tahu: 
dengan sengaja! 
martini  bergegas bangkit dari kursinya. 
Lalu memunguti pecahan pinggan tempat 
sambal itu, sambil berkata: “Engga usah 
diributkan, bi. Tolong ambilkan pengepel. 
Bersihkan lantai, sementara aku membuatkan 
sambal lain.” 
Bi nyi kembang  lantas sibuk menyapu dan 
mengepel lantai. “Biarlah aku yang 
membuatnya, Neng. Kau pergilah. Sudah 
waktunya makan siang sekarang. Dan tamu kita 
belum pulang juga. Siapa tahu dia tersesat. 
Pergilah cari. Kalau, ketemu, cepat lah ajak 
pulang. Dia pasti sudah kelaparan.” 
martini  meninggalkan rumah.  
Pikirannya sesaat  sudah dipenuhi oleh 
pertanyaan ke mana dan mengapa chucky  
pergi begitu lama? Namun jauh di sanubarinya, 
ia merasa ada sesuatu yang salah. Apakah 
martini  sudah  mengatakan sesuatu? Atau 
mendengar sesuatu, namun  lupa menanyakan 
nya? Matahari terik menyengat ubun-ubun 
martini . Wahai, ke mana gerangan 
chucky ? Barangkali dia sudah  melayap ke 
suatu tempat. Tak tahu jalan pulang. Bisa jadi 
juga, chucky  sudah  ketemu seorang gadis 
rupawan, dan... 
martini  jalan bergegas, tanpa menge-
tahui ke mana ia harus mencari. 
Dan di belakangnya, bi nyi kembang  mengawasi 
kepergian martini  dari jendela dapur. Wajah 
wanita lesbian  tua itu masih tetap pucat seperti 
tadi. Matanya menatap kuatir. Jantungnya 
berdebar, takut. Dalam hati, berpikir: “Untung 
aku cepat  ingat diri dan menjatuhkan pinggan 
itu. Coba, kalau aku terus lepas omong...” 
Bi nyi kembang  kembali ke dapur, la harus 
membuat sambal yang baru. saat  akan 
mengambil rempah-rempah dari tempatnya, 
selintas mata bi nyi kembang  terlayang ke katel. Semur 
itu sudah  masak. Baunya memang aneh, seperti 
dikatakan martini . Mestinya hati itu direbus 
dahulu , oleh sebab  akan memakan waktu untuk 
mengirimkannya ke rumah ini. namun  siapa 
yang akan merebusnya? Pak guy fawkes ? Atau 
isterinya? Memegang rantang berisi hati yang 
masih berlumuran darah itu saja. sudah siksaan 
bathin yang mengerikan. 
Pak guy fawkes  tadi sempat sempoyongan, 
saat  meletakkan rantang itu di meja dapur. 
Orangtua yang malang itu tampak tegang, 
pucat dan sakit. Begitu pula dua orang kerabat 
yang mendampinginya. Mereka semua letih, 
pucat, ketakutan. Juga bi nyi kembang  sendiri. 
“... bobo  anak yang baik,” kata pak 
guy fawkes  gemetar. “namun  kami sadar sepenuh 
nya, ia sudah  melakukan kesalahan. Kami lalai. 
Lupa, bahwa bobo  pernah melakukan 
kesalahan yang sama...” pipi orangtua itu 
basah, digenangi air mata. Getir dan tersendat-
sendat, ia melanjutkan: “Kami sudah  
memaksanya supaya cepat -cepat  menikah, 
sesudah … sesudah  neng skandinavia  pergi ke surabaya . namun … bagaimana lagi? Anak kami… begitu mencintai neng skandinavia . Berbagai usaha sudah   kami coba. Namun ia tetap saja membujang.  Dan saat  kami lihat bahwa ia tenang dan tabah menerima nasibnya, kami lantas lalai 
menjaganya...” 
Pak guy fawkes  membasahi bibirnya yang 
kering, dengan lidah. 
Dua kerabat yang mendampinginya, 
sama menelan ludah. Membasahi tenggorokan 
yang kering kerontang. 
“Tak kami nyana,…” lanjutnya pula. 
Terbata-bata. “bobo  melakukan kesalahan 
serupa, justru… justru sesudah  ia mendengar 
neng skandinavia  pulang-pulang, ditemani Laki-laki  lain. Mungkin ia berfirasat apa dan bagaimana 
hubungan laki-laki itu dengan neng skandinavia . Lalu ia nekad, dan...” 
Dan orangtua itu menangis tersedu-sedu. 
Salah seorang pendampingnya, 
memeluk pak guy fawkes  dan menjaga agar orang 
tua itu tidak jatuh sempoyongan ke lantai. 
Pendamping yang lain mengawasi bi farida  
dengan tajam, dan bertanya ketakutan:  
“Apakah guy fawkes , dan keluarganya… bebas 
dari hukuman tambahan itu?” 
“Demikianlah janji pak slenderman ,” jawab bi 
nyi kembang , tenang. 
“Jadi… mereka tidak akan menghuni 
hutan  Larangan?” 
Bi nyi kembang  mengerling ke rantang tertutup di 
atas meja. Membayangkan isinya, baru 
menjawab pelan: “Tidak.” 
Orang itu mau mengucapkan terima 
kasih, namun  lalu  membatalkannya. Bi 
nyi kembang  mengerti. yaitu  tolol dan dungu, kalau 
mereka masih harus berterimakasih. Maka, 
kedua orang pendamping itu segera memapah 
pak guy fawkes  dan membawa mereka pulang ke 
rumah anak isterinya di lembah. 
Bi nyi kembang  memandang lagi ke katel. 
“Hati menjangan…” bisiknya, gemetar. 
Lantas memaki: “dasar  sialan !” 
 “HE, kau kiranya skandinavia . Masuklah. Ada 
apa? Kau kelihatannya gelisah...” 
“Maaf, lagi-lagi aku mengganggu bapak. 
Adakah chucky  kemari?” 
Ganda, atau lengkapnya nyoto  
Prabukusumah Prayodhia; tertawa gembira.  
“Laki-laki mana yang tak senang 
diganggu wanita lesbian  molek seperti kau ini, 
skandinavia ?” katanya riang. “Sayang, dia belum 
kulihat lagi. Terakhir kulihat, ya… kemarin itu. 
Di Balai Desa. Memangnya pergi ke mana si 
Tampan itu, nak?” 
“Itu yang ingin kutahu, pak slenderman .” 
“Jangan-jangan, ada janda lain yang… 
Husy. Jangan cemberut begitu, skandinavia ,” slenderman  
desa nyi girah  yang chucky h itu tertawa lagi. 
Bergelak. “Percayalah. chucky mu tak akan 
kepelet oleh nyi momo -nyi momo  lain. oleh sebab  tinggal 
kau satu-satunya nyi momo  yang masih hidup di 
dunia ini.” 
“Sialnya, ia tidak pernah mau mengakui 
aku sebagai nyi momo  nya,” keluh martini , sambil 
terduduk kelelahan di sebuah kursi. 
“Tak lama lagi, nak. Tak akan lama lagi. 
Asal kau bersabar, dan tetap mau berusaha!” 
pak slenderman  memanggil isterinya dan menyuruh 
menghidangkan secangkir teh untuk martini .  
“Aku melihat gelagat, sang chucky  
akhirnya akan memperisteri sang nyi momo  dari 
nyi girah .” 
“Bapak yakin?” martini  kembali 
bersemangat. 
“Roh leluhurku jaminannya,” ujar pak 
slenderman , khidmat. “Toh kau sendiri sudah melihat 
tanda-tandanya…” 
“Boleh aku melihatnya sekali lagi, pak 
Ganda?” tanya martini , bernafsu. 
“Belum puas?” 
“Belum.” 
“Belum yakin?” 
“Belum.” 
“Menyapa tak kau tanyakan saja 
padanya? Ajuk hatinya?” 
“Itu tak lucu, pak!” rungut martini , 
merajuk. 
“Husy, jangan begitu. Kau bukan anak 
kecil lagi. Kau kan sudah…” 
“Janda!” Miianda cemberut. “Dan aku 
akan terus menjanda seumur hidup apabila 
bapak keberatan memperlihatkannya padaku 
sekali lagi.” 
“Hem. Dasar lagi dimabuk cinta,” 
nyoto  Prabukusumah Prayodhia berjalan 
tenang memasuki sebuah kamar yang terletak 
di salah satu sayap rumah besarnya. Rumah 
terbesar di desa itu, dengan penghuni yang 
paling terbanyak pula. Ya anak-anak, ya cucu, 
bahkan sampai beberapa orang dari cicitnya. 
Boleh dibilang nyoto  tak hapal mereka 
semua. Sehingga acap-kali ia keliru merangkul 
dan mencium menantu wanita lesbian , yang 
tadinya ia sangka anak kandungnya. Namun 
begitu, mereka semua tetap senang padanya. 
Mencintai, mengabdi tanpa banyak protes. 
Penurut, patuh, dan biar tidak diminta, 
bersumpah dalam hati untuk tidak melanggar 
larangan apapun yang berlaku di rumah besar 
itu. 
Salah satu larangan itu yaitu , 
memasuki kamar yang saat ini dimasuki pak 
slenderman  untuk mengabulkan permintaan 
martini . Lewat pintu yang terbuka sekejap, 
martini  sempat menangkap suasana temaram 
di dalam, lalu salah satu sisi rak tempat buku. 
Demikian besar, lebar, dan tingginya rak itu 
sehingga dapat menutupi sedemikian rupa 
pandangan dari luar pintu. Mana pintu itu 
terbuka dan menutup lagi secepat dibuka, 
setiap kali nyoto  Prabukusumah Prayodhia 
keluar masuk kamar pribadinya. 
Siang hari, kamar itu hanya diterangi 
oleh cahaya samar-samar yang masuk lewat 
ventilasi tanpa jendela dari kaca es tebal dan 
suram. Malam, diterangi lampu damar di sudut 
ruang. Hanya sesekali diterangi listrik, pertanda 
si pemilik kamar tengah menekuni buku-
bukunya. Ada puluhan, mungkin lebih buku-
buku yang tersusun rapih di tiap bagian rak. 
Besar kecil, berbagai bentuk, ukuran maupun 
warna. Sebagian besar sudah lapuk. Kalau 
bukan oleh sebab  terlalu sering dibuka, tentulah 
oleh sebab  saking tuanya usia buku itu sendiri. 
Meskipun tanpa jendela dan pintu jarang 
dibuka, udara dalam kamar tertutup itu 
tercium harum semerbak… paling tidak begitu 
lah, menurut hidung pemiliknya. Beraneka 
ragam akar-akaran, rempah rempah, getah 
kering, potongan-potongan rotan atau kulit 
kayu cendana dan banyak lagi hasil hutan 
lainnya, terdapat dalam kamar itu. Tertumpuk 
di meja, di keranjang dalam laci-laci. Atau 
tergantung di tembok, di dinding rak. di 
kapstok yang semestinya untuk gantungan 
pakaian. Sebagian tergenang dalam beberapa 
buah pasu berisi air bening. Pasu-pasu itu 
diletakkan tidak beraturan, namun tetap dalam 
posisi melingkari sebuah patung setinggi anak 
kecil. Patung yang sulit dijelaskan, apakah mirip 
manusia, atau mirip kera. 
Salah satu dinding tembok, dibiarkan 
tidak terganggu. Dinding tembok itu diukir 
memanjang oleh seorang pemahat jempolan. 
Sehingga, sekilas pandang seorang mahasiswa 
perguruan tinggi akan yakin sesaat  bahwa 
ukiran memanjang itu yaitu  jejeran kejadian 
atau terciptanya manusia menurut teori 
evosusi-nya Darwin. Pada bagian di mana 
menurut Darwin semestinya ditempati oleh 
mahluk yang ia sebut The Missing Link, Garis 
Keturunan Yang Hilang, diukir pahatan 
manusia; yang baik bentuk maupun rupanya 
merupakan jiplakan dari postur tubuh maupun 
rupa nyoto  Prabukusumah Prayodhia, slenderman  
desa nyi girah , pemilik kamar dari rumah besar 
yang dihormati dan disegani semua warganya. 
Orang yang luar biasa itu, bersimpuh 
sejenak di depan patung bersepuh emas tadi. 
Sukar dijelaskan, manakah yang bersinar dalam 
sekejap. Mata pak slenderman , atau mata patung 
yang aneh itu. Sesudah  sinar merah kehijauan 
itu lenyap, pak slenderman  mengambil salah satu 
pasu dan berjalan ke pintu, membuka dan 
menutup pintu lagi, terus dengan wajah 
berseri-seri meletakkan pasu tadi di depan 
martini . 
Jantung wanita lesbian  itu berdegup 
kencang. Matanya tak berkedip menatap ke 
dalam pasu. Dalam air bening, tampak jelas 
selembar daun sirih di dasar pasu. Punggung 
daun sirih menghadap ke atas. Di 
permukaannya, melekat tetesan-tetesan darah 
yang sudah  berubah jadi gumpalan-gumpalan 
kecil, lunak dan misterius! Tiga tetes darah 
martini , tiga tetes darah chucky . Si 
Tukang ngintip, bi nyi kembang , sudah  menyambarr daun 
sirih berdarah itu sementara martini  dan 
chucky  menjalankan taruhannya: siapa 
paling kuat dan tahan paling lama menyelam 
dalam lubuk. 
“... indah sekali,” bisik martini , tergetar. 
Maksudnya, kenangan romantis di dan sekitar 
lubuk. 
“Tentu saja,” jawab pak slenderman , lembut, la 
memaksudkan persetujuan itu, untuk apa yang 
lalu  ia katakan: “Ini yaitu  tanda-tanda 
akan berpadunya kembali sang chucky  dan sang 
nyi momo .” 
chucky  dan nyi momo  itu sudah  menyatu. Baik 
Jiwa. maupun raga. Demikian martini  berpikir 
gemetar dan hangat sekujur tubuhnya, 
terbangkit tanpa sadar naluri seksuilnya. Lantas 
bergumam pelan:  
“Perlihatkan lagi, pak Ganda ...” 
nyoto  Prabukusumah Prayodhia terpekur. 
Mulut terkatup rapat, sedangkan 
kelopak mata terbuka lebar. Matanya menatap 
lurus dan tajam menusuk ke dalam pasu berisi 
air sebening kaca itu. Sedetik dua, tak terjadi 
apa-apa. Pada detik-detik berikutnya, nafas 
martini  mulai sesak. Mula-mula, ia lihat 
getaran di permukaan air. Daun sirih sedikit 
bergoyang, lalu  diam kembali. 
Seterusnya, yang bereaksi yaitu  gumpalan 
kecil tetes-tetes darah itu. Mata biasa tentu 
saja tidak dapat membedakan mana darah 
martini , mana pula darah chucky . Hanya 
kekuatan bathin pak slenderman … yang lalu  
disalurkan ke bathin martini  sehingga 
nafasnya menjadi sesak, yang dapat 
membedakannya. 
Tiga gumpalan tetes darah bergerak-
gerak lembut. Seakan merayap, mendekati tiga 
gumpalan tetes darah lainnya. Satu demi satu 
tiga pasang gumpalan tetes darah itu menyatu. 
Proses lalu  terjadi. Perpaduan darah itu, 
memicu  terjadinya perubahan, warna. 
Dari merah tua ke merah muda sedikit 
kekuning-kuningan lalu lembayung, lalu  
berubah lagi agak kekuningan, terus merah 
muda, lalu tiga pasang gumpalan tetes darah 
itu kembali berwarna merah tua, begitu satu 
sama lain memisahkan diri. 
Kelopak mata martini  mengerjap. Perih. Lalu: 
“... tadi pagi aku lupa menanyakan. 
Kenapa, pak Ganda Tetes tetes itu berpisah 
lagi?'' 
Mulut pak slenderman  terbuka. Menjawab, 
pelan: “oleh sebab  kalian belum menyatu...” dan 
manakala ia lihat martini  akan mengutarakan 
sesuatu namun lalu  mengurungkannya 
dengan wajah malu; maka pak slenderman  
menegaskan: “Menyatu secara utuh. Dan itu 
harus melalui sebuah upacara.” 
“Perkawinan?” “Mirip.”  “Maksud bapak?” 
“Kalian berdua boleh menamakannya 
perkawinan. Hanya upacaranya tidak dipimpin 
oleh penghulu, pendeta, atau semacamnya. 
Aku… maupun keturunanku, sungguh belum 
beruntung memperoleh jabatan mulia itu,” 
nyoto  tampak murung. Sekejap cuma. 
lalu , wajahnya berubah riang kembali. 
Berkata: “Andaikata upacara itu jadi kita 
langsungkan. skandinavia . Bersediakah kau apabila 
aku yang memimpin dan mengesyahkannya?” 
martini  tersenyum, bahagia. “Aku bersedia.” 
“Dan chucky ?” 
“Aku kira. dia juga akan…“ martini  
kembali gelisah. “Heran, ke mana dia perginya 
ya?” 
“Mudah-mudahan ia sudah di rumahmu 
sekarang.” 
“Semoga. Jadi bi nyi kembang  tak perlu kecewa.” 
“Dia kecewa? Kenapa?” 
“la sudah  capai-capai masak, dan paling 
jengkel kalau hidangan yang ia sediakan, 
dibiarkan dingin...” martini  tersenyum 
semakin lebar. lalu : “Hari ini, bi nyi kembang  
punya menu menarik. Bapak mau ikut makan 
bersama kami?” 
“Wah, bagaimana ya?” nyoto  balas 
tersenyum. “Aku ada janji beberapa menit lagi 
dengan sejumlah orang yang pasti sudah 
menunggu di balai desa... namun  biar begitu, 
sambil lalu saja. Masak apa si nyi kembang  siang ini, 
skandinavia ?” 
“Semur. Semur hati.” 
“Hati?” 
“Ya. Hati menjangan.” 
nyoto  menelan ludah. “Pasti enak,” 
keluhnya. “Sayang sekali. Siapa yang kirim?” 
“Pak guy fawkes . Sayang, tadi pagi aku masih 
di sini. Menyaksikan tanda-tanda ,ajaib itu...”  
martini  melirik lagi ke arah pasu. 
Tampak matanya berharap, namun  lalu  ia 
mengeluh: “Jadinya aku tak sempat berterima 
kasih pada penyawah ayahku itu. Padahal ingin 
benar aku ngobrol. Antara lain, tentang 
anaknya. bobo , tentu bapak ingat...” 
Kembali nyoto  menelan ludah. Matanya 
murung, oleh sebab  perasaan tertekan. Namun 
dalam gambaran martini , kemurungan tuan 
rumah dioleh sebab kan apa yang lalu  
terucap: “Hemm. Jangankan anak orang lain, 
Nama dan wajah anakku sendiri, terkadang aku 
lupa.” lalu  lagi ia tertawa “Itu sebabnya 
aku sayang dan suka padamu, skandinavia . dahulu  ayahmu sering membawamu main ke rumah 
Ini. Kumpul bersama anak-anakku sendiri. 
Lantas, yah… seperti biasa, aku lupa dan 
pernah membentak dan menjewer telingamu.” 
“Itu oleh sebab  aku nakal.” ujar martini . 
“Ya. Juga, oleh sebab  sebelum kujewer, 
kukira yang punya telinga itu anakku sendiri…” 
“Bapak kuanggap ayahku sendiri.” 
“Dan kelak akan melahirkan sejumlah 
cucu buatku ya? Cucu-cucu pilihan?” 
martini  bangkit dari kursinya. 
Mengecup pipi pak slenderman , yang bahagia 
menerimanya. “Do’akan aku berhasil, pak.” 
“Kau akan berhasil. Buktinya, tugas 
pertama sudah  kau jalankan dengan baik...” 
“Oh.” wajah martini  tampak gundah. 
“Tugas yang jelek. Pura-pura taruhan, lalu 
mencuri hasil taruhan itu.” 
“Bukan kau yang mencurinya. skandinavia .” 
“Ah. Sama saja.” 
“Kenapa ribut? Toh, demi masa depan 
kalian berdua juga.” 
“namun  kau sudah  menipunya, pak 
Ganda. Menipu sang chucky .” 
“Kalau kelak sang chucky  tahu apa yang 
sudah  diperbuat nyi momo . aku yakin sang chucky  
akan memaafkannya.” 
“Kuharap begitu,” martini  kembali 
gembira. “Kini, aku harus mencarinya. Tak tahu 
ke mana. Semoga saja ia tidak tersesat,” 
martini  berjalan ke pintu. 
Pak slenderman  mengantarnya. “Sudah kau 
cari ke balai desa?” 
“Sudah. gufi  bilang, tak melihat 
chucky  semenjak mereka, berdua meninggalkan 
rumah tadi pagi. la juga sudah mencari. Atas 
kemauannya sendiri.” 
“Dan ayahmu?” 
“Dia lebih tak tahu lagi. namun  
menghiburku. chucky  tak akan ke mana-mana. 
chucky  dapat menjaga diri.” 
“Iya dong. chucky mu kan sudah besar, 
kata nyoto . Tertawa. 
akhirnya chucky  berhenti lari. 
Bukan atas kehendaknya sendiri, la tidak 
lagi memperhatikan jalan yang dilalui. 
Pendeknya yang ia tahu, lari dan larilah sejauh 
kau dapat. Di sebuah belokan tajam jalan 
setapak itu, kakinya terantuk akar kayu yang 
membelintang jalan. Dengan suatu pekik kaget 
dan ngeri, chucky  melayang ke depan, 
untuk sedetik lalu  terjerembab jatuh. 
Pisaunya terlempar. 
la tergeletak dengan kaki sampai 
pinggang di jalan setapak, dan selebihnya 
tersuruk masuk semak belukar. Wajah dan  
dadanya perih. Tertusuk duri dan  pucuk 
ilalang muda. chucky  juga merasa pusing 
bukan main. Selama beberapa saat ia biarkan 
tubuhnya terbadai di tanah. Memberi 
kesempatan jantung berdegup lebih teratur 
Namun bayangan tubuh manusia terpancang di 
kayu silang dengan sebilah tombak terhunjam 
di lambung, membuat jantungnya kembali ciut. 
lalu , chucky  mendengarnya! 
Mendengar suara-suara aneh tak jauh 
dari tempatnya berbaring. Terkesiap sebentar, 
chucky  siap-siap bangkit untuk kabur 
kembali. Apakah itu bunyi pekik dan geram-
geram hewan  yeng berusaha mengurungnya 
dari segala penjuru? Ratusan! Bahkan mungkin 
ribuan banyaknya mereka. Serabutan kian 
kemari di semak-semak gelap. Berloncatan 
hiruk pikuk di pepohonan... 
chucky  membuka kelopak matanya. 
Memandang liar ke depan. Tak ada kaki atau 
tangan-tangan panjang berbulu. Juga tidak 
tampak wajah-wajah sempit menyerupai 
setan, dengan mata melotot mengerikan. Apa 
yang ia lihat di sekeliling, hanyalah semak 
perdu berduri, tumbuhan ilalang yang rapat, 
batang-batang pepohonan yang menjulang ke 
langit lepas, la beringsut, bimbang. Bangkit 
ragu-ragu. Benar. Tidak ada mahluk apapun di 
jalan setapak itu, maupun di antara pepohonan 
rindang dan  rapat satu sama lain. 
namun  suara itu tetap bergema. 
Sekali pelan. Memelas. lalu  terdengar meninggi, berupa tangisan yang menyayat hati. Apakah itu tangis sekarat mayat 
yang lambungnya ditoreh tombak bambu 
runcing itu? 
Hati-hati chucky  berdiri. Telinga 
ditajamkan, leher dipanjangkan. Meninjau 
lewat tumbuhan rambat yang merayapi pohon 
di sebelah kirinya, dan lalu  melihat 
sebuah gubuk kayu beratap ijuk hanya 
beberapa meter dari tempatnya berdiri. Suara 
itu datangnya dari dalam gubuk. Benar, suara 
tangis. Tangis pilu seorang wanita lesbian . 
Siapa kiranya wanita lesbian  yang mau 
tinggal sebuah gubuk terpencil ini? 
Apakah,… Kusta! 
gufi  pernah mengatakannya: 
kelompok penderita penyakit kusta! 
chucky  tertegun. Mula-mula, tak 
tahu apa yang akan ia perbuat, la belum pernah 
bertemu orang berpenyakit kusta, la hanya 
melihatnya di bioskop atau membacanya dari 
buku. Film atau cerita-cerita mengenai orang 
berpenyakit kusta itu sedemikian seram namun 
sekaligus memilukan hati. 
chucky . terenyuh, apalagi saat  
mendengar isak tangis itu menggema sekali 
lagi. Lolongan seorang wanita lesbian  yang putus 
asa. 
“Jangan! Jangan mendekat!” akal 
sehatnya memperingatkan. 
“namun ... dia juga manusia!” hati kecil 
chucky  menbantah. “Apa salahnya? Asal. 
aku tidak menyentuh apa apa...” 
chucky  membulatkan tekad. Lalu 
berjalan. terpincang-pincang menerobos 
semak belukar mendekati gubuk itu. Kakinya 
sakit sekali. Barangkali yang terantuk tadi 
tulang keringnya. 
Suara tangis itu menghilang, tatkala 
chucky  memasuki halaman gubuk. Sepi 
menyentak, mencemaskan. chucky  
kembali bimbang. Liar lagi matanya. Jelalatan 
kian kemari. Mana mahluk-mahluk mengerikan 
itu? Apakah di sekitarnya menyelinap lebih 
banyak lagi orang-orang yang mengidap kusta; 
sembunyi ketakutan melihat manusia normal 
yang datang kepada mereka membawa jalan 
pikiran yang tidak normal? 
chucky  tertegun lagi, waktu 
mendengar suara berderak aneh. Juga 
gemerincing besi, kalau tak salah mestinya 
gemerincing rantai. Apakah tidak lebih baik ia 
mundur saja? Dan melupakan gubuk dan  
penghuninya? namun , oh… mustahil. Yang ia 
lihat di film atau yang ia baca di buku, seorang 
penderita kusta akan menjauhi manusia sehat 
yang mendekatinya. Walaupun misalnya ia 
membenci orang yang mendekatinya, belum 
pernah ia dengar penderita kusta melampias 
kan kebenciannya dengan membunuh. 
chucky  menyentuh pegangan pintu. 
Segan. 
Menekannya sedikit ke bawah. Lantas 
mendorong ke depan, oleh sebab  pintu itu ternyata 
tidak terkunci. Suasana temaram di dalam 
membutakan matanya sesaat. Bauk pepak, 
hanyir dan busuk membuat perutnya mual. la 
siap menerima serangan, yang nyatanya tak 
pernah datang. Mengerjap beberapa kali, 
akhirnya chucky  terbiasa dengan 
kegelapan di dalam. Cahaya matahari di luar 
gubuk, menerobos malas lewat jendela 
samping yang sedikit terbuka. Cahaya samar itu 
jatuh ke sepasang telapak kaki telanjang yang 
menghadap ke pintu. 
saat  diperhatikannya sekali lagi, jelas 
lah chucky  melihat bahwa pergelangan 
kaki itu lenyap dalam lingkaran pas-pasan dua 
balok kayu besar yang dirapatkan satu sama 
lain dengan sekrup yang mestinya diperguna 
kan menyekrup balok-balok besi baja 
konstruksi bangunan bertingkat. Rantai besi di 
masing-masing ujung balok kayu itu, terkait 
pada lingkaran kancing besi di lantai papan 
yang tebal dan kuat. 
Orang yang kakinya dipasung ke balok 
kayu besar itu, memang wanita lesbian . namun  ia 
sama sekali tidak menampakkan tanda-tanda 
mengidap kusta. wanita lesbian  itu bertubuh 
sehat, masih muda dan boleh dibilang 
termasuk cantik wajahnya; meski rambutnya 
yang panjang terurai tampak kusut masai, 
wajah pucat dikotori bekas makanan maupun 
debu yang dilelehi keringat dan  air mata. 
chucky  memalingkan muka dongan 
terkejut campur malu, manakala ia sadari di 
sebelah dalam paha telanjang yang 
terkangkang itu, si wanita lesbian  tidak memakai 
celana. Tergetar hatinya memikirkan ia tengah 
berhadapan dengan seorang gadis gila. Sebab, 
setahunya, hanya orang berpenyakit hilang 
ingatan yang suka mengamuk saja, yang 
terpaksa harus dipasung oleh keluarganya. 
“... sssiii… siapa… kkkaaau?” 
chucky  menghela nafas. Kembali 
berpaling menatap si wanita lesbian . Pandangan 
nya kali ini lebih di keataskan agar matanya 
tidak beradu dengan bagian terlarang dari 
tubuh gadis malang itu. chucky  
memandang lewat pundak si gadis. Dan 
melihat tumpukan kotoran manusia di 
belakang si gadis, campur aduk dengan sisa 
makanan yang berserakan. chucky  mau 
muntah, namun berusaha menahan keinginan 
itu sekuat mungkin. 
Lalu menjawab: “Namaku chucky .” 
“chucky?” 
“chucky. chucky .” 
“Aku tak pernah melihatmu. Kau… bukan 
penduduk nyi girah . Potonganmu dan cara 
berpakaianmu, juga tidak menunjukkan kau… 
kau bukan penduduk lembah, bukan?” 
“Benar. Aku orang baru di sini. Aku 
tinggal di surabaya .” 
“Kau tersesat?” 
“... ya.” 
“Pakaianmu kotor. Ada darahnya. Kau 
mengalami luka lecet. Memar-memar... Kau 
juga tampak kepayahan. Dan takut akan 
sesuatu.” namun  gadis itu mengawasi wajah 
chucky , seakan mencari sesuatu, lalu 
mendadak ia berkata dengan nada memohon:  
“Kau… masih kuat untuk pergi, bukan?” 
“Pergi?” chucky  tercengang. 
“Ya. Pergi. Jauhi tempat ini!” 
chucky  tertawa, tanpa sadar. Lantas 
berhenti jertawa, dengan sadar! Apakah ia 
yang gila, atau wanita lesbian  ini? Dipandanginya 
sekujur tubuh gadis itu. Postur tubuhnya 
bagus. Paling kurang, mata Laki-laki  iseng tidak 
akan melewatkannya begitu saja. Jelas wajah 
wanita lesbian  itu membayangkan putus asa, dan 
sinar matanya yang getir menggambarkan 
betapa berat penderitaan bathin akibat 
hukuman yang ia terima. namun ... 
“Kau tampaknya sehat wal ‘afiat,” 
gumam chucky .  
“Apa?” 
“Kau bukan…,” hampir saja chucky  
menyebut: orang gila. namun  cepat  
mengurungkan kata-kata yang tidak pantas itu. 
Dan merubahnya dengan pertanyaan yang 
lebih lunak: “Kau ngobrol sebagaimana orang 
lainnya juga ngobrol. Kau bersikap wajar, 
dan...” 
“Aku bukan orang gila. Pikiranku waras, 
bila itu yang kau maksud!” kata si wanita lesbian  
tajam. 
chucky  berpikir, tak ada orang yang 
mau mengakui dirinya maling. Dan orang gila, 
biasanya menuduh orang lain yang gila sedang 
ia sendiri orang waras. muncul  lagi keraguan 
chucky . Sebentar cuma. oleh sebab  gadis itu 
sudah  berkata pula: 
“Kumohon sekali lagi. pergilah …” 
“namun ...” 
“Tolonglah. Tinggalkan aku, sebelum… 
sebelum mereka memergoki kita...!” 
“Mereka? Mereka siapa?” 
“Ya Tuhan. Mengapa kau masih belum 
pergi juga, orang asing?” dari marah, gadis itu 
berubah jadi ketakutan. Takut dan putus asa. 
“Jangan biarkan mereka memberiku hukuman 
lain yang lebih menakutkan!” 
“Kau membuatku bingung.” 
“Maka itu, pergilah. cepat !” 
Tak ada kompromi, tampaknya. Dan 
wanita lesbian  ini sama sekali tidak memperlihat 
kan keinginan untuk ditolong. Namun sebelum 
pergi, kebiasaan bersopan santun belum 
lenyap dari diri chucky . Jadi ia bertanya:  
“Ada sesuatu yang dapat kubantu?” 
“Pergi!” gadis itu mendesis. 
“Siapa namamu, dik?” 
“Oh! Kau akan kulempari tahiku, kalau 
belum enyah jua!”  gadis itu berteriak, keras 
dan marah. Pada saat bersamaan; ia 
menggerakkan tubuhnya. Mundur ke belakang. 
Balok kayu itu berderak oleh geseran di lantai. 
Gemerincing besi terasa menyakitkan telinga 
chucky . Benar saja. Gadis itu mulai 
menggapai ke belakang. Berusaha merahup 
tumpukan kotorannya sendiri, dan... 
Dan chucky  melompat mundur ke 
pintu. Siap menyelamatkan diri. namun : “Hei!” 
chucky  bertahan di ambang pintu gubuk.  
“Ya?” sahutnya, berpaling.  
“Siapa namamu tadi?” 
“Bram.” 
“Oh ya, Bram,…” gadis itu tampak gelisah 
sebentar. Dadanya naik turun dengan keras, 
dan wajahnya yang kotor dan  pucat kembali 
ditetesi air mata. “Benarkah kau tersesat?” 
Sesudah  berpikir sebentar, chucky  
menyahut jujur : “Tidak.” 
“Kau... baru dari atas sana.” 
“Ya?” 
“Kau baru turun hutan . Kau… kau 
tentunya sudah  melihat sesuatu di atas sana. Di 
puncak hutan  Larangan. Kau lari dari sesuatu. 
Sesuatu… yang kau lihat di sana...” mata 
wanita lesbian  itu menatap penuh harap. 
“Katakanlah. Apa yang sudah  kau lihat?” 
“Aku,..”  
chucky  jadi gugup. Haruskah ia 
mengatakannya pada wanita lesbian  ini? Ia sudah 
begitu menderita. Dipasung sendirian di gubuk 
terpencil, jauh dari manusia lainnya, jauh dari 
kehidupan-kehidupan mahluk-mahluk berakal 
sehat. Dibiarkan terlantar sendirian di tengah 
hutan yang sunyi. Apakah cerita mengenai apa 
yang sudah  dilihat chucky , tidak akan 
menambah penderitaan dan ketakutannya? 
Dan dapat memicu  gadis itu benar-benar 
gila? 
Sesuatu mendadak teikilas di benak 
chucky . Ia mendengus:  
“Kenapa kau ingin tahu?” 
“oleh sebab  mereka sudah  mengambilnya 
dari sisiku. 
“Siapa?” 
“Laki-laki yang kucintai !” wanita lesbian  itu 
terisak-isak, menyedihkan. lalu , ia begitu 
ketakutan waktu berkata setengah histeri: “... 
aku melihatnya lewat jendela itu! Melihat 
mereka membawanya lewat jalan setapak. 
Menyeretnya ke atas hutan . Lalu tadi malam, 
kulihat nyala obor di atas sana. Kau dengar? 
Nyala obor di atas hutan  Larangan! Itu pertanda 
tengah dilangsungkan sebuah upacara 
pemujaan terhadap setan. Setan-setan 
penguasa hutan  Larangan! Dan tak lama 
lalu  aku mendengar jeritannya. Jeritan 
sayup-sayup sampai,… dan aku tahu, itu yaitu  
jerit kematian orang yang kucintai! 
Gadis itu menghempas-hempaskan 
pantat, tangan, bahkan punggungnya ke lantai 
kayu. Berderak-darak bunyi lantai, ber 
gemerincing nyaring bunyi rantai, la terus 
celentang sambil menghempas-hempaskan 
tubuhnya sedemikian kuat, lain sebelum 
chucky  mendekat, tahu-tahu saja; dengan 
kekuatan luar biasa, gadis itu sudah  bangkit. 
Duduk kembali. 
“Kau lihat tanganku ini?” ia memperlihat 
kan jari-jemarinya sedemikian rupa, sehingga 
tampak bentuk kukunya.  
“Mereka memotong kukuku sedemikian 
pendek. Mengikir ujung-ujungnya supaya 
halus. Mestinya itu jangan mereka lakukan. 
Supaya aku dapat mencakar mukaku. 
Mencakari sekujur tubuhku. Melukainya. 
Mengeluarkan darah, agar aku sama 
merasakan azab sengsara yang diderita 
bobo ku tersayangi” ia menggeram, marah. 
Tengadah, menatap chucky . “sudah  
kucoba mencekik leherku sendiri. Nyatanya… 
aku tak mampu. Tiap kali aku lemas. Terkulai… 
dan aku gagal mati bersamanya!” 
Mendadak, duduk si gadis tegak kaku. 
Wajahnya lesi. Liar matanya, terengah-
engah mulutnya, saat  bertanya dalam bisikan 
parau:  
“Benarkah mereka sudah  membunuh 
nya? Membunuh bobo ku tercinta?!” 
chucky  menelan ludah. Tak mampu 
barkata sepatah pun jua. 
“Jawablah!” hardik wanita lesbian  itu, 
histeri. “Persetan hukuman apa yang akan 
kuterima. Jawablah, orang asing!” 
chucky  membuka mulut. Tak ada 
kata-kata yang keluar. Akhirnya chucky  
cuma mampu mengangguk. Sangat perlahan. 
Namun cukup jelas untuk dapat ditangkap 
dan  dipahami wanita lesbian  itu. 
Si gadis terdiam. 
Sepasang matanya terpentang lebar. 
Butir-butir air bening menetes kian banyak 
membasahi pipinya. Lalu dengan suatu gerakan 
tangkas dan cepat, kedua telapak tangan gadis 
itu sudah  mencengkeram lehernya sendiri. 
Menekan kuat, semakin kuat. Gadis itu kini 
berusaha mengerahkan segenap tenaganya 
yang masih bersisa, dan kali ini mungkin ia akan 
berhasil... 
“Hentikan!” chucky  menjerit. 
Lalu ia menghambur mendekati gadis 
itu, memegangi pergelangan tangannya dan 
menariknya kuat-kuat. Betot membetot segera 
terjadi. Anehnya, si gadis bukannya semakin 
lemah, malah tenaganya semakin kuat. Panik, 
chucky  berteriak-teriak: 
“Kubilang, hentikan! Jangan lakukan itu! 
Kekasihmu sudah mati… tak ada… Tetaplah 
hidup! Persetan! Siapapun mereka… kau dapat 
mengenalinya, kau dapat… membalaskan sakit 
hatimu! Kau…!” 
chucky  melepaskan betotannya di 
pergelangan tangan wanita lesbian  itu.  
la terduduk. Bukan saja lemas, namun  
juga oleh sebab  kaget dan Hilang semangat. 
oleh sebab , begitu mendengar ucapan terakhir 
chucky , cekikan gadis itu pada lehernya 
sendiri, melemah sesaat . Matanya yang 
terpejam, terbuka nyalang. Terpentang lebar, 
semakin lebar, semakin bunder. Warnanya 
perlahan-lahan berubah. Dari bola putih 
dengan bulatan hitam, menjadi bola meta 
merah saga dengan bulatan hijau kekuningan...  
chucky  terkesima. 
Tak mampu bergerak. Hanya memperhatikan, 
tetap memperhatikan. Padahal semestinya ia 
lari terbirit-birit. 
Dan ia memperhatikan perubahan lain. 
Dahi si wanita lesbian  menyempit. Alis matanya 
menebal. Tumbuh bulu-bulu halus, coklat. Baik 
di jidat, di sebagian pipi, leher, lengan 
sementara jari-jemarinya berkeriut. Bukan 
menciut, namun  menebal. Kuku-kukunya yang 
dipotong pendek, pelan namun  pasti bertambah 
panjang, lancip, dengan ujung-ujung yang 
runcing mengancam. 
“Kkk-au… bbbeee-naarrr, Akkan kubbu-
bunuh mereka… kubunuh siapa sajjj… jjja yang 
menjjjaamahhhh keeekkk… kekkk… kasssssih 
kkuuuggg,…” tentunya gadis itu ingin 
mengatakan sesuatu secara wajar, namun dari 
mulutnya yang menyeringai memperlihatkan 
taring dan lidah merah berlendir, hanya lepas 
gechucky n datar:  
“Gnggeeerr--huuuuuu!” tampaknya ia 
mulai menyadari perubahan pada tubuhnya, 
den air matanya pun menetes kian menjadi-
jadi. Itu bukan lagi air mata kesedihan 
melainkan air mata air mata kemurkaan, air 
mata yang mengandung butir-butir dendam 
kesumat.  
Mahluk itu ingin melampiaskan dendam. 
Dan korbannya yang pertama, yaitu  
benda apa saja yang terdekat pada tubuhnya. 
Benda itu yaitu  : leher chucky ! 
Ancaman bahaya tercium oleh naluri 
chucky . Sayang, datangnya terlalu lambat. 
Nalurinya belum sempat berteriak memper-
ingatkan, tangan-tangan mahluk yang tadinya 
halus lembut kini membengkak semakin besar, 
semakin panjang, kasar berbulu; tahu-tahu saja 
sudah  menangkap leher chucky . 
la tercekat. 
Dan mulai tercekik. 
Dengan segala usahanya chucky  
melakukan usaha melepaskan diri. Meronta, 
menendang, memukul. namun  cekikan telapak 
tangan tebal, kasar berbulu itu semakin 
menjepit juga. ditambah  bunyi detak dan bunyi 
srek-sreeeek dari blus lalu  rok yang tak 
mampu membungkus tubuh yang semakin 
membesar itu. 
Lalu mendadak segala sesuatunya berhenti. 
Mahluk itu menghentikan gerakan 
mencekik pada leher chucky  yang hampir 
kehabisan nafas. Wajah hewan nya berputar 
sedikit tengadah sedikit. Memandang lewat 
pundak chucky . Mahluk setengah 
hewan  setengah manusia itu menggeram. 
Tidak sedahsyat tadi. Gechucky nnya kini, begitu 
lemah. Ketakutan... 
chucky  ingin berpaling untuk 
mengetahui apa yang membuat mahluk itu 
demikian takut. Keinginan itu hanya terkilas di 
benak. Tak mampu dilakukan oleh kekuatan 
pisiknya yang sudah  menghilang lenyap, la 
merasakan sesuatu menghantam tengkuknya. 
Rasanya keras, namun  lunak. Aneh. lalu  
tubuh chucky  melorot jatuh. Cekikan itu 
lepas. Dan chucky  terbadai di lantai. 
Pingsan. Tak tahu mana dunia mana akhirat. 
ganda, atau lengkapnya nyoto  
Prabukusumah Prayodhia, slenderman  desa nyi girah , 
mengusap-usap tepi bawah telapak tangan 
kanannya yang kebas, dengan wajah tampak 
betapa hampa. Keras juga tengkuk anak muda 
ini, ia berpikir. Lalu berujar pada dua orang laki-
laki bertubuh kekar kokoh yang berdiri di 
belakangnya: “Perkiraanku tepat, bukan? 
chucky  tersasar sampai kemari...” 
la menatap sekilas pada sosok tubuh 
mengerikan yang masih duduk terpasung di 
lantai, tanpa ungkapan perasaan apapun di 
wajahnya. Tidak takut, tidak heran, apalagi 
cemas. Kecemasannya baru muncul manakala 
ia memandang tubuh chucky . Leher 
chucky  tampak berharut-barut merah, dan 
tampak tergores berdarah di sana sini. 
“cepat !” ia membentak keras, untuk 
mengatasi bunyi menggeram keras dari mulut 
lebar tebal dan bertaring yang masih terus 
berproses menghancurkan setiap lembar 
benang yang masih membungkus tubuhnya. 
“Singkirkan chucky  dari tempat terkutuk ini. 
Tinggalkan dia di dekat-dekat desa. Tempat di 
mana saja orang lain cepat menemukannya. 
lalu  kalian bereskanlah segala sesuatu 
yang kalian anggap perlu.” 
Perintah yang dikeluarkan dengan 
tenang dan nada biasa-biasa itu, belum juga 
dilaksanakan. Dua pengikut pak slenderman  masih 
tegak kaku. Dengan mata terbeliak dan mulut 
ternganga. Memandang seram pada mahluk 
yang pertumbuhan tubuh maupun bulu dan  
kuku-kukunya itu tampak kian jadi. namun  
nyoto  tidak perlu mengeluarkan perintah 
dua kali. Manakala pandangan mata kedua 
orang itu beradu dengan sepasang mata merah 
kehijauan itu, dengan lantas mereka beradu 
cepat menyambar tubuh chucky . 
Menyeretnya menjauhi si mahluk, untuk 
lalu  dengan membopong anak muda itu 
mereka lari pontang panting menuju desa 
nyi girah . 
“... percuma minta ampun, anak manis!” 
gumam nyoto  tenang, sesudah  di gubuk 
terpencil itu tinggal ia saja, berdua dengan sang 
mahluk yang terus menggeram-geram, dengan 
air mata bercucuran. 
“Kau sudah  kuampuni,” katanya lagi, 
“sesudah  kau mau disetubuhi si bobo  bejat itu 
di gubuk ini. Ya ya. Aku tahu kau lupa diri, 
terhanyut hawa nafsu. Oleh oleh sebab  itu kau 
kuampuni, bukan?” 
Mahluk itu menggeram, makin keras. 
Balok kayu yang menjepit pergelangan 
kakinya berderak-derak. Mulai retak oleh 
proses pergelangan kaki yang juga membesar 
itu. slenderman  nyi girah , menyadarinya, menatap 
sekilas pada pasangan balok kayu itu, namun 
tak beranjak mundur dari tempatnya berdiri. 
“Kau sudah  kuberi kesempatan, anak 
manis,” katanya, lirih. “Terkurung di sini. 
Mensucikan diri. Mensucikan pikiran. Roh-roh 
leluhur kita akan membersihkan tubuh 
maupun jiwamu. Dan kau besar harapan akan 
tetap hidup sebagai manusia normal lainnya. 
namun  kau sudah  mensia-siakan kepercayaan 
ku!” 
nyoto  geleng-geleng kepala. Masygul. 
“Aku sudah  melarangmu bicara dengan 
siapa-pun juga, anakku! Terutama, meminta 
mu agar tidak membicarakan apapun tentang 
hubunganmu dengan si bobo . Sekali orang 
lain tahu, sumpah leluhur kita akan jatuh atas 
dirimu...” 
Gelengan kepala lagi. 
ditambah  desah kecewa. Tanpa simpathi! 
Lalu: “... aku tadi tak begitu dengar, apa yang 
kalian bicarakan. Aku hanya dengar pekik kaget 
chucky , dan segera tahu apa yang terjadi. Lalu 
aku menyerbu masuk dan,…” nyoto  
menelan ludah. Katanya sedih: “Dan, inilah 
yang terjadi, bukan?” 
Mahluk itu melolong, lirih. 
namun  slenderman  nyi girah  itu tidak mengacuh 
kannya. Sesudah  berucap: “Selamat jalan ke 
dunia orang-orang terkutuk, nak!” maka pak 
slenderman  berputar, keluar dari dalam gubuk dan 
melangkah pergi meninggalkan tempat sunyi 
sepi itu. 
Sunyi sepi? 
Tidak. Sebab, kesunyian mencekam yang 
berlangsung sesaat, sekonyong-konyong dipe-
cahkan oleh ledakan suara menggeram 
dahsyat, pekik ratap yang tinggi dan parau, dan 
lolong panjang mengerikan. Rantai bergeme-
rincing putus, dan balok balok kayu berderak. 
Pecah berhamburan. 
Mahluk itu tegak sempoyongan. 
Mengawasi kepergian pak slenderman  dengan 
pipi banjir air mata. Lalu telapak tangannya 
yang tebal dan lebar, bergerak memukul 
mukuli dadanya yang kokoh berbulu. 
Geram dan gaung menggema sampai ke 
tengah hutan. Disambut bunyi ratusan, 
mungkin ribuan geram, rengeh. pekik maupun 
lolong mahluk-mahluk penghuninya. 
Penduduk desa nyi girah  dan sekitarnya, 
mendengar keributan itu sayup-sayup sampai. 
Para petani yang tengah bekerja di sawah, 
tertegun pucat. wanita lesbian -wanita lesbian  yang 
tengah mandi di pancuran, bergegas 
menyambar pakaian lalu berlari-lari pulang. 
Bocah-bocah yang bermain di pekarangan, 
diseret orangtuanya ke dalam rumah. 
lalu  pintu dan jendela ditutup rapat-
rapat. 
hutan  Larangan bergetar lagi, sesudah  
sekian tahun terdiam. 
chucky  terduduk lemas di tepi 
tempat tidur. Kedua kaki terjuntai ke lantai, 
mengetuk-ngetuk jubin. Tampaknya ia 
mengikuti ichucky  musik tertentu. Yang 
sebetulnya , chucky  sedang resah. Hati 
gelisah, jalan pikirannya kacau. Begitu banyak 
yang sudah  ia lihat dan alami sepanjang hari; 
dan yang ia dengar, sepanjang sore sampai 
malam ini. 
la siuman sekitar pukul tiga. 
“... aku sangat kuatir,” keluh martini  
cemas, bercampur lega. “Bi nyi kembang  yang 
membangunkan engkau.” 
wanita lesbian  tua itu tengah mengobati 
luka-lukanya, memang. “Kau terpaksa kusadar 
kan dahulu ,” kata bi nyi kembang , chucky h. “Tak biasa aku 
mengobati orang yang sedang mati rasa 
pingsan, atau terbius. Kuharap cara-cara 
penyembuhanku tidak membingungkan.” 
chucky  sudah  mengangguk tanda 
sepakat. Namun toh ia sempat bingung melihat 
reaksi obat yang dioleskan pelayan, itu pada 
luka-lukanya. Begitu jari telunjuk bi nyi kembang  
mengusapkan ramuan obat ke luka bekas 
hunjaman kuku di sisi leher, maka luka itu 
bukan saja tidak menimbulkan sakit lagi. namun  
juga, hilang tak berbekas. Goresan merah pun 
tak tampak. Apalagi yang namanya luka lecet. 
Hanya memar-memar saja yang masih tampak 
bengkak memerah. 
“Kalau kau bangun besok   pagi, memar-
memar itupun akan hilang,” kata bi nyi kembang , yakin. 
Bchucky dita nyeletuk: “Memang sudah 
sejak di surabaya  aku curiga.” 
“Curiga?” bi nyi kembang  terkejut. 
“Bahwa kau dukun!” 
Bi nyi kembang  tertawa. Katanya: “Anggapanmu 
wajar. Yang sebetulnya , aku punya bakat 
alami. Dan banyak dokter-dokter sekarang ini 
yang diam-diam mempelajari bahkan mem-
praktekkan pengobatan tradisionil, bukan?” 
“Terkun,” rungut chucky . “Dokter-
dukun, hem...” la lalu  mengawasi 
wanita lesbian  tua itu sibuk membenahi peralatan 
dan ramuan-ramuan obatnya. 
“Baunya sungguh tak sedap. Dari mana 
kau dapatkan?” 
“Banyak terdapat di sekitar sini. Dengan 
sedikit masuk ke hutan, apapun yang kau 
perlukan akan segera kau peroleh,” jawab bi 
nyi kembang  bijaksana. Dalam hati si wanita lesbian  
berharap pak slenderman  akan setuju dengan 
jawabannya ini. Toh benda-benda yang 
bertumpuk di kamar nyoto  dan sebagian 
kecil diberikan lalu  pada nyi kembang  untuk 
mengobati chucky , memang diperoleh 
dari tempat-tempat yang ia sebutkan. Bi nyi kembang  
lalu  beranjak ke pintu. “Sekarang, 
istirahatlah. Akan banyak tamu nanti.” 
Sesudah  wanita lesbian  tua itu lenyap di 
balik pintu, chucky  bergumam: “Tamu?” 
“Aku yang menyuruh mereka datang. 
Harap kau mengerti, chucky . Aku begitu panik 
dan ketakutan melihat kau digotong orang 
dalam keadaan pingsan. Sebelum sadar betul, 
kau lebih dahulu  meronta-ronta pula. Mengigau. 
Dan berteriak-teriak tidak karuan. Untung ada 
bi nyi kembang , dan...” 
“Polisi. Aku perlu bertemu dengan 
polisi.” ujar chucky , tersedak. 
“Itu juga sudah kulaksanakan.” 
“Apa?” chucky  terperanjat. 
“Aku segera menyuruh gufi  
memanggil polisi, begitu dalam igauanmu kau 
menyebut-nyebut ada orang mati dibunuh. Kau 
juga menyebut-nyebut tentang api,… tentang 
lutung, mawas dan segala macam kera...” 
martini  tampak pucat. Katanya: “Kami kira kau 
sudah  tersesat. Masuk ke hutan  Larangan, atau 
hutan-hutan di sekitarnya...” 
“hutan  Setan!” chucky  memaki, ngeri. 
“Husy, Jangan keras-keras,” martini  
semakin pucat. “Tak seorang pun diperkenan 
kan menyebut istilah itu. Kualat, katanya.”  
“Kata siapa?” 
“Semua orang di sini. Peraturan tak 
tertulis. chucky . Petuah lama, yang ditinggalkan 
nenek moyang kami, dan tetap dijaga 
penduduk sampai hari ini.” 
“Heem!” 
“Kau boleh percaya atau tidak. Namun, 
cobalah mengerti. Atau sedikitnya, meng-
hormati kepercayaan orang lain,” martini  
berkata keras. Membuat chucky  terdiam, 
tanpa daya. Pikirnya: kau boleh membantah 
bahwa sebuah kuburan itu kchucky t, namun  
janganlah mengencinginya. 
“Aku ingin minum,” katanya, lesu. 
martini  memberinya minum. Bahkan 
lalu  juga menyediakan makan sore 
untuknya. “sebetulnya  ini untuk santapan 
siang. namun  sudah  kuhangatkan. Cobalah ini. 
Enak sekali rasanya,” martini  menyendokkan 
sekerat semur hati ke mulut chucky , yang 
mengunyah dan lalu  menelannya malu-
malu. 
“Gurih benar,” ia bergumam. 
“Hati menjangan. Belum pernah makan?” 
“Rasanya pernah. Tapi tak segurih dan 
selezat ini.” 
“Bi nyi kembang  yang memasaknya,” kata 
martini , segan. Tadinya dia bilang, 
diperuntukkan hanya buat aku seorang. namun  
kan engga lucu kalau aku menikmatinya 
sendirian. Lagipula, dia bilang hati menjangan 
baik buat obat jiwa tertekan. Jadi tak ada 
salahnya kuberikan padamu, bukan? Mau 
lagi?” 
“Boleh juga,” jawab chucky , muncul  
seleranya, dan lalu  terjengah makin malu 
sesudah  menyadari bahwa setiap kerat semur 
hati itu sudah  ia telan, tanpa martini  sendiri 
sempat mencicipinya...! 
Tak lama lalu , tamu-tamu datang 
silih ganti. Mula-mula pak slenderman .  
“Bagaimana perasaanmu, nak?” ia 
bertanya, riang gembira. 
“Luar biasa, pak slenderman ,” jawab 
chucky , sama gembiranya. “Bi nyi kembang  itu 
hebat!” 
“Oh ya. Barusan ia mengadu. Katanya, 
kau sebut ia dukun.” “Ah…” 
“Mengapa tak kau perhalus, nak? Sebut 
misalnya, tabib atau… Uh, benar juga. Hanya 
soal istilah. Dan bi nyi kembang  biar cemberut, akan 
cepat  lupa lagi. la orang baik, kau tahu?” 
lalu  wajahnya berubah serius, saat  
bertanya: “Benarkah kau memasuki hutan  
Larangan?” 
chucky  mengangguk, enggan.  
“Bila aku sudah  melanggar pantangan…” 
“Bukan salahmu, nak. Mestinya sejak 
kemarin-kemarin sudah kami beritahu. namun  
siapa nyana?” 
“Aku harus melaporkan sesuatu pada bapak.” 
“Silahkan, nak chucky .” 
Merasa kisah yang dialaminya kelewat 
seram, chucky  melirik pada martini  yang 
segera paham dan lalu  menyingkir dari 
kamar itu. Bimbang apakah martini  benar-
benar pergi atau nguping di balik pintu, 
chucky  bercerita dengan suara direndah 
kan. Beberapa kali emosi dan ketakutannya 
muncul, sehingga ceritanya sering terputus dan 
tak tentu ujung pangkalnya. 
Tak sekalipun nyoto  memotong. 
slenderman  desa nyi girah  itu mendengarkan 
dengan sikap tenang, mulut tersenyum 
mengerti, dan mata iba, mengasihani. 
Pantaslah ia diangkat sebagai slenderman  abadi oleh 
warga desanya, pikir chucky , sebelum 
lalu  bertanya hati-hati:  
“Bapak akan bertindak?” 
“Bertindak? Terhadap apa, anakku?” 
“Astaga. Bukankah sudah kuceritakan…” 
lalu  chucky  sadar akan sesuatu, la 
menatap lurus ke mata nyoto , lalu  
berbisik parau:  
“Apakah aku juga akan dianggap gila, 
oleh sebab  sudah  melanggar pantangan?” 
“Aku tidak mengatakan begitu. Lagipula, 
nak chucky . Siapa yang akan berani pergi ke 
sana, untuk membuktikannya. Jangankan 
mendaki ke atas hutan . Mendekakati hutan-
hutan gelap dibawahnya saja, tak seorangpun 
bersedia bersedia. Biar diupah sawah 
berhektar-hektar.” 
“Bapak percaya desas-desus itu?” chucky  
tercengang. 
“Desas-desus?” 
“gufi  pernuh menceritakan padaku 
tentang...” 
“Oh, jadi sudah  ia ceritakan. Bagus. Jadi 
kau boleh tanya pada semua penduduk desa. 
maupun penduduk lembah, benar atau tidak 
akibat-akibat apa yang muncul  apabila ada 
orang berpikiran tak waras, nekad memasuki 
hutan  Larangan...” nyoto  menghela nafas 
panjang. “Kuakui, aku sebetulnya  heran bahwa 
kau tetap hidup, tetap sehat dan tampak tetap 
waras sesudah  kau terperangkap di hutan  itu. 
Atau, di dekat-dekatnya. namun  aku ragu. Apa 
yang nanti terjadi dalam jiwamu, apabila kau 
selesai melakukan penyelidikan pada semua 
penduduk, tanpa kecuali. Lebih kuragukan lagi, 
anggapan mereka terhadapmu, apabila kau 
ceritakan pula apa yang barusan kau ceritakan 
padaku!” 
Polisi desa, buktinya. 
la datang dengan pakaian seragam, 
lengkap dengan sepucuk pestol tersarung di 
pinggangnya. Tak lupa ia membawa dua orang 
rekan yang ia perkenalkan sebagai Banpol. 
namun  begitu ia dengar dari chucky  
bahwa orang yang mati dibunuh itu adanya di 
puncak hutan  Larangan, polisi desa itu dengan 
tegas berkata: “Maafkan, bung. namun  aku 
sudah acapkali terkecoh orang lain sebelum 
engkau!” 
chucky  hampir putus asa. “Bapak 
tak akan melakukan pengusutan?” tanyanya, 
hampir menjerit. 
“Tentu saja harus, bung chucky . Pertama-
tama, akan kuselidiki apakah ada orang hilang. 
Baik di desa nyi girah , maupun di kampung para 
penyawah yang tinggal di lembah. Aku juga 
akan bertanya-tanya ke desa sekitar. Baru 
sesudah  aku yakin, benar ada orang hilang tanpa 
sebab tanpa tujuan, aku rela menghadapi 
semua resiko dengan naik sampai ke puncak 
hutan  larangan.” 
“Dan selama bapak kasak-kusuk kian 
kemari, mayat itu sudah mereka singkirkan!” 
“Mereka?” 
Terngiang ucapan-ucapan gadis yang dipasung 
dalam gubuk terpencil itu, chucky  
mendengus:  
“Ya. Mereka. Kaum pemuja setan!” 
Wajah polisi desa sesaat  berubah keruh. 
Menarik nafas sebentar, lalu berkata datar:  
“Kunasihatkan, bung chucky . 
Sebagian terbesar penduduk desa nyi girah  
mempercayai sesuatu, yang tidak dipercayai 
oleh segelintir lainnya. namun  segelintir yang 
lain itu, tidak pernah mengganggu-gugat 
kepercayaan kelompok terbesar. Dengan 
demikian, kehidupan di desa ini dapat berjalan 
lancar, tanpa terjadi bentrokan antar kelompok 
itu. Jadi, sekali lagi kunasihatkan. Bual gila-
gilaan itu, dapat menimbulkan kegemparan. 
Warga desa akan terpecah belah, dan itu tak 
kukehendaki. Aku, sebagai pelaksana 
Kamtibmas di sini!” 
Lantas tanpa pamit, polisi desa itu 
menghilang bersama dua temannya. 
Tinggal chucky . Terbadai dalam 
ketakutan. Takut, bahwa ia sudah  bermimpi 
buruk dan mengerikan, lantas menganggap 
mimpi buruk itu sebagai faktanya . martini  
memandangnya dengan gundah, cemas dan 
iba. Ibu martini , menjauh tanpa terlihat 
lalu  menangis diam-diam di dapur. Bi 
nyi kembang  pergi ke luar rumah dengan wajah masam. 
Hanya ayah martini  yang tetap tampak 
tenang. 
Orangtua itu tidak beranjak dari kursi 
yang didudukinya. oleh sebab  masih akan datang 
beberapa tamu lain. Tamu-tamu itu, seorang 
dikenali chucky  sebagai pemilik warung 
yang ia singgahi sebelum pergi ke telaga tadi 
pagi. Dua yang lain, yaitu  petani dengan siapa 
ia berpapasan dan lalu  pura-pura 
tersesat saat  akan menyelinap ke hutan  
Larangan. Empat orang lainnya tidak ia kenal 
sama sekali, kecuali merasakan betapa mereka 
itu kaku, tak senang terpaksa ikut campur, dan 
lebih tak senang lagi oleh sebab  kepercayaan 
mereka yang sudah  mendarah daging, 
diremehkan oleh chucky ; seorang tamu 
asing. Tamu dari surabaya , yang begitu muncul, 
begitu menimbulkan kegemparan di desa 
mereka yang selama ini tenteram damai. 
Mereka semua didampingi pak slenderman . 
Memang ia yang memanggil mereka, dengan 
maksud menjelaskan situasi pada chucky . 
Pemilik warung mengiyakan kalau ia melihat 
chucky  pergi ke arah telaga. Dua petani itu 
membenarkan, bahwa mereka menunjukkan 
jalan yang seharusnya ditempuh chucky  
yang mereka duga sudah  tersesat. Empat orang 
yang lain menceritakan bahwa mereka sedang 
beristirahat di sawah waktu melihat ada orang 
jatuh terguling-guling dari tebing curam dekat 
sungai tempat mereka biasa mandi. 
“Anak muda ini tergelincir, itu pasti,” 
kata yang seorang. 
“la berada di arah berlawanan dengan 
hutan  Larangan...” ujar yang lain, meyakinkan.  
“Jaraknya terlalu jauh, dan mustahil 
mencapai dua tempat itu sekaligus dalam 
tempo dua hari, apalagi hanya beberapa jam 
saja!” 
Dua lainnya menyetujui keterangan 
teman mereka, sambil memberikan gambaran 
lokasi di mana chucky  mereka temukan 
jatuh dan pingsan. Tempat itu, menurut 
mereka mengarah ke lembah, tempat menetap 
kaum penyawah. 
slenderman  nyi girah , sependapat dengan keempat 
orang itu, bahwa chucky  mungkin tertarik 
melihat pemandangan sawah dan perkampung 
an nun jauh di bawah. Bermaksud pergi ke sana 
lalu oleh sebab  jalan licin atau apa, tiba-tiba jatuh 
tergelincir. 
“…untung salah seorang dari kami 
mengenalinya. Maka kami gotong ia ke rumah 
ini.” kata tamu yang bertubuh paling besar, 
dengan wajah yang agak janggal untuk seorang 
petani. Wajah itu lebih mirip wajah seorang 
tukang pukul, atau seorang bekas perampok 
yang terpaksa tobat untuk menghindari 
hukuman gantung. 
“Mustahil. Semuanya terlalu ganjil,” 
desah chucky , sesudah  keempat tamu-
tamu itu pergi, disusul oleh dua petani lainnya, 
dan  si pemilik warung yang ngobrol dahulu  
dengan martini , oleh sebab  kangen. “Rasanya 
mayat yang terpancang di tiang kayu itu…” 
“Mungkin pikiranmu masih dipengaruhi 
ke-matian sahabatmu,” kata pak slenderman . “Kau 
pernah menceritakan bagaimana caranya Tedi 
hulk  meninggal. Cara yang terlalu seram, 
sehingga dapat hadir dalam mimpi buruk, 
dengan berbagai bentuk.” 
“Dan luka bekas kuku di leherku?” tanya 
chucky . sengit, la sudah  mengabaikan 
martini . Sehingga tidak ia sadari betapa janda 
sahabatnya itu pucat pasi dan gemetar 
mendengar pembicaraan mereka. 
“Lukamu sudah  hilang,” kata nyoto , 
tenang. “Tapi pernah ada!” 
“Itu benar...” 
“Apa yang memicu nya? Duri? 
Batu-batu tajam? Ranting patah?” 
“nyi kembang  bilang, memang seperti bekas 
cakaran kuku-kuku tajam dan runcing.” 
“Lantas, kuku apa kiranya pak slenderman ?” 
“Hem,…” nyoto  Prabukusumah 
Prayodhia tampak bosan. “Di sekitar tempat 
kau tergelincir, memang banyak pula ber-
keliaran lutung dan kera. Coba kita gambarkan 
kejadiannya. Merasa aman, kau berjalan 
tenang-tenang. Dari balik rimbunan belukar, 
mendadak muncul salah seekor hewan  hutan 
itu. Kau kaget. hewan  itu lebih lagi. Katamu, 
kau membawa pisau. hewan  itu menyangka 
kau bermaksud melukai, atau mau membunuh 
nya. Lalu dia menyerang, terdorong instink 
untuk menyelamatkan diri… atau anak-
anaknya, siapa tahu? Dalam pergulatan itulah, 
kau lalu  tergelincir. Luka dan pingsan, 
namun  nyawamu tetap kau miliki.” 
nyoto  lalu  bangkit. 
“Kau sakit, nak?” desahnya, sesudah  
melihat martini  terengah-engah. 
Yang ditanya diam saja. lalu  
geleng kepala. Kak slenderman  lalu  pamit. 
Pergi meninggalkan rumah bersama ayah 
martini , dengan dalih ada urusan yang harus 
mereka kerjakan di balai desa. 
“Apakah aku... gila?” chucky  mengeluh. 
martini  terperanjat. “Sayangku. Kau 
sehat, dan aku yakin kau juga tabah ...” 
Sayangku! Hati chucky  luluh, mencair. 
“Aku mau tidur,” katanya. 
Dan sebelum ia tidur, martini  meng-
hadiahinya sebuah ciuman hangat. Ciuman 
kasih sayang. Malam kian larut. chucky  rebah lagi di ranjang. 
Menggeliat, resah dengan mata perih tak mau 
dipaksa terpejam. Mestinya ia keliling saat-saat 
beginian. Dengan sepeda motornya, dengan 
tustel tercantel di pinggang, la harus menemui 
beberapa orang, bertanya pada mereka 
mengenai sesuatu, atau memberitahu sesuatu 
dan meminta reaksinya, la harus memotret 
orang yang kira-kira penting. Lalu pergi ke 
percetakan. Membuat berita untuk terbitan 
besok   pagi. Lalu... “Bang?” 
chucky  membalikkan tubuh. Lampu 
kamar sudah  dipadamkan. namun  dapat juga ia 
lihat gerakan seseorang di dipan sebelahnya. 
“Ada apa, gufi ?” 
Laki-laki  yang tidur satu kamar 
dengannya itu, diam sebentar. Lalu: “Kupikir-
pikir... tak ada salahnya kita mencoba.” 
“Mencoba apa?” 
“Menyelidikinya sendiri.” 
“Hai. Kau...” 
“Aku sudah  mendengar semuanya. Meng 
gabung-gabungkan kejadian-kejadian jauh 
sebelum ini dengan apa yang bang chucky  alami. 
Lalu...” 
“Tak seorang pun percaya!” keluh 
chucky . 
“Aku juga tidak.” 
“Lantas?” 
“Sudah kubilang tadi. Apa salahnya mencoba?” 
“namun  kau pernah mengisahkan 
kejadian-kejadian aneh mengenai hutan  Setan 
itu. Kau…” 
“Shhhttt! hutan  Larangan, bang chucky .” 
gufi  berbisik, memperingatkan. “Misalkan, 
abang memang sudah  pergi ke sana. Melihat, 
mengalami sesuatu, lalu  kembali pulang. 
Abang luka-luka, bahkan pingsan. namun  
seperti kata kak skandinavia , kau tetap sehat. Tetap 
tabah. Yang lebih penting lagi, apa yang 
dikatakan pak slenderman . Abang tetap hidup!” 
gufi  menelan ludah. “... barangkali, abang 
ini punya ilmu.” 
“Ilmu?” 
“He-eh. Penangkal set… eh, kekuatan 
gaib yang jahat. Ilmu pengusir roh-roh jahat 
yang gentayangan...” 
“Ahhh… yang benar!” chucky  
nyengir sendiri. 
“Kita anggap saja, abang punya tapi tak 
abang sadari. Itu memang sering terjadi. Abang 
tak tahu. Tak mempelajarinya. Tak mendalami 
nya. Namun tatap saja, abang memiliki 
semacam kekuatan gaib dalam tubuh abang. 
oleh sebab  itu abang terlindungi. Dan… yah, aku 
berharap, dapat melindungi aku juga,” gufi  
menyeringai, kecut. “Bagaimana? Setuju?” 
“Kau tidak takut?” semangat chucky  
kembali muncul . 
“Takut sih, yaa… takut.” 
“Kalau begitu,… lupakan sajalah,” 
chucky  menggoda. 
“Biar aku takut, kan ada abang yang 
melindungi aku?” 
Melindungi gufi . Artinya, melindungi 
adik martini . 
Wah, hebat! 
“Bangunkan aku pagi-pagi benar ya bang 
chucky ?” bisik gufi , pelan.  
“Oke!” 
 Di kamar tidurnya, martini  tengah 
menelan segelas air putih yang diberikan oleh 
bi nyi kembang  sesudah  lebih dahulu  dijampe.  
“Mestinya kau tidak nekad mendengar 
omongan mereka,” kata pelayan tua itu, 
menyesalkan. 
“Aku ingin tahu,” keluh martini , memprotes. 
“Hasilnya? Jiwamu terguncang kembali! 
Padahal sekembali di kampung ini, kau sudah 
jauh lebih baik. namun  sudahlah. Air yang kau 
minum akan membuatmu tenang dan dapat 
tertidur nyenyak.” 
“Terimakasih, Bi.” 
“Omong-omong. Sudahkah kau lihat 
hasil pemeriksaan darah kalian berdua?” 
“Sudah.” 
“Bagaimana?” 
“Positip.” 
“Syukur.” 
“Anehnya, bi nyi kembang . Kenapa dari Tedi aku 
tidak memperolehnya? Padahal kami sudah 
bertahun-tahun berumah tangga.” 
“Bukankah sudah kubilang, neng skandinavia . 
sudah  kutanyakan pak slenderman  dan ia bilang 
barangkali letak peranakanmu tidak pas. besok   
pagi aku akan memeriksanya.” 
“Kau bisa, bi nyi kembang ?” 
“Jelek-jelek begini, sebelum kau lahir aku 
sempat jadi paraji,” pelayan itu tersenyum.  
“Aku percaya.” 
“Nah, tidurlah,” wanita lesbian  tua itu 
mempef. baiki letak selimut martini , 
lalu  terjalan ke pintu. Sebelum ke luar, ia 
teringat sesuatu. Bertanya perlahan:  
“Semur hati itu, neng skandinavia . Kau habiskan 
semua, bukan?” 
“Oh. Maaf. Tak kusisakan untuk bi nyi kembang .” 
“Lupakanlah. Yang ingin kutahu, semur 
hati itu apakah cocok dengan perutmu?” 
“Bagaimana aku tahu, bi nyi kembang ? Dia yang 
menghabiskannya.” 
“… dia?” 
“Benar. chucky -ku tersayang.” martini  
tersenyum, bahagia. Bi nyi kembang  membalas 
senyumnya, lalu  cepat-cepat ke luar.  
Begitu pintu tertutup di belakangnya, 
senyuman di bibir pelayan itu lenyap sesaat . 
Wajahnya pucat. Kaki-kakinya gemetar. 
“Astaga!” ia merintih. Ketakutan. 
 tonggak maut itu masih tetap berdiri 
di tempatnya semula. Tegak kukuh dalam 
posisi silang di permukaan tanah keras padat. 
Demikian pula sisa-sisa gagang obor. Masih 
tetap terhunjam di antara rerumputan tebal 
mengitari tonggak berbentuk setengah 
lingkaran. Di latar belakang, batu raksasa yang 
ganjil itu juga masih menjulang. Angkuh, Tidak 
ada yang berubah. 
Kecuali, mayat yang terikat di tonggak. 
Belitan tambang kelihatan lebih longgar.  
oleh sebab  baik pergelangan tangan maupun 
pergelangan kaki yang dibelit tambang-
tambang itu begitu kecil dan lemah. Mayat itu 
tidak sampai melorot jatuh, hanya dioleh sebab kan 
sudah keras kaku; mana posisi kaki dan  lengan 
mayat terpentang lebar pula. Mayat itu boleh 
dikatakan telanjang bulat, oleh sebab  tidak 
selembar pakaian pun melekat pada tubuhnya. 
Namun jangan berharap kau akan melihat kulit 
halus tipis sebagaimana kulit manusia. 
Sebab, hampir sekujur tubuh mayat itu 
ditumbuhi bulu-bulu tebal, kasar, berwarna 
hitam pekat.  Dan manusia, tidak memiliki bulu-bulu  semacam itu. 
“... aa… abang bilang… abang melihat 
mayat seorang petani!” gufi  yang pertama-
tama membuka mulut, la berdiri gemetar di 
belakang chucky  yang kebingungan. 
“Lutung!” bisiknya, lirih. “Bagaimana 
mungkin?” 
Menelan ludah sebentar, lalu  
gufi  tertawa. Serak. Katanya: “Kukira ada 
segerombolan  orang yang membuat permainan 
di sini. Orang-orang aneh, dengan selera humor 
yang mengerikan...” 
“namun , siapa?” tanya gufi , semakin 
bingung seraya berjalan lambat-lambat 
mendekati tonggak itu. 
“Jangan tanya padaku,” rungut gufi , 
sambil buru-buru nguntit di belakang 
chucky . Rapat di punggungnya. “Tanya 
saja pada mayat lutung itu.” 
“Hem,” gufi  mengusap dagunya, 
resah. la mengawasi batang bambu runcing 
yang terhunjam di lambung bangkai lutung itu.  
“Tempat yang sama. Tusukan langsung 
ke jantung...” ia mengingat-ingat, dan 
bergumam gemetar: “Bambu ini terlalu besar 
untuk si lutung malang. Rasanya, sama besar 
dengan bambu yang kulihat terhunjam di 
lambung petani itu. Tidak mustahil, ini bambu 
yang itu-itu juga.” 
“Apa yang harus kita perbuat?” bisik 
gufi , dengan mata jelalatan, mengawasi 
dengan cemas ke sekitar hutan . Sepi lengang 
belaka. Seolah tidak ada mahluk hidup 
menghuni tempat menakutkan itu. Sedang 
beberapa menit sebelumnya, mereka sudah  
berpapasan dengan demikian banyak lutung, 
mawas dan segala macam kera yang lari 
serabutan menyelamatkan diri. Ke mana 
semua mahluk menyeramkan itu? 
Bersembunyi jauh-jauh, atau kini tengah 
mengintip dari balik semak belukar, dari celah-
celah dedaunan pohon yang rimbun? 
gufi  semakin merapat ke punggung 
chucky , dan terpekik kaget tatkala tanpa ia 
lihat, chucky  menepuk pundaknya. “Uh. 
Bilang-bilang dong, kalau mau menepuk 
pundak orang!” ia memberengut. Pucat. 
“Sudah. Jangan ngomel. Bantu aku 
menurunkan bangkai ini,” kata chucky . 
“Kau lepaskan tali-tali yang mengikatnya, 
sementara tombak ini kucabut.” 
Bambu pembunuh itu tercabut dengan 
mudah oleh sebab  letaknya sudah agak miring mau 
jatuh. chucky  lalu  melepaskan tali 
tambang di pergelangan kaki lalu  tangan 
bangkai lutung itu, sebab gufi  hanya berdiri 
bengong sambil sesekali menoleh ke belakang. 
“Rasanya, kok ada yang mengintai 
perbuatan kita,” rungut Laki-laki  itu. 
“Kalau memang ada, biarkan dia keluar 
menemui kita,” sahut chucky  kesal. 
Bangkai lutung ia biarkan melorot, jatuh 
tergelimpang di tanah dengan bunyi berdebuk 
keras oleh sebab  bangkai itu sudah sedemikian 
kakunya. Kaki-kaki maupun tangan-tangan 
lutung itu tetap saja terpentang mengerikan, 
sebagaimana keadaannya selagi terikat di 
tonggak tadi. Masih kesal, ia menggerutu:  
“Jadi, kita terlambat. Mereka sudah  
menukar mayat si petani malang itu, dengan 
bangkai lutung Ini.” 
“Maksud abang?” 
“Mestinya aku tidak banyak omong. Kuat 
dugaanku, ada seseorang di desa yang 
mendengarnya, lalu buru-buru kemari untuk 
melenyapkan bukti-bukti bahwa di sini pernah 
terjadi pembunuhan.” 
“Pembunuhan itu memang sudah 
terjadi,” tambah gufi . Suaranya lebih 
tenang kini. Tak ada tanda-tanda bahaya 
mengancam di sekeliling mereka. Dan sesudah  
terkapar di tanah, bangkai lutung itu tidak 
semenyeramkan selagi terikat pada tonggak.  
“Yang abang lihat, bukan mayat 
manusia. namun  bangkai lutung. Dan lutung ini 
sudah  mereka bunuh secara biadab. Eh, bang. 
Mengapa lubang di lambungnya sedemikian 
besar. Kelihatannya tidak semata-mata 
ditusukkan… namun , ujung bambu itu juga 
ditorehkan. Aku pernah melakukan hal serupa. 
Dengan pisau. Mengeluarkan seekor ulat dari 
buah mangga, tanpa melukai ulat sehingga 
tidak mengotori daging buah yang ranum itu...”  
gufi  tercenung sejenak. Lalu: “Apa 
kiranya yang mereka ambil dari dalam tubuh 
bangkai lutung ini?” 
Tertarik oleh penjelasan gufi , maka 
chucky  membungkuk, la amati dengan 
seksama lubang besar dan kosong di bagian 
dalam lambung mayat lutung, la menutup 
hidung dengan sebelah tangan, menghindari 
bau busuk yang demikian sengit memualkan. 
lalu , sebelah tangannya yang lain 
menekan-nekan di bagian lambung yang tidak 
tertoreh, di pinggang, di dada kiri dan kanan. 
saat  merasakan ada rongga lembut kosong di 
salah satu sisi lambung tepat di bawah tulang 
dada, tanpa berpikir panjang lagi chucky  
menyimpulkan: 
“Mereka mengambil hatinya...” 
“Hatinya? Hem. Mungkin juga. Aku 
pernah dengar, hati kera bagus untuk orang 
lemah syahwat !” gufi  tertawa kecil. “Eh, 
abang mau apa?” 
chucky  berjalan kian kemari. 
Menginjak-injak tanah di beberapa tempat.  
“Kita harus menguburkan bangkai itu,” 
katanya. “Dan oleh sebab  kita tidak punya sekop 
atau pacul, aku harus menemukan tanah yang 
lembek atau gembur supaya mudah 
mengoreknya.” 
“Mengapa susah-susah? Buang saja ke 
tebing itu !'“ gufi  mengusulkan, seraya 
menuding dengan telunjuk ke bibir tebing hutan  
yang langsung menghadap ke lembah di 
bawahnya. “Tak usah mengasihaninya. Cuma 
bangkai kok ini!” 
“Benar juga,” chucky  setuju. 
“namun  abang seretlah sendiri ya? Aku 
tak tahan baunya,” keluh gufi  enggan, la 
lantas menjauh dan lalu  menyandar di 
batu besar yang menjulang di sebelah lain 
puncak hutan  itu. oleh sebab  letih, ia lalu  
terkulai. Duduk terbadai di rerumputan, 
dengan punggung menyandar di batu raksasa 
itu. Selagi tubuhnya melorot ke tanah, sebelah 
tangan gufi  tanpa sengaja menggaruk batu 
di belakangnya, la meringis sakit saat  telapak 
tangannya terkait pada sesuatu. 
gufi  menoleh. 
Dan mengetahui apa yang sudah  mengiris 
telapak tangannya. Di antara serpihan pasir 
berdebu yang berleleran dari salah satu bidang 
permukaan batu yang pecah, Laki-laki  itu 
melihat sesuatu tersembul. Mencuat ke luar. 
saat  disimaknya, ia segera menyadari kalau 
benda tajam yang mencuat itu yaitu  ujung 
kawat besar yang hitam berkarat. gufi  
keheranan. Mengapa ada kawat di batu ini? 
Dari mana asalnya? Atau tepatnya, siapa yang 
menanamnya ke dalam batu? 
gufi  baru saja akan membetot ke luar 
kawat berkarat itu. manakala ia dengar suara 
chucky  memanggil: “Juki. Kemarilah!”  
gufi  berpaling, la lihat chucky  
tegak kaku di pinggir tebing. Dekat kakinya, 
masih tergoler bangkai lutung itu. Rupanya, 
belum sempat dibuang waktu chucky  
melihat sesuatu di bawah tebing. Dengan 
minat tertarik. gufi  bangkit lalu mendekati 
chucky . “Ada apa, bang chucky ?” 
“Katakanlah padaku, Juki. Benda apa itu 
gerangan?” 
gufi  mengikuti arah telunjuk 
chucky . Melihat ke lereng tebing yang 
penuh batu-batuan di antara semak belukar. 
Sesudah  agak lama mencari-cari ia lalu  
melihat apa yang sudah  dilihat chucky . 
gufi  bergumam: “Topi.” 
“Benar. Topi. namun , topi apa?” 
“Topi pandan.” 
“Katakanlah lagi padaku. gufi . Siapa 
kiranya yang biasa memakai topi pandan 
macam itu di daerah ini?” 
“Yaaa… tukang sayur. Tukang gali pasir 
juga memakainya. namun  biasanya  dipakai 
oleh para ...” 
“Petani!” potong chucky , tercekat. 
“Nah. Abang mulai lagi mengada-ada. 
Bukankah yang kita temukan itu bangkai 
lutung? Tuh, masih ada dekat kaki abang. 
Kecuali kalau abang sudah gila. Sudah kena 
kutukan hutan  Larangan. Lantas menganggap 
bangkai itu sebagai mayat manusia.” 
“Diamlah,” sungut chucky , dongkol. 
“Biarkan aku berpikir...” dan ia memang 
berpikir sebentar, lalu  mengutarakan 
apa yang dipikirkannya. “Mereka sudah  
menyingkirkan mayat petani itu. Lalu 
membunuh seekor lutung sebagai gantinya. 
Bila ternyata ada beberapa orang yang 
pemberani nekad datang kemari untuk 
membuktikan kisahku, maka dengan mudah 
aku lantas dituduh edan, sinting dan segala 
macam. Malah barangkali, akulah yang akan 
dicap sebagai pembunuh gila, yang sudah  
berbuat kejam terhadap lutung ini. Pengaruh 
gaib hutan  Larangan, bukankah begitu?” 
chucky  tersenyum, namun matanya 
bersinar marah. “namun  mereka melupakan 
sesuatu. Aku melihat sebuah topi pandan di 
bawah tubuh mayat petani itu, yang pastilah 
miliknya. Waktu mereka datang ke sini untuk 
menyingkirkan mayat itu, angin sudah  
menerbangkan topi pandan tadi. Melayang dan 
jatuh ke bawah sana. Mereka membiarkannya. 
Atau mereka tidak ingat mengenai topi itu!” 
“Bang chucky ,” gufi  mendesah, pahit. 
“Berpikirlah lebih tenang. Umpamakan, yang 
mereka bunuh cuma lutung belaka. Dan itu 
sudah  kita buktikan sendiri hari ini. Nah. Salah 
seorang dari mereka tanpa sengaja sudah  
menjatuhkan topinya sendiri. Bagaimana?” 
chucky  menarik nafas panjang. 
Katanya, masih marah: “Akan kutanya, siapa 
kiranya yang nekad melanggar pantangan. 
Datang ke hutan  Larangan.” 
“Tahu apa jawab mereka?” sela gufi . 
“Mereka hanya menuding seorang saja.” 
“Bagus. Tapi, siapa kiranya?” 
“Bang chucky .” 
“Aku tanya,..” chucky  mengatupkan 
mulut tiba-tiba. Wajahnya berubah muram. 
“Hem. Kau benar. Mereka justru akan 
menuding diriku,” ia geleng-geleng kepala, 
kembali dilanda kebingungan. Lantas memaki: 
“Setan!” 
Makian bertuah! Gaung makian itu 
belum lenyap, setan yang tidak mereka harap 
tahu-tahu saja sudah  menyeruak rimbunan 
semak belukar di antara pepohonan di sebelah 
kanan mereka. gufi  dan chucky  segera 
berpaling. Tampak sesosok tubuh menakutkan 
berjalan memasuki tempat terbuka. Sesosok 
mahluk besar dan tinggi tegak mengangkang 
memperhatikan kedua orang di depannya. 
Mahluk itu sejenis kera berbulu coklat. namun  
tentunya kera yang ini kera yang belum pernah 
dicantumkan para ahli di buku-buku tentang 
fauna, oleh sebab  demikian besar dan demikian 
mengerikan penampilannya. Kera besar itu 
menggeram, menyeringai memperlihatkan 
taring-taring yang dahsyat, air liurnya 
berleleran kian kemari. 
Geramnya membuat gufi  kaku sesaat . 
chucky  terkesiap, namun belum 
semua semangatnya terbang dari tubuhnya. 
Maka, saat  mahluk itu kembali menggeram-
geram ditambah  bunyi mengik lalu pekik tinggi 
menyayat jantung yang mendengar, 
chucky  segera menyambar lengan gufi  
dan menyeret Laki-laki  itu mundur. Pada waktu 
mahluk itu melompat ke depan, tanpa berpikir 
panjang lagi chucky  berteriak: “Lari!” 
Dan mereka lari dahulu mendahului 
memasuki jalan setapak di arah berlawanan 
dari tempat mahluk itu datang. Jalan setapak, 
yang pernah dilalui chucky  saat  berbuat 
hal serupa saking ketakutan melihat mayat 
manusia terpacak di tonggak kayu, dengan 
bambu runcing terhunjam di lambungnya. 
Kera besar berbulu coklat itu tidak 
mengejar dua manusia yang kabur terbirit-birit 
melanda segala apa yang menghalangi jalan 
mereka itu. Sang mahluk hanya tegak 
memperhatikan, menepuk-nepuk dada dengan 
pukulan-pukulan dahsyat. Dada, yang bentuk 
nya menandakan bahwa kera itu dari jenis 
betina. 
Habis menepuki dada dan memekik-
mekik seram disahuti kera-kera lain di seantero 
hutan hutan  Larangan, mahluk itu mendekati 
bangkai lutung di pinggir tebing. Sesaat, ia 
cuma mengawasi. Saat berikutnya, kera betina 
itu jatuh bersimpuh di tanah. Lutung berbulu 
hitam dengan lambung menganga itu dirahup 
nya dalam rangkulan erat. Dirapatkannya ke 
dada, tanpa memperdulikan bau busuk dari 
lambung bangkai. Wajah lutung mati itu 
diciuminya bertubi-tubi. 
lalu , dengan kepala tengadah, 
mahluk berupa kera betina itu bangkit tegak. 
Tetap memeluk bangkai lutung di dadanya. 
Pekik-pekik dahsyat lepas dari mulutnya. Kali 
ini tanpa sambutan apa-apa dari seantero 
hutan yang terdiam, sepi. 
Sudut-sudut mata kera betina itu 
dilinangi butir-butir air bening, yang pelan-
pelan melelehi pipi-pipinya. Lalu dengan 
gechucky n panjang, mahluk itu memboyong 
bangkai lutung. Lari menyelinap ke tempat dari 
mana tadi ia muncul. Puncak hutan  kian menyepi. 
Kian mati.  “STOP, gufi !” 
Laki-laki  itu masih serabutan sebentar, 
sebelum mengerem larinya. Terengah-engah, 
ia berpaling. Dan melihat chucky  tengah 
bertelekan ke sebatang pohon, dengan tangan 
menguruti dada. Keringat membanjir di wajah 
chucky  yang kemerah-merahan, demikian 
pula di wajah gufi  yang sepucat kertas. 
“... kita berhenti dahulu  sebentar.” 
“namun , bang...” 
“Ahhhh!” chucky  mengibaskan 
tangannya. “Jangan bodoh. Setan itu tidak 
mengejar kita.” 
“Abang yakin?” 
“Cuma menduga.” 
“Menduga?” 
“Ya. Ingat apa yang kuceritakan 
semalam? Aku terperangkap dalam gubuk, 
dengan gadis terpasung yang lalu  
berubah rupa itu. Sambil ngibrit tadi sempat 
kupikirkan, apakah bukan mustahil mahluk tadi 
yaitu  jelmaan si gadis.” “Oh !” 
“Jangan memandangiku seperti itu, Juki. 
Boleh kau anggap aku sudah begini...” 
chucky  menempatkan jari telunjuk, miring 
di depan jidatnya. “namun  paling tidak, kau 
sudah  melihat sendiri kebenaran sebagian dari 
ceritaku,… meski yang kau lihat ternyata cuma 
bangkai lutung…” 
chucky  mengulai ke tanah. Duduk 
kelelahan. Menyeka keringat di wajah, telinga 
dan leher. Mengerpis-ngerpiskannya, menyeka 
lagi. Lantas bersungut gemetar: “Andaikata 
saja begini. Yang kusaksikan bukan pula gadis 
terpasung, melainkan mahluk tadi. Apa 
komentarmu?” 
gufi  merenung sebentar. Lalu: 
“Nol,”, jawabnya. “Nol besar. Otakku sudah 
kaku diajak lari sejauh ini. Abang saja yang 
kemukakan apa yang ada dalam pikiran 
abang.” 
“Bagus,” chucky  menyeringai. 
Sesaat, ia melirik ke jalan setapak menanjak 
yang barusan mereka lalui. “Tak ada tanda-
tanda mahluk jtu mengejar kita, bukan? Jadi 
kesimpulanku begini. Mahluk itu tidak 
menginginkan kita. la menginginkan yang lain.” 
“Apa?” 
“Lutung itu.” 
“Bangkai lutung itu?” gufi  tercekat. 
“Mau diapakannya? Direncah? Dikunyah-
kunyah? Dibagi beberapa kerat pada mahluk-
mahluk lainnya… yang sejenis, dan mungkin 
banyak terdapat di sekitar ini?” jelalatan lagi 
mata gufi . Mengawasi takut-takut ke 
semak belukar, ke atas pepohonan. 
“... oleh sebab  sesuatu hal,” kata chucky  
lagi. “la takut datang sendirian ke Puncak hutan  
Larangan tadi. la hanya mengintai dari jauh. 
Mengawasi lutung yang diinginkannya. 
Barangkali sambil meratap semoga lutung itu 
hidup kembali. namun  besar kemungkinan, 
mahluk itu tidak berani mendekat, sebelum ia 
yakin ada orang atau mahluk lain mendekat. 
tanpa orang atau mahluk lain itu mengalami 
sesuatu sebagai akibat melanggar pantangan 
menginjakkan kaki di puncak hutan . Entah 
bagaimana, ia lalu  melihat kita. Tak 
terjadi apa apa. Lantas saat  ia lihat aku akan 
membuang bangkai lutung itu ke bawah tebing, 
mahluk itu lalu nekad keluar.” 
“Untuk?” 
“Merebut bangkai lutung itu. Dan 
menguburkannya di suatu tempat, dengan cara 
penguburan yang lebih pantas.” 
“Hebat!” gufi  duduk di sebelah 
chucky . “Abang maksudkan, mahluk itu 
berpikir sebagaimana kita manusia juga 
berpikir, ya?” 
“Tepat.” 
“namun … bagaimana mungkin?” 
“oleh sebab  mahluk kera itu, tadinya yaitu  
manusia juga seperti kita.” 
“Abang menakut-nakuti aku.” gufi  
gemetaran. 
“Aku lebih takut lagi.” 
“Apa yang abang takutkan?” 
“Misteri alam. Dunia gaib. Roh-roh yang 
berkeliaran dalam kegelapan, oleh sebab  raga 
mereka yang sudah mati, ditolak bumi.” 
“Uh-uh...” gufi  bergidik. Seram. “Dan 
kera mengerikan tadi. yaitu  salah satu roh 
gentayangan itu?” 
“Ya. Gentayangan menangisi nasib. 
Meratapi cinta yang tidak diperbolehkan ia 
miliki.” 
“Abang tampak aneh.” 
“Ha?” 
“Eh, salah. Maksudku, kata-kata abang 
terdengar makin aneh. Seolah abang dapat 
menyelami hati mahluk-mahluk menakutkan 
itu. Jangan-jangan, abang ini… salah seorang 
dari merekal” 
chucky  membelalak. 
lalu , tertawa bergelak. 
“Eh. Kok malah ketawal” 
“Iya ya. Mestinya aku menangis,” 
chucky  terdiam dan wajahnya berubah 
haru. Haru yang sangat dalam. 
Melihat itu, gufi  menjadi cemas. 
Sampai tadi malam, ia masih tetap percaya 
bahwa teman kakaknya ini sehat jasmani sehat 
rohani, meski sudah  terperangkap di hutan  
Larangan. Tadi, sesudah  melihat ternyata cuma 
bangkai lutung yang terikat di. tonggak, 
kepercayaannya mulai goyah. Apalagi 
sekarang. Orang ini bercerita semakin aneh. 
Tertawa bergelak. Lantas terdiam, dengan 
wajah bersedih. Apakah kutuk turun temurun 
di desa mereka, mulai memperlihatkan 
kekuasaannya? 
“Memilukan.”  
Ia dengar chucky  ngoceh. 
“Gadis itu katanya melihat sendiri 
kekasihnya diseret orang ke atas hutan . Gadis 
itu mendengar jerit kematian. la yakin, 
kekasihnya sudah mati, dan ia menangis 
menghiba-hiba, menyayat hatiku, la 
merenggut kerah bajuku, meratap tak 
berkeputusan. bobo ku tercinta, jeritnya. 
Mereka sudah  membunuh bobo ku, kekasih 
ku. Lalu tiba-tiba wajahnya berubah. Dan 
cengkechucky nnya ...” 
“Hei. Tunggu!” gufi  hampir berseru. 
“Apa? Kau melihat sesuatu?” 
chucky  menjadi waspada. 
“Tidak. Tapi aku mendengar abang 
menyebut nama seseorang. Sampai tadi 
malam, abang tak dapat mengingat-ingat nama 
yang diratapi gadis itu. Kini… mentakjubkan. 
Abang mengingatnya lagi. namun ,…” gufi  
ragu-ragu sebentar. Lalu: “bobo . Benarkah ia 
menyebut nama bobo ?” 
“Mudah-mudahan aku tak salah. 
Mengapa rupanya?” 
“bobo  itu anak penyawah ayahku!” 
“Apa? Kau kenal si bobo ?” 
“Lebih dari kenal. Aku malah tahu, diam-
diam ia mencintai dan tetap merindukan kak 
skandinavia . la sudah bujang tua sekarang. Tak kawin-
kawin. Kalau benar dia orangnya... Ah!” 
gufi  patah semangat lagi. “Masih ada 
empat orang lain di desa yang bernama 
bobo . Kalau di lembah tempat tinggal kaum 
penyawah sih, memang cuma dia seorang. Jadi, 
belum tentu dia.” 
“Tak apa. Kita selidiki seorang demi 
seorang.”  
“Selidiki apanya?” 
“Orangnya. Masih ada. atau tidak. Lebih 
jelas lagi, masih hidup atau sudah mati. Kapan, 
mengapa, dan di mana dikuburkan. Aku punya 
firasat. Penyelidikan itu kita mulai saja dari 
penduduk lembah. Anak penyawah ayahmu 
itu...” 
“Wah.” 
“Kok, wah?” 
“Wah, kalau benar dia. Itu berarti, ia 
sudah  melupakan kak skandinavia  dan berpaling pada 
gadis lain. Ayahku pasti senang mendengarnya. 
Ayah paling tak senang melukai hati orang, 
apalagi membiarkan luka itu terus 
memborok...” gufi  menelan ludah. “Lantas, 
siapa gadisnya itu?” 
“Nanti juga kita akan tahu,” jawab 
chucky , bernafsu. Cepat ia bangkit berdiri. 
“Ayolah. Kita teruskan perjalanan...” 
gufi  bergegas pula bangkit, dan 
cepat -cepat  berjalan di depan chucky .  
“Pulang ke rumah,” katanya. Riang. 
“Betapa menyenangkan. Aku sudah lapar ...” 
“Kau bukan lapar. Kau takut.” 
“Alaaa, bang.” 
“Benar, bukan?” 
“Iya deh!” 
“Kalau begitu, kau saja yang pulang. Biar 
aku sendiri yang ke sana. Asal tunjuki aku 
jalannya.” 
“Jalan ke mana?” 
“Ke lembah.” 
“Terserah abang. Lagipula, he... apa ini?”  
gufi  berhenti, lalu memungut sebuah 
benda dari bawah akar sebatang pohon yang 
menghalangi jalan di depan mereka.  
“Oh, oh… bukankah ini, pisau dapur 
punya ibuku?” 
chucky  mengambil, pisau itu dari 
tangan gufi . Mengamati sebentar, lantas 
bergumam tersendat. “Benar. Ini pisau yang 
kucuri dari dapur ibumu. Tentunya jatuh di 
tempat ini saat  aku...” ia melihat ke bawah. 
“Hem. Pasti akar ini yang membuatku 
terserandung.” gufi  terengah. Pucat, la memegang lengan chucky , mencari perlindungan. Bisiknya, 
kelu: “Jadi gubuk itu...” “Dekat-dekat sini,” sambung  chucky . Yakin. Dan ia benar. 
GUBUK kecil terpencil itu tampak tenang 
damai bila dilihat dari jalan setapak. Asap 
mengepul dari pekarangan samping. Rupanya 
seseorang baru saja membakar sampah. Orang 
itu sedang membelah kayu bakar saat  ia 
mendengar langkah kaki lalu  bunyi 
dehem salah seorang dari dua laki-laki yang 
dengan bimbang memasuki halaman. 
“Ah. Kiranya den Juki. Dan oh, bung 
chucky  kalau tak salah?” orang itu menyambut 
mereka dengan wajah terhias senyum chucky h. 
Mereka bertiga saling jabat tangan, bergantian. 
“Tumben mau melongok tempatku yang buruk 
ini. Ada perlu apa kiranya?” 
“Jalan jalan saja, nelson mandela ,” gufi  
yang menyahuti. 
Mat Dolim, Laki-laki  tinggi kekar ber 
tampang kriminil, yang tadi malam mengaku 
sudah  melihat chucky  tergelincir dari 
sebuah tebing; terkejut. Yang sebetulnya , 
dalam hati ia sama sekali tidak merasa terkejut.  
“Sejauh ini? Di kaki hutan  Larangan pula?!” 
“Kami tadi menyelusuri sungai. Cari 
udang. Eh, taunya kami lihat ada gubuk. Lantas 
kami pikir, apa salahnya singgah sebentar,” 
kata gufi  lagi. 
“Aduh! Coba bilang mau datang. Kan aku 
bisa hidangkan apa-apa...” ia melirik ke arah 
tanaman ubi kayu yang tumbuh subur di 
sebagian halaman itu, lantas berkata: “Kalau 
kalian berdua suka singkong bakar...” 
“Tak usah repot-repot. Mang,” sela 
chucky . “Terimakasih. namun  kami akan 
segera pergi lagi...” ia melirik sana sini, pura-
pura heran, lalu  bertanya takjub: 
“Tinggal sendirian? Dekat hutan  kechucky t pula? 
nelson mandela  tentunya pemberani!” 
“Oh. Apa boleh buat, bung chucky . Aku ini 
Pengawas Hutan. Sesuai tugas, yaitu  patut 
kalau aku memilih tinggal di dalam hutan itu 
sendiri, bukan?” ia tersenyum lebar. Soal hutan  
yang kau sebut angker  yah… aku termasuk 
salah seorang dari sedikit orang lainnya yang 
tidak percaya akan segala macam tahayul yang 
menggelikan itu. Namun, ah. Terus terang saja. 
Agar tidak kualat, aku selalu menekan hasrat 
untuk sesekali mendaki sampai ke atas sana. 
Selain itu, untuk berjaga-jaga aku punya 
jimat...” 
“Jimat?” mata gufi  berbinar-binar. 
“Wah, den Juki. Maaf deh. Bila ku 
perlihatkan pada orang lain, keampuhan jimat 
itu bisa hilang.” 
“Kudengar juga begitu,” chucky  
menyela lagi, pura-pura sependapat. “Resik 
juga kebunmu, nelson mandela . Tentu nyaman 
tinggal di sini. Kami di surabaya  suka berangan-
angan menetap seminggu dua di tempat sunyi, 
jauh dari hiruk-pikuknya manusia, jauh dari 
polusi. Punya gubuk kecil seperti… He, kok 
seperti rusak. Mang?” 
“Apa?” 
chucky  tidak langsung menjawab, la 
berjalan santai ke pintu gubuk yang tertutup. 
Salah satu sisi pintu itu pecah berantakan. 
Letak daun pintu sedikit goyang, seolah habis 
didobrak orang.  
“Kenapa tak diperbaiki, mang? Kelihatan 
nya kok seperti merusak pemandangan...” 
lantas pintu ia dorongkan sedikit, sampai 
terbuka dengan suara berkeriut yang nyaring. 
gufi  terjengah oleh kelakuan 
chucky . Akan halnya Mat Dolim, tampak 
tenang. Tidak merasa dilangkahi. Sambil 
tertawa-tawa senang ia mendekati pintu yang 
dipercakapkan. Dengan gaya seorang badut 
menceritakan peristiwa lucu, Mat-Dolim 
berkisah bahwa beberapa hari yang lalu 
seorang temannya datang membawa berbotol-
botol minuman keras. Mereka minum sampai 
mabuk, lalu  dalam keadaan mabuk itu 
mereka berselisih menyangkut seorang 
wanita lesbian . Lalu berkelahi. 
“Bayangkan, la lebih besar dari aku. 
namun  tubuhnya begitu ringan waktu kuangkat, 
la kulemparkan ke luar gubuk. Lupa, kalau pintu 
masih tertutup,…” tawanya membahana lagi. 
“Sayang,” chucky  mendecip-
decipkan mulut, menyayangkan 'keteledoran' 
pemilik gubuk. “Tentunya nelson mandela  
menuntut ganti rugi.” 
“Untuk pintu reot begini?” 
“Harus diperbaiki, toh?” 
“Aiaa. Biar saja begitu. Kuanggap 
kenangan manis dari seorang teman lama. 
Lagipula, toh tak ada orang yang mau nekad 
datang kemari. Apa pula yang harus dicuri? Aku 
tak punya apa-apa yang berharga kok ini...” dan 
dengan senyuman tipis menyembunyikan 
ejekan, ia membuka pintu semakin lebar. 
Berkata, setengah mencemooh: 
“Lihatlah sendiri.” 
chucky  merasakan ejekan dan 
cemooh itu. namun  ia berlagak pilon. Pura-pura 
tak berminat pula, ia hanya melirik sekilas ke 
dalam lantas mundur dari pintu. “Kalau ada 
nona manis di dalam, tanpa disuruh pun aku 
akan menyerbu,” katanya, berseloro. Seloro 
yang sekaligus mengandung sindiran. 
“Tak ingin melihat-lihat? Membuktikan 
sesuatu?” Mat Dolim berlagak kecewa. Tapi 
kata-katanya begitu tajam. 
“Terimakasih, mang. Lain kali saja. Sudah 
terlalu lama kami pergi. Nanti orang kecarian 
...” chucky  berkata cepat, lantas menyeret 
gufi  buru-buru meninggalkan gubuk itu. 
Tanpa melupakan sopan santun: “Eh mang 
Dolim. Kalau lain waktu kami nyelonong lagi ke 
gubukmu, nelson mandela  ingin dibawakan 
sesuatu engga?” 
“Kau baik sekali, bung chucky . 
Terimakasih,” Mat Dolim tertawa senang. 
“Kalian mau datang, sudah lebih dari cukup.” 
“Selamat siang, Mang,” seru gufi . 
“Siang, den.” 
gufi  jalan di depan, mengikuti jalan 
setapak yang semakin lama semakin jelek. 
Beberapa kali mereka harus -melompati 
selokan, menyisi tegalan, menyusuri pinggiran 
tebing sungai yang terjal dan berbahaya. Di 
belakangnya, chucky  menguntit dengan 
benak bergalau. 
“Dia sudah rnempersilahkan. Kok abang 
tak masuk?” gumam gufi , tak mengerti. 
“Percuma, Juki. Dia… Hem, benarkah 
orang itu pengawas hutan?” 
“Ya.” 
“Nah. Kalaupun kita masuk, tentulah kita 
tidak akan melihat balok berlapis dua dengan 
rantai besi itu. Paling-paling kita hanya 
menemukan tikar digelar. Mungkin dengan 
ekstra sebuah kasur butut. Rak atau bakul 
tempat pakaian. Kompor untuk masak. Lampu 
petromak, mungkin juga lampu baterai. 
Beberapa bilah golok, sangkur dan sebuah 
bedil panjang di dinding. Semuanya bersih, 
rapih. Tak ada bekas, apalagi petunjuk bahwa 
seorang gadis pernah dipasung dalam gubuk 
itu.” 
“Seperti juga mereka menukar mayat 
petani dengan bangkai lutung?” 
Lama chucky  tidak menyahut. lalu : 
“Kalau benar mereka memang menukarnya!” 
ia bersungut sungut misterius. 
gufi  mau mengutarakan sesuatu. 
namun  membatalkannya, oleh sebab  tahu-tahu 
mereka menemui jalan yang lebih patah lagi. 
Tebing licin berlumpur, menurun curam ke 
bawah. Hanya orang-orang yang sudah 
terbiasa yang mampu melaluinya dengan 
mudah. Buktinya chucky  sempat 
terperosok, sedang gufi  sendiri hampir 
terguling ke tengah sungai. Menyusuri lagi 
tanah becek di tepian sungai, kembali mereka 
harus mendaki jalan berputar ke atas, 
mengikuti tegalan sawah yang terhampar luas 
dan akhirnya tiba di lubuk tempat semula 
mereka datang. 
“Kita mandi?” tanya gufi . 
“Kau mandilah. Aku akan terus ke 
kampung di lembah itu.” 
“Abang akan kutunjuki jalan. Dan... hem 
kukira tak ada ruginya aku ikut. Ada beberapa 
cewek cantik di sana.” 
Sepeninggal tamu-tamunya, Mat Dolim 
masih berdiri di tempat ketinggian. 
la mengawasi sampai kedua orang itu 
mendekati lubuk. Baru ia memutar, berjalan 
memasuki halaman gubuk. Pada saat 
bersamaan, seorang laki-laki lain menyelinap 
keluar dari belakang gubuk ke halaman. 
“Orang pintar dia itu,” kata laki-laki yang 
dari tadi bersembunyi di belakang gubuk. 
“Lebih tepat lagi, kalau kukatakan, ia sangat 
dan semakin berbahaya!” 
“Laki-laki  kota itu tampaknya tidak usah 
terlalu kita kuatirkan, pak slenderman .” 
nyoto  Prabukusumah Prayodhia, 
slenderman  desa nyi girah , menggelengkan kepala. 
Gundah.  
“Aku kenal orang macam dia, Dolim. 
Jangan memandang enteng seorang warta-
wan!” 
“Oh. Aku tak berpikir sejauh itu. Tadinya, 
yang kukuatirkan justru den Juki. la sudah edan 
rupanya, nekad menemani chucky . 
Dikiranya ia sudah  menolong orang yang syok 
tahu itu, membuktikan sesuatu. Tidak sadar, 
kalau ia justru menjerumuskan kakak 
wanita lesbian nya.” 
“Hem.” nyoto  mengelus jenggotnya. 
Berpikir. lalu  berjalan ke luar pagar 
halaman “Aku harus kembali ke desa. Kita 
harus merubah rencana.” 
Lalu ia menyusuri jalan yang tadi dilalui 
kedua tamu tak diundang itu. Langkahnya 
begitu ringan. Hampir-hampir tak meninggal 
kan jejak di tanah. Apalagi, sampai tergelincir. 
Turunan curam dan licin itu ia lompati tanpa 
ragu-ragu sedikitpun juga. 
Semakin jauh ia berjalan, semakin wajahnya 
menyuram. 
martini  mengawasi laki-laki tua yang 
terbaring sakit di dipan. “Kapan dia pergi?” 
tanyanya dengan wajah kecewa. 
guy fawkes , penyawah keluarganya menjawab lirih:  “Sudah beberapa hari lalu, neng skandinavia .” 
“Kapan, tepatnya? Dan ke mana?” 
“Kau mendesak aku, neng skandinavia .” 
“Mestinya ia pamit!” 
“Maaf.” 
“Dan mestinya aku tidak sia-sia 
membawakan oleh-oleh baju hangat yang 
sengaja kubawa dari surabaya . Untuk dia, pak. 
Untuk anakmu. Jadi beritahukanlah apa yang 
terjadi sebetulnya . Supaya aku tahu, apakah 
aku tetap harus mengirimkan baju hangat ini, 
atau menyimpannya saja. Dengan harapan, 
suatu hari kelak dapat menjumpainya, lalu 
menyerahkannya.” 
Laki-laki tua bermata murung dan wajah 
pucat menahan sakit, katanya gangguan pada 
otot punggung itu, akhirnya menyerah. 
“Baiklah. Kutahu, neng skandinavia  akan 
bertanya juga pada orang lain. bobo  
memang sudah pergi. Tepatnya, tiga hari yang 
lalu. Kami bertengkar hebat tentang sesuatu. 
Masalah keluarga, kuharap neng skandinavia  maklum. 
Lalu yah, bobo  mengumpulkan semua 
pakaian dan ijasah yang dimilikinya. Katanya, ia 
mau mencoba nasib di mojokerto . Mungkin juga, di 
Bandung.” 
“Tak meninggalkan alamat?” 
“Dia bilang, akan menulis surat kelak.” 
“Oh.” 
“Minumlah, neng skandinavia .” ujar isteri laki-
laki itu, yang tampak jauh lebih tua dari 
suaminya. 
Wajahnya membayangkan penderitaan 
yang techucky t sangat. Matanya barut, tentulah 
bekas menangisi nasib malang ditinggalkan 
anak sulung yang dicintainya. 
martini  menyesap teh sedikit. Lalu berdiri.  
“Benar tak perlu kupanggilkan bi nyi kembang  
untuk merawatmu, pak guy fawkes ?” 
Terimakasih, neng skandinavia . Biasa aku 
begini. Tidur sejam dua, lantas sembuh dengan 
sendirinya.” 
“Kudo'akan semoga bapak cepat sembuh.” 
Isteri pak guy fawkes  mengantar skandinavia  sampai 
ke pintu. Berterimakasih untuk kesekian 
kalinya, sudah  dibawakan oleh-oleh penganan 
berupa kueh-kueh, ikan kalengan, mantel 
panjang untuk suaminya dan selendang batik 
untuk dirinya sendiri. Basa basi itu membuat 
martini  kaku sendiri dan sesudah  pamit, 
bergegas ia tinggalkan rumah penyawah 
ayahnya yang tinggal di lembah itu. 
Di jalan mendaki menjelang desa nyi girah , 
martini  melihat dua orang laki-laki 
mendatangi dari arah berlawanan. Masih jauh, 
namun ia segera mengenali keduanya. martini  
mempercepat langkah. Begitu pula kedua laki-
laki itu. 
“Mau ke mana kalian?” tanya martini , 
sesudah  mereka bertemu. 
“Ke rumah pak guy fawkes ,” jawab gufi . 
“Aku justru baru dari sana,” martini  
memperhatikan pakaian mereka, mendelik 
sebentar lantas menggerutu:  
“Kau melakukannya lagi. chucky  !”  
Sebelum chucky  menjelaskan 
sesuatu, martini  sudah  menegur pula. Kali ini, 
teguran itu ditujukan pada adiknya:  
“Sudah gilakah kau, Juki? Diami Jangan 
coba membo-hongiku. Kalian berdua sudah  
pergi ke hutan  Larangan itu, bukan?” 
Terdiam gufi . 
chucky  lebih terdiam lagi. Tiba-tiba 
ia merasa bersalah. Sadar, bahwa ia sudah  
menyeret adik martini  menempuh perjalanan 
yang sangat berbahaya. Tidak saja selama 
perjalanan. namun  lebih-lebih, akibat dari 
perjalanan itu sendiri. Akibat-akibat yang 
konon sudah  dialami demikian banyak 
penduduk desa yang kehilangan pikiran waras 
saat  memutuskan untuk iseng-iseng ke hutan  
Larangan. 
“Lihat. Pakaian kalian begitu kotornya. 
Dan kau. chucky . Lecet di situ lenganmu 
berdarah lagi. Hayo, pulang sekarang! Kalian 
akan kuadukan pada ayah!” 
“Tidak menjewer kupingku?” gufi  
nyengir, menyindir. lalu  tertawa. 
martini  mesem. 
Sepanjang jalan ke rumah mereka 
lalu  pelan-pelan jadi akrab kembali. 
chucky  lalu  tahu bahwa mereka 
menuju sasaran yang tepat. bobo  sudah  
lenyap tiga hari yang lalu. Itu yaitu  pada hari 
kedatangan chucky  dan martini  ke desa 
nyi girah . Dan malamnya, seorang gadis melihat 
kekasihnya tercinta diseret orang ke puncak 
hutan  Larangan. 
Pertanyaannya sekarang :  
Benarkah gadis itu memang ada? 
Untuk mencari jawabannya, tampaknya 
ada kesulitan. gufi  langsung dicambuk 
ayahnya dengan kalimat: “Mau cari penyakit 
ya?!” Dan tanpa disuruh, Laki-laki  itu langsung 
menyetrap diri sendiri. Berkurung di kamar, tak 
mau keluar biar dibujuk oleh siapapun juga. 
chucky  sempat hilang akal. Mana mungkin 
ia, seorang pendatang dan belum semua warga 
desa kenal, kasak-kusuk sendirian ke sana 
kemari? 
namun  selagi mandi di pancuran, 
chucky  menemukan akal bagus. 
Ternyata gampang sekali penyelesaian 
nya, la tahu sifat wanita. Maka begitu pulang ke 
rumah, ia langsung meledek martini :  
“Hei, tahukah bekas pacarmu itu mau kawin?” 
“Bekas pacarku?” 
“Alaaa, belagak. Jelek-jelek begini, aku 
punya telinga.” 
“Dan apa yang didengar telinga keledaimu?” 
“bobo  bekas pacarmu. Dan tak lama 
lagi ia akan menikah dengan seorang gadis. 
Namanya… hem. Mengapa pula harus 
kuberitahu padamu?” 
Benar saja. Dasar wanita, tak lama sesudah  
mereka ngobrol martini  pamit. 
“Tak usah ditemani,” katanya. “Cuma 
sebentar kok. Uwaku yang di pojok jalan itu 
katanya minta bicara denganku. Empat mata.” 
“Jangan-jangan ia punya calon buat 
kau,” chucky  memberengut. 
“!h. Gitu saja cemberut. Ini nih, bukti aku 
tak memikirkan laki-laki lain, chucky ku sayang,” 
dan, cup-cup-cup, bibir chucky  di kecup 
berulang-ulang. Gatal tangan chucky  mau 
menyeret martini  ke tempat tidur, namun 
gadis itu tahu gelagat, la segera minggat ke luar 
rumah, meninggalkan chucky  termangu-
mangu, dan sesudah  martini  jauh dari rumah, 
tersenyum diam-diam. Berdo'a dalam hati: 
“Semoga wanita hebat itu berhasil.” 
Do'a chucky  tidak sia-sia. 
Tak sampai satu jam, martini  sudah  
kembali. “Uwa-ku ada-ada saja. Dia cuma ingin 
tahu, kapan kita kawin.” dan martini  memang 
tidak berbohong. Pertanyaan itu diajukan uwa-
nya, saat  martini  melewati rumah mereka 
sambil lalu Dari rumah uwa-nya, martini  
menyelinap pergi ke tiga alamat. Kawan-kawan 
lama, siapa lagi. 
“… tahu apa cerita pengurus ternak Uwa?” 
“Oh. Jadi uwa-mu punya ternak,” rungut 
chucky  acuh tak acuh, sambil melembari 
buku silat yang dipinjam martini  dari Taman 
Bacaan. 
“Aku tidak bicara mengenai ternak,” kata 
martini  kesal. “Aku mau bicara tentang apa 
yang kudengar.” 
“Begitu? Kukira, aku saja yang punya 
telinga keledai.” 
“Jangan menyindir lagi,” keluh martini , 
dongkol. “Aku memang kenal si bobo . namun  
tanyalah semua orang, dan akan kau tahu ia 
bukan bekas pacarku!” 
“Lho. Kok ngambek?” 
“Ngambek sih tidak. Cuma keki.” 
“Keki apanya?” 
“Dikira aku cemburu kalau si bobo  
kawin? Tak usah yaaa! Malah aku senang. 
Bebas dari gunjingan yang bukan-bukan. 
Melihat umurnya, memang sudah sepantasnya 
dia menikah sekarang-sekarang ini.” 
“Ooo. Jadi bobo -mu sudah menikah?” 
“Bangsat. bobo -ku apa-an. Bilang 
sekali lagi, kuremaskan cabe giling ke mulut 
ceriwismu.” 
“Boleh. Asal terus dicium,” chucky  
tertawa. “Jadi sama-sama merasa pedasnya.” 
Mau tak mau martini  ikut tertawa juga. 
Katanya:  
“Hebat juga dia. Mendapatkan anak 
gadis, yang masih terhitung famili pak slenderman . Famili jauh, memang. Namun tetap ada 
pertalian darah. Kau tahu? Ayah gadis itu 
langsung naik pitam. Ibunya jatuh sakit. Gadis 
itu lalu  diantarkan keluarganya diam-
diam, dikirimkan ke pamannya di Cirebon. 
Konon, supaya diajar adat,” martini  geleng-
geleng kepala. “Dasar orangtua kolot. 
Mentang-mentang calon suami anaknya 
seorang penyawah ...” 
“Kapan gadis itu diungsikan?” tanya 
chucky , dengan jantung berdebar. 
“Katanya sih, tiga hari yang lalu...” 
martini  yang tercekat kini. “He, aku mengerti 
maksudmu. Si bobo  bukan kabur ke mojokerto  
atau ke Bandung, la pasti nyimpang ke Cirebon. 
Menguber calon isterinya. Aku tahu si bobo . 
Sekali ia temukan gadis itu, ia akan nekad 
melarikannya. Hem, hem. Lihat saja. Tak lama 
lagi, kisah petualangan dua sejoli yang cintanya 
ditentang keluarga itu, akan segera sampai ke 
desa ini.”  
chucky  diam. 
bobo  tidak bertengkar lalu minggat 
dari rumah orangtuanya. bobo  sudah mati. 
Terikat ke tonggak silang dengan lambung 
dihunjam tombak. Kekasihnya juga tidak 
diungsikan ke Cirebon. Melainkan ke gubuk 
terpencil di kaki hutan . Dipasung. oleh sebab  sudah  
membuat cemar keluarga, atau oleh sebab  sebab-
sebab lain yang ingin sekali diketahui 
chucky , apa kiranya. 
Gadis itu melakukan suatu kesalahan. 
“Jangan sampai mereka pergoki kita...” 
terngiang ucapan gadis terpasung di dalam 
gubuk. Dan kesalahan itu harus ia tebus dengan 
harga yang techucky t mahal. 
Gadis itu sudah  berubah rupa; ia yaitu  
mahluk itu. Mahluk mengerikan menyerupai 
kera besar. Kera betina ...  
“Awas!” 
Jerit tertahan martini  membuat chucky  
terlompat sesaat . “Apa?! Mana?!” 
martini  tersenyum. “Itulah. Orang ngomong, 
tak didengarin!” 
Sadar dikecoh, chucky  malu sendiri. 
Ia memungut buku silat yang entah 
kapan sudah  jatuh terhampar di lantai. Tidak lagi 
bernafsu membacanya, la bergumam, lesu:  
“Aku mau tidur.” 
“Siang begini?” 
“Tak boleh?” balas chucky , sengit. 
Rebah di tempat tidur, chucky  
menyesal berlaku kasar pada martini  barusan. 
namun  ia begitu tak tahan. Ada sebuah duri 
menyakitkan yang tiba-tiba saja menusuk 
jantungnya. Duri itu yaitu  gambaran yang 
semakin pasti, bahwa semua yang dialaminya 
di hutan  Larangan bukanlah mimpi buruk atau 
igauan orang sekarat. 
Semakin yakin ia sekarang, bahwa ia 
sudah  melihat gadis dipasung itu berubah rupa 
jadi kera betina; Sama yakinnya dia, bahwa 
petani malang yang mati sengsara di tonggak 
maut itu yaitu  bobo  adanya. Torehan 
bambu runcing di lambung bobo , sama 
keadaannya dengan torehan pada lambung 
bangkai lutung. chucky  sudah  memeriksa 
lambung lutung itu. Lalu ia mengumpamakan, 
itu yaitu  lambung bobo . 
Apa yang mereka ambil? 
Hatinya! 
Sesaat , chucky  memegangi perut. 
Lalu, bulu kuduknya tahu-tahu saja 
meremang... 
 martini  terhenyak di kursinya. 
la menyesal sudah  mengejutkan 
chucky . Tidak menyangka akibatnya akan 
separah itu: chucky  bersikap aneh, lantas 
meninggalkannya begitu saja dengan dalih mau 
tidur. Ada sesuatu di mata laki-laki itu, yang 
membuat martini  takut. martini  sadar, 
bahwa ia sudah  termakan umpan pancing 
chucky . Mendengar bobo  jatuh cinta 
dan akan menikahi wanita lesbian  yang 
dicintainya itu, mau tak mau hati kewanitaan 
martini  dijangkiti perasaan cemburu. 
sebetulnya lah, ia cemburu. 
Betapapun, bobo  yaitu  laki-laki pertama 
yang pernah mencium bibirnya. Itu merupakan 
sebuah kenangan manis, yang tak pernah 
dilupakan seorang wanita. Terserah, apakah ia 
cinta atau tidak pada Laki-laki  yang menciumnya 
itu. Hati wanita memang sukar diselami. 
martini  sudah  menikah dengan Tedi. Sesudah  
Tedi meninggal, martini  langsung 
mendapatkan penggantinya. chucky , yang 
sama ia cintai sebagaimana martini  mencintai 
almarhum suaminya. Pada saat ini. chucky  
ada di sisinya. martini  bahagia. Namun toh, 
mendengar bobo  akan menikahi wanita lesbian  
lain tergugah juga kecemburuannya. 
Cemburu, yang tidak ditambah  
penyesalan. Apalagi sakit hati. Malah ia senang, 
bobo  akhirnya memutuskan tidak mati 
sebagai bujang tua yang sekarat oleh sebab  
cintanya yang patah. 
Jadi kecemburuan martini , yaitu  
kecemburuan yang wajar. 
Tanpa unsur negatip. 
Itulah yang ingin ia beritahukan pada 
chucky . namun  martini  ceroboh, la berlari 
terlalu cepat, dan saat  ia berpaling ke 
belakang sadarlah martini  bahwa ia sudah  
menginjak orang lain tanpa sengaja. Itukah 
yang barusan membuat chucky  tampak 
sewot? 
martini  menghela nafas. 
Dikumpulkannya satu seri buku silat 
yang tadi mereka baca bergantian. Lalu pergi 
meninggalkan rumah. Menuju Taman Bacaan 
nyi girah  yang terletak dekat balai desa. Masa 
pinjam buku itu sudah  habis. martini  akan 
meminjam buku lain, atau majalah, atau komik. 
Melalapnya sampai habis, sekedar mengendur 
kan sarap yang tegang. 
la bertukar sapa dengan pemilik Taman 
Bacaan dan satu dua langganan lain. lalu  
asyik memilih-milih buku. Hampir semuanya 
sudah dibacanya. Di desa ini, atau di surabaya . 
Kebanyakan sudah tua dan lapuk, sebagian 
malah tak lengkap lagi halamannya. Tiba pada 
susunan komik, matanya menangkap sejumlah 
seri cerita pewayangan. Namun sepintas lalu 
saja tahulah martini  kalau komik itu semua 
sudah  pula dibacanya. Baru saat  matanya 
terpaut pada sebuah buku dengan judul 
“nyi momo  dari nyi girah ,” martini  tertarik. Isi buku 
itu juga sudah  ia baca. Gambar-gambarnya 
malah hampir ia hapal semua. namun  toh seri 
“nyi momo  dari nyi girah ” diambilnya juga, oleh sebab   itulah seri pewayangan yang tak pernah bosan dilalapnya.  Dari dahulu  ia selalu membayangkan diri nya sebagai nyi momo . nyi momo  yang berharap agar 
chucky  memenangkan taruhan mengangkat lalu 
membentangkan busur panah kechucky t. chucky  
memang melakukannya. namun  chucky , dalam 
faktanya  hidup martini , ternyata kalah. 
Instink martini  mencurigai taruhan itu. Tedi 
memasuki peti mati, sedang, chucky  . tidak 
meletakkan jaminan seperti yang lain-lain. 
Waktu itu martini  tidak tahu, siapa yang ia 
harapkan keluar sebagai pemenang. Tedi, atau 
chucky . Baru sesudah  Tedi keluar dari peti 
mati sesuai waktu yang dijanjikan, martini  
dijalari perasaan kecewa. Kenapa chucky  harus 
kalah? 
Lewat jendela Taman Bacaan, tampak bi 
nyi kembang  melangkah bergegas ke balai desa. 
martini  melihatnya. Dengan mata. Sedang 
jalan pikirannya melihat yang lain; chucky  kalah 
terhormat. Dan sebagai imbalannya, nyi momo  
yang kini menjanda bersedia mencucurkan, 
setiap tetes keringat untuk menggali kembali 
cinta yang pernah terpendam. Tiga tetes darahnya di daun sirih itu sebagai saksinya. 
“… Kami akan punya anak,” martini  
membathin. Alangkah mentakjubkan! chucky  
dan nyi momo  abad modern, akan melahirkan 
generasi penerus. martini  tersenyum. 
Membayangkan, chucky  dan nyi momo  dunia 
pewayangan, cemberut iri... 
Di jalan desa, bi nyi kembang  duduk menanti 
dengan gelisah. 
saat  tamu pak slenderman  meninggalkan 
ruangan kepala desa nyi girah  itu, bi nyi kembang  lantas 
saja menyerobot masuk mendahului dua orang 
tamu dan kecamatan yang sudah menunggu 
lebih dahulu . 
nyoto  menatap tak senang. 
“Ada apa, nyi kembang ?” desisnya, tajam. 
wanita lesbian  tua itu menggigil.  
“Semur hati itu ...” bisiknya, gagap. Lalu 
ia melaporkan apa yang semestinya dilaporkan. 
nyoto  mendengarkan dengan tenang. 
Belum habis laporan pelayan martini , 
ketenangan nyoto  mulai goyah.  
“...kau biarkan chucky  menghabiskan 
semuanya?” ia bergumam dengan suara 
kering. 
“Neng skandinavia  mengatakan begitu,” jawab 
bi nyi kembang , ketakutan. 
“Setiap kerat?” 
“Ya. Dasar manusia rakus, Si chucky  itu!” 
nyoto  termenung. Murung. Katanya:  
“Bukan oleh sebab  rakus. nyi kembang . Ketahuilah. 
Ada kekuatan magnetis dalam tubuh chucky , di 
bawah alam sadarnya. Kekuatan magnetis itu 
juga dimiliki bobo , meski sifat dan 
pengaruhnya berlainan. Jangan lupa, mereka 
berdua sama mencintai martini . saat  
martini  memberi chucky  semur hati itu, 
dua kekuatan magnetis tadi lantas saling tarik 
menarik. bobo  sudah  mati. la tidak dapat lagi 
membantu kekuatan magnetis yang 
mengendap di hatinya, yang sudah  kau semur 
itu,” nyoto  menelan ludah. Membasahi 
kerongkongannya yang kering. “Dan hati yang 
masih hidup, berhasil memenangkan 
pertarungan itu. oleh sebab  hati yang kedua ini, 
menyatu padu dengan kekuatan pisik yang 
masih ditempatinya.” Sekali lagi nyoto  
menelan ludah. “Mengertikah kau?” 
wanita lesbian  tua itu tidak mengerti. Namun ia 
jawab juga:  
“Mengerti, pak Ganda.” 
“Nah. Kau tak usah mempersalahkan 
dirimu. Kau pergilah. Temui para ketua 
kelompok. Suruh mereka berkumpul di 
rumahku. Malam ini!” 
 matahari kota surabaya  memanggang 
atap kantor-kantor salah satu wilayah 
Kepolisian setempat. Panasnya terasa 
menembus langit-langit, dan jatuh di kepala 
botak dokter dul latief  yang duduk sambil 
mengipasi dada di seberang meja Kapten 
syam kamaruzaman . Dokter polisi itu gerah bukan saja  oleh sebab  pengapnya ruangan ataupun panasnya  matahari, la juga merasa gerah, oleh sebab  jaringan-jaringan otaknya tegang. Mendekati  histeri. Betapa tidak.  
Baru saja ia dengar Kapten syam kamaruzaman  
berkata melecehkan:  
“...rasanya, dokter. Kok kau memaksa 
aku percaya, bahwa Jeckyll dan Dr. Hyde baru 
saja menyelinap masuk laciku!” 
dul latief  meringis. Masam. “Mudah-mudahan 
saja benar,” umpatnya, dongkol. 
“Jangan marah dahulu ,” syam kamaruzaman  
tersenyum manis. “Umpamakan aku memper-
cayaimu. Dongeng atau bukan, kita tetap harus 
membuktikan segala omong kosongmu itu. 
oleh sebab  terus terang, petunjuk-petunjuk ke 
arah itu memang sudah kuperoleh. Informasi 
yang masuk begitu simpang siur. Sesudah  
kusaring, aku lantas terperanjat sendiri. Maka 
aku sudah  memutuskan untuk berangkat siang 
ini juga ...” 
“Bukan kau. Kita,” potong dul latief , bernafsu. 
“Kita?” 
“Kau. Aku. Dan satu team lagi yang 
orangnya kutentukan, dengan persetujuanmu. 
Mereka kita perlukan. syam kamaruzaman . Mereka ahli 
dalam bidang masing-masing, sehingga dapat 
menganalisa apakah martini  berpribadi 
ganda; ataukah aku sudah  salah mencopot 
rumus-rumus kedokteran yang selama ini 
kucekokkan ke kepala.” 
syam kamaruzaman  menggelengkan kepala.  
“Aku akan pergi seorang diri!” 
“la berbahaya, syam kamaruzaman ,” rungut dul latief , 
mengingatkan. 
“Tidak, apabila analisamu yang menggeli 
kan itu dioleh sebab kan kau tengah menekuni ilmu 
gaib. Eh, jangan dahulu  melotot, dokter. Aku kan 
tadi menyebut, apabila. Jadi belum final...” 
“Dan, bila aku ternyata benar?” 
“Jabatanku taruhannya, dokter. Aku 
sudah  disumpah, bukan? Nah. Tugasku jelas dan 
gamblang. Jangan biarkan masyarakat heboh. 
Gempar. Supaya tugas itu terlaksana baik, apa 
boleh buat. Aku harus minta maaf, oleh sebab  buat 
sementara kau dan orang-orangmu yang hebat 
itu terpaksa harus istirahat dahulu  di pinggir 
lapangan permainan.” 
Kapten syam kamaruzaman  akhirnya memang pergi 
sendirian. 
la tidak pakai mobil lambhorgini , melainkan naik 
kereta api. la sadar apa yang akan ia hadapi, 
resiko-resikonya. taruhannya. Namun selama 
di kereta, ia tertidur nyenyak sekali. Dari 
setasiun kereta di Bandung ia mencarter taksi 
untuk sekali jalan oleh sebab  sadar ia tidak 
mungkin pulang pergi. Begitu menghenyakkan 
pantat di taksi, ia berdoa semoga negara tidak 
rugi besar sudah  membayar mahal perjalanan 
menuju pemecahan perkara yang tampaknya 
hanya terdapat dalam buku-buku novel misteri 
itu. 
Di sidoarjo , ia mendatangi kantor 
Kosekta Kepolisian setempat. Menunjukkan 
kartu pengenal, menceritakan gambaran kasar 
dari perkara yang ia hadapi sehingga ia 
terpaksa ikut merepotkan mereka. Dan 
berharap, ia ditertawakan. 
Nyatanya, tidak seorang pun petugas di 
Kosekta sidoarjo  itu yang tertawa. Senyum pun 
tidak. Lalu, diam-diam syam kamaruzaman  menyesali 
mengapa ia menolak tawaran kerjasama 
dokter dul latief  dan  teman nya, sesudah  
ia dengar keterangan komandan sektor dalam 
kalimat sederhana:  
“Kami pun sudah  lama mendengar 
keanehan-keanehan yang terjadi di desa 
nyi girah .” 
“Dengan apa aku dapat pergi ke sana?” 
“Sudah malam sekarang, pak syam kamaruzaman . 
Kendaraan umum jarang. Mana nantinya masih 
harus jalan kaki. Saya akan mengantarkan 
sendiri bapak ke desa itu. Asal saja bapak tahan 
udara dingin, dan tidak marah kalau misalnya 
kita terpelanting di jalan...” 
“Setuju!” 

288 
 
Malam memang sudah  larut. Gelap lagi. 
Hitam pekat. Seolah menyimpan kutuk. 
Pada malam yang terkutuk itu, 
chucky  tersentak bangun dari tidurnya, la 
sudah  bermimpi tenggelam di tengah laut. 
Nyatanya, bantal yang ia tiduri sudah  basah 
kuyup dibanjiri peluh. Demikian pula piyama, 
yang seakan melekat jadi satu dengan kulit 
punggungnya. Terengah-engah ia duduk. 
Memandang iri pada gufi  yang meringkuk 
di ranjang satunya lagi. Laki-laki  itu mengorok 
keras, bagai babi gembul yang kelewat banyak 
makan. 
Apakah tadi ia mendengar sesuatu? 
Benar. Suara itu terdengar lagi. Bersin 
ditahan. Lalu bisik-bisik halus seseorang 
menegur yang lain. 
“… aku tak kuat!” protes yang ditegur.  
“Kubilang, jangan berisik!” 
”Maaf.” 
Langkah-langkah kaki lembut terdengar 
mengingsut ke arah pintu depan. Bagai takut 
ranjang tidur runtuh, chucky  bersijingkat 

289 
 
pelan, la menggapai tembok. Menekan tombol 
di situ. Sehingga kamar tidurnya menjadi gelap 
gulita dalam sekejap. 
Sepi menyentak, beberapa helaan nafas. 
Lalu suara-suara tadi terdengar lagi.. 
Lewat di gang samping yang sejajar dengan 
kamar tidur yang ditempati chucky  dan 
gufi . la bersijingkat ke jendela. Menempel 
kan telinga. Bersin lagi, lebih keras sedikit 
namun  kali ini tidak ditegur. 
“... semua sudah kau beritahu?” ia 
dengar suara ayah martini . 
“Sudah!” itu suara bi nyi kembang , pelayan 
mereka. 
“Ayolah. Nanti kita terlambat.” 
Pantaskah ia ikut campur urusan orang? 
Harus! 
Terlalu banyak hal-hal ganjil di sekitar 
sini. la tidak ingin, namun  ia sudah  terlibat di 
dalamnya. Berpikir sampai di situ, chucky  
membuka daun jendela sedikit demi sedikit. 
Remhulan bersinar lemah. Tampak bayang-
bayang dua sosok tubuh hitam berjalan 

290 
 
tergesa-gesa, membelok ke jalan utama 
menuju pusat desa. 
Saat itu juga chucky  bersalin 
pakaian. Tangannya meraba-raba dalam 
kegelapan. Cari sepatu, lalu jacket. Jacket ia 
temukan, sepatu tidak. Sesudah  merangkak 
sebentar di lantai, akhirnya ia cuma 
menemukan sandal. Tak apa. Pokoknya tidak 
bertelanjang kaki. 
Pelan-pelan pula ia meluncur ke luar. 
Lewat jendela. Daun jendela itu ditutupkannya 
rapat-rapat. Tanpa menimbulkan suara. Lalu 
lalu  bergegas menuruti arah perginya 
kedua orang tadi. Sesudah  larak-lirik sebentar, 
merasa aman, ia berjalan setengah berlari. Dan 
baru memperlambat langkahnya sesudah  
melihat sosok-sosok tubuh hitam itu kembali. 
Ayah skandinavia  dan bi nyi kembang  tampak di simpangan, 
sedang bicara dengan tiga orang lain. Mereka 
berlima bersama sama menempuh satu arah. 
Jauh di belakang, chucky  menyelinap-
nyelinap dalam kegelapan, tanpa melepaskan 
rombongan kecil itu dari matanya. Semakin 
dekat ke rumah pak slenderman , rombongan itu 
semakin besar jua. Mungkin jumlahnya sudah  

291 
 
mencapai sebelas atau. dua belas orang, saat  
tiba di depan pintu rumah induk milik slenderman  
desa nyi girah . 
nyoto  membukakan pintu untuk 
mereka. chucky  bersembunyi dalam 
bayangan sebuah pohon besar. Menunggu 
sampai mereka semua masuk ke dalam dan 
pintu ditutupkan, la masih menunggu sebentar 
lagi. Siapa tahu ada orang lain yang terlambat 
datang. chucky  menunggu sekitar lima 
menit, baru lalu  memberanikan diri 
keluar dari persembunyiannya. Langkahnya 
langsung ditujukan ke rumah besar dan megah 
di pusat desa nyi girah  itu. Sunyi sepi di 
sekitarnya. Kecuali di rumah induk. Di ruang 
depan tampak kesibukan yang terlihat 
sebentar-sebentar dari celah-celah tirai jendela 
yang tersingkap di sisi kanan. chucky  
memperhatikan rumah yang sejajar dengan 
rumah induk. Sepi mati. Begitu pula bagian 
rumah di sayap kanan. Terdengar tangis bayi 
dari salah satu kamar bagian rumah sayap kiri. 
lalu  sepi lagi. Menyentak kembali. 
oleh sebab  celah itu terlalu kecil diawasi dari 
kejauhan. chucky  bersijingkat memasuki 

292 
 
pekarangan yang luas itu. la mengendap-endap 
mendekati jendela yang tirainya sedikit 
tersingkap itu. Dan melihat mereka yang ada di 
dalam tampak tengah berdebat. Suaranya 
begitu sayup, sukar ditangkap telinga. Hanya 
sesekali ia menangkap kata-kata “terpaksa”, 
“ini gegabah!”, “bagaimana… salah?” 
Lalu pak slenderman  tampak angkat bicara. 
Suaranya sedemikian rendah. Namun 
semua yang mendengar, diam merunduk. Tak 
satu pun mengomentari. Lalu tiba-tiba pak 
slenderman  terbatuk. Sekali. Dua kali. Tiga. Dan ia 
berjalan ke jendela justru jendela di balik mana 
chucky  mengintip. chucky  langsung 
menjatuhkan diri ke tanah, oleh sebab  pekarangan 
di bagian itu terbuka, tak ada tempat 
berlindung. Cahaya menerpa matanya, saat  
tirai jendela disingkap dari dalam. Lalu suara 
kletak-kletok lembut, riuttt… jendela itu dibuka 
oleh pak slenderman . 
chucky  semakin terbenam di tanah. 
Matanya terpejam. Takut melihat wajah 
pak slenderman . 

293 
 
namun  nyoto  tidak merunduk saat  ia 
julurkan kepalanya ke luar. nyoto  meludah. 
Lalu menutupkan jendela.  
“Bangsat!” chucky  memaki dalam 
hati, sambil menyeka cairan berbau hanyir 
yang mendarat di pipinya, la masih 
menggerutu berkepanjangan, sampai ia 
tersadar bahwa suara percakapan di dalam kini 
semakin jelas dan mudah ditangkap. 
saat  ia bangkit dengan bimbang, 
sadarlah ia, meski tirai sudah  ditutupkan, namun  
jendela itu ternyata lupa dikuncikan kembali 
dari sebelah dalam. Pak slenderman  yang bicara: “... 
aku sendiri muak memikirkan perubahan 
rencana ini. namun  apakah kalian punya pilihan 
lain? Terutama kau, Barja?” 
Subarja, ayah martini , diam mematung. 
Dari celah tirai jendela yang tetap 
tersingkap sedikit oleh sebab  kaitan atasnya 
terlepas satu kancing, chucky  melihat 
orangtua itu berwajah sangat pucat. 
Tampaknya ayah martini  ingin menangis. 
“Jadi kita semua sepakat,” pak slenderman  
memutuskan. 

294 
 
Satu demi satu. kepala-kepala manusia di 
dalam ruangan itu dianggukkan. Pak slenderman  juga 
manggut-manggut. Puas. 
“Sekarang,” katanya. “Masuklah ke 
dalam. Bergiliran. Basuh muka kalian dengan 
air yang tersedia dalam pasu-paiu itu. Ucapkan 
do'a dan keinginan masing-masing sambil 
bersujut di hadapan putera junjungan kita,…” 
lalu ia membuka sebuah pintu. 
Mulanya hanya tampak papan lebar, 
Semakin chucky  menyimak, 
semakin ia tahu papan itu yaitu  sisi dari 
sebuah rak besar dan tinggi. Tampak susunan 
buku di bagian paling dekat ke pintu. Lalu 
bayangan samar nyala lemah dari dalam kamar 
itu. la ingin meninjau lebih jauh. namun  semua 
orang yang ada di ruangan itu sudah  bangkit 
serempak dan berdiri menuju pintu kamar 
tersebut. Antri, seperti membeli karcis kereta. 
wanita lesbian -wanita lesbian  masuk lebih dahulu , baru 
kaum Laki-laki . Sesudah  mereka ke luar dan 
kembali ke tempat duduk masing-masing, 
wajah yang tadinya kusut sudah  berubah cerah. 
Ayah martini , tampak penuh kepercayaan diri, 

295 
 
la duduk tenang di kursinya. Dan tersenyum 
pada wanita lesbian  di sebelahnya. 
Semua menunggu dengan sabar. 
Menunggu orang terakhir yang sudah  
masuk ke dalam, dan paling lama di kamar 
misterius itu. la yaitu  nyoto  Prabu 
kusumah, yang terdengar menyenandungkan 
sesuatu, memohon, memuja, memuji, 
menyebut-nyebut kemuliaan leluhur… yang 
rangkaian kata-katanya seolah mengatakan, 
bahwa leluhur mulia itu tidak jauh dari mereka, 
dan tetap menjaga dan melindungi pengikut 
nya yang setia. 
Waktu keluar, wajah pak slenderman  yaitu  
satu-satunya yang berbeda dengan yang lain. 
la tampak murung. Katanya:  
“... berangkatlah kalian lebih dahulu . Aku 
akan menyusul.” 
Tak seorang pun membantah. 
Mereka semua keluar dari rumah itu. Ber 
iringan dengan langkah-langkah tenang tetap 
pasti ke ujung desa, mengikuti jalan menurun. 

296 
 
lalu  lenyap ditelan kegelapan yang 
datang dari arah sungai. 
Di tempat persembunyiannya, chucky  
berpikir keras. 
la hampir saja mengikuti arah mereka 
pergi, waktu ia dengar pak slenderman  batuk keras. 
Orang tua itu mengurut dadanya, dan 
bergumam perih:  
“Betapa berat beban yang harus 
kutanggung. Padahal… aku menyukai anak 
muda itu.” 
chucky  tercekat. 
Anak muda… anak muda yang mana? 
Selagi ia berpikir, ia lihat slenderman  desa 
nyi girah  itu berjalan ke pintu depan. nyoto  
pergi ke arah yang ditempuh teman-temannya, 
dan menghilang pula dalam kegelapan. Tetap 
saja berakibat sama: chucky  harus berpikir 
keras. Harus bertindak cepat. namun  apa? 
Bagaimana? Sesudah  merenung sebentar, ia 
sudah tahu apa yang harus ia putuskan; Biarkan 
mereka pergi. oleh sebab  kau sudah paham, ke 
mana mereka menuju. namun , pastikan sesuatu 
dahulu ! 
“Apakah aku pantas jadi maling?” 
desahnya, gemetar, sambil meraba bingkai 
jendela di depannya. Gemetar tangannya. 
Lebih-lebih, saat  daun jendela perlahan-
lahan mulai terbuka... martini  terlompat di ranjangnya.  “Ap… mengapa, ada…” Ia tersengal-
sengal pucat. Lengan-lengan ia angkat, di 
dekatkan ke wajahnya. Tak ada sesuatu yang 
berubah. Merasa tidak yakin, martini  
lalu  berpaling. Menatap kaca rias di 
seberang ranjang, la melihat wajahnya. Melihat 
tubuhnya sendiri. 
Bukan wajah lain. Tubuh lain. 
Wajah menyeramkan. Tubuh mengerikan. 
Bermimpikah dia barusan? namun  begitu 
nyata. Begitu jelas. Begitu terasa. Ya. Sampai 
detik ini pun, ia masih dapat merasakannya. 
Merasakan darah di sekujur tubuhnya 
menggelegak bagai dipanggang api neraka, la 
melayang-layang menembus kabut tebal, 
namun  panas membara. lalu , di balik 
kabut itu ia melihat seseorang. Laki-laki. 
martini  serasa kenal pada laki-laki itu. 
Anehnya lagi, ia merasa mengasihi Laki-laki  itu, 
namun  sekaligus juga membencinya. Demi 
kasihnya, tidak akan ia relakan Laki-laki  itu 
dijamah wanita lesbian  lain. 
wanita lesbian  yang samar-samar muncul 
pula di balik kabut. wanita lesbian  muda, kecil 
mungil dan molek itu bagai menari-nari, lalu 
jatuh di pelukan si Laki-laki . Mereka berciuman. 
lalu  tertawa bahagia. 
“Jangan ambil dia!” rasanya martini  
berteriak. 
Lalu ia menyerbu ke depan. Cinta 
kasihnya tertinggal di dalam kabut. Yang ia 
bawa sebagai senjata, yaitu  kebenciannya 
yang membabi buta. Laki-laki  itu memandang 
kaget. wanita lesbian nya, terjerembab. Pingsan. 
“Kau, laki-laki tak berguna!” jerit martini . 
Dan ia sambar Laki-laki  itu dengan kuku-
kukunya, la renggut lehernya dengan mencuat 
keluar dari mulutnya. Tak puas sampai di situ, 
saat  si Laki-laki  terjerembab jatuh, martini  
masih merenggut sesuatu yang lain. Sesuatu 
yang hangat, lunak, dan terasa menggelikan di 
telapak tangannya. He, tangannya berbulu 
tebal, pirang dan kasar ! 
martini  terpekik. 
la remas benda lunak di telapak 
tangannya. Dimasukkan ke mulut. Lantas 
ditelan. Segaaaaarrr… 
namun , apa? 
Suara siapa itu? Ada orang berteriak. 
martini  mendekati si pembuat gaduh itu. 
Belum juga ia jamah, orang itu tahu-tahu sudah  
lenyap. Apakah ditelan bumi? 
martini  melayang lagi. Memasuki kabut 
panas membara. 
Apakah itu kaca? Mengapa kecil dan 
sempit benar? Coba lihat… he, wajah siapa itu? 
Leher dan pundak siapa itu? 
Kabut tebal itu terguncang. 
martini  terhempas. 
Bangun! Ada yang berteriak. Bangun! 
Bangun! Bangun ...! 
“Astaga!” bisik martini , bergidik. “Buruk 
benar mimpiku.”  
Mimpi? 
“... kau sudah bangun, skandinavia ?” 
Suara itu lagi. Datangnya dari balik 
jendela. Suara asing, berat, lirih. martini  
semakin bergidik. 
“Siapa?” bisiknya. Tercekat… 
“Kami. Teman-teman lamamu.” 
“martini  pergi ke jendela. Ada semacam 
kekuatan aneh menjalari dirinya. Memberinya 
keberanian. Keteguhan hati. 
Jendela terbuka. Gelap pekat di luar, 
namun sesaat  jendela terbuka, kegelapan itu 
pun sirna. Lidah cahaya lampu kamar tidurnya, 
menerangi beberapa sosok tubuh di luar 
rumah, sedikit Jauh dari jendela, la tak tahu 
berapa orang jumlah mereka. Yang ia tahu, 
sosok-sosok tubuh itu tampak berwarna-warni. 
Ada hitam legam. Ada coklat. Ada merah 
kekuningan. Ada pula merah kebiruan. Hitam 
lagi. Lalu abu-abu. 
Warna-warni itu, warna-warni bulu tebal 
di sekujur tubuh mereka yang mengaku teman-
temannya. 
“Mendekatlah,” martini  berbisik. 
“Tidak. Waktunya sudah tiba,” jawab 
mereka' serempak, dalam senandung ganjil 
dan seolah tiupan bayu di kejauhan. 
“Waktu apa… yang sudah  tiba?” 
“Upacara.” 
“Upacara apa?” 
“Pernikahan.” 
“… aku belum punya gaun pengantin.” 
“Kau akan mempunyainya. Nanti. Warna 
nya, pirang. Kau suka?” 
“Suka sekali. Aku pernah melihatnya. 
Entah di mana...” 
“oleh sebab  itu, cepatlah!” 
Lalu mereka bergerak mundur. Semakin 
jauh. 
“Tunggu,” martini  berseru tertahan. 
Lalu dengan tangkas, ia melompati jendela. 
Begitu ringan tubuhnya. Bagai melayang, tak 
menjejak di tanah. “Ke mana kita pergi?” 
Tak ada jawaban. 
Yang ada, tarikan kuat. Menyeret 
martini  pergi semakin jauh dari rumah 
orangtuanya. 
 chucky  mengerjapkan mata. 
Dan yakin sudah, ia memasuki sebuah 
musium kecil, ganjil, misterius, berbau magis. 
Pasu-pasu dengan genangan air di sekitarnya, 
bau ramuan, rempah, getah, kulit kayu 
cendana. namun  ia tidak mabuk. Malah 
menyukai harum semerbak ku. 
Sudah berapa puluh tahun usia dinding 
berukir itu? 
Ribuan tahun silam, jauh sebelum 
Masehi, siapa tahu! Mahluk kera, yang 
berkembang semakin tumbuh, abad demi 
abad. Rupanya semakin sempurna. Semakin 
mendekat postur tubuh dan  wajah manusia. 
Itulah teori evolusi Darwin. Dan betapa 
angkuhnya nyoto  Prabukusumah Prayodhia. 
“la anggap apa dirinya, eh?” chucky  
nyeletuk. “Keturunan Yang Hilang?” 
hutan  Larangan begitu aneh. 
namun  kamar ini lebih aneh lagi. 
Tercengang chucky  mengawasi sedemi 
kian banyak buku, majalah, guntingan surat 
kabar, dari berbagai kurun masa. Buku-buku itu 
biasanya  berbahasa asing, hanya sebagian 
yang berbahasa Indonesia, atau diterjemahkan 
ke bahasa Indonesia. Terbanyak, yaitu  yang 
mempakai  bahasa Belanda; bahasa 
rindu golongan tua! Sebagian sudah remuk 
dimakan ngengat. Sebagian lapuk berdebu. 
Yang lain, kumal oleh sebab  sering dibaca. Baik 
buku, majalah ataupun guntingan surat kabar. 
Yang disebut terakhir, biasanya  berbahasa 
Jawa, Sunda, dan sedikit berbahasa Indonesia. 
Beberapa dari kliping itu tentunya sudah  dicuri 
dari suatu tempat. Atau dibeli dengan harga 
tinggi? Seperti juga buku-buku yang sudah 
techucky t langka itu? 
Takjub dan terharu biru, chucky  
menyentuhnya satu persatu. Menarik yang ini, 
mendorong yang itu. Menyimak yang sana, 
meniup debu yang sini. Perhatiannya lama 
tertarik pada sebuah buku bersampul kulit, 
terbitan abad ke-1. Penulis aslinya, Kappaoni 
Papadoupulos, seorang pilosop hwang jang lee i. 
Diterjemahkan oleh Dr. Th. W. Brill ke bahasa 
Belanda, yang Indonesianya: apa yang ada dl 
balik pikiran darwin?
Juga sebuah buku bersampul karton keras yang 
tulisannya sudah hampir lenyap di atas kertas 
cetak yang kuning tua. Karya Dr. Rarnon von 
Stagenharr, di-lnggeris-kan oleh Trevor Davis, 
London, 1918. Terjemahan judul: kita dan 
darwin. sub judul: badutkah dia atau pelopor 
misteri manusia? 
chucky  melembari buku-buku itu 
sebentar, dengan sangat hati-hati. Takut 
kertasnya remuk jadi kepingan sia-sia. 
Menyimpan lagi di tempatnya, dan mengambil 
buku lain. Yang ini, terbitan Pinguin Book, Inc. 
Ditulis oleh Dong Mc. Ivar. Judulnya lebih 
sederhana: MANUSIA KERA. Dengan sub judul: 
Pokok-pokok Pikiran. Cetakannya lebih bagus. 
Kertasnya kuat, hurup-hurupnya jelas dan 
banyak catatan di sana sini dari si pemilik, atau 
si pemegang buku. 
Dalam kotak tebal dari spidol merah di 
halaman 117, tertulis: “Ada petunjuk, 
kelompok-kelompok Garis Keturunan Yang 
Hilang itu menyebar ke berbagai mata angin. 
Menghindari kebekuan guha-guha yang gelap, 
atau pulau-pulau es yang tidak memberi 
kehidupan. Mereka pergi mencari pusat 
gerhana. Mencari tempat perbenturan 
bintang. Galaksi berpanas. matahari yang 
dapat memberi lebih banyak energi...” 
Hal 212: “... mereKa tidak seperti kita 
bayangkan selama ini. Kuat, luar biasa bodoh 
atau sebaliknya, jenius. Kecuali dalam 
penampilan, dan cara mereka berjuang 
mempertahankan hidup.  Mereka juga memiliki 
kelemahan-kelemahan sebagaimana manusia 
abad ini juga memilikinya Mereka mati 
sebagaimana kita juga dapat mati. namun  
bukan mustahil, kondisi dan situasi alam di 
mana kelompok-kelompok yang mengasingkan 
diri itu tinggal menetap, sudah  mpnciptakan 
perubahan yang terkadang musykil. Alam gaib, 
animisme.” 
Halaman 256: “... suku-suku liar bangsa Hunt di 
Eropa, Niger di Afrika, memiliki ciri khas bagian 
evolusi Darwin yang lenyap mengendap itu. 
Demikian pula di Australia. Sedang di Asia, 
secara kronologis beberapa kelompok 
keturunan bangsa-bangsa setempat sudah  
berkembang lebih maju. Baik dalam cara 
berpikir, dalam proses perubahan pisik, 
pentaan alami...” 
Pada halaman-halaman berikutnya, diberi 
catatan yang tidak menentu dalam hurup-
hurup Jawa yang sukar dimengerti chucky . 
Ditulis pada halaman itu oleh Mc.lvar: “Dapat 
dikatakan, kemungkinan besar Darwin benar. 
Apabila, kita menemukan generasi penerus 
Garis Keturunan Yang Hilang itu; hidup segar 
bugar, atau tinggal fosil tua rapuh… yang 
semoga belum remuk oleh pergeseran bumi 
yang beranjak semakin tua. Penyelidikan ke 
arah ini dapat dilakukan ke beberapa benua. 
Terutama Asia; Manchuria, Mongolia, 
sepanjang pesisir Samudera Hindia. 
Mungkin beberapa tempat di Eropa yang 
sebelum ini disebutkan, dapat pula ditelusuri. 
namun  riset di sekitar gugusan pulau-pulau 
Polinesia...” 
Selembar kertas buku itu terlepas, 
melayang ke lantai. 
chucky  memungutnya. Dan membacanya 
sekilas, menganggap tidak penting. Sampai 
saat  ia akan menyelipkan kembali ke tempat 
semula, dan menyadari ada tulisan di 
sebaliknya. Pada sudut kanan atas, tampak 
tulisan yang masih baru: martini . ia harus 
ditolong.chucky  tertegun. Menyimak 
kertas itu lagi. Ada tanda panah dari tulisan itu, 
menjurus ke bab dalam kertas buku, melingkari 
kata-kata “Orang-orang Pilihan”. 
Apa maksudnya? 
martini . Ditolong dari apa? 
Entah mengapa, chucky  memutar 
lehernya. Menatap ke patung kecil di sudut 
kamar. Patung bersepuh emas. Tubuhnya, 
tubuh manusia dewasa. Dari jenis kelamin 
wanita. Wajahnya, wajah yang sama sekali 
tidak cantik menarik. Wajah yang seakan 
berproses. Dari kera, ke manusia. Hei, apakah 
mata patung itu bersinar? 
chucky  mendekat. 
Lalu membungkuk, mengamat-amati 
mata patung. 
Barangkali… 
Suatu gerakan halus di belakangnya, 
membuat chucky  membalikkan tubuh 
sesaat . Baru sekira 40 derajat kurang sedikit, 
wajahnya sudah  disekap sebuah telapak tangan 
kasar, berbulu, la melihat sesosok tubuh 
dahsyat mengerikan dengan seringai buas, 
mengancam. chucky  tersedak. Sadar, jalan 
pernapasannya tertutup. Ya hidung, ya mulut, 
la meronta. Namun cengkechucky n kuat tangan 
berbulu yang lain, menekan pundaknya ke 
depan, semakin tenggelam dalam telapak 
tangan pertama. chucky  terbeliak. 
Dan sebelum matanya terpejam pingsan, 
ia melihat seseorang muncul di belakang sosok 
tubuh mahluk itu. 
Orang itu, slenderman  Desa nyi girah , tersenyum 
lembut. 
“Kami tahu kau akan nekad melakukan 
nya, anakku,” katanya, lunak dan sabar. 
“Betapa repot memikirkan...” 
Sekapan di wajahnya, dilepas perlahan. 
chucky  jatuh terkulai. 
 polisi desa nyi girah  minta maaf pada 
wanita lesbian  yang membuka pintu dengan 
mata-berat oleh sebab  mengantuk. “Sebelum ibu, 
aku barusan juga digedor,” katanya, 
tersenyum. “Perkenalkan. Ini Letnan nyoto . 
Mungkin ibu pernah… Ah, ya. Yang ini Kapten 
syam kamaruzaman . Baru datang dari surabaya .” 
syam kamaruzaman  hampir saja mengambil sikap 
menghormat ala militer. namun  lalu  
menganggap lebih pantas membungkukkan 
badan sedikit. “Apabila ibu tidak 
berkeberatan…,” katanya, merendah. Kalimat 
sengaja diputus. Cara demikian biasanya 
memberi hasil memuaskan. 
“Tak apa. Bapak-bapak masuklah,” pintu 
dilebarkan. Mempersilahkan krtiga tamunya 
masuk ke dalam. “Apakah suami saya sudah …” 
“Oh, bukan. Kami mencari neng…” 
Ucapan polisi desa itu segera dipotong 
oleh syam kamaruzaman : “Begini. Saya dengar sahabat  saya chucky  menginap di rumah ibu. Boleh dibangunkan sebentar?” 
wanita lesbian  setengah baya itu 
mengangguk paham lalu pergi mengetuk pintu 
kamar tidur anaknya. oleh sebab  tak ada sahutan, 
pintu dibukanya sendiri. Gelap di dalam. Lampu 
dinyalakan. wanita lesbian  itu terkejut: ranjang 
chucky  kosong melompong. Bingung, si 
wanita lesbian  mengguncang-guncang tubuh 
anaknya di ranjang satunya lagi. gufi  
menggeliat malas lalu bangun. 
“Dasar tukang molor! Mana abangmu?” 
“Abangku?” 
“Si chucky , goblok. Mana dia?” 
Memandangi tempat tidur chucky , 
gufi  bersungut kesal: “Barangkali pergi 
berak... Eh, tunggu dahulu !” ia melihat daun 
jendela sedikit terbuka. Laki-laki  itu beringsut 
dari ranjangnya. Perasaan kuatir membuatnya 
sesaat  terjaga. Jendela didorongkan sampai 
terpentang. Gelap pekat di luar. gufi  
tengadah. Menatap jauh dan melihatnya! 
Sementara itu sang ibu yang kebingungan sudah  
berjalan ke luar dan secara naluriah langsung 
memasuki kamar anak gadisnya. Kamar itu juga 
kosong, la kalang kabut sesaat , lebih-lebih 
menyadari saat  bangun tadi ia juga tidak 
melihat suaminya. Apa-apaan, semua orang 
mendadak menghilang? Tengah malam pula? 
“Astaga!” dari kamarnya, gufi  keras. 
“Pasti ia ke sana lagi I” 
Dalam sekejap, suasana di dalam rumah 
berubah ribut dan kalang kabut. Sementara 
gufi  yang pucat memberitahu apa yang 
diketahuinya, si wanita lesbian  menangis oleh sebab  
cemas; syam kamaruzaman  dan nyoto  beberapa kali 
bertukar pandang, bingung; polisi desa, duduk 
resah gelisah sambil sesekali menggeram 
marah tanpa alamat yang jelas. Meskipun 
ibunya ketakutan ditinggal sendiri, gufi  
memaksa ikut pergi ke hutan  Larangan.  
“Kalau kak skandinavia  dan bang chucky  terjebak 
di atas sana, aku harus menolong mereka!” 
katanya bersemangat. 
 suara bergaung yang aneh terasa 
menggelitik kendang telinga chucky . Ia 
membuka kelopak matanya. Mula-mula 
sedikit, lalu  semakin lebar. Namun apa 
yang dilihatnya, hanya warna hitam pekat 
belaka. Tanpa suatu kehidupan. Suara 
bergaung itu kian menyentak. Campuran 
lengking dan tangis yang dikumandangkan 
serempak, diseling lyric berbau rituil yang,… 
ada bila disimak seksama, merupakan lagu 
pujian terhadap roh-roh gaib yang menguasai 
alam semesta. 
chucky  mengerjapkan mata 
berulang-ulang, la dapat menangkap sinar 
lemah di sekeliling. Namun di atasnya, 
kegelapan tetap menghitam. Lalu tahulah 
chucky , kegelapan itu merupakan 
hamparan langit kelam. Tanpa rembulan. 
Tanpa bintang, la mencoba bergerak, lalu sadar 
bahwa ia rebah dalam keadaan terikat erat-
erat; baik kedua lengan yang terlipat di bawah 
punggung, maupun kedua kakinya. 
“... ia sudah sadar,” terdengar suara 
berbisik di sebelah kirinya. chucky  
menoleh, dan cahaya samar menerangi wajah 
wanita lesbian  tua berambut ubanan yang entah 
sudah berapa tahun dikenalnya. Di sebelah 
wanita lesbian  itu, tampak wajah slenderman  desa 
nyi girah  terangguk-angguk lembut. 
“Aku tahu. nyi kembang ,” katanya. “Aku tahu.” 
“Apa yang harus kita lakukan?” 
“Biarkan ia duduk dahulu . Aku ingin 
bertindak adil. Biarkan ia ketahui apa yang 
terjadi di sekelilingnya,” sambil berujar 
demikian, nyoto  Prabukusumah Prayodhia 
membantu chucky  duduk. Kembali 
chucky  mengerjap, dengan rasa perih 
menyakitkan pada lengannya yang tadi terlipat 
di bawah punggung. Pergelangannya linu 
tergigit tali tambang. 
Sebagaimana diharapkan sang slenderman , 
chucky  segera tahu di mana ia berada. 
Yang pertama dilihatnya yaitu  tonggak kayu 
silang yang memancarkan bau kematian 
sampai ke hidungnya. Puluhan obor 
terpancang di tanah, mengitari pinggiran hutan  
dalam bentuk tapal kuda dan berakhir di 
masing-masing sisi batu hitam raksasa yang 
misterius itu. Dalam lingkaran obor, duduk 
bersila sekitar 20 sosok tubuh manusia 
berpakaian gelap, laki-laki dan wanita lesbian . 
Kebanyakan sudah berusia lanjut, la dapat 
mengenali beberapa orang di antara mereka. 
Ayah martini , seorang pesirah desa, Mat 
Dolim dan tiga temannya yang bersikeras 
mengatakan chucky  tergelincir jauh dari 
hutan  di mana kini mereka semua berada. 
Selebihnya yaitu  penduduk desa nyi girah  yang 
ia kenal sekilas, atau sama sekali tidak ia kenal. 
Apa yang membuat chucky  
tercengang takjub, yaitu  gerakan tubuh 
mereka. Duduk bersila dengan telapak tangan 
di masing-masing paha namun  pundak 
terguncang-guncang dan kepala digelengkan 
ke kiri ke kanan, sesekali disentak bergantian 
ke depan ke belakang. Wajah-wajah 
berkeringat itulah yang menyenandungkan 
lyric rituil yang kata-katanya sukar ditangkap 
itu. Sedangkan suara lengking campur ichucky  
tangis yang menusuk telinganya, dikumandang 
kan oleh mahluk-mahluk aneh yang 
bersembunyi di balik semak belukar, di atas 
batu-batu, di tengah dedaunan rimbun, di 
puncak-puncak pepohonan yang menjulang ke 
langit kelam. 
Mendadak dari arah jalan setapak yang 
gelap, bermunculan beberapa sosok tubuh. 
Tinggi kekar, berlengan panjang terjuntai namun  
dengan betis-betis yang pendek. Sekujur tubuh 
mahluk-mahluk itu penuh ditumbuhi bulu 
kecuali bagian muka dari wajah mereka. Tubuh 
dan wajah yang sesaat  mengingatkan 
chucky  pada penjelmaan gadis terpasung 
di gubuk itu, yang berubah mengerikan. Darah 
chucky  tersirap manakala mahluk-mahluk 
menakutkan itu menatap ke arahnya. Ah, 
bukan. Melainkan ke arah pak slenderman , yang 
lalu  mengangguk halus. 
Mahluk-mahluk itu segera menyingkir. 
Masuk dalam kegelapan hutan di sekitar hutan , 
dengan suara menggeram-geram Kecuali, 
seseorang yang tentunya tadi berjalan di 
belakang mereka. Seorang wanita lesbian  dengan 
gaun malam putih yang sangat menyolok di 
tengah suasana serba suram itu. “... martini !” desah chucky . Terperanjat. 
Janda muda itu seakan tak mendengar 
suara chucky . la terus saja maju ke depan, 
menyatukan diri dengan kumpulan orang 
lainnya. Duduk bersimpuh menghadap ke batu 
hitam, dengan wajah tanpa gambaran emosi 
apapun juga. la seakan bermimpi kelihatannya, 
tatkala pundaknya naik turun perlahan, leher 
dan kepala ikut digerakkan mengikuti ritme 
suara gaung yang berkumandang, untuk 
lalu  sambil terus menggerakkan pundak, 
leher dan kepala, kelopak mata wanita lesbian  itu 
terpejam rapat. 
“Saat ini, nak...” nyoto  bergumam di 
telinga chucky . “la bukan martini  yang 
kau kenal. namun  seseorang yang lain. Yang 
bukan saja kau, namun  dirinya sendiri tidak 
kenal...” 
chucky  meronta mau bangkit. 
Namun tekanan telapak tangan nyoto  di 
kedua pundaknya, membuat chucky  
terhenyak duduk kembali. Tekanan itu begitu 
kuat dan berat, seolah-olah pundak 
chucky  membawa beban yang ribuan ton 
beratnya. Pundaknya sakit, sekujur tubuhnya 
lumpuh dan nafasnya tersengal-sengal oleh sebab  
berusaha mati-matian mengendalikan diri agar 
tidak sampai terjerembab jatuh. 
“Mengapa,…” ia mengeluh. Sakit. 
“Ceritakan padanya, nyi kembang ,”, ujar nyoto  
lembut. Tekanan di pundak chucky  
melemah, lalu  lenyap. Telapak tangan itu 
sudah  ditarik mundur, dengan keyakinan 
chucky  tidak akan mengulangi kesalahan 
yang sama. 
Bi nyi kembang  menyeringai.  
“Kekasihmu di bawah pengaruh jiwanya 
yang asli.” 
“Jiwanya… yang… asli?” 
“Benar. Jiwa yang muncul ke permukaan, 
tatkala ia ketahui suaminya tidak lagi mencintai 
dirinya namun  sudah  berpaling ke wanita lesbian  
lain. saat  ia dipukul Tedi oleh sebab  nekad 
mendatangi wanita lesbian  lain itu, jiwa asli 
martini  semakin muncul ke pemermukaan. Itu 
membuat penampilan pisiknya berubah. 
Memang tidak terlalu nyata. Namun suaminya 
lalu  menyadari ada sesuatu yang ganjil 
dalam diri martini . la mulai meninggalkan 
isterinya, dan memutuskan untuk menikahi 
wanita lesbian  lain itu...” 
nyi kembang  berhenti sebentar, saat  martini  
pelan-pelan melolong lembut, lalu  
melengking aneh. Mirip lengking hewan  buas 
di tengah hutan belantara. Disambut oleh 
bunyi pekik dan lengking yang sama dari dalam 
kegelapan di sekeliling hutan , membuat tanah 
di bawah chucky  seakan bergetar. Suara-
suara itu perlahan-lahan merendah dan hilang. 
Kembali digantikan senandung ritu'il dari 
kumpulan manusia di dalam lingkaran obor. 
“… malam- itu,” suara bi nyi kembang  dikeraskan 
untuk mengatasi kumandang rituil yang 
memenuhi puncak hutan  Larangan itu.  
“Kesabaran martini  mencapai puncak, la pergi 
meninggalkan rumah. Masih dalam bentuknya 
semula wanita cantik, namun  sedang murka. Tak 
sampai dua jam lalu , ia sudah  kembali lagi 
ke rumah. Pakaiannya hampir tak bersisa. 
Tinggal sobekan-sobekan kecil yang lalu  
kubakar sesudah  membersihkan bercak-bercak 
darah di sekujur tubuh telanjangnya... Lalu aku 
tahu, suatu saat di antara tempo yang dua jam 
itu martini  sudah  berubah wujud. Dapat 
kubuktikan dari bulu-bulu halus, yang tampak 
samar-samar di kulit tubuhnya; bulu-bulu 
pirang yang semakin sirna manakala ia 
lalu  tidur kembali.” 
“Jadi, ia... skandinavia ...” chucky  seakan 
tercekik. 
“Itulah yang terjadi, la sudah  membunuh 
suaminya!” 
polisi desa nyi girah  meringis dan 
lalu  jatuh berlutut di jalan setapak yang 
mendaki semakin tajam. “Betisku,…” ia 
merintih. “Betisku kraam lagi!” sambil 
memegangi salah satu betisnya dengan wajah 
menahan sakit. 
syam kamaruzaman  membungkuk untuk menolong. 
“... biarkan aku,” cegah polisi desa itu. 
“Sebentar lagi juga sembuh. Kalian terus saja!” 
“Tak apa kami tinggal sendirian?” 
“Apa boleh buat,” dalam jilatan lampu 
senter yang sesaat menerangi wajahnya, polisi 
desa itu tersenyum malu. “Saya akan kembali 
ke gubuk kosong yang tadi kita lewati, pak. Di 
sana, tidak ada yang perlu saya takutkan.” 
“Sanggup berjalan sendirian ke sana?” 
“Sanggup, pak. Dekat kok ini.” 
“Kau tak bawa senjata.” 
“Ah, tak apa. Kalaupun terjadi sesuatu, 
saya kira dalam gubuk itu mestinya ada apa-
apa yang dapat saya gunakan untuk membela 
diri.” Polisi desa itu menghindari pandangan 
mata letnan nyoto  yang tampak mencemooh, 
lalu  berkata sedih. “Yang saya kuatirkan, 
jalan ke atas sana...” 
“Aku tahu jalannya,” gerutu gufi . 
Sambil menyorotkan lampu senter ke jalan 
mendaki di atas mereka. 
Sementara polisi desa berjalan setengah 
menyeret kaki ke arah semula mereka datang, 
Kapten syam kamaruzaman  mengambil alih lampu senter 
dari tangan gufi . “Biar aku di depan,” 
katanya, tenang. gufi  tidak menyembunyi 
kan kegembiraannya. Langsung saja ia 
menempel di punggung kapten yang tampak 
nya tidak mengenal takut itu. Dengan begitu 
gufi  merasa aman dan nyaman. oleh sebab  di 
belakangnya, masih ada letnan nyoto  untuk 
menjaga. Letnan itu tersenyum, memahami 
ketakutan si Laki-laki . Namun dalam hati, tak 
putus-putusnya mengomeli polisi desa yang 
mundur sebelum perang dimulai. Letnan nyoto  
membathin: “Hem. Bikin malu!” 
Di depan, syam kamaruzaman  tidak memikirkan si 
polisi desa. la bahkan tidak memperdulikan 
gufi  yang terus lengket seperti lintah di 
punggungnya. Yang ada dalam pikiran syam kamaruzaman , 
hanyalah faktanya  yang semakin tergambar 
nyata. Desa terpencil, beberapa warganya 
menghilang tengah malam, api di. hutan , cerita-
cerita seram yang mengambang di atasnya,, 
semakin menjurus pada apa yang dikatakan 
dokter dul latief : martini  berpribadi ganda. 
namun  pribadi ganda bagaimana gerangan? 
Tentunya bukan pribadi kedua dari 
dokter Hyde yang menyuntikkan serum jahat 
ke tubuhnya sehingga ia berubah menjadi 
Jackyll. Arah yang mereka tempuh saat ini, 
tampaknya lebih menyeramkan dari sekedar 
perubahan akibat suntikan serum belaka. 
Lebih-lebih mengingat bagaimana Tedi hulk  
mengalami kematiannya. Masih ada lagi: 
sobekan kain, yang lalu  terbukti yaitu  
sobekan gaun tidur seorang wanita lesbian . Lalu 
informasi mengalir masuk ke mejanya di 
kantor. Arsitek itu mulai ingat warna dan merk 
mobil lambhorgini  yang diparkir di seberang jalan di depan 
rumahnya. Seorang pejalan kaki bersedia jadi 
saksi bahwa yang keluar dari mobil lambhorgini  dan 
lalu  ganti naik taksi, yaitu  seorang 
wanita lesbian  muda bergaun tidur. Sementara 
saksi lain dengan pasti menjelaskan, bahwa ia 
mendengar suara ban mobil lambhorgini  mendecit-decit 
ribut saat  memasuki halaman rumah 
tetangganya. Saksi yang ini bersumpah, bahwa 
ia sempat mengintip dan melihat sesosok 
tubuh baru saja memasuki pintu rumah 
sebelah. Dan sosok tubuh yang masuk itu, 
tampaknya hampir telanjang... 
“Namanya?” sang saksi mengoceh tak 
sabar. “Bukankah tadi sudah saya sebutkan 
berulangkah? Namanya martini !” 
syam kamaruzaman  memaki lembut. 
Ia hampir saja terperosok ke tebing 
curam yang diselimuti rimbunan semak belukar 
di pinggir jalan setapak yang tiba-tiba saja 
menikung. 
“Bapak melihat sesuatu barusan?” bisik 
gufi , seram. 
“Yeah.” 
“Apa?” 
“Bayangan maut,” rungut syam kamaruzaman  
jengkel, oleh sebab  lengannya terasa sakit akibat 
cekalan gufi  yang terlalu kencang.  
“Oh!” 
“Sudi melonggarkan cekalanmu sedikit, 
nak?” 
“Maaf.” 
“Masih jauhkah puncak- hutan  setan 
itu?” 
“Se… setan?!”  
syam kamaruzaman  geleng-geleng kepala, 
sementara letnan nyoto  tersenyum kecil. 
gufi  sampai tersipu. 
 “TAK usah berkecil hati. anak muda!” 
nyoto  menepuk-nepuk pundak chucky . 
“martini  tidaklah sejahat yang kau bayangkan. 
Maksudku, dalam kondisi jiwa yang normal 
secara pisik dan psikis dia tetap manusiawi, 
sebagaimana engkau sendiri. namun  baik dia, 
aku. si nyi kembang  ini, dan  mereka,…” ia 
menggerakkan dagu ke arah kelompok 
manusia terus bergerak mengikutkan ritme 
yang tetap dalam lingkaran obor. “... atas 
kehendak alam, menyimpan suatu kembaran 
jiwa yang lain. Pribadi kedua ini akan tampil ke 
permukaan, memperlihatkan wujutnya yang 
asli. wujut dari… apa yang kami semua yakin, 
kami warisi dari leluhur kami yang pernah 
hidup ribuan tahun silam. Wujut dan pribadi ini 
batu muncul apabila kami tidak dapat 
mengendalikan situasi emosi tertentu. Emosi 
yang membangkitkan perasaan marah, dengki, 
sakit hati. Lebih parah lagi, emosi untuk ingin 
membalas kemarahan, kedengkian, atau sakit 
hati itu. Beberapa dari kami berhasil 
mengendalikannya. Melalui perjuangan berat. 
Perjuangan bathin yang memakan tempo tidak 
sedikit. Melelahkan, menyedihkan dan acap 
kali, menakutkan. Sayang, generasi kami yang 
lebih muda… skandinavia  misalnya, gagal. Bukan 
oleh sebab  mereka tak mau atau tak mampu. Ini 
termasuk kesalahan kami sendiri. Generasi 
yang tua-tua. Tidak mau memberitahukan pada 
mereka, apa dan siapa sebetulnya  kami ini...” 
“Dan apa? Siapa sebetulnya  kalian?” 
chucky  bertanya ingin tahu. Tekan emosi, 
itulah yang barusan ia dengar. chucky  
menekannya kuat-kuat. Bukan oleh sebab  ia kuatir 
memiliki jiwa apalagi wujut kembar. 
chucky  menekan emosi, semata-mata 
oleh sebab  sekarang ia sudah dapat memecahkan 
misteri kematian sahabatnya, Tedi hulk . 
Meski, pemecahan misteri itu demikian 
musykil; hampir tak masuk di akal. 
Sesudah  merenung sejenak, slenderman  desa 
nyi girah  menjawab: “Kau sudah  melihatnya 
sendiri. Di tembok rumahku. Kukira, malah kau 
juga sempat membacanya di buku yang ada di 
tanganmu waktu kau kami ringkus…” 
“Generasi keturunan yang hilang?” 
chucky  hampir tak percaya. 
“Tegasnya, Manusia Kera!” 
“Astaga.” 
“Kau sudah  melihatnya, bukan? Di gubuk 
terpencil itu. saat  gadis itu berubah wujut. 
Laila, namanya. Masih terhitung cucuku. Cucu 
sepupu, la...” 
“Laila!” chucky  bergidik. Bukan 
oleh sebab  nama itu. Melainkan oleh sebab : “Jadi, 
gadis itu benar-benar ada. Dan nyata!” 
“Betul.” 
“... itu berarti pula, kekasihnya sudah  
diseret ke tempat ini. Diikat ke tiang 
gantungan… ah. Ke tonggak maut itu!” 
chucky  menatap gelisah bercampur marah 
pada tonggak silang di tengah kelompok 
manusia yang seakan mabuk oleh sebab  minum 
obat bius itu. “Aku melihatnya. Dan oleh sebab  
kalian tahu aku sudah  melihatnya, kalian 
menjadi takut… lantas tempatnya kalian 
gantikan dengan bangkai lutung.” 
“Kali ini kau salah, chucky ,” jawab 
nyoto , tenang. “Yang kau lihat pada hari 
pertama, sebetulnya lah mayat bobo , 
putera sulung penyawah keluarga martini . 
Adapun yang kau lihat besok  harinya, masih 
tetap jenasah bobo . Namun dalam wujut 
lain. Wujutnya yang asli, warisan dari 
leluhurnya - kaum budak belian.” 
“Ah.” 
“Itulah yang terjadi,... chucky . Laila 
keturunan orang-orang pilihan. Sedang bobo  
keturunan para budak. Letak, dari keturunan 
orang-orang pilihan boleh saja menikah dengan 
gadis keturunan budak. Tidak sebaliknya. 
Seorang Laki-laki  keturunan budak, pantang 
memperisteri gadis keturunan para majikan. 
Dan apa yang diperbuat bobo  lebih nista. Dia 
sudah  menyetubuhi Laila, di luar nikah. oleh sebab  itu dia harus menerima hukuman.” 
“Kalian menumbak lambungnya!” keluh 
chucky , menggigil. 
“Bukan kami. Kami orang-orang pilihan, 
tak mau mengotori tangan kami dengan 
perbuatan biadab dan hina dina itu.” 
“Mencari kambing hitam? Atau… kalian 
juga mengenal apa yang disebut pembunuh 
bayaran?” 
slenderman  nyoto  tersenyum, sabar. 
Katanya: “Tak seorang pun yang dibayar atau 
membayar. Dan kami tidak membutuhkan 
kambing hitam. Mereka, keturunan kaum 
budak yang tahu akan diri dan  nasib malang 
nya, melakukan sendiri hukuman itu. Kami 
hanya bertugas menyeret bobo  ke tempat 
ini. Mengikatnya. Dan tugas untuk menumbak 
jantungnya, diambil alih oleh… ayahnya 
sendiri!” 
“Tuhanku!” 
“Tak usah heran, anak muda. Itu 
merupakan suatu kehormatan. Suatu upacara 
pensucian diri. Pembersihan noda. Dan 
tebusan kutuk.” 
“Kutuk?” 
“Ya. Yang apabila tidak dilaksanakan, 
kutuk itu akan jatuh. Orangtua, saudara dan 
semua famili sedarah bobo  akan beralih rupa 
dalam wujut kera. Dari jenis paling hina. Jenis 
yang oleh kalian manusia, selalu dijadikan 
tontonan. Di tempat, sirkus, di kebon-kebon 
hewan , di halaman-halaman rumah. Monyet 
monyet kecil, lemah, tak berdaya. Masih 
beruntung, apabila berubah wujut dalam jenis 
yang lebih baik: mawas, atau lutung.” 
Meremang bulu punduk chucky . 
Teringat saat ia memeriksa lambung 
bangkai lutung itu, ia berbisik seram: 
“Benarkah hatinya kalian keluarkan?” 
“Benar.” 
“Untuk persembahan terhadap leluhur?” 
“Bukan. namun  untuk memuliakan roh 
pemilik hati itu, dan  roh seluruh keluarganya. 
Sederhana saja. Gumpalan hati yang masih 
segar berlumur darah itu, harus dipersembah 
kan kepada keluarga para majikan yang 
membutuhkannya.” 
“... dan skandinavia  membutuhkannya,” desah 
chucky , kering. 
“Dugaanmu tepat. Memang skandinavia  mem-
butuhkannya. Untuk menetralisir pengaruh 
jahat dari kembaran jiwanya. Bagaimana kau 
tahu?” 
“Aku punya otak. martini  tidak akan 
sudi menelan mentah-mentah gumpalan hati 
berlumur darah itu. Apalagi kalau ia tahu itu 
berasal dari tubuh seorang laki-laki… yang 
kuperkirakan pernah mencintainya.”  
chucky  menelan ludah, membasahi 
kerongkongannya yang terasa kering. “Jadi hati 
itu lalu  disemur oleh bi nyi kembang .” 
“Anak muda yang pintar. Aku semakin 
menyukaimu. Jadi ketahuilah, betapa 
perasaanku sangat masygul, saat  kudengar 
apa yang terjadi dengan hati… eh, semur hati 
itu!” 
Tiba-tiba chucky  ingin muntah. 
Namun yang termuntahkan oleh mulut 
nya, hanyalah sepatah ucapan pendek:  
“Naudzubillah !” 
slenderman  desa nyi girah  agak tergetar den pucat 
mendengar ucapan chucky  yang terlontar 
tanpa sadar itu. Wajahnya semakin murung. 
Seperti juga suaranya, yang semakin masygul: 
“yaitu  kesalahan kami, anakku. Bahwa kau 
sendiri yang menghabiskan semur hati itu. 
Bukan martini . Dan itu menimbulkan akibat, 
yang terlalu berat untuk kau, bahkan kami 
tanggungkan. Hati yang salah alamat itu, 
terpaksa harus diganti.” 
“Budak yang mana, kali ini?” chucky  
menggeram, muak. 
“Oh. Sayang sekali. Tak ada budak saat 
ini yang harus mengorbankan nyawa. Jadi 
bukan kesalahan kami pula, anakku. Bahwa, 
dengan berat kukatakan… kaulah yang harus 
menggantinya!” 
Rasanya seperti bermimpi. 
namun  semua itu nyata. chucky  
sudah  mengerjapkan mata berulangkali. sudah  
pula mencubiti punggung, dengan tangannya 
yang terikat. Simpul tambang itu malah 
menjepit, semakin kuat. Semakin menyakitkan. 
Baik di pergelangan tangan, maupun kakinya. 
Dan, ia tidak sedang bermimpi. 
“Kakiku kebas!” ia mengeluh, pelan. Dan 
heran, mengapa justru ia mengeluh, padahal 
panik memenuhi dada maupun kepalanya. 
Ataukah, ia memang cuma bermimpi belaka? 
Baiklah. Andaikata semua ini tak lebih dari 
mimpi buruk, chucky  tidak mau kepalang 
tanggung. Muak campur marah, ia mendengus:  
“Apakah aku akan digantung… atau 
diikat pula ke tonggak terkutuk itu?” 
“Oh. Tidak. Tonggak itu khusus untuk 
menghukum para budak. Sedang kau… Kau 
bukan saja dari kelompok orang-orang pilihan. 
Kelompok para majikan. Kau, jauh lebih mulia 
dari siapapun juga yang hadir di tempat ini, 
sekarang. Jauh lebih mulia, dari diriku sendiri,” 
ujar nyoto  polos, jujur, campur kagum atas 
ketenangan chucky . 
“Jangan harap aku tertawa,” rungut 
chucky . 
“Hakmu untuk tertawa atau tidak. 
Namun apa yang kuucapkan barusan, yaitu  
mutlak benar. Kami yaitu  keturunan dari 
generasi yang pernah hilang. Kami masih 
memiliki sifat-sifat leluhur kami. Manusia Kera. 
Sedang kau, yaitu  keturunan generasi sesudah  
nya. Generasi, yang sempurna manusia...” 
nyoto  menghela nafas panjang. “Oleh 
oleh sebab  itu, kami harus tetap menghormati dan 
memuliakan engkau. Kau akan ditempatkan di 
altar pengorbanan yang khusus. Istimewa, dan 
langka kami lakukan sejak nenek moyang kami 
dahulu kala. Selain itu, sebagai tanda hormat 
kami padamu… kau diberi kesempatan untuk 
meloloskan dirimu dari keharusan mengorban 
kan nyawa.” 
“Melalui pertarungan?” chucky  
tersenyum. Mengejek. “Tangan kosong, atau 
bersenjata?'' 
“Kau membuatku bingung, anak muda.” 
“Kau, orang pilihan, dengan para budak 
belianmu yang terkutuk. Semua itu merupakan 
dongeng lama. Kisah purbakala, di jaman 
kekaisaran Nero atau Fir'aun. Kalian buat 
sebuah gelanggang. Di mana aku harus 
menjatuhkan kau, tukang-tukang pukulmu, 
jagoan-jagoan dari orang-orang pilihan. Aku 
sudah menyadari nasibku. Tak mungkin aku 
mengelak. Kecuali melalui pertarungan mati-
matian itu. Harapanku, terus terang kuakui, 
setipis dan selemah benang basah. namun  aku 
akan mencobanya,” dan dalam hati, 
chucky  memikirkan kemungkinan untuk 
lolos, tanpa melalui pertarungan mati-matian 
yang dibayangkannya, la tertawa, parau. Lantas 
menentang… bukan oleh sebab  ia nekad dan 
pemberani. Melainkan, oleh sebab  ia takut. Dan 
ketakutan itu, membuatnya marah. “Siapa 
lawanku yang pertama? Ataukah, kalian maju 
berbarengan, mengeroyokku?” 
“Manusia, dengan segala kepicikannya,” 
nyoto  Prabukusumah Prayodhia, meng-
gelengkan kepala. Prihatin. “Kau tidak akan 
melawan lebih dari satu orang. Dan lawanmu, 
boleh dikata tidak berarti. oleh sebab  dia...” 
“Persetan. Dia siapa?” 
“martini !” 
“martini !” chucky  berteriak, 
marah… atau putus asa? Teriakan keras itu 
memecahkan lagu puja-puji bernada rituil di 
puncak hutan . Semua yang berkumpul dalam 
lingkaran obor sama terdiam. Bahkan hewan -
hewan  mengerikan dalam kegelapan semak 
belukar dan  pepohonan di hutan-hutan 
sekitarnya, ikut terperanjat. Namun anehnya, 
meski dikejutkan oleh teriakan lantang 
membahana itu, semua kepala tetap menekuri 
paha. Kecuali, satu orang. 
martini  berpaling ke arah suara 
berteriak Itu. la menatap chucky . Dengan 
sinar mata kosong. lalu  kembali 
berpaling, merunduk menekuri pahanya pula. 
Namun dalam tempo sekejap sebelum ia 
berpaling, chucky  menangkap bentuk 
wajah martini  dalam jilatan cahaya obor. 
Masih tetap cantik, masih tetap menawan. 
Namun pipinya tidak sehalus pipi martini  yang 
ia kenal selama ini. Pipi wanita lesbian  itu, 
ditumbuhi bulu-bulu halus. Bulu pirang, di 
bawah dahinya yang tampak berkerut. 
Menyempit... 
Mendadak, chucky  ingin memberontak. 
Tangan dan kakinya yang terikat ia 
gerakkan, seraya menerjang bangkit. Hasilnya 
gampang ditebak: chucky  langsung jatuh 
terjerembab, dengan wajah mencium tanah! 
Dua sosok tubuh tinggi besar dan hitam 
oleh sebab  seluruh tubuhnya boleh dikata penuh 
ditumbuhi bulu-bulu kesat dan kasar, sesaat  
membangunkan chucky  dari tanah, la 
dipaksa berdiri, dengan kaki dan tangan tetap 
terikat. Oh. Bukan berdiri lagi. Telapak tangan 
yang lebar tebal dengan lengan-lengan kekar 
berbulu itu mengangkat chucky  terlalu 
tinggi, sehingga ia tak lagi menjejakkan kaki di 
tanah. 
“Jauhkan semua obor!” nyoto  berseru 
lantang di sebelahnya. 
Seruan itu bagaikan magnit yang kuat. 
Mengangkat semua tubuh yang bersila di 
tanah, kecuali martini  seorang yang masih 
tetap menekuri tangan dan pahanya. Obor-
obor dicabuti dari tanah, dibawa sejauh 
mungkin. Beberapa di antaranya malah 
dipadamkan. Bi nyi kembang  lalu  berlari ke 
tengah lapangan terbuka itu, menyentuh 
pundak martini  dan lalu  menariknya 
menjauh. Berkumpul dengan semua orang 
lainnya yang kelihatan pucat dan gemetar, 
saling merapat satu sama lain di sudut 
lapangan terbuka yang berlawanan dengan 
mulut jalan setapak. 
Apakah ada mahluk lain, yang akan 
muncul dari jalan setapak itu? 
Mahluk dahsyat, yang lebih mengerikan? 
chucky  menunggu dengan cemas, 
panik dan takut. lalu  ia merasakan ada 
sesuatu yang bergerak di lereng-lereng gunung 
sebelah kiri hutan  Larangan. Beberapa sosok 
bayangan hitam mendekati batu hitam raksasa, 
berkumpul di salah satu sudutnya, untuk 
lalu  mulai mendorong sekuat tenaga. 
Suara kaki-kaki mereka menjompak keras 
seperti kaki-kaki gajah menghentak bumi tiap 
kali mereka berhasil menggeser sudut batu itu. 
Menimbulkan suara berderak, dan getaran 
aneh di permukaan bumi. 
Batu misterius yang hampir setinggi 
rumah itu, perlahan-lahan tampak berubah 
letak. Di mulai dengan gugurnya semak belukar 
di bagian batu yang bersatu dengan lereng 
gunung. Tanah longsor, batu-batu bergelinding 
an jatuh ke lembah, dan debu bertebaran 
sampai ke lapangan terbuka yang sudah  kosong 
itu. Bunyi geseran yang ganjil terasa dan 
terdengar semakin kuat di permukaan tanah. 
Batu hitam itu terus bergerak ke depan, 
mengikuti gerakan mahluk-mahluk besar 
menyeramkan yang mendorong sudut 
terendah dari batu raksasa itu. Mahluk-mahluk 
itu menggeram, melengking, mendengus-
dengus buas selama mengerahkan tenaganya. 
Batu sebesar dan setinggi rumah itu 
semakin bergeser ke depan. 
Demikian pula wujut mahluk-mahluk 
pendorongnya, tampak semakin nyata dalam 
jilatan obor. Semuanya ada dua belas sosok 
tubuh tinggi masing-masing sosok tubuh itu 
hampir mencapai dua meter. Berlengan 
panjang penuh otot yang bersembulan di balik 
bulu-bulu tebal kasar, berkaki pendek kekar. 
Wajah-wajah mereka juga hampir dipenuhi 
bulu, namun wajah-wajah itu masih 
menampakkan ciri-ciri wajah manusia. 
Manusia yang dahinya selalu berkerut, apabila 
tengah memikirkan sesuatu yang techucky t 
rumit. Hidungnya senormal hidung manusia, 
tidak sepesek hidung kera. Namun dari mulut 
mereka yang menyeringai selagi mengerahkan 
segenap kekuatan yang tersimpan dalam tubuh 
yang kokoh itu, tampak memperlihatkan 
taring-taring panjang, runcing, melambangkan 
kebuasan. 
chucky  diam-diam melirik ke sosok-
sosok tubuh yang mengangkat badannya 
sampai tak berjejak di tanah, la lantas bergidik 
seram saat  menyadari sosok-sosok tubuh ini 
sama dengan sosok-sosok tubuh yang 
mendorong batu. Hanya lebih kecil, lebih 
pendek, dengan dada lebih besar, 
menggelembung. Mahluk-mahluk jenis betina! 
Dan jantan-jantan yang perkasa itu, 
terus mendorong sambil mulut dan  hidung 
mengeluarkan suara-suara geram, lengking 
dan dengus-dengus yang seichucky , seolah 
mereka menyanyikan lagu rambate-rata-hayo. 
Batu hitam misterius itu terus saja bergerak 
pada sudut yang mereka dorong, sementara 
sudut lainnya terus berputar dalam satu poros. 
Lebih banyak lagi tanah, pasir, debu 
beterbangan. 
Obor-obor yang masih menyala, diturun 
kan semakin rendah... 
Namun cahayanya masih cukup jelas 
untuk memperlihatkan bentuk dari batu 
raksasa itu. Ternyata sebuah kubah yang 
selama ini menutupi apa yang tersimpan di 
dalamnya. chucky  melihat sebentuk 
kerangka yang utuh dengan tengkorak yang 
techucky t besar, jauh lebih besar dari sosok 
jantan-jantan perkasa yang dahsyat itu. Tulang 
kerangka yang tetap utuh secara ajaib itu, 
duduk di sebuah batu besar yang lengket, ke 
bagian belakang sebelah dalam kubah. Tulang-
belulang kakinya berjuntai ke bawah, menjejak. 
sebuah altar hitam. Batu tebal pipih berbentuk 
bundar. Sebuah altar persembahan korban! 
Rongga kosong di tengkorak yang besar 
itu, seolah menatap lurus ke mata chucky . 
Membuat yang ditatap bergidik, seolah 
jantungnya lolos. Sekujur tubuh chucky  
lemah, layu, terkulai. lalu  segala sesuatu 
lantas berlangsung cepat dan serempak. 
Dua sosok tubuh mahluk betina yang 
memegangi chucky , sesaat  melepaskan 
cengkerarnannya. lalu  menjatuhkan diri, 
rebah menelungkup mencium tanah dengan 
posisi mengarah ke arah mahluk yang tinggal 
kerangka mengerikan itu. Tanpa mengacuhkan, 
bagaimana chucky  bagai terhempas ke 
tanah. Lututnya terlipat, menyakitkan. Namun 
secara naluriah chucky  berusaha menahan 
agar tubuhnya tidak sampai terjerembab, 
rebah mencium tanah seperti dua mahluk di 
sampingnya. Seperti juga, semua kelompok 
manusia tadi melakukan hal yang sama. Rebah 
menelungkup, dengan lengan-lengan terulur 
ke depan, ditautkan telapak tangan dalam 
posisi menyembah kerangka di seberang altar.  
Sekonyong-konyong, chucky  me-
rasakan getaran yang hebat di permukaan 
tanah tempatnya berpijak. Seakan lapisan bumi 
nun jauh di bawah, berguncang keras. 
Guncangan itu semakin terasa, manakala altar 
batu itu bergerak semakin jauh dari tempatnya 
semula, mengikuti tarikan kubah yang pelan-
pelan menutup jalan setapak. Mula-mula 
tampak sesuatu yang hitam di bawah altar, 
yang kian lama kian lebar. Ternyata sebuah 
lubang, yang sebelum terbuka seluruhnya, 
sudah  menimbulkan letupan dahsyat. Sesuatu 
mendesis gegap gempita, menimbulkan. 
goncangan luar biasa di sekitar hutan . Sesuatu 
yang tidak terlihat itu menebarkan bau yang 
tak asing di hidung chucky , namun tak 
dapat dijelaskan jaringan otaknya yang saat itu 
kacau balau. Desis itu terus meletup-letup 
selama dua tiga detik, untuk lalu  
berubah menjadi desis panjang dan tetap. 
Mengarah ke langit kelam, dengan warna 
kebiru-biruan. 
“Apakah itu….” 
Belum habis ucapan chucky , 
nyoto  sudah  menarik tubuhnya agar rebah di 
tanah. “Berbaringlah. Atau kau mati!” 
Perut chucky  memang mulai mual. 
Dan nafasnya sesak. 
Beberapa detik masih berlangsung. Sepi 
mencengkam. Yang terdengar hanya bunyi 
desis panjang dan tinggi itu saja. Jaringan otak 
chucky  pelan-pelan mulai bereaksi. Itu 
yaitu  tiupan angin keras dari dasar bumi, 
pikirnya. Dan oleh sebab  angin itu berwarna biru 
yang samar, tentulah angin keras itu meniup 
kan sesuatu yang umum dikenal sebagai... 
“Terpujilah, para leluhur!” slenderman  desa 
nyi girah  mendadak berseru lantang. Seraya 
bangkit perlahan-lahan. 
“Terpujilah, para leluhur! Terpujilah, 
para leluhur! Terpujilah...” sosok-sosok tubuh 
manusia dan mahluk-mahluk yang rebah di 
tanah itu ikut berseru, serempak dalam koor 
bergemuruh lalu  disusul senandung lyric 
rituil pemujaan seperti tadi. Kembali duduk 
bersila di tengah lapangan terbuka, kembali 
dalam bentuk tapal kuda, kali ini menghadap ke 
arah kubah yang terbuka itu. Hanya gerakan-
gerakan mereka saja yang semakin liar. Tangan 
tidak lagi bersetumpu di paha, melainkan 
digerakkan serempak dan teratur tinggi di 
udara, lalu  turun serempak sampai ke 
tanah, ditambah  koor yang menghentak-hentak. 
Mengingatkan chucky  pada tari kecak dari 
Bali, dikombinasikan dengan gerakan rituil 
bangsa Niger yang menghempas-hempaskan 
tubuh bagian atas kemuka dan ke belakang 
pada upacara pesta pernikahan. 
Dua obor besar ditempatkan di dua 
sudut kubah. Letaknya tetap dibuat sejauh 
mungkin dari lubang yang terus berdesis-desis 
itu. Nyala obor meliuk-liuk liar menyinari 
wajah-wajah manusia dan mahluk-mahluk 
aneh yang saling menyatukan diri di lapangan 
terbuka. Dan juga, menyinari wajah martini . 
Wajah yang semakin banyak ditumbuhi bulu. 
Wajah yang kini pelan-pelan memperlihatkan 
senyuman lebar… tepatnya, seringai lebar. 
“Lihatlah, betapa bahagianya kekasih 
mu,” desah nyoto  yang berdiri disebelah 
chucky . “la membayangkan, inilah pesta 
pernikahannya. Dan sebetulnya lah anak 
muda, memang pesta demikian yang tadinya 
kami rencanakan. Pesta pernikahanmu dengan 
martini … Sayang, kau bergerak terlalu cepat. 
Keingin-tahuanmu terlalu berlebihan. Obat 
penetralisir jiwa jahat yang seharusnya 
dimakan martini , kau makan pula. Rencana 
terpaksa kami rubah, anak muda.” 
Masih terus menatap kerangka ajaib di 
dalam kubah, chucky  bergumam antara 
sadar dan tidak: “Aku tak akan sudi mengadu 
otot dengan martini .” 
“Memang tidak, anakku,” kata nyoto , 
tenang. “Tugasmu, yaitu  mengadu kekuatan 
bathin dengan bathim martini .” 
“Pertarungan apa pula itu?” 
“Pertarungan hidup dan mati. Juga, 
mempertaruhkan kehormatan, kemuliaan. 
Terutama dari pihakmu, sebagai generasi 
manusia yang utuh dan sempurna!” 
“Dan, disaksikan fosil murahan itu?” 
“Fosil, ah ya! Kau mengingatkan aku 
pada sesuatu yang hampir saja kulupakan. Itu 
memang fosil, namun  nilainya… Nilainya akan 
membuat semua ahli sejarah purbakala di 
seluruh dunia, bersedia saling bunuh untuk 
dapat memilikinya. Hem. Sifat manusia, yang 
masih tetap mewarisi sifat-sifat generasi 
sebelum mereka, bukan? Generasi kami, dan 
generasi sebelum kami. Manusia Kera!” 
chucky  hampir tertawa. “Kau 
maksud, pak tua! Fosil di depan sana, yaitu  
fosil Garis Keturunan Yang Hilang dalam teori 
Darwin. Begitukah?” 
“Salah satu, anakku. Salah satu dari garis 
keturunan itu!” 
lalu , slenderman  desa nyi girah  mencerita 
kan sejarah leluhur mereka. Tidak saja kepada 
chucky , namun  kepada semua yang hadir di 
puncak hutan  Larangan itu. Semua diam 
mendengarkan, oleh sebab  apa yang dikisahkan 
nyoto  Prabukusumah Prayodhia, sebenar 
nyalah, sebuah dongeng mentakjubkan yang 
tak akan pernah mereka temui dalam buku 
manapun juga di dunia ini. 
“Kaumku!” seru slenderman  nyi girah , lantang. 
“Satu dua orang di antara kalian sudah  
beruntung mengetahui apa yang akan 
kukisahkan. namun  marilah kita bagi 
keberuntungan itu secara adil, kepada mereka-
mereka yang belum memperolehnya selama 
ini...” 
Lalu ia menceritakan tentang kejadian 
umat manusia menurut teori Darwin. Begitu 
lengkap dan mendetail, meskipun hanya dalam 
garis besarnya saja,… namun membuat setiap 
pendengar yakin dan percaya penuh apa yang 
keluar dari mulutnya, yaitu  gambaran hidup 
nenek moyang mereka di jaman dahulu kala. 
“Kakekku, salah seorang Panglima 
Kerajaan Prabu sailendra yang terpercaya,… 
menemukan peninggalan salah satu dari 
leluhur kita yang hidup ribuan tahun sebelum 
abad Masehi. Kakekku, memiliki kembaran jiwa 
sebagaimana kita pernah atau masih memiliki 
nya, la membuat suatu kesalahan dengan 
kembaran jiwanya. Sehingga ia dengan 
semena-mena dibuang oleh Paduka Sinuhun 
sailendra ke sebuah wilayah yang belum 
pernah di jamah manusia.” 
Prayodhia Kusumah, kakek nyoto  
Prabukusumah Prayodhia begitu marahnya 
saat  salah seorang sanak keluarga raja 
mencemoohkan wajah sang Panglima, yang 
katanya mirip wajah kera. Orang yang sial itu 
dengan lancang mengatakan penuh penghina 
an: “Heran. Paduka Raja mengangkat seekor 
kera sebagai Panglimanya yang terpercaya.” 
Prayodhia Kusumah murka sesaat . 
la menggeram marah, mengamuk selagi 
tubuhnya berubah wujut dan membunuh 
sanak keluarga raja itu, dan beberapa perajurit 
Raja yang menghalangi perbuatannya. Patih 
terpaksa turun tangan. Prayodhia ditundukkan, 
dan oleh Sinuhun lalu  dibuang ke tempat 
di mana banyak terdapat “dedemit semacam 
engkau!” Dalam pembuangannya itulah bekas 
panglima kepercayaan Raja yang terbuang itu 
menemukan api abadi yang tak henti-hentinya 
keluar dari perut bumi. 
“Api abadi itu dijaga oleh sebongkah 
batu raksasa. Kemungkinan besar, muntahan 
dari letusan gunung. Kakekku, dengan mata 
bathinnya melihat ada sesuatu yang aneh dan 
menakjubkan tersembunyi di dalam 
bongkahan batu besar itu. Dengan kekuatan 
bathinnya pula, sebagian bongkahan batu 
dihancurkan tanpa menciderai isinya...” slenderman  
desa nyi girah  menceritakan dengan bangga, dan 
semangat berapi-api. la lalu  tahu, apa 
yang ia kumpulkan yaitu  tengkorak dan 
tulang belulang yang sudah  berusia jutaan 
tahun. Dengan tekun dan khusuk, ia mentaut-
tautkan setiap tulang. Membuatnya tampak 
utuh. Sempurna, dengan merekat setiap 
sambungan tulang maupun tengkorak... Dan 
tiba-tiba ia melihat adanya persamaan 
mahluk… atau kita sekarang menamakannya 
fosil, dengan perwujutan dirinya sendiri. Tak 
dapat lagi diragukan, dia sudah  menemukan 
leluhur kami,… bahkan bukan mustahil, kau 
sendiri !” 
Dengan perasaan terharu biru, demikian 
lah yang terjadi menurut cerita slenderman  desa 
nyi girah , Prayodhia Kusumah si bekas panglima 
yang sudah  dibuang Sinuhun Prabu sailendra 
membuatkan singgasana dari sisa batu untuk 
ditempati penemuannya yang luhur dan mulia 
itu. Dari bahan yang sama, ia buatkan juga 
sebuah altar persembahan. Diberkati dengan 
tetesan air mata dan darahnya sendiri... 
“Roh gaib membisikkan, kau yaitu  
leluhurku,” kata bekas panglima itu, terharu 
biru. “Lindungi aku, beri aku kekuatan dan 
ketenangan jiwa. Jadikan aku, dan keturunanku 
kelak, berkembang biak dalam wujut yang lebih 
utuh. Wujut sempurna, sebagai manusia!” 
Bekas panglima itu lalu  bermimpi 
dalam tapanya, bahwa ia harus menaklukkan 
api abadi, dan bila itu berhasil ia akan 
menemukan jodoh yang akan melahirkan 
keturunan yang akan meneruskan generasi 
mereka, sebagaimana ia inginkan. 
“Dengan bantuan dan lindunganmu!” 
teriak Prayodhia, seraya menarik seluruh 
singgasana dan altar batu itu, mengerahkan 
segenap ilmu yang dimilikinya. Singgasana dan 
altar batu itu berhasil ia dudukkan di mulut 
lubang darimana api abadi itu menyembur ke 
angkasa. lalu  ia sendiri duduk di altar itu. 
Duduk dengan segenap bobot tenaga dalam 
dikerahkan untuk menekan getaran 
mendorong dari perut bumi, sampai getaran 
itu berhenti dengan sendirinya. 
Prayodhia tak pernah beranjak dari altar, 
selama ratusan hari ratusan malam. Lalu ia 
memperoleh mimpi, akan datang seseorang 
kepadanya, merawatnya, dan apabila ia ingin 
tapanya berakhir sempurna, harus menikahi si 
pendatang itu, bagaimanapun wujut si 
pendatang adanya. Pada hari ke 371, Prayodhia 
membuka kelopak matanya dan melihat 
sesosok tubuh tengah membalur dirinya yang 
terkulai lemah di altar batu; dengan ramu-
ramuan hutan. Bekas panglima itu dengan 
cepat sembuh dan sehat kembali. 
Tapanya berakhir. 
Dan ia menikahi pendatang yang me-
rawatnya. Meskipun ia sadar, pendatang itu 
berwujut bukan manusia, melainkan sesosok 
mahluk kera yang sama besar dan tinggi 
dengan si pertapa sendiri. 
“Mereka melahirkan beberapa orang 
keturunan,” slenderman  desa nyi girah  berseru dengan 
semangat tinggi dan meluap-luap bahkan 
takjub. “Kakekku, kakek kalian semua… empat 
bersaudara yang lalu  menyebar ke 
berbagai penjuru kerajaan. Mereka lahir dan 
tumbuh dewasa dalam wujut manusia 
sempurna. Sempurna sebagaimana ayah 
mereka, namun malangnya juga mewarisi sifat-
sifat ibu yang melahirkan mereka. Begitulah 
mengapa kita semua pernah, atau masih 
memiliki jiwa kembar. Memiliki, apa yang oleh 
orang sekarang disebut pribadi ganda.” 
Pribadi sebagai manusia sempurna tetap 
mengabdi raja-raja di setiap tempat mereka 
pergi merantau. namun  pribadi-pribadi yang 
lalu  dipengaruhi kembaran jiwanya, 
menimbulkan kekacauan, kepanikan, 
ketakutan. Mereka, dan keturunan-keturunan 
mereka lalu  terpaksa melarikan diri dan 
kembali ke tempat asal mereka. Keturunan 
yang asli lalu  mendirikan desa yang 
mereka sebut nyi girah , mengambil nama ibu 
yang melahirkan mereka. Namun para 
pengikut mereka, lalu  ada yang 
melakukan pemberontakan, pengkhianatan, 
permusuhan. Mereka yang ingkar itu naik ke 
hutan  Larangan dan berusaha menguasai 
kerangka abadi yang duduk di singgasananya, 
mengharapkan roh yang menguasai kerangka 
itu dapat menurunkan ilmu-ilmu gaib yang 
mereka miliki. Namun untuk itu mereka harus 
lebih dahulu  menjatuhkan bekas panglima raja 
dan isterinya. Manusia Kera bernama nyi girah  
itu. Beberapa dari pemberontak itu mati 
binasa. Sisanya dibiarkan hidup. 
Dengan sumpah: tetap mengabdi pada 
turunan orang-orang pilihan. Setia selama 
hayat dikandung badan. Sedia berkorban 
sebagai tanda pengabdian. Sebagai bukti 
pengabdian yang pertama, mereka yang tetap 
dibiarkan hidup harus mengalirkan darah 
setiap anak sulung mereka. Yang bersedia 
melakukan upacara pengorbanan itu, akan 
tetap hidup sebagai manusia. Namun yang 
membangkang, akan menerima hukumannya: 
lahir sebagai manusia, lalu lalu  mati 
sebagai kera. “... menyedihkan,” keluh nyoto , slenderman  
desa nyi girah , kecewa. “Selagi kaum budak 
belian itu melaksanakan sumpahnya dengan 
setia dan patuh, justru sebaliknya beberapa di 
antara kita melakukan perbuatan-perbuatan 
hina. Pribadi mareka sebagai manusia, 
dilunturkan oleh apa yang merupakan sifat 
abadi manusia pula: mudah jatuh cinta, tanpa 
memperdulikan apa dan siapa yang 
dicintainya.” 
Ia lalu  menatap salah satu mahluk 
aneh di tengah kumpulan pemuja roh leluhur 
itu: “Dia, Laila. semoga yaitu  orang terakhir di 
desa ini yang melakukannya.” 
Yang disebut Laila, melengking lirih, me 
mukuli dadanya yang berbulu, menangis dalam 
ratapan menyayat hati. 
“Lebih menyedihkan lagi.” lanjut slenderman  
desa nyi girah , tak mengacuhkan ratap tangis 
dalam bunyi geram dan lengking mendengus 
itu. “Pengorbanan kekasihnya ternyata tiba di 
alamat yang salah,” nyoto  mengurut dada. 
“Itulah sebabnya, mengapa jasad bobo  tidak 
hidup kembali, meski menyerupai lutung 
namun roh leluhur tetap dapat membangkit 
kannya untuk mendampingi Laila. Hati yang 
dipersembahkan keluarganya untuk salah 
seorang dari kita, seperti sudah  kuberi tahu 
pada kalian semua… lenyap memasuki jasad 
orang lain. Bukan jasad martini . 
slenderman  desa nyi girah  menatap lurus ke 
wajah chucky . chucky  tergetar. Kecut.  
“Ini pengadilan di neraka. Cuma mimpi 
belaka. Bangunlah, chucky . He. kau 
bangun dan bangkitlah. Cuci muka. Makan 
sarapanmu yang dingin dan pergilah mencari 
bahan berita. Sekali kau terlambat, bos akan 
memotong gajimu!” 
Namun nyatanya. chucky  tidak 
terbangun di rumahnya. Jauh di pelosok 
surabaya  yang hiruk pikuk. Ia bangun dan sadar, 
di sini. Di puncak hutan  Setan, dikelilingi 
manusia dan mahluk-mahluk aneh, yang lebih 
pantas menghuni neraka jahanam. 
Dalam paniknya, chucky  berteriak 
lantang: “Mau kalian apakah aku, he? Mau 
direbus?!” lalu  ia tertawa. Histeri. 
Jaringan otak maupun sarapnya yang tegang, 
membuat jalan pikirannya seakan berkembang 
menuju kegilaan. “Siapa yang akan melahap 
dagingku nanti. Kau, slenderman  bejat terkutuk? Atau 
kau… martini ?” 
martini  menggeram. 
Bukan gechucky n manusia. Melainkan, 
gechucky n kera. 
“Angkat dia ke altar!” nyoto  
membentak. Wajahnya dingin, tanpa emosi. 
Dua sosok tubuh tadi segera mendekati 
chucky . Dalam histerinya, chucky  
menjerit-jerit tidak karuan, sambil 
menggulingkan tubuhnya kian kemari. Namun 
seberapa jauhlah tubuh terikat itu dapat 
melarikan diri. Dalam sekejap mata saja, tahu-
tahu tubuhnya sudah  tergeletak di altar batu, 
dengan wajah menghadap ke tulang belulang 
jari jemari dan kaki fosil yang menakutkan itu. 
Hal itu, membuat roh chucky  seakan 
minggat sesaat . 
Biarpun lalu , atas perintah slenderman  
nyi girah , ikatan tangan dan ikatan kakinya 
dilepaskan; toh jangankan usaha. Niatan untuk 
melarikan diri pun sudah lenyap dari benak 
chucky . 
“chucky !” 
chucky  tetap menatap tungkai 
kerangka itu. Tungkai yang seolah akan 
menginjak tubuhnya, sampai melesak ke dalam 
altar batu, terus ke perut bumi. Itu yaitu  lebih 
baik! Daripada… 
“chucky !” 
la berpaling, dan melihat slenderman  desa 
nyi girah  berdiri tak jauh dari altar... Wajahnya 
keras. Namun berubah lunak dan penuh belas 
kasihan, melihat keadaan chucky  yang 
memilukan. 
“... dengarkan aku, anak muda,” katanya, 
lirih.“Teguhkan jiwa. Kembalikan semangatmu. 
Dan kalau kau punya… meski aku yakin kau tak 
punya, tebalkan imanmu. Imanmu sebagai 
manusia. Kau punya Tuhan, bukan? oleh sebab  itu, 
berdo'alah menurut caramu...” 
chucky  mencoba bergerak. Uh. 
Persendiannya kaku seluruhnya. Apakah ia 
sudah  mulai lumpuh? 
“... kami tetap menghormatimu, anak-
ku!'' ujar nyoto  lagi. Lembut, bersahabat. 
“Mungkin aku ini setan. namun  dalam diriku, 
kuanggap aku ini tetap manusia. Seperti diri-
mu. Hanya, sekali lagi, kau lebih mulia dari aku. 
Dari kami semua. oleh sebab  itu, kami tidak ingin 
memperhinakan dirimu begitu saja. Kau tidak 
terikat, sekarang ini. Kau bebas melawan 
martini … Kuingatkan kau, nak chucky . Pisikmu 
tak berguna. Biar wanita lesbian  jangan anggap 
enteng martini . Bathinmu, anakku. Bathinmu 
yang harus kau kerah…” 
slenderman  menggapaikan tangan ke belakang. 
Pelan-pelan, martini  bangkit dari duduk 
nya. Berjalan mendekati altar, dengan mata 
nyalang dan jalang mengawasi chucky  
yang duduk terhenyak di atas altar. Mulut 
martini  melontarkan seringai. Taring-
taringnya sudah  muncul. Dari lubang-lubang 
hidungnya yang tetap mancung, mengembang-
kempis terlontar suara dengus-dengus buas, 
sambil pelan-pelan menggeram. Kejam. 
“... kau dengar aku, chucky ?” kata 
nyoto , keras dan kuatir. “Gagal diobati 
dengan semur hati itu, wujut martini  dari 
bentuk kembaran pribadinya yang kedua, tak 
dapat kami elakkan lagi. Jangan melawan 
jelmaan pribadinya yang kedua itu, chucky . 
Lawanlah kembaran jiwanya yang lain. Pribadi 
nya yang tetap baik, lemah tak berdaya sebagai 
manusia, sebagai wanita.” 
chucky  tak mendengarnya. 
Panik, takut, tak bertenaga walau untuk 
bernafas saja ia terus saja menatap wujut 
martini  yang terus berubah semakin nyata. 
Robekan gaun tidur. Pertumbuhan bulu-bulu 
pirang yang semakin panjang, semakin banyak. 
Dah yang kian menyempit. Mata yang semakin 
memerah saga... 
Taring-taringnya mencuat keluar dari 
sudut-sudut mulut yang melebar dalam 
seringai menakutkan. 
Gaun tidurnya tertanggal sudah. 
Dalam kepingan-kepingan yang tercabik-
cabik, bertaburan ditiup angin. Sebagian 
terbang ke arah lubang menganga dekat altar. 
Bersatu dengan warna biru yang samar. 
Melambung tinggi ke angkasa, ditambah  bunyi 
yang terus mendesus-desus dari perut bumi. 
nyoto  Prabukusumah Prayodhia 
pelan-pelan menjauhi altar. Matanya menatap 
martini  dengan cemas, lalu  ganti 
menatap chucky . Lebih cemas lagi. Sambil 
mundur, ia terus membentak-bentak dan 
suaranya mulai terdengar marah.  
“Manusia tolol. Kau sudah  kami beri 
pilihan. Perlihatkan siapa kau sebetulnya , 
chucky . Sekali martini  mengambil hatimu 
kau mati. namun  bila ia gagal, kau tetap hidup. 
Kau dengarkah? Kau tetap hidup… meski untuk 
itu, martini  tidak akan kembali pada wujutnya 
semula sebagai manusiai Kau dengarkah? 
chucky ! chucky ! chucky !” 
chucky  mendengarnya. 
Bukan ucapan-ucapan slenderman  desa nyi girah  
yang memperingatkan dirinya panjang lebar 
dan putus asa. Melainkan, nama panggilan itu: 
chucky ! chucky ! chucky ! Adakah sesuatu yang lain, 
yang menyerupai, mirip, atau mendekati nama 
itu? chucky ! chucky ! chucky ! 
la bergerak mundur di altar, menyentuh 
tungkai belulang di singgasana batu. Terdengar 
suara berderak. Tungkai itu lepas. Jatuh ke 
altar. Hancur. Jadi debu, berserakan. 
martini  sudah  melompat ke atas altar. 
“Jangan,…” chucky  menjerit 
tertahan. Kerongkongannya sudah tercekik, 
meski lengan-lengan berbulu yang terulur di 
depannya, masih terlalu jauh untuk 
menyentuh. 
martini  menggeram. 
Lidahnya sampai terjuiur ke luar. Merah, 
basah berlendir. Haus darah. 
chucky  terkulai ngeri. Tangannya 
menggapai mencari pegangan. Teraba sesuatu. 
Lengan kerangka. Dibetotnya. Lengan kerangka 
itu pun hancur jadi debu. Panik dan putus asa, 
chucky  melolong: “Ini aku… chucky , mu. 
martini , ini aku !” 
Tak ada reaksi apa-apa. 
Dan saat  pundaknya disentuh oleh jari-
jemari tebal berbulu dan berkuku runcing, 
merasakan sakit oleh sebab  jepitannya, dan nyeri 
yang diakibatkan luka-luka pada kulitnya yang 
dihunjami kuku-kuku runcing panjang itu, 
kegilaan chucky  meledak dalam perlawan-
an yang membabi buta. la menendang. 
Memukul. Mencakar. Sambil terus berteriak-
teriak:  
“Jangan! Ini aku… chucky . Aku, chucky . Kau 
dengarkan aku? nyi momo , ini aku aku chucky . 
nyi momo aaaaa!” 
Sebuah jerit pekik tak sadar. namun  
terdorong oleh ingatan secara naluriah.  
“Mengapa tidak kau panggil aku nyi momo , 
chucky . Sekali saja!” dan ucapan itu dilontarkan 
martini  lama tahun berselang, saat  gadis itu 
datang ke kamar kost-nya, dan cinta mereka 
sempat membuat chucky  dan martini  
hampir lupa daratan. 
Ya. Hanya pekik tak sadar. 
namun  cengkechucky n tangan berbulu di 
pundaknya, sesaat  ditarik mundur. Demikian 
juga ujung jari jemari runcing yang tadinya 
sudah siap menusuk dalam, ke lambungnya. 
Dan mulut lebar bertaring mengerikan yang 
sudah sedemikian dekat ke lehernya, pelan-
pelan pula menjauh. 
Kelopak mata tebal berkerut di depan 
chucky , mengerjap-ngerjap. 
Terdengar bunyi rengeh yang aneh dari 
mulutnya yang kejam. 
Rengeh yang lembut. 
Kali Ini, dengan kesadaran bathin yang 
penuh. chucky  bangkit tegak, la 
memegangi tangan-tangan berbulu yang 
menjauh itu, dan berkata getir: “nyi momo . 
Sayangku. Mereka apakan kau, nyi momo ku?” 
Rengeh tengeh itu semakin lembut. 
Dan sudut-sudut mata yang mengerikan 
itu. berubah lunak, lalu  bersinar lembut, 
sampai akhirnya berlinangkan butir-butir, air 
bening. 
“... kau akan kembali dalam wujutmu 
semula, nyi momo . Kita akan pulang. Menikah. 
Dan…” 
 DAN, kapten syam kamaruzaman  yang semula putus 
asa menemui jalan buntu di ujung setapak; 
namun  lalu  kembali bergelora semangat 
nya sesudah  mendengar jerit pekik histeri 
chucky … merayapi batu itu sampai ke 
atasnya, dan melihat ke bawah. 
Melihat chucky  berhadapan dengan 
sesosok tubuh mahluk yang membuat syam kamaruzaman  
hampir melorot jatuh oleh sebab  kaget dan ngeri. 
Pemunculannya yang tiba-tiba dilihat pula oleh 
beberapa orang manusia jauh di bawahnya. 
Dari mereka tidak tampak akan ada kesulitan. 
namun  dari beberapa mahluk yang sama 
dengan sosok tubuh di depan chucky , 
mulai menggeram. Marah. 
syam kamaruzaman  mengacungkan senjatanya. 
Dan secara naluriah, korban pertama 
dari peluru senjatanya yang tahu-sehu sudah 
meledak, yaitu  sasaran yang paling dekat dan 
paling pasti untuk menyelamatkan jiwa 
sahabatnya. 
Satu kali tembakan cuma. 
martini  tersentak ke belakang. Dengan 
dada berlubang. Mengeluarkan darah, la 
menggeram lemah. namun  tembakan berikut 
nya, tepat mengenai jidat di antara dua 
matanya. martini  tersungkur jatuh. 
“nyi momo aaa!” chucky  menjerit dan 
bersimpuh memeluki sosok tubuh yang terkulai 
sekarat itu. 
Tembakan tembakan berikut lalu  
merubah suasana jadi hiruk pikuk. syam kamaruzaman  
yang terpesona memandang apa yang 
diperbuat chucky , sudah  menjatuhkan 
senjatanya tanpa sengaja. namun  letnan nyoto  
yang menyusul naik, ganti melepaskan 
tembakan beruntun dan membabi buta. 
muncul  panik sesaat . 
Kelompok manusia di lapangan terbuka, lari 
kian kemari, menghindari peluru. Dan mahluk-
mahluk buas lainnya, tumbang ke tanah satu 
persatu. Yang selamat dari sasaran peluru 
berusaha memanjat dinding kubah. syam kamaruzaman  
menyadari keadaan gawat itu dalam sekejap 
mata. Senjatanya dipungut, dan secepat ada 
dalam genggamannya, peluru demi peluru 
kembali menyembur-nyembur. 
Beberapa dari peluru itu menyambar 
warna kebiruan yang samar yang keluar dari 
lubang dekat altar. Terdengar bunyi letup-letup 
keras, dan cahaya-cahaya berkilauan 
menyambar kian kemari, untuk lalu  
hilang dan kembali tinggal tiupan angin 
mendesis ke angkasa yang kelam pekat. 
chucky  menangis. 
“... ia sudah  mati, chucky !” teriak kapten 
syam kamaruzaman  yang terjun ke bawah lalu  
menarik sahabatnya itu menjauh. Kelompok-
kelompok yang tadinya berwujut manusia 
berpakaian serba gelap, dengan bentakan 
keras dari slenderman  desa mereka, kini bersatu padu 
mengepung. Tak ada emosi yang bisa 
dikendalikan, saat seperti itu. 
Dan manusia-manusia itu berubah rupa 
pribadi ganda mereka. 
chucky  yang masih terharu biru, 
terkejut menyadari siapa orang yang tengah 
menyeretnya menjauhi tempat itu,… tertegun 
oleh suara geram, dengus dan lengking 
membahana dari hutan-hutan gelap di 
sekeliling mereka. Satu tembakan peringatan 
dari letnan nyoto , jatuh di depan kelompok 
manusia yang tengah berproses wujutnya itu. 
syam kamaruzaman  ikut pula menembak. 
namun  oleh sebab  ia terlalu kaget oleh 
pemandangan mentakjubkan dari proses para 
Manusia Kera itu, tembakannya melantur. 
Melayang tinggi, menembus warna biru samar 
yang tetap mendesis itu. Terdengar lagi bunyi 
letupan lemah. Percikan api yang dimuncul  
kannya selama sepersekian sekon, tertangkap 
oleh sudut mata chucky . 
“Api abadi,” gumamnya. 
Teringat bau asing namun  serasa ia kenal 
itu, tanpa berpikir panjang lagi chucky  
menyambar sebuah obor terdekat. 
“Lari!” teriak chucky . 
la lalu  lari dengan obor di 
tangannya, mengitari kubah, mendaki lereng 
gunung. syam kamaruzaman  dan nyoto  mengikutinya, 
disusul oleh gufi  yang semenjak tadi 
sembunyi terkencing-kencing di balik kubah. 
Dari tempat ketinggian itu, chucky  
lalu  melontarkan obor besar di 
tangannya. Dengan lemparan sekuat tenaga, 
obor itu melayang-layang lalu  
menembus desis berwarna biru itu. Obor itu 
tidak tembus ke arah berlawanan. Melainkan, 
lenyap dalam ledakan dahsyat dan kobaran api 
yang membumbung ke angkasa. 
Di bawah kobaran api itu, tampak jilatan 
api menyerupai batang pohon raksasa, turun 
dalam tempo sesekon ke bawah, terus ke 
dalam lubang dekat altar. Ledakan bergemuruh 
melemparkan semua sosok tubuh di sekitar 
altar, memporak-porandakan belukar dan 
pepohonan di sekitar hutan . Meruntuhkan 
lereng gunung, lembah... 
Ledakan-ledakan bergemuruh terus bergema. 
Kobaran api kian melebar. Lidah-lidah 
merah kebiruan menjilat-jilat kian kemari. 
Menerangi seluruh hutan , menerangi hutan-
hutan di sekitarnya… hutan yang lalu  
mulai terbakar dengan hebat. 
Ribuan sosok tubuh mahluk menjerit-
jerit gegap gempita oleh sebab  terperangkap api. 
Sementara empat sosok tubuh yang jauh 
sebelumnya sudah  lari terbirit-birit menuruni 
lereng gunung, beberapa kali jatuh tunggang 
langgang. Yang terjatuh, diangkat oleh yang 
lain. Yang terluka dibopong, dan yang berkaki 
kuat terus lari menerobos semak belukar ke 
arah berlawanan dari jalan setapak yang 
terdekat menuju desa nyi girah . 
gufi  jatuh pingsan dalam bopongan 
Letnan nyoto . Sedang syam kamaruzaman  tersuruk-suruk 
menyeret chucky  yang menderita luka di 
sana-sini. Hari sudah terang-terang subuh 
saat  secara ajaib mereka sudah  memutari 
lubuk dan tiba di mulut jalan menuju desa. 
Di situ sudah  menanti seseorang  
Polisi desa. 
la tidak menyongsong mereka, la tidak 
pula mengacungkan senjatanya, la tetap saja 
tegak di tempatnya berdiri. Dengan wajah 
menyeringai buas, pakaian tersobek-sobek 
oleh perkembangan tubuhnya yang semakin 
besar dan tinggi. 
“Kaa… lian… tak aaaa-kan per… giii 
kemana-manaaahhh… !” polisi desa itu berkata 
terputus-putus dengan nafas mendengus-
dengus. Bulu-bulu di sekujur tubuhnya tumbuh 
secepat tubuhnya itu membesar. Dari 
mulutnya lalu  terdengar bunyi 
menggeram buas. 
Lengannya tahu-tahu menyambar ke depan. 
Letnan nyoto  yaitu  orang yang terdekat 
dan tidak keburu menghindar oleh sebab  tidak 
menyangka bahwa polisi desa itu yaitu  salah 
satu dari kelompok mahluk-mahluk mengeri 
kan yang sebelumnya mereka hadapi. Reflek, 
letnan nyoto  menjatuhkan gufi  dari 
pundaknya. Dengan teriakan marah, ia 
menerjang maju. Namun dua lengan yang 
kokoh sudah  merangkul pinggangnya, memutar 
nya sedemikian rupa sampai terdengar bunyi 
berderak tulang-belulang yang patah. Letnan 
nyoto  jatuh dengan mulut, mata, hidung dan 
telinga mengeluarkan cairan darah. Sekarat 
sebentar, lalu  diam. Tak bergerak lagi. 
“Geeerrrrr - aaaakkkhhhhh!” 
Mahluk itu menepuk-nepuk dada tanda 
kemenangan. Tepukannya lalu  
melemah, sementara dadanya itu berlubang. 
Merah. Hanya sebutir peluru yang tersisa 
dalam pestol kapten syam kamaruzaman . namun  yang  sebutir itu, ternyata cukup. 
Mahluk itu terhempas jatuh. Menimpa 
mayat letnan nyoto  dengan bunyi berdebum 
yang dahsyat.  lalu , orang-orang dari desa mulai 
berdatangan. Itu pun, sesudah  matahari terbit. Tidak 
sebelumnya. Mereka sudah  menyaksikan 
kobaran api di sekitar hutan  Larangan. Tentunya 
roh-roh jahat yang menghuninya tengah 
berpesta pora lebih meriah dari biasa. Dengan 
korban, yang tentunya pula, lebih banyak... 
Belakangan, chucky  sempat berpikir 
: apakah penduduk desa nyi girah  tahu dan 
sadar, siapa korban-korban yang sudah  jatuh 
itu? Dan, apakah mereka tahu dan sadar pula, 
siapa atau apa mereka sendiri, sebetulnya ? 
Apapun jawabannya, yang pasti yaitu : 
chucky  paling enggan diajak piknik ke 
Kebun hewan ... 
“MASA kau sudah  lupa?” 
Yang bertanya heran itu, jessica . la 
tengah melipat telekungnya, selesai menunai 
kan sholat subuh. 
chucky  bergumam malu: “Manusia 
itu bersifat lupa.” 
“Masih membela diri ya?” 
“Jangan mengajak bertengkar, jessica .” 
“Maaf, sayang.” 
“Jadi, siapa yang menyerahkan 
pengurbanan sebagai tanda pengabdiannya 
kepada Tuhan itu?” 
“Ibrahim.” 
“Yang dikorbankan?” 
“Anaknya. Ismail.” 
“Lalu darah pun mengalir...” 
“Benar. namun  bukan darah Nabi Ismail 
Melainkan, darah kibas. Yang diturunkan 
Tuhan sebagai pengganti Ismail. Anak beranak 
itu sudah  membuktikan kepatuhannya atas 
perintah Tuhan,” jessica  mengawasi suaminya 
yang tampak murung. “Mengapa kau tanyakan 
semua itu?” 
“oleh sebab  aku, rasanya pernah bermimpi.” 
“Mimpi apa?” 
“Seorang ayah, mengurbankan anak 
sulungnya. Darah dan hati anaknya itu 
dipersembahkan. Bukan kepada Tuhan. Melain 
kan, kepada… kalau tak salah, mereka sebut 
dirinya, Orang-orang Pilihan.” 
jessica  tertawa. 
“Aku tahu,” katanya. “Kau tengah 
merancang sebuah novel.” 
“Barangkali. Itu sebuah ide menarik juga.” 
“Dan, siapa Orang Pilihan itu?” 
“... hem. Apakah nyi momo , sebuah nama 
yang bagus?” 
“Eh. Nanti dahulu . Rasanya, aku pernah 
mendengar nama-itu kau sebut-sebut...”  
“Kapan?” 
“saat  kau mengigau.” 
“Oh ya?” 
“Pacar, ya?!” jessica  cemberut.  
“Nah. Mulai lagi,” chucky  balas 
cemberut. lalu  tertawa bergelak. aidit , 
anak mereka, sampai terbangun kaget. 
Keliling lagi chucky , pagi dan siang 
itu. Sorenya pulang kembali ke rumah. “Aku 
sudah mengerjakan apa yang perlu. Jadi aku tak 
ingin keluar malam, kali ini.” 
“Kenapa tidak seterusnya?” bujuk jessica . 
“Itulah yang sedang kupikirkan,” jawab 
chucky , tersenyum. 
Namun senyumnya lalu  lenyap, 
tatkala anak mereka datang berlari-lari dari 
pintu depan. 
“Papa. Papa!” seru aidit , dengan wajah 
merah berkeringat. 
“Ada apa, Nak?” 
“Hebat, papa !” 
“Hebat apanya?” 
“Bapaknya si Onong.” 
“Apa sih hebatnya dia?” 
“Temanku si Onong, dibelikan ayahnya 
seekor kera. Kera kecil dan lucu, papa. 
Wajahnya mirip wajah pengawas sekolah...” 
“Husy!” ibu si anak, mendesis tajam. 
aidit  tak perduli. Seraya mengguncang-
guncang tangan ayahnya, aidit  berkata penuh 
harap: “Mau dong papa, ya ...?” 
“Mau apa?” 
“Belikan aidit  seekor kera !” 
Blingsatan chucky  mendengar 
permintaan anaknya. Dan lebih blingsatan lagi 
dia, saat  besok  siangnya di kantor, la 
menerima telepon dari Kapten syam kamaruzaman . Kapten Polisj itu berkata tenang, “Kasus 
itu sudah  ditutup.” 
“Kasus mana?” 
“martini  !” 
chucky  menatap mesin tiknya. 
Dengan mata layu.  
Berita apa, yang harus ia buat untuk 
terbitan besok  pagi?