Rabu, 14 Desember 2022

kudeta 7



ditangguhkannya political solution yang dijanjikan sukarno , maka terjadilah pembunuhan 
besar besaran di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan  tempat tempat lain di negara kita  . 
Perlu dicatat bahwa sesudah  terjadinya Peristiwa 30 September 1965, harian harian milik tentara 
dan atau dipengaruhi tentara, seperti Berita Yudha dan Angkatan Bersendjata, sangat berperan  
dalam mengkampanyekan kekejaman PKI, terutama mengenai kekejaman di Lubang Buaya. 
Brigadir Jenderal Sunardi DM mengakui adanya kampanye seperti itu, untuk membangkitkan 
 perlawanan‘ rakyat terhadap PKI dalam suatu percakapan dengan Rum Aly (penulis catatan ini). 
Penggambaran mereka terhadap kekejaman yang dilakukan terhadap enam jenderal dan seorang 
perwira pertama Angkatan Darat betul betul berhasil menyulut kemarahan massal di seluruh 
negara kita , dengan dampak yang luar biasa dahsyat. Baru belakangan diketahui  bahwa banyak berita yang dilansir amat dilebih lebihkan. Mingguan Mahasiswa Indonesia   sendiri, kendatipun merupakan media yang menonjol sikap anti komunisnya, tetap mampu memisahkan masalah kejahatan kemanusian dan pelanggaran hak azasi dari dimensi subjektivitas politik, termasuk yang menimpa anggota anggota PKI. 
Mingguan itu memberi tempat kepada berbagai berita ekses, termasuk mengenai masalah 
tahanan politik seperti pengungkapan angka oleh Herbert Feith dan lalu  bahasan bahasan 
 ilmiah‘ Pater MAW Brouwer mengenai Marxisme dan mengenai  nasib orang  PKI. Teguran 
teguran per telepon yang disampaikan oleh pihak aparat militer, diabaikan. Pada tahun  1968 
1969, Harian Sinar Harapan dan Harian negara kita  Raya, juga pernah  memperoleh  sedikit 
 kesulitan‘ dari pihak tentara sebab  pemberitaannya mengenai pembunuhan atas diri orang orang PKI di Purwodadi yang dilakukan oleh kesatuan teritorial TNI AD di daerah itu. 
 Diolah kembali dari buku Rum Aly, Titik Silang Jalan Kekuasaan tahun  1966, Kata Hasta 
Pustaka, 2006  “Berbeda dengan Angkatan Darat, sumber dana politik PKI sedikit lebih terselubung dan nyaris tak terbuktikan, sebab  tak ada pihak yang betul betul memiliki bukti bukti hitam 
putih aliran dana PKI”. yaitu  menarik bahwa dalam kurun waktu Nasakom, PKI yang menempatkan perjuangan kelas sebagai kegiatan politik ideologisnya, boleh dikatakan tak pernah  menyentuh wilayah persoalan kesenjangan sosial yang terkait dengan kelompok etnis Cina. Hubungan PKI di bawah Aidit dengan Cina Komunis   Aidit dianggap sebagai kelompok sayap Peking   dan keberadaan Baperki sebagai organisasi kaum peranserta akan Cina di negara kita  yang berkiblat kiri, dapat menjelaskan mengapa PKI relatif menjauhi masalah kesenjangan sosial dan ekonomi yang 
terkait dengan etnis Cina di negara kita . ada  juga  unsur pragmatis dalam hal ini. Secara umum, sumber dana untuk segala kegiatan politik PKI tak banyak disinggung. Ini berbeda dengan kelompok jenderal yang memegang kendali Angkatan Darat yang berhadapan dalam pertarungan politik dan kekuasaan dengan PKI. Sumber dana  non budgetair’ para jenderal saat itu senantiasa dikaitkan dengan perilaku korupsi, terutama sebab  posisi beberapa  jenderal atau perwira tentara dalam berbagai badan usaha milik negara, yang sebagian yaitu  bekas perusahaan Belanda yang dinasionalisir pada tahun  1957. Termasuk di sini yaitu  Pertamin dan Permina yang lalu  hari dilebur menjadi Pertamina, dan diserahkan 
penanganannya kepada seorang dokter yang juga yaitu  perwira Angkatan Darat, Ibnu Sutowo, 
yang berpangkat kolonel lalu  naik ke jenjang jenderal. Beberapa posisi penting di 
bawahnya umumnya juga dipegang kalangan tentara. Konsesi di perusahaan perminyakan ini 
diberikan sebagai bagian dari seperti  deal politik maupun saling pengertian   yang mungkin 
saja tak pernah  diucapkan dengan cara yang betul betul terus terang   antara Presiden Soekarno 
dengan pihak militer di bawah Mayor Jenderal Nasution sebelum Dekrit 1959. 
Berbeda dengan Angkatan Darat, sumber dana politik PKI sedikit lebih terselubung dan nyaris 
tak terbuktikan, sebab  tak ada pihak yang betul betul memiliki bukti bukti hitam putih aliran 
dana PKI. Sumber dana utama PKI di masa masa awal sebelum Pemilihan Umum 1955 yaitu  
dari pergerakan  dan jaringan komunis internasional. Selanjutnya, sumber dana itu bergeser yang mulanya terutama datang dari Moskow menjadi lebih banyak berasal dari Peking, saat  Aidit secara kasat mata membawa bawa  PKI lebih berkiblat ke Peking. Namun Moskow tak pernah  sepenuhnya menghentikan bantuan keuangan, sebab  pemimpin blok Timur itu masih tetap mengalirkan dana ke kelompok PKI sayap Moskow yang masih eksis sebagai faksi  urutan 
kedua‘ di tubuh partai ini . Apalagi, di balik yang terlihat, ada gambaran bahwa Aidit tidak 
pernah  betul betul meninggalkan Moskow. berdasar keterangan saksi  Muhammad Achadi   Menteri Transmigrasi dan Koperasi pada Kabinet Soekarno   hingga dekat dekat saat terjadinya Peristiwa 30 September 1965, Aidit tetap menjalin hubungan dengan Moskow. Aidit pun   tanpa banyak diketahui  pihak lain   berkali kali datang ke Moskow sekitar waktu ini . Sumber dana dalam negeri PKI, termobilisasi melalui Jusuf Muda Dalam yang memegang kendali Bank Sentral. namun  sumber keuangan PKI lainnya yang tak kecil juga berasal dari kelompok kelompok pengusaha bidang perdagangan dan industri beretnis Cina yang berhaluan kiri dan atau memiliki  alasan ataupun kepentingan lain. Bandingkan dengan Masjumi, yang sebelum menjadi partai terlarang memperoleh aliran dananya antara lain dari satu dua  pengusaha‘ anggota Masjumi yang memperoleh  fasilitas lisensi   di zaman bermunculannya pengusaha aktentas yang sekedar memperjualbelikan lisensi ini    melalui suatu program yang sebetulnya  dimaksudkan untuk membantu  pengusaha nasional‘  pada masa tokoh PSI Soemitro Djojohadikoesoemo menjadi Menteri Perdagangan dalam kabinet Natsir di tahun  1950 1951. Suatu  ladang‘ yang sempit dan ringkas. Pengusaha aktentas memang bukan jenis yang 
bisa sepenuhnya diandalkan. Sebaliknya, pada tahun  lima puluhan, menteri menteri yang berasal dari Masjumi juga banyak membantu pengusaha nasional. Jusuf Wibisono, Menteri Keuangan dalam Kabinet Sukiman Suwirjo (1951 1952) dan Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956 1957) selama setahun  setahun , pernah  antara lain membantu TD Pardede, pengusaha asal Sumatera Utara beragama Kristen dan anggota PNI. Hal serupa dilakukan juga  sebelumnya oleh Sjafruddin Prawiranegara yang menjadi Menteri Keuangan dalam Kabinet Natsir (1950 1951) dan pada dua kabinet lain pada masa masa sebelumnya. berdasar keterangan saksi  ucapan Pardede (kepada Professor Deliar Noer), suatu kali 
saat  usahanya menjadi besar dan sukses ia mendatangi keduanya, dan  M. Sanusi tokoh 
Masjumi yang juga seorang pejabat di Departemen Perindustrian, untuk memberikan  amplop‘ 
sebagai tanda terima kasih. Dengan cara yang baik baik dan menyenangkan, ketiga tokoh 
Masjumi itu menolak menerimanya. Selain sebab  faktor militansi tinggi yang dimiliki massa PKI, kelancaran aliran dana yang dikelola lebih efektif dan efisien   dan harus diakui relatif tak  tergigit‘ oleh pengelola partai, seperti yang terjadi pada beberapa partai politik lain waktu itu   menjadi  manuver manuver politik PKI lebih mobile dan efektif juga . Maka PKI muncul menonjol di berbagai lini medan pertarungan politik dan kekuasaan. Hanya satu obsesi PKI yang belum juga tercapai, yaitu keberhasilan menciptakan sayap bersenjata yang tangguh, yang dengan gemilang dicapai oleh Partai Komunis Tjina di bawah Mao Zedong (Mao Tsetung) masih sejak tahun  tahun  awal sejak kelahirannya. Sebagai ganti dari belum terpenuhinya obsesi ini  yaitu  keberhasilan dalam kadar tertentu dari PKI 
menginfiltrasi dan menyusupkan pengaruhnya ke tubuh militer, khususnya Angkatan Darat, yang 
menjadi lebih intensif sesudah  terbentuknya Biro Khusus PKI di tahun  1964. Kelak akan ternyata 
bahwa pada saat diperlukan  sayap PKI dalam militer, meskipun mencapai tingkat yang cukup   
signifikan, tidaklah bisa mencapai hasil optimum. 
Partai Komunis Tjina yang lahir tahun  1921, meskipun lebih muda setahun  dari PKI, dalam 
banyak hal dijadikan PKI sebagai percontohan dari waktu ke waktu, termasuk dalam obsesi 
memiliki sayap bersenjata yang andal. Pintu masuk untuk memenuhi obsesi ini , di luar 
dugaan dibuka oleh Dr Sun Yat sen pemimpin Republik (Nasionalis) Cina yang pada sekitar 
tahun  1920 mengalami akumulasi kekecewaan terhadap pihak barat. Melihat keberhasilan 
Revolusi Bolsjewik dan berbagai keberhasilan Lenin sesudah nya, Sun Yat sen yang memiliki 
sikap dan pandangan yang sosialistis, terangsang untuk berhubungan dengan Uni Sovjet dan 
berharap bahwa dari hubungan itu nantinya ia bisa memperoleh  apa yang tidak didapatnya dari 
barat sekaligus bisa mengakhiri beberapa perlakuan buruk pihak barat pada Cina. Lenin, 
pemimpin Sovjet, ternyata tanggap dan segera mengalirkan banyak bantuan kepada Cina yang 
dipandangnya dapat bergeser ke kiri di bawah Sun Yat sen yang juga memahami Marxisme dan 
Sosialisme dengan baik. Salah satunya yaitu  pengiriman beberapa  penasehat politik dan militer. Satu di antara program prioritas Sun Yat sen kala itu yaitu  memperbesar militer Kuomintang 
dengan bantuan para penasehat militer Sovjet itu. Memperbesar militer menjadi kebutuhan 
objektif bagi Sun Yat sen, sebab  pada masa itu sebagian besar panglima militer di berbagai 
wilayah cenderung menciptakan diri sebagai warlord di daerah kekuasaannya masing masing 
dan banyak menunjukkan ketidakpatuhan kepada pemerintah pusat. Sun Yat sen mendengar 
banyak laporan mengenai perilaku seenaknya dari para panglima wilayah itu, yang bekolaborasi  
dengan tuan tuan tanah dan orang  kaya setempat, memeras dan menindas rakyat dengan 
berbagai tindak kekerasan. Mereka pun mengorganisir kegiatan kriminal dan premanisme untuk tujuan  komersial‘ dan  pengumjuga n keuntungan materil, mulai dari pelacuran, permadatan hingga berbagai macam pemerasan. Kelompok  kriminal‘ ini juga bersenjata dan berlaku sewenang wenang. Para panglima dan perwira perwiranya, bahkan sampai prajurit lapisan 
bawah, sangat koruptif. Situasi ini dianggap Sun Yat sen sangat melemahkan Cina dan bisa membawa bawa  Cina ke ambang 
kehancuran. Untuk mengatasinya, Sun Yat sen membutuhkan militer Kuomintang yang 
diperbarui dan diperbesar, sehingga akan lebih disegani dan mampu menundukkan para warlords 
itu. Sun Yat sen bertindak  radikal‘ dengan membuka pintu bagi Partai Komunis Tjina turut dan  sebagai sumber daya manusia  baru‘ dalam pengembangan militer itu dan  mengakomodir para kader partai komunis ke dalam institusi institusi pemerintahan. beberapa  besar kader Partai Komunis mengalir ke sekolah militer baru yang didirikan dan ditopang instruktur instruktur 
militer dari Rusia (negara  induk‘ Uni Sovjet). Ia mengangkat seorang perwira kepercayaannya, 
Chiang Kai shek, sebagai pimpinan sekolah militer itu. Suatu program lain, yang menyenangkan bagi Partai Komunis Tjina dipimpin Mao Zedong 
yaitu  program penataan ulang tanah   land reform   bagi para petani kecil di daratan Cina yang 
pada masa itu menjadi salah satu kelompok masyarakat sasaran pemerasan dan penindasan fisik dari para tuan tanah yang bekerja di bawah topangan dan lindungan para tentara korup. Para 
petani dijadikan sebagai  kuda‘ yang diperas tenaganya, sementara anak anak gadis mereka 
dijadikan sebagai objek seks bagi lapisan berkuasa ditambah    para kaki tangan mereka dan sesudah  puas menikmatinya dijadikan pelacur di rumah rumah hiburan. Program land reform diharapkan  Sun Yat sen menjadi jalan menyelamatkan petani dan sebab nya akan memperoleh dukungan petani sebagai lapisan akar rumput guna menundukkan para warlord 
 “Inisiatif politik Aidit, melontarkan gagasan Angkatan Kelima, sebetulnya  yaitu  seperti  take over atas suatu gagasan yang muncul sebelumnya pada kwartal terakhir tahun  1964”. “Terkesan pada mulanya Soekarno tertarik sedikit saja meskipun 
memperlihatkan sikap cukup   menyambut baik gagasan itu dan untuk seberapa lama 
belum menunjukkan sikap persetujuan yang jelas”. 
sebab  meninggal dunia di tahun  1925, Dr Sun Yat sen tak berhasil melihat  rencana rencananya rampung terwujud. Ia meninggalkan dua kelompok kekuatan di belakangnya, yaitu  Chiang Kai shek bersama sayap kanan Kuomintang nya dengan tentara yang sudah lebih kuat di satu sisi dan pada sisi lain Partai Komunis Tjina yang juga sudah memiliki beberapa  besar manusia yang terlatih sebagai militer. Pada dasarnya sejak awal kedua kelompok ini tak pernah  cocok, dan dengan terpaksa   bersatu‘ dalam satu belanga hanya sebab  mengikuti kemauan Dr Sun Yat 
sen. sesudah  Sun Yat sen meninggal dunia, Jenderal Chiang Kai shek agaknya sudah 
merencanakan untuk pada waktunya mengusir para instruktur Rusia kembali ke negerinya dan 
membersihkan militer dan pemerintahan dari unsur unsur komunis. Namun sebelum itu, ia 
memanfaatkan pasukan tentara   termasuk orang  komunis di dalam tentara   untuk suatu 
operasi militer penaklukan, tidak sekedar mengertak seperti rencana semula almarhum Sun Yat sen, terhadap para panglima militer terutama di bagian utara daratan Cina, satu persatu. 
Chiang Kai shek berhasil sebab  masing masing warlord itu berdiri sendiri, tidak memiliki  
hubungan satu sama lain. Chiang pun menundukkan yang terkuat, rezim Shih kai yang 
menguasai Peking dan sekitarnya. Chiang lalu menjadi yang paling kuat untuk saat itu, sebab  
selain menguasai militer dan sudah  mempersatukan seluruh kekuatan militer se Cina melalui penaklukan, ia pun seperti halnya Sun Yat sen mengawini seorang puteri keluarga Soong dari 
Shanghai, keluarga pedagang amat kaya dan memiliki akar pengaruh yang kuat di Cina pada 
masa itu. sesudah  berhasil mengkonsolidasikan kekuasaannya, yang mulai terpetakan sejak 1928 
dan menuntaskannya di sekitar tahun  1930, Chiang lalu mulai menjalankan rencananya sejak 
lama, mengusir orang  Rusia dan melakukan pembersihan terhadap orang  Partai Komunis Tjina. Kaum komunis ini dengan terpaksa  mengundurkan diri ke bagian tengah dan selatan. Dari daerah daerah terpencil di sana mereka melancarkan perlawanan dengan pasukan gerilya, dan itulah cikal bakal Tentara Merah. tahun  1931, Mao Zedong, salah satu pendiri Partai Komunis Tjina dan lalu  menjadi pemimpinnya, dari provinsi Kiangshi memproklamirkan berdirinya Republik 
Sovjet Cina. Di wilayah wilayah yang dikuasainya Partai menata ulang tanah tanah pertanian. 
Mereka merampas tanah milik para tuan tanah, membagikannya kepada para petani untuk 
digarap sebagai sumber penghasilan partai. namun  Chiang Kai shek yang tak mau mengambil 
risiko lebih besar kelak di hari berikutnya , pada tahun  1935 segera menyerang wilayah yang 
dikuasai kaum komunis. Mao dan pengikutnya terpukul dan lari ke arah barat untuk lalu  
berputar ke utara menuju pangkalan yang mereka sudah  bangun beberapa tahun  sebelumnya di 
Cina Utara sebelum  perang ‘. 
Mao dan lebih dari 300.000 ribu Tentara Merah dan  beberapa  kader partai dan pengikut, 
menempuh hampir dua puluh ribu kilometer pada daerah daerah yang sulit dan berbahaya 
kondisi  alamnya. Berkali kali berhadapan juga  dengan suku suku terpencil yang curiga 
sehingga tak jarang melakukan serangan bersenjata yang menewaskan banyak dari mereka. Bahkan menghadapi serangan gabungan di wilayah Tibet dan Mantzu. Dihujani batu dari lereng lereng gunung, dan tersiksa oleh serangan serangan tengah malam  yang mendadak dan mematikan, saat  kebanyakan dari mereka lelap sebab  keletihan. Selain sebab  pertempuran sepanjang jalan, korban korban di kalangan Tentara Merah berjatuhan juga  sebab  keganasan alam, pemangsaan khewan liar hingga pada kematian tertelan rawa dan kubangan lumpur hisap. namun  mereka akhirnya berhasil tiba di tujuan. Peristiwa perjalanan panjang menempuh belasan ribu kilometer dan memakan waktu berbulan bulan yang penuh penderitaan dan kematian inilah yang dinamakan Peristiwa Long March yang bersejarah. Di tempat tujuan, mereka langsung menghadapi juga  babak baru perang  Saudara Cina, yang sempat jeda di tahun  1937, sebab  harus ikut menghadapi serbuan tentara Jepang ke daratan Cina. sesudah  jeda, perang  saudara diteruskan dan dimenangkan kaum komunis. Chiang Kai shek bersama pengikutnya lalu melarikan diri menyeberang laut ke arah Timur ke pulau  pulau  Taiwan. Pengalaman Cina Komunis dan Tentara Merah, menjadi salah satu sumber inspirasi kaum komunis di Asia, termasuk bagi Partai Komunis  Indonesia  . Peristiwa Madiun tahun  1948, memakai model perjuangan Cina Komunis dengan Tentara Merah nya. Di Madiun, PKI memakai  kekuatan militer bersenjata dan memproklamirkan suatu Republik Sovjet Madiun. 
namun  tak berusia panjang. Model Tentara Merah sebagai sayap militer partai, menjadi seperti  obsesi bagi para tokoh PKI yang menguasai kendali partai. saat  sudah berada di atas angin pada tahun  1964 1965 gagasan sayap militer kembali dikembangkan, melalui infiltrasi ke tubuh tentara. cukup   memadai namun   belum mencukup  i untuk suatu orientasi kekuasaan. Dan pada awal 1965, Aidit melontarkan gagasan pembentukan Angkatan Kelima. Gagasan itu pertama kali dilontarkan oleh Dipa 
Nusantara Aidit, Kamis pagi 14 Januari, saat  akan dan saat  menghadap Presiden Soekarno 
di Istana Merdeka. Inisiatif politik Aidit, melontarkan gagasan Angkatan Kelima, sebetulnya  yaitu  seperti  take over atas suatu gagasan yang muncul sebelumnya pada kwartal terakhir tahun  1964. saat  Soekarno berkunjung ke Cina, dalam suatu percakapan, Mao Zedong dan lalu  Chou En lai, mengusulkan agar Soekarno mempersenjatai buruh dan tani bila ingin memperkokoh diri dan 
memenangkan perjuangan melawan kaum imperialis, khususnya dalam konfrontasi terhadap 
Malaysia. Mao yang merasa memiliki  pengalaman historis dengan Tentara Merah yang revolusioner 
yang menopang berdirinya Republik Rakyat Tjina (RRT), berkata tak cukup   bila Soekarno hanya 
mengandalkan tentaranya yang sekarang. Percakapan yang lebih terperinci terjadi antara 
Soekarno dengan Perdana menteri Chou En lai. Sang perdana menteri menyampaikan 
pendapatnya dengan  ungkapan ungkapan terus terang kepada Soekarno, bahwa Soekarno tak 
bisa seratus persen mempercayai tentaranya, terutama Angkatan Darat, sebab  banyak 
perwiranya yang pernah  dididik di Amerika Serikat sampai sekarang masih memiliki  hubungan 
hubungan khusus dengan Amerika Serikat. Banyak pimpinan tentara negara kita  yaitu  termasuk 
kaum reaksioner, bukan kaum progresif revolusioner yang bisa diandalkan melawan kaum 
imperialis. Maka kaum buruh dan tani yang dipersenjatai itu, harus dibentuk di luar koordinasi 
tentara, sebagai Angkatan Kelima yang berdiri sendiri. Sejak awal juga , Chou En lai sudah membayangkan kesediaan RRT membantu bila gagasan itu mau diwujudkan. Belakangan muncul angka bantuan awal yang akan diberikan dan katanya disetujui Mao, berupa 1000.000 pucuk senjata Tjung, sejenis senapan ringan buatan RRT. Dengan jumlah senjata itu saja, setidaknya bisa terbentuk sedikitnya 10 divisi bersenjata. Terkesan pada mulanya Soekarno tertarik sedikit saja meskipun memperlihatkan sikap cukup   menyambut baik gagasan itu dan untuk seberapa lama belum menunjukkan sikap persetujuan yang jelas. Agaknya, Presiden Soekarno masih memperhitungkan juga faktor reaksi dan sikap Angkatan Darat nantinya. yaitu  Aidit yang dengan gesit  mengambil alih gagasan itu dan merubahnya menjadi suatu  inisiatif politik. Dan sebetulnya , saat  pembicaraan Soekarno dengan para pimpinan Cina itu terjadi, Aidit pun dengan cepat pada waktu yang hampir bersamaan sudah  diinformasi kan oleh Duta Besar RRT di Jakarta mengenai adanya pembicaraan mengenai  gagasan Angkatan Kelima  ini . Aidit pun tampil dengan gagasan itu. saat  tampil terbuka pertama kali dengan gagasan itu, bersama Aidit pada 14 Januari 1965 di Istana Merdeka itu hadir pula  Ketua Umum Barisan Tani Indonesia   (BTI) Asmu dan  dua tokoh unsur Nasakom lainnya, yaitu  Idham Chalid Ketua Umum NU dan Hardi SH Ketua I PNI/Front Marhaenis. Masih sebelum menghadap kepada Presiden, Aidit dicegat oleh Bernhard Kalb wartawan Columbia Broadcasting System, Amerika Serikat.  Saya akan mengusulkan kepada Presiden 
Soekarno agar kaum buruh dan tani segera dipersenjatai , kata  Aidit kepada Bernhard. 
 Seluruhnya lima belas juta orang, siap dipersenjatai ! . Sepuluh juta buruh, lima juta petani.  namun   sempat terjadi pertukaran kata yang keras antara sang wartawan dengan sang 
pemimpin partai, sesudah  Kalb melontarkan beberapa pertanyaan yang tampaknya dianggap 
menyebalkan oleh Aidit. sesudah  pertemuan dengan Soekarno, Aidit menegaskan kembali kepada para wartawan, bahwa ia memang mengajukan tuntutan kepada Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata RI, kaum buruh dan kaum tani yang merupakan sokoguru revolusi, segera 
dipersenjatai. berdasar keterangan saksi  Aidit, Soekarno menyambut baik tuntutan PKI itu. Maka pada petang harinya, Harian Warta Bhakti, organ pers Baperki, menurunkan berita dengan judul besar  PKI usulkan 15 djuta massa tani dan buruh dipersendjatai . Selang tiga hari, agaknya PKI berhasil menciptakan kesan bahwa tuntutan itu sudah  menjadi tuntutan seluruh kekuatan politik yang ada. Lembaga Kantor Berita Nasional  Antara’ 
menurunkan berita mengenai  adanya kebulatan tekad bersama yang menuntut agar sokoguru 
sokoguru revolusi segera dilatih dan dipersenjatai. berdasar keterangan saksi  berita bertanggal 18 Januari 1965 itu, Sidang bersama Pengurus Besar Front Nasional dan Pucuk Pimpinan Partai partai Politik, Organisasi Massa, Golongan Karya dan  lembaga lembaga persahabatan, hari Minggu tengah malam  (17 Januari) dalam kebulatan tekad dan instruksi bersamanya, mendesak kepada pemerintah dan alat alatnya yang berwenang untuk segera  melatih dan mempersenjatai sokoguru sokoguru  revolusi, sebagai jaminan utama guna mencegah dan mengalahkan tiap bentuk agresi Inggeris dan agresi Nekolim biasanya  . Sidang bersama berdasar keterangan saksi  berita itu lebih jauh, berlangsung di Gedung BPI (Badan Pusat Intelejen) dipimpin Wakil Sekertaris Jenderal PB Front Nasional AM Rachman. Berita itu 
menyebutkan secara jelas beberapa nama yang berperanserta  dan turut dan  dalam sidang yang 
mengambil keputusan mengenai Kebulatan Tekad. Nama nama itu, yang yaitu  tokoh   kelompok komunis, antara lain Anwar Sanusi, Mohammad Munir, dan Ir Surachman yang dinamakan Sekertaris Jenderal PNI. Satu nama lain yang disebutkan yaitu  Menteri Koordinator/Ketua DPRGR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong) Arudji Kartawinata  seorang tokoh unsur A dalam Nasakom.  kehadiran beberapa nama tokoh partai politik, organisasi organisasi massa dan Golongan Karya disebutkan dalam berita, namun tanpa pencantuman nama orang dengan jelas. Dan memang,  belakangan beberapa pihak menyangkal keikutsertaan nya dalam kebulatan tekad. namun  ada juga  yang tak terberitakan lagi pembenaran atau sangkalan keterlibatannya di media mana pun. Selain  tuntutan mempersenjatai para sokoguru revolusi, kebulatan tekad itu menyatakan juga  
mendukung sepenuhnya kebijaksanaan dan keputusan Presiden/Pemimpin Besar Revolusi untuk  keluar dari PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa). Sepuluh hari sebelumnya, Soekarno memang mengambil tindakan drastis menyatakan negara kita  keluar dari PBB. Keluarnya negara kita  ini  yaitu  sebagai reaksi atas terpilihnya Malaysia   yang justru menjadi sasaran konfrontasi 
negara kita  kala itu   sebagai anggota Dewan Keamanan PBB. Bagi Soekarno, tentu saja 
keberhasilan Malaysia menduduki kursi dalam Dewan Keamanan PBB dan kegagalan negara kita   “Pergeseran dari perseteruan politik di antara para „penopang‟ struktur Nasakom di bawah selimut „bendera revolusi‟ menuju pertarungan kekuasaan sebetulnya  pada wilayah konspirasi yang akan segera berakhir sebagai satu tragedi baru dalam sejarah  negara kita  modern”. 
SEBELUM lontaran gagasan mengenai Angkatan Kelima, lebih awal di bulan Januari 1965 itu 
soebandrio   melontarkan seperti  teka teki politik yang mengundang bermacam tafsir, sebab  
menyodorkan insinuasi akan terjadinya suatu persilangan jalan politik. Senin 4 Januari, 
soebandrio   menyampaikan seperti   perkiraan‘ politik, dan dikutip pers menyatakan bahwa 
 dalam tahun  1965 ini mungkin akan terjadi di mana kawan seperjuangan akan menjadi lawan . 
Apa yang sekarang revolusioner, kata  sang Wakil Perdana Menteri I, akan menjadi kontra 
revolusi dan reaksioner.  Kita mungkin akan dengan terpaksa  berpisah dengan sahabat sahabat pribadi 
dan comrades in arms . 
sebab  soebandrio   yaitu  juga membawa bawa hi Badan Pusat Intelejen yang sehari hari dipimpin 
oleh Brigadir Jenderal Polisi Sutarto, tentu saja pernyataannya menjadi perhatian dan bahan 
spekulasi mengenai  apa sebetulnya  yang sudah  dan akan terjadi, apalagi ia menyampaikannya 
dengan suatu gaya yang dramatis mengenai  akan adanya pisah jalan sekaligus situasi konfrontatif. 
 Jangan terkejut, jika  saya katakan  bahwa mungkin  dalam tahun  1965 ini  kawan kawan 
seperjuangan kita dengan terpaksa  ada yang rontok dan kita tinggalkan sebab  tak bisa lagi mengikuti 
jalannya revolusi , lanjutnya.  Menghadapi kemungkinan ini, kita sebagai manusia sudah barang 
tentu merasa sedih. namun    sebagai abdi revolusi kita tak bisa berbuat lain, hal itu dengan terpaksa  
kita lakukan demi keselamatan revolusi kita , seraya mengingatkan juga  bahwa revolusi kita 
belum selesai. 
Bila penggunaan istilah  comrades in arms’ yaitu  dalam konteks keumum an hubungan di antara 
golongan kiri, semestinya yang dimaksud yaitu  kawan seperjuangan satu ideologi. namun  
bilamana  comrades in arms’ dipakai  di sini secara artifisial dan sekedar basa basi, dengan 
segera dapat ditafsirkan bahwa yang dimaksudkan yaitu  kalangan tentara yang tak berhaluan 
kiri, baik kelompok Jenderal Abdul Harris Nasution maupun kelompok Letnan Jenderal Ahmad 
Yani yang pada awalnya dinyatakan sebagai  tangan kanan‘   rechter hand    Soekarno. Dan 
sebab  soebandrio   selama beberapa lama dinamakan  tangan kiri‘ Soekarno dalam politik 
dan kekuasaan, maka pernyataan itu dianggap datang dari Soekarno sendiri yang kala itu makin 
condong ke kiri. 
Belakangan, sesudah  terjadinya peristiwa di akhir September 1965, semua itu dikaitkan sebagai 
isyarat dini dari Soekarno mengenai  suatu rencana pembersihan antas Angkatan Darat. Perlu 
dicatat, di akhir 1964 dan awal 1965 itu, BPI sudah mulai mencium adanya kegiatan beberapa  
perwira Angkatan Darat menjalankan misi khusus untuk menghentikan konfrontasi terhadap 
Malaysia. Lebih dari itu, pada sekitar waktu yang sama BPI menyampaikan juga  seperti  pra 
analisa untuk kalangan terbatas secara internal, yang dibahas di tingkat pimpinan, mengenai  
kemungkinan sudah  berkembangnya satu rencana di kalangan perwira Angkatan Darat yang 
berkonotasi pengambilalihan kekuasaan. 
saat  Aidit melontarkan tuntutan mengenai Angkatan Kelima dan Letnan Jenderal Ahmad 
Yani dan beberapa  kalangan tentara lainnya memberi reaksi penolakan, yang mulanya bernada 
diplomatis sebelum menjadi keras sehingga disebut Soekarno sebagai sikap  koppig’, perkiraan 
awal tahun  soebandrio   seakan memperoleh  pembenarannya. Silang kata mengenai Angkatan 
Kelima berlangsung eskalatif, selama berbulan bulan. Pada bulan kelima 1965, isu dan polemik 
keras mengenai Angkatan Kelima, tambah menajam sebab  muncul lagi satu isu baru 
menyangkut  penemuan‘ manuscript  Gilchrist mengenai  suatu konspirasi Barat dengan beberapa  
jenderal Angkatan Darat. Bahwa di tubuh Angkatan Darat ada sebuah Dewan Djenderal yang 
merencanakan suatu pengambilalihan dari tangan Soekarno. Dua pokok soal, Angkatan Kelima 
dan Dewan Jenderal, memicu   terjadi pemanasan politik dan penajaman perseteruan politik 
menjadi pertarungan politik dan kekuasaan yang sebetulnya  di dalam tubuh segitiga kekuasaan. 
Dalam masalah   penemuan‘ manuscript  Gilchrist dan isu Dewan Jenderal, Angkatan Darat 
ditempatkan dalam posisi tertuduh dalam serangan gencar oleh soebandrio   dan PKI, sebagai 
perencana suatu usaha pengambilalihan kekuasaan. namun   di  tahun  sebelumnya, 1964, PKI lah 
yang menjadi tertuduh selaku perencana suatu perebutan kekuasaan negara. Sebuah  manuscript ‘ 
rahasia berisi Rencana 4 tahun  PKI yang berisi pokok perjuangan PKI yang menuju perebutan 
kekuasaan,  ditemukan‘ pada awal tahun  ini . Dalam suatu pertemuan di Istana Bogor, di 
depan Soekarno, yaitu  tokoh Partai Murba (Musyawarah Rakyat Berjuang) yang juga yaitu  
Waperdam III Chairul Saleh yang mengungkapkannya. Soekarno yang mendengar laporan itu, 
langsung menanyakannya secara terbuka kepada Aidit. Dengan sengit, seraya menoleh ke arah 
Chairul, Aidit membantahnya sebagai manuscript  palsu, yang dimaksudkan untuk memfitnah PKI. 
Dalam salah satu versi peristiwa, dalam rapat di Istana Bogor itu, yang dipercaya kebenarannya, 
terjadi debat sengit antara Chairul dengan Aidit.  Itu manuscript  palsu ! , kata Aidit keras. Tak 
kalah kerasnya, Chairul membentak  jika  manuscript  ini dikatakan palsu, tunjukkan mana 
aslinya ! , agar   bisa diperbandingkan. saat  Aidit hendak mendebat lagi, Chairul maju 
dengan cepat dan melayangkan satu pukulan ke bagian wajah Aidit. Soekarno yang berada tak 
jauh dari mereka, segera melerainya lalu mendamaikan keduanya. Para Anggota   rapat, di bawah 
arahan Soekarno lalu melahirkan  Deklarasi Bogor‘ untuk mengakhiri dan mencegah persoalan 
berlanjut. 
namun   agaknya, PKI tetap menyimpan dendam dan melancarkan serangan politik dengan 
menyebutkan pimpinan Murba sebagai  penyebar manuscript  palsu dan  tukang fitnah . 
Berikutnya, serangan itu meningkat dengan aksi aksi demonstrasi yang menuntut pembubaran 
Murba. Pada akhirnya Murba memang betul betul dibubarkan oleh Soekarno, 21 September 
1965. Namun, dalam salah satu rapat menjelang Peristiwa 30 September 1965, setahun  lebih 
sesudah  insiden di Istana Bogor, saat  Sjam Kamaruzzaman mengusulkan kepada Aidit, agar 
menculik Chairul Saleh dan eks Wakil Presiden Mohammad Hatta, Aidit dengan wajah tampak 
heran balik bertanya,  Untuk apa ,  . Sjam memberi alasan, bahwa kedua orang itu, khususnya 
Hatta, sering berhubungan dengan Jenderal Nasution, dan banyak mengetahui  mengenai Dewan 
Jenderal dari sang Jenderal, sehingga dari keduanya bisa dikorek keterangan mengenai hal itu. 
Aidit menolak menculik Hatta maupun Chairul Saleh, tokoh yang pernah  bermasalah dengannya 
di tahun  sebelumnya (Pengakuan Sjam Kamaruzzaman dalam persidangan Mahmilub 1968 di 
Gedung Merdeka Bandung). Pembubaran Murba hanya sembilan hari menjelang 30 September 
sejauh perkembangan yang terjadi tidaklah memicu   Chairul Saleh tergeser dari posisinya di kabinet maupun dari sisi Soekarno dan ikut bersama sang pemimpin memasuki tahun  1966 yang bergolak.   masalah   manuscript  rahasia‘ Rencana 4 tahun  PKI 1964 untuk 
pengambilalihan kekuasaan politik 
dan negara,  penemuan‘ manuscript  Gilchrist ditambah    isu Dewan Jenderal yang akan merebut 
kekuasaan dari Soekarno, gagasan pembentukan Angkatan Kelima yang didahului ramalan 
soebandrio   mengenai  perpisahan dengan comrade in arms yang akan berubah dari kawan 
seperjuangan menjadi lawan, berpadu dalam akumulasi tanda pergeseran tingkat situasi. 
Pergeseran dari perseteruan politik di antara para  penopang‘ struktur Nasakom di bawah selimut 
 bendera revolusi‘ menuju pertarungan kekuasaan sebetulnya  pada wilayah konspirasi yang 
akan segera berakhir sebagai satu tragedi baru dalam sejarah negara kita  modern. Dalam dua 
puluh tahun  negara kita  merdeka, sudah  terjadi setidaknya delapan pemberontakan berskala cukup   
besar, terdiri dari satu pemberontakan komunis di Madiun, empat pemberontakan DI TII di 
empat daerah, pemberontakan RMS, pemberontakan PRRI di Sumatera dan pemberontakan 
Permesta di Sulawesi Utara. Artinya, satu pemberontakan setiap dua setengah tahun . Selain itu, 
tak kurang dari sepuluh pemberontakan atau insiden skala lebih kecil juga terjadi dalam kurun 
waktu ini , ditambah sepuluh pemberontakan atau benturan dan peristiwa berdarah lainnya 
di antara sesama bangsa sendiri maupun usaha  pemisahan diri yang semuanya terkait dengan 
provokasi Belanda. Secara keseluruhan, ini berarti ada dua atau tiga peristiwa per tahun , hingga 
saat itu. Sungguh meletihkan. 
Dan akan terjadi satu lagi, di saat tingkat pertarungan politik dan kekuasaan sekali lagi 
melangkah memasuki wilayah konspirasi: Peristiwa 30 September 1965. Selesai. 
Bagian dari buku Rum Aly, Titik Silang Jalan Kekuasaan tahun  1966, Kata Hasta Pustaka, 
Jakarta 2006 PIDATO PRESIDEN SUKARNO  NAWAKSARA  Di depan Sidang Umum ke IV Saudara saudara sekalian,  
Dengan mengucap Syukur syukur , maka pagi ini saya berada di muka Sidang Umum MPRS yang ke lV. Sesuai dengan Ketetapan MPRS No.I/1960 yang memberikan kepada diri saya, sukarno , gelar Pemimpin Besar Revolusi dan kekuasaan penuh untuk melaksanakan Ketetapan ketetapan ini , maka dalam Amanat saya hari ini saya ingin mengulangi lebih dahulu  apa yang pernah  saya kemukakan dalam Amanat saya di muka Sidang Umum ke ll MPRS pada tanggal 15 Mei 1963, berjudul  Ambeg Parama 
Arta  mengenai  hal ini: . 
Dalam pidato saya  Ambeg Parama Arta  itu, saya berkata:  MPRS sudah  memberikan 
kekuasaan penuh kepada saya untuk melaksanakannya, dan dalam memberi 
kekuasaan penuh kepada saya itu, MPRS menamakan saya bukan saja Presiden, bukan 
saja Panglima Tertinggi Angkatan perang , namun   mengangkat saya juga menjadi: 
 pemimpin besar revolusi negara kita  . 
 Saya menerima pengangkatan itu dengan sungguh rasa terharu, sebab  MPRS sebagai 
Perwakilan Rakyat yang tertinggi di dalam Republik Indonesia  , menyatakan dengan 
tegas dan jelas bahwa saya yaitu   Pemimpin Besar Revolusi negara kita  , yaitu: 
 pemimpin besar republik rakyat negara kita  !
Dalam pada itu, saya sadar, bahwa hal ini bagi saya membawa bawa  konsekuensi yang amat 
besar! Oleh sebab  seperti Saudara saudara juga mengetahui , PEMIMPIN membawa bawa  
pertanggungan jawab yang amat berat sekali!! 
  Memimpin  yaitu  lebih berat dibandingkan  sekedar  Melaksanakan .  Memimpin  yaitu  
lebih berat dibandingkan  sekedar menyuruh melaksanakan ! Saya sadar, lebih dibandingkan  yang sudah sudah, sesudah  MPRS mengangkat saya menjadi  Pemimpin Besar Revolusi , bahwa kewajiban saya yaitu  amat berat sekali, namun   
Insya Allah S.W.T. saya terima 
 pengangkatan sebagai  Pemimpin Besar Revolusi  itu dengan rasa tanggung jawab yang 
setinggi tingginya! 
 Saya Insya Allah, akan beri pimpinan kepada negara kita , kepada Rakyat negara kita , 
kepada Saudara saudara sekalian, secara maksimal di bidang pertanggungan jawab dan 
kemampuan saya. Moga moga Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Murah, dan Maha 
Asih, selalu memberikan bantuan kepada saya secukup   cukup  nya! 
 Sebaliknya, kepada MPRS dan kepada Rakyat negara kita  sendiri, hal ini pun membawa bawa  
konsekuensi! Tempohari saya berkata:  Jijika  benar dan jijika  demikianlah 
Keputusan MPRS, yang saya diangkat menjadi Pemimpin Revolusi Besar negara kita , 
Revolusi Rakyat negara kita , maka saya mengharap seluruh Rakyat, termasuk juga 
segenap Anggota MPRS, untuk selalu mengikuti, melaksanakan, menfi'ilkan segala apa 
yang saya berikan dalam pimpinan itu! Pertanggungan jawab yang MPRS, sebagai 
Lembaga Tertinggi Republik Indonesia   letakkan di atas pundak saya, yaitu  suatu 
pertanggungan jawab yang berat sekali, namun   denganridha Allah S.W.T. dan dengan 
bantuan seluruh Rak yat negara kita , termasuk di dalanlnya juga Saudara saudara para 
Anggota MPRS sendiri, saya percaya, bahwa Insya Allah, apa yang digariskan oleh Pola 
Pembangunan itu dalam 8 tahun  akan terlaksana! 
 Demikianlah Saudara saudara sekalian beberapa kutipan dibandingkan  Amanat  Ambeg 
Parama Arta . Saudara saudara sekalian, 
 Dari Amanat  Ambeg Parama Arta  ini , dapatlah Saudara ketahui , bagaimana visi dan  interpretasi saya mengenai  predikat Pemimpin Besar Revolusi yang Saudara saudara berikan kepada saya.  Saya menginsyafi, bahwa predikat itu yaitu  sekedar gelar, namun   saya pun   dan dengan saya semua ketentuan ketentuan progresif revolusioner di dalam masyarakat kita yang tak pernah  absen dalam kancahnya Revolusi kita   saya pun percaya  sepercaya  percaya nya, bahwa tiap Revolusi mensyarat mutlakkan adanya Pimpinan Nasional. Lebih lebih lagi Revolusi Nasional kita yang multi kompleks sekarang ini, dan yang berhari depan Sosialisme Panca Sila. Revolusi demikian ta' mungkin tanpa adanya pimpinan. Dan pimpinan itu jelas tercermin dalam tri kesatuannya Re So Pim, yaitu Revolusi, Sosialisme, dan Pimpinan Nasional. . 
sebab  itulah, maka pimpinan yang saya berikan itu yaitu  pimpinan di segala bidang. 
Dan sesuai dengan pertanggungan jawab saya terhadap MPRS, pimpinan itu terutarna 
menyangkut garis garis besarnya. Ini pun yaitu  sesuai dan sejalan dengan kemurnian 
bunyi aksara dan jiwa Undang Undang Dasar '45, yang menugaskan kepada MPRS 
untuk menetapkan garis garis besar haluan Negara. Saya tekankan garis garis besarnya 
saja dari haluan Negara. yaitu  tidak sesuai dengan jiwa dan aksara kemurnian 
Undang Undang Dasar '45, jika  MPRS jatuh terpelanting kembali ke dalam alam 
Liberale democratie, dengan beradu debat dengan bertele tele mengenai  garis garis kecil, 
di mana masing masing golongan beradu untuk memenangkan kepentingan 
kepentingan golongan dan mengalahkan kepentingan nasional, kepentingan Rakyat 
banyak, kepentingan Revolusi kita! 
 
Pimpinan itu pun saya dasarkan kepada jiwa Panca Sila, yang sudah  kita pancarkan 
bersama dalam Manipol Usdek sebagai garis garis besar haluan Negara. Dan lebih 
lebih mendalam lagi, maka saya sudah  mendasarkan pimpinan itu kepada Sabda 
Rasulullah S.A.W.:  Kamu sekalian yaitu  Pemimpin, dan setiap pemimpin akan 
diminta pertanggungan jawabnya mengenai  kepemimpinan itu di hari lalu .  
 Saudara saudara sekalian, 
 Itulah jiwa dibandingkan  pimpinan saya, seperti yang sudah  saya nyatakan dalam Amanat 
 Ambeg Parama Arta  ini  tadi. Dan Saudarasaudara sudah  membenarkan amanat 
itu, terbukti dengan Ketetapan MPRS No.IV/1963, yang menjadi  Resopim dan 
Ambeg Parama Arta masing masing sebagai pedoman pelaksanaan garis garis besar 
haluan Negara, dan sebagai landasan kerja dalam melaksanakan Konsepsi 
Pembangunan seperti terkandung dalam Ketetapan MPRS No.l dan 11 tahun  1960. 
 Pengertian Presiden seumur hidup 
 Malahan dalam Sidang Umum MPRS ke ll pada bulan Mei tahun  1963 itu Saudara 
saudara sekalian sudah  menetapkan saya menjadi Presiden se umur hidup. Dan pada 
waktu itu pun saya sudah  menjawab keputusan Saudara saudara itu dengan kata kata: 
 Alangkah baiknya jijika  nanti MPR, yaitu MPR hasil pemilihan umum, masih meninjau soal ini kembali.  Dan sekarang ini pun saya masih tetap berpendapat demikian!  Kembali sekarang sebentar kepada Amanat  Ambeg Parama Arta  ini  tadi itu. Amanat itu lalu  disusul dengan amanat saya  Berdikari  pada pembukaan Sidang 
Umum MPRS ke lll pada tanggal 11 April 1965, di mana dengan tegas saya tekankan tiga hal: 
bahwa Revolusi kita mengejar suatu Idee Besar, yaitu  melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat; Amanat Penderitaan Rakyat seluruhnya, seluruh rakyat sebulat bulatnya. bahwa Revolusi kita pejuang  mengemban Amanat Penderitaan Rakyat itu dalam persatuan dan kesatuan yang bulat menyeluruh dan hendaknya jangan sampai watak 
Agung Revolusi kita, diselewengkan sehingga mengalami dekadensi yang hanya mementingkan golongann ya sendiri saja, atau hanya sebagian dari Ampera saja!  bahwa kita dalam melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat itu tetap dan tegap  berpijak dengan kokoh kuat atas landasan Trisakti, yaitu berdaulat dan bebas dalam politik, berkepribadian dalam kebudayaan dan berdikari dalam ekonomi; sekali lagi 
berdikari dalam ekonomi! 
 Saya sangat gembira sekali, bahwa Amanat amanat saya itu dahulu , baik  Ambeg Parama 
Arta , maupun  Berdikari  telaK Saudara saudara tetapkan sebagai landasan kerja dan 
pedoman pelaksanaan Pembangunan Nasional Semesta Berencana untukmasa 3 tahun  
yang akan datang, yaitu sisa jangka waktu tahapan pertama mulai tahun  1966 s/d 1968 
dengan landasan  Berdikari di atas Kaki Sendiri  dalam ekonomi. Ini berarti, bahwa 
Lembaga Tertinggi dalam Negara kita, Lembaga Tertinggi dari Revolusi kita, Lembaga 
Negara Tertinggi yang berdasar keterangan saksi  kemurnian jiwa dan aksaranya UUD Proklamasi kita yaitu  penjelmaan kedaulatan Rakyat, membenarkan Amanat amanat saya itu. Dan 
tidak hanya membenarkan saja, melainkan juga menjadi nya sebagai landasan kerja  dan  pedoman bagi kita semua, ya bagi Presiden/Mandataris MPRS/Perdana Menteri ya, bagi MPRS sendiri, ya bagi DPA, ya bagi DPR, ya bagi Kabinet, ya bagi parpol parpol dan ormas ormas, ya bagi ABRI, dan bagi seluruh Rakyat kita dari Skakak  sampai Merauke, dalam mengemban bersama Amanat Penderitaan Rakyat. 
 Memang, di dalam situasi nasional dan internasional dewasa ini, maka Trisakti kita, 
yaitu berdaulat dan bebas dalam politik, berkepribadian dalam kebudayaan, berdikari di 
bidang ekonomi, yaitu  senjata yang paling ampuh di tangan seluruh rakyat kita, di tangan prajuritprajurit Revolusi kita, untuk menyelesaikan Revolusi Nasional kita yang maha dahsyat sekarang ini. 
Terutama prinsip Berdikari di bidang ekonomi! Sebab dalam kondisi  perekonomian 
bagaimanapun sulitnya, saya minta jangan dilepaskan jiwa  self reliance  ini, jiwa 
percaya kepada kekuatan diri sendiri, jiwa self help atau jiwa berdikari. sebab nya, maka dalam melaksanakan Ketetapan ketetapan MPRS No.V dan Vl tahun  1965 yang lalu, saya sudah  meminta Bappenas dengan bantuan dan kerja sama dengan Muppenas, untuk menyusun garis garis lebih lanjut dibandingkan  Pola Ekonomi Perjoar gan seperti yang sudah  saya canangkan dalam Amanat Berdikari tahun  yang lalu. 
 Garis garis Ekonomi Perjoeangan ini  sudah  selesai, dan saya lampirkan bersama ini 
Ikhtisar tahun an mengenai  pelaksanaan Ketetapan MPRS No.II/MPRS/1960. Di 
dalamnya Saudara saudara akan memperoleh gambaran mengenai  Strategi Umum 
Pembangunan 2 tahun  1966 1968, yaitu Pra syarat Pembangunan, dan pola Pembiayaan tahun  1966 s/d 1968 melalui Rencana Anggaran 3 tahun Khusus mengenai Prinsip Berdikari ingin saya tekankan apa yang  sudah  saya nyatakan 
dalam pidato Proklamasi 17 Agustus 1965, yaitu pidato Takari, bahwa berdikari tidak berarti mengurangi, melainkan memperluas kolaborasi  internasional, terutama antara semua negara yang baru merdeka.  Yang ditolak oleh Berdikari yaitu  ketergantungan kepada imperialis, bukan kerja sama yang  saling menguntungkan. Dan di dalam Rencana Ekonomi Perjoangan yang saya sampaikan bersama ini, maka  Saudara saudara dapat membaca bahwa:  Berdikari bukan saja tujuan, namun   yang tidak  kurang pentingnya harus merupakan prinsip dari cara kita mencapai tujuan itu, prinsip  untuk melaksanakan Pembangunan dengan tidak menyandarkan diri kepada bantuan negara atau bangsa lain. yaitu  jelas, bahwa tidak menyandarkan diri tidak berarti 
bahwa kita tidak mau kerja sama berdasarkan sama derajat dan saling menguntungkan.  
 Dalam rangka pengertian politik Berdikari demikian inilah, kita harus menanggulangi 
kesulitan kesulitan di bidang Ekubang kita dewasa ini, baik yang hubungan dengan inflasi maupun yang hubungan dengan pembayaran hutang hutang luar negeri kita. Masalah Ekubang tidak dapat dilepaskan dari masalah politik, malahan harus didasarkan atas Manifesto Politik kita. 
 Dekon kita pun yaitu  Manipohdi bidang ekonomi, atau dengan lain perkataan  political economy  nya pembangunan kita. Dekon merupakan strategi umum, dan strategi umum di bidang pembangunan 3 tahun  di depan kita, yaitu tahun  1966  1968, didasarkan atas pemeliharaan hubungan yang tepat antara keperluan untuk 
melaksanakan misi  politik dan misi  ekonomi. Demikianlah misi  politik keamanan kita, politik pertahanan kita, politik dalam negeri kita, politik luar negeri kita dan sebagainya. Detail dari misi  misi  ini kiranya tidak perlu diperbincangkana dalam Sidang Umum MPRS, sebab  misi  MPRS ialah menyangkut garisgaris besarnya saja. Detailnya seyogyanya ditentukan oleh Pemerintah bersama sama dengan DPR, dalam rangka 
pemurnian pelaksanaan Undang Undang Dasar 1945. meski begitu  perlu saya peringatkan di sini, bahwa UndangUndang Dasar 1945 memungkinkan Mandataris MPRS bertindak lekas dan tepat dalam kondisi  darurat demi keselamatan Negara, Rakyat dan Revolusi kita. 
 Dan sejak Dekrit 5 Juli 1959 dahulu  itu, Revolusi kita terus meningkat dan bergerak cepat, 
yang mau tidak mau mengharuskan semua Lembaga lembaga Demokrasi kita untuk 
bergerak cepat juga  tanpa menyelewengkan Demokrasi Terpimpin kita ke arah 
Demokrasi Liberal. Dalam rangka merintis jalan ke arah kemurnian pelaksanaan Undang Undang Dasar 1945 itulah, saya dengan surat saya tertanggal 4 Mei 1966 kepada Pimpinan DPRGR 
memajukan: 
a. RUU Penyusunan MPR, DPR dan DPRD. 
b. RUU Pemilihan Umum. 
c. Penetapan Presiden No.3 tahun  1959 jo. Penetapan Presiden No.3 tahun  1966 untuk 
diubah menjadi Undang Undang agar   DPA dapat ditetapkan berdasar keterangan saksi  pasal 16 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945. 
 Tidak lain harapan saya ialah hendaknya MPRS dalam rangka pemurnian pelaksanaan 
Undang Undang Dasar 1945 itu menyadari apa misi  dan fungsinya, juga dalam hubungan persamaan dan perbedaannya dengan MPR hasil pemilihan umum nanti. 
 Wewenang MPR selaku pelaksanaan kedaulatan Rakyat yaitu  menetapkan Undang Undang Dasar dan garis garis besar dibandingkan  haluan Negara (pasal 3 UUD), dan  memilih Presiden dan Wakil Presiden (pasal 6 UUD ayat 2). 
 Undang Undang Dasar dan  garis garis besar haluan Negara sudah  kita tentukan bersama, yaitu Undang Undang Dasar Proklamasi 1945 dan Manipol/Usdek. 
 Undang Undang Dasar 1945 itu menyebut pemilihan jabatan Presiden dan Wakil Presiden, masa jabatannya dan  isi sumpahnya dalam satu nafas, yang tegas bertujuan agar terjamin kesatuan pandangan, kesatuan pendapat, kesatuan pikiran dan kesatuan tindak antara Presiden dan Wakil Presiden, yang membantu Presiden (pasal 4 ayat 2 UUD). 
 Dalam pada itu, Presiden memegang dan menjalankan misi , wewenang dan kekuasaan 
Negara dan  Pemerintahan. (pasal 4, 5, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, ayat 2). Jiwa kesatuan antara kedua pejabat Negara ini, dan  pembagian misi  dan wewenang seperti yang ditentukan dalam Undang Undang Dasar 1945 hendaknya kita sadari sepenuhnya. Demikian juga  hendaknya kita semua, di luar dan di dalam MPRS menyadari 
sepenuhnya perbedaan dan persamaannya antara MPRS sekarang, dengan MPR hasil pemilihan umum yang akan datang, agar agar   benar benar kemurnian pelaksanaan Undang Undang Dasar 1945 dapat kita rintis bersama, sambil membuka lembaran baru  dalam sejarah kelanjutan Revolusi Panca Sila kita. Demikianlah Saudara saudara, teks laporan progress saya kepadaMPRS. lzinkanlah  saya sekarang mengucapkan beberapa patah kata pribadi kepada Saudara saudara,  terutama sekali mengenai pribadi saya. 
 Lebih dahulu mengenai  hal laporan progress ini. 
 Laporan progress itu saya simpulkan dalam 9 pasal, 9 golongan, 9 punt. Maka oleh sebab  itu saya ingin memberi judul kepada amanat saya tadi itu. Sebagaimana biasa saya memberi judul kepada pidato pidato saya, ada yang bernama Resopim, ada yang bernama Gesuri dan lain lain sebagainya. Amanat saya ini, saya beri judul apa,  Sembilan perkara, pokok, pokok, pokok, pokok, saya tuliskan di dalam Amanat ini. sebab  itu saya ingin memberi nama kepada Amanat ini, kepada 
pidato ini  Pidato Sembilan Pokok . Sembilan, ya sembilan apa,  Kita itu biasa memakai bahasa Sanskrit jika  memberi nama kepada amanat amanat, bahkan kita sering memakai perkataan Dwi, Tri, Tri Sakti, dua duanya perkataan Sanskrit. Catur Pra Setia, catur empat setia, kesetiaan, Panca Azimat, Panca yaitu  lima. Ini sembilan pokok; ini saya namakan apa,  9 di dalam bahasa Sanskrit yaitu   Nawa . Eka, Dwi, Tri, Catur, Panca, enam yam, tujuh sapta, delapan hasta, sembilan nawa, sepuluh dasa. Jadi saya mau beri 
nama dengan perkataan  Nawa .  Nawa  apa,  Ya, sebab  saya tulis, saya mau beri nama 
 NAWA AKSARA , dus  NAWA iAKSARA  atau jika  mau disingkatkan  NAWAKSARA . Tadinya ada orang yang mengusulkan diberi nama  Sembilan Ucapan Presiden .  NAWA SABDA . Nanti jika  saya kasih nama Nawa Sabda, ada saja yang 
salah salah berkata:  Uh, uh, Presiden berkata  . Sabda itu seperti raja berkata . Tidak, saya tidak mau memakai perkataan  sabda  itu, saya mau memakai perkataan Aksara ; bukan dalam arti tulisan, jadi ada aksara latin, ada aksara Belanda dan sebagainya. NAWA AKSARA atau NAWAKSARA, itu judul yang saya berikan kepada 
pidato ini. Saya minta wartawan wartawan mengumumkan hal ini, bahwa pidato Presiden dinamakan oleh Presiden NAWAKSARA . lalu  saya mau menyampaikan beberapa patah kata mengenai diri saya sendiri. Saudara saudara semua mengetahui , bahwa saat  saya masih muda, masih amat muda sekali, bahwa saya miskin dan oleh sebab  saya miskin, maka demikianlah saya sering ucapkan:  Saya tinggalkan this material world. Dunia jasmani sekarang ini laksana saya tinggalkan, sebab  dunia jasmani ini tidak memberi hiburan dan kepuasan kepada saya, oleh sebab  saya miskin.  
Maka saya meninggalkan dunia jasmani ini dan saya masuk katagori dalam pidato dan 
keterangan keterangan yang sering masuk ke dalam world of the mind. Saya meninggalkan dunia yang material ini, saya masuk di dalam world of the mind. Dunianya alam cipta, dunia khayal, dunia pikiran. Dan sudah  sering saya katakan, bahwa di dalam wolrd of the mind itu, di situ saya bertemu  dengan orang  besar dari 
segala bangsa dan segala negara. Di dalam world of the mind itu saya bertemu  dengan nabi nabi besar; di dalam world of the mind itusaya bertemu  dengan ahli falsafah, ahli falsafah besar. Di dalam world of the mind itu saya bertemu  dengan pemimpin pemimpin bangsa yang besar, dan di dalam world of the mind itu saya bertemu  dengan 
pejuang pejuang kemerdekaan yang berkaliber besar. Saya bertemu  dengan orang  besar ini, tegasnya, jelasnya dari membaca buku buku. Salah satu pemimpin besar dibandingkan  sesuatu bangsa yang berjuang untuk kemerdekaan, ia mengucapkan kalimat sebagai berikut:  The cause of freedom is a deathless cause. The cause of freedom is a deathless cause. Perjuangan untuk 
kemerdekaan yaitu  satu perjuangan yang tidak mengenal mati. The cause of freedom is a deathless cause. 
 Sesudah saya baca kalimat itu dan renungkan kalimat itu, bukan saja saya tertarik kepada cause of freedom dibandingkan  bangsa saya sendiri dan bukan saja saya tertarik pada cause of freedom dibandingkan  seluruh umat manusia di dunia ini, namun   saya, sebab  tertarik kepada cause of freedom ini saya menyumbangkan diriku kepada deathless cause ini, deathless cause of my own people, deathless cause of all people on this. Dan 
lalu  saya memperoleh  kepercaya an, bukan saja the cause of freedom is a deathless cause, 
namun   juga the service of freedom is a deathless service. Pengabdian kepada perjuangan 
kemerdekaan, pengabdian kepada kemerdekaan itupun tidak mengenal maut, tidak  mengenal habis. Pengabdian yang sungguh sungguh pengabdian, bukan service yang hanya lip service, namun   service yang betul betul masuk di dalam jiwa, service yang  betul betul pengabdian, service yang demikian itu yaitu  satu deathless service. 
 Dan saya tertarik oeh saya memiliki  pendapat sendiri, pendapat pemimpin besar dibandingkan  
bangsa yang saya sitir itu tadi, yang berkata  the cause of freedom is deathless cause . 
Saya berkata  not only the cause of freedom is deathless cause, but also the service of 
freedom is a deatheless service . 
 Dan saya, Saudara saudara, sudah  memberikan, menyumbangkan atau menawarkan diri 
saya sendiri, dengan segala apa yang ada pada saya ini, kepada service of freedom, dan 
saya sadar sampai sekarang: the service of freedom is deathless service, yang tidak 
mengenal akhir, yang tidak mengenal mati. Itu yaitu  tulisan isi hati. Badan manusia 
bisa hancur, badan manusia bisa dimasukkan di dalam kerangkeng, badan manusia bisa 
dimasukkan di dalam penjara, badan manusia bisa ditembak mati, badan manusia bisa 
dibuang ke tanah pengasingan yang jauh dari tempat kelahirannya, namun   ia memiliki  
service of freedom tidak bisa ditembak mati, tidak bisa dikerangkeng, tidak bisa dibuang 
di tempat pengasingan, tidak bisa ditembak mati. 
 Dan saya berimengetahui  kepada Saudara saudara, berdasar keterangan saksi  perasaanku sendiri, saya, Saudara saudara, sudah  lebih dibandingkan  tiga puluh lima tahun , hampir empat tahun  dedicate myself to this service of freedom. Yang saya menghendaki agar   
 seluruh, seluruh, seluruh rakyat negara kita  masing masing juga dedicate jiwa raganya 
kepada service of freedom ini, oleh sebab  memang service of freedom ini is a deathless 
service. namun   akhirnya segala sesuatu yaitu  di tangannya 
 Inilah Saudara saudara yang saya hendak katakan kepadamu;dalam saya pada hari 
sekarang ini memberi laporan kepadamu. Moga moga Tuhan selalu memimpin saya, 
moga moga Tuhan selalu memimpin Saudara saudara sekalian. Sekianlah 
Menguraikan Simpul Simpul Rumit (Oleh : Ignas Legowo) 
Bandit besar dalam gambar besar 
 Bukankah seharusnya tragedi 65 juga dilihat dalam konteks 'gambar besar'nya,   itu 
keterangan  dari Wisconsin. Dia memberi contoh,  Dalam konteks perang  Dingin, pada 
awal tahun  60 an di kawasan Asia Tenggara terjadi dua peristiwa besar. Yaitu 
terbentuknya Malaysia, September 1963, dan Peristiwa Teluk Tonkin, Agustus 1964.  
Pertanyaannya,  Apa arti gambar besar itu dalam mengolah jiwa bangsa,      
Saya setuju bahwa untuk memahami tragedi 65 kita harus memahami juga konteks 
global atau 'gambar besar' itu. sebab  dalam perang  Dingin baik Blok Barat maupun 
Blok Timur berkepentingan dengan apa yang terjadi di negara kita . Hasil studi atau 
pustaka mengenai   Apa maunya Uni Soviet , itu memang belum muncul.  
Mungkin sesudah  perang  Dingin selesai, akan banyak arsip di Kremlin yang bisa 
dipelajari. sedang  mengenai   Apa maunya AS,   itu sudah ada beberapa studi yang 
bagi saya cukup   mempercayakan . Dua buku yang terbit tahun  1995 ini akan saya pakai 
sebagai pustaka utama:  
Subversion As Foreign Policy , oleh Audrey R. Kahin dan George McT. Kahin (selanjutnya disingkat K&K), dan   To Have And Not To Have , oleh Jonathan Marshall (disingkat JM).    
Ada enam pokok pikiran yang saya dapat sesudah  membaca kedua buku itu:  Industri AS dan juga Inggris, sekutunya di Eropa, butuh suplai bahan baku dari Asia Tenggara;  sesudah  perang  Dunia 2 nasionalisme di Asia Tenggara dan komunisme yang berkembang di RRC menjadi ancaman besar bagi kekuasaan AS di Asia;   Hubungan AS dengan Jepang berkembang di tahun  50 an. Secara militer Jepang dikebiri, namun   secara ekonomi harus diperkuat. Untuk itu bahan baku Asia Tenggara diperlukan ;   Untuk menjaga suplai bahan baku jika  perlu dilakukan intervensi militer;  
Intervensi militer itu ditutupi dengan ideologi anti komunis yang bisa menandingi nasionalisme;  
 Untuk menerapkan ideologi tandingan itu diperlukan  partner lokal. Kira kira seperti 
itulah gambar besar yang bisa saya lihat saat  tragedi 65 terjadi.  Tulisan bagian 4 ini akan mencoba menceritakan gambar besar sejauh saya bisa memahaminya.  Bahan baku  
Sejak permulaan abad 20 kebutuhan AS akan bahan baku dari Asia Tenggara terus 
meningkat akibat proses industrialisasi di AS.  
jika  tahun  1910 hanya 10% bahan baku didapat dari Asia Tenggara, maka tahun  
1939 sudah mencapai 30% (JM, h x). Pada tahun  1940, suatu studi dari  Army and 
Navy Munitions Board  al menyimpulkan bahwa bahan baku ini memiliki  nilai strategis 
sebab ,  So closely knit into our modern industrial structure that the whole trend of modern life would be disorganized without them  (JM, 18).  
Ada 14 bahan baku yang dianggap strategis: antimonium, chromium, coconut shell char, mangan, serat manila, merkuri, mika, nikel, kristal kwarsa, kina, karet, sutra, timah dan tungsten.  
Daerah Timur Jauh, khususnya Asia Tenggara dan India yaitu  pemasok utama dari bahan bahan baku yang strategis itu (JM, 10). Berikut ini beberapa kutipan dari hasil studi lembaga risetnya AD dan AL Amerika Serikat itu.    Chromium diperlukan  untuk memproduksi baja kualitas tinggi yang menjadi tulang punggung dari industri tinggi. Sebagian besar bahan bakunya didapat d ari Pilipina dan Kaledonia Baru.  Mangan juga bahan baku penting untuk memicu  baja kualitas tinggi. AS mengimport seperempat kebutuhan mangan dari India dan Asia Tenggara.  Mika dianggap strategis sebab  menjadi bahan insulator yang diperlukan  oleh semua industri elektronika.  
Serat manila penting sebagai bahan pembuat tali untuk kebutuhan pelayaran, industri minyak, . Seluruh dunia memperoleh  suplai serat manila dari Pilipina.  Kina mutlak perlu sebagai obat anti malaria, dan seluruh kebutuhan AS disuplai dari Hindia Belanda.  Tungsten juga diperlukan AL(Angkatan Laut) dalam industri baja dan sebagian besar  didapat dari Timur Jauh, terutama Cina, Birma dan Malaya.  Dan tak ada yang lebih memusingkan dari pada kebutuhan industri akan timah. sebab  bahan ini diperlukan  dalam bermacam industri seperti pipa, elektronika, dan berbagai mesin.  Pemasok terbesar dari timah yaitu  Malaya (jajahan Inggris) dan Hindia Belanda.  Selain timah, bahan baku yang paling penting yaitu  karet yang dianggap sama 
pentingnya dengan mesiu. Apalagi sebab  karet mutlak perlu untuk industri non militer seperti mobil. Pada tahun  1940 an itu, 90% kebutuhan karet AS disuplai dari Malaya dan Hindia Belanda.   Studi itu dibuat pada saat perang  Dunia 2 baru mulai di Eropa.  
 Sebagai contoh bagaimana strategisnya kebutuhan bahan baku ini, untuk memicu  100 
buah tank diperlukan  1 juta pound karet, 66 ribu pound chromium, 53 ribu pound  mangan, 3,5 ribu pound timah. hasil penelitian  studi itu jelas, suplai bahan baku tidak boleh  terputus baik untuk kebutuhan militer maupun untuk industri non militer.  hasil penelitian  lain dari studi itu yaitu  daerah penghasil bahan baku yang strategis itu 
harus diamankan. Begitu juga jalur pengangkutan bahan bahan ini dari sumbernya ke Inggris dan AS. Armada ke 7 AS di Pilipina yang menjamin keamanan jalur pengangkutan itu yaitu Laut Cina Selatan dan Selat Malaka.     Dalam buku Jonathan Marshal, perang  Dunia 2 di Pasifik bisa dilihat sebagai akibat rebutan bahan baku antara blok Barat melawan Jepang yang juga membutuhkan bahan bahan baku yang sama untuk kebutuhan industrinya. Walaupun belum ada studi mengenai  kebutuhan bahan baku Jepang, namun   sudah umum kita ketahui  bahwa Jepang sangat miskin dengan bahan baku. Dan Jepang juga mengetahui  bahwa sumber bahan baku yaitu  Asia Tenggara.  namun  Armada 7 jadi hambatannya. Itu sebabnya dalam perang  Dunia 2, yang pertama di gempur oleh Jepang yaitu  Pearl Harbour, pangkalan Armada 7, lalu  
pangkalan AS di Filipina.  sesudah  itu baru armada dan pasukannya menyerbu ke selatan, mengusir Amerika, peranserta cis, Inggris dan Belanda sekaligus. Lalu mengajak bangsa bangsa Asia untuk menciptakan,  Asia Timur Raya . Maksud sebetulnya  mudah ditebak sebab  daerah 
Hindia Belanda yang pertama direbut Jepang yaitu  lapangan minyak Tarakan dan Bunyu. Kebutuhan bahan baku itu selalu merupakan faktor penting, namun   kadar pentingnya berbeda beda dari masa ke masa.  
sesudah  perang  Dunia 2 selesai, praktis AS menjadi adi kuasa yang tak ada tandingannya di dunia. Dia bisa dapat bahan baku dari mana saja, kecuali dari Blok komunis. Pentingnya bahan baku Asia Tenggara jadi agak berbeda. Sejak Jepang, 
Korea Selatan dan Taiwan masuk dalam orbit blok Barat, maka bahan baku Asia Tenggara, terutama minyak dan gas negara kita , diperlukan  untuk mengembangkan industri di ketiga negara itu.  
 Ringkasnya, ada tiga hal yang berkaitan dengan kebutuhan akan bahan baku ini. Daerah sumbernya, nilai strategisnya, dan jalur suplainya.   sesudah  perang  Dunia 2 selesai menteri luar negeri AS George Marshall memberi peringatan mengenai ,  Bahaya nasionalisme yang bisa menggangu daerah yang sangat vital untuk kepentingan ekonomi AS.  Nasionalisme itu memang arus jaman yang pada tahun  40 an dan 50 an sedang melanda Asia Tenggara. Sehingga AS harus memberi  Perhatian khusus untu k 
masa depan Asia Tenggara  (JM, 186). Perhatian khusus mulai diberikan sejak Perjanjian Postdam.   Membendung nasionalisme dan komunisme  
Dalam Perjanjian Postdam pada bulan Juni 1945, saat  PD 2 hampir selesai, diputuskan bahwa AS akan memimpin penyerbuan ke Jepang dipimpin oleh jendral Mc Arthur, sedang  Asia Tenggara diserahkan kepada laksamana Mountbattten dari 
Inggris. Filipina bukan masalah bagi AS sebab  lalu  diduduki. Walaupun miskin sumber alam, Pilipina sangat strategis sebagai pangkalan militer.  l 15 Agustus 1945 Jepang takluk, negara kita  memproklamirkan kemerdekaan pada 
tanggal 17 Agustus 1945 dan Vietnam pada tanggal 7 September 1945. Di dua negara 
itu nasionalisme sedang menghebat. Bulan September tentara Inggris mendarat di 
Jawa untuk memulihkan kekuasaan Belanda.   Dan bulan Oktober November terjadi 
pertempuran Surab aya, bagian awal dari revolusi kemerdekaan kita. sedang  di Vietnam tentara Inggris membawa bawa  pasukan peranserta cis, dan  pertempuran meletus di awal 1946. Tubrukan antara nasionalisme dan kepentingan Barat ini tak terhindarkan.  Selama di negara kita  dan Vietnam terjadi revolusi kemerdekaan melawan Belanda dan peranserta cis, di Eropa perang  Dingin sudah mulai. AS memberi bantuan ekonomi besar 
besaran kepada kedua negara itu, yang dikenal dengan nama Marshall Plan. Usaha Belanda untuk memperoleh  kembali Hindia Belanda dan pulau saha peranserta cis untuk memperoleh  kembali Vietnam tidak mungkin dilaksanakan tanpa Marshall Plan.  It was evident to the negara kita ns that the United States was providing crucial support to the Netherlands. Any peasant could see that the Dutch were using weapons supplied by the United States, for many of the tanks, trucks and planes still bore U.S insignia, and, at 
least as late as January 1949, some members of the Netherlands' crack Marine Brigade 
wore combat fatigues clearly marked (above the breast pocket) 'U.S. Marines.' ..... It 
was widely believed too that the United States was also financially underwriting the 
Netherlands effort to reconquest  (K&K, 30).  
Di negara kita , Agresi 1 (20 Juli 1947) dan Agresi 2 (18 Desember 1948) itu bisa 
dilakukan sebab  di belakangnya ada uang  dan senapan nya AS. Pada akhir 1949 
kemenangan Mao melawan Chiang Kai Shek, yang didukung dan dipersenjatai oleh 
AS, merubah seluruh kekuatan di Asia. AS dan sekutunya bukan hanya harus menghadapi nasionalisme di negara kita  dan Vietnam, namun   juga bahaya komunisme di Cina. Pemerintahan presiden Truman waktu itu,  More readily accepted the colonial powers' contention that their conflicts were fundamentally aimed at containment of the 
spread of communism rather than reestablishment of colonial rule  (K&K, 31). Belanda kurang mujur dengan propaganda mengenai  bahaya komunis itu. sebab  sesudah  komunis ditumpas dan para pemimpinnya dibunuh dalam Peristiwa Madiun bulan September 1948, terbukti pemerintahan Sukarno Hatta bukan komunis.   Kebutuhan Blok Barat  termasuk sekutunya di Asia seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan, terhadap bahan 
baku dari Asia Tenggara sekarang memperoleh  tantangan baru, yaitu  nasionalisme.  Dengan ideologi nasionalisme itu negara baru seperti negara kita  dan Vietnam ingin mengolah kekayaan alam mereka untuk melayani kepentingan rakyatnya. namun  Blok Barat sudah menemukan suatu tabir baru untuk menutupi maksud mereka sebetulnya , yaitu politik 'containment', politik membendung komunisme.  
Politik ini lalu  berkembang menjadi seperti  ideologi dengan banyak teori pendukungnya seperti teori 'domino' yang termashur itu, dan sederetan lagi teori mengenai  modernisasi, pembangunan ekonomi, kestabilan, . Ideologi anti komunis inilah yang lalu  dipakai untuk melawan nasionalisme.    Ampuhnya ideologi anti komunis ini sangat terlihat dalam intervensi AS dalam 
pemberontakan PRRI/Permesta di akhir tahun  50 an. lalu  dilanjutkan dengan pembinaan intensif pada Angkatan Darat. Terlihat jelas dalam tragedi 65, terlihat juga dalam paham pembangunan Orde Baru, dalam konsep kestabilan, bahaya laten, .    
 Ideologi anti komunis, partner lokal dan intervensi militer  Pangkalan militer AS di kawasan Pasifik sudah lama ada di Pearl Harbour, Pilipina 
(Subic dan Clark), Guam dan sesudah  PD 2 bertambah dengan pangkalan baru di Okinawa, Taiwan, Korea Selatan dan Vietnam Selatan. sedang  kekuatan militer Inggris berkuasa di Singapura. Dengan sederetan pangkalan itu jalur ekonomi Selat Malaka dan Laut Cina Selatan dikuasai. Kekuatan militer itu sudah berada dalam suatu komando yaitu Pakta Pertahanan Asia Tenggara (SEATO).  Kekuasaan ekonomi juga kokoh sebab  hampir seluruh perdagangan Asia Timur dan Tenggara yaitu  dengan Blok Barat.   Lautan memang dikuasai namun  di daratan banyak masalah. Rakyat Vietnam bangkit melawan peranserta cis dan mereka menang sesudah  benteng Dien Bien Phu berhasil digempur (1954). Dari pemain di belakang layar AS mulai turun sendiri ke gelanggang.  Di negara kita , Pemilu 55 menghasilkan empat besar (PNI, Masyumi, NU dan PKI). Yang lebih mengkhawatirkan AS yaitu  hasil Pemilu Daerah 1957. Di P. Jawa yang memilih  PKI meningkat pesat, dari 19,8% dalam Pemilu 55 menjadi 30,5% dalam Pemilu Daerah 1957.   Sementara itu ketegangan antara pusat dan daerah mulai meningkat, baik di kalangan sipil maupun militer. Hubungan antara pimpinan militer pusat, Nasution 
dan stafnya, dengan para kolonel di Sumatra dan Sulawesi sudah tegang.    Penyelundupan kopra dan karet menjadi sumber pendapatan para kolonel daerah. Dengan sumber dana sendiri, mereka mau lebih otonom, mau lebih bebas dari kontrol pusat. Nasution didukung sepenuhnya oleh Sukarno Hatta untuk menegakkan kontrol pusat.  
 Lalu dia memindahkan para panglima daerah itu. Warouw, panglima negara kita  Timur, diberi misi  baru sebagai atase militer di Peking. namun   beberapa kolonel Sumatra yang tidak setuju dengan rencana Nasution lalu  mendirikan Dewan Banteng dipimpin oleh kolonel Ahmad Huse in, panglima Sumatra Barat. l 20 Desember 56, 
Husein mengambil kekuasaan sipil di Bukit Tinggi atas nama Dewan Banteng. Simbolon, panglima Sumatra Utara coba merebut kekuasaan sipil di Medan, namun    gagal. Kolonel Barlian, Panglima Sumatra Selatan meresmikan berdirinya Dewan 
Garuda yang tidak mengambil alih kekuasaan sipil di Palembang namun   bertindak  sebagai 'penasehat'. Kolonel Sumual, panglima negara kita  Timur yang baru saja menggantikan Warouw, memproklamirkan kondisi  darurat di wilayahnya dan  mengambil alih kekuasaan sipil di Makasar.  
 Tanggal 2 Maret 1957 dibacakan  Piagam Perjuangan Semesta Alam  (Permesta) yang 
menuntut: otonomi daerah yang lebih besar, kontrol terhadap pendapatan daerah desentralisasi dan kembalinya dwitunggal Sukarno Hatta. Menyusul proklamasi 
Permesta, kolonel Barlian di Sumatra Selatan juga mendirikan pemerintahan militer dan 
menghentikan aksi  gubernur sipil. Para panglima daerah memperoleh  dukungan juga dari tokoh  sipil. Bantuan terbesar diperoleh dari profesor Sumitro. Bekas menteri keuangan itu oleh militer dituduh korupsi, lalu dia diperiksa.  In March, the army had  summoned Sumitro for questioning because of his association with a Chinese 
businessman who had been arrested on charges of fraud, bribery and subversion. After two interrogations regarding his financial ties with the businessman, Sumitro refused to  comply with a third summons on May 8, 1957, and instead fled Jakarta  (K&K, 70 71).  Sumitro kabur ke Sumatra dan bergabung dengan para kolonel. Bersama Simbolon,  Sumitro menjadi jurubicara para kolonel di luar negeri. Di Singapura Sumitro 
menghubungi agen CIA yang sudah dikenalnya di Jakarta (K&K, 71). Tanggal 7 8  September, Sumitro bertemu dengan para kolonel pembakang di Palembang.  Pertemuan itu mencetuskan  Piagam Palembang  yang mengajukan enam tuntutan ke  pusat: kembalinya dwitunggal, menyingkirnya Nasution, desentralisasi dan otonomi daerah, pembentukan senat, penyegaran pemerintahan pusat dan pelarangan komunis.   
Ketegangan pusat daerah memuncak dengan rangkaian peristiwa tadi. Mulai dengan 
didirikannya Dewan Banteng, proklamasi Permesta, berdirinya Dewan Garuda dan 
dipelopori nya Piagam Palembang. Pemerintah pusat lalu mengundang seluruh  pimpinan sipil dan militer daerah dalam Musyawarah Nasional (Munas) pada tanggal 10 12 September 57. sesudah  Munas, Hatta mengadakan perjalanan keliling Sumatra  untuk meredakan suasana. namun  baik Munas maupun usaha keras dari Hatta itu tidak  berhasil meredakan ketegangan.   Bulan Januari 1958 kolonel Barlian, panglima 
Sumatra Selatan, mengusulkan pertemuan para kolonel di Sungai Dareh (9 10 Januari).  Dalam pertemuan itu lalu  ikut dan  tiga orang tokoh Partai Masyumi:  Burhanuddin Harahap, Natsir (keduanya bekas Perdana Menteri) dan Sjafruddin 
Prawiranegara (beliau yang pernah  memimpin pemerintahan RI dala m pengasingan  sesudah  Sukarno Hatta ditawan dalam Agresi 2). Dalam pertemuan Sungai Dareh itu,  ketiga pemimpin Masyumi terperang kap dalam persekongkolan dengan AS yang sudah  digarap oleh Sumitro, Simbolon dan Sumual.  They discovered that the colonels already had well developed contacts and sources of funding and supply abroad, especially with the CIA, and had been promised more, including air cover.  (K&K, 128).  berdasar keterangan saksi  Sjafruddin, mereka tidak mengetahui  sebelumnya mengenai  kontak kontak kolonel  Husein dengan CIA, dan  We were left completely in the dark with respect to his daily 
telegraphic contact with Singapore, the CIA's major headquarters for covert U.S., operations in the area.   Para tokoh Masjumi berusaha agar para kolonel tidak membentuk pemerintahan yang 
terpisah dari RI. berdasar keterangan saksi  James Bell, wartawan majalah Time yang meliput pertemuan  Sungai Dareh itu, tokoh  Masyumi berpikir,  Civil war must be prevented and 
nothing rush should be done untill all possible steps have been taken to replace Juanda 
with Hatta.  (K&K, 129). namun  mereka terdesak oleh para kolonel yang hadir pula , yaitu 
Simbolon, Husein, Sumual, Barlian, Dahlan Jambek dan Zulkifli Lubis.  Pertemuan Sungai Dareh membentuk  Dewan Perjuangan  dengan Hussein sebagai  komandannya dan Padang sebagai markas besarnya. Dewan itu yang mengkoordinir  Dewan Banteng, Dewan Garuda dan Permesta di Sulawesi. Meskipun peranserta  mereka di   Sungai Dareh itu terbatas,  The three Masyumi leaders realized that by participating in 
the conference they had crossed a Rubicon and that it would not be possible to return to Jakarta  (K&K, 129). Pimpinan Masyumi terjebak dalam persekongkolan para kolonel  dan AS. sesudah  PRRI/Permesta kalah maka Masyumi lalu  dibubarkan oleh Bung Karno.  Padahal Masyumi yaitu  partai nomor dua terkuat di seluruh negara kita , 50% di Jawa dan 50% di luar Jawa, sehingga Masyumi yang sebetulnya  bisa mewakili aspirasi 
pusat maupun daerah. Para kolonel terus menjalin hubungan dengan AS dan Inggris.  Piagam Palembang membuktikan para kolonel itu anti komunis. Sumitro memberi banyak nasehat pada para kolonel daerah untuk sering sering menyanyikan lagu anti  komunis ini.  By the time of the February ultimatum to Jakarta anticommunism dominated the interviews given by most rebel leaders to visiting Western journalists.    berdasar keterangan saksi  salah satu pimpinan PRRI, kolonel Dahlan Jambek,  We must win American  support by emphasizing the communist danger,  dan  it was important to stress the anti  communist danger in the argument 'so as to interest the Americans'. Naturally our 
appeal must be made to fit our audience. For the Western powers we stress the very real danger of communism  (K&K, 147). Ketegangan hubungan antara Pusat dengan Daerah (Medan, Padang, Palembang dan Makasar) pada akhir tahun  50 an memang  dimonitor betul oleh pemerintahan Eise nhower.   saat  John Allison diangkat sebagai dubes baru AS untuk negara kita  (21 Februari 
1957), pesan pemerintah Eisenhower tegas sekali,  Don't let Sukarno get tied up with the communists. Don't let him use force against the Dutch. Don't encourage his  extremism...Above all, do what you can to make sure that Sumatra (the oil production 
island) doesn't fall to the communists,  (K&K, 84).  
Bulan Mei 1957, Dewan Keamanan Nasional AS (NSC) menugaskan seorang staf  ahlinya, Gordon Mein, untuk menjajaki  the possible break up of negara kita   (K&K, 85).  Dari studinya Mein menulis memorandum panjang yang al menyatakan bahwa,  It  would be advantageous to have the sources of such commodities (rubber, oil, 
petroleum, tin) under more reliable political control... Sumatra, with the Malay peninsula,  dominates the Staits of Malacca, and is of great strategic importance.  Sebagai  hasil penelitian , Mein menyatakan pecahnya negara kita ,  Could succeed only with  substansial mater ial assistance from the United States,  (K&K, 88 89).    
Dalam pergolakan daerah di negara kita  ini tiga unsur menyatu, yaitu partner lokal,  ideologi anti komunis dan intervensi militer. Sejak bulan Oktober 1957 CIA sudah mulai  menyalurkan dana kepada kolonel Simbolon, eks panglima Sumatra Utara, yang  dianggap pimpinan para kolonel. Tabir anti komunis itu dipakai efektif sekali oleh para  kolonel. berdasar keterangan saksi  tugas   CIA, Simbolon  itu,  Played up the anti communist act  because they knew we were interested in that.  Dengan ideologi anti  komunis ini para 
pemberontak segera memperoleh  senjata untuk 8000 orang yang diselundupkan sebagai 
perlengkapan perusahaan minyak Caltex, dan sebagian lagi dikirim melalui pesawat 
udara dan juga melalui kapal selam yang muncul di pelabuhan Painan, 20 mil selatannya Padang.  
Kapal selam juga mengangkut pasukan Simbolon untuk berlatih di fasilitas militer AS di Okinawa, Saipan dan Guam. Persiapan militer untuk pe mberontakan itu terus berlangsung selama akhir tahun  1957 (K&K, 120 121).   Pada tanggal 15 Februari 1958 PRRI memproklamirkan diri. Untuk membuktikan anti komunisnya PRRI menangkap 
dan memenjarakan sekitar 650 orang PKI.  The anti communist theme had by this time 
assumed major importance in the rebel propaganda, particularly to their overseas 
backers.  (K&K, 147).  Dukungan kepada para pemberontak PRRI diwujudkan dengan intervensi militer AS.  It was now evident that not merely were U.S. arms being channeled to the rebels via 
Taiwan and the Philippines but that military personnel form both the United States and 
the government of Chiang Kai shek were directly supporting the rebels and that Philippine government personnel were also giving them significant assistance  (K&K, 168).    Di lautan PRRI dibantu penuh. Komandan Armada 7 AS membentuk  Task Force 75  yang terdiri atas satu cruiser, dua destroyer dan satu kapal induk (aircraft carrier) berisi 2 batalion marinir untuk bergerak ke Singapura. Tujuan akhirnya yaitu  menduduki lapangan minyak Minas dan Duri di Riau. jika  lapangan minyak itu dibom oleh RI 
maka Allen Dulles berpikir itulah alasan terbaik untuk mengadakan intervensi militer langsung dengan alasan  Melindungi warga AS di Caltex  (K&K,149). Kolonel George Benson, atase militer AS di Jakarta berkata ,  The U.S was anxious to have pretext to send marines.     Dan 2 batalion marinir itu sudah,  fully equipped and ready for battle were prepared to be helicoptered within twelve hours notice to the Sumatran oil fields  (K&K, 150).   Akhir dari pemberontakan PRRI kita semua sudah mengetahui . ABRI bertindak cepat dan sangat berani. Dengan 5 batalion marinir dan dua kompi RPKAD lapangan minyak Caltex direbut sehingga tidak ada lagi alasan AS untuk mendaratkan pasukannya di Sumatra. Task Force 75 dengan terpaksa  kembali ke pangkala n Subic di Pilipina. Tanggal 17 April Padang direbut kembali.  Di Sulawesi ceritanya agak lain. Bantuan AS memicu  Permesta berjaya di udara. 
Selama bulan April Mei 1958, Angkatan Udara Permesta (AUREV) mengadakan pengeboman di Banjarmasin, Balikpapan, Palu, Selat Makasar, Kendari, Makasar, Ambon, Ternate dan Jailolo (di Halmahera) dan Morotai. Lapangan terbang yang 
mensuplai pemberontakan PRRI/Permesta al: Bangkok, Singapura, Saigon, Subic dan 
Clark dan Taiwan (K&K, peta halaman 171). Pilotnya berasal dari Amerika, Pilipina dan 
Taiwan. Morotai yaitu  lapangan terbang yang landasannya cukup   panjang untuk 
mendaratnya pembom B 29. Dengan B 29 berpangkal di Morotai maka Permesta 
memiliki  kemampuan untuk membom Surabaya, Bandung dan Jakarta.   Dengan menguasai udara, sekaligus berarti juga menguasai lautan, pimpinan militer Permesta, kolonel Vence Sumual, sudah merencanakan untuk menyerbu Jakarta 
sesudah  menguasai Balikpapan dan Banjarmasin (K&K, 172). namun  bulan Mei itu juga AURI mengadakan serbuan besar besaran ke lapangan terbang Menado, Morotai dan  Jailolo, yang dibarengi dengan serbuan darat.  Tanggal 26 Juni Menado direbut. Pada bulan Juni, tulang punggung pemberontakan Permesta sudah dipatahkan.    Intervensi militer AS selama pemerintahan Eisenhower ini gagal total. Memang 
petualangan politik militer ini hampir tidak tercatat dalam sejarah dunia. Baru studi Audrey Kahin dan George Kahin pada tahun  1995 ini yang membentangkan intervensi politik militer AS dengan detail. Petualangan AS di negara kita  jauh lebih besar dari pada  Peristiwa Teluk Babi dalam pemerintahan Kennedy (untuk menjatuhkan Fidel Castro di Kuba pada tahun  1961). Di negara kita  operasi rahasia AS ini tidak hanya dilakukan oleh 
CIA, namun   juga melibatkan Angkatan Laut (Armada 7), Angkatan Udara AS, dan 
berlangsung dalam waktu yang jauh lebih lama dari pada Peristiwa Teluk Babi.   Dibandingkan dengan Peristiwa Teluk Babi,  The intervention in negara kita  was by far the most destructive in human terms, had a heavier and more lasting political impact, and with respect to the U.S. objectives, was the most counterproductive  (K&K,3). Lalu apa artinya intervensi AS di negara kita  pada tahun  50  an ini untuk menjelaskan tragedi 65,   
 Membina Angkatan Darat  
sesudah  berhasil memadamkan pemberontakan PRRI/Permesta, dua tokoh menjulang 
tinggi. Yaitu presiden Sukarno dan jendral Nasutio n. sesudah  para kolonel pemberontak 
di Sumatra dan Sulawesi dikalahkan, maka ABRI menjadi utuh dibawah pimpinan 
Nasution. Untuk menegakkan kekuasaan pemerintah pusat diberlakukan Undang 
Undang kondisi  perang  (14 Maret 1957).  
 
Dengan Undang undang itu militer memperoleh  dasar hukum untuk mengatur 
pemerintahan dari daerah sampai ke pusat. saat  konflik RI Belanda mengenai  Irian 
Barat memuncak pada tahun  1957, negara kita  mengadakan kampanye sita modal asing 
yang mulai pada bulan Desember 1957. Perusahaan asing yang disita lalu  
dikelola oleh pimpinan militer. Dengan menguasai perusahaan asing itu pimpinan militer 
memiliki sumber dana sendiri.    
Dengan dekrit 5 Juli 1959,  Kembali Ke UUD 45 , Presiden Sukarno memperoleh 
kekuasaan yang sangat besar. Konstituante dibubarkan dan lalu  Parlemen juga 
dibubarkan. sebab  pemilih PKI dari Pemilu 55 ke Pemilu Daerah 57 meningkat pesat, 
maka partai partai lain tidak ingin pemilu dia dakan lagi. Pada l 22 September 1959 
perdana menteri Juanda mengumumkan pemilu 1959 ditunda,  A move about which the 
four major non communist political parties (PNI, Masyumi, NU and PSI) on Java were in 
either tacit agreement or unwilling to contest, for they were convinced that if elections 
were held then the communist PKI would easily emerge the strongest party, with an 
increase plurality and stronger credentials for insisting on participating in a coalition 
government  (K&K, 194).  
Tanpa pemilu dan tanpa sistim parlementer maka kekuasaan militer meningkat. 
Meningkatnya kekuasaan militer memicu  Sukarno harus mengimbangi dengan 
dukungan dari PKI, partai yang paling berdisiplin pada waktu itu.   Sementara itu AS 
sudah merubah politiknya.  Nasution had become the linchpin of the new policy, and 
American officials put their faith in his assurance that his major aim was to restrict the 
power of the communist party.  Pada l 29 Septem ber 1958, Dubes AS di Jakarta 
mengirimkan telgram,  With the postponement of elections formerly scheduled for 1959, 
Indonesia government has arrived at a kind of plateau in which there is a change of 
political stability for a minimum of two years.... General Nasution has stated he intends 
to maintain status quo for five years. This situation provides US and free world with 
excellent opportunity for removing negara kita  for good from danger communist take over 
if promptly exploit available possibilities 
'Excellent opportunity' itu dijajaki dengan menjalin hubungan baik dengan Angkatan 
Darat. Langkah pertamanya dengan membuka kesempatan sekolah di AS bagi para 
perwira Angkatan Darat.  
 
Studi mengenai  pengaruh AS pada Angkatan Darat sudah dilakukan oleh Bryan Evans, 
seorang perwira AD dari AS. Studinya diterbitkan dalam majalah negara kita  no. 47 (April 
1989), berjudul  The influence of the United States Army on the development of the 
Indonesi an Army (1954 1964).  Program pertama yaitu  Military Assistant Program 
(MAP). Pada tahun  1959, ABRI mengirim 41 orang perwira untuk sekolah di AS.  
 
Jumlah itu terus meningkat. tahun  1960 dikirim 201 orang, 1961 (498), 1962 (1017), 
1963 (568), 1964 (313), 1965 (3). Total hampir 2800 perwira AD dididik di Barat sampai 
tahun  1965.   berdasar keterangan saksi  Evans,  The impact of US/Western training was extensive. US 
military manuals and texts were being used widely, and POIs (Programs of Instruction) 
in Indonesia Army branch schools were nearly identical with their US counterparts,  
(Evans, 40).    
Disamping pendidikan di AS dengan program MAP itu pemerintah AS juga memberi 
dana, perlengkapan dan training untuk Civic Action Program (CAP) atau Operasi Karya. 
Operasi Karya yaitu  pengembangan lanjut dari Operasi Bakti yang terbukti sukses 
saat  Siliwangi menghadapi DI di Jawa Barat. Siliwangi berusaha mendekati ma 
syarakat desa dengan memimpin kerja bakti sosial seperti berternak, usaha perikanan, 
penggergajian kayu, membetulkan jalan, mesjid, sekolah, . Dengan berbekal 
pengalaman itu Angkatan Darat lalu  mengembangkan Operasi Karya atau CAP 
yang dibiayai dan diberi perlengkapan oleh AS.  
 
Training untuk CAP, memakai  alat alat besar atau alat alat konstruksi, diadakan di 
Medan, Malang, Bogor dan Jakarta. Di Sumatra, Operasi Karya ini bantu merintis jalan 
Lintas Sumatra. Para perwira yang mengelola Operasi Karya ini diberi kesempatan 
kursus management di Harvard, Syracuse atau Pitini urg (Evans, 37).   Melalui program 
pendidikan (MAP) pengaruh AS juga terlihat dalam perkembangan RPKAD. Resimen 
khusus ini dirintis oleh Alex Kawilarang, waktu menjadi panglima Siliwangi, pada tahun  
1952, dan komandannya yang pertama yaitu  seorang perwira bekas KNIL, Ijon Jambi 
(nama aslinya Visser).  
namun   yang lalu  sangat mempengaruhi perkem bangan RPKAD yaitu  Sarwo 
Edhie, lulusan Sekolah Infantri Fort Benning di Georgia.  
Selain pendidikan tempur, pasukan elite ini juga dilatih dalam bidang intelijen (Evans, 
42). Dengan program Civic Action (CAP) AS juga sudah membantu Angkatan Darat 
mengembangkan doktrin Jalan Tengah yang dirumuskan Nasution tahun  1958.   
Dengan doktrin itu ABRI menyatakan dirinya sebagai kekuatan hankam sekaligus 
kekuatan sospol. Bantuan AS untuk Operasi Karya, dalam bentuk dana, perlengkapan 
dan latihan tadi, sudah memberi wujud nyata dari Doktrin Jalan Tengah itu. Disamping 
mendekati ABRI, kelompok sipil juga didekati. Beberapa ekonom UI diberi beasiswa 
oleh Yayasan Ford untuk melanjutkan studi paska sarjana di AS, sebagian besar di 
Universitas Berkeley.  
Kelompok ini getol mempelajari 'Ilmu Pembangunan' yang dalam dekade 50 60an itu 
sedang populer, al ilmu ekonominya Profesor Rostow,  5 Stages of Economic Growth . 
berdasar keterangan saksi  ilmu ekonomi ini, ada 5 tahap pertumbuhan ekonomi: tahap tradisional, 
persiapan untuk tinggal landas, tinggal landas, tahap matang, dan tahap konsumsi 
massal.  
Ilmu ekonomi pembangunan ini lalu  disebarkan oleh ekonom UI lulusan AS yang 
lalu  dikenal dengan nama Mafia Berkeley. Dari ilmu inilah lalu  kita sering 
mendengar kata 'tinggal landas'.   Paham ekonomi pembangunan ini memang 
diperlukan untuk menandingi paham sosialisme dalam berbagai versinya yang sudah 
merasuki pergerakan  nasionalis di Asia Afrika. Tokoh seperti Sukarno, Hatta, Syahrir, 
Sartono, Amir Syarifuddin, Natsir, Moh. Roem,  di negara kita  itu diilhami oleh 
sosialisme walaupun dengan kadar atau penekanan yang berbeda.  
Begitu juga tokoh seangkatan mereka seperti Nasser dari Mesir, Nehru dari India, Tito 
dari Yugo, Ho Chi Minh dari Vietnam dan Nkrumah dari Ghana. Mereka semua diilhami 
oleh sosialisme yang berakar dalam ajaran Karl Marx. Paham ekonomi pembangunan 
profesor Ros tow, dan teori teori lain mengenai  modernisasi, pertumbuhan ekonomi, , 
itu tidak mengenal konsep kolonialisme, imperialisme, neokolonialisme, . Itu konsep 
konsep yang sangat populer di kalangan pemimpin pergerakan  kebangsaan. Jadi 
kemajuan ekonomi AS ataupun Eropa harus dilihat sebagai konsekuensi dari tahap 
perkembangan ekonomi mereka. Dan itu tidak berhubungan dengan penghisapan 
kemakmuran, dalam bentuk bahan baku dan tenaga kerja, dari tanah jajahan selama 
ratusan tahun  jaman penjajahan Barat.    
 
Menjelang 1965  
Pergolakan daerah di Sumatra dan Sulawesi, dan juga DI TII di Jawa Barat baru 
berakhir sekitar tahun  1961. Sukarno langsung mengeluarkan amnesti umum pada l 
17 Agustus 1961. Dalam selang waktu antara 1961 sampai 1965 terjadi dua peristiwa 
besar di negara kita , operasi pembebasan Irian Barat (Trikora) dan konfrontasi melawan 
Malaysia (Dwikora). Di Vietnam AS mulai b abak belur. Mula mula AS melancarkan 
operasi rahasia, namun   pada awal tahun  60 an tidak bisa lagi ditutupi. sebab  itu 
direkayasa penyerbuan Angkatan Laut Vietnam Utara ke kapal patroli AS yang 
lalu  dikenal dengan nama Peristiwa Teluk Tonkin (Agustus 1964).    
Dalam Trikora maupun Dwikora baik ABRI maupun PKI memperoleh  kemajuan politik 
yang besar. namun   PKI belum berhasil masuk dalam pemerintahan. berdasar keterangan saksi  catatan 
Kahin, sampai bulan April 1965, dalam kabinet dengan 79 menteri, PKI memperoleh  3 
posisi menteri (tanpa portofolio), sedang  ABRI memperoleh  23 kementerian termasuk 
hankam, dalam negeri, penerangan dan kehakiman. Dari 24 gubernur, ada 12 gubernur 
dari ABRI, tidak ada gubernur PKI (K&K, 224).   Untuk mencari pendukungnya di dalam 
militer, PKI membentuk Biro Khusus yang bekerja   membina perwira yang bersimpati 
pada perjuangan PKI. Disamping itu, persaingan antara AD AL AU juga mulai muncul. 
Selama Trik ora maupun Dwikora, Uni Soviet berusaha menandingi pengaruh AS dalam 
Angkatan Darat dengan merangkul AL dan AU dengan memberi perlengkapan dan 
latihan.  
 
PKI memiliki  jutaan pendukung di kalangan buruh dan tani. Sejak tahun  1963 mereka 
mengganyang yang disebut 'Tujuh Setan Desa'. saat  Undang Undang Pokok Agraria 
(UUPA) dikeluarkan, PKI paling giat memperjuangkan pelaksanaan undang undang itu, 
dengan program yang disebut 'Aksi Sepihak'. Konflik antara para petani dan tuan tanah 
sering terjadi. Begitu juga konflik kekerasan antara petani dan tentara yang dikenal 
dengan nama Peristiwa Bandar Betsi, Peristiwa Indramayu dan Peristiwa Boyolali. Dan 
banyak lagi bentrokan kekerasan lainnya.  
 
Ketegangan dirasakan sampai ke desa desa. Pada tahun  1964 65 itu kondisi ekonomi 
sudah sangat bobrok. Tidak ada yang becus mengurus ekonomi dan korupsi menyebar 
luas. Di mana mana orang hidupnya susah. Dan orang yang hidup susah paling 
gampang dibuat mata gela p.    
Baik PKI maupun ABRI sudah mulai mempersiapkan diri untuk menjaga kemungkinan 
sukarno  meninggal. saat  sukarno  diberitakan sakit pada pertengahan tahun  
65, semua pihak mengambil ancang ancang. Angkatan Darat sudah siap dengan 2800 
perwira didikan AS yang orientasi politiknya cendrung berpihak ke AS. Sudah ada juga 
para perwira yang mulai paham konsep pembangunan, stabilitas, . Konsep konsep 
itu diajarkan oleh para doktor lulusan AS kepada para perwira dalam Seskoad.  
 
Selama tahun  1964 65 ketegangan politik di dalam dan di luar negeri semakin 
memuncak dan ekonomi semakin bobrok. Lalu terjadilah pergerakan  30 September. Studi 
yang tuntas mengenai  G 30 S sampai saat ini belum diterbitkan oleh pusat pusat studi 
negara kita  seperti Cornell, Ohio, Leiden, Monash, Kyoto, .   Bagaimana persisnya 
peran  AS menjelang pembunuhan besar besaran di tahun  65 itu belum jelas. Studi 
dari Fred Bunnel ( 1990) menyimpulkan,  Conclusive judgment must therefore await the 
US government release of relevant classified documents, such as the complete file of 
the CIA's Jakarta station..  (K&K, 228). Dan sampai tahun  ini file itu belum dikeluarkan 
untuk umum. Bahwa file itu masih ditahan, lebih dari 30 tahun  sesudah  peristiwa terjadi, 
mengisyaratkan adanya hal hal yang betul betul busuk dan harus disembunyikan. namun  
dengan memakai beberapa hasil studi yang sudah ada mungkin gambar besar dalam 
tragedi 65 bisa mulai terbayang.  
 
Selama 10 tahun , sejak Pemilu 1955 sampai tragedi 65, AS sudah mencoba banyak 
cara. Mereka mulai dengan intervensi politik militer yang gagal total pada tahun  1957 
58. lalu  AS membina hubungan dengan Angkatan Darat dengan cara mendidik 
perwira perwiranya (MAP) dan membiayai program sosial politik mereka (CAP). 
berdasar keterangan saksi  Evans,  It is US Army training that has been primarily responsible for the 
orientation of the Indonesia o fficers corps developing in a pro American/Western 
direction,  (Evans, 44). Dalam saat kritis para perwira itu mengambil tindakan yang 
sesuai dengan keinginan AS 
Strategi AS untuk membina Angkatan Darat terbukti sukses besar. sesudah  Orde Baru 
berdiri para perwira Angkatan Darat memainkan peran  kunci. Konfrontasi melawan 
Barat dihentikan.  
 
Musuh besar AS di negara kita , sukarno  dan PKI, disingkirkan. Politik negara kita  
menjadi sangat pro AS. Sumber sumber alam negara kita  terbuka lebar untuk 
dimanfaatkan oleh Barat dan sekutu sekutunya (Jepang, Korea dan Taiwan). Jalur laut 
Selat Malaka dan Laut Cina Selatan sepenuhnya dibawah pengawasan Armada 7.  
Minyak dan gas negara kita  ditambang oleh perusahaan perusahaan AS. Selama 30 
tahun  ini Caltex sudah menambang dua lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara, 
lapangan Minas dan Duri di Riau yang pernah  diselamatkan oleh marinir dan RPKAD 
pada tahun  1958. Mobil Oil sudah hampir menghabiskan lapangan gas Arun di Aceh. 
Perusahaan migas Total dari peranserta cis menambang di Delta Mahakam. Lebih dari 90% 
produksi minyak dan gas negara kita  dilakukan oleh perusahaan asing. Migas itu 
lalu  dieksport, sebagian besar ke Jepang, Korea dan Taiwan. Pada tahun  90 an 
ini keuntungan bersih perusahan migas mencapai sekitar 5 juta dolar per hari.   Minyak 
dan gas negara kita , sebagian besar dari P. Sumatra, sudah berhasil dipakai 
mengembangkan industri Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.  
tahun  2000 nanti, minyak negara kita  tidak bisa lagi di eksport sebab  hanya cukup   
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. namun  gas negara kita  di dekat P. Natuna, 
sudah mulai dikerjakan oleh Exxon. Kontrak pengembangan lapangan gas Natuna 
ditandatangani saat  presiden Clinton berkunjung dalam rangka APEC tahun  lalu. 
Keuntungan dari penggalian barang tambang seperti di Freeport contohnya , dan dari 
penebangan hutan Kalimantan juga sudah mengalir ke perusahaan perusahaan AS, 
Jepang, Korea atau Taiwan. Tenaga buruh negara kita  dipakai untuk mendatangkan 
keuntungan bagi konglomerat Barat dan partner lokal mereka. Memang selalu ada 
bandit bandit kecil yang jadi partner lokal bandit besar yang sukses besar itu. Dan 
seperti juga di tahun  50 an, peranserta  mereka sangat menentukan.    
Gambar besar ini memang rumit sebab  banyak hal yang saling berkaitan, jalin berjalin. 
namun  sudah mulai dipahami banyak orang, contohnya  oleh Ali Sadikin. Dalam wawancara 
dengan mingguan Swadesi (14/8/95) Ali Sadikin mengenang,  dahulu  sukarno  dan Bung Hatta berkata  neo kapitalisme, neo imperialisme dan neo kolonialisme.  Kadang kadang saya bosan mendengarnya dan tidak mengerti sama sekali. Ternyata mereka berpikir 40 50 tahun  ke depan. Kita baru mengerti sekarang sukarno  dan 
Bung Hatta itu benar.   Mengolah gambar besar  
 Apa arti gambar besar itu dalam mengolah jiwa bangsa,   Itu pertanyaan yang sangat sukar. Mungkin teman teman lain dalam jaringan komputer ini bisa menjawab dengan 
lebih baik. namun  saya akan coba menjawab semammemiliki . Dan saya mengetahui  jawaban ini tidak akan bisa memuaskan.  Ada empat hal yang saya renungkan..  mengenai  kelakuan Bandit Besar, pentingnya sejarah, kualitas elite dan tent ang pengalaman rakyat biasa.    
Pertama, mengenai  kelakuan Bandit Besar yang sangat berkuasa. jika  mengingat apa 
yang lalu  terjadi di Vietnam, 30 tahun  (1945 75) tidak berhenti perang , maka apa 
yang terjadi di negara kita  akibat kelakuan Bandit Besar ini relatif ringan. Hampir 4 juta 
rakyat yang mati di Vietnam, Laos dan Kamboja.  
beberapa  itu juga yang jadi cacat. Seluruh prasarana ekonomi negeri itu hancur. Lalu 
jutaan orang yang masih menderita akibat Agent Orange dan bahan bahan kimia lain 
yang pernah  dipakai AS dalam perang  Vietnam. Dan ribuan bayi yang cacat waktu 
dilahirkan akibat racun kimia itu.  
Semua korban itu jadi beban bagi bangsanya, yang lalu  masih di'hukum' lagi 
dengan blokade ekonomi selama 20 tahun . Seperti itulah keganasan Bandit Besar ini. 
Tidak heran jika  Khomeini memberi julukan  The Great Satan !  namun   dia harus 
beraksi dengan bantuan bandit bandit lokal. Dan ini sering kita abaikan. Padahal ini 
seperti  versi baru dari politik Indirect Rule selama jaman penjajahan. Belanda 
berkuasa di negara kita  dengan memakai para bangsawan dan cukong Tionghoa. 
Bangsawan dipakai untuk mengatur masyarakat, menjadi hambatan politik bagi mereka 
yang melawan penjajahan.   Pedagang pedagang Tionghoa diperalat untuk memeras 
rakyat jajahan, menjadi hambatan munculnya kelas menengah pribumi yang lebih 
mandiri. Rakyat jajahan jarang sekali melihat Orang Belanda dalam hidup sehari hari 
mereka.  
Selama ratusan tahun  dijajah yang mereka hadapi setiap hari yaitu  pembesar  
pembesar pribumi. Yang dimisi kan Belanda untuk memungut pajak, diberi monopoli 
candu atau jadi pemborong yaitu  cukong cukong Tionghoa.    
Dalam perggolakan tahun  50 an, dan juga dalam pembunuhan besar tahun  60 an, kita 
mengetahui  bahwa prajurit yang bertempur lalu mati atau cacat, dan rakyat yang berkorban, 
yang rumahnya dibakar, orang  y ang mati, dipenjara, disiksa, itu yaitu  bangsa 
kita sendiri.  
Dan yang melakukan kekejaman itu, atau paling tidak yang saling curiga, saling memaki 
dan membenci juga bangsa kita sendiri. Padahal di balik itu semua selalu ada Bandit 
Besar yang memiliki  rencana besar lalu  sukses besar dan untung besar!    
Kedua, sesudah  tamat membaca bukunya Audrey dan George Kahin mengenai  perang  
Saudara di akhir tahun  50 an, saya semakin sadar betapa pentingnya sejarah.  
Betapa pentingnya bangsa kita mengetahui  duduk perkara yang sebetulnya . Lepas dari 
pandangan politik, cita cita ataupun ambisi kita masing masing, kita sama sama perlu 
belajar dari sejarah. Dan sejarah terbaik yaitu  sejarah yang ditulis tanpa pesan politik 
oleh mereka yang tidak memiliki  pamrih pribadi, kecuali pamrihnya sebagai ilmuwan.    
jika  anda sempat membaca buku Kahin & Kahin itu, saya kira beberapa pandangan 
anda, mengenai  pergolakan daerah tahun  50  an, akan berubah. Lepas dari 
kalah/menangnya mereka yang waktu itu bertarung, ada tuntutan yang diperjuangkan 
oleh tokoh  tokoh daerah yang sampai sekarang tetap relevan. contohnya  mengenai  
keadilan dalam mengatur politik dan ekonomi antara pusat dan daerah. Sekarang kita 
semua mengetahui  bahwa daerah daerah yang paling kaya tetap tidak berkembang sebab  
peran  pusat yang begitu dominan.  
Seandainya ada buku sejarah tragedi 65, yang ditulis oleh sejarawan ulung sekualitas 
Kahin & Kahin itu, mungkin beberapa pandangan kita juga akan berubah. Mungkin kita 
bisa lebih memahami apa yang sebetulnya  diperjuangkan oleh sukarno  dan PKI.    
Ketiga, sedikit renungan mengenai  kualitas elite. Dua pemimpin muncul sebagai bintang 
sesudah  berhasil memadamkan pergolakan daerah tahun  50 an. Yaitu sukarno  dan Nasution. 
Dengan segera sukarno  memberi amnesti pada para pemberontak (17 Agustus 1961). 
Padahal yang sudah terjadi yaitu  pemberontakan yang betul  betul serius, dengan d 
ukungan kekuatan militer AS.    
Pemberontakan yang bukan hanya bisa memicu  negara kita  pecah berantakan, seperti 
yang diharapkan Bandit Besar, namun   juga bisa memicu  seluruh bangsa negara kita  
menderita belasan tahun  akibat perang  yang berkepanjangan seperti Vietnam. Tidak 
kita lihat usaha sukarno  maupun Nasution untuk terus mengejar ngejar dan memicu  susah 
kehidupan mereka yang pernah  berontak. Mereka diterima kembali tanpa banyak 
cingcong.  
sesudah  G 30 S ditumpas, Suharto menjadi pucuk pimpinan militer sekaligus pimpinan 
politik. Nasution dia geser. Suharto yang lalu  memegang peran  sukarno  sekaligus 
juga Nasution. Berbeda dengan dengan sukarno  dan Nasution, Suharto bukan seorang 
pemikir walaupun dia seorang politikus jagoan. sukarno  mewariskan kumpulan  karya tulis 
dalam tiga jilid Di Bawah Bendera Revolusi yang setebal bantal itu.  
sesudah  disingkirkan, Nasution tidak berhenti menulis. Puluhan karya tulis dia hasilkan 
dalam Memenuhi Panggilan misi . DBR maupun MPT itu, bagi saya menunjukkan baik 
sukarno  maupun Nasution yaitu  pemimpin yang betul betul serius memikirkan bangsanya. 
Di kalangan elite bangsa selama 50 tahun  ini, mungkin Pramoedya yang lebih serius 
dari mereka berdua, namun   dalam bidang sastra.    Sebagai pimpinan militer Nasution bukan seorang jendral yang haus darah. Bukan juga 
seorang Rambo yang mengandalkan otot. Dia Jenderal ulung yang penuh perhitungan. 
saat  menghadapi PRRI/Permesta lawannya yaitu  jago jago perang  seperti 
Kawilarang, Warouw, Hussein, Simbolon dan Sumual yang memimpin beribu ribu 
pasukan dan didukung Armada 7 dan Angkatan Udara AS. Nasution memicu  strategi 
yang cemerlang. Korbannya begitu sedikit untuk suatu operasi militer yang sangat 
besar. Bahkan jumlah korban itupun dia catat. Di pihak RI tewas 10.150 orang (2.499 
prajurit, 956 anggota OPR (hansip), 274 polisi dan 5.592 penduduk sipil). Memang tidak 
dia catat korban di kal angan Angkatan Laut dan Angkatan Udara. sedang  di pihak 
PRRI/Permesta, 22.174 yang tewas (K&K, catatan kaki 83, h 305, dikutip dari 
Memenuhi Panggilan misi  4, h 383).  
Berbeda sekali dengan Suharto yang tidak pernah peduli berapa korban yang jatuh 
saat  dia memimpin operasi menumpas G 30 S/PKI.  
Padahal yang dihadapi yaitu  rakyat yang tidak bersenjata. Dibandingkan Suharto, 
sebagai jendral sukar kita bayangkan Nasution bisa merancang operasi militer yang 
kacau balau seperti penyerbuan Dilli atau operasi intelijen yang gagal selama 20 tahun  
di Timtim.    
saat  Nasution bentrok dengan PKI di tahun  1960, semua pimpinan PKI dia tangkap. 
Ratusan jumlahnya. Kita juga tidak mendengar mereka diperlakukan dengan sadis. 
sesudah  itu semuanya dibebaskan kembali. belum pernah   kita dengar Nasution sibuk 
dengan menyiksa lawan nya. Berbeda sekali dengan Suharto yang khusus 
memakai Ali Murtopo dan lalu  Benny Murdani untuk membunuh dan menteror 
lawannya.  

Selain bukan orang ganas, Nasution juga bukan orang yang gila harta. Sukar kita bayangkan Nasution akan bekolaborasi  dengan para cukong atau membiarkan anak anaknya jadi konglomerat.    
Dengan mengatakan ini tidak berarti saya setuju dengan pikiran politik Nasution yang pernah  mendesak sukarno  untuk membubarkan Parlemen (1952) dan lalu  Konstituante (1959). Yang saya renungkan yaitu  kualitas pribadi dia sebagai elit 
bangsanya. Dan bagaimana kualitas itu sudah menghindari banyak sekali korban di kalangan rakyat biasa atau prajurit yang dia pimpin. Elit politik dengan kualitas seperti sukarno  dan elit militer seperti Nasution itu sekarang tidak ada lagi. Tokoh sipil sekarang seperti Gus Dur, Harmoko, Habibie, Sarwono,  itu belum ada karyanya yang bisa menunjukkan sejauh mana mereka sungnguh sungguh memikirkan persoalan persoalan yang dihadapi bangsanya.  Tokoh militer yang lebih muda seperti Ali Sadikin, Ali Murtopo, Sudomo, Sumitro atau Benny Murdani tidak ada satupun karyanya yang mendekati kualitas pemikiran 
Nasution. Apalagi sebagai jendral, mengenai  pengalaman orang kecil, pengalaman jutaan orang  biasa. Baik dalam pergolakan darah tahun  50 an maupun dalam tragedi 65, pengalaman mereka 
jarang sekali kita dengar. Gadis yang pendiam, namun   diam diam selalu berpikir dan 
merenung itu, sealu ada sepanjang sejarah bangsa kita. bukan hanya dalam tragedi 65.  Pada awal abad ini dia yaitu  Kartini. Bangsa kita beruntung sekali sebab  Kartini rajin menulis surat.   Sehingga renungannya, kesedihannya, harapan dan cita citanya akan selalu bisa dibaca kembali oleh anak  anak muda generasi berikutnya. Kita belum 
pernah  membaca apa yang sebetulnya  terjadi dalam hidup orang  biasa saat  pergolakan daerah, atau lebih tepat lagi perang  Saudara, melanda desa desa di Sumatra Barat, Sulawesi Utara atau jawa Barat.  Ya, apa yang terjadi dengan mereka yang sama sekali tidak paham dengan ambisi 
kelompok elit politik ataupun elit militer. namun   tiba tiba saja langit seperti runtuh. Rumahnya hancur, kampungnya dibom dan seluruh keluarganya porak poranda. Bagaimana mereka bisa terus menyambung hidup, berkumpul kembali dengan orang orang yang mereka cintai dan membangun lagi harapannya untuk masa depan yang lebih baik. Kita tidak peranserta h mengetahui  pengalaman mereka.  Bukan hanya orang  biasa yang tidak pernah mengolah kekayaan batin itu.   
Bahkan para pemimpin dan juga para guru bangsa itupun tidak mengolahnya. Multatuli sedikit bercerita mengenai  Saija dan Adinda. Pramoedya juga bercerita tentan Keluarga Gerilya, Gadis Pantai atau mengenai  anak anak muda Di Tepi Kali Bekasi. Yang lain mana,  Padahal pengalaman hidup seperti itulah yang bisa diwariskan pada generasi 
berikutnya. Itu yaitu  kekayaan yang tidak ternilai harganya. (Ignas Legowo untuk 'Apakabar', Oktober 1995).   Demi mengenang Oei Tjoe Tat (alm.), maka melalui media ini kami merilis ulang wawancara 
yang pernah  dilakukan Wandy Nicodemus (Ketua Divisi informasi  PIJAR negara kita ) dan  
dibantu Nadya dan Shanty (dari FISIP Univ. Nasional). Wawancara ini dilakukan sekitar bulan 
Juli 1995 di rumah Almarhum, Jl. Blitar 10, Jakarta. Sebetulnya, saat itu Pak Oei sudah berada 
dalam kondisi yang kurang sehat. namun  begitu semangatnya ia 'meladeni', hingga tanpa terasa 
bincang bincang sudah  berlangsung lebih dari 3 jam. Konteks situasi pembicaraan waktu itu, 
lebih pada pembahasan buku beliau yang berjudul  Memoar OEI TJOE TAT Pembantu Presiden 
Soekarno      yang kini sudah dilarang beredar pemerintah.  sebab  bentuknya dialog, maka posting ini akan sangat panjang. namun  tak apalah demi mengenang almarhum. Dialog dengan Saksi dan Pelaku Sejarah Oei Tjoe Tat  Tinggalkan Warisan Pengalaman bagi Generasi Muda   
    Ia seorang Menteri Negara di jaman Demokrasi Terpimpin. Sebuah jabatan strategis dalam 
pemerintahan Soekarno. Dalam kariernya sebagai menteri sering diserahkan misi  misi  yang 
teramat penting. Seperti dalam Konfrontasi dengan Malaysia, ia memegang posisi kunci yang  
menjalankan silent mission untuk menghubungi orang  di Negeri Jiran itu yang bisa 
bersekutu dengan negara kita . Sebagai seorang intelektual keturunan Tionghoa yang berpikir 
lurus, Soekarno tak khawatir akan dikhianati. Sebab tak mungkin orang ini memiliki potensi 
massa untuk melakukan kudeta. Kata Soekarno suatu kali,  
 ...kamulah yang saya pilih, terutama sebab  kamu keturunan Tionghoa. Tidak ada satu jenderal 
pun akan menuduh kamu ngimpi jadi presiden menggantikan saya. AD juga tidak akan  
 mencurigai kamu...  Wajar juga , jika Soekarno menampilkan sisi politis paling banyak di mata 
dia, dibandingkan  di hadapan pembantu pembantu yang lain. Ia memahami betul tindakan tindakan 
politik Soekarno. Soekarno memang dekat dengannya. Mungkin sebab  itulah, ia harus 
mendekam selama sebelas tahun  dalam penjara Orde Baru. Ia, mengetahui  cukup   banyak...  
        Beruntung sekali, orang ini amat mudah dihubungi. Di rumahnya yang sederhana di 
kawasan Menteng, kami mewawancarai inya selama lebih dari 3 jam   sampai ludes semua 
suguhan cemilan dan sirup yang disediakan buat kami. Hanya dengan modal membaca 
otobiografinya    Oei Tjoe Tat Pembantu Presiden Soekarno  yang baru baru ini digugat oleh 
Fosko '66   kami melakukan dialog yang cukup   seru. Kami seolah olah masuk kembali dalam 
situasi 'ramainya' Orde Lama melalui tuturannya. Ia jelaskan betapa sulitnya pemerintah 
Soekarno harus mengambil keputusan dari berbagai situasi 'luar' dan dalam' negeri' yang selalu 
mendesak. Ia cerita mengenai  apa yang didengar dan dilihatnya. mengenai  G30S, mengenai  CIA, juga 
mengenai  bukunya  itu. Sebagai orang yang hidup dalam dua periode besar pemerintahan   Orla 
dan Orba   ia memang seorang saksi sekaligus bagian dari sejarah. Mengikuti ceritanya, tidak 
memicu  kita merasa harus mengutuk sejarah. namun  mendorong kami untuk mencari lebih 
banyak lagi potret potret sejarah yang hilang, mendorong kami untuk belajar arif sesudah  melihat 
situasi situasi khas, sejenak ke belakang dan, mendorong kami untuk juga menjadi pelaku 
sejarah. Demi melengkapi proses panjang sejarah pembentukan bangsa ini yang belum selesai. 
Yang takkan pernah  selesai. Namun, yang justru memberi kesempatan yang sama bagi semua 
generasi untuk terlibat dalam proses panjang ini. Hal yang berat memang, terlebih bila melihat 
potret diri bangsa kita saat ini. Prihatin. namun , kita harus segera mulai. Baiklah, sebelum 
melangkah kita berdialog dahulu  dengan Oei Tjoe Tat. Berdialog dengan sejarah. 
Belakangan ini gejala de Soekarnoisasi tampaknya mulai mencuat lagi. Bagaimana Pak 
Oei melihat ini,   
Oei Tjoe Tat (OTT): Yah, saya kira kalo itu sengaja dilakukan, itu kan politis. Wajar dalam 
sejarah orang/kelompok yang duduk dalam kekuasaan itu tidak rela melepaskan kekuasaan. Kalo 
bisa terus menerus kuasa. Saya sendiri juga, saya kira bila memiliki  kelompok lalu (ingin) berkuasa 
selama mungkin. Tentunya segala yang katakanlah tidak sesuai diantara kita, kita cegah. De 
sukarnoisasi juga begitu dong. namun  kenapa harus dengan mendiskreditkan Sukarno 'kan bisa saja 
Orba menunjukkan bukti kelebihannya dalam pengadaan beras, ...  
OTT: Ini yang saya tidak setuju. Cara caranya yang saya ndak mengerti. 
Ada pendapat yang berkata , usaha usaha untuk mengangkat kembali nama Soekarno 
hanyalah usaha  politicking dari kelompok tertentu. Seperti bertemunya Gus Dur Mega 
dalam haul ke makam sukarno  contohnya .  
OTT: (Katanya pengerahan massa, ya, ) Ya itu, masing masing memiliki  pendapat. Sayapun memiliki  
pendapat lain sama sekali. Saya pikir jika  seorang memiliki  keluarga, harus dihormati. namun  jika  
seorang pemimpin bangsa lebih harus dihormati. Dan orang  tak pantas mencari hal hal di 
luar itu. Itu memang betul seperti yang diucapkan Gubernur jawatimur  (Basofi Sudirman red.), 
 Sukarno untuk bangsa.  namun  kita jangan pake kata kata itu untuk mengecilkan Sukarno, untuk 
de Sukarnoisasi, untuk menghilangkan Sukarno. Kok, takut sama orang sudah mati. Pake poster 
segala ndak boleh. Saya ndak ngerti itu. Cara cara itu saya ndak ngerti.  
Ada yang berkata  sebab  kepemimpinan Orba sekarang orientasinya sangat elitis, sehingga 
masyarakat yang tidak lagi dijadikan 'subyek' dalam pembangunan, lalu  mencari 
figur yang lain. Ternyata figur yang terdekat yaitu  Sukarno, sebab  dia cukup   populis. 
OTT: Bahwa orang membandingkan Orba Orla saya kira wajar. Apakah perbandingannya itu 
tepat atau tidak penilaiannya, itu soal lain. Orang yang duduk dalam kursi yang enak tentunya 
akan berkata  ini lebih bagus dari dahulu . Sangat subyektif. Tentunya saya sendiri akan berkata  saya 
juga sangat subyektif. Makanya, saya berkata  buku ini sangat subyektif (sambil mengacungkan 
buku otobiografinya).  
namun  begini Pak Oei, sampai sekarang orang melihat Orla itu dengan berbagai pendapat, 
versi dan interpretasi. Ada yang berkata  pada saat Orla, realitas sosial ekonomi katanya 
kacau. Sementara ada yang berkata  ini yaitu  konsekuensi logis dari program program 
politik ekonomi yang dipilih oleh Sukarno saat  kita sedang menghadapi Nekolim . 
Nah, Pak Oei sebagai seorang yang pada saat itu menjabat sebagai menteri tentunya mengetahui  
bagaimana sebetulnya  saat itu.  
OTT: Begini ya. Saya ini pernah  menjadi pelaku politik. Di luar kemampuan saya. namun  
ditakdirkan pernah  menjadi pelaku politik. Disamping pelaku politik kita mengenal pengamat 
politik. Pengamat politik melihat segala sesuatu itu dari... Mungkin lebih obyektif, dari agak 
jauhan... Jarak jauh dalam arti fisik atau dalam arti waktu. Sehingga pengamat politik itu secara 
emosial tidak terikat. Maka waktu orang  ini, antara lain, memicu  buku  Siapa Menabur 
Angin Akan Menuai Badai  dan beragam  lagi, saya pernah  menulis surat pembaca ke 
Tempo. namun  sebab  saya menulis itu, Tempo segera memperoleh  teguran keras. Saya menulis 
begini: sebaiknya semua orang negara kita , jika  menulis mengenai  Soekarno itu, harus menahan 
diri, tidak boleh memaki maki, tidak terlalu memuji. jika  mau menulis Soekarno, lebih baik 
kita membaca karya pakar pakar luar negeri, dari pada orang  kita. Seperti saya sendiri, 
emosional. sebab  saya terlibat langsung dan saya merasakan langsung segalanya. Mungkin saya 
memuja muja sukarno  atau apa. namun , jika  seorang Prof. Daniel S. Lev, atau Ben 
Anderson, Wertheim atau siapa saja di luar negeri, negara kita  'kan sebagai negara asing bagi 
mereka. Mereka tidak involve, mereka lebih baik. Saya berkata  begitu... Lha, jika  orang 
negara kita  mau menulis mengenai  Sukarno secara obyektif, 50 tahun  lagi. sebab  surat itu, segera 
Tempo ditegur keras. Padahal saya pernah  empat kali mengirim surat pembaca pada Tempo, namun  
tidak ditegur. Saya memuji Hatta tidak ditegor. Saya cerita mengenai  Marshall Green tidak ditegor. 
saat  saya tidak membela sukarno , namun  cuma hanya sekedar  membela obyektifitas, itu ditegor... Jadi beda antara 
pengamat politik dan pelaku politik. Contoh, Arief Budiman yang sekarang pernah dekat  dengan 
saya (Prof. Lev pernah  meminta Arief untuk menyunting buku Pak Oei. Hal yang mengejutkan 
bagi Pak Oei. Setahun ya, Arief yaitu  orang yang membantu 'terdongkelnya' Soekarno. 
sedang  ia sendiri yaitu  pendukung Soekarno.  Jadi memang ndak bisa ketemu.  ). Ternyata, 
Arief sebelum berangkat ke Amerika dan sesudah  datang dari Amerika, itu berubah. sesudah  dia 
memicu    desersi  mengenai  Allende, berubah (  desersi  ini yang memaparkan keterlibatan CIA 
dalam penggulingan Presiden Chilli Salvador Allende, kini sudah diterbitkan dalam bentuk 
buku red.). Saya mau katakan, orang bisa berubah. 
        Pak Oei pun menceritakan bagaimana ia lalu  bertemu dengan Arief Budiman. 
Sekembalinya dari AS, Arief menelpon Pak Oei dan memperkenalkan dirinya. berdasar keterangan saksi  Arief ia 
disuruh oleh Prof. Lev untuk menghubungi Oei Tjoe Tat. namun , saat  baru bertemu dengan Pak 
Oei, Arief langsung 'menyerang',  Pak Oei ini sebagai seorang intelektual, kok mem bebek pada 
Soekarno yang otoriter,    Dikasih salvo begitu, saya malah senang,  kata  Pak Oei. Baginya 
memang lebih baik orang jangan terlalu memuji muji, namun  berdialog. Dan, belum lama ini, 
kebetulan Pak Oei diundang dalam kegiatan diskusi di Jawa Tengah yang juga dihadiri  oleh 
Arief Budiman. Pada waktu itu, Arief kembali menanyakan mengapa saat  di Yogya dahulu , 
sukarno  lebih memilih ditawan oleh Belanda dibandingkan  ikut ke hutan seperti yang dilakukan 
oleh Sudirman. Juga saat  istana dikepung suatu saat , berdasar keterangan saksi  sumber yang dipercaya Arief, 
Soekarno saat  itu malah melarikan diri. Untuk peristiwa di istana, hal ini dijawab oleh Pak Oei, 
yang melihat sendiri peristiwa di istana itu,  saya tidak memperoleh  kesan   mataku lho   Soekarno 
sama sekali ndak gugup.  Pak Oei lalu menanyakan pada Arief, jika  ia mengenal Zulkifli 
Lubis. Orang ini   Zulkfili   yaitu  soerang tentara yang dinamakan salah satu 'bapak' intel 
di negara kita , pernah  ditahan Soekarno dan yang dikatakan menjadi otak pelemparan granat 
terhadap Soekarno di Cikini dahulu . Beberapa bulan sebelum dia meninggal, sempat bercerita 
mengenai  Soerkarno. Dia berkata pada Pak Oei,  jika  orang berkata bahwa Soekarno dan Hatta 
sebetulnya  takut ikut gerilya, namun  lebih senang ditahan Belanda, itu tidak fair.  sebab  dalam 
cerita Zulkifli, saat  itu Soekarno dan Hatta bertanya pada pimpinan gerilya,  ini kondisi  
darurat, jadi keselamatan RI ini dalam tangan anda semua. Kalian memutuskan saya dan Hatta 
ikut kalian ke hutan, apa kita harus tetap di istana,   Hal yang dijawab oleh TB Simatupang 
(alm.),  Bapak Presiden dan Wakil Presiden harus tinggal di istana.  Namun, oleh Zulkifli Lubis, 
pendapat Simatupang ini dilawan  . sebab  Lubis sudah  menyiapkan pasukan untuk 
mengamankan Presiden dan Wakil Presiden. Akhirnya, sebab  Simatupang berpangkat lebih 
tinggi, pendapatnyalah yang dijalankan. Dengan cerita ini, Pak Oei menyatakan kepada Arief 
Budiman,  bila tidak mengenal data ini, jangan mengatakan Soekarno dan Hatta itu pengecut.  
        Ada hal menarik yang juga diceritakan mengenai  Arief oleh Pak Oei. Dalam diskusi di 
atas, Pak Oei menyatakan salutnya kepada orang  seperti  Arief yang penuh idealisme 
dalam demonstrasi di awal tahun  naiknya Orde Baru. Mereka yang berpikir bahwa Orla 
yaitu  jelek dan harus diganti dengan pemerintahan baru. Mereka ini, berani berkorban.  
 sebab  itu Pak Oei berkata pada Arief,  kamu semua pahlawan, berani bergerak sendiri.   
 Ndak. Kami ini dihasut tentara,  jawab Arief.  
        Ada lagi.  Ini mungkin takdir Allah,  katanya. Sebab semua orang  
mengetahui ,Soe Hok Gie, adiknya Arief Budiman yang memimpin demonstrasi dan pembakaran di 
rumah Oei.Hal yang juga diketerangan i oleh Arief,  Iya,itu adik saya belum berpengalaman, 
belum mengetahui  siapa Pak Oei.  (Grrr...) 
 Arief Budiman itu memang orangnya fair, jujur,  tambah Oei menetralisir. 
Mengenai kondisi  ekonomi seputar Orla...  
OTT: Jelas, saya bukan ekonom. Saya menulis buku ini (bukunya  red.), sebetulnya tidak 
dengan rela. namun  sebab  Romo Mangunwijaya dan Kyai Abdurrahman Wahid. Dua orang ini 
berkata  pada saya: sebab  Pak Oei sudah tua jadi jelas sudah tidak bisa mengabdi lagi kepada 
negara. Satu satunya yang harus diperbuat yaitu  menulis mengenai  pengalaman. Pengalaman tak 
boleh dibawa ke liang kubur, biar tinggalkan sebagai warisan bagi generasi muda. Bagaimana 
generasi muda menilainya, itu bukan urusan Pak Oei. Itu kata Romo Mangun. Gus Dur, lain kata. 
Dia berkata  pada saya: Takdir itu menempatkan Pak Oei sebagai bagian dari sejarah bangsa ini. 
Jadi, semua pengalaman itu tidak milik pribadi. namun , milik seluruh bangsa. Akhirnya segala 
sesuatu itu saya tulis. Artinya yang saya tulis itu betul. Apa itu enak atau tidak enak, jika  saya 
pandang itu betul, saya tulis. Dengan catatan, tidak semua pengalaman saya, saya tulis... Kembali 
pada pertanyaan tadi. kondisi  ekonomi dahulu  sama sekarang itu bagaimana,  Saya anggap 
pertanyaan itu tidak bisa dijawab. sebab  situasi dan kondisinya lain. Bahwa, hari hari terakhir 
Orla, inflasi gila gilaan. Dan kita selalu defisit. Semua betul. Dan, Soekarno pribadi sangat 
kurang pengertiannya dan pekanya akan soal soal ekonomi keuangan, itu betul. Secara pribadi. 
Bukan berarti Soekarno pribadi tidak mau memperhatikan soal soal itu. Memang. Dia tidak 
memiliki  satu 'PT' pun. Lain dari pada presiden kita sekarang... Kembali ke soal tadi. Ini, Chaerul 
Saleh. Dia menteri koordinator bidang keuangan ekonomi . Ia mengatakan berkali kali, 80% 
dari budget negara itu diperuntukkan untuk ABRI. Untuk perjuangan politik. Perebutan Irian 
Barat. Memadamkan pemberontakan pemberontakan. Bagaimana jika  hanya 20% dari budget 
kita dipakai  untuk pembangunan dan lain lain. Tidak bisa disamakan dengan kondisi  
sekarang. Dan, dahulu  sebab  Soekarno dalam perang  dingin antara Sovyet dan Amerika, dianggap 
sebagai anak yang bengal,   beda dengan sekarang yang dianggap good boy  , jika  bisa kedua 
negara itu mau 'menyentik' Soekarno. Soekarno ini paling menjengkelkan, bandel. Dia tidak mau 
ke sana, tidak mau ke sini. Padahal, Amerika minta jika  bisa negara kita  ini memihak. Kaya raya 
alamnya. Lokasinya luar biasa strategis. Siapa yang menguasai negara kita  menguasai Asia. Siapa 
yang menguasai Asia, menguasai dunia. Mereka cari akal bagaimana caranya bisa 'menyentik' 
Soekarno. Jadi, soal ekonomi, betul apa yang dikatakan... (Pak Oei, ingin menjelaskan situasi 
dimana dua raksasa dunia, yang sebab  posisi negara kita  benar benar  non blok , tidak mau 
memberikan bantuan ekonomi bagi negara kita .) ditambah  ya dengan sekarang. Kita lihat lapangan 
lapangan golf. namun  saya tanya, apakah lapangan golf itu berarti pembangunan,  Padahal petani 
petani diusir dari lahan lahannya. Lalu pembangunan itu artinya apa,  jika  kita membangun 
jalan tol, membangun apa, tidak,  Ya, membangun dong. namun  bagi saya yang memiliki  mobil. Buat 
pedagang asongan, apa itu membangun,  Bagi mereka pakai tol atau tidak, sama saja toh,  Jadi 
tergantung 'pembangunan' itu bagi siapa. ...jika  kita berbicara dengan bahasa negara kita  ini, 
hati hati. Seperti 'pengamanan'. Saya 'diamankan'. namun , kok telpon saya diputusin. Revolver 
saya kok dicabut. Sehingga saya tepaksa 'nulis pada 'Harto. Ada loh itu. Jadi, bahasa negara kita  
ini saya ndak 'ngerti. 'Pengamanan' itu apa. 'Pembangunan' itu apa. 'Pancasila' itu apa, saya juga 
nggak ngerti.  
Mengenai anggapan bahwa Soekarno itu totaliter, bagaimana,  Bukankah ia pernah  
membubarkan konstituante, yang memicu  kesan seolah olah kekuasaan ini 
tersentralisir di tangannya,   
OTT: Kita sementara, kembali kepada pembubaran konstituante. Saya sementara ini sependapat, 
kurang lebih, dengan Adnan Buyung Nasution bahwa pembubaran konstituante itu merupakan 
set back bagi perkembangan sejarah demokrasi di negara kita . Saya setuju dengan pendapat itu. 
namun , saya tidak setuju bila dikatakan bahwa pembubaran konstituante itu dilakukan Soekarno 
sebab  kehendaknya untuk berkuasa. Seperti dikemukakan antara lain oleh Arief Budiman pada 
waktu itu. Arief Budiman mengatakan Soekarno itu juga sama otoriter, sebab dia membubarkan 
konstituante hasil pemilihan rakyat. Dan berdasar keterangan saksi  keterangan yang dia dapat,  Soekarno dan 
Nasution 'AD'lah yang mendesak agar   konstituante dibubarkan.  Dia tanya pada saya,  Pak 
Oei, betul apa ndak itu,   Saya berkata  saya ndak mengetahui . namun , bahwa konstituante dibubarkan, ini 
sampai memicu  clash di kalangan BAPERKI   suatu ormas yang saya sendiri memiliki  
kedudukan penting. namun , sebab  itulah Yap Thiam Hien berang. Dia mengundurkan diri dari 
pengurus pusat sebab  tidak bisa menyetujui pembubaran konstituante. Yap Thiam Hien ini 
advocaat dalam kantor saya. Satu dompet dengan saya. Dia juga kawan seperjuangan di Sin 
Ming Hui dan di BAPERKI. namun  waktu di BAPERKI, kita 'pecah' dalam soal konstituante. Saya 
berpendapat seorang demokrat, seorang juriist, sehingga dia cenderung pada formalisme. Saya 
juga seorang juriist, seorang demokrat. namun , jika  kita duduk dalam konstituante, kita juga 
orang politik. Nah, fakta nya pada saat sampai kepada penentuan negara ini dasarnya apa, 
Islam atau Pancasila, tidak ada satu pihakpun yang bisa meraih 2/3 suara yang diperlukan  
berdasar keterangan saksi  UU agar   bisa 'gol'. Jadi, mau negara Islam tidak bisa, mau negara Pancasila tidak 
bisa. Meskipun, lebih dari separuhnya mendukung Pancasila. Yang mendukung Pancasila yaitu  
partai partai besar. PNI paling gede, PKI, lalu  IPKI, Partai Katholik, Partai Kristen 
negara kita , MURBA, BAPERKI sendiri dan banyak lagi. Yang Islam, didukung yaitu NU, 
MASYUMI, PSII, . lalu , Perdana Menteri Juanda (alm.) mengusulkan kembali ke 
UUD '45. Juanda dan tentara lho. Dan, sukarno  setuju. Itu lalu  ditolak juga oleh 
seluruh konstituante. Jadi, bagaimana ini. Padahal, di sekitar kita, pemberontakan 
pemberontakan, PRRI PERMESTA di mana mana. Dan, kita ketahui  armada Inggris dan 
Amerika itu berkeliaran. Jadi ini kondisi  darurat. lalu , partai partai yang pro Pancasila itu 
mengatakan,  sebab  ini macet dan kita tidak mau terima uang buta, pendeknya mulai besok kita 
tidak datang lagi ke sidang kita, tidak mau terima gaji. (Seandainya DPR kita juga begitu, ck, ck, 
ck... Tentu nggak banyak pemborosan)  Artinya, sebab  lebih dari separuh tidak ada di 
konstituante, tidak bisa sidang. Jadi, pemerintah dipojokkan dalam situasi itu. jika  Soekarno 
ndak bubarkan itu bagaimana,  Wong itu, orang  nggak mau datang. Seperti BAPERKI, 
semua tidak datang. Saya pulang gak mau. Hanya Yap Thiam Hien mau datang. Nah, kondisi  
ini kan harus ada suatu akhir toh. lalu  Soekarno membubarkan. Ini 'pelakunya' Soekarno. 
Kita yang hidup sekarang, bisa berkata , wah ini keliru. namun , jika  ndak dibubarkan bagaimana,  
Apa uang negara itu mesti dihabiskan,  Sampai kapan itu saya tidak mengetahui . Pemberontakan bisa 
memakai  situasi itu. Dan yang penting itu (ancaman) Amerika. Di jaman itu we have to 
fight, kita mesti berjuang untuk to be or not to be. Bukan soal kemakmuran saja. namun , untuk 'ada 
republik' atau 'tidak'. Ada negara kita  atau tidak.  
Jadi persoalan di jaman itu jelas, ya,   
OTT: Ya. Akhirnya golongan Islam juga setuju untuk kembali ke UUD '45. Bagi saya, Oei Tjoe 
Tat dan orang  BAPERKI, mengakui UUD '45 lebih primitif dari UUDS tahun  '50. Jadi 
jika  kita kembali ke UUD '45, kita mundur. namun  dalam hati kecil, biarlah kita muncur yang 
penting (negara kita ) eksis. Soal hak asasi dan sebagainya, lain kali deh. jika  Pancasila sudah 
dikukuhkan, (yang lainnya) gampang. Pilihan yang memang sulit. ... Pecah BAPERKI sebab  
itu. Yap Thiam Hien memang jujur. namun , saya berkata ,  you duduk di kursi sini (konstituante 
red.) tidak sebagai juriist, sebagai orang politik.  Itu ditambah  ya dengan saya. Makanya saya setuju 
dengan Adnan Buyung Nasution. Ia memahami bahwa kondisi  itu memaksa Soekarno dan 
teman teman lain membubarkan konstituante. namun  berdasar keterangan saksi  dia, tetap hal itu disesalkan, sebab  
ini set back bagi demokrasi. 
Mengenai MANIPOL USDEK, bukankah ini merupakan doktrin yang sepertinya terlalu 
dipaksakan ke benak rakyat. Mengapa hal ini mesti dilakukan Soekarno,   
OTT: Saya tidak akan langsung menjawabnya. jika  sekarang diadakan penataran Pancasila 
berkali kali dan orang keterangan nya akan muncul, itu pasti. Jaman dahulu , Roeslan Abdulgani itu 
juru bicara MANIPOL USDEK. dahulu , ada sementara orang yang mengejek itu,  dibandingkan  indoktrinasi, mbok disediakan saja ndok sama terasi.  Soekarno ndak marah, dia ketawa. 
Roeslan juga ketawa. Mereka semua masih 'ngerti humor. Nah, di mana ada humor di situ ada 
soal kemanusiaannya. Ada setitik demokrasi. Sekarang kamu coba berkata ,  wah penataran itu 
hanya buang buang uang saja.  boleh dikata   mau jadi komunis nanti. dahulu , suasananya agak 
rileks. jika  kita menteri menteri tiap Kamis datang di gedung BI Pancuran, apa ada orang pake 
dasi,  Tidak. Pake sandal jepit malah. (Beda dengan sekarang yang berdasar keterangan saksi  Pak Oei  serba 
serem, serba angkuh.  dahulu  jika  Soekarno datang sebelum sidang dimulai, menteri menteri 
ditaboki,  hey ke mana saja koe,   Suasananya lain. Dalam konstituante pun, bila sedang 
memasuki sidang, maka akan muncul perdebatan yang hebat.  Sampai melotot melotot 
matanya.  namun , pada saat sidang bubar, masing masing  orang PKI rangkul rangkulan dengan 
orang MASYUMI. Orang NU dengan PNI, orang PARTINDO dengan orang NU .  Jadi di luar 
sidang, semua saudara,  Pak Oei menyimpulkan.)  
Mengenai konfrontasi dengan Malaysia. Dalam memoar Pak Oei, peranserta  Bapak cukup   
besar dalam menjalankan silent mission ke kelompok kelompok di Malaysia yang 
menentang Tengku Abdul Rahman. Bisa diceritakan lebih banyak lagi seputar konfrontasi 
ini,   
OTT: jika  obyektif, kita diganggu oleh Inggris lebih dahulu dari pada kita konfrontasi dengan 
Malaysia. Itu betul. Bahwa Inggris sebagai pion Amerika memakai  taktik untuk 
mengganggu negara kita . Ada seorang jenderal yang   entah masih hidup atau sudah nggak bisa 
bicara  , Jenderal Darto dan Pak Hario. Di jaman militer mereka mengetahui , bahwa penduduk di 
Kalimantan Utara tidak mengenal Merah Putih. Mereka mengenal lagunya God Save The King. 
namun  kita tidak memiliki kekuatan yang cukup   untuk sampai ke sana. Bagian bagian itu secara de 
facto dikuasai oleh Inggris. Jadi, tanpa konfrontasi kita ini sudah diganggu oleh Inggris. mengenai  
pembentukan Malaysia dan diberikannya tempat pada Malaysia dalam Dewan Keamanan PBB, 
bagi Soekarno ini tidak bisa. Tengku Abdul Rahman itu juga memang suka menyinggung 
martabat Soekarno. sedang  Soekarno orangnya tidak bisa diremehkan. (Di bukunya berdasar keterangan saksi  
Pak Oei hal ini belum dia tuliskan,  memang ada hal yang tidak bisa dikemukakan dahulu , ada 
banyak pertimbangan. ) ...(Kembali ke soal kebijakan konfrontasi) waktu saya mau diangkat jadi 
menteri, saya mendekati beberapa menteri. Leimena yang paling banyak. Beliau dinamakan 
seorang Kristen yang jujur dan setia. Saya anggap beliau sebagai kakak yang lebih tua. Sebagai 
manusia yang baik dalam hal moral   bukan politis. Saya tanya sama dia,  Om Yo, jika  saya 
jadi menteri itu, misi nya apa dan bagaimana saya mesti berlaku,   Saya ini kan menteri negara 
tidak memiliki  departemen. Bos saya langsung Soekarno. Om Yo berkata ,  Rasio saya sangsi apakah 
rasional kita konfrontasi dengan Malaysia. Sebab Malaysia itu berarti England. Dan england, 
always rules the better, always rules the world. Padahal RI ini kondisi nya kacau balau. sebab  
saya mempercayakan diri pada political sense Soekarno yang sangat tajam, insting saya 
mengatakan, namun  otak saya tidak bisa menerima. namun  jika  kamu ada sesuatu yang secara 
prinsip tidak setuju, lebih baik tidak ikut dan mengundurkan diri. Dari pada seperti banyak 
menteri yang diam diam namun  'nyabot dari dalam.  Om Yo sendiri sangsi. Saya sendiri tadinya 
kurang jelas. namun , I did my best. Saya lihat bila kita melakukan sesuatu di atas Malaysia, mereka 
sudah  mengetahui  lebih dahulu. Sehingga penerjun penerjun yang kita drop, itu ditangkapi. Jadi, 
jelas di dalam kompi ada pengkhianatan. (Mengenai konfrontasi ini, Pak Oei mengakui bahwa, terlepas dari berbagai argumen yang dikemukakan Soekarno mengenai  pentingnya konfrontasi 
dengan Malaysia,  kita memang tidak cukup   siap. ) Waktu saya sering ke luar negeri dalam 
rangka konfrontasi, saya persiapkan itu. Dan, saya memiliki  bukti bukti yang saya laporkan kepada 
saat  bahwa intel intel yang ada sekarang (di jaman Orba red.) sebetulnya harus 
menghormatinya.  Anggaplah sebagai saudara tua.  Ia mengetahui  misi  intelejen itu apa, termasuk 
untuk mencari cari kesalahan orang. Dalam pengalamannya, peranserta  pemuda negara kita  yang 
belajar di luar negeri, seringkali lebih efektif sebagai 'intelejen' baginya, saat  ia berkunjung ke 
luar negeri. Ia rasakan itu, terutama saat  era konfrontasi sedang berlangsung.)  
Silent Mission selain itu, apa,   
OTT: Saya dipekerjakan  untuk, antara lain, mencegah buruh buruh Jepang mengangkut senjata 
senjata ke Malaysia. Saya harus mempercayakan  mereka. Akhirnya, mereka menolak mengangkut 
senjata dari Jepang ke Malaysia. namun , saya diam diam waktu itu. agar   pemerintah Jepang 
tidak mengetahui . Makanya saat  terjadi G30S dan nama saya dicoret coret di tembok,  Oei 
Tjoe Tat menjual negara kita  kepada Malaysia.  Marah saya. lalu  saya telpon Jenderal 
Soegiharto, intel dari Jaksa Agung dan AD. Saya berkata  padanya,  bagaimana nih, 
menjelaskannya,   Dia Jawab,  ndak bisa dong. Pak Oei tidak boleh menjelaskan sebab  itu 
resiko dari misi  dan jabatan.  Saya berkata ,  clear kan dong. agar   rakyat mengetahui . Kasih 
keterangan pada pers.  namun   tetap ndak bisa.  
[Meskipun bakal menghadapi resiko seperti di atas, Pak Oei tetap tidak 'buka 
mulut' terhadap misi  yang dibebankan oleh Soekarno padanya. Soekarno 
memang tidak salah memilih Pak Oei dalam menjalankan silent diplomatic 
mission ini, sebab seperti dikemukakan oleh Ong Hok Ham, Soekarno mengetahui  
bahwa loyalitas Oei Tjoe Tat pada partai akan berakhir bila negara sudah  
memintanya.  Soekarno memang pandai,  ungkap Pak Oei. Di jaman itu, 
memang sulit mencari orang partai yang loyal kepada negara.  
Biasanya orang lebih ingin memajukan kepentingan partainya masing 
masing.  
Jadi, tindakan Pak Oei yang juga tidak memberitahu   PARTINDO dan 
BAPERKI akan misi  rahasianya, memang sesuatu yang langka. Pak Oei 
sendiri menyebut dirinya 'apolitis' sebab  sikapnya itu. namun  bukan berarti 
lugu politik 'kan,   begitu pancing kami.  
 Ada sebuah pengalaman lagi yang menunjukkan betapa Pak Oei amat 
memahami tindakan dan  situasi yang menyertai setiap keputusan politik 
Soekarno. Dalam resepsi di kedutaan besar Mesir, Aidit pernah  mendekati 
Pak Oei. Ia bertanya,  Nasakom (kabinetnya) itu kapan,  'Kan presidennya 
Pak Oei itu sudah berkali kali berkaok kaok. namun  kok cuma hanya sekedar  bernyanyi 
nyanyi meninabobokan rakyat negara kita .  Ini memicu  marah Pak Oei.  Apa 
itu bukan juga presidennya Aidit,   Ia katakan, Aidit cuma hanya sekedar  bisa mengkritik 
dari luar, meminta PKI duduk dalam kabinet.  namun  Soekarno yang duduk 
dikursi yaitu  pelaku. Dia harus memperhitungkan betul betul. jika  PKI 
dimasukkan, tentara berontak. jika  tentara berontak, menang mana,  'Kan 
lain.. . Pelaku itu memang lain posisinya. sebab  situasinya beda dengan 
pengamat yang mengambil jarak dari situasi. Seorang pelaku,  harus 
memperhitungkan betul betul segala sesuatunya secara teliti. Lebih 
kompleks.  Baginya Aidit sebagai seorang anggota parlemen, saat itu yaitu  
semata mata pengamat. ditambah nya,  Pengamat mungkin obyektif, namun  
kami yang menghayati situasi, mohon diberi pengertian... ]  
Sekarang soal G30S/PKI. Adakah RRC memiliki  hubungan dengan 
peristiwa ini,   
OTT: Banyak orang selalu menyatakan bahwa G30S didalangi atau direstui 
oleh  RRC. Konfrontasi pun dikatakan demikian. Saya tidak mengerti seluk 
beluk  yang persis. namun  dalam konfrontasi, pernah . Pak Karno berkata  pada 
saya  (agar RRC diminta bantuannya dalam konfrontasi). Pada suatu resepsi 
di kedutaan besar RRC, saya mendekati salah satu menteri yang pada waktu 
itu  datang. Saya berkata ,  RRC sama kita seperti kawan seperjuangan. namun  
dalam  konfrontasi ini, nampaknya RRC kok seperti hanya melihat saja. 
Apakah tidak bisa memberi tanda simpati. Paling tidak memberi senjata.  Dia 
jawab begini   yang berdasar keterangan saksi  saya merupakan petunjuk RRC tidak 
mendukung kebijakan konfrontasi  ,  jelas kita tetap kawan seperjuangan. 
jika  negara kita  perlu senjata, kita kasih. namun  negara kita  harus mengambil 
sendiri senjata itu. Dan kita cuma hanya sekedar  bisa memberi senjata ringan. Kenapa,  Kita 
tidak setuju cara konfrontasi negara kita  yang dititikberatkan di Malaya, di 
mana infrastrukturnya sudah sempurna. Dan tidak mungkin negara kita  bisa 
menguasainya. jika  negara kita  sungguh sungguh mau konfrontasi, harus 
gerilya di hutan hutan Kalimantan. Dan untuk perang  di hutan ini, kami 
bersedia memberikan senjata ringan dan silakan ambil sendiri.  Jadi nadanya, 
nada sinis. Bagi saya ini bukti bahwa RRC tidak setuju.  
 ...Sekarang  mengenai G30S. Logikanya, RRC melihat Soekarno sebagai 
kawan seperjuangan. Meskipun RRC kuat dan sebagainya, namun  adanya 
Soekarno itu melindungi sebelah Selatan RRC. jika  tidak ada Soekarno, itu 
Amerika yang menguasai. Jadi melihat negara kita  sebagai partner, paling 
sedikit. Buat apa RRC ikut mendongkel Soekarno. Dia butuh Soekarno. Ini 
kita hitung dengan logika saja. Motifnya bukan sebab  dia cinta sama 
Soekarno atau negara kita .  
namun  untuk kepentingan negaranya sendiri, mereka tidak mau menghilangkan 
kekuasaan Soekarno. Kedua. Saya dengar dari Ali Ihram (, ), intel. Dia 
diberitahu   waktu Chen Yi   Menteri Luar Negeri RRC   datang di sini, dia 
menegur Aidit,  kalian mesti sadar, PKI ada sebab  toleransi Soekarno.  
sebab  Soekarno membutuhkan kalian untuk mengimbangi golongan 
golongan kanan. Maka saya minta, PKI tidak boleh berbuat sesuatu tanpa 
memberitahu   Soekarno. Kamu sendiri saja, tidak bisa enyelesaikan.  Jadi, 
garis besarnya, ia tidak setuju jika  PKI mengganjal Soekarno. Ada beberapa 
petunjuk bahwa RRC tidak terlibat dalam G30S. Bahwa mereka seolah olah 
sudah mengetahui  lebih dahulu beberapa jam sebelum aksi meletus, itu saya bisa 
mengerti. Sebab mereka juga memiliki  intel.  
 [Bahwa Soekarno merasa diperlukan  oleh RRC, disadari betul olehnya. Jika 
seorang menteri koordinator seperti Pak Marno harus dengan ulet dan bersikeras  
mencari pinjaman pada menteri keuangan RRC, maka Soekarno hanya 
dengan menepuk bahu Chou En Lai, dan berkata,  hey, masa' ndak 'ngerti 
kesulitan negara kita . Kami ndak usah meminjam lah, namun  tolong hutang kita 
dihapus semua.  Dan, Chou En lai memang tidak bisa berkutik lagi. Sampai 
sampai Pak Marno, merasa bahwa mestinya Soekarno tidak perlu lagi 
menteri keuangan.]  
Apa yang anda ketahui  mengenai skenario G30S ini,  Siapa sebetulnya yang  
harus bertanggung jawab,   
OTT: Perlu kalian mengetahui  lebih dahulu, bahwa saya mengetahui  sedikit 
mengenai  banyak sekali masalah. namun , saya tidak mengetahui  cukup   mengenai  
satu masalah pun. sebab  misi  saya itu begitu. Saya tidak ada waktu cukup  , 
tidak ada staf cukup   untuk mengetahui  satu masalah dengan cukup  . misi  
saya hanya membantu empat orang (Soekarno, soebandrio  , Leimena dan 
Chaerul Saleh sebagai Perdana Menteri dan wakil wakil Perdana Menteri 
red.). Saya ini diharuskan mengikuti segala sidang. 'Kan nggak mungkin. 
Bahkan jika  Chaerul Saleh harus meninjau daerah, saya harus ikut. Nah, 
jika  pertanyaannya bagaimana mengenai G30S, ...istri saya yang (mungkin) 
lebih mengetahui . Tanggal 27 sampai 28 September, saya misi  di Hongkong. 
Duapuluhdelapan September tengah malam  saya baru tiba. Dan berdasar keterangan saksi  aturan, 
jika  saya dari luar negeri, esok harinya harus lapor pada presiden. Jam tujuh 
tengah malam  itu saya menelpon istana dan minta audiensi pada tanggal 29. Dijawab 
bahwa tanggal 29 itu sudah full, Pak Oei agar   datang pada tanggal 30 saja. 
Istri saya pada 28 September, rapat di gedung Sin Ming Hui   Sin Ming Hui 
anggotanya pribumi juga ada. Nah, di situ, ada seorang Gerwani, seorang 
dokter. Dia tanya pada istri saya,  tengah malam  ini Pak Oei 'nginap di mana,    Istri 
saya 'kan ndak 'ngerti.  Ya, 'nginap di jalan Blitar.  Pertanyaan itu terus 
diulang ulang. Baru sesudah  berbulan bulan sesudah  peristiwa (G30S) itu istri 
saya berpikir, jika  begitu mungkin Gerwani sudah mengetahui  sebelumnya. 
...Saya pernah  ditanyai oleh Pak Harto mengenai  kapan sukarno  
mengomandokan rakyat   oleh sebab  Pak Karno selalu berkata  agar   rakyat 
tetap tenang sambil dia nanti akan memberi keputusan. Saya berkata  pada Pak 
Harto, tanpa Pak Harto tanyai, saya sudah berkali kali tanya sama Bung 
Karno. Kapan itu diberikan kepada rakyat. Sebab rakyat itu gelisah. Mereka 
tidak mengetahui  apa dan siapa yang salah, apa yang mereka harus perbuat dan 
sebagainya. Pak Harto mengatakan,  selama belum ada komando dari 
presiden, anak buah saya masih terus dibunuh  oleh PKI.  lalu  Pak 
Harto bertanya lagi,  kenapa Pak Karno tidak membubarkan PKI ini,  PKI ini 
sudah menusuk kita dua kali. Satu kali saat  kita melawan Belanda, 
peristiwa Madiun. Yang kedua kalinya ini. Apa belum cukup   korban,   Saya 
katakan begini,  saya tidak mengetahui  kenapa kok Pak Karno masih menunda 
nunda.  Lalu dia berkata ,  jika  pak Oei sendiri setuju nggak, PKI 
dibubarkan,   Saya berkata ,  sebab  saya ini pembantu presiden tidak bisa 
menyuarakan sendiri. Pak Karno dan Jenderal Soeharto masing masing 
memiliki  staf. Juga intel. Staf saya hanya 8, bagaimana saya mau mengetahui  
PKI salah atau tidak. jika  Pak Harto dan Pak Karno berkata  PKI salah, saya 
berkata  salah. jika  Pak Harto dan Pak Karno berkata  tidak salah, saya berkata  
tidak salah.  ...Kembali ke pertanyaan tadi. Sementara, sampai detik ini, 
jika  tidak ada lain bukti lagi, saya masih berpegang pada pendirian 
Soekarno. Soekarno yang saya kenal sebagai orang yang emosional, itu 
dalam sidang sidang kabinet sesudah  G30S, selalu marah dan mengatakan 
 gara gara semua ini. kita mundur.  namun , selalu dia menyalahkan tiga unsur. 
Unsur unsur luar negeri, terutama CIA Amerika, lalu  unsur unsur 
dalam negeri terutama oknum oknum angkatan darat yang tidak betul, 
lalu    dia berkata    ada orang  PKI yang sombong .  
Sampai detik ini pun saya masih berpegang pada itu kecuali ada bukti bukti 
baru. Dan Soekarno tidak hanya begitu saja, dia bisa menunjukkan dalam 
sidang kabinet, kuitansi dari beberapa ratus ribu... yang diberi oleh Amerika 
kepada 'seseorang' dari kita. Dan dia memakai  kata kata latin yang 
artinya.  uang itu tidak berbau busuk.  Artinya, uang itu enak. Orang 
negara kita  yang dikasih sekian untuk menjual negaranya, mau saja. (Lagi)  
...dan ada seorang yang berkata  sama Ny. soebandrio  ,  jangan mengira  
Soekarno itu akan selalu menguasai negara kita . Mungkin dalam beberapa 
minggu akan...  Nah, Soekarno dalam kabinet berkata ,  ini orang kok bisa 
predict, bisa meramalkan begitu kenapa,   ...Sudah baca The Troyan Horse,  
...Bahwa Amerika ini, bukan hanya satu dua tahun , sudah belasan tahun  
menyiapkan segala sesuatunya. Di bidang budaya, perguruan tinggi, segala 
galanya.  
Tadi dikatakan Soekarno memberi peluang kepada PKI untuk tetap eksis.  
Apakah ini sebab  PKI dan Soekarno memiliki  paham yang sama,   
OTT: Dalam hal anti kapitalis, ya sama. namun  tidak semua sama. sukarno  
orang yang religius, PKI tidak. sukarno  anti kekerasan. PKI jelas tidak. 
Saya bukan memusuhi PKI, Marxisme atau Leninisme. Saya kagum. namun  
PKI dalam beberapa praktek, saya ndak bisa setuju. Di mana dia kuasa 
sedikit, dia akan memaksa. Contoh... Saya dekat lho dengan Nyoto   dengan 
Aidit kurang. Waktu di Bali diadakan Pemilihan Umum DPRD   pada waktu 
itu yang berkuasa di Bali: PKI, PNI, NU  , mereka mengatakan NASAKOM 
haruslah Nas nya PNI, A nya hanya NU, lalu  Kom nya harus PKI. 
lalu  ada PARTINDO partai saya. namun , tidak boleh masuk. Wah ini 
bertentangan  dengan penafsiran sukarno . Waktu itu saya kasih mengetahui  
Nyoto.  Sekarang saya minta kepada Pak Nyoto untuk kasih pengertian pada 
PKI di sana.  Dia tanya apa betul terjadi begitu. Saya berkata  betul. Saya kasih 
tempo. Bila tidak ada juga jawaban memuaskan, saya akan kasih mengetahui  Pak 
Karno. sebab  ia yang paling pandai menafsirkan apa yang dimaksud 
NASAKOM. sesudah  satu minggu, saya ke sukarno . Saya ceritakan pada 
sukarno . Ia berkata ,  Nyoto itu orang intelektuil, apa dia ndak pura pura,   
Saya berkata  belum tentu. Dua hari lalu  Nyoto menelpon,  Pak Oei, 
ndak usah dong berbicara  sama Pak Karno. Saya sudah tegor 
temen temen di Bali.  Ini contoh bahwa PKI kadang kadang... wajar. namun , 
jangan begitu. Juga di Bali, PNI paling  
berkuasa. Pamong praja yang dikuasai oleh mereka. Dan seperti saya 
katakan, jika  saya apolitis, PNI itu sangat politis. Semua kebutuhan pokok 
pamong praja dikuasai, juga fasilitasnya. jika  perlu pedagangnya. Tidak 
beda dengan Golkar sekarang. PNI juga seperti itu. Nah, PKI yang nomor 
dua di sana. Dia (PKI) mengejek, meremehkan, menyinggung perasaan 
orang  Bali yang bukan Islam. Seperti mengejek sesajennya orang Bali. 
Apakah mereka mau menyembah patung, (seharusnya) itu bukan urusan kita 
dong. Itu pengalaman saya dengan PKI. Dengan (tidak mengurangi) catatan 
bahwa PKI sangat berjasa bagai kemerdekaan negara kita . Dan orang 
orangnya brilyan. Serius. Dalam keseriusan pada urusan partai, kita kalah. 
cuma hanya sekedar  saya nggak senangnya, mereka suka memaksa. Bagi mereka hanya ada 
'lawan' atau 'kawan'.  
Ada yang menarik disini (memoar red.), yaitu adanya peranserta  seorang CIA 
bernama Pater Beek di sekitar peristiwa G30S. Sebetulnya apa peranserta  dia saat 
itu,   
OTT : Pater Beek itu , saya lihat pertama kali sesudah  saya dibebaskan.  
Saya di dalam tahanan mendengar dari orang  PNI, BAPERKI, PKI, 
dan sebagainya bahwa Pater Beek ini yaitu  seorang agen CIA. Dia 
membina pemuda pemuda Katolik, terutama pemuda pemuda keturunan 
Tionghoa Katolik, untuk antara lain membakar gedung Kedubesan RRT, 
membakar gedung Universitas Res Publika dan menghancurkan semua 
gedung gedung  PKI atau  rumah rumah orang PKI. Ini dianggap ultra 
kanan. Selama saya mendengarkan itu, saya di RTM. Bagaimanapun saya 
Katolik. Jadi, ada seorang pastor Katolik begitu, saya diam. namun  pada waktu 
saya diperkenalkan dengan Pater Beek dan dia datang kesini (RTM Red) 
lalu , dia mengaku. Dia berkata  begini pada saya,  jika  pak Oei perlu 
sesuatu dari (..., ), saya bisa.  Ali Moertopo, semua jenderal. ...Saya dengar 
dia ini membantu Liem Bian Koen dan Liem Bian Khie. Sumarlin. Semua ini 
dibawah dia. Dia juga kuat di PMKRI. namun  anehnya, waktu saya minta 
seorang pastur Belanda lain untuk mengumpulkan ikatan pastur 'bule', untuk 
makan tengah malam , dia (pastur Belanda itu red.) berkata ,  wah nggak bisa Pak Oei. 
Bisa terjadi perang  saudara nanti.  Jadi di dalam dunia Katolik, dia (Pater 
Beek red.) merupakan satu tokoh kontroversial. Waktu saya pertama kali 
ketemu dia, saya menyindir dia.  Saya ini Oei Tjoe Tat yang paling jahat 
(selama Orde Lama red.).  Rumahnya, gede dari kayu. Yang melayani semua 
laki laki, yang ternyata student. ...(Singkat cerita, dalam sebuah acara di 
Solo, Pak Oei bertemu dengan seorang mahasiswa Katolik yang mengaku 
pernah  dibina oleh Pater Beek.  Semua dengan maksud untuk membina 
kader kader yang dijadikan kelompok pelopor untuk barisannya Beek,  kata 
Pak Oei. orang  yang   bersedia dibina itu,  sebab  mereka masih 
muda muda, mereka idealis dan ingin menjadi hero.  Dalam pembinaan itu, 
konon, para pemuda didoktrin untuk mempersiapkan dirinya bak seorang 
martir, masuk ke dunia politik dan 'berjuang' untuk kepentingan Katolik   
terutama terhadap kalangan komunis. Mereka ini,  disiapkan secara mental 
dan fisik untuk menderita paling hebat. ). Dia lalu ,mati di Singapore. 
Orang berkata , dia gila. Saya bisa  
mengerti jika  dia gila. Pasti dari dahulu  dia memang agak tidak normal.  
Mungkin sebab  dia memiliki  rasa bersalah (sebab  ikut membantu dalam 
kejatuhan pemerintah Soekarno red.). (Sampai sebelum bertemu dengan 
seorang mahasiswa di Solo tadi,  saya itu masih membela lho. namun  sesudah  
saya dengar di Solo, jika  saya bikin kedua, saya akan rubah sedikit. )  
Kembali ke soal Soekarno. Masih ada suara suara yang kami dengar dari 
beberapa orang, tokoh yang merasa, pada jaman Orde Lama, mereka itu 
ditindas. namun , sebaliknya dari cerita orang  yang dekat dengan 
Soekarno   seperti Pak Oei sendiri   Soekarno bukan tipe yang demikian.  
Nah, sebetulnya, penindasan yang dikabarkan  pada jaman Orla itu produk 
dari mana,   
OTT: Saya tidak akan jawab langsung. Begini. Saya selalu mengatakan, 
menulis buku ini, bukan uraian politik. Bukan buku sejarah. namun  hanya 
rekaman belaka dari apa yang saya lihat dan saya dengar, dengan telinga saya 
dan mata saya. Dus, sangat subyektif. Apalagi dengan memori saya.  
jika  saya menulis mengenai  Soekarno, saya menulis seperti dia 
'memperlihatkan' kepada saya. Apa yang saya dengar dari dia, apa yang saya 
lihat. Saya tidak bisa menulis mengenai  Soekarno, apa yang tidak saya lihat.  
Seandainya dia jual negara ini, mungkin saja. Di luar pengetahuan  saya.  
jika  dia contohnya  mencuri, mungkin. Ini aku nggak mengetahui . Juga jika  saya 
menulis mengenai  Beek. Seperti saya juga menulis mengenai  Harto, saya juga 
melihat Harto dari (cara) ini. Saya menulis apa adanya berdasar keterangan saksi  penglihatan 
dan pendengaran saya. namun  jika  berdasar keterangan saksi  orang  dan kejadian 
kejadian itu ternyata lain, mungkin benar. ...mengenai  Soekarno. Saya melihat 
Soekarno dalam berbagai dimensi. Sebagai pemimpin, sebagai manusia.  
Totaliter,  Apa dia totaliter,  Waktu dia mendesak saya sebagai menteri, the 
first peristiwa t saya berbicara empat mata dengan dia, saat itu mungkin dia 
bisa otoriter. namun , selama saya dekat dengan beliau, mungkin saya satu 
satunya orang negara kita  yang bisa omong mengenai  segala hal, yang enak, 
yang tidak enak, yang mungkin menyinggung. Dia tak pernah  marah. Satu 
hal. Dengan Soekarno, kita bisa berdebat mengenai  segala hal, asal tidak mau 
diketahui  bahwa dia kalah dari kita. jika  empat mata dia mau. namun , jika   
ada lain orang, dia mintanya mau menang. Dia ndak mau dipermalukan di 
depan orang lain. jika  sendiri dia sangat demokratis. jika  kita berani, dia 
akan menghormat kita. Dia seperti psikolog. Maunya menguji jiwa orang. 
Dan ternyata, saat  dia keras, otoriter terhadap saya, saya pikir, oh dia ini 
mau menguji. agar   dari sejak semula, sudah ditanamkan dalam benak 
saya,  I'm your boss.  namun , jika  dia totaliter dalam soal lain, saya tidak 
mengetahui . Nyamuk, dia ndak mau dimatikan. Dia tidak mau melihat life itu 
dimatikan. Seperti orang Budha. Dia ndak rela darah negara kita  mengalir.  
Lebih baik turun sebagai presiden. jika  kita untuk mendesak dia, dia hanya 
menggigiti kukunya. Dan saya tidak tega mendesak dia lebih jauh. Totaliter,   
 ...Prof. Lev menulis pada saya,  Pak Oei selalu berbicara tahanan Politik atau napol, 
seolah olah di jamannya Soekarno tidak ada tahanan Politik .  Saya jawab,  ada.  tahanan Politik  
Soekarno dengan tahanan Politik  Orde Baru, lain. Saya belum pernah   ditahan Orla. 
namun , Almarhum Mayor Soemardjo, komandan Kam di Nirbaya, komandan 
Kam Sarangan, dia cerita pada saya,  tahanan Politik  Soekarno itu   seperti Mohtar 
Lubis   boleh keluar dasn dipilah pilah, lux. Hawanya enak, lalu makanannya 
semua dari restoran. Rokoknya Dunhill, Lucky Strike.  Soemardjo, setiap 
sepuluh hari harus lapor ke Jakarta. Tiap kali dia ke istana, dia digertak oleh 
Soekarno,  kamu apakan orang  itu,  Makanannya bagaimana,  Awas, 
ini orang  bukan penjahat. orang  ini, jika  terjadi perubahan 
perubahan politik, ini pemimpin pemimpinmu. Yang kuasa itu mereka. 
Mereka kami tahan sebab  menyabot politik kita. Mereka cuma hanya sekedar  berbeda 
paham politik. Jadi kamu mesti hormat pada mereka.  jika  kita di Nirbaya, 
radio, koran semua nggak boleh masuk. Bahkan, permulaannya hanya 
Al'quran dan Injil yang boleh masuk. Buku buku teologi muslim tidak. 
Teologi Kristen tidak. Di Sarangan, Anak Agung Gede Agung jadi sarjana, 
sebab  buku buku pengetahuan  dimasukkan berpeti peti. Mereka boleh naik 
kuda dengan radius 10 km, asal tidak mempengaruhi penduduk di sana. Saya 
tulis pada Lev,  lain, dong.   
 cukup  . cukup   sampai di sini. Masih banyak sebetulnya yang perlukami gali 
dari orang ini. Memang seperti yang dikatakannya sendiri, pengalamannya 
yaitu  sangat subyektif untuk kami jadikan bahan rekonstruksi sejarah. T api, 
kami memang tidak berpretensi untuk merekonstruksi sejarah. Sejarah memiliki  
ceritanya sendiri, memiliki  jalannya sendiri yang jauh lebih kompleks dari 
sekedar data data statistik dan peristiwa  peristiwa  tertentu yang setiap saat 
diperingati. Tak peduli ada pihak pihak yang ingin merekayasa dan 
menafsirkannya secara sepihak. Kami justru ingin melihat, semangat jaman 
dari masing masing subyek yang 'hadir pula ' dan ikut andil dalam pembentukan 
sejarah itu. Kami butuh 'rasa'  tak ada sejarah yang bergerak tanpa rasa   
untuk mewarnai kusamnya sejarah kita kini yang serba materialistis, instant 
dan teknokratis. Yang tidak mungkin kami peroleh dari 'obyektifitas' namun  
justru dari dialog tanpa henti dengan berbagai macam 'subyektifitas'. 
Mungkin saja, dari berbagai dialog ini akan muncul tersamar wajah 
obyektifitas. Mungkin.]
Kesaksian Keluarga Pahlawan Revolusi 
Jumat, dini hari, 30 September 1965. Rangkaian adegan itu masih bergerak perlahan di 
kepala mereka. Itulah terakhir kali mereka melihat ayahanda masing masing: 
meninggalkan rumah, bersama pasukan berseragam Cakrabirawa.  
Mereka, anak anak Pahlawan Revolusi, masih remaja. namun , empat puluh dua tahun  
berselang, trauma belum juga pergi. Mereka merasa D.N. Aidit bertanggung jawab atas 
kejadian berdarah di tengah malam  mengerikan itu, namun  mereka sepakat tidak membalas 
dendam. Sebaliknya, mereka membentuk Forum Silaturahmi Anak Bangsa, guna mencari 
kebenaran di balik peristiwa itu. Berikut ini tanggapan anak anak Pahlawan Revolusi 
mengenai  kejadian itu, juga mengenai  D.N. Aidit.  
Amelia Achmad Yani  
Amelia, putri ketiga Letnan Jenderal Achmad Yani, masih berusia 16 tahun . Ia 
melihat  beberapa  tentara Cakrabirawa bersenjata lengkap menghabisi nyawa 
ayahnya pada pagi buta di rumah mereka di Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat.  
Amelia, kini 58 tahun , semula tidak mengetahui  persis siapa dalang pembunuhan ayahnya. 
Belakangan, dia mengetahui  pelakunya yaitu  G 30 S/PKI pimpinan Dipa Nusantara Aidit. 
 Aidit ingin merebut kekuasaan dan menganggap Yani dan jenderal lainnya sebagai 
penghalang,  kata Amelia, yang sekarang jadi pengusaha di Yogyakarta.  
Perseteruan dengan Aidit, kata Amelia, bermula dari ketidaksetujuan Yani dengan 
keinginan PKI mengganti ideologi Pancasila menjadi komunis. Hal ini sudah  disampaikan 
beberapa kali oleh Yani kepada Presiden Soekarno. Namun kedekatan Aidit dengan 
Soekarno memicu   PKI tidak bisa disingkirkan begitu saja.  
 Mereka melihat Angkatan Darat sebagai penghalang mereka,  kata  Amelia. Sehingga 
diam diam mereka melancarkan serangan propaganda untuk menghabisi TNI Angkatan 
Darat, terutama Yani dan jenderal jenderal lain yang pernah  bersekolah di Amerika.  
Dalam pidato di depan taruna TNI Angkatan Laut pada 1964, Aidit menyebut jenderal 
lulusan Amerika sebagai jenderal Pentagon berkulit sawo matang yang berbahaya. 
Mereka diisukan akan berkhianat.  
Tidak hanya itu, kata Amelia, yang sering mendengar percakapan politik antarjenderal di 
rumahnya, PKI juga menyebarkan isu Angkatan Darat sudah  membentuk Dewan Jenderal 
untuk melancarkan usaha kudetanya terhadap Presiden. Puncaknya, PKI membunuh 
beberapa prajurit TNI di beberapa  daerah, di antaranya Pembantu Letnan Satu Sudjono di 
Bandar Betsi, Sumatera Utara.  
Amelia mengaku tidak banyak mengetahui  soal Aidit. Ia hanya melihat Aidit sebagai ahli 
propaganda ulung yang sangat berambisi untuk berkuasa.  Dia sudah hitung hitungan 
siapa yang berkuasa jika Presiden Soekarno meninggal. Yang jelas, bapak saya tidak 
boleh hidup sebab  akan menghalanginya,  kata  Amelia.  
 Kekuatan PKI saat itu luar biasa. Tukang jahit kami saja ikut baris berbaris di siang 
bolong mengikuti rapat raksasa PKI,  kata  Amelia. Sayang, kata Amelia, PKI tidak cerdik 
dalam strategi.  Jadinya pontang panting sesudah  pembunuhan itu,  kata nya. Dengan 
kekalahan dalam waktu singkat itu, Amelia menilai PKI sebetulnya  tidak memiliki 
kekuatan apa apa.  Mereka hanya berlindung (di belakang Soekarno Red.) dan 
memakai  Soekarno,  katanya.  
Salomo Pandjaitan  
 Suara tembakannya saja masih terngiang sampai sekarang,  kata Salomo Pandjaitan, 
kini 55 tahun , putra ketiga Brigadir Jenderal Donald Ishak Pandjaitan.  
Pembunuhan D.I. Pandjaitan memang paling tragis. Waktu itu Salomo masih 13 tahun . 
Pasukan Cakrabirawa, yang datang di pagi buta ke rumah mereka, melesakkan peluru ke 
kepala Pandjaitan saat jenderal bintang satu itu berdoa. Pandjaitan baru saja melipat 
tangan saat  senapan meletus.  Bagaimana saya tidak benci dia,  Di depan kepala saya, 
otak ayah saya berhamburan, dihantam peluru panas pasukan Cakrabirawa,  kata Salomo. 
 Ada 360 peluru ditemukan di rumah kami, yang luasnya 700 meter persegi.   
Bagi pensiunan karyawan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ini,  Aidit yaitu  
pengkhianat, yang ingin membelokkan ideologi negara. Salah satunya dengan mendekati 
dan mempengaruhi Presiden Soekarno.  Aidit, di mata Salomo, yaitu  dalang pergerakan  
30 September.  
Semua berawal dari perseteruan TNI Angkatan Darat dengan PKI. Tidak mudah 
menghentikan aksi  kekuatan politik Angkatan Darat saat itu. Apalagi Achmad Yani, 
pemimpin Angkatan Darat, kesayangan Soekarno. sebab  itu, cara terbaik yaitu  
membunuh mereka.  Satu satunya cara, ya, dengan kekerasan,  kata  Salomo.  
D.N. Aidit akhirnya berhasil menjalankan rencananya,  sebab  waktu itu PKI merupakan 
partai paling kuat dengan anggota yang sangat militan,  kata Salomo. Dalam ingatan 
Salomo, Aidit selalu mencari pengaruh, pandai mengobarkan semangat anggota 
anggotanya. Ia juga berpidato seperti Soekarno, selalu berapi api. PKI juga kuat sebab  
didukung Soekarno dan negara luar seperti Cina dan Rusia.  
 Waktu itu, saya belum merasakan pengaruh PKI pada diri saya. Justru pembunuhan 
terhadap para jenderal yang memacu saya jadi antikomunis.  katanya. Meski begitu, 
Salomo membatasi kebenciannya hanya kepada Aidit,  Bukan kepada anak atau 
keluarganya.   
Rianto Nurhadi Harjono  
 Saya trauma bahkan masuk rumah sakit selama empat hari sesudah  peristiwa itu,  kenang 
Rianto Nurhadi, yang kini pengusaha.  
Saat itu Rianto Nurhadi, dipanggil Riri, baru sembilan tahun . Ia terbangun saat  
mendengar tembakan menghantam kamar ayahnya. Ia sempat mendatangi ayahnya, namun  
sang ayah memberi kode agar ia berlindung bersama ibu dan saudaranya di kamar lain. 
Selang beberapa menit, ayahnya sudah  terkapar bersimbah darah dan diseret ke atas truk.  
Riri putra ketiga Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Harjono. Walau orang tuanya menjadi 
korban, Riri tidak bisa memastikan apakah PKI satu satunya dalang pembunuhan itu. 
Namun Riri mengakui peranserta  politik PKI pada 1965 cukup   besar, sehingga kelompok lain, 
di antaranya TNI Angkatan Darat, menjadi khawatir. Apalagi saat itu PKI hendak 
memaksakan sistem komunis di negara kita . Inilah yang lalu  memicu perseteruan 
antara PKI dan TNI Angkatan Darat.  
Namun PKI di bawah pimpinan Aidit saat itu sangat kuat. Ia dekat dengan Presiden 
Soekarno, sehingga tidak mudah dilumpuhkan.  Aidit sosok yang berambisi besar untuk 
berkuasa,  kata  Riri. sebab  itu, Aidit berhasil menjalankan rencananya, membunuh para 
jenderal, agar bisa berkuasa.  
Sampai saat ini,  Kebencian kepada Aidit dan PKI tetap ada,  kata Riri. Namun ia tidak 
mau memendam kebencian itu, apalagi menyalahkan anak anak dan keluarga Aidit. 
 Kami tidak mau benci dan dendam itu berlarut larut. Kami keluarga Pahlawan Revolusi 
dan keluarga PKI sama sama jadi korban,  kata nya.  
Agus Widjojo  
Agus Widjojo sedang lelap tidur saat peristiwa berdarah itu terjadi. Ia terbangun sesudah  
mendengar derap sepatu lars dan kegaduhan di rumahnya. Tidak ada suara tembakan, namun  
beberapa menit lalu  ia melihat ayahnya dibawa segerombolan orang berbaret 
merah. Itulah terakhir kali ia melihat sang ayah.  
di hari berikutnya , ia baru mengetahui  bahwa ayahnya diculik dan dibunuh PKI. Agus putra 
pertama Brigadir Jenderal Soetojo Siswomihardjo.  Saat itu saya tidak mengetahui  jelas 
perseteruan politik antara TNI Angkatan Darat dan PKI dan kenapa ayah saya dibunuh,  
kata  Agus. Lama ia baru menyadari bahwa ayahnya menjadi salah satu sasaran PKI 
sebab  dianggap sebagai batu penghalang PKI untuk berkuasa.  
 Saya mengetahui  Aidit dalang pembunuhan itu sesudah  mencari mengetahui ,  kata pensiunan jenderal 
ini. Selama ini, ia memandang Aidit sebagai orang yang percaya  betul pada ideologi yang 
diperjuangkannya.  
berdasar keterangan saksi  Agus, kini 60 tahun , perseteruan antara Angkatan Darat dan PKI bermula dari 
tersiarnya kabar bahwa Presiden Soekarno sakit keras.  PKI berambisi ingin berkuasa, 
namun dihalangi Angkatan Darat,  kata Agus.  
Walau merasa kehilangan sesudah  peristiwa itu, Agus tidak dendam kepada PKI, apalagi 
kepada anak anak D.N. Aidit.  Kita kan harus tetap berjalan ke masa depan, tidak hanya 
terpuruk dengan masa lalu,  katanya. Untuk menghindari rasa dendam antara keluarga 
Pahlawan Revolusi dan keluarga Aidit, ia bahkan mempelopori  pembentukan Forum 
Silaturahmi Anak Bangsa.  Kami mencoba mengambil pelajaran dan berusaha 
mengungkap kebenaran, apa yang sebetulnya  terjadi,  kata nya walaupun, kata Agus, hal 
itu tidak mudah dilakukan.  
Agus menilai pembunuhan terhadap ayahnya lebih sebab  alasan politik, sehingga dia 
tidak merasa trauma.  
Ratna Purwati Soeprapto  
Ratna Purwati sudah  berumur 18 tahun  saat  peristiwa yang merenggut nyawa ayahnya, 
Mayor Jenderal R. Soeprapto, terjadi. Saat penculikan itu, rumahnya tidak dijaga oleh 
seorang prajurit pun, sehingga pasukan Cakrabirawa bisa leluasa membawa bawa  ayahnya. 
 Baru sesudah  Pak Umar Wirahadikusumah (Panglima Kodam V/Jaya waktu itu) datang 
ke rumah, kami mengetahui  Ayah diculik gerombolan PKI,  kata Ratna, pensiunan Pertamina.  
Meski tidak mengetahui  pasti apakah PKI pelaku tunggal penculikan itu, Ratna, kini 60 
tahun , melihat PKI dan Aidit tidak lebih dari sosok pengecut.  Dia tidak berani datang 
sendiri, namun  memakai  dan memperalat orang  bawah untuk mencapai 
tujuannya,  kata Ratna.  
Dia tidak bisa menyimpulkan PKI sebagai pelaku utamanya,  sebab  saat itu Aidit sangat 
dekat dengan Presiden Soekarno.  Ratna sering  melihat Aidit berpidato di samping 
Soekarno. Tidak hanya itu, Soekarno bahkan merangkul PKI menjadi salah satu kekuatan 
dengan mengembangkan sistem Nasakom: Nasionalis, Agama, dan Komunis.  
sebab  sejak awal mengetahui  bahwa paham komunis tidak mengenal agama, Ratna 
tidak terlalu peduli dengan pertumbuhan pesat partai pimpinan Aidit itu. Apalagi melihat 
Aidit sebagai sosok yang heroik.  Yang menyakitkan para jenderal dibunuh oleh bangsa 
sendiri, bukan oleh bangsa lain,  kata nya.  
I discussed with the American Ambassador the questions set out in your No.:67786/65. 
The Ambassador agreed in principal [sic] with our position but asked for time to 
investigate certain aspects of the matter. 
To my question on the possible influence of Bunker's visit, to Jakarta, the Ambassador 
state [sic] that he saw no reason for changing our joint plans. On the contrary, the visit of 
the US. President's personal envoy would give us more time to prepare the operation the 
utmost detail [sic]. The Ambassador felt that further measures were necessary to bring 
our efforts into closer alignment. In this connection, he said that it would be useful to 
impress again on our local army friends that extreme care discipline [sic] and 
coordination of action were essential for the success of our enterprise. 
I promised to take all necessary measures. I will report my own views personally in due 
course. 
Terjemahan dalam bahasa negara kita  
Saya mendiskusikan dengan Duta Besar Amerika Serikat mengenai  pertanyaan yang tertera 
pada No: 67786/65. Pada dasarnya Duta Besar setuju dengan posisi kita, namun   meminta 
waktu untuk menyelidiki aspek aspek tertentu dari masalah ini. 
Menjawab pertanyaan saya mengenai  kemungkinan pengaruh kunjungan Bunker ke Jakarta, 
Duta Besar tidak melihat alasan untuk mengubah rencana bersama kita. Sebaliknya, 
kunjungan utusan pribadi Presiden Amerika Serikat akan memberi kita lebih banyak 
waktu untuk mempersiapkan operasi yang sangat detail. Duta Besar merasa bahwa 
diperlukan langkah langkah lebih lanjut untuk membawa bawa  usaha kita menjadi lebih 
selaras. Dalam hubungan ini, ia mengatakan bahwa akan berguna [bagi kita] untuk 
memberitahukan  lagi kepada sahabat tentara lokal kita bahwa disiplin dan koordinasi 
tindakan sangat penting bagi keberhasilan rencana kita. 
Saya berjanji untuk mengambil semua langkah yang diperlukan. Saya akan melaporkan 
pandangan pribadi saya pada waktunya nanti. 
Mengapa sukarno  Tak Mau memukul mundur  Soeharto,  
Oleh:Teguh Santosa 
 TINDAKAN Soeharto menyelewengkan Surat Perintah 11 Maret 1966 sangat menyakiti 
perasaan sukarno . beberapa  petinggi militer yang masih setia pada Sukarno saat  itu pun 
merasa geram. Mereka meminta agar Sukarno bertindak tegas dengan memukul mundur  Soeharto dan 
pasukannya. namun   Sukarno menolak.  
Sukarno tak mau terjadi huru hara, apalagi sampai melibatkan tentara. perang  saudara, berdasar keterangan saksi  
Sukarno, yaitu  hal yang ditunggu tunggu pihak asing  kaum kolonial yang mengincar 
negara kita   sejak lama. Begitu perang  saudara meletus, pihak asing, terutama Amerika Serikat 
dan Inggris akan mengirimkan pasukan mereka ke negara kita  dengan alasan menyelamatkan 
fasilitas negara mereka, mulai dari para diplomat kedutaanbesar sampai perusahaan perusahaan 
asing milik mereka. 
Kesaksian mengenai keengganan Sukarno memakai  cara cara kekerasan dalam menghadapi 
manuver Soeharto disampaikan salah seorang menteri Kabinet Dwikora, Muhammad Achadi. 
Saya bertemu Achadi, mantan menteri transmigrasi dan rektor Universitas sukarno  itu dua 
pekan lalu di Jalan Taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat. Achadi bercerita dengan lancar kepada 
saya dan beberapa teman. Air putih dan pisang rebus menemani pembicaraan kami sore itu. 
Komandan Korps Komando (KKO) Letjen Hartono termasuk salah seorang petinggi militer yang 
menyatakan siap menunggu perintah pukul dari Sukarno. KKO sejak lama memang dikenal 
sebagai barisan pendukung utama Soekarno. Kalimat Hartono:  hitam kata sukarno , hitam 
kata KKo yang populer di masa masa itu masih sering terdengar hingga kini. 
Suatu hari di pertengahan Maret 1966, Hartono yang saat  itu menjabat sebagai Menteri/Wakil 
Panglima Angkatan Laut itu datang ke Istana Merdeka menemui sukarno . saat  itu Achadi 
sedang memberikan laporan pada Sukarno mengenai  penahanan beberapa menteri yang dilakukan 
oleh pasukan yang loyal pada Soeharto. 
Mendengar laporan itu, berdasar keterangan saksi  Achadi, sukarno  berkata (kira kira),  Kemarin sore Harto 
datang ke sini. Dia minta izin melakukan pengawalan kepada para menteri yang berdasar keterangan saksi  
informasi  akan didemo oleh mahasiswa. 
 namun   itu bukan pengawalan, kata Achadi. Untuk membuktikan laporannya, Achadi 
memerintahkan ajudannya menghubungi menteri penerangan Achmadi. Seperti Achadi, 
Achmadi juga duduk di Tim Epilog yang bekerja   menghentikan ekses buruk sesudah pembunuhan 
enam jenderal dan perwira muda Angkatan Darat dinihari 1 Oktober 1965. Soeharto juga berada 
di dalam tim itu. 
namun   sesudah  beberapa kali dicoba, Achmadi tidak dapat dihubungi. Tidak jelas dimana 
keberadaannya. 
Saat itulah Hartono minta izin untuk menghadapi Soeharto dan pasukannya. namun   sukarno  
menggelengkan kepala, melarang. 
Padahal masih kata Achadi, selain KKO, Panglima Kodam Jaya Amir Machmud, Panglima 
Kodam Siliwangi Ibrahim Adji, dan beberapa panglima kodam lainnya juga bersedia 
menghadapi Soeharto. 
 sukarno  tetap menggelengkan kepala. Dia sama sekali tidak mau terjadi pertumpahan 
darah, dan perang  saudara. 
jika  begitu apa yang harus kami lakukan, tanya Achadi dan Hartono. 
sukarno  memerintahkan Hartono untuk menghalang halangi usaha  Soeharto agar jangan 
sampai berkembang lebih jauh.  Hanya itu misi nya, Hartono diminta menjabarkan sendiri. 
Yang jelas jangan sampai ada perang  saudara, kata Achadi. 
Adapun Achadi yang tak bisa kembali ke rumahnya di kawasan Pancoran yang sedang diduduki 
pasukan Soeharto diperintahkan sukarno  bertengah malam  di guest house Istana. sukarno  juga 
mengatakan akan menggelar rapat kabinet keesokan harinya. Dalam rapat yang juga akan 
dihadiri  Soeharto itu, Achadi diminta untuk menyampaikan laporan mengenai  penahanan beberapa 
menteri. 
 Kamu berani bicara di depan Soeharto, tanya sukarno  pada Achadi. 
 Siap, jawab Achadi. 
Untuk Kedua Kalinya Istana Merdeka Dikepung Pasukan Soeharto 
Oleh:Teguh Santosa 
 RENCANA Sukarno menggelar sidang Komando Operasi Tertinggi (KOTI) tanggal 14 Maret 
1966 gagal total. Seperti beberapa hari sebelumnya, tanggal 11 Maret 1965, Istana Merdeka 
kembali dikepung oleh pasukan pendukung Soeharto dari Resimen Para Komando Angkatan 
Darat (RPKAD) yang sekarang dikenal dengan nama Kopassus. 
Tadinya dalam rapat yang urung digelar itu Sukarno bermaksud menjelaskan posisi dan arti 
Surat Perintah 11 Maret 1966 yang diberikannya kepada Soeharto. Dia juga bermaksud 
mengklarifikasi kabar yang menyebutkan pasukan Soeharto, dengan memakai  SP 11 Maret, 
sudah  melakukan penangkapan terhadap beberapa  menteri. Laporan mengenai  penangkapan menteri 
ini disampaikan oleh menteri transmigrasi yang juga rektor Universitas sukarno  (Usukarno ) dan 
anggota Tim Epilog, Muhammad Achadi. 
Begitu mengetahui  rumahnya juga diduduki oleh pasukan pendukung Soeharto, Achadi yang 
sehari hari dikawal oleh Resimen Pelopor (Menpor) Polri, mendatangi rumah menteri/panglima 
angkatan kepolisian Irjen Sutjipto Judodihardjo untuk memperoleh  penjelasan mengenai apa 
yang terjadi. 
Mendengar laporan mengenai  penangkapan menteri, Sutjipto Judodihardjo lalu menyarankan agar 
Achadi menemui Sukarno keesokan harinya di Istana Merdeka. 
Begitulah, kata Achadi pada suatu sore dua pekan lalu di Taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat. 
Dia pun mengikuti saran Sutjipto dan melaporkan penangkapan penangkapan itu kepada 
Sukarno keesokan harinya. 
Sukarno yang sehari sebelum itu memperoleh  laporan berbeda dari Soeharto, meminta agar 
Achadi tidur di guest house Istana Merdeka. Dia juga meminta agar Achadi memberikan laporan 
dalam rapat KOTI keesokan hari. Kata sukarno , Soeharto pun akan hadir pula  dalam rapat itu. 
namun  , seperti yang sudah  diceritakan di atas, rapat itu gagal digelar. Istana Merdeka kembali 
dikepung oleh pasukan pro Suharto. Sementara sukarno , merasa dirinya berada dalam 
ancaman, meminta Komandan KKO Mayjen Hartono mengawalnya ke Istana Bogor. 
berdasar keterangan saksi  cerita Achadi, Soeharto sempat mendatangi sukarno  dan meminta agar sukarno  
tetap tinggal di Istana Merdeka.  kondisi  di luar tidak aman, begitu kata Soeharto seperti ditiru 
Achadi. 
namun   sukarno  yang sudah curiga dengan kondisi  tak menggubris kata kata Soeharto. Dia 
tetap melangkah ke luar menuju mobil yang akan membawa bawa nya ke Bogor. 
Di halaman Istana Merdeka, berdasar keterangan saksi  informasi  yang diperoleh Achadi lalu  dari Pak Parto, 
supir sukarno , hampir saja terjadi bentrokan antara pasukan KKO dengan RPKAD. 
Begitu melihat mobil Sukarno hendak meninggalkan halaman, sekelompok tentara pro Soeharto 
dengan senjata dalam posisi siaga mendekat hendak menghentikan laju mobil. Namun mereka 
memilih mundur sesudah  mengetahui  bahwa Komandan KKO Hartono juga ikut mengawal sukarno . 
 jika  sukarno  disikat, Hartono pasti akan melakukan action. Dia memiliki  satu kompi yang 
bersiaga di silang Monas, cerita Achadi. 
Sementara itu, melihat sukarno  meninggalkan Istana Merdeka, Achadi juga tak mau tinggal 
berlama lama di Istana yang sudah terkepung. Dia memilih segera menghindar. 
Dengan pengawalan Menpor, Achadi mengikuti rombongan sukarno  ke Bogor. namun   
sebab  Istana Bogor juga dikepung tentara, Achadi memilih melanjutkan perjalanan ke markas 
Menpor di kawasan puncak. 
 Di tempat itu saya menunggu langkah Hartono menghalang halangi gerak pasukan Soeharto, 
seperti yang diperintahkan sukarno . namun  kan kita akhirnya tidak bisa ngapa ngapain, kata 
Achadi lagi. 
Keesokan harinya, 15 Maret 1966, Soeharto resmi mengumumkan penangkapan menteri menteri 
yang dianggap  terlibat dalam peristiwa pembunuhan enam jenderal dan seorang perwira muda 
Angkatan Darat, dinihari 1 Oktober 1965. 
Pidato Pertama pergerakan  Letkol Untung 
Disiarkan RRI, tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 7.15 pagi. 
 
ON Thursday, September 30, 1965, a military move took place within the Army in the capital 
city of Djakarta, which was aided by troops from other branches of the Armed Forces. The 
September 30th Movement which is led by Lieutenant Colonel Untung, Commandant of a 
Battalion of the Tjakrabirawa, the personal bodyang uard of President Sukarno, is directed against 
Generals who were members of the self styled Council of Generals. 
A number of Generals have been arrested and important communications media and other vital 
installations have been placed under the control of the September 30th Movement, while 
President Sukarno is safe under its protection. Also a number of other prominent leaders in 
society, who had become targets of the action by the Council of Generals, are under the 
protection of the September 30th Movement. 
The Council of Generals is a subversive movement sponsored by the CIA and has been very 
active lately, especially since President Sukarno was seriously ill in the first week of August of 
this year. Their hope that President Sukarno would die of his illness has not materialized. 
Therefore, in order to attain its goal the Council of Generals had planned to conduct a show of 
force (machtvertoon) on Armed Forces Day, October 5 this year, by bringing troops from East, 
Central and West Java. 
With this large concentration of military power the Council of Generals had even planned to 
carry out a counter revolutionary coup prior to October 5, 1965. It was to prevent such a counter 
revolutionary coup that Lieutenant Colonel Untung launched the September 30th Movement, 
which has proved a great success. According to a pernyataan  obtained from Lieutenant Colonel 
Untung, the Commandant of the September 30th Movement, this movement is solely a 
movement within the Array directed against the Council of Generals which has stained the name 
of the Army and harbored evil designs against the Republic of negara kita  and President Sukarno. 
Lieutenant Colonel Untung personally considers this movement as an obligation for him as a 
member of the Tjakrabirawa, which has the duty to protect the President and the Republic of 
negara kita . 
The Commandant of the September 30th Movement further explained that the action already 
taken against the Council of Generals in Djakarta will be followed by actions throughout 
negara kita  against agents and sympathizers of the Council of Generals in the regions. According 
to the pernyataan  of the Commandant of the September 30th Movement, as a follow up action, an 
Indonesia Revolution Council will be established in the capital, while in the regions Provincial, 
District, Sub District, and Village Revolution Councils will be established. Members of the 
Revolution Council will be composed of civilians and military personnel who fully support the 
September 30th Movement. Political parties, mass organizations, newspapers, and periodicals 
may continue functioning, provided that within a time period which will be specified later they 
declare their loyalty to the Indonesia Revolution Council. 
The Indonesia Revolution Council which will be established by the September 30th Movement 
will consistently carry out the Panca Azimat Revolusi, the decisions of the MPRS, the decisions 
of the DPR GR, and the decisions of the DPA. The Indonesia Revolution Council will not 
change the Indonesia foreign policy, which is free and active and antinekolim, for the sake of 
peace in Southeast Asia and in the world. Also there will be no change of policy with regard to 
the Second Afro Asian Conference and Conefo, as well as the confrontation against Malaysia; 
and KIAPMA, along with other international activities which have been scheduled to take place 
in negara kita ,will be held as planned. 
As Commandant of the September 30th Movement, Lt. Colonel Untung called on the entire 
Indonesia people to continue to increase vigilance and fully assist the September 30th 
Movement in order to safeguard the Indonesia Republic from the wicked deeds of the Council 
of Generals and its agents so that the Message of the People‘s Suffering can be fulfilled in the 
true sense of the word. 
Lt. Colonel Untung appealed to all Army officers, non commissioned officers and soldiers to be 
resolute and to act to eradicate completely the influence of the Council of Generals and its agents 
in the Army. 
Power mad Generals and officers who have neglected the lot of their men and who above the 
accumulated sufferings of their men have lived in luxury, led a gay life, insulted our women and 
wasted government funds, must be kicked out of the Army and punished accordingly. The Army 
is not for generals, but is the possession of all the soldiers of the Army who are loyal to the ideals 
of the revolution of August 1945. Lt. Colonel Untung thanked all troops of the Armed Forces 
outside the Army for their assistance in the purging of the Army and hoped that purges also will 
be carried out in the other branches of the Armed Forces against agents and sympathizers of the 
Council of Generals. Within a short time Commandant Lt. Colonel Untung will announce the 
First Decree concerning the Indonesia Revolution Council; other decrees will follow. 
Djakarta, September 30, 1965 
kabar rmation Section of the September 30th Movement as broadcast over the Indonesia Radio in 
Djakarta 
Bukti bukti keterlibatan CIA Dengan Tragedi G30SPKI 
Document DDRS  
DDRS yaitu  singkatan dari Declassified Docum Reference System dari AS, manuscript  rahasia resmi. 
Dalam kaitan dengan tragedi G30S 1965, ada  enam manuscript  yang merekam keterlibatan aktif 
tentara, khususnya beberapa Jendral Angkatan Darat RI. manuscript  manuscript  ini tersimpan dalam 
Lyndon B Johnson Library. 
DOCUMENT 1 
 
INCOMING TELEGRAM Department of State   DOCUMENT 1 
                                        Declassified Docum 
                                          Reference System 
                                   (Her after DDRS) 1975:1 
 
     Control:  4223 
     Roc'd:    MARCH 6, 1964 
     FROM:     DJAKARTA  8:36 A.M. 
     ACTION:   SECSTATE 1854 IMMEDIATE 
     kabar :     KUALA LUMPUR 676 IMMEDIATE 
     DATE:     MARCH 6, 6 P.M. 
     LIMDIS 
     DEPTEL 946 
 during hour and ten minute conversation with gen nasution this 
morning, i made major points in reftel.  i said i came in spirit of 
friend of negara kita  who saw storm clouds on horizon and who believed 
in old adage, an ounce of prvention is worth pound of cure.  nasution 
listened soberly for half an hour as i painted picture of critical 
economic situation, collision course on which go i, seriousness of 
situation that might develop if bangkok talks pailed and obvious fact 
that situation appeared to be playing into hands of pki threatening 
his own stated objectives for negara kita  and leading to possible 
serious breach with free world and specifically us.  intent down the 
line reminding nasution amendments of aid legislation might soon force 
us to cancel all aid to negara kita  as well as anzus treaty obligations 
which would apply if australian and new zealand forces became 
involved. 
 
nasution said he did not disagree with my analysis of the situation 
which internally and externally he regarded as most serious.  he 
reminded me that months ago he had stated his pessimistic outlook over 
the malaysia problem and his conviction that the manila tokyo talks 
could not rpt not actually solve problem.  he admitted frankly 
confrontation was hurting 
 
comment:  my impression was that nasution was impressed and sobered 
though not surprised by serious view we were taking of current 
situation.  although he carefully avoided comment on effect 
developments might have on us indo relations, he obviously fully 
517 
 
grasped implications and i am confident this part of conversation will 
be passed on. 
 
nasution demonstrated complete familiarity with seriousness of 
economic and food situation (volunteered ten per cent of japanese 
going hungry) and made no attempt to gloss over its implication. 
 
i emerged with following conclusions:  1.  short of political 
settlement, indo military are determined to continue confrontation but 
will handle with gloves to prevent escalation into large scale 
conflict and will place increasing emphasis on political 
indoctrination of  freedom fighters  as against jungle warfare. 
 
2.  nasution at least was alert to pki dangers internally and placing 
great emphasis on indoctrination of officers and men to ensure 
military will be ready to meet challenge when it came.  indo army 
still anti communist in outlook, he insisted. 
 
3.  indo military apprently had no plans to deal with economic 
problems of nation but only threat to nation's independence which such 
problems might bring in their wake. 
 
he avoided like the plague any discussion of possible military 
takeover, even though this hovered in air thoroughout talk, and at no 
time did he pick up obvious hints of us support in time of crisis. 
 
i intend continue this type of conversation with other military 
leaders, first with gen yani. 
 
at opening of conversation i presented autographed photograph of 
nasution on meeting pres johnson for which nasution expressed deep 
appreciation.  gp 3. 
                                                         jones 
mv 
note: passed white house 3/6/64, 9:20 am. 
advance copy to s/s 0, 3/6/64, 8:41 am. 
 
reproduction from this copy is 
probibited unless  unclassified  
lyndon baines johnson library 
manuscript  pertama, nomor kontrol 4223. Direkam 6 Maret 1964. Dari Jakarta  
pukul 8:36 AM. Isi pokoknya, Jones berbincang sekitar satu jam sepuluh  
menit dengan Nasution mengenai  situasi krusial di negara kita . Nasution  
bicara mengenai ancaman PKI, tentara siap menghadapi PKI, dan menandaskan tentara 
negara kita  masih tetap anti komunis.  
 
document 2 
incoming telegram department of state   document 2 
     lyndon b. johnson 
     library. national 
     security file, in 
     donesia count file, 
     file, vol.3, box 246 
 
     control:  16687 
     recd:     jan 21, 1965, 9:48 pm 
from:     djakarta 
action:   secstate 1435 priority 
kabar :     d.cd unnumbered 
          cinpac 342 
date:     jan 22, 8 am. 
 
       told me today in strict confidence army is developing specific 
plans for takeover of governement peristiwa t sukarno steps off stage.  had 
just come from meeting with general parman who had discussed plans 
with him.        said that although planning was being done on 
contigency bases with an eye to post sukarno era strong sentiment 
existed among important segment top military command for takeover 
prior demise sukarno.  whether this happened would depend upon events 
of next few weeks conflicting pressures were building up to such a 
pitch that in his own opinion army might be forced to take action 
within next 30 to 60 days to offset pki moves.  communists were 
building up paramilitary forces and beginning to arm these forces, he 
said.  army intelligence was aware of these locations, however, and 
plans contemplated immediate isolation of these centers when peristiwa t 
for action arrived. 
 
there was no repeat no sentiment among any of military leadership to 
move against sukarno, however           emphasized          if 
military were forced to move in near future, while they might present 
sukarno with fait accompli, coup would be handled in such a way as to 
preserve sukarno's leadership intact even those who were criticizing 
sukarno's leadership, said, were convinced that there was no 
possibility of any coup succeeding against sukarno.  he was still 
beloved of the masses. 
 
 
     reproduction from this copy is 
     prohibited unless  unclassified     Copy 
manuscript  kedua, nomor kontrol 16687, negara kita  Count file, file vol: 3, box 246. Direkam dari 
Jakarta pada 21 Januari 1965. Isi pokoknya yang terpenting: , .. (titik titik, pen.) mengatakan 
padaku hari ini dengan strict confidence bahwa tentara sedang memperkembangkan  
rancangan rancangan khusus untuk mengambil alih kekuasaan begitu Soekarno tersingkir. , ,  
(titik titik, pen.) baru saja berunding dengan Jendral Parman mengenai rencana ini .  
DOCUMENT 3 
      DOCUMENT 3 
      DDRS 1981:274C 
 
 CENTRAL INTELLIGENCE AGENCY 
 
      26 January 1965 
 
 SUBJECT: Principal problems and Prospects in negara kita  
 
 SUMMARY 
 
We are now faced not only with known and growing danger from Sukarno, 
but with the uncertainties of possible negara kita  without Sukarno.  If 
this ailing dictator abould indeed die in the near future, his bequart 
to negara kita  would be international outlawry, economic near chaos, and 
to Communist domination.  'Yet if Sukarno lives on for acces time to 
the chance of the Communist Party (PKI) to assume power will probably 
continue to improve.  We do not believe that a Communist negara kita  is 
imminent, or that Sukarno will initiate war.  In our view however, 
there is sufficient chaos of such developments over the next year or 
two warrant especial intelligence and planning attention. 
 
The beginnings of a scramble for succession to Sukarno are already 
evident.  Should Sukarno leave the         in the near future, we 
believe that the initial struggle to replace him would be won by Army 
and non Communist.            ; though Communists would continue to 
play an important role.  Such a governement would probably continue to 
be anti US             , and a threat to peace.  Furthermore, unless 
the non Communist leaders displayed more back            , 
effectiveness, and          than they have to date the charces of 
eventual PKI             of negara kita  would quickly mount. 
 
 
     Copy 
     Lyndon B. Johnson Library             
manuscript  ketiga, manuscript  CIA. Kodenya: document 3, DDRS 1981:274C, 26 Januari 1965. Ia 
juga penuh titik titik. Di antaranya tertulis: Awal  perjuangan memperebutkan menggantikan 
Soekarno sudah kian jelas. Begitu Soekarno meninggalkan , .. (titik titik, pen. ) pada masa 
dekat, kami percaya  perjuangan awal untuk menggantikannya akan dimenangkan oleh tentara dan 
para non komunis.  
 
DOCUMENT 4 
     DOCUMENT 4 
     DDRS Retrospective 
     Collection (herafter R) 
     597C 
 
                     THE UNDER SECRETARY OF STATE 
                              WASHINGTON 
 
                                SECRET 
 
                                               March 18, 1965 
 
                     MEMORANDUM FOR THE PRESIDENT 
 
Subject:  Proposed Mission for Ellsworth 
          Bunker to negara kita  
 
  Our relations with negara kita  are on the verge of falling apart. 
Sukarno is turning more and more toward the Communist PKI.  The Army, 
which has been the traditional countervailing force, has its own 
problems of internal cohesion. 
 
  Within the past few days the situation has grown increasingly more 
ominous.  Not only has the management of the American rubber plants 
been taken over, but there are dangers of an imminent seizure of the 
American oil companies. 
 
  Under these circumstances, Secretary Rusk and I feel it essential to 
get a clear, objective reading of the situation. 
 
  Ambassador Jones has been in Djakarta for seven years.  He is tired 
and worried.  He has done everything possible to advance American 
interests through his close personal relations with Sukarno, but that 
line seems pretty well played out. 
 
  Before we recommend to you some of the hard decisions that may be 
required over the next few weeks we think it would be valuable to have 
Ellsworth Bunker make a fresh and objective reading of the situation. 
After he had reported his conclusions we would be in a better position 
to advise whether 
 
   a.  You should send Bunker to Djakarta as Ambassador; 
 
   b.  You should send someone less prestigious; or 
 
   c.  The post should be left vacant as an expression of our 
dissatisfaction pending an improvement in relations. 
 
  We recommend, therefore, that Ambassador Bunker be asked to pay a 
brief visit to Djakarta.  He is prepared to leave next Wednesday.  His 
521 
 
mission would have the following objectives: 
 
   1.  He could carry a letter from you to Sukarno.  Because of 
Sukarno's respect for you this might be the means of temporarily 
stabilizing the situation. 
 
   2.  He could make use of his own prestige with the negara kita ns (you 
will recall he was the man who nogotiated the West New Guinea 
settlement) to try to get a commitment from Sukarno to take a 
more moderate course. 
 
   3.  He would be able to recommend the decisions we may be forced to 
make regarding the further evacuation of personnel; the handling of 
the problem of the oil companies, etc. 
  If you think well of this idea, we will prepare a draft letter from 
you to Sukarno which Ambassador Bunker could deliver.  Meanwhile, the 
mere fact that Sukarno knew that Ambassador Bunker was proposing to 
visit Djakarta on your behalf could have a stabilizing effect. 
 
                                                 George W.  Ball 
 
                                                   Copy 
                                          Lyndon B. Johnson Library 
manuscript  keempat, kode: DDRS Retrospective Collection, 597C. Ditulis oleh George W. Ball 
dari The Under Secretary of State, Washington kepada  
presiden AS. Sifat: rahasia. Tanggal: 18 Maret 1965. Isinya mengenai  
kecemasan AS akan kemungkinan keretakan hubungan AS RI sebab Soekarno makin dekat 
dengan PKI dan Angkatan Darat yang secara tradisional jadi lawan PKI, terpuruk dalam 
problem internal sendiri. Dalam sepuluh hari terakhir situasi makin gawat. Manajemen 
perkebunan karet AS terancam diambil alih dan juga ancaman bagi perusahaan perusahaan 
minyak AS. Dubes Jones sudah kewalahan. Maka pihak Sekretaris Negara AS mengajukan tiga 
usulan: (1) mengirim Ellsworth Bunker ke negara kita  sebagai dubes, (2) atau mengirim 
seseorang yang berpengaruh, (3) atau membiarkan pos dubes kosong sebagai tanda 
kekecewaan AS pada RI.  
  
DOCUMENT 5 
      DOCUMENT 5 
           DDRS R: 26 F 
 
                     CENTRAL INTELLIGENCE AGENCY 
                    Intelligence kabar rmation Cable 
 
 COUNTRY   negara kita  
 DATE OF   14 MAY 1965 
  
 atau    belief of senior indonesia diplomat that negara kita  will    
     sever diplomatic relations with united states by august     
                               1965                            
 
 1.   the indonesia government will probably sever diplomatic relations 
with the united states within three months, despite the            
alleviation of strain between the two countries resulting from the 
mission of ambassador ellsworth bunker.  the rupture will be preceded 
by further deterioration in overall relations.  the indonesia 
communist party, which is rapidly increasing in strength, will bring 
continual pressure to bear on indonesia president sukarno to break 
relations, and in the absence of us support for his malaysian policy 
sukarno will probably yield to this pressure.
manuscript  kelima, manuscript  CIA. Kode DDRS R: 26F, tanggal 14 Mei 1965. Isi pokok: 
mempercayai seorang diplomat senior negara kita  bahwa negara kita  akan memutuskan 
hubungan diplomatik dengan AS dalam tiga bulan mendatang. Pemutusan hubungan diplomatik 
itu akan d iikuti dengan pemutusan di segala sektor. PKI akan makin menekan Soekarno demi 
tercapainya pemutusan hubungan ini .  
 
 
DOCUMENT 6 
INCOMING TELEGRAM Department of State   DOCUMENT 6 
     DDRS R: 608E 
 
     SECRET 
 
PP RUEHCR 
DE RUMJBT   373A 2611735 
ZNY SSSSS 
P 081415Z 
PM AMEMBASSY DJAKARTA 
TO RUEKER/SECSTATE WASHDC  PRIORITY 923 
kabar  RUERDA/DOC UNN 
RUMPAG/AMEMBASSY CANBERRA 88 
RUMTsukarno atau AMEMBASSY BANGKOK 55 
RUMJDH/AMCONSUL HONG KONG 92 
RUMJKL/AMEMBASSY KUALA LUMPUR 152 
RUFHDN/AMEMBASSY LONDON 97 
RUMJMA/AMEMBASSY MANILA 265 
HUALOT/AMEMBASSY TOKYO 99 
STATE GRNC 
BT 
SECRET OCT 8 
 
CINCPAC FOR POLAD 
 
1.   ONE WEEK HAS PASSED SINCE MASSACRE TOP ARMY LEADERSHIP IN OCT 1 
 PRE DAWN COUP. IT NOW INCREASINGLY CLEAR THAT PKI AND AIR FORCE LEADERSHIP 
 CLEARLY IMPLICATED AND THAT SUKARNO HIMSELF PROBABLY AT LEAST AWARE OF 
 ACTIONS PLANNED BY 30 SEPT MOVEMENT. SITUATION STILL FLUID, BUT FOLLOWING 
  SEEK TO US MOST ENCOURAGING DEVELOPMENTS TO DATE: 
  
A.   COMMUNISTS ARE NOW ON THE RUN FOR THE FIRST TIME IN MANY YEARS IN 
 negara kita . AIDIT S WHEREABOUT NOT RPT NOT KNOWN AND RALLYING CALL TODAY 
  AMONG NON COMMUNIST 
  
 PAGE TWO RUMJBT 373A SECRET 
ELEMENTS IS  HANG AIDIT . AT LEAST ONE TOP PKI LEADER TAKEN INTO CUSTODY 
 (NJONO) AND THERE UNCONFIRMED REPORTS THAT ANOTHER (NJOTO) HAS BEEN 
 SEIZED. PKI ORGANIZATIONAL APPARATUS HAS BEEN DISRUPTED AND PARTY 
 DOCUMENTS DISPERSED. THIS CAPPED TODAY WITH BURNING OF PKI HEADQUARTERS IN 
  DJAKARTA. 
 
B.   AT SAME TIME, VIRTUALLY ALL MUSLIM AND CHRISTIAN ORGANIZATIONS HAVE 
  RALLIED BEHIND ARMY, AND EVEN PNI, WHICH LONG 
  
  
FACTOR IS EXISTENCE OF GOOD PKI UNDERGROUND NETWORK WHICH COULD IN ANY 
  EVENT CONTINUE CAUSE TROUBLE FOR ARMY. 
  
3.   WHILE KIAPMA (ANTI FOREIGN MILITARY BASES CONFERECE SCREDULED OPEN 
 OCT ) MIGHT PROVIDE MEANS FOR SUKARNO ATTEMPT RALLY NEKOLIM SPIRIT AND 
 DROWN INTERNAL DISAGREEMENT IN BIGGER INTERNATIONAL CAMPAIGN, CONDITIONS IN 
 CITY, INCLUDING STRICT 12 HOUR CURFEW, ARE NOT CONDUCIVE TO ENTERTAINING 
  FOREIGN VISITORS OR HOLDING INTERNATIONAL CONFERENCE. 
INDICATIONS ARE THAT SUKARNO AND soebandrio   ARE TRYING TO PIN INTERNAL AFFAIR 
524 
 
 ON  NEKOLIM , AND MAY BE EXPECTED TO COME OUT WITH SPECIFIC CHARGES 
 AGAINST US AND PROBABLY CIA. ALTHOUGH KIAPMA WOULD PROVIDE EXCELLENT 
 SOUNDING BOARD FOR THIS THEME, WE THINK IT HIGHLY UNLIKELY THAT SUCCESSFUL 
  CONFERENCE CAN BE HELD ON SCREDULE. 
 
4.   ARMY NOW HAS DECIDED EDGE. QUESTION IS, WHAT WILL ARMY DO WITH ITS 
 ADVANTAGE,  IT LIKELY ARMY WILL COLLECT EVIDENCE OF INVOLVEMENT PKI AND ITS 
 OTHER ENEMIES IN 30 SEPT AFFAIR. IT MAY WELL FIND EVIDENCE THAT SUKARNO 
  INVOLVED, AND IF SO THIS MIGHT FORCE LESS OBSTINATE LINE. 
 
 
 PAGE FIVE RUMJBT 373A SECRET 
FROM PRESIDENT. IF ARMY LEADERS REALIZE THAT THIS IS peristiwa T OF TRUTH AND 
 HAVE DETERMINATION TO STAND UP TO SUKARNO THEY CAN WIN. ARMY NOW SHOWS 
 NO INTENTION OF OPENLY DITCHING SUKARNO AND WILL PROBABLY FEEL NEED TO USE 
 HIS NAME FOR SOME TIME. IF ARMY CAMPAIGN LOSES saat saat  AND POWER IS 
 ALLOWED TO SLIP BACK TO SUKARNO, LATTER LIKELY EVENTUALLY TO RETALIATE BY 
 RESORTING TO EVEN MORE VIOLENT TACTICS AGAINST INTERNAL OPPOSITION. 
 HOWEVER, EVEN IF THIS HAPPENS, SUKARNO CAN NEVER AGAIN RULE AS HE ONCE DID. 
 THE IMAGE OF THE  GREAT LEADER  IS TARNISHED ALTHOUGH IN THE SHORT RUN HE 
 CAN CERTAINLY CAUSE THIS COUNTRY S NON COMMUNIST ELEMENTS, AND THE UNITED 
  STATES, A GREAT DEAL OF DIFFICULTY. 
 GP 3. GREEN 
 BT 
  
 Note:     Advance Copy to S/S O at 1:20 a.m., October 9 
      Passed NSA, USIA, USUN at 1:30 a.m., October 9 
 
 
      copy 
     Lyndon B. Johnson Library